Pencarian

Eyes Wide Open 6

Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller Bagian 6


semalam. Dia tak pernah kembali ke tempat tidur dan ketika aku
bangun tadi pagi, ia sudah pergi meninggalkan flat. Bagaimanpun
juga omong kosong itu tidak akan kubiarkan melayang nanti malam.
Saat ia tiba di rumah aku akan membuatnya duduk dan dia harus
berbicara padaku - kalau tidak.
Kalau tidak, apa" Aku tidak mempunyai semua jawaban itu, tapi
aku akan memikirkan jalan keluarnya. Secara emosional kondisinya
sangat labil karena mimpi buruknya itu dan aku sama sekali tidak
ingin membiarkan dia terus menderita tanpa bantuan dari seorang
profesional untuk menangani mimpi buruknya. Dan bagian yang
telah diceritakan padaku tadi malam cukup merobek hatiku hingga
menjadi potongan-potongan kecil. Fakta bahwa penyiksanya yang
akan memenggal kepalanya dan juga telah mengejeknya. Aku tak
bisa membayangkan bagaimana ia bisa menghadapi semua itu dan
tidak menjadi gila. Semua itu membuatku ingin memeluknya dan
menyiraminya dengan cintaku. Ethan akan mendapatkan hal itu dari
aku terserah dia menginginkannya atau tidak, aku bersumpah.
"Hei apakah kalian berdua baik-baik saja, Kau tampak sedikit
gelisah, sayang?" Aku mengangguk kemudian dengan hati-hati mulai melipat
kerudung pernikahanku dan mengemasnya kembali. "Kami baikbaik saja. Hanya
masalah hubungan antara pasangan yang perlu
dibicarakan." Aku menempatkan tanganku di pinggangku. "Tapi aku
akan menanganinya. Kau tahu kan, pria terkadang bisa begitu sialan
keras kepala." Ben tertawa padaku. "Betuuul. Memang begitulah pria. Kau
membicarakan topik ini dengan orang yang tepat, Bree. Aku sangat
setuju denganmu." Ben mengerlingkan matanya padaku dan
membereskan perlengkapannya. "Ayolah gadis cantik, aku akan
mengantarmu pulang sebelum Blackstone mulai mencarimu, dan
berpikir kau menghilang. Aku tahu ini adalah sebuah kejutan
untuknya dan dia tidak tahu kau sedang bersamaku, melakukan
pemotretan ini." "Tidak. Dia sama sekali tidak tahu. Karena hal ini dilakukan secara
mendadak juga tanpa perencanaan dan aku mematikan Ponselku
sepanjang pagi ini agar dia tidak bisa melacakku dengan GPS. Aku
akan menyalakan kembali ketika aku tiba di rumah dan dia akan
melihat bahwa aku aman dan sehat, dan itu sama sekali bukan
perbuatan orang yang bijaksana."
Ben menggelengkan kepalanya lalu melihat ke atas ke langit-langit
ruangan. "Kau seorang penyelinap yang licik dan aku sama sekali
tak mengerti apa yang sedang kau bicarakan.
Aku mendengus kepada Ben.
"Aku sangat serius, Bree. Jangan libatkan aku dalam rencanamu
untuk menipu kekasihmu. Aku masih ingin hidup untuk merasakan
ulang tahunku yang ketiga puluh, terimakasih."
"Jangan terlalu mengkhawatirkannya." Aku menggodanya saat kami
berjalan menuju mobilnya. "Kau akan mendapatkan garis kerut di
dahimu." Ben mengerutkan dahinya tapi kemudian dia menyadari
tindakannya, lalu merilekskan dahinya dan mencoba
menyembunyikan tindakannya. Ben sering kali terlihat sangat lucu
dan rasanya menyenangkan bisa tertawa.
?"" "Annabelle berada di flat saat Ben mengantarkan aku sampai di
depan pintu. Dia harus segera pergi untuk pertemuan lainnya, namun
kami membuat rencana makan malam pada akhir pekan nanti. Aku
ingin meminta bantuannya, bahkan ide ini sudah kubicarakan dengan
Ethan, namun aku ingin bersama Ethan saat menanyakan hal ini
pada Beni. Tidak terlalu terburu-buru merupakan hal yang baik dan
ini adalah sesuatu yang sangat penting bagiku.
Annabelle memotong lamunanku dengan ucapan salam seperti
biasanya. "Halo, Nona."
"Oh, hai, Annabelle. Apakah ada pesan saat saya sedang keluar?"
Tanyaku dengan hati-hati, dan sangat berharap semoga saja Ethan
tidak panik mencariku dan membuat kesal semua orang.
"Tidak ada Nona. Hari ini sangat tenang. Ada surat dan beberapa
paket yang dikirimkan untuk anda."
"Oh, bagus. Saya berharap itu adalah contoh untuk cinderamata
perkawinan." Aku ingin dia memanggilku Brynne, tetapi Annabelle
tipe wanita yang kolot dan sepertinya panggilan "Nona" mungkin
lebih familiar bagi dirinya. Walaupun begitu, aku sangat
menyukainya. Annabele datang dua kali dalam seminggu, pada hari
Senin dan Kamis, sebagian besar dia membersihkan tempat ini dan
mencuci pakaian. Dia juga memasak untuk kami berdua, namun
hanya pada hari itu saja. Dia memasak sesuatu dan membekukan
makanan itu agar Ethan bisa menghangatkannya kapanpun ia tiba di
rumah, akan tetapi aku praktis menghentikan semua itu semenjak
aku pindah dan tinggal bersama Ethan.
Sekarang Ethan sudah memilliki aku untuk mengurusnya pada harihari yang lain
dalam satu minggu, dan memasak adalah kegiatan
yang aku nikmati. Awalnya tindakanku membuat Annabelle sedikit tersinggung, karena
ia sudah biasa menjadi pengurus rumah ini selama lima tahun, dan
menyukai semuanya serba teratur dan terencana. Sejak
kedatanganku, bagaimanapun juga, kami semua harus saling
membiasakan diri dan mengetahui peran dan rutinitas kami masing-
masing. Kami sepakat Annabelle memasak hanya pada hari Senin
dan Kamis saat ia bekerja dan sesuai dengan perencanaan schedulenya.
"Saya meletakkannya di atas meja di ruang kerja seperti biasanya
untuk anda." "Terimakasih Annabelle, saya akan membukanya nanti." Aku
melihat kearah dapur dari balik tubuhnya, mengejutkan sekali
sepertinya dia tidak mulai memasak sesuatu untuk makan malam.
Annabelle selalu masak sesuatu yang lezat dengan merebus ataupun
memanggang pada hari kerjanya.
"Miss Frances menelepon dan mengatakan Mr. Blackstone akan
mengajakmu keluar untuk makan malam hari ini." Nampaknya
Annabelle juga bisa membaca pikiranku.
"Oh, benarkah?" Aku mengangkat alisku. "Aku sangat senang Ethan
meminta Frances untuk menyampaikan pesan tersebut."
"Iya. Nona." Annabelle tersenyum padaku.
"Well, sebaiknya saya mandi sekarang, dan mulai bersiap-siap,"
kataku, sambil melihat jam tanganku.
"Oh, saya hampir lupa memberitahu anda, sebelum saya pergi,
Orang dari perawatan akuarium akan datang pada jam empat nanti
untuk membersihkan akuarium. Mr. Blackstone sudah
menjadwalkan beberapa minggu yang lalu dan memastikan mereka
datang pada saat saya berada disini. Mereka sudah menelepon untuk
mengkonfirmasikannya, namun sore ini saya ada janji, saya harus
pulang lebih awal," dia hampir tidak berhenti untuk mengambil
napas, "namun anda tidak perlu khawatir, nona, saya sudah
memberitahukan Mr. Len kapan waktunya dan dia akan
mengantarnya masuk ke ruang kerja Mr. Blackstone begitu mereka
datang." "Terima kasih Annabelle. Aku yakin Simba akan merasa sangat
senang." Dia menertawakan komentarku dan menggelengkan kepalanya.
"Ikan itu memang spesial."
?"" Mandi terasa menyegarkan, dan aku senang Ethan memiliki rencana
untukku malam ini. Artinya ia berusaha menebus kesalahannya tadi
malam dan aku sangat berharap dia akhirnya mau membuka dirinya
padaku mengenai masa lalunya. Sudah waktunya aku mengetahui
semuanya. Jujur saja rasanya sangat menyenangkan karena menjadi
satu-satunya orang yang akan mengurusnya untuk suatu perubahan.
Seluruh hubungan kami dibangun dengan Ethan yang selalu
melindungi aku, menjagaku dan yang baru-baru ini kejutan
mengenai kehamilanku serta ia siap untuk menikahiku. Aku ingin
sesekali menjadi orang yang mengemudikan perahu, tapi untuk
melakukan hal itu dia harus mengijinkan aku terlebih dahulu. Aku
senang pada akhirnya tampak hal itu akan segera terwujud. Malam
ini aku akan menjadi tempat untuk bersandar dirinya.
Ketika aku sedang mengeringkan rambutku, aku baru menyadari aku
lupa mengaktifkan Ponsel-ku saat aku tiba di rumah tadi. Ethan pasti
akan marah-marah, aku sangat yakin. Sialan. Aku tak suka dia
mengomeli aku, tapi cukup beralasan kalau ia sangat panik jika tidak
tahu dimana aku berada, dia pasti akan menghubungi Len dan
berbicara padanya. Len akan mengkonfirmasi keberadaanku. Aku
hanya berharap Len tidak mengatakan bagian mengenai Ben yang
mengajakku pergi serta mengantarkan aku kembali pulang. Aku
ingin foto-foto itu benar-benar menjadi sebuah kejutan. Foto-foto itu
adalah hadiah pernikahanku untuk Ethan.
Aku segera mengeringkan rambutku agar aku bisa turun dan
mengambil Ponsel-ku untuk memeriksa pesan yang masuk, benarbenar berharap Ethan
sangat disibukkan di tempat pertandingan
sehingga ia tidak menyadari kalau Ponsel-ku
kumatikan. Kemungkinan itu jarang terjadi. Dia selalu
memperhatikan semuanya. Aku mengambil dompetku di meja dapur lalu mengeluarkan Ponselku, tapi saat aku
mencoba menyalakannya, baterainya benar-benar
habis. Butuh charger agar bisa nyala bahkan untuk memeriksa pesan
yang masuk. Kabel charger multi fungsi ada di ruang kerja Ethan. Aku mulai
berjalan menuju lorong dan teringat ada janji dengan pihak
perawatan akuarium. Saat ini mungkin mereka sudah ada disana dan
sedang membersihkan akuarium. Aku melihat jam yang ada
dimicrowave, menunjukkan waktu 4:38. Yep, mereka sudah ada
disini. Aku memutuskan untuk mengganggu pekerjaan mereka saja.
Karena aku butuh Ponsel-ku nyala.
Aku mengetuk pintu sebelum aku masuk kedalam. "Maaf
mengganggu, tapi aku membutuhkan charger Ponsel-ku."
Pria pekerja itu sedang membungkuk di depan akuarium dengan
tangan sepenuhnya memegangi selang dan ember. Masih
membelakangi aku, dia menganggukkan kepalanya sebagai isyarat
"ya" dan meneruskan pekerjaannya. Tampaknya dia tidak
mempedulikan aku, jadi setelah aku menghubungkan Ponselku ke
charger dan menghidupkannya, aku mulai membaca email sambil
bersandar di meja. Aku membuka email pertama, ada lengan yang menghantam
disekeliling tubuhku dan mengunciku dari belakang.
"Apa sih-" Kata-kataku terhenti saat mulutku dibekap.
"Brynne...Sudah lama aku menunggu saat seperti ini. Sangat lama..."
bisiknya dengan suara yang terdengar begitu familiar di telingaku,
namun aku tak bisa mengingat suara siapa itu.
Pikiranku berpacu; siapapun orang ini, mereka datang untuk
membunuhku. Hidupku segera berakhir. Aku akan meninggal malam
ini dan Ethan akan menemukan tubuhku. Kami tidak akan hidup
bersama-sama lagi. Bayi kami tidak akan lahir pada bulan Februari
nanti, karena dengan membunuhku itu akan membunuh bayi kami
juga. Tidak akan ada pernikahan di Hallborough, dan aku tidak
pernah bisa memberikan hadiah foto-fotoku pada Ethan...
Jika saja aku bisa, aku akan memohon untuk hidupku. Tapi tidak ada
udara untuk berbicara, atau menangis, atau bahkan untuk bernapas.
Tetapi mengetahui aku akan mati, hal itu bukanlah bagian yang
terburuk. Perasaan yang terburuk untuk semua ini adalah aku tidak
akan pernah bisa bertemu Ethan lagi, atau menyentuh dirinya, atau
mengatakan padanya bagaimana aku sangat mencintainya. Saat
terakhirku bersama Ethan adalah kemarin malam ketika ia
memintaku masuk kedalam sehingga ia bisa sendirian. Ya Tuhan, hal
ini akan menghancurkan Ethanku. dia tidak akan pernah memaafkan
dirinya sendiri untuk semua ini.
Penculikku masih menjepit erat tubuhku menempel ketubuhnya dan
mulutnya di telingaku. Aku meronta, namun kekuatanku mulai
melemah. Ia kemudian mencengkram bagian belakang leherku dan
meremasnya, hidung dan mulutku ditutup dengan tangannya, paruparuku berteriak
meminta udara, aku merasa kabut mulai
menyelubungi diriku saat pandanganku menjadi kabur. Aku akan
mati. Akhirnya itu terjadi. Semua usaha yang Ethan lakukan untuk
melindungi aku, bagaimanapun juga tetap akan terjadi...dan aku
tidak bisa menghentikannya.
