Pencarian

The Broker 7

The Broker Karya John Grisham Bagian 7


dalam kurun wakru enam tahun. Tetap konservatif, tapi dengan sentuhan
aksen. Tidak segaya kaum profesional di kota asalnya, Bologna, tapi mereka
cukup menarik. m u Semua orang membaca sesuatu
arah. Marco pura pura asyik membaca newsweek tapi sesungguhnya ia
sedang mengamati orang orang lainorang lain.
Tidak ada yang mengawasi dirinya. Tidak ada * yang tampak terganggu
dengan sepatu bolingnya. Bahkan, ia sempat melihat sepatu semacam itu
dikenakan seorang pemuda yang berpakaian santai I di dekat stasiun kereta.
Topi jeraminya juga tidak menarik perhatian. Ujung pantalonnya sudah di- '
perbaiki seadanya setelah ia membeli seperangkat perlengkapan menjahit yang
dibelinya di meja resepsionis hotel, lalu ia melewatkan setengah jam berusaha
menjahit pantalonnya tanpa meneteskan darah. Harga pakaiannya hanya
sepersekian dari setelan-setelan yang ada di sekitarnya, tapi peduli apa" Ia
berhasil sampai di Zurich tanpa Luigi dan yang lain-lain, dan dengan sedikit
keberuntungan Lagi ia akan lolos.
Di ParadepLatz, trem-trem bergulir dari arah timur dan barat, lalu berhenti.
Gerbong-gerbongnya segera kosong sementara para bankir muda itu menyebar
dalam gerombolan dan menuju gedung-gedung. Marco bergerak bersama
kerumunan, topinya sudah ditinggalkan di bawah tempat duduk uem.
Tidak ada yang berubah dalam tujuh tahun. Paradeplatz masih sama-
tempat terbuka yang dikelilingi toko-toko kecil dan kafe-kafe. Bank-bank di
sekitarnya sudah berdiri selama ratusan tahun; sebagian mengumumkan
namanya dengan neon, yang lain begitu tersembunyi hingga tak
"CV bisa ditemukan. Dari balik kacamata hitamnya, "ia meresapi semua itu
selama ia bisa, sambil terus menempel pada tiga pemuda yang membawa tas
olahraga. Sepertinya mereka menuju Rhineiand Bank, di sisi timur. Ia mengikuti
mereka masuk, ke lobi, tempat segala kesenangan dimulai.
Meja informasi itu pun tidak berubah tempat sejak tujuh tahun lalu;
bahkan, wanita berdandanan rapi di belakangnya pun tampak tidak asing. "Saya
ingin bertemu Mr. Mikel Van Thiessen," ujarnya sepelan mungkin. "Nama Anda""
"Marco Lazzeri." Ia akan menggunakan nama "Joel Backman" nanti, di lantai
atas, tapi ia ragu-ragu mengucapkannya di sini. Mudah-mudahan, e-mail Neal
kepada Van Thiessen menyebutkan nama alias tersebut. Bankir itu sudah
diminta tidak bepetgian ke luar kota, kalau memungkinkan, selama seminggu
ini. Wanita itu menelepon sekaligus mengetik-ngetik di keyboard-nyz. "Mohon
tunggu sebentar, Mr. Lazzeri," ujarnya. "Anda tidak keberatan menunggu""
"Tidak," sahutnya. Menunggu" Ia sudah memimpikan kejadian ini selama
bertahun-tahun. Ia memilih tempat duduk, menyilangkan tungkai, melihat
sepatunya, lalu menydipkan kakinya di bawah kursi, la yakin dirinya sedang
diamati dari belasan kamera, dan itu tidak menjadi masalah baginya. Barangkali mereka akan
mengenali Backman duduk 1 di lobi, barangkali juga tidak. Ia hampir bisa
membayangkan mereka di atas sana, memelototi monitor, menggaruk-garuk
kepala, sambil berkata, "Entahlah, ia jauh lebih kurus, bahkan tirus."
"Dan rambutnya itu. Jelas-jelas usaha pengecatan rambut yang gagal."
Untuk membantu mereka, Joel melepas kacamata kulit penyu milik
Giovanni. Lima menit kemudian, seorang lelaki tipe satpam dengan wajah serius dan
setelan jas yang kualitasnya jauh di bawah rata-rata mendekatinya entah dari
mana dan berkata, "Mr. Lazzeri, Anda bersedia ikut saya"
" Mereka naik lift pribadi ke lantai tiga, tempat Marco dibawa masuk ke
ruangan kecil dengan dinding-dinding tebal. Semua dinding memang tampak
lebih tebal di Rhineland Bank. Dua petugas keamanan sudah menunggu. Salah
satunya bahkan tersenyum, tapi yang lain tidak. Mereka meminta Marco
meletakkan kedua tangannya di atas alat .pemindai sidik jari biometrik. Alat ini
akan membandingkannya dengan sidik jari yang sudah diberikannya hampir
tujuh tahun lalu, di tempat yang sama, dan bila keduanya cocok, akan terlihat
lebih banyak senyuman, lalu ruangan yang lebih menyenangkan dan lobi yang
lebih menyenangkan, sCtta ada tawaran kopi atau jus. Apa pun yang ^da kehendaki, Mt.
Backman. Ia meminta jus jeruk karena ia belum sarapan, petugas-petugas keamanan
tadi kembali ke gua mereka. Mr. Backman sekarang dilayani oleh Elke, salah
satu asisten Mr. Van Thiessen yang bertubuh sintal. "Beliau akan keluar
sebentar lagi," jelasnya. "Ia tidak mengharapkan Anda datang pagi ini."
Yah, memang agak sulit membuat janji ketika bu hatus bersembunyi di
kamar kecil. Joel tersenyum pada asisten itu. Marco tinggal sejarah sekarang.
Akhirnya ia diistirahatkan setelah pelarian selama dua bulan penuh. Marco
telah banyak sekali membantunya, menjaganya tetap bernapas, mengajarinya
bahasa Italia mendasar, berjalan bersamanya berkeliling Treviso dan Bologna,
dan memperkenalkannya kepada Francesca, wanita yang takkan segera
dilupakannya. Namun Marco juga bisa membuatnya terbunuh, jadi ia meninggalkan Marco
di lantai tiga Rhineland Bank, sembari memandangi rumit sepatu stiletto Elke
dan menunggu kedatangan bosnya. Marco sudah lenyap, tak akan kembali lagi.
Kantor Mikel Van Thiessen dirancang untuk menghantam tamu-tamunya
dengan pukulan hook kanan yang kuat. Dengan permadani Persia yang amat
lebar. Dengan kursi dan sofa kulit. Dengan meja kayu mahoni kuno yang tidak
akan muat di dalam sel Rudley. Dengan rangkaian peralatan dektronik yang boleh
digunakannya kalau ia mau. Ia menemui Joel di pintu kayu ek dan mereka
berjabat tangan sepantasnya, tapi tidak seperti dua kawan lama. Mereka hanya
pernah bertemu satu kali.
Kalau Joel kehilangan tiga puluh kilogram berat badannya sejak pertemuan
terakhir mereka, Van Thiessen malah bertambah hampir tiga puluh kilogram. Ia
juga tampak lebih tua dan kelabu, tidak sesegar dan setajam bankir-bankir
muda yang dilihat Joel di trem. Van Thiessen membawa kliennya ke kursi-kursi
kulit, sementara Elke dan asisten yang lain sibuk menyiapkan kopi dan kue-kue.
Ketika mereka tinggal berdua saja, dengan pintu tertutup rapat, Van
Thiessen berkata, "Saya membaca banyak hal tentang Anda."
"Oh, begitu. Dan apa yang kaubaca""
"Menyogok Presiden untuk imbalan kebebasan" Ayolah, Mr. Backman.
Apakah memang semudah itu di sana""
Joel tidak yakin orang ini bergurau atau tidak. Suasana hatinya sedang tidak
bersemangat, dan ia tidak ingin bersilat lidah.
"Aku tidak menyogok siapa pun, kalau itu yang kaumaksud."
"Yah, yang jelas koran-koran penuh dengan spekulasi." Nadanya lebih
menuduh daripada main-mam. r
joel memutuskan untuk tidak membuang-buang ^aktu. "Kau percaya semua
yang kaubaca di koran"" "Tentu saja tidak, Mt. Backman." "Aku datang kemari untuk tiga alasan. Aku
mau akses ke kotak penyimpananku. Aku mau meneliti rekeningku. Aku mau
menarik sepuluh ribu dolar tunai. Setelah itu, aku mungkin masih menginginkan
satu-dua bantuan." Van Thiessen menjejalkan kue kering ke dalam mulurnya dan mengunyah
dengan cepat. "Ya, tentu saja. Kurasa tidak ada masalah dalam hal itu."
"Mengapa harus ada masalah"" "Bukan masalah, Sir. Saya hanya perlu waktu
beberapa menit." "Untuk apa""
"Saya perlu berkonsultasi dengan kolega saya."
"Bisakah kau melakukannya dengan cepat""
Van Thiessen nyaris melesat dari ruangan dan membanting pintu di
belakangnya. Nyeri di perut Joel bukan karena lapar. Kalau roda-rodanya mulai
lepas sekarang, ia tidak punya rencana cadangan, la harus keluar dari bank ini
tanpa membawa apa pun, berharap bisa menyeberang ke Paradeplatz
untuk naik trem, dan sesudah itu ia tidak punya
tempat tujuan. Pelariannya akan berakhir. Marco
akan kemb ali, padahal Marco pada akhirnya akan
membuatnya terbunuh. Ketika waktu mendadak berhenti, ia memikirkan pengampunan hukuman
tersebut. Dengan abolisi : itu, ia benar-benar membuka halaman baru,
Pemerintah AS tidak bisa memaksa Swiss membeku- 1 kan rekeningnya. Swiss
tidak pernah membekukan 1 rekening! Swiss imun dari segala paksaan! Itu
sebab- 1 nya bank-bank mereka penuh dengan jarahan dari 1 segala penjuru
dunia. Ini Swiss! Elke memanggil dan meminta Joel mengikutinya ke lantai bawah. Di hari-hari lain, ia mau saja mengikuti Elke ke mana pun, tapi sekarang hanya ke
lantai bawah. Ia pernah masuk ke lemari besi pada kunjungan sebelumnya. Letaknya di
bawah tanah, turun beberapa tingkat, walaupun para klien tak pernah tahu
sedalam apa mereka turun ke bawah tanah Swiss. Semua pintu sekitar tiga
puluh sentimeter tebalnya, semua dinding tampak terbuat dari timah, semua
langit-langit penuh dengan kamera pengintai. Elke menyerahkan Joel kepada
Van Thiessen lagi. Kedua ibu jarinya di-scan untuk mencocokkan sidik tari. Pemindai optis
memotret wajahnya. "Nomor tujuh," ujar Van Thiessen sambil menunjuk. "Saya
akan menunggu di sana," katanya, lalu keluar dari ptmu,
loel menyusuri lorong pendek, melewati enam
P1MU g ^jendela, sampai tiba di pintu ke
tujuh. Ia menekan tombol, segala sesuatu bergerak dan mengeluarkan bunyi
ceklikan di dalam, lalu pintu pun terbuka. Ia masuk, dan Van Thiessen sudah
menunggunya. Ruangan tersebut tak sampai dua meter persegi luasnya, dengan tiga
dinding berisi lemari-lemari besi pribadi, kebanyakan tak lebih besar daripada
kotak sepatu. "Nomor lemari besi Anda"" tanya Van Thiessen. "L2270." "Benar."
Van Thiessen melangkah ke sebelah kanan, sedikit metunduk di depan
L2270. Di keypad lemari besi itu ia memencet beberapa nomor, lalu
menegakkan tubuh dan berkata, "Silakan."
Di bawah pengamatan tajam Van Thiessen, Joel maju mendekati lemari
besinya dan memasukkan nomor kode. Sembari melakukannya, ia membisikkan
angka-angka yang selamanya terpatri dalam ingatan, "Delapan puluh satu, lima
puluh lima, sembilan puluh empat, sembilan puluh tiga, dua puluh tiga" Lampu
hijau kecil berkedip-kedip di keypad. Van Thiessen tersenyum dan berujar,
"Saya akan menunggu di depan. Bunyikan bel bila Anda sudah selesai."
Saat akhirnya sendiri, Joel mengambil kotak baja dati lemari besinya dan
membuka tutupnya. Diambilnya amplop berlapis tebal dan dibukanya.
Di dalamnya terdapat empat disk Jaz berkapasitas dua gigabyte yang dulu
pernah bernilai satu miliar dolar.
