Pencarian

Candle Light Dinner 2

Lupus Candle Light Dinner Bagian 2


Setelah asyik ngembat ikan bakar, Gusur, Boirn, Adi, dan Nyit Nyit
akhirnya pada tau diri, mereka pergi ke karaoke, meninggalkan
Lupus dan Poppi. "Ssst, kita harus tau diri dong!" kata Nyit Nyit. "Kasih kesempatan
ama mereka...." Tapi Gusur langsung protes, "Lho, ikannya belum abis...."
"Alaaa. .. tinggal durinya doang!" ujar Boim.
"Biar duri tapi kan bisa dibakar, Im. Jadi gurih dong!"
Akhirnya Nyit Nyit menarik tangan Boim dan Gusur. "Udaaaah!"
"Tapi kita mojok juga ya, Nyit"" kata Boim masih menyempatkan
melobi Nyit Nyit. "Mojok aja lo sana sama puun kelapa!" kata Nyit Nyit sambil
memanyunkan bibirnya. Adi ngakak. Boim melotot ke Adi. Mereka pun pergi.
Lupus ngeliat anak-anak pergi, langsung nembak Poppi yang
masih asyik makan ikan bakar.
"Pop... ng, saya mau ngomong...," kata Lupus terbata-bata.
"Ngomong apa, Pus"" tanya Poppi sambil ngelirik ke Lupus.
Lupus agak gugup. "K-kamu s-sayang nggak sih sama saya""
Poppi tersenyurn, lalu tangan satunya mengacak-acak rambut
Lupus. "Sayang dong... Siapa sih yang nggak sayang sama cowok
sebaik kamu, Pus...."
Lupus nyengir. Kege-eran.
"Tapi kalo buat pacaran, saya kayaknya sih belum siap. Soalnya,
saya masih dendam ama cowok... Kan kudu recovery dulu dong...
Masih trauma nih...," kata Poppi.
Lupus nyengir lagi. "Iya, Pop... nggak papa kok. Saya nggak maksa kamu untuk cepet-cepet jadian.... 0 ya, Pop, minggu depan kan kamu ulang tahun....
Mau kado apa"" tanya Lupus.
Poppi tersenyum lagi. "Aduh, Pus, kok kamu inget sih" Saya jadi
terharu deh... Nggak usah deh, Pus... nggak usah ngasih apa-apa....
Apa yang kamu lakukan ini aja udah terIalu baik buat saya. Saya
nggak tau gimana harus ngebalesnya. ..."
Poppi merebahkan kepala ke pundak Lupus. Lupus bahagiaaaa
sekali.... Wajahnya langsung surnringah. Terakhirnya Lupus nyium...
rambutnya Poppi. Ihik... Ihik... glek....
Lupus nelen kutu! 4 CANDLELIGHT DINNER SEBUAH kado mungil terbungkus r
api tergeletak di atas meja
kamar Lupus. Saat itu masih pukul enam pagi. Dan penghuni
kamarnya masih terkulai dengan mata berbinar. (Lho, emang
bisa" Ya, buat Lupus - nggak ada yang nggak bisa, apalagi kalo
doski lagi kasmaran!) Dan beliau baru bangun ketika tiba-tiba
weker di sana berbunyi kencang. Saking terkejutnya, Lupus
sampe mengambil weker itu dan hendak membantingnya.
"Eeh, jangan! Jam satu-satunya...!" katanya mengurungkan niatnya
dan langsung lompat dan berdiri di lantai. Ia mengucek-ngucek
matanya, lalu dengan langkah paling panjang menuju ke ruang
tamu. Di ruang tamu pembantunya lagi menyapu dan membersihkan
sofa dengan santai. Lupus langsung mengambil telepon, memutar
sebuah nomor, menantikan hubungan tersambung dengan
tegang. Sambil menunggu telepon di sana diangkat, Lupus iseng-iseng ngambil suara, "Haaaap... py birthday to you..."
Sampe-sampe si pembokat geleng-geleng kepala ngeliatnya.
