Pencarian

Konspirasi Hari Kiamat 6

Konspirasi Hari Kiamat The Doomsday Conspiracy Karya Sidney Sheldon Bagian 6


Ia menerima uang kembalian dari pemilik bar dan meminjam telepon. Operator kelautan membutuhkan sepuluh menit untuk menyambungkan teleponnya. Susan menerimanya hampir seketika itu juga.
"Kami sudah menunggu-nunggu beritamu." Kami. Istilah itu menarik perhatiannya. "Mesinnya sudah beres. Kami bisa mencapai Napoli pagi-pagi sekali besok. Di mana kau akan kami jemput?"
Terlalu riskan bagi Halcyon untuk datang ke sini. Robert berkata, "Kau ingat palindrome" Kita ke sana dulu waktu bulan madu." "Apa?"
"Waktu itu aku bercanda karena aku begitu
lelahnya." Di ujung sana diam sebentar. Lalu Susan berkata pelan, "Aku ingat."
"Bisakah Halcyon menemuiku di sana besok?" "Tunggu sebentar."
Ia menunggu. Susan kembali ke telepon. "Ya, kami bisa ke sana."
"Bagus." Robert merasa ragu. Ia. teringat akan semua orang tak bersalah yang telah mati. "Terlalu banyak yang kuminta darimu. Kalau mereka kelak tahu bahwa kalian membantuku, bisa sangat berbahaya buat kalian."
"Jangan kuatir. Kami akan menemuimu di sana. Hati-hatilah."
"Terima kasih."
Hubungan diputuskan. Susan menoleh kepada Monte Banks. "Dia akan datang"
Di markas besar SIFAR di Roma, mereka mendengarkan percakapan itu dari ruang komunikasi. Ada empat orang di ruang itu. Operator radio berkata, "Kami telah merekamnya kalau Anda ingin mendengarkannya lagi, sir."
Kolonel Cesar memandang Frank Johnson seakan minta jawaban.
"Ya. Saya ingin mendengarkan kembali bagian yang menyebutkan tentang tempat mereka akan bertemu. Kedengarannya seperti palindrome. Apakah itu suatu tempat di Italia?"
Kolonel Cesar menggelengkan kepala. "Saya belum pernah mendengarnya. Kami akan mencari tabu." Ia menoleh kepada asistennya. "Cari di peta. Dan lanjutkan memonitor semua transmisi ke dan dari Halcyon."
Di rumah pertanian di Napoli, telepon berdering. Pier sudah akan mengangkatnya untuk menjawab.
"Tunggu," salah seorang agen itu berkata. Ia menghampiri telepon itu dan mengangkatnya. "Halo?" Ia mendengarkan sesaat, lalu membanting gagang telepon itu dan menoleh kepada partnernya. "Bellamy menumpang hydrofoil yang ke Capri. Ayo kita cabut!"
Pier menyaksikan kedua agen itu berlari ke luar pintu dan berpikir, Tuhan tidak menghendaki aku memperoleh uang sebanyak itu. Semoga dia lolos.
Ketika ferry ke Ischia tiba, Robert berbaur dengan rekan sesama penumpang. Ia berusaha untuk tidak menonjolkan diri, dan menghindari kontak mata. Tiga puluh menit kemudian, saat kapal itu berlabuh di Ischia, Robert turun dan berjalan menuju kios tiket di dermaga. Sebuah pengumuman menyatakan bahwa ferry yang menuju Sorrento akan diberangkatkan sepuluh menit lagi.
"Satu tiket p.p. ke Sorrento," kata Robert.
Sepuluh menit kemudian ia sudah dalam perjalanan menuju Sorrento, kembali ke daratan utama. Kalau aku beruntung, pelacakan itu akan sudah beralih ke Capri, pikir Robert Kalau aku beruntung.
Pasar makanan di Sorrento penuh sesak. Para
463 f petani datang dari kawasan pedesaaan membawa buah-buahan dan sayur-mayur segar dan potongan-potongan daging sapi yang diatur berjajar di stan-stan daging. Jalanan dibanjiri oleh para penjaja barang dan pembelanja.
Robert menghampiri seorang pria tegap bercele-mek yang sedang memuat barang ke sebuah truk. "Pardon, monsieur," kata Robert dengan logat Prancis yang sempurna. "Saya sedang mencari tumpangan ke Civitavecchia. Apa Anda kebetulan menuju ke arah itu?"
"Bukan. Salerno." Ia menunjuk ke seorang pria yang sedang memuat truk lain tak jauh dari situ. "Giuseppe mungkin bisa membantu Anda."
*Merci." Robert menghampiri truk yang berikutnya. "Monsieur, apakah Anda kebetulan pergi ke arah Civitavecchia?"
Pria itu menjawab dengan tak acuh, "Mungkin."
"Saya bersedia membayar untuk itu."
"Berapa?" Robert memberinya uang seratus ribu lira. "Anda kan bisa membeli tiket pesawat ke Roma dengan uang sebanyak itu?"
Robert langsung sadar akan kekeliruannya. Ia memandang ke sekelilingnya dengan gugup. "Terus terang saja, beberapa kreditor saya mengawasi bandara. Saya lebih suka menumpang truk."
Pria itu mengangguk. "Ah. Saya mengerti. Baik, masuklah. Kita sudah akan berangkat." Robert menguap. "Saya tres fatigue". Bagaimana
mengatakannya" Capek" Anda tidak keberatan kalau saya tidur di belakang?"
"Akan banyak guncangan, tapi silakan saja."
"Merci." Bak truk itu penuh dengan krat-krat dan kotak-kotak kosong. Giuseppe menyaksikan Robert menaikinya, dan ia lalu menutup bagian belakangnya. Di dalam bak itu, Robert berlindung di balik sejumlah krat. Tiba-tiba ia sadar betapa lelahnya ia sebenarnya. Perburuan itu mulai menghabiskan tenaganya. Sudah berapa lama sejak terakhir ia tidur" Ia teringat pada Pier dan bagaimana gadis itu datang kepadanya malam itu dan membuatnya merasa utuh kembali, menjadi laki-laki lagi. Ia berharap semoga gadis itu baik-baik saja. Robert tertidur.
Di belakang setir, Giuseppe sedang berpikir tentang penumpangnya. Berita tersebar bahwa seorang Amerika sedang dicari pihak yang berwajib. Penumpangnya ini memiliki logat Prancis, tapi ia nampak seperti seorang Amerika dan berpakaian seperti orang Amerika. Tak ada salahnya mencari tahu. Mungkin saja ada hadiah lumayan.
Satu jam kemudian, di sebuah perhentian truk di tepi jalan raya, Giuseppe berhenti di depan sebuah pompa bensin. "Isi penuh," katanya. Ia lalu berjalan memutari bagian belakang truknya dan mengintip ke dalamnya. Penumpangnya itu sedang tidur.
Giuseppe masuk ke dalam restoran dan menelepon ke kantor polisi setempat.
467 Bab Empat Puluh Lima Telepon itu disambungkan ke Kolonel Cesar.
"Ya," katanya kepada Giuseppe, "memang mirip sekali dengan orang yang sedang kami cari. Dengarkan baik-baik. Ia berbahaya, jadi lakukan persis seperti yang saya katakan. Anda mengerti?" "Ya, sir."
"Anda di mana sekarang?"
"Di perhentian truk AGIP di jalan yang menuju Civitavecchia."
"Dan saat ini dia ada di dalam bak truk Anda?"
"Ya." Percakapan itu membuatnya tegang. Barangkah aku mestinya jangan ikut campur urusan ini.
"Jangan lakukan apa-apa yang bisa membuatnya curiga. Kembalilah ke truk dan lanjutkan perjalanan. Sebutkan nomor pelat dan ciri-ciri truk Anda."
Giuseppe menyebutkannya. "Bagus. Kami akan mengurus semuanya. Lakukan sekarang."
Kolonel Cesar menoleh kepada Kolonel Johnson dan mengangguk. "Sudah kena dia. Saya akan
memasang hambatan jalan. Kita akan bisa sampai ke sana dengan helikopter dalam tiga puluh menit."
"Mari kita pergi."
Ketika Giuseppe meletakkan telepon, ia menggosokkan telapak tangannya yang berkeringat pada bajunya dan berjalan menuju truknya. Kuharap tidak akan terjadi tembak-menembak Maria akan sangat marah kepadaku. Akan tetapi, kalau hadiahnya cukup besar" Ia naik ke truknya dan melanjutkan perjalanannya ke Civitavecchia.
Tiga puluh lima menit kemudian, Giuseppe mendengar suara helikopter di atas kepalanya. Ia mendongak. Nampak ciri-ciri kepolisian negara. Di depannya di jalan raya, ia melihat dua mobil polisi berjajar bersebelahan, membentuk hambatan jalan. Di belakang mobil-mobil itu nampak sepasukan polisi menyandang senjata otomatis. Helikopter itu mendarat di tepi jalan, dan Cesar beserta Kolonel Frank Johnson melangkah ke luar.
Ketika sudah dekat dengan hambatan jalan itu, Giuseppe mengurangi laju truknya. Ia mematikan starternya dan melompat ke luar, berlari-lari ke arah para perwira militer itu. "Dia ada di belakang!" ia berteriak.
Truk itu akhirnya berhenti. Cesar berseru, "Kepung."
Polisi-polisi itu menyebar mengelilingi truk, senapan siap menembakkan.
"Jangan tembak," teriak Kolonel Johnson. Saya yang akan mengambilnya." Ia bergerak ke bagian
belakang truk itu. "Ayo keluar, Robert," seru Kolonel Johnson, "semua sudah berakhir."
Tidak ada jawaban. "Robert, kuberi waktu lima detik."
Hening. Mereka menunggu. Cesar menoleh kepada anak buahnya dan mengangguk.
?Jangan!" Kolonel Johnson berteriak. Tapi sudah terlambat.
Polisi mulai memberondong bagian belakang truk itu. Bunyi senapan otomatis memekakkan telinga. Serpihan-serpihan krat beterbangan di udara. Setelah sepuluh detik, tembakan itu berhenti. Kolonel Frank Johnson melompat ke dalam bak truk itu dan menyingkirkan krat-krat dan kotak-kotak.
Ia menoleh kepada Cesar. "Dia tidak ada di shri."
Hari Kesembilan Belas + Civitavecchia, Italia Civitavecchia adalah pelabuhan laut kuno dari Roma, yang dilindungi sebuah benteng kokoh yang dibangun oleh Michelangelo di tahun 1537. Pelabuhan itu adalah salah satu yang tersibuk di Eropa, melayani semua lalu lintas laut ke dan dari Roma dan Sardinia. Hari masih sangat pagi, tapi pelabuhan itu sudah sibuk dan bising. Robert menembus kerumunan massa melewati halaman stasiun dan menuju sebuah trattoria kecil yang
memancarkan bau masakan yang tajam dan dip"* sannya sarapan pagi.
Halcyon akan menunggunya di tempat yang sudah disepakati, Elba. Ia bersyukur Susan masih mengingatnya. Waktu mereka berbulan madu dulu, mereka tidak keluar dari kamar mereka di sana dan bercinta selama tiga hari tiga malam. Waktu itu Susan berkata, "Mau pergi berenang, Sayang?"
Robert menggelengkan kepala. "Tidak, bergerak saja aku tidak bisa. "Able was I, ere I saw Elba.?" Susan tertawa dan mereka bercinta lagi. Dan syukurlah, dia masih ingat palindrome itu.
Sekarang ia cuma tinggal mencari perahu bermotor yang bisa membawanya ke Elba. Ia menyusuri jalanan menuju pelabuhan. Pelabuhan itu sibuk dengan kegiatan kelautan, penuh dengan kapal barang, perahu bermotor, dan yacht pribadi. Nampak sebuah tempat berlabuh kapal ferry. Mata Robert bersinar ketika melihatnya. Itu merupakan cara paling aman untuk menyeberang ke Elba. Ia akan bisa berbaur dengan massa penumpang.
Ketika Robert sudah akan melangkah ke tempat tambatan ferry itu, ia melihat sebuah mobil sedan hitam tanpa identitas diparkir setengah blok jauhnya dari situ, dan ia menghentikan langkahnya. Mobil itu bernomor pelat pemerintah. Ada dua orang di dalamnya sedang mengawasi pelabuhan. Robert berbalik dan berjalan ke arah sebaliknya.
Tersebar di antara para pekerja pelabuhan dan para turis, ia melihat detektif-detektif berpakaian preman yang mencoba bersikap tidak mencolok.
Mereka berdiri di situ bagaikan mercu suar. Jantung Robert mulai berdebar keras. Bagaimana mereka bisa melacaknya ke sini" Kemudian ia sadar apa yang telah terjadi. Ya Tuhan, aku memberi, tahukan kepada sopir truk itu ke mana aku akan pergi" Bodoh/Aku pastrtupek sekali waktu itu.
Ia tadi jatuh tertidur, dan waktu truk itu berhenti ia terbangun. Ia lalu bangkit untuk melibat ke luar dan menyaksikan Giuseppe masuk ke kantor pompa bensin dan menelepon. Robert cepat-cepat turun dari truk dan naik ke belakang truk lain yang menuju utara ke arah Civitavecchia.
Ia telah menjebak dirinya sendiri. Mereka sedang mencari dirinya di sini. Beberapa ratus yard dari situ nampak lusinan perahu bermotor yang seharusnya bisa membawanya lolos. Sekarang tidak lagi.
Robert menjauh dari pelabuhan itu dan berjalan ke arah kota. ia melewati sebuah bangunan dengan poster yang sangat besar dipasang di depannya. Bunyinya: Dalanglah ke Pekan Raya. Hiburan bagi Anda Semua! Makanan." Permainan! Saksikan Perlombaan Besar" Ia berhenti dan mengamati. Ia telah menemukan jalan untuk meloloskan diri.
