Pencarian

Terperangkap Di Laut 2

Hardy Boys Terperangkap Di Laut Bagian 2


bertanya kepada enam orang Indian Caribia yang berdiri di dekat ketiga pemuda.
"Kalian pekerja pelabuhan untuk Mary Ma-lone?"
"Ya," kata salah seorang.
"Hanya ini yang dikirimkan kantor pelabuhan?" orang gundul itu mengeluh. "Aku
minta sembilan orang!"
Frank berbisik kepada Chet.
"Inilah kesempatan bagimu, Chet, untuk mengawasi muatan itu. Datangilah mereka,
katakan bahwa engkau juga dikirimkan oleh kantor pelabuhan."
"Engkau juga harus ikut!" Chet menolak.
"Kami tidak berpakaian seperti pekerja," kata Chet. "Mereka tentu akan
mencurigai kami." Sambil memandang kurang senang, Chet pergi untuk melaporkan diri kepada si orang
gundul. Frank dan Joe melihatnya dari kejauhan
sementara kapal itu dibongkar muatannya. Tetapi Chet dapat melihatnya dari
dekat. Pekerjaannya membantu memuatkan barang-barang ke truk-truk setelah diturunkan
dengan derek. Pekerjaan itu berat, dan ia semakin kurang berusaha setelah
beberapa saat, hingga mandor memandanginya dengan merengut.
Akhirnya muatan itu telah dibongkar semua. Peti-peti bertanda "U" diturunkan ke
dermaga lalu dimuatkan pada truk ringan. Ted Herkimer dan Mack Larsoni turun
melalui tangga jembatan, dan Mack lalu duduk di belakang kemudi truk ringan.
"Aku akan berada di Devill's Point kalau engkau mau menghubungi aku," katanya
sebelum ia berangkat. Herkimer mengangguk lalu kembali naik ke kapal. Pada saat itu mandor mendatangi
Chet. "Kalau engkau masih saja malas-malasan, engkau akan dipecat. Ada apa" Engkau tak
suka pekerjaan ini?"
Chet mengkerut takut. "Punggungku," ia menggumam. "Sakit."
"Engkau ingin berhenti?"
Chet mengangguk. "Baik. Ambil bayaranmu di kantor pelabuhan besok pagi."
Chet mengangguk lagi, lalu membalikkan tubuhnya dan pergi ke teman-temannya.
Ketika sampai pada teman-temannya, ia berbisik: "Apakah ia sudah pergi" Atau
masih saja memandangi aku?"
"Ia kembali ke kapal," kata Frank. "Ada apa?"
"Larsoni telah pergi membawa uranium itu. Ia berkata kepada Herkimer, ia menuju
ke Devill's Point." "Mari kita sewa mobil dan membayanginya!" kata Joe penuh gairah. "Ada tempat
mobil sewaan di dekat hotel."
Mereka segera kembali ke hotel untuk berganti pakaian. Kemudian mereka menuju ke
agen mobil sewaan dan menyewa sebuah mobil Ford kecil.
"Dapatkah engkau mengatakan di mana Devill's Point?" tanya Frank kepada penerima
tamu. "Di ujung lain pulau ini," jawab orang itu. "Ini, kutunjukkan." Ia membeberkan
sebuah peta lalu menunjuk. "Hanya seorang yang tinggal di sana," ia menjelaskan.
"Seorang ilmuwan sinting yang sedang melakukan percobaan-percobaan. Penduduk
pribumi mengatakan, ia melakukan ilmu sihir."
Mereka mengucapkan terimakasih, lalu pergi menurut arah yang telah ditunjukkan.
Jalan itu berakhir pada sebuah pagar besi setinggi tiga meter dengan papan
bertuliskan: DILARANG MASUK.
"Sekarang bagaimana?" tanya Chet.
"Kita parkir mobil ini di dalam semak-semak, dan kita berjalan kaki," kata
Frank. Ia memutar mobilnya. Ia menjalankannya lima puluh meter memasuki jalan
tanah sempit yang telah dilihat sebelumnya, dan meninggalkan mobil kecil itu di
tempat yang tersembunyi. Mereka berjalan kaki ke pagar besi dan memanjatnya agar jangan menimbulkan
suara. Sebuah jalan di halaman yang kedua sisinya ditumbuhi semak-semak lebat menuju ke
sebuah rumah kayu yang besar, bertengger di pinggir batu karang. Setelah dekat,
mereka masuk ke semak-semak dan merangkak mendekat.
Truk ringan itu diparkir di belakang rumah, dan dua orang yang kuat berotot
sedang membongkar muatan. Mereka mendorong muatan yang sudah dibongkar ke tempat
yang nampak seperti alat peluncur arang ke gudang arang di bawah tanah. Tak lama
kemudian mereka sudah selesai, lalu masuk melalui pintu belakang.
Para pemuda itu mengitari rumah. Di sisi yang jauh mereka melihat sebuah jendela
ruang bawah yang terbuka, lalu mengintip ke dalam. Mereka melihat sebuah
laboratorium, tetapi tidak ada orangnya.
"Chet, engkau tinggal di sini dan mengawasi," bisik Frank. "Joe dan aku akan
masuk dan melihat-lihat di sana."
Chet mengangguk. "Kalau kalian belum kembali dalam lima belas menit, aku akan ke mobil dan
memanggil polisi. Tetapi bagaimana kalau mereka juga bekerja sama dengan para
penjahat?" "Engkau harus berani mengambil risiko," kata Frank dengan geram. "Ayo, Joe!"
Kakak beradik itu memanjat masuk melalui jendela. Mereka berpikir-pikir melihat
alat-alat laboratorium yang aneh-aneh. Untuk apa itu semua. Akhirnya Frank
berhenti di depan sebuah alat berbentuk telur raksasa yang diletakkan dalam
sebuah tempat mirip ayunan.
Rasa merinding merayap di punggung.
"Ilmuwan sinting itu sedang membuat semacam bom?" bisiknya.
"Mari kita tanamkan alat penyadap," usul Joe. "Jadi kita dapat mencuri-dengar."
Dengan cepat ia mengambil kotak detektifnya, lalu mengeluarkan alat pendengar
elektronik bentuk mini. Ia memasangnya di bawah meja kerja. Pada saat itu juga
pintu terbuka pada sebelah atas tangga!
Kedua pemuda itu ke luar melalui jendela dan menutup daun jendela itu dari luar.
Kembali mengintip ke dalam, mereka melihat Mack Larsoni dan seorang bertubuh
pendek, berambut halus, dan berkacamata menuruni tangga. Joe mengambil alat
penerima dari kotaknya, ia, Frank, dan Chet memasang alat pendengar mini itu di
telinga. "Nah, Dr. Minkovitch, bagaimana pendapat anda?" tanya Larsoni.
"Apa yang telah kaubawa itu akan membuat tugasku lengkap," jawab Si Rambut
Halus. "Bom ini akan selesai dalam beberapa hari lagi."
"Apa yang hendak anda perbuat dengan ini?" tanya Larsoni.
"Rekan-rekanku dan aku mempunyai penadahnya ... sebuah gerakan pembebasan di
Eropa." Larsoni mengangkat bahu. "Itu cukup jauh, jadi kita tak akan mendengar ledakannya. Nah, mari kita
selesaikan keuangannya."
"Tentu." Dr. Minkovitch menuju ke sebuah almari besi di dinding dan mengeluarkan
beberapa bundel uang. Setelah diberikannya kepada Larsoni, pembajak itu
menghitungnya dengan teliti dan memasukkannya ke dalam saku."
"Kukira urusan kita sudah beres, dok," katanya. "Selamat berpesta petasan!"
Ia pergi ke atas, dan beberapa saat kemudian terdengar pergi dengan truknya.
Ketika truk itu telah hilang dari pandangan, sebuah sedan sport yang mengkilat
datang. Para pemuda itu mengintip dari sudut rumah, dan melihat penerima tamu
hotel Atlantic turun dan masuk ke rumah!
Dengan cepat para pemuda itu kembali ke jendela. Sesaat kemudian petugas hotel
itu turun ke lantai bawah dan Dr. Minkovitch menyapanya dengan nama Lanky.
"Kulihat Larsoni sedang keluar," kata Lanky. "Ia sudah menyerahkan barang-barang
itu?" "Sudah." "Apakah ia tahu untuk apa barang itu?"
"Ia mengira hanya sebuah bom untuk kepentingan gerakan pembebasan di Eropa,"
jawab Minkovitch. "Ia tak tahu bahwa kita mempunyai banyak bom untuk dipasang
pada setiap kota besar di seluruh dunia." Ia menghela napas sambil meremas-remas
kedua tangannya. "Ledakan nuklir itu akan sedemikian hebatnya, hingga pemerintahan-pemerintahan
di dunia akan menyerah tanpa syarat kepada kita. Kita akan menguasai seluruh
dunia!" 11. Ancaman Bahaya Bom Atom
Tetesan-tetesan keringat membasahi dahi Chet.
"Ia - ia mengatakan bom atom!" pemuda itu berbisik. "Untuk itulah mereka
membutuhkan uranium!"
Frank menangkap lengannya.
"Sssst!" "Apakah maksudmu dengan 'kita' doktor?" tanya Lanky dengan suara dingin.
"Lho, bukankah kita semua?" tanya Minkovitch.
"Para direktur yang lain bersama aku, bukan engkau. Engkau hanya pegawai yang
dibayar!" "Tetapi kalian tak dapat berbuat apa-apa tanpa aku," kata ilmuwan itu dengan
marah. "Memang. Dan engkau akan mendapatkan kekayaan dan nama besar. Barangkali engkau
akan mendapat kedudukan di kabinet dunia. Tetapi hilangkan dari benakmu bahwa
engkau akan ikut memerintah." Suara Lanky mengeras dan matanya bersinar dengan
bayangan ketidakwarasan. "Pemerintahan akan dibagi antara tiga direktur, yang
telah menyediakan semua keuangan untuk percobaan-percobaanmu."
"Aku sudah bekerja keras, Lanky," kata Dr. Minkovitch mengeluh. "Aku mempunyai
hak lebih dari sekedar kedudukan di kabinet."
Lanky berkata dengan nada keras: "Engkau berkata tentang kerja keras, doktor"
Kami dapat hidup bagaikan raja-raja dengan hasil bajakan. Tetapi sebaliknya kami
seperti budak yang melakukan kerja kasar, demi dapat menimbuni proyek ini dengan
uang. Sekarang, mana uraniumnya?"
Dr. Minkovitch menunjukkan jalan baginya melalui sebuah pintu di bagian belakang
laboratorium. Keduanya lalu memasuki sebuah gudang di mana telah dimasukkan
peti-peti melalui peluncur arang. Dengan demikian mereka berada di luar
jangkauan alat penyadap Joe.
"Orang-orang ini sudah gila!" kata Joe tertahan. "Kita harus menghentikan
mereka!" Frank mengangguk. "Tetapi janganlah kita pergi dulu. Barangkali kita masih dapat mengetahui lebih
banyak lagi." Beberapa saat kemudian kedua orang itu muncul lagi di laboratorium, dan Lanky
menanyakan berapa lama lagi bom-bom itu akan selesai.
"Mereka sudah selesai, kecuali uraniumnya," kata doktor itu.
"Aku hanya melihat satu yang sudah terpasang," kata Lanky. Ia menunjuk benda
yang terletak di tempat mirip ayunan. "Aku hanya melakukan percobaan di sini,
Lanky. Perakitan yang berbahaya dilakukan di bawah tanah, tempat yang kusebut sebagai
pabrikku." "Tempatnya dekat doktor?"
"Cukup dekat, hingga bisa cepat-cepat memindahkan uranium itu ke sana. Aku malah
hendak melakukannya sekarang juga."
Doktor itu menghidupkan alat intercom dan berkata ke dalam mikrofonnya: "Hagar
dan Quark, datanglah ke laboratorium."
Kedua orang bertubuh besar dan berotot yang telah membongkar muatan uranium dari
truk itu muncul. Minkovitch menyuruh mereka memindahkan uranium tersebut ke
pabrik. Yang seorang masuk ke ruangan tempat menyimpan peti-peti itu, dan yang
seorang lagi kembali ke atas.
"Di sana ada peluncur dengan ban berjalan
dari gudang menuju ke pabrik di bawah tanah," kata Minkovitch. "Hagar akan ke
bawah untuk menurunkan peti dari ban tersebut kalau peti itu dikirimkan oleh
Quark." Beberapa saat kemudian doktor itu bersama Lanky naik ke atas. Para pemuda
mengambil alat-alat pendengar mereka lalu bersembunyi di semak-semak. Tak lama
kemudian mereka melihat Hagar ke luar dari rumah lalu berjalan menuju ke batu
karang. Mereka hendak mengikutinya, namun Dr. Minkovitch dan Lanky ke luar ke
serambi. "Aku tak tahu kalau engkau punya tetangga," kata Lanky kepada Minkovitch.
"Tetangga" Apa maksudmu?"
"Apakah tidak ada orang yang tinggal di pinggir jalan tanah itu" Kira-kira lima
puluh meter sebelum pintu pagar?"
"Tidak ada. Tentu saja tidak ada. Mengapa?"
"Aku melihat sebuah mobil diparkir di sana ketika aku kemari."
"Apa?" seru doktor itu. "Itu berarti ada yang memata-matai kita. Barangkali
pihak polisi! Tidakkah engkau dapat menyuap polisi?"
"Tidak. Di Pirate's Port ini tidak," kata Lanky. "Di Atlantic Island polisi
sudah sangat jinak dengan kita. Tetapi polisi di sini jujur-jujur. Tetapi
barangkali bukan mereka. Kudengar anak-anak Hardy itu ada di pulau ini."
"Anak-anak Hardy" Anak-anak Hardy yang mana?"
"Anak-anak Fenton Hardy, detektif yang ter-mashur itu. Engkau tentu sudah pernah
mendengar namanya." -
"Fenton Hardy!" kata doktor itu dengan ketakutan. "Tentu, aku pernah mendengar
namanya. Siapa yang belum" Mengapa aku tak diberi-tahu bahwa ia mengejar-ngejar kita?"
"Ia tidak ada di sini," kata Lanky menenangkan. "Hanya kedua anaknya, Frank dan
Joe, ditambah seorang lagi temannya yang bernama Chet Morton. Hagar dan Quark
tentu dapat menangani mereka."
"Kita harus segera mengetahui mobil siapa itu?" kata doktor Minkovitch. "Memang,
kita sering mendapat kunjungan dari pemburu-pemburu. Mungkin juga salah seorang
dari mereka." Kedua orang itu kembali masuk ke rumah. Pada saat itu pula ketiga pemuda itu
bangkit berdiri. "Kita harus mendahului mereka!" kata Joe mendesak.
Frank mengangguk. "Engkau dan Chet yang ke sana. Aku ingin tahu ke mana perginya Hagar. Sampai
nanti." Sambil menggangguk Joe dan Chet menyelinap pergi, sementara Frank bergegas
menuju ke arahyang dituju si orang bertubuh besar. Ia berjalan di antara pohon-
pohon yang membatasi batu karang untuk beberapa saat, namun penjahat itu tak
kelihatan. Ketika ia kembali ke arah semula, Frank tiba di atas pohon-pohonan tepat pada
saatnya melihat Hagar kembali menaiki tangga masuk ke rumah.
