Pencarian

Rencana Paling Sempurna 4

Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon Bagian 4


Leslie. Yang penting baginya adalah Gregory Embry orang yang tidak pernah
mengganggu gugat perusahaan besar"dan Washington Tribune Enterprises
termasuk kategori itu. Leslie bertekad untuk mengembangkannya lebih jauh
lagi, dan Embry akan membantunya kalau sudah menjadi presiden.
Mereka mengambil tempat di meja makan. Senator Embry meneguk
martininya yang kedua. "Aku ingin mengucapkan terima kasih atas acara
penggalangan dana yang kauselenggarakan, Leslie. Aku sangat menghargai
usahamu." Leslie tersenyum hangat. "Aku justru senang bisa membantu. Aku akan
berupaya sekuat tenaga agar kau dapat mengalahkan Oliver Russel ."
"Hmm, kelihatannya peluangku cukup baik."
"Aku sependapat. Masyarakat sudah mulai muak dengan segala
skandalnya. Menurutku, kalau sampai ada skandal lagi sebelum pemilu, dia
akan ditinggalkan para pendukungnya."
Senator Embry menatapnya sejenak. "Menurutmu bakal ada skandal lagi?"
Leslie mengangguk-angguk dan menyahut, "Aku takkan heran."
Makan siang terasa lezat sekali.
Antonio Valdez, asisten di kantor pemeriksa mayat, menelepon Leslie.
"Miss Stewart, Anda bilang ingin diberi kabar kalau ada perkembangan baru
dalam kasus Chloe Houston?"
"Ya..." "Pihak polisi minta kami merahasiakan ini, tapi mengingat Anda teman
yang begitu baik, saya pikir..."
"Jangan kuatir. Kau akan mendapat imbalan. Bagaimana hasil autopsinya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Penyebab kematian korban adalah obat terlarang bernama Ecstasy."
"Apa?" "Ecstasy. Korban menenggaknya dalam bentuk cair."
"Aku punya kejutan untukmu, dan aku ingin kau mencobanya.... Ini
Ecstasy cair.... Ini pemberian temanku..."
Wanita yang ditemukan tewas di Kentucky River meninggal akibat
overdosis Ecstasy cair. Leslie duduk seperti patung. Jantungnya berdegup kencang.
Tuhan Maha Adil. Leslie memanggil Frank Lonergan. "Kuminta kau menyelidiki kematian
Chloe Houston. Kurasa Presiden terlibat dalam urusan ini."
Frank Lonergan menatapnya sambil terbengong-bengong.
"Kelihatannya ada upaya untuk menutup-nutupi sesuatu. Tanda-tandanya
cukup jelas. Pemuda yang ditahan polisi, tahu-tahu menggantung diri... coba
cari informasi tentang dia. Dan selain itu, periksa acara sore dan malam
Presiden pada tanggal kematian Chloe Houston. Penyelidikan ini bersifat
rahasia. Sangat rahasia. Hanya aku yang boleh tahu hasilnya."
Frank Lonergan menarik napas dalam-dalam. "Kau sadar akibat yang
mungkin akan timbul?"
"Mulai saja. Dan, Frank..."
"Ya?" "Cari informasi di Internet tentang obat terlarang bernama Ecstasy. Cari
kaitannya dengan Oliver Russel ."
Lonergan mengakses situs kedokteran di Internet yang membahas bahaya
Ecstasy, dan menemukan kisah Miriam Friedland, mantan sekretaris Oliver
Russel . Ia terbaring di rumah sakit di Frankfort, Kentucky.
Lonergan menelepon untuk menggali informasi. Tapi dokter yang
menjawab teleponnya memberitahu, "Miss Friedland meninggal dua hari lalu.
Dia tidak sempat siuman."
Frank Lonergan menghubungi kantor Gubernur Houston.
"Maaf," seorang sekretaris berkata, "Gubernur Houston sudah berangkat
ke Washington." Sepuluh menit kemudian, Frank Lonergan sudah menuju ke National
Airport. Namun ia terlambat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika para penumpang turun dari pesawat, Lonergan melihat Peter Tager
menghampiri wanita pirang berusia empat puluh dengan penampilan
menarik. Mereka bersalaman dan berbicara sejenak, kemudian menuju ke limusin
yang telah menunggu. Lonergan memperhatikan mereka dari jauh. Aku harus bicara dengan
wanita itu, pikirnya, la kembali ke kota dan menghubungi beberapa orang
melalui telepon mobil. Pada telepon ketiga, ia mendapat kabar bahwa
Gubernur Houston menurut rencana akan menginap di Four Seasons Hotel.
Oliver Russel sudah menunggu ketika Jackie Houston dipersilakan masuk
ke ruang kerja pribadi yang berdampingan dengan Ruang Oval.
Oliver meraih tangan wanita itu dan berkata, "Aku turut berdukacita,
Jackie. Kesedihanku tak bisa diungkapkan dengan kata-kata."
Hampir tujuh belas tahun mereka tidak bertemu. Keduanya berkenalan di
konvensi pengacara di Chicago. Ketika itu Jackie baru selesai kuliah. Ia muda,
cantik, dan penuh semangat, mereka sempat menjalin affair yang singkat
namun menggebu-gebu. Tujuh belas tahun lalu. Dan Chloe berusia enam belas.
Oliver tidak berani mengajukan pertanyaan yang terlintas dalam benaknya.
Lebih baik aku tak tahu. Mereka bertatapan sambil membisu, dan sejenak
Oliver khawatir bahwa Jackie akan mengungkit masa lalu. Ia mengalihkan
pandangan. Jackie Houston berkata, "Pihak polisi menduga Paul Yerby terlibat dalam
kematian Chloe." "Ya." '"Itu tak mungkin."
"Tak mungkin?" "Mereka saling mencintai. Paul tak mungkin menyakiti Chloe." Suaranya
terputus. "Mereka... mereka ingin menikah kelak."
"Menurut informasi yang kuperoleh, Jackie, sidik jari anak muda itu
ditemukan di kamar hotel tempat Chloe menemui ajal."
Jackie Houston menyahut, "Berita di koran menyebutkan bahwa... bahwa
kejadiannya di Imperial Suite di Monroe Arms."
"Ya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oliver, uang saku Chloe sengaja kubatasi. Dan ayah Paul pensiunan
pegawai kecil. Dari mana Chloe mendapatkan uang untuk menyewa Imperial
Suite?" "Aku... aku tak tahu."
"Ini harus diselidiki. Aku takkan pulang sebelum tahu siapa yang
bertanggung jawab atas kematian putriku." Ia mengeratkan kening.
"Rombongan mereka dijadwalkan untuk bertemu denganmu sore itu. Kau
sempat bertemu Chloe?"
Oliver terdiam sejenak. "Tidak. Sayang sekali. Ada urusan mendadak
sehingga pertemuan kami terpaksa dibatalkan."
Mereka terbaring di apartemen di seberang kota, telanjang, berpelukan, la
merasakan ketegangan yang menguasai pasangannya.
"Ada apa, JoAnn?"
"Tidak ada apa-apa, Alex."
"Kau diam saja dari tadi. Apa yang kaupikirkan?"
"Aku tak memikirkan apa-apa," jawab JoAnn McGrath.
"Masa?" "Oke," sahut JoAnn sambil menghela napas. "Aku memikirkan gadis
malang yang tewas di hotel itu."
"Ya, aku baca beritanya di koran. Katanya dia anak gubernur."
"Ya." "Polisi sudah tahu siapa orang yang bersamanya?"
"Belum. Semua orang yang ada di hotel dimintai keterangan."
"Kau juga?" "Ya. Tapi aku tak tahu apa-apa, kecuali soal telepon itu."
"Telepon apa?" "Telepon dari suite itu ke Gedung Putih."
Alex terdiam sejenak. Kemudian ia berkata sambil lalu, "Itu tak berarti apa-
apa. Banyak orang iseng yang menelepon Gedung Putih. Ayo, Sayang, coba
sekali lagi. Sirup maple-nya masih ada?"
Frank Lonergan baru kembali dari bandara ketika pesawat telepon di ruang
kerjanya berdering. "Lonergan".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Halo, Mr. Lonergan. Ini Shal ow Throat." Alex Cooper, parasit kelas teri
yang menganggap dirinya sebagai informan kelas Watergate. Dipikirnya itu
lucu. "Kau masih suka beli informasi?"
'Tergantung informasinya."
"Aku punya informasi yang bakal membuatmu terbengong-bengong. Tapi
aku minta lima ribu dolar."
"Goodbye." "Tunggu! Jangan tutup dulu. Ini soal gadis yang dibunuh di Monroe Arms."
Frank Lonergan mendadak tertarik. "Ada apa dengannya?"
"Kita bisa ketemu?"
"Kutunggu di Ricco's, setengah jam lagi."
Pukul dua siang, Frank Lonergan dan Alex Cooper sudah duduk di Ricco's.
Alex Cooper pria licik, dan hanya karena terpaksa Lonergan mau berurusan
dengannya. Lonergan tidak tahu dari mana Cooper mendapatkan informasi,
tapi orang itu cukup membantu di masa lalu.
"Moga-moga kedatanganku tidak sia-sia," ujar Lonergan.
"Oh, kujamin kau takkan menyesal. Bagaimana kalau kau kuberitahu
bahwa pembunuhan gadis itu ada kaitannya dengan Gedung Putih?" Cooper
tersenyum puas. Frank Lonergan berlagak tak acuh. "Terus?"
"Lima ribu dolar?"
"Seribu." "Dua." "Oke. Apa yang kauketahui?"
"Pacarku operator telepon di Monroe Arms."
"Namanya?" "JoAnn McGrath."
Lonergan mencatat nama tersebut. "Terus?"
"Seseorang menelepon dari Imperial Suite ke Gedung Putih saat gadis itu
berada di sana." "Kurasa Presiden terlibat dalam urusan ini," Leslie Stewart sempat berkata.
"Kau yakin?" "Seratus persen."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oke, aku akan menyelidikinya. Urusan pembayaran kita selesaikan nanti,
kalau informasimu sudah dikonfirmasi. Kau sempat menceritakan urusan ini
pada orang lain?" "Tidak." "Bagus. Jangan." Lonergan bangkit. "Kau akan kuhubungi."
"Ada satu hal lagi," ujar Cooper.
Lonergan berhenti. "Apa?"
"Jangan sebut-sebut namaku. Jangan sampai JoAnn tahu aku
menceritakan ini pada orang lain."
"Oke." Dan ketika duduk sendirian, Alex mulai menyusun rencana bagaimana ia
akan menghabiskan uang dua ribu dolar itu tanpa diketahui JoAnn.
Ruang operator di Monroe Arms berupa bilik sempit di belakang meja
resepsionis. JoAnn McGrath sedang berdinas, ketika Lonergan muncul sambil
membawa clipboard. JoAnn menyambungkan panggilan telepon, lalu
menoleh kepada pria itu. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya dari Perusahaan Telepon," ujar Lonergan.
Ia memperlihatkan kartu identitas. "Ada masalah di sini."
JoAnn McGrath menatapnya dengan heran. "Masalah apa?"
"Kami mendapat laporan bahwa ada tamu hotel ini yang menerima tagihan
untuk hubungan telepon yang tidak dilakukannya." Lonergan berlagak me-
meriksa catatannya. "Lima belas Oktober. Dia dikenai biaya untuk telepon ke
Jerman, padahal dia tak kenal siapa pun di Jerman. Dia marah sekali."
"Saya tak tahu apa-apa soal itu," sahut JoAnn dengan sengit. "Seingat saya
malah tak ada telepon ke Jerman bulan lalu."
"Anda punya catatan untuk tanggal lima belas?"
"Tentu saja." "Bisa saya lihat sebentar?"
"Baik." JoAnn mengambil map dari bawah meja dan menyerahkannya
kepada Lonergan. Sementara ia kembali menjalankan tugasnya, Lonergan
membalik-balik halaman. Tanggal 12 Oktober... 13... 14... 16...
Halaman untuk tanggal 15 ternyata tidak ada.
Frank Lonergan menunggu di lobi Hotel Four Seasons ketika Jackie
Houston kembali dari Gedung Putih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gubernur Houston?"
Wanita itu membalik. "Ya?"
"Frank Lonergan. Saya dari harian Washington Tribune. Saya ingin
menyampaikan bahwa kami semua turut berdukacita. Gubernur."
"Terima kasih."
"Anda punya waktu sebentar?"
"Terus terang, saya sedang tidak..."
"Saya mungkin bisa membantu." Lonergan mengangguk ke arah lounge di
sisi lobi. "Mari, kita duduk di sana saja."
Jackie Houston menarik napas dalam-dalam. "Baiklah."
Mereka menuju ke lounge dan mengambil tempat berhadap-hadapan.
"Saya mendapat informasi bahwa putri Anda mengikuti tur Gedung Putih
pada hari dia..." Lonergan tidak sanggup menyelesaikan kalimat itu.
"Ya. Dia... dia ikut tur bersama teman-teman sekolahnya. Dia gembira
sekali karena akan bertemu Presiden."
Lonergan berupaya agar nada suaranya tetap datar. "Dia akan bertemu
Presiden Russel ?" "Ya. Saya yang mengaturnya. Kami teman lama."
"Dan apakah putri Anda sempat diterima oleh Presiden Russel , Gubernur
Houston?" "Tidak. Presiden mendadak berhalangan." Suaranya tersendat-sendat.
"Tapi satu hal sudah pasti."
"Ya, Ma'am." "Bukan Paul Yerby yang membunuh Chloe. Mereka saling mencintai."
"Tapi menurut polisi..."
"Saya tak peduli apa yang mereka katakan. Mereka menangkap pemuda
yang tak bersalah, dan dia... dia begitu ketakutan hingga gantung diri.
Sungguh mengerikan."
Frank Lonergan menatapnya sejenak. "Kalau bukan Paul Yerby yang
membunuh putri Anda, apakah ada seseorang yang Anda curigai" Maksud
saya, apakah putri Anda sempat menyinggung dia akan menemui seseorang
di Washington?" "Tidak. Chloe tidak kenal siapa pun di sini. Dia begitu senang karena...
karena..." Matanya berkaca-kaca. "Maaf, saya tak sanggup."
"Tentu. Terima kasih atas waktu Anda, Gubernur Houston."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tempat berikut yang didatangi Lonergan adalah kamar mayat. Helen
Chuan baru saja keluar dari ruang autopsi.
"Wah, coba lihat siapa yang datang."
"Halo, Dok." "Ada apa kau kemari, Frank?"
