Pencarian

Da Vinci Code 4

The Da Vinci Code Karya Dan Brown Bagian 4


bawah reruntuhan kuil itu dan dilindungi selamanya, sehingga kebenaran tak akan
mati. Untuk mengeluarkan dokumen-dokurnen itu dari bawah membentuk satuan
tentara, sebuah kelompok yang reruntuhan, terdiri atas Biarawan sembilan
kesatria yang disebut 'Persekutuan Para Kesatria Miskin Kristus dan Kuil
Salomo'.". Langdon terdiam sejenak. "Lebih dikenal sebagai Templar." Sophie
menatap, terkejut dan mengerti. Langdon telah cukup sening memberikan kuliah
tentang Templar sehingga dia tahu bahwa hampir semua orang di bumi ini pernah
mendengar tentang para kesatria itu, paling tidak secara abstrak. Bagi para
akademisi, sejarah Templar merupakan hal yang rumit, di mana fakta, legenda, dan
kesalahan informasi telah menjadi begitu berkelindan sehingga hampir tidak
mungkin untuk menarik kebenaran murni. Akhir-akhir ini, Langdon ragu-ragu bahkan
hanya untuk menyebut Templar ketika memberi kuliah, karena itu pasti akan
mengakibatkan mahasiswanya menyerangnya dengan pertanyaan-pertanyaan berbelit
yang kemudian masuk ke teori-teori konspirasi.
Sophie tampak bingung. "Kau bilang bahwa T?mplar didirikan oleh Biarawan Sion
untuk mengambil sebuah koleksi dokumen rahasia" Kupikir Templar diciptakan untuk
melindungi Tanah Suci Palestina."
"Sebuah salah konsep yang umum. Gagasan untuk melindungi para peziarah adalah
samaran yang digunakan Templar dalam menjalankan tugasnya. Tujuan mereka yang
sesungguhnya di Tanah Suci adalah mengambil dokumen-dokumen dari bawah
reruntuhan kuil itu." "Dan mereka menemukannya?" Langdon menyeringai. "Tidak ada
yang tahu pasti, tetapi satu-satunya hal yang disetujui oleh para ilmuwan
adalah: para kesatria itu menemukan sesuatu di bawah reruntuhan itu...sesuatu yang
membuat mereka makmur dan berkuasa melebihi khayalan tergila yang dapat
dibayangkan oleh siapa pun."
Langdon segera menceritakan sejarah standar Templar yang diterima oleh para
ilmuwan. Dia kemudian menjelaskan bagaimana para kesatria itu ada di Tanah Suci
selama Perang Salib Kedua dan mengatakan kepada Raja Baldwin II bahwa mereka ada
di sana untuk melindungi para peziarah Kristen di jalan. Walau tidak dibayar dan
bersumpah siap hidup miskin, para kesatria itu meminta tempat tinggal kepada
Raja dan memohon izinnya untuk mendiami kandang kuda di bawah reruntuhan kuil.
Raja Baldwin mengabulkan permintaaan mereka, dan para kesatnia Templar pun
menempati tempat tinggal sederhana mereka di dalam kuil yang telah rusak itu.
Pilihan aneh pada tempat tinggal itu, jelas Langdon, tidak dilakukan secara
sembarang. Para kesatria Templar percaya bahwa dokumen-dokumen yang dicari oleh
Biarawan terkubur dalam-dalam di bawah reruntuhan itu - di bawah the Holy of
Holies, sebuah kamar suci yang dipercaya sebagai tempat tinggal Tuhan sendiri.
Artinya, pusat dari keyakinan Yahudi. Hampir satu dekade kesembilan kesatria
Templar tinggal di reruntuhan itu, menggali diamdiam bebatuan keras di situ.
Sophie menatapnya. "Dan, kau bilang mereka menemukan sesuatu?" "Mereka memang
menemukan sesuatu," kata Langdon, kemudian rnenje1askan bagaimana setelah
sembilan tahun Templar akhirya menemukan apa yang mereka cari. Mereka mengambil
harta itu dari kuil dan pergi ke Eropa, tempat pengaruh mereka tampak menguat
dalam satu malam saja. Tidak seorang pun tahu pasti apakah Templar telah memeras
Vatikan ataukah Gereja hanya mencoba untuk menutup mulut Para kesatria itu,
namun Paus Innocent II segera mengeluarkan omong kosong kepausan yang belum ada
presedennya, yang memberi mengumumkan bahwa mereka Templar kekuasaan tak
terbatas serta berhak "menetapkan hukum bagi mereka sendiri" - sebuah otonomi
tentara yang terlepas dari campur tangan para raja dan pendeta tinggi, baik
dalam keagamaan maupun politik.
Dengan ketebelece baru dari Vatikan, Templar meluas hingga ke angka yang
mengejutkan, dalam jumlah maupun kekuatan politik, dengan mengumpulkan tanah-
tanah yang luas pada lebih dari selusin negara. Mereka mulai memberikan pinjaman
kepada para bangsawan yang pailit dan meminta bunga dalam pengembaliannya.
Dengan cara itu, mereka mendirikan bankbank modern serta semakin memperluas
kekayaan dan pengaruh mereka.
Pada tahun 1300-an, sanksi Vatikan telah menolong Templar untuk mengumpulkan
kekuatan yang begitu besar memutuskan untuk berbuat sesuatu. Bekerja sehingga
Paus Clement V sama dengan Raja Prancis Philippe IV, Paus memikirkan sebuah
operasi serangan yang terencana dengan cerdik untuk membubarkan Templar dan
merampas harta mereka, yang dengan begitu akan mengalihkan kendali atas rahasia
ini ke Vatikan. Dalam sebuah muslihat militer yang mengeluarkan perintah setaraf
dengan rahasia bersegel muslihat CIA, Paus Clement yang baru boleh dibuka secara
serempak oleh prajurit-prajuritnya di seluruh Eropa pada hari Jumat, 13 Oktober
1307. Pada waktu fajar tanggal 13, dokumen-dokumen itu dibuka, dan isinya yang
menakutkan terungkap. Dalam suratnya Clement mengaku bahwa Tuhan telah
mengunjunginya dalam mimpi dan memperingatkan bahwa Templar berdosa besar karena
memuja setan, homoseksualitas, mencemarkan salib, sodomi, dan perilaku nista
lainnya. Paus Clement telah diminta Tuhan untuk membersihkan bumi dengan
mengumpulkan para kesatria itu dan menyiksa mereka sampai mereka mengakui
kejahatan mereka terhadap Tuhan. Operasi gaya Machiavelli dari Clement berjalan
rapi. Pada hari itu, kesatria-kesatria yang tak terhitung ditangkap, disiksa
secara kejam, dan akhirnya dibakar di pembakaran sebagai pelaku bidah. Gema
tragedi itu masih menggaung dalam kebudayaan modern; hingga kini, Jumat tanggal
13 dianggap hari sial. Sophie tampak bingung. "Templar dimusnahkan" Kupikir persaudaraan Templar masih
ada hingga kini?" "Memang, dengan aneka nama. Lepas dari tuduhan palsu dan usaha keras Clement
untuk membasmi mereka, Kesatria Ternplar memiliki teman-teman yang berkuasa, dan
beberapa dari mereka berhasil lolos dari pembersihan Vatikan itu. Sesungguhnya
yang menjadi sasaran Clement adalah dokumendokumen harta terpendam Templar, yang
tampaknya merupakan sumber kekuatan mereka. Namun semua itu lepas dari
genggamannya. Dokumendokumen itu sudah sejak lama dipercayakan kepada arsitek-
arsitek Templar yang tak pernah jelas identitasnya, Biarawan Sion, yang tirai
kerahasiaannya telah melindungi mereka dari jangkauan pembantaian Vatikan.
Ketika Vatikan mengepung mereka, Biarawan menyelundupkan dokumen-dokumen
tersebut melalui seorang guru di Paris pada malam hari ke kapal-kapal Templar di
La Rochelle." "Ke mana dokumen-dokumen itu pergi?" Langdon menggerakkan bahunya.
"Misteri jawabannya hanya diketahui oleh Biarawan Sion. Karena tetap merupakan
sumber penyelidikan dan spekulasi hingga kini, dokumen-dokumen itu dipercaya
telah dipindahkan dan disembunyikan lagi beberapa kali. Spekulasi terkini
mengatakan bahwa dokumen-dokumen itu ada di Inggris." Sophie tampak tak tenang.
"Selama seribu tahun," Langdon melanjutkan, "legenda rahasia itu telah
dialihkan. Keseluruhan dokumen itu, kekuatannya, dan rahasia yang dikandungnya
telah menjadi terkenal dengan satu nama...Sangreal. Ratusan buku telah ditulis
mengenai itu, dan sedikit saja misteri yang telah membangkitkan minat di
kalangan ahIi sejarah sebesar misteri Sangreal.
"Sangreal" Apakah kata itu punya hubungan dengan kata Prancis sang atau bahasa
Spanyol sangre - artinya darah?" Langdon rnengangguk. Darah merupakan tulang
punggung Sangreal, namun tidak seperti yang mungkin dibayangkan Sophie. "Legenda
itu rumit, tetapi hal penting untuk diingat adalah bahwa Biarawan menjaga bukti
itu, dan menunggu waktu yang tepat dalam sejarah untuk mengungkap kebenaran."
"Kebenaran apa" Rahasia apa yang dapat begitu bertenaga?" Langdon menarik napas
dalam. Ia melihat ke luar pada bagian bawah perut Paris, mengerling dalam
kegelapan. "Sophie, kata sangreal adalah kata kuno. Sudah selama bertahun-tahun
kata itu mengalami perkembangan menjadi kata yang lain ... sebuah kata yang
lebih modern." Dia berhenti sejenak. "Ketika. aku mengatakan padamu nama
modernnya, kau akan tahu, bahwa kau sudah tahu banyak tentang itu. Kenyataannya
semua orang di bumi ini pernah mendengar cerita tentang Sangreal." Sophie tampak
ragu. "Aku belum pernah dengar tentang itu." "Tentu sudah." Langdon tersenyum.
"Hanya saja, kau terbiasa mendengarnya disebut dengan nama 'Holy Grail'."
38 SOPHIE MENGAMATI Langdon di bangku belakang taksi. Dia bercanda! "Cawan
Perjamuan Suci?" Langdon mengangguk, tarikan wajahnya bersungguh-sungguh. "Holy Grail adalah arti
harfiah dari Sangreal. Frasa itu turunan dari kata Prancissangraal, yang
berkembang menjadi Sangreal, dan pada akhirnya terbagi menjadi dua
kata,SanGreal." HolyGrail. Sophie heran dia tidak segera melihat hubungan linguistik itu. Walau
begitu, keterangan Langdon masih tidak masuk akal baginya. "Kupikir Holy Grail
adalah sebuah cawan. Kau baru saja mengatakan bahwa Sangreal merupakan kumpulan
dokumen-dokumen yang mengungkap rahasia gelap."
"Ya, tetapi dokumen-dokumen Sangreal hanya merupakan separuh dari harta Holy
Grail. Dokumen-dokumen itu terkubur bersama Grail itu sendiri ... dan
menyingkapkan artinya yang sesungguhnya. Dokumen-dokumen itu memberi Templar
begitu banyak kekuatan karena halaman-halamannya menyingkapkan sifat asli
Grail." Sifat asli Grail" Sophie merasa semakin bingung sekarang. Sebelum ini dia
mengira bahwa Holy Grail adalah cawan tempat Yesus minum pada Perjamuan Malam
Terakhir, dan dengan cawan itu pulalah Yosef dari Arimathea menadahi darah Yesus
pada penyaliban. "Holy Grail adalah Cawan Yesus," kata Sophie. "Mudah saja,
bukan?" "Sophie," Langdon berbisik, mencondongkan tubuhnya kearahnya sekarang. "Menurut
Biarawan Sion, Holy Grail sama sekali bukan sebuah cawan. Mereka mengaku bahwa
legenda Grail---legenda cawan--sesungguhnya merupakan kiasan sederhana yang
hebat. Artinya, kisah tentang Grail itu menggunakan cawan sebagai metafora untuk
sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih kuat." Langdon terdiam sejenak.
"Sesuatu yang sangat cocok dengan segala yang coba dikatakan kakekmu kepada kita
malam ini tremasuk semua rujukan simbolis ke perempuan suci."
Sophie tahu dari senyuman sabar Langdon bahwa Landon mengerti akan
kebingungannya, namun mata Langdon masih saja bersinar sungguh-sungguh. "Tetapi,
jika Holy Grail bukan cawan, lalu apa?"
Langdon tahu pertanyaan ini akan muncul, namun dia tidak yakin bagaimana cara
memberitahukannya kepada Sophie. Jika dia tidak menjawabnya dengan latar
belakang sejarah yang betul, Sophie akan bertambah bingung - tarikan wajahnya sama
persis dengan editor Langdon beberapa bulan yang lalu setelah Langdon
menyerahkan konsep naskah yang sedang ditulisnya.
"Naskah ini menegaskan apa?" editornya tersedak, sambil meletakkan gelas
anggurnya dan menatap makan siang besarnya yang tinggal separuh. "Kau main-
main." "Aku cukup serius karena aku menghabiskan waktu setahun untuk menyelidikinya."
Jonas Faukman, seorang editor kawakan New York memegang-megang jenggotnya dengan
panik. Faukman yakin, sepanjang kariernya yang membuatnya tersohor itu, dia
pernah mendengar beberapa gagasan buku yang liar, namun yang ini membuat dirinya
tercengang-cengang. "Robert," akhirnya Faukman berkata, "jangan salah mengerti. Aku suka
pekerjaanmu, dan kita sudah bekerja sama dengan sangat baik. Tetapi jika aku
menyetujui gagasan ini untuk diterbitkan, orang-orang akan memblokir rumahku
selama berbulan-bulan. Selain itu, reputasimu akan hancur. Demi Tuhan, kau ahli
sejarah dari Harvard, bukan penulis kasar yang ingin cepat mendapatkan uang. Di
mana kaudaparkan bukti yang cukup meyakinkm untuk mendukung teori seperti ini?"
Dengan tersenyum tenang, Langdon menarik selembar kertas dari saku jas wolnya
dan memberikannya kepada Faukman. Kertas itu memuat daftar bibliografi yang
terdiri lebih dari lima puluh judul buku - buku-buku tulisan para ahli sejarah
yang ternama, beberapa merupakan buku baru, yang lainnya berumur berabad-abad -
dan banyak di antaranya merupakan buku akademis terlaris. Semua buku itu
mengajukan pemikiran yang sama dengan apa yang ditulis Langdon. Ketika Faukman
membaca daftar itu, dia tampak seperti orang yang baru saja menyadari bahwa
ternyata bumi itu datar. "Aku kenal beberapa penulis ini. Mereka ... betul-betul
ahli sejarah!" Langdon menyeringai. "Seperti yang dapat kau lihat, Jonas, bukan teoriku saja.
Teori ini sudah ada sejak lama. Aku hanya membuat teoriku berdasarkan teori
lama. Belum ada buku yang menyingkap legenda Holy Grail dari sudut pandang
simbolisme. Bukti ikonografi yang kutemukan untuk mendukung teori ini, cukup
meyakinkan." Faukman masih terus menatap daftar itu. "Astaga, salah satu dari buku ini
ditulis oleh Sir Leigh Teabing - seorang sejarawan dan bangsawan Inggris."
"Teabing telah menghabiskan banyak waktunya untuk mempelajari Holy Grail. Aku
sudah bertemu dengannya. Dia sungguh merupakan bagian besar dari inspirasiku.
Dia seorang yang percaya, Jonas, seperti juga orang-orang lain yang tertulis
dalam daftarku itu."
"Kau mengatakan bahwa semua ahli sejarah disini betul-betul percaya ..." Faukman
mendeguk, rupanya tak mampu mengucapkan kata-katanya.
