Pencarian

Mata Mata Di Pentagon 2

Hardy Boys Mata Mata Di Pentagon Bagian 2


"Aku rasa, ia tak mau mengatakan sesuatu kepada kita," kata Joe sambil
menjalankan mobilnya. Mereka melanjutkan perjalanan tanpa berkata-kata untuk beberapa saat. Sebuah
mobil hitam yang besar mendahului mereka. Pengemudinya seorang yang berjanggut
hitam dan mengenakan kacamata hitam. Cocok dengan keterangan petugas lapangan
terbang, tentang penyewa helikopter yang menyambar The Flashing Arrow.
"Itu mungkin si pencuri! seru Frank. "Jangan lepaskan, Joe!"
Adiknya menginjak gas, dan kecepatan segera meningkat.
Merasa dikejar, orang berjanggut hitam itu tiba-tiba membelok ke sebuah jalan
simpang. Dengan sigap Joe memutar kemudi, tepat pada waktunya untuk mengambil tikungan
itu. Tangannya memegangi kemudi dengan erat-erat, karena jalannya penuh batu dan
lubang-lubang. Pengejaran itu berlangsung jauh masuk ke desa-desa. Si janggut hitam berusaha
keras untuk melepaskan diri. Ia mengambil jalan-jalan desa dan padang-padang
terbuka. Ia selalu melirik ke belakang, untuk mengetahui seberapa jauh dari
pengejarnya. Pada suatu tempat, mereka telah begitu dekat satu sama lain, hingga
ketiga pemuda itu melihat kilatan pantulan dari kacamata hitam itu.
"Ya betul, itulah orangnya," kata Chet. "Kalau ia tak merasa bersalah, mengapa
ia hendak melarikan diri dari kita?"
Joe dengan mengertakkan gigi berusaha untuk mengikuti jejak.
Beberapa saat dapat memperkecil jarak mereka. Tetapi pada suatu ketika, pelarian
itu mempedayai mereka dengan memasuki sebuah jalan lembu. Joe terpaksa
memperlambat mobilnya, karena sebuah kereta kuda petani Amish menyelip di antara
mereka. Mereka melihat mobil pelarian itu melompat-lompat di jalanan yang penuh
benjol-benjol, lalu masuk ke sebuah hutan. Akhirnya mobil itu lenyap dari
pandangan. Joe berusaha keras untuk mengejarnya melalui jalanan-jalanan desa
atau jalan lembu. "Mudah-mudahan saja kita mengambil jalan yang benar," kata Joe. "Jika kalian
melihat mobil hitam itu, katakanlah."
"Oke," jawab kakaknya. Ia melindungi matanya, memandang ke kejauhan.
"Mudah-mudahan orang itu kembali ke jalan raya," kata Chet mengeluh. Ia merasa
sakit-sakit tubuhnya, dihempas-hempas di tempat duduk belakang.
Sesaat kemudian mereka menikung dengan kecepatan tinggi. Sebuah mobil besar
hitam menghadang di tengah jalan. Tak ada sedikit pun tempat untuk lewat.
Dengan memutar kemudi kuat-kuat ke sisi, tabrakan dahsyat bisa terelakkan. Mobil
Joe menerjang tepi jalan, lalu melayang dengan dua roda, seolah-olah hendak
terbalik. Tetapi sesaat kemudian ia berhenti di atas keempat rodanya.
Pintu di sisi Joe dibuka orang, disertai suara menghardik: "Oke, anak-anak!
Pengejaran telah habis. Inilah akhir jalanmu!"
==============================
Ebook Cersil (zheraf.wapamp.com)
Gudang Ebook http://www.zheraf.net
==============================
Chapter 11 Kesulitan "Keluar!" suara itu memerintah. "Melawan tak ada gunanya!"
Frank, Joe dan Chet keluar, dan ternyata mereka menghadapi dua orang anggota
polisi. "Apakah ini mobilmu?" tanya polisi yang lebih tua.
"Bukan, pak," jawab Joe.
"Jadi engkau telah mencurinya?" polisi itu menuduh. "Kami mendapat petunjuk,
bahwa kalian memang sedang beroperasi di daerah ini. Kami sudah mengira, bahwa
kalian akan lewat di sini. Karena itu jalanan kami tutup. Rupanya tepat
perkiraan kami!" "Di mana mobil-mobil curianmu yang lain kausembunyikan?" tanya polisi yang muda.
"Memang, kalian tak perlu menjawab. Kalian mempunyai hak untuk membungkam!"
"Itu tidak perlu, pak," kata Frank. Anda salah alamat."
"Tidak! Kami tak salah lagi! Kalianlah komplotan alap-alap mobil, yang mencuri
di seluruh daerah ini. Kami memang sedang menjaring kalian! Dengan tuduhan
mencuri mobil secara besar-besaran!"
Pada saat yang menegangkan itu isyarat radio di mobil berbunyi. Polisi itu
menuju kemobilnya dan menjawab. Sementara itu yang satu lagi tetap menodongkan
pestolnya ke arah ketiga pemuda.
Ketika polisi yang menjawab di radio kembali, ia menggeleng-gelengkan kepala tak
percaya! "Komplotan itu baru saja digulung beberapa menit yang lalu!" katanya.
"Lalu" Siapa mereka ini?" tanya temannya tak mengerti.
Ketiga pemuda itu segera menunjukkan kartu pengenal mereka.
Kedua polisi itu sangat menyesal mengetahui, bahwa Frank dan Joe adalah anak-
anak detektif terkenal Fenton Hardy. Nama yang dikenal seluruh anggota polisi!
"Kami minta maaf, menyangka kalian komplotan alap-alap mobil," kata polisi yang
tua. "Tetapi kalian ngebut begitu rupa, seperti hendak melarikan diri."
"Sebenarnya kami sedang mengejar seorang pencuri," kata Frank. "Itulah sebabnya
kami terpaksa ngebut."
"Apakah kalian sedang melakukan tugas?"
Frank menjelaskan tentang pencurian alat-alat penunjuk arah angin. Ia lalu
menanyakan, apakah mereka melihat seorang yang jangkung berjanggut hitam,
memakai kacamata hitam. Ia mengendarai mobil besar berwarna hitam. Tetapi kedua anggota polisi itu tak
melihatnya. "Ia tentu meninggalkan jalan ini, masuk ke dalam jalan simpang," kata polisi
itu. "Ia tentu sudah masuk ke wilayah lain sekarang," Ia berjanji akan
memberitahu mereka, jika menjumpai tersangka tersebut.
Ketiga pemuda itu meneruskan perjalanan. Mereka berhasil menemukan route 222
yang melewati Battlefield Park Brandywine di Pensylvania. Kemudian mereka
melintas sungai Susquehanna masuk ke route 95. Setelah melintasi salah satu
cabang dari Teluk Chesapeake di dekat Baltimore, mereka lalu mengambil jalan
lurus menuju ke sungai Potomac.
Setelah melalui Maryland dan mengarungi Jalan Raya Baltimore Washington Parkway,
mereka segera sampai ke tujuan.
"Aku sudah perlu mengisi perut," usul Chet.
"Kukira aku juga," Frank mengaku.
"Akur deh," kata Joe sambil tersenyum. Ia lalu memutar kemudi, memasuki tempat
parkir sebuah rumah makan.
Mereka masuk, memilih tempat di dekat jendela. Dengan demikian mereka dapat
mengawasi lalu lintas. Setelah makan dengan cepat, Frank menelepon kantor pak
Wickerson. Sekertarisnya memberitahu, bahwa pak Wickerson akan menerima mereka dua jam
kemudian. Chet menelepon lapangan terbang, memesan tempat untuk penerbangan sore ke
Bayport. Mereka sepakat, untuk menggunakan waktu yang terluang untuk melihat-lihat kota.
Mereka membayar makanan, dan Chet mendahului keluar. Bayangan sebuah kacamata
hitam nampak sekilas di jendela, lalu menghilang.
"He, itu orang yang kita kejar!" seru Chet. "Aku yakin! Ayo!"
Ia menerobos pintu-putar, didorong oleh Frank dan Joe dari belakang. Mereka
melihat sesosok bayangan berlari menikung di sudut, dan sesaat kemudian
mendengar suara pintu mobil ditutup.
"Kucegat dia!" seru Chet, lalu berlari menuju ke jalan besar.
Sebuah mobil hitam besar mendekat, dan ia mengangkat kedua tangannya. Kedua
temannya berlari menghampiri. Mereka tak melihat orang yang disebut oleh Chet,
tetapi mereka tahu siapa yang dimaksud oleh Chet.
Mobil hitam berhenti tepat di muka Chet. Pengemudinya menjulurkan kepalanya di
jendela. Seorang wanita cantik berambut coklat, sambil menggeser kacamatanya ke dahi
bertanya dengan curiga: "Ada apa?"
Wajah Chet menjadi merah. "Maaf," ia menggagap. "Saya kira teman saya!" Ia
melangkah ke samping, mempersilakan mobil itu lewat.
"Jangan ngeledek," ia menggerutu kepada kedua temannya!
Frank menahan tertawanya. "Tidak ngeledek. Seorang detektif kadang-kadang memang
harus bertindak cepat, dan kekeliruan pun mudah terjadi . "
Chet menjadi tenang kembali, dan mereka kembali ke mobil.
Sesaat kemudian mereka telah berada di Bukit Capitol, menuju ke pertemuan antara
Jalan Pensylvania Avenue dengan Independence Avenue. Mereka melewati gedung
Perpustakaan DPR, lalu berputar mengelilingi Gedung Capitol.
"Di sinilah DPR bersidang," kata Chet. "Aku berani bertaruh, kini mereka sedang
membantu keluarga Hardy!"
"O ya?" kata Frank sambil mengernyitkan alis mata.
"Dengan Undang-undang Kriminil!" Chet menjelaskan. "Itu akan mempermudah kalian
untuk menangkap penjahat."
"Waduh! Terimakasih atas sanjunganmu!" kata Frank tertawa. "Tetapi kukira,
mereka lebih penting membantu FBI dari pada membantu kita!"
"Nah, itulah FBI!" kata Joe, sambil menunjuk gedung Departemen Kehakiman. "Wah!
Laboratorium kriminil mereka hebat benar!"
Kakak beradik itu pernah mengunjungi laboratorium FBI ketika sedang membantu
ayah mereka. Mereka telah memeriksa berkas-berkas sidik jari, mencoba senjata-
senjata api dari bagian balistik, serta minta bantuan bagian kriptografi dengan
cara-cara pemecahan sandi yang termodern.
"Sayang sekali kita tak punya waktu untuk mampir," kata Frank. "Nanti, pada
perjalanan berikutnya barangkali.
"Aku ingin mampir pada pak Presiden," kata Chet. "Aku ingin mengusulkan sesuatu
tentang cara pemerintahan."
"Misalnya, agar Angkatan Darat menggunakan busur dan panah!" sambung Joe
berolok-olok. "Nah, sudah waktunya untuk terus ke Pentagon." Ia membelokkan mobilnya memasuki
Jalan Raya 17, memutar mengitari Monumen Washington, lalu melaju ke Jalan Raya
15 melewati Tidal Basin serta Jefferson Memorial. Kemudian melintasi sungai
Potomac ke tempat parkir Pentagon bagian selatan.
Ia berhenti di tempat parkir untuk umum. Mereka melihat gedung bangunan militer
yang sangat terkenal itu dari balik ratusan mobil yang diparkir bersaf-saf.
Sebuah lapangan terbuka yang berumput serta banyak pohon dan beberapa jalanan
masuk menuju ke serambi depan yang sangat luas. Mereka turun dari mobil, lalu
mengantarkan Chet ke sebuah halte bis.
Chet merasa sangat kecewa. "Sebenarnya aku ingin sekali ikut kalian," katanya.
"Aku ingin tetap ikut dalam perkara ini."
"Engkau memang masih tetap ikut, Chet," kata Joe. "Engkau hanya menggunakan
waktu sebentar untuk menghamburkan panah-panahmu di Bayport!"
"Kalau perkara ini belum terpecahkan pada waktu perlombaan sudah selesai, kami
akan memberitahu," sambung Frank.
Chet nampak cerah ketika naik bis; ia nyengir kepada teman-temannya melalui
jendela. Tak lama kemudian bis itu berangkat ke lapangan terbang.
Frank dan Joe memandang tajam ke gedung bersudut lima yang sangat besar itu.
Dari gedung itulah Departemen Pertahanan beserta Kepala Staf Gabungan memegang
kendali atas Angkatan Bersenjata Amerika.
"Ayo, Joe. Kita masuk," Frank mengajak adiknya.
Joe terkekeh. "Barangkali, kalau kita cukup lama tinggal di sini, nanti keluar
lagi sudah menjadi jendral berbintang tiga!"
Chapter 12 Petunjuk-petunjuk dari Pentagon
Dari tempat parkir selatan, mereka memasuki Pentagon melalui jalan masuk di tepi
sungai. Mereka melapor untuk bertemu dengan pak Joeseph Wickerson. Penerima tamu
lalu menelepon, dan memberikan gagang telepon itu kepada Frank.
"Wickerson di sini," Frank mendengar. "Aku sedang menyelesaikan laporan untuk
kepala operasional Angkatan Laut. Masuklah empatpuluh lima menit lagi. Ruangnya
nomor 5E600. Sampai nanti." Pak Wickerson segera meletakkan gagang telepon.
Frank bertanya kepada penerima tamu, di mana ruang 5E600 itu.
"Itu terletak di lantai lima lingkar E," Penerima itu menjelaskan. "Gedung ini
berlantai lima. Setiap lantai mempunyai lima lingkar; masing-masing diberi tanda
mulai dari A yang paling dalam hingga E yang paling luar. Misalnya, 1A berarti
lingkar pertama di lantai pertama. 2B berarti lingkar kedua di lantai dua. Jadi
5E berarti lingkar kelima lantai lima. Kalau sudah sampai di sana, carilah ruang
600." Karena masih mempunyai waktu, mereka berjalan-jalan keliling gedung Pentagon.
Joe membeli sebuah buku petunjuk di sebuah kios, lalu membuka-buka halamannya.
"Setiap sisi dari kelima sudutnya, lebih dari tigaratus meter panjangnya. Wah!
Itu lebih dari tiga kali panjang lapangan sepakbola rugby," katanya.
"Aku lebih senang membawa bola di lapangan Bayport," kakaknya menanggapi.
"Engkau akan menghadapi lebih banyak blocker di sini, untuk dapat melakukan
touchdown!" Kata-kata itu lebih cocok ditujukan kepada kerumunan orang yang hilir mudik di
serambi-serambi gedung tersebut. Pegawai-pegawai sipil berlari-lari ke segala
arah. Laki-laki dan wanita berseragam hilir mudik membawa laporan tugas harian
mereka. Mereka menjumpai banyak perwira-perwira tinggi dari ketiga angkatan. Mereka
bergegas tanpa banyak bercakap-cakap.
"Rupanya orang-orang berbintang itu sedang terganggu pikiran mereka," kata Joe
melihat hal itu. "Aku berani bertaruh, mereka tentu sedang resah tentang peristiwa Clifford
Hunter," jawab Frank. "Dari keterangan ayah, jika rencana-rencana kapal selam itu hilang
tak kembali lagi, maka seluruh jajaran angkatan bersenjata akan mengalami
kesulitan besar." Mereka naik ke tingkat dua, dan melihat, bahwa hanya tangga dan eskalator yang
boleh digunakan untuk orang. Lift hanya khusus untuk barang yang berat.
Mereka berjalan melalui serambi-serambi yang dihiasi dengan gambar-gambar
sejarah militer. Sejak dari Perang Troya hingga Peluru Kendali Thor. Ketika
mereka melewati kantor Kepala Staf Gabungan, mereka melihat sebuah papan
peringatan. Bunyinya: "Hanya untuk mereka yang mengenakan tanda pengenal khusus".
"Frank nyletuk: "Wah! Kartu tanda pengenal kita tak berlaku di sini! Kita tentu
akan dicegat pengawal!" Ia melihat ke arloji tangannya. "Empatpuluhlima menit
sudah hampir berlalu. Mari kita naik ke atas."
