Pencarian

Pendekar Tanpa Tanding 9

Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera Bagian 9


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghisap dan menampung tenaga lawan, kemudian dengan
tambahan tenaga sendiri, tenaga lawan itu dikembalikan
menjadi serangan kepada lawan. Hebatnya lagi, serangan
tidak terbatas pada lawan yang menyerang tadi, tetapi bisa
juga kepada lawan lain. Artinya dalam situasi dikeroyok,
Prasidha bisa menyedot tenaga lawan yang satu untuk
dikembalikan dan dialihkan menjadi serangan kepada lawan
yang lain. Kini Geni sadar, jurus Garudamukha Prasidha
pemahaman baru inilah yang oleh Eyang Sepuh Suryajagad
disebut Jurus Penakluk Raja. Jika tadinya ia menggelar
Penakluk Raja dengan tenaga tidak penuh, sekarang ia bisa
memainkan jurus itu dengan tenaga Wiwaha yang penuh dan
total. Dia sadar untuk melancarkan dan menyatukan pemahaman
tenaga inti Wiwaha ke dalam tujuh jurus Prasidha tidak bisa
dengan sekejap atau sekali coba. Butuh waktu, tergantung
sering tidaknya berlatih. Semakin sering dilatih memudahkan
jurus ini menyatu dengan pikiran dan kemauan. Dia mengerti
sekarang alasan Eyang Sepuh menamai kidungnya Jurus
Penakluk Raja. Pengertiannya sederhana saja, raja adalah penguasa
tertinggi yang punya kekuasaan atas pasukan perang, punya
kekayaan tak terbatas. Raja memiliki kekuasaan dan
kekayaan, dua hal yang membuat dia sebagai penguasa di
muka bumi. Maka hanya "ilmu dari segala ilmu" saja yang bisa
mengalahkan kekuasaan dahsyat itu. Artinya jika ilmu itu bisa
menaklukkan raja yang begitu besar kekuasaannya, maka bisa
juga mengalahkan lawan yang dahsyat sekali pun.
Dengan penuh kegembiraan Geni memainkan tujuh jurus
Prasidha dengan pengerahan tenaga Wiwaha. Dia bersilat
dengan perasaan gembira Harta sesaat kemudian berganti
suasana hati Glana (Sedih), Syura (Berani), Prahhawa (Kuasa),
Raga (Nafsu), Kamuka (Cinta), Hayu (Selamat) dan Kapejah
(Mati). Delapan suasana hati ini sebagaimana petunjuk Eyang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepuh Suryajagad merupakan kunci memainkan Jurus
Penakluk Raja. Pada mulanya masih agak kaku, tetapi lambat
laun semakin lancar. Sekilas Geni ingat cerita gurunya Manjangan Puguh
bagaimana dalam perang Ganter, Eyang Sepuh dengan
beberapa jurus sederhana berhasil melukai pendekar
Lahagawe. Tanpa sadar Geni berkata. "Mungkin saat itu Eyang
menggunakan rasa Harsa kemudian Syura dan Prahhawa, dan
setelah Lahagawe terluka, Eyang dengan rasa Glana (Sedih)
mendorong pergi pendekar Himalaya itu. Pada tahapan usia
dan ilmu seperti itu Eyang merasa sedih jika harus membunuh
seorang manusia." Penemuan itu merupakan titik pencapaian tertinggi bagi
Wisang Geni. Diawali kejadian mengobati demam Prawesti,
berlanjut pada hubungan intim, keringat dan panasnya birahi,
Geni kemudian hanyut dalam misteri penyempurnaan Jurus
Penakluk Raja sebagai kunci ilmu leluhur Lemah Tulis
Garudamukha Prasidha. Selama tujuh hari me latih Jurus Penakluk Raja Geni tak
pernah keluar goa. Dia makan dan minum dilayani Prawesti.
Gadis ini tidak selalu berada di goa melayani ketuanya, ia
sering berlatih bersama teman-temannya di air terjun.
Hari kedelapan setelah penemuan misteri Jurus Penakluk
Raja atau hari keempatpuluh tiga keberadaan di air terjun,
Geni akhirnya bisa memainkan tenaga Wiwaha secara utuh
dan sempurna. Jurus yang digunakan bertambah matang dan
berkekuatan dahsyat, tujuh jurus Garudamukha Prasidha,
empat jurus Wiwaha dengan delapan sikap suasana hati.
Sekarang ini Geni bisa mengatur sendiri kapan mau
memainkan tenaga Wiwaha secara utuh dan sempurna.
Hari itu ketika dia keluar dari goa, berdiri di atas batu cadas
agak jauh dari air terjun, terdengar tepuk tangan ramai. Geni
melihat murid-murid Lemah Tulis yang tadinya sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlatih, berhenti semuanya dan bertepuk tangan menyambut
ketuanya. Dia melihat Prawesti berada di antara para murid. Gadis ini
tersenyum. Dia yang memberitahu bahwa sang ketua selama
beberapa hari ini tidak bisa hadir dalam latihan bersama
karena sedang memperdalam ilmu pusaka Lemah Tulis
Prasidha. Seorang diantara mereka, Prastawana, murid pertama
Branjangan, bergerak maju. Dia lebih tua dari Geni baik usia
maupun silsilah. Branjangan murid kedua Eyang Rama
Balawan, sedang guru Geni yakni Padeksa murid ketiga Rama
Balawan. Meskipun demikian, Prastawana sangat menghormati Geni. Tak cuma lantaran dialah ketua Lemah
Tulis, juga ilmu silatnya yang begitu menakjubkan.
Prastawana memberi hormat. "Selamat ketua, semoga dengan
ilmu itu kau bisa mengangkat nama Lemah Tulis lebih harum
lagi. Maaf ketua, kami semua mohon kamu memperlihatkan
ilmu pusaka dari leluhur kita itu."
Geni tertawa. "Kakang Prastawana, kau mau menjajal
aku?" Prastawana mundur dengan wajah pucat "Jangan ketua,
jangan, aku tak akan tahan. Dan kami semua tak akan bisa
melihat kehebatannya karena pasti kau hanya mengerahkan
sebagian tenaga, jika seluruh tenaga maka aku pasti binasa.
Ada lawan yang lebih hebat untukmu."
"Kamu licik, mau mengadu aku dengan siapa?"
"Maaf Ketua, dia ada di belakangmu"
Geni melihat ke belakang. Tak ada siapa-siapa. Geni
membalik badan, tetapi Prastawana sudah berada di tepi
sungai. Geni berseru, "Apa maksudmu, kakang ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua murid tertawa, sambil menunjuk ke belakang Geni.
Kini Geni mengerti. "Oh kalian semua sudah sekongkol,
rupanya." Geni menghela nafas panjang, memenuhi parunya dengan
udara bersih pegunungan. "Baik, perhatikan, aku akan
mainkan tujuh jurus Prasidha ilmu dari leluhur kita, yang tiap
jurus bisa dimainkan dalam delapan suasana hati, maka
seluruhnya ada limapuluh enam jurus Prasidha, inilah yang
disebut Jurus Penakluk Raja. Jadi Jurus Penakluk Raja adalah
jurus Prasidha yang dikembangkan. Ini kuperoleh dari
wejangan Eyang Sepuh Suryajagad. Dan tenaga dalam yang
kugunakan adalah tenaga W iwaha warisan guruku pendekar
Lalawa, ilmu ringan tubuh dari guru Manjangan Puguh dari
perguruan Merapi. Perhatikan!"
Geni menggelar jurus lima Prasidha yakni Prasada
Atishasba (Puncak menara tinggi) sambil me lompat ke sungai
dengan ilmu ringan tubuh Waringin Sungsang. Tampak Geni
berjalan di permukaan air. Tiba di air terjun, Geni melompat
menerobos curah air yang deras, menggunakan jurus
Akwamatyana (Aku yang akan membunuh) dari Prasidha, air
tersibak terbelah oleh tenaga dahsyat Lalu jurus Kacakrawartyan (Penguasaan bumi). Dua tangan Geni
menjura ke atas. Geni memainkan dalam suasana hati Harsa
(Gembira) berubah ke Syura (Berani) dan Prahhawa (Kuasa).
Air terjun tersibak ke sana sini, di seputar tubuh Wisang Geni.
. Semua murid Lemah Tulis terkagum-kagum. Tak seorang
pun bersuara. Rasanya tak mungkin ada manusia yang
sanggup menahan bobot air terjun di atas kepala. Tetapi
ketua mereka mampu melakukannya. Mungkin jika hanya
mendengar cerita orang, mereka akan sulit percaya. Setelah
puas memperlihatkan jurus Garudamukha
Prasidha, ketua Lemah Tulis itu melompat ke air dan
berjalan santai ke tepi sungai. Berjalan santai di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permukaan air, adalah jauh lebih sulit ketimbang berlari di
atas air. Semua murid Lemah Tulis, berlutut memberi hormat.
Terdengar isak tangis. Geni menoleh, dia mengenal dua murid
ayahnya, Gajah Nila dan Gajah Lengan Sambil menahan isak,
Gajah Nila berkata, "Hari ini aku bahagia, melihat ilmu silat
ketua yang begitu dahsyat. Pasti guruku yang mulia akan
bangga di alam baka menyaksikan kehebatan putranya.
Maafkan aku, kalau mendadak saja aku jadi cengeng."
Latihan di air terjun berlanjut. Geni terkadang berlatih di
dalam goa, terkadang melatih murid-muridnya. Setelah dua
bulan bermukim dan berlatih di air terjun, rombongan kembali
ke perdikan. Semua murid merasakan semangatyang
bergelora dan rasa percaya diri serta kebanggaan sebagai
murid Lemah Tulis. Masih terngiang di telinga mereka, kata-kata Geni. "Aku
bisa sampai ke tingkat ini, karena aku terus berpikir dan
berlatih. Aku merasa yakin ilmu silat ini begitu mulianya
sehingga pantaslah jika harus menyita seluruh umur kita untuk
belajar dan berlatih. Camkan itu, saudara-saudaraku!"
Suatu pagi, beberapa hari setelah kembali dari air terjun,
Geni terjaga dari tidur karena ada tetesan air mengenai
wajahnya. Dia membuka mata, melihat wajah Prawesti,
sepasang mata gadis itu menatap nakal. Wajah dan rambut
gadis itu masih basah. Prawesti baru selesai mandi. Dia cantik,
kecantikan yang sangat menggoda.
"Ketua, sarapan pagi sudah siap, silahkan makan."
Prawesti hendak beranjak tapi tangan Geni memegang
lengannya, "Jangan pergi dulu." Geni menarik gadis itu ke
dalam pelukannya. T ubuh Prawesti masih basah, ada sisa-sisa
air bekas mandi. Dingin tetapi hangat "Westi, kau membuat
aku tergila-gila, kau cantik dan menarik, pagi ini aku seperti
melihat seorang dewi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh Prawesti menggelinjang ketika tangan Geni meraba
dan mengelus pahanya. "Ketua, kau masih mau lagi, semalam
kau hampir membunuhku"
Geni berbisik. "Kau capek?"
Prawesti menggeleng, rambutnya yang basah menyapu
wajah lelaki itu. "Aku sudah janji akan selalu melayanimu"
Pagi beranjak ke siang, matahari mulai terik. Geni
bersemedi, Prawesti berbaring, kepalanya di pangkuan Geni.
Gadis itu selalu tertidur setelah permainan nafsu selesai. Geni
membuka mata, membangunkan gadis remaja itu. "Adik
Westi, ada tugas untukmu. Mulai hari ini kau melapor
kepadaku apa saja yang dilakukan Raditin dan Kirana. Selain
itu, kau juga melapor semua perkembangan di perdikan. Ini
rahasia, kau sanggup?"
Mata gadis itu membelalak. "Ada apa dengan dua kakang
mbok itu, ketua. Apakah ada ancaman bahaya?"
Geni menggeleng. "Aku hanya ingin tahu apakah dua murid
itu me lakukan pekerjaan yang kutugaskan kepada mereka,
bahaya memang selalu akan mengancam kita, banyak musuh
yang ingin melenyapkan Lemah Tulis, jangan lupa, tugas ini
rahasia!" Prawesti bangkit, duduk berhadapan. "Ketua, aku ingin
belajar dan melatih ilmu Wiwaha, boleh?"
Geni diam. Dia ingat bahwa selama dua bulan belakangan
ini dia sudah menurunkan hampir semua ilmu silatnya kepada
gadis itu. Meski Prawesti belum menguasai namun dia tetap
menjejalinya dengan pelajaran lisan yang harus dihafal.
Menurut aturan hanya murid lapis pertama yang boleh
mempelajari Prasidha. Prawesti beruntung, ia satu-satunya
murid lapis dua yang boleh mempelajari Prasidha. Ia
dibimbing langsung oleh ketua, bahkan juga Jurus Penakluk
Raja. Hanya ilmu yang diperoleh Geni dari Manjangan Puguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yakni Bang Bang. Aum Alum dan Waringin Sungsang yang
tidak diajarkan karena harus mendapat ijin dari pemiliknya.
Hanya lantaran belum memiliki tenaga dalam setangguh
Wiwaha maka gadis itu belum bisa memainkan Prasidha
secara sempurna. Ia berlatih sampai batas tertentu,
selebihnya ia dipaksa menghafal semua teori secara lisan.
Saking heran pada suatu hari dia bertanya pada Geni.
Waktu itu Geni menjawab, "Westi, aku punya banyak musuh,
tak ada jaminan aku bisa hidup terus, jika aku mati, aku tidak
ingin semua kepandaian ini ikut terkubur. Aku ingin ada yang
meneruskan. Kamu kupilih, karena kau satu-satunya orang
yang paling sering berada di dekatku sehingga kapan saja aku
bisa mengajarimu Kau pun cerdas, bisa mengingat semua
yang kuajarkan." Geni masih diam. Prawesti menepuk pahanya. "Kamu
belum menjawab permohonanku belajar Wiwaha."
"Sulit, adik. Sulit sekali. Mungkin bisa jika hanya berlatih
tenaga panasnya saja. Sebenarnya tenaga dalammu sudah
banyak maju sejak berlatih Prasidha, tapi kenapa kau ingin
sekali melatih Wiwaha, kenapa Westi?"
Prawesti merunduk, wajahnya merah, malu. "Supaya sehat,
katamu Wiwaha membuatmu jadi perkasa. Aku ingin bisa
melayanimu selama-lamanya."
Geni terharu Tak menyangka gadis ini sangat menyintainya.
Geni memeluk dan mengelus-elus kepalanya. "Akan kupikirkan
caranya, sekarang kau pergi jalan-jalan mengawasi dua wanita
itu, aku mau semedi."
---ooo0dw0ooo--- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Limabelas Purnama Lembu Agra duduk semedi. Dua tangan terentang ke
samping. Kepalanya tengadah. Nafasnya lembut, nyaris tak
ada suara sedikit pun. Dari ubun-ubun kepala tampak uap
tipis. Uap tipis itu me lingkar-lingkar dan melayang di atas
kepalakemudian lenyap. Uap tipis itu bermunculan lagi,
demikian seterusnya.

Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia lelaki berusia separuh abad, tampan dan agak kurus.
