Northanger Abbey 2
Northanger Abbey Karya Jane Austen Bagian 2
gerakan meloncat atau melonjak-lonjak, atau semacamnya.
Karena merasa senang dengan awal perjalanan yang aman,
Catherine menyuarakan kegembiraannya keras-keras dengan
rasa syukur. Temannya segera menyepelekan masalah itu
dengan meyakinkannya bahwa ha! itu berkat kemampuannya
mengendalikan tali kekang clan kecekatannya menggunakan
cemeti. Meskipun mau tidak mau merasa heran bahwa dengan
kemampuan mengontrol kudanya yang sempurna, pria itu
masih saja merasa perlu untuk membuatnya gusar dengan
cerita ketangkasan-ketangkasan si kuda, Catherine sungguh
bersyukur karena berada di bawah perlindungan seorang kusir
yang sangat baik. Dia merasa si kuda tetap berperilaku baik,
tanpa menunjukkan sedikit pun kecenderungan melakukan
gerakan-gerakan yang tidak menyenangkan, clan (mengingat
kecepatan langkahnya hanya enam belas kilometer per jam)
sama sekali tidak melaju cepat, sehingga memberikan dirinya
kesempatan untuk menikmati udara segar, di hari yang sejuk
pada bulan Februari, disertai rasa aman. Suasana hening selama
beberapa menit menggantikan percakapan awal mereka yang
singkat. Keheningan itu dipecahkan oleh ucapan Thorpe yang
sangat kasar, "Si Tua Allen itu orang yang sangat kaya, bukan?"
Northanger Abbey 1tti. 75
Catherine tidak memahaminya, sehingga Thorpe mengulangi
pertanyaannya disertai penjelasan, "Si Tua Allen, pria yang
bersamamu." "Oh! Mr. Allen, maksudmu. Ya, kurasa dia sangat kaya."
"Dan, sama sekali tidak punya anak?"
"Tidak-sama sekali tidak."
"Kabar baik untuk pewarisnya nanti. Dia ayah baptismu,
. ?" kan. "Ayah baptis! Bukan."
"Tapi, kau selalu bersama mereka."
ra, memang. "Ya, itulah yang kumaksud. Dia kelihatannya seorang pria
tua yang cukup baik, dan aku yakin dia menjalani hidupnya
dengan sangat baik. Pasti
ada sebabnya dia terkena rematik.
Apa dia sekarang minum satu botol sehari?"
"Satu botol sehari! Tidak. Mengapa kau berpikir seperti
iru" Mr. Allen adalah pria yang sangat bisa mengendalikan
diri, dan kau tidak mungkin bisa membayangkan dia mabuk
tadi malam?" "Ya ampun! Kalian para wanita selalu saja berpikir pria itu
suka mabuk. Kau tidak mengira seorang pria akan tumbang
dengan hanya minum sebotol, kan" Aku yakin betul-andai
semua orang minum satu botol sehari, tidak
akan terjadi separuh kekacauan di dunia seperti yang ada sekarang. ltu
akan jadi hal yang bagus bagi kita semua."
"Aku tidak bisa memercayainya."
76 " Jane Austen "Oh! Astaga, itu akan menghemat ribuan botol. Anggur
yang dikonsumsi di kerajaan ini tidak ada seperatusnya. Berkat
iklim berkabut kita."
"Tapi, aku dengar ada banyak pemabuk di Oxford."
"Oxford! Tidak ada yang mabuk
di Oxford sekarang, percayalah. Tidak ada yang minum-minum di sana. Kau akan
sulit bertemu pria yang minum lebih dari empat gelas. Nah,
contohnya, apa yang terjadi di pesta terakhir di kamarku sudah
dianggap hebat, yaitu rata-rata kami menghabiskan lima gelas
per orang. ltu dianggap sebagai sesuatu di luar kebiasaan.
Pescaku icu hebat tencunya. Kau tidak akan sering melihat
ha! seperti itu di Oxford. Tapi, ini hanya akan memberimu
gambaran umum tentang kebiasaan minum di sana."
"Ya, memang memberiku gambaran," kata Catherine
dengan nada ramah, "yaitu, bahwa kalian minum lebih banyak
anggur daripada yang kukira. Tapi, kuyakin James tidak minum
banyak." Pernyataan ini memunculkan sahutan yang keras dan
nyaring, tapi tidak ada satu pun yang terdengar sangat jelas,
kecuali seruan-seruan, yang hampir sama dengan umpatan,
yang diperindah. Ketika berakhir, Catherine merasa makin
yakin bahwa ada banyak pemabuk di Oxford, dan kepastian
yang menggembirakan bahwa kakaknya tidak sampai mabuk.
Pikiran Thorpe kemudian kembali pada kehebatan kereta
kudanya sendiri, dan Catherine diminca mengagumi semangat
dan kebebasan yang membuat kudanya berjalan terus, serca
ketenangan langkah-langkahnya, juga keindahan musim
Northanger Abbey 1tti. 77
semi, yang menggerakkan kereta. Catherine sebisa mungkin
mengikuti seruan-seruan kekaguman pria itu. Mustahil untuk
berseru kagum sebelum atau sesudah Thorpe melakukannya.
Pengetahuan Thorpe dan ketidaktahuan Catherine akan topik
pembicaraan, kecepatan bicara Thorpe, dan sifat malu-malu
Catherine membuat dirinya hanya bisa diam. Tidak ada pujian
baru yang bisa diberikan Catherine, tapi dia siap mengulangi
apa pun yang diucapkan pria itu. Dan akhirnya disimpulkan
di antara mereka tanpa ada kesulitan bahwa kereta Thorpe
adalah jenis yang paling sempurna di lnggris, keretanya paling
bersih, kudanya terbaik, sekaligus Thorpe sendiri menjadi kusir
terbaik. "Menurutmu, Mr. Thorpe," kata Catherine, sesaat
setelah masalah itu dianggap sudah selesai dan mencoba
memberikan sedikit variasi topik, "kereta James tidak akan
rus ak, ,,, "Rusak! Oh! Astaga! Pernahkah kau melihat kereta
yang tidak stabil seperti itu" Kereta itu tidak punya satu
potongan besi pun yang kuat. Rodanya sudah menipis selama
sedikitnya sepuluh tahun ini, dan bodinya! Percayalah, jika kau
menyentuhnya mungkin kereta itu akan bergoncang hingga
hancur berkeping-keping. Kereta itu merupakan kereta paling
reyot yang pernah kulihat! Syukurlah, kita punya kereta yang
lebih baik. Aku tidak akan menaikinya untuk berjalan tiga
kilometer meski diberi lima puluh ribu pounds."
"Astaga!" pekik Catherine, sangat ketakutan. "Kalau
begitu, ayo kita putar batik. Mereka tentu akan mengalami
kecelakaan jika kita terus bergerak. Tolonglah putar balik, Mr.
78 " Jane Austen Thorpe. Berhentilah clan bicaralah pada kakakku. Beri cahu
dia betapa sangat tidak amannya kereta itu."
"Tidak aman! Ya ampun! Ada apa ini" Mereka hanya akan
jatuh berguling-guling kalau kerecanya rusak. Dan ada banyak
lumpur juga di tanah, jadi mereka akan jatuh tanpa rasa sakit.
Oh, sialan! Kereta itu cukup aman, kalau pengendaranya tahu
bagaimana mengemudikannya. Di tangan orang yang cekatan
kereta semacam itu akan bertahan lebih dari dua puluh tahun
sampai benar-benar rusak. Aku akan menaikinya pergi ke York
clan kembali lagi, tanpa kurang satu apa pun."
Catherine mendengarkan dengan keheranan. Dia tidak
tahu bagaimana mencocokkan kedua ucapan yang sangat
bertentangan itu tentang satu hal yang sama karena dia
tidak dididik untuk memahami kecenderungan seorang
pengoceh, atau mengecahui betapa banyaknya ucapan yang
tidak berguna clan kebohongan yang kasar ini hanya akan
berujung pacla kesia-siaan. Keluarganya sendiri sederhana,
orang-orang jujur yang jarang bermaksud melucu. Ayahnya,
terutama, senang dengan permainan kata-kata, clan ibunya
senang dengan peribahasa. Karenanya mereka tidak terbiasa
berkata bohong demi meningkatkan pengaruh mereka, atau
menyatakan sesuatu di satu waktu yang kemudian akan
dibantah mereka sendiri. Catherine merenungkan hal ini
beberapa lama dengan rasa bingung, clan lebih dari sekali dia
meminta penjelasan yang lebih jelas dari Mr. Thorpe mengenai
pendapatnya yang sesungguhnya terkait topik ini. Tapi, dia
berhenti melakukannya karena tampaknya pria itu ticlak
mampu memberikan penjelasan-penjelasan yang lebih jelas,
Northanger Abbey 1tti. 79
membuat ucapan-ucapannya yang ambigu itu agar bisa lebih
dipahami. Di samping itu, mengingat pria itu tidak akan benar?
benar membuat adik perempuannya dan temannya menderita
akibat tertimpa bahaya yang mungkin bisa dicegahnya dengan
mudah, Catherine akhirnya menyimpulkan bahwa pria itu
pasti mengetahui kereta itu sebenarnya sangatlah aman,
dan karenanya dia tidak perlu merasa gusar lagi. Dari sisi Thorpe,
seluruh masalah itu kelihatannya sama sekali terlupakan. Sisa
percakapannya, atau lebih tepatnya ocehannya, hanya berisikan
tentang dirinya sendiri dan urusannya. Dia bercerita tentang
kuda-kuda yang dibelinya sangat murah clan dijualnya dengan
harga sangat mahal; tentang pertandingan pacuan kuda yang
penilaiannya secara tepat memprediksi pemenangnya; tentang
kelompok menembak, di sini dia berhasil membidik lebih
banyak burung (meski tanpa ada satu tembakan jitu) ketimbang
semua teman-temannya; dan menjelaskan beberapa olahraga
populer, dengan anjing pemburu, di sini kemampuannya
memprediksi apa yang akan terjadi dan keterampilannya dalam
mengarahkan anjing-anjing itu telah mengoreksi kesalahan?
kesalahan yang dilakukan pemburu paling andal sekalipun, clan
di sini pula keberaniannya dalam menunggang kuda, meski
tidak pernah membahayakan nyawanya sendiri, terus-menerus
membuat orang lain tertimpa masalah, yang dia akhiri dengan
tenang bahwa masalah itu telah menyebabkan banyak orang
mengalarni patah leher. Meskipun Catherine tidak terbiasa menilai sendiri,
dan belum memiliki pandangan umum yang pasti tentang bagaimana
sikap pria seharusnya, dia tidak bisa sepenuhnya menghapus
80 " Jane Austen rasa ragu, selagi dia berusaha sabar terhadap keangkuhan pria
itu yang tiada habisnya, terhadap kesimpulan pria itu yang
menganggap dirinya sendiri sangat menyenangkan. Dugaan
itu kuat sekall karena meskipun dia kakak Isabella dan James
telah memastikan bahwa sikap Thorpe akan disukai oleh banyak
gadis, besarnya rasa lelah yang muncul akibat kehadirannya,
yang menggelayuti Catherine sebelum mereka berjalan?
jalan selama satu jam, dan yang terus-menerus bertambah
rasa lelahnya hingga mereka berhenti di Pulteney Street lagi,
menyebabkan Catherine tidak menyukai sikap congkak Thorpe
dan tidak memercayai kemampuannya menjadi pria yang
menyenangkan. Sewaktu mereka tiba di pintu penginapan Mrs. Allen,
keheranan Isabella sulit sekali diungkapkan, bahwa ternyata
saat itu sudah terlalu terlambat bagi mereka untuk mengantar
temannya masuk ke rumah: "Jam tiga lebih!" Sulit dibayangkan,
tidak masuk di akal, muscahil! Dan, dia tidak dapat memercayai
arloji miliknya sendiri, atau milik kakaknya, atau bahkan milik
si pelayan. Dia tidak dapat memercayai kenyataan itu, hingga
Morland mengulurkan arlojinya, dan memastikan kebenaran
itu. Apabila masih merasa ragu, hal itu berarti sama-sama sulit
dipahami, tidak masuk di aka!, dan mustahil. Dia pun hanya
bisa memprotes, berulang kali, bahwa belum pernah waktu
dua setengah jam berlalu dengan sangat cepat seperti ini, dan
Catherine diminta uncuk menegaskannya. Catherine tidak bisa
berkata bohong sekalipun demi menyenangkan Isabella, tapi
Isabella terhindar dari rasa sakit akibat pendapat temannya
yang berbeda karena dia tidak menunggu jawaban temannya
Northanger Abbey 1tti. 81
itu. Isabella benar-benar asyik dengan perasaannya sendiri.
Kesengsaraannya sangat besar, sehingga merasa dia harus segera
pulang. Sudah lama sekali sejak dia bercakap-cakap dengan
Catherine. Meskipun dia punya banyak ha! untuk diceritakan
pada Catherine, tampaknya seolah mereka tidak pernah akan
bersama lagi. Demikianlah, dengan suara sangat sedih dan mata
murung yang menyiratkan kebahagiaan, Isabella mengucapkan
selamat tinggal kepada temannya dan berlalu.
Catherine mengetahui Mrs. Allen baru saja kembali dari
kesibukan bersantai di pagi hari, dan segera disapa demikian,
"Kau sudah pulang, Sayang," suaru kebenaran yang tidak
mampu dibantahnya. "Dan, kuharap kau menikmati jalan?
jalan yang menyenangkan."
ra, M.aam, terima kasih. Jalan-jalannya sangat menyen ang kan. "Begitulah kata Mrs. Thorpe. Dia amat senang kalian
semua perg1." "Anda bertemu Mrs. Thorpe rupanya?"
"Ya., aku pergi ke pump-room sesaat setelah kau pergi,
dan di sanalah aku bertemu dengannya. Kami bercakap-cakap
lama sekali. Dia berkata sulit menemukan daging anak sapi
di pasar pagi ini, ha! ini amat jarang terjadi."
"Apakah Anda melihat orang lain yang kita kenal?"
"Ya. Kami memutuskan berjalan-jalan sebentar di
Crescent, dan di sana kami berjumpa Mrs. Hughes. Mr.
Miss Tilney juga bersamanya."
"Benarkah" Dan, mereka berbicara dengan Anda?"
82 " Jane Austen dan "Ya, kami berjalan bersama menyusuri Crescent selama
setengah jam. Mereka kelihatannya sangat baik. Miss Tilney
memakai bahan muslin berbintik yang indah. Dan aku
menyukai, dari apa yang bisa kuamati, dia selalu berpakaian
sangat cantik. Mrs. Hughes bercerita banyak hal tentang
keluarga itu padaku."
"Dan, apa yang dia ceritakan pada Anda tentang mereka?"
"Oh! Banyak sekali. Malah tidak ada hal lain yang
diceritakannya." "Apakah dia mengatakan mereka berasal dari bagian
Gloucestershire yang mana?"
"Ya, dia mengatakannya, tapi aku tidak bisa mengingatnya
sekarang. Tapi, mereka orang-orang yang sangat baik dan sangat
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kaya. Nama gadis Mrs. Tilney adalah Miss Drummond, clan
dia serta Mrs. Hughes adalah teman sekolah. Miss Drummond
sungguh amat kaya. Sewaktu dia menikah, ayahnya memberikan
padanya dua puluh ribu pounds, clan lima ratus untuk membeli
baju pengantin. Mrs. Hughes melihat semua baju itu setelah
barangnya datang dari gudang."
"Dan, apakah Mr. clan Mrs. Tilney ada di Bath?"
"Ya, sepercimya begitu, tapi aku tidak begitu yakin. Tapi
seingatku, mereka sudah meninggal; setidaknya ibunya. Ya,
aku ingat Mrs. Tilney sudah meninggal karena Mrs. Hughes
bercerita tentang satu set perhiasan mutiara yang sangat indah
yang diberikan Mr. Drummond kepada putrinya saat menikah
dan sekarang Miss Tilney menjadi pemiliknya karena perhiasan
itu disimpan untuknya saat ibunya meninggal."
Northanger Abbey 1tti. 83
"Dan, apakah Mr. Tilney, pasangan clansaku, putra sacusatunya.?"
"AlSepertinya begitu, tapi dia pemucla yang sangat baik, begiculah
kata Mrs. Hughes, clan perilakunya sangat baik."
Catherine ticlak lagi bertanya. Dia suclah menclengar cukup
banyak, sehingga bisa clirasakan bahwa Mrs. Allen ticlak bisa
memberikan keterangan yang lebih banyak. Sayang sekali
clia sencliri melewatkan pertemuan clengan kakak-beraclik
itu. Anclaikan dia bisa mengetahui apa yang akan terjacli,
ticlak acla hal lain yang clapat membujuknya untuk pergi
clengan orang lain. Demikianlah, dia hanya bisa menyesali
keticlakberuntungannya, clan memikirkan apa yang telah
clilewatkannya, hingga menjacli jelas baginya bahwa perjalanan
naik kereta tacli sama sekali menyebalkan clan bahwa John
Thorpe aclalah pria yang sungguh tidak menyenangkan. 0
84 " Jane Austen {lJ" suami-istri Allen, keluarga Thorpe, clan kakak?
beradikMorland bertemu di tearer malam itu. Karena Catherine
clan Isabella duduk berdampingan, Isabella berkesempatan
mengungkapkan beberapa dari banyak sekali hal yang selama
ini disimpannya untuk memulai percakapan setelah mereka
lama sekali tidak bercakap-cakap. "Oh, astaga! Catherine
Sayang, akhirnya aku bertemu denganmu!" adalah ucapannya
ketika Catherine memasuki ruang duduk VIP clan duduk di
sebelahnya. "Nah, Mr. Morland," karena James duduk di
dekatnya di sisi lain, "AJcu tidak akan berbicara padamu sepatah
kata pun sepanjang sisa malam ini, jadi kuminta kau tidak
mengharapkannya. Catherine yang manis, bagaimana kabarmu
selama ini" Tapi, aku tidak perlu bertanya karena kau terlihat
gembira. Rambutmu benar-benar ditata lebih apik daripada
biasanya. Gadis nakal, kau ingin memikat seseorang, ya"
Kakakku pasti sudah jatuh hati padamu. Sementara Mr. Ttlney,
tapi ini sudah jelas, bahkan kerendahan hatimu tidak bisa
meragukan rasa sayangnya sekarang; kedatangannya kembali
ke Bath membuatnya makin jelas. Oh, aku belum pernah
melihatnya! Aku benar-benar tidak sabar. lbuku berkata dia
pemuda paling menyenangkan. Tahu tidak, ibuku bertemu
dengannya pagi ini. Kau harus memperkenalkannya padaku.
Adakah dia di teater ini sekarang" Ayo, carilah! Percayalah,
aku tidak bisa hidup sampai aku melihatnya."
"Tidak,'' kata Catherine, "dia tidak ada di sini. Aku tidak
bisa melihatnya di mana pun."
"Oh, menyebalkan! Apa aku tidak akan pernah berkenalan
dengannya" Kau suka gaunku" Kurasa sudah terlihat bagus.
Bagian lengannya benar-benar ideku sendiri. Kau tahu, aku
merasa sangat muak dengan Bath. Kakakmu dan aku sepakat
pagi ini bahwa, meskipun sangatlah menyenangkan berada
di sini selama beberapa minggu, kami sama sekali tidak akan
tinggal di sini. Kami segera mengetahui bahwa selera kami
benar-benar sama, yaitu lebih menyukai suasana pedesaan
daripada tempat lainnya. Sungguh, pendapat kami sangat
serupa, menggelikan memang! Kami tidak berbeda pendapat
tentang satu hal pun. Untung saja kau tidak ada bersama
kami. Kau ini agak licik, aku yakin kau akan membuat lelucon
tentang ha! ini." "Tidak, sungguh aku tidak akan begitu."
"Oh, ya, kau akan seperti itu. Aku mengenalmu lebih
baik daripada kau mengenal dirimu sendiri. Kau akan berkata
kami kelihatannya ditakdirkan untuk bersama, atau omong
86 " Jane Austen kosong semacam itu, yang akan membuacku sangat menderica.
Pipiku akan merona merah sekaJi. Uncung saja kau tidak ada
waktu itu." "Sungguh, kau ini salah menilaiku. Aku tidak akan
mengacakan sesuacu yang sangac tidak pantas seperti itu centang
apa pun juga. Lagi pula, aku yakin ha! itu tidak akan pernah
terlintas di kepaJaku."
Isabella tersenyum sangsi dan bercakap-cakap dengan
James sepanjang sisa malam itu.
Ketetapan hati Catherine untuk berusaha keras menemui
Miss Tilney kembaJi menguat keesokan harinya. Sampai saatnya
tiba untuk pergi ke pump-room, dia merasa sedikit khawatir
kalau-kaJau rencana ini akan tertunda untuk kali kedua.
Namun, haJ yang ditakutkannya tidak terjadi. Tidak ada tamu
yang muncul dan menunda rencana kegiatan mereka. Pada
waktu yang ditentukan, mereka bertiga akhirnya berangkat
pump-room, tempat berkumpulnya orang-orang untuk
bercakap-cakap. Mr. Allen, setelah meminum segelas air
mineral, berkumpul dengan beberapa pria uncuk membicarakan
masaJah politik yang sedang hangar dan membandingkan
laporan berita di surat kabar mereka masing-masing. Para
wanitanya berjalan-jalan bersama, mengenali setiap wajah
baru, dan mengecahui hampir semua topi baru yang dikenakan
di ruangan itu. Anak-anak perempuan dari keluarga Thorpe,
dengan ditemani James Morland, muncul di antara orang
banyak dalam waktu kurang dari lima belas menit kemudian.
Catherine pun segera mengambil posisinya yang biasa di sisi
cemannya. James, yang kini sering hadir, juga berdiri di samping
Northanger Abbey 1tti. 87
Isabella. Dengan memisahkan diri dari rombongan, mereka
berjalan dengan posisi demikian selama beberapa lama, hingga
Catherine mulai merasa situasi ini tidak mengenakkan karena
dengan berada di dekat teman dan kakaknya, membuat dirinya
sulit terlibat dalarn percakapan. Isabella dan James selalu asyik
membicarakan hal-hal sentimental atau saling membantah
dengan seru, tapi pendapat mereka disampaikan dengan
berbisik-bisik, dan kegembiraan mereka disertai canda-tawa.
Meskipun pendapat dukungan Catherine tidak jarang diminta
oleh salah satu dari mereka, dia tidak pernah bisa memberikan
pendapat apa pun karena tidak mendengar sepatah kata pun dari
pembicaraan itu. Namun akhirnya, dia mampu memisahkan
diri dari temannya karena keinginan besarnya untuk berbincang
dengan Miss Tilney yang saat itu baru saja memasuki ruangan
bersarna Mrs. Hughes. Catherine sangat gembira melihat Miss
Tilney, dan segera menghampirinya dengan kebulatan tekad
yang lebih kuat untuk menjalin pertemanan, ketimbang
keberanian yang mungkin dimilikinya jikalau dia tidak didesak
rasa kecewa akibat gaga! bertemu
di hari sebelumnya. Miss Tilney menyapanya dengan sangat santun, membalas upayanya
untuk menjalin persahabatan dengan sikap yang juga rarnah,
dan mereka terus bercakap-cakap
selama mereka berada di ruangan itu. Meskipun sangat mungkin komentar atau ucapan
yang digunakan mereka masing-masing juga telah diungkapkan
ribuan kali sebelumnya, di bawah atap bangunan itu, di setiap
musim pesta dansa di Bath, tapi kualitas percakapan mereka
dengan disertai sikap sederhana dan tulus, tanpa ada rasa
angkuh, mungkin merupakan hal yang tidak lazirn.
88 " Jane Austen "Betapa baiknya kakakmu berdansa!" adalah seruan naif
yang diutarakan Catherine di penghujung percakapan mereka.
Hal ini langsung membuat temannya terkejut dan merasa geli.
"Henry!" jawabnya dengan tersenyum. "Ya, dia memang
berdansa dengan sangat baik."
"Dia pasti menganggapnya sangat aneh saac mendengar
aku berkata di malam sebelumnya aku sudah punya pasangan
dansa, padahal dia melihatku sedang duduk. Tapi, aku memang
sudah diminta menjadi pasangan Mr. Thorpe sepanjang hari
icu." Miss Tilney hanya dapat mengangguk. "Kau cidak bisa
menyangka," imbuh Catherine setelah diam sesaat, "betapa
terkejutnya aku bisa melihatnya lagi. Aku merasa sangat yakin
dia sudah meninggalkan koca ini."
"Sewaktu Henry bertemu denganmu sebelumnya, dia
hanya ada di Bath selama dua hari. Dia hanya datang untuk
memesan penginapan bagi kami."
"Hal itu tidak pernah terpikir olehku; dan karena itulah
aku tidak melihatnya di mana pun, kukira dia sudah pergi.
Bukankah wanica muda yang berdansa dengannya di hari Senin
itu adalah Miss Smith?"
"Ya, kenalan Mrs. Hughes."
"Wanita itu pasti sangat senang berdansa. Menurutmu
dia cantik?" "Tidak terlalu."
"Kukira Henry tidak pernah datang ke pump-room?"
"Ya, kadang, tapi pagi ini dia berkuda dengan ayahku."
Northanger Abbey 1tti. 89
Mrs. Hughes kini menghampiri mereka, dan menanyakan
Miss Tilney apakah dia siap pergi. "Semoga aku bisa segera
bertemu denganmu lagi," ujar Catherine. "Apa kau akan datang
ke pesca dansa cotillion besok?"
"Mungkin kami-Ya, kurasa kami pasti dacang."
"Senangnya, karena kami semua akan ada di sana." Sikap
sopan ini dibalas dengan sepancasnya, dan mereka pun berpisah.
Miss Tilney mengecahui perasaan kenalan barunya itu cerhadap
kakaknya, sementara Catherine sama sekali tidak sadar telah
mengungkapkan semua perasaannya.
Catherine pulang dengan perasaan sangat bahagia.
Seluruh harapannya terkabul pagi itu, dan kini malam di hari
berikucnya menjadi ha! yang dinanti-nantikan. Yang paling
dikhawatirkannya adalah gaun dan hiasan kepala seperti apa
yang harus dipakainya di acara itu. Dia tidak bisa dibenarkan
karena mencemaskan hal semacam itu. Pakaian selalu tidak
memiliki perbedaan yang signifikan, dan perhatian yang
berlebih terhadapnya sering kali merusak tujuan dibuatnya
pakaian itu sendiri. Catherine mengetahui semua ini dengan
sangat baik; bibinya menasihatinya tencang masalah ini pada
Natal belum lama ini. Meskipun begitu, Catherine tetap terjaga
selama sepuluh menit pada Rabu malam karena mempersoalkan
antara baju berbahan katun dengan pola bintik-bintik acau
sulaman; dan andaikan waktunya tidak mendesak, dia mungkin
akan membeli baju baru pada sore hari tadi. Penilaian ini adalah
kesalahan besar walaupun lazim terjadi karena kaum pria tidak
menyadari apabila ada gaun baru yang dipakai. Banyak wanita
akan merasa sakit hati jika mereka tahu betapa hati pria tidak
90 " Jane Austen dipengaruhi oleh mahal atau barunya baju mereka, betapa
perasaan pria tidak disebabkan oleh tekstur kain katun mereka,
dan betapa kasih sayang pria tidak dipengaruhi oleh pakaian
mereka yang berpola bintik-bintik acau ranting bunga, yang
berbahan katun campur sutra acau katun tipis nan lembut.
Wanita berdandan demi kepuasannya sendiri. Tidak ada pria
yang akan mengaguminya lebih dari itu, tidak ada wanita
yang akan menyukainya lebih baik. Kerapian dan mode sudah
cukup bagi kaurn wanita, sedangkan sesuatu yang kotor atau
tidak pantas paling disukai oleh kaum pria. Namun, tidak
satu pun dari pemikiran penting ini mengganggu kedamaian
hati Catherine. Dia memasuki ruang dansa pada Kamis malam dengan
perasaan yang sangat berbeda dari apa yang dirasakannya saat
hadir ke tempat itu pada Senin sebelumnya. Waktu itu dia
bersuka-ria karena telah berpasangan dengan Thorpe, tapi saat
ini dia ingin sekali menghindar dari pria itu kalau-kalau dia
akan mengajaknya berdansa lagi. Meskipun Catherine tidak
dapat dan tidak berani berharap Mr. Tilney akan mengajaknya
berdansa untuk kali ketiga, hasrat, harapan, dan rencananya
terfokus ke satu hal itu. Setiap wanita muda mungkin menaruh
simpati terhadap tokoh utamaku dalam momen genting ini
karena mereka pernah mengalami perasaan gelisah yang sama.
Mereka celah merasakan, atau setidaknya meyakini bahwa diri
mereka berada dalam bahaya karena dikejar-kejar seseorang
yang ingin mereka hindari. Mereka juga sangat mendambakan
perhatian seseorang yang mereka sukai. Begicu keluarga Thorpe
mendekati mereka, penderitaan Catherine dimulai. Dia menjadi
Northanger Abbey 1tti. 91
gelisah kalau-kalau John Thorpe menghampirinya, sehingga
sebisa mungkin dia menyembunyikan diri agar tidak terlihat
oleh pria itu, dan bersikap pura-pura tidak mendengarkan
pria itu kecika berbicara dengannya. Tarian
cotillion sudah berakhir, dan tarian rakyat dimulai, tapi dia belum melihat
kakak-beradik Tilney. "Jangan cemas, Catherine Sayang," bisik Isabella, "tapi aku
benar-benar harus berdansa dengan kakakmu. Aku tegaskan hal
ini sangat mengejutkan. Aku berkata padanya dia seharusnya
merasa malu, tapi kau dan John tentunya membuat kami
tenang. Cepadah, Sayangku, berdansa dekat kami. John baru
saja pergi, tapi dia akan kembali sebentar lagi."