Langdon menyeringai lagi. "Holy Grail adalah harta karun yang paling dicari
dalam sejarah manusia. Grail memiliki legenda yang berkembang, peperangan, dan
pencarian seumur hidup. Masuk akalkah jika Grail hanya sebuah cawan" Jika
begitu, peninggalan yang lainnya harus melahirkan daya tarik yang sama atau
lebih besar - Mahkota Singgasana, Palang Asli Penyaliban, Gelar-gelar.
Kenyataannya tidak demikian. Sepanjang sejarah Holy Grail telah menjadi yang
paling istimewa." Langdon tersenyum, "Sekarang kautahu mengapa."
Faukman masih menggoyangkan kepalanya. "Tetapi, setelah semua buku ini menulis
tentang hal itu, mengapa teori ini tidak dikenal luas?"
"Buku-buku ini memang tidak mungkin ditandingkan dengan sejarah yang sudah mapan
selama berabad-abad, terutama ketika sejarah itu didukung oleh buku terlaris
sepanjang masa." Mata Faukman membelalak. "Jangan katakan Harry Potter adalah cerita tentang Holy
Grail." "Maksudku Alkitab." Faukman merasa ngeri. "Aku tahu."
"Laissez-le!" teriak Sophie keras pada pengemudi taksi. "Letakkan itu!"
Langdon tersentak ketika Sophie mencondongkan tubuhnya ke depan melewati tempat
duduk dan membentak pengemudi taksi itu. Langdon dapat melihat pengemudi itu
sedang memegangi corong radionya dan berbicara.
Sophie lalu menoleh dan memasukkan tangannya pada saku jas wol Langdon. Sebelum
Langdon tahu apa yang terjadi, Sophie sudah menarik keluar pistol,
mengayunkannya, dan pengemudi taksi itu. Lelaki segera akhirnya menekannya pada
kepala menjatuhkan corong radionya, dan menaikkan satu tangannya yang bebas ke
atas kepala. "Sophie!" Langdon tercekik."Apa-apaan - " "Arretez!" Sophie
memerintahkan pengemudi itu untuk berhenti. Dengan gemetar, pengemudi itu
mematuhinya, lalu menghentikan dan
memarkirkan mobilnya. Setelah itu barulah Langdon mendengar suara cempreng dari
pangkalan pusat taksi yang keluar dari radio di dasbor taksi. "... qui s'appelle
Agent SophieNeveu ..." suara dari radio itu
serak."EtunAm?ricain,RobertLangdon ...." Otot Langdon
menegang.Merekasudahmenemukankita" "Descendez," Sophie menyuruh pengemudi itu
untuk turun. Pengemudi yang gemetar itu terus mengangkat tangan di atas
kepalanya ketika dia turun dari taksi dan mundur beberapa langkah. Sophie menurunkan
jendelanya dan sekarang mengarahkan pistolnya ke luar, ke sopir yang kebingungan
itu. "Robert," katanya perlahan, "pegang kemudi. Kau mengemudi."
Langdon tidak mau berdebat dengan perempuan yang memegang pistol. Dia keluar
dari mobil dan segera masuk lagi ke belakang kemudi. Pengemudi itu meneriakkan
sumpah serapah, sementara tangannya masih terangkat ke atas.
Robert," Sophie berkata dari bangku belakang, "aku percaya kau sudah puas
melihat hutan ajaib kami." Langdon mengangguk.Sangatpuas. "Bagus. Antar kita
keluar dari sini." Langdon melihat peralatan kemudi mobil itu dan tampak
ragu.Sialan. Dia meraih tongkat persneling dan pedal kopling. "Sophie" Mungkin kau - " "Jalan!"
Sophie berteriak. Di luar, beberapa pelacur berjalan mendekat untuk melihat apa
yang terjadi. Seorang perempuan menelepon dengan telepon genggamnya. Langdon
menekan pedal kopling dan menggeser tongkat persneling ke arah yang
diharapkannya, gigi satu. Dia menyentuh pedal gas, mencoba gasnya. Langdon
melepas kopling. Roda-roda terdorong ketika taksi meloncat ke depan, berzigzag
liar dan membuat para penonton di sisi jalan berlarian mencari perlindungan.
Perempuan bertelepon genggam tadi meloncat masuk hutan, nyaris tertabrak.
"Doucement!" Sophie berkata, ketika mobil itu bergerak dengan cepat ke jalan.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku sudah mencoba untuk memperingatkanmu," teriak Langdon di antara suara
gemeletik gigi mobil. "Aku biasa mengemudi mobil otomatis!"
39 Walau kamar spartannya di rumah di Jalan Rue La Bruy?re telah menjadi saksi atas
banyak penderitaan, Silas merasa tak penderitaan yang sekarang mencengkeram
Semuanyahilang. ada yang dapat menandingi tubuh pucatnya. Aku ditipu. Silas
telah terperdaya. Para anggota persaudaraan ituu telah berbohong. Mereka memilih
mati daripada membuka rahasia yang sebenarnya. Silas tidak punya kekuatan untuk
menelepon Guru. Bukan saja dia telah membunuh keempat orang terakhir yang tahu
di mana kunci itu disembunyikan, tetapi juga telah membunuh seorang biarawati di
SaintSulpice. Dia bekerja melawan Tuhan! DiamengejekpekerjaanOpusDei! Kematian
perempuan itu telah sangat mempersulit persoalan. Uskup Aringarosa telah
menelepon, yang memungkinkan Silas diizinkan ke SaintSulpice; apa pendapatabb?


The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika dia tahu seorang biarawatinya tewas" Walau Silas telah membaringkan
biarawati itu kembali di atas tempat tidurnya, namun luka di kepalanya sangat
jelas terlihat. Silas juga bermaksud merapikan kembali lantai keramik yang
pecah, namun kerusakan itu juga terlalu parah. Mereka akan tahu bahwa seorang
telah datang ke situ. Silas telah berencana untuk bersembunyi di dalam Opus Dei ketika tugasnya di
sini telah selesai.UskupAringarosaakanmelindungiku. Silas tak dapat membayangkan
adanya kehidupan yang lebih bahagia daripada kehidupan yang berisi meditasi dan
doa, jauh di dalam dinding-dinding kantor pusat Opus Dei New York City. Dia
tidak akan pernah keluar lagi. Segala yang dibutuhkannya ada di rumah itu. Tak
seorang pun akan merasa kehilangan aku. Sialnya, Silas tahu, seorang uskup besar
seperti Aringarosa tidak dapat menghilang begitu saja.
Aku telah membahayakan uskup itu. Silas menatap kosong pada lantai itu dan
berpikir untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Lagi pula, bukankah Aringarosa yang
memberinya hidup dulu...di sebuah rumah pendeta yang kecil di Spanyol, dengan
mendidiknya dan memberinya tujuan hidup.
"Kawanku," Aringarosa berkata padanya. "kaulahir sebagai seorang albino. Jangan
biarkan seorang pun membuatmu malu karenanya. Kau tidak tahu betapa khususnya
kau karena keadaanmu ini" Apakah kau tidak tahu bahwa Nuh sendiri juga albino?"
"Nabi Nuh?" Silas tidak pernah mendengar hal itu. Aringarosa tersenyum. "Betul.
Nabi Nuh. Seorang albino. Seperti dirimu, dia berkulit putih seperti malaikat.
Ingat ini. Nuh menyelamatkan seluruh kehidupan di planet ini. Kau ditakdirkan
untuk mengerjakan hal-hal penting, Silas. Tuhan telah membebaskanmu dengan satu
alasan. Kau mendapat panggilan. Tuhat memerlukan bantuanmu untuk melaksanakan
pekerjaan-Nya. Setelah itu, Silas belajar untuk memandang dirinya dalam sinar baru. Aku
murni.Putih.Indah.Sepertimalaikat.
Pada saat itu, walau dia berada di dalam kamarnya dirumah itu, suara ayahnyalah
yang berbisik dari masa lalu. Tuesundesastre.Unspectre. (Kau adalah malapetaka.
Hantu) Sambil berlutut di atas lantai kayu, Silas berdoa memohon ampun.
Kemudian, setelah menanggalkan jubahnya, dia meraih lagi disiplin itu.
40 LANGDON MASIH berkutat dengan pergantian gigi, namun akhirnya dia dapat
mengendalikan taksi rampasan itu melaju, menjauh dari Bois de Boulogne. Dia
hanya mengalami mati mesin dua kali. Sialnya, kelucuan yang melekat pada keadaan
ini dibayangi oleh pangkalan pusat taksi yang terus memanggil-manggil taksi
mereka yang bernomor 563 melalui radio dan minta dijawab segera. "Voiturecing-
six-trois.Ou ?tes-vous"Repondez!" Ketika Langdon tiba di pintu keluar taman, dia
menelan kelaki-lakiannya dan mengerem mobllnya. "Sebaiknya kau saja yang mengemudi." Sophie tampak lega
ketika dia akhirnya duduk di belakang kemudi. Dalam beberapa detik saja dia
telah membuat mobil itu menderum halus ke arah barat di sepanjang Allee de
Longchamp, meninggalkan Taman Kenikmatan Duniawi di belakang.
"Ke arah mana Rue Haxo?" Tanya Langdon, melihat Sophie yang menaikkan jarum
speedometer hingga lebih dari seratus kilometer per jam.
Mata Sophie tetap terpusat pada jalan. "Pengemudi taksi tadi mengatakan bahwa
jalan itu berdekatan dengan stadion tenis Roland Garros. Aku tahu daerah itu."
Langdofl mengeluarkan lagi kunci berat itu dari sakunya, merasakan beratnya pada
telapak tangannya. Dia tahu, benda itu merupakan objek penuh risiko. Sangat
mungkin itu merupakan kunci bagi kebebasannya sendiri.
Beberapa saat sebelum ini, ketika dia menceritakan kepada Sophie soal Templar,
Langdon telah menyadari bahwa kunci ini, selain mempunyai segel embos Biarawan
di atasnya, juga memiliki suatu ikatan lain yang lebih halus dengan Biarawan
Sion. Palang dengan lengan seimbang merupakan simbol dari keseimbangan dan
harmoni, namun juga simbol dari Templar. Semua orang telah melihat lukisan
Templar yang mengenakan tunik putih dengan hiasan palang berlengan seimbang
berwarna merah. Memang, lengan-lengan palang Templar sedikit melebar pada setiap
ujungnya, namun semuanya tetap memiliki panjang yang sama. Salibpersegi.Betul-
betulsepertikunciini. Langdon merasa khayalannya mulai menjadi liar ketika dia
membayangkan apa yang mungkin mereka temukan nanti.HolyGrail. Dia hampir saja
tertawa terbahak membayangkan keanehan itu. Grail dipercaya berada di suatu
tempat di Inggris, terkubur di sebuah kamar tersembunyi, di bawah salah satu
dari banyak gereja Templar. Grail telah disembunyikan di sana paling tidak sejak
tahun 1500. EraMahaguruDaVinci. Untuk menjaga keamanan dokumen-dokumen berkekuatan itu,
Biarawan telah terpaksa memindahkannya berulang-ulang pada abad-abad awal. Kini
para ahli sejarah menduga bahwa Grail telah pernah dipindahkan sebanyak enam
kali ke tempat-tempat yang berbeda sejak kedatangannya di Eropa dari Jerusalem.
"Penampakan" Grail yang terakhir adalah pada tahun 1447, ketika sejumlah saksi
menggambarkan sebuah kebakaran yang terjadi dan hampir menelan dokumen-dokumen
itu sebelum semuanya dibawa tempat aman dalam empat peti besar yang masing-
masing memerlukan enam orang untuk menggotongnya. Setelah itu tak seorang pun
pernah mengaku melihat Grail lagi. Yang tersisa adalah bisik-bisik bahwa Grail
tersembunyi di Inggris Raya, negeri Raja Arthur dan Kesatria Meja Bundar. Di
mana pun itu, ada dua fakta yang tertinggal:
LeonardotahudimanaGrailberadaselamamasahidupnya.
Tempatpersembunyianitumungkintidakberubahhinggakini. Karena alasan ini, orang-
orang yang berminat pada Grail masih mempelajari dengan tekun karya-karya seni
Da Vinci dan buku hariannya dengan harapan mendapat petunjuk rahasia tentang
tempat penyimpanan Grail sekarang. Beberapa orang menyatakan bahwa pegunungan di
latar belakang lukisanMadonna oftheRocks sesuai dengan topografi dari
serangkaian gua di perbukitan di Skotlandia. Yang lainnya yakin bahwa penempatan
yang mencurigakan dari para murid di lukisanTheLastSupper merupakan semacam
kode. Namun ada juga yang menyatakan bahwa hasil sinar X padaMonaLisa mengungkap
bahwa perempuan itu memang telah dilukis mengenakan leontin berbatu berlapis
lazuli milik Isis - sebuah detail yang konon ditambahkan belakangan oleh Da Vinci
pada lukisan tersebut. Langdon belum pernah melihat bukti leontin itu. Dia juga
tidak dapat membayangkan bagaimana semua itu dapat mengungkap keberadaan Holy
Grail. Namun, pencinta Grail masih tetap mendiskusikannya adnauseam melalui
media buletin internet dan ruang-ruang percakapan maya di seluruh dunia.
Semuaorangsukakonspirasi. Dan, teori konspirasi itu terus berdatangan. Yang
paling baru, tentu saja, merupakan penemuan yang menggemparkan bahwa lukisan Da
Vinci yang terkenal,AdorationofMagi, menyembunyikan rahasia gelap di bawah
lapisan catnya. Pendiagnosa seni Italia, Maurizio Seracini, telah menyingkap
kebenaran yang belum pasti itu. New York Times Magazine memuat cerita yang
menghebohkan itu dengan judul "The Leonardo Cover-Up".
Seracini telah mengungkap tanpa ragu bahwa sketsa Adoration yang berwarna cat
kelabu kehijauan memang pekerjaan Da Vinci, namun lukisan itu sendiri bukan
karyanya. Yang benar adalah, sebagian pelukis tak dikenal telah menambahi sketsa
Da Vinci seperti yang terjadi pada banyak lukisannya setelah dia meninggal. Yang
lebih membingungkan adalah apa yang tersimpan dibawah sapuan para penipu itu.
Foto-foto yang diambil denganreflectografi infra merah dan sinar X menunjukkan
bahwa si pelukis kasar ini, sambil mengisi sketsa Da Vinci, telah membuat
perubahan mencurigakan atas gambar aslinya ... seolah ia melencengkan maksud Da
Vinci yang sesungguhnya. Apa pun yang ada di bawah lapisan itu, lukisan itu
harus dipamerkan. Meskipun demikian, petugas Galeri Uffizi di Florence yang
merasa malu atas kejadian itu langsung membuang lukisan itu ke pengunjung di
galeri Ruang Leonardo gudang di seberang jalan. Para sekarang dapat melihat
sebuah pemberitahuan menyesatkan dan tanpa permohonan maaf di tempatAdoration
tadinya tergantung. KARYAINISEDANGDIPROSESTESDIAGNOSTIK
DALAMPERSIAPANUNTUKRESTORASI
Di dunia hitam para pencari Grail modern yang aneh, sosok Leonardo da Vinci
tetap merupakan teka-teki besar. Karya-karya seni Da Vinci tampak menyampaikan
sebuah rahasia, namun tetap saja tersembunyi, mungkin di bawah lapisan cat,
mungkin terkodekan langsung di atas lukisan, atau mungkin tidak di mana pun.
Mungkin, kebanyakan dari petunjuk-petunjuk yang memancing minat itu bukan apa-
apa, hanya janji kosong yang membuat Orang-orang yang penasaran kecewa dan
diejek oleh senyum Mona Lisa yang terkenal itu.
"Mungkinkah," tanya Sophie, menyadarkan Langdon dan lamunannya, "kunci yang kau
pegang itu membawa kita ke tempat Persembunyian Holy Grail?"