Bab Empat Puluh Enam Di arena pekan raya itu, lima mil di luar kota, terlihat sejumlah balon besar berwarna-warni yang mirip pelangi-pelangi bundar. Balon-balon itu diikatkan ke truk-truk sementara para kru daratnya sedang sibuk mengisinya dengan udara dingin. Setengah lusin mobil pemantau berada di situ, siap untuk mengikuti balon-balon itu, dengan dua orang di dalam setiap mobil, pengemudinya dan pelacaknya.
Robert menghampiri seorang pria yang nampaknya mengepalai kegiatan itu. "Nampaknya Anda sudah siap menjalankan lomba besar ini," kata Robert
"Benar. Pernah naik balon?" "Tidak pernah."
Saat itu mereka berdua sedang meluncur di atas Danau Como dan ia menerjunkan balon itu ke bawah sampai menyentuh air. "Kita akan tercth bur," Susan berteriak la tersenyum. Tidak, tidak akan." Pantat balon itu berdansa di atas gelombang, fa lalu membuang sebuah karung pasir, dan
balon itu mulai terangkat kembali Susan tertawa, memeluknya, dan berkata"
Pria itu berkata, "Anda harus mencobanya suatu saat nanti. Olahraga yang mengasyikkan."
"Yeah. Lomba ini menuju ke mana?"
"Yugoslavia. Angin sedang berembus kencang ke arah timur. Kami akan take off beberapa menit lagi. Lebih baik terbang pagi-pagi saat angin masih dingin."
"Oh, ya?" kata Robert dengan sopan. Ia teringat pengalaman di Yugoslavia di suatu hari di musim panas. "Ada empat orang yang harus diselundupkan keluar dari sini, Letnan. Kita harus menunggu sampai udara lebih dingin. Sebuah balon yang bisa mengangkut empat orang di musim dingin hanya akan mampu mengangkut dua orang saja di udara musim panas.1"
Robert melihat bahwa krunya sudah hampir selesai mengisi balon dengan udara dan mulai menyalakan alat pembakar gas propana yang besar itu, dengan mengarahkan nyalanya ke dalam celah balon yang menganga, untuk menghangatkan udara di dalamnya. Balon-balon itu, yang terpuruk pada sisinya, kini mulai mengapung sehingga keranjangnya jadi tegak.
"Boleh saya melihat-lihat?" tanya Robert. "Silakan. Asal jangan menghalangi jalan orang." "Baik." Robert menghampiri sebuah balon berwarna kuning-merah yang sudah diisi dengan gas Satu-satunya yang menghubungkannya
dengan tanah adalah seutas tali yang diikatkan
pada salah satu truk. Petugas kru yang baru saja selesai menanganinya kini meninggalkan tempat itu dan bercakap-cakap
dengan seseorang. Tak ada orang di sekitar situ.
Robert menaiki keranjang balon, dan selongsong raksasa itu seakan menutupi seluruh langit di atasnya. Ia memeriksa rig dan peralatannya, altimeternya, petanya, pirometer untuk memantau suhu balon itu, indikator tingkat ketinggian, dan perangkat alat-alat. Semuanya beres. Robert meraih kotak alat-alat itu dan menarik sebuah pisau. Ia memotong tali pengikatnya dan sesaat kemudian balon itu mulai mengapung ke atas.
"Hei!" Robert berteriak. "Bagaimana ini" Turunkan saya!"
Orang yang diajaknya berbicara mendongak menyaksikan balon yang terlepas itu. "Figlio d"una mignotta! Jangan panik," ia berteriak. "Ada altimeter di situ. Pakai kantong pasirnya dan tetap berada di ketinggian seribu kaki. Kami akan menjumpaimu di Yugoslavia. Kau bisa dengar aku?"
"Dengar." Balon itu semakin lama semakin tinggi, membawanya ke timur, menjauhi Elba, yang berada di barat. Tapi Robert tidak kuatir. Angin berubah-ubah arah jika ketinggiannya berubah-ubah.
Balon-balon yang lain belum take off. Robert melihat salah satu mobil di bawah bergerak maju, melacaknya. Ia menjatuhkan kantong pasir dan melihat altimeternya bergerak ke atas. Enam ratus
kaki" tujuh ratus kaki" sembilan ratus kaki" seribu seratus kaki"
Pada ketinggian seribu lima ratus kaki, angin terasa melemah. Balon itu hampir tak bergerak sekarang. Robert menjatuhkan kantong pasir lagi. Ia menggunakan teknik anak tangga, berhenti pada setiap ketinggian yang berbeda untuk mengecek arah angin.
Pada ketinggian dua ribu kaki, Robert bisa merasakan arah angin mulai berubah. Balon itu berayun di pusaran udara sesaat, lalu pelan-pelan mulai berubah arah dan menuju ke barat
Di kejauhan, di bawah sana, Robert melihat balon-balon yang lain mulai mengapung dan bergerak ke timur ke arah Yugoslavia. Sama sekali tidak ada suara kecuali desir angin yang lembut "Sunyi sekali, Robert rasanya seperti menunggang awan. Kuharap kita bisa tinggal di atas sini untuk selama-lamanya." Susan memeluknya erat-erat. "Kau pernah bercinta di dalam balon?" ia bergumam. "Mari kita coba."
Dan kemudian, "Aku berani bertaruh hanya kita di seluruh dunia yang pernah bercinta dalam sebuah balon, Sayang."
Robert berada di Laut Tyrrhenia sekarang, menuju ke arah barat laut ke pantai Tuscany. Di bawah, serangkaian pulau terhampar membentuk lingkaran di lepas pantai, dengan Elba yang terbesar.
Napoleon dulu dibuang di sana, dan barangkali dia memilihnya karena jika hari cerah, demikian pikir Robert dia bisa melihat Pulau Corsica yang
dicintainya, tempat kelahirannya. Dalam pe, angan satu-satunya gagasan yang ada di benak Napoleon adalah bagaimana bisa meloloskan MH dan kembali ke Prancis. Aku juga sama. Hanya Napoleon tidak mempunyai Susan dan Halcyon yang bisa menyelamatkannya.
Dari kejauhan, tiba-tiba Monte Capanne muncul, menjulang pada ketinggian lebih dari tiga ribu kaki ke angkasa. Robert menarik tali pengaman yang membuka klep di atas balon itu sehingga udara panas bisa dikeluarkan, dan balon itu mulai bergerak turun. Di bawahnya, Robert bisa melihat Pulau Elba yang subur dan nampak merah muda dan hijau. Merah muda karena produk batu granit dan rumah-rumah Tuscan, sedangkan hijau karena hutan-hutannya yang lebat. Di bawah, pantai-pantai putih yang perawan bertebaran di mana-mana di sepanjang garis luar pulau itu.
Ia mendaratkan balon di kaki gunung, jauh dari kota, supaya tidak menarik perhatian orang. Tidak jauh dari tempat pendaratan itu ada sebuah jalan, dan ia menghampirinya serta menunggu sampai ada mobil yang lewat di situ.
"Boleh saya menumpang sampai ke kota?" Robert berseru.
"Tentu. Naiklah."
Pengemudinya nampak sudah berumur delapan puluhan, dengan wajah yang renta dan keriput.
"Saya berani bersumpah saya melihat sebuah balon di angkasa baru saja tadi. Anda melihatnya,
mister?" Tidak," kata Robert. "Berkunjung?"
"Hanya kebetulan saja lewat Saya dalam perjalanan ke Roma."
Pengemudi itu mengangguk. "Dulu saya pernah ke sana."
Setelah itu keduanya berdiam diri sepanjang perjalanan.
Ketika mereka tiba di Portoferraio, ibu kota dan satu-satunya kota di Pulau Elba, Robert turun dari mobil itu.
"Have a nice day* kata pengemudi itu dalam bahasa Inggris.
Astaga, pikir Robert, orang-orang California juga pernah ke sinL
Robert berjalan di sepanjang Via Garibaldi, j&-lan utama yang dipenuhi para turis yang kebanyakan disertai anak-istri mereka, dan seakan sang waktu berhenti Tidak ada yang berubah di tempat itu; kecuali bahwa aku sudah kehilangan Susan, dan separo pemerintah negara-negara di dunia berusaha membunuhku. Kalau tidak, pikir Robert dengan masam, semuanya benar-benar persis sama seperti dulu.
Ia membeli sebuah teropong di toko souvenir, berjalan ke arah pantai, dan duduk di meja di luar Restoran Stella Mariner. Dari situ ia bisa mengamati pelabuhan dengan jelas. Tidak nampak mobil-mobil yang mencurigakan, tidak ada perahu-perahu bermotor polisi, dan tidak ada polisi yang berkeliaran. Mereka mengira bahwa ia terperang-kap di daratan utama. Aman baginya untuk naik ke Halcyon dari sini. Sekarang ia hanya perlu
menunggu tibanya yacht itu.
Ia duduk di situ menyesap procanico, anggur putih setempat yang lezat itu, sambil mengamati munculnya Halcyon. Ia mengkaji rencananya lagi. Yacht itu akan menurunkannya di dekat pantai Marseilles, dan ia akan berusaha mencapai Paris menemui temannya, Li Po, yang akan membantunya. Ironis memang. Masih terngiang di telinganya kata-kata Francesco Cesar, "Kudengar kau membuat transaksi dengan pihak Cina."
Robert tahu bahwa Li Po akan mau membantunya karena Li pernah sekali menyelamatkan hidupnya, dan menurut tradisi Cina kuno, karena itu ia telah menjadi orang yang bertanggung jawab atas diri Robert Itu adalah masalah winyu?"kehormatan".
Li Po bekerja di Guojia Anquanbu, Kementerian Keamanan Cina, yang menangani spionase. Bertahun-tahun sebelumnya Robert tertangkap ketika sedang berusaha menyelundupkan seorang pembelot keluar dari Cina. Ia dikirim ke Qincheng, penjara yang dijaga sangat ketat di Beijing. Li Po adalah seorang agen ganda yang pernah bekerja sama dengan Robert. Ia berhasil membantu Robert meloloskan diri.
Di perbatasan Cina, saat itu Robert berkata, "Kau harus keluar selagi kau masih hidup, Li. Belum tentu kau bisa terus bertahan begini."
Li Po tersenyum. "Aku memiliki ren?kemam
puan untuk menanggung penderitaan, untuk bertahan hidup."
Setahun kemudian, Li Po dipindahtugaskan ke Kedutaan Cina di Paris.
Robert memutuskan sudah waktunya menjalankan langkahnya yang pertama. Ia meninggalkan restoran dan berjalan di sepanjang pantai. Pantai itu dipenuhi dengan perahu-perahu bermotor besar dan kecil yang bertolak dari Portoferraio.
Robert menghampiri seorang pria yang sedang menggosok-gosok badan sebuah perahu bermotor yang mengkilap. Perahu itu jerus Donzi, yang digerakkan oleh sebuah mesin V-8 berkekuatan 351 tenaga kuda. "Perahu yang bagus," kata Robert. Pria itu mengangguk. "Merci." "Apakah sekiranya bisa saya sewa untuk keliling-keliling pelabuhan?"
Pria itu menghentikan kerjanya dan mengamati Robert "Bisa saja. Anda sudah biasa mengendalikan perahu bermotor?"
"Ya. Saya juga punya perahu Donzi di tempat asai saya."
Pria itu mengangguk dengan senang. "Anda berasal dari mana?" "Oregon," kata Robert. "Biayanya empat ratus franc per jam." Robert tersenyum. "Baiklah." "Dan sejumlah uang muka, tentunya." "Tentu."
"Ia sudah siap. Anda ingin membawanya sekarang?"
"Tidak, saya masih ada beberapa urusan. Saya
pikir besok pagi saja." "Jam berapa?"
"Akan saya beritahu nanti," kata Robert.
Ia memberikan sejumlah uang kepada orang itu. "Ini sebagian dari uang mukanya. Kita ketemu besok."
Ia memutuskan bahwa berbahaya membiarkan Halcyon memasuki kawasan pelabuhan. Banyak formalitas di sana. Capitaniera di porto?sang syahbandar?akan mengeluarkan sebuah autorizzazione untuk setiap yacht dan mencatat persinggahannya. Robert bermaksud untuk sesedikit mungkin melibatkan Halcyon dengan masalah yang dihadapinya. Ia akan menjumpai yacht itu di tengah laut.
Di kantor Kementerian Kelautan Prancis, Kolonel Cesar dan Kolonel Johnson sedang berbicara kepada operator kelautan. "Anda yakin tidak ada lagi komunikasi selanjutnya dengan Halcyon?"
"Tidak ada, sir, sejak percakapan terakhir yang saya laporkan kepada Anda itu."
"Teruskan pemantauan Anda." Kolonel Cesar menoleh ke Kolonel Johnson dan tersenyum. "Jangan kuatir. Kita akan tahu begitu Letkol Robert Bellamy naik ke Halcyon."
"Tapi saya ingin menangkapnya sebelum dia naik ke kapal."
Operator kelautan itu berkata, "Kolonel Cesar,
tidak ada tempat bernama Palindrome yang terdaftar di peta Italia. Tapi kami rasa kami tahu apa artinya itu." "Di mana?"
"Itu bukan nama tempat, sir. Itu hanya sebuah kata."
"Apa?" "Ya, sir. Palindrome adalah kata atau kalimat yang ejaannya sama dari depan atau dari belakang. Misalnya, "Madam I"m Adam." Kami telah berhasil menemukan sejumlah palindrome dengan bantuan komputer." Ia memberikan sebuah daftar panjang yang terdiri dari kata-kata.