Ia mengambil waktu sejenak, tapi tak lebih dari enam puluh detik. Toh ia
aman saat ini, dan kalau ingin merenung, apa ruginya"
Ia memikirkan Safi Mirza, Fazal Sharif, dan Farooq Khan, pemuda-pemuda brilian yang menemukan Neptunus, yang kemudian menyusun
rangkaian besar perangkat lunak untuk memanipulasi sistem tersebut. Mereka
semua sudah mati sekarang, terbunuh oleh keserakahan yang naif dan
kesalahan memilih ahli hukum. Ia memikirkan Jacy Hubbard, bajingan kasar
yang karismatik dan banyak bicara, yang telah mengelabui para pemilik hak
suara sepanjang kariernya dan akhirnya menjadi terlalu serakah. Ia memikirkan
Carl Pratt, Kim Boling, dan belasan rekanan yang direngkuhnya ke dalam biro
mereka yang makmur, dan hidup mereka yang diluluhlantakkan benda yang
sekarang berada di tangannya. Ia memikirkan Neal dan aib yang disebabkan
ayahnya ketika skandal itu menyebar ke seluruh penjuru Washington dan
penjara tak sekadar kepastian, tapi bahkan menjadi tempat perlindungan.
Dan ia memikirkan dirinya sendiri, bukan dalam arti egois, bukan untuk
mengasihani diri, bukan untuk mengalihkan beban kesalahan ke
pundak orang lain. Betapa berantakan hidup yang dijalaninya, sejauh ini,
paling tidak Meskipun ia ingin sekali kembali dan melakukannya dengan cara
berbeda, ia tidak punya waktu untuk memanjakan diri dengan pikiran-pikiran
itu. Hidupmu tinggal beberapa tahun lagi, Joel, atau Marco, atau Giovanni,
atau, persetan, siapa pun namamu. Untuk pertama kalinya dalam hidupmu
yang busuk ini, bagaimana kalau kau melakukan apa yang benar, bukan apa
yang menguntungkan" Dimasukkannya disk-dis k itu ke dalam amplop, lalu amplop itu masuk ke
koper, dan dikembalikannya kotak baja itu ke lemari besi. Ia memencet bel
memanggil Van Thiessen. Kembali di kantornya, yang hebat, Van Thiessen memberikan map dengan
selembar kertas di dalamnya. "Ini ringkasan laporan rekening Anda," ia
memberitahu. "Sangat sederhana. Seperti Anda ketahui, tidak ada aktivitas
selama ini." "Kalian hanya memberikan bunga satu persen," kata Joel.
"Anda mengetahui tingkat bunga kami ketika membuka rekening ini, Mr.
Backman." "Ya, aku tahu."
"Kami melindungi uang Anda dengan cara-cara ain.
"Tentu saja." Joel menutup map itu dan mengembalikannya. "Aku tidak ingin
menyimpannya. Kau sudah mengambil uangnya"" " "Ya, sedang dibawa ke atas."
"Bagus. Aku memerlukan beberapa hal lagi." Van Thiessen mengambil notes dan
siap sedia dengan penanya. "Ya," ucapnya.
"Aku ingin mengirim seratus ribu ke bank di Washington D. C. Kau bisa
merekomendasikan salah satu bank""
"Tentu. Kami bekerja sama dengan Maryland Trust."
"Bagus, kirim uangnya ke sana, dan dengan perintah kawat bukalah rekening
tabungan biasa. Aku ridak akan menulis cek, hanya mengambil dana."
"Atas nama siapa""
"Joel Backman dan Neal Backman." Ia mulai terbiasa dengan namanya lagi,
tidak merunduk berlindung ketika mengucapkannya. Tidak menciut ketakutan,
menunggu bunyi tembakan. Ia menyukai perasaan itu.
"Baik," kata Van Thiessen. Tidak ada yang mustahil.
"Aku minta bantuan untuk kembali ke Amerika. Dapatkah asistenmu
mencarikan jadwal penerbangan ke Philadelphia dan New York""
"Tentu saja. Kapan, dan dari mana""
"Hari ini, secepat mungkin. Aku ingin menghin-dari bandara di sini. Kalau naik mobil, berapa jauh Munich dari sini""
"Dengan mobil, tiga atau empat jam."
"Dapatkah kau menyediakan mobil""
"Saya yakin kami bisa mengaturnya."
"Aku lebih suka keluar dari ruang bawah tanah gedung ini, dengan mobil
yang dikemudikan seseorang yang tidak berpakaian seperti sopir. Jangan pakai
mobil hitam, pokoknya yang tidak menarik perhatian."
Van Thiessen berhenti menulis dan melontarkan pandangan bingung.
"Apakah Anda dalam bahaya, Mr. Backman""
"Mungkin. Aku tidak yakin, dan aku tidak mau ambil risiko."
Van Thiessen merenungkannya sesaat, lalu berkata, "Anda ingin kami
memesan tempat dalam penerbangan itu""
"Ya." "Kalau begitu, saya perlu melihar paspor Anda."
Joel mengeluarkan paspor pinjaman Giovanni Van Thiessen meneutinya
untuk waktu lama, wajah kalem ala bankirnya tidak bisa menyembunyikan
ekspresi sebenarnya. Ia bingung dan khawatir. Akhirnya ia berkata, "Mr.
Backman, Anda akan bepergian menggunakan paspor orang lain."
"Benar." "Masih." "Saya menganggap Anda tidak punya paspor." "Mereka dulu mengambilnya."
"Bank ini tidak ingin mengambil bagian dalam tindakan kriminal. Kalau paspor
ini dicuri-" "Aku menjamin paspor ini tidak dicuri." "Lalu bagaimana Anda-"
"Katakan saja itu pinjaman, oke"" . "Tapi menggunakan paspor orang lain adalah
pelanggaran hukum." "Tak perlulah kita memusingkan diri dengan kebijakan keimigrasian Amerika
Serikat, Mr. Van Thiessen. Ambilkan saja jadwal penerbangan itu. Aku yang
akan memilin waktunya. Asisten Anda bisa melakukan pemesanan atas nama
bank Potong saja dari rekeningku. Carikan mobil dan sopir untukku. Potong dari
rekeningku juga, kalau itu maumu. Semua sederhana saja."
Ini toh cuma paspor. Masa bodoh, klien-klien lain bahkan memiliki tiga atau
empat paspor. Van Thiessen mengembalikan paspor itu pada Joel dan berkata,
"Baiklah. Ada yang lain""
"Aku perlu akses Internet, Aku yakin komputer-komputermu aman." "Tentu
saja."

The Broker Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

inilah isi e-mailnya pada Neal:
Grinch-Dengan sedikit keberuntungan, aku akan tiba di AS malam ini. Beli
ponsel baru hari ini juga. Jangan biarkan hilang dari pandanganmu. Besok pagi,
teleponlah Hilton, Marriott, dan Sheraton, di pusat kota Washington. Minta
bicara dengan Giovanni Ferro. Itu aku. Telepon Carl Pratt pagi ini juga, dengan
telepon baru. Desaklah agar Senator Clayburn datang ke D.C. Kita akan
membayar pengeluarannya. Katakan ini sangat mendesak. Sebagai bantuan
untuk kawan lama. Jangan sampai ia bilang tidak. Jangan ada e-mail lagi
sampai aku pulang. Marco Setelah makan sandwich dan rninum cola di kantor Van Thiessen, Joel
Backman meninggalkan gedung bank itu dengan sedan BMW hijau cerah yang
melaju cepat. Demi amannya, ia menutupi wajahnya dengan koran Swiss
sampai mereka tiba di autobahn. Sopirnya bernama Franz. Franz menganggap
dirinya calon pengemudi Formula 1, dan ketika diberitahu bahwa Joel sedang
terburu-buru, Franz masuk ke jalur cepat dan melaju 150 kilometer per jam.
32 Pada pukul 13.55, Joel Backman duduk di kursi lebar yang mewah di kabin
kelas satu 747 Lufthansa, sementara pesawat itu mulai mundur dari gerbang
keberangkatan bandara Munich. Sesudah pesawat itu mulai bergerak, barulah ia
berani mengangkat gelas sampanye yang selama sepuluh menit terakhir hanya
dipandanginya. Gelas itu sudah kosong sebelum pesawat berhenti di landasan
untuk pengecekan terakhir. Sewaktu roda-roda terangkat dari aspal, Joel
memejamkan mata dan mengizinkan diri menikmati mewahnya beberapa jam
yang penuh kelegaan. Di pihak lain, dan pada saat yang bersamaan, pukul 07.55 Eastern Standard
Time, putranya sedang ter-W hingga taraf ingin melempar barang-barang gangnya bagaimana ia bisa
membeli ponsei Lu sesegera mungkin, lalu menelepon Carl Pratt , i dan
menagih piutang budi yang tidak pernah ada, dan entah bagaimana membujuk
pensiunan senator tua yang pemarah dari Ocracoke, North Carolina, agar mau
meninggalkan apa pun yang sedang dikerjakannya untuk secepatnya datang
kembali ke kota yang terang-terang dibencinya serengah mati" Belum lagi
memikirkan sesuatu yang ada di depan mata: Ia, Neal Backman, punya banyak
pekerjaan di kantor. Tidak ada yang lebih mendesak ketimbang menyelamatkan
ayahnya yang bandel, tapi tetap saja agendanya penuh dengan klien-klien dan
banyak hal penting lainnya.
Ia meninggalkan Jerry's Java, rapi bukannya pergi ke kantornya, ia malah
pulang ke rumah. Lisa sedang memandikan putri mereka dan terkejut melihat
Neal. "Ada apa"" tanya istrinya. "Kita harus bicara. Sekarang." Neal memulai
penuturannya dengan surat misterius yang berprangko York, Pennsylvania,
berlanjut ke pinjaman empat ribu dolar, meski ******* kemudian smaryhone, e-
mail rahasia, dan p**" cerita selengkapnya. Lisa menanggapi V tenang, yang
membuatnya lega- ^ "Seharusnya kau memberitahuku, cuma sekali.
"Ya, dan aku minta maaf." Tidak ada pertengkaran, tidak ada perdebatan.
Kesetiaan memang sifat Lisa yang paling utama, dan ketika ia berkata, "Kita
harus membantunya," Neal pun memeluknya.
"Ia akan mengembalikan uangnya," Neal meyakinkan istrinya.
"Soal uang kita pikirkan nanti saja. Apakah ia dalam bahaya"" "Kurasa
begitu." "Oke, apa langkah pertama"" "Telepon kantor dan bilang pada mereka,
aku kena flu." Seluruh percakapan mereka, secara langsung dan lengkap, tertangkap
rnikrofon mungil yang ditanam Mossad di firing lampu di atas tempat mereka
duduk. Mikrofon itu terhubung ke pemancar yang tersembunyi di bawah atap,
dan dari sana diteruskan ke alat penerima frekuensi tinggi, empat ratus meter
jauhnya di ruang perkantoran yang jarang digunakan, yang baru-baru ini disewa
oleh seorang pria dari D.C. Di sana, teknisi mendengarkan percakapan itu dua
kali, lalu cepat-cepat mengirim e-mail kepada agen lapangan di Kedutaan Israel
di Washington. Sejak lenyapnya Backman di Bologna lebih dari
24 jam sebelumnya, mikrofon-mikrofon yang ditanam di sekitar putranya
dimonitor dengan lebih saksama.
E-mail ke Washington itu disudahi dengan kalimat "JB mau pulang."
Untung saja, Neal tidak menyinggung-nyinggung nama "Giovanni Ferro"
dalam pembicaraannya dengan Lisa. Namun sayangnya, ia menyebut dua dari
tiga hotel yang disepakati-Marriott dan Sheraton.
Kepulangan Backman diberi prioritas setinggi mungkin. Sebelas agen Mossad
yang ditempatkan di Pantai Timur, semua diperintahkan pergi ke D.C. saat itu
juga. Lisa mengantar putri mereka ke rumah ibunya, lalu ia dan Neal melaju
cepat ke selatan, menuju Charlottesville, tiga puluh menit dari sana. Di pusat
pertokoan sebelah utara kota, mereka menemukan kantor U.S. Cellular. Mereka
membuka rekening, membeli telepon, dan dalam tiga puluh menit sudah
kembali ke jalan. Lisa mengemudi, sementara Neal berusaha menemukan Carl
Pratt. Dengan bantuan sejumlah besar sampanye dan anggur, Joel berhasil tidur
selama beberapa jam ketika menyeberangi Adantik. Sewaktu pesawat
mendarat di JFK pada pukul 16.30, sikap santainya hilang, digantikan ketidakpastian
dan dorongan untuk selalu menengok ke belakang.
Di imigrasi, pada mulanya ia berdiri di antrean warga negara Amerika yang
kembali ke negaranya, antrean yang lebih pendek. Mendadak ia teringat,
melirik kiri-kanan, berbisik menyumpah-nyumpah sendiri, lalu pindah ke
antrean warga negara asing.
Betapa bodoh dirinya. Bocah berseragam berleher besar dari Bronx berteriak menyuruh orang-orang berbaris di antrean ini, bukan yang itu, dan jangan lambat-lambat.
Selamat datang di Amerika. Beberapa hal tidak membuatnya rindu kampung
halaman. Petugas pemeriksa paspor mengerutkan kening mengamari paspor Giovanni,
tapi ia mengerutkan kening pada yang lain juga. Joel sudah mengamatinya
lekat-lekat dari balik kacamata hitam murahan.
"Tolong lepas kacamata Anda"" ujar petugas itu.
