Pencarian

Anjing Kematian 1

Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie Bagian 1


ANJING KEMATIAN DILARANG MENGKOMERSILKAN!!! =kiageng80=
banksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000 - (beratus juta
rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Agatha Christie ANJING KEMATIAN Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2003
THE HOUND OF DEATH AND OTHER STORIES 1933 by Agatha Christie
" Copyright Agaiha Christie Mallowan 1916 All rights reserved
ANJING KEMATIAN Alih bahasa: Tanti Lesmana
GM 402 02.004 PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 33 37. Jakarta 10270?Ilustrasi & desain sampul: Dwi Koendoro B r
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
anggota IKAPI, Jakarta. Januari 2002 Cetakan ktdoa Februari 2003
Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT)
CHRISTIE. Agatha Anjing Kematian/ Agatha Christie: alih bahasa: Tanti Lesmana Jakarta Gramedia ?Pustaka Utama, 2001 320 him: 18 cm
ISBN 979 - 686 - 628 - S I. Judul II Lesmana..Tanti
813 Dicetak oleh Percetakan CV Duta Prima Jakarta Isi di luar tanggung javvab
percetakan DAFTAR ISI 1.Anjing Kematian 2.Tanda Bahaya 3.Orang Keempat 4.Sang Gipsi 5.Lampu 6.Radio 7.Saksi Peristiwa 8.Misteri Guci Biru 9.Kasus Aneh Sir Arthur Carmichael
10.Panggilan Sayap-Sayap 11.Yang Terakhir 12. SOS Anjing Kematian Aku pertama kali mendengar tentang peristiwa tersebut dari William P. Ryan,
seorang koresponden surat kabar Amerika. Waktu itu aku sedang makan malam
bersamanya di London, sehari sebelum ia kembali ke New York Kebetulan aku
mengatakan bahwa besok aku akan berangkat ke Folbridge.
Seketika ia berkata dengan tajam, "Folbridge, Cornwall?"
Dari seribu orang, barangkali cuma satu yang tahu bahwa di Cornwall ada tempat
bernama Folbridge. Biasanya Folbridge yang mereka kenal adalah Folbridge di
Hampshire. Jadi, rasa ingin tahuku terusik oleh pengetahuan Ryan ini.
"Ya," kataku. "Kau tahu tempat itu?"
Ia hanya menjawab bahwa sudah jelas ia tahu. Kemudian ia bertanya, apakah
kebetulan aku tahu sebuah rumah bernama Trearne di sana.
Minatku semakin terpicu. "Tentu tahu. Malah sebenarnya aku akan ke Trearne. Itu rumah saudara
perempuanku." "Wah," kata William P. Ryan. "Ini luar biasa sekali!"
Kuminta ia menjelaskan ucapannya itu, jangan hanya membuat pernyataan-pernyataan
yang sulit ditangkap maksudnya.
"Hmm," katanya. "Kalau begitu, aku mesti memaparkan pengalamanku pada masa
permulaan perang." Aku mendesah. Peristiwa-peristiwa yang kuceritakan ini terjadi pada tahun 1921.
Tak ada orang yang ingin diingatkan akan masa-masa perang. Kami semua sudah
mulai bisa melupakannya, syukurlah... selain itu, aku tahu bahwa William P Ryan
bisa sangat betah bercerita panjang-lebar kalau sudah menyangkut pengalaman-
pengalamannya semasa perang.
Tapi sudah terlambat untuk menghentikannya sekarang.
"Pada permulaan perang, aku berada di Belgia, bertugas untuk surat kabar
tempatku bekerja. Kau pasti tahu itu. Nah, di sana ada sebuah desa kecil sebut?saja desa X. Desa itu kecil sekali, tapi di sana ada sebuah biara besar. Ada
biarawati-biarawati berjubah putih aku tidak tahu nama ordo mereka. Pokoknya,
?itu tidak penting. Nah, desa kecil ini berada persis di garis penyerangan
Jerman. Lalu pasukan Jerman tiba..."
Aku bergerak-gerak gelisah. William P. Ryan mengangkat satu tangannya untuk
menenangkan. "Tidak apa-apa," katanya. "Ini bukan cerita tentang kekejaman Jerman. Bisa saja
sebenarnya, tapi toh bukan. Malah sebaliknya. Mereka menuju biara
tersebut masuk ke dalam, dan bangunan itu meledak."
?"Oh," kataku, agak terkejut.
"Aneh, kan" Tentu saja. Aneh sekali. Bisa saja
kita menganggap orang-orang Jerman itu tengah merayakan kemenangan dan main-main
dengan bahan peledak mereka sendiri. Tapi sepertinya mereka tidak membawa
peledak semacam itu. Bukan bahan peledak berkekuatan besar. Nah, sekarang aku
bertanya padamu, tahu apa para biarawati itu tentang bahan peledak berkekuatan
tinggi" Hebat sekali mereka, kalau tahu."
"Memang aneh," aku sependapat.
"Aku tertarik untuk mendengar cerita para petani tentang kasus tersebut. Cerita
mereka seragam. Menurut mereka, peristiwa tersebut seratus persen merupakan
keajaiban modem. Sepertinya salah seorang biarawati sudah punya reputasi sebagai
orang suci. Dia suka mengalami trance dan mendapat visi-visi. Dan menurut
mereka, dialah yang melakukan semua itu. Dia memanggil petir untuk membakar
orang-orang Jerman yang jahat dan itulah yang terjadi. Mereka terbakar berikut
? ?segala sesuatu di sekitarnya. Keajaiban yang cukup efisien!
"Aku tidak sempat mengungkap kebenaran di balik peristiwa itu tidak ada waktu.
?Tapi pada masa itu orang-orang memang sedang keranjingan keajaiban melihat
?malaikat di Mons dan semacam itulah. Aku menulis tentang kejadian itu,
menambahkan sedikit unsur sentimental di dalamnya, juga sedikit unsur religius,
lalu mengirimkannya pada kantor surat kabarku. Tanggapannya bagus sekali di
Amerika Serikat. Waktu itu mereka senang dengan hal-hal semacam itu.
"Tapi (entah kau bisa memahami ini atau tidak) saat menuliskannya, aku jadi
tertarik. Aku ingin tahu, apa sebenarnya yang terjadi. Tidak ada yang
8 9 bisa dilihat di tempat peristiwa itu sendiri. Dua tembok biara itu masih
berdiri, dan di salah sarunya ada bekas mesiu warna hitam, berbentuk seekor
anjing besar. "Para petani sekitar sangat takut akan tanda itu. Mereka menyebutnya Anjing
Kematian, dan mereka tidak berani lewat dekat-dekat sana sesudah gelap.
"Takhayul selalu merupakan hal menarik Aku ingin menemui biarawati yang
melakukan keajaiban itu. Sepertinya dia tidak tewas. Dia pergi ke Inggris
bersama sekelompok pengungsi lainnya. Aku susah payah menelusuri jejaknya. Dan
kudapati dia sudah dikirim ke Trearne, Folbridge, Cornwall."
Aku mengangguk. "Saudara perempuanku menampung banyak pengungsi Belgia pada awal masa perang.
Sekitar dua puluh orang."
"Sejak dulu aku berniat mencari biarawati itu, kalau ada waktu. Aku ingin
mendengar dari mulurnya sendiri tentang peristiwa tersebut. Tapi, berhubung aku
sibuk dan ada macam-macam urusan, niat itu terlupakan begitu saja. Apalagi
Cornwall letaknya agak jauh. Malah sebenarnya aku sudah lupa sama sekali akan
niatku itu, sebelum mendengar kau menyebut-nyebut Folbridge."
"Aku mesti menanyakan pada saudara perempuanku," kataku. "Mungkin dia pernah
dengar sesuatu tentang peristiwa itu. Tapi tentu saja para pengungsi Belgia itu
sudah dikembalikan ke negara mereka lama berselang."
"Sudah pasti. Tapi seandainya saudara perempuanmu tahu sesuatu, tolong
beritahukan padaku."
"Pasti kuberitahukan," kataku dengan bersemangat. * Begitulah.
II Hari kedua setelah kedatanganku di Trearne, aku teringat kembali kisah tersebut.
Waktu itu aku dan saudara perempuanku sedang minum teh di teras.
"Kitty," kataku, "apakah di antara para pengungsi Belgia yang dulu kautampung,
ada seorang biarawati?"
"Maksudmu Suster Marie Angelique7"
"Kemungkinan," kataku dengan hati-hati. "Coba ceritakan tentang dia."
"Oh, dia itu orang yang sangat misterius. Dia masih di sini."
"Apa" Di rumah ini?"
"Bukan, bukan. Di desa. Dr. Rose kau ingat Dr. Rose?"?Aku menggeleng.
"Yang kuingat dokter tua berumur delapan puluh tiga tahun itu."
"Dr. Laird. Oh, dia sudah meninggal. Dr. Rose baru beberapa tahun di sini. Dia
masih sangat muda, dan sangat tertarik pada gagasan-gagasan baru. Dia amat
menaruh minat pada Suster Marie Angelique. Suster ini suka mengalami halusinasi
dan semacamnya, dan kelihatannya dia objek yang sangat menarik dari sudut
pandang medis. Wanita malang dia tak punya rumah lagi dan menurut pendapatku, ? ?dia sangat biasa-biasa saja tapi dia mengesankan, kalau
?10 11 kau mengerti maksudku. Yah, seperti kukatakan tadi, dia tak punya rumah lagi,
dan Dr. Rose yang baik hati memberinya tempat tinggal di desa. Kurasa dia sedang
menulis monograf atau apalah yang biasa ditulis dokter-dokter, tentang suster
itu." Kiity diam sejenak, lalu berkata,
"Tapi, apa yang kauketahui tentang suster ini?"
"Aku mendengar cerita yang agak aneh."
Kupaparkan cerita itu, seperti yang dituturkan oleh Ryan. Kitty sangat tertarik
mendengarnya. "Dia memang kelihatan seperti jenis orang yang bisa membuatmu terbakar kalau
?kau mengerti maksudku," kata Kitty.
Rasa ingin tahuku makin tergelitik. "Aku mesti melihat wanita muda ini."
"Silakan saja. Aku ingin tahu pendapatmu tentang dia. Tapi temui Dr. Rose dulu.
Bagaimana kalau kau pergi ke desa sesudah minum teh?"
Aku menerima saran itu. Dr. Rose ada di rumah. Aku memperkenalkan diri. Ia tampaknya seorang anak muda
yang ramah, tapi ada sesuatu yang tidak kusukai dalam pembawaannya.
Kepribadiannya terlalu kuat, hingga tidak sepenuhnya menyenangkan.
Begitu aku menyebutkan Suster Mane Angelique, sikapnya langsung penuh perhatian.
Ia jelas-jelas sangat tertarik. Kusampaikan padanya apa yang kudengar dari Ryan.
"Ah," katanya dengan mimik serius. "Cerita itu menjelaskan banyak hal."
Dengan cepat ia memandangku, lalu meneruskan.
"Kasus ini benar-benar kasus yang luar biasa menarik. Wanita itu jelas-jelas
telah mengalami guncangan mental yang hebat ketika dia tiba di sini. Keadaan
mentalnya juga sangat kalut. Dia mengalami berbagai halusinasi yang sangat
mengejutkan. Kepribadiannya pun sangat tidak biasa. Barangkali Anda berminat
ikut dengan saya mengunjunginya" Anda tidak akan menyesal melihatnya."
Aku langsung menyatakan bersedia.
Kami berangkat bersama-sama. Tujuan kami adalah sebuah cottage kecil di daerah
pinggiran desa. Folbridge adalah tempat yang sangat indah, terletak di mulut
Sungai Fol, sebagian besar di sisi sebelah timurnya. Sisi sebelah baratnya
terlalu berbahaya untuk mendirikan bangunan, namun ada beberapa cottage yang
berdiri di sisi tebing karang di sana. Cottage sang dokter sendiri bertengger di
tepi tebing karang di sebelah barat. Dari sana kita bisa memandang ke bawah, ke
arah ombak-ombak samudra yang mengempas bebatuan karang yang hitam.
Cottage kecil yang hendak kami datangi ini terletak di bagian yang tidak
menghadap ke laut. "Perawat distrik tinggal di sini," Dr. Rose menjelaskan. "Saya sudah mengatur
supaya Suster Marie Angelique tinggal di rumahnya. Dia perlu berada di bawah
pengawasan profesional."
"Apakah tingkah lakunya normal?" aku bertanya ingin tahu.
"Nanti Anda bisa melihatnya sendiri," sahut sang dokter dengan tersenyum.
Si perawat distrik adalah seorang wanita pendek-gemuk dan ramah. Ia baru hendak
keluar dengan sepedanya ketika kami datang
12 13 "Selamat sore, Suster, bagaimana pasien Anda?" tanya Dr. Rose.
"Dia seperti biasanya. Dokter. Duduk di sana, dengan kedua tangan terlipat dan
pikirannya melayang ke mana-mana. Sering kali dia tidak menjawab kalau saya ajak
bicara, tapi sampai sekarang bahasa Inggrisnya memang tidak terlalu bagus."
Dr. Rose mengangguk. Setelah perawat itu berangkat, ia menghampiri pintu
cottage, mengetuk keras-keras, lalu masuk.
Suster Marie Angelique sedang berbaring di sebuah kursi panjang di dekat
jendela. Ia menoleh ketika kami masuk.
Wajahnya aneh pucat, tampak transparan, dengan sepasang mata besar. Sepertinya ?sepasang mata itu menyimpan tragedi yang amat sangat besar.
"Selamat sore. Suster," sapa sang dokter dalam bahasa Prancis.
"Selamat sore, M. le docteur."
"Izinkan saya memperkenalkan seorang teman. Mr. Anstruther."
Aku membungkuk, dan suster itu memiringkan kepala sedikit, sambil tersenyum
samar. "Bagaimana kabar Anda hari ini?" tanya sang dokter, sambil duduk di sebelahnya.
"Keadaan saya seperti biasanya saja." Suster Marie Angelique diam sejenak,
kemudian melanjutkan. "Rasanya tidak ada yang nyata bagi saya. Entah hari-hari
yang berlalu atau bulan-bulan atau tahun-tahun" Saya hampir-hampir tidak
? ?menyadarinya. Hanya mimpi-mimpi saya yang terasa nyata."
"Berarti Anda masih sering bermimpi?"
14 "Selalu selalu dan mimpi-mimpi ini terasa lebih nyata daripada kehidupan itu
? ?sendiri. Anda mengerti?" "Anda bermimpi tentang negeri Anda" Belgia?" Ia
menggelengkan kepala. "Tidak. Saya bermimpi tentang sebuah negeri yang tidak pernah ada tidak pernah.
?Tapi Anda sudah tahu tentang ini, M. le docteur. Saya sudah berkali-kali
menceritakannya pada Anda." Ia terdiam, kemudian berkata cepat-cepat, "Tapi
barangkali tuan ini juga seorang dokter dokter yang ahli dalam menangani
?penyakit-penyakit yang berkaitan dengan otak, barangkali?"
"Bukan, bukan," kata Dr. Rose dengan nada meyakinkan, tapi saat ia tersenyum
kulihat gigi taringnya sangat tajam. Ada kesan seperti serigala dalam diri orang
ini. Lalu ia melanjutkan:
"Saya pikir, mungkin Anda tertarik untuk berkenalan dengan Mr. Anstruther. Dia
tahu sesuatu tentang Belgia. Belum lama ini dia mendengar berita tentang biara
Anda." Suster Marie Angelique menoleh padaku. Warna merah muda samar merambati kedua
belah pipinya. "Sebenarnya bukan hal penting," aku lekas-lekas menjelaskan. "Kemarin malam saya
makan bersama seorang teman, dan dia menceritakan tentang reruntuhan tembok-
tembok biara itu pada saya."
"Jadi. biara itu sudah runtuh!"
Pernyataannya berupa seruan pelan yang lebih ditujukan pada dirinya sendiri
daripada pada kami Lalu sekali lagi ia menatapku dan bertanya dengan ragu-ragu,
"Katakan, Monsieur, apakah teman Anda menyebutkan, bagaimana biara itu
runtuh dengan cara bagaimana?"?15
"Biara itu meledak," kataku, lalu menambahkan, "Para petani takut lewat di dekat
sana pada malam hari."
"Kenapa takut?"
"Sebab di salah satu reruntuhan temboknya ada tanda hitam. Mereka punya
kepercayaan takhayul tentang tanda itu."
Suster Marie Angelique mencondongkan tubuh.
"Katakan, Monsieur cepat, cepat katakan! Seperti apakah tanda itu?"
? ?"Bentuknya seperti seekor anjing besar," sahutku. "Para petani itu menyebutnya


Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anjing Kematian." "Ah!" Jeritan nyaring terlontar dari bibir suster itu.
