Pencarian

Omerta 1

Omerta Karya Mario Puzo Bagian 1


MARIO OMERTA Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2002 Sanksi Pelanggaran Pasal 44:
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,-
(seratus juta rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
OMERTA by Mario Puzo Copyright ? 2000 by Mario Puzo
All rights reserved OMERTA Alih bahasa: B Sendra Tanuwidjaja
GM 402.00.795 Sampul dikerjakan oleh Marcel A.W
Hak cipta terjemahan Indonesia:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
JI. Palmerah Selatan 24-26,
Jakarta 10270 Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, Agustus 2000 Cetakan kedua: Januari 2001
Cetakan ketiga: Januari 2002
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
PUZO, Mario Omerta/ Mario Puzo, alih bahasa, B. Sendra Tanuwidjaja
- Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000
432 hlm; 18 cm Judul asli: Omerta ISBN 979 -655-795-9 I. Judul II. Tanuwidjaja, B. Sendra 813K
Dicetak oleh Percetakan Duta Prima, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Untuk Evelyn Murphy Omerta : Hukum kehormatan Sisilia yang melarang
Pemberian informasi Tentang kejahatan-kejahatan yang dianggap
Merupakan urusan orang-orang yang terlibat
World Book Dictionary OMERTA - Mario Puzo PROLOG 1967 CASTELLAMMARE DEL GOLFO. Desa yang berbatu-batu dan menghadap ke kegelapan Laut
Mediterania di sisi Sisilia. Seorang don besar Mafia tengah berbaring sekarat di sana. Vincenzo Zeno
seorang pria terhormat, yang
sepanjang hidupnya dicintai karena penilaiannya yang adil dan tidak memihak,
karena uluran tangannya kepada
mereka yang membutuhkan, dan karena kerasnya
hukuman yang ia jatuhkan bagi mereka yang berani
menentang kehendaknya. Saat ini tiga mantan pengikutnya tengah berdiri
mengelilingi dirinya, masing-masing telah berhasil meraih kekuasaan dan posisi
sendiri: Raymonde Aprile, lahir di Sisilia dan besar di New York; Octavius
Bianco dari Palermo; dan Benito Craxxi dari Chicago. Masing-masing masih berutang satu
pertolongan lagi padanya.
Don Zeno adalah pemimpin Mafia sejati yang
terakhir, yang menghabiskan seumur hidupnya untuk
mempelajari dan menerapkan tradisi-tradisi lama. Ia
mengenakan tarif untuk semua bisnis, tapi tidak sudi berurusan dengan obat bius,
prostitusi, atau kejahatan lainnya. Tidak pernah ada orang miskin yang datang ke
1 OMERTA - Mario Puzo rumahnya untuk meminta uang dan pergi dengan tangan
kosong. Ia memperbaiki ketidakadilan hukum - hakim
agung di Sisilia bisa saja menjatuhkan keputusannya, tapi kalau kau berada di
pihak yang benar, Don Zeno akan
memveto keputusan tersebut dengan kekuatan
kemauannya, dan senjatanya sendiri.
Tidak ada pemuda perayu yang bisa meninggalkan
seorang putri begitu saja, tanpa Don Zeno berusaha
membujuknya agar bersedia menikah. Tidak ada bank
yang bisa menyita harta seorang petani miskin tanpa
campur tangan Don Zeno untuk membereskan
permasalahannya. Tidak ada anak muda yang ingin
belajar di perguruan tinggi yang ditolak karena kurang uang atau tidak memenuhi
syarat. Kalau mereka ada hubungannya dengan cosca-nya, klan-nya, mimpi-mimpi mereka akan terpenuhi.
Hukum-hukum dari Roma tidak
bisa diterapkan terhadap tradisi Sisilia dan tidak memiliki kekuasaan atasnya;
Don Zeno memastikan hal itu, tak
peduli sebesar apa hal yang harus dibayarnya untuk itu.
Tapi sang Don sekarang telah berusia delapan
puluhan, dan selama beberapa tahun terakhir
kekuasaannya mulai memudar. Ia sempat menunjukkan
kelemahan : yaitu dengan menikahi seorang gadis cantik yang masih muda, yang
memberinya seorang bocah lelaki yang baik. Gadis tersebut meninggal saat
melahirkan, dan bocah tersebut sekarang telah berusia dua tahun. Pria tua ini
sadar bahwa akhir hidupnya telah dekat dan tanpa dirinya, cosca-nya akan
diluluh-lantakkan oleh cosca-cosca Corleone dan Clericuzio yang lebih kuat, dan
ia khawatir akan masa depan putranya.
Sekarang ia berterima kasih pada ketiga temannya
ini atas kebaikan dan penghormatan yang mereka
tunjukkan dengan menempuh jarak bermil-mil untuk
mendengar permintaannya. Lalu ia memberitahu mereka
2 OMERTA - Mario Puzo bahwa ia ingin putranya yang masih muda, Astorre,
dibawa ke tempat aman dan dibesarkan dalam situasi
yang berbeda, tapi tetap dalam tradisi seorang pria
terhormat, seperti dirinya sendiri.
"Aku bisa pergi dengan tenang," katanya, sekalipun teman-temannya tahu bahwa
sepanjang hidupnya ia telah bertanggung jawab atas kematian ratusan orang,
"kalau aku tahu putraku selamat. Karena dalam diri bocah dua tahun ini kulihat
hati dan jiwa seorang Mafioso sejati, kualitas yang jarang ada dan sudah hampir
punah." Ia memberitahu mereka bahwa ia akan memilih
salah satu dari mereka bertiga sebagai penjaga bocah yang luar biasa ini, dan
bersama tanggung jawab ini, orang tersebut akan mendapat hadiah besar.
"Ini aneh," kata Don Zeno, menatap dengan
matanya yang telah berkabut. "Menurut tradisi, putra pertamalah yang seharusnya
merupakan seorang Mafioso sejati. Tapi dalam kasusku, baru setelah berusia
delapan puluh tahun aku berhasil mewujudkan impianku. Aku
bukan orang yang percaya takhayul, tapi kalau memang benar begitu, aku percaya
bocah ini berasal dari tanah Sisilia sendiri. Matanya sehijau zaitun yang tumbuh
dari pepohonan terbaikku. Dan dia memiliki kepekaan seorang Sisilia - romantis,
menyukai musik, gembira. Sekalipun begitu, kalau ada yang menyakitinya, dia
tidak akan lupa, walau usianya masih begitu muda. Tapi dia harus
dibimbing." "Jadi, apa yang kau inginkan dari kami, Don Zeno?"
tanya Craxxi. "Dengan senang hati aku bersedia merawat anakmu dan membesarkannya
bagai anakku sendiri."
Bianco menatap Craxxi, hampir-hampir dengan
pandangan penuh kebencian. "Aku mengenal bocah sejak dia dilahirkan. Dia akrab
denganku. Aku mau merawatnya 3
OMERTA - Mario Puzo sebagai anakku sendiri."
Raymonde Aprile hanya memandang Don Zeno. Ia
tidak mengatakan apa-apa.
"Dan kau, Raymonde?" tanya Don Zeno.
Aprile berkata, "Kalau aku yang kaupilih, putramu akan menjadi putraku."
Sang Don mempertimbangkan mereka bertiga,
semuanya pria terhormat. Ia menganggap Craxxi sebagai yang paling cerdas. Bianco
jelas yang paling ambisius dan kuat. Aprile lebih bisa menahan diri, lebih mirip
dengan dirinya sendiri. Tapi Aprile tidak mengenal belas kasihan.
Don Zeno, walau sedang sekarat, mengerti bahwa
Raymonde Aprile-lah yang paling membutuhkan anak
tersebut. Ia yang akan paling diuntungkan dari kasih sayang bocah tersebut. Dan
Aprile akan memastikan anak itu belajar cara bertahan hidup dalam dunia mereka
yang penuh tipuan dan berbahaya.
Don Zeno membisu cukup lama. Akhirnya ia
berkata, "Raymonde, kau yang akan menjadi ayahnya.
Dan aku bisa pergi dengan tenang."
Pemakaman sang Don berlangsung megah, layaknya pemakaman seorang kaisar. Semua
pemimpin cosca di Sisilia datang untuk menyampaikan penghormatan,
bersama menteri-menteri kabinet dari Roma, para pemilik latifundia yang agung,
dan ratusan subjek cosca-nya yang tersebar luas. Di atas kereta kuda berwarna
hitam, Astorre Zeno yang baru berusia dua tahun, seorang bocah bermata tajam
yang mengenakan mantel hitam dan topi
hitam, duduk seanggun seorang kaisar Romawi.
Kardinal dari Palermo menyelenggarakan upacara
pemakaman dan menyampaikan pernyataan yang
4 OMERTA - Mario Puzo mengesankan. "Dalam sakit dan sehat, dalam
ketidakbahagiaan dan keputusasaan, Don Zeno tetap
menjadi teman sejati bagi semua orang." Lalu ia mengulangi kata-kata terakhir
Don Zeno, "Ku ajukan diriku sendiri ke hadapan Tuhan. Dia akan mengampuni dosa-
dosaku, karena aku sudah berusaha bersikap adil setiap hari."
Maka demikianlah Raymonde Aprile membawa
Astorre Zeno ke Amerika dan menjadikan anak itu bagian dari keluarganya sendiri.
5 OMERTA - Mario Puzo BAB 1 SEWAKTU si kembar Sturzo, Franky dan Stace,
menghentikan mobil mereka di jalur masuk rumah
Heskow, mereka melihat empat orang remaja yang sangat jangkung tengah bermain
basket di halaman rumah yang kecil. Franky dan Stace melangkah keluar dari mobil
Buick mereka yang besar, dan John Heskow keluar menyambut
mereka. Heskow seorang pria jangkung dengan bentuk
tubuh mirip buah pir, rambutnya yang tipis mengitari puncak kepalanya yang
telanjang dengan rapi, dan mata birunya yang kecil berkilau-kilau. "Kalian
datang tepat pada waktunya," kata Heskow. "Ada seseorang yang ingin
kuperkenalkan pada kalian."
Permainan basket pun berhenti.
Heskow berkata dengan bangga. "Ini putraku,
Jocko." Remaja yang paling jangkung di antara keempatnya
mengulurkan tangan ke arah Franky.
"Hei," kata Franky. "Bagaimana kalau kita main sebentar?"
Jocko memandang kedua tamunya. Mereka kurang-
lebih enam kaki tingginya dan tampaknya dalam kondisi fisik yang bagus. Mereka
berdua mengenakan kaos polo Ralph Lauren, satu merah dan satunya lagi hijau,
dengan 6 OMERTA - Mario Puzo celana panjang khaki dan sepatu bersol karet. Mereka tampak ramah, tampan,
dengan ciri-ciri wajah kasar yang memancarkan rasa percaya diri yang anggun.
Mereka jelas bersaudara, tapi Jocko tidak tahu bahwa mereka kembar. Ia menduga keduanya
berusia awal empat puluhan. "Boleh," kata Jocko dengan sikap riang kekanak-kanakan.
Stace meringis. "Hebat! Kami baru saja bermobil tiga ribu mil dan harus
mengendurkan saraf."
Jocko memberi isyarat ke arah teman-temannya,
semuanya lebih jangkung dari enam kaki, dan berkata,
"Aku seregu dengan mereka, melawan kalian bertiga."
Karena ia seorang pemain yang jauh lebih baik di antara teman-temannya, ia
merasa pembagian ini akan memberi kesempatan bagi teman-teman ayahnya.
"Santai saja," kata John Heskow kepada anak-anak itu. "Mereka cuma orang-orang
tua yang ingin bersenang-senang."
Saat itu menjelang tengah hari di bulan Desember,
dan udara cukup dingin untuk memicu aliran darah. Sinar matahari Long Island
yang dingin dan berwarna kuning pucat memantul pada atap dan dinding-dinding
rumah kaca Heskow yang berisi bunga-bunga, bisnis yang
menjadi kamuflasenya. Teman-teman Jocko yang masih muda bersikap
lunak dan berusaha menyenangkan pria-pria yang lebih tua tersebut. Tapi tiba-
tiba Franky dan Stace melesat melewati mereka dan melakukan lemparan bola yang
mengejutkan. Jocko berdiri tertegun melihat kecepatan mereka; tapi lalu mereka
menolak melempar bola dan
memberikan bola padanya. Mereka tidak pernah
melakukan lemparan luar. Tampaknya melewatkan
7 OMERTA - Mario Puzo lemparan mudah tersebut merupakan cara Franky dan
Stace menunjukkan penghormatan bagi Jocko dan teman-
temannya. Regu lawan mulai menggunakan tinggi badan
mereka untuk melewati pria-pria yang lebih tua tersebut, tapi cukup mengejutkan,
mereka masih sempat tersaingi beberapa kali. Akhirnya salah seorang bocah
tersebut kehilangan kesabaran dan menyiku wajah Franky cukup
keras. Tiba-tiba saja bocah tersebut sudah terkapar di tanah. Jocko, yang
mengawasi seluruh kejadian, tidak tahu bagaimana tepatnya hal itu terjadi, tapi
lalu Stace memukul kepala saudaranya dengan bola dan berkata,
"Ayo. Main, goblok."
Franky membantu bocah tersebut berdiri, menepuk
pantatnya, dan berkata, "Hei, maaf." Mereka bermain lagi selama lima menit
berikutnya, tapi lalu para pria yang lebih tua tersebut jelas terkalahkan dan
bocah-bocah itu berlari-lari mengitari mereka. Akhirnya mereka berhenti.
Heskow menyajikan soda bagi mereka di halaman,
dan para remaja tersebut segera mengerumuni Franky,
yang memiliki karisma dan menunjukkan keahlian seorang profesional di lapangan.
Franky memeluk bocah yang tadi dijatuhkannya. Lalu ia melontarkan seringai penuh


