Pahlawan Yang Hilang 8
The Heroes Of Olympus 1 Pahlawan Yang Hilang Lost Of Hero Bagian 8
sepi dan berhantu. Leo bisa saja memercayai bahwa reruntuhan tersebut dikutuk. "Jason!" suara
seorang gadis memanggil. Thalia muncul dari tengah-tengah kabut, jaketnya berlapis salju. Busurnya ada
di tangan, sedangkan wadah panahnya hampir kosong. Thalia lari ke arah mereka, tapi baru menapak
beberapa langkah sebelum ogre bertangan enam"salah satu Anak Bumi"melesat keluar dari badai di
belakangnya, mengangkat sebuah pentungan di masing-masing tangan. "Awas!" teriak Leo. Mereka
bergegas membantu, tapi Thalia bisa mengatasinya. Dia memasang anak panah selagi dia berputar
laksana pesenam, dan mendarat dalam posisi berlutut. Si ogre terkena panah perak di antara kedua
matanya dan meleleh menjadi gundukan tanah liat.
Thalia berdiri dan mengambil anak panahnya lagi, tapi mata panah tersebut patah. "Itu panah
terakhirku." Thalia menendang gundukan tanah liat dengan sebal. "Ogre bodoh." "Tapi tembakanmu
bagus," kata Leo. Thalia mengabaikan Leo seperti biasa (tak diragukan lagi bermakna bahwa Thalia
menganggap Leo keren seperti biasa). Dia memeluk Jason dan mengangguk kepada Piper. "Tepat waktu.
Para Pemburuku bertahan di perimeter griya, tapi kami bakalan kalah jumlah tidak lama lagi." "Kalah
jumlah dibandingkan Anak Bumi?" tanya Jason. "Dan serigala"anak buah Lycaon." Thalia meniup
bercak salju dari hidungnya. "Juga roh-roh badai?" "Tapi kami sudah menyerahkan mereka pada
Aeolus!" protes Piper. "Yang berusaha membunuh kita," Leo mengingatkannya. "Mungkin dia
membantu Gaea lagi." "Entahlah," ujar Thalia. "Tapi para monster terus saja mewujud kembali, hampir
secepat kami membunuh mereka. Kami merebut Rumah Serigala tanpa kesulitan: mengagetkan para
penjaga dan langsung mengirim mereka ke Tartarus. Tapi kemudian datanglah badai salju ganjil ini.
Monster mulai menyerang secara bergelombang. Sekarang kami terkepung. Aku tak tahu siapa atau apa
yang memimpin penyerbuan, tapi menurutku mereka sudah merencanakan ini. Ini adalah jebakan bagi
siapa pun yang mencoba menyelamatkan Hera." "Di mana dia?" tanya Jason. "Di dalam," kata Thalia.
"Kami mencoba membebaskannya, tapi kami tak tahu cara membuka kurungan. Matahari terbenam
beberapa menit lagi. Menurut Hera, saat itulah Porphyrion bakal lahir kembali. Selain itu, sebagian
monster lebih kuat di malam hari. Seandainya kita tak segera membebaskan Hera?"
Thalia tidak perlu menyelesaikan pengandaian itu. Leo, Jason, dan Piper mengikuti Thalia ke dalam griya
yang porak-poranda. *** Jason melangkahi ambang pintu dan serta-merta ambruk. "Heir Leo menangkapnya. "Hati-hati, Bung.
Ada apa?" "Tempat ini ..." Jason menggeleng-gelengkan kepala. "Maaf Aku teringat begitu saja." kau
pernah ke sini," ujar Piper. "Kami berdua pernah ke sini," kata Thalia. Ekspresinya muram, seperti
sedang menceritakan kematian seseorang. "Ke sinilah ibuku membawa kami ketika Jason masih kecil.
Ibuku meninggalkan Jason di sini, memberitahuku bahwa dia sudah mati. Dia menghilang begitu saja."
"Dia menyerahkanku pada para serigala," gumam Jason. "Atas paksaan Hera. Dia menyerahkanku pada
Lupa." "Bagian itu aku tidak tahu." Thalia mengerutkan kening. "Siapa itu Lupa?" Sebuah ledakan
mengguncangkan bangunan. Tepat di luar, awan jamur biru membubung, menghasilkan hujan salju dan
es bagaikan ledakan nuklir yang dingin alih-alih panas. "Mungkin ini bukan waktunya untuk bertanya,"
tukas Leo. "Antar kami ke sang dewi." Begitu berada di dalam, Jason sepertinya pulih kembali. Rumah itu
dibangun membentuk huruf U raksasa, dan Jason membimbing mereka melewati kedua sayap bangunan
untuk menuju halaman luar dengan kolam kosong. Di dasar kolam, persis seperti yang dipaparkan Jason
mengenai mimpinya, terdapat
dua pilar dari batu dan sulur akar yang telah merekah keluar dari fondasi. Salah satu pilar jauh lebih
besar"massa hitam padat setinggi kira-kira enam meter, dan menurut Leo bentuknya seperti kantong
mayat dari batu. Di bawah kumpulan sulur yang menyatu, Leo dapat melihat bentuk sebuah kepala,
bahu lebar, dada serta lengan mahabesar, seperti makhluk yang terbenam di tanah sampai sepinggang.
Bukan, bukan terbenam"tumbuh. Di seberangnya kolam itu, terdapat pilar lain yang lebih kecil dan
jalinannya lebih longgar. Tiap sulur setebal tiang telepon, sedangkan rongga-rongganya demikian sempit
sehingga Leo ragu lengannya bisa lewat. Walau begitu, dia bisa melihat ke dalam. Dan di tengah-tengah
kurungan itu berdirilah Tia Callida. Dia persis seperti yang diingat Leo: rambut hitam yang ditutupi
selendang, jubah hitam ala janda, wajah keriput dengan mata mengerikan yang berkilat-kilat. Dia tidak
berpendar atau memancarkan kekuatan sama sekali. Dia terlihat seperti manusia fana biasa, layaknya
pengasuh lama Leo yang sinting. Leo menjatuhkan diri ke dalam kolam dan mendekati kurungan
tersebut. "Hola, Ti'a. Ada masalah kecil, ya?" Wanita itu bersedekap dan mendesah jengkel. "Jangan
amati aku seperti salah satu mesinmu, Leo Valdez. Keluarkan aku dari sini!" Thalia melangkah ke
samping Leo dan memandangi kurungan itu dengan sebal"atau mungkin dia sedang memandangi sang
dewi. "Kami sudah mencoba semua cara yang terpikir oleh kami, Leo, tapi mungkin hatiku sebenarnya
tak sudi. Kalau terserah aku, akan kubiarkan saja dia di sana." "Ohh, Thalia Grace," kata sang Dewi.
"Ketika aku keluar dari sini, kau akan menyesal dirimu pernah dilahirkan."
"Sudahlah!" bentak Thalia. "Kau sudah membawa petaka bagi semua anak Zeus selama berabad-abad.
Kau mengutus sekawanan sapi mencret untuk mengejar temanku Annabeth?" "Dia bersikap kurang
ajar!" "Kau menjatuhkan patung ke kakiku." "Itu kecelakaan!" "Dan kau mengambil adikku!" Suara Thalia
pecah karena emosi. "Di sini"di tempat ini. Kau menghancurkan hidup kami. Semestinya kami serahkan
raja kau pada Gaea!" "Hei," potong Jason. "Thalia"Kak"aku tahu. Tapi ini bukan waktunya. Kau
sebaiknya membantu para Pemburu." Thalia mengatupkan rahangnya. "Baiklah. Demi kau, Jason. Tapi
kalau kautanya pendapatku, dia tak layak diselamatkan." Thalia berbalik, melompat keluar dari kolam,
dan mening-galkan bangunan sambil bersungut-sungut. Leo menoleh kepada Hera, mau tak mau angkat
topi. "Sapi mencret?" "Fokuskan perhatianmu pada kurungan, Leo," gerutu Hera. "Dan Jason"kau lebih
bijaksana daripada kakakmu. Aku sudah memilih jagoanku dengan tepat." "Aku bukan jagoan Anda,
Nyonya," kata Jason. "Aku cuma membantu Anda karena Anda telah mencuri ingatanku dan
menyelamatkan Anda masih lebih baik, dibandingkan dengan alternatif yang satu lagi. Ngomongngomong, itu apa?" Jason mengangguk ke pilar satu lagi yang menyerupai kantong mayat granit ukuran
raksasa. Apakah Leo cuma berkhayal, ataukah pilar itu memang makin tinggi sejak mereka sampai di
sini" "Itu, Jason," kata Hera, "adalah raja raksasa yang tengah dilahirkan kembali." "Jijik," kata Piper.
[ 522 ] LEO "Benar sekali," kata Hera. "Porphyrion, yang terkuat di antara kaumnya. Gaea membutuhkan kekuatan
yang besar untuk membangkitkannya lagi"kekuatanku. Selama berminggu-minggu aku semakin lemah
sementara esensiku digunakan untuk menum-buhkan wujud baru bagi Porphyrion." "Jadi, Anda seperti
lampu inframerah," tebak Leo. "Atau pupuk." Sang dewi memelototinya, tapi Leo tak peduli. Wanita tua
ini telah membuat hidupnya sengsara sejak dia bayi. Dia berhak mempermainkan wanita tersebut.
"Bercandalah sesukamu," kata Hera dengan nada judes. "Tapi saat matahari terbenam, semuanya sudah
terlambat. Sang raksasa akan terbangun. Dia akan menawariku pilihan: menikahinya, atau dimakan oleh
bumi. Dan aku talc bisa menikahinya. Kita semua akan binasa. Dan saat kita mati, Gaea akan terjaga."
Leo memandang pilar si raksasa sambil mengerutkan kening. "Tak bisakah kita ledakkan pilar itu atau
apalah?" "Tanpa aku, kalian tak memiliki kekuatan," kata Hera. "Tak ada bedanya dengan mencoba
meledakkan gunung." "Kami sudah melakukan itu sekali hari ini," kata Jason. "Bergegas sajalah dan
bebaskan aku!" tuntut Hera. Jason menggaruk-garuk kepala. "Leo, bisa kau melakukannya?" "Entahlah."
Leo berusaha tidak panik. "Lagi pula, kalau dia dewi, kenapa dia tak membobol kurungannya sendiri?"
Hera mondar-mandir dengan gusar dalam kurungannya, mengumpat dalam bahasa Yunani Kuno. "Pakai
otakmu, Leo Valdez. Aku memilihmu karena kau pintar. Begitu terperangkap, kekuatan seorang dewa
tak dapat digunakan. Ayahmu sendiri pernah memerangkapku di kursi emas. Sungguh memalukan! Aku
harus mengemis-ngemis"mengemis-ngemis kepadanya agar
membebaskanku dan minta maaf karena sudah mengusirnya dari Olympus." "Kedengarannya adil," Leo
berkata. Hera memelototi Leo dengan galak. "Aku memperhatikanmu sejak kecil, Putra Hephaestus,
sebab aku tahu kau bisa membantuku saat ini. Jika ada yang bisa menemukan cara untuk
menghancurkan benda terkutuk ini, kaulah orangnya." "Tapi ini bukan mesin. Justru kelihatannya Gaea
menjulurkan tangannya dari tanah dan ..." Leo merasa puling. Larik ramalan mereka muncul kembali
dalam benaknya: Pahl besi dan merpati `lean patahkan sangkar. "Tunggu sebentar. Aku memang punya
ide. Piper, aku membutuhkan pertolonganmu. Dan kita bakalan membutuhkan waktu." Udara
mendadak jadi dingin. Temperatur turun sedemikian cepat sampai-sampai bibir Leo pecah-pecah dan
napasnya berubah menjadi kabut. Bunga es melapisi dinding Rumah Serigala. Para ventus menyerbu
masuk"tapi alih-alih berupa pria bersayap, mereka berbentuk seperti kuda dengan tubuh gelap dari
awan badai dan surai yang berkilat-kilat karena petir. Sebagian tertusuk panah perak di bagian samping.
Di belakang mereka masuklah serigala bermata merah dan Anak Bumi bertangan enam. Piper
menghunus belatinya. Jason menyambar papan berlapis es dari lantai kolam. Leo merogoh sabuk
perkakasnya, tapi dia begitu terguncang sampai-sampai yang dia keluarkan hanyalah sekaleng permen
penyegar napas rasa mint. Leo menjejalkan kaleng permen itu kembali, berharap semoga tak ada yang
memperhatikan, dan mengeluarkan godam sebagai gantinya. Salah satu serigala menapak maju. Serigala
tersebut menyeret patung seukuran manusia dengan cara menggigit kakinya. Di tepi kolam, si serigala
membuka mulutnya dan menjatuhkan patung itu
[ 524 ] LEO untuk mereka lihat"patung es seorang gadis, pemanah berambut pendek cepak dan bermimik terkejut.
"Thalia!" Jason buru-buru maju, tapi Piper dan Leo menariknya ke belakang. Tanah di sekeliling Thalia
sudah mengeras karena jejaring es. Leo khawatir kalau Jason menyentuh Thalia, dia jugs akan membeku.
"Siapa yang melakukan ini?" teriak Jason. Tubuhnya berderak dialiri listrik. 'Akan kubunuh kau dengan
tanganku sendiri!" Danbelakang para monster, Leo mendengar tawa seorang gadis, jernih dan dingin.
Gadis itu melangkah keluar dari tengah-tengah kabut dalam balutan gaun putih saljunya, mahkota perak
bertengger di rambut hitam panjangnya. Gadis tersebut memandangi mereka dengan mata cokelat tua
yang menurut Leo teramat cantik di Quebec. "Bonsoir, mes amis," ujar Khione, sang Dewi Salju. Dia
menyunggingkan senyum sedingin es kepada Leo. "Sayang sekali, Putra Hephaestus, kaubilang kau
butuh waktu" Aku khawatir waktu adalah satu perlengkapan yang tidak kaumiliki."
BAB EMPAT PULUH SEMBILAN JASON SESUDAH PERTARUNGAN DI GUNUNG DIABLO, Jason tak mengira dirinya bisa merasa lebih takut atau
putus asa. Sekarang kakaknya membeku di kakinya. Dia dikepung oleh monster. Pedang emasnya patah
dan digantikan dengan sepotong kayu. Dia punya waktu lima menit pas sebelum raja raksasa
menyembul keluar dan membinasakan mereka. Jason sudah mengeluarkan kartu asnya, memanggil
petir Zeus ketika dia bertarung melawan Enceladus, dan dia ragu dirinya masih memiliki kekuatan atau
Olympus mau bekerja sama untuk melakukan itu lagi. Artinya, satu-satunya aset Jason adalah dewi
rewel yang sedang terpenjara, semacam pacar tidak resmi yang membawa belati, dan Leo, yang rupanya
mengira dia dapat mengalahkan pasukan kegelapan dengan permen penyegar napas rasa mint.
Celakanya, kenangan terburuk Jason mendadak bermunculan, membanjiri benaknya. Jason tahu pasti
dia pernah melakukan banyak hal berbahaya sepanjang hidupnya, tapi dia tak pernah begitu dekat
dengan maut seperti saat ini.
526 JASON Musuh mereka cantik. Khione tersenyum, mata gelapnya berkilauan saat belati es tumbuh di tangannya.
"Apa yang sudah kaulakukan?" tuntut Jason. "Oh, banyak sekali," kata sang Dewi Salju dengan nada
manja. "Saudarimu belum mati, kalau itu maksudmu. Dia dan para Pemburunya akan menjadi mainan
bagus bagi para serigala. Kurasa akan kami cairkan mereka satu-satu dan buru mereka untuk hiburan.
Biarkan mereka yang gantian jadi mangsa." Para serigala menggeram penuh apresiasi. "Ya, Sayang."
Khione melekatkan tatapan matanya pada Jason. "Saudarimu hampir membunuh raja mereka, kautahu.
Lycaon sedang berada dalam gua di suatu tempat, tak diragukan lagi tengah menjilati lukanya, namun
anak buahnya telah bergabung dengan kami untuk membalaskan dendam majikan mereka. Dan tidak
lama lagi Porphyrion akan bangkit, dan kami akan menguasai dunia." "Pengkhianat!" teriak Hera. "Dasar
dewi kelas empat tukang ikut campur! Kau bahkan tidak pantas menuangkan anggur untukku, apalagi
menguasai dunia." Khione mendesah. "Menyebalkan seperti biasanya, Ratu Hera. Aku sudah
bermilenium-milenium ingin membungkam mulut-mu." Khione melambaikan tangan, dan es pun
melingkupi kurung-an, menyengal rongga-rongga di antara sulur tanah. "Begitu lebih baik," kata sang
Dewi Salju. "Nah, Demigod, mengenai ajal kalian?" "Kaulah yang mengelabui Hera agar datang ke sini,"
kata Jason. "Kaulah yang memberi Zeus ide agar menutup Olympus." Para serigala menggeram, dan rohroh badai meringkik, siap menyerang, tapi Khione mengangkat tangannya. "Sabar, Cintaku. Jika dia ingin
bicara, apa salahnya" Matahari hampir terbenam,
dan waktu ada di pihak kita. Tentu saja, Jason Grace. Layaknya salju, suaraku tenang dan lembut, serta
sangat dingin. Mudah bagiku untuk berbisik kepada dewa-dewa lain, terutama ketika aku semata-mata
mengonfirmasi rasa takut terdalam milik mereka sendiri. Aku juga berbisik ke telinga Aeolus dan
memberinya ide supaya dia mengeluarkan perintah agar membunuh semua demigod. Hanya
pengabdian kecil untuk Gaea, namun aku yakin aku akan diberi imbalan memuaskan ketika putranya,
para raksasa, naik ke tampuk kekuasaan." "Kau bisa saja membunuh kami di Quebec," kata Jason.
"Kenapa kaubiarkan kami hidup?" Khione mengernyitkan hidungnya. "Urusan yang merepotkan,
membunuh kalian di rumah ayahku, terutama ketika beliau berkeras menjumpai semua tamu. Aku
sudah mencoba, kalian ingat. Pasti menyenangkan seandainya ayahku setuju untuk mengubah kalian
jadi es. Tapi begitu beliau menjamin kalian boleh melintas dengan aman, aku talc bisa secara terbuka
menentang beliau. Ayahku sudah tua dan bodoh. Dia hidup dibayang-bayangi rasa takut terhadap Zeus
dan Aeolus. Tetapi dia memang kuat. Tidal( lama lagi, ketika majikan baruku telah terbangun, aku akan
melengserkan Boreas dan merebut takhta Angin Utara. Tapi, sekarang belum waktunya. Lagi pula,
ayahku ada benarnya. Misi kalian sama artinya dengan bunuh diri. Aku menduga kalian akan gagal."
"Dan untuk membantu kami," kata Leo, "kau menjatuhkan naga kami dari langit di atas Detroit. Kabel
beku di kepala Festus"itu ulahmu. Kau bakal membayar untuk itu." "Kau jugalah yang menyampaikan
informasi mengenai kami pada Enceladus," imbuh Piper. "Kami dirongrong badai salju sepanjang
perjalanan." "Ya, sekarang aku merasa dekat sekali dengan kalian semua!" kata Khione. "Begitu kalian
melewati Omaha, kuputuskan untuk
meminta Lycaon agar melacak kalian supaya Jason bisa mati di sini, di Rumah Serigala." Khione
tersenyum kepada Jason. "Soalnya, Jason, jika darahmu tertumpah di sini, tanah keramat ini akan
ternoda selama bergenerasi-generasi. Rekan-rekan demigodmu akan murka, terutama ketika mereka
menemukan jasad dua orang dari Perkemahan Blasteran. Mereka akan meyakini bahwa bangsa Yunani
telah berkonspirasi dengan raksasa. Akan ada konflik yang lezat." Piper dan Leo sepertinya tidak
memahami perkataan Khione. Tapi Jason tahu. Ingatannya yang kembali sudah cukup banyak, dan dia
menyadari betapa efektifnya rencana maut Khione. "Kau hendak mengadu domba para demigod," kata
Jason. "Memang mudah sekali!" kata Khione. "Seperti yang kukatakan kepadamu, aku hanya mendorong
perbuatan yang akhirnya akan kalian lakukan sendiri." "Tapi, kenapa?" Piper merentangkan tangan.
"Khione, kau akan memorak-porandakan dunia. Para raksasa akan meng-hancurkan segalanya. Kau tak
menginginkan itu. Suruh monster-monstermu mundur." Khione ragu-ragu, lalu tertawa. "Kemampuan
persuasimu makin membaik, Non. Tapi aku ini dewi. Kau talc bisa membujukku dengan charmspeak.
Kami para dewa angin adalah makhluk kaos! Akan kugulingkan Aeolus dan kubiarkan badai bebas
berlalu lalang. Jika kami menghancurkan dunia fana, lebih baik lagi! Para manusia fana talc pernah
menghormatiku, bahkan pada zaman Yunani. Manusia dan ocehan mereka soal pemanasan global. Bah!
Akan kudinginkan mereka dengan cepat. Ketika kami mengambil alih tempat-tempat kuno, akan
kuselimuti Acropolis dengan salju." "Tempat-tempat kuno." Mata Leo membelalak. "Itulah yang
dimaksud Enceladus soal menghancurkan akar para dewa. Maksudnya Yunani."
"Kau boleh bergabung denganku, Putra Hephaestus," kata Khione. "Aku tabu kau beranggapan aku ini
cantik. Sudah cukup bagi rencanaku jika dua orang ini saja yang mati. Tolak takdir konyol yang telah
diberikan Moirae kepadamu. Hiduplah dan jadilah jagoanku. Keahlianmu pastilah bermanfaat." Leo
tercengang. Dia melirik ke belakangnya, seolah Khione mungkin saja bicara kepada orang lain. Selama
sedetik Jason merasa khawatir. Dia menduga tidak tiap hari dewi cantik mengajukan tawaran semacam
ini kepada Leo. Kemudian Leo tertawa begitu nyaring sampai-sampai dia terbungkuk. "Bergabung
denganmu" Yang benar saja. Sampai kau bosan padaku dan menjadikanku es Leo" Non, tak ada yang
boleh merusak nagaku dan lobos begitu saja. Aku tak percaya aku pernah menganggapmu hot"seksi."
Wajah Khione jadi merah. "Hot" Panas" Berani-beraninya kau menghinaku" Aku ini dingin, Leo Valdez.
Amat sangat dingin." Khione melontarkan semburan salju kepada para demigod, tapi Leo mengangkat
tangannya. Dinding api berkobar-kobar di depannya, dan salju pun meleleh menjadi awan kabut. Leo
menyeringai. "Lihat, Non, itulah yang terjadi pada salju di Texas. Salju di Texas pasti meleleh!" Khione
mendesis. "Sudah cukup. Hera makin lemah. Porphyrion akan bangkit. Bunuh para demigod. Biar
mereka jadi makanan pertama bagi raja kita!" Jason mengangkat papan kayu lapis esnya--senjata konyol
untuk dipakai bertarung sampai mati"dan para monster pun menyerang.
BAB LIMA PULUH JASON SEEKOR SERIGALA MENERJANG JASON. JASON melangkah mundur dan mengayunkan papan kayunya ke
moncong hewan itu. Terdengarlah bunyi derak yang nyaring. Mungkin hanya perak yang dapat
membunuh serigala tersebut, tapi papan bekas masih bisa membuatnya pusing tujuh keliling. Jason
berbalik ke arah datangnya bunyi kaki kuda dan melihat kuda roh badai menerjangnya. Jason
berkonsentrasi dan memanggil angin. Tepat sebelum roh tersebut sempat menginjak-injaknya, Jason
melompat ke udara, mencengkeram leher kuda yang sehalus asap, dan meloncat ke punggungnya. Roh
badai itu mendompak. Ia berusaha menjatuhkan Jason, lalu berusaha mengabur menjadi kabut supaya
Jason lepas; tapi entah bagaimana Jason terus bertahan. Dengan kekuatan tekad, Jason memerintahkan
kuda itu agar tetap memadat, dan kuda tersebut sepertinya tak kuasa menolak. Jason bisa merasakan
roh badai itu berjuang melawannya. Dia bisa merasakan pemikiran kuda roh badai yang murka"
makhluk kekacauan yang mencoba untuk membebaskan diri. Jason harus mencurahkan segenap
tekadnya untuk mewujudkan keinginannya dan mengendalika kuda tersebut. Jason memikirkan Aeolus,
mengawasi beribu-ribt roh seperti ini, sebagian malah jauh lebih liar. Tidak heran sang Penguasa Angin
jadi agak gila setelah berada di bawah tekanan itu selama berabad-abad. Tapi Jason hanya perlu
menguasai saw roh ini saja, dan dia harus menang. "Kau milikku sekarang," kata Jason. Kuda itu meronta,
tapi Jason berpegangan erat-erat. Surainya berkilat-kilat saat ia mengelilingi kolam kosong, kakinya
meng-hasilkan badai guntur mini"topan"di mana saja ia menjejak. "Topan?" tanya Jason. "Itukah
namamu?" Roh kuda menggoyang-goyangkan surainya, jelas-jelas senang karena dikenali. "Baiklah,"
kata Jason. "Sekarang mad kita bertarung." Jason menerjang ke tengah-tengah pertempuran,
mengayun-ayunkan papan esnya, menjatuhkan serigala dan menyerang ventus lain. Topan adalah roh
yang kuat, dan setiap kali dia menubruk salah satu saudaranya, dia melepaskan listrik yang sedemikian
dahsyat sampai-sampai roh lain menguap menjadi kepulan kabut tak berbahaya. Di antara kekacauan itu,
Jason melihat teman-temannya sekilas. Piper dikepung oleh Anak Bumi, tapi tampaknya dia bisa
bertahan sendiri. Piper terlihat begitu mengesankan selagi dia bertarung, memancarkan kecantikan tak
terkira sehingga para Anak Bumi menatapnya kagum, lupa bahwa mereka semestinya membunuh gadis
itu. Mereka menurunkan pentungan dan menonton sambil bengong saat Piper tersenyum dan
menyerang mereka. Mereka balas tersenyum"sampai Piper mencincang-cincang mereka dengan
belatinya, dan mereka meleleh menjadi gundukan lumpur.
[ 532 ] JASON Leo melawan Khione sendirian. Meskipun bertarung melawan dewi semestinya sama saja dengan bunuh
did, Leo adalah orang yang tepat untuk tugas tersebut. Khione terus-menerus mendatangkan belati es
untuk dilemparkan kepada Leo, semburan angin musim dingin, badai es. Leo membakar semuanya.
Sekujur tubuhnya menyala-nyala, dipenuhi lidah api seolah dia telah mengguyur dirinya dengan bensin.
Leo menyerang sang dewi, dan menggunakan dua palu berkepala perak untuk menghajar monster mana
saja yang menghalanginya. Jason menyadari bahwa berkat Leo-lah mereka masih hidup. Auranya yang
membara memanaskan seluruh pekarangan, menangkal sihir musim dingin Khione. Tanpa Leo, mereka
pasti sudah dari tadi membeku seperti para Pemburu. Ke mana pun Leo pergi, es meleleh dari batu.
Thalia sekalipun mulai mencair sedikit ketika Leo menapakkan kaki di dekatnya. Khione pelan-pelan
mundur. Ekspresinya berubah dari murka menjadi terkejut sampai agak panik sementara Leo semakin
dekat. Jason mulai kehabisan musuh. Serigala-serigala terkulai tak berdaya. Sebagian menyingkir, masuk
ke reruntuhan bangunan sambil mendengking karena terluka. Piper menikam Anak Bumi terakhir, yang
terguling ke tanah dan menjadi gundukan lumpur. Jason menunggangi Topan untuk menerjang ventus
The Heroes Of Olympus 1 Pahlawan Yang Hilang Lost Of Hero di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terakhir, membuyarkannya hingga jadi uap. Lalu Jason berputar dan melihat Leo membidik sang dewi
salju. "Kalian terlambat," geram Khione. "Dia sudah terbangun! Dan jangan kira kalian sudah menang di
sini, Demigod. Rencana Hera takkan pernah berhasil. Kalian akan saling bantai sebelum kalian sempat
menghentikan kami." Leo menyulut palunya lalu melemparkan kedua palu itu kepada sang dewi, namun
dia berubah menjadi salju"citra putih dirinya yang sehalus bubuk. Palu Leo mengenai sang wanita salju,
membuyarkannya menjadi tumpukan butiran salju halus yang berasap. Piper tersengal-sengal, tapi dia
tersenyum kepada Jason. "Kuda yang bagus." Topan mendompak, listrik lengkung mengalir di antara
kaki-kakinya. Benar-benar tukang pamer. Kemudian Jason mendengar bunyi retak di belakang mereka.
Es yang meleleh di kurungan Hera tertumpah menjadi salju cair, dan sang dewi berseru, "Oh, jangan
khawatirkan aku! Aku cuma ratu langit yang sedang sekarat di sini!" Jason turun dan memerintah Topan
supaya diam di tempat. Ketiga demigod melompat ke dalam kolam dan lari ke pilar. Leo mengerutkan
kening. "Eh, Tia Callida, apa Anda ber-tambah pendek?" "Tidak, Dasar Dungu! Bumi sedang menelanku.
Cepat!" Meskipun Jason tidak menyukai Hera, yang dia lihat di dalam kurungan membuatnya waswas.