"Kalau begitu, benar rupanya benar. Segala yang saya ingat itu benar. Bukan
?sekadar mimpi buruk mengerikan Semuanya benar-benar terjadi! Benar-benar
terjadi!" "Apa yang terjadi, Suster?" tanya sang dokter dengan suara pelan. "
Suster Marie Angelique menoleh padanya dengan penuh semangat.
"Saya ingat. Di sana, di undak-undak itu, saya ingat. Saya ingat caranya. Saya
menggunakan kekuatan itu seperti kami dulu biasa menggunakannya. Saya berdiri di
undak-undak altar dan meminta mereka untuk tidak maju lebih dekat. Saya minta
mereka untuk pergi dalam damai Tapi mereka tak mau mendengarkan. Mereka terus
maju, walau saya sudah memperingatkan. Maka..." ia mencondongkan tubuh ke depan
dan membuat sebuah gerakan yang aneh, "maka saya lepaskan Anjing Kematian pada
mereka..." 16 Ia berbaring kembali di kursinya, seluruh tubuhnya gemetar, kedua matanya
terpejam. Dr. Rose bangkit berdiri, mengambil sebuah gelas dari lemari, mengisi
setengahnya dengan air. Lalu ia menambahkan setetes-dua tetes cairan dari sebuah
botol kecil yang ia keluarkan dari sakunya. Kemudian diulurkannya gelas itu pada
Suster Marie Angelique. "Minum ini," katanya dengan nada memerintah.
Suster itu mematuhinya otomatis, sepertinya. Kedua matanya menerawang jauh, ?seakan memandangi visi yang muncul dari dalam dirinya sendiri.
"Kalau begitu, semuanya benar," kata suster itu. "Semuanya. Kota Lingkaran,
Orang-orang Bola Kristal semuanya. Segala sesuatunya benar."
?"Kelihatannya begitu," kata Dr. Rose.
Suaranya pelan dan menyejukkan, jelas-jelas disengaja untuk memberikan dorongan,
bukan untuk mengganggu alur pikiran suster tersebut.
"Ceritakan tentang Kota itu," katanya. "Kota Lingkaran, kata Anda?"
Suster Marie Angelique menjawab otomatis, dengan pikiran menerawang.
"Ya... ada tiga lingkaran. Lingkaran pertama adalah untuk yang terpilih, lingkaran
kedua untuk para pendeta wanita, dan lingkaran paling luar untuk para pendeta
pria." "Dan di tengah-tengahnya?"
Suster Marie Angelique menarik napas dengan keras, dan suaranya melemah menjadi
nada takjub tak terkira. "Rumah Bola Kristal..."
Saat ia mengucapkan kata-kata itu dengan terengah,
17 tangan kanannya terangkat ke dahi dan jarinya menelusuri suatu bentuk di sana.
Sosoknya semakin lama semakin kaku. kedua matanya terpejam, ia agak
limbung lalu sekonyong-konyong ia duduk tegak tersentak, seakan-akan ia
?icrbangun dengan mendadak
"Apa ini?" katanya dengan bingung. "Apa saja yang saya katakan tadi?"
"Tidak apa-apa," kata Dr. Rose. "Anda lelah. Anda perlu istirahat. Kami akan
pergi." Suster itu tampak agak bingung saat kami meninggalkannya.
"Nah," kata Dr. Rose setelah kami berada di luar. "Bagaimana menurut Anda?"
la melirikku dengan tajam.
"Saya rasa pikirannya sudah benar-benar tidak terkendali," kataku perlahan-
lahan. "Anda berpendapat begitu?"
"Tidak juga. Malah sebenarnya dia... yah, sangat meyakinkan. Sewaktu mendengarkan
apa-apa yang diucapkannya, saya mendapat kesan bahwa dia benar-benar telah
melakukan apa-apa yang dikatakannya itu melakukan semacam keajaiban yang luar
?biasa. Keyakinannya bahwa dia memang melakukan itu tampaknya tidak dibuat-buat.
Itu sebabnya..." "Itu sebabnya Anda mengatakan pikirannya sudah benar-benar tidak terkendali.
Memang. Tapi coba kita lihat masalah ini dari sudut pandang lain. Seandainya dia
memang benar-benar membuat keajaiban itu terjadi seandainya dia benar-benar
?telah menghancurkan biara itu dan menewaskan beberapa ratus manusia di
dalamnya." 18 "Hanya melalui kekuatan pikirannya?" tanyaku dengan tersenyum.
"Menurut saya tidak persis begitu. Anda tentunya sependapat bahwa satu orang
saja bisa menghancurkan sejumlah besar orang lain dengan menekan tombol yang
mengendalikan sistem peledak."
"Ya, tapi itu sifatnya mekanis."
"Benar, mekanis, tapi pada intinya, itu juga berarti mengendalikan dan
mengontrol kekuatan-kekuatan alam. Hujan badai dan gardu listrik pada dasarnya
sama, bukan?" "Ya, tapi untuk mengendalikan hujan badai kita mesti menggunakan sarana
mekanis." Dr. Rose tersenyum. "Saya akan menyimpang sedikit. Ada substansi yang dikenal sebagai wintergreen.
Dalam alam, substansi ini ditemukan dalam bentuk sayuran. Tapi sayuran ini juga
bisa dibuat secara sintetis dan kimia oleh manusia, di laboratorium."
"Jadi?" "Maksud saya, sering kali ada dua cara yang bisa digunakan untuk memberikan
hasil yang sama. Cara kita, jelas, adalah cara yang sintetis. Tapi mungkin ada
cara lainnya. Misalnya, keajaiban-keajaiban yang luar biasa, yang diperlihatkan
oleh para fakir India itu tak bisa dijelaskan dengan mudah. Apa-apa yang kita ?sebut sebagai supranatural sebenarnya hanyalah hasil alami dari sesuatu yang
belum bisa dipahami oleh hukum-hukum kita."
"Maksud Anda?" tanyaku dengan terpesona.
"Maksud saya, saya tidak bisa sepenuhnya mengabaikan kemungkinan bahwa mungkin
saja ada 19 manusia yang punya kemampuan untuk menyadap suatu kekuatan besar yang
destruktif, kemudian menggunakannya untuk maksud-maksud pribadi. Cara yang
digunakan mungkin kelihatan seperti sesuatu yang supranatural bagi kita... tapi
sebenarnya tidak." Aku melongo menatapnya. Ia tertawa. "Ini cuma spekulasi," katanya dengan nada ringan. "Coba katakan, apakah Anda
memperhatikan gerakan suster itu ketika dia menyebutkan Rumah Bola Kristal?"
"Dia mengangkat tangannya ke dahi."
"Tepat sekali. Dan dia membuat lingkaran dengan jarinya di situ. Persis seperti
orang Katolik membuat tanda salib. Saya ingin menceritakan sesuatu yang agak
menarik, Mr. Anstruther. Kata 'bola kristal' itu sering sekali diucapkan oleh
pasien saya ini, kalau dia sedang mengoceh tidak keruan. Maka saya mengadakan
eksperimen. Saya meminjam bola kristal dari seseorang, dan menunjukkannya
padanya suatu hari, dengan tiba-tiba, untuk melihat reaksinya."
"Lalu?" "Nah, hasilnya sangat aneh dan sugestif. Seluruh tubuhnya jadi kaku. Dia
memandangi bola kristal itu, seakan-akan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Lalu dia merosot berlutut di depan bola kristal itu, menggumamkan beberapa patah
kata... dan pingsan."
"Apa yang diucapkannya?"
"Kata-katanya aneh sekali. Dia bilang, "Bola kristal! Berarti Keyakinan itu
masih bertahan!?" "Luar biasa."
20 "Sugestif, bukan" Sekarang kejadian aneh berikutnya. Setelah sadar dari
pingsannya, dia lupa sama sekali akan apa yang telah terjadi. Saya menunjukkan
bola kristal itu padanya, dan bertanya apakah dia tahu, benda apa ini. Dia
menjawab bahwa sepertinya itu bola kristal, semacam yang suka digunakan para
peramal. Saya tanya, apakah dia pernah melihat bola kristal" Dia menjawab, Tidak
pernah, M. le docteur.' Tapi sorot matanya tampak bingung. 'Apa yang mengganggu
pikiran Anda, Suster"' tanya saya. Dia menjawab, 'Sebab rasanya aneh sekali.
Saya belum pernah melihat bola kristal... tapi saya merasa mengenalnya dengan
baik. Ada sesuatu... kalau saja saya ingat...' Tampaknya dia sangat gelisah, karena
tak bisa mengingat apa pun yang mengganggunya itu, jadi saya melarangnya
berpikir lebih lanjut. Itu kejadian dua minggu yang lalu. Saya sengaja menunggu
saat yang tepat. Besok saya akan mengadakan eksperimen lebih lanjut."
"Dengan bola kristal lagi?"
"Ya, dengan bola kristal lagi. Saya akan minta dia melihat ke dalam bola krsital
itu. Saya rasa hasilnya pasti menarik."
"Hasil apa yang Anda harapkan?" tanyaku, penuh rasa ingin tahu.
Pertanyaanku sebenarnya cuma iseng-iseng saja, tapi efeknya sungguh tak terduga.
Dr. Rose mendadak jadi kaku, wajahnya merona merah, dan ketika ia berbicara
lagi, sikapnya berubah drastis. Ia jadi lebih formal, lebih profesional.
"Saya berharap mendapatkan titik terang mengenai masalah gangguan mental
tertentu, yang selama ini
21 belum sepenuhnya dipahami. Suster Marie Angelique merupakan objek penelitian
yang sangat menarik."
Jadi, minat Dr. Rose sepenuhnya bersifat profesional" pikirku.
"Apakah Anda keberatan kalau saya ikut dengan Anda?" tanyaku.
Entah ini hanya imajinasiku atau bukan, tapi kulihat ia ragu-ragu sebelum
menjawab. Mendadak aku merasa ia tak ingin aku ikut.
"Tentu boleh. Saya sama sekali tidak keberatan."
Lalu ia menambahkan, "Saya rasa Anda tidak akan terlalu lama berada di sini?"
"Hanya sampai lusa."
Aku merasa jawaban itu membuatnya lega. Keningnya tidak berkerut lagi, dan ia
mulai bicara tentang beberapa eksperimennya baru-baru ini terhadap guinea
Pig III Aku membuat janji temu dengan Dr. Rose keesokan siangnya, dan kami pergi
bersama-sama untuk menemui Suster Marie Angelique. Hari ini Dr. Rose ramah
sekali. Kurasa ia ingin mengubah kesan yang ditampilkannya kemarin.
"Jangan terlalu serius menanggapi ucapan saya," katanya sambil tertawa. "Saya
tidak mau Anda menganggap saya ini percaya pada praktek-praktek okultisme.
Kelemahan saya yang paling parah, saya ini suka penasaran untuk mencari bukti."
22 "O ya?" "Ya, dan semakin fantastis suatu kasus, semakin saya menyukainya."
Ia tertawa, seperti orang yang menertawakan kelemahan yang terasa menggelikan.
Ketika kami tiba di cottage itu, si perawat distrik ingin membicarakan sesuatu
dengan Dr. Rose, jadi aku ditinggalkan bersama Suster Marie Angelique.
Kulihat suster itu memandangiku dengan saksama. Lalu ia berbicara.
"Perawat yang baik itu mengatakan pada saya, bahwa Anda saudara laki-laki dari
wanita yang baik itu, wanita di rumah besar tempat saya tinggal, ketika saya
baru datang dari Belgia. Benarkah itu?"
"Ya." sahutku. "Dia sangat ramah pada saya. Dia baik sekali."
Lalu ia terdiam, seakan-akan tengah mengikuti jalan pikirannya sendiri. Lalu ia
berkata, "M. le docteur, dia juga orang yang baik?"
Aku jadi agak canggung untuk menjawab.
"Eh, ya. Maksud saya... saya rasa begitulah."
"Ah!" Suster itu diam sejenak, kemudian berkata, "Dia memang sangat baik pada
saya selama ini." Lalu ia memandangku dengan tajam.
"Monsieur... Anda... Anda bicara dengan saya sekarang... apa menurut Anda saya ini
sudah tidak waras?" "Ah, Suster, hal semacam itu tidak pernah. ."
Ia menggelengkan kepalanya perlahan-lahan, menyela protesku.
"Apa saya tidak waras" Saya tidak tahu... hal-hal yang saya ingat... hal-hal yang
tidak saya ingat..."
23 la mendesah, dan pada saat itu Dr. Rose masuk ke ruangan.
Ia menyapa Suster Marie Angelique dengan ceria, dan menjelaskan apa yang ia
inginkan dari suster itu.
"Begini, ada orang-orang tertentu yang mempunyai bakat melihat berbagai kejadian
dalam bola kristal. Saya merasa Anda punya bakat semacam itu, Suster."
Suster Marie Angelique tampak gelisah.
"Tidak, tidak, saya tidak bisa melakukan itu. Mencoba membaca masa depan itu ?berdosa."
Dr. Rose merasa terperanjat. Ia tidak memperhitungkan sudut pandang yang
dijadikan dasar penolakan oleh suster itu. Dengan cerdik ia mengubah taktiknya.
"Kita memang tidak boleh mencoba melihat masa depan. Anda benar sekali. Tapi
kalau melihat ke masa lalu... itu lain halnya."
"Melihat masa lalu?"
"Ya. Banyak sekali peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi di masa lalu. Berbagai
kilasan peristiwa yang muncul kembali terlihat sejenak lalu menghilang lagi. ? ?Jangan mencoba membaca apa pun di dalam bola kristal, kalau itu Anda anggap
tidak benar. Pegang saja bola itu di kedua tangan Anda seperti ini. Lihat ke
?dalamnya pandangi baik-baik. Ya... dengan lebih saksama... lebih saksama. Anda
?ingat, bukan" Anda ingat. Anda mendengar saya berbicara pada Anda. Anda bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Bisakah Anda mendengar saya?"
Suster Marie Angelique sudah mengambil bola kristal itu, seperti yang
diperintahkan sang dokter,
24 dan memeganginya dengan sikap serius yang aneh. Lalu, saat memandangi bola
kristal itu, sepasang matanya menjadi kosong dan menerawang, lalu kepalanya
terkulai. Ia seperti tertidur.
Perlahan-lahan sang dokter mengambil bola kristal itu darinya dan meletakkannya
di meja. Kemudian ia membuka sudut kelopak mata suster tersebut. Setelah itu ia
duduk di sampingku. "Kita mesti menunggu sampai dia terbangun. Saya yakin tidak akan lama."
Benar juga. Lima menit kemudian. Suster Marie Angelique mulai bergerak sedikit.
Kedua matanya membuka setengah sadar
"Di mana saya?"
"Anda ada di sini... di rumah. Anda baru saja tertidur sejenak. Anda tadi
bermimpi, bukan?" Suster itu mengangguk. "Ya, saya bermimpi."
"Anda bermimpi tentang Bola Kristal itu?" "Ya."
"Coba ceritakan mimpi itu pada kami."
"Anda akan menganggap saya tidak waras, M. le docteur. Sebab dalam mimpi saya
Bola Kristal itu adalah sebuah lambang kudus. Saya bahkan melihat sosok seorang
Kristus kedua, Guru Bola Kristal yang mati demi keyakinannya, para pengikutnya
diburu dihukum mati... Namun keyakinan itu tetap bertahan.
?"Ya... selama lima belas ribu purnama... maksud saya, selama lima belas ribu tahun."
"Berapa lama siklus bulan purnama?"
"Tiga belas peredaran bulan biasa. Ya, pada bulan purnama kelima belas ribu...
saya menjadi Pendeta 25 Wanita dari Tanda Kelima di Rumah Bola Kristal. Waktu itu adalah hari-hari
pertama menjelang datangnya Tanda Keenam..."
Kedua alis suster itu bertaut, wajahnya menyiratkan rasa takut.
"Terlalu cepat." gumamnya. "Terlalu cepat. Ini suatu kesalahan... Ah! Ya, saya
ingat! Tanda Keenam itu..."
Ia setengah melompat bangkit, lalu duduk kembali sambil menyapukan tangan di
wajahnya, dan bergumam, "Apa yang saya bicarakan ini" Saya melantur, semua ini tak pernah terjadi."
"Jangan membuat diri Anda cemas."
Tapi Suster Marie Angelique tengah menatap Dr. Rose dengan ekspresi bingung
bercampur sedih. "M. le docteur, saya tidak mengerti. Kenapa saya mendapatkan mimpi-mimpi ini...
segala khayalan ini" Saya baru umur enam belas tahun ketika masuk biara. Saya
tidak pernah bepergian. Tapi saya suka bermimpi tentang kota-kota, orang-orang
asing, kebudayaan-kebudayaan asing. Kenapa?" la menekankan kedua tangannya ke
dahinya. "Apakah Anda pernah dihipnotis, Suster" Atau mengalami trance?"