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

percaya diri pada mereka, yang membuat ekspresi
wajahnya yang persegi menjadi menyenangkan.
"Dengarkan nasihat orang tua ini," katanya, "Jangan pernah membawa bola kalau
bisa mengalihkannya. Jangan berhenti kalau kalian kalah dua puluh poin dalam perempat terakhir. Dan
jangan pernah berpacaran dengan wanita yang memelihara lebih dari satu ekor
kucing." Bocah-bocah tersebut tertawa semuanya.
Franky dan Stace berjabatan tangan dengan para
bocah tersebut dan berterima kasih untuk permainan tadi, 8
OMERTA - Mario Puzo lalu mereka mengikuti Heskow memasuki rumah kecil
bercat hijau tersebut. Jocko berteriak dari belakang mereka, "Hei, permainan
kalian bagus!" Di dalam rumah, John Heskow mengajak kedua
bersaudara itu naik ke kamar mereka. Kamar tersebut
berpintu sangat tebal, dengan kunci bagus. Kedua
bersaudara tersebut menyadari hal ini saat Heskow
mengajak mereka masuk dan mengunci pintu di belakang mereka.
Ruangan itu besar, sebenarnya lebih tepat dikatakan
sebuah suite - dua kamar yang saling berhubungan, dengan kamar mandi berpintu
dalam. Di sana terdapat dua tempat tidur untuk satu orang - Heskow tahu
keduanya lebih suka tidur satu kamar. Di sudut terdapat sebuah peti besar yang
diikat dengan pelat baja dan
bergembok besar. Heskow menggunakan sebatang anak
kunci untuk membuka gemboknya, lalu membuka petinya.
Di dalamnya terdapat sejumlah pistol genggam, senjata otomatis, dan kotak-kotak
amunisi, tertata dalam beberapa bentuk geometris hitam.
"Ini cukup?" tanya Heskow.
Franky berkata, "Tidak ada peredam."
"Kalian tidak memerlukan peredam untuk pekerjaan ini."
"Bagus," kata Stace. "Aku benci peredam. Aku tidak bisa menembak apa pun dengan
tepat kalau menggunakan peredam."
"OK," kata Heskow. "Kalian mandi dan bersantailah dulu, aku mau menyingkirkan
anak-anak dan memasak makan malam. Apa pendapat kalian tentang anakku?"
"Bocah yang sangat menyenangkan," kata Franky.
"Bagaimana dengan permainan basketnya?" tanya 9
OMERTA - Mario Puzo Heskow dengan wajah agak memerah karena bangga,
yang menyebabkan ia semakin mirip buah pir yang tengah masak.
"Luar biasa," kata Franky.
"Stace, apa pendapatmu?" tanya Heskow.
"Sangat luar biasa," kata Stace.
"Dia mendapat beasiswa ke Villanova," kata Heskow.
"Langsung ke NBA."
Sewaktu si kembar turun ke ruang tamu beberapa saat kemudian, Heskow telah
menunggu. Ia telah menyiapkan irisan daging domba saut?ed dengan jamur dan salad
hijau porsi besar. Di meja yang telah disiapkan untuk tiga orang juga tersaji
anggur merah. Mereka duduk. Mereka teman lama dan tahu akan
sejarah masing-masing. Heskow telah bercerai selama
tiga belas tahun. Mantan istrinya dan Jocko tinggal dua mil di sebelah barat, di
Babylon. Tapi Jocko sering
menghabiskan waktunya di sini, dan Heskow sejak dulu memang seorang ayah yang
penuh perhatian. "Kalian seharusnya tiba besok pagi." kata Heskow.
"Aku pasti akan menyuruh anak-anak pergi kalau tahu kalian datang hari ini. Pada
waktu kalian menelepon, aku sudah tidak sempat mengusir Jocko dan teman-
temannya." "Tidak apa," kata Frank. "Bukan masalah."
"Permainan kalian tadi bagus," kata Heskow. "Apa kalian pernah berpikir untuk
bermain profesional?"
"Tidak," kata Stace. "Kami terlalu pendek, hanya enam kaki. Negro-negro itu
terlalu tinggi." "Jangan menggunakan kata itu di depan anakku,"
10 OMERTA - Mario Puzo kata Heskow, wajahnya tampak ngeri setengah mati. "Dia harus bermain dengan
mereka." "Oh. tidak," kata Stace. "Aku tidak akan pernah berbuat begitu."
Heskow mengendur dan menghirup anggurnya. Ia
selalu suka bekerja bersama Sturzo bersaudara. Mereka berdua begitu ramah - mereka
tidak pernah bersikap kejam seperti sebagian besar sampah dengan siapa ia
harus berurusan. Mereka begitu santai dalam menghadapi situasi, dan sikap santai
ini mencerminkan kesantaian di antara mereka sendiri. Mereka percaya diri, dan
hal itu menyebabkan mereka memancarkan perasaan yang
menyenangkan. Mereka bertiga bersantap perlahan-lahan, santai.
Heskow mengisi ulang piring-piring mereka langsung dari panci masak.
"Ada sesuatu yang sudah lama ingin kutanyakan,"
kata Franky kepada Heskow. "Kenapa kau mengubah namamu?"
"Itu sudah lama," kata Heskow. "Aku malu menjadi orang Italia. Tapi kalian kan
tahu, wajahku sangat mirip orang Jerman. Dengan rambut pirang, mata biru, dan
hidung ini. Rasanya konyol sekali wajah Jerman-ku
dengan nama Italia."
Si kembar tertawa, tawa ringan dan penuh
pengertian. Mereka tahu Heskow penuh dengan
kebohongan, tapi mereka tidak keberatan.
Setelah mereka selesai menghabiskan salad Heskow menyajikan espresso ganda dan
sepiring kue-kue Italia. Ia menawarkan cerutu, tapi mereka menolak. Mereka
bertahan dengan Marlboro yang sesuai dengan wajah
barat mereka. 11 OMERTA - Mario Puzo "Saatnya membicarakan bisnis," kata Stace. "Ini pasti besar, atau kalau tidak,
kenapa kami harus bermobil sejauh tiga ribu mil" Kami bisa saja menggunakan
pesawat." "Tidak seburuk itu," kata Franky. "Aku menikmatinya. Kami melihat Amerika secara
langsung. Kami cukup senang. Orang-orang di kota-kota kecil
benar-benar hebat." "Luar biasa," kata Stace. "Tapi tetap saja perjalanan ini jauh."
"Aku tidak ingin meninggalkan jejak apa pun di
bandara," kata Heskow. "Itu tempat pertama yang akan mereka periksa. Dan
situasinya akan sangat panas. Kalian tidak keberatan kepanasan?"
"Sama sekali tidak," kata Stace. "Sekarang, siapa sasarannya?"
"Don Raymonde Aprile." Heskow hampir-hampir tercekik espresso ketika
mengatakannya. Lama suasana hening, lalu untuk pertama kalinya
Heskow merasakan getaran maut yang dipancarkan si
kembar. Franky berkata pelan, "Kau memaksa kami bermobil tiga ribu mil untuk menawarkan
pekerjaan ini?" Stace tersenyum pada Heskow dan berkata, "John, senang sekali bisa mengenalmu.
Sekarang tolong bayar saja kill fee kami dan kami akan pergi." Si kembar tertawa
mendengar lelucon kecil, tapi Heskow tidak
memahaminya. Salah satu teman Franky di L.A., seorang penulis
lepas pernah menjelaskan kepada si kembar bahwa
sekalipun sebuah majalah mungkin membayar biaya yang dikeluarkannya untuk
menulis sebuah artikel, majalah tersebut tidak harus membelinya. Mereka hanya
12 OMERTA - Mario Puzo membayar persentase kecil dari harga yang telah disetujui untuk membatalkan
artikel tersebut - yang biasanya
disebut " kill fee". Si kembar meniru praktek tersebut.
Mereka mengenakan biaya hanya untuk mendengarkan
sebuah penawaran. Dalam kasus ini, karena waktu yang terbuang selama perjalanan
dan mereka berdua terlibat, kill fee-nya dua puluh ribu dolar.
Tapi tugas Heskow-lah untuk meyakinkan mereka
agar mau menerima pekerjaan tersebut. "Sang Don sudah tiga tahun pensiun,"
katanya. "Seluruh koneksinya yang dulu ada di penjara. Dia sudah tidak memiliki
kekuasaan lagi. Satu-satunya yang bisa menjadi masalah hanyalah Timmona
Portella, dan dia tidak akan ikut campur.
Bayaran kalian satu juta dolar, separuh sesudah kalian menyelesaikan pekerjaan
dan sisanya satu tahun sesudahnya. Tapi selama tahun itu kalian harus
bersembunyi. Sekarang segalanya sudah disiapkan. Kalian cuma perlu menjadi
penembak." "Satu juta dolar," kata Stace. "Itu jumlah yang besar."
"Klienku tahu bahwa membunuh Don Aprile itu suatu langkah besar," kata Heskow.
"Dia menginginkan bantuan terbaik. Penembak yang tenang dan partner pendiam
yang dewasa. Dan kalian adalah yang terbaik."
Franky berkata. "Dan tidak banyak orang yang
bersedia mengambil risikonya."
"Yeah," kata Stace. "Kau harus menanggungnya seumur hidup. Akan ada yang
memburumu, plus polisi, dan agen-agen federal."
"Aku bersumpah," kata Heskow, "NYPD tidak akan terlibat habis-habisan. FBI tidak
akan ikut campur." "Dan teman-teman lama sang Don?" tanya Stace.
13 OMERTA - Mario Puzo "Orang mati tidak punya teman." Heskow diam sejenak. "Sewaktu sang Don pensiun,
dia memutuskan seluruh ikatan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Franky berkata kepada Stace. "Lucu, bukan. dalam semua transaksi kita, mereka
selalu mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan?"
Stace tertawa. "Itu karena bukan mereka yang
menembak. John, kau teman lama. Kami
mempercayaimu. Tapi bagaimana kalau kau keliru" Siapa pun bisa keliru. Bagaimana
kalau sang Don ternyata masih memiliki teman-teman lama" Kau tahu cara
kerjanya. Tidak ada ampun. Kalau kami tertangkap, kami bukan hanya dibunuh. Kami
akan menghabiskan dua jam
di neraka lebih dulu. Plus keluarga kami juga dalam
bahaya, sesuai aturan sang Don. Itu artinya putramu.
Tidak ada yang bisa bermain untuk NBA dari dalam kubur.
Mungkin sebaiknya kami tahu siapa yang membayar
untuk ini." Heskow mencondongkan tubuh ke arah mereka,
kulitnya yang terang agak memerah, seakan-akan malu.
"Aku tidak bisa memberitahukan. Kau tahu itu. Aku cuma perantara. Dan aku sudah
memikirkan segala sesuatunya.
Kau pikir aku bodoh" Siapa yang tidak tahu siap sang Don" Tapi dia tidak
berdaya. Aku mendapat jaminan dari tingkat puncak. Polisi hanya akan
menyelidikinya sambil lalu. FBI tidak mampu membiayai penyelidikan. Dan para
pimpinan puncak Mafia tidak akan ikut campur. Ini kuat sekali."
"Aku tidak pernah bermimpi Don Aprile akan
menjadi salah satu sasaranku," kata Franky. Niat tersebut menggelitik egonya.
Untuk membunuh orang yang begitu ditakuti dan dihormati di dunianya.
"Franky, ini bukan permainan basket," kata Stace memperingatkan. "Kalau kita
gagal, kita tidak bisa 14
OMERTA - Mario Puzo sekadar berjabat tangan, lalu meninggalkan lapangan
begitu saja." "Stace, nilainya satu juta dolar." kata Franky. "Dan John tidak pernah menipu
kita. Kita lakukan saja."
Stace merasa kegairahan mereka memuncak.
Persetan. Ia dan Franky bisa menjaga diri. Bagaimanapun, upahnya satu juta
dolar. Kalau bicara sejujurnya, Stace lebih bersifat serdadu bayaran daripada
Franky, lebih berorientasi bisnis, dan sejuta dolar tersebut membuatnya
tergelitik. "OK," kata Stace, "kami bersedia. Tapi Tuhan mengampuni jiwa kami kalau kau
keliru." Ia dulu seorang putra altar.
"Bagaimana tentang pengawasan FBI terhadap
sang Don?" tanya Franky. Apa kita perlu khawatir dengan itu?"
"Tidak," kata Heskow. Sewaktu semua teman
lamanya dipenjara, sang Don pensiun seperti layaknya seorang ksatria. FBI
menghargainya. Mereka tidak
mengusiknya. Kujamin. Sekarang izinkan aku
menjelaskan rencananya."
Ia memerlukan waktu setengah jam untuk
menjelaskan rencananya secara terinci.
Akhirnya Stace berkata, "Kapan?"
"Minggu pagi," kata Heskow. "Kalian menginap di sini selama dua hari pertama.
Sesudah itu kalian pergi dengan pesawat jet pribadi dari Newark."
"Kami memerlukan pengemudi yang baik," kata Stace. "Yang luar biasa."
"Aku yang mengemudi," kata Heskow, lalu
menambahkan, hampir-hampir dengan nada meminta
maaf, "bayarannya besar sekali."
15 OMERTA - Mario Puzo Selama sepanjang sisa akhir pekan, Heskow menjaga
Sturzo bersaudara, memasak untuk mereka, melakukan
tugas-tugas kecil untuk mereka. Ia bukan orang yang
mudah terkesan, tapi Sturzo bersaudara terkadang
membuatnya ketakutan. Mereka seperti ular beludak,
kepala mereka selalu waspada, sekalipun begitu mereka tetap riang gembira dan
bahkan membantunya merawat
bunga-bunganya. Kedua bersaudara tersebut bermain basket satu
lawan-satu sebelum makan malam, dan Heskow
mengawasi dengan terpesona bagaimana tubuh mereka
saling menyelinap bagai ular. Franky penembak bola yang lebih cepat dan lebih
berbahaya. Stace tidak sebaik
saudaranya, tapi lebih pandai. Franky bisa saja bermain untuk NBA, pikir Heskow.
Tapi ini bukan permainan basket. Dalam krisis sebenarnya, Stace-lah yang bisa diandalkan. Stace yang akan
menjadi penembak utamanya. 16 OMERTA - Mario Puzo BAB 2 SERBUAN kilat FBI atas keluarga-keluarga Mafia di New York pada tahun 1990-an
hanya menyisakan dua orang.
Don Raymonde Aprile, yang paling besar dan paling
ditakuti, tetap tidak tersentuh. Yang lainnya, Don
Timmona Portella, yang kekuasaannya hampir sama tapi kepribadiannya tertinggal
jauh, boleh dikatakan hanya karena keberuntungan semata bisa meloloskan diri.
Tapi masa depan telah jelas. Dengan disahkannya
undang-undang RICO - yang disusun secara begitu tidak
demokratis - pada tahun 1970, kegigihan regu penuntut
khusus FBI, dan matinya kepercayaan akan omerta -
hukum tutup mulut - di kalangan para prajurit Mafia
Amerika, Don Raymonde Aprile tahu bahwa sudah tiba