"Aku ingin tanya tentang Paul Yerby."
Helen Chuan mendesah. "Kasihan. Mereka masih begitu muda."
"Kenapa anak muda seperti Paul Yerby bunuh diri?"
Helen Chuan mengangkat bahu. "Entahlah."
"Maksudku"kau yakin dia bunuh diri?"
"Kalau bukan, dia pandai bersandiwara. Ikat pinggangnya melilit begitu
ketat di lehernya hingga terpaksa dipotong supaya dia bisa diturunkan."
"Tak ada tanda-tanda yang mungkin bisa menimbulkan keraguan tentang
penyebab kematiannya?"
Helen Chuan menatap Lonergan sambil mengerutkan kening. "Tidak."


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lonergan mengangguk. "Oke. Thanks. Jangan biarkan pasienmu
menunggu terlalu lama."
"Lucu sekali." Di koridor ada telepon umum. Lonergan menghubungi penerangan di
Denver dan mendapatkan nomor telepon orangtua Paul Yerby. Mrs. Yerby
yang menyahut. Suaranya bernada letih. "Halo."
"Mrs. Yerby?" "Ya." "Maaf, saya terpaksa mengganggu Anda. Nama saya Frank Lonergan. Saya
bekerja untuk harian Washington Tribune. Saya ingin..."
"Saya tidak..."
Sesaat kemudian suara Mr. Yerby terdengar melalui telepon. "Maaf, istri
saya... Sepanjang pagi kami ditelepon wartawan. Kami tidak mau..."
"Saya takkan lama, Mr. Yerby. Ada sejumlah orang di Washington yang tak
percaya putra Anda yang membunuh Chloe Houston."
"Tentu saja bukan Paul pelakunya!" Suara Mr. Yerby mendadak bertambah
keras. "Paul tak mungkin berbuat begitu."
"Apakah Paul punya teman di Washington, Mr. Yerby?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Dia tak kenal siapa-siapa di sana."
"Hmm, begitu. Baiklah, kalau ada yang bisa saya lakukan..."
"Sebenarnya ada, Mr. Lonergan. Kami sudah mengurus pengiriman
jenazah Paul, tapi kami tak tahu bagaimana kami bisa mendapatkan barang-
barangnya. Kami berharap semua barangnya bisa... Barangkali Anda tahu
siapa yang harus saya hubungi...."
"Saya bisa mengurusnya untuk Anda."
"Kami akan sangat menghargainya. Terima kasih."
Sersan yang bertugas piket di kantor Bagian Pembunuhan membuka
kardus berisi barang-barang milik Paul Yerby. "Isinya tak banyak," ia berkata.
"Cuma pakaian anak itu dan kamera."
Lonergan meraih ke dalam kardus dan mengeluarkan sabuk kulit hitam.
Sabuk itu masih utuh. Ketika Frank Lonergan masuk ke ruang kerja Deborah Kanner, sekretaris
yang bertugas menjadwalkan para tamu yang ingin diterima Presiden Russel ,
wanita itu sedang bersiap-siap untuk pergi makan siang.
"Apa yang bisa kubantu, Frank?"
"Aku ada masalah. Deborah."
"Seperti biasa."
Frank Lonergan berlagak memeriksa catatannya. "Aku mendapat informasi
bahwa tanggal 15 Oktober Presiden mengadakan pertemuan rahasia dengan
utusan dari Cina untuk membicarakan Tibet."
"Aku tak tahu apa-apa tentang pertemuan rahasia."
"Bisa kauperiksa sebentar?"
"Tanggal berapa katamu tadi?"
"Lima belas Oktober." Lonergan memperhatikan Deborah mengambil buku
tamu dari laci dan membalik-balik halamannya.
"Tanggal lima belas" Jam berapa?"
"Jam sepuluh malam, di Ruang Oval."
Wanita itu menggeleng. "Tak ada. Pukul sepuluh Presiden ada rapat
dengan Jenderal Whitman."
Lonergan mengerutkan kening. "Aku mendapat informasi yang berbeda.
Boleh kulihat sebentar buku itu?"
"Sori. Ini rahasia, Frank."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Barangkali sumberku yang keliru. Thanks. Deborah." Ia langsung pergi.
Tiga puluh menit kemudian, Frank Lonergan sedang berbicara dengan
Jenderal Whitman. "Jenderal, harian Tribune memerlukan keterangan mengenai pertemuan
Anda dengan Presiden Russel tanggal 15 Oktober lalu. Setahu saya,
pembicaraan Anda menyangkut sejumlah hal penting."
Jenderal Whitman menggeleng. "Saya tidak tahu dari mana Anda
mendapatkan informasi, Mr. Lonergan. Pertemuan itu dibatalkan karena
Presiden Russel ada keperluan lain."
"Anda yakin?" "Ya. Pertemuan kami akan dijadwal ulang."
"Terima kasih, Jenderal."
frank Lonergan kembali ke Gedung Putih. Sekali lagi ia memasuki ruang
kerja Deborah Kanner. "Apa lagi sekarang, Frank?"
"Masih sama seperti tadi," sahut Lonergan. "Sumberku berkeras bahwa
pukul 22.00 tanggal 15 Oktober ada pertemuan antara Presiden dan utusan
Cina untuk membahas masalah Tibet."
Deborah tampak kesal. "Berapa kali aku harus bilang tak ada pertemuan
seperti itu?" Lonergan menghela napas. "Terus terang, aku tak tahu harus bagaimana.
Atasanku menyuruhku mencari informasi tambahan. Ini berita penting. Ya
sudah, terpaksa dimuat dengan bahan apa adanya." Ia menuju ke pintu.
"Tunggu dulu!" Lonergan berbalik lagi. "Ya?"
"Kalian tak boleh memuat berita yang tidak benar. Presiden pasti marah
sekali." "Bukan aku yang berhak memutuskannya."
Deborah mengerutkan kening. "Bagaimana kalau aku bisa membuktikan
bahwa Presiden ada pertemuan dengan Jenderal Whitman pada jam dan
tanggal itu?" "Berarti artikelnya batal. Aku tak mau membuat masalah." Lonergan
memperhatikan Deborah kembali mengambil buku tamu dan membalik-balik
halamannya. "Ini daftar tamu Presiden untuk tanggal itu. Silakan lihat.
Tanggal 15 Oktober." Ada-dua halaman. Deborah menunjuk nama yang
tercantum untuk pukul 22.00. "Ini dia, hitam di atas putih."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau benar," ujar Lonergan.
Ia sibuk mengamati seluruh halaman. Perhatiannya tertuju pada nama
yang tercantum untuk pukul 15.00. Chloe Houston.
19 PERTEMUAN mendadak yang diadakan di Ruang Oval baru berlangsung
beberapa menit, namun perbedaan pendapat di antara para peserta sudah
mulai menajam. Menteri Pertahanan sedang berkata, "Kalau
kita menunggu lebih lama lagi,
situasi ini akan lepas kendali. Kita akan terlambat untuk menghentikannya."
"Tapi kita tidak boleh terburu-buru." Jenderal Stephen Gossard berpaling
kepada kepala CIA. "Seberapa pasti informasi yang Anda peroleh?"
"Sulit memastikannya. Tapi kami mempunyai alasan kuat untuk percaya
bahwa Libya membeli beragam senjata dari Iran dan Cina."
Oliver berpaling kepada Menteri Luar Negeri. "Libya menyangkalnya?"
"Tentu saja. Sama halnya dengan Cina dan Iran."
Oliver bertanya, "Bagaimana dengan negara-negara Arab lainnya?"
Kepala CIA angkat bicara. "Berdasarkan informasi yang saya terima, Mr.
President, seandainya terjadi serangan serius terhadap Israel, saya kira itu
akan menjadi alasan yang ditunggu-tunggu oleh semua negara Arab yang
lain. Mereka akan bergabung untuk menghancurkan Israel."
Semuanya menunggu tanggapan Oliver. "Kita punya sumber yang dapat
dipercaya di Libya?" ia bertanya.
"Ya, Sir." "Saya ingin tahu perkembangan terakhir. Kalau ada tanda-tanda mereka
akan menyerang, kita tak punya pilihan selain bergerak."
Pertemuan pun ditutup. Suara sekretaris Oliver terdengar melalui inter-kom. "Mr. Tager ingin
bertemu Anda, Mr. President."
"Suruh dia masuk."
"Bagaimana pertemuannya?" Peter Tager bertanya.
"Oh, hanya pertemuan biasa," jawab Oliver dengan getir, "tentang apakah
aku harus memulai perang sekarang atau nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu memang salah satu tugas Presiden." Tager bersimpati.
"Memang." "Ada perkembangan menarik."
"Duduklah." Peter Tager menarik kursi. "Apa yang kauketahui tentang Uni Emirat
Arab?" "Tidak banyak," Oliver mengakui. "Lima atau enam negara Arab bergabung
sekitar dua puluh tahun lalu dan membentuk koalisi."
"Ada tujuh negara. Mereka bergabung tahun 1971. Abu Dhabi, Fujaira,
Dubai, Sharjah, Ras al-Khaimah, Umm al-Qaiwan, dan Ajman. Mula-mula
kekuatan mereka tak seberapa, tapi Uni Emirat Arab telah dikelola secara
baik sekali. Dewasa ini tingkat kehidupan di sana termasuk paling tinggi di
dunia. Produk domestik bruto mereka mencapai lebih dari 39 miliar dolar
tahun lalu." Oliver mulai tidak sabar. "Tentunya ada maksud tertentu di balik uraian
ini." "Memang. Ketua dewan Uni Emirat Arab ingin bertemu denganmu."
"Baiklah. Aku akan minta Menteri Pertahanan..."
"Hari ini. Secara pribadi."
"Kau serius" Aku tak mungkin..."
"Oliver. Majlis"dewan mereka"merupakan salah satu kekuatan Arab
paling berpengaruh di dunia. Semua negara Arab lain menghormatinya. Ini
mungkin terobosan penting. Aku tahu ini tidak lazim, tapi kurasa sebaiknya
kau bertemu mereka."
"Kementerian Luar Negeri pasti gusar kalau..."
"Akan kuatur semuanya."
Keduanya terdiam cukup lama. "Di mana mereka ingin mengadakan
pertemuan?" "Mereka punya kapal pesiar yang sedang berlabuh di Chesapeake Bay,
dekat Annapolis. Aku bisa mengantarmu diam-diam."
Oliver duduk sambil memandang langit-langit. Akhirnya, ia mencondongkan badan ke depan dan menekan tombol interkom. "Batalkan
semua acaraku siang ini."
Kapal pesiar sepanjang 65 meter itu ditambatkan ke dermaga. Mereka
sudah menunggunya. Semua awaknya orang Arab.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Selamat datang, Mr. President," ujar Ali al-Fulani, menteri salah satu
emirat. "Silakan."
Oliver naik ke kapal dan Ali al-Fulani memberi isyarat kepada seorang anak
buahnya. Tak lama kemudian mereka sudah mulai berlayar.
"Mari kita ke bawah."
Ya. Dan di bawah aku akan dibunuh dan diculik. Ini hal paling bodoh yang
pernah kulakukan, Oliver berkata dalam hati. Mungkin aku diajak kemari
supaya mereka bisa menyerang Israel, dan aku tak bisa memerintahkan
serangan balasan. Kenapa aku mau dibujuk Tager"
Oliver mengikuti Ali al-Fulani ke ruang duduk utama mewah yang bergaya
Timur Tengah. Empat orang Arab berbadan kekar tampak berjaga. Pria
berpenampilan gagah yang duduk di sofa langsung bangkit ketika Oliver
masuk. Ali al-Fulani berkata, "Mr. President, Yang Mulia Raja Hamad dari Ajman."
Mereka bersalaman. "Yang Mulia."
"Terima kasih atas kedatangan Anda, Mr. President. Anda ingin minum
teh?" "Tidak, terima kasih."
"Saya yakin kunjungan Anda takkan sia-sia." Raja Hamad mulai berjalan
mondar-mandir. "Mr. President, selama berabad-abad, kita senantiasa gagal,
atau paling tidak mengalami kesulitan, untuk menjembatani masalah-masalah
yang memisahkan kita"baik dari segi filosofis, bahasa, agama, maupun
budaya. Jika kaum Yahudi merampas tanah rakyat Palestina, tak seorang pun
di Omaha atau Kansas merasakan dampaknya. Hidup mereka tetap berjalan
seperti biasa. Jika sebuah sinagoga di Jerusalem dibom, orang-orang Itali di
Roma dan Venezia tidak peduli."
Oliver bertanya-tanya ke mana arah pembicaraan mereka. Apakah ini
peringatan mengenai perang yang mungkin akan segera pecah"
"Hanya ada satu bagian dunia yang menderita akibat perang dan
pertumpuhan darah di Timur Tengah. Dan itu adalah kawasan Timur
Tengah." Ia duduk berseberangan dengan Oliver. "Sudah waktunya kita hentikan
kegilaan ini." Ini dia, pikir Oliver. "Para kepala negara Arab serta Majlis telah memberi wewenang kepada
saya untuk mengajukan tawaran kepada Anda."
"Tawaran apa?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tawaran perdamaian."
Oliver berkedip. "Perdamaian?"
"Kami ingin berdamai dengan sekutu Anda" srael. Embargo yang Anda
kenakan kepada Iran dan negara-negara Arab lainnya telah menimbulkan
kerugian miliaran dolar di pihak kami. Kami ingin mengakhiri itu semua.
Seandainya Amerika Serikat bersedia bertindak sebagai sponsor, negara-
negara Arab"termasuk Iran, Libya, dan Syria"telah bersepakat untuk
memulai perundingan perdamaian permanen dengan Israel."
Oliver terperanjat. Ia terdiam sejenak, lalu berkata, "Anda melakukan ini
karena..." "Saya jamin bukan karena kami menyayangi orang Israel atau orang
Amerika. Ini demi kepentingan kami sendiri. Terlalu banyak sudah putra kami
yang tewas sia-sia. Kami ingin mengakhirinya. Cukup sekian saja. Kami ingin
kembali bebas mengapalkan minyak kami ke seluruh dunia. Seandainya
terpaksa, kami siap berperang. Tapi kami lebih suka berdamai."
Oliver menarik napas dalam-dalam. "Rasanya saya ingin minum teh
sekarang." "Coba kalau kau ikut di sana," Oliver berkata kepada Peter Tager.