"Certamente," jawab Joel keras-keras, ingin membuktikan ke-Italia-annya.
Dilepasnya kacamata tersebut, menyipit seolah silau, lalu digosoknya matanya
sementara petugas itu berusaha melihat wajahnya Dengan enggan, ia
memberikan cap di paspor itu dan mengembalikannya tanpa sepatah
kata pun. Tanpa barang yang harus dilaporkan, petugas pabean nyaris tidak
memerhatikannya. Joel berjalan cepat di terminal dan menemukan antrean
taksi di pangkalan. "Penn Station," ujarnya. Sopir taksi itu mirip Farooq Khan,
yang paling muda dari tiga pemuda Pakistan itu, masih bocah, dan Joel
mengamatinya dari bangku belakang sambil menarik kopernya lebih dekat.
Sesudah 45 menit melewati lalu lintas jam padat, ia akhirnya tiba di Penn
Station. Ia membeli tiket Amtrak ke D.C., dan pada pukul 19.00 meninggalkan
New York menuju Washington.
Taksi itu diparkir di Brandywine Street di barat laut Washington. Saat itu
hampir pukul sebelas malam, dan sebagian besar rumah bagus itu sudah gelap.
Backman berbicara pada si sopir, yang sudah menyesuaikan kursinya dan siap
tidur sejenak. Mrs. Pratt sudah berada di ranjang dan sedang berusaha tidur ketika
mendengar bel pintu. Ia mengambil mantel kamar dan segera turun. Suaminya
sering tidur di kamar bawah tanah, terutama karena ia mendengkur, tapi juga
karena ia rerlalu banyak minum dan menderira insomnia. Istrinya beranggapan
suaminya ada di sana. "Siapa"" tanya Mrs. Pratt melalui interkom.
"Joel Backman," begitu jawaban yang terdengar,
dan Mrs. Pratt menganggap ada yang berolok-olok. "Siapa""
"Donna, ini aku, Joel. Sungguh. Buka pintunya."
Mrs. Pratt mengintip dari lubang pintu dan tidak mengenali orang asing itu.
"Tunggu sebentar," katanya, lalu lari ke bawah tanah tempat Cari sedang
menonton berita televisi. Semenit kemudian Cari sudah berdiri di pintu,
mengenakan sweter Duke dan membawa pistol.
"Siapa itu"" tanyanya melalui interkom. "Cari, ini aku, Joel. Singkirkan pistol
dan buka pintunya." Suara itu tidak mungkin keliru. Ia membuka pintu dan Joel Backman masuk
kembali ke kehidupannya, mimpi buruk itu datang menghantui lagi. Tanpa
pelukan, tanpa jabatan tangan, nyaris tanpa senyuman. Pasangan Pratt
memandanginya sambil membisu karena ia tampak begitu berbeda- jauh lebih
kurus, rambutnya lebih gelap dan lebih pendek, pakaiannya asing. Ia mendapat
pertanyaan "Apa yang kaulakukan di sini"'' dari Donna.
"Pertanyaan bagus," sahutnya tenang. Kemenangannya adalah karena ia
punya waktu untuk menyusun rencana. Mereka benar-benar tidak siap. "Kau
mau menyingkirkan pistol itu""
Pratt meletakkan pistolnya di meia kecil.
"Kau sudah bicara dengan Neal"" tanya Backman.
"Sepanjang hari."
"Ada apa ini, Cari"" tanya Donna.
"Kita bisa bicara" Untuk itulah aku datang kemari. Aku tidak memercayai
telepon lagi." "Bicara apa"" tuntut Donna.
"Kau mau membuatkan kopi untuk kami, Donna"" pinta Joel sopan.
"Tak sudi." "Ya sudah." Cari menggosok-gosok dagunya, menilai siruasi. "Donna, kami perlu bicara
berdua. Urusan biro hukum lama. Nanti kuterangkan padamu."
Donna melemparkan pandang
an tajam pada mereka yang jelas-jelas
mengatakan, Pergilah ke neraka, lalu dengan langkah ribut naik ke lantai atas.
Mereka masuk ke ruang kerja. Cari berkata, "Kau mau minum""
"Ya, yang keras."
Cari menghampiri bar kecil di sudut dan menuangkan mab-dobel.
Diberikannya segelas pada Joel dan tanpa mengupayakan senyum ia berkata,
"Cheers." "Cheers. Senang bertemu denganmu, Cari." "Jelas senang. Seharusnya kau
tidak bertemu siapa-siapa lagi sampai empat belas tahun menda-"Menghitung hari, ya""
"Kami masih membersihkan kotoran yang kautinggalkan, Joel. Banyak orang
baik ikut dirugikan. Maaf kalau aku dan Donna tidak terlalu gembira melihatmu.
Kurasa tidak banyak orang di kota ini yang menyambutmu dengan pelukan."
"Kebanyakan malah ingin menembakku." Cari melirik pistolnya dengan
waspada. "Aku tidak bisa terlalu memikirkan hal itu," lanjut Backman. "Tentu
saja aku ingin kembali dan mengubah beberapa hal, tapi aku tidak memiliki
kemewahan itu. Aku sedang kabur menyelamatkan nyawaku, Cari, dan aku
butuh bantuan." "Barangkali aku tidak ingin terlibat." "Aku tidak bisa
menyalahkanmu. Tapi aku perlu bantuan, bantuan besar. Tolong aku sekarang,
dan aku berjanji tidak akan pernah muncul di depan pintumu lagi." "Aku akan
menembakmu lain kali." "Di mana Senator Clayburn" Katakan dia masih hidup."
"Ya, masih segar bugar. Dan kau beruntung." "Apa""
"Ia ada di sini, di D.C." "Kenapa""
"Hollis Maples pensiun, setelah seratus tahun mendekam di Senat. Mereka
mengadakan pesta besar-besaran untuknya malam ini. Semua teman j lama ada di sini."
"Maples" Bukankah ia sudah ngiler di atas supnya sepuluh tahun lalu""
"Well, sekarang ia sudah tidak bisa melihat supnya lagi. Ia dan Clayburn
akrab sekali." "Kau sudah bicara pada Clayburn"" "Ya." "Dan""
"Mungkin sulit, Joel. Ia tidak senang mendengar J namamu. Menyinggung-nyinggung soal ditembak karena mengkhianati negara."
'Terserah. Katakan padanya ia bisa jadi perantara kesepakatan yang akan
membuatnya merasa seperti patriot."
"Kesepakatan apa""
"Aku punya perangkat lunaknya, Cari. Seluruhnya. Baru kuambil tadi pagi
dari lemari besi di bank di Zurich, tempatnya mendekam selama lebih dari
enam tahun. Kau dan Clayburn datang ke kamar hotelku besok pagi, dan akan
kutunjukkan barangnya pada kalian."
"Aku tidak terlalu kepingin melihatnya."
"Ya, kau mau." Pratt menenggak dua ons scotch. Ia berjalan ke bar dan mengisi lagi
gelasnya, menenggak dosis yang mematikan, lalu berujar, "Kapan dan *
mana"" mana" "Marriott di Twenty-second Street. Kamar lima dua puluh. Jam sembilan
pagi." "Kenapa, Joel" Kenapa aku harus terlibat"" "Bantuan untuk kawan lama."
"Aku tidak berutang budi padamu. Dan kawan lama itu sudah pergi sejak dulu."
"Kumohon, Cari. Bawalah Clayburn, dan kau tidak perlu ikut-ikut lagi mulai
tengah hari besok. Aku berjanji kau tidak akan pernah melihatku lagi."
"Penawaran yang sangat menggoda."
Ia meminta sopir tidak tergesa-gesa. Mereka melaju di wilayah Georgetown,
menyusuri K Street, dengan restoran-restoran yang buka larut malam dan bar-bar serta tempat-tempat nongkrong mahasiswa yang penuh dengan manusia
yang sedang bersenang-senang. Saat itu tanggal 22 Maret dan musim semi
menjelang. Temperatur sekitar 65 dan para mahasiswa ingin terus berada di
luar, bahkan pada tengah malam.
Taksi itu melambat di persimpangan I Street dan 14th, dan Joel bisa melihat
gedung kantornya yang lama di kejauhan, di New York Avenue. Di suatu tempat
di sana, di lantai paling atas, ia pernah memimpin kerajaan kecilnya, dengan
budak-budak berlarian di belakangnya, melompat
siaga begitu diberi perintah. Bukan saat-saat yang penuh nostalgia.
Sebaliknya, ia dipenuhi penyesalan atas hidup tak berharga yang disia-siakan
dengan memburu uang, membeli persahabatan, wanita, serta mainan apa pun
yang diinginkan jagoan hebat. Taksi mereka terus melaju, melewati deretan
gedung yang tak terhitung jumlahnya, kantor pemerintah di satu sisi, para
pelobi di sisi lain. Ia meminta sopir pergi dari sana, mencari pemandangan yang lebih
menyenangkan. Mereb berbelok ke Constitution Avenue dan menyusuri Mali,
melewati "Washington Monument. P
utrinya yang bungsu, Anna Lee, bertahun-tahun lalu pernah memohon padanya agar diajak jalan-jalan di Mali pada
musim semi, seperti teman-teman sekelasnya. Ia ingin melihat Mr. Lincoln dan
menghabiskan sepanjang hari di Smithsonian. Joel berjanji dan berjanji terus
hingga Anna Lee pergi. Sekarang ia ada di Denver, pikir Joel, memiliki anak
yang tidak pernah dilihatnya.
Sementara kubah Capitol semakin debt, mendadak Joel merasa muak
Perjalanan menyusuri jalan kenangan ini amat menekan. Kenangan-kenangan
dalam hidupnya terlalu tidak menyenangkan.
"Antarkan aku ke horel," katanya.
33 Neal membuat kopi teko pertama, lalu keluar k serambi batu bata yang
sejuk dan mengagumi keindahan fajar musim semi.
Kalau benar ayahnya sudah tiba kembali di D.C, ia pasti tidak sedang tidur
pada pukul setengah tujuh pagi. Semalam, Neal sudah menyimpan nomor
telepon hotel-hotel Washington di pon-seJ barunya, dan ketika matahari terbit,
ia mulai dengan Sheraron. Tidak ada nama Giovanni Ferro. Kemudian Marriott.
"Tolong tunggu sebentar," ujar operator, lalu telepon kamar mulai
berdering. "Halo," terdengar suara yang dikenalnya. "Dengan Marco"" tanya
Neal. "Ini Marco. Ini Grinch"" "Benar."
"Di mana kau sekarang"" "Berdiri di serambi, menunggu matahari terbit."
"Dan telepon apa yang kaugunakan"" "Motorola baru yang kukantongi terus sejak
kubeli kemarin." "Kau yakin teleponmu aman"" "Ya."
Hening sejenak sementara Joel menghela napas dalam-dalam. "Senang
mendengar suaramu, Nak"
"Aku juga senang mendengarmu. Bagaimana perjalananmu""
"Seru sekali. Bisakah kau pergi ke Washington""
"Kapan"" "Hari ini, pagi ini."
"Bisa, semua orang mengira aku kena flu. Urusan dengan kantor beres.
Kapan dan di mana""
"Datanglah ke Marriott di Twenty-second Street. Masuklah ke lobi pada
pukul delapan empat lima, naik lift ke lantai enam, lalu turun lewat tangga ke
lantai lima. Kamar lima dua puluh."
"Semua itu perlu""
"Percayalah. Kau bisa menggunakan mobil -lain""
"Entahlah. Aku tidak yakin siapa-" "Ibu Lisa. Pinjam mobilnya, pastikan kau
tidak dibuntuti. Begitu sampai di kota, parkirlah di garasi di Sixteenth, lalu


The Broker Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berjalanlah ke Marriott. Awasi belakangmu setiap saat. Kalau kau melihat
sesuatu yang mencurigakan, telepon aku, dan kita akan batalkan
semuanya." Neal melayangkan pandangan ke seluruh penjuru kebun belakangnya,
setengah berharap melihat agen-agen berpakaian hitam menghambur ke
arahnya. Dari mana ayahnya tahu trik-trik rahasia ini" Selama enam tahun di
penjara, barangkali" Ribuan novel spionase" iffSe*"
"Kau mengerti"" bentak Joel.
"Yeah, tentu saja. Aku akan segera berangkat."
Ira Clayburn tampak seperti orang yang telah melewatkan sepanjang
hidupnya memancing di atas perahu, bukannya mengabdi selama 34 tahun di
Senat Amerika Serikat. leluhurnya memancing di Outer Banks, North Carolina,
di sekitar rumah mereka di Ocracoke, selama seratus tahun. Nasib Ira juga akan
sama, tapi guru matematikanya di kelas enam kemudian mengetahui ia
memiliki IQ yang luar biasa. Beasiswa ke Chapel Hill mengentaskannya dari
rumah. Satu beasiswa lagi ke Yale memberinya gelar master. Yang ketiga, ke
Stanford, menyematkan titel "Doktor" di depan namanya. Ia sudah menjadi
dosen ekonomi di Davidson ketika bersedia berkompromi memenuhi janji temu
di Senat, untuk mengisi posisi kosong yang masa jabatannya belum habis.