Mereka melanjutkan naik ke tingkat lima, hingga sampai pada lingkar 5E. Di sana
mereka menunjukkan kartu tanda pengenal mereka, dan dibiarkan lewat. Ketika
menemukan ruang 600, Frank mengetuk pintu. Sesaat kemudian pintu terbuka.
Joseph Wickerson yang tegap besar serta ramah mempersilakan mereka masuk. Sebuah
meja tulis berdiri di dekat jendela. Di hadapannya terdapat dua kursi. Di sudut
terdapat sebuah sofa. Peta-peta instalasi AL serta gambar-gambar peperangan laut
menghiasi seluruh dinding. Sebuah gambar kapal selam nuklir, Nautilius, nampak
sedang akan menyelam. Pak Wickerson mempersilakan mereka duduk, dan ia sendiri lalu duduk di belakang
mejanya. Ia mendekapkan kedua tangannya dan memandangi mereka dengan serius.
"Sejauh mana yang telah diceritakan ayah kalian mengenai perkara mata-mata ini?"
ia bertanya. "Kami hanya tahu bahwa ada sebuah dokumen rahasia milik AL yang hilang," jawab
Frank. "Juga, seorang pegawai sipil telah ikut lenyap," sambung Joe. "Orang itu bernama
Clifford Hunter." Pak Wickerson mengetuk-ngetuk meja dengan ibu jarinya.
"Kita harus dapat menemukan Clifford Hunter. Itulah sebabnya, kami ingin agar
kalian menyertai ayah kalian menangani perkara ini. Sebentar lagi masalah mata-
mata ini akan kujelaskan. Tetapi lebih dulu akan kusebutkan data mengenai
dokumen yang hilang itu."
Pak Wickerson menekan tombol dan memesan: "Suruh Archie Olson membawa rencana
MASUB kemari." Sementara menunggu, pak Wickerson menjelaskan dengan singkat tentang MASUB.
"Sandi ini mengenai kapal selam maser. Bagian yang kupimpin ini sedang
menyempurnakan suatu alat yang menggunakan sinar maser untuk pelayaran di laut
dalam. Cliff Hunter yang bertanggung jawab tentang riset ilmiahnya, sedangkan
Archie Olson yang membuat gambar cetak birunya. Keduanya bekerja di bawah
pimpinanku. Apakah kalian tahu arti MASER?"
Frank menjawab: "Microwave Amplification by Stimulated Emission of Radiation,


Hardy Boys Mata Mata Di Pentagon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yaitu Penguatan Gelombang mikro dengan Memacu Pancaran Emisi. Kami pernah
mempelajari maser di laboratorium sekolah."
"Maser merupakan gelombang radio yang lebih kuat," Joe teringat. "energi atom
ditangkap dalam sebuah kristal, lalu diperkuat dengan menembaki kristal tersebut
dengan partikel-partikel atom. Maka akan memancar keluar suatu gelombang yang
lebih panjang dan kuat dari pada gelombang radio biasa."
"Wah! Kalian cakap benar menangkap ilmu!" kata pak Wickerson memuji. "Nah, AL
kita telah menambahinya dengan sesuatu yang tak diketahui oleh siapa pun.
Setidak-tidaknya, itulah harapan kita!" ia menambahkan, mengingat lenyapnya
Hunter. "Siapakah yang telah menemukannya?" tanya Frank.
"Clifford Hunter sendiri!" kata pak Wickerson. "Oleh karena itulah, mengapa kita
harus menemukan dia kembali secepat-cepatnya. Ia bukan saja memiliki dokumen
itu; tetapi juga ilmu pelayaran yang sangat maju di dalam otaknya! Suatu negara
asing dapat menggunakan kepandaiannya sebagai penyelidik laboratorium, yang
dapat membahayakan negeri kita."
Pintu diketuk, dan Archie Olson muncul di pintu. Orangnya kurus jangkung dengan
pandangan menerawang jauh. Ia membentangkan sebuah gambar cetak biru MASUB di
atas meja, lalu mengambil sebuah penggaris kecil dari sakunya. Ia menunjuk-
nunjuk bagian yang terpenting.
"Puncak dari penemuan kita ialah," katanya, "kita telah berhasil menyambungkan
setiap ujung dan pangkal dari gelombang maser. Hal itu tidak terbatas, kalau
perlu dapat mengelilingi dunia. Hal ini dilakukan oleh sebuah komputer, yang
menuntun mesin penggerak kapal selam nuklir untuk memancarkan gelombang maser
berikutnya. Kapan dan ke arah mana saja yang telah ditentukan. Jadi komandan dan
anak buahnya boleh tidur nyenyak selama pelayaran. Gelombang-gelombang maser
itulah yang menentukan arah pelayaran secara otomatis!"
Olson menunjukkan sketsa-sketsa kristal yang menghasilkan maser, dan
memperagakan hubungan antara komputer dengan kristal-kristal tersebut. Kemudian
ia menjelaskan bagaimana sebuah komputer dapat diprogram untuk membentuk
deretan-deretan maser. "Apakah gelombang maser ini dapat dilacak?" tanya Joe.
Olson menggeleng. "Mereka itu diselubungi dengan perisai nuklir. Nah, inilah
cetak biru perisai tersebut. Clifford Hunter yang telah menyusun rumusnya."
Olson berhenti sejenak sambil memandang ke arah pak Wickerson. Rupanya ia
mempertanyakan, apakah ia diperbolehkan menyebut Hunter. "Tak mengapa," kata Pak
Wickerson. "Frank dan Joe telah tahu perihal Hunter. Sebenarnya, merekalah yang
akan melakukan penyelidikan mengenai Hunter."
Setelah beberapa lama membicarakan hal-hal mengenai maser dan kapal selam
nuklir, Olson mengundurkan diri sambil membawa kembali gambar tersebut.
"Dengan penuh pikiran pak Wickerson berkata: "Dokumen yang hilang itu adalah
gambar asli dari kristal-kristal penghasil maser, serta hubungannya dengan
komputer. Gambar itu diberi sandi: MASUB TOP-SECRET. Jadi kalau kalian melihat
sandi itu, berarti kalian telah menemukan dokumen yang dicuri Hunter!"
"Apakah anda mempunyai sangkaan, bahwa ia adalah mata-mata?" tanya Frank.
Pak Wickerson mengangkat bahu. "Tidak. Kalau aku memang mencurigainya, aku tentu
telah menyerahkan dia kepada Bagian Keamanan Pentagon. Tetapi aku memang melihat
sesuatu yang tidak beres padanya. Yaitu setelah peristiwa Cosmo Roket "
"Apa pula itu?"
"Pihak AL mempunyai suatu proyek rahasia mengenai suatu jenis peluru kendali
bagi kapal-kapal kita. Peluru itu dikembangkan oleh bagian lain. Jadi orang-
orang di bagianku harus minta izin khusus untuk dapat melihat berkas-berkas
Cosmo Rocket tersebut. Dua minggu yang lalu aku perlu memeriksa berkas-berkas
itu. Aku minta izin khusus tersebut dan diperbolehkan masuk. Aku heran, melihat
Hunter sedang melihat-lihat berkas itu. Aku bertanya, apa yang dilakukannya di
sana. Jawabnya, bahwa ia mempunyai izin khusus untuk melakukan sesuatu mengenai
hubungan antara sistem pengendalian kapal selam dengan roket."
"Karena ia merupakan orang yang kami percayai, aku tidak memperpanjang persoalan
itu. Tetapi kemudian aku tahu, bahwa izinnya ternyata palsu!"
"Apakah ia berbuat yang lain lagi, yang menimbulkan kecurigaan anda?" tanya Joe.
"Yaaah, rupanya ia sering menyelinap ke mana-mana. Melihat-lihat apa yang
seharusnya bukan haknya. Melihat-lihat kertas ahli-ahli lain, semacam itulah!
Tetapi aku mengaku sejujur-jujurnya, aku tak pernah menganggap dia seorang Mata-
mata." "Apakah anda mengira, ia mencuri sesuatu yang lain lagi?"
Pak Wickerson memain-mainkan jari-jarinya di atas meja. "Sejauh yang kuketahui,
tidak ada lagi. Aku melakukan pengawasan yang ketat di sini. Hanya dokumen MASUB
yang hilang. Kukira, ia melarikan diri karena merasa tak mungkin berbuat demikian untuk kedua
kalinya di sini." "Memang, ia melarikan diri sambil membawa dokumen yang sangat berharga. Mungkin
ia mengira, bahwa satu pencurian saja sudah cukup. Ia dapat menjadi kaya raya
jika berhasil menjualnya kepada negara lawan!"
Kakak beradik itu menanyakan, bagaimana caranya hingga pencurian itu dapat
diketahui. Pak Wickerson mengerutkan dahinya.
"Aku memanggil Hunter ke kantorku sehari sebelumnya. Ia kuajak membicarakan satu
dan lain hal tentang MASUB. Kami berdua memeriksanya dengan teliti. Akhirnya aku
memasukkan gambar itu ke laciku, dan bersepakat untuk melanjutkan pembicaraan
esok harinya. Kami meninggalkan kantor dan aku yang mengunci pintunya, lalu
pulang." "Ketika aku kemari esok harinya, gambar itu telah hilang. Aku menelepon bagian
laboratorium, minta agar Hunter segera datang ke kantorku. Ternyata ia tidak ada
di tempat. Aku minta agar mengirimkan Archie Olson kepadaku. Dialah yang
mengatakan, bahwa ia melihat Hunter meninggalkan kantor setelah tutup kantor.
Archie mengira, bahwa aku juga di kantor pada waktu itu. Tetapi sebenarnya aku
sudah pulang." "Barangkali Hunter mempunyai kunci kantor pula. Sebab ia datang kembali setelah
anda pulang," Joe menyela.
Pak Wickerson mengangguk. "Hal itu sebenarnya terlarang. Tetapi kukira ia dapat
membuat kunci duplikatnya. Entah dengan cara bagaimana. Aku tak pernah
menyangkanya. Ia sangat pandai dan justru itu ia sangat berbahaya!"
"Apa yang ia lakukan setelah meninggalkan kantor anda?" tanya Joe.
Pak Wickerson memukul meja dengan marah. "Ia begitu saja keluar dari gedung ini
seperti biasa setiap sore. Hanya, tentu saja kali ini ia membawa dokumen MASUB.
Pada mulanya aku tak meyangka sesuatu yang buruk. Kukira ia akan datang lagi
dengan memberikan alasan. Ketika aku tak berhasil menemukan dia di mana pun, aku
baru sadar bahwa ia melarikan diri. Kemudian datang berita, bahwa ia terlihat
terakhir kalinya di Chesapeake Crossing. Nah, kini kalian sudah cukup jelas
dengan keteranganku!"
"Kami akan segera ke Chesapeake Crossing," kata Frank. "Kami akan memulai
pelacakan dari sana."
"Yah. Aku gembira kalian ikut menangani perkara ini," kata pak Wickerson.
"Bagaimanapun, kalian adalah anak-anak Fenton Hardy yang telah banyak melakukan
tugas rahasia bagi Pentagon. Kalian benar-benar akan berjasa besar terhadap
negara, kalau berhasil menemukan Hunter dan mengembalikan dokumen yang
dicurinya." Mereka berjanji untuk bekerja sebaik-baiknya, lalu minta diri dan keluar
meninggalkan kantor pak Wickerson.
Mereka turun ke tempat yang terbuka di halaman Pentagon, melewati pameran
eksplorasi Angkatan Laut di sekitar benua Antartika. Joe berhenti sebentar untuk
melihat. "Frank," katanya dengan tersenyum. "Mereka menghadapi masalah yang harus mereka
pecahkan di sana." "Betul. Tetapi juga tak seorang pun dapat meninggalkan daerah itu beserta bukti-
buktinya! Harus berani berenang yang jauh sekali, untuk dapat sampai di rumah!"
Mereka menuju ke parkir selatan. Frank segera menjalankan mobilnya menuju ke
gerbang. Baru saja mereka hampir sampai di gerbang, sebuah?"
mobil melaju keluar dari tempat
parkir, dan memotong jalan di depan mereka.
Frank menginjak rem kuat-kuat untuk menghindari tabrakan!
Chapter 13 Pertemuan yang mengejutkan
Mobil berhenti dengan mendadak, dan Joe terlempar ke dashboard. Mobil yang
memotong jalan mereka itu melesat keluar dari gerbang, lalu menderu menuju ke
sungai Potomac. Frank memandanginya. "Joe! Apakah engkau lihat siapa pengemudinya?"
Joe terhempas kembali di sandaran, dan meraba-raba pundaknya yang sakit. "Aku
tak lihat. Engkau?" "Tentu. Ia adalah Archie Olson!"
Joe mengeluh agak kesakitan. "Olson mungkin sekali seorang ilmiawan yang hebat.
Tetapi yang jelas ia seorang pengemudi yang sangat jelek! Hampir saja ia
menerjang kita!" "Barangkali itu memang disengaja!"
Joe memandang kakaknya. "Tetapi, untuk apa ia berbuat begitu" Jika engkau tak
menginjak rem, ia sendiri tentu akan cedera dalam tabrakan itu!"
"Mungkin perhitungannya lain. Ia mengharapkan kita menjadi panik, lalu memutar
kemudi untuk menghindar, hingga malah menubruk deretan mobil yang diparkir,"
jawab kakaknya. "Kalau memang demikian yang terjadi, ia tak akan menderita cedera. Hanya kita
yang akan masuk rumah sakit!"
"Dan berhenti menangani perkara mata-mata ini!" sambung Joe mengikuti teori
kakaknya. "Jadi kalau begitu, ia juga terlibat."
"Itu jelas! Mungkin ia juga bersekongkol dengan Hunter. Lebih baik kita
beritahukan kepada pak Wickerson."
Frank kembali ke gedung Pentagon, lalu menelepon dari telepon umum. Pak
Wickerson menyambutnya, Frank menceritakan peristiwa yang hampir terjadi
tabrakan dengan Archie Olson. Dengan demikian, ia bersama adiknya mencurigai
Olson. "Archie?" seru pak. Wickerson. "Aku tak pernah menyangka! Tetapi percayalah, aku
akan selalu mengawasi dia mulai sekarang. Terimakasih atas keteranganmu."
Frank kembali bersama adiknya. Mereka lalu menjalankan mobil melalui Washington
ke Maryland. Mereka mengambil arah ke timur, dan melalui Annapolis terus ke
Chesapeake Crossing di Teluk Chasapeake.
Sunset Motel ternyata sedang-sedang saja. Terdiri atas sebuah kantor dan
sederetan pondok di sepanjang pantai. Mereka mendaftarkan diri, dan mendapat
kunci dari pondok yang paling ujung. Mereka baru saja membenahi barang-barang,
ketika telepon berdering.
Terdengar suara ayah mereka, bernada sangat penting. "Aku akan datang
mengunjungi kalian besok pagi!" dan telpon segera ditutup.
"Wah!" kata Frank. "Ayah tentu sedang dalam keadaan gawat! Ia tak dapat
berbicara dengan leluasa."
"Apakah engkau tahu, dari mana ia menelepon?"
"Tidak." "Menurut engkau, apa yang harus kita lakukan?"
Frank mengangkat bahu. "Katanya ia akan datang besok pagi. Jadi tak ada perlunya
kita tinggal di sini sekarang. Mari kita cari makan dan melihat-lihat kota."
"Oke!" Mereka masuk ke rumah makan milik motel.
Setelah makan, mereka lalu pergi ke kota Chesapeake. Kota ini mempunyai ciri-
ciri khas kota pantai. Dari sebuah dermaga yang, panjang, mereka melihat
beberapa perahu yang dipermainkan ombak di kejauhan.
Langitnya biru dengan mega-mega putih melayang lambat-lambat. Pada dua sisi,
daratan menjorok ke laut, melindungi sekelompok perahu nelayan yang mengarungi
ombak lembut di dalam teluk. Kapal-kapal kecil tertambat di dermaga, atau
membuang sauh agak jauh dari dermaga. Nampak pula beberapa biduk, perahu layar,
perahu motor dan rumah-kapal.
Chelski's Marina menempati ujung dermaga. Di sana banyak perahu yang ditarik ke
darat untuk dibersihkan, dicat atau diperbaiki.