Catherine tidak sempat dan enggan menjawabnya. Isabella
dan James berjalan menjauh, sementara John Thorpe masih
kelihatan, sehingga membuatnya berhenti berharap bisa
menghindari pria itu. Meskipun sepertinya tidak melihat
atau mengharapkan pria itu, Catherine terus mengarahkan
pandangannya ke penggemarnya. Sikap menyalahkan diri
sendiri atas kebodohannya, karena menganggap bahwa di antara
orang banyak ini mereka akan berjumpa dengan kakak-beradik
Tilney di waktu yang tepat, baru saja terlintas di benaknya,
ketika tiba-tiba dia menyadari dirinya disapa dan lagi-lagi diajak
berdansa oleh Mr. Tilney sendiri. Bisa terbayangkan bahwa
dengan mata berbinar-binar dan gerakan cepat, dia menerima
ajakan pria itu. Dan dengan hati berbunga-bunga, dia berjalan
bersama pria itu menuju kelompok dansa. Luput dari, dan
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagaimana diyakini Catherine, nyaris sekali melepaskan
diri dari John Thorpe, serca langsung diajak berdansa oleh
92 " Jane Austen Mr. Tilney begitu pria itu menghampirinya, seolah pria itu
memang sengaja mencarinya-tidak pernah terbayangkan oleh
Catherine bahwa hidup dapat memberikan kebahagiaan lebih
besar dari ini. Namun, belum sempat mereka menempati posisi mereka
di kelompok dansa, ketika perhatian Catherine tersita oleh John
Thorpe, yang berdiri di belakangnya. "Hei, Miss Morland!"
sapanya. "Apa maksudnya ini"
Kukira kau dan aku akan berdansa bersama." ''.Aku heran kau bisa berpikir demikian, karena kau tidak
pernah mengajakku." ''.Astaga, alasan yang bagus sekali! Aku langsung
mengajakmu begitu aku masuk ke ruangan ini, dan aku
baru akan mengajakmu lagi, tapi ketika aku berbalik, kau
sudah menghilang! Ini tipu muslihat yang sangat buruk! Aku
hanya datang demi berdansa denganmu, dan aku sangat yakin
kau berpasangan denganku sejak Senin. Ya, aku ingat, aku
memintamu selagi kau menunggu mantelmu
di !obi. Dan di sini aku sudah memberi tahu semua kenalanku kalau aku
akan berdansa dengan gadis tercantik di ruangan ini. Dan,
jika mereka melihatmu berdansa dengan orang lain, mereka
akan mengolokku habis-habisan."
"Oh, tidak. Mereka tidak akan pernah menganggap
aku secantik itu." "Ya ampun, jika mereka tidak beranggapan sama, aku akan
menendang mereka hingga keluar dari ruangan ini karena saking
bodohnya. Siapa pria pasanganmu itu?" Catherine memuaskan
Northanger Abbey 1tti. 93
rasa ingin tahunya. "Tilney," ulang pria itu. "Hmm-aku
tidak mengenalnya. Perawakannya bagus, penampilannya
rapi. Apakah dia menginginkan kuda" Seorang temanku,
Sam Fletcher, ingin menjual kudanya yang akan disukai
siapa pun. Kuda yang sangat cerdas untuk dipakai di jalan?
hanya empat puluh keping guinea. Aku sendiri terpikir untuk
membelinya karena salah satu prinsipku selalu membeli kuda
bagus saat menemukannya. Tapi, kuda itu tidak cocok dengan
tujuanku karena bukan kuda yang bagus untuk berburu. Aku
akan membayar dengan harga berapa pun untuk seekor kuda
pemburu yang sangat bagus. Aku sekarang sudah punya tiga
kuda, yang terbaik. Aku tidak akan menjual ketiganya dengan
harga delapan ratus guinea. Fletcher dan aku berniat membeli
sebuah rumah di Leicestershire, pada musim dansa berikutnya.
Sangatlah tidak nyaman tinggal di tempat penginapan."
lnilah kalimat terakhir Thorpe yang dapat menyita
perhatian Catherine karena pria itu kemudian berpaling
ke rombongan wanita yang melewatinya. Pasangan dansa
Catherine sekarang datang mendekat, dan berkata, "Pria
itu akan membuat kesabaranku habis, kalau saja dia masih
bersamamu setengah menit lebih
lama. Dia tidak berhak menarik perhatian pasanganku dariku. Kita sudah mengambil
bagian dalam sebuah kontrak untuk berpasangan pada malam
ini, dan kita terikat satu sama lain selama waktu itu. Tidak
seorang pun bisa mengikatkan
diri pada seseorang tanpa
merugikan hak-hak pihak lainnya. Aku menganggap tarian
rakyat sebagai lambang pernikahan. Kesetiaan dan kepatuhan
merupakan kewajiban utama dari kedua hal itu. Para pria yang
94 " Jane Austen tidak memilih berdansa atau menikah, tidak punya urusan
dengan pasangan atau istri orang lain."
"Tapi, kedua hal itu sangat berbeda!"
"Dan, menurutmu kedua hal itu tidak bisa disamakan."
"Tentu saja tidak. Orang yang menikah tidak akan pernah
bisa berpisah, melainkan harus tetap bersama dan membangun
rumah tangga bersama-sama. Orang yang berdansa hanya
berdiri saling berhadapan di sebuah ruangan panjang selama
setengah jam." "Ternyata begitulah pengertianmu tentang ikatan pernikahan dan berdansa. Dengan pemahaman seperti itu
tentunya persamaan mereka tidak mencolok, tapi kukira aku
bisa menjelaskannya dengan gambaran demikian. Kau akan
sependapat, bahwa dalam pernikahan dan berdansa, kaum pria
punya kesempatan untuk memilih, sementara wanita hanya
mampu menolak. Kedua hal itu sama-sama merupakan sebuah
ikatan antara pria dan wanita, yang dijalin demi keuntungan
bersama. Begitu mengambil bagian di dalamnya, mereka
terikat satu sama lain hingga saat terputusnya ikatan itu.
Sudah menjadi kewajiban mereka, bahwa masing-masing
pihak berusaha keras agar jangan sampai memberikan alasan
bagi pasangannya untuk menginginkan dirinya bersama
orang lain. Mereka harus menjaga agar imajinasi mereka
sendiri tidak mendambakan kesempurnaan orang lain, atau
membayangkan hidup mereka akan lebih baik bersama orang
lain. Kau sependapat dengan semua ini?"
Northanger Abbey 1tti. 95
"Ya, tentu saja, seperti yang kau jelaskan, semuanya itu
sangat baik. Tapi, tetap saja keduanya berbeda jauh. Aku
sama sekali tidak bisa menganggap keduanya sama, begitupun
menurutku kewajiban di kedua hal itu tidaklah sama."
"Di satu sisi, pastinya ada perbedaannya. Dalam
pernikahan, pria diharuskan untuk menafkahi istrinya,
sedangkan wanita diharuskan untuk menciptakan suasana
rumah yang menyenangkan bagi suaminya. Pria bertugas
menyediakan, dan wanita menciptakan kenyamanan. Namun
dalam berdansa, tugas mereka berganti. Sikap hangat dan santun
diharapkan dari si pria, sementara si wanita memperindah
suasana. Kukira irulah perbedaan rugas yang rerpikir olehmu."
"Tidak, sungguh, aku tidak berpikir demikian."
"Kalau begitu aku sungguh bingung. Tapi, satu hal yang
bisa kukatakan. Kecenderunganmu ini agak mengkhawatirkan.
Kau benar-benar menolak adanya kesamaan kewajiban; dan
bukankah aku jadi menduga bahwa pendapatmu tentang
kewajiban dalam berdansa tidak sekeras yang mungkin
diharapkan pasanganmu" Bukankah aku cukup beralasan untuk
merasa khawatir bahwa jika pria yang tadi berbicara padamu
akan kembali, atau kalau ada pria lain menyapamu, tidak
adayang akan menahanmu untuk bercakap-cakap dengannya
selama kau menghendakinya?"
"Mr. Thorpe adalah teman kakakku yang sangat s
i timewa, jadi kalau dia berbicara padaku, aku harus menanggapinya.
Tapi selain dia, pria yang kukenal di ruangan ini hampir tidak
ada tiga orang." 96 " Jane Austen "Dan, hal itu menjadi satu-satunya jaminanku" Aduh,
aduh!" "Ya, kau tidak bisa punya jaminan yang lebih baik lagi.
Karena kalau aku tidak mengenal siapa pun, mustahil bagiku
untuk berbicara dengan orang lain. Lagi pula aku tidak ingin
bercakap-cakap dengan orang lain."
"Sekarang kau telah memberikan jaminan yang layak
padaku. Dengan begitu, aku berani melanjutkan. Apakah kau
masih berpendapat Bath menyenangkan seperti sebelumnya
aku sempat menanyakannya padamu?"
"Ya, sangat menyenangkan-malah, jauh lebih menye?
nangkan." "Jauh lebih menyenangkan! Hati-hati, kalau tidak, kau
akan lupa menjadi bosan dengannya pada waktunya nanti.
Kau sehacusnya merasa bosan di penghujung enam minggu
kau ada di sini." "Kukira aku tidak akan bosan, meskipun aku tinggal di
sini selama enam bulan."
"Bath, bila dibandingkan dengan London, hanya punya
sedikit variasi. Begitulah yang disadari semua orang setiap
cahunnya. 'Selama enam minggu, Bath memang cukup
menyenangkan. Tapi setelah enam minggu, cempat ini jadi
tempat paling membosankan.' Itulah yang akan diceritakan
orang-orang dari berbagai latac, yang datang secara rutin tiap
musim dingin, memperpanjang waktu tinggal mereka daci
enam rninggu menjadi sepuluh atau dua belas minggu,
dan Northanger Abbey 1tti. 97
akhirnya meninggalkan cempac ini karena mereka cidak sanggup
lagi berlama-lama di sini."
"Yah, orang lain bisa saja punya penilaiannya sendiri, dan
mereka yang pernah pergi ke London mungkin menganggap
cidak ada yang istimewa di Bach. Tapi aku, yang tinggal di
sebuah desa kecil yang cerpencil di pedalaman, cidak pernah bisa
menemukan kejenuhan yang lebih besar di tempac semacam
ini dibandingkan di kampung halamanku sendiri. Karena di
sini ada beragam hiburan, berbagai ha! yang bisa dilihac dan
dilakukan seharian penuh, yang tidak ada di cempatku tinggal."
"Kau cidak suka pedesaan."
"Ya, aku menyukainya. Aku selalu tinggal di sana, dan
selalu merasa bahagia. Tapi, centunya kejenuhan dalam
kehidupan pedesaan jauh lebih besar dibandingkan di Bath.
Satu hari di pedesaan berjalan sama persis seperti hari lainnya."
"Tapi, kau melewatkan waktumu dengan cara yang jauh
lebih rasional di pedesaan."
"Masa.?" "Kau tidak begitu?"
"Kukira tidak banyak perbedaannya."
"Di sini kau hanya mencari hiburan sepanjang hari."
"Dan, aku pun begitu di rumah-hanya saja aku tidak
punya begitu banyak pilihan hiburan. Aku berjalan-jalan di
sini, dan begitu pun di sana. Tapi, di sini aku menjumpai
beragam orang di jalan-jalan, sedangkan di sana aku hanya
bisa mengunjungi Mrs. Allen."
98 " Jane Austen Mr. Tilney merasa sangat geli. "Hanya mengunjungi Mrs.
Allen!" ulang pria itu. "Betapa menyedihkan keadaannya! Tapi,
jika kau mengeksplorasi jurang ini lagi, kau akan punya banyak
hal untuk diceritakan. Kau akan dapat berbicara tentang Bath,
dan semua hal yang kau kerjakan di sini."
"Oh, ya. Aku tidak akan pernah kekurangan bahan obrolan
lagi dengan Mrs. Allen, atau siapa pun. Aku yakin sekali aku
akan selalu berbicara tentang Bath, jika aku pulang ke rumah
lagi. Aku sangat menyukai Bath. Andai saja aku bisa ditemani
Ayah dan Ibu, dan seluruh keluargaku di sini, kurasa aku
akan lebih bahagia! Kedatangan James (kakak sulungku) sangat
menggembirakan-dan terutama karena ternyata keluarga yang
baru saja kami kenal dekat sudah menjadi teman karibnya.
Oh, siapa yang pernah bisa merasa bosan dengan Bath?"
"Yang pasti bukan mereka yang menghadirkan perasaan
baru tentang Bath seperti yang kau lakukan. Tapi, ayah, ibu,
dan kakak laki-laki, serta sahabat dekat akan dilupakan, bagi
kebanyakan orang yang sering mengunjungi Bath. Kenikmatan
menghadiri pesta dansa dan menonton pertunjukan sandiwara,
serta melihat pemandangan keseharian juga akan menghilang."
Di sini percakapan mereka berakhir karena gerakan tariannya
sekarang menuntut mereka untuk mengalihkan perhatian.
Begitu mereka mengakhiri dansanya, Catherine merasa
dirinya diperhatikan dengan serius oleh seorang pria yang
berdiri di antara para tamu yang menonton kelompok dansa,
persis di belakang pasangan dansanya. Pria itu sangat tampan,
berwibawa, separuh baya, tapi masih terlihat gagah. Sementara
mata pria itu masih terarah kepadanya, Catherine melihat
Northanger Abbey 1tti. 99
pria itu segera bercakap-cakap dengan Mr. Tilney dengan
berbisik. Merasa bingung karena perhatian pria itu, sekaligus
merasa malu karena khawatir perhatiannya itu diakibatkan
oleh penampilan dirinya yang tidak layak, Catherine pun
memalingkan wajahnya. Namun saat berpaling, pria itu
bergerak mundur dan pasangannya yang datang menghampiri
berkata, "Aku tahu kau bisa menebak apa yang baru saja
ditanyakan padaku. Pria itu mengetahui namamu, dan kau
berhak untuk mengetahui namanya. Namanya George Tilney,
ayahku." Jawaban Catherine hanyalah "Oh!"-tapi "Oh"-nya ini
mengungkapkan segala hal yang perlu: perhatian pada kata?
kata pria itu, dan kepercayaan akan kebenarannya. Dengan
penuh minat dan rasa kagum yang besar, mata Catherine kini
mengikuti gerakan sang jenderal saat dia berjalan menerobos
orang banyak. "Betapa rupawannya anggota keluarga mereka!"
adalah ucapan Catherine dalam batin.
Sewaktu bercakap-cakap dengan Miss Tilney sebelum acara
malam itu berakhir, sumber kebahagiaan baru muncul dalam
diri Catherine. Dia belum pernah berjalan-jalan di pedesaan
sejak kedatangannya di Bath. Miss Tilney, yang sangat familier
dengan daerah di sekitar, menceritakan semua itu dengan cara
yang membuat Catherine juga sangat ingin mengenalnya. Dan
karena kekhawatiran Miss Tilney bahwa Catherine tidak dapat
menemukan seseorang untuk menemaninya, kakak-beradik
itu mengusulkan agar mereka ikut serta berjalan-jalan, di
suatu pagi nanti. "Aku
akan menyukainya," seru Catherine,
"melebihi apa pun di dunia. Dan jangan kita tunda lagi-ayo
100 " Jane Austen kita pergi besok." Hal ini segera disetujui, dengan satu syarat
dari Miss Tilney, jika tidak hujan, tapi Catherine merasa yakin
cuaca besok akan cerah. Pada pukul dua belas, mereka akan
menjemputnya di Pulteney Street; dan "lngadah, pukul dua
belas," menjadi ucapan perpisahannya dengan teman barunya
itu. Sementara temannya yang lain, temannya yang lebih
karib dan lebih tua, Isabella, yang bersamanya dia menikmati
pengalaman dua minggu yang bahagia dan berharga, Catherine
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hampir tidak melihatnya selama malam itu. Meskipun ingin
sekali menceritakan kebahagiaannya pada Isabella, Catherine
dengan riang menuruti permintaan Mr. Allen, yang mengajak
mereka pulang agak lebih awal. Jiwanya menari-nari di dalam
dirinya, seperti halnya dia merasakan sukacita di dalam kereta
sepanjang perjalanan pulang.O
Northanger Abbey 1tti. 101
f!iJ.fau:menghadirkan pagi yang terlihat sangat mendung.
Matahari hanya muncul sesaat, dan dari kondisi ini Catherine
meramalkan segala hal menyenangkan yang sesuai dengan
harapannya. Pagi hari yang cerah, pikirnya, biasanya akan
berubah menjadi hujan. Tapi, pagi yang berawan memprediksi
keadaan cuaca yang lebih cerah saat hari menjelang siang. Dia
meminta Mr. Allen memberikan dukungan atas harapannya,
tapi Mr. Allen, yang tidak dapat memprediksi kondisi cuaca,
enggan memberikan harapan pasti akan cuaca cerah. Catherine
pun beralih ke Mrs. Allen, dan pendapat Mrs. Allen lebih
positif. "Dia merasa sangat yakin hari ini akan menjadi hari
yang sangat menyenangkan, jika awan menghilang
matahari tetap bersinar."
dan Namun, sekirar pukul sebelas, rintik-rintik hujan yang
menerpa jendela tertangkap mata Catherine yang tekun
mengamati. "Oh, astaga, sepertinya akan hujan," diucapkan
olehnya dengan nada suara yang sangat putus asa.
"Bagaimana bisa?" ucap Mrs. Allen.
''.Aku tidak bisa jalan-jaJan hari ini," keluh Catherine.
"Tapi, mungkin cuacanya akan kembali cerah, atau akan
berhenti sebelum jam dua belas."
"Mungkin saja, tapi Sayang, keadaannya akan sangat
kotor." "Oh, itu tidak apa. Aku tidak masaJah menjadi kotor."
"Tidak," jawab temannya dengan sangat tenang. ''.Aku
tahu kau tidak pernah peduli dirimu menjadi kotor."
Setelah diam sejenak, "Hujannya tidak berhenti-henti!"
ujar Catherine, saat berdiri memperhatikan jendela.
"Ternyata benar. Kalau terus hujan, jaJanan akan jadi
sangat becek." "Ada empat payung yang bisa dipakai. Betapa aku bend
melihat payung!" "Memang merepotkan membawa-bawa payung. Aku lebih
suka selaJu bawa kursi."
"PadahaJ pagi tadi terlihat cerah! Aku sangat yakin
cuacanya akan cerah."
"Siapa pun akan beranggapan begitu. Hanya akan ada
segelintir orang di pump-room, kalau hujan turun sepanjang
pagi ini. Semoga saja Mr. Allen mau memakai mantel tebaJnya
Northanger Abbey 1tti. 103
saat kduar, tapi aku yakin dia eidak akan memakainya karena
dia lebih suka kduar tanpa maned eebal. Aku heran kenapa dia
tidak menyukainya, maned itu pasti terasa sangat nyaman."
Hujan terus turun, rintik-rintik eapi tidak deras. Setiap
lima menit Caeherine mendekati jam, seraya mengancam tiap
kali kembali berjalan ke arah jam, kalau masih tetap hujan
lima menit lagi, dia akan membatalkan rencananya. Jarum
jam menunjuk angka dua bdas, dan hujan masih saja turun.
"Kau tidak akan bisa kduar, Sayang.
"Aku bdum begitu putus asa. Aku tidak akan menyerah
sampai pukul dua belas lebih lima bdas menie. Sekarang
waktunya cuaca menjadi cerah, dan kurasa kelihatannya sedikit
lebih terang. Sudah pukul dua bdas lebih dua puluh menit,
dan sekarang aku benar-benar harus menyerah. Oh, andai
saja cuaca di sini seperti cuaca
di Udolpho, atau setidaknya
di Tuscany dan sdatan Prancis!
pada malam St. Aubin yang
malang itu meninggal!-cuaca yang indah!"
Pada pukul setengah satu, ketika kegusaran Catherine
terhadap cuaca sudah berakhir dan tidak ada gunanya lagi
baginya jika cuaca berubah, langit dengan sendirinya mulai
berangsur cerah. Pancaran cahaya maeahari membuacnya sangat
terkejut. Dia mdihat ke sekitar. Awan sudah menyingkir, dan
dia pun segera kembali ke jendda untuk mengamati dan merasa
bahagia. Sepuluh menit kemudian sudah bisa dipastikan bahwa
cuaca di siang hari akan cerah, dan membenarkan pendapat
Mrs. Allen, yang "sdalu berpikir cuacanya
akan cerah." Namun, bdum bisa dipastikan apakah Catherine mungkin
104 " Jane Austen masih mengharapkan kedatangan teman-temannya, apakah
Miss Tilney tidak terhalang hujan yang lebat.
Keadaan di jalan terlalu berlumpur bagi Mrs. Allen untuk
menemani suaminya; karenanya Mr. Allen pergi sendirian, dan
Catherine harnpir tidak melihatnya menyusuri jalanan ketika
perhatiannya tersita oleh kedatangan dua kereta terbuka yang
sudah dikenalinya, yang mengangkut tiga orang yang juga
telah sangat mengejutkannya beberapa hari lalu.
"Astaga, Isabella, kakakku, dan Mr. Thorpe! Mereka
mungkin datang untuk menjemputku, tapi aku tidak akan
pergi. Aku memang tidak bisa pergi karena Anda tahu Miss
Tilney mungkin masih akan datang." Mrs. Allen sependapat.
John Thorpe segera muncul di hadapan mereka, tapi suaranya
terdengar lebih dulu, karena saat menaiki tangga dia berteriak
memanggil Miss Morland agar bergegas. "Cepadah! Cepadah!"
seraya dia membuka pintu dengan sentakan. "Pakai topimu
kali ini-kita tidak punya waktu lagi-kita akan pergi ke
Bristol. Bagaimana kabarmu, Mrs. Allen?"
"Ke Bristol! Bukankah jaraknya jauh sekali"Tapi, aku tidak
bisa ikut denganmu hari ini karena aku sudah punya janji. Aku
sedang menanti-nantikan beberapa teman." Ucapannya ini
tentu saja sarna sekali tidak ditanggapi. Mrs. Allen dimohon
untuk mendukungnya, dan dua orang lainnya berjalan masuk,
untuk memberikan bantuan mereka. "Catherine-ku yang
manis, bukankah ini mengasyikkan" Kita akan menikmati
perjalanan naik kereta yang amat menyenangkan. Kau akan
berterima kasih pada kakakmu dan aku karena rencana ini.
Kami baru terpikir rencana itu saat sarapan, aku benar-benar
Northanger Abbey 1tti. 105
menyukainya. Dan, kita seharusnya berangkat dua jam lalu
kalau saja tidak turun hujan yang menyebalkan ini. Tapi itu
tidak masalah, malam hari akan bersinar terang, dan kita akan
menikmatinya dengan gembira. Oh, aku sangat gembira begicu
membayangkan udara pedesaan dan suasana tenangnya! Jauh
lebih baik daripada pergi ke Lower Rooms. Kita akan langsung
ke Clifton dan makan malam di sana. Dan setelah usai makan
malam, jika masih sempac, kica lanjut ke Kingswescon."
"Aku ragu kita bisa melakukan semua itu," kata Morland.
"Dasar kau!" seru Thorpe. "Kita
akan bisa melakukan sepuluh kali lebih banyak dari itu. Kingsweston! Ya, dan Kastel
Blaize juga, serta tempat lainnya yang kita kehendaki. Tapi,
adikmu ini malah berkata dia cidak akan ikut."
"Kastel Blaize?" seru Catherine. "Tempat apa itu?"
"Tempat paling bagus di lnggris-layak dikunjungi
dengan menempuh jarak delapan puluh kilometer."
"Apa, itu benar-benar kastel, kastel tua?"
"Tertua di kerajaan ini."
"Tapi, apakah seperti yang digambarkan di buku?"
"Persis-mirip sekali."
"Tapi, apa benar-benar-ada menara
dan balkon yang Iuas.?" "Banyak." "Kalau begitu aku ingin melihatnya, tapi aku tidak bisa.
Aku tidak bisa pergi."
"Tidak pergi! Temanku sayang, apa maksudmu?"
106 " Jane Austen ''.Aku tidak bisa pergi karena," menunduk seraya dia
berbicara, takut akan senyuman Isabella. ''.Aku menunggu
Miss Tilney dan kakaknya untuk menjemputku. Kami akan
jalan-jalan di pedesaan. Mereka berjanji akan datang pukul
dua belas, hanya saja tadi sempat hujan. Tapi karena sekarang
sudah cerah, aku yakin mereka akan datang sebentar lagi."
"Mereka tidak akan datang," seru Thorpe, "karena saat
kami berbelok ke Broad Street, aku melihat mereka. Dia naik
kereta terbuka dengan kuda berwarna cokelat kemerahan,
bukan?" ''.Aku sungguh tidak tahu."
"Ya, aku tahu dia naik itu. Aku melihatnya. Kau
membicarakan pria yang berdansa denganmu tadi malam,
bukan?" "Y:a." "Nah, aku melihatnya begitu
dia muncul di Lansdown Road, ditemani seorang gadis cantik."
"Sungguhkah?" "Ya, percayalah. Aku langsung bisa mengenalinya lagi, dan
kelihatannya dia juga punya kuda-kuda yang sangat bagus."
''Aneh sekali! Tapi, kukira mereka pikir kondisinya terlalu
berlumpur untuk berjalan-jalan."
"Yah, mungkin saja karena aku tidak pernah melihat
lumpur sebanyak itu. Berjalan-jalan! Kau malah sama sekali
tidak bisa berjalan. Belum pernah kondisinya berlumpur seperti
ini selama musim dingin. Di mana-mana tebal lumpurnya
setumtt." Northanger Abbey 1tti. 107
Isabella membenarkannya, "Catherine Sayang, kau tidak
bisa membayangkan kotornya lumpur itu. Ayolah, kau harus
ikut. Kau tidak menolak pergi sekarang."
"Aku ingin melihat kastel itu, tapi bisakah kita menjelajahi
semuanya" Bisakah kita menaiki setiap tangganya, dan masuk
ke setiap deretan karnar?"
"Ya, ya, setiap jengkalnya akan kita jelajahi."
"Tapi, bagaimana kalau mereka hanya akan keluar selama
satu jam sampai kondisi jalanan lebih kering, dan mampir
sebentar?" "Tenanglah, jangan khawatir, karena kudengar Tilney
berteriak pada seorang pria yang baru saja lewat dengan
menunggang kuda. Mereka akan pergi ke Wick Rocks."
"Kalau begitu aku akan ikut. Haruskah aku pergi, Mrs.
Allen?" "Pergilah kalau kau mau, Sayang."
"Mrs. Allen, Anda harus membujuknya agar pergi," adalah
seruan mereka bertiga, sehingga Mrs. Allen menurutinya: "Yah,
Sayangku," ujarnya, "kurasa kau harus pergi." Dan dalam waktu
dua menit mereka akhirnya berangkat.
Saat naik ke kereta, perasaan Catherine sangat tidak
menentu; terbagi antara penyesalan karena kehilangan
kesempatan menikmati kegembiraan besar, dan harapan akan
segera menikmati kesenangan yang lain. Perasaan-perasaan
itu dirasakannya sama besarnya, meskipun berbeda jenisnya.
Dia tidak dapat membayangkan kakak-beradik Tilney celah
berpura-pura dengan sangat baik di hadapannya. Mereka
108 " Jane Austen membatalkan janji mereka begitu saja, tanpa mengirim pesan
maaf kepadanya. Saat ini sudah lewat satu jam
dari waktu yang ditetapkan untuk memulai rencana jalan-jalan mereka.
Dan, meskipun dia tadi mendengar adanya timbunan lumpur
yang sangat banyak selama waktu itu, dari pengamatannya
sendiri mau tak mau dia berpikir bahwa perjalanan mereka
berjalan lancar. Merasa dirinya telah diabaikan oleh mereka
adalah ha! yang sangat menyakitkan. Di sisi lain, kesenangan
mengeksplorasi bangunan besar seperti Udolpho, seperti itulah
bayangannya akan Kastel Blaize, menjadi sesuatu yang bisa
menghiburnya. Mereka melewati Pulteney Street dengan cepat, dan
menyusuri Laura Place, tanpa banyak bercakap-cakap. Thorpe
berbicara pada kudanya, sedangkan Catherine merenung,
secara bergantian, tentang janji-janji yang tidak ditepati dan
pintu gerbang melengkung yang rusak, kereta beroda empat
dan hiasan gantung palsu, kakak-beradik Tilney clan pintu
kolong. Namun, begitu mereka memasuki Argyle Buildings,
dia dibangunkan oleh ucapan temannya, "Siapa gadis itu yang
menatapmu sangat serius sewaktu dia lewat?"
"Siapa" Di mana?"
"Di trotoar sebelah kanan-dia hampir tidak kelihatan
lagi sekarang." Catherine menoleh clan melihat Miss Tilney
yang menggandeng tangan kakaknya, sedang berjalan perlahan.
Dia melihat mereka berdua sama-sama balas memandangnya.
"Berhenti, berhenti, Mr. Thorpe," teriaknya dengan tidak sabar.
"ltu Miss Tilney. ltu benar
dia. Betapa teganya kau berkata
mereka sudah pergi" Berhenti, berhenti, aku
akan turun Northanger Abbey 1tti. 109
sekarang juga clan menghampiri mereka." Namun, tidak ada
gunanya dia berbicara. Thorpe hanya memacu kudanya hingga
berderap lebih cepat. Kakak-beradikTilney, yang segera tidak
lagi menatapnya, saat itu sudah tidak terlihat lagi
di dekat Laura Place. Sementara pada saat yang sama Catherine sendiri
sudah melewati pasar dengan cepat. Meskipun begitu, selama
menyusuri jalan berikutnya dia masih memohon pada pria itu
agar berhenti. "Ayo, berhentilah, Mr. Thorpe. Aku tidak bisa
pergi. Aku tidak akan pergi. Aku harus kembali ke Miss Tilney."
Namun, Mr. Thorpe hanya tertawa, mengibaskan cemetinya,
memacu kudanya, mengeluarkan suara-suara aneh, clan terus
mengemudikan keretanya. Dan Catherine, yang merasa
marah dan kesal serta tidak berdaya untuk meninggalkan
kereta, terpaksa menyerah dan pasrah. Tapi, omelannya masih
berlanjut. "Betapa teganya kau membohongiku, Mr. Thorpe"
Teganya kau berkata bahwa kau melihat mereka berkendara
menuju Lansdown Road" Aku tidak bisa membiarkan ha! seperti
ini terjadi. Mereka pasti berpikir ini sangat aneh, betapa tidak
sopannya aku! Juga melewati mereka tanpa berkata sepatah
kata pun! Kau tidak tahu betapa kesalnya aku. Aku tidak
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan bisa bersenang-senang di Clifton, juga di tempat lain.