Dengan enggan I ia kemudian mengajukan diri untuk masa jabatan ! penuh, dan selama tiga
puluh tahun sesudahnya j ia berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan
Washington. Pada usia 71 tahun, akhirnya ia pun j pergi. Ketika mengundurkan
diri dari Senat, ia j membawa pengetahuan tentang intelijen AS yang tak bisa
ditandingi politisi mana pun. Ia setuju pergi ke Marriott bersama Carl Pratt, 1
kawan lamanya dari klub tenis, hanya untuk memuaskan rasa penasatannya.
Misteri Neptunus itu tidak pernah terpecahkan, sejauh pengetahuannya. Namun
ia memang sudah betada di luar lingkaran selama lima tahun terakhir,
menghabiskan seluruh i waktunya dengan memancing setiap hari, dengan
I gembira membawa kapalnya berburu ikan di perairan Hatteras hingga Cape
Lookout. Selama masa senja kar iernya di Senat, ia mengamati Joel Backman
bergabung dalam barisan panjang pelobi kelas kakap yang telah
menyempurnakan seni memuntir lengan untuk memeras upah tinggi. Ia
meninggalkan Washington ketika Jacy Hubbard, salah saru ular kobra itu,
mendapatkan ganjaran yang setimpal dari ditemukan mati.
Ia tidak punya urusan dengan bajingan-bajingan sejenis itu.
Ketika pintu kamar 520 terbuka, ia masuk di belakang Cari Partt dan
berhadapan dengan si setan.
Namun setan ini cukup sopan, sangat berterima kasih, benar-benar manusia
yang berbeda. Penjara. Joel memperkenalkan dirinya dan putranya, Neal, kepada Senator Clayburn.
Tangan-tangan berjabatan sepantasnya, ucapan terima kasih dilontarkan
sewajarnya. Meja di suite kecil itu penuh dengan kue, kopi, dan jus. Empat
kursi telah disiapkan dalam lingkaran longgar, dan mereka pun duduk.
"Ini semestinya tidak akan makan waktu lama," ujar Joel. "Senator, aku
membutuhkan bantuan Anda. Aku tidak tahu seberapa banyak yang Anda
ketahui tentang urusan kacau yang mengirimku ke penjara selama beberapa
tahun..." "Aku tahu garis besarnya, tapi selalu ada pertanyaan-pertanyaan." "Aku
yakin aku mengetahui jawabannya." "Sistem satelit itu milik siapa"" Joel tidak
sanggup duduk diam. Ia berjalan ke jendela, tidak melihat apa-apa, lalu
menghela napas dalam-dalam. "Sistem itu dibuat oleh Cina Komunis, dengan
anggaran astronomi. Seperti yang Anda ketahui, Cina amat tertinggal dari kita
dalam hal persenjataan konvensional, jadi mereka menghabiskan banyak uang
untuk teknologi tinggi. Mereka mencuri beberapa teknologi kita, dan dengan
sukses meluncurkan sistem itu-yang diberi nama Neptunus-tanpa
sepengetahuan CIA." "Bagaimana mereka melakukannya""
"Dengan samaran teknologi rendah seperti kebakaran hutan. Mereka
membakar delapan hektar lahan hutan pada suatu malam di provinsi utara.
Kebakaran itu menciptakan asap tebal dan di balik itu mereka meluncurkan
tiga roket, masing-masing berisi tiga satelit."
"Rusia pernah melakukannya juga," ujar Clayburn.
"Dan Rusia termakan tipuan mereka sendiri. Mereka juga tidak mengetahui
keberadaan Neptunus-tidak ada yang tahu. Tak satu pihak pun di dunia tahu
Neptunus ada sampai klien-klienku menemukannya dengan tak sengaja."
"Mahasiswa-mahasiswa Pakistan itu."
"Ya, dan ketiganya sudah mati sekarang."
"Siapa yang membunuh mereka""
"Kuduga agen-agen Cina Komunis."
"Siapa yang membunuh Jacy Hubbard""
"Sama." "Dan sedekat apa orang-orang iru denganmu sekarang""
"Lebih dekat daripada yang kuharapkan."
Clayburn meraih donat dan Pran menenggak habis segelas jus jeruk. Joel
melanjutkan, "Aku memiliki perangkat lunaknya-JAM, begitu istilah mereka.
Hanya ada satu kopi."
"Yang mau kaujual dulu"" tanya Clayburn.
"Ya. Dan aku benar-benar ingin menyingkirkan-nya sekarang. Ternyata benda ini mematikan, dan aku ingin, segera
mengalihkannya ke tangan lain. Aku hanya tidak tahu siapa yang layak
mendapatkannya." "Bagaimana dengan CIA"" tanya Pratt, karena ia belum mengucapkan apa-apa.
Clayburn sudah menggeleng-geleng tak setuju. "Aku tidak bisa memercayai
mereka," kata Joel. "Teddy Maynard mengusahakan pengampunan untukku
supaya ia bisa duduk santai dan menonton orang lain membunuhku. Sekarang
ada direktur interim."
"Dan presiden baru," timpal Clayburn. "CIA sedang berantakan sekarang ini.
Aku tidak akan mau dekat-dekat mereka." Dan dengan kalimat itu, Senator
Clayburn melangkahi garis batas, menjadi penasihat, bukan lagi sekadar
penonton yang ingin tahu.
"Pada siapa aku harus bicara"" tanya Joel. "Siapa yang bisa kupercaya""
"DIA, Defense Intelligence Agency, Badan Intelijen Militer," sahut Clayburn
tanpa ragu-ragu. "Yang mengepalai Mayor Wes Roland, teman lamaku."
"Sudah berapa lama ia di sana""
Clayburn berpikir sejenak, lalu menjawab, "Sepuluh, mungkin dua belas
tahun. Ia sangat berpengalaman, cerdas sekali. Dan orang terhormat."
"Dan Anda bisa bicara padanya"" 'Ya. Kami masih sering berhubungan." "Ia
tidak akan melapot pada Direktur CIA"" tanya Pratt.
"Ya, semua juga begitu. Saat ini paling sedikit ada lima belas badan
intelijen-yang mati-matian kutentang selama dua puluh tahun-dan
secara hukum mereka semua melapor pada CIA."
"Jadi Wes Roland akan membawa apa pun yang kuberikan padanya dan
melapor kepada CIA"" tanya Joel.
"Ia tidak punya pilihan lain. Namun ada beberapa cara untuk mengakalinya.
Roland orang yang rasional, dan ia tahu cara memainkan politik Karena itulah
ia bertahan selama ini."
"Bisakah Anda mengatur pertemuan""
"Ya, tapi apa yang akan terjadi pada pertemuan itu""
"Aku akan melemparkan JAM padanya dan lari keluar dari gedung."
"Dan sebagai imbalannya""
"Ini kesepakatan yang mudah, Senator. Aku tidak menginginkan uang. Hanya
bantuan kecil." "Apa"" "Aku lebih suka membicarakannya sendiri dengannya. Anda juga
menyaksikan di dalam ruangan, tentu saja."
Tercipta jeda dalam pembicaraan ketika Clayburn
memandangi lantai dan menimbang-nimbang masalah tersebut. Neal
menghampiri meja dan mengambil croissant. Joel menuang kopi lagi. Pratt,
yang jelas menderita sakit kepala akibat kebanyakan minum, sekali lagi
menenggak jus jeruk dari gelas tinggi.
Akhirnya, Clayburn bersandar di kursinya dan berkata, "Aku beranggapan hal
ini sangat mendesak."
"Lebih buruk daripada itu. Bila Mayor Roland bersedia, aku mau
menemuinya sekarang juga. Di mana pun."
"Aku yakin ia akan meninggalkan apa pun yang sedang dikerjakannya."
"Teleponnya ada di sana."
Clayburn berdiri dan mendekati meja. Pratt berdeham dan berkata, "Oke,
fellas, pada tahap permainan ini, aku mau keluar. Aku tidak mau dengar apa-apa lagi. Tidak mau jadi saksi, atau pembela, atau korban yang lain lagi. Jadi
aku mohon diri, mau kembali ke kantor lagi."
Ia tidak menunggu tanggapan. Dalam sekejap ia menghilang, dengan pintu
berdebam tertutup rapat di belakangnya Mereka memandangi pintu selama
beberapa saat, sedikit tertegun melihat kepergiannya yang mendadak.
"Cari yang malang," ujar Clayburn. "Selalu takut pada bayangannya sendiri."
Ia meraih gagang telepon dan mulai bekerja.
Di tengah-tengah pembicaraan telepon keempat, dan telepon kedua ke
Pentagon, Clayburn membekap gagang telepon dan betkata pada Joel, "Mereka
memilih pertemuan di Pentagon."
Joel sudah menggeleng-geleng. "Tidak. Aku tidak mau pergi ke sana
membawa perangkat lunak itu sebelum ada kesepakatan. Aku akan
menyimpannya dan memberikannya kepada mereka nanti, tapi aku tidak mau
masuk ke sana membawa benda itu."
Clayburn menyampaikan keberatan itu, lalu mendengarkan untuk waktu
yang lama. Ketika tangannya menutup gagang telepon lagi, ia bertanya,
"Perangkat lunak itu, dalam bentuk apa"" "Empat disk" jawab Joel. "Mereka
harus memverifikasinya, kau mengerti"" "Oke, aku akan membawa dua disk ke
Pentagon. Sekitar separonya. Mereka boleh melihatnya sebentar."
Clayburn kembali bicara di telepon dan mengulangi syarat yang diajukan
Joel. Sekali lagi, ia mendengarkan cukup lama, lalu bertanya pada Joel, "Kau
mau memperlihatkan disk-disk itu padaku""
"Ya." Ia membiarkan mereka menunggu sementara Joel mengambil kopernya.
Diambilnya amplop itu, lalu empat disk, dan ditempatkannya semuanya di atas
ranjang agar bisa dipeloroti Neal dan Clayburn. Clayburn kembali ke telepon
dan berkata, "Aku sedang melihat empat disk. Mr. Backman meyakinkanku bahwa itulah
bendanya." Ia mendengarkan selama beberapa menit, lalu memencet tombol
tunggu lagi. "Mereka ingin kita ke Pentagon sekarang juga," ujarnya. "Mari."
Clayburn meletakkan telepon dan berkata, "Situasi mulai sibuk di sana.
Kurasa anak-anak itu bersemangat sekali. Kita berangkat sekarang""
Ketika pintu termtup di belakang Clayburn, Joel segera mengumpulkan disk-disk tersebut dan menyelipkan dua ke dalam saku mantelnya. Dua yang lain-
nomor tiga dan empat-dimasukkan lagi ke dalam koper, yang ia serahkan
kepada Neal sambil berkata, "Setelah kami berangkat, pergilah ke meja
resepsionis, dan mintalah kamar lain. Kau harus berkeras untuk check in saat
itu juga. Telepon kamar ini, tinggalkan pesan untukku, dan beritahu aku di
mana kau berada. Tetap diam di sana sampai kau mendapat kabar dariku."
"Oke, Dad. Kuharap' kau tahu apa yang kaulakukan."
"Cuma bertransaksi, Nak Seperti dulu."
Taksi menurunkan mereka di areal parkir selatan Pentagon, dekat
perhenti an Metro. Dua anggota staf Mayor Roland yang berseragam sudah menunggu dengan surat
pengantar dan instruksi. Kedua orang itu mengantar mereka melalui pos
penjagaan dan foto mereka diambil untuk ditempatkan di kartu identitas
sementara. Selama itu Clayburn mengeluh tentang betapa mudahnya prosedur
itu di masa lalu. Masa lalu atau bukan, ia sudah melakukan transisi cepat dari kritikus skeptis
menjadi pemain utama, dan ia terlibat penuh dalam rencana Backman.
Sewaktu mereka menyusuri koridor lebar di lantai dua, ia mengenang tentang
betapa sederhana kehidupan dulu ketika hanya ada dua kekuatan adidaya. Kita
selalu'berhadapan dengan Soviet. Pihak lawan selalu mudah diidentifikasi.
Mereka naik tangga ke lantai tiga, Sayap C, dan digiring dua anggora staf itu
melalui beberapa pintu dan menuju sekelompok ruang kerja tempat mereka
sudah dinantikan kedatangannya. Mayor Roland sendiri sudah berdiri,
menunggu. Usianya sekitar enam puluh tahun, sosoknya masih ramping dan
prima dalam balutan seragam khakinya. Perkenalan dilakukan, dan ia
mengundang mereka semua masuk ke ruang rapat. Di salah satu ujung meja
yang panjang dan lebar, terdapat tiga teknisi yang sedang sibuk memeriksa
komputer besar yang tampak baru saja dibawa masuk ke sana.
Mayor Roland meminta kesediaan Joel mengizin-kan dua asistennya hadir dalam pertemuan mereka. Tentu saja. Joel tidak
keberatan. "Anda keberatan kalau kita merekam pertemuan ini dengan video"" tanya
Roland. "Untuk apa"" tanya Joel.