Tiba-tiba Lupus ngerasa telepon di seberang sana ada yang
ngangkat, langsung aja dia menegakkan badannya biar suara yang
keluar bisa lebih jernih, dan doski langsung nyanyi dengan
syahdunya, "Happy birthday to you... happy birthday to you...
Happy birthday, dear Pappi...!"
Sementara yang nerima telepon di seberang sana mesem-mesem
aja, soalnya yang ngangkat telepon bukan Poppi. "Sorry, ini bukan
Poppi! Mau bicara sama Poppi, ya""
"Hah"" Lupus kaget. "Iya... iya... sorry! Siapa nih""
"Saya... sebelurnnya boleh saya berkomentar tentang suara situ"
Hm... lumayan sebagai pemula... oh ya, saya ini asistennya
Poppi...," jelas suara di seberang itu.
"Ala, asisten asisten! Pembokat aja lo! Cepetan panggilin Poppi
dong! Urgen nih!" Akhirnya Lupus menunggu sejenak, dadanya makin deg-degan.
Dan tak lama kemudian Lupus langsung nyanyi lagi, karena
mendengar nada sapaan di ujung sana. "Happy birthday to you...
Happy birthday to you... Happy birthday, dear Pappi..."
"Sorry, ini Lupus, ya" Ini Tante, Pus. Maminya Poppi. Poppi-nya
masih ada di kamarnya, nah, ini dia!"
"A-apa"" Lagi-lagi Lupus menutup mulutnya. "Eh, maaf, Tante,
abisan udah nggak sabar."
Kali ini pembantu Lupus nggak tahan nahan ketawanya, dia
langsung ngikik sambil meninggalkan ruangan.
"Hai, Pus, ada apa pagi-pagi nelepon""
"Eh, Poppi, ya" Aduh, keduluan deh. Harusnya saya nyanyi dulu,
biar surprise..." "Ya, udah, lo mo nyanyi apa""
Lupus langsung nyanyi dengan sernangatnya, "Happy birthday to
you...! Happy birthday to you... "
"Ah, fals, fals.. .," kata Poppi menggoda sambil ketawa.
Lupus jadi diem. Poppi juga diem. Sejenak mereka diem-dieman.
Padahal pulsanya jalan terus.
"Terima kasih, Pus!" kata Poppi akhirnya.
"Ada pestanya, nggak"" tanya Lupus setelah suasana sedikit cair.
"Masalahnya saya nggak mau jadi pusat perhatian! Lagian ulangan
umum udah deket! Jadi, nggak ada party-nya!" jawab Poppi.
"O, gitu. Ya udah, met ultah ya, sampe ketemu nanti. Bye."
"Bye." *** Sekolah masih sepi, tetapi Lupus dan Poppi udah berjalan
berduaan di koridor sekolah.
"Eh, Pop, gimana kalo kamu saya undang untuk makan malam di
warung saya, di balkonnya. Saya mau ngasih sesuatu yang paling
berkesan," kata Lupus dengan tatapan penuh harap.
Poppi tersenyum. "Jangan deh, Pus!"
"Ayo dong, Pop. Ini kan ulang tahun kamu, hari bersejarah!"
Lupus maksa. Poppi diam. "Saya janji nggak ada rame-rame! Kita berdua aja," urai Lupus
lagi. "Saya kan udah bilang, no party! Saya mau di rumah aja!" Poppi
coba mempertahankan keinginannya.
Lupus diam, kehilangan akal.
"Ayolah, Pop, please! Saya mau masak nih buat kamu. Yang
spesial." "Emangnya kamu bisa masak"" Poppi rada tertarik.
"Bisa! Buat kamu sih bisa!"
Tapi Poppi tidak memberikan komentar apa-apa lagi.
"Nggak jawab artinya iya!" tembak Lupus.
Poppi mempercepat langkah kakinya.
"Iya apa nggak""
"Nggak jawab berarti iya"" tanya Poppi sambil menghentikan
langkahnya. "Iya!" tegas Lupus.
"Kalo gitu saya nggak mau jawab ah," ujar Poppi sambil senyum
tipis. Lupus melonjak girang! *** Pas Lupus pulang sekolah, Lulu dan Mami udah ngeduluin makan
siang. Mereka udah kelaparan nungguin Lupus yang hobi
kelayapan dulu. Lupus langsung aja nyusul ke meja makan.