Aku lebih suka, sepuluh ribu kali lebih suka, turun sekarang,
dan berjalan kembali ke mereka. Betapa teganya kau berkata
melihat mereka menaiki kereta?" Thorpe membela dirinya
dengan sangat berani, dengan menerangkan dia tidak pernah
melihat dua pria yang begitu mirip selama hidupnya, dan akan
sulit mengatakan kalau pria itu bukan Tilney.
110 " Jane Austen Perjalanan mereka, meskipun masalah itu sudah berakhir,
sangat tidak menyenangkan. Sikap menurut Catherine tidak
lagi sama seperti sebelumnya. Dia mendengarkan dengan sikap
enggan, dan jawabannya pun pendek-pendek. Kastel Blaize
tetap menjadi satu-satunya penghiburannya; untuk itulah, dia
masih bisa terlihat senang. Namun daripada merasa kecewa
akan gagalnya rencana jalan-jalan yang sudah dijanjikan,
dan terutama daripada dianggap buruk oleh kakak-beradik
Tilney, Catherine dengan senang hati akan melepaskan semua
kebahagiaan yang bisa diberikan tembok-tembok kastel. Rasa
bahagia saat berjalan menyusuri deretan panjang kamar?
kamar yang megah, yang memamerkan sisa-sisa perabotan
yang sangat bagus, meskipun kini sudah ditinggalkan selama
bertahun-tahun. Rasa bahagia karena langkah mereka saat
menelusuri kubah berliku-liku yang sempit dihentikan oleh
sebuah pintu rendah berjeruji. Atau bahkan rasa bahagia
karena lampu mereka, satu-satunya lampu mereka, menjadi
padam akibat embusan angin yang datang tiba-tiba, sehingga
mereka dibiarkan dalam keadaan gelap gulita. Sementara itu,
mereka melanjutkan perjalanan mereka tanpa mengalami
kesialan, dan sedang mendekati kota Keynsham yang sudah
tampak di kejauhan, ketika terdengar seruan dari Morland,
yang berada di belakang mereka, sehingga membuat temannya
itu menepi untuk mengetahui apa yang terjadi. Kereta yang
dikendarai Morland lalu bergerak mendekat, sehingga mereka
bisa bercakap-cakap. Morland berkata, "Kita sebaiknya kembaU,
Thorpe. Sekarang sudah terlalu sore untuk melanjutkan
perjalanan hari ini. Adikmu juga sependapat denganku. Kita
Northanger Abbey 1tei. Ill sudah berjalan tepat satu jam dari Pulteney Street, sekitar
sebelas kilometer. Dan, kurasa kita masih harus menempuh
sedikitnya tiga belas kilometer lagi. Tidak akan ada gunanya.
Kita berangkat terlalu siang tadi. Jauh lebih baik kita menunda
perjalanan ini di lain hari, dan berbalik."
"Bagiku sama saja," jawab Thorpe dengan sedikit marah,
dan dengan segera memutar kudanya. Mereka pun berjalan
pulang menuju Bath. "Kalau saja kakakmu tidak mengendarai binatang s-,"
katanya segera secelahnya, "kica mungkin bisa melanjutkan
perjalanan ini dengan sangac baik. Kudaku pasti akan berderap
sampai Clifton dalam waktu satu jam, jika kubiarkan dia terus
bergerak, dan aku radi nyaris saja mematahkan lenganku karena
harus menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba. Morland
itu bodoh karena tidak punya kuda dan keretanya sendiri."
"Tidak, dia tidak bodoh," ujar Catherine dengan tenang,
"karena aku yakin dia tidak mampu."
"Dan, mengapa dia tidak mampu?"
"Karena dia tidak punya cukup uang."
"Dan, salah siapakah itu?"
"Bukan salah siapa-siapa, itu yang kutahu." Thorpe lalu
mengatakan sesuatu dengan cara bicara yang keras dan kacau
yang sering kali didengungkannya tentang betapa s-menjadi
kikir. Dan jika orang yang punya banyak uang tidak mampu
membeli banyak hal, dia tidak cahu siapa yang bisa. Catherine
bahkan tidak berusaha untuk memahaminya. Merasa kecewa
akan bacalnya perjalanan yang akan menjadi penghiburan atas
112 " Jane Austen kekecewaan pertamanya, dia semakin tidak ingin bersikap
menyenangkan apalagi berharap ceman perjalanannya demi?
kian. Mereka pun kembali ke Pulteney Street tanpa banyak
berkata-kaca. Ketika Catherine memasuki rumah, pelayan memberita?
hunya bahwa tadi ada seorang pria dan wanita yang datang
dan menanyakannya beberapa menit setelah dia pergi. Bahwa,
sewaktu pelayan memberi tahu Catherine pergi bersama Mr.
Thorpe, si wanita menanyakan apakah ada pesan yang dititipkan
untuknya; dan saat pelayan menjawab tidak, si wanita mencari?
cari kartu nama, tapi katanya dia tidak membawanya, lalu
pergi. Sambil merenungkan kabar yang sangat menyedihkan
ini, Catherine menaiki tangga dengan perlahan. Di puncak
tangga, dia disambut Mr. Allen yang, karena sudah mendengar
alasan kepulangan mereka yang cepat, berkata, "Aku senang
kakakmu bersikap sangat bijak. Aku senang kau pulang.
Rencana perjalanan ini aneh dan keterlaluan."
Mereka semua melewatkan malam hari di tempat
keluarga Thorpe. Catherine merasa jengkel dan tidak ber?
semangat. Namun, Isabella campaknya menemukan banyak
bahan percakapan, karena takdir yang dijalaninya, dengan
berhubungan dekat dengan Morland, sesuatu hal yang sama
bagusnya dengan udara pedesaan yang tenang di tempat
penginapan di Clifton. Kepuasannya karena tidak berada di
Lower Rooms juga diungkapkan lebih dari sekali. "Betapa
aku mengasihani wanita-wanita malang yang pergi ke sana!
Betapa gembiranya aku tidak berada di antara mereka! Aku
ingin tahu apakah pesta dansanya berkostum lengkap atau
Northanger Abbey 1tti. 113
tidak! Mereka belum memulai dansanya. Aku tidak akan ada
di sana. Betapa senangnya bisa menikmati malam seperti ini.
Aku yakin pesta dansanya tidak akan menyenangkan. Aku tahu
keluarga Mitchell tidak akan dacang. Aku pasti mengasihani
semua orang yang datang. Tapi aku yakin, Mr. Morland, kau
ingin sekali ada di sana, bukan" Kau pasti begitu. Yah, jangan
biarkan siapa pun di sini menghalangimu. Aku yakin kami
akan baik-baik saja tanpamu, tapi kaum pria menganggap diri
kalian begitu pentingnya."
Catherine hampir bisa menyalahkan Isabella karena
diam-diam menghendaki dia menderita. Kesedihan Catherine
kelihatannya tidak menggusarkan pikirannya, dan penghiburan
yang diberikan Isabella sangat tidak berguna. "Jangan bodoh,
Sahabacku Sayang," bisiknya. "Kau akan membuatku sangat
sedih. Kejadian itu memang benar-benar mengejuckan.
Tapi, kakak-beradik Tilney-lah yang sepenuhnya bersalah.
Mengapa mereka tidak datang tepat waktu" Jalanan memang
berlumpur, tapi apakah itu penting" Kuyakin John dan aku
cidak akan mempersoalkannya. Aku tidak pernah peduli bila
harus menerobos halangan apa pun, jika demi seorang teman.
Begitulah diriku, dan John juga sama. Dia memiliki perasaan
yang sangat kuat. Astaga! Betapa kau mempunyai teman yang
sangat menyenangkan! Teman terbaik! Tidak pernah aku begitu
bahagia sepanjang hidupku! Aku jauh lebih suka kau yang
mendapatkannya daripada aku."
Dan sekarang, aku membiarkan tokoh utamaku berbaring
di dipan yang membuacnya terjaga, yang menjadi cakdir tokoh
utama yang sesungguhnya. Berbaring pada sebuah bantal
114 " Jane Austen yang ditaburi onak clan dibasahi air mata. Dan, dia mungkin
menganggap dirinya beruntung, jika dia dapat tidur nyenyak
lagi selama tiga bulan berikutnya. D
Northanger Abbey 1ttt. 115
11/J1u,, <74" "kata Catherine keesokan paginya, "apakah
salah kalau aku mengunjungi Miss Tilney hari ini" Aku tidak
akan bisa tenang sampai aku menjelaskan segalanya."
"Pergilah, tentu saja, Sayangku. Hanya saja kenakan gaun
putih. Miss Tilney selalu memakai warna putih."
Catherine menurutinya dengan gembira, dan berpakaian
dengan baik. Dia merasa lebih tidak sabar ketimbang saat
hendak pergi ke pump-room. Dia sebaiknya mencari tahu
tempat keluarga Tilney menginap karena rneski dia yakin
mereka tinggal di Milsom Street, dia tidak tahu pasti yang
mana rumah penginapannya. Pendapat Mrs. Allen yang
ragu-ragu hanya membuatnya lebih tidak menyakinkan.
Maka, menuju Milsom Streec-lah Catherine pergi. Setelah
memastikan nomor rumah penginapannya, dia bergegas
dengan langkah-langkah mantap disertai degup jantungnya
untuk melakukan kunjungan, menjelaskan kelakuannya, dan
dimaafkan. Dengan langkah cepat disusurinya halaman gereja,
dan dengan tekad kuat dialihkan pandangannya, sehingga dia
tidak harus melihat Isabella dan keluarganya, yang diyakininya
sedang berada di sebuah coko di dekat situ. Dia tiba di rumah
tujuan tanpa ada rintangan. Diperhatikannya nomor rumah
itu, lalu mengecuk pintu dan menanyakan Miss Tilney. Pria
yang membukakan pintu merasa Miss Tilney ada di rumah,
tapi dia tidak begitu yakin. Bersediakah Catherine memberikan
karcu namanya" Dia pun menyerahkan karcu namanya. Dalam
beberapa menic, si pelayan kembali. Dengan ekspresi wajah
yang tidak cukup memperkuat ucapannya, pria itu berkata
rupanya dirinya salah karena Miss Tilney sedang pergi. Dengan
perasaan sangat malu, Catherine meninggalkan rumah itu. Dia
hampir merasa yakin bahwa Miss Tilney ada di rumah, tapi
Miss Tilney terlalu sakit hati untuk mengizinkannya masuk.
Ketika kembali menyusuri jalan, dia tidak mampu menahan
diri untuk tidak melihat ke arah jendela ruang camu, dengan
harapan melihat Miss Tilney di sana, tapi tidak terlihat siapa
pun di sana. Namun di ujung jalan, dia menoleh ke belakang
lagi, lalu melihac Miss Tilney, bukan di jendela melainkan
keluar dari pintu. Di belakangnya menyusul seorang pria,
yang diyakini Catherine adalah ayahnya. Mereka mengarah
ke Edgar's Buildings. Dengan perasaan sangat sakit hati,
Catherine meneruskan langkahnya. Dia sendiri hampir bisa
merasa marah karena perlakuan tidak sopan itu. Namun,
dia merenungkan perasaan marahnya ini. Dia teringat akan
Northanger Abbey 1tti. 117
kebodohannya sendiri. Dia tidak tahu berapa sikap buruknya
itu bisa digolongkan menurut aturan kesopanan duniawi,
seberapa besar tingkat ketidaksediaan untuk memaafkan bisa
disebabkan oleh kesancunan, atau seberapa buruk kekasaran
sebagai balasan sehingga dapat diterimanya dengan baik.
Merasa sedih dan sakit hati, dia bahkan sempat terpikir
untuk tidak ikut bersama yang lain ke teater malam itu.
Namun, harus diakui bahwa mereka tidak akan tinggal lama
lagi karena dia segera mengingat kembali, pertama, bahwa
tidak ada alasan baginya untuk tinggal di rumah; dan kedua,
bahwa dia sangat ingin menonton sandiwara malam ini.
Maka, mereka semua pergi ke tearer. Keluarga Tilney tidak
kelihatan untuk mengganggu atau menyenangkan Catherine.
Dia menduga kegemaran menonton sandiwara tidak termasuk
di antara banyak keunggulan dari sebuah keluarga. Tapi,
mungkin mereka terbiasa dengan penampilan yang lebih
bagus di panggung pertunjukan di London, yang diketahui
Catherine berdasarkan nasihat Isabella, hal ini membuat
jenis pertunjukan lainnya terkesan "sangat mengerikan".
Catherine tidak teperdaya oleh harapannya sendiri untuk
bersenang-senang. Komedinya benar-benar menyingkirkan
kesusahannya sehingga tidak seorang pun, jika mengamatinya
selama berlangsungnya empat babak pertama, akan mengira
perasaannya sedang sedih sekali. Namun, ketika sekonyong?
konyong terlihat Mr. Henry Tilney dan ayahnya yang datang
bergabung dengan penonton di ruang duduk di seberang,
kegelisahan dan kesedihannya muncul kembali. Penampilan di
atas panggung tidak dapat lagi membangkitkan perasaan riang,
118 " Jane Austen tidak bisa lagi menarik fokus perhatiannya. Arah pandangannya
lebih banyak ditujukan ke ruang duduk di seberang. Dan
selama dua adegan, Catherine terus memperhatikan Henry
Tilney, tanpa sekali pun mampu menarik perhatiannya. Pria
itu tidak dapat lagi dicurigai bersikap acuh tidak acuh terhadap
suatu pertunjukan drama. Perhatiannya tidak pernah teralihkan
dari panggung selama berjalannya dua adegan. Tapi akhirnya,
pria itu melihat ke arahnya, dan dia menundukkan kepala-tapi
sekadar menunduk! Tanpa tersenyum, tanpa balas menatapnya.
Mata pria itu segera kembali mengarah ke panggung. Catherine
merasa sangat sedih. Hampir saja dia bisa berlari menuju ruang
duduk yang ditempati pria itu dan memaksanya agar mendengar
penjelasannya. Perasaan yang dirasakan Catherine lebih bersifat
wajar daripada heroik. Alih-alih menganggap harga dirinya
telah dilukai oleh sikap penghukuman ini-alih-alih dengan
bangganya benekad, karena merasa tidak bersalah, untuk
menunjukkan kemarahannya pada pria itu yang mungkin
menyimpan ragu akan ha! itu, membiarkan pria itu yang
berusaha meminta penjelasan, dan memberitahunya tentang
kejadian lalu hanya dengan menghindari pandangannya, atau
menggoda pria lain-Catherine justru menanggung sendiri
semua perasaan malu akibat kelakuan buruk itu, atau setidaknya
apa yang kelihatan, dan hanya menginginkan kesempatan
untuk menjelaskan perkaranya.
Pertunjukan sandiwaranya berakhir, urainya sudah
menutup. Henry Tilney tidak lagi terlihat di kursi yang tadi
didudukinya, tapi ayahnya masih duduk di sana. Mungkin pria
itu sekarang berjalan memutar menuju ruang duduk mereka.
Northanger Abbey 1tti. 119
Rupanya dugaan Catherine benar. Dalam beberapa menit
pria itu muncul, dan melewati barisan tempat duduk yang
tidak rapat, lalu berbicara dengan sikap santun yang tenang
kepada Mrs. Allen dan Catherine. Namun, pria itu dibalas
dengan sikap tidak tenang oleh Catherine, "Oh, Mr. Tilney,
aku ingin sekali bicara denganmu, dan meminta maaf. Kau
pasti menganggapku sangat tidak sopan. Tapi, sungguh itu
bukan kesalahanku sendiri, benar kan, Mrs. Allen" Bukankah
mereka berkata padaku kalau Mr. Tilney dan adiknya keluar
dengan menaiki kereta" Maka, aku bisa apa" Tapi, aku jauh
lebih suka bersamamu, benar kan, Mrs. Allen"
"Sayangku, kau membuat gaunku berantakan, adalah
jawaban Mrs. Allen. Namun penegasannya, yang tanpa dukungan ini,
tidaklah sia-sia. Wajah pria itu memperlihatkan senyuman
yang lebih ramah dan alami, dan dia menjawab dengan suara
yang terdengar agak tenang, "Kami sangat berterima kasih
padamu karena mengharapkan kami menikmati jalan-jalan
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang menyenangkan setelah kami berpapasan denganmu di
Argyle Street. Kau sangat baik sudah menoleh.
"Tapi, sungguh aku tidak mengharapkan begitu. Aku
tidak pernah terpikir hal demikian. Aku benar-benar memohon
agar Mr. Thorpe menghentikan keretanya. Aku menyuruhnya
berhenti begitu aku melihat kalian. lya kan, Mrs. Allen-Oh,
Anda tidak ada di sana, tapi sungguh itu benar. Dan kalau
saja Mr. Thorpe menghentikan keretanya aku akan melompat
turun dan mengejar kalian.
120 " Jane Austen Adakah seorang Henry di dunia yang dapat tidak
berperasaan terhadap pernyataan seperti itu" Setidaknya
bukan Henry Tilney. Dengan senyuman yang lebih manis,
pria icu mengatakan semua yang perlu dikatakan centang
keprihatinan, penyesalan, dan kepercayaan adiknya terhadap
harga diri Catherine. "Oh, jangan berkata Miss Tilney tidak
marah," seru Catherine, "karena aku tahu dia marah. Sebab
dia tidak mau menemuiku pagi tadi wakcu aku berkunjung.
Aku melihatnya keluar dari rumah beberapa menit setelah
aku meninggalkan tempat itu. Aku merasa sakit hati, tapi
tidak terhina. Mungkin kau tidak tahu aku datang ke sana."
"Aku tidak ada di rumah saat itu. Tapi, aku mendengarnya
dari Eleanor, dan dia sejak itu ingin sekali menemuimu, untuk
menjelaskan alasan sikapnya yang tidak sopan itu. Tapi,
mungkin aku juga bisa mewakilinya. ltu hanya karena ayahku
saja. Mereka saat itu hendak bersiap-siap uncuk keluar, dan
ayahku sedang terburu-buru. Dia tidak mau menundanya
lagi, sehingga membuat Eleanor harus berbohong. Icu saja,
percayalah. Eleanor merasa sangat kesal, dan bermaksud
meminta maaf padamu secepatnya."
Benak Catherine menjadi jauh lebih tenceram dengan
kecerangan ini, tapi ada rasa cemas yang masih menggelayut,
yang menyebabkan pertanyaan berikut diungkapkan kepada
pria itu, "Tapi, Mr. Tilney, mengapa kau kurang bermurah
hati dibanding adikmu" Jika adikmu merasa yakin dengan niat
baikku, dan bisa menduganya hanya sebagai suacu kesalahan,
mengapa kau bersikap seolah tersinggung?"
"Aku.I 'Jiersmggung.I"
Northanger Abbey 1tti. 121
"Ya, aku merasa yakin dengan tatapanmu, sewaktu kau
masuk ke ruang duduk, kau terlihat marah."
"Aku marah! Aku tidak berhak untuk marah."
"Yah, siapa pun yang melihat wajahmu tidak ada yang
akan mengira kau tidak berhak marah." Pria itu membalasnya
dengan meminta Catherine bergeser agar dia bisa duduk, dan
mereka membicarakan sandiwara yang baru berlangsung.
Pria itu tetap bersama mereka beberapa lama, sehingga
membuat Catherine cukup senang jika pria itu pergi. Namun
sebelum mereka berpisah, disepakati bahwa rencana jalan?
jalan berikutnya harus dilakukan secepat mungkin. Dengan
mengesampingkan kesedihannya karena pria itu meninggalkan
ruang duduk mereka, Catherine merasa menjadi salah satu
wanita paling bahagia di dunia.
Saat bercakap-cakap, Catherine mengamati dengan
sedikit terkejut bahwa John Thorpe, yang tidak pernah duduk
bersama di ruang yang sama selama sepuluh menit, sedang
asyik berbicara dengan Jenderal Tilney. Catherine merasa lebih
terkejut ketika menyadari dirinyalah yang menjadi maksud
perhatian dan percakapan mereka. Apa yang mungkin mereka
katakan tentang dirinya" Dia khawatir Jenderal Tilney tidak
menyukai penampilannya. Dia menyimpulkan demikian dari
tindakan sang jenderal yang menghalangi Catherine bercemu
dengan putrinya, alih-alih menunda perjalanannya sendiri
selama beberapa menit. "Bagaimana Mr. Thorpe bisa mengenal
ayahmu?" adalah pertanyaannya yang menggelisahkan, seraya
dia menunjukkan Jenderal Tilney dan Mr. Thorpe pada
122 " Jane Austen temannya itu. Mr. Tilney tidak tahu, capi ayahnya, seperti
anggota militer lainnya, memiliki banyak sekali kenalan.
Ketika pertunjukan itu berakhir, Thorpe datang untuk
mengantar mereka keluar. Catherine segera menjadi sasaran
kesantunannya. Sewaktu mereka menunggu kereca di Jobi,
Thorpe menghalangi pertanyaan yang nyaris saja hendak
dilontarkan Catherine, dengan bercanya dengan sikap angkuh,
apakah Catherine melihatnya berbicara dengan Jenderal Tilney.
"Dia pria tua yang baik, percayalah! Gagah, penuh semangat.
Penampilannya semuda putranya. Aku sangat menghormatinya.
Pria paling baik dan santun."
"Tapi, bagaimana kau bisa mengenalnya?"
"Mengenalnya! Hanya ada segelintir orang di kota ini yang
tidak aku kenal. Aku selalu bertemu dengannya di Bedford,
dan aku mengenal wajahnya lagi hari ini begitu dia masuk ke
ruang biliar. Ngomong-ngomong, dia itu salah satu pemain
terbaik kami. Kami pernah bercakap-cakap sebentar, meskipun
awalnya aku agak takut padanya: kemungkinannya sangat kecil
bagiku untuk berkomunikasi dengannya, kalau saja aku tidak
melakukan salah satu tembakan paling jitu yang mungkin
pernah terjadi di dunia ini. Persisnya aku memasukkan bolanya,
tapi aku tidak bisa membuatmu paham tanpa meja biliar.
Yang pasti, aku mengalahkannya. Pria yang sangat baik, dan
sangat kaya. Aku ingin makan malam dengannya, dia pasti
menghidangkan makan malam yang mewah. Tapi, menurutmu
apa yang tadi kami bincangkan" Kau. Ya, sungguh! Dan sang
jenderal berpendapat kau gadis tercantik di Bath."
"Oh, omong kosong! Bagaimana kau bisa berkata begitu?"
Northanger Abbey 1tti. 123
"Dan menurutmu apa yang kukatakan?" Suaranya
direndahkan, "Benar, Jenderal, kataku. Saya sependapat dengan
Anda." Sampai di sini Catherine, yang merasa tidak bahagia
dikagumi oleh Thorpe dibanding saat dikagumi oleh Jenderal
Tilney, tidak menyesal dipanggil oleh Mr. Allen. Namun,
Thorpe menemani Catherine menuju keretanya. Dan sampai
wanita itu menaiki kereta, Thorpe terus menyampaikan puji?
pujian yang berlebihan, meskipun Catherine memohonnya
agar berhenti melakukannya.
Kenyataan bahwa Jenderal Tilney pasti mengagumi
Catherine, alih-alih membencinya, merupakan hal yang sangat
menggembirakan. Catherine pun dengan bahagianya berpikir
bahwa tidak ada satu pun anggota keluarga Tilney yang kini
perlu ditakutinya untuk bertemu. Malam itu berjalan sangat,
sungguh amat baik bagi Catherine daripada yang pernah bisa
diharapkan. 0 124 " Jane Austen " ?" " tt(a&, Kantis, Jumat, dan Sabtu kini telah
berlalu di hadapan pembaca. Peristiwa dari hari ke hari,
harapan dan ketakutannya, rasa malu dan kegembiraan, telah
diuraikan secara terpisah. Hanya kepedihan hari Minggu-lah
yang sekarang masih perlu digambarkan, dan menutup pekan.
Rencana pergi ke Clifton ditunda, bukannya dibatalkan; dan
pada saat jalan-jalan menyusuri Crescent di sore hari itu,
rencana ini kembali dibicarakan. Dalam percakapan pribadi
antara Isabella dan James, di mana Isabella khususnya relah
bertekad untuk pergi sedangkan James sangat berkeinginan
unruk menyenangkan gadis itu, disepakatilah bahwa mereka
akan pergi besok pagi jika cuacanya mendukung. Mereka
akan berangkat pagi-pagi sekali agar tidak terlalu malam tiba
kembali di rumah. Masalah itu pun diputuskan, dan Thorpe
sudah menyetujui. Hanya Catherine saja yang perlu diberi
tahu tentang rencana ini. Dia meninggalkan mereka beberapa
menit uncuk bicara dengan Miss Tilney. Dalam jangka wakcu
itu rencana ke Clifton sudah selesai didiskusikan, dan begitu
Catherine datang kembali, dia dimintai persetujuan. Namun
alih-alih memberikan persetujuan dengan rasa gembira
sebagaimana diharapkan Isabella, Catherine terlihat murung,
merasa sangat menyesal, karena dia tidak bisa pergi. Janji
yang seharusnya menghalangi Catherine menerima ajakan
sebelumnya tidak memungkinkan baginya uncuk menemani
mereka sekarang. Dia saat itu sudah berdiskusi dengan Miss
Ttlney untuk berjalan-jalan besok. Rencana ini celah ditecapkan,
dan dia tidak akan membacalkannya demi alasan apa pun.
Namun, kakak-beradik Thorpe dengan gigih meminta agar
Catherine harus dan seharusnya membatalkan rencana jalan?
jalannya itu. Mereka harus pergi ke Clifton besok. Mereka tidak
akan pergi tanpanya. Tidak akan jadi masalah apabila menunda
rencana yang hanya berupa jalan-jalan untuk hari berikutnya
lagi, dan mereka tidak bersedia mendengar adanya penolakan.
Catherine merasa sedih, tapi tidak menyerah. "Jangan paksa
aku, Isabella. Aku sudah berjanji pada Miss Tilney. Aku tidak
bisa ikut." Ucapannya ini sia-sia saja. Argumen yang sama
lagi-lagi menyerbunya. Dia harus pergi, dia seharusnya pergi,
dan mereka tidak mau mendengar penolakan. "Sangat mudah
berkata pada Miss Tilney kalau kau baru saja teringat akan
janji sebelumnya, dan meminta agar menunda jalan-jalannya
sampai Selasa." "Tidak, itu tidak akan mudah. Aku tidak bisa
melakukannya. Tidak ada janji sebelumnya." Tapi, Isabella
126 " Jane Austen justru menjadi semakin mendesak, memohon padanya dengan
sikap yang penuh kasih sayang, memanggilnya dengan nama
yang tersayang. Dia yakin Catherine tersayang dan termanisnya
tidak akan sungguh-sungguh menolak permintaan sepele ini
kepada seorang teman yang begitu mencintainya. Dia tahu
Catherine tercintanya memiliki hati yang amat baik, sifat
yang sangat manis, yang begitu mudahnya dibujuk oleh
orang-orang yang dia kasihi. Namun, semuanya percuma
saja. Catherine merasa dirinya benar, dan meskipun sedih
karena menerima permohonan yang begitu lembut, begitu
menyanjung-nyanjung, dia tidak dapat membiarkan ha! itu
memengaruhinya. Isabella lalu mencoba cara lain. Dia mencela
Catherine karena lebih sayang pada Miss Tilney, walau dia
belum begitu mengenalnya, ketimbang teman-teman lama
dan terbaiknya, dengan bersikap makin dingin dan acuh tak
acuh terhadap dirinya. "Aku mau tak mau menjadi cemburu,
Catherine, ketika aku melihat diriku diabaikan demi orang?
orang asing, aku, yang amat sangat mencintaimu! Jika aku
sudah mencurahkan kasih sayangku, tidak ada ha! lain yang
dapat mengubahnya. Tapi, aku yakin perasaanku lebih kuat
daripada perasaan orang lain. Kuyakin perasaan itu terlalu
kuat untuk ketenteraman jiwaku sendiri. Dan melihat diriku
digantikan dalam tali pertemananmu dengan orang-orang
asing, kuakui, itu sungguh melukai perasaanku. Kakak-beradik
Til.ney ini kelihatannya menghapus segalanya."
Catherine berpendapat bahwa celaannya ini aneh sekaligus
kasar. Kalau begitu apakah seorang teman harus mengungkapkan
perasaannya di hadapan orang lain" Baginya, Isabella terlihat
Northanger Abbey 1tti. 127
tidak baik dan egois, yang hanya memperharikan kepuasannya
sendiri. Pemikiran-pemikiran menyakitkan ini rerlintas di
benaknya, tapi dia tidak mengutarakannya. Sementara itu,
Isabella telah mengusapkan saputangannya ke macanya. Dan
Morland, yang tidak senang melihat pemandangan ini, merasa
tidak tahan lagi sehingga berkata, uYa, Catherine. Kurasa kau
tidak bisa lagi bersikukuh sekarang. Pengorbanannya tidak
banyak. Dan untuk berterima kasih pada seorang teman seperti
ini, kupikir kau sangat tidak baik bila masih menolak."
lnilah kali pertama kakaknya secara terbuka tidak berpihak
padanya. Karena ingin sekali menghindari perasaan tidak
senangnya itu, Catherine mencoba berkompromi. Jika mereka
bersedia menunda rencana mereka hingga hari Selasa, yang
bisa dengan mudah mereka lakukan, karena
hal ini hanya bergantung pada mereka sendiri, Catherine dapat pergi bersama
mereka, dan karenanya semua orang bisa merasa puas. Namun
"Tidak, tidak, tidak!" adalah jawaban yang segera diloncarkan,
"itu tidak bisa karena Thorpe tidak tahu apakah dia bisa pergi
ke kota pada hari Selasa." Catherine meminta maaf, tapi
tidak dapat berbuat lebih dari itu. Suasananya pun menjadi
hening sejenak, yang dipecahkan oleh Isabella. Dengan nada
kesal, dia berkata, "Baiklah, kalau begitu kebersamaan kita
berakhir. Kalau Catherine tidak pergi, aku juga tidak bisa. Tidak
mungkin aku satu-satunya wanita yang ikut. Dengan alasan
apa pun juga, aku tidak akan melakukan hal yang tidak patut."