Kolonel Cesar dan Kolonel Johnson mengkaji daftar itu. "Kook" deed" bib" bob" boob" dad" dud" eve" gag" mom" non" noon" Otto" pop" sees" tot" toot,.." Cesar mengangkat wajahnya. "Tidak banyak membantu, ya?"
"Mungkin membantu, sir. Jelas mereka menggunakan bahasa kode. Dan salah satu palindrome yang paling terkenal adalah yang pernah diucapkan oleh Napoleon, "Able was I, ere I saw Elba.?"
Kolonel Cesar dan Kolonel Johnson saling berpandangan. "Elba! Ya, Tuhan! Di sanalah dia sekarang!"
Hari Kedua Puluh Pulau Elba
ada mulanya itu cuma nampak seperti sebuah
noktah kabur di cakrawala, yang membesar dengan cepat dalam terang cahaya pagi. Melalui teropongnya, Robert melihat noktah itu mengejawantah menjadi Halcyon. Tak salah lagi. Di lautan tak banyak berkeliaran yacht seperti itu.
Robert bergegas menuju pantai, tempat perahu bermotornya menunggu.
"Selamat pagi."
Pemilik perahu itu mengangkat wajahnya. "Bon-jour, monsieur. Anda sudah siap untuk membawanya keluar?"
Robert mengangguk. "Ya."
"Berapa lama Anda akan memakainya?"
"Tidak lebih dari satu atau dua jam."
Robert memberikan sisa uang muka kepada orang itu dan turun ke dalam perahu.
"Harap dijaga baik-baik," kata orang itu.
"Jangan kuatir," kata Robert meyakinkannya, "pasti."
Pemilik perahu itu melepaskan ikatannya, dan beberapa saat kemudian perahu itu sudah berada di laut lepas, berpacu mengejar Halcyon. Robert membutuhkan waktu sepuluh menit untuk mengejar yacht itu. Ketika sudah semakin dekat, ia melihat Susan dan Monte Banks sedang berdiri di deknya. Susan melambaikan tangan, wajahnya nampak cemas. Robert menyetir perahu kecil itu mengambil posisi di samping yacht dan ia melemparkan seutas tali kepada petugas dek.
"Anda ingin menaikkannya ke atas kapal, sir?" petugas itu berseru.
483 "Tidak, lepaskan saja." Pemiliknya akan segera menemukannya.
Robert menaiki tangga menuju dek mulus yang terbuat dari kayu jati. Susan pernah menggambarkan Halcyon kepada Robert, dan ia sangat terkesan, tapi melihatnya sendiri ternyata lebih mengesankan. Halcyon itu panjangnya dua ratus delapan puluh kaki, dengan kabin pemilik yang mewah, delapan suite untuk pasangan tamu, dan kabin-kabin lain yang menampung enam belas kru. Ada ruang tamunya, ruang makan, ruang baca, salon, /dan kolam renang.
Kapal itu digerakkan oleh dua mesin diesel Caterpillar D399 turbo enam belas silinder berkekuatan seribu dua ratus lima puluh tenaga kuda, dan mengangkut enam perahu karet untuk dipakai pergi ke pantai. Desain interiornya dikerjakan oleh Luigi Sturchio di Italia. Yacht itu adalah sebuah istana terapung. "Aku senang kau akhirnya berhasil," kata Susan. Dan Robert mendapat kesan bahwa sikap Susan tidak wajar, bahwa ada sesuatu yang tidak beres di situ. Ataukah itu cuma perasaannya saja karena ia juga sedang tegang"
Susan nampak luar biasa cantik, tapi entah mengapa, Robert merasa kecewa. Apa sebenarnya yang diinginkannya" Apakah dia ingin Susan nampak pucat dan merana"
Robert menoleh kepada Monte. "Aku ingin kau tahu betapa aku sangat menghargni"semuahya ini."
Monte mengangkat bahu. "Senang sekali membantumu."
Orang ini benar-benar berhati malaikat "Bagaimana rencanamu selanjutnya?" "Aku ingin kau mengganti arah dan menuju barat ke Marseilles. Kau bisa menurunkan aku di
lepas pantai dan?" "r.^"
Seorang pria dengan seragam putih bersih mendekat Umurnya sekitar lima puluhan, berbadan gempal, dengan janggut yang dicukur rapi.
"Ini Kapten Simpson. Ini?" Monte Banks memandang Robert menunggu bantuan.
"Smith. Tom Smith."
Kata Monte, "Kita akan ke arah Marseilles,
Kapten." "Kita tidak memasuki Pulau Elba?" "Tidak."
Kapten Simpson berkata, "Baik." Ia nampak keheranan.
Robert mengamati cakrawala. Semuanya nampak bersih dan aman.
"Aku usul sebaiknya kita turun saja," kata Monte Banks.
Ketika ketiganya sudah duduk di salon, Monte bertanya, "Apakah kau tidak merasa perlu memberikan penjelasan kepada kami?"
"Perlu," kata Robert, "tapi aku tidak akan memberikannya. Makin sedikit yang kalian tahu mengenai masalah ini, makin baik. Aku hanya bisa bilang bahwa aku tidak bersalah. Aku terlibat dalam suatu permasalahan politis. Aku tahu terlalu
banyak, dan aku sedang diburu. Kalau mereka
menemukan aku, mereka akan membunuhku." Susan dan Monte saling berpandangan. "Tapi-mereka tak mempunyai alasan untuk mengaitkan diriku dengan Halcyon," Robert melanjutkan. "Percayalah, Monte, seandainya aku mempunyai alternatif lain untuk meloloskan diri, pasti sudah kuambil."
Robert teringat akan semua orang yang terbunuh karena basil pelacakannya. Ia tidak akan tahan kalau sesuatu terjadi atas diri Susan. Ia mencoba untuk menahan emosinya ketika berkata, "Aku akan senang sekali kalau kalian untuk kepentingan kalian sendiri tidak mengatakan bahwa aku pernah berada di kapal ini."
"Tentu saja tidak," kata Monte.
Yacht itu terasa berayun dan berputar perlahan menuju ke arah barat
"Maafkan aku, aku harus berbicara dengan Kapten."
Makan malam berlangsung dalam suasana kaku. Robert merasakan ada sesuatu yang aneh yang tak bisa dipahaminya, suatu ketegangan yang hampir-hampir nampak nyata. Apakah itu disebabkan oleh kehadirannya" Ataukah sesuatu yang lain lagi" Sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua" Semakin cepat aku pergi dari sini, semakin baik, pikir Robert
rie berada di salon menikmati minuman setelah santap malam ketika Kapten Simpson masuk ke ruang itu.
"Kapan kita akan mencapai Marseilles?" tanya Robert
"Kalau cuaca tidak berubah, kita akan tiba di sana besok sore, Mr. Smith."
Ada sesuatu dalam sikap Kapten Simpson yang tidak disukai Robert. Kapten itu kasar sikapnya, hampir-hampir tidak sopan. Tapi dia pasti cakap dalam tugasnya, pikir Robert kalau tidak Monte tidak akan mempekerjakannya. Susan pantas mendapatkan yacht ini. Ia pantas mendapatkan yang terbaik dari semua hal.
Pada jam sebelas, Monte melihat arlojinya dan berkata kepada Susan, "Kurasa sebaiknya kita masuk dulu, darling."
Susan memandang sekilas kepada Robert. "Ya."
Ketiganya bangkit. Monte berkata, "Ada pakaian di dalam kabinmu. Ukuran kita kira-kira sama."
"Terima kasih."
"Selamat malam, Robert"
"Selamat malam, Susan."
Robert berdiri di situ, menyaksikan wanita yang dicintainya berjalan masuk ke tempat tidur dengan pesaingnya. Pesaing" Apa tidak salah aku" Dia pemenangnya. Aku pecundangnya.
Tidur adalah bayang-bayang maya yang menari-nari tak tergapai. Terbaring di tempat tidurnya, Robert sedang memikirkan bahwa di sisi yang lain
dari dinding itu, hanya beberapa kaki jauhnya ada wanita yang dicintainya lebih daripada siapa pun di muka bumi ini. Ia membayangkan Susan sedang terbaring di sana, tanpa busana?dia tidak pernah mengenakan baju tidur dan ia mulai merasa gairahnya bangkit Apakah Monte saat ini sedang bercinta dengannya atau sedang berada seorang dirikah dia?" Dan apakah Susan sedang memikirkan tentang dia dan mengenang semua saat indah, yang telah mereka lalui bersama" Mungkin saja tidak Well, toh dia akan segera keluar dari hidup Susan. Barangkali dia tidak akan pernah melihat Susan lagi.
Ketika akhirnya ia bisa memejamkan matanya, fajar sudah tiba.
Di ruang komunikasi SIFAR, radar sedang melacak Halcyon. Kolonel Cesar menoleh ke Kolonel Johnson dan berkata, "Sayang sekali kita gagal menangkapnya di Elba, tapi. kita sudah berhasil mendapatkan dia sekarang! Sebuah kapal sudah kita siapkan. Kita hanya tinggal menunggu berita dari Halcyon untuk menyergapnya di atas yacht itu."
Hari Kedua Puluh Satu Pagi-pagi sekali, Robert sudah berada di dek memandangi lautan yang tenang. Kapten Simpson
mendekatinya. "Selamat pagi. Kelihatannya cuaca
akan tetap bagus, Mr. Smith." "Ya."
"Kita akan sampai di Marseilles sekitar jam tiga sore. Apakah kita akan lama tinggal di sana?"
"Saya tidak tahu," kata Robert dengan ramah. "Kita lihat saja nanti."
"Ya, sir." Robert menyaksikan Simpson berjalan pergi. Orang ini ada apanya, ya"
Robert berjalan menuju buritan dan mengamati cakrawala. Ia tidak melihat apa-apa, tapi toh" Di masa lalu, nalurinya telah menyelamatkan nyawanya lebih dari satu kali. Sudah lama ia belajar untuk bergantung pada nalurinya itu. Ada sesuatu yang tidak beres di sini.
Di balik cakrawala itu dan tidak nampak, kapal perang Angkatan Laut Italia Stromboli sedang menguntit Halcyon.
Ketika Susan muncul untuk sarapan pagi, ia nampak pucat dan lelah.
"Tidurmu cukup, darling?" tanya Monte.
"Cukup," kata Susan.
Jadi mereka tidak tinggal di kabin yang sama! Robert merasakah suatu kegembiraan yang tak berdasar mendengarnya. Ia dan Susan selalu tidur di ranjang yang sama, tubuhnya yang telanjang dan ranum itu bercumbu dengan tubuhnya. Ya,
Tuhan, harus k uh e n tikan pikiran-pikiran seperti ini
Di depan Halcyon, di sisi kanan badan yacht itu, ada sebuah perahu penangkap ikan"dari perusahaan di Marseilles sedang menangkap ikan segar.
"Kalian mau ikan segar untuk makan siang?" tanya Susan.
Kedua pria itu mengangguk. "Ya."
Mereka sudah hampir sejajar dengan perahu penangkap ikan itu.
Ketika Kapten Simpson lewat, Robert bertanya, "Bagaimana ETA kita ke Marseilles?"
"Kita akan tiba di sana dalam dua jam, Mr. Smith. Marseilles pelabuhan yang menarik. Anda sudah pernah ke sana?"
"Memang itu pelabuhan yang menarik," kata Robert.
Di ruang komunikasi SIFAR, kedua kolonel itu sedang membaca berita yang baru saja datang dari Halcyon. Bunyinya hanya: "Sekarang."
"Di mana posisi Halcyon?" bentak Kolonel Cesar.
"Mereka dua jam jauhnya dari Marseilles, menuju pelabuhan."
"Instruksikan Stromholi untuk mengejar dan menyergap yacht itu segera."
Tiga puluh menit kemudian, kapal perang Angkatan Laut Italia Stromboli mendekat ke Halcyon. Susan dan Monte sedang berada di buritan menyaksikan kapal perang itu berpacu ke arah mereka.
Sebuah suara terdengar melalui pengeras suara. "Ahoi, Halcyon. Harap berhenti. Kami akan naik ke kapal Anda."
Susan dan Monte saling berpandangan. Kapten Simpson bergegas menghampiri mereka.


Konspirasi Hari Kiamat The Doomsday Conspiracy Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mr. Banks?" "Saya mendengarnya. Lakukan apa yang mereka minta. Matikan mesin." "Ya, sir."1
Semenit kemudian, gemuruh mesin berhenti, dan yacht itu terapung diam di atas air. Susan dan suaminya menyaksikan ketika para pelaut bersenjata dari kapal perang angkatan laut itu diturunkan ke sebuah perahu karet.
Sepuluh menit kemudian, selusin pelaut beramai-ramai menaiki tangga Halcyon.
Perwira angkatan laut yang bertugas memimpin, seorang letnan komandan, berkata, "Maafkan saya mengganggu Anda, Mr. Banks. Pemerintah Italia punya alasan kuat untuk menduga bahwa Anda mengangkut seorang buronan. Kami diperintahkan untuk menggeledah kapal ini."
Susan berdiri di situ menyaksikan pelaut-pelaut itu mulai menyebar, bergerak di sepanjang dek dan turun ke bawah untuk memeriksa kabin-kabin-nya.
"Jangan katakan apa-apa."
491 "Tapi?" "Sedikit pun jangan."
Mereka berdiri di dek dengan diam, menyaksikan penggeledahan itu.
Tiga puluh menit kemudian, mereka berkumpul kembali di dek utama.
"Tidak ada tanda-tanda kehadirannya, Komandan," seorang pelaut melapor.
"Kau yakin itu?"
"Sangat yakin, sir. Tidak ada penumpang di kapal ini, dan kami sudah memeriksa setiap kru."
Komandan itu berdiri di situ dengan kecewa. Atasannya telah membuat kekeliruan yang parah.