"Bagaimana aku bisa tak bertemu dengan dia?" pikir Frank. Tentu ada pintu
rahasia untuk masuk ke bawah tanah. "Rupa-rupanya aku telah melewatinya tanpa
kuketahui!" Sementara itu, Joe dan Chet bergegas ke pagar dan memanjatnya. Dengan lindungan
pohon-pohon, mereka lari ke mobil mereka. Joe membawanya lebih jauh masuk dari
tepi jalan sampai tiba ke tempat terbuka. Dengan pisau-pisau lipat mereka
memotong cabang-cabang semak dan menutupi mobil Ford itu sebagai penyamaran,
sehingga tak dapat dilihat lagi dari jalan.
Kemudian mereka kembali lagi dengan hati-hati ke tempat mobil mereka semula
diparkir, Dr. Minkovitch dan Lanky sedang berdiri di sana.
"Kukatakan kepadamu, inilah tempatnya," kata Lanky sambil menunjuk ke tanah.
"Lihat bekas ban itu?"
Doktor itu melihat ke bawah.
"Ya. Ini tentu pemburu-pemburu."
Kedua orang itu kembali ke jalan tanah. Joe dan Chet menunggu beberapa menit
lagi untuk mengikuti. Ketika akhirnya mereka sampai di pagar, Minkovitch dan
Lanky baru saja masuk ke dalam rumah. Kedua pemuda itu memanjat pagar lalu
menggabungkan diri dengan Frank.
"Tugas selesai!" Joe melapor. "Mereka mengira bahwa mobil itu milik pemburu-
pemburu." "Bagus," kata Frank. "Aku belum dapat menemukan jalan masuk ke pabrik. Tetapi
karena semua orang sedang ada di dalam rumah sekarang ini, kita dapat menunggu
mereka lalu mengikuti kalau mereka pergi."
Joe mengangguk. "Coba kulihat, apakah mereka ada di laboratorium."
Namun, ketika mereka sampai di jendela dan mengintip ke dalam, tak seorang pun
yang nampak. Dengan hati-hati mereka mengelilingi rumah, mengintip dari jendela-
jendela yang lain. Di sisi yang jauh mereka melihat sebuah jendela yang terbuka.
Dari jendela itu mereka dapat mendengar suara. Dari percakapan tersebut, mereka
dapat memperkirakan bahwa Lanky, doktor dan kedua pembantu bertubuh raksasa itu
sedang makan. Kerut-kerut yang memilukan nampak di wajah Chet ketika ia melihat ke arlojinya.
Waktu itu sudah jam dua belas tiga puluh!
"Seharusnya engkau menyelamatkan roti yang diambil dari kapal Mary Malone!" Joe


Hardy Boys Terperangkap Di Laut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggoda. "Roti itu sudah menyelamatkan nyawa kita!" Chet menggumam. "Atau setidak-
tidaknya memperpanjang sedikit kalau kita tak segera mendapatkan makanan!"
Frank meletakkan telunjuknya pada mulutnya dan ketika pemuda itu mendengarkan.
"Setelah makan, Hagar, Quark dan aku akan segera mengisi bom-bom itu," kata
Minkovitch. "Apakah engkau akan kembali ke kota, Lanky?"
"Tidak. Aku akan menunggu, berapa lama pekerjaan itu. Jadi aku dapat
melaporkannya kepada direktur-direktur yang lain."
Frank memberi isyarat kepada Joe dan Chet untuk mengikuti dia sedikit menjauh
agar tak dapat mereka dengar.
"Joe dan aku akan membuntuti Minkovitch dan kedua begundaknya," katanya. "Chet,
engkau tinggal di sini dan mengawasi rumah ini."
"Aku harus jadi anjing penjaga lagi," Chet mengeluh. "Mengapa aku sekali-sekali
tak diikutkan dalam operasi!"
"Ini sangat berbahaya," Joe menjelaskan. "Kalau kami tak kembali setelah mereka
kembali, berarti bahwa kami telah ditawan di pabrik bom mereka. Dalam hal itu,
segeralah panggil polisi secepat-cepatnya."
Ketika Chet sadar bahwa operasi penyelidikan di bawah tanah itu memang sangat
berbahaya, ia mengangguk.
"Baik, bung," katanya. "Engkau dapat mengandalkan aku!"
12. Devill's Point Para pemuda itu kembali mengitari rumah, untuk bersembunyi di semak-semak di
dekat jendela laboratorium. Setelah beberapa menit, Dr. Minkovitch, Hagar, dan
Quark ke luar dan menuju ke arah pohon-pohon di batas batu karang. Ketika mereka
tak nampak lagi, Joe dan Frank mengikuti. Chet tetap di tempatnya.
Beberapa saat kemudian, Chet merasa capai bertiarap di bawah semak-semak, lalu
merangkak untuk mengintip ke dalam laboratorium. Tempat itu kosong. Chet baru
saja hendak membuka jendela untuk dapat naik ke lantai dua dan melihat apa yang
dilakukan oleh Lanky, terdengarlah pintu depan dibuka dan ditutup kembali.
Dengan cepat ia kembali ke bawah semak-semak tepat ketika Lanky sedang menuruni
anak tangga. Kemudian sunyi lagi.
Ketika Lanky tak kelihatan dari sudut rumah, Chet merangkak maju untuk mengintip
dari pinggir serambi. Ia mendengar suara Lanky dari mobil sportnya. Dengan merangkak, pemuda itu
menuju ke belakang mobil.
"Mohawk red memanggil Apache biru," kata penjahat itu. "Silakan masuk, Apache
biru." Ia sedang berbicara dengan radio mobilnya, pikir Chet. Kemudian terdengar suara
yang sudah ia kenal, namun tak ingat suara siapa.
"Apache biru di sini."
"Luis, di sini Lanky berbicara dari lokasi proyek 'A'," kata Lanky.
"Haa, kapten Luis Sanchez dari Kepolisian Atlantic Island," pikir Chet.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Sanchez.
"Dok sedang menyelesaikan pembuatannya sekarang ini. Ia akan segera siap untuk
menyerahkannya tepat pada waktunya."
"Bagus sekali. Ada masalah?"
"Beberapa soal kecil saja. Dok agak menjadi terlalu besar kepala. Ia
menginginkan kedudukan yang sama dengan para direktur."
"Katakan saja kepadanya, ia dapat memperolehnya."
"Apa?" kata Lanky menghina.
"Setelah kita dapat memegang kendali, dan tak membutuhkan dia lagi, kita dapat
membuang dia. Sementara ini biarlah kita buat dia senang hatinya."
"Jelas, Sanchez adalah salah satu direktur," pikir Chet.
"Apa masalah kecil yang lain lagi?" tanya Kapten.
"Aku melihat sebuah mobil di dekat sini dengan lambang perusahaan mobil sewaan.
Sekarang sudah pergi. Mungkin hanya pemburu-pemburu, tetapi bisa juga anak-anak
Hardy itu. Ada petunjuk tentang mereka?"
"Tidak lagi, setelah Freddie menerbangkan mereka ke Pirate's Port. Apakah
Herkimer dan anak buahnya tak memergoki mereka?"
"Aku belum mendengar, tetapi aku akan menanyakannya. Ganti, selesai."
Sesaat kemudian suara Lanky terdengar lagi.
"Mohawk red kepada Mary Malone. Silakan masuk, Mary Malone."
"Mary Malone di sini," terdengar suara dari radio.
"Minta berbicara dengan Ted Herkimer." "Tunggu sebentar."
Sunyi beberapa menit, kemudian suara si wajah kapak terdengar. "Herkimer di
sini." "Di sini Lanky dari Devill's Point. Ada berita tentang anak-anak Hady?"
"Tidak. Mereka pasti tidak ada di dermaga ketika kami bersandar. Aku menyuruh
sebuah regu untuk berpatroli di sekitar tempat itu, dan mereka tak pernah
memergoki anak-anak itu."
"Jadi kaukira mereka tak mungkin ada di sekitar sini?" tanya Lanky.
"O, mungkin sekali mereka ada di situ. Menurut perkiraanku, mereka bersembunyi
karena tahu bahwa mereka kita kejar-kejar."
"Nah, aku memergoki sebuah mobil sewaan di dekat sini. Mungkin hanya pemburu-
pemburu, tetapi aku ingin tahu dengan pasti."
"Bagaimana mereka dapat mengetahui lokasi 'A'" Kukira mereka sedang bersembunyi,
atau telah mengambil penerbangan pertama ke Miami. Kapten Sanchez telah menakut-
nakuti mereka dengan masalah pasport."
"Ya, kukira begitu," kata Lanky, tetapi terdengarnya ia belum yakin. "Maukah
engkau memastikannya, dengan menyuruh seseorang menyelidiki daftar penumpang
penerbangan-penerbangan yang baru lalu" Aku ingin lebih merasa tenang."
"Boleh, akan kulakukan," kata Herkimer. "Masih ada lagi?"
Chet tak dapat menangkap jawaban Lanky yang hanya menggumam. Tetapi ketika tak
terdengar lagi percakapan beberapa saat lagi, ia menyimpulkan bahwa komunikasi
itu telah selesai. Ia kembali merangkak ke sudut rumah. Namun, ternyata ia
kurang cepat! Pintu mobil menutup dan Lanky berteriak tajam: "Berhenti!"
Chet menoleh dan memandang tepat ke dalam mulut sepucuk pistol! Dengan malu-malu
ia merayap berdiri. Doktor dan kedua pembantunya masih kelihatan ketika Frank dan Joe tiba di batu
karang. Ketiga orang tersebut berjalan di sepanjang pinggiran, namun sesaat kemudian
mereka menghilang. Dengan heran kedua pemuda itu bergegas ke tempat tersebut. Mereka melihat sebuah
jalan setapak di sepanjang langkah batu yang sempit, tidak lebih dari setengah
meter! Joe segera menuruninya, disusul oleh kakaknya.
Jalan itu sangat berbahaya. Angin yang bertiup hampir saja menerbangkan mereka
dari jalan setapak tersebut. Mereka sadar, satu langkah saja yang akan
menjatuhkan mereka tiga puluh meter dari tebing yang curam, mencebur ke dalam
ombak-ombak yang memecah dahsyat pada tebing tersebut.
Mereka beristirahat sejenak.
"Sekarang aku tahu mengapa tempat ini disebut Devill's Point," kata Joe kepada
kakaknya. "Memang mirip sekali dengan Sarang Setan!"
Frank mengangguk dan memandangi air yang berpusat jauh di bawah mereka.
Mereka melihat sebuah perahu nelayan datang terlalu dekat. Tiba-tiba perahu itu
tertangkap oleh arus bawah dari pusaran tersebut. Mesin perahu itu menderu-deru
menyanyikan lagu kecemasan, ketika kedua penumpangnya berusaha berjuang melawan
daya tarik arus bawah. Namun, perahu itu terhisap semakin dekat dengan lubang
kema-tian. "Mereka akan terhempas," seru Joe. Tetapi dengan mendadak perahu itu mulai
sedikit maju, tidak tertarik ke tebing. Ia bergerak semakin jauh dari pusaran
ombak, dan akhirnya bebas dan melaju cepat menjauh.
Kedua pemuda itu melanjutkan jalan turun. Mereka bergerak dengan hati-hati,
sambil berpegangan pada apa saja yang dapat mereka temukan.
"Kukira hal ini mudah dilakukan kalau sudah terlatih," Joe berpendapat. "Rupa-
rupanya hal ini tak menyulitkan doktor itu, padahal ia jauh lebih tua dari
kita." "Aku tak ingin melakukan latihan ini lebih lanjut," kata kakaknya.
Mereka tiba pada sebuah tikungan. Ketika mereka mengintip dari balik sudut,
mereka melihat di mana jalan setapak itu berakhir, yaitu pada langkah batu yang
pipih selebar kurang lebih enam meter. Doktor bersama kedua pembantunya sedang
mendekati setumpuk daun-daunan pada sisi batu karang. Hagar memegangi sebatang
cabang lalu menariknya. Sebuah pintu kayu yang lebar terbuka! Setelah para penjahat itu masuk, pintu itu
tertutup kembali, menghapus segala jejak.
Frank dan Joe melanjutkan berjalan turun ke batu yang datar. Joe memegang cabang
yang tadi dipegang Hagar. Dengan jantung berdebar keras ia membuka pintu
beberapa senti. Dengan berdebar-debar ia mengharap, moga-moga jangan ada orang di dalam!
Untunglah memang tidak ada. Mereka mengintip ke dalam sebuah terowongan yang
gelap. Hanya pada ujungnya nampak ada cahaya. Joe membuka pintu tersebut lebih besar,
dan mereka masuk. Dengan hati-hati mereka berjalan di terowongan. Mereka tiba di sebuah gua yang
besar sekali, diterangi oleh lampu-lampu dari langit-langit. Langit-langit itu
empat meter di atas terowongan, dan lantainya juga empat meter di bawah
terowongan. Ruangan itu berbentuk bulat dengan garis tengah lebih dari seratus
meter. Kedua pemuda itu merangkak menuju ke tangga yang turun ke gua tersebut. Di
dinding jauh mereka melihat rak tempat bom beberapa buah, mirip yang ada di
laboratorium, berisi bom-bom yang sudah hampir jadi. Setiap detonator bom,
berupa generator nuklir neutron bertekanan besar sekali yang mulai bekerja oleh
suatu ledakan, telah disiapkan di sebuah ruangan kecil di ujung bom. Bila
detonator ini dinyalakan, terjadilah reaksi berantai yang akan meluas sampai di
ruangan bagian belakang dari bom tersebut, yang nantinya akan diisi dengan
uranium. Peleburan unsur uranium itu akan menyebabkan ledakan nukhr yang panas
sekali dan menghancurkan.
Di belakang tempat bom terdapat rak-rak alat elektronik, dengan tombol-tombol
dan susunan alat-alat yang sangat rumit. Sejumlah peti-peti yang diletakkan agak
jauh dari yang satu ke yang lain di sebelah kanan. Ujung sebuah ban berjalan
nampak di mulut sebuah terowongan pada dinding sebelah.
Kedua pemuda itu dengan ngeri menyadari, bahwa peti-peti itu tentu berisi bahan
nuklir aktif, bila melihat jarak masing-masing peti. Mereka mengetahui, bahwa
sejumlah besar uranium yang disimpan dalam tempat yang terlalu kecil, massanya
akan menjadi kritis. Reaksi berantai ini memang tak akan menimbulkan ledakan, namun setiap makhluk
hidup di dalam gua itu akan terkena radiasi yang mematikan.
Sebelah kiri gua berisi sebuah laboratorium yang sangat lengkap beserta ruang
alat-alat elektronik. Di tengah-tengah terdapat beberapa mesin, di antaranya
mesin-mesin bubut, mesin penggiling, mesin plat baja, mesin-mesin bor, mesin
sekrup otomatis, derek katrol, alat las dan tungku induksi.
Hagar dan Quark sedang mengangkut peti-peti ke deretan bom, di mana Dr.
Minkovitch sudah mulai merakit uranium yang mengkilat berbentuk setengah bola,
dimasukkan ke dalam bola-bola, yang satu di dalam yang lain. Kemudian ia
memasangnya di ruang belakang setiap bom.
"Kuharap saja ia tahu mengerjakannya," Frank menggumam hampir tak terdengar.
