Pencarian

Tambang Jebakan Maut 2

Trio Detektif 24 Misteri Tambang Jebakan Maut Bagian 2


Jupe dan kedua temannya masuk ke ruangan belakang yang dibatasi sekat. Jupe menekan sebuah sakelar, dan seketika itu juga lampu-lampu neon yang terpasang di langit-langit menerangi ruangan itu. Bob menunjuk rak-rak yang terdapat di sepanjang salah satu dinding. Di atas rak-rak itu berjejer-jejer kotak arsip, masing-masing ditulisi tanggal.
Mestinya di situlah disimpan koran-koran edisi lama," kata Bob.
"Yang kata perlukan adalah terbitan lima tahun yang lalu," kata Jupe dengan suara lirih.
Bob mengangguk. Ketiga anggota Trio Detektif itu mulai menurunkan kotak-kotak arsip dari atas rak. Koran-koran terbitan tahun ditutupnya Tambang Jebakan Maut, ditempatkan, dalam enam buah kotak. "Teliti baik-baik setiap berita," kata Jupe. "Perhatikan berita utama. Jangan sampai ada yang terlewat yang mungkin penting."
Ketiga remaja itu duduk di lantai. Masing-masing membuka sebuah kotak. Lalu mengeluarkan tumpukan surat kabar yang disimpan di dalamnya, lalu mulai membalik-balik satu demi satu. Mereka mendengar suara Allie di kantor.
Gadis itu berbicara dengan penuh semangat. Kisahnya pada Kingsley pasti juga sudah diketahui wartawan itu-yaitu menemukan mayat merupakan pengalaman yang asyik, tapi juga mengejutkan.
Koran-koran lama yang paling dulu diteliti, isinya mengecewakan. Misalnya saja berita tentang dua peristiwa kebakaran kecil di kota. Lalu laporan tentang kantor Sheriff membeli mobil baru. Lalu berita-berita tentang tamu-tamu yang mengunjungi kerabat mereka di Twin Lakes selama beberapa hari. Sama sekali tidak ada yang mungkin bertalian dengan Gilbert Morgan. Tapi ketika sedang menelusuri berita hari Minggu tanggal 29 April, tiba-tiba Jupe berkata,
"Nah - ini mungkin penting.
"Berita tentang apa"" tanya Bob.
Jupe tidak langsung menjawab, karena menyimak isi berita itu. Kemudian barulah ia menoleh.
"Seorang anak perempuan berumur lima tahun hilang selama tiga jam, setelah pergi dari rumahnya di dekat kota tanpa diketahui orang tuanya. Ia ditemukan regu pencari di dalam Tambang Jebakan Maut. Rupanya jalan masuk ke situ dulunya ditutup dengan papan, tapi dalam tahun-tahun setelah itu beberapa lembar papan penutup dicopot oleh orang-orang iseng. Gadis kecil itu masuk ke situ, lalu tertidur di dalam. Orang tuanya kemudian mengusulkan pembukaan dana untuk mengumpulkan uang guna membiayai penutupan tambang itu untuk selama-lamanya. Mereka mengatakan, anak mereka bisa mati jika lebih jauh masuk ke dalamnya. Kita tahu, kemungkinan itu memang ada. Mana terbitan tanggal 6 Mei"" tanyanya sambil memandang berkeliling.
"Ini dia." Bob menyodorkan surat kabar yang sedang dibacanya. "Di sini ada berita di halaman depan, tentang tambang itu. Pemilik Toserba Twin Lakes Market menaruh sebuah tempat air yang besar dan kosong di samping tempat pembayaran, disertai permintaan pada warga kota agar memberi sumbangan untuk biaya menutup Tambang Jebakan Maut. Dalam waktu dua hari saja sudah terkumpul uang untuk membeli sebuah terali besi penutup jalan masuk ke tambang. Terali itu
dipesan dari Lordsburg, dan pihak penyelenggara dana merencanakan penutupan tambang pada tanggal 14 Mei."
Selain itu dalam koran terbitan 13 Mei masih ada lagi kelanjutan berita mengenai penutupan yang direncanakan. Sedang terbitan 20 Mei memuat kisah tindakan pengamanan sederhana itu, yang disambut dengan ramai di kota kecil itu. Sebelum tambang ditutup, dilangsungkan parade, disusul dengan upacara sewaktu terali dipasang dan diperkokoh posisinya dengan semen.
"Ramai sekali tanggapan mereka di sini, kata Pete.
"Kau tadi kan mendengar apa kata Mr. Kingsley," kata Bob mengingat. "Tidak banyak kejadian di sini. Penutupan tambang, merupakan peristiwa penting bagi mereka."
Ia membalik-balik halaman surat kabar yang sedang dibaca, memperhatikan foto-foto warga Twin Lakes yang sedang berbaris dalam parade.
Tiba-tiba ia berkata, "He, ini ada berita menarik. Di halaman empat. Ketika orang-orang berangkat untuk memasang terali di jalan masuk ke tambang, mereka menjumpai sebuah mobil kosong, di dekat situ. Sebuah Chevrolet. Kemudian ternyata bahwa itu mobil yang dicuri tiga hari sebelumnya di tempat parkir sebuah toserba di Lordsburg. Artikel ini bahkan mengutip komentar Sheriff Tait, yang mengatakan bahwa mungkin mobil itu dicuri anak-anak tanggung penduduk Twin Lakes yang ingin pulang naik mobil dari Lordsburg. Ia menambahkan, jika sampai ketahuan olehnya ada remaja yang iseng memakai mobil orang lain tanpa minta izin, mereka akan dijebloskan ke penjara."
Bob memandang ke arah Jupe, yang menarik-narik bibir bawahnya. Bob langsung tahu, temannya itu sedang sibuk berpikir.
"Sebuah mobil yang dicuri di Lordsburg, kemudian ditemukan dekat tambang pada hari tambang itu akan ditutup jalan masuknya," kata Jupe, setengah pada dirinya sendiri. "Dan di dalam tambang, ada buronan polisi. Kurasa kita takkan mengada-ada, jika memperkirakan bahwa orang. yang kemudian ditemukan sudah mati itulah yang mencuri mobil itu. Ia pergi naik mobil itu ke Twin Lakes, lalu meninggalkannya di dekat tambang. Kemudian, karena salah satu alasan tertentu ia masuk ke dalam, lalu... lalu tidak pernah keluar lagi. "
""Baiklah, kata Pete. "Tapi dengan begitu kita masih saja belum mencapai kemajuan, kecuali adanya dugaan bahwa orang itu datang dari San Francisco ke Lordsburg, dan dari situ terus ke Twin Lakes. Tapi untuk apa" Apa tujuannya kemari""
Jupe hanya bisa mengangkat bahu.
Bob masih terus membalik-balik halaman koran-koran edisi tua itu. Tapi ia tidak menemukan sesuatu yang rasanya sedikit ada sangkut-pautnya dengan misteri yang sedang dihadapi.
Nama Wesley Thurgood sedikit pun tidak disebut-sebut. Dalam salah satu edisi bulan Oktober tahun itu ada pengumuman tentang Mrs. Macomber yang pulang ke Twin Lakes. Dua laporan yang menyusul memberitakan bahwa wanita itu membeli tanah yang dulu merupakan bagian dari harta perusahaan Tambang Jebakan Maut.
"Aku ingin tahu," kata .Jupiter, berapa lama Gilbert Morgan berada di Lordsburg, setelah pergi dari San Francisco."
Pete menyandarkan punggungnya ke mesin set.
"Siapa yang bisa mengetahuinya"" katanya. "Orang itu kan buronan polisi. Pasti ia menyembunyikan diri. Dan kejadiannya sudah lima tahun yang lewat. Jejaknya sekarang sudah dingin, tidak mungkin bisa dilacak lagi."
"Betul," kata Jupe. "Dan datangnya kemari, seakan-akan tanpa alasan tertentu. Tapi kenyataannya ia ada di sini, di dalam sebuah tambang yang kemudian dibeli oleh Wesley Thurgood. Bagaimana sampai bisa terjadi bahwa Thurgood tidak tahu tentang mayat yang ada di dalam" Mungkinkah ada hubungan antara Thurgood, seorang pengusaha real estate yang kaya, dengan Morgan yang jalan hidupnya penuh kegagalan, seorang narapidana yang kemudian menjadi buronan" Cuma ada satu yang bisa kita lakukan saat ini."
"Apa maksudmu"" tanya Pete.
"Kita coba melangkah mundur, meneliti masa silam Morgan Jika ia memang pernah berada di Lordsburg, mestinya waktu itu ia tinggal di salah satu tempat. Aku tahu, melacak hal itu bisa dibilang mustahil karena sudah begitu lama kejadiannya - tapi kita bisa saja berusaha. Kita bisa mengecek lewat arsip surat kaba
r, atau buku petunjuk alamat penduduk kota itu. Cuma itu saja yang bisa kita lakukan."
"Bab 8 TAMU TAK DIUNDANG
"HARI masih siang, ketika Allie beserta ketiga temannya tiba lagi di perkebunan pohon Natal. Mereka menjumpai Paman Harry sedang marah-marah. Ia berdiri di beranda rumah, menghadapi beberapa orang yang berkerumun di dekatnya. Mereka berusaha membujuk-bujuk Paman Harry. Di jalan masuk diparkir tiga buah mobil.
Aku tidak mengizinkan keponakanku berbicara dengan siapa pun juga," kata Paman Harry pada orang-orang itu. "Ia masih remaja dan berperasaan halus. Jiwanya sangat terguncang setelah..."
Harrison Osborne berhenti berbicara, begitu melihat Allie datang bersama ketiga temannya.
"Allie-cepat masuk ke rumah!" Paman Harry turun dengan cepat dari beranda. Dipegangnya siku keponakannya lalu digiringnya masuk lewat pintu depan. Jupe, Pete, dan Bob bergegas menyusul Allie. Begitu semua sudah ada di dalam, Paman Harry buru-buru menutup pintu.
"Orang-orang yang di luar itu wartawan, dan aku tidak mau kau bicara dengan mereka," kata Paman Harry.
""Kenapa begitu"" tanya Allie. "Saat ini aku kan lagi jadi berita!"
"Jika ibumu sampai mengetahui perbuatanmu, bisa habis aku didampratnya! Itu sebabnya aku tidak mau," kata Paman Harry.
"Yah, Paman sudah terlambat kalau begitu" kata Allie. "Aku tadi sempat bercakap-cakap dengan Mr, Kingsley."
"Kalau Mr. Kingsley, lain persoalannya," kata Paman Harry. "Orang tuamu takkan mungkin membaca Twin Lakes Gazette di Asia. Sekarang aku ingin kalian tetap tinggal di dalam rumah selama sisa hari ini. Kalian bertiga juga! Dan besok jangan pergi jauh-jauh, jika orang-orang yang di luar itu masih ada di sekitar sini."
"Mr. Osborne," kata Jupe, "kami sebenarnya ingin ke Lordsburg besok."
"Untuk apa"" tanya Paman Harry.
Jupe merogoh kantungnya, dan mengeluarkan batu kecil yang ditemukannya di dalam tambang kemarin.
"Saya ingin menunjukkan ini pada ahli permata di sana, Saya menemukannya kemarin, di dalam Tambang Jebakan Maut."
Harrison Osborne tersenyum.
"Kau tentunya mengira, batu yang kaupegang itu emas. Tapi bukan, karena di tambang itu sama sekali tidak ada emas. Walau begitu aku juga perlu ke Lordsburg, masih dalam minggu ini juga. Nanti kau boleh ikut, bersama Allie. Kalian semua saja ikut, karena tidak enak hatiku meninggalkan kalian di rumah. Nanti ada-ada lagi yang kalian lakukan. "
Paman Harry keluar untuk menyuruh para wartawan pergi. Sampai petang anak-anak menyibukkan diri dengan membaca dan bermain Monopoli. Sebentar-sebentar Allie lari ke atas, untuk melihat ke arah tanah milik Wesley Thurgood dari balik jendela yang terdapat di serambi di depan ruang tidur Jupe serta kedua temannya.
Gadis bandel itu melaporkan dengan perasaan senang bahwa ia melihat Thurgood berdiri dengan senapan menjaga tanahnya, sedang anjing penjaganya terkapar tidur. Rupanya anjing itu capek, menggonggongi orang-orang yang berdatangan mencari sensasi.
Malam itu Jupe, Bob, dan Pete cepat masuk ke ruang tidur mereka. Dari balik jendela mereka dapat melihat nyala lampu di pondok tempat tinggal Thurgood. Tapi sebelum mereka masuk ke tempat tidur masing-masing, Thurgood sudah memadamkan lampunya. Tidak lama setelah itu lampu-lampu di rumah Mrs. Macomber di seberang jalan juga dipadamkan.