"Hanya merekamnya dalam film kalau-kalau ada orang di atas yang ingin
melihatnya." "Misalnya"" "Mungkin Presiden."
Joel menoleh pada Clayburn, satu-satunya temannya di ruangan itu, teman
dengan ikatan yang lemah.
"Bagaimana dengan CIA"" tanya Joel. "Mungkin."
"Kita lupakan saja videonya, paling tidak pada awalnya. Mungkin pada suatu
saat dalam pertemuan ini, kita sepakat untuk menghidupkan kamera."
"Cukup adil. Kopi atau minuman ringan""
Tidak ada yang haus. Mayor Roland bertanya pada para teknisi komputer
apakah peralatan mereka sudah siap. Sudah, dan ia meminta mereka keluar
dari ruangan. Joel dan Clayburn duduk di ujung lain meja rapat itu. Mayor Roland diapit
dua wakilnya. Ketiganya siap dengan bolpoin dan notes yang sudah siaga. Joel
dan Claybburn tidak membawa apa-apa.
"Mari kita mulai dan mengakhiri pembicaraan tentang CIA," Backman mulai,
bertekad untuk memegang kendali pertemuan itu. "Menurut se-pengetahuanku
tentang hukum, atau setidaknya cara kerja di sini, direktur CIA bertanggung
jawab atas seluruh kegiatan intelijen." "Benar," sahut Roland. "Apa yang akan
Anda lakukan dengan informasi yang hendak kuberikan kepada Anda""
Mayor itu melirik sisi kanannya, dan tatapan antara dirinya dan wakilnya
yang duduk di sana begitu sarat ketidakpastian. "Seperti yang Anda katakan,
Sir, direktur berhak mengetahui dan mendapatkan semuanya."
Backman tersenyum dan berdeham. "Mayor, CIA berusaha membunuhku,
oke" Dan sejauh yang kuketahui, mereka masih memburuku. Orang-orang di
Langley itu tidak banyak manfaatnya untukku."
"Mr. Maynard sudah tidak ada di sana, Mr. Backman."
"Dan orang lain telah mengambil alih tempatnya. Aku tidak menginginkan
uang. Aku menghendaki peilindungan. Pertama, aku ingin pemerinrahku
membiarkanku bebas."
"Itu bisa diarur," kara Roland penuh wibawa. "Dan aku membutuhkan
bantuan untuk hal-hal lain."
"Bagaimana kalau Anda menceritakan segalanya
kepada kami, Mr. Backman" Semakin banyak yang kami ketahui, semakin
mudah kami bisa membantu."
Terkecuali Neal, Joel Backman tidak memercayai satu orang pun di muka
bumi ini. Namun sudah tiba saatnya untuk membeberkan semua di meja dan
mengharapkan yang terbaik. Perburuan itu sudah selesai, tak ada tempat untuk
lari lagi. Ia mulai dengan Neptunus, dan menjelaskan bahwa sistem itu dibuat oleh
Cina Komunis, bahwa teknologinya dicuri dari dua kontraktor pertahanan AS,
bahwa satelit itu diluncurkan dengan samaran dan tidak hanya mengelabui AS,
tapi juga Rusia, Inggris, dan Israel. Ia menuturkan kisah panjang tentang tiga
pemuda Pakistan itu-penemuan mereka yang bernasib buruk, ketakutan
mereka karena apa yang telah mere
ka temukan, keingintahuan mereka karena
mampu berkomunikasi dengan Neptunus, dan kehebatan mereka menyusun
perangkat lunak yang sanggup memanipulasi dan menetralisasi sistem tersebut.
Ia berbicara keras rentang keserakahannya yang mendebarkan untuk menjual
JAM kepada pemerintah negara-negara, berharap dapat menangguk uang lebih
banyak daripada yang pernah diimpikan siapa pun. Ia tidak setengah-setengah
ketika mengisahkan kembali kecerobohan Jacy Hubbard, dan kebodohan
rencana mereka untuk menjajakan
produk tersebut. Tanpa ragu-ragu, ia mengakui kesalahan-kesalahannya dan
bertanggung jawab penuh atas kekacauan yang disebabkannya. Lalu ia


The Broker Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendesak maju. Tidak, Rusia tidak berminat dengan penawarannya. Mereka punya satelit-satelit sendiri dan .tidak mampu bernegosiasi lebih lagi.
Tidak, tidak pernah tercapai kesepakatan dengan Israel. Mereka sudah
hampir berhasil, cukup dekat untuk mengetahui kesepakatan dengan Saudi
nyaris tercapai. Saudi sangat ingin membeli JAM. Mereka punya beberapa
satelit, tapi tak ada yang setara Neptunus.
Tak ada yang setara Neptunus, bahkan satelit-satelit generasi terakhir milik
Amerika. Saudi sudah pernah melihat keempat disk tersebut. Dalam eksperimen yang
dikontrol ketat, dua agen polisi rahasia mereka menyaksikan demonstrasi
perangkat lunak itu yang dilakukan oleh ketiga pemuda Pakistan. Demonstrasi
tersebut dilakukan di laboratorium komputer di kampus University of Maryland,
dan merupakan pameran yang menakjubkan dan amat meyakinkan. Backman
menyaksikannya, demikian juga Hubbard.
Saudi menawarkan seratus juta dolar untuk JAM. Hubbard, yang
menganggap dirinya berteman dekat dengan pihak Saudi, menjadi ujung
tombak negosiasi tersebut. "Ongkos transaksi" sebesar satu juta
dolar dibayarkan, uangnya ditransfer ke sebuah rekening bank di Zurich.
Hubbard dan Backman membalas penawaran itu dengan meminta setengah
miliar dolar. Kemudian segala kekacauan menjadi lepas kendali. FBI menyerang dengan
surat-surat perintah, gugatan, investigasi, dan Saudi ketakutan. Hubbard
dibunuh. Joel kabur ke penjara untuk menyelamatkan diri, meninggalkan jejak
kehancuran di belakangnya dan beberapa orang yang marah serta menyimpan
dendam kesumat. Setelah 45 maut, ringkasan itu berakhir tanpa sekali pun disela. Ketika Joel
mengakhirinya, ketiga orang di ujung meja tidak mencatat apa-apa. Mereka
terlain sibuk mendengarkan.
"Aku yakin kita. bisa bicara dengan pihak Israel," ujar Mayor Roland. "Kalau
mereka yakin Saudi tidak akan menyentuh JAM, mereka bisa tidur lebih
nyenyak Sudah bertahun-tahun kami berdiskusi dengan mereka. JAM adalah
topik favorit. Aku yakin kemarahan mereka bisa dibendung."
"Bagaimana dengan Saudi"" . "Mereka juga bertanya-tanya, pada tingkat
tinggi. Kita memiliki banyak kepentingan bersama belakangan ini. Aku yakin
mereka akan lega bila mengetahui perangkat lunak ini sudah ada di
tangan kita dan tak ada pihak lain yang akan memperolehnya. Aku kenal
baik dengan mereka, ' dan kurasa mereka akan menganggap ini sebagai
transaksi yang gagal. Tinggal masalah kecil soal ongkos transaksi."
"Sejuta dolar cuma uang receh bagi mereka. Itu tak bisa dinegosiasikan."
"Baik. Jadi menurutku, tinggal pihak Cina."
"Ada saran""
Clayburn belum bicara sepatah kata pun. Ia mencondongkan tubuh ke depan
dan bertelekan siku, lalu berkata, "Menurut pendapatku, mereka tidak akan
melupakannya. Klien-klienmu pada dasarnya telah membajak sistem yang tak
ternilai harganya dan membuatnya tak berfungsi tanpa perangkat lunak buatan
mereka. Cina memiliki sembilan satelit terbaik yang pernah dibuat di atas sana
dan mereka tidak dapat menggunakannya. Mereka tidak akan mau memaafkan
dan melupakan semuanya, dan kau tidak bisa menyalahkan mereka. Sayangnya,
kita tidak punya banyak hal untuk ditawarkan pada Beijing dalam masalah-masalah intelijen yang sensitif."
Mayor Roland mengangguk. "Aku khawatir aku harus setuju dengan pendapat
Senator. Kira bisa memberitahu mereka bahwa kita memiliki perangkat lunak
itu, tapi mereka tidak akan melupakannya."
"Aku tidak menyalahkan mereka. Aku hanya ingin hidup, itu saja."
"Kami akan melakukan yang t
erbaik dengan Cina, tapi mungkin tidak
banyak." "Begini kesepakatannya, gentlemen. Kalian berjanji akan menyingkirkan CIA
dari hidupku, dan kalian berusaha secepat mungkin meredakan ketegangan
dengan Israel dan Saudi. Lakukan apa yang bisa dilakukan dengan Cina, dan aku
mengerti bila itu tidak banyak berarti. Dan kalian memberiku dua paspor-satu
Australia dan satu Kanada. Begitu keduanya siap, siang ini bukanlah waktu yang
terlalu singkat, kalian membawa paspor-paspor itu padaku dan aku akan
menyerahkan kedua disk yang lain."
"Setuju," ujar Roland. "Namun, tentu -saja, kami perlu melihat perangkat
lunak itu." Joel merogoh sakunya dan mengambil disk pertama dan kedua. Roland
memanggil kembali dua teknisi komputer tadi, dan kelompok itu berkerumun di
depan monitor yang lebar.
Seorang agen Mossad dengan nama. sandi Albert merasa melihat Neal
Backman memasuki lobi Marriott di 22nd Street, Ia menelepon atasannya, dan
dalam iga puluh menit dua agen lain sudah berada di dalam hotel. Albert
melihat Neal Backman lagi
saru jam kemudian, ketika ia keluar dari lift sambil membawa koper yang
tidak dibawanya masuk sebelum itu. Ia pergi ke meja resepsionis, tampak
mengisi formulir registrasi. Lalu ia mengeluarkan dompet dan memberikan
kartu kreditnya. Neal Backman kembali masuk ke lift, tapi Albert kehilangan dia hanya
dalam selisih sekian detik.
Kemungkinan Joel Backman tinggal di Marriot di 22nd Street adalah
informasi penting, tapi juga menyuguhkan persoalan-persoalan besar. Pertama,
membunuh warga Amerika di wilayah Amerika adalah operasi yang sangat peka,
sehingga perlu dikonsultasikan dengan Perdana Menreri. Kedua, pembunuhan
itu sendiri terbentur masalah logistik yang luar biasa rumit. Hotel tersebut
memiliki enam ratus kamar, ratusan tamu, ratusan karyawan, ratusan
pengunjung, dan paling sedikit ada lima konvensi sedang berlangsung di sana.
Ribuan saksi potensial. Namun demikian, sebuah rencana terbentuk dengan segera.
34 mereka makan siang bersama Senator di bagian belakang warung makan
Vietnam dekat Dupont Circle, yang mereka anggap bebas dari kunjungan para
pelobi dan pemain lama yang mungkin akan melihat mereka dan memulai
rumor panas yang akan menghidupkan kota ini sekaligus me-macerkannya.
Selama satu jam, sementara mereka berjuang dengan mi pedas yang terlalu
panas untuk dimakan, Joel dan Neal mendengarkan nelayan dari Ocracoke
menghujani mereka dengan kisah-kisah ranpa henti tentang masa-masa jayanya
di Wasliington. Tak cuma sekali ia mengatakan ia tidak merindukan dunia
politik, tapi kenangan-kenangannya akan hari-hari itu penuh dengan rahasia,
humor, dan persahabatan. Clayburn memulai hari itu dengan berpendapat
bahwa sebutir peluru di kepala Joel Backman masih terlalu baik baginya,
tapi ketika mereb saW mengucapkan selamat berpisah di trotoar di depan krfe
itu, ia meminta Backman mengunjung dan melihat kapalnya, sekalian mengajak
Neal juga Joel tak pernah memancing lagi sejak masa kanak-kanaknya, dan ia
tahu jalannya tak akan pernah berbelok ke Outer Banks, tapi untuk menyatakan
terima kasih ia berjanji untuk berusaha meluangkan waktu.
Tanpa sepengetahuannya, Joel sudah amat debt dengan peluru yang
dibidikkan ke kepalanya. Selagi menyusuri Connecticut Avenue sesudah makan
siang, mereka diawasi dengan ketat oleh Mossad. Penembak jitu sudah siap di
belakang panel truk sewaan. Namun lampu hijau final masih belum didapat dari
Tel Aviv. Dan trotoar itu sangat ramai.
Dari Halaman Kuning di kamar hotelnya, Neal menemukan toko pakaian pria
yang mengiklankan pakaian yang siap dalam semalam. Ia bersemangat ingin
membantu-ayahnya sangat membutuhkan pakaian baru. Joel membeli setelan
tiga potong berwarna biru tua, kemeja resmi putih, dwdj
dua pasang sepatu resnu h" Separu
nilai MOOdotaAn-^J^H" boling itu ditinggalkan * ^ J pujinya, pun petugas
penjualan mereka s Tepat pukul empat sore, sambil duduk di kafe Starbucks di Massachusetts
Avenue, Neal mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor yang diberikan
oleh Mayor Roland. Ia memberikan ponsel itu kepada ayahnya.