"Semua alat pemacu sudah dipasang. Kalau salah satu kebetulan menyala, itu akan
bertindak sebagai penyala yang lain-lain, dan semua akan meledak! Pulau ini akan
lenyap dan engkau akan dapat melihat asap seperti jamur itu dari bulan!"
Dr. Minkovitch telah selesai mengisi bom yang keenam. Ketika ia bergerak hendak
pindah ke bom yang ketujuh, sikunya terkait kabel yang mencuat dari tempat bom
yang keenam yang bersambung pada alat pengontrol serta alat percobaan yang ada
di belakangnya. Tiba-tiba suara tik-tik-tik lirih terdengar dari alat percobaan, setiap detik
sekali bunyi. Minkovitch nampaknya tak menyadarinya, sementara Hagar dan Quark
terlalu jauh untuk dapat mendengarnya. Tetapi kakak beradik itu saling
berpandangan dengan ngeri!
Mereka mendengar suara tik-tik-tik yang dingin datar semacam itu, yaitu untuk
menghitung waktu dalam percobaan peledakan nuklir.
"Minkovitch tentu agak tuh!" Frank mendesis. "Dan setiap detik berarti semakin
dekat dengan ledakan bom!"
13. Chet Menangkap Penjahat
"Apa yang harus kita ..." Joe hendak bertanya. Namun Frank tak mau mendengar
kata-kata Joe diselesaikan. Ia melompat bangun dan berlari menuruni tangga batu.
Hagar dan Quark berpaling dan melihat dengan terkejut, ketika pemuda itu lari ke
bom yang sudah berbunyi tik-tik-tik.
"Bom ini sudah mulai menghitung sendiri waktu meledaknya, ketika tangan anda
terkait kabel!" ia berseru kepada Dr. Minkovitch. "Apa yang harus kulakukan?"
Doktor itu memandanginya, matanya terbelalak lebar. Ia memiringkan sedikit
kepalanya, dan kini ia mendengar suara tik-tik-tik itu. Semua warna hilang
lenyap dari wajahnya. "Angkat tuas tekanan penghubung-pengon-trol- pengapian itu!" ia berteriak dengan
serak. Frank melihat ujung sebuah tuas kecil pada permukaan dinding alat pengapian. Ia
belum merasa pasti bahwa itulah tuas penghubung yang dimaksud, dan ragu-ragu
sejenak. "Ya, betul yang itu!" desis Minkovitch. "Dorong itu ke atas!"
Dengan jari-jari gemetar Frank menekan tuas tersebut dan tetap menahannya dengan
jari-jarinya. "Lalu apa lagi?" ia bertanya.
"Tahan terus," kata ilmuwan itu.
Hagar dan Quark mendekat, memandangi dengan mengancam pemuda itu.
"Siapa anak-anak ini?" Hagar bertanya. "Dari mana dia?"
"Diamlah!" kata Dr. Minkovitch tak sabar. Kemudian ia berpaling kepada Frank.
"Anak muda, aku juga tak tahu siapa engkau, tetapi engkau benar-benar telah
menyelamatkan kita semua. Tolong tahan terus tuas itu. Kalau kau lepaskan, bom
akan meledak!" Hagar dan Quark menjadi pucat.
"Ayo kita keluar dari sini!" Quark menjerit.
"Tetapi di tempatmu dan tutup mulut!" kata Minkovitch kepadanya, "tak ada satu
tempat pun di pulau ini yang aman kalau bom ini meledak. Seluruh tempat beserta
segala-galanya akan terurai menjadi atom-atom.
Mengerti?" Quark menggigil. "Ya, pak." "Hagar, ambilkan sebuah obeng besar," doktor itu memerintah.
"Ya, pak," kata orang tinggi besar itu, dan mengambil sebuah obeng dari atas
meja kerja. Ketika ia memberikannya kepada Minkovitch, doktor itu berkata kepada
Frank: "Sekarang dengar benar baik-baik, anak muda. Aku akan mencoba menjinakkan bom
ini. Sebenarnya tidak sulit ... apa yang harus kulakukan hanyalah membuka detonator.
Tetapi, kalau aku sudah mulai melakukan hal itu, alat pengontrol mungkin sekali
secara otomatis tersambung pada penentu waktu yang ada di dalam, dan
penghitungan itu akan berlanjut.
Kita dapat mendengar tik-tik-tik itu lagi, tetapi kali ini dari bomnya sendiri.
Kalau berhasil, ... ah jangan khawatir."
"Apakah itu berarti bahwa..."
"Tentu saja begitu," doktor itu memotong. "Tetapi itu tak akan membantu.
Tergantung dari sudah berapa jauh penghitungan itu berlangsung, mungkin alat
pengontrol belum tersambung pada alat penentu waktu di dalam. Namun meskipun
tersambung, aku masih sempat melepaskan detonator sebelum hitungan mencapai nol
atau zero. Atau bisa juga, aku tak berhasil."
Frank menatapnya dengan nanar.
Doktor itu hanya mengangkat bahu.
"Yah, karena kita tak mungkin merubah hitungan, tak ada gunanya untuk
berkhawatir, bukan?"
Frank mengangguk lunglai. Joe, dari jarak agak jauh, dapat melihat bulu kuduk
Hagar dan Quark berdiri. "Siap, anak muda?" tanya Dr. Minkovitch.
"Siap," jawab Frank.
"Tekankan jarimu kuat-kuat." Ilmuwan itu memasukkan ujung obeng ke dalam sebuah
lubang dekat dengan ujung alat pengapian. Dengan menggunakan obeng itu sebagai
'dongkrak,' ia memutarnya dengan tekanan itu ke arah berlawanan dengan jarum
jam. Sebuah sukucadang bagian dalam yang berbentuk bulat - yaitu detonatornya
sendiri - bergerak sedikit, dan suara tik-tik-tik terdengar lagi, kali ini lebih
keras dari semula. "Ampunnn ... sudah terlalu jauh," kata doktor itu sambil memutar detonator itu


Hardy Boys Terperangkap Di Laut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

secepat yang dapat ia lakukan. Tenggorokan Frank terasa kering, dan Hagar serta
Quark seperti terpaku pada tempatnya berdiri.
Tiba-tiba detonator itu terlepas dan jatuh di tangan Minkovitch. "Syukuuur!" ia
berseru, ketika tik-tik-tik itu berhenti.
Frank melepaskan tuas itu dan menghela napas lega. Doktor itu meletakkan
detonator tersebut bersama obengnya ke meja kerja. Kedua pembantunya seperti
hidup lagi! "Bagaimana dengan anak ini, dok?" tanya Hagar sambil memberengut ke arah Frank.
"Siapa engkau, anak muda?" Bagaimana engkau bisa sampai di sini?" tanya doktor
Minkovitch. "Hanya seorang wisatawan yang kebetulan lewat," jawab Frank.
"Namamu?" "John Smith." "Aku berani bertaruh, dia tentu salah seorang anak-anak Hardy!" kata Quark.
"Lanky sudah tahu bagaimana rupa mereka," kata Minkovitch. "Mari kita bawa dia
ke atas." Kedua orang 'besar' itu menangkap lengan Frank. Tepat pada saat itu Joe berlari
ke tengah tempat mesin-mesin. Tanpa diketahui oleh ketiga penjahat, ia menyambar
sebuah bagian alat bor, melangkah ke belakang Doktor Minkovitch dan menekankan
ujung alat itu ke punggung doktor Minkovitch.
"Jangan bergerak!" kata Joe tenang, sementara doktor itu menjadi kaku.
Hagar dan Quark membalikkan tubuh mendengar suara Joe.
"Pung-punggungku ditodong dengan pistol," kata Minkovitch dengan gemetar.
"Tolong, lakukan apa yang diminta tuan-tuan muda ini."
"Nah, anda bijaksana," kata Joe. "Sekarang lepaskan kakakku."
Hagar dan Quark melepaskan pegangan mereka.
"Oke, letakkan kedua tangan di belakang," Joe meneruskan. "Frank, carilah apa
saja untuk mengikat mereka."
Di sebelah katrol ada segulung tali. Frank memotong tiga utas dan mengikat
pergelangan tangan mereka di belakang. Joe mengikat tangan Doktor Minkovitch,
kemudian melemparkan sukucadang bor itu ke meja.
"Pistol pun dia tak punya!" teriak Hagar dengan marah sekali.
"Bagaimana cara kita membawa mereka ini ke rumah itu?" tanya Joe kepada
kakaknya. "Kita tak dapat menyuruh mereka berjalan di jalan setapak. Mereka
tentu akan jatuh." Frank mendekati ban berjalan dan memandang ke dalam terowongan.
"Cukup lebar," ia berkata. "Kalau ban ber-jalan ini dapat berjalan ke kedua
arah, kita dapat menggunakannya." Ia mempelajari tombolnya dan mengetahui, bahwa
bila tombol diputar ke kiri akan berjalan ke atas.
"Engkau naik dulu," katanya kepada Joe. "Kemudian teman-teman kita ini akan
kukirimkan kepadamu."
Joe merangkak tertelungkup ke atas ban, dan Frank memutar tombol. Perjalanan
melalui terowongan yang gelap itu panjang dan mengerikan. Karena gudang di atas
sama gelapnya dengan terowongan, Joe tak dapat mempersiapkan diri pada saat ban
sampai di ujung. Ia terjungkal dengan kepalanya terlebih dulu ke lantai. Untung
ia masih sempat mengulurkan kedua tangannya untuk meredam kejatuhannya, dan ia
hanya sedikit gemetar. Di dalam kegelapan, ia meraba-raba mencari jalan ke pintu laboratorium, lalu
mengintip ke dalamnya. Setelah dilihatnya kosong, ia melebarkan pintu untuk
memasukkan cahaya. Ia kembali ke ban berjalan yang masih bergerak, lalu berteriak ke dalam
terowongan. "Oke, Frank!" Frank mengirimkan doktor Minkovitch lebih dulu. Ketika ia sampai di ujung, Joe
menangkapnya di bawah bahunya lalu mengangkatnya dari atas ban. Pekerjaan itu
membutuhkan tenaga yang lebih besar ketika harus menurunkan Hagar dan Quark.
Namun ia berhasil juga. Ketika Frank sampai di ujung, Joe mematikan gerak ban
berjalan itu dan Frank dapat turun sendiri.
Pintu gudang itu tidak ada kuncinya, tetapi ada overval untuk gembok. Mereka
mengurung tawanan mereka dengan memasukkan obeng pada lubang overval.
Frank membuka jendela ruang bawah, lalu memanggil dengan suara rendah: "Chet?"
Tak ada jawaban. Dengan diam-diam kedua pemuda menaiki tangga dan membuka pintu di ujung atas
tangga. Pintu itu menuju ke bagian tengah lorong serambi yang sempit panjang, melintang
ke seluruh rumah. Tak seorang pun yang nampak.
Dengan hati-hati mereka menuju ke depan, melongok ke ruang kerja, ruang makan
dan dapur. Mereka mendapatkan Chet sedang duduk di meja menghadapi segelas susu,
dan makan roti berisi yang sangat besar!
"Halo!" serunya dengan gembira. "Mau makan siang?"
14. Tertawan di Laut "Ada apa dengan Lanky?" Frank bertanya.
"Ia menodong aku dengan pistol," kata Chet. "Tetapi aku berhasil menjatuhkannya
dan menangkap dia. Ia sedang beristirahat dengan tenang di bagasi mobilnya
sendiri di depan." Joe tertawa. "Hebat, engkau, teman!"
"Apa yang kautemukan di pabrik mainan doktor itu?"
"Bukan mainan, kukira," kata Frank dengan bersungguh-sungguh. "Di sana ada
beberapa bom atom, tetapi kami telah dapat mengurung penjahat-penjahat itu."
"Luar biasa," Chet berseri-seri. "Nah, sekarang coba terka!" "Apa?"
"Kapten Luis Sanchez adalah salah satu direktur juga." Dengan singkat Chet
menceritakan tentang percakapan radio antara Lanky dan Sanchez.
Joe bersiul. "Tak terlalu mengherankan."
"Memang," Chet membenarkan. "Nah, sekarang katakan, apa yang hendak kita lakukan
dengan para penjahat yang kita tangkap ini?"
"Serahkan kepada polisi Pirate's Port," usul Frank. "Aku dan Joe hendak membawa
Minkovitch dan kedua pembantunya dengan mobil Ford kita, Chet, engkau mengikuti
dengan membawa Lanky dalam mobil sportnya. Oke?"
"Tentu." Segera pula mereka sudah di perjalanan ke Corsair City. Joe yang ada di depan.
Mereka baru saja berjalan seperempat kilo ketika mereka melihat sebuah pickup
mendatangi. Tiba-tiba mobil pickup itu meminggir ke seberang dan menghalangi jalan!
Baik Joe maupun Chet menginjak rem. Ted Herkimer dan Mack Larsoni melompat
keluar dari kabin. Empat orang lagi turun dari bak belakang!
"Waaah," Joe menggumam. "Aku tak suka kalau harus satu lawan dua!" Ia menancap
gas dan memutar mobilnya membentuk huruf U, dan melaju ke arah kembali.
Chet memutar tepat di belakangnya. Dengan segera Herkimer dan Larsoni kembali
melompat masuk ke mobil mereka dan segera mengejar.
Tepat sebelum jalan berakhir di pagar besi, Joe membelok ke jalan tanah yang
sempit, melaju melewati tempat ia menyembunyikan mobil mereka sebelumnya. Mobil
pickup itu dekat di belakang mereka.
"Kuharap saja jalan ini akan kembali ke jalan besar," kata Joe sambil menggertak
gigi, sementara mereka melaju melalui jalan yang tidak rata.
Frank hanya mengangguk. Harapan mereka segera buyar ketika mereka sadar, jalanan itu mendekati Devill's
Point. Di sana jalanan tanah itu membelok dan menyusur tepi batu karang, dan mendadak
pula berakhir pada pagar kawat berduri.
Joe menginjak rem dengan mendadak, dan bersama Frank melompat ke luar. Chet
menghentikan mobilnya hingga berhenti di belakang Ford. Ketika mobil pickup
berhenti dengan rem berderit-derit, ketiga pemuda itu melompati pagar kawat
bagaikan peloncat tinggi olympiade. Mereka melihat rumah bobrok milik Dr.
Minkovitch di depan, dan segera sadar bahwa pagar kawat itu adalah
batas tanah miliknya. Mereka ternyata tiba kembali pada titik awal!
Mereka juga mengetahui dengan tiba-tiba, bahwa empat dari musuh-musuhnya telah
memisahkan diri, sebab mereka tahu di mana jalan itu akan berakhir. Sekarang
keempat orang tersebut menghadang dari arah pagar. Ketiga pemuda itu terjebak!
"Di belakang hanya ada Herkimer dan Larsoni!" kata Joe terengah-engah. "Kita
kembali saja!" Mereka berbalik dan lari ke arah pagar, namun terpaksa berhenti dengan kecewa.
Herkimer dan Larsoni telah membebaskan tawanan mereka, dan kini kekuatan
penyerang menjadi enam orang!