"Rupanya semuanya capek malam ini," kata Pete sambil masuk ke tempat tidurnya. "Kalau aku sudah jelas capek, tapi tanpa tahu apa sebabnya."
"Itu reaksi yang baru timbul kemudian," kata Bob. "Kan menyeramkan, melihat orang mati di dalam tambang, kemarin Aku tahu orang itu penjahat, tapi mati dengan cara begitu tetap saja tidak enak."
""Apa ya, yang dilakukannya di situ"" kata Jupe. Sepanjang hari berulang kali pertanyaan itu diajukannya pada diri sendiri. "Mungkin kita bisa menemukan jejaknya di Lordsburg nanti."
Kau benar-benar hendak menunjukkan batu yang kautemukan itu pada ahli permata"" tanya Bob.
"Tidak ada salahnya, kan"" balas Jupiter. Di samping itu kita akan punya alasan berpisah dari Paman Harry dan pergi sendiri, begitu sudah sampai di sana. Ia pasti tidak mau kita melibatkan diri dengan uru
san buronan yang mati itu. Tapi kita tertarik!"
"Kecuali Allie," kata Bob, sambit memadamkan lampu. "Anak itu hanya mau tahu tentang Wesley Thurgood saja, dan menurut perasaanku kita takkan menemukan pertalian apa pun juga antara Thurgood dan buronan itu."
"Mungkin kau benar, tapi aku heran apa sebabnya Thurgood sendiri tidak menemukan mayat itu," jawab Jupiter. "Ia bahkan tidak ingin menjelajahi tambang miliknya sendiri. itu kan aneh!"
Setelah itu ketiga-tiganya terdiam, Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri, memikirkan orang yang mati di dalam tambang, bagaimana ia sampai bisa masuk ke situ, dan bagaimana tepatnya cara orang itu tewas.
Akhirnya mereka terlelap.
Malam sudah sangat larut, ketika Pete tiba-tiba terbangun. Lampu dibiarkannya mati. Ia mendengarkan baik-baik. Ada sesuatu yang bergerak di luar, di balik jendela yang terbuka. Pete mengangkat badannya sedikit ketika bunyi itu terdengar lagi. Bunyi berdecit yang putus-putus, seperti benda macet yang digerakkan dengan hati-hati.
"Jupe!" bisik Pete dengan suara lirih. "Bob! Coba dengar itu!"
"Ha"" Bob membalikkan badannya. "Ada apa""
"Ada orang membuka pintu gudang." Pete cepat -cepat bangun, dan langsung menuju ke jendela. Ia memandang ke luar. Dengan segera Bob dan Jupe menyusul, lalu ikut -ikut bersandar ke ambang jendela sambil memandang ke luar.
"Pintunya tertutup sekarang," kata Bob.
Kemudian anak-anak melihat cahaya di dalam gudang. Sinarnya bergerak-gerak di balik kaca jendela samping yang berdebu. Berkelip-kelip, padam, lalu menyala lagi.
"Ada orang menyalakan korek api di situ," kata Jupe. "Ayo!"
Ketiga remaja itu hanya memerlukan beberapa detik saja untuk memakai kemeja dan celana jeans mereka, serta memasukkan kaki ke dalam sepatu, tanpa mengenakan kaus terlebih dulu.
Mereka menyelinap-nyelinap menuruni tangga, lalu membuka pintu depan tanpa sedikit pun menimbulkan bunyi.
Bulan sudah terbenam ketika mereka sampai di luar. Ketiga remaja itu menuju ke gudang sambil meraba-raba dalam gelap. Jupe berjalan paling depan. Ketika sudah hampir sampai di gudang, Bob menginjak sebongkah batu yang tergeletak di jalan. Sambil berteriak dengan suara tertahan, ia roboh ke tanah. Pergelangan kakinya terkilir.
Cahaya di dalam gudang berkelip-kelip lagi, lalu padam. Gudang menjadi gelap gulita.
"Sialan!" desis Pete.
Bob duduk di tanah sambil menggosok-gosok pergelangan kakinya, sementara matanya terus ditatapkan ke arah gudang. Sesaat kemudian ia berdiri lagi. Ketiga remaja itu kembali berjalan merunduk-runduk, menuju bangunan yang sudah tua itu. Jupe mengulurkan tangannya ke depan untuk menjamah gerendel pintu. Alat pengunci itu berbunyi sedikit ketika tersentuh.
Tiba-tiba pintu gudang terbuka dengan cepat membentur dada Jupe sehingga ia terpelanting ke tanah. Pete meloncat ke samping sementara seseorang bertubuh gempal lari ke luar, melewati mereka, lalu menghilang di antara pohon-pohon pinus di samping jalan masuk.
"Apa itu"" Bentakan itu datang dari dalam rumah. "Siapa di luar""
Dengan susah payah Jupe berdiri lagi.
T adi ada orang masuk ke- gudang," serunya memberi tahu.
"Akan kupanggil Sheriff," kata Paman Harry sambit mengumpat.
Anak-anak memasang telinga. Tapi mereka tidak mendengar apa-apa. Kesunyian menyelubungi pohon-pohon pinus di dalam kebun yang gelap.
Ia pasti masih ada di dekat-dekat sini," kata Jupe.
Pete meneguk untuk melonggarkan tenggorokkan yang serasa tersumbat, lalu dengan lambat-lambat masuk ke sela-sela pepohonan. Ia menajamkan pendengarannya, berusaha menangkap bunyi yang mungkin ada. Sikapnya waspada, kalau-kalau ada sesuatu yang bergerak di dalam kebun. Selama beberapa menit ia merasa bahwa Bob dan Jupe mengikutinya dari belakang. Tapi kemudian Jupe menyelinap ke kiri, sementara Bob menyusup ke arah kanan. Pete maju seorang diri, selangkah demi selangkah, dengan hati-hati, menghindari ranting-ranting yang bisa mengait kakinya.
Pete berhenti. Terdengar bunyi darahnya sendiri mengalir dalam pembuluh dekat telinga. Tapi ada lagi yang juga terdengar suara napas yang memburu. Ada orang yang dekat sekali
dengannya, orang yang napasnya tersengal-sengal- seperti habis lari menempuh jarak yang jauh.
Pete terpaku di tempatnya sambit memasang telinga, sementara bunyi napas yang memburu masih terus terdengar. Orang tak dikenal itu rasanya dekat sekali dengan Pete, di balik sebatang pohon pinus yang hanya sejangkauan saja jaraknya. Mulut Pete bergerak. Maksudnya hendak memanggil Jupe dan Bob. Tapi ia ragu, karena Jangan-jangan teriakannya akan menyebabkan orang itu lari lagi.
"Ketika mendengar bunyi mobil datang dari arah kota, Pete meringis. Itu pasti Sheriff yang dipanggil Paman Harry, katanya dalam hati. Sedang ia sudah mengetahui tempat orang tak dikenal itu bersembunyi.
Tapi ketika mobil yang datang itu membelok di pintu pagar dan lampu-lampu besarnya menyapu perkebunan, tahu-tahu orang tak dikenal itu lari dari balik sebatang pohon yang berdaun lebat. Dengan segera Pete meloncat untuk mengejar. Tapi kemudian dilihatnya lengan yang terangkat, dilatarbelakangi langit malam. Sesuatu yang juga nampak saat itu menyebabkan Pete langsung menjatuhkan diri ke tanah Sementara tubuhnya masih bergerak, benda yang dilihatnya tadi berkelebat - menyebabkan sebatang pohon yang masih kecil kehilangan pucuknya! Kemudian orang tak dikenal itu lari lagi. Dengan napas tersengal-sengal orang itu lari tersaruk-saruk, menerobos kebun.
Pete menegakkan tubuhnya sampai ke posisi berlutut. Ia gemetar.
Tahu-tahu Jupe sudah ada di sisinya.
"Parang!" kata Pete. "Orang itu membawa parang! Nyaris saja kepalaku copot ditebasnya!"
Bab 9 BUMI BERGEMURUH "SHERIFF Tait disertai seorang asistennya, seorang Deputy Sheriff. Orangnya masih muda, dan bernama Blythe. Setelah mendengar laporan tentang orang tak dikenal yang masuk ke gudang, lalu serangan yang dilakukannya dengan parang, kedua polisi itu masuk ke kebun dengan berbekal senter yang sangat terang sinarnya. Mereka menemukan jejak orang tak dikenal itu di samping pohon yang dekat dengan tempat Pete berdiri tadi. Nampak jejak kaki menjauhi pohon itu. Sheriff mengikuti jejak itu, yang akhirnya berbaur dengan sekian banyak jejak di jalan dekat tanah milik Thurgood.
Allie beserta ketiga temannya menonton dari jendela tingkat atas rumah Paman Harry, sementara Sheriff beserta Deputy Blythe melanjutkan pencarian. Kedua polisi itu membangunkan Thurgood lalu masuk ke pondoknya, sementara anjing penjaga yang di luar menggonggong-gonggong dengan sengit. Kemudian mereka masuk ke dalam tambang. Mrs. Macomber rupanya juga terbangun, sebab lampu-lampu di rumahnya kini menyala. Sheriff Tait beserta asistennya masuk ke rumah wanita itu, kemudian ke rumah-rumah kosong di sebelah-menyebelah, yang juga merupakan milik Mrs. Macomber. Lebih dari sejam kemudian, kedua polisi itu kembali ke rumah Paman Harry.
"Siapa pun orang itu," kata Sheriff pada Paman Harry, "rupanya ia lari ke atas bukit. Kami takkan mungkin bisa mengejarnya ke sana, dalam keadaan segelap ini. Lagi pula, itu takkan banyak manfaatnya. Mungkin dia salah satu manusia sinting yang berdatangan dari Lordsburg atau Silver City, begitu tersiar kabar tentang mayat di dalam tambang. Setiap kali terjadi sesuatu yang tidak lumrah, selalu saja muncul orang-orang sinting seperti itu. Tapi sayangnya, ia panik lalu mengambil parang."
Setelah Sheriff Tait kembali ke kota bersama asistennya, Paman Harry mengunci pintu depan dan menutup semua jendela yang terdapat di tingkat bawah.
Keesokan paginya Jupe dan kedua temannya terbangun oleh suara tertawa riang yang datang dari tingkat bawah. Mereka turun, dan menjumpai Allie sedang duduk di sebuah kursi tinggi di dapur. Gadis remaja itu asyik mengikuti percakapan antara Mrs. Macomber dan Magdalena. Sambil duduk menghadapi secangkir kopi yang ada di meja, Mrs. Macomber bercerita dengan penuh semangat. .
"Maaf, jika Anda terganggu oleh kami kemarin malam," kata Jupe, setelah ia dan kedua temannya diperkenalkan pada wanita itu "Aku tidak merasa terganggu." Wanita yang sudah berumur itu tertawa. "Aku jadi teringat kembali pada zaman dulu. Empat puluh lima tahun yang lewat, Twin Lakes ini merupakan kota yang mengasyikk
an! Setiap malam Minggu, Sheriff selalu terpaksa turun tangan, melerai perkelahian."
"Ngomong-ngomong tentang masa silam," kata Allie, "ingatkah Anda pada Wesley Thurgood""
"Mana mungkin aku lupa" Kan setiap hari bertemu." Mrs. Macomber tertawa.
"Bukan begitu maksudku," kata Allie. "Ingatkah Anda ketika ia masih anak-anak" Katanya, ia kelahiran sini."
"Memang begitu kenyataannya," kata Mrs. Macomber. "Orang tuanya dulu tinggal di rumah kecil bercat hijau yang di dekat gedung pengadilan. Ayahnya mandor regu kerja malam. Orang itu pekerja tambang sejati. Wesley itu anak terakhir yang kualami dilahirkan di sini, sebelum aku kemudian pindah. Itu menjelang akhir masa gemilang, dan saat itu orang mulai pindah satu demi satu dari sini. Wesley baru mulai belajar berjalan ketika orang tuanya pindah, setelah perusahaan tambang mengakhiri kegiatan. Selama ini aku sebenarnya ingin bertanya padanya tentang ayah dan ibunya - apa yang mereka lakukan setelah pindah dari sini - tapi sampai sekarang belum ada kesempatan untuk itu. Wesley begitu sibuk mondar-mandir dengan mobil truk merahnya yang mentereng itu, mengangkut entah apa saja ke tempatnya, dan selalu sibuk di dalam tambang. Pagi ini saat matahari terbit ia sudah keluar lagi. Aku melihatnya lewat dengan topi helmnya yang konyol itu. Topi itu sama sekali tidak perlu dipakainya, sama saja seperti aku, yang tidak memerlukan kepala yang baru.