"Pertemuan itu betul-betul luar biasa. Mereka siap berperang, tapi mereka
enggan melakukannya. Mereka berpandangan pragmatis. Mereka ingin
menjual minyak mereka ke seluruh dunia, dan karena itu mereka ingin
berdamai." "Fantastis," Tager menanggapinya dengan menggebu-gebu. "Kau bakal
menjadi pahlawan kalau berita ini mulai tersiar."
"Ini bisa kulakukan sendiri," ujar Oliver. "Aku tak perlu minta persetujuan
Kongres. Aku akan bicara dengan Perdana Menteri Israel. Kita akan
membantunya mencapai kesepakatan dengan negara-negara Arab." Ia
menatap Tager dan berkata pelan, "Mula-mula aku sempat kuatir akan
diculik." "Tak mungkin," balas Peter Tager. "Aku telah menyiapkan kapal dan
helikopter untuk mengikutimu."
"Senator Davis ingin bertemu Anda, Mr. President. Dia belum membuat
janji, tapi katanya ada urusan penting."
"Tunda acaraku yang berikut, dan persilakan dia masuk."
Pintu membuka dan Todd Davis memasuki Ruang Oval.
"Ini kejutan menyenangkan, Todd. Semuanya baik-baik saja?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senator Davis langsung duduk. "Seperti biasa, Oliver. Aku cuma mampir
sebentar karena ada yang perlu kita bicarakan."
Oliver tersenyum. "Jadwalku cukup padat hari ini, tapi untukmu..."
"Aku takkan lama. Aku kebetulan berjumpa dengan Peter Tager. Dia
menceritakan pertemuanmu dengan orang-orang Arab."
Oliver tersenyum lebar. "Luar biasa, kan" Akhirnya akan ada perdamaian di
Timur Tengah." Ia menggebrak meja dengan tangan terkepal. "Setelah
berpuluh-puluh tahun. Inilah jasa pemerintahanku yang akan dikenang


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

selama-lamanya, Todd."
Senator Davis bertanya pelan, "Sudah kaupikirkan matang-matang,
Oliver?" Oliver mengerutkan kening. "Apa" Apa maksudmu?"
"Perdamaian adalah kata yang mudah diucapkan, tapi akibat yang
ditimbulkannya bisa merambat kemana-mana. Perdamaian tidak memberikan
keuntungan finansial. Selama ada perang, negara-negara lain membeli
persenjataan buatan Amerika senilai miliaran dolar. Dalam keadaan damai,
mereka tak membutuhkan senjata. Harga minyak bumi pun melonjak
berhubung Iran dilarang menjual minyaknya, sehingga Amerika Serikat di-
untungkan." Oliver mendengarkannya seakan-akan tidak percaya. "Todd... kesempatan
seperti ini datang hanya sekali seumur hidup!"
"Jangan naif, Oliver. Seandainya kita betul-betul menginginkannya,
perdamaian antara Israel dan negara-negara Arab sudah lama tercapai.
Israel negara kecil. Siapa pun dari keenam presiden terakhir sebenarnya
mampu memaksa Israel berdamai dengan orang-orang Arab, tapi mereka
memilih untuk mempertahankan keadaan seperti apa adanya. Jangan salah
paham. Bangsa Yahudi terdiri atas orang-orang baik. Aku bekerja sama
dengan beberapa dari mereka di Senat."
"Bagaimana mungkin kau..."
"Buka matamu, Oliver. Perjanjian damai saat ini tidak sejalan dengan
kepentingan negeri kita. Kuminta kau membatalkannya."
"Upaya perdamaian harus dilanjutkan."
"Jangan bantah, Oliver." Senator Davis mencondongkan badan ke depan.
"Aku yang menentukan apa yang harus dilakukan. Jangan lupa siapa yang
mendudukkanmu di kursi itu."
Oliver menyahut sambil menahan geram, "Todd, kau boleh memandang
rendah padaku, tapi kau harus menghormati jabatanku. Siapa yang
mendudukkanku di sini tak penting. Aku Presiden Amerika Serikat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senator Davis langsung bangkit. "Presiden" Kau cuma boneka! Bonekaku,
Oliver. Kau menerima perintah, bukan memberi."
Oliver menatapnya dengan tajam. Akhirnya ia berkata, "Berapa banyak
ladang minyak yang kau dan teman-temanmu miliki, Todd?"
"Itu bukan urusanmu. Kalau kau tetap meneruskan rencanamu, kau akan
tamat. Mengerti" Kau kuberi waktu 24 jam untuk memikirkannya."
Saat makan malam, Jan berkata, "Ayah minta agar aku bicara denganmu,
Oliver. Dia betul-betul gusar."
Oliver menatap istrinya di seberang meja, dan berkata dalam hati, Berarti
kau pun harus kulawan. "Ayah sudah menceritakan semuanya."
"O ya?" "Ya." Jan menumpukan sikunya di meja. "Dan menurutku, apa yang akan
kaulakukan sungguh mulia."
Oliver tidak segera mengerti. "Tapi ayahmu menentangnya."
"Aku tahu. Tapi dia keliru. Kalau mereka bersedia untuk berdamai"kau
harus membantu." Oliver mendengarkan ucapan Jan sambil mengamatinya. Ia teringat betapa
pandainya istrinya membawa diri sebagai Ibu Negara. Jan terlibat dalam
serangkaian kegiatan amal dan menjadi pendukung bagi setengah lusin
yayasan penting, la cantik, cerdas, dan penuh kasih sayang, serta... seakan
baru sekarang Oliver melihatnya. Kenapa aku mencari-cari di luar selama ini"
tanya Oliver dalam hati. Segala sesuatu yang kubutuhkan sudah ada di sini.
"Sampai jam berapa rapat nanti malam?"
"Tak ada rapat," sahut Oliver pelan. "Aku akan membatalkannya. Aku mau
di rumah saja." Malam itu, Oliver dan Jan bercumbu untuk pertama kalinya setelah
berminggu-minggu, dan semuanya serba indah. Ketika pagi tiba, Oliver ber-
kata dalam hati, Aku akan menyuruh Peter mengembalikan apartemen itu.
Keesokan paginya ada pesan di mejanya.
Saya ingin Anda tahu bahwa saya penggemar setia Anda, dan saya tidak
mungkin berbuat sesuatu untuk mencelakakan Anda. Pada tanggal 15 saya
berada di garasi Monroe Arms, dan saya sangat terkejut ketika melihat Anda
di sana. Waktu saya membaca berita tentang pembunuhan gadis muda itu,
saya langsung tahu kenapa Anda kembali ke lift untuk menghapus sidik jari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anda. Saya yakin pihak pers pasti sangat tertarik pada cerita saya, dan tentu
bersedia membayar banyak. Tapi seperti yang saya katakan tadi, saya
penggemar Anda dan saya tidak ingin melihat Anda celaka. Mengingat
kondisi keuangan saya saat ini, saya takkan menolak tunjangan finansial. Jika
Anda berminat, rahasia ini akan tetap terjaga. Saya akan menghubungi Anda
beberapa hari lagi, agar Anda sempat memikirkan proposal saya.
Wasalam, Seorang teman "Ya Tuhan," ujar Sime Lombardo lirih. "Bagaimana surat ini bisa sampai di
sini?" "Melalui pos," Peter Tager memberitahunya. "Dialamatkan pada Presiden,
'Pribadi'." Sime Lombardo berkata, "Barangkali ini cuma ulah orang iseng yang..."
"Kita tak boleh ambil risiko, Sime. Aku sama sekali tak percaya, tapi kalau
ini sampai tersebar, kedudukan Presiden bisa terancam. Kita harus me-
lindunginya." "Bagaimana caranya?"
"Pertama-tama, kita harus mencari tahu siapa pengirim surat ini."
Peter Tager berada di markas besar Federal Bureau of Investigation di
pojok 10th Street dan Pennsylvania Avenue. la sedang berbicara dengan
Agen Khusus Clay Jacobs. "Kau bilang ada urusan penting, Peter?"
"Ya." Peter Tager membuka tas kerja dan mengeluarkan selembar kertas.
Ia menyorongkannya ke seberang meja. Clay Jacobs meraihnya dan mulai
membaca: "Saya ingin Anda tahu bahwa saya penggemar setia Anda.... Saya akan
menghubungi Anda beberapa hari lagi, agar Anda sempat memikirkan
proposal saya." Selebihnya telah dihapus.
Jacobs menoleh. "Apa ini?"
"Ini menyangkut masalah keamanan pada tingkat tertinggi," ujar Peter
Tager. "Presiden menugaskanku untuk menyelidiki siapa pengirim surat ini.
Dia memintamu memeriksa sidik jari yang ada pada kertas ini."
Clay Jacobs menatap lembaran di tangannya sambil mengerutkan kening.
"Ini sangat tak lazim, Peter."
"Kenapa?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kesannya kurang baik."
"Presiden hanya menginginkan nama penulis surat ini."
"Kalau sidik jarinya memang ada."
Peter Tager mengangguk. "Kalau sidik jarinya memang ada."
"Tunggu sebentar." Jacobs bangkit dan meninggalkan ruangan.
Peter Tager duduk sambil memandang ke luar jendela. Ia memikirkan surat
itu dan membayangkan segala akibat buruk yang mungkin akan timbul.
Clay Jacobs kembali tepat tujuh menit kemudian.
"Kau beruntung," katanya.
Jantung Tager langsung berdegup kencang. "Kau menemukan sesuatu?"
"Ya." Jacobs menyerahkan secarik kertas. "Orang yang kaucari terlibat
kecelakaan lalu lintas sekitar setahun lalu. Namanya Cari Gorman. Dia
pegawai administrasi di Monroe Arms." Sejenak ia menatap Tager. "Ada
sesuatu yang ingin kauceritakan tentang ini?"
"Tidak," jawab Peter Tager. "Tak ada apa-apa."
"Frank Lonergan, di saluran tiga, Miss Stewart. Dia bilang penting."
"Terima kasih." Leslie mengangkat gagang telepon dan menekan tombol.
"Frank?" "Kau sendirian?"
"Ya." Leslie mendengar laki-laki itu menarik napas panjang. "Oke, ini yang
kudapatkan." Ia berbicara selama sepuluh menit tanpa terputus.
Leslie Stewart bergegas ke ruang kerja Matt Baker. "Kita harus bicara.
Matt." Ia duduk di seberang meja Baker. "Bagaimana kalau kukatakan Oliver
Russel terlibat dalam pembunuhan Chloe Houston?"
"Aku akan bilang kau sudah tak waras."
"Aku baru ditelepon Frank Lonergan. Dia sempat bicara dengan Gubernur
Houston, yang tak percaya Paul Yerby pembunuh putrinya. Dia sempat bicara
dengan orangtua Paul Yerby. Mereka juga tak percaya."
"Tentu saja," ujar Matt Baker. "Kalau cuma itu..."
"Itu baru awalnya. Frank pergi ke kamar jenazah dan bicara dengan
petugas pemeriksa mayat. Di sana dia diberitahu bahwa ikat pinggang Paul
Yerby terpaksa dipotong karena melilit begitu kencang di lehernya."
Matt Baker mulai lebih serius. "Dan...?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Frank ke kantor polisi untuk mengambil barang-barang milik Yerby. Ikat
pinggangnya ternyata masih utuh."
Matt Baker menghela napas. "Jadi kau beranggapan dia dibunuh di
penjara, dan ada upaya untuk menutup-nutupi kejadian itu."
"Aku tak bilang begitu. Aku hanya melaporkan fakta yang terkumpul. Oliver
Russel pernah berusaha membujukku untuk menenggak Ecstasy cair. Ketika
dia mencalonkan diri sebagai gubernur, seorang sekretaris bidang hukum
tewas akibat Ecstasy. Sewaktu dia menjabat sebagai gubernur, sekretarisnya
ditemukan di taman dalam keadaan koma karena Ecstasy. Lonergan
mendapat informasi bahwa Oliver menelepon rumah sakit dan mengusulkan
agar peralatan penunjang hidup sekretaris itu dicabut."
Leslie mencondongkan badan ke depan. "Pada malam Chloe Houston
terbunuh, ada telepon dari Imperial Suite ke Gedung Putih. Frank sempat
memeriksa catatan telepon di Monroe Arms. Halaman untuk tanggal 15 tidak
ada. Sekretaris yang mengatur jadwal Presiden memberitahu Lonergan
bahwa Presiden rapat dengan Jenderal Whitman malam itu, padahal rapat
tersebut dibatalkan. Frank juga mendapat keterangan dari Gubernur Houston
bahwa Chloe ikut tur Gedung Putih dan akan diterima Presiden."
Keduanya terdiam cukup lama. "Di mana Frank Lonergan sekarang?" Matt
Baker akhirnya bertanya. "Dia sedang melacak Cari Gorman, pegawai hotel yang menyerahkan kunci
Imperial Suite." Jeremy Robinson tengah berkata, "Maaf, kami tak bisa memberikan
informasi pribadi mengenai pegawai kami."
Frank Lonergan menyahut, "Saya hanya minta alamat rumahnya, supaya
saya bisa..." "Percuma. Mr. Gorman sedang berlibur."
Lonergan menghela napas. "Sayang sekali. Tadinya saya berharap dia bisa
melengkapi informasi yang saya miliki."
"Maksud Anda?" "Kami sedang menyiapkan artikel mengenai kematian putri Gubernur
Houston di hotel Anda. Kelihatannya kami terpaksa mereka-reka sendiri
tanpa bantuan Gorman." Ia mengeluarkan pensil dan notes. "Sudah berapa
lama hotel ini berdiri" Saya memerlukan keterangan lengkap tentang latar
belakangnya, para tamu..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jeremy Robinson mengerutkan kening. "Tunggu sebentar! Tentunya
semuanya ini tak perlu. Maksud saya... dia bisa saja meninggal di tempat
lain." Frank Lonergan berkata dengan ramah. "Saya tahu, tapi kebetulan dia
tewas di sini. Hotel Anda akan terkenal seperti Watergate."
"Mr....?" "Lonergan." "Mr. Lonergan, saya akan sangat menghargai jika Anda... Maksud saya,
publisitas seperti ini akan berdampak buruk. Apakah tak ada cara lain
untuk...?" Lonergan merenung sejenak. "Hmm, seandainya saya bisa berbicara
dengan Mr. Gorman, barangkali saya bisa menemukan pendekatan lain."
"Saya sangat menghargai pengertian Anda. Sebentar, saya akan
mencarikan alamatnya."