Suara tawa Langdon terdengar dipaksakan, juga bagi diri Langdon sendiri. "Aku
betul-betul tak dapat membayangkannya. Lagi pula, Grail dipercaya disembunyikan
di sekitar Inggris, bukan di Prancis." Langdon memberi Sophie sejarah singkat.
"Tetapi, Grail tampaknya merupakan satu-satunya hasil akhir yang masuk akal,"
tegas Sophie. Kita punya kunci pengaman yang ekstrem, dicap dengan segel
Biarawan Sion, diberikan kepada kita oleh anggota Biarawan Sion - sebuah kelompok
yang, baru saja kaukatakan, merupakan penjaga Holy Grail."
Langdon tahu pendapat Sophie itu masuk akal, namun secara naluriah Langdon tidak
dapat menerirnanya. Kabar angin menyatakan bahwa anggota Biarawan pernah
bersumpah bahwa suatu hari kelak mereka akan membawa Grail kembali ke Prancis,
ke tempat peristirahatan terakhir, namun tidak ada bukti sejarah yang tampak
bahwa hal itu telah terjadi. Kalaupun Biarawan telah berhasil membawa Grail
kembali ke Prancis, alamat Rue Haxo no. 24 di dekat sebuah stadiun tenis sulit
diterima sebagai tempat peristirahatan terakhir yang layak baginya. "Sophie, aku
betul-betul tidak melihat bagaimana kunci ini memiliki hubungan dengan Grail."
"Karena Grail itu mungkin masih ada di Inggris?" "Bukan itu saja. Lokasi Holy
Grail merupakan rahasia yang paling terjaga dalam sejarah. Anggota Biarawan
menunggu berpuluh-puluh tahun untuk membuktikan diri mereka dapat dipercaya
sebelum diangkat ke jajaran yang tertinggi dalam persaudaraan itu dan mengetahui
tempat Grail. Rahasia itu terjaga oleh sebuah sistem yang rumit dari pengetahuan
yang terbagi-bagi. Dan, walaupun persaudaraan itu sangat besar, hanya empat
orang anggota pada setiap zamannya yang tahu di mana Grail disembunyikan -
mahaguru dan tiga senechaux-nya, pengawalnya. Kemungkinan bahwa kakekmu salah
satu dari mereka adalah sangat tipis."
Kakekku salah satu dari mereka, pikir Sophie, sambil menekan pedal gas. Dia
mempunyai gambaran yang tercetak dalam benaknya bahwa kakeknya memang salah satu
anggota persaudaraan itu, tak diragukan lagi.
"Dan, kalaupun kakekmu ada di jajaran tertinggi, dia tidak boleh mengungkap apa
pun kepada siapa pun di luar keanggotaan mereka. Tidak mungkin kakekmu
memasukkanmu ke dalam lingkaran itu."
Aku sudahmasukke sana, pikir Sophie, sambil mengingat rijtual di ruang bawah
tanah itu. Dia bertanya-tanya, apakah ini waktu yang tepat untuk mengatakan
kepada Langdon apa yang telah disaksikannya pada malam itu di puri Normandia.
Sudah sepuluh tahun sekarang, namun dia masih saja merasa malu untuk
mengatakannya. Hanya dengan memikirkannya saja dia sudah merasa ngeri. Suara
sirene terdengar dari kejauhan dan dia merasa keletihan yang menyelubunginya
semakin tebal. "Di sana!" kata Langdon merasa sangat gembira melihat kompleks besar stadion
tenis Roland Garos di kejauhan.
Sophie mengemudikan mobil meliuk-liuk ke arah arena tenis itu. Setelah melewati
beberapa jalan kecil, mereka menemukan persimpangan Rue Haxo. Mereka memasuki
dan menelusurinya dari arah nomor bangunan terkecil. Jalan itu telah menjadi
daerah industri; di tepi jalan tampak kegiatan bisnis.
Kita mencari nomor 24, Langdon mengingatkan dirinya sendiri setelah diam-diam
matanya memindai puncak menara sebuah gereja. Jangan
keterlaluan.SebuahgerejaTemplaryangterlantardidaerahini" "Itu dia!" seru Sophie
sambil menunjuk. Mata Langdon mengikuti ke sebuah bangunan di depan mereka.
Apaitu" Bangunan itu modern. Sebuah benteng penyimpanan dengan sebuah lampu neon
berbentuk palang ber1engan seimbang menghiasi bagian depannya. Di bawah palang
itu tertera: BANKPENYIMPANANZURICH Langdon bersyukur tidak memberi tahu Sophie bahwa tadi dia berharap menjumpai
gereja Temp1ar. Kariernya sebagal ahli simbol membuatnya cenderung menarik makna
tersembunyi dari setiap keadaan, walau sesungguhnya tidak selalu ada. Dalam hal
ini, Langdon betul-betul lupa bahwa salib damai, berlengan seimbang, itu telah
diadopsi sebagai simbol sempurna bagi negara netral Swiss. Paling tidak misteri
itu sudah terpecahkan. Sophie dan Langdon memegang kunci untuk membuka sebuah
kotak penyimpanan pada bank Swiss.
41 Di LUAR puri Gandolfo, udara pegunungan berhembus naik ke puncak tebing dan
melintasi jurang dalam, mengirimkan udara dingin pada Uskup Aringarosa ketika
dia melangkah keluar dari Fiatnya. Seharusnya aku mengenakan pakaian yang lebih
hangat daripada jubah ini, pikirnya, sambil melawan refleksnya untuk menggigil.
Dia sama sekali iidak boleh tampak lemah dan takut.
Puri itu gelap, kecuali jendela-jendelanya yang terletak di paling atas bangunan
itu yang berkilau tak menyenangkan. Perpustakaan itu, pikir Aringarosa. Mereka
bangun dan sedang menunggu. Dia menundukkan kepalanya melawan tiupan angin, dan
terus berjalan tanpa menoleh, serta hanya mengerling pada kubah gedung
observatorium itu. Pendeta yang menyambutnya di pintu tampak mengantuk. Dia pendeta yang juga
menyambutnya lima bulan lalu. Namun malam ini dia menyambut Aringarosa dengan
kurang ramah. "Kami mengkhawatirkan Anda, Uskup," kata pendeta itu, sambil
melihat jam tangannya dan lebih tampak gelisah daripada khawatir. "Maafkan saya.
Akhir-akhir ini penerbangan tidak dapat dipercaya." Pendeta itu menggumamkan
sesuatu yang tak terdengar, kemudian berkata,
"Mereka menunggu di atas. Saya akan mengawal Anda ke atas." Perpustakaan itu
merupakan ruangan persegi yang luas, dan berlapis kayu warna gelap dari lantai
hingga langit-langitnya. Pada semua sisi, menjulang rak-rak buku penuh buku.
Lantainya terbuat dari pualam kuning dengan hi?san tepi dari kayu balsa, satu
pengingat yang indah bahwa gedung ini pernah berfungsi sebagai istana. "Selamat
datang, Uskup," suara seorang lelaki terdengar dari seberang
ruangan. Aringarosa mencoba melihat siapa yang baru saja menyapanya namun sinar
dalam ruangan itu sangat redup - jauh lebih redup dibandingkan d?ngan saat
kunjungannya yang pertama kali, ketika semuanya terang benderang. Malam
kebangunan yang sebenarnya. Malam ini, orang-orang itu duduk dalam keremangan,
seolah mereka malu akan apa yang akan segera menjadi jelas terpapar.
Aringarosa masuk perlahan, bahkan seperti raja. Dia dapat melihat bentuk tubuh
ketiga orang itu, duduk pada sebuah meja panjang agak jauh ke dalam ruangan itu.
Siluet lelaki yang duduk di tengah segera dikenalinya - Sekretaris Vatikan yang
sangat gemuk, yang menguasai segala urusan hukum di dalam kota Vatikan. Dua
lainnya adalah kardinal tinggi dari Italia.
Aringarosa melintasi ruangan perpustakaan itu menuju kearah mereka. "Dengan
rendah hati, saya mohon maaf atas keterlambatan ini. Kita berada dalam zona
waktu yang berbeda. Kalian tentu letih."
"Sama sekali tidak," kata sekretaris itu, 1engan-1engannya terlipat di atas
perut besarnya. "Kami senang Anda telah datang jauh-jauh ke sini. Yang kami
lakukan hanyalah bangun dan menemui Anda. Anda mau minum kopi atau penyegar
1ainnya?" "Saya lebih senang kita tidak menjadikan ini sebagai pertemuan sosial. Saya
harus mengejar pesawat yang lainnya. Mari kita segera selesaikan urusan kita."
"Tentu saja," kata sekretaris itu. "Anda telah bertindak lebih cepat dari yang
kami bayangkan." "Begitu?" 'Anda masih punya waktu satu bulan lagi." "Anda telah
menyampaikan maksud Anda lima bulan yang lalu," kata
Aringarosa. "Mengapa saya harus menunggu lebih lama?" "Memang. Kami sangat
senang dengan langkah Anda." Mata Aringarosa menjelajahi meja panjang itu hingga
ke sebuah tas hitam besar. "Apakah itu yang saya minta?" "Betul." Suara sekretaris itu teredengar
tidak tenang. "Walau harus kami
katakan, kami prihatin pada permintaan itu. Itu tampak terlalu ...."
"Berbahaya," salah satu kardinal menyelesaikan kalimat itu. "Anda yakin, kami
tidak bisa mentransfer ini untuk Anda ke mana saja" Jumlahnya besar sekali."
Kebebasanmemangmahal. "Saya tidak mengkhawatirkan apa pun. Tuhan bersamaku."
Tuan rumahnya sekarang betul-betul tampak bingung. "Jumlahnya persis sesuai
dengan yang saya minta?" tanya Aringarosa. Sekretans itu mengangguk. "Satuan
besar surat obligasi ditarik dari Bank Vatikan. Dapat dinegosiasikan untuk
diuangkan di mana saja di seluruh dunia."
Aringarosa benjalan ke ujung meja dan membuka tas itu. Di dalmnya ada dua tumpuk
tebal surat obligasi, masing-masing dengan segel Vatikan dan tulisan PORTATORE,
membuat obligasi itu dapat diuangkan oleh siapa pun yang membawanya. Sekretaris
itu tampak tegang. "Saya harus mengatakan, Uskup, kami semua akan merasa lebih
nyaman jika derma ini berupa uang tunai saja."
Aku tidak bisa mengangkat uang sebanyak itu, pikir Aringarosa sambil menutup tas
itu. "Surat berharga dapat dinegosiasikan untuk diuangkan. Anda mengatakannya
sendiri begitu tadi."
Para kardinal saling bertatapan cemas, dan akhirnya salah satu dari mereka
berkata, "Ya, tetapi surat-surat ini dapat dilacak langsung ke Bank Vatikan."
Aringarosa tersenyum dalam hati. Memang inilah alasan Guru menganjurkan
Aringarosa mengambil uang dalam bentuk obligasi Bank Vatikan. Terjamin seperti
asuransi. Sekarang, kita semua ada di dalamnya bersama-sama. "Ini transaski sah


The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sempurna." Aringarosa membela diri. "Opus Dei merupakan prelatur pribadi
Kota Vatikan dan Yang Mulia Sri Paus dapat mengedarkan uang kapan pun dia anggap
sesuai. Dalam hal ini tak ada pelanggaran hukum."
"Betul, tetapi ...." Sekretaris itu mencondongkan tubuhnya kedepan dan kursinya
berderit karena beban di atasnya. "Kami tidak tahu apa yang akan Anda lakukan
dengan surat-surat itu, dan jika tindakan itu tidak legal ...."
"Mengingat apa yang Anda minta kepada saya," Aringarosa menjawab, "apa yang saya
lakukan dengan uang ini bukan urusan Anda." Ruangan itu menjadi sunyi, lama
sekali. Merekatahuakubenar, pikir Aringarosa. "Sekarang, saya kira Anda punya
sesuatu untuk saya tanda tangani." Mereka semua terlonjak, bersemangat mendorong
kertas itu ke arah Aringarosa, seolah mereka mengira ia akan pergi begitu saja. Aringarosa
mengamati kertas di depannya. Di atasnya tertera segel
kepausan. "Ini sama dengan salinan surat yang Anda kirimkan kepada saya?"
"Betul." Aringarosa heran betapa dingin perasannya ketika menandatangani
dokumen itu. Bagaimanapun, ketiga tuan rumahnya tampak mendesah lega. "Terima
kasih, Uskup," sekretaris itu berkata. "Pelayanan Anda kepada
Gereja tak akan dilupakan." Aringarosa mengambil tas itu, merasakan ada janji
dan otoritas dalam beratnya. Keempat orang itu saling tatap untuk sesaat, ;
janganjangan masih ada yang akan dibicarakan. Namun tampaknya sudah ada lagi.
Aringarosa memutar tubuhnya dan melangkah ke arah pintu. "Uskup?" salah satu
dari kardinal itu memanggil Aringarosa ketika uskup
itu tiba di ambang pintu. Aringarosa berhenti, menoleh. "Ya?" "Ke mana Anda akan
pergi setelah ini?" Aringarosa merasa pertanyaan ini lebih bersifat spiritual
daripada geografis. Namun begitu dia tidak berniat untuk berbicara soal moral
pada jam seperti ini. "Paris," katanya, dan pergi ke luar pintu.
42 BANK penyimpanan Zurich adalah bank Geldschrank yang buka 24 jam, menawarkan
pelayanan anonim modern dalam tradisi nomor rekening Swiss. Memiliki kantor
cabang di Zurich, Kuala Lumpur, New York dan Paris, bank tersebut akhir-akhir
ini telah memperluas pelayanannya, menawarkan pelayanan wasiat dengan kode
komputer tanpa nama dan backup digital nirwajah.
Nasabah yang ingin menyimpan barang apa pun, dari sertifikat saham hingga
lukisan berharga, dapat menyimpannya tanpa nama dengan serangkaian teknologi
tinggi yang melindungi rahasia nasabah, dan dapat mengambil simpanannya itu
kapan pun, juga tanpa nama.
Ketika Sophie menghentikan taksinya di depan gedung tujuan mereka itu, Langdon
menatap arsitektur gedung yang kokoh itu dan merasa bahwa Bank Penyimpanan
Zurich merupakan perusahaan yang hanya punya sedikit rasa humor. Gedung itu
berbentuk empat persegi panjang tak berjendela, tampak dibuat dari baja.
Menyerupai tembok metal yang luar biasa, gedung besar itu berdiri menjorok ke
belakang dari jalan raya. Pada bagian depannya terdapat neon berbentuk palang
dengan lengan sama panjang setinggi lima belas kaki.
Reputasi Swiss dalam kerahasiaan bank telah menjadi ekspor yang paling
menguntungkan bagi negeri itu. Fasilitas seperti ini telah diperdebatkan dalam
komunitas seni, karena ia memberikan tempat yang sempurna bagi para pencuri
benda seni untuk menyembunyikan barang-barang curian mereka, jika perlu selama
bertahun-tahun, hingga pencarian benda hilang itu berhenti. Karena benda-benda
simpanan itu terlindungi dari penyelidikan polisi berkat hukum kerahasiaan
pribadi dan dikaitkan dengan nomor rekening dan bukannya nama orang, maka para
pencuri akan tenang-tenang saja karena tahu benda curian mereka aman dan tak
dapat dihubung-hubungkan dengan mereka.
Sophie menghentikan taksinya di depan gerbang yang luar biasa yang memblokir
pintu depan bank tersebut - sebuah jalur melandai bertepi semen yang menurun di
bawah gedung itu. Sebuah kamera video terpasang di atas, langsung mengarah ke
mereka. Langdon merasa bahwa kamera itu, tidak seperti yang terpasang di Louvre,
betul-betul asli. Sophie menurunkan kaca jendela dan mengamati podium elektronik di luar, di sisi
pengemudi. Sebuah layar LCD memberikan petunjuk dalam tujuh bahasa. Baris
teratas adalah bahasa Inggris.