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

waktunya ia mengundurkan diri dengan anggun dari
panggung. Sang Don telah memerintah Keluarga-nya selama
tiga puluh tahun, dan sekarang ia telah menjadi legenda.
Dibesarkan di Sisilia, ia sama sekali tidak memiliki gagasan keliru maupun
kesombongan mencolok yang
dimiliki para pemimpin Mafia kelahiran Amerika. Malahan ia mencerminkan orang
Sisilia abad kesembilan belas
yang memerintah kota-kota dan desa-desa dengan
karisma pribadi, kehormatan, dan keputusan maut dan
final mereka terhadap setiap orang yang diduga sebagai 17
OMERTA - Mario Puzo musuh. Ia juga terbukti memiliki kejeniusan para
pahlawan kuno tersebut dalam hal strategi.
Sekarang, di usianya yang keenam puluh dua, ia
telah membereskan berbagai aspek dalam kehidupannya.
Ia telah menyingkirkan musuh-musuhnya dan
menyelesaikan kewajibannya sebagai seorang teman dan seorang ayah. Ia bisa
menikmati usia tua dengan tenang, pensiun dan ketidakharmonisan dunianya, dan
beralih ke peran yang lebih sesuai: Sebagai bankir terhormat dan pilar
masyarakat. Ketiga anaknya terlindung dengan karier sukses dan
terhormat. Putra tertuanya, Valerius, sekarang berusia tiga puluh tujuh tahun,
telah menikah dan memiliki anak.
Valerius sekarang telah menjadi kolonel di Angkatan Darat Amerika Serikat dan
pengajar di West Point. Kariernya telah ditentukan oleh sifat penakutnya sewaktu
masih kecil; sang Don telah memastikan anaknya itu ditunjuk sebagai kadet di
West Point, untuk memperbaiki
kekurangan dalam karakternya ini.
Putra keduanya, Marcantonio, di awal usia tiga puluh lima, entah menuruni siapa,
menjadi seorang eksekutif puncak di sebuah jaringan TV nasional. Dulu ia seorang
bocah pemurung dan hidup dalam dunia khayalan. Sang
Don sempat mengira putranya ini akan gagal menangani perusahaan apa pun secara
serius. Tapi sekarang nama Marcantonio sering disebut-sebut di koran sebagai
semacam visionaris dalam bidang kreatif; ini membuat sang Don senang, masih
tidak yakin. Bagaimanapun, ia adalah ayah bocah tersebut. Siapa mengenalnya
lebih baik" Putrinya, Nicole, sewaktu masih kanak-kanak biasa
dipanggil Nikki. Tapi, saat berusia enam tahun ia
menuntut keras agar dipanggil sesuai dengan namanya
yang benar. Nicole merupakan lawan tanding kesukaan
18 OMERTA - Mario Puzo sang Don. Pada usianya yang kedua puluh sembilan,
Nicole telah menjadi seorang pengacara perusahaan,
seorang feminis, dan pembela gratis bagi para kriminal miskin dan putus asa yang
tidak bisa membayar biaya
pembelaan yang layak. Ia terutama sangat pandai dalam menyelamatkan para
pembunuh dari kursi listrik, para suami pembunuh dari kurungan penjara, dan
pemerkosa kambuhan dari hukuman penjara seumur hidup. Ia
menentang hukuman mati sepenuhnya, percaya bahwa
setiap penjahat masih bisa direhabilitasi, dan merupakan seorang kritikus yang
pedas atas struktur perekonomian Amerika Serikat. Ia percaya bahwa negara sekaya
Amerika seharusnya tidak bersikap sedemikian tak acuh terhadap warganya yang
miskin, tak peduli apa pun
kesalahan mereka. Sekalipun begitu, ia seorang
negosiator yang ahli dan tangguh dalam hal hukum
perusahaan, seorang wanita yang menarik dan penuh
percaya diri. Ia dan sang Don tidak pernah sepaham
dalam hal apa pun. Sedangkan mengenai Astorre, ia merupakan bagian
dari keluarga, dan paling dekat dengan sang Don sebagai orang yang telah diaku
keponakan. Tapi ia tampak seperti saudara bagi yang lain, karena vitalitas dan
pesonanya yang tinggi. Sejak usia tiga tahun ia merupakan teman akrab mereka,
saudara termuda yang dikasihi - hingga
saat ia dibuang ke Sisilia sebelas tahun sebelumnya. Sang Don memanggilnya
pulang sewaktu ia pensiun.
Sang Don telah merencanakan pensiunnya dengan hati-hati. Ia membagi-bagikan
kerajaannya untuk meredam
kehadiran musuh potensial, tapi juga sebagai hadiah
penghormatan pada teman-teman setia. Ia tahu bahwa
rasa terima kasih tidak bisa bertahan lama, dan hadiah-19
OMERTA - Mario Puzo hadiah harus selalu diperbaharui. Ia sangat berhati-hati sewaktu berusaha
menjinakkan Timmona Portella. Portella orang yang berbahaya karena
keeksentrikannya dan semangat membunuhnya, yang terkadang tidak ada
perlunya sama sekali. Bagaimana Portella bisa lolos dari serbuan kilat FBI pada tahun 1990-an
merupakan misteri bagi setiap orang.
Karena ia seorang don kelahiran Amerika yang tidak menyukai tindakan diam-diam,
seorang yang tidak berhati-hati dan mudah marah, dengan emosi sangat
tinggi. Tubuhnya yang besar dilengkapi perut gendut dan pakaian bergaya
picciotto, asisten pembunuh yang masih muda, dari Palermo - berwarna-warni dan
terbuat dari sutra. Ia membangun kekuasaannya dengan
mengedarkan obat bius. Ia tidak pernah menikah, dan
pada usianya yang kelima puluh masih suka mengumbar
nafsunya secara sembarangan. Ia hanya menunjukkan
kasih sayang sejati kepada adik lelakinya, Bruno, yang tampaknya agak
terbelakang, tapi sama brutalnya dengan kakaknya.
Don Aprile tidak pernah mempercayai Portella dan
jarang mengadakan bisnis dengannya. Baginya orang
tersebut berbahaya justru karena kelemahannya,
seseorang yang harus dinetralkan. Jadi sekarang ia
memanggil Timmona Portella untuk bertemu dengannya.
Portella tiba dengan adiknya, Bruno. Aprile menemui
mereka dengan keramahannya yang biasa, tapi langsung masuk ke pokok pembicaraan
dengan cepat. "Timmona yang baik," katanya. "Aku akan pensiun dari semua urusan bisnis,
kecuali bankku. Sekarang kau yang akan menjadi sorotan utama publik, dan kau
harus berhati-hati. Seandainya kau perlu nasihat, hubungi aku.
Aku bukannya tanpa sumber daya sama sekali karena
pensiun." 20 OMERTA - Mario Puzo Bruno, yang tampak seperti replika kecil kakaknya,
tersenyum senang melihat penghormatan terhadap
kakaknya ini. Selama ini ia terpesona oleh reputasi sang Don. Tapi Timmona jauh
lebih memahami sang Don. Ia
tahu bahwa ia sedang diperingatkan.
Ia mengangguk penuh hormat kepada sang Don.
"Kau selalu menunjukkan penilaian terbaik terhadap kami semua." katanya. "Dan
kuhormati tindakanmu. Anggaplah aku sebagai temanmu."
"Bagus sekali, bagus sekali." kata sang Don. "Nah, sebagai hadiah untukmu,
tolong perhatikan peringatanku ini. Orang FBI ini, Cilke, sangat licin. Jangan
mempercayainya sedikit pun. Dia sedang mabuk
kesuksesan, dan kau akan menjadi sasaran berikutnya."
"Tapi kau dan aku sudah berhasil meloloskan diri darinya," kata Timmona.
"Sekalipun dia berhasil menangkap seluruh teman-teman kita. Aku tidak takut
padanya, tapi terima kasih."
Mereka minum untuk merayakannya, dan Portella
bersaudara pergi. Di mobil, Bruno berkata, "Benar-benar orang hebat."
"Ya," kata Timmona. "Dia dulu orang hebat."
Sedangkan sang Don sendiri, ia merasa sangat
puas. Ia telah melihat kewaspadaan dalam pandangan
Timmona. Sekarang ia yakin Timmona bukan lagi
merupakan bahaya bagi dirinya.
Don Aprile minta bertemu secara pribadi dengan Kurt Cilke, kepala FBI New York
City. Yang mengherankan, bahkan bagi sang Don sendiri, adalah bahwa ia
mengagumi Cilke. Cilke berhasil memenjarakan hampir
seluruh kepala Mafia Pantai Timur, dan boleh dikatakan 21
OMERTA - Mario Puzo telah mematahkan kekuasaan mereka.
Don Raymonde Aprile berhasil meloloskan diri
darinya hanya karena ia mengetahui identitas informan rahasia Cilke, orang yang
memungkinkan agen FBI tersebut mencapai kesuksesannya yang sekarang. Tapi
hal ini justru menyebabkan sang Don semakin mengagumi Cilke. Cilke selalu
bersikap adil, tidak pernah mencoba menjebak maupun melecehkan dengan
kekuasaannya sebagai petugas federal, dan tidak pernah mengarahkan perhatian publik kepada
anak-anak sang Don. Jadi, sang Don merasa cukup adil kalau ia memperingatkan
agen FBI itu. Pertemuan tersebut berlangsung di tempat peristirahatan sang Don di Montauk.
Cilke harus datang seorang diri, walau ini merupakan pelanggaran terhadap
peraturan Biro. Direktur FBI sendiri telah memberikan persetujuan, tapi bersikeras agar
Cilke mengenakan alat perekam
khusus. Alat ini ditanamkan dalam tubuhnya, di bawah tulang rusuk, dan tidak
akan terlihat pada dinding luar dadanya; alat tersebut tidak diketahui publik,
dan pembuatannya dikendalikan secara ketat. Cilke menyadari bahwa tujuan utama
keberadaan alat tersebut adalah
untuk merekam kata-katanya kepada sang Don.
Mereka bertemu di suatu siang bulan Oktober yang
keemasan di beranda rumah sang Don. Sebelumnya Cilke tidak pernah mampu memasuki
rumah ini dengan membawa alat perekam, dan seorang hakim telah
menerbitkan larangan pengintaian fisik secara terus-
menerus. Hari ini ia tidak digeledah sama sekali oleh anak buah sang Don, dan
ini mengejutkan baginya. Jelas sekali Don Raymond Aprile tidak berniat
mengajukan penawaran kotor padanya.
22 OMERTA - Mario Puzo Sebagaimana biasa, Cilke terpesona dan bahkan
agak terganggu oleh kesan yang ditimbulkan sang Don
terhadap dirinya. Sekalipun tahu bahwa orang ini telah memerintahkan pembunuhan
terhadap seratus orang dan
melanggar begitu banyak hukum masyarakat, Cilke tidak bisa membencinya. Dan
sekalipun ia percaya orang
seperti ini jahat, dan ia membenci mereka karena cara mereka merusak jalinan
peradaban, ia tetap tidak bisa membenci Don Aprile.
Hari ini Don Aprile mengenakan setelan hitam, dasi
hitam, dan kemeja putih. Ekspresinya serius, namun
penuh pengertian, dan garis-garis wajahnya
memancarkan kelembutan seseorang yang menghormati
moral. Bagaimana mungkin wajah yang begitu manusiawi bisa dimiliki seseorang
yang begitu tidak mengenal belas kasihan" Cilke merasa penasaran.
Sang Don tidak menawarkan untuk berjabat tangan,
karena tak ingin menyebabkan Cilke merasa kikuk. Ia
memberi isyarat kepada tamunya tersebut untuk duduk
dan hanya mengangguk sebagai salam.
"Aku sudah memutuskan, bersama keluargaku,
untuk berlindung pada dirimu - maksudku, berlindung
kepada masyarakat," kata sang Don.
Cilke tertegun. Apa maksud orang tua ini"
"Selama dua puluh tahun terakhir, kau menjadikan dirimu sendiri sebagai musuhku.
Kau sudah memburuku. Tapi aku merasa berterima kasih atas kejujuran yang
sudah kau terapkan. Kau tidak pernah mencoba
menanamkan bukti atau menjebakku agar melakukan
pelanggaran. Kau berhasil memenjarakan sebagian besar teman-temanku, dan kau
berusaha sangat keras untuk
bisa memenjarakan diriku juga."
Cilke tersenyum. "Aku masih berusaha," katanya.
23 OMERTA - Mario Puzo Sang Don mengangguk menghargai. "Aku sudah
melepaskan segala sesuatu yang meragukan, kecuali
beberapa bank, yang jelas merupakan bisnis terhormat.
Aku menempatkan diri dalam perlindungan
masyarakatmu. Sebagai balasan, aku akan melaksanakan tanggung jawabku kepada
masyarakat itu. Kau bisa mempermudahnya dengan tidak memburuku lagi. Karena
sudah tidak ada gunanya."
Cilke angkat bahu. "Biro yang berhak memutuskan.
Aku sudah memburumu begitu lama, jadi untuk apa
berhenti sekarang" Mungkin saja aku beruntung."
Wajah sang Don semakin muram dan tampak
semakin lelah. "Ada sesuatu yang ingin kupertukarkan denganmu. Keberhasilanmu
yang luar biasa selama beberapa tahun terakhir sudah mempengaruhi
keputusanku. Tapi masalahnya aku tahu siapa
informanmu yang berharga itu: aku tahu siapa orangnya.
Dan aku tidak akan memberitahukannya pada siapa pun"
Cilke ragu-ragu hanya beberapa detik, sebelum
berkata dengan nada pasif, "Aku tidak punya informan seperti yang kaumaksud. Dan
sekali lagi, Biro yang berhak memutuskan, bukan aku. Jadi, kau hanya
membuang-buang waktuku saja."
"Tidak, tidak," kata sang Don. "Aku bukannya berusaha mencari keuntungan, hanya
akomodasi. Izinkan aku, karena usiaku yang sudah lanjut ini, untuk
memberitahumu apa yang sudah kupelajari. Jangan
menerapkan kekuasaan karena merasa kekuasaan itu
begitu mudah kau peroleh. Dan jangan hanyut oleh
kepastian kemenangan sementara benakmu mengatakan
ada setitik tragedi di dalamnya. Biar kukatakan bahwa aku menganggapmu sebagai
teman sekarang, bukan musuh,
dan pikirkan sendiri apa untung-ruginya bagimu untuk menolak tawaran ini."
24 OMERTA - Mario Puzo "Dan kalau kau benar-benar pensiun, apa gunanya persahabatanmu?" kata Cilke,
tersenyum. "Kau mendapat niat baikku," kata sang Don. "Itu cukup berharga, sekalipun
berasal dari orang kecil."
Setelah pertemuan tersebut, Cilke memutar rekaman
pembicaraannya untuk Bill Boxton, deputinya.
"Apa-apaan itu tadi?" tanya Boxton.
"Itu yang akan kau pelajari," kata Cilke padanya.
"Dia memberitahuku bahwa dirinya tidak sepenuhnya tanpa perlindungan, dan bahwa
dia akan mengawasi diriku." "Benar-benar omong kosong," kata Boxton. Mereka tidak bisa menyentuh seorang
agen federal."

Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Memang benar," kata Cilke. "Itu sebabnya aku akan tetap memburunya, pensiun
atau tidak. Tapi aku masih ragu. Kita tidak bisa yakin sepenuhnya..."
Setelah mempelajari keluarga-keluarga paling terhormat di Amerika, para
bangsawan perampok yang dengan
kejam membangun kekayaan mereka sambil melanggar
hukum dan etika masyarakat, Don Aprile, seperti halnya mereka, menjadi seorang
penderma. Seperti mereka, ia memiliki kerajaannya - ia memiliki sepuluh bank
swasta di kota-kota terbesar dunia. Jadi, ia mampu menyumbang
sangat besar bagi pembangunan rumah sakit untuk kaum miskin. Dan ia juga
menyumbang untuk seni. Ia
menambah kursi dewan Universitas Columbia untuk
penelitian Renaissance. Memang benar bahwa Yale dan Harvard telah
menolak dua puluh juta dolar yang ditawarkannya,
25 OMERTA - Mario Puzo dengan syarat mereka menamai sebuah gedung asrama
Christopher Columbus, yang pada saat itu masih menjadi bahan perdebatan di
kalangan intelektual. Yale memang menawarkan untuk menerima uang tersebut dan
menamai asramanya dengan Sacco dan Vanzetti, tapi
sang Don tidak tertarik dengan Sacco dan Vanzetti. Ia membenci martir.
Orang yang lebih lemah akan merasa terhina dan
sedih, tapi Raymonde Aprile tidak. Sebaliknya, ia malah memberikan uang tersebut
ke Gereja Katolik, agar dalam misa harian dinyanyikan lagu untuk mengenang
istrinya, yang sekarang telah dua puluh lima tahun berada di
Surga. Ia menyumbangkan satu juta dolar ke Asosiasi
Pewaris Kepolisian New York dan satu juta lagi ke
kelompok perlindungan imigran gelap. Selama tiga tahun sejak pensiun, ia
menumpahkan berkatnya kepada dunia.
Dompetnya terbuka untuk permintaan apa pun, kecuali
satu. Ia menolak permintaan Nicole untuk menyumbang
bagi Kampanye Anti Hukuman Mati - perang pribadi Nicole untuk menghentikan
hukuman yang fatal. Betapa mengagumkan bahwa kebaikan dan
kedermawaan sang Don selama tiga tahun bisa menyapu
bersih hampir tiga puluh tahun reputasi tanpa ampun
yang melekat pada dirinya. Tapi orang-orang besar juga membeli niat baik mereka
sendiri, pengampunan dan pengkhianatan terhadap teman dan penerapan
penghakiman maut. Dan sang Don juga memiliki
kelemahan universal ini. Sebab Don Raymonde Aprile adalah orang yang
hidup dengan aturan ketatnya sendiri tentang moralitas.
Protokolnya tersebut menyebabkan ia dihormati tiga puluh tahun lebih, dan
menghasilkan ketakutan luar biasa yang menjadi dasar dari kekuasannya. Pasal
utama protokol 26 OMERTA - Mario Puzo tersebut adalah tidak adanya pengampunan sedikit pun.
Hal ini bukan dikarenakan sang Don orang yang
kejam, seorang psikopat dengan keinginan untuk
menyakiti orang lain, tapi dari keyakinan mutlak: bahwa manusia selalu menolak
untuk patuh. Bahkan Lucifer,
sang malaikat, telah menentang Allah hingga dibuang dari Surga.
Jadi, seorang ambisius yang berjuang untuk
mendapatkan kekuasaan tidak bakal memiliki pilihan lain.
Tentu saja ada bujukan, beberapa pengampunan demi
keuntungan lain. Masuk akal kalau begitu. Tapi kalau semuanya sudah gagal, hanya
ada satu hukuman : Mati. Tidak pernah ada ancaman hukuman lain yang bisa
memicu pembalasan. Sekadar lenyap begitu saja dari
permukaan bumi, tidak lagi dikenali.
Pengkhianatan adalah luka paling hebat. Keluar si
pengkhianat akan menderita, juga lingkungan teman-
temannya; seluruh dunianya akan dihancurkan. Banyak
orang pemberani dan bangga akan dirinya yang bersedia mempertaruhkan nyawa untuk
mendapatkan keuntungan pribadi, tapi mereka akan berpikir dua kali untuk
mempertaruhkan orang-orang yang mereka sayangi. Dan
dengan cara begini, Don Aprile membangkitkan teror
secara besar-besaran. Ia mengandalkan
kedermawanannya dalam hal benda-benda duniawi untuk
memenangkan mereka yang tidak begitu harus disayangi.
Tapi harus dikatakan, ia juga tidak mengenal belas
kasihan, bahkan terhadap dirinya sendiri. Sekalipun
memiliki kekuasaan besar, ia tidak bisa mencegah
kematian istrinya yang masih muda setelah memberinya tiga orang anak. Istrinya
meninggal secara perlahan-lahan dan mengerikan akibat kanker, sementara ia hanya
bisa mengawasi selama lebih dari enam bulan. Selama waktu 27
OMERTA - Mario Puzo itu ia percaya bahwa istrinya dihukum karena semua dosa maut yang telah
dilakukannya, dan karena itu ia
menjatuhkan hukumannya sendiri: ia tidak akan pernah menikah lagi. Ia akan
mengirimkan anak-anaknya untuk dididik dalam cara-cara masyarakat yang mengenal
hukum, agar mereka tidak tumbuh besar dalam dunianya yang begitu penuh kebencian
dan bahaya. Ia akan membantu mereka menemukan jalan masing-masing, tapi
mereka tidak akan pernah terlibat dalam kegiatannya.
Dengan kesedihan hebat ia memutuskan tidak akan
pernah mengetahui inti dari menjadi seorang ayah.
Jadi, sang Don mengatur agar Nicole, Valerius, dan
Marcantonio dikirim ke sekolah-sekolah asrama swasta. Ia tidak pernah
mengizinkan mereka memasuki kehidupan
pribadinya. Mereka hanya pulang selama liburan, di mana ia memainkan peran
sebagai seorang ayah yang penuh
perhatian tapi menjaga jarak, dan mereka tidak pernah menjadi bagian dari
dunianya. Namun, di luar, segala sesuatunya, dan sekalipun
anak-anaknya sadar akan reputasinya, mereka tetap
mencintainya. Mereka tidak pernah membicarakan hal itu di antara mereka sendiri.
Itu salah satu rahasia keluarga yang bukan rahasia.
Tak seorang pun bisa menyebut sang Don
sentimental. Teman-teman dekatnya sangat sedikit, ia tidak memiliki binatang
peliharaan, dan ia 7menghindari pertemuan-pertemuan sosial sedapat mungkin.
Hanya satu kali, bertahun-tahun yang lalu, ia menunjukkan belas kasihan yang
menyebabkan para koleganya di Amerika
tertegun. Don Aprile, sewaktu kembali dari Sisilia bersama
bayi tersebut, Astorre, mendapati istri tercintanya sedang sekarat akibat
kanker, dan ketiga anaknya sendiri begitu murung. Karena tidak ingin bayi ini
tinggal dalam situasi 28 OMERTA - Mario Puzo demikian, takut suasana tersebut melukainya, sang Don memutuskan untuk
menitipkannya ke salah satu
penasihat terdekatnya, seorang pria bernama Frank Viola dan istrinya. Ini
terbukti pilihan yang tidak bijaksana.
Pada waktu itu Frank Viola berambisi untuk mengalahkan sang Don.
Tapi tidak lama setelah kematian istri sang Don,
Astorre Viola, di usia tiga tahun menjadi anggota keluarga dekat sang Don
sewaktu "ayahnya" ditemukan bunuh diri di bagasi mobilnya - situasi yang
membangkitkan rasa penasaran - dan ibunya meninggal akibat pendarahan
otak. Pada waktu itulah sang Don membawa Astorre ke
rumahnya dan mengambil peran sebagai paman bagi
bocah kecil tersebut. Sewaktu Astorre cukup besar untuk mulai bertanya-
tanya tentang orangtuanya, Don Raymonde
memberitahukan bahwa ia anak yatim-piatu. Tapi Astorre bocah yang penuh rasa
ingin tahu dan tidak mudah putus asa. Jadi, sang Don, yang ingin agar ia
berhenti bertanya-tanya, memberitahukan bahwa orangtuanya petani yang
tidak mampu memberinya makan, dan telah meninggal
tanpa dikenal di sebuah desa kecil di Sisilia. Sang Don tahu penjelasan ini
tidak sepenuhnya memuaskan bocah tersebut, dan ia merasa agak bersalah karena
telah menipu anak itu, tapi ia tahu bahwa penting baginya
untuk merahasiakan akar Mafia bocah ini sementara si bocah masih kecil - demi
keselamatan Astorre sendiri dan demi keselamatan anak-anak Aprile.
Don Raymonde seorang yang berpandangan jauh ke depan, dan ia tahu
keberhasilannya tidak akan abadi -
karena dunianya terlalu licik. Sejak awal ia telah
merencanakan untuk beralih pihak, untuk
29 OMERTA - Mario Puzo menggabungkan diri dengan kehidupan masyarakat
terorganisir yang aman. Bukannya ia sepenuhnya
menyadari akan tujuannya, tapi orang-orang besar
memiliki insting akan apa yang dituntut masa depan. Dan dalam hal ini,
sejujurnya, ia bertindak berdasarkan belas kasihan. Karena Astorre Viola, di
usianya yang baru tiga tahun, tidak menunjukkan tanda-tanda dan isyarat apa pun
akan nasibnya di masa depan. Atau seberapa penting peran yang kelak akan
dimainkannya dalam Keluarga
Aprile. Sang Don mengerti bahwa kemegahan Amerika
adalah berkat kebangkitan keluarga-keluarga besar, dan kelas sosial terbaik
muncul dari orang-orang yang dulu melakukan kejahatan besar terhadap masyarakat
tersebut. Orang-orang seperti inilah yang dalam
perburuan mereka atas harta juga telah membangun
Amerika dan meninggalkan niat-niat jahat runtuh menjadi tumpukan debu yang
terlupakan. Bagaimana lagi hal itu bisa dilakukan" Meninggalkan Dataran Luas
Amerika kepada orang Indian yang tidak bisa membayangkan
sedikit pun tentang tempat tinggal bertingkat tiga"
Memberikan California kepada orang-orang Meksiko yang tidak memiliki kemampuan
teknik, tidak memiliki visi tentang saluran-saluran air besar untuk mengirim air
ke pedalaman, sehingga memungkinkan jutaan orang
menikmati kehidupan sejahtera" Amerika memiliki
kejeniusan untuk menarik jutaan tenaga buruh miskin dari seluruh dunia, membujuk
mereka agar bersedia melakukan kerja keras untuk membangun jalur kereta
api, bendungan, dan gedung-gedung pencakar langit. Ah, Patung Liberty merupakan
sebuah karya jenius yang promosional. Dan bukankah karya tersebut terbukti untuk kebaikan" Tentu saja ada
beberapa tragedi, tapi itu
merupakan bagian dari kehidupan. Bukankah Amerika
merupakan daya tarik terbesar yang pernah dikenal
30 OMERTA - Mario Puzo dunia" Bukankah langkah-langkah ketidakadilan
merupakan harga kecil yang harus dibayar" Sejak dulu, setiap individu memang
harus berkorban untuk memajukan peradaban dan masyarakatnya.
Tapi ada definisi lain akan orang-orang besar.
Terutama adalah ia tidak menerima tanggung jawab itu.
Dengan satu atau lain cara, dengan melanggar hukum,
dengan tindakan tidak bermoral, atau semata-mata
dengan kelicikan, ia akan menunggangi lidah ombak
kemajuan manusia tersebut tanpa mengorbankan apa
pun. Don Raymonde Aprile adalah salah sat orang seperti
itu. Ia memupuk kekuasaan individunya dengan
kecerdasan dan tidak mengenal ampun sedikit pun. Ia
membangkitkan ketakutan, ia menjadi legenda. Tapi
anak-anaknya, sewaktu mereka tumbuh dewasa, tidak
pernah mempercayai cerita-cerita paling kejam sekalipun tentang ayah mereka.
Ada legenda tentang saat - saat awal sang Don
memerintah sebagai kepala Keluarga. Ia mengendalikan sebuah perusahaan
konstruksi yang dikelola oleh salah seorang anak buahnya, Tommy Liotti. Berkat
sang Don, Liotti menjadi kaya raya di usia muda, melalui kontrak-kontrak
pembangunan gedung kota. Pria itu tampan, lucu, memesona, dan sang Don selalu
senang ditemani olehnya. Tapi Liotti punya satu kelemahan; Ia terlalu banyak minum.
Liotti menikahi teman karib istri sang Don, Liza,
seorang wanita cantik tapi kolot dan berlidah tajam, yang merasa mendapat tugas
untuk meredakan kebiasaan
suaminya bersenang-senang sendiri. Hal ini memicu
sejumlah kesialan. Liotti menerima omelannya dengan
cukup sabar kalau sedang sadar, tapi pada saat mabuk ia 31
OMERTA - Mario Puzo akan menampar wajah istrinya cukup keras untuk
menghentikan omelannya. Kesialan lain adalah si suami itu memiliki kekuatan
fisik yang besar, karena sudah biasa bekerja keras di lokasi-lokasi konstruksi
semasa mudanya. Malahan ia
selalu mengenakan kemeja lengan pendek untuk
memamerkan lengan atasnya yang kekar dan bisepnya
yang menonjol. Sayangnya, kejadian-kejadian ini meningkat dalam
waktu dua tahun. Suatu malam Liotti mematahkan hidung Liza dan merontokkan
beberapa buah giginya, hingga
memerlukan pembedahan yang mahal untuk
memperbaikinya. Wanita tersebut tidak berani meminta perlindungan pada istri Don
Aprile, karena permintaan seperti itu mungkin saja akan menjadikan dirinya
janda, padahal ia masih mencintai suaminya.
Don Aprile tidak ingin ikut campur dalam
pertengkaran rumah tangga anak buahnya. Masalah
seperti itu tidak akan pernah bisa diselesaikan. Kalau si suami membunuh si
istri, sang Don tidak akan merasa
khawatir. Tapi pemukulan-pemukulan tersebut
membahayakan hubungan bisnisnya. Seorang istri yang
murka bisa saja mengajukan kesaksian tertentu,
menyampaikan informasi merusak. Karena suaminya
menyimpan sejumlah besar uang tunai di rumah untuk
penyuapan-penyuapan mendadak yang harus dilakukan
untuk memenuhi kontrak kota.
Jadi, Don Aprile memanggil si suami. Dengan sangat
sopan ia menjelaskan bahwa campur tangannya dalam
kehidupan pribadi pria tersebut semata-mata karena
masalah itu bisa mempengaruhi bisnis. Ia menyarankan pria tersebut untuk
membunuh saja istrinya, atau
menceraikannya, atau berhenti memperlakukannya
dengan sewenang-wenang. Si suami meyakinkannya
32 OMERTA - Mario Puzo bahwa hal itu tidak akan terjadi lagi.
Tapi sang Don tidak mempercayainya. Ia telah
melihat kilauan di mata pria tersebut, kilau keras kepala.
Ia a menganggap hal ini sebagai salah misteri terbesar kehidupan, bahwa orang
akan melakukan apa yang disukainya tanpa peduli harganya. Orang-orang besar


