Pencarian

Breaking Dawn 4

Breaking Dawn Twilight Buku Ke 4 Karya Stephenie Meyer Bagian 4


Lalu mereka berlari menyongsongku.
Hari sudah hampir gelap awan sepenuhnya menghalangi matahari terbenam, Aku
mengambil risiko melesat melewati jalan raya tapi berhasil lewat tanpa terlihat.
Kami bertemu kira-kira enam belas kilometer di luar La Push, di lapangan terbuka
yang ditinggalkan para penebang kayu. Tempat itu jauh dari mana-mana, terjepit
di antara dua gunung tinggi, dan tak ada orang yang bakal melihat kami di sana.
Paul bergabung waktu aku sampai, jadi kawanan sudah lengkap.
Gemuruh di kepalaku sangat berisik. Semua berteriak pada saat bersamaan.
Bulu Sam berdiri tegak, dan ia terus menggeram sambil berjalan mondar-mandir
mengelilingi lingkaran. Paul dan Jared bergerak seperti bayangan di belakangnya,
telinga mereka terlipat rata di sisi kepala. Semua serigala di dalam lingkaran
gelisah, berdiri dan menggeram-geram dengan suara rendah dan garang.
Awalnya, tidak jelas apa yang membuat mereka marah, dan kusangka mereka akan
memarahiku. Pikiranku terlalu kacau sehingga aku tak peduli. Mereka boleh
melakukan apa saja yang mereka inginkan padaku karena telah melanggar perintah.
Kemudian pikiran-pikiran penuh kebingungan yang tidak terfokus itu mulai
menemukan bentuknya. Bagaimana ini bisa terjadi" Apa artinya ini" Apa yang akan terjadi nanti"
Tidak aman. Tidak benar. Berbahaya.
Tidak alami. Monster. Sesuatu yang sangat jahat.
Tidak boleh dibiarkan. Kawanan sekarang mondar-mandir dalam gerakan teratur, berpikir secara teratur,
semua kecuali aku dan seekor serigala lain. Aku duduk di sebelah entah siapa,
terlalu linglung untuk menoleh baik dengan mata ataupun pikiran untuk melihat
.siapa yang duduk di sampingku, sementara anggota kawanan yang lain mengitari
kami. Ini tidak termasuk dalam kesepakatan.
Ini membahayakan semua orang.
Aku mencoba memahami suara-suara yang berputar, mencoba mengikuti ke mana
arahnya semua ini, tapi tak ada yang masuk akal. Kelebatan pikiran yang terlihat
di pusat benak mereka adalah kelebatan pikiran-pikiranku ingatan-ingatan yang
terburuk. Bercak-bercak di tubuh Bella, wajah Edward saat ia terbakar.
Mereka juga takut. Tapi mereka tidak akan melakukan apa-apa mengenainya. Melindungi Bella Swan.
Kita tak dapat membiarkan itu memengaruhi kita.
Keselamatan keluarga kita, keselamatan semua orang di sini, lebih penting
daripada keselamatan satu orang.
Kalau mereka tidak bersedia membunuh makhluk itu, kita harus melakukannya.
Melindungi suku kita. Melindungi keluarga kita.
Kita harus membunuh makhluk itu sebelum terlambat.
Salah satu ingatanku lagi, kali ini ucapan Edward; Makhluk itu bertumbuh. Dengan
sangat cepat. Aku berjuang untuk fokus, untuk menangkap suara-suara individual.
Jangan buang-buang waktu lagi, pikir Jared. Ini berarti pertarungan, Embry
menimpali hati-hati. Pertarungan besar.
Kita siap kok, desak Paul.
Kita akan membutuhkan kejutan, pikir Sam.
Kalau mereka tidak bersama-sama, kita bisa mengalahkan mereka. Ini bisa
memperbesar kemungkinan kita untuk menang, pikir Jared, sekarang mulai menyusun
strategi. Aku menggeleng, perlahan-lahan bangkit. Aku merasa gamang seolah-olah lingkaran
serigala itu membuatku pusing. Serigala di sebelahku ikut bangkit. Bahunya
mendorong bahuku, menyanggaku.
Tunggu, pikirku. Lingkaran sejenak berhenti, lalu bergerak lagi. Waktunya hanya sedikit, Sam
berkata. Tapi apa sih yang kalian pikirkan" Siang tadi kalian tidak mau menyerang mereka
karena telah melanggar kesepakatan. Tapi sekarang kalian merencanakan serangan,
padahal kesepakatan masih dijunjung tinggi.
Ini bukan sesuatu yang diantisipasi kesepakatan kita, Sam berkata. Ini merupakan
ancaman terhadap setiap manusia di wilayah ini. Kita tidak tahu makhluk seperti
apa yang telah diciptakan keluarga Cullen, tapi kita tahu makhluk itu kuat dan
tumbuh dengan cepat. Dan juga tak cukup umur untuk mengikuti kesepakatan mana
pun. Ingat vampir-vampir baru yang kita hadapi itu" Liar, buas, tidak punya akal
sehat dan tak bisa dikendalikan. Coba bayangkan makhluk seperti itu, dilindungi
keluarga Cullen. Kita tidak tahu aku mencoba menginterupsi. Kita memang tidak tahu, ia setuju.
Dan untuk kasus ini kita tidak bisa mengambil risiko dengan ketidaktahuan kita.
Kita hanya bisa mengizinkan keluarga Cullen tetap eksis sepanjang kita benar-
benar yakin bahwa mereka bisa dipercaya tidak akan menimbulkan bahaya.
Makhluk... ini tidak bisa dipercaya.
Mereka juga tidak menyukai makhluk itu.
Sam menarik wajah Rosalie, sikap tubuhnya yang protektif, dari benakku dan
menunjukkannya kepada yang lain.
Ada yang sudah siap berjuang untuknya, tak peduli seperti apa pun makhluk itu.
Demi Tuhan, itu kan cuma bayi. Tidak untuk waktu lama, bisik Leah.
Jake, kawan, ini masalah besar, Quil berkata. Kita tidak bisa mengabaikannya
begitu saja. Kalian terlalu membesar-besarkannya, sergahku. Satu-satunya yang terancam bahaya
adalah Bella. Sekali lagi karena pilihannya sendiri, ujar Sam. Tapi kali ini pilihannya
memengaruhi kita semua. Kurasa tidak. Kita tidak boleh mengambil risiko. Kita tidak boleh membiarkan makhluk peminum
darah berburu di tanah kita.
Kalau begitu suruh mereka pergi, serigala yang masih mendukungku berkata.
Ternyata Seth. Tentu saja.
Dan membahayakan orang lain" Kalau ada makhluk peminum darah melintasi tanah
kita, kita habisi mereka, tak peduli ke mana mereka merencanakan untuk berburu.
Kita melindungi semua yang bisa kita lindungi.
Ini gila, kataku. Siang tadi kalian khawatir bakal membahayakan kawanan.
Siang tadi aku tidak tahu keluarga kita terancam keselamatannya.
Aku tidak percayai Bagaimana caranya kalian membunuh makhluk ini tanpa membunuh
Bella" Tidak ada kata-kata, tapi keheningan itu begitu sarat makna.
Aku melolong. Bella juga manusiai Tidakkah perlindungan kita berlaku untuknya"
Ia toh sudah sekarat, pikir Leah. Kita hanya mempersingkat prosesnya.
Perkataannya membuat amarahku meledak. Aku melompat menjauhi Seth, menyasar
kakaknya, dengan gigi menyeringai. Aku nyaris menerkam kaki belakang kiri Leah
waktu merasakan gigi Sam mengoyak panggulku, menyeretku kembali.
Aku melolong kesakitan bercampur marah dan berbalik menghadapi Sam.
Hentikan, perintah Sam dengan suara bergaung penuh wibawa, khas Alfa.
Kedua kakiku seperti menekuk di bawah tubuhku. Aku langsung berhenti, dan
berhasil berdiri setelah mengerahkan segenap upaya.
Sam mengalihkan pandangan. Kau tak boleh bersikap keji pada Jacob, Leah, ia
memerintahkan. Mengorbankan Bella adalah harga yang sangat mahal dan kita semua
harus mengakui itu. Mengambil nyawa manusia bertentangan dengan prinsip kita.
Membuat pengecualian dalam hal itu bukanlah pilihan mengenakkan. Kita semua
harus merasa berduka atas apa yang akan kita lakukan nanti malam.
Nanti malam" ulang Seth, shock. Sam kurasa sebaiknya kita bicarakan dulu masalah
ini. Setidaknya berkonsultasi dengan para Tetua dulu. Tidak mungkin kau serius
dengan rencanamu bahwa kita akan...
Kita tak bisa menerima toleransimu terhadap keluarga Cullen sekarang. Tak ada
waktu lagi untuk berdebat Kau harus melakukan apa yang diperintahkan padamu,
Seth. Lutut depan Seth menekuk, kepalanya terkulai ke depan begitu mendengar perintah
sang Alfa, Sam mondar-mandir mengitari kami berdua.
Kita membutuhkan seluruh anggota kawanan untuk melakukannya. Jacob, kau yang
paling kuat. Kau akan maju bertempur bersama kami malam ini. Aku mengerti ini
pasti berat bagimu, jadi kau harus berkonsentrasi melawan para pejuang mereka -
Emmett dan Jasper Cullen. Kau tidak perlu terlibat dalam... bagian lain. Quil
dan Embry akan bertempur bersamamu.
Lututku gemetar; sekuat tenaga aku berusaha tetap berdiri tegak sementara suara
sang Alfa mencabik-cabik keinginanku.
Paul, Jared, dan aku akan menghadapi Edward dan Rosalie. Menurutku, dari
informasi yang kita dapat dari Jacob, mereka berdualah yang menjaga Bella.
Carlisle dan Alice akan berada di dekat mereka, mungkin juga Esme. Brady,
Collin, Seth, dan Leah akan berkonsentrasi menghadapi mereka. Siapa pun yang
berpeluang menghabisi.... kami semua mendengar Sam bimbang sesaat ketika hendak
menyebut nama Bella makhluk itu harus segera melakukannya. Menghabisi makhluk
itu adalah prioritas utama kita.
Kawanan menggeram gugup menyatakan persetujuan. Ketegangan menyebabkan bulu
mereka berdiri tegak. Mereka mondar-mandir semakin cepat, dan suara kaki
menginjak tanah payau terdengar semakin tajam, kuku-kuku mereka mengoyak-ngoyak
tanah. Hanya Seth dan aku yang bergeming, menjadi inti pusaran badai yang dipenuhi
seringaian taring dan telinga yang terlipat di sisi kepala. Hidung Seth nyaris
mencium tanah, membungkuk di bawah perintah Sam. Aku merasakan kesedihan hatinya
karena harus bersikap tidak loyal. Baginya ini merupakan pengkhianatan sejak
hari kami bersekutu, bertempur mendampingi Edward Cullen, Seth telah benar-benar
menjadi teman sang vampir.
Namun tak ada penolakan dalam dirinya. Seth akan patuh meskipun itu sangat
menyakitkan baginya. Ia tidak punya pilihan lain.
Dan pilihan apa yang kupunya" Jika Alfa sudah bertitah, seluruh kawanan akan
menurut. Sam tidak pernah memaksakan otoritasnya sejauh ini sebelumnya; aku tahu
sejujurnya ia tidak suka melihat Seth berlutut di depannya seperti budak di kaki
tuannya. Ia tidak akan memaksakan kehendaknya kalau tidak percaya dirinya punya
pilihan lain. Ia tidak bisa berbohong pada kami bila pikiran kami saling
terhubung seperti ini. Ia benar-benar percaya kewajiban kami adalah menghabisi
Bella dan monster dalam kandungannya. Ia benar-benar percaya kami tak bisa
menyia-nyiakan waktu lagi. Begitu percayanya ia hingga berani mati untuk itu.
Kulihat dia sendirilah yang akan menghadapi Edward; kemampuan Edward membaca
pikiran kami menjadikannya ancaman terbesar menurut pemikiran Sam. Sam takkan
membiarkan orang lain menghadapi bahaya itu.
Ia menganggap Jasper lawan kedua paling berbahaya, dan karena itulah ia
menugaskan aku menghadapinya. Ia tahu aku memiliki peluang paling baik untuk
memenangkan pertempuran itu. Target-target yang paling mudah ia berikan kepada
para serigala muda dan Leah. Si mungil Alice tidak berbahaya tanpa visi masa
depan yang menuntunnya, dan dari kerja sama kami waktu itu, kami tahu Esme tidak
bisa bertempur. Carlisle mungkin berbeda, tapi ketidaksukaannya pada kekerasan
bisa melemahkannya. Aku merasa lebih mual daripada Seth waktu kulihat Sam menyusun rencana, mencoba
menyusun strategi agar setiap anggota kawanan memiliki peluang terbaik untuk
selamat. Segalanya terbalik. Padahal siang tadi justru aku yang sangat tidak sabar ingin
segera menyerang vampir-vampir itu. Tapi Seth benar aku tidak siap bertempur.
Aku telah membutakan diriku dengan kebencian. Aku tidak mengizinkan diriku
memandang masalah ini dengan hati-hati karena aku pasti tahu apa yang akan
kulihat seandainya itu kulakukan.
Carlisle Cullen. Menatapnya tanpa kebencian yang memenuhi mataku, aku tak bisa
menyangkal bahwa membunuhnya benar-benar berarti pembunuhan. Ia baik. Sebaik
manusia yang kami lindungi. Mungkin malah lebih baik. Yang lain-lain juga,
kurasa, tapi aku tidak begitu peduli pada mereka. Aku tidak begitu mengenal
mereka. Carlisle pasti takkan melawan, meskipun untuk menyelamatkan nyawanya
sendiri. Itulah sebabnya kami pasti bisa membunuhnya karena ia tidak ingin kami,
musuh-musuhnya, mati. Ini keliru. Dan bukan hanya karena membunuh Bella terasa seperti membunuh diriku sendiri,
seperti bunuh diri. Kuasai dirimu, Jacob, Sam memerintahkan. Keselamatan suku kita harus
didahulukan. Aku keliru tadi, Sam. Alasan-alasanmu tadi memang keliru. Tapi sekarang ada kewajiban yang harus kita
penuhi. Kukuatkan diriku. Tidak. Sam menggeram dan berhenti di depanku. Ia menatap mataku dan geraman yang dalam
terlontar dari sela-sela giginya.
Ya, sang Alfa menitahkan, suaranya bergetar oleh otoritas. Tidak boleh ada celah
malam ini. Kau, Jacob, akan bertempur melawan keluarga Cullen bersama kami. Kau,
bersama Quil dan Embry, akan menghadapi Jasper dan Emmett. Kau wajib melindungi
suku kita. Karena itulah kau ada. Kau harus melaksanakan kewajiban ini.
Bahuku membungkuk saat perintah itu meremukkanku. Kedua kakiku lunglai, aku
tersungkur di bawah kaki Sam.
Tak ada anggota kawanan yang sanggup menolak titah sang Alfa.
11. DUA HAL YANG PALING TIDAK INGIN KULAKUKAN
SAM mulai memerintahkan yang lain untuk membentuk formasi saat aku masih
tersungkur di tanah. Embry dan Quil mengapitku, menungguku pulih dan mengambil
posisi terdepan, Aku bisa merasakan dorongan, kebutuhan, untuk berdiri dan memimpin mereka.
Tekanan itu menjadi-jadi, dan sia-sia saja aku melawannya, terus bertahan di
tanah tempatku tersungkur.