MASUKKANKUNCI Sophie mengambil kunci emas yang dibuat dengan sinar laser itu dari sakunya dan
memperhatikan kembali podium tersebut. Di bawah layar ada sebuah lubang segi
tiga. "Saya rasa ini akan cocok," kata Langdon. Sophie mencocokkan batang segi
tiga kunci itu ke kemudian memasukkannya. Kunci emas itu menyusup lubang
tersebut, hingga seluruh batangnya tenggelam. Ternyata kunci itu tidak perlu
diputar. Dalam sekejap, pintu gerbang itu terayun membuka. Sophie melepas
injakan kakinya dari pedal rem, kemudian meluncurkan mobilnya ke arah gerbang
dan podium kedua. Di belakang Sophie, pintu gerbang pertama tertutup kembali,
memerangkap mereka seperti dalam bubu ikan.
Langdon tidak suka berada dalam keadaan terperangkap seperti ini.
Mudahmudahangerbangkeduajugadapatterbuka. Podium elektronik kedua memberikan
petunjuk yang sama. MASUKKANKUNCI
Ketika Sophie memasukkan kuncinya, gerbang kedua itu langsung terbuka.
Sesaat kemudian mereka telah melesat dan masuk ke perut gedung. Garasi pribadi
itu kecil dan remang-remang, dan hanya muat kira-kira untuk dua belas mobil. Di
ujung garasi, Langdon melihat pintu masuk gedung. Permadani merah terbentang di
atas lantai semen, mengantar pengunjung ke sebuah pintu besar yang tampaknya
terbuat dari besi. Ini seperti pesan ganda, pikir Langdon, Selamat datang dan jangan mendekat.
Sophie memarkir taksinya di tempat lowong di dekat pintu masuk dan mematikan
mesin. "Sebaiknya tinggalkan pistolmu disini.".
Dengansenanghati, pikir Langdon sambil mendorong pistol itu ke bawah bangku.
Sophie dan Langdon keluar dan berjalan di atas permadani merah ke arah lempengan
baja itu. Pintu itu tak punya pegangan pembuka, namun pada dinding di sampingnya
ada lubang kunci lagi. Kali ini tidak ada petunjuk. "Untuk menahan orang-orang
yang lamban mengerti," kata Langdon. Sophie tertawa, tampak gugup. Kemudian dia
memasukkan kunci itu ke dalam lubangnya, dan pintu itu terbuka kedalam dengan
suara berdengung rendah. Setelah bertukar pandang mereka masuk. Pintu itu
tertutup dengan dentaman ringan dibelakang mereka.
Ruang depan Bank Penyimpanan Zurich berdekorasi luar biasa. Langdon belum pernah
melihat dekorasi seperti ini. Bank-bank lain berdekor pualam dan batu granit,
namun bank ini memilih untuk menghiasi ruangannya dengan metal dan paku.
Siapadekoratormereka" Langdon bertanya-tanya.PersekutuanBaja" Sophie merasa
merinding juga ketika mengamati lobi itu. Metal kelabu di mana-mana---lantai,
dinding, loket-loket, pintu-pintu bahkan tempat duduk lobi tampak dibuat dengan
cetakan besi. Walau begitu, efeknya mengesankan. Pesan yang disampaikan jelas:
Anda berjalan memasuki sebuah. ruangan besi.
Seorang lelaki besar di belakang loket menatap ketika mereka masuk. Dia
mematikan televisi kecil yang sedang ditontonnya dan menyapa mereka dengan
senyum ramah. Walau lelaki itu begitu berotot dan bersenjata, katakatanya yang
teramat santun menggemakan kerendahan hati seorang pelayan Swiss. "Bonsoir," dia
menyapa selamat malam. "Ada yang bisa saya bantu?" Sambutan tuan rumah dalam dua
bahasa merupakan trik ramah-tamah terbaru dari orang Eropa. Sapaan itu tidak
berdasarkan dugaan apa pun dan si tamu bisa menjawab dengan bahasa apa pun yang
ia sukai. Sophie tidak menjawab. Dia hanya meletakkan kunci emas diatas meja di depan
lelaki itu. Lelaki itu langsung berdiri lebih tegak. "Tentu saja. Lift Anda diujung gang.
Saya akan memberi tahu seseorang bahwa Anda menuju ke sana." Sophie mengangguk
dan mengambil kembali kuncinya. "Lantai berapa?" Lelaki itu menatapnya aneh.
"Kunci Anda akan memberi tahu lantai
berapa." Sophie tersenyum. "Oh, ya."
Penjaga menatap kedua tamu itu saat mereka berjalan menuju lift, memasukkan
kunci mereka, masuk ke dalam lift, kemudian menghilang. Begitu pintu lift
tertutup, penjaga itu mengambil telepon. Dia tidak menelepon untuk memberi tahu
seseorang atas kedatangan kedua orang ini, karena itu tidak perlu. Sebuah ruang
besi telah disiagakan secara otomatis untuk menyambut ketika kunci nasabah
dimasukkan ke lubang kunci di pintu gerbang.
Sebaliknya, penjaga itu menelepon manajer malam. Ketika telepon tersambung,
penjaga itu menyalakan televisi lagi dan menatapnya. Siaran berita yang tadi
ditontonnya baru saja berakhir. Itu tidak penting. Dia sekarang menatap dua
wajah yang terpampang di televisi. Manajer malam menjawab."Oui?" "Kita ada
masalah di sini." "Ada apa?" tanya manajer itu. "Polisi Prancis sedang mengejar
dua orang pelarian malam ini." "Lalu?" "Keduanya baru saja masuk ke bank kita."
Manajer itu mengumpat perlahan. "Baik. Aku akan segera menghubungi
PakVernet." Penjaga itu kemudian meletakkan teleponnya dan menelepon lagi. Kali
ini dia menelepon interpol.
Langdon heran karena merasa bahwa lift itu bukan naik, tapi justru turun. Dia
tidak tahu telah berapa lantai mereka turun kebawah Bank Penyimpanan Zurich ini
sebelum akhirnya pintu lift terbuka. Dia tidak peduli. Dia senang keluar dari
lift. Dengan menunjukkan kecekatan yang mengagumkan, seorang penerima tamu telah siap
menyambut mereka. Lelaki itu sudah berumur dan ramah, mengenakan jas flanel yang
diseterika rapi yang membuatnya tampak salah tempat - seorang pegawai tua didunia
berteknologi tinggi. "Bonsoir," kata orang itu. "Selamat malam. Anda berkenan mengikuti saya, s'il
vous plait?" Tanpa menunggu jawaban, dia berputar dan berjalan cepat memasuki
koridor sempit berdinding metal. Langdon berjalan bersama Sophie memasuki
beberapa koridor, melewati
beberapa ruangan besar berisi layar komputer yang berkedap-kedip. "Voici," tuan
rumah mereka berkata ketika mereka tiba di sebuah pintu
besi dan membukanya untuk mereka. "Nah, Anda sudah sampai." Langdon dan Sophie
melangkah memasuki dunia yang lain. Ruangan kecil di depan mereka tampak seperti
ruang duduk yang mewah di hotel mahal. Segala dinding besi dan paku telah
menghilang, diganti dengan permadani oriental, perabotan dari kayu ek berwarna
gelap, dan kursi berbantal. Pada meja lebar di tengah ruangan, dua gelas kristal
diletakkan berdekatan dengan sebotol Perrier yang terbuka, gelembungnya masih
bergerak-gerak ke atas. Seteko kopi mengepul di sebelahnya. Mesinjam, pikir
Langdon.SerahkansajapadaorangSwiss. Lelaki itu tersenyum mengerti. "Saya kira
ini kunjungan Anda yang pertama
ke sini. Betul?" Sophie ragu-ragu, kemudian menganguk. "Saya mengerti. Kunci-
kunci itu sering diwariskan, dan tamu yang baru pertama kali berkunjung biasanya
bingung pada protokol kami." Dia menunjuk pada meja minuman. "Ruangan ini adalah
milk Anda sepanjang Anda mau menggunakannya." "Tadi Anda bilang bahwa kunci
sering diwariskan?" tanya Sophie. "Betul. Kunci Anda seperti nomor rekening di
Bank Swiss, yang sering beralih dan generasi ke generasi. Untuk rekening emas
kami, penyewaan kotak simpanan tersingkat adalah lima puluh tahun. Dibayar di
muka. Jadi kami biasa melihat banyak pergantian keluarga pemegang warisan itu.
"Anda bilang lima puluh tahun?" tanya Langdon. "Paling cepat," jawab tuan rumah
mereka. "Tentu saja, Anda dapat menyewa lebih lama lagi, tetapi harus ada
pengurusan lagi. Jika tidak ada kegiatan pada sebuah rekening selama lima puluh
tahun, isi kotak penyimpan itu secara otomatis dihancurkan. Saya boleh
menjelaskan proses membuka kotak penyimpanan Anda?" Sophie mengangguk.
"Silakan." Tuan rumah mereka menyapukan tangannya ke sekeliling ruang mewah itu.
"Ini ruangan pribadi Anda. Begitu saya meninggalkan ruangan ini, Anda boleh
menggunakan waktu yang Anda perlukan di sini untuk melihat dan mengubah isi
kotak penyimpanan anda yang berada ... di sini." Dia kemudian mengajak tamunya
ke dinding yang jauh dari mereka, tempat sebuah ban berjalar yang lebar memasuki
ruangan, hampir sama dengan ban berjalan ditempat pengambilan barang di bandara.
"Masukkan kunci anda di lubang itu ...." Orang itu menunjuk pada sebuah podium
elektronik yang besar dan menghadap ke ban berjalan. Podium itu memiliki lubang
segi tiga yang telah pernah mereka lihat. "Begitu komputer mengenali tanda-tanda
pada kunci Anda, masukkan nomor rekening Anda, dan kotak penyimpanan Anda akan
keluar secara otomatis dari tempat penyimpanan di bawah. Jika Anda telah selesai
dengan kotak Anda, letakkan kembali pada ban berjalan itu,. masukkan kunci Anda
lagi, dan prosesnya akan berjalan berbalik. Karena semuanya berjalan secara
otomatis, kerahasiaan Anda terjamin, bahkan dari pegawai bank ini. Jika
memerlukan apa pun, tekan tombol panggilan di atas meja ditengah ruangan ini."
Sophie baru saja ingin mengajukan sebuah pertanyaan ketika telepon berdering.
Lelaki itu tampak bingung dan malu. "Maaf." Lalu, dia menghampiri telepon yang
terletak di meja, di samping kopi dan Perrier tadi. "Oui?" jawabnya. Alisnya
berkerut ketika mendengarkan suara penelepon itu. "Oui ...oui ... d'accord." Dia
meletakkan telepon, dan tersenyum kaku pada tamunya. "Maaf, saya harus
meninggalkan anda sekarang. Anggaplah seperti rumah sendiri." Dia bergerak cepat
menuju pintu. "Maaf," seru Sophie. "Dapatkah Anda menjelaskan sebelum pergi"
Anda tadi mengatakan bahwa kami harus memasukkan nomorrekening?" Orang itu berhenti
di pintu, tampak pucat. "Tentu saja. Seperti bank-bank Swiss lainnya, kotak
penyimpanan kami terhubung dengan sebuah nomor rekening, bukan nama orang. Anda
punya kunci dan nomor rekening pribadi yang diketahui oleh Anda sendiri. Kunci
itu hanya merupakan setengah dari pengenal Anda. Nomor rekening adalah setengah
lainnya. Kalau tidak, maka jika Anda kehilangan kunci itu, orang lain dapat
menggunakannya." Sophie ragu-ragu. "Dan, jika pewarisku tidak memberiku nomor rekening?"
Jantung pegawai bank itu berdetak keras. Kalau begitu Anda tidak punya urusan di
sini! Dia melontarkan senyum tenang. "Saya akan meminta orang lain untuk
membantu Anda. Dia akan segera datang."
Sambil pergi, pegawai bank tadi menutup pintu dan memutar kunci besar, mengurung
mereka di dalam. Di kota, Collet sedang berdiri di terminal kereta api Gare du Nord ketika
teleponnya berdering. Dari Fache. "Interpol sudah mendapatkannya," katanya. "Lupakan kereta api itu.
Langdon dan Neveu baru saja memasuki Kotak Penyimpanan Zurich cabang Paris. Aku
mau orang-orangmu kesana sekarang."
"Sudah ada petunjuk tentang apa yang Sauni?re coba katakan kepada agen Neveu dan
Langdon?" Suara Fache terdengar dingin. "Jika kau dapat menangkapnya, Letnan Collet, aku
dapat menanyakan itu secara pribadi pada mereka."
Collet mencatat petunjuk. "Rue Haxo nomor 24. Segera, Kapten." Kemudjan dia
memutuskan hubungan dan mengontak anggotanya melalui radio.
43 ANDRE VERNET - Presiden Bank Penyimpanan Zurich cabang Paris - tinggal di flat
mewah di atas bank tersebut. Walau dia mendapatkan akomodasi mewah, dia masih
saja memimpikan memiliki apartemen di tepi sungai di L'ile Saint-Louis, tempat
dia dapat berhandai-handai dengan kalangan cognoscenti sejati, bukannya di sini,
tempat dia hanya bertemu dengan orang-orang kaya bertangan kotor.
Saat aku pensiun nanti, Vernet berkata pada dirinya sendiri, aku akan mengisi
gudang bawah tanahku dengan anggur Bordeaux yang langka, menghiasi ruang dudukku
dengan sebuah karya Fraginard dan mungkin sebuah Boucher, dan menghabiskan hari-
hariku dengan berburu perabotan antikdanbuku-bukulangka diQuartierLatin.
Malam ini, Vernet baru terbangun enam setengah menit yang lalu. Walau begitu,
dia kini sudah harus bergegas melewati koridor bawah tanah bank tersebut. Toh,
dia tampil begitu berkilau, seakan penjahit dan rambut pribadinya baru saja
mendandaninya. Ia berbusana tanpa cela dalam setelan sutera. Sambil berjalan ia
menyemprotkan pewangi napas dan mengeratkan dasinya. Terbiasa dibangunkan untuk
melayani nasabah internasional yang memiliki zona waktu berbeda, Vernet telah
mengatur kebiasaan tidurnya mengikuti cara para prajurit Maasai - sebuah suku
Afrika yang terkenal karena kemampuan mereka untuk terbangun dari tidur yang
terlelap sekalipun dan, dalam sekejap sudah siap total untuk maju berperang.
Siap tempur, pikir Vernet, sambil takut jika perbandingan itu benar-benar tepat
untuk malam ini. Kedatangan seorang nasabah kunci emas selalu menuntut perhatian
tambahan, tapi kedatangan seorang nasabah kunci emas yang dicari Polisi Judisial
akan menjadi masalah yang sangat rumit. Bank ini sudah cukup sering berkelahi
dengan penegak hukum tentang hak kerahasiaan nasabah mereka yang tanpa bukti
dituduh sebagai penjahat.
Limamenit, Vernet berkata pada dirinya sendiri.Akuharusmengeluarkan orang-
oranginidaribankkusebelumpolisidatang.
Vernet dapat mengatakan kepada polisi bahwa buronan itu memang telah masuk ke
banknya, seperti yang dilaporkan, tetapi karena bukan nasabah dan tidak punya
nomor rekening, mereka diusir keluar. Dia berharap penjaga sialan itu tidak
menelepon interpol. Bijaksana rupanya tidak termasuk ke dalam kosa kata seorang
penjaga malam yang dibayar 15 euro per jam.
Dia berhenti di ambang pintu, lalu menarik napas panjang dan mengendurk.an otot-
ototnya. Kemudian dia memaksakan Senyuman segar, membuka pintu, dan menyelinap
ke dalam ruangan itu seperti angin hangat.