"Saya belum pernah dihipnotis, M. le docteur. Mengenai trance, kalau sedang
berdoa di kapel, roh saya sering kali serasa terbang dari tubuh saya, dan selama
berjam-jam saya seperti orang mati. Keadaan itu jelas merupakan keadaan yang
membahagiakan saat penuh berkah, kata Ibu Kepala Biara. Ah! Ya," ia tercekat. ?"Saya ingat, kami pun metnebutnva saat penuh berkah"
26 "Saya ingin mencoba mengadakan eksperimen, Suster," kata Dr. Rose dengan nada
tegas. "Mungkin eksperimen ini bisa meruntuhkan ingatan-ingatan tak menyenangkan
yang hanya muncul setengah-setengah itu. Saya akan minta Anda sekali lagi
menatap bola kristal. Lalu saya akan mengucapkan kata tertentu Anda menjawab
dengan kata lain. Kita akan teruskan seperti itu sampai Anda lelah. Fokuskan


Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pikiran Anda pada bola kristal, jangan pada kata-katanya."
Sekali lagi aku mengeluarkan bola kristal itu dan memberikannya ke tangan Suster
Marie Angelique, dan kulihat ia menyentuh bola krista! itu dengan sikap penuh
hormat. Bola kristal itu dialasi selembar kain beledu hitam, dan Suster Marie
Angelique memegangnya di antara kedua telapak tangannya yang ramping. Tatapannya
yang dalam dan penuh pesona tertuju pada bola kristal itu. Hening sejenak, lalu
Dr. Rose berkata, "Anjing." Dengan segera Suster Marie Angelique menjawab, "Kematian"
IV Aku tidak berniat memberikan laporan lengkap tentang eksperimen tersebut. Banyak
kata-kata yang tidak penting dan tak bermakra yang sengaja diucapkan sang
dokter. Ada kata-kata yang diulanginya beberapa kali, kadang-kadang mendapatkan
jawaban yang sama. kadang jawaban yang berbeda.
27 Senja itu, di cottage kecil sang dokter di pinggir tebing karang, kami membahas
hasil eksperimen tersebut.
Ia berdeham dan meraih buku catatannya.
"Hasil-hasilnya sangat menarik sangat aneh. Sebagai jawaban atas kata 'Tanda ?Keenam', kita mendapatkan kata Kehancuran. Ungu, Anjing, Kekuasaan, lalu
Kehancuran lagi, dan akhirnya Kekuasaan. Berikutnya, seperti telah Anda lihat,
saya membalik metodenya, dengan hasil-hasil sebagai berikut. Sebagai jawaban
atas kata Kehancuran, saya mendapatkan kata Anjing; kata Ungu dijawab Kekuasaan;
kata Anjing dijawab Kematian lagi, dan kata Kekuasaan dijawab Anjing. Semua itu
masuk akal, tapi ketika saya mengulangi kaia Kehancuran untuk kedua kalinya,
saya mendapatkan jawaban Laut, yang kehhat annya sama sekali tidak relevan.
Untuk kata 'Tanda Kelima' saya mendapatkan kata Biru, Pikiran, Burung, Biru
lagi, dan akhirnya kalimat yang agak sugestif: Komunikasi antarpikiran.
Berpatokan pada fakta bahwa 'Tanda Keempat' dijawab dengan kata Kuning, dan
kemudian Cahaya, dan Tanda Pertama' dijawab dengan Darah, saya menyimpulkan
bahwa setiap Tanda mempunyai warna tersendiri, dan kemungkinan juga lambang
tersendiri. Tanda Kelima lambangnya burung, dan Tanda Keenam lambangnya anjing.
Tapi saya menduga Tanda Kelima itu mewakili apa yang selama ini dikenal sebagai
telepati komunikasi antarpikiran. Tanda Keenam jelas mewakili Kekuasaan untuk
?Menghancurkan." "Apa arti Laut itu?"
"Mesti saya akui, saya tidak bisa menjelaskan yang satu itu. Saya menyebutkan
kata itu kemudian. 28 dan mendapatkan jawaban biasa: Perahu. Untuk Tanda Ketujuh, mula-mula saya
mendapat jawaban Hidup, lalu Cinta. Untuk Tanda Kedelapan, saya mendapat jawaban
Tidak Ada. Maka saya simpulkan tanda-tanda itu hanya sampai Tujuh seluruhnya."
'Tapi jawaban untuk Tanda Ketujuh itu belum diperoleh," kataku sekonyong-
konyong. "Sebab dari Tanda Keenam muncul Kehancuran"
"Ah, menurut Anda begitu" Kita sudah menanggapi celotehan-celotehan sinting ini
dengan sangat serius. Semua itu sebenarnya hanya menarik dari sudut pandang
medis." "Tapi para penyelidik psychic juga pasti akan sangat tertarik dengan hal ini."
Kedua mata sang dokter menyipit. "Wah, saya sama sekali tidak bermaksud
mempublikasikan hal ini."
"Lalu bagaimana dengan minat Anda itu?"
"Minat saya sepenuhnya bersifat pribadi. Tentu saja saya akan membuat catatan-
catatan tentang kasus ini."
"Begitu." Namun untuk pertama kalinya aku merasa seperti orang buta yang tidak
melihat apa pun. Aku bangkit berdiri.
"Yah, kalau begitu, selamat malam. Dokter. Besok saya berangkat ke kota."
"Ah!" Rasanya aku mendengar nada puas, atau lega barangkali, di balik seruannya
itu. "Semoga sukses dengan penyelidikan Anda," kataku dengan nada ringan. "Jangan
lepaskan Anjing Kematian pada saya kalau kita bertemu lagi nanti!"
Aku menjabat tangannya sambil berbicara, dan kurasakan tangan itu tersentak
terkejut. Tapi dengan 29 cepat ia berhasil memulihkan diri. Ia tersenyum, memperlihatkan gigi-giginya
yang panjang dan runcing.
"Bagi orang yang mencintai kekuasaan, betapa hebatnya kekuasaan semacam itu,"
katanya. "Kekuasaan untuk mengontrol kehidupan setiap manusia di tangan
sendiri." Dan senyumnya semakin lebar.
V Itulah akhir dari keterlibatanku secara langsung dengan peristiwa tersebut.
Kelak, buku catatan dan buku harian dokter itu jatuh ke tanganku. Aku akan
melampirkan isinya yang cuma sedikit itu di sini, meski tentunya Anda mengerti
bahwa baru beberapa lama kemudian kedua buku ini benar-benar menjadi milikku.
5 Agustus. Sudah menemukan bahwa yang dimaksud oleh Suster M.A. dengan "Yang
Terpilih" adalah mereka-mereka yang mereproduksi ras tersebut. Kelihatannya
mereka menduduki kehormatan tertinggi, jauh di atas para Pendeta. Bandingkan ini
dengan kaum Kristen zaman dulu.
7 Agustus. Membujuk Suster M.A. untuk mengizinkan aku menghipnotisnya. Berhasil
membuatnya tertidur dan mengalami trance, tapi tidak menghasil kan keselarasan
yang diinginkan. 9 Agustus. Apakah di masa lampau ada peradaban-peradaban yang jauh melebihi
peradaban kita saat 30 ini" Aneh kalau seandainya ada. dan aku satu-satunya orang yang memperoleh
petunjuk tentang itu... 12 Agustus. Suster M.A. sama sekali tidak mudah diarahkan pada sugesti, saat
dihipnotis. Tapi dengan mudah bisa dibuat trance. Entah kenapa.
13 Agustus. Suster M.A. menyebutkan hari ini bahwa dalam "saat penuh berkah",
"gerbang" mesti ditutup, kalau tidak seseorang akan masuk menguasai raga.
Menarik... namun membingungkan.
18 Agustus. Jadi, Tanda Pertama itu tidak lain adalah... (kata-katanya dihilangkan
di sini)... lalu berapa abad mesti berlalu sebelum sampai pada Tanda Keenam" Tapi
seandainya ada jalan pintas menuju Kekuasaan...
20 Agustus. Sudah mengatur kedatangan M.A. kemari bersama perawat. Perawat sudah
diberitahu bahwa pasien perlu diberi morfin. Apa aku sudah sinting" Atau aku
akan menjadi Superman, dengan Kekuasaan Maut di tanganku" (Di sini catatannya
berakhir) VI Rasanya pada tanggal 29 Agustus-lah aku menerima surat itu. Ditujukan padaku,
dengan alamat ipar perempuanku. Surat itu ditulis dengan tulisan tangan miring
yang tampak asing. Kubuka sampulnya dengan perasaan ingin tahu. Isinya sebagai
berikut: C.HfcR Monsieur, saya hanya dua kali bertemu dengan
31 Anda, tapi saya merasa bisa mempercayai Anda. Entah mimpi-mimpi saya nyata atau
tidak, semuanya jadi semakin jelas belakangan ini... Dan, Monsieur, satu yang
paling utama. Anjing Kematian itu bukanlah mimpi... pada masa-masa yang pernah
saya ceritakan pada Anda (Entah itu nyata atau tidak, saya tidak tahu) Dia yang
Menjaga Bola Kristal itu terlalu lekas menampakkan Tanda Keenam pada orang-orang
tersebut... Dan kejahatan pun merasuki hati mereka. Merwrva memiliki kekuasaan
untuk menghabisi sesukanya murni ini, kami tahu bahwa sekali lagi kami tak boleh melengkapi Lingkaran itu
untuk tiba pada Tanda Kehidupan Abadi. Dia, yang seharusnya menjadi Penjaga
Berikutnya Bola Kristal itu, diminta bertindak. Agar generasi yang tua habis,
dan generasi yang baru bisa muncul kembali, setelah masa-masa yang panjang tak
berkesudahan, dia pun melepaskan Anjing Kematian ke lautan (dengan menjaga agar
Lingkaran itu tidak tertutup), dan lautan pun bangkit dalam rupa seekor Anjing,
menelan daratan sepenuhnya...
Saya ingat hal ini... di undak-undak altar di Belgia...
Dr. Rose, dia salah satu anggota Persaudaraan itu. Dia tahu Tanda Pertama, dan
bentuk Tanda Kedua, walau artinya disembunyikan, dan hanya diketahui oleh
beberapa orang pilihan. Dia ingin mendapatkan Tanda Keenam itu dari saya. Sejauh
ini saya berusaha menahannya tapi saya semakin lemah, Monsieur. Tidak baik
?kalau seorang manusia memperoleh ke-32
kuasaan sebelum waktunya. Berabad-abad mesti berlalu, sebelum dunia ini siap
menerima kekuasaan maut ke dalam tangannya... saya mohon, Monsieur, Anda yang
mencintai kebaikan dan kebenaran, tolonglah saya... sebelum terlambat.
Saudarimu dalam Kristus, MARIE ANGELIQUE
Kubiarkan kertas itu melayang jatuh. Tanah tempatku berpijak jadi terasa agak
goyah. Lalu semangatku mulai bangkit. Keyakinan wanita malang itu hampir-hampir
mempengaruhiA'w! Satu hal sudah jelas. Dr. Rose, dalam semangatnya mengejar
kasus ini, jelas-jelas telah melanggar batas profesionalnya. Aku akan ke sana
dan... Sekonyong-konyong aku melihat sepucuk surat dari Kitty di antara surat-surat
masuk untukku. Kubuka surat itu.
"Ada kejadian yang sangat mengerikan," aku membaca. "Kau ingat cottage kecil Dr.
Rose di tebing karang itu" Cottage itu tersapu tanah longsor semalam. Dokter dan
biarawati malang itu. Suster Marie Angelique, tewas. Debris yang tampak di
pantai sangat mengerikan semuanya bertumpuk membentuk tumpukan fantastis dari
? ?jauh kelihatannya seperti seekor anjing raksasa..."
Surat itu jatuh dari tanganku
Fakta-fakta lainnya mungkin hanya kebetulan belaka Seorang Mr. Rose, yang kelak
kuketahui ternyata kerabat kaya Dr. Rose, meninggal dengan mendadak
33 pada malam yang sama kabarnya tersambar petir. Sejauh yang diketahui, tidak ada
?badai di daerah tersebut malam itu, tapi satu-dua orang menyatakan mendengar
gelegar guruh. Mr. Rose mendapat luka bakar "yang bentuknya aneh". Dalam surat
wasiatnya, ia mewariskan segalanya pada keponakannya, Dr. Rose.
Nah, seandainya Dr. Rose berhasil mendapatkan rahasia Tanda keenam dari Suster
Marie Angelique... Sejak awal aku sudah merasa ia orang yang tak punya hati. Ia
tidak akan ragu mengambil nyawa pamannya, seandainya ia yakin itu bisa
memuluskan jalannya. Tapi aku teringat satu kalimat dalam surat Suster Marie
Angelique... "dengan menjaga agar Lingkaran itu tidak tertutup..." Dr. Rose rupanya
tidak sehati-hati itu barangkali ia tidak menyadari langkah-langkah apa yang ?mesti diambil, atau bahkan pentingnya langkah-langkah tersebut. Maka Kekuatan
yang dilepaskannya berbalik, melengkapi putarannya...
Tapi semua ini pasti hanya omong kosong. Peristiwa itu bisa dijelaskan secara
sewajarnya. Bahwa sang dokter percaya akan segala halusinasi yang dialami Suster
Marie Angelique membuktikan bahwa pikiran sang dokter sendiri juga agak tidak
seimbang. Namun kadang aku bermimpi tentang sebuah benua di bawah samudra, di mana dahulu
kala manusia hidup dan mencapai tingkat peradaban yang jauh melebihi peradaban
kita... Ataukah segala ingatan Suster Marie Angelique itu urutannya dimulai dari yang
paling belakang" ?34 ta orang, ini mungkin terjadi dan Kota Lingkaran i adalah kota di masa depan,
?bukan di masa lalu" Omong kosong semua itu hanya halusinasi belaka.
?35 Tanda Bahaya "Wah, mendebarkan sekali," kata Mrs. Eversleigh yang cantik, sambil membuka
kedua matanya yang indah namun agak kosong itu lebar-lebar. "Orang sering
bilang, wanita punya indra keenam; menurut Anda, benarkah itu, Sir Alington?"
Ahli jiwa terkenal itu tersenyum sinis. Ia sangat tak suka pada tipe seperti
Mrs. Eversleigh ini cantik tapi bodoh. Alington West adalah ahlinya dalam
?bidang penyakit mental, dan ia sadar betul akan posisi serta arti penting
dirinya. Ia pria yang agak sombong.
"Banyak orang suka bicara yang tidak-tidak, Mrs. Eversleigh. Apa maksudnya
itu indra keenam?" ?"Kalian, para ilmuwan, selalu sinis. Padahal kadang orang benar-benar bisa punya
firasat tajam tentang sesuatu cuma tahu, merasakan, maksud saya aneh
? ?sekali sungguh aneh. Claire mengerti maksud saya, bukan begitu, Claire?"
?Ia bertanya pada nyonya rumahnya dengan bibir agak cemberut dan bahu
dimiringkan. Claire Trent tidak segera menjawab. Acara makan malam kecil itu hanya dihadiri
oleh ia dan suaminya, Violet Eversleigh, Sir Alington West, dan keponakan -
36 nya, Dermot West, yang juga teman lama Jack Trent. Jack Trent sendiri adalah
seorang pria bertubuh agak gemuk dengan wajah merah, senyum ramah, dan tawa
menyenangkan. Ia yang menjawab ucapan Mrs. Eversleigh.
"Omong kosong. Violet. Teman baikmu itu tewas dalam kecelakaan kereta api. Tapi
kau lantas teringat mimpimu tentang kucing hitam pada hari Selasa yang
lalu hebat sekali, lalu kaupikir itu memang pertanda sesuatu bakal terjadi!"
?"Oh, tidak, Jack, kau mencampuradukkan pertanda dengan intuisi. Ayolah, Sir
Alington, tentunya Anda mengakui bahwa yang namanya pertanda itu memang ada?"
"Barangkali ya, sampai batas tertentu," Sir Alington mengakui dengan hati-hati.
"Tapi banyak juga yang terjadi hanya karena kebetulan belaka, tapi lalu orang
cenderung melebih-lebihkan ceritanya itu juga mesti diperhitungkan."?"Menurutku tidak ada yang namanya pertanda itu," kata Claire Trent dengan agak
tergesa-gesa. "Atau intuisi, indra keenam, atau apa pun yang kita bicarakan
dengan sangat fasih ini. Kita menjalani hidup seperti kereta api yang melaju
dalam kegelapan, ke tujuan yang tidak diketahui."
