Seandainya Mereka Bisa 3
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot Bagian 3
suka kehilangan uang sampai dua kali. Dan kalau kau berani memintanya
sekali lagi, oh jangan mengharap apa akibatnya nanti....!"
Tiba-tiba timbul akalku untuk menyiksa hatinya dengan sedikit kejam.
"Dan bagaimana Siegfried" Apakah telah kauberi tahu?"
Wajah Tristan berubah, tampaknya agak cemas. "Belum, karena dia baru
saja datang. Tapi sekarang akan kuberi tahu " Ia membusungkan
dadanya dan pergi meninggalkan halaman.
Aku tidak ingin mengikutinya ke dalam rumah. Aku merasa tidak cukup
kuat menyaksikan adegan yang akan segera terjadi. Oleh karena itu,
melalui jalan belakang, aku pergi mengelilingi bagian belakang rumah dan
pergi ke pasar. Matahari sebentar lagi akan tersenyum. Lampu di gapura
Drovers' Arms telah dinyalakan.
Aku duduk di belakang sebuah pot. Tak lama kemudian Tristan menyusul.
Tampangnya seperti orang yang baru saja dikuras separo darahnya.
"Kau diapakan?" tanyaku.
"Oh, biasa saja. Hanya saja kali ini lebih keras. Tapi kau perlu tahu, Jim.
Aku tidak mengharapkan bulan depan!"
*** Buku tanda terima tidak pernah ditemukan. Sebulan kemudian, para
petani ditarik rekening lagi. Waktunya tepat seperti biasanya, ialah
pagi-pagi pada hari pasaran.
Pada hari itu aku tak punya banyak tugas, sehingga menjelang tengah
hari sudah selesai. Aku tidak masuk ke dalam rumah, karena melalui
jendela kamar tunggu, aku dapat melihat deretan petani, yang sedang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
duduk di sekeliling tembok. Wajahnya menunjukkan bahwa mereka
merasa tidak bersalah dan merasa tersinggung.
Dengan diam-diam aku menyelinap ke pasar. Tiap kali punya waktu, aku
suka berjalan-jalan di antara kios-kios yang memenuhi lapangan kuno itu.
Kita dapat membeli buah-buahan, ikan, buku-buku bekas, keju, atau
pakaian. Pendek kata hampir segalanya. Tapi yang paling kusukai adalah
kios barang-barang porselen.
Kios itu milik seorang Yahudi. Dia berasal dari Leeds. Orangnya gemuk
percaya pada diri sendiri, berkeringat, dan memiliki teknik penjualan
yang memikat. Aku tidak pernah jemu menontonnya. Ia memang
memesonakan. Hari ini ia paling berhasil.
Ia berdiri di tempat terbuka dan dikelilingi setumpuk barang tembikar.
Ia dikerumuni istri-istri petani, yang mendengarkan pidatonya dengan
mulut ternganga. "Saya tidak tampan," katanya. "Saya tidak pandai. Tapi berkat Tuhan,
saya bisa bicara. Bahkan saya bisa bicara tentang kaki belakang keledai!
Tapi, ibu-ibu! Harap melihat ke mari!" Ia memegang cangkir murah dan
mengangkatnya tinggi-tinggi. Tapi dengan lemah lembut ia memegangnya
di antara ibu jari dan jari telunjuk. Jari kelingkingnya dikembangkan.
"Cantik, bukan" Apakah ini tidak menarik hati?" Kemudian dengan
hormat ia meletakkan cangkir itu di atas telapak tangan dan
memperlihatkannya kepada penonton. "Nah, Ibu-ibu, kalian bisa membeli
satu setel teko bersama cangkirnya di toko besar dengan harga tiga
ribu tujuh ratus lima puluh rupiah. Saya tidak bergurau. Saya tidak
bercanda. Cangkir itu ada. Dan memang itu harganya. Tapi harga saya,
Ibu-ibu?" Di sini ia mengambil tongkat tua yang pangkalnya telah patah.
"Berapa harga teko dan cangkir saya?" Ia mengayunkan tongkat itu dan
memukulkannya pada teko dan cangkir itu. "Tiga ribu lima ratus rupiah,
siapa mau?" Prang! "Tiga ribu." Prang! "Dua ribu." Prang! "Seribu lima
ratus." Prang! Bagaimana" Belum mau" Masih terlalu mahal" Seribu."
Prang! Tak ada yang bergerak. "Baik, kalau begitu. Lebih baik saya
mengalah. Saya turunkan sejadi-jadinya. Saya obralkan saja. Tujuh
ratus lima puluh!" Dan ia memberikan pukulan terakhir yang paling keras.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ibu-ibu saling mengangguk, saling memberi isyarat, dan meraba-raba ke
dalam tasnya. Seorang lelaki bertubuh kecil muncul dari belakang kios
dan membagi-bagikan teko beserta cangkir-cangkirnya. Upacara itu
dilakukan dengan rapi dan tiap orang merasa gembira.
Dengan sangat puas aku sedang menunggu acara berikutnya dari penjual
ulung itu. Tiba-tiba aku melihat orang bertubuh besar dan tegap,
bertopi check, dengan giat melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Ia
sedang berdiri di belakang kerumunan orang banyak. Tangannya
dimasukkan ke dalam jaket, dan aku tahu apa yang sedang diambilnya.
Dengan segera aku menghindar dan bersembunyi di belakang kios bak
makan babi dan jaring kawat. Baru saja aku melangkah beberapa meter,
ada petani lain yang memanggilku dengan maksud tertentu. Ia melambailambaikan
amplop. Aku merasa terjebak. Untunglah aku melihat jalan ke luar. Dengan cepat
aku menyusuri meja etalase pertama murahan. Aku masuk lewat gapura
Drovers' Arms, menghindari warung yang penuh petani, dan menyelinap
ke dalam kamar menejer. Aku merasa aman. Di tempat ini aku selalu
mendapat sambutan baik. Menejer itu mengangkat kepalanya, tapi tidak tersenyum. "Lihat ini,"
katanya dengan tajam. "Beberapa waktu yang lalu aku membawa anjingku
ke rumahmu. Kemudian aku mendapat tagihan da-rimu." Dalam hati aku
merasa ngeri. "Tagihan itu langsung kubayar. Tapi aku heran, karena
pagi ini aku ditagih lagi. Ini tanda terimanya, ditandatangani oleh....."
Aku tak tahan lagi. "Maaf, Mr. Brooke. Memang ada kekhilafan. Saya
akan membereskannya. Sekali lagi saya minta maaf yang sebesarbesarnya."
Beberapa hari berikutnya peristiwa semacam ini terulang lagi. Tapi yang
paling pahit adalah pengalaman Siegfried. Peristiwa itu terjadi di bar
kesayangannya, yang bernama Angsa Hitam. Ia diham-piri orang yang
telah banyak berjasa di Darrowby. Orang itu namanya Billy
Breckenridge, yang bertubuh kecil, lucu, dan ramah. "Hai, Siegfried!
Kau masih ingat uang yang kubayarkan kepadamu di kamar bedah itu"
Tiga ribu enam ratus! Tapi kenapa aku kautagih lagi?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Siegfried minta maaf sehalus-halusnya. Ia banyak pekerjaan, katanya.
Lalu orang itu diajaknya minum, dan persoalannya beres dengan baik.
Yang menimbulkan rasa kasihan ialah karena Siegfried pelupa benar dan
tidak ingat akan hal ini. Sebulan kemudian di bar yang sama, Siegfried
lari menghampiri Billy Breckenridge lagi. Kali ini Billy tidak begitu
berminat melucu. "Siegfried, kau tentu masih ingat, aku sudah kautarik
rekening dua kali! Dan sekarang kautagih lagi"!"
Siegfried berusaha bersikap seramah mungkin. Tapi Billy tidak bisa
menerima sikapnya itu dan merasa tersinggung. "Nah, sekarang jelas,
kau tidak percaya bahwa aku telah membayar rekening. Aku sudah
punya tanda terimanya, tapi hilang." Ia berusaha mengesampingkan
pernyataan Siegfried. "Tidak, tidak! Hanya ada satu jalan supaya
perkara ini beres. Aku sudah membayar tiga ribu enam ratus. Dan kau
tidak percaya. Baik, kalau begitu. Kita undi saja!"
Dengan menyesal Siegfried berkeberatan. Tapi Billy tidak mau
mengubah pendiriannya. Ia mengeluarkan mata uang logam, dan dengan
penuh harga diri menimang-nimangnya di atas kuku ibu jari. "Coba tebak,
kaupilih mana, kepala atau angka?"
"Kepala," jawab Siegfried. Dan tebakannya tepat, gambar kepala ada di
atas. Siegfried menang. Wajah Billy tidak berubah. Dengan penuh harga
diri ia menyerahkan uang tiga ribu lima ratus kepada Siegfried. "Dengan
ini persoalan kita sudah beres!" Ia pergi keluar dari bar.
Memang benar ada beberapa jenis pelupa. Tapi Siegfried pelupa luar
biasa. Meskipun telah terulang tiga kali, ia lupa mencatat pembayaran
ini. Pada akhir bulan, Billy Breckenridge menerima tagihan yang keempat,
sebanyak jumlah yang telah dibayarnya sampai dua kali! Kira-kira sejak
waktu itulah Siegfried tidak ke pergi ke bar itu lagi, dan pindah ke bar
Cross Keys. BAB 13 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
WAKTU musim gugur berubah jadi musim dingin, puncak-puncak bukit
tertutup salju. Bekerja di Dales mulai terasa tidak enak.
Berjam-jam aku terpaksa harus mengemudikan mobil dengan kaki beku,
mendaki ke kandang di puncak bukit di tengah-tengah angin yang dingin
menyayat, sehingga rumput-rumput kurus pun meniarap sedatar tanah
karena kencangnya angin. Di bangunan yang banyak angin, aku tak putusputusnya
terpaksa harus melepaskan pakaian, mencuci tangan dan dada
dengan air ember yang dingin, dengan menggunakan sabun keras, dan
sering kali harus menggunakan sepotong karung untuk handuk.
Aku tahu betul apa artinya tangan merekah. Jika banyak pekerjaan,
tanganku tidak pernah kering dan merekah-rekah berwarna merah,
hingga hampir sampai siku.
Pada saat seperti inilah mengobati binatang kecil merupakan berkat
yang melegakan. Aku dapat beristirahat sebentar dari tugas sehari-hari
yang berat dan kasar. Aku dapat berjalan dengan santai masuk ke kamar
tamu yang hangat dan bukan masuk ke dalam kandang. Di kamar tamu ini
aku dapat mengerjakan pekerjaan lebih ringan daripada mengobati kuda
atau lembu jantan. Dan di antara sekian banyak kamar tamu yang enak,
tidak ada yang begitu mengesankan seperti kamar tamu Nyonya
Pumphrey. Nyonya Pumphrey adalah seorang janda tua. Mendiang suaminya,
pengusaha bir yang pabrik dan barnya tersebar luas di dataran rendah
Yorkshire, telah meninggalkan warisan besar sekali dan rumah indah di
perbatasan Darrowby. Di sini ia hidup bersama pembantu dan
pelayannya, tukang kebun, sopir, dan Tricki Woo. Tricki Woo adalah
anjing Peking dan merupakan anak emasnya.
Waktu aku berdiri di ambang pintu yang megah, dengan diam-diam aku
menggosok ujung sepatuku pada bagian belakang celanaku dan meniup
tanganku yang dingin. Aku dapat melihat kursi malas yang cekung, cukup
dekat dengan perapian yang nyalanya menjilat-jilat, dan cukup dekat
dengan baki berisi biskuit cocktail, serta botol anggur istimewa.
Karena anggur itu, aku selalu berusaha mengatur waktuku dengan
cermat, supaya bisa datang tepat setengah jam sebelum makan siang.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Seorang pelayan membukakan pintu. Wajahnya berseri-seri, karena
mendapat tamu terhormat dan mengantarkan aku ke kamar. Kamar itu
penuh sesak dengan perabot mahal, majalah yang dicetak dengan kertas
mengkilat, dan buku-buku novel terbaru. Nyonya Pumphrey yang sedang
duduk di kursi bersandaran tinggi di dekat perapian, meletakkan
bukunya, dan berteriak kegirangan. "Trick! Trick! Ke sini! Pamanmu
Herriot datang!" Aku telah diangkat jadi paman anjing terlalu pagi. Tapi
karena hubungan ini menguntungkan, aku tidak berkeberatan.
Tricki seperti biasa, melambung dari bantal, melompat ke sandaran
sofa, dan menaruh cakarnya di atas bahuku. Kemudian ia menjilati
mukaku, tapi segera berhenti karena kecapean. Tricki mudah lelah
karena makannya dua kali lipat anjing sebayanya. Dan makanan itu salah
pilih. "Oh, Mr. Herriot," kata Mrs. Pumphrey, sambil memandang anjing
kesayangannya dengan cemas. "Saya sangat gembira karena Anda
segera datang. Tricki lari duduk lagi."
Penyakit ini tidak tertulis dalam buku pelajaran. Yang dimaksud lari
duduk adalah kelainan pada kelenjar dubur. Bila kelenjar itu penuh dan
membesar, Tricki merasa tidak enak. Untuk menghilangkan perasaan
tidak enak itu, waktu sedang berjalan, Tricki tiba-tiba duduk.
Majikannya tentu saja jadi sangat cemas, dan terburu-buru
meneleponku. "Halo, Mr. Herriot! Harap cepat datang! Keponakan Anda lari duduk
lagi!" Anjing kecil itu kuangkat ke atas meja. Dengan segumpal kapas,
duburnya ku tekan, hingga seluruh isi kelenjarnya keluar.
Yang mengherankan ialah bahwa Tricki selalu gembira sekali jika
melihatku. Anjing yang masih tetap suka kepada orang yang
menangkapnya dan memijit duburnya, setiap kali bertemu, tentu
mempunyai sifat mengampuni yang luar biasa. Tapi Tricki tidak pernah
menunjukkan rasa dendam. Memang dia seekor anjing kecil yang punya
sifat mantap luar biasa, sangat cerdas, dan betul-betul memikatku. Aku
senang jadi dokter pribadinya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Setelah duburnya selesai kupijit, dia kuangkat dari meja. Ternyata
sekarang beratnya bertambah, karena ada lapisan daging tambahan
pada tulang rusuk. "Mrs. Pumphrey, Nyonya memberi makan Tricki terlalu banyak.
Tidakkah Nyonya kuminta mengurangi semua kue dan memberinya
protein lebih banyak?"
"O, ya, Mr. Herriot," bantah Mrs. Pumphrey. "Tapi bagaimana" Ia tidak
mau makan daging ayam lagi."
Aku mengangkat bahu, karena tak ada harapan lagi. Aku diantar pelayan
ke kamar mandi yang sangat bagus. Di sini aku selalu melakukan upacara
cuci tangan sesudah operasi. Kamar ini besar sekali, berisi meja rias,
barang seni yang amat besar dan deretan rak gelas yang penuh dengan
alat-alat kecantikan. Handuk yang disediakan untukku tersampir dekat
tempat sabun. Kemudian aku kembali ke kamar tamu. Gelas anggurku telah diisi penuh
dan aku duduk dekat api untuk mendengarkan Mrs. Pumphrey. Ini bukan
percakapan karena Mrs. Pumphrey bicara terus-menerus. Namun
menurut pendapatku, ada keuntungannya.
Mrs. Pumphrey adalah orang yang ramah. Ia sangat dermawan dan selalu
menolong orang yang mengalami kesulitan. Ia cerdas dan menyenangkan,
lucu dan disenangi orang. Tapi, seperti kebanyakan orang pula, Mrs.
Pumphrey punya kelemahan. Ia begitu mencintai Tricki, sehingga tidak
dapat lagi membedakan dirinya dengan Tricki. Ceritera-ceritera tentang
kekasihnya ini keterlaluan, hingga melampaui batas fantasinya. Tentu
saja aku menunggu dengan penuh gairah akan kelanjutan ceritera
bersambungnya. "Oh, Mr. Herriot! Saya mendapat berita yang paling menggemparkan!
Tricki mendapat kawan pena! Betul, dia menulis surat kepada redaksi
majalah Doggy World sambil menyertakan sumbangan. Tricki
mengatakan kepadanya, bahwa meskipun ia keturunan kaisar-kaisar Cina,
ia mau merendahkan diri dan bergaul bebas dengan anjing biasa. Ia
minta kepada redaksi itu, supaya mencarikan kawan pena, ialah anjinganjing
kenalan redaksi Dengan demikian keduanya dapat saling
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berkorespondensi dan saling mendapat keuntungan. Dan untuk maksud
ini, Tricki bermaksud berganti nama dengan nama baru, ialah Mr.
Utterbunkum. Dan Anda tahu, Mr. Herriot, Tricki menerima surat
jawaban dari redaksi itu! Surat itu sangat indah!" (Aku dapat menduga
sebelumnya, redaksi yang cerdik itu pasti mengharapkan sumber
keuangan yang besar ini.) "Redaksi itu mengatakan, akan
memperkenalkan Tricki kepada Bonzo Fothe-ringham, seekor anjing
Dalmatia yang kesepian, yang pasti suka berkawan pena dengan Tricki,
temannya yang baru dari Yorkshire!"
Aku menghirup anggur. Tricki mendengkur di atas pangkuanku. Mrs.
Pumphrey melanjutkan ceri-teranya.
"Tapi saya kecewa dengan villa saya yang baru. Anda tahu, saya
membelinya terutama untuk Tricki. Maksud saya, supaya kami berdua
dapat duduk-duduk bersama pada sore hari di musim panas. Rumah itu
begitu mungil, menyenangkan, dan tenang. Tapi Tricki sama sekali tidak
menyukainya. Bahkan muak, dan sama sekali tidak mau masuk ke dalam.
Seandainya Anda dapat melihat wajahnya waktu ia melihat rumah itu.
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan tahukah Anda apa komentarnya kemarin" Oh, saya hampir tidak
berani mengatakannya!" Ia melihat sekitarnya, takut kalau ada Tricki,
mencondongkan badannya, dan berbisik, "Kata Tricki, rumah itu villa
keparat!" Pelayan menambah bahan bakar pada perapian dan mengisi gelasku lagi.
Angin menghembuskan hujan dan salju ke jendela. Inilah hidup, pikirku.
Aku mendengarkan kelanjutan ceriteranya.
"Kecuali itu, Mr. Herriot, Tricki menang lagi kemarin. Saya yakin, dia
pasti mempelajari daftar perlombaan. Ia pandai sekali menebak bentuk.
Yah, ia menyuruhku menebak Canny Lad pada pukul tiga di Redcar
kemarin. Seperti biasanya, Tricki menang! Ia memasang seratus rupiah
tiap putaran dan mendapat sembilan ratus rupiah!"
Taruhan-taruhan ini selalu dipasang dengan nama Tricki Woo, dan aku
merasa belas kasihan terhadap reaksi bandar-bandar setempat. Para
akuntan Darrowby adalah sekelompok orang yang curang dan jadi
buronan polisi. Orang-orang ini muncul di ujung sebuah gang dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mendesak penduduk supaya memasang taruhan bersama Joe Downs.
Dengan demikian keamanannya akan terjamin. Selama beberapa bulan
Joe terpaksa hidup dalam bahaya. Sementara itu ia mencari akal untuk
menge-labuhi rakyat yang tidak bodoh. Tapi akhirnya selalu sama.
Beberapa jago menang berurutan dan Joe pada malam harinya terpaksa
melarikan diri, sambil mengajak teman-temannya. Seorang penduduk
pernah kutanyai, mengapa Joe menghilang dengan mendadak. Ia
menjawab biasa saja, "Oh, kita menang, dia bangkrut."
Bertaruh pada perlombaan anjing dan kalah terus-menerus, rupanya
merupakan beban hidup yang berat bagi orang-orang itu.
"Minggu yang lalu saya mengalami peristiwa yang mengerikan," sambung
Mrs. Pumphrey. "Saya yakin, saya harus memanggil Anda. Kasihan benar
Tricki! Ia lumpuh sama sekali!"
Dalam hati aku menghubungkan penyakit lari duduk ini dengan penyakit
baru pada anjing itu dan minta penjelasan lebih lanjut.
"Betul-betul mengerikan! Saya ketakutan! Tukang kebun melemparkan
gelang-gelang supaya diambil Tricki. Ia melakukan ini selama setengah
jam tiap hari." Saya telah menyaksikan tontonan ini beberapa kali.
Hodgkin, seorang Yorkshire yang sudah tua, berpunggung bongkok dan
tidak pernah tersenyum, membenci semua anjing, terutama Tricki. Tiap
hari ia harus keluar ke halaman, dan melemparkan gelang-gelang karet
berulang-ulang. Tricki melompat, mengejarnya, dan membawanya
kembali, sambil menyalak-nyalak. Hal ini dilakukan beberapa kali. Makin
lama wajah orang tua itu makin cemberut. Keriputnya makin dalam.
Bibirnya bergerak terus-menerus, sambil bersungut-sungut. Tapi aku
tak dapat mendengar apa yang dikatakannya."
Mrs. Pumphrey melanjutkan ceriteranya, "Ya, Tricki sedang bermainmain. Ia sangat
suka permainan itu. Tapi tiba-tiba, tanpa sebab yang
jelas, ia lumpuh. Ia lupa gelang-gelang itu, lalu lari berputar-putar,
sambil menyalak dan melolong-lolong, dengan cara yang aneh sekali.
Kemudian ia jatuh ke samping dan berbaring tenang seperti mati. Betul,
Mr. Herriot, saya kira dia sudah mati, karena tak bergerak sama sekali.
Yang paling menyakitkan hati adalah Hodgkin. Selama dua puluh empat
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tahun ikut saya, dia tidak pernah tersenyum. Tiba-tiba waktu dia
melihat anjing kesayangan saya tak berkutik sama sekali, dia tertawa
terbahak-bahak sekeras-kerasnya seperti orang sinting. Peristiwa ini
bagi saya sungguh mengerikan. Saya baru saja akan lari untuk menelepon
Anda, tapi tiba-tiba Tricki bangkit dan berjalan. Ia tampak seperti
biasa lagi." Menurut pendapatku Tricki histeris, karena salah makan dan terlalu
gembira. Aku meletakkan gelas dan memandang Mrs. Pumphrey dengan
tajam. "Mrs. Pumphrey, itulah yang saya sarankan tadi. Jika Nyonya
tetap memberikan sembarang makanan, kesehatan Tricki akan rusak.
Makanannya harus diatur dengan ketat. Sehari, berilah makan dua kali
saja. Berilah daging sedikit dan roti cokelat, atau biskuit. Juga sedikit
saja. Saat lainnya, jangan diberi makan."
Mrs. Pumphrey duduk lemas di kursinya. Dari wajahnya tampak bahwa ia
merasa bersalah dan malu. "Oh, maaf, Mr. Herriot! Saya minta dengan
hormat, harap Anda jangan bicara seperti itu! Saya sudah berusaha
keras supaya dapat mengatur makanannya. Tapi sangat sulit. Jika ia
merengek-rengek minta sisa makanan, saya tidak sampai hati
menolaknya." Ia menghapus air matanya dengan sapu tangan.
Tapi aku tak mau menyerah. "Baik Mrs. Pumphrey, terserah kepada
Nyonya! Tapi saya peringatkan sebelumnya. Jika Nyonya tidak
menghentikan kebiasaan itu, Tricki akan makin sering lumpuh!"
Aku meninggalkan rumah yang menyenangkan itu dengan berat hati. Aku
berhenti sebentar di jalan setapak yang terbuat dari batu-batu kecil.
Aku menengok ke belakang. Mrs. Pumphrey melambai-lambaikan
tangannya, dan Tricki seperti biasanya, berdiri pada jendela. Mulutnya
dibuka lebar-lebar, seolah-olah sedang tertawa terbahak-bahak.
Sambil meluncurkan mobil, aku merenungkan keuntungannya jadi paman
Tricki. Waktu dia pergi ke pantai, aku dikirimi sekotak daging ayam yang
di-asap. Waktu tomat di rumah kaca berbuah dan masak, tiap minggu
aku dikirimi setengah atau satu kilo. Tembakau dikirimkan dengan
teratur, kadang-kadang disertai foto dengan surat singkat yang
menyatakan kasih sayang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Hari Natal aku mendapat kiriman keranjang dari Fortnum dan Mason.
Sejak waktu ini aku menyadari, bahwa hubunganku perlu kutingkatkan.
Sebab biasanya, aku hanya menelepon dan mengucapkan terima kasih
kepada Mrs. Pumphrey atas kado-kadonya. Jawabannya biasanya dingin,
sambil menegaskan yang mengirim kado adalah Tricki.
Dialah yang seharusnya mendapat ucapan terima kasih.
Karena kedatangan keranjang itu, aku lalu membuat kesalahan besar.
Aku membuat siasat yang keliru, karena menulis surat kepada Tricki.
Tentu saja kuusahakan, jangan sampai hal ini ketahuan Siegfried. Isi
surat itu menyatakan, bahwa aku berterima kasih sekali kepada
keponakanku atas kado dan semua kemurahan hatinya di masa lampau.
Aku mengharap dengan sangat, mudah-mudahan makanan pada pesta itu
tidak merusak usus halusnya, dan jika ia merasa tidak enak badan, harap
makan tepung hitam menurut resep hasil karya pamannya. Selama
menulis surat ini, aku sedikit merasa malu, karena mengomersialisasikan
jabatan dengan ikan ayam, tomat, dan keranjang. Surat itu kualamatkan
kepada Master Tricki Pumphrey, Barlby Grange, dan kumasukkan ke
dalam peti surat, sambil merasa sedikit bersalah.
Pada kunjungan berikutnya, Mrs. Pumphrey menarikku ke sampingnya.
"Mr. Herriot," bisiknya. "Tricki sangat gembira menerima surat Anda
dan bermaksud menyimpan surat itu. Tapi ada hal yang
mengecewakannya. Anda mengalamatkannya kepada Master Tricki.
Padahal ia ingin sekali dipanggil Mister Tricki. Mula-mula ia sangat
tersinggung. Tapi setelah ia tahu bahwa surat itu dari pamannya,
kemarahannya segera reda. Saya tidak mengerti mengapa dia punya
prasangka seperti itu. Mungkin karena dia hanya seekor anjing. Saya
memang berpendapat, bahwa anjing satu-satunya dalam sebuah rumah,
lebih cepat berprasangka daripada anjing yang punya saudara banyak."
Waktu memasuki Rumah Skeldale, aku merasa seperti sedang kembali
ke dunia yang lebih dingin. Siegfried menabrakku di gang. "Ha, siapa ini"
Ini tentu Paman Herriot tersayang! Dan apa yang baru saja kaulakukan,
Paman" Menjadi kuli di istana Barlby Grange tentunya" Kasihan, kau
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tentu kelelahan! Apakah menurut pendapatmu itu pantas kaulakukan"
Bersusah payah menulis surat supaya dikirimi keranjang lagi"!"
BAB 14 JIKA melihat ke masa lampau, aku hampir tidak percaya, bahwa kami
bertiga, ialah Siegfried, Tristan, dan aku sendiri, menghabiskan
sebagian besar waktu kami untuk meramu obat. Tapi obat itu tidak
diberi etiket menurut pemiliknya, dan sebelum kami keluar ke jalan
raya, kami harus mengisi mobil dengan bermacam ragam obat yang
dicampur dengan teliti, tapi sebagian besar tidak ada gunanya.
Pada suatu pagi Siegfried menghampiriku. Aku sedang memegang botol
dua belas ons sejajar mata, sambil menuangkan sirup coccilina ke
dalamnya. Dengan cemberut Tristan sedang mencampur obat perut
dengan alat tumbuknya. Ia menumbuk makin cepat, ketika melihat
Siegfried sedang mengawasinya. Ia sedang berdiri di tengah-tengah
bungkusan obat dan tumpukan pesari yang disusun dengan teratur.