"Selamat malam," katanya, menatap nasabahnya. "Saya Andr? Vernet. Ada yang dapat
Perempuan baginya. saya ban ...." Sisa kalimatnya tertahan di di depannya sama
sekali merupakan tamu antara jakunnya. yang tak terduga "Maaf, apakah kita
saling kenal?" tanya Sophie. Dia tidak mengenal bankir itu, namun bankir itu


The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampak seperti baru saja melihat hantu. aia
"Tidak ...," presiden bank itu bergagap. "Saya rasa ... Tidak, pelayanan kami
anonim." Dia menghembuskan napas dan memaksakan senyuman. "Asisten saya
mengatakan bahwa Anda memiliki kunci emas tetapi tidak punya nomor rekening"
Boleh saya tahu bagaimana Anda mendapatkan kunci itu?"
"Kakekku memberikannya padaku," jawab Sophie sambil menatap tajam lelaki itu.
Kegugupannya semakin jelas sekarang.
"Betulkah" Kakek Anda memberikan kunci itu tetapi tidak memberikan nomor
rekening?" "Saya rasa dia tidak punya waktu," kata Sophie. "Dia dibunuh malam
ini." Kata-kata Sophie membuat orang itu terhuyung ke belakang. "Jacques
Sauni?re meninggal?" tanyanya, matanya penuh ketakutan. "Tetapi ... bagaimana?"
Sekarang Sophie yang terhuyung, termangu karena sangat tertkejut. "Anda mengenal
kakek saya?" Bankir Andr? Vernet juga tampak heran, kemudian dia berpegang pada bibir meja
untuk menahan tubuhnya. "Jacques dan aku bersahabat dekat. Kapan ini terjadi?"
"Malam tadi. Di dalam Louvre." Vernet berjalan ke arah bangku kulit dan duduk
diatasnya. "Aku harus bertanya kepada kalian berdua, sangat penting." Dia
menatap Langdon dan kembali ke Sophie. "Apakah kalian ada hubungannya dengan
kematiannya?" "Tidak!" aku Sophie. "Sama sekali tidak." Wajah Vernet muram, dan
dia berhenti sejenak, mempertimbangkan sesuatu. "Foto kalian sudah disebar oleh
Interpol. Karena it?lah aku mengenalimu. Kau dicari karena pembunuhan."
Sophie merosot. Fache telah menyiarkan melalui interpol" Tampaknya sang kapten
lebih bersemangat daripada yang diperkirakan Sophie. Sophie kemudian dengan
cepat mengatakan kepada Vernet siapa Langdon dan apa yang terjadi di dalam
Louvre malam ini. Vernet tampak kagum. "Dan, dalam keadaan sekarat, kakekmu masih sempat
meninggalkan pesan dan menyuruhmu mencari Langdon?"
"Ya. Dan kunci ini." Sophie meletakkan kunci itu di atas meja di depan Vernet,
dengan segel Biarawan Sion menghadap ke bawah.
Vernet menatap kunci itu namun tidak bergerak untuk menyentuhnya. "Dia hanya
meninggalkanmu kunci ini" Tidak ada lagi" Tidak secarik kertas?"
Sophie tahu, dia begitu tergesa-gesa ketika di dalam Louvre, namun dia yakin
tidak melihat apa pun lagi di balik Madonna of the Rocks. "Tidak. Hanya kunci
ini." Vernet mendesah putus asa. "Aku khawatir, setiap kunci secara elektronik
dipasangkan dengan sepuluh angka yang berfungsi sebagai password. Tanpa nomor
itu, kuncimu tidak ada artinya."
Sepuluh angka. Sophie dengan enggan menghitung kriptograf. Ada sepuluh milyar
kemungkinan pilihan. kemungkinan Walaupun dia
menggunakanparallelprocessingcomputers yang paling canggih milik DCPJ, dia akan
memerlukan waktu bermingggu-minggu untuk memecahkan kode itu. "Ayolah, Monsieur,
dengan mempertimbangkan keadaan ini, kau bisa membantu kami."
"Maafkan aku. Aku betul-betul tak dapat berbuat apa pun. Para nasabah memilih
sendiri nomor rekening mereka melalui terminal pengaman. Artinya, nomor rekening
itu hanya dikenali oleh nasabah itu sendiri dan komputer. Ini satu-satunya cara
kami untuk memastikan kerahasiaan nasabah. Dan keamanan pegawai kami juga."
Sophie mengerti. Toko-toko yang baik melakukan hal yang sama. PEGAWAI TIDAK
PUNYA KUNCI TEMPAT PENYIMPANAN. Bank ini pastilah tidak mau mengambil risiko
seseorang mencuri kunci dan menyandera seorang pegawai untuk mendapatkan nomor
rekening. Sophie duduk dekat Langdon, menatap kunci itu, kemudian ke Vernet. "Kautahu
kira-kira apa yang disimpan kakekku di bankmu?"
"Sama sekali tidak. Itulah makna dari bank Geldschrank." "Monsieur Vernet,"
Sophie mendesak, "waktu kami sangat singkat. Aku akan berterus terang, jika
boleh." Sophie meraih kunci emas itu dan menggoyanggoyangkannya, menatap mata
orang itu saat memperlihatkan segel Biarawan Sion. "Anda tahu arti simbol ini?"
Vernet menatap segel fleur-de-lis dan tak bereaksi. "Tidak, tetapi banyak
nasabah kami mencetak timbul logo perusahaannya atau inisial pada kunci mereka."
Sophie mendesah, masih tetap menatapnya dengan tajam. "Ini simbol dari
perkumpulan rahasia, dikenal dengan nama Biarawan Sion."
Kembali Vernet tidak memperlihatkan reaksi. "Aku tidak tahu apa-apa tentang ini.
Kakekmu memang temanku, tetapi kami hanya berbicara umumnya tentang pekerjaan."
Orang itu memperbaiki dasinya, tampak gugup sekarang.
" Monsieur Vernet," Sophie mendesak, suaranya terdengar tegas. "Kakekku
meneleponku tadi malam dan mengatakan bahwa dia dan aku dalam bahaya. Dia bilang
akan memberiku sesuatu. Dia memberiku kunci bankmu. Sekarang, dia sudah
meninggal. Apa pun yang dapat kaukatakan kepada kami akan sangat membantu."
Vernet mulai berkeringat. "Kita harus keluar dari gedung ini. Aku khawatir
polisi akan segera tiba. Penjagaku merasa harus menelepon interpol."
Sophie takut juga. Dia mencoba untuk terakhir kalinya "Kakekku bilang dia harus
mengatakan yang sebenarnya tentang keluargaku. Kautahu itu?"
"Mademoiselle, keluargamu tewas dalam kecelakaan mobil ketika kau masih kecil.
Aku menyesal sekali. Aku tahu kakekmu sangat mencintaimu. Dia beberapa kali
mengatakan sangat sedih ketika kau memutuskan hubungan dengannya." Sophie tidak
tahu bagaimana harus menanggapinya. Langdon bertanya, "Apakah isi kotaknya ada
hubungannya dengan Sangreal?" Vernet rnenatapnya dengan aneh. "Aku tidak tahu apa itu." Saat itu
juga telepon genggam Vernet berdering, dan dia meraihnya dari ikat pinggangnya.
"Oui?" Dia lalu mendengarkan sesaat. Tarikan wajahnya seperti terkejut dan
serius. "Polisi" Begitu cepat?" Dia mengumpat dan memberi beberapa petunjuk
cepat da1am bahasa Prancis, dan mengatakan bahwa dia akan tiba di lobi segera.
Setelah menutup teleponnya, Vernet menoleh kembali ke arah Sophie. "Polisi telah
bereaksi jauh lebih cepat daripada biasanya. Mereka sudah ke sini saat kita
berbicara." Sophie tidak ingin pergi dengan tangan kosong. "Katakan kepada mereka kita sudah
pergi. Jika mereka ingin menggeledah bank ini, mintalah surat izin
penggeledahan. Itu akan mengulur waktu mereka."
"Dengar," kata Vernet, "Jacques adalah temanku, dan bankku tidak memerlukan
keadaan seperti ini. Jadi karena dua alasan itu, aku tidak akan membiarkan
penangkapan ini terjadi di tempatku. Ben aku waktu sejenak dan aku akan tahu apa
yang harus kulakukan untuk menolong kalian meninggalkan bank ini tanpa
diketahui. Selebihnya, aku tidak mau terlibat." Dia berdiri dan bergegas menuju
pintu. "Tetaplah di sini. Aku akan atur dan akan segera kembali."
"Tetapi kotak penyimpanan itu," Sophie mengingatkan. "Kami tidak bisa pergi
begitu saja.". 'Tidak ada yang dapat kulakukan," kata Vernet, bergegas ke pintu. "Maafkan aku."
Tatapan Sopie mengikutinya sebentar, bertanya-tanya apakah mungkin nomor
rekening itu terkubur di salah satu dari surat-sura dan paket kakeknya yang tak
terhitung jumlahnya itu. Kakeknya telah mengirim semua itu selama beberapa tahun
dan Sophie tetap rnembiarkannya tak terbuka.
Tiba-tiba Langdon berdiri, dan Sophie merasakan adanya cahaya kepuasan yang tak
terduga pada mata Langdon. "Robert, kau tersenyum." "Kakekmu memang genius."
"Maaf?" "Sepuluh angka?" Sophie tidak tahu apa yang Langdon katakan. "Nomor
rekening itu," kata Langdon, seringai miring yang biasa itu mulai
menghiasi wajahnya. "Aku sangat yakin, dia meninggalkannya pada kita." "Di
mana?" Langdon mengeluarkan foto kejadian kejahatan di Louvre tadi dan
meletakkannya di atas meja. Sophie hanya perlu membaca baris pertama untuk
mengetahui Langdon benar.
13-3-2-21 -1-1-8-5 0, Draconian devil! Oh, lame saint! P.S. Cari Robert Langdon
44 "SEPULUH ANGKA," kata Sophie, firasat kriptologinya tergeitik ketika dia
mempelajari ccetakan itu. 13-3-2-21-1-1-8-5 Grand-
p?remenulisnomorrekeningnyadiataslantaiLouvre! Ketika Sophie melihat untuk
pertama kalinya deret Fibonacci di atas lantai parket, dia menduga tujuan deret
tersebut hanyalah agar DCPJ menghubungi kriptografer dan melibatkan Sophie.
Kemudian dia tahu nomor-nomor itu juga sebuah petunjuk bagaimana memecahkan
baris lainnya - sebuah deret yang tak teratur ... sebuah anagram angka. Sekarang,
dia betul-betul kagum. Nomor-nomor itu ternyata mempunyai arti yang lebih
penting lagi. Mereka hampir yakin bahwa ini adalah kunci terakhir untuk membuka
kotak penyimpanan misterius kakeknya.
"Dia pakar dari double-entendres," kata Sophie, menoleh ke arah Langdon. "Dia
suka pada semua yang memiliki arti berlapis-lapis. Kode di dalam kode."
Langdon bergerak ke arah podium elektronik di dekat ban berjalan. Sophie
menggenggam foto tadi dan mengikutinya.
Podium itu memiiki tombol-tombol nomor seperti di ATM Layarnya menampakkan logo
palang, logo bank ini. Di samping nomor-nomor itu ada lubang kunci segi tiga.
Sophie tidak membuang waktu dan segera memasukkan kuncinya ke lubang itu Layar
itu langsung berubah. NOMOR REKENING: --------------------------Kursornya berkedip. Menunggu. Sepuluhangka. Sophie
membaca angka-angka dalam foto itu dan Langdon mengetiknya. NOMOR REKENING:
1332211185 Ketika Langdon telah mengetik angka terakhir, tampilan layar itu
berubah lagi. Sebuah pesan dalam beberapa bahasa muncul. Bahasa Inggris ada di
baris teratas. PERHATIAN: SebelumAndamenekantombol'enter',harapperiksakebenaran nomor
rekeningAnda.DemikeselamatanAndasendiri,jikakomputer tidakmengenalinomor
rekeningAnda,sisteminiakan matisecaraotomatis. "Fonctian terminer," kata Sophie
dengan mengerutkan dahi. "Tampaknya, kita hanya memunyai satu kesempatan." Mesin
ATM standar memungkinkan pengguna untuk mencoba sebanyak tiga kali pengetikan
nomor PIN sebelum bank menyita kartu mereka. Ini jelas bukan mesin penarik uang
tunai biasa. "Nomor itu tampak sudah benar," kata Langdon meyakinkan. Ia dengan hati-hati
meneliti deretan nomor yang diketiknya dan mencocokkannya dengan yang tertera
pada kertas. Dia menunjuk kearah tombol ENTER. "Mulai."
Sophie mengulurkan telunjuknya ke arah tombol itu, namun ragu-ragu. Sebuah
pikiran aneh memasuki benaknya sekarang. "Ayo," desak Langdon. "Vernet akan
segera kembali." "Tidak." Sophie menarik kembali jarinya. "ini bukan nomor
rekening yang betul." "Tentu saja betul! Sepuluh angka. Yang mana lagi?" "Terlalu acak
urutannya." Terlalu acak" Langdon sangat tidak setuju. Setiap bank menganjurkan
nasabahnya untuk memilih nomor PIN yang acak sehingga tidak seorang pun dapat
menerkanya. Tentu saja nasabah di sini juga akan dianjurkan hal yang sama.
Sophie menghapus semua angka yang baru saja diketiknya dan menatap Langdon.
Tatapannya sangat percaya diri. "Tidak terlalu kebetulan bila nomor rekening
yang acak ini bisa diatur ulang sesuai dengan deret Fibonacci."
Langdon sadar bahwa Sophie benar. Sebelumnya, Sophie pernah mengatur kembali
nomor rekening ini menjadi deret Fibonacci. Sophie kembali pada tombol-tombol
itu lagi, memasukkan nomor yang berbeda, seolah semua itu ada dalam benaknya.
"Lagi pula, mengingat kakekku mencintai simbolisme dan kode-kod?, wajar saja
jika dia memilih nomor rekening yang punya arti baginya, sesuatu yang mudah
diingatnya." dan tersenyum simpul. "Sesuatu yang tidak." Langdon melihat ke
layar. Sophie selesai mengetik deret itu, tampak acak tetapi sesungguhnya
NOMOR REKENING: 1123581321 Langdon segera tahu, begitu dia melihat urutan nomor-nomor itu, Sophie benar.
DeretFibonacci 1-1-2-3-5-8-13-21
Jika deret Fibonacci ditulis dalam satu rangkaian nomor sepuluh angka, maka
deret itu tidak akan kasat mata. Mudah diingat, tetapi tampak acak. Sebuah kode
sepuluh angka yang sangat hebat yang tak akan dilupakan oleh Sauni?re. Lagi pula
itu merupakan penjelasan sempurna mengapa nomornomor acak di atas lantai Louvre
dapat diatur kembali untuk membentuk deret yang terkenal itu. Sophie mengulurkan
jarinya dan menekan ENTER. Tidak ada yang terjadi. Setidaknya tak ada yang dapat
mereka lihat. Pada saat itu, di bawah mereka, di ruang bawah tanah yang besar dari bank ini,
sebuah cakar robot bergerak seperti hidup. Bergeser pada sebuah sistem transport
bersumbu ganda yang menempel pada 1angit-langit, robot itu bergerak mencari
koordinasi yang sesuai. Pada lantai semen di bawahnya, ratusan peti plastik sama
bentuk berjajar ... seperti deretan peti mati dalam sebuah ruang bawah tanah.
Cakar robot itu menderum berhenti pada sebuah titik tepat di atas lantai. Cakar
itu turun, dan sebuah mata e1ektrik memeriksa urutan kode pada peti di bawahnya.
Kemudian, dengan ketepatan komputer, cakar itu mencengkeram hendel berat sambil
mengangkat peti itu lurus ke atas. Roda gigi baru tersambung dan cakar itu
memindahkan kotak itu ke sisi lain, kemudian ke atas ban berjalan yang di?m.