Saat itu terdengar bunyi mobil lewat di jalan. Allie bergegas ke tingkat atas, untuk melihat dari jendela serambi tangga di atas. Dengan segera ia sudah kembali lagi ke dapur dengan laporan bahwa Thurgood sudah kembali, bersama dua orang laki-laki.
"Mereka kelihatannya orang Meksiko," katanya. "Mau apa lagi dia sekarang""
"Kenapa tidak kautanyakan saja padanya"" kata Mrs. Macomber mengusulkan.
"Tidak bisa, karena ia tidak mau lagi bicara padaku, " kata Allie. "Dan Paman Harry sudah mengancam, aku akan dikurungnya, jika mengganggu orang itu lagi."
"Ah, kurasa ia takkan sampai hati melakukannya," kata Mrs. Macomber sambil berdiri, lalu pulang ke rumahnya di seberang jalan.
Beberapa hari selanjutnya, Jupe, Bob, dan Pete menyelesaikan pekerjaan memangkas pohon-pohon pinus di petak kebun yang paling luas, lalu meneruskan - ke petak berikut. Allie juga ikut bekerja. Tapi ia juga sering berkeliaran menunggang Queenie di bagian kebun yang berdekatan letaknya dengan tanah milik Wesley Thurgood. Ia melihat bahwa kedua pekerja yang berambut dan bermata hitam - yang dilihatnya datang naik mobil bersama Thurgood - nampaknya tinggal di bangunan besar yang dulunya merupakan tempat pengolahan hasil galian tambang. Pintu sebuah gudang kecil dari kayu yang terletak dekat jalan masuk ke tambang, diamankan dengan gembok yang nampak masih baru. Thurgood masih terus saja mondar-mandir pergi, entah untuk urusan apa. Dua hari setelah kedua pekerja yang kelihatannya orang Meksiko itu tiba, sebuah truk datang ke sana untuk mengantarkan semen berkarung-karung, berlusin-lusin tonggak pagar dari besi, serta beberapa gulungan besar pagar kawat.
Dengan dimandori Thurgood, kedua pekerjanya kemudian mulai memasang pagar kawat yang tingginya lebih dari tiga meter di sekeliling tanah miliknya.
"Aneh - kenapa ia sampai begitu repot, mengamankan tambang yang sudah tidak ada apa-apanya lagi"" kata Allie sewaktu makan siang, pada hari ketika kedua pekerja di tanah milik Thurgood mulai memasang pagar, "Siapa sih, yang mau peduli terhadap tambang itu""
"Kamu," kata pamannya. "Kau sanggup berbuat apa saja asal bisa masuk ke sana, dan itu diketahui olehnya. Belum lagi orang-orang sinting yang berdatangan, setelah mayat ditemukan waktu itu. Aku bisa mengerti, kenapa Thurgood sekarang memasang pagar di sekeliling tanah miliknya. Jika minat orang-orang terhadap pohon Natal sama seperti terhadap tambang, tanahku ini pun akan kupagari."
Sehabis makan siang Paman Harry pergi menyemprot hama di kebun yang dekat jalan. Jupe duduk bersandar di kursinya Keningnya berkerut.
"Tidak ada yang merasa tertarik pada pohon-pohon Natal," katanya. "Kalau begitu, kenapa ada orang yang secara
sembunyi-sembunyi masuk ke gudang malam itu" Ada apa di situ yang mungkin menarik perhatian orang iseng""
Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaannya itu. Ketika meja makan sudah dibereskan, anak-anak kemudian pergi ke gudang untuk sekali lagi mencari kalau-kalau ada sesuatu di situ yang mungkin menarik perhatian.
"Tidak ada apa-apa di sini," kata Pete. "Yang ada cuma tumpukan jerami makanan kuda sejumlah perkakas dan selang air, serta sebuah mobil kuno yang rusak."
"Mungkin orang itu cuma ingin mengambil parang," kata Allie.
"Menyeramkan, jika dugaanmu itu benar," kata Bob. "Parang kan senjata yang sangar. Jika membutuhkan senjata, kenapa harus parang" Senjata api kan lebih mantap. Di sekitar sini mestinya banyak yang memiliki senjata api."
Ketika kemudian keluar dari gudang, keempat remaja itu masih sempat melihat mobil Chevrolet merah milik Thurgood lewat. Mobil itu menuju ke tambang. Seorang pria duduk di depan, di samping Thurgood. Pria itu kelihatannya dari golongan terhormat. Ia memakai setelan musim panas berwarna cerah serta topi putih. Anak-anak bergegas lari pulang dan langsung naik ke serambi ruang tidur di tingkat atas, agar bisa lebih jelas melihat tanah milik Thurgood serta tamunya. Kedua pekerja Meksiko tidak nampak bekerja memasang pagar kawat. Anak-anak melihat salah seorang dari mereka keluar dari dalam tambang.
Sambil menatap kaku ke depan, orang itu mendorong gerobak yang berisi tanah dan bebatuan. Ketika sampai di dekat Thurgood serta tamunya, Thurgood menyuruh pekerja itu berhenti, lalu meraup segenggam tanah dari dalam gerobak. Tanah itu ditunjukkannya pada tamunya.
Thurgood mengatakan sesuatu pada pekerjanya, yang setelah itu mendorong gerobaknya lagi, naik ke semacam jembatan yang terbuat dari dua lembar papan kokoh, dan lewat jembatan itu memasuki sebuah pintu yang terdapat di sisi samping bangunan besar yang dulu merupakan pabrik tambang. Sedang Thurgood mengajak tamunya masuk ke dalam tambang.
Semenit kemudian Allie serta anak-anak yang lain mendengar bunyi letusan yang samar-samar. Gemanya menggemuruh selama beberapa detik, dan akhirnya hilang.
Ia menembak lagi" seru Allie.
"Bunyinya tidak seperti tembakan," kata Jupiter. "Kedengarannya itu sesuatu yang jauh lebih hebat daripada letusan senapan. Semacam ledakan!"
Anak-anak melihat Mrs. Macomber keluar dari dalam rumahnya di seberang jalan. Sambil berdiri di beranda depan, wanita itu memandang ke arah tambang.
Thurgood muncul di ambang jalan masuk ke ambang,. bersama tamunya. Bersama mereka, ikut keluar pula pekerja yang satu lagi. Ia pun mendorong gerobak, yang dibawanya masuk ke bangunan yang dulu merupakan tempat mengolah tanah galian. Selama beberapa menit, Thurgood. dan tamunya berdiri di tempat terbuka sambil bercakap-cakap. Setelah itu mereka masuk ke mobil merah milik Thurgood. Begitu keduanya sudah duduk di tempat masing-masing mobil itu langsung berangkat. Ketika lewat di depan .rumah Mrs. Macomber, Thurgood sama sekali tidak mengacuhkan wanita yang masih ada di beranda rumahnya itu. Ketika mobil Chevrolet merah sudah tidak kelihatan lagi, Mrs. Macomber menyeberangi jalan lalu masuk ke jalan kecil yang menuju ke rumah Paman Harry, sambil sibuk memasang kembali sebuah gelang Indian berukuran besar yang rupanya tadi lepas.
Anak-anak turun ke bawah, lalu menyongsong Mrs. Macomber di pintu.
"Tahu tidak kalian," serunya, "Wesley Thurgood melakukan penggalian di dalam tambang!"
Magdalena muncul dari dalam dapur.
Itu tidak mungkin, Senora Macomber" katanya membantah. "Dalam tambang tidak ada apa-apa lagi. Anda sendiri yang mengatakan begitu. Seluruh perak yang dulu ada di situ, sudah habis."
"Tapi kenyataannya, ia melakukan penggalian, kata Mrs. Macomber berkeras. Ia melakukan peledakan. Kalian tidak mendengarnya" Aku tidak mungkin keliru, karena begitu sering mendengar bunyi semacam itu."
"Ia cuma iseng saja," kata Pete. "Atau mungkin juga tambang itu hendak dijadikannya atraksi pariwisata. Itu, seperti yang dilakukan orang-orang yang membeli kota-kota lama yang sudah tidak sudah tidak berpenghuni lagi. Kota-kota itu
dipugar persis aslinya untuk menarik para pelancong.
Mrs. Macomber terkejut. .
"Aduh bisa rusak daerah ini, kalau begitu! Turis, itu berarti jalan-jalan macet, sampah berserakan di mana-mana, dan... dan...
"Yah, tambang itu kan miliknya pribadi," kata Allie, dengan gaya menirukan suara, pamannya. Mrs. Macomber mendengus, lalu keluar lagi.
Jupe menggerak-gerakkan tubuhnya berungkat-ungkit, sambit merenung.
"Aku tidak percaya, Wesley Thurgood bermaksud membuka tambangnya sebagai atraksi wisata," katanya kemudian. "Letak Twin Lakes terlalu jauh dari jalur arus wisatawan.
"Kalau begitu apa yang sedang diperbuatnya di sana"" tanya Pete.
Jupiter tersenyum. ""Kita bisa mencoba menanyakannya pada pekerja-pekerjanya, kedua orang Meksiko itu," katanya. "Thurgood sudah pergi, bersama tamu-tamunya. Kita ke sana saja sekarang, lalu kita lihat apa kata kedua pekerja itu nanti."
Beberapa menit kemudian keempat remaja itu sudah berdiri di luar pagar kawat yang membatasi tanah milik Thurgood. Mereka memanggil-manggil kedua pekerja itu. Mula-mula dalam bahasa Inggris, tapi tidak dijawab. Mereka mencoba dengan beberapa patah kata bahasa Spanyol. Tapi hasilnya sama saja. Kedua orang Meksiko itu hanya menatap mereka dengan sikap curiga.
Akhirnya keempat remaja itu putus asa. Mereka kembali ke rumah, untuk meminta bantuan Magdalena.
"Anda bisa bahasa mereka, Magdalena," kata Pete. "Mestinya mereka tidak merasa curiga pada Anda."
Magdalena mau pergi ke tempat Thurgood. Tapi dengan segera ia sudah kembali lagi, untuk melaporkan bahwa ia pun tidak berhasil. Kedua pria Meksiko itu tidak mengacuhkannya. Tapi Magdalena sempat datang menghampiri sebelum anjing penjaga melihatnya lalu menggonggong, dan ia masih bisa menangkap kedua orang itu bercakap-cakap dengan suara pelan. Tapi hanya satu patah kata saja yang didengarnya dengan jelas: oro .
"Oro"" kata Jupe mengulangi. Itu artinya kan emas! Mungkinkah Thurgood melakukan penggalian untuk mencari emas.
"Tapi itu tambang perak!" bantah, Magdalena:
"Emas dan perak sering kali ditemukan di tempat yang berdekatan," kata Jupe. Dikeluarkanya batu kecil yang beralur kecil mengkilat.
"Kapan kata pamanmu ia hendak ke Lordsburg, Allie""
"Besok, jawab Allie.
"Kita ikut" kata Jupe lagi. Akan kita pastikan, apa sebetulnya yang ada dalam batu ini.
Bab 10 EMASKAH YANG MENGKILAT ITU"
"PAMAN Harry memarkir mobilnya di samping kantor perusahaan titipan kilat di Lordsburg.
"Aku- memesan tiga kotak bibit pohon dari San Jose, katanya. "Setelah itu kuambil, aku masih harus ke perusahaan bahan bangunan untuk membeli beberapa barang yang kuperlukan. Pukul satu nanti kita berkumpul di sini, lalu makan siang sebelum pulang."
"Aku ikut dengan mereka," kata Allie.
"Baiklah, asal jangan macam-macam nanti," kata pamannya memperingatkan. Tapi sebetulnya tidak ada alasan bagiku untuk merasa waswas. Di sini kan tidak ada tambang, yang bisa kaumasuki."
Setelah itu Paman Harry meninggalkan mereka, masuk ke kantor perusahaan titipan kilat.
Sekarang apa dulu yang kita kerjakan"" tanya Allie bersemangat.
"Kita memeriksakan batu itu, yuk," ajak Pete. "Pasti takkan makan waktu lama. Apakah nanti sewaktu menunjukkan batumu itu pada ahli permata, kita katakan di mana kita menemukannya, Jupe""
""Rasanya lebih baik jangan," kata Jupe. "Kita tidak ingin lebih banyak lagi orang-orang iseng berkeliaran di sana, dan jika alur mengkilat di batu itu ternyata memang emas, ada kemungkinan itu akan menyebabkan mereka membanjir datang ke Twin Lakes. Tapi serahkan saja urusan itu padaku, nanti pasti akan kutemukan apa yang harus kukatakan."
