Apa Yaa 1
Apa Yaa Karya Dzyemtri Muharram Bagian 1
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Bidadari Pendekar Naga Sakti dzyemtri.muharram@gmail.com
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
blank page "hak cipta dilindungi undang-undang yang berlaku tak hanya di jagat nyata
namun juga jagat maya" dzyemtri muharram dzyemtri.muharram@gmail.com baca
dulu jangan banyak tanya, kalo dah baca silakan tanya.. cukup "apa kabar.."!" saja yaa,
kalo nanya..!! :P >> lanjut saja.. dzyemtri.muharram@gmail.com Ayo Buka Lantas
Baca.. Alhamdulillah. Itulah kata pertama yang mesti saia ucapkan atas RidhoNya.
Terima kasih semuanya, buat ibuku, guru-guruku, buat kamu-kamu yang menjadi
inspirasiku. Mengapa saia buat ini"! Hanya coba-coba ingin bisa nulis, sekedar isenk
doank ngutak-atik kata dan semoga saja ini berguna buat semua, buat kamu dan aku
juga. E-book ini berisikan tulisanku, sekedar cerita biasa saja dan kumpulan puisi yang
berantakan. Sebenarnya, sejenis cerita [tidak] pendek yang kubuat ini berawal di
pertengahan 2006, saat masih menggigit bangku sekolah dulu. Cerita ini sempat terhenti
dan tak kulanjutkan. Namun seiring waktu berjalan dan terus berlalu kutinggalkan,
banyak hal yang kulihat, kudengar, kurasa, kupikir, kuucap, kulakukan dan lain
sebagainya, itu serasa menuntunku untuk menyematkan kembali deretan kata yang
terus kutata dalam helaian karya di tiap detiknya. Hingga kini, penghujung 2009,
menjelang awal pertengahan akhir Januari 2010, pada bulan Rabiul Awal 1431 Hijriyah,
Alhamdulillah akhirnya selesai juga. Cerita ini terdiri dari tiga buah ide cerita [walau
memang kalo dilihat-lihat ada empat cerita] yang dijadikan satu. Inti ceritanya ada pada
tengah-tengah cerita, tentang salah satu kunci kehidupan. Awal cerita tentang seorang
pemuda sedang bermimpi, yang setting-nya sendiri dalam alam mimpi. Mudahmudahan
endingnya, kamu-kamu pada suka. [Cukup simple kok. Buat lebih jelasnya mah, baca
saja atuh lah.. :P] Segitu dulu perkataan dariku. Selamat membaca, mudahmudahan
bisa menjadi sebuah pencerah hati, penyejuk hati, juga penghibur hati. Semoga ini
menjadikan nilai ibadah bagi yang membacanya, yang nulis, juga yang menyebarkan
tulisan biasa ini. Amieen. salamku untukmu, [yang nulis]
dzyemtri.muharram@gmail.com Sejenis Cerita [tidak] Pendek.. apa yaa"! Suatu saat
di ruang tamu ada dua orang anak manusia, seorang lelaki dan wanita, yang satu
berperan sebagai adik dan satu lagi sebagai kakak. Ketika itu kakak dari adiknya,
sedang duduk di kursi bertemankan laptop berlayar mini [alias Netbook]. Ia meminta
adiknya untuk mengambilkan sebuah buku. "Dik, tolong ambilkan buku Apa Yaa!" ujar
kakaknya itu. Adiknya yang lagi menyender di dekat lemari buku pun menjawab. "Iya
Kak, buku apa Kak?" seraya bertanya balik. "Buku Apa Yaa!!" "Buku apaa?"" "Apa
Yaa!!" "Yaa apa Kak, apa?"!" sedikit geram. "Apa Yaa!!" "Jiah, apa judulnya Kak?""
"Buku yang judulnya itu 'Apa Yaa"!', ada nggak?" "Yaaelahh... judulnya Apa Yaa, bentar
Kak.." Si Adik menghampiri kakaknya seraya berkata. "Inih Kak bukunya. Judul buku kok
Apa Yaa, anehh.. bikin bingung aja ihh.." "Kamu ini ada da ajah, makasih adikku.." "Iyaa
Kak.." Ia lantas membukanya, menuju halaman pertama lalu mulai membacanya.
-??-??Beginilah isi dari buku yang dibacanya.. Silakan baca saja, semoga berguna
yaa..!! 1 dzyemtri.muharram@gmail.com -??-??Ini malam hari, malam yang sunyi
terbalut sepi, awan pun menghitam, hujan tak kunjung mereda. Pantas sajalah semua
orang tertidur pulas dengan mimpinya sendiri-sendiri di atas kasur empuk dan pelukan
selimut lembut. Tetapi tidak untuk pemuda ini. Dia hanya terdiam, mata tak terpejam
walau kantuk sesekali menghampiri. Terdiam, melamun, merenung, memikirkan dan
mengharapkan, itulah yang ia lakukan di malam sunyi. Dengan tembok sebagai
sandarannya, ia membisu sejenak, lantas menulis di secarik kertas, "Cukupkah
bertaubat hanya dengan berucap istighfar, Astaghfirullah.. Sedang jiwa raga tak kuasa
terus melakukan dosa yang sama.."!" "..." Kemudian ucapan keluar. "... Ku hanya ingin
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
bertobat... Bertobaat...!!" Ucapan itu memecah kesunyian kamar dimana yang lainnya
tertidur pulas. "Ya Allah, apa yang mesti kuperbuat, diriku memang kerap tersesat,
banyak lakukan maksiat, juga sering tinggalkan shalat, namun malangnya diriku tak
pandai tuk bertaubat. Ya Allah, kumemohon padaMu ampuni dosaku. Engkau Maha
Penerima Taubat, ... terimalah taubatku,"
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
lirihnya. Air mata meluncur tak terasa menghujani sebuah buku. Ia usap air mata yang
membasahi pipi, juga yang menetesi buku yang digenggamnya. Buku yang hendak kan
ia berikan pada keponakannya itu menjadi saksi bisu suasana hatinya saat itu. "Mungkin
buku ini akan cocok untukmu, anak cilik," kata hatinya sambil terus mengelus-elus cover
buku yang berjudul 'Belajar Mencintai Rasulullah' yang dipegangnya itu. 2
dzyemtri.muharram@gmail.com "Gue, aku, saya, diriku.. haruslah berubah jadi orang
yang lebih baik, ku kan coba gunakan sisa hidup ini. Ku tak ingin terus dibelenggu
nafsu-nafsu tak menentu waktu. Keponakanku tak boleh sepertiku, meniru kejelekanku,
atau siapa pun itu tak boleh seperti diriku." Hatinya terus berkata tanpa jeda dan
berharap tanpa henti. Tiba-tiba saja ia tuliskan sebuah kata 'mimpi', sambil melihat
teman-temannya yang sedang tertidur. Ia tuliskan kembali sederet kalimat "Ketika kita
dilahirkan dan kita pun bermimpi, lalu terbangun dari mimpi itu. Apakah hidup kita kan
lebih baik dari mimpi"!" Kemudian ia goreskan sebuah garis melengkung yang
diakhirinya dengan sebuah titik tepat di bawah garis itu, hingga membentuk sebuah
tanda tanya besar. Walau ia tak ingin cepat-cepat tidur, namun rasanya kantuk yang
datang menghampiri tak tertahankan lagi. Jam dinding kamar sudah menunjukkan pukul
2 pagi lebih. Ia pun terlelap tidur bersama harapannya dengan buku tetap digenggam
dipelukannya, buku yang hendak kan ia berikan pada keponakannya itu. Dan mimpi pun
hadir temani tidur lelapnya, sama seperti manusia lainnya. -??-??Mimpi apa dia ?"
Taukah kamu"! Kalau nggak tau, yuk kita masuki saja awan mimpinya. Kalo ditulis
kira-kira begini ceritanya ... Let's read..!!! -??-??Tak.. tik.. tik.. tek.. tek tek tek tek tek
tekkekeekkkk.. Bunyi tuts keyboard terdengar jelas dihentakkkan seorang mahasiswa
perguruan tinggi jakarta, di siang yang panas. 3 dzyemtri.muharram@gmail.com "Kok
masih gak bener-bener sih"!," katanya sambil menggaruk-garuk kepala, memandangi
PC rakitan yang sering ia utak-atik sana sini. Tak ada gelak tawa sang adik lagi di rumah
itu, orang tuanya di luar kota bersama si adik, jadi pantas sajalah bunyi keyboard
terdengar jelas memantul dari dinding ke dinding. Sunyi sepi bagai tak berpenghuni,
orang tua pergi tak ada di rumah lagi [ngurusin bisnisss katanya]. Tapi untunglah ada
Mang Dadang dan Mpo Aminah yang dimintai tolong oleh orang tuanya tuk tinggal
menemaninya. Sejak sebulan yang lalu. "Mang kalo ada teman yang ke sini cari saya,
bilangin aja pergi ke warnet sebentar, tunggu aja suruh masuk," pesannya pada Mang
Dadang yang sudah seperti keluarga. "Iyaa.. nanti mang sampaikan. Tidak pakai motor
perginya?" kata Mang Dadang yang sedang membenahi halaman. "Nggak ah, deket
kok.. Kalo gitu saya pergi dulu. Assalamu'alaikum.." "Wa'alaikumussalam
warahmatullahi wabarakatuh.." jawab si Mang. Saking tergesa-gesanya, ia sampai lupa
kencangkan tali sepatu. Ia pun duduk berjongkok kembali. "Kenapa Den Rama?" tanya
Mang Dadang. "Akh gak apa-apa," jawabnya. Tali sepatu telah terikat kencang temani
langkah kakinya. Dengan tas di pundaknya ia pun pergi ke warnet yang lumayan tak
sebegitu jauh dari rumahnya. Ia berjalan dengan sedikit berlari [ingin cepat sampai
kayaknya]. Tanpa disadari, ia pun menubruk anak SD yang baru pulang sekolah. Kaki
anak itu membentur batu dan kerikil tajam yang berserakan, lukalah kakinya. "Duh..
maaf dek, ga apa-apa?" Wah berdarah.., ke rumah sakit ya?" tanyanya dengan hati
yang agak kaget bercampur panik. "Nggak apa-apa kok, kak. Cuman luka dikit," ucap si
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
adik. 4 dzyemtri.muharram@gmail.com "Siapa nama adik?" "Aldy," jawab siswa
Sekolah Dasar itu singkat. "Dik Aldy beneran gak mau ke rumah sakit" Kan berdarah
tuh." "Gak ahh. Kak bisa antar ke rumah saja..?" pinta si adik yang enggan dibawa ke
rumah sakit. "Rumahnya di mana?" tanya Rama. "Deket kok dari sini," jawab salah
seorang teman si adik. Aldy terus saja meniup lukanya itu, yang mulai terasa perih. Ia
urungkan niat buat ke warnet, ada sesuatu yang harus ia lakukan sekarang, mengantar
Aldy ke rumahnya. Tak lama, ia pun nyampe juga di depan pintu rumah Aldy. "Oh di sini
rumahnya ya" Ini tu deket dari rumah kakak dong," ucap Rama sedikit menghiburnya.
Bel dibunyikan, tett.. teet.. teettt.. "Assalamu'alaikum." Saat itu juga terbukalah pintu itu
dibukakan oleh seorang wanita yang heuuh.. cute abiz dah, begitu indah dipandang.
Sepertinya ia terpesona melihatnya. "Kakak.." ucap si adik menyapa kakak
perempuannya yang satu-satunya.
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Mmm, ternyata itu kakaknya yaa.." gumam hati Rama. "Ada apa yaa"!" tanya Aisycha,
nama wanita itu. "Oh.. ini adik ini tadi terjatuh karena saya. Maaf," jawab Rama. "Bukan
salah kakak juga kok, adik juga lari-lari nggak liat-liat," Aldy membela kak Rama, takut
kakaknya marah. "Kak masuk dulu," ajak Aldy. "Iya mari masuk dulu," tambah Aisycha.
Dipersilakanlah duduk dan disuguhi munuman. Sambil membersihkan luka kaki adiknya,
Aisycha memperkenalkan diri. "Mm.. kenalkan, aku Aisycha, kakaknya Aldy." "Aku
Rama," jawabnya singkat, bingung mau ngomong apa. 5
dzyemtri.muharram@gmail.com "... Kamu baru di sini yaa?" "Iyaa, pindahan dari
Bandung, baru kemarin lusa tinggal di sini." "Ohh.. pantesan nggak pernah lihat kamu
sebelumnya di komplek ini," ucap Rama mencoba tuk akrab. Aisycha membersihkan
luka adiknya sambil ngobrol sanasini dengan Rama. "Nama lengkapnya apa?" tanya
Aisycha. "Hmm.. Zikr Ramadhan." "Enaknya dipanggil apa yaa?" "Terserah kamu aja
mau panggil apa." "Kalo dipanggil Zik, gimana?" Ia, Rama teringat akan orang tua dan
adik-adiknya yang selalu memanggilnya Zik. "Iyah.. gak apa-pa," jawab Rama sambil
tersenyum. "Mmm.. ternyata ada satu lagi yang panggil aku dengan Zik." Rama kangen
juga dengan nama panggilan itu. "Kalo kamu"!" tanya Rama. "Aku, Aisycha Citra
Ramadhan. Nama belakangnya sama tuh." "Lahirnya bulan Ramadhan juga?" tanya
Rama. "Ah nggak, itu dari nama ayahku, Muhammad Hijri Ramadhan." "Ooo.. kirain.."
Rama mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Tiba-tiba saja, "Kak.. Kakak..
Udah kak, udah bersih lukanya," kata Aldy. "Ehh.. udah yaa." Aisycha yang keasyikan
ngobrol baru menyadarinya. "Sakit dek?" tanya Rama. "Nggak dong kan aku jagoan,"
jawab si adik yang langsung pergi bermain game di komputer. "Dia mah bandell,"
celoteh Aisycha. "Namanya juga anak-anak," tambah Rama. "Diminum airnya dong..!"
"Makasih.." 6 dzyemtri.muharram@gmail.com "Seger nih siang-siang minum," ucap
Rama yang memang dari tadi kehausan namun jaim-jaim dikit. Gelas disimpan kembali
di atas meja, Rama mulai lagi bicara. "... Tadi, si adik tu mau aku bawa ke rumah sakit,
eh gak mau, malah minta dianterin ke rumah saja." "Ke rumah sakit"! Dia mah takut
banget kalo diajakin ke sana." "Mungkin takut jarum suntik yaa?" Aisycha hanya
tersenyum mengangguk mengiyakan. "Ee iya, mau tanya. Sekolahnya di mana?" tanya
Aisycha. "Aku udah kuliah, di Universitas tak terlalu jauh kok dari sini. Ambil jurusan
teknik komputer. Baru semester tiga." "Kuliahan yaa.. kalo aku mah di SMA itu tuh yang
deket jalan ke mal. Baru kemarin masuknya juga." "... Sekolah itu, aku dulu SMA-nya di
sana juga lho. Sekarang kelas berapa, Cha?" "Kelas XII, Kak." Aisycha mulai
memanggilnya dengan tambahan Kak. Tiba-tiba saja obrolan mereka terganggu oleh
dering ponsel Rama. Ternyata ada SMS masuk. "Mmm.." "Yaa.." ucap Aisycha. "... Aku
mesti cabut dulu ni, anak pada nungguin." "Anak"!" Aisycha heran. Ia pun bertanya
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
kembali. "Kakak udah nikah?" "Ough.. nggak, maksudnya temen-temen," dengan nada
sedikit malu dikatain udah nikah. Hadduuhhh. "Mmmh gitu.." "Ya udah, aku pamit dulu.
Cepet baikan aja ya Dik..!" Sambil mengelus-elus rambut Aldy yang asyik bermain
game. "Yaa, Kak Rama.." Diantralah Rama sampai ke teras depan. "Kak sering-sering
maen ke sini yaa..!" kata si adik Aldy. 7 dzyemtri.muharram@gmail.com "Yaa Insya
Allah. Yuk Assalamu'alaikum," ucap Rama yang terus melangkahkan kaki menuju keluar
gerbang pagar rumah Aisycha. "Wa'alaikumsalam," jawab kakak adik itu. -???"Yeah,
udah pukul 13.45 lagi. Mana bisa ke warnet, Shalat Dzuhur belum, temen-temen pada
nungguin lagi, mendingan ke mesjid dulu lahh," gumam hati Rama. Tak membuang
waktu lama, ia langsung saja menuju mushola yang tak jauh dari rumah Aisycha.
Sesampai di tempat wudhu, Rama bertemu dengan seseorang, seumuran sama
ayahnya gitu. Yang hendak berwudhu sama dengan dirinya. "Pak Dzuhur-nya bareng
ya," sapa Rama. "Iyaa," jawab Bapak itu sebelum berwudhu.
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Sholatlah mereka berjamaah. Seusai sholat, berdo'a dan keluar dari mushola, bapak itu
mencoba untuk berkenalan dengan Rama. "Kalau boleh tau siapa nama Anda siapa
yaa?" tanyanya. "Oh, saya Rama, Om. Kalo Om?" jawab Rama yang langsung menanya
balik. "Kalau Om biasa dipanggil Iji. Panggil aja Iji." "... Om Iji." Perbincangan singkat
mereka terhenti seiring yang satu hendak pergi kerja, yang satu lagi pergi karena
ditungguin teman-temannya. -???Kini, Rama sampai juga di depan rumahnya. Ia
disambut teman-temannya yang sedari tadi menunggunya. "Tuh.. dia datang juga
akhirnya!!" sahut Ahmad. 8 dzyemtri.muharram@gmail.com "Kemana aja Loe, kok
lama banget. Katanya cuma bentar..!!" celoteh Refly. "Iyah.." tambah Zaky yang lagi
dengerin musik di ipod kesayangannya. Rama hanya tersenyum menaggapi pertanyaan
temantemannya, seraya menanyakan temannya satu lagi. "Satu lagi kemana neh" Gak
keliatan.." "Ituu.. Ttuuuhh..!" Refly menunjuk tepat menuju teman satunya yang tampak
asyik memotong rumput, iseng bantuin Mang Dadang, juga tanya-tanya tentang
tanaman dan perawatannya juga. "Woy.. gi ngapaeen Loe"!" Rusak taneman gue!"
teriak Rama penuh canda tawa. "Eeh ngapain aja Loe, gue tunggu dari tadi, ampe gue
bela-belain jadi asisten Mang Dadang segala," kata Deni sambil melangkah menuju
Rama dan teman lainnya. "Napa sih lama benerr?" tambah Deni lagi. "Jadi gini, gue kan
ceritanya tu mau upload file ke warnet sana. Ehh.. di perjalanan gue tak sengaja nubruk
anak SD yang baru pulang sekolah, kakinya berdarah man.. Yaa gue gak bisa gitu aja
ninggalin tu anak, ya kan?" "Iyaa.." jawab temannya serempak, seuriuzz banget
dengerin Rama. "Karena itu, gak jadi deh ke warnetnya.. teruss.." Pembicaraannya
terpotong. "Kenapa gak di rumah aja brur," kata Ahmad. "Di rumah bosen, lagian
komputer gue kan bermasalah." "Napa gak pake laptop, loe kan punya?" ucap Deni.
"Kan loe pinjem buat bikin tugas kuliah. Gimana seey.." "Ohh Iyaa, di kosan gue, belom
gue balikin yaa, hehee.." ucap Deni lagi. "Eh, bentar.. flashdisk gue mana yaa"! Yah gak
ada." Rama melihat-lihat tasnya dan meraba-raba kantung celananya, siapa tahu aja
ada. "Waduh, jangan-jangan jatuh lagi. Waahh.. parah nih kalo gini.." tambahnya lagi. 9
dzyemtri.muharram@gmail.com "File backup-an nya ada di komputer loe juga kan?"
tanya Refly jadi ikutan bingung. "Oh.. di laptop gue ada.." "Syukurlah.. Kalo masih ada
mah," kata Ahmad. "Tapi lom final kalo yang itu," ucap Rama kembali. "Loe perlu upload
file-nya sekarang" Biar gue ambil laptop loe segera," Deni. "Gak perlu lah, entar aja.
Gue kan cari dulu flashdisk-nya siapa tahu aja ketinggalan di ..." "Di mana?"" tanya
temennya barengan. "Tau tuh.. huu." "Eh gue heran, dari tadi rasanya ada yang beda
saja dengan muka loe, lebih berseri, senyum-senyum terus kaya kesambet saja," ucap
Zaky yang sedari tadi memperhatikan Rama sambil terus asyik dengan musik dan mulai
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
lepaskan sebelah earphone-nya. "Iya nih kalo punya kabungah teh bagi-bagi kadieu
atuh euy," sindir Ahmad, gaya sundanya muncul. "Tadi juga mau gue ceritain, bahwa
ada hal yang bikin gue seneng hari ini, eh.. keburu kepotong oleh pertanyaan loe-loe
pade!!" ujar Rama. "Gue lanjutin cerita yang tadi nih.. sampai mana tadi, hehee.. Ohh..
karena kaki si adik itu berdarah.. gue ajakin tu si adik buat ke rumah sakit, ehh malah
gak mau, ia minta dianterin ke rumahnya saja. Pas di depan rumah, nah ini seru nih,
jangan sampe ketinggalan. Pas di depan rumah, gue tu ketuk pintu, pencet bel,
muncullah sesosok.." sambungnya. "Hantu.." temennya nyela. "Ehh.. bukan. Muncullah
sesosok wanita yang beuh beauty banged dah, pesonanya tiada tara." "Hahaa.. haha.."
Temen-temennya pada tertawa dengerinnya. "Loe juga pasti kan terpesona dah.
Rasanya gue jatuh cinta lagi nih." 10 dzyemtri.muharram@gmail.com "Huu.. huuu..
jatuh cinta berjuta rasanya.." ledek temennya. "Katanya loe gak bakalan jatuh cinta dulu
sama yang namanya mahluk manis, sampe loe kelar kuliah"!" kata Zaky. "Iya.. mau
fokus kuliah dulu kan?" tambah Refly. "Tapi ini laen, ia bikin gue semangat," jawab
Rama. "Namanya siapa cuy?" tanya Ahmad. "Aisycha Citra Ramadhan, namanya."
"Weiss.. lengkap benerr.." ucap teman-temannya. "... Dirinya masih ku ingat hingga kini
dan kayaknya gue ada tuh di matanya begitu pun dengan dirinya, rasanya masih ada
nih di mata gue.." ucap Rama bikin geli dengernya. "Halahh.. gaya loe kayak pujangga
kesohor aja, hahaaa.."
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
ucap Deni. "Hahaahaaa.." tertawalah semuanya. "Mmm.. sebenarnya kita-kita diajak ke
rumah loe suruh kumpul mau ngapain" Masa dari tadi dengerin curhat mulu, sekalian
aja tambah gosip biar serru..!!" kata Ahmad. "Wkkwkkkwk..kk.." semua tertawa geli.
"Kayak tante-tante arisan aja nge-gosip. Hahaa," ucap Refly. "Masuk aja dulu yuk!"
Rama mengajak semuanya masuk. "Yuk.. yuu.." Mereka mulai beranjak masuk.
"Sebenarnya gue mau berbagi masalah sama loe semuanya, soalnya gak asik kalo gak
dibagi. Hhee.." "Yah, masalah dibagi-bagi.. kesenengan kek!" "Hmeeh..!!" "Ada masalah
apa, uy?" kata Zaky. "Biasa... Obrak-abrik komputer lagee.." Rama. "Oh.. Kalo yang gitu
mah, let's go... atuh..!" "Okey..!" "Nah ini baru seruu..!" Mulailah mereka dan juga Rama
membedah komputer. "Bongkar-bongkaar.." "Software apa hardware-nya nih yang
bermasalah?" tanya Refly. 11 dzyemtri.muharram@gmail.com "Waah.. ini mah
hardware," jawab Ahmad. Rama menghampiri. "Ehh.. BTW-BTW, curhat yang tadi
kayaknya bersambung nih, belum tuntas.. tas.. tass.. uy," ucap Zaky. "Iya tuh
kayaknya.." Deni. "Ya kan cuy" Hhe.." ucap Deni lagi. "Halaahh.. versi lengkapnya entar
gue ceritain," jawab Rama sambil tersenyum. Setengah jam kemudian. "PSU-nya kena
yaa?" tanya Rama. "Iya nih, ganti ajah," jawab Ahmad. "Kalo gitu, gue pergi dulu beli
PSU-nya. Ada yang mau ngikut?" ajak Rama. "Gue ikut lah, siapa tau aja ntar ketemu
mahluk manis. Hehee.." ucap Refly. "Hahaa.. Dasssarrr..!!" kata teman lainnya.
"Yukcabutt..!!" -???Di sore hari, di rumah yang baru beberapa hari di tempati. Aisycha
duduk manis dihadapan monitor, memandangnya tajam yang sesekali mengedipkan
mata. Ia mulai mengerjakan tugas sekolahnya. Dan ia tak hanya sekedar mengetik
tugas saja, namun juga curahan hatinya tentang seorang pemuda yang barusan
dikenalnya tadi [tentang cinta kayaknya] yang lalu ia simpan dalam format dokumen
RTF [Rich Text Format]. Sudah satu setengah jam lebih berlalu. Adzan Maghrib
berkumandang, ia sudahi dulu pekerjaannya dan segera tuk berwudhu. Seusai makan
malam, Aldy bertanya kepada kakaknya. "Kak ini punya siapa" Punya kakak?" begitu
tanyanya. 12 dzyemtri.muharram@gmail.com "Iya.. Tapii.. Eh, kayaknya bukan deh,
Apa Yaa Karya Dzyemtri Muharram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
punya kakak kan ada, nih." "Mmm.. jangan-jangan ini milik kakak yang tadi itu lagi. Pasti
deh, Kak." "Kamu tau dek, kakak yang tadi tinggal di mana?" "Kak Rama?" "Iyah kak
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Rama, alias Kak Zik. Siapa lagi coba kalo bukan dia." "Nggak tau tu Kak," jawab Aldy
sambil menggelengkan kepala. "... Belum sempat tanya yaa, heu.." "Kak, siapa tau aja
ada di sini alamatnya," usul si adik menunjuk flashdisk itu. "Mmmh, tapi itu kan nggak
boleh. Kemana nih harus diberikann, mana udah malem lagih," keluh Aisycha dengan
nada geram. "Buka aja, Kak," bujuk Aldy. "... Iya deeh..!" Aisycha luluh juga. "Aduh maaf
nie aku lihat-lihat isi flashdisk-nya," kata Aisycha sambil menghubungkan flashdisk itu ke
port USB. "Dik, kamu yang cari datanya yah. Kakak ke dapur beresberes dulu!"
Maklumlah tak ada pembantu untuk membereskan usai makan malam. "Iya, beres Kak,
tenang aja," ucap si adik. Si adik Aldy langsung saja membuka satu demi satu file yang
ada di flashdisk tersebut untuk mencari data alamat kakak yang ke rumah tadi. Eh, si
adik malah tertarik membaca sebuah cerita yang ada di flashdisk tersebut. "Itu si Adik
kenapa tumben-tumbenan maen komputer terus, lagi maen game, Aldy" Ayo tidur!"
ucap ayahnya. "Nggak ayah, gak maen game kok. Nanti dulu, Yah.." jawab Aldy yang
keasyikan membaca. 13 dzyemtri.muharram@gmail.com "Cepetan tidur, biasanya
juga kan jam segini udah tidur!" ucap Aisycha menambahkan ucapan ayahnya seusai
beresberes. "Bentar lagi Kak, lagi asyik nih baca ceritanya!" "Cerita apaan, Dik?" tanya
Aisycha. "Sejenis cerita tidak pendek, tapi gak tau nih Kak. Ceritanya juga gak ada
judulnya." "Emm.. Besok nggak sekolah?" tanya ayahnya lagi. "Kan libur. Ada rapat
khusus gitu, jadinya diliburkan deh," jawabnya. "Beneraann?"?" tanya Aisycha.
"Ealaah.." jawab si adik, enak bener ngucapinnya. Aldy terus saja memelototi monitor.
Tangannya mondarmandir menggerakkan tetikus [baca: mouse] sekian lama.
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
-??-??Pingin tau apa isi cerita yang dibaca Aldy" Penasarankah"! Yaa kan?" Baca
terus sajaa!! Gini deh ceritanya... -??-??Kiii..iikk..kk.. sebuah mobil tergelincir di sebuah
jalanan licin, mobil sempat terbalik dan akhirnya menghantam pohon yang berada di
sebelah utara jalan dekat belokan. Warga berduyun-duyun ke jalan melihat kejadian itu,
melakukan pertolongan. Di dalam mobil tampak sekeluarga yang kelihatannya warga
sekitar situ juga, karena warga yang berada di tempat kejadian tersebut mengenalinya.
Kayaknya mereka usai dari luar kota. "Gimana kejadiannya?" tanya seorang warga pada
saksi yang melihat langsung kecelakaan itu. "Ini karena truk yang sedang melaju
kencang melintas di sebelahnya, menyerempet, menabrak bagian pinggir mobil ini, 14
dzyemtri.muharram@gmail.com ditambah lagi kondisi jalanan yang licin. Mobilnya Pak
Zakaria yah?" ungkapnya, seraya bertanya untuk meyakinkan. "Iya.." warga
mengiyakan. "... Terus tergelincir dan akhirnya.. yaa.. begini.. menabrak pohon.."
sambungnya. "Lantas truk yang menabraknya ke mana?" tanya yang lainnya. "Yaa
kabur, Pak!" jawab salah seorang warga. "... Lagi di kejar Bang, sama Polisi!!" teriak
seorang warga yang baru saja datang seusai melapor ke Kantor Polisi setempat. Dalam
kondisi pusing, dengan kepala yang masih berluka, Pak Zakaria tersadar dari kejadian
itu. Walau tubuhnya masih serasa remuk tiada berdaya, ia kuatkan untuk melangkah
dengan dibantu seorang warga, karena ia tak kuasa untuk tegak berdiri dengan kaki
sendiri. Lalu menanyakan pada orang-orang yang ada di sana, "Mana keluargaku, istri,
putra-putriku?" Mana"!!" tanya Pak Zakaria sedikit sempoyongan sambil memegang
kepalanya yang kesakitan. ucap warga "Sabar.. Pak.. sabar..!" seorang
menenangkannya. Pak Zakaria menghampiri istri dan putra-putrinya seraya bertanya,
"Keluargaku bagaimana keadaannya?" "Pak, mungkin ini berat untuk Bapak. Kini istri
dan putraputri Bapak telah tiada, yang tabah ya Pak.." jawab salah seorang petugas
medis yang berada di sana. Seketika itu pula Pak Zakaria tak bisa lagi membendung air
matanya, "Ya Allah, Ya Allah, Yaa Allah.." hanya ucapan itu yang meluncur dari
lisannya. Ia hidup sebatang kara, tak lagi ada keluarga, saudaranya, kerabatnya,
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
maupun saudara dari istrinya, semuanya memang sudah lama meninggal, dan kini anak
istrinya pun demikian. 15 dzyemtri.muharram@gmail.com -???Di teras rumah,
beberapa tahun selepas ditinggal keluarganya. Pak Zakaria termenung dalam lamunan,
mendulang memori perjalanan hari bersama istri, putra dan putri. Menatap kosong langit
biru yang di temani awan putih cerah, sesekali sinar mentari meredup, terhalang awan
berlalu lalang diterpa semilir angin yang datang. Seiring itu pula mata Pak Zakaria
sembap mengenang keluarganya yang telah lama tiada. Entah kenapa terlintas dalam
benaknya dan seraya hatinya berkata, "Kepada siapa akan kuwariskan kekayaan,
seluruh harta benda yang Engkau titipkan kepadaku, Ya Allah. Sedang diriku tak punya
ahli waris seorang pun. Berilah aku sebuah petunjuk. Kemudian ia berjalan dengan
dibantu sebilah tongkat, menuju ke dalam rumah. Rumah sederhana yang dulu ia beli
dengan jerih payahnya sendiri. Walau sebenarnya bisa saja dengan mudah minta
dibelikan rumah pada orang tuanya waktu itu. Setelah sekian lama duduk di teras
menghirup udara pagi yang mulai memanas. Ia kembali duduk di atas kursi yang sudah
lama tak ia duduki di dalam rumah mungilnya. Matanya menatap hangat monitor
komputer, melihat sederetan foto dan video keluarga yang tersimpan utuh dalam
harddisk. Membuka dokumen-dokumen lama, menjalankan aplikasiaplikasi dan
beberapa game untuk sekedar melepas kerinduan yang tak mungkin lagi tergantikan.
Ketika ia hendak membuka file berpassword dan ia ketikkan kodenya, ia teringat dengan
apa yang dipikirkannya sewaktu di teras tadi, "Mungkin ini salah satu jalannya, saya
harus merencanakannya dan mengerjakannya segera." Ia pun memulainya dengan
melakukan survei dalam situs komunitas yang telah lama di buatnya dan lumayan
banyak anggotanya, sebagian besar adalah mahasiswa mahasiswi beliau ketika masih
menjadi dosen sebelum sebuah 16 dzyemtri.muharram@gmail.com kecelakaan mobil
menimpanya. Selanjutnya ia berikan berbagai pertanyaan dalam situs tersebut seputar
IT dan sesekali memberikan bingkisan bagi para anggotanya. Itulah sebagian dari
rencananya. Sebenarnya apa yang ia rencanakan, yang ia cari" Hmm.. kita lihat saja
nanti. Suatu saat Pak Zakaria menelepon teman kuliahnya waktu dulu yang kini seorang
dosen hukum di salah satu universitas di Jakarta. Kalau bertegur sapa lewat telephone
sih sering, namun mereka lumayan agak lama tak bertemu tatap muka secara langsung.
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Assalamu'alaikum.. Apa kabar, Pak?" ucap Pak Zakaria memulai pembicaraan.