Pesari itu ia buat dengan jalan mengisi silinder kertas kaca dengan boric
acid. Tristan tampak rajin. Sikunya menyodok-nyo-dok dengan hebatnya,
sewaktu ia menggilas amnion carb dan nux vomica. Siegfried tersenyum
dengan ramah. Aku tersenyum juga. Aku merasakan adanya ketegangan waktu kedua
kakak-beradik itu bertengkar. Tapi kali ini dapat terlihat, bahwa pagi ini
akan merupakan pagi yang menggembirakan. Sejak Hari Natal, sejak
Tristan kadang-kadang kembali kuliah, rupanya tanpa belajar sedikit pun
ia ujian lagi dan lulus, suasana di Rumah Skeldale bertambah baik.
Kecuali itu, hari ini tampaknya hati Siegfried penuh dengan rasa puas,
seolah-olah ia sudah tahu dengan pasti, bahwa akan terjadi sesuatu
yang menggembirakan. Ia masuk dan menutup pintu.
"Jame, dan berita gembira!"
Aku menyumbat botol dengan gabus. "Apa, Farnon" Cepat katakan dan
jangan membuat sarafku tegang!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Siegfried memandangku, kemudian memandang Tristan. Dengan sedikit
angkuh ia tersenyum dan bertanya, "Kau masih ingat waktu Tristan
mengurus pembukuan" Akibatnya kacau balau, bukan?"
Tristan mengalihkan pandangan dan mulai menggilas obat makin cepat.
Tapi Siegfried memegang bahunya dengan tersenyum ramah. "Jangan
sedih. Aku tidak akan menyuruhmu lagi. Dan sebenarnya, mulai saat ini
kau tak perlu mengerjakannya lagi, karena pekerjaan itu akan ditangani
oleh seorang ahli." Ia berhenti dan berdeham. "Kita akan punya
sekretaris!" Waktu mataku dan mata Tristan memandang Siegfried dengan
terbelalak, ia melanjutkan. "Ya, dia saya pilih sendiri dan menurut
pertimbangan saya, dia sempurna!"
"Seperti apa orangnya?"
Siegfried mengerutkan bibirnya. "Sukar melukiskannya. Tapi coba
pertimbangkan. Apa yang kita inginkan di sini" Saya tidak menginginkan
ada gadis berkeliaran di rumah ini. Saya tidak membutuhkan si rambut
pirang yang genit duduk di belakang meja, sambil membedaki hidungnya
dan main mata dengan tiap orang."
"Bukan gadis?" sela Tristan, yang betul-betul tak mengerti.
"Ya, bukan gadis!" jawab Siegfried dengan tegas. "Kalau masih gadis,
tiap hari ia hanya akan melamunkan pacarnya terus-menerus. Kemudian
sesudah berpengalaman dan terlatih, lalu dia lari, kawin!"
Tristan masih tetap belum yakin, dan itu menjengkelkan Siegfried.
Muka Siegfried jadi merah. "Dan ada hal lain lagi. Bagaimana mungkin
kita punya karyawan masih gadis dan cantik, tinggal serumah dengan
orang semacam kau. Tak mungkin kau akan tinggal diam!"
Tristan tertusuk perasaannya dan menyalak. "Kalau kau akan tinggal
diam"!" "Saya bicara tentang kau, bukan tentang saya!" bentak Siegfried. Aku
memejamkan mata. Perdamaian akan berantakan lagi. Aku segera
melerai. "Baik, ceriterakan tentang sekretaris itu!"
Dengan susah payah, Siegfried bisa menguasai emosinya. "Yah, dia
berusia sekitar lima puluhan-tahun, dan sudah berpengalaman tiga puluh
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tahun di perusahaan Green dan Moulton di Bradford. Ia sudah pensiun
sekarang. Dulu bekas sekretaris, dan aku mendapat referensi paling
mengagumkan dari perusahaannya. Mereka mengatakan, bahwa dia
karyawan teladan yang sangat efisien. Dan justru itulah yang kita
butuhkan di rumah ini: efisiensi! Kita terlalu lamban. Ini suatu
keuntungan besar bagi kita, bahwa ia memutuskan untuk tinggal di
Darrowby. Kecuali itu, sebentar lagi kau bisa bertemu dengannya. Ia
akan datang pukul sepuluh pagi ini."
Waktu bel pintu berdering, jam berbunyi sepuluh kali. Siegfried
bergegas menyambutnya dan mengantar karyawan pujaannya ke kamar
dengan bangga. "Tuan-tuan, silakan memperkenalkan diri dengan Nona
Harbottle!" Nona itu bertubuh besar, berdada tinggi, berwajah bulat dan sehat,
serta mengenakan kaca mata berbingkai emas. Rambutnya keriting dan
sangat hitam, tersembul dari bawah topinya. Mungkin rambut itu
disemir dan tidak sesuai dengan sepatu serta pakaiannya yang
sederhana. Aku tak perlu kuatir bahwa dia akan terburu-buru kawin.
Bukan karena tidak cantik, tapi dagunya menonjol ke depan dan rupanya
dia bisa memerintah orang dengan mudah, sehingga orang lelaki pun
akan lari terbirit-birit untuk selamanya.
Aku berjabatan tangan dengan Miss Harbottle itu, dan pegangannya
bukan main kerasnya. Kami berdua saling berpandangan dan aku
membalas meremas tangannya beberapa saat. Rupanya angkanya satu
lawan satu. Ia melepaskan tanganku dan berpaling ke arah lain. Tristan
sama sekali tidak siap tempur, dan waktu Miss Harbottle menjabat
tangannya, ia menyeringai kesakitan. Tangannya baru dilepaskan waktu
Tristan mau roboh. Ia lalu bertamasya ke dalam kantor. Siegfried jadi penunjuk jalan,
sambil menggosok-gosok tangannya seperti penjaga toko dengan
langganan kesayangannya. Ia berhenti sebentar di meja, yang penuh
dengan tumpukan rekening keluar dan rekening masuk, formulir dari
Kementerian Pertanian, serta surat edaran dari perusahaan obat. Di
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sana-sini berserakan kotak-kotak pil yang tersesat dan pipa minyak
ambing. Sambil memegang-megang sampah meja dengan muak, ia menarik buku
kas induk yang lusuh dan memungutnya seperti memungut benda yang
menjijikkan. "Apa ini?"
Siegfried melompat ke depan. "Oh, itu buku kas induk. Berisi catatan
tentang kunjungan kami, yang berasal dari buku catatan harian, yang
mungkin juga ada di sini." Siegfried lalu membongkar-bongkar sampah
meja itu. "Nah, ini dia! Ini tentang catatan panggilan tugas."
Ia mempelajari kedua buah buku beberapa saat, sambil keheranheranan dan
tersenyum kecut. "Jika saya disuruh mengurus ini semua,
Tuan-tuan harus belajar menulis. Tapi yang satu ini paling jelek dan
paling jorok. Tulisan siapa ini?"
Ia menunjuk sebuah catatan dengan garis panjang yang terputus-putus
dan kadang-kadang berombak-ombak.
"Itu tulisan saya!" jawab Siegfried, sambil menggeser kakinya. "Itu
tulisan waktu saya sangat sibuk!"
"Tapi semuanya seperti itu, Mr. Farnon. Lihat ini, itu, dan ini lagi. Semua
begitu, bukan?" Siegfried lalu menggaruk-garuk punggungnya dan menundukkan kepala.
"Laci ini berisi apa" Alat tulis dan amplop?"
Miss Harbottle menarik laci meja itu. Apa isinya" Ternyata laci itu
berisi bungkusan biji-bijian yang sudah lama, kebanyakan sudah mulai
tumbuh. Beberapa butir kacang hijau dan biji boncis menggelinding dari
atas bungkusan. Laci berikutnya penuh sesak dengan tali penolong anak
lembu yang akan lahir. Tali itu sudah kotor karena lupa mencucinya.
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baunya sangat amis sehingga Miss Harbottle segera menutupnya
kembali. Tapi ia belum jera, dan menarik lagi yang ketiga. Waktu
terbuka, terdengar suara berdenting. Ia menjenguk isinya. Hanya
deretan botol bir kosong yang kotor. Ia perlahan-lahan berdiri tegak
dan bicara dengan sabar. "Kalau saya boleh bertanya, di mana tempat
menyimpan uang tunai?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Saya taruh begitu saja. Itu, di sana!" Siegfried menunjuk jambangan di
sudut di atas rak. "Kami tidak punya tempat khusus untuk menyimpan
uang, seperti yang Nona maksudkan. Tapi jambangan ini sudah
memenuhf kebutuhan."
Miss Harbottle melihat jambangan itu dengan
ngeri. "Anda jejalkan begitu saja....." Dari mulut
jambangan itu terlihat cek dan uang kertas yang kusut dan kumal,
sebagian berjatuhan di lantai dekat perapian. "Jadi yang Anda maksud,
tiap hari uang itu Anda lemparkan begitu saja dan lalu Anda tinggalkan
pergi?" "Saya kira tak pernah ada yang mengambil," jawab Siegfried.
"Dan bagaimana tentang uang kecil?"
Siegfried tertawa gelisah. "Semuanya di situ. Uang besar dan uang
kecil." Tiba-tiba wajah Miss Harbottle yang merah jadi agak pucat. "Saya
berkata terus terang, Mr. Farnon. Ini keterlaluan. Saya tidak tahu,
bagaimana ini bisa berlangsung begitu lama. Saya sungguh tidak
mengerti. Namun, saya percaya, saya dapat membereskan semuanya
dengan segera. Jelas, bahwa keadaan kantor ini mudah diatur. Cukup
dengan sistem indek pembukuan. Dan tentang uang itu, akan saya
bereskan secepat-cepatnya," katanya sambil memandang jambangan
dengan heran. "Bagus, Miss Harbottle, bagus!" Siegfried menggosok-gosok tangannya
lebih keras lagi. "Saya harap Nona datang Senin pagi."
"Pukul sembilan tepat, Mr. Farnon."
Sesudah Miss Harbottle pergi, suasana sunyi. Tristan gembira atas
kedatangannya dan tersenyum sambil memikirkan sesuatu. Tapi aku
sendiri merasa tak menentu.
"Kau tentu sudah tahu, Siegfried," kataku, "bahwa dia mungkin setan
efisiensi. Tapi apakah kau tidak merasa, bahwa dia agak keras?"
"Keras?" jawab Siegfried sambil tertawa terbahak-bahak. "Sama sekali
tidak! Serahkan pada saya. Saya pasti dapat mengendalikannya!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
BAB 15 HANYA sedikit perabot rumah tangga dalam kamar makan itu, tapi
bentuknya yang anggun serta ukuran tempat itu pun sudah cukup
memberikan kesan manis pada bupet dinding yang panjang dan meja
sederhana dari kayu mahogani, di mana Tristan dan aku duduk sarapan.
Satu-satunya jendela yang besar, di bagian luarnya dilapisi embun beku
dan di jalan di luar, lang-kah-langkah kaki orang-orang yang lewat,
berbunyi dalam salju kering. Aku mengangkat mukaku dari telur
rebusku, waktu terdengar sebuah mobil berhenti. Terdengar hentakan
kaki di serambi muka, pintu luar terbanting tertutup dan Siegfried
menyerbu ke dalam kamar. Tanpa berkata sepatah pun dia langsung
pergi ke tungku pemanasan dan bersandar di situ, dengan menopangkan
sikunya pada alas tungku dari batu pualam kelabu. Dia terbung-kus sama
sekali, hampir-hampir sampai ke matanya dalam sebuah mantel besar
dan sebuah selendang, tapi mukanya yang tampak berwarna biru
keunguan. Dia berpaling dan memandang ke meja dengan mata berair. "Ada demam
susu di tempat Pak tua Heseltine. Salah satu gedung-gedung yang tinggi
ini. Tuhanku, dingin benar di sana. Aku hampir tak bisa bernafas."
Sambil menarik sarung tangannya dan menggon-cang-goncang jarijarinya yang kaku
di depan nyala api, dia mengerling pada saudara lakilakinya. Kursi Tristan
memang yang terdekat pada api dan dia sedang
menikmati sarapannya, sebagaimana dia menikmati segala-galanya,
menghempaskan mentega ke atas roti bakarnya dengan senang dan
sambil bersiul-siul menaruh selai. Surat kabar Daily Mirror tersandar
pada poci kopi. Kita seakan bisa melihat gelombang perasaan senang dan
damai yang terpancar dari dirinya.
Siegfried menyeret dirinya dengan enggan dari api dan menghempaskan
diri ke sebuah kursi. "Aku minta secangkir kopi saja, James, Heseltine
baik hati sekali - mengajakku duduk dan sarapan dengan dia. Dia
memberikan sepotong besar lemak babi peliharaan sendiri - mungkin
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
agak terlalu berlemak, tapi bukan main sedapnya! Masih terasa-rasa
sekarang." Diletakkannya cangkirnya dengan bunyi ge-merincing. "Kau tahu,
sebenarnya tak ada alasan kita selamanya harus pergi ke kedai untuk
membeli lemak babi dan telur. Di ujung kebun ini ada sebuah kandang
ayam yang masih baik sekali dan di halaman masih ada sebuah kandang
babi dengan sebuah ketel untuk memasak makanan babi. Semua sisa
makanan kita seisi rumah bisa dijadikan makanan babi. Dengan demikian
kita mungkin bisa terhemat."
Dia berpaling pada Tristan yang baru saja menyalakan rokok Woodbine
dan membuka Mirror-nya dengan cara mengibas-ngibaskannya dengan
sikap senang tak terperikan yang merupakan sifat khasnya. "Dan itu
akan merupakan suatu pekerjaan yang bermanfaat bagimu. Kau tidak
memberikan banyak hasil dengan duduk saja di sini seenakmu sepanjang
hari. Beternak sedikit akan baik bagi-mu.
Tristan meletakkan surat kabarnya, seolah-olah daya tariknya sudah
hilang. "Beternak" Tidakkah aku memeliharakan kuda betinamu?" Dia
tak senang memelihara kuda pemburu Siegfried yang baru, karena
setiap kali dia membawanya ke luar untuk minum di halaman, dia tentu
menendangnya sambil bergurau sambil lewat.
Siegfried melompat berdiri. "Aku tahu, tapi kan tidak makan waktu
sepanjang hari" Kau tidak akan mati kalau kau juga memelihara ayam
dan babi beberapa ekor."
"Babi beberapa ekor?" Tristan memandang terkejut. "Kusangka kau tadi
berkata babi saja?" "Benar beberapa ekor babi. Terpikir olehku. Kalau kubeli seperinduk
anak-anak babi yang sudah lepas susu, kita pelihara seekor saja di
antaranya dan yang lain kita jual. Dengan cara demikian kita tak perlu
modal apa-apa." "Dengan buruh cuma-cuma, tentu saja tak ada modal."
"Buruh" Buruh" Kau tak tahu apa artinya! Lihatlah kau itu, berbaring
saja dengan merokok tak sudah-sudahnya. Kau terlalu banyak merokok!"
"Kau juga!" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jangan bicarakan aku! Aku sedang membicarakan tentang kau!" teriak
Siegfried. Aku berdiri dari meja dengan mengeluh. Suatu hari telah mulai lagi.
Kalau Siegfried sudah punya gagasan, dia tak mau berlalai-lalai.
Semboyannya adalah: bertindaklah segera! Dalam jangka waktu empat
puluh delapan jam, sepuluh ekor babi kecil-kecil telah bermukim dalam
kandang dan dua belas ekor ayam jenis Light Sussex sedang mematukmatuk di balik
kawat kandang ayam. Dia terutama senang sekali dengan
ayam itu. "Lihat ayam-ayam itu, James; te-pat sekali hampir waktu
bertelur dan keturunan yang bagus pula. Mula-mula memang sedikit
telurnya, tapi kalau ayam-ayam itu sudah mulai, kita akan dihujani
dengan telur. Tak ada yang lebih baik dari sebutir telur bagus yang
segar dan masih hangat karena baru dari sangkaknya."
Sejak semula sudah jelas bahwa Tristan tidak ikut antusias seperti
abangnya mengenai ayam-ayam itu. Aku sering melihatnya berkeliaran
saja di luar kandang ayam, dia kelihatan merasa bosan dan sekali-sekali
melemparkan remah roti ke balik kawat. Tak kelihatan bukti bahwa dia
memberinya makan secara teratur, serta aturan makanan yang
dinasehatkan oleh para ahli. Ayam-ayam itu tidak menarik baginya,
sebagaimana bagi seorang penghasil telur, tapi dia memang agak
tertarik pada ayam-ayam "itu sebagai pribadi. Suatu cara berkotek yang
lucu, suatu sikap tubuh yang aneh - hal-hal itu lucu baginya.
Tapi telur-telur tak juga ada dan dengan berlalunya minggu demi
minggu, Siegfried makin menjadi jengkel. "Tunggu kalau aku bertemu
orang yang menjual ayam-ayam itu padaku. Penipu sialan. Keturunan yang
banyak telurnya, aduhai!" Kasihan kita melihat dia setiap pagi
mengelilingi sang-kak-sangkak kosong itu dengan penuh harapan.
Pada suatu petang, aku sedang pergi menuju kebun, ketika Tristan
berseru padaku. "Mari sini, Jim. Ini ada suatu hal yang baru. Kurasa kau
tak pernah melihat sesuatu seperti ini." Dia menunjuk ke atas dan aku
melihat sekelompok burung-burung besar yang berwarna aneh
bertengger pada dahan pohon-pohon elm. Sedang pada pohon-pohon apel
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kepunyaan tetangga, ada lebih banyak. Aku menatap terkejut. "Kau
benar. Aku memang belum pernah melihat yang begituan. Apa itu?"
"Alaa, cobalah," Tristan tertawa riang, "masakan tak ada sesuatu yang
kaukenali. Coba lihat la-gi."
Aku melihat ke atas lagi, "Tidak, aku tak pernah melihat burung-burung
sebesar itu apalagi dengan bulu-bulu yang setebal itu. Apa sih itu apakah suatu
pindahan burung yang mengerikan?"
Tristan tertawa terbahak-bahak. "Itu kan ayam-ayam kita?"
"Bagaimana mereka sampai bisa naik ke sana?"
"Mereka lari dari rumah. Terbang saja."
"Tapi yang kulihat hanya tujuh ekor. Mana yang lain?"
"Hanya Tuhan yang tahu. Mari kita lihat ke balik dinding."
Lesung besar yang terdapat di antara batu-batu bata itu kami jadikan
tempat memanjat dan kami menjenguk ke kebun di sebelah. Kelima ayam
yang lain dan di situ, sedang mematuk-matuk dengan tenang di antara
beberapa pohon kol. Lama benar kami baru berhasil mengumpulkannya kembali ke kandang
dan pekerjaan yang sulit itu harus diulangi beberapa kali setiap hari
sesudah itu. Karena ayam-ayam itu sudah jelas bosan hidup di bawah
Tristan dan memutuskan bahwa mereka akan hidup lebih senang kalau
bebas di luar. Ayam-ayam itu jadi tukang berkelana, berkeliaran makin
jauh ke ladang-ladang dalam mencari makanan.
Mula-mula para tetangga hanya tertawa saja. Mereka menelepon untuk
mengatakan bahwa anak-anak mereka mengejar-ngejar ayam-ayam itu
dan minta agar kami datang mengambilnya, tapi makin lama kesabaran
mereka makin berkurang. Akhirnya Siegfried harus mendengar laporanlaporan yang
menyakitkan hati. Dia diberi tahu bahwa ayam-ayamnya
merupakan pengganggu yang tak terperikan.
Setelah suatu pertengkaran yang benar-benar tak enak, Siegfried
memutuskan bahwa ayam-ayam itu harus dibawa pergi. Hal itu
merupakan pukulan yang hebat, dan sebagaimana biasa, kemarahannya
itu dilampiaskannya pada Tristan. "Aku dulu itu tentu gila menyangka
bahwa ayam yang kaupe-lihara akan mau bertelur. Tapi cobalah,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tidakkah itu keterlaluan. Kuberi kau pekerjaan mudah yang sederhana
ini dan orang tentu akan berpikir bahwa kau akan keterlaluan kalau itu
sampai tak beres. Tapi lihatlah keadaannya setelah hanya tiga minggu.
Tak ada barang satu pun telur yang kita lihat. Sedang ayam sialan itu
berkeliaran saja di seluruh daerah ini seperti burung dara. Kita terusmenerus
dijauhi para tetangga. Sungguh bagus benar hasil karyamu itu
ya?" Segala kekesalannya sebagai seorang penghasil telur yang gagal
meledak dalam nada bicaranya yang melengking.
Air muka Tristan menggambarkan perasaan tersinggung, dan dia
terburu nafsu dan mencoba membela dirinya. "Kau tahu, kurasa memang
ada sesuatu yang aneh tentang ayam-ayam itu sejak semula," gumamnya.
Hilanglah daya mengekang diri Siegfried yang sudah tinggal sedikit itu.
"Aneh!" pekiknya dengan geram. "Kaulah yang aneh, bukan ayam-ayam
sialan yang malang itu. Kaulah makhluk yang paling aneh di dunia ini.
Demi Tuhan, keluar - menghilanglah dari pandanganku!"
Tristan pergi dengan tenang.
Lama juga gema terakhir dari peristiwa ayam itu baru menghilang tapi
dua minggu kemudian, waktu duduk di meja makan lagi dengan Tristan,
aku merasa segala-galanya sudah dilupakan. Jadi aku sangat terkejut
dan heran waktu melihat Siegfried masuk ke dalam kamar makan dan
membungkuk dengan kejam sekali pada adiknya. "Kauingat ayam-ayam
itu" Kurasa kauingat," katanya hampir berbisik, "kau tentu ingat bahwa
aku telah memberikannya kepada Mrs. Dale, pensiunan tua yang tinggal
di Brown's Yard. Nah, aku baru saja berbicara dengan wanita itu. Dia
merasa puas sekali dengan ayam-ayam itu. Dia memberi ayam-ayam itu
makanan campuran siang dan malam dan dia mengumpulkan telur sepuluh
butir setiap hari." Suaranya nyaring hampir merupakan suatu teriakan.
"Sepuluh butir telur, kaudengar itu, sepuluh butir telur!"
Aku cepat-cepat meneguk bagian terakhir dari tehku, lalu cepat-cepat
minta diri. Aku berjalan sepanjang lorong rumah, keluar melalui pintu
belakang, lalu ke kebun dan ke mobilku. Dalam perjalananku aku melalui
kandang ayam yang kosong. Kandang itu tampak murung. Tempatnya jauh
dari kamar makan, namun aku masih bisa mendengar suara Siegfried.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
BAB 16 JIM! Coba ke mari dan lihat pengemis-pengemis kecil ini," kata Tristan
tertawa berkakakan, sambil bersandar pada pintu kandang babi. Aku
berjalan menyeberangi halaman. "Ada apa?" "Aku baru saja memberi
mereka makanan dan makanan itu agak panas. Coba lihat babi-babi itu!"
Babi-babi kecil itu menangkap makanan itu, melepasnya kembali dan
berjalan mengitarinya dengan curiga. Lalu mereka akan mendekat lagi
perlahan-lahan, menyentuh kentang-kentang yang panas itu dengan
moncongnya dan melompat mundur ketakutan. Tak kelihatan makanan
yang berleleran seperti yang terjadi pada waktu makan biasanya; yang
ada hanya semacam omelan keheranan.
Sejak semula Tristan memang sudah beranggapan bahwa babi-babi itu
lebih menarik daripada ayam-ayam itu; dan hal itu memang baik sebab
dia harus mengimbangi kesalahannya setelah bencana ayam dulu itu.
Banyak waktunya dihabiskannya di pekarangan, kadang-kadang memberi
makan atau menyapu kotoran babi, tapi lebih sering menopangkan
sikunya di atas pintu, memperhatikan binatang peliharaannya.
Seperti juga dengan ayam, dia lebih tertarik pada watak babi-babi itu
daripada kesanggupannya menghasilkan daging dan lemak. Setelah
dituangkannya makanannya ke dalam tempat makanan yang panjang dia
selalu memperhatikan, terpesona, melihat babi-babi itu berlari
berebutan menyerbu makanan. Dalam keadaan makan dengan rakus itu,
segera tampak kegelisahan. Binatang-binatang kecil itu mulai mengerling
kawannya, akhirnya keinginannya untuk mengetahui apakah temannya
makan lebih banyak, tak tertahan lagi, hingga mereka lalu mengubah
sikapnya cepat-cepat, ada yang saling memanjat punggung temannya
sampai-sampai jatuh ke dalam tempat makanan.
Pak tua Boardman adalah seorang yang baik yang mau bekerja sama, tapi
terutama dalam kesanggupannya memberi nasihat. Sebagaimana semua
orang desa, dia menganggap dirinya tahu semua tentang peternakan dan
penyakit-penyakit binatang dan ternyata babi adalah keistimewaannya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka sering mengadakan pertemuan lama-lama dalam kamar yang
gelap di bawah kotak-kotak karton Bairnsfather dan orang tua itu
asyiklah melukiskan tentang banyaknya binatang-binatang cantik yang
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah dipeliharanya dalam kandang yang sama itu.
Tristan selalu mendengarkan dengan rasa hormat, sebab dia punya bukti
nyata tentang keahlian Boardman, tentang cara dia menangani tempat
masak makanan binatang yang sudah tua dan terbuat dari batu bata
merah itu. Tristan memang bisa mengangkut barang itu, tapi barang itu
terbalik segera setelah dia membelakanginya; sedang dalam tangan
Boardman barang itu jinak benar. Aku sering melihat Tristan
mendengarkan dengan heran bunyi makanan yang mendidih itu sedang
laki-laki tua itu terus mengaduknya dan bau enak kentang makanan babi
itu dibawa angin dan tercium oleh mereka.
Tapi tak ada binatang lain yang mengubah makanan itu menjadi daging
lebih cepat daripada se-ekor babi dan setelah beberapa minggu berlalu,
makhluk-makhluk kecil itu yang berwarna merah muda berubah dengan
kecepatan yang luar biasa menjadi sepuluh ekor babi yang gendutgendut dan tegap-
tegap. Watak mereka pun berubah menjadi makin
buruk pula. Daya tarik mereka hilang. Waktu-waktu makan sudah tidak
lucu lagi dan berubah menjadi pertempuran yang makin seru.
Aku bisa melihat bahwa hal itu memberi warna pada hidup Pak Tua
Boardman dan apa saja pun yang sedang dikerjakannya, dilepaskannya
kalau dia melihat Tristan menyendok makanan dari tempat masakmakanan itu.
Kelihatannya dia suka memperhatikan perlombaan sehari-hari dari
tempat duduknya di atas tempat makanan yang dari batu itu. Tristan
yang me-nyelinap-nyelinap mencari jalan, mendengarkan pekik ribut
babi-babi itu waktu mendengar bunyi ember kayu; sambil memekikkan
teriakan-teriakan untuk menguatkan dirinya, lalu membuka palang pintu
dan masuk ke tengah-tengah babi-babi yang ribut dan berdesakdesakan; moncong-
moncong yang besar dan rakus yang berebut-rebut
masuk ke ember, telapak-telapak kaki yang tajam yang menginjak-injak
kakinya dan tubuh-tubuh yang berat yang menindih kakinya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mau tak mau aku tersenyum kalau kuingat betapa riangnya biasanya
permainan itu. Tapi kini tak ada tawa. Tristan akhirnya mengambil
tindakan dengan memukulkan tongkat yang berat ke babi-babi itu
sebelum dia berani masuk. Bila sudah di dalam, satu-satunya harapannya
untuk bisa tetap berdiri tegak adalah dengan melapangkan tempat
sedikit dengan cara memukul punggung-punggung babi itu Pada suatu
hari pekan, ketika babi-babi itu sudah mencapai timbangan yang banyak
lemaknya, kutemui Tristan berbaring bermalas-malasan di kursi yang
paling disukainya. Tapi ada sesuatu yang tidak bisa pada dirinya; dia
tidak tidur, tak ada botol obat, tak ada rokok Woodbines, tak ada Daily
Mirror. Tangannya tergantung lunglai di tepi kursi, matanya setengah
tertutup dan peluhnya berkilat di dahinya.