Dua blok dari kantor perusahaan titipan kilat, keempat remaja itu menemukan sebuah toko kecil yang memajang sejumlah jam dan anting-anting di etalasenya. Pada sebuah papan tertulis bahwa pemilik toko itu, J.B. Atkinson, membeli barang-barang antik dari emas dan perak.
"Ini dia, yang kita cari." Jupiter membuka pintu toko, lalu anak-anak masuk ke dalam.
Seorang pria bertubuh montok duduk di sebuah kursi tinggi, di balik sekat dari kaca. Air mukanya segar kemerah-merahan, seper
ti bayi. Orang itu sedang memperbaiki sebuah arloji. Matanya yang sebelah tersembunyi di balik lensa tukang jam. Di meja pajangan, anak-anak melihat beberapa benda perak yang sudah usang tapi indah, serta sejumlah peniti dan cincin emas yang antik dan bagus-bagus.
"Mr. Atkinson"" sap a Jupiter.
Pria yang duduk di balik sekat kaca itu menaruh sebuah obeng yang sangat kecil ke meja kerjanya, melepaskan lensa yang terselip ke rongga mata yang sebelah, lalu tersenyum.
Jupe mengulurkan batu temuannya.
"Saat ini kami sedang berlibur di rumah teman, dekat Silver City," katanya pada pria itu. "Kemarin kami pergi berjalan-jalan ke perbukitan, dan di sana kami berjumpa dengan seorang pria tua. Katanya, ia pencari logam mulia,"
Pria yang bernama Atkinson itu mengangguk. "Memang, sekarang pun masih ada beberapa orang di daerah sini," katdnya
"Orang itu mengatakan, ia perlu uang," sambung Jupiter. "Katanya, ini udah lama sekali disimpannya, tapi pada kami ia menjual menjualnya."
Sambil berkata begitu, Jupe menyodorkan batunya pada Atkinson.
Atkinson memandang batu itu dengan mata terpicing, lalu menggosok-gosoknya dengan jari. Sementara itu ia tetap tersenyum.
"Berapa kalian bayar untuk ini"" katanya dengan nada bertanya.
"Lima dolar," jawab Jupe.
"Aslikah itu"" tanya Allie.
"Kalau batunya memang asli," kata Atkinson. "Apakah yang mengkilat ini emas atau bukan, kita lihat sajalah dulu." Pria itu membuka sebuah laci, lalu mengeluarkan kikir kecil serta sebuah botol yang juga kecil, berisi semacam cairan. Dengan kikir dibuatnya takikan pada alur yang mengkilat di batu, lalu diteteskannya sedikit cairan dari dalam botol ke dalam takikan itu. "Cairan ini asam nitrat," katanya menjelaskan. "Hampir semua logam bereaksi dengannya, kecuali emas."
"Sesaat kemudian ia mengangguk. "Ya, nampaknya ini memang emas."
"Seringkah ada emas murni di tanah"" tanya Jupe.
"Biasanya ditemukan bercampur dengan logam-logam lain," kata ahli permata itu. "Ini kelihatannya tinggi mutunya. Di mana orang itu menemukannya""
Itu tidak diceritakannya," jawab Jupe.
"Rasanya itu juga tidak penting," Atkinson mengembalikan batu yang sudah diteliti pada Jupe. "Mungkin di salah satu tambang yang sudah tidak menghasilkan lagi, di daerah California. Masih cukup banyak yang bisa ditemukan para pencari emas untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dengan jalan mendulang di sungai-sungai dekat tambang-tambang tua.
Jupe mengantungi batu itu.
"Kata Anda tadi, kandungan emas di tanah biasanya bercampur dengan logam-logam lain. Bagaimana, adakah perak dalam emas di batu ini"" tanyanya.
Tidak. Warnanya kemerah-merahan, dan itu berarti mungkin ada sedikit tembaga di dalamnya. Perak menyebabkan emas berwarna kehijauan."
Ia mengambil sebuah peniti yang kelihatannya sudah sangat tua dari lemari pajangan. Peniti itu berbentuk daun, dan terbuat dari emas yang berwarna agak kehijau-hijauan. "Inilah yang disebut emas hijau. Kandungan perak di dalamnya dua puluh lima persen. Itu berarti, ini emas delapan belas karat. Cincin-cincin kecil di dalam lemari itu lebih murni lagi. Itu cincin-cincin bayi, yang dulu biasa dihadiahkan pada anak-anak sewaktu dibaptis. Emasnya lebih dari dua puluh karat. Itulah sebabnya kenapa beberapa di antaranya nampak sudah sangat aus. Karena emasnya lunak! Kadang-kadang ada juga orang yang masih membeli, karena iseng ingin memiliki barang langka. Dan batumu itu serupa dengan cincin-cincin ini. Cendera mata, kenang-kenangan masa silam, sewaktu orang membanjir datang ke daerah Barat karena ingin menjadi kaya-raya karena emas."
"Lalu berapa nilainya" Lima dolar"" tanya Pete.
"Begitulah, kurang lebih," jawab Atkinson. "Dewasa ini, sesuatu yang dibuat dari plastik mungkin lebih mahal harganya. Tapi simpan saja batu itu baik-baik. Jika kapan-kapan ingin dijadikan peniti untuk dasi atau perhiasan lainnya, datanglah kemari lagi."
Anak-anak mengucapkan terima kasih, lalu meninggalkan tempat itu.
"Emas asli" kata Pete bergairah, setelah berada di luar. "Ternyata ada emas dalam tambang itu."
"Emas, dan juga tembaga," kata Jupe dengan sikap merenu
ng. "Tapi emas di batu ini tidak, mengandung perak. Aneh, jika diingat bahwa Tambang Jebakan Maut dulu merupakan tambang perak. Aku tahu bahwa emas dan perak sering ditemukan dalam tambang yang sama - tapi emas, perak, dan tembaga!"
"Menarik, kan"" kata Allie. "Thurgood yang menyebalkan itu menemukan jalur kandungan logam yang selama ini tidak diketahui adanya oleh orang lain. Ayahnya dulu bekerja di tambang itu. Mungkin dia yang menemukan jalur itu, lalu menceritakannya pada Thurgood. Kemudian Thurgood mengarang-ngarang cerita tentang kerinduannya pada kota asalnya, dan kemudian membeli Tambang Jebakan Maut. Sekarang ia melakukan penggalian di situ."
Jupiter mengerutkan keningnya. "Jika itu benar - jika ayahnya memang pernah bercerita tentang adanya jalur emas yang tidak diketahui orang lain - kenapa Thurgpod tidak datang dari dulu-dulu" Umurnya sekarang paling sedikit empat puluh tahun. Mestinya kan selama dua puluh tahun belakangan ini ia bisa melakukan penelitian secara diam-diam untuk mengecek kebenaran cerita itu, dan kemudian membeli tambang dengan harga murah. Bisa., saja ketika masih muda ia belum berminat. Tapi mestinya minat itu timbul beberapa tahun yang lalu, sewaktu harga emas menanjak. Kenapa bukan waktu itu Thurgood muncul di sini""
"Dari mana kita bisa tahu bahwa ia tidak muncul"" kata Allie berkeras. "Dari mana kita bisa tahu bahwa ia tidak ada di sini lima tahun yang lalu, ketika Gilbert Morgan jatuh ke dalam lubang itu" Mungkin saja mereka berdua mulanya patner yang kemudian bertengkar, lalu Thurgood mendorong Morgan sehingga terjerumus ke dalam lubang. "
"Wah, terlalu jauh dugaanmu itu, Allie!" kata Bob. Untuk apa seorang pengusaha real estate yang kaya-raya sampai mau berbuat begitu" Sama sekah tidak ada alasan bagi dia, Katakanlah di dalam tambang tua itu memang ada emas dan itu diketahui oleh Thurgood ia kan sama sekali tidak memerlukan patner. Tidak seorang pun bertanya-tanya ketika ia tahu-tahu membeli tambang itu. Ya, kan" Tapi ngomong-ngomong tentang Morgan... apakah tidak sebaiknya kita mulai saja dengan pelacakan jejaknya" Kubacakan saja apa yang kita ketahui tentang dirinya."
Bob mengambil buku catatannya, lalu mulai membaca.
"Gilbert Morgan, buronan karena tidak menaati. peraturan pembebasan bersyarat. Nama-nama lain yang juga dipakai olehnya: George Milling, Glenn Mercer, dan George Martins. Setelah dibebaskan dari penjara San Quentin, diam-diam dia pergi dari San Francisco lima tahun yang lalu, mungkin akhir bulan Januari, atau awal Februari. Tiba di Twin Lakes mungkin pada bulan Mei tahun itu juga, dengan sebuah mobil yang dicuri di Lordsburg."
Ringkasanmu itu bagus, Bob," kata Jupiter.
Nama apa pun yang dipakainya, huruf-huruf awalnya selalu G.M," kata Bob melanjutkan. "Yah, .cuma itulah yang bisa kita jadikan pegangan. Jika dulu ia pernah selama beberapa waktu berada di Lordsburg, ada kemungkinan ia meninggalkan suatu jejak tentang dirinya. Bagaimana jika kita mencoba di perpustakaan umum" Di situ pasti ada buku telepon, penunjuk alamat, serta koran-koran setempat edisi lama."
Allie menunjukkan jalan ke perpustakaan. Pada seorang petugas di situ Jupe mengatakan bahwa ia sedang berlibur di daerah situ, dan ingin menemukan seorang paman yang sudah lama tidak ada kabar beritanya.
"Lima tahun yang lewat ia mengirim kartupos pada ibu saya, dari Lordsburg," kata Jupe. "Beberapa kali kami berkirim surat padanya setelah itu, tapi semuanya dikembalikan karena kami tidak memiliki alamatnya yang pasti. Saya berjanji pada Ibu, untuk mencarinya."
Petugas perpustakaan yang terkesan melihat sikap Jupe yang begitu bersungguh-sungguh, kemudian mengambilkan buku-buku telepon dan petunjuk alamat yang diterbitkan selama lima tahun belakangan. Setelah itu anak-anak mengambil tempat duduk di sebuah meja panjang, lalu mulai mencari dalam buku-buku petunjuk itu.
"Cari nama yang huruf-huruf depannya G.M, kata Jupe. "Nama yang hanya muncul dalam satu buku telepon atau petunjuk alamat saja - keluaran lima tahun yang lalu."
Mereka tidak perlu lama-lama mencari. Dalam sepuluh menit mereka sudah m
engecek nama enam belas orang dengan huruf-huruf depan G.M., dibandingkan dengan buku-buku petunjuk terbitan tahun berikutnya. Ternyata semuanya saat itu masih tinggal di Lordsburg, kecuali seorang. Orang itu bernama Gilbert Maynard.
Dalam beberapa buku petunjuk alamat selanjutnya tidak tertera namanya. Tapi dalam edisi terbaru, ada lagi.
"Rupanya ia pindah selama beberapa waktu" kemudian datang lagi," kata Jupe. "Ia kembali ke alamatnya yang lama."
Kalau begitu tidak mungkin dia buronan yang kita cari," kata Pete. "Baiklah. Jadi kemungkinannya, Morgan memang pernah mampir di sini tanpa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang lain, seperti memasang telepon atau bekerja, atau melapor pada dinas kependudukan."
"Ia cuma beberapa bulan saja di sini, dan itu pun kalau ia memang tinggal di sini," kata Bob.
"Bagaimana, berhasil"" tanya petugas perpustakaan.
"Tidak," jawab Jupe. "Kelihatannya paman saya itu dulu tidak menetap di sini. Ia memasang tampang, seolah-olah merasa malu. "Paman Geoffrey itu punya kebiasaan yang... yah, hm... yah, menarik perhatian, begitulah! Mungkin koran-koran terbitan tahun itu....
"O, orang seperti itu rupanya pamanmu itu, ya"" Petugas perpustakaan itu menggeleng-geleng. Tapi ia mau juga menunjukkan ruangan tempat penyimpanan surat kabar. Setelah itu ditinggalkannya mereka sendiri, untuk mencari-cari di antara sekian banyak surat kabar terbitan Lordsburg yang dijilid rapi. Tapi anak-anak tidak menemukan apa-apa. Tidak ada satu berita pun yang mungkin ada pertaliannya dengan buronan yang sudah mati itu - sampai mereka menemukan surat kabar terbitan 10 Mei, lima tahun yang lalu.