Ia menoleh ke Monte, Susan, dan Kapten Simpson. "Saya mohon maaf," katanya. "Saya sangat menyesal telah merepotkan Anda. Kami mohon pamit dulu." Ia berbalik untuk pergi.
"Komandan?" "Ya?" "Orang yang Anda cari sudah laYi dengan menumpang kapal penangkap ikan setengah jam yang lalu. Tidak akan sulit bagi Anda untuk mengejarnya."
Lima menit kemudian, Stromboli sudah berpacu ke arah Marseilles. Letnan komandan itu punya cukup alasan untuk merasa senang. Pemerintah negara-negara di dunia sedang memburu Letkol Robert Bellamy, dan dialah orang yang akan menemukannya. Aku bisa naik pangkat karena inh pikirnya.
Dari anjungan, perwira navigasi berseru, "Komandan, bisa Anda naik ke atas sini?"
Apakah mereka telah berhasil menemukan kapal penangkap ikan itu" Sang komandan bergegas naik ke anjungan.
"Lihat, sir!" Komandan itu melihat ke arah yang ditunjuk, dan ia jadi lemas. Di kejauhan, di depan sana, menutupi seluruh cakrawala, nampak seluruh armada penangkap ikan Marseilles, seratus kapal dengan bentuk sama yang sedang kembali ke pelabuhan. Tidak mungkin mengidentifikasi kapal mana yang mengangkut Letkol Robert Bellamy.
Adi Bab Empat Puluh Tujuh Ia mencuri sebuah mobil di Marseilles. Fiat 1800 Spider convertible, yang sedang diparkir di sebuah jalan yang remang-remang. Mobil itu terkunci, dan tak ada kunci yang menempel di lubang starternya. Tak jadi soal. Setelah melihat ke sekelilingnya untuk meyakinkan bahwa tak ada orang yang melihatnya, Robert membuat sedikit sobekan di kanvasnya di bagian atas dan memasukkan tangannya ke dalam untuk membuka kunci pintu. Ia lalu menyusup masuk ke mobil itu dan meraih ke bawah dashboard untuk menarik kabel-kabel starternya. Ia memegang kabel merah tebal di satu tangan sementara, satu per satu, ia menyentuh kabel-kabel yang lain dengan kabel merah itu sampai ia menemukan mana yang menyalakan dashboard. Kemudian ia mengaitkan kedua kabel itu dan menyentuh kabel-kabel yang lain dengan dua kabel yang tadi dikaitkan sampai mesinnya hidup. Ia menarik keluar choke-nya, dan mesinnya bergemuruh siap untuk bergerak. Sesaat kemudjan, Robert sudah dalam perjalanan ke Paris.
494 Prioritas pertamanya adalah mencari dan menemukan Li Po. Ketika ia sampai di pinggiran kota Paris, ia berhenti di sebuah booth telepon. Ia menelepon apartemen Li dan mendengar suara yang dikenalnya berbicara melalui mesin penjawab: "Zao, mes amis". Je regrette que je ne sois pas chez moi, mais U n"y a pas du danger que je riponde pas a votre coup de telephone. Prenez garde que vous attendiez le signal de I"appareil."
"Selamat pagi. Menyesal sekali saya tidak ada di rumah, tapi tidak ada bahaya saya tidak akan menjawab telepon Anda. Berhati-hatilah menunggu nadanya dulu." Robert mengeluarkan kata-kata yang tidak dipakai sesuai dengan sistem kode di antara mereka berdua. Kata-kata kuncinya adalah: Menyesal" bahaya" berhati-hati.
Telepon itu disadap, itu sudah jelas. Li memang sudah menunggu telepon darinya, dan inilah caranya memperingatkan Robert. Robert harus bisa menjumpainya secepat mungkin. Ia akan menggunakan kode lain yang pernah * mereka pakai di masa lalu.
Robert berjalan di sepanjang Rue du Faubourg St. Honore. Ia pernah berjalan di jalan ini dengan Susan. Waktu itu Susan berhenti di depan sebuah etalase toko dan berpose seperti sebuah mannequin. "Kau ingin melihatku mengenakan gaun itu, Robert?" "Tidak, aku lebih suka melihatmu tidak memakai apa-apa sama sekali" Dan waktu itu mereka juga mengunjungi Museum Louvre, dan Susan berdiri di"situ, terpana di depan lukisan
495 Mona Lisa dengan air mata tergenang di pelupuknya".
Robert menuju kantor Le Matin. Ketika sampai di blok di mana kantor itu berada, sebelum gerbangnya, ia menghentikan seorang remaja yang sedang lewat di jalan itu.
"Kau mau mendapatkan lima puluh franc?"
Anak laki-laki itu memandangnya dengan curiga. "Melakukan apa?"
Robert menuliskan sesuatu pada secarik kertas dan memberikannya kepada anak itu dengan dilampiri uang kertas lima puluh franc.
"Hanya memberikan ini ke kantor Le Matin di bagian iklan mininya."
"Bon, d"accord.**
Robert menyaksikan anak itu melangkah ke gedung yang dituju. Iklan itu masih akan sempat dimuat dalam edisi pagi besok. Bunyinya: "Tilly. Ayah sakit keras. Perlu kau. Harap segera temui dia. Ibu."
Sekarang hanya tinggal menunggu saja. Ia tiflak berani mendaftar ke hotel karena hotel-hotel pasti sudah dijaga. Paris terasa seperti bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak.
Robert naik ke sebuah bus turis yang penuh dengan penumpang dan duduk di belakang, berusaha untuk tidak menarik perhatian orang. Kelompok turis itu mengunjungi Luxembourg Gardens, Museum
Setuju. Louvre, makam Napoleon di Les Invaiides, dan selusin monumen lainnya. Dan Robert selalu berusaha membaurkan dirinya di tengah massa.
Hari Kedua Puluh Dua Paris, Prancis
Ia membeli tiket untuk pertunjukan tengah malam di Moulin Rouge, bergabung dengan kelompok turis yang lain. Pertunjukan itu dimulai jam dua pagi. Seusai pertunjukan, ia mengisi sisa malam itu dengan berkeliaran di sekitar Montmartre, dari satu bar kecil ke bar kecil yang lain.
Koran pagi itu tidak akan terbit sebelum jam lima pagi. Beberapa menit sebelum jam lima, Robert berdiri di dekat sebuah kios surat kabar dan menunggu. Sebuah truk merah datang, dan seorang anak laki-laki melemparkan seikat koran ke trotoar. Robert memungut koran yang ada di paling atas. Ia membuka bagian iklan mini. Iklannya ada di sana. Kini tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu.
Pada tengah hari, Robert berjalan-jalan dan sampai ke sebuah toko tembakau kecil. Di sana lusinan pesan pribadi ditempelkan pada sebuah papan pengumuman. Ada iklan mencari tenaga kerja, iklan persewaan apartemen, mahasiswa mencari teman kamar, sepeda dijual. Di tengah papan pengumuman itu, Robert menemukan pesan yang ditunggu-tunggunya. "Tilly sangat ingin bertemu. Telepon dia di 50 41 26 45."
Li Po menjawab pada dering telepon yang pertama. "Robert?" "Zoo, Li."
"Demi Tuhan, Bung, apa yang terjadi?"
"Aku justru berharap kau yang bisa menjelaskannya kepadaku."
"Sobatku, kau mendapatkan perhatian lebih banyak daripada Presiden Prancis. Telegram-telegram semua hanya tentang dirimu saja. Apa yang telah kaulakukan" Jangan, jangan bilang. Apa pun masalahnya, kau dalam kesulitan besar. Mereka menyadap telepon di Kedutaan Cina, teleponku di rumah juga disadap, dan mereka mengawasi flatku. Mereka mengajukan banyak pertanyaan kepadaku mengenai dirimu."
"Li, apa kau tahu semuanya ini sebenarnya menyangkut masalah?""
"Jangan lewat telepon. Kau ingat di mana letak apartemen Sung?"
Pacar Li "Ya." "Aku akan menjumpaimu di sana setengah jam lagi."
"Terima kasih." Robert sangat menyadari bahaya yang mengancam Li Po. Ia teringat akan apa yang terjadi atas diri Al Traynor, temannya di FBI itu. Aku ini Jonah si pembawa sial. Setiap orang yang kudekati mati.
Apartemen yang dimaksud terletak di Rue Benouville di kawasan permukiman yang sunyi di
Paris. Ketika Robert tiba di gedung itu, langit
dipenuhi awan gelap, dan dari kejauhan terdengar gemuruh guntur. Ia berjalan menuju lobi dan membunyikan bel pintu apartemen itu. Li Po langsung membuka pintu.
"Mari masuk," katanya. "Cepat." Ia menutup pintu dan menguncinya. Li Po masih tetap sama seperti yang terakhir Robert bertemu dengannya. Ia jangkung, kurus, dan awet muda.
Kedua laki-laki itu berjabatan tangan.
"Lj, kau tahu apa yang sebenarnya terjadi?"
"Duduklah, Robert."
Robert duduk. Li mengamatinya sebentar. "Apakah kau pernah mendengar tentang Operasi Hari Kiamat?"
Robert mengerutkan dahi. "Tidak. Apakah ada hubungannya dengan UFO?"
"Memang itu terutama menyangkut UFO. Dunia sedang menghadapi bencana, Robert."
Li Po mulai berjalan mondar-mandir. "Makhluk-makhluk luar angkasa akan datang untuk menghancurkan kita. Tiga tahun yang lalu, mereka mendarat di sini dan mengadakan pertemuan dengan para pejabat pemerintah untuk menuntut supaya semua perusahaan industri terkemuka menutup proyek-proyek nuklirnya dan menghentikan penggunaan bahan bakar fosil."
Robert menyimak dan merasa terheran-heran.
"Mereka menuntut dihentikannya produksi bahan bakar minyak, produk-produk kimia, karet, plastik. Itu berarti penutupan ribuan pabrik di seluruh dunia. Pabrik-pabrik mobil dan baja "terpaksa akan tutup. Ekonomi dunia akan kacau." "Mengapa mereka?""
"Mereka beranggapan bahwa kita mencemari jagat raya, menghancurkan planet bumi dan samudera raya". Mereka menghendaki kita berhenti membuat senjata, berhenti mengobarkan peperangan."
"Li?" "Sekelompok tokoh yang berpengaruh dari dua belas negara membentuk persekutuan?industrialis-industrialis terkemuka dari Amerika Serikat, Jepang, Rusia, Cina". Seseorang dengan nama kode Janus mengorganisir badan-badan intelijen di seluruh dunia untuk bekerja sama dalam Operasi Hari Kiamat melawan makhluk-makluk asing itu." Ia menoleh ke Robert. "Kau pernah mendengar tentang SDI?"
"Star Wars. Sistem satelit untuk menembak jatuh rudal-rudal balistik antarbenua Soviet."
Li menggelengkan kepalanya. "Bukan. Itu cuma kedok. SDI tidak diciptakan untuk melawan orang-orang Rusia. SDI dirancang khusus untuk menembak jatuh UFO-UFO. Itu satu-satunya cara untuk menghentikan mereka."
Robert berdiri di situ dengan tercengang, berusaha menyerap semua informasi yang baru saja diberikan Li Po, sementara gemuruh guntur semakin menggelegar. "Maksudmu, semua pemerin-toh ikut mendukung?""
"Katakan saja ada semacam klik di dalam setiap
pemerintahan. Operasi Hari Kiamat ini dikelola di luar jalur pemerintahan. Kau mengerti sekarang?"
"Ya, Tuhan! Jadi pemerintah-pemerintah tidak tahu bahwa?" Ia mengangkat wajahnya memandang Li. "Li" bagaimana kau bisa tahu semua itu?"
"Mudah saja, Robert," kata Li pelan. "Aku adalah sekutu Cina-nya." Tangannya menggenggam sebuah Beretta.
Robert menatap ke senjata itu. "Li"!"
Li menekan pelatuknya, dan bunyi tembakan berbaur dengan bunyi gelegar guntur dan kilat yang menyambar di luar jendela.
Bab Empat Puluh Delapan Bum-BUim pertama air hujan yang bersih dan jernih yang baru saja turun membangunkan wanita itu. Ia sedang berbaring di sebuah bangku taman, terlalu lelah untuk bisa bergerak. Dalam dua hari terakhir ini, ia merasa bahwa energi hidupnya mengering dari tubuhnya. Aku akan mati di planet mi Ia lalu terhanyut dalam tidur yang disangkanya tidur terakhir. Lalu hujan turun. Hujan yang merupakan anugerah baginya. Ia hampir-hampir tak mempercayainya. Ia menengadahkan kepalanya ke langit dan merasakan butir-butir air yang sejuk membasahi wajahnya. Hujan turun semakin deras. Cairan yang segar dan murni. Ia lalu berdiri dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi, membiarkan ah tertuang ke atas dirinya, memberikan kekuatan baru dan membuatnya merasa hidup kembali. Ia membiarkan air hujan itu mengisi tubuhnya, menyerapnya ke dalam intisari raganya sampai ia mulai merasa kelelahannya hilang. Ia merasa dirinya semakin kuat dan semakin kuat sampai akhirnya, pikirnya, Aku sudah siap sekarang. Aku bisa
iirir dengan jernih. Aku tahu siapa yang bisa bZZttkif menemukan jalan pulang. Ia meng-5Ttransmiter kecil itu, memejamkan matanya,
dan mulai berkonsentrasi.
Bab Empat Puluh Sembilan Kilasan kilat itulah yang menyelamatkan hidup Robert Tepat di saat Li Po akan menekan pelatuk pistolnya, kilasan cahaya di luar jendela mengalihkan perhatiannya sekejap. Robert bergerak, dan peluru itu mengenai pundak kanannya dan bukan dadanya.