"Jim," bisiknya. "Petang ini aku telah mengalami pengalaman yang paling
buruk selama hidupku."
Aku jadi kuatir melihat rupanya. "Ada apa?"
"Babi-babi itu," katanya serak. "Mereka sudah melarikan diri hari ini."
"Lari! Bagaimana mereka sampai bisa lari?"
Tristan menarik-narik rambutnya. "Waktu aku sedang memberi makan
kuda. Aku sedang memberinya rumput kering dan aku berpikir sebaiknya
aku sekalian memberi makan babi-babi itu. Kau tahu bagaimana babibabi itu akhir-
akhir ini - nah, hari ini mereka jadi gila-gilaan. Segera
setelah kubuka pintu, mereka mendesak ke luar sebagai suatu kelompok
rapat. Aku terlempar ke udara, lengkap dengan ember-emberku, lalu
mereka lari dengan menginjak-injak aku." Dia mengangkat bahunya dan
memandang padaku dengan mata terbelalak. "Dengarkan, Jim, waktu aku
terbaring di atas batu-batu kerikil itu, habis ditumpahi makanan babi
dan binatang-binatang itu menginjak-injak aku, kusangka aku sudah
mati. Tapi mereka tidak menggigit atau menyepakku. Mereka hanya
berlari ke luar melalui pintu halaman dengan kecepatan luar bia-sa.
"Terbukakah pintu halaman waktu itu?" "Sialnya, memang terbuka.
Entah mengapa justru hari ini aku membiarkannya terbuka."
Tristan duduk tegak dan menggosok-gosok tangannya. "Yah, kusangka
semula tak apa-apa. Sebab mereka memperlambat larinya waktu sampai
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
di jalan dan berjalan dengan tenang berkeliaran ke jalan depan dengan
Boardman sedang aku mati-matian mengejarkan. Mereka mengelompok
di sana. Kelihatannya tak tahu ke mana dia harus pergi lagi. Aku sudah
yakin bahwa kami bisa menggiringnya kembali, tapi tepat pada waktu itu
salah satu di antaranya menampak dirinya di kaca toko Robson."
Dia menirukan air muka seekor babi yang menatap pantulan bayangannya
- beberapa lamanya lalu kemudian melompat mundur dengan suara
mendengkur karena terkejut.
"Nah, itulah gara-garanya, Jim. Binatang sialan itu menjadi panik dan
lari melesat ke tengah pasar dengan kecepatan lebih kurang lima puluh
mil per-jam dan yang lain menyusul."
Aku terengah. Sepuluh ekor babi yang benar-benar lepas di antara
kedai-kedai yang amat berdekat-dekatan dan orang-orang yang begitu
banyak pada hari pekan itu, rasanya sulit dibayangkan.
"Oh Tuhan, maunya kau melihatnya tadi." Tristan terduduk lagi ke
kursinya dengan lemas. "Orang-orang perempuan dan anak-anak
berteriak-teriak. Pemilik kedai, polisi dan semua orang yang lain
mengumpatku. Kemudian terjadi pula kemacetan lalu lintas - bermil-mil
panjangnya deretan mobil membunyikan klaksonnya semau-mau-nya
sedang polisi yang bertugas asyik memandangku dengan dahi berkerut."
Dia menyeka dahinya. "Kau kan tahu pedagang di kedai Cina yang cepat
bicaranya itu - nah, hari ini kulihat dia tak bisa berkata-kata. Dia
sedang memegang sebuah cangkir di tapak tangannya dan dia berteriak
nyaring waktu salah satu babi itu menaruh kaki-kaki depannya ke
kedainya dan menatap mukanya tepat-tepat. Dia terhenti seolah-olah
dia ditembak. Dalam keadaan lain hal itu tentu lucu, tapi kupikir
binatang perusak itu akan membinasakan kedai itu. Meja tempat
membayar sudah mulai bergoyang, lalu babi itu berubah pikiran dan
lari." "Bagaimana keadaannya sekarang?" tanyaku. "Sudahkah kau bisa
membawanya kembali?"
"Aku sudah berhasil mengembalikan sembilan ekor," sahut Tristan
sambil bersandar dan menutup matanya. "Dengan bantuan hampir semua
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
penduduk laki-laki di daerah ini, aku berhasil membawa kembali sembilan
ekor. Yang kesepuluh, yang terakhir, orang melihatnya sedang menuju
ke utara dalam jarak yang agak jauh. Hanya Tuhan yang tahu di mana dia
sekarang. Oh ya, aku lupa menceritakan - salah satu di antaranya masuk
ke kantor pos. Dan beberapa lamanya dia di situ." Ditutupnya mukanya
dengan tangannya. "Kali ini aku benar-benar sial, Jim. Nasibku akan ada
dalam tangan hukum, setelah kejadian ini. Tak bisa diragukan lagi."
Aku membungkuk dan menampar kakinya. "Alaa, tak usahlah disusahkan
benar. Kurasa tak ada kerusakan besar."
Tristan menyahut dengan mengerang. "Belum selesai, masih ada sesuatu
lagi. Waktu aku akhirnya menutup pintu setelah berhasil memasukkan
babi-babi itu ke dalam kandangnya, aku hampir saja pingsan. Aku sedang
bersandar pada dinding untuk mengumpulkan nafas ketika tampak
olehku bahwa kuda hilang pula. Ya, hilang. Aku langsung saja pergi
mengejar babi-babi dan lupa menutup pintu kandang kuda. Aku tak tahu
di mana dia. Boardman berkata bahwa dia akan melihat-lihat - aku sudah
tak kuat lagi." Tristan menyalakan Woodbine dengan tangan gemetar. "Habislah aku
sekarang, Jim. Sekali ini Siegfried tidak akan kenal ampun."
Sedang dia berkata itu pintu terbuka bagai ditiup angin dan abangnya
menyerbu masuk. "Apa yang telah terjadi?" geramnya. "Aku baru saja
bercakap-cakap dengan pendeta daerah dan dia berkata bahwa kudaku
sedang makan bunga-bunga yang merambat di dindingnya. Dia
mengamuk-nga muk dan aku tidak menyalahkan dia. Berangkat setan
pemalas. Jangan berbaring saja di situ, pergi ke rumah pendeta itu
sekarang juga dan bawa dia kembali!"
Tristan tak bergerak. Dia berbaring diam, sambil memandang abangnya.
Bibirnya bergerak-gerak de-ngan berat.
"Tidak," katanya.
"Apa katamu?" teriak Siegfried tak percaya. "Keluar segera dari kursi
itu. Pergi dan ambil kembali kuda itu!"
"Tidak," sahut Tristan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Terasa dingin badanku karena ngeri. Belum pernah terjadi perlawanan
seperti itu. Muka Siegfried menjadi merah padam dan aku menguatkan
diriku untuk menghadapi suatu ledakan; tapi Tristan-lah yang kemudian
berkata, "Kalau kau memang menginginkan kudamu, ambillah sendiri." Suaranya
tenang tanpa ada nada menantang. Dia bersikap seperti seseorang yang
tak perduli akan masa depannya.
Siegfried sendiri pun melihat bahwa kali ini Tris-. tan pun sudah tak
tahan lagi. Setelah membelalakkan matanya pada adiknya beberapa
detik lamanya, dia berbalik dan pergi. Dia mengambil kudanya sendiri.
Tak pernah lagi dibicarakan tentang kejadian itu, tapi babi-babi itu
cepat-cepat dipindahkan ke pabrik perusahaan lemak babi dan tak
pernah dibeli babi baru lagi.
Maka berakhirlah proyek pemeliharaan ternak.
BAB 17 WAKTU aku masuk Miss Harbottle sedang duduk, menghadapi kotak
tempat uang yang kosong, dia kelihatannya kesal sekali. Kotak itu
merupakan kotak hitam berkilat dengan kata-kata 'uang kas kecil' yang
tercetak dalam huruf-huruf putih di atasnya. Di dalamnya terdapat
sebuah buku merah dengan catatan uang masuk dan uang keluar yang
tertulis dalam kolom-kolom rapi sekali. Tapi tak ada uang di dalamnya.
Pundak Miss Harbottle yang tegap itu lunglai. Dengan tak bernafsu
diangkatnya buku merah itu dengan jari-jari telunjuk dan ibu jarinya
dan satu-satunya mata uang sixpence berguling keluar dari celah-celah
halamannya dan jatuh berdenting dalam kotak. "Diambilnya lagi
rupanya," bisiknya. Terdengar langkah kaki orang yang berjalan mencuri-curi di lorong. "Mr.
Farnon!" panggilnya. Dan pada saya dia berkata, "Sungguh memalukan
cara laki-laki itu selalu mencoba melewati pintu dengan diam."
Siegfried masuk dengan langkah terseret. Dia sedang membawa selang
perut dan pompa, botol-botol kalsium menonjol di saku jasnya sedang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sebuah alat pengebiri yang tak ada darahnya tergantung-gantung di
tangannya yang sebelah lagi. Dia tersenyum ceria tapi aku bisa melihat
bahwa dia merasa tak enak, bukan saja disebabkan oleh beban yang
sedang dibawanya, tapi juga karena dia merasa bersalah Miss Harbottle
telah menempatkan meja tulisnya menyerong di sudut kamar
berhadapan dengan pintu dan Siegfried harus menjalani se-panjangpanjang alas
lantai dari pintu untuk sampai ke tempat Miss Harbottle.
Dari sudut Miss Harbottle tempat itu benar-benar menguntungkan. Dari
sudutnya itu dia bisa melihat setiap inci dari kamar besar, sampai ke
lorong rumah kalau pintu kamar terbuka sedang dari jendela di sebelah
kirinya dia bisa melihat langsung ke jalan depan. Tak ada satu pun yang
luput dari pemandangannya - sungguh suatu kedudukan yang kuat.
Siegfried memandang ke tubuh lebar di balik meja tulis itu. "Selamat
pagi, Miss Harbottle, adakah yang bisa saya bantu?"
Mata kelabu itu berkilat di balik kaca mata berbingkai emas. "Memang
ada, Mr. Farnon. Anda harus menerangkan mengapa Anda sekali lagi
telah mengosongkan kotak tempat uang."
"Oh, maaf. Tadi malam aku tergesa-gesa harus pergi ke Brawton dan
aku kehabisan uang. Benar-benar tak ada tempat lain bagiku untuk
mendapatkan pinjaman."
"Tapi Mr. Farnon, selama saya dua bulan berada di sini, sudah dua belas
kali kita berkeadaan seperti ini. Apa gunanya saya mencoba mencatat
dengan baik-baik selalu uang hasil praktek kalau Anda terus-menerus
mencurinya dan menghasilkannya?"
"Yah, kurasa aku memang sejak dulu sudah punya kebiasaan untuk pergi
minum-minum pada hari-hari tertentu. Dan kurasa itu bukan suatu
kebiasaan yang sangat buruk."
"Itu sama sekali bukan suatu kebiasaan. Itu suatu pengacauan. Dengan
cara itu kita tidak bisa punya perusahaan. Hal itu sudah berulang kali
saya katakan pada Anda dan setiap kali pula Anda berjanji untuk
mengubah sikap Anda. Saya rasanya tidak tahu lagi akan berbuat apa."
"Alaa, sudahlah, Miss Harbottle. Ambil saja suatu jumlah dari bank dan
masukkan ke kotak Anda itu. Bereskan." Siegfried menggulung gulungan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
selang perut yang sudah terurai dari lantai lalu ber-balik akan pergi,
tapi Miss Harbottle berdehem-de-hem sebagai peringatan.
"Ada satu atau dua hal lagi. Saya harap Anda mau memenuhi janji Anda
yang satu lagi, yaitu untuk mencatat semua kunjungan-kunjungan Anda
dan menuliskan banyaknya bayaran yang Anda terima dari orang-orang
itu. Sudah hampir seminggu ini Anda tidak menuliskan apa-apa dalam
buku itu. Bagaimana saya bisa mengeluarkan surat-surat penagihannya
pada awal bulan" Hal itu penting sekali, tapi bagaimana Anda bisa
mengharapkan saya berbuat demikian kalau Anda mempersulit saya
seperti itu?" "Ya, ya, maafkan saya, tapi ada serangkaian panggilan menunggu saya.
Saya benar-benar harus pergi." Dia sudah sampai di tengah kamar dan
selang tadi sudah terurai lagi dari gulungannya, ketika Siegfried
mendengar deheman yang jelek bunyinya di belakangnya.
"Ada satu hal lagi, Mr. Farnon. Saya masih belum bisa membaca tulisan
Anda. Istilah-istilah pengobatan ini sudah cukup sulit, jadi tolonglah
supaya Anda lebih berhati-hati dan jangan men-coret-coretnya saja."
"Baiklah, Miss Harbottle" Siegfried mempercepat langkahnya melalui
pintu dan langsung ke lorong di mana, mungkin, dia merasa aman dan
senang. Dia sedang berjalan dengan rasa syukur di ubin ketika suara
gemuruh yang dikenalnya itu didengarnya. Miss Harbottle bisa
menjadikan agar bunyi itu bisa didengar dalam jarak yang mengherankan
jauhnya dengan memberinya suatu tekanan kuat, dan itu merupakan
panggilan yang harus dipatuhi. Aku bisa mendengar Siegfried
meletakkan selang-selang itu dan pompa itu dengan kesal ke lantai,
botol-botol kalsium tentunya telah menekan tulang-tulang rusuknya
sebab kudengar botol-botol itu pun diturunkan pula.
Siegfried mendatangi meja tulis lagi. Miss Harbottle menggoncanggoncangkan
telunjuknya pada Siegfried. "Sementara Anda ada di sini,
saya ingin menyebutkan satu hal lagi yang mengganggu saya. Lihat buku
harian ini. Adakah Anda lihat carikan carikan kertas yang terselip di
antara halaman-halaman ini" Carikan-carikan kertas ini semua
merupakan pertanyaan-pertanyaan - saya rasa ada dua puluhan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
banyaknya - dan saya tak bisa melanjutkan pekerjaan saya ini sebelum
semua Anda jelaskan pada saya. Kalau saya minta Anda menjelaskannya,
Anda tak pernah ada waktu. Bisakah Anda membahasnya dengan saya
sekarang?" Siegfried cepat-cepat mundur. "Jangan, Jangan, jangan sekarang.
Seperti kata saya tadi, ada beberapa panggilan yang mendesak yang
menanti saya. Maafkan saya, tapi itu harus menunggu sampai lain kali.
Begitu saya mendapat kesempatan, saya akan datang dan berbicara
dengan Anda." Diraba-raba -nya pintu di belakangnya dan dengan
pandangan terakhir ke tokoh besar yang bersikap menegur di balik meja
tulis itu, dia berbalik lalu lari.
BAB 18
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
KINI aku bisa menoleh ke masa lalu selama enam bulan, penuh
pengalaman praktek yang berat. Aku sudah menangani sapi, kuda, babi,
anjing dan kucing, selama tujuh hari dalam seminggu; pagi hari, petang,
malam dan selama jam-jam orang sedang tidur. Aku sudah menolong sapi
beranak dan anak babi lahir sampai tanganku sakit dan kulitnya
terkupas. Aku pernah disepak sampai jatuh, diinjak-injak binatang dan
disiram banyak dengan kotoran binatang apa pun juga. Aku sudah
melihat penampang silang tentang penyakit-penyakit binatang. Namun
suatu suara halus mulai mengorek-ngorek dalam otak kecilku; suara itu
mengatakan bahwa aku tak tahu, tak tahu apa-apa.
Hal itu memang aneh, sebab praktek yang enam bulan itu telah
kujalankan berdasarkan lima tahun teori, suatu asimilasi dari beriburibu
kenyataan yang lambat dan sulit dan suatu pengumpulan bagianbagian dari
pengetahuan seperti seekor tupai yang membawa buah
pinangnya. Mulai dengan mempelajari tumbuh-tumbuhan dan bentuk
kehidupan yang paling rendah, meningkat sampai ke pembedahan dalam
laboratorium anatomi dan ilmu faal serta bidang bahan pengobatan yang
amat luas dan tidak berjiwa itu. Kemudian patologi yang menurunkan
tirai kebodohanku dan untuk pertama kali memperlihatkan padaku
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
rahasia-rahasia yang dalam." Lalu parasitologi, dunia lain lagi yang amat
banyak penghuninya tentang cacing-cacing, serangga-serangga dan
kuman-kuman kudis. Akhirnya obat-obat dan pembedahan, yang
merupakan kristalisasi dari apa-apa yang kupelajari dan penggunaannya
pada kesulitan-kesulitan pada binatang-binatang sehari-hari.
Dan banyak lagi yang lain, seperti ilmu alam, ilmu kimia, ilmu kesehatan,
ilmu-ilmu itu rasanya tak ada kurangnya. Jadi mengapa aku harus merasa
bahwa aku tak tahu apa-apa" Mengapa aku mulai merasa sebagai
seorang ahli binatang yang melihat melalui teropong bintang ke suatu
kumpulan binatang-binatang yang tak dikenal" Perasaan bahwa aku
hanya meraba-raba saja pada tepi angkasa yang tak terbatas ini, sangat
menyedihkan. Hal itu lucu, karena semua orang lain kelihatan tahu
segala-galanya tentang binatang-binatang sakit. Anak muda yang
memegang ekor sapi, tetangga dari peternakan di sebelah, orang-orang
laki di rumah-rumah minuman, petugas-petugas di kebun, mereka semua
tahu dan selalu mau memberikan nasihatnya serta yakin akan
kebenarannya. Kucoba memikirkan masa lalu hidupku. Pernahkah ada waktu di mana aku
merasa kepercayaan yang seagung ini dalam pengetahuanku. Kemudian
aku teringat. Aku kembali berada di Skotlandia. Aku berumur tujuh belas dan aku
sedang berjalan di bawah langit-langit dari Sekolah Tinggi Ilmu
Kedokteran Hewan ke Jalan Montrose. Aku baru tiga hari menjadi
mahasiswa tapi baru petang inilah aku merasa kepanasan. Mengaismengais dengan
ilmu tumbuh-tumbuhan dan ilmu hewan tidak apa-apa,
tapi petang ini terjadilah yang amat menyenangkan; aku mendapat
kuliahku yang pertama dalam pemeliharaan binatang.
Mata pelajarannya adalah tentang kuda. Profesor Grant telah
menggantungkan sebuah gambar kuda sebesar kuda hidup dan
membicarakannya mulai dari hidung sampai ke ekor, sambil menunjukkan
pundak kuda itu, sendi lutut belakangnya, tumit kaki belakangnya dan
kepalanya dan semua istilah-istilah tentang kuda yang banyak jumlahnya
itu. Dan profesor itu pandai, untuk menjadikan kuliahnya lebih menarik
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dia sering menunjukkan hal-hal yang praktis seperti. 'Di sinilah kita
memasang tali kekang,' atau 'Di sinilah tempat memasang pakaian kuda.'
Dia berbicara pula tentang jenis-jenis kuda dan tulang iga, tentang
suban dan alat mengeluarkannya.
Kata-kata itu masih berputar-putar di kepalaku waktu aku berjalan
perlahan-lahan di sepanjang jalan yang melandai itu. Untuk inilah aku
datang. Aku merasa seolah-olah aku sudah menjalani suatu perpeloncoan
dan menjadi seorang anggota dari suatu klub khas yang istimewa. Aku
benar-benar tahu tentang kuda. Dan aku sedang memakai mantel kulit
untuk menunggang kuda yang benar-benar baru dengan segala macam
embel-embel dan gesper yang menampar-nampar kakiku waktu aku
menikung di sudut dari bukit ke jalan Newton yang ramai.
Aku hampir tak percaya betapa beruntungnya aku ketika kulihat kuda
itu. Kuda itu berdiri di luar perpustakaan di bawah Salib Queen seperti
suatu peninggalan dari abad yang lalu. Dia menunduk saja dengan murung
di antara kedua kuk sebuah gerobak pembawa batu bara; gerobak itu
berdiri sebagai sebuah pulau di tengah suatu arus mobil-mobil dan bisbis yang
melingkar-lingkar. Orang-orang yang berjalan kaki lewat
dengan bergegas, tanpa peduli, namun aku punya perasaan bahwa nasib
baik sedang tersenyum padaku.
Seekor kuda. Bukan hanya gambarnya, melainkan benar-benar kuda
sungguhan. Kata-kata peninggalan dari kuliah-kuliah muncul dalam
pikiranku tentang tumitnya, tulang peluru, jambul dan semua ciri-ciri itu
- bagian putih di kepalanya, noda putih dekat bokongnya. Aku berdiri di
trotoar jalan dan memeriksa binatang itu dengan teliti.
Pikirku, tentulah istimewa bagi semua orang-orang yang lewat, bahwa di
sini ada seorang yang benar-benar ahli. Bukan hanya seorang penonton
yang ingin tahu, tapi seorang laki-laki yang tahu dan mengerti semuanya.
Aku merasa seakan-akan terbungkus dalam sinar suci yang jelas tentang
perku-daan. Aku berjalan hilir-mudik beberapa langkah, tanganku dalam di dalam
saku mantelku untuk naik kuda yang baru itu, sedang mataku melihat
mencari-cari kalau-kalau ada kesalahan dalam memasang sepatu atau
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
luka di dagu atau penyakit kuda lainnya. Demikian telitinya aku
memeriksa hingga aku berputar ke sisi kuda di sebelah lain dan berdiri
di tempat yang berbahaya di antara lalu lintas yang melaju.
Aku menoleh ke belakang melihat orang-orang yang lewat bergegas.
Kelihatannya tak seorang pun yang peduli, bahkan kudanya pun tidak. Dia
kuda yang besar, sekurang-kurangnya tujuh belas telapak tangan, dan
dia memandang tak peduli ke jalan sambil mengistirahatkan kaki
belakangnya, berganti-ganti dengan cara yang membayangkan rasa
bosan. Aku sebenarnya tak suka meninggalkannya tapi aku sudah
menyelesaikan pemeriksaanku dan sudah waktuku untuk pergi. Tapi aku
merasa bahwa aku harus memberi tahu sebelum aku pergi; sesuatu yang
harus kusampaikan pada kuda itu, bahwa aku mengerti masalahmasalahnya dan bahwa
kami senasib. Dengan penuh keyakinan aku
melangkah maju dan menepuk-nepuk tengkuknya.
Secepat ular yang menyerang, kuda itu menyerang ke bawah dan
mencengkeram pundakku dengan giginya yang besar dan kuat. Telinganya
ditempelkannya ke belakang, memutar-mutarkan matanya dengan jahat
lalu mengangkatku, hingga kakiku hampir terangkat. Aku tergantung
saja tak berdaya, seperti boneka yang tergantung miring. Aku
menggeliat dan menyepak-nyepak tapi gigi-giginya tertanam tak
bergerak dalam bahan mantelku.
Kini tak dapat diragukan lagi perhatian dari orang-orang yang lewat.
Pemandangan yang luar biasa dari seorang laki-laki yang tergantung dari
mulut seekor kuda, tiba-tiba menyebabkan mereka terhenti dan
terjadilah suatu kumpulan yang terdiri dari orang banyak yang melihat
dari balik pundak orang-orang yang berdiri di depannya sedang yang lain
berebut-rebutan di belakang lagi untuk melihat apa yang terjadi.
Seorang wanita tua yang ketakutan berteriak, "A-duh kasihan anak yang
malang! Tolong dia!" Beberapa orang yang berani mencoba menarikku
tapi kuda itu bertahan dengan jahatnya dan tetap menggigit kuat-kuat.
Dari segala pihak yang memberikan bermacam-macam petunjuk. Kulihat
dua orang gadis menarik di barisan terdepan, tak dapat menahan dirinya
tertawa cekikikan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dikejutkan oleh keadaanku yang memalukan itu, aku mulai memukulmukul ke kiri
kanan sem-barangan; leher kemejaku mencekik leherku;
suatu arus ludah kuda berleleran di bagian depan mantelku. Kurasa
diriku tercekik dan aku sudah putus asa ketika seorang laki-laki
mendesak masuk melalui orang-orang banyak itu.
Orangnya kecil sekali. Matanya yang marah mendelik di wajahnya yang
hitam oleh debu arang. Dua buah karung kosong tergantung pada
sebelah tangannya. "Ada apa ini?" teriaknya. Terdengar selusin jawaban kacau balau di
udara. "Mengapa kauusik kuda itu?" pekiknya di mukaku. Aku tak menyahut,
karena mataku rasanya sudah tersembul, setengah tercekik dan tak ada
niatku untuk bercakap-cakap.
Tukang arang itu mengalihkan amarahnya pada kuda. "Lepaskan dia,
binatang haram sialan! Ayo, lepaskan, lepaskan dia!"
Karena tidak mendapat tanggapan ditusuknya perut binatang itu dengan
kasar dengan ibu jarinya. Kuda itu segera menanggapi isarat itu dan
melepaskan aku seperti seekor anjing yang patuh melepaskan sepotong
tulang. Aku jatuh berlutut dan termangu-mangu di selokan sebentar
sampai aku bisa bernafas lebih longgar. Sedang dari jarak jauh aku
masih mendengar orang laki-laki kecil itu berteriak-teriak padaku.
Beberapa lamanya kemudian aku bangkit. Tukang arang itu masih
berteriak-teriak dan kumpulan orang banyak itu masih mendengarkan
dengan bersungguh-sungguh. "Kausangka apa yang kau-permainkan jangan kausentuh
kudaku - kupanggil polisi untuk menangkapmu."
Aku melihat mantelku yang baru. Bahunya yang bekas gigitan tinggal
merupakan tumpukan basah. Aku merasa bahwa aku harus melarikan diri
dan mulai mencari jalan melalui kumpulan orang banyak. Tampak
beberapa orang yang mukanya menunjukkan kekuatiran tapi kebanyakan
tertawa. Segera setelah aku terlepas dari kumpulan orang banyak, aku
segera mulai berjalan cepat-cepat dan waktu aku membelok di tikungan
pekikan tukang arang itu yang terakhir masih kudengar samar-samar.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jangan coba-coba mau campur tangan dalam pekerjaan yang kau tak
tahu!" BAB 19 AKU melihat-lihat surat yang datang dengan malas-malasan. Seperti
biasa yang ada hanya tumpukan surat-surat penagihan, surat-surat
edaran, iklan-iklan berwarna cerah mengenai obat-obat baru; setelah
beberapa bulan selalu menerima yang sama saja, aku menjadi tidak
tertarik dan aku boleh dikatakan tidak memerlukan untuk membacanya.
Aku sudah hampir sampai pada dasar tumpukan itu ketika aku
menemukan sesuatu yang lain; sebuah amplop yang tampak mahal dan
yang kertasnya bertepi bergerigi, dialamatkan padaku pribadi. Aku
merobeknya dan kukeluarkan sebuah kartu berwarna air mas yang
kubaca sepintas cepat-cepat. Kurasa mukaku menjadi merah waktu
kumasukkan kartu itu ke dalam saku dalamku.
Siegfried baru selesai memberi tanda-tanda pada daftar kunjungan
yang sudah dilakukannya dan mengangkat mukanya. "Mengapa kau
memandang seperti orang bersalah saja, James" Apakah kau teringat
masa lampaumu" Ada apa sih - apa itu surat dari ibu yang ngamuk?"
"Nih," kataku malu, sambil mengeluarkan kartu tadi dan memberikannya
padanya, "tertawalah puas-puas. Kurasa kau pun nanti akan tahu juga."