Dengan mati-matian ketiga pemuda itu berbalik lagi, namun empat orang pengejar
itu mendekat menghadang. Mereka itu bertubuh besar dan nampak sangat kuat. Kini
kedua belah pihak bertukar pukulan. Ketiga pemuda dengan baik dapat menangkis
pukulan, sementara mereka dapat menyarangkan beberapa pukulan balasan yang
telak. Namun mereka sedikit demi sedikit tergiring ke arah pinggir batu karang.
Larsoni, Hagar dan Quark berlari mendatangi, ikut dalam pertempuran. Minkovitch,
Herkimer dan Lanky tinggal di belakang untuk mengawasi.
Dengan tujuh lawan tiga, ketiga anak muda itu berbuat segalanya untuk menangkis
pukulan-pukulan, dan tak mungkin lagi berusaha untuk membalas. Mereka mundur
semakin jauh. Di tepi jurang, Chet menoleh ke belakang, melihat air berpusar tigapuluh meter
di bawahnya. Sebuah pukulan pada rahangnya membuatnya terhuyung ke belakang. Ia
kehilangan keseimbangan, dan kedua tangannya menggapai-gapai tak berdaya ketika
ia mulai menukik melewati tepi jurang.
Joe dan Frank menangkapnya pada setiap lengan dan menariknya ke depan. Chet
terbanting menimpa dua orang penjahat hingga mereka terjatuh, namun mereka
segera bangun dan menahan Chet ke tanah. Lima orang yang lain mengerubuti Frank
dan Joe. Tertelentang, kedua tangan dan kaki tertindih, kakak beradik itu mendongak
memandangi wajah Herkimer dan Lanky.
"Baik," kata Frank. "Kami menyerah. Tariklah kembali monyet-monyetmu ini."
Tali yang tadi mereka gunakan untuk mengikat Dr. Minkovitch, Hagar dan Quark
kini digunakan untuk mengikat mereka. Setelah ketiga pemuda itu diikat
tangannya, mereka digiring ke pagar kawat. Dua orang penjahat mengangkat kawat
yang terbawah, hingga para pemuda itu dapat merangkak di bawahnya.
Dr. Minkovitch, Hagar dan Quark kembali ke rumah. Lanky naik ke mobil sportnya,
sedangkan keempat orang yang datang dengan mobil pickup kini naik ke mobil Ford
sewaan para pemuda. Ketiga pemuda detektif itu dinaikkan ke bak pickup, dikawal
oleh Mack Larsoni dengan pistolnya. Ted Herkimer duduk di belakang kemudi,
membawa kendaraan tersebut ke arah Corsair City.
Frank berkata kepada Larsoni: "Apa yang kauharapkan dengan menculik kami?"
"Aku hanya bekerja," kata orang yang bersuara kasar itu. "Tanyakan kepada boss."
Melalui pundaknya Herkimer berkata: "Apa yang kami lakukan hanyalah menyekap
kalian, untuk tidak menyebutkan bahwa kami membebaskan rekan-rekan kami yang
justru kalian culik."
"Kami tangkap," Joe membetulkan. "Kami sedang hendak membawa mereka ke kantor polisi.
Aku tak percaya bahwa kalian hendak membawa kami ke sana pula."
"Ah, tetapi kanan keliru," kata Herkimer dengan mengejek.
"Kalian hendak membawa kami ke polisi?" tanya Frank dengan heran.
"Akhirnya." Satu perkataan itu terdengar menyeramkan. Tak seorang pun dari ketiga pemuda itu
minta dijelaskan lebih lanjut.
Setelah sunyi cukup lama, Chet berkata: "Apa yang menyebabkan engkau tunggang-
langgang kemari, Herkimer" Engkau tentu telah mengharapkan kami, kalau tidak
engkau tentu tak akan membawa pasukan sebesar ini."
Si muka kapak mengejek lagi.
"Lanky mengirimkan berita radio kepadaku, bahwa mobil sewaan itu diparkir di
dekat rumah Minkovitch. Di Corsair City hanya ada satu perusahaan mobil sewaan.
Aku telah menyelidikinya dan mengetahui bahwa sebuah mobil Ford telah disewa
oleh Frank Hardy." Pemuda itu mengkerut. "Apa yang hendak kaulakukan dengan anak-anak ini, Ted?" tanya Larsoni. "Pertama-
tama kita kurung mereka di palka kapal Mary Malone."
"Lalu bagaimana?"
"Engkau sudah mendengar apa yang kukatakan kepada mereka. Kita serahkan kepada
polisi." "Engkau sungguh-sungguh?" tanya Larsoni terkejut. "Kalau mereka berbicara,
justru kita yang ditangkap!"
"Polisi Pirate's Port tidak akan, Mack. Me-
reka tak mempunyai paspor. Aku yakin, kapten Sanchez tentu dapat memikirkan
sesuatu untuk menahan mereka di penjara dengan cukup lama."
Para pemuda itu saling berpandangan. Mereka teringat akan cerita-cerita tentang
orang-orang Amerika yang ditangkap atas tuduhan palsu di Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. Kadang-kadang dipenjara sampai bertahun-tahun.
Setelah mereka tiba di Corsair City, Larsoni menutupi pistolnya dengan
saputangan hingga tak akan terlihat oleh orang-orang yang lewat. Konvoi tiga
mobil tersebut menuju ke dermaga dan berhenti di dekat Mary Malone.
Setelah semuanya turun, Herkimer berkata kepada Larsoni: "Kembalikan mobil
mereka ke tempat sewaan, Larsoni." Kemudian ia berpaling kepada keempat penjahat
yang mengendarai mobil Ford.
"Bawa mereka ini ke kapal, dan kurung mereka di dalam palka."
Sementara para pemuda digiring melalui jembatan, mereka mendengar Lanky berkata:
"Aku akan terbang kembali ke Atlantic Island, Ted. Aku harus kembali ke
pekerjaanku." Ketiga pemuda dibawa ke ruang palka yang kosong. Para penjahat itu memastikan
diri bahwa tangan mereka benar-benar terikat kuat, kemudian keluar melalui pintu
tingkap. "Selamat menikmati perjalanan," kata salah seorang mengejek.
Chet menggerendeng. "Sial!" katanya. "Yang kutahu, mereka akan menceburkan kita ke laut!"
15. Kekacauan di Dermaga "Paling tidak mereka membiarkan lampu menyala, hingga kita dapat melihat apa
yang akan kita lakukan," kata Joe. "Frank, lekatkan punggungmu ke punggungku."
Joe menarik-narik ikatan tangan Frank hingga menjadi kendor. Begitu Frank bebas,
ia segera membuka ikatan Joe dan Chet.
"Penjahat-penjahat itu tak terlalu cerdik," kata Joe. "Seharusnya mereka tahu
bahwa kita dapat melepaskan diri begitu ditinggalkan."
"Apa gunanya bagi kita?" kata Chet. "Kita tetap tidak bisa keluar."
"Jangan terlalu mudah putus asa," Joe menyarankan.
Ia melihat ke sekeliling. Pada tiap sisi hanya ada sebuah jendela kapal, tinggi,
dekat langit-langit. Tetapi kacanya dicat hitam hingga tak ada cahaya dari luar
yang dapat masuk. Jendela-jendela itu lima belas meter tingginya dari lantai,
dan di tempat yang kosong itu tak ada sesuatu yang dapat dipanjat.
Tetapi Joe mempunyai akal.
"Ingat akrobat yang kita lihat di sirkus?" katanya. "Tiga saudara yang berdiri
pada pundak masing-masing?"
"Kakak-beradik Gimlet?" kata Chet.
"Ya. Engkau yang paling bawah. Coba berdiri di sini."
Ia menempatkan Chet di bawah jendela sisi kanan, menghadap ke dinding. Mula-mula
Chet membongkok, kedua tangannya membentuk sanggurdi, lalu menyuruh Frank untuk
menaikinya. Setelah Frank diangkat, lalu Frank naik lagi ke pundak Chet.
"Sekarang yang paling sulit," kata Joe. "Aku harus merayap memanjat ke tubuh
kalian." Ia memanjat ke punggung Chet hingga kakinya dapat menginjak pundaknya bersama
Frank. Chet menggerutu mendapat beban ganda, namun ia tak mengeluh.
Joe memanjat punggung Frank hingga berdiri di pundaknya. Dengan demikian dadanya
menjadi setinggi jendela. Ia membuka kuncinya. Dengan hati-hati ia melongok
keluar, ke segala arah. Tak nampak sesuatu di kiri kanan maupun di bawahnya.
Tetapi tepat di atasnya adalah pagar dari geladak tengah.
Joe menarik kembali kepalanya.
"Aku turun kembali," katanya kepada Frank dan Chet. Ia turun, dan Frank lalu
melompat turun pula. "Pagar geladak tengah tepat ada di atas jendela," kata Joe. "Coba kita cari
semacam kaitan untuk dapat menarik diri kita ke atas."
Dengan penuh kemauan mereka mencari-cari.
Chet berseru: "Apakah ini bisa dipakai?"
Ia menunjukkan sebuah kait bercabang tiga, yang biasa digunakan untuk mengangkat
ikan dari tali pancing. "Bagus sekali!" seru Joe gembira.
Ia memungut ketiga potong tali bekas ikatan mereka, lalu disambung-sambungnya.
Kini tali itu menjadi dua setengah meter panjangnya, dan ujungnya dipasangi
kaitan.

Hardy Boys Terperangkap Di Laut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nah, sekarang tunggu sampai malam-" Chet mengerutkan dahinya.
"Coba katakan. Bagaimana orang yang paling bawah bisa keluar?"
"Ia memang tak akan keluar," kata Joe.
"Nah, itulah yang kupikirkan. Kalian tentu tak menginginkan aku..."
"Dengar, Chet. Bagaimana pun engkau tak bisa lolos dari lubang jendela itu,"
kata Joe. "Begitu kami telah di luar, kami akan membuka pintu tingkap untukmu! Oke?"
"Engkau malah mendapat bagian yang paling mudah," sambung Frank. "Tak perlu main
akrobat. Tak perlu mengambil resiko lehermu patah."
Chet menimbang-nimbang sebentar, kemudian tak berkeberatan lagi.
"Apakah kaukira kita mendapat makan?" ia bertanya.
"Kukira tidak," kata Frank. "Yang paling tidak kita harapkan ialah ada orang
yang masuk dan memeriksa tali ikatan kita!"
Tetapi, entah para penyekap mereka lupa atau tak peduli tawanannya menderita
lapar, yang jelas tak seorang pun membawakan makanan bagi mereka. Perut Chet
mulai menggerutu minta isi, namun ia tak mau mengatakannya. Akhirnya ia menunjuk
ke jendela kapal. "Sudah gelap sekarang di luar" Dapatkah kita mulai operasi penyelamatan ini?"
Joe berdiri dan berkata. "Ke dinding, kalian berdua!"
Sekali lagi Joe naik ke pundak Frank. Ia melongok ke luar lalu melemparkan
kaitan itu ke atas. Cukup lama juga sebelum salah satu kaitannya mengenai pagar.
Setelah menguji talinya, Joe naik memanjat ke luar dari jendela hingga kakinya
bergantungan di dalam. "Sekarang bagaimana?" tanya Frank.
"Pegangi kakiku, dan memanjatlah hingga engkau dapat berpegangan pada bingkai
jendela." Frank melakukannya, dan segera ia bergantung pada lubang jendela. Joe memanjat
tali hingga mencapai geladak di atasnya. Kemudian kakaknya merangkak ke luar
dari jendela, memegangi tali, dan menyusul Joe ke atas.
Setelah mereka sampai di geladak, mereka merangkak ke sekoci penyelamat seperti
waktu pertama kali mereka naik ke kapal, lalu mengintai ke segala jurusan. Tak
seorang pun berada di sisi kanan kapal. Tetapi di sebelah kiri, di samping
geladak, mereka melihat dua awak kapal mengawasi tangga jembatan, dan ada
beberapa orang lagi yang menyandarkan diri pada pagar.
"Sekarang bagaimana?" tanya Frank.
"Aku sudah melaksanakannya sekian jauh," kata Joe. "Kini giliranmu mencari
akal." Setelah berpikir sejenak, Frank bertanya:
"Tahukah engkau, di mana tempat radio kapal?"
"Barangkali di anjungan," kata Joe. "Ingin melihatnya?"
"Ya." "Kita bebaskan Chet dulu?"
Frank menggeleng. "Kita mendapat lebih banyak kesempatan untuk tidak diketahui, kalau kita hanya
berdua. Kita ambil dia kemudian saja."
Mereka merayap maju dan menaiki tangga pendek untuk mengintip ke ruang kemudi.
Pada sebelah kanannya mereka dapat melihat papan pengontrol radio gelombang
pendek serta telepon dari kapal ke darat. Di depan papan pengontrol itu duduk
operator radio, dan berseberangan dengan radio, seorang perwira sedang memandang
melalui jendela kapal ke arah dermaga.
Kedua pemuda itu mundur lalu merayap ke samping tangga untuk berunding.
Frank berbisik: "Aku akan memancing mereka ke luar, kemudian engkau masuk dan
memanggil polisi." "Bagaimana engkau hendak memancing mereka ke luar?" tanya Joe.
"Aku sudah punya rencana, tetapi tak ada waktu untuk menjelaskannya. Lihat
sajalah." Joe bersembunyi di bawah tangga. Frank
memanjat lagi, kali ini secara terang-terangan dan melangkah naik ke anjungan.
"Selamat sore, tuan-tuan," katanya.
Operator radio menoleh dan perwira itu memutar tubuhnya.
"Siapa engkau?" ia bertanya.
"Frank Hardy." Perwira jaga itu kelihatan heran tak percaya.
"Bagaimana engkau bisa ke luar dari palka?"
"Dengan sulapan. Aku mengambil-alih pimpinan kapal!"
"Engkau mengambil apa?"
"Mengambil alih kapal," kata Frank tak sabar. "Panggil segera kapten kemari!"
"Engkau sinting?"
Frank menegakkan tubuhnya setinggi mungkin.
"Bilang 'pak' bila berkata kepadaku, pelaut!"
Perwira itu berkata kepada operator radio: "Orang ini sudah gila. Tangkap dia."
Operator radio itu bangkit berdiri dan keduanya melompat mengejar Frank. Sambil
memutar tubuhnya, pemuda itu lari menuruni tangga menuju ke tangga jembatan.
Kedua awak kapal itu mengejarnya.
"Tangkap anak itu!" teriak salah seorang ketika Frank sudah dekat dengan
jembatan. Dua penjaga dan beberapa awak kapal di
pagar segera menyerbu mengejar Frank. Frank melawan demikian hebatnya hingga
diperlukan kira-kira lima menit untuk menjinakkannya. Ketika ia akhirnya di
telentangkan di geladak dengan kedua tangan dan kaki dibentangkan, salah seorang
petugas jaga dengan tersengal-sengal bertanya kepada perwira jaga: "Kita apakan
dia?" "Tahan dulu dia di sini, sampai kuketahui bagaimana ia bisa lolos dari palka,"
jawabnya. Kemudian ia berpaling kepada operator radio. "Lebih baik engkau
kembali ke anjungan."
Ia pergi dan operator radio itu kembali ke tempatnya.
Joe sedang duduk di kursi operator, ketika orang itu memasuki tempat tugasnya.
Operator itu terkejut dan berhenti.
"Siapa engkau?" ia bertanya.
"Joe Hardy." Operator radio itu mengira menghadapi orang gila lagi dengan sikap waspada.
