Pencarian

Menyingkap Karen 4

Menyingkap Karen Karya Richard Baer Bagian 4


"Apakah ada yang berhubungan baik denganmu?"
"Ya, saya menyukai Juliann." Pilihan yang bagus, menurutku. Sosok itu sepertinya
cukup normal. "Bagaimana kalau kamu berusaha memerhatikan saat dia muncul. Mungkin kamu bisa
berbagi perasaan dengannya dan merasa nyata dengan cara itu. Sakit perut membuat
yang lain tidak senang."
"Oh, benarkah" Yah, sepertinya saya bisa mencobanya."
"Kita akan segera berbicara lagi." Sandy agak ketakutan. Kurasa dia bertanggung
jawab untuk kram perut yang diderita Karen. Rupanya, mereka bisa cukup
menyusahkan. Aku harus menunggu dan melihat apakah ucapanku berpengaruh padanya.
NATAL SEGERA tiba. Kami berada dalam sesi terakhir sebelum aku berlibur, dan
Karen datang membawa sebuah hadiah dan selembar kartu ucapan. Dia menunjukkan
lebih banyak energi daripada biasanya. Aku tahu bahwa kami tidak akan bisa
membicarakan topik lainnya selama dia memegang hadiah yang hendak diberikannya
kepadaku, sehingga aku memandangnya, memandang hadiah itu, lalu mengangkat alis.
"Saya punya sesuatu untuk Anda. Selamat Natal, Dr. Baer." Dia menyerahkan sebuah
kotak ramping dengan kartu ucapan tersemat di atasnya kepadaku. Dia menatapku
lekatlekat untuk melihat apa yang akan kulakukan dengan hadiahnya.
"Bolehkah saya membukanya?" tanyaku.
"Oh, ya!" katanya. "Setelah itu, bacalah kartunya."
Aku membuka pembungkus kado itu dan menemukan sehelai dasi merah. Dasi itu
bergambar anakanak yang berdiri saling memanggul, empat orang anak di bagian
bawah, lalu di atasnya terdapat tiga, dua, dan satu anak. Mereka membentuk
sebuah piramida atau pohon Natal. Di bagian belakangnya, terdapat label
bertuliskan "Save the Children" dan sebuah kutipan: "Anakanak hari ini adalah
pilar masa depan". Betapa tepatnya kutipan ini menggambarkan diri Karen.
"Ini bagus sekali," kataku, "Saya sangat menyukainya." Aku memang menyukainya.
Sungguh menyenangkan rasanya tidak harus berpurapura yang kadangkadang sulit ?kutunjukkan di depan para pasien yang perasa. Aku membuka kartu ucapan dan
membacanya. Sebuah kisah indah tertera di sana.
Desember X994 yen e terhormet Or. Beer,
Kemi ingin mengueepkon Selemet Neto! kepede Ande den keluerga Ande, den antuk
menunjukken pengkormeten kemi, kemi ingin memberiken kedieh pengkormeten kemi,
kemi ingin memberiken kedieh istimewa ini untuk Anda. Kami Juga ingin memberi
tahu Anda tenteng betapa istimewenyo hedieh ini den bagaimana kemi menemukennye.
Peda suatu hari, saat kami muneuf dan Karen tidur, Hefdon membeca suret keber,
den Cleire sedang menggenti-genti saluran di TV saat sebueh teyengen men erik
perhetiennya; itu adalah bagian dari acara amal "Save the Children". Cleire
senget menyukai dasi ini dan menginginkannya untuk Anda sehingge die memenggil
yeng lein agar melihetnya. Sekonyong-konyong, seat menonton, saya melihet dan
mendenger pikiran semue sosok loinnye, dan inilah pen depot mereke. Menurut
Ketherine, ini ide yeng bogus, den dasi itu edoleh hodieh sempurne untuk Anda.
Keren Beo menenyoken opekoh koinnye lembut, dan apakah dia boleh menyentuhnye.
Miles berkota, 'Ape Or. Beer bener-bener mau memekei dasi itu" Oio pasti sudah
punya sejuta dasif Tetepi, Mites juga menyukeinyo. Koto Thee, kami tidek takut
lagi poda dasi, dan bisakah kita men dop e Ikonnya untuk Or. Baer. Menurut
Sidney, enek-enek yeng ode di dasi mirip dengen kami. Lalu,
Claire menyebutnyebut tenteng seorang gadis bernemo Tracy yang membuet dasi itu.
Holdon menyela don mengetoken 'merancang" dasi itu. Holdon menyukei dasi itu,
tepi dia melewatkan informasi pemeseaennye. Sandy sangat bersemengot den
meneworken diri untuk menelepon stasiun TV. Kate Jensen, dasi itu rapi. Koto
Ann, dia menyukei dasi itu, dan uang yang disumbangkan dari pembelien dasi ekon
diguneken untuk menolong enok-enek. Keren 2 berkota, "Or. Baer sengat berarti
bagi kita semua, dan eku Juga ingin menghediohken dasi itu untuknya. " Koto
Julie, 'tiket, enak-enak di dasi itu keliheton seperti piramid." Julionn
mengetaken, "Dasi itu sepertinye menyimbotken kita yeng tumbuh bersama " Keren 3
berkota, 'Bukankah momong seperti itulah kita" Hadiah ini adalah gagasan yang
hebat." Menurut Keri, Or. Beer adalah erang baik yang layak menerime hedieh yeng
Jeuh lebih bogus daripada sebuah dasi Lalu, Katherine mengetaken, "Kari, ini
bukan sekeder desi, ini pertama kalinya kita semue bersepeket." Elise menenyoken
epokoh Anda anggota keluerge kemi. Koto Holdon, 'Bisa dibilang begitu. " Lalu,
Elise menenyoken epokoh dia boleh membungkus desi itu. Katherine mengiyekonnye.
Koto Miles, "Apekoh Or. Beer ekon marah karena kita membeliken dia hodieh?"
Keren 2 menjewab, "Kuharap tidak Aku menyukeinya, dan dia setelu menolong kita.
Legi pula, dasi ini bagus, dan sekerang Natal
"Kemudien, Sandy menelepon begien informasi, Holdon melekukon pemesenen,
Ketherine menulis cek, den kami membierkon Cleire mengirimkennya.
Inilah pertama kalinya kami semua mengembif sebueh keputusen bersomo-seme, dan
menurut kemi, ini edoleh sebueh kemejuen. Kemi seneng kerene dapat memberiken
hodieh ini untuk Anda, karena kami sungguhsungguh menghergoi semue yeng Anda
lakukan untuk kami. Kami harap dasi ini akan mengingetkon Anda kepede kemi, dan
mungkin bisa membuet Anda tersenyum. Sefemet Note f xl 7
Dasi itu adalah hadiah Natal terindah yang pernah kudapat. []
12 Saluran-saluran yang Berlainan
TEKANAN YANG dirasakan oleh sosoksosok berbeda dalam diri Karen yang saling
menyadari keberadaan satu sama lain membuatnya merasakan sakit kepala.
Sosoksosok itu tidak selalu sependapat. Sebagian di antara mereka mulai membuat
jurnal, tempat mereka semua menulis untuk ditunjukkan kepadaku, tapi salah
seorang dari mereka membakarnya. Sekarang, setelah beberapa sosok memperlihatkan
diri kepadaku, aku mengundang mereka untuk muncul selama sesi hipnosis. Mereka
menutup-nutupi apa yang terjadi, tidak tahu apakah mereka boleh berbicara. Tidak
terpikir olehku mereka perlu izin. Karen meminta waktu tambahan selama beberapa
sesi selanjutnya supaya sebagian sosoknya mendapatkan lebih banyak waktu untuk
berbicara. Dia berharap akan dapat membebaskan diri dari tekanan suarasuara yang
bersaing untuk didengar di dalam kepalanya, tapi mereka baru memulai. Karen, aku
khawatir, hanya akan menjadi semakin parah sebelum keadaannya membaik.
Saat Karen tiba berikutnya, kami tidak membuang-buang waktu untuk berbasa-basi.
Ada begitu banyak yang harus diketahui tentang semua sosok berlainan di
dalam dirinya, dan kami ingin melanjutkan usaha kami. Karen dapat dengan mudah
memasuki keadaan trance hipnotik sekarang. Aku mungkin hanya perlu mengatakan
tidurlah, dan dia akan tidur, tapi aku tetap menggunakan rutinitas pengantar
trance kami untuk memberikan struktur yang dapat dipegang olehnya dan sosoksosok
lainnya. "Kalau kamu sudah siap," ujarku setelah dia berada dalam keadaan trance, "kamu
bisa keluar dari ruangan mungilmu yang aman, dan kita akan melihat apakah ada
yang ingin berbicara dengan kita."
"Halo ... ini Ann." Karen duduk tegak, dengan postur yang menunjukkan keseriusan,
perhatian, dan kepercayaan diri. Suaranya terdengar mendayu dan tenang, wajahnya
menunjukkan kebaikan hati. Yang menarik, sikapnya membuatku santai.
"Halo, Ann, aku Dr. Baer."
"Ya, saya tahu," katanya. "Bagaimana kabar Dokter" Inilah pertama kalinya saya
melakukan ini, dan saya agak takut."
"Kuharap ini bisa menjadi kesempatan bagiku untuk mengenalmu," ujarku, "dan
sosoksosok lain di dalam diri Karen, agar aku bisa lebih baik dalam memberikan
pertolongan." "Itulah yang dikatakan Katherine; karena itulah saya setuju untuk muncul dan
berbicara dengan Dokter."
"Apakah yang hendak kamu ceritakan tentang dirimu?"
"Saya lahir saat Karen tidak tahan terhadap gereja untuk menjaga keimanannya." ?"Karen tidak tahan terhadap gereja?" "Beberapa pria yang menyakitinya adalah
aktivis gereja. Mereka menggunakan katakata dari peribadatan di gereja saat
menyakitinya. Dia tidak tahan berada di dalam gereja, karena itulah saya lahir."
"Berapakah umurmu?"
"Saya enam belas tahun. Saya lahir saat Karen berumur sepuluh tahun, dan saya
berumur sebelas tahun saat itu. Saya tahu ini agak membingungkan."
"Sepertinya kamu dilahirkan untuk tujuan tertentu."
"Ya, tentu saja." Sepertinya semua sosok yang pernah kutemui dilahirkan untuk
berurusan dengan bagian-bagian tertentu dari pengalaman emosional traumatis
Karen. "Begitu, ya. Apa lagi yang bisa kamu ceritakan kepadaku?"
"Saya tidak tahu; ada begitu banyak. Saya selalu menjadi orang baik. Saya selalu
sangat religius. Para biarawati menyukai saya. Saya adalah kesayangan mereka di
sekolah. Saya suka menolong para guru dan pastor. Saya bertindak seolaholah
tidak ada yang salah. Saya ingin menjadi biarawati, tapi tidak bisa karena ...
karena apa yang telah terjadi pada kami. Saya kotor. Tapi, saya bekerja di Saint
Jerome's, rumah sakit untuk anakanak yang terluka dan cacat, meskipun si ayah
memukuli saya jika saya pergi ke sana. Dia selalu mengatakan amal dimulai di
rumah." Ann terdiam. Dia sedang memikirkan sesuatu.
"Ada apa?" tanyaku.
"Saya ingin mengakui sesuatu."
"Oh?" "Sayalah yang membakar jurnal itu." "Benarkah" Mengapa?" Aku terkejut saat
mendengar bahwa dialah pelakunya.
"Saya marah karena Dokter tidak membalas tulisan kami. Saya pikir Dokter
membacanya setiap hari. Saya pikir Dokter tidak mendengarkan kami."
"Jurnal itu semestinya adalah cara supaya sosoksosok yang lain dapat
menceritakan tentang pikiran dan kekhawatiran mereka. Karen bertugas
mengumpulkan dan menyerahkannya kepadaku. Sayangnya, aku tidak bisa menemui
kalian setiap hari."
"Ya ampun, saya malu sekali!" kata Ann, menutup mulutnya dengan tangan. "Saya
tidak mengerti. Saya pikir Dokter tidak peduli."
"Sayang sekali jurnal itu terbakar," ujarku. "Mungkin kamu bisa membantu yang
lain mengingat kembali apa yang telah mereka tulis, dan semuanya akan baik-baik
saja." "Saya akan mencoba," Ann terdiam; matanya melirik ke samping, memandang entah
pada apa. "Ada sesuatu yang mungkin tidak Dokter ketahui," lanjutnya. "Sayalah
yang pingsan saat hari pernikahan Karen. Yah, bukan hanya saya. Sosoksosok yang
berbeda silih berganti muncul saat Karen berada di altar. Saya muncul dan
pingsan lagi. Saya tidak bisa memercayai apa yang terjadi. Hanya Karen 1 yang
ingin menikah. Dia baru berumur sepuluh tahun, tapi dia ingin menjadi ibu dan
punya anak. Saat kami menyadari apa yang terjadi, terlambat sudah. Saya bahkan
tidak tahu dengan siapa kami akan menikah. Semua itu sangat mengagetkan."
Ann terdiam, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Aku terpana mendengar informasi
yang baru saja diberikannya. Sepertinya, secara kolektif, sosoksosok di dalam
diri Karen mengetahui segalanya. Karena Karen bermasalah dengan ibunya, aku
memikirkan apakah Ann dapat membantu dalam hal ini.
"Apakah kamu berhubungan dengan ibu Karen?"
"Syukurlah, tidak. Sandy atau Sidney yang berurusan dengannya. Sidney muncul
saat si ibu menggosok wajah Karen dengan sisir kawat karena dia memakai rias
wajah. Karen berumur empat belas tahun saat itu. Saya tidak suka memikirkannya."
"Aku sangat berterima kasih kepadamu karena telah menceritakan semua ini
kepadaku," ucapku. "Kamu sangat membantuku. Aku berharap dapat berbicara
denganmu lagi. Jika kamu siap, mungkin kamu bisa mundur dan melihat apakah yang
lain ingin menyampaikan sesuatu."
"Terima kasih, Dr. Baer. Senang sekali bisa berbicara dengan Dokter."
Wajah Karen tampak hampa selama sesaat, lalu selintas posturnya berubah, dan dia
mulai berbicara secara lebih formal, tapi kesan anggun dan percaya dirinya
berkurang. "Halo, Dr. Baer, senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan Anda." "Katherine?"
"Ya, maaf karena saya tidak memperkenalkan diri. Saya lupa bahwa Anda tidak tahu
dengan siapa Anda sedang bicara."
Aku mengenali cara bicaramu," ujarku. "Aku juga senang karena bisa berbicara
denganmu. Aku ingin lebih mengenalmu. Kupikir kamu sebaiknya bercerita sedikit
tentang latar belakangmu. Kapan kamu lahir?"