Oh, Ethan...maafkan aku, aku sangat mencintaimu dan aku benarbenar minta maaf. .
. ?"" Bab 22 " Aku melirik jam tangan, berharap aku bisa meninggalkan Lord's
Cricket Ground sekarang, tapi aku tahu setidaknya aku butuh sejam
lagi disini. Ivan baru saja selesai mengumumkan pemenang lomba
memanah dan awak media sudah selesai melakukan siaran mereka,
tapi tribun masih sedang dibersihkan dan aku tahu itu akan memakan
waktu. Aku memberikan pengawalan pribadi pada sepupuku, sama
seperti yang kulakukan untuk anggota keluarga kerajaan, dan sejauh
ini, tidak ada masalah. Bagian keamanan telah memeriksa semuanya
yang membuktikan tidak ada kejutan besar, dan aku tidak bisa
memikirkan apa-apa, aku sangat ingin pulang kerumah untuk
bertemu dengan gadisku, dan kembali kepada kemurahan hatinya.
Aku memiliki perasaan bersalah malam ini dan aku akan
menanganinya dengan baik.
Ivan berjalan kearahku ketika teleponku berbunyi. Aku berharap itu
Brynne. Dia tidak pernah menjawab teks-ku tadi. Aku tersenyum
ketika aku melihat namanya...tapi aku membaca apa yang telah dia
tulis didalam pesannya. Kemudian seluruh duniaku seakan runtuh.
I can't do this anymore with u. Ethan, u killed us last nite. My
Old life is what I want back now...I don't love u anymore...and
not having ur baby either. I'm goin home where I want to be left
alone...don't come after me an don't Phone me! Get some help,
ethan, I think u need It desperately. - Brynne
(Aku tidak bisa melakukan ini lagi denganmu. Ethan, kau
seakan membunuh kami tadi malam. kehidupan LamaKu itulah
apa yang kuinginkan lagi sekarang...Aku tidak mencintaimu
lagi...dan tidak ingin memiliki bayimu. Aku pergi dari rumah
dan aku ingin dibiarkan sendirian...jangan datang mencariku
dan jangan Telepon aku! Cari bantuan, Ethan, aku pikir kau
sangat membutuhkan itu. -Brynne)
Aku tidak ingat bagaimana aku bisa keluar dari sana. Aku tahu Ivan
bersamaku jadi pasti ia yang membantu. Ayahku juga muncul
setelahnya. Aku ingin pulang karena GPS memberitahuku bahwa
Brynne berada di rumah. Sinyal terakhir dari ponselnya tercatat dari
apartemenku. Apartemen kami.
Meskipun dia sudah tidak berada di apartemen.
Ketika aku menemukan cincin pertunangannya dan teleponnya
tergeletak di dasar aquarium Simba, aku ingin meringkuk dan mati.
Pesan itu sangat lantang dan jelas. Kemarahan yang menyakitkan
dan juga sangat keji, tapi satu yang aku mengerti sepenuhnya.
Pertemuan pertama kami terjadi di toko Aquarium, meskipun tak
satupun dari kami tahu pada saat itu. Brynne sudah pernah melihat
Simba sebelum dia bertemu denganku. Kami mulai terhubung
dengan Simba. Dan kami akan berakhir dengan Simba juga.


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagaimana bisa begitu cocok.
Meskipun situasi seperti itu benar-benar tidak masuk akal. Dari sisi
emosional aku ingin menyerah, tapi dari sisi pragmatis aku masih
ingin berjuang karena apa alasannya hingga menjadi kekacauan yang
besar sekali. Tadi malam adalah malam yang buruk, aku yakin itu,
tapi layakkah alasan itu menjadi penyebab perpisahan ini" Hampir
tidak. Brynne bukan orang yang kejam. Yang ada, dia memiliki hati
yang lembut dibandingkan dengan kebanyakan orang. Dan dia
sangat jujur. Jika dia ingin putus, dia akan mengatakan kepadaku
secara pribadi, tidak pernah dengan sesuatu yang begitu impersonal
seperti mengirim lewat pesan teks. Teks itu bukan gayanya sama
sekali. Dia juga mengatakan kepadaku dia tidak akan pernah
memberiku kata "Waterloo" lagi. Benar, dia tidak benar-benar
menulis kata-kata itu dalam teksnya, tapi dia berjanji dia tidak akan
pernah melarikan diri dan meninggalkan aku seperti itu lagi.
Len bahkan tidak tahu Brynne pergi dari apartemen. Dia mengatakan
padaku bahwa dia membiarkan pemuda dari Fountaine itu memasuki
ruang kerjaku untuk pemeliharaan aquarium pukul empat seperti
yang dijadwalkan. Sekitar jam lima lewat tiga puluh, Brynne
mengirim teks pada Len dan memintanya turun ke bawah untuk ke
tempat Hot Java dan membelikannya minuman spesial masala chai
yang dia sukai sekarang ketika dia hamil. Len berangkat ke coffee
shop, tapi sementara ia antri Brynne meneleponnya dan mengatakan
padanya tidak jadi untuk membeli teh itu, karena aku sedang dalam
perjalanan pulang dan sudah membawakan sesuatu untuknya. Len
mengatakan kepada kami bahwa ketika ia kembali ke apartemen,
pemuda dari Fountaine itu tampaknya sudah menyelesaikan
pekerjaannya dan membiarkannya keluar. Dia bisa mendengar air
yang mengalir di kamar mandi dan menganggap Brynne sedang
mandi. Aku bertanya pada Annabelle, dan dia menyampaikan cerita
mengenai Brynne yang tampak normal dan bersemangat saat melihat
beberapa sampel sovenir pernikahan yang sudah datang. Aku
menemukan kerudung gaun pengantin terlipat rapi di dalam tas.
Tidak masuk akal bagiku. Mengapa dia bersemangat melihat sovenir
pernikahan jika dia akan meninggalkan aku" Kenapa dia
mengeluarkan kerudungnya" Aku bahkan menemukan gaun
periwinkle-nya diletakkan di atas tempat tidur seolah-olah dia
memilih apa yang akan dia kenakan untuk makan malam. Kenapa
dia mengeluarkan pakaian untuk kencan jika ia berencana ingin
meninggalkan aku" Bagian tentang bagaimana dia tidak ingin
memiliki bayiku itu semua juga salah. Brynne menginginkannya.
Dia tidak akan membuang anak kami. Dia sudah mencintai bayi
kami seperti seorang ibu pada umumnya. Aku tahu ini dalam hatiku,
tidak peduli apa kata-kata dalam pesan teks-nya.
Hal lain yang membuatku benar-benar curiga adalah kamera
keamanan di pintu keluar mendadak tidak berfungsi selama Len
turun ke coffee shop. Selama periode waktu yang sama di mana
Brynne keluar dari apartemen, dan ketika petugas Aquarium menurut
dugaanku telah membiarkan dirinya terlihat keluar. Hal itu semacam
kebetulan saja tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Kejadian seperti
itu hanya terjadi di acara televisi.
Aku menelepon Fountaine dan bertanya siapa yang mereka kirimkan
untuk melakukan service perawatan aquarium Simba.
Jawaban mereka mengubah darah di pembuluh darahku menjadi es,
menghentikannya lalu mati dalam perjalanan ke jantungku.
"Mr. Blackstone menelpon kami tadi pagi untuk menjadwal ulang
service nya, Sir." Saat itulah aku tahu bahwa orang yang telah mengirimkan foto-foto
Brynne dan aku di depan Fountaine sudah berada di toko sialan itu.
Dia mengikuti kami di seputar London dan berdiri di sana di toko itu
dan mendengarkan aku membuat janji untuk service perawatan
aquarium. Aku sudah memberinya waktu, dan tempat, sehingga ia
bisa membawa gadisku dari rumahnya sendiri, di siang hari bolong,
tepat di bawah hidungku. Benar-benar brengsek... ?"" " Lonceng berbunyi. Di kejauhan, dentang nyaring dari menara
lonceng, di suatu tempat di London, dibunyikan secara terjadwal.
Aku menghitung ada tujuh dentangan sebelum aku membuka
mataku, menemukan diriku terbangun di sebuah ruangan yang aneh
dan berdoa ini hanyalah mimpi buruk.
Ternyata tidak. Pikiranku kabur karena tidak hanya sekali tapi dua kali aku pingsan.
Yang pertama saat pekerjaan belum selesai-hanya cukup buat
penculikku untuk meminta perhatianku dan memberitahuku apa
yang harus kulakukan. Dia membuatku melakukan hal-hal yang sama sekali tidak
menyenangkan, sesuatu yang kejam terhadap orang-orang yang aku
pedulikan-untuk orang-orang yang kucintai. Tapi aku sudah
melakukan hal itu sambil berharap dan berdoa semoga bisa
menyelamatkan nyawa mereka. Penculikku bukan orang asing
bagiku. Aku telah mengenalnya selama bertahun-tahun, dan dalam
arti setiap kata. Dia bukan orang asing untuk membunuh seseorang.
Dia telah membunuh orang-orang untuk sampai ke tempat dia
sekarang ini. Aku tidak punya alasan untuk percaya bahwa dia tidak
akan membunuhku juga. Aku tidak memiliki banyak orang yang
merasa kehilangan akan diriku.
"Cantikku sudah bangun," bisiknya dari sampingku, tangannya
bergerak di atas tubuhku dengan sengaja, napasnya di leherku.
"Jangan...jangan melakukan ini, Karl. Kumohon..." Aku memohon
padanya, mencoba untuk mendorongnya kebelakang dengan
tanganku. "Tapi kenapa tidak" Kita sudah melakukan banyak sekali hubungan
seks di masa lalu. Kau menyukainya saat itu. Aku tahu aku juga,"
katanya membujuk, "dan aku masih kecil waktu itu. Sekarang aku
tahu apa yang kulakukan." Tangannya meluncur ke atas tubuhku dan
di atas payudara lalu meremasnya. Bibirnya menyapu di atas leherku
dan mencoba menciumku, tapi aku menutup rapat bibirku dan
memutar kepalaku. Dia mencengkeram dan menjepit daguku dengan kasar, memutarku
kembali kearahnya. "Jangan berpikir kau bisa bertingkah sulit untuk
kudapatkan, Brynne," katanya dengan suara kejam, sebelum ia
menghempaskan mulutnya atas mulutku, lidahnya menekan masuk
dan mencoba untuk menyerangku.
"Karl, aku hamil-tidak, tolong-berhenti, kumohon!" Pintaku di antara
napasku yang terengah-engah mencari udara.
"Ugh...bibit bajingan itu tumbuh di dalam dirimu bukanlah ingatan
yang menyenangkan, sayangku, terutama disaat aku sedang mencoba
menyetubuhimu. Kau benar-benar tahu bagaimana memblokir
kemaluan, ya," keluhnya," tapi baik, terserah kau. Aku bisa
menunggu." Karl mengangkat tubuhnya dari diriku dan bersandar ke dinding,
matanya menjelajahi tubuhku dengan nafsu. Dia menyesuaikan diri
di bagian selangkangannya dan mencemoohku.
"Apa - apakah kau akan membunuhku?" Aku mencoba untuk tidak
berpikir tentang motifnya dan apa yang akan terjadi jika ia berhasil
melakukan sesuatu yang diinginkan. Aku berjuang untuk tetap
tenang dan tidak lari. Aku membutuhkan Karl sedikit
mempercayaiku agar apa yang kuharapkan aku bisa berhasil
melakukannya. Tidak berlari dari dirinya akan menjadi langkah
pertama. "Aku belum tahu. Mungkin aku akan melakukannya atau mungkin
tidak." Dia menyeringai dengan licik. "Jika kau memutuskan ingin
seks lebih cepat daripada nanti, beri tahu aku. Mungkin itu akan
bekerja sesuai dengan keinginanmu sayang."
Aku mencoba untuk mengabaikan komentarnya. "Apakah Senator
Oakley yang merekrutmu untuk membunuhku?" Jantungku berdebar
begitu keras sampai terasa sakit di bawah tulang rusukku.
Dia memiringkan kepalanya kembali ke dinding dan tertawa.
"Senator adalah seorang sock monkey(monyet yang sukses) yang
tidak memiliki kemampuan untuk menangani sesuatu meski hanya
sebuah kantong kertas yang robek menjadi dua. Um...tidak,
sayangku, Senator Oakley tidak mempekerjakan aku."
"Lalu kenapa" Mengapa kau melakukan hal ini, Karl" Kau selalu
begitu...baik padaku."
"Sialan, seluruh kehidupanku sangat tidak menyenangkan, kau
pelacur kecil. Selama tujuh tahun kau tidak pernah tahu apa-apa
tentang aku," bentaknya, tampak setengah gila. Dan membuatnya
menjadi sepenuhnya gila. "Aku bukan pria baik seperti yang kau
ingat waktu di SMA," katanya dengan angkuh, sekarang
menyeringai ketika ia berbicara itu, sikapnya benar-benar berubah
dari gila sampai menjadi ceria dalam hitungan detik.
"Jadi, katakan padaku apa yang membuatmu berubah, Karl. Kenapa
kau bukan pria yang baik seperti yang kuingat?" Aku mengajukan
pertanyaan kemudian diam. Aku mempelajari sekelilingku sebaik
mungkin yang kubisa, dan mencoba untuk tidak berpikir tentang
Ethan, atau apa yang ia lakukan pada saat ini. Apakah ia belum
memahami pesan teksku" Atau ia masih belum pulih dari rasa sakit
karena kata-kata itu, dan percaya bahwa aku sudah tidak
mencintainya lagi. Seolah-olah itu pernah bisa terjadi!
