Pencarian

Kisah 47 Ronin 2

Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn Bagian 2


tiba di istal, Oishi memeriksa barisan kandang di
mana masih ada beberapa ekor kuda yang tak
pernah disikat dan surainya dibiarkan tergerai. Dia
menggelengkan kepala, terkejut melihat keadaan
kuda-kuda itu. Lalu dia panggil kepala kandang.
Ketika orang itu muncul, sama berantakannya seperti kuda-kuda yang menjadi tanggung jawabnya,
dengan tidak terduga Oishi memerintahkan untuk
menyikat serta memotong kuku kuda agar terlihat
prima. Petugas itu terkejut mendengar perintahnya
dan dengan gembira langsung menyingkir sebelum
Oishi berubah pikiran. Hara juga terkejut dengan
perintah itu. "Kau akan melawan?" tanyanya dengan ragu.
"Tak harus begitu," kata Oishi. "Tapi seandainya
kita memutuskan untuk mengosongkan kastil ini
dengan damai, kita takkan menugaskan pengawal
yang berantakan, kan?"
Hara setuju dan kembali mengawasi petugas
kandang yang mulai bekerja. Ketika melihat ke arah
Oishi, dia merasa bahwa pemimpinnya itu tampak
gelisah. "Aku telah memaafkan ucapanmu tadi," kata
Oishi. "tapi aku tak bisa begitu saja memaafkan
karena kau tidak memberitahukan soal pertemuanmu dengan Daigaku dan Lord Toda. Tanpa kete-
82 83 John Allyn rangan itu, mungkin aku melakukan kesalahan besar
yang bisa membuat kita kehilangan nyawa dengan
sia-sia." "Maaf," gumam Hara.
"Aku akan memaafkan jika kau berjanji takkan
membalas Mimura atas keberaniannya."
Hara menyeringai, lalu menunduk dengan segan.
Sebenarnya dia sedang menunggu kesempatan untuk memukuli pelayan yang banyak omong itu
sampai sekarat. "Pegang janjimu," kata Oishi, "atau akan aku
ceritakan pada semua orang bahwa kau mengkhianatiku."
Sikapnya menandakan bahwa ini bukan ancaman kosong, dan prajurit itu membungkuk hormat
ketika Oishi pergi. Setelah itu dia menggaruk-garuk
kepala dan menghela napas.
Kini, Oishi mulai menghadapi ujian pertama atas
kepemimpinannya. Bila yang hadir dalam pertemuan
kedua ini jauh lebih sedikit, maka harapan untuk
balas dendam hilang. Pada saat ini, dari dalam kastil
dia memerhatikan para samurai yang mulai berdatangan. Dia sedang menghitung jumlah mereka
ketika dikejutkan dengan kehadiran seseorang di
sampingnya. Ternyata Hara, yang juga ingin tahu
84 Kisah 47 Ronin siapa saja yang berpihak pada mereka dan siapa
yang tidak. Ketika menghitung bersama-sama, ternyata jumlah yang hadir jauh lebih sedikit dari
sehari sebelumnya; pada waktu pertemuan akan
dimulai, hanya ada sekitar enam puluh orang dari
jumlah keseluruhan tiga ratus orang.
Hara sangat kecewa namun Oishi memandang
perkembangan ini secara filsafat.
"Setidaknya kini kita tahu siapa yang bisa diandalkan," katanya sambil tersenyum.
"Bagaimana tentang pengepungan?" tanya Hara
dengan cemas. "Kau bilang itu langkah selanjutnya
bila petisi kita ditolak, kan?"
Oishi menunjuk pada kumpulan orang-orang di
luar. "Takkan ada perang. Tidak dengan hanya sedikit
orang di pihak kita. Dan bila kau benar-benar memerhatikan, kau tahu bahwa banyak di antara
mereka yang sudah terlalu tua untuk berperang."
Hara menggelengkan kepala. "Kalau begitu tak
ada pilihan lain selain menyerahkan semuanya
tanpa berjuang." Oishi tersenyum, bukan senyum yang menyenangkan. "Oh, masih ada satu pilihan lagi." Setelah
itu dia melangkah keluar dan mengangkat tangan
agar semua tenang. Di tangannya ada dua kertas.
"Aku memegang petisi untuk utusan Shogun
guna memohon kelonggaran bagi keluarga Asano 85
John Allyn Kisah 47 Ronin agar mereka diizinkan tetap memiliki tanah dan
harta lainnya karena sejarah pengabdian mereka
yang sudah sangat lama pada Shogun dan para
pendahulunya. Ini hanyalah permohonan pemulihan
atas nama Lady Asano dan Daigaku Asano, dan apa
pun dampaknya kurasa takkan membahayakan. Aku
meminta Gengoemon Kataoka menyampaikan petisi
ini, walaupun dia lelah, karena dia tahu situasi di
Edo dan karena dia mampu berpikir cepat dan dapat
memanfaatkan setiap tawaran yang mungkin mereka
ajukan." Kataoka bangkit dari posisi duduknya di hadapan para samurai dan maju untuk mengambil
dokumen itu sambil menunduk hormat. Lalu dia
duduk kembali sementara Oishi melanjutkan.
"Nah, jika petisi ini diterima, tak ada yang perlu
dicemaskan. Sebaliknya, bila ditolak, maka kita
harus memutuskan tindakan selanjutnya. Kita hanya
punya dua pilihan: berlutut di depan kastil dan
melakukan seppuku sebagai bentuk protes, atau
menyerahkan kastil ini secara damai... dan setelah
itu kita berpisah sambil menunggu waktu yang tepat
untuk balas dendam pada Kira!"
Hara yang berdiri dan berteriak untuk pilihan
kedua dan yang lain langsung mengikuti. Oishi
tersenyum atas semangat mereka, dan mengangkat
tangan dengan raut wajah yang lebih serius.
"Kalian harus tahu bahwa betapa pun menariknya tindakan itu bagi ksatria seperti kalian, namun
balas dendam bertentangan dengan undang-undang.
Jadi, ada baiknya kita ingat bahwa seandainya kita
berhasil, kita akan dihukum karena telah melanggar
hukum. Harus kutambahkan bahwa hukuman atas
tindakan ini adalah mati. Jangan kalian lupa itu.
Apakah kita melakukan seppuku atau digantung para
algojo, akhir dari perjuangan kita adalah kematian.
Ini akan menjadi kematian bagi kita semua, tapi
dengan terhormat!" Teriakan yang terdengar tak lagi selantang sebelumnya, namun dilakukan dengan sepenuh hati dan
Oishi puas bahwa mereka yang hadir dapat diandalkan untuk berjuang hingga akhir. Dia membuka
dokumen yang kedua dan meletakkannya di tangga
kastil. Dokumen itu berisi janji setia, dan dia minta
mereka maju dan menandatanganinya. Ketika para
samurai berkumpul dengan penuh semangat, Oishi
melihat bahwa ada seorang anak yang belum lagi
remaja. Dia menghentikan anak itu dan menanyakan
umurnya. Anak itu bersumpah kalau umurnya enam
belas tahun. Sikapnya mendukung ucapannya sehingga Oishi tak tega menanyai dia lebih lanjut. Dia
pun diizinkan memberi tanda, seperti yang lain.
Ketika tiba giliran Hara, dia menunjuk dengan
kuas ke arah gerbang kastil. Oishi menoleh untuk
86 87 John Allyn melihat apa yang ditunjuknya. Gerbang itu terbuka
sedikit, Oishi melihat Mimura sedang berdiri di sana.
Awalnya dia marah karena seorang pelayan begitu
lancang mendengarkan pertemuan mereka, namun
kemudian dia mengerti maksud Hara.
"Mimura," panggilnya, dan Mimura pun maju
ragu-ragu. Oishi memandang ke arah hadirin. "Ada
satu orang lagi yang ingin bergabung. Walaupun dia
hanyalah pelayan, aku tak keberatan dia ikut dalam
pasukan kita. Dia telah menunjukkan kesetiaannya
sama seperti kita. Bagaimana menurut kalian?"
Terdengar suara-suara setuju yang dipimpin oleh
Hara. Mimura pun diperkenankan memberi tanda
tangan. Tandatangannya adalah yang keenam puluh
dua dan dengan begitu terbentuklah pasukan balas
dendam Oishi.* LIMA S etelah kepergian Kataoka ke Edo, Oishi beserta
anak buahnya memusatkan perhatian untuk
membuat keadaan kastil dan lingkungan di sekitarnya menjadi sangat baik. Bila mereka menunggu
sampai petisi mereka ditolak dengan resmi, dan
mereka harus akui bahwa hal ini sebagai kemungkinan yang paling pasti, mereka takkan sempat
mengatur segalanya sebelum pasukan Shogun tiba.
Pekerjaan dimulai dengan melakukan beberapa
perbaikan kastil dan melakukan inventarisasi atas
seluruh harta. Sebagai bendahara, Ono bertugas
membuat pembukuan yang lengkap dan mengumpulkan semua uang yang beredar. Semua itu takkan
diserahkan kepada Shogun, tapi akan dibagikan di
antara anggota keluarga di saat yang dianggap tepat
oleh Oishi. Dengan menunggang kuda, Oishi berkeliling
89 John Allyn Kisah 47 Ronin wilayah itu untuk memeriksa sesuatu yang tidak
beres yang mungkin akan diperhatikan perwakilan
Shogun. Dia melihat jembatan batu yang roboh,
pagar kayu yang papannya rusak, atap ilalang yang
harus diperbaiki, jalan-jalan di pinggir kuil yang
kurang terawat, dan hal-hal lain seperti sampah
yang bertebaran di jalan. Ketika dia melihat seorang
wanita petani sedang memegangi anaknya di tepi
saluran air, Oishi memintanya menggunakan ember.
Dalam hal ini, dia tidak hanya memikirkan penampilan tapi juga aspek-aspek praktis dalam penggunaan bahan yang ada di ladang sebagai pupuk.
Semua orang ditugaskan bekerja. Pekerjaan terberat yaitu perbaikan jalan utama dari kota menuju
kastil, para samurai bahkan bekerja berdampingan
dengan petani dan penduduk kota. Proyek ini membutuhkan batu yang banyak diambil dari dasar
sungai, karena itu dibentuklah barisan ember yang
panjang. Tak lama kemudian ratusan orang bekerja
di sepanjang jalan di sinar matahari yang dingin,
seringkali dengan embun beku yang keluar dari
napas mereka. Pada suatu pagi di penghujung bulan Maret,
saat Oishi sedang memeriksa perkembangan pekerjaan di jalan, Kataoka tiba kembali di Ako, kotor
dan nyaris kehabisan napas. Debu berkumpul di
kerut-kerut wajahnya dan matanya kelihatan seperti
segaris merah ketika dia melompat dari kuda di
dekat kaki Oishi. "Maaf," katanya sambil menunduk hingga ke
jalan yang berdebu. "Entah bagaimana, aku gagal
bertemu perwakilan Shogun. Mereka telah meninggalkan Edo saat aku tiba di sana."
Oishi merasa kecewa. Hal pertama yang terlintas di benaknya adalah putri Lord Asano. Dia
tidak mengetahui isi perintah Shogun soal anak ini.
Ibunya sudah dilarang bertemu anggota keluarga
yang lain, tapi apakah keputusan itu juga diberlakukan atas putri Lord Asano" Dia sadar bahwa
waktunya amat singkat sehingga dia langsung bertanya pada Kataoka.
"Kenapa Horibe tidak memberitahu" Seharusnya dia mengawasi jalan keluar dari kota, kan?"
"Mereka menggunakan jalan memutar," jawab
Kataoka. "Kau harus tahu bahwa kebanyakan orang
di Edo tidak menyukai Kira, dan tampaknya keberangkatan pasukan itu dirahasiakan."
Oishi senang mendengar bahwa masyarakat berpihak pada mereka, namun itu tak mengubah kenyataan bahwa para petugas sedang dalam perjalanan
untuk menyita kastil. "Kau tahu kapan mereka akan tiba di sini?"
"Dua atau tiga hari lagi," kata Kataoka.
Oishi segera mulai berpikir untuk mengubah
90 91 John Allyn Kisah 47 Ronin rencana soal perbaikan tambahan terhadap kastil,
tapi dia diganggu oleh ucapan Kataoka selanjutnya.
"Kuharap aku tidak melewati batas kewenangan,
Oishi-dono, namun ketika aku tahu kalau sudah
terlambat, aku menemui Daigaku Asano di rumah
pamannya. Kupikir mereka memiliki beberapa petunjuk soal petisi kita."
"Ya?" kata Oishi dengan penuh perhatian.
"Mereka sudah baca petisi itu. Mereka minta
kau tidak menentang pengambilalihan kastil. Dan
mereka mengirimkan surat ini untukmu." Dia ambil
surat itu dari balik pelindung dada lalu dia serahkan
sambil membungkuk. Oishi ambil surat itu lalu membacanya. Daigaku
dan Toda merasa bahwa petisi itu bagus dan hampir
seluruh isi petisi masuk akal - walaupun mereka
juga keberatan soal kesulitan yang dihadapi Oishi
dalam mengendalikan anak buahnya karena itu
dapat diartikan sebagai ancaman - tapi mereka tetap
bersikeras agar kastil diserahkan secara damai bahkan bila petisi mereka ditolak.
Oishi tersenyum. Dia tak kaget dengan isi surat
itu dan Kataoka lega melihat bahwa dia tidak
dimarahi atas perbuatannya. Masih ada satu lagi
kabar yang ingin sekali Oishi tahu, tapi dia bertanya
dengan sikap biasa. "Bagaimana dengan Lord Kira" Kurasa dia sudah
pulih dari lukanya?"