Embry mendengking pelan di telingaku. Ia tak ingin memikirkan kata-kata itu,
takut pikirannya akan menarik perhatian Sam lagi padaku. Aku merasakan ia
memohon tanpa suara padaku untuk berdiri, untuk bangkit dan menyelesaikan
semuanya. Ketakutan merayapi hati kawanan, bukan karena mengkhawatirkan keselamatan diri
sendiri, melainkan karena mencemaskan nasib keseluruhan. Kami tak bisa
membayangkan kami semua bisa keluar dari pertempuran ini hidup-hidup. Siapa yang
bakal tewas" Pikiran siapa yang akan hilang untuk
selamanya" Keluarga siapa yang harus kami hibur esok pagi"
Pikiranku mulai bekerja dengan pikiran mereka, berpikir sebagai satu kesatuan,
sementara kami menghadapi ketakutan itu. Otomatis aku mengangkat tubuhku dari
tanah dan menggoyangkan bulu-buluku.
Embry dan Quil mengembuskan napas lega. Quil menempelkan hidungnya ke sisi
tubuhku sekali. Pikiran mereka dipenuhi tantangan dan tugas yang diberikan kepada kami. Kami
mengingat bersama malam-malam saat kami menonton keluarga Cullen berlatih untuk
bertempur menghadapi vampir-vampir baru, Emmett Cullen yang paling kuat, tapi
Jasper akan lebih sulit dihadapi. Ia bergerak seperti kilat-kekuatan, kecepatan,
dan kematian digabungi jadi satu. Berapa abad pengalaman yang ia miliki" Cukup
banyak sehingga semua anggota keluarga Cullen lainnya merasa perlu meminta
bimbingan dari Jasper. Aku akan mengambil posisi terdepan, kalau kau mengingin kan posisi samping, Quil
menawarkan. Benaknya dipenuhi semangat menggebu-gebu, lebih daripada yang
dirasakan yang lainnya. Sejak menonton instruksi Jasper malam itu, Quil sudah
gatal ingin menjajal kemampuannya menghadapi si vampir. Baginya, ini akan jadi
seperti kontes. Walaupun tahu nyawanya dipertaruhkan, ia tetap menganggapnya
seperti itu. Paul sama saja, begitu juga anak-anak yang belum pernah terlibat
dalam pertempuran, Collin dan Brady. Seth mungkin juga sama-kalau saja musuhnya
nanti bukan teman-temannya.
Jake" Quil menyundulku. Kau ingin bagaimana nanti" Aku hanya menggeleng. Aku tak
bisa berkonsenrrasi-aku merasa seperti boneka yang tangan dan kakinya digerakkan
tali yang terpasang di semua ototku. Satu kaki maju, kaki lain menyusul.
Seth berjalan sambil menyeret langkah di belakang Collin dan Brady. Leah sudah
mengambil posisi di depan. Ia mengabaikan Seth saat menyusun rencana bersama
yang lain, dan bisa kulihat ia lebih suka Seth tidak diikutkan dalam pertempuran
ini. Rupanya ia memiliki sedikit naluri keibuan terhadap adik lelakinya itu. Ia
berharap Sam akan menyuruh Seth pulang. Seth tidak mengacuhkan keraguan Leah.
Seth juga tampak seperti boneka yang digerakkan tali-talinya.
Mungkin kalau kau berhenti melawan... , Embry berbisik.
Fokus saja pada bagian kita. Pada yang besar-besar. Kita bisa menghabisi mereka.
Mereka milik kita! Quil menyemangati diri sendiri-seperti pelatih memompa
semangat anak-anak asuhannya sebelum perrandingan besar.
Bisa kulihat betapa mudahnya itu tidak memikirkan hal lain selain bagianku.
Tidak sulit membayangkan menyerang Jasper dan Emmett, Sebelumnya kami pernah
nyaris bertempur. Sudah sejak lama aku menganggap mereka musuh. Aku bisa


Breaking Dawn Twilight Buku Ke 4 Karya Stephenie Meyer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukannya lagi sekarang.
Aku hanya perlu melupakan bahwa mereka melindungi hal yang sama yang aku
lindungi. Aku harus melupakan alasan mengapa aku justru menginginkan mereka
menang... Jake, Embry mengingatkan. Jangan biarkan pikiranmu melantur. Kakiku bergerak
sangat lambat, melawan tarikan tali-tali itu. Tak ada gunanya melawan, Embry
kembali berbisik. Dia benar. Akhirnya aku toh akan melakukan apa yang diinginkan Sam, jika ia
memaksa. Dan ia memang memaksa. Itu sudah jelas.
Ada alasan kuat mengapa otoritas Alfa diperlukan. Bahkan! kawanan sekuat kami
pun tidak bakal efektif tanpa pemimpin. Kami harus bergerak bersama, berpikir
bersama, agar bisil efektif. Dan untuk itu, tubuh membutuhkan kepala.
Tapi bagaimana kalau ternyata kali ini Sam keliru" Tak ada yang bisa melakukan
apa-apa. Tidak ada yang bisa menentang keputusannya.
Kecuali. Dan itu dia pikiran yang tak pernah, tak pernah ingin kumunculkan dalam benakku.
Tapi sekarang, dengan semua kaki terikat tali, dengan lega aku mengenali
pengecualian itu lebih daripada lega, dengan kegembiraan meledak-ledak.
Tak ada yang bisa menentang keputusan Alfa kecuali aku.
Aku belum melakukan apa-apa untuk mendapatkan hak itu. Tapi ada beberapa hal
yang memang sudah menjadi hakku sejak aku dilahirkan, hal-hal yang tak pernah
kutuntut. Aku tak pernah ingin memimpin kawanan. Aku tidak ingin melakukannya sekarang.
Aku tidak ingin bertanggung jawab atas semua nasib kami. Sam lebih baik dalam
hal itu daripada aku. Tapi malam ini Sam keliru.
Dan aku tidak terlahir untuk tunduk padanya.
Ikatan yang membelit tubuhku langsung terlepas begitu! aku merengkuh hak
lahirku. Aku bisa merasakannya berkumpul dalam diriku, kebebasan sekaligus perasaan
berkuasa yang aneh dan hampa. Hampir karena kekuasaan seorang Alfa berasal dari
kawanannya, tapi aku tidak memiliki kawanan. Sesaat, perasaan kesepian
melingkupiku. Sekarang aku tidak memiliki kawanan.
Tapi aku berdiri tegap dan kuat waktu menghampiri Sam yang sedang menyusun
rencana bersama Paul dan Jared. Ia menoleh begitu mendengarku mendekat, mata
hitamnya menyipit. Sam melompat mundur setengah langkah sambil mengerang shock. Jacob" Apa yang
kaulakukan" Aku tidak akan mengikutimu, Sam. Tidak untuk sesuatu yang sangat keliru.
Sam menatapku, terperangah. Kau akan... kau akan memilih musuh-musuhmu ketimbang
keluargamu" Mereka bukan... aku menggeleng-gelengkan kepala, menjernihkannya, mereka bukan
musuh kita. Mereka tidak pernah menjadi musuh kita. Sampai aku benar-benar
berpikir untuk menghancurkan mereka, memikirkannya dengan saksama, aku tidak
menganggapnya begitu. Ini bukan tentang mereka, Sam menggeram padaku. Ini tentang Bella. Dia bukan
jodohmu, dia tak pernah memilihmu, tapi kau terus saja menghancurkan hidupmu
demi dia! Kata-kata Sam pedas, namun benar. Aku menghirup udara banyak-banyak,
memasukkannya ke dadaku. Mungkin kau benar. Tapi kau akan menghancurkan kawanan karena Bella, Sam. Tak
peduli berapa banyak yang selamat malam ini, tetap saja mereka akan tercatat
pernah membunuh. Kita harus melindungi keluarga kita!
Aku tahu apa yang telah kauputuskan, Sam. Tapi kau tidak bisa memutuskan lagi
untukku. Jacob-kau tidak boleh mengkhianati sukumu.
Kewibawaan bergaung dalam perintah Alfa-nya, tapi kali ini perintah itu
kehilangan kuasanya. Perintah itu tak lagi berlaku bagiku. Sam mengatupkan
rahang, berusaha memaksaku merespons kata-katanya.
Aku menatap matanya yang berapi-api. Putra Efraim Black tidak terlahir untuk
mengikuti putra Levi Uley.
Jadi itu masalahnya, Jacob Black" Bulu Sam berdiri tegak dan moncongnya tertarik
ke belakang, memperlihatkan giginya. Paul dan Jared menggeram dan menggeletar di
kedua sisinya. Walaupun kau bisa mengalahkanku, kawanan takkan pernah
mengikutimu! Sekarang akulah yang tersentak, dengkingan kaget terlontar dari kerongkonganku.
Mengalahkanmu" Aku tidak berniat melawanmu, Sam
Kalau begitu apa rencanamu" Aku tidak mau mundur begitu saja supaya kau bisa
melindungi keturunan vampir itu dengan mengorbankan suku kita.
Aku tidak memintamu mundur.
Kalau kau mau memerintahkan mereka mengikutimu... Aku tidak akan pernah
memaksakan kehendakku pada siapa pun.
Ekor Sam bergerak-gerak saat ia tersinggung mendengar nada menghakimi dalam
ucapanku. Kemudian ia maju selangkah sehingga kami kini berdiri berdekatan,
giginya yang menyeringai hanya berjarak beberapa sentimeter dari gigiku. Baru
pada saat itulah aku sadar ternyata aku sudah lebih tinggi darinya.
Tidak bisa ada lebih dari satu Alfa. Kawanan telah memilihku. Apakah kau akan
memecah-belah kawanan kita malam ini" Apakah kau akan mengkhianati saudara-
saudaramu" Atau apakah kau akan mengakhiri kegilaan ini dan bergabung lagi
dengan kami" Setiap kata mengandung perintah, tapi itu tidak berlaku bagiku.
Darah Alfa mengalir deras dalam pembuluh darahku.
Aku bisa mengerti mengapa hanya ada satu Alfa jantan dalam satu kawanan, tubuhku
merespons tantangan itu. Bisa kurasakan insting untuk membela hakku membuncah
dalam diriku. Inti primitif diri serigalaku mengejang, siap melakukan
pertempuran demi merebut supremasi.
Aku memfokuskan seluruh energiku untuk mengendalikan reaksi itu. Aku tak mau
terjebak dalam perkelahian yang destruktif dan sia-sia dengan Sam. Sam tetap
saudaraku, walaupun aku menolak dia.
Hanya ada satu Alfa untuk kawanan ini. Aku tidak menyangkalnya. Aku hanya
memilih untuk memisahkan diri.
Jadi sekarang kau bergabung dengan para vampir, Jacob"
Aku tersentak. Aku tidak tahu, Sam. Tapi ini yang kutahu...
Sam mundur selangkah waktu ia merasakan wibawa Alfa dalam suaraku. Itu lebih
memengaruhi dia daripada yang dapat dilakukan wibawanya terhadapku. Karena aku
memang dilahirkan untuk memimpin dia.
Aku akan berdiri di antara kau dan keluarga Cullen. Aku tidak mau hanya menonton
sementara kawanan membunuh orang-orang yang tidak bersalah-sulit menyebut vampir
dengan istilah ini, tapi itu memang benar. Kawanan ini lebih baik dari itu.
Pimpin mereka ke arah yang benar, Sam.
Aku berbalik memunggunginya, dan serangkaian lolongan mengoyak udara di
sekelilingku. Sambil membenamkan kuku-kukuku ke tanah, aku berlari menjauhi kegemparan yang
kutimbulkan. Aku tidak punya banyak waktu. Setidaknya Leah satu-satunya yang
berharap bisa berlari mengalahkanku, tapi aku toh sudah mendahuluinya.
Lolongan itu semakin memudar, dan aku merasa terhibur saat suara itu terus
terdengar, mengoyak keheningan malam. Itu berarti mereka belum mengejarku.
Aku harus memperingatkan keluarga Cullen sebelum kawanan sepakat dan
menghentikanku. Bila keluarga Cullen siap, itu bisa memberi Sam alasan untuk
berpikir ulang sebelum semuanya terlambat. Aku berpacu menuju rumah putih yang
masih kubenci, meninggalkan kampung halamanku. Kampung halaman yang bukan lagi
milikku. Aku telah meninggalkannya.
Padahal hari ini diawali seperti hari-hari sebelumnya. Pulang ke rumah sehabis
berpatroli pada pagi yang berhujan, sarapan bersama Billy dan Rachel, nonton
siaran TV yang jelek, bertengkar dengan Paul... Bagaimana mungkin hari ini tiba-
tiba berubah begitu drastis, mengubah semuanya jadi mengerikan!" Bagaimana
mungkin semua bisa begitu kacau dan berantakan sehingga aku berada di sini
sekarang, sendirian, Alfa yang tidak ingin memimpin, putus hubungan dengan
saudara-saudataku, lebih memilih vampir daripada mereka"
Suara yang kutakutkan membuyarkan pikiran linglungku suara telapak kaki besar
menjejak tanah, mengejarku. Aku mempercepat lariku, melesat menembus hutan yang
kelam. Aku harus bisa berada cukup dekat dengan rumah putih supaya Edward bisa
mendengar peringatan di kepalaku. Leah takkan bisa menghentikanku sendirian.
Kemudian aku menangkap suasana hati dari pikiran di belakangku. Bukan amarah,
tapi antusiasme. Bukan mengejar melainkan mengikuti.
Lariku melambat. Aku sempat terhuyung ragu dua langkah sebelum memacu kakiku
lagi. Tunggu. Kaki-kakiku tidak sepanjang kakimu Seth! Apa yang kau lakukan" pulang!
Seth tidak menyahut, tapi aku bisa merasakan semangatnya sementara ia terus
berlari tepat di belakangku. Aku bisa melihat melalui matanya seperti halnya ia
juga bisa melihat melalui mataku. Pemandangan malam terlihat muram olehku- penuh
keputusasaan. Di mata Seth, justru penuh harapan.
Aku tidak sadar lariku melambat, tapi tiba-tiba saja Seth sudah berada di
sampingku, berlari persis di sebelahku.
Aku tidak bercanda, Seth! Ini bukan tempat yang tepat untukmu. Pergi dari sini.
Serigala cokelat sangar itu mendengus. Aku sependapat denganmu, Jacob. Menurutku
kau benar. Dan aku tidak mau mendukung Sam kalau...
Oh ya, kau harus mendukung Sam! Bawa bokong berbulumu itu kembali ke La Push dan
kerjakan apa yang diperintahkan Sam padamu.
Tidak. Pergi, Seth! Apakah itu perintah, Jacob"
Pertanyaan Seth menghantamku. Lariku langsung terhenti, kuku-kukuku terbenam ke
dalam lumpur. Aku tidak akan memerintah siapa pun untuk melakukan apa pun. Aku hanya
menyampaikan apa yang sudah kauketahui.
Seth duduk di atas kaki belakangnya di sampingku. Aku mau memberitahu kau apa
yang aku tahu, aku tahu suasana sunyi sekali. Apakah kau tidak menyadarinya"
Aku mengerjapkan mata. Ekorku bergoyang-goyang gugup waktu menyadari apa yang ia
pikirkan di balik kata-katanya.
Bukan sunyi dalam arti sebenarnya. Lolongan serigala masih memenuhi udara, nun
jauh di sebelah barat sana.
Mereka belum berubah wujud, kata Seth.
Aku tahu itu. Kawanan pasti bersiaga penuh sekarang. Mereka akan menggunakan
jaringan pikiran untuk bisa memandang jelas ke setiap sisi. Tapi aku tidak bisa
mendengar pikiran mereka. Aku hanya bisa mendengar Seth. Yang lain-lain tidak.
Kelihatannya kawanan yang terpisah tidak terhubung satu sama lain. Hah. Kurasa
leluhur kita dulu tidak memiliki alasan untuk mengetahui hal ini. Karena
sebelumnya tak pernah ada alasan untuk membentuk dua kawanan berbeda. Belum
pernah ada serigala dalam jumlah yang cukup besar untuk dibagi menjadi dua
kelompok. Wow. Sunyi sekali. Agak menyeramkan. Tapi sekaligus menyenangkan,
bukankah begitu" Berani bertaruh, pasti lebih mudah seperti ini, bagi Efraim,
Quil, dan Leaf Tidak begitu berisik kalau hanya bertiga. Atau berdua.