Jika Ethan bisa menterjemahkan pesan tersembunyiku, akankah aku
pernah memiliki kesempatan untuk bertindak memberinya satusatunya petunjuk
seperti yang kupikirkan pada saat itu"
Karl mulai berbicara, benar-benar melantur. meluncurkan kata-kata
kasar tentang bagaimana dia telah membunuh Eric Montrose dan
membuatnya tampak seperti sebuah perkelahian di bar. Aku nyaris
tidak mendengarkan. Aku sedang berusaha mencari jalan untuk
mengambil teleponnya, dan tahu apa yang akan kulakukan disaat itu.
Aku hanya butuh sekali. Satu kali momen yang tepat. Aku bisa
melakukannya dalam satu detik jika kesempatan itu muncul.
"Tidak ada lagi yang seharusnya mati, kau tahu, setelah Montrose,"
katanya. "Apa maksudmu?" Tanyaku.
"Itu salahmu karena semakin banyak orang yang harus mati. Aku
tidak menyukai bagian pembunuhan disini, Brynne. Hal ini sangat
tidak menyenangkan bagiku." Dia mengerutkan kening dan
memandang tubuhku lagi, tidak diragukan lagi sedang memikirkan
sesuatu untuk menghabiskan waktu sendirian ketika ia mengunciku
di dalam kamar ini. "Karl, tidak...kau tidak seperti mereka. Kau tidak akan melakukan
apa yang dilakukan para pemuda itu padaku di pesta itu."
Dia menyipitkan sebagian matanya dan berkata, "Kau benar. Mereka
seperti babi saat melakukan itu padamu. Memperkosa seorang gadis
yang tidak sadar bukan gayaku." Dia mengalihkan pandangannya
dari tempat tidur dan melihat ke jendela dan menatap langit yang
mulai gelap. "Suatu saat kau akan setuju dan akan memohon padaku
untuk itu pada akhirnya."
Umm...tidak, aku tidak akan melakukannya, kau bajingan gila.
"Apa maksudmu tentang tidak ada lagi seseorang yang seharusnya
mati setelah Montrose?"
Dia berbalik dan menatapku seperti aku seorang yang idiot. "Aku
ada disini- di London. Aku sudah merencanakan semuanya. Kita
akan bertemu lagi dan memulai kembali tepat dimana kita tinggalkan
beberapa tahun yang lalu. Kita akan membuat kesepakatan dengan
membawa sebagian cerita video seks yang dibuat putra sialannya itu
untuk menurunkan Oakley," jelasnya seolah-olah sedang berbicara
dengan seorang anak kecil. "Kemudian menjual kepada tim Oakley,
atau jika ia tidak tertarik, maka kita berikan pada tim pihak
lawannya, dan pergi untuk menjalani hidup bahagia di suatu tempat
yang indah dan tenang."
"Lalu apa yang terjadi hingga pikiranmu berubah?" Tanyaku dengan
suara lembut. "Pacar sialanmu yang mengubahku!" Gertaknya. "Dari semua pria
kenapa kau bisa terkait dengannya, kau memilih pria yang bekerja di
bagian keamanan dengan koneksi ke keluarga kerajaan dan intelijen
militer Inggris! Terima kasih untuk itu, Brynne. Bagus sekali!"
"Tapi aku tidak mencarinya, ia yang mencariku. Ayahku menyewa
Ethan untuk melindungiku dari..." Begitu kata-kata itu meninggalkan
bibirku, kabut mulai menghilang dan kebenaran mengenai
meninggalnya ayahku menjadi jelas.
"Aku tahu," kata Karl sederhana, matanya gelap menunjukkan
betapa dalam kegilaannya sampai mengakar.
"Kau membunuh ayahku, kan?" Aku bergulat dengan ketahananku
pada secuil pemikiran untuk berbuat rasional dan mengambil
tindakan. Aku kalah. ?"" " "Di mana dia"! DIMANA DIA BERADA"!" Aku berteriak entah
pada siapa. Aku bersama Ivan, Neil, Len, dan Ayahku, semuanya
berdiri disekelilingku sambil memandangku untuk dipandu.
Meskipun aku tidak tahu harus mulai dari mana. Butuh sesegala
sesuatu agar aku tidak jatuh berkeping-keping dan kembali berbicara
dengan gemetaran seperti orang tolol karena ketakutan dan putus
asa. "Nak, lihat ini. Kurasa Brynne meninggalkan pesan tersembunyi
dalam teks ini." Ayahku memegang ponselku dan mempelajarinya.
"Apa" Katakan padaku! "Aku mengambil teleponku dari tangannya
dan membacanya lagi. "Huruf besar itu," kata Dad bahuku, "Huruf besarnya hanya pada
kata-kata tertentu kecuali semua huruf I (saya). Lihatlah yang lain."
Kata-kata: Ethan, My, Old, Phone, Get, It, (Ethan ambil telepon
lamaku) hanya satu-satunya dengan huruf besar...kecuali untuk
semua huruf I. Ayahku benar. Aku tidak bisa percaya akan hal ini.
Gadisku berhasil menyampaikan pesan kode itu padaku di bawah
ancaman penculiknya. Aku memejamkan mata dan berdoa untuk
keajaiban yang lain. "Dan kata-kata lain yang seharusnya huruf besar dibiarkan dengan
huruf kecil, seperti namamu-"
"Ya, Dad, aku mengerti!" Aku memotong kata-katanya dan berlari
menuju laci mejaku, meraba-raba disekitarnya sampai aku
menemukan ponselnya yang lama. Aku mencolokkan charger-nya
dan menyalakannya. Menunggu sampai menyala adalah suatu
siksaan. Tidak ada yang baru disana. Kegembiraanku langsung merosot, tapi
setidaknya sekarang masih ada beberapa harapan. Aku bertaruh
dengan beberapa peluang kecil itu. Sebuah lapisan mulai bisa aku
kupas kembali untuk menebak catatan yang ditahan di bawahnya.
Aku mengerti peluang semacam itu. Sebuah pesan berarti ada
harapan. Sebuah pesan berarti dia masih hidup. Dan apakah aku
harus bertaruh pada Brynne, aku yakin dia akan berjuang sampai
menghembuskan napas terakhir untuk menang. Gadisku pasti seperti
itu, dan tidak ada seorangpun yang kumiliki mempunyai keyakinan
lebih sekarang daripada dia.
"Dia mengirimiku pesan berkode," kataku lagi, ditujukan bukan pada
orang tertentu, aku masih takjub dengan pola berpikirnya yang cepat
selama situasi yang sulit itu.
Aku menaikkan pengaturan volume dan meninggalkan ponsel
berharganya yang sedang di charge di tas meja kerjaku. Aku duduk


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan memandangi kerlip lampu ponsel-nya yang masih normal. Aku
harus yakin. Gadisku akan meneleponku dan memberitahuku dimana
dia berada, jadi aku bisa pergi menjemputnya dan membawanya
kembali. Ayolah, sayang...
Apakah waktu terasa seperti beribu-ribu tahun berlalu dengan begitu
lambat. Kemudian aku teringat kalau aku tidak ingin merokok sama
sekali, disaat aku menunggu gadisku mengirimkan pesan untukku
dari manapun ia berada. Aku tidak berpikir untuk mengambil
sebatang, atau membayangkan rasanya, atau bahkan merasakan
sengatan karena kecanduan nikotin. Tidak satupun yang kuinginkan.
Aku tidak pernah menyentuh cigaret lagi dalam hidupku jika hal itu
akan membawa Brynne kembali aman padaku. Tidak banyak untuk
sebuah sumpah, aku tahu. Sungguh menyedihkan. Tapi aku harus
bertaruh dengan semua itu.
Aku berdoa kepada malaikatku untuk keajaiban yang lain, dan
berharap dia akan mendengarku untuk kedua kalinya dalam hidupku.
Mum, aku membutuhkan bantuanmu lagi...
Kemudian ada gambar masuk melalui pesan media dengan suara
blip, bunyi paling indah yang pernah kudengar. Aku membuka pesan
dan menatapnya, mataku menyerap foto yang baru saja dia kirimkan.
Brynne sedang memainkan tangannya ditengah situasi permainan
seorang pembunuh, dan baru saja menaikkan taruhan dengan
memasang taruhan besar yang bisa berjalan dengan baik. Aku sangat
mencintainya karena melakukan itu, Kupikir jantungku bisa segera
meledak di tempat. Gadisku memainkan kartu As-nya dengan naluri
seorang yang berpengalaman. Tentu saja dia melakukan itu, karena
dia gadisku. "Dad?" Aku menunjukkan ponsel kepadanya dengan tangan gemetar.
"Dimana letak menara lonceng" Kau harus tahu dimana itu, bawa
aku ke sana sekarang. Brynne bisa melihatnya dari tempat yang dia
bisa mengambil foto itu."
?"" Bab 23 " Insting pertamaku adalah menarik lepas lampu dari dinding dan
mulai memukukan bagian belakang kepala Karl dengan itu. Aku
tidak tahu mengapa aku tidak melakukannya. Aku ingin
menyakitinya, membuat dia menderita dalam kesakitan selama
mungkin sebelum ia mati. Pikiran jahatku membayangkan dia tidak
layak untuk siapapun yang pernah kukenal. Aku harus menyimpan
itu terkubur dalam diriku selamanya. Tidak ada masalah.
Butuh beberapa waktu, tapi pada akhirnya kami akhirnya sampai
kesana. Karl bosan berada di dalam penjara kecil kami dan mulai
mengirimkan teks pada seseorang atau bermain game, aku tidak
tahu. Karena itulah aku menjadi tahu dia memiliki ponsel dan
dimana ponsel itu. Aku harus segera mengambilnya dari dia dan
menggunakannya untuk memanggil satu-satunya nomor telepon
yang bisa kuingat-nomor telepon yang kumiliki sejak pindah ke
London empat tahun yang lalu. Aku tidak hafal nomor lain diluar
kepala tapi aku tahu nomor lamaku ini.
Aku berpikir tentang bagaimana aku bisa mendapatkan iPhone Karl.
Segera aku menyadari satu-satunya adalah menggali jauh di dalam
jiwaku dimana aku tanpa ragu-ragu melakukan semua itu, seperti
yang pernah dikatakan Ethan. Untuk berani mempertaruhkan
semuanya. Lebih berhati-hati memanfaatkan risiko-risiko atau
konsekuensi. Mencoba untuk bisa menang, atau siap kehilangan
segalanya. Kemarahan akan menjadi kendaraan untuk membuat aku menuju
kesana. "Kau membunuh ayahku, kau iblis bajingan," kataku pelan.
Dia mendongak, mengalihkan perhatiannya dari mengetik pesan teks
dan menatapku. "Dia layak mendapatkannya. Bahkan kalau menengok kebelakang
aku membencinya karena tidak membiarkan aku bertemu denganmu
setelah hal itu terjadi. Dia menyembunyikanmu jauh dariku dan
teman-temanmu. Aku ingin membantumu dan berada disana
untukmu. Ayahmu yang egois selalu mendiamkanku setiap kali aku
mencoba untuk berbicara denganmu."
"Dia menjagaku dengan melindungi aku supaya tidak terluka lebih
jauh lagi. Dia bertindak seperti orang tua, keparat!"Aku membiarkan
emosiku terbangun dalam diriku. "Dia mencintaiku!"
"Yeah, well dia menghalangi jalanku. Dengan membunuhnya
membuat rencanaku bekerja menjadi lebih baik. Oakley sangat
ketakutan di pemakaman. Apakah kau melihat dia berkeringat?"
"Tidak," jawabku, "aku sedang berduka untuk ayahku, kau bajingan
tak berperasaan." Karl menyeringai padaku dan aku ingin mencungkil matanya sampai
keluar dengan sendok berkarat. "Tidak seperti ayahmu ketika aku
membunuhnya. Dia orang brengsek yang tenang, bahkan ketika ia
sadar apa yang terjadi." Karl menatapku acuh. "Dia memanggil
namamu tepat di saat terakhir. . ."
Aku tidak bisa menahan keterkejutanku, jeritan kesakitan yang
tercurah dari hatiku ketika aku mendengar kata-katanya yang tidak
peduli, diucapkan hampir tanpa beban. Terlalu banyak bagiku untuk
menerimanya. Ayahku meninggal karena mengetahui apa yang bakal
Karl lakukan padaku. "Jangan terlihat begitu marah, Brynne. Aku sudah mengatakan pada
ayahmu kalau aku akan menjagamu," katanya dengan suara
sombong, dan kemudian ia berpaling dariku.
Terima kasih, kau monster sialan!
Mereka pernah mengatakan bahwa di bawah pengaruh adrenalin
yang melonjak, manusia sanggup memunculkan kekuatan yang
ekstrim. Para ibu bisa mengangkat mobil untuk membebaskan anakanak mereka dan
hal-hal lain seperti itu. Aku tidak tahu apakah efek
itu bisa berlaku untukku, tapi aku tidak peduli. Inilah saat yang tepat
untuk memukul dengan lampu - opsi pilihan terbaik dalam
genggamanku. Sebuah benda bagus berbahan dasar batu kokoh yang
akan berhasil memukulnya jika tidak hancur saat aku gunakan
dengan seluruh kekuatanku ketika aku melemparkan itu kearahnya.
Sekarang Juga! Aku mengambil benda sialan itu dan melemparkan dengan seluruh
kekuatanku ke bagian belakang kepala Karl.