"Itu bukan persamaan yang tepat, Mrs. Trent," kata Dermot West, yang mengangkat
kepalanya untuk pertama kali dan ikut ambil bagian dalam pembicaraan tersebut.
Ada binar-binar aneh di mata kelabunya yang jernih, yang tampak mencolok agak
janggal di wajahnya yang gelap kecokelatan. "Anda lupa akan tanda-tandanya."
37 'Tanda-tanda?" "Ya, hijau kalau aman-aman saja. dan merah kalau ada bahaya!"
?"Merah kalau ada bahaya sungguh mendebarkan!" kata Violet Eversleigh dengan
? ?mendesah. Dermot memalingkan muka darinya dengan agak tak sabar.
"Itu cuma perumpamaan, tentunya. Ada bahaya di depan! Tanda merah! Hati-hati!"
Trent menatapnya dengan rasa ingin tahu.
"Kau berbicara seakan-akan dari pengalamanmu sendiri, Dermot, sobatku."
"Memang pernah terjadi padaku, maksudku."
?"Coba ceritakan."
"Aku bisa memberikan satu contoh. Di Mesopotamia tepat setelah gencatan
?senjata, aku masuk ke tendaku pada suatu malam, dengan perasaan waswas. Ada
bahaya! Waspadalah! Aku sama sekali tidak mengerti, ada apa sebenarnya. Aku
memeriksa kamp itu, sibuk sana-sini, berjaga-jaga kalau-kalau ada serangan dari
orang-orang Arab. Lalu aku kembali ke tendaku. Begitu aku masuk ke dalam,
perasaan itu muncul lagi, lebih kuat malah. Ada bahaya! Akhirnya aku mengambil
selimut dan tidur di luar." "Lalu?"
"Keesokan paginya, waktu aku masuk ke tenda, yang pertama kulihat adalah sebilah
pisau panjang sekitar setengah meter menancap di tempat tidurku, persis di
? ?tempat aku mestinya berbaring. Dengan segera aku tahu pelakunya salah seorang
?pelayan Arab itu. Anak lelakinya telah ditembak karena menjadi mata-mata. Apa
pendapat Anda. Paman 38 Alington, atas peristiwa itu" Menurutku itu contoh dan tanda bahaya yang muncul
sebelum suatu peristiwa terjadi."
Sir Alington tersenyum tanpa menyatakan pendapat.
"Kisah yang sangat menarik, Dermot."
"Tapi Paman tidak mengiyakan bahwa itu memang suatu sinyal tanda bahaya?"
"Ya, ya. aku tidak ragu bahwa kau mendapat pertanda, seperti yang kaukatakan
itu. Tapi yang kupermasalahkan adalah asal-usul pertanda itu. Menurutmu,
pertanda itu datangnya dari luar, muncul dari suatu sumber di luar dirimu. Tapi
pada zaman ini kita menemukan bahwa hampir segala sesuatu berasal dari dalam
diri kita sendiri dari alam bawah sadar kita."?"Alam bawah sadar," seru Jack Trent. "Sekarang apa-apa dikaitkan dengan alam
bawah sadar." Sir Alington melanjutkan, tanpa menghiraukan komentar tersebut.
"Menurut pendapatku, entah bagaimana orang Arab ini telah membuat dirinya
ketahuan. Alam sadarmu tidak memperhatikan ataupun mengingat, tapi tidak
demikian halnya dengan alam bawah sadarmu. Alam bawah sadar tak pernah lupa.
Kita juga percaya bahwa alam bawah sadar itu bisa berpikir dan mengambil
kesimpulan secara terpisah sama sekali dari kesadaran yang lebih tinggi. Maka
alam bawah sadarmu yakin bahwa ada usaha untuk membunuhmu, dan dia berhasil
menanamkan rasa takutnya pada alam sadarmu."
"Kuakui, itu kedengarannya sangat meyakinkan," kata Dermot dengan tersenyum.
39 "Tapi tidak terlalu mendebarkan," Mrs. Eversleigh menimpali dengan bibir


Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cemberut. "Mungkin juga alam bawah sadarmu menyadari kebencian orang itu terhadapmu. Dulu
kita mengenal apa yang disebut telepati, dan itu benar-benar ada, walaupun
kondisi-kondisi yang mengaturnya sangat sedikit dipahami."
"Apa pernah ada peristiwa-peristiwa lain yang bisa dijadikan contoh?" tanya
Claire pada Dermot. "Oh, ya, tapi tidak terlalu mengesankan dan kurasa bisa dijelaskan sebagai
?peristiwa kebetulan belaka. Aku pernah menolak undangan ke sebuah rumah
pedesaan, hanya karena perasaanku tidak enak. Rumah itu ternyata terbakar.
Omong-omong, Paman Alington, di mana peran alam bawah sadar dalam kasus ini?"
"Kurasa tidak ada," kata Alington, tersenyum. "Tapi pasti ada penjelasan yang
sama bagusnya. Ayolah. Tidak perlu terlalu hati-hati terhadap keponakan
sendiri." "Yah, baiklah, keponakan, menurut pendapatku, kau menolak undangan itu cuma
karena kau tidak terlalu berminat pergi saja, dan setelah peristiwa kebakaran
itu, kau menganggap dirimu telah diberi peringatan sebelumnya, dan sekarang kau
percaya penuh bahwa itulah yang terjadi."
"Payah," Dermot tertawa. "Paman selalu menang."
"Tak apa-apa, Mr. West," seru Violet Eversleigh. "Saya percaya sepenuhnya dengan
teori tanda bahaya Anda. Apa peristiwa di Mesopotamia itu terakhir kali Anda
mendapat perasaan demikian?"
"Ya... sampai..." "Maaf?"
40 "Tidak ada apa-apa."
Dermot duduk diam. Tadi ia hampir saja mengucapkan, "Ya... sampai malam ini."
Kata-kata itu melompat begitu saja di mulutnya, menyuarakan pikiran yang
sebelumnya tidak muncul secara sadar, tapi ia langsung menyadari bahwa itu
benar. Tanda bahaya itu muncul dari tengah kegelapan. Ada bahaya. Ada bahaya di
depan mata. Tapi kenapa" Bahaya apa yang mungkin terjadi di sini" Di rumah teman-temannya
ini" Setidaknya... ya, memang ada satu bahaya. Ia menatap Claire Trent kulitnya
?yang putih, tubuhnya yang ramping, kepalanya yang tertunduk halus dengan
rambutnya yang keemasan. Tapi bahaya itu memang sudah beberapa lama ada dan
? rasanya tak mungkin berkembang menjadi besar. Sebab Jack Trent adalah sahabat
baiknya, bahkan lebih dari itu. Jack telah menyelamatkan nyawanya di Flanders
dan telah direkomendasikan memperoleh VC atas kepahlawanannya. Jack orang yang
baik. salah satu yang terbaik. Sungguh sial bahwa ia jatuh cinta pada istri
Jack. Tapi suatu hari nanti ia pasti bisa mengatasi perasaannya. Hal seperti ini
takkan selamanya menyakitkan. Perasaan ini kelak akan sirna juga ya, sirna. ?Claire sendiri rasanya takkan pernah menduga dan kalaupun ia menduganya, tak
?mungkin ia akan menghiraukan. Claire bagaikan sebuah patung, patung yang indah,
terbuat dari emas, gading, dan batu koral merah muda yang pucat... boneka untuk
seorang raja, bukan seorang wanita yang hidup dan nyata.
Claire... menyebutkan namanya dalam hati pun sudah membuat Dermot terluka... Ia
mesti mengatasi 41 perasaannya. Ia sudah pernah jatuh cinta... "Tapi tidak seperti ini!" kata sesuatu
dalam hatinya. "Tidak seperti ini." Yah, begitulah. Tidak ada bahaya hanya
?patah hati, tapi bukan bahaya. Bukan bahaya seperti yang dimunculkan Sinyal
Merah itu Itu untuk hal lain lagi.
Dermot melayangkan pandang ke seputar meja, dan untuk pertama kali ia menyadari
bahwa tamu-tamu yang hadir kali ini agak tidak biasa. Pamannya, misalnya, jarang
sekali mau menghadiri acara makan malam kecil yang tidak formal seperti ini.
Suami-istri Trent memang teman lama, tapi baru malam ini Dermot menyadari bahwa
ia sama sekali tidak "mengenal" mereka.
Tapi ada satu alasan untuk acara kali ini. Seorang pemanggil arwah yang cukup
terkenal akan datang untuk mengadakan pemanggilan arwah sesudah makan malam. Sir
Alington mengatakan agak tertarik pada spiritualisme. Ya, jelas itu suatu alasan
saja. Alasan. Dermot mau tak mau jadi menaruh perhatian pada kata itu. Apakah acara
pemanggilan arwah ini sekadar alasan supaya kehadiran pamannya pada makan malam
ini terasa wajar" Kalau ya, apa sebenarnya tujuan pamannya berada di sini"
Berbagai detail menyerbu ke dalam pikiran Dermot, hal-hal kecil yang sebelumnya
tidak diperhatikan, atau, seperti kata pamannya, tidak diperhatikan oleh pikiran
sadar Sir Alington sejak tadi menatap Claire dengan pandangan sangat aneh, lebih dari
sekali, la seperti tengah mengawasi wanita itu. Claire tampak gelisah
mendapatkan tatapan tajamnya. Sesekali kedua tangannya bergerak-gerak gugup. Ia
memang gugup, amat 42 sangat gugup, dan... ketakutan. Mungkinkah itu" Kenapa ia ketakutan"
Dermot tersentak dan kembali pada percakapan yang sedang berlangsung di seputar
meja. Mrs. Eversleigh telah berhasil membuat Sir Alington bicara tentang bidang
yang paling dikuasainya. "Mrs. Eversleigh yang baik," katanya, "apa sebenarnya kegilaan itu" Saya bisa
meyakinkan Anda bahwa semakin dipelajari, semakin sulit kita mengucapkan kata
itu. Kita semua, sampai tingkat tertentu, suka membohongi diri sendiri, dan
kalau kita sampai keterlaluan mempraktekkannya, misalnya kita jadi yakin bahwa
kita adalah Kaisar Rusia, maka kita akan dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Tapi
jalan yang mesti ditempuh sebelum mencapai titik itu, panjang sekali. Sampai
sejauh mana kita menyusuri jalan itu, sebelum kita membuat garis batas dan
berkata, 'Di sisi ini adalah kewarasan, dan di sisi sana itu kegilaan'" Itu
tidak bisa dilakukan. Kalau orang yang menderita delusi menyembunyikan
keadaannya, kemungkinan besar kita tidak akan bisa membedakan dia dari orang
yang normal. Kewarasan yang luar biasa dalam diri orang sinting merupakan subjek
yang sangat menarik."
Sir Alington menyisip anggurnya perlahan-lahan, lalu menatap yang lainnya dengan
berseri-seri. "Saya dengar mereka itu sangat cerdik," kata Mrs Eversleigh. "Maksud saya,
orang-orang sinting itu."
"Memang. Dan sering kali menekan delusi tertentu bisa sangat berbahaya. Segala
sesuatu yang ditekan bisa berbahaya, seperti diajarkan dalam psikoanalisis.
Orang yang punya sifat eksentrik, yang tidak ber -
43 bahaya, dan tidak perlu menyembunyikannya, jarang melewati garis batas
kewarasan. Tapi laki-laki" Sir Alington diam sejenak "atau wanita yang ? ?kelihatannya sepenuhnya normal, bisa saja sebenarnya merupakan sumber bahaya
yang sangat besar bagi masyarakat."
Perlahan tatapannya bergerak ke arah Claire, lalu beralih lagi. Ia menyisip
anggurnya sekali lagi. Rasa takut yang amat sangat mengguncang diri Dermot. Itukah yang dimaksud
pamannya" Itukah yang hendak dikatakannya" Mustahil, tapi...
"Dan semuanya akibat menahan-nahan kecenderungan itu," desah Mrs. Eversleigh.
"Saya mengerti, orang mesti sangat hati-hati dan mesti selalu... selalu
mengekspresikan kepribadiannya. Menakutkan, akibat yang ditimbulkan oleh
menahan-nahan diri itu."
"Mrs. Eversleigh," kata Sir Arlington dengan sungguh-sungguh. "Anda salah
memahami ucapan saya. Penyebab kecenderungan itu ada dalam otak semata-mata-
kadang-kadang timbul akibat sebab-sebab dari luar, misalnya kepala yang
terbentur; kadang-kadang juga karena bawaan."
"Penyakit bawaan memang sangat menyedihkan," desah Lady Eversleigh pelan. 'TBC
dan sebagainya." 'TBC bukan penyakit keturunan," kata Sir Alington dengan nada datar.
"Masa" Saya pikir penyakit keturunan. Tapi kegilaan bisa diturunkan! Mengerikan
sekali. Apa lagi?" "Encok." kata Sir Alington sambil tersenyum. "Dan buta warna ini cukup menarik.
?Buta warna diturunkan langsung ke laki-laki, tapi hanya berupa bawaan pada
wanita. Jadi, tidak aneh kalau banyak laki-laki
44 yang buta warna, tapi seorang wanita yang buta warna, berarti ibunya mempunyai
bawaan itu, dan ayahnya juga mengalaminya agak tidak biasa. Itu yang disebut
?hereditas yang terbatas pada jenis kelamin."
"Menarik sekali. Tapi kegilaan tidak seperti itu, bukan?"
"Kegilaan bisa diturunkan pada laki-laki dan wanita dalam tingkat yang sama,"
kata Sir Alington dengan sungguh-sungguh.
Claire bangkit berdiri dengan tiba-tiba, mendorong kursinya begitu mendadak,
hingga kursi itu terjungkal jatuh. Ia tampak sangat pucat, dan gerakan gugup
jemarinya sangat kentara.
"Anda... Anda tidak akan lama, bukan?" pintanya. "Sebentar lagi Mrs. Thompson
datang." "Segelas anggur lagi, dan saya akan bergabung dengan Anda." kata Sir Alington.
"Bukankah saya kemari untuk melihat penampilan Mrs. Thompson yang menakjubkan
ini" Ha ha! Saya tidak perlu didorong-dorong." Ia membungkukkan badan.
Claire tersenyum samar, lalu keluar dari ruangan tersebut, tangannya menyentuh
bahu Mrs. Eversleigh. "Rasanya saya sudah terlalu banyak bicara tentang pekerjaan," kata Sir Alington
sambil duduk kembali. "Maafkan saya. sobat."
'Tidak apa-apa." kata Trent tak acuh
Ia tampak tegang dan cemas Untuk pertama kalinya Dermot merasa asing terhadap
temannya itu. Di antara dua orang ini ada rahasia yang bahkan tidak bakal
dibicarakan di antara dua teman lama Namun keseluruhan urusan ini sangat
fantastis dan luar biasa.
45 Apa yang bisa dijadikan pijakan" Tak ada, selain beberapa tatapan dan kegugupan
seorang wanita. Mereka minum anggur berlama-lama, tapi tidak memakan banyak waktu, lalu beranjak
ke ruang duduk tepat saat kedatangan Mrs. Thompson diumumkan.
Medium itu seorang wanita gemuk setengah baya, mengenakan gaun beludru merah
gelap, dengan suara keras yang agak norak
"Mudah-mudahan saya tidak terlambat, Mrs. Trent," katanya ceria. "Anda bilang
jam sembilan, bukan?"
"Anda sangat tepat waktu, Mrs. Thompson," kata Claire dengan suaranya yang manis
dan agak serak itu. "Inilah tamu-tamu kita malam ini."
Tidak ada perkenalan lebih lanjut, seperti rupanya sudah menjadi kebiasaan. Sang
medium menyapukan pandangan tajam dan licik pada mereka semua.
"Mudah-mudahan hasilnya bagus," katanya tegas. "Saya sangat tak senang kalau
tidak bisa memberikan kepuasan pada klien saya. Saya menjadi marah. Tapi saya
rasa Shiromako (pengendali saya, dia orang Jepang) bisa tampil dengan baik malam
ini. Saya merasa sangat sehat, dan saya tidak bisa makan kelinci welsh, tapi
saya suka sekali keju panggang."
Dermot mendengarkan, setengah geli setengah muak. Betapa menjemukan semua ini!