Tutup mulutmu, Seth. Ya, Sir. Hentikan! Tidak ada dua kawanan. Hanya ada SATU kawanan, dan ada aku. Hanya itu.
Jadi kau boleh pulang sekarang.
Kalau memang tidak ada dua kawanan, lantas mengapa kita bisa saling mendengar
tapi tidak bisa mendengar pikiran mereka" Menurutku saat kau memutuskan untuk
tidak mengikuti Sam, itu langkah yang sangat signifikan. Sebuah perubahan. Dan
waktu aku mengikutimu pergi, kurasa itu juga sesuatu yang' signifikan.
Pendapatmu ada benarnya, aku mengalah. Tapi apa yang berubah bisa berubah
kembali. Seth berdiri dan mulai berlari-lari kecil menuju ke timur.
Tak ada waktu untuk memperdebatkannya sekarang. Kita seharusnya bergegas sebelum
Sam... Seth benar. Tidak ada waktu untuk memperdebatkan masalah ini sekarang. Aku
kembali berlari, tak lagi memacu lariku sekencang tadi. Seth berlari di
belakangku, mengambil posisi sebagai serigala Kedua dengan berlari di kananku.
Aku bisa berlari di tempat lain, pikir Seth, hidungnya sedikit menunduk. Aku
tidak mengikutimu karena mengincar posisi tertentu.
Larilah di mana pun kau suka. Tidak ada bedanya bagiku.
Tidak ada suara yang mengejar kami, tapi kami mempercepat lari kami pada saat
bersamaan. Aku khawatir sekarang. Kalau aku tidak bisa menyadap pikiran kawanan,
keadaan akan bertambah sulit. Aku takkan tahu apakah aku bakal diserang, aku
akan jadi sama butanya dengan keluarga Cullen.
Kita akan berpatroli. Seth mengusulkan.
Dan apa yang akan kita lakukan bila kawanan menantang kita" Mataku menegang.
Menyerang saudara-saudara kita" Kakakmu"
Tidak-kita memberi peringatan, kemudian mundur. Jawaban yang bagus. Tapi sesudah
itu apa" Kurasa aku tidak...
Aku tahu, Seth sependapat. Kepercayaan dirinya berkurang. Kurasa aku juga tidak
bisa menyerang mereka. Tapi mereka juga pasti tidak suka membayangkan harus
menyerang kita, sama seperti kita juga tidak suka menyerang mereka. Mungkin itu
cukup untuk menghentikan mereka. Tambahan lagi, sekarang mereka hanya
berdelapan. Jangan terlalu.... Butuh waktu semenit untuk memutuskan istilah yang tepat.
Optimis. Aku jadi semakin tegang.
Tidak masalah. Jadi kau lebih suka aku pesimis dan bermuram durja, atau diam
saja" Diam saja. Bisa, bisa.
Sungguh" Kelihatannya kau tidak bisa. Akhirnya Seth terdiam juga.
Kemudian kami menyeberang dan berlari menembus hutan yang mengitari rumah
keluarga Cullen. Apakah Edward sudah bisa mendengarku sekarang"
Mungkin ada baiknya bila kita memikirkan sesuatu seperti. "Kami datang dalam
damai." Silakan saja. Edward" ragu-ragu Seth memanggil nama itu. Edward, kau ada di sana" Oke,
sekarang aku merasa tolol. Kau juga kedengaran tolol. Kaupikir dia bisa
mendengar kita" Jarak kami sekarang kurang dari satu setengah kilometer. Kurasa bisa. Hei,
Edward. Kalau kau bisa mendengarku- keluarlah, pengisap darah. Kau mendapat
masalah. Kita mendapat masalah, Seth mengoreksi.
Kemudian kami keluar dari lingkupan pepohonan dan berpacu memasuki halaman yang
luas. Rumah itu gelap gulita, tapi tidak kosong. Edward berdiri di teras, diapit
Emmett dan Jasper. Tubuh mereka seputih salju di bawah cahaya bulan yang pucat.
"Jacob" Seth" Ada apa?"
Aku memperlambat lariku, kemudian berjalan mundur beberapa langkah. Bau itu
begitu tajam menusuk hidung hingga hidungku benar-benar seperti terbakar
rasanya. Seth mendengking pelan, ragu-ragu, kemudian ia juga mundur di
belakangku. Untuk menjawab pertanyaan Edward, kubiarkan pikiranku mengingat lagi
konfrontasiku dengan Sam, memutarnya kembali. Seth berpikir bersamaku, mengisi
ruang-ruang yang kosong, menunjukkan adegan demi adegan dari sudut pandang
berbeda. Kami berhenti waktu tiba di bagian tentang "sesuatu yang sangat jahat"
karena Edward mendesis marah dan menerjang turun dari teras.
"Mereka ingin membunuh Bella?" geramnya datar.
Emmett dan Jasper, yang tidak bisa mendengar bagian pembicaraan itu, langsung
menganggap pertanyaan tak bernada itu sebagai pernyataan. Secepat kilat mereka
sudah kembali mengapit Edward, memamerkan gigi mereka sambil bergerak
menghampiri kami. Hei, hati-hati, pikir Seth, mundur menjauh.
"Em, Jazz bukan mereka! Tapi yang lain. Kawanan itu akan datang."
Emmett dan Jasper bertumpu pada tumit dan menggerakkan tubuh mereka; Emmett
berpaling kepada Edward sementara Jasper menatap kami lekat-lekat.
"Apa masalah mereka?" tuntut Emmett.
"Sama denganku," desis Edward. "Tapi mereka punya rencana sendiri untuk
menghadapinya. Panggil yang lain. Hubungi Carlisle! Dia dan Esme harus segera
kembali ke sini, sekarang."
Aku mendengking gelisah. Ternyata mereka terpisah-pisah.
"Mereka tidak jauh dari sini," kata Edward dengan nada yang sama datarnya dengan
sebelumnya. Aku akan melihat-lihat keadaan dulu, kata Seth. Mengitari kawasan sebelah
barat. "Berbahayakah itu bagimu, Seth?" tanya Edward, Seth dan aku bertukar pandang.
Kurasa tidak, pikir kami berbarengan. Kemudian aku tambahkan, Tapi mungkin
sebaiknya aku pergi juga. Hanya untuk berjaga-jaga...
Kecil kemungkinan mereka akan menantangku, Bagi mereka, aku hanya anak ingusan.


Breaking Dawn Twilight Buku Ke 4 Karya Stephenie Meyer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu jugalah kau bagiku, Nak.
Aku pergi dulu. Kau harus berkoordinasi dengan keluarga Cullen.
Seth berbalik dan melesat masuk ke kegelapan. Aku tidak akan memerintah-merintah
Seth, jadi kubiarkan saja pergi.
Edward dan aku berdiri berhadapan di lapangan rumput yang gelap. Aku bisa
mendengar Emmett berbicara pelan di teleponnya. Jasper memandangi tempat Seth
tadi menghilang di balik hutan, Alice muncul di teras, kemudian, setelah
menatapku cemas beberapa saat. bergegas menghampiri Jasper. Dugaanku, Rosalie
ada di dalam bersama Bella. Masih menjaganya-dari bahaya yang salah.
"Ini bukan pertama kalinya aku berutang budi padamu, Jacob," bisik Edward. "Aku
takkan pernah meminta ini darimu."
Ingatanku melayang pada permintaannya siang tadi. Bila berkaitan dengan Bella,
tidak ada yang tidak akan ia lakukan, Kau akan memintanya.
Edward berpikir sebentar, kemudian mengangguk. "Kurasa kau benar dalam hal
itu." Aku mengembuskan napas berat. Well, bukan baru kali itu juga aku tidak
melakukannya demi kau. "Benar," gumam Edward.
Tapi maaf aku tidak berhasil hari ini. Sudah kubilang, Bella tak mungkin mau
menuruti nasihatku. "Aku tahu. Aku memang tidak yakin dia mau mendengarmu, tapi... "
Kau tetap harus berusaha. Aku mengerti. Keadaannya sudah lebih baik"
Suara dan mata Edward hampa. "Semakin parah" desahnya.
Aku tidak ingin mencerna ucapan Edward. Aku bersyukur waktu Alice berbicara.
"Jacob, bisakah kau berubah wujud?" tanya Alice, "Aku ingin mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi."
Aku menggeleng, dan saat itu juga Edward menjawab.
"Dia harus tetap terhubung dengan Seth."
"Well, kalau begitu, maukah kau menceritakan padaku apa yang sebenarnya
terjadi?" Edward menjelaskan dalam kalimat-kalimat ringkas tanpa emosi. "Kawanan sekarang
memandang Bella sebagai masalah. Mereka melihat adanya potensi bahaya dari...
dari apa yang ada dalam kandungannya. Mereka merasa sudah menjadi kewajiban
mereka untuk menyingkirkan bahaya itu. Jacob dan Seth meninggalkan kawanan untuk
memperingatkan kita. Yang lain berencana menyerang kita malam ini."
Alice mendesis, mencondongkan tubuh menjauhiku, Emmett dan Jasper bertukar
pandang, kemudian mata mereka menyapu pepohonan.
Tidak ada siapa-siapa di luar sini, Seth melaporkan. Suasana tenang di kawasan
sebelah barat. Mungkin mereka berkeliling. Aku akan berkeliling.
"Carlisle dan Esme dalam perjalanan ke sini," kata Emmett "Dua puluh menit,
paling lama." "Sebaiknya kita mengambil posisi bertahan" kata Jasper. Edward mengangguk. "Mari
kita masuk," Aku akan berpatroli dengan Seth. Kalau aku berada jauh darimu sehingga kau tidak
bisa mendengar pikiranku, dengarkan saja lolonganku.
"Baiklah," Mereka mundur untuk masuk ke rumah. Sebelum mereka masuk ke rumah, aku sudah
berbalik dan berlari ke barat.
Aku masih tidak menemukan apa-apa, kata Seth padaku.
Aku akan berpatroli dari arah sebaliknya. Bergeraklah yang cepat jangan sampai
mereka menyusup melewati kita.
Seth melesat maju, sekonyong-konyong mempercepat larinya.
Kami berlari dalam diam, dan menit demi menit berlalu. Aku mendengarkan suara-
suara di sekeliling Seth, mengecek ulang penilaiannya.
Hei, sesuatu berlari cepat sekali! Seth memperingatkan setelah lima belas menit
berdiam diri. Aku akan segera ke sana! Tetaplah dalam posisimu kurasa itu bukan kawanan, kedengarannya lain. Seth...
Tapi ia menangkap baunya lewat angin yang berembus, aku membacanya dalam
pikirannya. Vampir. Pasti itu Carlisle.
Seth, mundur. Bisa jadi itu orang lain.
Tidak, itu mereka. Aku mengenali baunya. Tunggu, aku mengubah wujud agar bisa
menjelaskan kepada mereka
Seth menurutku tidak... Seth sudah lenyap, cemas aku berlari sepanjang
perbatasan sebelah barat. Konyol sekali kan, kalau aku tidak bisa menjaga Seth
untuk satu malam saja" Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya saat ia dalam
pengawasanku" Leah pasti akan mencincangku hingga tak bersisa.
Untunglah Seth hanya sebentar. Tidak sampai dua menit kemudian aku sudah bisa
merasakannya dalam pikiranku lagi.
Yep. memang Carlisle dan Esme. Ya ampun, mereka kaget sekali melihatku! Mungkin
sekarang mereka sudah berada di dalam rumah. Carlisle mengucapkan terima kasih.
Ia baik sekali. Yeah, itu juga salah satu alasan mengapa kita benar dalam hal ini Semoga saja
begitu. Mengapa kau begitu pesimis, Jake" Aku berani bertaruh, Sam tidak akan
memerintahkan kawanan untuk menyerang malam ini. Tidak mungkin ia mau melakukan
misi bunuh diri. Aku mendesah. Tidak berarti apa-apa, apa pun yang akan dilakukannya.
Oh. Jadi masalahnya bukan Sam, ya"
Aku berbelok di bagian ujung patroliku. Aku mencium bau Seth di tempat ia
terakhir kali berbelok. Tak satu celah pun luput dari pengawasan kami.
Kau berpikir bahwa bagaimanapun juga, Bella akan tewas, Seth berbisik,
Umh, memang benar. Kasihan Edward. Ia pasti jadi gila.
Bisa dibilang begitu. Nama Edward memunculkan kembali kenangan lain-lain menggelegak di permukaan.
Seth membacanya dengan terperangah.
Kemudian ia melolong. Oh, astaga! Tidak bisa! Kau tidak boleh berbuat begitu!
Itu benar-benar ngawur, Jacob! Kau juga tahu itu! Aku tidak percaya kaubilang
akan membunuhnya. Apa-apaan itu" Kau harus menolak permintaannya.
Diam, diam, tolol! Nanti mereka mengira kawanan datang menyerang!
Uuups! Seth menghentikan lolongannya.
Aku berbalik dan mulai berlari-lari menuju ke rumah. Jangan ikut campur dalam
hal ini, Seth. Sekarang berkelilinglah satu lingkaran penuh.
Seth marah sekali, tapi aku tidak menggubrisnya.
Bukan apa-apa, bukan apa-apa, aku berpikir sambil berlari mendekat. Maaf. Seth
masih muda. Masih sering lupa. Tidak ada yang menyerang. Bukan apa-apa.
Ketika aku sampai di padang rumput, kulihat Edwatd berdiri di depan jendela yang
gelap, memandang ke luar. Aku berlari mendekat, ingin memastikan ia menangkap
pesanku tadi. Edward mengangguk satu kali.
Akan jauh lebih mudah seandainya komunikasinya tidak satu arah. Tapi kalau
dipikir-pikir lagi, aku agak lega karena tidak mengetahui isi kepalanya.
Edward menoleh ke belakang, ke bagian dalam rumah, dan kulihat tubuhnya
bergetar. Ia melambai tanpa memandangku dan beranjak pergi, lenyap dari
pandanganku. Apa yang terjadi" Seolah-olah aku akan mendapat jawabannya saja.
Aku duduk tak bergerak di padang rumput dan mendengarkan. Dengan telinga ini aku
nyaris bisa mendengar langkah-langkah pelan Seth, berkilo-kilometer jauhnya di
dalam hutan. Mudah saja mendengar setiap suara di dalam rumah yang gelap itu.
"Ternyata bukan apa-apa," Edward menjelaskan dengan nada hampa, hanya mengulangi
apa yang kukatakan padanya tadi. "Seth marah tentang sesuatu yang lain, dan dia
lupa kita sedang mendengarkan untuk mendapat sinyal dari mereka. Dia masih
sangat muda." "Pintar sekali, menugaskan balita untuk menjaga benteng," gerutu suara yang
lebih berat. Emmett, pikirku.
"Mereka menolong kita secara luar biasa malam ini, Emmett," kata Carlisle.
"Pengorbanan pribadi yang sangat besar."
"Yeah, aku tahu. Aku hanya iri. Kalau saja aku bisa berada di luar sana."
"Seth berpendapat Sam tidak akan menyerang sekarang," kata Edward, suaranya
seperti robot. "Tidak, karena kita sudah mendapat peringatan dini, dan dia
kehilangan dua anggota kawanan."
"Menurut Jacob bagaimana?" tanya Carlisle.
"Dia tidak seoptimis itu"
Tidak ada yang berbicara. Ada suara menetes-neres pelan yang tidak bisa kuterka
apa. Aku mendengar embusan napas mereka yang pelan-dan aku bisa membedakan suara
napas Bella dari yang lain. Embusan napasnya lebih berat, lebih sulit. Suaranya
tersedak dan terpecah dalam ritme yang aneh. Aku bisa mendengar detak
jantungnya. Kedengarannya... terlalu cepat. Aku membandingkannya dengan detak
jantungku sendiri, tapi aku tak yakin apakah detak jantung kami bisa
dibandingkan. Aku sendiri juga tidak normal.
"Jangan sentuh dia! Nanti dia terbangun" bisik Rosalie.