"Wa'alaikumussalam, Alhamdulillah baik," jawab Pak Yusuf. "Bagaimana kabar Bapak
sendiri?" tanyanya. "Alhamdulillah. Pak Yusuf, kalo bisa mohon malam ini ke rumah
saya yang di Jalan Mawar Indah, ada sesuatu yan ingin saya bicarakan." "Hmm,
kayaknya penting banget ya, Pak"!" "Ah biasa cuma mau ngobrol ke sana ke sini dan ke
sono saja antar teman lama. Ditunggu lho, sekalian nanti makan malam di sini. Jangan
lupa ajak keluarga juga. Heehe." "Ohh.. Insya Allah saya akan hadir. Pake jamuan
makan malam segala lagi, kayak mau nyambut tamu istimewa saja.. hehee," tanggap
Pak Yusuf. "Ya udah gitu saja Pak, ditunngu. Bicara panjang lebarnya, pendek
sempitnya, nanti di sini saja, Pak. Wassalamu'alaikum." Pak. "Baiklah,
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." "Ada apa yaa"!" tanya hati Pak
Yusuf setelah terdengar nada tut.. tutt.. tuutt.. di ponselnya tanda sambungan telah
terputus. 17 dzyemtri.muharram@gmail.com Tepat sehabis Sholat Isya, Pak Yusuf,
dosen yang tadi siang dihubungi oleh Pak Zakaria, berangkat bersama istri dan putri
angkatnya. Tibalah mereka di rumah Pak Zakaria yang tak begitu mewah namun indah
tertata rapih. Mereka disambut rumput hijau dan bunga-bunga berkilau tersinari bulan
purnama. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikum salam, heyy.. akhirnya datang juga, mari
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
masuk silakan, silakan, silakan..!" ajak Pak Zakaria, penghuni rumah. "Terima kasih
Pak," ucap Pak Yusuf. "Mmm.. ini putrimu, Pak?" tanya Pak Zakaria. "Iya," jawab Pak
Yusuf singkat. "Apa kabar?" ucap Pak Zakaria lagi sambil bersalaman dengan istri dan
putri Pak Yusuf. "Alhamdulillah baik, Pak," jawab mereka berdua. Hidangan makan
malam telah tersaji, ditata oleh si Mbo, "Pak, makan malamnya sudah siap," katanya.
"Terima kasih, Mbo," ucap Pak Zakaria. Mereka langsung disuguhkan dengan beragam
sajian makan malam. "Sekalian Mbo mau pamit pulang dulu, mau nengokin rumah." "Iya
Mbo." "Mari semuanya, Assalamu'alaikum," si Mbo pamitan. "Wa'alaikumussalam,"
jawab semuanya. "Hati-hati Mbo," tambah Pak Zakaria. Selepas makan malam, Pak
Zakaria mulai membicarakan maksudnya pada Pak Yusuf. Sementara nyonya Yusuf
dan putrinya keluar, duduk-duduk di teras menghirup kesejukan malam, melihat
indahnya taman. "Istri dan putrimu ke mana, Pak?" tanya Pak Zakaria setelah
mengambil beberapa dokumen. "Ada di teras lagi lihat-lihat taman." 18
dzyemtri.muharram@gmail.com "Oh.." ucap Pak Zakaria, "Eh Pak, apa benar itu
putrimu" saya nggak pernah tahu." Kok "Mm.. Sebenarnya Nindya itu putri angkat kami.
Ia adalah putri kandung sahabat kecil saya yang kini telah meninggal. Kasihan, dia juga
kehilangan kakaknya," jelasnya. "Begitu.." Pak Zakaria terenyuh. "Begitulah Pak, saya
jadi teringat akan putri saya yang telah tiada. Mungkin seandainya saja masih hidup,
mungkin ia seumuran dengan Nindya," ucap Pak Yusuf yang pernah kehilangan putri
sematawayangnya, seperti halnya Pak Zakaria. "Ehh Pak, sebenarnya ada apa Bapak
mengajak kami sekeluarga ke sini?" Pak Yusuf mengalihkan pembicaraan, seakan tak
mau terlalu jauh larut dalam kesedihan. "Sebenarnya begini Pak. Langsung saja ya,
berkenankah Bapak menjadi bagian dari tim kuasa hukum saya dan
perusahaan-perusahaan saya. Saya percaya Anda orang yang bijak," tegas Pak
Zakaria. "Insya Allah.. Amien, Amieen, Amieeenn.. Insya Allah saya bersedia, Pak."
"Terima kasih Pak atas kesediaannya." "Sama-sama, Pak," keduanya tersenyum dan
berjabat tangan. -???Di tempat lain ada seorang pemuda, salah satu member dari situs
komunitas milik Pak Zakaria itu. Ia bernama Haris Hudaya Putra. Ia terhanyut dalam
panjatan do'a. Dalam do'anya ia renungkan kembali hidupnya waktu-waktu silam,
hidupnya dulu sebelum terlepas dari cengkeraman narkoba. Ia sebenarnya seorang
putra yang baik, hormat pada orang tua. Namun, suatu kejadian hidup membuatnya
berubah. Ketika itu ayahnya terkena fitnah menggelapkan uang perusahaan tempat
ayahnya bekerja. Ayahnya sempat di penjara, sakit-sakitan, hingga ia pun meninggal. 19
dzyemtri.muharram@gmail.com Haris sempat menuliskan kekecewaan dan kekesalan
hatinya lewat sebuah blog, "Apakah hukum hanyalah basa-basi yang bikin sakit hati,
harusnya Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
hukum bukanlah sekedar basa-basi. Seharusnya hukum tak bisa tuk di "negosiasi"
[dalam tanda kutip]. Apalagi diintimidasi..! Woy! Jangan tempatkan hukum di tong
sampah..!! Apa HUKUM = SAMPAH ?"!" seperti itulah tulisannya dalam sebuah blog.
Setelah ayahnya meninggal, haris kabur dari rumah. Hidupnya tak tentu arah. Ibunya
mulai sakit, kerap bolak balik rumah sakit. Tak lama kemudian ibunya pun meninggal
menyusul ayahnya. Ibunya meninggal dihadapkan Haris, jemari tangannya masih
digenggam erat Haris, saking sayangnya pada seorang ibu. Tak tahan dengan
kehidupan yang dirasanya tak bersahabat, sarat dengan ketidakadilan. Pikirannya kalut,
ia berpaling dari kehidupan nyata, bercengkerama dengan narkoba. Kuliahnya hancur,
apalagi setelah projectya, source code sebuah program yang dengan susah payah
dibuatnya itu dicuri teman kampusnya sendiri dan parahnya lagi hasil karya
intelektualnya diakui teman kampusnya itu sebagai hasil kerjanya dan menjual program
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
tersebut ke sebuah perusahaan. Haris tak tahu lagi harus ke mana dan harus gimana
setelah rumah orang tuanya disita hingga ia terpisah dengan adiknya yang entah di
mana, tak ada kabar berita. Ia merasa sebagai seorang kakak yang tak berguna, tak
bisa menjaga adiknya dengan cinta. Ia hanya sibuk menganiaya dirinya sendiri dengan
narkoba. Namun untungnya ada sahabat yang benar-benar sahabat sejati menolong
hidupnya hingga ia tak jatuh ke jurang yang lebih dalam lagi. "Ya Allah, ampuni aku
yang benar-benar berat dosanya.. Ampuni aku Yaa Allah, ampuni aku segenap jiwa
ragaku. Jauhkanlah aku dari nerakaMu, dekatkanlah aku menuju pintu surgaMu.
Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah, Engkau 20 dzyemtri.muharram@gmail.com
hadirkan padaku seorang sahabat yang selalu membantuku, menuntunku untuk tetap
berada pada jalanMu. Ya Allah, Ya Rabb.. pertemukanlah aku dengan adikku walau
hanya dalam sebuah impian yang tak bisa kubayangkan." Ia sempat terpikirkan untuk
mencari adiknya di situs jejaring sosial Friendster. Harapnya moga saja ia dapat
menemukannya. Ia sesekali pergi ke warnet memfokuskan tujuannya untuk mencari
adiknya itu. Setelah lama nyari-nyari sebuah nama, ia sempat putus asa karena banyak
juga user yang sama dengan nama adiknya. Namun, ia mencoba mengetikkan nama
adiknya itu dengan lengkap pada kotak pencarian. Ia tertegun sesaat, "Apakah ini benar
profil adikku"!" Klik, ia lihat halaman profil yang ber-picture-kan seekor kupu-kupu
hinggap pada sekuntum bunga. Ia pastikan ini benar-benar milik adiknya, terlihat dari
kumpulan photo yang berjejer dalam 3 buah album. Ia masih terdiam, tak menyangka,
lalu membaca yang tertulis di sana dengan mata tiada berkedip sekian lama, kemudian
terhenti, sejenak mengganti udara kotor di parunya. Lalu ia membaca pada bagian 'Who
I want to meet'. "..kakak lucuku, kau dimana" adik imutmu ini lelah menunggu,
merindukanmu tak terbatas waktu.." begitu. "Maafkan kakak, Adik..!!" lirih Haris. Air
matanya menetes menimpa tombol ENTER keyboard. Haris semakin yakin. pada
halaman profil adiknya itu, Ditulislah "Assalamu'alaikum adik imutku. Bagaimana
keadaanmu saat ini"!" Setelah itu ia sudahi dan lantas pulang ke kosannya. Jalan kian
terbuka, ia amat bahagia, hatinya kini tak sesedih seperti kemarin di hari Selasa. Nindya
yang pada waktu itu sedang makan siang di kantin kampusnya, mulai membuka laptop
miliknya. Ia klik ikon Winamp seraya memutar lagu milik Evanescance, tak lupa ia juga
jalankan Opera browser untuk menjelajah dan 21 dzyemtri.muharram@gmail.com
langsung menuju situs jejaring sosial Friendster lalu login deh, biar nggak jenuh saat
mengerjakan tugas kuliahnya. Ketika ia membaca pesan di halaman profilnya, air
matanya menetes seakan tak percaya dengan apa yang dibacanya. Sebuah pesan dari
kakaknya yang setelah sekian lama tak ada kabar darinya. Ia tahu dan merasa tak ragu,
itu adalah kakaknya walau sebuah photo pun tak ia jumpai di profil kakaknya tersebut.
Karena kayaknya tak ada lagi orang lain yang memanggilnya 'adik imutku' selain
kakaknya itu, seakan kata itu semacam kata kunci antara adik dan kakak. Ia lantas
mengirimkan sebuah personal message ke profil yang ber identitaskan 'Kakak Lucumu'.
Namun Nindya tak terburuburu, ia kembali harus memastikan benar tidak itu kakaknya.
Hati Nindya berdebar tak sabar menunggu sebuah balasan. Lalu ia kerjakan lagi tugas
kuliahnya, "Akhirnya selesai juga tugas kuw," ucapnya sambil meminum teh botol dingin
menyegarkan kerongkongan yang kekeringan. -???Sekitar pukul 8.00 pm, Nindya duduk
manis di depan laptopnya. Suasana hatinya hampir senada dengan siang tadi ketika ia
kirimkan pesan untuk kakaknya. Ia menunggu dan tak hanya menunggu sebuah
jawaban tak menentu. Haris berlari kehujanan ketika menuju warung internet sebelah
kosannya, dengan terpaksa mesti mengeringkan dulu sweeternya dan melepasnya
sebelum masuk ke warnet yang penuh sesak oleh puluhan pengguna. Ia duduk terlebih
dahulu menunggu yang seseorang beres ngenet. Sebenarnya ia tak ingin menunggu
seperti itu, ia ingin cepat-cepat mengetahui udah ada balasannya atau belum dari
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
adiknya itu. Namun Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
mesti gimana lagi, masa nyerobot komputer yang lagi dipake orang begitu saja. Ia sabar
menunggu dan menunggu, hingga tiba juga giliran baginya untuk terhubung ke dunia
maya. 22 dzyemtri.muharram@gmail.com Sekian lama Nindya menunggu sebuah
balasan yang tak kunjung ada. Ia lantas logout dari Friendster itu dengan berat hati,
"Mungkin esok kakakku akan menghubungiku," lirihnya. Sedang Haris yang baru saja
login, ia mendapati sebuah pesan, "Ini pasti dari adikku," pilingnya. Dengan penuh
keyakinan dan senyum lebar seakan tiada beban, Haris mengkliknya. Pesan itu
memang dari adiknya. Ia sungguh girang, sampai-sampai menggebrak meja komputer
lumayan keras. "Assalamu'alaikum, Alhamdulillah baik, Kak. Apakah kau benar kakak
lucuku yang telah lama kucari itu?" Bagaimana keadaan kakak" Sekarang di mana?"
Mohon balas secepatnya.. adik imutmu ini merindukanmu.. +6285224881138 ;)" begitu
isi dari pesannya. Kemudian Haris pun langsung membalasnya, "Wa'alaikumussalam..
Alhamdulillah kabar kakak baik juga. Adik imutku, ini sungguh kakak lucumu yang
merindumu dan akan selalu menyayangimu. Maafkan kakak yang dulu menghilang tak
bilang-bilang, berlalu tanpa arah tanpa tuju, kakak tak tahu harus ke mana waktu itu.
Hingga kini Alhamdulillah, Allah mempertemukan kita. Kakak tak menyangka bisa
berkomunikasi lagi walau hanya dalam kata-kata. Sekarang kakak masih di Jakarta kok,
jangan hiraukan kakak, Insya Allah kakak baik-baik saja. Nindya, ini YM kakak
am4t1ran@yahoo.com .. baik-baik yaa Dik.." pesan pun terkirim, namun sayang Nindya
tak sedang online. Setelah itu, lalu Haris membuka beberapa situs berita untuk
menambah pengetahuannya. 23 dzyemtri.muharram@gmail.com -???Di pagi hari saat
Nindya telah terbangun dari tidurnya, dengan wajah berseri dan mata yang bercahaya ia
melihat ke langit sana, "Kayaknya hari ini akan cerah dan lebih cerah dari hari kemarin,"
ucapnya. Kuliah pagi menuntunnya untuk bergegas pergi ke kampus dimana ia
menuntut ilmu. Nindya pun berangkat bersamaan dengan ayahnya yang juga akan
berangkat ke kampus walau yang dituju bukanlah universitas yang sama. "Ayah,
tunggu..!!" kata Nindya sedikit berteriak memanggil ayahnya yang telah melaju dengan
mobilnya, hingga mobil pun berhenti mempersilakan Nindya. Seusai kuliah, Nindya
menyalakan laptopnya sejenak, menunggu Mentari dan Anggara untuk pergi ke toko
buku. Lalu ia baca pesan yang di tinggalkan kakaknya untuknya di situs jejaring sosial.
Ia berharap kakaknya sedang online, ia ingin bicara panjang lebar. Setelah ia
tambahkan account Yahoo milik kakaknya ke dalam list teman chatting-nya, permintaan
pun langsung di terima. Barulah ia tahu bahwa kakaknya lagi online. Penantiannya tak
sia-sia kini. Mulailah Nindya Chatting dengan kakaknya. - ass.. kakak lucuku.. ^_^ -
wa'alaikumsalam, adik imutku... pa kabar dik?" :) - kabar baik kak, kakak" -
alhamdulillah baik juga sekarang tinggal di mana?" - sekarang tinggal sama om yusuf
dan tante tiara, temennya papa mama kita dulu.. - ohh,,, om yusuf yang dosen hukum
ituh?" - iyahh... kak,, kakak di manaa?"?"!! biar nanti adik temui kakak... - kakak
dijakarta, masih dijakarta kok, jangan temui kakak dulu,, biar nanti kapan-kapan kakak
yang kunjungi adik,,, 24 dzyemtri.muharram@gmail.com - :( tapi kak.. - jangan
khawatirkan kakak... kakak baik-baik aja kok.. - kak, ada webcam-nya nggak?" pengen
liat wajah kakak gimana sekarang yahhh..?"! :D :D - ada.. bentar.. please wait.. gituh.. ;)
hmm... adik imutku tambah imutz adzah nigh.. :D jadi pengen nyubit pipinya... - ahh...
kakak.. mmm,,, kakak kok kayaknya kurusan yaa!! tapi tetep.. :) - tetep apaa?" - Tetep
lucu kok,, tak hilang ketampanannya dikit pun... heheee... :)) - Halaahhh.. :D merayuww
Apa Yaa Karya Dzyemtri Muharram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
niyyy... :) Lanjutlah percakapan mereka lewat jalur suara. "Test.. test..ttt... adik.. dik.."
"OK.. adaa.. testt diterima.. heheee..." "Kak, nomor hp kakak berapa?" Biar adik mudah
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
buat ngehubungi.." "Adikku tersayaaang.. kakak lagi gak punya hp sekarang,, mau
dihubungi lewat nomor apaa?" Nomor KTP?"" hhaa.." "Ihh.. kakak.. eh iya kak, kan
dulu tu kakak diberi ATM papa, oleh kenapa nggak dipake saja... Masih ada kan?"
Masih Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
bisa digunain?"" "Kayaknya sih adaa,, tapi kan gak tau PIN-nya apa?" kan cuman
Nindya doang yang tau.." "Iya yahh.. nih adik kasih tau,, PIN-nya itu 870900" "Berapa,
Dik?" tanya Haris. Lalu Nindya mengetikkannya di jendela chat biar jelas, "870900"
terkirim. "Tahu nggak kak artinya itu apa?"!" tanya Nindya. "Mmh.. bentar... di utak-atik
dulu..." "..Mm." Haris berpikir sejenak. "..Hmm.. kayaknya ini tanggal pernikahan mama
papa deh,, diambil dari 09 07 80 kan?"! tebak Haris. "Yupz.. betuulll... adik beri 1000
point buat kakak..!!!" 25 dzyemtri.muharram@gmail.com "Kurrangg.. tambahin lagi
pointnya...!!" Tangan kanan Haris sejenak menggerakkan mouse yang ada di samping
keyboard untuk memindahkan kursor seraya mengetikkan ".. :D :D :D :D ......" "Eeh kak,,
.. tau nggak kenapa dulu papa berikan itu kartu ATM-nya ke kakak dan cuman beri
tahukan PIN-nya itu ke adik... sedang kakak sendiri nggak diberi tau dan nggak boleh
tau?"" "Iya yah.. pesan papa, adik gak boleh beri tau PIN-nya pada kakak.." ucap Haris.
Mereka mengingat-ingat apa yang dulu ayahnya pernah berkata. "Menurut kakak sih
gini.. kan kakak agak boros tuh, jadinya kalo kakak yang pegang ATM sekaligus tau
PIN-nya, bisa-bisa cepet abis tuu.. sedang kalo yang adik yang pegang ATM dan
PIN-nya, takutnya ATM-nya ilang, kan waktu itu adik masih kecil.. lagian adik juga kan
pelupa, suka naro barang dimana aja.. hehee..." "Ishh.. kakak.... jaahattt..." "Tapi
rasanya ada tujuan lain yang lebih utama dari itu semua.." tutur Haris. "Apa, Kak?""
"Apa yaa"! ... Itu dimaksudkan papa buat ngejaga agar kita selalu bersama, tetap saling
menyayangi,, mungkin gitu dan memang begitu harusnya sih.." Hati Nindya terenyuh,
tetesan air mata seakan loncat tak bisa ditahannya, yang dengan segera diusap oleh
jemari lentiknya. Seraya tersenyum simpul menambah kemanisan paras lembutnya
yang kian berseri. "Kenapaa, Dik. Ada apa?"" tanya Haris khawatir melihat adiknya
demikian. "Ah nggak... cuman kelilipan, ada sebutir debu masuk.." ucap Nindya
menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. "Mmm.. rindu papa mama yaa?"" Haris
menarik nafas. "... Iyaa.." jawab Nindya menganggukkan kepala. "Kak, kapan kita
ketemuan, adik rindu kakak.." sambungnya. "Secepatnya,, nanti kakak hubungi.." 26
dzyemtri.muharram@gmail.com Dari earphones Haris terdengar ada seorang wanita
yang memenggil-manggil adiknya, "Dya, Dya.. Dyaa..!!" kemudian disusul suara pria,
"Dya..!" mencari-cari adiknya. "Kak, teman-teman udah pada datang,, adik pamit dulu
mau ke toko buku.. nanti kita sambung lagi.." "Tak apa kan kakak lucuku..?"" tambah
Nindya, senyumnya masih terlihat manis di balik monitor berlayar cembung. "Iyaa..
nggak pa paa.. adik imutku.." "Wassalamu'alaikum.. Kak.." "Wa'alaikumsalaam.." Haris
menutup aplikasi Yahoo! Messenger-nya dan terus kembali melanjutkan pekerjaannya
setelah status Nindya sudah terlihat offline. Nindya menutup laptopnya seraya berkata
pada kedua temannya, "hey.. heiyy.. kawand-kawand kuw, jadi berangkat kan..?"!"
"Yaa.. Iyaa..laah.." ucap kedua temannya itu. Sebelum Nindya, Mentari dan Anggara
pergi menuju toko buku, mereka ke rumah Nindya terlebih dulu. Mereka di sambut oleh
Om Yusuf juga Tante Tiara yang sedang memasak, tepatnya mencoba resep dari
majalah yang waktu kemarin dibacanya. Nindya memperkenalkan Anggara pada ayah
angkatnya, karena mereka baru bertemu kali ini, sedangkan Mentari tentu saja tak ia
perkenalkan, Om Yusuf dan Tante Tiara sudah lama mengenalnya. "Yah, ini teman di
kuliahan, namanya Anggara. Angga ini ayah saya, ayah Yusuf," ucap Nindya. Mereka
bersalaman. "Tari, Dya ke kamar dulu, tunggu bentar yah.." "Iya.." jawab Mentari
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
singkat. Tante Tiara yang sedari tadi bereksperimen dengan bahan makanan,
memanggil Tari yang sedang duduk-duduk 27 dzyemtri.muharram@gmail.com
memandangi dari kejauhan dua orang pria, tentunya Anggara dan Om Yusuf yang lagi
berbincang. "Tari, ke sini deh.. cicipi masakan tante.." ajak Tante Tiara pada Mentari.
Tari menoleh dan langsung pergi ke dapur, "masak apa Tante..?"" ucapnya. "Ini nyobain
dari majalah." Di ruang tamu, obrolan antara Anggara dan Om Yusuf mulai akrab. "Om,
katanya Om dosen hukum yaa?" tanya Angga. "Iya, kok tau?"" ucap Om Yusuf. "Kata
Nindya.." "Oo.. Mm.. Ade ini mahasiswa hukum juga" Sama kayak Nindya,
sefakultas?"" ucap Om Yusuf nanya balik. "Ya.. iya.. Om, pasti.." tegas Anggara.
"Baguslah.. biar tambah banyak orang yang ngerti akan
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
hukum, tapi ..." ucapan Om Yusuf terhenti sejenak. "Tapii apaa, Om?"! tanya Anggara
agak heran. "Tapiiii, pesan Om, jangan coba-coba untuk mempermainkan hukum," bisik
Om Yusup ke telinga kanan Angga. "... Mmm.. pastilah Om, Insya Allah nggak.. akan.."
jawab Anggara terbata-bata. "Mmm.. Insya Allah nggak"! Atau Insya Allah akan?"!"
ucap Om Yusuf tersenyum. "Insya Allah.. Tidak.. Hukum itu seakan hati. Kalo hati
dipermainkan, heeuu.. sakiittt.. ... ..Hukum itu harus punya hati, Om," tutur Angga.
"Good.. betul itu.. Om setuju.." Om Yusuf manggutmanggut seraya tersenyum, salut
dengan apa yang diucapkan Anggara. "Oh.. Iya Om, mau tanya dikit, cita-cita Om waktu
kecil mau jadi apa sih?"" Angga bertanya lagi. "Cita-cita Om dulu inginnya jadi seorang
hakim, sepertinya seru saja gitu menghakimi orang, mendakwa orang 28
dzyemtri.muharram@gmail.com dan mungkin yang membuat tertarik... ngetok-ngetok
palu nya kayaknya.. hihi.." jawab Om Yusuf tertawa kecil. "Hahaa.. Om bisa saja.." "Kalo
Adek, bagaimana?" "Seperti kebanyakan anak kecil dulu, pengenanya simple Om,
namun berat kalo dijalani. Itu Om, pengen jadi presiden. Namun, suka berubah gitu aja,
maklumlah. Misalnya saja ketika lihat dokter, pinginnya jadi dokter. Lihat ini, pengena
jadi ini. Lihat itu, pengen jadi itu, nggak konsisten. Tapi, anehnya nggak tertarik tuh ingin
jadi seorang dokter gigi. Kayaknya gimanaa gituh.. hihiii.. ngerriii.." cerita Angga. "Hmm..
kalau sekarang?"" tanya Om Yusuf. "Kalo sekarang.. biarkan mengalir seperti air saja,
Om. Mengalir dari muara ke hilir.." ungkap Angga. "Hmm.. biarkan mengalir seperti air..
Namun, perlu juga sesekali melawan ombak lautan, biar nggak terbawa arus
kejahatan.." tanggap Om Yusuf. "Baik Om, Do'akan yaa, Om. semoga saya cepet lulus
dan dapat kerja yang baik.." "Insya Allah.. Amienn.. Jangan lupa Do'akan Om juga yaa.
Semoga Om menjadi seorang dosen yang Al-Hakim," ucapnya seraya tersenyum.
Anggara pun tersenyum mengikuti senyuman Om Yusuf. "Om mesti berangkat ke
kampus dulu, nih. Ditinggal dulu yah.. sekalian bilangin pada semuanya.." pesan Om
Yusuf pada Angga sambil melihat jam di tangan kirinya. Setelah Om Yusuf berangkat,
Nindya muncul lantas bertanya pada Anggara, "Ayah ke mana, Ga?"" "Om Yusuf baru
aja berangkat ke kampus.." "Oohh... ... Tari.."!" tanya Nindya lagi. "Lagi di dapur sama
Tante Tiara... Tuuhh.." jawab Anggara sambil menunjuk ke arah Mentari yang baru saja
dari dapur menghampiri mereka berdua. "Sumpah, masakan Tante.. uueeennaakk
benerrr dah.." 29 dzyemtri.muharram@gmail.com "Masakan Bunda nomor satu lah,
tiada dua. chef-chef resto.. kalah.." ucap Nindya. "Ehh.. berangkat sekarang yuk..!!" ajak
Anggara. "Nggak mau nyicip masakan dulu?" ucap Tante Tiara sambil membawa
makanan yang tadi dimasak. "Eh.. Iyaa.. mana tante, penasaran nih.." ucap Anggara.
Mereka bertiga mencicipi masakan dulu sebelum berangkat. "Bunda, Dya pamit dulu,"
ucap Nindya pada Tante Tiara. "Daah.. Tante.." ucap Mentari dan Anggara.
"Assalamu'alaikum.." "Wa'alaikumussalaam.." -???PIN-nya telah Haris ketahui, kartu
ATM pun di tangannya, siap kini ia gunakan. Esoknya Haris pergi ke sebuah pameran
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
komputer dan outlet handphone untuk membeli barangbarang yang ia butuhkan.
Sebuah laptop, handphone, dan beberapa alat pendukung untuk berkomputer kini
dimilikinya. Ketika ia hendak pulang menuju kosan mungilnya, ia lihat seorang musisi
jalanan memainkan ujung-ujung jarinya, memetik dawai-dawai terbentang kokoh. Haris
turun dari bus yang mengantarnya. Semakin terdengar alunan nada yang kian merdu,
tak ada alasan baginya untuk tak mendengarkannya. Ia perhatikan musisi itu, tak sedikit
pun lantunan lirik-lirik yang musisi itu ucapkan. Haris masih saja memperhatikannya,
hingga musisi itu mencoba berbicara dengan teman yang berada di sampingnya, namun
lagi-lagi tak sedikit pun kata yang ia ucapkan, hanya gerakan jari tangan dan kepala
juga kertas beserta spidol sebagai alat bicaranya. Haris tersadar, hatinya tersenyum
melihat musisi yang sedari tadi diamatinya. "Subhanallah.. Engkaulah yang memberikan
kekurangan dan Engkau pula lah yang memberikan kelebihan-kelebihan 30
dzyemtri.muharram@gmail.com untuk mengisi kekurangan pada setiap orang," lirih
Haris dalam hati. Ia tertegun sesaat sebelum menggerakkan langkahnya. Lalu pergi ke
sebuah mesin ATM dengan maksud mengambil uang untuk membeli sebuah gitar yang
nantinya akan ia berikan kepada seseorang yang mungkin sudah ia anggap
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
adik. Haris melihat sebuah poster PMI yang sedang mengadakan penggalangan dana
untuk korban bencana. Ia lantas mentransferkan sejumlah uang ke rekening PMI
terlebih dulu sebelum mengambil uang. "Saldonya masih banyak kok, cukuplah untuk
membeli sebuah gitar," ucapnya. Lalu ia mampir ke toko penjual gitar. Tibalah Haris di
kosannya, "Akhirnya nyampe jugaa.. sekarang aku bisa berchatting ria dengan adik
imutku berlama-lama," senangnya Haris saat ini. Ia langsung menjajal barang-barang
yang dibelinya. Ketika ia surfing, merambah laman web sana-sini, tersiar kabar bahwa
ada sebuah virus bernamakan 'k0rupt0r' yang katanya belum ada antivirus yang secara
total membersihkan jejak-jejak virus tersebut kala PC terinfeksi. Varian-varian baru dari
virus itu pun bermunculan. Haris akhirnya berinisiatif untuk membuatkan sebuah aplikasi
cleaner khusus yang dinamakannya "k0rupt0r Perish" [k0rupt0r cleaner] atau lebih
dikenal dengan sebutan KP saja. Kemudian Haris mengajak teman-teman kuliahnya
dulu juga kawan di dunia maya untuk mengembangkan software tersebut. Sekian lama
tercetuslah ide untuk menjadikannya sebagai sebuah software yang open source, siapa
pun boleh untuk mengembangkannya, untuk memodifikasinya dan lain sebagainya. Saat
itu juga terbentuklah sebuah komunitas KP Open Source Project dimana mereka saling
melengkapi. Suatu saat ada tiga orang anak muda datang ke kosan Haris untuk sekedar
berteduh dari jatuhan air hujan yang lebat tak kunjung berhenti. 31
dzyemtri.muharram@gmail.com "Haris.. Hariss.. Ris..!!" "Assalamu'alaikum.." "Riss..!"
"Masih ada gak yah?"" ucap Luthfikri sambil mengetukngetuk pintu. Haris akhirnya
muncul, "Wa'alaikumsalam.. ehh.. kalian.. yoo masuk.." ucapnya. "Pinjem handuk, Ris.."
ucap Geo. "Bentar gue ambilin.." "Sini aku dulu..!!" Narto merebut handuknya kemudian
memberikannya kepada Geo juga Luthfikri setelah air hujan di tubuhnya terserap
serat-serat handuk. "Kenapa pada balik lagi?"" dikeroyok ujan?"" "Waah.. Benerr
dikeroyok, pada bonyok nih.. hujannya kayak jarum.. beuh.." tanggap Luthfi. "Eh.. Loe
gak jadi perginya?" tanya Geo pada Haris. "Nantilah abis ujan reda.." jawab Haris.
Laptop Haris masih menyala dari tadi. Belum ia matikan. "Kamu tu, Ris. Masih ngerjain
pemrograman.."!" Nggak, tadinya sih mau chit-chat sama adik gue, tapi gak lagi online.
"Ohh.. ... Ehh, adik yang mana lagi"! Kan banyak yang Loe anggap adik.." ucap Geo.
"Hm, rasanya tiap orang kamu anggep adik nih!!" ucap Narto. "Bukan rasanya lagi, tapi
nyatanya.." sambung Luthfi. "... Bener banget.. gue rindu berat sama adik kandung gue..
makanya gini deh.." ucap Haris. Pembicaraan mereka pun berganti topik saat Luthfikri
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
mulai bicara lagi. "Ehh, iya Ris. Tadi tu gue lupa, soal project itu. Source terbarunya
kirim ke e-mail saja yaa, biar nanti didownload sendiri, gue nggak bawa flashdisk
soalnya," ucap Luthfi yang juga ikut mengembangkan software cleaner itu. "Boleh.. gue
kirim deh sekarang.." "Oke..okee.." "Dah dikirim boss.." 32
dzyemtri.muharram@gmail.com Haris mulai kembali mengutak-atik laptopnya, Geo
genjrang-genjreng mainkan gitar bersama Narto menyanyikan lagu, sedang Luthfi pergi
keluar melihat butiran-butiran hujan yang mulai jarang, tanda hujan akan segera
berhenti. Dari laptop Haris terdengar sebuah musik yang khas banget, cukup familier
bagi sebagian orang, musik yang biasa mengiringi sebuah aplikasi crack atau key
generator. Geo yang lagi asyik dengan gitarnya tiba-tiba berhenti, "nge-crack software
apa lagi loe?"" ucapnya langsung menghampiri Haris. "Ah nggak, ngambil musiknya
doank kok," jawab Haris. "Awaasss trojann..!!" ucap Narto bersamaan ketika Haris
berbicara. "Hmm.." Haris menoleh seraya tersenyum. "Go bajakaann..!!!!" ucap Narto
lagi membuat genderang telinga yang dengar serasa pecah. Kemudian Luthfi
menghampiri, ucapnya "Ahh.. kau ini.." Lalu ia duduk bersama mereka. "Use software
bajakan before buy software berbayar, benar toh..?"!" "Narr.. too..!!" ucap Haris, Luthfikri
juga Geo serempak. "Benarr toh?"" "Narr.. tooh.." "Halah.. kamu-kamu ini seperti biasa
hanya meledek namaku saja.." ucap Narto. "Habis unik sih..wkk.." ucap Geo, semua
tertawa riang sedang Narto garuk-garuk kepala kesal. Sebenarnya mereka sadar,
tindakan seperti itu [menggunakan software bajakan] adalah hal yang melanggar
hukum, tapi toh mereka punya pandangannya sendiri sebagai pehobi mengutak-atik
software rasanya tak berlebihan. Tawa canda mereka dihentikan dering ponsel Geo.
Instrumen jazz melantun dari ponselnya. "Ehh, bentar.." ucap Geo lalu mengangkat
panggilan telpon itu. "Haloo, Bu. Ada apa Bu?" ucap Geo, ternyata yang menelepon itu
ibunya sendiri. 33 dzyemtri.muharram@gmail.com
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Ini Geo,, kakakmu kan bakalan pulang dari Aceh. Tolong jemput kakakmu itu sekarang
yah di bandara," ujar ibunya. "Ohh.. Bentar lagi pulang ke rumah kok, lalu secepatnya
berangkat ke bandara." "Cepat yaa.. Ya udah gitu ajaa. Assalamu'alaikum.." "Iya..
wa'alaikumsalam.." ucap Geo menjawab salam ibunya, mengakhiri pembicaraannya di
handphone. Geo lalu berbicara dengan teman-temannya, "Mmm.. gue mesti balik nih..