Aku pernah melakukan tolak peluru di SMA, dan aku melakukannya
sekarang. Gabungan yang sempurna antara ketepatan dan kekuatan
brutal. Karl ambruk seperti sebuah batu di dalam kolam. Mungkin
cerita tentang para ibu yang bisa mengangkat mobil berlaku
untukku. Aku adalah seorang ibu, dan Karl baru saja diingatkan bahwa fakta
itu sangat penting. Aku meraih teleponnya dari lantai dan pertama-tama melakukan
sesuatu yang ada dalam pikirkanku. Aku mengacungkannya keatas
ke jendela dan mengambil sebuah gambar dari cakrawala. Kemudian
aku mengirimkannya ke nomor telepon lamaku.
Aku berharap aku sudah membunuh Karl, karena dia pantas
mendapatkannya, tapi aku tidak merasa yakin dan aku tidak ingin
tetap tinggal untuk memastikannya. Aku mulai berusaha keluar dari
sana. Mencapai pintu memakan waktuku yang berharga sampai satu menit
karena ia dengan licik mengunci dengan rantai di bagian dalam
sehingga aku membutuhkan beberapa kali mencoba menguraikannya
karena tanganku gemetar begitu kuat. Aku tahu kami berada di lantai
tiga atau empat, dan aku harus turun untuk sampai ke jalan mencari
pertolongan, tetapi ketika aku keluar apartemen yang terhubung ini,
aku menemukan diriku di sebuah koridor. Perencanaan arsitektur
tempat ini sangat berantakan. Pembuatannya tidak direncanakan
secara lengkap. Aku melihat sekeliling untuk mencari jalan keluar
yang terbaik. Cara yang paling cepat.
Sudut-sudut ruangan dan tangga-tangga mengingatkan aku pada
Mission Inn di Riverside ketika aku berkunjung bersama orangtuaku
saat masih kecil. Kalian bisa mengikuti jalur yang berbeda dan
berakhir masuk ke dalam putaran yang gila, naik turun tangga dan
mengelilingi ruangan terpencil yang ternyata kau akan kembali ke
tempat sebelumnya. Dimana letak lift di tempat ini"
Aku berpikir tentang Ethan dan bertanya-tanya lagi apakah dia
mengerti pesan teksku, dan bagaimana ia bisa menemukan aku. Lalu
aku berpikir tentang aplikasi GPS yang sudah pernah kami bahas,
dan aku langsung tersadar. Facebook! Dengan Facebook kau bisa
memeriksa tempat dan memposting status lokasimu dengan aplikasi
GPS yang terpasang disitu.
Aku membolak-balik telepon Karl dan menemukan aplikasi
Facebook. Aku log in ke akunku dan meng-klik Tempat. Aku
membiarkan aplikasinya bekerja dan memilih lokasi pertama yang
muncul pada deretan kemungkinan tempat ini. Aku hampir
menertawakan apa yang terlihat. Lansdowne Crescent nomor 22-23.
Hotel Samarkand. Aku mengetik di status Facebook-ku, Aku di sini,
Ethan, datang dan jemput aku. Aku beri tag ke Karl Westman
dengan tulisan "Dengan siapa kamu?" Dan menekan Posting, lalu
aku melanjutkan mencari letak elevator dengan putus asa, butuh
segera menjauh dari tempat ini.
Setelah sekian lama, akhirnya aku menemukan lift dan menekan
tombol ke bawah, melihat sekeliling tanda-tanda mungkin Karl
mendekat, atau siapapun yang akan menjadi masalah. Mengapa
tempat ini begitu sepi, dan di mana semua orang" Pintu lift terbuka
untukku dan aku melompat masuk. Aku menekan tombol G untuk
lantai dasar dan menahan napas lagi sampai pintuku menutup dan lift
mulai turun begitu lamban.
Kebebasan ada dalam genggamanku. Hampir keluar. Ethan akan
melihat pesanku di teleponku yang lama serta di Facebook dan tahu
dimana dia akan datang untuk menjemputku. Aku bisa
meneleponnya begitu aku menemukan tempat yang aman seperti
sebuah restoran atau toko.
Pintu terbuka dengan mulus dan aku melangkah keluar di sebuah
halaman dengan cahaya yang agak redup, ternyata ini semacam
pintu masuk bagian service. Jelas ini pintu masuk belakang hotel,
bukan bagian depan seperti yang kuharapkan. Aku tetap pergi keluar,
dan saat itu aku mendengar Ethan memanggil namaku: "Brynne!"
Suara paling indah yang pernah di kenal telingaku.
Aku berlari mendekati suara itu, terfokus hanya pada dirinya. Aku
bisa mendengar suara mendesak dalam panggilannya, merasa lega.
Ethan sudah menemukan aku; aku masih hidup dan semuanya akan
baik-baik saja. "Ethan!" Aku berlari menuju Ethan, menuju kekasihku dan seluruh hatiku,
ketika aku direnggut dari belakang dengan tangan yang
menggenggam keras tanganku, lalu mengikatnya dengan erat,
kemudian mencengkeramku dengan kencang, menjeratku seperti
lalat di sebuah jaring yang lengket.
"Tidaaaak!" Aku berteriak dengan putus asa.
"Kau tidak berpikir bisa menjauh dariku, kan, Brynne?" Aksen
menjijikkan Karl yang terengah-engah di telingaku.
Usahaku membunuhnya sudah jelas gagal, karena ia sekarang
memiliki pisau tajam menempel di leherku, mengejutkan aku dengan
rasa dinginnya pisau itu, memaksaku untuk berhenti meronta.
Kekecewaan yang aku rasakan seperti pil pahit yang harus ditelan,
tapi yang lebih buruk lagi adalah pemandangan memilukan dari
wajah Ethan di balik senja. Dia berdiri tidak kurang dari sepuluh
yard (9.1 m) dariku. Begitu dekat, tapi tidak cukup dekat.
Lari kencang Ethan tiba-tiba langsung berhenti, tangannya terentang
keluar tanda menyerah, menggelengkan kepalanya bolak-balik
dalam satu permohonan tanpa kata-kata pada Karl untuk tidak
memotong leherku. Hal ini...akan menghancurkan Ethan. Ketakutannya terhadap pisau
akan mendorong dia melakukan segala jenis negosiasi untuk
membebaskan aku. Aku tahu itu. Ethan akan mengorbankan dirinya
untuk menjagaku dari goresan pisau di tenggorokanku.
Karl tidak bisa memilih pemicu yang lebih baik lagi untuk ketakutan
paling besar bagi Ethan yang ada di seluruh dunia.
" Urutan kejadian datang bersamaan mendekati keselarasan yang
sempurna, tapi mendekati itu tidak cukup untuk kebutuhanku
sekarang dan hal itu tidak akan cukup sampai aku memiliki dia aman
didalam pelukanku lagi. Ayahku tahu persis dimana menemukan menara lonceng saat aku
menunjukkan kepadanya foto dari Brynne, karena aku yakin dia
pasti tahu. Tak ada yang lebih tahu kota London dibanding ayahku.
Paroki gereja Notting Hill St John yang mendirikan menara itu yang
terlihat oleh Brynne dari jendela. Kata ayahku dia pasti mengambil
foto itu dari Lansdowne Crescent.
Elaina menelepon Neil di mobil ketika kami berpacu melewati
jalanan, membenarkan lokasi Brynne yang di Lansdowne Crescent
di Notting Hill...dan siapa yang telah menculiknya. Karl Westman"
Aku tidak melihat yang satu itu ada dalam pikiranku, dan harus
melawan kepanikan yang mulai muncul dalam diriku. Satu-satunya
hal yang membantuku untuk tetap tenang pada saat ini adalah
mengetahui bahwa Westman dulu pernah tertarik pada Brynne. Jika
dia menginginkan Brynne untuk dirinya sendiri, maka masih ada
kesempatan bagus bahwa dia masih hidup. Setidaknya itulah yang
sekarang aku doakan dengan semua yang kumiliki.
Elaina juga mengirimkan pesan Brynne yang di posting di
Facebook-nya untukku, dan aku harus berjuang keras untuk
menahan diri. Aku akan datang untuk menemukanmu, sayang. Sekali
lagi, kecerdasan Brynne dalam memecahkan masalah mengejutkan
aku lagi. Bicara tentang anugerah di bawah tekanan. Mungkin dia
salah memilih pekerjaan dan seharusnya bekerja untuk MI6
bukannya mengkonservasi seni.
Aku bahkan melihat dia keluar dari bangunan itu ketika kami samasama mencari.
Dia berlari ke arahku dan memanggil namaku.
Gadisku masih hidup dan berlari menuju pelukanku. Aku akan
memiliki dia kembali di mana aku bisa menyentuhnya lagi, dan
menciumnya, dan mengatakan padanya dia adalah segalanya bagiku.
Tapi si bajingan sialan itu ikut campur dan tangannya meraih
Brynne. Dia merenggut gadisku dan menempatkan pisau di lehernya
yang polos dan indah itu. Tidak ada ketakutan yang lebih buruk lagi
bagiku selain melihat pemandangan gadisku dengan pisau yang
mengancam tenggorokannya. Mengancam hidupnya.
Karl Westman seorang mayat berjalan. Misiku selama masih hidup
adalah melihat hal itu menjadi kenyataan, meskipun aku harus
menjadi mayat bersama dengan dia untuk mewujudkannya. Selama
Brynne terselamatkan aku bisa hidup dengan keputusanku. Atau mati
dengan itu. "Kau tahu kau tidak bisa menyakitinya, Westman. Apapun yang kau
inginkan, Kau bisa memilikinya. Uang" Perjalanan aman keluar dari
Inggris" Atau kedua-duanya" Aku bisa mewujudkannya untukmu,
tapi kau harus membiarkan Brynne pergi."
Sayang sekali aku berbohong dan merencanakan kematianmu,
bajingan. "Aku tidak perlu melakukan apapun yang kau katakan, Blackstone!"
teriaknya. "Dunia ini tidak cukup luas untukmu bersembunyi jika kau
menyakitinya. Dia sudah keluar dari jangkauanmu, Westman. Dia
tidak tersentuh bagimu. Jika kau membunuhnya kau akan bergabung
dengannya dalam hitungan detik. Jangan berpikir ancamanku tidak


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sungguh-sungguh. Lihatlah ke sekelilingmu. Kau sudah ditandai di
seluruh tempat ini. Mereka tertuju padamu-di mana-mana. . ."
Westman panik seperti yang kuharapkan, kepanikannya membuat
lehernya meregang untuk memutar kepalanya dan melihat-lihat
sekeliling mencari para penembak jitu yang siap untuk
menembaknya. Inilah awal pembukaan yang kubutuhkan, gangguan
yang cukup untuk menyeimbangkan kekuatanku.
Kesempatanku muncul dengan sendirinya, dan kebimbangan segera
hilang. Mataku menatap Brynne saat aku menerjang ke depan untuk
mengalahkannya. Jika ini adalah tiba waktunya aku akan mati, aku
ingin memandang dirinya disaat terakhirku di bumi ini.
Aku merasakan deru udara meluncur di sebelah kanan pipiku.
Seberkas kilau cahaya terpancar keluar dalam penglihatan di
pinggiran tangan kiriku. Aku tidak tahu apa yang pertama itu. Aku
tidak ingin membayangkan apa yang kedua itu. Atau dari siapa.
Terdengar bunyi logam dari pisau yang terjatuh di halaman berbatu.
Bunyi dentuman tubuh terjatuh. Suara erangan spontan. Sebuah
jeritan. Kemudian kami bertiga jatuh ke tanah dengan tubuh saling
tindih. Aku hanya punya satu tujuan, yaitu mengulurkan tanganku
untuk meraih gadisku, dan hal itu hanya membutuhkan waktu
sekejap untuk melakukannya. Aku menggulingkan kami berdua
menjauh dan melihat sekeliling dan berdiri. Aku tidak bisa melihat
penembaknya di setiap jalan setapak itu, tetapi jika mereka
profesional seharusnya aku tidak akan bisa melihatnya.
Westman terbaring terlentang di halaman berbatu, darah gelap
menggenang dari samping kepalanya. Aku berharap peluru yang
baru saja masuk di tengkorak kepalanya menyakitinya, tapi ia
mungkin tidak pernah tahu apa yang menghantamnya. Sayang sekali
aku tidak bisa berterima kasih kepada orang yang telah mengirimkan
peluru itu. "Kamu baik-baik saja, sayang?"
"Ya!" Cukup sudah. Aku menggandeng Brynne saat aku bergegas menjauh
keluar dari halaman. Aku hanya berlari dengan dia, tidak perlu repotrepot untuk
bertanya-tanya bagaimana mungkin aku tidak tertembak
atau mengapa tubuhku masih bisa bekerja. Aku cukup yakin bahwa
aku baru saja terhindar dari peluru dan panah sedikit meleset yang
ditembakkan dari busur Ivan. Tapi darimana peluru berasal" Apakah
Agen Secret Service yang baru saja menembak Westman" Sekarang
bukan waktunya untuk berspekulasi-mungkin itu bisa dipikirkan
nanti, dan aku tahu para anak buahku akan menemukan sesuatu
untuk diperiksa. Aku memiliki barang berharga dalam pelukanku
dan dialah segalanya yang kupedulikan.
Kami berdua berlari ke mobilku, menempatkan Brynne di belakang
dan masuk setelahnya. Ayahku sudah ada disana dan menunggu
kami, terima kasih Tuhan. Tidak, terima kasih Mum. Aku bilang pada
Dad untuk segera menjalankan mobil dan membawa kami pulang.
Aku memeriksanya kursi belakang. Aku memeriksa lehernya,
mencengkeram wajahnya dengan kedua tanganku, dan tidak melihat
ada darah. "Kau baik-baik saja...kau benar-benar baik, kan?" Aku mengoceh
seperti orang idiot, dan mungkin kurang masuk akal. Aku ingin
menatapnya selamanya dan tidak pernah melepaskan matanya.