"Engkau juga hendak mengambil alih kapal ini?"
"Tidak. Hanya menunggu."
"Menunggu apa?"
"Polisi. Katanya mereka akan sampai di sini dalam tiga menit." Sambil berdiri
dari kursi, Joe melangkah ke samping dan melongok dari jendela.
"Itu mereka sudah datang!"
Enam buah mobil polisi dengan lampu di atas berkedip-kedip berhenti membentuk
setengah lingkaran melingkari tangga jembatan. Dengan tergopoh-gopoh operator
radio itu lari dari anjungan.
Selama dua puluh menit berikutnya terjadilah hiruk-pikuk yang kacau sekali.
Anggota-anggota komplotan dan para awak yang mencoba melarikan diri menuruni
tangga jembatan, segera ditangkap polisi dan digiring ke mobil tahanan. Lampu-
lampu sorot diarahkan kepada mereka yang menceburkan diri ke laut, berusaha
melarikan diri dengan berenang ke tempat-tempat yang agak jauh dari dermaga.
Anggota-anggota polisi menunggu di pinggir kalau kalau orang yang hendak
melarikan diri naik ke dermaga. Mereka yang mencoba bersembunyi di atas kapal
digiring keluar oleh sepasukan polisi, yang secara sistematik memeriksa setiap
sudut dan lubang dari buritan sampai haluan.
Di tengah-tengah kehebohan ini Joe menemukan Frank di geladak, dan keduanya
turun ke palka untuk membebaskan Chet. Ketika si gemuk itu keluar dari palka, ia
berusaha memutar melalui lorong sisi menuju ke sebelah kanan. Tetapi Frank
menangkapnya dan menanyakan hendak ke mana dia.
"Ke dapur," kata Chet. "Mereka tak membawakan makanan untuk kita, ingat?"
"Kita akan makan setelah selesai urusan dengan polisi," kata Frank, dan menarik
temannya yang kelihatannya ogah-ogahan itu.
Perwira yang mengepalai pasukan penyerbu adalah Letnan Flores. Ia mengundang
para pemuda itu ikut ke mobilnya ke markas polisi. Di tengah perjalanan mereka
membicarakan perkara tersebut.
"Aku pernah bertemu ayah kalian di New York tahun lalu," kata letnan itu kepada
Frank. "Ia mengatakan kepadaku, bahwa kalian berdua telah mengikuti jejaknya."
Joe tertawa. "Kami sungguh mengira bahwa anda mengetahui siapa kami. Kalau tidak, mungkin
anda tak dapat percaya apa yang kukatakan."
"Kami memang sudah mencurigai Mary Malone," kata Letnan Flores. "Hanya saja kami
belum memperoleh bukti. Pembajakan uranium ini akan memungkinkan kami menggulung
komplotan itu." Setelah mereka tiba di markas, Letnan Flores mengirimkan pasukan penyerbu ke
Devill's Point untuk menangkap Doktor Minkovitch dan kedua pembantunya. Ia juga
mengirimkan telegram ke Polisi Atlantic Island, meminta untuk menangkap Kapten
Sanchez serta penerima tamu Hotel Atlantic yang bernama Lanky.
"Tetapi," kata letnan itu kepada para pemuda, "dengan sejujurnya aku tak dapat
mengharapkan kerjasama dengan baik."
"Mereka akan kabur," Frank membenarkan.
Letnan itu mengangguk. "Kami juga menerbitkan selebaran yang lengkap tentang Pete McGinnis, kapten dari
kapal Mary Malone. Ia tak ada di kapalnya ketika kami serbu. Sekarang, aku ingin
kalian dapat menyertai aku untuk mengenali para tersangka yang telah kita
tangkap." "Dengan senang hati, pak," kata Frank.
Ketiga pemuda itu menunjuk Mack Larsoni, mandor yang tegap-besar, operator radio
serta beberapa penjahat dan awak kapal. Namun tiba-tiba Joe teringat akan
sesuatu. "Ted Herkimer tak ada di antara para tawanan!" ia berseru.
16. Pengejaran yang Menyeramkan
Letnan Flores kecewa. "Aku juga akan mengeluarkan selebaran lengkap tentang dia," ia berjanji. "Tolong
sebutkan ciri-cirinya seteliti mungkin."
Para pemuda melakukannya dengan sebaik-baiknya, lalu minta diri kepada letnan.
Mereka pergi dan makan, sementara mereka melanjutkan berbicara dengan pokok
pembicaraan misteri tersebut.
"Menurutmu, bagaimana Herkimer bisa meloloskan diri?" tanya Chet.
"Mungkin dia tidak ada di kapal," jawab Joe. "Barangkali saja ia bersama kapten
McGinnis." "Kapten itu mungkin sekali direktur ketiga," kata Frank.
"Itu mungkin," kata Chet. "Tetapi di mana mereka itu?"
"Kalau mereka tahu bahwa pihak polisi mencari mereka," Joe menduga, "mungkin
mereka berusaha keluar dari pulau ini. Hanya ada dua jalan: dengan perahu atau
pesawat. Kudengar Letnan Flores berkata; bahwa ia telah menyuruh mengawasi dermaga dan
lapangan terbang yang ketat. Jadi tak ada apa-apa yang dapat kita lakukan
kecuali menunggu." "Misalkan saja mereka menelepon Freddie Fredericks di Atlantic Island untuk
menjemput mereka?" kata Frank. "Ia dapat turun di Pirate's Port cukup lama agar
mereka dapat melompat naik, lalu tinggal landas lagi sebelum polisi tahu apa
yang telah terjadi."
"Barangkali ada baiknya kita ke sana dan menyelidikinya," Chet mengusulkan. Ia
melihat ke arlojinya. "Sekarang sudah hampir jam sepuluh malam, jadi mereka
telah mempunyai waktu lebih dari satu jam untuk membuat rencana. Lagi pula hanya
satu jam terbang dari Atlantic Island kemari."
Mereka memanggil taksi ke lapangan udara. Pesawat B 24 tak nampak di lapangan.
Daripada membuang-buang waktu menanyakan pada petugas penerangan, mereka
langsung ke menara kontrol untuk menanyakan apakah pesawat itu telah datang.
Mereka tak mendapat kesulitan untuk ke sana setelah mereka menunjukkan surat
izin terbang. Kepala petugas menara yang memperkenalkan diri sebagai Gary Winn, memandangi
mereka dengan curiga. "Apa yang dapat kulakukan bagi kalian?" ia bertanya.
"Kami detektif-detektif swasta, sedang membantu polisi di sini," kata Frank.
"Apakah sebuah pesawat B-24 yang telah diubah, milik Atlantic Island Charter
Service telah mendarat di sini selama beberapa jam yang lalu?"
Setelah memeriksa buku catatan penerbangan, Winn menggeleng.
"Aku tahu pesawat yang kaumaksudkan. Pesawat itu milik orang yang bernama
Freddie Fredericks. Ia sudah beberapa hari tidak kemari."
"Apakah ia akan datang."
Kepala menara itu memeriksa buku yang lain lagi.
"Ia belum mendaftarkan rencana penerbangan," katanya.
Para pemuda mengucapkan terimakasih dan pergi. Sambil berhenti di bawah tangga
luar, mereka berunding. "Justru karena tidak mendaftarkan rencana penerbangan, tidak berarti bahwa
Freddie tidak akan datang untuk menjemput Herkimer dan McGinnis," kata Joe.
"Mungkin ia merencanakan untuk mendarat secara sembunyi-sembunyi. Dengan cara
demikian ia dapat menyesatkan polisi."
Frank mengangguk. "Mari kita pasang mata di sini sebentar."
Para detektif muda itu berdiri mengawasi selama satu jam, mengamati pesawat-
pesawat yang datang dan pergi. Akhirnya, pak Winn mendatangi mereka dari
terminal. "Freddie Fredericks baru saja mendaftarkan rencana penerbangan dalam
perjalanan," katanya. "Ia akan mendarat dalam sepuluh menit ini."
"Kok bisa begitu?" tanya Frank. "Di rumah sana kami harus mendaftar sebelum
tinggal landas." "Di sini kami lebih lunak. Sebab di sini tak begitu padat lalu-lintas udaranya.
Selama ia memberitahu bahwa ia akan datang, sudah dianggap syah."
"Terima kasih atas pemberitahuannya," kata Frank. "Maukah anda menelepon Letnan
Flores dan memberitahu dia?"
"Tentu saja. "Gary Winn mengangguk dan masuk lagi.
Para pemuda itu mengawasi lapangan. Tak lama kemudian mereka melihat kelap-kelip
lampu pendarat sebuah pesawat. Pesawat mendarat dan berjalan menuju ke terminal.
Seorang pilot berkacamata dan helm turun, membuka perlengkapan terbangnya dan
melemparkannya ke dalam pesawat. Itulah dia: Freddie Fredericks!
Para pemuda tetap tinggal dalam bayangan di belakang dia ketika ia masuk ke
terminal, lalu menuju ke ruang tunggu kelas satu.
"Ia akan melihat kita bertiga kalau kita mengikutinya," kata Frank. "Biarlah aku
sendiri yang mengikuti dia, sementara kalian jangan menarik perhatian di ruang
tunggu." Beberapa saat kemudian, Frank mengintip ke dalam ruang tunggu. Beberapa
penumpang sedang duduk-duduk di kursi empuk. Fredericks melihat ke sekeliling,
seperti sedang mencari-cari seseorang. Seorang yang jangkung berpakaian wol
berdiri lalu mendekati Freddie. Freddie mengamatinya, sementara Frank menyelinap
masuk dan bersembunyi di balik sebuah pot pohon palem, hanya beberapa meter di
belakang pilot. "Mencari seseorang?" tanya orang yang berpakaian wol itu kepada Freddie.
Pilot itu memandanginya dengan curiga.
"Untuk apa anda ingin tahu?"
"Kukira barangkali anda mencari Ted Herkimer!"
Fredericks bertambah curiga.
"Anda bukan Herkimer!"
"Aku bukan mengatakan bahwa aku Herkimer. Anda juga mencari kapten McGinnis?"
"Andakah kapten McGinnis?"
"Tergantung dari siapa anda."
"Jangan berbantahan lagi," kata pilot. "Aku adalah Freddie. Di mana Ted?"
"Ia akan datang. Ia harus hati-hati, sebab polisi telah mengawasi tempat ini.
Aku sendiri ingin sekali menyembunyikan diri."
"Kalau begitu kita naik saja ke pesawat. Ted dapat pergi ke sana sendiri."
Kedua orang itu keluar bersama-sama. Frank membuntuti dan melihat mereka keluar
dari terminal ke lapangan. Joe dan Chet datang.
"Siapa orang itu yang berpakaian wol?" tanya Joe.
"Aku tak tahu," kata Frank. "Ia berkata kepada Freddie bahwa ia adalah McGinnis.
Aku mengira mula-mula, bahwa ia hendak menyebut dirinya Herkimer, tetapi ketika
ia mengetahui bawa Freddie mengenal Herkimer, ia berubah dengan halus. Mereka
sedang menaiki pesawat dan menunggu Herkimer.
"Itu dia mereka!" kata Chet.
Ted Herkimer dan kapten dari kapal Mary Malone baru saja memasuki ruang tunggu
kelas satu. "Kita tangkap saja mereka," kata Joe.
"Mungkin mereka bersenjata," Frank memperingatkan. "Untuk kali ini mengapa tak


Hardy Boys Terperangkap Di Laut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita serahkan saja kepada polisi?"
"Oke, kalau engkau menunjukkan polisinya."
Frank melihat ke sekeliling. Tak satu pun kelihatan seragam polisi. "Mungkin
mereka tak berseragam, dan kita tak tahu siapa mereka itu," katanya.
Mereka menuju ke ruang tunggu kelas satu dan melongok ke dalam. Herkimer dan
kapten kapal berdiri di dekat pohon palem, gelisah dan gugup. Tiba-tiba Herkimer
melihat para pemuda tersebut.
"Anak-anak Hardy!" ia mendesis. "Mari!" Kedua orang itu bergegas ke pintu yang
langsung menuju ke lapangan. Frank, Joe dan Chet mengikuti. Ketika mereka
berlari ke luar, mereka melihat penjahat-penjahat itu berhenti dan memandang ke
sekeliling mencari jalan untuk melarikan diri. Mereka melihat pesawat B-24 dan
segera langsung berlari ke arahnya. Ketiga pemuda itu lari mengejar.
Rupa-rupanya, Freddie melihat Herkimer dan temannya, sebab ia mulai menghidupkan
mesin pesawatnya dan membuka pintu untuk penumpang. Ketiga pemuda berada dua
puluh lima meter di belakang mereka ketika Herkimer dan kapten McGinnis melompat
naik dan menutup pintu. Pesawat mulai bergerak. Ketiga pemuda berhenti, memandangi dengan putus asa
pesawat yang bergerak menuju ke landasan. Kemudian, tak tersangka-sangka,
keempat baling-baling pesawat berhenti berputar dan pesawat pun berhenti.
Ketiga pemuda berlari lagi. Joe yang pertama-tama mencapai pintu dan menariknya
hingga terbuka. Ted Herkimer, sambil berpegangan kedua ambang pintu,
menendangnya. Joe menangkap kaki yang menjulur itu, lalu menariknya hingga jatuh
ke tanah. Joe membiarkan dia ditangani oleh Frank dan Chet, lalu melompat masuk ke
pesawat. Frank melihat bahwa Chet dapat menguasainya seorang diri, merayap naik menyusul
adiknya. Kapten McGinnis mengayunkan sebuah pukulan ke arah Joe. Ketika Joe menunduk
mengelak, pukulan itu tepat mengenai rahang Frank. Frank terhuyung mundur,
pusing. Tetapi Joe mendaratkan pukulan kiri yang segera disusul tinju kanannya.
Kapten itu jatuh tertelentang, dan semangat juangnya sirna seketika.
Joe menoleh kepada kakaknya yang sedang mengelus-elus rahangnya dengan pandangan
minta maaf. Di luar, Chet berhasil menduduki Ted Herkimer.
Di kokpit, orang yang berpakaian wol itu sedang memborgol pilot. Ia menunjukkan
kartu pengenal kepada kedua pemuda.
"Kalian tentu anak-anak Hardy," katanya. "Letnan Flores telah menceritakan hal
ikhwal kalian. Dialah yang memberitahu aku dan menyuruh aku mencari Herkimer dan
McGinnis. Aku sersan Julio Munoz dari bagian keamanan lapangan terbang."
17. Seorang Tersangka Menghilang
Frank tersenyum. "Aku sungguh gembira mengetahui anda di pihak kita. Kami mengamati anda di ruang
tunggu, khawatir kalau kalau anda anggota komplotan pula. Apakah anda yang
menyebabkan pesawat tak dapat tinggal landas?" Munoz mengangguk.
"Kukira tak akan berhasil. Kemudian, ketika pesawat mulai menuju ke landasan,
aku sudah cemas!" Ia tertawa, lalu berkata: "He, bagaimana kalau kalian membantu
membawa orang-orang ini ke kantor keamanan airport?"
"Dengan senang hati," Joe tersenyum menyeringai.
Para penjahat itu ditahan di kantor keamanan hingga sebuah mobil tahanan datang.
Semua orang, termasuk para pemuda dan seorang penjaga berseragam, duduk di
belakang. Hanya sersan detektif yang duduk di depan bersama sopir.