Nyokap gue nyuruh gue jemput kakak gue ke bandara." "Kakak Loe yang laki?"" tanya
Narto. "Bukannlaah.. kakak gue yang cewek. Abis dari Aceh." "Owh.. abis bantuin
orang-orang yang kena bencana tsunami tohh," ucap Narto lagi. "Iyaa.. kakak gue udah
hampir 8 bulaanan..lah disana." "Wizz.. lumayan lama yah.. Jiwa kemanusiaan kakak
loe tinggi juga.." ucap Luthfikri. "Yaa iyaalah, ..sama kayak adiknya ini, lebih tinggi
malah. Hmm.. hihiii.." tanggap Geo. "Hahaaha.. ngarep.. bukannya sebaliknya?"!
Haha.." ucap Narto. "... Ehh, omong-omong soal bencana, gue jadi keingatan akan
dosa-dosa gue.." kata Haris yang memandangi temantemannya. "Iya, saya juga, jadi
keingatan apa kata Pak Ustadz.." "Apa gitu"!" tanya Geo. "Bencana itu memang ada
kaitannya dengan perilaku manusia," tegas Narto. "Hmm,, setiap bencana.. bisa jadi itu
merupakan cobaan, teguran bagi kita.. atau yang kita semua takutkan, itu merupakan
azab dari Yang Maha Pencipta.. Benar toh, Narto?" Luthfi menambahkan. "Mm..
Benaar.." "Narr.. toh?" Kawan-kawan?" 34 dzyemtri.muharram@gmail.com "Narrrr..
tooo.." ucap mereka sambil menunjuk ke arah wajah Narto. "Yaa.. mulai lagiii... dan
lagii.." ucap Narto. "..Hujan dah reda tuh, saatnya gue balik dulu," ucap Geo. "Eh!! Yaa..
akuu ikutan balik." "Gue juga ngikutlah. Yuk Ris, kita pulang dulu!" "Okee, Bro kalo gitu."
Semua keluar dari kosan Haris. "Kalo ujan gede lagi jangan balik lagi ke sini, gak
bakalan gue tampung..!! hehee..!" canda Haris sedikit teriak dari bibir pintu kosannya.
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"hahaaha.. lagian kosan loe bukan tempat penampungan lagi..!! yoo Ris, gue balik!!"
ucap Luthfikri. "Yow.. hati-hati ban motor bocor.." ucap Haris. "Okeyy.. Yoo Ris..!" ucap
Geo sambil menjalankan motor melaju dan ke jalan raya. Ketika Haris hendak menutup
pintu kosannya, tiba-tiba ada yang memanggilnya, "Bang, Bang Haris..!!" "Eh.. Sandy..
marii.."ajak Haris mempersilahkan. "Kenalin Bang, ini temenku. Fan.." "Haris.." Fan
menyodorkan tangan, mereka berjabat tangan. "Tadinya mau ke rumah Sandy, masih di
sana kan" Tapi berhubung udah datang ke sini, yaa gak jadi pergi tentunya." "Iya,
emangnya ada apa, Bang?" "Mau main doang, udah lama nggak ketemu." "Iya yah,
Bang. Sehabis dikejar sama Polisi aja ya Bang, kita nggak bertemu lagi. Untung saja
kita gak ketangkep. Ini Bang, aku punya 'barang' nih. yang kusimpan sisa dulu. Abang
masih pake kan?" ucap Sandy. "Mmm.. udah nggak.. simpan saja..!! Abang takkan
pernah membutuhkannya lagi.." ucap Haris. Fan hanya terdiam melihat, mendengarkan,
menyaksikan pembicaraan mereka. Sandy menarik nafas dalam-dalam, 35
dzyemtri.muharram@gmail.com "Abang udah berenti"! Syukurlah.. kalo gitu, 'barang'
ini akan aku buang, takkan kusimpan, karena aku juga tak butuh ini." "Kamu udah nggak
juga..?" tanya Haris pada Sandy. "Iya, Bang. Aku lelah, cukup lelah dengan dosa-dosa.
Aku udah berhenti jadi pengedar, pemakai. Aku sudah berhenti. Sekarang lebih fresh
aja, Bang." "Owhh.. bagus..lah.." "Untungnya aku dibantuin sahabatku ini untuk bisa
lepas, benar terlepas dari dekapan barang haram ini," ujar Sandy sambil
menepuk-nepuk pundak Fan, Temannya itu. "Kawan-kawan abang juga begitu, tidak
menjauhi abang, namun mereka terus berusaha agar abang bisa sembuh. Kamu, Fan.
Pernah diajaki buat make yang begituan nggak sama Sandy?" "Yaa nggak..lah.. Bang.
Maaf Bang, ada ballpoint dan kertas kosong"!" pinta Sandy. "Ada.. ada.. sebentar.. ...
ini," ucap Haris, kemudian menyerahkannya pada Sandy, lalu Sandy memberikannya
lagi kepada Fan. Fan menuliskan di kertas kosong itu, "Saya nggak pernah sekalipun
dicekokin barang yang begituan atau sejenisnya oleh Sandy. Sandy mengerti saya, saya
tak pernah pakai barang seperti itu, jadi Sandy pun menghargai pilihan saya itu," begitu
yang dituliskan Fan. "Maaf Bang, Sahabat aku ini nggak bisa.. bicara.." ucap Sandy
terbata-bata, sedang Fan kembali dengan senyuman. Selanjutnya Haris membaca
tulisan itu. "Mmm.. baguslah.. inilah persahabatan sejati. Jadilah sahabat yang baik,
sahabat yang senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan, saling mengerti,
menghargai Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
pilihan temannya, membuat hidup lebih baik dan lebih baik lagi," tutur Haris. Fan
kembali menuliskan sesuatu, "Iyaa, buat lebih baik, Kak. Lagi pula menjadi lebih baik itu
adalah sebuah keharusan dalam berkehidupan, bukan hanya sekedar pilihan hidup
saja." 36 dzyemtri.muharram@gmail.com "Hmm.. betul.. betull.. setuju banget dah..!"
ucap Haris. Ia menatap tajam wajah Fan, "..Bentar, bentar.. kayaknya.. pernah lihat
deh.. ... Mm, Oh iyaa, pas lagi main gitar, di halte bis sana, benar.. benar.. itu pasti
kamu. Permainan gitar kamu bagus," ucap Haris lagi, Fan mengangguk dan tersenyum.
"Ehh.. ini ada gitar, abang kasih buat buat kalian berdua, baru beli, masih garansi, hii,"
ucap Haris. "Beneran Bang, ..makasih Bang!" Sandy menerimanya dan memberikan
gitar itu pada Fan untuk dimainkan. "Weiiaa.. permainan gitarnya professional abiss.."
ungkap Haris. Seusai Fan mainkan gitar, lalu ia berikan gitar itu pada Sandy untuk
dicobanya. "Ayo coba Sandy..!" ucap Haris menantang. "..Maaf Bang, permainan gitarku
nggak secanggih Fan. Lagian aku lebih condong ke vocalist," ucap Sandy setelah ia
selesaikan sebuah lagu. "Coba.. coba.. kamu yang nyanyi dan Fan yang mainin Gitar,"
Apa Yaa Karya Dzyemtri Muharram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pinta Haris. Mereka pun nyanyikan kembali sebuah lagu namun berbeda dari yang tadi.
Pok.. tpokk.. pok pkk.. Tepukan tangan Haris mengapresiasi pertunjukan Fan dan Sandy
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
hingga berangsur berhenti. "Partner musisi yang handal.." ucap Haris menandakan
kekagumannya. "Bang, ada air putih" Kering nih.." Sandy meminta air sambil mengelus
kerongkongannya. "Tuh..! ambil sendiri ajalah.." Sandy mengambil dua buah air
minuman dalam kemasan gelas, "Nih Fan!" Sandy menyodorkan pada Fan. "Bang,
numpang tidur satu jam, ntar bangunin yah.." kata Sandy. "Yaa silakan, nanti dibanguni
dah. ... Fan, nggak ngikut tidur juga?" ucap Haris, Fan menggelengkan kepala. Sandy
mulai pejamkan mata. "Sini deh, kita main komputer!" ajak Haris pada Fan. 37
dzyemtri.muharram@gmail.com Haris menunjukkan sebuah software pengolah musik,
seraya berkata, "Lihat deh.. Coba kamu mainin gitar..!" Fan konsentrasi dengan gitar
yang dipegangnya, sedang Haris merekam nada yang mengalun dari petikan gitar itu,
"Bagus kan"!" tanya Haris. Fan tersenyum mengacungkan kedua jempol tangannya.
Fan kembali petik gitarnya dan Haris merekamnya. Begitu selanjutnya hingga satu jam
tak terasa berakhir. Haris beranjak untuk membangunkan Sandy, "Woy, Sandy..
bangun.. bangun..!!" Sandy pun bangun. Sesaat kemudian Sandy dan temannya pamit
pulang. "Saya pulang dulu Bang, nggak enak badan gini.." kata Sandy pada Haris. "Sakit
apa"! Jangan lupa minum obat!" "Nggak Bang, cuman butuh istirahat saja kayaknya."
"Lanjutin aja tidurnya di sini.." "Nggak ahh Bang, makasih.. Yuk Fan, kita pulang.. Ehh
Iya Bang, makasih juga gitarnya.." ucap Sandy pada Haris seraya mengajak Fan.
"Mereka [Sandy dan Fan] akhirnya pulang berjalan kaki menapaki trotoar di pinggiran
jalan raya. Berhentilah mereka di atas sungai yang melintasi jalan. Fan menggerakkan
kedua tangannya, maksudnya bertanya, "Kenapa berhenti di sini" Kenapa"!" Sandy
merogoh saku celana, mengambil 'barang haram' serbuk berwarna putih, "Buat ini..
Fan," katanya, menoleh menatap wajah Fan. "hm, Gue gak butuh ini..!!!" teriak Sandy
membuangnya ke sungai yang kecokelatan. Matanya terus ikuti hingga tertelan oleh air
sungai yang mengalir tak begitu deras. -???Suatu saat datang ke sebuah kampus
tempat Pak Yusuf berbagi ilmu dengan muridnya. Ia adalah Gofa yang hendak
menjemput kekasihnya bernama Lany, mahasiswi komunikasi. 38
dzyemtri.muharram@gmail.com Ketika Gofa lewat di depan Pak Yusuf yang sedang
menghubungi seseorang. Samar-samar terdengar Pak Yusuf sesekali menyebut-nyebut
nama Zakaria, nama yang tak asing baginya, karena Zakaria adalah nama salah
seorang dosennya waktu ia kuliah dulu. Gofa berpura-pura membenarkan tali
sepatunya. Ia menguping pembicaraan di telephon itu, "Benar," pikir Gofa, yang di
sebut-sebut itu memang Pak Zakaria, dosennya itu. Gofa lantas sembunyi di balik
pertigaan lorong-lorong kampus untuk kembali menguping. "..." "Pak Zakaria bikin
software"! Software apa, Pak?" tanya Pak Yusuf. "Sejenis proteksi lah, Pak. Baut di jajal
sama anak-anak nanti," tutur Pak Zakaria. "Ohh gitu.." ucap Pak Yusuf singkat. "..."
Suara lawan bicara Pak Yusuf tak begitu terdengar jelas, tapi Gofa cukup paham
maksudnya. Ia tambah tertarik karena yang dibicarakan itu ada sangkut pautnya dengan
software. "Hei.. lagi ngapain?"!" tanya Lany mengagetkan Gofa. "..He.. Hei..iyy.. Eh,
ngagetin aja. Gak, nggak apa-apa," ucap Gofa. Gofa menghampiri Pak Yusuf untuk
sekedar berkenalan, Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Pak.. maaf Pak, tadi saya menguping pembicaraan Bapak di handphone. Bapak ini
temannya Pak Zakaria?" tanya Gofa setelah Pak Yusuf memasukkan handphone ke
dalam saku bajunya. "Iyaa.. Anda ini saudara Pak Zakaria?" tanya Pak Yusuf. "Ohh,
bukan. Saya mahasiswanya dulu saat beliau masih sering mengajar." Beliau sekarang
tinggal di mana yaa" sudah lama tak bertemu dengannya," kata Gofa berbasa-basi,
padahal ia tahu benar rumah-rumah Pak Zakaria dan sesekali juga sempat ke sana. 39
dzyemtri.muharram@gmail.com "Sebentar-sebentar, bapak kasih alamatnya saja.."
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Pak Yusuf mengambil kartu nama Pak Zakaria dari dompetnya dan ia tuliskan di bagian
belakangnya sebuah alamat rumah yang sekarang di tempati Pak Zakaria, "Alamat
rumahnya yang ini saja. Beliau pasti ada di sana," tambahnya. "Ooh, terima kasih Pak."
"Sama-sama.." "Di tinggal dulu, Pak.." "Kami pulang duluan, Pak.." ucap Lany. "Yaa, Yaa
silahkan.." Sehari kemudian, di waktu matahari memancar panas, namun sesekali
mendung. Gofa hendak berkunjung ke rumah Pak Zakaria untuk memastikan bahwa
Pak Zakaria memang sedang membuat sebuah software dan software apa yang
dibuatnya, mungkin ia bisa segera mengetahuinya. Gofa bersiap-siap, mengambil
beberapa barang yang ia butuhkan. Pergilah ia. Setelah beberapa puluh menit, sampai
juga. Kebetulan Pak Zakaria ada di rumah itu, dipersilahkan masuklah Gofa. Gofa
melihat sebuah komputer yang masih menyala di ruang sebelah tak bersekat, terlihat
samar-samar sederet kode di layar monitornya. "Kayaknya benar nih lagi membikin
software," kata Gofa dalam hati. Setelah mempersilahkan Gofa, Pak Zakaria lalu
beranjak ke depan komputer seraya menutup program-program yang masih aktif,
namun ia tak lantas mematikan komputer itu. "Sebentar yaa, bapak bikinin air dulu,
silakan duduk." "... Pak, saya numpang ke air dulu." "Hee.. bapak bikinin air, kamu
malah numpang ke air, hehee. Silakan, udah tahu kan, nggak perlu di tunjukkan lagi?"
"Hhee.. Iyaa, Pak. Makasih.." Gofa pun beraksi, ia buka jaketnya, ia dekati komputer
yang selalu dipakai Pak Zakaria, lalu menancapkan ke port PS/2 keyboard sebuah
keylogger [berjenis hardware]. "Moga aja nggak ketahuan..." ujarnya dalam hati. Setelah
itu, Gofa 40 dzyemtri.muharram@gmail.com ke kamar mandi, ia gantungkan jaketnya,
lalu membasuh muka juga tangannya. Sehabis itu, ia kembali ke ruang tamu.
"Bagaimana kabarnya, Pak?" tanya Gofa. "Alhamdulillah.." "Gof, kamu ini udah nikah?"
tanya Pak Zakaria. "Yaa belumlah, Pak. Nanti kalau tunangan saya itu sudah kelar
kuliahnya, naahh baruu..." "Gimana kerjanya, lancar?" "Lancar, Pak. Seperti biasa,
terkadang pusing juga sih." "Biasaalah itu. Soal pusing, semua orang juga pada
ngalamin, apa lagi zaman udah kayak gini," ucap Pak Zakaria. "Ada apa nih,
tumben-tumbenan berkunjung ke mari," sambungnya. "Heehe, habis dari teman, Pak.
Sekalian saja ke sini, sudah lama nggak silaturrahim," jawab Gofa. Sambil mengobrol,
Pak Zakaria lalu menyalakan televisi, untuk sekedar menambah bahan obrolan. Nggak
seru kayaknya kalo obrolan nggak dibumbui berita terbaru. Berita politik dan hukum juga
sosial masyarakat menjadi bahan obrolan mereka, hingga Gofa pamit pulang untuk
mengantar kekasih hatinya yang hendak pergi kuliah. "..." "Aduh, Pak. Kayaknya obrolan
kita nggak bisa di lanjutin lama nih. Saya ada jadwal, jam segini, mengantar Lany,
tunangan saya itu kuliah lagi. Pamit dulu, Pak." "Waahhh.. punya jadwal rutiin nih,
hehee.." "Mm.. begitulah, Pak. Kalo gak dianterin atau nggak dijemput, suka bawel."
"Yaa, wajarlah.. takut kehilangan tuh.." kata Pak Zakaria mengikuti hingga ke teras. Gofa
pun pulang meninggalkan rumah Pak Zakaria. Setelah Gofa tak lagi terlihat, Pak Zakaria
pun masuk ke dalam rumah. Ia membuka sejenak pekerjaanya yang tadi sempat
tertunda di komputer yang masih menyala, "... Dzuhur 41
dzyemtri.muharram@gmail.com dulu ahh," ucapnya, lalu menuju ke kamar mandi
untuk berwudhu, karena kumandang adzan telah terdengar dari tadi, saat ia mengobrol
bersama Gofa. "Hmm, jeket siapa ini" ... jaket Gofa, tertinggal ini.." -???Beberapa hari
kemudian setelah Gofa bertemu dengan Pak Zakaria di rumahnya. Gofa kembali untuk
mengambil jaketnya yang sengaja ia tinggalkan. Saat Gofa datang, Gofa langsung
ditembak dengan pertanyaan, "Kamu mau ngambil jaket?" tanya Pak Zakaria tanpa
berbasa-basi. "Iyaa Pak, tertinggal.." jawab Gofa. "Ambil saja di ruang sebelah dekat
ruang komputer." Tanpa duduk dulu, Gofa langsung saja menuju ruangan itu. Tiba-tiba
ia bertemu dengan Haris yang selesai ngeprint beberapa lembar dokumen. "Ehh..
Loe..!!" "Loe..!!"
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Ngapain Loe ke sini"!" tanya Gofa sinis. "Gue ngunjungi Dosen gue.. nah Loe?"" "Gue
mau ngambil jaket gue yang ketinggalan lah.." Haris tak menyangka bakalan ketemu lagi
dengan Gofa, orang yang dulu mencuri karyanya. "..Apaan tuh"!" tanya Gofa, menunjuk
beberapa lembar kertas yang dipegang Haris. "Mau tau aja Loe..! Rahasia lah..!" jawab
Haris. "..Owh..." kata Gofa singkat yang kemudian melangkah ke ruang sebelah dan
Haris pun pergi meninggalkannya. Gofa mengambil jaketnya yang tergantung di
samping pakaian ala militer yang sering dipakai Pak Zakaria dulu. Lalu ia membelokkan
arah kakinya ke ruang sebelah seraya mengambil keylogger yang sengaja ia pasang
beberapa hari yang lalu. 42 dzyemtri.muharram@gmail.com "Makasih yaa, Pak. Eh,
Maaf Pak, tintanya hampir habis," ucap Haris setelah kembali ke ruang depan menemui
Pak Zakaria. "Iyaa, tak apa. Belum sempet diisi ulang soalnya," jawab Pak Zakaria.
Haris duduk berhadapan dengan Pak Zakaria, Gofa menghampiri lalu berkata, "Terima
kasih Pak, udah nyimpen jaket saya. Kalo begitu, saya langsung pamit saja." ".. Nggak
minum dulu.." ucap Pak Zakaria pada Gofa. "Nggak Pak, makasih," kata Gofa yang
terus menuju pintu depan rumah. Setelah Gofa benar-benar pergi, Haris mulai
melanjutkan bicaranya, "Pak, bapak pasang keylogger yah"!" "Hmm.. nggak kok, ehh
iya, pasang.. kok tau?" ucap Pak Zakaria mengiyakan, karena memang ia menginstal
sebuah software keylogger di komputernya itu. "Yaa kelihatan saja, Pak," ungkap Haris.
"Hmm.. ketahuan nih.." Namun keylogger yang mereka sangkakan bukanlah keylogger
yang sama, yang disangka Pak Zakaria adalah keylogger dalam bentuk software yang
sengaja dipasangnya, sedang yang disangka Haris adalah keylogger berbentuk
hardware yang mungkin dipasang Pak Zakaria. Padahal Pak Zakaria belum tahu bahwa
di komputernya ada yang memasang keylogger [hardware], Haris pun tak pernah tahu
bahwa Pak Zakaria memasang keylogger [software]. "Mmm.. saya juga pamit pulang,
Pak. Ada janji soalnya," ucap Haris pamit. Setelah kedua bocah itu pergi dari rumahnya.
Pak Zakaria menuju ke belakang dengan rasa heran. "Kelihatan"! Masa sih! Ahh, nggak
perlu di pikirkan." -???- 43 dzyemtri.muharram@gmail.com Persiapan sebuah acara
yang Pak Zakaria rencanakan telah hampir final. Tiga hari sebelumnya, undangan
segera disebarkan kepada 20 peserta istimewa yang telah dipilihnya, yang kesemuanya
merupakan anggota dari situs komunitas yang dibangunnya. Seusai Jum'atan,
undangan istimewa itu diterima Haris. "Undangan apa yaa?" tanya Haris pada pengantar
surat. "Dibaca sajalah.. mohon kehadirannya, jika kamu tak ingin kecewa," kata
pengantar surat. "Iyaa, Insya Allah." Haris menutup pintu kosannya. Lalu dibacalah
undangan tersebut. "Waah.. kayaknya acaranya bakalan seru nih," ucapnya. Lalu Haris
menyimpan undangan itu ke kantung belakang celananya setelah kelar dibacanya.
Namun ada perkataan dari pengantar surat tadi yang membuatnya bertanya-tanya,
'Mohon kehadirannya, jika kamu tak ingin kecewa'. Haris merasa ada sesuatu yang
disembunyikan, "Kan undangannya juga cuman berkumpul, silaturrahim antar komunitas
yang dibangun Pak Zakaria. Mengapa ia berkata demikian, maksudnya apa yaa"!"
Tanpa pikir terlalu jauh, lalu ia menghubungi Panitia acara lewat ponsel miliknya. "..." "..
Mbak, acara sesungguhnya apaan sih" Bikin penasaran saja," kata Haris pada Panitia
yang menerima telephonenya. "Pokoknya, Anda datang saja. Maaf, kami tidak
diperkenankan untuk memberitahukannya sekarang. Mohon hadir saja, jika Anda tidak
ingin kecewa," begitu tanggapan panita, seperti mengutip kembali perkataan yang
diucapkan pengirim surat. "Mmm.. seandainya kehadiran saya digantikan oleh orang
lain, apakah boleh?"" "Undangan yang Anda terima berupa undangan lewat e-mail atau
berupa surat biasa?" Panitia itu malah balik tanya. "Yang saya dapatkan, undangan
lewat selembar surat. Kalo lewat e-mail, kayaknya tak pernah ada tuh," jawab Haris. 44
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
dzyemtri.muharram@gmail.com "Hmm.. sebentar.. mohon tunggu.. ... ... terima kasih
telah menunggu. Begini, bila kehadiran Anda digantikan orang lain sih boleh-boleh saja,
itu hak anda. Tapi, jangan kecewa nantinya yah, jika kehadiran Anda ini digantikan. Dan
seandainya demikian, mohon memberikan undangan tersebut pada orang yang
menggantikan Anda, jangan lupa dibawa nantinya, saat menghadiri acara. Begitu
kira-kira." "Oh, begitu yaa." "... Ada yang ingin ditanyakan lagi?" "Cukup itu saja, terima
kasih." "..." Haris menutup handphonenya, "Apa yaa"!" pikirnya lagi. Kemudian ia
membaca lagi surat itu, matanya tertuju pada
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
sebuah nama yang ada di sana, Zakaria. Ia jadi teringat kembali dengan apa yang
dilakukannya saat datang berkunjung ke rumah Pak Zakaria, sebuah kesalahan pernah
dilakukannya. Ia genggam erat ballpoint, untuk menuliskan sebuah konsep surat untuk
Pak Zakaria. Lalu mengetikkan di komputernya dan mencetaknya, ia masukkan kedalam
amplop kosong, kemudian ia selipkan surat itu beserta undangannya di kantung
belakang celana jeansnya. Setelah itu, Haris pun pergi menuju rumah Luthfikri untuk
membahas software, project open sourcenya itu. Namun di tengah perjalanan, saat ia
menyebrang jalan, tiba-tiba sebuah mobil menabraknya tak sengaja karena remnya
blong, sehingga kehilangan kendali. Luthfi yang pada waktu itu hendak pergi ke toko
buku tempatnya bekerja. Luthfi buru-buru melihat keluar dan menghampiri kerumunan
orang. Samar-samar terdengar oleh Luthfikri ucapan orangorang yang ada di sana. "...
Bawa... cepetan bawa ke pinggir." ".. Hubungi rumah sakit..!" "Cepat.. cepat panggil
ambulan!!" "Astaghfirullah.. Ya Allah.. ada yang kecelakaan..!!" 45
dzyemtri.muharram@gmail.com Luthfikri menyelinap, "Permisi.. permisi.." ucapnya
ingin melihatnya dengan lebih jelas. "Yaa Allah.. Haris..!!" katanya lagi langsung
merangkul Haris, "Kenapa Loe?" Kok bisa gini?" "Luthfi.." "Yaa, Ris.." "Mghhh... Fi,
tolong cariin adik gue, adik kandung gue, temui dia, mohon jaga dia, sayangi dia..
mmmhh.. mungkin gue.. agghhh.. takkan bisa lagi menjaganya.." ucap Haris sambil
menahan rasa sakit yang teramat sangat. Lalu memberikan sepucuk surat dan juga
sebuah undangan, "..Dan ini.. Fi, berikan surat ini.. pada Pak Zakaria, dosen kita dulu..
juga.. mohon hadirilah undangan acara ini.. hadirilah.. penting.." "Jangan bekata gitu,
Ris.. Insya Allah, gue janji.." ucap Luthfikri bersimbah air mata tak tahan melihat
sobatnya seperti itu. "..Fi, sekali lagi pesan dari gue.. mohon cari adik gue, jaga dia,
sayangi dia, cintai dia, gue yakin dia juga mencintai Loe. Aaghhh.. sampaikan
permintaan maaf gue padanya. Fi, maafin gue.. mgghhhgh.." lirih Haris sambil
memberikan dompet ke telapak tangan Luthfikri. "Gue pasti maafi. Maafin gue juga, Ris,"
kata Luthfi, Haris pun tersenyum untuk terakhir kalinya. "Mghh.. mhh.. aaghh.. mmghh..
Ya Allah.. Allahu Akbarr.. Astaghfirullah..." nafas terakhir Haris terhempas, Haris
meninggal. Ambulan yang ditunggu sedari tadi, akhirnya datang juga walau agak
terlambat. Kemudian jasad Haris yang berlumuran darah itu pun dibawa. Hari itu juga
jasad Haris dikebumikan, di samping makam kedua orang tuanya. "Dulu, loe sempet
berpesan pada gue saat sakit Loe kambuh. 'Jika gue mati, mohon jangan tangisi
kepergianku ini kawan' kata loe. Namun, sungguh, gue gak bisa bendung lagi 46
dzyemtri.muharram@gmail.com air mata ini kawan, untuk saat ini.." ucap Luthfi
melepas kepergian sahabatnya itu. Sehari kemudian, Luthfikri pergi ke kosan Haris. Ia
ambil kunci yang ada di dompet Haris lalu membereskan sebagian barang-barang milik
Haris dan mencari potret adik kandung Haris, yang nantinya harus ditemuinya. "..."
"Hmm.. di mana yaa?"" "... Undangan, surat.. mm.. iya, adik Haris, mungkin foto adiknya
itu ada di dompetnya ini," kata Luthfi sambil membuka kembali dompet Haris. Luthfi
temukan sebuah foto yang tersembunyi. "Inikah wajah adiknya kini"! Rasanya pernah
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
kulihat wajah ini, tak asing lagi bagiku. Mmm.. Subhanallah.. ini.. Ini seperti orang yang
kulihat di perpustakaan, yang sering bolakbalik toko buku gue, yang gue sukai itu.
Apakah adik Haris adalah orang yang sama dengan seseorang yang sering kutemui
itu?" Dia itu kan namanya Dya Putri, sedang adiknya Haris, kan Nindya. Ahh gue gak
tau lagi nama lengkapnya apa. Benarkah Dya Putri dan Nindya adalah orang yang
sama?" Hmm bingung juga ternyata!" ungkapnya. Kemudian Luthfu membalikkan foto
itu dilihatnya sebuah tulisan 'adik imutku Nindya Rahmania Putri' Luthfi terdiam seakan
mulutnya terkunci, tak menyangka. "Nindya Rahmania Putri.. Dya Putri.. Dya, Nindya..
Dya Putri, Nindya Rahmania Putri.. ini benar-benar nama yang sama.." kata Luthfi
mengulang-ulang nama itu. "Andaikan gue tau dari dulu, kalo Dya Putri adalah Nindya,
adik Loe itu. Mungkin gak susah-susah Loe nyari sanasini tuk temukan adik kandung
Loe itu, Ris," kata Luthfi dengan rasa sedih. Luthfi mengambil sebuah handphone yang
tergeletak di atas laptop. Melihat-lihat daftar kontak yang ada. Jarinya berhenti saat
temukan sebuah nama 'adik imutku', lalu mencari nama dengan awalan 'D' juga 'N',
namun Luthfikri tak 47 dzyemtri.muharram@gmail.com kunjung temukan nama yang
sesuai dengan apa yang ingin dicarinya. Jarinya kembali terdiam, ia tatap sebuah
kontak, lalu berkata, "Adik imutku?" Mungkin ini nomor handphone Nindya." Luthfi lalu
menghubunginya. "Halo, Assalamu'alaikum" Luthfi mengawali pembicaraan.
"Wa'alaikum salam, kakak.. kok suaranya beda yaa, Kak. Ini kakakku kan, Kak Haris?"
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Ini dengan Nindya?"" Luthfi berbalik nanya. "Iya, memangnya kenapa?" "Maaf Nindya,
yang nelpon ini bukan kakak kamu," "Lalu siapa?"" ini benar kan nomor kakakku?" "Iya,
benar, kamu gak salah, ini memang nomor punya kakakmu. Mmm, saya Luthfi,
sahabatnya. "Luthfi?" Ada apa yaa"!" "Ada sesuatu hal penting yang ingin kubicarakan,"
kata Luthfi sambil menarik nafas dalam. "... Kakakmu, Haris.." "Ada apa dengan
kakakku.."!" "Mmm.. aku tak sanggup tuk mengatakannya.." "Mohon katakan saja..
katakanlah, Kak. Pleasee.." "Baiklah, Dya. Kakakmu kemarin lusa mengalami sebuah
kecelakaan, yang mengakibatkan ia ... ia.. tiada, Dya. Haris telah tiada.. hiks.. hik.."
"Kakakku... Kak Haris meninggal. Ia meninggalkan aku. Innalillahi wa... hikkk.. hikss.. dia
takkan pernah kembali lagi.. hikk.. hikkk.. hiikks.. kakakk.. Kak Haris, kakak lucuku.. hik..
hikkk.. hiikk.." Nindya tak hentinya menangis mendengar kabar kakaknya itu. "... Dya..
Dya.. Haloo... Nindya.." Luthfi tak dengar lagi ucapan dari Nindya, yang terdengar hanya
tangisan seorang adik yang kehilangan kakaknya. "Halo Nindya, Haloo.." Luthfi
mencoba bicara kembali, namun tak ada jawab, hanya tangisan. Beberapa detik
kemudian Luthfi menutupnya. Luthfi bingung harus bagaimana lagi, dengan segera ia
cari-cari alamat Nindya. 48 dzyemtri.muharram@gmail.com "Mana alamatnya"! Harus
ada! Pasti ada..!!" Ia cari-cari laptop, di dalam handphone, tumpukan kertas, "Halah, tak
ada juga.." Luthfi tenangkan hatinya sejenak, lalu ia cari kembali, akhirnya in temukan
alamat itu di handphone haris. "Akhirnya, nemu juga," ucap Luthfi dengan nafas tak
teratur. "Gue harus segera ke sana, gue takut Nindya kenapa-napa." Luthfi terdiam
sesaat seraya berkata, "Jiaahh, Gue kan dulu pernah ke rumahnya, napa gue
susah-susah nyari alamat itu dari tadi. Hauhh..!" Tanpa banyak bicara lagi, Luthfi segera
ke pangkalan ojek. "Bang, anterin gue cepetan!!" ucapnya. "Iya.. iya.." kata tukang ojek
itu. Motor pun melaju lumayan kencang. Beberapa saat kemudian sampailah ia di depan
rumah Nindya. "Ini bang. Makasih Bang," ucap Luthfi sambil memberikan ongkosnya.
Lalu Luthfi mencoba tuk menghubungi nomor handphone Nindya, namun tak kunjung
Apa Yaa Karya Dzyemtri Muharram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diangkat. Kemudian ditanyalah Luthfi oleh Satpam rumah. "Mau bertemu siapa, Dek"!"
"Nindyanya ada, Pak?"" "Ohh.. mau bertemu Non Nindya. Ada.. ada." "Anda ini
siapanya yaa"!" lanjut Pak Satpam. "Saya temennya, Pak." "... Silakan.. silakan..
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
masuk." Luthfi masuk, lalu Pak Satpam mempersilakannya duduk di kursi di teras
depan. "Silakan duduk, tunggu ya sebentar. Saya panggilin dulu," kata Pak Satpam.
"Iya, Pak." Pak Satpam masuk ke dalam rumah memberitahukan bahwa ada tamu.
Dilihatlah Nindya sedang bersama Bunda Tiata di ruang keluarga. "..." "Yang sabar yah,
Dya." 49 dzyemtri.muharram@gmail.com "Iyaa Bunda," ucap Nindya setelah ia
ceritakan apa yang terjadi pada kakaknya. "..." "Hmm.. Bu," kata Pak Satpam. "Ada apa,
Pak?" tanya Bunda Tiara. "Ada tamu, yang nyariin Non Nindya," jawab Pak Satpam.