Wajahnya bulat telur, sepasang matanya cekung dan sipit.
Rambutnya panjang dikuncir. Kumisnya tipis tercetak di bawah
hidung yang agak bangir dan mulut yang berbibir tebal.
Dia bersemedi di salah satu kamar dalam lingkungan
keraton Kediri Kamar yang indah dan tertata rapi. Dua gadis,
muda dan cantik, duduk di pojok kamar. Keduanya dayang
yang siap melayani semua kemauan Lembu Agra.
Lelaki itu menggerakkan tangan. Posisi tangannya berubah
menjadi terentang ke depan. Sesaat kemudian wajahnya
berubah merah seperti kepiting direbus. Uap tipis semakin
banyak dan tebal keluar dari mulut dan hidungnya.
Tak lama kemudian wajahnya berubah lagi dari merah
menjadi hijau lantas kelabu dan beralih ke pucat Dia sedang
melatih tenaga dalam tingkat tinggi bagian dari ilmu Pitu
Sopakara. Sudah dua bulan dia memperdalam latihan
semedinya. Sejak matahari terbit sampai terbenam Seharian ia
bersemedi. Menjelang malam Lembu Agra membuka matanya.
Ia telah menyelesaikan latihannya.
Setelah pertarungan di hutan ketika ia membunuh Walang
Wulan, ia berlatih keras. Ia tahu bahwa Wisang Geni sangat
perkasa. Ilmu Pitu Sopakara tingkat lima yang dikuasainya,
masih kalah. Hari ini tepat dua bulan sejak peristiwa di hutan
itu, ia menyelesaikan tenaga Pitu Sopakara tingkat enam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya tinggal satu tangga lagi menuju tingkat tujuh yakni
kesempurnaan tenaga dengan sebelas jurus Pitu Sopakara.
Ilmu Pitu Sopakara pada tingkatan awal membutuhkan
waktu sampai dua tahun untuk mendalaminya. Pada tingkat
dua sampai empat, pencerahan ilmu semakin pelik sehingga
bagi orang yang cerdas dengan bakat istimewa diperlukan
waktu sembilan tahun. Pada tingkat lima dibutuhkan waktu
lebih lama lagi, lima tahun.
Pada tingkat berikutnya waktu yang diperlukan sangat
singkat karena hanya merupakan pendalaman dan penyempurnaan apa yang sudah diperoleh pada tingkat
sebelumnya. Tingkat enam, pendalaman tenaga inti dan
meleburkannya ke sebelas jurus, bisa diperoleh dalam waktu
sekitar dua bulan. Pada tingkat tujuh, tingkat penyempurnaan
diperlukan waktu sekitar empatbelas sampai duapuluh hari.
Untuk sampai pada penyempurnaan tingkat tujuh
diperlukan persyaratan berat Selama tujuh hari pertama,
harus dilakukan semedi melatih tenaga batin terus menerus
tanpa henti. Tak boleh diganggu, bahkan makan dan minum
pun harus dilupakan. Lulus dari tahapan sulit ini, boleh
istirahat dan boleh me lakukan apa saja. Tahap berikutnya
mempersiapkan diri memasuki latihan yang paling sulit.
Tahapan akhir, menggunakan tenaga batin menerapkan daya
magis dan sihir ke dalam setiap jurus Pitu Sopakara. Pada
tahapan ini seseorang bisa berhasil menguasai ilmu ini dengan
sempurna, tetapi jika gagal maka dia bisa gila bahkan bisa
kehilangan nyawa, karena tenaga inti yang sudah dikuasainya
pada enam tingkatan sebelumnya akan berbalik menghantam
diri sendiri. Lembu Agra tahu persis bahaya ini, tetapi dia telah
memutuskan menempuh jalan nekad. Dia yakin jika telah
menguasai tingkat tujuh, bukan hanya Wisang Geni yang bisa
dihadapinya, dia bahkan tak akan menemukan tandingan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rimba persilatan. Dan untuk mimpi besar seperti itu layak jika
ia mempertaruhkan nyawa. Begitu yang pernah dituturkan ayahnya ketika menurunkan
ilmu ini secara lisan saat dia masih berusia sepuluh tahun.
Selama satu tahun dia harus menghafal Pitu Sopakara.
Ayahnya, ketua partai Tur angga, juga pewaris tunggal ilmu
Pitu Sopakara. Ilmu ini memang hanya diturunkan secara
turun-temurun. Dari kakek sampai ke ayahnya dan kini dia
satu-satunya pewaris. Lembu Agra sadar bahwa jika dia gagal di tingkat tujuh,
bukan hanya nyawanya yang melayang bahkan mungkin saja
ilmu Pitu Sopakara ikut terkubur bersamanya. Tetapi dendam
itu telah membakar dirinya sepanjang hidup, sejak masih kecil
ketika menyaksikan ayah dan keluarganya serta hampir
seluruh murid Turangga mati mengenaskan. Selama ini dia
hidup hanya karena dendam. Tidur, makan dan berlatih silat
dibakar dendam. Dendam itu menjadi kawannya paling setia,
menjadi bagian dari hidupnya, seperti bayangan dirinya.
Peristiwa tragis itu terjadi ketika ia berusia duabelas tahun.
Orang-orang Lemah Tulis dan beberapa pendekar tangguh
dari perdikan lain datang me luruk dan menghancurkan
perguruan Turangga. Alasannya, Turangga adalah perguruan
sesat, murid-muridnya banyak melakukan kejahatan.
Ayahnya mati di tangan Rama Balawan, ketua Lemah Tulis.
Paman, ibu serta beberapa selir ayahnya mati dalam tarung
dengan Bergawa dan kawan-kawannya. Dia masih ingat
sebelum ajal, ayahnya memberi wejangan yang selalu
diingatnya. "Anakku, aku mati lantaran malas berlatih, aku
hanya sampai di tingkat lima. Maka kau harus berlatih keras,
jika menyelesaikan tingkat tujuh, kau tidak akan menemukan
tandingan, kau akan menjadi pendekar nomor satu" Partai
Turangga punah. Semua murid-muridnya mati atau lari cerai
berai. Sedikit yang berhasil me loloskan diri. Seorang di
antaranya yang lolos, Lembu Agra. Dua lainnya saudara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perguruan ayahnya, Jaran Dawuk dan Cakarwa juga lolos.
Usai tragedi berdarah itu, ia mendatangi Lemah Tulis. Ia
menyamar sebagai anak yang tak punya orangtua dan
diterima sebagai murid Dia berlatih ilmu andalan Garudamukha namun diam-diam juga berlatih Pitu Sopakara.
Belasan tahun, tak seorang pun di Lemah Tulis yang curiga.
Sampai hari itu, ia mulai melancarkan balas dendam. Ia
menabur racun pelemas tulang ke dalam kendi-kendi air
minum Racun itu membuat para tokoh Lemah Tulis dan semua
muridnya keracunan sehingga mudah menjadi korban
serangan pasukan dari keraton Ken Arok Tetapi ia belum puas,
karena tidak semua orang Lemah Tulis mati. Belakangan
orang Lemah T ulis mengetahui s iapa dia sebenarnya, tetapi ia
tak peduli. Sekarang ia tak perlu sembunyi lagi.
Dua tahun belakangan ini Lemah Tulis menjadi kuat
kembali. Semua murid-muridnyayang dulunya cerai berai
kembali ke perdikan Wisang Geni diangkat menjadi ketua. Di
perdikan itu juga masih ada dua u >koh sepuh yang ilmunya
tak kalah dari W isang Geni, yakni Padeksa dan Gajah Watu.
Dan masih banyak murid angkatan kedua, yakni murid
Bergawa, Branjangan, Padeksa dan Gajah Watu.
Tujuan hidup Lembu Agra, hanya balas dendam. Dia telah
bersumpah akan menumpas habis Lemah Tulis sampai lenyap
dari muka bumi Tak boleh ada yang tersisa. Kematian
ayahnya, ibunya, kakak-kakaknya harus dibalas. Matinya
Bergawa dan Branjangan serta sebagian besar murid
utamanya, belum cukup. Lemah Tulis masih berdiri bahkan
sekarang ini makin megah dan kuat. Ratusan murid berlatih
silat di perdikan itu. Sekarang ini Lemah Tulis bersama
Mahameru dan Brantas disebut sebagai tiga perdikan besar di
Tanah Jawa. Dendamnya bahkan lebih besar ketimbang cinta dan
nafsunya terhadap Wulan, perempuan yang bertahun-tahun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dicintainya. Dia begitu mencintai Walang Wulan, tetapi ketika
perempuan itu memutuskan menjadi isteri Wisang Geni,
perasaan cintanya berubah menjadi kebencian.
Dendam semakin membara. Sebagian dendam terlampiaskan ketika dia menikmati saat-saat membunuh
Wulan sekaligus melukai batin Wisang Geni. Tetapi itu belum
cukup, dia berjanji akan membunuh lebih banyak lagi murid
Lemah Tulis. Lembu Agra tertawa puas. "Hari ini aku selesa i dengan
tingkat enam. Aku butuh duapuluh hari untuk menyempurnakan tingkat akhir, jika gagal pun aku tak
menyesal. Gila atau mati pun aku tak menyesal. Aku hanya
mengharap arwah ayah, ibu dan saudaraku membantuku.
Setelah itu hanya waktu dan nasib yang akan menjadikan aku
pendekar nomor satu tanah Jawa."
Dia memberi isyarat kepada dua pelayan wanita, minta
dipijat. Seorang memijat pundaknya, seorang lainnya di
bagian betis dan telapak kaki. Tak hanya memijat, pelayan itu
merangkap budak seks. Lembu Agra bebas memilih dan
meniduri semua pelayan di bagian keraton itu.
Malamku berlangsung jamuan makan di bangunan sebelah
kanan keraton, bangunan mewah dan cukup besar, tempat
tinggal Lembu Ampai Sebagai mapatih, kekuasaan dan
kewenangannya sangat besar. Dia orang kedua yang paling
dipercaya Raja Kediri Panji Tohjaya. Orang pertama adalah
penasehat raja, Mahamenteri Pranaraja, tokoh sakti yang
jarang muncul di depan umum
Di ruangan dalam di meja utama yang terletak di pojok
bagian dalam, Lembu Ampai, Lembu Agra dan Kalandara
sedang bersantap. Di meja lain di bagian tengah ruangan, duduk tiga murid
Kalandara yakni Kemara, Dumilah dan Manohara. Empat lelaki
menemaninya. Dua di antaranya berusia lebih dari separuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
abad adalah paman guru Lembu Agra yakni Jaran Dawuk dan
Cakarwa Dua lainnya, kepala pasukan elit keraton Kediri,
Patlikur Sinelir. Ketuanya adalah seorang lelaki berusia
empatpuluhan, Senopati Samba, julukannya si Pedang Hitam.
Ia duduk berdampingan dengan wakilnya, Hanggada,
julukannya si Kera Sakti. Di serambi depan sekitar tigapuluh
orang berjaga-jaga Sambil menikmati santapan yang lezat, Lembu Ampai
bertanya kepada Kalandara dan Lembu Agra, siapa saja tokoh
silat yang bisa diajak kerjasama mengabdi kepada Raja Kediri.
Setelah bertukar-pikiran akhirnya
dicapai kesepakatan bersama. Tujuh pendekar utama yang dipastikan mau
bergabung. Karta dijuluki Si Gila dari Ujung Kulon, pendekar aneh yang
suka mabuk-mabukan terkenal dengan senjata cemeti
beracun. Pendekar Ujung Kulon ini diharap datang bersama
dua saudara perguruannya yang sama hebat, Parma dan
Sakerah. Seorang lainnya, pendekar yang tidak dikenal
namanya, tetapi lebih dikenal dengan julukan Belut Putih,
hebat tenaga dalam dan ilmu gulatnya. Dua nenek kembar
dari Segoro Kidul, Prameswari dan Kameswari, yang memiliki
ilmu tampar dan permainan keris bersatu-padu. Bayangan
Hantu, pendekar baju hitam yang terkenal ilmu ringan
tubuhnya sehingga dijuluki bayangan, senjatanya pedang tipis
dan serbuk pasir beracun.
"Kita tak perlu mengajak mereka bergabung ke Keraton
Kediri karena belum pasti mereka bersedia. Tetapi mereka
mau gabung jika kita bangkitkan dendam amarah dan rasa
permusuhan terhadap Lemah Tulis dan Mahameru," kata
Kalandara tertawa "Sambil menanti orang-orang itu, apa yang harus kita
lakukan?" tanya Lembu Agra
Kalandara menyingsingkan lengan baju. Ia melonjorkan
lengannya yang putih mulus. Tanpa menyentuh apa pun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepotong paha ayam yang berada di ujung meja tersedot ke
tangannya "Aku akan memulai perang dengan Lemah Tulis,
membunuh setiap murid Lemah Tulis yang kujumpai di tengah
jalan, mengirim mayatnya ke sana. Selain itu aku akan
mengutus muridku menyelidiki keberadaan Wisang Geni,
sampai hari ini aku tak mendengar sesuatu pun tentang
pendekar itu, ia seperi lenyap ditelan bumi."
Lembu Ampai memberi hormat kepada Kalandara. "Nyi
Kalandara, jika engkau sudah memulai perang, maka aku akan
sangat berterimakasih. Sementara ini aku dan adik Lembu
Agra akan tetap di keraton, menanti kedatangan para tamu
Jangan lupa, setiap waktu kau bisa datang ke rumahku ini."
Usai jamuan makan, Kalandara bersama tiga muridnya
diantar ke kamar masing-masing. Lembu Agra berkata kepada
Lembu Ampai. "Kangmas Ampai, aku minta bantuanmu, aku
akan mengunci diri selama duapuluh hari, tak boleh ada
gangguan, apa pun yang terjadi di kamarku tak boleh ada
orang yang masuk." "Ah itu perkara gampang, aku akan perintahkan orang-
orang kuat untuk mengawal kamarmu Dinas."
Lembu Agra menyendiri di kamar. Lembu Ampai menyusup
ke kamar Kalandara. Senopati Samba ke kamar Dumilah.
Hanggada di kamar Kernara. Hanya Manohara si perawan
cantik itu tidur bersama dua murid wanita. Kalandara memang
menjaga ketat murid perawan ini yang sebenarnya adalah
putri pungutnya. Ia memaksakan agar kamar Manohara
bersebelahan dengan kamarnya.
---ooo0dw0ooo--- Keraton Tumapel

Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedang berpesta. Raja Sri Jayawisnuwadhana Sang Mapanji Seminingrat yang nama
kecilnya Ranggawuni hatinya sedang berbunga-bunga. Karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tujuh hari lalu dia baru saja dikaruniai seorang bayi lelaki
Seorang putra mahkota. Sudah tujuh hari tujuh malam Ranggawuni menggelar
pesta rakyat dan membagi-bagi hadiah kepada seluruh
rakyatnya. Hampir separuh dari seluruh beras yang bertumpuk
di gudang keraton, dibagikan kepada rakyat. Dan orang yang
dipercaya untuk melaksanakan amanah itu adalah Narasing
amurti alias Mahisa Campaka, iparnya yang setia.