Seseorang mendesah. "Rosalie," gumam Carlisle.
"Jangan macam-macam denganku, Carlisle. Kami sudah menuruti kemauanmu tadi, tapi
hanya sampai sebatas itu yang kami izinkan."
Sepertinya Rosalie dan Bella sekarang mulai membahasakan diri dalam kata ganti
jamak. Seolah-olah mereka membentuk kawanan sendiri.
Aku mondar-mandir tanpa suara di depan rumah. Setiap pembicaraan membawaku
semakin dekat. Jendela-jendela yang gelap bagaikan pesawat televisi yang menyala
di ruang tunggu yang muram, mustahil mengalihkan pandangan terlalu lama dari
sana. Beberapa menit berlalu, beberapa percakapan terjadi, dan buluku sekarang sudah
menyapu pinggiran teras sementara aku berjalan mondar-mandir.
Aku bisa melihat melalui jendela-jendela itu, melihat bagian atas dinding dan
langit-langit, juga lampu kristal yang tidak dinyalakan yang tergantung di sana.
Tubuhku cukup tinggi sehingga kalau aku menjulurkan leherku sedikit saja... dan
mungkin sambil menumpangkan kaki depanku di pinggii teras...
Aku mengintip ke dalam ruang depan yang besar dan terbuka, berharap akan melihat
sesuatu yang sangat mirip dengan pemandangan siang tadi. Tapi keadaan di dalam
sana sudah sangat berubah sehingga awalnya aku merasa bingung. Aku sempat
mengira telah mengintip ruangan yang salah.
Dinding kaca sudah lenyap-kelihatannya sekarang diganti dengan dinding logam.
Semua perabot sudah disingkirkan, Bella meringkuk canggung di ranjang sempit di
tengah-tengah ruangan yang terbuka itu. Bukan ranjang normal biasa-melainkan
yang memiliki pagar seperti ranjang rumah sakit. Juga seperti di rumah sakit, di
sana ada monitor-monitor yang dihubungkan ke tubuhnya, serta tube-tube
ditusukkan ke kulitnya. Lampu-lampu di monitor berkedip-kedip, tapi tidak ada
suara. Suara menetes-netes itu ternyata infus yang terpasang di lengannya cairan
di dalamnya kental dan putih, tidak jernih.
Bella tersedak sedikit dalam tidurnya yang gelisah, dan baik Edward maupun
Rosalie beranjak dan berdiri di dekatnya. Tubuhnya berkedut-kedut, dan ia
merintih. Rosalie membelai-belai kening Bella. Tubuh Edward mengejang ia
memunggungiku, tapi ekspresinya pasti mengatakan sesuatu, karena dalam sekejap
Emmett sudah menyusup di antara mereka, la mengangkat kedua tangannya ke arah
Edward. "Jangan malam ini, Edward. Banyak hal lain yang perlu kita khawatirkan."
Edward berpaling dari mereka, lagi-lagi ia terlihat seperti orang yang dibakar
hidup-hidup. Sesaat matanya bersirobok dengan mataku, dan aku menjatuhkan kedua
kaki depanku lalu kembali berdiri dengan empat kaki.
Aku berlari kembali ke hutan yang gelap, berlari untuk bergabung dengan Seth,
melarikan diri dari apa yang ada di belakangku.
Semakin parah. Benar, kondisi Bella memang semakin parah.
12. SEBAGIAN ORANG MEMANG TIDAK BISA MENGERTI KONSEP "TIDAK DITERIMA"
AKU berada tepat di tubir antara bangun dan tidur.
Matahari telah terbit di balik awan-awan satu jam yang lalu-hutan kini kelabu,
tak lagi hitam pekat, Seth bergelung dan tertidur pulas sampai sekitar pukul
satu, lalu kubangunkan ia saat fajar untuk bergantian berpatroli. Bahkan setelah
berlari semalaman, aku tetap sulit mendiamkan otakku cukup lama agar bisa
tertidur, tapi lari Seth yang berirama ternyata bisa membantu. Satu, dua-tiga,
empat, satu, dua-tiga, empat-tuk tuk tuk tuk-suara langkah kaki pelan membentur
tanah yang lembap, berulang kali saat ia berlari mengelilingi tanah keluarga
Cullen. Jejak langkah kami sudah membentuk jalur tersendiri di tanah. Pikiran
Seth kosong, hanya terlihat sekilas gambaran hijau dan abu-abu kabur saat hutan
melesat di belakangnya. Gambaran itu menenteramkan. Lebih enak mengisi kepalaku
dengan apa yang dilihat Seth daripada membiarkan bayangan-bayanganku sendiri
menjadi pusat perhatian. Kemudian lolongan tajam Seth mengoyak keheningan pagi yang sunyi.
Aku meloncat berdiri, kedua kaki depanku sudah melesat cepat sebelum kaki
belakangku menjejak tanah. Aku berlari ke tempat Seth membeku, bersamanya
mendengarkan suara langkah-langkah kaki berlari ke arah kami.
Pagi, boys. Dengkingan shock terlontar dari sela-sela gigi Seth. Kemudian kami menggeram
saat membaca lebih dalam pikiran-pikiran baru itu.
Oh astaga! Pergi sana, Leah! erang Seth.
Sesampainya di tempat Seth, aku berhenti, kepalanya mendongak, siap melolong
lagi kali ini untuk memprotes.
Jangan berisik, Seth. Baik. Ugh! Ugh! Ugh! Ia mendengking-dengking dan mencakar-cakar tanah,
menghasilkan garukan-garukan dalam di tanah.
Leah tampak berlari-lari kecil, tubuhnya yang abu-abu kecil meliuk-liuk
menerobos semak. Berhenti mengeluh, Seth. Cengeng benar kau ini.
Aku menggeram pada Leah, telingaku terlipat. Otomatis ia mundur selangkah.
Memangnya pikirmu apa yang kaulakukan, Leah"
Leah mendengus. Sudah jelas, kan" Aku bergabung dengan kawanan pemberontak kecil
brengsekmu ini. Menjadi anjing-anjing penjaga vampir. Ia menggonggongkan tawa
rendah dan sinis. Tidak, tidak boleh. Berbaliklah sebelum kurobek-robek salah satu otot-otot
lututmu itu. Kayak kau bisa mengejarku saja. Leah menyeringai dan melengkungkan tubuhnya,
siap melesat. Mau balapan, pemimpin yang tak kenal takut"
Aku menghela napas dalam-dalam, mengisi paru-paruku sampai kedua sisi tubuhku
menggelembung. Kemudian, ia telah yakin tidak bakal menjerit, aku mengembuskan
napas panjang. Seth, beritahu keluarga Cutlen, yang datang ternyata hanya kakakmu yang tolol
ini aku sengaja memikirkan kara-kata yang sekasar mungkin. Biar aku saja yang
membereskan masalah ini. Siap! Seth sangat senang bisa menyingkir dari situ. Ia menghilang menuju rumah.
Leah mendengking, dan ia mencondongkan tubuh ke arah hilangnya Seth tadi, bulu
bahunya berdiri. Masa kaubiarkan dia berlari mendatangi vampir-vampir itu
sendirian" Aku yakin ia lebih suka dihabisi mereka daripada menghabiskan waktu satu menit
saja denganmu. Tutup mulutmu, Jacob. Uuups, maaf - maksudku, tutup mulutmu, paduka yang mulia
Alfa, Brengsek, kenapa kau datang kesini"
Kaukira aku mau enak-enakan duduk di rumah sementara adikku merelakan dirinya
menjadi mainan kunyahan vampir"
Seth tidak menginginkan ataupun membutuhkan perlindunganmu. Faktanya, tidak ada
yang menginginkanmu di sini.
Oooh, aduh, itu bakal meninggalkan luka yang sangat dalam. Ha, gonggong Leah.
Katakan, siapa yang memang menginginkan keberadaanku, dan aku bakal langsung
cabut. Jadi alasanmu sama sekali bukan Seth"
Tentu saja dia. Aku hanya ingin menegaskan ini bukan pertama kalinya kehadiranku
tidak diinginkan. Bukan faktor yang memotivasi, kalau kau mengerti maksudku.
Aku menggertakkan gigi dan mencoba berpikir jernih. Apakah Sam yang mengutusmu"
Kalau kedatanganku atas suruhan Sam, kau takkan bisa mendengarku. Kesetiaanku
bukan lagi padanya. Aku mendengarkan dengan hati-hati pikiran-pikiran yang bercampur dengan kata-
kata Leah itu. Kalau ini taktik untuk mengalihkan perhatian, aku harus cukup
waspada untuk bisa melihat maksud sebenarnya di balik semua ini. Tapi tidak ada
apa-apa. Pernyataan Leah tadi adalah kebenaran. Kebenaran yang tidak ia sukai
dan nyaris menyakitkan untuk diakui.
Jadi kau loyal padaku sekarang" tanyaku sinis. He-eh. Yang benar saja.
Pilihanku terbatas. Aku berusaha menerima opsi yang kupunya. Percayalah, aku


Breaking Dawn Twilight Buku Ke 4 Karya Stephenie Meyer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebenarnya juga tidak suka, sama seperti yang kaurasakan.
Itu tidak benar. Ada semacam kegembiraan dalam pikiran Leah. Ia memang tidak
bahagia dengan pilihan ini, tapi ia juga merasakan semacam kepuasan aneh. Aku
mencari-cari dalam pikirannya, berusaha mengerti.
Bulu Leah meremang, tidak menyukai gangguan itu. Aku biasanya mencoba menulikan
diri dari pikiran-pikiran Leah, aku tidak pernah mencoba memahaminya sebelum
ini. Kami diinterupsi oleh Seth, yang sedang memberikan penjelasan kepada Edward.
Leah mendengking cemas. Wajah Edward, terbingkai jendela yang sama seperti
semalam, tidak menunjukkan reaksi apa-apa terhadap berita itu. Wajahnya hampa,
mati. Wow, kacau benar ia kelihatannya, gerutu Seth pada diri sendiri. Si vampir juga
tidak menunjukkan reaksi terhadap pikiran itu. Edward menghilang ke dalam rumah.
Seth berbalik dan kembali ke tempat kami, Leah sedikit rileks.
Apa yang terjadi" tanya Leah. Jelaskan semua padaku, cepat
Tak ada gunanya. Kau toh takkan lama di sini.
Asal tahu saja, Mr. Alfa, aku akan tetap di sini. Berhubung aku harus menjadi
milik seseorang dan jangan kaukira aku tak pernah mencoba pergi dan hidup
sendiri, kau sendiri tentunya tahu itu tidak bisa dilakukan maka aku pun
memilihmu. Leah, kau tidak suka padaku. Aku juga tidak suka padamu.
Terima kasih. Kapten Tanpa Tedeng Aling-Aling. Itu bukan masalah bagiku.
Pokoknya aku akan tetap bersama Seth.
Kau tidak suka vampir. Apakah menurutmu tidak ada sedikit konflik kepentingan di
sana" Kau juga tidak suka vampir.
Tapi aku memiliki komitmen terhadap aliansi ini. Kau tidak.
Aku akan menjaga jarak dengan mereka. Aku bisa berpatroli di luar sini saja,
seperti Seth. Dan aku harus langsung percaya padamu"
Leah menjulurkan leher, mencondongkan tubuh dengan bertumpu pada jari-jari
kakinya, berusaha membuat tubuhnya setinggi aku sementara ia menatap mataku
lekat-lekat. Aku tidak akan mengkhianati kawananku.
Ingin rasanya aku mendongak dan melolong, seperti Seth tadi. Ini bukan
kawananmu'. Ini bahkan bukan kawanan. Ini hanya aku, yang memisahkan diri! Ada
apa sih dengan kalian, anak-anak keluarga Clearwater" Mengapa tidak kalian
tinggalkan saja aku sendirian"
Seth, yang muncul di belakang kami, mendengking; aku telah melukai perasaannya.
Hebat. Aku sudah banyak membantu selama ini, ya kan, Jake"
Kau memang tidak terlalu menjengkelkan, Nak, tapi kalau kau dan Leah satu paket
kalau satu-satunya jalan menyingkirkan dia adalah menyuruhmu pulang... Well, apa
kau akan menyalahkan aku bila menginginkan dia pergi"
Ugh, Leah, kau mengacaukan semuanya!
Yeah, aku tahu, sahut Leah, dan pikirannya dipenuhi perasaan sedih yang berat.
Aku bisa merasakan kepedihan yang terkandung dalam tiga kata itu, dan itu lebih
daripada dugaanku. Aku tak ingin merasakannya. Aku tak ingin merasa bersalah
karena Leah. Memang, kawanan kami bersikap kasar padanya, tapi itu salah Leah
sendiri. Kegetiran menodai setiap pikirannya dan membuat kami yang bisa membaca
pikirannya merasa seperti mendapat mimpi buruk.
Seth juga merasa bersalah. Jake... kau tidak benar-benar berniat menyuruhku
pulang, kan" Leah tidak seburuk itu kok. Sungguh. Maksudku, dengan dia di sini,
kita bisa memperluas area patroli. Dan itu berarti jumlah Sam berkurang menjadi
tujuh. Tidak mungkin ia menyerang bila jumlahnya kurang banyak. Mungkin ada
baiknya begini... Kau kan tahu aku tidak mau memimpin kawanan, Seth.
Kalau begitu, tidak usah memimpin kami, Leah menawarkan.
Aku mendengus. Nggak masalah bagiku. Cepat pulang sana.
Jake pikir Seth. Tempatku di sini. Aku benar-benar suka vampir. Keluarga Cullen,
setidaknya. Bagiku mereka manusia, dan aku akan melindungi mereka, karena memang
itulah yang seharusnya kita lakukan.
Mungkin tempatmu memang di sini, Nak, tapi kakakmu tidak. Padahal ia akan
mengikutimu ke mana pun kau pergi...
Kata-kataku terhenti, karena aku melihat sesuatu waktu mengatakannya. Sesuatu
yang berusaha tidak dipikirkan Leah.
Leah tidak akan ke mana-mana.
Kusangka ini karena Seth, pikirku masam.
Leah tersentak. Tentu saja keberadaanku di sini karena Seth.
Dan untuk menjauh dari Sam.
Dagu Leah mengeras. Aku tidak perlu menjelaskan diriku padamu. Aku hanya harus
melakukan perintah. Tempatku adalah di kawananmu, Jacob. Habis perkara.
Aku menjauh darinya, menggeram.
Sial. Itu berarti aku takkan pernah bisa menyingkirkan Leah. Tak peduli
betapapun besarnya perasaan tidak suka Leah padaku, betapapun besarnya
kebenciannya pada keluarga Cullen, betapapun senangnya ia bila disuruh membunuh
semua vampir sekarang atau betapapun sebalnya ia karena harus melindungi mereka
itu semua tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kelegaannya terbebas dari Sam
Leah tidak suka padaku, jadi ia tidak sakit hati bila aku berharap ia enyah
saja. Tapi Leah mencintai Sam. Masih. Dan ia tidak sanggup menanggung sakit hatinya
mengetahui Sam berharap ia enyah saja, dan sekarang ia punya pilihan untuk
terbebas dari perasaan sakit hati itu. Leah rela mengambil pilihan lain itu.
Walaupun itu berarti tinggal bersama keluarga Cullen sebagai anjing peliharaan
mereka. Entah apakah aku mau bertindak sejauh itu, pikir Leah. Ia berusaha membuat kata-
kata itu terdengar keras, agresif, tapi sikapnya sangat tidak meyakinkan. Aku
yakin lebih baik aku mencoba bunuh diri dulu beberapa kali.