Tapi, tidakkah ia telah memberikan penilaiannya secara sembrono" Bagaimanapun,
segala sesuatunya bersifat alami kekuatan-kekuatan yang konon dimiliki para ?medium adalah kekuatan-kekuatan alami, yang hingga kini belum dipahami
sepenuhnya. Seorang ahli bedah hebat bisa saja sakit perut menjelang akan
melakukan operasi yang sulit. Kenapa Mrs. Thompson tidak"
46 Kursi-kursi diatur membentuk lingkaran, lampu-lampu juga, sehingga bisa ditambah
atau dikurangi cahayanya, sesuai kebutuhan. Dermot memperhatikan bahwa tidak ada
pertanyaan tentang kesahihan demonstrasi ini, dan Sir Alington juga tidak
mempertanyakan syarat-syarat untuk mengadakan pemanggilan arwah ini. Tidak,
urusan dengan Mrs. Thompson ini cuma alasan belaka. Sir Alington ada di sini
untuk tujuan lain sepenuhnya. Dennot ingat, ibu Claire telah meninggal di luar
negeri. Ada sekelumit misteri yang menyelimutinya. Sakit keturunan...
Ia tersentak dan berusaha memfokuskan kembali pikirannya pada keadaan
sekelilingnya saat ini. Semua orang mengambil tempat masing-masing, dan lampu-lampu dimatikan. Hanya
sebuah lampu merah kecil bertudung yang dibiarkan menyala di meja yang agak
jauh. Sesaat tidak terdengar apa-apa, kecuali suara napas pelan dan teratur dari sang
medium. Lambat laun napasnya jadi semakin keras. Kemudian, dengan sangat
mendadak terdengar ketukan keras dari ujung ruangan, yang membuat Dermot
terlompat kaget. Suara itu terdengar lagi dari sisi ruangan yang lain. Kemudian
menyusul serangkaian ketukan yang makin lama makin keras. Setelah ketukan-
ketukan itu menghilang, sebuah tawa mengejek bernada tinggi mendadak terdengar
di Seantero ruangan Lalu hening, dipecahkan oleh suara yang sama sekali tidak
seperti suara Mrs. Thompson. Suara ini melengking, nadanya naik-turun samar-
samar. "Aku ada di sini, Saudara-saudara," kata suara itu. "Yaa, aku ada di sini. Anda
sekalian mau bertanya?"
47 "Siapa kau" Shiromako?"
"Yaa. Aku Shiromaku. Aku meninggal dunia lama berselang. Aku bekerja. Aku sangat
bahagia." Selanjutnya menyusul detail-detail lebih lanjut tentang kehidupan Shiromako.
Kisahnya sangat biasa-biasa saja dan tidak menarik, dan Dermot sudah sering
mendengarnya. Semua orang bahagia, sangat bahagia. Ada pesan-pesan dari kerabat-
kerabat yang cuma digambarkan samar-samar, penggambarannya pun begitu luas,
hingga bisa sesuai hampir dengan siapa saja. Seorang wanita tua, ibu dari salah
seorang yang hadir, menguasai pertemuan selama beberapa saat, menyebutkan
pepatah-pepatah dengan gaya yang baru dan menyegarkan, yang sama sekali
berlawanan dengan subjek yang dibicarakan.
"Seseorang ingin bicara sekarang," Shiromako mengumumkan. "Dia punya pesan yang
sangat penting untuk salah seorang tuan di sini."
Hening sejenak, kemudian sebuah suara baru berbicara, diawali dengan tawa jahat
kesetanan. "Ha ha! Ha ha ha! Sebaiknya jangan pulang. Sebaiknya jangan pulang. Turuti
nasihatku." "Kau berbicara pada siapa?" tanya Trent. "Salah saru dari kalian
bertiga. Aku tidak akan pulang ke rumah, kalau aku jadi dia. Bahaya! Darah!
Tidak terlalu banyak darah tapi cukup banyak. Tidak, jangan pulang." Lalu suara?itu semakin pelan. "Jangan pulang!"
Dan akhirnya suara itu lenyap sepenuhnya. Dermot merasa merinding, la yakin
peringatan itu ditujukan pada dirinya. Entah bagaimana, ada bahaya mengancamnya
malam ini. 48 Terdengar desahan dari mulut sang medium, disusul dengan erangan, la mulai
sadar. Lampu-lampu dinyalakan, dan akhirnya sang medium duduk tegak, matanya
berkedip-kedip sedikit. "Bagus hasilnya" Saya harap begitu."
"Sangat bagus, terima kasih, Mrs. Thompson."
"Shiromako yang datang?"
"Ya. dan beberapa lainnya."
Mrs. Thompson menguap. "Saya capek sekali. Tenaga saya benar-benar terkuras. Begitulah kegiatan seperti
ini. Yah, saya senang semuanya berjalan dengan sukses. Saya agak takut kalau-
kalau tidak memuaskan takut sesuatu yang tidak menyenangkan bakal terjadi. Ada ?yang aneh rasanya di ruangan ini malam ini."
Ia menoleh ke balik bahunya yang gemuk bergantian, lalu angkat bahu dengan tidak
nyaman. "Saya merasa tidak nyaman," katanya. "Ada yang mengalami kematian mendadak di
antara Anda sekalian belakangan ini?"
"Apa maksud Anda... di antara kami?"
"Kerabat dekat... teman-teman dekat" Tidak ada" Yah. kalau saya ingin bersikap
melodramatis, saya merasa ada kematian tercium di udara malam ini. Aah, cuma
pikiran saya saja yang tidak masuk akal. Selamat malam, Mrs. Trent. Saya senang
Anda merasa puas." Lalu Mrs. Thompson yang mengenakan gaun beludni merah tua itu berjalan keluar.
"Saya harap Anda tertarik, Sir Alington," kata Claire pelan.
"Malam yang sangat menarik, nyonya yang baik. 49
Terima kasih banyak atas kesempatan ini. Izinkan saya mengucapkan selamat malam.
Kalian semua akan pergi berdansa, bukan?"
"Apa Anda tidak ikut dengan kami?" "Tidak, tidak. Sudah menjadi kebiasaan saya
untuk tidur pada jam setengah dua belas. Selamat malam. Selamat malam, Mrs.
Eversleigh. Ah! Dermot, ada yang ingin kubicarakan denganmu. Bisakah kau ikut
denganku sekarang" Kau bisa bergabung dengan yang lainnya di Grafton Galleries."
"Tentu, Paman. Aku nanti menyusul, Trent." Tidak banyak yang dibicarakan oleh
paman dan kemenakan itu sepanjang perjalanan singkat menuju Harley Street. Sir
Alington minta maaf telah menyuruh Dermot ikut bersamanya, dan menegaskan bahwa
ia cuma perlu beberapa menit untuk bicara.
"Perlukah aku menyuruh mobil menunggumu, Nak?" tanyanya saat mereka turun.
"Oh, tidak usah repot-repot, Paman. Aku naik taksi saja nanti."
"Baiklah. Aku tak ingin menyuruh Charlson menunggu terlalu malam, kalau tidak
terpaksa sekali. Selamat malam, Charlson. Wah, di mana aku menaruh kunciku?"
Mobil itu melaju pergi, sementara Sir Alington berdiri di undak-undak, sia-sia


Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memeriksa saku-sakunya. "Pasti tertinggal di mantel satunya," katanya akhirnya. "Bisa tolong pencet bel"
Aku yakin Johnson masih belum tidur."
Johnson yang berpembawaan tenang itu membuka pintu enam puluh detik kemudian.
"Salah menaruh kunci, Johnson," Sir Alington men -
50 jelaskan. "Tolong bawakan dua gelas wiski dan soda ke perpustakaan, ya?" "Baik,
Sir Alington." Sir Alington melangkah ke ruang perpustakaan dan menyalakan lampu-lampu. Ia
mengisyaratkan pada Dermot agar menutup pintu setelah masuk.
"Aku tidak akan lama, Dermot. Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu. Apakah
ini cuma bayanganku saja, ataukah kau memang punya... katakanlah 'perasaan khusus'
terhadap Mrs. Jack Trent?"
Wajah Dermot memerah. "Jack Trent itu teman baikku."
"Maafkan aku, tapi itu sama sekali tidak menjawab pertanyaanku. Aku yakin kau
menganggap pandangan-pandanganku mengenai perceraian dan hal-hal semacamnya
terlalu puritan, tapi mesti kuingatkan padamu bahwa kau satu-satunya kerabat
dekatku dan ahli warisku "
'Tidak bakal ada perceraian," kata Dermot dengan marah.
"Memang tidak ada, untuk alasan yang barangkali lebih bisa dipahami olehku
daripada olehmu. Aku tak bisa memaparkan alasan itu sekarang, tapi aku ingin
memperingatkanmu. Claire Trent tidak tepat untukmu."
Dermot menatap mata pamannya dengan tajam.
"Aku mengerti... dan izinkan aku mengatakan bahwa barangkali aku mengerti lebih
baik daripada yang Paman kira. Aku tahu alasan kehadiran Paman pada acara makan
malam tadi." "O ya?" Sir Alington jelas tampak terkejut. "Bagaimana kau bisa tahu?"
51 "Anggap saja itu sekadar tebakan, Sir. Ucapanku benar, bukan, bahwa Paman hadir
untuk alasan yang berkaitan dengan... profesi Paman."
Sir Alington mondar-mandir di ruangan tersebut.
"Kau benar sekali, Dermot. Tapi tentu saja aku tidak bisa mengatakannya padamu,
walau kurasa tak lama lagi rahasia ini akan tersebar juga."
Dermot merasa jantungnya melompat.
"Maksud Paman, Paman sudah... mengambil kesimpulan?"
"Ya, ada kegilaan dalam keluarga itu dari sisi ibu. Kasus yang menyedihkan... ?amat sangat menyedihkan."
"Aku tak percaya, Sir."
"Aku yakin tidak. Bagi orang awam, sedikit sekali tanda-tanda yang terlihat."
"Dan bagi ahlinya?"
"Buktinya sudah jelas. Dalam kasus semacam itu, si pasien mesti dimasukkan ke
rumah sakit jiwa, sesegera mungkin."
"Ya Tuhan!" Dermot terkesiap. "Tapi orang tak bisa dirumahsakitkan seperti itu
dengan begitu saja."
"Dermot! Pasien dirumahsakitjiwakan hanya kalau keberadaan mereka di tengah
masyarakat bisa membahayakan komunitasnya.
"Bahaya ini sangat serius. Kemungkinan besar yang dialaminya adalah homicidal
mania. Itulah yang terjadi dalam kasus ibunya."
Dermot memalingkan muka sambil mengerang, lalu membenamkan wajah di kedua
tangannya. Claire Claire yang putih dan berambut emas!
?"Dalam keadaan ini," Sir Alington melanjutkan
52 dengan santai, "aku merasa wajib memperingatkanmu."
"Claire," gumam Dermot. "Claire-ku yang malang." "Ya, memang, kita semua mesti
merasa kasihan padanya."
Sekonyong-konyong Dermot mengangkat kepala.
"Aku tidak percaya."
"Apa?" "Kubilang aku tidak percaya. Dokter-dokter bisa saja membuat kesalahan. Semua
orang tahu itu. Dan mereka selalu sok yakin kalau menyangkut bidang mereka."
"Dermot," kata Sir Alington dengan marah.
"Kubilang aku tidak percaya lagi pula, kalaupun benar demikian, aku tidak ?peduli. Aku mencintai Clairc. Kalau dia mau ikut denganku, akan kubawa dia pergi
jauh jauh lepas dari jangkauan dokter-dokter yang suka ikut campur. Aku akan
? ?menjaganya, mengurusnya, menaunginya dengan cintaku."
"Kau tidak boleh berbuat begitu. Apa kau sudah gila?"
Dermot tertawa mengejek. "Paman pasti akan menganggap begitu, aku yakin."
"Coba kaupahami, Dermot." Wajah Sir Alington merah padam oleh kemarahan
tertahan. "Kalau kau melakukan tindakan itu tindakan memalukan itu habislah
? ?sudah Aku akan menarik kembali uang saku yang saat ini kuberikan padamu, dan aku
akan membuat surat wasiat baru, meninggalkan keseluruhan hartaku pada berbagai
rumah sakit" "Silakan berbuat sesuka Paman dengan uang itu,"
53 kata Dermot dengan suara pelan. "Aku tetap mesti memiliki wanita yang kucintai."
"Wanita yang..."
"Paman berani mengucapkan satu kata :>aja yang menjelek-jelekkan dia, dan demi
Tuhan, akan kubunuh Paman!" teriak Dermot.
Suara pelan denting gelas membuat mereka sama-sama membalikkan tubuh. Karena
terbakar oleh perdebatan mereka tadi, keduanya tidak mendengar Johnson melangkah
masuk dengan membawa nampan berikut gelas-gelas. Wajahnya tetap tidak
menunjukkan ekspresi apa pun, sebagaimana layaknya pelayan yang baik, tapi
Dermot bertanya-tanya, seberapa banyak yang telah didengarnya.
Ttu saja, Johnson," kata Sir Alington dengan tegas "Kau boleh pergi tidur."
"Terima kasih, Sir. Selamat malam. Sir." Johnson mengundurkan din. Kedua orang
itu saling pandang. Interupsi sesaat tadi telah meredakan kemarahan mereka.
"Paman," kata Dermot, "mestinya aku tidak bicara kasar seperti tadi. Aku
mengerti bahwa dari sudut pandang Paman, Paman benar sekali. Tapi aku sudah lama
mencintai Claire Trent. Sejauh ini, aku tak pernah menyatakan cintaku pada
Claire, berhubung Jack Trent adalah sahabat baikku. Tapi mengingat situasi
sekarang ini, fakta itu tidak penting lagi. Salah kalau Paman menganggap faktor
uang bisa membuatku berubah pikiran. Kurasa tidak ada lagi yang bisa dibicarakan
di antara kita. Selamat malam." "Dermot..."
"Sungguh, tak ada gunanya berdebat lebih lanjut.
54 Selamat malam, Paman Alington. Aku menyesal, tapi bagaimana lagi."
Dermot cepat-cepat keluar, menutup pintu di belakangnya. Lorong gelap gulita, la
melewatinya, membuka pintu depan dan keluar ke jalan, sambil membanting pintu di
belakangnya. Sebuah taksi baru saja menurunkan penumpang di rumah di depan sana, dan Dermot
menghentikannya, lalu berangkat ke Grafton Galleries.
Di pintu ruang dansa ia berdiri sejenak, kebingungan, kepalanya serasa berputar.
Musik jazz yang riuh rendah, wanita-wanita yang tersenyum ia merasa seperti ?melangkah masuk ke dunia lain.
Apakah tadi ia bermimpi" Mustahil rasanya bahwa peicakapan tidak bersahabat
dengan pamannya tadi benar-benar terjadi. Itu dia Claire melangkah lewat,
bagaikan bunga lili dalam gaun putih keperakan yang melekat ketat di tubuhnya
yang ramping. Ia tersenyum pada Dermot, wajahnya tenang dan damai. Pasti semua
ini hanya mimpi. Orang-orang sudah berhenti berdansa. Claire ada di dekatnya, tersenyum
kepadanya. Bagaikan dalam mimpi, ia mengajak wanita itu berdansa. Sekarang
Claire ada dalam pelukannya, musik yang keras sudah mengalun kembali.
Ia merasa Claire agak lunglai dalam pelukannya.
"Capek" Mau berhenti?"
"Kalau kau tidak keberatan. Bisakah kita mencari tempat untuk bicara" Ada yang
ingin kukatakan padamu."
Ini bukan mimpi. Dermot tersentak kembali ke bumi. Benarkah tadi ia menganggap
wajah Claire 55 tenang dan damai" Wajah yang dilihatnya ini dihantui kecemasan, dan ketakutan.
Seberapa banyak yang diketahui Claire"
Dermot menemukan sebuah sudut yang sepi, dan mereka duduk berdampingan.
"Nah." katanya, berusaha menampilkan sikap santai yang sama sekali tidak ia
rasakan. "Katamu ada yang ingin kaukatakan padaku?"
"Ya." Claire menunduk, memainkan rumbai-rumbai gaunnya dengan gugup. 'Tapi agak...
sulit." "Katakan saja, Claire."
"Hanya ini... aku ingin kau... pergi dulu untuk sementara."
Dermot terperanjat. Ia sama sekali tidak menduga Claire akan berkata begitu.
"Kau ingin aku pergi" Kenapa?"
"Sebaiknya aku jujur saja, bukan" Aku... aku tahu kau... orang yang baik, dan kau
sahabatku. Aku ingin kau pergi karena aku... aku telah membiarkan diriku
menyukaimu." "Claire." Kata-katanya membuat Dermot tertegun... tak sanggup bicara.
"Tolong jangan menganggap aku begitu sombongnya hingga membayangkan kau... kau
bisa jatuh cinta padaku. Aku hanya... aku tidak terlalu bahagia... dan... oh! Aku
lebih suka kau pergi saja"
"Claire, apa kau tidak tahu bahwa aku sudah mencintaimu... amat sangat
mencintaimu... sejak pertama kali aku melihatmu?"
Claire mengangkat wajahnya dengan terkejut, menatap Dermot.