"Tambang Jebakan Maut Akan Ditutup," demikianlah bunyi kepala berita yang dibacakan Bob. "Jadi hal itu ternyata diberitakan koran kota ini, Mungkinkah ini ada sangkut-pautnya dengan kematian orang kita itu""
"Mungkin saja," kata Jupe sambil mengangkat bahu. "Bisa saja ia membaca berita surat kabar yang kaupegang itu, lalu karena salah satu alasan tertentu kemudian memutuskan untuk datang ke Twin Lakes dan memeriksa tambang itu. Kapan kejadiannya, mobil yang dicuri dari tempat parkir di pasar waktu itu""
Bob meneliti catatannya. ,
"Bulan Mei, tanggal sebelas," katanya. Itu satu hari setelah berita penutupan tambang dimuat dalam harian Lordsburg ini, dan tiga hari sebelum tambang ditutup. Mungkin saja memang ada hubungannya. "
"Tapi hubungan yang mana"" kata Allie. "Penjahat itu membaca berita tentang tambang yang akan ditutup, lalu ia begitu ingin cepat-cepat ke sana sehingga mencuri mobil dan pergi dengannya ke Twin Lakes, di sana ia lari masuk ke tambang, jatuh ke dalam lubang sehingga lehernya patah dan sejak itu tidak ada kabar beritanya lagi selama lima tahun! Apa arti semuanya itu" Sekarang begini: bagaimana jika ia dan Thurgood sudah merencanakan akan bertemu..."
"Allie! hardik Pete. "Tidak bisakah kau semenit saja melupakan Thurgood""
"Kita sekarang masih belum jauh dari posisi semula," kata Bob. "Kita tahu bahwa Gilbert Morgan mungkin pernah berada di Lordsburg, dan mungkin mencuri mobil yang kemudian dipakainya untuk pergi ke Twin Lakes, tapi semuanya itu tidak bisa kita buktikan. Ini perlu kita periksa, walau kemungkinan untuk berhasil sangat kecil."
"Waktu kita pagi ini tidak terbuang dengan percuma saja," kata Jupe. "Kini ada satu hal yang sudah kita ketahui dengan pasti. Ia mengeluarkan batunya dari dalam kantung, "Kita sekarang ini tahu bahwa dalam Tambang Jebakan Maut tempat mayat Morgan ditemukan ada emas, setidak-tidaknya sebanyak yang terkandung dalam batu kecil ini. Aku yakin, ini pasti ada artinya - walau apa tepatnya, aku belum tahu!"
Bab 11 PENCURI YANG LAPAR
"HARI sudah menjelang sore, ketika mereka tiba kembali di perkebunan pohon pinus. Anak-anak membantu Paman Harry menurunkan barang-barang dari mobil, menaruh kotak-kotak bibit pohon di luar dekat gudang lalu menyiraminya dengan mempergunakan selang. Ketika Paman Harry kemudian masuk ke rumah, Jupe memandang ke arah tempat tinggal Mrs. Macomber di seberang jalan.
"Kelihatannya tetangga kalian di depan itu paling banyak ta
hu tentang Tambang Jebakan Maut jika dibandingkan dengan kebanyakan penduduk di sini, ya"" kata Jupe. '
"Mrs. Macomber, maksudmu" Ya, memang," kata Allie.
"Yuk, kita ke sana sebentar," ajak Jupe.
Teman-temannya langsung mau. Mereka pergi ke seberang jalan, lalu mengetuk pintu rumah Mrs. Macomber. Wanita yang hidup menjanda itu berseru dari dalam, menyuruh mereka masuk. Allie membuka pintu, dan anak-anak langsung masuk ke dapur yang kecil dan ditata rapi.
"Sibuk"" tanya Allie pada M"s. Macomber.
"Wanita itu tersenyum, menyebabkan kerutan di sudut matanya semakin nampak jelas.
"Sekarang ini tidak banyak lagi yang bisa membuat aku sibuk," katanya. "Tapi aku akan senang sekali jika satu dari kalian bertiga yang laki-laki mau pergi ke trukku sebentar, mengambilkan kotak kardus yang add di bak belakang. Aku harus segera menyimpan belanjaanku, karena kalau tidak, bahan makanan yang beku akan jadi lumer nanti."
"Aku sajalah, kata Pete. Mobil pick-up kecil milik Mrs. Macomber diparkir di jalan masuk beralas tanah yang terdapat di samping rumah. Di bak belakang kendaraan itu ada sebuah kotak kardus besar, penuh berisi kantung-kantung kertas berwarna coklat. Pete membawa kotak besar itu ke dapur, lalu menaruhnya di salah satu meja, "
"Terima kasih," kata Mrs. Macomber. "Sekarang aku sudah tidak mampu lagi melakukan segala hal yang dulu biasa kukerjakan. Ia mengeluarkan sayur-mayur, roti, serta bungkusan-bungkusan berisi makanan yang dibekukan, dan menumpukkan semuanya di atas meja.
Tiba-tiba terdengar dentuman samar. Mrs. Macomber menghampiri sebuah jendela.
"Wesley Thurgood mulai iseng lagi di tambangnya," katanya. "Bunyi itu sedikit-banyak sudah kutunggu-tunggu. Aku melihatnya datang dengan mobilnya setengah jam yang lalu, bersama salah seorang tamunya yang berpotongan orang kota."
""Kelihatannya ia benar-benar mengolah tambangnya," kata Jupiter.
"Kedengarannya memang begitu," kata Mrs. Macomber sependapat. "Bahwa ia menyulut bahan peledak di dalam tambang, itu sudah pasti. Aku dilahirkan di sini, dan bunyi tadi itu kukenal baik. Aku dulu tinggal di rumah ini, ketika mendiang suamiku menjadi pengawas tambang di sini. Dinamit yang diledakkan dalam liang tambang khas sekali bunyinya, tidak mungkin kita bisa salah dengar. Tapi Thurgood tidak terus-menerus mengoperasikan tambangnya itu. Ia hanya melakukan peledakan apabila ada yang datang bersama dia. Kurasa ia mau pamer pada kawan-kawannya yang kaya dari Los Angeles."
:Hobi aneh, kata Bob. Masih ada hobi yang lebih aneh-aneh lagi," Mrs. Macomber tersenyum. "Aku pernah mendengar tentang seseorang yang membeli sebuah lokomotif tua yang sudah tidak dipakai lagi. Orang itu memasang jalur rel sepanjang tiga ratus meter di kebun belakang rumahnya, lalu dijalankannya lokomotifnya di situ, bolak-balik, bolak-balik. Setiap kali bermain kereta-keretaan, ia memakai seragam kondektur. Asyik sekali. bermainnya! Begitulah kalau orang kelebihan uang. Mungkin Wesley Thurgood punya gambaran samar tentang masa sewaktu ayahnya masih bekerja di tambang dan ia rindu pada masa itu. Hobi yang tidak berbahaya."
""Kalau mendengar cerita Anda ini, Thurgood itu seakan-akan orang baik," kata Allie.
"Jangan suka memperumit keadaan," kata Mrs. Macomber menasihati. "Alasan sebenarnya kenapa kau mencari-cari kesalahan Thurgood, ialah karena kau pernah didampratnya. Aku bisa mengerti perasaanmu. Orangnya memang tidak bisa dibilang ramah, dan aku lega melihat ia sudah memasang, pagar di sekeliling tempatnya. Aku tidak suka anjingnya itu berkeliaran ke mana-mana . Tapi aku tidak berhak memaksanya bersikap ramah, dan anjing seperti apa yang boleh dipelihara olehnya."
Dari arah tambang terdengar lagi bunyi dentuman.
"Mrs. Macomber," kata Jupiter, "adakah kemungkinan Thurgood mengoperasikan tambangnya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan""
Wanita yang sudah berumur itu menggeleng.
Tambang Jebakan Maut sudah kering. Benar-benar kering. Kandungan perak di dalamnya sudah habis, empat puluh tahun yang lalu. Tentang itu, aku tahu pasti, Kami - maksudku aku dan mendiang suamiku -mengalami masa-ma
sa yang sulit, setelah tambang ditutup, sehingga akhirnya kami terpaksa pergi dari sini. Kausangka kami mau pindah, jika masih ada kemungkinan untuk tetap tinggal di sini" Kemudian, setelah Henry meninggal dunia - karena serangan jantung, dua puluh dua tahun yang lalu - dari uang asuransi pertanggungan jiwa yang kuterima, aku membuka toko di Phoenix. Aku berjualan perhiasan dan sepatu mokasin buatan orang Indian dengan harapan bisa menarik minat wisatawan. Tapi akhirnya aku bangkrut. Aku memang tidak berbakat jadi pedagang. Aku terpaksa menjual segala-galanya, kemudian bekerja di toko yang semula milikku itu. Sepanjang hari sibuk terus, sambil hidup sehemat-hematnya agar bisa menabung sedikit-sedikit."
Wajahnya yang murung ketika menuturkan kata-kata itu, tiba-tiba menjadi lembut. "Aku ingin menjalani hari tuaku di sini," katanya melanjutkan. "Aku ingin kembali ke tempat di mana aku pernah hidup berbahagia, dan aku mengucap syukur sekarang bahwa niatku itu kulaksanakan. Mungkin Thurgood juga punya keinginan seperti aku. Aku ingat bagaimana dia semasa kecilnya, dengan muka yang selalu kotor, berkeliaran sambil menjilati permen loli. Waktu itu pun ada sesuatu yang aneh pada anak itu... tapi aku tidak bisa ingat apanya...."
"Tapi tambang..." kata Allie, yang masih belum puas.
"Yah, tambang itu yang membuat Twin Lakes waktu itu berkembang," kata Mrs. Macomber. "Tapi aku tidak merasa perlu memilikinya, untuk membangkitkan kembali kenangan indah. Mungkin saja Wesley Thurgood merasa perlu. Barangkali ia merasa bahwa untuk membangkitkan kenangan pada masa silam, ia harus benar-benar menjadi pekerja tambang, seperti ayahnya dulu."
"Dan menurut Anda, tidak mungkinkah ada sesuatu yang masih bisa diambilnya dari tambang itu"" desak Jupe.
"Tidak, itu tidak mungkin. Di situ tidak ada apa-apa lagi yang bisa diambil."


Trio Detektif 24 Misteri Tambang Jebakan Maut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalaupun kandungan peraknya sudah habis sama sekali," kata Jupe lagi, "mungkinkah di situ ada emas" Perak dan emas, sering ditemukan di tempat yang sama."
Di Tambang Jebakan Maut, tidak."
"Bagaimana dengan tembaga"" kata Jupe.
"Juga tidak. Yang ada di situ cuma perak, dan perak itu sudah habis." Mrs. Macomber menggeleng-gelengkan kepala dengan keras seakan hendak mengenyahkan pikiran yang tidak menyenangkan. "Sudah, kita hentikan saja pembicaraan tentang itu. Ketika tambang masih bekerja, Twin Lakes ini kota yang ramai dan kehidupan kami di sini menyenangkan. Sekarang aku memiliki sebagian dari kota yang dulunya begitu ramai. Jika kota ini pada suatu waktu nanti akan kembali mengalami masa makmur, kelima rumah milikku bisa kuperbaiki lalu kusewakan, dan pada hari tuaku aku bisa menjadi kaya. Yuk, kita melihat-lihat sebentar rumah-rumah milikku itu.
Mrs. Macomber mengajak anak-anak keluar.
"Ketika baru pindah kemari, aku mulanya berniat mengamankan pintu-pintu dengan gembok," katanya. "Tapi sampai ada kemungkinan orang datang kemari - biar cuma gelandangan saja - aku harus meletakkan uang perak berjejer-jejer dari jalan besar, sebagai petunjuk jalan," katanya. "Maksudku, siapa sih yang mau datang ke tempat yang tidak ada apa-apanya ini" Setidak-tidaknya begitulah perasaanku, sampai Allie menemukan mayat buronan di dalam tambang. Sejak itu banyak orang luar berkeliaran di sini. Tentang parang pamanmu yang hilang diambil orang itu, Allie, apakah sudah ditemukan kembali""
"Belum," jawab Allie.
"Mungkin akan ditemukan juga di salah satu tempat di atas bukit, dan sudah berkarat," kata Mrs. Macomber. Ia menuju sebuah rumah tua dari papan, yang letaknya di sebelah utara tempat tinggalnya. "Ini dulu milik keluarga McKestry," katanya pada anak-anak yang mengiringi. Dia itu dulu kasir di tambang."
Mrs. Macomber mendorong pintu depan rumah itu. Pintu itu terbuka dengan bunyi berdecit-decit karena agak macet. Allie dan ketiga temannya mengikuti wanita tua itu masuk ke dalam. Mereka melihat perabotan yang nampak sudah lama tidak dipakai, plesteran dinding yang retak-retak, serta lemari-lemari dengan pintu yang menganga karena rusak engselnya, menampakkan beberapa barang pecah-belah yang sudah tidak utuh lagi.