Sekarang, lengan robot meletakkan perlahan-lahan peti itu dan masuk kembali.
Begitu lengan itu masuk kembali, ban berjalan menderum hidup...
Di atas, Sophie dan Langdon bernapas lega ketika melihat ban berjalan itu
bergerak. Mereka berdiri di samping ban berjalan itu dan merasa seperti turis
letih pada ban berjalan di bandara yang menunggu koper misterius yang isinya tak
diketahui. Ban berjalan itu memasuki ruangan pada sisi kanan mereka melalui lubang sempit
di bawah pintu geser. Pintu metal itu bergeser dan sebuah kotak plastik
terlihat, muncul di atas ban yang berjalan naik. Kotak itu berwarna hitam, dari
plastik kaku, dan jauh lebih besar daripada yang dibayangkan Sophie. Ia tampak
seperti kotak pembawa hewan peliharaan di bandara, namun tanpa lubang udara.
Kotak itu meluncur dan berhenti tepat di depan mereka. Langdon dan Sophie
berdiri di sana, diam dan menatap kotak misterius itu. Seperti segala yang ada
di bank ini, peti ini buatan pabrik - pengunci metal, stiker kode di atasnya, dan
hendel yang kuat. Sophie berpikir kotak itu seperti kotak peralatan raksasa.
Sophie tidak mau membuang waktu. Dia segera melepaskan dua kaitan yang menghadap
ke arahnya. Kemudian dia menatap Langdon. Bersama-sama mereka mengangkat tutup
berat itu dan membiarkannya jatuh terlentang. Mereka melangkah maju, dan
melongok ke dalam peti itu. Pada pandangan pertama, Sophie mengira peti itu
kosong. Lalu dia melihat sesuatu. Berada di dasar peti. Hanya satu benda. Kotak kayu berplitur itu
seukuran kotak sepatu. Engselnya berukir. Kayunya berwarna ungu tua mewah,
dengan urat kayu yang kuat. Kayu mawar, Sophie tahu. Kayu kesukaan kakeknya.
Tutupnya bertatahkan gambar bunga mawar yang indah. Sophie dan Langdon saling
bertatapan dengan bingung. Sophie membungkuk dan meraih kotak itu, lalu
mengangkatnya keluar. Astaga,berat! Sophie membawanya dengan hati-hati ke meja
besar, kemuudian meletakkannya. Langdon berdiri di sampingnya. Mereka menatap
kotak harta kecil yang tampaknya telah dikirimoleh kakek Sophie untuk mereka
ambil itu. Langdon menatap dengan kagum pada tutup kotak yang terukir dengan tangan itu -
sekuntum mawar dengan lima kelopak. Dia sering melihat jenis mawar seperti itu. "Mawar berkelopak lima,"
dia berbisik, "merupakan simbol Biarawan untuk Holy Grail."
Sophie menoleh dan menatap Langdon. Langdon dapat melihat apa yang dipikirkan
Sophie, dan dia ternyata juga memikirkan hal yang sama. Ukuran kotak itu, berat
isinya, dan sebuah simbol Biarawan untuk Holy Grail, semuanya tampak menyiratkan
satu kesimpulan yang tak dapat diperkirakan. CawanKristusadadidalamkotakkayuini.
Lagi-lagi Langdon berkata pada sendiri, itu tidak mungkin. "Ukurannnya
sempurna," bisik Sophie, "untuk menyimpan sebuah cawan."
Tidakmungkinsebuahcawan. Sophie menarik kotak itu ke arahnya di seberang meja,
bersiap untuk membukanya. Ketika dia menggerakkannya, sesuatu yang tak terduga
terjadi. Kotak itu mengeluarkan suara memancar yang aneh. Langdon
heran.Adacairandidalamnya" Sophie juga tampak bingung. "Kaudengar tadi ...?"
Langdon mengangguk, bingung. "Cairan?" Sophie perlahan mulai membuka pengaitnya
dan mengangkat tutupnya. Benda di dalamnya tidak menyerupai apa pun yang pernah
dilihat Langdon. Satu hal segera menjadi jelas bagi mereka berdua, ini jelas-
jelasbukan cawan Kristus.
45 "Polisi telah memblokir jalan," kata Andr? Vernet, sambil berjalan masuk ke
dalam ruang tunggu itu. "Mengeluarkan kalian akan sulit." Sambil menutup pintu
di belakangnya, Vernet melihat peti plastik yang kuat itu di atas ban berjalan.
Ia menghentikan langkahnya. Tuhanku! Mereka telah mengetahui
nomorrekeningSauni?re"
Sophie dan Langdon berada di meja, merubung apa yang terlihat seperti sebuah
kotak perhiasan dari kayu yang besar. Sophie segera menutup kotak itu.
"Akhirnya, kami mendapatkan nomor rekeningnya." katanya.
Vernet tak dapat berkata apa pun. Ini mengubah segalanya. Dengan sopan, dia
mengalihkan matanya dari kotak itu dan mencoba memikirkan langkahnya sete!ah
ini. Aku harus mengeluarkan mereka dari bank ini! Namun, dengan polisi yang
telah memblokir jalan, Vernet hanya dapat membayangkan satu cara untuk keluar.
"Mademoiselle Neveu, jika saya berhasil membawa kalian keluar dari bank ini,
apakah kalian akan membawa benda itu atau mengembalikannya ke ruang besi?"
Sophie mengerling pada Langdon, kemudian kebali ke Vernet. "Kami perlu
membawanya." Vernet mengangguk. "Baiklah. Kalau begitu, apa pun benda itu, saya sarankan
untuk membungkusnya di dalam jasmu saat kita bergerak melalui gang-gang itu.
Saya akan lebih senang jika tak seorang pun melihatnya."


The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketjka Langdon menanggalkan jasnya, Vernet bergegas kembali ke ban berjalan itu;
menutup peti plastik yang sekarang sudah kosong, kemudian mengetik serangkaian
perintah sederhana. Ban berjalan itu bergerak lagi, kembali ke ruang besi. Lalu
dia menarik keluar kunci emas itu dan memberikannya kepada Sophie. "Kesini.
Cepat." Ketika mereka tiba di bagian dok pengangkutan dibelakang, Vernet dapat
melihat kilatan lampu polisi memeriksa garasi dibawah tanah. Dia mengerutkan
keningnya. Mungkin mereka menutup jalur itu juga.Apakahaku betul-
betulmaumencobamelakukannya" Dia sekarang berkeringat.
Vernet menunjuk pada salah satu truk kecil berlapis baja milik bank itu.
Transport sur merupakan pelayanan berikutnya yang ditawarkan Bank Penyimpanan
Zurich. "Masuklah dibagian kargo," katanya sambil membuka pintu belakang yang
berat dan menunjuk pada ruang baja berkilat. "Aku akan segera kembali."
Ketika Sophie dan Langdon naik, Vernet bergegas ke kamar pengawas melintasi dok
pengangkutan, kemudian masuk, mengambil kunci truk, dan menyambar jas dan topi
seragam pemudi. Setelah menanggalkan jas dan dasinya, dia mengenakan seragam
tadi. Sambil berjalan ke luar, dia meraih pistol pengemudi dari raknya, lalu
menguncinya dan memasukkannya ke dalam sarungnya. Kembali ke truk, Vernet
menekan topi pengemudinya sedalam mungkin dan melongok ke Sophie dan Langdon
yang berdiri di dalam kotak lapis baja yang kosong.
"Kalian akan lebih suka ini menyala," kata Vernet sambil menjangkau ke dalam dan
menyalakan tombol lampu di dinding sehingga sebuah lampu kecil menyala pada atap
truk. "Dan sebaiknya kalian duduk. Jangan bersuara sampai keluar dari gerbang."
Sophie dan Langdon duduk di atas lantai metal. Langdon mengayun ayunkan benda
berharga itu dalam jas wolnya. Vernet menutup pintu berat itu, lalu mengunci
mereka di dalam. Setelah itu, dia duduk di belakang kemudi dan menyalakan mesin.
Ketika mobil lapis baja itu bergerak ke jalur atas, Vernet dapat merasakan
keringatnya mulai mengumpul di balik topi pengemudinya. Ternyata di depan ada
lebih banyak kilatan mobil polisi daripada yang dia bayangkan tadi. Ketika truk
itu menambah kecepatan, gerbang dalam mengayun ke dalam, memberinya jalan
keluar. Vernet melaju ke luar, kemudian berhenti menunggu pintu di belakangnya
tertutup kembali sebelum dia melanjutkan perjalanan dan melewati sensor
berikutnya. Gerbang kedua terbuka, dan jalan keluar siap dilewati.
Kecualibagimobilpolisiyangmemblokirjaluratas. Vernet mengusap alisnya dan
meluncur lagi. Seorang petugas bertubuh kurus melangkah ke luar dan memberi
isyarat padanya untuk berhenti beberapa meter dari jalan yang ditutup. Empat
mobil patroli diparkir di luar gedung bagian depan.
Vernet menghentikan mobilnya. Dia menarik topi pengemudinya lebih ke bawah. Dia
membuat wajahnya sekasar yang diperbolehkan oleh pendidikan budayanya. Dia tidak
bergerak dari belakang kemudi, hanya membuka jendela dan menatap ke bawah pada
agen polisi yang wajahnya galak dan pucat. "Ada apa?" tanya Vernet dalam bahasa
Prancis. Nadanya kasar. "Saya J?r?me Collet," kata agen itu. "Letnan Polisi
Judisial." Dia bergerak
ke bagian kargo truk itu. "Ada apa di dalamnya?" "Mana aku tahu," jawab Vernet
dalam bahasa Prancis yang kasar. "Aku
hanya pengemudi." Collet tampak tak terkesan. "Kami sedang mencari dua orang
kriminal!" Vernet tertawa "Kalau begitu kau datang ke tempat yang tepat.
Beberapa dari bedebah-bedebah di sini punya begitu banyak uang. Mereka pasti
kriminal." Agen itu mengacungkan foto ukuran paspor, foto Robert Langdon. "Apakah orang ini
ada di bankmu malam ini?"
Vernet menggerakkan bahunya. "Tidak tahu. Aku hanya orang bawahan di dok. Mereka
tidak mengizinkan aku berdekatan dengan nasabah. Kau harus masuk dan tanya
kepada petugas di meja depan." "Bankmu meminta surat izin penggeledahan sebelum
kami boleh masuk." Vernet membuat tarikan wajah jijik. "Administrasi. Jangan
buat aku mulai." "Harap buka trukmu," kata Collet sambil menunjuk kargo. Vernet menatap
agen itu dan memaksakan tawa yang menjengkelkan. "Membuka truk" Kaupikir aku
punya kunci" Kaupikir mereka memercayai kami" Kau harus melihat berapa aku
dibayar." Kepala agen itu miring ke satu sisi. Kerag?annya terlihat. "Kau tidak punya
kunci trukmu sendiri?"
Vernet menggelengkan kepalanya. 'Tidak untuk membuka kargo. Hanya kuncistart.
Truk ini dikunci oleh mandor di dok pemuatan. Lalu truk ini diam di dok. Pada
saat itu, seseorang membawa kunci kargo ke tempat tujuan. Begitu kami mendapat
pemberitahuan bahwa kunci itu sudah ada pada penerima, barulah saya boleh
membawa truk ini. Tidak boleh satu detik pun sebelumnya. Aku tidak pernah tahu
apa yang kuangkut." "Kapan truk ini dikunci?" "Pastilah beberapa jam yang lalu.
Aku mengemudi ke St. Thurial malam
ini. Kunci kargo sudah ada di sana." Agen itu tidak menjawab. Matanya menyelidik
seolah mencoba membaca pikiran Vernet. Setetes keringat siap-siap meluncur turun ke hidung Vernet.
"Boleh?" katanya sambil menghapus hidungnya dengan lengan bajunya dan menunjuk
mobil polisi yang menutup jalannya. "Jadwalku ketat."
"Apa semua pengemudi memakai Rolex?" tanya agen itu sambil menunjuk pergelangan
tangan Vernet. Vernet melihat ke bawah dan melihat tali jam yang berkilauan dari jam tangannya
yang sangat mahal itu. Jam tangannya mengintip dari bawah lengan jasnya. Sialan.
"Jam murahan ini" Aku membelinya seharga dua puluh euro dari seorang pedagang
kaki lima Taiwan di St. Germain des Pr?s. Aku mau menjualnya empat puluh euro.
Minat?" Agen itu terdiam dan akhirnya melangkah ke tepi. "Tidak, terima kasih. Selamat
jalan." Vernet tidak bernapas lagi hingga truk itu betul-betul berada lima puluh meter
di jalan. Dan sekarang, dia punya masalah lain. Muatannya itu. Ke
manaakuakanmembawamereka"
46 SILAS TERBARING menelungkup di atas kasur kanvas di kamarnya, membiarkan luka
cambukan di punggung mengering terkena udara. Sesi kedua Disiplin malam ini
membuatnya lemah dan pusing. Dia belum membuka ikatancilice-nya, dan dia dapat
merasakan darah menetes di bagian dalam pahanya. Namun dia tidak membenarkan
diri untuk membukanya. AkutelahmengecewakanGereja.
Lebihburuklagi,akusudahmengecewakanUskup. Malam ini seharusnya menjadi
penyelamatan Uskup Aringarosa. Lima bulan yang lalu, Aringarosa kembali dari
pertemuan di Observatorium Vatikan. Di sana dia mengetahui sesuatu yang
membuatnya sangat berubah. Setelah bersedih selama beberapa minggu, akhirnya
Aringarosa menceritakan berita itu kepada Silas. "Tetapi ini tidak mungkin!"
seru Silas. "Aku tidak bisa menerimanya!" "Betul," kata Aringarosa. "Tak masuk
akal tetapi betul. Hanya dalam
waktu enam bulan." Kata-kata uskup itu menakutkan Silas. Dia berdoa memohon
pembebasan dan bahkan pada hari-hari kelabu itu, kepercayaannya kepada Tuhan dan
The Way tak pernah goyah. Hanya satu bulan kemudian, awan-awan itu terkuak
secara ajaib dan cahaya kemungkinan memancar keluar. CampurtanganTuhan, begitu
Aringarosa menyebutnya. Uskup Aringarosa terlihat penuh harapan lagi. "Silas,"
dia berbisik. "Tuhan telah melimpahkan kesempatan untuk melindungi The Way.
Peperangan kita, seperti semua peperangan, akan meminta pengorbanan. Kau mau
menjadi prajurit Tuhan?"
Silas jatuh berlutut di depan Uskup Aringarosa - orang yang telah memberinya
kehidupan baru - dan berkata, "Aku domba Tuhan. Gembalakan aku sesuka hatimu."
Ketika Aringarosa menjelaskan kesempatan yang telah muncul dengan sendirinya
itu, Silas tahu ini pastilah karena tangan Tuhan. Keyakinan yang menakjubkan!
Aringarosa menghubungkan Silas dengan seorang lelaki yang mengajukan rencana itu
- seorang yang menyebut dirinya Guru. Walau Guru dan Silas tidak pernah bertemu
muka, setiap kali mereka berbicara lewat telepon, Silas terpesona, baik karena
keyakinan Guru yang mendalam maupun karena keluasan kekuasaannya. Guru tampaknya
seorang lelaki yang tahu semua, lelaki dengan mata dan telinga di segala tempat.
Bagaimana Guru mendapatkan informasi itu, Silas tidak tahu. Namun Aringarosa
telah begitu percaya kepada Guru, dan uskup ini meminta Silas untuk juga
memercayainya. "Lakukan apa yang Guru perintahkan," kata Uskup kepada Silas,
"dan kita akan menang."