Frank Lonergan gelisah. Garis besar peristiwa yang sedang diselidikinya
semakin jelas, dan ia mulai yakin bahwa ia telah menemukan persekongkolan
pada tingkat tertinggi. Sebelum menemui pegawai hotel itu, ia memutuskan
mampir ke apartemennya dulu. Istrinya, Rita, sedang menyiapkan makan
malam di dapur, la wanita mungil berambut merah dengan mata hijau
bersinar dan kulit putih mulus, la menoleh ketika suaminya masuk.
"Frank, kau sudah pulang jam segini?"
"Aku cuma mampir sebentar."
Rita mengamati wajah suaminya. "Pasti ada sesuatu."
Frank terdiam sejenak. "Kapan kau terakhir menengok ibumu?"
"Minggu lalu. Kenapa?"
"Bagaimana kalau kau mengunjunginya lagi, Sayang?"
"Ada masalah?" Suaminya tersenyum. "Masalah?" Ia menghampiri tempat perapian.
"Sebaiknya kau mulai membersihkan debu yang melekat di sini. Kita akan
menaruh Pulitzer Prize di sini dan Peabody Award di sini."
"Apa maksudmu?"
"Aku sedang menyelidiki sesuatu yang bakal menggemparkan dunia"dan
merontokkan orang-orang berkedudukan tinggi. Ini berita paling seru yang
pernah kuliput." "Tapi kenapa aku harus berkunjung ke rumah ibuku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Frank angkat bahu. "Urusan ini menyerempet bahaya. Ada orang-orang
tertentu yang tak ingin berita ini tersebar. Aku akan lebih tenang kalau kau di
luar kota untuk sementara, beberapa hari saja."
"Tapi kalau kau terancam bahaya..."
"Aku tidak terancam bahaya."
"Kau yakin takkan terjadi apa-apa?"
"Tentu. Berkemaslah. Nanti malam kutelepon di sana."
"Oke," sahut Rita dengan berat hati. Frank Lonergan menatap jam
tangannya. "Aku akan mengantarmu ke stasiun kereta api."
Sejam kemudian, Lonergan berhenti di depan rumah bersahaja di daerah
Wheaton. Ia turun dari mobil, menghampiri pintu depan, dan menekan bel.
Tak ada jawaban, la kembali menekan bel dan menunggu. Tiba-tiba pintu
terbuka. Seorang wanita setengah baya bertubuh gemuk berdiri di
hadapannya dan menatapnya dengan curiga. "Ya?"
"Saya dari Kantor Pajak," ujar Lonergan sambil memperlihatkan kartu
identitas. "Saya mencari Cari Gorman."
"Adik saya tidak di sini."
"Anda tahu di mana dia?"
"Tidak." Terlalu cepat.
Lonergan mengangguk. "Sayang sekali. Hmm, sebaiknya Anda mulai
mengemasi barang-barangnya. Saya akan menelepon ke kantor supaya
mereka mengirim mobil angkutan kemari." Lonergan berbalik dan menuju ke
mobilnya. "Tunggu dulu! Mobil angkutan" Apa maksud Anda?"
Lonergan berhenti dan berbalik lagi. "Adik Anda belum memberitahu
Anda?" "Memberitahu apa?"
Lonergan berjalan beberapa langkah ke arah rumah. "Dia ada masalah."
Wanita itu menatapnya dengan cemas. "Masalah seperti apa?"
"Maaf, saya tak berhak membicarakannya." Lonergan menggeleng.
"Padahal kelihatannya dia seperti orang baik-baik."
"Cari memang orang baik-baik," wanita itu membela adiknya.
Lonergan mengangguk. "Saya juga mendapat kesan begitu waktu dimintai
keterangan di kantor."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu mulai panik. "Dimintai keterangan soal apa?"
"Penggelapan pajak penghasilan. Sayang sekali dia tak ada. Sebenarnya
ada celah yang bisa dimanfaatkannya, tapi..." Ia mengangkat bahu.
"Berhubung dia tak di sini..." Ia berbalik lagi.
"Tunggu! Dia... dia berlibur di tempat pemancingan. Saya... saya


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebenarnya tak boleh memberitahu siapa-siapa."
Lonergan mengangkat bahu. "Oke, tak apa-apa."
"Tapi... ini lain. Dia di Sunshine Fishing Lodge di tepi danau di Richmond,
Virginia." "Baiklah. Saya akan menghubunginya di sana." ,
"Terima kasih. Anda yakin masalahnya bisa diatasi?"
"Tentu," jawab Lonergan. "Saya akan mengurus semuanya."
Lonergan menyusuri jalan raya 1-95 ke arah selatan. Richmond berjarak
sekitar 170 kilometer. Lonergan sempat memancing di danau tersebut ketika
berlibur beberapa tahun lalu, dan waktu itu ia beruntung.
Ia berharap keberuntungan tetap mendampinginya kali ini.
Hujan gerimis turun sejak pagi, namun Cari Gorman tidak ambil pusing.
Konon ketika hujan justru saat terbaik untuk memancing. Di buritan perahu
dayungnya, ia sedang memancing ikan bandeng bergaris dengan umpan ikan
kecil-kecil. Ombak-ombak kecil menampari pinggiran perahu dayungnya yang
berada di tengah danau. Ikan-ikan tampaknya kurang bersemangat
menyambar umpan yang dipasangnya. Tapi Gorman tidak peduli. Ia sedang
mensyukuri keberuntungannya dan berkhayal tentang uang yang akan ia
terima. Kita harus berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. Waktu
itu ia sempat kembali ke Monroe Arms untuk mengambil jaketnya yang
tertinggal. Ia sudah mau meninggalkan tempat parkir ketika pintu lift khusus
Imperial Suite terbuka. Gorman tertegun di balik kemudi ketika melihat siapa
yang keluar dari lift. Ia memperhatikan pria itu kembali ke lift, menghapus
sidik jarinya, lalu pergi naik mobil.
Baru keesokan paginya, setelah membaca berita mengenai pembunuhan di
Monroe Arms, Gorman mulai memahami duduk perkaranya. Ia merasa
kasihan pada orang itu. Aku memang penggemarnya. Tapi orang terkenal
seperti dia tak bisa bersembunyi. Ke mana pun pergi, dia pasti dikenali. Dia
harus membayar kalau ingin aku tutup mulut. Dia tak punya pilihan.
Pertama-tama aku akan minta seratus ribu dulu. Kalau dia membayar,
selanjutnya dia harus membayar terus. Barangkali aku akan membeli chateau
di Prancis, atau cha-let di Swiss.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba tali pancingnya tersentak, dan serta-merta ia menarik jorannya.
Ia bisa merasakan gerak-gerik ikan yang berusaha lolos. Kau takkan ke
mana-mana. Kau sudah kutangkap.
Di kejauhan terdengar bunyi perahu motor besar yang semakin dekat.
Seharusnya perahu motor dilarang di sini. Bisa-bisa semua ikan kabur ke-
takutan. Perahu motor itu melaju kencang.
"Jangan terlalu dekat!" seru Cari.
Perahu motor itu tepat menuju ke arahnya. "Hei, hati-hati! Awas! Ya
Tuhan...". Perahu dayung itu terbelah menjadi dua karena diterjang. Gorman tercebur
ke air. Dasar tukang mabuk sialan! Ia megap-megap di permukaan. Perahu motor
itu berputar dan kembali lagi. Dan hal terakhir yang dirasakan Cari Gorman
sebelum kepalanya tertabrak adalah tarikan pada tali pancingnya.
Ketika Frank Lonergan tiba, tepi danau dipenuhi mobil polisi dan satu mobil
pemadam kebakaran. Ambulans baru saja meninggalkan tempat itu.
Frank Lonergan turun dari mobil dan bertanya pada seseorang yang
menonton, "Ada apa ini?"
"Ada orang yang kecelakaan di danau."
Dan Frank Lonergan langsung paham.
Tengah malam, Frank Lonergan seorang diri di apartemennya. Ia sedang
duduk menghadap kompu ter sambil menulis artikel yang akan menghancur-
kan Presiden Amerika Serikat. Ia yakin artikel itu akan mendatangkan Pulitzer
Prize untuknya. Ia akan lebih terkenal daripada Woodward dan Bernstein.
Bel pintu berbunyi. Ia bangkit dan berjalan ke pintu.
"Siapa itu?" "Ada kiriman dari Leslie Stewart."
Dia mendapatkan informasi baru. Ia membuka pintu. Sepintas ia melihat
kilauan logam dadanya mendadak serasa terbakar
Dan kemudian semuanya menjadi gelap.
20 RUANG tamu di apartemen Frank Lonergan menyerupai kapal pecah.
Semua laci dan pintu lemari terbuka, dan seluruh isinya berserakan di lantai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nick Reese memperhatikan mayat Frank Lonergan dibawa keluar. Ia
berpaling kepada Detektif Steve Brown. "Senjata yang dipakai sudah
ditemukan?" "Belum."
"Kau sudah bicara dengan para tetangga?"
"Ya. Gedung apartemen ini penuh monyet. Mereka tak melihat apa-apa,
tak mendengar apa-apa, dan tak bicara apa-apa. Nihil. Mrs. Lonergan sedang
dalam perjalanan kemari. Dia mendengar beritanya di radio. Dalam enam
bulan terakhir ada beberapa perampokan di sini, dan..."
"Aku tidak yakin ini perampokan."
"Apa maksudmu?"
"Lonergan datang ke markas beberapa hari lalu untuk memeriksa barang-
barang Paul Yerby. Aku ingin tahu berita apa yang sedang dikejarnya. Tak
ada kertas-kertas di laci?""
"Tak ada." "Catatan?" "Sama sekali kosong."
"Berarti dia sangat rapi, atau seseorang telah mengambil semuanya."
Reese menuju ke meja kerja. Ia melihat seutas kabel tergantung dari meja,
tanpa tersambung ke mana pun. Reese meraihnya. "Apa ini?"
Detektif Brown menghampirinya. "Kabel listrik komputer. Berarti tadinya
ada komputer di sini."
"Komputernya hilang, tapi Lonergan mungkin menyimpan copy file-nya."
Mereka menemukan disket backup di tas kerja di mobil Lonergan. Reese
menyerahkannya kepada Brown.
"Tolong bawa disket ini ke markas. Kemungkinan besar ada password
untuk membukanya. Minta Chris Colby memeriksanya. Dia ahlinya."
Pintu depan membuka dan Rita Lonergan melangkah masuk. Ia tampak
pucat dan bingung. Ia segera berhenti ketika melihat orang-orang di apar-
temennya. "Siapa...?" "Detektif Nick Reese, Bagian Pembunuhan. Ini Detektif Brown."
Rita Lonergan memandang berkeliling. "Di mana...?"
"Jenazah suami Anda sudah dibawa, Mrs. Lonergan. Saya turut
berdukacita. Saya tahu waktunya tidak tepat, tapi saya perlu mengajukan
beberapa pertanyaan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu menatap Reese, dan matanya mendadak memancarkan
ketakutan. Reese heran. Apa yang ditakuti wanita tersebut"
"Suami Anda sedang menulis berita, bukan?"
Suara suaminya terngiang-ngiang di telinga Rita. "Aku sedang menyelidiki
sesuatu yang bakal menggemparkan dunia"dan merontokkan orang-orang
berkedudukan tinggi. Ini berita paling seru yang pernah kuliput."
"Mrs. Lonergan?"
"Saya... saya tak tahu apa-apa."
"Anda tak tahu tugas apa yang dikerjakan suami Anda?"
"Tidak. Frank tak pernah membicarakan pekerjaannya dengan saya."
Kelihatan jelas bahwa ia berbohong.
"Anda tak tahu siapa yang mungkin membunuh suami Anda?"
Rita Lonergan mengamati semua laci dan lemari yang terbuka. "Mungkin...
mungkin pencuri." Detektif Reese dan Detektif Brown bertukar pandang.
"Kalau Anda tak keberatan, saya... saya ingin sendirian sekarang."
"Tentu. Barangkali ada sesuatu yang bisa kami lakukan?"
"Tidak. Tolong biarkan saya sendirian."
"Kami akan kembali," Nick Reese berjanji.
*** Begitu tiba di markas, Detektif Reese segera menelepon Matt Baker. "Saya
sedang menyelidiki kasus pembunuhan Frank Lonergan," ujar Reese. "Anda
bisa memberitahu saya tugas apa yang sedang dikerjakannya?"
"Ya. Frank menyelidiki kematian Chloe Houston."
"Hmm, begitu. Apakah dia sudah sempat menyerahkan naskah?"
"Belum. Kami sedang menunggunya waktu..." Matt Baker terdiam.
"Oke. Terima kasih, Mr. Baker."
'Tolong beritahu saya kalau ada perkembangan."
"Anda yang pertama saya hubungi nanti," Reese meyakinkannya.
Keesokan paginya Dana Evans masuk ke ruang kerja Tom Hawkins. "Aku
ingin membuat liputan mengenai kematian Frank. Aku ingin bicara dengan
istrinya." "Ide bagus. Aku akan siapkan kru kamera."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sore itu, Dana dan kru kameranya berhenti di depan gedung apartemen
Frank Lonergan. Mereka menuju ke pintu apartemen Lonergan. dan Dana
menekan bel. Inilah jenis wawancara yang sulit bagi Dana. Menayangkan
para korban kejahatan sudah cukup berat baginya, tapi mengganggu
keluarga yang sedang dilanda duka lebih parah lagi.
Pintu membuka dan Rita Lonergan muncul. "Ada perlu apa?"
"Maaf kami mengganggu Anda, Mrs. Lonergan. Saya Dana Evans, dari
WTE. Kami ingin mengetahui reaksi Anda mengenai..."
Rita Lonergan terdiam sejenak, lalu menjerit. "Kalian pembunuh!" Ia
berbalik dan berlari masuk.
Dana menatap juru kameranya. "Tunggu sebentar." Ia menyusul ke dalam
dan menemukan Rita Lonergan di kamar tidur. "Mrs. Lonergan..."'
"Keluar! Kalian membunuh suamiku!"
Dana terheran-heran. "Apa maksud Anda?"
"Kalian memberinya tugas yang begitu berbahaya hingga dia minta saya ke
luar kota, karena dia... dia kuatir keselamatan saya terancam."
Dana menatapnya sambil mengerutkan kening. "Tugas apa yang sedang
dikerjakannya?" "Frank tak mau bilang." Wanita itu berjuang untuk menguasai diri. "Dia
cuma bilang tugasnya berbahaya. Sebuah berita besar. Dia sempat bicara
tentang Pulitzer Prize dan..." Ia mulai menangis.
Dana menghampiri wanita itu dan merangkulnya. "Saya turut bersedih.