Ketika Li mengangkat pistolnya untuk menembak lagi, Robert mengirimkan tendangan samping yang membuat pistol di tangan Li jatuh. Li berputar ke depan dan memukul Robert dengan keras di pundaknya yang luka itu. Sakitnya menusuk tulang. Jas Robert bersimbah darah. Robert membalas dengan menghantamkan sikunya. Li mengerang kesakitan. Ia membalas dengan pukulan shuto yang mematikan ke leher Robert dan Robert berhasil mengelak Kedua laki-laki itu saling memutari, keduanya terengah-engah, mencari peluang. Mereka berkelahi dalam bening seakan sedang melaksanakan suatu upacara kematian zaman purba, dan masing-masing tahu bahwa hanya salah satu dari mereka yang akan tetap hidup. Robert semakin lemah. Rasa sakit di pundaknya semakin me nyengat dan ia menyaksikan darahnya menetes netes ke lantai
Waktu berada di pihak Li Po. Aku harus mengakhiri ini secepatnya, pikir Robert Ia masuk dengan tendangan cepat ke depan. Bukannya mengelak, Li malahan menerima tendangan itu sepenuhnya, dan berada cukup dekat dengan Robert sehingga ia bisa menghantamkan sikunya ke pundak Robert Robert terhuyung. Li masuk dengan memutarkan-badannya dan dengan sebuah tendangan ke belakang, dan Robert tergetar. Li sekarang berada di atas tubuhnya, memukulinya, meninju pundaknya berkali-kali, mendorongnya melintasi ruangan. Robert terlalu lemah untuk menahan pukulan keras yang bertubi-tubi itu. Matanya mulai meredup. Ia jatuh ke tubuh Li, mencengkeramnya, dan kedua laki-laki itu terjatuh, menimpa dan memecahkan sebuah meja kaca. Robert terbaring di lantai, tak bergerak karena tenaganya habis. Sudah selesai, pikirnya. Mereka menang.
Ia terbaring di sana, setengah sadar, menunggu Li menghabisinya. Tapi tidak terjadi apa-apa. Pelan-pelan, kesakitan, Robert mengangkat kepalanya. Li terbaring di sebelahnya di lantai, matanya terbelalak menatap ke langit-langit. Sebuah potongan kaca besar mencuat dari dadanya seperti sebilah belati transparan.
Robert berjuang untuk duduk. Tubuhnya lemah karena banyak kehilangan darah. Pundaknya terasa amat sakit. Aku harus ke dokter, pikirnya. Ada
me-i tes" satu nama?seseorang yang sering dipakai oleh dinas tempatnya bekerja, di Paris?seseorang yang bekerja di Rumah Sakit Amerika. Hilsinger. Benar itu namanya. Leon Hilsinger.
Dr. Hilsinger baru saja akan meninggalkan tempat prakteknya seusai bekerja hari itu, ketika telepon berdering. Juru rawat pembantunya sudah pulang, jadi diangkatnya sendiri telepon itu. Suara di ujung sana telepon itu tidak jelas.
"Dr. Hilsinger?"
"Ya," "Ini Robert Bellamy". Perlu bantuan Anda. Saya luka parah. Anda bisa menolong saya?"
"Tentu. Anda ada di mana?"
"Itu tidak penting. Saya akan menemui Anda di Rumah Sakit Amerika setengah jam lagi."
"Saya akan segera ke sana. Langsung saja masuk ke ruang gawat darurat"
"Dokter" jangan ceritakan telepon ini kepada siapa pun."
"Saya berjanji." Hubungan diputuskan.
Dr. Hilsinger memutar sebuah nomor. "Saya baru saja dihubungi Letkol Bellamy. Saya akan menemuinya di Rumah Sakit Amerika setengah jam lagi"."
"Terima kasih, Dokter."
Dr. Hilsinger meletakkan gagang telepon itu. Ia mendengar pintu ruang reception itu terbuka dan ia mengangkat wajahnya. Robert Bellamy berdiri di situ dengan senjata di tangan.
"Saya berubah pikiran," kata Robert. "Mungkin lebih baik kalau Anda merawat saya di sini."
Dokter itu mencoba menyembunyikan kekagetannya. "Anda" Anda seharusnya ke rumah sakit11
"Terlalu dekat dengan kamar mayat. Perban saya, dan lakukan itu dengan cepat" Sulit rasanya untuk berbicara.
Dokter itu akan memprotes, tapi urung. "Baik. Terserah Anda saja. Sebaiknya saya beri Anda anestesi. Itu akan?"
"Jangan macam-macam," kala Robert. "Jangan mencoba menipu saya." Ia menggenggam pistolnya di tangan kiri. "Kalau saya tidak bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup, Anda juga. Ada pertanyaan?" Kepalanya terasa pening.
Dr. Hilsinger menelan ludah. "Tidak."
"Kalau begitu, ayo lakukan"."
Dr. Hilsinger membawa Robert ke ruang sebelah, sebuah ruang pemeriksaan yang penuh dengan peralatan medis. Dengan perlahan dan dengan hati-hati, Robert melepaskan jasnya. Sambil tetap memegang pistol, ia duduk di atas meja. Dr. Hilsinger memegang sebuah pisau bedah. Jari-jari Robert semakin menekan pelatuk pistol itu.
"Tenang," kata Dr. Hilsinger dengan tegang. "Saya hanya akan memotong baju Anda."
Luka itu nampak menganga, merah, dan digenangi darah. "Pelurunya masih di dalam sini," kata Dr. Hilsinger. "Anda tidak akan tahan sakitnya kalau tidak saya beri?"
"Tidak!" Ia tidak mau membiarkan dirinya dibius. "Cabut saja." "Baik, kalau itu yang Anda kehendaki." Robert menyaksikan dokter itu menghampiri unit sterilisasi dan memasukkan sebuah tang penjepit. Robert duduk di pinggir meja, berjuang melawan rasa pening yang semakin mencekam. Ia memejamkan matanya sejenak, dan Dr. Hilsinger berdiri di depannya dengan tang penjepit di tangan.
"Mari kita mulai." Ia menusukkan tang itu ke dalam luka yang menganga itu, dan Robert menjerit keras karena kesakitan. Di depan matanya nampak kilatan-kilatan cahaya. Ia mulai kehilangan kesadarannya. "Sudah keluar," kata Dr. Hilsinger. Robert duduk di situ gemetaran sesaat, menarik napas dalam-dalam berulang-ulang, berjuang untuk menguasai dirinya.
Dr. Hilsinger mengamatinya dengan saksama. "Anda tidak apa-apa?"
Untuk sesaat Robert tidak mampu mengeluarkan suara. "Ya". Perban saja."
Dokter itu menuangkan peroksida ke lukanya, dan Robert hampir pingsan lagi. Ia menggertakkan giginya. Tahan. Sudah hampir beres. Dan akhirnya, syukurlah, yang terberat sudah bisa dilewati. Dokter itu membalutkan perban tebal menyilang pundak Robert. "Ambilkan jas saya," kata Robert. Dr. Hilsinger menatapnya. "Anda tidak bisa keluar sekarang. Berjalan saja Anda tidak mampu."
"Bawa jas saya kemari." Suaranya begitu lemah sehingga ia hampir-hampir tidak mampu berbicara. Ia menyaksikan dokter itu berjalan melintasi ruangan untuk mengambilkan jasnya, dan sosok dokter itu nampak seperti berbayang.
"Anda banyak kehilangan darah," Dr. Hilsinger memperingatkan. "Besar risikonya kalau Anda per-gi."
Dan lebih besar lagi risikonya kalau aku tinggal, pikir Robert Dengan hati-hati, ia mengenakan jasnya dan mencoba untuk berdiri. Lututnya membengkok. Ia menyambar pinggiran meja itu.
"Anda tidak akan bisa," Dr. Hilsinger memperingatkan. "
Robert mengangkat wajahnya melihat sosok kabur di hadapannya itu. "Pasti bisa."
Tapi ia tahu bahwa begitu ia beranjak dari situ, Dr. Hilsinger pasti akan menelepon lagi. Pandangan Robert tertuju pada segulung pita berperekat yang tadi dipakai Dr. Hilsinger.
"Duduk di kursi ini." Kata-katanya tidak jelas.
"Mengapa" Apa yang Anda?""
Robert mengangkat pistolnya. "Duduk."
Dr. Hilsinger duduk. Robert mengambil gulungan pita itu. Sulit sekali karena ia hanya bisa menggunakan satu tangan. Ia menarik lepas ujung pita itu dan mulai membuka gulungannya. Ia menghampiri Dr. Hilsinger. "Duduk diam dan Anda tak akan disakiti."
Ia mengikatkan ujung pita itu ke lengan kursi, lalu mulai melingkarkannya ke kedua tangan dokter itu.
"Ini sungguh tidak perlu," kata Dr. Hilsinger. "Saya tidak akan?"
"Tutup mulut" Robert melanjutkan mengikat sang Dokter ke kursi. Upaya itu membuat rasa sakitnya kambuh lagi. Ia menatap dokter itu dan berkata pelan, "Saya tidak akan pingsan."
Ia pingsan." Ia merasa seolah-olah sedang melayang di ruang angkasa, mengapung tanpa berat menembus awan-awan putih, dalam kedamaian. Bangun. Ia tidak ingin bangun. Ia ingin perasaan yang mengasyikkan ini terus berlanjut untuk selamanya. Bangun. Sesuatu yang keras menekan sisi tubuhnya. Sesuatu yang terdapat dalam saku jasnya. Dengan mata yang masih terpejam, ia meraihnya dan menggenggamnya di tangannya. Ternyata kristal yang dulu itu. Ia terhanyut lagi dalam tidur.
Robert. Suara wanita, lembut dan menenteramkan hati. Ia berada di sebuah lapangan rumput yang cantik dan hijau, dan udara dipenuhi musik merdu, dan di langit nampak cahaya terang. Seorang wanita sedang berjalan ke arahnya. Jangkung dan cantik dengan wajah lonjong dan warna kulit lembut yang hampir-hampir nampak bening. Ia mengenakan gaun berwarna putih salju. Suaranya lembut dan pelan.
"Tidak ada yang akan menyakitimu lagi, Robert. Mari datang kepadaku. Aku menunggumu di sini."
Perlahan-lahan Robert membuka matanya. Lama ia terbaring di situ, lalu bangkit karena tiba-tiba ia
merasa bergairah kembali. Sekarang ia tahu siapa saksi mata yang kesebelas itu, dan ia tahu di mana harus menjumpainya.
Bab Lima Puluh "Hari Kedua Puluh Tiga "Paris, Prancis
Ia menelepon Admiral Whittaker dari kantor dokter itu. "Admiral" Robert."
"Robert! Apa yang terjadi" Mereka bilang?"
"Itu tidak jadi soal sekarang. Saya membutuhkan bantuan Anda, Admiral. Anda pernah mendengar nama Janus?"
Admiral Whittaker berkata perlahan, "Janus" Tidak. Aku tidak pernah mendengar namanya."
Robert melanjutkan, "Saya telah menemukan fakta bahwa dia mengepalai semacam organisasi rahasia yang melakukan pembunuhan terhadap orang-orang tak bersalah, dan kini dia berusaha membunuh saya. Kita harus mencegahnya."
"Bagaimana aku bisa membantumu?"
"Saya perlu bertemu dengan Presiden. Bisa Anda atur pertemuan seperti itu?"
Hening sejenak. "Aku yakin aku bisa."
"Ada lagi. Jenderal Hilliard juga terlibat" "Apa" Bagaimana bisa?"
"Dan ada yang lain-lain. Sebagian besar dinas rahasia di Eropa juga terlibat Saya tidak bisa menjelaskan lebih lanjut sekarang. Saya ingin Anda menelepon Hilliard. Katakan padanya saya menemukan saksi mata yang kesebelas."
"Aku tidak mengerti. Saksi mata terhadap apa?"
"Maafkan, saya, Admiral, tapi tak bisa saya katakan. Hilliard akan paham. Saya ingin dia menemui saya di Swiss."
"Swiss?" "Katakan padanya cuma saya yang tahu df mana saksi mata kesebelas itu berada. Kalau dia berbuat macam-macam, transaksi ini batal. Katakan padanya untuk pergi ke Hotel Dolder Grand di Zurich. Akan ada memo buatnya di resepsionis. Katakan juga padanya bahwa aku juga ingin bertemu dengan Janus di Swiss?dan harus dia sendiri yang datang."
"Robert, apa kau yakin apa yang kaulakukan ini benar?"
"Tidak, sir. Tapi ini satu-satunya peluang yang masih saya punyai. Tolong katakan padanya bahwa syarat-syarat saya tidak dapat ditawar lagi. Nomor satu, saya minta jaminan perjalanan yang aman ke Swiss. Nomor dua, Jenderal Hilliard dan Janus harus menemui saya di sana. Nomor tiga, setelah itu, saya ingin bertemu dengan Presiden Amerika Serikat"
"Akan kulakukan apa yang aku bisa, Robert. Bagaimana aku akan bisa menghubungimu?"
"Saya akan menelepon Anda lagi. Berapa banyak waktu yang Anda butuhkan?" "Beri aku satu jam." "Baik."
"Dan Robert?" Robert bisa mendengar ada nada pilu dalam suara orang tua itu. "Ya, sir?" "Hati-hatilah."
"Jangan kuatir, sir. Saya selalu bisa lolos. Ingat?"
Satu jam kemudian, Robert berbicara dengan Admiral Whittaker lagi.
"Mereka setuju. Jenderal Hilliard nampaknya terguncang mendengar bahwa ada saksi baru. Dia berjanji kepadaku bahwa kau tidak akan diganggu. Syarat-syaratmu akan dilaksanakan. Dia akan terbang ke Zurich dan akan tiba di sana esok pagi."
"Dan Janus?" "Janus akan berada di pesawat itu bersamanya." Robert merasa lega. "Terima kasih, Admiral. Dan Presiden-nya?"