Menang. Sekarang Silas menatap lantai kosong dan takut kemenangan telah
menghindari mereka. Guru telah ditipu. Batu kunci itu rnerupakan jalan buntu
yang memperdayakan. Dan, dengan penipuan itu, segala harapan telah hilang.
Silas berharap bisa menelepon Uskup Aringarosa dan memperingatkannya namun Guru
telah menghapus jalur komunikasi langsung malam ini. Untuk keamanankita.
Akhirnya, setelah mengatasi keragu-raguan yang luar biasa, Silas merangkak, lalu
bangun dan mengambil jubahnya yang tergeletak di atas lantai. Dia merogoh
telepon genggam dari sakunya. Dengan tertunduk malu, dia memutar nomor.
"Guru," dia berbisik, "semua sudah hilang." Dengan jujur Silas mengatakan kepada
lelaki itu bagaimana dia diperdaya.
"Kau kehilangan kepercayaanmu terlalu cepat," Guru menjawab. "Aku barn saja
menerima berita. Sangat tidak terduga namun menyenangkan. Kehidupan rahasia.
Jacques Sauni?re telah memberikan informasi sebelum dia mati. Aku akan
meneleponmu segera. Pekerjaan kita malam ini belum selesai."
47 NAIK MOBIL kargo di dalam ruangan yang remang-remang adalah seperti dipindahkan
ke dalam sebuah sel pengasingan. Langdon berusaha mengatasi rasa cemas yang
selalu menghantuinya saat dia berada dalam ruangan tertutup.
Vernetmengatakandiaakanmembawakitaketempatyangjauhlagiamandi luarkota.Dimana"
Seberapajauh" Kaki Langdon telah menjadi kaku karena duduk bersilang di atas lantai metal. Dia
mengganti posisinya, mengernyit ketika merasakan darahnya mengalir kembali ke
bagian bawah tubuhnya. Pada lengannya, dia masih memegangi harta karun aneh yang
mereka ambil dari bank tadi.
"Kurasa kita sedang berada di jalan tol sekarang," bisik Sophie. Langdon juga
merasakan itu. Setelah terhenti dengan menakutkan di atas jalur bank tadi, truk
itu kini telah bergerak, berkelok ke kin dan kanan selama satu atau dua menit,
dan sekarang melaju dalam kecepatan tertinggi. Di bawah mereka, roda-roda tahan
peluru menderu di atas jalan halus. Langdon memaksakan diri memusatkan
perhatiannya pada kotak kayu mawar dalam tangannya. membuka Sekarang dia
meletakkan bungkusan berharga itu di atas lantai, bungkusan jasnya dan
mengeluarkan kotak itu, lalu mendekatkannya pada tubuhnya sendiri. Sophie
mendekatkan posisinya sehingga mereka duduk bersebelahan. Tiba-tiba Langdon
merasa mereka seperti dua orang anak yang mengerumuni hadiah Natal.
Berlawanan dengan warna hangat dari kayu mawar kotak itu, bunga mawar di bagian
dalamnya tampak diukir pada kayu yang pucat, kemungkinan abuabu, yang bersinar
terang pada cahaya remang-remang. Mawar itu. Seluruh tentara dan agama telah
dibangun di atas simbol ini, seperti memiliki perkumpulan
rahasia.TheRosicrucians.KesatriaPalangMawar. "Ayo," kata Sophie. "Bukalah."
Langdon menanik napas dalam. Menyentuh tutupnya, dia sekali lagi mengerling
kagum pada kotak kayu yang terukir rumit itu. Setelah melepas kaitannya, dia pun
membuka tutupnya, menyingkap misteri yang ada di dalam.
Langdon telah berkhayal tentang beberapa hal yang mungkin mereka temukan di
dalam kotak itu, tetapi dia jelas salah total. Benda itu terletak aman di dalam
kotak yang bagian dalamnya dilapisi dengan sutera tebal. Langdon tidak tahu
benda apa itu. Dibuat dan pualam putih yang halus, benda itu adalah sebuah silinder batu kira-
kira seukuran kaleng penyimpan bola tennis. Walaupun begitu, benda ini lebih
rumit dari sekadar pilar batu ; ia tampaknya tersusun dari beberapa bagian. Lima
cakram pualam berukuran donat ditumpuk dan direkatkan satu sama lain dalam
bingkai kuningan yang halus. Benda itu tampak seperti semacam pipa, kaleidoskop
multi putaran. Setiap ujung dari silinder itu direkatkan dengan sebuah penutup,
juga dari pualam, sehingga tidak mungkin untuk melihat ke dalamnya. Karena
mendengar suara benda cair di dalamnya, Langdon menyimpulkan bahwa silinder itu
berongga di tengah. .Konstruksi silinder itu begitu menakjubkan. Walau begitu, ukiran di sekeliing
silinder itulah yang menarik perhatian utama Langdon. Masingmasing cakram telah
diukir dengan sangat hati-hati dengan serangkaian huruf berbeda yang sama -
keseluruhan abjad. Silinder berhuruf itu mengingatkan Langdon pada mainannya di
masa kanak-kanak - sebuah gulungan benang dengan tabung berhuruf yang dapat
diputar untuk mengeja berbagai kata. "Mengagumkan, bukan?" bisik Sophie. Langdon
menatapnya. "Aku tidak tahu. Apa gerangan ini?" Sekarang ada sinar pada mata
Sophie. "Kakekku pernah membuat seperti
ini sebagai hobi. Benda ini diciptakan oleh Leonardo da Vinci." Walau dalam
keremangan, Sophie dapat melihat Langdon terkejut "Da Vinci?" Langdon bergumam,
sambil melihat lagi slinder itu. "Ya. Namanya cryptex. Menurut kakekku, cetak
birunya berasal dari buku harian rahasia Da Vinci." "Untuk apa ini?" Mengingat apa yang terjadi malam
ini, Sophie tahu jawabannya mungkin memiliki implikasi menarik. "Itu tempat
penyimpanan," katanya. "Untuk menyimpan informasi rahasia." Mata Langdon menjadi
lebih lebar. Sophie menjelaskan bahwa membuat benda seperti yang ditemukan Da
Vinci ini adalah salah sam hobi kakeknya yang terbaik. Sebagai seorang pengrajin
berbakat yang menghabiskan waktu berjam-jam di bengkel kayu dan metalnya,
Jacques Sauni?re menikmati peniruan karya para pakar - Faberg?, para ahli
pekerjaan tangan halus, dan ahli yang kurang artistik tetapi jauh lebih praktis,
Leonardo da Vinci. Bahkan pandangan sekilas pada buku harian Da Vinci sudah bisa mengungkapkan
mengapa orang termasyhur itu, selain terkenal hebat, juga terkenal buruk karena
tidak melakukan tindak-lanjut atas penemuannya. Da Vinci telah membuat cetak
biru dari ratusan penemuan yang tak pernah dilaksanakannya sendiri. Salah satu
kegiatan pengisi waktu Sauni?re adalah menghidupkan ide-ide Da Vinci yang kurang
jelas - jam, pompa air, cryptex dan bahkan patung kesatria Prancis yang ditiru
secara lengkap yang sekarang berdiri gagah di atas meja kerja di kantor
Sauniere. Patung itu dirancang oleh Da Vinci pada tahun 1495 sebagai
perkembangan dari studi pertamanya dalam anatomi dan kinesiologi. Mekanisme
internal robot kesatria itu memiliki sendi dan tendon yang akurat, dan dirancang
untuk dapat melakukar sit-up, melambaikan tangan, dan menggerakkan kepala dengan
leher yang lentur sambil membuka dan menutup rahang yang sempurna. Sophie selalu
percaya, kesatria berbaju besi ini meru benda terindah yang pernah dibuat
kakeknya ... itu sebelumn Sophie melihat cryptex yang ada di dalam kotak kayu
mawar itu. "Kakekku membuatkan aku satu yang seperti ini ketika masih kecil," kata Sophie.
"Tetapi aku belum pernah melihat yang dihiasi begini banyak dan besar."
Mata Langdon tidak pernah lepas dari kotak itu. "Aku belum pernah mendengar
tentangcryptex." Sophie tidak heran. Kebanyakan penemuan Leonardo yang tidak diwujudkannya belum
pernah dipelajari dan bahkan tidak bernama juga. Kata cryptex mungkin juga
merupakan kreasi kakeknya, sebuah nama yang tepat untuk alat ini yang
menggunakan ilmu kriptologi untuk menyimpan informasi yang tertulis pada
gulungan bermuatan itu ataucodex.
Sophie tahu, Da Vinci merupakan pionir kriptologi, walau dia jarang mendapatkan
pujian dalam hal itu. Para instruktur Sophie di universitas, ketika menyajikan
metode-metode enkriptologi komputer untuk melindungi data, memuji ahli
kriptologi modern seperti Zimmerman dan Schneier, namun lupa meyebutkan bahwa
Leonardolah yang telah menciptakan salah satu bentuk dasar dari kunci umum
enkripton berabad-abad yang lalu. Kakek Sophie, tentu saja, yang mengatakan itu
kepadanya. Ketika mobil lapis baja mereka meluncur di atas ja1an tol, Sophie menjelaskan
kepada Langdon bahwa cryptex merupakan solusi Da Vinci terhadap dilema
pengiriman pesan yang aman dalam jarak jauh. Di zaman tanpa telepon atau email,
siapa pun yang ingin menyampaikan informasi pribadi kepada seseorang yang jauh
tidak punya pilihan lain kecuali menulisnya dan mempercayakannya kepada seorang
kurir untuk membawa surat tersebut. Sjalnya, jika si kurir menduga bahwa surat
itu berisi informasi berharga, dia dapat menerima uang yang jauh lebih banyak
dengan menjual informasi tersebut kepada musuh daripada mengirimkannya secara
benar. Banyak pemikir besar dalam sejarah telah mencipkatan solusi kriptologi untuk
menjawab tantangan perlindungan data. Julius C?esar menemukan sebuah pola
penulisan kode yang dinamakan Kotak Caesar ; Maria, Ratu Scotlandia, menciptakan
sebuah sandi rahasia pengganti dan mengirim komunikasi rahasia dar penjara ;
seorang ilmuwan cerdas Arab, Abu Yusuf Ismail al-Kindi, melindungi rahasianya
dengan sebuah pengganti sandi rahasia polialfabetik yang tersusun dengan cerdik.
Namun, Da Vinci menyingkirkan matematika dan kriptologi demi solusi mekanikal,
Cryptex. Sebuah wadah yang dapat dibawa-bawa, yang dapat menyimpan dan menjaga
surat-surat, peta, diagram, apa saja. Begitu satu informasi tersegel di
dalamcryptex, hanya orang yang mengetahuipasswordnya yang dapat membukanya.
"Kita membutuhican password," kata Sophie sambil menunjuk pada lempengan-
lempengan bertulisan itu. "Sebuah cryptex bekerja mirip sekali dengan kunci
sepeda kombinasi.. Jika kau meluruskan lempengan-lempengan itu pada posisi yang
benar, kuncinya akan bergeser membuka. Cryptex ini memiliki lima lempengan
betrtulisan. Ketika kau memutarnya ke arah urutan yang benar, tabung di dalamnya


The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi lurus, dan silinder akan terpisah secara utuh." "Dan bagian dalamnya?"
"Begitu silinder itu terpisah, kau akan melihat rongga pada bagian tengah wadah
itu yang dapat digunakan untuk menyimpan gulungan kertas berisi informasi yang
ingin kaurahasiakan. Langdon tampak ragu. "Kau bilang kakekmu membuat yang seperti ini untukmu ketika
kau masih kecil?" "Ya, agak lebih kecil. Pada beberapa kali ulang tahunku, kakek memberiku sebuah
cayptex dan sebuah teka-teki. Jawaban teka-teki itu adalah password untuk
membukacryptex itu. Begitu aku tahu, aku akan dapat membukanya dan menemukan
selembar kartu ulang tahun." "Susahnya untuk mendapatkan selembar kartu."
"Kartu-kartu itu selalu berisi teka-teki atau petunjuk yang lain. Kakekku senang
menciptakan perburuan harta karun yang rumit di sekitar rumah. Petunjuk yang
saling berkait itulah yang membawaku ke hadiah ulang tahunku yang sesungguhnya.
Setiap perburuan harta karun merupakan ujian bagi sifat dan kebaikan juga untuk
meyakinkannya bahwa aku pantas mendapatkan hadiah itu. Dan, ujian itu tidak
pernah mudah." Langdon menatap benda itu lagi, masih tampak ragu. "Tetapi, mengapa tidak
langsung membongkarnya saja" Atau memukul hancur" Metalnya kelihatan lunak, dan
pualam juga batu yang lunak."
Sophie tersenyum. "Da Vinci terlalu pandai untuk itu. Dia merancang cryptex
sedemikian rupa sehingga jika kau membukanya secara paksa, informasi di dalamnya
akan rusak sendiri. Lihat." Sophie meraih kotak itu dan berhati-hati, mengangkat
silinder itu. "Segala informasi yang disisipkan pertama-tama harus ditulis di
atas gulungan kertas papirus." "Bukan kulit binatang?" Sophie menggelengkan
kepalanya. "Papirus. Aku tahu kulit domba lebih tahan lama dan lebih biasa pada
zaman itu, tetapi ini memang kertas papirus. Semakin tipis, semakin baik.
"Baik." "Sebelum disisipkan ke dalam wadah cryptex, papirus itu harus digulung
dan dimasukkan ke dalam botol kaca tipis." Dia lalu menggoyangkancryptex itu,
dan suara berkumur terdengar dari dalam. "Sebotol cairan." "Cairan apa?" Sophie
tersenyum. "Cuka." Langdon ragu-ragu sejenak, kemudian dia mulai mengangguk-
angguk. "Cemerlang."
Cuka dan papirus, pikir Sophie. Jika ada yang berniat membuka paksa cryptex,
botol kaca tipis itu akan pecah, dan cuka akan dengan cepat menghancurkan
papirus itu. Saat dikeluarkan, pesan rahasia itu tinggal berupa bubur kertas
saja. "Kau bisa lihat," kata Sophie, "satu-satunya jalan mengambil jnformasi di dalam
itu adalah dengan cara mengetahui password lima huruf itu. Dan, dengan lima
lempengan, masing-masing dengan 26 huruf, berarti ada 26 pangkat 5." Sophie
segera menghitung permutasi itu. "Kira-kira 12 juta kemungkinan."
"Terserah kau sajalah," kata Langdon yang tampaknya memiliki kira-kira 12 juta
pertanyaan berkeliaran dalam kepalanya. Kaupikir, informasi apa yang ada di
dalamnya?" . "Apa pun itu, pastilah kakekku sangat ingin menyimpannya sebagai rahasia." Dia
terdiam, menutup kotak itu dan menatap mawar berkelopak lima yang terukir di
atasnya. Ada yang dipikirkannya. "Apakah tadi kau bilang bahwa Mawar adalah
simbol dari Grail?" "Tepat. Dalam simbol Biarawan, Mawar dan Grail adalah sama."
Sophie mengerutkan alisnya. "Itu aneh, karena kakekku selalu mengatakan bahwa
Mawar berarti kerahasiaan. Dia biasa menggantung sekuntum mawar pada pintu ruang
kerjanya di rumah ketika dia sedang berbicara di telepon dengan orang penting
dan tidak mau diganggu olehku. Kakek menganjurkanku melakukan hal yang sama."
Sayang. kata kakeknya, daripada kita saling mengunci pintu, kita bisa
menggantungkan sekuntum mawar - la fleur des Secrets - pada pintu kita ketika kita
membutuhkan privasi.Inicarakitauntuksalingmenghormatidanmemercayai.Menggantungkansekuntummaw
aradalah adatkunobangsaRomawi. "Sub rosa," kata Langdon. "Orang Romawi
menggantungkan sekuntum mawar saat rapat untuk menunjukkan bahwa rapat itu
rahasia. Para peserta rapat tahu, apa pun yang dikatakandibawahmawar itu - atausub
rosa - harus selalu dirahasiakan."