Di sepanjang dindingnya berderet mobil-mobil dan tong-tong berisi umpan ikan.
Dari kaca jendela nampak sepatu-sepatu tinggi, alat-alat pancing serta jaring-
jaring untuk menangkap kepiting.
"Nah, di sinilah Hunter terlihat yang terakhir kali," kata Frank. "Mari kita
selidiki." Pemilik Marina itu bernama Herb Chelski. Ketika bel berbunyi, ia mendongak
sambil memegangi sebuah jaring di mejanya.
"Perahu macam apa yang kalian perlukan?" ia bertanya. "Aku mempunyai perahu-
perahu untuk digunakan di dalam teluk atau yang digunakan untuk laut lepas.
Segala jenis perahu untuk menangkap ikan. Kecuali untuk menangkap ikan paus,"
katanya sambil tertawa. "Kalau kalian hendak mengejar Moby Dick si ikan paus,
urungkan saja niatmu!"
"Kami tak mencari Moby Dick," kata Frank. Yang kita cari Clifford Hunter."
" Chelski berhenti tertawa. "O, orang Angkatan Laut yang hilang itu" Aku telah
menceritakan segala yang kuketahui kepada FBI."
"Kami sedang membantu FBI," kata Joe. "Kami bekerja untuk Pentagon."
Mereka menunjukkan kartu pengenal, Chelski memeriksanya dengan teliti. "Oke,"
katanya. "Akan kuceritakan bagaimana peristiwanya. Hunter mempunyai sebuah perahu layar
yang dititipkan di sini. Ia menyewa tempat di sini secara bulanan. Aku mengenal
dia cukup baik. Menurut anggapanku, ia orang baik. Apa yang telah dilakukan
olehnya?" "Kalau saja kami boleh mengatakannya," jawab Frank. "Tetapi hal itu tidak
mungkin. Sebab mengenai rahasia penting Angkatan Laut."
"Aku mengerti. Nah, waktu itu aku ada di sini, ketika Hunter datang untuk
mengambil perahunya. Hal itu agak mengherankan bagiku. Sebab waktu itu adalah
hari kerja. Biasanya ia mengambil perahunya pada hari-hari libur. Di samping itu, ada
sesuatu yang agak aneh padanya pada waktu itu."
"Bagaimana anehnya?" tanya Joe.
"Ia seperti linglung, tingkah lakunya gugup. Begitulah, kalau kalian mengerti
maksudku. Tetapi hal itu tidak mempengaruhi kecakapannya berlayar! Ia mengemudikan perahu
sebagaimana seseorang yang ahli. Seperti biasanya."
"Itukah yang anda lihat terakhir kali?" tanya Frank.
"Ya. Ketika ia tak kembali, aku hanya mengira bahwa ia sedang melakukan
pelayaran yang jauh. Seperti yang sering pula ia lakukan. Tetapi ketika FBI
mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan, aku baru sadar bahwa Cliff sedang dalam
kesulitan. " "Dapatkah anda menyebutkan ciri-ciri perahu Hunter?"
"Tentu. Panjang sebelas meter, dengan layar dan motor untuk keadaan darurat.
Namanya The Bay Queen, ditulis dengan huruf berwarna hijau di buritan."
"Kami juga ingin mendapatkan alamatnya," kata Joe.
Chelski memberinya. Kemudian kakak beradik itu meninggalkan Marina, lalu
berjalan-jalan di sepanjang dermaga.
"Aku maklum mengapa Hunter gugup," kata Joe. "Aku pun tentu merasa gugup jika
baru saja mencuri sebuah dokumen rahasia."
Tiba-tiba Frank memegang lengan adiknya. "Lihat itu!" Ia menunjuk kepada seorang
yang bertubuh kecil keriput, yang berjalan di sepanjang dermaga di depan mereka.
"Ed Bryle!" Joe menggumam. "Dari mana ia datang?"
"Ia belum tahu bahwa kita ada di sini. "Mari kita sergap dia!"
Dalam latihan sebagai detektif, mereka telah mempelajari cara-cara menangkap
penjahat. Joe tetap membuntuti jejak Bryle agar jangan sampai terlepas. Frank menyelinap
mengelilingi dermaga, dan mencegat di depan bekas pegawai pertanian itu.
Bersamaan dengan itu, Joe mendekat dari belakang.
Bryle terkejut ketika melihat Frank. Ia membalikkan tubuhnya, hendak melarikan
diri. Tetapi Joe sudah terlalu dekat tak bisa lagi melepaskan diri!
"Halo, Bryle!" Frank menyapa.
"Lama tak berjumpa," sambung Joe.
Bryle memerah wajahnya, dan matanya berkedip-kedip. Suaranya gemetar ketika
berkata: "Kalian mau apa?"
"Hanya ingin beberapa jawaban saja," jawab Frank. "Apa yang kaulakukan di
Chesapeake Crossing ini?"


Hardy Boys Mata Mata Di Pentagon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bryle nampak cemberut. "Aku bekerja di Marina. Ada yang hendak kauadukan?"
"Kudengar engkau keluar dari pertanian pak Hammerley?" tanya Joe.
"Lalu aku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di sini. Apa urusan kalian?"
"Tidak, kalau engkau mau mengembalikan The Galloping Rider. Ingatkah engkau"
Penunjuk arah angin yang kaurebut sewaktu lelangan Joshua Korbo?"
"Kalian ini tentu sinting!" Bryle menukas. "Aku tak pernah ada di tempat
lelangan! Di mana pun juga!"
"Allaa, Bryle! Kami melihat engkau!" kata Frank. "Jangan-jangan engkaulah yang
mencuri The Galloping Rider! Lalu menyembunyikannya di tempat pelelangan, ketika
Korbo tak melihat. Kemudian engkau menyelinap kembali, dan mengambilnya ketika
sedang ramai-ramainya tawar-menawar."
"Engkau berhasil mengambilnya karena tenda itu roboh," sambung Joe. "Kalau
tidak, engkau tentu telah kami tangkap! Dan The Galloping Rider telah kami
kembalikan kepada pemiliknya. Kauapakan The Galloping Rider itu sekarang?"
"Kalian tak dapat rnembuktikannya!" kata Bryle mengejek. "Lepaskan aku!"
Frank dan Joe sadar akan kenyataan itu. Mereka mengangkat bahu, dan Bryle
ngeloyor sambil tersenyum sinis.
"Sayang sekali kita tak dapat menangkap dia," kata Frank. "Tetapi kita selalu
dapat menemukan dia di sini, jika kita sudah mendapatkan bukti-bukti yang
memberatkan dia." Mereka berkeliling-keliling sebentar, lalu mengambil keputusan hendak menyewa
perahu untuk berlayar di dalam teluk. Mereka kembali ke Marina, lalu menyewa
sebuah perahu dengan motor tempel dari Herb Chelski. Mereka menanyakan perihal
Ed Bryle. Dijawab, bahwa Bryle diberi tugas untuk membersihkan perahu yang kembali setelah
disewa orang. "Ed. juga menyiapkan perahu di dermaga jika diperlukan. Ia meninggalkan sebuah
perahu bermotor tempel di dermaga. Kalian dapat menggunakannya. Ini kuncinya."
Joe memegang kemudi, dan mereka meninggalkan dermaga.
Dengan cepat mereka memasuki Teluk Chesapeake. Keduanya memang berpengalaman di
laut. Mereka mempunyai perahu motor sendiri di rumah, yang diberi nama Sleuth. Dengan
perahu itu mereka sering menjelajahi Teluk Bermet.
Ketika mereka sampai di perairan lepas, mereka mendengar suara menderu di
kejauhan. Suara itu semakin menjadi keras dan mendekat. Sekelompok perahu melintas,
memutar mengitari sebuah rambu-rambu, lalu melaju kembali ke arah semula.
"Lomba perahu!" seru Frank mengatasi deru perahu. "Kalau saja kita membawa
Sleuth, kita bisa ikut!"
Perahu balap yang terakhir mengambil tikungan terlalu lebar, dan melaju ke arah
mereka. Baling-balingnya terbenam dalam, hingga haluannya mencuat ke atas permukaan.
Seorang remaja seumur mereka memegang erat-erat batang kemudi, berjuang keras
untuk menguasai arah perahu.
Beberapa gadis berdesakan di tempat duduk belakang, memandangi si pengemudi.
"Mudah-mudahan saja ia dapat menguasai perahunya," kata Joe.
"Rupanya tidak!" seru Frank memperingatkan. "Siap, Joe! Banting kiri!"
Perahu balap itu hampir melanda mereka. Dengan sepenuh tenaga Joe mendorong
kemudi ke kanan. Motor tempelnya hampir saja disambar perahu balap, sementara
gadis-gadis itu cekikikan mentertawai sambil melambai-lambaikan tangan.
Frank dan Joe terbenam dalam guyuran air yang muncrat.
Mereka hanya mendengar pembalap itu berseru: Maaf, bung!" ketika perahu itu
memutar " lewat menuju rambu-rambu.
"Belajarlah baik-baik mengemudikan perahu!" Frank mengomel keras, sambil menyeka
air dari wajahnya. Menjelang senja, kakak beradik itu mengembalikan perahu sewaan mereka ke Marina,
lalu kembali ke motel. Setengah jam kemudian, mereka mendengar ketukan-ketukan
lembut pada pintu. Frank berdiri di samping pintu, merapat pada dinding. Joe dengan perlahan-lahan
membuka kunci pintu. Seseorang dalam pakaian yang lusuh, berjanggut tak keruan serta rambut merah
menyala, langsung masuk ke dalam kamar!
Chapter 14 Bom waktu Frank menangkap orang itu pada pundaknya, dan Joe menendang pintu hingga
tertutup. "Cukup!" terdengar suara yang sangat mereka kenal. "Tak perlu kekerasan.
Sebaliknya, sediakan saja kursi untukku."
"Ayah!" seru mereka bersama-sama dengan gembira.
"Sstt! Jangan terlalu keras!"
Frank nampak heran. "Ayah bilang, esok baru datang!"
"Aku terpaksa bilang demikian, kalau-kalau telepon di sini disadap. Jika ada
orang yang ikut mendengar, ia tentu akan menjebak aku besok pagi. Habislah
riwayatku! "Ada apa sebenarnya, ayah?" tanya Joe.
"Wickerson meneruskan peringatan FBI kepadaku, bahwa ada agen-agen asing yang
membuntuti aku. Sebab itulah aku menyamar begini, dan datang tanpa memberitahu
kepadamu. Nah, ceritakanlah tentang perkara penunjuk arah angin Hammerley!"
Kakak beradik itu menjelaskan segala pengalaman mereka di pertanian, di Juniper
Field dan di kota. Mereka juga menyebutkan suara parau di telepon yang mengancam
mereka, serta pertemuan mereka dengan Ed Bryle. Mula-mula di tempat pelelangan,
kemudian di Chesapeake Crossing.
Frank menyimpulkan: "Kami tak dapat menemukan petunjuk-petunjuk, tentang apa
hubungannya antara Chesapeake Crossing dengan gambar guna-guna yang kami temukan
di heli." "Barangkali lebih baik kautunda dulu perkara penunjuk arah angin itu," kata ayah
mereka. "Aku membutuhkan tenaga kalian dalam perkara mata-mata di Pentagon.
Kukira Wickerson telah memberikan petunjuk-petunjuk."
"Benar," kata Frank. Ia lalu menceritakan tentang kecurigaan mereka terhadap
Archie Olson. Pak Hardy mengusap-usap dagunya. "Aku telah menyelidiki Olson," katanya. "Ia
bersih. Tentu saja aku bisa keliru atau kurang teliti. Bagaimana pun, kalau Wickerson
mengawasinya, ia tak akan dapat menimbulkan kesulitan."
Pak Hardy bangkit, lalu mondar-mandir di kamar. "Masalah pokok kita ialah
Clifford Hunter. Pertama-tama, ia belum meninggalkan negeri ini dengan dokumen
curiannya. CIA yakin akan hal itu. Sebab bila negeri asing yang bersangkutan
telah menerimanya, mereka tentu sudah mengambil tindakan-tindakan. Misalnya
mengganggu gelombang-gelombang maser kita. Pesawat-pesawat monitor kita belum
menunjukkan hal demikian."
"Bahayanya, kalau Hunter dapat lolos sewaktu-waktu. Tetapi semua pelabuhan dan
lapangan terbang telah diawasi. Pemerintah juga telah mengirim patroli-patroli
khusus di sepanjang perbatasan. Jadi, Hunter barangkali masih bersembunyi,
menunggu kalau kegiatan-kegiatan ini agak mengendor."
Frank berkata: "Karena ia terlihat terakhir kalinya di Chesapeake Crossing,
kukira ia masih bersembunyi di sekitar sini. Teluk ini cukup luas untuk
bersembunyi. Banyak ceruk-ceruk dan teluk-teluk kecil yang dapat memberikan
tempat untuk bersembunyi."
Pak Hardy mengangguk. "Aku juga berpikiran demikian. Teluk ini sangat luas.
Bahkan AL dan FBI tak dapat mengawasi seteliti mungkin, sejak dari Baltimore di utara
hingga Norfolk di selatan. Perkiraanku, Hunter belum pergi jauh dari sini."
"Bagaimana tindakan kita selanjutnya?" tanya Joe.
"Aku akan menyelidiki lewat darat, sampai di sebelah selatan Chesapeake
Crossing. Sementara itu kalian menjelajahi pantai ini dengan perahu motor. Jika kita tak
menemukan tanda-tanda Hunter atau perahunya, kita beralih ke sebelah utara."
"Bagus! Kapan kita mulai?"
"Besok pagi. Kalian telah mengenal bentuk perahu layar Hunter. Inilah potret
dia." Ia memberikan sebuah potret kepada anak-anaknya. Potret itu menggambarkan
seorang muda berambut coklat bermata coklat pula.
Wajahnya nampak murung. Frank dan Joe melihatnya dengan seksama, kemudian Frank
memasukkannya ke dalam sakunya.
"Kami mendapatkan alamat Hunter dari pak Chelski," kata Joe. "Apakah ayah kira,
ada manfaatnya jika kita menanyai tetangga-tetangganya?"
"Itu sudah kulakukan. Pemerintah juga telah menggeledah rumahnya dengan teliti,
dan juga telah menghubungi hampir semua kenalannya. Adapun yang kami peroleh
hanyalah, ia dikenal sebagai orang yang ramah, yang kegemarannya hanya membaca
dan berlayar. Tak ada tingkah-lakunya yang mencurigakan. Justru itulah yang
menyulitkan!" Pak Hardy berdiri. "Aku akan selalu menghubungi kalian lewat motel ini. Sekarang
aku akan pergi, tetapi tidak lewat pintu depan. Kalau-kalau ada orang yang
mengawasi." Ia menuju ke jendela di belakang, dan dengan cepat memanjatnya lalu turun dengan
diam-diam di luar. Beberapa detik kemudian ia telah hilang di semak-semak dalam
kegelapan malam. *** Besoknya Joe dan Frank berjalan-jalan ke Marina pak Chelski. Pemilik Marina itu
sedang melihat daftar para langganan hari itu.
"Kami ingin menyewa sebuah perahu motor," kata Frank.
"Kebetulan aku punya yang kaubutuhkan," jawab Chelski. Ia pergi ke belakang.
"Ed, sediakan penjelajah berkabin itu ke dermaga. Akan dipakai oleh Frank dan
Joe!" Ia kembali ke depan menghampiri kedua pemuda tersebut. "Pergilah lebih
dulu ke dermaga. Aku akan menyusul beberapa menit kemudian."
Di dermaga, Frank dan Joe melihat sebuah penjelajah yang langsing sedang
mendatangi. Ed Bryle yang mengemudikannya. Ia melepaskan persneling dan
membiarkan mesin tetap hidup, lalu keluar sambil memegangi tali penambat.
"Oke, bung!" katanya dengan ramah. "Inilah perahu kalian!"
Frank dan Joe naik ke perahu, dan Bryle melemparkan tali ke geladak. Kemudian ia
mendorong perahu itu lepas dari dermaga.
Frank memasukkan persneling dan perahu itu mulai bergerak maju.