"Catherine, kau harus pergi," kata James.
128 " Jane Austen "Mengapa Mr. Thorpe tidak bisa mengajak salah satu adik
perempuannya yang lain" Aku yakin salah satu dari mereka
akan senang dapat pergi."
"Makasih, ya," seru Thorpe, "tapi aku tidak datang ke
Bath untuk berjalan-jalan dengan adik-adikku, dan terlihat
seperti orang bodoh. Tidak, jika kau tidak pergi, s-kalau aku
sampai pergi. Aku hanya pergi demi berjalan-jalan denganmu."
"Itu pujian yang tidak memberiku rasa senang." Namun,
kata-katanya itu tidak dihiraukan Thorpe, yang tiba-tiba berlalu
perg1. Tiga orang lainnya masih terus bersama, berjalan dengan
sikap yang amat tidak nyaman bagi Catherine yang malang.
Kadang tidak ada kata yang terucap, kadang dia lagi-lagi
diserang dengan permohonan atau celaan, dan tangannya
masih menggandeng tangan Isabella, meskipun hati mereka
sedang berperang. Di satu waktu dia merasa terbujuk, di lain
waktu merasa jengkel. Selalu saja merasa sedih, tapi senantiasa
kukuh pendiriannya. "Tidak kukira kau begitu keras kepala, Catherine," ujar
James. "Kau tidak biasanya begitu sulit dibujuk. Oulu kau
adik perempuanku yang paling manis dan lembut."
"Kuharap sekarang aku masih sama," jawabnya, dengan
penuh perasaan. "Tapi sungguh, aku tidak bisa pergi. Jika
aku salah, aku hanya melakukan apa yang kuyakini benar."
"Kukira," kata Isabella, dengan suara rendah, "tidak ada
dilema yang besar." Northanger Abbey 1tti. 129
Catherine merasa tersinggung. Tangannya dirarik, dan
Isabella tidak memprotes. Sepuluh menit pun berlalu lama,
hingga mereka kembali disusul oleh Thorpe, yang menghampiri
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka dengan wajah lebih riang. Karanya begini, "Nah, aku
sudah bereskan masalahnya, dan sekarang kita semua dapat
pergi besok dengan hati nyaman. Aku tadi menemui Miss
Tilney, dan meminta maaf karena kau tidak dapat pergi
dengannya." "Kau tidak menemuinya!" seru Catherine.
"Percayalah, aku menemuinya. Baru saja meninggalkannya.
Aku berkata kalau kau menyuruhku berkata bahwa karena baru
saja teringat janji sebelumnya untuk pergi ke Clifton bersama
kami besok, kau tidak bisa berjalan-jalan dengannya sampai
hari Selasa. Dia berkara tidak masalah, Selasa sama bagusnya
buatnya. Jadi, semua masalah kita sudah heres. ldeku cukup
bagus, bukan?" Wajah Isabella kembali menampilkan senyumannya dan
ekspresi riang, serta James juga kembali rampak bahagia.
"Gagasan yang amat bagus! Nah, Catherine Sayang, semua
kesusahan kita berakhir. Kau bebas dengan hormat, dan kita
akan menikmati kegiatan yang sangat menyenangkan."
"Tidak bisa begini," ujar Catherine. "Aku tidak bisa
menyetujuinya. Aku harus segera mengejar Miss Tilney dan
memberi tahu yang sebenarnya."
Namun, Isabella memegang satu rangan Catherine,
dan Thorpe mencengkeram tangan lainnya. Protes terlontar
dari ketiganya. Bahkan, James merasa sangat marah. Ketika
130 " Jane Austen segalanya sudah heres, ketika Miss Tilney sendiri berkata bahwa
dia setuju rencananya diganti menjadi hari Selasa, agaknya
konyol, sangat tidak masuk aka!, apabila masih ada penolakan.
"Aku tidak peduli. Mr. Thorpe tidak berhak mengarang?
ngarang pesan semacam itu. Jika kupikir baik untuk
membatalkan rencana itu, aku sendiri yang seharusnya bicara
dengan Miss Tilney. Cara ini lebih kasar. Bagaimana aku
bisa tahu Mr. Thorpe berbuat-Dia mungkin salah mengira
lagi. Dia membuatku melakukan satu tindakan kasar karena
kesalahannya pada hari Jumat. Lepaskan aku, Mr. Thorpe.
Isabella, jangan pegang aku."
Thorpe memberitahunya bahwa akan sia-sia mengejar
kakak-beradik Tilney. Mereka berbelok ke Brock Street, sewaktu
dia menyusul mereka, dan sudah tiba di rumah saat ini.
"Kalau begitu, aku akan menyusul mereka," kata Catherine.
"ke mana pun mereka pergi, aku akan menyusulnya. Tidak
ada gunanya berbicara. Jika aku tidak bisa dibujuk untuk
melakukan apa yang kuanggap salah, aku tidak akan pernah
teperdaya." Dan dengan kata-kata ini dia melepaskan diri dan
bergegas pergi. Thorpe hendak berlari mengejarnya, apabila
Morland tidak menahannya. "Biarkan dia pergi, biarkan dia,
jika dia ingin pergi. Dia keras kepala seperti-"
Thorpe tidak menyelesaikan kalimat kiasannya karena
tentu saja kalimat itu tidak mungkin pantas diucapkan.
Catherine melangkah dengan perasaan sangat gelisah,
secepat yang bisa dilakukannya saat menerobos orang banyak.
Dia merasa takut dikejar, tapi bertekad untuk terus berjalan.
Northanger Abbey 1tti. 131
Saat berjalan, dia merenungkan apa yang telah berlalu.
Menyakitkan baginya telah mengecewakan clan menjengkelkan
mereka, terutama membuat kakaknya jengkel. Namun, dia
tidak dapat menyesali penolakannya. Terlepas dari kehendak
hatinya itu, mengingkari janjinya kepada Miss Tilney untuk
kedua kalinya, membatalkan sebuah janjiyang dibuatnya sendiri
hanya berselang lirna menit sebelumnya, clan juga dengan
alasan yang tidak benar, sudah pasti salah. Dia tidak menolak
mereka hanya karena pendirian egoisnya saja, dia tidak hanya
mempertimbangkan kesenangannya sendiri. Apalagi mengingat
kegembiraan yang akan didapat dari perjalanan itu sendiri,
dari melihat-lihat Kastel Blaize. Tidak, dia memperhatikan apa
yang pantas bagi orang lain, clan karakternya sendiri dalam
pandangan mereka. Narnun, keyakinannya karena berbuat
benar tidak cukup mengembalikan rasa tenangnya. Dia
baru dapat merasa tenang bila telah berbicara dengan Miss
Tilney. Karenanya langkahnya dipercepat ketika dia melewati
Crescent. Dia hampir berlari rnenempuh jarak yang tersisa
hingga mencapai ujung Milsom Street. Begitu cepat jalannya
sehingga meskipun kakak-beradikTilney berjalan lebih mereka baru saja masuk ke tempat penginapan mereka ketika
Catherine melihat mereka. Sementara si pelayan masih berdiri
di pintu yang terbuka, Catherine hanya bersopan santun dengan
mengatakan bahwa dia harus berbicara dengan Miss Tilney saat
itu, clan diantar segera oleh si pelayan menuju lantai atas. Lalu,
begitu membuka pintu pertama
di depannya, yang rupanya
menjadi pilihan yang tepat, Catherine segera menyadari dirinya
berada di ruang tarnu bersama Jenderal Tilney, anak laki-laki
132 " Jane Austen dan anak perempuannya. Dia memberikan penjelasan dalam
waktu singkat. Karena kegelisahan dan napasnya yang tersengal?
sengal, penjelasannya disampaikan dengan kurang baik. "Aku
datang dengan sangat tergesa-gesa. Semua itu adalah sebuah
kesalahan. Aku tidak pernah berjanji untuk pergi. Aku berkata
pada mereka sejak awal kalau aku tidak bisa pergi. Aku berlari
secepat mungkin untuk menjelaskan ini. Aku tidak peduli apa
yang kalian pikirkan tentang diriku. Aku tidak akan menunggu
pelayan." Meskipun tidak dijelaskan dengan sempurna melalui
ucapannya ini, urusan ini tidak lagi menimbulkan kebingungan.
Catherine mengetahui bahwa John Thorpe memang telah
menyampaikan pesan itu, dan Miss Tilney tidak segan?
segan mengakui dirinya sangat kaget dengan pesan itu. Tapi,
mengenai apakah kakak laki-lakinya masih menyimpan
rasa marah, Catherine sama sekali tidak tahu meskipun dia
secara naluriah memusatkan perhatiannya pada kedua orang
itu saat menjelaskan keadaan yang sesungguhnya. Apa pun
yang mungkin dirasakan sebelum kedatangannya, pernyataan
antusiasnya segera membuat setiap tatapan dan ucapan yang
diterimanya terdengar ramah.
Persoalan itu akhirnya terselesaikan dengan baik. Dia
diperkenalkan oleh Miss Tilney kepada ayahnya, dan disambut
olehnya dengan sikap spontan, santun, dan penuh perhatian
seperti yang seingatnya pernah digambarkan Thorpe. Hal
ini membuatnya berpikir dengan rasa senang bahwa Thorpe
kadang bisa juga dipercaya. Sikap sang jenderal sungguh
amat santun, sampai-sampai tidak menyadari ketergesa-
Northanger Abbey 1tti. 133
gesaan Cacherine saat memasuki rumah icu. Sang jenderal
justru sangat marah cerhadap si pelayan karena kelalaiannya
telah membuat Catherine membuka sendiri pintu rumahnya.
"Apa maksudnya William berbuat demikian" Dia seharusnya
memascikan menanyakan masalah ini." Dan jikalau Catherine
tidak menegaskan ketidakbersalahan si pelayan dengan sangat
sopan, kelihatannya William akan tidak disukai majikannya
selamanya, jika tidak dipecat, gara-gara tindakan Catherine
yang terburu-buru. Setelah duduk bersama mereka selama lima belas menit,
Catherine bangkit hendak pulang. Dia lalu dikejutkan dengan
permintaan Jenderal Tilney untuk menemani putrinya makan
malam dan melewatkan sisa hari itu bersamanya. Miss Tilney
juga mengatakan keinginannya sendiri. Catherine sungguh
amac berterima kasih, capi
Mr. dan Mrs. Allen dia tidak dapac memenuhinya.
akan mengharapkan kepulangannya
saat ini juga. Sang jenderal tidak dapat berkata apa-apa lagi.
Tuncutan Mr. dan Mrs. Allen tidak akan tergantikan, tapi di
lain hari dia percaya, jika bisa diberikan waktu luang lebih
lama, mereka tidak akan menolak mengizinkan Catherine
bersama temannya. "Oh, tidak. Saya yakin mereka tidak
akan keberatan, dan saya akan sangat senang bisa datang.''
Sang jenderal sendiri yang menemani Catherine hingga ke
pintu depan, seraya mengatakan segala hal yang sopan saat
mereka menuruni tangga. Dia mengagumi keluwesan Catherine
berjalan, yang dapat disamakan dengan semangatnya ketika
berdansa. Dan sewaktu mereka berpisah, sang jenderal
134 " Jane Austen menundukkan kepalanya dengan cara paling elegan yang
pernah dilihat Catherine.
Senang dengan semua hal yang telah berlalu, Catherine
berjalan dengan riang menuju Pulteney Street. Dia melangkah
dengan sangat luwes, meskipun hal itu tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Dia tiba di rumah tanpa berjumpa lagi dengan
teman-temannya yang sakit hati. Sekarang setelah dia merasa
riang sepanjang perjalanan tadi, telah menjelaskan duduk
perkaranya, dan memastikan rencana jalan-jalannya, dia
mulai (karena semangatnya yang menggebu-gebu surut)
meragukan apakah tindakannya ini sungguh-sungguh benar.
Suatu pengorbanan selalu mulia. Dan andaikan permohonan
mereka dipenuhinya, dia tentunya akan terbebas dari pikiran
menyedihkan bahwa ada seorang teman yang merasa tidak
senang, kakak laki-laki yang marah, dan rencana bersenang?
senang yang hancur, mungkin karena caranya. Untuk
menenangkan pikirannya dan memastikan benar tidaknya
tindakannya itu menurut pendapat seseorang yang tidak
berpihak, Catherine menggunakan kesempatan untuk mengatakan di depan Mr. Allen tentang rencana kakaknya
dan kakak-beradik Thorpe untuk esok hari. Mr. Allen langsung
menanggapinya, "Nah," ujarnya, "dan kau juga ingin pergi?"
"Tidak. Aku sudah berjanji untuk berjalan-jalan dengan
Miss Tilney sebelum mereka memberitahuku soal rencana itu.
Maka itulah, Anda tahu aku tidak bisa pergi dengan mereka,
bukan?" "Tidak, tentunya tidak. Dan aku senang kau tidak ingin
pergi. Rencana ini sama sekali tidak baik. Pria dan wanita muda
Northanger Abbey 1tti. 135
berjalan-jalan mengelilingi pedesaan dengan kereta terbuka!
Kadang itu sangat baik, tapi pergi ke rumah penginapan dan
tempat umum bersama-sama! ltu tidak benar, dan aku ragu
Mrs. Thorpe akan mengizinkannya. Aku senang kau tidak ingin
pergi. Kuyakin Mrs. Morland tidak akan senang. Mrs. Allen,
bukankah kau sependapat denganku" Bukankah menurutmu
rencana ini tidak dapat disetujui?"
"Ya, sungguh tidak bisa disetujui. Kereta terbuka itu sangat
tidak menyenangkan. Dalam waktu Hrna menit gaun yang
bersih akan langsung kotor. Kau akan terciprat saat menaiki
dan menuruninya. Belum lagi angin meniupkan rambutmu
dan topimu ke segala arah. Aku sendiri benci kereta terbuka."
"Aku tahu kau membencinya, tapi bukan itu maksud
pertanyaannya. Bukankah menurutmu akan terlihat aneh jika
wanita-wanita muda sering diantar dengan kereta oleh pria?
pria muda, apalagi mereka tidak berhubungan?"
"Ya, Sayang, sungguh akan terlihat sangat aneh. Aku tidak
sanggup melihatnya."
"Madam yang baik," seru Catherine, "lalu mengapa
Anda tidak berkata begitu padaku sebelumnya" Aku yakin
jika aku tahu hal itu tidak patut, aku sama sekali tidak akan
pergi dengan Mr. Thorpe. Aku selalu berharap Anda bersedia
memberitahuku, jika Anda pikir aku berbuat salah."
"Seharusnya aku memang begitu, Sayangku, percayalah.
Karena seperti yang aku pernah katakan pada Mrs. Morland saat
berpisah, aku akan selalu berusaha sebaik mungkin menjagamu.
Tapi, seseorang tidak boleh cerewet. Anak muda tetaplah anak
136 " Jane Austen muda, seperti yang dikatakan ibumu sendiri. Kau tahu aku
ingin agar kau, saat kita kali pertama tiba, tidak membeli gaun
katun bermotif ranting itu, tapi kau tetap membelinya. Anak
muda tidak suka selalu dihalang-halangi."
"Tapi, masalah ini konsekuensinya nyata, dan kurasa Anda
tidak akan sulit membujuk aku."
"Sampai sejauh ini, tidak terjadi sesuatu yang merugikan,"
kata Mr. Allen. "Dan aku hanya akan menasihatimu, Sayang,
jangan pernah pergi lagi dengan Mr. Thorpe."
"ltulah yang akan kukatakan," imbuh s
i trinya. Meskipun merasa lega, Catherine mengkhawatirkan
Isabella. Setelah berpikir sesaat, dia bertanya pada Mr. Allen
apakah sebaiknya dia menulis surat kepada Miss Thorpe, dan
menjelaskan betapa dia pasti tidak menyadari ketidakpatutan
tindakannya itu karena mengingac Isabella mungkin akan pergi
ke Clifton keesokan harinya. Namun, Mr. Allen mencegahnya
berbuat demikian. "Lebih baik kau biarkan dia, Sayang. Dia itu
sudah cukup dewasa untuk mengetahui apa yang dilakukannya,
dan kalaupun tidak, dia punya ibu yang dapac menasihacinya.
Mrs. Thorpe memang terlalu memanjakan. Meskipun begitu,
kau lebih baik tidak ikut campur. Dia dan kakakmu memilih
untuk pergi, dan kau hanya akan memicu rasa bend."
Catherine menurut. Meskipun merasa sedih karena Isabella
akan berbuat salah, dia merasa sangat lega dengan dukungan
Mr. Allen terhadap tindakannya sendiri, dan sungguh-sungguh
bergembira karena nasihat Mr. Allen menjaganya dari bahaya
akibac berbuac kesalahan seperti itu. Terluputnya dia dari
Northanger Abbey 1tti. 137
kemungkinan menjadi salah satu rombongan yang pergi ke
Clifton kini benar-benar menjadi berkah; karena apa yang akan
dipikirkan keluargaTilney tentang dirinya, jika dia mengingkari
janjinya pada mereka uncuk berbuat sesuacu yang juga salah.
Jika dia bersalah karena satu pelanggaran susila, hanya akan
membuatnya bersalah acas pelanggaran yang lain"D
138 " Jane Austen ?" tampak cerah, dan Catherine hampir
mengharapkan adanya serangan lain dari teman-temannya.
Dengan dukungan Mr. Allen, dia merasa tidak takut bila ha!
itu terjadi. Namun, dia dengan senang hati akan menghindari
pertentangan, di mana kemenangan itu sendiri terasa
menyakitkan, dan karenanya dia sungguh gembira tidak melihat
atau mendengar apa pun tentang mereka. Kakak-beradik
Tilney menjemputnya pada waktu yang ditetapkan. Tidak ada
kesulitan baru yang muncul, tidak ada ha! yang tiba-tiba baru
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diingat, tidak ada panggilan yang tidak diduga-duga, tidak ada
gangguan yang menggagalkan kegiatan mereka, tokoh utama
wanitaku sungguh mampu memenuhi janjinya, meskipun ha!
itu dimungkinkan berkat sang tokoh utama prianya. Mereka
memutuskan berjalan-jalan mengitari Beechen Cliff. Bukit
indahnya dengan keindahan tetumbuhan menghijau dan
belukar yang menggelantung membuatnya tampak begitu
mencolok dari hampir semua lahan terbuka di Bath.
"Aku tidak pernah bisa memandangnya," kata Catherine,
ketika mereka berjalan menyusuri tepian sungai, "tanpa
membayangkan wilayah selatan Prancis."
"Kau rupanya sudah pernah ke luar negeri?" ujar Henry,
agak terkejut. "Oh, tidak, aku hanya bermaksud dari apa yang pernah
kubaca. Pemandangan ini selalu mengingatkanku akan negeri
yang dilintasi Emily dan ayahnya, di Mysteries ofUdolpho. Tapi,
aku yakin kau tidak pernah membaca novel?"
"Mengapa tidak?"
"Karena novel tidak cukup baik untukmu. Pria membaca
buku-buku yang lebih baik."
"Siapa pun itu, entah pria atau wanita, yang tidak
menikmati novel bagus, pasti sangatlah bodoh. Aku sudah baca
semua karya Mrs. Radcliffe, dan sangat menikmati sebagian
besar karyanya. The Mysteries of Udolpho, waktu
aku mulai membacanya, aku tidak bisa menurupnya lagi. Aku ingat novel
itu selesai kubaca dalam dua hari. Bulu kudukku berdiri terus
selama aku membacanya."
"Ya," imbuh Miss Tilney, "dan aku ingat kau seruju
membacakannya untukku, tapi sewaktu aku dipanggil hanya
selama lima menit untuk membalas sebuah surat pendek,
bukannya menunggu aku, kau malah mengambil buku
Hermitage Walk, dan aku harus menunggu sampai kau selesai
membacanya." 140 " Jane Austen "Terima kasih, Eleanor. Pernyataan yang sangat terhormac.
Kau lihat, Miss Morland, betapa tidak adilnya kecurigaanmu.
Karena sangat ingin melanjutkan membaca, aku menolak
menunggu adikku hanya lima menit, melanggarjanjiku sendiri
untuk membacakannya, dan membuatnya sangat penasaran
di bagian yang paling menarik, dengan membawa pergi buku
yang, kau lihat, adalah miliknya, terutama sekali miliknya. Aku
merasa sangat senang saat aku mengingatnya, dan kurasa kau
pasci berprasangka baik padaku."
"Aku memang sangat senang mendengarnya, dan sekarang
aku cidak akan pernah malu karena aku sendiri menyukai
Udolpho. Tapi, aku sebelumnya benar-benar mengira, para
pria muda sangat memandang rendah novel."
"Memang benar. Mungkin bisa dikatakan mengherankan
jika mereka bersikap menyepelekan karena novel yang
mereka baca tidak sebanyak yang dibaca wanita. Aku sendiri
sudah membaca banyak sekali novel. Jangan kira kau bisa
menandingi pengetahuanku tentang banyak karakter wanita
bernama Julia dan Louisa. Jika kita mulai bicara mendetail,
dan mulai mengajukan percanyaan yang tiada habisnya seperti
'Pernahkah kau baca ini"' dan 'Pernahkah kau baca itu"' Aku
pasti segera meninggalkanmu sejauh-bagaimana aku akan
mengatakannya"-Aku menginginkan kiasan yang tepat?
sejauh remanmu Emily sendiri meninggalkan Valancourt yang
miskin ketika dia pergi dengan bibinya ke Italia. lngadah, aku
sudah memulainya bertahun-tahun lebih dulu darimu. Aku
sudah memasuki masa kuliah di Oxford, saat kau yang masih
sangat kecil sibuk mengerjakan sulaman di rumah!"
Northanger Abbey 1tei. 14l
"Sungguh tidak sanggup, kurasa. Tapi sungguh, bukankah
rnenurutrnu Udolpho adalah buku paling baik di dunia?"
"Paling baik-kata yang kurasa kau mengartikannya paling
rapi. Hal itu tentu bergantung pada penjilidannya."
"Henry," kata Miss Tilney, "kau ini sungguh tidak sopan.
Miss Morland, dia rnernperlakukanrnu persis seperti dia
memperlakukan adiknya. Dia selalu saja mencari-cari kesalahan
dariku karena bahasa yang sedikit tidak tepat, dan sekarang
dia juga bersikap seenaknya terhadapmu. Kata 'paling baik',
seperti yang kau gunakan, tidak cocok untuknya. Dan lebih
baik kau rnenggantinya secepatnya karena kalau tidak kita akan
dihujani dengan Johnson dan Blair sepanjang sisa perjalanan."
'"u yakin," seru Catherine, "aku tidak berrnaksud
rnengatakan sesuatu yang salah. Tapi, buku itu rnernang baik,
dan rnengapa juga aku tidak rnenyebutnya dernikian?"
"Benar sekali," ujar Henry, "dan hari ini sangat baik, dan
kita rnelakukan perjalanan yang sungguh baik, juga kalian
adalah dua wanita muda yang amat baik. Oh, kata ini memang
sungguh baik! Cocok untuk sernua jenis topik. Awalnya
rnungkin kata ini hanya dipakai untuk rnengungkapkan
kerapian, kesopanan, kesesuaian, atau kehalusan budibahasa?
seseorang terlihat baik terkait pakaiannya, perasaannya, atau
pilihannya. Tapi, sekarang setiap pujian di setiap topik terdiri
dari satu kata itu."
"Tapi, sebenarnya," seru adik perernpuannya, "kata itu
seharusnya hanya berlaku untukmu, tanpa adanya pujian sama
sekali. Kau itu lebih cocok disebut baik daripada bijaksana.
142 " Jane Austen Ayo, Miss Morland, kita biarkan dia merenungkan kesalahan?
kesalahan kita menurut diksi yang paling sesuai, sementara kita
memuji-muji Udolpho dengan kata-kata yang paling kita suka.
Novel itu sungguh menarik. Kau suka dengan jenis bacaan
seperti itu?" "Sejujurnya, aku tidak begitu suka jenis bacaan yang lain."
"Masa.I" "Maksudnya, aku bisa membaca puisi dan sandiwara,
dan sejenisnya, serta suka juga kisah-kisah perjalanan. Tapi,
buku sejarah, sejarah yang sangat serius, aku tidak tertarik.
Kau suka?" "Ya, aku suka sekali dengan sejarah."
"Kuharap aku juga menyukainya. Alm pernah membacanya
sedikit karena kewajiban, tapi isinya hanya membuatku merasa
kesal atau bosan. Pertikaian antara paus clan raja, dengan
pecahnya perang atau wabah, di setiap halaman. Semua
pria tidak dapat dipercaya, clan hampir tidak ada wanitanya.
Sungguh amat menjemukan. Tapi, aku sering berpikir aneh
sekali kalau sejarah sampai begitu membosankan karena
sebagian besarnya pasti rekaan. Ucapan-ucapan yang keluar
dari mulut para pahlawannya, pemikiran dan rencana rahasia
mereka-semua ini pasti rekaan, clan rekaan itulah yang sangat
kusenangi di buku-buku lainnya."
"Sejarawan, menurucmu," kata Miss Ttlney, "tidak senang
dengan khayalan liar mereka. Mereka memperlihatkan imajinasi
tanpa memunculkan rasa ketertarikan. Aku suka dengan
sejarah, clan sangat senang bisa mempelajari ha! yang tidak baik
Northanger Abbey 1tti. 143
serta hal yang baik. Sebenarnya mereka punya sumber-sumber
informasi dari sejarah dan catatan terdahulu, yang barangkali
memuat segala hal yang tidak terlewatkan dari pengamatan
seseorang. Dan mengenai sedikimya bumbu cerita seperti
yang kau katakan, dalam buku sejarah ada bumbu cerita,
dan aku menyukainya. Jika sebuah pidato disusun dengan
apik, aku akan membacanya dengan senang hati, siapa pun
yang menulis pidato itu--dan mungkin lebih senang lagi
jika membaca tulisan karya Mr. Hume atau Mr. Robertson,
dibandingkan kata-kata asli dari Caractacus, Agricola, atau
Alfred yang Agung." "Kau sangat suka sejarah! Begitupun Mr. Allen dan ayahku.
Aku juga punya dua kakak laki-laki yang menyukainya. Betapa
luar biasanya ada begitu banyak orang yang suka sejarah dalam
kumpulan kenalanku yang sedikit! Dengan demikian, aku tidak
akan lagi mengasihani para penulis sejarah. Jika ada yang suka
membaca buku-buku mereka, hal itu sangatlah bagus. Tapi,
bersusah-payah menulis buku yang tebal, yang awalnya kupikir
tidak ada yang akan membacanya dengan senang hati; bekerja
keras hanya untuk menyiksa anak-anak kecil, ha! ini selalu
kuanggap sebagai takdir yang sulit. Dan meskipun aku tahu
semua karya itu benar dan penting, aku sering merasa heran
akan keteguhan hati si penulis yang sanggup melakukannya
dengan kesadaran penuh."
"Kenyataan bahwa anak-anak kecil harus dibuat menderita," ujar Henry, "adalah ha! yang tidak bisa dibantah
siapa pun yang mengetahui sifat manusia dalam sebuah negara
beradab. Tapi, atas nama sejarawan-sejarawan kita yang sangat
144 " Jane Austen cernama, aku harus katakan bahwa mereka mungkin agak
tersinggung bila dianggap cidak mempunyai tujuan yang
lebih mulia. Dan dari cara dan gaya tulisannya, mereka sangat
cocok untuk menyiksa para pembaca yang berkemampuan
berpikir paling maju dan berusia dewasa. Aku memakai kata
'menyiksa', sebagaimana kulihat kau sendiri menggunakannya,
dan bukannya kata 'mengajar', dengan anggapan kedua kata
itu kini dipandang sebagai sinonim."
"Kau menganggapku bodoh karena menyebut pengajaran
sebagai suatu penderitaan, tapi kalau saja kau sangat terbiasa,
seperti diriku, mendengar anak-anak kecil yang malang kali
perrama belajar huruf-hurufdari nama mereka dan lalu belajar
melafalkannya, kalau saja kau pernah melihat betapa bodohnya
mereka sepanjang pagi, dan betapa lelahnya ibuku yang malang
setelah mengajarnya karena aku biasa melihatnya hampir setiap
hari di rumah, kau akan membenarkan bahwa 'menyiksa' dan
'mengajar' kadang bisa jadi dipakai sebagai kata sinonim."
"Mungkin sekali. Tapi, sejarawan tidak bertanggung jawab
atas kesulitan belajar membaca. Dan bahkan kau sendiri,
yang kelihatannya sama sekali tidak punya ketekunan yang
besar, mungkin bisa mengakui bahwa sangatlah berguna bila
seseorang dibuat menderita selama dua atau tiga tahun dalam
hidupnya, agar mampu membaca di sepanjang sisa hidupnya.
Bayangkan saja, jika membaca tidak diajarkan, Mrs. Radcliffe
akan menulis dengan sia-sia, atau mungkin tidak bisa menulis
sama sekali." Catherine membenarkan, dan pujian yang sangat
tinggi darinya atas kehebatan Mrs. Radcliffe menutup
Northanger Abbey 1tti. 145
topik pembicaraan. Kakak-beradik Tilney kemudian asyik
membicarakan topik yang membuat Catherine terdiam. Mereka
melihat pedesaan dengan mata seseorang yang terbiasa melukis,
dan memutuskan pemandangan ini cocok dijadikan objek
lukisan, dengan segala kecintaan sejati terhadap keindahan
seni. Catherine tidak mengerti topik ini. Dia tidak tahu apa?
apa tentang lukisan, tidak punya selera seni. Dia berusaha
menyimak pembicaraan mereka, tapi sia-sia saja karena mereka
berbicara dengan ungkapan-ungkapan yang sama sekali tidak
diketahuinya. Namun, sedikit hal yang dapat dipahaminya
tampaknya justru bertentangan dengan pendapatnya selama
Jingga Dalam Elegi 2 Pendekar Kelana Sakti 2 Tangan Hitam Elang Perak Pedang Langit Dan Golok Naga 44
gerakan meloncat atau melonjak-lonjak, atau semacamnya.