"M i, Mami kan sayang sama Lupus" Jadi Lupus ada satu
permintaan!" Begitu duduk, kata-kata rayuan Lupus langsung
diumbar. Lulu coba menebak. "Hm, pasti mo minta ganti Vespa
sama Harley!" "Nggak, Mi! Hari ini hari ulang tahunnya Poppi, dan Lupus mau
ngundang Poppi makan malam di warung kita. Jadi gimana kalau
malam ini warung ditutup"" usul Lupus.
"Ditutup" Jangan, Mi, kita dapat duitnya dari mana"" Lulu
langsung bereaksi. Mami juga kaget. "Ditutup""
"Lupus mau masak buat Ppppi, mau buat acara spesial berduaan.
Biar tidak ada yang mengganggu, makanya lebih baik warung
ditutup," jelas Lupus.
"Mau buat acara apa sih"" tanya Mami pengen tau.
"Candlelight dinner, Mi! Makan malam sambil dikelilingi lilin-lilin
yang bertebaran di mana-mana...," jawab Lupus sok romantis
"Jangan dikasih, Mi! Yang ada ntar warungnya kebakar!" sergah
Lulu. Lupus melototin Lulu. Mami moor sejenak. "Gimana, ya""
"Ayo dong, Mi! Masa sih nggak mau menyisakan satu hari aja! Ini
juga bukan malem Minggu, malem Rabu. Siapa yang mau datang
hari Selasa" Tanggal tua, lagi. Pokoknya nggak bakalan rugi!"
desak Lupus. "Siapa bilang tanggal tua nggak ada yang datang. Siapa tahu aja
tiba-tiba Bapak Hessel Mandey datang bawa tim sepak bolanya"
Kalau udah gitu, siapa yang rugi"" Lulu masih coba
mempengaruhi Mami. "Nggak bakalan datang! Tim sepak bolanya udah bubar! Ayo dong,
Mi!" rajuk Lupus. "Jangan dikasih, Mi!" tentang Lulu.
"Gini aja," kata Mami coba mengambil keputusan, "kita
membangun warung dengan semangat kebersamaan. Demokrasi
harus ditegakkan. Jadi kita voting aja. Lulu, Mami, Lupus, harus
memberikan keputusan. Sekarang, siapa yang setuju kalau
warung ditutup""""
Lupus mengangkat tangannya. Lulu dan Mami pura-pura nggak
melihat. Lupus memandang Mami dan Lulu. Mereka malah sibuk
makan. Tiba-tiba Lulu seakan-akan mengangkat tangannya, tetapi
tujuannya hanya untuk mengambil salah satu makanan.
"Lu, elo ngangkat tangan!" teriak Lupus.
"Kapan"" Lulu pura-pura bego.
"Barusan!" "Ih, siapa yang angkat tangan" Orang gue mau ngambil ayam.
Yeee!" Lupus diam. Lulu masih mengangkat tangannya, tapi kemudian
mengambil tempe goreng. Akhirnya Lupus menurunkan
tangannya. "Oke, Lupus kalah!" desahnya.
Tetapi tiba-tiba Lulu mengangkat tangannya lagi. Melihat tangan
Lulu tetap di atas, Lupus semangat dan malah ikut-ikutan
ngangkat tangan lagi. "Lu, elo ngangkat tangan buat gue""
"Lihat dong!" Tangan Lulu bergerak mengambil kerupuk, tapi kemudian tegak
lagi. "Warung ditutup!" kata Mami mengetuk-ngetukkan sendok ke atas
meja mengambil keputusan setelah ngeliat Lulu ternyata memberi
dukungan pada Lupus. Dan Lupus langsung mengacak-acak
rambut Lulu! *** Siang itu keadaan warung gaul kacau-balau dan rupanya tadi
malam belum sempat dibersihkan oleh petugas. Lupus
mengambil sapu dan membersihkan semuanya. Di balkon, alias
lantai dua warung Lupus itu, dia mengatur keadaan sehingga
tampak rapi. Dia juga mengatur letak meja, terutama letak meja
yang akan ia pakai makan bersama Poppi. Setelah itu Lupus pergi
ke supermarket untuk berbelanja barang-barang yang dia
perlukan. Dia kelihatan bingung. Mengambil satu barang
kemudian menaruhnya lagi, pergi ke sebuah tempat mengambil
sayuran kemudian menaruhnya kembali. Mengambil spaghetti,
lalu menaruhnya di tempat semir sepatu. Ngambil semir sepatu
ditaruh di freezer tempat es krim! Benar-benar bingung!