Roland sendiri yang menjawab. "Kami dalam perjalanan," ujarnya.
" Kamar lima dua puluh," kata Joel, pandangannya mengamati para
pengunjung kafe yang lain. "Berapa banyak yang datang"" "Kelompok yang
cukup besar," sahut Roland. "Aku tidak peduli berapa banyak yang kaubawa,
tinggalkan semua orang lain di lobi." "Aku bisa melakukannya." Mereka
melupakan kopi mereka dan berjalan sepuluh blok kembali ke Marriott, setiap
langkah mereka diawasi agen-agen Mossad bersenjata lengkap. Masih belum
ada perintah dari Tel Aviv.
Ayah dan anak itu baru berada di kamar selama beberapa menit ketika
terdengar ketukan di pintu.
Joel melayangkan pandangan gugup pada putranya, yang langsung membeku
dan menatap ayahnya dengan panik Ini dia, batin Joel. Perjalanan panjang
penuh ketegangan yang dimulai di jalan-jalan Bologna, dengan berjalan kaki,
lalu taksi, lalu bus ke Modena, taksi lagi dalam perjalanan jauh ke Milan, lalu
jalan kaki lagi, taksi-taksi lagi, kemudian kereta yang rencananya menuju
Stuttgart namun terpaksa berhenti tak terduga di Zug, tempat sopir taksi
lain menerima uang dan mengantarnya ke Zurich, dua kali naik trem, lalu Franz
dan BMW hijau yang melesat 150 kilometer menuju Munich, di mana
kehangatan dan sambutan lengan Lufthansa mengantarnya kembali pulang. Ini
bisa jadi akhir perjalanannya.
"Siapa"" tanya Joel sambil melangkah ke pintu.
"Wes Roland." Joel mengintip dari lubang pintu, tak melihat siapa pun. Ia menarik napas
panjang dan membuka pintu. Mayor itu sekarang mengenakan jaket sport dan
dasi, sendirian dan tidak membawa apa-apa. Setidaknya ia tampak sendirian
saja. Joel melirik lorong dan tidak melihat siapa pun yang berusaha
bersembunyi. Dengan cepat ia menutup pintu dan memperkenalkan Roland
kepada Neal. "Ini paspor-paspornya," kata Roland, merogoh kantong mantelnya dan
mengeluarkan dua paspor yang sudah tidak baru lagi. Yang pertama bersampul
biru tua dengan tulisan AUSTRALIA dalam huruf-huruf emas. Joel membukanya
dan melihat. fotonya terlebih dulu. Para teknisi telah mengambil foto kartu
identitas Pentagon, membuat warna rambutnya terlihar lebih terang
menghilangkan kacamata dan garis-garis keriput, dan menghasilkan foto yang
lumayan bagus. Namanya Simon Wilson McAvoy. "Boleh juga," komentar Joel.
kat me Yang kedua bersampul biru gelap, dengan canada dalam huruf-huruf emas
tertera di bagian depan. Foto yang sama, dengan nama Kanada, Ian Rex
Hatterboro. Joel mengangguk setuju dan menyodorkan kedua papsor tersebut
kepada Neal untuk diperiksa.
"Ada persoalan tentang sidang juri kasus jual-beli pengampunan hukuman,"
kata Roland. "Kita belum sempat membicarakannya."
"Mayor, kau dan aku sama-sama tahu aku tidak terlibat dalam skandal itu.
Kuharap CIA akan meyakinkan bocah-bocah di Hoover bahwa aku bersih. Aku
tidak tahu-menahu akan ada pengampunan hukuman. Itu bukan skandalku."
"Anda mungkin akan dipanggil menghadap juri."
"Baiklah. Aku akan mengajukan diri. Toh tidak akan lama."
Roland tampak puas. Ia hanya pembawa pesan. Ia mulai membicarakan
kepentingannya sendiri dalam tawar-menawar tersebut. "Sekarang, tentang
perangkat lunaknya," ujarnya.
"Tidak ada di sini," sahut Joel, dengan sentuhan dramatis yang tak perlu. Ia
mengangguk pada Neal, yang lalu keluar dari ruangan. "Tunggu sebentar,"
katanya pada Roland, yang alisnya mengernyit sementara matanya menyipit.
'Ada masalah"" Roland bertanya.
"Tidak. Paket itu ada di kamar lain. Maaf, masalahnya cukup lama aku
bertingkah seperti mata-mata."
"Bukan tindakan yang buruk untuk orang dalam posisi Anda."
"Kurasa itu sudah menjadi gaya hidupku sekarang."
"Teknisi-teknisi kami masih bermain-main dengan dua disk pertama. Benar-benar karya yang luar biasa."
"Klienku memang anak-anak pintar, dan baik. Hanya jadi terlalu serakah,
kurasa. Seperu beberapa orang lain."
Terdengar ketukan di pintu, dan Neal kembali masuk. Ia menyerahkan
amplop kepada Joel, yang mengambil kedua disk tersebut, lalu memberikannya
kepada Roland. "Terima kasih," ujar Roland. "Perlu nyali besar untuk
melakukannya." "Kurasa beberapa orang nyalinya lebih besar daripada otaknya."
Pertukaran itu pun berakhir. Tak ada lagi yang perlu dikatakan. Roland
berjalan ke pintu. Ia meraih kenop pintu, lalu teringat sesuatu yang lain. "Asal
Anda tahu," ujarnya muram, "CIA cukup yakin bahwa Sammy Tin mendarat di
New York siang tadi. Dengan penerbangan dari Milan." "Trims, kurang-lebih,"
kata Joel. Sewaktu Roland meninggalkan kamar hotel itu
dengan membawa amplop, Joel merebahkan diri di ranjang dan
memejamkan matanya. Neal mengambil dua bir dari minibar dan duduk di kursi
yang tak jauh dari sana. Ia menunggu beberapa menit, menyesap birnya, lalu
akhirnya bertanya, "Dad, Sammy Tin itu siapa"" "Kau tidak ingin tahu."
"Oh, yeah. Aku ingin tahu semuanya. Dan kau akan menceritakannya
padaku." Pada pukul enam petang, mobil ibu Lisa berhenti di hiar salon tata rambut
di Wisconsin Avenue di Georgetown. Joel turun dan mengucapkan selamat
tinggal. Dan terima kasih. Neal melesat pergi, tak sabar ingin tiba di rumah.
Neal telah membuat janji lewat telepon beberapa jam sebelumnya,
menyuap resepsionis dengan janji lima ratus dolar tunai. Seorang wanita
bertubuh gempal bernama Maureen sudah menunggu, tidak terlalu senang
harus bekerja lembur, tapi tetap saja ingin tahu siapa yang mau membayar
semahal itu untuk pekerjaan mengecat rambut yang cepat.
Joel membayar di muka, berterima kasih pada resepsionis dan Maureen atas
kesediaan mereka meluangkan waktu, lalu duduk di depan cermin. "Kau ingin
menghapusnya"" tanya Maureen. "Tidak. Ayo cepat."
Tangannya menyentuh rambut Joel dan bertanya, "Siapa yang
mengerjakannya"" "Seorang wanita di Italia." "Kau mau warna apa"" "Kelabu,
seluruhnya." "Natural""
"Tidak, sama sekali tidak natural. Bikin hampir putih seluruhnya."
Maureen memutar bola matanya ke arah si resepsionis. Macam-macam jenis
orang yang datang kemari.
Maureen mulai bekerja. Si resepsionis pulang, mengunci pintu depan.
Beberapa menit kemudian, Joel bertanya, "Kau masuk kerja besok""
"Tidak, besok aku libur. Kenapa""
"Karena aku perlu darang lagi besok. Aku akan menyukai warna yang lebih
gelap besok, untuk menyembunyikan rambut kelabu yang kaubuat sekarang."
Tangan-tangan Maureen berhenti bekerja. "Kau kenapa sih""
"Temui aku di sini tengah hari besok, dan aku akan membayar seribu dolar
runai." "Baiklah. Bagaimana lusa""
"Aku sudah cukup senang kalau sebagian ubannya hilang."
Dan Sandberg sedang duduk-duduk saja di mejanya di Post sore itu ketika
telepon berdering. Pria di ujung sambungan telepon memperkenalkan diri
sebagai Joel Backman, dan mengatakan ia ingin bicara. Caller ID telepon
Sandberg memperlihatkan nomor yang tak diketahui.
"Joel Backman sungguhan"" tanya Sandberg, gera-gapan meraih laptop-nyz.
"Satu-satunya Joel Backman yang kukenal." "Senang bertemu denganmu.
Terakhir kali aku melihatmu, kau ada di pengadilan, mengaku bersalah atas
segala macam kejahatan."
"Yang semuanya sudah dihapus bersih dengan pengampunan dari Presiden."
"Kukira kau disembunyikan di ujung dunia." 'Yeah, aku sudah bosan dengan
Eropa. Merindukan lahan permainanku yang lama. Aku sudah kembali sekarang,
siap berbisnis lagi." "Bisnis macam apa""
"Keahlianku, tentu saja. Itulah yang ingin kubicarakan denganmu."
"Aku akan senang sekait. Tapi aku harus bertanya tentang pengampunan
hukuman itu. Banyak desas-desus liar di sini."
"Itu hal pertama yang akan kita bicarakan, Mr. Sandberg. Bagaimana kalau
besok pagi pukul sembilan""
"Aku tidak akan ingkar janji. Di mana kita bertemu""
"Aku akan menyewa presidential suite di Hay-Adams. Bawa fotografer kalau
kau mau. Sang broker kembali ke arena."
Sandberg memutuskan sambungan dan menghubungi Rusty Lowell,
sumbernya yang terbaik di CIA, dan seperti biasa, tak ada yang tahu di mana ia
berada. Ia mencoba sumber lain di CIA, tapi tidak mendapatkan apa-apa.
Whitaker duduk di kabin kelas satu penerbangan Alitalia dari Milano ke
Dulles. Di bagian depan itu, minuman kerasnya gratis dan mengalir tanpa henti,


The Broker Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan Whitaker berusaha keras untuk mabuk. Telepon dari Julia Javier tadi
sangat mengejutkan. Ia mulai dengan pertanyaan yang bernada cukup ramah,
"Ada yang melihat Marco di sana, Whitaker""
"Tidak, tapi kami terus mencari."
"Menurutmu kalian akan menemukannya""
"Ya, aku yakin ia akan muncul."
"Dire ktur sedang sangat antusias, Whitaket. Ia ingin tahu apakah kau akan
menemukan Marco." "Katakan, ya, kami akan menemukannya!"
"Dan di mana kau mencarinya, Whitaker""
"Di antara Milano dan Zurich."
"Well, kau menyia-nyiakan waktu saja, Whitaker, karena Marco sudah
muncul di Washington. Menemui Pentagon tadi siang. Lepas dari geng-gamanmu, Whitaker, membuat kami semua tampak seperti orang goblok."
"Apal" "Datanglah kemari, Whitaker, dan cepatlah." Dua puluh lima baris ke
belakang, Luigi meringkuk rendah di kursi kelas ekonomi, bergesekan lutut
dengan anak perempuan dua belas tahun yang mendengarkan musik rap paling
jorok yang pernah didengarnya. Ia sendiri sudah menenggak minuman yang
keempat. Tidak gratis, memang, tapi ia tidak peduli harganya.
Ia tahu Whitaker ada di depan sana, membuat catatan tentang bagaimana
menimpakan segala kesalahan pada Luigi. Seharusnya ia melakukan hal yang
sama, tapi sekarang ini ia hanya ingin minum. Washington selama minggu
depan bukanlah tempat yang menyenangkan.
Pada pukul 18.02, Eastern Standard Time, telepon dari Tel Aviv
memerintahkan pembunuhan atas Backman ditangguhkan. Berhenti. Batalkan.
Berkemas-kemas dan mundur, tidak akan ada mayat kali uii.
Bagi para agen, berita itu lebih disukai. Mereka
dilatih untuk bergerak diam-diam, melakukan tugas, menghilang tanpa
petunjuk, tanpa bukti, tanpa jejak. Bologna tempat yang lebih ideal daripada
jalan-jalan padat di Washington, D.C.
Satu jam kemudian, Joel check out dari Marriott dan menikmati udara sejuk
sambil berjalan-jalan. Namun ia tetap menyusuri jalan-jalan yang sibuk, dan
tidak bersantai-santai. Ini bukan Bologna. Kota ini jauh berbeda setelah jam
sibuk. Begitu para pelaju pulang dan lalu lintas mereda, situasi menjadi
berbahaya. Petugas di Hay-Adams lebih menyukai kredit, pembayaran dengan plastik,
sesuatu yang tidak akan menyusahkan bagian akunting. Jarang sekali klien
berkeras membayar runai, tapi klien yang satu ini amat bersikukuh. Pemesanan
tempat telah dikonfirmasi, dan dengan senyum sepantasnya, ia menyerahkan
kunci dan menyambut kedatangan Mr. Ferro di hotel mereka. "Ada bagasi, Sir""
"Tidak ada." Dan itulah akhir percakapan singkar mereka. Mr. Ferro berjalan menuju lift
dengan hanya membawa koper kulit hitam murahan.