Di dalam keraton, di keputren kamar permaisuri, Waning
Hyun sedang dilayani beberapa pelayan. Minum jamu, pijat
khusus, sampai pesolekan mempercantik diri dikerjakan
dayang-dayang yang semuanya masih muda-muda dan cantik.
Tiga dayang yang menjadi pimpinan berusia sekitar
empatpuluhan. Bagi dayang-dayang itu menjadi abdi dalem yang khusus
melayani permaisuri adalah kebanggaan dan kehormatan.
Apalagi junjungan mereka, sang permaisuri, telah me lahirkan
seorang putra mahkota. Semua dayang-dayang itu mendapat
hadiah dari permaisuri. Waning Hyun, perempuan muda yang cantik. Tidak ada
tanda-tanda ia baru melahirkan. Tubuhnya yang dibungkus
kulit putih mulus masih tampak indah. Wajahnya cantik
bersinar-sinar memancarkan makna kebahagiaan. Seperti
umumnya, permaisuri raja akan sangat bahagia dan merasa
aman jika anak pertamanya adalah laki-laki. Dapat dipastikan
anak itu akan menjadi putra mahkota. Itu artinya kedudukan
permaisuri akan aman sepanjang usianya. Apalagi jika saatnya
tiba, putranya menjadi raja.
Santapan malam sudah siap di meja besar. Raja Sang
Mapanji Serniningrat duduk berdua permaisuri. Tampak sekali
pasangan nomor satu keraton Tumapel berada di puncak
kebahagiaan. Tetapi dalam rasa bahagianya, Ranggawuni
tampak sedikit kesal. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waning Hyun mengetahui ada sesuatu yang mengganggu
pikiran suaminya. Sudah lima tahun dia mengenal watak dan
sikap Ranggawuni meski baru satu tahun ini menjadi isterinya.
Sejak petualangan mereka ketika dikejar-kejar orang bayaran
Panji Tohjaya sampai saat-saat menjadi Yang Dipertuan
Agung di keraton Tumapel ia selalu mendampingi kekasihnya
itu. "Ada apa Mas, kamu kelihatan kesal, pasti ada urusan
besar." Memang selama ini Waning Hyun jika hanya berduaan
dengan suaminya tak pernah menggunakan bahasa keraton.
Mereka lebih suka berbahasa kasar sebagaimana di dunia
kependekaran. "Gila benar, Lembu Ampai orang kepercayaan
Panji Tohjaya semakin gila. Dia kini mengundang banyak
tokoh silat kelas utama ke istana Kediri, sepertinya dia
menyusun kekuatan. Terus terang aku merasa khawatir."
"Sumber berita itu dari mana, Mas?"
"Tentu saja sumber yang pasti kebenarannya, kangmas
Mahisa Campaka yang menceritakan. Dia punya mata-mata di
kalangan istana Kediri."
Waning Hyun terkejut mendengar berita itu. Apalagi
suaminya menceritakan tidak lama lagi orang-orang itu sudah
berkumpul di istana Kediri. Semuanya pendekar kelas utama.
Sudah pasti Pranaraja, penasehat keraton yang terkenal
cerdas dan menguasai ilmu silat tingkat tinggi berada di balik
rencana itu. Juga ada Lembu Ampai, mapatih yang ilmu
silatnya tinggi Para pendekar undangan itu antara lain Lembu
Agra, Kalandara, Si Gila Ujung Kulon dan dua saudaranya,
Belut Putih, Nenek Kembar dari Segoro Kidul, Bayangan Hantu
"Kelihatannya kekuatan Kediri bukan ma in-main, sekarang
apa rencanamu, Mas?"
"Aku berbincang dengan Dimas Mahisa Campaka dan
paman Pamegat, kita juga akan menghimpun para pendekar
kelas utama sahabat kita. Tetapi itu hal yang tidak mudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengingat biasanya mereka tak mau terlibat pertarungan
kekuasaan macam ini. Aku bingung."
Waning Hyun tersenyum, teringat seseorang. "Ada orang
yang pasti mau membantu kita. Dia W isang Geni, kakak
perguruanku. Mungkin juga sebagian murid utama Lemah
Tulis, juga guru Gajah Watu dan paman Padeksa."
"Mana mau Wisang Geni membantu, sejak dulu ia sudah
pasang jarak dengan keraton Tumapel. Kau ingat kan dia
selalu kaku. Kita juga tak tahu bagaimana keadaannya setelah
isterinya terbunuh dua bulan lalu. Aku dengar dia bertapa
menyendiri, entah di mana."
"Aku tahu dia di mana, dia tidak pergi ke mana-mana, dia
tetap di Lemah Tulis hanya tak mau ditemui orang. Dia pasti
mau membantu kita." "Diajeng, aku sedang berpikir apakah perlu minta bantuan
dari perdikan Mahameru dan Brantas, selama ini hubunganku
dengan dua perguruan itu berjalan baik."
"Begitu pun bagus, pasti Mahameru dan Brantas mau
membantu karena setahuku para pendekar yang bergabung
ke Kediri punya hutang piutang darah dengan Mahameru dan
Brantas. Tetapi tentang Wisang Geni, kau tak usah khawatir,
suamiku. Kau tahu, Wisang Geni itu masih punya hutang janji
padaku. Aku boleh minta apa saja dan akan dia laksanakan,
itu janjinya padaku. Sekarang ini aku akan menagihnya, dia
pasti mau. Lagipula hitung-hitung dia itu kakak perguruanku,
wajib baginya membantu kesulitan adiknya."
Ranggawuni meninggalkan keputren. Ia memanggil
iparnya, Mahisa Campaka dan pembantu setianya Panji
Patipati alias Sang Pamegat. Dia menuturkan pembicaraannya
dengan isterinya. Terutama perihal minta bantuan dari W isang
Geni, Mahameru dan Brantas. Dua pembantunya sangat
setuju terutama jika bisa memperoleh bantuan Wisang Geni.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untuk menemui Wisang Geni, diutuslah dua pendekar
wanita, anggota dari delapanbelas pasukan elit T umapel. Trini
pendekar nomor tiga dan Ekadasa pendekar kesebelas.
Keduanya membawa tusuk konde permaisuri. Jika benda itu
diperlihatkan kepada Wisang Geni, pasti dia akan mengabulkan permintaan perma isuri. Untuk menemui ketua
perdikan Mahameru dan Brantas, juga diutus masing-masing
dua anggota pasukan istana Tumapel. Diharapkan dalam
waktu satu bulan sudah ada kabar kepastiannya.
Perahu layar itu merapat di pelabuhan Jedung, di muara
sungai Porong. Ukurannya yang besar tampak mencolok
dibanding semua perahu layar yang berlabuh di pelabuhan.
Kapal itu datang dari Kuangchou, singgah di Pucet dan
Malaka. Pelayaran ditempuh ligapuluh hari lebih sejak dari
Kuangchou. Semua penumpang adalah pedagang asing, dari
Cina, India, Melayu, Gujarat.
Pelabuhan tampak ramai. Kuli-kuli memanggul barang
dagangan memindahkan ke perahu-perahu kecil. Sebagian
pedagang memilih jalan sungai Porong untuk mencapai desa
tujuan. Sebagian lain menggunakan kereta kuda, tergantung
letak desa yang dituju. Seorang lelaki berewok bertubuh tambun berdiri di
jembatan kecil yang menghubungkan kapal dengan dermaga.
Dia mempersilahkan semua penumpang untuk makan siang.
Dia memberikan potongan kulit yang sudah diberi tanda
sebagai alat bayar makan gratis di warung makan di dermaga
yang berada tidak jauh dari kapal.
Serombongan orang asing, jumlahnya empatbelas orang
memasuki rumah makan. Sebelas di antaranya, tujuh lelaki
dan empat wanita, berpakaian celana longgar dan baju lengan
panjang longgar, warnanya aneka macam. Dari dandanannya
membedakan mereka datang dari daratan Cina. Tiga orang
lainnya, wanita semua, pakaian serta dandanan sangat beda.
Mereka mengenakan celana longgar. Bagian atas hanya dililit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kain panjang sebatas perut, sehingga bagian sekitar pusar
terbuka. Ketiganya berambut panjang dibiarkan terurai
melewati bahu. Salah seorang mengenakan pakaian warna
hitam, sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang putih. Dua
temannya sama berbusana warna hijau. Mereka datang dari
India. Dua rombongan itu duduk di meja berdekatan. Rombongan
dari Kuangchou berkumpul di satu meja. Kelompok tiga wanita
tadi ditempatkan di meja panjang bersama lima pedagang
yang dari tampang serta pakaiannya adalah penduduk
setempat. Salah seorang dari lima pedagang itu, memperlihatkan sikap genit. Tampaknya dia pemimpin
rombongan. Empat orang lainnya adalah anak bualan ya. Dia
menatap gadis berbaju hitam dengan penuh kagum. "Aduh
cantiknya, aku mau satu malam bersamanya ditukar dengan
separuh barang dagangan yang aku bawa."
Temannya yang berewok dengan golok panjang di
dekatnya, tertawa kecil. "Pak Lurah, tahu persis barang bagus.
Nanti aku yang menjadi mak comblangnya, tapi aku mau pakai
bahasa apa, dia datang dari mana ya, dari Malaka ya?"
Temannya yang seorang, kurus jangkung dengan kumis
tebal, ikut tertawa. "Wah, kalau aku, aku mau sama
perempuan kawannya yang berbaju hijau di ujung sana,
lihatlah, dia tak kalah cantiknya."
Orang-orang itu terkejut ketika wanita cantik yang berbaju
hijau itu berkata sinis, "Kau mau tahu harga sewa majikanku,
harganya sama dengan nyawamu"
Berkata demikian, wanita itu menggerakkan tangannya.
Pada saat sama, lelaki berewok menyambar goloknya. Tetapi
sebelum dia sempat menggerakkan senjatanya, seutas tali
tipis menyambar tangannya. Lelaki berewok itu merasa
tangannya kesemutan. Goloknya terlepas melayang ke wanita
itu yang dengan sekali menggerakkan jari tangan, golok patah
dua. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak berhenti di situ, tali tipis itu bagaikan ular
menyambar dan mematok mulut lelaki pemimpin itu. Tak
sempat menangkis, lelaki itu berteriak. Mulurnya berdarah,
enam gigi bagian depan, copot.
Lelaki itu tak sempat berdiri. Empat temannya pun tertegun
di kursi. Mereka takjub. Tanpa berdiri dari duduknya, tanpa
dia menggerakkan tubuh, hanya dengan sebelah tangan
memainkan seutas tali tipis, wanita itu telah mempecundang
dua lelaki perkasa. Wanita berbaju hitam mengangkat tangannya memberi
tanda menghentikan kawannya. Dia tertawa sinis. "Tak perlu
heran, sam tahun kami belajar bahasa negeri ini. Aku belum
mau membunuh. Aku akan melepas kalian, tetapi kalian harus
keluar dari warung ini dengan jalan merangkak."
Kelima lelaki itu berdiri dan masih seperti orang bingung.
Terdengar bentakan wanita baju hitam. "Cepat atau...."
Lima lelaki itu cepat menjatuhkan diri, merangkak keluar
warung. Seorang dari rombongan Kuangchou, berdiri dan memberi
hormat. "Pertunjukan ilmu yang hebat, nona-nona juga tak
perlu heran, kami juga belajar bahasa negeri ini. Rupanya kita
sama-sama mempersiapkan diri dengan baik. Kalau boleh
tanya apa tujuan nona datang ke tanah Jawa ini?"
Wanita baju hitam masih tetap duduk, membalas hormat,
"Sejak kami naik dari pelabuhan Malaka, aku sudah tahu
bahwa kalian adalah pendekar kelas utama dari Cina. Kami
datang dan India, memang ada tujuan, tetapi tidak sopan jika
aku harus memberitahukan apa tujuanku, lagipula aku tidak
akan bertanya apa tujuan kalian. Kita tak perlu berkenalan."
Lelaki Kuangchou itu memegang gelas berisi tuak,
menawarkan minuman dengan membungkuk. "Nona terimalah
hormatku, mari bersulang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gelas itu melayang ke nona baju hitam. Si nona baju hitam
mengulurkan tangan, menyambut. Tetapi gelas itu pecah
persis saat di sentuh jemarinya. Tuak di dalam gelas muncrat.
Gadis baju hitam menggetarkan tubuh membuat tetes tuak
menjauh darinya. Bajunya tidak terkena walau setetes pun.
Pendekar Cina, sengaja memperlihatkan tenaga dalam yang
tinggi. Tetapi gadis India juga memperagakan kekuatan
tenaga dalam yang mumpuni. Nona baju hitam tidak bereaksi.
Tidak marah. Dia menggamit dua anak buahnya. "Di s ini tidak
nyaman lagi, banyak orang iseng, ayo kita pergi melancong."
Rombongan dari Cina itu tidak menyangka tiga gadis India
itu mau mengalah dan pergi begitu saja. Mereka diam,
memandang kepergian tiga gadis. Mendadak terdengar suara
gemeretak, ternyata meja dan kursi yang tadi diduduki tiga
gadis India itu patah berantakan. Itu pertunjukan tenaga
dalam hebat. Meja kursi sudah dirusak tetapi masih berdiri
tegar. Selang beberapa saat baru rubuh berantakan. Di
ambang pintu, nona baju hitam berkata kepada lima
pedagang lokal tadi. "Kalian bayar ganti rugi meja kursi itu,
jika masih sayang nyawamu." Lima pedagang itu hanya bisa
manggut. ---ooo0dw0ooo--- Prawesti mengerti mengapa Geni menyuruhnya mengintai
gerak-gerik dua kakak perguruannya, Raditin dan Kirana.
Keduanya mendapat tugas berat, mengawasi perdikan. Itu
sebab ketua ingin memastikan dua perempuan itu
melaksanakan tugas dengan baik.


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siang itu Prawesti pergi ke bilik Kirana, tetapi justru
berjumpa Raditin di ujung jalan. "Kangmbok, mau ke mana,
aku ikut ya." "Aku mau ke gerbang, katanya ada dua tamu yang
memaksa ingin ketemu ketua, lagaknya memaksa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di pintu gerbang tampak dua tamu perempuan sedang
berdebat dengan murid penjaga. Melihat dua murid wanita
datang, dua tamu itu memberi hormat. "Kami datang dari
jauh, aku Trini dan dia ini adikku Ekadasa. Kami mau jumpa Ki
Wisang Geni." "Maaf, apa perlunya menemui ketua kami?"
Trini memandang adiknya. Ekadasa menjawab dengan
nada kesal. "Tadi sudah kami beritahu kepada penjaga ini
bahwa tujuan kami ini rahasia dan hanya bisa kami ceritakan
pada Ki Wisang Geni."
Raditin dan Prawesti memerhatikan dua wanita pendatang
itu. T rini berusia sekitar empat puluhan, langkah dan geraknya
sigap. Wajahnya tampak kaku dan dingin. Ekadasa, berusia
duapuluhan, cantik jelita, suka senyum mempertontonkan
giginya yang putih dan mulutnya yang menarik. Ada kesan
genit. Raditin tertegun, menduga-duga apakah tetamu ini kenalan
dekat ketua. Dia khawatir berlaku kasar yang nantinya malah
ditegur sang ketua. Lain halnya Prawesti yang mendongkol
melihat lagak genit Ekadasa. Prawesti menduga mungkin
perempuan genit ini punya hubungan masa lalu dengan
Wisang Geni, hal ini membuat dia makin mendongkol
Cemburu Tidak bisa menahan sabar lagi, Prawesti menegur dengan
suara tegas. "Di sini ada aturan, siapa pun tetamu yang
bertamu harus menjelaskan asal-usul dan keperluannya, harap
kalian berdua mengikuti aturan."