Tapi akhirnya Lupus berhasil juga menentukan masakan yang
akan dibuatnya, maka ia segera saja memasukkan barang-barang
keperluan ke dalam keranjang.
Begitu Vespa Lupus masuk dan parkir di depan warung gaul, di
sana udah ada dua pendekar yang katanya sahabat sejatinya.
Lupus memancarkan senyuman yang dibalas sapaan ramah oleh
Boim dan Gusur. Boim dan Gusur menghampiri Lupus yang
memang membawa dua plastik shopping bags.
"Aduh, kebetulan daku lapar!" sambut Gusur gembira.
"Biar gue yang bawa, Pus!" kata Boim.
Dan Lupus membiarkan dua sahabatnya membawa tas plastik itu.
"Ngapain lo-lo ke sini"" tanya Lupus setelah mereka masuk ke
dalam warung gaul. "Emangnya nggak boleh" Gue datang kan mau ngasih tahu kalau
gue masih sahabat elo!" jawab Boim.
Lupus duduk. Gusur menaruh tas belanjaan di meja. Boim duduk
berhadap-hadapan dengan Lupus.
"Oke, apa yang akan kita masak"" tanya Boim.
"Tunggu dulu. Im, Sur, gue bukannya ingin mengusir, tapi hari ini
gue nggak mau diganggu!" kata Lupus.
"Gue tahu, lo mau makan malam sama Poppi, kan"" tebak Boim.
Lupus heran kenapa dua makhluk ini tahu.
"Lulu yang kasih tau. Dia merasa dikau tidak sanggup untuk
memecahkan segala masalah sendiri. Mulai dari genset sampai
membuat dessert! Daku bermaksud baik, daku hanya mau
bantu...," urai Gusur.
"Hanya mau bantu kok, setelah semua kelihatan beres, gue dan
Gusur pulang!" timpal Boim. "Tapi, yang gue minta, hargailah gue
sebagai temen yang ingin membantu, jadi gue hanya minta makan
gratis aja!" Lupus diam sebentar. "Ya, sekarang gini, kupas dulu semua
sayuran!" Gusur langsung membawa semua bahan makanan. Begitu pula
Boim. Lupus melihat keseriusan dua sahabatnya.
"Pokoknya, jangan melangkahi prosedur, hanya dikupas,
dibersihkan!" titah Lupus. Boim dan Gusur ke dapur. Lupus sibuk
melihat kembali buku masak Mami.
*** Usai magrib Poppi pun sudah menyiapkan diri untuk berangkat
menemui Lupus. Dia sudah berdandan. Tapi tiba-tiba bel rumah
berbunyi. Poppi langsung menuju ke pintu dan membukanya.
Poppi kaget ketika dilihatnya Rainbow berdiri di ambang pintu.
"Saya inget hari ini ulang tahun kamu, jadi saya datang mau
ngucapin selamat! Selamat ulang tahun!" ujar Rainbow dengan
suara khasnya. Mereka bersalaman. Tak ada sun pipi.


Lupus Candle Light Dinner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saya juga mau ngundang kamu makan malam! Kebetulan saya
sudah reserved tempatnya! kata Rainbow lagi.
"Saya udah janji sama Lupus!" ujar Poppi tegas.
Sejenak Rainbow kaget, tapi kemudian ia berkata lagi, " Aduh,
gimana ya, berarti harus dibatalkan! Tapi, gimana kalo kita
minum aja" Saya mau bicara sesuatu, penting!"
"Bukannya semuanya udah jelas"" kata Poppi.