Muka Siegfried tidak membayangkan perasaan apa-apa waktu dia
membaca kartu itu nyaring-nyaring. 'Tricky dengan senang hati
mengundang Paman Herriot untuk hadir pada hari Jum'at tanggal lima
Pebruari. Minum-minum dan dansa.' Dia mengangkat mukanya dan
berkata dengan serius. "Bukan main senangnya. Kau tahu, itu tentu satu
di antara anjing-anjing Pekingese di Inggris. Rupanya dia merasa tak
puas hanya mengirimi kau ikan salai, tomat dan rantang saja - dia
rupanya merasa perlu mengundangmu ke rumahnya untuk suatu pesta."
Kurebut kartu itu dan kuselipkan ke tempat yang tak kelihatan.
"Baiklah, baiklah, aku tahu. Tapi lalu aku harus berbuat apa?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Berbuat apa" Yang harus kaulakukan tidak lain, langsung duduk dan
menulis sepucuk surat mengucapkan terima kasih banyak, dan bahwa kau
akan berada di sana pada tanggal lima Pebruari. Pesta-pesta Mrs.
Pumphrey itu terkenal sekali. Bergunung-gunung makanan yang sedapsedap dan
sampanye yang mengalir terus. Bagaimanapun juga, jangan
sampai kau tak hadir."
"Akan banyakkah orang di sana?" tanyaku sambil menggeser-geserkan
kakiku. Siegfried menamparkan telapak tangannya ke dahinya. "Tentu saja akan
banyak orang. Apa sangkamu" Apa kausangka hanya kau dan Tricki saja
yang akan ada" Apakah kau akan minum bir beberapa gelas lalu kau akan
dansa irama foxtrot yang lambat dengan dia" Orang-orang terkemuka
dari daerah akan hadir di sana dengan penuh kebesaran, tapi kurasa
tidak akan ada tamu yang lebih terhormat daripada Paman Herriot.
Mengapa" Karena yang lain itu diundang oleh Mrs. Pumphrey, tapi kau
diundang oleh Tricki."
"Oke, Oke," erangku. "Aku akan menyendiri dan aku tidak punya pakaian
malam yang pantas. Aku......"
Siegfried bangkit lalu meletakkan tangannya di pundakku. "Saudaraku,
tak usah bingung. Duduklah dan terimalah undangan itu dengan baik lalu
pergilah ke Brawton dan sewalah pakaian untuk malam. Kau tidak akan
lama perlu menyendiri - gadis-gadis remaja yang baru pertama kali
menghadiri pesta, akan berebut-rebutan minta dansa dengan kau."
Akhirnya ditepuknya lagi pundakku, sebelum dia berjalan ke pintu.
Sebelum pergi dia berpaling lagi dan air mukanya serius. "Dan ingatlah
demi keselamatanmu, jangan tujukan suratmu pada Mrs. Pumphrey.
Alamatkanlah pada si Tricky sendiri, kalau tidak kau akan gagal."
Perasaanku bercampur baur dalam diriku waktu aku memperkenalkan
diriku di rumah keluarga Pumphrey pada malam tanggal lima Pebruari.
Seorang pelayan mempersilakan aku masuk ke ruang depan dan aku bisa
melihat Mrs. Pumphrey sedang menyambut tamunya di pintu masuk ke
ruang dansa dan lebih jauh di dalam, berdirilah sekelompok orang-orang
yang berpakaian bagus-bagus memegang minuman. Terdengar dengung
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
suara bercakap-cakap antara orang baik-baik, suatu suasana umum
orang berpunya. Kuluruskan dasi pada pakaian sewaanku, menarik nafas
panjang dan menunggu. Mrs. Pumphrey sedang tersenyum manis waktu dia bersalaman dengan
suami-isteri yang ada di depanku tapi waktu dia melihatku, wajahnya
jadi berseri-seri. "Oh Mr. Herriot, Anda baik sekali mau datang. Bukan
main senangnya Tricky menerima surat Anda - sebenarnya kita harus
langsung masuk dan melihatnya." Dia mendahuluiku berjalan
menyeberangi ruang depan.
"Dia ada di kamar-pagi," bisiknya. "Di antara kita saja, baginya pestapesta ini
membosankan, tapi dia akan benar-benar marah kalau saya
tidak membawa Anda masuk sebentar."
Tricky sedang berbaring melengkung di sebuah kursi di samping api yang
menyala besar. Ketika dilihatnya aku, dia melompat ke atas sandaran
kursi dan menyalak kesenangan, mulutnya yang besar dan tertawa itu,
seperti membelah dua mukanya. Aku mencoba mengelakkan usahanya
untuk menjilat mukaku, pada saat itulah terpandang olehku dua buah
baskom makanan yang besar-besar di atas permadani. Yang sebuah
berisi kira-kira satu pon ayam cincang, sedang yang lain seonggok kue
yang sudah dihancurkan. "Mrs. Pumphrey!" kataku keras, sambil menunjuk baskom-baskom itu.
Wanita malang itu menutupkan tangannya ke mulutnya dan mundur
menjauhiku.
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aduh, ampunilah saya," mohonnya, mukanya penuh rasa menyesal. "Itu
hanya merupakan jaminan khusus karena malam ini dia harus tinggal
sendiri. Dan udara dingin pula." Dia memperkatup-kan kedua belah
tangannya dan memandangku dengan kerendahan hati.
"Akan saya maafkan Anda," kataku tegas, "kalau Anda mau mengambil
setengah dari ayam itu dan semua kuenya."
Dengan gugup seperti seorang gadis kecil yang tertangkap basah telah
berbuat kenakalan, dia menjalankan perintah saya.
Dengan perasaan menyesal aku berpisah dari anjing Peke yang kecil itu.
Hari itu aku sibuk sekali dan aku mengantuk karena berjam-jam berada
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dalam udara dingin yang menggigilkan. Kamar dengan apinya dan cahaya
lampu yang lembut, kelihatan lebih menyenangkan daripada kemilau di
ruang dansa yang ribut, dan aku sebenarnya akan lebih suka melengkung
di sini dengan Tricky di lutut saya selama sejam dua jam.
Mrs. Pumphrey menjadi tegas. "Sekarang Anda harus ikut dan
berkenalan dengan beberapa teman-teman saya." Kami masuk ke ruang
dansa di mana lampu-lampu menyorot terang dari tiga buah lampu
gantung dari kristal dan yang cahayanya dipantulkan oleh dindingdinding yang
berwarna krem dan keemasan serta berkaca banyak,
hingga menyilaukan mata. Kami berjalan dari kelompok ke kelompok
sedang Mrs. Pumphrey memperkenal-kanku dan aku merasa mual karena
malu, karena aku dilukiskan sebagai 'paman si Tricky yang baik hati'.
Tapi entah karena mereka adalah orang-orang yang punya daya
penguasaan diri yang luar biasa, atau karena mereka sudah biasa olokolok busuk
nyonya rumah itu, karena penjelasan itu diterima dengan
benar-benar serius. Di sepanjang salah satu dinding sebuah kumpulan musik terdiri dari lima
alat, sedang mencocokkan nada; pelayan-pelayan berjas putih bergegas
di antara tamu-tamu dengan baki-baki berisi makanan dan minuman.
Mrs. Pumphrey menyuruh berhenti salah seorang pelayan. "Francois,
sedikit sampanye untuk bapak ini."
"Ya, Nyonya." Pelayan itu menyodorkan bakinya.
"Tidak, tidak, tidak bukan yang itu. Salah satu gelas yang besar."
Francois bergegas pergi dan kembali lagi membawa sesuatu sebesar
piring sup yang bergagang. Wadah itu penuh sampanye sampai ke
tepinya. "Francois." "Ya, Nyonya."
"Ini Mr. Herriot. Kau harus memperhatikannya baik-baik."
Pelayan itu memandangku dengan sepasang mata sedih seperti mata
anjing dan seperti akan menelanku beberapa saat lamanya.
"Kau harus mengurus beliau. Jaga supaya gelasnya penuh selalu dan
supaya beliau dapat makanan banyak."
"Baik, Nyonya." Dia membungkuk lalu pergi.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Aku membenamkan mukaku dalam sampanye yang sedingin es itu dan
ketika aku mendongak, di hadapanku ada Francois yang menyodorkan
sebaki sandwich dengan ikan salem yang masih berasap.
Demikianlah keadaannya sepanjang malam. Francois seolah-olah selalu
ada dekatku, mengisi gelas yang amat besar itu atau menyodorkan
makanan kecil. Aku merasa senang; makanan kecil yang asin itu
menimbulkan rasa haus yang kuhilangkan dengan meneguk sampanye itu
dalam-dalam lalu aku makan makanan asin itu lagi yang membuatku haus
lagi dan Francois tak ayal muncul dengan botol besarnya.
Baru itulah aku mendapatkan kesempatan minum sampanye dengan gelas
besar dan itu merupakan pengalaman yang menguntungkan. Tak lama aku
sudah merasakan diriku enak dan ringan dan daya tanggapku meningkat.
Aku tidak lagi terlalu ketakutan dalam dunia yang baru ini dan mulai
menikmatinya. Aku dansa dengan siapa saja yang kelihatan - gadis-gadis
remaja cantik yang ramping-ramping, janda-janda bangsawan berumur
dan dua kali dengan Mrs. Pumphrey yang cekikikan.
Atau aku hanya bercakap-cakap. Dan percakapannya bersemangat;
berulang kali aku terkejut oleh kilatan cahaya dari diriku. Sekali aku
menangkap bayangan diriku di kaca - seorang tokoh terkemuka dengan
gelas di tangan, pakaian sewaanku tergantung pada tubuhku dengan
anggun. Nafasku jadi tertahan.
Sambil makan minum, bercakap-cakap, menari, berlalulah malam itu.
Ketika sudah tiba waktunya untuk pulang dan aku sudah memakai
mantelku dan sedang bersalaman dengan Mrs. Pumphrey di ruang depan,
muncullah Francois lagi dengan semangkuk sup panas. Dia kelihatannya
kuatir ka-lau-kalau aku pingsan dalam perjalanan pulang.
Setelah makan sup, Mrs. Pumphrey berkata, "Nah, sekarang Anda harus
ikut dan mengucapkan selamat tidur pada Tricky. Dia tidak akan pernah
memaafkan kalau Anda tidak berbuat demikian." Kami pergi ke kamar
itu dan anjing kecil itu menguap dari kursi yang besar serta
menggoyang-goyang ekornya. Mrs. Pumphrey meletakkan tangannya di
lengan bajuku. "Kebetulan Anda ada di sini, maukah kiranya Anda
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berbaik hati untuk memeriksakan kuku-kukunya. Saya kuatir sekali
kalau-ka-lau terlalu panjang."
Kuangkat kakinya satu demi satu dan kuperhatikan baik-baik kukukukunya seperti
Tricky menjilat tanganku dengan malas. "Tidak, Anda
tak perlu kuatir, kuku-kukunya beres semua."
"Terima kasih banyak, saya merasa amat berterima kasih pada Anda.
Sekarang Anda harus mencuci tangan Anda."
Dalam kamar mandi yang sudah kukenal dengan bak air berwarna hijau
laut dan ikan-ikan yang berkilat berlapis pada dinding-dinding dan meja
hias serta botol-botol di atas rak kaca, aku melihat berkeliling
sementara air yang berasap mengalir dari kran. Dekat bak air pada
handukku sendiri dan potongan sabun baru seperti biasa - sabun yang
berbusa seketika dan mengeluarkan bau harum yang mahal. Itu
merupakan sentuhan obat gosok yang terakhir pada malam yang amat
menyenangkan itu. Itu merupakan jam-jam penuh kemewahan dan
kebenderangan dan aku membawa kenangan itu pulang ke Rumah
Skeldale. Aku masuk ke tempat tidur, kumatikan lampu dan terbaring
menelentang memandangi kegelapan. Nada-nada musik masih terngiangngiang di
telingaku dan aku baru akan terbawa arus ke ruang dansa
kembali, ketika telepon berdering.
"Di sini Atkinson di Beck Cottage," terdengar suara dari jauh. "Babi
betina saya tak bisa beranak. Sudah sepanjang malam ini dia kesakitan.
Bisakah Anda datang?"
Aku melihat jam sambil meletakkan penerima telepon. Waktu itu pukul
dua subuh. Aku merasa lumpuh. Suatu pesalinan tepat setelah sampanye
dan ikan salem yang masih berasap dan biskuit kecil-kecil dengan
bertumpuk-tumpuk telur ikan ka-viar itu. Apalagi di Beck Cottage, satu
di antara tanah-tanah perkebunan yang paling primitif di daerah itu. Itu
tak adil. Dengan mengantuk, aku membuka piyamaku dan mengenakan kemejaku.
Waktu aku menjangkau pakaian dari bahan cordoray yang kaku dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sudah tua yang selalu kupakai untuk bekerja, aku mencoba untuk tidak
melihat pakaian sewaan yang tergantung di sudut lemari pakaian.
Aku berjalan meraba-raba di kebun yang panjang ke garasi. Dalam
halaman yang gelap itu, aku menutup mataku dan bersinarlah lagi lampulampu
gantung yang besar, kaca berkilau dan musik bermain.
Beck Cottage hanya berjarak dua mil. Tempat itu terletak dalam sebuah
lekuk dan dalam musim salju tempat itu merupakan lautan lumpur.
Kutinggalkan mobilku dan berjalan dengan bersusah payah dalam gelap
ke pintu rumah. Waktu aku menge-tuk tak ada yang membukakan pintu
dan aku berjalan menyeberang ke kumpulan gedung-gedung di
seberangnya dan membuka pintu yang setengah terbuka masuk ke
kandang sapi. Bau sapi yang hangat dan enak menyambutku waktu aku
memandang ke cahaya lampu dan di ujungnya tampaklah samar-samar
sesosok tubuh yang sedang berdiri.
Aku masuk melalui sapi-sapi yang berdiri berderet-deret bersisi-sisian
dengan dipisahkan oleh pemisah-pemisah dari kayu yang sudah patahpatah, melalui
tumpukan-tumpukan kotoran sapi yang bertumpuk di
belakangnya. Mr. Atkinson rupanya berpendirian bahwa dia tak perlu
terlalu sering membuang kotoran itu.
Dengan tersandung-sandung pada lantai yang sudah rusak, dan melalui
bencah-bencah air kencing, sampailah aku ke ujung di mana sudah
disiapkan tempat khusus dengan cara membatasi suatu sudut dengan
sebuah pintu pagar. Samar-samar sekali aku melihat sesosok tubuh babi,
pucat dalam kesuraman lampu, terbaring miring. Tempatnya berbaring
adalah selapis tipis rumput kering dan dia berbaring diam sekali, kecuali
rusuknya yang gemetar. Waktu kuperhatikan, babi itu menahan nafasnya
dan menegang beberapa detik lamanya lalu ketegangan itu berulang lagi.
Mr. Atkinson menyambutku tanpa antusias. Orangnya setengah umur,
berjanggut yang sudah seminggu tak dicukur dan memakai topi tua yang
tepinya melekuk ke bawah menutup telinganya. Dia berdiri membungkuk
bersandar pada dinding, sebelah tangannya terbenam dalam di saku
yang compang-camping sedang yang sebelah memegang sebuah lampu
sepeda yang baterenya cepat habis.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Hanya inikah lampu yang ada?" tanyaku.
"Hanya ini," sahut Mr. Atkinson, seperti keheranan. Dia memandang dari
lampu ke diriku dengan air muka seolah berkata 'mau apa lagi dia"'
"Marilah kita coba." Kuarahkan cahaya yang lemah itu ke pasienku.
"Masih muda benar babi ini,
ya?" "Memang. Ini anaknya yang pertama." Babi itu menegang lagi, menggigil
lalu berbaring diam. "Kurasa ada yang tak beres," kataku. "Tolong bawakan seember air
panas, sabun sedikit dan sebuah handuk."
"Kami tak punya air panas. Apinya mati."
"Baiklah. Bawakan saja apa yang ada."
Peternak itu menjauh dengan alas kakinya yang berderak-derak keluar
dari kandang sapi itu membawa serta lampunya, dan dalam gelap itu
kembalilah musik terdengar. Lagunya adalah lagu waltz Strauss dan aku
dansa dengan Lady Franswick; dia muda dan putih sekali dan dia tertawa
waktu aku membawanya berputar. Aku bisa melihat pundaknya yang
putih dan berlian yang berkilauan di lehernya serta kaca di dinding yang
ikut berputar. Mr. Atkinson kembali dengan langkah berat dan mengempaskan seember
air ke lantai. Kucelupkan jariku ke air itu, dingin seperti es. Sedang
embernya sudah tua sekali - aku akan harus berhati-hati dengan
tanganku karena tepinya sudah bergerigi.
Setelah membuka jas dan kemejaku cepat-cepat, aku menghirup
nafasku waktu kurasa angin jahat menghantam punggungku melalui suatu
celah. "Minta sabun," kataku melalui gigi yang terkatup.
"Di dalam ember."
Kucelupkan lenganku ke dalam air, aku menggigil, dan aku meraba-raba
dengan tanganku dalam air itu hingga kutemukan suatu benda bulat kirakira
sebesar bola golf. Kukeluarkan benda itu; sabun itu keras dan kasar
dan berbintik-bintik seperti sebutir kerikil di tepi pantai dan dengan
perasaan optimis, aku mulai menggosok-gosokkannya ke kedua belah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tangan dan lenganku, menunggu sampai keluar busanya. Tapi sabun itu
tak mempan, tak ada apa-apa yang keluar dari sabun itu.
Gagasan untuk minta lagi, kubatalkan saja, takut kalau itu akan dianggap
suatu keluhan lagi. Aku hanya meminjam lampu dan menjalani sepanjang
kandang lalu keluar ke halaman, dengan lumpur yang terasa mengisap
sepatu Wellington-ku dan terasa berdiri bulu roma di dadaku. Aku
mencari-cari di tempat barang di mobilku, sambil mendengarkan gigiku
gemeletak; akhirnya aku menemukan sebotol kecil krim pelumas
antiseptis. Setelah aku kembali di tempat babi tadi, krim itu kulumaskan ke
lenganku, berlutut di belakang babi itu dan perlahan-lahan memasukkan
tanganku ke dalam kemaluannya. Kumasukkan tanganku lebih dalam dan
setelah pergelangan dan kemudian sikuku menghilang dalam tubuh babi
itu, aku ter-paksa berbaring miring. Lantainya dingin dan basah tapi aku
lupa rasa tak enak pada diriku ketika jari-jariku menyentuh sesuatu;
sebuah ekor kecil. Seekor anak babi yang gemuk yang hampir melintang
letaknya, tersembul seperti sebuah sumbat botol.
Dengan menggunakan sebuah jari, kudorong kembali kaki belakangnya
hingga aku bisa menggenggamnya dan menarik anak babi itu keluar.
"Yang inilah yang menjadi penghalang. Kurasa dia mati - karena terlalu
lama terjepit di dalam. Tapi mungkin masih ada beberapa yang hidup di
dalam. Coba kurasa dulu."
Kusemir lenganku dan berlutut lagi. Tepat dalam kandung peranakan,
yang letaknya hampir sepanjang lenganku di dalam, aku menemukan
seekor anak babi lagi dan waktu aku meraba-raba mukanya sederetan
gigi yang kecil-kecil tapi tajam sekali menggigit jariku.
Aku berteriak dan mendongak memandang si empunya babi dari
tempatku berbaring itu. "Yang ini pasti hidup. Akan segera
kukeluarkan." Tapi anak babi itu punya gagasan lain. Dia tidak memperlihatkan
keinginan untuk meninggalkan surganya yang hangat, dan setiap kali aku
bisa menangkap kaki kecilnya yang licin dengan tanganku, dia menariknya
kembali. Setelah satu atau dua menit mengikuti permainan itu, aku
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
merasa tanganku kejang. Aku melemaskan diri dan berbaring, kepalaku
terletak di batu, lenganku masih di dalam babi. Kututup mataku dan aku
segera berada kembali di ruang dansa, dalam kehangatan dan cahaya
cemerlang. Aku sedang mengulurkan gelasku yang besar dan Francois
menuang dari botol besar; lalu aku dansa, kali ini dekat tempat orkes
dan pemimpinnya yang sedang memukul irama dengan tangan sebelah,
berpaling dan tersenyum padaku; tersenyum dan membungkuk seolaholah sudah selama
hidupnya dia mencari aku.
Aku membalas senyum tapi muka pemimpin band itu hilang dan yang ada
hanya Mr. Atkinson yang memandangku dengan air muka polos,
rahangnya yang tidak dicukur dan alis matanya yang tebal merupakan
bayangan yang aneh dalam sinar lampu sepeda itu.
Aku bangun dan mengangkat pipiku dari lantai. Tak beres aku ini.
Tertidur sedang dalam pekerjaan, mungkin karena aku terlalu letih atau
pengaruh sampanye masih ada dalam diriku. Aku menjangkau lagi dan
menangkap kaki itu kuat-kuat dengan dua jariku dan meskipun dia
melawan, kali ini anak babi itu berhasil kutarik ke luar ke dalam dunia
ini. Begitu keluar, dia kelihatan menerima baik keadaan di sekitarnya
dan berjalan mengitari induknya mencari susunya.
"Dia sama sekali tak membantu," kataku. "Karena sudah terlalu lama dia
kehabisan tenaga. Aku akan memberinya suntikan."
Sekali lagi aku harus menjalani perjalanan yang rasanya melumpuhkan
karena dinginnya dan melalui lumpur ke mobil, suatu suntikan pituitrin di
paha babi betina itu dan dalam beberapa menit saja bekerjalah obat itu
merupakan kontraksi yang kuat pada peranakan. Tak ada lagi penghalang
sekarang, dan segeralah seekor anak berwarna merah muda yang
menggeliat-geliat tergeletak di rumput kering; kemudian cepat
berturut-turut seekor dan seekor lagi.
"Sekarang semua sudah lepas dari tempatnya berkumpul," kata Mr.
Atkinson hampir bersungut.
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Delapan ekor anak babi yang lahir dan cahaya lampu itu sudah hampir
padam, ketika setumpuk gelap ari-ari keluar dari kemaluan babi betina
itu. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Aku menggosok-gosok lenganku yang dingin. "Nah, kurasa sudah keluar
semua sekarang." Tiba-tiba aku merasa dingin sekali; aku tak bisa
mengatakan berapa lama aku sudah berdiri di sana memandangi
keajaiban yang tak pernah basi bagiku; anak-anak babi itu berusaha
untuk berdiri dan tanpa dituntun mencari jalannya sendiri ke dua buah
deretan susunya yang panjang; induknya dengan anak-anaknya yang
pertama meletakkan tubuhnya demikian rupa, hingga bisa membuka
selebar mungkin susunya untuk mulut-mulut yang lapar itu.
Sebaiknya aku berpakaian cepat-cepat. Kucoba-kan lagi sabun yang
seperti batu pualam itu, tapi gagal seperti yang pertama kali tadi. Aku
jadi ter-tanya-tanya sudah berapa lama keluarga itu memakainya.
Seluruh badanku sebelah kanan, pipiku dan rusukku penuh dengan
kotoran dan lendir. Aku berusaha keras untuk membersihkan sedikit
dari kukuku, lalu aku membasuh diriku dengan air dalam ember itu.
"Adakah ada handuk di situ?" kataku terengah.
Tanpa berkata sepatah pun Mr. Atkinson memberikan sebuah karung
kepadaku. Ujung-ujungnya sudah kaku bekas kotoran sapi yang sudah
lama dan baunya tengik bekas makanan yang sudah lama tersimpan di
dalamnya. Aku menerimanya dan mulai menggosok dadaku dan waktu
butir gandum yang sudah masam membedaki kulitku, lenyaplah
gelembung-gelembung sampanye yang terakhir, menguap melalui lubanglubang di atas
dan lenyap dengan sedih di kegelapan yang jauh.
Kutarik kemejaku melalui punggungku yang berpasir, sambil merasa
kembali ke duniaku sendiri. Kukancingkan jasku, kupungut alat suntikan
dan botol pituitrin dan memanjat keluar dari tempat bersalin itu. Aku
menoleh untuk terakhir kalinya sebelum aku pergi. Lampu sepeda itu
sedang memberikan cahaya yang samar terakhir dan aku harus
menjenguk melalui pintu pagar untuk melihat deretan babi-babi kecil itu
sibuk dan benar-benar asyik menyusu. Induknya mengubah sikapnya
dengan berhati-hati dan mendengkur. Suatu dengkur penuh rasa lega.
Ya aku sudah kembali dan hal itu baik sekali. Aku harus melalui lumpur
mendaki bukit, di mana aku harus keluar dari mobilku untuk membuka
pintu pagar sedang angin dingin yang mengandung bau rumput yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
membeku yang enak baunya memukul mukaku. Aku berdiri sebentar
memandang ke seberang padang, sambil berpikir bahwa malam sudah
berlalu kini. Pikiranku melayang lagi ke masa sekolahku dan seorang pria
tua yang waktu itu berbicara pada kami dalam kelas tentang karir.
Katanya, "Kalau kalian memutuskan untuk menjadi seorang ahli bedah
hewan, kalian tidak akan pernah menjadi kaya tapi hidup kalian akan
penuh dengan hal-hal yang menarik dan bervariasi."
Aku tertawa nyaring dalam gelap itu dan waktu aku masuk ke mobilku
aku masih tertawa kecil. Orang tua itu benar-benar tak bergurau.
Variasi. Itulah dia - variasi.
BAB 20 WAKTU aku memeriksa daftar panggilan-pang-gilanku, tampak olehku
bahwa Siegried kali ini, tidak lagi bersikap seperti seorang anak sekolah
waktu dia menghadapi Miss Harbottle. Satu di antaranya, dia tidak
langsung masuk dan berdiri di depan meja tulis; hal itu memang parah
benar, dia selalu kelihatan lesu sebelum dia masuk. Kali ini dia membelok
sebelum menempuh beberapa meter yang terakhir dan berhenti dengan
membelakangi jendela. Dengan cara demikian, Miss Harbottle harus
memalingkan kepalanya sedikit untuk menghadapinya dan kecuali itu
sinar matahari jatuh ke punggungnya.
Dibenamkannya tangannya ke dalam sakunya dan bersandar pada tepi
jendela. Dia memandang dengan tenang sekali, matanya ramah dan
mukanya disinari senyum yang cerah sekali. Miss Harbottle memicingkan
matanya. "Aku ingin berbicara dengan Anda, Miss Harbottle. Ada satu atau dua
hal yang ingin kubicarakan. Pertama tentang kotak 'Uang Kas Kecil'
Anda itu. Kotak itu bagus dan saya rasa memang tepat Anda
menyimpannya, tapi kurasa Andalah orangnya yang pertama-tama
membenarkan bahwa guna sebuah kotak tempat uang adalah untuk
menyimpan uang kontan." Dia tertawa ringan. "Nah, tadi malam aku
menerima beberapa ekor anjing di tempat pemeriksaanku dan pemilik-
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pemiliknya ingin membayar kontan. Aku tak punya uang kecil untuk
memberikan uang kembalinya dan pergi mencarinya dalam kotak Anda
itu - tapi kotak itu kosong. Aku terpaksa berkata bahwa aku akan
mengirimkan mereka kwitansi, padahal itu kan bukan cara berusaha yang
baik, Miss Harbottle" Aku malu waktu itu, jadi aku benar-benar minta
supaya Anda mau menyimpan sedikit uang kontan dalam kotak itu."
Mata Miss Harbottle terbelalak tak percaya. "Tapi Mr. Farnon, Anda
sendiri yang mengambil semua isinya untuk pergi ke pesta penutupan
perburuan di......" Siegfried mengangkat tangannya dan senyumnya jadi aneh sekali.
"Dengar dulu sampai aku selesai. Ada suatu hal yang kecil sekali yang
kuingin agar mendapat perhatian Anda. Hari ini sudah tanggal sepuluh
dalam bulan ini dan perhitungan keuangan masih belum dikeluarkan. Nah,
keadaan begitu itu tentulah amat tak diingini lalu ada pula beberapa hal
Manusia Pemusnah Raga 2 Shugyosa Samurai Pengembara 9 Titisan Dewi Iblis 2
suka kehilangan uang sampai dua kali. Dan kalau kau berani memintanya
sekali lagi, oh jangan mengharap apa akibatnya nanti....!"