Kataoka langsung menatap ke arahnya. Dia
terlalu mengenal Oishi untuk menganggap pertanyaan itu tidak bermakna apa-apa.
"Horibe melaporkan bahwa kondisinya hampir
pulih. Kami sudah menugaskan seseorang di dekat
jalan masuk kastil selama siang dan malam. Bila
Kira dapat melakukan perjalanan, kita akan segera
diberitahu." 92 93 Kemudian, di ruang belajar yang sama di mana dia
menerima Hara ketika dunia mereka mulai runtuh,
Oishi membicarakan keadaan ini dengan Yoshida.
Oishi mengatakan kalau dia lega telah menulis surat
kuasa untuk menyerahkan kastil kepada utusan
Shogun, tapi dia masih memikirkan sikap Daigaku
dan pamannya. Tampaknya mereka tidak memedulikan keadilan atau balas dendam dan bahkan sama


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali tidak menyebut nama Kira.
Yoshida mengangguk. "Aku juga prihatin. Tapi
cobalah melihat melalui sudut pandang mereka.
Mereka merasa berada dekat sekali dengan bencana
baru - misalnya kehilangan nyawa atau harta benda
- dan bahwa mereka tak ingin mengingat tragedi ini.
Walaupun begitu, kita yang di Ako yang merasakan
John Allyn Kisah 47 Ronin akibatnya secara langsung. Sebenarnya kita yang
akan kehilangan rumah, bukan mereka."
Oishi setuju bahwa mungkin Yoshida benar dan
memutuskan untuk tidak melibatkan Daigaku dan
pamannya dalam setiap rencana balas dendam yang
akan disusunnya. Dengan begitu, dia dapat mempertanggungjawabkan setiap keputusan untuk melakukan tindak kekerasan karena tahu mereka takkan
dituntut. Yoshida sepakat bahwa ini merupakan
keputusan yang bijaksana.
Tugas berikutnya yaitu memberi perintah terakhir pada anak buahnya. Ketika semua telah berkumpul di depan kastil, Oishi membacakan surat
dari Daigaku dan merasa tertekan melihat banyaknya wajah kecewa anak buahnya. Jelas kini bahwa
mereka harus menyerah, kecuali ada mukzizat, dan
mereka bukanlah orang yang percaya pada mukzizat.
Oishi mengingatkan mereka bahwa walaupun perwakilan Shogun yang datang ke Ako menerima
petisi, tapi mungkin mereka tak berwenang memutuskan dan harus meneruskannya ke Edo untuk
mendapatkan keputusan akhir. Jadi, tak ada yang
dapat dilakukan kecuali pergi. Sudah tiba waktunya
mereka memberitahukan keluarga untuk berkemas,
dan hanya boleh membawa barang yang dapat
dibawa sendiri. Dia menekankan bahwa mereka
harus menaati perintah Shogun atas pengambil-
alihan sesuai isi surat itu dan jangan melakukan
sesuatu yang dapat membuat Daigaku kehilangan
kesempatannya untuk menerima warisan.
Setelah itu, tiba waktunya untuk membagi-bagi
uang dari Klan Asano. Pertama-tama, sebagian uang
diberikan ke kuil setempat untuk merawat makam
para lehihur. Lalu, sejumlah uang yang merupakan
mas kawin Lady Asano disisihkan. Kemudian sejumlah uatig diberikan untuk pelayan maupun penduduk kota. Sejauh ini tak ada yang memprotes cara
pembagian ini, tapi ketika Oishi mengusulkan agar
sebagian uang disisihkan untuk "memperbaiki kediaman. keluarga Asano", seperti yang dia duga,
sebagian samurai menggerutu. Tapi keberatan mereka tak berlanjut.
Di kelompok ini tak seorang pun berani mempermasalahkan bagian yang diterima. Sisanya dibagi di
antara mereka sesuai pangkat serta lamanya masa
tugas rnereka. Jumlah yang mereka terima tidaklah
besar dan semuanya sadar kalau mereka menghadapi niasalah ekonomi yang sangat berat jika tak
mau disebut kemiskinan. Ketika dengan rapi mereka maju satu demi satu
untuk menerima bagian, Oishi memikirkan nasib
mereka. Mereka bukan lagi samurai, kini mereka
mendapat gelar yang buruk: ronin. Mereka akan
menjadi orang yang kesepian, tanpa pekerjaan dan
94 95 John Allyn Kisah 47 Ronin kebanggaan. Masih boleh menggunakan dua pedang
panjang, tapi tidak punya alasan yang tepat untuk
menggunakannya. Tak heran mudah sekali bagi
seorang ronin mengalami nasib yang buruk, pikirnya. Beberapa di antara ronin akan menjadi pengemis atau orang bayaran. Bahkan, ada yang menjadi
penjahat. Oishi sadar bahwa bahkan samurai dari
Ako pun dapat terjerumus dalam kesulitan yang
sama jika ia tak mampu menyatukan mereka.
Setelah semuanya dibagikan, Oishi merasa terpanggil untuk menyampaikan pesan terakhir. Mereka
sudah selesai menghitung uang dan kini memusatkan perhatian mereka kepadanya. Kata-katanya jelas
dan langsung kepada pokok permasalahan.
"Kemana pun kalian pergi, apa pun yang kalian
lakukan, ingatlah bahwa di benakku dan di benak
pemimpin kita kalian selalu menjadi samurai Klan
Asano. Selalu bertindak yang dapat menjadi penghormatan bagi keluarga ini. Aku tahu Lord Asano
senantiasa menjaga kalian semua seperti aku juga
tahu dia selalu menjagaku. Mari kita buat arwahnya
bahagia - tidak sedih."
Suasana menjadi hening dan setelah itu mereka
bubar. Pertemuan terakhir yang mereka hadiri di
Ako ini sudah selesai. "Mereka datang!" teriak penjaga di pintu, dan kabar
itu segera sampai pada Oishi. Dia segera menyelesaikan sarapan dan bergegas menuju menara pengawas
yang menghadap ke padang rumput di luar kastil.
Dari debu yang beterbangan, tampak jelas kalau
pasukan Shogun memang sudah tiba.
Dengan cepat dia memberi perintah: semua
samurai berpakaian siap tempur, semua pos jaga
harus ada orang, semua kuda harus siap digunakan.
Dia sendiri mengenakan pakaian berkuda, bukan
pakaian perang, tapi dia juga memakai pelindung
dada yang tebal dengan lambang Asano. Setelah itu
dia bergabung dengan penunggang kuda lain yang
bersiap di balik gerbang pintu yang tertutup, mengambil posisi di mana dia dapat melihat melalui
lubang pengintai. Di depan pasukan Shogun yang berjalan kaki,
terlihat pemimpin pasukannya. Pemimpin itu adalah
laki-laki berpangkat tinggi yang berusia sekitar lima
puluhan dengan menunggang kuda yang maju dalam
langkah teratur. Utusan Shogun itu hanyalah satu
pasukan kecil, tapi Oishi tahu bahwa jika para
samurai Ako melawan, maka para daimyo dari wilayah sekitar akan segera mengumpulkan kekuatan
atas perintah Shogun. Laki-laki berkuda itu terus maju sambil mengamati serta mengagumi kebersihan kastil dan sekitar-
96 97 John Allyn Kisah 47 Ronin nya. Dia hampir mendekati kastil ketika wakilnya,
laki-laki gemuk yang juga menunggang kuda, memberitahukan bahwa gerbang kastil telah dibuka
secara perlahan. Ketika kelompok Oishi muncul di balik gerbang
yang terbuka, langkah pasukan yang berjalan makin
cepat, tapi kemudian langkah mereka kembali seperti semula setelah melihat Oishi dan anak buahnya bergerak dalam formasi berparade.
"Selamat datang di kastil Asano," sambut Oishi
dengan resmi ketika dia menghentikan pasukannya
dan memberi pengormatan. Pasukan Shogun pun
berhenti dan menunduk sopan atas sambutan yang
ramah. Ketegangan di antara mereka pun hilang dan
wakil komandan yang bertubuh gemuk itu mengusap dahinya.
Sikap saling menghormati ini mewarnai hubungan yang terjadi selama beberapa hari kemudian. Oishi puas melihat pemimpin pasukan yang
bernama Araki tampak terkesan dengan keadaan
kastil dan dengan penghormatan yang mereka terima.
Pada kesempatan pertama, ketika kelompok Edo
dapat beristirahat setelah perjalanan panjang, Oishi
menyampaikan petisi mereka. Dia juga menceritakan
tentang sejarah Klan Asano sejak pengabdian mereka kepada Shogun yang pertama, Ieyashu, dan
mengakhirinya dengan mengatakan bahwa mereka
bersedia mengorbankan apa pun bila Daigaku dijadikan penerus Lord Asano yang mereka cintai, bahkan
akan melakukan seppuku di makam.
Araki terkesan dengan ketulusan Oishi dan anak
buahnya dan berjanji akan berusaha melakukan
yang dapat dia lakukan untuk mereka. Dia menjelaskan kalau dia tidak berwenang memberi jaminan
apa pun, tapi dia akan berusaha memastikan bahwa
petisi mereka diperhatikan Kiasar Tsunayoshi. Dia
bahkan menulis rekomendasi dan mengirimnya bersama petisi itu ke Edo melalui seorang utusan.
Hal ini membesarkan hati Oishi. la merasa kalau
Araki dapat diandalkan untuk menindaklanjuti masalah ini bila telah kembali ke Edo. Tak ada alasan
untuk meragukan janji seorang prajurit berpengalaman pada prajurit lain. Oishi berdoa semoga permohonannya akan dipenuhi.
Pemeriksaan kastil dan wilayah di sekitarnya
butuh waktu lima hari. Pada hari terakhir, Araki
menyatakan bahwa sebagai wakil resmi Shogun, dia
puas karena semuanya dalam kondisi baik dan
terdata dengan baik. Dia siap mengambil alih kastil.
Malam itu Oishi kembali pergi ke Kegaku-ji, kuil
Klan Asano. Ternyata anak buahnya sudah berkumpul di sana untuk mengucapkan salam perpisahan
kepada leluhur dan juga rekan-rekannya. Oishi pun
98 99 John Allyn Kisah 47 Ronin berbicara satu per satu dengan mereka dan mengatakan yang berada dalam kelompok sukarelawannya
untuk menyebarkan berita di mana dia berada, tapi
meminta mereka tidak menghubunginya selama dua
bulan hingga kelompok mereka takkan dicurigai. Dia
menyampaikan pesan yang berisi harapan bahwa
pada akhirnya kehormatan nama baik majikan akan
dipulihkan, walaupun ia cemas apakah mereka dapat
bertahan sebagai satu kelompok. Dia tahu bahwa
perpisahan akan membuat posisinya sebagai pemimpin menjadi lemah dan bahwa disiplin serta
moral, betapa tingginya saat ini, akan rusak oleh
waktu. Keesokan paginya, gerbang kastil dibuka dan
pasukan Araki menggantikan penjaga yang lama.
Para samurai dari Ako beserta keluarga keluar sambil
menarik kereta yang berisi barang dan bergerak
perlahan keluar kastil. Oishi dan Araki saling memberi salam perpisahan dengan resmi dan setelah itu
pasukan Shogun mengambil alih kastil lalu menutup
gerbang. Oishi dan anak buahnya terdiam ketika memandang untuk yang terakhir kalinya. Para wanita menangis sebagaimana yang diharapkan untuk dilakukan para istri dan putri samurai. Kemudian seorang
bayi mulai menangis. Agar keadaan tidak semakin
menyedihkah, mereka pun bergerak ke berbagai
arah, tergantung ke mana mereka merasa akan
memiliki kesempatan untuk menjalani kehidupan.
Oishi dan keluarganya berjalan menuju jalan
utama yang mengarah ke Osaka dan Kyoto, begitu
juga kebanyakan anak buahnya, termasuk Hara,
Kataoka dan Mimura. Dia menunggang kuda di sisi
kereta yang penuh tumpukan barang sementara
putranya, Chikara, berjalan di sampingnya. Istrinya
dan tiga anak kecil mengikuti dari belakang. Ketiga
anak itu memakai pakaian yang mirip. Tak ada yang
tahu kalau salah satu anak kecil itu adalah putri
Lord Asano. Oishi sudah bersumpah akan melindungi anak itu bahkan jika perlu dengan nyawanya.
Dia tidak ingin anak ini diasuh orang lain. Dia lebih
memilih untuk menanggung risiko dan tanggung
jawabnya sendiri. Dia tidak mengetahui apa perintah
Shogun tentang anak ini dan lebih memilih untuk
membiarkan Araki mengira anak ini tinggal bersama
ibunya, yang memang akan dilakukannya bila saatnya sudah tepat.
Ketika kastil semakin. menghilang dalam debu
di belakang mereka, Oishi menoleh ke gadis kecil
itu. Gadis cilik itu tidak menangis, bahkan ketika
diberitahu tentang kematian ayahnya dan pengasingan ibunya. Oishi terkesan pada kemampuan
gadis ini mengendalikan diri, sungguh seorang putri
samurai sejati.* 100 101 Kisah 47 Ronin f i musim semi itu, Kyoto dilanda banjir besar
yang membuat gerakan pertama Oishi menjadi
lebih sulit. Sungai Kamo yang mengalir di tengah
kota meluap, membawa kematian serta kerusakan.
Sebagian besar jembatan utama runtuh, dan melewati daerah itu bersama anak kecil tidaklah mudah.