Bukan hanya Hera yang sedang tenggelam, tapi tanah di sekelilingnya juga sedang naik seperti air dalam
tangki. Batu cair sudah menutupi tulang kering sang dewi. "Sang raksasa terbangun!" Hera
memperingatkan. "Waktu kalian tinggal beberapa detik lagi!" "Siap," kata Leo. "Piper, aku butuh
bantuanmu. Bicaralah pada kurungan ini." "Apar ujar Piper. "Bicaralah pada kurungan ini. Kerahkan
semua yang kaupunya. Yakinkan Gaea supaya tidur. Ninabobokan dia. Pokoknya perlambat dia,
usahakan supaya sulur-sulurnya merenggang sementara aku?" "Baiklah!" Piper berdeham dan berkata,
"Hai, Gaea. Malam ini indah, ya" Ya ampun, aku capek banget. Kau bagaimana" Sudah siap untuk tidur?"
[ 534 1 JASON Semakin Piper bicara, dia kedengaran semakin percaya Jason merasa matanya sendiri jadi berat, dan dia
harus memaksa diri agar tak memfokuskan perhatian pada kata-kata Piper. Ucapan Piper sepertinya
berpengaruh terhadap kurungan. Lumpur naik lebih lambat. Sulur-sulurnya tampaknya sedikit
melunak"menjadi lebih mirip akar pohon batu. Leo mengeluarkan gergaji bundar dari sabuk
perkakasnya. Bagaimana bisa perkakas itu muat di sana, Jason sama sekali talc tahu. Kemudian Leo
memandangi kabel gergaji dan menggeram frustrasi. "Di sini tidak ada colokan kabel!" Topan sang roh
badai melompat ke dalam kolam dan meringkik. "Sungguh?" tanya Jason. Topan menganggukkan kepala
dan berderap mendekati Leo. Leo terlihat tak yakin, namun dia mengulurkan kabel gergaji, yang sertamerta disambar angin dan ditancapkan ke samping tubuh si kuda. Petir berkilat, mengalir ke kabel, dan
gergaji bundar itu pun menyala. listrik bolak-balik." "Keren!" Leo menyeringai. "Kudamu dilengkapi
sambungan Suasana hati mereka yang bagus tidak bertahan lama. Di seberang kolam, pilar sang raksasa
runtuh disertai bunyi seperti pohon yang patah jadi dua. Lapisan sulur terluarnya merekah dari atas ke
bawah, menghasilkan hujan serpihan batu dan kayo sementara sang raksasa bergoyang-goyang untuk
membebaskan diri dan memanjat keluar dari dalam bumi. Enceladus. Jason kira tak mungkin ada yang
lebih menyeramkan daripada Dia keliru.
Porphyrion jauh lebih tinggi, dan jauh lebih berotot. Dia tidak memancarkan panas, atau menunjukkan
tanda-tanda bahwa dia bisa menyemburkan api, tapi ada sesuatu yang lebih mengerikan dalam
dirinya"semacam kekuatan, bahkan daya magnet, seakan raksasa itu demikian besar dan padat
sehingga memiliki medan gravitasinya sendiri. Seperti Enceladus, sang raja raksasa bertubuh manusia
dari pinggang ke atas, mengenakan baju zirah perunggu, sedangkan dari pinggang ke bawah dia memiliki
kaki naga bersisik; namun kulittiya sewarna petai. Rambutnya sehijau daun musim panas, dikepang
panjang dan dihiasi senjata"belati, kapak, pedang seukuran asli, sebagian bengkok dan berlumuran
darah"mungkin kenang-kenangan yang diambil dari demigod beribu-ribu tahun yang lalu. Ketika
raksasa itu membuka mata, matanya putih polos seperti marmer yang digosok. Dia menarik napas
dalam-dalam. "Hidup!" dia menggerung. "Puji syukur kepada Gaea!" Jason mengeluarkan erangan kecil
heroik yang moga-moga saja tidak bisa didengar kawan-kawannya. Dia sangat yakin tak ada demigod
yang sanggup bertarung solo lawan makhluk ini. Porphyrion bisa mengangkat gunung. Dia bisa
meremukkan Jason dengan satu jari. "Leo," Jason berkata. "Hah?" Mulut Leo menganga. Piper sekalipun
sepertinya terpana. "Kalian bekerja saja terus," kata Jason. "Bebaskan Hera!" "Apo yang hendak
kaulakukan?" tanya Piper. "Kau tak mungkin serius mau?" "Menghibur raksasa?" ujar Jason. "Aku tak
punya pilihan." *** [ 536 ] JASON "Luar biasa!" raung sang raksasa saat Jason mendekat. "Hidangan pembuka! Siapa kau"Hermes" Ares?"
Jason mempertimbangkan ide itu, tapi merasa sebaiknya tidak. "Aku Jason Grace," katanya. "Putra
Jupiter." Mata putih itu menusuknya Di belakang Jason, gergaji bundar Leo mendengung, sedangkan
Piper bicara kepada kurungan dengan nada melenakan, berusaha mengenyahkan rasa takut dari
suaranya. Porphyrion menelengkan kepala ke belakang dan tertawa. "Hebat!" Dia mendongak ke langit
malam mendung. "Jadi, Zeus, kaukurbankan seorang putramu kepadaku" Kuapresiasi niat baikmu, tapi
tindakan tersebut takkan menyelamatkanmu." Langit bahkan tidak menggemuruh. Tidal( ada
pertolongan dari atas. Jason sendirian. Jason menjatuhkan pentungan daruratnya. Serpih-serpih kayu
menancap di seluruh permukaan tangan Jason, tapi itu tak jadi coal sekarang. Dia harus mengulur-ulur
waktu untuk Leo serta Piper, dan dia tidak bisa melakukan itu tanpa senjata yang memadai. Sekaranglah
waktunya untuk berlagak lebih berani daripada yang dirasakannya. "Kalau kautahu siapa aku," teriak
Jason kepada sang raksasa, "kau akan khawatir tentangku, bukan ayahku. Kuharap kau menikmati masa
hidupmu yang cuma dua setengah menit, Raksasa, sebab aku akan langsung mengirimmu kembali ke
Tartarus.), Mata sang raksasa menyipit. Dia menjejakkan satu kaki di luar kolam dan berjongkok untuk
melihat lawannya secara lebih saksama. kita akan mengawali duel dengan adu sombong, ya" Persis
seperti dulu! Baiklah, Demigod. Aku Porphyrion, Raja Raksasa, putra Gaea. Pada zaman dahulu kala, aku
bangkit dari Tartarus, jurang tempat tinggal ayahku, untuk menantang para
dewa. Untuk memulai perang, aku merampas ratu Zeus." Dia menyeringai ke kurungan sang dewi. "Halo,
Hera." "Suamiku sudah pernah membinasakanmu, Monster!" kata Hera. "Dia akan melakukannya lagi!"
"Tapi bukan dia yang membinasakanku, Sayang! Zeus tidak cukup kuat untuk membunuhku. Dia harus
mengandalkan demigod remeh untuk membantu. Bahkan dengan bantuan dari para demigod pun, kami
hampir menang. Kali ini, kami akan menuntaskan apa yang pernah kami mulai. Gaea tengah terbangun.
Dia telah memperlengkapi kami dengan banyak abdi yang andal. Pasukan kami akan mengguncangkan
bumi"dan kami akan menghancurkan kalian sampai ke akar." "Kau takkan berani," kata Hera, tapi dia
semakin lemah. Jason bisa mendengarnya dari suara sang dewi. Piper terus berbisik kepada kurungan,
sedangkan Leo terus menggergaji, tapi bumi masih saja naik di dalam penjara Hera, menutupinya hingga
ke pinggang. "Tentu aku berani," kata sang raksasa. "Para Titan menyerang rumah baru kalian di New
York. Nekat, tapi tidak efektif. Gaea lebih bijak dan lebih sabar. Dan kami, anak-anaknya yang terhebat,
jauh lebih kuat daripada Kronos. Kami tahu caranya membunuh kalian dewa-dewi Olympia untuk
selama-lamanya. Kalian harus dicerabut laksana pohon busuk"akar tertua kalian harus dicabut dan
dibakar." Sang raksasa memandang Piper dan Leo sambil mengerutkan kening, seakan dia baru
menyadari bahwa mereka sedang menggarap kurungan. Jason melangkah maju dan berteriak untuk
kembali mengalihkan perhatian Porphyrion. "Katamu demigod membunuhmu?" teriak Jason.
"Bagaimana caranya, kalau kami seremeh itu?"
[ 538 ] JASON "Ha! Kaukira aku mau menjelaskannya kepadamu" Aku diciptakan untuk menjadi pengganti Zeus,
dilahirkan untuk membinasakan penguasa langit. Aku akan merebut takhtanya. Aku akan merebut
istrinya"atau, jika wanita itu tak bersedia menerimaku, akan kubiarkan bumi menelan daya hidupnya.
Yang kaulihat di hadapanku, Bocah, hanyalah wujudku yang masih lemah. Tiap jam aku akan tumbuh
semakin kuat, hingga aku tak terkalahkan. Tapi sekarang pun aku bisa saja menghancurkan kalian
menjadi setitik debu!" Porphyrion berdiri tegak dan mengulurkan tangan. Tombak sepanjang enam
meter melesat keluar dari tanah. Dia mencengkeram tombak itu, kemudian menjejak tanah dengan kaki
naganya. Reruntuhan itu berguncang. Di sekeliling mereka di pekarangan, monster-monster mulai
berkumpul kembali"roh badai, serigala, Anak Bumi, semuanya menjawab panggilan sang raja raksasa.
"Hebat," gerutu Leo. "Memangnya kita kekurangan musuh, apa?" "Cepat," ujar Hera. "Aku tahu!" bentak
Leo. "Tidurlah, wahai kurungan," kata Piper. "Kurungan baik, kurungan mengantuk. Ya, aku bicara ke
sekumpulan surai dari tanah. Ini sama sekali tidak aneh." Porphyrion menggarukkan tombaknya ke
puncak reruntuhan, menghancurkan sebuah cerobong asap dan menyemburkan kayu serta batu ke
seluruh halaman. "Nah, Anak Zeus! Aku sudah selesai menyombong. Sekarang giliranmu. Apa yang
hendak kaukatakan tentang caramu menghabisiku?" Jason memandangi lingkaran monster, tak sabar
menunggu perintah majikan mereka untuk mencabik-cabik para demigod. Gergaji bundar Leo terus
mendengung, sedangkan Piper terus
berbicara, namun tindakan mereka sepertinya sia-sia. Kurungan Hera sudah hampir dipenuhi tanah.
"Aku putra Jupiter!" dia berteriak, dan hanya supaya terkesan keren, dia memanggil angin, terangkat
beberapa kaki dari tanah. "Aku anak Romawi, konsul demigod, praetor Legiun Pertama." Jason
sebenarnya tidak tahu apa yang dia katakan, tapi dia mengocehkan kata-kata tersebut seolah pernah
mengucapkannya berkali-kali sebelumnya. Dia mengulurkan lengan, menunjukkan tato elang dan SPQR.
Jason terkejut karena sang raksasa tampaknya mengenali tato tersebut. Selama sesaat, Porphyrion
justru terlihat gelisah. "Aku membantai monster laut Troya," Jason melanjutkan. "Aku menggulingkan
takhta hitam Kronos, dan membinasakan Krios sang Titan dengan tanganku sendiri. Dan kini aku akan
mengha bisimu, Porphyrion, dan menjadikanmu makanan bagi serigala-serigalamu sendiri." "Wow,
Bung," gumam Leo. "Kau mabuk, ya?" Jason meluncur ke arah sang raksasa, bertekad untuk men-cabikcabiknya.
*** Melawan makhluk kekal setinggi sembilan meter dengan tangan kosong adalah gagasan yang demikian
konyol sampai-sampai sang raksasa sekalipun tampak terkejut. Setengah terbang, setengah melompat,
Jason mendarat di lutut sang raksasa yang bersisik reptil dan memanjati lengan raksasa itu sebelum
Porphyrion sempat menyadari apa yang terjadi. "Kau berani?" raung sang raksasa. Jason mencapai
pundaknya dan mencopot pedang dari kepang sang raksasa yang penuh senjata. Dia berteriak, "Demi
Romawi!" [ 540 ] JASON dan menghunjamkan pedang ke target terdekat yang paling mudah"telinga mahabesar sang Raksasa.
Petir membelah langit dan menyambar pedang, melemparkan Jason hingga bebas. Dia berguling ketika
menabrak tanah. Ketika dia mendongak, sang raksasa sedang sempoyongan. Rambutnya terbakar, dan
sisi wajahnya menghitam karena tersambar petir. Pedang telah pecah hingga menyerpih di kupingnya.
Ichor keemasan bercucuran dari rahangnya. Senjata-senjata lain memercikkan bunga api dan berasap di
kepangnya. Porphyrion hampir jatuh. Lingkaran monster mengeluarkan geraman kolektif dan bergerak
maju"serigala serta ogre menatap Jason lekat-lekat. "Jangan!" teriak Porphyrion. Dia memperoleh
keseimbang-annya kembali dan memelototi sang demigod. "Aku ingin mem-bunuhnya sendiri." Sang
raksasa mengangkat tombaknya dan tombak itu pun mulai berpendar. "Kau ingin main petir, Bocah" Kau
lupa. Aku adalah lawan Zeus yang sepadan. Aku diciptakan untuk menghabisi ayahmu. Artinya, aku tahu
persis apa yang akan membunuhmu." Ada sesuatu dalam suara Porphyrion yang meyakinkan Jason
bahwa dia tidak sedang menggertak. Jason dan teman-temannya telah mencurahkan seluruh daya
upaya. Mereka bertiga telah melakukan hal-hal hebat. Ya, bahkan hal-hal heroik. Tapi saat raksasa itu
mengangkat tombaknya, Jason tahu tak mungkin dia dapat menangkis serangan ini. Inilah akhirnya.
"Beres!" teriak Leo. "Tidur!" kata Piper, begitu bertenaga sampai-sampai para serigala terdekat jatuh ke
tanah dan mulai mendengkur. Kurungan batu dan kayu hancur berantakan. Leo telah menggergaji
pangkal sulur yang paling tebal dan rupanya memotong koneksi sangkar tersebut dengan Hera. Sulur-sulur itu berubah menjadi debu. Lumpur di
sekeliling Hera terbuyarkan. Sang dewi bertambah besar, menyala-nyala karena memancarkan kekuatan.
"Akhirnya!" kata sang dewi. Dia melemparkan jubah hitam sehingga menampakkan gaun putihnya,
lengannya dihiasi perhiasan emas. Wajahnya menakutkan sekaligus jelita, dan mahkota emas berkilau di
atas rambut hitam panjangnya. "Kini aku akan membalaskan dendamku!" Porphyrion sang raksasa
melangkah mundur. Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi dia melemparkan tatapan terakhir penuh
kebencian kepada Jason. Pesannya sudah jelas: Lain kali. Kemudian dia menghantamkan tombaknya ke
bumi, dan raksasa itu pun menghilang ke dalam tanah seperti turun lewat tiang perosotan. Di seluruh
pekarangan, monster-monster mulai panik dan mundur, tapi mereka tak bisa kabur. Hera berpendar
kian terang. Dia berteriak, "Tutup mata kalian, Pahlawan-Pahlawankur Tapi Jason terlalu terguncang. Dia
terlambat mengerti. Dia menyaksikan saat Hera berubah menjadi supernova, meledak dalam lingkaran
energi yang menguapkan semua monster seketika. Jason terjatuh, cahaya melepuhkan benaknya. Hal
terakhir yang dia pikirkan adalah tubuhnya terbakar.
BAB LIMA PULUH SATU PIPER JASON!" Piper terus-menerus memanggil nama Jason sambil memeluk pemuda itu, kendati dia hampir
kehilangan harapan. Saat ini Jason sudah tak sadarkan diri selama dua menit. Tubuhnya beruap, bola
matanya berputar ke belakang. Piper bahkan tak tahu apakah Jason masih bernapas atau tidak. "Tak ada
gunanya, Nak." Hera berdiri menjulang di dekat mereka dalam balutan jubah dan selendang hitamnya
yang sederhana. Piper tidak melihat sang dewi jadi born nuklir. Untungnya Piper memejamkan mata,
tapi dia bisa melihat efek yang ditimbulkan Hera. Semua pertanda musim dingin telah menghilang dari
lembah. Tidak ada tanda-tanda pertempuran juga. Para monster telah menguap. Reruntuhan telah
dipulihkan seperti semula"masih berupa reruntuhan, tapi tanpa bukti-bukti bahwa tempat tersebut
pernah disesaki kawanan serigala, roh badai, dan ogre bertangan enam.
Bahkan para Pemburu telah pulih. Sebagian besar menunggu pada jarak yang aman di padang, namun
Thalia berlutut di samping Piper, tangannya ditempelkan ke dahi Jason. Thalia memelototi sang Dewi.
"Ini salahmu. Lakukan sesuatu!" "Jangan kurang ajar, Non. Aku adalah ratu?"Sembuhkan dia!" Mata
Hera berkilat-kilat penuh kuasa. "Aku sudah mem-peringatkannya. Dia akan menjadi jagoanku. Aku
menyuruh mereka memejamkan mata sebelum aku menampakkan bentuk sejatiku." "Anu ..." Leo
mengerutkan kening. "Bentuk sejati itu berbahaya, kan" Lalu, kenapa Anda melakukannya?"
"Kukeluarkan kekuatanku untuk membantu kalian, Bodoh!" seru Hera. "Aku menjadi energi murni agar
aku dapat menghancurkan para monster, memperbaiki tempat ini, dan bahkan menyelamatkan para
Pemburu menyedihkan ini dari es." "Tapi manusia fana tak bisa melihatmu dalam wujud itu!" teriak
Thalia. "Kau membunuhnya!" Leo menggeleng-gelengkan kepala dengan putus asa. "Itulah arti ramalan
kami. Dan kematian pun terlepas dari murka Hera. Ayolali, Nyonya. Anda seorang dewi. Jampi-jampilah
dia dengan sihir voodoo! Hidupkanlah dia." Piper setengah mendengar percakapan mereka, tapi dia
terutama memusatkan perhatian pada wajah Jason. "Dia bernapas!" Piper mengumumkan. "Mustahil,"
kata Hera. "Kuharap itu benar, Nak, tapi tak ada manusia fana yang pernah?" "Jason," panggil Piper,
mencurahkan seluruh tekadnya ke dalam nama pemuda itu. Dia tidak boleh kehilangan Jason.
"Dengarkan aku. Kau bisa melakukan ini. Kau akan baik-baik saja.
[5441 P1PER lark ada yang terjadi. Apakah Piper cuma membayangkan bahwa Jason bernapas" "Menyembuhkan
bukanlah kekuatan Aphrodite," Hera berkata penuh sesal. "Aku sekalipun tak dapat memperbaiki ini,
Non. Jiwa fananya?" "Jason," kata Piper lagi, dan dia membayangkan suaranya berkumandang
menembus bumi, terus hingga ke Dunia Bawah. "Bangun." Jason terkesiap, dan matanya mendadak
terbuka. Selama sesaat matanya memancarkan cahaya"berkilau terang laksana emas murni. Kemudian
cahaya itu memudar dan matanya menjadi normal lagi. "Apa"apa yang terjadi?" "Mustahil!" ujar Hera.
Piper mendekap Jason dalam pelukannya sampai pemuda itu mengerang, "Remuk aku." "Sori," kata
Piper, sangat lega sampai-sampai dia tertawa sambil menghapus tangis dari matanya. Thalia
mencengkeram lengan adiknya. "Bagaimana perasaan-mu?" "Panas," gumam Jason. "Mulut kering. Dan
aku melihat se-suatu yang ... betul-betul mengerikan." "Itu Hera," gerutu Thalia. "Yang Mulia, si Peluru
Nyasar." "Sudah cukup, Thalia Grace," kata sang Dewi. "Akan kuubah kau jadi aardvark, demi?"
"Hentikan, kalian berdua," ujar Piper. Hebatnya, mereka ber-dua tutup mulut. Piper membantu Jason
berdiri dan memberinya nektar ter-akhir dari perbekalan mereka. "Sekarang ..." Piper menghadap Thalia
dan Hera. "Ratu Hera"Yang Mulia"kami tak mungkin menyelamatkan Anda
tanpa para Pemburu. Dan Thalia, kau takkan pernah bertemu Jason lagi"aku takkan pernah bertemu
dengannya"jika bukan berkat Ratu Hera. Kahan berdua harus berbaikan, sebab kita punya masalah
yang lebih besar." Mereka berdua memelototi Piper, dan selama tiga detik yang panjang, Piper tidak
yakin manakah di antara keduanya yang bakal membunuhnya duluan. Akhirnya Thalia menggeram. "Kau
punya nyali, Piper." Dia mengeluarkan kartu perak dari jaketnya dan menyelipkan kartu itu ke dalam
saku jaket snowboarding Piper. "Kalau kau ingin jadi Pemburu, hubungi aku. Kami bisa memanfaatkan
kemarn-puanmu." Hera bersedekap. "Untung bagi Pemburu ini, kau ada benar-nya, Putri Aphrodite."
Dia mengamat-amati Piper, seolah baru melihat gadis itu dengan jelas untuk pertama kalinya. "Kau
bertanya-tanya, Piper, apa sebabnya aku memilihmu untuk misi ini, apa sebabnya aku tak membongkar
rahasiamu sedari awal, meskipun aku tahu bahwa Enceladus memperalatmu. Harus kuakui, sampai saat
ini aku tak yakin. Aku punya firasat kau memiliki peranan penting dalam misi ini. Kini kulihat bahwa aku
benar. Kau malah lebih kuat daripada yang kusadari. Dan kau benar mengenai masalah yang akan
mengadang. Kita harus bekerja bersama-sama." Wajah Piper terasa hangat. Dia tidak yakin bagaimana
harus merespons pujian Hera, tapi Leo menimpali. "Iya," kata Leo. "Kuduga si Porphyrion tidak sekadar
meleleh dan mati, ya?" "Memang tidak," Hera setuju. "Berkat tindakan kalian yang menyelamatkanku,
dan menyelamatkan tempat ini, kalian men-cegah bangunnya Gaea. Kahan telah mengulur-ulur waktu
bagi kita. Tapi Porphyrion telah bangkit. Dia tahu tak sebaiknya berdiam di
[ 546 ] PIPER sini, terutama karena dia belum memperoleh kekuatan penuhnya. Raksasa hanya dapat dibunuh oleh
perpaduan dewa dan demigod, bekerja bersama-sama. Begitu kalian membebaskanku?" "Dia kabur,"
kata Jason. "Tapi ke mana?" Hera tidak menjawab, tapi rasa ngeri kontan melanda Piper. Dia teringat
perkataan Porphyrion yang hendak membunuh dewa-dewi Olympia dengan cara mencerabut akar
mereka. Yunani. Piper melihat ekspresi suram Thalia, dan menerka bahwa sang Pemburu berkesimpulan
sama. "Aku harus menemukan Annabeth," kata Thalia. "Dia harus tahu apa yang terjadi di sini."
"Thalia ..." Jason menggamit tangan kakaknya. "Kita tak sempat membicarakan tempat ini, atau?" "Aku
tahu." Ekspresi Thalia melunak. "Aku kehilangan kau satu kali di sini. Aku tak mau menin"ggalkanmu lagi.
Tapi kita akan segera bertemu lagi. Akan kutemui kau di Perkemahan Blasteran." Diliriknya Hera. "Kau
mau mengantar mereka ke sana dengan selamat kan" Paling tidak itulah yang bisa kaulakukan." "Kau tak
berhak menyuruh?" "Ratu Hera," potong Piper. Sang Dewi mendesah. "Baiklah. Ya. Pergi sana,
Pemburu!" Thalia memeluk Jason dan mengucapkan selamat tinggal. Ketika para Pemburu sudah pergi,
tempat itu terasa aneh, kelewat sepi. Kolam yang kering tidak menunjukkan tanda-tanda keberadaan
sulur tanah yang telah mendatangkan sang raja raksasa atau menawan Hera. Langit malam jernih dan
bertabur bintang. Angin berembus di hutan redwood. Piper memikirkan malam itu di Oklahoma ketika
dia dan ayahnya tidur di halaman depan Kakek Tom. Dia memikirkan malam itu di atap asrama Sekolah
Alam Liar, ketika Jason menciumnya"dalam memorinya yang dimodifikasi oleh Kabut.
"Jason, apa yang menimpamu di sini?" tanya Piper. "Maksud-ku"aku tahu ibumu meninggalkanmu di
sini. Tapi kaubilang ini adalah lahan keramat bagi demigod. Kenapa" Apa yang terjadi setelah kau
sendirian?" Jason menggelengkan kepala dengan resah. "Ingatanku masih kabur. Para serigala ..." "Kau
diberi takdir," kata Hera. "Kau diserahkan untuk meng-ab di kepadaku." Jason memberengut. "Karena
Anda memaksa ibu saya melakukan itu. Anda tidak tahan mengetahui bahwa Zeus memiliki dua anak
dengan ibu saya. Mengetahui bahwa Zeus jatuh cinta pada ibu saya dua kali. Supaya anggota keluarga
yang lain tidak diganggu, Anda menuntut saya sebagai imbalan." "Itu adalah pilihan yang tepat bagimu
juga, Jason," Hera berkeras. "Kali kedua ibumu merebut kasih sayang Zeus, dia berhasil karena dia
membayangkan Zeus dalam aspek yang berbeda"aspek Jupiter. Ini tak pernah terjadi sebelumnya"dua
anak, Yunani dan Romawi, lahir dalam keluarga yang sama. Kau harus dipisahkan dari Thalia. Di sinilah
semua demigod dari kaummu memulai perjalanan mereka." "Dari kaumnya?" tanya Piper. "Maksudnya
bangsa Romawi," kata Jason. "Demigod ditinggalkan di sini. Kami bertemu Dewi Serigala, Lupa, serigala
kekal yang sama seperti yang membesarkan Romulus dan Remus." Hera mengangguk. "Dan jika kau
cukup kuat, kau hidup." "Tapi ..." Leo terlihat penasaran. "Apa yang terjadi setelah itu" Maksudku, Jason
The Heroes Of Olympus 1 Pahlawan Yang Hilang Lost Of Hero di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tak pernah sampai ke Perkemahan Blasteran." "Ke Perkemahan Blasteran, memang tidak," Hera
mengiyakan. Piper merasa seakan langit berputar-putar di atasnya, mem-buatnya pusing. "Kau pergi ke
tempat lain. Di sanalah kau berada selama bertahun-tahun ini. Tempat yang lain untuk demigod"tapi di
mana?" [ 548 1 PIPER_ Jason berpaling kepada sang dewi. "Ingatan saya mulai kembali, tapi lokasi itu tidak. Anda takkan
memberi tahu saya, ya?" "Tidak," ujar Hera. "Itu adalah bagian dari takdirmu, Jason. Kau harus mencari
jalan pulang sendiri. Tapi ketika kau menemukannya kau akan menyatukan dua kekuatan besar. Kau
akan memberi kami harapan, bahwa kami sanggup melawan para raksasa dan, yang lebih penting"
melawan Gaea sendiri." " "Anda ingin kami membantu para dewa," kata Jason, tap. Anda
menyembunyikan informasi dari kami." "Memberimu jawaban akan mengecilkan arti jawaban tersebut," kata Hera. "Begitulah cara kerja Moirae. Kau harus me-nempa jalanmu sendiri agar
perjalananmu bermakna. Saat ini, kalian bertiga sudah mengejutkanku. Aku tak pernah mengira bahwa
mungkin ..." Sang Dewi menggelengkan kepala. "Singkat kata, kalian telah bekerja dengan baik, Demigod.
Tapi ini baru permulaan. Sekarang kalian harus kembali ke Perkemahan Blasteran. Di sana, kalian akan
mulai merencanakan tahap berikutnya." "Yang takkan Anda beritahukan pada kami," gerutu Jason. "Dan
karena Anda menghancurkan kuda roh badai bagus milik saya, haruskah kami pulang jalan kaki?" Hera
mengesampingkan pertanyaan tersebut. "Roh badai adalah makhluk kekacauan. Aku tak
menghancurkan yang satu itu, walaupun aku tak tahu ke mana dia pergi, ataukah apakah kau akan
bertemu dengannya lagi atau tidak. Tapi ada cara pulang yang lebih mudah untuk kalian. Karena kalian
telah berjasa besar kepadaku, aku bisa menolong kalian"setidaknya sekali ini. Selamat tinggal, Demigod,
untuk saat ini." Dunia jungkir balik, dan Piper hampir saja. pingsan.
Ketika Piper bisa melihat dengan normal lagi, dia sudah kembali di perkemahan, di paviliun makan, di
tengah-tengah acara makan malam. Mereka berdiri di meja pondok Aphrodite, dan sate kaki Piper
menginjak piza Drew. Enam puluh pekemah bangkit serempak, memandangi mereka sambil melongo.
Entah apa yang sudah dilakukan Hera untuk melemparkan mereka hingga ke seberang negeri, tapi
metodenya itu tidak bagus buat perut Piper. Dia nyaris tak mampu mengendalikan rasa mual. Leo tidak
seberuntung itu. Dia melompat dari meja, lari ke tungku perunggu terdekat, dan muntah ke sana"
barangkali bukan sesaji bakar yang bagus untuk para dewa. "Jason?" Chiron berderap maju. Tak
diragukan lagi sang centaurus tua telah ribuan tahun menyaksikan hal-hal aneh, tapi dia sekalipun
tampak tercengang. "Apa"Bagaimana?"" Para pekemah Aphrodite menatap Piper dengan mulut
menganga. Piper menduga penampilannya pasti berantakan. "Hai," kata Piper sesantai yang dia bisa.