17<> 35 Presidential suite di Hay-Adams berada di lantai delapan, dengan tiga
jendela besar menghadap H Street, lalu Lafayette Park, kemudian White
House. Di suite tersebut terdapat ranjang king-size, kamar mandi dengan
kuningan mengilap dan marmer, dan ruang duduk berperabot antik dari periode
tertentu, televisi dan telepon yang agak ketinggalan zaman, dan mesin faks
yang amat jarang digunakan. Harga sewanya tiga ribu dolar semalam, tapi
peduli apa sang broker dengan hal-hal semacam itu"
Kerika Sandberg mengetuk pintu pada pukul sembilan, ia hanya menunggu
beberapa detik sebelum daun pintu dibuka dan sapaan hangat, "Pagi, Dan!"
menyambutnya. Backman menyurukkan tangan kanan, dan sambil
mengguncang-guncang-kan tangan Sandberg penuh semangat, menve Sandberg ke wilayah
kekuasaannya. -Gembira sekali kau datang kemari" katanya "Mau kopi""
"Yeah, tentu, hitam."
Sandberg menjatuhkan tas sandangnya di kursi dan mengamati Backman
menuangkan kopi dari teko perak. Lebih kurus, dengan rambut lebih pendek
dan nyaris putih seluruhnya, wajahnya tirus. Ada sedikit kesamaan dengan
Backman si terdakwa, tapi tak banyak.
"Jangan sungkan-sungkan," kata Backman. "Aku sudah memesan sarapan.
Mestinya akan tiba sebentar lagi."
Dengan hati-hati ia meletakkan dua cangkir di atas cawan masing-masing di
meja pendek depan sofa, lalu berkata, "Mari kita bekerja. Kau mau
menggunakan alat perekam"" "Kalau tidak ada kebenaran." "Aku lebih suka
demikian. Menghilangkan kesalahpahaman." Mereka mengambil posisHnasing-masing. Sandberg
di. antara mereka, lalu ^JJ^ duduk bolpoin. Backman -^L^an dengan santai,
di kursinya, rungkatnya disuang ^ ^ ^ aura percaya diri orang y merDCrhati-hadapi perranyaan apa ^g nyaris belum
kan sepatunya, sol kare digunakan. Tak ada goresan atau setitik debu pun di atas kulit hitam.
Seperti biasa, sang ahli hukum tampil
lengkap-setelan jas biru gelap, kemeja
putih cemerlang dengan lipatan pergelangan tangan, manset emas, jepit kerah,
dasi merah-emas yang menyita perhatian.
"Well, pertanyaan pertamanya adalah, di mana kau berada selama ini""
"Eropa, jalan-jalan, melihat-lihat Kontinental."
"Selama dua bulan""
"Ya, dan itu sudah cukup."
"Ada tempat tertentu""
"Tidak juga. Aku menghabiskan banyak waktu di atas kereta, sarana
perjalanan yang bagus. Kau bisa melihat-lihat dengan leluasa."
"Mengapa kau kembali""
"Ini kampung halamanku. Ke mana lagi aku bisa pergi" Apa yang bisa
kulakukan" Menggembel keliling Eropa kedengaran menyenangkan, dan memang
tak bisa dimungkiri, tapi kau tidak bisa berkarier dengan cara itu. Aku punya
pekerjaan." "Pekerjaan apa""
"Seperti biasa. Relasi pemerintah, konsultasi." "Yang berarti melobi, bukan""
"Biroku memiliki cabang lobi, benar. Itu bagian penting bisnis kami, tapi bukan
yang utama." "Biro apakah itu"" "Yang baru."
578 "Bantulah aku, Mr. Backman." "Aku akan membuka biro baru, Backman
Group, dengan kantor-kantor di sini, New York, dan San Francisco. Mula-mula
kami akan memiliki enam rekanan, dan akan berkembang menjadi dua puluh
rekanan dalam waktu sekitar satu tahun." "Siapa orang-orang ini""
"Oh, aku tidak bisa menyebut nama mereka sekarang. Kami sedang
menyelesaikan urusan-urusan mendetail, menegosiasikan aspek-aspek terakhir,
hal-hal yang peka. Kami merencanakan gunting pita pada tanggal satu Mei,
dengan acara besar-besaran."
"Tak ragu lagi. Ini bukan biro hukum"" "Bukan, tapi nantinya kami akan
menambahkan seksi legaL"
"Kupikir kau kehilangan izin pengacara ketika..."
"Memang benar. Tapi dengan pengampunan hukuman itu, aku sekarang
berhak mengikuti ujian, pengacara lagi. Kalau aku mulai senang menuntut
orang lagi, aku akan baca-baca buku sedikit dan mendapatkan izin praktik. Tapi
itu tidak dalam waktu dekat, karena banyak hal lain yang harus kukerjakan."
"Pekerjaan seperti apa"" "Menggulirkan roda-roda biro ini supaya bisa jalan
sendiri, mengumpulkan modal, dan, yang
paling penting, bertemu dengan klien-klien potensial."
"Dapatkah kau menyebutkan nama beberapa klienmu""
"Tentu saja tidak, tapi jangan jauh-jauh selama beberapa minggu ini, dan
informasi itu akan tersedia."
Telepon di meja berdering, dan Backman mengerutkan kening ke arahnya.
"Tunggu sebentar. Aku sudah menunggu-nunggu telepon ini." Ia menghampiri
telepon dan mengangkatnya. Sandberg mendengar, "Backman, ya, halo, Bob.
Ya, aku akan berada di New York besok. Tunggu, bisakah aku meneleponmu
satu jam lagi" Aku sedang mengerjakan sesuatu." Ia menutup telepon dan
berkata, "Maaf."
Itu tadi Neal, menelepon pada pukul 09.15 tepat seperti rencana, dan ia
akan menelepon setiap sepuluh menit selama satu jam meridatang.
"Tidak apa-apa," ujar Sandberg. "Mari kita berbicara tentang pengampunan
hukuman itu. Kau sudah membaca tulisan tentang jual-beli abolisi itu""
"Membaca" Aku bahkan sudah menyiapkan seregu pengacara, Dan. Orang-orangku sudah sangat sibuk dengan masalah ini. Nanti ketika Feds sudah
berhasil mengumpulkan juri, kalau mereka sampai sejauh itu, aku sudah
memberitahu mereka bahwa aku ingin menjadi saksi pertama. Sama sekali tidak ada yang
kusembunyikan, dan anggapan bahwa aku telah membeli pengampunan
hukuman itu bisa ditindak secara hukum."
"Kau berniat mengajukan tuntutan""
"Tentu saja. Pengacara-pengacaraku sedang mempersiapkan tuntutan
pencemaran nama baik kepada The New York Times dan si pembawa kapak
perang, Heath Frick. Pasti akan buruk sekali. Persidangannya akan seru, dan
mereka akan membayarkan banyak uang kepadaku."
"Kau yakin aku mau mencetak kata-katamu itu""
"Jelas! Dan mumpung kita sedang membicarakan hal itu, aku ingin
memujimu dan surat kabarmu atas pengendalian diri kalian hingga sejauh ini.
Agak tidak biasa, tapi tetap saja patut dipuji."
Tulisan Sandberg ke presidential suite ini sudah cukup heboh pada mulanya.
Namun sekarang, ceritanya akan ditampilkan di halaman depan, besok pagi.
"Sekadar untuk dicatat, kau menyangkal membeli pengampunan hukumanmu
itu"" "Dengan keras, dengan spesifik, aku menyangkalnya. Dan aku akan
menuntut siapa saja yang mengatakan sebaliknya."
"Jadi kenapa kau diberi pengampunan hukuman""
Backman beringsut memindah berat tubuhnya dan baru bersiap-siap
melancarkan penjelasan panjang-lebar ketika bel pintu berdengung. "Ah,
sarapan," katanya, melompat berdiri. Ia membuka pintu dan seorang pramusaji
berjas putih mendorong masuk kereta berisi kaviar dan segala kelengkapannya,
telur orak-arik dengan truffle, dan sebotol sampanye Krug di dalam ember es.
Sementara Backman menandatangani bon, pramusaji membuka tutup botol
sampanye. "Saru gelas atau dua"" tanya pramusaji itu.
"Segelas sampanye, Dan""
Sandberg tak sanggup menahan diri untuk tidak melirik arlojinya. Sepertinya
masih terlalu pagi unruk minuman keras, tapi kenapa tidak" Seberapa sering ia
duduk di presidential suite dengan pemandangan ke arah White House sambil
menyesap minuman bergelembung yang harganya tiga ratus dolar sebotol"
"Oke, tapi sedikit saja."
Pramusaji mengisi dua gelas, meletakkan botol Krug kembali di dalam
ember es, dan meninggalkan ruangan tepat ketika telepon berdering lagi. Kali
ini Randall dari Bosron, dan ia pun harus menunggu saru jam lagi sementara
Backman menyelesaikan urusannya.
Backman mengembalikan gagang telepon dan berkata, "Makanlah sedikit,
Dan, aku memesan cukup banyak untuk kita berdua."
. "Tidak, terima kasih. Aku sudah makan bagel tadi." Ia mengambil gelas
sampanye dan meneguknya. Backman mencelupkan sepotong wafer asin ke dalam onggokan kaviar
seharga lima ratus dolar dan memasukkannya ke mulut seperti remaja makan
keripik jagung dan saus salsa. la mengunyah sambil mondar-mandir, gelas di
tangan. "Pengampunan hukumanku"" ia bertanya. "Aku meminta Presiden Morgan
meninjau ulang kasusku. Sejujurnya, kupikir ia tidak tertarik, namun ia orang
yang sangat brilian."
"Arthur Morgan""
"Ya, penilaian terhadap dirinya terlalu rendah, Dan. Ia tidak pantas
mendapatkan kekalahan yang dialaminya. Orang akan kehilangan dia. Jadi,
semakin jauh Morgan mempelajari kasus itu, semakin prihatin dirinya. Ia
melihat ke balik tabir asap pemerintah. Ia mengetahui kebohongan-kebohongan
mereka. Sebagai mantan pengacara pembela, ia memahami betapa besar
kekuasaan federal kalau mereka ingin mengambinghitamkan orang yang tidak
bersalah.' "Kau mau mengatakan bahwa kau tidak bersalah""
"Tentu saja. Aku tidak melakukan kesalahan apa
" pun. "Tapi dulu kau mengaku bersalah di pengadilan."
"Dulu aku tidak punya pilihan. Pertama-tama, mereka menuduh aku dan
Jacy Hubbard atas dakwaan-dakwaan palsu. Mereka tetap bergeming. Jadi kami
bilang 'Ayo maju ke sidang. Ajukan kami ke hadapan juri.' Kami membuat
Federal begitu ketakutan sehingga mereka melakukan apa yang selalu mereka
lakukan. Mereka memburu teman-teman dan keluarga kami. Idiot-idiot gestapo
itu menuntut putraku, Dan, bocah yang baru lulus sekolah hukum, yang tidak
tahu apa-apa tentang urusanku. Bagaimana kalau kau menulis tentang hal itu""
"Sudah pernah."
"Pokoknya, aku tidak punya pilihan kecuali mengambil alih seluruh beban
kesalahan. Itu semacam tanda kehormatan bagiku. Aku mengaku bersalah
supaya semua tuntutan atas putraku dan rekanan-rekananku dibatalkan.
Presiden Morgan berhasil membongkar tabir itu. Karena itulah aku diberi
pengampunan hukuman. Aku layak mendapatkannya."
Sepotong wafer lagi, sesuap emas, dan seteguk Krug untuk
menggelontornya. Backman mondar-mandir ke sana kemari, jasnya sudah
dilepas sekarang, bak pria yang memiliki banyak beban untuk dilepaskan.
Kemudian ia mendadak berhenti dan
berkata, "Sudah cukup kita membicarakan masa lalu, Dan. Mari kita
berbicara tentang masa depan. Lihat White House yang ada di sana. Kau petnah
berada di sana untuk makan malam kenegaraan, berpakaian resmi, penjaga
berseragam marinir, wanita-wanita ramping bergaun indah"" "Belum."
Backman berdiri di depan jendela, memandang White House. "Aku pernah,
dua kali," ujarnya dengan seberkas kesedihan dalam suaranya. "Dan aku akan
kembali. Beri aku waktu dua atau tiga tahun, dan suatu hari nanti mereka akan
memberikan sendiri undangan tebal dengan kertas yang berar dan huruf embos
emas: Presiden dan Ibu Negar
a mengundang kehadiran Anda..."
Ia berbalik dan menatap sombong pada Sandberg. "Itulah kekuasaan, Dan.
Untuk itulah aku hidup."
Kata-kara yang bagus, tapi bukan itu yang dicari Sandberg. Ia mengejutkan
sang broker kembali ke realita dengan pertanyaan tajam, "Siapa yang
membunuh Jacy Hubbard""
Bahu Backman seolah luruh dan ia berjalan menghampiri ember es untuk
mengisi gelas lagi. "Bunuh diri, Dan, sederhana saja. Jacy amat dipermalukan.