"Apa yang terjadi dengan Bryle?" ia bertanya-tanya. "Sekonyong-konyong saja ia
begitu ramah?" "Mungkin ia ingin agar majikannya tahu, bahwa ia mengenal kita sebelumnya, dalam
suasana yang lain sama sekali dari sekarang." jawab adiknya.
Mereka mengitari salah satu tanjung kecil, lalu menjelajah di sepanjang pantai.
Pantai itu penuh dengan ceruk-ceruk, yang sulit dilihat dari perahu besar yang
memerlukan air lebih dalam. Beberapa lagi bahkan harus didekati untuk dapat
diselidiki. Joe menghela napas.
"Ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami!" katanya. Ia melindungi matanya
dari sinar matahari. "Ya, atau mencari ikan teri di teluk Chesapeake," sambung kakaknya. "Wah, hari
mulai panas lagi!" Mereka sampai ke sebuah ceruk, terlindung semak dan pohon-pohonan, demikian
rapatnya hingga sulit dilihat bagian dalamnya.
"Tempat yang bagus untuk bersembunyi," kata Frank. "Mari kita masuki."
Ia mengemudikan perahu masuk ke dalam ceruk. Burung-burung beterbangan mendengar
deru mesin. Tetapi selain itu, tak nampak kehidupan lain. Ceruk itu menjorok
beberapa ratus meter ke dalam. Sampai di ujung, Frank memutar kembali menuju
keluar. Mereka memeriksa ceruk demi ceruk, sambil makan roti berisi daging sebagai
sarapan, tanpa melepaskan pandangan pada garis pantai. Akhirnya mata Joe
menangkap sesuatu di mulut sebuah ceruk.
Sambil membungkukkan tubuh, ia memungut sebuah pelampung dari permukaan air. Ia
memeriksanya, lalu berseru: "Frank! Lihat ini!" Ia menunjuk ke tulisan yang
sudah buram pada sisi pelampung: The Bay Queen. "Ini tentu dari perahu layar
Hunter! Jadi ia tentu pernah di daerah ini. Barangkali saja ia masih ada di
sini." Mereka meneliti seluruh bagian ceruk itu, tetapi tak menemukan jejak-jejak
pelarian itu. "Mungkin pelampung ini hanyut dari tempat lain," kata Frank. "Mari
kita lanjutkan ke teluk di luar sana."
Mereka meneruskan penyelidikan ke arah selatan. Sebuah perahu layar melintas
haluan mereka di kejauhan. Panjangnya kira-kira sepuluh meter. Pada garis batas
airnya diberi garis batas berwarna merah. Ketika perahu itu memutar, Joe melihat
huruf-huruf The Queen berwarna hijau pada buritannya.
"The Bay Queen" serunya.
Frank membelokkan perahunya, menuju ke perahu layar tersebut sambil mempercepat
jalannya. Mereka mendekat dengan cepat. Seseorang memandangi mereka dari
geladak. "Apa yang akan kalian lakukan?" ia berseru. "Hendak membuat musibah?"
"Aku akan memanggil Pengawal Pantai," bisik Joe.
"Tunggu dulu," kata kakaknya. Mereka sampai di buritan perahu layar, dan melaju
di dekatnya. Frank menengok dan membaca nama perahu itu: The Chesapeake Queen.
"Kukira Pengawal Pantai akan membiarkannya," katanya sambil tertawa kepada
adiknya. Joe hanya dapat mengangguk kecewa.
Setengah jam kemudian mereka merasa lapar. Joe mengambil alat pancing dari rak
di kabin, lalu melemparkan mata kailnya ke dalam air. Beberapa menit kemudian
seekor ikan merah menggelepar di geladak. Mereka menggorengnya pada sebuah
tungku di dapur kecil. Mereka juga menemukan beberapa botol air tawar untuk menemani ikan goreng itu.
Setelah itu Joe yang memegang kemudi, sementara kakaknya membersihkan dapur.
Mereka berhenti sebentar pada sebuah ceruk, untuk menyelidikinya. Tetapi sekian
jauh tak ada hasilnya. Dengan lesu Frank memandangi alur jejak perahu yang
melebar ke belakang. Tiba-tiba ia berseru: "Joe! Kukira kita baru saja melewati sebuah ceruk.
Mulutnya hampir tersembunyi, tetapi aku melihatnya sepintas."
Joe memutar kemudi, dan mereka tiba pada sebuah ceruk yang dalam. Mulutnya
sempit, hampir tak cukup untuk perahu mereka. Semak-semak dan batu-batu besar
menutup mulut ceruk itu dari pandangan.
"Matikan saja mesinnya, Joe," kata Frank. "Lebih baik kita dayung saja masuk ke
dalam. Kalau tidak, kita dapat menabrak batu-batu itu."
Joe mematikan mesin dan keduanya memegang pendayung. Dengan pelahan-lahan dan
hati-hati mereka mendayung di antara batu-batu, masuk ke dalam ceruk. Di ujung
dalam, di antara rimbunan daun-daun, mereka melihat bayangan bentuk sebuah
perahu layar, berayun-ayun di riak air.
"Mungkin itulah The Bay Queen! " kata Frank dengan tegang.
"Joe, ambil teropong." Adiknya mengambil sebuah teropong yang ditemukannya dari
dalam sebuah laci. Ia segera mengarahkannya ke perahu layar tersebut. "Masih
terlalu jauh," katanya. "Aku tak dapat membacanya dari sini!"
Ia memberikan teropong kepada kakaknya, setelah melihat, ia membenarkan kata
adiknya. "Tetapi aku tak ingin menabrak batu-batu itu!" katanya. "Seluruh permukaan air
penuh dengan batu-batu!"
Mereka sedang merundingkan cara-cara yang terbaik untuk menjalankan perahu
mereka di antara batu-batu, ketika suasana hening, terdengar suara berdetik
terus-menerus, seperti suara jam weker. Karena perhatian mereka sepenuhnya
dicurahkan untuk mengemudikan perahu, pada mulanya suara detik-detik itu tak
mereka hiraukan. "Frank, suara apakah itu?" Joe memandang kakaknya penuh pertanyaan.
"Kedengarannya seperti jam weker. Ketika mesin hidup, kita tak mendengarnya."
Ia memandang ke arah dashboard, tetapi suara itu datangnya dari ruang mesin.
Tiba-tiba mereka bersama-sama menyadari suatu kenyataan!
"Ada sebuah bom waktu di perahu!" seru Frank. "Ia dapat meledak sewaktu-waktu!"
Chapter 15 The bay queen (Si ratu teluk)
Kakak beradik itu berturut-turut terjun dari sisi kabin. Begitu menyentuh air,
mereka segera menyelam untuk beberapa meter. Mereka baru menyembul setelah paru-
paru mereka terasa hendak pecah menuntut udara. Dengan secepat-cepatnya mereka
menjauh dari perahu. Beberapa detik kemudian, bom itu meledak dengan suara yang memekakkan. Ledakan
merobek-robek perahu itu menjadi berkeping-keping. Pecahan-pecahannya
beterbangan di udara dan jatuh kembali ke air. Kepingan-kepingan logam dan
serpihan-serpihan kayu bagaikan hujan di sekitar mereka. Mereka menengok,
memandangi akibat dari ledakan yang menghancurkan itu.
Beberapa menit kemudian, hanya genangan minyak yang nampak di tempat perahu


Hardy Boys Mata Mata Di Pentagon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka tadi berada. Pelampung-pelampung dan jok-jok tempat duduk terapung-apung
di antara tangkai pancing, topi rumput dan kepingan-kepingan kayu.
Tanpa cidera dari akibat hujan kepingan kayu dan besi, Frank melihat sekeliling.
"Joe! Engkau tak apa-apa?" ia berteriak memanggil adiknya.
"Hanya lututku! Sedikit memar terantuk sisi perahu, ketika melompat terjun,"
jawab adiknya. Bersama-sama mereka berenang ke arah batu karang, lalu naik ke salah satu batu
yang besar. Mereka berbaring dengan napas tersengal-sengal, sambil menunggu
pulihnya kekuatan. "Untung sekali mesin kita matikan," kata Joe. "Kalau tidak, kita tak akan
mendengar detak jam dari bom waktu itu!"
"Tentu Ed Bryle yang memasang bom itu," kata Frank dengan geram. "Hanya dia yang
mempunyai motif untuk itu. Ia tentu memasangnya ketika menyiapkan perahu itu
bagi kita!" "Karena itulah ia bersikap ramah," sambung Joe. "Ia tentu mengira, bahwa kita
akan mati tenggelam di laut. Kita harus membuat perhitungan dengan dia, nanti di
Chesapeake Crossing!"
Mereka lalu duduk, melihat-lihat di sekitar ceruk. Perahu layar itu kini nampak
jelas. Ia berputar perlahan-lahan diayun ombak kecil.
Dengan huruf-huruf besar nampak tulisan The Bay Queen di buritan.
Tetapi tak nampak adanya kehidupan di geladaknya.
Frank dan Joe berdiri. Dengan hati-hati mereka melompat-lompat dari batu ke batu
menuju ke pantai. Akhirnya mereka melompat ke pasir pesisir. Mereka memutar
melalui semak-semak dengan diam-diam, sebab tidak yakin, apakah Hunter ada di
sekitar tempat itu. Mereka berhenti sejenak, lalu mengintip dari sela-sela semak belukar ke arah The
Bay Queen. Perahu layar itu terapung-apung bebas di permukaan air. Tidak ditambat atau pun
membuang sauh. Layarnya pun masih terpasang. Angin kecil yang bertiup, membuat
perahu itu sedikit oleng dari sisi ke sisi.
"Ia tidak dikemudian masuk kemari," bisik Frank. "Aku yakin, ia tentu hanya
hanyut masuk kemari."
"Mari kita memisahkan diri," kata Joe. "Kita dekati dari dua jurusan; jangan
mengambil risiko." Frank mengangguk. Dengan hati-hati mereka keluar dari semak-semak. Sambil
mengendap-endap mereka melintasi pasir, lalu masuk dan berjalan di air, mendekat
dari dua sisi perahu. Frank naik dari haluan dan Joe melompat ke buritan. Dengan hati-hati mereka
turun ke kabin. Mereka telah siap untuk menghadapi segala sesuatu. Tetapi
ternyata perahu itu kosong!
Mereka menggeledah, mencari-cari petunjuk bukti-bukti. Yang mereka temukan
hanyalah surat-surat tanda milik perahu itu, atas nama Clifford Hunter.
"Kalau begitu perahu ini resmi miliknya," kata Joe.
"Ya. Tetapi tidak menunjukkan di mana pemiliknya berada! kata Frank menyambung.
"Teruskan mencari!"
Beberapa saat kemudian Joe menunjuk ke arah tempat duduk di bawah jendela.
"Lihat ini!" katanya. "Huruf-huruf ini dengan kasar diguratkan, menyebutkan Barren Island!"
"Engkau tahu maksudnya?" tanya Frank. "Tidak. Mungkin salah satu pulau di teluk
ini." "Kita selidiki nanti. Tetapi lebih dulu kita bawa perahu ini ke Chesapeake
Crossing. Biar diperiksa oleh pihak FBI."
"Oke. Tetapi, bagaimana kalau kita berjemur dulu biar kering" Aku merasa risih
dalam pakaian yang basah begini."
Mereka naik ke geladak, lalu duduk-duduk berjemur. Tiba-tiba mereka mendengar
suara mesin perahu di balik pohon-pohonan. Suara itu berhenti, dan tak lama
kemudian terdengar sauh mencebur di air.
Mereka tak dapat melihatnya, tidak tahu pula, siapa yang ada di perahu. Mereka
harus tetap bersembunyi, apa lagi jika ternyata orang itu Hunter sendiri!
Sebelum mereka berbuat sesuatu, terdengar suara kecebar-kecebur orang berjalan
di air, dan suara tenor menyanyikan lagu pelaut!
"Tak mungkin suara Hunter," Joe bergumam. Siapa pun orangnya, ia tak merasa
takut menarik perhatian, dengan bernyanyi-nyanyi begitu!" sambungnya.
"Memang. Tetapi bagaimana pun, kita perlu melihat dia," kata kakaknya.
Mereka melompat turun, dan dengan mengendap-endap berjalan di antara semak-semak
menuju ke sebuah batu karang besar, yang memberikan lindungan yang baik. Dari
balik batu itu mereka melihat ke bawah; sebuah perahu membuang jangkar, dan di
dekatnya ada seseorang yang berjalan di air.
"Gaspard Clay!" seru Frank tertahan. Kurator musium itu mengenakan pakaian
pelaut putih, bertopi rumput lebar dan sepatu bootnya tinggi sebatas paha.
Sebuah jaring kepiting disandang di bahu, seperti orang membawa pemukul
baseball. Ia menyanyi sedemikian kerasnya, hingga suaranya seperti memecahkan
telinga. Tiap kali pak Clay mengayunkan jaringnya ke dalam air, lalu diangkat lagi
menapis air dan pasir. Jika kebetulan ada kepiting yang tertangkap, lalu
dilemparkan ke dalam sebuah tempayan di perahu.
Frank dan Joe tak kuasa menahan tertawanya melihat pemandangan itu!
"Tak usah bersembunyi lagi!" kata Joe.
Kakaknya mengangguk. "Tetapi jangan katakan apa-apa! Kalau kita sedang menangani
perkara mata-mata! Aku pun tak ingin ia melihat perahu The Bay Queen."
"Akur!" jawab adiknya.
Mereka meninggalkan persembunyian, lalu berjalan ke pantai.
Pak Clay tersenyum melihat mereka datang.
"He! Ini suatu kejutan!" katanya. "Bagaimana kalian dapat, hmm, sampai di sini?"
"Kami mengikuti nasihat anda," jawab Joe. "Berlayar di teluk. Bagaimana
kepitingnya?" "Hebat! Seperti yang pernah kukatakan, hmm, di sinilah yang terbaik. Aku
mengambil libur sehari dari, hmm, musium. Karena itu aku kemari." Sambil
berkata-kata, ia mengambil dua buah jaring lagi dari dalam perahunya. "Mau ikut
mencari, hmm, kepiting?"
Kakak beradik itu saling memandang. Ini merupakan suatu cara untuk menghindarkan
pak Clay melihat The Bay Queen. Di samping itu, mereka memang juga senang
mencari kepiting. Itu juga sering mereka lakukan di Teluk Barmet di dekat rumah mereka.
Mereka melepaskan sepatu dan menggulung celana. Mereka menerima jaring
kepiting,lalu ikut mencari di sepanjang garis pantai.
Mereka mengambil arah sedemikian, hingga pak Clay tak mungkin melihat The Bay
Queen. Pak Clay sendiri tak menyadari hal itu, karena di mana pun banyak sekali
didapati kepiting. "Aduh!" seru Frank tiba-tiba.
"Ada, hmm, apa?" tanya pak Clay.
Sebagai jawaban, Frank mengangkat kakinya ke atas air. Seekor kepiting besar
tergantung menjepit ibu jarinya. Dengan geram ia menangkapnya, lalu
melemparkannya ke dalam tempayan.
"Cara terbaru untuk menangkap kepiting," Joe berolok-olok.
Frank menyeringai. "Terimakasih, pandir! Aku tak perlu dikasihani!"
Akhirnya pak Clay berkata, bahwa tangkapan telah cukup.
"Kalian telah membantu," katanya. "Nah, bagaimana kalau, hmm, kalian membantu
pula menyingkirkan mereka" Maksudku, hmm, ikut makan?"
"Dengan senang hati!" jawab Joe. "Sayang sekali Chet tak ada di sini."
Mereka menuju ke pantai. Pak Clay mengambil beberapa ekor kepiting dari
tempayan, dimasukkan ke dalam sebuah panci. Kemudian dibawanya ke pinggir. Frank
dan Joe mencari ranting-ranting kering. Tak lama kemudian air di dalam panci
telah mendidih. Pak Clay yang memasak. Mereka bertiga duduk di pasir, menikmati kepiting rebus
yang gemuk-gemuk. Akhirnya pak Clay berkata: "Aku harus pulang ke, hmm, musium kembali. Ingin ikut
sampai di, hmm, Marina" Perahuku cukup untuk bertiga."