"Aku sudah berbicara sendiri dengannya. Para pembantunya akan mengatur pertemuan untukmu kapan saja kau siap."
Thank God! "Jenderal Hilliard menyediakan pesawat untukmu untuk membawamu ke?"
"Tidak." Ia/tidak mau membiarkan mereka memasukkannya ke dalam sebuah pesawat. "Saya ada
di Paris. Saya minta sebuah mobil dan biar saya kendarai sendiri nanti. Saya minta mobil itu ditinggalkan di depan Hotel Littre di Montparnasse setengah jam lagi."
"Aku akan mengupayakan itu."
"Admiral?" "Ya, Robert?" Sulit rasanya mengucapkan kata-katanya dengan tegar. "Terima kasih."
Ia berjalan menyusuri Rue Littre, dengan gerakan perlahan karena rasa sakitnya. Ia mendekati hotel dengan waspada. Nampak sebuah Mercedes hitam diparkir tepat di depan bangunan itu. Tidak ada orang di dalamnya. Di seberang jalan nampak sebuah mobil polisi biru-putih dengan seorang polisi berseragam di belakang setirnya. Di trotoar, dua orang berpakaian preman berdiri menyaksikan Robert datang mendekat. Dinas Rahasia Prancis.
Robert merasa napasnya sesak. Jantungnya berdebar keras. Apakah ia sedang melangkah ke dalam sebuah perangkap" Satu-satunya jaminan yang dipunyainya adalah saksi mata kesebelas itu. Apakah Hilliard percaya kepadanya" Apakah jaminan itu cukup kuat"
Ia berjalan menghampiri mobil sedan itu, menunggu agen-agen itu bergerak. Mereka berdiri diam di situ, memperhatikannya.
Ia berjalan menuju sisi pengemudi Mercedes itu dan menjenguk ke dalam. Kuncinya tergantung di lubang starter. Ia dapat merasakan tatapan para
petugas tersebut menghunjam ke punggungnya saat ia membuka pintu dan menyelinap masuk. Ia terpaku sejenak, memelototi lubang starter. Kalau Jenderal Hilliard mengkhianati Admiral Whittaker, maka inilah saatnya semuanya berakhir dengan sebuah ledakan hebat.
Nah, ini sekarang. Robert menarik napas dalam-dalam, meraih ke tempat kunci dengan tangan kiri dan memutarnya. Mesinnya mengeluarkan bunyi gemuruh. Agen-agen dinas rahasia itu berdiri di situ menyaksikan Robert melaju. Ketika Robert sampai di perempatan, sebuah mobil polisi mengambil posisi di depan mobilnya, dan untuk sesaat, Robert mengira ia akan diminta berhenti. Tapi, polisi itu malahan menyalakan lampu merah sirenenya, dan lalu lintas seakan bubar membuka jalan. Gila! Mereka mengawalku!
Di atasnya, Robert mendengar bunyi helikopter. Ia mendongak. Sisi badan heli itu ditandai dengan logo Kepolisian Nasional Prancis. Jenderal Hilliard rupanya melakukan semua hal yang perlu untuk mengupayakan supaya ia bisa tiba di Swiss dengan aman. Dan setelah kutunjukkan saksi mata yang terakhir, pikir Robert dengan geram, ia pasti akan membunuhku. Tapi sang Jenderal akan mendapat kejut
an. Robert mencapai perbatasan Swiss pada jam empat sore hari. Di perbatasan itu, polisi Prancis berbalik, dan sebuah mobil polisi Swiss ganti mengawalnya. Untuk pertama kalinya sejak peristiwa ini diawali, Robert merasa lega. Syukurlah Admiral
Whittaker mempunyai banyak koneksi di kalangan tinggi Dengan adanya kenyataan bahwa Presiden mengharapkan bertemu "dengan Robert, Jenderal Hilliard tidak akan berani menyakitinya. Ia teringat akan wanita yang berpakaian putih itu, dan saat itu juga, ia mendengar suaranya, yang bergema di dalam mobilnya.
"Cepat, Robert. Kami semua menunggumu." Semua" Apa ada lebih dari satu" Aku akan segera mengetahuinya, pikir Robert.
Di Zurich, Robert berhenti di Dolder Grand Hotel dan menulis sebuah memo di meja penerima tamu untuk sang Jenderal.
"Jenderal Hilliard akan menanyakan saya," kata Robert kepada petugas itu. "Tolong berikan ini kepadanya." "Baik, Tuan."
Di 1 uar, Robert menghampiri mobil polisi yang sejak tadi mengawalnya. Ia membungkuk untuk berbicara dengan pengemudinya. "Mulai dari sini, aku tidak mau diikuti."
Pengemudinya ragu-ragu. "Baiklah, Letnan."
Robert kembali ke mobilnya dan mengendarainya menuju Uetendorf ke tempat jatuhnya UFO itu. Sepanjang perjalanan, ia teringat akan semua tragedi yang telah terjadi karena hal itu dan tentang semua nyawa yang telah melayang. Hans Beckerman dan Father Patrini; Leslie Mothershed dan William Mann; Daniel Wayne dan Otto Schmidt; Laslo Bushfekete dan Fritz Mandel;
Romanchanko dan Kevin Parker. Mati. Semuanya mad.
Aku ingin melihat wajah Janus, pikir Robert, dan memandang ke dalam matanya.
Desa-desa seakan-akan berlarian susul-menyusul, dan keindahan yang perawan dari Pegunungan Alpen mengaburkan semua pertumpahan darah dan teror yang bermula dari tempat itu. Mobil sampai ke Thun, dan adrenalin mulai menjalari seluruh indera Robert. Di depan sana terletak lapangan rumput tempat ia dan Beckerman menemukan* balon cuaca itu, tempat mimpi buruk ini berawal-mula. Robert membawa mobilnya ke tepi jalan dan mematikan mesinnya. Ia berdoa di dalam hati. Ia lalu keluar dari mobilnya dan menyeberangi jalanan menuju lapangan itu.
Seribu kenangan terlintas di benak Robert. Telepon berdering pada jam empat pagi. "Anda diperintahkan melapor kepada Jenderal Hilliard di markas besar Badan Keamanan Nasional di Fort Meade pada jam enam pagi hari ini. Apakah pesan ini sudah dipahami, Letnan?"
Betapa sedikit yang dipahaminya saat itu. Ia teringat akan kata-kata Jenderal Hilliard: "Anda harus menemukan para saksi mata itu. Semuanya." Dan pelacakan itu telah membawanya dari Zurich ke Bern, London, Munich, Roma, dan Orvieto; dari Waco ke Fort Smith; dari Kiev ke Washington, dan Budapest. Well, pelacakan maut itu telah
sampai ke titik akhirnya, di sini, di mana semua dulu dimulai.
Wanita itu sedang menunggunya, dan Robert tahu itu, dan ia tampil persis sama dengan yang dilihatnya dalam mimpinya. Mereka berdua saling mendekat, dan wanita itu seakan bergerak melayang ke arahnya dengan senyum cerah tersungging di wajahnya.
"Terima kasih kau mau datang, Robert."
Apakah ia benar-benar sedang mendengarnya berbicara, ataukah ia hanya mendengar alur pikiran wanita itu" Bagaimana cara kita berbicara dengan makhluk asing"
"Aku harus datang," hanya begitu jawab Robert. Ini suatu adegan yang sungguh tidak nyata. Aku berdiri di sini berbicara dengan seseorang dari dunia lain! Seharusnya aku merasa takut, tapi selama hidupku aku belum pernah merasa sedamai ini. "Aku harus memperingatkanmu," kata Robert "Sejumlah orang akan datang ke sini dan bermaksud menyakiti dirimu. Lebih baik kau pergi sebelum mereka datang."
"Aku tidak bisa pergi."
Dan Robert mengerti. Ia meraih ke dalam sakunya dengan tangan kirinya dan mengeluarkan potongan logam kecil yang berisi kristal itu.
Wajahnya berbinar. "Terima kasih, Robert."
Robert memberikan kristal itu kepadanya dan menyaksikan dia mempertautkannya dengan potongan yang di tangannya.
"Bagaimana sekarang?" tanya Robert "Sekarang aku bisa berkomunikasi dengan teman-temanku. Mereka akan datang menjemputku."
Adakah kalimat itu mengandung suatu arti lain" Robert teringat akan kata-kata Jenderal Hilliard: "Mereka bermaksud untuk menguasai planet ini dan menjadikan kita budak mereka." Bagaimana kalau ternyata Jenderal Hilliard benar" Bagaimana kalau makhluk-makhluk asing ini memang berniat untuk menguasai planet kita" Siapa yang bisa mencegah mereka" Robert melihat arlojinya; Jenderal Hilliard dan Janus sudah hampir datang. Tepat pada saat Robert berpikir begitu, didengarnya suara gemuruh helikopter Huey raksasa mendekati dari arah utara.
"Teman-temanmu datang."
Teman-teman. Mereka adalah musuh bebuyutannya, dan ia berniat untuk membuka kedok mereka sebagai pembunuh-pembunuh, untuk menghancurkan mereka.
Rumput dan bunga-bunga di lapangan itu mulai berkibar-kibar dengan keras saat helikopter itu akan mendarat
Sebentar lagi ia akan bertemu muka dengan Janus. Gagasan itu membuatnya marah dan dipenuhi hasrat untuk membunuh. Pintu helikopter membuka.
Susan melangkah keluar. Bab Lima Puluh Satu Di dalam pesawat induk yang melayang tinggi di atas planet bumi, ada sukacita besar. Semua lampu pada panel-panelnya memancarkan sinar hijau.
"Kita telah menemukan dia!"
"Kita harus bergegas."
Pesawat yang besar itu lalu melesat menuju planet yang terletak jauh di bawah.
Bab Lima Puluh Dua Untuk sekejap, sang waktu seakan beku, lalu pecah kembali berkeping-keping. Robert menatap, tercengang, saat Susan melangkah keluar dari helikopter. Susan berdiri di situ sesaat, lalu berlari ke arah Robert, tapi Monte Banks yang berada tepat di belakangnya, menyambarnya dan menariknya kembali.
"Lari,Robert! Lari! Mereka akan membunuhmu!"
Robert maju selangkah ke arah Susan, dan pada saat itu Jenderal Hilliard dan Kolonel Frank Johnson melangkah keluar dari helikopter.
Jenderal Hilliard berkata, "Saya datang, Letnan. Saya telah menepati apa yang saya janjikan." Ia menghampiri Robert dan wanita dalam pakaian putih itu. "Saya kira ini saksi mata yang kesebelas. Makhluk asing yang hilang itu. Kami yakin ia akan sangat menarik minat kami. Jadi semuanya sudah beres."
"Belum. Anda bilang akan membawa Janus."
"Oh, ya. Janus bersikeras datang ke sini untuk menjumpai Anda."
Robert menoleh ke arah helikopter itu. Admiral Whittaker sedang berdiri di ambang pintu. "Kau minta bertemu denganku, Robert?" Robert menatapnya, tidak percaya, dan matanya seakan tertutup oleh selaput merah. Ia merasa seakan dunianya sudah runtuh. "Tidak! Mengapa?" Demi Tuhan mengapa?"
Sang Admiral sedang berjalan ke arahnya. "Kau tidak mengerti, bukan" Sejak dulu kau tidak mengerti. Kau terlalu peduli dengan nyawa-nyawa yang tidak berharga. Kami peduli tentang bagaimana menyelamatkan dunia ini. Bumi ini milik kita dan kita boleh melakukan apa saja yang kita sukai."
Ia menoleh untuk menatap wanita dalam pakaian putih itu. "Kalau kalian makhluk asing menginginkan perang, kalian akan mendapatkannya. Dan kami akan mengalahkanmu!" Ia menoleh kembali ke Robert. "Kau mengkhianatiku. Kau adalah putraku. Kau kuanggap menggantikan tempat Edward. Kuberi kau kesempatan untuk berbakti kepada negerimu. Tapi apa balas budimu" Kau malahan mengiba-iba minta aku memperbolehkan kau tinggal di rumah saja supaya bisa bersama istrimu." Suaranya penuh dengan kebencian. "Tidak ada putraku yang boleh bersikap seperti itu. Saat itu seharusnya aku sudah tahu bahwa nilai-nilai pandangan hidupmu kacau."
Robert berdiri di situ seolah-olah lumpuh, terguncang hebat dan tak kuasa berkata-kata.
"Kuhancurkan perkawinanmu karena waktu itu aku masih punya keyakinan atas dirimu, tapi?"
"Kau membubarkan perkawinan?"" "Ingat ketika CIA menugaskan dirimu untuk memburu Fox" Akulah yang mengatur itu. Aku berharap kau akan insaf. Kau gagal karena memang Fox itu tidak ada. Saat itu kupikir aku sudah berhasil meluruskan sikapmu, menunjukkan bahwa kau adalah salah satu dari kami. Lalu kauhilang kau bermaksud keluar dari dinas. Saat itulah aku tahu bahwa kau bukan seorang patriot, bahwa kau harus disingkirkan, dihancurkan. Tapi sebelum itu kau harus membantu kami dengan misi kami."
"Misi kalian" Untuk membunuh orang-orang yang tak berdosa ini" Anda sudah gila!"
"Mereka harus dibunuh supaya mereka tidak menyebarkan kepanikan. Kami sudah siap sekarang untuk menghadapi makhluk-makhluk asing itu. Saat itu yang kami perlukan hanyalah mengulur sedikit waktu, dan kau sudah memberikannya kepada kami."
Wanita yang berpakaian putih itu sejak tadi berdiri di situ mendengarkan, tidak mengatakan apa-apa, tapi kini alur pikirannya dilayangkannya masuk ke dalam pikiran mereka semua yang berdiri di lapangan itu. "Kami datang ke sini untuk mencegah kalian menghancurkan planet kalian. Kita semua adalah bagian dari satu jagat raya. ikatlah ke atas."