Nindya berdiri dan menghampiri Pak Satpam, lalu bertanya, "Siapa yaa?"" "Namanya,
kalo nggak salah.. mm.. Luthfi.." "Luthfi, Pak?" "Iya namanya Luthfi. Ia lagi nungguin tu di
depan," kata Pak Satpam. Nindya langsung keluar menemui orang yang duduk diteras
itu. Pak Satpam mengikutinya di belakang. "Kamu" Kamu kan, Fikri" Yang di toko buku
itu kan?"" tanya Nindya yang samar pernah mengenalnya. "Iyaa, Fikri yang di toko buku
itu, tepatnya Luthfikri. Maaf nggak sempat cerita soal itu," jawab Luthfi menatapi wajah
Nindya yang memerah karena menangis. "Ada apa dengan kakakku"! Ada apaa?"!"
Mohon ceritakan, gimana kejadiannya?" tanya Nindya tak sabar ingin mengetahuinya
dengan pasti. Luthfi menarik nafas sangatlah dalam dan panjang pula, seakan oksigen
yang ada di halaman terhirup semua olehnya. Setelah agak tenangan, mulailah
bercerita perihal kakaknya. "Hmmh.. Begini, Dya," begitu kata Luthfi mengawalinya. "..."
Lumayan banyak kata-kata yang terucap dari lisan Luthfi, menceritakan dengan detil
yang jelas tiap kejadian yang dilihatnya waktu itu. Sedang Nindya tak sedikit pun kata
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
meluncur dari bibirnya, ia menyimak, dan hanya menyimak ucapan Luthfi. Setelah Luthfi
ceritakan semuanya, barulah Nindya angkat bicara, "Kak..!" ucapnya singkat. Ia
meminta Luthfi untuk segera mengantarnya, "Kak Luthfi, bisa antar aku kan, ke
pemakaman kakakku?" tambahnya. 50 dzyemtri.muharram@gmail.com "Boleh, tapi
aku nggakbawa kendaraan nih," kata Luthfi. "Pake, motorku aja tuh..!" kata Nindya
menunjuk motor yang terparkir berjarak tak jauh dari tempat mereka berdua duduk.
"Sebentar, pamit dulu sama bunda," lanjutnya. "Yaa.." ucap Lutfhi menganggukkan
kepala. Tak lama, Nindya keluar dan mereka pun berangkat. "Tante, kami berangkat
dulu," kata Luthfi pada Bunda Tiara yang menghampiri mereka. "Daa.. Bunda!" "Hati-hati
yaa..!" Sepeda motor itu pun melaju dan beberapa meter lagi bakalan menyentuh jalan
raya. "Mari Pak..!" ucap Luthfi pada Pak Satpam saat di depan pintu gerbang. "Kak, ke
florist dulu yaa.." pinta Nindya. "Okeyz.. siap.." Sampailah mereka di tempat yang penuh
keharuman. Disana Nindya membeli beberapa jenis bunga. "Mmmh, haus nih. Dya, aku
cari air mineral dulu ya, sebentar kok," kata Luthfi. Ia beli 2 botol air mineral, satu
untuknya, satu untuk Nindya. Setiba di pemakaman, mereka taburkan bunga di pusara
Haris juga di kedua orang tua Nindya. Air mineral yang tak Nindya minum juga yang tak
dihabiskan Luthfi, disiramkanlah oleh mereka. Lalu mereka membacakan beberapa ayat
suci Al-Qur'an sejenak. Tak ada lagi tangisan Nindya, hanya beberapa tetes air mata
yang terjatuh dari kedua mata. Air matanya sudah terkuras habis saat pertama kali
mendengar berita kakaknya. "Kakak lucuku.." lirih Nindya kehabisan kata. Seusai dari
pemakaman, pergilah mereka menuju kosan Haris. Luthfi menyerahkan beberapa
barang-barang milik Haris. "Dya, inilah kosan Haris, tempat ia berteduh melepas lelah,"
kata Luthfi. 51 dzyemtri.muharram@gmail.com "Ini barang-barang kakak kamu
semuanya. Kuserahkan padamu, dan ini kunci kosannya," ucap Luthfi lagi. "... Dan, ini.."
Luthfi mengambil dompet Haris dan mengambil kartu ATMnya, "Kamu harus
menyimpannya," lanjutnya sambil menyerahkan dompet juga kartu ATM pada Nindya.
"Ouwh, kartu ATM pemberian papaku. ...Inilah salah satu kenangan yang berharga
bersama kakakku," ucap Nindya sambil mengecup kartu ATM itu. "Kakak lucuku.. mm.."
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Nindya pun tersenyum. "... Kak, mohon, Kak Luthfi saja yang pegang semuanya ini,"
kata Nindya. "Tappi, tapi Dya." "Kak Luthfi saja, Dya percayakan sama Kak Luthfi. Pasti
kakak membutuhkannya." "Untuk ini ..." Luthfi memberikan kartu ATM padanya, "Aku tak
kan bisa menyimpannya, terlalu berharga. Lebih baik kamu sendiri yang menyimpannya.
Semoga ini akan selalu mengingatkanmu pada kakakmu. Aku senang ketika kulihat
kamu kembali tersenyum nampak ceria," katanya lagi. Nindya pun tersenyum simpul.
Tak disengaja, ada sebuah kertas terjatuh dari dompet Haris yang sedari tadi dipegang
Luthfi. "Apa ini..?"" tanya hati Luthfi, "Apa yaa"!" sedikit heran. "Apa, Kak?"" Nindya pun
bertanya. "Ini.." Luthfi berikan secarik kertas yang terjatuh itu. "Apa ini, Kak?" "Mm,
nggak tau tuh." "Hmm.. penuh dengan teka-teki," ucap Nindya sedikit mengerutkan dahi.
Luthfi menerima kertas itu lagi, "Ini tu, apa yaa"!" ucapnya. Nindya melihat lihat ke
sekeliling dinding kamar kosan itu. Jarinya menunjuk sebuah lukisan yang pernah
dibuatnya sebagai hadiah ulang tahun kakaknya dulu. 52
dzyemtri.muharram@gmail.com "Itu, lukisan itu. Ternyata masih disimpannya." Air
mata bahagia berbaur sedih pun jatuh membasahi pipinya. "Kenapa, Dya?"" "Tak
apa-apa." Lalu dengan segera Luthfi mengambilkan lukisan itu dan menyerahkannya
pada Nindya yang kembali tersenyum. "Lukisan ini aku bawa ya, Kak?" "Yaa, silakan!"
Nindya melihat jarum jam di tangannya. "...Pulang yuk, Kak! Takut keburu ujan,"
ajaknya. "Yuukk...!! ... Ehh, kamu pulang duluan saja, mau beresberes dulu." "Mm, Iyaa
deh kalo gitu. Nindya pulang dulu ya, Kak." "Hati-hati yaa," ucap Luthfi dengan lembut.
"...Daah, Kak.. Wassalamu'alaikum.." "Wa'alaikum..salam.." jawab Luthfi di depan pintu
itu. Ia masih memandanginya beberapa saat. Luthfi berbalik lantas berkata, "Mmm,
kasian juga Nindya, pulang sendirian, mana lumayan jauh lagi. Hmm.. Ahh mending gue
anterin Nindya dulu, beres-beres tu gampang!" Luthfi keluar dari kosan dan berlari ke
arah Nindya pergi. kejar Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Ia motor itu yang mulai berbelok ke sebelah selatan. "Dya, Dyaa!" Luhfi memanggilnya
cukup kencang. Laju motor pun terhenti. "Dya, biar aku anterin kamu dulu." "Nggak apa
pa, Kak. Udah gak apa apa.." "Biar aku yang bawa, kan lumayan jauh tuh." "Yaa boleh
deh. Anterin sampe pintu rumah ya Kakak tukang ojek!" ucap Nindya sedikit
cengengesan. "Hiii, tukang ojek?" Tak apa lah. Let's go!" Dalam perjalanan,
butiran-butiran halus jutaan titik-titik air mulai terjun dari sarangnya. "Yaaa udah ujan,
Kak." "Tenang, masih rintik-rintik kok, nggak menggigit ini." "Heumm.. eaa seeh..! nggak
gigit. Tapi bikin sakit." 53 dzyemtri.muharram@gmail.com "Yaa mudah-mudahan
nggak lah.." "..." "Akhirnya sampai juga. Jangan lupa sampe pintu rumah." "Iyaa, iya..
tenang aja." "..." "..Ehh iya, Kakak pulangnya?" "Pulangnya?" Nanti juga ada yang
jemput." "Siapa?" "Bis Kota, hehee. Salam buat om dan tante aja." "Nggak mampir
dulu?" "Nggak ah, kapan-kapan saja, buru-buru nih, takut ujan menggigit. Yuk, Dya.
Assalamu'alaikum." "Yee.. Wa'alaikumsalam." Beberapa meter dari rumah Nindya,
Lauthfi pun pulang naik bis kota yang penuh sesak dengan oleh penumpang. Di
perjalanan, hujan turun dengan derasnyanya. "Alhamdulillah, untung gue udah di dalem
bis," katanya dalam hati. Selepas pintu bis terbuka, dengan segera ia lari menuju kosan
Haris. Hujan mengguyur sekujur tubuhnya. "Dinginnnyaa..!" ucapnya sesampai di kosan
Haris. Tak lama dari itu, ada SMS masuk ke handphone miliknya. Kak, digigit ujan yaa"
^^ maaf yaa, kak.. Ternyata SMS itu dari Nindya. Hihii, iyaa kena gigit niy. Gak pa apa
kok :) Setelah tubuhnya agak kering, kemudian Luthfi nyalakan laptop itu, mencoba
membuka-buka folder. Niatnya hanya untuk mencari file projectnya bersama komunitas
KP Open Source Project. Namun, dengan tak sengaja ia buka sebuah 54
dzyemtri.muharram@gmail.com file, yang ternyata isinya adalah surat Haris untuk Pak
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Zakaria. Kedua bola matanya melihat tajam kata-kata di surat itu, "Pak Zakaria"
Program.." Hmm..?"" ucapnya. Luthfi kembali menelsuri file-file yang ada. Ia temukan
sebuah software di sana, yang belum ia ketahui apa. Ia jalankan software itu. "Need a
password..?"" katanya. Luthfi teringat dengan kertas yang tadi siang terjatuh dari
dompet milik Haris. Kemudian ia mengambil kembali kertas itu dan sedikit menelitinya.
"Mungkinkah ini?"" pikirnya. Lalu ia masukkan kata yang ada, "Yah, salah.. Waduwh,
softwarenya menghancurkan diri. Ngilang ke mana ini?"" Ia amati benarbenar kertas
yang di pegangnya sekian lama untuk sekedar memahaminya. -???Suatu saat jauh di
alam bawah sadarnya. Kening Nindya dikecup dengan manisnya oleh seorang pria yang
tadi siang menemaninya. Handphonenya berdering, Nindya lantas mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum.. Dya." "Wa'alaikum salam.." "Dya.." "Yaa.." "Sebenarnya. Aku hanya
ingin bilang sesuatu, maafkan aku mengecup keningmu, seharusnya aku tak begitu.
Akankah kamu berikan maaf itu"!" "Insya Allah, aku maafkan dan semoga Allah juga
kan memaafkan." Nindya buru-buru bangun, Handphonenya berdering kencang, kini
bukan lagi dalam mimpi, alam bawah sadarnya. Ia mencari-cari handphonenya. "Ehh,
iyahh.. Tari ulang tahunn..!" ternyata itu reminder ulang tahun sahabatnya, sengaja ia
set pukul 00.00. Nindya langsung menelphone 55 dzyemtri.muharram@gmail.com
Mentari, sekedar untuk ucapkan selamat ulang tahun tepat di malam hari. "Haloo.."kata
Mentari. "Tarii.. sahabatku tercintaa.. met milad yaa.. selamat ultah aja.. all the best lah
pokoknya.." kata Nindya. "Makasiih, Dya. Sahabatku yang pertama kali ucapin selamat
padaku." "..Ntar siang traktir yaa.." "Beress.. ditraktirin deh semuanya.. hehee.. Hmm..
Dya, mataku ingin tertidur lagi nih.. masiy ngantukk.. tuk..tukkk.. nanti sambung lagi
besok, selepas ayam berkokok. yaa Dya.." "Yaah, nggak seruw niy.. hehee.. yaaudah
deh, met tidur lagii.. nice dream aja kalo gitu.." "Nice dream too.." kata Mentari menutup
ponselnya, begitu pula dengan Nindya. Nindya mengingat-ingat mimpinya tadi, ia
terdiam sesaat, heran dengan mimpinya. "...mm.. Kak Luthfiku" Ada apa yaa"! Hemmh..
Tidur lagi ahh.." ucapnya, tersenyum. Lalu ia ambil selimutnya, mencoba tuk pejamkan
mata berharap dapat melanjutkan lagi mimpinya. -???Pagi hari yang terlihat mendung
mulai berangsur cerah Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
menemani langkah-langkah bagi yang tak ingin menyerah. Luthfikri bersiap tuk hadiri
undangan acara seperti yang diharapkan sahabatnya, agar Haris tak kecewa. Luthfi
menelepon Geo, untuk mengantarkannya ke tempat acara itu. Geo datang dan
mengantar hingga sampailah mereka di sana. "Fi, gue gak bisa nemenin Loe lama-lama.
Gue ada kerjaan soalnya. Gue berangkat dulu ya. Semoga sukses, Bro," ucap Geo.
"Thanks, Bro! Sukses juga buat Loe. Hati-hati uyy!" "Yoi.." 56
dzyemtri.muharram@gmail.com Geo pun menghidupkan motornya lalu pergi menuju
kantor tempatnya bekerja. Luthfi berjalan hendak memasuki sebuah gedung. Ia bertemu
dengan seorang Panitia yang meminta kartu undangan padanya. "Undangannya"!" pinta
Panitia itu. "Ohh.. yang ini, Pak?" kata Luthfi. "Untung saja gue bawa ni undangan,"
lanjut hatinya. "Saya di sini untuk menggantikan sahabat saya, Haris." Sambungnya.
"Jadi Anda?"" "Saya Luthfi, penggantinya." "Sahabat Anda" Ada apa memangnya
dengan Haris" Kenapa nggak bisa hadir?" "... Ia telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa,
Pak." "Innalillahi wainna ilaihi raji'un.. Benarkah" Meninggal"!" tanya Panitia itu seakan
tak percaya. "... Dia tertabrak, Pak." Luthfikri mengangguk. "Ehh.. iya.. Apa Pak
Zakaria-nya ada?" "Beliau sedang di rumah sakit." "Ouwh.. mmm.. saya ketitipan surat
dari Haris sebelum ia meninggal. Surat buat Pak Zakaria. Ini, mohon disampein."
"Mmm.. boleh.. Insya Allah nanti disampaikan," kata Panitia itu. Lewatlah di hadapan
mereka seorang Panitia lagi. "Hey, Nu. Mau ke mana?" tanya Panitia yang sedang
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
mengobrol dengan Luthfi. "Mau ke rumah sakit dulu.." jawab Panitia yang satu lagi. "Mau
apa?" "Nggak tau tu, disuruh Pak Zakaria." "Ehh.. sini, sekalian sampein ini surat buat
Pak Zakaria. Jangan lupa, jangan sampai ilang, penting.." "Okey bozz, beressslah..
yuuukk!!" ucapnya lalu pergi. Luthfi menjabat tangan Panitia di hadapannya itu seraya
berkata, "Terima kasih, Pak!" 57 dzyemtri.muharram@gmail.com "Sama-sama.. Ehh,
acaranya akan segera dimulai tuh, silakan Anda masuk saja.." ucap Panitia itu
mengingatkan. "Oh iya, kalo gitu, saya gabung dulu dengan yang lain. Mari, Pak," kata
Luthfi. Luthfi melihat ke semua orang yang berada di sana. Pandangan matanya
berhenti saat melihat ke arah Gofa, "Ternyata ternyata orang itu hadir juga," ucapya
dalam hati. Acara dimulai dengan sambutan yang sengaa dibacakan oleh Pak Yusuf
sebagai pengganti dari Pak Zakaria yang tak memungkinkan untuk memberikan sebuah
sambutan. "..." "Kepada ke 20 peserta, saya ucapkan selamat berlomba saja. Sekian
terima kasih.. wassalamu'alaikum.." begitulah Pak Yusuf mengakhiri sambutannya.
Sayangnya Pak Yusuf tak bisa mengikuti acaranya hingga selesai. Ia harus pergi dulu
ke kantornya. Ini adalah puncak acaranya dimana dipanggillah ke 20 peserta termasuk
Luthfi juga Gofa untuk dihadapkan dengan masing-masing sebuah komputer dan
sebuah program [software] yang dibuat khusus oleh Pak Zakaria sendiri. "..." "Kami
persilakan untuk memecahkannya," ucap Panitia. Seorang panita berbicara melanjutkan
ucapan temannya, "... Dan saya, kami, semua Panitia di sini, tidak dan belum
diberitahukan sedikit pun kata kuncinya itu apa. Seperti yang dikatakan Pak Zakaria
clue-nya itu adalah salah satu kunci kehidupan. Mungkin beberapa menit lagi kami baru
diberi tau oleh Pak Zakaria selaku pembuatnya. Yaa.. sekarang silakan saja Anda-anda
ini pikirkan." "Kunci kehidupan?"" tanya mereka. Mata para peserta terfokusan pada apa
yang di hadapan, sebuah program yang entah apa maksudnya. "Hmm, program yang ini
itu kah"!" tanya Luthfi pada batinnya. "Kunci kehidupan?" ucapnya. "Apa yaa"!" tanya 58
dzyemtri.muharram@gmail.com hatinya lagi. Ia pejamkan mata untuk sekedar
mengingatingat apa yang harus ia ketikkan tepatnya" pada sebuah kotak kecil melebar
yang terdapat di tubuh progam yang masih nampak kosong tiada isi. "Hmm.. Bismillah..
semoga ini berhasil.." Dengan hatihati dan penuh keyakinan ia ketikkan character demi
character password tersebut seperti instruksi yang dilihatnya, yang dibacanya semalam,
sebuah tulisan yang terdapat dalam secarik kertas itu. Luthfi mendengar ucapan peserta
lain yang kebingungan, "Passwordnya apa"!! Aduhh..!!" "Apa yahh"! Yaagh gue
payaghh.. ghh ghhh..!!" Sayup terdengar ada seorang peserta yang bertanya pada
peserta di kiri kanannya itu, "Apa sih"!" "Yaa gue juga gak tau." "Apa yaa"!" ucap yang
lainnya lagi, malah bertanya pada dirinya sendiri sambil menggaruk-garuk kepala.
"Waah.. Aplikasinya menghancurkan diri sendiri..!! Gimana nihh?"!" "Kalo programnya
menghancurkan diri, silakan copy-kan
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
dulu programnya yang ada di folder back-up, lalu jalankan kembali sampai benar-benar
tepat terbuka. Kalau salah lagi, dan musnah dengan sendirinya lagi, yaa tinggal copas
[copypaste] saja lagi, jalankan lagi, lagi, seterusnya," tutur Panitia. Begitulah expresi
sebagian peserta. Namun, tidak demikian dengan Gofa, ia terlihat santai, tenang, tak
seperti yang lainnya. Apa yang mereka lakukan di hadapan komputer, terlihat jelas
ditampilkan di layar yang cukup lebar, disaksikan juga oleh banyak orang. Jadi, tak
heran face-face 'lucu' mereka kadang membuat hadirin tersenyum bahkan tertawa.
Tidak lebih dari 30 menit, akhirnya sesion itu pun selesai juga. Acara dilanjutkan dengan
sambutan dan penampilan Band juga penyanyi lainnya, sambil menunggu hasilnya yang
kan diumumkan Panitia hari itu juga. 59 dzyemtri.muharram@gmail.com -???Di
sebuah rumah sakit, di ruangan yang cukup luas tak sempit, ada seorang pasien sedang
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
membaca sebuah surat yang telah diambil dari amplopnya. Dipakailah kacamatanya,
Pak Zakaria mulai membaca kata demi kata. Maksud dari surat itu ternyata sebuah
permintaan maaf Haris padanya. Kepada Yth. Guruku, Pak Zakaria Assalamu'alaikum..
Pak, apa kabar" Dengan surat ini, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan pada bapak.
Maaf, Pak. Maaf sebelumnya. Ketika saya berkunjung ke rumah bapak waktu itu. Saya
menyesal, Pak. Ada sebuah kesalahan yang mungkin besar telah saya lakukan, saat
saya nge-print dokumen di rumah bapak. Maaf, saya lihat sebuah keylogger terpasang
di begian belakang komputer bapak, dan salahnya saya mengambil data yang terekam
pada keylogger tersebut. Juga sebuah program yang bapak buat, lagi-lagi saya
mencurinya, meng-copy-pastekannya ke flashdisk saya tanpa izin, tanpa
sepengetahuan bapak. Sekali lagi maaf, maafkan saya, Pak. Maaf saya hanya ingin tau.
Maaf. Begitu kiranya, semoga bapak berkenan memaafkan kesalahan yang saya buat.
Tertanda, Haris Hudaya Putra Hanya ada senyuman yang terpancar dari wajah Pak
Zakaria, seraya berkata, "Saya maafkan, Nak." 60 dzyemtri.muharram@gmail.com
Dipanggillah seseorang olehnya. "Apa acaranya sudah selesai?" tanya Pak Zakaria.
"Kayaknya sudah, Pak," jawabnya. "Tolong panggilkan Haris Hudaya Putra padaku.."
pinta Pak Zakaria. "Baik, Pak!" Beberapa saat kemudian, orang itu kembali lalu berkata,
"Pak, Haris Hudaya Putra tak ada di sana. Dan katanya, ia sudah meninggal, Pak."
"Meninggal"! Innalillahi wa inna..." kata Pak Zakaria kaget seraya memelankan
ucapannya. Lalu muncullah dua orang Panitia menghampiri Pak Zakaria. "Ini beberapa
berkas yang dibutuhkan Panitia," kata Pak Zakaria menyerahkan beberapa dokumen
yang masih tertutup rapat dalam amplop berwarna cokelat. -???Acara kembali
dilanjutkan, diumumkanlah siapa-siapa saja yang menjadi pemenang. Setelah Panitia
memprosesnya dengan cukup lama. "Di dalam kompetisi ini, tidak ada yang
menang-kalah, tapi lebih ke berhasil atau tidak. Ada beberapa orang di sini yang
berhasil memecahkannya, walau tak seluruhnya tepat dan akurat. Kami panggilkan
Aniza, Fahrainy, Gofa, Luthfikri, Ozi, juga Rizky. Silakan untuk ke atas panggung," kata
Panitia. Mereka pun naik untuk sekedar menerima sebuah penghargaan dan hadiah
secara simbolis. "Selamat untuk Ke 6 peserta mereka layak mendapatkan itu. Dan untuk
pembahasan lebih jelasnya mengenai acara ini semua akan dibahas nanti ba'da
Dzuhur," ucap ketua Panitia memberhentikan sejenak. -???- 61
dzyemtri.muharram@gmail.com Datanglah beberapa dosen ke kamar pasien. Hendak
menjenguk Pak Zakaria. Kesemuanya adalah teman seprofesi Pak Zakaria dulu.
Tiba-tiba dua orang masuk menghampiri Pak Zakaria, menyerahkan video rekaman
acara yang baru saja selesai. Lalu memutarnya di laptop, di perlihatkanlah kepada Pak
Zakaria dan disaksikan juga oleh beberapa temannya. "..." "Pak, ini kayak mahasiswa
kita dulu," kata Pak Zakaria. "Mana, Pak?" kata dosen di sebelah Pak Zakaria. "Yang
ini..!!" jawabnya sambil menunjuk salah seorang. "Ini salah seorang mahasiswa
berprestasi di kampus kita. Kita sempat kehilangannya, dan baru kali ini lagi saya
melihatnya," ucap dosen yang lain. "Siapa yaa namanya" Hmm?"" kata dosen yang
satu lagi. "Dia Luthfikri, Bapak-bapak dan Ibu sekalian. Dia menggantikan Haris Hudaya
Putra yang tak bisa hadir dan tak kan pernah hadir di acara ini.." tutur salah seorang
Panitia acara yang ada di sana yang tadi menyerahkan video rekaman itu. "Haris
Hudaya Putra?" "Ehh.. Iya itu juga mahasiswa kita dulu kan, Pak"!" kata Ibu dosen.
"Aagh.. Iya, mahasiswa kita.." kata Pak Zakaria sambil menahan sakitnya. "... Kenapa,
Pak?"
Apa Yaa Karya Dzyemtri Muharram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Tak apa-apa.." "..." "Mmm.. Emangnya kenapa Haris tak ikut?" "Dia sudah dipanggil..
oleh Yang Maha Pencipta.." jawab Pak Zakaria. "Yaa Allah.. Innalillahi.." Pak Zakaria
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
bertanya pada kedua Panitia itu, hanya enam orang ini yang berhasil?"" "Iya, Pak. Ini
daftar namanya. Mm.. Ini.. Aniza, Fahrainy, Gofa, Mm.. Luthfikri, Ozi dan Rizky." 62
dzyemtri.muharram@gmail.com "Aniza, Fahrainy, Gofa, .. Luthfikri, .. Ozi, .. Rizky."
"Kesemua ini diambil sesuai peraturan yang Bapak buat. Dan untuk yang lainnya,
memang mereka belum berhasil." "Terima kasih, saya ucapkan sungguh terima kasih
buat semuanya.. Arghh.." kata Pak Zakaria merasakan dadanya sangatlah sakit. "..."
"Pak.. Pak.. Aduhh.." "..." "Panggilkan dokter atau suster.. cepatt..!!" kata seorang dosen.
"Suster.. suster..!!" salah seorang dari mereka memanggil keluar. "..." "Mm.." "Yaa,
Pak?" tanya seorang anggota Panitia. ".. Tolong hubungi Pak Yusuf untuk segera ke
sini," pinta Pak Zakaria. "Baik, Pak!" kata salah seorang Panitia yang ada di sana.
-???Di siang hari yang cerah, ada sebuah keluarga yang sedang berkumpul, duduk di
depan meja, makan siang bersama di sebuah mol ternama. Tujuannya hanya untuk
menghibur Nindya yang sedang berduka lara, ditinggal kakak kandungnya. Di sana,
Nindya ditemani bundanya, bunda Tiara, juga ayahnya, ayah Yusuf yang datang
belakangan selepas dari kantornya, setelah memberikan sambutan di acaranya Pak
Zakaria. Kebahagiaan tercitra lewat pancaran kedua mata mereka. Bertemulah mereka
bertiga dengan Anggara juga Mentari yang akan mengadakan pertemuan kecil di tempat
yang sama. "Ehh.. tu Nindya udah ada di sini.." kata Angga. "Heyy..!" sapa Mentari. 63
dzyemtri.muharram@gmail.com "Heeyy..!!" jawab Nindya. "Ehh.. Om, Tante.." "Eee..
Angga dan Tari.." kata Om Yusuf. "... Dya, yang lain udah pada dateng?"" tanya
Mentari. "Belom.." jawab Nindya singkat. Tiba-tiba handphone Om Yusuf berdering
memaksa mereka berdiam berhenti bercakap sejenak. Ternyata itu panggilan dari salah
seorang Panitia di acara Pak Zakaria, memintanya untuk segera ke rumah sakit. "Ma,
ada panggilan dari rumah sakit, papa harus segera ke sana dulu sekarang.." "Mama ikut
yaa.." "Memangnya siapa Om yang sakit?" tanya Mentari. "Pak Zakaria, temen Om.."
"Nindya mau ikut juga?"" tanya Om Yusuf. "Dya, di sini aja, Yah. Sudah janji sama
temen-temen soalnya.. nggak enak.." "Iya deh, Ayah pergi dulu.. Om dan Tante tinggal
yaa.." kata Om Yusuf langsung berangkat menuju rumah sakit bersama Tante Tiata.
Setelah Om Yusuf dan istrinya itu pergi, datanglah Chyta dan Prima. "Hey.. hey..
hey..!!"sapa yang baru datang. "Hey.. apa kabar ini..!" "Yang ditungguin akhirnya datang
juga.." sapa Mentari. "Selamat ulang tahun yaa, Tari.." kata Chyta. Mereka merayakan
ulang tahun Tari dengan suka cita dan sederhana, hanya makan-makan saja. Hampir
setengah jam lebih mereka mengobrol sana-sini di sana. Hampir setengah jam pula Om
Yusuf dan Tante Tiara menempuh perjalanan menuju rumah sakit hingga beberapa saat
kemudian, tibalah mereka berdua dan langsung menuju kamar pasien Pak Zakaria. "..."
"... Pak, ini.. Pak Yusuf sudah datang.." kata seseorang yang berada di ruangan itu. 64
dzyemtri.muharram@gmail.com "Pak.." sapa Pak Yusuf. "Pak Yusuf.. inilah saatnya.."
kata Pak Zakaria. Masuklah beberapa orang yang memang berkepentingan saat itu.
Mulailah Pak Zakaria menuliskan sesuatu yang disaksikan sendiri oleh Pak Yusuf dan
orang-orang yang bersamanya. Tak lupa kejadian itu pun direkam lewat sebuah
camcorder sebagai bukti, bahwa ini benar-benar nyata tanpa rekayasa.
Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamu'alaikum Wr. Wb. Atas Ridho Allah yang Maha
Melihat, Maha Menyaksikan. Pada hari ini, Senin, tanggal 23 Januari 2006. Dengan
tulus ikhlas, tanpa adanya paksaan sedikit pun, dari siapa pun, dari pihak mana pun.
Saya menyatakan bahwa saya ... Begitulah sebagian dari apa yang dituliskan Pak
Zakaria. -??-??Ceritanya terpotong.. Dilanjutkan setelah pesan-pesan berikut :P
-??-??Karena lelah, dan memang sudah malam, sudah saatnya buat pejamkan mata.
Aldy lantas tertidur. Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Melihat putranya tertidur berbantalkan keyboard. Pak Hijri, ayah Aldy, yang pada waktu
itu masih menonton televisi, memindahkan putranya ke atas hamparan kasur lembut
dan menyelimutinya hingga ia tak rasakan kedinginan. Lalu Pak Hijri beranjak ke luar ke
teras rumah, sejenak menghirup udara malam, menatap langit yang bertabur bintang
yang nampak sempurna ditemani bulan. "Alhamdulillah, aku masih bisa menyaksikan
keindahan ciptaanMu kala malam datang tuk menggantikan siang. Begitu 65
dzyemtri.muharram@gmail.com memesona, menyejukkan mata yang mulai lelah tiada
daya. Subhanallah," ucap Pak Hijri lembut, tak hentinya bertasbih, memandangi langit
yang luas itu. Setelah beberapa lama, kemudian ia kembali masuk ke dalam rumah
menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya. Dan ia pun tidur mengikuti putra-putrinya
yang mungkin sudah terhanyut dalam pelukan mimpi. Aroma malam terus berjalan
hingga gelapnya kini sudah terlewati tergantikan oleh sejuknya pagi. Aisycha terbangun,
ia bukakan kaca jendela, sejuk pagi terasa memenuhi ruangan kamarnya. Tatapi
bintang yang bertabur di angkasa ditemani indah rembulan yang memancar putih tak
bernoda. Lalu ia ambil sehelai kertas yang kan ia tulisi beberapa baris puisi. mendamba
subuh sentuh hati dalam rasa mendamba subuh di tiap harinya saksikan kerlip bintang
tertata tatapi indah bulan memancar cahaya rasa sejuk tak hanti selimuti raga kurasa
tenang, bahagia dalam dada selalu rindukan akan pesona surga saat fajar menjelang di
hadapan mata Kokok ayam terdengar dari alarm handphone milik Aisycha. Adiknya pun
bangun tak seperti biasanya, padahal alarm yang begitu kencang tak pernah sedikit pun
dapat membangunkannya di hari sebelumnya, Aldy akan bangun jika ayah yang
membangunkannya. Usai Sholat Shubuh, Aldy langsung menyalakan komputer untuk
membaca cerita semalam yang belum kelar dibacanya. -??-??66
dzyemtri.muharram@gmail.com Dan inilah lanjutan cerita itu..!! -??-??Sejumlah orang
masih berada di sana, di acara yang diselenggarakan Pak Zakaria. Seorang ketua
Panitia mulai menjelaskan kepada orang-orang di hadapannya sesuai dengan apa yang
diperintahkan Pak Zakaria. "..." "Mungkin ada dalam benak anda-anda, berbagai tanya
yang belum ada jawab. Apa maksudnya Pak Zakaria membuat sebuah program yang
demikian itu. Yang jelas beliau membuat acara ini seperti yang kita ketahui tentunya
untuk mempererat silaturrahim antara kita semua, terutama kawankawan yang suka
nongkrong di forum kita. Yap, Mari kita coba bahas tentang program, aplikasi yang tadi
itu. Langsung saja, saya persingkat karena waktunya agak terbatas ini. Secara
keseluruhan, kita hanya diajak untuk menebak-nebak kata yang diketikkan pada
program tersebut dan tentunya saja perlu trik tertentu untuk benar-benar bisa
membukanya. Simple kayaknya. Namun, ini ada maksud tersendiri, Pak Zakaria
mengharapkan ini dapat mengingatkan kita akan nilainilai agama yang sering kita lupa,
sering kita lalaikan. Yaa, sebagai masyarakat yang berteknologi, kita tidak boleh lupa
akan nilai-nilai hukum dan agama, apalagi sengaja melupakannya, tidak boleh itu.
Seperti itulah sebagian maksud beliau membuat acara ini," tutur ketua Panitia
menjelaskan. "Sebetulnya ada tiga buah kata kunci untuk membuka program ini secara
tepat. ..." lanjutnya terdiam sejenak, lalu memanggil seorang Panitia, "... Khair, sini.
Tolong lanjutin." Khairuddin menghampiri dan melanjutkan kembali pembahasan yang
tadi. "Yaa, mari kita lanjutkan. Seperti yang dijelaskan tadi, ada tiga kata kunci yang bisa
digunakan untuk memecahkannya. Ketiga kata kunci itu adalah, mau tau kan"!" "Iyaa
lahhh..." ucap hadirin serempak. 67 dzyemtri.muharram@gmail.com "Ketiga kata kunci
itu yaitu 'cintailahallah', dengan huruf sepasi kecil semua dan tanpa tentunya, terus
'cintailahrasulullah', dan yang ke tiga 'cintailahsesama'. Mengapa tiga kata kunci itu
Kereta Berdarah 4 Raja Naga 14 Jejak Malaikat Biru Soccer Love 1
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Bidadari Pendekar Naga Sakti dzyemtri.muharram@gmail.com
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
blank page "hak cipta dilindungi undang-undang yang berlaku tak hanya di jagat nyata
namun juga jagat maya" dzyemtri muharram dzyemtri.muharram@gmail.com baca
dulu jangan banyak tanya, kalo dah baca silakan tanya.. cukup "apa kabar.."!" saja yaa,
kalo nanya..!! :P >> lanjut saja.. dzyemtri.muharram@gmail.com Ayo Buka Lantas
Baca.. Alhamdulillah. Itulah kata pertama yang mesti saia ucapkan atas RidhoNya.