"Saya sudah ada di sini sejak awal. Saya lahir ketika Karen berumur satu atau
dua tahun. Tugas saya adalah merawat Karen. Holdon lahir tak lama kemudian.
Karen sudah dianiaya dan ditelantarkan sejak awal. Holdon
memiliki kekuatan untuk melindungi, dan saya memiliki kepandaian untuk mengurus
segalanya." "Kapankah kamu muncul?" tanyaku.
"Saat ada yang perlu diselesaikan. Saya sering membersihkan rumah dan memasak.
Saat Karen bekerja sebagai sekretaris sayalah yang bekerja. Ada jangka waktu ?panjang saat Karen sama sekali tidak muncul." Meskipun memikirkan Karen mana
yang dimaksudnya, aku diam saja.
"Berapa lama" Apakah maksudmu berminggu-minggu?"
"Oh, tidak, Karen, yang pergi menemui Anda, pernah menghilang selama
bertahuntahun dalam sekali waktu. Dia sama sekali tidak muncul selama SMA. Kami
terus-menerus dihajar dan dilecehkan secara seksual selama SMA. Karen tidak
muncul ketika itu. Karen 2 dan para laki-lakilah yang lebih sering muncul."
"Bagaimana kamu memutuskan untuk menemuiku?" tanyaku. "Kuanggap kamulah yang
membuat keputusan itu."
"Anda benar tentang hal ini. Sayalah yang membawa Karen ke kantor Anda pada hari
pertama itu." "Mengapa kamu memilihku?"
"Saya berbicara dengan pasien-pasien Anda yang lain, dan mereka mengatakan bahwa
Anda memahami mereka. Tapi, saat pertama kali Anda menemui kami, saya tidak
terlalu yakin; saya mencari tahu tentang Anda. Saya ingin mengetahui apakah Anda
memedulikan kami. Saya memerhatikan ijazah-ijazah Anda. Saya menelepon
perkumpulan dokter untuk mencari tahu apakah Anda pernah terlibat masalah."
"Apakah kamu menemukan sesuatu yang membuatmu khawatir?"
"Tidak, saya rasa saya telah membuat pilihan yang bagus. Saya rasa kita berada
di jalur yang tepat."
"Apakah kamu tahu bagaimana terapi ini akan berjalan?" tanyaku, berharap akan
mendapatkan pertolongan. "Tidak, saya pikir Anda mengetahui apa yang Anda lakukan. Saya hanya bisa
mengatakan bahwa sebaiknya kita tidak terburu-buru." Katherine mengingatkanku
pada sosok seorang guru. Dia bersikap sabar kepadaku dan menyemangatiku untuk
melakukan yang terbaik. Waktu kami telah habis. Alihalih mendapatkan pertolongan, aku justru disuruh
bersabar. Mungkin itu adalah pertolongan yang kubutuhkan. Katherine
memberitahuku apa yang akan diberitahukan oleh atasanku. "Duduklah, dan
biarkanlah masalahnya terungkap sendiri. Tugasmu adalah memahami, dan saat kau
telah paham, tolonglah pasienmu untuk memahaminya." Godaan untuk maju
berdasarkan agenda si ahli terapi, alih-alih pasien, selalu kuat, dan selalu
salah. PADA PERTENGAHAN Januari 1995, Karen tiba di kantorku, tampak ragu-ragu di
ambang pintu, lalu melihat ke sekeliling ruangan, ke balik perabot, dan ke bawah
meja. Akhirnya dia duduk di kursinya. Dia memegang gulungan kertas. Saat duduk
tegang di kursinya, dia memandang curiga ke kanan dan ke kiri. Dia mengangkat
gulungan kertas yang dibawanya ke matanya, lalu memandangku melalui lubangnya,
bagaikan seorang bajak laut yang memegang teropong. Perasaanku mengatakan bahwa
yang berada di depanku bukanlah Karen, sehingga aku memutuskan untuk menunggu
dan melihat apa yang terjadi.
Setelah yakin bahwa hanya ada kami berdua di
ruanganku, sosok di depanku memandangku sangat lama, membuatku merasa tidak
nyaman. "Karen tidak bisa datang."
"Oh, begitu. Jadi, siapa yang menggantikan Karen?" "Sidney."
"Ah, Sidney. Aku memang berharap dapat bertemu denganmu lagi."
"Holdon menyuruhku datang. Dia menyuruhku membawa ini." Sekali lagi, Sidney
mendekatkan gulungan kertasnya ke mata. "Ini namanya kaleidoskop." Sidney
menyodorkan gulungan kertas itu kepadaku sambil tersenyum malu. Aku menerimanya;
surat dari Holdon tertulis di kertas itu. Aku menyimpannya dan berkonsentrasi
pada Sidney. "Aku senang kamu datang." Sidney memandangiku sejenak, lalu sedikit melemaskan
bahunya. "Karen sedang sakit," katanya. "Holdon ingin memberikan kertas-kertas itu
untukmu. Sekarang aku muncul dengan Holdon dan anakanak lakilaki yang lain."
Sidney menatap ke luar jendela, melongok untuk melihat tanah di bawah.
"Saat kamu menyerahkan kertas itu, sepertinya lenganmu sakit."
"Lenganku memang sakit terus. Ayah menyuruhku mencuri, dan kalau aku tidak
melakukannya dengan benar, dia memuntir lenganku atau menonjokku. Aku tidak bisa
merasakan jariku; Ayah sering memukulinya dengan tongkat karena aku mencuri."
"Bukankah katamu dia yang menyuruhmu mencuri?" "Ya, memang, lalu dia memukulku
karenanya." "Apa kamu tahu bahwa ayah Karen sudah meninggal?"
Sidney memandangku dengan mata terbelalak lebar, terkejut. Sekali lagi, dia
tampak ragu-ragu, mendongakkan kepala dan memandangku dengan penuh tanda tanya.
"Betul," kataku. "Dia meninggal karena kanker sekitar setahun yang lalu. Dia


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak bisa menyakitimu lagi. Aku sedang berusaha menolong Karen dan Holdon untuk
membuat kalian semua merasa lebih baik."
"Kamu pasti berbohong padaku."
"Tanyakan saja pada Holdon." Sejenak, tatapan Sidney tampak kosong, lalu dia
memandangku lagi. "Aku sungguh tidak tahu."
"Sepertinya kamu tidak suka dengan si ayah. Penderitaanmu telah memberimu banyak
kekuatan dan keberanian, tapi juga banyak rasa sakit. Kurasa, kamu dan yang lain
akan sangat terbantu kalau kamu bisa membagi sebagian pengalamanmu, dan juga
sebagian kekuatanmu." Aku berusaha membangun landasan bagi tujuan akhir kami,
yaitu integrasi seluruh sosok.
Setelah Sidney pergi, aku memeriksa kertas-kertas yang dibawanya. Sepucuk surat
dengan tulisan tangan Holdon tertera di sana.
Januari 95 Yang terhormat Dr. Baer, Saya ingin mencoba memulai rekonstruksi jurnal yang terbakar. Untuk memulainya
kami harus menceritakan tentang keberadaan kami. Di bawah ini adalah daftar yang
berisi penjelasan tentang kami semua dan siapa saja yang sering muncul
akhirakhir ini. Saat ini kami bertujuh belas. Saya akan mencoba sedikit
menjelaskan satu per satu diri kami.
Holdon (saya sendiri), 34 tahun. Saya berusaha keras untuk melindungi kami
semua. Saya memiliki pengetahuan sejak kelahiran
Karen. Sayalah yang mengambil sebagian besar kepulasan mengenai siapa yang
sebaiknya muncul. Sayalah yang paling sering mengemudi. Saya memiliki kepandaian
mekanis; saya membual dan memperbaiki barang-barang, mengecat memasang kertas
dinding, dan lain-lain. Saya sangat bercita-cita menjadi paramedis. Kadangkadang
saya menenangkan anakanak yang ada di dalam. Saya tercipta untuk menjadi anak
lakilaki sempurna yang bisa membantu pekerjaan ayah dan kakek Karen. Saya bisa
melakukan nyaris segala macam hal. Saya tidak merasakan sakit.
Katherine juga berusia 34 tahun. Dia tahu tentang semua sosok. Dia membuat janji
temu dan memastikan semuanya terpenuhi. Katherine lahir sesudah saya saat Karen
berumur kurang dari satu tahun. Kami tumbuh bersamanya. Katherine suka membaca
dan bertanggung jawab membawa kami ke terapi. Katherine juga tidak merasakan
sakit. Claire berumur tujuh tahun dan sangat tidak percaya diri. Saat ini dia sedang
sedih karena merasa diabaikan oleh Anda. Saya berusaha membujuknya untuk muncul
dan berbicara tapi dia sedang sangat kesakitan. Dia mengidap sakit kepala parah.
Sidney berumur lima tahun dan kesakitan. Dia ingin bersenang-senang dan suka
menjerumuskan kami semua ke dalam masalah. Dia menempatkan kami dalam situasi
yang aneh dan pergi begitu saja. Dia masih ingin mencuri pemak-pemik untuk
diberikan kepada orang lain. Tangan dan jarinya mati rasa. Dialah yang menerima
sebagian siksaan terberat.
Sandy berumur 18 tahun dan menjadi duri dalam daging di antara kami. Rasanya
nyaman saat Sandy tenang dan menatap ke luar jendela. Tapi, entah bagaimana dia
terbangun. Dia punya banyak rencana bunuh diri. Dia gemar menyantap makanan
sampah dalam jumlah besar. Dia murung dan depresi, dan selalu ingin mengambil
alih. Dia bersesumbar dapat membuat Anda marah kepada kami, sehingga Anda akan
menyerah. Sepertinya dia semakin parah setelah ayah Karen meninggal.
Julie berumur 13 tahun dan sangat kesakitan sehingga saat dia muncul, kami
berpikir kami semua akan mati. Dia tidak bisa bernapas
dengan baik. Rambutnya hitam dan matanya hijau. Dia tidak bisa berjalan.
Karen Boo berumur 21 bulan. Dia tidak terlalu bisa berbahasa Inggris. Dia
mengerti sedikit bahasa Hongaria. Dia tidak bisa melihat karena menderita tumor
di matanya. Di sering menjeritkan "Awl", serta merasakan nyeri di kaki dan
vaginanya. Dia butuh ditenangkan oleh suara Anda.
Miles berumur delapan tahun dan sepertinya sudah tenang. Dia sudah tidak
membenci semua orang karena dia menyukai Anda. Dia tidak menyakiti kami lagi
karena ingin Anda menyukainya. Dia masih membenci keberadaannya di dalam tubuh
perempuan. Miles masih merasakan sakitnya penyiksaan. Miles mendatangi segala
macam acara olahraga bersama James dan Sara
Kari berumur sepuluh tahun dan kecewa karena terbakarnya jurnal; dia menulis
banyak detail tentang penganiayaan dan berharap tidak akan pernah
membicarakannya lagi karena selama dia menulis, sakit Karen sedang parah-
parahnya. Kari merasakan sakit yang paling parah dan berharap kami akan
mengakhirinya. Saat Miles tidak dapat lagi menanggung rasa sakit. Kari mengambil
alih. Elise berumur delapan tahun dan dialah yang menjalani kehidupan normal Miles dan
Kari, terpisah dari penganiayaan. Elise menulis puisi dalam bahasa Hongaria dan
tidak seorang pun dari kami mengetahui artinya. Dia merasa Tuhan akan mengampuni
kami karena telah dilahirkan di dunia ini. Dia selalu tahu bahwa penganiayaan
adalah kesalahan. Thea berumur enam tahun dan lahir pada 1965, saat Karen menderita aneurisme dan
mendengar orangtuanya mengatakan bahwa mereka berharap dia akan meninggal. Saat
Karen tidak meninggal seperti yang diharapkan, Thea mengambil tempatnya selama
total 1,5 tahun. Selama masa ini, Karen tidak ada' dia tidur. Thea yang
menyimpan ingatan selama masa itu.
Karen 1 berumur sepuluh tahun dan lahir pada 1969, berumur delapan tahun ketika
lahir dan tumbuh hingga dua tahun kemudian, lalu berhenti tumbuh pada usia
sepuluh tahun. Karen 1 sangat sensitif dan pemalu. Dia kesepian pada 1979, saat
dia bertemu dengan Josh, dan
keluguannya membuai pria itu tertarik. Dia mengidamkan pernikahan dan
mendapatkannya. Dia takut pada keributan, motifpokadoi, badut, bau kelapa dan
kohnye Brut. Dia menderita sakit kepala serta membenci ayah dan ibunya.
Juiiann berumur sebelas tahun dan lahir pada 1971 saat Karen berumur 12 tahun.
Jensen muncul dan melawan saat Karen diperkosa menggunakan sebuah gantungan baju
oleh saudara lakilaki neneknya Constantine. Jensen membalut bekas gigitan dan
meratakan dada Karen supaya dia menjadi lakilaki. Jensen ingin menyakiti semua
orang yang telah menyakiti kami. Jensen sangat membenci pria yang lebih tua.
Menurutnya jika mendapatkan kesempatan, mereka akan menyakiti kami.
Ann berumur 16 tahun, dan meskipun biasanya religius, dia telah kehilangan
keimanannya. Dia tidak bisa memahami mengapa ada begitu banyak kesedihan di
dunia ini. Ann lahir pada akhir '60-an atau awal '70-an. Dia belajar di sekolah
Katolik untuk Karen serta menjadi murid kesayangan guru dan kepala sekolahnya.
Dia bekerja di kantor, dan pergi ke gereja setiap hari. Kami semua selalu
membuatnya maki, sehingga dia sering mengakui dan menebus dosa. Dia selalu
merasa kami harus disalahkan karena keberadaan kami, dan hanya Tuhanlah yang
dapat mengampuni kami. Karen 2 berumur 21 tahun dan lahir pada 1969saat Karen berumur sepuluh tahun.
Karen 2 bersekolah, bekerja sebagai sekretaris bersama Katherine, dan melahirkan
anak laki-lakinya James. Dia tidak merasakan nyeri ataupun sakit kepala dan suka
bergaul dengan orang lain. Dia merasa beruntung dengan kehidupannya. Ketika dia
memulai proses persalinan anak perempuannya Sara Claire muncul dengan histeris,
dan dimulailah kekacauan total kami. Karen 2 tidur sejak 1985.
Karen 3 berumur 30 tahun dan lahir empat hari setelah kelahiran Sara pada 1985.
Dia adalah kelahiran terakhir kami. Dia terpilih untuk memulai terapi. Kamilah
yang memberinya semua ingatan yang disampaikannya kepada Anda. Dia depresi dan
ingin melakukan bunuh diri. Dia dapat merasakan sebagian dari kami, namun tidak
semuanya. Karen 3 adalah sosok yang paling sering Anda temui.