56 "Kau mencintaiku" Kau sudah lama mencintaiku?" "Sejak awal."
"Oh!" serunya. "Kenapa tidak kaukatakan padaku" Waktu itu" Waktu aku masih bisa
bersamamu" Kenapa baru menceritakan sekarang, saat sudah terlambat" Tidak, aku
pasti sudah sinting aku tidak tahu apa yang kukatakan. Aku tidak mungkin bisa ?bersamamu."
"Claire, apa maksudmu sudah terlambat" Apa... apa karena pamanku" Karena apa yang
diketahuinya" Karena pendapatnya?"
Claire mengangguk tanpa berbicara, wajahnya basah oleh air mata.
"Dengar, Claire, kau tidak perlu mempercayai semua itu. Jangan dipikirkan. Kau
akan ikut bersamaku. Kita akan pergi ke Laut Selatan, ke pulau-pulau yang hijau
bagaikan permata. Kau akan bahagia di sana, dan aku akan menjagamu melindungimu
?selalu." Dirangkulnya wanita itu dan didekatkannya kepadanya, ia merasa Claire gemetar
oleh sentuhannya. Namun sekonyong-konyong Claire merenggutkan diri darinya.
"Oh, tidak. Apa kau tidak mengerti" Aku tak bisa sekarang. Akan sangat buruk
akibatnya buruk -buruk. Selama ini aku ingin menunjukkan sikap baik -dan
?sekarang... sekarang akibatnya bakal buruk."
Dermot ragu-ragu. merasa bingung oleh kata-kata Claire. Claire menatapnya dengan
pandangan memohon. "Kumohon," katanya. "Aku ingin bersikap baik..."
57 Tanpa berkata apa-apa lagi Dermot berdiri dari duduknya dan meninggalkannya.
Sesaat ia merasa sangat tersentuh, sekaligus galau oleh apa yang dikatakan
Claire tadi. Ia mengambil topi dan mantelnya, dan bertumbukan dengan Trent.
"Halo, Dermot, kau pulang cepat."
"Ya, aku sedang tidak berminat berdansa malam ini."
"Malam ini sangat buruk," kata Trent dengan murung. "Tapi kau pasti tidak
secemas aku saat ini."
Sekonyong-konyong Dermot takut kalau-kalau Trent ingin mencurahkan isi hati
kepadanya. Jangan sampai -jangan!
?"Yah, sampai jumpa," katanya cepat-cepat. "Aku mau pulang."
"Pulang" Bagaimana dengan peringatan dari arwah itu tadi?"
"Aku akan ambil risiko Selamat malam, Jack."
Flat Dermot tidak jauh. Ia berjalan kaki pulang, karena merasa perlu menghirup
udara malam yang sejuk untuk mendinginkan otaknya yang panas.
la membuka pintu dengan kuncinya, lalu menyalakan lampu di kamar tidur.
Dan seketika, untuk kedua kalinya malam itu, perasaan yang ia sebut sebagai
Tanda Bahaya tadi muncul kembali. Perasaan itu begitu kuat, hingga sesaat bisa
mengalihkan pikiran tentang Claire dari benaknya.
Bahaya! Ia ada dalam bahaya. Pada saat ini. di ruangan ini. ia berada dalam
bahaya! Sia-sia ia mencoba mengibaskan rasa takutnya.
58 Barangkali sebenarnya usahanya hanya dilakukan setengah hati. Sejauh ini, Tanda
Bahaya itu telah memberinya peringatan yang membuat ia bisa menghindari
malapetaka. Sambil tersenyum sendiri karena kepercayaannya pada takhayul, ia
memeriksa seisi flatnya dengan hati-hiti. Mungkin saja ada orang masuk dan
bersembunyi di sini. Tapi pencariannya tidak menghasilkan apa-apa. Pelayannya,
Milson, sedang pergi, dan flat itu benar-benar kosong.
Ia kembali ke kamar tidurnya dan melepaskan pakaian perlahan-lahan, sambil
mengerutkan kening pada dirinya sendiri. Perasaan sedang terancam bahaya itu
masih tetap tajam. Ia beranjak ke laci untuk mengambil saputangan, dan
sekonyong-konyong tertegun. Ada onggokan yang tidak ia kenal di bagian tengah
laci sebuah benda keras.?Jemarinya dengan gugup dan cepat menyibakkan saputangan itu dan mengambil benda
yang tersembunyi di bawahnya. Ternyata sebuah revolver.
Dengan sangat heran Dermot memeriksa revolver itu dengan saksama. Polanya agak
tidak biasa, dan belum lama ini satu pelurunya telah ditembakkan. Selain itu,
tidak ada petunjuk lain. Seseorang lelah menaruh revolver ini di lacinya sore
itu. Tadi benda ini tidak ada ketika ia berpakaian untuk makan malam ia yakin
?itu. Ketika hendak menaruh revolver itu kembali ke dalam laci, ia terkejut oleh bunyi
bel pintu. Lagi dan lagi, kedengaran sangat nyaring dalam keheningan flat kosong
tersebut Siapa yang datang pada jam selarut ini" Dan hanya satu jawaban yang muncul atas
pertanyaan 59 tersebut jawaban yang muncul secara naluriah dan tak ada hentinya.
?"Bahaya bahaya bahaya..."
? ?Dituntun oleh naluri yang tidak ia pahami, Dermot mematikan lampu, mengenakan
mantel yang tergeletak di sebuah kursi, lalu membuka pintu lorong.
Dua laki-laki berdiri di luar, dan sekilas Dermot melihat seragam biru mereka.
Polisi! "Mr. West?" tanya pria yang berdiri paling depan.
Dermot merasa lama sekali ia baru menjawab, padahal hanya beberapa detik
kemudian ia menjawab pertanyaan tersebut dengan meniru nada datar pelayannya.
"Mr. West belum pulang. Anda ada keperluan apa dengannya pada jam selarut ini?"
"Belum pulang, ya" Baiklah, kalau begitu kami akan masuk dan menunggu saja."
"Tidak, tidak bisa."
"Coba dengar, namaku Inspektur Verall dari Scotland Yard, dan aku punya surat
perintah penangkapan untuk tuanmu. Kau boleh melihatnya kalau mau "
Dermot membaca kertas yang disodorkan padanya, atau pura-pura membacanya, lalu
bertanya dengan nada bingung,
"Untuk apa ini" Apa kesalahannya?"
"Pembunuhan. Sir Alington West dari Harley Street."
Dengan pikiran bergemuruh, Dermot mundur. Ia beranjak ke ruang tamu dan
menyalakan lampu. Sang inspektur mengikutinya.
"Periksa seluruh tempat ini," perintahnya pada petugas satunya. Kemudian ia
beralih pada Dermot. 60 "Kau tetap di sini. Bung. Jangan coba-coba menyelinap pergi untuk memberitahu
tuanmu. Omong-omong, siapa namamu?"
"Milson, Sir." "Kapan kira-kira tuanmu pulang, Milson?"
"Saya tidak tahu, Sir, dia pergi ke acara dansa Di Grafton Galleries."
"Dia keluar dan sana sekitar satu jam yang lalu. Kau yakin dia belum kembali?"
"Saya rasa belum. Sir. Mestinya saya mendengai kalau dia pulang."
Pada saat itu, petugas satunya muncul dari ruang yang bersebelahan, membawa
revolver di tangannya. Ia menyodorkannya pada sang inspektur dengan agak
bersemangat. Sebersit rasa puas melintas di wajah sang inspektur.
"Ini buktinya," katanya. "Dia pasti masuk dan keluar lagi tanpa sepengetahuanmu.
Dia sudah kena sekarang. Aku akan pergi. Cawley, kau di sini saja, siapa tahu
dia kembali, dan awasi orang ini. Mungkin dia tahu lebih banyak tentang
majikannya daripada yang pura-pura diperlihatkannya."
Sang inspektur lekas-lekas pergi. Dermot berusaha mendapatkan detail-detail
peristiwanya dari Cawley. yang tampaknya senang berbicara.
"Kasusnya cukup jelas," kata Cawley. "Pembunuhan itu diketahui hampir seketika
itu juga. Johnson, pelayan korban, baru saja hendak tidur, ketika dia merasa
mendengar bunyi tembakan. Dia turun lagi, dan menemukan Sir Alington sudah
tewas, ditembak di jantungnya. Dia langsung menelepon kami dan kami pun datang,
lalu mendengar kisahnya."


Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

61 "Karena itu. kasusnya dianggap sudah cukup jelas?" tanya Dermot.
"Tentu saja. Si West ini pulang bersama pamannya, dan mereka bertengkar, tepat saat Johnson masuk membawakan minuman. Korban
mengancam akan membuat surat wasiat baru, dan tuanmu mengancam akan menembaknya.
Tidak sampai lima menit kemudian, terdengar suara tembakan. Ya, cukup jelas.
Dasar bodoh anak muda itu."
Cukup jelas" Semangat Dermot serasa terbang saat ia menyadari beratnya bukti-
bukti yang mengarah kepadanya. Ini benar-benar bahaya besar bahaya mengerikan. ?Dan tak ada jalan keluar, kecuali melarikan diri. Ia memutar otak. Akhirnya ia
menawarkan untuk membuat secangkir teh bagi Cawley. Cawley menerima dengan
antusias. Ia sudah memeriksa keseluruhan flat itu, dan ia tahu tidak ada pintu
belakang. Dermot diizinkan pergi ke dapur. Begitu berada di dapur, Dermot menaruh ketel di
kompor, lalu pura-pura sibuk dengan cangkir dan tatakan. Kemudian lekas-lekas ia
menyelinap ke jendela dan membukanya. Flatnya terletak di lantai dua, dan di
luar jendela ada lift kecil dari kawat, yang bergerak naik-turun pada tali dari
baja. Lift itu biasa digunakan oleh pedagang.
Cepat bagai kilat Dermot sudah berada di luar jendela, berayun turun melalui
tali baja itu. Tangannya luka dan berdarah oleh tali itu, tapi ia terus turun
tanpa pikir panjang. Beberapa menit kemudian, ia muncul dengan waspada dari bagian belakang blok
tersebut Ia berbelok 62 di sudut, dan bertumbukan dengan sosok seseorang yang sedang berdiri di tepi
jalan Dengan sangat heran ia menyadari bahwa orang itu adalah Jack Trent Trent
sepenuhnya sadar akan bahayanya situasi saat ini.
"Ya Tuhan! Dermot! Cepat, jangan berlama-lama di sini."
Digamitnya lengan Dermot dan dibawanya ke sebuah jalan samping, lalu sebuah
jalan lagi. Ada taksi kosong. Mereka memanggilnya, dan melompat masuk. Trent
memberikan alamatnya pada si sopir.
"Tempat paling aman untuk saat ini. Di sana kita bisa memutuskan, apa yang mesti
dilakukan selanjutnya, untuk menghilangkan jejak dari orang-orang tolol itu. Aku
tadi datang karena ingin memperingatkanmu sebelum polisi tiba, tapi aku
terlambat." "Aku malahan tidak tahu kau sudah dengar tentang peristiwa itu. Tapi, Jack, kau
tidak percaya, kan..."
'Tentu saja tidak, sobat, sama sekali tidak. Aku kenal betul dirimu. Tapi tetap
saja urusan ini sangat berat bagimu. Mereka datang dan bertanya macam-macam jam
?berapa kau tiba di Grafton Galleries, kapan kau pulang, dan sebagainya. Dermot,
siapa kira-kira yang membunuh pamanmu?"
"Tak bisa kubayangkan. Siapa pun pelakunya, dialah yang menaruh revolver itu di
laciku, kurasa. Pasti dia sudah mengawasi kami dengan cukup saksama."
"Benar juga kata pemanggil arwah itu. 'Jangan pulang." Ucapan itu ditujukan bagi
pamanmu yang malang rupanya. Tapi dia pulang juga, dan tewas ditembak."
63 "Peringatan itu juga berlaku bagiku." kata Dermot. "Aku pulang dan menemukan
revolver yang sengaja ditaruh orang lain di laciku, dan aku didatangi seorang
inspektur polisi." "Yah, kuharap peringatan itu tidak berlaku bagiku." kata Trent. "Kita sudah
sampai." la membayar taksi, membuka pintu rumah dengan kuncinya, dan membawa Dermot naik
tangga gelap yang menuju ruang kecil di lantai satu.
Ia membuka pintu dan Dermot berjalan masuk. Trent menyalakan lampu, lalu ikut
masuk. "Cukup aman di sini, untuk saat ini," katanya. "Sekarang kita bisa membahas, apa
yang sebaiknya dilakukan."
"Aku benar-benar bodoh," kata Dermot dengan tiba-tiba. "Mestinya kuhadapi saja
urusan ini. Sekarang aku bisa melihatnya dengan lebih jelas. Keseluruhan
peristiwa ini memang sudah direncanakan. Kenapa kau tertawa?"
Trent tertawa terbahak-bahak, tak terkendali, sambil bersandar di kursinya. Ada
kesan mengerikan dalam suara tawanya juga dalam keseluruhan sosoknya. Matanya ?berkilat-kilat aneh.
"Memang plot yang sangat cerdik," katanya terengah-engah. "Dermot, sobatku,
habislah kau." Ia mendekatkan telepon ke arahnya.
"Kau mau apa?" tanya Dermot.
"Menghubungi Scotland Yard. Memberitahukan bahwa buruan mereka ada di
sini sudah tak berkutik. Ya, aku mengunci pintu sewaktu masuk tadi, dan
?kuncinya ada di sakuku. Tak usah menoleh-noleh ke pintu di belakangku. Itu pintu
ke kamar Claire, dan 64 dia selalu menguncinya dari sebelah sana. Dia takut padaku. Sudah lama takut
padaku. Dia selalu tahu kalau aku sedang memikirkan pisau itu pisau panjang
?yang tajam itu. Tidak, kau tidak..."
Dermot hendak menyerbu ke arah Trent, tapi Trent sekonyong-konyong sudah
mengeluarkan sepucuk revolver yang tampak sangat mengancam.
"Ini revolver yang kedua," kata Trent sambil tertawa kecil. "Aku menaruh
revolver yang pertama di lacimu setelah menggunakannya untuk menembak pamanmu.
?Apa yang kaupandangi" Pintu itu" Percuma. Kalaupun Claire mau membukanya dan
?.dia mungkin mau membukanya untukmu aku akan menembakmu sebelum kau sempat
?mencapainya. Bukan di jantungmu bukan tembakan untuk membunuh, tapi sekadar
?untuk melumpuhkanmu. supaya kau tidak bisa kabur. Aku penembak yang sangat
hebat, kau tahu. Aku pernah menyelamatkanmu dulu. Dasar aku bodoh. Tidak, tidak,
aku ingin kau digantung ya, digantung. Bukan kau yang ingin kubunuh dengan
?pisau itu. Pisau itu untuk Claire ya, Claire yang cantik, begitu putih dan
?lembut. Pamanmu tahu. Itu sebabnya dia hadir malam ini, untuk melihat apakah aku
gila atau tidak. Dia ingin aku dimasukkan ke rumah sakit jiwa supaya aku tidak
?membunuh Claire dengan pisau itu. Tapi aku sangat cerdik. Kuambil kunci
pintunya, dan kunci pintumu juga. Aku menyelinap pergi dari tempat dansa itu.
begitu tiba di sana. Kulihat kau keluar dari rumah pamanmu, dan aku masuk.
Kutembak dia, lalu aku keluar lagi. Sesudahnya aku pergi ke tempatmu dan menaruh
revolver itu di lacimu. Aku sudah berada di Grafton Galleries lagi, hampir
bersamaan dengan saat 65 kedatanganmu. Kumasukkan kembali kunci pintumu ketika aku mengucapkan selamat
malam padamu. Aku tidak keberatan menceritakan semua ini padamu. Tidak ada orang
lain yang mendengarkan, dan saat kau digantung, aku ingin kau tahu bahwa akulah
pelakunya... Oh oh, ini sangat menggelikan! Apa yang sedang kaupikirkan" Apa yang
kaupandangi?" "Aku sedang memikirkan beberapa ucapanmu tadi. Kau sendiri sebenarnya lebih baik
tidak pulang, Trent."
"Apa maksudmu?"
"Lihat di belakangmu!" Trent membalikkan tubuh. Di ambang pintu ruang yang
bersambung dengan ruang itu berdiri Claire... dan Inspektur Verall...