Tiba-tiba timbul akalku untuk menyiksa hatinya dengan sedikit kejam.
"Dan bagaimana Siegfried" Apakah telah kauberi tahu?"
Wajah Tristan berubah, tampaknya agak cemas. "Belum, karena dia baru
saja datang. Tapi sekarang akan kuberi tahu " Ia membusungkan
dadanya dan pergi meninggalkan halaman.
Aku tidak ingin mengikutinya ke dalam rumah. Aku merasa tidak cukup
kuat menyaksikan adegan yang akan segera terjadi. Oleh karena itu,
melalui jalan belakang, aku pergi mengelilingi bagian belakang rumah dan
pergi ke pasar. Matahari sebentar lagi akan tersenyum. Lampu di gapura
Drovers' Arms telah dinyalakan.
Aku duduk di belakang sebuah pot. Tak lama kemudian Tristan menyusul.
Tampangnya seperti orang yang baru saja dikuras separo darahnya.
"Kau diapakan?" tanyaku.
"Oh, biasa saja. Hanya saja kali ini lebih keras. Tapi kau perlu tahu, Jim.
Aku tidak mengharapkan bulan depan!"
*** Buku tanda terima tidak pernah ditemukan. Sebulan kemudian, para
petani ditarik rekening lagi. Waktunya tepat seperti biasanya, ialah
pagi-pagi pada hari pasaran.
Pada hari itu aku tak punya banyak tugas, sehingga menjelang tengah
hari sudah selesai. Aku tidak masuk ke dalam rumah, karena melalui
jendela kamar tunggu, aku dapat melihat deretan petani, yang sedang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
duduk di sekeliling tembok. Wajahnya menunjukkan bahwa mereka
merasa tidak bersalah dan merasa tersinggung.
Dengan diam-diam aku menyelinap ke pasar. Tiap kali punya waktu, aku
suka berjalan-jalan di antara kios-kios yang memenuhi lapangan kuno itu.
Kita dapat membeli buah-buahan, ikan, buku-buku bekas, keju, atau
pakaian. Pendek kata hampir segalanya. Tapi yang paling kusukai adalah
kios barang-barang porselen.
Kios itu milik seorang Yahudi. Dia berasal dari Leeds. Orangnya gemuk
percaya pada diri sendiri, berkeringat, dan memiliki teknik penjualan
yang memikat. Aku tidak pernah jemu menontonnya. Ia memang
memesonakan. Hari ini ia paling berhasil.
Ia berdiri di tempat terbuka dan dikelilingi setumpuk barang tembikar.
Ia dikerumuni istri-istri petani, yang mendengarkan pidatonya dengan
mulut ternganga. "Saya tidak tampan," katanya. "Saya tidak pandai. Tapi berkat Tuhan,
saya bisa bicara. Bahkan saya bisa bicara tentang kaki belakang keledai!
Tapi, ibu-ibu! Harap melihat ke mari!" Ia memegang cangkir murah dan
mengangkatnya tinggi-tinggi. Tapi dengan lemah lembut ia memegangnya
di antara ibu jari dan jari telunjuk. Jari kelingkingnya dikembangkan.
"Cantik, bukan" Apakah ini tidak menarik hati?" Kemudian dengan
hormat ia meletakkan cangkir itu di atas telapak tangan dan
memperlihatkannya kepada penonton. "Nah, Ibu-ibu, kalian bisa membeli
satu setel teko bersama cangkirnya di toko besar dengan harga tiga
ribu tujuh ratus lima puluh rupiah. Saya tidak bergurau. Saya tidak
bercanda. Cangkir itu ada. Dan memang itu harganya. Tapi harga saya,
Ibu-ibu?" Di sini ia mengambil tongkat tua yang pangkalnya telah patah.
"Berapa harga teko dan cangkir saya?" Ia mengayunkan tongkat itu dan
memukulkannya pada teko dan cangkir itu. "Tiga ribu lima ratus rupiah,
siapa mau?" Prang! "Tiga ribu." Prang! "Dua ribu." Prang! "Seribu lima
ratus." Prang! Bagaimana" Belum mau" Masih terlalu mahal" Seribu."
Prang! Tak ada yang bergerak. "Baik, kalau begitu. Lebih baik saya
mengalah. Saya turunkan sejadi-jadinya. Saya obralkan saja. Tujuh
ratus lima puluh!" Dan ia memberikan pukulan terakhir yang paling keras.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ibu-ibu saling mengangguk, saling memberi isyarat, dan meraba-raba ke
dalam tasnya. Seorang lelaki bertubuh kecil muncul dari belakang kios
dan membagi-bagikan teko beserta cangkir-cangkirnya. Upacara itu
dilakukan dengan rapi dan tiap orang merasa gembira.
Dengan sangat puas aku sedang menunggu acara berikutnya dari penjual
ulung itu. Tiba-tiba aku melihat orang bertubuh besar dan tegap,
bertopi check, dengan giat melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Ia
sedang berdiri di belakang kerumunan orang banyak. Tangannya
dimasukkan ke dalam jaket, dan aku tahu apa yang sedang diambilnya.
Dengan segera aku menghindar dan bersembunyi di belakang kios bak
makan babi dan jaring kawat. Baru saja aku melangkah beberapa meter,
ada petani lain yang memanggilku dengan maksud tertentu. Ia melambailambaikan
amplop. Aku merasa terjebak. Untunglah aku melihat jalan ke luar. Dengan cepat
aku menyusuri meja etalase pertama murahan. Aku masuk lewat gapura
Drovers' Arms, menghindari warung yang penuh petani, dan menyelinap
ke dalam kamar menejer. Aku merasa aman. Di tempat ini aku selalu
mendapat sambutan baik. Menejer itu mengangkat kepalanya, tapi tidak tersenyum. "Lihat ini,"
katanya dengan tajam. "Beberapa waktu yang lalu aku membawa anjingku
ke rumahmu. Kemudian aku mendapat tagihan da-rimu." Dalam hati aku
merasa ngeri. "Tagihan itu langsung kubayar. Tapi aku heran, karena
pagi ini aku ditagih lagi. Ini tanda terimanya, ditandatangani oleh....."
Aku tak tahan lagi. "Maaf, Mr. Brooke. Memang ada kekhilafan. Saya
akan membereskannya. Sekali lagi saya minta maaf yang sebesarbesarnya."
Beberapa hari berikutnya peristiwa semacam ini terulang lagi. Tapi yang
paling pahit adalah pengalaman Siegfried. Peristiwa itu terjadi di bar
kesayangannya, yang bernama Angsa Hitam. Ia diham-piri orang yang
telah banyak berjasa di Darrowby. Orang itu namanya Billy
Breckenridge, yang bertubuh kecil, lucu, dan ramah. "Hai, Siegfried!
Kau masih ingat uang yang kubayarkan kepadamu di kamar bedah itu"
Tiga ribu enam ratus! Tapi kenapa aku kautagih lagi?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Siegfried minta maaf sehalus-halusnya. Ia banyak pekerjaan, katanya.
Lalu orang itu diajaknya minum, dan persoalannya beres dengan baik.
Yang menimbulkan rasa kasihan ialah karena Siegfried pelupa benar dan
tidak ingat akan hal ini. Sebulan kemudian di bar yang sama, Siegfried
lari menghampiri Billy Breckenridge lagi. Kali ini Billy tidak begitu
berminat melucu. "Siegfried, kau tentu masih ingat, aku sudah kautarik
rekening dua kali! Dan sekarang kautagih lagi"!"
Siegfried berusaha bersikap seramah mungkin. Tapi Billy tidak bisa
menerima sikapnya itu dan merasa tersinggung. "Nah, sekarang jelas,
kau tidak percaya bahwa aku telah membayar rekening. Aku sudah
punya tanda terimanya, tapi hilang." Ia berusaha mengesampingkan
pernyataan Siegfried. "Tidak, tidak! Hanya ada satu jalan supaya
perkara ini beres. Aku sudah membayar tiga ribu enam ratus. Dan kau
tidak percaya. Baik, kalau begitu. Kita undi saja!"
Dengan menyesal Siegfried berkeberatan. Tapi Billy tidak mau
mengubah pendiriannya. Ia mengeluarkan mata uang logam, dan dengan
penuh harga diri menimang-nimangnya di atas kuku ibu jari. "Coba tebak,
kaupilih mana, kepala atau angka?"
"Kepala," jawab Siegfried. Dan tebakannya tepat, gambar kepala ada di
atas. Siegfried menang. Wajah Billy tidak berubah. Dengan penuh harga
diri ia menyerahkan uang tiga ribu lima ratus kepada Siegfried. "Dengan
ini persoalan kita sudah beres!" Ia pergi keluar dari bar.
Memang benar ada beberapa jenis pelupa. Tapi Siegfried pelupa luar
biasa. Meskipun telah terulang tiga kali, ia lupa mencatat pembayaran
ini. Pada akhir bulan, Billy Breckenridge menerima tagihan yang keempat,
sebanyak jumlah yang telah dibayarnya sampai dua kali! Kira-kira sejak
waktu itulah Siegfried tidak ke pergi ke bar itu lagi, dan pindah ke bar
Cross Keys. BAB 13 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
WAKTU musim gugur berubah jadi musim dingin, puncak-puncak bukit
tertutup salju. Bekerja di Dales mulai terasa tidak enak.
Berjam-jam aku terpaksa harus mengemudikan mobil dengan kaki beku,
mendaki ke kandang di puncak bukit di tengah-tengah angin yang dingin
menyayat, sehingga rumput-rumput kurus pun meniarap sedatar tanah
karena kencangnya angin. Di bangunan yang banyak angin, aku tak putusputusnya
terpaksa harus melepaskan pakaian, mencuci tangan dan dada
dengan air ember yang dingin, dengan menggunakan sabun keras, dan
sering kali harus menggunakan sepotong karung untuk handuk.
Aku tahu betul apa artinya tangan merekah. Jika banyak pekerjaan,
tanganku tidak pernah kering dan merekah-rekah berwarna merah,
hingga hampir sampai siku.
Pada saat seperti inilah mengobati binatang kecil merupakan berkat
yang melegakan. Aku dapat beristirahat sebentar dari tugas sehari-hari
yang berat dan kasar. Aku dapat berjalan dengan santai masuk ke kamar
tamu yang hangat dan bukan masuk ke dalam kandang. Di kamar tamu ini
aku dapat mengerjakan pekerjaan lebih ringan daripada mengobati kuda
atau lembu jantan. Dan di antara sekian banyak kamar tamu yang enak,
tidak ada yang begitu mengesankan seperti kamar tamu Nyonya
Pumphrey. Nyonya Pumphrey adalah seorang janda tua. Mendiang suaminya,
pengusaha bir yang pabrik dan barnya tersebar luas di dataran rendah
Yorkshire, telah meninggalkan warisan besar sekali dan rumah indah di
perbatasan Darrowby. Di sini ia hidup bersama pembantu dan
pelayannya, tukang kebun, sopir, dan Tricki Woo. Tricki Woo adalah
anjing Peking dan merupakan anak emasnya.
Waktu aku berdiri di ambang pintu yang megah, dengan diam-diam aku
menggosok ujung sepatuku pada bagian belakang celanaku dan meniup
tanganku yang dingin. Aku dapat melihat kursi malas yang cekung, cukup
dekat dengan perapian yang nyalanya menjilat-jilat, dan cukup dekat
dengan baki berisi biskuit cocktail, serta botol anggur istimewa.
Karena anggur itu, aku selalu berusaha mengatur waktuku dengan
cermat, supaya bisa datang tepat setengah jam sebelum makan siang.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Seorang pelayan membukakan pintu. Wajahnya berseri-seri, karena
mendapat tamu terhormat dan mengantarkan aku ke kamar. Kamar itu
penuh sesak dengan perabot mahal, majalah yang dicetak dengan kertas
mengkilat, dan buku-buku novel terbaru. Nyonya Pumphrey yang sedang
duduk di kursi bersandaran tinggi di dekat perapian, meletakkan
bukunya, dan berteriak kegirangan. "Trick! Trick! Ke sini! Pamanmu
Herriot datang!" Aku telah diangkat jadi paman anjing terlalu pagi. Tapi
karena hubungan ini menguntungkan, aku tidak berkeberatan.
Tricki seperti biasa, melambung dari bantal, melompat ke sandaran
sofa, dan menaruh cakarnya di atas bahuku. Kemudian ia menjilati
mukaku, tapi segera berhenti karena kecapean. Tricki mudah lelah
karena makannya dua kali lipat anjing sebayanya. Dan makanan itu salah
pilih. "Oh, Mr. Herriot," kata Mrs. Pumphrey, sambil memandang anjing
kesayangannya dengan cemas. "Saya sangat gembira karena Anda
segera datang. Tricki lari duduk lagi."
Penyakit ini tidak tertulis dalam buku pelajaran. Yang dimaksud lari
duduk adalah kelainan pada kelenjar dubur. Bila kelenjar itu penuh dan
membesar, Tricki merasa tidak enak. Untuk menghilangkan perasaan
tidak enak itu, waktu sedang berjalan, Tricki tiba-tiba duduk.
Majikannya tentu saja jadi sangat cemas, dan terburu-buru
meneleponku. "Halo, Mr. Herriot! Harap cepat datang! Keponakan Anda lari duduk
lagi!" Anjing kecil itu kuangkat ke atas meja. Dengan segumpal kapas,
duburnya ku tekan, hingga seluruh isi kelenjarnya keluar.
Yang mengherankan ialah bahwa Tricki selalu gembira sekali jika
melihatku. Anjing yang masih tetap suka kepada orang yang
menangkapnya dan memijit duburnya, setiap kali bertemu, tentu
mempunyai sifat mengampuni yang luar biasa. Tapi Tricki tidak pernah
menunjukkan rasa dendam. Memang dia seekor anjing kecil yang punya
sifat mantap luar biasa, sangat cerdas, dan betul-betul memikatku. Aku
senang jadi dokter pribadinya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Setelah duburnya selesai kupijit, dia kuangkat dari meja. Ternyata
sekarang beratnya bertambah, karena ada lapisan daging tambahan
pada tulang rusuk. "Mrs. Pumphrey, Nyonya memberi makan Tricki terlalu banyak.
Tidakkah Nyonya kuminta mengurangi semua kue dan memberinya
protein lebih banyak?"
"O, ya, Mr. Herriot," bantah Mrs. Pumphrey. "Tapi bagaimana" Ia tidak
mau makan daging ayam lagi."
Aku mengangkat bahu, karena tak ada harapan lagi. Aku diantar pelayan
ke kamar mandi yang sangat bagus. Di sini aku selalu melakukan upacara
cuci tangan sesudah operasi. Kamar ini besar sekali, berisi meja rias,
barang seni yang amat besar dan deretan rak gelas yang penuh dengan
alat-alat kecantikan. Handuk yang disediakan untukku tersampir dekat
tempat sabun. Kemudian aku kembali ke kamar tamu. Gelas anggurku telah diisi penuh
dan aku duduk dekat api untuk mendengarkan Mrs. Pumphrey. Ini bukan
percakapan karena Mrs. Pumphrey bicara terus-menerus. Namun
menurut pendapatku, ada keuntungannya.
Mrs. Pumphrey adalah orang yang ramah. Ia sangat dermawan dan selalu
menolong orang yang mengalami kesulitan. Ia cerdas dan menyenangkan,
lucu dan disenangi orang. Tapi, seperti kebanyakan orang pula, Mrs.
Pumphrey punya kelemahan. Ia begitu mencintai Tricki, sehingga tidak
dapat lagi membedakan dirinya dengan Tricki. Ceritera-ceritera tentang
kekasihnya ini keterlaluan, hingga melampaui batas fantasinya. Tentu
saja aku menunggu dengan penuh gairah akan kelanjutan ceritera
bersambungnya. "Oh, Mr. Herriot! Saya mendapat berita yang paling menggemparkan!
Tricki mendapat kawan pena! Betul, dia menulis surat kepada redaksi
majalah Doggy World sambil menyertakan sumbangan. Tricki
mengatakan kepadanya, bahwa meskipun ia keturunan kaisar-kaisar Cina,
ia mau merendahkan diri dan bergaul bebas dengan anjing biasa. Ia
minta kepada redaksi itu, supaya mencarikan kawan pena, ialah anjinganjing
kenalan redaksi Dengan demikian keduanya dapat saling
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berkorespondensi dan saling mendapat keuntungan. Dan untuk maksud
ini, Tricki bermaksud berganti nama dengan nama baru, ialah Mr.
Utterbunkum. Dan Anda tahu, Mr. Herriot, Tricki menerima surat
jawaban dari redaksi itu! Surat itu sangat indah!" (Aku dapat menduga
sebelumnya, redaksi yang cerdik itu pasti mengharapkan sumber
keuangan yang besar ini.) "Redaksi itu mengatakan, akan
memperkenalkan Tricki kepada Bonzo Fothe-ringham, seekor anjing
Dalmatia yang kesepian, yang pasti suka berkawan pena dengan Tricki,
temannya yang baru dari Yorkshire!"
Aku menghirup anggur. Tricki mendengkur di atas pangkuanku. Mrs.
Pumphrey melanjutkan ceri-teranya.
"Tapi saya kecewa dengan villa saya yang baru. Anda tahu, saya
membelinya terutama untuk Tricki. Maksud saya, supaya kami berdua
dapat duduk-duduk bersama pada sore hari di musim panas. Rumah itu
begitu mungil, menyenangkan, dan tenang. Tapi Tricki sama sekali tidak
menyukainya. Bahkan muak, dan sama sekali tidak mau masuk ke dalam.
Seandainya Anda dapat melihat wajahnya waktu ia melihat rumah itu.
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan tahukah Anda apa komentarnya kemarin" Oh, saya hampir tidak
berani mengatakannya!" Ia melihat sekitarnya, takut kalau ada Tricki,
mencondongkan badannya, dan berbisik, "Kata Tricki, rumah itu villa
keparat!" Pelayan menambah bahan bakar pada perapian dan mengisi gelasku lagi.
Angin menghembuskan hujan dan salju ke jendela. Inilah hidup, pikirku.
Aku mendengarkan kelanjutan ceriteranya.
"Kecuali itu, Mr. Herriot, Tricki menang lagi kemarin. Saya yakin, dia
pasti mempelajari daftar perlombaan. Ia pandai sekali menebak bentuk.
Yah, ia menyuruhku menebak Canny Lad pada pukul tiga di Redcar
kemarin. Seperti biasanya, Tricki menang! Ia memasang seratus rupiah
tiap putaran dan mendapat sembilan ratus rupiah!"
Taruhan-taruhan ini selalu dipasang dengan nama Tricki Woo, dan aku
merasa belas kasihan terhadap reaksi bandar-bandar setempat. Para
akuntan Darrowby adalah sekelompok orang yang curang dan jadi
buronan polisi. Orang-orang ini muncul di ujung sebuah gang dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mendesak penduduk supaya memasang taruhan bersama Joe Downs.
Dengan demikian keamanannya akan terjamin. Selama beberapa bulan
Joe terpaksa hidup dalam bahaya. Sementara itu ia mencari akal untuk
menge-labuhi rakyat yang tidak bodoh. Tapi akhirnya selalu sama.
Beberapa jago menang berurutan dan Joe pada malam harinya terpaksa
melarikan diri, sambil mengajak teman-temannya. Seorang penduduk
pernah kutanyai, mengapa Joe menghilang dengan mendadak. Ia
menjawab biasa saja, "Oh, kita menang, dia bangkrut."
Bertaruh pada perlombaan anjing dan kalah terus-menerus, rupanya
merupakan beban hidup yang berat bagi orang-orang itu.
"Minggu yang lalu saya mengalami peristiwa yang mengerikan," sambung
Mrs. Pumphrey. "Saya yakin, saya harus memanggil Anda. Kasihan benar
Tricki! Ia lumpuh sama sekali!"
Dalam hati aku menghubungkan penyakit lari duduk ini dengan penyakit
baru pada anjing itu dan minta penjelasan lebih lanjut.
"Betul-betul mengerikan! Saya ketakutan! Tukang kebun melemparkan
gelang-gelang supaya diambil Tricki. Ia melakukan ini selama setengah
jam tiap hari." Saya telah menyaksikan tontonan ini beberapa kali.
Hodgkin, seorang Yorkshire yang sudah tua, berpunggung bongkok dan
tidak pernah tersenyum, membenci semua anjing, terutama Tricki. Tiap
hari ia harus keluar ke halaman, dan melemparkan gelang-gelang karet
berulang-ulang. Tricki melompat, mengejarnya, dan membawanya
kembali, sambil menyalak-nyalak. Hal ini dilakukan beberapa kali. Makin
lama wajah orang tua itu makin cemberut. Keriputnya makin dalam.
Bibirnya bergerak terus-menerus, sambil bersungut-sungut. Tapi aku
tak dapat mendengar apa yang dikatakannya."
Mrs. Pumphrey melanjutkan ceriteranya, "Ya, Tricki sedang bermainmain. Ia sangat
suka permainan itu. Tapi tiba-tiba, tanpa sebab yang
jelas, ia lumpuh. Ia lupa gelang-gelang itu, lalu lari berputar-putar,
sambil menyalak dan melolong-lolong, dengan cara yang aneh sekali.
Kemudian ia jatuh ke samping dan berbaring tenang seperti mati. Betul,
Mr. Herriot, saya kira dia sudah mati, karena tak bergerak sama sekali.
Yang paling menyakitkan hati adalah Hodgkin. Selama dua puluh empat
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tahun ikut saya, dia tidak pernah tersenyum. Tiba-tiba waktu dia
melihat anjing kesayangan saya tak berkutik sama sekali, dia tertawa
terbahak-bahak sekeras-kerasnya seperti orang sinting. Peristiwa ini
bagi saya sungguh mengerikan. Saya baru saja akan lari untuk menelepon
Anda, tapi tiba-tiba Tricki bangkit dan berjalan. Ia tampak seperti
biasa lagi." Menurut pendapatku Tricki histeris, karena salah makan dan terlalu
gembira. Aku meletakkan gelas dan memandang Mrs. Pumphrey dengan
tajam. "Mrs. Pumphrey, itulah yang saya sarankan tadi. Jika Nyonya
tetap memberikan sembarang makanan, kesehatan Tricki akan rusak.
Makanannya harus diatur dengan ketat. Sehari, berilah makan dua kali
saja. Berilah daging sedikit dan roti cokelat, atau biskuit. Juga sedikit
saja. Saat lainnya, jangan diberi makan."
Mrs. Pumphrey duduk lemas di kursinya. Dari wajahnya tampak bahwa ia
merasa bersalah dan malu. "Oh, maaf, Mr. Herriot! Saya minta dengan
hormat, harap Anda jangan bicara seperti itu! Saya sudah berusaha
keras supaya dapat mengatur makanannya. Tapi sangat sulit. Jika ia
merengek-rengek minta sisa makanan, saya tidak sampai hati
menolaknya." Ia menghapus air matanya dengan sapu tangan.
Tapi aku tak mau menyerah. "Baik Mrs. Pumphrey, terserah kepada
Nyonya! Tapi saya peringatkan sebelumnya. Jika Nyonya tidak
menghentikan kebiasaan itu, Tricki akan makin sering lumpuh!"
Aku meninggalkan rumah yang menyenangkan itu dengan berat hati. Aku
berhenti sebentar di jalan setapak yang terbuat dari batu-batu kecil.
Aku menengok ke belakang. Mrs. Pumphrey melambai-lambaikan
tangannya, dan Tricki seperti biasanya, berdiri pada jendela. Mulutnya
dibuka lebar-lebar, seolah-olah sedang tertawa terbahak-bahak.
Sambil meluncurkan mobil, aku merenungkan keuntungannya jadi paman
Tricki. Waktu dia pergi ke pantai, aku dikirimi sekotak daging ayam yang
di-asap. Waktu tomat di rumah kaca berbuah dan masak, tiap minggu
aku dikirimi setengah atau satu kilo. Tembakau dikirimkan dengan
teratur, kadang-kadang disertai foto dengan surat singkat yang
menyatakan kasih sayang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Hari Natal aku mendapat kiriman keranjang dari Fortnum dan Mason.
Sejak waktu ini aku menyadari, bahwa hubunganku perlu kutingkatkan.
Sebab biasanya, aku hanya menelepon dan mengucapkan terima kasih
kepada Mrs. Pumphrey atas kado-kadonya. Jawabannya biasanya dingin,
sambil menegaskan yang mengirim kado adalah Tricki.
Dialah yang seharusnya mendapat ucapan terima kasih.
Karena kedatangan keranjang itu, aku lalu membuat kesalahan besar.
Aku membuat siasat yang keliru, karena menulis surat kepada Tricki.
Tentu saja kuusahakan, jangan sampai hal ini ketahuan Siegfried. Isi
surat itu menyatakan, bahwa aku berterima kasih sekali kepada
keponakanku atas kado dan semua kemurahan hatinya di masa lampau.
Aku mengharap dengan sangat, mudah-mudahan makanan pada pesta itu
tidak merusak usus halusnya, dan jika ia merasa tidak enak badan, harap
makan tepung hitam menurut resep hasil karya pamannya. Selama
menulis surat ini, aku sedikit merasa malu, karena mengomersialisasikan
jabatan dengan ikan ayam, tomat, dan keranjang. Surat itu kualamatkan
kepada Master Tricki Pumphrey, Barlby Grange, dan kumasukkan ke
dalam peti surat, sambil merasa sedikit bersalah.
Pada kunjungan berikutnya, Mrs. Pumphrey menarikku ke sampingnya.
"Mr. Herriot," bisiknya. "Tricki sangat gembira menerima surat Anda
dan bermaksud menyimpan surat itu. Tapi ada hal yang
mengecewakannya. Anda mengalamatkannya kepada Master Tricki.
Padahal ia ingin sekali dipanggil Mister Tricki. Mula-mula ia sangat
tersinggung. Tapi setelah ia tahu bahwa surat itu dari pamannya,
kemarahannya segera reda. Saya tidak mengerti mengapa dia punya
prasangka seperti itu. Mungkin karena dia hanya seekor anjing. Saya
memang berpendapat, bahwa anjing satu-satunya dalam sebuah rumah,
lebih cepat berprasangka daripada anjing yang punya saudara banyak."
Waktu memasuki Rumah Skeldale, aku merasa seperti sedang kembali
ke dunia yang lebih dingin. Siegfried menabrakku di gang. "Ha, siapa ini"
Ini tentu Paman Herriot tersayang! Dan apa yang baru saja kaulakukan,
Paman" Menjadi kuli di istana Barlby Grange tentunya" Kasihan, kau
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tentu kelelahan! Apakah menurut pendapatmu itu pantas kaulakukan"
Bersusah payah menulis surat supaya dikirimi keranjang lagi"!"
BAB 14 JIKA melihat ke masa lampau, aku hampir tidak percaya, bahwa kami
bertiga, ialah Siegfried, Tristan, dan aku sendiri, menghabiskan
sebagian besar waktu kami untuk meramu obat. Tapi obat itu tidak
diberi etiket menurut pemiliknya, dan sebelum kami keluar ke jalan
raya, kami harus mengisi mobil dengan bermacam ragam obat yang
dicampur dengan teliti, tapi sebagian besar tidak ada gunanya.
Pada suatu pagi Siegfried menghampiriku. Aku sedang memegang botol
dua belas ons sejajar mata, sambil menuangkan sirup coccilina ke
dalamnya. Dengan cemberut Tristan sedang mencampur obat perut
dengan alat tumbuknya. Ia menumbuk makin cepat, ketika melihat
Siegfried sedang mengawasinya. Ia sedang berdiri di tengah-tengah
bungkusan obat dan tumpukan pesari yang disusun dengan teratur.