Aku meletakkan kertas-kertas itu dan memikirkan betapa anehnya seorang manusia
dapat bekerja dengan cara seperti ini. Ini adalah cara berbeda untuk berpikir
dan berfungsi, tapi menggunakan perangkat mental yang sama, otak yang sama,
seperti yang dimiliki oleh kita semua. Jika kita semua tumbuh dalam situasi
seperti yang digambarkan di surat itu, mungkin kita pun akan beroperasi dengan
cara seperti Karen. Aku memikirkan hubungan berjalinan rumit yang akan kita
miliki jika masingmasing dari diri kita mengetahui tentang irisan-irisan berbeda
dari diri kita. Jatuh cinta akan menjadi seperti terapi ini, ketika kita
perlahan-lahan berkenalan dengan semua bagian dan berusaha melibatkan mereka ke
dalam sebuah hubungan. Aku memerhatikan bahwa Holdon mengatakan dirinya dilahirkan sebelum Katherine.
Katherine mengatakan yang sebaliknya. Mungkin terdapat sedikit persaingan di
antara setiap sosok. Aku memerhatikan bahwa detaildetail kecil yang disampaikan
oleh sosoksosok yang berbeda sedikit tidak konsisten; bukan berkebalikan,
melainkan terdapat sedikit perbedaan di antara detaildetail itu. Aku tidak perlu
berpegang teguh pada satu versi saja pada titik ini; mungkin tidak masuk akal
untuk mengharapkan setiap sosok memiliki ingatan yang sempurna akan setiap
detail yang ada setelah beberapa dekade berlalu. Bahkan, aku terkesan melihat
betapa sistem Karen konsisten secara internal.
Selama masa ini, struktur sesi terapi berubah. Sekarang aku hanya menghabiskan
waktu singkat, pada awal terapi, bersama Karen (Karen 3), kemudian sesi
dilanjutkan dengan hipnosis supaya aku dapat berbicara dengan sosok lainnya.
"Saya merana sekali," kata Sandy, "tidak ada yang beres. Semua orang takut pada
orangorang yang datang pada malam hari ... Mereka tidak nyata; mereka cuma mimpi.
Julie, Thea, dan Jensen ingin mati. Juiiann takut si ayah akan datang dan
menyakiti mereka." "Apakah kamu bisa memberi tahu mereka bahwa itu hanya mimpi?"
"Mereka tidak mau mendengarkan saya. Ini membuat saya jengkel. Saya tidak mau
hidup di masa lalu. Semuanya mengingatkan saya pada masa itu; perkakas, kabel
listrik, peralatan makan perak, semuanya. Ingatan itu masih ada, bahkan bagi
saya." "Ini tentunya beban yang sangat berat bagimu," ujarku, "semua kenangan masa lalu
itu, saat kamu ingin terus maju."
"Yah, tapi Julie yang paling kesakitan. Dia tidak bisa bicara ataupun berjalan.
Bobot para pria itu masih menindih kakinya."
"Mungkin aku bisa bicara dengannya
"Tunggu sebentar," kata Sandy, dan dia segera mundur.
Karen terkulai di kursinya dan menjulurkan kedua kakinya, menyanggakan tumitnya
ke lantai. Matanya terpejam, dan entah bagaimana, wajahnya tampak lebih tembam,
seolaholah dia sekonyong-konyong menggembung di depan mataku.
"Bagaimana perasaanmu, Julie?" tanyaku.
"Saya kesakitan; sakitnya sampai ke perut saya," kata Julie, "rasanya seperti
ada penis di tenggorokan saya."
"Bisakah kamu menggerakkan kakimu?" "Sedikit." Julie bersusah payah menggerakkan
kakinya ke samping, seolaholah ada sesuatu yang menindihnya. "Seperti apakah
rasanya?" "Mereka menindih saya. Saya tak bisa bergerak. Saya tak bisa bernapas."
"Julie, kamu hanya bermimpi, teringat pada sebuah kenangan dari masa lalu. Para
pria itu tidak menyakitimu lagi sekarang."
"Tapi rasanya begitu!" Julie meronta-ronta dengan susah payah.
"Semua pria yang menyakitimu sudah meninggal," ujarku. "Perasaan yang kamu
dapatkan dari para pria masa lalu itu akan memudar." Aku berusaha memberikan
sedikit saran hipnotik. "Kamu akan merasakan bobot mereka sedikit demi sedikit
terangkat dari kakimu. Sekarang bahkan kamu sudah merasakan beban mereka
terangkat dari kakimu. Perlahan-lahan, kendali kakimu kembali pada dirimu. Para
pria itu telah pergi. Kamu tidak perlu takut terhadap mereka lagi."
"Saya merasa sedikit lebih baik, tapi bagaimana saya bisa percaya pada Dokter
bahwa mereka sudah pergi?"
"Tanyakanlah pada yang lebih tua darimu, terutama Katherine dan Holdon. Kamu
akan merasa lebih baik mulai saat ini."
"Entahlah ...."
22-1-95 yang terhormat Dr. Baer, Keadaan kami sedang tidak begitu baik. Saya rasa kami sakit. Saya membawa kami
ke rumah sakit untuk diperiksa oleh dokter kandungan. Kami merasakan kram perut
yang parah sejak Jensen memasukkan cairan antibeku ke dalam vagina kami. Julie
paling kesakitan. Saya mengkhawatirkan adanya keracunan. Karen juga mendapatkan banyak
masalah di rumah. Anakanaknya sepertinya tidak lagi menghormatinya. Saya yakin
ini diakibatkan oleh Josh yang selaki menjelek-jelekkannya. Kami semua menjadi
kebingungan dan terdisorientasi. Kami mulai membagi ingatan kami, dan itu
menyebabkan rasa tertekan yang teramat sangat.
Katherine "Bagaimana perasaanmu, Katherine" Aku sudah mendapatkan pesanmu."
"Tidak begitu baik. Jensen mencoba membersihkan dirinya dengan cairan
antibeku yang disemprotkan. Dia berharap organnya akan terbakar. Julie ?kesulitan bernapas dan berjalan, dan dia sangat kelelahan. Dia merasa sakitnya
paling parah saat Anda pergi."
"Bagaimana Jensen bisa muncul dan melakukan ini kepada kalian?" aku bertanya.
"Siapakah yang memutuskan siapa saja yang boleh muncul?"
"Alasannya berbeda-beda," kata Katherine, "tapi biasanya yang memiliki perasaan
terkuatlah yang bisa melakukannya."
"Sepertinya perasaan Jensen cukup kuat," ujarku. "Mungkin saya bisa berbicara
dengannya dan mungkin saya bisa menolong dia."
"Kami akan sangat menghargai usaha Anda, Dr. Baer."
"Mungkin kamu bisa mundur dan kita akan melihat apakah Jensen mau muncul dan
berbicara kepada saya."
"Baiklah." Karen memejamkan mata, dan tubuhnya tampak sedikit lebih kaku. Entah
bagaimana, dia kelihatan lebih kecil dan tegang. Dia nyaris berjongkok di
kursinya, bersiap melompat. Suaranya juga menjadi lebih nyaring,
dengan lebih banyak energi, namun pada saat yang sama juga lebih kecil.
"Aku ingin membunuh kami semua."
"Jensen?" "Yeah." Jensen terus-menerus menghindarkan pandangannya dariku.
"Mengapa kamu ingin membunuh kalian semua?"
"Karena badan ini sakit sekali. Dia menyakitiku dengan gantungan baju, dan aku
ingin membersihkan diri. Logamnya masih tertinggal di dalam vaginaku. Aku harus
membakarnya untuk mengeluarkannya, lalu menjahitnya supaya aku tidak jadi
perempuan lagi." Nah, yang satu ini cukup mengerikan, pikirku. Apa yang dapat kulakukan untuk
mencegah Jensen melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri" Kurasa langkah
pertamanya adalah berusaha membangun sebuah hubungan.
"Kamu disakiti menggunakan gantungan baju?" aku bertanya dengan lembut. "Apakah
yang kamu rasakan?" "Tidak seorang pun percaya saat aku membicarakan tentang
perasaanku. Kami harus menyendiri sepanjang waktu. Tidak ada yang mengerti
kami."214richard Baer "Pernahkan ada seorang lakilaki yang mengerti kamu?"
tanyaku, berusaha memancingnya.
"Tidak, tidak pernah ada. Semua lakilaki gemar menyakiti."
"Aku tahu ini hal baru bagimu dan aku tidak berharap kamu akan langsung
menerimanya begitu saja. Tetapi, aku sangat ingin memahamimu. Ini bagian
terpenting dari pekerjaanku, berusaha memahami, dan kurasa kamu bisa sangat
menolongku." "Aku bisa menolong kamu?" Jensen yang terkejut
kehilangan sedikit ketegangannya.
"Ya, kamu bisa menolongku," ujarku. Aku berhasil membuatnya tertarik.
"Sepertinya kamulah yang paling menderita akibat apa yang menimpa Karen. Aku
telah berusaha memahami semuanya dari ceritacerita yang bisa disampaikan oleh
sosoksosok lainnya kepadaku, tapi sepertinya kamu mengetahui bagian-bagian yang
sangat penting." Aku tahu aku lancang, tapi aku berusaha membangun
kepercayaannya supaya dia tidak menganggapku sebagai orang yang akan
menyakitinya, tetapi sebagai sumber kenyamanan emosional. Tindakanku ini bisa
dikatakan sebagai godaan secara langsung, namun kadangkadang ini perlu
dilakukan. "Kamu ingin tahu tentang apa?" tanya Jensen.
"Yah, ceritakanlah tentang ingatan pertamamu."
"Oh, itu gampang. Karen ditusuk vaginanya oleh Constantine, adik neneknya.
Kurasa lelaki itu idiot. Dia tua dan buruk rupa. Saat itu, Karen sedang bertugas
mengawasinya karena harus ada orang yang menemaninya. Dia menjejalkan lidahnya
ke mulut Karen. Aku melawan. Aku menendangnya sampai dia kesakitan. Vagina Karen
berdarah dan ada bekas gigitan di dadanya. Aku membalutkan perban di dadanya
agar dia tidak kelihatan seperti anak perempuan."
"Kamu berusaha melindungi Karen agar tidak disakiti?" Aku harus mengatakan
sesuatu untuk menyingkirkan keraguan bahwa tidak seorang pria pun akan mengerti
dirinya. Hal-hal kecil seperti ini semestinya bisa membantu.
"Ya. Itu tidak gampang, dan aku tidak selalu di sana sepanjang waktu."
"Dan kalau kamu bisa menghilangkan vagina Karen, mungkin dia tidak akan disakiti
oleh pria." "Ya! Hanya perempuan yang bisa disakiti. Kalau kamu bukan perempuan, mereka
tidak akan mengganggumu."
"Sudah lama berlalu sejak para pria menyakiti vagina Karen. Sebenarnya mereka
semua sudah mati sekarang. Tidak ada lagi yang masih bisa menyakiti Karen
seperti itu, jadi kamu tidak perlu melindunginya dengan merusak vaginanya.
Tindakanmu justru membuatnya kesakitan seperti yang dilakukan para pria itu."


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oh! Bukan itu maksudku! Aku hanya berusaha membantu."
"Tentu saja, Jensen. Kamu berusaha menyelamatkan Karen." "Ya!"
Aku memang sedikit agresif, tapi aku tidak sabar ingin menghentikan Jensen
menyakiti tubuh Karen. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku berharap dapat
berbicara lagi dengannya, dan sepertinya dia bersedia.
PADA AWAL Februari, aku menerima surat yang sepertinya ditulis sebagai usaha
bersama, dengan sosoksosok yang secara bergiliran menulis untukku.
Dokter Baer yang baik. Aku mimpi buruk. Aku tidak mau kamu pergi. Maukah kamu datang ke rumahku dan
mengusir monster jahat itu, dia datang waktu malam dan aku melihatnya. Maukah
kamu memegangi tanganku dan menemaniku agar dia pergi. Terima kasih. Salam
Claire. Dr. Baer, Ingatkah Dokter saat kami bertanya tentang eutanasia" Bagaimana pendapat Dokter.
Rasa sakit ini tidak tertahankan lagi.
Sandy Aku menulis untuk Sidney, dia ingin kamu tahu bahwa dia ingin bermain denganmu
di dapurmu. Kata Sidney, kalau kamu mau bermain kartu dengannya dia mau
bercerita sedikit. Miles Dr. Baer, Apakah penyatuan kembali akan menolong kami"
Sandy Bagaimana dengan masalah kesehatan kami. Apakah kami sakit diabetes atau apa"
Saat saya muncul saya sakit. Saya pusing sepanjang waktu.
Julie Hai Dr. Baer, Kami baik-baik saja sebagian dari kami saling berbagi ingatan, kadangkadang ini
menimbulkan kebingungan, tapi saya rasa ini menarik. Kami semua berusaha berbagi
tempat di tubuh Karen. Kadangkadang kami sakit kepala berkepanjangan, aroma-
aroma tertentu membuat kami mual (seperti kohnye Brut) tapi kami mampu
menahannya. Berkali-kali kami nyaris berbuat dosa namun Tuhan masih mengawasi
kami. Kami juga berusaha memutuskan apakah kami mau atau tidak mau dikremasi
jika kami meninggal. Saya merasa kami akan meninggal dalam waktu dekat ini, dan
kami akhirnya akan menemukan kedamaian. Kami gelisah sejak kematian Nenek pada
1985. Ann Jelas bahwa setiap sosok bersemangat dalam berkomunikasi denganku dan mereka
menemukan cara termudah untuk melakukannya, yaitu menulis. Yang membuatku heran
adalah betapa berbedanya setiap sosok tersebut. Masingmasing memiliki pendapat
dan kekhawatiran sendiri. Kecuali Katherine dan Holdon, yang
turut menua bersama Karen, sosoksosok lainnya berhenti tumbuh. Pada saat yang
berbeda bagi setiap sosok, waktu berhenti, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
ketika itu, seperti pada Claire saat dia berusia tujuh tahun, masih terjadi.
Seolaholah setiap sosok terkurung selamanya di dalam sebuah siksaan tanpa ujung.
Kedengarannya seperti di neraka.
Aku telah lama memikirkan apakah Karen dapat me-manfaatkanku sebagai seorang
ahli terapi. Bagaimana dia tahu bahwa dia dapat menemukan seseorang untuk
dipercaya dan dimintai pertolongan" Bagaimana dia dapat meyakini bahwa hubungan
semacam itu memang ada" Biasanya, seseorang membutuhkan pengalaman menjalani
hubungan yang baik sebelum mereka sungguhsungguh meyakini dirinya mampu
melakoninya. Karen tidak mengalami hal itu bersama orangtuanya. Aku tahu bahwa
Karen takut kehilangan diriku; dia takut aku akan mati, atau aku akan kehilangan
ketertarikan, atau dia akan membaik dan aku berhenti menemuinya, atau ceritanya
akan menjadi terlalu mengerikan dan aku akan mengangkat tangan semacam itulah. ?Perasaan Karen terhadap hubungan kami begitu rapuh, namun aku terkesan karena
dia mampu bertahan hingga sejauh ini. Sebuah pesan dari Karen menolongku dalam
memahami bagaimana hal ini terjadi.