Karena merasa senang dengan awal perjalanan yang aman,
Catherine menyuarakan kegembiraannya keras-keras dengan
rasa syukur. Temannya segera menyepelekan masalah itu
dengan meyakinkannya bahwa ha! itu berkat kemampuannya
mengendalikan tali kekang clan kecekatannya menggunakan
cemeti. Meskipun mau tidak mau merasa heran bahwa dengan
kemampuan mengontrol kudanya yang sempurna, pria itu
masih saja merasa perlu untuk membuatnya gusar dengan
cerita ketangkasan-ketangkasan si kuda, Catherine sungguh
bersyukur karena berada di bawah perlindungan seorang kusir
yang sangat baik. Dia merasa si kuda tetap berperilaku baik,
tanpa menunjukkan sedikit pun kecenderungan melakukan
gerakan-gerakan yang tidak menyenangkan, clan (mengingat
kecepatan langkahnya hanya enam belas kilometer per jam)
sama sekali tidak melaju cepat, sehingga memberikan dirinya
kesempatan untuk menikmati udara segar, di hari yang sejuk
pada bulan Februari, disertai rasa aman. Suasana hening selama
beberapa menit menggantikan percakapan awal mereka yang
singkat. Keheningan itu dipecahkan oleh ucapan Thorpe yang
sangat kasar, "Si Tua Allen itu orang yang sangat kaya, bukan?"
Northanger Abbey 1tti. 75
Catherine tidak memahaminya, sehingga Thorpe mengulangi
pertanyaannya disertai penjelasan, "Si Tua Allen, pria yang
bersamamu." "Oh! Mr. Allen, maksudmu. Ya, kurasa dia sangat kaya."
"Dan, sama sekali tidak punya anak?"
"Tidak-sama sekali tidak."
"Kabar baik untuk pewarisnya nanti. Dia ayah baptismu,
. ?" kan. "Ayah baptis! Bukan."
"Tapi, kau selalu bersama mereka."
ra, memang. "Ya, itulah yang kumaksud. Dia kelihatannya seorang pria
tua yang cukup baik, dan aku yakin dia menjalani hidupnya
dengan sangat baik. Pasti
ada sebabnya dia terkena rematik.
Apa dia sekarang minum satu botol sehari?"
"Satu botol sehari! Tidak. Mengapa kau berpikir seperti
iru" Mr. Allen adalah pria yang sangat bisa mengendalikan
diri, dan kau tidak mungkin bisa membayangkan dia mabuk
tadi malam?" "Ya ampun! Kalian para wanita selalu saja berpikir pria itu
suka mabuk. Kau tidak mengira seorang pria akan tumbang
dengan hanya minum sebotol, kan" Aku yakin betul-andai
semua orang minum satu botol sehari, tidak
akan terjadi separuh kekacauan di dunia seperti yang ada sekarang. ltu
akan jadi hal yang bagus bagi kita semua."
"Aku tidak bisa memercayainya."
76 " Jane Austen "Oh! Astaga, itu akan menghemat ribuan botol. Anggur
yang dikonsumsi di kerajaan ini tidak ada seperatusnya. Berkat
iklim berkabut kita."
"Tapi, aku dengar ada banyak pemabuk di Oxford."
"Oxford! Tidak ada yang mabuk
di Oxford sekarang, percayalah. Tidak ada yang minum-minum di sana. Kau akan
sulit bertemu pria yang minum lebih dari empat gelas. Nah,
contohnya, apa yang terjadi di pesta terakhir di kamarku sudah
dianggap hebat, yaitu rata-rata kami menghabiskan lima gelas
per orang. ltu dianggap sebagai sesuatu di luar kebiasaan.
Pescaku icu hebat tencunya. Kau tidak akan sering melihat
ha! seperti itu di Oxford. Tapi, ini hanya akan memberimu
gambaran umum tentang kebiasaan minum di sana."
"Ya, memang memberiku gambaran," kata Catherine
dengan nada ramah, "yaitu, bahwa kalian minum lebih banyak
anggur daripada yang kukira. Tapi, kuyakin James tidak minum
banyak." Pernyataan ini memunculkan sahutan yang keras dan
nyaring, tapi tidak ada satu pun yang terdengar sangat jelas,
kecuali seruan-seruan, yang hampir sama dengan umpatan,
yang diperindah. Ketika berakhir, Catherine merasa makin
yakin bahwa ada banyak pemabuk di Oxford, dan kepastian
yang menggembirakan bahwa kakaknya tidak sampai mabuk.
Pikiran Thorpe kemudian kembali pada kehebatan kereta
kudanya sendiri, dan Catherine diminca mengagumi semangat
dan kebebasan yang membuat kudanya berjalan terus, serca
ketenangan langkah-langkahnya, juga keindahan musim
Northanger Abbey 1tti. 77
semi, yang menggerakkan kereta. Catherine sebisa mungkin
mengikuti seruan-seruan kekaguman pria itu. Mustahil untuk
berseru kagum sebelum atau sesudah Thorpe melakukannya.
Pengetahuan Thorpe dan ketidaktahuan Catherine akan topik
pembicaraan, kecepatan bicara Thorpe, dan sifat malu-malu
Catherine membuat dirinya hanya bisa diam. Tidak ada pujian
baru yang bisa diberikan Catherine, tapi dia siap mengulangi
apa pun yang diucapkan pria itu. Dan akhirnya disimpulkan
di antara mereka tanpa ada kesulitan bahwa kereta Thorpe
adalah jenis yang paling sempurna di lnggris, keretanya paling
bersih, kudanya terbaik, sekaligus Thorpe sendiri menjadi kusir
terbaik. "Menurutmu, Mr. Thorpe," kata Catherine, sesaat
setelah masalah itu dianggap sudah selesai dan mencoba
memberikan sedikit variasi topik, "kereta James tidak akan
rus ak, ,,, "Rusak! Oh! Astaga! Pernahkah kau melihat kereta
yang tidak stabil seperti itu" Kereta itu tidak punya satu
potongan besi pun yang kuat. Rodanya sudah menipis selama
sedikitnya sepuluh tahun ini, dan bodinya! Percayalah, jika kau
menyentuhnya mungkin kereta itu akan bergoncang hingga
hancur berkeping-keping. Kereta itu merupakan kereta paling
reyot yang pernah kulihat! Syukurlah, kita punya kereta yang
lebih baik. Aku tidak akan menaikinya untuk berjalan tiga
kilometer meski diberi lima puluh ribu pounds."
"Astaga!" pekik Catherine, sangat ketakutan. "Kalau
begitu, ayo kita putar batik. Mereka tentu akan mengalami
kecelakaan jika kita terus bergerak. Tolonglah putar balik, Mr.
78 " Jane Austen Thorpe. Berhentilah clan bicaralah pada kakakku. Beri cahu
dia betapa sangat tidak amannya kereta itu."
"Tidak aman! Ya ampun! Ada apa ini" Mereka hanya akan
jatuh berguling-guling kalau kerecanya rusak. Dan ada banyak
lumpur juga di tanah, jadi mereka akan jatuh tanpa rasa sakit.
Oh, sialan! Kereta itu cukup aman, kalau pengendaranya tahu
bagaimana mengemudikannya. Di tangan orang yang cekatan
kereta semacam itu akan bertahan lebih dari dua puluh tahun
sampai benar-benar rusak. Aku akan menaikinya pergi ke York
clan kembali lagi, tanpa kurang satu apa pun."
Catherine mendengarkan dengan keheranan. Dia tidak
tahu bagaimana mencocokkan kedua ucapan yang sangat
bertentangan itu tentang satu hal yang sama karena dia
tidak dididik untuk memahami kecenderungan seorang
pengoceh, atau mengecahui betapa banyaknya ucapan yang
tidak berguna clan kebohongan yang kasar ini hanya akan
berujung pacla kesia-siaan. Keluarganya sendiri sederhana,
orang-orang jujur yang jarang bermaksud melucu. Ayahnya,
terutama, senang dengan permainan kata-kata, clan ibunya
senang dengan peribahasa. Karenanya mereka tidak terbiasa
berkata bohong demi meningkatkan pengaruh mereka, atau
menyatakan sesuatu di satu waktu yang kemudian akan
dibantah mereka sendiri. Catherine merenungkan hal ini
beberapa lama dengan rasa bingung, clan lebih dari sekali dia
meminta penjelasan yang lebih jelas dari Mr. Thorpe mengenai
pendapatnya yang sesungguhnya terkait topik ini. Tapi, dia
berhenti melakukannya karena tampaknya pria itu ticlak
mampu memberikan penjelasan-penjelasan yang lebih jelas,
Northanger Abbey 1tti. 79
membuat ucapan-ucapannya yang ambigu itu agar bisa lebih
dipahami. Di samping itu, mengingat pria itu tidak akan benar?
benar membuat adik perempuannya dan temannya menderita
akibat tertimpa bahaya yang mungkin bisa dicegahnya dengan
mudah, Catherine akhirnya menyimpulkan bahwa pria itu
pasti mengetahui kereta itu sebenarnya sangatlah aman,
dan karenanya dia tidak perlu merasa gusar lagi. Dari sisi Thorpe,
seluruh masalah itu kelihatannya sama sekali terlupakan. Sisa
percakapannya, atau lebih tepatnya ocehannya, hanya berisikan
tentang dirinya sendiri dan urusannya. Dia bercerita tentang
kuda-kuda yang dibelinya sangat murah clan dijualnya dengan
harga sangat mahal; tentang pertandingan pacuan kuda yang
penilaiannya secara tepat memprediksi pemenangnya; tentang
kelompok menembak, di sini dia berhasil membidik lebih
banyak burung (meski tanpa ada satu tembakan jitu) ketimbang
semua teman-temannya; dan menjelaskan beberapa olahraga
populer, dengan anjing pemburu, di sini kemampuannya
memprediksi apa yang akan terjadi dan keterampilannya dalam
mengarahkan anjing-anjing itu telah mengoreksi kesalahan?
kesalahan yang dilakukan pemburu paling andal sekalipun, clan
di sini pula keberaniannya dalam menunggang kuda, meski
tidak pernah membahayakan nyawanya sendiri, terus-menerus
membuat orang lain tertimpa masalah, yang dia akhiri dengan
tenang bahwa masalah itu telah menyebabkan banyak orang
mengalarni patah leher. Meskipun Catherine tidak terbiasa menilai sendiri,
dan belum memiliki pandangan umum yang pasti tentang bagaimana
sikap pria seharusnya, dia tidak bisa sepenuhnya menghapus
80 " Jane Austen rasa ragu, selagi dia berusaha sabar terhadap keangkuhan pria
itu yang tiada habisnya, terhadap kesimpulan pria itu yang
menganggap dirinya sendiri sangat menyenangkan. Dugaan
itu kuat sekall karena meskipun dia kakak Isabella dan James
telah memastikan bahwa sikap Thorpe akan disukai oleh banyak
gadis, besarnya rasa lelah yang muncul akibat kehadirannya,
yang menggelayuti Catherine sebelum mereka berjalan?
jalan selama satu jam, dan yang terus-menerus bertambah
rasa lelahnya hingga mereka berhenti di Pulteney Street lagi,
menyebabkan Catherine tidak menyukai sikap congkak Thorpe
dan tidak memercayai kemampuannya menjadi pria yang
menyenangkan. Sewaktu mereka tiba di pintu penginapan Mrs. Allen,
keheranan Isabella sulit sekali diungkapkan, bahwa ternyata
saat itu sudah terlalu terlambat bagi mereka untuk mengantar
temannya masuk ke rumah: "Jam tiga lebih!" Sulit dibayangkan,
tidak masuk di akal, muscahil! Dan, dia tidak dapat memercayai
arloji miliknya sendiri, atau milik kakaknya, atau bahkan milik
si pelayan. Dia tidak dapat memercayai kenyataan itu, hingga
Morland mengulurkan arlojinya, dan memastikan kebenaran
itu. Apabila masih merasa ragu, hal itu berarti sama-sama sulit
dipahami, tidak masuk di aka!, dan mustahil. Dia pun hanya
bisa memprotes, berulang kali, bahwa belum pernah waktu
dua setengah jam berlalu dengan sangat cepat seperti ini, dan
Catherine diminta uncuk menegaskannya. Catherine tidak bisa
berkata bohong sekalipun demi menyenangkan Isabella, tapi
Isabella terhindar dari rasa sakit akibat pendapat temannya
yang berbeda karena dia tidak menunggu jawaban temannya
Northanger Abbey 1tti. 81
itu. Isabella benar-benar asyik dengan perasaannya sendiri.
Kesengsaraannya sangat besar, sehingga merasa dia harus segera
pulang. Sudah lama sekali sejak dia bercakap-cakap dengan
Catherine. Meskipun dia punya banyak ha! untuk diceritakan
pada Catherine, tampaknya seolah mereka tidak pernah akan
bersama lagi. Demikianlah, dengan suara sangat sedih dan mata
murung yang menyiratkan kebahagiaan, Isabella mengucapkan
selamat tinggal kepada temannya dan berlalu.
Catherine mengetahui Mrs. Allen baru saja kembali dari
kesibukan bersantai di pagi hari, dan segera disapa demikian,
"Kau sudah pulang, Sayang," suaru kebenaran yang tidak
mampu dibantahnya. "Dan, kuharap kau menikmati jalan?
jalan yang menyenangkan."
ra, M.aam, terima kasih. Jalan-jalannya sangat menyen ang kan. "Begitulah kata Mrs. Thorpe. Dia amat senang kalian
semua perg1." "Anda bertemu Mrs. Thorpe rupanya?"
"Ya., aku pergi ke pump-room sesaat setelah kau pergi,
dan di sanalah aku bertemu dengannya. Kami bercakap-cakap
lama sekali. Dia berkata sulit menemukan daging anak sapi
di pasar pagi ini, ha! ini amat jarang terjadi."
"Apakah Anda melihat orang lain yang kita kenal?"
"Ya. Kami memutuskan berjalan-jalan sebentar di
Crescent, dan di sana kami berjumpa Mrs. Hughes. Mr.
Miss Tilney juga bersamanya."
"Benarkah" Dan, mereka berbicara dengan Anda?"
82 " Jane Austen dan "Ya, kami berjalan bersama menyusuri Crescent selama
setengah jam. Mereka kelihatannya sangat baik. Miss Tilney
memakai bahan muslin berbintik yang indah. Dan aku
menyukai, dari apa yang bisa kuamati, dia selalu berpakaian
sangat cantik. Mrs. Hughes bercerita banyak hal tentang
keluarga itu padaku."
"Dan, apa yang dia ceritakan pada Anda tentang mereka?"
"Oh! Banyak sekali. Malah tidak ada hal lain yang
diceritakannya." "Apakah dia mengatakan mereka berasal dari bagian
Gloucestershire yang mana?"
"Ya, dia mengatakannya, tapi aku tidak bisa mengingatnya
sekarang. Tapi, mereka orang-orang yang sangat baik dan sangat
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kaya. Nama gadis Mrs. Tilney adalah Miss Drummond, clan
dia serta Mrs. Hughes adalah teman sekolah. Miss Drummond
sungguh amat kaya. Sewaktu dia menikah, ayahnya memberikan
padanya dua puluh ribu pounds, clan lima ratus untuk membeli
baju pengantin. Mrs. Hughes melihat semua baju itu setelah
barangnya datang dari gudang."
"Dan, apakah Mr. clan Mrs. Tilney ada di Bath?"
"Ya, sepercimya begitu, tapi aku tidak begitu yakin. Tapi
seingatku, mereka sudah meninggal; setidaknya ibunya. Ya,
aku ingat Mrs. Tilney sudah meninggal karena Mrs. Hughes
bercerita tentang satu set perhiasan mutiara yang sangat indah
yang diberikan Mr. Drummond kepada putrinya saat menikah
dan sekarang Miss Tilney menjadi pemiliknya karena perhiasan
itu disimpan untuknya saat ibunya meninggal."
Northanger Abbey 1tti. 83
"Dan, apakah Mr. Tilney, pasangan clansaku, putra sacusatunya.?"
"AlSepertinya begitu, tapi dia pemucla yang sangat baik, begiculah
kata Mrs. Hughes, clan perilakunya sangat baik."
Catherine ticlak lagi bertanya. Dia suclah menclengar cukup
banyak, sehingga bisa clirasakan bahwa Mrs. Allen ticlak bisa
memberikan keterangan yang lebih banyak. Sayang sekali
clia sencliri melewatkan pertemuan clengan kakak-beraclik
itu. Anclaikan dia bisa mengetahui apa yang akan terjacli,
ticlak acla hal lain yang clapat membujuknya untuk pergi
clengan orang lain. Demikianlah, dia hanya bisa menyesali
keticlakberuntungannya, clan memikirkan apa yang telah
clilewatkannya, hingga menjacli jelas baginya bahwa perjalanan
naik kereta tacli sama sekali menyebalkan clan bahwa John
Thorpe aclalah pria yang sungguh tidak menyenangkan. 0
84 " Jane Austen {lJ" suami-istri Allen, keluarga Thorpe, clan kakak?
beradikMorland bertemu di tearer malam itu. Karena Catherine
clan Isabella duduk berdampingan, Isabella berkesempatan
mengungkapkan beberapa dari banyak sekali hal yang selama
ini disimpannya untuk memulai percakapan setelah mereka
lama sekali tidak bercakap-cakap. "Oh, astaga! Catherine
Sayang, akhirnya aku bertemu denganmu!" adalah ucapannya
ketika Catherine memasuki ruang duduk VIP clan duduk di
sebelahnya. "Nah, Mr. Morland," karena James duduk di
dekatnya di sisi lain, "AJcu tidak akan berbicara padamu sepatah
kata pun sepanjang sisa malam ini, jadi kuminta kau tidak
mengharapkannya. Catherine yang manis, bagaimana kabarmu
selama ini" Tapi, aku tidak perlu bertanya karena kau terlihat
gembira. Rambutmu benar-benar ditata lebih apik daripada
biasanya. Gadis nakal, kau ingin memikat seseorang, ya"
Kakakku pasti sudah jatuh hati padamu. Sementara Mr. Ttlney,
tapi ini sudah jelas, bahkan kerendahan hatimu tidak bisa
meragukan rasa sayangnya sekarang; kedatangannya kembali
ke Bath membuatnya makin jelas. Oh, aku belum pernah
melihatnya! Aku benar-benar tidak sabar. lbuku berkata dia
pemuda paling menyenangkan. Tahu tidak, ibuku bertemu
dengannya pagi ini. Kau harus memperkenalkannya padaku.
Adakah dia di teater ini sekarang" Ayo, carilah! Percayalah,
aku tidak bisa hidup sampai aku melihatnya."
"Tidak,'' kata Catherine, "dia tidak ada di sini. Aku tidak
bisa melihatnya di mana pun."
"Oh, menyebalkan! Apa aku tidak akan pernah berkenalan
dengannya" Kau suka gaunku" Kurasa sudah terlihat bagus.
Bagian lengannya benar-benar ideku sendiri. Kau tahu, aku
merasa sangat muak dengan Bath. Kakakmu dan aku sepakat
pagi ini bahwa, meskipun sangatlah menyenangkan berada
di sini selama beberapa minggu, kami sama sekali tidak akan
tinggal di sini. Kami segera mengetahui bahwa selera kami
benar-benar sama, yaitu lebih menyukai suasana pedesaan
daripada tempat lainnya. Sungguh, pendapat kami sangat
serupa, menggelikan memang! Kami tidak berbeda pendapat
tentang satu hal pun. Untung saja kau tidak ada bersama
kami. Kau ini agak licik, aku yakin kau akan membuat lelucon
tentang ha! ini." "Tidak, sungguh aku tidak akan begitu."
"Oh, ya, kau akan seperti itu. Aku mengenalmu lebih
baik daripada kau mengenal dirimu sendiri. Kau akan berkata
kami kelihatannya ditakdirkan untuk bersama, atau omong
86 " Jane Austen kosong semacam itu, yang akan membuacku sangat menderica.
Pipiku akan merona merah sekaJi. Uncung saja kau tidak ada
waktu itu." "Sungguh, kau ini salah menilaiku. Aku tidak akan
mengacakan sesuacu yang sangac tidak pantas seperti itu centang
apa pun juga. Lagi pula, aku yakin ha! itu tidak akan pernah
terlintas di kepaJaku."
Isabella tersenyum sangsi dan bercakap-cakap dengan
James sepanjang sisa malam itu.
Ketetapan hati Catherine untuk berusaha keras menemui
Miss Tilney kembaJi menguat keesokan harinya. Sampai saatnya
tiba untuk pergi ke pump-room, dia merasa sedikit khawatir
kalau-kaJau rencana ini akan tertunda untuk kali kedua.
Namun, haJ yang ditakutkannya tidak terjadi. Tidak ada tamu
yang muncul dan menunda rencana kegiatan mereka. Pada
waktu yang ditentukan, mereka bertiga akhirnya berangkat
pump-room, tempat berkumpulnya orang-orang untuk
bercakap-cakap. Mr. Allen, setelah meminum segelas air
mineral, berkumpul dengan beberapa pria uncuk membicarakan
masaJah politik yang sedang hangar dan membandingkan
laporan berita di surat kabar mereka masing-masing. Para
wanitanya berjalan-jalan bersama, mengenali setiap wajah
baru, dan mengecahui hampir semua topi baru yang dikenakan
di ruangan itu. Anak-anak perempuan dari keluarga Thorpe,
dengan ditemani James Morland, muncul di antara orang
banyak dalam waktu kurang dari lima belas menit kemudian.
Catherine pun segera mengambil posisinya yang biasa di sisi
cemannya. James, yang kini sering hadir, juga berdiri di samping
Northanger Abbey 1tti. 87
Isabella. Dengan memisahkan diri dari rombongan, mereka
berjalan dengan posisi demikian selama beberapa lama, hingga
Catherine mulai merasa situasi ini tidak mengenakkan karena
dengan berada di dekat teman dan kakaknya, membuat dirinya
sulit terlibat dalarn percakapan. Isabella dan James selalu asyik
membicarakan hal-hal sentimental atau saling membantah
dengan seru, tapi pendapat mereka disampaikan dengan
berbisik-bisik, dan kegembiraan mereka disertai canda-tawa.
Meskipun pendapat dukungan Catherine tidak jarang diminta
oleh salah satu dari mereka, dia tidak pernah bisa memberikan
pendapat apa pun karena tidak mendengar sepatah kata pun dari
pembicaraan itu. Namun akhirnya, dia mampu memisahkan
diri dari temannya karena keinginan besarnya untuk berbincang
dengan Miss Tilney yang saat itu baru saja memasuki ruangan
bersarna Mrs. Hughes. Catherine sangat gembira melihat Miss
Tilney, dan segera menghampirinya dengan kebulatan tekad
yang lebih kuat untuk menjalin pertemanan, ketimbang
keberanian yang mungkin dimilikinya jikalau dia tidak didesak
rasa kecewa akibat gaga! bertemu
di hari sebelumnya. Miss Tilney menyapanya dengan sangat santun, membalas upayanya
untuk menjalin persahabatan dengan sikap yang juga rarnah,
dan mereka terus bercakap-cakap
selama mereka berada di ruangan itu. Meskipun sangat mungkin komentar atau ucapan
yang digunakan mereka masing-masing juga telah diungkapkan
ribuan kali sebelumnya, di bawah atap bangunan itu, di setiap
musim pesta dansa di Bath, tapi kualitas percakapan mereka
dengan disertai sikap sederhana dan tulus, tanpa ada rasa
angkuh, mungkin merupakan hal yang tidak lazirn.
88 " Jane Austen "Betapa baiknya kakakmu berdansa!" adalah seruan naif
yang diutarakan Catherine di penghujung percakapan mereka.
Hal ini langsung membuat temannya terkejut dan merasa geli.
"Henry!" jawabnya dengan tersenyum. "Ya, dia memang
berdansa dengan sangat baik."
"Dia pasti menganggapnya sangat aneh saac mendengar
aku berkata di malam sebelumnya aku sudah punya pasangan
dansa, padahal dia melihatku sedang duduk. Tapi, aku memang
sudah diminta menjadi pasangan Mr. Thorpe sepanjang hari
icu." Miss Tilney hanya dapat mengangguk. "Kau cidak bisa
menyangka," imbuh Catherine setelah diam sesaat, "betapa
terkejutnya aku bisa melihatnya lagi. Aku merasa sangat yakin
dia sudah meninggalkan koca ini."
"Sewaktu Henry bertemu denganmu sebelumnya, dia
hanya ada di Bath selama dua hari. Dia hanya datang untuk
memesan penginapan bagi kami."
"Hal itu tidak pernah terpikir olehku; dan karena itulah
aku tidak melihatnya di mana pun, kukira dia sudah pergi.
Bukankah wanica muda yang berdansa dengannya di hari Senin
itu adalah Miss Smith?"
"Ya, kenalan Mrs. Hughes."
"Wanita itu pasti sangat senang berdansa. Menurutmu
dia cantik?" "Tidak terlalu."
"Kukira Henry tidak pernah datang ke pump-room?"
"Ya, kadang, tapi pagi ini dia berkuda dengan ayahku."
Northanger Abbey 1tti. 89
Mrs. Hughes kini menghampiri mereka, dan menanyakan
Miss Tilney apakah dia siap pergi. "Semoga aku bisa segera
bertemu denganmu lagi," ujar Catherine. "Apa kau akan datang
ke pesca dansa cotillion besok?"
"Mungkin kami-Ya, kurasa kami pasti dacang."
"Senangnya, karena kami semua akan ada di sana." Sikap
sopan ini dibalas dengan sepancasnya, dan mereka pun berpisah.
Miss Tilney mengecahui perasaan kenalan barunya itu cerhadap
kakaknya, sementara Catherine sama sekali tidak sadar telah
mengungkapkan semua perasaannya.
Catherine pulang dengan perasaan sangat bahagia.
Seluruh harapannya terkabul pagi itu, dan kini malam di hari
berikucnya menjadi ha! yang dinanti-nantikan. Yang paling
dikhawatirkannya adalah gaun dan hiasan kepala seperti apa
yang harus dipakainya di acara itu. Dia tidak bisa dibenarkan
karena mencemaskan hal semacam itu. Pakaian selalu tidak
memiliki perbedaan yang signifikan, dan perhatian yang
berlebih terhadapnya sering kali merusak tujuan dibuatnya
pakaian itu sendiri. Catherine mengetahui semua ini dengan
sangat baik; bibinya menasihatinya tencang masalah ini pada
Natal belum lama ini. Meskipun begitu, Catherine tetap terjaga
selama sepuluh menit pada Rabu malam karena mempersoalkan
antara baju berbahan katun dengan pola bintik-bintik acau
sulaman; dan andaikan waktunya tidak mendesak, dia mungkin
akan membeli baju baru pada sore hari tadi. Penilaian ini adalah
kesalahan besar walaupun lazim terjadi karena kaum pria tidak
menyadari apabila ada gaun baru yang dipakai. Banyak wanita
akan merasa sakit hati jika mereka tahu betapa hati pria tidak
90 " Jane Austen dipengaruhi oleh mahal atau barunya baju mereka, betapa
perasaan pria tidak disebabkan oleh tekstur kain katun mereka,
dan betapa kasih sayang pria tidak dipengaruhi oleh pakaian
mereka yang berpola bintik-bintik acau ranting bunga, yang
berbahan katun campur sutra acau katun tipis nan lembut.
Wanita berdandan demi kepuasannya sendiri. Tidak ada pria
yang akan mengaguminya lebih dari itu, tidak ada wanita
yang akan menyukainya lebih baik. Kerapian dan mode sudah
cukup bagi kaurn wanita, sedangkan sesuatu yang kotor atau
tidak pantas paling disukai oleh kaum pria. Namun, tidak
satu pun dari pemikiran penting ini mengganggu kedamaian
hati Catherine. Dia memasuki ruang dansa pada Kamis malam dengan
perasaan yang sangat berbeda dari apa yang dirasakannya saat
hadir ke tempat itu pada Senin sebelumnya. Waktu itu dia
bersuka-ria karena telah berpasangan dengan Thorpe, tapi saat
ini dia ingin sekali menghindar dari pria itu kalau-kalau dia
akan mengajaknya berdansa lagi. Meskipun Catherine tidak
dapat dan tidak berani berharap Mr. Tilney akan mengajaknya
berdansa untuk kali ketiga, hasrat, harapan, dan rencananya
terfokus ke satu hal itu. Setiap wanita muda mungkin menaruh
simpati terhadap tokoh utamaku dalam momen genting ini
karena mereka pernah mengalami perasaan gelisah yang sama.
Mereka celah merasakan, atau setidaknya meyakini bahwa diri
mereka berada dalam bahaya karena dikejar-kejar seseorang
yang ingin mereka hindari. Mereka juga sangat mendambakan
perhatian seseorang yang mereka sukai. Begicu keluarga Thorpe
mendekati mereka, penderitaan Catherine dimulai. Dia menjadi
Northanger Abbey 1tti. 91
gelisah kalau-kalau John Thorpe menghampirinya, sehingga
sebisa mungkin dia menyembunyikan diri agar tidak terlihat
oleh pria itu, dan bersikap pura-pura tidak mendengarkan
pria itu kecika berbicara dengannya. Tarian
cotillion sudah berakhir, dan tarian rakyat dimulai, tapi dia belum melihat
kakak-beradik Tilney. "Jangan cemas, Catherine Sayang," bisik Isabella, "tapi aku
benar-benar harus berdansa dengan kakakmu. Aku tegaskan hal
ini sangat mengejutkan. Aku berkata padanya dia seharusnya
merasa malu, tapi kau dan John tentunya membuat kami
tenang. Cepadah, Sayangku, berdansa dekat kami. John baru
saja pergi, tapi dia akan kembali sebentar lagi."