Pesari itu ia buat dengan jalan mengisi silinder kertas kaca dengan boric
acid. Tristan tampak rajin. Sikunya menyodok-nyo-dok dengan hebatnya,
sewaktu ia menggilas amnion carb dan nux vomica. Siegfried tersenyum
dengan ramah. Aku tersenyum juga. Aku merasakan adanya ketegangan waktu kedua
kakak-beradik itu bertengkar. Tapi kali ini dapat terlihat, bahwa pagi ini
akan merupakan pagi yang menggembirakan. Sejak Hari Natal, sejak
Tristan kadang-kadang kembali kuliah, rupanya tanpa belajar sedikit pun
ia ujian lagi dan lulus, suasana di Rumah Skeldale bertambah baik.
Kecuali itu, hari ini tampaknya hati Siegfried penuh dengan rasa puas,
seolah-olah ia sudah tahu dengan pasti, bahwa akan terjadi sesuatu
yang menggembirakan. Ia masuk dan menutup pintu.
"Jame, dan berita gembira!"
Aku menyumbat botol dengan gabus. "Apa, Farnon" Cepat katakan dan
jangan membuat sarafku tegang!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Siegfried memandangku, kemudian memandang Tristan. Dengan sedikit
angkuh ia tersenyum dan bertanya, "Kau masih ingat waktu Tristan
mengurus pembukuan" Akibatnya kacau balau, bukan?"
Tristan mengalihkan pandangan dan mulai menggilas obat makin cepat.
Tapi Siegfried memegang bahunya dengan tersenyum ramah. "Jangan
sedih. Aku tidak akan menyuruhmu lagi. Dan sebenarnya, mulai saat ini
kau tak perlu mengerjakannya lagi, karena pekerjaan itu akan ditangani
oleh seorang ahli." Ia berhenti dan berdeham. "Kita akan punya
sekretaris!" Waktu mataku dan mata Tristan memandang Siegfried dengan
terbelalak, ia melanjutkan. "Ya, dia saya pilih sendiri dan menurut
pertimbangan saya, dia sempurna!"
"Seperti apa orangnya?"
Siegfried mengerutkan bibirnya. "Sukar melukiskannya. Tapi coba
pertimbangkan. Apa yang kita inginkan di sini" Saya tidak menginginkan
ada gadis berkeliaran di rumah ini. Saya tidak membutuhkan si rambut
pirang yang genit duduk di belakang meja, sambil membedaki hidungnya
dan main mata dengan tiap orang."
"Bukan gadis?" sela Tristan, yang betul-betul tak mengerti.
"Ya, bukan gadis!" jawab Siegfried dengan tegas. "Kalau masih gadis,
tiap hari ia hanya akan melamunkan pacarnya terus-menerus. Kemudian
sesudah berpengalaman dan terlatih, lalu dia lari, kawin!"
Tristan masih tetap belum yakin, dan itu menjengkelkan Siegfried.
Muka Siegfried jadi merah. "Dan ada hal lain lagi. Bagaimana mungkin
kita punya karyawan masih gadis dan cantik, tinggal serumah dengan
orang semacam kau. Tak mungkin kau akan tinggal diam!"
Tristan tertusuk perasaannya dan menyalak. "Kalau kau akan tinggal
diam"!" "Saya bicara tentang kau, bukan tentang saya!" bentak Siegfried. Aku
memejamkan mata. Perdamaian akan berantakan lagi. Aku segera
melerai. "Baik, ceriterakan tentang sekretaris itu!"
Dengan susah payah, Siegfried bisa menguasai emosinya. "Yah, dia
berusia sekitar lima puluhan-tahun, dan sudah berpengalaman tiga puluh
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tahun di perusahaan Green dan Moulton di Bradford. Ia sudah pensiun
sekarang. Dulu bekas sekretaris, dan aku mendapat referensi paling
mengagumkan dari perusahaannya. Mereka mengatakan, bahwa dia
karyawan teladan yang sangat efisien. Dan justru itulah yang kita
butuhkan di rumah ini: efisiensi! Kita terlalu lamban. Ini suatu
keuntungan besar bagi kita, bahwa ia memutuskan untuk tinggal di
Darrowby. Kecuali itu, sebentar lagi kau bisa bertemu dengannya. Ia
akan datang pukul sepuluh pagi ini."
Waktu bel pintu berdering, jam berbunyi sepuluh kali. Siegfried
bergegas menyambutnya dan mengantar karyawan pujaannya ke kamar
dengan bangga. "Tuan-tuan, silakan memperkenalkan diri dengan Nona
Harbottle!" Nona itu bertubuh besar, berdada tinggi, berwajah bulat dan sehat,
serta mengenakan kaca mata berbingkai emas. Rambutnya keriting dan
sangat hitam, tersembul dari bawah topinya. Mungkin rambut itu
disemir dan tidak sesuai dengan sepatu serta pakaiannya yang
sederhana. Aku tak perlu kuatir bahwa dia akan terburu-buru kawin.
Bukan karena tidak cantik, tapi dagunya menonjol ke depan dan rupanya
dia bisa memerintah orang dengan mudah, sehingga orang lelaki pun
akan lari terbirit-birit untuk selamanya.
Aku berjabatan tangan dengan Miss Harbottle itu, dan pegangannya
bukan main kerasnya. Kami berdua saling berpandangan dan aku
membalas meremas tangannya beberapa saat. Rupanya angkanya satu
lawan satu. Ia melepaskan tanganku dan berpaling ke arah lain. Tristan
sama sekali tidak siap tempur, dan waktu Miss Harbottle menjabat
tangannya, ia menyeringai kesakitan. Tangannya baru dilepaskan waktu
Tristan mau roboh. Ia lalu bertamasya ke dalam kantor. Siegfried jadi penunjuk jalan,
sambil menggosok-gosok tangannya seperti penjaga toko dengan
langganan kesayangannya. Ia berhenti sebentar di meja, yang penuh
dengan tumpukan rekening keluar dan rekening masuk, formulir dari
Kementerian Pertanian, serta surat edaran dari perusahaan obat. Di
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sana-sini berserakan kotak-kotak pil yang tersesat dan pipa minyak
ambing. Sambil memegang-megang sampah meja dengan muak, ia menarik buku
kas induk yang lusuh dan memungutnya seperti memungut benda yang
menjijikkan. "Apa ini?"
Siegfried melompat ke depan. "Oh, itu buku kas induk. Berisi catatan
tentang kunjungan kami, yang berasal dari buku catatan harian, yang
mungkin juga ada di sini." Siegfried lalu membongkar-bongkar sampah
meja itu. "Nah, ini dia! Ini tentang catatan panggilan tugas."
Ia mempelajari kedua buah buku beberapa saat, sambil keheranheranan dan
tersenyum kecut. "Jika saya disuruh mengurus ini semua,
Tuan-tuan harus belajar menulis. Tapi yang satu ini paling jelek dan
paling jorok. Tulisan siapa ini?"
Ia menunjuk sebuah catatan dengan garis panjang yang terputus-putus
dan kadang-kadang berombak-ombak.
"Itu tulisan saya!" jawab Siegfried, sambil menggeser kakinya. "Itu
tulisan waktu saya sangat sibuk!"
"Tapi semuanya seperti itu, Mr. Farnon. Lihat ini, itu, dan ini lagi. Semua
begitu, bukan?" Siegfried lalu menggaruk-garuk punggungnya dan menundukkan kepala.
"Laci ini berisi apa" Alat tulis dan amplop?"
Miss Harbottle menarik laci meja itu. Apa isinya" Ternyata laci itu
berisi bungkusan biji-bijian yang sudah lama, kebanyakan sudah mulai
tumbuh. Beberapa butir kacang hijau dan biji boncis menggelinding dari
atas bungkusan. Laci berikutnya penuh sesak dengan tali penolong anak
lembu yang akan lahir. Tali itu sudah kotor karena lupa mencucinya.
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baunya sangat amis sehingga Miss Harbottle segera menutupnya
kembali. Tapi ia belum jera, dan menarik lagi yang ketiga. Waktu
terbuka, terdengar suara berdenting. Ia menjenguk isinya. Hanya
deretan botol bir kosong yang kotor. Ia perlahan-lahan berdiri tegak
dan bicara dengan sabar. "Kalau saya boleh bertanya, di mana tempat
menyimpan uang tunai?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Saya taruh begitu saja. Itu, di sana!" Siegfried menunjuk jambangan di
sudut di atas rak. "Kami tidak punya tempat khusus untuk menyimpan
uang, seperti yang Nona maksudkan. Tapi jambangan ini sudah
memenuhf kebutuhan."
Miss Harbottle melihat jambangan itu dengan
ngeri. "Anda jejalkan begitu saja....." Dari mulut
jambangan itu terlihat cek dan uang kertas yang kusut dan kumal,
sebagian berjatuhan di lantai dekat perapian. "Jadi yang Anda maksud,
tiap hari uang itu Anda lemparkan begitu saja dan lalu Anda tinggalkan
pergi?" "Saya kira tak pernah ada yang mengambil," jawab Siegfried.
"Dan bagaimana tentang uang kecil?"
Siegfried tertawa gelisah. "Semuanya di situ. Uang besar dan uang
kecil." Tiba-tiba wajah Miss Harbottle yang merah jadi agak pucat. "Saya
berkata terus terang, Mr. Farnon. Ini keterlaluan. Saya tidak tahu,
bagaimana ini bisa berlangsung begitu lama. Saya sungguh tidak
mengerti. Namun, saya percaya, saya dapat membereskan semuanya
dengan segera. Jelas, bahwa keadaan kantor ini mudah diatur. Cukup
dengan sistem indek pembukuan. Dan tentang uang itu, akan saya
bereskan secepat-cepatnya," katanya sambil memandang jambangan
dengan heran. "Bagus, Miss Harbottle, bagus!" Siegfried menggosok-gosok tangannya
lebih keras lagi. "Saya harap Nona datang Senin pagi."
"Pukul sembilan tepat, Mr. Farnon."
Sesudah Miss Harbottle pergi, suasana sunyi. Tristan gembira atas
kedatangannya dan tersenyum sambil memikirkan sesuatu. Tapi aku
sendiri merasa tak menentu.
"Kau tentu sudah tahu, Siegfried," kataku, "bahwa dia mungkin setan
efisiensi. Tapi apakah kau tidak merasa, bahwa dia agak keras?"
"Keras?" jawab Siegfried sambil tertawa terbahak-bahak. "Sama sekali
tidak! Serahkan pada saya. Saya pasti dapat mengendalikannya!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
BAB 15 HANYA sedikit perabot rumah tangga dalam kamar makan itu, tapi
bentuknya yang anggun serta ukuran tempat itu pun sudah cukup
memberikan kesan manis pada bupet dinding yang panjang dan meja
sederhana dari kayu mahogani, di mana Tristan dan aku duduk sarapan.
Satu-satunya jendela yang besar, di bagian luarnya dilapisi embun beku
dan di jalan di luar, lang-kah-langkah kaki orang-orang yang lewat,
berbunyi dalam salju kering. Aku mengangkat mukaku dari telur
rebusku, waktu terdengar sebuah mobil berhenti. Terdengar hentakan
kaki di serambi muka, pintu luar terbanting tertutup dan Siegfried
menyerbu ke dalam kamar. Tanpa berkata sepatah pun dia langsung
pergi ke tungku pemanasan dan bersandar di situ, dengan menopangkan
sikunya pada alas tungku dari batu pualam kelabu. Dia terbung-kus sama
sekali, hampir-hampir sampai ke matanya dalam sebuah mantel besar
dan sebuah selendang, tapi mukanya yang tampak berwarna biru
keunguan. Dia berpaling dan memandang ke meja dengan mata berair. "Ada demam
susu di tempat Pak tua Heseltine. Salah satu gedung-gedung yang tinggi
ini. Tuhanku, dingin benar di sana. Aku hampir tak bisa bernafas."
Sambil menarik sarung tangannya dan menggon-cang-goncang jarijarinya yang kaku
di depan nyala api, dia mengerling pada saudara lakilakinya. Kursi Tristan
memang yang terdekat pada api dan dia sedang
menikmati sarapannya, sebagaimana dia menikmati segala-galanya,
menghempaskan mentega ke atas roti bakarnya dengan senang dan
sambil bersiul-siul menaruh selai. Surat kabar Daily Mirror tersandar
pada poci kopi. Kita seakan bisa melihat gelombang perasaan senang dan
damai yang terpancar dari dirinya.
Siegfried menyeret dirinya dengan enggan dari api dan menghempaskan
diri ke sebuah kursi. "Aku minta secangkir kopi saja, James, Heseltine
baik hati sekali - mengajakku duduk dan sarapan dengan dia. Dia
memberikan sepotong besar lemak babi peliharaan sendiri - mungkin
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
agak terlalu berlemak, tapi bukan main sedapnya! Masih terasa-rasa
sekarang." Diletakkannya cangkirnya dengan bunyi ge-merincing. "Kau tahu,
sebenarnya tak ada alasan kita selamanya harus pergi ke kedai untuk
membeli lemak babi dan telur. Di ujung kebun ini ada sebuah kandang
ayam yang masih baik sekali dan di halaman masih ada sebuah kandang
babi dengan sebuah ketel untuk memasak makanan babi. Semua sisa
makanan kita seisi rumah bisa dijadikan makanan babi. Dengan demikian
kita mungkin bisa terhemat."
Dia berpaling pada Tristan yang baru saja menyalakan rokok Woodbine
dan membuka Mirror-nya dengan cara mengibas-ngibaskannya dengan
sikap senang tak terperikan yang merupakan sifat khasnya. "Dan itu
akan merupakan suatu pekerjaan yang bermanfaat bagimu. Kau tidak
memberikan banyak hasil dengan duduk saja di sini seenakmu sepanjang
hari. Beternak sedikit akan baik bagi-mu.
Tristan meletakkan surat kabarnya, seolah-olah daya tariknya sudah
hilang. "Beternak" Tidakkah aku memeliharakan kuda betinamu?" Dia
tak senang memelihara kuda pemburu Siegfried yang baru, karena
setiap kali dia membawanya ke luar untuk minum di halaman, dia tentu
menendangnya sambil bergurau sambil lewat.
Siegfried melompat berdiri. "Aku tahu, tapi kan tidak makan waktu
sepanjang hari" Kau tidak akan mati kalau kau juga memelihara ayam
dan babi beberapa ekor."
"Babi beberapa ekor?" Tristan memandang terkejut. "Kusangka kau tadi
berkata babi saja?" "Benar beberapa ekor babi. Terpikir olehku. Kalau kubeli seperinduk
anak-anak babi yang sudah lepas susu, kita pelihara seekor saja di
antaranya dan yang lain kita jual. Dengan cara demikian kita tak perlu
modal apa-apa." "Dengan buruh cuma-cuma, tentu saja tak ada modal."
"Buruh" Buruh" Kau tak tahu apa artinya! Lihatlah kau itu, berbaring
saja dengan merokok tak sudah-sudahnya. Kau terlalu banyak merokok!"
"Kau juga!" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jangan bicarakan aku! Aku sedang membicarakan tentang kau!" teriak
Siegfried. Aku berdiri dari meja dengan mengeluh. Suatu hari telah mulai lagi.
Kalau Siegfried sudah punya gagasan, dia tak mau berlalai-lalai.
Semboyannya adalah: bertindaklah segera! Dalam jangka waktu empat
puluh delapan jam, sepuluh ekor babi kecil-kecil telah bermukim dalam
kandang dan dua belas ekor ayam jenis Light Sussex sedang mematukmatuk di balik
kawat kandang ayam. Dia terutama senang sekali dengan
ayam itu. "Lihat ayam-ayam itu, James; te-pat sekali hampir waktu
bertelur dan keturunan yang bagus pula. Mula-mula memang sedikit
telurnya, tapi kalau ayam-ayam itu sudah mulai, kita akan dihujani
dengan telur. Tak ada yang lebih baik dari sebutir telur bagus yang
segar dan masih hangat karena baru dari sangkaknya."
Sejak semula sudah jelas bahwa Tristan tidak ikut antusias seperti
abangnya mengenai ayam-ayam itu. Aku sering melihatnya berkeliaran
saja di luar kandang ayam, dia kelihatan merasa bosan dan sekali-sekali
melemparkan remah roti ke balik kawat. Tak kelihatan bukti bahwa dia
memberinya makan secara teratur, serta aturan makanan yang
dinasehatkan oleh para ahli. Ayam-ayam itu tidak menarik baginya,
sebagaimana bagi seorang penghasil telur, tapi dia memang agak
tertarik pada ayam-ayam "itu sebagai pribadi. Suatu cara berkotek yang
lucu, suatu sikap tubuh yang aneh - hal-hal itu lucu baginya.
Tapi telur-telur tak juga ada dan dengan berlalunya minggu demi
minggu, Siegfried makin menjadi jengkel. "Tunggu kalau aku bertemu
orang yang menjual ayam-ayam itu padaku. Penipu sialan. Keturunan yang
banyak telurnya, aduhai!" Kasihan kita melihat dia setiap pagi
mengelilingi sang-kak-sangkak kosong itu dengan penuh harapan.
Pada suatu petang, aku sedang pergi menuju kebun, ketika Tristan
berseru padaku. "Mari sini, Jim. Ini ada suatu hal yang baru. Kurasa kau
tak pernah melihat sesuatu seperti ini." Dia menunjuk ke atas dan aku
melihat sekelompok burung-burung besar yang berwarna aneh
bertengger pada dahan pohon-pohon elm. Sedang pada pohon-pohon apel
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kepunyaan tetangga, ada lebih banyak. Aku menatap terkejut. "Kau
benar. Aku memang belum pernah melihat yang begituan. Apa itu?"
"Alaa, cobalah," Tristan tertawa riang, "masakan tak ada sesuatu yang
kaukenali. Coba lihat la-gi."
Aku melihat ke atas lagi, "Tidak, aku tak pernah melihat burung-burung
sebesar itu apalagi dengan bulu-bulu yang setebal itu. Apa sih itu apakah suatu
pindahan burung yang mengerikan?"
Tristan tertawa terbahak-bahak. "Itu kan ayam-ayam kita?"
"Bagaimana mereka sampai bisa naik ke sana?"
"Mereka lari dari rumah. Terbang saja."
"Tapi yang kulihat hanya tujuh ekor. Mana yang lain?"
"Hanya Tuhan yang tahu. Mari kita lihat ke balik dinding."
Lesung besar yang terdapat di antara batu-batu bata itu kami jadikan
tempat memanjat dan kami menjenguk ke kebun di sebelah. Kelima ayam
yang lain dan di situ, sedang mematuk-matuk dengan tenang di antara
beberapa pohon kol. Lama benar kami baru berhasil mengumpulkannya kembali ke kandang
dan pekerjaan yang sulit itu harus diulangi beberapa kali setiap hari
sesudah itu. Karena ayam-ayam itu sudah jelas bosan hidup di bawah
Tristan dan memutuskan bahwa mereka akan hidup lebih senang kalau
bebas di luar. Ayam-ayam itu jadi tukang berkelana, berkeliaran makin
jauh ke ladang-ladang dalam mencari makanan.
Mula-mula para tetangga hanya tertawa saja. Mereka menelepon untuk
mengatakan bahwa anak-anak mereka mengejar-ngejar ayam-ayam itu
dan minta agar kami datang mengambilnya, tapi makin lama kesabaran
mereka makin berkurang. Akhirnya Siegfried harus mendengar laporanlaporan yang
menyakitkan hati. Dia diberi tahu bahwa ayam-ayamnya
merupakan pengganggu yang tak terperikan.
Setelah suatu pertengkaran yang benar-benar tak enak, Siegfried
memutuskan bahwa ayam-ayam itu harus dibawa pergi. Hal itu
merupakan pukulan yang hebat, dan sebagaimana biasa, kemarahannya
itu dilampiaskannya pada Tristan. "Aku dulu itu tentu gila menyangka
bahwa ayam yang kaupe-lihara akan mau bertelur. Tapi cobalah,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tidakkah itu keterlaluan. Kuberi kau pekerjaan mudah yang sederhana
ini dan orang tentu akan berpikir bahwa kau akan keterlaluan kalau itu
sampai tak beres. Tapi lihatlah keadaannya setelah hanya tiga minggu.
Tak ada barang satu pun telur yang kita lihat. Sedang ayam sialan itu
berkeliaran saja di seluruh daerah ini seperti burung dara. Kita terusmenerus
dijauhi para tetangga. Sungguh bagus benar hasil karyamu itu
ya?" Segala kekesalannya sebagai seorang penghasil telur yang gagal
meledak dalam nada bicaranya yang melengking.
Air muka Tristan menggambarkan perasaan tersinggung, dan dia
terburu nafsu dan mencoba membela dirinya. "Kau tahu, kurasa memang
ada sesuatu yang aneh tentang ayam-ayam itu sejak semula," gumamnya.
Hilanglah daya mengekang diri Siegfried yang sudah tinggal sedikit itu.
"Aneh!" pekiknya dengan geram. "Kaulah yang aneh, bukan ayam-ayam
sialan yang malang itu. Kaulah makhluk yang paling aneh di dunia ini.
Demi Tuhan, keluar - menghilanglah dari pandanganku!"
Tristan pergi dengan tenang.
Lama juga gema terakhir dari peristiwa ayam itu baru menghilang tapi
dua minggu kemudian, waktu duduk di meja makan lagi dengan Tristan,
aku merasa segala-galanya sudah dilupakan. Jadi aku sangat terkejut
dan heran waktu melihat Siegfried masuk ke dalam kamar makan dan
membungkuk dengan kejam sekali pada adiknya. "Kauingat ayam-ayam
itu" Kurasa kauingat," katanya hampir berbisik, "kau tentu ingat bahwa
aku telah memberikannya kepada Mrs. Dale, pensiunan tua yang tinggal
di Brown's Yard. Nah, aku baru saja berbicara dengan wanita itu. Dia
merasa puas sekali dengan ayam-ayam itu. Dia memberi ayam-ayam itu
makanan campuran siang dan malam dan dia mengumpulkan telur sepuluh
butir setiap hari." Suaranya nyaring hampir merupakan suatu teriakan.
"Sepuluh butir telur, kaudengar itu, sepuluh butir telur!"
Aku cepat-cepat meneguk bagian terakhir dari tehku, lalu cepat-cepat
minta diri. Aku berjalan sepanjang lorong rumah, keluar melalui pintu
belakang, lalu ke kebun dan ke mobilku. Dalam perjalananku aku melalui
kandang ayam yang kosong. Kandang itu tampak murung. Tempatnya jauh
dari kamar makan, namun aku masih bisa mendengar suara Siegfried.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
BAB 16 JIM! Coba ke mari dan lihat pengemis-pengemis kecil ini," kata Tristan
tertawa berkakakan, sambil bersandar pada pintu kandang babi. Aku
berjalan menyeberangi halaman. "Ada apa?" "Aku baru saja memberi
mereka makanan dan makanan itu agak panas. Coba lihat babi-babi itu!"
Babi-babi kecil itu menangkap makanan itu, melepasnya kembali dan
berjalan mengitarinya dengan curiga. Lalu mereka akan mendekat lagi
perlahan-lahan, menyentuh kentang-kentang yang panas itu dengan
moncongnya dan melompat mundur ketakutan. Tak kelihatan makanan
yang berleleran seperti yang terjadi pada waktu makan biasanya; yang
ada hanya semacam omelan keheranan.
Sejak semula Tristan memang sudah beranggapan bahwa babi-babi itu
lebih menarik daripada ayam-ayam itu; dan hal itu memang baik sebab
dia harus mengimbangi kesalahannya setelah bencana ayam dulu itu.
Banyak waktunya dihabiskannya di pekarangan, kadang-kadang memberi
makan atau menyapu kotoran babi, tapi lebih sering menopangkan
sikunya di atas pintu, memperhatikan binatang peliharaannya.
Seperti juga dengan ayam, dia lebih tertarik pada watak babi-babi itu
daripada kesanggupannya menghasilkan daging dan lemak. Setelah
dituangkannya makanannya ke dalam tempat makanan yang panjang dia
selalu memperhatikan, terpesona, melihat babi-babi itu berlari
berebutan menyerbu makanan. Dalam keadaan makan dengan rakus itu,
segera tampak kegelisahan. Binatang-binatang kecil itu mulai mengerling
kawannya, akhirnya keinginannya untuk mengetahui apakah temannya
makan lebih banyak, tak tertahan lagi, hingga mereka lalu mengubah
sikapnya cepat-cepat, ada yang saling memanjat punggung temannya
sampai-sampai jatuh ke dalam tempat makanan.
Pak tua Boardman adalah seorang yang baik yang mau bekerja sama, tapi
terutama dalam kesanggupannya memberi nasihat. Sebagaimana semua
orang desa, dia menganggap dirinya tahu semua tentang peternakan dan
penyakit-penyakit binatang dan ternyata babi adalah keistimewaannya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka sering mengadakan pertemuan lama-lama dalam kamar yang
gelap di bawah kotak-kotak karton Bairnsfather dan orang tua itu
asyiklah melukiskan tentang banyaknya binatang-binatang cantik yang
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah dipeliharanya dalam kandang yang sama itu.
Tristan selalu mendengarkan dengan rasa hormat, sebab dia punya bukti
nyata tentang keahlian Boardman, tentang cara dia menangani tempat
masak makanan binatang yang sudah tua dan terbuat dari batu bata
merah itu. Tristan memang bisa mengangkut barang itu, tapi barang itu
terbalik segera setelah dia membelakanginya; sedang dalam tangan
Boardman barang itu jinak benar. Aku sering melihat Tristan
mendengarkan dengan heran bunyi makanan yang mendidih itu sedang
laki-laki tua itu terus mengaduknya dan bau enak kentang makanan babi
itu dibawa angin dan tercium oleh mereka.
Tapi tak ada binatang lain yang mengubah makanan itu menjadi daging
lebih cepat daripada se-ekor babi dan setelah beberapa minggu berlalu,
makhluk-makhluk kecil itu yang berwarna merah muda berubah dengan
kecepatan yang luar biasa menjadi sepuluh ekor babi yang gendutgendut dan tegap-
tegap. Watak mereka pun berubah menjadi makin
buruk pula. Daya tarik mereka hilang. Waktu-waktu makan sudah tidak
lucu lagi dan berubah menjadi pertempuran yang makin seru.
Aku bisa melihat bahwa hal itu memberi warna pada hidup Pak Tua
Boardman dan apa saja pun yang sedang dikerjakannya, dilepaskannya
kalau dia melihat Tristan menyendok makanan dari tempat masakmakanan itu.
Kelihatannya dia suka memperhatikan perlombaan sehari-hari dari
tempat duduknya di atas tempat makanan yang dari batu itu. Tristan
yang me-nyelinap-nyelinap mencari jalan, mendengarkan pekik ribut
babi-babi itu waktu mendengar bunyi ember kayu; sambil memekikkan
teriakan-teriakan untuk menguatkan dirinya, lalu membuka palang pintu
dan masuk ke tengah-tengah babi-babi yang ribut dan berdesakdesakan; moncong-
moncong yang besar dan rakus yang berebut-rebut
masuk ke ember, telapak-telapak kaki yang tajam yang menginjak-injak
kakinya dan tubuh-tubuh yang berat yang menindih kakinya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mau tak mau aku tersenyum kalau kuingat betapa riangnya biasanya
permainan itu. Tapi kini tak ada tawa. Tristan akhirnya mengambil
tindakan dengan memukulkan tongkat yang berat ke babi-babi itu
sebelum dia berani masuk. Bila sudah di dalam, satu-satunya harapannya
untuk bisa tetap berdiri tegak adalah dengan melapangkan tempat
sedikit dengan cara memukul punggung-punggung babi itu Pada suatu
hari pekan, ketika babi-babi itu sudah mencapai timbangan yang banyak
lemaknya, kutemui Tristan berbaring bermalas-malasan di kursi yang
paling disukainya. Tapi ada sesuatu yang tidak bisa pada dirinya; dia
tidak tidur, tak ada botol obat, tak ada rokok Woodbines, tak ada Daily
Mirror. Tangannya tergantung lunglai di tepi kursi, matanya setengah
tertutup dan peluhnya berkilat di dahinya.