Saya ingat pernah menghabiskan banyak waktu pada malam hari untuk duduk dan
mengobrol dengan nenek saya. Kami membicarakan tentang dengan nenek saya. Kami
membicarakan banyak hal termasuk sosoksosok lain di dalam diri saya. Nenek saya
bisa berbicara dengan Ann, Julie, Sidney, Claire, dan Holdon. Kenangan ini mulai
kembali ke ingatan saya. Nenek saya tidak bisa melaporkan penganiayaan yang saya
alami, tapi beliau memahami bahwa
sosoksosok lain saya merasa sakit; beliau mengerti bahwa saya harus menjadi
orang lain untuk bisa bertahan. Saat saya menginap di tempatnya, beliau akan
dengan lembut membawa saya kembali ke ranjang jika saya berjalan dalam tidur
atau kehilangan waktu. Saya cukup sering menghabiskan waktu bersama nenek saya.
Beliau bagaikan ibu kedua bagi saya. Saya belajar untuk bersikap santai di
hadapannya saat saya kehilangan waktu. Beliau membuat saya merasa penting dan
saya pun berpikir bahwa mungkin pada suatu hari nanti saya akan menemukan
seseorang yang bisa memahami saya seperti beliau. Saya menyadari bahwa seseorang
itu adalah Anda dan saya takut karena mengetahui bahwa suatu hari nanti. Anda
akan berhenti merawat saya. Saya takut kehilangan Anda.
Aku tidak yakin bahwa pengalaman Karen bersama neneknya secara khusus
mempersiapkannya untuk menemukan diriku, namun aku memang berpikir bahwa
hubungan itu memberinya fondasi untuk memercayai, yang memang dibutuhkannya.
Setelah hubungan terapeutik-ku dengan Karen semakin kokoh, aku meminta beberapa
sosok untuk memerhatikan saat sosoksosok yang lain memegang kendali. Salah satu
saran yang kuberikan kepada mereka adalah mengunjungi makam si kakek untuk
menunjukkan kepada semua sosok bahwa pria itu telah meninggal. Banyak di antara
mereka masih meragukan kebenaran hal ini.
Aku terutama mendorong Karen (yang secara teratur datang menemuiku) untuk
menyaksikan saat Katherine muncul. Dia melakukan hal ini untuk pertama kalinya
pada awal Maret 1995. "Apakah yang kamu lihat?" tanyaku.
"Saya tahu bahwa kami ada di supermarket, tapi saya tidak bisa merasakan tubuh
saya," kata Karen. "Saya melayang, seperti perasaan yang Anda dapatkan saat lift mulai turun. Saya
juga kebingungan, seolaholah pikiran saya berada di dua tempat berbeda dalam
satu waktu. Saya tidak takut pada apa pun."
"Apakah yang kalian semua lakukan?"
"Tidak banyak. Membeli persediaan makanan dan produk pembersih. Pekerjaan itu
sangat efsien. Kami punya sebuah daftar dan kami tahu tempat segala macam
belanjaan di toko itu."
"Kedengarannya sangat menarik. Saya harap kamu bisa lebih sering berbagi waktu
dengan Katherine." Dalam sesi hipnosis, aku berkesempatan mendengarkan cerita
versi Katherine dari pengalaman yang sama tersebut.
"Bagaimanakah perasaanmu, Katherine?"
"Saya tidak yakin apakah Karen ingin menyaksikan saya. Rasanya aneh; saya bisa
merasakan perasaannya. Saya tidak pernah melakukan ini dengannya sebelumnya."
"Kamu pernah melakukannya dengan yang lain?"
"Yah, saya dan Holdon sudah sering muncul bersama. Kami berdampingan, seperti
bayangan cermin masingmasing mitra. Masingmasing dari kami melakukan pekerjaan ?yang tidak bisa dilakukan oleh yang lain."
"Apakah yang lain juga berbagi waktu denganmu?" Aku tertarik untuk mengetahui
seberapa feksibelnya sistem Karen menyangkut pembagian waktu. Seberapa kokohkah
batasan dari setiap sosok"
"Kadangkadang saya bisa sedikit bersantai dan membiarkan yang lain muncul."
"Kapankah kamu melakukan ini?"
"Oh, katakanlah saat salah satu anakanak itu harus ditenangkan, dan mereka ingin
menonton flm atau apa, saya bisa membiarkan mereka."
"Bisakah kamu muncul kapan pun kamu mau?"
"Seringnya begitu. Saya tidak muncul saat kami sedang bersama si ibu. Sandy yang
biasanya berurusan dengan si ibu. Sandy tidak mau berbagi waktu."
"Akan sangat membantu jika kamu bisa lebih banyak berbagi waktu dengan Karen.
Saya rasa ini baik untuknya."
"Baiklah. Akan saya coba."
Kupikir jika aku menyarankan Karen dan Katherine berbagi waktu, penghalang di
antara mereka akan berangsur-angsur memudar, hingga akhirnya menghilang.
Kemudian, kami dapat melakukan ini dengan yang lain, satu per satu. Teknik ini
dijelaskan di dalam beberapa buku atau artikel yang telah kuteliti.
Pada sesi berikutnya, Karen datang dengan mengempit sehelai amplop manila besar
berisi benda menggembung. Dia duduk memangku amplop tersebut, menunduk, dan
sikapnya menunjukkan perpaduan antara keakraban dan ketakutan. Aku mengangguk ke
arahnya, menunjukkan bahwa aku tertarik. Dia mengulurkan amplopnya kepadaku,
lalu menyandarkan diri dengan lega, seolaholah senang karena berhasil
menyingkirkan benda itu. "Bolehkah aku melihatnya?" aku bertanya. Karen mengangguk, menggigit bibir. Aku
mengintip ke dalam amplop tersebut dan mulai mengeluarkan isinya. Pertama, ada
kotak kecil yang terbuat dari kayu cedar, bergambar sebuah keluarga Indian
dengan seorang pria yang duduk mengisap pipa, seorang wanita, dan seorang bocah
yang duduk di tanah. Bocah itu telanjang, dan tempat kemaluannya berada tertutup
oleh coretan pensil tebal. Terdapat beberapa goresan melingkar di atas dan
sekeliling pria itu. Ada tanda "+" kecil di tengah setiap goresan. Dugaanku,
goresan itu dibuat dengan cara menusukkan obeng secara berulangulang. Terdapat
tulisan "Knott's Berry Farm" di tepinya. Aku menunjukkan kotak itu kepada Karen.
"Apakah ini?" tanyaku.
"Ini kotak kesakitan. Ini pemberian nenek saya. Kata beliau, saya bisa
memasukkan rasa sakit ke dalamnya dan menutupnya lagi. Katanya, beliau juga
punya kotak seperti ini saat beliau masih kecil." Penganiayaan multigenerasi,
pikirku. "Dan ini?" aku menunjukkan sebuah pembuka kacang berwarna emas yang dibuat
secara asal-asalan, berbentuk tubuh wanita dari pinggang ke bawah, dengan engsel
di bagian pinggulnya, sehingga kedua kakinya dapat dipisahkan dan kacang dapat
dibuka dengan cara memasukkannya ke sela-sela pahanya.
"Itu dipakai untuk menjepit saya, puting susu dan jari saya." Karen tampak muak
dan berusaha tidak menatapku secara langsung saat aku memeriksa isi amplop yang
dibawanya. Aku mengeluarkan beberapa benda lagi, semuanya berwujud perkakas,
beberapa obeng tua bergagang kayu, sebuah palu kecil murahan, dan tang pemotong
kabel yang berat. "Alatalat itu digunakan untuk menyakiti saya. Sebagian dipakai untuk menjepit
saya; sebagian lagi dimasukkan ke tubuh saya." Dia terdiam dan menatap ke luar
jendela dengan ekspresi kesakitan di wajahnya.
"Sepertinya saya ingin muntah. Bolehkah saya menggunakan kamar mandi Anda?"
Karen cepatcepat bangkit dari kursinya dan menghambur ke kamar mandi, yang
terletak beberapa meter dari tempat kami duduk.
Dia menghabiskan waktu sekitar dua menit di dalam. Tidak ada suara yang
terdengar, sehingga aku menduga dia hanya menenangkan diri.
"Maafkan saya," katanya, "bendabenda itu menghadirkan lagi bayangan yang membuat
saya mual." "Aku juga minta maaf. Mungkin sebaiknya kita tak perlu memeriksa sisanya?"
"Tidak, silakan saja, Anda boleh melanjutkan."
Sekali lagi, aku melihat isi amplop dan mengeluarkan seutas kabel telepon tua,
kabel elastis, sebuah buku (Born to Win), sebuah potongan kolom Ann Landers,
sebuah patung kuningan kecil berbentuk tangan yang menadah dalam pose berdoa,
dan beberapa foto keluarga. Aku menyingkirkan kabel-kabel itu; aku tidak
memerlukan penjelasan lebih lanjut tentangnya. Lalu, aku membaca kolom Ann
Landers. "Begitulah perasaan saya, kadangkadang," kata Karen.
Kolom itu menceritakan narasi fktif seorang remaja yang terbunuh dalam sebuah
kecelakaan mobil, yang menyaksikan peristiwa pemakamannya sendiri.
"Kamu membayangkan bagaimana orangorang akan bereaksi terhadap kematianmu?"
"Sepanjang waktu."
"Bisakah kamu menceritakan foto-foto ini?" Aku mengacungkannya satu per satu.
"Itu foto keluarga kami saya, Josh, James, dan Sara. Itu saya dan Josh saat ?kami baru menikah. Itu kakek dan nenek saya."
Tidak ada yang istimewa dengan foto-foto ini. Aku berusaha melihat sirat jahat
di wajah kakeknya. Kalaupun ada, ekspresi itu hanya terlihat samarsamar, dan
wajah neneknya tampak hampa, tanpa ekspresi.
"Haruskah kita mencari tahu pendapat sosoksosok yang lain tentang barang-barang
ini?" Karen bersandar dan memejamkan mata, menantiku mengatakan katakata yang
bersifat menghipnosis. Setelah dia berada dalam kondisi trance, aku menanyakan
apakah ada yang ingin berbicara dengan kami.
"Ada juga yang lain."
"Miles?" Miles mengangguk. "Apakah maksudmu, yang lain?"
"Lakban, jarum suntik, gergaji. Mereka bilang akan memotong leherku. Si ayah
mengambil gergaji dan menggores tenggorokanku dari kuping ke kuping. Lalu,
mereka semua tertawa terbahak-bahak. Mereka pikir itu sangat lucu. Aku harus
bilang aku menyukainya, atau mereka akan benar-benar melakukannya padaku!"
Segera setelah aku berhasil menenangkan Miles, Claire muncul.
"Bisakah kamu menyuruh mimpi buruk itu pergi?"
"Ya," jawabku, mengenali suara Claire, "saya harap begitu. Karen membawakan
alatalat itu supaya saya bisa menghancurkannya, supaya mereka tidak akan pernah
menyakitimu lagi. Apa yang kamu lihat saat mendapatkan mimpi buruk"
"Aku tidak mau membicarakannya."
"Kadangkadang, jika kamu mau membicarakan pikiran yang mengganggumu, mereka
tidak akan kembali untuk menakut-nakutimu di dalam mimpimu." Claire meronta-
ronta dan mulai menangis.
"Orangorang itu mencubit dan menjepitku di sini," katanya, menangkupkan
tangannya ke payudaranya, "dan di sini" tangannya menunjuk perutnya-"dan di ?sini." Dia menggeserkan tangannya ke selangkangannya,
mengernyit kesakitan, dan terisak-isak nyaring. Aku duduk diam selama beberapa
menit saat Claire mengingat kembali rasa sakitnya.
"Aku tahu kamu masih merasakannya, Claire," ujarku, "tapi itu sudah lama
berlalu. Orangorang itu sudah pergi, alatalat ini tidak akan menyakitimu lagi
dan tubuhmu sudah sembuh dan terbebas dari sakit. Kamu sebaiknya membagi ingatan
ini dengan Karen, sehingga kamu tidak harus menanggungnya sendirian. Maukah kamu
membaginya dengan Karen?"
"Oke, aku akan mencobanya." Dia terus bersedekap dan menggosok-gosok tempatnya
disakiti. "Apakah ada hal lain yang kamu ingat, Claire?"
"Satu lagi." "Ya?" "Tangan yang berdoa itu "Ya?"
"Mereka memakainya untuk menampar wajahku berkali-kali."
KETIKA ITU awal April 1995, dan Jensen menyampaikan sebuah kabar untukku.
"Aku membeli burung kakatua," kata Jensen.
"Ceritakanlah tentang burung itu."
"Si pemilik toko hewan peliharaan, Gary, adalah temanku karena itulah aku
?muncul. Dia memperbolehkanku melihat semua binatang di tokonya. Gary sendirilah
yang menyarankan agar aku membeli burung kakatua."
"Apa kamu menyukai burung?"
"Ya! Nenek Karen selalu menyukai burung."
"Apa yang membuatmu menginginkan binatang
peliharaan sekarang?"
"Tidak seorang pun pernah bicara denganku. Yah, Miles kadangkadang mau, juga
Katherine dan Holdon, tentu saja. Jadi, aku lebih sering sendirian, tapi
sekarang aku punya burung."
"Mungkin burung itu bisa menolong kita."
"Bagaimana caranya?"
"Kamu bilang, semua sosok menyukai burung. Mungkin kalian semua bisa merawatnya
bersamasama" Dengan cara itu, kamu akan bisa berbicara dengan semua orang."
Sebelum menghadiri sesi itu, Jensen membuat gambar seekor burung untukku. Dia
menamainya Link karena burung itu adalah saluran yang menghubungkan dan
mendekatkan seluruh sosok di dalam diri Karen.
Di sepanjang sesi hipnosis ini, dan dalam banyak surat yang kuterima pada
pertengahan 1995, kenangan tentang penganiayaan di rumah duka dan pabrik
disampaikan berulangulang oleh sosoksosok yang berbeda, yang masingmasing
mengalami siksaan berlainan. Setiap sosok menambahkan detail baru nama-nama, ?perkakas-perkakas yang digunakan, panggilan telepon, bermacammacam cara Karen
disakiti. Cerita tentang kejadiannya sendiri tidak pernah berubah, namun
ceritacerita itu terdengar lebih nyata dan jelas saat detail-detailnya semakin
lengkap, bagaikan lukisan yang berubah dari hitamputih menjadi berwarna, dengan
setiap langkah pewarnaan dilakukan oleh tangan yang berbeda. []
13 Pohon Silsilah KAREN TERPINCANG-PINCANG memasuki kantorku, menumpukan tubuh pada salah satu
kakinya, dan tersembunyi di balik tepi lengan kiri bajunya terdapat semburat
memar berukuran besar. Memar juga terdapat di bagian luar tungkai kirinya. Dia
menjatuhkan diri ke kursinya dan air mata seketika membanjiri wajahnya. Aku
duduk dan menanti. Karen beberapa kali berusaha berbicara, tapi dia gagal dan
kembali terisak-isak. Setelah beberapa menit seperti ini, dia cukup tenang untuk


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa berbicara. "Josh bersikap seolaholah ini tidak pernah terjadi!" Dia kembali menangis.