Catherine tidak sempat dan enggan menjawabnya. Isabella
dan James berjalan menjauh, sementara John Thorpe masih
kelihatan, sehingga membuatnya berhenti berharap bisa
menghindari pria itu. Meskipun sepertinya tidak melihat
atau mengharapkan pria itu, Catherine terus mengarahkan
pandangannya ke penggemarnya. Sikap menyalahkan diri
sendiri atas kebodohannya, karena menganggap bahwa di antara
orang banyak ini mereka akan berjumpa dengan kakak-beradik
Tilney di waktu yang tepat, baru saja terlintas di benaknya,
ketika tiba-tiba dia menyadari dirinya disapa dan lagi-lagi diajak
berdansa oleh Mr. Tilney sendiri. Bisa terbayangkan bahwa
dengan mata berbinar-binar dan gerakan cepat, dia menerima
ajakan pria itu. Dan dengan hati berbunga-bunga, dia berjalan
bersama pria itu menuju kelompok dansa. Luput dari, dan
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagaimana diyakini Catherine, nyaris sekali melepaskan
diri dari John Thorpe, serca langsung diajak berdansa oleh
92 " Jane Austen Mr. Tilney begitu pria itu menghampirinya, seolah pria itu
memang sengaja mencarinya-tidak pernah terbayangkan oleh
Catherine bahwa hidup dapat memberikan kebahagiaan lebih
besar dari ini. Namun, belum sempat mereka menempati posisi mereka
di kelompok dansa, ketika perhatian Catherine tersita oleh John
Thorpe, yang berdiri di belakangnya. "Hei, Miss Morland!"
sapanya. "Apa maksudnya ini"
Kukira kau dan aku akan berdansa bersama." ''.Aku heran kau bisa berpikir demikian, karena kau tidak
pernah mengajakku." ''.Astaga, alasan yang bagus sekali! Aku langsung
mengajakmu begitu aku masuk ke ruangan ini, dan aku
baru akan mengajakmu lagi, tapi ketika aku berbalik, kau
sudah menghilang! Ini tipu muslihat yang sangat buruk! Aku
hanya datang demi berdansa denganmu, dan aku sangat yakin
kau berpasangan denganku sejak Senin. Ya, aku ingat, aku
memintamu selagi kau menunggu mantelmu
di !obi. Dan di sini aku sudah memberi tahu semua kenalanku kalau aku
akan berdansa dengan gadis tercantik di ruangan ini. Dan,
jika mereka melihatmu berdansa dengan orang lain, mereka
akan mengolokku habis-habisan."
"Oh, tidak. Mereka tidak akan pernah menganggap
aku secantik itu." "Ya ampun, jika mereka tidak beranggapan sama, aku akan
menendang mereka hingga keluar dari ruangan ini karena saking
bodohnya. Siapa pria pasanganmu itu?" Catherine memuaskan
Northanger Abbey 1tti. 93
rasa ingin tahunya. "Tilney," ulang pria itu. "Hmm-aku
tidak mengenalnya. Perawakannya bagus, penampilannya
rapi. Apakah dia menginginkan kuda" Seorang temanku,
Sam Fletcher, ingin menjual kudanya yang akan disukai
siapa pun. Kuda yang sangat cerdas untuk dipakai di jalan?
hanya empat puluh keping guinea. Aku sendiri terpikir untuk
membelinya karena salah satu prinsipku selalu membeli kuda
bagus saat menemukannya. Tapi, kuda itu tidak cocok dengan
tujuanku karena bukan kuda yang bagus untuk berburu. Aku
akan membayar dengan harga berapa pun untuk seekor kuda
pemburu yang sangat bagus. Aku sekarang sudah punya tiga
kuda, yang terbaik. Aku tidak akan menjual ketiganya dengan
harga delapan ratus guinea. Fletcher dan aku berniat membeli
sebuah rumah di Leicestershire, pada musim dansa berikutnya.
Sangatlah tidak nyaman tinggal di tempat penginapan."
lnilah kalimat terakhir Thorpe yang dapat menyita
perhatian Catherine karena pria itu kemudian berpaling
ke rombongan wanita yang melewatinya. Pasangan dansa
Catherine sekarang datang mendekat, dan berkata, "Pria
itu akan membuat kesabaranku habis, kalau saja dia masih
bersamamu setengah menit lebih
lama. Dia tidak berhak menarik perhatian pasanganku dariku. Kita sudah mengambil
bagian dalam sebuah kontrak untuk berpasangan pada malam
ini, dan kita terikat satu sama lain selama waktu itu. Tidak
seorang pun bisa mengikatkan
diri pada seseorang tanpa
merugikan hak-hak pihak lainnya. Aku menganggap tarian
rakyat sebagai lambang pernikahan. Kesetiaan dan kepatuhan
merupakan kewajiban utama dari kedua hal itu. Para pria yang
94 " Jane Austen tidak memilih berdansa atau menikah, tidak punya urusan
dengan pasangan atau istri orang lain."
"Tapi, kedua hal itu sangat berbeda!"
"Dan, menurutmu kedua hal itu tidak bisa disamakan."
"Tentu saja tidak. Orang yang menikah tidak akan pernah
bisa berpisah, melainkan harus tetap bersama dan membangun
rumah tangga bersama-sama. Orang yang berdansa hanya
berdiri saling berhadapan di sebuah ruangan panjang selama
setengah jam." "Ternyata begitulah pengertianmu tentang ikatan pernikahan dan berdansa. Dengan pemahaman seperti itu
tentunya persamaan mereka tidak mencolok, tapi kukira aku
bisa menjelaskannya dengan gambaran demikian. Kau akan
sependapat, bahwa dalam pernikahan dan berdansa, kaum pria
punya kesempatan untuk memilih, sementara wanita hanya
mampu menolak. Kedua hal itu sama-sama merupakan sebuah
ikatan antara pria dan wanita, yang dijalin demi keuntungan
bersama. Begitu mengambil bagian di dalamnya, mereka
terikat satu sama lain hingga saat terputusnya ikatan itu.
Sudah menjadi kewajiban mereka, bahwa masing-masing
pihak berusaha keras agar jangan sampai memberikan alasan
bagi pasangannya untuk menginginkan dirinya bersama
orang lain. Mereka harus menjaga agar imajinasi mereka
sendiri tidak mendambakan kesempurnaan orang lain, atau
membayangkan hidup mereka akan lebih baik bersama orang
lain. Kau sependapat dengan semua ini?"
Northanger Abbey 1tti. 95
"Ya, tentu saja, seperti yang kau jelaskan, semuanya itu
sangat baik. Tapi, tetap saja keduanya berbeda jauh. Aku
sama sekali tidak bisa menganggap keduanya sama, begitupun
menurutku kewajiban di kedua hal itu tidaklah sama."
"Di satu sisi, pastinya ada perbedaannya. Dalam
pernikahan, pria diharuskan untuk menafkahi istrinya,
sedangkan wanita diharuskan untuk menciptakan suasana
rumah yang menyenangkan bagi suaminya. Pria bertugas
menyediakan, dan wanita menciptakan kenyamanan. Namun
dalam berdansa, tugas mereka berganti. Sikap hangat dan santun
diharapkan dari si pria, sementara si wanita memperindah
suasana. Kukira irulah perbedaan rugas yang rerpikir olehmu."
"Tidak, sungguh, aku tidak berpikir demikian."
"Kalau begitu aku sungguh bingung. Tapi, satu hal yang
bisa kukatakan. Kecenderunganmu ini agak mengkhawatirkan.
Kau benar-benar menolak adanya kesamaan kewajiban; dan
bukankah aku jadi menduga bahwa pendapatmu tentang
kewajiban dalam berdansa tidak sekeras yang mungkin
diharapkan pasanganmu" Bukankah aku cukup beralasan untuk
merasa khawatir bahwa jika pria yang tadi berbicara padamu
akan kembali, atau kalau ada pria lain menyapamu, tidak
adayang akan menahanmu untuk bercakap-cakap dengannya
selama kau menghendakinya?"
"Mr. Thorpe adalah teman kakakku yang sangat s
i timewa, jadi kalau dia berbicara padaku, aku harus menanggapinya.
Tapi selain dia, pria yang kukenal di ruangan ini hampir tidak
ada tiga orang." 96 " Jane Austen "Dan, hal itu menjadi satu-satunya jaminanku" Aduh,
aduh!" "Ya, kau tidak bisa punya jaminan yang lebih baik lagi.
Karena kalau aku tidak mengenal siapa pun, mustahil bagiku
untuk berbicara dengan orang lain. Lagi pula aku tidak ingin
bercakap-cakap dengan orang lain."
"Sekarang kau telah memberikan jaminan yang layak
padaku. Dengan begitu, aku berani melanjutkan. Apakah kau
masih berpendapat Bath menyenangkan seperti sebelumnya
aku sempat menanyakannya padamu?"
"Ya, sangat menyenangkan-malah, jauh lebih menye?
nangkan." "Jauh lebih menyenangkan! Hati-hati, kalau tidak, kau
akan lupa menjadi bosan dengannya pada waktunya nanti.
Kau sehacusnya merasa bosan di penghujung enam minggu
kau ada di sini." "Kukira aku tidak akan bosan, meskipun aku tinggal di
sini selama enam bulan."
"Bath, bila dibandingkan dengan London, hanya punya
sedikit variasi. Begitulah yang disadari semua orang setiap
cahunnya. 'Selama enam minggu, Bath memang cukup
menyenangkan. Tapi setelah enam minggu, cempat ini jadi
tempat paling membosankan.' Itulah yang akan diceritakan
orang-orang dari berbagai latac, yang datang secara rutin tiap
musim dingin, memperpanjang waktu tinggal mereka daci
enam rninggu menjadi sepuluh atau dua belas minggu,
dan Northanger Abbey 1tti. 97
akhirnya meninggalkan cempac ini karena mereka cidak sanggup
lagi berlama-lama di sini."
"Yah, orang lain bisa saja punya penilaiannya sendiri, dan
mereka yang pernah pergi ke London mungkin menganggap
cidak ada yang istimewa di Bach. Tapi aku, yang tinggal di
sebuah desa kecil yang cerpencil di pedalaman, cidak pernah bisa
menemukan kejenuhan yang lebih besar di tempac semacam
ini dibandingkan di kampung halamanku sendiri. Karena di
sini ada beragam hiburan, berbagai ha! yang bisa dilihac dan
dilakukan seharian penuh, yang tidak ada di cempatku tinggal."
"Kau cidak suka pedesaan."
"Ya, aku menyukainya. Aku selalu tinggal di sana, dan
selalu merasa bahagia. Tapi, centunya kejenuhan dalam
kehidupan pedesaan jauh lebih besar dibandingkan di Bath.
Satu hari di pedesaan berjalan sama persis seperti hari lainnya."
"Tapi, kau melewatkan waktumu dengan cara yang jauh
lebih rasional di pedesaan."
"Masa.?" "Kau tidak begitu?"
"Kukira tidak banyak perbedaannya."
"Di sini kau hanya mencari hiburan sepanjang hari."
"Dan, aku pun begitu di rumah-hanya saja aku tidak
punya begitu banyak pilihan hiburan. Aku berjalan-jalan di
sini, dan begitu pun di sana. Tapi, di sini aku menjumpai
beragam orang di jalan-jalan, sedangkan di sana aku hanya
bisa mengunjungi Mrs. Allen."
98 " Jane Austen Mr. Tilney merasa sangat geli. "Hanya mengunjungi Mrs.
Allen!" ulang pria itu. "Betapa menyedihkan keadaannya! Tapi,
jika kau mengeksplorasi jurang ini lagi, kau akan punya banyak
hal untuk diceritakan. Kau akan dapat berbicara tentang Bath,
dan semua hal yang kau kerjakan di sini."
"Oh, ya. Aku tidak akan pernah kekurangan bahan obrolan
lagi dengan Mrs. Allen, atau siapa pun. Aku yakin sekali aku
akan selalu berbicara tentang Bath, jika aku pulang ke rumah
lagi. Aku sangat menyukai Bath. Andai saja aku bisa ditemani
Ayah dan Ibu, dan seluruh keluargaku di sini, kurasa aku
akan lebih bahagia! Kedatangan James (kakak sulungku) sangat
menggembirakan-dan terutama karena ternyata keluarga yang
baru saja kami kenal dekat sudah menjadi teman karibnya.
Oh, siapa yang pernah bisa merasa bosan dengan Bath?"
"Yang pasti bukan mereka yang menghadirkan perasaan
baru tentang Bath seperti yang kau lakukan. Tapi, ayah, ibu,
dan kakak laki-laki, serta sahabat dekat akan dilupakan, bagi
kebanyakan orang yang sering mengunjungi Bath. Kenikmatan
menghadiri pesta dansa dan menonton pertunjukan sandiwara,
serta melihat pemandangan keseharian juga akan menghilang."
Di sini percakapan mereka berakhir karena gerakan tariannya
sekarang menuntut mereka untuk mengalihkan perhatian.
Begitu mereka mengakhiri dansanya, Catherine merasa
dirinya diperhatikan dengan serius oleh seorang pria yang
berdiri di antara para tamu yang menonton kelompok dansa,
persis di belakang pasangan dansanya. Pria itu sangat tampan,
berwibawa, separuh baya, tapi masih terlihat gagah. Sementara
mata pria itu masih terarah kepadanya, Catherine melihat
Northanger Abbey 1tti. 99
pria itu segera bercakap-cakap dengan Mr. Tilney dengan
berbisik. Merasa bingung karena perhatian pria itu, sekaligus
merasa malu karena khawatir perhatiannya itu diakibatkan
oleh penampilan dirinya yang tidak layak, Catherine pun
memalingkan wajahnya. Namun saat berpaling, pria itu
bergerak mundur dan pasangannya yang datang menghampiri
berkata, "Aku tahu kau bisa menebak apa yang baru saja
ditanyakan padaku. Pria itu mengetahui namamu, dan kau
berhak untuk mengetahui namanya. Namanya George Tilney,
ayahku." Jawaban Catherine hanyalah "Oh!"-tapi "Oh"-nya ini
mengungkapkan segala hal yang perlu: perhatian pada kata?
kata pria itu, dan kepercayaan akan kebenarannya. Dengan
penuh minat dan rasa kagum yang besar, mata Catherine kini
mengikuti gerakan sang jenderal saat dia berjalan menerobos
orang banyak. "Betapa rupawannya anggota keluarga mereka!"
adalah ucapan Catherine dalam batin.
Sewaktu bercakap-cakap dengan Miss Tilney sebelum acara
malam itu berakhir, sumber kebahagiaan baru muncul dalam
diri Catherine. Dia belum pernah berjalan-jalan di pedesaan
sejak kedatangannya di Bath. Miss Tilney, yang sangat familier
dengan daerah di sekitar, menceritakan semua itu dengan cara
yang membuat Catherine juga sangat ingin mengenalnya. Dan
karena kekhawatiran Miss Tilney bahwa Catherine tidak dapat
menemukan seseorang untuk menemaninya, kakak-beradik
itu mengusulkan agar mereka ikut serta berjalan-jalan, di
suatu pagi nanti. "Aku
akan menyukainya," seru Catherine,
"melebihi apa pun di dunia. Dan jangan kita tunda lagi-ayo
100 " Jane Austen kita pergi besok." Hal ini segera disetujui, dengan satu syarat
dari Miss Tilney, jika tidak hujan, tapi Catherine merasa yakin
cuaca besok akan cerah. Pada pukul dua belas, mereka akan
menjemputnya di Pulteney Street; dan "lngadah, pukul dua
belas," menjadi ucapan perpisahannya dengan teman barunya
itu. Sementara temannya yang lain, temannya yang lebih
karib dan lebih tua, Isabella, yang bersamanya dia menikmati
pengalaman dua minggu yang bahagia dan berharga, Catherine
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hampir tidak melihatnya selama malam itu. Meskipun ingin
sekali menceritakan kebahagiaannya pada Isabella, Catherine
dengan riang menuruti permintaan Mr. Allen, yang mengajak
mereka pulang agak lebih awal. Jiwanya menari-nari di dalam
dirinya, seperti halnya dia merasakan sukacita di dalam kereta
sepanjang perjalanan pulang.O
Northanger Abbey 1tti. 101
f!iJ.fau:menghadirkan pagi yang terlihat sangat mendung.
Matahari hanya muncul sesaat, dan dari kondisi ini Catherine
meramalkan segala hal menyenangkan yang sesuai dengan
harapannya. Pagi hari yang cerah, pikirnya, biasanya akan
berubah menjadi hujan. Tapi, pagi yang berawan memprediksi
keadaan cuaca yang lebih cerah saat hari menjelang siang. Dia
meminta Mr. Allen memberikan dukungan atas harapannya,
tapi Mr. Allen, yang tidak dapat memprediksi kondisi cuaca,
enggan memberikan harapan pasti akan cuaca cerah. Catherine
pun beralih ke Mrs. Allen, dan pendapat Mrs. Allen lebih
positif. "Dia merasa sangat yakin hari ini akan menjadi hari
yang sangat menyenangkan, jika awan menghilang
matahari tetap bersinar."
dan Namun, sekirar pukul sebelas, rintik-rintik hujan yang
menerpa jendela tertangkap mata Catherine yang tekun
mengamati. "Oh, astaga, sepertinya akan hujan," diucapkan
olehnya dengan nada suara yang sangat putus asa.
"Bagaimana bisa?" ucap Mrs. Allen.
''.Aku tidak bisa jalan-jaJan hari ini," keluh Catherine.
"Tapi, mungkin cuacanya akan kembali cerah, atau akan
berhenti sebelum jam dua belas."
"Mungkin saja, tapi Sayang, keadaannya akan sangat
kotor." "Oh, itu tidak apa. Aku tidak masaJah menjadi kotor."
"Tidak," jawab temannya dengan sangat tenang. ''.Aku
tahu kau tidak pernah peduli dirimu menjadi kotor."
Setelah diam sejenak, "Hujannya tidak berhenti-henti!"
ujar Catherine, saat berdiri memperhatikan jendela.
"Ternyata benar. Kalau terus hujan, jaJanan akan jadi
sangat becek." "Ada empat payung yang bisa dipakai. Betapa aku bend
melihat payung!" "Memang merepotkan membawa-bawa payung. Aku lebih
suka selaJu bawa kursi."
"PadahaJ pagi tadi terlihat cerah! Aku sangat yakin
cuacanya akan cerah."
"Siapa pun akan beranggapan begitu. Hanya akan ada
segelintir orang di pump-room, kalau hujan turun sepanjang
pagi ini. Semoga saja Mr. Allen mau memakai mantel tebaJnya
Northanger Abbey 1tti. 103
saat kduar, tapi aku yakin dia eidak akan memakainya karena
dia lebih suka kduar tanpa maned eebal. Aku heran kenapa dia
tidak menyukainya, maned itu pasti terasa sangat nyaman."
Hujan terus turun, rintik-rintik eapi tidak deras. Setiap
lima menit Caeherine mendekati jam, seraya mengancam tiap
kali kembali berjalan ke arah jam, kalau masih tetap hujan
lima menit lagi, dia akan membatalkan rencananya. Jarum
jam menunjuk angka dua bdas, dan hujan masih saja turun.
"Kau tidak akan bisa kduar, Sayang.
"Aku bdum begitu putus asa. Aku tidak akan menyerah
sampai pukul dua belas lebih lima bdas menie. Sekarang
waktunya cuaca menjadi cerah, dan kurasa kelihatannya sedikit
lebih terang. Sudah pukul dua bdas lebih dua puluh menit,
dan sekarang aku benar-benar harus menyerah. Oh, andai
saja cuaca di sini seperti cuaca
di Udolpho, atau setidaknya
di Tuscany dan sdatan Prancis!
pada malam St. Aubin yang
malang itu meninggal!-cuaca yang indah!"
Pada pukul setengah satu, ketika kegusaran Catherine
terhadap cuaca sudah berakhir dan tidak ada gunanya lagi
baginya jika cuaca berubah, langit dengan sendirinya mulai
berangsur cerah. Pancaran cahaya maeahari membuacnya sangat
terkejut. Dia mdihat ke sekitar. Awan sudah menyingkir, dan
dia pun segera kembali ke jendda untuk mengamati dan merasa
bahagia. Sepuluh menit kemudian sudah bisa dipastikan bahwa
cuaca di siang hari akan cerah, dan membenarkan pendapat
Mrs. Allen, yang "sdalu berpikir cuacanya
akan cerah." Namun, bdum bisa dipastikan apakah Catherine mungkin
104 " Jane Austen masih mengharapkan kedatangan teman-temannya, apakah
Miss Tilney tidak terhalang hujan yang lebat.
Keadaan di jalan terlalu berlumpur bagi Mrs. Allen untuk
menemani suaminya; karenanya Mr. Allen pergi sendirian, dan
Catherine harnpir tidak melihatnya menyusuri jalanan ketika
perhatiannya tersita oleh kedatangan dua kereta terbuka yang
sudah dikenalinya, yang mengangkut tiga orang yang juga
telah sangat mengejutkannya beberapa hari lalu.
"Astaga, Isabella, kakakku, dan Mr. Thorpe! Mereka
mungkin datang untuk menjemputku, tapi aku tidak akan
pergi. Aku memang tidak bisa pergi karena Anda tahu Miss
Tilney mungkin masih akan datang." Mrs. Allen sependapat.
John Thorpe segera muncul di hadapan mereka, tapi suaranya
terdengar lebih dulu, karena saat menaiki tangga dia berteriak
memanggil Miss Morland agar bergegas. "Cepadah! Cepadah!"
seraya dia membuka pintu dengan sentakan. "Pakai topimu
kali ini-kita tidak punya waktu lagi-kita akan pergi ke
Bristol. Bagaimana kabarmu, Mrs. Allen?"
"Ke Bristol! Bukankah jaraknya jauh sekali"Tapi, aku tidak
bisa ikut denganmu hari ini karena aku sudah punya janji. Aku
sedang menanti-nantikan beberapa teman." Ucapannya ini
tentu saja sarna sekali tidak ditanggapi. Mrs. Allen dimohon
untuk mendukungnya, dan dua orang lainnya berjalan masuk,
untuk memberikan bantuan mereka. "Catherine-ku yang
manis, bukankah ini mengasyikkan" Kita akan menikmati
perjalanan naik kereta yang amat menyenangkan. Kau akan
berterima kasih pada kakakmu dan aku karena rencana ini.
Kami baru terpikir rencana itu saat sarapan, aku benar-benar
Northanger Abbey 1tti. 105
menyukainya. Dan, kita seharusnya berangkat dua jam lalu
kalau saja tidak turun hujan yang menyebalkan ini. Tapi itu
tidak masalah, malam hari akan bersinar terang, dan kita akan
menikmatinya dengan gembira. Oh, aku sangat gembira begicu
membayangkan udara pedesaan dan suasana tenangnya! Jauh
lebih baik daripada pergi ke Lower Rooms. Kita akan langsung
ke Clifton dan makan malam di sana. Dan setelah usai makan
malam, jika masih sempac, kica lanjut ke Kingswescon."
"Aku ragu kita bisa melakukan semua itu," kata Morland.
"Dasar kau!" seru Thorpe. "Kita
akan bisa melakukan sepuluh kali lebih banyak dari itu. Kingsweston! Ya, dan Kastel
Blaize juga, serta tempat lainnya yang kita kehendaki. Tapi,
adikmu ini malah berkata dia cidak akan ikut."
"Kastel Blaize?" seru Catherine. "Tempat apa itu?"
"Tempat paling bagus di lnggris-layak dikunjungi
dengan menempuh jarak delapan puluh kilometer."
"Apa, itu benar-benar kastel, kastel tua?"
"Tertua di kerajaan ini."
"Tapi, apakah seperti yang digambarkan di buku?"
"Persis-mirip sekali."
"Tapi, apa benar-benar-ada menara
dan balkon yang Iuas.?" "Banyak." "Kalau begitu aku ingin melihatnya, tapi aku tidak bisa.
Aku tidak bisa pergi."
"Tidak pergi! Temanku sayang, apa maksudmu?"
106 " Jane Austen ''.Aku tidak bisa pergi karena," menunduk seraya dia
berbicara, takut akan senyuman Isabella. ''.Aku menunggu
Miss Tilney dan kakaknya untuk menjemputku. Kami akan
jalan-jalan di pedesaan. Mereka berjanji akan datang pukul
dua belas, hanya saja tadi sempat hujan. Tapi karena sekarang
sudah cerah, aku yakin mereka akan datang sebentar lagi."
"Mereka tidak akan datang," seru Thorpe, "karena saat
kami berbelok ke Broad Street, aku melihat mereka. Dia naik
kereta terbuka dengan kuda berwarna cokelat kemerahan,
bukan?" ''.Aku sungguh tidak tahu."
"Ya, aku tahu dia naik itu. Aku melihatnya. Kau
membicarakan pria yang berdansa denganmu tadi malam,
bukan?" "Y:a." "Nah, aku melihatnya begitu
dia muncul di Lansdown Road, ditemani seorang gadis cantik."
"Sungguhkah?" "Ya, percayalah. Aku langsung bisa mengenalinya lagi, dan
kelihatannya dia juga punya kuda-kuda yang sangat bagus."
''Aneh sekali! Tapi, kukira mereka pikir kondisinya terlalu
berlumpur untuk berjalan-jalan."
"Yah, mungkin saja karena aku tidak pernah melihat
lumpur sebanyak itu. Berjalan-jalan! Kau malah sama sekali
tidak bisa berjalan. Belum pernah kondisinya berlumpur seperti
ini selama musim dingin. Di mana-mana tebal lumpurnya
setumtt." Northanger Abbey 1tti. 107
Isabella membenarkannya, "Catherine Sayang, kau tidak
bisa membayangkan kotornya lumpur itu. Ayolah, kau harus
ikut. Kau tidak menolak pergi sekarang."
"Aku ingin melihat kastel itu, tapi bisakah kita menjelajahi
semuanya" Bisakah kita menaiki setiap tangganya, dan masuk
ke setiap deretan karnar?"
"Ya, ya, setiap jengkalnya akan kita jelajahi."
"Tapi, bagaimana kalau mereka hanya akan keluar selama
satu jam sampai kondisi jalanan lebih kering, dan mampir
sebentar?" "Tenanglah, jangan khawatir, karena kudengar Tilney
berteriak pada seorang pria yang baru saja lewat dengan
menunggang kuda. Mereka akan pergi ke Wick Rocks."
"Kalau begitu aku akan ikut. Haruskah aku pergi, Mrs.
Allen?" "Pergilah kalau kau mau, Sayang."
"Mrs. Allen, Anda harus membujuknya agar pergi," adalah
seruan mereka bertiga, sehingga Mrs. Allen menurutinya: "Yah,
Sayangku," ujarnya, "kurasa kau harus pergi." Dan dalam waktu
dua menit mereka akhirnya berangkat.
Saat naik ke kereta, perasaan Catherine sangat tidak
menentu; terbagi antara penyesalan karena kehilangan
kesempatan menikmati kegembiraan besar, dan harapan akan
segera menikmati kesenangan yang lain. Perasaan-perasaan
itu dirasakannya sama besarnya, meskipun berbeda jenisnya.
Dia tidak dapat membayangkan kakak-beradik Tilney celah
berpura-pura dengan sangat baik di hadapannya. Mereka
108 " Jane Austen membatalkan janji mereka begitu saja, tanpa mengirim pesan
maaf kepadanya. Saat ini sudah lewat satu jam
dari waktu yang ditetapkan untuk memulai rencana jalan-jalan mereka.
Dan, meskipun dia tadi mendengar adanya timbunan lumpur
yang sangat banyak selama waktu itu, dari pengamatannya
sendiri mau tak mau dia berpikir bahwa perjalanan mereka
berjalan lancar. Merasa dirinya telah diabaikan oleh mereka
adalah ha! yang sangat menyakitkan. Di sisi lain, kesenangan
mengeksplorasi bangunan besar seperti Udolpho, seperti itulah
bayangannya akan Kastel Blaize, menjadi sesuatu yang bisa
menghiburnya. Mereka melewati Pulteney Street dengan cepat, dan
menyusuri Laura Place, tanpa banyak bercakap-cakap. Thorpe
berbicara pada kudanya, sedangkan Catherine merenung,
secara bergantian, tentang janji-janji yang tidak ditepati dan
pintu gerbang melengkung yang rusak, kereta beroda empat
dan hiasan gantung palsu, kakak-beradik Tilney clan pintu
kolong. Namun, begitu mereka memasuki Argyle Buildings,
dia dibangunkan oleh ucapan temannya, "Siapa gadis itu yang
menatapmu sangat serius sewaktu dia lewat?"
"Siapa" Di mana?"
"Di trotoar sebelah kanan-dia hampir tidak kelihatan
lagi sekarang." Catherine menoleh clan melihat Miss Tilney
yang menggandeng tangan kakaknya, sedang berjalan perlahan.
Dia melihat mereka berdua sama-sama balas memandangnya.
"Berhenti, berhenti, Mr. Thorpe," teriaknya dengan tidak sabar.
"ltu Miss Tilney. ltu benar
dia. Betapa teganya kau berkata
mereka sudah pergi" Berhenti, berhenti, aku
akan turun Northanger Abbey 1tti. 109
sekarang juga clan menghampiri mereka." Namun, tidak ada
gunanya dia berbicara. Thorpe hanya memacu kudanya hingga
berderap lebih cepat. Kakak-beradikTilney, yang segera tidak
lagi menatapnya, saat itu sudah tidak terlihat lagi
di dekat Laura Place. Sementara pada saat yang sama Catherine sendiri
sudah melewati pasar dengan cepat. Meskipun begitu, selama
menyusuri jalan berikutnya dia masih memohon pada pria itu
agar berhenti. "Ayo, berhentilah, Mr. Thorpe. Aku tidak bisa
pergi. Aku tidak akan pergi. Aku harus kembali ke Miss Tilney."
Namun, Mr. Thorpe hanya tertawa, mengibaskan cemetinya,
memacu kudanya, mengeluarkan suara-suara aneh, clan terus
mengemudikan keretanya. Dan Catherine, yang merasa
marah dan kesal serta tidak berdaya untuk meninggalkan
kereta, terpaksa menyerah dan pasrah. Tapi, omelannya masih
berlanjut. "Betapa teganya kau membohongiku, Mr. Thorpe"
Teganya kau berkata bahwa kau melihat mereka berkendara
menuju Lansdown Road" Aku tidak bisa membiarkan ha! seperti
ini terjadi. Mereka pasti berpikir ini sangat aneh, betapa tidak
sopannya aku! Juga melewati mereka tanpa berkata sepatah
kata pun! Kau tidak tahu betapa kesalnya aku. Aku tidak
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan bisa bersenang-senang di Clifton, juga di tempat lain.