Ada lagi yang dikatakan suami Anda?"
"Tidak. Dia minta saya pergi ke luar kota, dan dia mengantarkan saya ke
stasiun kereta api. Katanya dia mau menemui seseorang... pegawai hotel."
"Di mana?" "Di Monroe Arms."
"Saya tidak mengerti kenapa Anda kemari, Miss Evans," Jeremy Robinson
memprotes. "Lonergan sudah berjanji hotel ini takkan disorot kalau saya mau
bekerja sama." "Mr. Robinson, Mr. Lonergan sudah meninggal. Saya hanya mencari
informasi." Jeremy Robinson menggeleng. "Saya tak tahu apa-apa."
"Apa yang Anda beritahukan pada Mr. Lonergan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Robinson menghela napas. "Dia minta alamat Cari Gorman, salah satu
karyawan saya." "Apakah Mr. Lonergan sempat menemuinya?"
"Saya tak tahu."
"Boleh saya minta alamatnya?"
Jeremy menatapnya sejenak, lalu kembali menghela napas. "Baiklah. Dia
tinggal bersama kakak perempuannya."
Beberapa menit kemudian Dana sudah mendapatkan alamat itu. Robinson
memperhatikannya keluar dari hotel, kemudian ia mengangkat gagang
telepon dan menghubungi Gedung Putih.
Dalam hati ia bertanya-tanya mengapa mereka begitu tertarik pada kasus
ini. Chris Colby, ahli komputer di dinas kepolisian, masuk ke ruang kerja
Detektif Reese sambil membawa disket. Tampaknya ia sudah tidak sabar
untuk menyampaikan hasil penyelidikannya.
"Bagaimana?" tanya Detektif Reese.
Chris Colby menarik napas dalam-dalam. "Kau pasti takkan percaya. Nih.
aku sudah membuat printout dari file di disket ini."
Detektif itu mulai membaca. Ia membelalakkan mata. "Demi Tuhan,"
katanya. "Ini harus kutunjukkan pada Kapten Mil er."
Ketika selesai membaca printout itu, Kapten Otto Mil er segera menoleh
kepada Detektif Reese. "Aku... aku belum pernah melihat laporan seperti ini."
"Memang belum pernah ada kejadian seperti ini," ujar Detektif Reese. "Apa
yang harus kita lakukan?"
Kapten Mil er menjawab lirih, "Sebaiknya kita serahkan pada Jaksa Agung
saja." Mereka berkumpul di ruang kerja Jaksa Agung Barbara Gatlin. Selain Jaksa
Agung juga hadir Scott Brandon, direktur FBI; Dean Bergstrom, kepala
kepolisian Washington: James Frisch, direktur CIA. serta Edgar Graves, ketua
Mahkamah Agung. Barbara Gatlin berkata, "Saya mengundang Anda sekalian kemari karena
saya memerlukan saran. Terus terang, saya tidak tahu apa yang harus saya
lakukan. Kita menghadapi situasi yang unik. Frank Lonergan bekerja sebagai
wartawan untuk Washington Tribune. Ketika dia terbunuh, dia sedang
menyelidiki kematian Chloe Houston. Saya akan membacakan transkrip file
yang ditemukan polisi dalam disket di mobil Lonergan."
Ia menatap kertas di tangannya dan mulai membaca keras-keras,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"'Saya mempunyai alasan untuk percaya bahwa Presiden Amerika Serikat
telah melakukan paling tidak satu pembunuhan dan terlibat dalam empat
pembunuhan lain..." "Apa?" seru Scott Brandon.
"Biar saya selesaikan dulu." Jaksa Agung Gatlin kembali membaca.
"Informasi berikut saya peroleh dari berbagai sumber. Leslie Stewart,
pemilik dan pemimpin umum harian Washington Tribune, bersedia memberi
keterangan di bawah sumpah, bahwa Oliver Russel pernah berusaha
membujuknya untuk meminum obat terlarang yang dikenal sebagai Ecstasy
cair. "Ketika Oliver Russel mencalonkan diri sebagai gubernur Kentucky, Lisa
Burnette, sekretaris bidang hukum yang bekerja di gedung dewan legislatif,
mengancam akan menuntutnya karena pelecehan seksual. Russel
memberitahu salah satu koleganya bahwa wanita tersebut harus diajaknya
bicara. Keesokan harinya, mayat Lisa Burnette ditemukan di Kentucky River.
Ia tewas akibat overdosis Ecstasy cair.
"Sekretaris Oliver Russel saat ia menjadi gubernur, Miriam Friedland,
ditemukan dalam keadaan tidak sadar di bangku taman suatu tengah malam.
Miss Friedland mengalami koma akibat Ecstasy cair. Polisi menunggu ia sadar
kembali untuk menanyakan dari siapa ia memperoleh obat terlarang itu.
Oliver Russel sempat menelepon ke rumah sakit dan mengusulkan agar
semua alat penunjang kehidupan Friedland dicabut. Miriam Friedland me-
ninggal tanpa pernah siuman lagi.
"Chloe Houston tewas akibat overdosis Ecstasy cair. Saya mendapat
informasi bahwa pada malam kematiannya ada telepon dari suite hotel ke
Gedung Putih. Ketika memeriksa catatan telepon hotel itu untuk
memastikannya, saya mendapatkan halaman untuk hari itu telah lenyap.
"Saya diberitahu bahwa Presiden mengikuti rapat malam itu, namun
kemudian ternyata rapat tersebut dibatalkan. Tak seorang pun tahu keber-
adaan Presiden malam itu.
"Paul Yerby ditahan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Chloe
Houston. Kapten Otto Mil er memberitahu pihak Gedung Putih di mana Yerby
ditahan. Keesokan paginya Yerby ditemukan tewas di selnya. Ia dikabarkan
tewas karena gantung diri dengan sabuknya, tapi ketika saya memeriksa
barang-barangnya di kantor polisi, sabuknya ternyata masih utuh.
"Melalui kenalan saya di FBI, saya memperoleh kabar bahwa ada surat
pemerasan yang dikirim ke Gedung Putih. Presiden Russel meminta FBI me-
meriksa sidik jari pada surat itu. Sebagian besar isi surat tersebut telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diputihkan dengan cairan penghapus, tapi pihak FBI berhasil mengetahui


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

isinya berkat bantuan infrascope.
'"Sidik jari pada surat itu kemudian diketahui milik Cari Gorman, karyawan
Monroe Arms Hotel dan mungkin satu-satunya orang yang mengetahui
identitas pemesan suite tempat gadis itu terbunuh. Cari Gorman tengah
berlibur di suatu tempat pemancingan, tapi namanya telah disampaikan
kepada Gedung Putih. Ketika saya tiba di tempat pemancingan tersebut.
Gorman telah tewas dalam kejadian yang berkesan seperti kecelakaan.
"Banyaknya kaitan di antara kasus-kasus di atas mengisyaratkan bahwa ini
bukan kebetulan. Saya akan meneruskan penyelidikan, tapi terus terang,
saya takut. Paling tidak saya telah membuat catatan ini, kalau-kalau terjadi
sesuatu terhadap saya. Selebihnya akan menyusul."
"Ya Tuhan," seru James Frisch. "Ini... betul-betul mengerikan."
"Rasanya sulit dipercaya."
Jaksa Agung Gatlin berkata, "Lonergan percaya, dan kemungkinan besar
dia dibunuh agar informasi ini tak tersebar."
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Hakim Agung Graves.
"Bagaimana cara menanyakan pada Presiden Amerika Serikat apakah dia
membunuh setengah lusin orang?"
"Pertanyaan bagus. Apakah dia harus dipanggil untuk memberikan
pertanggungjawaban" Atau ditahan" Atau dimasukkan ke penjara?"
"Sebelum kita melangkah lebih jauh," ujar Jaksa Agung Gatlin, "sebaiknya
kita perlihatkan transkrip ini pada Presiden dan memberi kesempatan
padanya untuk menanggapinya."
Semua orang yang hadir mengangguk-angguk.
"Sementara itu. saya akan menyiapkan surat perintah penangkapan.
Sekadar untuk berjaga-jaga seandainya diperlukan."
Salah satu orang di ruangan itu berkata dalam hati, Aku harus
memberitahu Peter Tager. Peter Tager meletakkan gagang telepon, lalu duduk sambil termenung-
menung. Ia memikirkan kabar yang baru saja didengarnya. Akhirnya ia
bangkit dan menyusuri koridor ke ruang kerja Deborah Kanner.
"Aku perlu menemui Presiden."
"Dia sedang rapat. Barangkali..."
"Aku harus menemuinya sekarang juga, Deborah. Ada urusan penting."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Deborah Kanner melihat roman muka pria itu. "Tunggu sebentar." Ia
mengangkat gagang telepon dan menekan tombol. "Maaf saya mengganggu,
Mr. President. Mr. Tager ada di sini, dan bilang dia harus menemui Anda."
Sejenak ia mendengarkan lawan bicaranya. "Terima kasih." la menutup
telepon dan berpaling kepada Tager. "Lima menit."
Lima menit kemudian, Peter Tager sendirian di Ruang Oval bersama
Presiden Russel . "Ada apa, Peter" Apa yang tak bisa menunggu sampai aku selesai rapat?"
Tager menarik napas dalam-dalam. "Jaksa Agung dan FBI menduga kau
terlibat dalam enam kasus pembunuhan."
Oliver tersenyum. "Ini pasti lelucon...."
"Kurasa bukan. Mereka sedang menuju kemari. Kau disangka membunuh
Chloe Houston dan..."
Wajah Oliver mendadak pucat. "Apa?"
"Aku tahu"ini tidak masuk akal. Menurut informasi yang kuterima, semua
bukti yang mereka miliki bersifat tidak langsung. Aku yakin kau bisa
menjelaskan di mana kau berada pada malam gadis itu tewas."
Oliver membisu. Peter Tager menunggu. "Oliver, kau bisa menjelaskannya, kan?"
Oliver menelan ludah. "Tidak. Aku tak bisa."
"Kau harus menjelaskannya!"
Oliver menghela napas. "Peter, aku ingin sendirian sekarang."
Peter Tager segera menemui Senator Davis di Capitol.
"Ada masalah apa, Peter?"
"Ini... ini menyangkut Presiden."
"Ya?" "Jaksa Agung dan FBI menduga Oliver terlibat pembunuhan."
Senator Davis menatap Tager sambil mengerutkan kening. "Apa
maksudmu?" "Mereka yakin Oliver melakukan beberapa pembunuhan. Aku mendapat
kabar ini dari temanku di FBI."
Tager bercerita mengenai bukti-bukti yang telah terkumpul.
Setelah mendengar penjelasan Tager, Senator Davis berkata pelan-pelan.
"Dasar tolol! Kau tahu apa artinya ini?"
"Ya, Sir. Ini berarti Oliver..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persetan dengan Oliver. Aku menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk
mendudukkannya di tempat yang kuinginkan. Akulah yang berkuasa
sekarang, Peter. Aku yang memegang kekuasaan. Dan aku takkan
membiarkannya terlepas karena kebodohan Oliver. Tak ada yang bisa
merebutnya dari tanganku!"
"Kurasa tak ada yang bisa kau..."
"Tadi kau bilang semua buktinya bersifat tak langsung?"
"Betul. Menurut informasi yang kuperoleh, mereka tak memiliki bukti
nyata. Tapi Oliver tidak punya alibi."
"Di mana dia sekarang?"
"Di Ruang Oval."
"Aku punya kabar baik untuknya," ujar Senator Todd Davis.
Senator Davis menemui Oliver di Ruang Oval. "Aku telah mendapat kabar
yang sangat merisaukan, Oliver. Tapi tentu saja itu semua tidak masuk akal.
Aku tak mengerti bagaimana mungkin mereka menyangka kau..."
"Aku juga tak mengerti. Aku tak melakukan apa-apa, Todd."
"Aku percaya. Tapi kalau sampai tersiar bahwa kau dicurigai melakukan
kejahatan mengerikan seperti ini... hmm, kau bisa membayangkan bagai-
mana dampaknya terhadap kedudukanmu, kan?"
"Tentu saja, tapi..."
"Kau terlalu penting untuk membiarkan hal seperti ini menimpa dirimu.
Seluruh dunia dikendalikan dari ruangan ini, Oliver. Jangan kaukorbankan
karena urusan seperti ini."
"Todd... aku tak bersalah."
"Tapi mereka tak sependapat. Kudengar kau tak punya alibi untuk malam
ketika Chloe Houston dibunuh?"
Oliver terdiam sejenak. "Tidak."
Senator Davis tersenyum. "Rupanya ingatanmu sudah mulai payah, Nak.
Kau bersamaku waktu itu. Kita mengobrol sampai larut malam."
Oliver menatapnya dengan bingung. "Apa?"
"Ya, aku alibimu. Takkan ada yang meragukan ucapanku. Aku akan
menyelamatkanmu, Oliver."
Oliver termangu-mangu. Akhirnya ia berkata, "Tentunya kau
mengharapkan sesuatu sebagai imbalannya?"
Senator Davis mengangguk. "Kita mulai dengan perundingan damai untuk
kawasan Timur Tengah. Kau akan membatalkannya. Setelah itu, kita akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bicara lebih jauh. Aku punya rencana besar untuk kita. Dan kita takkan
membiarkan siapa pun menghalangi rencana-rencana itu."
Oliver berkata, "Perundingan damai akan diteruskan."
Senator Davis memicingkan mata. "Apa katamu?"
"Aku takkan membatalkannya. Yang penting bukan berapa lama masa
jabatan seorang presiden, Todd, tapi apa yang dilakukannya selama itu."
Wajah Senator Davis menjadi merah. "Kau tahu apa akibat keputusanmu?"
"Ya." Sang senator mencondongkan badan ke depan. "Kurasa kau belum sadar.
Mereka menuju kemari untuk menuduhmu sebagai pembunuh. Oliver. Dari
mana kau akan mengatur perundingan damai itu" dari penjara" Kau baru
saja mencampakkan seluruh hidupmu, dasar..."
Sebuah suara terdengar melalui interkom. "Mr. President, ada beberapa
orang yang ingin menemui Anda. Jaksa Agung Gatlin, Mr. Brandon dari FBI,
Hakim Agung Graves, dan..."
"Suruh mereka masuk."
Senator Davis berkata dengan geram, "Seharusnya aku mengurus kuda
saja. Aku keliru menilaimu, Oliver. Tapi kau baru saja melakukan kesalahan
terbesar dalam hidupmu. Aku akan menghancurkanmu."