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah bersekutu dengan para malaikat dengan harga yang sangat tinggi. Orang-
orang jahat mengumbar kejahatan mereka demi kepuasan kecil dan menerima nasib
untuk terbakar di neraka. Dan ternyata begitulah dengan Tommy Liotti.
Hampir setahun berlalu, dan lidah Liza bertambah tajam, seiring dengan sikap
mengalah sang suami. Akhirnya,
sekalipun telah diperingatkan sang Don, sekalipun
mencintai anak-anak dan istrinya, suatu ketika Tommy Liotti memukuli istrinya
dengan membabi buta. Liza
terpaksa dirawat di rumah sakit karena rusuk yang patah dan paru-paru yang
tertusuk. Dengan kekayaan dan koneksi politiknya, Tommy
membeli salah seorang hakim kenalan sang Don yang
korup, dengan suap yang amat besar. Lalu ia membujuk istrinya untuk kembali
padanya. Don Aprile mengamati kejadian ini dengan marah.
Dengan perasaan menyesal ia lalu ikut campur. Mula-mula ia mempertimbangkan
aspek praktis masalah ini. Ia
mendapatkan duplikat surat wasiat si suami dan
mengetahui bahwa, sebagaimana layaknya pria
berkeluarga yang baik, Liotti mewariskan seluruh
kekayaan duniawinya kepada istri dan anak-anaknya. Liza akan menjadi seorang
janda kaya. Lalu sang Don
mengirimkan satu regu khusus dengan instruksi spesifik.
Dalam minggu itu, hakim tersebut menerima kiriman
sebuah kotak panjang dibungkus pita. Dan di dalamnya, 33
OMERTA - Mario Puzo seperti sepasang sarung tangan panjang dari sutra
mahal, terdapat kedua lengan kekar si suami. Di salah satu pergelangannya masih
melingkar arloji Rolex yang dibelikan sang Don bertahun-tahun sebelumnya sebagai
tanda penghargaan. Keesokan harinya sisa tubuh Liotti ditemukan mengambang di
air di sekitar Jembatan Verrazano. Ada legenda lain yang juga menakutkan karena
ketidakjelasannya, bagaikan cerita hantu anak-anak.
Sewaktu ketiga anak sang Don tengah di asrama, seorang wartawan yang penuh
semangat dan berbakat, yang
terkenal karena pengungkapannya atas kelemahan-
kelemahan orang-orang terkenal, berhasil melacak anak-anak sang Don dan membujuk
mereka agar bersedia bercakap-cakap dengan dirinya; percakapan yang
terkesan tidak berbahaya. Penulis tersebut sangat senang dengan kepolosan
mereka, seragam murid tingkat
persiapan yang mereka kenakan, idealisme remaja
mereka tentang bagaimana menjadikan dunia lebih baik.
Wartawan tersebut membandingkannya dengan reputasi
ayah mereka, sambil mengakui bahwa Don Aprile tidak
pernah benar-benar divonis karena telah melakukan
kejahatan. Tulisan tersebut segera terkenal, beredar di ruang-
ruang redaksi di seluruh negeri, bahkan sebelum
diterbitkan. Kesuksesan semacam inilah yang diimpi-
impikan para penulis. Semua orang menyukainya.
Wartawan tersebut seorang pencinta alam, dan
setiap tahun ia membawa istri dan kedua anaknya ke
sebuah pondok di pedalaman New York untuk berburu dan memancing dan hidup
sederhana. Mereka ada di sana
pada akhir pekan Thanksgiving yang panjang. Pada hari Sabtu, pondok tersebut,
yang berada sepuluh mil dari kota terdekat, terbakar. Pertolongan baru datang
dua jam 34 OMERTA - Mario Puzo kemudian. Pada waktu itu rumah tersebut sudah menjadi puing-puing berasap. Dan
wartawan itu, beserta seluruh keluarganya, telah menjadi onggokan arang. Protes
dan penyelidikan besar-besaran diselenggarakan, tapi tidak ada bukti bahwa
kebakaran tersebut disengaja.
Kesimpulannya adalah keluarga tersebut pingsan akibat menghirup asap sebelum
sempat melarikan diri. Lalu terjadi sebuah peristiwa yang menggelitik.
Beberapa bulan setelah tragedi tersebut, bisikan-bisikan dan isu-isu mulai
beredar. Tips dari orang-orang tak dikenal diterima FBI, polisi, dan pers.
Mereka semua menyatakan bahwa kebakaran tersebut merupakan
tindakan balas dendam Don Aprile. Pers, yang
bersemangat akan berita tersebut, menuntut kasus itu dibuka kembali. Tuntutan
tersebut dipenuhi, tapi sekali lagi tidak ada bukti-bukti kesengajaan yang bisa
ditemukan untuk menjatuhkan tuduhan. Sekalipun begitu, tidak peduli absennya
bukti, peristiwa ini menjadi legenda lain akan kebuasan sang Don.
Tapi itu adalah perasaan yang beredar di kalangan
masyarakat umum: sebaliknya, pihak berwenang merasa
puas dengan kejadian ini, karena sang Don tidak terlibat.
Semua orang tahu bahwa percuma melakukan balas
dendam terhadap wartawan. Untuk membalas dendam
seperti ini, harus membunuh ribuan wartawan, jadi apa gunanya" Sang Don terlalu
cerdas untuk mengambil risiko seperti itu. Sekalipun begitu, legenda tersebut
tidak pernah mati. Beberapa regu FBI bahkan menganggap
sang Don sendiri yang telah memicu isu-isu tersebut
untuk melengkapi legenda dirinya. Dan legenda itu pun terus tumbuh.
Tapi ada sisi lain dari diri sang Don:
kedermawanannya. Orang yang mengabdi padanya
dengan setia akan kaya dan memiliki pelindung yang bisa 35
OMERTA - Mario Puzo diandalkan dalam masa-masa sukar. Hadiah yang
diberikan sang Don luar biasa besar, tapi hukuman Yang dijatuhkannya final.
Itulah legenda dirinya. *** Setelah pertemuannya dengan Portella dan Cilke, Don Aprile tinggal menyelesaikan
rincian kecil-kecil. Ia telah mengatur agar Astorre Viola pulang kembali setelah
pengasingan selama sebelas tahun.
Ia memerlukan Astorre, bahkan sebenarnya telah
mempersiapkan bocah tersebut untuk saat ini. Astorre adalah kesayangan sang Don,
bahkan melebihi anaknya sendiri. Sejak masih kecil, Astorre selalu memimpin, dan terlalu cepat dewasa
dalam kemampuannya bersosialisasi.
Ia mencintai sang Don dan tidak takut padanya. Anak-
anak sang Don sendiri terkadang takut pada ayah mereka.
Dan sekalipun Valerius dan Marcantonio telah
berusia dua puluh dan delapan belas tahun, sewaktu
Astorre baru berusia sepuluh tahun, anak itu telah
menunjukkan kemandiriannya dari mereka berdua.
Bahkan sewaktu Valerius, yang saat itu baru masuk
akademi militer, mencoba menggodanya, ia membalas.
Marcantonio jauh lebih menyayanginya dan
membelikannya banjo pertamanya untuk mendorong
kemampuannya menyanyi. Astorre menerima hadiah
tersebut sebagai tanda keramahan antara dua orang
dewasa. Satu-satunya yang bersedia dipatuhi Astorre
hanyalah Nicole. Dan sekalipun Nicole dua tahun lebih tua, ia memperlakukan
Astorre orang yang sejajar,
sebagaimana yang telah dituntut Astorre bahkan sewaktu masih kecil. Nicole
sering memerintah anak itu untuk melakukan tugas-tugas kecil dan ia mendengarkan
36 OMERTA - Mario Puzo dengan sepenuh hati balada-balada Italia yang
dinyanyikan Astorre untuknya. Nicole juga menamparnya sewaktu Astorre mencoba
menciumnya. Karena, sekalipun masih kecil. Astorre telah terpesona oleh
kecantikan wanita. Dan Nicole memang cantik. Matanya gelap dan
besar, serta senyumnya sensual; wajahnya menampilkan setiap emosi yang
dirasakannya. Ia menantang siapa pun yang mencoba mengatakan bahwa sebagai
wanita ia tidaklah sepenting pria dalam dunianya. Ia membenci
fakta bahwa fisiknya tidak sekuat kakak-kakaknya dan Astorre, bahwa ia tidak
bisa memaksakan kehendaknya
dengan kekuatan fisik, tapi dengan kecantikannya. Semua ini menyebabkan ia tidak
mengenal takut sama sekali, dan ia mengejek mereka semua, bahkan ayahnya - tak
peduli seberapa pun menakutkan reputasi ayahnya.
Setelah kematian istrinya, sewaktu anak-anaknya masih kecil, Don Aprile biasa
menghabiskan satu bulan selama musim panas di Sisilia. Ia menyukai kehidupan di
desa asalnya tersebut, di dekat kota Montelepre, dan ia masih memiliki properti
di sana, sebuah rumah yang dulu
merupakan rumah peristirahatan seorang pangeran,
namanya Villa Grazia. Setelah beberapa tahun, ia menyewa seorang
pengurus rumah, seorang janda Sisilia bernama Caterina.
Caterina seorang wanita yang sangat cantik, dan memiliki kecantikan khas petani,
serta perasaan yang tajam
tentang bagaimana mengelola sebuah properti dan
membangkitkan rasa hormat dari para penduduk desa.
Wanita tersebut menjadi gundik sang Don. Semua ini
dirahasiakan sang Don dari keluarga dan teman-
temannya, sekalipun sekarang ia telah berusia empat
37 OMERTA - Mario Puzo puluh tahun dan merupakan seorang raja di dunianya.
Astorre, di usianya yang masih sepuluh tahun,
sangat memikat - tidak ada kata yang lebih tepat. Ia
selalu riang gembira, dan wajah bulatnya yang tampan, dengan kulit berwarna
zaitun, memancarkan perasaan
sayang. Ia terus-menerus menyanyi dengan suara tenor yang indah. Dan kalau tidak
menyanyi, ia menawarkan percakapan yang hidup. Namun ia jelas-jelas memiliki sifat seorang pemberontak,
dan ia menteror bocah-bocah lain seusianya.
Sang Don membawanya ke Sisilia karena ia
merupakan teman terbaik bagi seorang pria setengah
baya seperti sang Don, dan hal ini memicu komentar
penasaran atas keduanya, sebagaimana juga refleksi
tentang cara sang Don membesarkan ketiga anaknya
sendiri. Begitu sang Don menyelesaikan urusan bisnisnya, ia
menengahi perselisihan yang sedang timbul dan berhasil mengadakan perdamaian
sementara. Sekarang ia menikmati hari-harinya dengan mengenang kembali masa kanak-kanak di desa
kelahirannya. Ia menyantap lemon, jeruk, dan zaitun dari tong-tong kayunya dan
ia berjalan-jalan bersama Astorre di bawah terik matahari Sisilia yang memantul
di semua rumah-rumah batu dan bebatuan
yang tak terhitung banyaknya. Ia menceritakan kisah-
kisah masa lalu tentang Robin Hood dari Sisilia kepada bocah itu, menceritakan
tentang pertempuran mereka
melawan orang-orang Moor, Perancis, Spanyol, bahkan
Paus sendiri. Dan kisah tentang seorang pahlawan
setempat, Don Zeno yang Agung.
Di malam hari. bersama-sama di
Villa Grazia, mereka mengawasi langit Sisilia yang diterangi ribuan bintang jatuh dan kilasan-
kilasan kilat menyambar di pegunungan tidak jauh dari tempat mereka berada.
38 OMERTA - Mario Puzo Astorre dengan cepat menguasai dialek Sisilia dan
menyantap zaitun hitam langsung dari tong, seakan-akan menyantap permen.
Dalam beberapa hari Astorre telah menunjukkan
kepemimpinannya di antara kelompok anak-anak desa.
Bahkan sang Don sendiri penasaran bagaimana bocah
tersebut bisa melakukannya, karena anak-anak Sisilia sangat bangga akan diri
sendiri dan tidak takut terhadap siapa pun. Banyak di antara bocah-bocah sepuluh
tahun yang manis ini telah mengenal lupara - senapan tabur Sisilia yang selalu
hadir - dengan baik. Don Aprile, Astorre, dan Caterina menghabiskan
malam-malam musim panas yang panjang dengan
bersantap dan minum al fresco di taman yang mewah, pepohonan jeruk dan lemon
memenuhi udara dengan aroma sitrun mereka. Terkadang teman-teman masa
kanak-kanak sang Don diundang untuk makan malam
atau bermain kartu. Astorre membantu Caterina
menyajikan minuman untuk mereka.
Caterina dan sang Don tidak pernah menunjukkan
sikap mesra di depan umum, tapi semua penduduk desa
mengerti, jadi tidak ada pria yang berani bersikap
merendahkan terhadap Caterina, dan semua orang
menunjukkan penghormatan kepada wanita itu,
selayaknya pada seorang nyonya rumah. Saat-saat itu
merupakan saat-saat paling menyenangkan dalam
kehidupan sang Don. Tiga hari sebelum kunjungan tersebut berakhir,
terjadilah hal yang tidak terbayangkan: sang Don diculik sewaktu berjalan-jalan
menyusuri jalan desa. Di provinsi Cinesi yang bersebelahan, salah satu daerah 39
OMERTA - Mario Puzo paling terpencil dan paling tidak berkembang di Sisilia, kepala cosca desa
tersebut, Mafioso setempat, adalah seorang bandit kejam yang tidak mengenal
takut, bernama Fissolini. Merasa telah berkuasa mutlak. ia tidak pernah berkomunikasi
dengan cosca- cosca Mafia lainnya di pulau tersebut. Ia tidak tahu sedikit pun
tentang kekuasaan Don Aprile yang amat besar, dan ia juga tidak merasa bahwa
kekuasaan sang Don bisa menerobos
dunianya yang terpencil dan aman. Ia memutuskan untuk menculik sang Don dan
meminta tebusan. Satu - satunya
peraturan yang ia tahu telah dilanggarnya adalah bahwa ia telah memasuki wilayah
cosca tetangganya, tapi orang Amerika tersebut merupakan harga yang cukup layak
untuk membuat ia berani mengambil risiko tersebut.
Cosca adalah unit dasar dari apa yang dikenal sebagai Mafia, dan biasanya
terdiri atas orang-orang yang berhubungan darah. Para warga negara yang mematuhi
hukum, seperti pengacara atau dokter, melibatkan diri mereka dalam sebuah cosca
untuk mendapatkan perlindungan. Masing-masing cosca merupakan sebuah organisasi yang berdiri
sendiri, tapi mungkin bersekutu dengan cosca lain yang lebih kuat dan lebih
berkuasa. Saling keterkaitan inilah yang biasanya disebut sebagai Mafia. Tapi tidak ada
kepala atau komandan tunggal.
Sebuah cosca biasanya menguasai jaringan tertentu di wilayah tertentu. Ada cosca
yang mengendalikan harga air dan mencegah niat pemerintah pusat untuk
mendirikan bendungan untuk menurunkan harga. Dengan
cara itu, organisasi tersebut menghancurkan monopoli pemerintah. Cosca lain
mengendalikan makanan dan pasar produksi. Cosca- cosca yang paling kuat di
Sisilia pada waktu ini adalah cosca Clericuzio dari Palermo, yang mengendalikan
pembangunan-pembangunan baru di
seluruh Sisilia, dan cosca Corleonesi dari Corleone, yang 40
OMERTA - Mario Puzo mengendalikan para politisi di Roma dan merancang