Terima kasih semuanya, buat ibuku, guru-guruku, buat kamu-kamu yang menjadi
inspirasiku. Mengapa saia buat ini"! Hanya coba-coba ingin bisa nulis, sekedar isenk
doank ngutak-atik kata dan semoga saja ini berguna buat semua, buat kamu dan aku
juga. E-book ini berisikan tulisanku, sekedar cerita biasa saja dan kumpulan puisi yang
berantakan. Sebenarnya, sejenis cerita [tidak] pendek yang kubuat ini berawal di
pertengahan 2006, saat masih menggigit bangku sekolah dulu. Cerita ini sempat terhenti
dan tak kulanjutkan. Namun seiring waktu berjalan dan terus berlalu kutinggalkan,
banyak hal yang kulihat, kudengar, kurasa, kupikir, kuucap, kulakukan dan lain
sebagainya, itu serasa menuntunku untuk menyematkan kembali deretan kata yang
terus kutata dalam helaian karya di tiap detiknya. Hingga kini, penghujung 2009,
menjelang awal pertengahan akhir Januari 2010, pada bulan Rabiul Awal 1431 Hijriyah,
Alhamdulillah akhirnya selesai juga. Cerita ini terdiri dari tiga buah ide cerita [walau
memang kalo dilihat-lihat ada empat cerita] yang dijadikan satu. Inti ceritanya ada pada
tengah-tengah cerita, tentang salah satu kunci kehidupan. Awal cerita tentang seorang
pemuda sedang bermimpi, yang setting-nya sendiri dalam alam mimpi. Mudahmudahan
endingnya, kamu-kamu pada suka. [Cukup simple kok. Buat lebih jelasnya mah, baca
saja atuh lah.. :P] Segitu dulu perkataan dariku. Selamat membaca, mudahmudahan
bisa menjadi sebuah pencerah hati, penyejuk hati, juga penghibur hati. Semoga ini
menjadikan nilai ibadah bagi yang membacanya, yang nulis, juga yang menyebarkan
tulisan biasa ini. Amieen. salamku untukmu, [yang nulis]
dzyemtri.muharram@gmail.com Sejenis Cerita [tidak] Pendek.. apa yaa"! Suatu saat
di ruang tamu ada dua orang anak manusia, seorang lelaki dan wanita, yang satu
berperan sebagai adik dan satu lagi sebagai kakak. Ketika itu kakak dari adiknya,
sedang duduk di kursi bertemankan laptop berlayar mini [alias Netbook]. Ia meminta
adiknya untuk mengambilkan sebuah buku. "Dik, tolong ambilkan buku Apa Yaa!" ujar
kakaknya itu. Adiknya yang lagi menyender di dekat lemari buku pun menjawab. "Iya
Kak, buku apa Kak?" seraya bertanya balik. "Buku Apa Yaa!!" "Buku apaa?"" "Apa
Yaa!!" "Yaa apa Kak, apa?"!" sedikit geram. "Apa Yaa!!" "Jiah, apa judulnya Kak?""
"Buku yang judulnya itu 'Apa Yaa"!', ada nggak?" "Yaaelahh... judulnya Apa Yaa, bentar
Kak.." Si Adik menghampiri kakaknya seraya berkata. "Inih Kak bukunya. Judul buku kok
Apa Yaa, anehh.. bikin bingung aja ihh.." "Kamu ini ada da ajah, makasih adikku.." "Iyaa
Kak.." Ia lantas membukanya, menuju halaman pertama lalu mulai membacanya.
-??-??Beginilah isi dari buku yang dibacanya.. Silakan baca saja, semoga berguna
yaa..!! 1 dzyemtri.muharram@gmail.com -??-??Ini malam hari, malam yang sunyi
terbalut sepi, awan pun menghitam, hujan tak kunjung mereda. Pantas sajalah semua
orang tertidur pulas dengan mimpinya sendiri-sendiri di atas kasur empuk dan pelukan
selimut lembut. Tetapi tidak untuk pemuda ini. Dia hanya terdiam, mata tak terpejam
walau kantuk sesekali menghampiri. Terdiam, melamun, merenung, memikirkan dan
mengharapkan, itulah yang ia lakukan di malam sunyi. Dengan tembok sebagai
sandarannya, ia membisu sejenak, lantas menulis di secarik kertas, "Cukupkah
bertaubat hanya dengan berucap istighfar, Astaghfirullah.. Sedang jiwa raga tak kuasa
terus melakukan dosa yang sama.."!" "..." Kemudian ucapan keluar. "... Ku hanya ingin
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
bertobat... Bertobaat...!!" Ucapan itu memecah kesunyian kamar dimana yang lainnya
tertidur pulas. "Ya Allah, apa yang mesti kuperbuat, diriku memang kerap tersesat,
banyak lakukan maksiat, juga sering tinggalkan shalat, namun malangnya diriku tak
pandai tuk bertaubat. Ya Allah, kumemohon padaMu ampuni dosaku. Engkau Maha
Penerima Taubat, ... terimalah taubatku,"
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
lirihnya. Air mata meluncur tak terasa menghujani sebuah buku. Ia usap air mata yang
membasahi pipi, juga yang menetesi buku yang digenggamnya. Buku yang hendak kan
ia berikan pada keponakannya itu menjadi saksi bisu suasana hatinya saat itu. "Mungkin
buku ini akan cocok untukmu, anak cilik," kata hatinya sambil terus mengelus-elus cover
buku yang berjudul 'Belajar Mencintai Rasulullah' yang dipegangnya itu. 2
dzyemtri.muharram@gmail.com "Gue, aku, saya, diriku.. haruslah berubah jadi orang
yang lebih baik, ku kan coba gunakan sisa hidup ini. Ku tak ingin terus dibelenggu
nafsu-nafsu tak menentu waktu. Keponakanku tak boleh sepertiku, meniru kejelekanku,
atau siapa pun itu tak boleh seperti diriku." Hatinya terus berkata tanpa jeda dan
berharap tanpa henti. Tiba-tiba saja ia tuliskan sebuah kata 'mimpi', sambil melihat
teman-temannya yang sedang tertidur. Ia tuliskan kembali sederet kalimat "Ketika kita
dilahirkan dan kita pun bermimpi, lalu terbangun dari mimpi itu. Apakah hidup kita kan
lebih baik dari mimpi"!" Kemudian ia goreskan sebuah garis melengkung yang
diakhirinya dengan sebuah titik tepat di bawah garis itu, hingga membentuk sebuah
tanda tanya besar. Walau ia tak ingin cepat-cepat tidur, namun rasanya kantuk yang
datang menghampiri tak tertahankan lagi. Jam dinding kamar sudah menunjukkan pukul
2 pagi lebih. Ia pun terlelap tidur bersama harapannya dengan buku tetap digenggam
dipelukannya, buku yang hendak kan ia berikan pada keponakannya itu. Dan mimpi pun
hadir temani tidur lelapnya, sama seperti manusia lainnya. -??-??Mimpi apa dia ?"
Taukah kamu"! Kalau nggak tau, yuk kita masuki saja awan mimpinya. Kalo ditulis
kira-kira begini ceritanya ... Let's read..!!! -??-??Tak.. tik.. tik.. tek.. tek tek tek tek tek
tekkekeekkkk.. Bunyi tuts keyboard terdengar jelas dihentakkkan seorang mahasiswa
perguruan tinggi jakarta, di siang yang panas. 3 dzyemtri.muharram@gmail.com "Kok
masih gak bener-bener sih"!," katanya sambil menggaruk-garuk kepala, memandangi
PC rakitan yang sering ia utak-atik sana sini. Tak ada gelak tawa sang adik lagi di rumah
itu, orang tuanya di luar kota bersama si adik, jadi pantas sajalah bunyi keyboard
terdengar jelas memantul dari dinding ke dinding. Sunyi sepi bagai tak berpenghuni,
orang tua pergi tak ada di rumah lagi [ngurusin bisnisss katanya]. Tapi untunglah ada
Mang Dadang dan Mpo Aminah yang dimintai tolong oleh orang tuanya tuk tinggal
menemaninya. Sejak sebulan yang lalu. "Mang kalo ada teman yang ke sini cari saya,
bilangin aja pergi ke warnet sebentar, tunggu aja suruh masuk," pesannya pada Mang
Dadang yang sudah seperti keluarga. "Iyaa.. nanti mang sampaikan. Tidak pakai motor
perginya?" kata Mang Dadang yang sedang membenahi halaman. "Nggak ah, deket
kok.. Kalo gitu saya pergi dulu. Assalamu'alaikum.." "Wa'alaikumussalam
warahmatullahi wabarakatuh.." jawab si Mang. Saking tergesa-gesanya, ia sampai lupa
kencangkan tali sepatu. Ia pun duduk berjongkok kembali. "Kenapa Den Rama?" tanya
Mang Dadang. "Akh gak apa-apa," jawabnya. Tali sepatu telah terikat kencang temani
langkah kakinya. Dengan tas di pundaknya ia pun pergi ke warnet yang lumayan tak
sebegitu jauh dari rumahnya. Ia berjalan dengan sedikit berlari [ingin cepat sampai
kayaknya]. Tanpa disadari, ia pun menubruk anak SD yang baru pulang sekolah. Kaki
anak itu membentur batu dan kerikil tajam yang berserakan, lukalah kakinya. "Duh..
maaf dek, ga apa-apa?" Wah berdarah.., ke rumah sakit ya?" tanyanya dengan hati
yang agak kaget bercampur panik. "Nggak apa-apa kok, kak. Cuman luka dikit," ucap si
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
adik. 4 dzyemtri.muharram@gmail.com "Siapa nama adik?" "Aldy," jawab siswa
Sekolah Dasar itu singkat. "Dik Aldy beneran gak mau ke rumah sakit" Kan berdarah
tuh." "Gak ahh. Kak bisa antar ke rumah saja..?" pinta si adik yang enggan dibawa ke
rumah sakit. "Rumahnya di mana?" tanya Rama. "Deket kok dari sini," jawab salah
seorang teman si adik. Aldy terus saja meniup lukanya itu, yang mulai terasa perih. Ia
urungkan niat buat ke warnet, ada sesuatu yang harus ia lakukan sekarang, mengantar
Aldy ke rumahnya. Tak lama, ia pun nyampe juga di depan pintu rumah Aldy. "Oh di sini
rumahnya ya" Ini tu deket dari rumah kakak dong," ucap Rama sedikit menghiburnya.
Bel dibunyikan, tett.. teet.. teettt.. "Assalamu'alaikum." Saat itu juga terbukalah pintu itu
dibukakan oleh seorang wanita yang heuuh.. cute abiz dah, begitu indah dipandang.
Sepertinya ia terpesona melihatnya. "Kakak.." ucap si adik menyapa kakak
perempuannya yang satu-satunya.
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Mmm, ternyata itu kakaknya yaa.." gumam hati Rama. "Ada apa yaa"!" tanya Aisycha,
nama wanita itu. "Oh.. ini adik ini tadi terjatuh karena saya. Maaf," jawab Rama. "Bukan
salah kakak juga kok, adik juga lari-lari nggak liat-liat," Aldy membela kak Rama, takut
kakaknya marah. "Kak masuk dulu," ajak Aldy. "Iya mari masuk dulu," tambah Aisycha.
Dipersilakanlah duduk dan disuguhi munuman. Sambil membersihkan luka kaki adiknya,
Aisycha memperkenalkan diri. "Mm.. kenalkan, aku Aisycha, kakaknya Aldy." "Aku
Rama," jawabnya singkat, bingung mau ngomong apa. 5
dzyemtri.muharram@gmail.com "... Kamu baru di sini yaa?" "Iyaa, pindahan dari
Bandung, baru kemarin lusa tinggal di sini." "Ohh.. pantesan nggak pernah lihat kamu
sebelumnya di komplek ini," ucap Rama mencoba tuk akrab. Aisycha membersihkan
luka adiknya sambil ngobrol sanasini dengan Rama. "Nama lengkapnya apa?" tanya
Aisycha. "Hmm.. Zikr Ramadhan." "Enaknya dipanggil apa yaa?" "Terserah kamu aja
mau panggil apa." "Kalo dipanggil Zik, gimana?" Ia, Rama teringat akan orang tua dan
adik-adiknya yang selalu memanggilnya Zik. "Iyah.. gak apa-pa," jawab Rama sambil
tersenyum. "Mmm.. ternyata ada satu lagi yang panggil aku dengan Zik." Rama kangen
juga dengan nama panggilan itu. "Kalo kamu"!" tanya Rama. "Aku, Aisycha Citra
Ramadhan. Nama belakangnya sama tuh." "Lahirnya bulan Ramadhan juga?" tanya
Rama. "Ah nggak, itu dari nama ayahku, Muhammad Hijri Ramadhan." "Ooo.. kirain.."
Rama mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Tiba-tiba saja, "Kak.. Kakak..
Udah kak, udah bersih lukanya," kata Aldy. "Ehh.. udah yaa." Aisycha yang keasyikan
ngobrol baru menyadarinya. "Sakit dek?" tanya Rama. "Nggak dong kan aku jagoan,"
jawab si adik yang langsung pergi bermain game di komputer. "Dia mah bandell,"
celoteh Aisycha. "Namanya juga anak-anak," tambah Rama. "Diminum airnya dong..!"
"Makasih.." 6 dzyemtri.muharram@gmail.com "Seger nih siang-siang minum," ucap
Rama yang memang dari tadi kehausan namun jaim-jaim dikit. Gelas disimpan kembali
di atas meja, Rama mulai lagi bicara. "... Tadi, si adik tu mau aku bawa ke rumah sakit,
eh gak mau, malah minta dianterin ke rumah saja." "Ke rumah sakit"! Dia mah takut
banget kalo diajakin ke sana." "Mungkin takut jarum suntik yaa?" Aisycha hanya
tersenyum mengangguk mengiyakan. "Ee iya, mau tanya. Sekolahnya di mana?" tanya
Aisycha. "Aku udah kuliah, di Universitas tak terlalu jauh kok dari sini. Ambil jurusan
teknik komputer. Baru semester tiga." "Kuliahan yaa.. kalo aku mah di SMA itu tuh yang
deket jalan ke mal. Baru kemarin masuknya juga." "... Sekolah itu, aku dulu SMA-nya di
sana juga lho. Sekarang kelas berapa, Cha?" "Kelas XII, Kak." Aisycha mulai
memanggilnya dengan tambahan Kak. Tiba-tiba saja obrolan mereka terganggu oleh
dering ponsel Rama. Ternyata ada SMS masuk. "Mmm.." "Yaa.." ucap Aisycha. "... Aku
mesti cabut dulu ni, anak pada nungguin." "Anak"!" Aisycha heran. Ia pun bertanya
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
kembali. "Kakak udah nikah?" "Ough.. nggak, maksudnya temen-temen," dengan nada
sedikit malu dikatain udah nikah. Hadduuhhh. "Mmmh gitu.." "Ya udah, aku pamit dulu.
Cepet baikan aja ya Dik..!" Sambil mengelus-elus rambut Aldy yang asyik bermain
game. "Yaa, Kak Rama.." Diantralah Rama sampai ke teras depan. "Kak sering-sering
maen ke sini yaa..!" kata si adik Aldy. 7 dzyemtri.muharram@gmail.com "Yaa Insya
Allah. Yuk Assalamu'alaikum," ucap Rama yang terus melangkahkan kaki menuju keluar
gerbang pagar rumah Aisycha. "Wa'alaikumsalam," jawab kakak adik itu. -???"Yeah,
udah pukul 13.45 lagi. Mana bisa ke warnet, Shalat Dzuhur belum, temen-temen pada
nungguin lagi, mendingan ke mesjid dulu lahh," gumam hati Rama. Tak membuang
waktu lama, ia langsung saja menuju mushola yang tak jauh dari rumah Aisycha.
Sesampai di tempat wudhu, Rama bertemu dengan seseorang, seumuran sama
ayahnya gitu. Yang hendak berwudhu sama dengan dirinya. "Pak Dzuhur-nya bareng
ya," sapa Rama. "Iyaa," jawab Bapak itu sebelum berwudhu.
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Sholatlah mereka berjamaah. Seusai sholat, berdo'a dan keluar dari mushola, bapak itu
mencoba untuk berkenalan dengan Rama. "Kalau boleh tau siapa nama Anda siapa
yaa?" tanyanya. "Oh, saya Rama, Om. Kalo Om?" jawab Rama yang langsung menanya
balik. "Kalau Om biasa dipanggil Iji. Panggil aja Iji." "... Om Iji." Perbincangan singkat
mereka terhenti seiring yang satu hendak pergi kerja, yang satu lagi pergi karena
ditungguin teman-temannya. -???Kini, Rama sampai juga di depan rumahnya. Ia
disambut teman-temannya yang sedari tadi menunggunya. "Tuh.. dia datang juga
akhirnya!!" sahut Ahmad. 8 dzyemtri.muharram@gmail.com "Kemana aja Loe, kok
lama banget. Katanya cuma bentar..!!" celoteh Refly. "Iyah.." tambah Zaky yang lagi
dengerin musik di ipod kesayangannya. Rama hanya tersenyum menaggapi pertanyaan
temantemannya, seraya menanyakan temannya satu lagi. "Satu lagi kemana neh" Gak
keliatan.." "Ituu.. Ttuuuhh..!" Refly menunjuk tepat menuju teman satunya yang tampak
asyik memotong rumput, iseng bantuin Mang Dadang, juga tanya-tanya tentang
tanaman dan perawatannya juga. "Woy.. gi ngapaeen Loe"!" Rusak taneman gue!"
teriak Rama penuh canda tawa. "Eeh ngapain aja Loe, gue tunggu dari tadi, ampe gue
bela-belain jadi asisten Mang Dadang segala," kata Deni sambil melangkah menuju
Rama dan teman lainnya. "Napa sih lama benerr?" tambah Deni lagi. "Jadi gini, gue kan
ceritanya tu mau upload file ke warnet sana. Ehh.. di perjalanan gue tak sengaja nubruk
anak SD yang baru pulang sekolah, kakinya berdarah man.. Yaa gue gak bisa gitu aja
ninggalin tu anak, ya kan?" "Iyaa.." jawab temannya serempak, seuriuzz banget
dengerin Rama. "Karena itu, gak jadi deh ke warnetnya.. teruss.." Pembicaraannya
terpotong. "Kenapa gak di rumah aja brur," kata Ahmad. "Di rumah bosen, lagian
komputer gue kan bermasalah." "Napa gak pake laptop, loe kan punya?" ucap Deni.
"Kan loe pinjem buat bikin tugas kuliah. Gimana seey.." "Ohh Iyaa, di kosan gue, belom
gue balikin yaa, hehee.." ucap Deni lagi. "Eh, bentar.. flashdisk gue mana yaa"! Yah gak
ada." Rama melihat-lihat tasnya dan meraba-raba kantung celananya, siapa tahu aja
ada. "Waduh, jangan-jangan jatuh lagi. Waahh.. parah nih kalo gini.." tambahnya lagi. 9
dzyemtri.muharram@gmail.com "File backup-an nya ada di komputer loe juga kan?"
tanya Refly jadi ikutan bingung. "Oh.. di laptop gue ada.." "Syukurlah.. Kalo masih ada
mah," kata Ahmad. "Tapi lom final kalo yang itu," ucap Rama kembali. "Loe perlu upload
file-nya sekarang" Biar gue ambil laptop loe segera," Deni. "Gak perlu lah, entar aja.
Gue kan cari dulu flashdisk-nya siapa tahu aja ketinggalan di ..." "Di mana?"" tanya
temennya barengan. "Tau tuh.. huu." "Eh gue heran, dari tadi rasanya ada yang beda
saja dengan muka loe, lebih berseri, senyum-senyum terus kaya kesambet saja," ucap
Zaky yang sedari tadi memperhatikan Rama sambil terus asyik dengan musik dan mulai
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
lepaskan sebelah earphone-nya. "Iya nih kalo punya kabungah teh bagi-bagi kadieu
atuh euy," sindir Ahmad, gaya sundanya muncul. "Tadi juga mau gue ceritain, bahwa
ada hal yang bikin gue seneng hari ini, eh.. keburu kepotong oleh pertanyaan loe-loe
pade!!" ujar Rama. "Gue lanjutin cerita yang tadi nih.. sampai mana tadi, hehee.. Ohh..
karena kaki si adik itu berdarah.. gue ajakin tu si adik buat ke rumah sakit, ehh malah
gak mau, ia minta dianterin ke rumahnya saja. Pas di depan rumah, nah ini seru nih,
jangan sampe ketinggalan. Pas di depan rumah, gue tu ketuk pintu, pencet bel,
muncullah sesosok.." sambungnya. "Hantu.." temennya nyela. "Ehh.. bukan. Muncullah
sesosok wanita yang beuh beauty banged dah, pesonanya tiada tara." "Hahaa.. haha.."
Temen-temennya pada tertawa dengerinnya. "Loe juga pasti kan terpesona dah.
Rasanya gue jatuh cinta lagi nih." 10 dzyemtri.muharram@gmail.com "Huu.. huuu..
jatuh cinta berjuta rasanya.." ledek temennya. "Katanya loe gak bakalan jatuh cinta dulu
sama yang namanya mahluk manis, sampe loe kelar kuliah"!" kata Zaky. "Iya.. mau
fokus kuliah dulu kan?" tambah Refly. "Tapi ini laen, ia bikin gue semangat," jawab
Rama. "Namanya siapa cuy?" tanya Ahmad. "Aisycha Citra Ramadhan, namanya."
"Weiss.. lengkap benerr.." ucap teman-temannya. "... Dirinya masih ku ingat hingga kini
dan kayaknya gue ada tuh di matanya begitu pun dengan dirinya, rasanya masih ada
nih di mata gue.." ucap Rama bikin geli dengernya. "Halahh.. gaya loe kayak pujangga
kesohor aja, hahaaa.."
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
ucap Deni. "Hahaahaaa.." tertawalah semuanya. "Mmm.. sebenarnya kita-kita diajak ke
rumah loe suruh kumpul mau ngapain" Masa dari tadi dengerin curhat mulu, sekalian
aja tambah gosip biar serru..!!" kata Ahmad. "Wkkwkkkwk..kk.." semua tertawa geli.
"Kayak tante-tante arisan aja nge-gosip. Hahaa," ucap Refly. "Masuk aja dulu yuk!"
Rama mengajak semuanya masuk. "Yuk.. yuu.." Mereka mulai beranjak masuk.
"Sebenarnya gue mau berbagi masalah sama loe semuanya, soalnya gak asik kalo gak
dibagi. Hhee.." "Yah, masalah dibagi-bagi.. kesenengan kek!" "Hmeeh..!!" "Ada masalah
apa, uy?" kata Zaky. "Biasa... Obrak-abrik komputer lagee.." Rama. "Oh.. Kalo yang gitu
mah, let's go... atuh..!" "Okey..!" "Nah ini baru seruu..!" Mulailah mereka dan juga Rama
membedah komputer. "Bongkar-bongkaar.." "Software apa hardware-nya nih yang
bermasalah?" tanya Refly. 11 dzyemtri.muharram@gmail.com "Waah.. ini mah
hardware," jawab Ahmad. Rama menghampiri. "Ehh.. BTW-BTW, curhat yang tadi
kayaknya bersambung nih, belum tuntas.. tas.. tass.. uy," ucap Zaky. "Iya tuh
kayaknya.." Deni. "Ya kan cuy" Hhe.." ucap Deni lagi. "Halaahh.. versi lengkapnya entar
gue ceritain," jawab Rama sambil tersenyum. Setengah jam kemudian. "PSU-nya kena
yaa?" tanya Rama. "Iya nih, ganti ajah," jawab Ahmad. "Kalo gitu, gue pergi dulu beli
PSU-nya. Ada yang mau ngikut?" ajak Rama. "Gue ikut lah, siapa tau aja ntar ketemu
mahluk manis. Hehee.." ucap Refly. "Hahaa.. Dasssarrr..!!" kata teman lainnya.
"Yukcabutt..!!" -???Di sore hari, di rumah yang baru beberapa hari di tempati. Aisycha
duduk manis dihadapan monitor, memandangnya tajam yang sesekali mengedipkan
mata. Ia mulai mengerjakan tugas sekolahnya. Dan ia tak hanya sekedar mengetik
tugas saja, namun juga curahan hatinya tentang seorang pemuda yang barusan
dikenalnya tadi [tentang cinta kayaknya] yang lalu ia simpan dalam format dokumen
RTF [Rich Text Format]. Sudah satu setengah jam lebih berlalu. Adzan Maghrib
berkumandang, ia sudahi dulu pekerjaannya dan segera tuk berwudhu. Seusai makan
malam, Aldy bertanya kepada kakaknya. "Kak ini punya siapa" Punya kakak?" begitu
tanyanya. 12 dzyemtri.muharram@gmail.com "Iya.. Tapii.. Eh, kayaknya bukan deh,
Apa Yaa Karya Dzyemtri Muharram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
punya kakak kan ada, nih." "Mmm.. jangan-jangan ini milik kakak yang tadi itu lagi. Pasti
deh, Kak." "Kamu tau dek, kakak yang tadi tinggal di mana?" "Kak Rama?" "Iyah kak
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Rama, alias Kak Zik. Siapa lagi coba kalo bukan dia." "Nggak tau tu Kak," jawab Aldy
sambil menggelengkan kepala. "... Belum sempat tanya yaa, heu.." "Kak, siapa tau aja
ada di sini alamatnya," usul si adik menunjuk flashdisk itu. "Mmmh, tapi itu kan nggak
boleh. Kemana nih harus diberikann, mana udah malem lagih," keluh Aisycha dengan
nada geram. "Buka aja, Kak," bujuk Aldy. "... Iya deeh..!" Aisycha luluh juga. "Aduh maaf
nie aku lihat-lihat isi flashdisk-nya," kata Aisycha sambil menghubungkan flashdisk itu ke
port USB. "Dik, kamu yang cari datanya yah. Kakak ke dapur beresberes dulu!"
Maklumlah tak ada pembantu untuk membereskan usai makan malam. "Iya, beres Kak,
tenang aja," ucap si adik. Si adik Aldy langsung saja membuka satu demi satu file yang
ada di flashdisk tersebut untuk mencari data alamat kakak yang ke rumah tadi. Eh, si
adik malah tertarik membaca sebuah cerita yang ada di flashdisk tersebut. "Itu si Adik
kenapa tumben-tumbenan maen komputer terus, lagi maen game, Aldy" Ayo tidur!"
ucap ayahnya. "Nggak ayah, gak maen game kok. Nanti dulu, Yah.." jawab Aldy yang
keasyikan membaca. 13 dzyemtri.muharram@gmail.com "Cepetan tidur, biasanya
juga kan jam segini udah tidur!" ucap Aisycha menambahkan ucapan ayahnya seusai
beresberes. "Bentar lagi Kak, lagi asyik nih baca ceritanya!" "Cerita apaan, Dik?" tanya
Aisycha. "Sejenis cerita tidak pendek, tapi gak tau nih Kak. Ceritanya juga gak ada
judulnya." "Emm.. Besok nggak sekolah?" tanya ayahnya lagi. "Kan libur. Ada rapat
khusus gitu, jadinya diliburkan deh," jawabnya. "Beneraann?"?" tanya Aisycha.
"Ealaah.." jawab si adik, enak bener ngucapinnya. Aldy terus saja memelototi monitor.
Tangannya mondarmandir menggerakkan tetikus [baca: mouse] sekian lama.
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
-??-??Pingin tau apa isi cerita yang dibaca Aldy" Penasarankah"! Yaa kan?" Baca
terus sajaa!! Gini deh ceritanya... -??-??Kiii..iikk..kk.. sebuah mobil tergelincir di sebuah
jalanan licin, mobil sempat terbalik dan akhirnya menghantam pohon yang berada di
sebelah utara jalan dekat belokan. Warga berduyun-duyun ke jalan melihat kejadian itu,
melakukan pertolongan. Di dalam mobil tampak sekeluarga yang kelihatannya warga
sekitar situ juga, karena warga yang berada di tempat kejadian tersebut mengenalinya.
Kayaknya mereka usai dari luar kota. "Gimana kejadiannya?" tanya seorang warga pada
saksi yang melihat langsung kecelakaan itu. "Ini karena truk yang sedang melaju
kencang melintas di sebelahnya, menyerempet, menabrak bagian pinggir mobil ini, 14
dzyemtri.muharram@gmail.com ditambah lagi kondisi jalanan yang licin. Mobilnya Pak
Zakaria yah?" ungkapnya, seraya bertanya untuk meyakinkan. "Iya.." warga
mengiyakan. "... Terus tergelincir dan akhirnya.. yaa.. begini.. menabrak pohon.."
sambungnya. "Lantas truk yang menabraknya ke mana?" tanya yang lainnya. "Yaa
kabur, Pak!" jawab salah seorang warga. "... Lagi di kejar Bang, sama Polisi!!" teriak
seorang warga yang baru saja datang seusai melapor ke Kantor Polisi setempat. Dalam
kondisi pusing, dengan kepala yang masih berluka, Pak Zakaria tersadar dari kejadian
itu. Walau tubuhnya masih serasa remuk tiada berdaya, ia kuatkan untuk melangkah
dengan dibantu seorang warga, karena ia tak kuasa untuk tegak berdiri dengan kaki
sendiri. Lalu menanyakan pada orang-orang yang ada di sana, "Mana keluargaku, istri,
putra-putriku?" Mana"!!" tanya Pak Zakaria sedikit sempoyongan sambil memegang
kepalanya yang kesakitan. ucap warga "Sabar.. Pak.. sabar..!" seorang
menenangkannya. Pak Zakaria menghampiri istri dan putra-putrinya seraya bertanya,
"Keluargaku bagaimana keadaannya?" "Pak, mungkin ini berat untuk Bapak. Kini istri
dan putraputri Bapak telah tiada, yang tabah ya Pak.." jawab salah seorang petugas
medis yang berada di sana. Seketika itu pula Pak Zakaria tak bisa lagi membendung air
matanya, "Ya Allah, Ya Allah, Yaa Allah.." hanya ucapan itu yang meluncur dari
lisannya. Ia hidup sebatang kara, tak lagi ada keluarga, saudaranya, kerabatnya,
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
maupun saudara dari istrinya, semuanya memang sudah lama meninggal, dan kini anak
istrinya pun demikian. 15 dzyemtri.muharram@gmail.com -???Di teras rumah,
beberapa tahun selepas ditinggal keluarganya. Pak Zakaria termenung dalam lamunan,
mendulang memori perjalanan hari bersama istri, putra dan putri. Menatap kosong langit
biru yang di temani awan putih cerah, sesekali sinar mentari meredup, terhalang awan
berlalu lalang diterpa semilir angin yang datang. Seiring itu pula mata Pak Zakaria
sembap mengenang keluarganya yang telah lama tiada. Entah kenapa terlintas dalam
benaknya dan seraya hatinya berkata, "Kepada siapa akan kuwariskan kekayaan,
seluruh harta benda yang Engkau titipkan kepadaku, Ya Allah. Sedang diriku tak punya
ahli waris seorang pun. Berilah aku sebuah petunjuk. Kemudian ia berjalan dengan
dibantu sebilah tongkat, menuju ke dalam rumah. Rumah sederhana yang dulu ia beli
dengan jerih payahnya sendiri. Walau sebenarnya bisa saja dengan mudah minta
dibelikan rumah pada orang tuanya waktu itu. Setelah sekian lama duduk di teras
menghirup udara pagi yang mulai memanas. Ia kembali duduk di atas kursi yang sudah
lama tak ia duduki di dalam rumah mungilnya. Matanya menatap hangat monitor
komputer, melihat sederetan foto dan video keluarga yang tersimpan utuh dalam
harddisk. Membuka dokumen-dokumen lama, menjalankan aplikasiaplikasi dan
beberapa game untuk sekedar melepas kerinduan yang tak mungkin lagi tergantikan.
Ketika ia hendak membuka file berpassword dan ia ketikkan kodenya, ia teringat dengan
apa yang dipikirkannya sewaktu di teras tadi, "Mungkin ini salah satu jalannya, saya
harus merencanakannya dan mengerjakannya segera." Ia pun memulainya dengan
melakukan survei dalam situs komunitas yang telah lama di buatnya dan lumayan
banyak anggotanya, sebagian besar adalah mahasiswa mahasiswi beliau ketika masih
menjadi dosen sebelum sebuah 16 dzyemtri.muharram@gmail.com kecelakaan mobil
menimpanya. Selanjutnya ia berikan berbagai pertanyaan dalam situs tersebut seputar
IT dan sesekali memberikan bingkisan bagi para anggotanya. Itulah sebagian dari
rencananya. Sebenarnya apa yang ia rencanakan, yang ia cari" Hmm.. kita lihat saja
nanti. Suatu saat Pak Zakaria menelepon teman kuliahnya waktu dulu yang kini seorang
dosen hukum di salah satu universitas di Jakarta. Kalau bertegur sapa lewat telephone
sih sering, namun mereka lumayan agak lama tak bertemu tatap muka secara langsung.
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Assalamu'alaikum.. Apa kabar, Pak?" ucap Pak Zakaria memulai pembicaraan.