Pintu membuka dan Jaksa Agung melangkah masuk. Brandon, Hakim
Agung Graves, dan Bergstrom menyusul.
Hakim Agung Graves berkata, "Senator Davis..."
Todd Davis mengangguk singkat dan bergegas meninggalkan ruangan.
Barbara Gatlin menutup pintu, lalu menghampiri meja kerja Oliver.
"Mr. President, ini memang situasi yang sulit, tapi saya mengharapkan
pengertian Anda. Kami perlu mengajukan sejumlah pertanyaan."
Oliver menatap mereka. "Saya sudah mendengar maksud kedatangan
Anda. Tentu saja saya tidak punya sangkut paut dengan semua kematian ter-
sebut." "Tanggapan Anda sangat melegakan bagi kami semua. Mr. President," ujar
Scott Brandon, "dan saya jamin tak seorang pun di antara kami percaya
bahwa Anda terlibat. Tapi ada tuduhan yang telah terlontar, dan kami tidak
mempunyai pilihan selain menyelidikinya."
"Saya mengerti."
"Mr. President, apakah Anda pernah memakai obat terlarang bernama
Ecstasy?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak." Mereka saling melirik. "Mr. President, kami berharap Anda bisa memberitahu kami di mana Anda
berada pada tanggal 5 Oktober, pada malam kematian Chloe Houston...."
Suasana menjadi hening. "Mr. President?"
"Maaf, saya tidak bisa."
"Tapi tentunya Anda ingat di mana Anda berada, atau apa yang Anda
lakukan malam itu?" Oliver membisu. "Mr. President?"
"Saya... saya tak bisa berpikir sekarang. Barangkali Anda sekalian bisa
kembali lagi nanti."
"Pukul berapa?" tanya Bergstrom.
"Pukul delapan."
Oliver memperhatikan mereka pergi, lalu bangkit dari kursinya. Perlahan-
lahan ia menuju ruang duduk kecil tempat Jan sedang menulis. Ia menoleh
ketika Oliver masuk. Oliver menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Jan, aku... ada sesuatu
yang perlu kuceritakan."
Senator Davis betul-betul marah. Kenapa aku begitu bodoh" Aku salah
memilih orang. Dia mau menghancurkan segala sesuatu yang telah kubangun
dengan susah payah. Aku harus memberi pelajaran padanya, supaya dia tahu
apa yang terjadi dengan orang-orang yang mau berkhianat padaku.
Ia duduk termenung, sambil memikirkan langkah apa yang harus
diambilnya. Kemudian ia mengangkat gagang telepon dan menghubungi se-
buah nomor. "Miss Stewart, tempo hari Anda minta saya menelepon lagi kalau saya
mempunyai tawaran yang lebih menarik untuk Anda."
"Ya, Senator?" "Pertama-tama saya ingin menjelaskan dulu keinginan saya. Mulai
sekarang, saya mengharapkan dukungan penuh harian Tribune"sumbangan
kampanye, ulasan yang positif, pokoknya lengkap."
"Dan apa yang saya peroleh sebagai imbalan?" tanya Leslie.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Presiden Amerika Serikat. Jaksa Agung baru saja mengeluarkan surat
perintah penangkapan untuk Oliver Russel karena serangkaian pembunuh-
an." Leslie langsung menarik napas. "Silakan lanjutkan."
Leslie Stewart berbicara begitu cepat sehingga Matt Baker tidak dapat
memahami sepatah kata pun. "Ya ampun, tenang dulu," katanya. "Apa yang
hendak kaukatakan?" "Presiden Russel ! Akhirnya kita mendapatkannya, Matt! Aku baru saja
bicara dengan Senator Todd Davis. Ketua Mahkamah Agung, Kepala Ke-
polisian, Direktur FBI, dan Jaksa Agung sedang berada di kantor Presiden
sekarang. Mereka membawa surat perintah penangkapannya. Dia dituduh
melakukan pembunuhan. Ada setumpuk bukti yang memberatkan dia, Matt,
dan dia tak punya alibi. Ini berita paling besar dalam abad ini!"
"Beritanya tak bisa dicetak."
Leslie menatapnya dengan heran.
"Leslie, berita seperti ini terlalu besar untuk langsung... maksudku, semua
fakta harus dicek dan dicek lagi..."
"Dan dicek lagi sampai menjadi berita utama di The Washington Postl
Tidak bisa. Kali ini aku tak mau didului."
"Kau tak bisa menuduh Presiden Amerika Serikat melakukan pembunuhan
tanpa..." Leslie tersenyum. "Memang bukan begitu maksudku. Kita cukup
melaporkan bahwa ada surat perintah untuk penangkapannya. Itu saja sudah
memadai untuk menghancurkannya."
"Senator Davis..."
"...menyerahkan menantunya sendiri. Dia percaya Presiden bersalah. Dia
sendiri yang bilang begitu."
"Itu belum cukup. Kebenaran kabar ini harus kita pastikan dulu, dan..."
"Siapa yang akan kautanya"Katharine Graham" Kau sudah gila" Berita ini
harus kita turunkan sekarang juga, atau kita kalah."
"Aku tak bisa membiarkanmu melakukan ini sebelum..."
"Kau lupa dengan siapa kau bicara" Ini surat kabarku, dan aku bebas
berbuat sesuka hatiku."
Matt Baker bangkit dari kursinya. "Tindakanmu tidak bertanggung jawab.
Aku takkan mengizinkan anak buahku menulis berita ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak perlu. Aku sendiri yang akan menulisnya."
"Leslie, kalau kau tetap nekat, aku akan mengundurkan diri. Aku tidak
main-main." "Jangan terburu-buru, Matt. Kau dan aku akan berbagi Pulitzer Prize." la
memperhatikan pria itu meninggalkan ruangan. "Kau pasti akan kembali."
Leslie menekan tombol interkom. "Minta Zoltaire kemari."
Ia menatap Zoltaire dan berkata, "Aku ingin tahu horoskopku untuk 24 jam
yang akan datang." "Baik, Miss Stewart. Dengan senang hati." Zoltaire mengeluarkan
ephemiris"buku suci para ahli nujum bintang"dan membukanya. Sejenak ia
mengamati posisi bintang dan planet, dan kemudian ia membelalakkan mata.
"Ada apa?" Zoltaire menoleh. "Aku... tampaknya ada peristiwa sangat penting yang
sedang berlangsung." Ia menunjuk bukunya. "Lihat ini. Mars sedang dalam
transisi dan tumpang tindih dengan Pluto selama tiga hari, sehingga..."
"Sudahlah," Leslie menyela tidak sabar. "Langsung ke intinya saja."
Zoltaire berkedip. "Ke intinya" Ah, baiklah." Ia kembali mengamati
bukunya. "Ada kejadian yang sangat penting. Kau berada di tengah-tengah.
Kau akan lebih terkenal lagi daripada sekarang, Miss Stewart. Seluruh dunia
akan mengetahui namamu."
Leslie dipenuhi kegembiraan yang meluap-luap. Seluruh dunia akan
mengenalnya. Ia membayangkan dirinya pada malam penyerahan
penghargaan dan pembawa acaranya sedang berkata, "Dan sekarang,
penerima Pulitzer Prize tahun ini untuk berita paling penting dalam sejarah
persuratkabaran. Hadirin yang terhormat, mari kita sambut Miss Leslie
Stewart." Semua orang bangkit dan bertepuk tangan, gemuruhnya
memekakkan telinga. "Miss Stewart..."
Lamunan Leslie pun buyar.
"Ada lagi yang bisa kubantu?"
"Tidak," jawab Leslie. "Terima kasih, Zoltaire. Kurasa cukup sekian."
Pukul 19.00, Leslie mengamati cetakan percobaan dari artikel yang
ditulisnya. Judulnya berbunyi:
PRESIDEN RUSSELL MENERIMA SURAT PERINTAH PENANGKAPAN


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

DENGAN TUDUHAN PEMBUNUHAN, AKAN DIMINTAI KETERANGAN
SEHUBUNGAN DENGAN ENAM KEMATIAN LAIN.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Leslie membaca uraian yang menyusul, kemudian berpaling kepada Lyle
Bannister, redaktur pelaksana harian Tribune. "Cetak artikel ini sebagai suple-
men," katanya. "Satu jam lagi harus sudah beredar di jalanan, supaya WTE
bisa menyiarkan beritanya secara bersamaan."
Lyle Bannister tampak ragu-ragu. "Barangkali sebaiknya Matt Baker..."
"Akulah pemilik koran ini, bukan dia. Kerjakan saja. Sekarang juga."
"Baik, Ma'am." Ia meraih telepon di meja Leslie dan menghubungi sebuah
nomor. "Cetak apa adanya."
Pukul 19.30, Barbara Gatlin serta para anggota rombongan lainnya sedang
bersiap-siap kembali ke Gedung Putih. Barbara Gatlin menghela napas, lalu
berkata, "Saya sungguh-sungguh berharap kita takkan perlu menggunakannya, tapi sekadar untuk berjaga-jaga, saya membawa surat
perintah untuk menangkap Presiden Russel ."
Tiga puluh menit kemudian, sekretaris Oliver berkata, "Jaksa Agung Gatlin
dan rombongannya telah tiba."
"Suruh mereka masuk."
Dengan wajah pucat Oliver memperhatikan mereka memasuki Ruang Oval.
Jan berdiri di sampingnya dan memegang tangannya erat-erat.
Barbara Gatlin bertanya, "Anda sudah siap menjawab pertanyaan kami, Mr.
President?" Oliver mengangguk. "Ya."
"Mr. President, apakah Chloe Houston dijadwalkan bertemu Anda pada
tanggal 15 Oktober?"
"Ya, benar." "Dan apakah Anda menerima kunjungannya pada tanggal tersebut?"
"Tidak. Pertemuan kami terpaksa dibatalkan."
Waktu itu ia ditelepon beberapa menit sebelum pukul tiga sore. "Sayang,
ini aku. Aku merindukanmu. Aku sendirian di pondok di Maryland. Aku duduk
di tepi kolam, telanjang."
"Wah, ini tak bisa kita biarkan."
"Kapan kau bisa kemari?"
"Sejam lagi aku akan tiba di sana."
Oliver menatap orang-orang di hadapannya. "Jika apa yang akan saya
katakan pada Anda sampai meninggalkan ruangan ini, baik kepresidenan ini
maupun hubungan kita dengan suatu negara lain akan terkena dampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
negatif yang takkan bisa diperbaiki. Saya sebenarnya sangat enggan melaku-
kan ini, tapi Anda tidak memberi pilihan pada saya."
Sementara para anggota rombongan terheran-heran, Oliver menghampiri
pintu ke ruang sebelah dan membukanya. Sylva Picone melangkah masuk.
"Ini Sylva Picone, istri Duta Besar Itali. Pada tanggal 15 itu, Mrs. Picone
dan saya bersama-sama di pondok peristirahatannya di Maryland, mulai
pukul empat sore sampai pukul dua dini hari. Saya sama sekali tidak
mengetahui apa pun tentang pembunuhan Chloe Houston dan semua
kematian lainnya." 21 DANA masuk ke ruang kerja Tom Hawkins. 'Tom, aku menemukan sesuatu
yang menarik. Sebelum dibunuh, Frank Lonergan sempat pergi ke rumah Cari
Gorman. salah satu pegawai Monroe Arms. Gorman sendiri tewas dalam
insiden yang dikatakan sebagai kecelakaan perahu. Dia tinggal bersama
kakak perempuannya. Aku ingin membawa kru ke sana dan membuat
rekaman untuk berita jam sepuluh nanti."
"Kau tak percaya dia tewas karena kecelakaan?"
"Tidak. Terlalu banyak kebetulan."
Tom Hawkins merenung sejenak. "Oke. Aku akan menyiapkan semuanya."
"Thanks. Ini alamatnya. Aku mau pulang dulu untuk ganti baju, dan
setelah itu aku langsung ke sana."
Ketika sampai di rumah, mendadak Dana merasa ada yang tidak beres.
Kepekaan itu diperolehnya di Sarajevo, semacam indra keenam yang
memperingatkannya akan bahaya. Sepertinya ada seseorang yang sempat
masuk ke apartemennya. Dana memeriksa semua lemari dengan seksama.
Ternyata tidak ada yang hilang. Aku cuma mengada-ada. Dana berkata
dalam hati. Namun ia sendiri tidak percaya.
Kendaraan pemancar telah menunggu di ujung jalan ketika Dana tiba di
rumah yang ditinggali kakak perempuan Cari Gorman. Kendaraan tersebut
berupa van berukuran raksasa dengan antene besar di atap dan peralatan
elektronik yang canggih di dalamnya. Dana disapa oleh Andrew Wright, yang
bertugas menata suara, dan Vernon Mil s, juru kamera.
"Di mana kita melakukan wawancara?" tanya Mil s.
"Di dalam rumah saja. Aku akan memanggil kalian kalau kami sudah siap."
"Oke." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dana menuju ke pintu depan dan mengetuk. Marianne Gorman membuka
pintu. "Ya?" "Saya..." "Oh! Saya tahu siapa Anda. Saya pernah melihat Anda di televisi."
"Ya," ujar Dana. "Apakah kita bisa bicara sebentar?"
Marianne Gorman tampak ragu-ragu. "Ehm, baiklah. Mari masuk."
Dana mengikutinya ke ruang tamu.
Marianne Gorman mempersilakan Dana duduk. "Ini tentang adik saya,
kan" Saya yakin dia dibunuh."
"Siapa yang membunuhnya?"
Marianne Gorman memalingkan wajah. "Saya tak tahu."
"Apakah Frank Lonergan datang kemari untuk bicara dengan Anda?"
Wanita itu memicingkan mata. "Dia mengelabui saya. Saya
memberitahunya di mana dia bisa menemukan adik saya dan..." Matanya
mulai berkaca-kaca. "Sekarang Cari meninggal."
"Apa yang hendak dibicarakan Lonergan dengan adik Anda?"
"Dia mengaku dari Kantor Pajak."
Dana mengamati wanita itu. "Apakah Anda keberatan kalau kita melakukan
wawancara singkat untuk disiarkan di televisi" Beberapa patah kata saja
tentang pembunuhan adik Anda, dan tentang perasaan Anda mengenai
kejahatan di kota ini."
Marianne Gorman mengangguk. "Boleh saja."
"Terima kasih." Dana kembali ke pintu depan. Ia membukanya dan
melambaikan tangan kepada Vernon Mil s. Si juru kamera mengambil
peralatannya dan berjalan ke arah rumah. Andrew Wright mengikutinya.