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengiriman obat bius ke seluruh dunia. Lalu ada cosca-
cosca kecil yang menuntut bayaran dari para pemuda romantis untuk bernyanyi di
bawah balkon-balkon rumah kekasih mereka. Semua cosca mengendalikan kejahatan.
Mereka tidak mentoleransi orang-orang malas yang
melakukan pencurian terhadap warga negara tidak
berdosa yang telah membayar upeti tepat pada waktunya.
Mereka yang menusuk seseorang untuk merampas
dompetnya atau memerkosa wanita biasanya dihukum
mati. Juga tidak ada toleransi terhadap perzinahan dalam cosca. Baik pria maupun
wanitanya dieksekusi. Hal ini dipahami oleh seluruh anggota cosca.
Cosca Fissolini hidup miskin. Mereka mengendalikan penjualan simbol suci,
mendapat bayaran untuk melindungi ternak para petani, dan mengorganisir
penculikan terhadap para orang kaya yang ceroboh.
Jadi, begitulah, saat Don Aprile dan si kecil Astorre tengah menyusuri jalan-
jalan desa mereka, mereka
ditangkap dengan menggunakan dua truk tentara Amerika oleh Fissolini yang bodoh
dan para anak buahnya. Sepuluh pria berpakaian petani bersenjatakan
senapan muncul dengan tiba-tiba. Mereka menyergap Don Aprile dan melemparkannya
ke dalam truk pertama. Astorre, tanpa ragu-ragu, melompat ke bak terbuka truk tersebut agar bisa tetap
bersama sang Don. Para bandit berusaha melemparkannya keluar, tapi ia memeluk
tiang kayu bak seerat-eratnya. Truk-truk tersebut melaju
selama satu jam ke kaki pegunungan di sekitar Montelepre. Lalu semua orang
berganti naik kuda dan keledai dan mendaki lereng berbatu-batu ke arah kaki langit. Sepanjang
perjalanan, bocah tersebut mengamati segala sesuatunya dengan mata hijau
terbelalak, tapi ia tidak mengucapkan sepatah kata pun.
41 OMERTA - Mario Puzo Menjelang matahari terbenam, mereka tiba di
sebuah gua yang terletak jauh di pegunungan. Di sana mereka mendapat hidangan
makan malam berupa daging
domba giling dan roti serta anggur buatan sendiri. Di lokasi perkemahan tersebut
terdapat sebuah patung Bunda Maria berukuran raksasa, yang diletakkan dalam sebuah kuil kayu berukir
buatan tangan. Fissolini orang yang saleh, sekalipun kejam. Ia juga memiliki
sifat ramah khas petani. Ia menemui sang Don dan bocah tersebut.
Tidak diragukan lagi bahwa ia adalah kepala kelompok tersebut. Ia pendek dan
kekar seperti gorila, dan ia menyandang senapan dan dua pucuk pistol di
sabuknya. Wajahnya sekeras Sicilia, tapi sepasang matanya
berbinar-binar ceria. Ia mencintai hidup dan lelucon-lelucon kecilnya, terutama
karena telah berhasil menguasai seorang Amerika kaya raya yang sama nilainya dengan emas seberat
tubuhnya. Sekalipun begitu, ia tidak menunjukkan kebuasan.
"Yang Mulia," katanya pada sang Don. "Aku tidak ingin kau merasa khawatir dengan
bocah kecil ini. Dia akan menyampaikan pesan permohonan tebusan ke kota
besok pagi." Astorre makan dengan lahap. Ia belum pernah
mencicipi hidangan selezat daging domba giling ini. Tapi akhirnya ia berbicara
dengan keberanian yang riang. "Aku tetap di sini, menemani Paman Raymonde,"
katanya. Fissolini tertawa. "Makanan enak itu membangkitkan semangatmu rupanya. Untuk
menunjukkan penghormatanku pada Yang Mulia, aku sendiri yang
menyiapkan hidangan ini. Ku gunakan bumbu-bumbu
istimewa ibuku." "Aku mau menemani pamanku," kata Astorre, dan suaranya berdering dengan jelas
dan berani. Don Aprile berkata kepada Fissolini dengan tegas
42 OMERTA - Mario Puzo tapi ramah, "Malam ini menyenangkan - hidangannya, udara pegunungan, kehadiranmu
menemani kami. Aku berharap bisa melihat embun segar di pedalaman. Tapi ku sarankan sebaiknya kau
membawa kami kembali ke desaku." Fissolini membungkuk hormat kepadanya. "Aku tahu kau kaya. Tapi apa benar kau
punya kekuasaan begitu besar" Aku cuma mau meminta seratus ribu dolar
Amerika." "Aku merasa terhina," kata sang Don. "Kau melukai reputasiku. Lipat gandakan
jumlah itu. Dan minta lima puluh ribu dolar lagi untuk bocah ini. Kau akan
dibayar. Tapi sesudahnya kau akan sangat sengsara selama sisa hidupmu." Ia diam sejenak,
"Aku terkejut kau bisa senekat ini."
Fissolini mendesah, "Kau harus mengerti, Yang
Mulia, aku ini miskin. Jelas aku bisa mengambil apa pun yang kuinginkan di
provinsiku, tapi Sisilia ini negara terkutuk, sehingga orang-orang kayanya
terlalu miskin untuk menghidupi orang-orang seperti diriku. Kau harus mengerti
bahwa kau adalah kesempatanku untuk
mendapatkan harta." "Kalau begitu, seharusnya kau menemuiku untuk
menawarkan jasamu," kata sang Don, "Aku selalu membutuhkan orang-orang
berbakat." "Sekarang kau bicara begitu karena kau lemah dan tidak berdaya," kata Fissolini,
"Orang lemah selalu dermawan. Tapi akan kuturuti nasihatmu untuk meminta dua
kali lipat. Walaupun aku agak merasa bersalah
mengenainya. Tidak ada orang yang berharga setinggi itu.
Dan aku akan membebaskan bocah ini tanpa tebusan. Aku punya kelemahan terhadap
anak-anak - aku sendiri punya empat orang anak yang harus kuberi makan."
43 OMERTA - Mario Puzo Don Aprile menatap Astorre, "Kau mau pergi?"
"Tidak," kata Astorre sambil menunduk. "Aku ingin menemani Paman." Ia menengadah
dan memandang pamannya. "Kalau begitu, biarkan dia tetap di sini," kata sang Don kepada bandit tersebut.
Fissolini menggeleng, "Dia harus kembali. Aku punya reputasi yang harus kujaga.
Aku tidak mau dikenal sebagai penculik anak-anak. Karena bagaimanapun, Yang Mulia, sekalipun aku
sangat menghormatimu, aku
terpaksa akan mengirimmu sepotong demi sepotong kalau mereka tidak mau membayar.
Tapi kalau mereka mau membayar, aku, Pietro Fissolini, berjanji tidak akan menyentuh satu helai pun
kumismu." "Uangnya akan kauterima," kata sang Don dengan tenang, "Sekarang biar kita
bergembira sedikit. Keponakan, nyanyikan salah satu lagumu untuk tuan-tuan ini."
Astorre menyanyi untuk para bandit tersebut, yang
terpesona dan memujinya, mengacak-acak rambutnya
dengan sayang. Saat itu benar-benar terasa ajaib bagi mereka semua, suara bocah
kecil yang merdu tersebut
memenuhi pegunungan dengan lagu cinta.
Selimut-selimut dan kantung tidur diambil dari gua
di dekat tempat itu. Fissolini berkata, "Yang Mulia, kau ingin sarapan apa besok pagi" Ikan yang
masih segar, mungkin" Lalu
spageti dan daging domba untuk makan siang" Kami siap melayanimu."
"Terima kasih," kata sang Don. "Sepotong keju dan buah-buahan sudah cukup."
"Tidurlah yang nyenyak," kata Fissolini. Sikapnya melunak setelah melihat
pandangan sedih bocah tersebut, 44
OMERTA - Mario Puzo dan ia menepuk-nepuk kepala Astorre. "Besok kau sudah akan beristirahat di
ranjangmu sendiri." Astorre memejamkan mata dan segera tertidur di
tanah, di samping sang Don. "Tetap di sampingku," kata sang Don sambil memeluk
bocah tersebut. Astorre tertidur begitu lelap, hingga matahari
kemerahan telah berada di atas kepalanya sewaktu suatu keributan
membangunkannya. Ia bangkit dan melihat gua tersebut telah dipenuhi lima puluh
pria bersenjata. Don Aprile, lembut, tenang, dan anggun, tengah duduk di
sebongkah batu besar, sambil menghirup segelas kopi.
Don Aprile melihat Astorre dan melambai
memanggilnya. Astorre, kau mau kopi?" Ia menunjuk ke seorang pria di hadapannya.
"Ini teman baikku, Bianco.
Dia sudah menyelamatkan kita."
Astorre melihat seorang pria tinggi besar yang,
sekalipun dipenuhi lemak, mengenakan setelan dan dasi, dan tampaknya tidak
bersenjata, tapi jauh lebih
menakutkan daripada Fissolini. Rambut keritingnya telah memutih, ia memiliki
mata merah muda yang besar, dan ia memancarkan kekuasaan. Tapi, sewaktu ia
berbicara, kesan berkuasa tersebut tertutup oleh suaranya yang
lembut dan agak serak. Octavius Bianco berkata, "Don Aprile, aku minta maaf karena begitu terlambat,
dan kau terpaksa tidur seperti seorang petani di tanah. Tapi aku segera datang
begitu mendapat kabar. Sejak dulu aku tahu Fissolini itu bodoh, tapi tak pernah
kukira dia akan bertindak begini."
Suara dentam orang memalu mulai terdengar, dan
beberapa orang pergi. Astorre melihat dua orang anak tengah memaku sebuah salib.
Lalu, tergeletak di sisi seberang gua, ia melihat Fissolini dan sepuluh orang
banditnya dijejalkan ke tanah dan diikat ke pepohonan.
45 OMERTA - Mario Puzo Mereka terlilit kabel dan tali, tangan dan kaki mereka bersilangan. Mereka mirip
segerombolan lalat di atas sebongkah daging.
Bianco bertanya, "Don Aprile, keparat mana yang ingin kauhakimi lebih dulu?"
"Fissolini," kata sang Don. "Dia pemimpinnya."
Bianco menyeret Fissolini ke hadapan sang Don:
orang itu masih terikat erat, seperti mumi. Bianco dan salah seorang prajuritnya
mengangkat Fissolini dan memaksanya berdiri. Lalu Bianco berkata, "Fissolini, bagaimana kau bisa sebodoh
ini" Apa kau tidak tahu
bahwa sang Don berada dalam perlindunganku, atau
kalau tidak aku pasti sudah menculiknya sendiri" Apa kaukira kau hanya meminjam
sebotol minyak" Atau cuka"
Apa aku pernah memasuki provinsimu" Tapi kau selalu
kepala batu, dan aku tahu kau akan celaka. Well, karena kau harus disalib,
mintalah maaf pada Don Aprile dan bocah kecilnya. Dan aku akan mengampunimu dan
menembakmu sebelum kami memaku dirimu."
"Nah." kata sang Don kepada Fissolini. "Jelaskan kekurangajaranmu."
Fissolini berdiri tegak dan angkuh. "Tapi
kekurangajaranku itu bukan untukmu pribadi, Yang Mulia.
Aku tidak tahu seberapa penting arti dirimu bagi teman-temanku. Si bodoh itu,
Bianco, seharusnya memberitahuku sejak awal. Yang Mulia, aku sudah
berbuat kesalahan dan harus membayarnya." Ia berhenti sejenak, lalu berteriak
dengan marah dan penuh kebencian ke arah Bianco, "Suruh orang-orangmu
berhenti memaku. Aku bisa tuli. Dan kau tidak bisa
membuatku ketakutan setengah mati sebelum
membunuhku!" Fissolini kembali diam sejenak, lalu berkata kepada
46 OMERTA - Mario Puzo sang Don, "Hukum aku, tapi bebaskan anak buahku.
Mereka hanya mematuhi perintahku. Mereka punya
keluarga. Kau menghancurkan seluruh desa kalau kau
membunuh mereka." "Mereka orang-orang yang bertanggung jawab,"
kata Don Aprile dengan sinis. "Mereka akan merasa terhina kalau tidak menjalani
nasib yang sama denganmu." Pada saat itu Astorre, bahkan dengan benak kanak-
kanaknya, menyadari bahwa mereka tengah
membicarakan hidup dan mati. Ia berbisik, "Paman, jangan sakiti dia."
Sang Don pura-pura tidak mendengar. "Lanjutkan,"
katanya kepada Fissolini.
Fissolini menatapnya dengan pandangan bertanya,
angkuh sekaligus waspada. "Aku tidak akan meminta ampun untuk diriku. Tapi
orang-orang yang tergeletak di sana itu semuanya berhubungan darah denganku.
Kalau kau membunuh mereka, kau menghancurkan istri dan
anak-anak mereka. Tiga di antara mereka adalah
menantuku. Mereka percaya penuh kepadaku. Mereka
mempercayai penilaianku. Kalau kau membebaskan
mereka, aku akan memaksa mereka bersumpah setia
kepada dirimu sebelum aku mati. Dan mereka patuh
padaku. Cukup berharga, untuk punya sepuluh orang
teman yang setia. Itu tidak bisa dikatakan bukan apa-apa.
Aku diberitahu bahwa kau orang besar, tapi kau tidak benar-benar besar kalau
tidak bisa menunjukkan pengampunan. Tentu saja, jangan menjadikannya
kebiasaan, tapi hanya kali ini." Ia tersenyum kepada Astorre.
Don Raymonde Aprile sudah biasa mengalami saat-
saat seperti ini, dan ia tidak meragukan keputusannya. Ia 47
OMERTA - Mario Puzo tidak pernah mempercayai kekuatan rasa terima kasih, dan ia percaya tak seorang
pun bisa mengarahkan kebebasan kehendak seseorang, kecuali kematian. Ia
menatap Fissolini dengan pandangan pasif dan
menggeleng. Bianco bergerak maju.
Astorre berderap mendekati pamannya dan
menatapnya lurus di mata. Ia telah memahami segala
sesuatunya. Ia mengulurkan tangan untuk melindungi
Fissolini. "Dia tidak menyakiti kita," kata Astorre. "Dia cuma menginginkan uang kita."
Sang Don tersenyum dan berkata, "Dan menurutmu
itu tidak berarti apa-apa?"
Astorre berkata, "Tapi itu untuk alasan yang baik.
Dia menginginkan uang untuk memberi makan
keluarganya. Dan aku suka padanya. Ku mohon, Paman."
Sang Don tersenyum padanya dan berkata, " Bravo."
Lalu ia berdiam diri untuk waktu lama, tidak
mengacuhkan Astorre yang menarik-narik tangannya. Dan untuk pertama kalinya
sejak bertahun-tahun, sang Don merasa terdorong untuk menunjukkan belas kasihan.
Anak-anak buah Bianco telah menyulut cerutu,
baunya sangat kuat, dan asapnya melayang dalam udara subuh, terbawa hembusan
angin pegunungan. Salah seorang dari mereka mendekat, dan dari jaket berburunya ia mengeluarkan sebatang
cerutu baru dan menawarkannya kepada sang Don. Dengan pikiran kanak-
kanaknya yang jernih, Astorre memahami bahwa tindakan ini bukan sekadar
keramahan, tapi menunjukkan
penghormatan. Sang Don mengambil cerutu itu, dan pria tersebut menyulutnya
sambil menangkupkan tangan.
Sang Don mengembuskan asap cerutunya perlahan-
lahan sebelum berkata, "Aku tidak akan menghinamu 48