"Apakah kamu sudah menelepon polisi?"
"Saya tidak ingat apa tepatnya yang terjadi. Saya kehilangan waktu, tapi muncul
kembali tepat setelah Josh memukul kaki saya dengan penyerut kayu. Dia sedang
mabuk. Dia membentak-bentak saya, menyuruh saya menutup telepon dan mengambilkan
bir dan rokok untuknya. Saya sedang menelepon, dan ibu saya membentak-bentak
saya. Lalu, saya tidak ingat lagi, tapi saya rasa kami bertengkar; saya
kehilangan waktu. Pagi ini Josh bersikap seolaholah semuanya baik-baik saja,
seolaholah tidak ada yang terjadi."
"Kamu seharusnya tidak membiarkan hal seperti ini terjadi," aku mendesaknya.
"Aku tahu ini berat bagimu, tapi jika Josh memukulmu, kamu harus menelepon
polisi, bahkan jika kamu harus keluar dan menggunakan ponselmu. Jelas dia
berpikir dia boleh memukulmu, dan kamu akan melupakannya. Dia berharap entah
bagaimana kamu akan kehilangan waktu. Tapi, kamu semakin jarang kehilangan
waktu, dan kamu harus menghentikan pemukulan ini, bukan hanya bersembunyi
darinya di dalam kepalamu." Karen mulai terisak-isak lagi.
"Lebih mudah bagi saya untuk kehilangan waktu. Saya kehilangan waktu saat pergi
kemari. Saya kehilangan waktu sepanjang hari."
"Jika kamu menghadapi semua ini dengan kehilangan waktu, pemukulan itu akan
terus berlanjut. Kamu akan berhasil bersembunyi, tapi tidak akan bisa
menghentikannya." "Tidakkah itu cukup baik?"
"Apakah ini cukup baik?" Aku mengangguk ke arah kakinya. Dia menunduk memandang
memar di kakinya dan berpikir cukup lama.
"Tidak," dia mengakui, lalu kembali terisak-isak. Aku membiarkannya merenungi
perjuangan yang telah dilewatinya. "Saya belum tidur sejak lima hari yang lalu,"
katanya. "Saya beralih terus-menerus. Kadangkadang saya tidak bisa menangani apa
pun dan bersembunyi. Kadangkadang saya bersembunyi selama seminggu atau sebulan,
atau bahkan setahun."
"Ke mana kamu pergi saat bersembunyi?"
"Saya masuk ke kamar saya."
"Kamarmu?" "Ya, di rumah."
"Di rumah?" "Ya, di dalam." "Oh.
"Aku tidak terlalu memahami penjelasan Karen, dan waktu kami telah habis. Pada
minggu itu juga, aku menerima sebuah amplop. Di dalamnya terdapat sebuah buku
tulis. Buku itu diisi dari 31 Maret 1995 hingga 4 Mei 1995, diawali oleh surat
Katherine untukku. Gambar pertama yang terdapat di dalam buku itu adalah sebuah diagram yang
menunjukkan pembagian kepribadian Karen ke dalam sosoksosoknya. Tanda panah
menunjukkan garis komunikasi.
Aku tidak yakin harus berbuat apa terhadap si Jahat. Sosok ini tidak pernah
menunjukkan diri, karena setiap kali Karen menyakiti dirinya sendiri, ternyata
salah satu sosok yang sudah pernah berbicara dengankulah yang bertanggung jawab.
Di samping diagram ini terdapat beberapa surat: salah satunya menjelaskan
tentang pembelian Link; dua di antaranya ditulis oleh Miles, yang mengeluh
dirinya ketakutan dan sering mendapatkan mimpi buruk karena tidak bisa melupakan
kenangannya. Terdapat pula sebuah surat sedih yang ditulis oleh Claire, sebuah
permohonan perpanjangan sesi dari Holdon, dan beberapa potongan ingatan yang
menceritakan berbagai peristiwa selama tahuntahun awal kehidupan Karen. Sebuah
lema berjudul "Suatu Hari dalam Kehidupan Kami" berbunyi sebagai berikut:
31 Mo/el f 995 2)1 halaman i&tikdd UU kami oMau Ms**x&l$a
mmu/dl ceuia ifanq. ituutcui di dalam inaalaa -
kami. Kami menudadkoK-kakaia tict-tq- testltaiJer r mUhA M&udU-adalaA Sxliatui,
kami altan - r J' dia akan tneMittii-uta. Kami iuqa akatt IseiadaMa
t 'r m&uh&Ukat'i-ia^uiak mlfismadi tmlatta-Safest
r r w ietak&fia cenila UU kepada, Attda. $aua tidak, r' r
toko. ajiaJzaA Uii mmakm djlakideaji-, fejti kami
maUi meaoUiia Anda dalam msiioloaa kawi. 't w
Helaan hsnmat, r /KallteAUte Hari ini Katherine terbangun pada pukul 7.15, dan membangunkan Sara dan James
untuk bersiap-siap ke sekolah, membuat sarapan, membuat bekal makan siang, dan
mengantarkan mereka ke sekolah. Setelah anakanak pergi, Katherine tidur untuk
beristirahat, dan Sandy muncul untuk sarapan bersama temannya, Peg, pada pukul
8.30. Sandy lelah dan masuk, dan Karen 2
t r'?7-A >kx*jrtM 'b muncul dan berbelanja pada pukul 10.30. Karen 2 ti dak bisa membawa belanjaan,
sehingga dia masuk dan Holdon membawa belanjaan ke rumah. Katherine kembali
muncul un tuk memilahmilah belanjaan. Setelah itu, Katherine masuk kembali, dan
Karen terbangun (14.00). Karen tidur sepanjang siang hingga dia mengantarkan
Sara ke kelas se/uncur es (17.20-18.06). Karen membawa Sara pulang dan Ann
muncul untuk mengambil tugasnya dari gereja. Ann pulang, Holdon membawa
bawaannya, dan Karen mengantarkan kembali Sara ke kelas se/uncur es ainnya dari
pukul 19.15-20.00. Setelah kelas seuncur berakhir, Claire ingin minum milk shake
cokelat, sehingga Holdon mengantarkan kami dengan mobil ke Jean's Ice Cream
untuk membeli mi/k shake untuk kami dan sundae untuk Sara. Karen muncul untuk
mengemudi pulang dan menyiapkan anakanak tidur.
Menurut Karen, ini adalah hari yang bisa dikatakan
datardatar saja karena mereka tidak bertemu dengan ibunya, dan tidak seorang pun
merasa marah. Lema tersebut menyebutnyebut "Karen". Aku memikirkan apakah itu
berarti Karen 3. Terdapat pula potongan tulisan pendek yang berbunyi sebagai
berikut: Hari yang melelahkan! Karen mendapat mimpi buruk, dan kami membiarkannya tidur
seharian. Miles muncul untuk me nonton pertandingan basket bersama James,
Katherine me war nai telur untuk Paskah, Sandy menghias keranjang anakanak, Ann
membawa keranjang-keranjang itu ke gereja untuk diber kati, Juiiann membersihkan
rumah, dan Holdon mengambil pesanan daging.
Beginilah cara Karen berfungsi sepanjang hari, setiap hari, dalam menjalani
rutinitas dan menghadapi krisis. Ini adalah sebuah strategi kehidupan yang
menakjubkan dan rumit, namun strategi ini tidak menyisakan ruangan untuk
pertumbuhan. Meskipun begitu, stabilitas sistem ini masih membuatku takjub.
Akhirnya, terdapat sebuah diagram di buku catatan itu: arsitektur dunia internal
sistem tersebut. Beginilah Karen selalu menjaga supaya setiap sosoknya tetap terpisah. Dia
menciptakan sebuah rumah mental, yang didasarkan pada rumah masa kecilnya,
dengan sebuah tempat bagi setiap sosok: di sebuah ruangan terpisah atau di
bagian tersendiri dalam sebuah ruangan yang digunakan bersamasama. Menariknya,
dia menempatkan "ruangan aman" tempatnya bersembunyi di dalam rumah internalnya.
Saat malam telah larut, mereka semua dapat berkumpul di ruang pertemuan dan
duduk di meja oval. Karen tidak pernah menghadiri pertemuan ini.
Pertemuan ini dipimpin oleh Holdon, dan mereka mendiskusikan tentang hari itu
dan hari berikutnya. Setelah diskusi itu, Katherine dan Holdon akan mengambil
keputusan terakhir tentang apa yang sebaiknya mereka lakukan. Jika sosoksosok
itu tidak sependapat, hari berikutnya tidak akan berjalan sesuai rencana.
Di buku catatan itu, Holdon menulis pesan singkat untuk memohon perpanjangan
sesi terapi, supaya dia mendapatkan cukup waktu untuk menceritakan
kekhawatirannya. Aku mengatur hal tersebut, dan kami mendapatkan tambahan
setengah jam untuk sesi berikutnya.
Karen duduk di kursinya dan memandang diagram yang menunjukkan semua ruangan.
Dia belum pernah melihat gambar itu. Dia memandangnya cukup lama.
"Apakah yang sedang kamu pikirkan?" tanyaku.
"Nama-nama ini, ruangan-ruangan ini, semuanya saya kenal dengan baik, seolaholah
saya mengingatnya dari sebuah mimpi. Saya tidak benar-benar mengerti."
"Kurasa diagram ini dibuat supaya saya bisa lebih memahami dirimu. Menurutku,
kamu akan memahaminya seiring waktu."
"Begitu juga tidak apa-apa, saya rasa."
"Holdon menyebutkan bahwa dia ingin menghabiskan waktu lebih lama untuk
berbicara denganku. Mungkin kita bisa memulai sesi hipnosis kita?"
"Baiklah." Karen bersandar di kursinya, dan aku memulai rutinitas relaksasi dan
induksi. Saat Karen berada dalam kondisi trance, aku membimbingnya memasuki
tempat amannya, lalu ke ruang pertemuan, tempat, ternyata, semua sosok dapat
menampilkan dirinya kepadaku melalui Karen. Aku tidak pernah mengetahui sosok
mana saja yang paling layak diajak bicara, sehingga aku selalu membiarkan mereka
memilih sendiri. Karen bergeser di kursinya dan menunjukkan postur yang kukenal
sebagai ciri khas Miles, namun kali ini dia membuka mata, memicingkannya karena
silau, dan memandang ke sekelilingnya.
"Terang sekali!" Dia memandang ke luar jendela dan mundur saat melihat jarak
empat puluh lantai di bawahnya. Dia kembali memandangku.
"Miles?" "Ya." "Kamu membuka mata."
"Ya, kata Holdon aku bisa melakukannya." "Kamu tidak tahu?"
"Tidak, kamu tidak pernah bilang aku bisa." "Oh, maaf, aku tidak tahu
"Bicara di dalam kegelapan membuatku merasa seperti berada di dalam shandy. Si
ayah menyebutnya begitu."
"Seperti apakah keadaan di shandy?"
"Itu gudang tempat menyimpan perkakas. Saat kami nakal, kami dikurung di shandy.
Di sana dingin dan gelap. Lantainya semen abu-abu. Lantai itu terasa dingin jika
kami tidak memakai baju. Di sana juga ada tangga. Kadangkadang, kami diikat ke
tangga itu. Sekali waktu, si ayah pernah melemparkan kucing ke sana saat kami
diikat ke tangga. Kucing itu juga sangat ketakutan. Kupikir ia akan mencakarku,
tapi ternyata ia sangat tenang dan tidak berbuat apa-apa. Aku masih sering
tinggal di sana, atau di garasi."
"Ke mana lagikah kamu bisa pergi?"
"Yah, aku bisa masuk ke ruang dingin atau ruang pertemuan, setelah hari gelap,
saat ruangan-ruangan itu gelap, saat Karen menutup mata."
"Apakah ada yang terjadi di benakmu sekarang ini?"
"Aku sedang bertengkar dengan Sandy. Dia ingin pergi ke kuburan si ayah bersama
si ibu, tapi aku tidak mau. Aku takut dia akan muncul dari dalam tanah dan
menangkap kami." "Dia telah meninggal sekitar setahun yang lalu," aku mengingatkannya.
"Ya, kata mereka sekarang peringatan setahun dia meninggal."
"Apakah yang terjadi?"
"Aku ingin melukai diriku. Kupikir jika aku melakukannya, tidak akan ada yang
bisa pergi ke kuburan."
"Bagaimana hal itu bisa mencegah yang lain pergi ke kuburan?"
"Jika kami pergi ke sana, kami akan mengingat dia dan siksaannya kepada kami,
jadi aku akan menyakiti kami untuk menyingkirkan rasa sakit yang kami ingat."
"Aku tidak mengerti."
"Rasa sakit selalu berhasil."
"Benarkah, bagaimanakah cara kerjanya?"
"Rasa sakit di luar menjadikan rasa sakit di dalam berkurang."
"Maksudmu, kalau kamu melukai bagian luar dirimu, rasa sakit di dalam hatimu
akan berkurang?" "Ya."
"Dari manakah kamu mengetahui hal ini?"
"Mana aku tahu. Jensen juga begitu."
"Aku ingin mencoba menolongmu menemukan cara lain untuk membuat rasa sakit di
hatimu berkurang. Bisakah kita melakukannya?" "Oke, tentu."
Setelah Miles mundur, Karen duduk setegak-tegaknya di kursinya serta berbicara
secara langsung dan jelas kepadaku.
"Dr. Baer, ini Holdon. Saya tidak bisa lagi mempertahankan benteng. Sistem ini
mulai hancur!" "Holdon, kamu sepertinya sangat cemas. Apa sebenarnya masalahnya?"
"Ingataningatan kami dibagi oleh semua sosok. Sosoksosok itu menjadi kurang
menonjol, dan ini mengakibatkan kebingungan. Saya biasanya memutuskan kapan dan
sosok mana yang sebaiknya muncul. Sekarang, mereka muncul semau mereka!"
"Mengapa itu kamu anggap sebagai masalah?"
"Karena mereka mulai merasakan hal-hal yang tidak pernah mereka rasakan
sebelumnya. Ini juga memengaruhi saya. Saya menjadi sering gemetar, tangan saya
gemetar saat saya menulis dan mengemudi; lengan saya mati rasa!"