Trent bertindak cepat. Revolvernya meletus satu kali dan mengenai sasarannya. ?Ia tersungkur di meja. Sang inspektur lari menghampirinya, sementara Dermot
tertegun menatap Claire, seperti dalam mimpi. Berbagai pikiran berkelebat dalam
benaknya. Pamannya pertengkaran mereka salah pengertian besar di antara
? ?mereka hukum perceraian Inggris yang takkan pernah membebaskan Claire dari
?suami yang sinting ucapan "kita semua mesti mengasihaninya" plot yang telah
? ?disusun Claire dan Sir Alington. namun bisa tercium oleh Trent yang
cerdik seruan Claire padanya, "Buruk, buruk, buruk!" Ya, tapi sekarang...
?Sang inspektur menegakkan tubuh kembali. "Dia sudah mati," katanya kesal. "Ya,"
Dermot mendengar dirinya sendiri berkata "Sejak dulu dia memang penembak jitu..."
66 Orang Keempat Canon Parfitt agak terengah-engah. Berlari mengejar kereta sama sekali tidak
cocok untuk orang seusianya. Tubuhnya sudah tidak seperti dulu lagi, dan dengan
hilangnya sosok langsingnya yang dulu, muncul kecenderungan yang makin meningkat
untuk kehabisan napas. Sang Canon sendiri selalu menyebut kecenderungan tersebut
sebagai "Jantungku, tahu?" dengan berwibawa tentunya.
Ia mengempaskan diri ke sudut gerbong kelas satu sambil mendesah lega.
Kehangatan gerbong yang diberi pemanas itu sangat menyenangkan hatinya. Di luar,
salju masih terus turun. Beruntung sekali bisa mendapatkan tempat duduk di
sudut, dalam perjalanan malam yang panjang ini. Kalau tidak, perjalanan ini bisa
sangat tidak menyenangkan. Pasti ada gerbong tidur di kereta ini.
Ketiga sudut lainnya sudah ditempati, dan saat melihat-lihat, Canon Parfitt
menyadari bahwa pria di sudut ujung sana tengah tersenyum padanya dengan sikap
mengenali. Pria itu kelimis, dengan wajah lucu dan rambut yang mulai kelabu di
kedua pelipisnya. Profesinya jelas-jelas di bidang hukum, dan tak
67 seorang pun akan salah menduga hal itu. Sir George Durand memang seorang
pengacara yang sangat terkenal.
"Wah, Parfitt," katanya ramah, "Anda lari mengejar kereta, ya?"
"Sangat tidak bagus untuk jantungku, sebenarnya," sahut sang Canon. "Kebetulan
sekali bertemu dengan Anda, Sir George. Apakah Anda akan bepergian ke utara?"
"Ke Newcastle," Sir George menjawab singkat. "Omong-omong," ia menambahkan,
"Anda kenal Dr. Campbell Clark?"
Pria yang duduk di sisi gerbong yang sama dengan sang Canon memiringkan kepala
dengan sikap ramah. "Tadi kami bertemu di peron," Sir George melanjutkan. "Suatu kebetulan lagi."
Canon Parfitt memandangi Dr. Campbell Clark dengan penuh minat. Ia sudah sering
mendengar nama dokter ini. Dr. Clark sangat terkenal sebagai dokter dan ahli
kejiwaan, dan buku terbarunya, The Problem of the Unconscious Mind, menjadi buku
yang paling banyak dibicarakan sepanjang tahun.
Canon Parfitt memperhatikan rahang sang dokter yang persegi, sepasang mata
birunya yang sangat tegas, dan rambut kemerahan yang belum tersentuh warna
kelabu sedikit pun, namun sudah menipis dengan cepat. Ia juga mendapat kesan
bahwa dokter ini memiliki kepribadian yang sangat dominan.
Setelah itu, secara otomatis sang Canon memandang ke tempat duduk yang
berhadapan dengannya, setengah berharap bahwa orang yang duduk di situ juga
mengenalinya, tapi orang keempat di gerbang
68 itu ternyata sama sekali tak dikenalnya orang asing, tebak sang Canon. Kulitnya?agak gelap dan sosoknya kecil, penampilannya tidak terlalu istimewa. Ia duduk
meringkuk dalam mantel besar yang dikenakannya, dan tampaknya tertidur nyenyak
"Canon Parfitt dari Bradchester?" tanya Dr. Campbell Clark dengan suara yang
enak didengar. Sang Canon tampak tersanjung. "Kebaktian-kebaktian ilimiah" yang
diselenggarakannya benar-benar menjadi sukses besar terutama sejak pihak Pers
?memberitakannya. Yah, memang itulah yang dibutuhkan gereja hal-hal modern yang
?bagus dan up-to-date. "Saya sudah membaca buku Anda dan merasa sangat tertarik, Dr. Campbell Clark,"
katanya. "Walaupun ada bagian-bagian yang terlalu teknis untuk bisa saya
pahami." Sir George Durand menimpali.
"Anda mau mengobrol atau tidur, Canon?" tanyanya. "Terus terang saja, aku ini
mengidap insomnia, karenanya aku lebih memilih mengobrol "
"Oh! Tentu. Tentu saja," sahut sang Canon. "Aku sendiri jarang tidur kalau
mengadakan perjalanan-perjalanan malam begini, dan buku yang kubawa juga sangat
tidak menarik." "Yang jelas, kita bertiga merupakan kelompok yang cukup mewakili," kata sang
dokter dengan tersenyum. "Satu mewakili Gereja, satu bidang Hukum, dan satu lagi
bidang Kedokteran." "Berarti kita bisa saling tukar pendapat, bukan?" kata Sir George sambil
tertawa. "Wakil Gereja dari sudut pandang spiritual, aku sendiri dari sudut
69 pandang hukum yang sepenuhnya duniawi, dan Anda, Dokter, dari sudut pandang yang
paling luas, mulai dari yang sepenuhnya patologis sampai yang super-psikologis!
Kurasa kita bertiga bisa meliput topik apa pun dengan cukup lengkap."
"Kurasa tidak selengkap yang Anda bayangkan," kata Dr. Clark. "Ada sudut pandang
lain yang Anda lupakan, padahal cukup penting."
"Maksudnya?" tanya Sir George.
"Sudut pandang orang awam."
"Apa itu penting" Bukankah orang awam biasanya salah?"
"Oh! Hampir selalu. Tapi orang awam memiliki sesuatu yang tidak dipunyai oleh
para ahli sudut pandang pribadinya sendiri. Pada akhirnya, kita tak bisa
?mengingkari hubungan-hubungan pribadi. Aku sudah belajar hal itu dalam
profesiku. Lima banding satu, pasien-pasien yang datang padaku sebenarnya tidak
sakit apa-apa; masalah mereka hanyalah mereka tidak merasa bahagia hidup dengan
orang-orang yang serumah dengan mereka. Keluhan mereka macam-macam mulai dari ?benjolan di lutut sampai kram otot tangan, tapi semuanya sama saja, penyebabnya
adalah gesekan antarpikiran."
"Kurasa pasien-pasien Anda banyak yang mengalami masalah dengan 'saraf mereka,"
kata sang Canon dengan nada agak meremehkan. Ia sendiri punya saraf-saraf yang
sangat bagus. "Ah, apa maksud Anda?" Dr. Clark berbalik ke arahnya, cepat seperti kilat.
"Saraf! Orang suka menggunakan kata itu seenaknya dan tertawa sesudahnya,
seperti Anda tadi. 'Tidak ada yang sakit dengan si
70 anu dan si anu,' kata mereka. 'Cuma masalah saraf Tapi, Bung, justru itu masalah
yang paling penting sebenarnya! Penyakit fisik bisa dideteksi dan disembuhkan.
Tapi sampai masa sekarang ini, pengetahuan kita tentang penyebab-penyebab tak
jelas dari seratus satu bentuk penyakit saraf masih tidak banyak kemajuannya
dibandingkan pada zaman... yah, pada 'aman Ratu Elizabeth!"
"Astaga," kata Canon Parfitt, yang agak terkejut dengan serangan gencar sang
dokter. "Benarkah begitu?"
"Jangan salah," Dr Campbell Clark melanjutkan, "itu suatu tanda kelebihan
manusia. Zaman dulu kita menganggap manusia hanyalah binatang yang bodoh, punya
tubuh dan jiwa... dengan tekanan pada tubuh saja."
'Tubuh, jiwa, dan roh," Canon Parfitt mengoreksi dengan nada biasa.
"Roh?" sang dokter tersenyum ganjil. "Apa sebenarnya yang dimaksud kalian, para
pendeta ini. dengan roh.* Kalian tidak pernah memberikan penjelasan yang jernih
tentang hal satu itu. Sepanjang zaman kalian takut membuat definisi yang
setepatnya." Sang Canon berdeham, siap-siap memberikan ceramah, tapi ia kecewa karena
ternyata tidak diberi kesempatan. Dokter Campbell melanjutkan.
"Apa kita bahkan bisa yakin bahwa cuma ada satu roh dalam tubuh manusia apa
?tidak mungkin ada lebih dari satu roh?"
"Lebih dari satu roh?" tanya Sir George Durand sambil mengangkat alisnya dengan
heran. "Ya." Dr. Campbell Clark mengalihkan pandang
71 kepadanya. Ia mencondongkan tubuh ke depan dan mengetuk pelan dada pengacara
itu. "Apa Anda begitu yakin," katanya dengan sungguh-sungguh, "bahwa hanya ada
satu penghuni di dalam struktur ini sebab tubuh kita ini memang cuma suatu
?struktur di dalam hunian menyenangkan untuk diisi selama tujuh, dua puluh satu,
?empat puluh satu, tujuh puluh satu atau entah berapa lama tahun ini" Dan pada
? ?akhirnya si penghuni itu mengeluarkan barang-barangnya sedikit demi
?sedikit lalu meninggalkan rumah itu sepenuhnya maka runtuhlah rumah itu,
? ?menjadi puing-puing dan rongsokan. Anda adalah sang tuan rumah kita akui itu,
?tapi apakah Anda tidak pernah menyadari kehadiran yang lain-lainnya" para
?pelayan dengan langkah-langkah kaki yang tidak kedengaran, hampir-hampir tak
pernah diperhatikan, kalau bukan karena pekerjaan yang mereka lakukan pekerjaan
?yang tidak Anda sadari telah dilakukan" Atau kehadiran teman-teman berbagai
?suasana hati yang mempengaruhi Anda dan membuat Anda, untuk sementara, menjadi
'orang yang berbeda', seperti kata pepatah" Anda adalah raja di kastil itu,
memang benar, tapi yakinlah bahwa di sana pun ada 'si bajingan kotor'."
"Clark yang baik," kata Sir George, "Anda membuatku menjadi sangat tidak nyaman.
Apa benar pikiranku ini merupakan medan pertempuran dari sekian banyak
kepribadian yang saling bertentangan" Begitukah penemuan terbaru ilmu
pengetahuan?" Giliran sang dokter angkat bahu.
"Tubuh kita jelas merupakan medan pertempuran," katanya dengan nada datar.
"Kalau bisa terjadi pada tubuh, kenapa tidak pada pikiran juga?"
72 "Menarik sekali," kata Canon Parfitt. "Ah! Ilmu pengetahuan yang luar
biasa luar biasa."?Dan dalam hati ia berpikir, "Aku bisa menjadikan topik itu bahan khotbah yang
sangat menarik." Namun Dr. Campbell sudah bersandar di tempat duduknya, semangatnya yang berapi-
api tadi sudah terpuaskan.
"Sebenarnya ada kasus kepribadian ganda yang membawaku ke Newcastle malam ini,"
katanya dengan sikap profesional yang tenang. "Kasus yang sangat menarik.
Pengidap neurotik, tentu saja. Tapi ini sungguhan, tidak dibuat-buat."
"Kepribadian ganda," kata Sir George Durand sambil berpikir. "Menurutku itu


Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak terlalu istimewa. Pasti ada kehilangan memori juga, bukan" Aku tahu
masalah itu muncul dalam kasus di Pengadilan Penetapan Ahli Waris waktu itu."
Dr Clark mengangguk. ' "Tapi kasus klasik tentang kepribadian ganda adalah kasus Felicie Bault. Anda
mungkin ingat pernah mendengarnya?" katanya.
'Tentu saja," kata Canon Parfitt. "Aku ingat pernah membaca tentang kasus itu di
surat-surat kabar tapi itu sudah lama sekali sekitar tujuh tahun yang lalu."
? ?Dr. Campbell Clark mengangguk.
"Gadis itu menjadi salah satu tokoh paling terkenal di Prancis. Para ilmuwan
dari seluruh dunia datang ingin melihatnya. Dia memiliki empat kepribadian, yang
dikenal sebagai Felicie 1, Felicie 2, Felicie 3, dst."
"Bukankah ada dugaan semuanya itu tipuan belaka?" tanya Sir George dengan
waspada. 73 "Kepribadian Felicie 3 dan Felicie 4 memang agak meragukan," sang dokter
mengakui. 'Tapi fakta-fakta utamanya tetap diterima. Felicie Bault adalah
seorang gadis petani dari Brittany. Dia anak ketiga dari lima bersaudara;
ayahnya pemabuk dan ibunya mengalami kelainan mental. Suatu ketika, saat berada
di bawah pengaruh minuman keras, si ayah mencekik sang ibu, dan, seingatku,
dipenjara seumur hidup. Waktu itu Felicie berumur lima tahun. Oleh beberapa
orang yang tergerak memperhatikan nasib anak-anak, Felicie diambil dan
dibesarkan serta dididik oleh seorang wanita Inggris yang tidak menikah, yang
memiliki semacam rumah untuk anak-anak miskin. Tapi tidak banyak yang bisa
dilakukannya terhadap Felicie. Menurut penuturannya, gadis itu amat sangat
lamban dan bodoh, hanya bisa diajari membaca dan menulis dengan susah payah, dan
sangat canggung menggunakan tangannya. Wanita ini, Miss Slater, mencoba
mengajari gadis itu untuk bekerja sebagai pembantu, dan berhasil mencarikan
beberapa lowongan kerja untuknya, setelah dia cukup umur. Tapi dia tak pernah
bertahan lama di mana pun, karena kebodohannya dan kemalasannya yang luar
biasa." Sang dokter berhenti bercerita sejenak. Sang Canon, yang tengah menyilangkan
kembali kakinya dan mengatur letak selimutnya agar lebih rapat menutupi
tubuhnya, sekonyong-konyong menyadari bahwa laki-laki yang duduk berhadapan
dengannya bergerak sedikit. Kedua matanya, yang tadi terpejam, sekarang terbuka,
dan ada sesuatu dalam sorot mala itu, sesuatu yang menyiratkan ejekan dan kesan
tak terlukiskan, yang membuat sang Canon terkejut Laki-laki itu
74 seakan-akan tengah mendengarkan percakapan mereka, dan diam-diam merasakan
kepuasan yang jahat akan apa yang didengarnya.
"Ada sebuah foto Felicie Bault yang diambil saat dia berumur tujuh belas tahun,"
sang dokter melanjutkan. "Dalam foto itu, dia tampak sebagai seorang gadis
petani yang kasar dan kekar. Tak ada apa pun dalam foto itu yang menunjukkan
bahwa kelak dia akan menjadi salah satu orang paling terkenal di Prancis.
"Lima tahun kemudian, ketika berumur 22 tahun, Felicie Bault mengalami sakit
saraf yang parah, dan saat dia berangsur sembuh, fenomena aneh itu mulai
menampakkan diri. Berikut ini adalah fakta-fakta yang telah dibuktikan
kebenarannya oleh banyak ilmuwan terkemuka. Kepribadian yang disebut Felicie 1
sama sekali tak bisa dibedakan dari Felicie Bault selama dua puluh dua tahun
belakangan ini. Felicie 1 tidak bisa menulis dengan baik dalam bahasa Prancis,
tidak bisa bicara bahasa asing apa pun, dan tidak bisa main piano. Sebaliknya,
Felicie 2 bisa berbahasa Italia dengan sangat fasih, dan cukup mahir berbahasa
Jerman. Tulisan tangannya sangat berbeda dari tulisan tangan Felicie 1, dan dia
bisa menulis dengan lancar dan ekspresif dalam bahasa Prancis. Dia bisa membahas
topik-topik politik dan seni, dan sangat suka main piano. Felicie 3 banyak punya
kemiripan dengan Felicie 2. Dia cerdas, dan kelihatannya berpendidikan baik,
tapi karakter moralnya sangat berlawanan. Tampaknya dia sosok yang benar-benar
tak bermoral tapi tak bermoral ala Paris, bukan secara kampungan. Dia tahu ?semua jargon-jargon Paris dan cara berbicara seorang demi monde yang chic.