Joe memandangi kapten kapal.
"Apakah engkau direktur yang ketiga dari komplotan gila ini" Yang ingin
menguasai dunia, kapten?"
"Aku tak mengerti apa yang kaukatakan!" kapten itu menjawab.
"Apa yang kaukatakan itu?" tanya Herkimer.
Joe mengalihkan perhatiannya kepada si muka kapak.
"Tahukah engkau, mengapa Dr. Minkovitch menginginkan uranium itu, Ted?"
"Uranium apa?" "Ah, sudahlah," Frank memotong. "Kami telah menyadap laboratorium Dr.
Minkovitch. Kami mendengar, ia mengatakan kepada temanmu Larsoni bahwa ia sedang
membangun bom A untuk suatu gerakan pembebasan di Eropa. Larsoni tentu
menyampaikan informasi ini kepadamu.
"Aku tak akan mengatakan apa-apa," kata Herkimer. "Tetapi aku ingin mendengar
ocehanmu." "Minkovitch menipu Larsoni. Sebenarnya ia membangun bom-bom atom untuk
menghancurkan setiap kota besar di seluruh dunia."
"Demi setan, untuk apa?"
"Demi tiga orang yang menyebut dirinya direktur-direktur," Chet memotong.
"Mereka merencanakan, untuk menuntut setiap negara agar menyerah tanpa syarat,
dan akhirnya hendak menguasai seluruh planet kita."
Herkimer menatap dia tanpa berkata-kata.
Frank menekankan hal itu lebih jauh.
"Kami telah mengetahui dua dari ketiga direktur: Lanky dan Luis Sanchez. Dan
kami menduga bahwa Pete McGinnis inilah yang ketiga. Tahukah engkau kalau memang
dia?" Herkimer menyelidik dengan matanya memandang kapten McGinnis, seolah-olah
mencari tanda-tanda ketidakwarasan. Kemudian ia kembali berpaling kepada ketiga
pemuda. "Kalau aku tahu bahwa mereka terlibat sesuatu seperti itu, aku tak sudi berada
dalam jarak seribu kilo dari mereka! Apakah kaukira aku juga sinting" Untuk apa
aku mau membantu orang membuat bom yang dapat menghancurkan diriku sendiri
pula?" "Aku pun jelas bukan direktur yang ketiga," sahut Pete McGinnis. "Aku tak tahu-
menahu apa yang sedang terjadi."
Freddie Fredericks menatap Herkimer.
"Kalau aku tahu kalian ini sudah bertindak sejauh itu, aku tak sudi terbang
kemari!" ia meratap "Sungguh keliru aku!"
"Aku tidak terlibat!" kata Herkimer dengan panas. "Aku hanya ikut dalam pem..."
Dengan mendadak ia berhenti.
Joe yang menyelesaikan kata-katanya.
"Pembajakan. Ini membawa kita ke masalah yang lain. Siapa boss komplotan ini,
Ted?" Tetapi Herkimer lalu diam cemberut.
"Engkau terpancing, Ted," Joe melanjutkan. "Menyembunyikan sesuatu tak ada
gunanya bagimu. Siapa big boss itu?"
Herkimer menghela napas. "Oke, dia adalah Cy Ortiz."
"Pemilik perusahaan angkutan itu?" kata Frank terkejut dan heran. "Betul."
"Untuk apa ia mencuri barang-barangnya sendiri?" tanya Chet.
"Itu bukan miliknya. Ia hanya mengangkutnya," jawab Herkimer.
Joe dan Frank tidak yakin bahwa Ted mengatakan yang sebenarnya. Tetapi mereka
sadar, harus menyelidiki Ortiz begitu mereka tiba di rumah.
Letnan Flores sedang tidak bertugas ketika mereka tiba di markas kepolisian.
Para pemuda itu menunggu cukup lama untuk melihat para tawanan itu dikurung,
lalu pulang ke hotel. Esok paginya mereka kembali ke kantor polisi. Letnan Flores mengatakan
kepadanya, bahwa Dr. Minkovitch beserta kedua orang yang besar itu telah
ditahan. Itu berarti, bahwa pihak polisi telah menangkap seluruh anggota
komplotan yang ditempatkan di Devill"
Point. "Para pejabat di Atlantic Island melaporkan, bahwa Lanky dan kapten Sanchez
tidak dapat ditemukan," sambungnya.
"Padahal mereka sebenarnya melindungi kedua orang itu!" kata Frank dengan geram.
Letnan itu hanya mengangkat bahu.
"Itu sangat tidak menguntungkan. Selanjutnya apa yang hendak kalian lakukan?"
"Kami akan pulang ke Amerika dan menyelidiki Cy Ortiz," jawab Frank.
"Kusarankan, janganlah mampir di Atlantic Island dalam perjalananmu," Letnan
Flores menyarankan. "Kalian mungkin akan ditahan dengan tuduhan palsu."
"Tidak, letnan," Joe tertawa kecil. "Terima kasih atas bantuan anda."
"Aku yang berhutang padamu," jawab perwira polisi itu. "Kalian telah berjasa
besar memberikan bukti-bukti kejahatan komplotan ini."
Para pemuda mengambil penerbangan ulang-alik ke Miami, dan dari sana mereka
mengambil penerbangan komersial biasa ke Washington DC, dan tiba sekitar jam
tujuh sore. Frank segera menelepon kamar 26 hotel Glasgow, dan berbicara dengan ayahnya.
"Datanglah kemari," kata ayahnya. "Stewart Zegas sedang bersamaku dan ia ingin
mendengarkan laporanmu."
Sejam kemudian, Pak Zegas berkata dengan rasa puas: "Itu telah membongkar
perkara pembajakan uranium. Fenton, dapatkah engkau pergi bersamaku ke Pirate's
Port besok pagi?" "Tentu." "Kita akan membawa serta seorang dari Kemlu agar menekan kepolisian Atlantic
Island, serta satu regu ahli nuklir untuk memereteli pabrik Dr. Minkovitch,
sehingga akan menutup sebagian besar perkara ini. Anak-anak, kalian telah
melakukan tugas yang hebat.
Atas nama FBI, aku mengucapkan terimakasih kepada kalian," kata pak Zegas.
Frank tertawa kecil. "Aku akan merasa senang kalau bagian kami dari masalah ini juga dapat terbongkar
pula. Kami masih harus membereskan diri di Boston."
"Kalian akan terbang ke sana besok pagi?" tanya pak Hardy.
"Itulah rencana kami," jawab Joe.
Ketika hari berikutnya ketiga pemuda itu tiba di Boston, mereka langsung menuju
ke gudang Ortiz Trucking Company. Mobil sport mereka ternyata masih diparkir di
depannya. Kantor Cy Ortiz ternyata kosong. Karena hari itu hari Sabtu, dan gudang hanya
buka setengah hari, mereka berkesimpulan bahwa Ortiz telah pulang lebih awal.
Mereka mencari Ox Manley, dan mendapatkan mandor itu sedang berbicara dengan
salah seorang montir di bengkel. Ia menyambut ketiga pemuda itu dengan hangat,
dan bertanya mengapa mereka ke luar setelah tugas mereka yang pertama sebagai
sopir cadangan. "Setelah dibajak pada tugas pertama, siapa yang tak ingin berhenti?" kata Chet.
"Sebenarnya kami sudah curiga, dan melakukan penyelidikan," kata Frank. "Kami
ingin tahu, siapa yang sebenarnya bertanggung jawab. Beberapa informasi yang
kami terima seperti menunjukkan, bahwa Cy Ortiz terlibat dalam masalah ini."
Mandor itu nampak geram. "Dari apa yang terjadi kemarin, aku yakin bahwa ia memang terlibat. Aku belum
mengerti pada saat itu, tetapi setelah kalian menyebutnya, kukira Ortiz bukan
hanya terlibat, tetapi dialah boss dari komplotan pembajak itu!"
"Mengapa?" tanya Joe.
"Aku harus menunjukkan sesuatu sebelum aku menjelaskannya," kata Ox. "Mari
ikut." Sambil menunjukkan jalan ke ruang penyimpanan, ia menuju ke sebuah rak dan
mengambil sebuah kotak kecil. Kotak itu bertanda "Baut 1/2 inci." Tetapi di
dalamnya terdapat sebuah radio mini.
"Tunggulah di sini," kata Ox. "Aku hendak ke kantor Ortiz."
Satu-dua menit berlalu, kemudian suaranya terdengar dari radio tersebut.
"Halo, anak-anak! Aku berbicara dari kantor boss."
Beberapa saat kemudian ia kembali dan menutup pesawat tersebut.
"Kalian dengar suaraku," ia bertanya.
"Ya, betul," jawab Frank.
"Aku melihatnya secara kebetulan," Ox melanjutkan. "Aku sedang mencari baut
setengah inci, dan ketika aku membuka kardus itu, kudengar Ortiz sedang
berbicara kepada salah seorang sopir truk. Ia menyadap kantornya sendiri!"
"Mengapa?" tanya Joe.
"Satu-satunya alasan yang dapat kuduga ialah, bahwa komisi pengaduan serikat
buruh hendak meminjam kantornya untuk pertemuan. Rupanya ia ingin tahu apa yang
hendak mereka lakukan. Entah mengapa, aku mendengar telepon interlokal yang ia
lakukan kemarin." "Bagaimana engkau tahu bahwa itu telepon interlokal?" tanya Frank.
"Pemancar penyadap itu ada di mejanya, tepat di bawah pesawat teleponnya. Aku
mendengar suara operatornya. Telepon interlokal pribadi dari Atlantic Island
untuk Cy Ortiz." Untuk sesaat tak ada yang berbicara. Kemudian Joe bertanya:
"Engkau dapat mendengar percakapannya?"
"Hanya suara Ortiz. Suara dari sana tidak sejelas suara operator. Kukira memang
disengaja berbicara tidak keras. Aku hanya tahu namanya Lanky, sebab kudengar
Ortiz menyebut begitu. Ia selalu berkata: 'Ah, Lanky, anak-anak Hardy jahanam
benar'." Ia memandang Frank dan Joe dengan penuh pertanyaan. "Tahukah kalian
siapa mereka itu?" "Mungkin," kata Frank.
"Di mana Ortiz sekarang?" tanya Joe.
"Ia keluar setelah percakapan itu, dan tak kembali lagi sampai kini. Kukira ia
lari untuk bersembunyi."
18. Cerita yang Janggal "Barangkali ia pulang," Joe menduga.
"Aku sudah menelepon rumahnya tadi pagi, sebab aku memerlukan beberapa informasi
dari padanya," kata Ox pula. "Isterinya tak bertemu dia sejak kemarin."
Frank, Joe dan Chet mendapat pikiran yang sama. Semua petunjuk mengarah kepada
Ortiz, bahwa ia memang terlibat dalam komplotan. Bahkan mungkin dialah direktur
ketiga itu! "Apakah engkau sudah mencari petunjuk-petunjuk di kantor Cy?" tanya Frank kepada
Manley. "Ya. Aku tak menemukan apa-apa."
"Bagaimana dengan gudang?" tanya Chet ikut berbicara.
"Aku tak tahu, apa yang harus kucari atau di mana mencarinya. Mengapa kalian tak
ke sana, kalau kalau menemukan sesuatu" Aku baru saja memeriksa semua truk-truk
di tempat parkir dengan menyeluruh. Jadi itu tak perlu lagi kauperiksa. Tetapi
mungkin ada sesuatu yang akan terungkap di dalam gudang."
Hari sudah siang, dan semua sudah pergi.
"Aku juga hendak pergi, beberapa menit lagi," sambung Manley. "Apa yang harus
kalian kerjakan setelah selesai, tinggal menutup pintu gudang. Ia akan mengunci
sendiri." "Oke," kata Frank. "Dan terima kasih."
Ketiga pemuda itu memulai dengan kantor Cy Ortiz. Sementara mereka memeriksa
laci-laci, Chet bertanya: "Apa sebenarnya yang kita cari?"
Joe menjawab: "Kwitansi pembelian tiket pesawat, sebuah memo tentang
percakapannya dengan Atlantic Island, apa saja yang mungkin menjadi petunjuk ke
mana ia pergi." Mereka tak menemukan apa-apa. Mereka memeriksa dengan teliti seluruh bagian
lantai bawah, namun sekali lagi tak menemukan apa-apa. Mereka memeriksa loteng
nomor satu dan ternyata juga kosong. Ketika mereka turun, mereka melintasi
gudang ke tempat lift barang-barang untuk naik ke loteng nomor dua.
Lift itu naik dua meter lalu berhenti.
Chet menekan tombol UP. Ketika tak ada perubahan, ia menekan tombol DOWN. Lagi-
lagi lift tak bergerak. Ia menekan tombol merah untuk DARURAT, dan sebuah bel
berbunyi di lantai pertama.
"Tak ada gunanya," kata Joe. "Tak ada seorang pun di bawah, kecuali tikus
barangkali." Frank berkata: "Kalau kita tak mencari jalan untuk ke luar, kita akan tertahan
di sini sampai Senin pagi."
Mereka mendongak melihat ke atap lift. Di sana terdapat sebuah lubang persegi,
tetapi terlalu kecil untuk dilalui.
Chet menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan teriakan Tarzan yang
memekakkan telinga! Frank dan Joe mendekap kedua telinga mereka. Ketika gema suara tersebut
berhenti, mereka dengan hati-hati membuka telinga mereka.
"Untuk apa itu?" tanya Joe.
"Kuharap saja ada orang yang mendengarnya."
"Kalau ada yang mendengar malah tak berani datang kemari," kata Joe. "Ia tentu
akan mengira ada gorilla yang lepas."
"Dengar," bisik Frank, matanya memandang ke atas.
Kedua pemuda lainnya melihat ke atas pula dan mendengarkan. Terdengar suara
lemah seperti logam yang bergesek di atas atap lift.
"Ada orang di atas itu," bisik Frank.
Ujung sebuah slang karet masuk melalui lubang atap. Mereka tak melihat asap atau
apa pun ke luar dari ujung slang itu, namun tiba-tiba ruang lift itu dipenuhi
bau manis. Mereka merasa genderang, telinga mereka berdengung, pandangan menjadi kabur dan
sangat kuat rasa ingin berbaring. Namun mereka tidak merasa takut. Sesungguhnya,
mereka justru merasa gembira dan riang ria. Kaki tangan mereka mulai bergerak-


Hardy Boys Terperangkap Di Laut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gerak seperti sedang berlari, dan mereka mulai tertawa terbahak-bahak! Tak lama
kemudian semua gerak dan suara berhenti.
Mereka siuman di dalam mobil sport mereka sendiri. Frank terkulai pada roda
kemudi, Joe menyandar pada pintu kanan depan, dan Chet terlentang di bangku
belakang. Frank yang pertama-tama tersadar menggapai adiknya dan meng-guncang-
guncangnya. Mata Joe semakin terbuka, dan baru satu menit kemudian ia sadar
sepenuhnya. Ia menegakkan duduknya, menoleh ke belakang, tangannya diulurkan ke
belakang dan mengguncang-guncang Chet.
Sambil membuka matanya, Chet berkata:
"Aku tak masuk sekolah hari ini. Aku sakit."
Kemudian ia sadar lalu duduk.
"Apa yang terjadi?" ia bertanya.