"Jim," bisiknya. "Petang ini aku telah mengalami pengalaman yang paling
buruk selama hidupku."
Aku jadi kuatir melihat rupanya. "Ada apa?"
"Babi-babi itu," katanya serak. "Mereka sudah melarikan diri hari ini."
"Lari! Bagaimana mereka sampai bisa lari?"
Tristan menarik-narik rambutnya. "Waktu aku sedang memberi makan
kuda. Aku sedang memberinya rumput kering dan aku berpikir sebaiknya
aku sekalian memberi makan babi-babi itu. Kau tahu bagaimana babibabi itu akhir-
akhir ini - nah, hari ini mereka jadi gila-gilaan. Segera
setelah kubuka pintu, mereka mendesak ke luar sebagai suatu kelompok
rapat. Aku terlempar ke udara, lengkap dengan ember-emberku, lalu
mereka lari dengan menginjak-injak aku." Dia mengangkat bahunya dan
memandang padaku dengan mata terbelalak. "Dengarkan, Jim, waktu aku
terbaring di atas batu-batu kerikil itu, habis ditumpahi makanan babi
dan binatang-binatang itu menginjak-injak aku, kusangka aku sudah
mati. Tapi mereka tidak menggigit atau menyepakku. Mereka hanya
berlari ke luar melalui pintu halaman dengan kecepatan luar bia-sa.
"Terbukakah pintu halaman waktu itu?" "Sialnya, memang terbuka.
Entah mengapa justru hari ini aku membiarkannya terbuka."
Tristan duduk tegak dan menggosok-gosok tangannya. "Yah, kusangka
semula tak apa-apa. Sebab mereka memperlambat larinya waktu sampai
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
di jalan dan berjalan dengan tenang berkeliaran ke jalan depan dengan
Boardman sedang aku mati-matian mengejarkan. Mereka mengelompok
di sana. Kelihatannya tak tahu ke mana dia harus pergi lagi. Aku sudah
yakin bahwa kami bisa menggiringnya kembali, tapi tepat pada waktu itu
salah satu di antaranya menampak dirinya di kaca toko Robson."
Dia menirukan air muka seekor babi yang menatap pantulan bayangannya
- beberapa lamanya lalu kemudian melompat mundur dengan suara
mendengkur karena terkejut.
"Nah, itulah gara-garanya, Jim. Binatang sialan itu menjadi panik dan
lari melesat ke tengah pasar dengan kecepatan lebih kurang lima puluh
mil per-jam dan yang lain menyusul."
Aku terengah. Sepuluh ekor babi yang benar-benar lepas di antara
kedai-kedai yang amat berdekat-dekatan dan orang-orang yang begitu
banyak pada hari pekan itu, rasanya sulit dibayangkan.
"Oh Tuhan, maunya kau melihatnya tadi." Tristan terduduk lagi ke
kursinya dengan lemas. "Orang-orang perempuan dan anak-anak
berteriak-teriak. Pemilik kedai, polisi dan semua orang yang lain
mengumpatku. Kemudian terjadi pula kemacetan lalu lintas - bermil-mil
panjangnya deretan mobil membunyikan klaksonnya semau-mau-nya
sedang polisi yang bertugas asyik memandangku dengan dahi berkerut."
Dia menyeka dahinya. "Kau kan tahu pedagang di kedai Cina yang cepat
bicaranya itu - nah, hari ini kulihat dia tak bisa berkata-kata. Dia
sedang memegang sebuah cangkir di tapak tangannya dan dia berteriak
nyaring waktu salah satu babi itu menaruh kaki-kaki depannya ke
kedainya dan menatap mukanya tepat-tepat. Dia terhenti seolah-olah
dia ditembak. Dalam keadaan lain hal itu tentu lucu, tapi kupikir
binatang perusak itu akan membinasakan kedai itu. Meja tempat
membayar sudah mulai bergoyang, lalu babi itu berubah pikiran dan
lari." "Bagaimana keadaannya sekarang?" tanyaku. "Sudahkah kau bisa
membawanya kembali?"
"Aku sudah berhasil mengembalikan sembilan ekor," sahut Tristan
sambil bersandar dan menutup matanya. "Dengan bantuan hampir semua
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
penduduk laki-laki di daerah ini, aku berhasil membawa kembali sembilan
ekor. Yang kesepuluh, yang terakhir, orang melihatnya sedang menuju
ke utara dalam jarak yang agak jauh. Hanya Tuhan yang tahu di mana dia
sekarang. Oh ya, aku lupa menceritakan - salah satu di antaranya masuk
ke kantor pos. Dan beberapa lamanya dia di situ." Ditutupnya mukanya
dengan tangannya. "Kali ini aku benar-benar sial, Jim. Nasibku akan ada
dalam tangan hukum, setelah kejadian ini. Tak bisa diragukan lagi."
Aku membungkuk dan menampar kakinya. "Alaa, tak usahlah disusahkan
benar. Kurasa tak ada kerusakan besar."
Tristan menyahut dengan mengerang. "Belum selesai, masih ada sesuatu
lagi. Waktu aku akhirnya menutup pintu setelah berhasil memasukkan
babi-babi itu ke dalam kandangnya, aku hampir saja pingsan. Aku sedang
bersandar pada dinding untuk mengumpulkan nafas ketika tampak
olehku bahwa kuda hilang pula. Ya, hilang. Aku langsung saja pergi
mengejar babi-babi dan lupa menutup pintu kandang kuda. Aku tak tahu
di mana dia. Boardman berkata bahwa dia akan melihat-lihat - aku sudah
tak kuat lagi." Tristan menyalakan Woodbine dengan tangan gemetar. "Habislah aku
sekarang, Jim. Sekali ini Siegfried tidak akan kenal ampun."
Sedang dia berkata itu pintu terbuka bagai ditiup angin dan abangnya
menyerbu masuk. "Apa yang telah terjadi?" geramnya. "Aku baru saja
bercakap-cakap dengan pendeta daerah dan dia berkata bahwa kudaku
sedang makan bunga-bunga yang merambat di dindingnya. Dia
mengamuk-nga muk dan aku tidak menyalahkan dia. Berangkat setan
pemalas. Jangan berbaring saja di situ, pergi ke rumah pendeta itu
sekarang juga dan bawa dia kembali!"
Tristan tak bergerak. Dia berbaring diam, sambil memandang abangnya.
Bibirnya bergerak-gerak de-ngan berat.
"Tidak," katanya.
"Apa katamu?" teriak Siegfried tak percaya. "Keluar segera dari kursi
itu. Pergi dan ambil kembali kuda itu!"
"Tidak," sahut Tristan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Terasa dingin badanku karena ngeri. Belum pernah terjadi perlawanan
seperti itu. Muka Siegfried menjadi merah padam dan aku menguatkan
diriku untuk menghadapi suatu ledakan; tapi Tristan-lah yang kemudian
berkata, "Kalau kau memang menginginkan kudamu, ambillah sendiri." Suaranya
tenang tanpa ada nada menantang. Dia bersikap seperti seseorang yang
tak perduli akan masa depannya.
Siegfried sendiri pun melihat bahwa kali ini Tris-. tan pun sudah tak
tahan lagi. Setelah membelalakkan matanya pada adiknya beberapa
detik lamanya, dia berbalik dan pergi. Dia mengambil kudanya sendiri.
Tak pernah lagi dibicarakan tentang kejadian itu, tapi babi-babi itu
cepat-cepat dipindahkan ke pabrik perusahaan lemak babi dan tak
pernah dibeli babi baru lagi.
Maka berakhirlah proyek pemeliharaan ternak.
BAB 17 WAKTU aku masuk Miss Harbottle sedang duduk, menghadapi kotak
tempat uang yang kosong, dia kelihatannya kesal sekali. Kotak itu
merupakan kotak hitam berkilat dengan kata-kata 'uang kas kecil' yang
tercetak dalam huruf-huruf putih di atasnya. Di dalamnya terdapat
sebuah buku merah dengan catatan uang masuk dan uang keluar yang
tertulis dalam kolom-kolom rapi sekali. Tapi tak ada uang di dalamnya.
Pundak Miss Harbottle yang tegap itu lunglai. Dengan tak bernafsu
diangkatnya buku merah itu dengan jari-jari telunjuk dan ibu jarinya
dan satu-satunya mata uang sixpence berguling keluar dari celah-celah
halamannya dan jatuh berdenting dalam kotak. "Diambilnya lagi
rupanya," bisiknya. Terdengar langkah kaki orang yang berjalan mencuri-curi di lorong. "Mr.
Farnon!" panggilnya. Dan pada saya dia berkata, "Sungguh memalukan
cara laki-laki itu selalu mencoba melewati pintu dengan diam."
Siegfried masuk dengan langkah terseret. Dia sedang membawa selang
perut dan pompa, botol-botol kalsium menonjol di saku jasnya sedang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sebuah alat pengebiri yang tak ada darahnya tergantung-gantung di
tangannya yang sebelah lagi. Dia tersenyum ceria tapi aku bisa melihat
bahwa dia merasa tak enak, bukan saja disebabkan oleh beban yang
sedang dibawanya, tapi juga karena dia merasa bersalah Miss Harbottle
telah menempatkan meja tulisnya menyerong di sudut kamar
berhadapan dengan pintu dan Siegfried harus menjalani se-panjangpanjang alas
lantai dari pintu untuk sampai ke tempat Miss Harbottle.
Dari sudut Miss Harbottle tempat itu benar-benar menguntungkan. Dari
sudutnya itu dia bisa melihat setiap inci dari kamar besar, sampai ke
lorong rumah kalau pintu kamar terbuka sedang dari jendela di sebelah
kirinya dia bisa melihat langsung ke jalan depan. Tak ada satu pun yang
luput dari pemandangannya - sungguh suatu kedudukan yang kuat.
Siegfried memandang ke tubuh lebar di balik meja tulis itu. "Selamat
pagi, Miss Harbottle, adakah yang bisa saya bantu?"
Mata kelabu itu berkilat di balik kaca mata berbingkai emas. "Memang
ada, Mr. Farnon. Anda harus menerangkan mengapa Anda sekali lagi
telah mengosongkan kotak tempat uang."
"Oh, maaf. Tadi malam aku tergesa-gesa harus pergi ke Brawton dan
aku kehabisan uang. Benar-benar tak ada tempat lain bagiku untuk
mendapatkan pinjaman."
"Tapi Mr. Farnon, selama saya dua bulan berada di sini, sudah dua belas
kali kita berkeadaan seperti ini. Apa gunanya saya mencoba mencatat
dengan baik-baik selalu uang hasil praktek kalau Anda terus-menerus
mencurinya dan menghasilkannya?"
"Yah, kurasa aku memang sejak dulu sudah punya kebiasaan untuk pergi
minum-minum pada hari-hari tertentu. Dan kurasa itu bukan suatu
kebiasaan yang sangat buruk."
"Itu sama sekali bukan suatu kebiasaan. Itu suatu pengacauan. Dengan
cara itu kita tidak bisa punya perusahaan. Hal itu sudah berulang kali
saya katakan pada Anda dan setiap kali pula Anda berjanji untuk
mengubah sikap Anda. Saya rasanya tidak tahu lagi akan berbuat apa."
"Alaa, sudahlah, Miss Harbottle. Ambil saja suatu jumlah dari bank dan
masukkan ke kotak Anda itu. Bereskan." Siegfried menggulung gulungan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
selang perut yang sudah terurai dari lantai lalu ber-balik akan pergi,
tapi Miss Harbottle berdehem-de-hem sebagai peringatan.
"Ada satu atau dua hal lagi. Saya harap Anda mau memenuhi janji Anda
yang satu lagi, yaitu untuk mencatat semua kunjungan-kunjungan Anda
dan menuliskan banyaknya bayaran yang Anda terima dari orang-orang
itu. Sudah hampir seminggu ini Anda tidak menuliskan apa-apa dalam
buku itu. Bagaimana saya bisa mengeluarkan surat-surat penagihannya
pada awal bulan" Hal itu penting sekali, tapi bagaimana Anda bisa
mengharapkan saya berbuat demikian kalau Anda mempersulit saya
seperti itu?" "Ya, ya, maafkan saya, tapi ada serangkaian panggilan menunggu saya.
Saya benar-benar harus pergi." Dia sudah sampai di tengah kamar dan
selang tadi sudah terurai lagi dari gulungannya, ketika Siegfried
mendengar deheman yang jelek bunyinya di belakangnya.
"Ada satu hal lagi, Mr. Farnon. Saya masih belum bisa membaca tulisan
Anda. Istilah-istilah pengobatan ini sudah cukup sulit, jadi tolonglah
supaya Anda lebih berhati-hati dan jangan men-coret-coretnya saja."
"Baiklah, Miss Harbottle" Siegfried mempercepat langkahnya melalui
pintu dan langsung ke lorong di mana, mungkin, dia merasa aman dan
senang. Dia sedang berjalan dengan rasa syukur di ubin ketika suara
gemuruh yang dikenalnya itu didengarnya. Miss Harbottle bisa
menjadikan agar bunyi itu bisa didengar dalam jarak yang mengherankan
jauhnya dengan memberinya suatu tekanan kuat, dan itu merupakan
panggilan yang harus dipatuhi. Aku bisa mendengar Siegfried
meletakkan selang-selang itu dan pompa itu dengan kesal ke lantai,
botol-botol kalsium tentunya telah menekan tulang-tulang rusuknya
sebab kudengar botol-botol itu pun diturunkan pula.
Siegfried mendatangi meja tulis lagi. Miss Harbottle menggoncanggoncangkan
telunjuknya pada Siegfried. "Sementara Anda ada di sini,
saya ingin menyebutkan satu hal lagi yang mengganggu saya. Lihat buku
harian ini. Adakah Anda lihat carikan carikan kertas yang terselip di
antara halaman-halaman ini" Carikan-carikan kertas ini semua
merupakan pertanyaan-pertanyaan - saya rasa ada dua puluhan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
banyaknya - dan saya tak bisa melanjutkan pekerjaan saya ini sebelum
semua Anda jelaskan pada saya. Kalau saya minta Anda menjelaskannya,
Anda tak pernah ada waktu. Bisakah Anda membahasnya dengan saya
sekarang?" Siegfried cepat-cepat mundur. "Jangan, Jangan, jangan sekarang.
Seperti kata saya tadi, ada beberapa panggilan yang mendesak yang
menanti saya. Maafkan saya, tapi itu harus menunggu sampai lain kali.
Begitu saya mendapat kesempatan, saya akan datang dan berbicara
dengan Anda." Diraba-raba -nya pintu di belakangnya dan dengan
pandangan terakhir ke tokoh besar yang bersikap menegur di balik meja
tulis itu, dia berbalik lalu lari.
BAB 18
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
KINI aku bisa menoleh ke masa lalu selama enam bulan, penuh
pengalaman praktek yang berat. Aku sudah menangani sapi, kuda, babi,
anjing dan kucing, selama tujuh hari dalam seminggu; pagi hari, petang,
malam dan selama jam-jam orang sedang tidur. Aku sudah menolong sapi
beranak dan anak babi lahir sampai tanganku sakit dan kulitnya
terkupas. Aku pernah disepak sampai jatuh, diinjak-injak binatang dan
disiram banyak dengan kotoran binatang apa pun juga. Aku sudah
melihat penampang silang tentang penyakit-penyakit binatang. Namun
suatu suara halus mulai mengorek-ngorek dalam otak kecilku; suara itu
mengatakan bahwa aku tak tahu, tak tahu apa-apa.
Hal itu memang aneh, sebab praktek yang enam bulan itu telah
kujalankan berdasarkan lima tahun teori, suatu asimilasi dari beriburibu
kenyataan yang lambat dan sulit dan suatu pengumpulan bagianbagian dari
pengetahuan seperti seekor tupai yang membawa buah
pinangnya. Mulai dengan mempelajari tumbuh-tumbuhan dan bentuk
kehidupan yang paling rendah, meningkat sampai ke pembedahan dalam
laboratorium anatomi dan ilmu faal serta bidang bahan pengobatan yang
amat luas dan tidak berjiwa itu. Kemudian patologi yang menurunkan
tirai kebodohanku dan untuk pertama kali memperlihatkan padaku
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
rahasia-rahasia yang dalam." Lalu parasitologi, dunia lain lagi yang amat
banyak penghuninya tentang cacing-cacing, serangga-serangga dan
kuman-kuman kudis. Akhirnya obat-obat dan pembedahan, yang
merupakan kristalisasi dari apa-apa yang kupelajari dan penggunaannya
pada kesulitan-kesulitan pada binatang-binatang sehari-hari.
Dan banyak lagi yang lain, seperti ilmu alam, ilmu kimia, ilmu kesehatan,
ilmu-ilmu itu rasanya tak ada kurangnya. Jadi mengapa aku harus merasa
bahwa aku tak tahu apa-apa" Mengapa aku mulai merasa sebagai
seorang ahli binatang yang melihat melalui teropong bintang ke suatu
kumpulan binatang-binatang yang tak dikenal" Perasaan bahwa aku
hanya meraba-raba saja pada tepi angkasa yang tak terbatas ini, sangat
menyedihkan. Hal itu lucu, karena semua orang lain kelihatan tahu
segala-galanya tentang binatang-binatang sakit. Anak muda yang
memegang ekor sapi, tetangga dari peternakan di sebelah, orang-orang
laki di rumah-rumah minuman, petugas-petugas di kebun, mereka semua
tahu dan selalu mau memberikan nasihatnya serta yakin akan
kebenarannya. Kucoba memikirkan masa lalu hidupku. Pernahkah ada waktu di mana aku
merasa kepercayaan yang seagung ini dalam pengetahuanku. Kemudian
aku teringat. Aku kembali berada di Skotlandia. Aku berumur tujuh belas dan aku
sedang berjalan di bawah langit-langit dari Sekolah Tinggi Ilmu
Kedokteran Hewan ke Jalan Montrose. Aku baru tiga hari menjadi
mahasiswa tapi baru petang inilah aku merasa kepanasan. Mengaismengais dengan
ilmu tumbuh-tumbuhan dan ilmu hewan tidak apa-apa,
tapi petang ini terjadilah yang amat menyenangkan; aku mendapat
kuliahku yang pertama dalam pemeliharaan binatang.
Mata pelajarannya adalah tentang kuda. Profesor Grant telah
menggantungkan sebuah gambar kuda sebesar kuda hidup dan
membicarakannya mulai dari hidung sampai ke ekor, sambil menunjukkan
pundak kuda itu, sendi lutut belakangnya, tumit kaki belakangnya dan
kepalanya dan semua istilah-istilah tentang kuda yang banyak jumlahnya
itu. Dan profesor itu pandai, untuk menjadikan kuliahnya lebih menarik
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dia sering menunjukkan hal-hal yang praktis seperti. 'Di sinilah kita
memasang tali kekang,' atau 'Di sinilah tempat memasang pakaian kuda.'
Dia berbicara pula tentang jenis-jenis kuda dan tulang iga, tentang
suban dan alat mengeluarkannya.
Kata-kata itu masih berputar-putar di kepalaku waktu aku berjalan
perlahan-lahan di sepanjang jalan yang melandai itu. Untuk inilah aku
datang. Aku merasa seolah-olah aku sudah menjalani suatu perpeloncoan
dan menjadi seorang anggota dari suatu klub khas yang istimewa. Aku
benar-benar tahu tentang kuda. Dan aku sedang memakai mantel kulit
untuk menunggang kuda yang benar-benar baru dengan segala macam
embel-embel dan gesper yang menampar-nampar kakiku waktu aku
menikung di sudut dari bukit ke jalan Newton yang ramai.
Aku hampir tak percaya betapa beruntungnya aku ketika kulihat kuda
itu. Kuda itu berdiri di luar perpustakaan di bawah Salib Queen seperti
suatu peninggalan dari abad yang lalu. Dia menunduk saja dengan murung
di antara kedua kuk sebuah gerobak pembawa batu bara; gerobak itu
berdiri sebagai sebuah pulau di tengah suatu arus mobil-mobil dan bisbis yang
melingkar-lingkar. Orang-orang yang berjalan kaki lewat
dengan bergegas, tanpa peduli, namun aku punya perasaan bahwa nasib
baik sedang tersenyum padaku.
Seekor kuda. Bukan hanya gambarnya, melainkan benar-benar kuda
sungguhan. Kata-kata peninggalan dari kuliah-kuliah muncul dalam
pikiranku tentang tumitnya, tulang peluru, jambul dan semua ciri-ciri itu
- bagian putih di kepalanya, noda putih dekat bokongnya. Aku berdiri di
trotoar jalan dan memeriksa binatang itu dengan teliti.
Pikirku, tentulah istimewa bagi semua orang-orang yang lewat, bahwa di
sini ada seorang yang benar-benar ahli. Bukan hanya seorang penonton
yang ingin tahu, tapi seorang laki-laki yang tahu dan mengerti semuanya.
Aku merasa seakan-akan terbungkus dalam sinar suci yang jelas tentang
perku-daan. Aku berjalan hilir-mudik beberapa langkah, tanganku dalam di dalam
saku mantelku untuk naik kuda yang baru itu, sedang mataku melihat
mencari-cari kalau-kalau ada kesalahan dalam memasang sepatu atau
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
luka di dagu atau penyakit kuda lainnya. Demikian telitinya aku
memeriksa hingga aku berputar ke sisi kuda di sebelah lain dan berdiri
di tempat yang berbahaya di antara lalu lintas yang melaju.
Aku menoleh ke belakang melihat orang-orang yang lewat bergegas.
Kelihatannya tak seorang pun yang peduli, bahkan kudanya pun tidak. Dia
kuda yang besar, sekurang-kurangnya tujuh belas telapak tangan, dan
dia memandang tak peduli ke jalan sambil mengistirahatkan kaki
belakangnya, berganti-ganti dengan cara yang membayangkan rasa
bosan. Aku sebenarnya tak suka meninggalkannya tapi aku sudah
menyelesaikan pemeriksaanku dan sudah waktuku untuk pergi. Tapi aku
merasa bahwa aku harus memberi tahu sebelum aku pergi; sesuatu yang
harus kusampaikan pada kuda itu, bahwa aku mengerti masalahmasalahnya dan bahwa
kami senasib. Dengan penuh keyakinan aku
melangkah maju dan menepuk-nepuk tengkuknya.
Secepat ular yang menyerang, kuda itu menyerang ke bawah dan
mencengkeram pundakku dengan giginya yang besar dan kuat. Telinganya
ditempelkannya ke belakang, memutar-mutarkan matanya dengan jahat
lalu mengangkatku, hingga kakiku hampir terangkat. Aku tergantung
saja tak berdaya, seperti boneka yang tergantung miring. Aku
menggeliat dan menyepak-nyepak tapi gigi-giginya tertanam tak
bergerak dalam bahan mantelku.
Kini tak dapat diragukan lagi perhatian dari orang-orang yang lewat.
Pemandangan yang luar biasa dari seorang laki-laki yang tergantung dari
mulut seekor kuda, tiba-tiba menyebabkan mereka terhenti dan
terjadilah suatu kumpulan yang terdiri dari orang banyak yang melihat
dari balik pundak orang-orang yang berdiri di depannya sedang yang lain
berebut-rebutan di belakang lagi untuk melihat apa yang terjadi.
Seorang wanita tua yang ketakutan berteriak, "A-duh kasihan anak yang
malang! Tolong dia!" Beberapa orang yang berani mencoba menarikku
tapi kuda itu bertahan dengan jahatnya dan tetap menggigit kuat-kuat.
Dari segala pihak yang memberikan bermacam-macam petunjuk. Kulihat
dua orang gadis menarik di barisan terdepan, tak dapat menahan dirinya
tertawa cekikikan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dikejutkan oleh keadaanku yang memalukan itu, aku mulai memukulmukul ke kiri
kanan sem-barangan; leher kemejaku mencekik leherku;
suatu arus ludah kuda berleleran di bagian depan mantelku. Kurasa
diriku tercekik dan aku sudah putus asa ketika seorang laki-laki
mendesak masuk melalui orang-orang banyak itu.
Orangnya kecil sekali. Matanya yang marah mendelik di wajahnya yang
hitam oleh debu arang. Dua buah karung kosong tergantung pada
sebelah tangannya. "Ada apa ini?" teriaknya. Terdengar selusin jawaban kacau balau di
udara. "Mengapa kauusik kuda itu?" pekiknya di mukaku. Aku tak menyahut,
karena mataku rasanya sudah tersembul, setengah tercekik dan tak ada
niatku untuk bercakap-cakap.
Tukang arang itu mengalihkan amarahnya pada kuda. "Lepaskan dia,
binatang haram sialan! Ayo, lepaskan, lepaskan dia!"
Karena tidak mendapat tanggapan ditusuknya perut binatang itu dengan
kasar dengan ibu jarinya. Kuda itu segera menanggapi isarat itu dan
melepaskan aku seperti seekor anjing yang patuh melepaskan sepotong
tulang. Aku jatuh berlutut dan termangu-mangu di selokan sebentar
sampai aku bisa bernafas lebih longgar. Sedang dari jarak jauh aku
masih mendengar orang laki-laki kecil itu berteriak-teriak padaku.
Beberapa lamanya kemudian aku bangkit. Tukang arang itu masih
berteriak-teriak dan kumpulan orang banyak itu masih mendengarkan
dengan bersungguh-sungguh. "Kausangka apa yang kau-permainkan jangan kausentuh
kudaku - kupanggil polisi untuk menangkapmu."
Aku melihat mantelku yang baru. Bahunya yang bekas gigitan tinggal
merupakan tumpukan basah. Aku merasa bahwa aku harus melarikan diri
dan mulai mencari jalan melalui kumpulan orang banyak. Tampak
beberapa orang yang mukanya menunjukkan kekuatiran tapi kebanyakan
tertawa. Segera setelah aku terlepas dari kumpulan orang banyak, aku
segera mulai berjalan cepat-cepat dan waktu aku membelok di tikungan
pekikan tukang arang itu yang terakhir masih kudengar samar-samar.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jangan coba-coba mau campur tangan dalam pekerjaan yang kau tak
tahu!" BAB 19 AKU melihat-lihat surat yang datang dengan malas-malasan. Seperti
biasa yang ada hanya tumpukan surat-surat penagihan, surat-surat
edaran, iklan-iklan berwarna cerah mengenai obat-obat baru; setelah
beberapa bulan selalu menerima yang sama saja, aku menjadi tidak
tertarik dan aku boleh dikatakan tidak memerlukan untuk membacanya.
Aku sudah hampir sampai pada dasar tumpukan itu ketika aku
menemukan sesuatu yang lain; sebuah amplop yang tampak mahal dan
yang kertasnya bertepi bergerigi, dialamatkan padaku pribadi. Aku
merobeknya dan kukeluarkan sebuah kartu berwarna air mas yang
kubaca sepintas cepat-cepat. Kurasa mukaku menjadi merah waktu
kumasukkan kartu itu ke dalam saku dalamku.
Siegfried baru selesai memberi tanda-tanda pada daftar kunjungan
yang sudah dilakukannya dan mengangkat mukanya. "Mengapa kau
memandang seperti orang bersalah saja, James" Apakah kau teringat
masa lampaumu" Ada apa sih - apa itu surat dari ibu yang ngamuk?"
"Nih," kataku malu, sambil mengeluarkan kartu tadi dan memberikannya
padanya, "tertawalah puas-puas. Kurasa kau pun nanti akan tahu juga."