Dengar, Leah... Tidak, kau yang harus mendengarkan aku, Jacob. Berhenti berdebat denganku,
karena itu tak ada gunanya. Aku tidak akan mengganggumu, oke" Aku akan melakukan
apa saja yang kauinginkan. Kecuali kembali ke kawanan Sam dan menjadi mantan
pacar menyedihkan yang tidak bisa ia singkirkan. Dan kalau kau ingin aku pergi
Leah duduk di kaki belakangnya dan menatap lurus-lurus mataku maka kau harus
mengusirku. Aku menggeram padanya, panjang dan penuh amarah. Aku mulai merasa bersimpati
pada Sam, terlepas dari perlakuannya terhadapku, terhadap Seth. Pantas saja Sam
selalu menyuruh-nyuruh kami. Bagaimana lagi ia bisa membereskan semuanya"
Seth, apa kau akan marah padaku kalau aku membunuh kakakmu"
Seth pura-pura berpikir sebentar. Well... yeah, mungkin.
Aku mengembuskan napas. Baiklah, kalau begitu, Miss Sok Mau Menang Sendiri. Bagaimana kalau kaujadikan
dirimu berguna dengan menceritakan pada kami apa yang kauketahui" Apa yang
terjadi setelah kami pergi semalam"
Semua melolong-lolong. Tapi mungkin bagian yang itu kau sudah mendengarnya
sendiri. Nyaring sekali hingga butuh beberapa saat baru kami sadar bahwa kami
tidak bisa mendengar pikiran kalian lagi. Sam jadi.... Leah tak mampu mengungkapkannya
dengan kata-kata, tapi kami bisa melihatnya dalam kepala kami, Seth dan aku
meringis, Sesudah itu, dengan cepat disadari bahwa kami harus memikirkan ulang
banyak hal. Sam berencana membicarakan masalah ini dengan para Tetua pagi-pagi
sekali hari ini. Kami diminta berkumpul dan menyusun rencana. Tapi aku bisa
menduga bahwa ia tidak akan menyerang dalam waktu dekat. Itu sama saja bunuh
diri, dengan kau dan Seth memisahkan diri dan para pengisap darah sudah
diperingatkan lebih dulu. Entah apa yang akan mereka lakukan, tapi kalau jadi
vampir, aku tidak akan berkeliaran di hutan sendirian. Sekarang sedang musim
berburu vampir. Jadi kau memutuskan untuk bolos rapat pagi ini" tanyaku, Waktu
kami berpisah untuk berpatroli semalam, aku minta izin untuk pulang, untuk
menceritakan pada ibuku apa yang terjadi...
Brengsek Kau cerita pada Mom" Seth menggeram.
Seth, tunda dulu pertengkaran antar saudaranya. Teruskan Leah.
Maka begitu berubah lagi menjadi manusia, aku menyisihkan waktu sebentar untuk
memikirkan semuanya. Well, sebenarnya aku memikirkannya sepanjang malam sih.
Taruhan, yang lain lain pasti mengira aku ketiduran. Tapi segala hal tentang dua
kawanan berbeda, dua pikiran kawanan yang berbeda membuatku banyak berpikir.
Akhirnya aku membandingkan antara keamanan Seth dan, eh, kelebihan-kelebihan
lain yang bisa kuperoleh, dengan berkhianat dan mengendusi bau vampir sampai
entah berapa lama. Kau sudah tahu keputusanku. Aku meninggalkan surat untuk
ibuku. Aku menduga, kita pasti bisa mendengarnya bila Sam mendapat kabar tentang
hal ini... Leah menelengkan kepala ke barat.
Ya, dugaanku juga begitu, aku sependapat.
Begitulah ceritanya. Apa yang kita lakukan sekarang" tanya Leah.
Ia dan Seth menatapku dengan sikap menunggu.
Hal seperti inilah yang paling tidak ingin kulakukan.
Untuk sekarang kurasa kita bersikap waspada saja dulu. Hanya itu yang bisa kita
lakukan. Mungkin sebaiknya kau tidur dulu, Leah.
Kau juga kurang tidur, sama seperti aku.
Katanya tadi kau mau menurut kalau kusuruh"
Benar. Lama-lama bakal bosan juga, gerutu Leah, kemudian menguap. Well,
terserahlah. Aku tak peduli.
Aku akan berlari sepanjang perbatasan, Jake. Aku tidak lelah sama sekali.
Seth senang sekali aku tidak memaksanya dan Leah pulang, sampai-sampai ia nyaris
melonjak-lonjak kegirangan.
Tentu, tentu. Aku akan mengecek keadaan keluarga Cullen.
Seth berlari menyusuri jalan setapak baru yang terbentuk di tanah yang lembap,
Leah menatap kepergiannya dengan sikap berpikir.
Mungkin berkeliling satu-dua kali sebelum tidur... Hei. Seth, mau lihat berapa
kali aku bisa menyusulmu"
TIDAK! Sambil menggonggongkan tawa rendah, Leah menerjang ke hutan, mengejar Seth,
Aku menggeram sia-sia. Hilang sudah peluangku mendapatkan kedamaian dan
ketenangan. Leah sudah berusaha-untuk ukuran Leah. la berpikir sesedikit mungkin saat
berlari mengitari perbatasan, tapi mustahil mengabaikan suasana hatinya yang
senang karena merasa menang. Terpikir olehku istilah "pikiran dua orang bisa
menemanimu". Itu tidak berlaku bagiku, karena satu saja menurutku sudah terlalu
banyak. Tapi kalau memang kami harus bertiga, rasanya aku rela menukar Leah
dengan siapa pun. Paul" Leah menyarankan.
Mungkin, balasku. Leah tertawa sendiri, terlalu girang dan senang untuk merasa tersinggung. Dalam
hati aku bertanya-tanya sampai kapan kegembiraannya karena berbasil melepaskan
diri dari perasaan kasihan Sam ini akan bertahan.
Itu akan menjadi cita-citaku, kalau begitu-tidak lebih menjengkelkan daripada
Paul. Yeah, usahakan supaya bisa begitu.
Aku berubah wujud beberapa meter dari halaman. Sebenarnya aku tidak berniat
menjadi manusia terlalu lama di sini. Tapi aku juga tak ingin Leah terus berada
dalam pikiranku. Kukenakan celana pendekku yang compang-camping dan mulai
berjalan melintasi halaman.
Pintu terbuka sebelum aku sampai di tangga, dan aku tetkejut melihat Carlisle,
bukan Edward, melangkah keluar menyambut kedatanganku - wajahnya tampak letih
dan kalah. Sesaat jantungku membeku. Aku tergagap dan berhenti, tak mampu
bicara. "Kau baik-baik saja, Jacob?" ranya Carlisle.
"Apakah Bella baik-baik saja?" aku balas bertanya, suaraku tercekik.
"Dia... lebih kurang sama seperti semalam. Aku mengagetkanmu, ya" Maaf. Kata
Edward kau datang dalam wujud manusia, jadi aku keluar untuk menyambutmu, karena
Edward tidak ingin meninggalkan Bella. Dia sedang terjaga."
Dan Edward tidak ingin membuang-buang waktunya bersama Bella, karena tidak
banyak lagi waktu yang ia miliki. Carlisle tidak mengatakannya, tapi aku
mengerti. Sudah lama sekali aku tidak tidur sejak sebelum aku melakukan patroli terakhir.
Aku benar-benar mengantuk sekarang. Aku maju selangkah, duduk di tangga teras
sambil bersandar pada birai tangga.
Bergerak nyaris tanpa suara seperti yang hanya bisa dilakukan vampir, Carlisle
ikut duduk di tangga yang sama, bersandar pada birai yang lain.
"Aku belum sempat berterima kasih padamu semalam, Jacob. Kau tak tahu betapa aku
sangat menghargai... belas kasihanmu. Aku tahu tujuanmu adalah untuk melindungi
Bella, tapi aku berutang budi padamu untuk keselamatan seluruh keluargaku.
Edward menceritakan padaku apa yang terpaksa kaulakukan... "
"Itu tidak perlu diungkit lagi," gumamku.
"Kalau kau lebih suka begitu."
Kami duduk berdiam diri. Aku bisa mendengar suara anggota keluarga yang lain di
dalam rumah. Emmett, Alice, dan Jasper berbicara dengan suara pelan dan serius
di lantai atas, Esme berdendang tanpa nada di ruangan lain, Rosalie dan Edward
bernapas di dekat situ aku tidak bisa membedakannya, tapi aku bisa mendengar
perbedaan dalam desah napas Bella yang kepayahan. Aku bisa mendengar detak
jantungnya juga. Kedengarannya... tidak teratur.
Seolah-olah takdir membuatku melakukan semua yang pernah kukatakan takkan
kulakukan hanya dalam 24 jam. Di sinilah aku sekarang, duduk berpangku tangan,
menunggu Bella meninggal.
Aku tidak mau mendengarkan lagi. Lebih baik bicara daripada mendengarkan.
"Dia sudah kauanggap keluargamu?" tanyaku pada Carlisle. Perkataannya tadi
menarik perhatianku, waktu ia mengatakan aku sudah membantu seluruh keluarganya
juga. "Ya. Bella sudah kuanggap anak perempuanku sendiri. Anak perempuan yang sangat
kucintai." "Tapi kau membiarkannya mati."
Carlisle terdiam lama sekali hingga aku merasa perlu mendongak. Wajahnya
terlihat amat sangat letih. Aku tahu bagai mana perasaannya.
"Aku bisa membayangkan bagaimana penilaianmu terhadapku dalam hal itu," kata
Carlisle akhirnya, "tapi aku tak bisa mengabaikan kehendak Bella. Tidak benar
bila aku yang memutuskan itu baginya, memaksanya."
Aku ingin marah padanya, tapi sulit sekali marah pada Carlisle. Rasanya dia
melemparkan kembali kata-kataku kepadaku, hanya saja urutannya kacau. Perkataan
itu kedengarannya tepat sebelum ini, tapi sekarang tidak, Tidak dengan Bella
dalam kondisi sekarat sekarang ini. Meski begitu... aku ingat rasanya terpuruk
di tanah di bawah Sam tidak memiliki pilihan selain terlibat dalam pembunuhan
seseorang yang kucintai. Situasinya tidak sama, tapi Sam salah. Dan Bella
mencintai hal-hal yang tidak seharusnya ia cintai.
"Apakah menurutmu ada peluang Bella bisa selamat" Maksudku, sebagai vampir dan
sebagainya. Dia menceritakan padaku tentang... Esme."
"Menurutku, sampai saat ini peluangnya masih sama besar," jawab Carlisle tenang.
"Aku pernah melihat sendiri mukjizat yang dihasilkan racun vampir, tapi ada
beberapa kondisi di mana bahkan racun vampir pun tak bisa mengatasi. Jantung
Bella bekerja terlalu keras sekarang, dan bila jantungnya berhenti berfungsi...
tak ada lagi yang bisa kulakukan."
Detak jantung Bella berdegup tertatih-tatih, seolah hendak membenarkan
penjelasan Carlisle barusan.
Mungkin bumi mulai berputar ke arah berlawanan. Mungkin hal itu bisa menjelaskan
mengapa segala sesuatu menjadi berlawanan daripada yang terjadi kemarin-mengapa
aku sekarang malah mengharapkan sesuatu yang dulu kuanggap paling buruk di
dunia. "Apa yang dilakukan makhluk itu padanya?" bisikku. "Kondisi Bella jauh lebih
buruk semalam. Aku melihat... slang-slang dan lain sebagainya. Dari jendela."
"Janin itu tidak kompatibel dengan tubuhnya. Pertama terlalu kuat, tapi mungkin
untuk sementara itu masih bisa ditanggung Bella, Masalah yang lebih besar adalah
makhluk itu menghalangi Bella mendapatkan nutrisi yang dia butuhkan. Tubuhnya
menolak nutrisi dalam bentuk apa pun. Aku berusaha memberinya makan lewat infus,
tapi tubuhnya tak bisa menyerap. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisinya
berubah sangat cepat. Aku melihatnya-dan bukan hanya dia, melainkan juga
janinnya-pelan-pelan mati kelaparan. Aku tidak bisa menghentikan semua itu dan
tidak bisa memperlambat lajunya. Aku tidak mengerti apa yang diinginkan makhluk
itu." Suara Carlisle yang letih pecah di akhir kalimat.
Aku merasakan hal yang sama kemarin, waktu melihat bercak-bercak hitam di perut
Bella-marah, dan agak sinting.
Aku mengepalkan kedua tinjuku untuk mengendalikan tubuhku yang bergetar. Aku
benci sekali pada makhluk yang menyakiti Bella itu. Ternyata makhluk itu tidak
hanya membuatnya babak belur dari dalam. Tidak, makhluk itu juga membuatnya


Breaking Dawn Twilight Buku Ke 4 Karya Stephenie Meyer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelaparan. Mungkin mencari sesuatu yang bisa ia gigit-leher untuk diisap
darahnya sampai habis. Karena sekarang makhluk itu belum cukup besar untuk
membunuh orang lain, ia cukup puas dengan hanya mengisap habis nyawa Bella.
Kentara sekali itulah yang diinginkan makhluk itu: kematian dan darah, darah dan
kematian. Sekujur kulitku panas dan gatal. Aku menarik napas dan mengembuskannya pelan-
pelan, berkonsentrasi untuk menenangkan diri.
"Kalau saja aku tahu lebih banyak, makhluk apa tepatnya itu," gumam Carlisle.
"Janin itu terlindungi dengan baik. Aku belum berhasil mendapatkan gambaran
melalui USG. Aku ragu jarum sanggup menembus kantong ketuban, tapi Rosalie
menolak membiarkanku mencoba apa pun."
"Jarum?" gumamku. "Apa gunanya jarum?"
"Semakin banyak yang kuketahui tentang janin itu, semakin aku bisa memperkirakan
apa saja yang bisa dilakukan, janin itu. Ingin benar aku mendapatkan sedikit
saja contoh air ketuban. Seandainya aku bisa mengetahui jumlah kromosomnya... "
"Kau membuatku bingung, Dok. Kau bisa menjelaskannya secara lebih sederhana?"
Carlisle terkekeh-walaupun tawanya terdengar letih. "Baiklah. Sudah sejauh mana
pelajaran biologimu" Sudah sampai ke bagian pasangan kromosom?"
"Sepertinya sudah. Jumlah kromosom kita 23, bukan?"
"Manusia memang memiliki 23 kromosom."
Aku mengerjapkan mata. "Kalau kalian berapa?"
"Dua puluh lima."
Sesaat aku mengerutkan kening memandangi tinjuku. "Apa artinya itu?"
"Menurutku itu berarti spesies kami hampir bisa dikatakan sangat berbeda dari
manusia. Kurang memiliki kesamaan dibandingkan singa dan kucing. Tapi kehidupan
baru ini- well, ternyata kita lebih kompatibel secara genetis daripada yang
kuduga sebelumnya." Carlisle mengembuskan napas sedih. "Aku tidak tahu sehingga
tidak memperingatkan mereka."
Aku juga ikut-ikutan mengembuskan napas. Mudah saja membenci Edward untuk
keteledorannya. Aku masih membenci dia gara-gara ini. Tapi sulit merasakan hal
yang sama tentang Carlisle. Mungkin karena aku tidak cemburu padanya.
"Mungkin akan membantu bila kita tahu jumlah kromosomnya-apakah janin itu lebih
mendekati kami atau Bella. Jadi kita tahu apa yang kita harapkan. Kurasa aku
hanya berharap ada sesuatu yang bisa dipelajari, pokoknya melakukan apa saja."
"Aku jadi penasaran bagaimana kromosomku," cetusku. Lagi-lagi aku berpikir
rentang tes steroid yang dijalani para atlet Olimpiade, Apakah mereka juga
melakukan pemeriksaan DNA"
Carlisle terbatuk-batuk dengan sikap kikuk. "Jumlah kromosommu 24 pasang,
Jacob." Pelan-pelan aku menoleh dan menatapnya, mengangkat alisku.
Carlisle tampak malu, "Waktu itu aku... ingin tahu. Jadi sekalian saja kuperiksa
jumlah kromosommu waktu aku merawatmu bulan Juni lalu."
Aku berpikir sebentar. "Mungkin seharusnya itu membuatku marah. Tapi aku benar-
benar tidak peduli,"
"Maafkan aku. Seharusnya aku meminta izin lebih dulu."