"Kami pulang."[]
BAB LIMA PULUH DUA PIPER TIDAK BANYAK YANG PIPER INGAT tentang sisa malam itu. Mereka menceritakan kisah mereka dan
menjawab jutaan pertanyaan dari para pekemah lain, tapi akhirnya Chiron melihat betapa lelahnya
mereka dan memerintahkan mereka untuk tidur. Rasanya enak sekali tidur di kasur sungguhan, dan
Piper begitu letih sehingga dia langsung terlelap. Alhasil, dia tidak sempat mencemaskan bagaimana
rasanya kembali ke pondok Aphrodite. Keesokan paginya Piper terbangun di tempat tidurnya, merasa
segar kembali. Sinar matahari masuk lewat jendela, disertai angin sepoi-sepoi yang nyaman. Saat itu
mungkin saja musim semi alih-alih musim dingin. Burung-burung bernyanyi. Monster-monster melolong
di hutan. Bau sarapan melayang masuk dari paviliun makan"bacon, panekuk, dan segala macam
hidangan sedap. Drew dan gengnya mengerutkan kening ke arah Piper sambil bersedekap. "Pagi." Piper
duduk tegak dan tersenyum. "Hari yang indah." "Kau bakal membuat kami telat sarapan," kata Drew.
"Artinya, kau harus bersih-bersih untuk inspeksi pondok."
Seminggu lalu, Piper bakalan meninju muka Drew atau bersembunyi kembali ke balik selimut. Kini dia
teringat para Cyclops di Detroit, Medea di Chicago, Midas yang mengubahnya jadi emas di Omaha. Saat
melihat Drew, yang dulu membuatnya sebal, Piper malah tertawa. Ekspresi sombong Drew langsung
lenyap. Drew mundur, kemudian teringat bahwa dia semestinya marah. "Apa yang kau?" "Kutantang
kau," kata Piper. "Bagaimana kalau tengah hari di arena" Kau boleh memilih senjatamu." Piper bangkit
dari tempat tidur, meregangkan badan dengan santai, dan memandangi teman-teman sepondoknya
sambil berseri-seri. Dia melihat Mitchell dan Lacy, yang membantunya mengemasi perbekalan untuk
misi. Mereka tersenyum ragu-ragu, pandangan mata mereka berpindah-pindah dari Piper ke Drew
seolah sedang menonton pertandingan tenis yang sangat menarik. "Aku kangen kalian!" Piper
mengumumkan. "Kita akan bersenang-senang ketika aku sudah jadi konselor senior." Muka Drew jadi
merah padam. Bahkan para centeng terdekat-nya terlihat agak gugup. Ini tidak ada dalam naskah
mereka. "Kau?" Drew terbata. "Dasar penyihir kecil jelek! Akulah yang paling lama di sini. Kau tidak
boleh")) "Menantangmu?" ujar Piper. "Tentu saja boleh. Aturan perkemahan: aku sudah diakui oleh
Aphrodite. Aku sudah menyelesaikan satu misi. Satu misi lebih banyak daripada yang pernah
kauselesaikan. Jika aku merasa bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik, aku boleh menantangmu.
Kecuali kau mau langsung mundur. Benar tidak, Mitchell?" "Benar sekali, Piper." Mitchell nyengir. Lacy
jingkrak-jingkrak seperti sedang bermain lompat tali. Segelintir anak lain mulai nyengir, seolah mereka
menikmati perubahan warna di wajah Drew.
"Mundur"' pekik Drew. "Kau gila!" Piper mengangkat bahu. Kemudian secepat ular ditariknya Katoptris
dari bawah bantal, dicabutnya belati itu dari sarungnya, dan ditodongkannya ujung senjata itu ke bawah
dagu Drew. Anak-anak yang lain mundur dengan cepat. Seorang cowok menabrak meja rias dan
menyebabkan timbulnya kepulan serbuk merah muda. "Duel, kalau begitu," kata Piper riang. "Kalau kau
tak mau menunggu sampai tengah hari, sekarang juga boleh. Kau sudah menjadi diktator di pondok ini,
Drew. Silena Beauregard lebih bijak. Esensi Aphrodite adalah cinta dan kecantikan. Bersikap mencintai.
Menyebarkan kecantikan. Bersenang-senang. Teman baik. Budi baik. Bukan cuma berpenampilan bagus.
Silena berbuat keliru, tapi pada akhirnya dia berjuang demi teman-temannya. Itulah sebabnya dia
menjadi seorang pahlawan. Aku akan memperbaiki segalanya, dan aku punya firasat Ibu akan berpihak
padaku. Mau mencari tahu?" Drew jadi juling ketika melihat bilah belati Piper. Sedetik berlalu.
Kemudian dua detik. Piper tak peduli. Dia bahagia dan percaya diri seratus persen. Perasaannya pasti
tampak di senyumnya. "Aku mundur," gerutu Drew. "Tapi kalau kaupikir aku bakal melupakan ini,
McLean?" "Oh, kuharap kau tidak lupa," kata Piper. "Nah, sekarang larilah ke paviliun makan, dan
jelaskan pada Chiron mengapa kita telat. Ada pergantian kepemimpinan." Drew mundur ke pintu. Para
centeng terdekatnya sekalipun tidak mengikutinya. Dia hendak pergi ketika Piper berkata, "Oh iya, Drew,
Sayang?" Si mantan konselor menoleh ke belakang dengan enggan.
"Kalau-kalau kaukira aku bukan putri sejati Aphrodite," kata Piper, "jangan berani-berani memandangi
Jason Grace. Dia mungkin belum tahu, tapi dia milikku. Jika kau coba-coba mendekatinya, akan
kupasang kau ke katapel dan kutembakkan kau ke seberang Selat Long Island." Drew berputar begitu
cepat sampai-sampai dia menabrak kosen pintu. Kemudian dia pun lenyap. Pondok tersebut jadi sunyi.
Para pekemah lain menatap Piper. Mengenai bagian yang ini, Piper tidak yakin. Dia tidak mau orangorang takut padanya sebagai pimpinan. Dia tidak seperti Drew, tapi dia tidak tahu apakah mereka bakal
menerimanya. Kemudian, secara spontan, para pekemah Aphrodite bersorak begitu lantang sehingga
pasti terdengar di seluruh perkemahan. Mereka menggiring Piper ke luar pondok, membopongnya di
bahu mereka, dan menggendongnya sampai ke paviliun makan"masih mengenakan piama, rambutnya
masih kusut, tapi Piper tidak peduli. Perasaannya tak pernah sebaik ini.
*** Sorenya, Piper sudah mengganti bajunya dengan pakaian perkemahan yang nyaman dan memimpin
pondok Aphrodite untuk melalui aktivitas pagi mereka. Dia sudah siap menikmati waktu senggang.
Gairah yang Piper rasakan berkat kemenangannya telah berkurang karena dia ada janji di Rumah Besar.
Chiron menemuinya di beranda depan dalam sosok manusia, kaki dimasukkan ke kursi rodanya.
"Masuklah, Sayang. Video konferensi sudah siap."
[ 554 ] PIPER Satu-satunya komputer di perkemahan ada di kantor Chiron, dan seisi ruangan itu ditamengi pelat
perunggu. "Demigod dan teknologi tidak cocok," Chiron menjelaskan. "Telepon, SMS, bahkan
berselancar di Internet"semua ini dapat menarik perhatian monster. Bahkan, musim gugur ini di
Cincinnati, kami harus menyelamatkan seorang pahlawan muda yang mencari informasi tentang gorgon
lewat Google dan memperoleh lebih daripada yang dia inginkan, tapi lupakan saja itu. Di sini di
perkemahan, kau terlindungi. Walau begitu kita berusaha berjaga-jaga. Kau hanya boleh bicara
beberapa menit." "Paham," kata Piper. "Terima kasih, Pak Chiron." Chiron tersenyum dan
menggelindingkan kursi rodanya ke luar kantor. Piper ragu-ragu sebelum memencet tombol panggil.
Kantor Chiron berantakan, tapi terasa nyaman. Salah satu dinding ditutupi kaus dari aneka konvensi"
KUDA PONI PESTA '09 VEGAS, KUDA PONI PESTA '10 HONOLULU, dll. Piper tidak tahu apa kuda poni
pesta itu, tapi dinilai dari noda-noda, bekas terbakar, dan lubang senjata di kaus-kaus tersebut,
pertemuan mereka pastilah lumayan liar. Di rak di atas meja Chiron terdapat radio model lama beserta
kaset yang diberi label "Dean Martin" dan "Frank Sinatra" serta "Lagu-lagu Top 40-an." Chiron sudah tua
sekali sehingga Piper jadi bertanya-tanya apakah itu berarti 1940-an, 1840-an, atau mungkin cuma
tahun 40 M. Tapi sebagian besar ruang di dinding kantor ditempeli foto demigod, seperti balai
penghargaan. Salah satu foto yang masih baru menunjukkan seorang cowok remaja berambut gelap dan
bermata hijau. Karena dia berdiri bergandengan dengan Annabeth, Piper mengasumsikan cowok itu
pasti Percy Jackson. Di foto-foto yang lebih lama, dia mengenali orang-orang terkenal: pebisnis, atlet,
bahkan sejumlah aktor yang dikenal ayahnya. "Tak bisa dipercaya," gumam Piper.
Piper bertanya-tanya apakah fotonya kelak akan terpampang di dinding itu. Untuk pertama kalinya, dia
merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Demigod sudah beredar
selama berabad-abad. Apa pun yang Piper lakukan, dia melakukannya untuk mereka semua. Piper
menarik napas dalam-dalam dan menelepon. Layar video menyala. Gleeson Hedge sedang menyeringai
kepada Piper dari kantor ayahnya. "Sudah lihat berita?" "Susah melewatkannya," kata Piper. "Kuharap
Bapak tahu apa yang Bapak lakukan." Chiron telah menunjukkan berita di koran kepada Piper saat
makan siang. Kepulangan ayahnya yang misterius entah dari mana telah menjadi berita utama. Asisten
pribadi ayahnya, Jane, telah dipecat karena menutup-nutupi hilangnya dia dan tidak memberi tahu polisi
tentang itu. Staf baru telah dipekerjakan dan dipilih sendiri oleh "pelatih pribadi" Tristan McLean,
Gleeson Hedge. Menurut koran tersebut, Pak McLean mengaku tidak ingat apa-apa tentang peristiwa
sepanjang minggu terakhir, dan media menyambar cerita itu dengan antusias. Sebagian berpendapat
bahwa kejadian itu merupakan taktik marketing pintar untuk sebuah film"mungkin McLean akan
berperan sebagai penderita amnesia" Sebagian berpendapat dia telah diculik teroris, atau penggemar
sinting, atau secara heroik telah melarikan diri dari pencari tebusan berkat keahlian bertarung ala Raja
Sparta yang hebat. Apa pun kebenarannya, Tristan McLean jadi lebih tenar dibandingkan sebelumnya.
"Semuanya berjalan lancar," janji Hedge. "Tapi jangan khawatir. Kami akan menjauhkannya dari sorotan
publik hingga kira-kira sebulan ke depan supaya gosipnya mereda. Ayahmu harus
[ 556 ] PIPER" mengerjakan hal-hal yang lebih penting"misalnya beristirahat, dan berbicara kepada putrinya." "Jangan
keenakan di Hollywood sana, Gleeson," kata Piper. Hedge mendengus. "Kau bercanda" Orang-orang ini
membuat Aeolus tampak waras. Aku akan kembali secepat mungkin, tapi ayahmu harus pulih dulu. Dia
laki-laki yang baik. Oh iya, omong-omong, aku sudah membereskan perkara kecil yang satu lagi itu.
Jagawana di Area Teluk baru saja menerima hadiah anonim berupa helikopter baru. Dan pilot yang
membantu kita" Dia mendapat tawaran yang sangat menggiurkan untuk menerbangkan Pak McLean."
"Makasih, Gleeson," kata Piper. "Untuk segalanya." "Yah, mau bagaimana lagi. Aku tak berusaha
bertindak hebat. Keluar secara alami begitu saja. Omong-omong soal istana Aeolus, perkenalkan asisten
baru ayahmu." Hedge menyingkir dan muncullah cantik yang menyeringai ke kamera. "Mellie?" Piper
memperhatikan baik-baik, namun jelas wanita itu adalah dia: sang aura yang telah menolong mereka
kabur dari puri Aeolus. "Kau bekerja untuk ayahku sekarang?" "Hebat, kan?" "Apa dia tahu kau ini"
kautahu"roh angin?" "Oh, tidak. Tapi aku suka sekali pekerjaan ini. Tugas-tugas-nya"mmm"enteng."
Piper mau tak mau tertawa. "Aku senang. Selamat ya. Tapi di mana?" "Tunggu sebentar." Mellie
mengecup pipi Gleeson. "Sini, Kambing Tua. Jangan terus-terusan memenuhi layar." "Apa?" tuntut
Hedge. Tapi Mellie menggiringnya pergi dan berseru, "Pak McLean" Sudah tersambung!" Sedetik
kemudian, ayah Piper muncul.
seorang wanita muda Dia menyeringai lebar. "Pipes!" Dia terlihat luar biasa"kembali seperti semula dengan mata cokelatnya
yang berbinar-binar, janggut setengah hari, senyum percaya diri, dan rambut yang baru dipangkas,
seolah siap untuk syuting sebuah adegan. Piper lega, tapi dia juga merasa agak sedih. Kembali seperti
semula bukanlah sesuatu yang didambakan Piper. Dalam benaknya, Piper menyalakan sebuah jam. Pada
panggilan telepon normal semacam ini, di hari kerja, Piper jarang mendapat perhatian ayahnya lebih
dari tiga puluh detik. "Hai," kata Piper. "Ayah baik-baik saja?" "Sayang, aku sungguh minta maaf karena
sudah membuatmu khawatir gara-gara menghilang. Aku tak tahu ..." Senyum ayahnya lenyap, dan Piper
bisa tahu dia sedang mencoba mengingat-ingat"menangkap kenangan yang seharusnya ada di sana,
tapi tak ada. "Aku tak yakin apa yang terjadi, sejujurnya. Tapi aku baik-baik saja. Pak Pelatih Hedge amat
membantu, seperti anugerah dari dewa saja." "Anugerah dari dewa," ulang Piper. Pilihan kata yang aneh.
"Dia memberitahuku tentang sekolah barumu," kata Ayah. "Aku minta maaf karena Sekolah Alam Liar
ternyata tidak cocok, tapi kau benar. Jane salah. Aku bodoh karena sudah mendengarkannya." Sisa
sepuluh detik, mungkin. Tapi paling tidak ayahnya terdengar tulus, seolah dia benar-benar merasa
menyesal. "Ayah tak ingat apa-apa?" ujar Piper, agak sedih. "Tentu aku ingat," kata ayahnya. Bulu kuduk
Piper merinding. "Ayah ingat?" "Aku ingat bahwa aku menyayangimu," kata ayahnya. "Dan aku bangga
padamu. Apa kau senang di sekolah barumu?" Piper berkedip. Dia tidak boleh menangis sekarang.
Setelah semua yang sudah dia lalui, konyol jika menangis. "Iya, Yah.
[ 558 ] PIPED, Tempat ini lebih mirip perkemahan, bukan sekolah, tapi ya, menurutku aku bakalan senang di sini."
"Telepon aku sesering yang kaubisa," kata ayahnya. "Dan pulanglah saat Natal. Dan Pipes ..." "Ya?"
Ayahnya menyentuh layar seakan untuk menggapai ke seberang. "Kau seorang perempuan muda yang
menakjubkan. Aku kurang sering menyampaikan itu kepadamu. Kau sangat mengingatkanku pada ibumu.
Dia pasti bangga. Dan Kakek Tom?"ayahnya terkekeh?"dia selalu mengatakan kau memiliki suara
terkuat dalam keluarga kita. Kau akan bersinar melampauiku suatu hari nanti, kautahu. Mereka akan
mengingatku sebagai ayah Piper McLean, dan itu adalah anugerah terbaik yang dapat kubayangkan."
Piper berusaha menjawab, tapi dia khawatir bakal sesenggukan. Dia semata-mata menyentuh jari-jari
ayahnya di layar dan mengangguk. Mellie mengucapkan sesuatu di latar belakang, dan ayah Piper
mendesah. "Studio menelepon. Maafkan aku, Sayang." Dan dia kedengarannya betul-betul kesal karena
harus pergi. "Tak apa-apa, Yah," Piper berhasil berucap. "Aku sayang Ayah." Ayahnya berkedip.
Kemudian layar pun padam. Empat puluh lima detik" Mungkin semenit penuh. Piper tersenyum.
Perubahan kecil, tapi setidaknya positif.
*** Di halaman utama, Piper menemukan Jason sedang bersantai di bangku, sebuah bola basket terjepit di
antara kedua kakinya. Dia
berkeringat sesudah olahraga, namun terlihat tampan mengenakan kaus kutung jingga dan celana
pendek. Aneka bekas luka dan memar dari misi mereka sudah mulai sembuh, berkat perawatan medis
dari pondok Apollo. Lengan dan tungkainya berotot dan cokelat terbakar matahari"menggiurkan
seperti biasa. Rambut pirang cepaknya memantulkan sinar matahari sore sehingga kelihatannya
berubah jadi emas, ala Midas. "Hei," kata Jason. "Bagaimana jadinya?" Piper butuh sedetik untuk
memfokuskan perhatian pada pertanyaan Jason. "Hmm" Oh, iya. Lancar." Piper duduk di sebelah Jason
dan mereka menonton para pekemah yang mondar-mandir. Dua cewek Demeter sedang mengerjai dua
cowok Apollo"menumbuhkan rumput di sekeliling pergelangan kaki mereka saat mereka menembak ke
keranjang. Di toko perkemahan, anak-anak Hermes sedang memajang papan pengumuman berbunyi:
SEPATU TERBANG BEKAS, MASIH BAGUS, DISKON 50% HARI INI! Anak-anak Ares sedang memasang
kawat berduri baru di sekeliling pondok mereka. Pondok Hypnos sedang mengorok. Hari yang normal di
perkemahan. Sementara itu, anak-anak Aphrodite sedang memperhatikan Piper dan Jason, tapi
berpura-pura cuek. Piper lumayan yakin dia melihat uang bertukar tangan, seolah mereka sedang
bertaruh untuk terjadinya sebuah ciuman. "Tidurmu nyenyak?" tanya Piper kepada Jason. Jason
memandang Piper seolah gadis itu membaca pikirannya. "Tidak juga. Mimpi." "Tentang masa lalumu?"
Jason mengangguk. Piper tidak mendesaknya. Jika Jason ingin bicara, maka tak apa-apa, tapi Piper
mengenal Jason dengan baik sehingga merasa
[ 560 1 PIPEk, tidak baik memaksakan topik tersebut. Piper bahkan tidak khawatir bahwa pengetahuannya mengenai
Jason terutama didasarkan pada ingatan palsu. Kau bisa melihat kemungkinan-kemungkinan, ibunya
berkata. Dan Piper bertekad untuk mewujudkan kemungkinan-kemungkinan itu menjadi kenyataan.
Jason memutar bola basketnya. "Kembalinya ingatanku bukan kabar bagus," Jason memperingatkan.
"Ingatanku tidak bagus untuk"untuk satu pun dari kita." Piper cukup yakin Jason hendak berkata untuk
kita"maksudnya mereka berdua, dan dia bertanya-tanya apakah Jason teringat kepada seorang gadis
dari masa lalunya. Tapi Piper tidak membiarkan hal itu mengusiknya. Tidak di hari musim dingin yang
cerah seperti ini, sementara Jason berada di sampingnya. "Akan kita pecahkan," Piper berjanji. Jason
memandangi Piper dengan bimbang, seakan dia sangat ingin memercayai Piper. "Annabeth dan Rachel
akan datang untuk pertemuan besok malam. Aku barangkali sebaiknya menunggu sampai saat itu untuk
menjelaskan ..." "Oke." Piper mencabut rumput di dekat kakinya. Dia tahu hal-hal berbahaya tengah
menanti mereka berdua. Dia harus bersaing dengan masa lalu Jason, dan mereka mungkin tak bakalan
selamat dalam perang melawan para raksasa. Tapi saat ini, mereka berdua masih hidup, dan Piper
bertekad untuk menikmati saat-saat ini. Jason mengamati Piper dengan waswas. Tato di lengan
bawahnya berwarna biru pucat di bawah terpaan sinar matahari. "Suasana hatimu sedang baik. Kok kau
bisa seyakin itu bahwa semua bakal berjalan lancar?" "Karena kau akan memimpin kita," kata Piper apa
adanya. "Aku rela mengikutimu ke mana pun juga." Jason berkedip. Kemudian pelan-pelan, dia
tersenyum. "Berbahaya mengucapkan hal seperti itu."
"Aku cewek yang berbahaya." "Kalau itu, aku percaya." Jason bangun dan mengebas celana pendeknya.
Dia mengulurkan tangan kepada Piper. "Leo bilang dia ingin menunjukkan sesuatu pada kita di hutan.
Kau mau ikut?" "Aku talc bakalan melewatkannya." Piper memegangi tangan Jason dan berdiri. Selama
sesaat, mereka terus bergandengan. Jason menelengkan kepala. "Kita sebaiknya cepat-cepat." "Iya,"
kata Piper. "Tunggu sebentar." Piper melepaskan tangan Jason, dan mengeluarkan selembar kartu dari
sakunya"kartu nama perak yang diberikan Thalia kepada Piper untuk Pemburu Artemis. Piper
menjatuhkan kartu itu ke api abadi terdekat dan memperhatikannya terbakar. Tak bakalan ada yang
patah hati di pondok Aphrodite mulai sekarang. Yang satu itu adalah upacara akil balig yang tidak
mereka perlukan. Di seberang halaman rumput, teman-teman sepondoknya kelihatan kecewa karena
mereka tidak menyaksikan terjadinya ciuman. Mereka mulai mencairkan taruhan. Tapi talc apa-apa.
Piper penyabar, dan dia bisa melihat banyak kemungkinan bagus. "Ayo pergi," katanya kepada Jason.
"Ada petualangan yang harus kita rencanalcan."
BAB LIMA PULUH TIGA LEO LEO TAK PERNAH MERASA SETEGANG ini sejak dia menawarkan burger tahu kepada serigala. Ketika dia
sampai di tebing batu kapur di hutan, Leo menoleh kepada kelompok tersebut dan tersenyum gugup.
"Ini dia." Leo memerintahkan tangannya agar tersulut api, lalu me-nempelkan tangannya ke pintu.
Teman-teman sepondoknya terkesiap. "Leo!" seru Nyssa. "Kau penguasa api!" "Iya, makasih," ujar Leo.
"Aku tahu." Jake Mason, yang sudah tidak digips lagi tapi masih meng-gunakan tongkat, berkata, "Demi
Hephaestus. Artinya"keahlian yang begitu langka sampai-sampai?" Pintu batu mahabesar berayun
terbuka, dan mulut semua orang menganga. Tangan Leo yang membara jadi tidak penting sekarang.
Bahkan Piper dan Jason kelihatan tercengang, padahal mereka sudah menyaksikan cukup banyak hal
luar biasa baru-baru ini. Hanya Chiron yang tidak tampak kaget. Sang centaurus mengerutkan alis
lebatnya dan mengelus-elus janggutnya, seolah kelompok itu hendak mengarungi ladang ranjau.
Sikap Chiron membuat Leo semakin waswas, tapi dia tidak bisa berubah pikiran sekarang. Instingnya
memberitahunya bahwa dia ditakdirkan untuk berbagi tempat ini"setidaknya dengan pondok
The Heroes Of Olympus 1 Pahlawan Yang Hilang Lost Of Hero di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hephaestus"dan dia tidak bisa menyembunyikan tempat tersebut dari Chiron atau kedua sahabatnya.
"Selamat datang di Bunker Sembilan," kata Leo sepercaya diri yang dia bisa. "Ayo masuk."
*** Kelompok tersebut diam saja selagi mereka berkeliling di fasilitas itu. Semuanya persis seperti saat
ditinggalkan Leo"mesin-mesin raksasa, meja kerja, peta tua, dan skema. Hanya satu hal yang berubah.
Kepala Festus bertengger di meja sentral, masih penyok dan hangus gara-gara tabrakan terakhirnya di
Omaha. Leo menghampiri kepala tersebut, mulutnya terasa pahit. Dielusnya kening naga itu. "Maafkan
aku, Festus. Tapi aku takkan melupakanmu." Jason meletakkan tangannya di pundak Leo. "Hephaestus
membawakannya kemari untukmu?" Leo mengangguk. "Tapi kau tak bisa memperbaikinya," tebak Jason.
"Tidak mungkin," kata Leo. "Tapi kepala ini akan didaur ulang. Festus akan ikut bersama kita." Piper
mendekat dan mengerukan kening. "Apa maksudmu?" Sebelum Leo sempat menjawab, Nyssa berseru,
"Teman-teman, lihat ini!" Gadis itu berdiri di balik salah satu meja kerja, membolak-balik halaman buku
gambar yang memuat ratusan diagram mesin dan senjata yang berlainan.
[ 564 ] LEO "Aku tak pernah melihat apa pun yang seperti ini," kata Nyssa. 'Ada lebih banyak ide hebat di sini
dibandingkan di bengkel Daedalus. Untuk membuat semua model contohnya saja mungkin bakalan
butuh seabad." "Siapa yang membangun tempat ini?" Jake Mason bertanya. "Dan kenapa?" Chiron terus
membisu, tapi Leo memfokuskan pandangan pada peta dinding yang dia lihat saat kunjungan
pertamanya. Peta itu menunjukkan Perkemahan Blasteran dengan barisan kapal perang di Selat Long
Island, katapel yang ditempatkan di bukit sekitar lembah, dan lokasi-lokasi yang ditandai untuk jebakan,
parit, dan penyergapan. "Ini pusat komando perang," kata Leo. "Perkemahan ini dulu pernah diserang,
ya?" "Dalam Perang Titan?" tanya Piper. Nyssa menggelengkan kepala. "Tidak. Lagi pula, peta itu
kelihatannya benar-benar sudah lama. Tanggalnya ... 1864, bukan?" Mereka semua berpaling kepada
Chiron. Ekor sang centaurus berayun-ayun gelisah. "Perkemahan ini sudah berkali-kali diserang," Chiron
mengakui. "Peta itu dari Perang Saudara yang terakhir." Rupanya, bukan hanya Leo yang bingung. Para
pekemah Hephaestus yang lain saling pandang dan mengerutkan kening. "Perang Saudara ..." ujar Piper.
"Maksud Bapak Perang Saudara Amerika, yang terjadinya seratus lima puluh tahun lalu?" "Ya dan tidak,"
kata Chiron. "Kedua konflik tersebut"manusia fana dan demigod"mencerminkan satu sama lain,
sebagaimana yang biasa terjadi dalam sejarah Barat. Lihatlah perang saudara atau revolusi mana saja
sejak jatuhnya Romawi hingga seterusnya. Konflik tersebut menandai suatu masa ketika para demigod
beradu. Tapi Perang Saudara yang itu amatlah
mengerikan. Bagi manusia fana Amerika, Perang Saudara masih merupakan konflik paling berdarah
sepanjang sejarah mereka"korban jiwanya lebih besar daripada saat dua Perang Dunia. Bagi demigod,
perang tersebut sama fatalnya. Saat itu sekali pun, lembah ini telah menjadi Perkemahan Blasteran.
Terjadi pertempuran sengit di hutan ini sampai berhari-hari. Kedua pihak sama-sama kehilangan banyak
nyawa." "Kedua pihak," ujar Leo. "Maksud Bapak perkemahan ini terpecah belah?" "Bukan," Jason
angkat bicara. "Maksud Pak Chiron dua kelompok yang berlainan. Perkemahan Blasteran merupakan
salah satu pihak dalam perang itu." Leo tidak yakin dia menginginkan jawaban, tapi dia bertanya, "Siapa
pihak yang satu lagi?" Chiron melirik panji-panji BUNKER 9 yang geripis, seakan teringat pada hari ketika
panji-panji itu dinaikkan. "Jawabannya berbahaya," Chiron memperingatkan. "Aku sudah bersumpah
demi Sungai Styx takkan pernah membicara-kannya lagi. Sesudah Perang Saudara Amerika, para dewa
begitu ngeri melihat dampaknya bagi anak-anak mereka sehingga mereka bersumpah hal semacam itu
takkan pernah terjadi lagi. Kedua kelompok dipisahkan. Para dewa membengkokkan semua kehendak
mereka, menjalin Kabut seerat yang mereka bisa, untuk memastikan agar kedua musuh takkan pernah
lagi mengingat satu sama lain, tak pernah bertemu dalam misi, supaya pertumpahan darah dapat
dihindarkan. Peta ini berasal dari hari-hari gelap terakhir pada 1864, terakhir kalinya kedua kelompok
bertarung. Krisis semacamnya nyaris terjadi beberapa kali semenjak itu. Tahun 1960-an yang terutama
paling pelik. Tapi kita berhasil menghindari perang saudara lagi"setidaknya sampai sejauh ini.