"Wa'alaikumussalam, Alhamdulillah baik," jawab Pak Yusuf. "Bagaimana kabar Bapak
sendiri?" tanyanya. "Alhamdulillah. Pak Yusuf, kalo bisa mohon malam ini ke rumah
saya yang di Jalan Mawar Indah, ada sesuatu yan ingin saya bicarakan." "Hmm,
kayaknya penting banget ya, Pak"!" "Ah biasa cuma mau ngobrol ke sana ke sini dan ke
sono saja antar teman lama. Ditunggu lho, sekalian nanti makan malam di sini. Jangan
lupa ajak keluarga juga. Heehe." "Ohh.. Insya Allah saya akan hadir. Pake jamuan
makan malam segala lagi, kayak mau nyambut tamu istimewa saja.. hehee," tanggap
Pak Yusuf. "Ya udah gitu saja Pak, ditunngu. Bicara panjang lebarnya, pendek
sempitnya, nanti di sini saja, Pak. Wassalamu'alaikum." Pak. "Baiklah,
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." "Ada apa yaa"!" tanya hati Pak
Yusuf setelah terdengar nada tut.. tutt.. tuutt.. di ponselnya tanda sambungan telah
terputus. 17 dzyemtri.muharram@gmail.com Tepat sehabis Sholat Isya, Pak Yusuf,
dosen yang tadi siang dihubungi oleh Pak Zakaria, berangkat bersama istri dan putri
angkatnya. Tibalah mereka di rumah Pak Zakaria yang tak begitu mewah namun indah
tertata rapih. Mereka disambut rumput hijau dan bunga-bunga berkilau tersinari bulan
purnama. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikum salam, heyy.. akhirnya datang juga, mari
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
masuk silakan, silakan, silakan..!" ajak Pak Zakaria, penghuni rumah. "Terima kasih
Pak," ucap Pak Yusuf. "Mmm.. ini putrimu, Pak?" tanya Pak Zakaria. "Iya," jawab Pak
Yusuf singkat. "Apa kabar?" ucap Pak Zakaria lagi sambil bersalaman dengan istri dan
putri Pak Yusuf. "Alhamdulillah baik, Pak," jawab mereka berdua. Hidangan makan
malam telah tersaji, ditata oleh si Mbo, "Pak, makan malamnya sudah siap," katanya.
"Terima kasih, Mbo," ucap Pak Zakaria. Mereka langsung disuguhkan dengan beragam
sajian makan malam. "Sekalian Mbo mau pamit pulang dulu, mau nengokin rumah." "Iya
Mbo." "Mari semuanya, Assalamu'alaikum," si Mbo pamitan. "Wa'alaikumussalam,"
jawab semuanya. "Hati-hati Mbo," tambah Pak Zakaria. Selepas makan malam, Pak
Zakaria mulai membicarakan maksudnya pada Pak Yusuf. Sementara nyonya Yusuf
dan putrinya keluar, duduk-duduk di teras menghirup kesejukan malam, melihat
indahnya taman. "Istri dan putrimu ke mana, Pak?" tanya Pak Zakaria setelah
mengambil beberapa dokumen. "Ada di teras lagi lihat-lihat taman." 18
dzyemtri.muharram@gmail.com "Oh.." ucap Pak Zakaria, "Eh Pak, apa benar itu
putrimu" saya nggak pernah tahu." Kok "Mm.. Sebenarnya Nindya itu putri angkat kami.
Ia adalah putri kandung sahabat kecil saya yang kini telah meninggal. Kasihan, dia juga
kehilangan kakaknya," jelasnya. "Begitu.." Pak Zakaria terenyuh. "Begitulah Pak, saya
jadi teringat akan putri saya yang telah tiada. Mungkin seandainya saja masih hidup,
mungkin ia seumuran dengan Nindya," ucap Pak Yusuf yang pernah kehilangan putri
sematawayangnya, seperti halnya Pak Zakaria. "Ehh Pak, sebenarnya ada apa Bapak
mengajak kami sekeluarga ke sini?" Pak Yusuf mengalihkan pembicaraan, seakan tak
mau terlalu jauh larut dalam kesedihan. "Sebenarnya begini Pak. Langsung saja ya,
berkenankah Bapak menjadi bagian dari tim kuasa hukum saya dan
perusahaan-perusahaan saya. Saya percaya Anda orang yang bijak," tegas Pak
Zakaria. "Insya Allah.. Amien, Amieen, Amieeenn.. Insya Allah saya bersedia, Pak."
"Terima kasih Pak atas kesediaannya." "Sama-sama, Pak," keduanya tersenyum dan
berjabat tangan. -???Di tempat lain ada seorang pemuda, salah satu member dari situs
komunitas milik Pak Zakaria itu. Ia bernama Haris Hudaya Putra. Ia terhanyut dalam
panjatan do'a. Dalam do'anya ia renungkan kembali hidupnya waktu-waktu silam,
hidupnya dulu sebelum terlepas dari cengkeraman narkoba. Ia sebenarnya seorang
putra yang baik, hormat pada orang tua. Namun, suatu kejadian hidup membuatnya
berubah. Ketika itu ayahnya terkena fitnah menggelapkan uang perusahaan tempat
ayahnya bekerja. Ayahnya sempat di penjara, sakit-sakitan, hingga ia pun meninggal. 19
dzyemtri.muharram@gmail.com Haris sempat menuliskan kekecewaan dan kekesalan
hatinya lewat sebuah blog, "Apakah hukum hanyalah basa-basi yang bikin sakit hati,
harusnya Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
hukum bukanlah sekedar basa-basi. Seharusnya hukum tak bisa tuk di "negosiasi"
[dalam tanda kutip]. Apalagi diintimidasi..! Woy! Jangan tempatkan hukum di tong
sampah..!! Apa HUKUM = SAMPAH ?"!" seperti itulah tulisannya dalam sebuah blog.
Setelah ayahnya meninggal, haris kabur dari rumah. Hidupnya tak tentu arah. Ibunya
mulai sakit, kerap bolak balik rumah sakit. Tak lama kemudian ibunya pun meninggal
menyusul ayahnya. Ibunya meninggal dihadapkan Haris, jemari tangannya masih
digenggam erat Haris, saking sayangnya pada seorang ibu. Tak tahan dengan
kehidupan yang dirasanya tak bersahabat, sarat dengan ketidakadilan. Pikirannya kalut,
ia berpaling dari kehidupan nyata, bercengkerama dengan narkoba. Kuliahnya hancur,
apalagi setelah projectya, source code sebuah program yang dengan susah payah
dibuatnya itu dicuri teman kampusnya sendiri dan parahnya lagi hasil karya
intelektualnya diakui teman kampusnya itu sebagai hasil kerjanya dan menjual program
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
tersebut ke sebuah perusahaan. Haris tak tahu lagi harus ke mana dan harus gimana
setelah rumah orang tuanya disita hingga ia terpisah dengan adiknya yang entah di
mana, tak ada kabar berita. Ia merasa sebagai seorang kakak yang tak berguna, tak
bisa menjaga adiknya dengan cinta. Ia hanya sibuk menganiaya dirinya sendiri dengan
narkoba. Namun untungnya ada sahabat yang benar-benar sahabat sejati menolong
hidupnya hingga ia tak jatuh ke jurang yang lebih dalam lagi. "Ya Allah, ampuni aku
yang benar-benar berat dosanya.. Ampuni aku Yaa Allah, ampuni aku segenap jiwa
ragaku. Jauhkanlah aku dari nerakaMu, dekatkanlah aku menuju pintu surgaMu.
Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah, Engkau 20 dzyemtri.muharram@gmail.com
hadirkan padaku seorang sahabat yang selalu membantuku, menuntunku untuk tetap
berada pada jalanMu. Ya Allah, Ya Rabb.. pertemukanlah aku dengan adikku walau
hanya dalam sebuah impian yang tak bisa kubayangkan." Ia sempat terpikirkan untuk
mencari adiknya di situs jejaring sosial Friendster. Harapnya moga saja ia dapat
menemukannya. Ia sesekali pergi ke warnet memfokuskan tujuannya untuk mencari
adiknya itu. Setelah lama nyari-nyari sebuah nama, ia sempat putus asa karena banyak
juga user yang sama dengan nama adiknya. Namun, ia mencoba mengetikkan nama
adiknya itu dengan lengkap pada kotak pencarian. Ia tertegun sesaat, "Apakah ini benar
profil adikku"!" Klik, ia lihat halaman profil yang ber-picture-kan seekor kupu-kupu
hinggap pada sekuntum bunga. Ia pastikan ini benar-benar milik adiknya, terlihat dari
kumpulan photo yang berjejer dalam 3 buah album. Ia masih terdiam, tak menyangka,
lalu membaca yang tertulis di sana dengan mata tiada berkedip sekian lama, kemudian
terhenti, sejenak mengganti udara kotor di parunya. Lalu ia membaca pada bagian 'Who
I want to meet'. "..kakak lucuku, kau dimana" adik imutmu ini lelah menunggu,
merindukanmu tak terbatas waktu.." begitu. "Maafkan kakak, Adik..!!" lirih Haris. Air
matanya menetes menimpa tombol ENTER keyboard. Haris semakin yakin. pada
halaman profil adiknya itu, Ditulislah "Assalamu'alaikum adik imutku. Bagaimana
keadaanmu saat ini"!" Setelah itu ia sudahi dan lantas pulang ke kosannya. Jalan kian
terbuka, ia amat bahagia, hatinya kini tak sesedih seperti kemarin di hari Selasa. Nindya
yang pada waktu itu sedang makan siang di kantin kampusnya, mulai membuka laptop
miliknya. Ia klik ikon Winamp seraya memutar lagu milik Evanescance, tak lupa ia juga
jalankan Opera browser untuk menjelajah dan 21 dzyemtri.muharram@gmail.com
langsung menuju situs jejaring sosial Friendster lalu login deh, biar nggak jenuh saat
mengerjakan tugas kuliahnya. Ketika ia membaca pesan di halaman profilnya, air
matanya menetes seakan tak percaya dengan apa yang dibacanya. Sebuah pesan dari
kakaknya yang setelah sekian lama tak ada kabar darinya. Ia tahu dan merasa tak ragu,
itu adalah kakaknya walau sebuah photo pun tak ia jumpai di profil kakaknya tersebut.
Karena kayaknya tak ada lagi orang lain yang memanggilnya 'adik imutku' selain
kakaknya itu, seakan kata itu semacam kata kunci antara adik dan kakak. Ia lantas
mengirimkan sebuah personal message ke profil yang ber identitaskan 'Kakak Lucumu'.
Namun Nindya tak terburuburu, ia kembali harus memastikan benar tidak itu kakaknya.
Hati Nindya berdebar tak sabar menunggu sebuah balasan. Lalu ia kerjakan lagi tugas
kuliahnya, "Akhirnya selesai juga tugas kuw," ucapnya sambil meminum teh botol dingin
menyegarkan kerongkongan yang kekeringan. -???Sekitar pukul 8.00 pm, Nindya duduk
manis di depan laptopnya. Suasana hatinya hampir senada dengan siang tadi ketika ia
kirimkan pesan untuk kakaknya. Ia menunggu dan tak hanya menunggu sebuah
jawaban tak menentu. Haris berlari kehujanan ketika menuju warung internet sebelah
kosannya, dengan terpaksa mesti mengeringkan dulu sweeternya dan melepasnya
sebelum masuk ke warnet yang penuh sesak oleh puluhan pengguna. Ia duduk terlebih
dahulu menunggu yang seseorang beres ngenet. Sebenarnya ia tak ingin menunggu
seperti itu, ia ingin cepat-cepat mengetahui udah ada balasannya atau belum dari
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
adiknya itu. Namun Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
mesti gimana lagi, masa nyerobot komputer yang lagi dipake orang begitu saja. Ia sabar
menunggu dan menunggu, hingga tiba juga giliran baginya untuk terhubung ke dunia
maya. 22 dzyemtri.muharram@gmail.com Sekian lama Nindya menunggu sebuah
balasan yang tak kunjung ada. Ia lantas logout dari Friendster itu dengan berat hati,
"Mungkin esok kakakku akan menghubungiku," lirihnya. Sedang Haris yang baru saja
login, ia mendapati sebuah pesan, "Ini pasti dari adikku," pilingnya. Dengan penuh
keyakinan dan senyum lebar seakan tiada beban, Haris mengkliknya. Pesan itu
memang dari adiknya. Ia sungguh girang, sampai-sampai menggebrak meja komputer
lumayan keras. "Assalamu'alaikum, Alhamdulillah baik, Kak. Apakah kau benar kakak
lucuku yang telah lama kucari itu?" Bagaimana keadaan kakak" Sekarang di mana?"
Mohon balas secepatnya.. adik imutmu ini merindukanmu.. +6285224881138 ;)" begitu
isi dari pesannya. Kemudian Haris pun langsung membalasnya, "Wa'alaikumussalam..
Alhamdulillah kabar kakak baik juga. Adik imutku, ini sungguh kakak lucumu yang
merindumu dan akan selalu menyayangimu. Maafkan kakak yang dulu menghilang tak
bilang-bilang, berlalu tanpa arah tanpa tuju, kakak tak tahu harus ke mana waktu itu.
Hingga kini Alhamdulillah, Allah mempertemukan kita. Kakak tak menyangka bisa
berkomunikasi lagi walau hanya dalam kata-kata. Sekarang kakak masih di Jakarta kok,
jangan hiraukan kakak, Insya Allah kakak baik-baik saja. Nindya, ini YM kakak
am4t1ran@yahoo.com .. baik-baik yaa Dik.." pesan pun terkirim, namun sayang Nindya
tak sedang online. Setelah itu, lalu Haris membuka beberapa situs berita untuk
menambah pengetahuannya. 23 dzyemtri.muharram@gmail.com -???Di pagi hari saat
Nindya telah terbangun dari tidurnya, dengan wajah berseri dan mata yang bercahaya ia
melihat ke langit sana, "Kayaknya hari ini akan cerah dan lebih cerah dari hari kemarin,"
ucapnya. Kuliah pagi menuntunnya untuk bergegas pergi ke kampus dimana ia
menuntut ilmu. Nindya pun berangkat bersamaan dengan ayahnya yang juga akan
berangkat ke kampus walau yang dituju bukanlah universitas yang sama. "Ayah,
tunggu..!!" kata Nindya sedikit berteriak memanggil ayahnya yang telah melaju dengan
mobilnya, hingga mobil pun berhenti mempersilakan Nindya. Seusai kuliah, Nindya
menyalakan laptopnya sejenak, menunggu Mentari dan Anggara untuk pergi ke toko
buku. Lalu ia baca pesan yang di tinggalkan kakaknya untuknya di situs jejaring sosial.
Ia berharap kakaknya sedang online, ia ingin bicara panjang lebar. Setelah ia
tambahkan account Yahoo milik kakaknya ke dalam list teman chatting-nya, permintaan
pun langsung di terima. Barulah ia tahu bahwa kakaknya lagi online. Penantiannya tak
sia-sia kini. Mulailah Nindya Chatting dengan kakaknya. - ass.. kakak lucuku.. ^_^ -
wa'alaikumsalam, adik imutku... pa kabar dik?" :) - kabar baik kak, kakak" -
alhamdulillah baik juga sekarang tinggal di mana?" - sekarang tinggal sama om yusuf
dan tante tiara, temennya papa mama kita dulu.. - ohh,,, om yusuf yang dosen hukum
ituh?" - iyahh... kak,, kakak di manaa?"?"!! biar nanti adik temui kakak... - kakak
dijakarta, masih dijakarta kok, jangan temui kakak dulu,, biar nanti kapan-kapan kakak
yang kunjungi adik,,, 24 dzyemtri.muharram@gmail.com - :( tapi kak.. - jangan
khawatirkan kakak... kakak baik-baik aja kok.. - kak, ada webcam-nya nggak?" pengen
liat wajah kakak gimana sekarang yahhh..?"! :D :D - ada.. bentar.. please wait.. gituh.. ;)
hmm... adik imutku tambah imutz adzah nigh.. :D jadi pengen nyubit pipinya... - ahh...
kakak.. mmm,,, kakak kok kayaknya kurusan yaa!! tapi tetep.. :) - tetep apaa?" - Tetep
lucu kok,, tak hilang ketampanannya dikit pun... heheee... :)) - Halaahhh.. :D merayuww
Apa Yaa Karya Dzyemtri Muharram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
niyyy... :) Lanjutlah percakapan mereka lewat jalur suara. "Test.. test..ttt... adik.. dik.."
"OK.. adaa.. testt diterima.. heheee..." "Kak, nomor hp kakak berapa?" Biar adik mudah
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
buat ngehubungi.." "Adikku tersayaaang.. kakak lagi gak punya hp sekarang,, mau
dihubungi lewat nomor apaa?" Nomor KTP?"" hhaa.." "Ihh.. kakak.. eh iya kak, kan
dulu tu kakak diberi ATM papa, oleh kenapa nggak dipake saja... Masih ada kan?"
Masih Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
bisa digunain?"" "Kayaknya sih adaa,, tapi kan gak tau PIN-nya apa?" kan cuman
Nindya doang yang tau.." "Iya yahh.. nih adik kasih tau,, PIN-nya itu 870900" "Berapa,
Dik?" tanya Haris. Lalu Nindya mengetikkannya di jendela chat biar jelas, "870900"
terkirim. "Tahu nggak kak artinya itu apa?"!" tanya Nindya. "Mmh.. bentar... di utak-atik
dulu..." "..Mm." Haris berpikir sejenak. "..Hmm.. kayaknya ini tanggal pernikahan mama
papa deh,, diambil dari 09 07 80 kan?"! tebak Haris. "Yupz.. betuulll... adik beri 1000
point buat kakak..!!!" 25 dzyemtri.muharram@gmail.com "Kurrangg.. tambahin lagi
pointnya...!!" Tangan kanan Haris sejenak menggerakkan mouse yang ada di samping
keyboard untuk memindahkan kursor seraya mengetikkan ".. :D :D :D :D ......" "Eeh kak,,
.. tau nggak kenapa dulu papa berikan itu kartu ATM-nya ke kakak dan cuman beri
tahukan PIN-nya itu ke adik... sedang kakak sendiri nggak diberi tau dan nggak boleh
tau?"" "Iya yah.. pesan papa, adik gak boleh beri tau PIN-nya pada kakak.." ucap Haris.
Mereka mengingat-ingat apa yang dulu ayahnya pernah berkata. "Menurut kakak sih
gini.. kan kakak agak boros tuh, jadinya kalo kakak yang pegang ATM sekaligus tau
PIN-nya, bisa-bisa cepet abis tuu.. sedang kalo yang adik yang pegang ATM dan
PIN-nya, takutnya ATM-nya ilang, kan waktu itu adik masih kecil.. lagian adik juga kan
pelupa, suka naro barang dimana aja.. hehee..." "Ishh.. kakak.... jaahattt..." "Tapi
rasanya ada tujuan lain yang lebih utama dari itu semua.." tutur Haris. "Apa, Kak?""
"Apa yaa"! ... Itu dimaksudkan papa buat ngejaga agar kita selalu bersama, tetap saling
menyayangi,, mungkin gitu dan memang begitu harusnya sih.." Hati Nindya terenyuh,
tetesan air mata seakan loncat tak bisa ditahannya, yang dengan segera diusap oleh
jemari lentiknya. Seraya tersenyum simpul menambah kemanisan paras lembutnya
yang kian berseri. "Kenapaa, Dik. Ada apa?"" tanya Haris khawatir melihat adiknya
demikian. "Ah nggak... cuman kelilipan, ada sebutir debu masuk.." ucap Nindya
menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. "Mmm.. rindu papa mama yaa?"" Haris
menarik nafas. "... Iyaa.." jawab Nindya menganggukkan kepala. "Kak, kapan kita
ketemuan, adik rindu kakak.." sambungnya. "Secepatnya,, nanti kakak hubungi.." 26
dzyemtri.muharram@gmail.com Dari earphones Haris terdengar ada seorang wanita
yang memenggil-manggil adiknya, "Dya, Dya.. Dyaa..!!" kemudian disusul suara pria,
"Dya..!" mencari-cari adiknya. "Kak, teman-teman udah pada datang,, adik pamit dulu
mau ke toko buku.. nanti kita sambung lagi.." "Tak apa kan kakak lucuku..?"" tambah
Nindya, senyumnya masih terlihat manis di balik monitor berlayar cembung. "Iyaa..
nggak pa paa.. adik imutku.." "Wassalamu'alaikum.. Kak.." "Wa'alaikumsalaam.." Haris
menutup aplikasi Yahoo! Messenger-nya dan terus kembali melanjutkan pekerjaannya
setelah status Nindya sudah terlihat offline. Nindya menutup laptopnya seraya berkata
pada kedua temannya, "hey.. heiyy.. kawand-kawand kuw, jadi berangkat kan..?"!"
"Yaa.. Iyaa..laah.." ucap kedua temannya itu. Sebelum Nindya, Mentari dan Anggara
pergi menuju toko buku, mereka ke rumah Nindya terlebih dulu. Mereka di sambut oleh
Om Yusuf juga Tante Tiara yang sedang memasak, tepatnya mencoba resep dari
majalah yang waktu kemarin dibacanya. Nindya memperkenalkan Anggara pada ayah
angkatnya, karena mereka baru bertemu kali ini, sedangkan Mentari tentu saja tak ia
perkenalkan, Om Yusuf dan Tante Tiara sudah lama mengenalnya. "Yah, ini teman di
kuliahan, namanya Anggara. Angga ini ayah saya, ayah Yusuf," ucap Nindya. Mereka
bersalaman. "Tari, Dya ke kamar dulu, tunggu bentar yah.." "Iya.." jawab Mentari
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
singkat. Tante Tiara yang sedari tadi bereksperimen dengan bahan makanan,
memanggil Tari yang sedang duduk-duduk 27 dzyemtri.muharram@gmail.com
memandangi dari kejauhan dua orang pria, tentunya Anggara dan Om Yusuf yang lagi
berbincang. "Tari, ke sini deh.. cicipi masakan tante.." ajak Tante Tiara pada Mentari.
Tari menoleh dan langsung pergi ke dapur, "masak apa Tante..?"" ucapnya. "Ini nyobain
dari majalah." Di ruang tamu, obrolan antara Anggara dan Om Yusuf mulai akrab. "Om,
katanya Om dosen hukum yaa?" tanya Angga. "Iya, kok tau?"" ucap Om Yusuf. "Kata
Nindya.." "Oo.. Mm.. Ade ini mahasiswa hukum juga" Sama kayak Nindya,
sefakultas?"" ucap Om Yusuf nanya balik. "Ya.. iya.. Om, pasti.." tegas Anggara.
"Baguslah.. biar tambah banyak orang yang ngerti akan
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
hukum, tapi ..." ucapan Om Yusuf terhenti sejenak. "Tapii apaa, Om?"! tanya Anggara
agak heran. "Tapiiii, pesan Om, jangan coba-coba untuk mempermainkan hukum," bisik
Om Yusup ke telinga kanan Angga. "... Mmm.. pastilah Om, Insya Allah nggak.. akan.."
jawab Anggara terbata-bata. "Mmm.. Insya Allah nggak"! Atau Insya Allah akan?"!"
ucap Om Yusuf tersenyum. "Insya Allah.. Tidak.. Hukum itu seakan hati. Kalo hati
dipermainkan, heeuu.. sakiittt.. ... ..Hukum itu harus punya hati, Om," tutur Angga.
"Good.. betul itu.. Om setuju.." Om Yusuf manggutmanggut seraya tersenyum, salut
dengan apa yang diucapkan Anggara. "Oh.. Iya Om, mau tanya dikit, cita-cita Om waktu
kecil mau jadi apa sih?"" Angga bertanya lagi. "Cita-cita Om dulu inginnya jadi seorang
hakim, sepertinya seru saja gitu menghakimi orang, mendakwa orang 28
dzyemtri.muharram@gmail.com dan mungkin yang membuat tertarik... ngetok-ngetok
palu nya kayaknya.. hihi.." jawab Om Yusuf tertawa kecil. "Hahaa.. Om bisa saja.." "Kalo
Adek, bagaimana?" "Seperti kebanyakan anak kecil dulu, pengenanya simple Om,
namun berat kalo dijalani. Itu Om, pengen jadi presiden. Namun, suka berubah gitu aja,
maklumlah. Misalnya saja ketika lihat dokter, pinginnya jadi dokter. Lihat ini, pengena
jadi ini. Lihat itu, pengen jadi itu, nggak konsisten. Tapi, anehnya nggak tertarik tuh ingin
jadi seorang dokter gigi. Kayaknya gimanaa gituh.. hihiii.. ngerriii.." cerita Angga. "Hmm..
kalau sekarang?"" tanya Om Yusuf. "Kalo sekarang.. biarkan mengalir seperti air saja,
Om. Mengalir dari muara ke hilir.." ungkap Angga. "Hmm.. biarkan mengalir seperti air..
Namun, perlu juga sesekali melawan ombak lautan, biar nggak terbawa arus
kejahatan.." tanggap Om Yusuf. "Baik Om, Do'akan yaa, Om. semoga saya cepet lulus
dan dapat kerja yang baik.." "Insya Allah.. Amienn.. Jangan lupa Do'akan Om juga yaa.
Semoga Om menjadi seorang dosen yang Al-Hakim," ucapnya seraya tersenyum.
Anggara pun tersenyum mengikuti senyuman Om Yusuf. "Om mesti berangkat ke
kampus dulu, nih. Ditinggal dulu yah.. sekalian bilangin pada semuanya.." pesan Om
Yusuf pada Angga sambil melihat jam di tangan kirinya. Setelah Om Yusuf berangkat,
Nindya muncul lantas bertanya pada Anggara, "Ayah ke mana, Ga?"" "Om Yusuf baru
aja berangkat ke kampus.." "Oohh... ... Tari.."!" tanya Nindya lagi. "Lagi di dapur sama
Tante Tiara... Tuuhh.." jawab Anggara sambil menunjuk ke arah Mentari yang baru saja
dari dapur menghampiri mereka berdua. "Sumpah, masakan Tante.. uueeennaakk
benerrr dah.." 29 dzyemtri.muharram@gmail.com "Masakan Bunda nomor satu lah,
tiada dua. chef-chef resto.. kalah.." ucap Nindya. "Ehh.. berangkat sekarang yuk..!!" ajak
Anggara. "Nggak mau nyicip masakan dulu?" ucap Tante Tiara sambil membawa
makanan yang tadi dimasak. "Eh.. Iyaa.. mana tante, penasaran nih.." ucap Anggara.
Mereka bertiga mencicipi masakan dulu sebelum berangkat. "Bunda, Dya pamit dulu,"
ucap Nindya pada Tante Tiara. "Daah.. Tante.." ucap Mentari dan Anggara.
"Assalamu'alaikum.." "Wa'alaikumussalaam.." -???PIN-nya telah Haris ketahui, kartu
ATM pun di tangannya, siap kini ia gunakan. Esoknya Haris pergi ke sebuah pameran
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
komputer dan outlet handphone untuk membeli barangbarang yang ia butuhkan.
Sebuah laptop, handphone, dan beberapa alat pendukung untuk berkomputer kini
dimilikinya. Ketika ia hendak pulang menuju kosan mungilnya, ia lihat seorang musisi
jalanan memainkan ujung-ujung jarinya, memetik dawai-dawai terbentang kokoh. Haris
turun dari bus yang mengantarnya. Semakin terdengar alunan nada yang kian merdu,
tak ada alasan baginya untuk tak mendengarkannya. Ia perhatikan musisi itu, tak sedikit
pun lantunan lirik-lirik yang musisi itu ucapkan. Haris masih saja memperhatikannya,
hingga musisi itu mencoba berbicara dengan teman yang berada di sampingnya, namun
lagi-lagi tak sedikit pun kata yang ia ucapkan, hanya gerakan jari tangan dan kepala
juga kertas beserta spidol sebagai alat bicaranya. Haris tersadar, hatinya tersenyum
melihat musisi yang sedari tadi diamatinya. "Subhanallah.. Engkaulah yang memberikan
kekurangan dan Engkau pula lah yang memberikan kelebihan-kelebihan 30
dzyemtri.muharram@gmail.com untuk mengisi kekurangan pada setiap orang," lirih
Haris dalam hati. Ia tertegun sesaat sebelum menggerakkan langkahnya. Lalu pergi ke
sebuah mesin ATM dengan maksud mengambil uang untuk membeli sebuah gitar yang
nantinya akan ia berikan kepada seseorang yang mungkin sudah ia anggap
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
adik. Haris melihat sebuah poster PMI yang sedang mengadakan penggalangan dana
untuk korban bencana. Ia lantas mentransferkan sejumlah uang ke rekening PMI
terlebih dulu sebelum mengambil uang. "Saldonya masih banyak kok, cukuplah untuk
membeli sebuah gitar," ucapnya. Lalu ia mampir ke toko penjual gitar. Tibalah Haris di
kosannya, "Akhirnya nyampe jugaa.. sekarang aku bisa berchatting ria dengan adik
imutku berlama-lama," senangnya Haris saat ini. Ia langsung menjajal barang-barang
yang dibelinya. Ketika ia surfing, merambah laman web sana-sini, tersiar kabar bahwa
ada sebuah virus bernamakan 'k0rupt0r' yang katanya belum ada antivirus yang secara
total membersihkan jejak-jejak virus tersebut kala PC terinfeksi. Varian-varian baru dari
virus itu pun bermunculan. Haris akhirnya berinisiatif untuk membuatkan sebuah aplikasi
cleaner khusus yang dinamakannya "k0rupt0r Perish" [k0rupt0r cleaner] atau lebih
dikenal dengan sebutan KP saja. Kemudian Haris mengajak teman-teman kuliahnya
dulu juga kawan di dunia maya untuk mengembangkan software tersebut. Sekian lama
tercetuslah ide untuk menjadikannya sebagai sebuah software yang open source, siapa
pun boleh untuk mengembangkannya, untuk memodifikasinya dan lain sebagainya. Saat
itu juga terbentuklah sebuah komunitas KP Open Source Project dimana mereka saling
melengkapi. Suatu saat ada tiga orang anak muda datang ke kosan Haris untuk sekedar
berteduh dari jatuhan air hujan yang lebat tak kunjung berhenti. 31
dzyemtri.muharram@gmail.com "Haris.. Hariss.. Ris..!!" "Assalamu'alaikum.." "Riss..!"
"Masih ada gak yah?"" ucap Luthfikri sambil mengetukngetuk pintu. Haris akhirnya
muncul, "Wa'alaikumsalam.. ehh.. kalian.. yoo masuk.." ucapnya. "Pinjem handuk, Ris.."
ucap Geo. "Bentar gue ambilin.." "Sini aku dulu..!!" Narto merebut handuknya kemudian
memberikannya kepada Geo juga Luthfikri setelah air hujan di tubuhnya terserap
serat-serat handuk. "Kenapa pada balik lagi?"" dikeroyok ujan?"" "Waah.. Benerr
dikeroyok, pada bonyok nih.. hujannya kayak jarum.. beuh.." tanggap Luthfi. "Eh.. Loe
gak jadi perginya?" tanya Geo pada Haris. "Nantilah abis ujan reda.." jawab Haris.
Laptop Haris masih menyala dari tadi. Belum ia matikan. "Kamu tu, Ris. Masih ngerjain
pemrograman.."!" Nggak, tadinya sih mau chit-chat sama adik gue, tapi gak lagi online.
"Ohh.. ... Ehh, adik yang mana lagi"! Kan banyak yang Loe anggap adik.." ucap Geo.
"Hm, rasanya tiap orang kamu anggep adik nih!!" ucap Narto. "Bukan rasanya lagi, tapi
nyatanya.." sambung Luthfi. "... Bener banget.. gue rindu berat sama adik kandung gue..
makanya gini deh.." ucap Haris. Pembicaraan mereka pun berganti topik saat Luthfikri
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
mulai bicara lagi. "Ehh, iya Ris. Tadi tu gue lupa, soal project itu. Source terbarunya
kirim ke e-mail saja yaa, biar nanti didownload sendiri, gue nggak bawa flashdisk
soalnya," ucap Luthfi yang juga ikut mengembangkan software cleaner itu. "Boleh.. gue
kirim deh sekarang.." "Oke..okee.." "Dah dikirim boss.." 32
dzyemtri.muharram@gmail.com Haris mulai kembali mengutak-atik laptopnya, Geo
genjrang-genjreng mainkan gitar bersama Narto menyanyikan lagu, sedang Luthfi pergi
keluar melihat butiran-butiran hujan yang mulai jarang, tanda hujan akan segera
berhenti. Dari laptop Haris terdengar sebuah musik yang khas banget, cukup familier
bagi sebagian orang, musik yang biasa mengiringi sebuah aplikasi crack atau key
generator. Geo yang lagi asyik dengan gitarnya tiba-tiba berhenti, "nge-crack software
apa lagi loe?"" ucapnya langsung menghampiri Haris. "Ah nggak, ngambil musiknya
doank kok," jawab Haris. "Awaasss trojann..!!" ucap Narto bersamaan ketika Haris
berbicara. "Hmm.." Haris menoleh seraya tersenyum. "Go bajakaann..!!!!" ucap Narto
lagi membuat genderang telinga yang dengar serasa pecah. Kemudian Luthfi
menghampiri, ucapnya "Ahh.. kau ini.." Lalu ia duduk bersama mereka. "Use software
bajakan before buy software berbayar, benar toh..?"!" "Narr.. too..!!" ucap Haris, Luthfikri
juga Geo serempak. "Benarr toh?"" "Narr.. tooh.." "Halah.. kamu-kamu ini seperti biasa
hanya meledek namaku saja.." ucap Narto. "Habis unik sih..wkk.." ucap Geo, semua
tertawa riang sedang Narto garuk-garuk kepala kesal. Sebenarnya mereka sadar,
tindakan seperti itu [menggunakan software bajakan] adalah hal yang melanggar
hukum, tapi toh mereka punya pandangannya sendiri sebagai pehobi mengutak-atik
software rasanya tak berlebihan. Tawa canda mereka dihentikan dering ponsel Geo.
Instrumen jazz melantun dari ponselnya. "Ehh, bentar.." ucap Geo lalu mengangkat
panggilan telpon itu. "Haloo, Bu. Ada apa Bu?" ucap Geo, ternyata yang menelepon itu
ibunya sendiri. 33 dzyemtri.muharram@gmail.com
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Ini Geo,, kakakmu kan bakalan pulang dari Aceh. Tolong jemput kakakmu itu sekarang
yah di bandara," ujar ibunya. "Ohh.. Bentar lagi pulang ke rumah kok, lalu secepatnya
berangkat ke bandara." "Cepat yaa.. Ya udah gitu ajaa. Assalamu'alaikum.." "Iya..
wa'alaikumsalam.." ucap Geo menjawab salam ibunya, mengakhiri pembicaraannya di
handphone. Geo lalu berbicara dengan teman-temannya, "Mmm.. gue mesti balik nih..