Matanya menjelaskkan padaku bahwa dia masih hidup. Brynne
masih hidup! Dia mengangguk dengan tanganku masih menangkup pipinya,
matanya basah dengan air mata bening yang indah menatapku. "Kau
m-m-menemukan aku," ia tergagap, "Aku baik-baik saja, Ethan..."
"Sudah kubilang aku akan selalu menemukanmu...dan malam ini kau
membuatnya menjadi mungkin," bisikku di bibirnya. "Kau
melakukannya." Pertama-tama aku mengucapkan terima kasih pada malaikatku yang
berada di surga, dan kemudian menarik erat Brynne kearahku dan
mendekapnya menempel jantungku. Jantungnya dan jantungku
berdetak bersama-sama, di kursi belakang Rover-ku, tempat yang
sama dimana kami memulainya, pada malam kami bertemu di awal
bulan Mei ketika aku meyakinkannya untuk membiarkan aku
memberinya tumpangan. Dan apa yang terjadi pada perjalanan di
bulan-bulan terakhir ini. Begitu banyak hentakan dan penuh liku-liku
yang tidak dapat diduga, tetapi pada akhirnya, semua menjadi layak
karena saat ini-dan dimana kami melangkah sekarang-melangkah
maju ke masa depan bersama.
Aku memeluknya di sepanjang perjalanan pulang. Cinta terbesarku,
dan potensi kehilangan terbesarku, sudah aman di tanganku dan aku
tidak akan membiarkan dia pergi.
Aku tidak berbicara banyak selama perjalanan. Ketika Ayah
memasuki pelataran gedung, aku mengucapkan terima kasih atas
bantuannya dan mengatakan aku nanti akan meneleponnya. Aku
mengangkat Brynne melalui garasi menuju lift pintu masuk.
"Aku bisa berjalan," katanya di dadaku.
"Aku tahu." Aku mencium atas kepalanya dan berkata, "Tapi aku
ingin menggendongmu sekarang."
"Aku tahu kau ingin melakukan itu," bisiknya, kemudian
menggosokkan pipinya ke pipiku dan ia memejamkan matanya,
menarik napas dalam-dalam. Dia menghirup napas dalam-dalam.
Menghirup aromaku. Aku mengerti ia membutuhkan itu juga.
Bagian tentang memeluknya, yang membuatku bertahan, memang
masih suatu kebenaran. Aku seharusnya selalu melakukan hal ini
untuknya- selama tubuhku masih diberi kekuatan untuk
mengangkatnya. Memeluk Brynne sampai menempel di jantungku
itu perlu bagiku supaya tetap...eksis. Bicara tentang membutuhkan
orang lain. Hal ini tidak bisa lebih kuat lagi bagiku. Jika hal yang
terjadi tadi berbeda, akibatnya padaku akan tragis, kemudian
kehidupanku di dunia ini akan berakhir...dan hal yang lain tidak akan
penting lagi. Dan aku tidak menginginkan hal yang berbeda itu
terjadi. Bersama Brynne itulah kebenaranku. Kemanapun dia pergi,
aku harus berada disana dengan dirinya.
Kami masih belum berbicara banyak, tapi hal ini tidak sedikitpun
mengganggu kami berdua. Aku membawanya memasuki kamar
mandi dan menyalakan pancuran. Aku mendudukkannya di atas
meja dan pertama-tama melepaskan sepatunya, kemudian bajunya,
setelah itu satu persatu sampai dia benar-benar telanjang dengan
indah. Aku menatapnya dengan hati-hati tidak lain yang kulihat
hanyalah kulitnya yang sempurna, bersyukur karena tidak dikotori
oleh tanda-tanda pelecehan. Lalu aku melakukan hal yang sama
dengan pakaianku, dan menggendongnya ke bawah pancuran.
Kami hanya berdiri di bawah pancuran dan saling berpelukan...dan
membiarkan air membasuh kami sampai bersih.
?"" Bab 24 Empat minggu kemudian... " "Jadi aku dengan ucapan selamat harus diberikan kepada kalian
berdua." Dr. Burnsley mendongak di antara kedua kaki Brynne, di
mana ia menggunakan peralatan berbentuk seperti pisang itu lagi.
Aku menyadari aku cemburu pada alat itu. Alat sialan itu beraksi
lebih banyak dari penisku belakangan ini. Brynne ingin menjaga
kesucian di kamar tidur selama beberapa minggu sebelumnya untuk
membuat malam pengantin kami menjadi sedikit lebih istimewa.
Gagasan sialan paling konyol yang pernah kudengar, tapi sial, aku
selalu melakukan apa yang dia katakan. Sebagian besar.
"Benar sekali. Kunjungan berikutnya dia bukan lagi sebagai Miss
Bennett. Yaitu berubah menjadi Mrs Blackstone seterusnya." Aku
mengedipkan mata dengan pelan-pelan pada Brynne.
Dia mengucapkan kata-kata Aku mencintaimu tanpa suara.
Aku juga mencintaimu, cantikku. jawabku.
"Berita yang menyenangkan," kata Dr Burnsley, sekarang melihat ke
monitor saat ia menemukan gumpalan hitam di antara gumpalan
putih dengan detak jantung, tapi gumpalan kami sudah berkembang
lebih besar bahkan tidak terlihat seperti gumpalan lagi. Mataku
terpaku-aku bisa melihat lengan, kaki, tangan, dan telapak kaki,
bergerak di seluruh tempat itu. Bayi kami berada di sana menjadi
makhluk kecil. "Bayinya tampak mengalami kemajuan yang sangat bagus. Bayi
semakin kuat dan kira-kira seukuran-"
"-buah pir," aku memberitahu dokter yang baik itu.
Dia memutar kepalanya dengan tidak percaya dan terkejut.
Brynne tertawa pelan tapi matanya tetap tertuju pada layar,
menonton semua gerakan makhluk kecil kami yang tampil begitu
brilian untuk kami. "Ya, beratnya sekitar delapan ons dan sudah tumbuh gigi dan pita
suara." Aku menyeringai pada dokter. "Kehamilan Brynne sudah
melewati trimester pertama sekarang dan secara resmi dia memasuki
trimester kedua." "Seseorang sudah membaca," kata Dr. B dengan alis abu-abu
khasnya yang menandakan kebingungannya.
"Bump dot com, dokter -referensi yang sangat brilian." Aku
berkedip kearah dokter itu juga, tapi aku tidak berpikir dia tidak
terlalu menyukai itu. Tiga jam kemudian... " Kami secara resmi berlibur.
Tas sudah dikemas dan dimasukkan" Cek.
Rover begitu penuh sesak sampai ke atap dengan segala sesuatu
yang mungkin kami perlukan untuk perjalanan pernikahan kami
sampai ke Hallborough, dan apakah ada lagi" Cek.
Pengantin wanita" Cek-sangat jelas paling penting harus ada.
Gadisku tampak sangat lezat seperti biasanya dengan gaun ungu
bercorak bunga-bunga dan rambutnya dijepit keatas membentuk
simpul agak berantakan. Aku suka ketika dia berpenampilan seperti
itu karena hal itu membuatku berpikir tentang melepaskan
jepitannya dan mengelungkan tanganku keseluruh rambutnya ketika
kami telanjang di tempat tidur bersama-sama. Segera...
"Jadi, apakah kau siap akan dibelenggu, Miss Bennett" Kesempatan
terakhir untuk membatalkan pesta selebriti ini dan kawin lari
denganku," Godaku, menyeret tubuhnya menempel ke dadaku dan
menyelipkan sejumput rambut di belakang telinganya.
"Hmmm, ide apa lagi ini?" Tanyanya bingung.
"Katakan saja dan kita tidak perlu melakukan ini, sayang." aku
serius, dan akan membatalkan semuanya jika itu benar-benar yang
Brynne inginkan, tetapi bung, kakakku akan membunuhku berulang
kali jika aku melakukannya.
"Tidak, tidak, tidak, Mr. Blackstone. Kau sudah menyiapkan even
mewah ini dengan mengundang keluarga kerajaan dan pejabat
supaya datang untuk makan makanan ala gourmet, dan minum
sampanye mahal di rumah bersejarah kakakmu di manor milik
bangsawan." Dia mengangkat sebelah alisnya. "Dan sekarang kau
harus menghidangkan semuanya" Dia menarik bajuku. "Kita menuai
apa yang kita tabur."
"Benar." "Selain itu, Aku ingin melihatmu berdiri di ujung altar menungguku,
terlihat tampan dengan mata biru yang hanya tertuju padaku."
"Sialan kau benar, hanya padamu." Aku langsung menciumnya,
merasakan kelezatannya dan berpikir selama sisa hidupku aku akan
menikmati ini. Dia tersenyum dan sedikit menggelengkan kepalanya ke arahku.
"Mulut kotormu..."
"Kamu menyukai apa yang aku lakukan padamu dengan mulut kotor
ini." "Mmmm, memang iya." Dia tersenyum. "Kau benar, Mr.
Blackstone." Dia merapikan bajuku yang baru saja dia tarik,
membuatku tersenyum. Brynne sering melakukan itu ketika dia
membeberkan perasaannya seperti sekarang. Kupikir itu sangat
seksi, tapi sekali lagi semua tentang dia terlihat seksi bagiku.
Terutama karena sudah berhari-hari aku tidak berada di dalam
dirinya. Hanya empat puluh delapan jam lebih lagi aturan tak masuk
akal tanpa-seks ini berakhir, sialan terima kasih Tuhan. Tapi
setelahnya" Well, kemudian kami akan menuju ke tanah bulan madu,
kami akan datang! Banyak banyak sekali hal-hal yang pasti akan
terjadi pada perjalanan kami itu juga. Villa di sepanjang pantai Italia,
tempat pribadi yang terpencil- tidak lain hanyalah waktu untuk
bercinta, makan, tidur, berenang di laut dan bercinta lagi. Aku
mungkin bisa melakukan itu di sepanjang sisa hi"Ditambah, aku punya baju baru
cantik dan tutup kepala untuk acara
hoedown ini." Dia menatapku sambil mengedipkan mata. "Kau
sudah membayar untuk itu."
"Hoedown" Kata Yank apa itu?"
"kata yang tepat, sebenarnya. Itu artinya sebuah pesta rakyat dengan
dansa dan musik biola." Dia menggerakkan tangannya seolah
memainkan biola kearahku. "Aku tahu hal ini pasti terjadi di desa
tempat kakakmu, apalagi kau mengundang David Garrett untuk
datang, tidak ada pemain biola yang lebih seksi daripada dia dan aku
bukan sekedar berbicara tentang kemampuan musiknya disini,
Blackstone, jadi yeah, ayolah kita memiliki pesta hoedown yang
besar. Lebih baik kau mulai menggerakkan pantat British-mu yang
seksi itu dan kita segera berangkat."
"Jadi, kau mengagumi David Garrett, benar kah?"
Dia pura-pura mempertimbangkan itu, memberiku kilauan mata licik
sambil menekan dagunya dengan jari. "Seorang wanita baik-baik
pandai menjaga rahasia."
"Luar biasa sialan! Istriku akan mencampakkanku demi pemain
biola di pernikahanku sendiri! Benar-benar cerdas." Aku
mengeluarkan ponselku. "Permisi, Aku perlu menelepon David
Garrett dan membatalkan undangan untuknya di pernik-"
"Jangan pernah berpikir tentang hal itu, buster (tolol)," katanya
tegas, "Jika kita mengundang semua selebriti di pernikahan, aku
seharusnya bisa memilih setidaknya beberapa diantara mereka!
Sudah sewajarnya." Aku pura-pura cemburu. "Jadi kau berencana akan melakukan semua
acara orang berkelas omong kosong ini karena seorang pemain biola
yang terkenal?" pertanyaanku bernada bercanda, tapi ada kebenaran
disana. Ironis sekali bagaimana rencana yang sudah aku atur hanya untuk
melindungi keselamatan dirinya ternyata pada akhirnya telah
berubah menjadi tidak diperlukan lagi. Brynne tidak membutuhkan
status selebriti terkenal untuk mengalihkan perhatian karena
penguntitnya sudah meninggal, mendapatkan hukuman kekal yang
sangat layak dia terima. Kami tidak pernah mengetahui persis apa yang terjadi pada Karl
Westman, tapi aku punya teori yang sangat bagus. Setelah ayahku
membawa kami menjauh dari tempat kejadian, Neil, Ivan dan Len
tetap tinggal di tempat kejadian untuk menyelidiki. Prioritas
utamaku keselamatan Brynne di atas segalanya, dan aku sudah
beberapa kali melihat dan mengenali mayat ketika aku melihat salah
satunya. Westman tewas seketika oleh peluru berkaliber tinggi di
kepalanya. Meskipun begitu, apa yang terjadi di sana sebenarnya aneh. Aku
sudah mencoba hampir berbagai cara untuk memecahkannya dan
sangat meragukan akan ada konfirmasi dari sang senator, tapi Ivan
mengatakan padaku bahwa ketika ia kembali lagi karena ingin
mengambil panah yang dia lepaskan, seseorang telah mengambil
mayatnya. Menghilang dalam hitungan detik. Hanya profesional


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mampu melakukan operasi semacam itu. Keesokan harinya
Neil dan Len menyelidiki daerah sekitar itu lagi ketika cahaya sudah
terang dan tidak ada apa-apa di sana. Bahkan darahnya telah
dibersihkan. Tidak ada jejak apapun.