Sebagaimana yang ditebak Leo, bunker ini adalah pusat komando
[ 566 ] untuk pondok Hephaestus. Pada abad terakhir, tempat ini pernah dibuka beberapa kali, terutama
sebagai tempat sembunyi di masa-masa kisruh. Tapi berbahaya datang ke sini. Mendatangi tempat ini
sama artinya dengan membangunkan kenangan lama, membangkitkan permusuhan lama. Bahkan ketika
para Titan mengancam tahun lalu, menurutku tidaklah layak mengambil risiko untuk menggunakan
tempat ini." Tiba-tiba saja perasaan menang Leo berubah jadi rasa bersalah. "Hei, dengar, tempat ini
menemukanku. Ini sudah ditakdirkan. Ini hal yang positif." "Kuharap kau benar," kata Chiron. "Aku
memang benar!" Leo mengeluarkan gambar lama dari sakunya dan membentangkan gambar itu di meja
supaya bisa dilihat semua orang. "Nih," kata Leo bangga. "Aeolus mengembalikannya padaku. Aku
menggambarnya waktu umurku lima tahun. Itulah takdirku." Nyssa mengerutkan kening. "Leo, itu
gambar kapal dari krayon." "Lihat." Leo menunjuk skema terbesar di papan pengumum-an"cetak biru
yang menunjukkan sebuah kapal perang Yunani. Lambat laun, mata teman-teman sepondoknya
membelalak saat mereka membandingkan kedua desain itu. Jumlah tiang layar dan dayung, bahkan
dekorasi pada perisai dan layar sama persis seperti di gambar Leo. "Mustahil," ujar Nyssa. "Cetak biru itu
pasti sudah berumur setidaknya satu abad." "` Ramalan"Tidak jelas"Terbang,"' Jake Mason membaca
catatan pada cetak biru. "Ini diagram sebuah kapal terbang. Lihat, itu alat pendaratan. Dan senjatanya"
Demi Hephaestus: ballista berputar, busur pendek, pelat perunggu langit. Benda itu bakalan jadi mesin
perang yang super keren. Pernahkah kapal itu dibuat?"
belum pernah "kata leo "lihat kepala tianglayarnya"
tak diragukan lagi bentuk di depan kapal itu adalah kepala naganya yang khusus
"festus" ujar piper .semua orang menoleh dan memandang kepala naga yang bertengger di meja .
"festusdi takdirkan untuk menjadi kepala tiang layar kita "ujar leo "jimat keberuntungan kita ,mata kita
di laut .aku harus merakit kapal ini. Aku akan menamainya argo2 .aku butuh bantuan kalian,teman
teman " "argo 2"piper tersenyum "dari nama kapal Jason" Jason agak kelihatan tidak nyaman ,tapi dia
maengangguk. "leo benar ."kapal itulah yang kita butuhkan untuk perjalanan kita "
"perjalanan apa?"ujur nyassa "kalian kan baru saja kembali !"
Piper menelusurkan jarinya kegambar krayon lama tersebut. "kami harus menghadapi porphyrion ,raja
raksasa.dia bilang dia bakal membinasakan para dewa dewi di akar mereka."
"Betul"kata chiron "sebagian besar ramalan besar Rachel masih merupakan misteri bagiku, tapi satu hal
sudah jelas. Kalian bertiga- Jason,piper,dan leo "termaksud dalam 7 demigod yang harus menjalan kan
misi itu.kalian harus menghadapi para raksasa di kampong halaman mereka .disanalah mereka paling
kuat. Kalian harus menghentikan mereka sebelum mereka menghancurkan gunung Olympus "
"Anuu"."nyasssa memimindahkan tumpuanya/"maksud kalian bukan manhattannya,ya?"
"bukan "kata leo "gunung Olympus yang asli.kami harus berlayar ke yunani"
BAB LIMA PULUH EMPAT LEO BUTUH BEBERAPA MENIT UNTUK MENYERAP informasi itu. Kemudian pekemah Hephaestus yang lain
mulai mengajukan pertanyaan secara bersamaan. Siapakah empat demigod yang lain" Berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk merakit kapal" Kenapa tidak semua orang boleh ke Yunani" "Pahlawan!"
Chiron mengetukkan kakinya ke lantai. "Perincian seluruhnya belum jelas, tapi Leo benar. Dia butuh
bantuan kalian untuk membuat Argo II. Ini barangkali merupakan proyek terbesar yang pernah digarap
Pondok Sembilan, bahkan lebih besar daripada naga perunggu." "Paling tidak butuh setahun," tebak
Nyssa. "Apa kita punya waktu sebanyak itu?" "Kahan punya waktu maksimal enam bulan," kata Chiron.
"Kalian harus berlayar saat titik balik matahari musim panas, ketika kekuatan para dewa sedang kuatkuatnya. Lagi pula, kita jelas tak bisa memercayai dewa-dewa angin, dan angin musim panas merupakan
yang terlemah dan termudah untuk diarungi. Kalian tidak boleh berlayar sebelum itu, sebab mungkin
sudah terlambat untuk menghentikan para raksasa. Kalian harus menghindari perjalanan darat, hanya
menggunakan udara dan laut, jadi kendaraan ini sempurna. Karena Jason adalah putra dewa langit ..."
Suaranya menghilang, tapi Leo menduga Chiron sedang memikirkan muridnya yang hilang, Percy
Jackson, putra Poseidon. Dia pasti bisa bermanfaat juga dalam pelayaran ini. Jake Mason menoleh
kepada Leo. "Yah, satu hal sudah pasti. Kau sekarang jadi konselor senior. Ini adalah kehormatan
terbesar yang pernah diterima pondok kita. Ada yang keberatan?" Tak ada yang keberatan. Semua
teman sepondok Leo tersenyum kepadanya, dan Leo hampir bisa merasakan terpatahkannya kutukan
pondok mereka, melelehnya rasa putus asa mereka. "Sudah resmi, kalau begitu," kata Jake. "Kau
orangnya." Sekali ini Leo tidak bisa berkata-kata. Sejak ibunya meninggal, dia menghabiskan hidupnya
untuk melarikan diri. Kini dia sudah menemukan rumah dan keluarga. Dia mendapat pekerjaan untuk
dituntaskan. Dan walaupun menakutkan, Leo tidak tergoda untuk lari"sedikit pun tidak. "Nah," kata
Leo akhirnya, "kalau kalian memilihku sebagai pemimpin, kalian pasti lebih sinting daripada aku. Jadi,
ayo kita rakit mesin perang keren ini!"
BAB LIMA PULUH LIMA JASON JASON MENUNGGU SENDIRIAN DI PONDOK Satu. Annabeth dan Rachel akan datang sebentar lagi untuk
rapat konselor kepala, dan Jason perlu waktu untuk berpikir. Mimpinya semalam buruk sekali. Dia tidak
ingin berbagi dengan siapa-siapa"bahkan dengan Piper. Memorinya masih samar-samar, tapi sudah
kembali sepotong-sepotong. Malam ketika Lupa mengujinya di Rumah Serigala, untuk memutuskan
apakah dia bakal menjadi anak atau makanan. Kemudian perjalanan panjang ke selatan menuju ... Jason
tidak ingat, tapi sekilas kehidupan lamanya berkelebat di benaknya. Hari ketika dia ditato. Hari ketika dia
dibopong di atas perisai dan dinyatakan sebagai praetor. Wajah teman-temannya: Dakota, Gwendolyn,
Hazel, Bobby. Dan Reyna. Sudah pasti ada seorang cewek bernama Reyna. Jason tidak yakin apa arti
gadis itu baginya, tapi ingatan tersebut membuatnya mempertanyakan perasaannya terhadap Piper-dan bertanya-tanya apakah dia melakukan sesuatu yang keliru. Masalahnya, Jason suka sekali pada
Piper. Jason memindahkan barang-barangnya ke relung pojok yang pernah ditiduri kakaknya. Dikembalikannya
foto Thalia ke tembok agar dia tak merasa sendirian. Dia mendongak untuk menatap patung Zeus yang
cemberut, agung dan bangga, namun patung tersebut tidak membuatnya takut lagi. Patung tersebut
hanya membuatnya sedih. "Aku tahu Ayah bisa mendengarku," kata Jason kepada patung
itu. Patung itu tak mengatakan apa-apa. Matanya yang dicat seakan memelototi Jason. "Kuharap aku bisa
bicara secara langsung pada Ayah," Jason melanjutkan, "tapi aku mengerti Ayah tak boleh berbuat
begitu. Dewa-dewa Romawi tidak terlalu sering berinteraksi dengan manusia fana, dan"Ayah kan raja.
Ayah harus memberi contoh." Tetap hening. Jason mengharapkan sesuatu"gemuruh guntur yang lebih
dahsyat, cahaya terang, senyuman. Ralat. Senyuman pasti terkesan seram. "Aku ingat beberapa hal,"
kata Jason. Semakin dia bicara, semakin berkurang keengganannya. "Aku ingat bahwa sulit menjadi
putra Jupiter. Semua orang selalu mengharapkanku jadi pemimpin, tapi aku selalu merasa sendirian.
Kuduga Ayah merasakan hal serupa di Olympus. Dewa-dewa lain mempertanyakan keputusan Ayah.
Kadang-kadang Ayah harus membuat pilihan berat, dan yang lain mengkritik Ayah. Dan Ayah tak boleh
membantuku layaknya dewa-dewa lain. Ayah harus menjaga jarak dariku supaya Ayah tidak terkesan
pilih kasih. Kurasa aku ingin mengatakan ..." Jason menarik napas dalam-dalam. "Aku memahami
semuanya. Tak apa-apa. Aku akan berusaha sebaik-baiknya. Akan kucoba membuat Ayah bangga. Tapi
aku memerlukan bimbingan, Yah. Jika ada yang bisa Ayah lakukan"membantuku supaya aku bisa
membantu teman-temanku. Aku khawatir aku akan
menyebabkan mereka tewas. Aku tak tahu bagaimana caranya melindungi mereka." Bulu kuduknya
merinding. Dia menyadari seseorang tengah berdiri di belakangnya. Jason berbalik dan menemukan
seorang wanita yang mengenakan jubah hitam bertudung, dilengkapi selempang kulit kambing di
pundak serta pedang Romawi"gladius"di tangannya. "Hera," ujar Jason. Sang dewi menyibakkan
tudungnya ke belakang. "Bagimu, aku akan selalu menjadi Juno. Dan ayahmu telah memberi bimbingan,
Jason. Dia mengirimkan Piper dan Leo untukmu. Mereka bukan sekadar tanggungjawabmu. Mereka
temanmu juga. Jika kaudengarkan mereka, kau akan senantiasa melakukan sesuatu yang benar." "Apa
Jupiter mengutus Anda ke sini untuk menyampaikan itu padaku?" "Tak ada yang berhak mengutusku ke
mana-mana, Pahlawan," kata Juno. "Aku bukan pengantar pesan." "Tapi Anda melibatkanku dalam
perkara ini. Kenapa Anda mengirimku ke perkemahan ini?" "Menurutku kau tahu," kata Juno.
"Diperlukan pertukaran pemimpin. Itulah satu-satunya cara untuk menjembatani jurang perbedaan."
"Aku tidak sepakat." "Tidak. Tapi Zeus menyerahkan hidupmu kepadaku, dan aku membantumu
memenuhi takdirmu." Jason mencoba mengendalikan amarahnya. Dia menunduk untuk memandang
kaus jingga perkemahan serta tato di lengannya, dan dia tahu keduanya tak seharusnya berpadu. Dia
telah menjadi sebuah kontradiksi"kombinasi yang berbahaya seperti ramuan Medea.
"Anda tidak mengembalikan seluruh ingatanku," kata Jason. "Walaupun Anda sudah berjanji." "Sebagian
besar akan kembali seiring berjalannya waktu," kata Juno. "Tapi kau harus menemukan jalan pulangmu
sendiri. Kau harus bersama teman-teman barumu, di rumah barumu, dalam beberapa bulan mendatang.
Kau telah memperoleh kepercayaan mereka. Pada saat kau berlayar dengan kapalmu, kau akan menjadi
pemimpin di perkemahan ini. Dan kau akan siap menjadi juru damai antara dua kekuatan besar."
"Bagaimana kalau Anda tidak mengungkapkan yang sebenarnya?" kata Jason. "Bagaimana kalau Anda
melakukan ini untuk menyebabkan perang saudara lagi?" Ekspresi Juno mustahil dibaca"geli" Sebal"
Sayang" Barang-kali ketiga-tiganya. Kendati sang dewi terlihat manusiawi, Jason tahu dia bukan manusia.
Jason masih bisa melihat cahaya membutakan itu"wujud sejati sang dewi yang telah terpatri di benak
Jason. Sang dewi adalah Juno sekaligus Hera. Dia eksis di banyak tempat secara bersamaan. Alasannya
melakukan sesuatu tidak pernah sederhana. "Aku ini Dewi Pelindung Keluarga," katanya. "Keluargaku
telah terlalu lama terpecah belah." "Kami dipisahkan supaya tidak saling bunuh," kata Jason. "Sepertinya
alasan yang lumayan bagus." "Ramalan itu menuntut agar kita berubah. Para raksasa akan bangkit.
Masing-masing hanya dapat dibunuh oleh dewa dan demigod yang bekerja sama. Para demigod itu pasti
adalah tujuh demigod terhebat di masa ini. Namun, mereka terpisahkan di dua tempat. Jika kita terus
terpecah belah, kita tidak bisa menang. Gaea mengandalkan hal ini. Kalian harus mempersatukan para
pahlawan Olympus dan berlayar bersama-sama untuk bertempur dengan para raksasa di medan tempur
kuno di Yunani. Hanya dengan cara itulah para dewa dapat diyakinkan untuk bergabung bersama kalian.
Upaya itu akan jadi misi paling berbahaya dan pelayaran terpenting yang pernah dirambah oleh anakanak dewa." Jason mendongak lagi untuk memandangi patung ayahnya yang melotot. "Ini tidak adil,"
kata Jason. "Aku bisa saja menghancurkan segalanya." "Memang bisa," Juno sepakat. "Tapi para dewa
memerlukan pahlawan. Selalu begitu dari dulu." "Bahkan Anda" Kukira Anda membenci pahlawan."
Sang dewi tersenyum masam. "Aku punya reputasi seperti itu. Tapi jika kau ingin tahu yang sebenarnya,
Jason, aku sering kali iri terhadap dewa-dewa lain yang memiliki anak manusia. Kalian, para demigod,
bisa mengarungi kedua dunia. Menurutku hal ini membantu orangtua dewa kalian"bahkan Jupiter,
terkutuklah dia"memahami dunia manusia secara lebih baik daripada aku." Juno mendesah sedemikian
sedih sehingga, walaupun dia marah, Jason hampir merasa kasihan pada sang dewi. "Aku ini Dewi
Pelindung Pernikahan," kata Juno. "Ketidak-setiaan bukan sifatku. Aku hanya punya dua anak dewa"
Ares dan Hephaestus"dua-duanya mengecewakan. Aku tidak punya jagoan fana yang bisa kuandalkan
untuk menjalankan perintah-ku. Itulah sebabnya aku sering kali bersikap bengis terhadap demigod"
Heracles, Aeneas, mereka semua. Tapi itulah sebabnya aku menyukai Jason yang pertama, manusia fana
biasa, yang tidak memiliki orangtua dewa untuk membimbingnya. Dan itulah sebabnya aku senang Zeus
menyerahkanmu kepadaku. Kau akan jadi jagoanku, Jason. Kau akan jadi pahlawan terhebat, serta
mempersatukan demigod, lalu mempersatukan Olympus." Kata-kata Juno menimpa Jason seberat
kantong pasir. Dua hari lalu, Jason ngeri membayangkan dirinya memimpin demigod
mewujudkan Ramalan Besar, berlayar ke pertempuran untuk melawan raksasa serta menyelamatkan
dunia. Dia masih ngeri, tapi sesuatu telah berubah. Dia tak lagi merasa sendirian. Dia sekarang punya
teman, dan juga rumah untuk diperjuangkan. Dia bahkan memiliki dewi pelindung yang mengawasinya.
Pastilah hal tersebut patut diperhitungkan, meskipun sang dewi sepertinya agak tak bisa dipercaya.
Jason harus berdiri tegak dan menerima takdirnya, sama seperti saat menghadapi Porphyrion dengan
tangan kosong. Memang sepertinya mustahil. Dia mungkin saja mati. Tapi teman-temannya
mengandalkannya. "Dan jika aku gagal?" tanya Jason. "Kemenangan besar menuntut risiko besar," sang
Dewi mengakui. "Jika kau gagal, akan ada pertumpahan darah yang dahsyat, melampaui apa pun yang
pernah kami saksikan. Demigod akan saling bantai. Para raksasa akan menguasai Olympus. Gaea akan
terbangun, dan bumf akan meruntuhkan semua yang telah kita bangun selama lebih dari lima milenium.
Riwayat kita semua akan tamat." "Hebat. Hebat sekali." Seseorang mengetuk pintu pondok. Juno
memasang tudungnya kembali. Kemudian dia menyerahkan gladius kepada Jason. "Ambil ini untuk
menggantikan senjatamu yang rusak. Kita akan bicara lagi. Suka atau tidak suka, Jason, aku ini
sponsormu, dan penghubungmu ke Olympus. Kita saling membutuhkan." Sang Dewi lenyap saat pintu
berderit terbuka, dan Piper pun masuk. "Annabeth dan Rachel sudah di sini," kata gadis itu. "Chiron
telah menyerukan rapat dewan." []
BAB LIMA PULUH ENAM RAPAT DEWAN SAMA SEKALI TIDAK seperti yang dibayangkan lei Jason. Pertama-tama, diadakannya di
ruang rekreasi Rumah Besar, di sekeliling meja pingpong, dan salah satu satir sedang menyajikan nachos
serta soda. Seseorang telah membawa Seymour si kepala macan tutul dari ruang tengah dan
menggantungnya di dinding. Sesekali, seorang konselor melemparinya Snausages. Jason menengok ke
sekeliling ruangan dan mencoba mengingat nama semua orang. Untungnya, Leo dan Piper duduk di
sebelahnya"ini adalah rapat pertama mereka sebagai konselor senior. Clarisse, pimpinan pondok Ares,
menaikkan sepatu botnya ke meja, tapi sepertinya tak ada seorang pun yang ambil pusing. Clovis dari
pondok Hypnos sedang ngorok di pojok sementara Butch dari pondok Iris sedang mencari tahu berapa
banyak pensil yang muat dalam lubang hidung Clovis. Travis Stoll dari pondok Hermes memegangi
geretan di bawah bola pingpong untuk mencari tahu akankah bola itu terbakar, sedangkan Will Solace
dari pondok Apollo bolak-balik mengelupas dan menempelkan perban elastis di pergelangan tangannya
sambil menatap kosong. Konselor
dari pondok Hecate, Lou Ellen siapalah, sedang main "tangkap hidung" bersama Miranda Gardiner dari
pondok Demeter, hanya saja Lou Ellen betul-betul mencopot hidung Miranda secara magis, dan Miranda
sedang berusaha merebutnya kembali. Jason berharap Thalia bakal muncul. Biar bagaimanapun, Thalia
sudah berjanji"tapi dia tidak kelihatan. Chiron sudah memberi tahu Jason agar tidak
mengkhawatirkannya. Thalia sering kali harus menyimpang guna melawan monster atau mengerjakan
misi untuk Artemis, dan dia barangkali akan segera tiba. Tapi tetap saja Jason khawatir. Rachel Dare,
sang Oracle, duduk di sebelah Chiron di kepala meja. Dia mengenakan seragam sekolah Akademi Clarion,
sehingga terkesan agak aneh, tapi dia tersenyum kepada Jason. Annabeth kelihatannya tidak sesantai itu.
Dia mengenakan baju zirah di atas pakaian perkemahannya, dilengkapi pisau di pinggang, sedangkan
rambut pirangnya diekor kuda. Begitu Jason melangkah masuk, Annabeth memberinya ekspresi penuh
harap seolah-olah berusaha memeras informasi dari diri Jason lewat kekuatan tekad semata. "Mari kita
mulai," kata Chiron. "Lou Ellen, tolong kembalikan hidung Miranda. Travis, tolong padamkan bola
pingpong yang terbakar itu, dan Butch, menurutku dua puluh pensil sudah kebanyakan untuk hidung
manusia mana pun. Terima kasih. Nah, seperti yang bisa kalian lihat, Jason, Piper, dan Leo telah kembali
dengan sukses kurang-lebih. Sebagian dari kalian telah mendengar sebagian kisah mereka, tapi akan
kupersilakan mereka menceritakannya lagi kepada kalian." Semua orang memandang Jason. Dia
berdeham dan mulai bercerita. Piper dan Leo menimpali dari waktu ke waktu, melengkapi perincian
yang dia lupakan. [ 578 ] JASON Hanya butuh beberapa menit untuk bercerita, tapi karena semua orang memperhatikan rasanya jadi
lebih lama. Keheningan terasa berat. Kalau sedemikian banyak demigod penderita GPPH sanggup duduk
diam dan mendengarkan selama itu, Jason tahu cerita tersebut pasti lumayan mencengangkan. Jason
menutup cerita dengan kunjungan Hera tepat sebelum rapat. "Jadi, Hera tadi ke sini," ujar Annabeth.
"Bicara padamu." Jason mengangguk. "Dengar, bukan berarti aku percaya padanya?" "Itu tindakan
pintar," kata Annabeth. ?"tapi dia tidak mengarang-ngarang tentang kelompok demigod yang lain itu.
Dansanalah aku berasal." "Bangsa Romawi." Clarisse melemparkan Snausages kepada Seymour. "Kau
ingin kami percaya bahwa ada perkemahan lain yang dihuni demigod, tapi mereka mengikuti aspek
Romawi para dewa. Dan kami bahkan tak pernah mendengar tentang mereka." Piper mencondongkan
badan ke depan. "Para dewa telah memisahkan kedua kelompok, sebab setiap kali mereka saling jumpa,
The Heroes Of Olympus 1 Pahlawan Yang Hilang Lost Of Hero di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka berusaha untuk saling bunuh." "Bisa kuterima," kata Clarisse. "Walau begitu, kenapa kita tak
pernah berpapasan dengan satu sama lain saat menjalani misi?" "Sebetulnya pernah," kata Chiron sedih.
"Kalian pernah berjumpa, berkali-kali. Pertemuan kalian selalu berujung tragedi, dan para dewa selalu
berusaha sebaik-baiknya untuk menghapus bersih ingatan pihak-pihak yang terlibat. Pertikaian tersebut
berawal sejak Perang Troya, Clarisse. Bangsa Yunani menyerbu Troya dan membumihanguskannya.
Aeneas sang pahlawan Troya lobos, dan akhirnya dia sampai di Italia. Di sana, dia menjadi leluhur dari
ras yang kelak menjadi bangsa Romawi. Orang-orang Romawi semakin lama semakin kuat, memuja
dewa-dewa yang sama tapi dengan nama yang berbeda, dan dengan kepribadian yang sedikit berbeda." "Lebih doyan
perang," kata Jason. "Lebih solid. Lebih mengedepankan ekspansi, penaldukan, dan disiplin." "Ih," timpal
Travis. Beberapa anak lain terlihat sama tidak nyamannya, meskipun Clarisse hanya mengangkat bahu
seakan hal itu oke-oke saja baginya. Annabeth memutar-mutar pisaunya di atas meja. "Dan bangsa
Romawi membenci orang-orang Yunani. Mereka membalas dendam ketika mereka menaklukkan pulaupulau Yunani, dan menjadikan pulau-pulau itu bagian dari Kekaisaran Romawi." "Tepatnya bukan
membenci," Jason berkata. "Bangsa Romawi mengagumi budaya Yunani, dan agak cemburu. Sebaliknya,
bangsa Yunani beranggapan bahwa orang-orang Romawi itu barbar, tapi mereka menghormati kekuatan
militer Romawi. Jadi, pada masa Romawi, demigod mulai terpecah belah"kalau bukan Yunani, ya
Romawi." "Dan begitu terus sejak saat itu," terka Annabeth. "Tapi ini gila. Pak Chiron, ke mana orangorang Romawi waktu Perang Titan" Tidakkah mereka ingin membantu?" Chiron menarik-narik
janggutnya. "Mereka memang mem-bantu, Annabeth. Sementara kau dan Percy memimpin pertempuran untuk menyelamatkan Manhattan, siapa menurutmu yang menaklukkan Gunung Othrys, markas
Titan di California?" "Tunggu sebentar," ujar Travis. "Bapak bilang Gunung Othrys runtuh sendiri ketika
kita mengalahkan Kronos." "Tidak," kata Jason. Sekilas dia teringat sebuah pertempuran"raksasa
berbaju zirah bintang-bintang dan helm bertanduk domba jantan. Dia teringat pasukan demigod yang
mendaki Gunung Tam, bertarung melawan kawanan monster ular. "Gunung Othrys
tidak runtuh begitu saja. Kami menghancurkan istana mereka. Aku sendiri yang mengalahkan Krios sang
Titan." Mata Annabeth menampakkan pikiran yang berkecamuk. Jason hampir bisa melihatnya memutar
otak, menyatukan potongan-potongon informasi. 'Area Teluk. Kita para demigod selalu diingatkan agar
jauh-jauh dari sana karena Gunung Othrys terletak di sana. Tapi alasannya bukan cuma karena itu, kan"
Perkemahan Romawi" letaknya pasti dekat dengan San Francisco. Aku bertaruh perkemahan Romawi
ditempatkan di sana untuk mengawasi wilayah para Titan. Di mana lokasinya?" Chiron be,rgeser di kursi
rodanya. "Aku tak tahu. Sejujurnya, aku sekalipun tidak pernah dipercaya untuk memegang informasi itu.
Rekan sejawatku, Lupa, tidak suka berbagi. Ingatan Jason juga telah dihapus." "Perkemahan tersebut
ditabiri sihir yang kuat," kata Jason. "Dan dijaga dengan ketat. Kita bisa saja mencarinya bertahun-tahun
dan tak menemukannya." Rachel Dare mengaitkan jari-jemarinya. Di antara semua orang di ruangan
tersebut, hanya dia yang tidak terlihat gelisah karena percakapan itu. "Tapi kalian bersedia mencoba,
kan" Kalian akan merakit kapal Leo, Argo II. Dan sebelum kalian berangkat ke Yunani, kalian harus
berlayar ke perkemahan Romawi. Kalian memerlukan bantuan mereka untuk menghadapi para raksasa."
"Rencana jelek," Clarisse memperingatkan. "Kalau orang-orang Romawi itu menyaksikan kedatangan
sebuah kapal perang, mereka akan berasumsi bahwa kita hendak menyerang." "Kau barangkali benar,"
Jason sepakat. "Tapi kita harus mencoba. Aku dikirim ke sini untuk mencari tahu mengenai Perkemahan
Blasteran, untuk berusaha meyakinkan kalian bahwa kedua perkemahan tidak harus bermusuhan. Upeti
damai." "Hmm," kata Rachel. "Karena Hera yakin kita memerlukan kedua perkemahan untuk memenangi perang
melawan raksasa. Tujuh pahlawan Olympus"sebagian Yunani, sebagian Romawi." Annabeth
mengangguk. "Ramalan Besarmu"apa bunyi larik terakhir?" "Dan musuh panggul senjata menuju Pintu
Ajal." "Gaea telah membuka Pintu Ajal," Annabeth berkata. "Dia melepaskan penjahat-penjahat
terburuk dari Dunia Bawah untuk memerangi kita. Medea, Midas"akan ada lebih banyak lagi, aku yakin.
Mungkin larik itu berarti bahwa demigod Romawi dan Yunani akan bersatu, menemukan pintu itu, dan
menutupnya." "Atau mungkin berarti mereka bakal beradu di pintu ajal," komentar Clarisse. "Ramalan
itu tidak memberitahukan apakah kita akan bekerja sama atau tidak." Suasana sunyi sementara para
pekemah menyerap pemikiran menggembirakan tersebut. "Aku mau ikut," kata Annabeth. "Jason,
ketika kapal ini sudah selesai dirakit, perkenankan aku ikut dengan kalian." "Aku berharap kau mau
mengajukan diri," kata Jason. "Dibandingkan dengan orang lain, kaulah yang paling kami butuhkan."
"Tunggu." Leo mengerutkan kening. "Aku tidak keberatan. Tapi kenapa Annabeth-lah yang paling kita
butuhkan?" Annabeth serta Jason saling pandang, dan Jason tahu cewek itu sudah sampai pada satu
kesimpulan. Dia telah melihat kenyataan yang berbahaya. "Hera bilang kedatanganku ke sini merupakan
pertukaran pemimpin," kata Jason. "Sebuah cara bagi dua perkemahan untuk mengetahui eksistensi
satu sama lain." "Begitu, ya?" ujar Leo. "Lalu?"
"Pertukaran berlaku dua arah," kata Jason. "Ketika aku tiba di sini, ingatanku tersapu bersih. Aku tak
tahu siapa aku atau di mana aku seharusnya berada. Untungnya, kalian menerimaku dan aku
menemukan rumah baru. Aku tahu kalian bukan musuhku. Perkemahan Romawi"mereka tidak
seramah ini. Kita harus membuktikan diri dengan cepat, atau kita tak bakalan selamat. Mereka mungkin
tak terlalu ramah padanya, dan jika mereka tahu dari mana dia berasal, dia bakal berada dalam kesulitan
besar." "Dia?" kata Leo. "Siapa yang kalian maksud?" "Pacarku," kata Annabeth suram. "Dia menghilang
di waktu yang kira-kira bersamaan dengan munculnya Jason. Kalau Jason datang ke Perkemahan
Blasteran?" "Tepat sekali," Jason sepakat. "Percy Jackson ada di perkemahan yang satu lagi, dan dia
barangkali tidak ingat siapa dirinya."[]
=======SELESAI======= Baca kelanjutannya di: The Heroes of Olympus 2: Son of Neptune
==================== Thanks to. Kumpulan novel online bahasa Indonesia on facebook.