75 Bahasanya kotor, dan dia suka mencerca agama serta 'orang-orang terhormat'
dengan istilah-istilah yang sangat kasar. Lalu ada kepribadian Felicie 4 sosok
?pemimpi yang hampir-hampir setengah idiot, amat sangat alim dan kabarnya punya
kemampuan supranatural, tapi kepribadian keempat ini sangat tidak memuaskan,
tidak jelas, dan kadang-kadang dianggap merupakan tipuan yang sengaja
ditampilkan oleh Felicie 3 semacam lelucon yang dimainkannya pada publik yang
?tidak menaruh curiga. Aku berani bilang bahwa (mungkin dengan perkecualian
terhadap Felicie 4) masing-mosing kepribadian itu sama menonjolnya, saling
terpisah, dan tidak saling mengenal. Felicie 2 jelas merupakan yang paling
dominan, dan kadang-kadang bisa bertahan sampai dua minggu, setiap kali muncul.
Kemudian Felicie 1 akan muncul sebentar selama sehari dua hari. Setelah itu
barangkali Felicie 3 atau 4, tapi yang dua ini jarang bertahan selama lebih dari
beberapa jam. Setiap perubahan kepribadian selalu disertai dengan sakit kepala
yang amat sangat dan tidur lelap, dan dalam setiap kasus selalu ada kehilangan
ingatan total terhadap keadaan-keadaan sebelumnya; kepribadian yang sedang
muncul itu meneruskan episode dari kemunculan sebelumnya, tidak sadar akan waktu
yang berlalu." "Menakjubkan," gumam sang Canon. "Sangat menakjubkan. Sampai sekarang boleh
dibilang kita tidak tahu apa-apa tentang keajaiban-keajaiban di alam semesta
ini." "Tapi kita tahu bahwa di alam semesta ini ada penipu-penipu yang sangat cerdik,"
kata Sir George dengan nada datar.
76 "Kasus Felicie Bault ini diselidiki oleh para pengacara, dokter-dokter, dan
ilmuwan-ilmuwan," Dr. Campbell Clark cepat-cepat berkata. "Anda sekalian tentu
ingat, Maitre Quimbellier mengadakan penyelidikan yang sangat saksama, dan
mengkonfirmasikan pandangan-pandangan para ilmuwan tersebut. Bagaimanapun,
kenapa kita mesti seterkejut itu sebenarnya" Bukankah kita tahu ada telur yang
punya kuning telur ganda" Dan pisang kembar" Kenapa tak mungkin ada jiwa ganda...
di dalam satu rubuh?"
"Jiwa ganda?" protes sang Canon.
Dr. Campbell Clark mengalihkan tatapan mata birunya yang tajam pada Canon
Parfitt. "Bagaimana lagi kita mesti menyebutnya" Itu kalau seandainya... kepribadian bisa
dianggap jiwa?" "Untungnya kasus itu dikategorikan sebagai kasus 'aneh'," kata Sir George.
"Kalau kasus itu dikategorikan 'umum', bisa semakin rumit lagi."
"Kondisi itu memang sangat tidak normal," sang dokter sependapat. "Sayang sekali
tidak bisa diadakan penelitian lebih lanjut, akibat kematian Felicie yang tak
terduga." "Seingatku kematiannya juga agak aneh," kata Sir George perlahan-lahan.
Dr. Campbell Clark mengangguk.
"Peristiwanya sangat misterius. Gadis itu ditemukan tewas di tempat tidurnya,
pada suatu pagi. Jelas dia mati dicekik. Tapi, yang mengejutkan semua orang,
kelak terbukti tanpa keraguan sedikit pun bahwa dia telah mencekik dirinya
sendiri. Bekas-bekas di lehernya adalah bekas-bekas jemarinya sendiri. Cara
bunuh diri seperti itu, walau secara fi*ik sebenarnya tak
77 mungkin dilakukan, pasti membutuhkan kekuatan otot yang luar biasa, dan tekad
yang hampir-hampir di luar batas kemampuan manusia. Tak pernah diketahui, apa
yang menyebabkan gadis itu berbuat demikian. Memang keseimbangan mentalnya
selama itu patut dipertanyakan. Tapi tetap saja kasusnya dianggap misterius.
Tapi misteri tentang Felicie Bault sudah tak bakal bisa terungkap sekarang."
Pada saat itulah pria di sudut ujung sana tertawa.
Ketiga orang lainnya terlonjak bagai ditembak. Mereka sama sekali sudah lupa
akan kehadiran orang keempat itu di antara mereka. Sementara mereka tertegun
memandangnya, pria itu tertawa lagi, masih meringkuk dalam balutan mantelnya.
"Maafkan saya, Tuan-tuan," katanya dengan bahasa Inggris yang sempurna, namun
menyiratkan sedikit nada asing.
Ia duduk tegak, memperlihatkan wajahnya yang pucat, dengan kumis kecil hitam
pekat. "Ya, maafkan saya," katanya sambil membungkuk dengan gaya dibuat-buat. "Tapi...
ah! Dalam ilmu pengetahuan, adakah yang namanya kata penutup?"
"Anda tahu sesuatu tentang kasus yang sedang kami bicarakan ini?" tanya Dr.
Campbell Clark dengan sopan.
"Tentang kasus itu" Tidak. Tapi saya kenal dia." "Felicie Bault?"
"Ya. Dan Annette Ravel juga. Rupanya Anda sekalian belum pernah mendengar
tentang Annette Ravel" Padahal cerita tentang mereka saling berkaitan.
Percayalah, Anda tidak tahu apa-apa tentang Felicie Bault kalau tidak tahu
tentang sejarah Annette Ravel juga."
78 la mengeluarkan arlojinya dan melihatnya.
"Setengah jam lagi kereta tiba di stasiun berikutnya. Saya punya waktu untuk
menceritakan kisahnya itu kalau Anda sekalian berminat mendengarnya?"?"Silakan menceritakan pada kami," kata sang dokter dengan suara pelan.
"Dengan senang hati," kata sang Canon. "Dengan Nenang hati."
Sir George Durand sekadar menunjukkan sikap penuh perhatian, sebagai jawaban.
Maka penghuni pojok keempat itu pun memulai ceritanya. "Nama saya. Tuan-tuan,
adalah Raoul Letardeau. Tadi Anda menyebut-nyebut seorang wanita Inggris yang
membaktikan dirinya untuk pekerjaan amal. Miss Slater. Saya dilahirkan di desa
nelayan di Brittany itu. Ketika kedua orangtua saya meninggal dalam kecelakaan
kereta api. Miss Slater-lah yang menyelamatkan dan menolong saya, sehingga saya
tidak dimasukkan ke rumah yatim-piatu semacam yang Anda kenal di Inggris. Ada
sekitar dua puluh orang anak yang diasuhnya, anak-anak laki-laki dan perempuan.
Di antara anak-anak itu adalah Felicie Bault dan Annette Ravel. Kalau Anda tak
bisa memahami kepribadian Annette, Tuan-tuan, maka Anda tidak akan memahami apa-
apa. Dia anak hasil hubungan cinta seorang wanita dengan kekasihnya, yang
kemudian ditinggalkan dan meninggal karena radang paru-paru. Ibunya dulu seorang
penari, dan Annette juga ingin menjadi penari. Saya pertama kali mengenalnya
ketika dia berusia sebelas tahun, seorang gadis kecil dengan sepasang mata
menyorotkan ejekan, namun sekaligus menjanjikan makhluk
?79 kecil yang lincah dan penuh semangat hidup. Dan dengan segera ya, dengan
?segera dia membuat saya menjadi budaknya. Dia selalu menyuruh-nyuruh saya,
?'Raoul, lakukan ini.' 'Raoul, lakukan itu.' Dan saya, saya mematuhinya. Belum
apa-apa saya sudah memujanya, dan dia tahu itu.
"Kami suka pergi ke tepi pantai, bertiga. Ya, kami bertiga... sebab Felicie selalu
ikut dengan kami. Di pantai, Annette akan melepaskan sepatu dan stoking-nya,
lalu menari di hamparan pasir. Setelah lelah menari, dia akan menjatuhkan diri
dengan terengah-engah, lalu menceritakan pada kami tentang impiannya.
'"Kalian lihat nanti, aku akan terkenal. Ya, amat sangat terkenal. Aku akan
memiliki ratusan dan ribuan stoking dari sutra sutra yang paling halus. Dan
?aku akan tinggal di apartemen yang indah. Semua kekasihku muda, tampan, dan
kaya. Dan kalau aku menari, seantero Paris akan datang menontonku. Mereka akan
berseru-seru, memanggil-manggil, berteriak-teriak, dan kesetanan melihatku
menari. Dan di musim-musim dingin aku tidak akan menari. Aku akan pergi ke
selatan, yang hangat oleh matahari. Di sana ada vila-vila dengan pohon-pohon
jeruk. Aku akan memiliki satu di antaranya. Aku akan berbaring berjemur di
bantal-bantal sutra, sambil makan jeruk. Dan kau. Raoul, aku tidak akan pernah
melupakanmu, walaupun aku sudah kaya dan terkenal. Aku akan melindungimu dan
membantu memajukan kariermu. Felicie akan menjadi pelayanku tidak, kedua
?tangannya terlalu canggung. Coba perhatikan, betapa besar dan kasar tangan-
tangannya itu.' 80 "Felicie akan marah kalau mendengar Annette mengatakan itu. tapi Annette terus
menggodanya "'Dia begitu anggun, kan, si Felicie" Begitu elegan, begitu halus. Dia seperti
putri yang sedang menyamar ha ha.'
?"Setidaknya ayah dan ibuku menikah, tidak seperti orangtuamu,* Felicie akan
menggeram dengan marah. ?"Ya, dan ayahmu membunuh ibumu. Bagus sekali, menjadi anak pembunuh.'
'"Ayahmu sendiri meninggalkan ibumu sampai mati,' balas Felicie.
'"Ah! Ya.' Annette merenungkan hal itu. 'Pauvre Maman ibu yang malang. Orang ?memang mesti kuat dan sehat Kuat dan sehat itu penting sekali.'
'"Aku kuat seperti kuda,' Felicie membanggakan.
"Dan memang, dia kuat seperti kuda. Tenaganya dua kali lipat tenaga gadis mana
pun di rumah itu. Dan dia tidak pernah sakit.
"Tapi dia bodoh sekali, bodoh seperti binatang buas. Saya sering kali merasa
heran, kenapa dia selalu mengikuti Annette ke mana-mana. Dia seperti terpesona.
Kadang-kadang saya pikir dia sebenarnya benci pada Annette, dan memang Annette
jahat kepadanya. Dia suka mengejek kelambanan dan kebodohan Felicie, dan suka
memancing-mancingnya di depan anak-anak lain. Saya pernah melihat Felicie pucat
pasi karena marah. Kadang saya mengira dia akan mencengkeramkan jemarinya di
leher Annette dan mencekik Annette sampai mati. Dia tidak cukup cerdas untuk
menjawab ejekan-ejekan Annette, tapi akhirnya dia belajar membalas dengan satu
ucapan yang selalu mengena. Yaitu dengan menyebutkan
81 kesehatan dan kekuatannya. Dia akhirnya menyadari (sementara saya sendiri sudah
lama tahu) bahwa Annette iri akan fisiknya yang kuat, dan secara naluriah dia
menyerang titik lemah lawannya ini.
"Suatu hari Annette mendalangi saya dengan sangat gembira.
"'Raoul,' katanya. 'Hari ini kita akan bersenang-senang dengan si tolol Felicie
itu. Kita akan mati tertawa.'
"'Apa yang akan kaulakukan"'
'"Ayo kita ke gudang kecil itu, nanti kuceritakan.'
"Rupanya Annette menemukan sebuah buku. Sebagian isinya tidak dia pahami, dan
memang isi buku itu terlalu berat untuknya. Buku itu sebuah buku lama tentang
hipnotis. "'Objek yang terang, menurut buku ini. Tombol kuningan di tempat tidurku bisa
berputar. Aku menyuruh Felicie memandanginya semalam. 'Pandangi terus.' kataku.
'Jangan mengalihkan malamu dari situ ' Lalu aku memutarnya. Raoul, aku takut
sekali. Kedua matanya kelihatan sangat aneh sangat aneh. 'Felicie, kau akan
?selalu menuruti perintahku,' kataku. 'Aku akan selalu menuruti perintahmu,
Annette,' jawabnya. Lalu... lalu... aku berkata, 'Besok kau akan membawa sebatang
lilin ke lapangan bermain pada jam dua belas siang, dan mulai memakannya. Kalau
ada yang bertanya, kau akan bilang bahwa lilin itu adalah galette paling enak
yang pemah kaucicipi.' Oh! Raoul, coba bayangkan!'
'"Tapi dia tidak bakal mau berbuat begitu,' kata saya.
"'Di buku itu dikatakan demikian. Aku sendiri
82 tidak benar-benar percaya... tapi, oh! Raoul, kalau apa yang dikatakan buku itu
benar, kita bisa tertawa habis-habisan hari ini.'
"Saya juga menganggap gagasan itu sangat lucu. Kami menyebarkan berita itu pada
anak-anak lainnya, dan pada jam dua belas siang, kami semua berkumpul di
lapangan bermain. Tepat waktu sampai ke menit-menitnya, Felicie keluar dengan
membawa sepotong lilin di tangannya. Bisakah Anda sekalian mempercayainya,
Messieurs, dia mulai menggigiti lilin itu dengan takzim" Kami semua tertawa
terbahak-bahak! Sesekali salah seorang anak akan mendekatinya dan berkata dengan
takzim, 'Enak, ya, apa yang kaumakan itu, Felicie"' Dan dia akan menjawab, 'Ya,
ini galette paling enak yang pemah kucicipi.' Lalu kami semua tertawa lagi
terbahak-bahak. Rupanya kami tertawa begitu keras, hingga akhirnya membuat
Felicie tersadar akan apa yang sedang dilakukannya. Dia mengerjap-ngerjapkan
mata dengan bingung, memandangi lilin itu, lalu memandangi kami. Dia menempelkan
tangan di dahinya. '"Apa yang sedang kulakukan di sini"' gumamnya.
'"Kau sedang makan lilin,' teriak kami.
wAku yang menyuruhmu, aku yang menyuruhmu.' seru Annette sambil menari-nari.
"Sesaat Felicie tertegun. Lalu perlahan-lahan dia menghampiri Annette.
'"Jadi. kau rupanya kau rupanya yang telah membuatku diolok-olok" Sepertinya ?aku ingat. Ah! Akan kubunuh kau nanti.'
"Dia bicara sangat pelan, tapi sekonyong-konyong Annette lari bersembunyi di
belakang saya. 83 "Tolong aku, Raoul! Aku takut pada Felicie. Tadi itu hanya gurauan, Felicie.
Hanya gurauan.' "'Aku tidak suka gurauan-gurauan ini.' kata Felicie. 'Kalian mengerti" Aku benci
kalian. Aku benci kalian semua.'
"Mendadak dia menangis dan lari pergi.
"Saya rasa Annette menjadi takut akan hasil eksperimennya itu. dan tidak mencoba
mengulanginya. Tapi, mulai hari itu, pengaruhnya terhadap Felicie sepertinya
semakin kuat "Sekarang saya yakin bahwa Felicie sejak dulu membeci Annette, tapi dia tak bisa
jauh-jauh dari Annette. Dia selalu mengikuti Annette ke mana-mana, seperti
anjing. 'Tak lama sesudah itu, Tuan-tuan, saya mendapat pekerjaan, dan saya pulang hanya


Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesekali, saat liburan. Keinginan Annette menjadi penari tidak ditanggapi
serius, tapi saat menanjak dewasa, dia memiliki suara yang sangat indah kalau
menyanyi, dan Miss Slater setuju dia mendapatkan pelatihan sebagai penyanyi.
"Annette sama sekali tidak malas. Dia berlatih dengan giat, tanpa istirahat.
Miss Slater merasa perlu mencegahnya berlatih begitu keras. Dia pemah bicara
pada saya tentang Annette.
'"Sejak dulu kau menyukai Annette,' katanya. 'Coba bujuk dia supaya tidak
bekerja terlalu keras. Belakangan ini dia suka batuk-batuk sedikit, gelagatnya
tidak baik.' "Tak lama kemudian, pekerjaan saya membuat saya banyak bepergian jauh. Mulanya
saya masih menerima satu-dua surat dari Annette, tapi lalu ber -
84 henti sama sekali. Selama lima tahun kemudian, saya berada di luar negeri.
"Secara kebetulan, ketika kembali ke Paris, perhatian saya tertarik pada sebuah
poster tentang pertunjukan oleh Annette Ravelli, berikut fotonya yang terpampang
di situ. Saya langsung mengenalinya. Malam itu saya menonton di teater yang
disebutkan di poster tersebut. Annette menyanyi dalam bahasa Prancis dan Italia.
Dia sangat hebat di panggung. Selesai pertunjukan, saya menemuinya di ruang
Setan Dari Luar Jagat 2 Pendekar Rajawali Sakti 12 Rahasia Puri Merah Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 36
^