Ekadasa naik darah. Di keraton Tumapel dia ditakuti dan
dihormati para bawahan. Dia biasa dimanja dan dipuji para
atasan karena kecantikannya. Tidak biasa dia menerima
perlakuan kasar, Ekadasa menyahut ketus, "Kau siapa kok
lagakmu macam nyonya besar, kulihat-lihat kau masih remaja
bau kencur." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tamu kurangajar!" Prawesti bergerak cepat, mendadak dia
sudah berada di depan Ekadasa. Tangannya bergerak
menampar mulut Ekadasa. Ekadasa tidak berdiam diri. Dia berkelit sambil menendang
selangkangan dan meninju wajah Prawesti. Dalam sekejap
dua perempuan ini terlibat pertarungan sengit. Trini dan
Raditin diam di tempat. Salah tingkah, ingin memisah namun
khawatir dikira melakukan pengeroyokan. Keduanya saling
pandang, siap siaga. Berjaga-jaga jika rekannya terancam
bahaya. Raditin terheran-heran me lihat sepak terjang Prawesti. Dia
tak mengira ilmu silat gadis itu setinggi itu. Tetapi begitu
mengingat hubungan Prawesti dengan ketua, dia tidak heran
lagi. "Tentu saja, karena ketua sendiri yang melatihnya
langsung." Prawesti dengan gesit memainkan jurus-jurus Garudamukha. Karena kesal maka Prawesti tak segan
memainkan jurus telengas. Serangan gencar ini membuat
Ekadasa terdesak mundur. Meski sudah berupaya keras
meladeni, dua pukulan Prawesti mengena pundak dan lengan
Ekadasa. Ekadasa terpukul mundur dua langkah. Sebelum
serangan Prawesti datang lagi, Ekadasa mencabut pedang dari
pinggangnya. "Aku terbiasa menggunakan pedang, silahkan
kamu ambil senjatamu."
"Menghadapi keledai macam kamu, aku tidak perlu
senjata." Ekadasa benar-benar marah, disebut keledai. "Kamu cari
mati." Ia menerjang dengan jurus pedang Bianglala. Kilatan
pedang dan suara desir angin membuat Prawesti terkejut.
Gadis Lemah Tulis ini belum punya pengalaman bertempur,
apalagi tangan kosong menghadapi pedang. Pertarungan baru
berlangsung beberapa jurus, Prawesti sudah kedodoran.
Pedang itu seperti punya mata, memburu Prawesti ke mana
dia berkelit. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suatu saat pedang itu mengincar perut dan dada, Prawesti
nekad menggunakan jurus Manusup (Menyelinap) dan
Gongkrodha (Kemarahan luar biasa). Jurus Prawesti itu akan
menghantam selangkangan dan dada lawan, sementara
pedang lawan akan mengenai perutnya. Prawesti memang
nekad tetapi punya perhitungan, bahwa pada saatnya nanti
dia akan bergerak menyamping sehingga pedang hanya akan
merobek kulitnya. Meskipun demikian, tetap saja resikonya
maut. Kedua perempuan itu terancam maut.
Raditin dan Triniyang berdiri agak jauh, terkesiap.
Keduanya ingin bergerak, tetapi sudah terlambat. Pada saat
kritis itu, mendadak datang angin kencang membuat debu
beterbangan. Terdengar suara jeritan dua perempuan ku.
Seorang lelaki separuh baya muncul, Padeksa. "Jika diteruskan
kalian berdua akan sama terluka, bisa-bisa luka parah."
Padeksa datang tepat pada saat kritis. Ia memukul dengan
tangan kosong menggunakan tenaga dalam yang tinggi. Ia
berhasil mendorong tebasan pedang sekaligus merampas
senjata itu, sedang tangan kirinya mementahkan pukulan
Prawesti. Tentu saja gerakan Padeksa membuat Ekadasa dan
Prawesti terpental beberapa langkah mundur.
Raditin dan Prawesti membungkuk memberi hormat.
Raditin memanggil orangtua itu dengan sebutan guru sedang
Prawesti menyebut kakek. Mendengar itu Trini dan Ekadasa
memastikan orangtua itu pasti tokoh sepuh perdikan.
Keduanya yakin yang datang itu bukanlah Wisang Geni,
karena menurut kabar ketua Lemah Tulis seorang muda
tampan dan berilmu tinggi.
Mau tidak mau Trini dan Ekadasa memberi hormat. Trini
bertutur dengan basa-basi, "Kami tak punya maksud cari
keributan di sini, tetapi salah faham telah terjadi, jadi harap
maafkan adik saya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padeksa tertawa. "Nona mau jumpa ketua kami, apakah
nona pernah mengenal ketua kami, dan apa maksud
kedatangan nona?" "Kami membawa pesan rahasia dari seorang kenalan karib
ketua Lemah Tulis, kami ingin menyampaikan langsung
kepada Ki Wisang Geni, harap bapak bisa membantu
mempertemukan kami dengan beliau."
Padeksa menugaskan Raditin dan Prawesti mengantar dua
tamunya ke bilik penerima tamu Dia sendiri menuju ke bilik
Wisang Geni. Tak lama menunggu, Trini dan Ekadasa melihat
Padeksa datang bersama Geni.
Trini dan Ekadasa hampir tak percaya melihat tampang
Wisang Geni. Lelaki itu tampak muda. Meskipun rambutnya
beruban seluruhnya, tetapi Ekadasa menaksir usia Geni sekitar
tigapuluhan. Padahal menurut perma isuri Waning Hyun, usia
ketua Lemah Tulis sekitar tigapuluh lima. Tubuh Geni yang
tegap dan berotot, wajah yang tampan, kulit tubuh sawo
matang agak gelap membuat jantung Ekadasa berdegup
keras. Perempuan cantik ini berusaha tersenyum semanis
mungkin. Raditin dan Prawesti masih berada di ruangan itu. Prawesti
memerhatikan gelagat Ekadasa, tanpa sadar gadis ini berbisik
pelan namun bisa didengar Ekadasa. "Huh, tidak punya malu."
Ekadasa merasa wajahnya panas. Marah dan malu. Tetapi
dia tak membalas sindiran itu. Apalagi saat itu Trini memberi
hormat. "Kami berdua utusan keraton Tumapel, aku T rini dan
ini adikku Ekadasa, apakah kami berhadapan dengan Ki
Wisang Geni?" "Ya, aku Wisang Geni, ada keperluan apa?"
Trini menoleh ke kiri dan kanan, agak ragu-ragu. Geni
merasa geli. "Kau katakan saja apa tujuanmu, semua yang
berada di ruangan ini orang kepercayaanku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami membawa benda kiriman dari perma isuri keraton
Tumapel, paduka yang mulia Waning Hyun, kata beliau, benda
ini berikan langsung kepada Ki Wisang Geni, nanti tunggu apa
pesan dia untuk aku." Trini merogoh benda dari kantung
bajunya, tetapi mendadak saja benda itu melompat ke tangan
ketua Lemah Tulis. Trini terkejut. Ekadasa lebih kaget lagi. Dia tahu batas
kepandaian kangmbok-nya, di Tumapel Trini sangat disegani.
Jabatan sebagai orang ketiga di pasukan elit Tumapel tidak
diperoleh begitu saja, tetapi melalui penghargaan atas
kepandaiannya. Wisang Geni menimang-nimang tusuk konde emas berhias
berlian itu. Dia tertawa. "Aku sudah lupa benda ini, tapi
Waning Hyun belum lupa. Akhirnya datang juga saatnya aku
membayar hutang. Katakan kepada permaisuri junjunganmu,
aku akan datang menemuinya secepat mungkin."
Ekadasa berusaha menarik perhatian Wisang Geni, dia
menyela sebelum T rini. "Kalau boleh bertanya, kapan kira-kira
sampean datang ke istana, supaya kami bisa menjemput di
gerbang, apakah boleh kami meminta benda tadi, akan kami
kembalikan ke istana."
Wisang Geni tertawa. "Tak perlu repot-repot menjemput
aku, aku bisa mengubah diri menjadi burung dan bisa masuk
langsung ke keputren. Dan benda ini akan kusimpan, atau
kalau kalian mau ambil silahkan mengambil dari tanganku."
Trini diam bahkan tegang. Tidak demikian Ekadasa yang
memang berniat berkenalan dan menarik perhatian Wisang
Geni. "Ayo kangmbok, kita ambil."
Ekadasa menyerbu ke depan. Trini yang memang sedikit
penasaran dan agak tidak percaya bahwa Geni yang kelihatan
muda usia itu bisa dijuluki jago nomor satu tanah Jawa ikut
menerjang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Geni tertawa. Ia memang ingin menguji ilmu Prasidha dan
Penakluk Raja yang baru dipelajarinya. Ia memainkan dengan
rasa gembira, karena memang hanya ingin bersenang-senang.
Geni tidak menggunakan tenaga berlebihan, takut melukai dua
perempuan itu. Tangan kirinya menerima tenaga pukulan
Ekadasa, memutar tubuh dan memegang bokong perempuan
itu, kemudian mendorongnya ke arah Trini. Dua perempuan
itu nyaris bertubrukan. Ekadasa merah wajahnya, malu karena pantarnya ditepuk
dan diremas. Tetapi diam-diam dia girang, paling tidak dia
tahu lelaki itu punya perhatian padanya. Ia tahu dari bagian
tubuhnya yang selalu menarik perhatian lelaki adalah
wajahnya yang cantik, lingkar pinggangnya yang kecil dan
bokongnya yang semok. "Suatu waktu kamu pasti akan
mencari aku," gumamnya dalam hati
Trini juga serba salah. Maju lagi, tak mungkin, ilmu lelaki
itu jauh di atas kemampuannya. Tidak bisa tidak, suka atau
tidak suka, Trini memaksa senyum dan memberi hormat.
"Terimakasih atas pelajaran ketua, kami mohon diri."
---ooo0dw0ooo--- Tebing karang itu tinggi di atas permukaan air laut. Sekar
duduk termenung. Ia menengadah ke langit menatap awan
putih yang berarak menutupi matahari siang. Jauh di bawah
tampak debur ombak Segoro Kidul yang menghantam kaki
tebing. Sekar sering duduk di situ menyaksikan dan
mempelajari gemuruh ombak.
Sifat dan gerak ombak menjadi inti pelajaran tenaga batin.
Ombak datang dari tengah laut, gelombang di belakang
mendorong yang di depan, bergulung-gulung dan bertumpuk
menghasilkan kekuatan dahsyat yang menghantam tebing
karang seakan hendak melumat dan meruntuhkannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Limabelas purnama silam, pertama kali menginjak tebing
curam yang tinggi itu, neneknya membeber inti kekuatan
tenaga dalam. "Kamu akan memiliki tenaga dalam mumpuni,
menyerang seperti terjangan ombak dan gelombang Segoro
Kidul, bertahan bagaikan tebing yang tegar. Kamu lihat tebing
itu, dia tidak goyah meski begitu hebatnya terjangan ombak."
Tanpa terasa Sekar sudah menyelesaikan seluruh
pencerahan ilmu silat neneknya. Tenaga inti Segoro membuat
Sekar salin rupa menjadi seorang pendekar wanita yang
kekuatan tenaga dalamnya sangat mumpuni. Ilmu ringan
tubuh dikuasa inya setelah mahir bermain-main di atas ombak
ganas Laut Kidul. Entah sudah berapa banyak air laut yang
tanpa sengaja telah diteguknya ketika berlatih bersama
neneknya. Neneknya memberi nama ilmu ringan tubuh
ciptaannya Wimanasara mengibaratkan gerak secepat panah
sakti. Setelah menguasai dua ilmu itu, barulah si nenek
mewariskan ilmu Sapwa Tanggwa yang terdiri tujuhbelas
jurus. Ilmu itu banyak mengandung perubahan sehingga tidak
mudah dipelajari. Satu jurus dikuasai setelah pendalaman
sekitar duapuluh hari. Uniknya jurus itu tidak berurutan.
Nama-nama jurusnya pun aneh dan unik bahkan tidak sesuai
dengan gerakannya. Waktu itu, ia sempat protes ketika neneknya mengajarkan
jurus Cumangkrama (Menyetubuhi). Jurus itu indah tetapi
dahsyat dan mematikan sebab tujuannya titik kematian lawan,
hanya namanya yang agak gila. "Nek, mengapa jurus itu
dinamai Cumangkrama, itu kotor dan agak gila, lebih baik
diganti saja Nek." Nenek Sapu Lidi marah. "Tidak boleh. Itu ada artinya, ada
sejarahnya, tak boleh diganti, sampai kapan pun tak boleh
diganti. Awas kamu, nduk. Semua jurus itu kunamai sesuai
suasana hatiku pada saat menciptakan jurus itu."
Ada jurus lain yang namanya unik Manguswapujeng
lantaran lutut dan belakang lutut Murni sering diciumi sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suami. Atau jurus Sasabsasab karena suaminya telah mencuri
keperawanan miliknya. Atau Raganararas karena sifat
suaminya yang mudah tertarik pada perempuan cantik.
Sekar merasa ada yang aneh dan tragis dalam hidup
neneknya. Sedikit demi sedikit ia mengorek keterangan dari


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mulut neneknya sampai akhirnya ia bisa merangkum cerita
kehidupan sang nenek yang nama aslinya Murni.
Murni seorang gadis lugu dan polos pada usia limabelasan,
cantik dengan tubuh yang molek. Ia terpikat bujuk rajai
seorang pendekar yang dijuluki orang Pendekar Matahari. Usia
lelaki itu tigapuluhan, tampan dan sangat piawai ilmu s ilatnya.
Keduanya jatuh cinta. Bagi Murni itulah cinta pertama yang
berlangsung abadi sampai di hari tuanya. "Aku tak pernah
mengenal lelaki lain selain dia, suamiku itu," tutur neneknya.
Pendekar Matahari malang melintang di dunia kependekaran, tak ada tandingan. Murni banyak memperoleh
pencerahan ilmu silat dari suaminya, sampai suatu waktu sang
suami menganjurkannya untuk menciptakan jurus sendiri yang
sesuai dengan perasaan dan pikirannya. Waktu itu ia tak
begitu tertarik nasehat sang suami.
Sebagai pendekar terkenal, lihai dan tampan'udak heran
kalau ia punya banyak isteri. Tetapi ia tak pernah bisa
melupakan Murni. Karena Murni selalu memberi kepuasaan
dan kebanggaan sebagai seorang lelaki. Murni tak pernah
cemburu Ia tahu, banyak gadis lain yang cantik, lebih cantik
yang sanggup melarikan suaminya. Itu sebab ia mempelajari
cara bercinta bermacam cara. Pemikiran ini amat membekas
sehingga tigapuluh tahun kemudian ketika menciptakan ilmu
Sapwa Tanggwa salah satu jurusnya ia namai Harwuda
(Seratus ribu juta). Hubungan cinta itu berlangsung duapuluh lima tahun.