Edited by. Echi. Ebook maker by. Echi. ==================== Find me on: https://desyrindah.blogspot.com
http://desyrindah.wordpress.com
echi.potterhead@facebook.com
http://twitter.com/driechi
525ED6EB ============== Ebook ini tidak untuk diperjual belikan. Saya hanya berniat untuk berbagi. Beli koleksi aslinya yaa ;)))
Kalau ingin copas, harap cantumkan sumber ;))
============= Memanah Burung Rajawali 34 Fear Street - Sagas Ix Hati Seorang Pemburu Heart Of The Hunter Beruang Salju 4
sepi dan berhantu. Leo bisa saja memercayai bahwa reruntuhan tersebut dikutuk. "Jason!" suara
seorang gadis memanggil. Thalia muncul dari tengah-tengah kabut, jaketnya berlapis salju. Busurnya ada
di tangan, sedangkan wadah panahnya hampir kosong. Thalia lari ke arah mereka, tapi baru menapak
beberapa langkah sebelum ogre bertangan enam"salah satu Anak Bumi"melesat keluar dari badai di
belakangnya, mengangkat sebuah pentungan di masing-masing tangan. "Awas!" teriak Leo. Mereka
bergegas membantu, tapi Thalia bisa mengatasinya. Dia memasang anak panah selagi dia berputar
laksana pesenam, dan mendarat dalam posisi berlutut. Si ogre terkena panah perak di antara kedua
matanya dan meleleh menjadi gundukan tanah liat.
Thalia berdiri dan mengambil anak panahnya lagi, tapi mata panah tersebut patah. "Itu panah
terakhirku." Thalia menendang gundukan tanah liat dengan sebal. "Ogre bodoh." "Tapi tembakanmu
bagus," kata Leo. Thalia mengabaikan Leo seperti biasa (tak diragukan lagi bermakna bahwa Thalia
menganggap Leo keren seperti biasa). Dia memeluk Jason dan mengangguk kepada Piper. "Tepat waktu.
Para Pemburuku bertahan di perimeter griya, tapi kami bakalan kalah jumlah tidak lama lagi." "Kalah
jumlah dibandingkan Anak Bumi?" tanya Jason. "Dan serigala"anak buah Lycaon." Thalia meniup
bercak salju dari hidungnya. "Juga roh-roh badai?" "Tapi kami sudah menyerahkan mereka pada
Aeolus!" protes Piper. "Yang berusaha membunuh kita," Leo mengingatkannya. "Mungkin dia
membantu Gaea lagi." "Entahlah," ujar Thalia. "Tapi para monster terus saja mewujud kembali, hampir
secepat kami membunuh mereka. Kami merebut Rumah Serigala tanpa kesulitan: mengagetkan para
penjaga dan langsung mengirim mereka ke Tartarus. Tapi kemudian datanglah badai salju ganjil ini.
Monster mulai menyerang secara bergelombang. Sekarang kami terkepung. Aku tak tahu siapa atau apa
yang memimpin penyerbuan, tapi menurutku mereka sudah merencanakan ini. Ini adalah jebakan bagi
siapa pun yang mencoba menyelamatkan Hera." "Di mana dia?" tanya Jason. "Di dalam," kata Thalia.
"Kami mencoba membebaskannya, tapi kami tak tahu cara membuka kurungan. Matahari terbenam
beberapa menit lagi. Menurut Hera, saat itulah Porphyrion bakal lahir kembali. Selain itu, sebagian
monster lebih kuat di malam hari. Seandainya kita tak segera membebaskan Hera?"
Thalia tidak perlu menyelesaikan pengandaian itu. Leo, Jason, dan Piper mengikuti Thalia ke dalam griya
yang porak-poranda. *** Jason melangkahi ambang pintu dan serta-merta ambruk. "Heir Leo menangkapnya. "Hati-hati, Bung.
Ada apa?" "Tempat ini ..." Jason menggeleng-gelengkan kepala. "Maaf Aku teringat begitu saja." kau
pernah ke sini," ujar Piper. "Kami berdua pernah ke sini," kata Thalia. Ekspresinya muram, seperti
sedang menceritakan kematian seseorang. "Ke sinilah ibuku membawa kami ketika Jason masih kecil.
Ibuku meninggalkan Jason di sini, memberitahuku bahwa dia sudah mati. Dia menghilang begitu saja."
"Dia menyerahkanku pada para serigala," gumam Jason. "Atas paksaan Hera. Dia menyerahkanku pada
Lupa." "Bagian itu aku tidak tahu." Thalia mengerutkan kening. "Siapa itu Lupa?" Sebuah ledakan
mengguncangkan bangunan. Tepat di luar, awan jamur biru membubung, menghasilkan hujan salju dan
es bagaikan ledakan nuklir yang dingin alih-alih panas. "Mungkin ini bukan waktunya untuk bertanya,"
tukas Leo. "Antar kami ke sang dewi." Begitu berada di dalam, Jason sepertinya pulih kembali. Rumah itu
dibangun membentuk huruf U raksasa, dan Jason membimbing mereka melewati kedua sayap bangunan
untuk menuju halaman luar dengan kolam kosong. Di dasar kolam, persis seperti yang dipaparkan Jason
mengenai mimpinya, terdapat
dua pilar dari batu dan sulur akar yang telah merekah keluar dari fondasi. Salah satu pilar jauh lebih
besar"massa hitam padat setinggi kira-kira enam meter, dan menurut Leo bentuknya seperti kantong
mayat dari batu. Di bawah kumpulan sulur yang menyatu, Leo dapat melihat bentuk sebuah kepala,
bahu lebar, dada serta lengan mahabesar, seperti makhluk yang terbenam di tanah sampai sepinggang.
Bukan, bukan terbenam"tumbuh. Di seberangnya kolam itu, terdapat pilar lain yang lebih kecil dan
jalinannya lebih longgar. Tiap sulur setebal tiang telepon, sedangkan rongga-rongganya demikian sempit
sehingga Leo ragu lengannya bisa lewat. Walau begitu, dia bisa melihat ke dalam. Dan di tengah-tengah
kurungan itu berdirilah Tia Callida. Dia persis seperti yang diingat Leo: rambut hitam yang ditutupi
selendang, jubah hitam ala janda, wajah keriput dengan mata mengerikan yang berkilat-kilat. Dia tidak
berpendar atau memancarkan kekuatan sama sekali. Dia terlihat seperti manusia fana biasa, layaknya
pengasuh lama Leo yang sinting. Leo menjatuhkan diri ke dalam kolam dan mendekati kurungan
tersebut. "Hola, Ti'a. Ada masalah kecil, ya?" Wanita itu bersedekap dan mendesah jengkel. "Jangan
amati aku seperti salah satu mesinmu, Leo Valdez. Keluarkan aku dari sini!" Thalia melangkah ke
samping Leo dan memandangi kurungan itu dengan sebal"atau mungkin dia sedang memandangi sang
dewi. "Kami sudah mencoba semua cara yang terpikir oleh kami, Leo, tapi mungkin hatiku sebenarnya
tak sudi. Kalau terserah aku, akan kubiarkan saja dia di sana." "Ohh, Thalia Grace," kata sang Dewi.
"Ketika aku keluar dari sini, kau akan menyesal dirimu pernah dilahirkan."
"Sudahlah!" bentak Thalia. "Kau sudah membawa petaka bagi semua anak Zeus selama berabad-abad.
Kau mengutus sekawanan sapi mencret untuk mengejar temanku Annabeth?" "Dia bersikap kurang
ajar!" "Kau menjatuhkan patung ke kakiku." "Itu kecelakaan!" "Dan kau mengambil adikku!" Suara Thalia
pecah karena emosi. "Di sini"di tempat ini. Kau menghancurkan hidup kami. Semestinya kami serahkan
raja kau pada Gaea!" "Hei," potong Jason. "Thalia"Kak"aku tahu. Tapi ini bukan waktunya. Kau
sebaiknya membantu para Pemburu." Thalia mengatupkan rahangnya. "Baiklah. Demi kau, Jason. Tapi
kalau kautanya pendapatku, dia tak layak diselamatkan." Thalia berbalik, melompat keluar dari kolam,
dan mening-galkan bangunan sambil bersungut-sungut. Leo menoleh kepada Hera, mau tak mau angkat
topi. "Sapi mencret?" "Fokuskan perhatianmu pada kurungan, Leo," gerutu Hera. "Dan Jason"kau lebih
bijaksana daripada kakakmu. Aku sudah memilih jagoanku dengan tepat." "Aku bukan jagoan Anda,
Nyonya," kata Jason. "Aku cuma membantu Anda karena Anda telah mencuri ingatanku dan
menyelamatkan Anda masih lebih baik, dibandingkan dengan alternatif yang satu lagi. Ngomongngomong, itu apa?" Jason mengangguk ke pilar satu lagi yang menyerupai kantong mayat granit ukuran
raksasa. Apakah Leo cuma berkhayal, ataukah pilar itu memang makin tinggi sejak mereka sampai di
sini" "Itu, Jason," kata Hera, "adalah raja raksasa yang tengah dilahirkan kembali." "Jijik," kata Piper.
[ 522 ] LEO "Benar sekali," kata Hera. "Porphyrion, yang terkuat di antara kaumnya. Gaea membutuhkan kekuatan
yang besar untuk membangkitkannya lagi"kekuatanku. Selama berminggu-minggu aku semakin lemah
sementara esensiku digunakan untuk menum-buhkan wujud baru bagi Porphyrion." "Jadi, Anda seperti
lampu inframerah," tebak Leo. "Atau pupuk." Sang dewi memelototinya, tapi Leo tak peduli. Wanita tua
ini telah membuat hidupnya sengsara sejak dia bayi. Dia berhak mempermainkan wanita tersebut.
"Bercandalah sesukamu," kata Hera dengan nada judes. "Tapi saat matahari terbenam, semuanya sudah
terlambat. Sang raksasa akan terbangun. Dia akan menawariku pilihan: menikahinya, atau dimakan oleh
bumi. Dan aku talc bisa menikahinya. Kita semua akan binasa. Dan saat kita mati, Gaea akan terjaga."
Leo memandang pilar si raksasa sambil mengerutkan kening. "Tak bisakah kita ledakkan pilar itu atau
apalah?" "Tanpa aku, kalian tak memiliki kekuatan," kata Hera. "Tak ada bedanya dengan mencoba
meledakkan gunung." "Kami sudah melakukan itu sekali hari ini," kata Jason. "Bergegas sajalah dan
bebaskan aku!" tuntut Hera. Jason menggaruk-garuk kepala. "Leo, bisa kau melakukannya?" "Entahlah."
Leo berusaha tidak panik. "Lagi pula, kalau dia dewi, kenapa dia tak membobol kurungannya sendiri?"
Hera mondar-mandir dengan gusar dalam kurungannya, mengumpat dalam bahasa Yunani Kuno. "Pakai
otakmu, Leo Valdez. Aku memilihmu karena kau pintar. Begitu terperangkap, kekuatan seorang dewa
tak dapat digunakan. Ayahmu sendiri pernah memerangkapku di kursi emas. Sungguh memalukan! Aku
harus mengemis-ngemis"mengemis-ngemis kepadanya agar
membebaskanku dan minta maaf karena sudah mengusirnya dari Olympus." "Kedengarannya adil," Leo
berkata. Hera memelototi Leo dengan galak. "Aku memperhatikanmu sejak kecil, Putra Hephaestus,
sebab aku tahu kau bisa membantuku saat ini. Jika ada yang bisa menemukan cara untuk
menghancurkan benda terkutuk ini, kaulah orangnya." "Tapi ini bukan mesin. Justru kelihatannya Gaea
menjulurkan tangannya dari tanah dan ..." Leo merasa puling. Larik ramalan mereka muncul kembali
dalam benaknya: Pahl besi dan merpati `lean patahkan sangkar. "Tunggu sebentar. Aku memang punya
ide. Piper, aku membutuhkan pertolonganmu. Dan kita bakalan membutuhkan waktu." Udara
mendadak jadi dingin. Temperatur turun sedemikian cepat sampai-sampai bibir Leo pecah-pecah dan
napasnya berubah menjadi kabut. Bunga es melapisi dinding Rumah Serigala. Para ventus menyerbu
masuk"tapi alih-alih berupa pria bersayap, mereka berbentuk seperti kuda dengan tubuh gelap dari
awan badai dan surai yang berkilat-kilat karena petir. Sebagian tertusuk panah perak di bagian samping.
Di belakang mereka masuklah serigala bermata merah dan Anak Bumi bertangan enam. Piper
menghunus belatinya. Jason menyambar papan berlapis es dari lantai kolam. Leo merogoh sabuk
perkakasnya, tapi dia begitu terguncang sampai-sampai yang dia keluarkan hanyalah sekaleng permen
penyegar napas rasa mint. Leo menjejalkan kaleng permen itu kembali, berharap semoga tak ada yang
memperhatikan, dan mengeluarkan godam sebagai gantinya. Salah satu serigala menapak maju. Serigala
tersebut menyeret patung seukuran manusia dengan cara menggigit kakinya. Di tepi kolam, si serigala
membuka mulutnya dan menjatuhkan patung itu
[ 524 ] LEO untuk mereka lihat"patung es seorang gadis, pemanah berambut pendek cepak dan bermimik terkejut.
"Thalia!" Jason buru-buru maju, tapi Piper dan Leo menariknya ke belakang. Tanah di sekeliling Thalia
sudah mengeras karena jejaring es. Leo khawatir kalau Jason menyentuh Thalia, dia jugs akan membeku.
"Siapa yang melakukan ini?" teriak Jason. Tubuhnya berderak dialiri listrik. 'Akan kubunuh kau dengan
tanganku sendiri!" Danbelakang para monster, Leo mendengar tawa seorang gadis, jernih dan dingin.
Gadis itu melangkah keluar dari tengah-tengah kabut dalam balutan gaun putih saljunya, mahkota perak
bertengger di rambut hitam panjangnya. Gadis tersebut memandangi mereka dengan mata cokelat tua
yang menurut Leo teramat cantik di Quebec. "Bonsoir, mes amis," ujar Khione, sang Dewi Salju. Dia
menyunggingkan senyum sedingin es kepada Leo. "Sayang sekali, Putra Hephaestus, kaubilang kau
butuh waktu" Aku khawatir waktu adalah satu perlengkapan yang tidak kaumiliki."
BAB EMPAT PULUH SEMBILAN JASON SESUDAH PERTARUNGAN DI GUNUNG DIABLO, Jason tak mengira dirinya bisa merasa lebih takut atau
putus asa. Sekarang kakaknya membeku di kakinya. Dia dikepung oleh monster. Pedang emasnya patah
dan digantikan dengan sepotong kayu. Dia punya waktu lima menit pas sebelum raja raksasa
menyembul keluar dan membinasakan mereka. Jason sudah mengeluarkan kartu asnya, memanggil
petir Zeus ketika dia bertarung melawan Enceladus, dan dia ragu dirinya masih memiliki kekuatan atau
Olympus mau bekerja sama untuk melakukan itu lagi. Artinya, satu-satunya aset Jason adalah dewi
rewel yang sedang terpenjara, semacam pacar tidak resmi yang membawa belati, dan Leo, yang rupanya
mengira dia dapat mengalahkan pasukan kegelapan dengan permen penyegar napas rasa mint.
Celakanya, kenangan terburuk Jason mendadak bermunculan, membanjiri benaknya. Jason tahu pasti
dia pernah melakukan banyak hal berbahaya sepanjang hidupnya, tapi dia tak pernah begitu dekat
dengan maut seperti saat ini.
526 JASON Musuh mereka cantik. Khione tersenyum, mata gelapnya berkilauan saat belati es tumbuh di tangannya.
"Apa yang sudah kaulakukan?" tuntut Jason. "Oh, banyak sekali," kata sang Dewi Salju dengan nada
manja. "Saudarimu belum mati, kalau itu maksudmu. Dia dan para Pemburunya akan menjadi mainan
bagus bagi para serigala. Kurasa akan kami cairkan mereka satu-satu dan buru mereka untuk hiburan.
Biarkan mereka yang gantian jadi mangsa." Para serigala menggeram penuh apresiasi. "Ya, Sayang."
Khione melekatkan tatapan matanya pada Jason. "Saudarimu hampir membunuh raja mereka, kautahu.
Lycaon sedang berada dalam gua di suatu tempat, tak diragukan lagi tengah menjilati lukanya, namun
anak buahnya telah bergabung dengan kami untuk membalaskan dendam majikan mereka. Dan tidak
lama lagi Porphyrion akan bangkit, dan kami akan menguasai dunia." "Pengkhianat!" teriak Hera. "Dasar
dewi kelas empat tukang ikut campur! Kau bahkan tidak pantas menuangkan anggur untukku, apalagi
menguasai dunia." Khione mendesah. "Menyebalkan seperti biasanya, Ratu Hera. Aku sudah
bermilenium-milenium ingin membungkam mulut-mu." Khione melambaikan tangan, dan es pun
melingkupi kurung-an, menyengal rongga-rongga di antara sulur tanah. "Begitu lebih baik," kata sang
Dewi Salju. "Nah, Demigod, mengenai ajal kalian?" "Kaulah yang mengelabui Hera agar datang ke sini,"
kata Jason. "Kaulah yang memberi Zeus ide agar menutup Olympus." Para serigala menggeram, dan rohroh badai meringkik, siap menyerang, tapi Khione mengangkat tangannya. "Sabar, Cintaku. Jika dia ingin
bicara, apa salahnya" Matahari hampir terbenam,
dan waktu ada di pihak kita. Tentu saja, Jason Grace. Layaknya salju, suaraku tenang dan lembut, serta
sangat dingin. Mudah bagiku untuk berbisik kepada dewa-dewa lain, terutama ketika aku semata-mata
mengonfirmasi rasa takut terdalam milik mereka sendiri. Aku juga berbisik ke telinga Aeolus dan
memberinya ide supaya dia mengeluarkan perintah agar membunuh semua demigod. Hanya
pengabdian kecil untuk Gaea, namun aku yakin aku akan diberi imbalan memuaskan ketika putranya,
para raksasa, naik ke tampuk kekuasaan." "Kau bisa saja membunuh kami di Quebec," kata Jason.
"Kenapa kaubiarkan kami hidup?" Khione mengernyitkan hidungnya. "Urusan yang merepotkan,
membunuh kalian di rumah ayahku, terutama ketika beliau berkeras menjumpai semua tamu. Aku
sudah mencoba, kalian ingat. Pasti menyenangkan seandainya ayahku setuju untuk mengubah kalian
jadi es. Tapi begitu beliau menjamin kalian boleh melintas dengan aman, aku talc bisa secara terbuka
menentang beliau. Ayahku sudah tua dan bodoh. Dia hidup dibayang-bayangi rasa takut terhadap Zeus
dan Aeolus. Tetapi dia memang kuat. Tidal( lama lagi, ketika majikan baruku telah terbangun, aku akan
melengserkan Boreas dan merebut takhta Angin Utara. Tapi, sekarang belum waktunya. Lagi pula,
ayahku ada benarnya. Misi kalian sama artinya dengan bunuh diri. Aku menduga kalian akan gagal."
"Dan untuk membantu kami," kata Leo, "kau menjatuhkan naga kami dari langit di atas Detroit. Kabel
beku di kepala Festus"itu ulahmu. Kau bakal membayar untuk itu." "Kau jugalah yang menyampaikan
informasi mengenai kami pada Enceladus," imbuh Piper. "Kami dirongrong badai salju sepanjang
perjalanan." "Ya, sekarang aku merasa dekat sekali dengan kalian semua!" kata Khione. "Begitu kalian
melewati Omaha, kuputuskan untuk
meminta Lycaon agar melacak kalian supaya Jason bisa mati di sini, di Rumah Serigala." Khione
tersenyum kepada Jason. "Soalnya, Jason, jika darahmu tertumpah di sini, tanah keramat ini akan
ternoda selama bergenerasi-generasi. Rekan-rekan demigodmu akan murka, terutama ketika mereka
menemukan jasad dua orang dari Perkemahan Blasteran. Mereka akan meyakini bahwa bangsa Yunani
telah berkonspirasi dengan raksasa. Akan ada konflik yang lezat." Piper dan Leo sepertinya tidak
memahami perkataan Khione. Tapi Jason tahu. Ingatannya yang kembali sudah cukup banyak, dan dia
menyadari betapa efektifnya rencana maut Khione. "Kau hendak mengadu domba para demigod," kata
Jason. "Memang mudah sekali!" kata Khione. "Seperti yang kukatakan kepadamu, aku hanya mendorong
perbuatan yang akhirnya akan kalian lakukan sendiri." "Tapi, kenapa?" Piper merentangkan tangan.
"Khione, kau akan memorak-porandakan dunia. Para raksasa akan meng-hancurkan segalanya. Kau tak
menginginkan itu. Suruh monster-monstermu mundur." Khione ragu-ragu, lalu tertawa. "Kemampuan
persuasimu makin membaik, Non. Tapi aku ini dewi. Kau talc bisa membujukku dengan charmspeak.
Kami para dewa angin adalah makhluk kaos! Akan kugulingkan Aeolus dan kubiarkan badai bebas
berlalu lalang. Jika kami menghancurkan dunia fana, lebih baik lagi! Para manusia fana talc pernah
menghormatiku, bahkan pada zaman Yunani. Manusia dan ocehan mereka soal pemanasan global. Bah!
Akan kudinginkan mereka dengan cepat. Ketika kami mengambil alih tempat-tempat kuno, akan
kuselimuti Acropolis dengan salju." "Tempat-tempat kuno." Mata Leo membelalak. "Itulah yang
dimaksud Enceladus soal menghancurkan akar para dewa. Maksudnya Yunani."
"Kau boleh bergabung denganku, Putra Hephaestus," kata Khione. "Aku tabu kau beranggapan aku ini
cantik. Sudah cukup bagi rencanaku jika dua orang ini saja yang mati. Tolak takdir konyol yang telah
diberikan Moirae kepadamu. Hiduplah dan jadilah jagoanku. Keahlianmu pastilah bermanfaat." Leo
tercengang. Dia melirik ke belakangnya, seolah Khione mungkin saja bicara kepada orang lain. Selama
sedetik Jason merasa khawatir. Dia menduga tidak tiap hari dewi cantik mengajukan tawaran semacam
ini kepada Leo. Kemudian Leo tertawa begitu nyaring sampai-sampai dia terbungkuk. "Bergabung
denganmu" Yang benar saja. Sampai kau bosan padaku dan menjadikanku es Leo" Non, tak ada yang
boleh merusak nagaku dan lobos begitu saja. Aku tak percaya aku pernah menganggapmu hot"seksi."
Wajah Khione jadi merah. "Hot" Panas" Berani-beraninya kau menghinaku" Aku ini dingin, Leo Valdez.
Amat sangat dingin." Khione melontarkan semburan salju kepada para demigod, tapi Leo mengangkat
tangannya. Dinding api berkobar-kobar di depannya, dan salju pun meleleh menjadi awan kabut. Leo
menyeringai. "Lihat, Non, itulah yang terjadi pada salju di Texas. Salju di Texas pasti meleleh!" Khione
mendesis. "Sudah cukup. Hera makin lemah. Porphyrion akan bangkit. Bunuh para demigod. Biar
mereka jadi makanan pertama bagi raja kita!" Jason mengangkat papan kayu lapis esnya--senjata konyol
untuk dipakai bertarung sampai mati"dan para monster pun menyerang.
BAB LIMA PULUH JASON SEEKOR SERIGALA MENERJANG JASON. JASON melangkah mundur dan mengayunkan papan kayunya ke
moncong hewan itu. Terdengarlah bunyi derak yang nyaring. Mungkin hanya perak yang dapat
membunuh serigala tersebut, tapi papan bekas masih bisa membuatnya pusing tujuh keliling. Jason
berbalik ke arah datangnya bunyi kaki kuda dan melihat kuda roh badai menerjangnya. Jason
berkonsentrasi dan memanggil angin. Tepat sebelum roh tersebut sempat menginjak-injaknya, Jason
melompat ke udara, mencengkeram leher kuda yang sehalus asap, dan meloncat ke punggungnya. Roh
badai itu mendompak. Ia berusaha menjatuhkan Jason, lalu berusaha mengabur menjadi kabut supaya
Jason lepas; tapi entah bagaimana Jason terus bertahan. Dengan kekuatan tekad, Jason memerintahkan
kuda itu agar tetap memadat, dan kuda tersebut sepertinya tak kuasa menolak. Jason bisa merasakan
roh badai itu berjuang melawannya. Dia bisa merasakan pemikiran kuda roh badai yang murka"
makhluk kekacauan yang mencoba untuk membebaskan diri. Jason harus mencurahkan segenap
tekadnya untuk mewujudkan keinginannya dan mengendalika kuda tersebut. Jason memikirkan Aeolus,
mengawasi beribu-ribt roh seperti ini, sebagian malah jauh lebih liar. Tidak heran sang Penguasa Angin
jadi agak gila setelah berada di bawah tekanan itu selama berabad-abad. Tapi Jason hanya perlu
menguasai saw roh ini saja, dan dia harus menang. "Kau milikku sekarang," kata Jason. Kuda itu meronta,
tapi Jason berpegangan erat-erat. Surainya berkilat-kilat saat ia mengelilingi kolam kosong, kakinya
meng-hasilkan badai guntur mini"topan"di mana saja ia menjejak. "Topan?" tanya Jason. "Itukah
namamu?" Roh kuda menggoyang-goyangkan surainya, jelas-jelas senang karena dikenali. "Baiklah,"
kata Jason. "Sekarang mad kita bertarung." Jason menerjang ke tengah-tengah pertempuran,
mengayun-ayunkan papan esnya, menjatuhkan serigala dan menyerang ventus lain. Topan adalah roh
yang kuat, dan setiap kali dia menubruk salah satu saudaranya, dia melepaskan listrik yang sedemikian
dahsyat sampai-sampai roh lain menguap menjadi kepulan kabut tak berbahaya. Di antara kekacauan itu,
Jason melihat teman-temannya sekilas. Piper dikepung oleh Anak Bumi, tapi tampaknya dia bisa
bertahan sendiri. Piper terlihat begitu mengesankan selagi dia bertarung, memancarkan kecantikan tak
terkira sehingga para Anak Bumi menatapnya kagum, lupa bahwa mereka semestinya membunuh gadis
itu. Mereka menurunkan pentungan dan menonton sambil bengong saat Piper tersenyum dan
menyerang mereka. Mereka balas tersenyum"sampai Piper mencincang-cincang mereka dengan
belatinya, dan mereka meleleh menjadi gundukan lumpur.
[ 532 ] JASON Leo melawan Khione sendirian. Meskipun bertarung melawan dewi semestinya sama saja dengan bunuh
did, Leo adalah orang yang tepat untuk tugas tersebut. Khione terus-menerus mendatangkan belati es
untuk dilemparkan kepada Leo, semburan angin musim dingin, badai es. Leo membakar semuanya.
Sekujur tubuhnya menyala-nyala, dipenuhi lidah api seolah dia telah mengguyur dirinya dengan bensin.
Leo menyerang sang dewi, dan menggunakan dua palu berkepala perak untuk menghajar monster mana
saja yang menghalanginya. Jason menyadari bahwa berkat Leo-lah mereka masih hidup. Auranya yang
membara memanaskan seluruh pekarangan, menangkal sihir musim dingin Khione. Tanpa Leo, mereka
pasti sudah dari tadi membeku seperti para Pemburu. Ke mana pun Leo pergi, es meleleh dari batu.
Thalia sekalipun mulai mencair sedikit ketika Leo menapakkan kaki di dekatnya. Khione pelan-pelan
mundur. Ekspresinya berubah dari murka menjadi terkejut sampai agak panik sementara Leo semakin
dekat. Jason mulai kehabisan musuh. Serigala-serigala terkulai tak berdaya. Sebagian menyingkir, masuk
ke reruntuhan bangunan sambil mendengking karena terluka. Piper menikam Anak Bumi terakhir, yang
terguling ke tanah dan menjadi gundukan lumpur. Jason menunggangi Topan untuk menerjang ventus
The Heroes Of Olympus 1 Pahlawan Yang Hilang Lost Of Hero di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terakhir, membuyarkannya hingga jadi uap. Lalu Jason berputar dan melihat Leo membidik sang dewi
salju. "Kalian terlambat," geram Khione. "Dia sudah terbangun! Dan jangan kira kalian sudah menang di
sini, Demigod. Rencana Hera takkan pernah berhasil. Kalian akan saling bantai sebelum kalian sempat
menghentikan kami." Leo menyulut palunya lalu melemparkan kedua palu itu kepada sang dewi, namun
dia berubah menjadi salju"citra putih dirinya yang sehalus bubuk. Palu Leo mengenai sang wanita salju,
membuyarkannya menjadi tumpukan butiran salju halus yang berasap. Piper tersengal-sengal, tapi dia
tersenyum kepada Jason. "Kuda yang bagus." Topan mendompak, listrik lengkung mengalir di antara
kaki-kakinya. Benar-benar tukang pamer. Kemudian Jason mendengar bunyi retak di belakang mereka.
Es yang meleleh di kurungan Hera tertumpah menjadi salju cair, dan sang dewi berseru, "Oh, jangan
khawatirkan aku! Aku cuma ratu langit yang sedang sekarat di sini!" Jason turun dan memerintah Topan
supaya diam di tempat. Ketiga demigod melompat ke dalam kolam dan lari ke pilar. Leo mengerutkan
kening. "Eh, Tia Callida, apa Anda ber-tambah pendek?" "Tidak, Dasar Dungu! Bumi sedang menelanku.
Cepat!" Meskipun Jason tidak menyukai Hera, yang dia lihat di dalam kurungan membuatnya waswas.
Bukan hanya Hera yang sedang tenggelam, tapi tanah di sekelilingnya juga sedang naik seperti air dalam
tangki. Batu cair sudah menutupi tulang kering sang dewi. "Sang raksasa terbangun!" Hera
memperingatkan. "Waktu kalian tinggal beberapa detik lagi!" "Siap," kata Leo. "Piper, aku butuh
bantuanmu. Bicaralah pada kurungan ini." "Apar ujar Piper. "Bicaralah pada kurungan ini. Kerahkan
semua yang kaupunya. Yakinkan Gaea supaya tidur. Ninabobokan dia. Pokoknya perlambat dia,
usahakan supaya sulur-sulurnya merenggang sementara aku?" "Baiklah!" Piper berdeham dan berkata,
"Hai, Gaea. Malam ini indah, ya" Ya ampun, aku capek banget. Kau bagaimana" Sudah siap untuk tidur?"