Satu-satunya keuntungan yaitu mata-mata dari Edo
makin sulit mengikuti, bila mereka dimata-matai.
Dia membawa putri Lord Asano ke kota ini
untuk mencari keluarga yang cocok di mana dia
dapat dibesarkan dengan baik. Setelah itu, bila dia
tak bisa bergabung dengan ibunya, maka adopsi
dapat dilakukan untuk selamanya. Hal penting yaitu
tak ada yang tahu kalau dia seorang Asano. Bila
jatuh ke tangan Shogun, gadis ini akan dijadikan
sandera agar Oishi dan anak buahnya tidak bertindak yang merugikan Shogun.
Kyoto masih menjadi kota pusat keagamaan di
Jepang dan hampir sepersepuluh penduduknya yang
berjumlah lima ratus ribu orang adalah pendeta
atau sejenisnya. Walaupun pengaruh agama Budha
telah melewati puncaknya, tapi masih banyak kuil,
belum termasuk begitu banyaknya "orang suci" yang
membentuk aliran baru dan memenuhi jalan dengan
berpakaian sesuai khayalan mereka sendiri.
Sebagai kota perdagangan, Kyoto tidak seluas
Osaka, tapi sebagai tempat hiburan kota ini tak ada
saingannya. Di sini ada tiga daerah geisha yang
besar, termasuk Gion yang terkenal. Para pengusaha
dari Osaka serta kota di sekitarnya membuat kegiatan di daerah ini terus bergaung.
Bagi Oishi, daya tarik terbesar dari Kyoto bukanlah pengaruh spiritual atau tempat hiburannya. Dia
ke Kyoto karena kota ini menjadi tempat tinggal
Kaisar Higashiyama. Oishi merasa kalau putri Lord
Asano akan sangat aman bila tinggal di salah satu
keluarga Kaisar. Sudah diketahui umum kalau Shogun ingin menjaga agar Kaisar tidak direpotkan
dengan masalah pemerintahan sehingga dia memisahkan kedua kota tersebut. Hal itu juga merupakan
bagian dari tawar-menawar yang tak terucapkan
bahwa Shogun takkan mencampuri urusan Kekaisaran dan takkan melakukan apa pun yang dapat
menghina keluarga Kaisar. Bila dalam perlindungan
102 103 ENAM D John Allyn Kisah 47 Ronin anggota keluarga ini, Oishi yakin putri Lord Asano
akan benar-benar aman bahkan dari Shogun sendiri.
Kejadian yang menimpa Asano telah menyebar
ke seluruh Jepang dan Oishi juga menjadi bahan
pembicaraan. Untungnya tidak banyak orang yang
mengenalnya, dan dengan berpakaian seperti orang
biasa dia tidak menarik perhatian orang. Dia menjauh dari keluarganya sendiri agar tidak diketahui
mata-mata, tapi dengan berjalannya waktu dan dia
masih belum berhasil mendapatkan rumah untuk
putri Lord Asano, dia semakin putus asa dan ingin
segera pulang. Calon orangtua asuh yang ada dalam daftarnya
mulai berkurang karena mereka punya alas an untuk
menolak. Beberapa alasan mereka memang benar,


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti penghasilan yang pas-pasan, tapi sebagian
besar takut terlibat dengan keluarga yjang namanya
sudah tercemar. Pada calon orangtua asuh, Oishi
sangat berhati-hati dalam menunjukkan wajah putri
Lord Asano agar keluarga yang menerimanya kelak
takkan malu bila bertemu calon orang tua asuh yang
mungkin akan ingat dengan anak itu.
Dia hampir putus asa ketika saudaranya menyuruhnya ke rumah seorang bangsawan yang pernah
menjadi teman baik Lord Asano. Persyaratan orang
ini sangat baik: dia punya kedudukan di pemerintahan; berpenghasilan cukup, dan dia juga punya
anak. Bangsawan itu berjanji akan membicarakan
dulu dengan istrinya dan akan menemui Oishi serta
putri Lord Asano keesokan harinya.
Pada waktu yang telah ditentukan, mereka tiba
di rumah yang terletak tak jauh dari Istana Kaisar.
Oishi meninggalkan putri Lord Asano di ruang masuk
sementara dia membicarakan masa depan gadis itu.
Oishi bingung saat pasangan itu ingin melihat putri
Lord Asano, tapi tak lama kemudian dia memanggil
gadis itu masuk dan memintanya membuka selendang yang menutupi wajahnya. Dalam balutan kimono terindah yang dimilikinya, dia begitu cantik
sehingga keluarga itu langsung menerima dan meminta Oishi tidak mencari orangtua asuh lagi. Mereka akan terima dia sebagai "sepupu dari daerah"
dan tak ada orang lain yang lebih bijak dari mereka.
Oishi puas. Dia takkan dapat keluarga yang
lebih baik bagi putri Lord Asano, namun perpisahan
merupakan saat yang menyedihkan. Pasangan yang
mengadopsinya mengundurkan diri agar Oishi dan
gadis cilik itu dapat menyampaikan salam perpisahan secara pribadi. Oishi dan gadis itu hanya
terdiam karena sadar bahwa ini mungkin pertemuan
terakhir mereka. Dia memalingkan wajah, namun
Oishi dapat melihat linangan airmata yang berusaha
disembunyikan. "Lebah akan menyengat wajah yang menangis,"
104 105 John Allyn Kisah 47 Ronin katanya dengan suara seringan mungkin, dan gadis
ini pun berusaha tersenyum.
"Paman... sampaikan salamku untuk ibu."
Setelah itu dia benar-benar menangis dan langsung memeluk Oishi.
Oishi menghiburnya dengan mengatakan bahwa
pesan itu akan disampaikan dan dengan lembut
mengingatkan bahwa putri seorang samurai harus
dapat mengendalikan perasaan.
Gadis itu pun berhenti menangis dan melepas
pelukannya. Dia melangkah mundur, menyeka airmata, lalu berusaha tersenyum. "Akan kulakukan
itu, Paman," lalu menunduk. "Akan kulakukan itu
untukmu." "Untuk keluar gamu, anakku," katanya tegas.
"Biar semua tindakanmu dilakukan demi kehormatan keluarga Asano."
Kemudian dia cepat-cepat membungkuk, berbalik dan melangkah keluar. Dia tahu seharusnya
dia puas karena telah melakukan tugas dengan baik,
tapi ia justru merasa hampa ketika kembali kepada
istri dan anak-anaknya. Saudara-saudaranya berhasil mendapatkan rumah
untuk Oishi dan keluarganya di Yamashina, desa di
timur Kyoto. Lokasi ini cukup ideal karena dekat
dengan Kyoto dan Osaka, di mana sebagian besar
kelompoknya tinggal dan juga karena lebih dekat
dengan Edo. Rumah tua yang nyaman, begitulah
kesan pertama Oishi. Rumah itu dikelilingi tembok
batu kasar dan di atasnya terdapat pagar rendah dari
kayu. Di setiap sisi gerbang kayu yang kokoh ada
tembok plester yang tidak terlalu tinggi, dan di
tembok itu ada jendela kecil dengan teralis kayu.
Tidak adanya penjaga di pintu dan tembok yang
pendek itu memberi kesan kalau itu rumah biasa.
Setelah menyalami keluarganya dan Mimura,
yang menjadi pelayannya, Oishi mengelilingi rumah
dan senang dengan banyaknya ruangan besar yang
dihubungkan lorong-lorong sempit yang berliku. Hal
itu membuatnya merasa seperti di kastil Ako. Dia
memerhatikan bahwa atap ilalang yang tebal yang
diikatkan di atap tampak menjuntai, begitu pula
beberapa tambalan di dinding. Secara keseluruhan
dia berterima kasih pada saudara-saudaranya karena
berhasil mendapatkan rumah ini. Dia mengira pasti
mereka mendapatkannya dengan menggunakan uang
yang ia berikan, walaupun ia tak yakin dengan hal
itu seperti halnya atas sepupunya yang di Kyoto,
yaitu Shindo dan Koyama. Dia terkejut ketika mendapat surat dari beberapa daimyo terkenal yang ingin menerima dirinya
sebagai kepala pelayan. Namun ia menolak dengan
106 107 John Allyn Kisah 47 Ronin sopan karena alasan kesehatan. Kenyataannya dia
memang menderita sakit di perut akibat ketegangan
yang dialaminya setelah kematian Lord Asano. Tapi
pada keluarganya dia mengatakan bahwa penyakitnya itu akan hilang bila petisi dikabulkan.
Tamu pertama mereka adalah Kataoka. Dia datang bersama Hara dan dengan gembira mengabarkan bahwa temannya yang pemarah itu telah bekerja sebagai pelatih memanah untuk penduduk
kota sehingga dia dapat terus melatih kemampuan
berperangnya. Oishi terlihat tidak senang mendengar berita
ini. Pikiran bahwa ksatria utamanya mengajari orang
biasa salah satu seni yang dulu hanya diajarkan bagi
samurai bukanlah berita bagus, walaupun dia sadar
bahwa dia tidak boleh berpikir begitu. Dia berusaha
meyakinkan diri bahwa semua itu demi kebaikan,
tapi jelas sekali dia terkejut ketika mendengar Hara
menjadi guru sekolah. Kataoka segera mengerti bagaimana perasaan
Oishi dan sejak itu dia tidak membicarakan lagi soal
pekerjaan Hara yang baru. Dia membantu Oishi
mengatur pekerja yang akan memperbaiki rumah,
dan selama beberapa hari mereka sibuk merencanakan dan mengawasi kegiatan ini. Dalam menerima
pekerja, mereka berhati-hati dengan menanyakan
pengalaman dan asal mereka, dengan harapan dapat
menyaring kemungkinan masuknya mata-mata dari
Edo. Tapi selalu ada kemungkinan mata-mata sudah
menyelinap masuk. Demi alasan inilah Kataoka
mengawasi dengan ketat keluar masuknya mereka
dan melaporkannya pada Oishi setiap hari.
Suatu malam, setelah para pekerja pulang, Kataoka mendatangi pemimpinnya dengan wajah cemas.
Selama dua hari terakhir ini dia melihat ada seorang
komuso pemain seruling, atau pendeta yang berkeliling, berdiri di seberang jalan di depan rumah.
Dan baru saja, melalui lubang yang di dinding, dia
melihat salah satu pekerja berbicara pada orang ini.
Pertemuan itu mencurigakan karena setelah itu si
pendeta mengajak orang itu pergi dan bukannya
menerima sumbangan. Oishi mendengarkan dengan
serius ketika Kataoka mengajaknya keluar untuk
menunjukkan bahwa "pendeta" itu telah kembali.
Layaknya kebanyakan komuso, dia memakai topi
anyaman yang menutupi kepala untuk melindungi
jati dirinya. Pakaian itu adalah bentuk penyamaran
yang sempurna bagi seorang mata-mata, kalau itu
memang pekerjaannya. Oishi harus mengakui bahwa tingkah laku orang
itu mencurigakan, namun dia tidak tahu apa yang
dapat dilakukan kecuali mencari tahu pekerja yang
berhubungan dengan orang itu lalu memberhentikannya. Sadar akan kenyataan bahwa begitu satu
108 109 John Allyn Kisah 47 Ronin kata terucapkan tidak dapat ditarik kembali, maka
sejak itu Oishi dan Kataoka hampir tak pernah saling
bicara karena takut terdengar orang lain. Bila mereka
bukan memata-matai, mungkin mereka hendak merampok. Oishi tak ingin peti penyimpanan dana
untuk "perbaikan rumah Asano" dalam bahaya.
Pada tanggal 14 Agustus, ada mata-mata atau
tidak, Oishi memutuskan untuk mengunjungi Kuil
Reikoin di utara Kyoto. Sudah lima bulan sejak
kematian Lord Asano dan karena keluarga Asano
lainnya juga dimakamkan di sini, maka inilah tempat yang paling tepat untuk mengenang peristiwa
itu. Lagipula, sebelum meninggalkan Ako, Oishi
telah menyusun rencana untuk bertemu beberapa
pengikutnya pada tanggal ini.
Dia tiba lebih dulu di kuil yang terletak di tepi
hutan yang sepi, dan sementara Katapka menunggu
di gerbang untuk membimbing mereka yang akan
menemuinya, dia berdiri di antara makam keluarga
Asano untuk kembali berkumpul dengan arwah
pemimpinnya. Dia melaporkan semua yang terjadi
hingga hari itu, termasuk penempatan putri Lord
Asano dan pengajuan petisi. Dia membayangkan
arwah Lord Asano akan lebih tenang setelah putrinya aman, meskipun berbagai persoalan lain masih
ada. Oishi kembali menegaskan tekadnya untuk
membawa kedamaian bagi arwah majikannya.
Ketika pengikutnya tiba, dia sambut mereka
dengan hangat. Dia senang melihat sebagian besar
dari enam puluh dua orang yang telah bersumpah
setia hadir, namun hanya menekankan pidatonya
pada peringatan hari kematian dan tidak menyebut
soal rencana selanjutnya. Tapi, dia meminta mereka
bertemu setiap bulan agar selalu ada kontak. Dia
mengucapkan salam perpisahan sambil berusaha
menumbuhkan tekad yang kuat jika ingin tujuan
mereka berhasil. Setelah itu mereka pergi dengan
berdua atau bertiga hingga hanya tinggal Oishi dan
Kataoka. Hari sudah larut malam ketika mereka
keluar dari gerbang kuil, tapi kemudian mereka terkejut melihat orang bertopi keranjang itu mengawasi dari seberang jalan.