"Terimakasih," jawab Frank. "Perahu kami ditambat agak jauh ke selatan sana."
Pak Clay mengangguk, menyanyi lagi, dan sebentar kemudian perahunya telah
menderu. Sambil tersenyum ia melambaikan tangannya.
Frank dan Joe kembali ke The Bay Queen. Setelah memeriksa dengan cermat, mereka
tahu perahu itu berlayar. Tetapi Frank mencoba menghidupkan mesinnya, lalu
mengundurkan perahu itu dari tepi pasir. Setelah memutarnya, ia mulai
mengemudikannya di antara batu-batu menuju ke laut lepas. Angin mulai bertiup.
"Coba kita gunakan layarnya," usul Joe. "Angin ini cukup memberi kecepatan
seperti motornya." Frank mematikan mesin, dan Joe memasang layar. Dengan laju perahu membelah ombak
yang tenang. Kemudian mereka berganti.
Kini Frank yang memegang kemudi, melintas angin memercikkan air Teluk
Chesapeake. Tak lama kemudian, di haluan mulai nampak kota Chesapeake Crossing.
Frank mengemudikan perahu itu ke dermaga, di Marina Chelski. Joe melompat ke
tepian sambil memegangi ujung tali. Ia mengikatkannya pada tambatan.
Mereka masuk ke dalam Marina, mencari Herb Chelski, yang mereka temukan di
kantornya. "Menyesal sekali, perahu anda telah hancur," kata Frank.
"Kalau kalian menabrak karang hingga tenggelam, kalian harus membayar ganti
rugi!" kata Chelski geram.
"Tidak tenggelam. Ia meledak di udara!"
"Yang benar!" "Ada sebuah bom waktu di dalam perahu. Hampir saja membunuh kami berdua," Joe
menjelaskan. "Kami sempat menghindarkan diri, tepat sebelum meledak."
"Apa?" tanya pak Chelski dengan mata membelalak tak percaya.
"Kukira Ed Bryle yang memasangnya," sambung Frank. "Harap anda ketahui, bahwa
kami mengetahui dia mencuri barang antik yang berharga di daerah Dutch
Pensylvania. Karena itu ia ingin menyingkirkan kami."
"Kami ingin menemui dia," kata Joe.
"Ia tak di sini lagi!" kata pak Chelski marah. "Ia minta berhenti, tepat ketika
kalian berangkat tadi." Ia nampak sangat marah. Jari-jarinya menyisir
kebingungan di rambut kepalanya. "Bung," katanya kemudian. "Aku sungguh
menyesal. Aku akan melaporkan Bryle, dengan tuntutan berusaha membunuh dengan
direncanakan! Tetapi kuharap kalian tak mencurigai aku, aku betul-betul tak
tahu-menahu " " "Jangan kawatir," Frank menenteramkan. "Kami maklum. Tetapi harap anda maklumi,
bahwa kami tak dapat mempertanggung-jawabkan perahu anda. Dengan kenyataan yang
demikian ini." "Sudah tentu," kata pak Chelski dengan lega.
"Kami telah menemukan perahu layar Clifford Hunter," kata Joe mengalihkan
percakapan. "Ia kami temukan di sebuah ceruk di Teluk Chesapeake."
"Jangan bercanda! Maksudmu, kalian membawa Hunter pulang kembali?"
Joe menggeleng. "Bukan. Kami belum tahu sama sekali di mana dia. Perahu itu
ditinggalkan. Kini kami tambat di dermaga anda. Dapatkah anda menjaganya, sampai
FBI datang untuk memeriksanya?"
"Tentu!" Chelski berjanji. "Aku tak akan membiarkan siapa pun menyentuhnya!"
Kakak beradik itu lalu berpamitan, kembali ke Sunset Motel.
Petugas di meja memberi mereka sebuah bungkusan kecil, berukuran sepuluh kali
sepuluh dan agak tipis. "Saya tak tahu siapa pengirimnya," kata petugas itu. "Saya sedang mengantarkan
tamu. Ketika saya kembali, bungkusan itu telah terletak di meja dengan nama kalian."
Joe menerimanya. Bungkusan itu ternyata ringan saja. Mereka lalu masuk ke pondok
mereka. Frank segera menelepon FBI di Washington. Keting ia menyebutkan nama
Clifford Hunter, teleponnya segera disambungkan dengan intercom ke kantor
direktur. Pak direktur mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Kalian sungguh-sungguh melakukan pekerjaan penting," pak direktur memuji.
"Inilah petunjuk pertama yang baru kita dapatkan untuk perkara ini. Aku akan
segera mengirimkan seorang agen FBI ke Chesapeake Crossing."
Sementara Frank menelepon, Joe membuka bungkusan. Isinya ternyata sebuah kaset!
"Di lobby ada sebuah taperecorder," kata kakaknya setelah selesai menelepon.
"Ayo, kita dengarkan!"
Mereka menuju ke pesawat tersebut, yang terletak di sudut ruangan. Tak seorang
pun ada di sana. Frank memasang kaset itu, lalu menghidupkan pesawatnya.
Beberapa detik berlalu tanpa sesuatu kecuali suara mendesirnya kaset yang
berputar. "Tak ada apa-apanya," kata Joe.
"Hanya lelucon,' katanya mengiakan. Baru saja ia hendak mengeluarkan kaset,
suasana yang hening itu terpecahkan oleh suara dari kaset.
"Anak-anak Hardy! Guna-guna telah bekerja atas kalian!" Suara parau serak
melengking itu pernah mereka dengar sebelumnya. "Lepaskan perkara ini! Kalau
tidak, kalian akan menjadi makanan kepiting di dasar teluk!"
Chapter 16 Persembunyian di Barren Island
Dengan terkejut, mereka membiarkan kaset itu terus berputar.
Barangkali saja ada lanjutannya. Tetapi kaset itu tak bersuara lagi sampai
habis. Frank membalikkannya, tetapi sebaliknya pun kosong pula. Ia mengeluarkan
kaset itu lalu memasukkannya ke dalam saku.
"Siapa pun badut ini," katanya, "ia memperingatkan kita agar melepaskan perkara
kita. Tetapi yang belum jelas, perkara mata-mata di Pentagon atau perkara pencurian
penunjuk arah angin?"
"Tentunya perkara penunjuk arah angin," kata Joe. "Ia pernah memberi peringatan
sebelum ini. Ketika itu kita masih ada di pertanian pak Hammerley, sebelum kita
mulai menangani perkara mata-mata!"
"Itu berarti, selama ini dia selalu membuntuti kita. Sejak dari daerah Dutch
Pennsylvania," Frank berkesimpulan. Kita harus waspada, agar dia tak dapat
membuntuti kita ke Pulau Tandus. Kalau tidak, ia dapat mengacaukan tugas kita
untuk ayah!" "Betul! Itu proyek kita berikutnya. Mari, kita cari peta untuk mencari tempat
itu." Mereka membeli sebuah peta laut dari Teluk Chesapeake, lalu kembali masuk ke
pondok mereka. Ketika sampai di pintu, telepon berdering, ternyata ayah mereka.
Ayah mereka minta, agar pergi ke telepon umum untuk menghubungi mereka. Dengan
demikian mereka dapat leluasa berbicara, tanpa disadap oleh orang lain.
Frank dan Joe pergi ke rumah makan yang terdekat, lalu segera menelepon ayahnya.
Mereka menceritakan apa yang telah mereka lakukan. Mendengar hal itu ayah mereka
sangat bergembira. "Ini memberi kita batu pijakan untuk bekerja selanjutnya," katanya. "Juga
membuktikan, bahwa teoriku ternyata benar, yaitu, bahwa Hunter masih bersembunyi
di daerah ini. Aku akan tetap mencari dia lewat darat. Kalian yang menyelidik di
Barren Island. Pulau itu ada di dekat Pantai Timur dari Maryland."
Mereka mengakhiri percakapan, lalu kembali ke pondok.
Mereka memeriksa peta dan mendapatkan, bahwa pulau Tandus terletak di hadapan
muara sungai Potomac. Setelah itu mereka membuat rencana-rencana untuk pelayaran
dari Chesapeake Crossing.
Pagi berikutnya mereka menyewa sebuah perahu motor lagi di Marina milik Herb.
Mereka menjaga, jangan sampai ada yang mengikuti. Kemudian mereka berangkat,
menjelajah laut ke Barren Island. Sampai di pantainya, mereka menambatkan perahu
di semak-semak, agar tersembunyi dari pantai, lalu mendarat.
Pulau itu hanya kira-kira satu mil persegi luasnya. Hanya pasir dan semak-semak
yang nampak di mata. "Cocok benar dengan namanya. Siapa yang mau tinggal di sini?" kata Joe.
Frank menunjuk ke sebuah bangunan di pantai sebelah sana.
"Ada juga! Biar pun tersembunyi di balik semak-semak, nampaknya besar juga rumah
itu. Mari kita selidiki."
Mereka mengitari sepanjang pantai dan tiba pada sebuah dermaga yang terlantar.
Balok-balok yang dulunya menjadi tangga dari air, telah runtuh bertimbun-timbun.
Mereka naik ke atas, dan menemukan sebuah jalanan yang terbuat dari batu-batu
pipih. Di sela-selanya telah tumbuh rumput.
Rumah itu telah bobrok. Jendela-jendelanya telah ditutup dengan papan, dan
genting berserakan di tanah. Banyak kayu dari pagar serambi telah patah-patah,
dan cerobongnya dipenuhi sarang burung.


Hardy Boys Mata Mata Di Pentagon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kukira kita telah keliru," kata Frank. "Tak ada yang tinggal di sini. Rupa-
rupanya pemiliknya telah pergi, dan rumah ini ditinggal sampai bobrok."
Joe mencoba membuka pintu depan. "Dikunci," katanya. Ia mengitari rumah, dan
ternyata pintu belakang juga dikunci. Joe menggaruk-garuk kepala. "Apa yang
sebaiknya kita lakukan sekarang" Mendobrak jendela?"
"Kita lihat dulu pintu ruang bawah tanah," usul kakaknya.
Mereka menuju ke pintu kayu yang menutup lubang jalan masuk ke ruang bawah
tanah. Frank mengangkat sebelah. Daun pintu itu terangkat dengan suara
menggerit, dan hanya dapat terbuka hingga setengahnya. "Sudah terlalu berkarat,
hingga tak dapat menutup rapat,"
katanya. Mereka menuruni tangga batu, lalu mencoba membuka pintu ruangan.
"Ha! Terbuka!" kata Frank kepada adiknya. "Ayo ikut."
Mereka masuk. Suasana agak remang-remang, sebab jendela-jendela yang ditutup
dengan papan hanya dapat memasukkan cahaya sedikit. Bau yang apak menjemput
kedatangan mereka, akibat dari keadaan yang telah tertutup bertahun-tahun. Dari
celah-celah lantai dan batu pondamen air merembas keluar, membentuk genangan-
genangan di sana-sini. "Istana bagi tikus!" Joe menggerutu, ketika seekor tikus berlari-lari di antara
kaki-kakinya. Mereka menyelidik di seluruh ruang bawah, mengintip-intip ke balik tumpukan
jaring ikan, pendayung patah dan cangkang kerang.
"He, lihat ini!" seru Frank dengan tertawa terkekeh-kekeh. Ia menunjukkan sebuah
busur dan anak panah. "Coba kalau Chet ada di sini!"
Joe menyeringai. "Ia akan menembak kepiting dengan panah itu!"
Frank melemparkan busur dan panah itu ke samping. Mereka masuk lebih dalam lagi,
hingga sampai di ruang kedua di belakang.
Sebuah tangga menuju ke lantai pertama. Mereka melihat sejumlah tong di ruangan
yang remang-remang. Joe berjongkok. "Tepung, gula dan garam," tertera dengan huruf besar-besar pada
setiap tong. "Ini tentu gudang. Yang lain ..."
" Ia mendengar suara keras pintu ruang bawah bergerak, lalu melompat bangun sambil
berseru: "Ada orang di pintu belakang!"
Dalam sekejap mereka kembali melalui ruang bawah ke pintu keluar. Pintu-pintu
kayu itu telah tertutup di atas kepala mereka.
"Kita terjebak!" kata Joe tertahan.
Frank mendorong daun pintu yang sebelah dan bernapas lega.
"Tidak dikunci," katanya. "Mungkin angin yang menutupkannya."
"Ya ampun!" kata Joe sambil menghela napas. "Aku sungguh-sungguh sudah takut
tadi!" "Aku juga," kakaknya mengaku.
Mereka kembali ke ruang bawah, dan Joe berhenti pada setumpuk gagang pancing.
"He, Frank! Mana itu busur dan panahnya" Apakah ada yang mengambil?"
Frank menggeleng. "Tadi kulempar ke samping. Mungkin jatuh di tumpukan jaring-
jaring. Terlalu gelap untuk mencarinya. Kita harus menyelidiki seluruhnya, jangan buang-
buang waktu!" Mereka melintasi ruang bawah, sampai pada tangga yang menuju ke lantai pertama.
Dapurnya luas, berisi sebuah tungku kuno untuk kayu bakar. Seikat kayu bakar
mencuat-cuat dari sebuah tong di dekatnya. Pada sebuah meja terdapat pecahan
piring. "Apakah kira-kira ada yang menggunakan dapur ini, belum lama ini?" Frank
bertanya-tanya. Joe menggariskan jari pada debu di antara kedua mulut tungku.
"Sudah bertahun-tahun tak digunakan." Ia membuka salah satu tutupnya yang berat,
lalu mengintip ke dalam. "Tak ada apa-apa kecuali abu yang sudah lama."
Ruang makan mereka dapati kosong, kecuali sebuah kursi yang patah kakinya.
Mereka memasuki sebuah ruang di samping kamar duduk yang juga kosong. Sebuah
papan penutup jendela telah patah, memasukkan seberkas cahaya. Tempat perapian
telah ditutup dan seluruh ruang berdebu tebal.
"Tak ada apa-apa di sini," kata Joe, setelah menjenguk ke dalam ruang samping.
"Mari ke atas."
Kamar-kamar tidur di lantai kedua tak berisi perabotan. Mereka juga tak
mendapatkan petunjuk-petunjuk di sini. Mereka pergi ke loteng, sebuah ruangan
rendah di bawah atap yang berlangit-langit.
Balok-balok berukuran duapuluh kali sepuluh membentuk dua buah jembatan sempit,
membentang antara dua balok lintang, dan menurun tajam dari bagian atas atap.
Mereka terpaksa merangkak pada bagian yang sangat rendah.
Masing-masing melewati sebuah jembatan sempit. Langit-langit telah dikotori oleh
air yang menetes dari atap yang bocor. Seekor burung terbang, terperanjat
meninggalkan sarangnya di ambang jendela tingkap.
Mereka tak melihat sesuatu yang menarik, kecuali potongan-potongan kertas
berlapis ter yang berserakan.
"Tak ada apa-apa kecuali burung," kata Frank terbatuk-batuk karena debu.
"Sudahlah! Aku keluar saja."
"Aku tentu yang lebih dulu sampai di pintu," kata Joe sambil meringis.
Mereka merangkak kembali ke pintu loteng lalu keluar. Mereka berhenti sebentar,
meluruskan kaki dan tangan yang kaku. Kemudian mereka turun ke lantai bawah.
Di serambi ruang bawah, Joe mengungkapkan rasa kesalnya.
"Gagal lagi! Sudah jalan jauh-jauh tak ada gunanya!" ia mengeluh.
Frank sedang memandangi sesuatu di lantai. "Tunggu dulu!" ia berseru tiba-tiba.
"Lihat ini!" Ia menunjuk jejak-jejak kaki pada tanah di depan pintu. "Ini bekas telapak kaki!
Banyak sekali!" Joe terpukau melihatnya. "Benar! Mari kita lacak, ke mana mereka perginya."
Mereka mengikuti jejak-jejak itu melintas kamar duduk sampai di perapian. Jejak
menjadi kurang jelas di depan papan penutup lubang perapian, seolah-olah orang
telah mondar-mandir di tempat tersebut.