"Tidak apa-apa, Dok, Kau tidak bermaksud buruk."
"Tidak, aku jamin aku tidak bermaksud buruk. Hanya saja... aku mendapati
spesiesmu sangat menarik. Kurasa karena aku sudah sangat terbiasa dengan elemen-
elemen vampir setelah menjalaninya beberapa abad. Perbedaan keluargamu dengan
manusia biasa jauh lebih menarik. Hampir-hampir ajaib."
"Abrakadabra" gerutuku. Carlisle jadi mirip Bella dengan semua omong kosongnya
tentang keajaiban. Lagi-lagi Carlisle mengumandangkan tawa letih.
Lalu kami mendengar suara Edward di dalam rumah, dan sama-sama terdiam untuk
mendengarkan, "Sebentar lagi aku kembali, Bella. Aku ingin bicara sebentar dengan Carlisle.
Rosalie, kau tidak keberatan kan ikut dengan ku?" Suara Edward terdengar
berbeda. Ada secercah semangat dalam suaranya yang hampa. Percikan sesuatu.
Bukan harapan tepatnya, tapi mungkin keinginan untuk berharap.
"Ada apa, Edward?" tanya Bella parau.
"Tak ada yang perlu kaukhawatirkan, Sayang. Sebentar saja. Please, Rose?"
"Esme?" panggil Rosalie. "Bisa tolong jaga Bella sebentar?"
Aku mendengar bisikan angin saat Esme meluncur menuruni tangga.
"Tentu saja," jawabnya.
Carlisle mengubah posisi duduk, membalikkan badan dan melihat dengan sikap penuh
harap ke pintu. Edward keluar lebih dulu, Rosalie tepat di belakangnya.
Wajahnya, seperti juga suaranya, tak lagi tampak hampa. Ia kini tampak sangat
fokus. Rosalie terlihat curiga.
Edward menutup pintu di belakangnya.
"Ada apa, Edward?"
"Mungkin selama ini kita salah menanganinya. Aku mendengarkan percakapanmu
dengan Jacob barusan, dan waktu kalian membicarakan.,, keinginan janin itu,
Jacob memikirkan sesuatu yang menarik,"
Aku" Memangnya apa yang kupikirkan" Selain kebencianku pada makhluk itu"
Setidaknya bukan hanya aku yang membencinya. Kentara sekali tidak mudah bagi
Edward menggunakan istilah janin untuk makhluk itu,
"Kita belum pernah melakukan pendekatan dari sudut itu" lanjut Edward. "Selama
ini kita berusaha memenuhi kebutuhan Bella. Dan tubuhnya tidak bisa menerima
dengan baik. Mungkin seharusnya kita memerhatikan kebutuhan... janin itu lebih
dulu. Mungkin kalau kita bisa memuaskannya, kita akan bisa membantu Bella dengan
lebih efektif' "Aku tidak mengerti jalan pikiranmu, Edward" kata Carlisle.
"Pikirkan, Carlisle. Kalau makhluk itu lebih menyerupai vampir daripada manusia,
tak bisakah kau menebak apa yang dia inginkan dan apa yang tidak dia dapatkan"
Jacob langsung bisa mengetahuinya."
Hah, aku" Kuputar kembali ingatanku tentang percakapan kami tadi, berusaha
mengingat hal-hal yang tadi kupikirkan. Aku teringat nyaris bersamaan dengan
Carlisle. "Oh " ucap Carlisle terkejut. "Menurutmu janin ini... haus?"
Rosalie mendesis pelan. Ia tidak curiga lagi. Wajah rupawannya yang memuakkan
kontan berseri-seri, matanya membelalak penuh semangat, "Tentu saja," gumamnya.
"Carlisle, kita kan punya persediaan darah O negatif untuk Bella. Itu ide
bagus," imbuhnya, tanpa memandangku.
"Hmm." Carlisle memegang dagunya, hanyut dalam pikirannya sendiri. "Aku jadi
penasaran... Kemudian, bagaimana cara terbaik untuk memberikannya,,."
Rosalie menggeleng. "Kita tidak punya waktu untuk mencoba-coba. Saranku, kita
langsung mulai saja dengan cara tradisional."
"Tunggu sebentar." bisikku. "Tunggu dulu sebentar. Maksudmu -menyuruh Bella
minum darah?" "Itu kan idemu, anjing," sergah Rosalie, cemberut tanpa benar-benar memandangku.
Kuabaikan dia dan kutatap Carlisle. Bayangan harapan yang tadi kulihat di wajah
Edward kini membayangi mata Carlisle. Ia mengerucutkan bibir, berspekulasi.
"Itu, kan... " aku tak mampu menemukan kata yang tepat.
"Mengerikan!" tanya Edward. "Menjijikkan?"
"Begitulah." "Tapi bagaimana kalau itu bisa menolongnya?" bisik Edward.
Aku menggeleng marah, "Apa yang akan kaulakukan, menyurukkan slang ke
kerongkongannya?" "Aku akan menanyakan pendapat Bella. Aku hanya ingin menyampaikannya dulu pada
Carlisle." Rosalie mengangguk. "Kalau kaukatakan itu akan membantu bayinya, Bella pasti mau
melakukan apa saja. Walaupun kita terpaksa memasukkannya melalui selang."
Saat itulah aku sadar waktu aku mendengar bagaimana suara Rosalie berubah jadi
begitu lembut saat menyebut kata bayi bahwa si Pirang itu akan mendukung
tindakan apa saja yang membantu menyelamatkan si monster pengisap nyawa itu.
Itukah yang sebenarnya sedang terjadi, faktor misteri yang menyatukan mereka"
Rosalie mengincar bocah itu"
Dari sudut mata kulihat Edward mengangguk satu kali, secara sambil lalu, tanpa
melihat ke arahku. Tapi aku tahu ia menjawab pertanyaanku.
Hah, Tak kukira sama sekali si Pirang yang sedingin es itu ternyata memiliki
sisi keibuan juga. Ternyata ia bukan melindungi Bella, Rosalie mungkin akan
dengan senang hati menyurukkan sendiri selang ke kerongkongan Bella.
Bibir Edward terkatup membentuk garis keras, dan aku tahu pikiranku ini benar.
"Well, kita tak punya waktu untuk duduk-duduk mendiskusikan hal ini," sergah
Rosalie tak sabar. "Apa pendapatmu, Carlisle" Bisakah kita mencobanya?"
Carlisle menarik napas dalam-dalam, kemudian berdiri. "Kita akan menanyakannya
pada Bella." Si Pirang tersenyum menang yakin bahwa, kalau pilihan diserahkan kepada Bella,
ia pasti akan mendapatkan apa yang ia inginkan.
Kuseret kakiku dari tangga dan kuikuti mereka masuk ke rumah. Entah mengapa aku
ikut. Mungkin karena ingin tahu. Rasanya seperti menonton film horor. Monster
dan darah di mana-mana. Mungkin aku hanya tak mampu menolak mendapatkan lagi asupan "obat"ku yang
semakin berkurang. Bella berbaring telentang di ranjang rumah sakit, perutnya membuncit di balik
selimut. Ia seperti lilin pucat dan agak transparan. Orang yang melihatnya akan
mengira ia sudah mati, seandainya dadanya tidak bergerak karena napasnya yang
pendek-pendek. Juga matanya, yang mengikuti kami dengan sikap curiga dan letih.
Yang lain sudah berdiri di sampingnya, melesat melintasi ruangan dengan gerakan
cepat dan tiba-tiba. Ngeri melihatnya. Aku melangkah lambat-lambat.
"Ada apa?" tuntut Bella, bisikannya parau. Tangannya yang seputih lilin bergerak
seolah-olah ia berusaha melindungi perutnya yang membuncit,
"Jacob mendapat ide yang mungkin bisa membantumu," kata Carlisle,
Dalam hati sebenarnya aku tak ingin Carlisle membawa-bawa namaku. Aku kan tidak
mengusulkan apa-apa. Serahkan saja pujian itu pada suaminya yang pengisap darah
itu. "Memang bukan sesuatu yang... menyenangkan, tapi... "
"Tapi itu akan membantu bayimu," sela Rosalie penuh semangat. "Ada cara yang
lebih baik untuk memberinya makan. Mungkin."
Kelopak mata Bella menggeletar. Lalu ia membatukkan tawa lemah.
"Tidak menyenangkan?" bisiknya. "Wah, perubahan besar kalau begitu." Matanya
mengawasi slang di lengannya dan terbatuk lagi.
Si Pirang ikut tertawa bersamanya.
Bella terlihat sangat kepayahan, seolah-olah ia hanya punya waktu beberapa jam
lagi untuk hidup, dan bahwa ia pasti sangat menderita, tapi masih sempat-
sempatnya ia bercanda. Sungguh khas Bella. Berusaha meredakan ketegangan,
menenangkan hati semua orang.
Edward melangkah di samping Rosalie, wajahnya yang tegang tak menyiratkan canda
sedikit pun. Aku senang melihatnya. Itu sedikit membantu perasaanku, bahwa ia
lebih menderita daripada aku. Edward meraih tangan Bella, bukan tangan yang
masih melindungi perutnya yang membuncit.
"Bella, Sayang, kami akan memintamu melakukan sesuatu yang mengerikan," kata
Edward, menggunakan istilah yang sama seperti yang ia ucapkan padaku tadi.
"Menjijikkan." Well, paling tidak Edward mengatakannya apa adanya.
Bella menarik napas pendek dan bergetar. "Seberapa parah?"
Carlisle yang menjawab. "Kami pikir janin itu memiliki selera yang lebih
mendekati kami daripada kau. Dugaan kami, dia haus."
Bella mengerjap. "Oh. Oh"
"Kondisimu kondisi kalian berdua semakin memburuk dengan cepat. Kita tidak boleh
menyia-nyiakan waktu, mencari cara lain yang lebih beradab untuk melakukannya.
Cara tercepat untuk mengetes teori itu... "
"Aku harus meminumnya" bisik Bella, Ia mengangguk sedikit nyaris tak ada lagi
tenaga tersisa untuk sekadar menganggukkan kepala. "Aku bisa melakukannya.
Hitung-hitung latihan untuk masa depan, bukan?" Bibirnya yang pucat tak berwarna
mengembang membentuk senyum lemah saat ia memandang Edward. Edward tidak
membalas senyumnya. Rosalie mengetuk-ngetukkan jempol kakinya dengan sikap tak sabar. Suaranya
sungguh menjengkelkan. Dalam hati aku bertanya-tanya apa yang akan ia lakukan
seandainya aku melemparnya ke dinding sekarang juga.
"Jadi, siapa yang akan menangkapkan beruang grizzly untukku?" bisik Bella.
Carlisle dan Edward saling melirik cepat. Rosalie berhenti mengetuk-ngetukkan
jari kakinya. "Apa?" tanya Bella.
"Tesnya akan lebih efektif bila kita tidak mencoba-coba, Bella," Carlisle
menjelaskan. "Kalau benar janin itu menginginkan darah," Edward menjelaskan, "berarti bukan
darah binatang yang dia inginkan."
"Tak akan ada bedanya bagimu, Bella. Tidak usah dipikirkan," Rosalie menguatkan.
Mata Bella membelalak. "Siapa?" desahnya, tatapannya tertuju padaku.
"Aku tidak datang ke sini untuk jadi donor, Bells," gerutuku. "Lagi pula, kalau
dia menginginkan darah manusia, kurasa darahku tidak seperti... "
"Kami punya persediaan darah," Rosalie memberitahu Bella, menginterupsi sebelum
aku selesai bicara, seakan-akan aku tak ada di sana, "Untukmu-untuk jaga-jaga.
Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa. Semua beres. Aku optimis, Bell,
Menurutku kondisi bayimu akan membaik." Tangan Bella membelai perutnya.
"Well," desahnya parau, nyaris tak terdengar. "Aku kelaparan, jadi aku yakin dia
pasti juga kelaparan." Lagi-lagi mencoba bercanda. "Ayo kita lakukan. Tindakan
vampir pertamaku." 13. UNTUNG AKU TIDAK MUDAH JIJIK
CARLISLE dan Rosalie langsung bergegas pergi, melesat ke lantai atas. Bisa
kudengar mereka berdebat apakah perlu menghangatkan darah itu untuk Bella, Ugh.
Aku jadi kepingin tahu, benda-benda horor apa lagi yang mereka simpan di sekitar
sini. Kulkas penuh darah, ya. Apa lagi" Kamar penyiksaan" Ruang peti mati"
Edward tetap berdiri di tempatnya, menggenggam tangan Bella. Wajahnya kembali
hampa. Sepertinya ia bahkan tidak punya tenaga untuk mempertahankan secercah
harapan yang sempat muncul tadi. Mereka saling menatap, tapi bukan dengan
tatapan mesra berlumur cinta. Seakan-akan mereka sedang berbicara. Agak
mengingatkanku pada Sam dan Ernily.
Tidak, bukan mesra berlumur cinta, tapi itu malah membuatku semakin tak tahan
melihatnya. Aku jadi mengerti bagaimana perasaan Leah, harus menyaksikan hal itu setiap
saat. Harus mendengarnya di kepala Sam. Tentu saja kami kasihan pada Leah, kami
kan bukan monster-setidaknya dalam hal itu. Tapi kurasa kami menyalahkan caranya
menangani hal itu. Menyemprot semua orang, berusaha membuat kami merana seperti
dirinya. Aku takkan pernah menyalahkan Leah lagi. Bagaimana orang bisa membantu
menyebarkan kepedihan seperti ini" Bagaimana orang bisa tidak berusaha
meringankan sebagian beban dengan menjejalkan sedikit kepedihan ini pada orang
lain" Dan kalau itu berarti aku harus punya kawanan, bagaimana aku bisa menyalahkan
Leah karena merenggut kemerdekaanku" Aku juga akan melakukan hal yang sama.
Seandainya ada jalan untuk melepaskan diri dari kepedihan ini, aku akan
mengambilnya. Sejurus kemudian Rosalie sudah kembali, melesat memasuki ruangan seperti angin
ribut, menyeruakkan bau tajam menusuk. Ia berhenti di dapur, dan aku mendengar
derit pintu rak dibuka. "Jangan yang bening, Rosalie," gumam Edward. Ia memutar bola matanya.
Bella tampak ingin tahu, tapi Edward hanya menggeleng padanya. Rosalie melesat
melintasi ruangan dan menghilang lagi,
"Jadi ini idemu?" Bella berbisik, suaranya parau saat berusaha keras membuatnya
terdengar cukup keras untuk bisa kudengar. Lupa kalau aku bisa mendengar
suaranya dengan baik. Sering kali aku senang Bella sepertinya lupa aku bukan
sepenuhnya manusia. Aku beringsut mendekat, agar ia tidak perlu berusaha terlalu
keras. "Jangan salahkan aku. Vampirmu yang lancang mencuri dengar komentar-komentar
sinis dari kepalaku."
Bella tersenyum sedikit, "Aku tidak mengira akan melihatmu lagi."
"Yeah, aku juga," kataku.
Aneh rasanya hanya berdiri di sini, tapi vampir-vampir itu telah menyingkirkan
semua perabot untuk memberi tempat pada peralatan-peralatan medis. Aku membayangkan itu bukan masalah bagi mereka tak ada
bedanya kau duduk atau berdiri kalau kau batu. Sebenarnya itu juga bukan masalah
bagiku, hanya saja saat ini aku benar-benar kelelahan.
"Edward menceritakan padaku apa yang terpaksa kaulakukan. Aku ikut prihatin."
"Tidak apa-apa. Mungkin memang sudah waktunya aku memberontak, tidak mau
melakukan apa yang diperintahkan Sam," dustaku.
"Dan Seth" bisik Bella.
"Sebenarnya dia malah senang bisa membantu."
"Aku tidak senang membuatmu terkena masalah"
Aku tertawa lebih menyerupai gonggongan daripada tawa.