Langdon menjelaskan dengan cepat bahwa arti rahasia yang ditimbulkan Mawar
bukanlah satu-satunya alasan bagi Biarawan untuk menggunakannya sebagai simbol
untuk Grail. Rosa Rugosa, salah satu jenis mawar tertua, mempunyai lima kelopak
dan segi lima yang simetris, persis seperti bintang penunjuk Venus yang memberi
Mawar kaitan ikonografi yang kuat dengan keperempuanan. Lagi pula, Mawar
mempunyai ikatan erat dengan konsep "penunjuk yang terpercaya" dan navigasi bagi
seseorang. Mawar Kompas membantu para pengembara menentukan arah, seperti juga
Garis Mawar, garis-garis bujur dalam peta. Dengan alasan ini, Mawar merupakan
simbol yang berarti Grail pada banyak tingkatan - kerahasiaan, keperempuanan, dan
petunjuk - cawan feminin dan bintang penunjuk yang membawa ke kebenaran rahasia.
Ketika Langdon selesai menjelaskan, tiba-tiba tarikan wajahnya tampak tegang.
"Robert" Kau baik-baik saja?" Matanya melebar melihat kotak kayu mawar itu. "Sub
... rosa," dia tercekat. Kebingungan yang menakutkan menyapu wajahnya. "Tidak
mungkin." "Apa?" Perlahan Langdon menaikkan matanya. "Di bawah tanda mawar," dia
berbisik."Cryptex ini ... kupikir aku tahu ini apa."
48 LANGDON HAMPIR tak dapat mempercayai pikirannya sendiri. Namun, mengingatsiapa
yang telah memberikan batu silinder ini,bagaimana dia telah memberikannya kepada
mereka, dan sekarang, ukiran Mawar pada kotak itu, Langdon hanya dapat
merumuskan satu kesimpulan. AkusedangmemegangbatukunciBiarawan. Legenda itu
begitu spesifik. Batu kunci adalah sebuah batu bersandi yang terletak di bawah
tanda Mawaritu. "Robert?" Sophie menatapnya. "Ada apa?" Langdon perlu beberapa saat
untuk menyusun pemikirannya. "Apakah
kakekmu pernah berbicara denganmu tentang laclefdevoute?" "Kunci pembuka lemari
besi?" Sophie menerjemahkan. "Bukan, itu terjemahan harfiah. Clef de voute
adalah istilah arsitektur biasa. Voute tidak ada hubungannya dengan ruang besi
bank, tetapi dengan kolong di bawah atap yang melengkung. Seperti langit-
langitberkubah." "Tetapi langit-langit berkubah tidak memerlukan kunci."
"Sebenarnya memerlukan. Setiap kubah batu memerlukan sebuah pusat, batu
berbentuk irisan pada puncak yang mengunci potongan-potongannya sehingga menyatu
dengan kuat dan.menahan semua bebannya. Batu ini, di dunia arsitektur, merupakan
kunci kubah itu. Dalam bahasa Inggris, kami menyebutnya keystone, batu kunci."
Langdon menatap mata Sophie, mencari cahaya pengertian.
Sophie menggerakkan bahunya, melihat ke bawah pada cryptex itu. "Tetapi ini sama
sekali bukan batu kunci."
Langdon tidak tahu harus mulai dari mana. Batu kunci sebagai teknik untuk
membangun kubah barn telah merupakan salah satu rahasia yang paling terjaga dari
zaman persaudaraan Masonic. Tingkat Kelengkungan Istana. Arsitektur. Batu Kunci.
Semua itu saling berkaitan. Pengetahuan rahasia tentang bagaimana menggunakan
sebuah batu kunci beririsan untuk membuat kubah adalah bagian dari kearifan yang
telah menjadikan anggota Mason sebagai tukang-tukang yang ahli, dan rahasia itu
sangat dijaga. Batu kunci selalu mempunyai tradisi kerahasiaan. Namun, batu
silinder di dalam kotak kayu mawar itu jelas berbeda. Batu kunci Biarawan---jika
ini memang yang mereka pegang sekarang---tidak seperti yang dibayangkan Langdon.
"Batu kunci Biarawan bukan keahlianku," Langdon mengaku. "Ketertarikanku pada
Grail hanya sebatas simbolisasinya. Jadi aku cenderung mengabaikan cerita-cerita
berlebihan tentang bagaimana sesungguhnya menemukan benda itu." Alis Sophie
terangkat."Menemukan Holy Grail?" Langdon mengangguk ragu, lalu berkata dengan
hati-hati. "Sophie, menurut adat Biarawan, batu kunci merupakan sebuah peta
berkode ... sebuah peta yang mengungkap tempat disembunyikannya Holy Grail."
Wajah Sophie memucat. "Dan, kaupikir ini adalahpetaitu?" Langdon tidak tahu apa
yang harus dikatakannya. Bahkan baginya, itu tampak tidak masuk akal. Namun batu
kunci merupakan satu-satunya kesimpulan logis yang dapat
ditariknya.Sebuahbatuberkode,tersembunyidi bawahgambarMawar.
Gagasan bahwa cryptex dirancang oleh Leonardo da Vinci---mantan Mahaguru
Biarawan Sion---menyorotkan petunjuk lain yang menggoda, bahwa ini memang batu
kunci Biarawan. Sebuah cetak biru milik mantan mahaguru ... dihidupkan kembali
oleh anggota Biarawan yang lainnya. Kaitan itu terlalu gamblang untuk dinafikan.
Dalam sepuluh tahun terakhir, para ahli sejarah mencari batu kunci itu di
gereja-gereja Prancis. Para pencari Grail telah menyimpulkan bahwalaclefde voute
adalah benar-benar sebuah batu kunci - batu iris dalam istilah arsitektur - sebuah
batu yang dipahat dengan tulisan dan disisipkan ke dalam atap kubah sebuah
gereja.DibawahtandaMawar. Dalam arsitektur, tidak ada kekurangan pada mawar.
Jendela mawar. Relief mawar. .Dan, tentu saja, sebuah cinquefoils - bunga berhias
lima kelopak yang sering ditemukan di puncak kubah, tepat di atas batu kunci.
Tempat tersembunyi itu tampaknya sangat sederhana. Peta menuju Holy Grail itu
diletakkan sangat tinggi di kubah pada gereja tua yang terlupakan, mengejek para
jemaat gereja yang buta yang berlalu-lalang di bawahnya.
"Cryptex ini tidak mungkin batu kunci itu," bantah Sophie. "Tidak cukup tua. Aku
yakin, ini buatan kakekku. Tidak mungkin merupakan bagian dari legenda Grail."
"Sebetulnya," Langdon menjawab, merasa tergelitik karena kegembiraan beriak di
dalam benaknya. "batu kunci itu dipercaya baru dibuat oleh Biarawan mungkin dua
dekade yang lalu." Mata Sophie berkilat tak percaya. "Tetapi jika cryptex ini akan mengungkap
tempat persembunyian Holy Grail, mengapa kakekku memberikannya kepadaku" Aku
tidak tahu bagaimana membukanya atau harus kuapakan. Aku bahkan tidak tahu apa
itu Holy Grail." Langdon terkejut juga ketika dia tahu Sophie benar. Dia belum
punya kesempatan untuk menjelaskan kepada Sophie tentang apa Holy Grail itu
sesungguhnya. Cerita itu harus ditunda. Saat ini, mereka memusatkan perhatian
pada batu kunci itu. Jikainimemangitu.... Di antara suara derum roda tahan peluru
di bawah mereka, Langdon dengan cepat menjelaskan kepada Sophie semua yang
pernah didengarnya tentang batu kunci itu. Kata orang, selama berabad-abad,
rahasia terbesar Biarawan---yaitu lokasi Holy Grail---tak pernah tertulis. Demi
keamanan, rahasia itu selalu diwariskan secara lisan kepada s?n?chal penerus
dengan upacara rahasia. Namun, selama abad terakhir ini, mulai ada bisik-bisik
bahwa peraturan Biarawan telah berubah. Mungkin itu disebabkan oleh kemampuan
alat elektronik baru untuk menyadap. Anggota Biarawan bersumpah tidak akan
p?rnah lagi membicarakan tempat penyimpanan suci itu. "Lalu bagaimana mereka
mewariskan rahasia itu?" Tanya Sophie. "Dari situlah batu kunci itu berasal,"
Langdon menjelaskan "Ketika satu dari empat anggota tertinggi meninggal, tiga
yang tersisa akan memilih anggota dari lapisan di bawahnya, menjadi calon
berikutnya untuk dinaikkan menjadiseneschal, prajurit baru. Alih-
alihmemberitahukan kepadas?n?chal baru itu tempat Grail disembunyikan, mereka
memberinya sebuah ujian yang dengan itu ia bisa membuktikan bahwa ia benar-benar
pantas. Sophie tampak bingung dengan ini, dan Langdon tiba-tiba ingat bagaimana kakek
Sophie selalu membuat perburuan karun bagi cucunya - preuves de m?rite. Diakui,
batu kunci itu merupakan konsep yang sama. Lagi pula, ujian semacam itu sangat
biasa dilakukan dalam perkumpulan rahasia. Yang paling terkenal adalah kelompok
Mason. Anggotanya baru dinaikkan ke tingkat yang lebih tinggi setelah terbukti
mampu menjaga rahasia serta menempuh ritualritual dan ujian kepatutan selama
bertahun-tahun. Tugas-tugas itu semakin sulit hingga mencapai puncaknya dengan
pelantikan calon yang berhasil sebagai anggota Mason tingkat ke-32.
"Jadi, batu kunci itu merupakan sebuah preuve de m?rite, bukti kepatutan." kata
Sophie. dapat membuka cryptex "Jika seorang seneschal ini, dia membuktikan
Biarawan yang naik itu dirinya layak untuk mendapatkan informasi yang berada di
dalamnya. Langdon mengangguk. "Aku lupa, kau sudah berpengalaman dengan hal seperti ini."
"Tidak hanya dengan kakekku saja. Dalam kriptologi, tes itu djsebut 'bahasa
swaotorisasi'. Artinya, jika kau cukup pandai untuk membacanya, kau diizinkan
untuk tahu apa yang dikatakannya."
Langdon ragu-ragu sesaat. "Sophie, jika ini memang batu kunci itu, akses kakekmu
terhadapnya menyiratkan bahwa dia sangat berkuasa di Biarawan Sion. Mungkin saja
dia salah satu dari empat anggota tertinggi itu."
Sophie mendesah. "Dia berkuasa dalam sebuah perkumpulan rahasia. Aku yakin itu.
Aku dapat menyimpulkan bahwa perkumpulan itu tak lain dari Biarawan."
Langdon bingung. "Kau sudah tahu dia anggota sebuah kelompok rahasia?"
"Aku pernah melihat sesuatu yang seharusnya tidak kulihat, sepuluh tahun yang
lalu. Sejak itu kami tidak berbicara." Sophie terdiam, lalu, "Kakekku bukan saja
anggota jajaran tertinggi kelompok itu ... aku yakin, dia anggota
tertinggiitusendiri."
Langdon tidak dapat mempercayai apa yang didengarnya. "Mahaguru" Tetapi ...
tidak mungkin kau mengetahuinya!"
"Aku tidak mau membicarakannya," Sophie memalingkan wajahnya. Tarikan wajahnya
memperlihatkan bahwa dia terluka.
Langdon duduk terpaku. Jacques Sauni?re" Mahaguru" Walau memang sangat
mengherankan jika informasi itu benar, Langdon merasa bahwa hal ini hampir
sempurna masuk akal. Lagi pula, mahaguru sebelurnnyajuga seorang tokoh penting
yang berjiwa seni. Bukti dari kenyataan itu telah dinyatakan beberapa tahun yang
lalu di Bibliotheque National di Paris, dalam surat-surat yang dikenal
sebagaiLesDossiers Secret, dokumen rahasia.
Setiap ahli sejarah Biarawan dan Grail membual bahwa mereka pernah membaca
Dossiers. Pada katalog nomor 4 Im 249, Dossiers Secret telah dibuktikan
keasliannya oleh banyak spesialis dan diyakinkan tanpa terbantahkan apa yang
telah diduga para ahli sejarah itu sejak lama: Mahaguru Biarawan mencakup
Leonardo da Vinci, Botticelli, Sir Isaac Newtons, Victor Hugo, dan, yang baru,
Jean Cocteau, seniman Paris ternama. MengapatidakJacquesSauni?re" Keraguan
Langdon diperkuat dengan kenyataan bahwa dia telah dijadwalkan akan bertemu
dengan Sauni?re malam ini. Mahaguru Biarawan itumemintabertemudenganku"Mengapa"
Untuk ngobroltentangseni" Tibatiba itu semua menjadi tak masuk akal. Lagi pula,
jika naluri Langdon benar, berarti guru Mahaguru Biarawan Sion itu baru saja
mewariskan batu kunci legendaris itu kepada cucunya, dan bersamaan dengan itu
menyuruh cucunya mencari Robert Langdon. Takdapatdimengerti. Imajinasi Langdon
tidak dapat menjelaskan tingkah laku Sauni?re. Kalaupun Sauni?re takut akan
mati, masih ada tiga s?n?chaux lainnya yang semuanya memegang rahasia itu, dan
karena itu keamanan Biarawan terjamin. Mengapa Sauni?re mengambil risiko sebesar
itu dengan memberikan batu kunci kepada cucu perempuannya, apalagi kenyataannya
mereka sedang tidak akur" Dan, mengapa melibatkan Langdon ... sepenuhnya orang
asing" Adapotongan puzzleyanghilangdisini, pikir Langdon Jawabannya tampaknya
harus menunggu. Suara mesin yang melambat membuat mereka mendongak. Suara
kerikil terinjak roda mobil.Mengapadia berhenti" Langdon bertanya-tanya. Vernet
sudah berjanji untuk membawa mereka ke luar kota untuk keselamatan mereka. Truk
itu melambat sekali dan berjalan ke suatu tempat yang tak rata. Sophie menatap
Langdon dengan cemas. Ia bergegas menutup kotak cryptex itu dan menguncinya.
Langdon mengenakan kembali jasnya.
Saat truk berhenti, mesinnya masih tetap menyala ketika kunci pintu belakang
mulai berputar. Ketika pintu terbuka, Langdon terkejut melihat mereka berhenti
di hutan, betul-betul jauh dari jalan. Vernet muncul, matanya bersinar tegang.
Di tangannya tergenggam sepucuk pistol. "Maafkan saya untuk ini," katanya. "Saya
tak punya pilihan." 49 ANDRE VERNET tampak kagok dengan pistol di tangannya. Tetapi matanya bersinar
yakin sehingga Langdon merasa tidak bijaksana untuk mencoba-coba.
"Saya takut harus memaksa," kata Vernet, sambil mengacungkan pistolnya kepada
mereka berdua di bagian belakang truk yang mesinnya masih menyala. "Letakkan
kotak itu." Sophie mendekap kotak itu ke dadanya, "Kamu mengaku berteman dengan kakekku."
"Saya punya kewajiban untuk melindungi milik kakekmu," jawab Vernet. "Itulah
sedang saya lakukan. Sekarang, letakkan itu di lantai." "Kakekku mempercayakan
ini kepadaku." Jelas Sophie. "Kerjakan," perintah Vernet, sambil menaikkan
pistolnya. Sophie meletakkan kotak tersebut di kakinya. Langdon melihat laras
pistol itu teracung ke arahnya sekarang. "Pak Langdon," kata Vernet, "bawa kotak
itu kepadaku. Ingat, saya memintakamu karena saya tidak ragu menembakmu."
Langdon menatap bankir itu tidak percaya. "Mengapa kau lakukan ini?" "Menurutmu
Sumpah Palapa 29 Sukma Pedang Huan Hua Xi Jian Lu Karya Gu Long Jejak Di Balik Kabut 44
^