"Saya belum pernah diwawancarai," ujar Marianne.
"Anda tak perlu gugup. Ini hanya makan waktu beberapa menit saja."
Vernon memasuki ruang tamu sambil membawa kamera. "Di mana aku
harus pasang kamera?"
"Di sini saja, di ruang tamu." Dana mengangguk ke sudut ruangan.
"Kamera bisa dipasang di sebelah sana."
Vernon menyiapkan kamera, lalu kembali menghampiri Dana. Ia
menyematkan mikrofon mini ke baju kedua wanita itu. "Oke, semuanya
sudah siap." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Marianne Gorman berkata, "Jangan! Tunggu dulu! Saya minta
maaf, tapi saya... saya tak bisa."
"Kenapa?" tanya Dana.
"Ini... ini berbahaya. Apakah... apakah kita bisa bicara berdua saja?"
"Silakan." Dana menatap Vernon dan Wright. "Kameranya ditinggal saja.
Nanti kalian kupanggil lagi."
Vernon mengangguk. "Kami tunggu di van."
Dana berpaling kepada Marianne Gorman. "Kenapa Anda tak berani
muncul di televisi?"
Marianne menjawab lirih, "Saya tak mau mereka sampai melihat saya."
"Siapa?" Marianne menelan ludah. "Cari melakukan sesuatu yang... yang
seharusnya tidak dilakukannya. Dia dibunuh karena itu. Dan orang-orang
yang membunuhnya pasti akan mencoba membunuh saya." Ia gemetaran.
"Apa yang dilakukan Cari?"
"Oh, Tuhan," Marianne mendesah. "Saya sudah memohon-mohon supaya
dia jangan melakukannya."
"Jangan melakukan apa?" Dana mendesak.
"Dia... dia menulis surat pemerasan."
Dana terperanjat. "Surat pemerasan?"
"Ya. Tapi Anda harus percaya, Cari sebenarnya orang baik-baik. Hanya
saja dia suka... seleranya mahal, dan dengan gajinya dia tak bisa hidup
sesuai keinginannya. Dia dibunuh karena surat itu. Saya tahu. Mereka
menemukannya, dan sekarang mereka tahu di mana saya. Saya akan
dibunuh." Ia terisak-isak. "Saya tak tahu harus bagaimana."
"Tolong ceritakan sedikit tentang surat itu."
Marianne Gorman menarik napas dalam-dalam. "Adik saya mau pergi
berlibur. Tapi jaket yang hendak dibawanya ketinggalan di hotel, dan dia
kembali ke sana untuk mengambilnya. Dia sudah ada di mobilnya di garasi
waktu pintu lift khusus dari Imperial Suite terbuka. Cari memberitahu saya
bahwa dia melihat seorang laki-laki. Dia kaget melihat orang itu. Dan dia
lebih kaget lagi waktu orang itu kembali ke lift dan menghapus sidik jarinya.
Cari bingung kenapa dia berbuat begitu. Lalu, keesokan paginya, dia
membaca berita tentang gadis malang yang dibunuh, dan dia langsung tahu
laki-laki itulah pembunuhnya." la terdiam sejenak. "Karena itulah dia
mengirim surat ke Gedung Putih."
Dana mengulangi pelan-pelan, "Ke Gedung Putih?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya." "Pada siapa suratnya dialamatkan?"
"Pada orang yang dilihatnya di garasi. Laki-laki dengan tutup mata. Peter
Tager." 22 BUNYI lalu lintas di Pennsylvania Avenue, di luar Gedung Putih, terdengar
melalui dinding-dinding ruang kerjanya, dan ia kembali sadar di mana ia
berada. Ia meninjau kembali segala sesuatu yang tengah terjadi, dan ia
merasa tenang karena posisinya aman. Oliver Russel akan ditangkap karena
pembunuhan yang tidak pernah dilakukannya, dan Melvin Wicks, sang wakil
presiden, akan menggantikannya. Senator Davis tidak akan menemui
kesulitan untuk mengendalikan Wakil Presiden Wicks. Dan aku tak mungkin
dikaitkan dengan semua kematian itu, Tager berkata dalam hati.
Malam itu ada acara doa bersama yang ditunggu-tunggu oleh Peter Tager.
Para peserta senang mendengarkan khotbahnya mengenai agama dan
kekuasaan. Peter Tager berusia empat belas tahun ketika mulai menaruh perhatian
pada lawan jenis. Tuhan memberinya libido yang luar biasa kuat, dan Peter
sempat menyangka gadis-gadis takkan tertarik padanya setelah ia kehilangan
sebelah mata. Ternyata, justru sebaliknya yang terjadi. Tutup matanya malah
menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, ia juga dianugerahi kemampuan
membujuk, dan ia sanggup merayu gadis-gadis muda yang malu-malu
menemaninya di bangku belakang mobil, di gudang jerami, dan di tempat
tidur. Masalahnya, salah satu dari mereka kemudian hamil dan Peter terpaksa
menikahinya. Ia memperoleh dua anak dari istrinya. Mula-mula ia
menganggap keluarganya sebagai beban yang membelenggu kebebasannya.
Tapi ternyata, anak-istrinya justru bermanfaat untuk menutup-nutupi
kegiatan ekstrakurikuler yang ditekuninya. Dulu, ia sempat mempertimbangkan untuk menjadi pendeta, tapi kemudian ia bertemu
dengan Senator Todd Davis, dan seluruh hidupnya berubah. Ia menemukan
forum baru yang lebih luas. Dunia politik.
Awalnya, Peter tidak pernah mengalami masalah dengan hubungan
gelapnya. Kemudian ia mendapatkan obat terlarang bernama Ecstasy dari
seorang teman, dan ia berbagi dengan Lisa Burnette, sesama anggota gereja
di Frankfort. Tapi rupanya ada yang tidak beres, sehingga wanita itu akhirnya
tewas. Mayatnya ditemukan di Kentucky River.
Insiden berikut terjadi ketika Miriam Friedland, sekretaris Oliver Russel ,
menunjukkan reaksi tak terduga dan mengalami koma. Bukan salahku, Peter
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tager berkata dalam hati. Ia sendiri tidak merasakan akibat buruk dari obat
itu. Barangkali Miriam terlalu banyak memakai obat lain.
Lalu ada Chloe Houston yang malang. Mereka bertemu di salah satu
koridor Gedung Putih, ketika gadis itu sedang mencari kamar kecil.
Chloe segera mengenali Tager, dan terkesan sekali. "Anda Peter Tager!
Saya sering melihat Anda di televisi."
"Aku merasa tersanjung. Ada yang bisa kubantu?"
"Saya sedang mencari kamar kecil." Gadis itu masih muda dan sangat
cantik. "Tak ada kamar kecil untuk umum di Gedung Putih, Miss."
"Oh." "Tapi mungkin aku bisa membantu. Mari ikut aku." Tager mengajaknya ke
kamar kecil pribadi di lantai atas, dan menunggunya di luar. Ketika gadis itu
muncul lagi, Tager bertanya, "Kau sedang berkunjung ke Washington?"
"Ya." "Bagaimana kalau aku menunjukkan Washington sesungguhnya" Kau
berminat?" Firasatnya mengatakan bahwa gadis itu tertarik padanya.
"Saya... saya akan senang sekali"kalau tak terlalu merepotkan."
"Untuk gadis secantik kau" Tentu tidak. Kita mulai dengan makan malam
nanti." Gadis itu tersenyum. "Kedengarannya menarik sekali."
"Kujamin kau takkan kecewa. Tapi jangan beritahu siapa-siapa kita akan
bertemu. Ini rahasia kita berdua."
"Saya takkan memberitahu siapa pun. Saya janji."
"Aku harus menghadiri pertemuan tingkat tinggi dengan Pemerintah Rusia
nanti malam, di Monroe Arms Hotel." Tager sadar bahwa gadis itu sangat
terkesan. "Kita bisa makan malam di Imperial Suite, seusai pertemuan.
Bagaimana kalau kita bertemu di sana sekitar pukul tujuh?"
Gadis itu menatapnya dan mengangguk. "Baiklah."
Tager menjelaskan bagaimana cara masuk ke suite itu. "Takkan ada
masalah. Telepon aku saja supaya aku tahu kau sudah datang."
Dan itulah yang dilakukan Chloe.
Mula-mula, Chloe Houston tampak enggan. Ketika Peter hendak
memeluknya, gadis itu mengelak dan berkata, "Jangan. Saya... saya masih
perawan." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Peter Tager justru semakin bergairah. "Kau tak perlu melakukan apa pun
yang tak kauinginkan," ia menenangkannya. "Kita duduk-duduk saja dan
ngobrol." "Anda kecewa?" Tager meremas tangan gadis itu. "Sama sekali tidak."
Ia mengeluarkan botol Ecstasy cair, dan menuangkan isinya ke dalam dua
gelas. "Apa ini?" tanya Chloe.
"Ini penambah energi. Cheers." Tager mengajak gadis itu bersulang, dan
memperhatikannya mereguk cairan di dalam gelas.
"Rasanya enak," Chloe berkomentar.
Mereka berbincang-bincang selama setengah jam berikutnya, dan Peter
menunggu sampai obat itu mulai bereaksi. Akhirnya ia pindah ke samping
Chloe dan merangkulnya, dan kali ini tidak ada perlawanan.
"Bukalah bajumu," katanya.


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baik." Mata Peter mengikutinya ke kamar mandi, dan ia sendiri mulai
menanggalkan pakaian. Chloe keluar beberapa menit kemudian, telanjang,
tubuhnya yang langsing dan padat membuat Peter terangsang. Gadis itu
cantik sekali. Chloe naik ke tempat tidur, dan mereka mulai bercumbu, la
belum berpengalaman, tapi kenyataan bahwa ia masih perawan merupakan
rangsangan ekstra yang dibutuhkan Peter.
Di tengah-tengah kalimat, Chloe tiba-tiba duduk tegak. Ia mendadak
pusing. "Ada apa?"
"Saya... saya tidak apa-apa. Saya hanya agak..." Sejenak ia berpegangan
pada pinggiran tempat tidur. "Saya akan segera kembali."
Ia turun dari tempat tidur. Dan di depan mata Peter, Chloe tersandung dan
jatuh. Kepalanya terbentur pojok meja besi yang tajam.
"Chloe!" Peter langsung berdiri dan bergegas menghampiri gadis itu.
"Chloe!" Denyut nadi gadis itu tidak terasa. Ya Tuhan, Peter berkata dalam hati.
Kenapa kau berbuat begini padaku" Ini bukan salahku. Dia terpeleset.
Ia memandang berkeliling. Tak ada yang boleh tahu aku pernah berada di
sini. Ia cepat-cepat berpakaian, masuk ke kamar mandi, membasahi handuk,
lalu mulai menyeka seluruh permukaan yang mungkin telah disentuhnya. Ia
memungut tas Chloe, memandang berkeliling untuk memastikan tidak ada
bekas-bekas yang mungkin mengungkapkan kehadirannya, kemudian masuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke lift dan turun ke tempat parkir di basement. Hal terakhir yang dikerja-
kannya adalah menghapus sidik jarinya dari tombol lift. Ketika Paul Yerby
muncul sebagai ancaman, Tager memanfaatkan koneksinya untuk
menyingkirkan pemuda itu. Tak ada satu petunjuk pun yang bisa mengaitkan
Tager dengan kematian Chloe.
Tapi kemudian timbul masalah baru, yaitu surat pemerasan itu. Cari
Gorman, pegawai hotel itu, rupanya sempat melihatnya di tempat parkir.
Peter mengirim Sime untuk melenyapkan Gorman, dengan dalih bahwa
tindakan tersebut untuk melindungi Presiden.
Seharusnya tidak ada masalah lagi setelah itu.
Tapi Frank Lonergan mulai mengajukan pertanyaan, dan karena itu ia
terpaksa disingkirkan. Sekarang muncul wartawan lain yang harus diatasi.
Berarti tinggal dua ancaman yang perlu ditangani: Marianne Gorman dan
Dana Evans. Dan Sime sedang dalam perjalanan untuk membunuh keduanya.
23 MARIANNE GORMAN berkata sekali lagi, "Anda pasti tahu"orang dengan
tutup mata itu. Peter Tager."
Dana tertegun. "Anda yakin?"
"Rasanya tak terlalu sulit mengenali orang seperti itu, kan?"
"Saya perlu menelepon sebentar." Dana menghampiri pesawat telepon dan
menghubungi Matt Baker. Sekretarisnya yang menyahut.
"Kantor Mr. Baker."
"Ini Dana. Aku harus bicara dengan Matt. Penting."
"Tunggu sebentar."
Sesaat kemudian Dana mendengar suara Matt. "Dana... ada apa?"
Ia menarik napas dalam-dalam. "Matt, aku baru saja menemukan siapa
yang bersama Chloe Houston waktu dia meninggal."
"Kami sudah tahu. Orangnya adalah..."
"Peter Tager." "Apa?" seru Matt.
"Aku ada di rumah kakak perempuan Cari Gorman, karyawan hotel yang
dibunuh. Cari Gorman melihat Tager menghapus sidik jarinya dari tombol lift
pada malam Chloe Houston tewas. Gorman mengirim surat pemerasan pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tager, dan aku menduga dia dibunuh atas suruhan Tager. Aku bersama kru
kamera di sini. Apakah aku harus menyiarkan ini?"
"Jangan lakukan apa-apa!" Matt memerintahkan. "Biar aku yang
menangani semuanya. Telepon aku sepuluh menit lagi."
Matt Baker membanting gagang telepon dan bergegas ke Menara Putih.
Leslie berada di ruang kerjanya.
"Leslie, berita itu jangan..."
Leslie berbalik dan memperlihatkan judul utama pada mock-up di
tangannya: PRESIDEN RUSSELL MENERIMA SURAT PERINTAH PENANGKAPAN
DENGAN TUDUHAN PEMBUNUHAN.
"Coba lihat ini, Matt." Nada Suaranya puas sekali.
"Leslie, aku punya berita untukmu. Ada..."
"Berita ini sudah cukup untukku." Leslie mengangguk-angguk. "Aku sudah
bilang kau pasti kembali. Kau tak tahan, kan" Berita ini terlalu besar untuk
didiamkan, bukan begitu, Matt" Kau membutuhkanku. Kau akan selalu
membutuhkanku." Matt Baker menatapnya sambil terheran-heran: Apa yang menyebabkan
dia menjadi wanita seperti ini" Tapi belum terlambat untuk
menyelamatkannya. "Leslie..."