"Banyak orang yang pergi dengan meninggalkan berbagai barang" kata Mrs. Macomber. ""Rupanya barang-barang yang menurut anggapan mereka tidak ada gunanya dibawa pindah."
"Banyak .yang perlu Anda kerjakan untuk membereskan tempat ini, sebelum bisa disewakan," kata Allie padanya.
Ya, memang! Di rumahku sendiri pun banyak yang harus kukerjakan dulu, sebelum bisa kutempati lagi. Tapi itu malah mengasyikkan!"
Di rumah-rumah tua milik Mrs. Macomber yang mereka datangi, tercium bau debu berbaur bau barang-barang lapuk. Atap bocor di beberapa rumah menyebabkan air hujan bisa masuk, dan itu nampak berupa bercak-bercak basah di langit-langit.
Di sebuah rumah, setumpuk koran yang sudah menguning kertasnya dionggokkan dekat sebuah tungku yang mempergunakan bahan bakar kayu. Tungku itu sudah karatan.
Bob berjongkok, dan secara sambil lalu membalik-balik tumpukan koran tua itu.
"Sewaktu Anda membeli rumah ini sudah adakah koran-koran ini di sini, Mrs. Macomber"" tanyanya. "Maksud saya, ketika Anda kembali kemari lima tahun yang lalu""
"Kurasa sudah," kata Mr". Macomber.. "Ah, tentu saja seharusnya sudah ada. Kalau belum waktu itu, lalu dari mana datangnya""
"Hm, menarik," kata Bob. "Boleh saya minta""
"Mau kauapakan tumpukan koran tua begitu"" tanya Mrs. Macomber.
"Dia memang gila koran!" kata Allie sambil tertawa. "Tapi di lain pihak dia juga besar peranannya dalam usaha kami mencari keterangan tentang kejadian-kejadian di sini lima tahun yang lewat. Setelah kami menemukan mayat di dalam tambang, kami mendatangi kantor Twin Lakes Gazette untuk melihat kalau-kalau kami bisa mengetahui apa yang mungkin dilakukan Gilbert Morgan di situ. Banyak juga yang berhasil kami ketahui, tapi - "
Sementara Jupe memandang Allie dengan tatapan marah, Bob cepat-cepat memotong,
"Ayah saya orang koran," katanya. "Karena dia, saya lantas tertarik pada koran-koran lama. Bolehkah saya minta ini semua""
Mrs. Macomber nampak bingung sejenak.
"Yah, kenapa tidak," katanya kemudian.
Dengan hati-hati Bob mengangkat tumpukan koran tua itu lalu mengepitnya, Setelah itu semuanya keluar. Sementara itu hari sudah petang.
"He, kalian mau minum air soda"" tanya Mrs. Macomber menawarkan. "Atau itu akan merusak selera makan kalian nanti""
"Tidak ada yang bisa mengganggu selera makan Jupiter!" kata Allie sambil tertawa.
Baiklah. Aku masih punya beberapa botol air soda dengan rasa jeruk."
Mereka kembali ke rumah Mrs. Macomber yang mungil. Tapi di dalam lemari pendingin ternyata tidak ada air soda. Mrs. Macomber memeriksa lemari persediaan, lalu sepen yang letaknya di sebelah dapur. Hasilnya sama saja.
"Apa-apaan ini"" kata Mrs. Macomber dengan nada bingung. "Padahal aku yakin sekali aku masih punya beberapa botol. Aku tahu pasti, bukan aku yang meminumnya.
Jupiter yang selalu cermat, memandang barang-barang belanjaan yang masih tergeletak di atas meja.
"Di sini tadi juga ada roti sebatang, dan ikan sardin beberapa kaleng," katanya. "Tapi sekarang, tidak ada lagi"
Mrs. Macomber menatap Jupe dengan bingung, seakan tidak mengerti maksudnya.
Kemudian ia terkesiap, lalu bergegas ke beranda, memandang ke kiri dan ke kanan, seolah-olah akan melihat ada orang lari membawa persediaan makanannya.
Bob menaruh tumpukan koran yang ditentengnya, lalu memungut puntung rokok yang basah dari bak tempat cuci piring yang bersih mengkilat.
"Mrs. Macomber," katanya sambil menunjukkan puntung yang dijepit dengan dua jarinya, "Anda kan tidak merokok""
Wanita itu menatap benda yang ditemukan Bob.
"Tentu saja tidak," jawabnya. Sementara itu ia sudah pulih dari kekagetannya. "Aku tidak mengerti, kenapa ada orang yang mau-maunya mencuri di sini, katanya. "Padahal kalau ingin makanan, tinggal minta saja padaku!"
"Tapi nyatanya, itu tidak dilakukannya," kata Pete. "Mungkin bukan cuma makanan saja yang diinginkannya. Lebih baik kita periksa saja seluruh rumah. "
Mrs. Macomber mengangkat bahu, lalu mendului keluar dari dapur. Mereka memeriksa setiap kamar dan lemari yang ada dalam rumah kecil tapi rapi itu. Mereka tidak menjumpai orang bersembunyi di bawah perabot, dan tidak s
atu pun dari sekian banyak benda hiasan yang kecil-kecil serta benda kenang-kenangan yang ada di rumah itu kelihatan tergeser atau beralih tempat.
"Aku tidak memiliki barang mahal," kata Mrs. Macomber. "Kecuali yang tadi, tidak ada lagi lainnya yang hilang."
"Kurasa ada baiknya Anda beli saja gembok-gembol itu, Mrs. Macomber," kata Jupiter. "Dan kunci baik-baik rumah ini, setiap kali Anda meninggalkannya. "
"Tapi di sini tidak ada yang mengunci rumah," kata Mrs. Macomber dengan nada kurang setuju.
"Belakangan ini bermunculan orang-orang dari luar di sekitar sini, kata Jupiter menjelaskan alasannya. "Orang-orang aneh, yang tertarik karena ditemukannya mayat buronan di dalam tambang. Jika salah seorang dari mereka itu yang mengambil makanan Anda - ada kemungkinan ia akan kembali lagi!"
"Bab 12 KECURIGAAN BARU
"B"BERAPA menit kemudian, Allie dan ketiga anggota Trio Detektif menyeberang jalan lagi, kembali ke rumah Harrison Osborne. Bob berjalan sambil menenteng tumpukan korannya.
"Mau kau apakan kertas-kertas bulukan itu"" kata Pete sambil menuding koran-koran. "Mereka mengandung arti sejarah yang besar, ya""
Dan kenapa kalian di sana tadi menyuruh aku diam" tukas Allie.
Bob menggeser tangannya, sehingga anak-anak yang lain bisa melihat surat kabar yang paling atas.
"Koran-koran ini, sebagian besar adalah Twin Lakes Gazette," katanya. "Edisi-edisi yang sudah lama sekali, lebih dari empat puluh tahun yang "alu. Rupanya dulu ditinggal oleh penghuni rumah itu sebelum t"ambang ditutup. Tapi koran yang paling atas ini terbitan Phoenix. Tanggalnya dari lima tahun yang lalu - tanggal sembilan Mei. Coba kalian baca kepala berita di halaman pertama ini!
"Kurasa sebaiknya kita cari dulu tempat yang tenang, di mana tidak ada yang akan mengganggu kita," kata Jupe. "Lalu kita baca artikelnya dengan cermat."
"Keempat remaja itu bergegas menuju ke gudang di belakang rumah lalu masuk ke situ. Bob meletakkan tumpukan korannya dekat mobil Ford model T yang antik. Anak-anak berlutut di lantai, lalu Bob membentangkan surat kabar terbitan Phoenix dengan kepala berita yang tertulis dengan huruf-huruf tebal.
"MOBIL BAJA DIRAMPOK
KAWANAN BERTOPENG MELARIKAN $250.000!
"Pukul 3 siang hari ini, sebuah mobil berlapis baja milik perusahaan pengangkut uang dan kertas berharga, Securities Transport Corporation, dirampok di depan gedung bank Phoenician Savings and Loan Company l North Indian Head Road. Tiga orang laki-laki memakai topi pemain ski yang dibenamkan sebagal topeng penutup muka serta bersenjata senapan baru yang digergaji larasnya memaksa pengemudi Thomas Serrano dan pengawal Jose Ardmore masuk ke bagian belakang mobil pengangkut mereka. Setelah mengikat dan menyumbat mulut Serrano dan Ardmore, kawanan perampok melarikan diri dengan membawa surat-surat berharga yang tidak disebutkan nilainya, ditambah uang tunai sebanyak kurang lebih $250.000.
Menurut seorang saksi mata yang tidak mau disebut namanya, para perampok masuk ke dalam sebuah mobil sedan merek Chrysler yang diparkir dekat mobil pengangkut yang dirampok, lalu meringkuk di lantai kendaraan itu. Kemudian seorang wanita muncul dari sebuah toko alat-alat tulis yang ada di dekat situ. Ia langsung duduk di belakang setir mobil Chrysler yang kemudian dilarikannya ke arah utara. Polisi tidak memperoleh keterangan jelas mengenai ciri-ciri para perampok. Tapi wanita yang membawa mobil dikatakan berumur antara 55 dan 60 tahun, berpotongan langsing, rambut agak beruban, dengan warna kulit segar kecokelatan. Tingginya ditaksir sekitar 1.70 m, dengan berat badan kira-kira 60 kg. Ia memakai celana panjang berwarna gelap, dan baju kaus putih berkerah bulat. Menurut saksi mata tadi, wanita. itu memakai kalung Indian yang sangat besar, terbuat dari perak dan batu pirus.
""Wow!" seru Pete. "Seperempat juta dolar, amblas!"
"Tanggal sembilan Mei," ujar Jupe sambil berpikir. "Koran itu terbitan lima tahun yang lalu. tanggal sembilan Mei. He, Bob, bukankah itu sehari sebelum penutupan Tambang Jebakan Maut diberitakan dalam koran Lordsburg itu""
"Betul," kata Bob. "Dan tanggal sebela
s Mei lima tahun yang lalu, sebuah mobil dicuri di kota itu. "
""Waktu itu," sambung Jupiter, "rumah-rumah yang kini menjadi milik Mrs. Macomber masih kosong semua, karena baru bulan Oktober ia kembali ke Twin Lakes dan membeli rumah-rumah itu. Tapi seseorang yang berada di Phoenix pada tanggal sembilan Mei pernah datang kemari, dan meninggalkan koran itu di salah satu rumah yang kini merupakan milik Mrs. Macomber."
"Gilbert Morgan, buronan yang mati itu!" seru Pete.
"Itu mungkin saja, karena Phoenix tidak begitu jauh dari Lordsburg," kata Jupe. "Seperempat juta dolar dirampok, hanya beberapa hari sebelum Tambang Jebakan Maut ditutup.... Lalu sebuah mobil yang dicuri di Lordsburg dibawa ke Twin Lakes, dan lima tahun kemudian mayat seorang buronan ditemukan dalam tambang yang sudah ditutup itu.... Ya, mungkin saja Morgan pada tanggal sembilan Mei itu ada di Phoenix - di mana la merampok sebuah mobil yang mengangkut uang - lalu setelah itu dengan segera pergi ke Lordsburg, dan dari sana terus ke Twin Lakes. Kurasa kita bisa mereka-reka, apa sebetulnya yang dilakukan olehnya di sini."
"Untuk bersembunyi!" kata Pete mantap.
"Bukan, bukan untuk bersembunyi," kata Jupe. "Takkan ada orang mau bersembunyi di tempat seperti Twin Lakes ini. Di sini, kehadiran orang asing pasti mencolok. Tapi katakanlah, Morgan memang ikut dalam perampokan itu, lalu mencari-cari tempat yang aman untuk menyembunyikan uang hasil perampokan yang merupakan bagiannya. Tempat apa yang bisa lebih aman dari pada tambang yang akan ditutup""
"Tapi jika disembunyikan dalam tambang yang ditutup, lalu bagaimana cara mengeluarkannya lagi"" kata Allie dengan sikap bingung.
"Kurasa terali besi yang biasa-biasa saja tidak merupakan masalah bagi penjahat kawakan," kata Bob.
Kalau begitu, uang itu ada di tangan Thurgood sekarang!" seru Allie bersemangat. "Jika disembunyikan di dalam tambang, sekarang pasti sudah diambil Thurgood! Pantas ia berlagak tidak tahu bahwa di dalamnya ada mayat. Mungkin ia berniat menyingkirkannya secara diam-diam, supaya tidak ada yang menduga bahwa uang itu ada padanya. Tapi sebelum niatnya kesampaian, kita sudah lebih dulu tahu!"