"Please, pokoknya ini yang terakhir kali kita jalan!" Rainbow
memohon. Poppi diam. "Saya tahu kamu marah, saya cuma mau baikan, saya cuma mau
menghargai hari ulang tahun kamu! Please!"
"Tapi saya udah janji ama Lupus!" ulang Poppi.
"Jam berapa""
"Ya malam ini!"
"Masih ada waktu, kan"" kata Rainbow sambil melirik ke jam
tangannya. "Ini masih magrib. Saya cuma butuh setengah jam
kok!" "Ini yang terakhir kali kita jalan! Janji"" ujar Poppi.
"Janji!" Akhimya Poppi dengan wajah agak lesu menuruti kemauan
Rainbow. Sementara itu Lupus, Boim, dan Gusur masih sibuk di dapur.
Lupus mengatur langkah-langkah yang dibuat sehingga Boim dan
Gusur tidak membuat kekacauan. Intensitas kesibukan makin
jelas dan tegas, dan Lupus tampak gembira.
Tak lama kemudian Lupus sudah menyiapkan banyak sekali lilin,
yang diletakkan di sebuah seng yang spesial dibuat. Dia menaruh
lilin-lilin itu di sekeliling meja, dan di sudut-sudut warung. Boim
dan Gusur membantu, menyusun lilin satu per satu.
"Gue belon pernah makan malam dengan lilin sebanyak ini!"
komentar Boim. "Dikau apa bisa makan dengan lilin sebanyak ini, Pus"" tanya
Gusur bloon. "Eh, jangan banyak ngomong. Udah telat nih!" sungut Lupus.
"Kalo gitu, lilinnya kurang nih!" ujar Boim.
"Ya udah, gue beli lagi!" kata Lupus sambil melangkah pergi.
Abis beli lilin di mini market, Vespa Lupus mampir sebentar di
sebuah pompa bensin di sudut yang memang khusus untuk
Vespa, yang ngejual bensin campur. Saat membuka tutup tangki,
tanpa Lupus sadari mobil Rainbow sudah ada di sisi lain. Rupanya
Rainbow beli bensin juga. Poppi ada di dalam mobil itu dan tidak
melihat Lupus: Lupus jug tidak melihat Poppi. Rainbow
membayar dan mobil itu pun pergi.
*** Rainbow dan Poppi memilih duduk di sebuah tempat yang super-romantis. Dekat kaca sehingga terlihat dari luar. Rainbow
mengeluarkan kado. Poppi menerima dan langsung dibukanya.
Parfum. Poppi diam, tapi hatinya senang.
"Orang bilang kalau ada cowok memberi kan hadiah parfum sama
ceweknya, mereka pasti akan putus. Sekarang kita sudah putus,
jadi saya nggak ada beban ngasih parfum ini!" kata Rainbow.
"Terima kasih!" jawab Poppi pendek.
"Kita sahabat, kan"" tanya Rainbow kemudian.
Poppi mengangguk. "Tahu nggak, saya kira dulu kamu sama sekali tidak akan
membuat say a jadi begini. Maksudnya, saya sama sekali nggak
nyangka kalau makin sering bersama kamu, saya jadi sayang
sama kamu. Sampai waktu nggak ketemu kamu, saya merasa
kehilangan." "Ada apa dengan Bella"" selidik Poppi.
Rainbow diam. "Sejak waktu itu, saya nggak pernah jalan sama dia. Kami kan
cuma ternan. Dari dulu sampai sekarang, cuma ternan. Nggak
pernah lebih," jelas Rainbow seperti hendak meyakinkan Poppi.
"Udah ah, nggak usah ngomong itu lagi," kata Poppi mengalihkan
pembicaraan. Di warung Lupus, lilin-lilin sudah dipasang sedemikian rupa di
balkon. Tapi di dapur, Boim, Gusur, dan Lupus masih keliatan
ribut. "Daku pernah baca yang namanya tom yang kung isinya seafood
semua, dan nggak pakai santan. Kalau tom yang kung Thailand,
pakai udang!" ujar Gusur panjang-lebar.