Nyokap gue nyuruh gue jemput kakak gue ke bandara." "Kakak Loe yang laki?"" tanya
Narto. "Bukannlaah.. kakak gue yang cewek. Abis dari Aceh." "Owh.. abis bantuin
orang-orang yang kena bencana tsunami tohh," ucap Narto lagi. "Iyaa.. kakak gue udah
hampir 8 bulaanan..lah disana." "Wizz.. lumayan lama yah.. Jiwa kemanusiaan kakak
loe tinggi juga.." ucap Luthfikri. "Yaa iyaalah, ..sama kayak adiknya ini, lebih tinggi
malah. Hmm.. hihiii.." tanggap Geo. "Hahaaha.. ngarep.. bukannya sebaliknya?"!
Haha.." ucap Narto. "... Ehh, omong-omong soal bencana, gue jadi keingatan akan
dosa-dosa gue.." kata Haris yang memandangi temantemannya. "Iya, saya juga, jadi
keingatan apa kata Pak Ustadz.." "Apa gitu"!" tanya Geo. "Bencana itu memang ada
kaitannya dengan perilaku manusia," tegas Narto. "Hmm,, setiap bencana.. bisa jadi itu
merupakan cobaan, teguran bagi kita.. atau yang kita semua takutkan, itu merupakan
azab dari Yang Maha Pencipta.. Benar toh, Narto?" Luthfi menambahkan. "Mm..
Benaar.." "Narr.. toh?" Kawan-kawan?" 34 dzyemtri.muharram@gmail.com "Narrrr..
tooo.." ucap mereka sambil menunjuk ke arah wajah Narto. "Yaa.. mulai lagiii... dan
lagii.." ucap Narto. "..Hujan dah reda tuh, saatnya gue balik dulu," ucap Geo. "Eh!! Yaa..
akuu ikutan balik." "Gue juga ngikutlah. Yuk Ris, kita pulang dulu!" "Okee, Bro kalo gitu."
Semua keluar dari kosan Haris. "Kalo ujan gede lagi jangan balik lagi ke sini, gak
bakalan gue tampung..!! hehee..!" canda Haris sedikit teriak dari bibir pintu kosannya.
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"hahaaha.. lagian kosan loe bukan tempat penampungan lagi..!! yoo Ris, gue balik!!"
ucap Luthfikri. "Yow.. hati-hati ban motor bocor.." ucap Haris. "Okeyy.. Yoo Ris..!" ucap
Geo sambil menjalankan motor melaju dan ke jalan raya. Ketika Haris hendak menutup
pintu kosannya, tiba-tiba ada yang memanggilnya, "Bang, Bang Haris..!!" "Eh.. Sandy..
marii.."ajak Haris mempersilahkan. "Kenalin Bang, ini temenku. Fan.." "Haris.." Fan
menyodorkan tangan, mereka berjabat tangan. "Tadinya mau ke rumah Sandy, masih di
sana kan" Tapi berhubung udah datang ke sini, yaa gak jadi pergi tentunya." "Iya,
emangnya ada apa, Bang?" "Mau main doang, udah lama nggak ketemu." "Iya yah,
Bang. Sehabis dikejar sama Polisi aja ya Bang, kita nggak bertemu lagi. Untung saja
kita gak ketangkep. Ini Bang, aku punya 'barang' nih. yang kusimpan sisa dulu. Abang
masih pake kan?" ucap Sandy. "Mmm.. udah nggak.. simpan saja..!! Abang takkan
pernah membutuhkannya lagi.." ucap Haris. Fan hanya terdiam melihat, mendengarkan,
menyaksikan pembicaraan mereka. Sandy menarik nafas dalam-dalam, 35
dzyemtri.muharram@gmail.com "Abang udah berenti"! Syukurlah.. kalo gitu, 'barang'
ini akan aku buang, takkan kusimpan, karena aku juga tak butuh ini." "Kamu udah nggak
juga..?" tanya Haris pada Sandy. "Iya, Bang. Aku lelah, cukup lelah dengan dosa-dosa.
Aku udah berhenti jadi pengedar, pemakai. Aku sudah berhenti. Sekarang lebih fresh
aja, Bang." "Owhh.. bagus..lah.." "Untungnya aku dibantuin sahabatku ini untuk bisa
lepas, benar terlepas dari dekapan barang haram ini," ujar Sandy sambil
menepuk-nepuk pundak Fan, Temannya itu. "Kawan-kawan abang juga begitu, tidak
menjauhi abang, namun mereka terus berusaha agar abang bisa sembuh. Kamu, Fan.
Pernah diajaki buat make yang begituan nggak sama Sandy?" "Yaa nggak..lah.. Bang.
Maaf Bang, ada ballpoint dan kertas kosong"!" pinta Sandy. "Ada.. ada.. sebentar.. ...
ini," ucap Haris, kemudian menyerahkannya pada Sandy, lalu Sandy memberikannya
lagi kepada Fan. Fan menuliskan di kertas kosong itu, "Saya nggak pernah sekalipun
dicekokin barang yang begituan atau sejenisnya oleh Sandy. Sandy mengerti saya, saya
tak pernah pakai barang seperti itu, jadi Sandy pun menghargai pilihan saya itu," begitu
yang dituliskan Fan. "Maaf Bang, Sahabat aku ini nggak bisa.. bicara.." ucap Sandy
terbata-bata, sedang Fan kembali dengan senyuman. Selanjutnya Haris membaca
tulisan itu. "Mmm.. baguslah.. inilah persahabatan sejati. Jadilah sahabat yang baik,
sahabat yang senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan, saling mengerti,
menghargai Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
pilihan temannya, membuat hidup lebih baik dan lebih baik lagi," tutur Haris. Fan
kembali menuliskan sesuatu, "Iyaa, buat lebih baik, Kak. Lagi pula menjadi lebih baik itu
adalah sebuah keharusan dalam berkehidupan, bukan hanya sekedar pilihan hidup
saja." 36 dzyemtri.muharram@gmail.com "Hmm.. betul.. betull.. setuju banget dah..!"
ucap Haris. Ia menatap tajam wajah Fan, "..Bentar, bentar.. kayaknya.. pernah lihat
deh.. ... Mm, Oh iyaa, pas lagi main gitar, di halte bis sana, benar.. benar.. itu pasti
kamu. Permainan gitar kamu bagus," ucap Haris lagi, Fan mengangguk dan tersenyum.
"Ehh.. ini ada gitar, abang kasih buat buat kalian berdua, baru beli, masih garansi, hii,"
ucap Haris. "Beneran Bang, ..makasih Bang!" Sandy menerimanya dan memberikan
gitar itu pada Fan untuk dimainkan. "Weiiaa.. permainan gitarnya professional abiss.."
ungkap Haris. Seusai Fan mainkan gitar, lalu ia berikan gitar itu pada Sandy untuk
dicobanya. "Ayo coba Sandy..!" ucap Haris menantang. "..Maaf Bang, permainan gitarku
nggak secanggih Fan. Lagian aku lebih condong ke vocalist," ucap Sandy setelah ia
selesaikan sebuah lagu. "Coba.. coba.. kamu yang nyanyi dan Fan yang mainin Gitar,"
Apa Yaa Karya Dzyemtri Muharram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pinta Haris. Mereka pun nyanyikan kembali sebuah lagu namun berbeda dari yang tadi.
Pok.. tpokk.. pok pkk.. Tepukan tangan Haris mengapresiasi pertunjukan Fan dan Sandy
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
hingga berangsur berhenti. "Partner musisi yang handal.." ucap Haris menandakan
kekagumannya. "Bang, ada air putih" Kering nih.." Sandy meminta air sambil mengelus
kerongkongannya. "Tuh..! ambil sendiri ajalah.." Sandy mengambil dua buah air
minuman dalam kemasan gelas, "Nih Fan!" Sandy menyodorkan pada Fan. "Bang,
numpang tidur satu jam, ntar bangunin yah.." kata Sandy. "Yaa silakan, nanti dibanguni
dah. ... Fan, nggak ngikut tidur juga?" ucap Haris, Fan menggelengkan kepala. Sandy
mulai pejamkan mata. "Sini deh, kita main komputer!" ajak Haris pada Fan. 37
dzyemtri.muharram@gmail.com Haris menunjukkan sebuah software pengolah musik,
seraya berkata, "Lihat deh.. Coba kamu mainin gitar..!" Fan konsentrasi dengan gitar
yang dipegangnya, sedang Haris merekam nada yang mengalun dari petikan gitar itu,
"Bagus kan"!" tanya Haris. Fan tersenyum mengacungkan kedua jempol tangannya.
Fan kembali petik gitarnya dan Haris merekamnya. Begitu selanjutnya hingga satu jam
tak terasa berakhir. Haris beranjak untuk membangunkan Sandy, "Woy, Sandy..
bangun.. bangun..!!" Sandy pun bangun. Sesaat kemudian Sandy dan temannya pamit
pulang. "Saya pulang dulu Bang, nggak enak badan gini.." kata Sandy pada Haris. "Sakit
apa"! Jangan lupa minum obat!" "Nggak Bang, cuman butuh istirahat saja kayaknya."
"Lanjutin aja tidurnya di sini.." "Nggak ahh Bang, makasih.. Yuk Fan, kita pulang.. Ehh
Iya Bang, makasih juga gitarnya.." ucap Sandy pada Haris seraya mengajak Fan.
"Mereka [Sandy dan Fan] akhirnya pulang berjalan kaki menapaki trotoar di pinggiran
jalan raya. Berhentilah mereka di atas sungai yang melintasi jalan. Fan menggerakkan
kedua tangannya, maksudnya bertanya, "Kenapa berhenti di sini" Kenapa"!" Sandy
merogoh saku celana, mengambil 'barang haram' serbuk berwarna putih, "Buat ini..
Fan," katanya, menoleh menatap wajah Fan. "hm, Gue gak butuh ini..!!!" teriak Sandy
membuangnya ke sungai yang kecokelatan. Matanya terus ikuti hingga tertelan oleh air
sungai yang mengalir tak begitu deras. -???Suatu saat datang ke sebuah kampus
tempat Pak Yusuf berbagi ilmu dengan muridnya. Ia adalah Gofa yang hendak
menjemput kekasihnya bernama Lany, mahasiswi komunikasi. 38
dzyemtri.muharram@gmail.com Ketika Gofa lewat di depan Pak Yusuf yang sedang
menghubungi seseorang. Samar-samar terdengar Pak Yusuf sesekali menyebut-nyebut
nama Zakaria, nama yang tak asing baginya, karena Zakaria adalah nama salah
seorang dosennya waktu ia kuliah dulu. Gofa berpura-pura membenarkan tali
sepatunya. Ia menguping pembicaraan di telephon itu, "Benar," pikir Gofa, yang di
sebut-sebut itu memang Pak Zakaria, dosennya itu. Gofa lantas sembunyi di balik
pertigaan lorong-lorong kampus untuk kembali menguping. "..." "Pak Zakaria bikin
software"! Software apa, Pak?" tanya Pak Yusuf. "Sejenis proteksi lah, Pak. Baut di jajal
sama anak-anak nanti," tutur Pak Zakaria. "Ohh gitu.." ucap Pak Yusuf singkat. "..."
Suara lawan bicara Pak Yusuf tak begitu terdengar jelas, tapi Gofa cukup paham
maksudnya. Ia tambah tertarik karena yang dibicarakan itu ada sangkut pautnya dengan
software. "Hei.. lagi ngapain?"!" tanya Lany mengagetkan Gofa. "..He.. Hei..iyy.. Eh,
ngagetin aja. Gak, nggak apa-apa," ucap Gofa. Gofa menghampiri Pak Yusuf untuk
sekedar berkenalan, Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Pak.. maaf Pak, tadi saya menguping pembicaraan Bapak di handphone. Bapak ini
temannya Pak Zakaria?" tanya Gofa setelah Pak Yusuf memasukkan handphone ke
dalam saku bajunya. "Iyaa.. Anda ini saudara Pak Zakaria?" tanya Pak Yusuf. "Ohh,
bukan. Saya mahasiswanya dulu saat beliau masih sering mengajar." Beliau sekarang
tinggal di mana yaa" sudah lama tak bertemu dengannya," kata Gofa berbasa-basi,
padahal ia tahu benar rumah-rumah Pak Zakaria dan sesekali juga sempat ke sana. 39
dzyemtri.muharram@gmail.com "Sebentar-sebentar, bapak kasih alamatnya saja.."
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Pak Yusuf mengambil kartu nama Pak Zakaria dari dompetnya dan ia tuliskan di bagian
belakangnya sebuah alamat rumah yang sekarang di tempati Pak Zakaria, "Alamat
rumahnya yang ini saja. Beliau pasti ada di sana," tambahnya. "Ooh, terima kasih Pak."
"Sama-sama.." "Di tinggal dulu, Pak.." "Kami pulang duluan, Pak.." ucap Lany. "Yaa, Yaa
silahkan.." Sehari kemudian, di waktu matahari memancar panas, namun sesekali
mendung. Gofa hendak berkunjung ke rumah Pak Zakaria untuk memastikan bahwa
Pak Zakaria memang sedang membuat sebuah software dan software apa yang
dibuatnya, mungkin ia bisa segera mengetahuinya. Gofa bersiap-siap, mengambil
beberapa barang yang ia butuhkan. Pergilah ia. Setelah beberapa puluh menit, sampai
juga. Kebetulan Pak Zakaria ada di rumah itu, dipersilahkan masuklah Gofa. Gofa
melihat sebuah komputer yang masih menyala di ruang sebelah tak bersekat, terlihat
samar-samar sederet kode di layar monitornya. "Kayaknya benar nih lagi membikin
software," kata Gofa dalam hati. Setelah mempersilahkan Gofa, Pak Zakaria lalu
beranjak ke depan komputer seraya menutup program-program yang masih aktif,
namun ia tak lantas mematikan komputer itu. "Sebentar yaa, bapak bikinin air dulu,
silakan duduk." "... Pak, saya numpang ke air dulu." "Hee.. bapak bikinin air, kamu
malah numpang ke air, hehee. Silakan, udah tahu kan, nggak perlu di tunjukkan lagi?"
"Hhee.. Iyaa, Pak. Makasih.." Gofa pun beraksi, ia buka jaketnya, ia dekati komputer
yang selalu dipakai Pak Zakaria, lalu menancapkan ke port PS/2 keyboard sebuah
keylogger [berjenis hardware]. "Moga aja nggak ketahuan..." ujarnya dalam hati. Setelah
itu, Gofa 40 dzyemtri.muharram@gmail.com ke kamar mandi, ia gantungkan jaketnya,
lalu membasuh muka juga tangannya. Sehabis itu, ia kembali ke ruang tamu.
"Bagaimana kabarnya, Pak?" tanya Gofa. "Alhamdulillah.." "Gof, kamu ini udah nikah?"
tanya Pak Zakaria. "Yaa belumlah, Pak. Nanti kalau tunangan saya itu sudah kelar
kuliahnya, naahh baruu..." "Gimana kerjanya, lancar?" "Lancar, Pak. Seperti biasa,
terkadang pusing juga sih." "Biasaalah itu. Soal pusing, semua orang juga pada
ngalamin, apa lagi zaman udah kayak gini," ucap Pak Zakaria. "Ada apa nih,
tumben-tumbenan berkunjung ke mari," sambungnya. "Heehe, habis dari teman, Pak.
Sekalian saja ke sini, sudah lama nggak silaturrahim," jawab Gofa. Sambil mengobrol,
Pak Zakaria lalu menyalakan televisi, untuk sekedar menambah bahan obrolan. Nggak
seru kayaknya kalo obrolan nggak dibumbui berita terbaru. Berita politik dan hukum juga
sosial masyarakat menjadi bahan obrolan mereka, hingga Gofa pamit pulang untuk
mengantar kekasih hatinya yang hendak pergi kuliah. "..." "Aduh, Pak. Kayaknya obrolan
kita nggak bisa di lanjutin lama nih. Saya ada jadwal, jam segini, mengantar Lany,
tunangan saya itu kuliah lagi. Pamit dulu, Pak." "Waahhh.. punya jadwal rutiin nih,
hehee.." "Mm.. begitulah, Pak. Kalo gak dianterin atau nggak dijemput, suka bawel."
"Yaa, wajarlah.. takut kehilangan tuh.." kata Pak Zakaria mengikuti hingga ke teras. Gofa
pun pulang meninggalkan rumah Pak Zakaria. Setelah Gofa tak lagi terlihat, Pak Zakaria
pun masuk ke dalam rumah. Ia membuka sejenak pekerjaanya yang tadi sempat
tertunda di komputer yang masih menyala, "... Dzuhur 41
dzyemtri.muharram@gmail.com dulu ahh," ucapnya, lalu menuju ke kamar mandi
untuk berwudhu, karena kumandang adzan telah terdengar dari tadi, saat ia mengobrol
bersama Gofa. "Hmm, jeket siapa ini" ... jaket Gofa, tertinggal ini.." -???Beberapa hari
kemudian setelah Gofa bertemu dengan Pak Zakaria di rumahnya. Gofa kembali untuk
mengambil jaketnya yang sengaja ia tinggalkan. Saat Gofa datang, Gofa langsung
ditembak dengan pertanyaan, "Kamu mau ngambil jaket?" tanya Pak Zakaria tanpa
berbasa-basi. "Iyaa Pak, tertinggal.." jawab Gofa. "Ambil saja di ruang sebelah dekat
ruang komputer." Tanpa duduk dulu, Gofa langsung saja menuju ruangan itu. Tiba-tiba
ia bertemu dengan Haris yang selesai ngeprint beberapa lembar dokumen. "Ehh..
Loe..!!" "Loe..!!"
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Ngapain Loe ke sini"!" tanya Gofa sinis. "Gue ngunjungi Dosen gue.. nah Loe?"" "Gue
mau ngambil jaket gue yang ketinggalan lah.." Haris tak menyangka bakalan ketemu lagi
dengan Gofa, orang yang dulu mencuri karyanya. "..Apaan tuh"!" tanya Gofa, menunjuk
beberapa lembar kertas yang dipegang Haris. "Mau tau aja Loe..! Rahasia lah..!" jawab
Haris. "..Owh..." kata Gofa singkat yang kemudian melangkah ke ruang sebelah dan
Haris pun pergi meninggalkannya. Gofa mengambil jaketnya yang tergantung di
samping pakaian ala militer yang sering dipakai Pak Zakaria dulu. Lalu ia membelokkan
arah kakinya ke ruang sebelah seraya mengambil keylogger yang sengaja ia pasang
beberapa hari yang lalu. 42 dzyemtri.muharram@gmail.com "Makasih yaa, Pak. Eh,
Maaf Pak, tintanya hampir habis," ucap Haris setelah kembali ke ruang depan menemui
Pak Zakaria. "Iyaa, tak apa. Belum sempet diisi ulang soalnya," jawab Pak Zakaria.
Haris duduk berhadapan dengan Pak Zakaria, Gofa menghampiri lalu berkata, "Terima
kasih Pak, udah nyimpen jaket saya. Kalo begitu, saya langsung pamit saja." ".. Nggak
minum dulu.." ucap Pak Zakaria pada Gofa. "Nggak Pak, makasih," kata Gofa yang
terus menuju pintu depan rumah. Setelah Gofa benar-benar pergi, Haris mulai
melanjutkan bicaranya, "Pak, bapak pasang keylogger yah"!" "Hmm.. nggak kok, ehh
iya, pasang.. kok tau?" ucap Pak Zakaria mengiyakan, karena memang ia menginstal
sebuah software keylogger di komputernya itu. "Yaa kelihatan saja, Pak," ungkap Haris.
"Hmm.. ketahuan nih.." Namun keylogger yang mereka sangkakan bukanlah keylogger
yang sama, yang disangka Pak Zakaria adalah keylogger dalam bentuk software yang
sengaja dipasangnya, sedang yang disangka Haris adalah keylogger berbentuk
hardware yang mungkin dipasang Pak Zakaria. Padahal Pak Zakaria belum tahu bahwa
di komputernya ada yang memasang keylogger [hardware], Haris pun tak pernah tahu
bahwa Pak Zakaria memasang keylogger [software]. "Mmm.. saya juga pamit pulang,
Pak. Ada janji soalnya," ucap Haris pamit. Setelah kedua bocah itu pergi dari rumahnya.
Pak Zakaria menuju ke belakang dengan rasa heran. "Kelihatan"! Masa sih! Ahh, nggak
perlu di pikirkan." -???- 43 dzyemtri.muharram@gmail.com Persiapan sebuah acara
yang Pak Zakaria rencanakan telah hampir final. Tiga hari sebelumnya, undangan
segera disebarkan kepada 20 peserta istimewa yang telah dipilihnya, yang kesemuanya
merupakan anggota dari situs komunitas yang dibangunnya. Seusai Jum'atan,
undangan istimewa itu diterima Haris. "Undangan apa yaa?" tanya Haris pada pengantar
surat. "Dibaca sajalah.. mohon kehadirannya, jika kamu tak ingin kecewa," kata
pengantar surat. "Iyaa, Insya Allah." Haris menutup pintu kosannya. Lalu dibacalah
undangan tersebut. "Waah.. kayaknya acaranya bakalan seru nih," ucapnya. Lalu Haris
menyimpan undangan itu ke kantung belakang celananya setelah kelar dibacanya.
Namun ada perkataan dari pengantar surat tadi yang membuatnya bertanya-tanya,
'Mohon kehadirannya, jika kamu tak ingin kecewa'. Haris merasa ada sesuatu yang
disembunyikan, "Kan undangannya juga cuman berkumpul, silaturrahim antar komunitas
yang dibangun Pak Zakaria. Mengapa ia berkata demikian, maksudnya apa yaa"!"
Tanpa pikir terlalu jauh, lalu ia menghubungi Panitia acara lewat ponsel miliknya. "..." "..
Mbak, acara sesungguhnya apaan sih" Bikin penasaran saja," kata Haris pada Panitia
yang menerima telephonenya. "Pokoknya, Anda datang saja. Maaf, kami tidak
diperkenankan untuk memberitahukannya sekarang. Mohon hadir saja, jika Anda tidak
ingin kecewa," begitu tanggapan panita, seperti mengutip kembali perkataan yang
diucapkan pengirim surat. "Mmm.. seandainya kehadiran saya digantikan oleh orang
lain, apakah boleh?"" "Undangan yang Anda terima berupa undangan lewat e-mail atau
berupa surat biasa?" Panitia itu malah balik tanya. "Yang saya dapatkan, undangan
lewat selembar surat. Kalo lewat e-mail, kayaknya tak pernah ada tuh," jawab Haris. 44
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
dzyemtri.muharram@gmail.com "Hmm.. sebentar.. mohon tunggu.. ... ... terima kasih
telah menunggu. Begini, bila kehadiran Anda digantikan orang lain sih boleh-boleh saja,
itu hak anda. Tapi, jangan kecewa nantinya yah, jika kehadiran Anda ini digantikan. Dan
seandainya demikian, mohon memberikan undangan tersebut pada orang yang
menggantikan Anda, jangan lupa dibawa nantinya, saat menghadiri acara. Begitu
kira-kira." "Oh, begitu yaa." "... Ada yang ingin ditanyakan lagi?" "Cukup itu saja, terima
kasih." "..." Haris menutup handphonenya, "Apa yaa"!" pikirnya lagi. Kemudian ia
membaca lagi surat itu, matanya tertuju pada
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
sebuah nama yang ada di sana, Zakaria. Ia jadi teringat kembali dengan apa yang
dilakukannya saat datang berkunjung ke rumah Pak Zakaria, sebuah kesalahan pernah
dilakukannya. Ia genggam erat ballpoint, untuk menuliskan sebuah konsep surat untuk
Pak Zakaria. Lalu mengetikkan di komputernya dan mencetaknya, ia masukkan kedalam
amplop kosong, kemudian ia selipkan surat itu beserta undangannya di kantung
belakang celana jeansnya. Setelah itu, Haris pun pergi menuju rumah Luthfikri untuk
membahas software, project open sourcenya itu. Namun di tengah perjalanan, saat ia
menyebrang jalan, tiba-tiba sebuah mobil menabraknya tak sengaja karena remnya
blong, sehingga kehilangan kendali. Luthfi yang pada waktu itu hendak pergi ke toko
buku tempatnya bekerja. Luthfi buru-buru melihat keluar dan menghampiri kerumunan
orang. Samar-samar terdengar oleh Luthfikri ucapan orangorang yang ada di sana. "...
Bawa... cepetan bawa ke pinggir." ".. Hubungi rumah sakit..!" "Cepat.. cepat panggil
ambulan!!" "Astaghfirullah.. Ya Allah.. ada yang kecelakaan..!!" 45
dzyemtri.muharram@gmail.com Luthfikri menyelinap, "Permisi.. permisi.." ucapnya
ingin melihatnya dengan lebih jelas. "Yaa Allah.. Haris..!!" katanya lagi langsung
merangkul Haris, "Kenapa Loe?" Kok bisa gini?" "Luthfi.." "Yaa, Ris.." "Mghhh... Fi,
tolong cariin adik gue, adik kandung gue, temui dia, mohon jaga dia, sayangi dia..
mmmhh.. mungkin gue.. agghhh.. takkan bisa lagi menjaganya.." ucap Haris sambil
menahan rasa sakit yang teramat sangat. Lalu memberikan sepucuk surat dan juga
sebuah undangan, "..Dan ini.. Fi, berikan surat ini.. pada Pak Zakaria, dosen kita dulu..
juga.. mohon hadirilah undangan acara ini.. hadirilah.. penting.." "Jangan bekata gitu,
Ris.. Insya Allah, gue janji.." ucap Luthfikri bersimbah air mata tak tahan melihat
sobatnya seperti itu. "..Fi, sekali lagi pesan dari gue.. mohon cari adik gue, jaga dia,
sayangi dia, cintai dia, gue yakin dia juga mencintai Loe. Aaghhh.. sampaikan
permintaan maaf gue padanya. Fi, maafin gue.. mgghhhgh.." lirih Haris sambil
memberikan dompet ke telapak tangan Luthfikri. "Gue pasti maafi. Maafin gue juga, Ris,"
kata Luthfi, Haris pun tersenyum untuk terakhir kalinya. "Mghh.. mhh.. aaghh.. mmghh..
Ya Allah.. Allahu Akbarr.. Astaghfirullah..." nafas terakhir Haris terhempas, Haris
meninggal. Ambulan yang ditunggu sedari tadi, akhirnya datang juga walau agak
terlambat. Kemudian jasad Haris yang berlumuran darah itu pun dibawa. Hari itu juga
jasad Haris dikebumikan, di samping makam kedua orang tuanya. "Dulu, loe sempet
berpesan pada gue saat sakit Loe kambuh. 'Jika gue mati, mohon jangan tangisi
kepergianku ini kawan' kata loe. Namun, sungguh, gue gak bisa bendung lagi 46
dzyemtri.muharram@gmail.com air mata ini kawan, untuk saat ini.." ucap Luthfi
melepas kepergian sahabatnya itu. Sehari kemudian, Luthfikri pergi ke kosan Haris. Ia
ambil kunci yang ada di dompet Haris lalu membereskan sebagian barang-barang milik
Haris dan mencari potret adik kandung Haris, yang nantinya harus ditemuinya. "..."
"Hmm.. di mana yaa?"" "... Undangan, surat.. mm.. iya, adik Haris, mungkin foto adiknya
itu ada di dompetnya ini," kata Luthfi sambil membuka kembali dompet Haris. Luthfi
temukan sebuah foto yang tersembunyi. "Inikah wajah adiknya kini"! Rasanya pernah
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
kulihat wajah ini, tak asing lagi bagiku. Mmm.. Subhanallah.. ini.. Ini seperti orang yang
kulihat di perpustakaan, yang sering bolakbalik toko buku gue, yang gue sukai itu.
Apakah adik Haris adalah orang yang sama dengan seseorang yang sering kutemui
itu?" Dia itu kan namanya Dya Putri, sedang adiknya Haris, kan Nindya. Ahh gue gak
tau lagi nama lengkapnya apa. Benarkah Dya Putri dan Nindya adalah orang yang
sama?" Hmm bingung juga ternyata!" ungkapnya. Kemudian Luthfu membalikkan foto
itu dilihatnya sebuah tulisan 'adik imutku Nindya Rahmania Putri' Luthfi terdiam seakan
mulutnya terkunci, tak menyangka. "Nindya Rahmania Putri.. Dya Putri.. Dya, Nindya..
Dya Putri, Nindya Rahmania Putri.. ini benar-benar nama yang sama.." kata Luthfi
mengulang-ulang nama itu. "Andaikan gue tau dari dulu, kalo Dya Putri adalah Nindya,
adik Loe itu. Mungkin gak susah-susah Loe nyari sanasini tuk temukan adik kandung
Loe itu, Ris," kata Luthfi dengan rasa sedih. Luthfi mengambil sebuah handphone yang
tergeletak di atas laptop. Melihat-lihat daftar kontak yang ada. Jarinya berhenti saat
temukan sebuah nama 'adik imutku', lalu mencari nama dengan awalan 'D' juga 'N',
namun Luthfikri tak 47 dzyemtri.muharram@gmail.com kunjung temukan nama yang
sesuai dengan apa yang ingin dicarinya. Jarinya kembali terdiam, ia tatap sebuah
kontak, lalu berkata, "Adik imutku?" Mungkin ini nomor handphone Nindya." Luthfi lalu
menghubunginya. "Halo, Assalamu'alaikum" Luthfi mengawali pembicaraan.
"Wa'alaikum salam, kakak.. kok suaranya beda yaa, Kak. Ini kakakku kan, Kak Haris?"
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Ini dengan Nindya?"" Luthfi berbalik nanya. "Iya, memangnya kenapa?" "Maaf Nindya,
yang nelpon ini bukan kakak kamu," "Lalu siapa?"" ini benar kan nomor kakakku?" "Iya,
benar, kamu gak salah, ini memang nomor punya kakakmu. Mmm, saya Luthfi,
sahabatnya. "Luthfi?" Ada apa yaa"!" "Ada sesuatu hal penting yang ingin kubicarakan,"
kata Luthfi sambil menarik nafas dalam. "... Kakakmu, Haris.." "Ada apa dengan
kakakku.."!" "Mmm.. aku tak sanggup tuk mengatakannya.." "Mohon katakan saja..
katakanlah, Kak. Pleasee.." "Baiklah, Dya. Kakakmu kemarin lusa mengalami sebuah
kecelakaan, yang mengakibatkan ia ... ia.. tiada, Dya. Haris telah tiada.. hiks.. hik.."
"Kakakku... Kak Haris meninggal. Ia meninggalkan aku. Innalillahi wa... hikkk.. hikss.. dia
takkan pernah kembali lagi.. hikk.. hikkk.. hiikks.. kakakk.. Kak Haris, kakak lucuku.. hik..
hikkk.. hiikk.." Nindya tak hentinya menangis mendengar kabar kakaknya itu. "... Dya..
Dya.. Haloo... Nindya.." Luthfi tak dengar lagi ucapan dari Nindya, yang terdengar hanya
tangisan seorang adik yang kehilangan kakaknya. "Halo Nindya, Haloo.." Luthfi
mencoba bicara kembali, namun tak ada jawab, hanya tangisan. Beberapa detik
kemudian Luthfi menutupnya. Luthfi bingung harus bagaimana lagi, dengan segera ia
cari-cari alamat Nindya. 48 dzyemtri.muharram@gmail.com "Mana alamatnya"! Harus
ada! Pasti ada..!!" Ia cari-cari laptop, di dalam handphone, tumpukan kertas, "Halah, tak
ada juga.." Luthfi tenangkan hatinya sejenak, lalu ia cari kembali, akhirnya in temukan
alamat itu di handphone haris. "Akhirnya, nemu juga," ucap Luthfi dengan nafas tak
teratur. "Gue harus segera ke sana, gue takut Nindya kenapa-napa." Luthfi terdiam
sesaat seraya berkata, "Jiaahh, Gue kan dulu pernah ke rumahnya, napa gue
susah-susah nyari alamat itu dari tadi. Hauhh..!" Tanpa banyak bicara lagi, Luthfi segera
ke pangkalan ojek. "Bang, anterin gue cepetan!!" ucapnya. "Iya.. iya.." kata tukang ojek
itu. Motor pun melaju lumayan kencang. Beberapa saat kemudian sampailah ia di depan
rumah Nindya. "Ini bang. Makasih Bang," ucap Luthfi sambil memberikan ongkosnya.
Lalu Luthfi mencoba tuk menghubungi nomor handphone Nindya, namun tak kunjung
Apa Yaa Karya Dzyemtri Muharram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diangkat. Kemudian ditanyalah Luthfi oleh Satpam rumah. "Mau bertemu siapa, Dek"!"
"Nindyanya ada, Pak?"" "Ohh.. mau bertemu Non Nindya. Ada.. ada." "Anda ini
siapanya yaa"!" lanjut Pak Satpam. "Saya temennya, Pak." "... Silakan.. silakan..
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
masuk." Luthfi masuk, lalu Pak Satpam mempersilakannya duduk di kursi di teras
depan. "Silakan duduk, tunggu ya sebentar. Saya panggilin dulu," kata Pak Satpam.
"Iya, Pak." Pak Satpam masuk ke dalam rumah memberitahukan bahwa ada tamu.
Dilihatlah Nindya sedang bersama Bunda Tiata di ruang keluarga. "..." "Yang sabar yah,
Dya." 49 dzyemtri.muharram@gmail.com "Iyaa Bunda," ucap Nindya setelah ia
ceritakan apa yang terjadi pada kakaknya. "..." "Hmm.. Bu," kata Pak Satpam. "Ada apa,
Pak?" tanya Bunda Tiara. "Ada tamu, yang nyariin Non Nindya," jawab Pak Satpam.