Breaking Dawn Twilight Buku Ke 4 Karya Stephenie Meyer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bella mengembuskan napas lemah. "Kurasa itu bukan hal baru, ya?"
"Tidak, memang tidak."
"Kau tidak perlu tetap di sini dan menyaksikan," kata Bella, nyaris mengucapkan
kata-kata itu tanpa suara.
Aku bisa saja pergi. Mungkin itu ide bagus. Tapi kalau aku pergi, menilik
kondisi Bella sekarang, bisa jadi aku kehilangan lima belas menit terakhir
hidupnya. "Aku tidak perlu ke mana-mana kok," kataku, berusaha tidak memperdengarkan emosi
apa pun. "Aku sedang tidak begitu tertarik menjadi serigala sejak Leah
bergabung," "Leah?" Bella tersentak,
"Kau tidak memberitahu dia?" tanyaku pada Edward.
Edward hanya mengangkat bahu tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Bella. Bisa
kulihat itu bukan kabar yang terlalu menggembirakan bagi Edward, sesuatu yang
tak ada gunanya diceritakan mengingat banyaknya peristiwa lebih penting yang
sedang terjadi. Bella tidak menganggap sepele kabar itu. Kelihatannya itu seperti kabar buruk
baginya. "Mengapa?" desah Bella.
Aku tidak ingin bercerita terlalu detail. "Agar bisa mengawasi Seth."
"Tapi Leah benci pada kami,'' bisik Bella.
Kami. Bagus sekali. Tapi kentara sekali Bella takut.
"Leah tidak akan mengganggu siapa-siapa." Kecuali aku. "Dia bergabung dalam
kawananku" aku meringis saat mengucapkannya "jadi dia menuruti perintahku."
Ugh. Bella kelihatannya tidak yakin.
"Kau takut pada Leah, tapi malah berteman baik dengan si psikopat pirang itu?"
Terdengar desisan rendah dari lantai dua. Keren, ternyata Rosalie bisa
mendengarku. Bella mengerutkan kening padaku. "Jangan. Rose... mengerti."
"Yeah," gerutuku. "Dia mengerti kau bakal mati tapi dia tidak peduli, selama
bisa mendapatkan bocah mutan ini darimu."
"Jangan jahat begitu, Jacob," bisiknya.
Kondisi Bella yang lemah membuatku tidak tega marah padanya. Jadi kucoba untuk
tersenyum. "Kayak itu mungkin saja."
Bella berusaha untuk tidak membalas senyumku, tapi akhirnya ia tidak berhasil;
sudut-sudut bibirnya yang pucat terangkat.
Kemudian Carlisle dan si psikopat datang. Carlisle memegang cangkir putih di
tangannya lengkap dengan tutup dan sedotan yang bisa ditekuk. Oh jangan yang
bening, sekarang aku mengerti. Edward tidak ingin Bella berpikir yang tidak-
tidak. Jadi bukan cangkir bening yang dipakai, dengan begitu kau sama sekali
tidak bisa melihat isi cangkir itu. Tapi aku bisa mencium baunya.
Carlisle ragu-ragu, tangan yang memegang cangkir itu separo terulur. Bella
mengamati Carlisle, wajahnya kembali terlihat takut,
"Kita bisa mencoba metode lain," kata Carlisle pelan,
"Tidak," bisik Bella. "Tidak, aku akan mencobanya dulu. Kita tidak punya waktu
lagi... " Awalnya kusangka Bella akhirnya mengerti dan mengkhawatirkan dirinya sendiri,
tapi kemudian tangannya bergelar lemah di atas perutnya.
Bella mengulurkan tangan dan menerima cangkir itu dari Carlisle. Tangannya
sedikit gemetar, dan aku bisa mendengar kecipak cairan di dalamnya. Ia berusaha
menyangga tubuhnya dengan satu siku, tapi nyaris tak mampu mengangkat kepalanya.
Sekelebat perasaan panas menjalari tulang punggungku melihat betapa cepatnya ia
melemah hanya dalam waktu kurang dari satu hari.
Rosalie melingkarkan lengannya di bawah bahu Bella, menyangga kepalanya juga,
seperti menyangga kepala bayi yang baru lahir. Si Pirang ternyata sangat
tergila-gila pada bayi. "Trims," bisik Bella. Matanya memandang berkeliling sekilas pada kami. Masih
cukup awas untuk merasa canggung. Kalau kondisinya sedang tidak terkuras, aku
berani bertaruh pipinya pasti sudah memerah.
"Jangan pedulikan mereka," gumam Rosalie,
Itu membuatku merasa kikuk. Seharusnya aku pergi tadi waktu disuruh Bella,
Tempatku bukan di sini, menjadi bagian dari ini. Sempat terpikir olehku untuk
kabur, tapi kemudian sadar itu hanya akan membuat keadaan lebih buruk bagi Bella
membuatnya semakin sulit untuk dituntaskan. Ia akan mengira aku terlalu jijik
untuk tetap berada di sini. Walaupun itu nyaris benar.
Tetap saja. Meski aku tidak bakal mau dimintai pertanggungjawaban atas ide ini,
aku juga tidak mau menggagalkannya.
Bella mengangkat cangkir ke wajahnya dan mengendus ujung sedotan. Ia tersentak,
kemudian mengernyit, "Bella, Sayang, kita bisa cari jalan lain yang lebih mudah," kata Edward,
mengulurkan tangan hendak meraih cangkir itu.
"Tutup hidung saja," Rosalie mengusulkan. Ia menatap garang tangan Edward,
seperti hendak menggigitnya. Aku berharap ia melakukannya. Taruhan, Edward tak
mungkin diam saja diperlakukan seperti itu, dan aku pasti senang melihat si
Pirang kehilangan sebelah tangannya.
"Tidak, bukan itu. Tapi.,," Bella menarik napas dalam-dalam. "Baunya enak," ia
mengakui dengan suara kecil.
Susah payah aku menelan ludah, berjuang keras mengenyahkan ekspresi jijik dari
wajahku, "Baguslah kalau begitu," kata Rosalie dengan nada menyemangati. "Itu berarti
kita berada di jalur yang tepat. Cobalah." Melihat ekspresi si Pirang, heran
juga aku ia tidak lantas menari-nari kegirangan.
Bella menyurukkan sedotan ke sela-sela bibirnya, memejamkan mata rapat-rapat,
dan mengernyitkan hidung. Aku bisa mendengar darah berkecipak lagi di dalam
cangkir ketika tangannya gemetar. Ia menyesapnya sebentar, kemudian mengerang
pelan dengan mata terpejam.
Edward dan aku melangkah maju bersamaan. Edward menyentuh wajah Bella. Aku
mengepalkan kedua tanganku di belakang punggung.
"Bella, Sayang... "
"Aku baik-baik saja," bisik Bella. Ia membuka mata dan mendongak menatap Edward.
Ekspresinya... meminta maaf. Memohon. Takut. "Rasanya juga enak."
Asam lambungku bergolak, terancam naik ke tenggorokan. Aku mengertakkan gigi.
"Baguslah kalau begitu," ulang si Pirang, masih terpesona. "Pertanda bagus."
Edward hanya menempelkan tangannya ke pipi Bella, melengkungkan jari-jarinya
mengikuti bentuk tulang pipi Bella yang rapuh.
Bella mendesah dan menempelkan bibirnya lagi ke sedotan. Kali ini ia menyedot
sepenuh hati. Tindakan itu sama sekali tidak menunjukkan kondisinya yang lemah.
Seolah-olah tindakannya diambil alih oleh insting.
"Bagaimana perutmu" Kau merasa mual?" tanya Carlisle.
Bella menggeleng, "Tidak, aku tidak merasa mual" bisiknya. "Itu yang pertama,
ya?" Rosalie berseri-seri, "Bagus sekali."
"Kurasa sekarang masih terlalu dini untuk itu, Rose," gumam Carlisle.
Bella menelan lagi seteguk darah. Kemudian ia melayangkan pandangan pada Edward.
"Apakah ini mengacaukan jumlah totalku?" bisiknya. "Atau hitungan baru dimulai
setelah aku jadi vampir?"
"Tidak ada yang menghitung, Bella. Soalnya tidak ada yang tewas dalam hal ini."
Edward menyunggingkan senyum datar. "Rekormu masih bersih."
Aku sama sekali tak mengerti.
"Akan kujelaskan nanti," kata Edward, sangat pelan hingga hanya menyerupai
bisikan. "Apa?" bisik Bella.
"Hanya bicara pada diri sendiri," dusta Edward luwes.
Kalau ia berhasil dengan idenya ini, kalau Bella hidup, Edward takkan bisa
banyak berkutik bila indra Bella setajam indranya. Ia harus berusaha keras untuk
selalu bersikap jujur. Bibir Edward berkedut-kedut, menahan tawa Bella mereguk lagi, memandang melewati
kami ke jendela. Mungkin berpura-pura kami tak ada di sini. Atau mungkin hanya
aku. Tak ada orang lain selain aku di sini yang merasa jijik pada apa yang ia
lakukan. Justru sebaliknya mereka mungkin sedang berusaha menahan diri sekuat
tenaga untuk tidak merebut cangkir itu dari Bella. Edward memutar bola matanya.
Astaga, mana mungkin ada orang yang tahan hidup bersama Edward" Sayang sekali ia
tidak bisa mendengar pikiran Bella. Dengan begitu ia kan bisa membuat Bella
jengkel setengah mati, dan akhirnya Bella akan muak padanya.
Edward terkekeh. Mata Bella langsung tertuju padanya, dan ia separo tersenyum
melihat ekspresi geli di wajah Edward. Dugaanku, itu pasti karena ia sudah lama
tidak melihat Edward tertawa.
"Ada yang lucu?" desah Bella.
"Jacob," jawab Edward.
Bella memandangku dengan senyum letih tersungging di wajahnya. "Jake memang
lucu," ia sependapat.
Hebat, sekarang aku yang jadi badut. "Bada bing" gumam ku dengan ekspresi mabuk.
Ia tersenyum, kemudian minum lagi dari cangkir. Aku tersentak waktu mendengar
sedotan mengisap udara kosong, menimbulkan suara terisap yang nyaring.
"Berhasil," seru Bella, terdengar gembira. Suaranya lebih jernih-parau, tapi
bukan bisikan seperti tadi. "Kalau aku tidak memuntahkannya lagi, Carlisle,
apakah kau akan mencabut siang-siang ini dari tubuhku?"
"Sesegera mungkin," Carlisle berjanji. "Jujur saja, siang-siang itu memang tak
banyak pengaruhnya ke tubuhmu sekarang."
Dan semua bisa melihatnya-secangkir penuh darah manusia tadi membuat perbedaan
yang benar-benar nyata. Wajah Bella kembali berseri-ada semburat warna pink di
pipinya yang pucat. Malah sekarang sepertinya ia tak perlu lagi dipegangi
Rosalie. Tarikan napasnya lebih mudah, dan berani sumpah, menurutku detak
jantungnya lebih kuat, lebih teratur.
Segala sesuatu berubah sangat cepat.
Bayangan harapan di mata Edward berubah menjadi nyata.
"Kau mau lagi?" desak Rosalie. Bahu Bella terkulai,
Edward melayangkan pandangan menegur ke arah Rosalie sebelum ia berbicara kepada
Bella, "Kau tidak perlu langsung minum lagi."
"Yeah, aku tahu. Tapi... aku memang ingin" Bella mengakui dengan muram.
Rosalie membelai rambut Bella yang lepek dengan jari-jarinya yang kurus dan
tajam. "Kau tidak perlu malu tentang hal itu, Bella. Kau ngidam. Kami semua
mengerti." Nadanya menenangkan pada awalnya, tapi kemudian ia menambahkan dengan
kasar, "Siapa pun yang tidak mengerti, tidak seharusnya berada di sini,"
Itu berarti aku, jelas, tapi aku takkan membiarkan diriku terpancing si Pirang.
Aku senang Bella merasa lebih sehat. Memangnya kenapa kalau itu membuatku jijik"
Aku toh tidak berkomentar apa-apa.
Carlisle mengambil cangkir itu dari tangan Bella. "Tunggu sebentar."
Bella memandangiku sementara Carlisle pergi.
"Jake, kau kelihatan berantakan," kata Bella parau".
"Kau tidak lebih baik."
"Serius, kapan terakhir kali kau tidur?"
Aku memikirkan pertanyaan itu sebentar. "Hah. Kayaknya aku tidak ingat,"
"Aduh, Jake. Sekarang aku mengacaukan kesehatanmu. Jangan tolol"
Aku menggertakkan gigiku. Bella boleh bunuh diri demi monster, tapi aku tidak
boleh melewatkan tidur beberapa malam saja untuk melihatnya melakukannya"
"Istirahatlah, please" sambung Bella, "Di atas ada beberapa tempat tidur kau
boleh memakai yang mana saja,"
Ekspresi Rosalie mengindikasikan aku tidak diharapkan menggunakan ranjang
tertentu. Membuatku heran, untuk apa si Putri yang Tidak Pernah Tidur itu
membutuhkan tempat tidur" Seposesif itukah dia terhadap barang-barang miliknya"
"Trims, Bells, tapi aku lebih suka tidur di tanah. Jauh dari bau, kau tahu
sendirilah." Bella meringis. "Baiklah."
Carlisle kembali, dan Bella mengulurkan tangan, menerima cangkir berisi darah
secara sambil lalu, seperti sedang memikirkan hal lain. Dengan ekspresi tak acuh
yang sama, ia mulai menyedot isinya.
Ia benar-benar tampak lebih sehat. Ia menarik tubuhnya ke depan, berhati-hati
untuk tidak membuat siang-siang terbelit, dan bangkit untuk duduk, Rosalie
berdiri terus di dekatnya, kedua tangan siap menangkap Bella kalau ia terkulai,
tapi Bella tidak membutuhkannya. Sambil menarik napas dalam-dalam di antara
menelan, Bella dengan cepat menghabiskan isi cangkir kedua,
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Carlisle.
"Tidak mual. Agak lapar,,, hanya saja aku tak yakin apakah aku lapar atau haus,
kau mengerti, kan?" "Carlisle, lihat saja Bella," gumam Rosalie, terlihat puas seperti kucing yang
berhasil menerkam burung. "Jelas inilah yang diinginkan tubuhnya. Sebaiknya dia
minum lagi," "Dia masih manusia, Rosalie. Dia juga membutuhkan makanan. Kita tunggu dulu
sebentar untuk melihat pengaruhnya pada tubuhnya, kemudian mungkin kita bisa
mencoba sedikit makanan lagi. Ada makanan tertentu yang ingin kaumakan, Bella?"
"Telur," jawab Bella langsung, kemudian ia bertukar pandang dengan Edward dan
tersenyum padanya. Senyum Edward rapuh, tapi ada sedikit sinar di wajahnya
sekarang. Aku mengerjap, dan nyaris lupa membuka mataku lagi.
"Jacob," gumam Edward, "Kau benar-benar harus tidur. Seperti kata Bella tadi,
kau dipersilakan memanfaatkan akomodasi yang ada di sini, walaupun mungkin kau
lebih nyaman tidur di luar. Jangan khawatir mengenai apa pun aku berjanji akan
mencarimu kalau diperlukan."
"Tentu, tentu," gumamku.
Sekarang setelah Bella kelihatannya mulai bisa bertahan setidaknya hingga
beberapa jam lagi, aku bisa pergi dari sini. Pergi dan tidur melingkar di bawah
pohon di suatu tempat... Cukup jauh sehingga bau itu tidak mengusikku lagi. Si
pengisap darah akan membangunkanku kalau ada yang tidak beres. Setidaknya ia
berutang itu padaku. "Benar" Edward sependapat.
Aku mengangguk dan meletakkan tanganku di atas tangan Bella, Tangannya sedingin
es. "Cepat sehat, ya," pesanku,
"Trims, Jacob," Bella membalikkan tangannya dan meremas tanganku. Aku merasakan
cincin kawinnya yang tipis terpasang longgar di jarinya yang kurus.