Mereka tak pernah hidup bersama, namun dalam
pengembaraannya si suami tak pernah bisa berlari jauh dan
selalu pulang ke pelukan Murni. Murni melahirkan sepasang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putra putri. Putranya kawin dengan gadis biasa, melahirkan
Sekar. Putrinya masih perawan remaja ketika hari naas itu
tiba. Tragedi besar menimpa Murni, seluruh keluarganya
terbunuh, hanya Sekar yang lolos dari kematian.
Ia dan suaminya mencari si pembunuh, Sekar yang masih
kecil dan menderita penyakit cacar dititipkan padi Kunti,
adiknya yang berjuluk Dewi Obat. Tragisnya, si pembunuh
ternyata salah seorang selir atau kekasih sang suami.
Pendekar Matahari tanpa ampun membunuh selirnya itu.
Tetapi tragedi membawa akibat panjang. Mungkin kecewa
dengan tewasnya sang putra, Pendekar Matahari menghilang,
tak pernah lagi bisa ditemui.
Murni mencari dan mencari, tetapi tak pernah bisa
menemukan lelaki yang dicintainya itu. Murni juga dilanda
kekecewaan berat, dua anaknya mati, suami tercinta
menghilang. Untuk mengatasi kekecewaan itu Murni
menumpahkan semua perhatian pada penciptaan ilmu silat
Duapuluh tahun kemudian ia berhasil, lahirlah tenaga batin
Segoro, ilmu ringan tubuh Wimanasara dan tujuhbelas jurus
Sapwa Tanggwa. Suatu malam dalam tidur lelapnya, seseorang membelai
rambut dan mencium lututnya. Ia tahu orang itu adalah
suaminya, tetapi ia tak kuasa bangun. Tubuhnya lemas, tak
bertenaga. Pasti perbuatan sang suami. Ia tak kuasa bicara.
Tetapi ia mendengar semua perkataan suaminya.
Laki-laki itu mengaku, sejak perpisahan itu, ia tak pernah
bercinta dengan wanita lagi. Seluruh waktu ia curahkan untuk
ilmu silat. Ia berpesan kepada Murni agar menyempurnakan
ilmu silat Sekar. Ia juga memberitahu bahwa Sekar telah
menjadi isteri seorang pendekar sejati, Wisang Geni. Ia
menegaskan bahwa cucu mereka, Sekar, tidak salah pilih.
Murni berusaha bergerak, duduk atau berdiri tetapi mana
mampu melawan kepandaian si suami. Murni tak bisa
bergerak, hanya bisa menangis. Dan lelaki itu menghapus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
airmata di pipi isterinya, lalu mencium kedua matanya. Ia
berbisik pada isterinya, "Aku bercinta dengan banyak
perempuan, tetapi aku cuma mencintai satu perempuan di
dunia ini, kamu Murni."
Ia pergi begitu saja. Murni tak bisa menahan kepergiannya
karena tak bisa menggerakkan tubuh bahkan jari pun. Murni
kesal dan hampir gila memikirkannya. Tapi malam itu Murni
mengerti, duapuluh lima tahun bercinta dan saling mencinta,
sudah lebih dari cukup. Suaminya sudah memilih hidup untuk
membantu orang lain. Murni harus legowo.
Ia memutuskan melaksanakan pesan si suami. Ia mencari
Sekar di Lembah Cemara, tetapi Sekar dan Dewi Obat sudah
pergi entah ke mana. Ia mendengar adanya pertarungan para
pendekar tanah Jawa lawan jago-jago daratan Cina di bukit
Penanggungan. Ia tiba di bukit pada hari pertarungan. Ia
mengenali Dewi Obat, adiknya. Dari jauh ia memerhatikan
gadis cantik yang berjalan bersama Dewi Obat Ia terperanjat
ketika Dewi Obat memanggil nama gadis itu, Sekar. Dia itu
Sekar, cucunya. Sepuluh tahun lalu saat ia mengantar cucunya ke Lembah
Cemara, Sekar masih gadis usia delapan tahun dengan wajah
penuh totol hitam, burik. Kini ia melihat seorang gadis dewasa
dengan paras cantik bersih. Tak ada lagi totol dan bercak
hitam. Ia takjub dan kagum menyaksikan sepak terjang
Wisang Geni. Ia gembira dan bahagia melihat besarnya cinta
Wisang Geni terhadap cucunya. Ia membuntuti dari jauh dan
tepat pada saatnya menolong Sekar yang akan diperkosa
Lembu Agra. Sekar terenyuh mendengar kisah neneknya. Dan ia sangat
terkejut, mengetahui Pendekar Matahari itu adalah Ki
Suryajagad, tokoh misterius yang menjadi legenda hidup
perdikan Lemah Tulis yang ternyata adalah kakeknya. Waktu
itu si nenek senyum menggoda. "Sudah suratan dewata,
bahwa kamu menjadi isteri Wisang Geni, murid Lemah Tulis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi lucu juga, suamimu itu suka mencium lututmu, sama
seperti Suryajagad yang selalu terangsang setiap mencium
lututku, aneh ya nduk?"
Sekar terdiam, lalu mendadak ia berteriak dan melompat
memeluk neneknya. Ia malu tetapi merasa geli. Neneknya ini
memang aneh. "Kamu ngawur Nek, kamu ngintip ya Nek?"
Neneknya tertawa geli. Sekar menyembunyikan wajahnya
di leher sang nenek. Ia berbisik. "Kamu ngintip yang di mana,
Nek?" "Aku lupa, banyak yang kuintip," katanya sambil tawa
cekikan. Kejadian itu sudah lama berselang, tetapi Sekar masih ingat
akan kenakalan sang nenek. Sekar tertawa sendiri. "Kalau aku
ceritakan pada Geni, bahwa nenek sering ngintip, tidak bisa
kubayangkan bagaimana air mukanya," gumamnya sendiri.
Dalam kesendirian di atas tebing Sekar terbayang wajah
Wisang Geni. Rasa rindu itu datang menyerbu seperti tikaman
sembilu. Sekar mengeluh, betapa ia mencintai lelaki itu. Ia
sungguh rindu. Tetapi ia merasa heran dirinya bisa melalui
perasaan rindu itu selama limabelas purnama lebih.
Pada awalnya, perpisahan dengan suaminya membuat ia
tak bisa tidur. Bayangan Geni tak pernah tanggal dari
ingatannya. Hari-hari berikutnya, rasa rindu itu mulai
berkurang karena neneknya mulai menderanya dengan latihan
silatyang sangat berat, setiap pagi, siang bahkan malam hari.
Tak pernah berhenti. Istirahat bagi Sekar hanya pada waktu
tidur. Siang itu di tebing Sekar menanti neneknya. Hari ini latihan
dan pembelajaran silat selesai. Tamat! Neneknya menjanjikan
ia boleh turun gunung. Dan ia akan menuju Lembah Cemara
bertemu nenek Kunti. Setelah itu ia akan mencari Geni.
Muncul rasa rindu dan kasmaran akan suaminya. Rindu yang
menggerogoti benaknya, membuatnya hampir gila. Tiba-tiba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar siulan panjang, me lengking tajam mengatasi suara
debur ombak dan desir angin laut. Tak lama kemudian, nenek
muncul dari arah laut. Ia memanjat tebing menggunakan sapu
lidi. Gerakannya cepat dan bertenaga, sekejap ia sudah berdiri
di samping Sekar. Sekar melompat menghambur ke pelukan neneknya.
"Nenekku yang cantik, akhirnya kau datang juga. Aku sudah
hampir mati menunggumu, ke mana kamu pergi selama dua
hari." "Aku mencari perbekalan untuk satu minggu lagi," sambil
memperlihatkan bungkusan kain di tangannya. "Nduk, aku
tahu akal bulusmu, kalau kamu sudah menyebutku nenek
cantik, itu pasti ada permintaannya."
"Nek, kau membawa bekal untuk satu minggu, buat apa"
Jangan, jangan Nek, aku tak mau lagi tinggal di sini, aku mau
pulang hari ini. Kamu sudah janji. Bahkan seharusnya
duapuluh hari lalu aku sudah boleh pulang, aku sudah tamat
belajar." Si nenek tidak menjawab ma lah tawa cekikikan. Sekar
cemberut, mencubit lengan neneknya. "Kamu janji pada
suamiku hanya duabelas purnama, tetapi lihat sekarang ini
sudah limabelas purnama. Lagi pula aku sudah tamat belajar
seluruh ilmu s ilatmu"
"Belum, belum semua!"
"Nenek, kamu sendiri mengatakan, semua ilmu sudah kamu
wariskan padaku, jangan ingkar janji Nek!"
"Ada satu yang belum kuajarkan padamu, nduk. Dan ini
yang paling penting dari semua ilmu silatku"
"Apa lagi, Nek" Semua kan sudah kauajarkan."
"Sekar, jawab yang jujur, kau rindu suamimu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja, aku rindu dan kasmaran memikirkan dia. Aku
takut, dia lupa padaku, khawatir dia tak menginginkan aku
lagi." Nenek tua itu memandang dengan mimik serius. "Kalau itu
yang terjadi, dia lupa padamu, apa yang kamu lakukan?"
Sekar tertegun. Saat berikutnya ia merunduk. "Aku tak
tahu, lantas menurutmu apa yang harus kulakukan?"
"Justru ini yang akan kuajarkan padamu Pengalamanku
selama duapuluh lima tahun bercinta dengan hanya satu
lelaki, patut kau pelajari. Hal itu akan bermanfaat untukmu,
nduk." Sekar masih harus menunda keberangkatan satu hari.
Wejangan nenek menyangkut hubungan asmara dan seni
bercinta menjadi bahan pelajaran penting bagi Sekar. Ia
semakin mengerti bahwa seorang perempuan ataukah dia itu
isteri atau kekasih, akan membuat kesalahan besar jika
berusaha menguasai dan menjajah kekasihnya. "Bukan begitu
caranya! Kamu harus bisa melayani suamimu kapan saja dan
di mana saja, tanpa batas. Kamu membuat kekasihmu selalu
membutuhkan kamu, selalu bergantung padamu karena kamu
setiap saat siap membantu dan melayani dia. Kamu ingat
Sekar, jika merebut dan mendapatkan cinta kekasihmu itu
sesuatu yang gampang, maka mempertahankan cinta yang
sudah kamu rebut itu adalah pekerjaan yang teramat tidak
gampang. Tetapi itu bisa dilaksanakan jika kamu berlaku
cerdas, memberii padanya semua apa yang ia sukai, dan yang
ia inginkan." ---ooo0dw0ooo--- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Tanah Seberang Desa Bangsal letaknya di tepi kali Brantas. Waktu itu
pertengahan musim hujan. Sejak pagi, desa kecil itu tak
hentinya diguyur hujan gerimis. Siang hari gerimis berhenti.
Mentari mulai terik. Dari arah Timur desa datang
serombongan orang, sebagian menunggang kuda, lainnya di
atas kereta kuda. Seluruhnya limabelas orang. Sebelas di
antaranya para pendatang dari Cina. Empat penunjuk jalan
adalah murid-murid perguruan Brantas yang menguasai
daerah di sepanjang kali Brantas. Di kawasan itu semua
pedagang akan terpeliharakeamanannya jika menyewa murid
Brantas sebagai pengawal dan penunjuk jalan.
Seorang di antara penunjuk jalan memasuki warung makan
yang tidak banyak pengunjung. Tak lama kemudian, dia keluar
dan mengundang makan seluruh rombongan. Salah seorang
yang usianya paling tua berkata dalam bahasa Cina, "Kita
harus hati-hati di sini. Kita sudah mendengar cerita kehebatan
Wisang Geni, tak perlu ragu tentang Wisang Geni tetapi aku
yakin masih banyak lagi pendekar berilmu tinggi di daerah ini."
Pemimpin rombongan itu, Ciu Tan, kakak perguruan dari
Sam Hong, ketua Wuthan yang mati dalam tarung lawan
Wisang Geni di bukit Penanggungan dua tahun silam Usianya
60 tahun, tubuhnya yang jangkung masih tampak segar dan
gempal. Tujuannya ke tanah Jawa ini untuk membalas
dendam kematian Sam Hong. Dia mendengar berita kematian
Sam Hong dari mulut Sin Thong, Pak Beng dan Liong Kam,
waktu itu darahnya bergolak karena marah. Ia kemudian
merencanakan berangkat ke tanah Jawa. Dua tahun ia
melakukan persiapan. Mencari teman, memperdalam ilmu s ilat
serta mencari ongkos perjalanan.
Tiga pendekar yang pernah terlibat pertarungan lawan
Wisang Geni di hutan Penanggungan, yaitu Sin Thong, Pak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng dan Liong Kam serta merta mendaftar diri. Sin Thong
terkenal dengan sepasang golok, Pak Beng dengan jurus
tangan salju, keduanya babak belur dihajar Wisang Geni dua
tahun lalu dalam pertarungan bergengsi di bukit Penanggungan. Liong Kam bersenjata pedang.
Bersamanya ikut dua pendekar kembar Mok Tang dan Mok
Kong yang berusia limapuluh tahun dan terkenal dengan ilmu
golok bersatupadu. Karuan saja hadirnya dua saudara kembar
ini menambah rasa percaya diri Ciu Tan karena selama ini di
Tiongkck dua pendekar yang dijuluki si Kembar Aneh belum
menemukan tandingan setimpal. Pria yang satunya lagi, Siauw
Tong, sastrawan muda berusia tigapuluh tahun, senjatanya


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepasang pit panjang. Mungkin tidak sehebat enam lelaki
lainnya, namun Siauw Tong tak bisa dianggap remeh karena
otaknya yang cerdas. Dia juga mahir berbahasa Jawa dan
paham budaya Jawa, salah satu sebab mengapa ia diajak ikut
serta. Ciu Tan mengajak empat pendekar wanita, seorang di
antaranya Sio Lan berusia 20 tahun, putrinya sendiri,
senjatanya pedang tipis. Kim Mei, berusia 30 tahun janda
cantik yang patah hati, julukan Pendekar Wanita Baju Merah,
senjatanya golok dan ilmu tangan kosong Cakar Elang. Li Moy
berusia empatpuluhan, terkenal sebagai Belalang Beracun
mahir ilmu ringan tubuh dan duapuluh Jurus Belalang serta
senjata jarum beracun. Sian Hwa, usia limapuluh tahun,
dijuluki Dewi Pedang Gurun Gobi, jurus pedang Topan Gurun
Gobi-nya sulit dicari tandingan.
Sebelas pendekar Cina ini tidak sama tujuan. Siauw Tong
dan Kim Mei menyukai petualangan. Kedua saudara kembar
Mok Tang, Mok Kong dan Li Moy tujuannya mencari keris sakti
Gandring yang konon bisa membelah batu besar selain
mencari harta kekayaan yang bisa dibawa pulang ke Cina.