"Kemungkinan itu memang ada," kata Jupiter. "Tapi janganlah kita pikirkan dulu tentang ke mana larinya uang itu, untuk sementara ini. Masih ada satu kemungkinan lain. kenapa Gilbert Morgan memutuskan untuk datang ke Twin Lakes. "
"Bagaimana maksudmu""
"Kita andaikan saja, Gilbert Morgan tahu lebih banyak tentang Tambang Jebakan Maut, daripada sekadar apa yang bisa dibacanya dalam koran terbitan Lordsburg itu. Misalnya saja, ia mengenal seseorang yang pernah bercerita padanya tentang tambang yang sudah tidak menghasilkan lagi - serta segala harta benda milik perusahaan tambang yang dibiarkan terbengkalai. Dan katakanlah, orang yang bercerita itu termasuk kawanannya dalam perampokan!"
"Kau ini mau bilang apa sebenarnya"" desak Allie.
"Setelah sekian tahun bekerja di sebuah toko kecil di Phoenix, Mrs. Macomber kemudian kembali ke Twin Lakes - beberapa bulan setelah peristiwa perampokan. Ia pulang membawa uang yang cukup banyak untuk membeli tanah dan rumah-rumah yang pasti masih lumayan harganya. Jangan-jangan dia itu salah seorang dari kawanan Morgan!"
"Kau sinting!" seru Allie.
"Ah, kurasa tidak," jawab Jupe enteng. "Bob, coba kaubacakan lagi, tentang pengemudi mobil yang dipakai kawanan perampok untuk melarikan diri ini.
Bob menyimak berita di koran itu sebentar.
"Astaga!" seru Bob. "Seorang wanita berumur antara 55 dan 60 tahun, rambut agak beruban, warna kulit segar kecokelatan. Tingginya ditaksir sekitar 1.70 m, dan berat badan kira-kira 60 kilo. Dan ia mengenakan perhiasan Indian!"
"Bagaimana, ada di antara kenalan kita yang penampilannya cocok dengan ciri-ciri itu"" tanya Jupiter.
"Tapi... tapi mestinya kan ada jutaan orang yang ciri-cirinya seperti itu,'. kata Allie berkeras. "Lagi pula, Mrs. Macomber orang baik hati."
""Baik hati atau tidak, bukan itu persoalannya," balas Jupe. "Sewaktu perampokan terjadi, ia masih bertempat tinggal di Phoenix. Hartanya sudah habis, dan waktu itu ia b
ekerja dengan gaji yang tidak mungkin besar. Walau begitu, tidak lama setelah peristiwa perampokan, ia punya uang cukup banyak untuk membeli tanah dan rumah-rumah di sini, dan sekarang ia hidup nyaman - tanpa perlu - bekerja. Mrs. Macomber itu gesit, tenang, dan kepercayaan pada kemampuannya sendiri cukup tebal. Semuanya itu perlu dimiliki oleh orang yang hendak ikut berperan dalam perampokan yang nekat. Dan keterangan mengenai ciri-ciri pengemudi mobil yang dipakai kawanan perampok untuk minggat, cocok sekali dengan dirinya!"
"Memangnya kenapa, kalau cocok"" bentak Allie. "Jupe, kau sedikit pun tidak punya bukti nyata bahwa orang itu Mrs. Macomber!"
"Memang," kata Jupe mengaku. "Tapi aku melihat banyak sekali persesuaian yang menimbulkan pertanyaan. Sedang tentang bukti, itu bisa kita cari, Ia melirik Allie. "Masih ada lagi kemungkinan lain, yang juga perlu kita pertimbangkan. Jika memang betul Mrs. Macomber ikut berperan dalam perampokan terhadap mobil pengangkut uang itu... Ia tidak meneruskan kalimatnya.
"Ayo, teruskan," desak Allie.
"Maka ada kemungkinan, Gilbert Morgan tidak sendirian datang ke Twin Lakes. Mungkin... mungkin ia sama sekali tidak sempat menyembunyikan uangnya.... "
"Maksudmu, sebelumnya ia didorong Mrs. Macomber ke dalam lubang itu sehingga mati"" jerit Allie. "Kau ini benar-benar sudah sinting, Jupiter Jones! Aku tidak sudi lagi mendengar ocehanmu!" Gadis remaja itu berdiri dengan cepat, lalu lari meninggalkan gudang.
Bob memandang Jupiter. "Kau kan tidak sungguh-sungguh menduga bahwa Mrs. Macomber membunuh Morgan, dan merampas uang hasil perampokan yang merupakan bagian buronan itu""
"Tidak," kata Jupiter, "aku cuma tidak bisa menahan diri mengatakan kemungkinan itu pada Allie. Tapi aku takkan heran, apabila nanti ternyata bahwa Mrs. Macomber ada sangkut-pautnya dengan perampokan itu!"
"Bab 13 JANDA ITU MENGHILANG
KEESOKAN paginya ketika sudah selesai sarapan, tinggal Allie beserta ketiga temannya yang ada di dapur. Jupiter makan tanpa sedikit pun berbicara, seperti ada yang sedang dipikirkan. Ketika selesai, sesaat ia masih menatap piringnya yang sudah kosong, lalu menyapa Allie,
"Apa nama toko di Phoenix, yang menurut Mrs. Macomber tempat ia bekerja" Kau tahu tidak""
"Meskipun itu bukan urusanmu," jawab Allie dengan ketus, "tapi nama toko itu Teepee. Mrs. Macomber sering bercerita mengenai toko itu. Seorang wanita bernama Mrs. Harvard membeli toko itu darinya, dan ia tetap dipertahankan sebagai tenaga pramuniaga di situ. Mrs. Harvard itu benar-benar pelit orangnya! Mrs. Macomber pernah mengatakan, wanita itu takkan segan-segan membayar para pembantunya dengan uang yang tidak laku lagi, jika itu dimilikinya."
"O, ya"" kata Jupe menanggapi. "Kalau begitu semakin menarik saja kenyataan bahwa Mrs. Macomber mampu mengumpulkan uang begitu banyak untuk membeli rumah-rumah yang sekarang dimilikinya di sini. Nah, bagian yang ini dari riwayat hidupnya bisa kita teliti."
""Jupiter Jones! Awas kalau kau berani mengutik-utik urusan pribadi Mrs. Macomber!" seru Allie dengan marah. "Dia itu baik hati! Aku suka padanya!"
"Dan kau tidak suka pada Wesley Thurgood," kata Jupe. "Tapi itu tidak lantas berarti Wesley Thurgood itu penjahat, dan Mrs. Macomber bukan. Kalau kau mau tahu, aku sendiri juga suka pada Mrs. Macomber. Tapi selaku detektif, aku tidak bisa membiarkan perasaan pribadiku mempengaruhi penalaranku."
"Ahh, sudahlah!" tukas Allie. "Penalaranmu ngawur, titik! Mencurigai Mrs. Macomber sebagai perampok. Huhh! Ngawur!"
Jupe mendesah. "Begini, Allie," katanya. "Aku tidak tahu, apakah Mrs. Macomber benar-benar berbuat sesuatu atau tidak. Tapi aku tahu ia tinggal di Phoenix ketika seorang wanita yang sangat mirip dengan dia ikut berperan dalam suatu perampokan. Dan seorang buronan yang pernah dipenjara karena merampok ditemukan dalam sebuah tambang yang dikenal baik oleh Mrs. Macomber. Hal-hal seperti itu perlu diselidiki - karena ada kemungkinan bukan cuma kebetulan saja. Sebagai awalnya, kita setidak-tidaknya bisa memastikan apakah Mrs. Macomber- benar-benar- selama sekian tahun itu be
kerja di toko yang kausebutkan tadi."
"Kenapa udak kautelepon saja ke Phoenix"" kata Allie dengan nada menantang. "Nanti akan "kaudengar sendiri bahwa Mrs. Macomber tidak bohong, dan dengan begitu penyelidikanmu sedikit pun tidak mengalami kemajuan."
"Kemungkinan, itu memang ada," kata Jupe mengakui Diikuti teman-temannya, ia pergi ke pesawat telepon yang terdapat di ruang duduk.
Nomor telepon Toko Teepee diperolehnya dari baglan penerangan di Phoenix. Setelah memutar nomor yang disebutkan, ia berbicara dengan suara diberat-beratkan.
"Teepee"... Saya ingin bicara dengan Mrs. Harvard. "
Setelah menunggu sebentar, Jupe berbicara lagi.
"Mrs. Harvard"" katanya dengan gaya serius.
"Di sini Emerson Foster, dari Toserba Bon Ton, di Lordsburg, New Mexico. Ada seorang wanita melamar pekerjaan di tempat kami, namanya Mrs. Henry Macomber. Sebagai referensi, dalam surat lamarannya ia menuliskan nama Anda. Menurut data di sini, ia berhenti bekerja di Teepee sekitar lima tahun yang lalu. Mrs. Macomber mengatakan pada kami bahwa ia minta berhenti dan-"
Jupe berhenti berbicara, sementara dari pesawat telepon terdengar suara orang berbicara. Tapi apa yang dikatakan tidak tertangkap oleh anak-anak yang lain.
"Setelah lima belas tahun"" kata Jupe kemudian.
""Apa kataku"" bisik Allie menanggapi. "Dia jujur, kan""
Tapi Jupe sedang sibuk mendengarkan teman bicaranya di telepon. Wajahnya sangat serius.
"Wah... itu benar-benar luar biasa!" katanya.
"Ya. Y a, baiklah! Terima kasih atas keterbukaan Anda. Sungguh, kami sangat menghargainya. Terima kasih."
Ia mengembalikan gagang telepon ke tempatnya.
"Apa katanya"" tanya Pete.
Mrs. Macomber bekerja selama lima belas tahun di Teepee," kata Jupe. "Ia pergi dari sana pada musim semi, lima tahun yang lalu. Bulan April atau Mei, kata Mrs. Harvard. Waktunya yang tepat, ia tidak ingat lagi. Tapi Mrs. Macomber tidak minta berhenti."
"Jadi dipecat, kata Allie. "Lantas kenapa, kalau begitu""
"Bukan dipecat," kata Jupe. "Tahu-tahu ia tidak muncul lagi. Bahkan menelepon untuk memberi tahu saja pun tidak! Dan ketika salah seorang wanita teman kerjanya di toko datang ke apartemennya untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi, Mrs. Macomber ternyata sudah tidak ada lagi di situ. Sudah pindah, tanpa meninggalkan alamat yang baru."
Allie terperangah. Bob yang selama itu duduk bermalas-malasan di sofa, kini meluruskan duduknya.
"Lima tahun yang lalu, pada musim semi, katanya. "Itu berarti sekitar saat mobil pengangkut uang dirampok. Jupe, mungkin kau benar. Mungkin saja dia yang mengemudikan mobil perampok itu, lalu setelah itu melarikan diri. Aku ingin tahu, di mana ia berada selama sekian bulan antara saat tidak muncul lagi di Teepee, dan kedatangannya kembali di Twin Lakes."
"Mungkin bersembunyi"" ujar Pete.
"Kita tidak boleh terlalu cepat menarik kesimpulan," kata Jupe. "Mungkin ada penjelasan lain mengenai hal itu. Kenapa kita tidak mendatanginya saja sekarang" Barangkali nanti kita bisa memancingnya untuk bercerita tentang Phoenix dan apa yang terjadi pada waktu itu."
"Pemeriksaan secara tidak langsung," kata Pete. Jupe, untuk urusan begitu kaulah yang paling ahli. Yuk, kita ke sana!"
"Kalian ini semuanya brengsek! tukas Allie.
"Baiklah, kalau begitu jangan ikut," kata Pete.
"Tidak, aku ikut. Aku ingin melihat tampang kalian nanti, setelah ternyata bahwa kecurigaan kalian sama sekali tak beralasan."
Tapi ketika anak-anak sudah ke seberang jalan, ternyata pemeriksaan secara tidak langsung tidak bisa dilakukan. Mobil pick-up milik Mrs. Macomber tidak ada di samping rumahnya, dan tidak terdengar jawaban ketika mereka mengetuk pintu depan.
"Mungkin sedang ke kota," kata Allie "Tapi sebaiknya kita bereskan saja urusan ini. Akan kutinggalkan surat di meja dapurnya, mengundang dia makan siang di rumah. Magdalena takkan keberatan."
Ia membuka pintu lalu langsung menuju ke dapur, diikuti oleh anak-anak yang lain.
"Mrs. Macomber"" seru Allie. Setelah ternyata tidak ada yang menjawab, gadis remaja itu masuk ke ruang duduk, mencari secarik kertas. Jupe, Bob dan Pete menunggu di dapur, y
ang saat itu sama sekali tidak serapi satu hari sebelumnya. Panci-panci yang belum dicuci masih ada di atas kompor, dan bak tempat cuci piring penuh dengan perabot makan yang kotor, yang nampaknya sudah ada di situ sejak kemarin.