Boim menaruh beberapa jenis makanan ke dalam rantang yang
butut. Dia lalu mengambil garam yang tersimpan pada sebuah
tempat. Boim menuangkannya tetapi garam itu tidak keluar,
rupanya setiap lubang telah tersumbat. Boim lalu membuka
tutupnya, mengambil sedikit garam, menyebarkannya di atas
makanan dalam rantang. Dia lupa menutup erat-erat temp at
garam itu. "Eh, bacaan elo lain ama bacaan gue! Tom yang kung boleh pakai
santan! Tom yang kung Thailand, ada santannya. Udah, masukin
aja!" kata Boim protes.
"Eh, tunggu! Di sini memang ada tulisan santan, tapi nggak jelas
apa ini termasuk tabel tom yang kung atau yang lain!" kata Lupus.
"Percaya daku, Pus. Tanpa santan," kata Gusur.
"Kayaknya lo yang bener, Sur. Tanpa santan."
Dan Gusur menaruh kembali santannya.
"Oke, saudara-saudara sekalian. Tugas kalian sudah sampai di sini
aja. Makanan boleh diambil tapi jangan banyak-banyak! Gue
nggak mau elo-elo makan di sini! Sudah, pulang!"
Oke, gue juga tahu diri, nggak mau ganggu elo. Sur, ayo cabut!"
kata Boim yang sudah menaruh makanan di rantang.
"Pus, bagi duit dong!" kata Gusur. "Buat ongkos dan beli cendol
nih! Daku mau buat acara cendol-light dinner ama Boim!"
Lupus tersenyum. Ia mengambil sejumlah uang dan
memberikannya kepada Gusur.
Dua orang ini lalu pergi. Lupus pun langsung berjalan ke dapur.
Dia melihat makanan yang sudah ditata begitu rapinya. Lupus
mencicipi sup yang dibuat, dia lalu mengambil tempat garam dan
langsung menuangkannya. Lupus terkejut karena semua garam tumpah ke dalam sup.
"Mamamia let me go!" jerit Lupus.
Lupus kelabakan. Dia panik. Dia mencicipi sup itu. Asinnya bukan
main! Lupus duduk lesu. Dia melihat jam tangannya. Semangatnya tiba-tiba kembali. Lupus pun bergegas pergi.
Poppi ama Rainbow masih ada di restoran.
' Sebenarnya saya ingin seperti dulu!" kata Rainbow. "Saya baru
ngerasa, kalau kamu orang yang spesial!"
"Udah terlambat," kata Poppi.
"Kita bisa kayak dulu lagi nggak, Pop"" tanya Rainbow.
Poppi menggeleng. "Kamu lebih baik pulang, mandi air hangat,
dan jatuh cinta lagi sama orang lain. Ada jutaan cewek manis di
luar sana." "Tapi hanya ada satu yang seperti kamu!"
Poppi melihat jam tangannya. Dia gelisah.
"Saya udah telat!"
"Oke, kita pergi," kata Rainbow. Dan kemudian mereka berdua
meninggalkan restoran. Tapi pada saat yang sama, Vespa Lupus justru berhenti tepat di
seberang restoran itu. Lupus mau membeli makanan di sebuah
restoran yang terkenal dengan capcay-nya. Lupus nggak sengaja
menoleh. Saat itulah dia melihat Poppi bersama Rainbow keluar
dari restoran di seberangnya. Tentu saja Lupus kaget. Dia mau
teriak, tapi bisa menahan diri. Dan nafsu teriaknya dia salurin ke
pelayan restoran. "Bang, capcay kuahnya duaaaa!"
"Eh, Dik, beli sih beli, tapi nggak usah pake teriak dong!"
"Sorry, sorry, saya lagi latihan vokal...." Dengan gerak refleks
Lupus segera mencari tempat sembunyi. Dadanya bergetar hebat.
Dia mau marah, tapi nggak berani menghampiri mereka. Dia
malah ngumpet di dalam restoran, dan terus melihat Rainbow
yang dengan jentelnya membukakan pintu mobilnya untuk Poppi.