Sian Hwa, sudah lama menyembunyikan diri, turun gunung
untuk mencari putrinya yang hilang di tanah Jawa. Pak Beng,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Thong, Liong Kam dan Ciu Tan ingin membalas dendam
kepada Wisang Geni. Tetapi sebenarnya mereka semua diam-
diam memendam niat merebut keris sakti itu. Apa pun
resikonya, bahkan jika harus membentur kawan sendiri.
Karena keris itu terlampau bernilai. Kesaktian keris Gandring
sudah sampai ke daratan Cina, diberitakan para pedagang.
Setelah selesai makan dan menerima bayaran, empat murid
Brantas itu pamit. Tinggallah sebelas pendekar Cina itu
dengan pikiran masing-masing. Ciu Tan memecah kesunyian,
"Dari sini ke Lemah Tulis, arahnya ke Timur, perjalanan
normal memakan waktu sekitar satu hari perjalanan."
Si Kembar Aneh Mok Tang menggeleng kepala. "Aku pikir
kita tidak perlu cepat-cepat menuju Lemah Tulis. Itu
perguruan besar dengan murid yang ratusan jumlahnya, di
sana juga banyak orang pandai, aku rasa itu bukan rencana
yang bagus." Pak Beng yang pernah dihantam sampai muntah darah oleh
Geni, tidak senang dengan penolakan Mok Tang. "Hei kenapa
kamu berubah pikiran, dari Kuangchou kita semua sepakat
dan satu tujuan mendatangi Lemah Tulis menantang Wisang
Geni dan menaklukkan semua jagoan di negeri ini, kenapa
sekarang kau menolak, apa kau takut?"
Mok Kong naik darah mendengar saudaranya dimaki
penakut. "Kurangajar, kalau kamu si kura-kura saja tidak
takut, tentu saja kami lebih tidak takut lagi"
Ciu Tan menengahi Selain berilmu tinggi, mungkin paling
lihai di antara mereka, Ciu Tan juga disegani karena usianya
yang tua. Dia juga kakak seperguruan dari ketua partai
Wuthang yang kesohor di daratan Cina. "Coba kita dengar apa
kata adik Siauw," katanya sambil menunjuk Siauw T ong.
"Aku pikir lebih baik kita bersabar dulu. Jika kita ke Lemah
Tulis sekarang, maka kita berada di tempat terang. Wisang
Geni dan semua orang Lemah Tulis akan tahu maksud kita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal sekarang ini kita berada di tempat gelap, tidak ada
yang tahu siapa kita dan apa maksud kedatangan kita. Jadi
aku pikir lebih bagus jika kita tetap mempertahankan posisi di
tempat gelap saja." Ciu Tan menghela napas. "Aku setuju, baiklah sementara
kita menunggu kesempatan dan mencari berita, kita sepakat
untuk menetap di desa ini, pura-pura sebagai pedagang. Kita
sewa rumah yang besar, mulai berjualan pakaian dan alat
rumah-tangga. Kita bergaul dengan masyarakat setempat,
bagi kalian yang hendak bepergian, boleh-boleh saja, tapi
harap diingat markas tempat kumpul kita adalah di desa ini."
Siang itu hujan deras membasahi hutan di batas desa
Bangsal. Tiga penunggang kuda me lewati hutan. Mereka
murid Lemah Tulis, Gajah Lengar disertai suami isteri
Prastawana dan Dyah Mekar.
Tampak mereka bergegas ingin cepat sampai di desa.
Tetapi setiba di batas desa mereka dihadang tiga perempuan.
Tiga perempuan itu berdiri di bawah siraman hujan,
pakaian mereka basah kuyup menempel ketat di tubuhnya.
Mereka murid lembah Bunga yaitu Kemara, Dumilah dan
Manohara "Kalian pasti orang orang Lemah Tulis!" Suara
Kemara ketus. Prastawana sebagai yang paling tua menjawab sopan tetapi
tak memperlihatkan rasa takut. "Benar, kami dari Lemah T ulis,
apa sebab kalian menghadang perjalanan kami, dan siapa
kalian?" Kemara dan dua temannya langsung menerjang. "Kalau
begitu kalian harus mati."
Prastawana dan dua rekannya melompat dari kuda. Dyah
Mekar mencabut kerisnya. Sejak awal dia sudah curiga.
Sekarang melihat tiga perempuan binal itu menerjang dengan
ganas, ia yakin tiga perempuan inilah orang yang mereka cari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kalian bertiga yang kemarin membunuh empat murid
Lemah Tulis?" "Benar. Kami yang membunuh mereka. Dan kami akan
membunuh kalian bertiga dan juga semua murid Lemah Tulis.
Bersiaplah untuk pergi ke neraka." Dumilah menerjang maju
yang langsung disambut Gajah Lengar.
Prastawana menyambut serangan Kemara. Dia yakin
Kemara adalah pemimpin dari tiga perempuan itu. Dyah Mekar
dengan keris terhunus menyambut serangan Manohara.
Dalam sekejap terjadi pertarungan sengit, tiga lawan tiga.
Jurus Garudamukha adu kebolehan lawan jurus dari Lembah
Bunga. Prastawana, murid mendiang Ki Branjangan yang kini
dilatih langsung oleh Wisang Geni sudah menguasai
Garudamukha Prasidha. Dalam tiga gebrakan tenaga dalam,
dia mendesak Kemara "Kalian siapa, mengapa memusuhi
Lemah Tulis?" "Jangan banyak omong, rasakan jurus Lembah Bunga ini,"
teriak Kemara sambil menggelontorkan serangan jurus
mautnya Grahaprawesa (Buaya menyerang), Pangrahata (Cara
mendapat jasa) dari ilmu Ghandarwapati. Serangan ini
mendatangkan angin keras. Namun yang lebih mengagetkan
Prastawana, angin itu berbau busuk.
Prastawana melihat dua temannya juga diserang dengan
jurus serupa dari Ghandarwapati. Dia berseru kepada dua
temannya "Awas, bau busuk itu beracun, gunakan
Sanakanilamatra dan Prasadha Atishasha."
Meskipun belum menguasai seratus persen, namun dua
jurus Sanakanilamatra (Sebesar angin terkecil) dan Prasadha
Atishasha (Menara sangat tinggi) sangat ampuh. Dua jurus
dari Prasidha itu membelah angin berbau busuk dan
mengembalikan hawa beracun itu kepada pemiliknya.
Pertarungan berlanjut. Prastawana di atas angin. Gajah Lengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Dyah Mekar juga bisa mengatasi dua lawannya meskipun
tidak terlalu unggul. Setelah berlangsung hampir limapuluh jurus Prastawana
berhasil melukai Kemara di bagian pundak dan lengan. Dyah
Mekar menusuk lengan Manohara dan tendangan Gajah
Lengar melukai paha Dumila. Perlahan tetapi pasti tiga murid
Lembah Bunga itu makin terdesak dan terancam. Mendadak
saja terdengar tertawa nyaring dan bergelombang. Suara
perempuan. Situasi segera berubah. Dumila yang kakinya
terluka, Manohara yang sebelah tangan terluka dan Kemara
yang luka dalam, mendadak menjadi bersemangat, berseru,
"Guru!" Yang datang memang guruketiga perempuan itu,
Kalandara, ketua Lembah Bunga. Tertawa yang disertai
pengerahan tenaga dalam dahsyat Tawa Sembilan Bunga
sangat ampuh, langsung membuat Prastawana dan dua
adiknya terdesak hebat. Saat itu pertarungan sudah masuk ke batas desa, banyak
orang datang nonton. Di antaranya adalah Ciu Tan, Pak Beng
dan si kembar aneh Mok bersaudara. Hebatnya tawa
Kalandara tidak mempengaruhi penonton, karena memang
hanya ditujukan kepada tiga murid Lemah Tulis. Sesaat
setelah terdengarnya tawa khas, Kalandara muncul di
belakang tiga muridnya. Suara tawa berhenti, pendekar wanita
itu mengenakan pakaian merah, kontras dengan kulit
tubuhnya yang putih. Gaya dan lagaknya yang genit membuat
penampilannya tampak semakin sej^.
"Kamu tiga bekicot Lemah Tulis, main curang. Itu sebab
tiga muridku terdesak. Sekarang kalian harus menerima
hukuman dari aku si Penguasa Kegelapan Lembah Bunga.
Bersiaplah." Prastawana bersikap jantan, dia berada di depan. Istri dan
adiknya berjajar setengah meter di belakangnya. Ketiganya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merobek ujung baju, membasahi dengan ludah dan
menyumpal telinga. Prastawana menjawab tegas. Tidak ada rasa takut dalam
getar suaranya. "Ilmu Lemah Tulis datang dari aliran bersih,
tidak ada yang main curang. Jika kamu tidak datang, aku
pastikan tiga muridmu ini bakal mati."
"Kalian yang akan mati," berkata demikian Kalandara
menyerang sengit. Gerakannya lincah bagai pegas. Serangannya ganas. Cengkraman dan cakarnya menebarkan
bau busuk. Lebih busuk ketimbang yang dima inkan tiga
muridnya. Keadaan sekarang berubah. Tiga muridnya mengundurkan
diri, ganti Ka landara yang menghadapi tiga murid Lemah Tulis.
Sepak terjang ketua Lembah Bunga lincah dan ganas. Semua
jurusnya mengandung hawa kematian. Setelah duapuluh jurus
tampak Prastawana dan dua adiknya terdesak hebat.
Kalandara sendiri tak menyangka ketangguhan Prastawana.
Dia belum juga bisa melukai tiga lawannya itu. Saking
marahnya perempuan ini mengeluarkan T awa Sembilan Bunga
dengan kekuatan tenaga penuh. Dia ingin secepatnya
membunuh tiga lawannya. Pertarungan semakin sengit. Tawa khas Sembilan Bunga
semakin keras, membuat Gajah Lengar dan Dyah Mekar yang
tenaga dalamnya tidak setangguh Prastawana, menjadi
limbung. Meski sudah menyumpal telinga, tetap saja daya
magis Tawa Sembilan Bunga Kalandara merasuk ke dalam
pikiran dan mengguncang tenaga batin Gajah Lengar dan
Dyah Mekar. Tawa itu disalurkan dengan tenaga dalam tingkat tinggi,
mendayu dan merangsang birahi lawan. Sampai saat di mana
lawan sudah terpengaruh, tahap berikutnya darah merangsang otak, kemudian darah merembes keluar dari
tujuh lubang di tubuh manusia, tubuh kejang dan akhirnya
mati.. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat istri dan adiknya limbung dan kacau, Prastawana
berlaku nekad. Dia bertekad menjadi tumbal, biar dia mati
asalkan istri dan adiknya bisa lolos. Dia memusatkan pikiran
dan tenaga batin lalu menggelar jurus Agniwisa (Bisa api) dan
Sikhwiriya (Cintaku adanya) dari Prasidha digabung dengan
Shuhdrawa (Hancur luluh) dari Garudamukha. Bentrokan itu
akan makan korban. Kalandara bisa terluka, sebaliknya
Prastawana bisa mati Pada saat kritis bagi murid Lemah Tulis itu, terdengar suara
lengking seperti teriakan seekor kera yang marah. Lengking
itu begitu keras dan berbobot sehingga menggentarkan semua
orang yang mendengarnya. Suara lengking itu belum juga
reda, terasa angin topan melanda arena pertarungan.
Kalandara berteriak marah, "Binatang dari mana berani ikut
campur, sampean mau cari mati!"
Tiga murid Lemah Tulis bangkit semangatnya. Pengaruh
Tawa Sembilan Bunga lenyap begitu saja. Terusir oleh tawa
kera marah Prastawana terdesak angin keras dan mundur lima
langkah. Gajah Lengar dan Dyah Mekar berlindung di balik
tubuh Prastawana. "Ketua datang, syukurlah."
Tiga murid Lembah Bunga tadinya berniat menyerang
Prastawana, tetapi menjadi batal. Mereka melihat Kalandara
diserang bayangan seseorang yang bergerak pesat, sangat
pesat. Bayangan itu, tak lain Wisang Geni.
"Ya, akulah binatang itu, tapi binatang raksasa yang akan
memangsa kamu, nenek tua genit." Wisang Geni melanjutkan
lengking kera dan merangsek Kalandara dengan jurus-jurus
dahsyat dari Penakluk Raja. Perempuan itu terdesak hebat.
Melihat gurunya terdesak, tiga muridnya turun tangan
membantu. Geni dikeroyok empat, malah timbul rasa gembira.
Bermrutan dia memainkan jurus Harta (Gembira), Syura
(Berani), Prabhawa (Kekuasaan) dan Raga (Nafsu berahi).
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalandara kelabakan menangkis, dia seperti menangkis
angin. Tenaganya seperti lenyap begitu saja ditelan Geni. Dia
terkesiap, "Ilmu apa ini?" bisiknya dalam hati. Dia lebih heran
lagi, ketika tiga muridnya saling serang, bahkan pukulan
Kemara nyaris menghantam dirinya.
Kalandara berteriak, "Ilmu iblis!"
Ciu T ian bergumam kepada Mok Bersaudara dan Pak Beng,
"Itu jurus memindahkan tenaga lawan, mirip-mirip Si-nio-po-
cian-kin (Empat tail menghantam seribu kati) tetapi tenaga
dalam yang digunakan sangat lihai. Siapa orang ini, jelas dia
pendekar kosen." Geni menghentikan lengking kera, namun tetap menyerang
dan mengacaukan pikiran lawan dengan Jurus Penakluk Raja


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang digelar dengan tenaga dahsyat Wiwaha. Empat lawan itu
seperti terkurung dalam lingkaran tenaga yang tak berwujud.
Tetapi Kalandara dan tiga muridnya tak mudah ditaklukkan.
Pertarungan sudah berlangsung limapuluh jurus. Geni tetap
berada di atas angin. Namun belum juga bisa merobohkan
lawan. Suatu ketika Geni melihat kesempatan, serangan Kemara
dia alihkan ke Dumilah dan serangan Kalandara diteruskan ke
Manohara. Keempat perempuan itu berseru kaget. Tenaga
pukulan Kemara dan Dumilah saling benturan. Pukulan
Kalandara yang disertai hawa amarah dan tenaga
berlipatganda tertuju ke Manohara. Kalandara kaget, muridnya
bisa luka parah balikan bisa mati. Ketua Lembah Bunga
mengubah jurusnya, melakukan putaran dan memukul
selangkangan Geni. Jurus Mahhairawa (Mengerikan) ini indah
tapi sangat ganas apalagi dikerahkan dengan pengaruh sihir
dan hawa beracun. Geni teramani. Geni dengan berani dan gembira
melancarkan jurus Sumujugtundagatha (Menukik ke bawah)
dari Prasidha. Tangan kiri menarik Manohara, memutar tubuh
lawannya, tangan kanan memegang bokong lawan, merobek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pakaian di bagian itu sambil mendorong ke arah Kalandara.
Sang guru kaget, tak mau mencelakai muridnya, Kalandara
merunduk dan merangkul tubuh Manohara. Luar biasa.