"Ambilkan selimut untuknya atau apa," gumamku sambil berbalik menuju pintu.
Belum lagi aku mencapai pintu keluar, dua lolongan mengoyak keheningan udara
pagi. Tak salah lagi, ada nada mendesak dalam lolongan itu. Kali ini tidak
mungkin keliru. "Brengsek," geramku, langsung menghambur keluar pintu. Aku melempar tubuhku dari
teras, membiarkan panas mengoyak tubuhku yang sedang melompat tinggi di udara.
Terdengar suara robekan nyaring saat celana pendekku terkoyak-koyak. Sial. Itu
satu-satunya bajuku yang masih tersisa. Sudahlah, tidak apa-apa. Aku mendarat
mulus dan langsung berpacu ke barat.
Ada apa" teriakku dalam hati.
Ada yang datang, Seth menjawab. Setidaknya jumlahnya tiga.
Apakah mereka berpencar"
Aku akan kembali ke Seth dalam kecepatan cahaya, janji Leah. Aku bisa merasakan
udara terpompa keluar-masuk paru-parunya saat ia memaksa dirinya berlari dalam
kecepatan luar biasa. Hutan berkelebat di sekelilingnya. Sejauh ini tidak ada
titik serangan lain. Seth, jangan tantang mereka. Tunggu aku.
Mereka memperlambat lari Ugh sangat tidak enak tidak bisa mendengar mereka.
Kurasa... Apa" Kurasa mereka berhenti. Menunggu anggota kawanan lain" Ssst, Kaurasakan itu"
Aku menyerap kesan-kesan yang diperoleh Seth, Pendar-pendar samar tanpa suara di
udara. Ada yang berubah wujud" Rasanya begitu, Seth sependapat.
Leah melayang memasuki lapangan terbuka kecil tempat Seth menunggu. Ia
mencengkeramkan kuku-kukunya ke tanah, berputar seperti mobil balap.
Aku sudah sampai, bro. Mereka datang, kata Seth gugup. Pelan. Berjalan kaki.
Aku sudah hampir sampai, kataku pada mereka. Aku berusaha melayang seperti Leah,
Sangat tidak enak terpisah dari Seth dan Leah jika bahaya lebih dekat ke mereka
dibandingkan aku. Ini salah. Seharusnya aku bersama mereka, berdiri di antara
mereka dan entah apa pun itu yang datang menghampiri.
Coba lihat, siapa yang tiba-tiba jadi punya insting melindungi, ejek Leah kecut.
Pusatkan perhatianmu pada masalah di depan, Leah.
Empat, Seth memutuskan. Pendengaran anak itu benar-benar tajam. Tiga serigala,
satu manusia. Saat itulah aku sampai di lapangan terbuka, langsung menempati posisi terdepan.
Seth mengembuskan napas lega dan menegakkan badan, sudah mengambil posisi di
bahu kananku, Leah mengambil posisi di kiriku dengan tidak begitu antusias.
Jadi sekarang posisinya di bawah Seth, ia menggerutu sendiri.
Siapa cepat, dia dapat, pikir Seth dengan sikap menang. Lagi pula, kau kan belum
pernah menjadi Orang Ketiga-nya Alfa. Ini tetap saja kenaikan jabatan untukmu.


Breaking Dawn Twilight Buku Ke 4 Karya Stephenie Meyer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di bawah adik lelakiku berarti bukan kenaikan jabatan,
Ssst! protesku. Aku tidak peduli di mana kalian berdiri. Tutup mulut dan
bersiap-siaplah. Mereka muncul beberapa detik kemudian, berjalan kaki, persis seperti yang
dipikirkan Seth. Jared di depan, berwujud manusia, dengan kedua tangan
terangkat. Paul, Quil, dan Collin dalam wujud serigala di belakangnya. Postur
mereka tidak menunjukkan tanda-tanda agresi. Mereka menunggu di belakang Jared,
telinga tegak, waspada tapi tenang.
Tapi. aneh juga Sam malah mengirim Collin, bukan Embry, Bukan itu yang akan
kulakukan seandainya aku mengirim tim diplomasi ke wilayah musuh. Aku takkan
mengirim seorang anak kecil. Aku akan mengirim pejuang yang berpegalaman.
Mungkin untuk mengalihkan perhatian" pikir Leah.
Apakah Sam, Embry, dan Brady bergerak terpisah" Kelihatannya tidak mungkin.
Mau kuperiksa" Aku bisa berlari sebentar ke perbatasan dan kembali lagi hanya
dalam dua menit. Apakah sebaiknya aku memperingatkan keluarga Cullen" tanya Seth,
Bagaimana kalau tujuannya adalah untuk menceraiberaikan kita" tanyaku. Keluarga
Cullen pasti tahu kalau terjadi sesuatu. Mereka sudah siap.
Sam takkan bertindak setolol itu... Leah. berbisik, ketakutan mengusik
pikirannya. Ia membayangkan Sam menyerang keluarga Cullen dengan hanya
didampingi dua anggota. Tidak, Sam takkan berbuat begitu, aku meyakinkan Leah, walaupun aku merasa agak
panik juga melihat bayangan itu dalam pikirannya.
Sementara itu Jared dan ketiga serigala menatap kami, menunggu. Merinding
rasanya tidak bisa mendengar apa yang Quil, Paul, dan Collin katakan satu sama
lain. Ekspresi mereka kosong-tak bisa dibaca.
Jared berdeham-deham, membersihkan kerongkongan, kemudian mengangguk kepadaku.
"Kami mengibarkan bendera putih, Jake, Kami di sini untuk bicara."
Menurutmu itu benar" Seth bertanya.
Masuk akal, tapi.. Yeah, Leah sependapat. Tapi.
Kami tetap waspada. Kening Jared berkerut. "Akan lebih mudah bicara kalau aku bisa mendengarmu
juga." Aku hanya memandanginya. Aku takkan mengubah wujud sampai merasa situasi lebih
aman. Sampai keadaan ini masuk akal. Mengapa Collin" Itu bagian yang paling
membuatku khawatir. "Oke. Kurasa aku akan bicara saja, kalau begitu," kata Jared. "Jake, kami ingin
kau kembali." Quil mendengking pelan di belakangnya. Menguatkan pernyataan itu,
"Kau sudah menceraiberaikan keluarga kita. Padahal seharusnya tidak seperti
ini," Aku tidak sepenuhnya tak sependapat dengan hal itu, tapi bukan itu masalahnya.
Ada beberapa perbedaan pendapat yang tak bisa dijembatani antara aku dan Sam
saat ini. "Kami tahu kau merasa.,, berat memikirkan situasi menyangkut keluatga Cullen.
Kami tahu itu masalah bagimu. Tapi reaksimu ini berlebihan."
Seth menggeram. Berlebihan" Apakah menyerang sekutu kita tanpa peringatan bukan
reaksi berlebihan" Seth, pernah dengar istilah "pura-pura santai?" Kalem sajalah.
Maaf. Mata Jared melirik Seth dan kembali padaku. "Sam setuju untuk tidak tergesa-gesa
bertindak, Jacob. Dia sudah tenang, sudah berbicara dengan para Tetua, Mereka
memutuskan tindakan tergesa-gesa bukan hal tepat untuk dilakukan saat ini."
Terjemahan: Karena mereka sudah kehilangan elemen kejutan, pikir Leah.
Aneh betapa serupanya pikiran bersama kami. Kawanan itu sudah menjadi kawanan
Sam, sudah menjadi "mereka" bagi kami. Pihak luar dan berbeda. Lebih aneh lagi
karena Leah bisa berpikir seperti itu-dia menjadi bagian yang solid dari "kami",
"Billy dan Sue sependapat denganmu, Jacob, bahwa kita bisa menunggu sampai
Bella,., terpisah dari masalah itu. Kami juga tidak merasa nyaman bila harus
membunuhnya." Walaupun tadi aku menegur Seth, aku sendiri tak mampu menahan geraman pelan
terlontar dari moncongku. Jadi mereka merasa tidak nyaman melakukan pembunuhan,
heh! Jared mengangkat kedua tangannya lagi, "Tenang, Jake. Kau tahu apa maksudku.
Intinya, kami akan menunggu dan menilai ulang situasinya. Baru akan diputuskan
belakangan bila ternyata ada masalah dengan... makhluk itu."
Hah, pikir Leah. Omong kosong.
Kau tidak percaya" Aku tahu apa yang mereka pikirkan, Jake. Apa yang Sam pikirkan. Mereka bertaruh
bahwa bagaimanapun juga, Bella toh akan mati. Kemudian mereka pikir kau bakal
begitu marah. Hingga aku akan memimpin penyerangan sendiri. Telingaku menempel erat di
kepalaku. Dugaan Leah tadi kedengarannya sangat mengena. Dan sangat mungkin
juga. Saat,,, kalau makhluk itu membunuh Bella, akan mudah melupakan bagaimana
perasaanku terhadap keluarga Carlisle sekarang. Mereka mungkin akan terlihat
seperti musuh tidak lebih daripada lintah-lintah pengisap darah bagiku, seperti
dulu lagi. Aku akan mengingatkanmu, bisik Seth,
Aku tahu, Nak. Pertanyaannya adalah, apakah aku mau mendengarkanmu.
"Jake?" ujar Jared.
Aku mendengus, Leah, larilah berkeliling-hanya untuk memastikan. Aku terus berbicara dengan
Jared, dan aku ingin merasa yakin tak ada hal lain terjadi sementara aku berubah
wujud. Sudahlah, Jacob. Kau bisa kok berubah wujud di depanku. Walaupun sudah berusaha
keras, aku sudah pernah kok melihatmu telanjang sebelumnya tidak terlalu
berpengaruh bagiku, jadi jangan khawatir.
Aku bukan mau melindungi kesucian matamu, aku berusaha melindungi posisi kita.
Cepat pergi dari sini Leah mendengus kemudian melesat memasuki hutan. Aku bisa mendengar kakinya
menginjak tanah, mengayun semakin cepat.
Ketelanjangan memang tidak menyenangkan, tapi itu bagian yang tidak terhindarkan
dalam kehidupan kawanan. Itu tidak menjadi masalah bagi kami sebelum Leah
datang. Kemudian situasi berubah canggung. Leah tidak begitu pandai menahan amarah
dibutuhkan waktu lumayan lama sebelum ia akhirnya bisa berhenti meledak keluar
dari bajunya setiap kali amarahnya terpancing. Kami sudah pernah melihatnya
sekilas. Dan bukannya tubuh Leah tidak enak dipandang; masalahnya adalah, sangat
tidak mengenakkan bila ia menangkap basah dirimu berpikir mengenainya
belakangan. Jared dan yang lain-lain memandangi tempat Leah tadi menghilang ke dalam semak-
semak dengan ekspresi waswas.
"Dia ke mana?" tanya Jared.
Aku tak menggubris pertanyaannya, memejamkan mata dan berkonsentrasi. Udara
seperti bergetar di sekelilingku, membuat tubuhku terguncang-guncang. Aku
berdiri dengan kaki belakangku, dan tepat ketika aku benar-benar berdiri,
tubuhku menggeletar dan aku berubah wujud menjadi manusia.
"Oh," ucap Jared, "Hai, Jake."
"Hai, Jared" "Terima kasih sudah bicara denganku,"
"Yeah." "Kami ingin kau pulang, man"
Lagi-lagi Quil mendengking,
"Aku tidak tahu apakah itu mudah, Jared."
"Pulanglah," kata Jared, mencondongkan tubuh. Memohon, "Kita bisa membereskan
masalah ini. Tempatmu bukan di sini. Biarkan Seth dan Leah pulang juga."
Aku tertawa, "Benar. Kayak aku tidak memohon-mohon saja pada mereka untuk pulang
sejak pertama kali mereka bergabung."
Seth mendengus di belakangku,
Jared mempertimbangkannya, sorot matanya kembali hati-hati, "Kalau begitu,
sekarang apa?" Aku berpikir sebentar sementara ia menunggu, "Entahlah. Tapi aku tak yakin
keadaan bisa kembali normal begitu saja, Jared. Entah bagaimana-rasanya aku
tidak bisa begitu saja mematikan dan menyalakan masalah Alfa ini sesuai suasana
hati. Rasanya ini menjadi hal yang permanen."
"Kau masih tetap bagian dari kami,"
Aku mengangkat alis. "Tidak mungkin ada dua Alfa di tempat yang sama, Jared,
Ingat bagaimana nyarisnya terjadi perkelahian semalam" Instingnya terlalu
kompetitif." "Jadi kau tetap akan bergaul dengan parasit-parasit itu selama sisa hidupmu?"
tuntut Jared. "Kau tidak punya rumah di sini. Sekarang saja kau sudah tidak
punya baju lagi," tudingnya. "Apa kau akan jadi serigala setiap saat" Kau tahu
Leah tidak suka makan dengan cara seperti itu."
"Leah boleh melakukan apa saja yang dia inginkan kalau dia lapar, dia ada di
sini karena pilihannya sendiri. Aku tak pernah menyuruh orang melakukan apa
pun," Jared mengeluh. "Sam menyesali apa yang dia lakukan terhadapmu."
Aku mengangguk, "Aku tidak marah lagi."
"Tapi?" "Tapi aku tidak mau pulang, tidak sekarang. Kita akan menunggu dan melihat
kelanjutannya. Dan kami akan menjaga keluarga Cullen selama dibutuhkan. Karena,
tidak seperti dugaan kalian, ini bukan hanya berkaitan dengan Bella. Kami
melindungi mereka yang seharusnya dilindungi. Dan itu juga berlaku bagi keluarga
Cullen," Setidaknya beberapa di antara mereka.
Seth menyalak pelan setuju.
Jared mengerutkan kening. "Kurasa tidak ada lagi yang bisa kukatakan padamu,
kalau begitu," "Tidak sekarang. Kita lihat saja nanti bagaimana kelanjutannya."
Jared berpaling untuk menghadap Seth, berkonsentrasi padanya sekarang, terpisah
dariku. "Sue memintaku mengatakan padamu.. bukan, memohon kepadamu... untuk
pulang. Hatinya hancur, Seth. Sendirian. Aku tidak habis pikir bagaimana kau dan
Leah tega berbuat begini padanya. Meninggalkannya begitu saja seperti ini,
padahal ayah kalian baru saja meninggal... "
Seth mendengking-dengking.
"Santai saja, Jared," aku memperingatkan.
"Hanya mengatakan apa adanya saja,"
Aku mendengus. "Benar."
Sue lebih tegar daripada siapa pun yang kukenal. Lebih tegar daripada ayahku,
lebih tegar daripada aku. Cukup tegar untuk tidak memanfaatkan simpati anak-
anaknya kalau memang itu yang dibutuhkan untuk membawa mereka pulang. Tapi tidak
adil berbuat begitu terhadap Seth. "Sudah berapa lama Sue mengetahui hal ini"
Dan seberapa sering dia menghabiskan waktu bersama Billy, Old Quil, dan Sam"
Yeah, aku yakin dia mati perlahan-lahan karena kesepian. Tentu saja kau bebas
pergi kapan pun kau mau, Seth. Kau tahu itu,"
Seth mendengus. Kemudian, sedetik kemudian, Jared menelengkan telinga ke arah utara, Leah pasti
sudah dekat. Astaga, cepat sekali dia. Dua detik, dan Leah berhenti berlari di
semak-semak beberapa meter jauhnya. Ia berlari-lari kecil, mengambil posisi
tepat di depan Seth. Ia mendongakkan hidungnya ke udara, jelas-jelas berusaha
untuk tidak melihat ke arahku.
Kuhargai itu. "Leah?" ujar Jared.
Ia menatap mata Jared, moncongnya sedikit tertarik ke belakang, menampakkan
gigi-giginya. Jared tampaknya tidak terkejut melihat kegarangannya. "Leah, kau tahu kau tidak
Misteri Listerdale 3 Dewa Linglung 14 Dewi Mutiara Hijau Seruling Perak Sepasang Walet 4
^