"Kau tak perlu malu karena telah membuat kesalahan," kata Leslie dengan
senyum kemenangan. "Kau mau bilang apa tadi?"
Matt Baker menatapnya sambil membisu. Akhirnya ia berkata, "Aku hanya
ingin mengucapkan selamat tinggal, Leslie". Lalu ia berbalik dan
meninggalkan ruangan. 24 "APA yang akan terjadi dengan saya?" Marianne Gorman bertanya.
"Anda tak perlu kuatir," jawab Dana. "Anda akan mendapat perlindungan."
Dengan cepat ia mengambil keputusan. "Marianne, Anda akan saya
wawancarai secara langsung, dan rekamannya akan saya serahkan pada FBI.
Begitu wawancaranya selesai, Anda saya bawa pergi dari sini."
Dari luar terdengar bunyi ban berdecit-decit. Marianne bergegas ke
jendela. "Oh, ya Tuhan!"
Dana menyusulnya. "Ada ada?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sime Lombardo baru turun dari mobil. Ia memandang ke arah rumah
Marianne Gorman, kemudian menuju ke pintu rumah itu.
Marianne tergagap-gagap, "I..... itu orang satu lagi yang datang untuk
menanyakan Cari. pada hari Cari dibunuh. Saya yakin dia terlibat dalam
kematian adik saya."
Dana mengangkat gagang telepon dan menghubungi sebuah nomor.
"Kantor Mr. Hawkins."
"Nadine, aku harus bicara dengan Tom. Sekarang juga."
"Dia sedang keluar. Katanya dia akan kembali jam..."
"Kalau begitu Nate Erickson saja."
Suara Nate Erickson, asisten Hawkins, terdengar melalui telepon. "Dana?"
"Nate... aku butuh bantuan. Ada berita luar biasa, dan aku harus
meliputnya langsung, sekarang juga."
"Tapi itu tak mungkin," protes Erickson. "Aku harus mendapat otorisasi
dulu dari Tom." "Tak ada waktu!" Dana meledak.
Melalui jendela, Dana melihat Sime Lombardo mendekati pintu depan.
Sementara itu, di van pemancar, Vernon Mil s menatap jam tangannya.
"Wawancaranya jadi atau tidak" Aku ada janji."
Dana sedang berkata, "Ini masalah hidup atau mati. Nate. Ini harus
disiarkan secara langsung. Demi Tuhan, jangan buang-buang waktu lagi!" la
membanting gagang telepon, menghampiri pesawat TV, dan menyetel
Saluran Enam. Acara yang tengah ditayangkan adalah opera sabun. Seorang pria
setengah baya sedang berbicara dengan wanita muda.
"Kau tak pernah bisa memahamiku, kan, Kristen?"
"Sesungguhnya, aku terlalu memahamimu. Karena itulah aku minta cerai,
George." "Apakah ada orang lain?"
Dana bergegas ke kamar tidur dan menyalakan pesawat televisi yang ada
di sana. Sime Lombardo sudah sampai di pintu depan. Ia mengetuk.
"Jangan buka," Dana mewanti-wanti Marianne.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia memeriksa apakah mikrofonnya sudah hidup. Pintu diketuk semakin
keras. "Kita harus keluar," bisik Marianne. "Pintu bela..."
Sekonyong-konyong pintu depan didobrak dan Sime menyerbu ke ruang
tamu. Ia menutup pintu dan menatap kedua wanita di hadapannya. "Rupa-
nya kalian berkumpul di sini."
Dana melirik ke arah pesawat televisi.
"Kalaupun ada orang lain, kaulah yang salah. George."
"Mungkin ini semua memang salahku, Kristen."
Sime Lombardo mengeluarkan pistol semioto-matis kaliber 22 dari saku,
dan mulai memasang peredam suara pada moncongnya.
"Jangan!" kata Dana. "Anda tak bisa..."
Sime menodongkan pistol itu. "Diam. Cepat, masuk ke kamar tidur."
Marianne bergumam. "Oh, ya Tuhan!"
"Dengarkan saya..." ujar Dana. "Kita bisa..."
"Saya bilang diam. Ayo, jalan."
Dana menatap pesawat televisi.
"Aku percaya setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua. Kristen.
Aku tak ingin kehilangan apa yang pernah kita miliki"apa yang bisa kita
miliki lagi." Suara-suara yang sama terdengar dari pesawat TV di kamar tidur.
Sime menghardik, "Ayo, jalan! Percuma, tak ada gunanya mengulur-ulur
waktu." Ketika Dana dan Marianne mulai melangkah ke kamar tidur, lampu merah
pada kamera mendadak menyala. Gambar Kristen dan George menghilang
dari layar kaca, dan seorang penyiar berkata, "Kami selingi program ini
dengan liputan aktual mengenai suatu kejadian yang sedang berlangsung di
kawasan Wheaton." Adegan opera sabun itu digantikan dengan pemandangan ruang tamu
Marianne Gorman. Dana dan Marianne berdiri di depan, Sime tampak di latar
belakang. Sime segera berhenti ketika melihat dirinya di layar televisi, la
tampak bingung. "Persetan, ada apa ini?"
Para teknisi di mobil pemancar menatap gambar yang muncul di layar. "Ya
Tuhan," ujar Vernon Mil s. "Ini siaran langsung."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dana melirik layar televisi, la komat-kamit mengucapkan doa. Kemudian ia
menghadap kamera. "Ini Dana Evans, langsung dari rumah Cari Gorman
yang dibunuh beberapa hari lalu. Saya akan mewawancarai seorang pria
yang dapat memberikan keterangan mengenai pembunuhan tersebut."
Ia berpaling kepada Sime. "Oke... Anda bisa menjelaskan apa persisnya
yang terjadi?" Lombardo berdiri seperti patung, la menatap dirinya di layar televisi sambil
membasahi bibirnya. "Hei!"
Ia mendengar suaranya sendiri dari pesawat televisi, "Hei!" dan melihat
gambarnya bergerak ketika ia berpaling kepada Dana. "Sedang apa Anda"
Tipuan macam apa ini?"
"Ini bukan tipuan. Kita sedang mengudara, langsung. Ada dua juta orang
yang menyaksikan siaran ini."
Lombardo kembali memandang l
ayar televisi. Terburu-buru ia menyelipkan
pistolnya ke saku celana.
Dana melirik Marianne Gorman, lalu menatap mata Sime Lombardo. "Peter
Tager yang mendalangi pembunuhan Cari Gorman. bukan?"
Nick Reese berada di ruang kerjanya di Daly Building ketika seorang
asisten masuk. "Cepat! Kau harus lihat ini! Mereka di rumah Gorman." Ia
memindahkan televisi ke Saluran Enam.
"Apakah Peter Tager yang menyuruh Anda membunuh Cari Gorman?"
"Saya tak mengerti maksud Anda. Matikan TV sialan itu sebelum saya..."
"Sebelum Anda apa" Anda mau membunuh kami di depan dua juta
pemirsa?" "Astaga!" seru Nick Reese. "Cepat kirim mobil patroli ke sana!"
Oliver dan Jan menyaksikan siaran WTE itu di Ruang Biru di Gedung Putih.
Keduanya tercengang. "Peter?" kata Oliver lirih. "Ini tidak masuk akal!"
Sekretaris Peter Tager bergegas memasuki ruang kerjanya. "Mr. Tager,
saya rasa sebaiknya Anda menonton Saluran Enam."
Wanita itu menatapnya dengan gelisah, lalu segera keluar lagi. Peter Tager
mengerutkan kening. Ia meraih remote control, lalu menekan tombol untuk
menghidupkan pesawat televisi.
Dana sedang berkata, "...dan Peter Tager juga bertanggung jawab atas
kematian Chloe Houston?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tak tahu apa-apa tentang itu. Anda harus menanyakannya pada
Tager." Peter Tager membelalakkan mata. Ini tak mungkin! Tuhan tak mungkin
berbuat begini padaku! Ia segera bangkit dan menuju ke pintu. Aku tak sudi
ditangkap. Aku akan sembunyi! Ia berhenti. Di mana" Di mana aku bisa
sembunyi" Perlahan-lahan ia kembali ke mejanya dan duduk lagi. Ia
menunggu. Leslie Stewart menyaksikan wawancara itu di ruang kerjanya. Peter Tager"
Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Leslie menyambar pesawat telepon. "Lyle,
hentikan siaran itu! Berita itu tak boleh beredar! Kau dengar" Ini..."
Melalui telepon ia mendengar jawaban, "Miss Stewart, berita ini sudah
diedarkan setengah jam lalu. Anda sendiri yang..."
Perlahan-lahan Leslie meletakkan gagang telepon. Ia menatap judul utama
Washington Tribune: PRESIDEN RUSSELL MENERIMA SURAT PERINTAH
PENANGKAPAN DENGAN TUDUHAN PEMBUNUHAN.
Kemudian ia menatap halaman depan koran yang diberi bingkai dan
digantung pada dinding: DEWEY MENGALAHKAN TRUMAN.
"Anda akan lebih terkenal lagi daripada sekarang, Miss Stewart. Seluruh
dunia akan mengetahui nama Anda."
Besok ia akan menjadi bahan tertawaan seluruh dunia.
Di rumah Marianne Gorman, Sime Lombardo sekali lagi menatap gambar
dirinya di layar televisi, lalu berkata, "Aku harus kabur."
Ia bergegas ke pintu depan dan membukanya. Setengah lusin mobil patroli
polisi berhenti mendadak di luar.
25 JEFF CONNORS menemani Dana di Dul es International Airport. Mereka
menunggu kedatangan pesawat yang membawa Kemal.
"Dia... dia sudah terlalu banyak menderita," Dana menjelaskan dengan
gugup. "Dia... dia tidak seperti anak laki-laki lainnya. Maksudku"jangan
kaget kalau dia tak menunjukkan emosinya." Ia ingin sekali Jeff menyukai
Kemal. Jeff bisa merasakan kegelisahannya. "Jangan kuatir, Sayang. Dia pasti
anak yang luar biasa."
Mereka memandang ke atas dan melihat titik kecil di langit yang semakin
besar, sampai akhirnya menjelma sebagai Boeing 747 yang berkilauan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dana meremas tangan Jeff. "Dia sudah datang."
Para penumpang turun dari pesawat. Dana memperhatikan mereka satu
per satu. "Di mana...?"
Kemudian anak itu muncul. Ia mengenakan pakaian yang dibelikan Dana di
Sarajevo, dan sepertinya ia baru saja mencuci muka. Perlahan-lahan ia
menuruni jalur yang melandai, dan ketika melihat Dana, ia berhenti. Mereka
berdiri mematung, sambil berpandangan. Tiba-tiba mereka sudah saling
menghampiri, dan mereka berpelukan erat, keduanya menangis.
Baru beberapa saat kemudian Dana berhasil menguasai diri. Ia berkata,
"Selamat datang di Amerika, Kemal."
Bocah itu mengangguk. Ia tidak sanggup mengucapkan sepatah kata pun.
"Kemal, aku ingin memperkenalkan temanku. Ini Jeff Connors."
Jeff membungkuk. "Halo, Kemal. Aku sudah mendengar banyak tentang
kau." Kemal memeluk Dana erat-erat.


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau akan tinggal bersamaku," ujar Dana. "Kau mau tinggal bersamaku?"
Kemal mengangguk. Ia tidak mau melepaskan Dana.
Dana menatap jam tangannya. "Kita harus pulang sekarang. Aku harus
meliput acara di Gedung Putih."
Hari itu terasa sempurna. Langit tampak biru bersih, dan angin sejuk
bertiup dari arah Potomac River.
Mereka berdiri di Rose Garden, bersama tiga lusin wartawan televisi dan
media cetak lainnya. Kamera Dana terfokus pada Presiden, yang berdiri di
atas podium bersama Jan. Presiden Oliver Russel sedang berkata, "Saya ingin menyampaikan
pengumuman penting. Pada detik ini sedang berlangsung pertemuan para
kepala negara Uni Emirat Arab, Libya, Iran, dan Syria, untuk membahas
kesepakatan damai permanen dengan Israel. Tadi pagi saya menerima kabar
bahwa pertemuan mereka berjalan sangat lancar dan kesepakatan tersebut
akan ditandatangani dalam satu-dua hari ini. Perlu saya tekankan bahwa
dukungan Kongres Amerika Serikat sangat penting untuk membantu langkah
bersejarah ini." Oliver berpaling kepada pria yang berdiri di sampingnya.
"Senator Todd Davis."
Senator Davis mengambil tempat di depan mikrofon. Ia mengenakan
setelan serbaputih serta topi lebar yang telah menjadi ciri khasnya, dan
menatap orang-orang di hadapannya dengan wajah berseri-seri. "Ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan titik penting dalam sejarah negeri kita yang agung. Anda semua
tahu bahwa saya sudah bertahun-tahun berupaya membantu proses
perdamaian antara Israel dan negara-negara Arab. Tugas itu sungguh berat
dan berliku-liku, tapi sekarang, setelah sekian lama, berkat uluran tangan
dan pengarahan presiden kita, saya dapat menyampaikan kepada Anda
bahwa semua usaha kita akhirnya mulai membuahkan hasil." Ia berpaling
kepada Oliver. "Kita semua patut mengucapkan selamat kepada Presiden
atas peranannya yang luar biasa dalam upaya..."
Dana berkata dalam hati, Satu perang akan berakhir. Mungkin ini suatu
awal baru. Mungkin suatu hari kelak kita akan hidup di dunia tempat orang-
orang dewasa telah belajar menyelesaikan segala masalah dengan kasih
sayang, bukan dengan kebencian. Mungkin kita akan bisa hidup di dunia
tempat anak-anak bisa tumbuh tanpa harus mendengar bunyi bom dan
senapan mesin, tanpa harus dicekam ketakutan akan siksaan oleh orang-
orang asing yang tak berwajah.
Ia berpaling kepada Kemal, yang sedang membisikkan sesuatu kepada
Jeff. Dana tersenyum. Jeff telah melamarnya. Kemal akan mempunyai ayah.
Mereka akan membentuk keluarga. Bagaimana mungkin aku begitu
beruntung" Dana bertanya dalam hati. Orang-orang silih berganti
menyampaikan pidato. Juru kamera mengalihkan kamera dari podium dan mengambil gambar
Dana dari dekat. Dana menatap lensa.
"Saya Dana Evans, melaporkan untuk WTE, Washington, D.C."
Guci Setan 3 Pedang Ular Mas Karya Yin Yong Tembang Tantangan 13
^