"Kita mendapat semprotan nitro-oksida," kata Frank. "Dikenal sebagai gas
ketawa." "Apa yang ada di pangkuanmu itu?" tanya Joe.
Frank menunduk dan memungut secarik kertas. Dengan tulisan huruf blok tertera:
"JAUHI GUDANGKU, ANAK-ANAK HARDY! KEMBALILAH KE Bayport."
Frank mengangkat kertas itu untuk dilihat kedua temannya.
"Cy Ortiz!" seru Chet. "Jadi ia masih berkeliaran di sekitar sini."
Ketika mereka turun dari mobil, Joe bertanya: "Sekarang apa?"
Frank berkata: "Ortiz jelas-jelas tak mengingini kita melihat sesuatu di loteng
nomor dua. Jadi tindakan kita berikut adalah melihat ada apa di sana."
Mereka kembali ke pintu gudang, ternyata sudah dikunci.
Chet berkata kepada Joe: "Ada alat-alat untuk membuka pintu di kotak-
detektifmu?" "Tidak perlu," jawab Frank. "Aku masih membawa kunci yang diberikan oleh Ortiz."
Setelah diambil dari sakunya, ia membuka pintu.
"Lebih baik kita periksa bagian bawah lagi terlebih dulu, sebelum kita teruskan
ke loteng," Frank menyarankan.
"Hanya untuk memastikan apakah Ortiz ada di sini."
Mereka tak melihat seorang pun di lantai satu, tetapi di ruang penyimpanan
mereka melihat sebuah botol logam yang kosong yang dipasangi slang karet. Botol
itu bertanda: GAS KETAWA.
"Itulah yang terdengar seperti logam bergeser di atap lift," Frank menjelaskan.
Kali ini mereka lebih hati-hati menggunakan lift untuk barang. Sementara Chet
dan Frank naik ke atas, Joe tinggal di bawah untuk membantu sekiranya lift macet
lagi. Setelah ternyata lift itu membawa Frank dan Chet tanpa gangguan apa pun,
mereka menurunkannya kembali untuk digunakan oleh Joe.
Loteng itu penuh dengan barang yang siap untuk dikirimkan. Banyak terdapat
bandela dan peti di mana pun. Para pemuda itu bergerak dari satu peti ke peti
yang lain, membaca label-label. Akhirnya Chet berhenti.
"Ada sesuatu yang mengganggu perasaanku," katanya. "Kalau Ortiz mencuri barang
ini dengan membajak truknya sendiri, bukankah ia harus membayar kerugian kepada
para pemilik yang memberikan perintah untuk mengirimkan barangnya?"
"Ia telah mengasuransikannya," jawab Joe. "Perusahaan asuransi yang membayar
para pemilik, dan Ortiz bebas dengan barang curiannya."
"Oooo," kata Chet.
Mereka bergerak terus. Tiba-tiba Joe memberi isyarat untuk berhenti dan
mendengarkan. Mereka mendengar suara langkah kaki yang hati-hati di balik tumpukan peti.
Joe memberi isyarat kepada Chet untuk bergerak ke satu arah, sementara ia dan
Frank ke arah yang berlawanan. Mereka menyerbu ke balik peti-peti dari dua sisi
dan menjebak si penjahat yang sedang berusaha untuk lari ke lift. Dalam sekejap
mereka telah menangkapnya.
"E-e-e, tenang-tenang!" orang itu berseru parau. Ia adalah Dave Falcon, bekas
rekan sopir Frank. Ketiga pemuda itu melepaskan pegangan, namun mengurung dia dengan waspada.
"Untuk apa engkau kemari, Dave?" tanya Frank.
"Aku justru hendak menanyakan hal itu kepadamu!" Falcon balas menghardik.
"Engkau bekerja untuk Cy Ortiz?" tanya Joe. "Tidak. Aku sudah berhenti."
"Jadi engkau pernah bekerja untuk dia?" tanya Frank.
Pemuda Indian itu nampak tak mengerti.
"Engkau kan tahu aku pernah bekerja di sini. Engkau yang menjadi sopir
cadanganku." "Maksudku bukan sebagai sopir," kata Frank. "Maksudku sebagai anggota komplotan
pembajak." "Oooo, jadi engkau sudah tahu juga bahwa ia yang mengepalai komplotan pembajak?"
Chet berkata: "Jangan pura-pura lagi, Falcon. Kami tahu bahwa engkaulah yang
menyemprotkan gas kepada kami."
Pemuda Indian itu menatap dia dengan wajah sama sekali tak mengerti.
Frank mendekatinya. "Lebih baik kaukatakan saja apa yang sedang kaulakukan di sini, Dave."
Falcon memandangi ketiga pemuda itu, lalu mengangkat bahu.
"Pintu bawah terbuka, maka aku menyelinap masuk."
"Aku tak menanyakan bagaimana caranya engkau masuk, tetapi untuk apa!"
"Aku sedang mencari muatan yang telah dibajak dari truk kita beberapa hari yang
lalu itu." Frank berkata: "Apa yang menyebabkan engkau mengira bahwa barang-barang itu
mungkin ada di sini?"
"Sebab aku menduga, bahwa yang memimpin orang-orang yang bertopeng itu adalah
Ortiz. Ia memegang pistolnya di tangan kiri, dan Ortiz memang kidal."
"Lalu, apakah muatan itu ada di sini?" tanya Joe.
Falcon menggeleng. "Tidak."
"Apakah karena itu engkau minta berhenti?" tanya Frank. "Karena engkau menduga
bahwa Ortiz penjahatnya?"
"Eh, sebenarnya aku belum keluar secara resmi. Kemarin pagi aku masuk ke
kantornya untuk minta berhenti, tetapi ia tidak ada. Kemudian ia menyerang aku
dari belakang." "Ortiz menyerang engkau?" tanya Joe.
"Biarlah kumulai dari awalnya. Ketika kulihat kantor itu kosong, dan aku sedang
hendak ke luar, kulihat sepucuk surat tergeletak di meja Ortiz. Aku mengira,
barangkali surat itu dapat menunjukkan di mana ia berada dan kapan kembalinya.
Karena itu kuambil. Rupanya hanya sebuah memo kepada dirinya sendiri, mengingatkan agar menelepon
kembali kepada seseorang yang bernama Lanky di Atlantic Island."
Ketika pemuda itu saling berpandangan, Cerita yang dikatakan Ox itu rupanya
memang benar! Dave Falcon melanjutkan: "Ada orang yang masuk ke kantor tanpa bersuara. Ia
merangkul leherku dari belakang dan menekannya hingga aku menjadi pingsan.
Ketika aku sadar, memo itu telah hilang!"
19. Kepala Perampok Bertopeng
"Bagaimana engkau tahu bahwa ia Ortiz?" tanya Frank.
"Sebab tangan kirinya yang mencekik leherku. Dan seperti yang sudah kukatakan,
Ortiz adalah orang kidal!"
Frank dan Joe yakin bahwa pemuda Indian itu tidak berdusta. Dengan singkat
mereka menjelaskan kepadanya, bahwa mereka sedang menyelidiki perkara tersebut
dan mereka telah mendapatkan petunjuk-petunjuk yang cocok dengan cerita pemuda
Indian tersebut. "Aku bersedia untuk membantu," Dave
menawarkan diri. "Mungkin kita akan dapat membongkar sampai akar-akarnya!"
"Aku belum dapat memikirkan apa yang dapat kaulakukan sekarang ini, Dave," kata
Frank. "Tetapi mungkin kita membutuhkan engkau nantinya. Di mana kami dapat menghubungi
engkau?" Pemuda Indian itu menuliskan alamatnya beserta nomor teleponnya pada secarik
kertas dan memberikannya kepada Frank. Karena tak ada apa-apa lagi yang dapat
dilakukan sampai hari Senin, mereka turun, mengunci gedung tersebut, lalu pergi.
Ketiga pemuda itu mencatatkan diri di sebuah hotel. Setelah mempertimbangkan,
bahwa mereka membutuhkan sarana dari ayah mereka, Frank menelepon Glasgow Hotel
di Washington. Tetapi manajer mengatakan kepadanya, bahwa pak Hardy telah keluar
dari hotel tersebut. Frank lalu menelepon FBI, dan mengetahui bahwa ayahnya
dapat dihubungi di Corsair Hotel di Pirate's Port.
Ketika Frank menelepon Pirate's Port, ayahnya sedang tidak di tempat. Pemuda itu
berusaha beberapa kali untuk menghubungi ayahnya selama akhir pekan ini, tetapi
tak berhasil. Frank juga menghubungi polisi, yang ternyata belum juga
mendapatkan petunjuk-petunjuk tentang menghilangnya Cy Ortiz.
Pada hari Senin pagi, ketiga pemuda itu hendak kembali ke perusahaan angkutan.
"Kalian berdua berangkat lebih dulu," kata Frank. "Aku hendak menghubungi ayah
sekali lagi, lalu menyusul."
Kali ini Frank berhasil menghubungi ayahnya. Setelah ia menjelaskan keadaannya,
pak Hardy berkata: "Nampak-nampaknya semua petunjuk memberatkan Ortiz sebagai pimpinan komplotan.
Tetapi aku ingin agar engkau memeriksa sekali lagi pada salah seorang dari
mereka. Cobalah cari informasi, apakah panggilan radio dari Lanky itu benar-
benar khusus untuk Cy Ortiz."
"Oke, ayah." Frank meletakkan gagang telepon, lalu memutar nomor perusahaan
telepon. Cukup lama waktunya untuk mendapatkan informasi yang dikehendakinya. Tetapi
ketika ia memperolehnya, ia bersiul perlahan-lahan. Kemudian ia meletakkan
gagang telepon dan lari ke luar.
Ketika ia tiba di perusahaan angkutan, Joe dan Chet sedang bercakap-cakap dengan
Ox Manley. "Aku mempunyai akal untuk memancing Ortiz ke luar dari persembunyiannya, lalu
menjebaknya," kata mandor itu.
"Bagaimana?" tanya Frank.
"Aku akan segera mengirimkan sebuah truk bermuatan alat-alat stereo yang sangat
berharga. Aku akan menyebarluaskan hal itu. Sudah jelas beberapa sopir ikut
dalam masalah pembajakan ini, dan mereka akan menghubungi Cy. Ia tentu akan
mengambil kesempatan itu dan mencuri barang-barang tersebut."
Joe memandang kurang percaya kepada Frank. Ia ingat kata-kata Herkimer akan
menghentikan pembajakan untuk sementara waktu. Ia baru hendak mengatakan sesuatu
ketika Frank memotongnya.
"Mengapa engkau tak menyuruh kami yang mengemudikan truk itu dan..."
Pada saat itu Avery Smithson berjalan mendatangi.
"Aku sudah siap untuk berangkat, boss. Apakah engkau..."
"Berliburlah dengan bayaran penuh, Avery," kata Manley kepadanya. "Kedua orang
ini yang akan mengemudikan truk itu. Katakan juga kepada Chuck bahwa aku pun tak
memerlukan dia." Smithson nampak terkejut, tetapi tak mau mendesak.
"Hanya ini, boss. Brian Goodman ingin ikut ke Washington. Apakah kaukira ia
masih bisa ikut?" Manley mengangkat bahu. "Tentu. Mengapa tidak?" Kemudian ia ber-
paling kepada para pemuda. "Mari ke luar, akan kutunjukkan truk gandengan itu."
Sementara mereka berjalan beriringan ke truk White, Frank minta diri sebentar.
Ia kembali menggabungkan diri ketika Brian Goodman, yang tidak lebih tua dari
pada kakak beradik Hardy, memanjat naik ke kabin, duduk di samping Joe. Joe yang
memegang kemudi. Chet memegangi pintu belakang yang terbuka.
"Kita bertamasya dengan kelas satu," katanya kepada Frank sambil menyeringai.
"Kita dapat mengendorkan otot-otot di bawah sinar matahari." Dengan kata-kata
itu ia membuka tingkap di atap gandengan, dan kedua pemuda itu duduk bersantai.
Ketika mereka merasa truk itu bergerak ke luar dari tempat parkir, Chet
memandangi temannya. "Aku tak mengerti, Frank. Kita semua mendengar Herkimer mengatakan, bahwa tak
akan ada lagi pembajakan. Mengapa engkau mau mengemudikan truk ini?"
"Aku mempunyai firasat, bahwa gerombolan yang rakus itu tak mau kehilangan harta
rampasan. Ini hanya suatu firasat, tetapi ada baiknya dilakukan."
Joe dan Brian membicarakan pembajakan serta watak para sopir yang telah
tenggelam begitu rendah. "Apakah kaukira Ortiz yang menjadi penyebab ini semua?" tanya Joe ingin tahu.
"Ah. Boss kita itu orang yang jujur. Kalau ia bukan orang yang baik hati, semua
sudah tentu ke luar sekarang ini," jawab Brian.
Joe tak menyinggung-nyinggung lagi persoalan itu. Ia pun tak mengatakan, mengapa
ia yang mengemudi sebagai pengganti Avery.
"Kalau saja aku sendiri tahu," pikirnya. "Mengapa Frank mau menyetujui hal ini"
Pembajakan itu sudah dihentikan, dan ia tahu hal itu!"
Tetapi mereka belum pergi jauh ketika di belakang mereka terdengar suara. Brian
membalikkan tubuh dan tergagap. Joe pada saat yang sama merasakan ujung senapan
memotong di antara kedua bahunya.
"Belokkan ke jalan simpang berikut, kemudian ambil jalan kedua ke kanan empat
kilo menuju ke rumah pertanian," hardik seorang bertopeng yang telah bersembunyi
di kabin, di belakang sandaran tempat duduk mereka. "Jangan mencoba yang bukan-
bukan, atau engkau yang menjadi mayat!"
Dengan hati-hati Joe mengikuti perintah. Di rumah pertanian, yang merupakan
satu-satunya tempat tinggal di jalan itu, sebuah truk gandengan merk
International sudah menunggu.
"Mundurkan ke arah pintu bak truk itu," kata pembawa senapan.
Kemudian orang itu menyuruh Joe dan Brian ke luar. Tiga orang bertopeng lagi
berada di luar dan mendorong kedua pemuda itu ke bagian belakang gandengan. Joe
melihat, bahwa pemimpinnya memegang sepucuk pistol dengan tangan kiri. Ia
memerintah anggota-anggota komplotan itu hanya dengan isyarat.
Setelah disekap di dalam gandengan, Joe menatap kakaknya.
"Aku tak percaya," katanya. "Frank, bagaimana engkau bisa tahu..."
"Aku mempunyai perasaan bahwa komplotan ini tak mau melewatkan pesawat-pesawat
stereo itu. Ditambah lagi, mereka melihat suatu kesempatan untuk menyingkirkan
kita untuk selama-lamanya."
Wajah Brian pucat pasi. "Apakah ada yang mau menceritakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi?"
"Dengan sedikit beruntung, kali ini kita dapat menangkap para pembajak," kata
Frank kepadanya. "Polisi ada di belakang kita."
Tak lama kemudian para pemuda itu disuruh ke luar, dan pemimpinnya yang kidal
memberi isyarat kepada mereka untuk memindahkan muatan itu ke gandengan truk
International. "Tak ada gunanya," kata Frank. "Polisi akan datang setiap saat."