"Mungkin hanya kebetulan," bisik Oishi. Lagi
pula, ada banyak sekali orang seperti itu di Kyoto.
Tapi, melihat mata Kataoka yang mengancam, Oishi
menarik tangan dan mengajaknya pergi. Ini bukan
waktunya untuk bertindak.
"Aku akan terus berjalan," bisik Oishi. "Kau
tunggu untuk melihat apakah aku diikuti. Nanti aku
akan menemuimu di rumah."
Kataoka mengangguk dan mereka lalu berpisah.
Kini mereka akan tahu siapa sebenarnya orang yang
bertopi keranjang itu. Dengan mengambil jalur berliku-liku, Oishi tiba
110 111 John Allyn Kisah 47 Ronin di tikungan yang mengarah ke salah satu pusat
hiburan. Ini pengalaman yang mengejutkan baginya.
Tempat ini merupakan dunia malam yang di siang
hari nyaris tak ada kegiatan dan hanya benar-benar
hidup di malam hari serta lampion merah sudah
dinyalakan di jalan-jalan yang sempit. Rumah-rumah
pelacuran yang dapat dikenali melalui "gadis pengawas" yang berdiri di depan pintu menunggu
pelanggan. Gadis yang melakukan tugas ini biasanya
sedang dihukum oleh pemiliknya karena tingkah
lakunya dan harus mau tidur dengan siapa pun yang
menawar dengan harga rendah. Cara yang sama juga
diterapkan di seluruh negeri dan Oishi telah terbiasa
dengan pemandangan ini seperti yang dilihatnya
dalam perjalanan di Ako. Namun, semakin masuk ke daerah hiburan itu,
ada hal-hal yang tak terbayangkan olehnya. Secara
tak sengaja dia melihat tempat hiburan yang dibangun dan ditata dengan sangat indah yang membuat
Kyoto menjadi terkenal - yaitu rumah-rumah geisha
di Gion. Di sini, di tepi sungai Kamo, terdapat
pemandangan yang paling menakjubkan dan paling
meriah di seluruh negeri dan Oishi cemas ketika
berjalan melewati tembok-tembok rahasia mereka
dan pintu-pintu masuk yang terang, yang belum
pernah dikenalnya. Namun kesan yang paling jelas dan menjijikkan
kota Gion diperolehnya dari tingkah laku rendah
beberapa samurai. Mereka berbicara dengan keras,
mabuk dan mengomel di sepanjang jalan, dan Oishi
harus menahan diri untuk tidak menarik pedang dan
memberi pelajaran atas sikap mereka. Namun dia
sadar kalau dia bertindak, hal itu akan menjadi
petunjuk bagi mata-mata bahwa dia belum mengundurkan diri. Dengan pahit dia menahan marah dan
terus berjalan, meskipun di dalam hati dia masih
menyalahi kelembutan yang melanda para samurai
dan juga godaan di kota itu yang tampaknya tidak
dapat mereka tolak. Ketika dia tiba di rumah, dia hanya menunggu
sebentar sebelum Kataoka muncul. Oishi jelas sudah
diikuti dan "pendeta" itu telah berada pada posisinya di depan rumah. Oishi merasa perutnya sakit
ketika berjalan keluar untuk melihat melalui lubang
di dinding sambil berusaha menebak tujuannya. Apa
pun tujuannya, dia menyaksikan pertemuan di Kuil
Reikoin dan dia akan melaporkan kejadian ini pada
atasannya. Sementara mereka mengawasi dia, komuso lain
dengan pakaian datang dan berdiri di tempat orang
pertama berdiri. Jelas sudah waktunya untuk mengganti petugas dan Kataoka memohon pada Oishi
agar diizinkan mengikuti orang pertama sehingga
mereka bisa tahu identitas musuh.
112 113 John Allyn Kisah 47 Ronin "Jika kita tahu wajah mereka, Oishi-dono, kita
bisa mengenali mereka. Kalau tidak, kita akan terus
berada dalam kegelapan."
"Baik, pergilah. Tapi berjanjilah bahwa kau tak
akan bertindak ceroboh. Setiap tindakan yang menarik perhatian mata-mata akan langsung dilaporkan
ke Edo dan rencana kita bisa hancur."
Kataoka berjanji dan mereka pun masuk ke


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam rumah dan memakai mantel. Kemudian dia
keluar lewat pintu samping lalu memutari rumah
dan muncul di jalan yang membuatnya terlindung
dari pengawasan orang. Mata-mata yang pertama
sudah mendahului mereka, tapi hanya ada satu jalan
dari Yamashina ke Kyoto dan Kataoka tak kesulitan
mengikuti jejaknya dalam terang sinar bulan.
Ternyata, jarak yang harus ditempuh tidak jauh.
Orang itu tinggal di penginapan di pinggiran Kyoto.
Kataoka menahan napas ketika orang itu melepas
topi keranjang dan melempar seruling kayunya di
semak-semak di depan pintu masuk. Tak seorang
pun di dalam penginapan yang akan mengenalinya
sebagai "pendeta".
Orang yang bertubuh tinggi dan kurus, serta
jauh dari kesan seorang samurai itu segera masuk ke
penginapan. Kataoka berusaha maju sedekat mungkin agar dapat melihat dan mendengarkan. Untungnya malam itu hangat dan semua shoji di pengi-
napan itu terbuka. Dia melihat orang yang diintainya menghilang di balik tangga, maka Kataoka
bergegas ke halaman samping dan melihat orang itu
masuk ke kamar di lantai dua. Kataoka melompat ke
atap bangunan di sebelahnya, lalu melompat lagi ke
sudut balkon kecil di luar kamar itu. Di kamar itu
ada dua orang lain dan Kataoka menahan napas
ketika memerhatikan bayangan orang-orang itu bergerak di balkon di sebelahnya.
Orang kurus yang dia ikuti menyampaikan tentang kegiatan Oishi. Bicaranya pelan sehingga Kataoka tidak dapat mengenali suaranya. Sementara
mendengarkan, dia terkesan pada ketelitian orang
itu: orang itu tahu nama semua orang yang berkumpul di kuil. Dia juga melaporkan bahwa mungkin dia telah dikenali sebagai mata-mata karena
Oishi mengambil jalan memutar ketika meninggalkan kuil, tapi menurutnya hal itu tidak membahayakan. Bila para pengikut Asano tahu sedang diawasi,
ada banyak alasan untuk yakin kalau mereka takkan
bertindak tergesa-gesa. Kemudian mata-mata itu melepas jubah pendeta dan jaket haori. Dia mencari tempat untuk
menggantung jaket sambil mengatakan bahwa dia
akan mengirim pesan ke Edo malam ini. Pertemuan
di Kuil Reikoin merupakan bukti pertama yang harus
dia laporkan setelah berminggu-minggu mengawasi
114 115 John Allyn Kisah 47 Ronin Oishi. Orang itu berjalan ke balkon lalu menggantung mantel di pagar balkon, hampir terkena wajah
Kataoka. Kataoka terdiam di tempatnya saat orang
kurus itu hampir menginjak kakinya, lalu mata-mata
itu kembali masuk ke kamar.
Dua orang itu mengomentari laporan itu. Kataoka mengenali salah satu suara sebagai orang yang
bekerja di rumah Oishi. Setelah merasa cukup mendengarkan, Kataoka berdiri untuk melompat dari
balkon ketika tanpa sengaja dia melihat gambar
pada haori yang tergantung di pagar balkon. Dia
menarik napas terkejut, lalu tersadar dan langsung
melompat ke bawah. "Itu lambang Uesugi," katanya dengan tergesa-gesa
ketika Oishi mengajaknya masuk lewat pintu samping. "Uesugi dari Yonezawa - kau tahu klan itu,
mereka pemanah ulung!"
Oishi mengerutkan dahi. "Uesugi... ya. Cucu
musuh kita, Kira, diadopsi Klan Uesugi belum lama
ini... Horibe menyebut ini dalam laporannya. Aku
dengar kalau ketua penasihat klan itu, Chisaka,
orang yang licik... itu bukan nama orang yang kau
dengar malam ini, kan?"
"Bukan, mereka memanggilnya Fujii."
"Dia pasti mata-mata profesional. Chisaka hanya
akan menggunakan orang yang terbaik."
"Mengapa Chisaka begitu perhatian atas masalah Kira hanya karena anaknya diadopsi" Apakah
kita juga harus memperhitungkan pasukan pemanah
Uesegi?" Oishi berpikir. "Mungkin. Menurutku, Chisaka
berusaha menghindari konflik. Mungkin dia berpikir
kalau Kira diserang dan dibunuh, hal itu akan memengaruhi majikannya, Lord Uesugi. Maka dia hendak memastikan bahwa hal itu tidak terjadi."
Kataoka mengangguk. Memang masuk akal;
biaya untuk memata-matai memang setimpal bila
bisa membuat pikiran majikan Chisaka tenang.
"Bagaimana dengan pertemuan kita selanjutnya"
Apakah kita tiadakan saja?" tanya Kataoka.
"Tidak," tegas Oishi. "Kita hanya bisa berharap
kalau pertemuan kita hanya dianggap sebagai kegiatan rutin untuk mengenang Lord Asano. Memutuskan hubungan dengan rekan-rekan akan menghancurkan setiap kesempatan kita untuk melakukan tindakan bersama-sama nanti."
Kataoka dapat menerima penjelasan ini meskipun dia tetap merasa kurang nyaman. Oishi memahami ini dan menanyakan apa yang mengganggu
pikiran Kataoka. 116 117 John Allyn Kisah 47 Ronin "Orang ketiga yang ada di kamar itu," katanya.
"Aku takut dialah orang yang kita percayai."
Oishi tampak sedih memikirkan kemungkinan
bahwa anak buahnya berbalik ke pihak musuh, tapi
Kataoka segera sadar kalau Oishi salah paham, dia
langsung meralat. "Bukan, bukan, yang kumaksud
bukan salah satu dari kita. Tapi orang dari rumahmu
- juru masak yang direkomendasikan sepupumu,
Shindo!" "Burung terbang dekat kaki seseorang," kata
Oishi, dia mengerutkan dahi memikirkan bahwa
bahkan rumah tangganya tidak aman.
"Aku tahu kau sangat menghargai pekerjaannya;
patut disayangkan bila kita harus berhentikan dia."
Kataoka menyelesaikan ucapan sambil mengusap gagang pedang dengan sikap yang jelas, namun
Oishi mengangkat tangan. "Tidak, tidak, kau tidak
seperti Hara. Kau ingin segera bertindak yang hanya
akan membuat kita semakin terlibat dalam masalah.
Tanda apa lagi yang lebih jelas bagi musuh bahwa
kita hendak melawan selain membunuh mata-mata
mereka" Tidak, kita biarkan orang ini dan memanfaatkan dia untuk tujuan kita. Bila kita ingin menyebar informasi yang salah, kita tahu dengan pasti di
mana kita dapat membocorkan berita itu."
"Bagus," kata Kataoka dengan kagum. "Tapi kita
harus memperingatkan setiap orang agar berhati-
hati. Istri dan anak-anakmu harus tahu apa yang
boleh dibicarakan di dapur."
Oishi berpikir beberapa saat. "Kurasa tidak perlu.
Aku yakin mereka takkan membicarakan hal-hal yang
tidak seharusnya, bahkan sekarang pun tidak. Bila
mereka mulai bersikap aneh, juru masak itu pasti
curiga sehingga dia tak berguna lagi bagi kita. Dia
harus percaya bahwa kita tidak tahu apa-apa. Tidakkah kau setuju kalau ini yang terbaik?"
Dengan enggan Kataoka mengangguk, walau
matanya tetap menatap lantai.
"Apa lagi?" tanya Oishi.
"Aku hanya berharap aku tidak mengenalnya."
"Mengapa?" "Karena selera makanku akan rusak bila ingat
siapa yang memasak makanan itu."
Oishi tertawa. "Berarti kau tidak perlu makan
banyak agar tidak bertambah gemuk."
Kataoka menunjukkan wajah masam, meskipun
di dalam hati dia tersenyum. Oishi tertawa untuk
pertama kalinya sejak mereka meninggalkan Ako dan
Kataoka merasa ini pencapaian yang sangat penting
dalam keadaan seperti ini.
Hari berikutnya datang dua pesan dari Edo yang
membuat mereka berhenti tertawa. Pesan pertama
datang dari Araki yang telah kembali ke Edo. Secara
pribadi dia telah meminta penasihat Shogun mem-
118 119 John Allyn Kisah 47 Ronin pertimbangan petisi Oishi, tapi dengan jujur dia
mengatakan bahwa harapannya kecil sekali. Pesan
kedua dan Horibe, pemimpin kelompok Edo, yang
berisi tuntutan untuk segera menyerang Kira.
Oishi marah ketika membaca pesan itu. Dia
yakin kalau anak buahnya di Edo selalu dimatamatai. Menyerang sekarang ini berarti bunuh diri.
Oishi merasa putus asa karena tak dapat menjelaskannya pada Horibe dengan jarak yang jauh ini. la
pasti akan diikuti bila pergi ke Edo, tapi Horibe,
pemuda yang tak sabaran ini, harus diberi penjelasan bahwa mereka harus tunggu kabar soal petisi.
Akhirnya dia memutuskan untuk mengutus Hara,
yang dapat bicara dengan bekas rekannya lebih baik
daripada yang lain. Dia minta Kataoka mengambil
alih pelajaran memanah Hara di Osaka. Kataoka
setuju sambil tersenyum sedih, dan Hara tiba di
Yamashina untuk menerima pengarahan lebih lanjut
dari Oishi sebelum dia ke Edo. Dia diingatkan untuk
memerhatikan setiap orang asing bertubuh tinggi
kurus yang memiliki suara rendah.