"Apakah kamu khawatir sebagian sosok akan sakit atau melakukan sesuatu yang
bersifat merusak?" "Ya, Dr. Baer." Holdon sedikit mengangkat bahu dan mengangguk ke arahku. "Anda
harus mengenal mereka seperti saya mengenal mereka."
"Bagaimana kalau kita memulainya" Apakah yang sebaiknya saya ketahui?"
"Dari mana saya bisa memulai" Berbagai hal memengaruhi kami secara berbeda."
"Berbagai hal, berbagai hal apa?"
"Yah, seperti alkohol, misalnya; alkohol memengaruhi kami secara berbeda; itu
berbahaya." Holdon berbicara dengan cepat, seolaholah dia ingin menyampaikan
banyak informasi dalam waktu singkat. "Alkohol tidak memengaruhi saya, tapi
minuman itu menjadikan Sidney urakan, menjadikan Miles lebih galak, dan
menyebabkan Claire mengalami koma. Ini terlalu sulit untuk dikendalikan. Kami
tidak akan bisa meninggalkan si suami hingga kami semua bisa bersikap dengan
baik. Kami tidak akan bisa bertahan."
"Karen menyebutkan kepadaku bahwa tidak semua sosok membutuhkan kacamata seperti
dirinya." "Betul, kami semua berbeda. Kami lahir pada waktu yang berbeda dan untuk alasan
yang berbeda. Katherine memiliki kepintaran, saya menjaga supaya semua hal tetap
terkendali, dan Karen Boo tetap menjadi bayi yang
mengesalkan orangtuanya. Julie dan Juiiann terbelah dari Katherine saat dia
merasa sakit. Juiiann lahir untuk menulis tentang rasa sakit itu. Kari merasakan
kepedihan dan kejahatan. Ann merasakan kebaikan; dia berusaha tetap menjaga iman
Kristen-nya dan menjauh dari orangorang yang memiliki kecenderungan menganiaya.
Lainnya adalah kepingan-kepingan ingatan kecil. Mereka tidak memiliki nama,
hanya satu kenangan untuk setiap sosok, dan terisolasi dari yang lain. Kari dan
Elise terbelah dari Miles. Mereka adalah alterego dari Miles. Karl menanggung
rasa sakit yang ekstrem. Elise menjaga supaya mereka tidak merasa sakit pada
harihari biasa. Miles dan Jensen mereka merasakan hal yang sama, mereka ?berdampingan dalam merasa sakit. Mereka menanggung seluruh rasa sakit dan
membebaskan yang lain darinya."
Aku telah mendengar sebagian besar hal ini sebelumnya, namun setiap penjelasan,
selalu memberikan detail tambahan.
"Mengapa kamu dan Katherine bisa terpisah pada awalnya?" aku bertanya.
"Tumor besar di kening Karen menyebabkan orangtuanya ingin menyerahkannya untuk
diadopsi oleh orang lain. Mereka memukulinya karena kekurangannya ini. Saya dan
Katherine lahir, dan Karen Boo menanggung rasa sakit pertama itu. Saat Karen
berumur dua setengah tahun, Thea lahir dan tumbuh hingga berumur enam tahun. Si
ibu tidak pernah memperbolehkan Karen mengedot. Thea muncul saat Karen menemukan
dot di taman bermain, lalu dia menyimpan benda itu di saku mantelnya. Si ibu
marah, dan dia mematahkan lengan Karen. Dia mengatakan kepada dokter bahwa Karen
terjepit pintu mobil. Katherine
mengambil alih kendali di kelas satu dan mulai belajar. Sandy lahir setelah
Thea; perannya adalah untuk menjalin hubungan yang baik dengan kedua orangtua
Karen. Dia juga lahir saat Karen berumur sebelas tahun, namun dia berhenti
tumbuh pada usia delapan belas tahun, saat Karen keluar dari rumah orangtuanya.
Sosoksosok itu berhenti tumbuh saat siksaan tertentu berhenti, dan mereka terus
berada di usia itu selamanya. Saya dan Katherine masih dibutuhkan, sehingga kami
masih terus tumbuh. Kami sering berdiskusi untuk menjaga supaya segala
sesuatunya tetap berjalan lancar."
Waktu kami telah habis, sehingga aku berterima kasih kepada Holdon dan
memintanya untuk secepatnya berbicara lagi denganku.
Pada sesi berikutnya, Karen membawa sebuah foto dirinya saat berumur delapan
belas bulan. Foto hitamputih tua itu menunjukkan dirinya sebagai bayi. Foto itu
diambil di studio, dan Karen mengenakan gaun berwarna cerah; terdapat tumor
berwarna gelap seukuran bola golf di antara mata kanan dan pangkal hidungnya.
Jadi, inilah dia, pikirku. Karen pernah membicarakan tumor itu, dan bekas
operasinya masih tampak hingga sekarang, namun melihatnya di foto bayi ini masih
membuatku prihatin. Aku menjadi lebih memahami mengapa ayahnya yang berkondisi
emosi primitif gemar menyiksanya; tumor itu tampak mengerikan.
Di bawah hipnosis, Claire dan Miles menceritakan kepadaku tentang sebuah episode
penganiayaan yang pernah dijelaskan dalam salah satu surat mereka, namun mereka
menambahkan beberapa detail lagi.
"Katherine membawa kami ke sebuah upacara pemakaman minggu lalu," kata Claire,
tersenyum kepadaku dan meringkuk malu di kursi. "Aku biasanya tidak muncul saat pemakaman.


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku takut. Tapi, aku keluar sebentar."
"Apakah yang membuatmu takut?"
"Aku jadi teringat pada rumah duka yang terjadi di sana."?"Apa yang bisa kamu ceritakan tentang itu?" Claire memiringkan tubuh dan
meringkuk, seolaholah berusaha bersembunyi di dalam kursi.
"Awalnya garagara susu cokelat," katanya. "Aku suka susu cokelat, tapi Ayah
menaruh sesuatu di Bosco. Itu membuatku mengantuk dan merasa melayang. Mereka
membawaku ke gereja, ke ... pengakuan dosa." Claire bersusah payah mengucapkan
kata itu. Dia sangat marah. "Si pendeta bilang padaku bahwa aku nakal dan pantas
diberikan kepada setan. Mereka terus-menerus bilang aku nakal dan aku juga harus
mengatakannya sendiri. Aku takut." Claire mengernyitkan wajah kesakitan. "Lalu,
mereka membawaku ke rumah duka." Claire semakin meringkuk di sofa dan mulai
menangis. "Apakah kamu yakin ingin menceritakan semua ini kepadaku?" tanyaku. Tangisan
Claire mereda menjadi isakan lirih.
"Kata Holdon, aku sebaiknya bercerita." Dia menyeka ingus. "Katanya, kalau aku
bilang padamu, mimpi burukku akan pergi. Benarkah itu?"
"Itu mungkin saja; sering kali itulah yang terjadi," ujarku, berusaha
membujuknya tanpa menjanjikan apa-apa. "Bagaimana kalau kamu melanjutkan
ceritamu sejelas-jelasnya."
"Mereka mengurung kami di dalam peti mati!"
"Kami?" "Aku dan Miles." "Oh."
"Aku tidak bisa bernapas ataupun melihat. Aku bisa merasakan lapisan sutra di
pinggiran peti. Kata mereka kami akan mati di sana karena kami nakal."
"Siapa yang mengatakan itu?"
"Para pria itu. Aku tidak tahu, mereka berlima, kalau tidak salah. Mereka semua
tertawa terbahak-bahak." Claire mulai gemetar dan mendekap tubuhnya sendiri.
"Sebelumnya mereka memasukkanku ke air es." Claire mulai menangis lagi, mendekap
tubuhnya sendiri, bergoyang-goyang ke depan dan belakang. Lalu, dia tampak lebih
tenang dan berguling di kursi; ketakutannya tampak berkurang, namun dia lebih
marah. "Aku akan menceritakan sisanya."
"Miles?" "Ya," katanya, layaknya seorang pria tangguh. "Mereka memasukkan kami ke dalam
air es yang dicampur darah mayat. Setelah itu, mereka mengangkat kami dan
memasukkan kami ke dalam peti mati. Katanya, kami harus mati agar bisa terlahir
kembali. Tapi, mereka tertawa-tawa; mereka pikir ini lelucon dahsyat. Claire
ketakutan, dan dia mulai menjeritjerit waktu mereka menutup peti. Mereka
berkali-kali membuka peti lalu menutupnya lagi, sedikit lebih lama setiap
kalinya, dan setiap kali Claire menjeritjerit, setiap kali pula mereka tertawa
terbahak-bahak. Jadi, aku muncul dan aku tidak menjeritjerit. Mereka membuka
peti, dan aku hanya memandang mereka, sehingga mereka membanting tutup peti itu
dan mendiamkannya untuk waktu yang lama. Aku memejamkan mata dan menunggu
kematianku. Aku tidak bisa bernapas. Aku ingin menendang-nendang dan
menjeritjerit; aku tidak tahan lagi. Lalu, aku tidak ingat apa-apa lagi."
"Kedengarannya sangat mengerikan," ujarku. Cerita itu membuatku sangat
ketakutan, pikirku. "Kamu menceritakan sangat banyak hal kepadaku, Miles. Kurasa
kita membutuhkan lebih banyak lagi waktu bersama. Bagaimana menurutmu?"
"Tidak masalah buatku. Kalau kamu siap."
PADA SESI selanjutnya, Karen membawa sebuah amplop. Aku terpana. Di dalamnya
terdapat gambar tujuh belas wajah. Aku terkesan melihat kualitas gambar itu. Aku
mengasumsikannya sebagai gambar sosoksosok yang ada di dalam diri Karen, namun
aku tidak yakin siapa sokok-sosok tersebut. Aku bisa mengenali Holdon, dan
Jensen, karena dia berkulit hitam, dan dia memegang kuas. Aku hanya bisa
menebak-nebak siapa saja sosok yang lain. Aku menunjukkan gambar itu kepada
Karen. Dia mengangkat bahu dan wajahnya memerah, namun tersenyum tipis.
"Saya tidak tahu harus mengatakan apa," kata Karen, menjauhkan gambar itu karena
merasa tidak nyaman. "Saya rasa, tentu saya yang membuatnya." Dia belum membuka
amplop itu, dan tidak pernah melihat gambar itu.
"Apakah kamu tahu soal gambar ini" Bisakah kamu mengatakan siapa saja wajah-
wajah ini?" Karen menggeleng. Dia memandang ke luar jendela. Sepertinya Karen
merasa tersisih karena aku menghabiskan lebih banyak waktu bersama
sosoksosoknya. Aku tahu bahwa dia mengerti pentingnya mengetahui sosoksosok
lainnya, namun aku tidak yakin apakah dia merasa tersisih.
"Dengan semua informasi baru yang kita dapatkan
mengenai sosoksosok lain di dalam dirimu, aku memikirkan apakah kamu merasa
dilupakan?" Karen mengangkat bahu dengan cara yang mengungkapkan kepadaku bahwa
dia mengiyakanku namun terlalu malu untuk mengakuinya. "Aku menghargai
kesabaranmu selama periode ini dan aku akan memastikan kita mendapatkan waktu di
awal setiap sesi untuk berbicara."
Karen tersenyum dan mencari posisi yang nyaman di sofa, memberi tanda bahwa dia
telah siap memulai sesi hipnosis untuk hari itu .... "Hai, ini Jensen."
"Hai! Gambarmu bagus sekali!" Jensen tersenyum bangga. "Katakanlah kepadaku
siapa saja yang ada di gambar itu. Tebakanku, ini gambar semua sosok yang ada di
dalam diri Karen. Apakah ini Holdon?" aku menunjuk sosok seorang pria dewasa di
bagian pojok kanan bawah. "Betul, itu Holdon. Dia sedang menggendong Karen
Boo." 17 Wajah Karen Claire, gadis kecil 7 tahun
Karl, bocah lelaki 10 tahun yang menyerap rasa sakit
1, Elise, gadis kecil 8 tahun yang muncul di sekolah
2, Julie, gadis pendiam berumur 13 tahun
3, Karen 1, Karen versi umur 10 tahun
4, Karen 2, sosok ibu berumur 21 tahun bagi anakanak
5, Karen 6, Karen 3, sosok Karen 30 tahun yang punya kecenderungan bunuh diri
7, Juiiann, gadis 15 tahun yang rajin menulis catatan harian
g, Sandy, gadis 18 tahun yang tertekan
Katherine, sosok seorang ibu berumur 34 tahun
9, Ann, gadis 16 tahun yang religius
10, Miles, bocah lelaki 8 tahun yang pemarah
11, Thea, gadis kecil berusia 6 tahun
12, Holdon, sosok ayah berumur 34 tahun
13, Karen Boo, bocah perempuan berumur 2 tahun yang
14, mengalami kekerasan 15, Jensen, anak lelaki 11 tahun yang senang menggambar
16, Sidney, bocah 5 tahun yang suka mencuri
17, "Itu aku, yang di bawah, memegang kuas. Aku berkulit hitam. Ayah Karen tidak
suka orang berkulit hitam. Yang di dekatku itu Sidney. Claire ada di atasnya,
lalu Miles dan Thea ada di samping Claire. Yang berwajah marah itu Kari, dan
Elise ada di sebelahnya. Julie membawa kruk karena dia tidak bisa berjalan, dan
Katherine membawa gitar. Dia kadangkadang memainkan gitar untuk kami. Ann sedang
berdoa, dan Sandy ada di atasnya. Dia gemuk. Yang di dekat Sandy itu adalah
Karen 1, 2, dan 3, dan Juiiann di tempat teratas."
"Wow. Yang manakah si Pemarah?" "Oh, menurutku tidak ada yang namanya si
Pemarah. Itu hanyalah Kari yang sedang marah." "Kari?"
"Ya, kami punya banyak pikiran buruk minggu ini.
Kami pikir itu garagara Karl, tapi katanya itu bukan dia. Katanya, itu ulah si
Jahat, tapi aku tidak percaya padanya." Ini adalah jawaban dari pertanyaan
mengenai sosok kedelapan belas yang masih misterius, pikirku. Jumlah keseluruhan
sosok di dalam diri Karen adalah tujuh belas.
"Kamu memang berbakat menggambar. Mungkin kamu akan punya gambargambar lain
untuk ditunjukkan kepadaku. Apakah menurutmu aku bisa berbicara dengan Kari?"
aku perlu sebisa mungkin membentuk semacam persekutuan dengan Kari untuk mencoba
menghentikan kerusakan yang disebabkan olehnya. "Coba kulihat dulu."
Karen memejamkan mata, dan wajahnya tampak hampa selama beberapa saat. Dia
mendongakkan kepala beberapa senti ke belakang. Dia menyeringai dan
menggertakkan giginya. Dia melakukannya selama beberapa detik, hingga aku
memecah keheningan. "Kari?" "Ya," jawabnya melalui giginya yang terkatup.