Pertarungan terhenti Muka Manohara yang cantik merah padam saking malu dan
marah. Pakaiannya robek, bokongnya dielus dan diremas
Geni, ini hinaan luar biasa. Tidak seperti saudara
perguruannya yang tampak genit, Manohara kelihatan masih
lugu. Ia menangis, namun melotot menatap Geni. Kemara dan
Dumilah terseok-seok menghampiri gurunya, keduanya luka
dalam. Kalandara terdiam. Dia kalah total. Belum pernah
seumur hidup dia mengalam i hari naas seperti ini. "Kamu
siapa, apa hubunganmu dengan Lemah Tulis?"
Geni tertawa, dia puas mempermainkan empat lawannya ini
Dari ilmu silatnya dia tahu nenek genit itu adik perguruan
Kalayawana. "Ya, aku Wisang Geni, ketua Lemah Tulis,
kenapa kamu mau mencelakai murid perguruanku?"
Manohara terkesiap, 'Diakah Wisang Geni" Tampan, jantan
dan lihai." Tiba-tiba wajahnya memerah saking malu, dia takut
pikirannya dibaca orang, tangannya tetap di belakang
menutupi bokongnya. Kalandara, Kemara dan Dumilah pun tak pernah
menyangka Wisang Geni begitu lihai. Tadinya mereka pikir
sanggup menandingi bahkan menaklukkan ketua Lemah Tulis.
Tetapi kenyataan yang ditemuinya hari ini, sangat di luar
dugaan. Dyah Mekar menyela, "Ketua, mereka sudah membunuh
empat murid perguruan kita." Geni memandang Mekar
kemudian beralih ke Kalandara. "Seharusnya aku bertindak
lebih kejam." Kalandara bersiap. "Hutang nyawa kakakku harus dibalas,
akan kutagih dan membunuh setiap murid Lemah Tulis."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kematian Kalayawana di tanganku terjadi dalam
pertarungan kependekaran yang resmi. Tapi kalau kau mau
perang, aku bersedia, mulai sekarang untuk setiap murid
Lemah Tulis yang kau bunuh, aku akan menagihnya langsung
kepada kalian berempat." Geni menuding Manohara. "Kalau
tadi aku hanya meremas bokongmu, lain kali aku akan
menelanjangi kamu dan saudaramu, aku akan mempermalukan kalian di depan umum"
Kalandara diam T iga muridnya pucat. Mereka yakin lelaki ini
sanggup dan tega berbuat apa yang dia katakan. Jikalau
kejadian seperti itu maka lebih baik bunuh diri daripada
menanggung malu. Mereka berempat bingung, tak tahu harus berbuat apa.
Mau melanjutkan tarung, jelas ilmu Geni lebih unggul. Kabur,
akan menjadi cemooh orang. Kalandara akhirnya memutuskan
pergi, kembali ke Lembah Bunga. "Suatu saat aku akan tebus
kekalahan ini, tunggulah." Tetapi dalam hati dia tidak yakin
bisa mengalahkan Geni meskipun berlatih lima tahun lagi.
Wisang Geni menoleh dan menggamit Prastawana dan dua
adiknya. "Kalian kembali ke perdikan, katakan kepada kakek
Padeksa dan Gajah Watu agar selalu bersiap-siap, musuh
sudah semakin mendekat."
Prastawana dan dua adiknya masih takjub dan terpesona
menyaksikan sepak terjang sang ketua. Mereka takjub
bercampur geli. Takjub akan ilmu s ilat ketuanya yang dahsyat
tak terukur tingginya. Tadi ketuanya bisa saja membunuh
Manohara, namun hanya meremas bokong dan merobek
pakaian di bagian bokong.
Mekar, istri Prastawana tertawa geli. "Ketua, aku jamin,
empat perempuan itu tak akan berani membunuh saudara-
saudara kita lagi, iya kalau cuma diremas bokongnya, tetapi
kalau ditelanjangi, wuah bisa bunuh diri saking malunya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prastawana dan Gajah Lengar menahan tertawa. Cara
ketuanya mengalahkan empat perempuan itu menimbulkan
rasa geli. Prastawana memberi hormat. "Ketua, terimakasih
telah datang menyelamatkan kami tetapi bagaimana ketua
bisa sampai di s ini?"
"Aku kebetulan sedang keluar jalan-jalan." Geni membalik
tubuh, Kalandara dan tiga muridnya sudah pergi tanpa pamit.
Prastawana dan dua adiknya langsung menuju Lemah Tulis.
Geni berjalan menjauhi desa. Tadi dia secara kebetulan
melewati desa Bangsal dalam perjalanan rahasia menuju
istana T umapel menjumpai permaisuri Waning Hyun.
Di tengah kerumunan penonton, Ciu Tan, Pak Beng dan
saudara kembar Mok memandang Wisang Geni. "Dia Wisang
Geni," kata Pak Beng. "Tapi heran, ilmunya maju pesat, dia
makin lihai." ---ooo0dw0ooo--- Dari desa Bangsal menuju keraton T umapel bisa enam hari
perjalanan biasa. Pada hari keempat, Geni tiba di hutan di
batas desa Dayu Hari mulai senja. Geni melihat sebuah rumah
tua. Mendadak saja telinganya yang sangat peka mendengar
suara perempuan memaki-maki. Datangnya dari rumah reyot
itu. Geni mendekat. Terdengar suara lelaki. "Dimas, aku sudah
nggak sabar, aku milih si baju hitam, kulitnya putih singkong,
tubuhnya montok. Kamu yang lain saja!"
Temannya menjawab dengan tertawa kecil. "Kangmas, aku
juga mau yang baju hitam. Sebaiknya kita undi saja,
pemenangnya boleh menikmati si baju hitam, setuju atau
tidak?" Geni mengintip dari sela-sela dinding bambu. Dua lelaki
berewokan dan berambut gondrong. Di lantai tergeletak dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perempuan berbaju hijau, di kursi reyot perempuan baju
hitam terduduk lemas. Tiga perempuan itu seperti tak
bertenaga, Geni yakin dua lelaki itu bekerja menggunakan
obat bius. Mereka jelas akan memerkosanya. Geni tak bisa
membiarkan hal ini. Geni menerobos masuk. Dua lelaki itu terkejut. "Siapa
kamu, kurangajar, berani mengganggu, aku hajar kamu!"
Si berewokyang bertubuh gemuk, menampar kepala Geni.
Melihat gerakan yang pelan dan tak bertenaga, Geni tak
berani memandang enteng. Dia menyambut dengan Bahni
Anempuh Toya (Api menyerang air) salah satu jurus Bang
Bang Alum Alum. Terdengar suara tulang patah. Tangan si
berewok patah di dua tempat, tulang dadanya patah,
nyawanya melayang. Kawannya terkejut, dia menjatuhkan diri
berlutut. "Ampun tuan pendekar, aku menyerah kalah, ampun,
ampun, kau boleh ambil tiga perempuan ini, tetapi tolong
ampuni aku" Sesaat kemudian Geni sadar, dua lelaki itu tak
punyakepandaian. Serangan tadi bukan ilmu yang aneh, tetapi
benar-benar tamparan orang biasa yang hanya belajar sedikit
jurus berkelahi. Geni kesal dan menghantam lelaki itu hingga
pingsan. Dia menoleh ke dua perempuan baju hijau. Keduanya
masih muda dan cantik. T ampak dari wajahnya mereka bukan
orang Jawa. Orang asing. Pakaian dua gadis itu robek di
beberapa tempat memperlihatkan kulit tubuh yang kuning
sawo. Ketika menoleh ke perempuan baju hitam, Geni
terkesiap. Dua gadis berbaju hijau itu cantik, tetapi yang baju
hitam ini jauh lebih cantik.
Perempuan itu sangat cantik, rambutnya panjang riap-
riapan. Tubuh bagian atas telanjang, ditelanjangi penjahat itu,
tampak buah dadanya yang montok. Kulit tubuhnya putih
macam singkong yang dikupas. Geni sangat terpesona. Belum
pernah ia bertemu perempuan secantik gadis itu. Geni
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menatap sepasang mata indah yang melotot memandangnya.
"Hei kurangajar, kamu lihat apa?"
Geni terkejut dengan teguran itu, lalu menjawab
sekenanya. "Aku memandang kecantikan seorang dewi, kamu
sungguh cantik." "Kurangajar, jangan memandang aku, cepat tutupi
tubuhku." "Loh kamu kau orang asing, lapi kenapa bisa bahasa Jawa."
"Hei, aku bilang, cepai lutupi tubuhku, jangan kamu
pandang terus, kamu kurangajar, lelaki tak punya malu."
Geni mendekati wanita itu. Dia menatap. Kecantikan itu
lebih jelas lagi. Wajah cantik dan tubuh yang montok. Benar-
benar sangat cantik. Saking terpesona Geni lupa segalanya, ia
memandang wajah dan dada wanita asing itu. "Bagaimana
mungkin ada perempuan secantik kamu di bumi ini." Ia
menatap mata gadis itu. Sepasang mata gadis itu melotot, marah namun ada rasa
takut. Suaranya gemetar ketakutan, "Kamu mau apa?"
Geni tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. "Kamu
cantik, sangat cantik." Tangan Geni menjulur ke wajahnya,
gadis itu menutup mata. Bibirnya bergerak, "Jangan lakukan
itu, jangan sentuh aku, jangan lakukan perbuatan terkutuk itu,
lebih baik kau bunuh aku."
Geni memegang rambutnya yang panjang, menggerainya
menutup dada si gadis. Wanita itu membuka mata.
Sepasang mata saling menatap. "Apa yang kau lakukan?"
"Aku menutup dadamu, supaya tidak dilihat orang, eh
supaya aku tidak memandang terus-terusan."
Gadis itu berusaha berkata ramah. "Di pojokan itu ada
bungkusan, ambil selembar kain dan tutupi tubuhku. Cepat
ambilkan, kalau kau main-main, kubunuh kamu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Geni mengikuti isyarat lemah si wanita. Dia melangkah ke
sudut, membuka bungkusan dan menarik selembar kain lebar
semacam selendang panjang. Geni menutup tubuh wanita itu.
Dia kemudian melangkah keluar. Terdengar suara wanita itu.
"Hei kamu jangan pergi, tolong bebaskan aku."
Geni berhenti. "Kamu harus belajar sopan, nona cantik.
Kamu beruntung aku kebetulan lewat di sini dan menolong
kamu Jika tidak, pasti mereka sudah memerkosamu Kamu
juga beruntung, lelaki itu adalah aku, jika orang lain malah dia
akan memerkosa kamu. Kamu cantik dan menggairahkan,
kamu juga tak berdaya, tentu saja dia akan memerkosamu.
Jadi kamu beruntung dua kali, aku datang menolong kamu
mencegah dua perampok memerkosa kamu, dan yang kedua,
aku tidak akan memerkosa kamu, lalu bukannya berterimakasih malahan kamu memaki-maki aku?"
Perempuan berbaju hijau berusaha bangkit namun sia-sia.
"Tuan pendekar, maafkan nona majikanku, dia panik, maafkan
dia, maukah tuan pendekar menolong kami?"
"Baik aku akan menolong majikanmu." Ketika Geni
memegang lengannya, selendang itu melorot. Mau tak mau
mata Geni menatap payudara indah itu.
"Hei, kau sengaja ya" Jangan lihat saja, tutupi tubuhku."
Geni memperbaki letak selendang. Ia memegang lagi
lengannya, meraba nadinya, terasa kulitnya halus dan kenyal.
Geni tersenyum, hanya obat bius kelas rendah. Korban hanya
kehilangan tenaga untuk sementara waktu. Setelah satu hari,
bius itu akan lenyap dan tenaga korban pulih dengan
sendirinya. Geni bersandiwara. Wajahnya serius.
Gadis cantik itu bertanya, "Racun apa itu?"
"Kalian semua mahir berbahasa Jawa, belajar di mana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis baju hitam tak sabar. "Aku belajar di negeriku, di
daerah Hima laya, aku mau tahu racun apa itu" Apakah kau
bisa menyembuhkan aku?"
"Aku bisa menyembuhkan, tapi sulit."
"Sulit" Bagaimana sulitnya?"
Geni berbisik, mulutnya hampir menempel di telinganya.
Harum rambut menggelitik hidungnya. Timbul humor
nakalnya. "Aku akan menolongmu dengan tenaga dalam,
tetapi satu-satunya jalan harus me lalui mulut, artinya dari
mulut ke mulut." "Gila! Mana ada pengobatan macam itu, kau main-main,
kubunuh kau nanti, kucincang kamu"
Geni melangkah menjauh. "Sudah kukatakan sulit, ya itu
sulitnya, kalau kamu marah-marah bahkan mau membunuhku,
ya lebih baik aku pergi saja, nanti kalau ada lelaki jahat masuk
kemari dan dia memerkosamu, aku tidak tanggungjawab." Ia
sudah hampir sampai di pintu, terdengar suara gadis baju
hitam "Hei, kemari kamu, tolong sembuhkan aku."
Geni mendekat. Dalam hati dia tertawa. Tetapi dia tampak
serius ketika menatap mata si baju hitam. Mata itu indah,


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

warnanya kecoklatan. "Namamu siapa?"
Dua pasang mata saling tatap. Mata si baju hitam berkedip,
dia tampak gugup dan malu. "Namaku Gayatri. Dua gadis itu,
Urmila dan Shamita."
"Jadi kamu bersedia kutolong, dengan cara lewat mulut?"
Gadis itu diam membisu. Matanya melotot. "Tidak bisa
pakai cara lain, cuma itu caranya, jika kamu tidak mau, ya aku
pergi saja." Gadis itu berkata perlahan, "Ya aku bersedia, cepat tolong
aku." Dalam hati ia berpikir, "begitu sembuh akan kubunuh
lelaki kurang ajar ini, enak saja mempermainkan aku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Geni memegang kepala Gayatri dan menciumnya. Mulut itu
terkatup erat. Geni merenggang. Dia menepuk pipi si gadis.
"Kalau kau tidak membuka mulutmu, aku tak bisa
menolongmu" Gayatri berbisik, "Awas jika kau main-main."
Geni tak menjawab, tangannya memegang dagu si gadis,
lalu mencium mulutnya. Geni memeluk, tubuh gadis itu
terangkat dari kursi. Tangannya melingkar di punggung
telanjang si gadis. Tanpa diminta lagi Gayatri membuka mulut.
Mulurnya wangi. Geni merasakan bibir yang hangat dan
basah. Lama. Ciuman yang panjang. Gayatri mulai bereaksi,
tubuhnya gemetar. Geni memeluk makin erat, dadanya
menghimpit buah dada si gadis, sebelah tangan melingkar
menahan bobot tubuh, sebelah lain menempel punggungnya.
Sambil terus mencium, Geni menyalurkan tenaga Wiwaha.
Gayatri merasa hawa panas dan dingin menerobos
punggung, berputar di perut dan dadanya. Ia tahu laki-laki itu
memiliki tenaga dalam tinggi. Ia tahu lelaki itu membohonginya, ciuman itu hanya akal-akalan belaka.
"Kurangajar, ia kan bisa menolong dengan tangan menempel
di punggungku." Katanya dalam hati, namun tak dipungkirinya
adanya kenikmatan yang ia rasakan saat berciuman. Tanpa
sadar ia membalas, ia mulai dirangsang birahi.