Minggu-minggu berikutnya adalah masa-masa
yang menegangkan. Oishi mencemaskan keinginan
Horibe untuk segera bertindak, tapi dia agak tenang
karena yakin Hara dapat meredam hal itu.
Hara gagal meyakinkan para samurai muda di
Edo ini bahwa menunggu adalah keputusan yang
terbaik. Mengamati Kira setiap hari membuat Horibe
dan anggotanya gusar dan ingin segera bertindak.
Hara lalu menulis bahwa keadaan sangat serius jadi
Oishi datang sendiri ke Edo.
Pesan ini membuat Oishi sedih. Dia merasa
alasan Hara cukup masuk akal dan makin cepat ia
pergi akan semakin baik. Di saat yang sama, ada hal
lain yang dapat dia selesaikan selama di Edo, jadi
perjalanannya takkan sia-sia.*
120 121 Kisah 47 Ronin TUJUH S ebagai pembantu dalam perjalanannya kali ini,
Oishi memutuskan untuk mengajak saudaranya,
Shindo dan Koyama. Mereka bukanlah teman perjalanan yang menyenangkan, tapi karena mereka
bukan pelayan Lord Asano, maka perjalanannya ke
Edo takkan ditafsirkan sebagai bentuk penyerangan.
Juga, walaupun telah bersumpah setia, Oishi merasa
mereka tidak punya dedikasi dan bahwa menghadapkan mereka dengan kelompok Edo yang fanatik
akan meningkatkan rasa yang kuat akan tujuan
perjalanan ini dalam diri mereka.
Mereka berangkat melalui Tokaido - jalan yang
menuju laut timur - di akhir bulan Oktober, saat
bukit dipenuhi warna warni musim gugur dan udara
cukup sejuk. Menunggang kuda seharian dengan
kaki menyilang atau tergantung di leher kuda di
celah peti-peti yang tergantung di kedua sisi, masih
122 membuat Oishi tersiksa. Oishi dan kedua saudaranya
terguncang-guncang di bawah riaungan topi ilalang.
Mereka tidak menyamar karena hal itu akan memberi kesan kerahasiaan yang ingin mereka hindari.
Ada lima puluh tiga pos atau rintangan antara
Kyoto dan Edo di mana setiap rintangan ditandai
bukit-bukit kecil. Sebagai pelindung, ada barisan
cemara yang ditanam di setiap sisi kedua jalan yang
berliku. Juga terdapat pondok-pondok dari cabangcabang pohon di setiap dua atau tiga kelompok
rintangan di mana orang yang melakukan perjalanan
dapat membuang hajat di tempat khusus sehingga
kotoran mereka dapat digunakan para petani sebagai
pupuk. Oishi terkejut ketika melihat tempat-tempat
itu sudah lama tak dibersihkan, begitu juga dengan
kotoran kuda di jalan. Jelas terlihat kalau banyak
petani yang tak lagi membasmi hama karena memang tidak boleh mereka perangi.
Kondisi kota-kota yang mereka lewati tidak jauh
berbeda. Tak ada tembok atau saluran air di sekitar
mereka, tapi umumnya ada gerbang kayu di kedua
ujung kota dengan tembok yang tidak terlalu panjang di kedua sisi. Beberapa desa hanya terdiri dari
satu jalan panjang dengan toko-toko di sisi jalan.
Bangunannya rendah dengan atap ilalang atau sirap
dan menghadap ke arah jalan. Tali-tali jerami menggantung dari atas agar orang-orang yang lewat tak
123 John Allyn Kisah 47 Ronin bisa melihat ke dalam. Di samping pintu masuk
biasanya ada lukisan dewa rumah tangga, umumnya
berbentuk naga atau setan.
Jalan-jalan di kota selalu ramai dan bising. Oishi
serta rombongannya diusik oleh lebih banyak pengemis dari yang pernah dia lihat sebelumnya. Pedagang berbagai macam barang berteriak ketika mereka
lewat, dan banyak sekali prosesi pemakaman diiringi
nyanyian yang keras serta ratapan oleh para pendeta
dan keluarga yang ditinggalkan. Para pengelola dan
penghuni rumah pelacuran juga berteriak keras pada
pelancong untuk mampir dan menghibur diri, tapi
Oishi selalu menatap ke depan. Teman seperjalanannya pun merasa harus melakukan hal yang sama,
setidaknya di siang hari.
Ketika malam tiba, Oishi mencari tempat penginapan di pinggiran kota di mana dia berharap dapat
beristirahat dengan tenang. Penginapan ini juga
menyediakan teman wanita. Pasar dipenuhi putriputri petani dan bahkan mereka sudah pindah ke
tempat yang tadinya adalah hotel serta penginapan
yang terhormat. Bagi Oishi, kunjungannya ke Edo di
mana majikannya dimakamkan lebih merupakan
ziarah, namun bagi kedua temannya, perjalanan ini
adalah liburan dan mereka membuatnya tidak tidur
hingga tengah malam dengan pesta minum-minum
mereka. Suatu pagi dia terbangun karena mendengar
jeritan seorang wanita yang membuatnya langsung
meraih pedang sebelum teriakan itu berubah menjadi suara tawa, dan dia pun sadar kalau pesta sudah
dimulai lagi. Dia menggelengkan kepala dengan rasa
jijik dan memutuskan sudah tiba waktunya untuk
memberi pelajaran yang takkan dilupakan kedua
saudaranya itu. Mereka belum lama keluar dari Yamashina ketika Oishi sadar sedang diikuti. Seorang samurai
bertubuh tinggi dan kurus dengan temannya terlihat
di belakang mereka dan berhenti di manapun mereka berhenti. Tidak diragukan lagi dia adalah Fujii,
sesuai keterangan Kataoka.
Awalnya Oishi tak ingin mengungkapkan hal ini
pada Shindo dan Koyama yang tidak menyadari apa
yang sedang terjadi, namun akhirnya Oishi berubah
pikiran karena mereka terus-menerus berpesta.


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pagi itu saat di perjalanan, Oishi sengaja memperpendek jarak dengan Fujii. Kemudian dia memilih
tempat makan siang di suatu tempat sehingga akan
sukar bagi Fujii untuk berbalik atau meneruskan
perjalanan dan makan di tempat lain. Kedua kelompok itu akhirnya duduk bersebelahan di bangku yang
sama menghadap ke pebukitan. Shindo dan Koyama
sangat menikmati pemandangan dan makanan ketika Oishi bangkit dan permisi untuk membasuh
124 125 John Allyn Kisah 47 Ronin diri. Ketika melewati Fujii, dia menjatuhkan diri dan
membuat mata-mata itu terkejut.
Fujii langsung melompat sambil mencabut pedang. Dia berdiri sambil melihat ke arah Oishi yang
meminta maaf sampai kecurigaan muncul di benaknya bahwa jatuhnya Oishi tidaklah disengaja. Kemudian dia pun tersenyum sambil minta maaf dan
kembali duduk. Sementara Shindo dan Koyama sempat melihat
lambang di pedang orang itu. Jelaslah itu lambang
Klan Uesugi, dan mereka pun kehilangan selera
makan. Mereka ingat pernah melihat laki-laki itu di
belakang mereka sejak dari Yamashina dan baru
sadar betapa berbahayanya posisi mereka. Di mata
musuh, mereka dianggap sebagai kaki tangan Oishi.
Di pagi berikutnya, ketika sudah setengah jalan
mendekati tujuan, akhirnya Oishi bisa memberi
mereka pelajaran. Saat itu mereka tiba di pinggiran
kota untuk beristirahat dan melewati tempat pelaksanaan hukuman mati. Tubuh tahanan yang di salib,
terikat di salib kayu dan ditombak, menjadi pemandangan yang mengerikan di bawah sinar matahari.
"Aku lihat di sini ada pekerjaan untuk eta,
walaupun penyamakan kulit tak diizinkan lagi,"
gurau Oishi tentang masyarakat buangan yang hanya
boleh bekerja sebagai perajin kulit atau algojo.
Kedua saudaranya membasahi bibir dan terdiam
sementara Oishi mengarahkan kudanya mendekati
mayat itu. "Dihukum karena pemalsuan," katanya sambil
membaca poster. "Yah, itu tidaklah aneh - kalau
pemerintah tetap menurunkan nilai mata uang, kau
akan mencari mereka yang bersedia mengambil
risiko dan melanggar aturan Shogun."
Shindo dan Koyama menggumam dan Oishi
menekankan tentang konsekuensi dari tindakan melanggar hukum. "Membunuh musang, anjing atau
orang - hukumannya sama, apa pun alasannya."
Shindo yang berwajah tajam mengatupkan bibir,
sementara rahang Koyama terlihat lebih kencang
dari biasanya ketika melanjutkan perjalanan. Mereka
tahu kalau Oishi sedang memberitahu: nasib yang
sama sedang menanti mereka yang ikut bersamanya.
Oishi tak ingin mereka takut, dia hanya ingin mereka
sadar apa yang ada di hadapan mereka.
Perjalanan mereka terus berlanjut, melewati kuil
Budha besar yang dihiasi ukiran para tokoh pujaan
mereka serta aroma lilin wangi, setelah itu kuil
Shinto yang lebih kecil yang bisa dilihat melalui
torii mereka yang sangat luar biasa. Di sepanjang
jalan juga terdapat patung-patung Jizo. Di sungai
yang tak terlalu deras, ada jembatan-jembatan dari
kayu cedar. Tempat di mana jembatannya hanyut,
mereka harus menggunakan rakit. Sementara untuk
126 127 John Allyn Kisah 47 Ronin menyeberangi sungai Oigawa, antara Totomi dan
Suruga, mereka harus berenang karena tak ada jembatan maupun rakit.
Puncak gunung Fuji tepat di hadapan mereka.
Dengan perlahan gunung itu bergerak ke kiri ketika
mereka mendekati Dataran Kanto di mana terletak
Edo. Pendakian terakhir yaitu melewati Hakone di
mana pemandangan musim gugur tampak sangat
menakjubkan dan pemandangan gunung Fuji tak
tertandingi. Namun karena benak mereka dipenuhi
berbagai persoalan sehingga tak dapat menikmati
pemandangan itu. Tak peduli betapa luar biasanya
keindahan itu, para pemburu rusa tak pernah memandang ke arah pegunungan.
Di Edo, mulut Kira terasa kering karena ketakutan
ketika tahu kalau Oishi dalam perjalanan ke sana.
Dia segera ke kastil Uesugi untuk menemui Chisaka.
Utusan Chisaka yang membawa kabar buruk itu.
"Chisaka-san, Anda kelihatan sehat," katanya
dengan senyum yang dipaksakan hingga memperlihatkan giginya yang hitam.
"Begitu pula Anda, Lord Kira," jawab penasihat
yang gemuk dan botak itu. "Tapi ada rumor yang
mengatakan bahwa Anda hendak pensiun karena
masalah kesehatan, benarkah?"
Kira bergerak dengan gelisah. Benar bahwa dia
diminta mengundurkan diri karena reputasi akibat
kasus Asano, tapi dia berharap dapat menyimpan
hal ini lebih lama. Seharusnya dia tahu bahwa
Chisaka akan tahu hal ini jauh sebelum orang lain.
"Penyakit lama yang kembali kambuh," katanya.
"Tak ada pilihan... tapi hal ini mengingatkanku akan
sesuatu. Karena akan segera keluar dari istana Shogun, aku perlu tempat tinggal dan aku pikir..."
"Aku akan mencarikan rumah," Chisaka menyela,
berusaha agar Kira tidak pindah ke kastil pemimpinnya.
"Aku perlu lebih dari rumah," kata Kira memaksa. "Aku perlu penjaga dan juga tempat tinggal
mereka." Kemudian Kira menambahkan dengan sikap
yang lebih lunak: "Anda harus mengerti, aku tak
ingin Lord Uesugi dipermalukan oleh...."
"Kau akan dapatkan itu," janji Chisaka, walau
sebenarnya dia keberatan bila memikirkan biayanya.
la hanya menjauhkan Kira dan persoalannya. Masalah Asano telah menjadi persoalan yang sangat
mengganggu, tapi untuk sementara waktu tidak ada
yang dapat dia lakukan kecuali menghadapinya.
"Sekarang, setelah persoalan itu teratasi, apakah Anda mau minum ten?" dia bertanya pada
tamunya dengan senyum yang dipaksakan.
128 129 * John Allyn Kira tampak bimbang, tapi kemudian juga memaksakan diri tersenyum.
"Kenapa tidak" Kita harus bisa berteman karena
aku yakin kita akan sering bertemu kelak."
Dan mereka pun duduk bersama ketika Chisaka
memanggil pelayan untuk membawakan teh, betapa
pun pahit rasanya teh itu bagi mereka berdua.*
DELAPAN D ua belas hari sejak meninggalkan Kyoto, rom
bongan Oishi tiba di Edo. Rombongan mereka
utuh, termasuk Fujii yang kini menjaga jarak yang
cukup jauh. Dalam perjalanan ke kota, mereka
berhenti sebentar di Sengaku-ji, kuil tempat makam
Lord Asano. Oishi masuk sendirian untuk menuangkan air dari tabung bambu di batu nisan. Lalu dia
meninggalkan makam setelah membungkuk dalamdalam dan mengatakan bahwa dia selalu dapat
diandalkan. Dia bergabung kembali dengan rombongannya
di luar kuil lalu mereka pun melanjutkan perjalanan.