Brynne telah menyebutkan bagaimana seluruh tempat itu sangat sepi
dan dia tidak pernah melihat orang lain di hotel itu, yang mana tidak
masuk akal dengan permainan yang terjadi. Jadi itu hampir
menegaskan ada orang-orang yang terlibat di tingkat tertinggi.
Kemungkinan besar U.S. Secret Service. Westman bakal mati
sebelum ia menculik Brynne dari apartemen.
Terhindar dari musibah, tapi tetap saja, terlalu sialan dekat
menganggu kenyamananku. Semua kekacauan ini terjadi karena
suatu alasan. Sangat aneh, tapi nyata. Mengetahui kalau Westman
tidak mulai membuntutinya, kami tidak akan pernah bertemu, atau
pernah bersama-sama, atau akan menikah dan memiliki bayi.
Semua ini kadang-kadang sulit untuk merasionalisasikannya,
sekalipun itu merupakan kenyataan bagi kami. Aku mencoba untuk
tidak berpikir tentang bagian itu. Brynne bebas menjalani kehidupan
seperti biasa sekarang, dengan tidak ada seorangpun di luar sana
merencanakan untuk menculiknya, atau menyakitinya, atau
terganggu dengan setiap aspek pada dirinya, dan ini adalah anugerah
terbesarku. Terima kasih malaikat di surga...dan khususnya pada
satu malaikat yang sangat spesial.
"Ethan!" Dia mengerutkan kening padaku.
"Yeah?" Tanyaku, menggosok ibu jariku di antara alisnya untuk
meratakan garis kerutannya.
"Kau tidak mendengarkan aku. Aku menjawabmu dan kau seperti
bermimpi disuatu tempat."
"Maafkan aku. Apa yang kau katakan?"
Dia menatapku kemudian mulai menarik lalu merapikan kemejaku
lagi. "Apa yang ingin aku katakan adalah...Aku akan melakukan
pernikahan dengan ratusan selebriti yang konyol ini jika itu berarti
aku akan menikah denganmu." Dia mengangkat matanya yang
coklat/hijau/abu-abu kearahku. "Kau begitu berharga, Mr.
Blackstone." Saat yang indah sebelum kami melakukan perjalanan sampai ke
Hallborough. Dua hari kemudian... " Ben dan aku melihat Simon dari kebun mawar dan berharap dia
tidak melihat kami. Dalam setelan jas Milanese pesanan warna hijau,
ia mengarahkan tamu untuk diambil gambarnya dalam segala
macam posisi gaya eksperimental yang benar-benar gila.
"Semoga Tuhan akan membantu kita jika foto-foto yang dia ambil
tersebar ke masyarakat luas. Kita benar-benar akan menjadi sangat
kacau-secara harfiah!" Kata Ben datar, menganggukkan kepalanya
ke arah tingkah laku nakal soerang pangeran yang jelas berambut
merah kecoklatan dengan teman kencannya yang tidak
teridentifikasi. "Kenapa Ethan menyewa Simon Carstairs untuk
mengambil foto pernikahanmu?"
"Ahhh...well, itu pastinya situasi di mana Ethan menemukan dirinya
memiliki sepotong pie rendah hati yang artinya dia merasa sangat
bersalah, atau seperti yang biasa kitai katakan di Amerika, memakan
burung gagak sehubungan dengan Simon kita tersayang. Ethan
meneleponnya untuk meminta maaf atas ledakan kemarahannya, dan
pada akhir pembicaraan berhasil mendapatkan jasa fotografi dari
seorang fotografer gay yang paling hebat di seluruh kota London,
bahkan mungkin seluruh penjuru Eropa." Aku mengangkat bahu.
"Dia mengambil gambar dengan sangat indah dan hasilnya
semuanya bagus." Aku menyikut Ben. "Simon memang menyukai
jas hijau aneh itu."
Ben dan aku tertawa bersama-sama sambil terus menonton pesta
yang meriah ini. Simon benar-benar tampak sekacau rongsokan
kereta api yang mana kau tidak akan bisa mengalihkan
pandanganmu dari setelan jas hijau daunnya. Dia mengambil
beberapa gambar Gaby dan Ivan bersama-sama. Aku bertanya-tanya
bagaimana mereka bisa akrab setelah mereka menjadi pendamping
pengantin wanita dan pria. Gaby terlihat cantik, seperti biasanya, dan
Ivan menatapnya seakan dia juga berpikir begitu. Aku nanti harus
menyudutkannya dan akan menginterogasinya. Aku bisa melihat
gelagat tersembunyi mereka berdua hanya dari bahasa tubuh mereka
dan bagaimana mereka bergerak terhadap satu sama lain. Ada suatu
chemistry terjadi di antara mereka, aku yakin itu.
"Aku pasti akan bersedia mengambil foto pernikahanmu, kau tahu
itu," kata Ben. Aku menatap wajahnya yang tampan. "Aku tahu. Tapi aku
membutuhkan teman, yang aku kasihi, untuk sesuatu yang jauh lebih
penting pada saat ini."
"Aku mengerti," bisik Ben dan meraih tanganku, "Merupakan suatu
kehormatan yang sangat tinggi bagiku untuk menuntunmu berjalan
menuju altar di pernikahanmu. Aku, aku kehilangan kata-kata saat
ini, Bree. Kau sangat cantik, sahabat tersayangku, di dalam maupun
diluar." Dia meremas tanganku. "Dan melihat kau bahagia, berdiri di
sana dengan Ethan, adalah sesuatu yang sangat menakjubkan,
sehingga aku tidak memiliki kata-kata yang bisa kuucapkan
kepadamu dengan tepat, kecuali bahwa aku mencintaimu." Dia
membawa tanganku sampai ke mulutnya untuk memberikan sebuah
ciuman. "Oke...Aku menangis sekarang, Benny." Aku tertawa diantara
isakan. "Punya saputangan untuk mengusap air mata pengantin
wanita cengeng yang hormonal ini?"
"Maafkan aku, sayang," katanya malu-malu, sambil menyerahkan
sapu tangannya. "Kau baik-baik saja," kataku, sambil mengusap mataku dengan hatihati. "Benar-
benar tidak ada orang lain yang bisa aku minta. Aku
tidak ingin berjalan sendirian. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku tahu
bahwa Daddy menginginkan aku untuk memilihmu mendampingi
aku berjalan kesana. Dia sangat sayang padamu dan persahabatan
kita, Benny. Dan kau berada disana, di galeri pada malam itu-kau
menyuruhku untuk melihat ke arah pria seksi dalam setelan abu-abu
dengan mata yang terbuka lebar yang membakarku dari seberang
ruangan. Kau benar-benar berada di sana pada saat pertama kali
Ethan dan aku saling bertemu."
"Ya, benar." Mata Ben terlihat cukup berair sekarang.
"Ini." Aku menyerahkan kembali sapu tangan miliknya.
Kami berdua tertawa lalu menyiapkan diri. "Terima kasih sudah
mengundang ibuku hari ini," katanya.
"Tentu saja! Aku mencintai ibumu. Dia begitu menggemaskan ketika
dia minum beberapa gelas, dan dia jelas suka melihatmu berpakaian
resmi. Aku sangat senang kau membawanya bersamamu."
"Yah, dia juga mencintaimu, dan jika aku bukan gay dia akan
memintaku untuk menikahimu dari dulu. Dia ingin menjadi seorang
nenek, dan dia akan terus-terusan menanyakan bayimu ketika tiba di
sini jadi lebih baik kau harus siap." Ben mengangguk ke arah
tonjolan perutku, yang baru mulai terlihat.
"Itu manis sekali," kataku, melihat keluar ke arah kumpulan orangorang dan
menemukan ibuku dan Frank sedang mengobrol dengan
beberapa diplomat Italia di meja mereka. Hal-hal antara antara aku
dan ibuku entah bagaimana menjadi lebih baik, tapi aku tidak tahu
apa masih ada banyak harapan untuk masa depan hubungan kami.
Dan itu baik-baik saja. Memang benar. Aku sudah memiliki keluarga
sekarang yang membutuhkan aku sebanyak aku membutuhkan
mereka. Semua orang-orang yang tinggal di Inggris. Disinilah
rumahku di dunia ini sekarang.
Ada banyak orang lain yang berada disekitarku untuk
diperhitungkan. Bayiku, yang pertama. Ayah Ethan dan bibiku Marie
akan menjadi kakek-nenek dimana ibu dan ayahku tidak akan pernah
mengalaminya. Hannah, Freddy, Gaby, Ivan, Ben, Neil dan Elaina
akan menjadi bibi dan paman. Jordan dan Colin dan Zara akan
menjadi sepupu. Begitu banyak cinta di sekelilingku.
Lengan yang kuat melingkari aku dari belakang dan kumis yang
familiar mengusap leherku. "Mrs Blackstone, kau bersembunyi di
taman di pesta perkawinanmu sendiri?"
"Yah begitulah," kataku sambil bersandar ke dadanya dengan
kepuasan yang mendalam. "Awww, Ya Tuhan di Surga! Jangan ibuku juga!" Ben menggeram
saat melihat ke arah lantai dansa dimana Simon kini sedang berdansa
rumba sangat tidak senonoh dengan Mrs Clarkson diantara
kerumunan orang-orang yang bersorak.
"Cepat pergi lakukan sesuatu, Ben." Ethan dan aku menertawakan
belakang punggung Ben saat ia berlari untuk menyelamatkan ibunya
dari goyangan pinggul Simon.
"Segila apapun Simon terlihat sekarang, pemuda gila itu pandai
menari," kataku, masih tertawa. "Aku sangat tidak bisa melupakan
fakta bahwa kau menyewa dia untuk mengambil foto kita."
Ethan meringkuk sedikit lebih mendalam padaku. "Tolong, jangan
mengingatkan aku. Ia memerasku, kau tahu. Katanya dia akan
memaafkan seluruh kekacauan itu jika ia yang mengambil foto
pernikahan kita. Aku pikir itu akan baik-baik saja, jadi aku setuju.
Kemudian ia mengirimi aku kontrak. Percayalah ketika aku
mengatakan bahwa temanmu Simon telah memberikan
kompensasinya dengan baik untuk jasanya hari ini. Dia bahkan
sudah mengirimi aku tagihan untuk memesan lebih dahulu setelan
sialan itu yang dibuat di Milan!"
Aku hampir tersedak karena tertawa. "Ya Tuhan!" Aku menunjuk ke
arah Simon yang sedang bergoyang di belakang ibu Ben dengan baju
hijau sutranya. "Memang benar, sayang. Uangnya dibelanjakan
dengan baik, kataku. Simon tampak sangaa..at bahagia." Aku tertawa
lagi. "Semoga hasil fotonya sama baiknya dengan kualitas foto di
museum," gerutu Ethan.
"Aku melihatmu berdansa dengan wanita lokal yang cantik
penggemar es krim tadi," kataku, berharap untuk mengalihkan
perhatiannya pada sesuatu yang lebih menyenangkan.
Seluruh wajah Ethan langsung berubah. "Dia sangat menakjubkan.
Semoga peach kecil kita seperti dia jika kita memiliki anak
perempuan." Dia meletakkan kedua tangannya di atas perutku. "Aku
bisa merasakan peach sekarang. Perutmu mengeras, padahal
sebelumnya tidak." "Yep. Peach yang ada di sana, baik-baik saja." Aku meletakkan
tanganku di atas tangannya.
"Aku suka dengan gaunmu. Sangat sempurna. Kau begitu
sempurna." "Kamu sendiri cukup seksi memakai tuksedo. Kau memakai rompi
ungu hanya untukku. Aku menyukainya. Kita sangat terlalu serasi,
Mr. Blackstone." Dan kami memang begitu. Gaun berenda warna
kremku dipadu dengan sabuk ungu yang diikat di belakang, dan aku
memakai kalung berbatu permata kecubung dan mutiara berbentuk
hati di leherku. Ethan mengenakan rompi bergaris ungu dan bunga
lili ungu tua pada jasnya. Tudung kepalaku panjang dan simpel, tapi
aku menyukainya karena foto-foto yang telah diambil saat aku
mengenakannya. Foto-foto itu hanya untuk dilihat Ethan. Aku ingin
dia melihatnya." Aku punya hadiah untukmu," kataku.
"Kedengarannya sangat menyenangkan," katanya sambil mengendus
leherku lagi, "tapi semua mengenai dirimu itu merupakan hadiahku."
Dia menahan wajahku dengan kedua tangannya seperti biasa yang
memang aku sukai ketika dia melakukannya. "Bagaimana perasaan
Mrs. Blackstone jika meninggalkan tempat ini untuk memulai
malam pengantinnya?"
Satu detik kemudian... " "Mrs Blackstone harus menjadi bagian dari rencana ini."
Dia mengulurkan tangannya padaku. "My Lady, apakah kau sudah
siap?" "Apakah aku pernah mengatakan padamu betapa aku menikmati
sikap gentleman-mu" Sepertinya itu kontras dengan mulut kotor
yang kau miliki, tapi bung, itu benar-benar berhasil untukku."
Ethan tampak sangat senang, jelas terlihat di matanya. "Well,
sungguh menyenangkan aku mengetahui ini, sayang. Kurasa aku
bisa melangkah dengan cara itu untukmu." Matanya berkabut, ia
menarik tanganku ke bibirnya. "Aku akan memastikan hal itu malam
ini." Terima kasih Tuhan. "Aku harus naik ke lantai atas ke kamar kita
untuk mengambil hadiah untukmu, oke" Aku hanya sebentar."
Dia mencium tanganku dan memutar lidahnya menjadi sebuah
lingkaran, tepat di atas cincinku yang terpasang di samping cincin
kawin yang ia pasangkan di jariku selama mengucapkan janji kami,
sebelum membiarkan aku pergi.