Aku lebih suka, sepuluh ribu kali lebih suka, turun sekarang,
dan berjalan kembali ke mereka. Betapa teganya kau berkata
melihat mereka menaiki kereta?" Thorpe membela dirinya
dengan sangat berani, dengan menerangkan dia tidak pernah
melihat dua pria yang begitu mirip selama hidupnya, dan akan
sulit mengatakan kalau pria itu bukan Tilney.
110 " Jane Austen Perjalanan mereka, meskipun masalah itu sudah berakhir,
sangat tidak menyenangkan. Sikap menurut Catherine tidak
lagi sama seperti sebelumnya. Dia mendengarkan dengan sikap
enggan, dan jawabannya pun pendek-pendek. Kastel Blaize
tetap menjadi satu-satunya penghiburannya; untuk itulah, dia
masih bisa terlihat senang. Namun daripada merasa kecewa
akan gagalnya rencana jalan-jalan yang sudah dijanjikan,
dan terutama daripada dianggap buruk oleh kakak-beradik
Tilney, Catherine dengan senang hati akan melepaskan semua
kebahagiaan yang bisa diberikan tembok-tembok kastel. Rasa
bahagia saat berjalan menyusuri deretan panjang kamar?
kamar yang megah, yang memamerkan sisa-sisa perabotan
yang sangat bagus, meskipun kini sudah ditinggalkan selama
bertahun-tahun. Rasa bahagia karena langkah mereka saat
menelusuri kubah berliku-liku yang sempit dihentikan oleh
sebuah pintu rendah berjeruji. Atau bahkan rasa bahagia
karena lampu mereka, satu-satunya lampu mereka, menjadi
padam akibat embusan angin yang datang tiba-tiba, sehingga
mereka dibiarkan dalam keadaan gelap gulita. Sementara itu,
mereka melanjutkan perjalanan mereka tanpa mengalami
kesialan, dan sedang mendekati kota Keynsham yang sudah
tampak di kejauhan, ketika terdengar seruan dari Morland,
yang berada di belakang mereka, sehingga membuat temannya
itu menepi untuk mengetahui apa yang terjadi. Kereta yang
dikendarai Morland lalu bergerak mendekat, sehingga mereka
bisa bercakap-cakap. Morland berkata, "Kita sebaiknya kembaU,
Thorpe. Sekarang sudah terlalu sore untuk melanjutkan
perjalanan hari ini. Adikmu juga sependapat denganku. Kita
Northanger Abbey 1tei. Ill sudah berjalan tepat satu jam dari Pulteney Street, sekitar
sebelas kilometer. Dan, kurasa kita masih harus menempuh
sedikitnya tiga belas kilometer lagi. Tidak akan ada gunanya.
Kita berangkat terlalu siang tadi. Jauh lebih baik kita menunda
perjalanan ini di lain hari, dan berbalik."
"Bagiku sama saja," jawab Thorpe dengan sedikit marah,
dan dengan segera memutar kudanya. Mereka pun berjalan
pulang menuju Bath. "Kalau saja kakakmu tidak mengendarai binatang s-,"
katanya segera secelahnya, "kica mungkin bisa melanjutkan
perjalanan ini dengan sangac baik. Kudaku pasti akan berderap
sampai Clifton dalam waktu satu jam, jika kubiarkan dia terus
bergerak, dan aku radi nyaris saja mematahkan lenganku karena
harus menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba. Morland
itu bodoh karena tidak punya kuda dan keretanya sendiri."
"Tidak, dia tidak bodoh," ujar Catherine dengan tenang,
"karena aku yakin dia tidak mampu."
"Dan, mengapa dia tidak mampu?"
"Karena dia tidak punya cukup uang."
"Dan, salah siapakah itu?"
"Bukan salah siapa-siapa, itu yang kutahu." Thorpe lalu
mengatakan sesuatu dengan cara bicara yang keras dan kacau
yang sering kali didengungkannya tentang betapa s-menjadi
kikir. Dan jika orang yang punya banyak uang tidak mampu
membeli banyak hal, dia tidak cahu siapa yang bisa. Catherine
bahkan tidak berusaha untuk memahaminya. Merasa kecewa
akan bacalnya perjalanan yang akan menjadi penghiburan atas
112 " Jane Austen kekecewaan pertamanya, dia semakin tidak ingin bersikap
menyenangkan apalagi berharap ceman perjalanannya demi?
kian. Mereka pun kembali ke Pulteney Street tanpa banyak
berkata-kaca. Ketika Catherine memasuki rumah, pelayan memberita?
hunya bahwa tadi ada seorang pria dan wanita yang datang
dan menanyakannya beberapa menit setelah dia pergi. Bahwa,
sewaktu pelayan memberi tahu Catherine pergi bersama Mr.
Thorpe, si wanita menanyakan apakah ada pesan yang dititipkan
untuknya; dan saat pelayan menjawab tidak, si wanita mencari?
cari kartu nama, tapi katanya dia tidak membawanya, lalu
pergi. Sambil merenungkan kabar yang sangat menyedihkan
ini, Catherine menaiki tangga dengan perlahan. Di puncak
tangga, dia disambut Mr. Allen yang, karena sudah mendengar
alasan kepulangan mereka yang cepat, berkata, "Aku senang
kakakmu bersikap sangat bijak. Aku senang kau pulang.
Rencana perjalanan ini aneh dan keterlaluan."
Mereka semua melewatkan malam hari di tempat
keluarga Thorpe. Catherine merasa jengkel dan tidak ber?
semangat. Namun, Isabella campaknya menemukan banyak
bahan percakapan, karena takdir yang dijalaninya, dengan
berhubungan dekat dengan Morland, sesuatu hal yang sama
bagusnya dengan udara pedesaan yang tenang di tempat
penginapan di Clifton. Kepuasannya karena tidak berada di
Lower Rooms juga diungkapkan lebih dari sekali. "Betapa
aku mengasihani wanita-wanita malang yang pergi ke sana!
Betapa gembiranya aku tidak berada di antara mereka! Aku
ingin tahu apakah pesta dansanya berkostum lengkap atau
Northanger Abbey 1tti. 113
tidak! Mereka belum memulai dansanya. Aku tidak akan ada
di sana. Betapa senangnya bisa menikmati malam seperti ini.
Aku yakin pesta dansanya tidak akan menyenangkan. Aku tahu
keluarga Mitchell tidak akan dacang. Aku pasti mengasihani
semua orang yang datang. Tapi aku yakin, Mr. Morland, kau
ingin sekali ada di sana, bukan" Kau pasti begitu. Yah, jangan
biarkan siapa pun di sini menghalangimu. Aku yakin kami
akan baik-baik saja tanpamu, tapi kaum pria menganggap diri
kalian begitu pentingnya."
Catherine hampir bisa menyalahkan Isabella karena
diam-diam menghendaki dia menderita. Kesedihan Catherine
kelihatannya tidak menggusarkan pikirannya, dan penghiburan
yang diberikan Isabella sangat tidak berguna. "Jangan bodoh,
Sahabacku Sayang," bisiknya. "Kau akan membuatku sangat
sedih. Kejadian itu memang benar-benar mengejuckan.
Tapi, kakak-beradik Tilney-lah yang sepenuhnya bersalah.
Mengapa mereka tidak datang tepat waktu" Jalanan memang
berlumpur, tapi apakah itu penting" Kuyakin John dan aku
cidak akan mempersoalkannya. Aku tidak pernah peduli bila
harus menerobos halangan apa pun, jika demi seorang teman.
Begitulah diriku, dan John juga sama. Dia memiliki perasaan
yang sangat kuat. Astaga! Betapa kau mempunyai teman yang
sangat menyenangkan! Teman terbaik! Tidak pernah aku begitu
bahagia sepanjang hidupku! Aku jauh lebih suka kau yang
mendapatkannya daripada aku."
Dan sekarang, aku membiarkan tokoh utamaku berbaring
di dipan yang membuacnya terjaga, yang menjadi cakdir tokoh
utama yang sesungguhnya. Berbaring pada sebuah bantal
114 " Jane Austen yang ditaburi onak clan dibasahi air mata. Dan, dia mungkin
menganggap dirinya beruntung, jika dia dapat tidur nyenyak
lagi selama tiga bulan berikutnya. D
Northanger Abbey 1ttt. 115
11/J1u,, <74" "kata Catherine keesokan paginya, "apakah
salah kalau aku mengunjungi Miss Tilney hari ini" Aku tidak
akan bisa tenang sampai aku menjelaskan segalanya."
"Pergilah, tentu saja, Sayangku. Hanya saja kenakan gaun
putih. Miss Tilney selalu memakai warna putih."
Catherine menurutinya dengan gembira, dan berpakaian
dengan baik. Dia merasa lebih tidak sabar ketimbang saat
hendak pergi ke pump-room. Dia sebaiknya mencari tahu
tempat keluarga Tilney menginap karena rneski dia yakin
mereka tinggal di Milsom Street, dia tidak tahu pasti yang
mana rumah penginapannya. Pendapat Mrs. Allen yang
ragu-ragu hanya membuatnya lebih tidak menyakinkan.
Maka, menuju Milsom Streec-lah Catherine pergi. Setelah
memastikan nomor rumah penginapannya, dia bergegas
dengan langkah-langkah mantap disertai degup jantungnya
untuk melakukan kunjungan, menjelaskan kelakuannya, dan
dimaafkan. Dengan langkah cepat disusurinya halaman gereja,
dan dengan tekad kuat dialihkan pandangannya, sehingga dia
tidak harus melihat Isabella dan keluarganya, yang diyakininya
sedang berada di sebuah coko di dekat situ. Dia tiba di rumah
tujuan tanpa ada rintangan. Diperhatikannya nomor rumah
itu, lalu mengecuk pintu dan menanyakan Miss Tilney. Pria
yang membukakan pintu merasa Miss Tilney ada di rumah,
tapi dia tidak begitu yakin. Bersediakah Catherine memberikan
karcu namanya" Dia pun menyerahkan karcu namanya. Dalam
beberapa menic, si pelayan kembali. Dengan ekspresi wajah
yang tidak cukup memperkuat ucapannya, pria itu berkata
rupanya dirinya salah karena Miss Tilney sedang pergi. Dengan
perasaan sangat malu, Catherine meninggalkan rumah itu. Dia
hampir merasa yakin bahwa Miss Tilney ada di rumah, tapi
Miss Tilney terlalu sakit hati untuk mengizinkannya masuk.
Ketika kembali menyusuri jalan, dia tidak mampu menahan
diri untuk tidak melihat ke arah jendela ruang camu, dengan
harapan melihat Miss Tilney di sana, tapi tidak terlihat siapa
pun di sana. Namun di ujung jalan, dia menoleh ke belakang
lagi, lalu melihac Miss Tilney, bukan di jendela melainkan
keluar dari pintu. Di belakangnya menyusul seorang pria,
yang diyakini Catherine adalah ayahnya. Mereka mengarah
ke Edgar's Buildings. Dengan perasaan sangat sakit hati,
Catherine meneruskan langkahnya. Dia sendiri hampir bisa
merasa marah karena perlakuan tidak sopan itu. Namun,
dia merenungkan perasaan marahnya ini. Dia teringat akan
Northanger Abbey 1tti. 117
kebodohannya sendiri. Dia tidak tahu berapa sikap buruknya
itu bisa digolongkan menurut aturan kesopanan duniawi,
seberapa besar tingkat ketidaksediaan untuk memaafkan bisa
disebabkan oleh kesancunan, atau seberapa buruk kekasaran
sebagai balasan sehingga dapat diterimanya dengan baik.
Merasa sedih dan sakit hati, dia bahkan sempat terpikir
untuk tidak ikut bersama yang lain ke teater malam itu.
Namun, harus diakui bahwa mereka tidak akan tinggal lama
lagi karena dia segera mengingat kembali, pertama, bahwa
tidak ada alasan baginya untuk tinggal di rumah; dan kedua,
bahwa dia sangat ingin menonton sandiwara malam ini.
Maka, mereka semua pergi ke tearer. Keluarga Tilney tidak
kelihatan untuk mengganggu atau menyenangkan Catherine.
Dia menduga kegemaran menonton sandiwara tidak termasuk
di antara banyak keunggulan dari sebuah keluarga. Tapi,
mungkin mereka terbiasa dengan penampilan yang lebih
bagus di panggung pertunjukan di London, yang diketahui
Catherine berdasarkan nasihat Isabella, hal ini membuat
jenis pertunjukan lainnya terkesan "sangat mengerikan".
Catherine tidak teperdaya oleh harapannya sendiri untuk
bersenang-senang. Komedinya benar-benar menyingkirkan
kesusahannya sehingga tidak seorang pun, jika mengamatinya
selama berlangsungnya empat babak pertama, akan mengira
perasaannya sedang sedih sekali. Namun, ketika sekonyong?
konyong terlihat Mr. Henry Tilney dan ayahnya yang datang
bergabung dengan penonton di ruang duduk di seberang,
kegelisahan dan kesedihannya muncul kembali. Penampilan di
atas panggung tidak dapat lagi membangkitkan perasaan riang,
118 " Jane Austen tidak bisa lagi menarik fokus perhatiannya. Arah pandangannya
lebih banyak ditujukan ke ruang duduk di seberang. Dan
selama dua adegan, Catherine terus memperhatikan Henry
Tilney, tanpa sekali pun mampu menarik perhatiannya. Pria
itu tidak dapat lagi dicurigai bersikap acuh tidak acuh terhadap
suatu pertunjukan drama. Perhatiannya tidak pernah teralihkan
dari panggung selama berjalannya dua adegan. Tapi akhirnya,
pria itu melihat ke arahnya, dan dia menundukkan kepala-tapi
sekadar menunduk! Tanpa tersenyum, tanpa balas menatapnya.
Mata pria itu segera kembali mengarah ke panggung. Catherine
merasa sangat sedih. Hampir saja dia bisa berlari menuju ruang
duduk yang ditempati pria itu dan memaksanya agar mendengar
penjelasannya. Perasaan yang dirasakan Catherine lebih bersifat
wajar daripada heroik. Alih-alih menganggap harga dirinya
telah dilukai oleh sikap penghukuman ini-alih-alih dengan
bangganya benekad, karena merasa tidak bersalah, untuk
menunjukkan kemarahannya pada pria itu yang mungkin
menyimpan ragu akan ha! itu, membiarkan pria itu yang
berusaha meminta penjelasan, dan memberitahunya tentang
kejadian lalu hanya dengan menghindari pandangannya, atau
menggoda pria lain-Catherine justru menanggung sendiri
semua perasaan malu akibat kelakuan buruk itu, atau setidaknya
apa yang kelihatan, dan hanya menginginkan kesempatan
untuk menjelaskan perkaranya.
Pertunjukan sandiwaranya berakhir, urainya sudah
menutup. Henry Tilney tidak lagi terlihat di kursi yang tadi
didudukinya, tapi ayahnya masih duduk di sana. Mungkin pria
itu sekarang berjalan memutar menuju ruang duduk mereka.
Northanger Abbey 1tti. 119
Rupanya dugaan Catherine benar. Dalam beberapa menit
pria itu muncul, dan melewati barisan tempat duduk yang
tidak rapat, lalu berbicara dengan sikap santun yang tenang
kepada Mrs. Allen dan Catherine. Namun, pria itu dibalas
dengan sikap tidak tenang oleh Catherine, "Oh, Mr. Tilney,
aku ingin sekali bicara denganmu, dan meminta maaf. Kau
pasti menganggapku sangat tidak sopan. Tapi, sungguh itu
bukan kesalahanku sendiri, benar kan, Mrs. Allen" Bukankah
mereka berkata padaku kalau Mr. Tilney dan adiknya keluar
dengan menaiki kereta" Maka, aku bisa apa" Tapi, aku jauh
lebih suka bersamamu, benar kan, Mrs. Allen"
"Sayangku, kau membuat gaunku berantakan, adalah
jawaban Mrs. Allen. Namun penegasannya, yang tanpa dukungan ini,
tidaklah sia-sia. Wajah pria itu memperlihatkan senyuman
yang lebih ramah dan alami, dan dia menjawab dengan suara
yang terdengar agak tenang, "Kami sangat berterima kasih
padamu karena mengharapkan kami menikmati jalan-jalan
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang menyenangkan setelah kami berpapasan denganmu di
Argyle Street. Kau sangat baik sudah menoleh.
"Tapi, sungguh aku tidak mengharapkan begitu. Aku
tidak pernah terpikir hal demikian. Aku benar-benar memohon
agar Mr. Thorpe menghentikan keretanya. Aku menyuruhnya
berhenti begitu aku melihat kalian. lya kan, Mrs. Allen-Oh,
Anda tidak ada di sana, tapi sungguh itu benar. Dan kalau
saja Mr. Thorpe menghentikan keretanya aku akan melompat
turun dan mengejar kalian.
120 " Jane Austen Adakah seorang Henry di dunia yang dapat tidak
berperasaan terhadap pernyataan seperti itu" Setidaknya
bukan Henry Tilney. Dengan senyuman yang lebih manis,
pria icu mengatakan semua yang perlu dikatakan centang
keprihatinan, penyesalan, dan kepercayaan adiknya terhadap
harga diri Catherine. "Oh, jangan berkata Miss Tilney tidak
marah," seru Catherine, "karena aku tahu dia marah. Sebab
dia tidak mau menemuiku pagi tadi wakcu aku berkunjung.
Aku melihatnya keluar dari rumah beberapa menit setelah
aku meninggalkan tempat itu. Aku merasa sakit hati, tapi
tidak terhina. Mungkin kau tidak tahu aku datang ke sana."
"Aku tidak ada di rumah saat itu. Tapi, aku mendengarnya
dari Eleanor, dan dia sejak itu ingin sekali menemuimu, untuk
menjelaskan alasan sikapnya yang tidak sopan itu. Tapi,
mungkin aku juga bisa mewakilinya. ltu hanya karena ayahku
saja. Mereka saat itu hendak bersiap-siap uncuk keluar, dan
ayahku sedang terburu-buru. Dia tidak mau menundanya
lagi, sehingga membuat Eleanor harus berbohong. Icu saja,
percayalah. Eleanor merasa sangat kesal, dan bermaksud
meminta maaf padamu secepatnya."
Benak Catherine menjadi jauh lebih tenceram dengan
kecerangan ini, tapi ada rasa cemas yang masih menggelayut,
yang menyebabkan pertanyaan berikut diungkapkan kepada
pria itu, "Tapi, Mr. Tilney, mengapa kau kurang bermurah
hati dibanding adikmu" Jika adikmu merasa yakin dengan niat
baikku, dan bisa menduganya hanya sebagai suacu kesalahan,
mengapa kau bersikap seolah tersinggung?"
"Aku.I 'Jiersmggung.I"
Northanger Abbey 1tti. 121
"Ya, aku merasa yakin dengan tatapanmu, sewaktu kau
masuk ke ruang duduk, kau terlihat marah."
"Aku marah! Aku tidak berhak untuk marah."
"Yah, siapa pun yang melihat wajahmu tidak ada yang
akan mengira kau tidak berhak marah." Pria itu membalasnya
dengan meminta Catherine bergeser agar dia bisa duduk, dan
mereka membicarakan sandiwara yang baru berlangsung.
Pria itu tetap bersama mereka beberapa lama, sehingga
membuat Catherine cukup senang jika pria itu pergi. Namun
sebelum mereka berpisah, disepakati bahwa rencana jalan?
jalan berikutnya harus dilakukan secepat mungkin. Dengan
mengesampingkan kesedihannya karena pria itu meninggalkan
ruang duduk mereka, Catherine merasa menjadi salah satu
wanita paling bahagia di dunia.
Saat bercakap-cakap, Catherine mengamati dengan
sedikit terkejut bahwa John Thorpe, yang tidak pernah duduk
bersama di ruang yang sama selama sepuluh menit, sedang
asyik berbicara dengan Jenderal Tilney. Catherine merasa lebih
terkejut ketika menyadari dirinyalah yang menjadi maksud
perhatian dan percakapan mereka. Apa yang mungkin mereka
katakan tentang dirinya" Dia khawatir Jenderal Tilney tidak
menyukai penampilannya. Dia menyimpulkan demikian dari
tindakan sang jenderal yang menghalangi Catherine bercemu
dengan putrinya, alih-alih menunda perjalanannya sendiri
selama beberapa menit. "Bagaimana Mr. Thorpe bisa mengenal
ayahmu?" adalah pertanyaannya yang menggelisahkan, seraya
dia menunjukkan Jenderal Tilney dan Mr. Thorpe pada
122 " Jane Austen temannya itu. Mr. Tilney tidak tahu, capi ayahnya, seperti
anggota militer lainnya, memiliki banyak sekali kenalan.
Ketika pertunjukan itu berakhir, Thorpe datang untuk
mengantar mereka keluar. Catherine segera menjadi sasaran
kesantunannya. Sewaktu mereka menunggu kereca di Jobi,
Thorpe menghalangi pertanyaan yang nyaris saja hendak
dilontarkan Catherine, dengan bercanya dengan sikap angkuh,
apakah Catherine melihatnya berbicara dengan Jenderal Tilney.
"Dia pria tua yang baik, percayalah! Gagah, penuh semangat.
Penampilannya semuda putranya. Aku sangat menghormatinya.
Pria paling baik dan santun."
"Tapi, bagaimana kau bisa mengenalnya?"
"Mengenalnya! Hanya ada segelintir orang di kota ini yang
tidak aku kenal. Aku selalu bertemu dengannya di Bedford,
dan aku mengenal wajahnya lagi hari ini begitu dia masuk ke
ruang biliar. Ngomong-ngomong, dia itu salah satu pemain
terbaik kami. Kami pernah bercakap-cakap sebentar, meskipun
awalnya aku agak takut padanya: kemungkinannya sangat kecil
bagiku untuk berkomunikasi dengannya, kalau saja aku tidak
melakukan salah satu tembakan paling jitu yang mungkin
pernah terjadi di dunia ini. Persisnya aku memasukkan bolanya,
tapi aku tidak bisa membuatmu paham tanpa meja biliar.
Yang pasti, aku mengalahkannya. Pria yang sangat baik, dan
sangat kaya. Aku ingin makan malam dengannya, dia pasti
menghidangkan makan malam yang mewah. Tapi, menurutmu
apa yang tadi kami bincangkan" Kau. Ya, sungguh! Dan sang
jenderal berpendapat kau gadis tercantik di Bath."
"Oh, omong kosong! Bagaimana kau bisa berkata begitu?"
Northanger Abbey 1tti. 123
"Dan menurutmu apa yang kukatakan?" Suaranya
direndahkan, "Benar, Jenderal, kataku. Saya sependapat dengan
Anda." Sampai di sini Catherine, yang merasa tidak bahagia
dikagumi oleh Thorpe dibanding saat dikagumi oleh Jenderal
Tilney, tidak menyesal dipanggil oleh Mr. Allen. Namun,
Thorpe menemani Catherine menuju keretanya. Dan sampai
wanita itu menaiki kereta, Thorpe terus menyampaikan puji?
pujian yang berlebihan, meskipun Catherine memohonnya
agar berhenti melakukannya.
Kenyataan bahwa Jenderal Tilney pasti mengagumi
Catherine, alih-alih membencinya, merupakan hal yang sangat
menggembirakan. Catherine pun dengan bahagianya berpikir
bahwa tidak ada satu pun anggota keluarga Tilney yang kini
perlu ditakutinya untuk bertemu. Malam itu berjalan sangat,
sungguh amat baik bagi Catherine daripada yang pernah bisa
diharapkan. 0 124 " Jane Austen " ?" " tt(a&, Kantis, Jumat, dan Sabtu kini telah
berlalu di hadapan pembaca. Peristiwa dari hari ke hari,
harapan dan ketakutannya, rasa malu dan kegembiraan, telah
diuraikan secara terpisah. Hanya kepedihan hari Minggu-lah
yang sekarang masih perlu digambarkan, dan menutup pekan.
Rencana pergi ke Clifton ditunda, bukannya dibatalkan; dan
pada saat jalan-jalan menyusuri Crescent di sore hari itu,
rencana ini kembali dibicarakan. Dalam percakapan pribadi
antara Isabella dan James, di mana Isabella khususnya relah
bertekad untuk pergi sedangkan James sangat berkeinginan
unruk menyenangkan gadis itu, disepakatilah bahwa mereka
akan pergi besok pagi jika cuacanya mendukung. Mereka
akan berangkat pagi-pagi sekali agar tidak terlalu malam tiba
kembali di rumah. Masalah itu pun diputuskan, dan Thorpe
sudah menyetujui. Hanya Catherine saja yang perlu diberi
tahu tentang rencana ini. Dia meninggalkan mereka beberapa
menit uncuk bicara dengan Miss Tilney. Dalam jangka wakcu
itu rencana ke Clifton sudah selesai didiskusikan, dan begitu
Catherine datang kembali, dia dimintai persetujuan. Namun
alih-alih memberikan persetujuan dengan rasa gembira
sebagaimana diharapkan Isabella, Catherine terlihat murung,
merasa sangat menyesal, karena dia tidak bisa pergi. Janji
yang seharusnya menghalangi Catherine menerima ajakan
sebelumnya tidak memungkinkan baginya uncuk menemani
mereka sekarang. Dia saat itu sudah berdiskusi dengan Miss
Ttlney untuk berjalan-jalan besok. Rencana ini celah ditecapkan,
dan dia tidak akan membacalkannya demi alasan apa pun.
Namun, kakak-beradik Thorpe dengan gigih meminta agar
Catherine harus dan seharusnya membatalkan rencana jalan?
jalannya itu. Mereka harus pergi ke Clifton besok. Mereka tidak
akan pergi tanpanya. Tidak akan jadi masalah apabila menunda
rencana yang hanya berupa jalan-jalan untuk hari berikutnya
lagi, dan mereka tidak bersedia mendengar adanya penolakan.
Catherine merasa sedih, tapi tidak menyerah. "Jangan paksa
aku, Isabella. Aku sudah berjanji pada Miss Tilney. Aku tidak
bisa ikut." Ucapannya ini sia-sia saja. Argumen yang sama
lagi-lagi menyerbunya. Dia harus pergi, dia seharusnya pergi,
dan mereka tidak mau mendengar penolakan. "Sangat mudah
berkata pada Miss Tilney kalau kau baru saja teringat akan
janji sebelumnya, dan meminta agar menunda jalan-jalannya
sampai Selasa." "Tidak, itu tidak akan mudah. Aku tidak bisa
melakukannya. Tidak ada janji sebelumnya." Tapi, Isabella
126 " Jane Austen justru menjadi semakin mendesak, memohon padanya dengan
sikap yang penuh kasih sayang, memanggilnya dengan nama
yang tersayang. Dia yakin Catherine tersayang dan termanisnya
tidak akan sungguh-sungguh menolak permintaan sepele ini
kepada seorang teman yang begitu mencintainya. Dia tahu
Catherine tercintanya memiliki hati yang amat baik, sifat
yang sangat manis, yang begitu mudahnya dibujuk oleh
orang-orang yang dia kasihi. Namun, semuanya percuma
saja. Catherine merasa dirinya benar, dan meskipun sedih
karena menerima permohonan yang begitu lembut, begitu
menyanjung-nyanjung, dia tidak dapat membiarkan ha! itu
memengaruhinya. Isabella lalu mencoba cara lain. Dia mencela
Catherine karena lebih sayang pada Miss Tilney, walau dia
belum begitu mengenalnya, ketimbang teman-teman lama
dan terbaiknya, dengan bersikap makin dingin dan acuh tak
acuh terhadap dirinya. "Aku mau tak mau menjadi cemburu,
Catherine, ketika aku melihat diriku diabaikan demi orang?
orang asing, aku, yang amat sangat mencintaimu! Jika aku
sudah mencurahkan kasih sayangku, tidak ada ha! lain yang
dapat mengubahnya. Tapi, aku yakin perasaanku lebih kuat
daripada perasaan orang lain. Kuyakin perasaan itu terlalu
kuat untuk ketenteraman jiwaku sendiri. Dan melihat diriku
digantikan dalam tali pertemananmu dengan orang-orang
asing, kuakui, itu sungguh melukai perasaanku. Kakak-beradik
Til.ney ini kelihatannya menghapus segalanya."
Catherine berpendapat bahwa celaannya ini aneh sekaligus
kasar. Kalau begitu apakah seorang teman harus mengungkapkan
perasaannya di hadapan orang lain" Baginya, Isabella terlihat
Northanger Abbey 1tti. 127
tidak baik dan egois, yang hanya memperharikan kepuasannya
sendiri. Pemikiran-pemikiran menyakitkan ini rerlintas di
benaknya, tapi dia tidak mengutarakannya. Sementara itu,
Isabella telah mengusapkan saputangannya ke macanya. Dan
Morland, yang tidak senang melihat pemandangan ini, merasa
tidak tahan lagi sehingga berkata, uYa, Catherine. Kurasa kau
tidak bisa lagi bersikukuh sekarang. Pengorbanannya tidak
banyak. Dan untuk berterima kasih pada seorang teman seperti
ini, kupikir kau sangat tidak baik bila masih menolak."
lnilah kali pertama kakaknya secara terbuka tidak berpihak
padanya. Karena ingin sekali menghindari perasaan tidak
senangnya itu, Catherine mencoba berkompromi. Jika mereka
bersedia menunda rencana mereka hingga hari Selasa, yang
bisa dengan mudah mereka lakukan, karena
hal ini hanya bergantung pada mereka sendiri, Catherine dapat pergi bersama
mereka, dan karenanya semua orang bisa merasa puas. Namun
"Tidak, tidak, tidak!" adalah jawaban yang segera diloncarkan,
"itu tidak bisa karena Thorpe tidak tahu apakah dia bisa pergi
ke kota pada hari Selasa." Catherine meminta maaf, tapi
tidak dapat berbuat lebih dari itu. Suasananya pun menjadi
hening sejenak, yang dipecahkan oleh Isabella. Dengan nada
kesal, dia berkata, "Baiklah, kalau begitu kebersamaan kita
berakhir. Kalau Catherine tidak pergi, aku juga tidak bisa. Tidak
mungkin aku satu-satunya wanita yang ikut. Dengan alasan
apa pun juga, aku tidak akan melakukan hal yang tidak patut."