[ 534 1 JASON Semakin Piper bicara, dia kedengaran semakin percaya Jason merasa matanya sendiri jadi berat, dan dia
harus memaksa diri agar tak memfokuskan perhatian pada kata-kata Piper. Ucapan Piper sepertinya
berpengaruh terhadap kurungan. Lumpur naik lebih lambat. Sulur-sulurnya tampaknya sedikit
melunak"menjadi lebih mirip akar pohon batu. Leo mengeluarkan gergaji bundar dari sabuk
perkakasnya. Bagaimana bisa perkakas itu muat di sana, Jason sama sekali talc tahu. Kemudian Leo
memandangi kabel gergaji dan menggeram frustrasi. "Di sini tidak ada colokan kabel!" Topan sang roh
badai melompat ke dalam kolam dan meringkik. "Sungguh?" tanya Jason. Topan menganggukkan kepala
dan berderap mendekati Leo. Leo terlihat tak yakin, namun dia mengulurkan kabel gergaji, yang sertamerta disambar angin dan ditancapkan ke samping tubuh si kuda. Petir berkilat, mengalir ke kabel, dan
gergaji bundar itu pun menyala. listrik bolak-balik." "Keren!" Leo menyeringai. "Kudamu dilengkapi
sambungan Suasana hati mereka yang bagus tidak bertahan lama. Di seberang kolam, pilar sang raksasa
runtuh disertai bunyi seperti pohon yang patah jadi dua. Lapisan sulur terluarnya merekah dari atas ke
bawah, menghasilkan hujan serpihan batu dan kayo sementara sang raksasa bergoyang-goyang untuk
membebaskan diri dan memanjat keluar dari dalam bumi. Enceladus. Jason kira tak mungkin ada yang
lebih menyeramkan daripada Dia keliru.
Porphyrion jauh lebih tinggi, dan jauh lebih berotot. Dia tidak memancarkan panas, atau menunjukkan
tanda-tanda bahwa dia bisa menyemburkan api, tapi ada sesuatu yang lebih mengerikan dalam
dirinya"semacam kekuatan, bahkan daya magnet, seakan raksasa itu demikian besar dan padat
sehingga memiliki medan gravitasinya sendiri. Seperti Enceladus, sang raja raksasa bertubuh manusia
dari pinggang ke atas, mengenakan baju zirah perunggu, sedangkan dari pinggang ke bawah dia memiliki
kaki naga bersisik; namun kulittiya sewarna petai. Rambutnya sehijau daun musim panas, dikepang
panjang dan dihiasi senjata"belati, kapak, pedang seukuran asli, sebagian bengkok dan berlumuran
darah"mungkin kenang-kenangan yang diambil dari demigod beribu-ribu tahun yang lalu. Ketika
raksasa itu membuka mata, matanya putih polos seperti marmer yang digosok. Dia menarik napas
dalam-dalam. "Hidup!" dia menggerung. "Puji syukur kepada Gaea!" Jason mengeluarkan erangan kecil
heroik yang moga-moga saja tidak bisa didengar kawan-kawannya. Dia sangat yakin tak ada demigod
yang sanggup bertarung solo lawan makhluk ini. Porphyrion bisa mengangkat gunung. Dia bisa
meremukkan Jason dengan satu jari. "Leo," Jason berkata. "Hah?" Mulut Leo menganga. Piper sekalipun
sepertinya terpana. "Kalian bekerja saja terus," kata Jason. "Bebaskan Hera!" "Apo yang hendak
kaulakukan?" tanya Piper. "Kau tak mungkin serius mau?" "Menghibur raksasa?" ujar Jason. "Aku tak
punya pilihan." *** [ 536 ] JASON "Luar biasa!" raung sang raksasa saat Jason mendekat. "Hidangan pembuka! Siapa kau"Hermes" Ares?"
Jason mempertimbangkan ide itu, tapi merasa sebaiknya tidak. "Aku Jason Grace," katanya. "Putra
Jupiter." Mata putih itu menusuknya Di belakang Jason, gergaji bundar Leo mendengung, sedangkan
Piper bicara kepada kurungan dengan nada melenakan, berusaha mengenyahkan rasa takut dari
suaranya. Porphyrion menelengkan kepala ke belakang dan tertawa. "Hebat!" Dia mendongak ke langit
malam mendung. "Jadi, Zeus, kaukurbankan seorang putramu kepadaku" Kuapresiasi niat baikmu, tapi
tindakan tersebut takkan menyelamatkanmu." Langit bahkan tidak menggemuruh. Tidal( ada
pertolongan dari atas. Jason sendirian. Jason menjatuhkan pentungan daruratnya. Serpih-serpih kayu
menancap di seluruh permukaan tangan Jason, tapi itu tak jadi coal sekarang. Dia harus mengulur-ulur
waktu untuk Leo serta Piper, dan dia tidak bisa melakukan itu tanpa senjata yang memadai. Sekaranglah
waktunya untuk berlagak lebih berani daripada yang dirasakannya. "Kalau kautahu siapa aku," teriak
Jason kepada sang raksasa, "kau akan khawatir tentangku, bukan ayahku. Kuharap kau menikmati masa
hidupmu yang cuma dua setengah menit, Raksasa, sebab aku akan langsung mengirimmu kembali ke
Tartarus.), Mata sang raksasa menyipit. Dia menjejakkan satu kaki di luar kolam dan berjongkok untuk
melihat lawannya secara lebih saksama. kita akan mengawali duel dengan adu sombong, ya" Persis
seperti dulu! Baiklah, Demigod. Aku Porphyrion, Raja Raksasa, putra Gaea. Pada zaman dahulu kala, aku
bangkit dari Tartarus, jurang tempat tinggal ayahku, untuk menantang para
dewa. Untuk memulai perang, aku merampas ratu Zeus." Dia menyeringai ke kurungan sang dewi. "Halo,
Hera." "Suamiku sudah pernah membinasakanmu, Monster!" kata Hera. "Dia akan melakukannya lagi!"
"Tapi bukan dia yang membinasakanku, Sayang! Zeus tidak cukup kuat untuk membunuhku. Dia harus
mengandalkan demigod remeh untuk membantu. Bahkan dengan bantuan dari para demigod pun, kami
hampir menang. Kali ini, kami akan menuntaskan apa yang pernah kami mulai. Gaea tengah terbangun.
Dia telah memperlengkapi kami dengan banyak abdi yang andal. Pasukan kami akan mengguncangkan
bumi"dan kami akan menghancurkan kalian sampai ke akar." "Kau takkan berani," kata Hera, tapi dia
semakin lemah. Jason bisa mendengarnya dari suara sang dewi. Piper terus berbisik kepada kurungan,
sedangkan Leo terus menggergaji, tapi bumi masih saja naik di dalam penjara Hera, menutupinya hingga
ke pinggang. "Tentu aku berani," kata sang raksasa. "Para Titan menyerang rumah baru kalian di New
York. Nekat, tapi tidak efektif. Gaea lebih bijak dan lebih sabar. Dan kami, anak-anaknya yang terhebat,
jauh lebih kuat daripada Kronos. Kami tahu caranya membunuh kalian dewa-dewi Olympia untuk
selama-lamanya. Kalian harus dicerabut laksana pohon busuk"akar tertua kalian harus dicabut dan
dibakar." Sang raksasa memandang Piper dan Leo sambil mengerutkan kening, seakan dia baru
menyadari bahwa mereka sedang menggarap kurungan. Jason melangkah maju dan berteriak untuk
kembali mengalihkan perhatian Porphyrion. "Katamu demigod membunuhmu?" teriak Jason.
"Bagaimana caranya, kalau kami seremeh itu?"
[ 538 ] JASON "Ha! Kaukira aku mau menjelaskannya kepadamu" Aku diciptakan untuk menjadi pengganti Zeus,
dilahirkan untuk membinasakan penguasa langit. Aku akan merebut takhtanya. Aku akan merebut
istrinya"atau, jika wanita itu tak bersedia menerimaku, akan kubiarkan bumi menelan daya hidupnya.
Yang kaulihat di hadapanku, Bocah, hanyalah wujudku yang masih lemah. Tiap jam aku akan tumbuh
semakin kuat, hingga aku tak terkalahkan. Tapi sekarang pun aku bisa saja menghancurkan kalian
menjadi setitik debu!" Porphyrion berdiri tegak dan mengulurkan tangan. Tombak sepanjang enam
meter melesat keluar dari tanah. Dia mencengkeram tombak itu, kemudian menjejak tanah dengan kaki
naganya. Reruntuhan itu berguncang. Di sekeliling mereka di pekarangan, monster-monster mulai
berkumpul kembali"roh badai, serigala, Anak Bumi, semuanya menjawab panggilan sang raja raksasa.
"Hebat," gerutu Leo. "Memangnya kita kekurangan musuh, apa?" "Cepat," ujar Hera. "Aku tahu!" bentak
Leo. "Tidurlah, wahai kurungan," kata Piper. "Kurungan baik, kurungan mengantuk. Ya, aku bicara ke
sekumpulan surai dari tanah. Ini sama sekali tidak aneh." Porphyrion menggarukkan tombaknya ke
puncak reruntuhan, menghancurkan sebuah cerobong asap dan menyemburkan kayu serta batu ke
seluruh halaman. "Nah, Anak Zeus! Aku sudah selesai menyombong. Sekarang giliranmu. Apa yang
hendak kaukatakan tentang caramu menghabisiku?" Jason memandangi lingkaran monster, tak sabar
menunggu perintah majikan mereka untuk mencabik-cabik para demigod. Gergaji bundar Leo terus
mendengung, sedangkan Piper terus
berbicara, namun tindakan mereka sepertinya sia-sia. Kurungan Hera sudah hampir dipenuhi tanah.
"Aku putra Jupiter!" dia berteriak, dan hanya supaya terkesan keren, dia memanggil angin, terangkat
beberapa kaki dari tanah. "Aku anak Romawi, konsul demigod, praetor Legiun Pertama." Jason
sebenarnya tidak tahu apa yang dia katakan, tapi dia mengocehkan kata-kata tersebut seolah pernah
mengucapkannya berkali-kali sebelumnya. Dia mengulurkan lengan, menunjukkan tato elang dan SPQR.
Jason terkejut karena sang raksasa tampaknya mengenali tato tersebut. Selama sesaat, Porphyrion
justru terlihat gelisah. "Aku membantai monster laut Troya," Jason melanjutkan. "Aku menggulingkan
takhta hitam Kronos, dan membinasakan Krios sang Titan dengan tanganku sendiri. Dan kini aku akan
mengha bisimu, Porphyrion, dan menjadikanmu makanan bagi serigala-serigalamu sendiri." "Wow,
Bung," gumam Leo. "Kau mabuk, ya?" Jason meluncur ke arah sang raksasa, bertekad untuk men-cabikcabiknya.
*** Melawan makhluk kekal setinggi sembilan meter dengan tangan kosong adalah gagasan yang demikian
konyol sampai-sampai sang raksasa sekalipun tampak terkejut. Setengah terbang, setengah melompat,
Jason mendarat di lutut sang raksasa yang bersisik reptil dan memanjati lengan raksasa itu sebelum
Porphyrion sempat menyadari apa yang terjadi. "Kau berani?" raung sang raksasa. Jason mencapai
pundaknya dan mencopot pedang dari kepang sang raksasa yang penuh senjata. Dia berteriak, "Demi
Romawi!" [ 540 ] JASON dan menghunjamkan pedang ke target terdekat yang paling mudah"telinga mahabesar sang Raksasa.
Petir membelah langit dan menyambar pedang, melemparkan Jason hingga bebas. Dia berguling ketika
menabrak tanah. Ketika dia mendongak, sang raksasa sedang sempoyongan. Rambutnya terbakar, dan
sisi wajahnya menghitam karena tersambar petir. Pedang telah pecah hingga menyerpih di kupingnya.
Ichor keemasan bercucuran dari rahangnya. Senjata-senjata lain memercikkan bunga api dan berasap di
kepangnya. Porphyrion hampir jatuh. Lingkaran monster mengeluarkan geraman kolektif dan bergerak
maju"serigala serta ogre menatap Jason lekat-lekat. "Jangan!" teriak Porphyrion. Dia memperoleh
keseimbang-annya kembali dan memelototi sang demigod. "Aku ingin mem-bunuhnya sendiri." Sang
raksasa mengangkat tombaknya dan tombak itu pun mulai berpendar. "Kau ingin main petir, Bocah" Kau
lupa. Aku adalah lawan Zeus yang sepadan. Aku diciptakan untuk menghabisi ayahmu. Artinya, aku tahu
persis apa yang akan membunuhmu." Ada sesuatu dalam suara Porphyrion yang meyakinkan Jason
bahwa dia tidak sedang menggertak. Jason dan teman-temannya telah mencurahkan seluruh daya
upaya. Mereka bertiga telah melakukan hal-hal hebat. Ya, bahkan hal-hal heroik. Tapi saat raksasa itu
mengangkat tombaknya, Jason tahu tak mungkin dia dapat menangkis serangan ini. Inilah akhirnya.
"Beres!" teriak Leo. "Tidur!" kata Piper, begitu bertenaga sampai-sampai para serigala terdekat jatuh ke
tanah dan mulai mendengkur. Kurungan batu dan kayu hancur berantakan. Leo telah menggergaji
pangkal sulur yang paling tebal dan rupanya memotong koneksi sangkar tersebut dengan Hera. Sulur-sulur itu berubah menjadi debu. Lumpur di
sekeliling Hera terbuyarkan. Sang dewi bertambah besar, menyala-nyala karena memancarkan kekuatan.
"Akhirnya!" kata sang dewi. Dia melemparkan jubah hitam sehingga menampakkan gaun putihnya,
lengannya dihiasi perhiasan emas. Wajahnya menakutkan sekaligus jelita, dan mahkota emas berkilau di
atas rambut hitam panjangnya. "Kini aku akan membalaskan dendamku!" Porphyrion sang raksasa
melangkah mundur. Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi dia melemparkan tatapan terakhir penuh
kebencian kepada Jason. Pesannya sudah jelas: Lain kali. Kemudian dia menghantamkan tombaknya ke
bumi, dan raksasa itu pun menghilang ke dalam tanah seperti turun lewat tiang perosotan. Di seluruh
pekarangan, monster-monster mulai panik dan mundur, tapi mereka tak bisa kabur. Hera berpendar
kian terang. Dia berteriak, "Tutup mata kalian, Pahlawan-Pahlawankur Tapi Jason terlalu terguncang. Dia
terlambat mengerti. Dia menyaksikan saat Hera berubah menjadi supernova, meledak dalam lingkaran
energi yang menguapkan semua monster seketika. Jason terjatuh, cahaya melepuhkan benaknya. Hal
terakhir yang dia pikirkan adalah tubuhnya terbakar.
BAB LIMA PULUH SATU PIPER JASON!" Piper terus-menerus memanggil nama Jason sambil memeluk pemuda itu, kendati dia hampir
kehilangan harapan. Saat ini Jason sudah tak sadarkan diri selama dua menit. Tubuhnya beruap, bola
matanya berputar ke belakang. Piper bahkan tak tahu apakah Jason masih bernapas atau tidak. "Tak ada
gunanya, Nak." Hera berdiri menjulang di dekat mereka dalam balutan jubah dan selendang hitamnya
yang sederhana. Piper tidak melihat sang dewi jadi born nuklir. Untungnya Piper memejamkan mata,
tapi dia bisa melihat efek yang ditimbulkan Hera. Semua pertanda musim dingin telah menghilang dari
lembah. Tidak ada tanda-tanda pertempuran juga. Para monster telah menguap. Reruntuhan telah
dipulihkan seperti semula"masih berupa reruntuhan, tapi tanpa bukti-bukti bahwa tempat tersebut
pernah disesaki kawanan serigala, roh badai, dan ogre bertangan enam.
Bahkan para Pemburu telah pulih. Sebagian besar menunggu pada jarak yang aman di padang, namun
Thalia berlutut di samping Piper, tangannya ditempelkan ke dahi Jason. Thalia memelototi sang Dewi.
"Ini salahmu. Lakukan sesuatu!" "Jangan kurang ajar, Non. Aku adalah ratu?"Sembuhkan dia!" Mata
Hera berkilat-kilat penuh kuasa. "Aku sudah mem-peringatkannya. Dia akan menjadi jagoanku. Aku
menyuruh mereka memejamkan mata sebelum aku menampakkan bentuk sejatiku." "Anu ..." Leo
mengerutkan kening. "Bentuk sejati itu berbahaya, kan" Lalu, kenapa Anda melakukannya?"
"Kukeluarkan kekuatanku untuk membantu kalian, Bodoh!" seru Hera. "Aku menjadi energi murni agar
aku dapat menghancurkan para monster, memperbaiki tempat ini, dan bahkan menyelamatkan para
Pemburu menyedihkan ini dari es." "Tapi manusia fana tak bisa melihatmu dalam wujud itu!" teriak
Thalia. "Kau membunuhnya!" Leo menggeleng-gelengkan kepala dengan putus asa. "Itulah arti ramalan
kami. Dan kematian pun terlepas dari murka Hera. Ayolali, Nyonya. Anda seorang dewi. Jampi-jampilah
dia dengan sihir voodoo! Hidupkanlah dia." Piper setengah mendengar percakapan mereka, tapi dia
terutama memusatkan perhatian pada wajah Jason. "Dia bernapas!" Piper mengumumkan. "Mustahil,"
kata Hera. "Kuharap itu benar, Nak, tapi tak ada manusia fana yang pernah?" "Jason," panggil Piper,
mencurahkan seluruh tekadnya ke dalam nama pemuda itu. Dia tidak boleh kehilangan Jason.
"Dengarkan aku. Kau bisa melakukan ini. Kau akan baik-baik saja.
[5441 P1PER lark ada yang terjadi. Apakah Piper cuma membayangkan bahwa Jason bernapas" "Menyembuhkan
bukanlah kekuatan Aphrodite," Hera berkata penuh sesal. "Aku sekalipun tak dapat memperbaiki ini,
Non. Jiwa fananya?" "Jason," kata Piper lagi, dan dia membayangkan suaranya berkumandang
menembus bumi, terus hingga ke Dunia Bawah. "Bangun." Jason terkesiap, dan matanya mendadak
terbuka. Selama sesaat matanya memancarkan cahaya"berkilau terang laksana emas murni. Kemudian
cahaya itu memudar dan matanya menjadi normal lagi. "Apa"apa yang terjadi?" "Mustahil!" ujar Hera.
Piper mendekap Jason dalam pelukannya sampai pemuda itu mengerang, "Remuk aku." "Sori," kata
Piper, sangat lega sampai-sampai dia tertawa sambil menghapus tangis dari matanya. Thalia
mencengkeram lengan adiknya. "Bagaimana perasaan-mu?" "Panas," gumam Jason. "Mulut kering. Dan
aku melihat se-suatu yang ... betul-betul mengerikan." "Itu Hera," gerutu Thalia. "Yang Mulia, si Peluru
Nyasar." "Sudah cukup, Thalia Grace," kata sang Dewi. "Akan kuubah kau jadi aardvark, demi?"
"Hentikan, kalian berdua," ujar Piper. Hebatnya, mereka ber-dua tutup mulut. Piper membantu Jason
berdiri dan memberinya nektar ter-akhir dari perbekalan mereka. "Sekarang ..." Piper menghadap Thalia
dan Hera. "Ratu Hera"Yang Mulia"kami tak mungkin menyelamatkan Anda
tanpa para Pemburu. Dan Thalia, kau takkan pernah bertemu Jason lagi"aku takkan pernah bertemu
dengannya"jika bukan berkat Ratu Hera. Kahan berdua harus berbaikan, sebab kita punya masalah
yang lebih besar." Mereka berdua memelototi Piper, dan selama tiga detik yang panjang, Piper tidak
yakin manakah di antara keduanya yang bakal membunuhnya duluan. Akhirnya Thalia menggeram. "Kau
punya nyali, Piper." Dia mengeluarkan kartu perak dari jaketnya dan menyelipkan kartu itu ke dalam
saku jaket snowboarding Piper. "Kalau kau ingin jadi Pemburu, hubungi aku. Kami bisa memanfaatkan
kemarn-puanmu." Hera bersedekap. "Untung bagi Pemburu ini, kau ada benar-nya, Putri Aphrodite."
Dia mengamat-amati Piper, seolah baru melihat gadis itu dengan jelas untuk pertama kalinya. "Kau
bertanya-tanya, Piper, apa sebabnya aku memilihmu untuk misi ini, apa sebabnya aku tak membongkar
rahasiamu sedari awal, meskipun aku tahu bahwa Enceladus memperalatmu. Harus kuakui, sampai saat
ini aku tak yakin. Aku punya firasat kau memiliki peranan penting dalam misi ini. Kini kulihat bahwa aku
benar. Kau malah lebih kuat daripada yang kusadari. Dan kau benar mengenai masalah yang akan
mengadang. Kita harus bekerja bersama-sama." Wajah Piper terasa hangat. Dia tidak yakin bagaimana
harus merespons pujian Hera, tapi Leo menimpali. "Iya," kata Leo. "Kuduga si Porphyrion tidak sekadar
meleleh dan mati, ya?" "Memang tidak," Hera setuju. "Berkat tindakan kalian yang menyelamatkanku,
dan menyelamatkan tempat ini, kalian men-cegah bangunnya Gaea. Kahan telah mengulur-ulur waktu
bagi kita. Tapi Porphyrion telah bangkit. Dia tahu tak sebaiknya berdiam di
[ 546 ] PIPER sini, terutama karena dia belum memperoleh kekuatan penuhnya. Raksasa hanya dapat dibunuh oleh
perpaduan dewa dan demigod, bekerja bersama-sama. Begitu kalian membebaskanku?" "Dia kabur,"
kata Jason. "Tapi ke mana?" Hera tidak menjawab, tapi rasa ngeri kontan melanda Piper. Dia teringat
perkataan Porphyrion yang hendak membunuh dewa-dewi Olympia dengan cara mencerabut akar
mereka. Yunani. Piper melihat ekspresi suram Thalia, dan menerka bahwa sang Pemburu berkesimpulan
sama. "Aku harus menemukan Annabeth," kata Thalia. "Dia harus tahu apa yang terjadi di sini."
"Thalia ..." Jason menggamit tangan kakaknya. "Kita tak sempat membicarakan tempat ini, atau?" "Aku
tahu." Ekspresi Thalia melunak. "Aku kehilangan kau satu kali di sini. Aku tak mau menin"ggalkanmu lagi.
Tapi kita akan segera bertemu lagi. Akan kutemui kau di Perkemahan Blasteran." Diliriknya Hera. "Kau
mau mengantar mereka ke sana dengan selamat kan" Paling tidak itulah yang bisa kaulakukan." "Kau tak
berhak menyuruh?" "Ratu Hera," potong Piper. Sang Dewi mendesah. "Baiklah. Ya. Pergi sana,
Pemburu!" Thalia memeluk Jason dan mengucapkan selamat tinggal. Ketika para Pemburu sudah pergi,
tempat itu terasa aneh, kelewat sepi. Kolam yang kering tidak menunjukkan tanda-tanda keberadaan
sulur tanah yang telah mendatangkan sang raja raksasa atau menawan Hera. Langit malam jernih dan
bertabur bintang. Angin berembus di hutan redwood. Piper memikirkan malam itu di Oklahoma ketika
dia dan ayahnya tidur di halaman depan Kakek Tom. Dia memikirkan malam itu di atap asrama Sekolah
Alam Liar, ketika Jason menciumnya"dalam memorinya yang dimodifikasi oleh Kabut.
"Jason, apa yang menimpamu di sini?" tanya Piper. "Maksud-ku"aku tahu ibumu meninggalkanmu di
sini. Tapi kaubilang ini adalah lahan keramat bagi demigod. Kenapa" Apa yang terjadi setelah kau
sendirian?" Jason menggelengkan kepala dengan resah. "Ingatanku masih kabur. Para serigala ..." "Kau
diberi takdir," kata Hera. "Kau diserahkan untuk meng-ab di kepadaku." Jason memberengut. "Karena
Anda memaksa ibu saya melakukan itu. Anda tidak tahan mengetahui bahwa Zeus memiliki dua anak
dengan ibu saya. Mengetahui bahwa Zeus jatuh cinta pada ibu saya dua kali. Supaya anggota keluarga
yang lain tidak diganggu, Anda menuntut saya sebagai imbalan." "Itu adalah pilihan yang tepat bagimu
juga, Jason," Hera berkeras. "Kali kedua ibumu merebut kasih sayang Zeus, dia berhasil karena dia
membayangkan Zeus dalam aspek yang berbeda"aspek Jupiter. Ini tak pernah terjadi sebelumnya"dua
anak, Yunani dan Romawi, lahir dalam keluarga yang sama. Kau harus dipisahkan dari Thalia. Di sinilah
semua demigod dari kaummu memulai perjalanan mereka." "Dari kaumnya?" tanya Piper. "Maksudnya
bangsa Romawi," kata Jason. "Demigod ditinggalkan di sini. Kami bertemu Dewi Serigala, Lupa, serigala
kekal yang sama seperti yang membesarkan Romulus dan Remus." Hera mengangguk. "Dan jika kau
cukup kuat, kau hidup." "Tapi ..." Leo terlihat penasaran. "Apa yang terjadi setelah itu" Maksudku, Jason
The Heroes Of Olympus 1 Pahlawan Yang Hilang Lost Of Hero di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tak pernah sampai ke Perkemahan Blasteran." "Ke Perkemahan Blasteran, memang tidak," Hera
mengiyakan. Piper merasa seakan langit berputar-putar di atasnya, mem-buatnya pusing. "Kau pergi ke
tempat lain. Di sanalah kau berada selama bertahun-tahun ini. Tempat yang lain untuk demigod"tapi di
mana?" [ 548 1 PIPER_ Jason berpaling kepada sang dewi. "Ingatan saya mulai kembali, tapi lokasi itu tidak. Anda takkan
memberi tahu saya, ya?" "Tidak," ujar Hera. "Itu adalah bagian dari takdirmu, Jason. Kau harus mencari
jalan pulang sendiri. Tapi ketika kau menemukannya kau akan menyatukan dua kekuatan besar. Kau
akan memberi kami harapan, bahwa kami sanggup melawan para raksasa dan, yang lebih penting"
melawan Gaea sendiri." " "Anda ingin kami membantu para dewa," kata Jason, tap. Anda
menyembunyikan informasi dari kami." "Memberimu jawaban akan mengecilkan arti jawaban tersebut," kata Hera. "Begitulah cara kerja Moirae. Kau harus me-nempa jalanmu sendiri agar
perjalananmu bermakna. Saat ini, kalian bertiga sudah mengejutkanku. Aku tak pernah mengira bahwa
mungkin ..." Sang Dewi menggelengkan kepala. "Singkat kata, kalian telah bekerja dengan baik, Demigod.
Tapi ini baru permulaan. Sekarang kalian harus kembali ke Perkemahan Blasteran. Di sana, kalian akan
mulai merencanakan tahap berikutnya." "Yang takkan Anda beritahukan pada kami," gerutu Jason. "Dan
karena Anda menghancurkan kuda roh badai bagus milik saya, haruskah kami pulang jalan kaki?" Hera
mengesampingkan pertanyaan tersebut. "Roh badai adalah makhluk kekacauan. Aku tak
menghancurkan yang satu itu, walaupun aku tak tahu ke mana dia pergi, ataukah apakah kau akan
bertemu dengannya lagi atau tidak. Tapi ada cara pulang yang lebih mudah untuk kalian. Karena kalian
telah berjasa besar kepadaku, aku bisa menolong kalian"setidaknya sekali ini. Selamat tinggal, Demigod,
untuk saat ini." Dunia jungkir balik, dan Piper hampir saja. pingsan.
Ketika Piper bisa melihat dengan normal lagi, dia sudah kembali di perkemahan, di paviliun makan, di
tengah-tengah acara makan malam. Mereka berdiri di meja pondok Aphrodite, dan sate kaki Piper
menginjak piza Drew. Enam puluh pekemah bangkit serempak, memandangi mereka sambil melongo.
Entah apa yang sudah dilakukan Hera untuk melemparkan mereka hingga ke seberang negeri, tapi
metodenya itu tidak bagus buat perut Piper. Dia nyaris tak mampu mengendalikan rasa mual. Leo tidak
seberuntung itu. Dia melompat dari meja, lari ke tungku perunggu terdekat, dan muntah ke sana"
barangkali bukan sesaji bakar yang bagus untuk para dewa. "Jason?" Chiron berderap maju. Tak
diragukan lagi sang centaurus tua telah ribuan tahun menyaksikan hal-hal aneh, tapi dia sekalipun
tampak tercengang. "Apa"Bagaimana?"" Para pekemah Aphrodite menatap Piper dengan mulut
menganga. Piper menduga penampilannya pasti berantakan. "Hai," kata Piper sesantai yang dia bisa.