"Aku akan menunggumu di bawah tangga saat kau turun. Aku
hanya perlu memberitahu Hannah bahwa kita akan kabur," katanya
dengan suara lembut merayu.
"Oh Tuhan, aku sangat mencintaimu," kataku padanya.
Dia memberiku senyum ala Ethan yang sangat langka dan berkata,
"Aku lebih mencintaimu."
"Sangat diragukan," Aku melihat keatas bahuku, "tapi aku akan
mempercayainya!" Aku bergegas untuk mengambil bungkusan dari kamar tidur kami
dan kembali turun ketika aku merasakan sebuah perasaan
kehangatan. Perasaan itu menyentuhku, membungkus seluruh
tubuhku seperti sebuah mantel yang menghangatkan tubuhku. Aku
berhenti tepat dimana lukisan Mallerton yang luar biasa dari Sir
Jeremy dan Georgina tergantung di dinding. Aku suka melihat
lukisan ini, dan itu bukan hanya sekedar subyek atau pembuatannya
yang menakjubkan, tapi itu adalah emosi yang diekspresikan di
dalamnya. Ada rasa cinta yang penuh kasih di keluarga ini. Sir
Jeremy dengan mata biru dan rambut coklat terang sedang menatap
wajah Georgina yang bercahaya dan manis dengan ekspresi yang
hanya memancarkan cinta yang mendalam untuk dirinya. Aku tidak
tahu bagaimana Tristan Mallerton berhasil mendapatkan momen itu
yang dituangkan ke dalam lukisan, tapi dia pasti telah menangkap
momen antara sepasang kekasih ini sudah begitu lama. Dan itu jelas
hanya membuatku kehabisan napas dengan kemurnian cintanya.
Kemudian ada anak-anak- seorang anak laki-laki yang lebih tua dan
seorang gadis yang lebih muda. Gadis kecil duduk di pangkuan
ibunya, tapi matanya hanya tertuju pada ayahnya. Aku
membayangkan bagaimana dia menghibur anaknya untuk duduk
selama berjam-jam untuk dilukis seperti ini. Pelatihanku tentang seni
memberiku pemahaman mengenai waktu yang diperlukan untuk
membuat lukisan sekaliber ini; pasti butuh waktu lama. Seorang
anak kecil tidak akan terlihat seperti itu kecuali dia merasa tidak
nyaman. Gadis kecil ini sangat mencintai ayahnya, dan ayahnya juga
sangat mencintainya. Sama seperti aku.
Aku sangat mencintaimu, Daddy...
Saat aku berpaling dari lukisan untuk pergi meneruskan perjalanan,
aku bisa melihat Ethan menungguku di bagian bawah tangga. Hanya
menunggu dengan sabar seolah-olah ia mengerti aku membutuhkan
waktu dan privasiku. Ethan sepertinya mengenali suasana hatiku
pada saat-saat seperti ini. Dan jika aku benar-benar berpikir tentang
hal itu, Ethan seperti hadiah terbesar yang pernah diberikan ayahku
kepadaku. Thomas Bennett, ayahku yang paling berharga dan tercinta, telah
mengirimkan Ethan Blackstone untuk menemukan aku di London


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

agar ia bisa menyelamatkan aku. Sekarang aku memiliki sisa
hidupku untuk bersyukur pada fakta itu.
Terima kasih, Daddy. Aku menatap gadis kecil di lukisan itu dan
merasakan ada koneksi dengan dia, meskipun ada perbedaan waktu
berabad-abad diantara kami. Aku berharap putri Sir Jeremy
Greymont sudah menikmati selama bertahun-tahun mengenal
ayahnya. Dua puluh lima tahun adalah waktu yang sudah diberikan
kepadaku, dan aku harus menerima dengan syukur atas hadiah yang
tak ternilai itu. Aku tidak mau menjadi sedih memikirkan ayahku di hari
pernikahanku. Dia pasti hanya menginginkan aku merasa bahagia
sekarang. Dia mencintaiku dan aku mencintainya. Entah bagaimana
dia masih selalu bersamaku, dan aku masih bersamanya, dan tidak
ada yang bisa menjauhkan itu dari kami berdua.
" "Tutup matamu sampai aku memberitahumu untuk membukanya,
oke?" Aku memarkir mobil dan berjalan ke sisi Brynne untuk
membantunya keluar. "Tidak boleh mengintip, Mrs Blackstone, Aku
ingin melakukannya dengan benar."
"Mataku tertutup, Mr. Blackstone," katanya, berdiri di hadapanku.
"Mana bungkusanku. Tolong berikan padaku."
Aku mengambilnya dari kursi dan menempatkan dengan hati-hati di
tangannya. Bungkusannya ringan, hanya kotak hitam datar diikat
dengan pita perak. "Siap?"
"Ya," katanya. "Oke, mata tetap tertutup, dan aku akan menggendongmu dan
membawamu." "Kedengarannya sangat tradisional," katanya.
"Aku lebih suka berpikir diriku sebagai seorang pria tradisional,
sayang." Aku mengangkat tubuhnya, berhati-hati untuk mengatur
gaunnya sehingga tidak akan terseret, dan mulai berjalan naik
melewati jalan berkerikil Stonewell Court. Batu-batu gemerisik di
bawah kakiku dan kau bisa mendengar suara ombak di bebatuan
jauh di bawah kami. Tampak menakjubkan dan aku berharap dia
menyukainya. Seluruh tempat ini diterangi dengan obor yang
ditempatkan di guci tua, dan lilin yang menyala di dalam kaca
luminaria di atas tanah. Bahkan kamar diatas rumah menyala dari
dalam. Kamar malam pengantin kami.
"Aku bisa mendengar laut," katanya dipelukanku, satu tangan di
belakang leherku dengan lembut membelai dari belakang dan
kedepan. "Mmm-hmm." Aku berhenti di tempat yang aku rasa begitu
sempurna untuk menyingkapnya. "Oke, kita sudah sampai di tempat
tujuan malam pengantin kita, Mrs Blackstone. Aku akan
menurunkan kau agar bisa mendapatkan efeknya secara
menyeluruh," aku memperingatkan sebelum memiringkan ke bawah
supaya dia bisa berdiri. Aku menghadapkan dia ke arah rumah dan
kedua tanganku menutupi matanya dengan penuh kelembutan.
"Aku ingin melihat. Apakah kita akan tidur di sini?"
"Tidak yakin seberapa banyak kita akan tidur...tapi kita akan berada
di sini malam ini." Aku mencium belakang lehernya dan melepaskan
tanganku. "Untukmu, cantiku. Kau bisa membuka matamu
sekarang." "Stonewell Court. Aku sudah berpikir inilah tempat yang akan kita
tuju. Aku masih ingat bau laut dan suara kerikil ketika kita berjalan
kemari. Tempat yang begitu indah aku-aku tidak bisa mempercayai
semua ini." Dia membuka tangannya. "Siapa yang melakukan ini
untuk kita?" Dia masih belum mengerti. Aku menempatkan tanganku ke bahunya
dan mencium lehernya dari belakang. "Sebagian besar Hannah. Dia
sudah mencoba membuat keajaiban untukku."
"Well, Kupikir dia berhasil, membuatku kehilangan nafas." Dia
berbalik menghadap aku. "Ini adalah tempat yang sempurna bagi
kita untuk menghabiskan malam pengantin kita," katanya, bersandar
ke tubuhku. Aku memegang wajahnya dengan tanganku dan menciumnya
dengan lembut, dikelilingi oleh cahaya obor dan angin laut. "Apakah
kamu menyukainya?" "Aku lebih dari suka. Aku senang kita bisa berada di sini." Dia
berbalik kembali dan bersandar padaku lagi lalu melihat rumah itu
lagi. "Aku sangat senang mendengarnya, Mrs Blackstone, karena
bagaimanapun juga setelah kita berada disini bersama-sama, aku
tidak bisa lepas memikirkan tempat ini. Aku ingin membawamu
kembali kesini. Bagian dalam masih membutuhkan perhatian, tetapi
kerangkanya masih bagus dan pondasi batunya kuat, berdiri disini di
atas bebatuan. Rumah ini sudah lama berada disini dan mudahmudahan berada disini
masih bisa lama dari sekarang."
Aku mengambil amplop kecil dari sakuku dan menunjukkan itu di
hadapannya sehingga dia bisa melihatnya.
"Apa itu?" Tanyanya.
"Ini kado pernikahan untukmu. Bukalah."
Dia membuka lipatannya dan menuangkan berbagai macam isinya
ke tangannya-beberapa yang modern, yang lainnya sangat tua.
"Kunci?" Dia berbalik, matanya melebar karena shock. "Kau
membeli rumah ini"!"
Aku tidak bisa menahan senyumku. "Persisnya tidak seperti itu."
Aku membalikkan dia untuk menghadap rumah itu lagi, menarik
tanganku memeluk tubuhnya dari belakang dan menyandarkan
daguku di atas kepalanya. "Aku membeli rumah untuk kita. Untuk
kau dan aku, dan untuk peach kita, dan beberapa raspberi atau
blueberi lain yang mungkin akan muncul nanti. Tempat ini memiliki
kamar yang banyak untuk ditempati mereka."
"Berapa banyak blueberi yang kita bicarakan disini" Karena aku
melihat rumah ini sangat besar yang memiliki banyak kamar untuk
diisi." "Hal itu, Mrs Blackstone, masih belum jelas, tapi aku bisa
memastikan padamu bahwa aku akan memberikan upaya terbaikku
untuk mengisi beberapa kamar itu."
"Ahh, lalu kenapa kau berdiri diluar sini" Bukankah kau sebaiknya
tidak menundanya?" Tanyanya dengan angkuh.
Aku segera meraupnya, dan mulai berjalan. Dengan cepat. Jika dia
sudah siap untuk berbulan madu maka aku bukanlah orang bodoh
untuk menunda masalah ini. Sekali lagi, bukan orang yang tolol.
Kakiku bergerak dengan cepat selama sisa perjalanan, kemudian
menaiki tangga batu rumah pedesaan baru kami. "Dan pengantin
wanita segera melewati ambang pintu," kataku, mendorong pintu
kayu ek yang berat dengan bahuku.
"Kau makin lama semakin lebih tradisional sepanjang waktu, Mr.
Blackstone." "Aku tahu. Aku termasuk yang menyukai seperti itu."
"Oh, tunggu, bungkusanku! Aku ingin kau membuka hadiahmu juga.
Turunkan aku. Cahaya serambi itu akan membuat jadi sempurna saat
kau melihatnya." Dia memberiku kotak hitam yang diikat dengan pita perak, dia
tampak sangat bahagia, dan sangat cantik dengan gaun pengantin
berenda dan liontin berbentuk hati menempel di lehernya. Aku
mengalami sedikit kilas baliki memori apa yang dia alami malam itu
dengan Westman, tapi aku mendorong ingatan itu ke bawah dan
menjauhkannya. Tidak ada tempat pada saat ini untuk sesuatu yang
buruk pada malam ini. Sekarang adalah waktu untuk bersukacita.
Aku membuka penutupnya dan menarik beberapa kertas tipis warna
hitam. Foto-foto yang terungkap menghentikan jantungku. Brynne
telanjang terlihat begitu cantik dengan berbagai pose yang artistik,
tidak mengenakan apa-apa selain kerudung pernikahannya.
"Untukmu, Ethan. Hanya untuk matamu," bisiknya. "Aku
mencintaimu dengan seluruh hatiku, dan semua pikiranku, dan
dengan seluruh tubuhku. Semua ini milikmu sekarang."
Aku mengalami kesulitan untuk berbicara pada awalnya, jadi aku
hanya menatapnya sebentar dan menghitung berapa banyak karunia
yang kuterima. "Foto-foto yang sangat indah," kataku, akhirnya aku bisa
mengucapkan kata-kata itu keluar. "Begitu cantik, sayang, dan
aku...memahami apa sebabnya itu sekarang." Brynne ingin membuat
gambar yang indah dengan tubuhnya. Itulah realitas dirinya. Aku
butuh memilikinya untuk diriku sendiri-untuk menjaganya dalam
rangka memenuhi beberapa persyaratan dominan dalam jiwakudalam realitasku.
"Aku ingin kamu memiliki gambar-gambar ini. Foto-foto ini hanya
untukmu saja, Ethan. Hanya kau yang pernah melihatnya. ini adalah
hadiah dariku untukmu."
"Aku hampir tidak bisa berkata-kata." Aku menatap pose di fotonya
secara perlahan, menyerap gambar itu dan menikmatinya. "Aku
menyukai yang satu ini dimana kau sedang menoleh diatas bahumu,
dan tutup kepalamu jatuh di punggungmu." Aku mempelajari foto itu
lagi. "Matamu terbuka...dan kau sedang menatapku."
Dia menatap mataku dengan matanya yang indah berwarna-warni,
yang mengejutkan aku sepanjang waktu dengan warnanya yang
selalu berubah, dan berkata, "Mereka menatapmu, tapi mataku
sebenarnya baru benar-benar terbuka sejak kau datang ke dalam
duniaku. Kau memberiku segalanya. Kau membuatku benar-benar
ingin melihat apa yang ada di sekitarku, untuk pertama kalinya
dalam kehidupanku yang sudah dewasa. Kau membuatku
menginginkan dirimu. Kau membuatku menginginkan...sebuah
kehidupan. Dirimu adalah hadiah terbaikku dari semuanya, Ethan
James Blackstone." Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh
wajahku dan menahan telapak tangannya di sana, matanya
memperlihatkan padaku begitu banyak apa yang ia rasakan.