Jalan-jalan dipenuhi manusia dan hiruk-pikuk, Oishi
merasa terganggu. Hari makin larut ketika mereka
menemukan penginapan kecil. Dia tidak ingin langsung menghadapi para pengikutnya yang memberontak, dan lagi, ada hal penting yang harus
130 131 John Allyn Kisah 47 Ronin dilakukan setelah beristirahat dan berganti pakaian
dengan yang lebih baik. Perutnya kembali terasa
sakit, maka dia pun makan sedikit dan pergi tidur.
Bahkan setelah malam tiba, jalan-jalan di kota diramaikan oleh gonggongan anjing. Oishi tidur dengan
gelisah. Dia merasa tidak nyaman di Edo dan baru
setelah dia memikirkan Yamashina dan keluarganya,
baru dia lebih tenang dan bisa tidur.
Keesokan harinya dia melakukan kunjungan
yang telah lama dinantikannya - dia mengunjungi
Lady Asano. Dia tak yakin akan diizinkan bertemu,
tapi akhirnya dia dapat bertemu Lady Asano tanpa
kesulitan karena tidak ada penjaga.
Lady Asano mengenakan jubah biarawati dan
sikapnya lembut ketika menerima Oishi di ruang
kecil di belakang taman. "Aku harap keluargamu baik selalu," katanya
dengan senyum yang tidak biasa. Oishi tahu kalau
Lady Asano sedang menanyakan putrinya.
"Mereka semua baik-baik saja - bahkan yang
terkecil tinggal dengan beberapa teman." Sebelumnya dia telah menulis surat tentang adopsi tersebut.
"Kau bertemu dengannya baru-baru ini?"
"Belum, tuanku, hamba merasa lebih baik jika
menjauh agar tak ada yang tahu ketertarikan hamba
pada putri keluarga Kaisar. Setidaknya hamba bisa
dituduh mencampuri urusan politik."
Dia berusaha melucu namun tak ada senyum di
wajah Lady Asano saat terus bertanya soal putrinya.
"Dan keluarga kaisar ini cukup berpengaruh?"
"Cukup berpengaruh," kata Oishi tegas, tak ingin
mengungkapkan nama orang yang mengadopsi demi
kebahagiaan Lady Asano dan putrinya.
"Kini aku yakin dia akan mendapatkan pendidikan yang baik, sesuai untuk gadis bangsawan,"
kata Lady Asano dengan nada penuh harap.
"Hamba yakin bagitu," jawabnya setuju dan
mengalihkan pembicaraan soal petisi. Lady Asano
mengajukan pertanyaan dengan sopan, namun ketertarikannya hanyalah pura-pura. Tanpa memberi petunjuk lebih jauh mengenai rencana-rencananya, dia
hanya memberitahu Lady Asano bahwa dia masih
menjadi pengikut pemimpinnya dan akan selalu
menjadi pengikutnya. Selama beberapa saat pikiran
Lady Asano seperti melayang, dia melihat Oishi sebagai pembela terakhir nama Asano. Lady Asano
meminta Oishi menunggu sebentar lalu masuk ke
ruangan lain. Ketika kembali, dia membawa sepucuk
surat yang ditulis Lord Asano di malam sebelum dia
meninggal. Lady Asano meminta Oishi membawa
dan membacanya. Oishi merasa kunjungannya tidak
sia-sia. Dia memutuskan untuk tidak datang lagi
agar tak melibatkan Lady Asano dalam tindakannya
di masa mendatang. 132 133 John Allyn Kisah 47 Ronin Dalam perjalanan keluar, dia meminta seorang
pelayan mengantarnya. Oishi tidak memberitahu
tekadnya untuk menyatukan kembali sang ibu dan
anak karena takut hanya akan memberi harapan
yang sia-sia. Di hari yang sama Oishi juga mengunjungi Araki
untuk mengucapkan terima kasih atas usahanya dan
juga untuk mengetahui perkembangan petisinya.
Araki menyambutnya dengan ramah. Dia senang
karena Oishi tidak ke Edo untuk melakukan protes
atau kekerasan. Seperti biasa, Oishi bersikap penuh
percaya diri sebagaimana seharusnya seorang kepala
pelayan, dan Araki menjadi lebih terkesan pada
sikapnya. Sayangnya, prajurit berambut putih ini
tidak punya berita untuk disampaikan; para penasihat sedang mempertimbangkan untuk menyelesaikan kasus ini dan dia hanya dapat memohon
maaf atas hal ini. Mereka minum teh bersama,
membicarakan cuaca setempat, dan berpisah dengan
memiliki saling pengertian. Hal ini, menurut Oishi,
lebih baik daripada tidak ada hasil sama sekali,
walaupun tak dapat digunakan untuk menghadapi
para pemberontak muda itu.
Sopan santun mengharuskannya untuk melakukan satu kunjungan lagi saat di Edo. Jurubicara
resmi keluarga Asario adalah Daigaku Asano dan
pamannya, Lord Toda, dan rumah Lord Toda yang
menjadi tujuannya. Rumah itu sangat besar walaupun kurang terawat, dan wajah Oishi memperlihatkan rasa jijik saat
lewat melangkahi seekor anjing kotor yang berbaring
di ambang pintu. Kunjungannya dilakukan tanpa pemberitahuan
dan ternyata Lord Toda sedang keluar rumah. Tapi
Daigaku, yang masih menjadi tahanan rumah, sangat
senang menerima kedatangannya. Daigaku adalah
pemuda kurus yang selalu cemas. Dia menatap
dengan tatapan tajam untuk mencari tahu maksud
kedatangan Oishi yang sebenarnya. Akhirnya dia
berhenti, meletakkan satu jari di cuping hidung dan
menarik napas. "Senang bertemu denganmu," katanya untuk
yang kesepuluh kalinya. "Sudah lama sekali."
Oishi mengangguk hormat. "Hamba harap Yang
Mulia dalam keadaan sehat."
"Kurasa aku tidak... rasa sakit di dadaku ini...
aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."
"Kita semua sedang tertekan," kata Oishi. "Hamba akan merasa lebih sehat bila semuanya sudah
kembali normal." "Andaikan begitu," kata Daigaku dengan nada
pahit. "Tapi itu takkan terjadi."
134 135 John Allyn Kisah 47 Ronin "Anda tidak ditunjuk sebagai pengganti kakak
Anda?" "Tidak - tapi menurut Lord Toda, masih ada
harapan." Kemudian dia menambahkan, "itu sebabnya kita hams menunggu dan melihat. Tak ada gunanya menghancurkan kesempatan yang kumiliki."
"Tidak, tentu tidak..."
Setelah itu mereka diganggu suara dari lorong
dan tak lama kemudian Lord Toda masuk dengan
tergesa-gesa. Daigaku tersenyum lega. Dia bersyukur
atas kehadiran pamannya selama ada Oishi.
Lord Toda, yang bertubuh pendek, dengan sifat
keras yang tanpa basa-basi ini sangat bertolak belakang dengan keponakannya yang tak dapat berbuat
apa-apa. Setelah saling memberi hormat dan salam


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan Oishi, Lord Toda langsung menyinggung ke
pokok permasalahan. "Aku dengar ada pergolakan di antara anak
buahmu untuk menyerang Kira."
Oishi memandang lekat ke arahnya, dan mengangguk. "Ada beberapa yang beranggapan bahwa
membunuh bajingan penyebab kematian pemimpin
kami merupakan satu-satunya cara terhormat yang
harus dilakukan." Lord Toda mendengus. "Gila...benar-benar gila.
Tak tahukah mereka kalau Kira tinggal di istana
Shogun" Tak tahukah mereka betapa tebalnya tembok istana dan betapa ketat penjagaannya?"
"Mereka tidak tahu itu, Lord Toda, tapi mungkin
pada waktunya..." "Omong kosong," sela Lord Toda. "Perintah Shogun bagi para ksatria Ako yaitu menyerah dan
membubarkan diri... Kudengar kau melakukan tugasmu dengan baik saat penyerahan kastil dan aku
berterima kasih padamu. Itulah tindakan yang akan
menyelamatkan nama keluarga kami. Bukannya pertumpahan darah seperti pemuda yang...."
Dia hendak menyebut nama Lord Asano, namun
tak jadi ketika melihat tatapan Oishi.
"Yah, sudahlah. Apa yang sudah terjadi, biarkanlah. Setidaknya kita masih mampu melakukan apa
yang dapat kita lakukan agar keadaan tidak semakin
buruk." "Bagaimana dengan kesempatan Lord Daigaku
untuk menjadi penggantinya?" tanya Oishi dengan
sopan, ingin mendengar pendapat berbagai pihak
atas pertanyaan yang penting ini.
Lord Toda mondar-mandir. "Aku yakin kesempatannya bagus - asal kita tak melakukan sesuatu
yang akan menyusahkan Shogun. Bila tiba waktunya
dan segala kemarahan mereda, kurasa setiap orang
akan bisa melihat masalah ini dengan pandangan
yang berbeda. Dengan sejarah panjang pengabdian
136 137 John Allyn Kisah 47 Ronin kita, aku tidak percaya kita akan kalah dalam waktu
singkat. Tapi kesabaran harus menjadi semboyan
kita." Dia berhenti dan menatap Oishi. "Kesabaran
dan menahan diri - itulah cara untuk mencapai
tujuan." Oishi menunduk sopan dan Lord Toda tampak
puas bahwa Oishi mengerti. Teh disajikan dan tidak
lama kemudian Oishi berpamitan. Dia senang sudah
melihat betapa lemahnya kedua orang itu. Jelaslah
bahwa tanggung jawab untuk balas dendam harus
dipikulnya sendiri. Malam itu, seorang laki-laki bertubuh tinggi kurus
dan membawa dua pedang samurai datang ke kastil
Uesugi untuk bertemu Chisaka, ketua dewan.
"Siap melayani tuan," kata orang itu sambil
membungkuk ke arah pemimpinnya yang kecil.
"Nah, di mana dia?" tanya Chisaka dengan rasa
ingin tahu. "Kau selalu mengawasinya, kan?"
"Hamba tahu di mana dia berada. Dalam pertemuan di restoran di pinggir kota."
"Pertemuan?" "Pertemuan dengan orang-orang Ako yang tetap
di Edo ketika majikan mereka mati."
"Maksudmu dihukum mati. Dan kenapa kau
tidak ke sana untuk mengetahui rencana mereka?"
"Hamba tidak diundang," kata Fujii acuh tak
acuh. "Lagipula mereka sudah tahu wajah hamba
dan tidak mungkin mau menerima hamba."
Chisaka hendak mengajukan pertanyaan lain
yang menjengkelkan namun Fujii sudah mengetahuinya.
"Jangan cemas - pertemuan itu diawasi anak
buah hamba yang menyamar sebagai pelayan, meskipun hamba tak yakin dia akan mendapatkan
sesuatu yang berharga."
Chisaka menatapnya dengan dingin. "Aku yang
akan memutuskan mana yang berharga."
Fujii membungkuk dengan diam. Chisaka merasa dia melihat senyum mengejek di wajah orang
kurus ini. "Bagaimana kau yakin mereka tidak menyusun
rencana untuk menyerang Kira?" teriak laki-laki kecil
ini dengan kesal. Fujii terdiam, kemudian mengangkat bahu.
"Pemimpin mereka sangat cerdas - orang yang
takkan membiarkan mereka bertindak tergesa-gesa.
Dan apa yang dapat mereka lakukan untuk memenggal Kira yang terlindung dengan aman di dalam
kastil?" Chisaka tersenyum dengan rendah hati. "Sebaiknya kau serahkan urusan ini padaku, teman.
Aku punya sumber informasi lain selain kau dan kini
138 139 John Allyn Kisah 47 Ronin aku dalam posisi yang lebih baik untuk menyatukan
semua keterangan." Fujii tersenyum tidak yakin. Mungkin sindiran
itu sudah sangat keterlaluan.
"Maaf bila Tuan tersinggung. Selanjutnya hamba
hanya akan melakukan tugas yang menjadi bagian
hamba saja," katanya dengan tidak memperlihatkan
kebencian yang dirasakannya.
"Baiklah," Chisaka setuju. "Dan bila kau melakukan tugasmu dengan baik, akan ada jabatan tetap
untukmu di sini, seperti janjiku. Beruntung kita
dipertemukan. Ronin yang mengenal Kyoto sangat
kuperlukan, tepat di saat kau juga membutuhkan
tempat tinggal." Fujii diam saja. Dia tak suka bila diingatkan
tentang mas a lalunya. "Nah, apakah kau akan melakukan apa yang
kuperintahkan dan kembali bekerja?"
Ketika Fujii hendak membungkuk hormat, Chisaka mengungkapkan satu informasi menarik yang
sengaja disimpannya. "Kau tahu, teman, Kira tak lagi tinggal di kastil!"
"Benar," kata Horibe, "Kira tidak di kastil lagi!"
Dia berdiri di hadapan lima belas samurai Ako
yang setia, termasuk Oishi dan Hara serta tujuh
orang lain yang datang dari Kyoto dan Osaka. Ruang
yang disewa untuk pertemuan itu berada di lantai
atas sebuah restoran yang ramai sehingga memungkinkan mereka berbicara tanpa takut didengar.
"Lalu apa yang kita tunggu?" teriak salah seorang kelompok Edo. "Ayo kita serang sekarang."