Federal telah menghancurkannya. Ia tidak rahan lagi."
"Well, kau satu-satunya orang di kota ini yang percaya ia bunuh diri."
"Dan aku satu-satunya orang yang mengetahui kebenarannya. Kau mau
memuat kalimat itu"" Ta."
"Mari kita bicara tentang hal lain." "Jujur saja, Mr. Backman, masa lalumu
jauh lebih menarik daripada masa depanmu. Aku punya sumber bagus yang
memberitahuku bahwa kau diampuni karena CIA ingin kau bebas, bahwa Morgan
mendapat tekanan dari Teddy Maynard, dan mereka menyembunyikanmu di
suatu tempat supaya bisa menonton siapa yang akan membunuhmu lebih dulu."
"Kau butuh sumber-sumber baru." "Jadi kau menyangkal-" "Aku ada di sini.'"
Backman membentangkan lengannya supaya Sandberg melihat segalanya. "Aku
masih hidup/ Kalau CIA menghendaki aku mati, aku pasti sudah mati." Ia
meneguk sampanye, lalu berkata, "Cari sumber yang lebih bagus. Kau mau
makan telur" Sudah makin dingin lho." "Tidak, teruna kasih."
Backman mengambil piring kecil dan menyendok telur orak-arik dalam porsi
cukup banyak, lalu makan sambil terus bergerak di seputar ruangan, dari satu
jendela ke jendela lain, tak pernah jauh
dari pemandangan ke arah White House. "Enak juga, ada truffle-nya.."
"Tidak, terima kasih. Seberapa sering kau sarapan seperti ini""
"Tidak cukup sering."
"Kau kenal Bob Critz""
"Tentu saja, semua orang kenal Bob Critz. Ia telah berkecimpung di bidang
ini sama lamanya denganku."
"Di mana kau berada ketika ia mari""
"San Francisco, menginap di rumah teman, aku menontonnya di televisi.
Benar-benar menyedihkan. Apa hubungan Critz denganku""
"Hanya ingin tahu."


The Broker Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah- itu berarti kau kehabisan pertanyaan""
Sandberg sedang membalik-balik halaman notesnya ketika telepon kembali
berdering. Kali ini dari Ollie, dan Backman berjanji akan meneleponnya nanti.
"Di bawah fotograferku sudah menunggu," ujar Sandberg. "Editorku ingin
melihat foto-foto." "Tentu saja."
Joel mengenakan jasnya kembali, mengecek dasi, rambut, dan giginya di
cermin, lalu menyendok kaviar lagi ketika fotografer tiba dan menyiapkan
peralatannya. Ia sedang menyesuaikan pencahayaan sementara Sandberg terus
menyalakan alat perekam dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lagi.
Foto terbaik, menurut si fotografer, dan yang menurut Sandberg juga punya
sentuhan menarik, adalah foto besar Joel duduk di atas sofa kulit warna merah
keunguan, dengan potret tergantung di dinding di belakangnya. Ia berpose
beberapa kali dekat jendela, berusaha menyertakan pemandangan White House
di kejauhan. Telepon terus-menerus berdering, dan akhirnya Joel mengabaikannya, Neal
memang harus menelepon sedap lima menit kalau panggilannya tidak dijawab,
sepuluh menit jika Joel mengangkatnya. Setelah pemotretan selama dua puluh
menit, bunyi telepon membuat mereka senewen. Sang broker sangat sibuk.
Fotografer pun menyelesaikan tugasnya, mengumpulkan peralaran, dan pergi.
Sandberg tetap tinggal selama beberapa menit, lalu akhirnya berjalan menuju
pintu. Ketika hendak pergi, ia berkata, "Mr. Backman, ini akan menjadi berita
besar besok, tak perlu diragukan lagi. Tapi asal kau tahu, aku tidak
memercayai separo kebohongan yang kauceritakan padaku tadi." "Separo yang
mana"" "Kau benar-benar bersalah. Begitu pula Hubbard. Ia tidak bunuh diri, dan
kau kabur masuk penjara untuk menyelamatkan pantatmu. Maynard
mengusahakan pengampunan hukuman untukmu. Arthur Morgan tidak tahu apa-apa."
"Bagus. Separo bagian itu tidak penting." "Apa yang penting""
Sang broker sudah kembali. Pastikan itu dimuat di halaman depan."
Suasana hati Maureen sudah jauh lebih baik. Hari liburnya tak pernah
menghasilkan seribu dolar. Ia mengantar Mr. Backman ke ruang pribadi di
belakang, jauh dari wani ta-wanita yang sedang ditata rambutnya di bagian
depan salon. Bersama-sama, mereka meneliti warna rambut, dan akhirnya
memilih yang paling mudah perawatannya. Bagi Maureen, "perawatan" berarti
harapan untuk mendapatkan seribu dolar setiap lima minggu.
Joel tidak ambil pusing sedikit pun. Ia tidak akan pernah bertemu Maureen
lagi. Maureen mengubah rambut putih itu menjadi kelabu dan menambahkan
warna cokelat cukup banyak untuk membuat wajah Backman lima tahun lebih
muda. Kepuasan diri sedang tidak ckperraruhkan dalam hal ini. Tampak muda tidak
penting. Ia hanya ingin bersembunyi.
36 Tamu-tamunya yang terakhir di suite hotel membuatnya menangis. Neal,
putra yang nyaris tak dikenalnya, dan Lisa, menantu yang belum pernah
dilihatnya, menyerahkan Carrie, cucu perempuan berumur dua tahun yang
hanya pernah diimpikannya, ke dalam pelukannya. Mula-mula Carrie juga
menangis, tapi kemudian tenang sewaktu kakeknya menggendongnya ke sana
kemari dan memperlihatkan White House kepadanya. Bersama cucunya,
Backman berjalan dari satu jendela ke jendela lain, dari satu ruangan ke
ruangan lain, sambil mengayun-ayiinkannya dan berbicara kepadanya seolah ia
sudah berpengalaman dengan belasan cucu. Neal memotretnya, tapi ini orang
yang berbeda. Hilang sudah setelan jas menterengnya; ia mengenakan celana
chino dan kemeja kotak-kotak.
Lenyap sudah sesumbar dan arogansinya; ia hanya seorang kakek yang
menempel terus pada cucu perempuannya yang cantik.
Layanan kamar mengantar makan siang yang terlambat berupa sup dan
salad. Mereka menikmati jamuan keluarga yang tenang, yang pertama bagi Joel
setelah bertahun-tahun lamanya. Ia makan dengan satu tangan karena
tangannya yang lain masih sibuk memegangi Carrie yang duduk di lututnya,
yang tak pernah berhenti mengayun-ayunkannya.
Joel memperingatkan mereka tentang berita Post besok pagi, dan
menjelaskan alasan di balik itu. Penting baginya untuk terlihar di Washington,
dan dengan cara yang paling mencolok. Dengan begitu, ia akan mengulur
waktu, membuat bingung semua orang yang mungkin masih mencarinya. Berira
itu akan menciptakan riak besar, dan akan dibicarakan selama berhari-hari,
lama sesudah ia pergi. Lisa ingin jawaban tentang bahaya yang mengancam Joel, dan Joel
mengakui bahwa ia tidak tahu pasti. Ia akan menghilang selama beberapa
waktu, terus bergerak, selalu waspada. Ia belajar banyak selama dua bulan
rerakhir. "Aku akan kembali dalam bebempa mmggu, ^ T*..aknakan waktu. Mudah-muclahan^ setelan dc v
keadaan akan lebih aman."
"Kau mau pergi ke mana"" tanya Neal.
"Aku akan naik kereta ke Philly, lalu naik pesawat ke Oakland. Aku ingin
mengunjungi ibuku. Bagus juga kalau kau mengiriminya kartu sekali-sekali. Aku
tidak akan terburu-buru, dan akhirnya akan sampai di suatu tempat di Eropa."
"Paspor mana yang akan kaugunakan""
"Bukan yang kudapatkan kemarin."
"Apa"" "Aku tidak akan membiarkan CIA memonitor gerakanku. Kecuali ada situasi
darurat, aku tidak akan pernah menggunakan keduanya." "Lalu bagaimana kau
bisa bepergian"" "Aku punya paspor lain. Ada teman yang me-minjamkannya
padaku." Neal melontarkan ratapan curiga, seolah tahu apa arti "teman" itu. Namun
Lisa tidak melihatnya, dan Carrie memilih saat itu untuk pipis. Joel cepat-cepat
mengangsurkannya kepada ibunya.
Sementara Lisa di kamar mandi untuk mengganti popok, Joel merendahkan
suaranya dan berkata, "Tiga hal. Pertama, sewa biro keamanan untuk menyapu
rumah, kantor, dan mobilmu. Kau akan terkejur. Biayanya sekitar sepuluh ribu,
dan harus dilakukan secepatnya. Yang kedua, aku ingin kau mencarikan tempat
di dekat-dekat sini. Ibuku, nenekmu, terperangkap di Oakland tanpa ada yang
pernah menengoknya. Tempat yang baik harganya sekitar tiga sampai empat
ribu sebulan." "Kuanggap kau punya uang." , "Ketiga, ya, aku punya uang. Uang itu ada di
rekening bank Maryland Trust di sini. Kau salah saru pemiliknya. Tarik dua
puluh lima ribu untuk menutup biaya yang sudah kaukeluarkan sejauh ini, dan
simpan sisanya di tempat yang tak jauh darimu."
"Aku tidak membutuhkan sebanyak itu."
"Well, belanjakanlah kalau begitu, oke" Santai saja dulu. Bawa anakmu ke
Disney World." "Bagaimana kita berhubungan""
"Semenrara ini, lewat e-mail, rutinitas Grinch seperti biasa. Aku cukup jago,
kau tahu." "Apakah kau aman, Dad""
"Yang paling buruk sudah berlalu."
Lisa kembali bersama Carrie, yang ingin kembali ke lutut yang terayun-ayun. Joel menggendongnya selama mungkin.
Ayah dan anak itu memasuki Union Station bersama-sama, sementara Lisa
dan Carrie menunggu di mobil. Keramaian dan kesibukan stasiun membuat Joel
gelisah lagi; kebiasaan-kebiasaan lama akan sulit dihilangkan. Ia menarik tas
kabin, penuh dengan semua barang miliknya.
Ia membeli tiket ke Philadelphia, dan saat mc-reka berjalan pelan menuju peron, Neal bertanya, "Aku ingin tahu ke mana
kau akan pergi." Joel berhenti dan menatapnya. "Aku akan kembali ke Bologna."
"Ada teman di sana, bukan""
"Ya." "Berjenis kelamin perempuan"" "Oh, jelas."
"Kenapa aku tidak kaget""
"Mau bagaimana lagi, Nak" Itu selalu menjadi titik lemahku." "Orang Italia""
"Ya. Ia sangat istimewa." "Mereka memang selalu sangat istimewa." "Yang satu
ini menyelamatkan nyawaku." "Ia tahu kau akan kembali"" "Kurasa begitu."
"Berhati-hatilah, Dad." "Sampai jumpa sekitar satu bulan lagi." Mereka
berpelukan dan mengucapkan selamat berpisah.
Catatan Pengarang Latar belakangku adalah hukum, yang jelas bukan satelit dan spionase.
Sekarang ini aku lebih takut pada peralatan elektronik berteknologi tinggi
ketimbang setahun yang lalu. (Buku ini masih ditulis menggunakan program
pengolah kata yang usianya sudah tiga belas tahun. Kalau ia mulai terbatuk-batuk, yang sepertinya semakin sering terjadi akhir-akhir ini, aku menahan
napas. Pada saat ia menyerah, barangkali aku juga akan berhenti.)
Ini kisah fiksi, folks. Aku tidak tahu banyak tentang spionase, alat
pengintaian elektronik, telepon satelit, smartphone, alat penyadap, alat
perekam, mikrofon, dan orang-orang yang menggunakannya. Kalau ada bagian
novel ini yang mendekati kebenaran, barangkali itu kesalahan.
memiliki kemewahan untuk melempar anak panah dart ke peta dunia dan
memutuskan tempat untuk menyembunyikan Mr. Backman. Di mana saja
sebenarnya bisa. Tapi aku memuja segala hal tentang Italia, dan harus kuakui,
mataku tidak ditutup ketika aku melempar anak panah itu.
Riset (kata yang terlalu berlebihan) yang kulakukan membawaku ke
Bologna, kota tua yang menyenangkan dan membuatku langsung jatuh cinta.
Temanku, Luca Patuelli, membawaku berkeliling. Ia mengenal semua koki di
Bologna, bukan sesuatu yang pantas diremehkan, dan selama kerja keras kami,
berat badanku naik sekitar lima kilogram.
Terima kasih pada Luca, pada teman-temannya, dan kota mereka yang
hangat dan menakjubkan. Terima kasih juga kepada Gene McDade, Mike
Moody, dan Bert Colley. tamat Jago Kelana 11 Pendekar Mabuk 054 Kipas Dewi Murka Kisah Tiga Kerajaan 7
^