"Catherine, kau harus pergi," kata James.
128 " Jane Austen "Mengapa Mr. Thorpe tidak bisa mengajak salah satu adik
perempuannya yang lain" Aku yakin salah satu dari mereka
akan senang dapat pergi."
"Makasih, ya," seru Thorpe, "tapi aku tidak datang ke
Bath untuk berjalan-jalan dengan adik-adikku, dan terlihat
seperti orang bodoh. Tidak, jika kau tidak pergi, s-kalau aku
sampai pergi. Aku hanya pergi demi berjalan-jalan denganmu."
"Itu pujian yang tidak memberiku rasa senang." Namun,
kata-katanya itu tidak dihiraukan Thorpe, yang tiba-tiba berlalu
perg1. Tiga orang lainnya masih terus bersama, berjalan dengan
sikap yang amat tidak nyaman bagi Catherine yang malang.
Kadang tidak ada kata yang terucap, kadang dia lagi-lagi
diserang dengan permohonan atau celaan, dan tangannya
masih menggandeng tangan Isabella, meskipun hati mereka
sedang berperang. Di satu waktu dia merasa terbujuk, di lain
waktu merasa jengkel. Selalu saja merasa sedih, tapi senantiasa
kukuh pendiriannya. "Tidak kukira kau begitu keras kepala, Catherine," ujar
James. "Kau tidak biasanya begitu sulit dibujuk. Oulu kau
adik perempuanku yang paling manis dan lembut."
"Kuharap sekarang aku masih sama," jawabnya, dengan
penuh perasaan. "Tapi sungguh, aku tidak bisa pergi. Jika
aku salah, aku hanya melakukan apa yang kuyakini benar."
"Kukira," kata Isabella, dengan suara rendah, "tidak ada
dilema yang besar." Northanger Abbey 1tti. 129
Catherine merasa tersinggung. Tangannya dirarik, dan
Isabella tidak memprotes. Sepuluh menit pun berlalu lama,
hingga mereka kembali disusul oleh Thorpe, yang menghampiri
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka dengan wajah lebih riang. Karanya begini, "Nah, aku
sudah bereskan masalahnya, dan sekarang kita semua dapat
pergi besok dengan hati nyaman. Aku tadi menemui Miss
Tilney, dan meminta maaf karena kau tidak dapat pergi
dengannya." "Kau tidak menemuinya!" seru Catherine.
"Percayalah, aku menemuinya. Baru saja meninggalkannya.
Aku berkata kalau kau menyuruhku berkata bahwa karena baru
saja teringat janji sebelumnya untuk pergi ke Clifton bersama
kami besok, kau tidak bisa berjalan-jalan dengannya sampai
hari Selasa. Dia berkara tidak masalah, Selasa sama bagusnya
buatnya. Jadi, semua masalah kita sudah heres. ldeku cukup
bagus, bukan?" Wajah Isabella kembali menampilkan senyumannya dan
ekspresi riang, serta James juga kembali rampak bahagia.
"Gagasan yang amat bagus! Nah, Catherine Sayang, semua
kesusahan kita berakhir. Kau bebas dengan hormat, dan kita
akan menikmati kegiatan yang sangat menyenangkan."
"Tidak bisa begini," ujar Catherine. "Aku tidak bisa
menyetujuinya. Aku harus segera mengejar Miss Tilney dan
memberi tahu yang sebenarnya."
Namun, Isabella memegang satu rangan Catherine,
dan Thorpe mencengkeram tangan lainnya. Protes terlontar
dari ketiganya. Bahkan, James merasa sangat marah. Ketika
130 " Jane Austen segalanya sudah heres, ketika Miss Tilney sendiri berkata bahwa
dia setuju rencananya diganti menjadi hari Selasa, agaknya
konyol, sangat tidak masuk aka!, apabila masih ada penolakan.
"Aku tidak peduli. Mr. Thorpe tidak berhak mengarang?
ngarang pesan semacam itu. Jika kupikir baik untuk
membatalkan rencana itu, aku sendiri yang seharusnya bicara
dengan Miss Tilney. Cara ini lebih kasar. Bagaimana aku
bisa tahu Mr. Thorpe berbuat-Dia mungkin salah mengira
lagi. Dia membuatku melakukan satu tindakan kasar karena
kesalahannya pada hari Jumat. Lepaskan aku, Mr. Thorpe.
Isabella, jangan pegang aku."
Thorpe memberitahunya bahwa akan sia-sia mengejar
kakak-beradik Tilney. Mereka berbelok ke Brock Street, sewaktu
dia menyusul mereka, dan sudah tiba di rumah saat ini.
"Kalau begitu, aku akan menyusul mereka," kata Catherine.
"ke mana pun mereka pergi, aku akan menyusulnya. Tidak
ada gunanya berbicara. Jika aku tidak bisa dibujuk untuk
melakukan apa yang kuanggap salah, aku tidak akan pernah
teperdaya." Dan dengan kata-kata ini dia melepaskan diri dan
bergegas pergi. Thorpe hendak berlari mengejarnya, apabila
Morland tidak menahannya. "Biarkan dia pergi, biarkan dia,
jika dia ingin pergi. Dia keras kepala seperti-"
Thorpe tidak menyelesaikan kalimat kiasannya karena
tentu saja kalimat itu tidak mungkin pantas diucapkan.
Catherine melangkah dengan perasaan sangat gelisah,
secepat yang bisa dilakukannya saat menerobos orang banyak.
Dia merasa takut dikejar, tapi bertekad untuk terus berjalan.
Northanger Abbey 1tti. 131
Saat berjalan, dia merenungkan apa yang telah berlalu.
Menyakitkan baginya telah mengecewakan clan menjengkelkan
mereka, terutama membuat kakaknya jengkel. Namun, dia
tidak dapat menyesali penolakannya. Terlepas dari kehendak
hatinya itu, mengingkari janjinya kepada Miss Tilney untuk
kedua kalinya, membatalkan sebuah janjiyang dibuatnya sendiri
hanya berselang lirna menit sebelumnya, clan juga dengan
alasan yang tidak benar, sudah pasti salah. Dia tidak menolak
mereka hanya karena pendirian egoisnya saja, dia tidak hanya
mempertimbangkan kesenangannya sendiri. Apalagi mengingat
kegembiraan yang akan didapat dari perjalanan itu sendiri,
dari melihat-lihat Kastel Blaize. Tidak, dia memperhatikan apa
yang pantas bagi orang lain, clan karakternya sendiri dalam
pandangan mereka. Narnun, keyakinannya karena berbuat
benar tidak cukup mengembalikan rasa tenangnya. Dia
baru dapat merasa tenang bila telah berbicara dengan Miss
Tilney. Karenanya langkahnya dipercepat ketika dia melewati
Crescent. Dia hampir berlari rnenempuh jarak yang tersisa
hingga mencapai ujung Milsom Street. Begitu cepat jalannya
sehingga meskipun kakak-beradikTilney berjalan lebih
Catherine melihat mereka. Sementara si pelayan masih berdiri
di pintu yang terbuka, Catherine hanya bersopan santun dengan
mengatakan bahwa dia harus berbicara dengan Miss Tilney saat
itu, clan diantar segera oleh si pelayan menuju lantai atas. Lalu,
begitu membuka pintu pertama
di depannya, yang rupanya
menjadi pilihan yang tepat, Catherine segera menyadari dirinya
berada di ruang tarnu bersama Jenderal Tilney, anak laki-laki
132 " Jane Austen dan anak perempuannya. Dia memberikan penjelasan dalam
waktu singkat. Karena kegelisahan dan napasnya yang tersengal?
sengal, penjelasannya disampaikan dengan kurang baik. "Aku
datang dengan sangat tergesa-gesa. Semua itu adalah sebuah
kesalahan. Aku tidak pernah berjanji untuk pergi. Aku berkata
pada mereka sejak awal kalau aku tidak bisa pergi. Aku berlari
secepat mungkin untuk menjelaskan ini. Aku tidak peduli apa
yang kalian pikirkan tentang diriku. Aku tidak akan menunggu
pelayan." Meskipun tidak dijelaskan dengan sempurna melalui
ucapannya ini, urusan ini tidak lagi menimbulkan kebingungan.
Catherine mengetahui bahwa John Thorpe memang telah
menyampaikan pesan itu, dan Miss Tilney tidak segan?
segan mengakui dirinya sangat kaget dengan pesan itu. Tapi,
mengenai apakah kakak laki-lakinya masih menyimpan
rasa marah, Catherine sama sekali tidak tahu meskipun dia
secara naluriah memusatkan perhatiannya pada kedua orang
itu saat menjelaskan keadaan yang sesungguhnya. Apa pun
yang mungkin dirasakan sebelum kedatangannya, pernyataan
antusiasnya segera membuat setiap tatapan dan ucapan yang
diterimanya terdengar ramah.
Persoalan itu akhirnya terselesaikan dengan baik. Dia
diperkenalkan oleh Miss Tilney kepada ayahnya, dan disambut
olehnya dengan sikap spontan, santun, dan penuh perhatian
seperti yang seingatnya pernah digambarkan Thorpe. Hal
ini membuatnya berpikir dengan rasa senang bahwa Thorpe
kadang bisa juga dipercaya. Sikap sang jenderal sungguh
amat santun, sampai-sampai tidak menyadari ketergesa-
Northanger Abbey 1tti. 133
gesaan Cacherine saat memasuki rumah icu. Sang jenderal
justru sangat marah cerhadap si pelayan karena kelalaiannya
telah membuat Catherine membuka sendiri pintu rumahnya.
"Apa maksudnya William berbuat demikian" Dia seharusnya
memascikan menanyakan masalah ini." Dan jikalau Catherine
tidak menegaskan ketidakbersalahan si pelayan dengan sangat
sopan, kelihatannya William akan tidak disukai majikannya
selamanya, jika tidak dipecat, gara-gara tindakan Catherine
yang terburu-buru. Setelah duduk bersama mereka selama lima belas menit,
Catherine bangkit hendak pulang. Dia lalu dikejutkan dengan
permintaan Jenderal Tilney untuk menemani putrinya makan
malam dan melewatkan sisa hari itu bersamanya. Miss Tilney
juga mengatakan keinginannya sendiri. Catherine sungguh
amac berterima kasih, capi
Mr. dan Mrs. Allen dia tidak dapac memenuhinya.
akan mengharapkan kepulangannya
saat ini juga. Sang jenderal tidak dapat berkata apa-apa lagi.
Tuncutan Mr. dan Mrs. Allen tidak akan tergantikan, tapi di
lain hari dia percaya, jika bisa diberikan waktu luang lebih
lama, mereka tidak akan menolak mengizinkan Catherine
bersama temannya. "Oh, tidak. Saya yakin mereka tidak
akan keberatan, dan saya akan sangat senang bisa datang.''
Sang jenderal sendiri yang menemani Catherine hingga ke
pintu depan, seraya mengatakan segala hal yang sopan saat
mereka menuruni tangga. Dia mengagumi keluwesan Catherine
berjalan, yang dapat disamakan dengan semangatnya ketika
berdansa. Dan sewaktu mereka berpisah, sang jenderal
134 " Jane Austen menundukkan kepalanya dengan cara paling elegan yang
pernah dilihat Catherine.
Senang dengan semua hal yang telah berlalu, Catherine
berjalan dengan riang menuju Pulteney Street. Dia melangkah
dengan sangat luwes, meskipun hal itu tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Dia tiba di rumah tanpa berjumpa lagi dengan
teman-temannya yang sakit hati. Sekarang setelah dia merasa
riang sepanjang perjalanan tadi, telah menjelaskan duduk
perkaranya, dan memastikan rencana jalan-jalannya, dia
mulai (karena semangatnya yang menggebu-gebu surut)
meragukan apakah tindakannya ini sungguh-sungguh benar.
Suatu pengorbanan selalu mulia. Dan andaikan permohonan
mereka dipenuhinya, dia tentunya akan terbebas dari pikiran
menyedihkan bahwa ada seorang teman yang merasa tidak
senang, kakak laki-laki yang marah, dan rencana bersenang?
senang yang hancur, mungkin karena caranya. Untuk
menenangkan pikirannya dan memastikan benar tidaknya
tindakannya itu menurut pendapat seseorang yang tidak
berpihak, Catherine menggunakan kesempatan untuk mengatakan di depan Mr. Allen tentang rencana kakaknya
dan kakak-beradik Thorpe untuk esok hari. Mr. Allen langsung
menanggapinya, "Nah," ujarnya, "dan kau juga ingin pergi?"
"Tidak. Aku sudah berjanji untuk berjalan-jalan dengan
Miss Tilney sebelum mereka memberitahuku soal rencana itu.
Maka itulah, Anda tahu aku tidak bisa pergi dengan mereka,
bukan?" "Tidak, tentunya tidak. Dan aku senang kau tidak ingin
pergi. Rencana ini sama sekali tidak baik. Pria dan wanita muda
Northanger Abbey 1tti. 135
berjalan-jalan mengelilingi pedesaan dengan kereta terbuka!
Kadang itu sangat baik, tapi pergi ke rumah penginapan dan
tempat umum bersama-sama! ltu tidak benar, dan aku ragu
Mrs. Thorpe akan mengizinkannya. Aku senang kau tidak ingin
pergi. Kuyakin Mrs. Morland tidak akan senang. Mrs. Allen,
bukankah kau sependapat denganku" Bukankah menurutmu
rencana ini tidak dapat disetujui?"
"Ya, sungguh tidak bisa disetujui. Kereta terbuka itu sangat
tidak menyenangkan. Dalam waktu Hrna menit gaun yang
bersih akan langsung kotor. Kau akan terciprat saat menaiki
dan menuruninya. Belum lagi angin meniupkan rambutmu
dan topimu ke segala arah. Aku sendiri benci kereta terbuka."
"Aku tahu kau membencinya, tapi bukan itu maksud
pertanyaannya. Bukankah menurutmu akan terlihat aneh jika
wanita-wanita muda sering diantar dengan kereta oleh pria?
pria muda, apalagi mereka tidak berhubungan?"
"Ya, Sayang, sungguh akan terlihat sangat aneh. Aku tidak
sanggup melihatnya."
"Madam yang baik," seru Catherine, "lalu mengapa
Anda tidak berkata begitu padaku sebelumnya" Aku yakin
jika aku tahu hal itu tidak patut, aku sama sekali tidak akan
pergi dengan Mr. Thorpe. Aku selalu berharap Anda bersedia
memberitahuku, jika Anda pikir aku berbuat salah."
"Seharusnya aku memang begitu, Sayangku, percayalah.
Karena seperti yang aku pernah katakan pada Mrs. Morland saat
berpisah, aku akan selalu berusaha sebaik mungkin menjagamu.
Tapi, seseorang tidak boleh cerewet. Anak muda tetaplah anak
136 " Jane Austen muda, seperti yang dikatakan ibumu sendiri. Kau tahu aku
ingin agar kau, saat kita kali pertama tiba, tidak membeli gaun
katun bermotif ranting itu, tapi kau tetap membelinya. Anak
muda tidak suka selalu dihalang-halangi."
"Tapi, masalah ini konsekuensinya nyata, dan kurasa Anda
tidak akan sulit membujuk aku."
"Sampai sejauh ini, tidak terjadi sesuatu yang merugikan,"
kata Mr. Allen. "Dan aku hanya akan menasihatimu, Sayang,
jangan pernah pergi lagi dengan Mr. Thorpe."
"ltulah yang akan kukatakan," imbuh s
i trinya. Meskipun merasa lega, Catherine mengkhawatirkan
Isabella. Setelah berpikir sesaat, dia bertanya pada Mr. Allen
apakah sebaiknya dia menulis surat kepada Miss Thorpe, dan
menjelaskan betapa dia pasti tidak menyadari ketidakpatutan
tindakannya itu karena mengingac Isabella mungkin akan pergi
ke Clifton keesokan harinya. Namun, Mr. Allen mencegahnya
berbuat demikian. "Lebih baik kau biarkan dia, Sayang. Dia itu
sudah cukup dewasa untuk mengetahui apa yang dilakukannya,
dan kalaupun tidak, dia punya ibu yang dapac menasihacinya.
Mrs. Thorpe memang terlalu memanjakan. Meskipun begitu,
kau lebih baik tidak ikut campur. Dia dan kakakmu memilih
untuk pergi, dan kau hanya akan memicu rasa bend."
Catherine menurut. Meskipun merasa sedih karena Isabella
akan berbuat salah, dia merasa sangat lega dengan dukungan
Mr. Allen terhadap tindakannya sendiri, dan sungguh-sungguh
bergembira karena nasihat Mr. Allen menjaganya dari bahaya
akibac berbuac kesalahan seperti itu. Terluputnya dia dari
Northanger Abbey 1tti. 137
kemungkinan menjadi salah satu rombongan yang pergi ke
Clifton kini benar-benar menjadi berkah; karena apa yang akan
dipikirkan keluargaTilney tentang dirinya, jika dia mengingkari
janjinya pada mereka uncuk berbuat sesuacu yang juga salah.
Jika dia bersalah karena satu pelanggaran susila, hanya akan
membuatnya bersalah acas pelanggaran yang lain"D
138 " Jane Austen ?" tampak cerah, dan Catherine hampir
mengharapkan adanya serangan lain dari teman-temannya.
Dengan dukungan Mr. Allen, dia merasa tidak takut bila ha!
itu terjadi. Namun, dia dengan senang hati akan menghindari
pertentangan, di mana kemenangan itu sendiri terasa
menyakitkan, dan karenanya dia sungguh gembira tidak melihat
atau mendengar apa pun tentang mereka. Kakak-beradik
Tilney menjemputnya pada waktu yang ditetapkan. Tidak ada
kesulitan baru yang muncul, tidak ada ha! yang tiba-tiba baru
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diingat, tidak ada panggilan yang tidak diduga-duga, tidak ada
gangguan yang menggagalkan kegiatan mereka, tokoh utama
wanitaku sungguh mampu memenuhi janjinya, meskipun ha!
itu dimungkinkan berkat sang tokoh utama prianya. Mereka
memutuskan berjalan-jalan mengitari Beechen Cliff. Bukit
indahnya dengan keindahan tetumbuhan menghijau dan
belukar yang menggelantung membuatnya tampak begitu
mencolok dari hampir semua lahan terbuka di Bath.
"Aku tidak pernah bisa memandangnya," kata Catherine,
ketika mereka berjalan menyusuri tepian sungai, "tanpa
membayangkan wilayah selatan Prancis."
"Kau rupanya sudah pernah ke luar negeri?" ujar Henry,
agak terkejut. "Oh, tidak, aku hanya bermaksud dari apa yang pernah
kubaca. Pemandangan ini selalu mengingatkanku akan negeri
yang dilintasi Emily dan ayahnya, di Mysteries ofUdolpho. Tapi,
aku yakin kau tidak pernah membaca novel?"
"Mengapa tidak?"
"Karena novel tidak cukup baik untukmu. Pria membaca
buku-buku yang lebih baik."
"Siapa pun itu, entah pria atau wanita, yang tidak
menikmati novel bagus, pasti sangatlah bodoh. Aku sudah baca
semua karya Mrs. Radcliffe, dan sangat menikmati sebagian
besar karyanya. The Mysteries of Udolpho, waktu
aku mulai membacanya, aku tidak bisa menurupnya lagi. Aku ingat novel
itu selesai kubaca dalam dua hari. Bulu kudukku berdiri terus
selama aku membacanya."
"Ya," imbuh Miss Tilney, "dan aku ingat kau seruju
membacakannya untukku, tapi sewaktu aku dipanggil hanya
selama lima menit untuk membalas sebuah surat pendek,
bukannya menunggu aku, kau malah mengambil buku
Hermitage Walk, dan aku harus menunggu sampai kau selesai
membacanya." 140 " Jane Austen "Terima kasih, Eleanor. Pernyataan yang sangat terhormac.
Kau lihat, Miss Morland, betapa tidak adilnya kecurigaanmu.
Karena sangat ingin melanjutkan membaca, aku menolak
menunggu adikku hanya lima menit, melanggarjanjiku sendiri
untuk membacakannya, dan membuatnya sangat penasaran
di bagian yang paling menarik, dengan membawa pergi buku
yang, kau lihat, adalah miliknya, terutama sekali miliknya. Aku
merasa sangat senang saat aku mengingatnya, dan kurasa kau
pasci berprasangka baik padaku."
"Aku memang sangat senang mendengarnya, dan sekarang
aku cidak akan pernah malu karena aku sendiri menyukai
Udolpho. Tapi, aku sebelumnya benar-benar mengira, para
pria muda sangat memandang rendah novel."
"Memang benar. Mungkin bisa dikatakan mengherankan
jika mereka bersikap menyepelekan karena novel yang
mereka baca tidak sebanyak yang dibaca wanita. Aku sendiri
sudah membaca banyak sekali novel. Jangan kira kau bisa
menandingi pengetahuanku tentang banyak karakter wanita
bernama Julia dan Louisa. Jika kita mulai bicara mendetail,
dan mulai mengajukan percanyaan yang tiada habisnya seperti
'Pernahkah kau baca ini"' dan 'Pernahkah kau baca itu"' Aku
pasti segera meninggalkanmu sejauh-bagaimana aku akan
mengatakannya"-Aku menginginkan kiasan yang tepat?
sejauh remanmu Emily sendiri meninggalkan Valancourt yang
miskin ketika dia pergi dengan bibinya ke Italia. lngadah, aku
sudah memulainya bertahun-tahun lebih dulu darimu. Aku
sudah memasuki masa kuliah di Oxford, saat kau yang masih
sangat kecil sibuk mengerjakan sulaman di rumah!"
Northanger Abbey 1tei. 14l
"Sungguh tidak sanggup, kurasa. Tapi sungguh, bukankah
rnenurutrnu Udolpho adalah buku paling baik di dunia?"
"Paling baik-kata yang kurasa kau mengartikannya paling
rapi. Hal itu tentu bergantung pada penjilidannya."
"Henry," kata Miss Tilney, "kau ini sungguh tidak sopan.
Miss Morland, dia rnernperlakukanrnu persis seperti dia
memperlakukan adiknya. Dia selalu saja mencari-cari kesalahan
dariku karena bahasa yang sedikit tidak tepat, dan sekarang
dia juga bersikap seenaknya terhadapmu. Kata 'paling baik',
seperti yang kau gunakan, tidak cocok untuknya. Dan lebih
baik kau rnenggantinya secepatnya karena kalau tidak kita akan
dihujani dengan Johnson dan Blair sepanjang sisa perjalanan."
'"u yakin," seru Catherine, "aku tidak berrnaksud
rnengatakan sesuatu yang salah. Tapi, buku itu rnernang baik,
dan rnengapa juga aku tidak rnenyebutnya dernikian?"
"Benar sekali," ujar Henry, "dan hari ini sangat baik, dan
kita rnelakukan perjalanan yang sungguh baik, juga kalian
adalah dua wanita muda yang amat baik. Oh, kata ini memang
sungguh baik! Cocok untuk sernua jenis topik. Awalnya
rnungkin kata ini hanya dipakai untuk rnengungkapkan
kerapian, kesopanan, kesesuaian, atau kehalusan budibahasa?
seseorang terlihat baik terkait pakaiannya, perasaannya, atau
pilihannya. Tapi, sekarang setiap pujian di setiap topik terdiri
dari satu kata itu."
"Tapi, sebenarnya," seru adik perernpuannya, "kata itu
seharusnya hanya berlaku untukmu, tanpa adanya pujian sama
sekali. Kau itu lebih cocok disebut baik daripada bijaksana.
142 " Jane Austen Ayo, Miss Morland, kita biarkan dia merenungkan kesalahan?
kesalahan kita menurut diksi yang paling sesuai, sementara kita
memuji-muji Udolpho dengan kata-kata yang paling kita suka.
Novel itu sungguh menarik. Kau suka dengan jenis bacaan
seperti itu?" "Sejujurnya, aku tidak begitu suka jenis bacaan yang lain."
"Masa.I" "Maksudnya, aku bisa membaca puisi dan sandiwara,
dan sejenisnya, serta suka juga kisah-kisah perjalanan. Tapi,
buku sejarah, sejarah yang sangat serius, aku tidak tertarik.
Kau suka?" "Ya, aku suka sekali dengan sejarah."
"Kuharap aku juga menyukainya. Alm pernah membacanya
sedikit karena kewajiban, tapi isinya hanya membuatku merasa
kesal atau bosan. Pertikaian antara paus clan raja, dengan
pecahnya perang atau wabah, di setiap halaman. Semua
pria tidak dapat dipercaya, clan hampir tidak ada wanitanya.
Sungguh amat menjemukan. Tapi, aku sering berpikir aneh
sekali kalau sejarah sampai begitu membosankan karena
sebagian besarnya pasti rekaan. Ucapan-ucapan yang keluar
dari mulut para pahlawannya, pemikiran dan rencana rahasia
mereka-semua ini pasti rekaan, clan rekaan itulah yang sangat
kusenangi di buku-buku lainnya."
"Sejarawan, menurucmu," kata Miss Ttlney, "tidak senang
dengan khayalan liar mereka. Mereka memperlihatkan imajinasi
tanpa memunculkan rasa ketertarikan. Aku suka dengan
sejarah, clan sangat senang bisa mempelajari ha! yang tidak baik
Northanger Abbey 1tti. 143
serta hal yang baik. Sebenarnya mereka punya sumber-sumber
informasi dari sejarah dan catatan terdahulu, yang barangkali
memuat segala hal yang tidak terlewatkan dari pengamatan
seseorang. Dan mengenai sedikimya bumbu cerita seperti
yang kau katakan, dalam buku sejarah ada bumbu cerita,
dan aku menyukainya. Jika sebuah pidato disusun dengan
apik, aku akan membacanya dengan senang hati, siapa pun
yang menulis pidato itu--dan mungkin lebih senang lagi
jika membaca tulisan karya Mr. Hume atau Mr. Robertson,
dibandingkan kata-kata asli dari Caractacus, Agricola, atau
Alfred yang Agung." "Kau sangat suka sejarah! Begitupun Mr. Allen dan ayahku.
Aku juga punya dua kakak laki-laki yang menyukainya. Betapa
luar biasanya ada begitu banyak orang yang suka sejarah dalam
kumpulan kenalanku yang sedikit! Dengan demikian, aku tidak
akan lagi mengasihani para penulis sejarah. Jika ada yang suka
membaca buku-buku mereka, hal itu sangatlah bagus. Tapi,
bersusah-payah menulis buku yang tebal, yang awalnya kupikir
tidak ada yang akan membacanya dengan senang hati; bekerja
keras hanya untuk menyiksa anak-anak kecil, ha! ini selalu
kuanggap sebagai takdir yang sulit. Dan meskipun aku tahu
semua karya itu benar dan penting, aku sering merasa heran
akan keteguhan hati si penulis yang sanggup melakukannya
dengan kesadaran penuh."
"Kenyataan bahwa anak-anak kecil harus dibuat menderita," ujar Henry, "adalah ha! yang tidak bisa dibantah
siapa pun yang mengetahui sifat manusia dalam sebuah negara
beradab. Tapi, atas nama sejarawan-sejarawan kita yang sangat
144 " Jane Austen cernama, aku harus katakan bahwa mereka mungkin agak
tersinggung bila dianggap cidak mempunyai tujuan yang
lebih mulia. Dan dari cara dan gaya tulisannya, mereka sangat
cocok untuk menyiksa para pembaca yang berkemampuan
berpikir paling maju dan berusia dewasa. Aku memakai kata
'menyiksa', sebagaimana kulihat kau sendiri menggunakannya,
dan bukannya kata 'mengajar', dengan anggapan kedua kata
itu kini dipandang sebagai sinonim."
"Kau menganggapku bodoh karena menyebut pengajaran
sebagai suatu penderitaan, tapi kalau saja kau sangat terbiasa,
seperti diriku, mendengar anak-anak kecil yang malang kali
perrama belajar huruf-hurufdari nama mereka dan lalu belajar
melafalkannya, kalau saja kau pernah melihat betapa bodohnya
mereka sepanjang pagi, dan betapa lelahnya ibuku yang malang
setelah mengajarnya karena aku biasa melihatnya hampir setiap
hari di rumah, kau akan membenarkan bahwa 'menyiksa' dan
'mengajar' kadang bisa jadi dipakai sebagai kata sinonim."
"Mungkin sekali. Tapi, sejarawan tidak bertanggung jawab
atas kesulitan belajar membaca. Dan bahkan kau sendiri,
yang kelihatannya sama sekali tidak punya ketekunan yang
besar, mungkin bisa mengakui bahwa sangatlah berguna bila
seseorang dibuat menderita selama dua atau tiga tahun dalam
hidupnya, agar mampu membaca di sepanjang sisa hidupnya.
Bayangkan saja, jika membaca tidak diajarkan, Mrs. Radcliffe
akan menulis dengan sia-sia, atau mungkin tidak bisa menulis
sama sekali." Catherine membenarkan, dan pujian yang sangat
tinggi darinya atas kehebatan Mrs. Radcliffe menutup
Northanger Abbey 1tti. 145
topik pembicaraan. Kakak-beradik Tilney kemudian asyik
membicarakan topik yang membuat Catherine terdiam. Mereka
melihat pedesaan dengan mata seseorang yang terbiasa melukis,
dan memutuskan pemandangan ini cocok dijadikan objek
lukisan, dengan segala kecintaan sejati terhadap keindahan
seni. Catherine tidak mengerti topik ini. Dia tidak tahu apa?
apa tentang lukisan, tidak punya selera seni. Dia berusaha
menyimak pembicaraan mereka, tapi sia-sia saja karena mereka
berbicara dengan ungkapan-ungkapan yang sama sekali tidak
diketahuinya. Namun, sedikit hal yang dapat dipahaminya
tampaknya justru bertentangan dengan pendapatnya selama
Jingga Dalam Elegi 2 Pendekar Kelana Sakti 2 Tangan Hitam Elang Perak Pedang Langit Dan Golok Naga 44