Muka Siegfried tidak membayangkan perasaan apa-apa waktu dia
membaca kartu itu nyaring-nyaring. 'Tricky dengan senang hati
mengundang Paman Herriot untuk hadir pada hari Jum'at tanggal lima
Pebruari. Minum-minum dan dansa.' Dia mengangkat mukanya dan
berkata dengan serius. "Bukan main senangnya. Kau tahu, itu tentu satu
di antara anjing-anjing Pekingese di Inggris. Rupanya dia merasa tak
puas hanya mengirimi kau ikan salai, tomat dan rantang saja - dia
rupanya merasa perlu mengundangmu ke rumahnya untuk suatu pesta."
Kurebut kartu itu dan kuselipkan ke tempat yang tak kelihatan.
"Baiklah, baiklah, aku tahu. Tapi lalu aku harus berbuat apa?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Berbuat apa" Yang harus kaulakukan tidak lain, langsung duduk dan
menulis sepucuk surat mengucapkan terima kasih banyak, dan bahwa kau
akan berada di sana pada tanggal lima Pebruari. Pesta-pesta Mrs.
Pumphrey itu terkenal sekali. Bergunung-gunung makanan yang sedapsedap dan
sampanye yang mengalir terus. Bagaimanapun juga, jangan
sampai kau tak hadir."
"Akan banyakkah orang di sana?" tanyaku sambil menggeser-geserkan
kakiku. Siegfried menamparkan telapak tangannya ke dahinya. "Tentu saja akan
banyak orang. Apa sangkamu" Apa kausangka hanya kau dan Tricki saja
yang akan ada" Apakah kau akan minum bir beberapa gelas lalu kau akan
dansa irama foxtrot yang lambat dengan dia" Orang-orang terkemuka
dari daerah akan hadir di sana dengan penuh kebesaran, tapi kurasa
tidak akan ada tamu yang lebih terhormat daripada Paman Herriot.
Mengapa" Karena yang lain itu diundang oleh Mrs. Pumphrey, tapi kau
diundang oleh Tricki."
"Oke, Oke," erangku. "Aku akan menyendiri dan aku tidak punya pakaian
malam yang pantas. Aku......"
Siegfried bangkit lalu meletakkan tangannya di pundakku. "Saudaraku,
tak usah bingung. Duduklah dan terimalah undangan itu dengan baik lalu
pergilah ke Brawton dan sewalah pakaian untuk malam. Kau tidak akan
lama perlu menyendiri - gadis-gadis remaja yang baru pertama kali
menghadiri pesta, akan berebut-rebutan minta dansa dengan kau."
Akhirnya ditepuknya lagi pundakku, sebelum dia berjalan ke pintu.
Sebelum pergi dia berpaling lagi dan air mukanya serius. "Dan ingatlah
demi keselamatanmu, jangan tujukan suratmu pada Mrs. Pumphrey.
Alamatkanlah pada si Tricky sendiri, kalau tidak kau akan gagal."
Perasaanku bercampur baur dalam diriku waktu aku memperkenalkan
diriku di rumah keluarga Pumphrey pada malam tanggal lima Pebruari.
Seorang pelayan mempersilakan aku masuk ke ruang depan dan aku bisa
melihat Mrs. Pumphrey sedang menyambut tamunya di pintu masuk ke
ruang dansa dan lebih jauh di dalam, berdirilah sekelompok orang-orang
yang berpakaian bagus-bagus memegang minuman. Terdengar dengung
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
suara bercakap-cakap antara orang baik-baik, suatu suasana umum
orang berpunya. Kuluruskan dasi pada pakaian sewaanku, menarik nafas
panjang dan menunggu. Mrs. Pumphrey sedang tersenyum manis waktu dia bersalaman dengan
suami-isteri yang ada di depanku tapi waktu dia melihatku, wajahnya
jadi berseri-seri. "Oh Mr. Herriot, Anda baik sekali mau datang. Bukan
main senangnya Tricky menerima surat Anda - sebenarnya kita harus
langsung masuk dan melihatnya." Dia mendahuluiku berjalan
menyeberangi ruang depan.
"Dia ada di kamar-pagi," bisiknya. "Di antara kita saja, baginya pestapesta ini
membosankan, tapi dia akan benar-benar marah kalau saya
tidak membawa Anda masuk sebentar."
Tricky sedang berbaring melengkung di sebuah kursi di samping api yang
menyala besar. Ketika dilihatnya aku, dia melompat ke atas sandaran
kursi dan menyalak kesenangan, mulutnya yang besar dan tertawa itu,
seperti membelah dua mukanya. Aku mencoba mengelakkan usahanya
untuk menjilat mukaku, pada saat itulah terpandang olehku dua buah
baskom makanan yang besar-besar di atas permadani. Yang sebuah
berisi kira-kira satu pon ayam cincang, sedang yang lain seonggok kue
yang sudah dihancurkan. "Mrs. Pumphrey!" kataku keras, sambil menunjuk baskom-baskom itu.
Wanita malang itu menutupkan tangannya ke mulutnya dan mundur
menjauhiku.
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aduh, ampunilah saya," mohonnya, mukanya penuh rasa menyesal. "Itu
hanya merupakan jaminan khusus karena malam ini dia harus tinggal
sendiri. Dan udara dingin pula." Dia memperkatup-kan kedua belah
tangannya dan memandangku dengan kerendahan hati.
"Akan saya maafkan Anda," kataku tegas, "kalau Anda mau mengambil
setengah dari ayam itu dan semua kuenya."
Dengan gugup seperti seorang gadis kecil yang tertangkap basah telah
berbuat kenakalan, dia menjalankan perintah saya.
Dengan perasaan menyesal aku berpisah dari anjing Peke yang kecil itu.
Hari itu aku sibuk sekali dan aku mengantuk karena berjam-jam berada
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dalam udara dingin yang menggigilkan. Kamar dengan apinya dan cahaya
lampu yang lembut, kelihatan lebih menyenangkan daripada kemilau di
ruang dansa yang ribut, dan aku sebenarnya akan lebih suka melengkung
di sini dengan Tricky di lutut saya selama sejam dua jam.
Mrs. Pumphrey menjadi tegas. "Sekarang Anda harus ikut dan
berkenalan dengan beberapa teman-teman saya." Kami masuk ke ruang
dansa di mana lampu-lampu menyorot terang dari tiga buah lampu
gantung dari kristal dan yang cahayanya dipantulkan oleh dindingdinding yang
berwarna krem dan keemasan serta berkaca banyak,
hingga menyilaukan mata. Kami berjalan dari kelompok ke kelompok
sedang Mrs. Pumphrey memperkenal-kanku dan aku merasa mual karena
malu, karena aku dilukiskan sebagai 'paman si Tricky yang baik hati'.
Tapi entah karena mereka adalah orang-orang yang punya daya
penguasaan diri yang luar biasa, atau karena mereka sudah biasa olokolok busuk
nyonya rumah itu, karena penjelasan itu diterima dengan
benar-benar serius. Di sepanjang salah satu dinding sebuah kumpulan musik terdiri dari lima
alat, sedang mencocokkan nada; pelayan-pelayan berjas putih bergegas
di antara tamu-tamu dengan baki-baki berisi makanan dan minuman.
Mrs. Pumphrey menyuruh berhenti salah seorang pelayan. "Francois,
sedikit sampanye untuk bapak ini."
"Ya, Nyonya." Pelayan itu menyodorkan bakinya.
"Tidak, tidak, tidak bukan yang itu. Salah satu gelas yang besar."
Francois bergegas pergi dan kembali lagi membawa sesuatu sebesar
piring sup yang bergagang. Wadah itu penuh sampanye sampai ke
tepinya. "Francois." "Ya, Nyonya."
"Ini Mr. Herriot. Kau harus memperhatikannya baik-baik."
Pelayan itu memandangku dengan sepasang mata sedih seperti mata
anjing dan seperti akan menelanku beberapa saat lamanya.
"Kau harus mengurus beliau. Jaga supaya gelasnya penuh selalu dan
supaya beliau dapat makanan banyak."
"Baik, Nyonya." Dia membungkuk lalu pergi.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Aku membenamkan mukaku dalam sampanye yang sedingin es itu dan
ketika aku mendongak, di hadapanku ada Francois yang menyodorkan
sebaki sandwich dengan ikan salem yang masih berasap.
Demikianlah keadaannya sepanjang malam. Francois seolah-olah selalu
ada dekatku, mengisi gelas yang amat besar itu atau menyodorkan
makanan kecil. Aku merasa senang; makanan kecil yang asin itu
menimbulkan rasa haus yang kuhilangkan dengan meneguk sampanye itu
dalam-dalam lalu aku makan makanan asin itu lagi yang membuatku haus
lagi dan Francois tak ayal muncul dengan botol besarnya.
Baru itulah aku mendapatkan kesempatan minum sampanye dengan gelas
besar dan itu merupakan pengalaman yang menguntungkan. Tak lama aku
sudah merasakan diriku enak dan ringan dan daya tanggapku meningkat.
Aku tidak lagi terlalu ketakutan dalam dunia yang baru ini dan mulai
menikmatinya. Aku dansa dengan siapa saja yang kelihatan - gadis-gadis
remaja cantik yang ramping-ramping, janda-janda bangsawan berumur
dan dua kali dengan Mrs. Pumphrey yang cekikikan.
Atau aku hanya bercakap-cakap. Dan percakapannya bersemangat;
berulang kali aku terkejut oleh kilatan cahaya dari diriku. Sekali aku
menangkap bayangan diriku di kaca - seorang tokoh terkemuka dengan
gelas di tangan, pakaian sewaanku tergantung pada tubuhku dengan
anggun. Nafasku jadi tertahan.
Sambil makan minum, bercakap-cakap, menari, berlalulah malam itu.
Ketika sudah tiba waktunya untuk pulang dan aku sudah memakai
mantelku dan sedang bersalaman dengan Mrs. Pumphrey di ruang depan,
muncullah Francois lagi dengan semangkuk sup panas. Dia kelihatannya
kuatir ka-lau-kalau aku pingsan dalam perjalanan pulang.
Setelah makan sup, Mrs. Pumphrey berkata, "Nah, sekarang Anda harus
ikut dan mengucapkan selamat tidur pada Tricky. Dia tidak akan pernah
memaafkan kalau Anda tidak berbuat demikian." Kami pergi ke kamar
itu dan anjing kecil itu menguap dari kursi yang besar serta
menggoyang-goyang ekornya. Mrs. Pumphrey meletakkan tangannya di
lengan bajuku. "Kebetulan Anda ada di sini, maukah kiranya Anda
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berbaik hati untuk memeriksakan kuku-kukunya. Saya kuatir sekali
kalau-ka-lau terlalu panjang."
Kuangkat kakinya satu demi satu dan kuperhatikan baik-baik kukukukunya seperti
Tricky menjilat tanganku dengan malas. "Tidak, Anda
tak perlu kuatir, kuku-kukunya beres semua."
"Terima kasih banyak, saya merasa amat berterima kasih pada Anda.
Sekarang Anda harus mencuci tangan Anda."
Dalam kamar mandi yang sudah kukenal dengan bak air berwarna hijau
laut dan ikan-ikan yang berkilat berlapis pada dinding-dinding dan meja
hias serta botol-botol di atas rak kaca, aku melihat berkeliling
sementara air yang berasap mengalir dari kran. Dekat bak air pada
handukku sendiri dan potongan sabun baru seperti biasa - sabun yang
berbusa seketika dan mengeluarkan bau harum yang mahal. Itu
merupakan sentuhan obat gosok yang terakhir pada malam yang amat
menyenangkan itu. Itu merupakan jam-jam penuh kemewahan dan
kebenderangan dan aku membawa kenangan itu pulang ke Rumah
Skeldale. Aku masuk ke tempat tidur, kumatikan lampu dan terbaring
menelentang memandangi kegelapan. Nada-nada musik masih terngiangngiang di
telingaku dan aku baru akan terbawa arus ke ruang dansa
kembali, ketika telepon berdering.
"Di sini Atkinson di Beck Cottage," terdengar suara dari jauh. "Babi
betina saya tak bisa beranak. Sudah sepanjang malam ini dia kesakitan.
Bisakah Anda datang?"
Aku melihat jam sambil meletakkan penerima telepon. Waktu itu pukul
dua subuh. Aku merasa lumpuh. Suatu pesalinan tepat setelah sampanye
dan ikan salem yang masih berasap dan biskuit kecil-kecil dengan
bertumpuk-tumpuk telur ikan ka-viar itu. Apalagi di Beck Cottage, satu
di antara tanah-tanah perkebunan yang paling primitif di daerah itu. Itu
tak adil. Dengan mengantuk, aku membuka piyamaku dan mengenakan kemejaku.
Waktu aku menjangkau pakaian dari bahan cordoray yang kaku dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sudah tua yang selalu kupakai untuk bekerja, aku mencoba untuk tidak
melihat pakaian sewaan yang tergantung di sudut lemari pakaian.
Aku berjalan meraba-raba di kebun yang panjang ke garasi. Dalam
halaman yang gelap itu, aku menutup mataku dan bersinarlah lagi lampulampu
gantung yang besar, kaca berkilau dan musik bermain.
Beck Cottage hanya berjarak dua mil. Tempat itu terletak dalam sebuah
lekuk dan dalam musim salju tempat itu merupakan lautan lumpur.
Kutinggalkan mobilku dan berjalan dengan bersusah payah dalam gelap
ke pintu rumah. Waktu aku menge-tuk tak ada yang membukakan pintu
dan aku berjalan menyeberang ke kumpulan gedung-gedung di
seberangnya dan membuka pintu yang setengah terbuka masuk ke
kandang sapi. Bau sapi yang hangat dan enak menyambutku waktu aku
memandang ke cahaya lampu dan di ujungnya tampaklah samar-samar
sesosok tubuh yang sedang berdiri.
Aku masuk melalui sapi-sapi yang berdiri berderet-deret bersisi-sisian
dengan dipisahkan oleh pemisah-pemisah dari kayu yang sudah patahpatah, melalui
tumpukan-tumpukan kotoran sapi yang bertumpuk di
belakangnya. Mr. Atkinson rupanya berpendirian bahwa dia tak perlu
terlalu sering membuang kotoran itu.
Dengan tersandung-sandung pada lantai yang sudah rusak, dan melalui
bencah-bencah air kencing, sampailah aku ke ujung di mana sudah
disiapkan tempat khusus dengan cara membatasi suatu sudut dengan
sebuah pintu pagar. Samar-samar sekali aku melihat sesosok tubuh babi,
pucat dalam kesuraman lampu, terbaring miring. Tempatnya berbaring
adalah selapis tipis rumput kering dan dia berbaring diam sekali, kecuali
rusuknya yang gemetar. Waktu kuperhatikan, babi itu menahan nafasnya
dan menegang beberapa detik lamanya lalu ketegangan itu berulang lagi.
Mr. Atkinson menyambutku tanpa antusias. Orangnya setengah umur,
berjanggut yang sudah seminggu tak dicukur dan memakai topi tua yang
tepinya melekuk ke bawah menutup telinganya. Dia berdiri membungkuk
bersandar pada dinding, sebelah tangannya terbenam dalam di saku
yang compang-camping sedang yang sebelah memegang sebuah lampu
sepeda yang baterenya cepat habis.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Hanya inikah lampu yang ada?" tanyaku.
"Hanya ini," sahut Mr. Atkinson, seperti keheranan. Dia memandang dari
lampu ke diriku dengan air muka seolah berkata 'mau apa lagi dia"'
"Marilah kita coba." Kuarahkan cahaya yang lemah itu ke pasienku.
"Masih muda benar babi ini,
ya?" "Memang. Ini anaknya yang pertama." Babi itu menegang lagi, menggigil
lalu berbaring diam. "Kurasa ada yang tak beres," kataku. "Tolong bawakan seember air
panas, sabun sedikit dan sebuah handuk."
"Kami tak punya air panas. Apinya mati."
"Baiklah. Bawakan saja apa yang ada."
Peternak itu menjauh dengan alas kakinya yang berderak-derak keluar
dari kandang sapi itu membawa serta lampunya, dan dalam gelap itu
kembalilah musik terdengar. Lagunya adalah lagu waltz Strauss dan aku
dansa dengan Lady Franswick; dia muda dan putih sekali dan dia tertawa
waktu aku membawanya berputar. Aku bisa melihat pundaknya yang
putih dan berlian yang berkilauan di lehernya serta kaca di dinding yang
ikut berputar. Mr. Atkinson kembali dengan langkah berat dan mengempaskan seember
air ke lantai. Kucelupkan jariku ke air itu, dingin seperti es. Sedang
embernya sudah tua sekali - aku akan harus berhati-hati dengan
tanganku karena tepinya sudah bergerigi.
Setelah membuka jas dan kemejaku cepat-cepat, aku menghirup
nafasku waktu kurasa angin jahat menghantam punggungku melalui suatu
celah. "Minta sabun," kataku melalui gigi yang terkatup.
"Di dalam ember."
Kucelupkan lenganku ke dalam air, aku menggigil, dan aku meraba-raba
dengan tanganku dalam air itu hingga kutemukan suatu benda bulat kirakira
sebesar bola golf. Kukeluarkan benda itu; sabun itu keras dan kasar
dan berbintik-bintik seperti sebutir kerikil di tepi pantai dan dengan
perasaan optimis, aku mulai menggosok-gosokkannya ke kedua belah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tangan dan lenganku, menunggu sampai keluar busanya. Tapi sabun itu
tak mempan, tak ada apa-apa yang keluar dari sabun itu.
Gagasan untuk minta lagi, kubatalkan saja, takut kalau itu akan dianggap
suatu keluhan lagi. Aku hanya meminjam lampu dan menjalani sepanjang
kandang lalu keluar ke halaman, dengan lumpur yang terasa mengisap
sepatu Wellington-ku dan terasa berdiri bulu roma di dadaku. Aku
mencari-cari di tempat barang di mobilku, sambil mendengarkan gigiku
gemeletak; akhirnya aku menemukan sebotol kecil krim pelumas
antiseptis. Setelah aku kembali di tempat babi tadi, krim itu kulumaskan ke
lenganku, berlutut di belakang babi itu dan perlahan-lahan memasukkan
tanganku ke dalam kemaluannya. Kumasukkan tanganku lebih dalam dan
setelah pergelangan dan kemudian sikuku menghilang dalam tubuh babi
itu, aku ter-paksa berbaring miring. Lantainya dingin dan basah tapi aku
lupa rasa tak enak pada diriku ketika jari-jariku menyentuh sesuatu;
sebuah ekor kecil. Seekor anak babi yang gemuk yang hampir melintang
letaknya, tersembul seperti sebuah sumbat botol.
Dengan menggunakan sebuah jari, kudorong kembali kaki belakangnya
hingga aku bisa menggenggamnya dan menarik anak babi itu keluar.
"Yang inilah yang menjadi penghalang. Kurasa dia mati - karena terlalu
lama terjepit di dalam. Tapi mungkin masih ada beberapa yang hidup di
dalam. Coba kurasa dulu."
Kusemir lenganku dan berlutut lagi. Tepat dalam kandung peranakan,
yang letaknya hampir sepanjang lenganku di dalam, aku menemukan
seekor anak babi lagi dan waktu aku meraba-raba mukanya sederetan
gigi yang kecil-kecil tapi tajam sekali menggigit jariku.
Aku berteriak dan mendongak memandang si empunya babi dari
tempatku berbaring itu. "Yang ini pasti hidup. Akan segera
kukeluarkan." Tapi anak babi itu punya gagasan lain. Dia tidak memperlihatkan
keinginan untuk meninggalkan surganya yang hangat, dan setiap kali aku
bisa menangkap kaki kecilnya yang licin dengan tanganku, dia menariknya
kembali. Setelah satu atau dua menit mengikuti permainan itu, aku
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
merasa tanganku kejang. Aku melemaskan diri dan berbaring, kepalaku
terletak di batu, lenganku masih di dalam babi. Kututup mataku dan aku
segera berada kembali di ruang dansa, dalam kehangatan dan cahaya
cemerlang. Aku sedang mengulurkan gelasku yang besar dan Francois
menuang dari botol besar; lalu aku dansa, kali ini dekat tempat orkes
dan pemimpinnya yang sedang memukul irama dengan tangan sebelah,
berpaling dan tersenyum padaku; tersenyum dan membungkuk seolaholah sudah selama
hidupnya dia mencari aku.
Aku membalas senyum tapi muka pemimpin band itu hilang dan yang ada
hanya Mr. Atkinson yang memandangku dengan air muka polos,
rahangnya yang tidak dicukur dan alis matanya yang tebal merupakan
bayangan yang aneh dalam sinar lampu sepeda itu.
Aku bangun dan mengangkat pipiku dari lantai. Tak beres aku ini.
Tertidur sedang dalam pekerjaan, mungkin karena aku terlalu letih atau
pengaruh sampanye masih ada dalam diriku. Aku menjangkau lagi dan
menangkap kaki itu kuat-kuat dengan dua jariku dan meskipun dia
melawan, kali ini anak babi itu berhasil kutarik ke luar ke dalam dunia
ini. Begitu keluar, dia kelihatan menerima baik keadaan di sekitarnya
dan berjalan mengitari induknya mencari susunya.
"Dia sama sekali tak membantu," kataku. "Karena sudah terlalu lama dia
kehabisan tenaga. Aku akan memberinya suntikan."
Sekali lagi aku harus menjalani perjalanan yang rasanya melumpuhkan
karena dinginnya dan melalui lumpur ke mobil, suatu suntikan pituitrin di
paha babi betina itu dan dalam beberapa menit saja bekerjalah obat itu
merupakan kontraksi yang kuat pada peranakan. Tak ada lagi penghalang
sekarang, dan segeralah seekor anak berwarna merah muda yang
menggeliat-geliat tergeletak di rumput kering; kemudian cepat
berturut-turut seekor dan seekor lagi.
"Sekarang semua sudah lepas dari tempatnya berkumpul," kata Mr.
Atkinson hampir bersungut.
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Delapan ekor anak babi yang lahir dan cahaya lampu itu sudah hampir
padam, ketika setumpuk gelap ari-ari keluar dari kemaluan babi betina
itu. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Aku menggosok-gosok lenganku yang dingin. "Nah, kurasa sudah keluar
semua sekarang." Tiba-tiba aku merasa dingin sekali; aku tak bisa
mengatakan berapa lama aku sudah berdiri di sana memandangi
keajaiban yang tak pernah basi bagiku; anak-anak babi itu berusaha
untuk berdiri dan tanpa dituntun mencari jalannya sendiri ke dua buah
deretan susunya yang panjang; induknya dengan anak-anaknya yang
pertama meletakkan tubuhnya demikian rupa, hingga bisa membuka
selebar mungkin susunya untuk mulut-mulut yang lapar itu.
Sebaiknya aku berpakaian cepat-cepat. Kucoba-kan lagi sabun yang
seperti batu pualam itu, tapi gagal seperti yang pertama kali tadi. Aku
jadi ter-tanya-tanya sudah berapa lama keluarga itu memakainya.
Seluruh badanku sebelah kanan, pipiku dan rusukku penuh dengan
kotoran dan lendir. Aku berusaha keras untuk membersihkan sedikit
dari kukuku, lalu aku membasuh diriku dengan air dalam ember itu.
"Adakah ada handuk di situ?" kataku terengah.
Tanpa berkata sepatah pun Mr. Atkinson memberikan sebuah karung
kepadaku. Ujung-ujungnya sudah kaku bekas kotoran sapi yang sudah
lama dan baunya tengik bekas makanan yang sudah lama tersimpan di
dalamnya. Aku menerimanya dan mulai menggosok dadaku dan waktu
butir gandum yang sudah masam membedaki kulitku, lenyaplah
gelembung-gelembung sampanye yang terakhir, menguap melalui lubanglubang di atas
dan lenyap dengan sedih di kegelapan yang jauh.
Kutarik kemejaku melalui punggungku yang berpasir, sambil merasa
kembali ke duniaku sendiri. Kukancingkan jasku, kupungut alat suntikan
dan botol pituitrin dan memanjat keluar dari tempat bersalin itu. Aku
menoleh untuk terakhir kalinya sebelum aku pergi. Lampu sepeda itu
sedang memberikan cahaya yang samar terakhir dan aku harus
menjenguk melalui pintu pagar untuk melihat deretan babi-babi kecil itu
sibuk dan benar-benar asyik menyusu. Induknya mengubah sikapnya
dengan berhati-hati dan mendengkur. Suatu dengkur penuh rasa lega.
Ya aku sudah kembali dan hal itu baik sekali. Aku harus melalui lumpur
mendaki bukit, di mana aku harus keluar dari mobilku untuk membuka
pintu pagar sedang angin dingin yang mengandung bau rumput yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
membeku yang enak baunya memukul mukaku. Aku berdiri sebentar
memandang ke seberang padang, sambil berpikir bahwa malam sudah
berlalu kini. Pikiranku melayang lagi ke masa sekolahku dan seorang pria
tua yang waktu itu berbicara pada kami dalam kelas tentang karir.
Katanya, "Kalau kalian memutuskan untuk menjadi seorang ahli bedah
hewan, kalian tidak akan pernah menjadi kaya tapi hidup kalian akan
penuh dengan hal-hal yang menarik dan bervariasi."
Aku tertawa nyaring dalam gelap itu dan waktu aku masuk ke mobilku
aku masih tertawa kecil. Orang tua itu benar-benar tak bergurau.
Variasi. Itulah dia - variasi.
BAB 20 WAKTU aku memeriksa daftar panggilan-pang-gilanku, tampak olehku
bahwa Siegried kali ini, tidak lagi bersikap seperti seorang anak sekolah
waktu dia menghadapi Miss Harbottle. Satu di antaranya, dia tidak
langsung masuk dan berdiri di depan meja tulis; hal itu memang parah
benar, dia selalu kelihatan lesu sebelum dia masuk. Kali ini dia membelok
sebelum menempuh beberapa meter yang terakhir dan berhenti dengan
membelakangi jendela. Dengan cara demikian, Miss Harbottle harus
memalingkan kepalanya sedikit untuk menghadapinya dan kecuali itu
sinar matahari jatuh ke punggungnya.
Dibenamkannya tangannya ke dalam sakunya dan bersandar pada tepi
jendela. Dia memandang dengan tenang sekali, matanya ramah dan
mukanya disinari senyum yang cerah sekali. Miss Harbottle memicingkan
matanya. "Aku ingin berbicara dengan Anda, Miss Harbottle. Ada satu atau dua
hal yang ingin kubicarakan. Pertama tentang kotak 'Uang Kas Kecil'
Anda itu. Kotak itu bagus dan saya rasa memang tepat Anda
menyimpannya, tapi kurasa Andalah orangnya yang pertama-tama
membenarkan bahwa guna sebuah kotak tempat uang adalah untuk
menyimpan uang kontan." Dia tertawa ringan. "Nah, tadi malam aku
menerima beberapa ekor anjing di tempat pemeriksaanku dan pemilik-
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pemiliknya ingin membayar kontan. Aku tak punya uang kecil untuk
memberikan uang kembalinya dan pergi mencarinya dalam kotak Anda
itu - tapi kotak itu kosong. Aku terpaksa berkata bahwa aku akan
mengirimkan mereka kwitansi, padahal itu kan bukan cara berusaha yang
baik, Miss Harbottle" Aku malu waktu itu, jadi aku benar-benar minta
supaya Anda mau menyimpan sedikit uang kontan dalam kotak itu."
Mata Miss Harbottle terbelalak tak percaya. "Tapi Mr. Farnon, Anda
sendiri yang mengambil semua isinya untuk pergi ke pesta penutupan
perburuan di......" Siegfried mengangkat tangannya dan senyumnya jadi aneh sekali.
"Dengar dulu sampai aku selesai. Ada suatu hal yang kecil sekali yang
kuingin agar mendapat perhatian Anda. Hari ini sudah tanggal sepuluh
dalam bulan ini dan perhitungan keuangan masih belum dikeluarkan. Nah,
keadaan begitu itu tentulah amat tak diingini lalu ada pula beberapa hal
Manusia Pemusnah Raga 2 Shugyosa Samurai Pengembara 9 Titisan Dewi Iblis 2