Jantung Oishi juga melonjak namun dia memaksakan diri untuk berpikir rasional. Dia bangkit
berdiri di depan dan mereka pun kembali tenang
karena wibawanya. "Kalian semua bodoh," katanya dingin. "Pasukan
macam apa kalian, yang hendak menyerang begitu
mendengar kabar burung! Bila kabar ini benar, maka
rencana kita akan berubah. Tapi jangan lupa, saat ini
pasukan utama kita masih jauh dan kita perlu
mereka jika kita ingin berhasil." Dia berhenti sejenak
untuk menghela napas, kemudian mengangguk pada
Horibe untuk meneruskan. "Kira," kata orang muda ini dengan seringainya
yang bisa membuat takut orang yang namanya dia
sebut, "akan dibebaskan dari tugas resminya. Pagi
ini dia pindah ke daerah pinggiran jauh dari sungai
Sumida. Aku akan membuntuti dia ke sana."
"Kau melakukan tugasmu dengan baik," Oishi
memuji. Horibe tersenyum, bukan senyum yang menyenangkan. "Aku dapat bercerita banyak tentang Kira,"
140 141 John Allyn Kisah 47 Ronin katanya, lalu mengungkapkan dengan rinci apa yang
tentang perlakuan Kira pada Lord Asano, tentang
catatan korupsinya dan bahkan tentang sistem pertahanan di rumahnya yang baru. Meskipun ada
pasukan pemanah yang lihai, Kira masih ketakutan.
Setelah Horibe menyelesaikan laporan, Hara
ingin mengungkapkan perasaannya.
"Ada beberapa orang di Osaka yang mengatakan
bahwa kita tak berniat untuk balas dendam. Bukankah sudah tiba waktunya untuk membuktikan kalau
mereka salah?" Dia berusaha tidak melihat ke arah
pemimpin mereka dan tidak sadar bahwa ucapannya
telah melukai perasaan Oishi. Tapi seperti biasa,
Oishi selalu mengenyampingkan perasaan pribadinya. Dengan sabar dia menjelaskan bahwa kehormatan keluarga majikan mereka adalah yang utama
dan itu berarti menunggu keluarnya keputusan atas
petisi. Dia tahu sulit bagi mereka untuk selalu bersiap menyerang yang mungkin takkan terjadi, tapi
sebagai pemimpin, dia harus mengatakan hal itu.
"Tidakkah kalian tahu/' teriak Horibe, "ini hanyalah siasat dewan penasihat Shogun. Mereka tak
berniat menyerahkan tanah pada Daigaku. Mereka
hanya mencari alasan agar kita bingung. Mereka
tahu bahwa menunggu akan menurunkan semangat
kita dan akhirnya akan menghancurkan kita. Mereka
tidak berniat memutuskan apa pun atas petisi kita!"
Oishi menghela napas panjang dan membalikkan badan untuk berhadapan dengan Horibe. "Tapi
kita selalu diawasi. Di Yamashina kita selalu dimatamatai dan diikuti. Kalian yang berada di Edo pasti
diawasi lebih ketat. Tidak sadarkah kalian kalau
begitu ada tanda-tanda kita hendak menyerang,
mereka akan memberitahu "keluarga Kira yang sangat
berkuasa dan mereka akan datang menyelamatkannya" Maukah kalian dekati api dengan memakai
mantel jerami" Di mana moral anggota kita setelah
usaha yang sia-sia untuk membunuh Kira membuat
jalan-jalan penuh dengan darah mereka?"
Terdengar ketukan di pintu dan semua terdiam
ketika orang yang berada paling dekat dengan pintu
memasukkan pelayan yang membawa teh tambahan.
Pelayan itu masuk dan bergerak begitu lambat
sehingga Hara menggeram sampai akhirnya pelayan
itu sadar dan mempercepat kerjanya. Setelah itu
mereka menunggu sampai pelayan itu keluar.
"Memang ada banyak mata-mata," gumam Horibe sambil melirik pelayan itu, "tapi kita bisa menghindar bila kita berhati-hati. Aku tak meminta kalian
untuk menyerang malam ini atau besok, tapi kita
harus menentukan tanggal - sebelum bulan Maret
yang akan datang. Bila kalian tidak ingat, itu adalah
bulan kematian majikan kita dan di saat itu kita
sudah harus menangani Kira. Bisakah kalian me-
142 143 John Allyn Kisah 47 Ronin nunggu lebih dari setahun dan tetap memelihara
nama baik kita sebagai orang-orang berani?"
Dengan penuh semangat mereka menyetujui.
Oishi diam, berusaha memikirkan cara agar dirinya
tidak memberi janji. Jelas sekali kalau mereka semua
menentangnya, termasuk Hara, orang yang ia harapkan akan memberi dukungan. Mungkin salah mengutus Hara ke sini karena dia mudah terbakar oleh
sifat keras anggota yang lebih muda. Namun, dia
berhasil menahan mereka untuk bertindak sendiri
dan itu adalah sesuatu yang patut disyukuri. Mungkin Horibe benar dan pasti akan ada keputusan
sebelum bulan Maret. Namun, kini dia sadar bahwa
dia tak dapat menentang mereka.
"Baiklah," kata Oishi sambil menyembunyikan
kekecewaan dan keinginannya yang sebenarnya,
"kita akan menyusun rencana untuk menyelesaikan
masalah ini di bulan Maret. Aku akan kembali ke
Yamashina dan mulai melakukan persiapan."
Anak buahnya sangat gembira mendengar tanda
untuk bertindak yang telah lama dinantikan dan
mereka pun berteriak-teriak serta saling menepuk
punggung rekannya. Oishi hanya diam sampai Hara
mendekat, sekali lagi dengan sikap mohon maaf,
untuk bersulang dengan sake.
"Demi keberhasilan kita?" katanya.
"Demi keberhasilan kita," Oishi setuju dan lang-
sung meneguk tehnya. Dia belum memberitahukan
isi surat terakhir Lord Asano sangat membebani
pikirannya. Dia sudah baca surat itu semalam dan
itu membuatnya semakin marah pada Kira. Dia
berpikir apakah Lady Asano memang bermaksud
seperti demikian ketika memberikan surat itu. Apakah Lady Asano juga akan membalas dendam, apa
pun akibatnya" Ia tak ingin mengecewakan Lady
Asano, tapi ia hanya akan bertindak hingga tiba saat
yang tepat. Tidak peduli betapa berat tekanan yang
harus dihadapinya.* 144 145 Kisah 47 Ronin erjalanan kembali ke Kyoto tidak ada hambatan.
Fujii dan pembantunya mengikuti dalam jarak
yang cukup jauh. Ketiganya sibuk dengan pikiran
masing-masing, dan Shindo dan Koyama, sesuai
rencana Oishi, menjadi lebih terkesan pada tanggung jawab. Mereka semua senang bisa kembali
pulang. Tahun hampir berakhir dan warna-warni perbukitan berubah dari merah musim gugur menjadi
putih musim dingin. Tahun baru datang, begitu juga dengan berbagai
perayaan walaupun Oishi menganggap tidak layak
bagi keluarganya untuk ikut serta. Melalui gerbang,
anak-anak dapat melihat para laki-laki memakai
sarung berlipit dengan mantel berlambang sedang
memanggil teman-teman mereka. Para wanitanya
mengenakan kimono yang sangat indah menyambut
para tamu. Anak-anak memainkan layang-layang
dengan pisau diikat ke benang untuk memotong
benang layang-layang lawan dalam pertarungan di
udara. Anak-anak perempuan memakai pita baru
sedang bermain bulu-tangkis tradisional.
Hari itu adalah hari di mana pengabdi yang
sudah tua datang menyampaikan rasa hormat dan
diperlakukan seperti layaknya tamu. Tapi tahun ini
keluarganya di Yamashina tidak ikut menikmati
kesenangan ini. Oishi dengan tegas mengatakan
bahwa mereka masih berduka atas meninggalnya
Lord Asano serta melarang anak-anaknya bepergian.
Sebagian besar alasannya itu memang benar, walaupun sebenarnya dia ingin melindungi mereka. Oishi
tak ingin Chisaka menyandera anaknya agar ia tidak
membuat masalah. Di bulan Januari, datang pesan penting dari


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Horibe. Hara langsung datang dari Osaka begitu
mendengar hal itu. Kini Kira sudah resmi pensiun
dan desas-desus mengatakan bahwa dia tinggal di
Yonezawa, wilayah Klan Uesugi. Hal ini membuat
Kira berada di tempat yang aman seperti ketika
tinggal di kastil Shogun. Dan Horibe ingin bertindak
sebelum Kira pindah. Hara juga mendesak Oishi menyerang atau dia
akan menyesal karena kehilangan kesempatan. Inilah
saatnya untuk bertindak dan mereka semua harus
146 147 SEMBILAN P John Allyn Kisah 47 Ronin melakukan persiapan persenjataan dan untuk perjalanan ke Edo.
Oishi, yang masih ingin menunggu keputusan
atas petisi, belum setuju untuk menyerang. Horibe
memang masih bisa diberi pengertian, tapi Oishi tak
ingin orang ini ke Edo sendirian. Sebagai gantinya,
dia memutuskan untuk mengirim Yoshida, salah
seorang anggota tertua, yang sepaham dengannya
dan dihormati anggota lain. Tujuan Oishi yaitu
dirinya yang berhak membuat keputusan akhir dan,
bila dia berhalangan hadir, mungkin Horibe dapat
dikendalikan lagi. Hara akhirnya diizinkan menemani Yoshida sebagai 'pengawal' setelah dia mendesak, walaupun
Oishi lebih suka dia tetap mengajar di sekolah
memanah. Bahaya akan selalu timbul jika dua penghasut seperti Horibe dan Hara dipertemukan, tapi
Oishi memendam kecemasannya.
Setelah kepergian mereka, Kataoka, yang sudah
siap berangkat ke Osaka untuk menggantikan tugas,
menunda keberangkatan ketika dia merasa Oishi
memerlukan dia untuk menjadi telinganya.
Oishi tidak hanya prihatin atas apa yang sedang
terjadi di Edo, tapi karena beberapa alasan, pengawasan atas rumahnya terasa lebih ketat dan orangorang yang tidak dikenal selalu mengikuti siapa pun
yang keluar dari rumah itu. Hal itu membuat Oishi
bingung sekaligus merasa terganggu. Apakah mereka
mengira akan terjadi penyerangan" Hanya ada satu
jawaban: kepindahan Kira ke daerah pinggiran yang
tidak terlindung. Satu hal yang sudah pasti dilakukan para pelindung Kira yaitu segera memindahkan dia ke tempat yang lebih aman seperti kastil di
Yonezawa. Tapi kenyataan bahwa mereka hanya
memata-matai dan bukannya mengambil tindakan
yang lebih mencolok, menunjukkan kalau ini adalah
strategi musuh sehingga dia memanggil Kataoka
untuk menyampaikan alasannya.
"Kira akan aman dari segala bentuk penyerangan bila tinggal di Yonezawa, benar?" tanyanya.
"Ya, kurasa," jawab Kataoka yang agak bingung.
"Karena itu, bila Chisaka hendak memindahkan
Kira ke sana, pasti tidak ada alasan bagi mereka
untuk memata-matai kita, kan?"
"Tidak - kurasa tidak."
"Pasti ada alasan atas apa yang mereka lakukan,"
kata Oishi dengan penuh kemenangan, "yaitu dia
tidak berencana memindahkan Kira!"
Kataoka menatapnya dengan bingung.
"Itulah yang akan dilakukan orang seperti Chisaka. Tentu saja dia harus melindungi Kira bila
memang dalam bahaya, namun memindahkan Kira
ke kastil pemimpinnya bertentangan dengan prinsipnya dalam mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
148 149 John Allyn Kisah 47 Ronin Dengan kata lain, memindahkan Kira ke kastil berarti melibatkan Lord Uesugi dalam masalah Asano
dan itulah yang berusaha dihindari Chisaka."
Kataoka tampak ragu, kemudian tersenyum dan
mengangguk. "Mungkin kau benar," katanya.
"Aku tahu aku benar," jawab Oishi penuh semangat, lalu menulis surat kepada Yoshida di Edo
mengenai pendapatnya sebagai senjata dalam perdebatan yang dia tahu pasti akan berlangsung alot.
Tapi surat itu tak pernah dikirim karena pesan yang
dikirim Yoshida mengubah seluruh rencananya.
Bagian pertama surat Yoshida berisi hasil pengamatan; dia menjelaskan tentang tiga golongan yang
ada di Edo sehingga Oishi bersyukur telah mengutus
orang tua itu. Satu golongan, yang diwakili Yoshida,
mendukung pandangan Oishi. Golongan Horibe,
tentu saja ingin segera bertindak, apa pun akibatnya.
Golongan ketiga adalah mereka bersedia menunggu
dengan Oishi, tapi menurut Yoshida mereka tidak
berani melakukan balas dendam, tak peduli apakah
Daigaku akan menjadi pewaris atau tidak. Golongan
ini akan berpihak pada Oishi, tapi jika petisi ditolak,
mereka akan jatuh berguguran seperti daun di
musim gugur. Oishi harus mengakui bahwa kemungkinan orang-orang seperti itu memang ada, dan
Yoshida bisa mengetahui hal ini jauh lebih baik
daripada dirinya. Bagian kedua dari surat itu bukanlah kabar
gembira, terutama tentang bertambahnya kegiatan
mata-mata di sekitar rumah. Kebuntuan dalam beberapa pertemuan terakhir di Edo dan karena Oishi
tak bisa ke Edo untuk menyelesaikan masalah ini,
maka kelompok Horibe akan ke Yamashina. Oishi
marah atas penghinaan secara tidak langsung pada
Yoshida, tapi tak ada yang dapat dilakukan karena
mereka sudah dalam perjalanan. Sebagai penutup,
Yoshida melaporkan bahwa Horibe tidak mau melepas tanggung jawab untuk mengawasi Kira kepada
orang lain, dan telah mengutus Hara untuk bicara
pada Oishi. Oishi marah dengan sikap Horibe yang tidak
menghargainya namun ia tak dapat berbuat apaapa. Dia tak dapat mengeluarkan Horibe sebagai
anggota karena para pengikutnya yang muda dan
bersemangat yang akan dapat membuat perbedaan
antara keberhasilan dan kegagalan misi mereka. Jadi,
meskipun dia kesal, namun di hadapan anggota
yang lain dia bersikap seolah Horibe telah bertindak
demi kepentingan bersama.