"Ada orang yang pernah kemari," kata Frank. "Itu ada jejak menuju ke pintu
depan! Joe berlutut, memeriksa jejak itu dengan teliti. "Ada empat orang yang masuk,
tetapi hanya tiga yang keluar lagi!" katanya.
Frank mengangguk geram. "Ada yang aneh di sini. Mari ..."
" "Zingng!" Sesuatu mendesing melintas, lalu membentur papan penutup perapian.
Dengan mendongak mereka melihat sebatang anak panah menancap pada kayu, sedikit
di atas kepala mereka! Chapter 17 Tawanan Mereka serentak berbalik, melihat suatu bayangan melesat di depan jendela.
"Kejar!" teriak Joe.
Mereka lari ke jendela, lalu menjenguk keluar melalui lubang bekas papan yang
jatuh. Di luar, di atas tanah, tergolek busur yang tadi dilihat Frank di ruang
bawah tanah. Mereka melihat seseorang yang jangkung, mengenakan kacamata hitam dan berjanggut
hitam berlari menuju ke pantai!
"Itu dia!" seru Joe. "Orang yang menyewa heli di Juniper Field!"
Tanpa berkata-kata lagi, mereka melompat menerobos sisa-sisa papan penutup
jendela, hingga berantakan jatuh di luar. Frank dan Joe mendarat di pasir, lalu
berlari mengejar. Dengan cepat mereka memperpendek jarak antara mereka.
Orang buruan itu berlari menuju ke sebuah perahu dengan motor tempel, yang telah
ditarik ke pasir pantai. Frank melompat ke udara, kedua tangannya terjulur ke
depan, lalu merangkul kedua kaki lawan.
Berdua mereka berguling-guling di pasir, lalu bergulat mati-matian.
Frank baru saja hendak mengunci lawannya, ketika orang itu merogoh sakunya. Ia
mengeluarkan sebuah gada karet, lalu memukul kening Frank. Tangan Frank lepas
tangkapannya, dan dengan sedikit pusing tergeletak di pasir.
Joe menyerbu dan memeluk erat pinggang lawan. Tetapi ia pun terkena gada karet;
tangannya terlepas, dan buruan itu dalam sekejap telah lari.
Kedua pemuda itu pening, lalu merayap bangkit sambil menggeleng-gelengkan kepala
mengusir rasa pening. Mereka mendengar suara menderudut mesin perahu yang menjauh. Mereka segera
berdiri dan berlari ke pantai. Tetapi perahu itu telah jauh.
"Tak guna lagi mengejar dia," kata Joe kecewa. "Ia sudah akan sampai di
Baltimore saat kita mencapai perahu kita. Eh, apakah engkau tak apa-apa, Frank?"
"Hanya benjol," jawab kakaknya sambil meraba-raba memar di keningnya. "Aku akan
tetap hidup. Engkau?"
"Sama! Hanya terserempet. Nah, kini kita tahu bahwa dia mengikuti kita ke ruang
bawah, lalu mengambil busur beserta anak panahnya. Ketika ia melepaskan panah
dari jendela, maksudnya tentu hanya untuk menakut-nakuti kita, agar kita segera
meninggalkan rumah ini."
"Itu berarti, bahwa tentu ada apa-apa di dalam rumah ini. Ia tak ingin kita
mengetahuinya!" kata Frank dengan gairah. "Barangkali saja alat-alat penunjuk
arah angin itu! Kita harus menyelidikinya. Ayo!"
Mereka kembali masuk melalui jendela, lalu menuju ke perapian. Tepat pada waktu
itu mereka mendengar suara merintih, datangnya dari balik papan penutup
perapian. "Ada orang di dalamnya!" teriak Frank. Ia segera mengungkit-ungkit sebuah papan
hingga terlepas. Joe melepaskan yang lain. Dalam beberapa detik saja lubang
perapian telah terbuka. Seseorang tergeletak meringkuk di dalam!
Mereka mengangkatnya, lalu meletakkannya di kamar duduk, lalu memandanginya
bengong. "Rupanya tak asing bagi kita," kata Frank bergumam. Ia berusaha mengenali wajah
itu dari balik berewoknya. Ia mengeluarkan potret dari sakunya, lalu
mencocokkannya dengan wajah orang itu.
"He! Itulah dia!" serunya tertahan. "Joe! Kita telah menemukan mata-mata
Pentagon!" "Ia telah dibius," kata Joe. "Akan kucoba menyadarkannya." Ia mengambil sebuah
botol kecil dari kotak detektifnya, lalu menggerak-gerakkannya di bawah hidung
Hunter, Hunter mulai bergerak. Dengan berangsur-angsur, napasnya yang berat
mulai teratur. Ia membuka mata, lalu memandang Frank dan Joe. "Siapa kalian?" ia
bertanya dengan suara lemah.
"Nanti saja ceritanya," jawab Frank. "Anda memerlukan udara segar lebih dulu."
Bersama adiknya ia mengangkat orang itu; dibawanya keluar melalui pintu depan,
lalu didudukkan di atas pasir, disandarkan pada sebuah batu. Angin laut segera
menyegarkan kepalanya. Frank dan Joe memperkenalkan diri.
"Kami memang mencari anda," Frank memberitahu.
Hunter merasa heran. "Mengapa" Aku kenal kalian pun tidak!"
"Pentagon menyuruh kami untuk mengembalikan dokumen AL yang anda curi," Joe
menjelaskan. "Aku tak mencurinya!" Hunter memprotes. "Aku memang mengambil dokumen itu,
tetapi bukan mencuri."
"Apa maksud anda?" Joe menangkis.
"Joe Wickerson menyuruh aku mengambilnya. Kemudian aku sadar, bahwa ia telah
membius aku .." " "Wickerson!" kata Frank terkejut. "Maksud anda, atasan anda itulah mata-mata
yang sebenarnya?" Hunter mengangguk. "Aku akan menjelaskan. Tetapi katakanlah dulu, apa saja yang
telah kalian ketahui. Itu akan mempermudah aku."
Dengan singkat kakak beradik itu menceritakan kunjungan mereka ke Pentagon, dan
pertemuan mereka dengan Joe Wickerson.
Mereka menambahkan kecurigaan mereka terhadap Archie Olson, yang hampir saja
menabrak mereka di tempat parkir.
"Olson tak ada sangkut pautnya dengan pencurian," kata Hunter. "Tetapi ia memang
sopir yang mengerikan!"
Frank dan Joe tertawa geli.
"Itu memang sudah jelas," kata Frank.
Hunter mengambil napas dalam-dalam. "Wickerson bukan memergoki aku pada berkas-
berkas Cosmo Rocket. Justru aku yang memergoki dia! Aku mempunyai izin khusus,
tetapi dia tidak. Hal itulah yang membuat aku curiga terhadap dia. Ia menyadari
hal itu. "Tak lama sesudah itu, aku melihat dia memasukkan tepung putih ke dalam kopiku.
Katanya gula. Tetapi kemudian aku baru tahu! Aku bukan mata-mata. Tetapi aku
memang mengambil dokumen rencana MASUB, karena Wickerson telah menguasai diriku.
"Apakah dia yang menyuruh anda mengambil rencana itu dari berkasnya?" tanya
Frank. "Ya. Ia menyuruh aku untuk membawanya ke Chesapeake Crossing, di tempat aku
menyimpan perahu layarku. Ia tahu tentang itu, sebab ia pernah ikut dalam
beberapa pelayaranku."
Ia berhenti sebentar untuk mengambil napas. Kemudian ia melanjutkan: "Ia
menjebak aku. Aku baru berlayar beberapa mil ke dalam teluk. Sebuah perahu motor memotong
jalanku, memaksa aku berhenti. Tiga orang bersenjata pestol naik ke perahuku.
Rupa-rupanya Wickerson telah memberitahu mereka di mana aku berada."
"Apakah anda mengenali orang-orang itu?" tanya Joe.
"Tidak. Aku belum pernah melihat mereka sebelumnya. Yang satu pendek berkeriput,
berpakaian seperti petani."
"Ed Bryle!" seru Joe. "Pegawai Hammerley yang dipecat."
"Siapa itu Hammerley?" tanya Hunter heran.
"Seorang petani dari Pennsylvania. Ed Bryle kemudian bekerja di Marina pak
Chelski. Ia telah meledakkan perahu kami dengan sebuah bom waktu. Apakah anda
dapat menceritakan dua orang yang lain lagi"
" Hunter mengetuk-ngetuk dagunya. "Iyah, salah seorang dipanggil Crow oleh yang
lain-lain." Frank ternganga. "Itu tentu Crow Morven! Mandor pak Hammerley! Ia pun telah
berusaha untuk menyingkirkan kami!"
"Wah! Hidup kalian tentu selalu menghadapi bahaya!" kata Hunter khawatir.
"Itu memang sebagian dari kehidupan detektif," kata Frank. "Orang yang ketiga?"
"Orangnya jangkung, berjenggot hitam dan mengenakan kacamata hitam."
"Dialah yang memanah kita!" kata Joe. "Bisakah anda dapat menyebutkan namanya
saja!" Hunter menggeleng. "Maaf, tetapi aku tak dapat membantu kalian dengan itu. Aku
hanya mengenali suaranya; tetapi apa yang kukenali ialah janggutnya itu! Yah,
bagaimana ya" Seperti plastik!" "Kalau begitu tentu janggut palsu!" kata Joe. "Itu merupakan bagian dari
penyamarannya. Demikian juga kacamatanya."
"Apa yang mereka lakukan, setelah mereka naik ke perahu anda?"
"Si janggut hitam merampas gambar cetak biru MASUB. Kemudian mereka mengunci aku
di dalam kabin. Aku dapat mendengar percakapan mereka di geladak, mengenai
rencana-rencana mereka."
"Bagus! Apa yang mereka percakapkan?"
"Aku menjadi tahu, bahwa Wickerson adalah mata-mata. Dialah yang merencanakan
untuk menjual MASUB itu ke negara asing. Mereka tertawa, ketika mendengar bahwa
aku telah dibius dengan suatu obat, yang membuat aku menurut untuk diperintah
mengambil rencana tersebut. Aku memang telah direncanakan menjadi kambing
hitamnya," kata Hunter dengan pahit.
"Apakah anda yang menggoreskan kata-kata Barren Island pada tempat duduk perahu
anda?" tanya Frank. Hunter mengangguk. "Mereka mengatakan, bahwa aku akan dibawa kemari. Mereka
hendak menahan, dan memaksa aku untuk mengatakan apa yang kuketahui tentang
rencana kapal selam nuklir AL. Kalau aku tak mau, katanya, aku akan
ditenggelamkan di dalam teluk."
Ilmuwan yang telah kehabisan tenaga itu berhenti sejenak.
Sementara itu kakak beradik memikirkan dan menimbang-nimbang cerita Hunter.
Akhirnya Joe bertanya apakab Hunter masih mendengar apa-apa lainnya yang mereka
percakapkan. "Ya. Aku heran juga! Mereka menyebut-nyebut alat penunjuk arah angin!"
Chapter 18 Maling kuda Frank melompat bangun dengan tegang. "Ah begitu!" ia berseru. "Jadi antara kedua
perkara itu memang ada hubungan!"
"Apa maksudmu?" tanya Hunter bingung.
Frank menceritakan kepadanya tentang tugas mereka menyelidiki benda-benda antik


Hardy Boys Mata Mata Di Pentagon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dicuri. Kemudian ia bertanya: "Lalu, bagaimana kata mereka tentang penunjuk
arah angin itu?" "Mereka mempunyai usaha yang menguntungkan. Mereka juga mempunyai sandi-sandi
yang didasarkan pada gambar guna-guna," Hunter menjelaskan. "Alat penunjuk arah
angin yang mereka pilih, ditunjukkan dengan tanda gambar guna-guna yang terdapat
pada bangunan tempat penunjuk arah angin itu dipasang. Aku juga mendengar mereka
menyebut The Galloping Rider. Katanya alat itu akan dibawa ke pelelangan Korbo."
Frank manggut-manggut. "Betul. Kami memang melihatnya di sana. Tetapi kami
mengira, bahwa tukang tadahnya ada di Chesapeake Crossing!"
"Memang!" jawab Hunter. "Tetapi mereka membawa barang-barang itu dengan berbagai
cara. Misalnya, yang mereka sebut The Flashing Arrow tidak akan dibawa langsung ke
tukang tadahnya. Kata mereka, karena kedua pemuda Bayport itu telah mencampuri
urusan mereka." Hunter mengubah duduknya dengan lemah di pasir. "Itulah percakapan mereka, yang
dapat kukatakan kepada kalian. Yang lain-lain, aku tak mendengar. Apakah kalian
tahu di mana perahu layarku?"
Frank mengatakan bahwa mereka telah menemukanya, dan telah mengembalikannya ke
Marina pak Chelski. "Wah! Aku senang sekali!" kata Hunter. "Itu perahu yang bagus! Aku akan menyesal
sekali kalau kehilangan dia!"
"Apa yang terjadi, setelah mereka membawa anda ke Barren Island?" tanya Joe.
"Mereka memberi lagi obat bius kepadaku. Tetapi tidak sekuat yang pertama. Maka
ketika mereka mencoba memaksa aku untuk mengatakan rahasia-rahasia AL, aku dapat
melawannya dengan membungkam. Karena itulah mereka memasukkan aku ke dalam
perapian. Kata mereka, agar aku dapat leluasa memikirkan apa-apa yang mereka
kehendaki seorang diri. Siapa tahu, mungkin mereka membiarkan aku mati di sini
kalau kalian tidak datang!"
Joe bangkit berdiri. "Hendaknya anda tahu, orang yang berkacamata itu telah
melepaskan panah kepada kami, sebelum ia melarikan diri dengan perahu.
Barangkali ia sedang mengumpulkan teman-temannya. Lebih baik kita pergi dari
sini. Dapatkah anda berjalan ke pantai, pak Hunter?"
"Kukira bisa." Hunter berdiri, tetapi sempoyongan karena pusing. Sambil
bersandar kepada Frank dan Joe, ia ikut bergegas ke pantai. Beberapa saat
kemudian mereka telah melaju membelah riak air Teluk Chesapeake.
Ketika mereka tiba di Marina, hari telah mulai malam. Herb Chelski telah pulang,
dan penjaga yang menerima perahu itu tidak kenal kepada Clifford Hunter. Kakak
beradik itu merasa lega. Mereka beranggapan, lebih baik Hunter mengaso dulu di
pondok mereka, sebelum memberitahu kepada FBI.
Ketika mereka masuk ke kamar motel mereka, pak Hardy sedang enak-enak duduk di
kursi empuk. Ia membelalak terperanjat melihat mereka bertiga.
"Kalian berhasil menemukan Clifford Hunter!" serunya sambil bangkit berdiri.
"Betul, ayah!" jawab Frank. "Pak Hunter, inilah ayah kami. Ia telah diminta oleh
pemerintah untuk memimpin pencarian anda."
Hunter tersenyum lemah, lalu menghempaskan diri di kursi. Ia hampir tak dapat
berbicara. Semenetara Joe keluar mencari makanan, kakaknya menceritakan apa yang
telah terjadi kepada ayahnya.
"Cocok dengan apa yang kudapatkan," kata pak Hardy. "Aku menjadi curiga terhadap
Wickerson. Karena, rupanya ia justru mengganggu penyelidikanku, dengan
menyodorkan bukti-bukti palsu. Tetapi aku membutuhkan saudara Hunter untuk dapat
membuktikan, bahwa Wickersonlah mata-mata yang sebenarnya di Pentagon!"
Ia berpaling kepada ilmuwan itu. "Menyesal sekali, bahwa anda harus mengalami
semuanya ini. Saya akan menelepon Washington dengan segera, dan minta agar
atasan anda segera ditangkap!"
Pak Hardy menelepon. Setelah gagang telepon diletakkan kembali, ia tersenyum.
"Joseph Wickerson telah ditahan sejak sejam yang lalu," katanya. "Ia tertangkap
basah sedang mencuri sebuah dokumen dari berkas Cosmo Rocket."
Joe datang dengan membawa sepiring makanan dan kopi.
Ilmuwan itu makan dengan lahapnya, sementara kakak beradik itu menceritakan
perihal hubungannya dengan penunjuk arah angin.