"He, kurasa Mrs. Macomber akan pergi ke luar kota," seru Allie.
"Kenapa kau sampai berpikir begitu"" tanya Jupe, sambil masuk ke ruang duduk.
Allie menuding ke kamar tidur Mrs. Macomber yang pintunya terbuka. Di tempat tidur ada sebuah koper kecil, dengan berapa potong pakaian terserak di sampingnya.
Jupe menghampiri pintu kamar tidur.
"Kurasa ia sudah pergi," ujarnya, setelah mengamat-amati kamar itu sejenak.
"Haa"" kata Pete, yang datang menyusulnya.
Jupe menunjuk ke lemari yang terbuka.
"Semua pakaiannya sudah dikeluarkan, katanya. "Dan coba lihat laci-laci yang ditarik keluar dari bufet itu! Semuanya kosong. Ia sudah pergi, kawan-kawan - dan kurasa perginya tergesa-gesa!"
""Apa maksudmu"" tanya Allie.
"Kesemuanya ini menandakan keberangkatan yang terburu-buru," jawab Jupe. "Kau kemarin kan melihat keadaan di sini. Segala-galanya, teratur rapi. Apakah Mrs. Macomber itu jenis orang yang pergi dengan membiarkan laci-laci terbuka, pakaian yang kelebihan serta sebuah koper tergeletak begitu saja, serta piring-piring kotor bertumpuk di bak cuci" Tidak - kecuali jika ia benar-benar terdesak waktu. Atau karena tidak bisa berbuat lain."
"Ia diculik!'" seru Allie. "Orang yang mengambil persediaan makanannya kemarin... mungkin Mrs, Macomber melihat orangnya, dan karena itu..."
Orang itu menculiknya, tapi sebelumnya masih sempat mengemaskan pakaiannya dulu"" kata Jupe menyambung. "Itu tidak masuk akal.
"Barangkali Mrs. Macomber pergi berlibur," kata Pete.
"Kemungkinan itu juga kecil," kata Jupe. "Ia takkan tega meninggalkan rumahnya dalam keadaan begini. Lagi pula, kemarin ia sama sekali tidak menyinggung-nyinggung rencana akan berlibur. "
"Mungkin ada urusan keluarga yang sangat penting," kata Bob. "Bisa saja ia menerima telepon, setelah kita pergi dari sini."
Jupe berpikir, sambil menarik-narik bibir bawahnya.
"Itu dugaan yang paling baik sejauh ini, Bob! Tapi masih ada satu kemungkinan lain. Mungkin saja ia memutuskan untuk lekas-lekas pergi, karena kau menemukan koran Phoenix itu."
"Tapi ia kan tidak tahu, berita apa yang ada dalam koran itu," kata Allie. "Ia kan mengatakan, tumpukan koran itu sudah ada ketika ia membeli tempat ini."
"Itu mungkin saja," kata Jupe mengakui. "Tapi jika ia terlibat dalam perampokan itu, dan kemarin sempat sekilas melihat kepala berita di koran Phoenix itu, maka ia pasti tahu apa isi beritanya. Dan ia pun langsung tahu bahwa posisinya berbahaya, karena kau, Allie, karena kau tidak bisa menahan diri! Kau bercerita padanya bahwa kita sedang mengusut masa silam buronan yang mati di tambang itu! Ia takkan memerlukan waktu lama untuk menyadari bahwa ada kemungkinan kita berhasil menarik kesimpulan yang benar, lalu mengajukan berbagai pertanyaan yang memojokkan dirinya. Dan kalau begitu, kau tahu apa yang kemudian dilakukannya""
"Minggat!" kata Pete dengan nada yakin.
"Kalau memang begitu sangkaan kalian, kalian juga harus berani bertindak!" tantang Allie. "Beri tahu Sheriff!"
"Untuk melaporkan apa"" balas Jupiter dengan nada bertanya. "Bahwa Mrs. Macomber meninggalkan rumahnya" Itu kan haknya. Kita tidak punya bukti bahwa ada hubungan antara dirinya dengan Morgan, atau dengan kasus perampokan itu, Semuanya cuma dugaan belaka."
Jupiter pergi ke luar, lalu menuju ke jalan besar lewat jalan mobil yang pendek dan beralas tanah. Kemudian ia berhenti, membungkuk, lalu meneliti jejak ban mobil yang nampak di tanah. Pada teman-temannya yang datang mendekat, ia menuding ke jejak terbaru yang menindih jejak-jejak ban yang selebihnya. Dari jejak yang baru itu dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah mobil pengangkut bergerak mundur untuk keluar dari pekarangan rumah Mrs. Macomber, lalu menuju ke tanah milik Wesley Thurgood.
"Aneh, tidak menuju ke kota, kata Jupiter Jones. "Ia pergi ke arah yang berlawanan."
"Itu jika jejak yang nampak itu berasal dari ban mobi
l pick-up-nya," kata Allie.
"Yang jelas, sama dengan semua jejak ban yang ada di jalan mobil di rumahnya," kata Jupe. "
Keempat remaja itu menelusuri jejak ban yang nampak di atas jalan yang berdebu. Kelihatannya mobil Mrs. Macomber terus berjalan, lewat di depan pintu pagar tanah milik Wesley Thurgood. Ketika anak-anak melewati tempat itu, anjing penjaga yang besar menyerbu ke pagar lalu menerjangnya sambil menggonggong-gonggong dengan galak. Anjing itu sudah tidak dirantai lagi, setelah pagar kawat selesai dipasang. Thurgood sendiri yang tidak kelihatan, begitu pula kedua pekerjanya yang orang Meksiko.
Beberapa ratus meter setelah tanah Wesley rhurgood dilewati, anak-anak melihat ke mana jejak ban mobil yang mereka ikuti membelok, masuk ke suatu lintasan yang rusak berat, sehingga tidak cocok dinamakan jalan. Lintasan itu berkelok-kelok tajam, mendaki bukit.
"Wah... ia masuk ke jalan lama yang menuju ke Hambone," kata Allie kaget.
"Hambone"" tanya Jupe.
Allie menunjuk ke atas bukit. "Di sana, di sebelah atas punggung bukit itu ada sebuah desa tua yang sudah lama ditinggalkan penghuninya. Nama desa itu Hambone. Dulu di sana juga ada tambang, tapi sudah tidak ada apa-apanya lagi - seperti Tambang Jebakan Maut juga. Desa itu kemudian mati, karena di sana tidak ada perusahaan penggergajian yang bisa menyelamatkannya. Aku sendiri belum pernah ke sana. Keadaan jalannya sangat parah. Untuk bisa ke sana, kita perlu memakai jip atau kendaraan lain dengan gardan rangkap."
"Mobil pick-up Mrs. Macomber dilengkapi dengan gardan rangkap," kata, Jupiter, "dan ia jelas-jelas menuju ke sana."
"Kenapa kita tidak ikut naik saja"" kata Pete bersemangat. "Kita ikuti jejak bannya, untuk melihat mengapa ia ke sana. Allie, pamanmu kan punya pick-up dengan gardan rangkap, jadi....
"Tapi aku hanya boleh mengendarainya di dalam pekarangan," kata Allie mengingatkan. Tiba-tiba ia tersenyum lebar. Kita bisa menggunakan kuda," serunya. "Kuda sanggup naik ke atas. Dan kurasa kita perlu ke atas. Jika Mrs. Macomber mengalami kecelakaan di tengah jalan, atau jika mobilnya rusak, ia pasti memerlukan pertolongan. Kita katakan saja pada Paman Harry, kita hendak melihat-lihat sebuah kota yang benar-benar sudah mati. Kota hantu sejati! Kita bawa bekal, untuk makan siang!"
"Kau yang mengatakan padanya. Allie," kata Pete. "Dibandingkan dengan kami bertiga, kau jauh lebih jago kalau disuruh mengarang-ngarang cerita!"
Bab 14 DI UJUNG JEJAK "MAGDALENA menyiapkan bekal makanan yang banyak untuk Allie serta teman-temannya. Mereka menaruhnya dalam kantung pelana kuda-kuda yang akan mereka tunggangi.
"Hati-hati dengan api nanti, jika kalian memanggang sosis," kata Magdalena dari beranda. "Jangan sampai terjadi kebakaran. Ia melambai ketika anak-anak berangkat.
Allie menunggang Indian Queen, kuda Appaloosa-nya yang bagus. Jupe mengendarai seekor kuda betina yang bertubuh tegap. Sikap duduknya agak canggung, dan tubuhnya agak berkeringat.
Lain halnya dengan Pete. Ia duduk dengan santai di atas seekor kuda kebiri yang kekar. Sedang Bob menunggang kuda Paman Harry yang ketiga, seekor kuda tunggang dengan bulu bertotol-totol. Anak-anak menderapkan kuda-kuda mereka melewati pintu pagar Thurgood, dan menyebabkan anjing penjaga menggonggong-gonggong. Kedua pekerja Meksiko yang saat itu sedang mengecat pondok majikan mereka, berhenti bekerja sebentar untuk memandang anak-anak yang lewat.
"Allie berada pada posisi paling depan, ketika mereka mulai mendaki bukit. Jupe dekat sekali di belakangnya dengan kuda betina tunggangannya. Kuda itu lebih tertarik menggigiti rumput yang tumbuh di tepi lintasan, daripada mendaki ke atas lereng. Sekali Allie membalikkan kudanya, lalu menyentakkan tali kendali kuda Jupe,
Kepalanya jangan kau bolehkan menunduk!" kata gadis itu mengomel. "Ayo, jangan buang-buang waktu!"
Wajah Jupe memerah. Disentakkannya tali kendali, dan itu menyebabkan kuda betina tunggangannya mempercepat langkah. Tapi kemudian kembali lagi melangkah dengan santai, setapak. demi setapak.
"Kalau begini terus, bisa nanti malam kita baru sampai!" seru All
ie jengkel. "Ayo, maju!" Jupe membentur-benturkan pahanya yang gempal ke rusuk kudanya. Tapi tunggangannya itu tetap saja melangkah terkantuk-kantuk.
"Takkan ada orang yang akan mengira kau ini Lone Ranger, pembela keadilan daerah Barat yang gagah perkasa," kata Bob menertawakan Jupiter. Tapi ia sendiri menunggang kudanya dengan sikap kaku, sambil sebentar-sebentar ia memandang ke bawah lereng yang terjal dan berbatu-batu. "Aku tidak kepingin jatuh di sini," gumamnya.
Keempat remaja itu terus menanjak dengan kuda-kuda mereka. Sekali-sekali nampak bekas ban mobil Mrs. Macomber, di bagian-bagian lintasan yang ada pasirnya. Pohon-pohon pinus yang tumbuh di kiri-kanan menghalangi pandangan ke samping. Pukul satu lewat, akhirnya mereka sampai di puncak bukit yang gundul. Dan tidak lama kemudian mereka sudah berkuda dengan santai di jalan utama yang berdebu di desa Hambone. Di sekeliling nampak rumah-rumah kayu yang kering-kerontang dengan jendela-jendela yang sudah rusak, serta papan-papan dinding yang tidak dicat dan sudah melengkung, terlepas dari tiang-tiang penopang. Kerangka per tempat tidur yang sudah berkarat tercampak di jalan, di antara kaleng-kaleng bekas, perabot rusak, serta serpihan kaca pecah.
Allie turun dari kudanya. Ia menambatkannya ke sandaran pagar serambi depan sebuah bangunan kayu, yang dulunya merupakan kedai serba ada di desa itu Anak-anak yang lain ikut turun. Dengan gerak-gerik kaku karena tidak biasa menunggang kuda, mereka menambatkan tunggangan masing-masing ke sandaran yang sama.
"Suram," Pete celingukan, seakan-akan memperhitungkan bahwa sebuah kota hantu mestinya betul-betul ada hantunya.
"Menurut Paman Harry, beginilah jadinya kota yang sama sekali ditinggalkan penghuninya," kata Allie. "Orang-orang iseng berdatangan, lalu merusak dan mencampakkan barang-barang lewat jendela, sehingga kaca berantakan. Ia menuding sebuah bangunan besar di jalan utama itu juga. Bangunan itu mirip dengan yang terdapat di tanah .Wesley Thurgood. Dinding dan atapnya dari seng bergelombang yang sudah berkarat, dan lubang-lubang besar yang menganga menampakkan ruang sebelah dalamnya yang gelap. "Mestinya, itulah tempat mereka dulu mengolah hasil penggalian tambang," katanya.
Pahlawan Dan Kaisar 19 Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana Tawanan Azkaban 2
^