Kelompok itu tiba pada bulan Februari dan
dalam pertemuan pertama yang diadakan di rumah
di Yamashina, Hara, dengan menahan marah, langsung bertanya mengapa peralatan untuk penyerangan belum tersedia. Oishi menjawab bahwa dia
150 151 John Allyn Kisah 47 Ronin takkan bertindak sampai ada kata akhir dari Daigaku
dan menambahkan bahwa dia tak berniat menyerang di bulan Maret - dia hanya berusaha menahan
Horibe dan anggota lain yang fanatik. Wajah Hara
memerah ketika mendengar dia disebut begitu, tapi
dia membantah: Andai Daigaku diangkat sebagai
ahli waris dan rumah keluarga Asano diperbaiki,
apakah mereka dapat menyerang dan membunuh
tanpa merusak nama yang telah lama mereka tunggu
untuk dipulihkan" Apakah itu berarti tak ada balas
dendam" Oishi menghela napas dan dengan hati-hati
menanggapi. "Menurutku," akhirnya dia berkata, "perbaikan
rumah dan balas dendam adalah dua hal yang
berbeda. Kau benar, Hara, bahwa jika rumah itu
diperbaiki maka akan tercela bagi para ksatria Ako
untuk tetap menyerang pejabat Shogun, atau mantan pejabat, dengan kekuatan."
Alis Hara terangkat mendengar keterusterangan
ini, namun dia tetap diam untuk mendengarkan
penjelasan Oishi selanjutnya.
"Karena itu aku telah memutuskan bahwa bila
waktunya tiba, aku yang akan membalas dendam
atas nama kita semua."
Semuanya terdiam sesaat, lalu Hara pun berbicara dengan nada putus asa, "Tidakkah kau tahu
bahwa jika kau lakukan itu maka kami semua akan
dianggap pengecut?" Terdengar suara setuju akan
ucapan Hara. "Setiap orang tahu bahwa seorang
samurai tidak dapat hidup di bawah langit yang
sama dengan pembunuh pemimpinnya. Kita semua
harus diberi kesempatan untuk menyerang, apa pun
akibatnya." Terdengar teriakan bernada setuju dari berbagai
sudut. Hanya Yoshida dan Onodera, anggota tertua,
yang berpihak pada Oishi. Keduanya berusaha menjelaskan bahwa menarik pedang bukan satu-satunya
cara untuk menunjukkan diri sebagai samurai, tapi
tidak ada yang mendengarkan ucapan itu dalam
suasana pertemuan seperti itu.
Oishi bisa melihat bahwa keadaan sudah di luar
kendali dan kelihatannya akan tetap begitu kecuali
salah satu pihak mengalah. Jelas sekali bahwa tidak
ada pihak yang mau mengalah hingga akhirnya dia
memutuskan untuk menjaga persatuan.
"Baiklah," katanya sambil mengangkat tangan
agar mereka tenang, "baiklah, aku tak bisa melawan
kalian semua. Aku setuju bahwa kita akan melakukannya bersama-sama, namun aku tetap merasa
bahwa kita harus menunggu hasil dari petisi. Bila
belum ada keputusan sampai bulan Maret, kita akan
tunggu setahun lagi. Bila belum juga ada keputusan,
kita anggap bahwa harapan sudah tidak ada lagi dan
152 153 John Allyn kita akan melakukan penyerangan. Kalian mengerti"
Aku berjanji bahwa kita akan menyerang!"
Mereka semua bersorak dan mulai berunding
dengan penuh semangat. Oishi mengutarakan pandangannya tentang kemungkinan sikap Chisaka terhadap Kira, dan mereka setuju bahwa itu masuk
akal. Kabar bahwa akan ada tindakan nyata, akan
membuat Horibe tenang. Mereka semua memperbarui janji untuk tetap bersatu dan Yoshida kembali
dikirim ke Edo dengan perintah untuk tetap di sana
bersama Horibe hingga pemberitahuan selanjutnya.
Hara kembali ke Osaka, sementara Onodera tetap
tinggal di Yamasihna bersama Oishi. Para anggota
pergi dengan berdua atau bertiga agar menyulitkan
mata-mata yang telah menunggu di luar, namun
banyak di antara mereka yang tetap diikuti dan
dilaporkan kepada Chisaka yang langsung memberi
tahu kepada Kirea. Ketika mendengar tentang pertemuan itu, Kira bersikeras agar jumlah mata-mata
ditambah yang akhirnya disetujui Chisaka. Namun
dia tidak mengatakan apa-apa yang dapat ditafsirkan
sebagai undangan bagi Kira untuk pindah ke kastil
di Yonezawa.* 154 SEPULUH M usim semi tiba dengan hujan yang mengguyur
Kyoto hingga terjadi banjir. Hal ini memberi
banyak waktu bagi Oishi untuk berpikir. Dia merasa
terkurung dan tertahan karena kehadiran mata-mata
Chisaka. Dia dapat memahami keadaan Horibe dan
anggota lain yang ingin segera menyerang Kira. Di
sini, di Yamashina, Oishi tidak punya lawan berat
untuk dihadapi selain mata-mata. Tapi ketika udara
cerah dan kerusakan akibat banjir telah diperbaiki,
dia menyusun rencana yang tak biasa. Walaupun
tidak berbahaya seperti pertarungan fisik, kegiatan
ini menimbulkan akibat yang berbeda yang menurut
Oishi sudah sepantasnya. Pedang bukan hanya untuk bertarung.
Selama minggu pertama April dia pergi ke Kyoto
tanpa penjelasan, namun saat kunjungan Kataoka di
bulan Mei, motif tindakannya itu semakin nyata.
155 John Allyn Kisah 47 Ronin "Senang bertemu denganmu," katanya menyambut teman lamanya, dengan ungkapan yang lebih
mendalam dari biasanya. "Belum ada kabar soal petisi?" tanya laki-laki
berwajah seperti kera itu ketika mereka masuk ke
dalam rumah. "Belum," jawab Oishi marah, "dan kelihatannya
takkan ada berita apa pun. Horibe dan anggota lain
memang benar - para penasihat Shogun itu hanya
mencari-cari alasan."
"Kau tidak tahu kalau..." Kataoka memulai, tapi
disela Oishi. "Jangan menghibur. Aku memang salah. Aku
begitu berharap dapat menyelamatkan sesuatu yang
sangat berharga bagi kita semua hingga tak mampu
melihat hal yang sebenarnya."
"Mungkin masih ada kesempatan. Kata Araki..."
tapi kata-kata Kataoka kembali dipotong.
"Bukan Araki yang membuat keputusan. Dia
membantu, tapi kita tidak bisa berharap pada sikap
optimisnya. Tidak, mulai sekarang kita harus beranggapan bahwa petisi itu ditolak."
"Maksudmu, kita menyerang sekarang?" kata
Kataoka ragu. Oishi bimbang, lalu dia berkata dengan suara
rendah, "Bila sedang terburu-buru, kadang-kadang
hal yang terbaik adalah mengambil jalan memutar.
Ada beberapa persiapan tertunda yang saat ini
tampaknya tak bisa menunggu lebih lama lagi.
Siapkan keluargamu sesegera mungkin, teman. Aku
juga akan menyiapkan keluargaku."
Setelah itu mereka tidur, Kataoka masih belum
mengerti maksud Oishi, namun keesokan harinya
terungkap bahwa dia memang sungguh-sungguh
berniat menyelesaikan masalah.
Oishi bangun awal, seperti biasa, untuk sarapan
bersama istri dan anak-anaknya. Setelah sarapan,
dia memanggil istrinya yang sedang membantu menyiapkan menu hari itu, lalu mengajaknya duduk di
ruang duduk di bagian lain rumah. Saat itu adalah
penghujung musim gugur dan dia membuka kertas
shoji ke arah halaman, yang mulai hangat karena
sinar matahari. Istrinya berlutut di hadapannya dengan rasa ingin tahu tanpa kuatir dengan apa yang
akan ia sampaikan. "Cuaca semakin hangat," kata Oishi, menyadari
kegelisahan istrinya. "Ya," gumamnya, sambil tetap menatap ke lantai, "suara jangkrik makin terdengar dengan tibanya
musim panas."

Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanpa menjawab, Oishi memandang istrinya
selama beberapa saat dengan rasa kagum. Selama
bertahun-tahun istrinya selalu setia menemaninya.
Apa yang akan disampaikannya merupakan ujian
156 157 John Allyn Kisah 47 Ronin terberat bagi istri seorang samurai, tapi Oishi yakin
istrinya sanggup menghadapinya.
"Maaf bila aku sering pulang larut malam,"
katanya, merasa bahwa hal ini perlu disampaikan.
"Tidak apa-apa," katanya, sambil melihat sekilas
pada suaminya. "Anak-anak dan aku tidur pulas
sekali." Oishi tahu kata-katanya itu menunjuk pada
kenyataan kalau sudah berminggu-minggu dia tidak
tidur dengannya. Oishi berdehem dengan rasa malu.
"Aku - apa yang kuminta darimu bukanlah hal
yang mudah, mengingat kau tidak salah..."
"Apa pun yang kau inginkan," gumamnya.
"Aku sudah tulis surat ini," katanya sambil
mengambil surat dari balik lengan kimononya yang
panjang dan menyerahkannya. "Itu surat cerai."
Istrinya menerima surat itu dengan, diam walaupun terlihat pucat. Dia membaca surat itu tanpa
ekspresi, lalu meletakkan di sampingnya di tikar. Dia
memalingkan wajah dan Oishi berjalan ke shoji yang
terbuka untuk memandang halaman, tak ingin melihat istrinya menangis.
"Kau tahu kalau akhirnya akan seperti ini," kata
Oishi lembut. "Aku tidak berkata begitu pada diriku," jawabnya sambil mengendalikan diri agar suara yang
keluar, bukan tangisan. "Aku katakan pada diriku
bahwa petisi itu akan dikabulkan dan kelak kita
semua akan kembali ke Ako."
"Begitu juga aku, tapi mimpi itu sudah berakhir.
Aku tidak ingin melibatkan dirimu dan anak-anak.
Itu sebabnya kita harus berpisah."
Beberapa saat istrinya kehilangan kata-kata.
"Melibatkan aku" Mengapa aku tidak perlu terlibat
atas apa pun yang kau lakukan?"
"Karena aku akan sedih melihatmu melakukannya," jawab Oishi.
Dengan patuh istrinya menunduk, tak ingin
membantah atau melawan. "Kuingin kau bawa anak-anak ke rumah orangtuamu. Apa yang kulakukan kelak takkan berdampak
padamu, kau juga takkan memikul tanggung jawab
atas tindakanku." "Anak-anak," katanya. "Maksudmu semua anakanak?"
"Chikara sudah berumur enam belas tahun,"
jawab Oishi. "Kurasa kita harus biarkan dia memutuskan apakah akan pergi atau tetap tinggal."
Dia menunduk sebagai tanda setuju tapi tak
dapat menahan tangis. "Aku harus kehilangan kalian berdua?" tiba-tiba
dia menangis keras. Selama beberapa saat yang ada
hanyalah dengung serangga di taman, dan setelah
itu dia menyeka mata lalu menata dirinya kembali.
158 159 John Allyn Kisah 47 Ronin "Maaf," katanya. "Ini memang harus kau lakukan
dan aku doakan keberhasilanmu seperti yang selalu
kulakukan. Tapi... kapankah... perceraian ini... harus
terjadi?" tanyanya dengan suara lemah.
"Segera - sesegera mungkin... panggil Chikara
agar bisa kita jelaskan hal ini padanya."
Istrinya menunduk hingga ke lantai, lalu berdiri
dan keluar. Kakinya yang memakai kaos putih
mengeluarkan bunyi berirama di atas tatami.
Chikara cemas dengan sikap ibunya saat memanggil, dan menjumpai ayahnya dengan takut. Dia
berlutut dan membungkuk hormat lalu menunggu
kemarahan apa pun yang harus dia dengar. Katakata awal ayahnya yang disampaikan dengan sikap
tenang tidak mengurangi kegelisahannya.
"Kesulitan yang kita alami sekarang merupakan
karma atas apa yang kita lakukan dalapi kehidupan
sebelumnya, atau pendidikan yang memang diperlukan untuk menyiapkan kita ke tempat yang lebih
tinggi di kehidupan yang akan datang. Itu yang
diajarkan guru-gurumu, kan?"
"Ya, ayah." "Maka, kita tak boleh ragu memilih jalan yang
sulit bila memang harus dihadapi, kalau di sanalah
kewajiban kita, kan?"
"Ya, ayah." Tengkorak Maut 21 Pendekar Naga Putih 92 Pengantin Ratu Pesolek Menuntut Balas 14
^