"Aku ingin menelepon pak Hammerley, hendak menceritakan apa yang telah kita
ungkap," kata Frank, lalu pergi ke tempat telepon.
Ketika ia berbicara dengan pak Hammerley, orang itu menjadi sangat takut!
"Aku melihat Ed Bryle di sini hari ini. Tak lama kemudian, bersama Morven, ia
lari menunggang dua ekor kudaku!" katanya dengan gugup. "Apakah kalian mau
datang kembali kemari, dan menangkap mereka?"
"Kami akan datang besok pagi, pak Hammerley," Frank berjanji. "Kami telah
mengetahui siapa sebenarnya pencuri-pencuri itu. Mereka terlibat dengan perkara
mata-mata yang sedang diselidiki oleh ayah kami."
"Apakah kalian telah menangkap komplotan itu?" tanya petani itu penuh harapan.
"Belum. Tetapi akan segera dilakukan."
Pagi berikutnya, kakak beradik itu bermobil ke Pennsylvania. Sementara itu pak
Hardy dengan Hunter mengambil pesawat yang berangkat pagi ke Washington.
Ketika kakak beradik itu tiba di pertanian pak Hammerley, tuan rumah mereka
menceritakan peristiwa yang terjadi.
"Aku memergoki, bahwa Morven telah menyembunyikan Ed Bryle di sini semalam,"
katanya. "Karena itu aku segera memecatnya pada saat itu juga. Kira-kira sejam kemudian
mereka mencuri kuda-kudaku untuk melarikan diri!"
"Bryle tentu datang kembali, setelah mencoba meledakkan kami dengan sebuah bom
waktu," kata Frank. Ia lalu menceritakan pengalaman mereka. Ketika ia mengulangi apa
yang mereka dengar dari percakapan antara Bryle, Morven dan si janggut hitam,
pak Hammerley menjadi heran sekali.
"Maksudmu, Morven yang merencanakan pencurian penunjuk arah anginku" Sementara
dia justru kusuruh menjaganya dari pencuri?"
"Begitulah!" jawab Frank. "Karena itu ia berusaha agar kami melepaskan perkara
ini, dengan akal licik dan perbuatan-perbuatan yang membahayakan diri kami!"
"Aku ingin tahu, ke mana perginya Bryle," kata Joe. "Apakah anda dapat mengira-
ngirakan, pak Hammerley?"
"Polisi juga menanyakan demikian, ketika aku menelepon mereka untuk melaporkan
pencurian kuda tersebut. Kukatakan kepada mereka bahwa aku tidak tahu. Sampai
kini pun aku tak tahu!"
"Mari kita periksa kandang kuda itu," usul Frank. "Barangkali kita dapat
menemukan petunjuk di sana."
Frank dan Joe keluar, dan berjalan melewati gudang. Mereka mendongak ke atas dan
melihat ke arah atap. Kini nampaknya gundul tanpa The Flashing Arrow yang biasa
berputar-putar menunjukkan arah bertiupnya angin.
Kandang itu terletak kira-kira seratus meter dari gudang ke arah penggembalaan.
Bangunannya terdiri atas sederetan istal. Dari setiap setengah pintu nampak
seekor kuda, memandang ke luar. Di atas setiap pintu tertera nama kuda
penghuninya. Dua istal dengan nama "Star" dan "Bronco" nampak kosong,
menunjukkan, bahwa kuda-kuda itulah yang telah dicuri oleh Morven dan Bryle.
Mereka memasuki bangunan itu, berjalan sepanjang dinding yang penuh digantungi
perlengkapan kuda. Sebagai ahli menunggang kuda, mereka meneliti setiap pelana,
sepatu-sepatu boot, kain pelana dan besi telapak kuda.
Tetapi penyelidikan mereka tak menghasilkan apa-apa.
"Aku memang tak berharap menemukan sebuah peta jalanan," gerutu Frank. "Tetapi
seperti yang kita temukan di heli .."
" "Aku tahu maksudmu," sela adiknya. "Sayang, kali ini kita tidak beruntung."
Setelah melaporkan kegagalan mereka mencari petunjuk, Frank bertanya kepada pak
Hammerley: "Mengapa mereka menunggang kuda" Bukan bermobil" Dengan mobil mereka
dapat lebih cepat melarikan diri!"
Joe menangkap maksud kakaknya. "Kalau mereka menuju ke kota, mereka memang tak
akan memilih mobil. Mereka memilih jalan yang terpendek; melintas padang
penggembalaan dan melalui hutan. Mobil tak mungkin melewatinya, dan mereka tak
mau kehilangan waktu dengan memutar, karena jembatan yang rusak itu."
"Itu masuk akal, anak muda," kata pak Hammerley. "Aku akan segera menelepon
polisi, agar mereka mencari penjahat itu di kota."
Ia menuju ke pesawat telepon lalu memutar-mutar nomor telepon polisi. Tetapi ia
segera meletakkannya kembali. "Tak dapat nyambung!" katanya kecewa.
"Mereka telah memutuskannya," kata Joe mengira-ngira. "Aku hanya ingin tahu, ke
mana mereka pergi. Mereka dapat bersembunyi di sembarang tempat di dalam kota.
Bahkan di salah satu pertanian di sekitar sini!"
Mereka terdiam, memikirkan suatu rencana untuk tindakan berikutnya. Tiba-tiba
Frank mendapat pikiran. "Pak Hammerley, apakah anda mempunyai kaset-recorder?"
"Sudah tentu. Aku selalu merekam berita niaga gandum. Mengapa bertanya begitu?"
"Saya ingin mencoba sesuatu." Frank menceritakan tentang kaset yang mereka
terima di Sunset Motel. "Bolehkah kami memutarnya di sini?"
"Tentu saja. Mari, ikut aku."
Pak Hammerley mengajak dia ke tempat tape-recorder. Frank memasangnya, lalu
merubah kecepatan putarannya. Suara yang keluar berubah menjadi suara normal,
dan mereka terkejut mendengarnya!
Suara itu adalah suara Gaspard Clay!
Chapter 19 Tertangkap oleh lawan Frank dan Joe saling berpandangan. Pak Hammerley berdiri termangu. Mulutnya
ternganga, sementara kaset itu terus berputar.
"Gaspard Clay!" katanya sambil menelan ludah. "Bagaimana kalian tahu, bahwa
suaranya ada di kaset itu?"
"Kami juga tidak tahu!" jawab Frank. "Saya hanya mendapat pikiran, orang yang
merekamnya mungkin sekali telah merubah kecepatannya, untuk menyamarkan suaranya
sendiri. Kami pernah mencobanya di rumah."
"Betul," sahut Joe. "Untung sekali engkau ingat akan hal itu! Aku yakin, bahwa
Clay telah merekamnya tepat setelah kita berbicara di musium. Ketika itu kita
menanyakan tentang Chesapeake Crossing. Dia tentu memperhitungkan, bahwa kita
akan ke sana. Karena itu dia memberi peringatan. Mula-mula melalui telopon,
kemudian mengirimkan kaset ini, untuk menakut-nakuti kita!"
"Jika pak Clay merupakan salah satu anggota komplotan pencuri, mungkin juga ia
terlibat dalam perkara mata-mata," kata Frank sambil berpikir-pikir.
"Ini semua membuat aku sangat bingung!" kata pak Hammerley. "Mengapa kalian tak
mau menceritakan semuanya kepadaku" Tentang segala penyelidikanmu itu?"
Frank menjelaskan tentang kaitan-kaitan dari kedua perkara tersebut. "Morven dan
Bryle pun bekerja untuk Wickerson," sambungnya. "Karena mereka pergi ke kota,
mungkin sekali mereka menggabungkan diri pada Clay."
Kegelapan menguak di benak Joe! "Penunjuk arah angin yang hilang itu mungkin
berada di musium semuanya!" serunya. "Lebih baik kita segera ke sana, sebelum
mereka sempat kabur!"
"Bolehkah kami meminjam dua ekor kuda, pak?" tanya Frank.
"Sudah tentu! Ambillah Red dan King. Itulah kuda tunggangan terbaik yang
kumiliki." Kedua pemuda itu lari ke kandang. Mereka mengambil pelana dan tali kekang dari
gantungan. Frank memilih Red dan Joe segera memasang pelana pada King. Mereka
menuntun tunggangan mereka keluar, yang melonjak-lonjak dan menendang-nendang
tanah ketika mereka menaikinya.
Frank menepuk-nepuk leher Red dan menegangkan tali kekang.
"Ayo!" katanya. "Tunjukkan kecepatanmu!" sambil melonggarkan kekang.
Red menari-nari mundur sebentar, kemudian melesat membalap.
Joe mengikuti di belakangnya, dan keduanya berpacu menuju padang gembalaan.
Mereka melompatkan kuda mereka melewati pagar. Setelah melewati batu besar,
mereka lalu berpacu berurutan di jalanan yang sempit. Setibanya di Juniper
Field, mereka mengitari lapangan terbang itu. Kemudian mereka mengurangi
kecepatan ketika memasuki kota.
Senja telah tiba ketika mereka menahan kekang dan berhenti di depan musium
kebudayaan. Frank mendekatkan kudanya kepada adiknya.
"Untuk selanjutnya, sebaiknya kita jalan kaki saja."
Mereka turun dari pelana, lalu menambatkan kuda mereka pada sebatang pohon.
Kemudian mereka menyelinap di antara pohon-pohonan. Musium itu berada dalam
kegelapan. Hanya pada sebuah ruangan nampak ada cahaya.
"Itu sayap yang sebelah barat," bisik Joe. "Yang dikatakan pak Clay sedang
diperbaiki." "Ya. Rupanya sedang ada sesuatu di dalam sana," jawab kakaknya.
Mereka memanjat pagar, lalu merangkak mendekati bangunan tersebut. Dengan sangat
hati-hati mereka bergerak, kalau-kalau ada anggota komplotan yang menjaga.
Setelah diperkirakan aman, mereka berdiri rapat pada dinding, sebelah menyebelah
jendela yang terang. Dengan hati-hati mereka mengintip melalui ambang jendela kedalam.
Ruangan itu penuh dengan penunjuk arah angin!
"Itu dia The Flashing Arrow" bisik Joe. The Galloping Rider tepat ada di
sisinya!" Crow Morven dan Ed Bryle sedang memilihi alat-alat tersebut, lalu menumpuknya di
dekat pintu. "Kalau di sini kita dapat mengangkutnya dengan cepat," kata Bryle sambil
meletakkan The Flashing Arrow di atas tumpukan.
"Kita sudah berhasil menipu Hardy-Hardy kecil itu!" kata Morven sambil
menyeringai geram. "Mereka tak pernah menduga, bahwa kabel telepon dari gudang
ke rumah induk telah kuputuskan. Mereka juga tak pernah tahu, bahwa aku telah
menyelinap ke dalam rumah, dan membubuhkan obat bius ke dalam coklat Hammerley.
Sayang sekali aku gagal masuk ke dapur untuk menghapus jejak. Tetapi si tua
Smith itu telah mengunci kembali jendela yang telah kubuka!"
"Anak-anak yang sok ingin tahu!" Bryle mengeluh. "Aku bisa merasa aman jika
sekiranya bom itu meledak lebih dulu, dan sempat memusnahkan mereka. Selama
mereka masih bebas berkeliaran, kita tak akan tahu di mana mereka akan muncul!"
Morven mengangguk. "Itu memang benar. Tetapi sekarang tak ada sesuatu yang dapat
kita lakukan." Setelah selesai memilih dan memindahkan penunjuk-penunjuk arah angin ke dekat
pintu, mereka kembali ke tengah ruangan. Di sana ada sebuah meja dengan beberapa
buah kursi, dan mereka lalu duduk.
Morven mendangakkan kursinya ke belakang, lalu menaruh kedua kakinya di sudut
meja. "Ingin main poker" Sementara kita menunggu," ia bertanya.
"Boleh!" Frank mengangguk kepada Joe. "Kita sudah mendapat cukup bukti untuk menangkap
mereka. Mari kita laporkan kepada polisi, sebelum mereka kabur lagi!"
Baru saja mereka hendak memutar tubuh, Frank menarik kembali tubuh adiknya rapat
ke dinding. Seberkas sinar menyapu melintas. Secara naluri mereka diam tak
bergerak, menghindari gerakan yang akan menarik perhatian.
"Lampu mobil!" bisik Frank. "Sebuah truk datang!"
Kendaraan itu mendekat di kegelapan, lalu berhenti di depan pintu sayap bagian
barat. Pengemudinya turun, jangkung dan berjanggut hitam dan berkacamata hitam pula!
Ia naik di tangga lalu mengetuk pintu. Mula-mula tiga kali lambat-lambat, dua
kali cepat, lalu tiga kali lambat lagi.
"Itu sandi mereka," pikir Joe.
Sebuah kursi berderak di lantai. Terdengar suara langkah-langkah kaki. Ketika
pintu dibuka, Morven berdiri di ambang.
"Halo, boss!" ia menyapa.
Pendatang itu masuk ke dalam. Kakak beradik itu kembali ke tempat semula. Mereka
melihat pendatang baru itu duduk di kursi.
Ia membuka sepatunya yang berat, lalu didorongkannya ke bawah meja. Kakak
beradik itu melihat, bahwa sepatu itu dibuat secara khusus. Solnya setebal tujuh
senti! Ia lalu mengambil sepasang sepatu biasa dari samping kursi, mengenakannya, lalu
berdiri. Kini ia nampak sedang-sedang saja tingginya! Ia memegang janggutnya
yang hitam. Dengan sekali tarik janggut itu lepas. Akhirnya ia melepaskan
kacamatanya yang hitam, lalu menggantinya dengan kacamata biasa yang berbingkai
baja. Kacamata itu lalu digesernya ke dahi.
"Joshua Korbo!" bisik Frank dan Joe serentak. Mereka segera mengenali juru
lelang itu. Korbo melemparkan janggut dan kacamata hitamnya kesamping. "Aku tak mau
memakainya lagi," katanya. "Perampokan alat penunjuk arah angin sudah tamat. Aku
akan memakai samaran lain untuk selanjutnya. Kita akan mulai beroperasi lagi
kalau suasana telah mereda. Seratus mil dari sini."
"Bagus!" kata Morven. "Sementara itu aku akan berlibur dulu."
"Kita akan menggunakan cara yang sama," Korbo melanjutkan. "Setiap kali, aku


Hardy Boys Mata Mata Di Pentagon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan menyediakan gambar guna-guna di kertas, menunjukkan penunjuk arah angin
yang mana. Sekaligus menunjukkan tempat di mana akan disembunyikannya. Baru kemudian kita
bawa ke Chesapeake Crossing."
Ia mengeluarkan sebuah daftar dari sakunya, lalu berjalan menuju ke tumpukan
penunjuk arah angin. Ia menyesuaikannya dengan daftar tersebut sambil
mencoretnya dengan pinsil.
Morven dan Bryle memperhatikan tanpa suara, takut, kalau-kalau Korbo marah jika
ketahuan ada yang hilang.
"Semuanya lengkap," kata Korbo puas. "Aku akan memanggil tukang tadahnya,
sehingga kita segera dapat terlepas dari barang-barang itu."
Ia lalu ke pintu dan berseru: "Bucky! Masuklah! Lihatlah sendiri!"
Seseorang turun dari truk, naik tangga, lalu masuk. Ternyata ia adalah si
penerima tamu dari Sunset Motel!
Kini Joe sadar, bahwa Clay tak perlu datang sendiri untuk meninggalkan kaset!
Cukup dengan terang-terangan memberikannya kepada Bucky! Hebat juga pegawai
motel itu! Ia adalah seorang penyelundup internasional!
Bucky memeriksa tumpukan. "Hasil yang gemilang! The Flashing Arrow dan The
Galloping Rider dapat laku duapuluhribu masing-masing. Yang lain sedikit di
bawahnya. Aku dapat menyelundupkannya ke luar negeri. Relasiku mau menerima
setiap penunjuk arah angin buatan Amerika. Juga semua dokumen rahasia dari
Pentagon!" sambungnya sambil menyeringai.
"Tetapi untuk selanjutnya tak akan ada dokumen lagi," kata Korbo.