Salah seorang pembajak mengejek. Frank tersenyum kepadanya, lalu berpaling
kepada pemimpinnya. "Engkau agak kikuk memegang pistol itu, Ox! Engkau bukan orang kidal! Engkau
hanya berpura-pura agar semua orang mengira bahwa Ortiz adalah pemimpin
komplotan ini. Karena itulah engkau mencekik Dave Falcon dengan tangan kirimu."
"Ox Manley!" seru Chet. "Padahal kita..."
Setelah memindahkan pistolnya ke tangan kanan, Manley membuka topengnya.
"Sayang sekali engkau dapat menerka siapa aku," ia menghardik. "Kini engkau
harus terbang jauh sekali dengan pesawat pribadi."
"Ke mana?" tanya Chet.
"Atlantic Island. Seorang temanku akan mengatur dengan seorang kapten polisi,
agar kalian berempat tak dapat berbicara lagi selama sepuluh tahun!"
"Kukira tak begitu," kata Frank. "Harap engkau tahu, aku mengetahui bahwa
engkaulah, bukan Cy Ortiz, yang menerima telegram dari Lanky. Sungguh cerdik
engkau menulis memo di meja Cy Ortiz hingga orang yang pertama-tama masuk akan
melihatnya. Kemudian engkau menghantamnya hingga tak sadar, lalu kaucuri kembali
memo tersebut. Itulah yang mengecoh kami beberapa saat."
Manley tertawa gugup. "Semua itu tak akan mengubah kenyataan, bahwa polisi tak akan datang. Sebab aku
memang tak pernah memanggil mereka."
"Oo, Tetapi mereka sudah datang!" kata Frank. "Aku sendirilah yang menelepon
mereka, tepat sebelum kami naik ke truk. Pada saat ini di pertigaan jalan besar
sudah dipasang halangan, sedangkan engkau tak mungkin lari ke jurusan lain,
sebab jalannya buntu!"
20. Bukti Terakhir Keempat orang penjahat memandang takut-takut ke arah jalan besar. Ox Manley
berkata dengan keberanian dibuat-buat: "Ia hanya mencoba membuat kita panik! Tak
ada polisi di sana!"
Namun pernyataan itu sesaat kemudian telah terbantah dengan sendirinya. Sebab
dua belas orang polisi berseragam yang bersenjata senapan anti huru-hara muncul
di tikungan lima puluh meter dari mereka. Ox Manley dan teman-temannya segera
lari tunggang-langgang masuk ke hutan di sebelah kanan rumah pertanian.
"Kejar mereka!" seru Joe sambil lari mengejar.
Frank dan Brian menyusul, sementara Chet agak perlahan di belakang. Keempat
penjahat menghilang ke dalam pohon-pohonan. Pada saat keempat pemuda tiba di


Hardy Boys Terperangkap Di Laut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pinggir hutan, mereka masih mendengar suara langkah-langkah kaki di depan, namun
tak dapat melihat mereka.
Tak lama kemudian pohon-pohonan menjadi semakin jarang, dan para pembajak itu
mulai tampak lagi. Para pemuda mendengar suara langkah kaki yang berat di
belakang mereka. Jauh di belakang menyusul para anggota polisi.
Di depan kelihatan sebuah jalan. Beberapa mobil dan sebuah bus sekolah berjajar
di kedua tepinya. Ketika para pemuda mendekatinya, mereka melihat sebuah taman
dengan meja-meja piknik di sebelah sananya. Kira-kira tiga puluh orang anak-anak
beserta beberapa orang dewasa sedang berpesta ayam panggang. Sebuah spanduk di
sisi bus berbunyi: DARMAWISATA SEKOLAH MINGGU GEREJA AVENUE.
Dengan ketiga teman di belakangnya, Ox Manley berlari ke mobil-mobil yang
diparkir, dari mobil yang satu ke yang lain, mencari-cari mobil yang kunci
kontaknya tertinggal di dalamnya. Para pemuda sudah mendekati dua puluh meter di
belakang mereka, ketika Manley melompat naik ke tempat sopir sebuah sedan
coklat. Salah seorang temannya duduk di sebelahnya, sedangkan yang dua duduk di
belakang. Mesin mobil segera meraung-raung sementara roda belakang menghamburkan
pasir dan kerikil ketika mobil itu meloncat lagi.
Frank dan Joe mencapai jalan itu dengan Chet dan Brian di belakangnya. Semuanya
terengah-engah. Seperti para penjahat, mereka berlari-lari dari mobil yang satu
ke mobil yang lain, melihat-lihat ke dalam, mencari-cari kalau-kalau kunci
kontaknya tertinggal. Satu-satunya yang demikian hanya bus sekolah itu! Ketika para pemuda menghambur
naik, seorang berseragam sopir lari mendatangi dari tempat piknik.
Joe melompat ke belakang kemudi, sementara Chet tersungkur di tempat duduk di
belakangnya. Frank, berdiri di pintu bus, berseru kepada sopir bus; "Polisi akan
datang untuk menjelaskan!"
Joe menarik tuas yang menutup pintu-pintu, dan melarikan bus itu di sepanjang
jalan sempit, benjol-benjol berbatu-batu. Bus itu berguncang ke sana kemari
terhempas di setiap lubang. Frank terjerembab dan jatuh di tempat duduk di
samping Chet. Mobil berisi para pembajak meninggalkan
debu di depan. Joe menancap gas, menambah goncangan bus, namun memperkecil jarak
dari mobil yang melarikan diri. Namun, semakin dekat semakin sulit melihatnya,
akibat debu yang semakin tebal!
Joe berusaha mendahului mobil penjahat. Namun dengan bertambahnya kecepatan, bus
terperangkap di sisi kiri jalan. Ketika akhirnya Joe berhasil menyikat
mendahului, mereka menghadapi sebuah tikungan, sementara kedua kendaraan itu
melonjak-lonjak bagaikan kuda lepas kendali.
Tiba-tiba sebuah truk nampak di tikungan. Joe meminggir ke kanan. Badan bus
menyenggol spakbor kiri depan mobil, dan Ox Manley hilang penguasaan kemudi
mobilnya. Mobil itu melompat dari jalan masuk ke kebun jagung. Joe berayun ke
sisi kanan jalan, tepat pada saatnya untuk menghindari tabrakan. Truk lewat
dengan klakson meraung-raung.
Joe menghentikan busnya di pinggir jalan, tepat di mulut tikungan. Ia memadamkan
lampu-lampunya, mematikan mesin, dan mencabut kunci kontaknya. Kemudian mereka
berlompatan ke luar. Mobil sedan berhenti dengan roda-roda terbenam di tanah gembur. Ox Manley
beserta ketiga temannya melompat ke luar dan lari mendatangi bus. Pistol mereka
diacungkan. "Minggir!" teriak Ox Manley. "Kami rampas bus itu."
"Silakan!" kata Joe, dan melemparkan kunci kontak jauh ke kebun jagung!
Ox Manley menjerit putus asa.
"Setan alas, mengapa kaubuang?"
Joe hanya tersenyum menyeringai sementara tiga buah mobil datang dari taman
piknik. Mobil-mobil itu berhenti di belakang bus dan sejumlah anggota polisi menghambur
keluar. "Buang senjatamu!" teriak sersan yang mengepalai pasukan itu, sementara para
bawahannya mengacungkan senapan anti huru-hara kepada para pembajak.
Ketika topeng-topeng dilepas, Frank dan Joe mengenali pembajak-pembajak itu.
Mereka adalah orang-orang yang mereka lihat di Teluk Chesapeake bersama Ted
Herkimer. Mereka itulah yang membawa TV-TV Spectrocolor ke kapal Mary Malone.
Para anggota polisi menggiring para pembajak itu ke ketiga mobil. Sementara itu,
cukup lama para pemuda itu mencari kunci kontak yang dilemparkan Joe di kebun
jagung. Akhirnya, bus itu digunakan untuk menarik sedan coklat keluar dari kebun jagung.
Ketika mereka sampai di taman piknik, dengan Frank yang mengemudikan sedan
coklat, mereka memberikan alamat mereka kepada sopir bus dan pemilik sedan.
Namun mereka menjelaskan pula, bahwa pihak polisi yang akan menanggung segala
kerusakan yang telah mereka lakukan.
"Menurut pendapatmu, apakah truk kita masih ada di rumah pertanian?" tanya
Brian. Joe tertawa kecil.
"Kukira masih. Siapa yang menghendakinya?"
"Apakah engkau akan membawanya ke Washington?"
Frank nampak agak resah. "Kami masih harus menemukan Cy Ortiz," katanya.
"Kalau begitu aku sajalah," kata Brian. "Dengan senang hati aku akan
mengantarkan muatan itu."
"Terima kasih, Brian. Itu bagus sekali. Kami akan naik kereta-api ke Boston,"
kata Frank. Hari sudah malam ketika mereka tiba di gudang. Mereka menaiki mobil sport kuning
mereka, lalu pergi ke kantor polisi.
Sersan polisi yang membawa Ox Manley dan teman-temannya mengatakan kepada
mereka, bahwa keempat pembajak itu telah diperiksa. Namun mereka masih bungkam.
Frank dan Joe minta izin untuk menemui Manley. Mereka diantarkan ke selnya.
Tetapi ketika menanyakan perihal Cy Ortiz, Manley tetap membungkam. Bahkan
memandang mereka pun ia tak mau.
Setelah ketiga pemuda tiba di hotel mereka, sebuah pesan telah menunggu, agar
mereka menelepon pak Hardy. Pak Hardy nampaknya girang.
"Aku ingin memberitahu, bahwa di sini semuanya telah beres," katanya. "Pabrik
Dr. Minkovitch telah dibongkar, dan uranium itu telah di tengah jalan menuju Amerika
Serikat. Kementerian Luar Negeri kita telah mendesak para pejabat Atlantic
Island. Rupanya mereka telah berhasil menemukan temanmu Lanky. Ia sudah ditahan
sekarang." "Bagus," kata Frank. "Bagaimana dengan kapten Sanchez?"
"Ia ditahan untuk sementara, dan dalam penyelidikan atas tuduhan menerima suap,
serta bersekongkol sebagai salah seorang direkturnya. Ia mengaku, bahwa direktur
yang ketiga ialah Ox Manley."
"Kami juga sudah membereskan semua persoalan di sini," kata Frank. "Manley
ternyata juga menjadi otak pembajakan, dan kini sudah ada di penjara. Yang masih
kusut ialah, bahwa Cy Ortiz belum dapat ditemukan."
"Tentu Manley yang bertanggung jawab atas itu," kata pak Hardy. "Apakah polisi
sudah berhasil menyuruh dia berbicara?"
"Sejauh ini, belum. Ia malah tak mau melihat kami, apalagi menjawab pertanyaan."
"Nah, kuharap kalian dapat segera menemukan Ortiz," kata detektif itu. "Aku akan
pulang dengan pesawat besok. Sampai ketemu di Bay-port."
"Baik, ayah. Selamat malam!"
Setelah ia meletakkan gagang telepon, Frank berkata dengan nada kecewa:
"Sebenarnya aku berharap, bahwa ayah memberikan semacam petunjuk bagaimana
caranya mencari Ortiz."
Chet berkata: "Aku baru saja mendapat gagasan istimewa! Sebuah petunjuk sudah
lama mengikuti kita selama ini, tetapi kita malah tak mengetahuinya!"
"Apa?" tanya Frank dan Joe bersama-sama.
"Ingat, ketika Ox Manley mengusulkan agar kita memeriksa gudang" Ia berkata,
kita tak usah memikirkan truk-truk yang ada di tempat parkir, sebab katanya, ia
sendiri telah memeriksanya dengan teliti."
"Betul juga!" kata Frank. "Ayo kita ke sana!"
Mereka lari ke luar dan melompat ke mobil mereka. Frank yang mengemudi. Ia
mengendarainya selalu di bawah batas kecepatan sampai di gudang.
Pagar tempat parkir telah dikunci. Tetapi Frank menghentikan mobilnya di dekat
pagar, dan mereka dapat memanjat melalui atap.
"Tak mungkin menyembunyikan orang di dalam truk yang dipakai sehari-hari," kata
Joe. "Menurut dugaanku, kalau Cy Ortiz memang ada di sini, ia tentu disembunyikan di
dalam salah satu kendaraan yang sedang menunggu perbaikan."
Frank mengangguk. "Mari kita periksa tiga buah truk yang ada di bengkel terlebih dulu."
Truk-truk yang dimaksudkan itu berdiri di tempat yang paling terpisah di tempat
parkir. Ketika mereka mendekati, mereka mendengar suara gedebak-gedebuk tertahan dari
arah truk yang ada di tengah. Dengan cepat Frank membuka palang pintu belakang
gandengan, lalu membukanya. Kemudian ia menyorotkan lampu senternya ke dalam.
Di lantai, tangan dan kaki terikat serta mulut disumbat, terbaring tubuh Cy
Ortiz! Ia berhasil menggeleser sampai ke dinding gandengan dan menendang-nendang
dengan kakinya. Dengan segera mereka melepaskan sumbat serta tali ikatannya. Joe lari ke dalam
gudang untuk mengambil air. Setelah beberapa saat, pemilik perusahaan angkutan
itu sudah dapat berbicara.
"Aku - aku sungguh gembira kalian menemukan aku," katanya.
"Apakah anda terikat dalam gandengan ini selama ini?" tanya Frank.
Ortiz meregang-regangkan kaki-tangannya yang kaku.
"Betul. Ox Manley dan komplotannya datang setiap malam untuk memberi makan aku,
dan memberi aku waktu untuk membersihkan diri di ruang istirahat gudang. Tetapi
selebihnya aku sudah berhari-hari di sini. Manley melakukan hal itu karena
mengetahui, bahwa aku telah mengetahui dialah pemimpin komplotan pembajak."
"Kami juga tahu," kata Frank. "Ia dan komplotannya sudah ada di penjara."
Ortiz terkejut, heran ketika mendengar segala apa yang telah terjadi.
"Bagus sekali kalian dapat membongkar misteri ini," ia berkata. "Apakah kau
sadar, bahwa kalian telah menghindarkan suatu musibah besar" Bila orang-orang
gila ini sempat melaksanakan rencana mereka, akibatnya terlalu mengerikan untuk
dipikirkan." Esok paginya, di tengah perjalanan pulang ke Bayport, Chet berkata: "Kalian
tahu, bahwa pak Ortiz memang benar. Kita memang telah menyelamatkan dunia.
Tetapi aku harus mengatakan, bahwa aku sudah kenyang dengan petualangan untuk
sementara ini. Dapatkah kita menghindar dari segala kesulitan untuk beberapa
bulan mendatang ini?"
"Tak ada yang menyenangkan bagiku selain itu," Frank membenarkan. "Menekan tuas
bom atom itu akan menimbulkan mimpi-mimpi buruk bagiku selama beberapa tahun!"
Tak seorang pun dari mereka menyadari, bahwa tak lama setelah mereka tiba di
rumah, mereka terpaksa membantu memecahkan misteri baru!
TAMAT Djvu: BBSC ==============================
Ebook Cersil (zheraf.wapamp.com)
Gudang Ebook http://www.zheraf.net
==============================
Re edited by: Farid ZE Blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Pendekar Pengejar Nyawa 3 Pendekar Slebor 17 Piramida Kematian Teror Topeng Merah 2
^