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

OMERTA - Mario Puzo dengan menunjukkan pengampunan. Tapi aku akan
menawarkan transaksi bisnis denganmu.
Kulihat kau bukan orang yang kejam, dan kau
menunjukkan penghormatan paling tinggi terhadapku
pribadi dan bocah ini. Jadi ini tawaranku. Kau tetap hidup.
Rekan-rekanmu tetap hidup. Tapi sepanjang sisa hidup, kalian harus mematuhi
perintahku." Astorre merasakan kelegaan yang luar biasa, dan ia
tersenyum kepada Fissolini. Ia mengawasi Fissolini
berlutut di tanah dan mencium tangan sang Don. Astorre menyadari bahwa orang-
orang di sekitar mereka mengisap cerutu masing-masing dengan cepat. Bahkan
Bianco, sekalipun menjulang bagai pegunungan, tampak bergetar karena senang.
Fissolini bergumam, "Diberkatilah dirimu, Yang
Mulia." Sang Don meletakkan cerutunya di batu di
dekatnya. "Kuterima berkatmu, tapi kau harus mengerti.
Bianco datang menyelamatkan diriku, dan kuharap kau
juga akan berbuat yang sama. Aku memberinya sejumlah uang, dan aku juga akan
memberimu setiap tahun. Tapi satu tindakan tidak setia darimu, kau dan duniamu
akan dihancurkan. Kau, istrimu, anak-anakmu, keponakanmu, menantumu, semuanya
akan lenyap." Fissolini bangkit berdiri. Ia memeluk sang Don dan
menangis. Jadi, begitulah, sang Don dan keponakannya
menyatu secara resmi. Sang Don mencintai bocah
tersebut karena telah membujuknya agar menunjukkan
belas kasihan, dan Astorre mencintai pamannya karena telah mengampuni Fissolini
dan kesepuluh anak buahnya.
Ikatan tersebut tetap abadi sepanjang sisa hidup mereka.
*** 49 OMERTA - Mario Puzo Pada malam terakhir di Villa Grazia, Don Aprile tengah menikmati espresso di
taman dan Astorre menyantap zaitun dari tongnya. Astorre sangat pendiam, tidak
segembira biasanya. "Apa kau sedih karena akan meninggalkan Sisilia?"
tanya sang Don. "Aku berharap bisa tetap tinggal di sini," kata Astorre. Ia menyimpan biji-biji
zaitun di dalam sakunya. " Well, kita akan kemari setiap musim panas bersama-sama," kata sang Don.
Astorre menatapnya seperti seorang teman lama
yang bijaksana, wajahnya yang muda tampak terganggu.
"Apa Caterina itu pacar Paman?" tanyanya.
Sang Don tertawa. "Dia teman baikku," sahutnya.
Astorre memikirkannya. "Apa sepupu-sepupuku tahu tentang dirinya?"
"Tidak, anak-anakku tidak tahu." Sekali lagi sang Don terheran-heran bercampur
senang oleh pertanyaan bocah tersebut, dan penasaran apa yang akan
dilontarkannya setelah ini.
Astorre sangat serius sekarang. "Apa sepupu-
sepupuku tahu bahwa aku punya teman yang berkuasa
seperti Bianco yang akan mematuhi setiap perintah
Paman?" "Tidak," kata sang Don.
"Aku tidak akan memberitahukan apa pun pada
mereka," kata Astorre. "Bahkan tentang penculikan itu."
Sang Don merasa sangat bangga mendengar ini.
Dalam diri bocah ini telah tertanam sikap Omerta.
Larut malam itu, sendirian, Astorre pergi ke sudut
50 OMERTA - Mario Puzo terjauh kebun dan menggali lubang dengan tangan
telanjang. Ia meletakkan biji-biji zaitun yang disimpannya di saku ke dalam
lubang tersebut. Ia menengadah
menatap langit malam Sisilia yang biru pucat dan
melamun membayangkan dirinya sendiri menjadi orang
tua seperti pamannya, duduk di taman ini, di malam
seperti ini, mengawasi pohon-pohon zaitunnya tumbuh.
Setelah itu, sang Don percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan
kehendak takdir. Ia dan Astorre setiap tahun berkunjung ke Sisilia hingga
Astorre berusia enam belas tahun. Jauh di dalam hati sang Don, sebuah visi telah
mulai terbentuk, gambaran samar akan nasib bocah ini kelak.
Putrinyalah yang menciptakan krisis yang memaksa
Astorre memenuhi takdir tersebut. Di usianya yang
kedelapan belas, dua tahun lebih tua daripada Astorre, Nicole jatuh cinta pada
anak muda itu. Dan dengan
temperamennya yang membara, Nicole tidak bersusah
payah menutupi fakta tersebut. Ia sepenuhnya tergila-gila oleh bocah yang mudah
terbujuk tersebut. Hubungan
mereka berlangsung intim dan menggelegak, khas anak
muda. Sang Don tidak bisa membiarkan hal ini terjadi tapi
ia seorang jenderal yang selalu menyesuaikan
menunjukkan taktiknya dengan kondisi medan. Ia tidak pernah menunjukkan tanda-
tanda bahwa ia mengetahui
hubungan mereka. Suatu malam ia memanggil Astorre ke ruangannya
dan memberitahukan bahwa ia akan mengirim bocah
tersebut ke Inggris, untuk belajar dan magang dalam hal perbankan pada seorang
bernama Mr.Pryor di London. Ia tidak memberikan alasan lebih jauh. Ia tahu bocah
tersebut telah menyadari dirinya dikirim ke tempat lain 51
OMERTA - Mario Puzo untuk mengakhiri hubungannya dengan Nicole. Tapi ia
tidak menduga akan tindakan putrinya, yang
mendengarkan pembicaraan mereka dari balik pintu.
Nicole menghambur masuk ke dalam ruangan,
kemarahannya justru membuat ia semakin cantik.
"Kau tidak boleh mengirimnya ke sana," jeritnya kepada ayahnya. "Kami akan
melarikan diri bersama-sama."
Sang Don tersenyum kepadanya dan berkata
dengan nada menenangkan, "Kalian berdua harus
menyelesaikan sekolah dulu."
Nicole berpaling kepada Astorre, yang memerah
karena malu. "Astorre, kau tidak akan pergi, bukan?"
katanya. "Benar?"
Astorre tidak menjawab, dan Nicole menangis.
Sulit bagi ayah mana pun untuk tidak tergerak
melihat pemandangan seperti itu, tapi sang Don hanya merasa keheranan bercampur
senang. Putrinya memang luar biasa, benar-benar seorang Mafioso sesuai karakter lama, benar-benar sangat
berharga. Sekalipun begitu, selama berminggu-minggu setelahnya Nicole menolak
berbicara dengan ayahnya dan mengunci dirinya dalam
kamar. Tapi sang Don tidak merasa takut putrinya akan patah hati selamanya.
Ia bahkan lebih keheranan lagi melihat sikap Astorre yang terjebak dalam taraf
menuju kedewasaan ini. Jelas Astorre mencintai Nicole. Dan jelas perasaan dan
pengabdian Nicole menyebabkan ia merasa sebagai orang paling penting dunia. Pria
muda mana pun pasti terbujuk oleh perhatian seperti itu. Tapi dengan perasaan
yakin yang sama, sang Don memahami bahwa Astorre memang
mencari alasan untuk membebaskan diri dari halangan
apa pun dalam perjalanannya menuju kemegahan hidup.
52 OMERTA - Mario Puzo Dan sang Don tersenyum. Astorre memiliki naluri yang benar, dan sudah waktunya
bagi anak muda itu untuk mendapat pendidikan yang sebenarnya.
Jadi, sekarang, tiga tahun setelah pensiun, Don Raymonde Aprile merasakan
keamanan dan kepuasan seseorang yang telah mengambil pilihan yang benar
dalam hidup. Bahkan sang Don merasa begitu aman,
hingga ia mulai mengembangkan hubungan yang lebih
dekat dengan anak-anaknya, dan akhirnya menikmati
buah peranannya sebagai ayah - hingga tingkat tertentu.
Karena Valerius telah menghabiskan sebagian besar
dari dua puluh tahun terakhir ini di pos-pos angkatan darat di luar negeri, ia
tidak pernah dekat dengan
ayahnya. Sekarang, setelah ia ditempatkan di West Point, keduanya lebih sering
bertemu dan mulai bercakap-cakap dengan lebih terbuka. Sekalipun begitu,
hubungan mereka tetap saja terasa sulit.
Dengan Marcantonio, kondisinya berbeda. Sang Don
dan putra keduanya tersebut menikmati hubungan lebih dekat. Marcantonio
menjelaskan tentang pekerjaannya di TV, kegairahannya atas proses dramatis,
tugasnya kepada para pemirsa, keinginannya untuk menjadikan dunia
sebuah tempat yang lebih baik. Kehidupan orang-orang seperti itu layaknya sebuah
dongeng bagi sang Don. Dan ia terpesona.
Dalam acara-acara makan malam keluarga,
Marcantonio dan ayahnya bisa berdebat dengan cara yang bersahabat untuk saling
menghibur. Pernah sekali sang Don berkata pada Marcantonio, "Aku belum pernah
melihat orang yang begitu baik atau begitu jahat seperti karakter-karaktermu
dalam drama-drama itu."
53 OMERTA - Mario Puzo Marcantonio berkata, "Itu yang dipercayai para
pemirsa kami. Kami harus memenuhi keinginan mereka."
Pada salah satu acara kumpul keluarga, Valerius
mencoba menjelaskan rasionalisasi perang di Teluk Persia, yang - selain bertujuan
melindungi kepentingan ekonomi dan hak asasi manusia - bisa meningkatkan peringkat
jaringan TV Marcantonio. Tapi terhadap semua ini sang Don hanya mengangkat bahu.
Konflik-konflik ini hanya merupakan peningkatan kekuasaan yang tidak menarik
baginya. "Katakan," katanya pada Valerius, "bagaimana caranya negara-negara itu bisa
benar-benar menang perang" Apa faktor penentunya?"
Valerius mempertimbangkan hal ini. "Ada tentara terlatih, para jenderal yang
cerdas. Ada pertempuran besar, beberapa kalah, beberapa menang. Sewaktu
bekerja di intelijen, dan kami menganalisis segala
sesuatunya, akhirnya kami mendapat kesimpulan bahwa : Negara yang paling banyak
memproduksi baja akan memenangkan perang, sesederhana itu."
Sang Don mengangguk, akhirnya merasa puas.
Hubungan yang paling hangat dan dekat adalah
dengan Nicole. Ia bangga akan keberhasilan-keberhasilan putrinya, kecantikan
fisiknya, sifatnya yang penuh
semangat, dan kecerdasannya. Dan, memang benar,
sekalipun masih muda, baru tiga puluh dua, Nicole
merupakan pengacara yang tengah menanjak, dengan
koneksi politik yang bagus. Dan ia tidak takut terhadap siapa pun yang mewakili
kekuasaan dalam sebuah persidangan. Di sini diam-diam sang Don telah membantunya;
biro hukum tempat Nicole bekerja memiliki utang yang sangat besar padanya. Tapi
saudara-saudara Nicole 54 OMERTA - Mario Puzo merasa tidak nyaman terhadap adik mereka itu, karena dua alasan: Nicole tidak
menikah dan ia banyak melakukan pembelaan gratis. Sekalipun mengaguminya,
sang Don tidak pernah bisa menganggap serius Nicole.
Bagaimanapun, Nicole seorang wanita, dan ia memiliki selera terhadap pria yang
sangat mengganggu baginya.
Di acara-acara makan malam, ayah dan putrinya
tersebut selalu berdebat, seperti dua ekor kucing besar yang saling berkelahi
dengan hebat, hingga sesekali
mengucurkan darah. Ada satu hal yang selalu
mengganggu keduanya, satu-satunya yang bisa
mengganggu keramahan sang Don yang bagaikan tiada
habisnya. Nicole percaya akan kesucian nyawa manusia, bahwa hukuman mati
merupakan sebuah pelanggaran
besar. Ia telah mengorganisir dan memimpin Kampanye
Anti Hukuman Mati. "Kenapa?" tanya sang Don.
Dan Nicole kembali murka. Karena ia percaya
hukuman mati pada akhirnya akan menghancurkan
manusia. Bahwa kalau pembunuhan diizinkan dalam satu situasi, maka pembunuhan
juga bisa dibenarkan dalam
situasi lain, dalam keyakinan lain. Akhirnya, hukuman mati tidak akan ada
gunanya bagi evolusi maupun
peradaban. Dan kepercayaan ini menyebabkan ia selalu bertentangan dengan
kakaknya, Valerius. Bagaimanapun, apa yang dilakukan tentara selain membunuh"
Alasan-alasannya tidak penting bagi Nicole. Pembunuhan tetap pembunuhan dan akan
mengembalikan kita semua ke
kanibalisme, atau malah lebih buruk lagi. Dalam setiap kesempatan, Nicole selalu
bertempur dalam persidangan di seluruh negeri untuk menyelamatkan seorang
pembunuh yang terancam hukuman mati. Sekalipun sang
Don menganggap hal ini omong kosong semata, ia tetap saja mengajak yang lain
bersulang dalam sebuah acara 55
OMERTA - Mario Puzo makan malam keluarga setelah kemenangan Nicole dalam sebuah kasus pembelaan
gratis yang terkenal. Nicole berhasil membatalkan hukuman mati bagi
salah seorang penjahat paling brutal dalam dekade ini, seorang pria yang telah
membunuh teman karibnya dan
menyodomi wanita yang baru saja dijadikannya janda.
Dalam pelariannya, ia mengeksekusi dua petugas pompa bensin dan merampok mereka.
Ia lalu memerkosa dan membunuh seorang gadis berusia sepuluh tahun.
Kariernya berakhir sewaktu ia mencoba membunuh dua
petugas polisi dalam mobil patroli mereka.
Nicole memenangkan kasus ini atas dasar
ketidakwarasan, dan dengan jaminan bahwa kliennya
akan menghabiskan sepanjang sisa hidupnya dalam
sebuah institusi yang merawat para penjahat sinting, tanpa ada harapan untuk
dibebaskan. Makan malam keluarga berikutnya merupakan
perayaan untuk menghormati Nicole atas kemenangannya dalam kasus lain - kali ini
kasusnya sendiri. Dalam sebuah persidangan baru-baru ini, ia memenangkan sebuah
prinsip hukum yang sulit, dengan risiko pribadi yang sangat besar. Dan ia
disidang oleh Asosiasi Pengacara untuk tuduhan praktek yang tidak etis, namun
dibebaskan. Sekarang ia gembira sekali.
Sang Don, yang suasana hatinya sedang riang,
menunjukkan minat yang tidak biasanya dalam kasus ini.
Ia mengucapkan selamat pada putrinya karena telah
dibebaskan, tapi ia agak bingung, atau berpura-pura
begitu, dengan situasinya. Nicole menjelaskannya
padanya. Nicole membela seorang pria berusia tiga puluh
tahun yang telah memerkosa, menyodomi, dan
membunuh seorang gadis berusia dua belas tahun, lalu menyembunyikan mayatnya
dengan begitu rapi, hingga