Nindya berdiri dan menghampiri Pak Satpam, lalu bertanya, "Siapa yaa?"" "Namanya,
kalo nggak salah.. mm.. Luthfi.." "Luthfi, Pak?" "Iya namanya Luthfi. Ia lagi nungguin tu di
depan," kata Pak Satpam. Nindya langsung keluar menemui orang yang duduk diteras
itu. Pak Satpam mengikutinya di belakang. "Kamu" Kamu kan, Fikri" Yang di toko buku
itu kan?"" tanya Nindya yang samar pernah mengenalnya. "Iyaa, Fikri yang di toko buku
itu, tepatnya Luthfikri. Maaf nggak sempat cerita soal itu," jawab Luthfi menatapi wajah
Nindya yang memerah karena menangis. "Ada apa dengan kakakku"! Ada apaa?"!"
Mohon ceritakan, gimana kejadiannya?" tanya Nindya tak sabar ingin mengetahuinya
dengan pasti. Luthfi menarik nafas sangatlah dalam dan panjang pula, seakan oksigen
yang ada di halaman terhirup semua olehnya. Setelah agak tenangan, mulailah
bercerita perihal kakaknya. "Hmmh.. Begini, Dya," begitu kata Luthfi mengawalinya. "..."
Lumayan banyak kata-kata yang terucap dari lisan Luthfi, menceritakan dengan detil
yang jelas tiap kejadian yang dilihatnya waktu itu. Sedang Nindya tak sedikit pun kata
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
meluncur dari bibirnya, ia menyimak, dan hanya menyimak ucapan Luthfi. Setelah Luthfi
ceritakan semuanya, barulah Nindya angkat bicara, "Kak..!" ucapnya singkat. Ia
meminta Luthfi untuk segera mengantarnya, "Kak Luthfi, bisa antar aku kan, ke
pemakaman kakakku?" tambahnya. 50 dzyemtri.muharram@gmail.com "Boleh, tapi
aku nggakbawa kendaraan nih," kata Luthfi. "Pake, motorku aja tuh..!" kata Nindya
menunjuk motor yang terparkir berjarak tak jauh dari tempat mereka berdua duduk.
"Sebentar, pamit dulu sama bunda," lanjutnya. "Yaa.." ucap Lutfhi menganggukkan
kepala. Tak lama, Nindya keluar dan mereka pun berangkat. "Tante, kami berangkat
dulu," kata Luthfi pada Bunda Tiara yang menghampiri mereka. "Daa.. Bunda!" "Hati-hati
yaa..!" Sepeda motor itu pun melaju dan beberapa meter lagi bakalan menyentuh jalan
raya. "Mari Pak..!" ucap Luthfi pada Pak Satpam saat di depan pintu gerbang. "Kak, ke
florist dulu yaa.." pinta Nindya. "Okeyz.. siap.." Sampailah mereka di tempat yang penuh
keharuman. Disana Nindya membeli beberapa jenis bunga. "Mmmh, haus nih. Dya, aku
cari air mineral dulu ya, sebentar kok," kata Luthfi. Ia beli 2 botol air mineral, satu
untuknya, satu untuk Nindya. Setiba di pemakaman, mereka taburkan bunga di pusara
Haris juga di kedua orang tua Nindya. Air mineral yang tak Nindya minum juga yang tak
dihabiskan Luthfi, disiramkanlah oleh mereka. Lalu mereka membacakan beberapa ayat
suci Al-Qur'an sejenak. Tak ada lagi tangisan Nindya, hanya beberapa tetes air mata
yang terjatuh dari kedua mata. Air matanya sudah terkuras habis saat pertama kali
mendengar berita kakaknya. "Kakak lucuku.." lirih Nindya kehabisan kata. Seusai dari
pemakaman, pergilah mereka menuju kosan Haris. Luthfi menyerahkan beberapa
barang-barang milik Haris. "Dya, inilah kosan Haris, tempat ia berteduh melepas lelah,"
kata Luthfi. 51 dzyemtri.muharram@gmail.com "Ini barang-barang kakak kamu
semuanya. Kuserahkan padamu, dan ini kunci kosannya," ucap Luthfi lagi. "... Dan, ini.."
Luthfi mengambil dompet Haris dan mengambil kartu ATMnya, "Kamu harus
menyimpannya," lanjutnya sambil menyerahkan dompet juga kartu ATM pada Nindya.
"Ouwh, kartu ATM pemberian papaku. ...Inilah salah satu kenangan yang berharga
bersama kakakku," ucap Nindya sambil mengecup kartu ATM itu. "Kakak lucuku.. mm.."
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Nindya pun tersenyum. "... Kak, mohon, Kak Luthfi saja yang pegang semuanya ini,"
kata Nindya. "Tappi, tapi Dya." "Kak Luthfi saja, Dya percayakan sama Kak Luthfi. Pasti
kakak membutuhkannya." "Untuk ini ..." Luthfi memberikan kartu ATM padanya, "Aku tak
kan bisa menyimpannya, terlalu berharga. Lebih baik kamu sendiri yang menyimpannya.
Semoga ini akan selalu mengingatkanmu pada kakakmu. Aku senang ketika kulihat
kamu kembali tersenyum nampak ceria," katanya lagi. Nindya pun tersenyum simpul.
Tak disengaja, ada sebuah kertas terjatuh dari dompet Haris yang sedari tadi dipegang
Luthfi. "Apa ini..?"" tanya hati Luthfi, "Apa yaa"!" sedikit heran. "Apa, Kak?"" Nindya pun
bertanya. "Ini.." Luthfi berikan secarik kertas yang terjatuh itu. "Apa ini, Kak?" "Mm,
nggak tau tuh." "Hmm.. penuh dengan teka-teki," ucap Nindya sedikit mengerutkan dahi.
Luthfi menerima kertas itu lagi, "Ini tu, apa yaa"!" ucapnya. Nindya melihat lihat ke
sekeliling dinding kamar kosan itu. Jarinya menunjuk sebuah lukisan yang pernah
dibuatnya sebagai hadiah ulang tahun kakaknya dulu. 52
dzyemtri.muharram@gmail.com "Itu, lukisan itu. Ternyata masih disimpannya." Air
mata bahagia berbaur sedih pun jatuh membasahi pipinya. "Kenapa, Dya?"" "Tak
apa-apa." Lalu dengan segera Luthfi mengambilkan lukisan itu dan menyerahkannya
pada Nindya yang kembali tersenyum. "Lukisan ini aku bawa ya, Kak?" "Yaa, silakan!"
Nindya melihat jarum jam di tangannya. "...Pulang yuk, Kak! Takut keburu ujan,"
ajaknya. "Yuukk...!! ... Ehh, kamu pulang duluan saja, mau beresberes dulu." "Mm, Iyaa
deh kalo gitu. Nindya pulang dulu ya, Kak." "Hati-hati yaa," ucap Luthfi dengan lembut.
"...Daah, Kak.. Wassalamu'alaikum.." "Wa'alaikum..salam.." jawab Luthfi di depan pintu
itu. Ia masih memandanginya beberapa saat. Luthfi berbalik lantas berkata, "Mmm,
kasian juga Nindya, pulang sendirian, mana lumayan jauh lagi. Hmm.. Ahh mending gue
anterin Nindya dulu, beres-beres tu gampang!" Luthfi keluar dari kosan dan berlari ke
arah Nindya pergi. kejar Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Ia motor itu yang mulai berbelok ke sebelah selatan. "Dya, Dyaa!" Luhfi memanggilnya
cukup kencang. Laju motor pun terhenti. "Dya, biar aku anterin kamu dulu." "Nggak apa
pa, Kak. Udah gak apa apa.." "Biar aku yang bawa, kan lumayan jauh tuh." "Yaa boleh
deh. Anterin sampe pintu rumah ya Kakak tukang ojek!" ucap Nindya sedikit
cengengesan. "Hiii, tukang ojek?" Tak apa lah. Let's go!" Dalam perjalanan,
butiran-butiran halus jutaan titik-titik air mulai terjun dari sarangnya. "Yaaa udah ujan,
Kak." "Tenang, masih rintik-rintik kok, nggak menggigit ini." "Heumm.. eaa seeh..! nggak
gigit. Tapi bikin sakit." 53 dzyemtri.muharram@gmail.com "Yaa mudah-mudahan
nggak lah.." "..." "Akhirnya sampai juga. Jangan lupa sampe pintu rumah." "Iyaa, iya..
tenang aja." "..." "..Ehh iya, Kakak pulangnya?" "Pulangnya?" Nanti juga ada yang
jemput." "Siapa?" "Bis Kota, hehee. Salam buat om dan tante aja." "Nggak mampir
dulu?" "Nggak ah, kapan-kapan saja, buru-buru nih, takut ujan menggigit. Yuk, Dya.
Assalamu'alaikum." "Yee.. Wa'alaikumsalam." Beberapa meter dari rumah Nindya,
Lauthfi pun pulang naik bis kota yang penuh sesak dengan oleh penumpang. Di
perjalanan, hujan turun dengan derasnyanya. "Alhamdulillah, untung gue udah di dalem
bis," katanya dalam hati. Selepas pintu bis terbuka, dengan segera ia lari menuju kosan
Haris. Hujan mengguyur sekujur tubuhnya. "Dinginnnyaa..!" ucapnya sesampai di kosan
Haris. Tak lama dari itu, ada SMS masuk ke handphone miliknya. Kak, digigit ujan yaa"
^^ maaf yaa, kak.. Ternyata SMS itu dari Nindya. Hihii, iyaa kena gigit niy. Gak pa apa
kok :) Setelah tubuhnya agak kering, kemudian Luthfi nyalakan laptop itu, mencoba
membuka-buka folder. Niatnya hanya untuk mencari file projectnya bersama komunitas
KP Open Source Project. Namun, dengan tak sengaja ia buka sebuah 54
dzyemtri.muharram@gmail.com file, yang ternyata isinya adalah surat Haris untuk Pak
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Zakaria. Kedua bola matanya melihat tajam kata-kata di surat itu, "Pak Zakaria"
Program.." Hmm..?"" ucapnya. Luthfi kembali menelsuri file-file yang ada. Ia temukan
sebuah software di sana, yang belum ia ketahui apa. Ia jalankan software itu. "Need a
password..?"" katanya. Luthfi teringat dengan kertas yang tadi siang terjatuh dari
dompet milik Haris. Kemudian ia mengambil kembali kertas itu dan sedikit menelitinya.
"Mungkinkah ini?"" pikirnya. Lalu ia masukkan kata yang ada, "Yah, salah.. Waduwh,
softwarenya menghancurkan diri. Ngilang ke mana ini?"" Ia amati benarbenar kertas
yang di pegangnya sekian lama untuk sekedar memahaminya. -???Suatu saat jauh di
alam bawah sadarnya. Kening Nindya dikecup dengan manisnya oleh seorang pria yang
tadi siang menemaninya. Handphonenya berdering, Nindya lantas mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum.. Dya." "Wa'alaikum salam.." "Dya.." "Yaa.." "Sebenarnya. Aku hanya
ingin bilang sesuatu, maafkan aku mengecup keningmu, seharusnya aku tak begitu.
Akankah kamu berikan maaf itu"!" "Insya Allah, aku maafkan dan semoga Allah juga
kan memaafkan." Nindya buru-buru bangun, Handphonenya berdering kencang, kini
bukan lagi dalam mimpi, alam bawah sadarnya. Ia mencari-cari handphonenya. "Ehh,
iyahh.. Tari ulang tahunn..!" ternyata itu reminder ulang tahun sahabatnya, sengaja ia
set pukul 00.00. Nindya langsung menelphone 55 dzyemtri.muharram@gmail.com
Mentari, sekedar untuk ucapkan selamat ulang tahun tepat di malam hari. "Haloo.."kata
Mentari. "Tarii.. sahabatku tercintaa.. met milad yaa.. selamat ultah aja.. all the best lah
pokoknya.." kata Nindya. "Makasiih, Dya. Sahabatku yang pertama kali ucapin selamat
padaku." "..Ntar siang traktir yaa.." "Beress.. ditraktirin deh semuanya.. hehee.. Hmm..
Dya, mataku ingin tertidur lagi nih.. masiy ngantukk.. tuk..tukkk.. nanti sambung lagi
besok, selepas ayam berkokok. yaa Dya.." "Yaah, nggak seruw niy.. hehee.. yaaudah
deh, met tidur lagii.. nice dream aja kalo gitu.." "Nice dream too.." kata Mentari menutup
ponselnya, begitu pula dengan Nindya. Nindya mengingat-ingat mimpinya tadi, ia
terdiam sesaat, heran dengan mimpinya. "...mm.. Kak Luthfiku" Ada apa yaa"! Hemmh..
Tidur lagi ahh.." ucapnya, tersenyum. Lalu ia ambil selimutnya, mencoba tuk pejamkan
mata berharap dapat melanjutkan lagi mimpinya. -???Pagi hari yang terlihat mendung
mulai berangsur cerah Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
menemani langkah-langkah bagi yang tak ingin menyerah. Luthfikri bersiap tuk hadiri
undangan acara seperti yang diharapkan sahabatnya, agar Haris tak kecewa. Luthfi
menelepon Geo, untuk mengantarkannya ke tempat acara itu. Geo datang dan
mengantar hingga sampailah mereka di sana. "Fi, gue gak bisa nemenin Loe lama-lama.
Gue ada kerjaan soalnya. Gue berangkat dulu ya. Semoga sukses, Bro," ucap Geo.
"Thanks, Bro! Sukses juga buat Loe. Hati-hati uyy!" "Yoi.." 56
dzyemtri.muharram@gmail.com Geo pun menghidupkan motornya lalu pergi menuju
kantor tempatnya bekerja. Luthfi berjalan hendak memasuki sebuah gedung. Ia bertemu
dengan seorang Panitia yang meminta kartu undangan padanya. "Undangannya"!" pinta
Panitia itu. "Ohh.. yang ini, Pak?" kata Luthfi. "Untung saja gue bawa ni undangan,"
lanjut hatinya. "Saya di sini untuk menggantikan sahabat saya, Haris." Sambungnya.
"Jadi Anda?"" "Saya Luthfi, penggantinya." "Sahabat Anda" Ada apa memangnya
dengan Haris" Kenapa nggak bisa hadir?" "... Ia telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa,
Pak." "Innalillahi wainna ilaihi raji'un.. Benarkah" Meninggal"!" tanya Panitia itu seakan
tak percaya. "... Dia tertabrak, Pak." Luthfikri mengangguk. "Ehh.. iya.. Apa Pak
Zakaria-nya ada?" "Beliau sedang di rumah sakit." "Ouwh.. mmm.. saya ketitipan surat
dari Haris sebelum ia meninggal. Surat buat Pak Zakaria. Ini, mohon disampein."
"Mmm.. boleh.. Insya Allah nanti disampaikan," kata Panitia itu. Lewatlah di hadapan
mereka seorang Panitia lagi. "Hey, Nu. Mau ke mana?" tanya Panitia yang sedang
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
mengobrol dengan Luthfi. "Mau ke rumah sakit dulu.." jawab Panitia yang satu lagi. "Mau
apa?" "Nggak tau tu, disuruh Pak Zakaria." "Ehh.. sini, sekalian sampein ini surat buat
Pak Zakaria. Jangan lupa, jangan sampai ilang, penting.." "Okey bozz, beressslah..
yuuukk!!" ucapnya lalu pergi. Luthfi menjabat tangan Panitia di hadapannya itu seraya
berkata, "Terima kasih, Pak!" 57 dzyemtri.muharram@gmail.com "Sama-sama.. Ehh,
acaranya akan segera dimulai tuh, silakan Anda masuk saja.." ucap Panitia itu
mengingatkan. "Oh iya, kalo gitu, saya gabung dulu dengan yang lain. Mari, Pak," kata
Luthfi. Luthfi melihat ke semua orang yang berada di sana. Pandangan matanya
berhenti saat melihat ke arah Gofa, "Ternyata ternyata orang itu hadir juga," ucapya
dalam hati. Acara dimulai dengan sambutan yang sengaa dibacakan oleh Pak Yusuf
sebagai pengganti dari Pak Zakaria yang tak memungkinkan untuk memberikan sebuah
sambutan. "..." "Kepada ke 20 peserta, saya ucapkan selamat berlomba saja. Sekian
terima kasih.. wassalamu'alaikum.." begitulah Pak Yusuf mengakhiri sambutannya.
Sayangnya Pak Yusuf tak bisa mengikuti acaranya hingga selesai. Ia harus pergi dulu
ke kantornya. Ini adalah puncak acaranya dimana dipanggillah ke 20 peserta termasuk
Luthfi juga Gofa untuk dihadapkan dengan masing-masing sebuah komputer dan
sebuah program [software] yang dibuat khusus oleh Pak Zakaria sendiri. "..." "Kami
persilakan untuk memecahkannya," ucap Panitia. Seorang panita berbicara melanjutkan
ucapan temannya, "... Dan saya, kami, semua Panitia di sini, tidak dan belum
diberitahukan sedikit pun kata kuncinya itu apa. Seperti yang dikatakan Pak Zakaria
clue-nya itu adalah salah satu kunci kehidupan. Mungkin beberapa menit lagi kami baru
diberi tau oleh Pak Zakaria selaku pembuatnya. Yaa.. sekarang silakan saja Anda-anda
ini pikirkan." "Kunci kehidupan?"" tanya mereka. Mata para peserta terfokusan pada apa
yang di hadapan, sebuah program yang entah apa maksudnya. "Hmm, program yang ini
itu kah"!" tanya Luthfi pada batinnya. "Kunci kehidupan?" ucapnya. "Apa yaa"!" tanya 58
dzyemtri.muharram@gmail.com hatinya lagi. Ia pejamkan mata untuk sekedar
mengingatingat apa yang harus ia ketikkan tepatnya" pada sebuah kotak kecil melebar
yang terdapat di tubuh progam yang masih nampak kosong tiada isi. "Hmm.. Bismillah..
semoga ini berhasil.." Dengan hatihati dan penuh keyakinan ia ketikkan character demi
character password tersebut seperti instruksi yang dilihatnya, yang dibacanya semalam,
sebuah tulisan yang terdapat dalam secarik kertas itu. Luthfi mendengar ucapan peserta
lain yang kebingungan, "Passwordnya apa"!! Aduhh..!!" "Apa yahh"! Yaagh gue
payaghh.. ghh ghhh..!!" Sayup terdengar ada seorang peserta yang bertanya pada
peserta di kiri kanannya itu, "Apa sih"!" "Yaa gue juga gak tau." "Apa yaa"!" ucap yang
lainnya lagi, malah bertanya pada dirinya sendiri sambil menggaruk-garuk kepala.
"Waah.. Aplikasinya menghancurkan diri sendiri..!! Gimana nihh?"!" "Kalo programnya
menghancurkan diri, silakan copy-kan
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
dulu programnya yang ada di folder back-up, lalu jalankan kembali sampai benar-benar
tepat terbuka. Kalau salah lagi, dan musnah dengan sendirinya lagi, yaa tinggal copas
[copypaste] saja lagi, jalankan lagi, lagi, seterusnya," tutur Panitia. Begitulah expresi
sebagian peserta. Namun, tidak demikian dengan Gofa, ia terlihat santai, tenang, tak
seperti yang lainnya. Apa yang mereka lakukan di hadapan komputer, terlihat jelas
ditampilkan di layar yang cukup lebar, disaksikan juga oleh banyak orang. Jadi, tak
heran face-face 'lucu' mereka kadang membuat hadirin tersenyum bahkan tertawa.
Tidak lebih dari 30 menit, akhirnya sesion itu pun selesai juga. Acara dilanjutkan dengan
sambutan dan penampilan Band juga penyanyi lainnya, sambil menunggu hasilnya yang
kan diumumkan Panitia hari itu juga. 59 dzyemtri.muharram@gmail.com -???Di
sebuah rumah sakit, di ruangan yang cukup luas tak sempit, ada seorang pasien sedang
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
membaca sebuah surat yang telah diambil dari amplopnya. Dipakailah kacamatanya,
Pak Zakaria mulai membaca kata demi kata. Maksud dari surat itu ternyata sebuah
permintaan maaf Haris padanya. Kepada Yth. Guruku, Pak Zakaria Assalamu'alaikum..
Pak, apa kabar" Dengan surat ini, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan pada bapak.
Maaf, Pak. Maaf sebelumnya. Ketika saya berkunjung ke rumah bapak waktu itu. Saya
menyesal, Pak. Ada sebuah kesalahan yang mungkin besar telah saya lakukan, saat
saya nge-print dokumen di rumah bapak. Maaf, saya lihat sebuah keylogger terpasang
di begian belakang komputer bapak, dan salahnya saya mengambil data yang terekam
pada keylogger tersebut. Juga sebuah program yang bapak buat, lagi-lagi saya
mencurinya, meng-copy-pastekannya ke flashdisk saya tanpa izin, tanpa
sepengetahuan bapak. Sekali lagi maaf, maafkan saya, Pak. Maaf saya hanya ingin tau.
Maaf. Begitu kiranya, semoga bapak berkenan memaafkan kesalahan yang saya buat.
Tertanda, Haris Hudaya Putra Hanya ada senyuman yang terpancar dari wajah Pak
Zakaria, seraya berkata, "Saya maafkan, Nak." 60 dzyemtri.muharram@gmail.com
Dipanggillah seseorang olehnya. "Apa acaranya sudah selesai?" tanya Pak Zakaria.
"Kayaknya sudah, Pak," jawabnya. "Tolong panggilkan Haris Hudaya Putra padaku.."
pinta Pak Zakaria. "Baik, Pak!" Beberapa saat kemudian, orang itu kembali lalu berkata,
"Pak, Haris Hudaya Putra tak ada di sana. Dan katanya, ia sudah meninggal, Pak."
"Meninggal"! Innalillahi wa inna..." kata Pak Zakaria kaget seraya memelankan
ucapannya. Lalu muncullah dua orang Panitia menghampiri Pak Zakaria. "Ini beberapa
berkas yang dibutuhkan Panitia," kata Pak Zakaria menyerahkan beberapa dokumen
yang masih tertutup rapat dalam amplop berwarna cokelat. -???Acara kembali
dilanjutkan, diumumkanlah siapa-siapa saja yang menjadi pemenang. Setelah Panitia
memprosesnya dengan cukup lama. "Di dalam kompetisi ini, tidak ada yang
menang-kalah, tapi lebih ke berhasil atau tidak. Ada beberapa orang di sini yang
berhasil memecahkannya, walau tak seluruhnya tepat dan akurat. Kami panggilkan
Aniza, Fahrainy, Gofa, Luthfikri, Ozi, juga Rizky. Silakan untuk ke atas panggung," kata
Panitia. Mereka pun naik untuk sekedar menerima sebuah penghargaan dan hadiah
secara simbolis. "Selamat untuk Ke 6 peserta mereka layak mendapatkan itu. Dan untuk
pembahasan lebih jelasnya mengenai acara ini semua akan dibahas nanti ba'da
Dzuhur," ucap ketua Panitia memberhentikan sejenak. -???- 61
dzyemtri.muharram@gmail.com Datanglah beberapa dosen ke kamar pasien. Hendak
menjenguk Pak Zakaria. Kesemuanya adalah teman seprofesi Pak Zakaria dulu.
Tiba-tiba dua orang masuk menghampiri Pak Zakaria, menyerahkan video rekaman
acara yang baru saja selesai. Lalu memutarnya di laptop, di perlihatkanlah kepada Pak
Zakaria dan disaksikan juga oleh beberapa temannya. "..." "Pak, ini kayak mahasiswa
kita dulu," kata Pak Zakaria. "Mana, Pak?" kata dosen di sebelah Pak Zakaria. "Yang
ini..!!" jawabnya sambil menunjuk salah seorang. "Ini salah seorang mahasiswa
berprestasi di kampus kita. Kita sempat kehilangannya, dan baru kali ini lagi saya
melihatnya," ucap dosen yang lain. "Siapa yaa namanya" Hmm?"" kata dosen yang
satu lagi. "Dia Luthfikri, Bapak-bapak dan Ibu sekalian. Dia menggantikan Haris Hudaya
Putra yang tak bisa hadir dan tak kan pernah hadir di acara ini.." tutur salah seorang
Panitia acara yang ada di sana yang tadi menyerahkan video rekaman itu. "Haris
Hudaya Putra?" "Ehh.. Iya itu juga mahasiswa kita dulu kan, Pak"!" kata Ibu dosen.
"Aagh.. Iya, mahasiswa kita.." kata Pak Zakaria sambil menahan sakitnya. "... Kenapa,
Pak?"
Apa Yaa Karya Dzyemtri Muharram di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
"Tak apa-apa.." "..." "Mmm.. Emangnya kenapa Haris tak ikut?" "Dia sudah dipanggil..
oleh Yang Maha Pencipta.." jawab Pak Zakaria. "Yaa Allah.. Innalillahi.." Pak Zakaria
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
bertanya pada kedua Panitia itu, hanya enam orang ini yang berhasil?"" "Iya, Pak. Ini
daftar namanya. Mm.. Ini.. Aniza, Fahrainy, Gofa, Mm.. Luthfikri, Ozi dan Rizky." 62
dzyemtri.muharram@gmail.com "Aniza, Fahrainy, Gofa, .. Luthfikri, .. Ozi, .. Rizky."
"Kesemua ini diambil sesuai peraturan yang Bapak buat. Dan untuk yang lainnya,
memang mereka belum berhasil." "Terima kasih, saya ucapkan sungguh terima kasih
buat semuanya.. Arghh.." kata Pak Zakaria merasakan dadanya sangatlah sakit. "..."
"Pak.. Pak.. Aduhh.." "..." "Panggilkan dokter atau suster.. cepatt..!!" kata seorang dosen.
"Suster.. suster..!!" salah seorang dari mereka memanggil keluar. "..." "Mm.." "Yaa,
Pak?" tanya seorang anggota Panitia. ".. Tolong hubungi Pak Yusuf untuk segera ke
sini," pinta Pak Zakaria. "Baik, Pak!" kata salah seorang Panitia yang ada di sana.
-???Di siang hari yang cerah, ada sebuah keluarga yang sedang berkumpul, duduk di
depan meja, makan siang bersama di sebuah mol ternama. Tujuannya hanya untuk
menghibur Nindya yang sedang berduka lara, ditinggal kakak kandungnya. Di sana,
Nindya ditemani bundanya, bunda Tiara, juga ayahnya, ayah Yusuf yang datang
belakangan selepas dari kantornya, setelah memberikan sambutan di acaranya Pak
Zakaria. Kebahagiaan tercitra lewat pancaran kedua mata mereka. Bertemulah mereka
bertiga dengan Anggara juga Mentari yang akan mengadakan pertemuan kecil di tempat
yang sama. "Ehh.. tu Nindya udah ada di sini.." kata Angga. "Heyy..!" sapa Mentari. 63
dzyemtri.muharram@gmail.com "Heeyy..!!" jawab Nindya. "Ehh.. Om, Tante.." "Eee..
Angga dan Tari.." kata Om Yusuf. "... Dya, yang lain udah pada dateng?"" tanya
Mentari. "Belom.." jawab Nindya singkat. Tiba-tiba handphone Om Yusuf berdering
memaksa mereka berdiam berhenti bercakap sejenak. Ternyata itu panggilan dari salah
seorang Panitia di acara Pak Zakaria, memintanya untuk segera ke rumah sakit. "Ma,
ada panggilan dari rumah sakit, papa harus segera ke sana dulu sekarang.." "Mama ikut
yaa.." "Memangnya siapa Om yang sakit?" tanya Mentari. "Pak Zakaria, temen Om.."
"Nindya mau ikut juga?"" tanya Om Yusuf. "Dya, di sini aja, Yah. Sudah janji sama
temen-temen soalnya.. nggak enak.." "Iya deh, Ayah pergi dulu.. Om dan Tante tinggal
yaa.." kata Om Yusuf langsung berangkat menuju rumah sakit bersama Tante Tiata.
Setelah Om Yusuf dan istrinya itu pergi, datanglah Chyta dan Prima. "Hey.. hey..
hey..!!"sapa yang baru datang. "Hey.. apa kabar ini..!" "Yang ditungguin akhirnya datang
juga.." sapa Mentari. "Selamat ulang tahun yaa, Tari.." kata Chyta. Mereka merayakan
ulang tahun Tari dengan suka cita dan sederhana, hanya makan-makan saja. Hampir
setengah jam lebih mereka mengobrol sana-sini di sana. Hampir setengah jam pula Om
Yusuf dan Tante Tiara menempuh perjalanan menuju rumah sakit hingga beberapa saat
kemudian, tibalah mereka berdua dan langsung menuju kamar pasien Pak Zakaria. "..."
"... Pak, ini.. Pak Yusuf sudah datang.." kata seseorang yang berada di ruangan itu. 64
dzyemtri.muharram@gmail.com "Pak.." sapa Pak Yusuf. "Pak Yusuf.. inilah saatnya.."
kata Pak Zakaria. Masuklah beberapa orang yang memang berkepentingan saat itu.
Mulailah Pak Zakaria menuliskan sesuatu yang disaksikan sendiri oleh Pak Yusuf dan
orang-orang yang bersamanya. Tak lupa kejadian itu pun direkam lewat sebuah
camcorder sebagai bukti, bahwa ini benar-benar nyata tanpa rekayasa.
Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamu'alaikum Wr. Wb. Atas Ridho Allah yang Maha
Melihat, Maha Menyaksikan. Pada hari ini, Senin, tanggal 23 Januari 2006. Dengan
tulus ikhlas, tanpa adanya paksaan sedikit pun, dari siapa pun, dari pihak mana pun.
Saya menyatakan bahwa saya ... Begitulah sebagian dari apa yang dituliskan Pak
Zakaria. -??-??Ceritanya terpotong.. Dilanjutkan setelah pesan-pesan berikut :P
-??-??Karena lelah, dan memang sudah malam, sudah saatnya buat pejamkan mata.
Aldy lantas tertidur. Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Apa Yaa - Dzyemtri Muharram
Melihat putranya tertidur berbantalkan keyboard. Pak Hijri, ayah Aldy, yang pada waktu
itu masih menonton televisi, memindahkan putranya ke atas hamparan kasur lembut
dan menyelimutinya hingga ia tak rasakan kedinginan. Lalu Pak Hijri beranjak ke luar ke
teras rumah, sejenak menghirup udara malam, menatap langit yang bertabur bintang
yang nampak sempurna ditemani bulan. "Alhamdulillah, aku masih bisa menyaksikan
keindahan ciptaanMu kala malam datang tuk menggantikan siang. Begitu 65
dzyemtri.muharram@gmail.com memesona, menyejukkan mata yang mulai lelah tiada
daya. Subhanallah," ucap Pak Hijri lembut, tak hentinya bertasbih, memandangi langit
yang luas itu. Setelah beberapa lama, kemudian ia kembali masuk ke dalam rumah
menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya. Dan ia pun tidur mengikuti putra-putrinya
yang mungkin sudah terhanyut dalam pelukan mimpi. Aroma malam terus berjalan
hingga gelapnya kini sudah terlewati tergantikan oleh sejuknya pagi. Aisycha terbangun,
ia bukakan kaca jendela, sejuk pagi terasa memenuhi ruangan kamarnya. Tatapi
bintang yang bertabur di angkasa ditemani indah rembulan yang memancar putih tak
bernoda. Lalu ia ambil sehelai kertas yang kan ia tulisi beberapa baris puisi. mendamba
subuh sentuh hati dalam rasa mendamba subuh di tiap harinya saksikan kerlip bintang
tertata tatapi indah bulan memancar cahaya rasa sejuk tak hanti selimuti raga kurasa
tenang, bahagia dalam dada selalu rindukan akan pesona surga saat fajar menjelang di
hadapan mata Kokok ayam terdengar dari alarm handphone milik Aisycha. Adiknya pun
bangun tak seperti biasanya, padahal alarm yang begitu kencang tak pernah sedikit pun
dapat membangunkannya di hari sebelumnya, Aldy akan bangun jika ayah yang
membangunkannya. Usai Sholat Shubuh, Aldy langsung menyalakan komputer untuk
membaca cerita semalam yang belum kelar dibacanya. -??-??66
dzyemtri.muharram@gmail.com Dan inilah lanjutan cerita itu..!! -??-??Sejumlah orang
masih berada di sana, di acara yang diselenggarakan Pak Zakaria. Seorang ketua
Panitia mulai menjelaskan kepada orang-orang di hadapannya sesuai dengan apa yang
diperintahkan Pak Zakaria. "..." "Mungkin ada dalam benak anda-anda, berbagai tanya
yang belum ada jawab. Apa maksudnya Pak Zakaria membuat sebuah program yang
demikian itu. Yang jelas beliau membuat acara ini seperti yang kita ketahui tentunya
untuk mempererat silaturrahim antara kita semua, terutama kawankawan yang suka
nongkrong di forum kita. Yap, Mari kita coba bahas tentang program, aplikasi yang tadi
itu. Langsung saja, saya persingkat karena waktunya agak terbatas ini. Secara
keseluruhan, kita hanya diajak untuk menebak-nebak kata yang diketikkan pada
program tersebut dan tentunya saja perlu trik tertentu untuk benar-benar bisa
membukanya. Simple kayaknya. Namun, ini ada maksud tersendiri, Pak Zakaria
mengharapkan ini dapat mengingatkan kita akan nilainilai agama yang sering kita lupa,
sering kita lalaikan. Yaa, sebagai masyarakat yang berteknologi, kita tidak boleh lupa
akan nilai-nilai hukum dan agama, apalagi sengaja melupakannya, tidak boleh itu.
Seperti itulah sebagian maksud beliau membuat acara ini," tutur ketua Panitia
menjelaskan. "Sebetulnya ada tiga buah kata kunci untuk membuka program ini secara
tepat. ..." lanjutnya terdiam sejenak, lalu memanggil seorang Panitia, "... Khair, sini.
Tolong lanjutin." Khairuddin menghampiri dan melanjutkan kembali pembahasan yang
tadi. "Yaa, mari kita lanjutkan. Seperti yang dijelaskan tadi, ada tiga kata kunci yang bisa
digunakan untuk memecahkannya. Ketiga kata kunci itu adalah, mau tau kan"!" "Iyaa
lahhh..." ucap hadirin serempak. 67 dzyemtri.muharram@gmail.com "Ketiga kata kunci
itu yaitu 'cintailahallah', dengan huruf sepasi kecil semua dan tanpa tentunya, terus
'cintailahrasulullah', dan yang ke tiga 'cintailahsesama'. Mengapa tiga kata kunci itu
Kereta Berdarah 4 Raja Naga 14 Jejak Malaikat Biru Soccer Love 1