"Aku senang karena bisa bertemu denganmu, dan aku juga senang karena kamu mau
berbicara denganku."
"Aku tidak yakin apakah aku mau bicara denganmu." Dia tetap berbicara dengan
rahang terkatup rapat. "Mengapa begitu?"
"Kamu hanya akan menyakitiku."
"Aku tahu kamu sudah sering disakiti."
"Aku menanggung rasa sakit yang tidak bisa ditanggung oleh yang lain. Itulah
keahlianku." "Kedengarannya tugas yang kamu emban untuk yang lain sangat penting. Aku sangat
ingin tahu lebih banyak tentangmu. Di manakah kamu lahir, Kari?"
"Aku lahir di dalam peti mati."
"Peti mati yang diceritakan oleh Claire dan Miles?"
"Ya. Claire dan Miles bergiliran muncul di dalam air es. Aku lahir di dalam peti
mati saat Miles tak bisa bernapas. Dia menangis mencari pertolongan. Aku lahir
untuk menanggung beban yang tidak bisa ditanggung oleh yang lain. Aku tidak
takut. Kubilang justru aku menyukainya."
"Apakah kamu punya keinginan, Kari, yang mungkin akan menolongmu?"
"Aku ingin menyentuh seseorang." "Siapa?"
"Aku tidak pernah menyentuh siapa pun. Aku selalu sendirian. Aku ingin menyentuh
seseorang, menyakiti seseorang seperti aku disakiti. Aku ingin tumbuh seperti
Sara dan James yang tumbuh terus."
"Aku juga ingin melihatmu tumbuh, dan aku bisa menolongmu. Tapi, bagian dari
dirimu yang tumbuh tertahan oleh keinginanmu untuk menyakiti seseorang. Mungkin
kita bisa menyatukan keduanya. Apakah kamu punya keinginan untuk menyakiti
sekarang ini?" "Ya." "Apa?" "Aku ingin memotong payudara Karen."
"Untuk apa?" aku bertanya, berpurapura tidak ingin berlari ke luar ruangan
sambil menjeritjerit ketakutan.
"Kalau dia tidak punya payudara, dia akan menjadi lakilaki. Aku benci badan
ini." "Aku mengerti harapanmu memiliki tubuh lakilaki. Sayangnya, memotong payudara
Karen tidak akan memberimu tubuh lakilaki. Kamu masih akan berada di dalam tubuh
Karen, tapi dengan payudara yang telah
terpotong. Sebenarnya ini tidak banyak membantu. Apakah kamu pikir kamu bisa
menahan diri dari melakukan sesuatu yang menyakiti tubuh Karen hingga kita
selesai membicarakan seluruh masalahmu?"
"Yah, oke." "Baiklah. Omongomong, bisakah kamu ceritakan kepadaku mengapa kamu
mengatupkan gigimu begitu?" "Karena rahangku patah."[]
M Saat Bercerita "SAYA BERBARING pada malam hari, tapi tidak bisa tidur," kata Karen, tampak
letih dan lesu. "Saya terbangun dan merasa kelelahan, tapi setidaknya rumah saya
bersih. Saya tidak tahu siapa yang mengerjakannya." Dia menghela napas dan
menggeleng. "Apakah ada yang keluar saat kamu tidur?"
"Tentunya begitu."
"Apakah suamimu, Josh, tahu bahwa kamu terjaga semalaman" Apakah itu menimbulkan
masalah?" "Tidak, dia biasanya mabuk dan tidur."
"Apakah dia tahu bahwa kamu mengalami peralihan waktu."
"Tidak juga, tapi dia bisa membuat saya beralih jika dia mau."
"Apa maksudmu?"
"Jika dia sedang kesal kepada saya, dia akan mendekati saya dan menjerit
senyaring-nyaringnya, dan saya akan kehilangan waktu. Saya akan kembali lagi,
dan semuanya telah kembali normal."
"Jadi, dia tidak tahu kamu beralih, tapi dia tahu kamu bisa tiba-tiba
mematuhinya." "Sepertinya begitu."
"Haruskah kita melihat apakah sosok yang lain ingin berbicara denganku?"
"Baiklah." Aku menolong Karen memasuki trance hipnotiknya, dan membiarkan sosok mana pun
yang diinginkannya muncul. Secara bergantian dengan cepat, Claire dan Miles
muncul, keduanya menyampaikan keluhan yang telah sering kudengar. Miles
mengatakan sesuatu yang kucatat. Dia berkomentar tentang Josh:
"Jika dia menyakiti kami, aku menendangnya hingga dia jatuh dari ranjang dan
menonjoknya saat dia sedang tidur." Mungkin karena itulah Karen mengatakan bahwa
suaminya membangunkannya pada malam hari dengan menonjoknya. Mungkin Josh
membalas tonjokannya. Selanjutnya, Sandy muncul untuk menyangkal komentar Miles mengenai "semua
orang", yang berarti keseluruhan sistem, yang semakin gemuk.
"Makan membuat saya merasa lebih baik," kata Sandy. Dia menyunggingkan senyum
lugu dan duduk terkulai di kursinya.
"Jadi, kamu sering merasa tak nyaman?" tanyaku. Memusingkan juga harus melakukan
terapi secara bergantian dengan sosoksosok yang berbeda, mengingat siapa mereka,
masalah utama mereka, dan apa saja yang perlu diperbaiki. Aku berusaha
memerhatikan semuanya. "Waktu saya memberi uang kepada Ibu, saya merasa buruk."
"Mengapa kamu memberinya uang?" "Saya ingin dia menyukai saya."
"Apakah dia menyukaimu jika kamu memberinya uang?" "Sebentar saja, tapi
sesudahnya dia kembali galak, dan saya merasa tidak nyaman."
"Ketika itukah kamu makan?" "Ya."
"Dan kamu merasa lebih baik?" "Ya."
"Mungkin jika tidak memberi ibumu uang, kamu tidak akan merasa buruk."
"Tapi, ibu saya meminta uang. Jika saya tidak memberinya, dia akan memarahi
saya, dan saya akan merasa buruk."
"Mungkin jika nanti dia meminta uang lagi, kamu menolaknya saja."
"Saya tidak bisa."
"Mengapa tidak?"
"Karena jika begitu, dia tidak akan menyukai saya."
PADA JULI 1995 Karen membawa sebuah hadiah untukku, berupa penggaruk punggung
berbentuk Taz, tokoh flm kartun bernama Tazmanian Devil. Karen memberikannya
dengan malu-malu. Di bawah hipnosis, dia bercerita lebih banyak.
"Hadiah itu dariku."
"Siapakah ini?"
"Sidney, dan aku tidak mencurinya." "Mencurinya?"
"Tidak! Holdon memberiku uang untuk membelikannya untukmu. Aku bilang ini
mungkin akan berguna buatmu, dan Taz akan mengingatkanmu kepadaku."
"Hadiah ini bagus sekali, dan aku sangat menyukainya." Aku menggaruk punggungku
menggunakan benda itu sejenak, dan Sidney tertawa. "Apakah kamu takut aku
mengira kamu mencurinya?" aku bertanya.
"Ya, Ayah selalu menyuruhku mencuri pernak-pernik
semacam itu. Kalau aku tidak mau melakukannya, dia akan menjewerku, memukulku,
atau mencubitku. Dia bahkan mengancam akan menarik kuku-kukuku hingga tanggal,
tapi dia tidak melakukannya."
"Sepertinya kamu bangga karena membeli hadiah ini, dan tidak mencurinya."
"Ya! Aku ingin memberikannya kepadamu, jadi aku tidak mau mencurinya."
"Terima kasih. Itu juga membuatku merasa lebih baik."
"Semua orang di dalam mulai tahu ceritacerita yang lain."
"Apa maksudmu?"
"Aku bisa lebih mengingat apa yang terjadi pada Miles dan Claire."
"Apa pendapatmu?"
"Aku tidak suka." Sidney kembali masuk, dan Karen duduk tegak.
"Kami berusaha lebih banyak membagi pengalaman kami, terutama kepada yang lebih
muda," kata Katherine. "Oh, dan omong-omong, saya sudah mengatur supaya Anda
bisa mendapatkan cek asuransi. Saya minta maaf karena Karen kesulitan mengurus
hal ini. Dia tidak merasa nyaman saat berurusan dengan uang, yang tidak saya
rasakan, tentu saja, namun bagi Karen, para pria membayar ayahnya untuk
menganiayanya, dan ibunya selalu meminta uang, dan Sandy beranggapan dia harus
memberi uang agar ibunya menyukainya. Karen tidak ingin harus membayar Anda
supaya Anda menyukainya."
"Aku bisa memahami konfik batinnya."
"Saya berusaha mengurus rumah bersama Holdon. Karen betul-betul telah tersesat;
dialah yang paling membutuhkan pertolongan."
"Siapakah yang kamu maksud saat kamu mengatakan 'Karen'?"
"Maaf, maksud saya Karen 3, yang menemui Anda secara teratur dan yang paling
sering Anda lihat."

Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku selalu penasaran, mengapa Karen 3 yang datang menemuiku, mengapa bukan
kamu?" "Karen 3 membawa kami semua. Dialah yang paling mampu membangun hubungan dengan
Anda." "Dia membawamu, jadi dialah sosok yang utama?"
"Tidak, bukan yang utama sulit menjelaskannya, sesungguhnya. Ini hanyalah ?pekerjaannya."
"Oh, begitu." Aku tidak yakin apakah aku betul-betul memahaminya. "Bisakah kamu
menceritakan lebih banyak tentang hubunganmu dengan Karen?"
"Yah, pada malam hari, saya dan Holdon akan membicarakan dirinya, dan kami akan
membiarkan sebagian ingatan menyelusup ke dalam alam bawah sadar Karen saat dia
sedang tidur. Dengan cara itu, dia mengetahui apa yang terjadi selama seharian."
"Bagaimana dia memutuskan kapan dia akan muncul?"
"Saya dan Holdon yang memutuskan siapa yang muncul. Pada sebagian besar waktu,
kami berfungsi bersamasama. Kami melindungi Karen dari seluruh kehidupan kami.
Saat Karen muncul, kami biasanya tidak menyelanya hingga dia ingin masuk
kembali. Kemudian, saya atau Holdon, biasanya Holdon, akan mengirim seseorang
keluar. Kadangkadang, kami berada di dalam untuk menjaga anakanak dan tidak bisa
muncul, dan Sandy atau seseorang yang lain akan muncul. Saat mengirim salah satu
dari anakanak itu keluar, kami mengawasi mereka dengan cara berbicara dengan
mereka sehingga mereka tidak akan salah langkah."
"SAYA TIDAK bisa tidur," Karen mengeluh, "terlalu banyak yang berbicara di
kepala saya setiap malam! Ada begitu banyak yang harus diurus ... begitu terus."
"Apa isi pembicaraan itu?"
"Oh, siapa yang akan melakukan apa untuk keesokan harinya. Semalam saya
terbangun pada pukul dua dini hari, dan mendapati diri saya sedang menelepon
untuk memesan sesuatu dari katalog. Saya kira saya sedang tidur, tapi ternyata
tidak." "Apakah yang dikatakan oleh suarasuara itu pada malam hari?"
"Mereka semua saling lapor: telepon yang diterima, janji temu yang dibuat dan
telah dipenuhi, tugas-tugas yang harus dilakukan."
"Apakah kamu bisa ambil bagian saat yang lain muncul?"
"Tidak, tapi saya bisa menyaksikan. Seperti menonton flm saja; saya duduk di
bangku belakang dan tidak bisa ikut bicara."
"SAYA DAN Miles minum margarita Miles ingin meminumnya," kata Karen di bawah
?pengaruh hipnosis, "tapi dia tidak tahan. Alkohol memberikan pengaruh yang
berbeda-beda kepada kami. Jika saya yang muncul, saya akan bertindak dengan cara
yang berbeda. Alkohol tidak benar-benar memengaruhi saya, tapi Miles jadi mual
dan mengantuk." Karen tampak bersemangat dan berbicara dengan cepat.
"Apakah aku pernah berbicara denganmu sebelum ini?" aku bertanya. Sosok ini
sepertinya akrab denganku.
"Ya, tapi Anda tidak tahu. Saya pernah muncul di sini
tanpa pemberitahuan, tapi Anda tidak menyadarinya. Saya bersikap jauh lebih
positif daripada Karen."
Kurasa itu menjelaskan beberapa kesempatan saat aku mengira depresi Karen telah
jauh membaik, hanya untuk mendapati bahwa seminggu kemudian dia kembali
menderita depresi parah. Bagaimana mungkin aku bisa memberikan antidepresan
untuk pasien seperti itu"
"Saya sudah keluar sepanjang akhir pekan," katanya sambil menolehkan kepala. Dia
mengamati jam dinding di belakangnya, yang selama beberapa saat menarik
perhatiannya. Dia sosok yang ceria.
"Siapakah kamu?" tanyaku.
"Holdon menyebut saya Karen 2."
"Oh, ya. Ada apakah akhir pekan ini?" tanyaku.
"Awalnya sejak pertunjukan es. Nomor kursi di tiket kami sama persis dengan
nomor kursi keluarga lain. Manajer tempat itu sangat kasar Karen menceritakan
insiden itu secara mendetail, dari berbagai sudut pandang. Sebelum dia
menghabiskan terlalu banyak waktu dengan ceritanya, aku memutuskan untuk
menyela. "Sepertinya kamu sangat bersemangat."
"Oh, tidak ada yang salah dengan saya." Dia sedikit menelengkan kepala.
"Ceritakanlah kepadaku tentang dirimu. Kapankah kamu lahir?"
"Saya lahir saat Karen berumur empat atau lima tahun. Saya ada untuk bersenang-
senang dan berbahagia. Saya berhenti menua pada umur dua puluh satu. Itulah umur
saya sekarang. Sayalah yang pergi dari rumah orangtua Karen karena mereka sangat
kejam. Saya tidak akan menerima perlakuan mereka."
"Apakah yang terjadi kemudian?"
"Saya mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris, dan saya membagi pekerjaan ini
dengan Katherine dan Ann. Saya bagus di bidang matematika, Katherine bisa
mengetik, dan Ann bertugas untuk berbicara dengan atasan kami. Sayalah yang
bertemu dan berkencan, lalu menikah dengan Josh. Hubungan saya dengannya cukup
baik; dia tidak sejahat itu." Aku ingat bahwa Karen 1 menginginkan pernikahan,
namun di sini, Karen 2 merasa bahwa ini adalah gagasannya.
"Bagaimanakah Josh menyikapi kalian semua yang selalu beralih?" aku menggunakan
kesempatan berbicara dengan sosok yang belum pernah kuajak berbicara sebelumnya
ini untuk menggali sebanyak-banyaknya informasi.