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

56 OMERTA - Mario Puzo polisi tidak mampu menemukannya. Bukti-bukti
situasional terhadap pria tersebut sangat kuat, tapi tanpa adanya corpus - mayat -
juri dan hakim enggan menjatuhkan hukuman mati. Orangtua korban merasa
marah akibat frustasi karena kegagalan mereka
menemukan mayat si anak. Pembunuh tersebut mengaku kepada Nicole, sebagai
pengacaranya, di mana ia menyembunyikan mayat
tersebut, dan ia memberi Nicole kuasa untuk
menegosiasikan perjanjian - ia akan mengungkapkan
lokasi penyembunyian mayat itu dan, sebagai balasan, ia hanya akan dijatuhi
hukuman penjara seumur hidup,
bukan hukuman mati. Bagaimanapun, sewaktu Nicole memulai negosiasi
dengan jaksa penuntut, ia berhadapan dengan ancaman
tuntutan terhadap dirinya sendiri kalau ia tidak segera mengungkapkan lokasi
penyembunyian mayat korban. Ia
percaya akan pentingnya melindungi kepercayaan antara pengacara dan kliennya
bagi masyarakat. Oleh karena itu, ia menolak, dan seorang hakim terkemuka
mendukung pendapatnya tersebut. Jaksa penuntut, setelah berkonsultasi dengan
orangtua korban, akhirnya menerima perjanjian tersebut.
Si pembunuh memberitahu mereka bahwa ia telah
memotong-motong mayat korbannya, meletakkannya
dalam sebuah kotak berisi es, dan menguburnya di rawa-rawa di New Jersey. Mayat
tersebut berhasil ditemukan dan pembunuhnya dijatuhi hukuman penjara seumur
hidup. Tapi lalu Asosiasi Pengacara menuntut Nicole
dengan tuduhan telah melakukan negosiasi yang
melanggar etika. Dan hari ini ia memenangkan perkara tersebut.
Sang Don menyulangi semua anak-anaknya, lalu
57 OMERTA - Mario Puzo bertanya kepada Nicole, "Apa sikapmu sudah terhormat dalam mengurus kasus ini?"
Kegembiraan Nicole sirna. "Ini masalah prinsip.
Pemerintah tidak bisa diizinkan melanggar kebebasan
pengacara/klien dalam situasi apa pun, tak peduli
keseriusannya, atau hal ini tidak lagi bermartabat."
"Dan kau tidak merasakan apa pun terhadap ibu dan ayah korban?" tanya sang Don.
"Tentu saja aku simpati." kata Nicole jengkel. Tapi aku tidak mungkin membiarkan
perasaanku mempengaruhi prinsip dasar hukum. Aku sudah menderita untuk itu, sungguh: kenapa
tidak" Tapi sialnya mesti ada pengorbanan untuk mencegah preseden hukum di masa
depan." "Tapi tetap saja Asosiasi Pengacara menuntutmu."
kata sang Don. "Hanya untuk menyelamatkan muka," kata Nicole.
"Itu lebih merupakan gerakan politis. Orang-orang biasa, yang tidak bersekolah
dan mempelajari kerumitan sistem hukum, tidak bisa menerima prinsip hukum ini,
dan meributkannya. Jadi pengadilanku diadakan untuk
meredakan mereka. Beberapa hakim terkemuka terpaksa
tampil di depan umum dan menjelaskan bahwa
berdasarkan Konstitusi aku ber-hak menolak memberikan informasi tersebut."
" Bravo," kata sang Don riang. "Hukum selalu penuh kejutan. Tapi, tentu saja,
hanya untuk pengacara."
Nicole tahu ayahnya tengah mempermainkan
dirinya. Ia berkata dengan tajam. "Tanpa hukum, tidak akan ada peradaban."
"Memang benar," kata sang Don, seakan-akan untuk menyenangkan putrinya. "Tapi
rasanya tidak adil kalau seseorang yang sudah melakukan kejahatan sekejam itu 58
OMERTA - Mario Puzo bisa tetap hidup." Memang benar," kata Nicole. "Tapi sistem hukum kita berdasarkan pada tawar-
menawar. Memang benar bahwa akibatnya setiap penjahat mendapat hukuman
lebih ringan daripada yang layak diterimanya. Tapi ini ada segi positifnya.
Pengampunan bisa menyembuhkan. Dan
dalam jangka panjang, mereka yang melakukan kejahatan terhadap masyarakat kita
akan lebih mudah direhabilitasi." Jadi, dengan kesinisan bercampur humor yang baik,
sang Don menyulanginya. "Tapi katakan," katanya pada Nicole, "apa kau pernah
percaya bahwa orang itu tidak bisa dianggap bersalah karena alasan
ketidakwarasan" Bagaimanapun dia sudah menerapkan kebebasan
kehendaknya." Valerius menatap Nicole dengan pandangan dingin
dan berhati-hati. Ia seorang pria jangkung berusia empat puluh tahun dengan
kumis pendek yang kaku dan rambut yang telah berubah kelabu. Sebagai seorang
opsir intelijen, ia sendiri telah mengambil keputusan-keputusan yang melangkahi
moralitas manusia. Ia tertarik dengan alasan Nicole.
Marcantonio memahami adik perempuannya, bahwa
Nicole teraspirasi dengan kehidupan yang normal,
sebagian karena malu atas kehidupan ayah mereka. Ia
lebih khawatir kalau Nicole melontarkan kata-kata kasar, kata-kata yang akan
menyebabkan ayah mereka tidak
pernah memaafkan Nicole. Sedangkan Astorre terpesona oleh Nicole - mata
Nicole yang kemilau, semangatnya yang luar biasa dalam merespons ejekan ayahnya.
Ia teringat percintaan mereka sewaktu masih remaja, dan ia merasa sampai saat
ini pun Nicole masih menyayanginya. Tapi sekarang ia telah
59 OMERTA - Mario Puzo berubah, bukan lagi dirinya sewaktu mereka masih
sepasang kekasih. Hal ini bisa dipahami. Ia merasa
penasaran, apakah saudara-saudaranya tahu tentang
hubungan mereka bertahun-tahun lalu. Dan ia juga
khawatir kalau pertengkaran ini akan memecahkan ikatan keluarga di antara
mereka, keluarga yang dicintainya, yang merupakan satu-satunya tempat pelarian
baginya. Ia berharap Nicole tidak akan melewati batas. Tapi ia tidak bersimpati dengan
pandangan Nicole. Tahun-tahun hidupnya di Sisilia telah mengajarkan hal yang
berbeda. Tapi ia terpesona bagaimana dua orang yang paling
disayanginya di dunia bisa begitu berbeda. Dan terlintas dalam benaknya bahwa
sekalipun Nicole benar, ia tidak akan pernah bisa berpihak kepadanya dan melawan
sang Don. Nicole menatap lurus ke mata ayahnya dengan
berani. "Aku tidak percaya dia punya kebebasan
kehendak," katanya. "Dia dipaksa oleh situasi hidupnya -
oleh persepsinya yang melenceng, warisan genetikanya, biokimiawinya, kebodohan
dunia pengobatan - dia sinting.
Jadi, tentu saja aku percaya."
Sang Don mempertimbangkan hal ini sejenak.
"Katakan," katanya "Kalau dia mengakui padamu bahwa semua alasannya palsu, apa
kau masih berusaha menyelamatkan nyawanya?"
"Ya," kata Nicole. "Nyawa setiap orang itu sakral.
Negara tidak berhak mengambilnya."
Sang Don tersenyum menggoda kepadanya. "Itu
darah Italia-mu. Kau tahu bahwa Italia modern tidak
memiliki hukuman mati" Nyawa semua manusia
diselamatkan." Kedua putranya dan Astorre mengernyit mendengar
kesinisannya, tapi Nicole tidak tergoyahkan.
60 OMERTA - Mario Puzo Ia berkata kepada ayahnya dengan tegas, "Biadab sekali kalau negara melakukan
pembunuhan terencana dengan alasan keadilan. Kupikir Ayah orang yang paling setuju dengan pendapat
ini." Komentar ini menantang, menyindir reputasi
ayahnya. Nicole tertawa, lalu berkata dengan lebih
tenang, "Kita punya alternatif. Penjahatnya dikurung dalam sebuah institusi atau
penjara seumur hidup, tanpa harapan untuk pembebasan atau pembebasan bersyarat.
Dengan begitu, dia bukan lagi ancaman bagi masyarakat." Sang Don menatapnya dingin. "Satu per satu,"
katanya. "Aku memang setuju negara mengambil nyawa seseorang. Sedangkan untuk
hukuman seumur hidup tanpa pembebasan seperti katamu, itu hanya lelucon. Dua puluh tahun berlalu, dan
seandainya ada bukti baru yang ditemukan, atau dianggap orang itu sudah
terehabilitasi dan menjadi orang baru, sia-sialah kebaikan manusia.
Tapi tidak ada yang peduli dengan mereka yang sudah
tewas. Orang itu bebas. Dan itu tidak begitu penting..."
Nicole mengernyit. "Ayah, maksudku bukan berarti korbannya tidak penting. Tapi
mencabut nyawa seseorang tidak akan menghidupkan kembali si korban. Dan semakin
lama kita mengizinkan pembunuhan, dalam situasi apa
pun, semakin lama hal ini terus berlangsung."
Di sini sang Don diam sejenak dan meminum
anggurnya sambil memandang ke sekeliling meja, kepada kedua putranya dan
Astorre. "Kuberitahukan kenyataannya," katanya, dan ia berpaling kepada putrinya. Ia
berbicara dengan ketegasan yang jarang ditampilkannya. "Katamu tadi nyawa
manusia itu sakral" Apa buktinya" Di mana dalam sejarah" Perang yang sudah
mencabut nyawa jutaan orang dilakukan
61 OMERTA - Mario Puzo pemerintah-pemerintah dan agama-agama. Pembantaian
ribuan musuh dalam perselisihan politis, demi
kepentingan ekonomi, sudah tercatat scpanjang sejarah.
Berapa kali penerimaan uang dianggap lebih penting
daripada kesakralan nyawa manusia?" Dan kau sendiri mengizinkan pencabutan nyawa
dengan membebaskan klienmu." Mata gelap Nicole berkilat kemilau. "Aku tidak
mengizinkannya," katanya. "Aku tidak memberi alasan untuk itu. Kupikir itu
biadab. Aku cuma menolak memberi lebih banyak alasan lagi."
Sekarang sang Don berbicara lebih pelan, tapi lebih
serius, "Di atas semua ini," katanya, "korbannya, orang yang kau sayangi,
terkubur di dalam tanah. Dia lenyap dari muka bumi selamanya. Kita tidak akan
pernah melihat wajahnya lagi, kita tidak akan pernah mendengar suaranya lagi, kita
tidak akan pernah menyentuh
dagingnya lagi. Dia ada dalam kegelapan, hilang dari kita dan dunia kita."
Mereka mendengarkan dengan membisu, sementara
sang Don menghirup anggurnya sekali lagi. "Nah, Nicole-ku, dengarkan aku.
Klienmu, pembunuhmu, dijatuhi
hukuman penjara seumur hidup. Dia berada di balik jeruji atau di dalam sebuah
sel sepanjang sisa hidupnya. Begitu katamu. Tapi setiap pagi dia masih melihat
matahari terbit, masih merasakan makanan panas, bisa mendengar musik, darah mengalir
dalam pembuluhnya dan membuatnya tertarik pada dunia. Orang-orang yang
menyayanginya masih bisa memeluknya. Sepanjang
pengetahuanku, dia bahkan bisa membaca buku, belajar pertukangan untuk membuat
meja dan kursi. Singkatnya, dia masih hidup. Dan itu tidak adil."
Nicole telah bulat tekadnya. Ia tidak akan mundur
sedikit pun. "Ayah, untuk menjinakkan hewan, kau tidak 62
OMERTA - Mario Puzo membiarkan mereka makan daging mentah. Kau tidak
membiarkan mereka mencicipi rasanya, atau mereka akan meminta lagi. Semakin
banyak kita membunuh, semakin
mudah untuk terbunuh. Ayah mengerti?" Sewaktu
ayahnya tidak menjawab, Nicole bertanya, "Dan
bagaimana Ayah bisa menentukan sesuatu itu adil atau tidak" Dari mana Ayah bisa
menentukan garis batasnya?"
Nicole bermaksud melontarkannya dengan penuh
keberanian, tapi yang terdengar lebih mirip permohonan untuk menghapus keragu-
raguan yang ia rasakan terhadap ayahnya selama bertahun-tahun.
Mereka semua mengira sang Don akan meledak,
marah akibat kekeraskepalaan Nicole, tapi tiba-tiba
suasana hati sang Don berubah sangat baik. "Ada saatnya aku sendiri lemah,"
katanya, "tapi aku tidak pernah membiarkan seorang anak menghakimi orangtuanya.
Anak-anak tidak berguna dan hidup berdasarkan
penderitaan kami. Dan kuanggap diriku sendiri sebagai seorang yang berhasil. Aku
sudah membesarkan tiga orang anak yang menjadi pilar masyarakat, berbakat,
punya prestasi, dan sukses. Dan bukannya sama sekali tidak berdaya menghadapi
nasib. Ada di antara kalian yang bisa mengkritikku?"
Pada titik ini Nicole kehilangan emosinya. "Tidak,"
katanya. "Sebagai orangtua tidak ada yang bisa
mengkritik Ayah. Tapi Ayah melupakan satu hal. Mereka yang terdesak adalah
mereka yang digantung. Orang kaya selalu berhasil menghindari hukuman berat."
Sang Don memandang Nicole dengan amat serius.
"Kalau begitu, kenapa kau tidak berusaha mengubah hukum agar orang kaya
digantung bersama orang miskin"
Itu lebih cerdas." Astorre berguman, sambil tersenyum riang, "Kalau 63
OMERTA - Mario Puzo begitu, nanti hanya sedikit dari kita yang tersisa." Dan komentar ini pun
mematahkan ketegangan yang ada.
"Sifat terbesar manusia adalah mengampuni," kata Nicole. "Masyarakat yang sudah
mendapat pencerahan tidak akan mengeksekusi manusia lainnya dan sedapat
mungkin menahan diri dari menghukum yang bisa
diizinkan akal sehat dan keadilan."
Baru pada saat itulah sang Don kehilangan selera
humornya. "Dari mana kau mendapat gagasan seperti itu?" tanyanya. "Gagasan
seperti itu hanya baik untuk diri sendiri dan pengecut - lebih buruk lagi, gagasan
itu penghujatan. Siapa yang lebih tidak mengenal ampun
selain Tuhan" Tuhan tidak pernah memaafkan, Tuhan
tidak melarang hukuman. Ada Surga dan ada Neraka
karena kehendakNya. Dia tidak menghapus kedukaan dan penderitaan dalam duniaNya.
Tugas Yang Maha Besar-lah untuk menunjukkan pengampunan sekadarnya, tidak lebih
dari yang diperlukan. Jadi, siapa kau untuk berpendapat seperti itu" Itu
sombong. Apa kau kira kalau kau sudah begitu kudus, kau bisa menciptakan dunia
yang lebih baik" Ingat, orang-orang suci hanya bisa membisikkan doa ke telinga Tuhan dan
mereka pun baru bisa berbuat begitu sesudah mendapat hak tersebut dengan
kemartiran mereka. Tidak. Tugas kitalah untuk memburu sesama
manusia. Atau dosa-dosa besar apa pun yang bisa
dilakukannya. Kita akan memberikan dunia kita kepada setan kalau tidak begitu."
Hal ini menyebabkan Nicole tidak bisa bicara karena
marahnya, sementara Valerius serta Marcantonio hanya tersenyum. Astorre
menunduk, seakan-akan tengah


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdoa. Akhirnya Nicole berkata, "Ayah, sebagai moralis kau terlalu berlebihan. Dan
jelas kau bukan teladan yang baik."
64 OMERTA - Mario Puzo Kesunyian yang cukup lama timbul di meja,
sementara masing-masing teringat akan hubungan aneh
antara mereka dengan sang Don. Nicole tidak pernah
mempercayai sepenuhnya cerita-cerita yang pernah
didengarnya tentang ayahnya. Tapi, pada saat yang
sama, ia merasa takut kalau cerita-cerita tersebut benar.
Marcantonio teringat bagaimana salah satu
koleganya di jaringan TV bertanya dengan licik,
"Bagaimana perlakuan ayahmu terhadap dirimu dan anak-anak lainnya?"
Dan Marcantonio, setelah mempertimbangkan
pertanyaan tersebut dengan hati-hati, tahu bahwa yang dimaksud orang tersebut
adalah reputasi ayahnya, jadi ia menjawab dengan cukup serius, "Ayahku sangat
baik terhadap kami."
Valerius teringat betapa mirip ayahnya dengan
beberapa jenderal pada siapa ia pernah mengabdi. Orang-orang yang menyelesaikan
pekerjaan tanpa hambatan moral apa pun, tanpa ragu-ragu dalam melakukan
tugasnya. Bagai anak-anak panah yang melesat menuju
sasaran, dengan kelincahan dan ketepatan mematikan.
Namun Astorre memiliki kenangan berbeda. Sang
Don selama ini selalu menunjukkan kasih dan
kepercayaan kepadanya. Tapi ia juga satu-satunya orang di meja itu yang tahu
bahwa reputasi sang Don memang benar. Ia teringat tiga tahun sebelumnya, sewaktu
ia kembali dari pengasingannya. Sang Don memberikan
instruksi spesifik padanya.
Sang Don berkata, "Orang seusiaku bisa mati karena tersandung pintu, atau akibat
tahi lalat di punggung, atau karena jantungnya berhenti berdetak. Aneh bahwa
seseorang tidak menyadari kefanaannya setiap detik
dalam hidupnya. Tidak penting. Dia tidak harus punya 65
OMERTA - Mario Puzo musuh. Tapi setiap orang harus memiliki rencana. Aku menjadikan dirimu pewaris
mayoritas atas bank-bankku: kau akan mengendalikan bank-bank itu dan membagikan
pendapatannya dengan anak-anakku. Dan tindakan ini
kulakukan karena ada pihak-pihak tertentu yang ingin membeli bank-bankku, salah
satunya dipimpin oleh Konsul Jenderal Peru. Pemerintah federal terus-menerus menyelidiki diriku
berdasarkan hukum RICO, agar bisa menyita bank-bankku. Benar-benar bisnis yang
menyenangkan bagi mereka. Mereka tidak akan
menemukan apa pun. Nah, kuinstruksikan padamu untuk
tidak pernah menjual bank-bank tersebut. Bank-bank itu akan lebih menguntungkan
dan lebih kuat, seiring dengan berjalannya waktu. Dan pada waktunya nanti, masa
lalu akan dilupakan. "Kalau ada hal tidak terduga yang terjadi, hubungi Mr. Pryor, untuk membantumu
sebagai pengendali. Kau mengenalnya dengan baik. Dia sangat memenuhi syarat
untuk tugas ini, dan dia juga mendapat keuntungan dari bank-bank ini. Dia
berutang kesetiaannya padaku. Juga, aku akan mengenalkan-mu pada Benito Craxxi
di Chicago. Laba Laba Hitam 3 Raja Petir 23 Sepasang Samurai Maut Pendekar Lembah Naga 18
^