Kepala-kepala mereka menengadah ke langit. Di na nampak segumpal awan putih yang sangat sar, dan ketika mereka memandangnya, awan itu rubah bentuk. Kini yang mereka lihat adalah
sebuah kutub es, dan ketika mereka menatapnya, kutub itu mulai mencair, dan air tercurah melalui sungai-sungai dan lautan-lautan di seluruh dunia, membanjiri London dan Los Angeles, New York dan Tokyo, dan semua kota pantai di seluruh dunia dalam suatu perpaduan adegan yang membuat kepala pening. Kemudian pemandangan itu berganti dengan tanah pertanian mahaluas yang kering dan tandus, dengan hasil panen yang hangus jadi abu di bawah matahari yang kerontang dan ganas, dan mayat-mayat hewan berserakan di mana-mana. Adegan di depan mata mereka berubah lagi, dan mereka melihat kerusuhan-kerusuhan massa di Cina, dan bahaya kelaparan di India, dan perang nuklir yang menghancurkan, dan akhirnya, orang-orang yang hidup di gua-gua. Adegan itu perlahan-lahan menghilang.
Untuk beberapa saat semuanya diam tertegun. "Seperti itulah masa depan kalian kalau kalian masih saja melanjutkan cara hidup kalian."
Admiral Whittaker-lah yang paling dulu sadar. "Hipnosis masai," bentaknya. "Aku yakin kau bisa menunjukkan kepada kami trik-trik lain yang lebih menarik." Ia bergerak mendekati makhluk asing itu. "Aku akan membawamu ke Washington. Kami perlu banyak informasi darimu." Admiral itu melihat ke Robert. "Kau sudah habis." Ia menoleh kepada Frank Johnson. "Urus dia."
Kolonel Johnson mengeluarkan pistolnya dari sarungnya.
Susan berontak dari Monte dan berlari ke sisi Robert "Tidak!" ia menjerit
"Bunuh dia!" kata Admiral Whittaker.
Kolonel Johnson mengarahkan senjatanya kepada sang Admiral. "Admiral, Anda ditahan."
Admiral Whittaker menatapnya. "Apa" apa yang kaukatakan" Aku menyuruhmu membunuhnya. Kau salah satu dari kami."
"Anda keliru. Saya tidak pernah menjadi salah satu dari kalian. Saya menyusup ke dalam organisasi kalian sudah sejak lama. Saya mencari Letkol Bellamy bukan untuk membunuhnya, tapi untuk menyelamatkannya." Ia menoleh kepada Robert. "Maaf, aku tidak bisa menghubungimu lebih awal."
Wajah Admiral Whittaker sudah berubah pucat "Kalau begitu kau juga akan dihancurkan. Tak ada orang yang bisa menghalangi kami. Organisasi kami?"
"Anda sudah tidak memiliki organisasi. Saat ini, semua anggotanya sudah ditangkap. Semuanya sudah habis, Admiral."


Konspirasi Hari Kiamat The Doomsday Conspiracy Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di atas kepala, langit seakan bergetar karena cahaya dan suara. Pesawat induk yang sangat besar itu sedang melayang turun tepat di atas mereka, cahaya hijau yang terang terpancar dari interiornya. Mereka semua terpana ketika pesawat itu melakukan pendaratan. Sebuah pesawat yang lebih kecil muncul, lalu satu lagi, dan dua lagi, dan tambah lagi dua, sampai angkasa seakan dipenuhi oleh pesawat-pesawat itu, dan di udara terdengar
gemuruh dahsyat yang membentuk paduan musik
megah yang bergema di seluruh pegunungan. Pint" pesawat induk itu membuka dan sesosok makhluk asing muncul.
Wanita dalam pakaian putih itu menoleh kepada Robert "Aku pergi sekarang." Ia menghampiri Admiral Whittaker, Jenderal Hilliard, dan Monte Banks. "Kalian ikut dengan saya."
Admiral Whittaker melangkah mundur. "Tidak! Aku tidak mau pergi!"
"Harus. Kami tidak akan menyakiti kalian." Ia mengacungkan tangannya, dan untuk sesaat tidak terjadi apa-apa. Kemudian, dengan disaksikan oleh yang hadir di situ, ketiga orang itu pelan-pelan mulai bergerak dan meluncur ke arah pesawat ruang angkasa itu. Admiral Whittaker berteriak, "Tidak!" Ia masih berteriak ketika mereka bertiga menghilang ke dalam pesawat ruang angkasa itu.
Wanita yang berpakaian putih itu menoleh kepada mereka yang hadir. "Mereka tidak akan disakiti. Mereka harus banyak belajar. Kalau mereka sudah belajar nanti, mereka, akan dibawa kembali ke sini."
Susan memegang Robert erat-erat
"Katakan kepada orang-orang bahwa mereka harus berhenti membunuh planet ini, Robert Buat mereka mengerti"
"Aku cuma sendirian."
"Ada ribuan orang seperti kau. Setiap hari jumlahnya bertambah. Suatu hari nanti akan jadi jutaan, dan kalian harus berbicara dengan satu suara yang kuat Kau mau melakukan itu?"
"Akan kucoba. Akan kucoba."
"Kami harus pergi sekarang. Tapi kami akan terus mengawasi kalian. Dan kami akan kembali lagi."
Wanita berpakaian putih itu berbahk dan masuk ke dalam pesawat induk. Cahaya di dalam mulai bersinar makin terang dan semakin terang sampai seluruh angkasa seakan diterangi.
Tiba-tiba, tanpa peringatan apa-apa, pesawat induk itu lepas landas, diikuti oleh pesawat-pesawat yang lebih kecil, sampai akhirnya semuanya lenyap dari penglihatan.
"Katakan kepada orang-orang bahwa mereka harus berhenti membunuh planet ini." Benar pikir
IRobert Aku tahu sekarang apa yang akan kulakukan dalam hidupku selanjutnya. Ia memandang Susan dan tersenyum.
Cerita Dimulai Catatan dari Penulis Dalam melakukan penelitian bagi penulisan novel ini, saya telah membaca banyak buku, majalah, dan artikel surat kabar yang memuat pernyataan astronaut-astronaut yang dilaporkan telah mengalami sesuatu yang berhubungan dengan makhluk luar angkasa. Kolonel Frank Borman ketika berada di Gemini 7 memotret sebuah UFO yang membuntuti kapsulnya. Neil Armstrong di Apollo 11 melihat dua pesawat ruang angkasa yang tak dikenal pada saat ia mendarat di bulan. Buzz Aldrin memotret pesawat tak dikenal waktu berada di bulan. Kolonel L. Gordon Cooper berjumpa dengan sebuah UFO besar ketika melakukan misi penerbangan Proyek Mercury di atas Perth, Australia, dan merekam suara-suara yang berbicara dalam bahasa yang kemudian ternyata bukan salah satu bahasa makhluk bumi.
Saya berbicara dengan orang-orang ini", dan juga dengan astronaut-astronaut yang lain, dan semuanya memastikan bahwa cerita-cerita itu memang patut diragukan kebenarannya tapi bukan semacam
wahyu Ilahi, bahwa mereka sama sekali tidak mempunyai pengalaman apa-apa dengan UFO. Beberapa hari setelah percakapan telepon saya dengan Kolonel Gordon Cooper, ia menelepon saya kembali. Saya membalas teleponnya itu, tapi ia tiba-tiba tidak bisa dihubungi. Setahun kemudian, saya berhasil mendapatkan sepucuk surat yang ditulis olehnya, tertanggal 9 November 1978, yang berbicara tentang UFO.
Saya menelepon Kolonel Cooper lagi menanyakan apakah suratnya itu autentik. Kali ini, ia lebih berterus terang. Ia mengatakan bahwa surat itu autentik dan bahwa selama penerbangan-penerbang-annya ke angkasa luar, ia telah melihat dengan mata kepala sendiri sejumlah UFO yang sedang terbang. Ia juga menyebutkan bahwa astronaut-astronaut lain pernah mengalami hal yang sama, tapi mereka diperingatkan untuk tidak membicarakannya.
Saya telah membaca selusin buku yang dengan jelas membuktikan bahwa piring terbang itu ada. Saya telah membaca selusin buku yang dengan jelas membuktikan bahwa piring terbang itu tidak ada. Saya telah memutar video-video yang menampilkan gambar-gambar piring terbang, dan telah menemui para terapis di Amerika Serikat dan di luar negeri yang mengkhususkan diri dalam menghipnotis orang-orang yang menyatakan pernah dibawa masuk ke dalam UFO. Para terapis itu mengatakan bahwa mereka telah menangani ratusan kasus yang rincian pengalaman korban-korbannya sangat mirip, termasuk tanda-tanda serupa yang sulit dijelaskan pada tubuh mereka.
Seorang jenderal Angkatan Udara yang mengepalai Blue Book Project?sebuah tim pemerintah Amerika Serikat yang dibentuk untuk menyelidiki piring terbang?meyakinkan saya bahwa sampai saat ini belum ditemukan bukti-bukti nyata mengenai piring terbang atau makhluk luar angkasa.
Tapi, dalam kata pengantar buku karangan Timothy Good yang berjudul Above Top Secret: The Worldwide UFO Cover-up, Lord
Hill-Norton, admiral Armada Nasional dan kepala Staf Pertahanan Inggris dari 1971 sampai 1973, menulis:
Bukti-bukti bahwa ada objek-objek yang pernah nampak di atmosfer kita, dan bahkan di daratan kita, yang tidak dapat dijelaslan sebagai buatan manusia atau suatu hasil kekuatan atau pengaruh alam yang diketahui para ilmuwan kita nampaknya sudah banyak sekali". Banyak sekali penampakan yang telah dilaporkan oleh orang-orang yang reputasinya menurut pendapat saya tidak perlu dipertanyakan lagi. Yang sangat mengesankan adalah bahwa banyak di antara mereka itu merupakan pengainat-pengatnat yang terlatih, seperti petugas-petugas kepolisian dan pilot-pilot perusahaan penerbangan dan angkatan udara".
Pada tahun 1933, Korps Penerbangan Swedia Ke-4 melakukan suatu penyelidikan tentang
pesawat udara tak dikenal yang muncul di udara Skandinavia, dan pada tanggal 30 April 1934, Mayor Jenderal Erik Reuterswaerd memberikan pernyataan kepada pers sebagai berikut:
Perbandingan dari laporan-laporan ini menunjukkan bahwa tidak bisa diragukan lagi bahwa di atas kawasan militer rahasia kita terdapat lalu lintas udara ilegal. Banyak laporan dari orang-orang yang dapat dipercaya yang menggambarkan pengamatan saksama atas pesawat udara misterius itu. Dan dalam setiap kasus, dicatat komentar yang sama; pada pesawat itu tidak terdapat tanda-tanda atau ciri-ciri identitas yang dapat dilihat" Pertanyaannya adalah: Mereka itu siapa dan apa, dan mengapa mereka melanggar batas wilayah udara kita"
Pada tahun 1947, Profesor Paul Santorini, seorang ilmuwan Yunani terkemuka, diminta untuk menyelidiki rudal-rudal yang terbang melewati angkasa Yunani. Tapi penyelidikannya ini akhirnya dihentikan: "Kami segera bisa mendeteksi bahwa itu ternyata bukan rudal. Tapi, sebelum kami dapat melangkah lebih jauh, Angkatan Darat, setelah berunding dengan para pejabat luar negeri, memerintahkan supaya penyelidikan dihentikan. Para ilmuwan asing terbang ke Yunani untuk melakukan pembicaraan rahasia dengan saya." (Kalimat ini diberi penekanan.)
Profesor itu menegaskan bahwa "selubung kerahasiaan internasional" menutupi masalah UFO karena, salah satu alasannya, pihak yang berwenang
tidak bersedia mengakui adanya suatu kekuatan
yang "tidak mungkin bisa dilawan".
Sejak 1947 sampai 1952, Air Technical Intelligence Center (ATIC) menerima sekitar seribu lima ratus laporan resmi mengenai penampakan UFO. Dari jumlah ini, Angkatan Udara menyatakan bahwa dua puluh persennya tidak dapat dijelaskan.
Marsekal Utama Angkatan Udara Lord Dowding, panglima komando Pesawat Tempur RAF selama Perang Inggris Raya di tahun 1940 menulis:
Lebih dari 10.000 penampakan telah dilaporkan, yang mayoritasnya tidak dapat dipertanggungjawabkan melalui "penjelasan ilmiah". Pesawat-pesawat itu telah dilacak melalui layar radar" dan kecepatan yang dapat diamati adalah 9.000 mil per jam". Saya yakin bahwa objek-objek ini benar-benar ada dan bahwa objek-objek ini tidak dibuat oleh bangsa mana pun di muka bumi ini. (Kalimat ini diberi penekanan.) Oleh karena itu bagi saya tidak ada alternatif lain kecuali menerima teori bahwa mereka datang dari suatu sumber di angkasa luar.
Baru-baru ini, di Elmwood, Wisconsin, seisi kota menyaksikan ketika piring-piring terbang melayang-layang di angkasa kota mereka untuk beberapa hari lamanya.
Jenderal Lionel Max Chassin, yang baru saja
diangkat menjadi kepala staf Angkatan Udara Prancis dan menjabat koordinator pertahanan udara, Angkatan Udara Sekutu, Eropa Tengah (NATO), menulis:
Bahwa sering terlihat benda-benda aneh kini tidak perlu diragukan lagi". Jumlah orang berpendidikan yang serius, cerdas, dan sangat mampu dalam bidangnya masing-masing yang telah "melihat sesuatu" semakin hari semakin bertambah.