Aku menutupi telapak tangannya yang ada di pipiku dengan
tanganku. "Sebagaimana arti dirimu bagiku, gadis Amerika-ku yang
cantik." Aku pengantin cantikku di serambi rumah batu tua yang baru kami
miliki mencium cukup lama. Aku tidak terburu-buru begitu juga
dengannya. Kami sekarang memiliki kemewahan itu untuk
selamanya dan kami akan mengambilnya sebagai hadiah yang sangat
berharga. Ketika kami sudah siap, aku mengangkatnya lagi, aku menyukai
bobot tubuhnya yang lembut bersandar di tubuhku, dan ototku
menegang saat aku menggendongnya menaiki tangga ke suite yang
sudah menanti kami dimana aku akan memeluknya sepanjang
malam. Berpegang pada dirinya agar diriku tetap tegak berdiri.
Konsep itu sangat masuk akal bagiku. Aku tidak bisa
menjelaskannya kepada orang lain, tapi aku tidak perlu menjelaskan
apa-apa. Aku tahu apa yang kami maksudkan.
Brynne adalah hadiahku yang terbesar. Dia adalah orang pertama
yang benar-benar melihat ke dalam diriku. Hanya matanya yang
mampu untuk melakukan itu. Hanya mata Brynne yang bisa
melihatku. ?"" Bonus: A Christmas Story (Brynne and Ethan Very First Meet)
24 Desember 2011 London Jalanan sangat sepi mengingat saat ini Malam menjelang Natal.
Mungkin karena suhunya begitu dingin di luar, sehingga orang-orang
cukup pandai untuk tetap tinggal di dalam rumah. Benar-benar klise
ingin berbelanja hadiah natal di menit-menit terakhir, tapi disinilah
aku sedang mendorong pintu untuk memasuki Harrods dengan
harapan ada sesuatu yang benar-benar sempurna untuk bibiku Marie.
Aku tahu aku lebih baik buru-buru mendapatkannya, karena aku
akan menghabiskan waktu seharian dengannya besok dan aku tidak
memiliki apa-apa yang akan kubawa!
Sulit membelikan sesuatu untuk bibi Marie karena ia begitu unik dan
tidak biasa; sangat rumit untuk memahami gaya hidupnya yang
aneh. Dia juga punya uang cukup untuk mendapatkan apapun yang
dia inginkan. Dia mengingatkan aku pada tokoh film Auntie Mame.
Dari perjalanan yang eksotis dengan peninggalan kekayaan
suaminya yang sudah mati sampai gaun fantastis di lemari
pakaiannya. Setelah tiga perempat jam aku menyerah dan mulai keluar, berhenti
untuk membeli segelas kopi moka di food court pertama yang
kutemui. Aku membutuhkan kafein dan kehangatan.
Aku melangkah menyusuri jalan sambil menghirup kopi melihatlihat barang apapun
yang menarik perhatian. Udara dingin yang
menyengat pastinya akan memberi sedikit warna di pipiku.
Setidaknya aku memiliki kopi panas, dan lagu-lagu Natal samarsamar terdengar
indah dari suatu tempat. Lagu-lagu Carol
bernuasana sangat Natal. Aku yakin Dickens akan senang karena
mengetahui bahwa 168 tahun kemudian, beberapa lagu yang sama
masih dimainkan. Aku menyukai sejarah dan itu membuatku
tersenyum karena berpikir beberapa tradisi hampir sama sekali tidak
berubah sepanjang tahun. Perubahan tidak selalu merupakan sesuatu
yang baik. Dibutuhkan karakter yang kuat untuk menghadapi
perubahan waktu. Aku berharap aku bisa menjadi kuat seperti itu.
Akhir-akhir ini aku bertanya-tanya apakah aku akan betah hidup
lama disni. Meskipun tekadku untuk berada disini sendirian di
London, aku merindukan orang tuaku selama liburan. Mendekorasi,
dan membuat kue, dan pesta-pesta itu. . .
Well, mungkin bukan pesta-pesta itu. Pesta benar-benar bukan
sesuatu yang kuinginkan lagi. Dan aku serius bertanya-tanya apakah
aku akan pernah melangkahkan kakiku ke San Francisco lagi.
Tolong ganti subjek pikirannya, please.
Aku mendekati sebuah etalase yang tampak menarik. Seperti sebuah
toko barang antik atau toko barang-barang bekas. Nama toko terukir
di kaca pintunya: TUCKED AWAY (tersembunyi). Dan itu sudah
jelas. Banyak sekali toko-toko kecil seperti ini di London, dan
beberapa diantaranya tertata dengan indah. Ini adalah salah satunya.
Aku melangkah masuk dan mendengar dentingan bel di atas
pintunya. "Selamat Natal," seseorang berseru dengan suara ceria.
"Selamat Natal," aku membalas ucapan seorang pria tua yang sedang
tersenyum dan mengenakan seragam orang Inggris dengan rompi
dari rajutan dan jas wol.
Aroma toko ini menyenangkan. Seperti kayu manis. Aku akan
memanggang kue ke tempat Bibi Marie besok dan aku sangat
menantikan itu. Aku suka memasak, tapi terasa ada yang hilang
ketika tidak ada seorangpun untuk dimasakkan. Aku merasa tarikan
napas datang dan menekannya.
Aku tertarik ke arah bagian rajutan yang lembut. Jelas ini barang
titipan atau semacamnya. Bukan barang antik. Paket syal-topi dalam
berbagai warna. Aku mengambil satu set bewarna ungu gelap dan
meraba syalnya. Terasa seperti kashmir (bahan wol yang halus),
sangat lembut. Mungkin bulu domba. Aku memeriksa harganya dan
mengangkat sebelah alisku. Tapi aku menginginkannya. Sial, aku
membutuhkannya di hari seperti hari ini. Aku melihat harganya lagi
dan memutuskan tidak apa-apa dengan sedikit menghamburkan uang
untuk diriku sendiri. Lagi pula ini kan hari Natal.
Siapa sih yang kau ajak bercanda, wanita bodoh" Kau masih belum
memiliki apa-apa untuk Marie.
Kurasa aku mulai merasa agak panik. Aku menghela napas dan terus
mencari. Aku melihat-lihat di sekitarnya dan tidak menemukan apa-apa lalu
memutuskan sudah saatnya untuk keluar. Aku berjalan menuju kasir


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk membayar topi dan syalku lalu melihat perhiasan imitasi di
pajang di balik kaca. Nah, Sekarang ini menarik perhatianku.
Sesuatu yang sangat cantik, salah satunya, selain itu juga merupakan
barang bohemian antik yang cocok dengan kepribadian Marie seperti
sarung tangan kulit. Akhirnya!
Salah satu barang tampak menonjol terlihat sangat jelas olehku dan
itu sempurna. Sebuah bros berbentuk merpati. Terbuat dari perak
dengan mutiara di sayap dan ekornya, kristal hitam di matanya dan
liontin hati kecil yang mempesona menggantung dari paruhnya
dengan kristal biru di tengahnya. Merpati melambangkan
perdamaian, dan Tuhan tahu di dunia ini pasti kita memerlukan
kedamaian itu. Bagian yang terbaik adalah ketika aku bisa
membayangkan bibiku memakai bros ini. Aku tahu dia akan
menyukainya.Aku buru-buru membayarnya, merasa sedikit pusing
karena harus berhasil dalam usaha membeli hadiah. Aku Memeriksa
jam tanganku, aku tahu aku harus segera pergi sekarang dan
memikirkan harus berjalan kaki sebentar menuju stasiun kereta api
bawah tanah. Udaranya dingin. Sangat dingin. Cukup dingin hingga aku memakai topi baruku dan membalutkan
syal di sekeliling leherku saat itu juga di jalan. Aku memeriksa
mukaku dengan cepat di kaca jendela mobil yang diparkir, hanya
untuk memastikan tidak ada sesuatu yang konyol terlihat pada
penampilanku-bukan berarti aku sangat peduli dengan penampilanku
ketika udara begitu dingin sampai seperti membeku.
Aku berjalan lagi melewati beberapa blok, sampai aku tidak tahan
lagi dengan hawa dingin, dan mendorong pintu bertanda KAMI
BUKA, tempat pertama yang kutemui.
Fountaine Aquarium. Aku berada di sebuah toko hewan peliharaan. Atau lebih tepatnya,
toko tempat menjual ikan tropis. Boleh juga. Udaranya cukup hangat
dan cahayanya cukup redup di dalam, kelembaban meningkat karena
aquarium sehingga menjadi perubahan udara yang menyenangkan
untukku dari udara yang kurasakan sebelumnya. Aku mengendurkan
syalku dan berjalan mengitari tempat ini, berhenti di setiap aquarium
untuk mengamati dan membaca nama-nama ikan itu.
Bagian yang menjual ikan air laut mengingatkan aku pada
perjalananku ke Maui ketika berusia empat belas tahun. Aku
melakukan snorkeling dan melihat beberapa ikan yang sama yang
ada di aquarium ini. Aku tidak tahu namanya pada waktu itu, tapi
liburan itu menjadi terakhir kalinya yang kulakukan dengan kedua
orang tuaku. Ayah dan ibuku berpisah tidak lama kemudian, dan
tidak akan pernah ada perjalanan lagi bagi kami sebagai keluarga
yang utuh. Menyedihkan. Mereka satu sama lain harus berjuang
untuk saling bersikap baik sekarang. Nah, bukankah itu kontradiksi
yang sempurna..."Berjuang untuk bersikap saling menghormati."
Aku berhenti pada salah satu ikan yang sangat menarik. Seekor ikan
lionfish. Ada sesuatu yang lain dari lionfish jika didekati, dengan
semua siripnya berduri penuh warnanya yang tajam, membuatnya
terlihat tidak nyata. Ikan ini tampak juga penasaran padaku, dan
langsung mendekati kaca dan mengibarkan siripnya padaku seolah-
olah ia ingin bercakap-cakap. Dia tampak lucu. Aku tahu mereka
beracun jika disentuh, tapi masih memukau untuk ditonton. Aku
membayangkan bahwa akuarium air laut akan membutuhkan banyak
pekerjaaan untuk perawatan.
"Hei, tampan," bisikku pada ikan itu.
"Apakah Anda membutuhkan bantuan?" Seorang pria muda bertanya
di belakangku. "Hanya mengagumi. Dia benar-benar ikan yang sangat indah,"
kataku pada pegawai toko itu.
"Ya, sebenarnya dia sudah terjual. Pemilik akan datang
mengambilnya hari ini dan membawanya pulang."
"Ahhh, well, aku harap kau senang di rumah barumu nanti, tampan."
Aku berbicara pada ikan itu lagi: "Mudah-mudahan orang itu akan
memanjakanmu." Petugas itu setuju denganku dan tertawa.
Aku berpaling menjauh dari aquarium, memutuskan sudah waktunya
untuk menghadapi udara dingin lagi di luar dan pulang ke
apartemenku. Aku masih membutuhkan waktu membungkus hadiah
untuk bibi Marie dan aku punya rencana memanggang kue nanti
malam -Beberapa biskuit berlapis gula yang akan kubawa kesana
besok. Tradisi kecil yang sudah kami mulai, dan pekerjaan itu benarbenar
menyenangkan saat menghiasinya dengan lapisan gula dan
menambahkan taburan lagi untuk menghiasi biskuit itu. Favoritku
adalah membentuk biskuit menjadi serpihan salju.
Aku menuju pintu untuk keluar, membetulkan topiku dan kembali
melilitkan syal di sekeliling leherku dan baru setengah jalan aku
menengadahkan wajahku, ketika seseorang memasuki toko. Aku
melangkah ke samping untuk membiarkannya lewat dan terkesan
dengan penampilan tubuhnya yang tinggi dan mantelnya yang bagus,
tapi aku tidak melihat ke arahnya. Mataku terpaku pada apa yang
ada diluar pintu toko yang terbuka.
Kepingan salju. Salju turun menjelang malam Natal di London!
"Turun salju?" Gumamku dengan takjub.
"Ya...benar," katanya.
Aku melangkah keluar menuju salju itu dan mencium aroma yang
paling menarik pada dirinya saat kami berpapasan. Seperti rempahrempah eksotis
bercampur dengan perpaduan aroma yang
memanjakan antara sabun dan parfum. Kupikir sangat
menyenangkan ketika seorang pria baunya begitu wangi. Gadis yang
beruntung, siapapun dia karena setiap saat bisa mencium aromanya.
Aku melangkah menuju jendela Range Rover HSE hitam yang
diparkir di jalan dan memeriksa topiku di kaca jendelanya seperti
yang telah aku lakukan sebelumnya ketika aku mulai berjalan keluar.
Aku tidak ingin terlihat seperti seorang yang konyol pada
perjalananku pulang ke rumah.
Salju mulai jatuh lebih banyak sekarang, dan aku bisa melihat
beberapa serpihan mulai menetap di topi ungu baruku, meskipun
hanya terlihat pada pantulan kaca jendela Rover itu. Aku tersenyum
dari bawah syal saat aku berbalik untuk pergi.
Aku kedinginan pada perjalanan menuju rumahku. Dingin...tapi
anehnya merasa sangat senang. Salju di hari Natal, untuk seorang
gadis California, yang tinggal sendirian di London di hari libur.
Benar-benar tak terduga. Tapi aku menyadari sesuatu pada
perjalanan pulangku. Hal-hal kecil dalam kehidupan kadang-kadang
hadiah yang paling berharga yang diberikan pada kita, dan kau akan
mengenali mereka ketika mereka datang, saat itulah kamu benarbenar diberkati.
?"" Tumbal Asmara Buta 1 Walet Emas 03 Dewi Kelelawar Amanat Marga 5
^