"Kami pulang."[]
BAB LIMA PULUH DUA PIPER TIDAK BANYAK YANG PIPER INGAT tentang sisa malam itu. Mereka menceritakan kisah mereka dan
menjawab jutaan pertanyaan dari para pekemah lain, tapi akhirnya Chiron melihat betapa lelahnya
mereka dan memerintahkan mereka untuk tidur. Rasanya enak sekali tidur di kasur sungguhan, dan
Piper begitu letih sehingga dia langsung terlelap. Alhasil, dia tidak sempat mencemaskan bagaimana
rasanya kembali ke pondok Aphrodite. Keesokan paginya Piper terbangun di tempat tidurnya, merasa
segar kembali. Sinar matahari masuk lewat jendela, disertai angin sepoi-sepoi yang nyaman. Saat itu
mungkin saja musim semi alih-alih musim dingin. Burung-burung bernyanyi. Monster-monster melolong
di hutan. Bau sarapan melayang masuk dari paviliun makan"bacon, panekuk, dan segala macam
hidangan sedap. Drew dan gengnya mengerutkan kening ke arah Piper sambil bersedekap. "Pagi." Piper
duduk tegak dan tersenyum. "Hari yang indah." "Kau bakal membuat kami telat sarapan," kata Drew.
"Artinya, kau harus bersih-bersih untuk inspeksi pondok."
Seminggu lalu, Piper bakalan meninju muka Drew atau bersembunyi kembali ke balik selimut. Kini dia
teringat para Cyclops di Detroit, Medea di Chicago, Midas yang mengubahnya jadi emas di Omaha. Saat
melihat Drew, yang dulu membuatnya sebal, Piper malah tertawa. Ekspresi sombong Drew langsung
lenyap. Drew mundur, kemudian teringat bahwa dia semestinya marah. "Apa yang kau?" "Kutantang
kau," kata Piper. "Bagaimana kalau tengah hari di arena" Kau boleh memilih senjatamu." Piper bangkit
dari tempat tidur, meregangkan badan dengan santai, dan memandangi teman-teman sepondoknya
sambil berseri-seri. Dia melihat Mitchell dan Lacy, yang membantunya mengemasi perbekalan untuk
misi. Mereka tersenyum ragu-ragu, pandangan mata mereka berpindah-pindah dari Piper ke Drew
seolah sedang menonton pertandingan tenis yang sangat menarik. "Aku kangen kalian!" Piper
mengumumkan. "Kita akan bersenang-senang ketika aku sudah jadi konselor senior." Muka Drew jadi
merah padam. Bahkan para centeng terdekat-nya terlihat agak gugup. Ini tidak ada dalam naskah
mereka. "Kau?" Drew terbata. "Dasar penyihir kecil jelek! Akulah yang paling lama di sini. Kau tidak
boleh")) "Menantangmu?" ujar Piper. "Tentu saja boleh. Aturan perkemahan: aku sudah diakui oleh
Aphrodite. Aku sudah menyelesaikan satu misi. Satu misi lebih banyak daripada yang pernah
kauselesaikan. Jika aku merasa bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik, aku boleh menantangmu.
Kecuali kau mau langsung mundur. Benar tidak, Mitchell?" "Benar sekali, Piper." Mitchell nyengir. Lacy
jingkrak-jingkrak seperti sedang bermain lompat tali. Segelintir anak lain mulai nyengir, seolah mereka
menikmati perubahan warna di wajah Drew.
"Mundur"' pekik Drew. "Kau gila!" Piper mengangkat bahu. Kemudian secepat ular ditariknya Katoptris
dari bawah bantal, dicabutnya belati itu dari sarungnya, dan ditodongkannya ujung senjata itu ke bawah
dagu Drew. Anak-anak yang lain mundur dengan cepat. Seorang cowok menabrak meja rias dan
menyebabkan timbulnya kepulan serbuk merah muda. "Duel, kalau begitu," kata Piper riang. "Kalau kau
tak mau menunggu sampai tengah hari, sekarang juga boleh. Kau sudah menjadi diktator di pondok ini,
Drew. Silena Beauregard lebih bijak. Esensi Aphrodite adalah cinta dan kecantikan. Bersikap mencintai.
Menyebarkan kecantikan. Bersenang-senang. Teman baik. Budi baik. Bukan cuma berpenampilan bagus.
Silena berbuat keliru, tapi pada akhirnya dia berjuang demi teman-temannya. Itulah sebabnya dia
menjadi seorang pahlawan. Aku akan memperbaiki segalanya, dan aku punya firasat Ibu akan berpihak
padaku. Mau mencari tahu?" Drew jadi juling ketika melihat bilah belati Piper. Sedetik berlalu.
Kemudian dua detik. Piper tak peduli. Dia bahagia dan percaya diri seratus persen. Perasaannya pasti
tampak di senyumnya. "Aku mundur," gerutu Drew. "Tapi kalau kaupikir aku bakal melupakan ini,
McLean?" "Oh, kuharap kau tidak lupa," kata Piper. "Nah, sekarang larilah ke paviliun makan, dan
jelaskan pada Chiron mengapa kita telat. Ada pergantian kepemimpinan." Drew mundur ke pintu. Para
centeng terdekatnya sekalipun tidak mengikutinya. Dia hendak pergi ketika Piper berkata, "Oh iya, Drew,
Sayang?" Si mantan konselor menoleh ke belakang dengan enggan.
"Kalau-kalau kaukira aku bukan putri sejati Aphrodite," kata Piper, "jangan berani-berani memandangi
Jason Grace. Dia mungkin belum tahu, tapi dia milikku. Jika kau coba-coba mendekatinya, akan
kupasang kau ke katapel dan kutembakkan kau ke seberang Selat Long Island." Drew berputar begitu
cepat sampai-sampai dia menabrak kosen pintu. Kemudian dia pun lenyap. Pondok tersebut jadi sunyi.
Para pekemah lain menatap Piper. Mengenai bagian yang ini, Piper tidak yakin. Dia tidak mau orangorang takut padanya sebagai pimpinan. Dia tidak seperti Drew, tapi dia tidak tahu apakah mereka bakal
menerimanya. Kemudian, secara spontan, para pekemah Aphrodite bersorak begitu lantang sehingga
pasti terdengar di seluruh perkemahan. Mereka menggiring Piper ke luar pondok, membopongnya di
bahu mereka, dan menggendongnya sampai ke paviliun makan"masih mengenakan piama, rambutnya
masih kusut, tapi Piper tidak peduli. Perasaannya tak pernah sebaik ini.
*** Sorenya, Piper sudah mengganti bajunya dengan pakaian perkemahan yang nyaman dan memimpin
pondok Aphrodite untuk melalui aktivitas pagi mereka. Dia sudah siap menikmati waktu senggang.
Gairah yang Piper rasakan berkat kemenangannya telah berkurang karena dia ada janji di Rumah Besar.
Chiron menemuinya di beranda depan dalam sosok manusia, kaki dimasukkan ke kursi rodanya.
"Masuklah, Sayang. Video konferensi sudah siap."
[ 554 ] PIPER Satu-satunya komputer di perkemahan ada di kantor Chiron, dan seisi ruangan itu ditamengi pelat
perunggu. "Demigod dan teknologi tidak cocok," Chiron menjelaskan. "Telepon, SMS, bahkan
berselancar di Internet"semua ini dapat menarik perhatian monster. Bahkan, musim gugur ini di
Cincinnati, kami harus menyelamatkan seorang pahlawan muda yang mencari informasi tentang gorgon
lewat Google dan memperoleh lebih daripada yang dia inginkan, tapi lupakan saja itu. Di sini di
perkemahan, kau terlindungi. Walau begitu kita berusaha berjaga-jaga. Kau hanya boleh bicara
beberapa menit." "Paham," kata Piper. "Terima kasih, Pak Chiron." Chiron tersenyum dan
menggelindingkan kursi rodanya ke luar kantor. Piper ragu-ragu sebelum memencet tombol panggil.
Kantor Chiron berantakan, tapi terasa nyaman. Salah satu dinding ditutupi kaus dari aneka konvensi"
KUDA PONI PESTA '09 VEGAS, KUDA PONI PESTA '10 HONOLULU, dll. Piper tidak tahu apa kuda poni
pesta itu, tapi dinilai dari noda-noda, bekas terbakar, dan lubang senjata di kaus-kaus tersebut,
pertemuan mereka pastilah lumayan liar. Di rak di atas meja Chiron terdapat radio model lama beserta
kaset yang diberi label "Dean Martin" dan "Frank Sinatra" serta "Lagu-lagu Top 40-an." Chiron sudah tua
sekali sehingga Piper jadi bertanya-tanya apakah itu berarti 1940-an, 1840-an, atau mungkin cuma
tahun 40 M. Tapi sebagian besar ruang di dinding kantor ditempeli foto demigod, seperti balai
penghargaan. Salah satu foto yang masih baru menunjukkan seorang cowok remaja berambut gelap dan
bermata hijau. Karena dia berdiri bergandengan dengan Annabeth, Piper mengasumsikan cowok itu
pasti Percy Jackson. Di foto-foto yang lebih lama, dia mengenali orang-orang terkenal: pebisnis, atlet,
bahkan sejumlah aktor yang dikenal ayahnya. "Tak bisa dipercaya," gumam Piper.
Piper bertanya-tanya apakah fotonya kelak akan terpampang di dinding itu. Untuk pertama kalinya, dia
merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Demigod sudah beredar
selama berabad-abad. Apa pun yang Piper lakukan, dia melakukannya untuk mereka semua. Piper
menarik napas dalam-dalam dan menelepon. Layar video menyala. Gleeson Hedge sedang menyeringai
kepada Piper dari kantor ayahnya. "Sudah lihat berita?" "Susah melewatkannya," kata Piper. "Kuharap
Bapak tahu apa yang Bapak lakukan." Chiron telah menunjukkan berita di koran kepada Piper saat
makan siang. Kepulangan ayahnya yang misterius entah dari mana telah menjadi berita utama. Asisten
pribadi ayahnya, Jane, telah dipecat karena menutup-nutupi hilangnya dia dan tidak memberi tahu polisi
tentang itu. Staf baru telah dipekerjakan dan dipilih sendiri oleh "pelatih pribadi" Tristan McLean,
Gleeson Hedge. Menurut koran tersebut, Pak McLean mengaku tidak ingat apa-apa tentang peristiwa
sepanjang minggu terakhir, dan media menyambar cerita itu dengan antusias. Sebagian berpendapat
bahwa kejadian itu merupakan taktik marketing pintar untuk sebuah film"mungkin McLean akan
berperan sebagai penderita amnesia" Sebagian berpendapat dia telah diculik teroris, atau penggemar
sinting, atau secara heroik telah melarikan diri dari pencari tebusan berkat keahlian bertarung ala Raja
Sparta yang hebat. Apa pun kebenarannya, Tristan McLean jadi lebih tenar dibandingkan sebelumnya.
"Semuanya berjalan lancar," janji Hedge. "Tapi jangan khawatir. Kami akan menjauhkannya dari sorotan
publik hingga kira-kira sebulan ke depan supaya gosipnya mereda. Ayahmu harus
[ 556 ] PIPER" mengerjakan hal-hal yang lebih penting"misalnya beristirahat, dan berbicara kepada putrinya." "Jangan
keenakan di Hollywood sana, Gleeson," kata Piper. Hedge mendengus. "Kau bercanda" Orang-orang ini
membuat Aeolus tampak waras. Aku akan kembali secepat mungkin, tapi ayahmu harus pulih dulu. Dia
laki-laki yang baik. Oh iya, omong-omong, aku sudah membereskan perkara kecil yang satu lagi itu.
Jagawana di Area Teluk baru saja menerima hadiah anonim berupa helikopter baru. Dan pilot yang
membantu kita" Dia mendapat tawaran yang sangat menggiurkan untuk menerbangkan Pak McLean."
"Makasih, Gleeson," kata Piper. "Untuk segalanya." "Yah, mau bagaimana lagi. Aku tak berusaha
bertindak hebat. Keluar secara alami begitu saja. Omong-omong soal istana Aeolus, perkenalkan asisten
baru ayahmu." Hedge menyingkir dan muncullah cantik yang menyeringai ke kamera. "Mellie?" Piper
memperhatikan baik-baik, namun jelas wanita itu adalah dia: sang aura yang telah menolong mereka
kabur dari puri Aeolus. "Kau bekerja untuk ayahku sekarang?" "Hebat, kan?" "Apa dia tahu kau ini"
kautahu"roh angin?" "Oh, tidak. Tapi aku suka sekali pekerjaan ini. Tugas-tugas-nya"mmm"enteng."
Piper mau tak mau tertawa. "Aku senang. Selamat ya. Tapi di mana?" "Tunggu sebentar." Mellie
mengecup pipi Gleeson. "Sini, Kambing Tua. Jangan terus-terusan memenuhi layar." "Apa?" tuntut
Hedge. Tapi Mellie menggiringnya pergi dan berseru, "Pak McLean" Sudah tersambung!" Sedetik
kemudian, ayah Piper muncul.
seorang wanita muda Dia menyeringai lebar. "Pipes!" Dia terlihat luar biasa"kembali seperti semula dengan mata cokelatnya
yang berbinar-binar, janggut setengah hari, senyum percaya diri, dan rambut yang baru dipangkas,
seolah siap untuk syuting sebuah adegan. Piper lega, tapi dia juga merasa agak sedih. Kembali seperti
semula bukanlah sesuatu yang didambakan Piper. Dalam benaknya, Piper menyalakan sebuah jam. Pada
panggilan telepon normal semacam ini, di hari kerja, Piper jarang mendapat perhatian ayahnya lebih
dari tiga puluh detik. "Hai," kata Piper. "Ayah baik-baik saja?" "Sayang, aku sungguh minta maaf karena
sudah membuatmu khawatir gara-gara menghilang. Aku tak tahu ..." Senyum ayahnya lenyap, dan Piper
bisa tahu dia sedang mencoba mengingat-ingat"menangkap kenangan yang seharusnya ada di sana,
tapi tak ada. "Aku tak yakin apa yang terjadi, sejujurnya. Tapi aku baik-baik saja. Pak Pelatih Hedge amat
membantu, seperti anugerah dari dewa saja." "Anugerah dari dewa," ulang Piper. Pilihan kata yang aneh.
"Dia memberitahuku tentang sekolah barumu," kata Ayah. "Aku minta maaf karena Sekolah Alam Liar
ternyata tidak cocok, tapi kau benar. Jane salah. Aku bodoh karena sudah mendengarkannya." Sisa
sepuluh detik, mungkin. Tapi paling tidak ayahnya terdengar tulus, seolah dia benar-benar merasa
menyesal. "Ayah tak ingat apa-apa?" ujar Piper, agak sedih. "Tentu aku ingat," kata ayahnya. Bulu kuduk
Piper merinding. "Ayah ingat?" "Aku ingat bahwa aku menyayangimu," kata ayahnya. "Dan aku bangga
padamu. Apa kau senang di sekolah barumu?" Piper berkedip. Dia tidak boleh menangis sekarang.
Setelah semua yang sudah dia lalui, konyol jika menangis. "Iya, Yah.
[ 558 ] PIPED, Tempat ini lebih mirip perkemahan, bukan sekolah, tapi ya, menurutku aku bakalan senang di sini."
"Telepon aku sesering yang kaubisa," kata ayahnya. "Dan pulanglah saat Natal. Dan Pipes ..." "Ya?"
Ayahnya menyentuh layar seakan untuk menggapai ke seberang. "Kau seorang perempuan muda yang
menakjubkan. Aku kurang sering menyampaikan itu kepadamu. Kau sangat mengingatkanku pada ibumu.
Dia pasti bangga. Dan Kakek Tom?"ayahnya terkekeh?"dia selalu mengatakan kau memiliki suara
terkuat dalam keluarga kita. Kau akan bersinar melampauiku suatu hari nanti, kautahu. Mereka akan
mengingatku sebagai ayah Piper McLean, dan itu adalah anugerah terbaik yang dapat kubayangkan."
Piper berusaha menjawab, tapi dia khawatir bakal sesenggukan. Dia semata-mata menyentuh jari-jari
ayahnya di layar dan mengangguk. Mellie mengucapkan sesuatu di latar belakang, dan ayah Piper
mendesah. "Studio menelepon. Maafkan aku, Sayang." Dan dia kedengarannya betul-betul kesal karena
harus pergi. "Tak apa-apa, Yah," Piper berhasil berucap. "Aku sayang Ayah." Ayahnya berkedip.
Kemudian layar pun padam. Empat puluh lima detik" Mungkin semenit penuh. Piper tersenyum.
Perubahan kecil, tapi setidaknya positif.
*** Di halaman utama, Piper menemukan Jason sedang bersantai di bangku, sebuah bola basket terjepit di
antara kedua kakinya. Dia
berkeringat sesudah olahraga, namun terlihat tampan mengenakan kaus kutung jingga dan celana
pendek. Aneka bekas luka dan memar dari misi mereka sudah mulai sembuh, berkat perawatan medis
dari pondok Apollo. Lengan dan tungkainya berotot dan cokelat terbakar matahari"menggiurkan
seperti biasa. Rambut pirang cepaknya memantulkan sinar matahari sore sehingga kelihatannya
berubah jadi emas, ala Midas. "Hei," kata Jason. "Bagaimana jadinya?" Piper butuh sedetik untuk
memfokuskan perhatian pada pertanyaan Jason. "Hmm" Oh, iya. Lancar." Piper duduk di sebelah Jason
dan mereka menonton para pekemah yang mondar-mandir. Dua cewek Demeter sedang mengerjai dua
cowok Apollo"menumbuhkan rumput di sekeliling pergelangan kaki mereka saat mereka menembak ke
keranjang. Di toko perkemahan, anak-anak Hermes sedang memajang papan pengumuman berbunyi:
SEPATU TERBANG BEKAS, MASIH BAGUS, DISKON 50% HARI INI! Anak-anak Ares sedang memasang
kawat berduri baru di sekeliling pondok mereka. Pondok Hypnos sedang mengorok. Hari yang normal di
perkemahan. Sementara itu, anak-anak Aphrodite sedang memperhatikan Piper dan Jason, tapi
berpura-pura cuek. Piper lumayan yakin dia melihat uang bertukar tangan, seolah mereka sedang
bertaruh untuk terjadinya sebuah ciuman. "Tidurmu nyenyak?" tanya Piper kepada Jason. Jason
memandang Piper seolah gadis itu membaca pikirannya. "Tidak juga. Mimpi." "Tentang masa lalumu?"
Jason mengangguk. Piper tidak mendesaknya. Jika Jason ingin bicara, maka tak apa-apa, tapi Piper
mengenal Jason dengan baik sehingga merasa
[ 560 1 PIPEk, tidak baik memaksakan topik tersebut. Piper bahkan tidak khawatir bahwa pengetahuannya mengenai
Jason terutama didasarkan pada ingatan palsu. Kau bisa melihat kemungkinan-kemungkinan, ibunya
berkata. Dan Piper bertekad untuk mewujudkan kemungkinan-kemungkinan itu menjadi kenyataan.
Jason memutar bola basketnya. "Kembalinya ingatanku bukan kabar bagus," Jason memperingatkan.
"Ingatanku tidak bagus untuk"untuk satu pun dari kita." Piper cukup yakin Jason hendak berkata untuk
kita"maksudnya mereka berdua, dan dia bertanya-tanya apakah Jason teringat kepada seorang gadis
dari masa lalunya. Tapi Piper tidak membiarkan hal itu mengusiknya. Tidak di hari musim dingin yang
cerah seperti ini, sementara Jason berada di sampingnya. "Akan kita pecahkan," Piper berjanji. Jason
memandangi Piper dengan bimbang, seakan dia sangat ingin memercayai Piper. "Annabeth dan Rachel
akan datang untuk pertemuan besok malam. Aku barangkali sebaiknya menunggu sampai saat itu untuk
menjelaskan ..." "Oke." Piper mencabut rumput di dekat kakinya. Dia tahu hal-hal berbahaya tengah
menanti mereka berdua. Dia harus bersaing dengan masa lalu Jason, dan mereka mungkin tak bakalan
selamat dalam perang melawan para raksasa. Tapi saat ini, mereka berdua masih hidup, dan Piper
bertekad untuk menikmati saat-saat ini. Jason mengamati Piper dengan waswas. Tato di lengan
bawahnya berwarna biru pucat di bawah terpaan sinar matahari. "Suasana hatimu sedang baik. Kok kau
bisa seyakin itu bahwa semua bakal berjalan lancar?" "Karena kau akan memimpin kita," kata Piper apa
adanya. "Aku rela mengikutimu ke mana pun juga." Jason berkedip. Kemudian pelan-pelan, dia
tersenyum. "Berbahaya mengucapkan hal seperti itu."
"Aku cewek yang berbahaya." "Kalau itu, aku percaya." Jason bangun dan mengebas celana pendeknya.
Dia mengulurkan tangan kepada Piper. "Leo bilang dia ingin menunjukkan sesuatu pada kita di hutan.
Kau mau ikut?" "Aku talc bakalan melewatkannya." Piper memegangi tangan Jason dan berdiri. Selama
sesaat, mereka terus bergandengan. Jason menelengkan kepala. "Kita sebaiknya cepat-cepat." "Iya,"
kata Piper. "Tunggu sebentar." Piper melepaskan tangan Jason, dan mengeluarkan selembar kartu dari
sakunya"kartu nama perak yang diberikan Thalia kepada Piper untuk Pemburu Artemis. Piper
menjatuhkan kartu itu ke api abadi terdekat dan memperhatikannya terbakar. Tak bakalan ada yang
patah hati di pondok Aphrodite mulai sekarang. Yang satu itu adalah upacara akil balig yang tidak
mereka perlukan. Di seberang halaman rumput, teman-teman sepondoknya kelihatan kecewa karena
mereka tidak menyaksikan terjadinya ciuman. Mereka mulai mencairkan taruhan. Tapi talc apa-apa.
Piper penyabar, dan dia bisa melihat banyak kemungkinan bagus. "Ayo pergi," katanya kepada Jason.
"Ada petualangan yang harus kita rencanalcan."
BAB LIMA PULUH TIGA LEO LEO TAK PERNAH MERASA SETEGANG ini sejak dia menawarkan burger tahu kepada serigala. Ketika dia
sampai di tebing batu kapur di hutan, Leo menoleh kepada kelompok tersebut dan tersenyum gugup.
"Ini dia." Leo memerintahkan tangannya agar tersulut api, lalu me-nempelkan tangannya ke pintu.
Teman-teman sepondoknya terkesiap. "Leo!" seru Nyssa. "Kau penguasa api!" "Iya, makasih," ujar Leo.
"Aku tahu." Jake Mason, yang sudah tidak digips lagi tapi masih meng-gunakan tongkat, berkata, "Demi
Hephaestus. Artinya"keahlian yang begitu langka sampai-sampai?" Pintu batu mahabesar berayun
terbuka, dan mulut semua orang menganga. Tangan Leo yang membara jadi tidak penting sekarang.
Bahkan Piper dan Jason kelihatan tercengang, padahal mereka sudah menyaksikan cukup banyak hal
luar biasa baru-baru ini. Hanya Chiron yang tidak tampak kaget. Sang centaurus mengerutkan alis
lebatnya dan mengelus-elus janggutnya, seolah kelompok itu hendak mengarungi ladang ranjau.
Sikap Chiron membuat Leo semakin waswas, tapi dia tidak bisa berubah pikiran sekarang. Instingnya
memberitahunya bahwa dia ditakdirkan untuk berbagi tempat ini"setidaknya dengan pondok
The Heroes Of Olympus 1 Pahlawan Yang Hilang Lost Of Hero di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hephaestus"dan dia tidak bisa menyembunyikan tempat tersebut dari Chiron atau kedua sahabatnya.
"Selamat datang di Bunker Sembilan," kata Leo sepercaya diri yang dia bisa. "Ayo masuk."
*** Kelompok tersebut diam saja selagi mereka berkeliling di fasilitas itu. Semuanya persis seperti saat
ditinggalkan Leo"mesin-mesin raksasa, meja kerja, peta tua, dan skema. Hanya satu hal yang berubah.
Kepala Festus bertengger di meja sentral, masih penyok dan hangus gara-gara tabrakan terakhirnya di
Omaha. Leo menghampiri kepala tersebut, mulutnya terasa pahit. Dielusnya kening naga itu. "Maafkan
aku, Festus. Tapi aku takkan melupakanmu." Jason meletakkan tangannya di pundak Leo. "Hephaestus
membawakannya kemari untukmu?" Leo mengangguk. "Tapi kau tak bisa memperbaikinya," tebak Jason.
"Tidak mungkin," kata Leo. "Tapi kepala ini akan didaur ulang. Festus akan ikut bersama kita." Piper
mendekat dan mengerukan kening. "Apa maksudmu?" Sebelum Leo sempat menjawab, Nyssa berseru,
"Teman-teman, lihat ini!" Gadis itu berdiri di balik salah satu meja kerja, membolak-balik halaman buku
gambar yang memuat ratusan diagram mesin dan senjata yang berlainan.
[ 564 ] LEO "Aku tak pernah melihat apa pun yang seperti ini," kata Nyssa. 'Ada lebih banyak ide hebat di sini
dibandingkan di bengkel Daedalus. Untuk membuat semua model contohnya saja mungkin bakalan
butuh seabad." "Siapa yang membangun tempat ini?" Jake Mason bertanya. "Dan kenapa?" Chiron terus
membisu, tapi Leo memfokuskan pandangan pada peta dinding yang dia lihat saat kunjungan
pertamanya. Peta itu menunjukkan Perkemahan Blasteran dengan barisan kapal perang di Selat Long
Island, katapel yang ditempatkan di bukit sekitar lembah, dan lokasi-lokasi yang ditandai untuk jebakan,
parit, dan penyergapan. "Ini pusat komando perang," kata Leo. "Perkemahan ini dulu pernah diserang,
ya?" "Dalam Perang Titan?" tanya Piper. Nyssa menggelengkan kepala. "Tidak. Lagi pula, peta itu
kelihatannya benar-benar sudah lama. Tanggalnya ... 1864, bukan?" Mereka semua berpaling kepada
Chiron. Ekor sang centaurus berayun-ayun gelisah. "Perkemahan ini sudah berkali-kali diserang," Chiron
mengakui. "Peta itu dari Perang Saudara yang terakhir." Rupanya, bukan hanya Leo yang bingung. Para
pekemah Hephaestus yang lain saling pandang dan mengerutkan kening. "Perang Saudara ..." ujar Piper.
"Maksud Bapak Perang Saudara Amerika, yang terjadinya seratus lima puluh tahun lalu?" "Ya dan tidak,"
kata Chiron. "Kedua konflik tersebut"manusia fana dan demigod"mencerminkan satu sama lain,
sebagaimana yang biasa terjadi dalam sejarah Barat. Lihatlah perang saudara atau revolusi mana saja
sejak jatuhnya Romawi hingga seterusnya. Konflik tersebut menandai suatu masa ketika para demigod
beradu. Tapi Perang Saudara yang itu amatlah
mengerikan. Bagi manusia fana Amerika, Perang Saudara masih merupakan konflik paling berdarah
sepanjang sejarah mereka"korban jiwanya lebih besar daripada saat dua Perang Dunia. Bagi demigod,
perang tersebut sama fatalnya. Saat itu sekali pun, lembah ini telah menjadi Perkemahan Blasteran.
Terjadi pertempuran sengit di hutan ini sampai berhari-hari. Kedua pihak sama-sama kehilangan banyak
nyawa." "Kedua pihak," ujar Leo. "Maksud Bapak perkemahan ini terpecah belah?" "Bukan," Jason
angkat bicara. "Maksud Pak Chiron dua kelompok yang berlainan. Perkemahan Blasteran merupakan
salah satu pihak dalam perang itu." Leo tidak yakin dia menginginkan jawaban, tapi dia bertanya, "Siapa
pihak yang satu lagi?" Chiron melirik panji-panji BUNKER 9 yang geripis, seakan teringat pada hari ketika
panji-panji itu dinaikkan. "Jawabannya berbahaya," Chiron memperingatkan. "Aku sudah bersumpah
demi Sungai Styx takkan pernah membicara-kannya lagi. Sesudah Perang Saudara Amerika, para dewa
begitu ngeri melihat dampaknya bagi anak-anak mereka sehingga mereka bersumpah hal semacam itu
takkan pernah terjadi lagi. Kedua kelompok dipisahkan. Para dewa membengkokkan semua kehendak
mereka, menjalin Kabut seerat yang mereka bisa, untuk memastikan agar kedua musuh takkan pernah
lagi mengingat satu sama lain, tak pernah bertemu dalam misi, supaya pertumpahan darah dapat
dihindarkan. Peta ini berasal dari hari-hari gelap terakhir pada 1864, terakhir kalinya kedua kelompok
bertarung. Krisis semacamnya nyaris terjadi beberapa kali semenjak itu. Tahun 1960-an yang terutama
paling pelik. Tapi kita berhasil menghindari perang saudara lagi"setidaknya sampai sejauh ini.