Geni merasakan hal yang sama, kenikmatan tersendiri. Ia
merasa rangsangan birahi merambah ke seluruh tubuh. Tapi ia
berhasil mengendalikan diri. Ia melepas rangkulan dan
ciumannya. Gayatri menolak tubuh Geni. Lelaki itu mundur,
menjauh. Dua pasang mata saling tatap. Wajah Gayatri
memerah, malu. Ia duduk semedi. Tenaga dalam yang
disalurkan Geni tadi telah membangkitkan tenaga dalamnya
sendiri. Dalam seminuman teh, tenaga dalam Gayatri telah
pulih sebagaimana sediakala. Dia melompat berdiri. Sambil
membenahi pakaiannya, sepasang matanya yang coklat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melotot menatap Geni. "Sebutkan namamu, sebelum
kurampas nyawamu" Geni tersenyum nakal. "Kau mau membunuhku, aku tak
bersalah, malah aku sudah menolongmu, kenapa mau
membunuhku?" Dua nona baju hijau berseru dalam bahasa India. Geni,
meski tidak mengerti namun bisa menebak Urmila dan
Shamita mohon Gayatri menolong mereka lebih dahulu. Tetapi
si majikan menolak. "Kenapa aku mau membunuhmu" Kau telah membuat dua
dosa, memandangi tubuhku yang paling rahasia, belum
pernah ada lelaki yang melihat dadaku. Dosa nomor dua kamu
menciumku. Aku belum pernah dicum orang, kamu sudah
kelewat batas." Pipinya merah karena malu. Ia berhenti,
matanya yang indah itu berkedip gugup menatap Geni.
"Sebenarnya aku harus berterimakasih kau telah menolongku,
tetapi kamu telah menodai kehormatanku, mempermalukan
aku." "Baik, kamu benar, aku salah, silahkan ambil nyawaku,
Gayatri." Gayatri melancarkan pukulan ke dada Geni, ia menggunakan separuh tenaga. Entah mengapa rasanya ia
enggan melukai lelaki itu. Sesungguhnya ia hanya ingin
memberi pelajaran pahit kepada Geni. Pukulan itu menerpa
dada Geni yang terlempar beberapa langkah. Geni tahu persis
pukulan itu tidak membahayakan dan melihat dari wajahnya
dia yakin Gayatri tidak berniat membunuh. Lagipula dia
percaya tenaga Wiwaha bisa mengatasinya. Itu sebab dia
menerima pukulan si gadis tanpa mengelak atau membalas.
Gayatri terkejut. Ia heran mengapa pukulannya bisa
mengena, mengapa Geni tidak mengelak. Gayatri melihat Geni
bangkit, berdiri dengan senyum menggoda. "Rupanya kamu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak sungguh-sungguh hendak mencabut nyawaku, terimakasih Gayatri."
Sesaat kemudian Gayatri sadar lelaki itu sedang
mempermainkannya. Gayatri marah. "Kau kurangajar, kamu
mempermainkan aku." Kali ini Gayatri menyerang dengan jurus ganas. Dia tahu,
Geni pendekar berilmu tinggi. Tahu bahwa gadis itu marah,
Geni kini tak berani ma in-ma in, dia tak mau celaka.
Pertarungan tangan kosong di dalam rumah tua makin lama
makin seru Dinding dan tiang rumah tua itu patah kena
hantaman tenaga dua pendekar itu. Rumah akan roboh.
Gayatri berteriak, "Tunggu dulu, kamu jangan lari, awas
kalau kamu lari." Sambil berteriak ke arah Geni, Gayatri melepas ikat
pinggangnya, menyabet ke arah dua anak buahnya. Dia
memegang bagian tengah tali, dua ujung tali itu melilit tubuh
kedua gadis baju hijau, menarik mereka keluar dari
reruntuhan rumah. Saat yang sama rumah itu roboh. Gayatri
kemudian menotok punggung dua anak buahnya itu. Dia mulai
menolong, menyalurkan sebagian tenaga dalam.
Seminuman teh dia menolong anak buahnya. Masing-
masing tangannya menempel di punggung anak buahnya.
Setelah merasa cukup, ia berdiri, matanya mencari-cari Geni.
Tetapi lelaki itu tak kelihatan. "Hei kemana kamu pengecut,
jangan lari kalau memang jantan." Gayatri membanting
kakinya, kesal. "Aku di sini, kau melarang aku lari, jadi aku tidak lari, aku
menunggumu disini, aku tidak akan lari meninggalkan
perempuan yang cantik macam kamu"
Gayatri menoleh ke arah suara. Dia me lihat Geni duduk di
atas dahan pohon. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Geni menggapai dengan tangan. "Hai, sudah kau
sembuhkan mereka?" Gayatri marah. Dia menyerang dengan senjata tali tipis.
Ujung tali itu terikat sebuah bor dari logam baja. Bor
berbentuk kerucut itukecil, tapi tampaknya tajam sekali,
mengkilap ditimpa cahaya senja.
Bor itu berputar mengeluarkan suara desis. Tali bergerak seperti ular. T ali juga
bersifat pegas, bisa ditarik dan diulur. Geni hampir tidak bisa
melihat tali itu saking tipisnya. Dia hanya merasa getaran
udara mendekati tubuhnja K ali ini tak berani main-ma in.
Ancaman senjata itu sangat serius. Geni bergerak dengan
ringan tubuh Waringin Sungsang melompat dari pohon.
Gerakannya cukup cepat, tetapi bor itu mengikutinya seperti
bayangan. Geni teringat perempuan India bernama Malini yang pernah
dia kalahkan dua tahun lalu. Malini juga bersenjatakan bor
yang disebutnya bor maut karena setiap menyerang selalu
mengambil nyawakorban. Tapi ukuran bor Malini lebih besar.
Ia menebak pasti Gayatri ada hubungan dengan Malini dan
Kumara. Geni mengelak, berlari mengelilingi arena. Gayatri
tertawa, suaranya merdu. "Kamu lari macam anak kijang
dikejar harimau. Lebih baik menyerah dan mencium kakiku,
baru boleh kuampuni."
Geni berhenti bergerak, berdiri diam.
Dia telah menyalurkan tenaga Wiwaha ke seluruh tubuhnya. Lalu
memainkan Jurus Penakluk Raja. Tangan kiri terentang seperti
menerima senjata lawan sementara tangan kanannya
bergerak dalam putaran kecil. Daya pegas dan tenaga bor
yang mengancam tubuhnya dipindah ke arah pohon. Bor itu
melesat kencang ke arah pohon.
Gayatri terkejut, senjata bornya seperti membentur
udarakosong. Lalu mendadak bor itu mengarah ke pohon. Dia
menarik talinya dengan kedutan, lalu menggerakkan ujung tali
yang lain. Kini Gayatri mengendalikan tali dari bagian tengah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menyerang Geni dengan dua ujung tali. Dua bor itu
bagaikan bayangan hidup yang mengincar seluruh tubuh Geni.
Luar biasa. Geni kagum ilmu gadis ini cukup tinggi. Jurus
bor itu sangat langka, dan tenaga dalam si gadis juga cukup
ungkulan. Geni timbul kegembiraan menguji lebih lanjut Jurus
Penakluk Raja. Dia mengerahkan tenaga Wiwaha sepenuhnya,
mengisap dan menolak, mendorong dan menarik. Gerakan itu
mendatangkan angin keras yang mengombang-ambingkan
dua bor maut itu. Duapuluh jurus berlalu. Dua gadis berbaju hijau berdiri di
luar arena, tenaga mereka sudah pulih. Mereka terkesima
menyaksikan dua muda mudi itu adu kebolehan. Salah
seorang berseru dalam bahasa India. Gayatri menjawab
dengan suara bernada tinggi, tampaknya dia marah. Geni
menebak bahwa Urmila dan Shamita ingin membantu
mengeroyok, Gayatri menolak dengan marah.
"Gayatri jangan malu, biarkan mereka maju membantumu,
biar kita menjadi imbang." Geni menggoda.
"Huh, kau pikir kau sudah menang, dasar lelaki tak tahu
diri, lihat ini," sambil berkata Gayatri mengubah jurusnya. Kini
dua bor tak lagi berputar-putar, tetapi menusuk macam
tombak panjang. Tali itu bisa lemas, bisa tegang, lunak dan
keras bergantian. Kini Geni terancam. Pada jurus ke duapuluh
sembilan sa lah satu bor melukai lengan Geni. Kulit dan daging
terkelupas. Gadis itu tak pernah tahu Geni sengaja mengalah.
Geni sendiri merasa aneh, dia tak tahu mengapa timbul
kenakalan dan kegembiraannya menggoda gadis cantik ini.
Luka di lengan itu tak akan membuat ia mati atau luka parah.
Begitu lengannya terluka, Geni teriak kesakitan. Darah
menetes dari lukanya. Gayatri berhenti menyerang. "Bagaimana jurusku, hebat enggak, itu namanya jurus
Memukul Buaya Mata Keranjang." Gadis itu tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Geni memegang lengannya. Darah. "Aku menyerah kalah,
kamu hebat Gayatri, kamu tampak gembira bisa mengalahkan
aku tetapi tolong ampuni kesalahanku, jangan kau cincang
aku, silahkan bunuh saja aku karena kebetulan aku sudah
bosan hidup." Geni lalu menyentuh lukanya, membawa jarinya
ke lidah. Mendadak dia merasa lidahnya gatal. "Ada racun,
kamu memakai racun," Kaki Geni gemetar, berdirinya limbung.
Geni lemas, pelan-pelan ia jatuh terlentang. "Racun apa ini?"
"Sekarang kau kena batunya. Racun laba-laba hitam ini
akan membuat kau mati dalam waktu dua hari. Hanya aku
yang punya pemunahnya, aku akan menolongmu tetapi ada
syaratnya." Gayatri tertawa dan bertingkah seperti seorang ibu
memarahi putranyayang nakal.
Geni mengeluh. "Aku lemas, tenagaku hilang. Apa
syaratnya, sebutkan, jika terlalu sulit ya aku terima mati saja,
mati bagiku juga enak karena kebetulan aku memang sudah
bosan hidup." Gayatri berdiri di dekat Geni. Dua pembantunya bergerak
mendekat. Gayatri membentak. Pembantu itu mundur agak
jauh dari tempat kejadian. Geni mengerti bahwa Gayatri tak
mau pembicaraan didengar dua pembantunya. Gayatri meniru
gaya bicara Geni sewaktu hendak menolongnya tadi.
"Sulit, sangat sulit."
"Apanya yang sulit, sebut saja."
Gayatri tersenyum, memandang Geni yang terbaring di
dekat kakinya. "Pertama, kau harus mencium kakiku, mohon
ampun atas dua dosamu itu."
"Aku pasti mau, tadi sudah mencium mulutmu sekarang
kakimu, mencium kaki perempuan cantik macam kau, aku
mau saja malah senang."
Gayatri heran. Apakah di tanah Jawa para pendekar tidak
merasa malu mencium kaki lawan mohon ampun. Gayatri tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mau menyerah begitu saja. "Tidak semudah itu, masih ada
syarat lain, tetapi sekarang belum terpikir, hitung-hitung kau
berhutang padaku, kamu bersedia?"
"Aku tak mau. Bagaimana kalau nantinya kau minta
nyawaku, aku tak mau mati konyol."
"Sekarang sebenarnya kamu sudah mati, racun itu tak ada
obatnya. Jadi seandainya nanti aku menagih nyawamu, kan
sama saja. Lagipula tadi kau katakan kau sudah bosan hidup."
Geni tertawa. "Kau pintar bicara. Baiklah, hitung-hitung kau
meminjamkan hidup padaku, begitukan, suatu waktu nanti
kau akan mengambilnya lagi, baik aku bersedia."
"Belum tentu aku menagih nyawamu, bisa saja permintaan
lain, pekerjaan yang mudah kaulakukan atau yang sulit. Nah
sekarang lakukan syarat pertama dulu, mencium kakiku dan


Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengemis mohon ampun."
Wisang Geni membalik tubuh, bergerak seperti hendak
jongkok. Mendadak dia me lenting. Gayatri kaget. Terlambat,
Geni sudah mencolek pipinya. Gadis itu menampar kepala,
Geni merunduk dan mendorong pundak. Gayatri menangkis.
Dalam sesaat keduanya sudah saling menyerang. Sepuluh
jurus berlalu, Geni memainkan Jurus Penakluk Raja dengan
tenaga Wiwaha yang utuh. Gayatri mengerahkan segenap
ilmu dan tenaga dalamnya.
Memasuki jurus duapuluh, Gayatri mulai terdesak. Geni
masih ingat ketika bertarung lawan Malini dua tahun lalu.
Sama seperti Malini, Gayatri juga memainkan jurus tenaga
bumi, yang intiya mengalihkan tenaga lawan dan memunahkannya ke bumi. Geni menggunakan jurus Prabhawadan Raga, menerima tenaga lawan dan mengirim
kembali ke lawan. Geni menambah sedikit tenaga sehingga jika terkena telak
Gayatri tidak akan terluka parah. Gadis itu terkejut, tenaga
pukulannya lenyap ke tempat kosong, saat berikutnya pukulan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Geni datang bagai air bah. Gayatri tak sempat menghindar,
hanya bisa menutup diri dengan tangan di depan dada.
Melihat majikannya terancam dua gadis baju hijau menyerang
Geni dengan pukulan jarak jauh.
Geni mengubah jurus, tetap memukul Gayatri dengan
kanan, tangan kirinya dengan gerak memutar mengisap
pukulan dua gadis berbaju hijau. Gayatri kritis. T etapi Geni tak
berniat melukai, saat terpaut beberapa jengkal dari tubuh
Gayatri, Geni mengalihkan serangannya ke pohon di samping
gadis itu. Saat bersamaan tangan kiri mengalihkan pukulan
dua baju hijau ke pohon lain. Dua pohon yang besarnya
sepelukan manusia itu patah dan tumbang. Geni tak berhenti,
ia menerjang dan sekali cengkeram berhasil menawan Gayatri
yang lemas tak berdaya. Ia memeluk gadis cantik itu.
Keduanya saling tatap. Gadis itu merunduk.
Gayatri berkata lirih, "Kenapa kamu tidak meneruskan
memukul" Huh, belum tentu aku akan terluka." Gadis ini tetap
belum mau mengaku kalah. Ia tetap membiarkan tubuhnya
dipeluk Geni. "Ya, ilmu silatmu tinggi, aku yakin kau tidak akan terluka,
cuma aku memang tidak suka memukul perempuan cantik."
Gayatri mengalihkan pembicaraan. "Siapa nama kamu"
Apakah kau orang yang bernama Wisang Geni?"
Wisang Geni tidak terkejut. Dia sudah menduga sejak awal,
begitu mengetahui ilmu silat Gayatri satu aliran dengan yang
dimiliki Malini. "Dia pasti datang mencari aku, pasti urusan
balas dendam kekalahan Lahagawe oleh Eyang Sepuh
Suryajagad. Dulu Malini dan Kumara yang diutus membalas
dendam, gagal karena kukalahkan. Kini Gayatri, yang diutus
bersama dua pembantu dan mungkin beberapa orang lain
Pedang Ular Merah 8 Roro Centil 09 Misteri Sepasang Pedang Siluman Nagari Batas Ajal 2
^