"Kadangkadang ini membuatnya marah, karena dia tidak tahu apa yang akan
dilakukan oleh Karen selanjutnya, tapi kadangkadang dia menyukainya karena saya
dan Sandy akan melayaninya, dan kadangkadang, saat dia marah kepada kami, kami
sepertinya melupakannya." Ini menarik fakta yang sama, tapi disampaikan dari ?perspektif yang berbeda.
Aku senang karena Karen 2 begitu ceria dan cerewet, sehingga aku terus
memberinya pertanyaan. "Apakah pendapatmu tentang pertukaran informasi yang terjadi pada malam hari?"
"Yah, menurut saya, pembicaraan itu semakin berisi!" Nadanya terdengar empatik,
dan dia berbicara dengan cepat. "Holdon menyebutnya 'Waktu Bercerita1. Saya bisa
keluar untuk waktu yang lama hingga setahun kalau saya mau. Saya tidak suka
?membagi waktu dengan yang lain."
"Kapankah kamu kembali masuk?" Aku harus
mengucapkan pertanyaanku saat dia menarik napas.
"Jika saya merasa lelah atau lemah, atau jika saya tidak punya pekerjaan dan
merasa bosan, yang lain akan muncul. Saat menikah dengan Josh, waktu berjalan
menuju altar, saya ragu-ragu: Apakah saya melakukan hal yang tepat" Saya
memikirkannya, dan yang lain menentang saya juga. Di altar, beberapa sosok lain
muncul; karena itulah saya pingsan tiga kali. Tapi, saya memutuskan untuk maju
terus dan tetap memegang kendali. Saya rasa keputusan saya tepat; Josh tidak
seburuk itu." "Bagaimana dengan saat dia memukulimu?" aku bertanya.
"Apa maksud Anda?" tanyanya, tampak terkejut. "Jangan konyol."
"Maafkan aku, lupakan saja. Senang sekali bisa berbicara denganmu." Kurasa dia
benar-benar terlindung dari rasa sakit.
KAREN TERBURU-BURU memasuki kantorku dan duduk di kursinya. Dia tidak biasanya
bersikap seperti ini. Aku tidak mengatakan apa-apa, hanya menunggu. Karen
memandangku selama beberapa waktu.
"Ini Holdon, Dr. Baer. Karen tidak muncul. Dia mendapatkan sangat banyak
tekanan. Kami semua berusaha bertindak benar saat Karen tidak mampu
melakukannya, tapi ini sungguh berat. Kami tidak tidur; sosok yang berbeda-benda
bergantian muncul setiap waktu; kami gemetar dan mual akibat kurang tidur.
Beberapa di antara kami menderita sakit kepala. Kami makan aspirin, tapi efeknya
tidak sama pada kami semua."
Holdon sangat sibuk. Kemajuan sulit didapatkan
karena pekerjaan kami selalu disela oleh krisis. Aku menghabiskan berjamjam di
telepon bersama Karen setiap minggu untuk mendengarkan hal-hal buruk yang
terjadi pada harihari tertentu, dan ini juga membuatku merasa tertekan. Aku
berusaha menerima teleponnya setelah anak-anakku tidur, namun kemudian aku
melihat istriku menegangkan punggung saat dia bertanya tentang siapa yang sedang
berbicara denganku, dan jawabanku selalu sama.
"Meskipun berat, sudahkah sebagian dari kalian saling berbagi waktu saat berada
di luar?" aku bertanya. "Karen 2 membiarkan beberapa sosok muncul bersamanya.
Namun, dia tidak selalu melakukannya. Katherine kadangkadang juga melakukannya,
tapi kami sangat sibuk."
"Aku paham," ujarku, tidak ingin mendorong, tapi ingin menyemangati dia, mereka,
siapa pun. "Kami membagi waktu saat merawat Link."
"Ya, burung itu. Bagaimana keadaannya" Ceritakanlah kepadaku."
"Yah, Karen mendekati burung itu, lalu entah bagaimana,
dia mundur, seperti yang dia lakukan di kantor Anda, lalu setiap sosok akan
muncul selama beberapa menit. Seolaholah mereka membagi-bagi tugas, hanya dengan
sedikit jeda untuk terjadinya transisi."
"Apakah mereka saling berbagi waktu selama ini?"
"Sedikit. Karen menyaksikan semua itu terjadi. Saya dan Katherine menolong
beberapa anak yang lebih muda."
"Apakah ini pernah terjadi sebelumnya, saat semua orang saling berbagi dalam
mengerjakan sebuah tugas?" "Tidak, ini baru pertama kali terjadi."
"Apakah yang menyebabkan harihari ini begitu penuh tekanan bagi Karen?"
"Oh," kata Holdon, "harihari ini hanyalah kebohongan besar bagi Karen. Dia
selalu berpurapura mengetahui apa yang sedang terjadi. Orangorang akan
mendatanginya dan mengajaknya bicara. Dia tidak tahu siapa mereka, tapi mereka
jelas tahu banyak tentangnya. Dia harus berpurapura paham hingga sosok yang
mengenal mereka muncul."
"Adakah jeda sebelum sosok yang tepat muncul?"
"Ya, jika kami terkejut. Saya dan Katherine mungkin sedang sibuk dengan anakanak
dan tidak melihat bahwa seseorang harus segera dimunculkan."
"Kamu sepertinya sering sekali mengawasi Karen akhirakhir ini."
"Dia dilindungi sepanjang waktu," kata Holdon, "sebaik yang kami mampu. Karena
itulah kami ada. Dia bahkan terlindung saat sedang tidur. Mimpi-mimpi buruknya
akan secara otomatis diberikan kepada sosok yang lain. Jika tersandung dan ibu
jarinya terluka, dia hanya akan merasa sakit sebentar, lalu sosok yang lain akan
mengambil alih rasa sakitnya. Tapi, saya tidak mampu terus-menerus mengendalikan
siapa saja yang muncul. Saat Sandy atau Sidney muncul, mereka menimbulkan paling
banyak masalah. Sandy tidak bisa diduga. Dia makan terus sepanjang waktu."
"Diakah yang membuat Karen gemuk?" aku bertanya.
"Ya, dia merasa sebagai gadis gemuk. Berat bagi sebagian dari kami untuk berada
di dalam tubuh wanita ini." '
"Apakah kamu juga merasa keberatan?"
"Yah, saya bisa mengatakan kepada Anda, rasanya
sangat kikuk. Miles membenci riasan wajah, dan saya tidak bisa berjalan dengan
sepatu hak tinggi, meskipun Karen 2 sepertinya tidak menganggapnya sebagai
masalah." "Apakah yang bisa kamu ceritakan kepadaku tentang Karen Boo?" tanyaku.
"Boo terlahir dalam kesakitan yang teramat sangat dialah yang merasa paling ?kesakitan. Dia hanyalah seorang bayi. Ayahnya sering membungkam mulutnya dengan
lakban supaya dia tidak menjeritjerit, lalu menusukkan paku payung ke badannya.
Lubang tusukan paku payung itu akan menghilang. Tidak ada seorang pun yang tahu.
Sekali waktu, si ayah pernah menusukkan paku payung ke tumor Karen, dan darah
yang keluar sangat banyak, sehingga dia tidak melakukannya lagi." Holden
menelengkan kepala dan menghela napas, bukan akibat kengerian cerita ini,
melainkan murni karena keletihan.
Semenit kemudian, Sandy muncul, duduk terkulai dengan perut menonjol, dan entah
bagaimana, tampak sepenuhnya tidak peduli.
"Aku tahu, banyak yang merisaukan soal makanan dan pemborosan uang," ujarku. Ini
bukanlah cara untuk membuat Sandy menyukaiku, aku tahu, melainkan kekhawatiranku
terhadap masalah Karen, peran Sandy di dalamnya, khayalan besarku akan
keberhasilan memperbaiki segalanya, dan kelelahan, membuatku melakukan kesalahan
dengan melontarkan tuduhan ini.
"Saya berusaha menjaga sikap," kata Sandy, mengangkat kedua tangannya, "tapi
saat saya melihat sesuatu yang saya inginkan, saya harus memilikinya." Dia
menghindari tatapanku. "Lagi pula, saya tidak peduli."
"Yang lain tidak ingin menjadi gemuk," ujarku, menambah kesalahanku dengan
memihak sosoksosok lainnya. Seharusnya aku diam saja dan mencari tahu lebih
banyak tentang Sandy. "Kadangkadang saya tidak percaya bahwa yang lain itu ada." Sandy tampak gusar.
"Gagasan itu saja menyakiti hati saya. Saat saya muncul, tidak ada yang bisa
menyuruh saya masuk kembali. Saya ingin menjadi satusatunya. Mungkin saya akan
muncul dan tidak pernah masuk lagi!"
"Adakah yang bisa kubantu?" tanyaku, berusaha memperbaiki keadaan, membangun
persekutuan dengannya, dan membuatnya menyukaiku.
"Yah, saya ingin menjadi orang dewasa. Umur saya delapan belas, dan saya ingin
terus tumbuh dewasa."
"Beberapa sosok yang lain mengharapkan hal yang sama. Aku sudah memberi tahu
mereka bahwa saya akan menolong; mungkin aku juga bisa menolongmu. Apakah
sebaiknya kita bekerja sama dalam hal ini?" Kadangkadang aku melupakan rasa malu
untuk memancing pasienku, tapi yang sedang kulakukan kali ini adalah berusaha
memperbaiki keadaan. Setelah mendapatkan persetujuan Sandy dan melakukan percakapan singkat dengan
Sidney, yang seperti biasanya menunjukkan sikap anak sekolah yang mengibakan,
aku mendapati diriku berbicara dengan Karen 1.
"Karen ngeri melihat payudara Sara mulai membesar," katanya. "Itu
mengingatkannya pada saat payudaranya sendiri membesar, dan para pria
menyakitinya. Dadaku rata; aku tak mau punya payudara." Karen 1 yang berumur
sepuluh tahun memandangku, tampak terluka,
geram, dan menantangku untuk berusaha menolong mereka. "Sara bertanya kepada
Karen tentang menstruasi, jadi aku menghentikan menstruasi Karen. Aku bisa
menghentikannya kalau aku mau."
"Bagaimana caranya?" tanyaku.
"Pokoknya aku bisa."
"Apa lagi yang bisa kamu lakukan?"
"Saat diberi tahu bahwa kami akan punya bayi, aku ingin menghentikannya juga.
Jadi, aku menonjok perutku untuk menghentikannya."
"Berhasil?" "Tidak. Sekarang Sara juga akan disakiti." "Siapa yang akan menyakiti Sara?"
"Tentu saja si ayah. Dia pernah mencobanya. Si kakek juga."
"Mereka semua sudah meninggal," aku menyela. "Si ayah,
si kakek, para pria yang menyakitimu." "Kamu bohong."
"Aku tidak bohong. Sara tidak akan disakiti. Para pria itu sudah meninggal. Kamu
tidak perlu mengkhawatirkan payudara dan menstruasimu."
"Bagaimana aku bisa memercayaimu?"
"Tanyakan saja pada Katherine. Dia akan membenarkannya." Aku menggunakan trikku
yang paling ampuh. Semua anakanak itu memercayai dan memegang katakata Katherine
dan Holdon. Pertanyaan terpentingnya adalah apakah penyembuhan akan terjadi
setelah sebagian besar atau seluruh sosok tidak lagi melihat adanya ancaman.
KETIKA ITU awal Agustus 1995, dan kami telah
memasuki musim panas keenam bersamasama. Karen mengatakan bahwa dia telah
kehilangan banyak waktu. "Tidak ada gunanya bagi saya," dia mengeluh, "saya
hanya menjalani sebagian dari kehidupan saya."
Karena hal ini, aku ragu untuk menghipnosisnya lagi hari itu. Kami menghabiskan
semakin sedikit waktu bersama "Karen". Dia, pada saat ini, sekadar seorang
penumpang di dalam kehidupannya sendiri. Aku meminta maaf kepadanya karena tidak
menghabiskan banyak waktu bersamanya seperti dahulu, tapi aku merasa semua yang
kami lakukan dengan sosoksosok lainnya, meskipun bersifat sementara, penting
dilakukan untuk saat ini. Dia mengatakan bahwa dia memahami hal ini, dan kami
pun melanjutkan sesi terapi seperti biasanya.
Juiiann muncul dan menjelaskan apa yang terjadi pada "pertemuan" malam
sebelumnya. "Kami mengadakan pertemuan untuk memberi tahu semua orang, terutama Karen,
tentang apa yang terjadi hari itu. Saya menuliskan catatan untuk Anda tentang
apa yang terjadi kemarin. Pada dasarnya, yang terjadi adalah sebagai berikut.
Pada pagi hari, Josh menonjok Karen. Miles muncul dan membalas tonjokan Josh.
Setelah Josh pergi bekerja, mereka semua pergi bersamasama ke toko binatang
peliharaan. Mereka semua membutuhkan waktu lima belas menit untuk melihat-lihat
burung. Hanya dua atau tiga sosok dapat melihat dalam waktu bersamaan. Kami bisa
melihat-lihat sesuatu bersamasama, tapi kami hanya bisa menyentuh sesuatu secara
bergantian. Saat kami merawat Link, kami harus bergiliran. Lalu setelah Josh
pulang, Karen 3 muncul saat Josh menonjok Ann karena dia secara tidak sengaja
menginjak celana jinsnya. Ketika itulah Karen 3 menelepon
Anda." Aku berusaha mencerna rentetan kejadian aneh hari itu, juga berusaha menghitung
berapa kali Josh menonjok Karen dan mencari tahu sosok mana yang menerima
kekerasan itu. "Saya memberi tahu Karen soal ini pada malam harinya," Juiiann melanjutkan,
"saat dia sedang tidur, sehingga dia tahu apa yang terjadi." Dia terdiam dan
memandangku, lalu mendongakkan kepala. "Dr. Baer, jika kami semua bisa bersatu,
apakah saya akan mati?" Aku tersentak mendengar pertanyaan ini. Aku tidak pernah


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sungguhsungguh memikirkannya.
"Tidak," jawabku, "aku yakin tidak ada sosok yang akan hilang atau mati. Tapi,
kamu tidak akan menjadi hanya dirimu," aku menambahkan, "dirimu yang berdiri
sendiri." Dia memikirkan hal ini sejenak. Aku tidak yakin apakah gagasan ini memuaskan
bagi dirinya, atau bagi diriku.
PADA AWAL September, aku menerima telepon dari beberapa sosok. Aku menerima
pesan di mesin penjawab dari "Nyonya Holdon" yang mengatakan bahwa semua orang
teramat sangat tertekan. Lengan Sara patah, dan Josh menyalahkan Karen. Keesokan
harinya, Jensen menelepon. Dia ketakutan karena Miles pingsan. Josh mencekiknya
Keris Pusaka Nogopasung 6 Pendekar Rajawali Sakti 152 Istana Goa Darah Anak Harimau 15
^