"Apa katamu?" "Wickerson semalam tertangkap basah dan ditahan. Tidak hanya itu. Kakak beradik
Hardy itu mendatangi Barren Island dan membebaskan Clifford Hunter!"
"Apa?" Morven dan Bryle membelalak terperanjat.
"Kalau engkau tak gagal dengan bom waktumu," kata Korbo, "keadaan kita akan
lebih baik. Kini Wickerson merupakan ancaman yang hebat bagi kita, kalau ia membocorkannya.
Demikian juga Clifford Hunter, untuk tidak menyebut detektif-detektif cilik
berhidung tajam itu!"
Bucky menjadi gelisah. "Mari kita bawa secepat mungkin. Aku mempunyai pondok di
pantai Chesapeake Crossing. Di sana dapat kita sembunyikan barang itu dengan
aman, sambil menunggu isyarat tengah malam di laut. Aku akan mengantarkannya
dengan perahu motorku."
Korbo berpaling kepada Morven dan Bryle. "Oke! Mulailah mengangkat barang-barang
itu ke dalam truk!" Frank dan Joe mendekatkan kepala mereka satu sama lain.
"Engkau memanggil polisi," bisik Frank. "Aku akan tinggal untuk mengawasi."
"Tidak perlu, bung!" terdengar suara menggema di belakang mereka. "Kalian berdua
harus masuk, hmm, ke dalam!"
Chapter 20 Petunjuk si panah kilat Kakak beradik itu memutar tubuh, berpaling ke belakang. Di hadapannya berdiri
Gaspard Clay beserta dua orang lain, masing-masing mengancam dengan sebuah
kapak. "Ayo naik ke tangga!" perintah Clay. "Jangan bertingkah, nanti benda-benda ini,
hmm, ikut berbicara!"
Frank dan Joe tak mempunyai pilihan lain. Mereka masuk ke dalam, diikuti dengan
ketat oleh para penangkapnya.
"Anak-anak Hardy," seru Korbo menggelegar. "Di mana kalian menemukan mereka?"
Clay menjelaskan, bagaimana mereka mendapatkan kedua pemuda itu sedang mencuri
dengar di jendela. "Kalau begitu, mereka mendengar semua yang kita bicarakan!" kata Korbo
menggeram. "Tidak apa-apa, boss," kata Morven. "Kini kita dapat lepas untuk selama-lamanya
dari mereka!" Bryle menukas: "Bom waktu yang kupasang itu seharusnya sudah
melenyapkan kalian, beberapa hari yang lalu!"
"Perkakas itu kaubuat terlalu keras suaranya," kata Frank. "Kita dapat
mendengarnya ketika mesin dimatikan."
"Bagaimana pun, itu hanya menunda, hmm, nasib kalian," kata Clay mengejek. "Aku
sudah mencoba memperingatkan kalian, agar melepaskan, hmm, perkara ini. Aku juga
mengatakan kepada kalian tentang, hmm, ancaman guna-guna. Tetapi, hmm, kalian
tak mau menerima petunjukku. Kini kalian, hmm, harus menanggung akibatnya!" Ia
berpaling kepada Morven. "Ikat mereka! Kita akan, hmm, tenggelamkan mereka di Teluk Chesapeake!"
Morven mengambil tali, lalu mendorong kedua pemuda itu ke dinding, di samping
pintu yang menuju ke arah bangunan induk. Ia mengikat pergelangan kaki dan kedua
tangan di punggung. "Apakah, setidak-tidaknya, kami tak dapat duduk?" tanya Joe.
"Bukannya maksud kami membuat kalian tidak enak," kata Korbo mengejek. "Kalian
tidak saja harus tetap berdiri. Bercakap pun kalian tak dapat!" Ia berpaling
kepada Morven. "Sumbat mulutnya!"
Morven mengikatkan saputangan pada mulut kedua tawanannya. Setelah itu ia
mengambil jangkar bercabang empat dari bawah meja. "Inilah yang kami gunakan
untuk menggaet The flashing Arrow," katanya. "Ini pula yang nanti akan
menenggelamkan kalian di Teluk Chesapeake!" Ia mengikatkan ujung tali pengikat
kaki pada jangkar tersebut.
"Mari! Lebih baik kita mulai memuati truk itu," ia mengusulkan. "Kita tak boleh
membuang-buang waktu .."
" Raungan sirene di kejauhan menghentikan kata-katanya.
"Polisi!" seru Korbo menggeledek, ketika suara itu semakin keras terdengar.
"Mereka kemari. Lekas bersembunyi!"
Ia berlari ke pintu lalu menguncinya. Kemudian ia mematikan lampu, membuat
ruangan itu gelap gulita. Beberapa detik kemudian mobil-mobil polisi menderu-
deru mengepung gedung musium.
"Kalian tak dapat melarikan diri," seru pak Hardy melalui pengeras suara.
"Lemparkan senjata, dan keluar satu-satu dengan kedua tangan di atas kepala!"
Beberapa detik suasana menjadi sunyi. Kemudian Korbo pulih dari terkejutnya.
"Kami menahan Frank dan Joe Hardy di sini. Mereka akan kami ledakkan kepalanya,
kecuali kalau kami dibiarkan memuati truk dan pergi dari sini!"
"Engkau ingin menambah dengan pembunuhan pada tuduhan terhadapmu?" seru pak
Hardy. "Kami hanya ingin keluar dari sini! Kami mempunyai cukup peluru untuk menghadapi
kalian!" teriak Korbo dengan kalap.
"Bagaimana kalau gertakanmu tak mempan?" desis Morven. "Barangkali lebih baik
kita coba lari lewat sayap timur!"
"Tutup mulut!" perintah Korbo menggeram. "Apakah engkau tak tahu, bahwa kita
telah dikepung?" Frank dengan gigih berusaha menarik-narik tali ikatannya. Kalau saja ia dapat
memberitahu ayahnya, bahwa para penjahat itu sebenarnya tak bersenjata!
Ketika ia menggeser-geserkan punggungnya pada dinding, terasa ada sesuatu yang
mengganjal di punggungnya. "Rasanya seperti tombol lampu," pikirnya. Ia lalu
teringat akan isyarat yang pernah mereka gunakan dengan ayahnya ketika melakukan
penyelidikan di sebuah pondok di hutan. Pada waktu itu ia menekan-nekan tombol
dengan punggungnya pula. Kedipan lampu memberikan isyarat "keadaan aman".
Jantungnya berdebar-debar ketika ia menggerak-gerakkan punggungnya. "Apakah akan
berhasil?" pikirnya.
Tiba-tiba ruangan menjadi terang benderang! Hanya sekejap, lalu gelap lagi.
Sebelum komplotan itu menyadari, ruangan itu menjadi terang dan gelap berganti-
ganti. Pak Hardy segera menangkap maksud isyarat itu. Beberapa detik kemudian polisi
telah mendobrak pintu dan masuk. "Angkat tangan!" mereka memerintah. Terkejut
dan terpukau, penjahat-penjahat itu menurut.
Pak Hardy dan pak Hammerley mengikuti polisi dari belakang.
Mereka lalu melepaskan tali ikatan kedua pemuda tersebut.
"Setelah menyerahkan Clifford Hunter," kata ayahnya sambil melepaskan saputangan
yang menyumpal mulut, "aku terbang ke Lancaster dan menelepon tuan Hammerley. Ia
mengatakan agar aku menemui dia di kantor polisi. Tetapi kemudian kami
memutuskan untuk menyelidiki musium."
"Untung ayah berbuat demikian," kata Frank sambil menghela napas lega. "Kami
akan ditenggelamkan di Teluk Chesapeake! Setelah mereka melarikan diri."
Komandan polisi, sangat heran ketika mengenali anggota-anggota komplotan.
"Joshua Korbo dan Gaspard Clay adalah orang-orang terhormat di daerah ini!"
katanya. "Karena itu mereka dapat bergerak dengan leluasa!" kata Joe. "Tak seorang pun
yang mencurigai mereka! Termasuk juga kami!"
Suatu pikiran membersit di benak Frank. "Pak Clay," ia menyapa kurator itu.
"Saya berani bertaruh, anda tentu mengikuti kami pada waktu kita mencari
kepiting itu!" Clay nampak acuh tak acuh. "Untuk apa aku, hmm, mengatakannya?"
"Kalau anda mau berterus terang, tak akan menyulitkan anda," kata pak Hardy.
"Tetapi saya ingin agar anda mengetahui, bahwa anda tak perlu menjawabnya
sebelum anda minta nasihat pengacara anda."
Tetapi Clay telah merasa kalah. Sambil mengangkat bahu tak berdaya ia memandangi
Frank. "Benar. Aku telah, hmm, mengikuti kalian. Aku melihat perahu kalian, hmm,
meledak, dan tahu bahwa kalian berenang ke tepi. Aku lalu berhenti dan, hmm,
pura-pura mencari kepiting. Aku berpikir, bahwa, hmm, kalian tentu akan
mendengarnya, lalu mencari aku.
Kalau kalian berhasil kubujuk ikut aku pulang ke Marina, hmm, kalian akan
kutenggelamkan. Sayang sekali, hmm, kalian telah menolak."
"Tetapi tetap tak menguntungkan bagi Clifford Hunter," kata Frank dengan tajam.
Clay memandang lagi kepada mereka. "Kalian mengetahui Chesapeake Crossing dari,
hmm, secarik kertas. Tetapi, hmm, bagaimana kalian dapat tahu, hingga kalian,
hmm, datang ke musium malam ini?"
"Itu mudah," jawab Joe. "Anda sendiri yang memberitahu."
"Apa, hmm, maksudmu?"
Joe menjelaskan, bagaimana Frank tahu, bahwa suara parau di dalam kaset itu
adalah suara Clay. "Karena itu," sambungnya, "di musium tentu ada apa-apanya!"
Korbo meringis. "Kalian tahu segalanya, ya?"
"Kami tahu, bahwa anda mempunyai samaran yang rumit," jawab Frank. "Sebagai juru
lelang anda leluasa menjelajahi daerah ini, dan mendaftar setiap alat penunjuk
arah angin. Kemudian anda menyuruh komplotan anda untuk mencuri yang terbaik."
"Demikian juga , sambung Joe, "pelelangan itu memberikan tempat untuk
menyembunyikan " barang curian, hingga nampak seperti barang yang akan dilelang. Kemudian anda
menyuruh teman anda mengambilnya. Tetapi, omong-omong, bagaimana bisa anda
terlibat dengan Bucky?"
"Kami bersama-sama dalam usaha ini," Korbo mengaku. "Kemudian ia menjadi tukang
tadah di Chesapeake Crossing. Pada suatu hari ia berkata kepadaku, bahwa ia
dapat menerima barang-barang curian, alat-alat penunjuk arah angin. Sejak itulah
aku mulai mencuri barang-barang itu."
"Karena Clay adalah anggota komplotan anda," kata Joe, "maka anda dapat
menggunakan musium itu sebagai gudang penyimpanan."
"Benar. Semula semuanya serba lancar," kata Korbo. "Sampai kalian mulai mengais-
ngais di sekitar sini. Aku terpaksa berganti siasat dengan menggunakan heli,
karena kalian menjaga di gudang. Aku yang mengemudikan heli, dan Bryle yang
menggaet The Flashing Arrow dengan sebuah jangkar."
Bryle tertawa terbahak-bahak. "Aku masih melihat kalian merangkak-rangkak di
atap! Tetapi kami mendahului kalian. Bahkan isyarat Morven pun tak perlu lagi."
Sinar terang membersit di benak Frank. "O, jadi karena itulah engkau berbuat
begitu," ia berpaling ke Morven, "hingga kami menangkap engkau di gudang!"
Morven menggerendeng. "Kukira kalian tidur. Seharusnya aku memberi isyarat
tentang tempatnya yang tepat dengan senter. Ketika kalian menangkap aku,
terpaksa aku mencari dalih bahwa aku mencari jaketku."
"Bagaimana pun, kami berhasil melarikan The Flashing Arrow" sambung Korbo. "Kami
mendarat di Juniper Field. Rencanaku ialah menyuruh Bryle membawanya ke
Chesapeake Crossing. Tetapi ia tak dapat menemukan kertas gambar guna-guna. Aku
sadar, bahwa ia telah kehilangan kertas itu di heli. Kukatakan kepadanya, agar
membawa barang itu ke musium saja."
"Setelah itu anda kembali ke tempat lelangan, sewaktu kami melihat anda sedang
membongkar tenda," sambung Joe.
Korbo mengangguk. "Aku mengenakan samaran ketika kalian telah berangkat, lalu
pergi menemui Bucky untuk berunding."
"Kami tahu," kata Frank. Kami melihat anda mengemudikan mobil hitam besar, yang
lalu kami kejar." Joe mengalihkan arah pembicaraan. "Mengapa Wickerson terlibat ke dalam kegiatan
mata-mata?" "Ia butuh uang," jawab Korbo. "Ia kalah dalam taruhan balap kuda. Karena itu ia
menjual barang-barangnya. Ia mempunyai banyak barang antik, dan aku melelang
baginya. Seluruh barangnya habis, tetapi ia masih terlibat hutang.
"Pada suatu hari ia berkata kepadaku, bahwa ia mendapat jalan untuk mencuri
dokumen-dokumen rahasia dari Pentagon. Ia menanyakan kepadaku, apakah aku dapat
menjualkannya. Tentu saja aku merundingkannya dengan Bucky. Ia mempunyai banyak hubungan di
luar negeri. Ia dapat menerimanya, dan Wickerson memaksa Hunter untuk
mencurinya, yaitu rencana MASUB dari Pentagon."
"Di mana dokumen itu sekarang?" tanya Frank.
Bucky yang sangat takut hampir saja menjadi panik mendengar Korbo mengungkapkan
masa lalunya. Ia menuding ke juru lelang itu: "Dia yang memegangnya!"
"Serahkanlah, Korbo!" perintah pak Hardy.
"Saya tak memegangnya. Geledahlah saya, kalau anda mau."
Seorang anggota polisi menggeledah saku-sakunya, ternyata kosong. Demikian pula
anggota-anggota komplotan yang lain.
"Barangkali disembunyikan di musium," kata Frank.
Para petugas kepolisian menggeledah seluruh musium dengan teliti. Tetapi tak
berhasil menemukan gambar tersebut. Mereka menanyai Korbo lebih lanjut, tetapi
tetap tak memberikan hasil apa-apa. Tiba-tiba Joe mendapat pikiran.
"Tunggu sebentar!" ia mengambil The Flashing Arrow lalu meletakkannya di meja.
Ia memutar kepala panah hingga terlepas, kemudian memasukkan jarinya ke dalam
tabung badan anak panah. Ia mengaitkan jarinya, hingga tersembul gulungan
kertas. Sambil tersenyum ia mengeluarkannya dengan ibu jari dan telunjuknya.
Dibeberkannya kertas gulungan tersebut. Itulah cetak biru rencana MASUB!
"Bagaimana engkau bisa tahu?" tanya Frank.
"Aku teringat, pernah membuka kepala panah itu di atap. Tiba-tiba saja masuk di
benakku, jangan-jangan dokumen itu disembunyikan di dalamnya!"
"Pikiran yang bagus," puji ayahnya. "Engkau berjasa bagi AL kita!"
Polisi menggiring komplotan itu ke markas. Pak Hardy bersama pak Hammerley
mengikuti mereka, sementara Frank dan Joe kembali ke tunggangan mereka.
"Apakah kaupikir kita masih akan mendapat perkara sebagus ini?" tanya Frank di
tengah jalan. "Kuharap saja demikian," jawab adiknya. "Kehidupan ini akan menyebalkan tanpa
peristiwa-peristiwa demikian."
Frank manggut-manggut. Ia tak menyadari, bahwa tak lama lagi mereka tentu
menghadapi perkara yang rumit pula.
Joe tiba-tiba tertawa cekikikan. "Hanya satu yang aku tak mau menghadapinya
lagi!" "Apa itu?" "Sihir dan guna-guna!"
END ==============================
Ebook Cersil (zheraf.wapamp.com)
Gudang Ebook http://www.zheraf.net
==============================
Convert & Re edited by: Farid ZE
blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 13 Dewa Arak 75 Racun Kelabang Merah Pendekar Laknat 12
^