Kemudian ada lagi Insiden Roswell yang terkenal di tahun 1947. Menurut laporan saksi mata, pada petang hari tanggal 2 Juli, sebuah benda terang berbentuk cakram terlihat di atas Roswell, New Mexico. Keesokan harinya, reruntuhan yang terserak di lokasi yang luas diketemukan oleh seorang pengelola ranch setempat bersama kedua anaknya. Pihak yang berwajib disiagakan, dan sebuah pernyataan resmi dikeluarkan, yang menyatakan bahwa reruntuhan sebuah piring terbang telah diketemukan.
Pernyataan pers kedua segera dikeluarkan, yang menyatakan bahwa reruntuhan itu tidak lain hanyalah reruntuhan sebuah balon cuaca, yang kemudian dipamerkan di depan konferensi pers. Sementara itu, reruntuhan yang sebenarnya dilaporkan telah dikirim ke Wright Field. Jasad-jasad yang ditemukan itu digambarkan oleh seorang saksi mata sebagai
mirip manusia tapi mereka bukan manusia. Kepalanya bundar, mata kecil, dan mereka tidak berambut. Jarak antara satu mata dengan lainnya lebar. Dibandingkan kita, perawakan mereka kecil, dan kepala mereka besar jika dibandingkan dengan tubuh mereka. Pakaian mereka nampaknya berbentuk terusan yang utuh dan warnanya abu-abu. Mereka nampaknya laki-laki semuanya dan beberapa di antara mereka" Personil-personil militer kemudian mengambil alih dan kami diminta meninggalkan lokasi itu serta diperingatkan untuk tidak membicarakan apa yang telah kami saksikan itu kepada siapa pun.
Menurut sebuah dokumen yang diperoleh dari suatu sumber intelijen pada tahun 1984, sebuah komisi yang sifatnya sangat rahasia bernama sandi Majestic 12, atau MJ-12, telah dibentuk oleh Presiden Truman pada tahun 1947 untuk menyelidiki UFO dan melaporkan hasilnya kepada Presiden. Dokumen itu, yang bertanggal 18 November 1952, dan digolongkan sebagai "Top Secret/Majic/Eyes Only", katanya disusun oleh Admiral Hilienkoetter untuk presiden yang baru saja terpilih, Dwight Eisenhower, dan memuat pernyataan yang luar biasa, yaitu bahwa empat jasad makhluk asing telah ditemukan dua mil dari lokasi reruntuhan Roswell.
Lima tahun setelah dibentuk, komisi itu mengirimkan sebuah memo kepada presiden terpilih Eisenhower, mengenai proyek UFO itu dan mengenai perlunya menjaga kerahasiaan:
Bahwa motif dan maksud tamu-tamu asing ini masih belum dapat diketahui sama sekali membawa iihpli"
kasi-implikasi yang penting dan terus berlanjut bagi Keamanan Nasional". Oleh karena itu, dan karena pertimbangan-pertimbangan teknologi internasional yang tak bisa dihindari dan karena kebutuhan mutlak untuk menghindari kepanikan masyarakat dengan mengerahkan segenap kemampuan kita, maka Komisi Majestic 12 dengan dukungan suara mutlak berpendapat bahwa kerahasiaan demi keamanan harus tetap dijaga dengan ketat oleh pemerintahan kita yang baru.
Bantahan resmi dari pemerintah menyatakan bahwa keaslian dokumen bersangkutan patut dipertanyakan.
Badan Keamanan Nasional dikabarkan menahan lebih dari seratus dokumen yang menyangkut UFO; CIA, sekitar lima puluh; dan DIA, enam.
Mayor Donald Keyhoe, bekas staf Charles Lindbergh, terang-terangan menuduh pemerintah Amerika Serikat menyangkal eksistensi UFO untuk mencegah kepanikan masyarakat.
Di bulan Agustus 1948, ketika "Air Technical Intelligence Center membuat suatu Perkiraan Situasi yang sangat rahasia sifatnya, yang menyatakan pendapatnya bahwa UFO adalah pesawat yang ditumpangi oleh tamu-tamu dari planet lain, Jenderal Vandenberg, kepala staf Angkatan Udara pada masa itu, memerintahkan untuk membakar dokumen tersebut.
Apakah ada suatu konspirasi pemerintah sedunia untuk menutupi kebenaran terhadap masyarakat"
Dalam jangka waktu yang pendek, yaitu enam tahun, dua puluh tiga ilmuwan Inggris yang terlibat dalam proyek-proyek jenis Star Wars meninggal dengan sebab-sebab yang kurang jelas. Mereka semua mengerjakan aspek-aspek yang berbeda-beda dari persenjataan elektronik, termasuk riset UFO. Di bawah ini daftar mereka yang meninggal beserta tanggal dan sebab-sebab kematiannya.
1. 1982. Profesor Keith Bowden: tewas dalam suatu kecelakaan mobil.
2. Juli 1982. Jack Wolfenden: tewas dalam kecelakaan pesawat terbang layang.
3. November 1982. Ernest Brockway: bunuh diri.
4. 1983. Stephen Drinkwater: bunuh diri dalam keadaan tercekik.
5. April 1983. Letnan Kolonel Anthony Godley: hilang, dinyatakan sudah meninggal.
6. April 1984. Geirge Franks: bunuh diri dengan menggantung diri.
7. 1985. Stephen Oke: bunuh diri dengan menggantung diri.
8. November 1985. Jonathan Wash: bunuh diri * dengan melompat dari atas bangunan.
9. 1986. Dr. John Brittan: bunuh diri dengan racun karbonmonoksida.
10. Oktober 1986. Arshad Sharif: bunuh diri dengan mengikatkan tali pada lehernya, menyangkutkannya pada sebuah pohon, dan kemudian melarikan mobilnya dengan kecepatan
tinggi. Tempat kejadiannya di Bristol, seratus mil dari rumahnya di London.
11. Oktober 1986. Vimal Dajibhai: bunuh diri dengan melompat dari sebuah jembatan di Bris-
- tol, seratus mil dari rumahnya di London.
12. Januari 1987. Avtar Singh-Gida: hilang, dinyatakan meninggal.
13. Februari 1987. Peter Peapell: bunuh diri dengan merangkak di bawah mobil di garasi.
14. Maret 1987. David Sands: bunuh diri dengan menabrakkan mobilnya ke dalam kafe dengan kecepatan tinggi.
15. April 1987. Mark Wisner: meninggal karena mencekik dirinya sendiri.
16. 10 April 1987. Stuart Gooding: terbunuh di Siprus.
17. 10 April 1987. David Greenhalgh: jatuh dari . jembatan.
18. April 1987. Shani Warren: bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya.
19. Mei 1987. Michael Baker: tewas karena kecelakaan mobil.
20. Mei 1988. Trevor Knight: bunuh diri.
21. Agustus 1988. Alistair Beckham: bunuh diri dengan menyengat diri sendiri dengan aliran listrik.
22. Agustus 1988. Brigadir Peter Ferry, bunuh diri dengan menyengat diri sendiri dengan aliran listrik.
23. Tanggal tidak diketahui. Victor Moore: bunuh diri.
Kebetulankah" Selama tiga dekade terakhir ini, sedikitnya ada tujuh puluh ribu laporan mengenai benda-benda
misterius di angkasa ditambah penampakan-penam-pakan lainnya yang tak terhitung jumlahnya, mungkin sepuluh kali jumlah tadi, yang tidak dilaporkan.
Laporan-laporan tentang UFO datang dari ratusan negara di seluruh muka bumi. Di Spanyol, UFO dikenal dengan istilah objetos foladores no identificados; di Jerman, fliegende Untertassen; di Prancis, soucoupes volantes; di Cekoslovakia, leta-jici talire.
Pakar astronomi termasyhur Cari Sagan membuat perkiraan bahwa galaksi Bima Sakti kita sendiri saja barangkali terdiri dari sekitar 250 miliar bintang. Sekitar satu jutanya, ia percaya, mungkin memiliki planet-planet yang berpotensi menopang suatu bentuk peradaban.
Pemerintah kita menyangkal eksistensi makhluk pintar dari luar angkasa, padahal nanti pada Hari Columbus di tahun 1992, di California dan di Puerto Rico, NASA akan meresmikan pengoperasian teleskop-teleskop radio yang diperlengkapi dengan penerima-penerima khusus dan komputer-komputer yang mampu menganalisis puluhan juta saluran radio secara sekaligus untuk dapat melacak sinyal-sinyal kehidupan makhluk cerdas di jagat raya ini.
NASA menggunakan istilah MOP?Microwave Observing Project?untuk misi ini, tapi para ahli astronomi menamainya SETI, yaitu Search for Extraterrestrial Intelligence.
Saya telah mencoba menanyakan kepada dua mantan presiden Amerika Serikat apakah mereka tahu tentang UFO atau makhluk luar angkasa, dan jawaban mereka negatif. Apakah mereka akan mau memberitahukan kepada saya seandainya mereka memiliki informasi tentang itu" Mengingat adanya selubung rahasia yang menyelimuti masalah itu, saya kira tidak.
Apakah piring terbang itu benar-benar ada" Apakah kita sering dikunjungi oleh makhluk asing dari planet lain" Dengan adanya teknologi canggih yang melacak semakin dalam menembus alam semesta, mencari tanda-tanda kehidupan makhluk cerdas di ruang angkasa, mungkin kita akan memperoleh jawabnya lebih cepat daripada yang kita perkirakan.
Ada banyak orang yang bekerja di bidang eksplorasi ruang angkasa, astronomi, dan kosmologi yang, karena tidak sabar menunggu jawabnya itu, mencari penyakit dengan membuat ramalan-ramalan sendiri. Jill Tartar, seorang pakar fisika-astro-nomi dan flmuwan proyek SETI di Ames Research Center milik NASA di Ames, Iowa, adalah salah satunya.
Ada 400 miliar bintang di galaksi kita. Kite "JJ terbuat dari debu bintang, suatu bahan yang sang"
tidak istimewa. Dalam alam semesta yang penuh dengan debu bintang, rasanya sulit dipercaya bahwa kita adalah satu-satunya makhluk yang ada.
9 November 1978 Kepada Yth. Duta Besar Griffith Misi Grenada untuk PBB 866 Second Avenue Suite 502
New York, New York 10017 Duta Besar Griffith yang terhormat,
Saya ingin menyampaikan pandangan-pandangan saya mengenai tamu-tamu dari luar angkasa yang lebih dikenal sebagai "UFO", dan mengusulkan bagaimana sebaiknya perlakuan kita terhadap mereka.
Saya percaya bahwa kendaraan-kendaraan ruang angkasa ini beserta krunya mengunjungi planet kita dari planet lain, yang jelas sedikit lebih canggih teknologinya daripada yang kita miliki di planet bumi. Saya berpendapat bahwa kita perlu menyusun sebuah program tingkat tinggi yang terkoordinir dengan baik, untuk secara ilmiah mengumpulkan dan menganalisis data diri dari seluruh dunia menyangkut pertemuan-pertemuan tersebut, dan menentukan bagaimana cara yang terbaik untuk menghadapi tamu-tamu ini secara bersahabat. Tapi sebelum itu, barangkali kita harus dapat menunjukkan kepada mereka bahwa kita di
planet bumi telah belajar menyelesaikan masalah-masalah kita secara damai, dan bukan dengan"berperang, kalau kita berkeinginan untuk diterima sebagai anggota-anggota tim universal yang memenuhi syarat. Penerimaan ini akan membuahkan kemungkinan-kemungkinan yang luar biasa bagi kita untuk memajukan dunia kita dalam semua bidang. Apabila demikian maka pastilah PBB akan sangat berkepentingan untuk menangani masalah ini dengan sebaik-baiknya, cepat, dan efisien.
Perlu saya kemukakan di sini bahwa saya bukan seorang peneliti profesional UFO yang berpengalaman. Saya belum pernah berkesempatan untuk menerbangkan sebuah UFO, dan juga belum pernah bertemu dengan krunya. Tapi saya merasa bahwa saya agak memenuhi syarat untuk berbicara tentang mereka karena saya sudah pernah mengarungi wilayah luas yang juga mereka arungi. Juga, saya berkesempatan di tahun 1951 untuk mengamati sejumlah besar penerbangan mereka, dengan pesawat yang ukurannya bermacam-macam, yang terbang dalam formasi tempur, kebanyakan dari timur ke barat melintasi Eropa. Mereka berada di ketinggian yang tak terjangkau oleh pesawat-pesawat jet tempur kita pada waktu itu.
Ingin saya kemukakan juga di sini bahwa kebanyakan astronaut sangat enggan untuk berbicara tentang UFO, karena begitu banyak orang yang secara sera m pangan menjual cerita-cerita palsu dan
543 memalsukan dokumen-dokumen yang seenaknya menyalahgunakan nama-nama para astronaut serta reputasi mereka. Astronaut-astronaut yang masih melanjutkan berperan serta dalam bidang UFO, yang tidak banyak jumlahnya itu, harus bersikap sangat hati-hati. Cukup banyak di antara kami yang percaya akan adanya UFO dan yang pernah menyaksikan UFO dari daratan, atau dari pesawat udara.
Sekiranya PBB setuju menyelenggarakan proyek semacam ini, dan mendukungnya dengan kredibilitas yang dimilikinya, maka barangkali akan semakin banyak lagi orang-orang dengan berkualifikasi tinggi yang bersedia untuk ikut serta dan memberikan bantuan serta informasi.
Saya berharap untuk dapat berjumpa dengan Anda dalam waktu dekat ini.
Hormat saya, L. Gordon Cooper Kol. USAF (Purnawirawan)7
Pedang Kiri Pedang Kanan 13 Roro Centil 03 Rahasia Kitab Ular Misteri Lukisan Tengkorak 4
^