Sebagaimana yang ditebak Leo, bunker ini adalah pusat komando
[ 566 ] untuk pondok Hephaestus. Pada abad terakhir, tempat ini pernah dibuka beberapa kali, terutama
sebagai tempat sembunyi di masa-masa kisruh. Tapi berbahaya datang ke sini. Mendatangi tempat ini
sama artinya dengan membangunkan kenangan lama, membangkitkan permusuhan lama. Bahkan ketika
para Titan mengancam tahun lalu, menurutku tidaklah layak mengambil risiko untuk menggunakan
tempat ini." Tiba-tiba saja perasaan menang Leo berubah jadi rasa bersalah. "Hei, dengar, tempat ini
menemukanku. Ini sudah ditakdirkan. Ini hal yang positif." "Kuharap kau benar," kata Chiron. "Aku
memang benar!" Leo mengeluarkan gambar lama dari sakunya dan membentangkan gambar itu di meja
supaya bisa dilihat semua orang. "Nih," kata Leo bangga. "Aeolus mengembalikannya padaku. Aku
menggambarnya waktu umurku lima tahun. Itulah takdirku." Nyssa mengerutkan kening. "Leo, itu
gambar kapal dari krayon." "Lihat." Leo menunjuk skema terbesar di papan pengumum-an"cetak biru
yang menunjukkan sebuah kapal perang Yunani. Lambat laun, mata teman-teman sepondoknya
membelalak saat mereka membandingkan kedua desain itu. Jumlah tiang layar dan dayung, bahkan
dekorasi pada perisai dan layar sama persis seperti di gambar Leo. "Mustahil," ujar Nyssa. "Cetak biru itu
pasti sudah berumur setidaknya satu abad." "` Ramalan"Tidak jelas"Terbang,"' Jake Mason membaca
catatan pada cetak biru. "Ini diagram sebuah kapal terbang. Lihat, itu alat pendaratan. Dan senjatanya"
Demi Hephaestus: ballista berputar, busur pendek, pelat perunggu langit. Benda itu bakalan jadi mesin
perang yang super keren. Pernahkah kapal itu dibuat?"
belum pernah "kata leo "lihat kepala tianglayarnya"
tak diragukan lagi bentuk di depan kapal itu adalah kepala naganya yang khusus
"festus" ujar piper .semua orang menoleh dan memandang kepala naga yang bertengger di meja .
"festusdi takdirkan untuk menjadi kepala tiang layar kita "ujar leo "jimat keberuntungan kita ,mata kita
di laut .aku harus merakit kapal ini. Aku akan menamainya argo2 .aku butuh bantuan kalian,teman
teman " "argo 2"piper tersenyum "dari nama kapal Jason" Jason agak kelihatan tidak nyaman ,tapi dia
maengangguk. "leo benar ."kapal itulah yang kita butuhkan untuk perjalanan kita "
"perjalanan apa?"ujur nyassa "kalian kan baru saja kembali !"
Piper menelusurkan jarinya kegambar krayon lama tersebut. "kami harus menghadapi porphyrion ,raja
raksasa.dia bilang dia bakal membinasakan para dewa dewi di akar mereka."
"Betul"kata chiron "sebagian besar ramalan besar Rachel masih merupakan misteri bagiku, tapi satu hal
sudah jelas. Kalian bertiga- Jason,piper,dan leo "termaksud dalam 7 demigod yang harus menjalan kan
misi itu.kalian harus menghadapi para raksasa di kampong halaman mereka .disanalah mereka paling
kuat. Kalian harus menghentikan mereka sebelum mereka menghancurkan gunung Olympus "
"Anuu"."nyasssa memimindahkan tumpuanya/"maksud kalian bukan manhattannya,ya?"
"bukan "kata leo "gunung Olympus yang asli.kami harus berlayar ke yunani"
BAB LIMA PULUH EMPAT LEO BUTUH BEBERAPA MENIT UNTUK MENYERAP informasi itu. Kemudian pekemah Hephaestus yang lain
mulai mengajukan pertanyaan secara bersamaan. Siapakah empat demigod yang lain" Berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk merakit kapal" Kenapa tidak semua orang boleh ke Yunani" "Pahlawan!"
Chiron mengetukkan kakinya ke lantai. "Perincian seluruhnya belum jelas, tapi Leo benar. Dia butuh
bantuan kalian untuk membuat Argo II. Ini barangkali merupakan proyek terbesar yang pernah digarap
Pondok Sembilan, bahkan lebih besar daripada naga perunggu." "Paling tidak butuh setahun," tebak
Nyssa. "Apa kita punya waktu sebanyak itu?" "Kahan punya waktu maksimal enam bulan," kata Chiron.
"Kalian harus berlayar saat titik balik matahari musim panas, ketika kekuatan para dewa sedang kuatkuatnya. Lagi pula, kita jelas tak bisa memercayai dewa-dewa angin, dan angin musim panas merupakan
yang terlemah dan termudah untuk diarungi. Kalian tidak boleh berlayar sebelum itu, sebab mungkin
sudah terlambat untuk menghentikan para raksasa. Kalian harus menghindari perjalanan darat, hanya
menggunakan udara dan laut, jadi kendaraan ini sempurna. Karena Jason adalah putra dewa langit ..."
Suaranya menghilang, tapi Leo menduga Chiron sedang memikirkan muridnya yang hilang, Percy
Jackson, putra Poseidon. Dia pasti bisa bermanfaat juga dalam pelayaran ini. Jake Mason menoleh
kepada Leo. "Yah, satu hal sudah pasti. Kau sekarang jadi konselor senior. Ini adalah kehormatan
terbesar yang pernah diterima pondok kita. Ada yang keberatan?" Tak ada yang keberatan. Semua
teman sepondok Leo tersenyum kepadanya, dan Leo hampir bisa merasakan terpatahkannya kutukan
pondok mereka, melelehnya rasa putus asa mereka. "Sudah resmi, kalau begitu," kata Jake. "Kau
orangnya." Sekali ini Leo tidak bisa berkata-kata. Sejak ibunya meninggal, dia menghabiskan hidupnya
untuk melarikan diri. Kini dia sudah menemukan rumah dan keluarga. Dia mendapat pekerjaan untuk
dituntaskan. Dan walaupun menakutkan, Leo tidak tergoda untuk lari"sedikit pun tidak. "Nah," kata
Leo akhirnya, "kalau kalian memilihku sebagai pemimpin, kalian pasti lebih sinting daripada aku. Jadi,
ayo kita rakit mesin perang keren ini!"
BAB LIMA PULUH LIMA JASON JASON MENUNGGU SENDIRIAN DI PONDOK Satu. Annabeth dan Rachel akan datang sebentar lagi untuk
rapat konselor kepala, dan Jason perlu waktu untuk berpikir. Mimpinya semalam buruk sekali. Dia tidak
ingin berbagi dengan siapa-siapa"bahkan dengan Piper. Memorinya masih samar-samar, tapi sudah
kembali sepotong-sepotong. Malam ketika Lupa mengujinya di Rumah Serigala, untuk memutuskan
apakah dia bakal menjadi anak atau makanan. Kemudian perjalanan panjang ke selatan menuju ... Jason
tidak ingat, tapi sekilas kehidupan lamanya berkelebat di benaknya. Hari ketika dia ditato. Hari ketika dia
dibopong di atas perisai dan dinyatakan sebagai praetor. Wajah teman-temannya: Dakota, Gwendolyn,
Hazel, Bobby. Dan Reyna. Sudah pasti ada seorang cewek bernama Reyna. Jason tidak yakin apa arti
gadis itu baginya, tapi ingatan tersebut membuatnya mempertanyakan perasaannya terhadap Piper-dan bertanya-tanya apakah dia melakukan sesuatu yang keliru. Masalahnya, Jason suka sekali pada
Piper. Jason memindahkan barang-barangnya ke relung pojok yang pernah ditiduri kakaknya. Dikembalikannya
foto Thalia ke tembok agar dia tak merasa sendirian. Dia mendongak untuk menatap patung Zeus yang
cemberut, agung dan bangga, namun patung tersebut tidak membuatnya takut lagi. Patung tersebut
hanya membuatnya sedih. "Aku tahu Ayah bisa mendengarku," kata Jason kepada patung
itu. Patung itu tak mengatakan apa-apa. Matanya yang dicat seakan memelototi Jason. "Kuharap aku bisa
bicara secara langsung pada Ayah," Jason melanjutkan, "tapi aku mengerti Ayah tak boleh berbuat
begitu. Dewa-dewa Romawi tidak terlalu sering berinteraksi dengan manusia fana, dan"Ayah kan raja.
Ayah harus memberi contoh." Tetap hening. Jason mengharapkan sesuatu"gemuruh guntur yang lebih
dahsyat, cahaya terang, senyuman. Ralat. Senyuman pasti terkesan seram. "Aku ingat beberapa hal,"
kata Jason. Semakin dia bicara, semakin berkurang keengganannya. "Aku ingat bahwa sulit menjadi
putra Jupiter. Semua orang selalu mengharapkanku jadi pemimpin, tapi aku selalu merasa sendirian.
Kuduga Ayah merasakan hal serupa di Olympus. Dewa-dewa lain mempertanyakan keputusan Ayah.
Kadang-kadang Ayah harus membuat pilihan berat, dan yang lain mengkritik Ayah. Dan Ayah tak boleh
membantuku layaknya dewa-dewa lain. Ayah harus menjaga jarak dariku supaya Ayah tidak terkesan
pilih kasih. Kurasa aku ingin mengatakan ..." Jason menarik napas dalam-dalam. "Aku memahami
semuanya. Tak apa-apa. Aku akan berusaha sebaik-baiknya. Akan kucoba membuat Ayah bangga. Tapi
aku memerlukan bimbingan, Yah. Jika ada yang bisa Ayah lakukan"membantuku supaya aku bisa
membantu teman-temanku. Aku khawatir aku akan
menyebabkan mereka tewas. Aku tak tahu bagaimana caranya melindungi mereka." Bulu kuduknya
merinding. Dia menyadari seseorang tengah berdiri di belakangnya. Jason berbalik dan menemukan
seorang wanita yang mengenakan jubah hitam bertudung, dilengkapi selempang kulit kambing di
pundak serta pedang Romawi"gladius"di tangannya. "Hera," ujar Jason. Sang dewi menyibakkan
tudungnya ke belakang. "Bagimu, aku akan selalu menjadi Juno. Dan ayahmu telah memberi bimbingan,
Jason. Dia mengirimkan Piper dan Leo untukmu. Mereka bukan sekadar tanggungjawabmu. Mereka
temanmu juga. Jika kaudengarkan mereka, kau akan senantiasa melakukan sesuatu yang benar." "Apa
Jupiter mengutus Anda ke sini untuk menyampaikan itu padaku?" "Tak ada yang berhak mengutusku ke
mana-mana, Pahlawan," kata Juno. "Aku bukan pengantar pesan." "Tapi Anda melibatkanku dalam
perkara ini. Kenapa Anda mengirimku ke perkemahan ini?" "Menurutku kau tahu," kata Juno.
"Diperlukan pertukaran pemimpin. Itulah satu-satunya cara untuk menjembatani jurang perbedaan."
"Aku tidak sepakat." "Tidak. Tapi Zeus menyerahkan hidupmu kepadaku, dan aku membantumu
memenuhi takdirmu." Jason mencoba mengendalikan amarahnya. Dia menunduk untuk memandang
kaus jingga perkemahan serta tato di lengannya, dan dia tahu keduanya tak seharusnya berpadu. Dia
telah menjadi sebuah kontradiksi"kombinasi yang berbahaya seperti ramuan Medea.
"Anda tidak mengembalikan seluruh ingatanku," kata Jason. "Walaupun Anda sudah berjanji." "Sebagian
besar akan kembali seiring berjalannya waktu," kata Juno. "Tapi kau harus menemukan jalan pulangmu
sendiri. Kau harus bersama teman-teman barumu, di rumah barumu, dalam beberapa bulan mendatang.
Kau telah memperoleh kepercayaan mereka. Pada saat kau berlayar dengan kapalmu, kau akan menjadi
pemimpin di perkemahan ini. Dan kau akan siap menjadi juru damai antara dua kekuatan besar."
"Bagaimana kalau Anda tidak mengungkapkan yang sebenarnya?" kata Jason. "Bagaimana kalau Anda
melakukan ini untuk menyebabkan perang saudara lagi?" Ekspresi Juno mustahil dibaca"geli" Sebal"
Sayang" Barang-kali ketiga-tiganya. Kendati sang dewi terlihat manusiawi, Jason tahu dia bukan manusia.
Jason masih bisa melihat cahaya membutakan itu"wujud sejati sang dewi yang telah terpatri di benak
Jason. Sang dewi adalah Juno sekaligus Hera. Dia eksis di banyak tempat secara bersamaan. Alasannya
melakukan sesuatu tidak pernah sederhana. "Aku ini Dewi Pelindung Keluarga," katanya. "Keluargaku
telah terlalu lama terpecah belah." "Kami dipisahkan supaya tidak saling bunuh," kata Jason. "Sepertinya
alasan yang lumayan bagus." "Ramalan itu menuntut agar kita berubah. Para raksasa akan bangkit.
Masing-masing hanya dapat dibunuh oleh dewa dan demigod yang bekerja sama. Para demigod itu pasti
adalah tujuh demigod terhebat di masa ini. Namun, mereka terpisahkan di dua tempat. Jika kita terus
terpecah belah, kita tidak bisa menang. Gaea mengandalkan hal ini. Kalian harus mempersatukan para
pahlawan Olympus dan berlayar bersama-sama untuk bertempur dengan para raksasa di medan tempur
kuno di Yunani. Hanya dengan cara itulah para dewa dapat diyakinkan untuk bergabung bersama kalian.
Upaya itu akan jadi misi paling berbahaya dan pelayaran terpenting yang pernah dirambah oleh anakanak dewa." Jason mendongak lagi untuk memandangi patung ayahnya yang melotot. "Ini tidak adil,"
kata Jason. "Aku bisa saja menghancurkan segalanya." "Memang bisa," Juno sepakat. "Tapi para dewa
memerlukan pahlawan. Selalu begitu dari dulu." "Bahkan Anda" Kukira Anda membenci pahlawan."
Sang dewi tersenyum masam. "Aku punya reputasi seperti itu. Tapi jika kau ingin tahu yang sebenarnya,
Jason, aku sering kali iri terhadap dewa-dewa lain yang memiliki anak manusia. Kalian, para demigod,
bisa mengarungi kedua dunia. Menurutku hal ini membantu orangtua dewa kalian"bahkan Jupiter,
terkutuklah dia"memahami dunia manusia secara lebih baik daripada aku." Juno mendesah sedemikian
sedih sehingga, walaupun dia marah, Jason hampir merasa kasihan pada sang dewi. "Aku ini Dewi
Pelindung Pernikahan," kata Juno. "Ketidak-setiaan bukan sifatku. Aku hanya punya dua anak dewa"
Ares dan Hephaestus"dua-duanya mengecewakan. Aku tidak punya jagoan fana yang bisa kuandalkan
untuk menjalankan perintah-ku. Itulah sebabnya aku sering kali bersikap bengis terhadap demigod"
Heracles, Aeneas, mereka semua. Tapi itulah sebabnya aku menyukai Jason yang pertama, manusia fana
biasa, yang tidak memiliki orangtua dewa untuk membimbingnya. Dan itulah sebabnya aku senang Zeus
menyerahkanmu kepadaku. Kau akan jadi jagoanku, Jason. Kau akan jadi pahlawan terhebat, serta
mempersatukan demigod, lalu mempersatukan Olympus." Kata-kata Juno menimpa Jason seberat
kantong pasir. Dua hari lalu, Jason ngeri membayangkan dirinya memimpin demigod
mewujudkan Ramalan Besar, berlayar ke pertempuran untuk melawan raksasa serta menyelamatkan
dunia. Dia masih ngeri, tapi sesuatu telah berubah. Dia tak lagi merasa sendirian. Dia sekarang punya
teman, dan juga rumah untuk diperjuangkan. Dia bahkan memiliki dewi pelindung yang mengawasinya.
Pastilah hal tersebut patut diperhitungkan, meskipun sang dewi sepertinya agak tak bisa dipercaya.
Jason harus berdiri tegak dan menerima takdirnya, sama seperti saat menghadapi Porphyrion dengan
tangan kosong. Memang sepertinya mustahil. Dia mungkin saja mati. Tapi teman-temannya
mengandalkannya. "Dan jika aku gagal?" tanya Jason. "Kemenangan besar menuntut risiko besar," sang
Dewi mengakui. "Jika kau gagal, akan ada pertumpahan darah yang dahsyat, melampaui apa pun yang
pernah kami saksikan. Demigod akan saling bantai. Para raksasa akan menguasai Olympus. Gaea akan
terbangun, dan bumf akan meruntuhkan semua yang telah kita bangun selama lebih dari lima milenium.
Riwayat kita semua akan tamat." "Hebat. Hebat sekali." Seseorang mengetuk pintu pondok. Juno
memasang tudungnya kembali. Kemudian dia menyerahkan gladius kepada Jason. "Ambil ini untuk
menggantikan senjatamu yang rusak. Kita akan bicara lagi. Suka atau tidak suka, Jason, aku ini
sponsormu, dan penghubungmu ke Olympus. Kita saling membutuhkan." Sang Dewi lenyap saat pintu
berderit terbuka, dan Piper pun masuk. "Annabeth dan Rachel sudah di sini," kata gadis itu. "Chiron
telah menyerukan rapat dewan." []
BAB LIMA PULUH ENAM RAPAT DEWAN SAMA SEKALI TIDAK seperti yang dibayangkan lei Jason. Pertama-tama, diadakannya di
ruang rekreasi Rumah Besar, di sekeliling meja pingpong, dan salah satu satir sedang menyajikan nachos
serta soda. Seseorang telah membawa Seymour si kepala macan tutul dari ruang tengah dan
menggantungnya di dinding. Sesekali, seorang konselor melemparinya Snausages. Jason menengok ke
sekeliling ruangan dan mencoba mengingat nama semua orang. Untungnya, Leo dan Piper duduk di
sebelahnya"ini adalah rapat pertama mereka sebagai konselor senior. Clarisse, pimpinan pondok Ares,
menaikkan sepatu botnya ke meja, tapi sepertinya tak ada seorang pun yang ambil pusing. Clovis dari
pondok Hypnos sedang ngorok di pojok sementara Butch dari pondok Iris sedang mencari tahu berapa
banyak pensil yang muat dalam lubang hidung Clovis. Travis Stoll dari pondok Hermes memegangi
geretan di bawah bola pingpong untuk mencari tahu akankah bola itu terbakar, sedangkan Will Solace
dari pondok Apollo bolak-balik mengelupas dan menempelkan perban elastis di pergelangan tangannya
sambil menatap kosong. Konselor
dari pondok Hecate, Lou Ellen siapalah, sedang main "tangkap hidung" bersama Miranda Gardiner dari
pondok Demeter, hanya saja Lou Ellen betul-betul mencopot hidung Miranda secara magis, dan Miranda
sedang berusaha merebutnya kembali. Jason berharap Thalia bakal muncul. Biar bagaimanapun, Thalia
sudah berjanji"tapi dia tidak kelihatan. Chiron sudah memberi tahu Jason agar tidak
mengkhawatirkannya. Thalia sering kali harus menyimpang guna melawan monster atau mengerjakan
misi untuk Artemis, dan dia barangkali akan segera tiba. Tapi tetap saja Jason khawatir. Rachel Dare,
sang Oracle, duduk di sebelah Chiron di kepala meja. Dia mengenakan seragam sekolah Akademi Clarion,
sehingga terkesan agak aneh, tapi dia tersenyum kepada Jason. Annabeth kelihatannya tidak sesantai itu.
Dia mengenakan baju zirah di atas pakaian perkemahannya, dilengkapi pisau di pinggang, sedangkan
rambut pirangnya diekor kuda. Begitu Jason melangkah masuk, Annabeth memberinya ekspresi penuh
harap seolah-olah berusaha memeras informasi dari diri Jason lewat kekuatan tekad semata. "Mari kita
mulai," kata Chiron. "Lou Ellen, tolong kembalikan hidung Miranda. Travis, tolong padamkan bola
pingpong yang terbakar itu, dan Butch, menurutku dua puluh pensil sudah kebanyakan untuk hidung
manusia mana pun. Terima kasih. Nah, seperti yang bisa kalian lihat, Jason, Piper, dan Leo telah kembali
dengan sukses kurang-lebih. Sebagian dari kalian telah mendengar sebagian kisah mereka, tapi akan
kupersilakan mereka menceritakannya lagi kepada kalian." Semua orang memandang Jason. Dia
berdeham dan mulai bercerita. Piper dan Leo menimpali dari waktu ke waktu, melengkapi perincian
yang dia lupakan. [ 578 ] JASON Hanya butuh beberapa menit untuk bercerita, tapi karena semua orang memperhatikan rasanya jadi
lebih lama. Keheningan terasa berat. Kalau sedemikian banyak demigod penderita GPPH sanggup duduk
diam dan mendengarkan selama itu, Jason tahu cerita tersebut pasti lumayan mencengangkan. Jason
menutup cerita dengan kunjungan Hera tepat sebelum rapat. "Jadi, Hera tadi ke sini," ujar Annabeth.
"Bicara padamu." Jason mengangguk. "Dengar, bukan berarti aku percaya padanya?" "Itu tindakan
pintar," kata Annabeth. ?"tapi dia tidak mengarang-ngarang tentang kelompok demigod yang lain itu.
Dansanalah aku berasal." "Bangsa Romawi." Clarisse melemparkan Snausages kepada Seymour. "Kau
ingin kami percaya bahwa ada perkemahan lain yang dihuni demigod, tapi mereka mengikuti aspek
Romawi para dewa. Dan kami bahkan tak pernah mendengar tentang mereka." Piper mencondongkan
badan ke depan. "Para dewa telah memisahkan kedua kelompok, sebab setiap kali mereka saling jumpa,
The Heroes Of Olympus 1 Pahlawan Yang Hilang Lost Of Hero di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka berusaha untuk saling bunuh." "Bisa kuterima," kata Clarisse. "Walau begitu, kenapa kita tak
pernah berpapasan dengan satu sama lain saat menjalani misi?" "Sebetulnya pernah," kata Chiron sedih.
"Kalian pernah berjumpa, berkali-kali. Pertemuan kalian selalu berujung tragedi, dan para dewa selalu
berusaha sebaik-baiknya untuk menghapus bersih ingatan pihak-pihak yang terlibat. Pertikaian tersebut
berawal sejak Perang Troya, Clarisse. Bangsa Yunani menyerbu Troya dan membumihanguskannya.
Aeneas sang pahlawan Troya lobos, dan akhirnya dia sampai di Italia. Di sana, dia menjadi leluhur dari
ras yang kelak menjadi bangsa Romawi. Orang-orang Romawi semakin lama semakin kuat, memuja
dewa-dewa yang sama tapi dengan nama yang berbeda, dan dengan kepribadian yang sedikit berbeda." "Lebih doyan
perang," kata Jason. "Lebih solid. Lebih mengedepankan ekspansi, penaldukan, dan disiplin." "Ih," timpal
Travis. Beberapa anak lain terlihat sama tidak nyamannya, meskipun Clarisse hanya mengangkat bahu
seakan hal itu oke-oke saja baginya. Annabeth memutar-mutar pisaunya di atas meja. "Dan bangsa
Romawi membenci orang-orang Yunani. Mereka membalas dendam ketika mereka menaklukkan pulaupulau Yunani, dan menjadikan pulau-pulau itu bagian dari Kekaisaran Romawi." "Tepatnya bukan
membenci," Jason berkata. "Bangsa Romawi mengagumi budaya Yunani, dan agak cemburu. Sebaliknya,
bangsa Yunani beranggapan bahwa orang-orang Romawi itu barbar, tapi mereka menghormati kekuatan
militer Romawi. Jadi, pada masa Romawi, demigod mulai terpecah belah"kalau bukan Yunani, ya
Romawi." "Dan begitu terus sejak saat itu," terka Annabeth. "Tapi ini gila. Pak Chiron, ke mana orangorang Romawi waktu Perang Titan" Tidakkah mereka ingin membantu?" Chiron menarik-narik
janggutnya. "Mereka memang mem-bantu, Annabeth. Sementara kau dan Percy memimpin pertempuran untuk menyelamatkan Manhattan, siapa menurutmu yang menaklukkan Gunung Othrys, markas
Titan di California?" "Tunggu sebentar," ujar Travis. "Bapak bilang Gunung Othrys runtuh sendiri ketika
kita mengalahkan Kronos." "Tidak," kata Jason. Sekilas dia teringat sebuah pertempuran"raksasa
berbaju zirah bintang-bintang dan helm bertanduk domba jantan. Dia teringat pasukan demigod yang
mendaki Gunung Tam, bertarung melawan kawanan monster ular. "Gunung Othrys
tidak runtuh begitu saja. Kami menghancurkan istana mereka. Aku sendiri yang mengalahkan Krios sang
Titan." Mata Annabeth menampakkan pikiran yang berkecamuk. Jason hampir bisa melihatnya memutar
otak, menyatukan potongan-potongon informasi. 'Area Teluk. Kita para demigod selalu diingatkan agar
jauh-jauh dari sana karena Gunung Othrys terletak di sana. Tapi alasannya bukan cuma karena itu, kan"
Perkemahan Romawi" letaknya pasti dekat dengan San Francisco. Aku bertaruh perkemahan Romawi
ditempatkan di sana untuk mengawasi wilayah para Titan. Di mana lokasinya?" Chiron be,rgeser di kursi
rodanya. "Aku tak tahu. Sejujurnya, aku sekalipun tidak pernah dipercaya untuk memegang informasi itu.
Rekan sejawatku, Lupa, tidak suka berbagi. Ingatan Jason juga telah dihapus." "Perkemahan tersebut
ditabiri sihir yang kuat," kata Jason. "Dan dijaga dengan ketat. Kita bisa saja mencarinya bertahun-tahun
dan tak menemukannya." Rachel Dare mengaitkan jari-jemarinya. Di antara semua orang di ruangan
tersebut, hanya dia yang tidak terlihat gelisah karena percakapan itu. "Tapi kalian bersedia mencoba,
kan" Kalian akan merakit kapal Leo, Argo II. Dan sebelum kalian berangkat ke Yunani, kalian harus
berlayar ke perkemahan Romawi. Kalian memerlukan bantuan mereka untuk menghadapi para raksasa."
"Rencana jelek," Clarisse memperingatkan. "Kalau orang-orang Romawi itu menyaksikan kedatangan
sebuah kapal perang, mereka akan berasumsi bahwa kita hendak menyerang." "Kau barangkali benar,"
Jason sepakat. "Tapi kita harus mencoba. Aku dikirim ke sini untuk mencari tahu mengenai Perkemahan
Blasteran, untuk berusaha meyakinkan kalian bahwa kedua perkemahan tidak harus bermusuhan. Upeti
damai." "Hmm," kata Rachel. "Karena Hera yakin kita memerlukan kedua perkemahan untuk memenangi perang
melawan raksasa. Tujuh pahlawan Olympus"sebagian Yunani, sebagian Romawi." Annabeth
mengangguk. "Ramalan Besarmu"apa bunyi larik terakhir?" "Dan musuh panggul senjata menuju Pintu
Ajal." "Gaea telah membuka Pintu Ajal," Annabeth berkata. "Dia melepaskan penjahat-penjahat
terburuk dari Dunia Bawah untuk memerangi kita. Medea, Midas"akan ada lebih banyak lagi, aku yakin.
Mungkin larik itu berarti bahwa demigod Romawi dan Yunani akan bersatu, menemukan pintu itu, dan
menutupnya." "Atau mungkin berarti mereka bakal beradu di pintu ajal," komentar Clarisse. "Ramalan
itu tidak memberitahukan apakah kita akan bekerja sama atau tidak." Suasana sunyi sementara para
pekemah menyerap pemikiran menggembirakan tersebut. "Aku mau ikut," kata Annabeth. "Jason,
ketika kapal ini sudah selesai dirakit, perkenankan aku ikut dengan kalian." "Aku berharap kau mau
mengajukan diri," kata Jason. "Dibandingkan dengan orang lain, kaulah yang paling kami butuhkan."
"Tunggu." Leo mengerutkan kening. "Aku tidak keberatan. Tapi kenapa Annabeth-lah yang paling kita
butuhkan?" Annabeth serta Jason saling pandang, dan Jason tahu cewek itu sudah sampai pada satu
kesimpulan. Dia telah melihat kenyataan yang berbahaya. "Hera bilang kedatanganku ke sini merupakan
pertukaran pemimpin," kata Jason. "Sebuah cara bagi dua perkemahan untuk mengetahui eksistensi
satu sama lain." "Begitu, ya?" ujar Leo. "Lalu?"
"Pertukaran berlaku dua arah," kata Jason. "Ketika aku tiba di sini, ingatanku tersapu bersih. Aku tak
tahu siapa aku atau di mana aku seharusnya berada. Untungnya, kalian menerimaku dan aku
menemukan rumah baru. Aku tahu kalian bukan musuhku. Perkemahan Romawi"mereka tidak
seramah ini. Kita harus membuktikan diri dengan cepat, atau kita tak bakalan selamat. Mereka mungkin
tak terlalu ramah padanya, dan jika mereka tahu dari mana dia berasal, dia bakal berada dalam kesulitan
besar." "Dia?" kata Leo. "Siapa yang kalian maksud?" "Pacarku," kata Annabeth suram. "Dia menghilang
di waktu yang kira-kira bersamaan dengan munculnya Jason. Kalau Jason datang ke Perkemahan
Blasteran?" "Tepat sekali," Jason sepakat. "Percy Jackson ada di perkemahan yang satu lagi, dan dia
barangkali tidak ingat siapa dirinya."[]
=======SELESAI======= Baca kelanjutannya di: The Heroes of Olympus 2: Son of Neptune
==================== Thanks to. Kumpulan novel online bahasa Indonesia on facebook.
Edited by. Echi. Ebook maker by. Echi. ==================== Find me on: https://desyrindah.blogspot.com
http://desyrindah.wordpress.com
echi.potterhead@facebook.com
http://twitter.com/driechi
525ED6EB ============== Ebook ini tidak untuk diperjual belikan. Saya hanya berniat untuk berbagi. Beli koleksi aslinya yaa ;)))
Kalau ingin copas, harap cantumkan sumber ;))
============= Memanah Burung Rajawali 34 Fear Street - Sagas Ix Hati Seorang Pemburu Heart Of The Hunter Beruang Salju 4