*** Sejam kemudian, Poppi datang dengan terengah-engah ke warung
Lupus. Dilihatnya warung gaul gelap gulita. Dia heran. Kok nggak
ada tanda-tanda kehidupan"
Poppi masuk. Tiba-tiba sepasang tangan megang bahunya. Poppi
terkejut. "Surprise!" teriak Lupu
s. Poppi masih kaget. "Kok gelap!"
"Sengaja. Kita makan di balkon, tapi tutup dulu mata kamu!" kata
Lupus. Poppi tersenyum. Dia lalu menutup matanya. Lupus dengan hati-hati menuntun Poppi naik tangga hingga sampai ke balkon.
"Sekarang buka matanya pelan-pelan!"
Poppi membuka matanya dan terlihatlah sebuah meja yang di
tata super-indah. Ada lilin-lilinnya, bunga, dan sehelai kartu. Di
samping meja, banyak sekali lilin-lilin kecil, tersebar di setiap
sudut. Nyala api itu begitu memesona. Poppi sangat gembira dan
terharu. "Pus, ini...!" Poppi lalu mencium pipi Lupus. Lupus nyengir.
"Shall we""
Mereka jalan menuju ke meja. Lupus mengulurkan kartu.
"Ini kartu untuk kamu."
Poppi membacanya. "Selamat ulang tahun yang keenam belas, semoga panjang umur!"
"Saya udah kehabisan kalimat! Jadi tulisannya biasa banget! Dan
ini!" kata Lupus menyerahkan bungkusannya. Poppi
membukanya, ternyata sebuah album CD kegemaran Poppi, The
Corrs. "Terima kasih, Pus!"
Mereka lalu duduk. Poppi masih melihat sekelilingnya.
"Sori terlambat, saya nganter Mami dulu ke dokter gigi!" ujar
Poppi boong. Lupus langsung terdiam mendengar keterangan itu, wajahnya
yang penuh cengiran berubah jadi bete abis. Poppi jadi bingung.
"Pus..." "Kenapa sih kamu harus boong ama saya"" tembak Lupus tiba-tiba.
Poppi diam, heran. "Saya tadi lihat kamu sama Rainbow," ujar Lupus lagi.
"Pus, itu cuma..." Poppi bener-bener nggak bisa nerusin
kalimatnya. Wajahnya memerah kayak pejabat yang ketahuan
punya ijazah palsu. "Saya nggak senang dibohongi! Kalo memang kamu masih sama
Rainbow, ya udah, sana!" jawab Lupus tegas.
"Sori, Pus, saya bukan mau bohongin kamu. Biar saya jelasin.. .."
"Tadi kamu bilang pergi ke dokter gigi! Apa itu nggak bohong"
Padahal kamu pergi sama Rainbow, sementara saya di sini masak,
masang lilin, karena saya mau menghargai kamu. Karena gadisku
ini ulang tahun yang keenam belas!"
Poppi menghela napas. "Oke, saya bohong! Saya tadi pergi sama
Rainbow karena dia mau bicara sesuatu ama saya. Saya bilang
saya udah janji makan malam ama kamu dan..."
Lupus memotong, "Kalo kamu masih suka sama Rainbow, jujur
aja. Saya nggak apa-apa kok. Kalo dulu-dulu kamu juga pernah
boong sama saya, bilang aja, Pop! Bohong apa lagi" "
Poppi bangkit, wajahnya memerah karena marah. "Pus, saya
bohong karena saya nggak mau nyakitin kamu! Sekarang saya
serbasalah. Saya minta maaf kalau saya bohong! Saya mau pergi
sama Rainbow, karena saya nggak mau ngecewain orang lain pada
hari ulang tahun saya!"
"Tapi kamu sekarang ngecewain saya! Pop, nggak ada kamu juga
saya bisa hidup!" Poppi melihat Lupus. Tiba-tiba bertiuplah angin yang kencang
sekali, mematikan semua lampu bahkan memorak-porandakan
suasana warung itu. Poppi hampir mau menangis, tetapi
ditahannya. Dia memandang ke arah Lupus, tapi Lupus tak
menghiraukan dia. Poppi lalu mengambil tasnya, dan pergi.
"Nih, ambil kadonya!" ujar Lupus.
Tapi Poppi tak mengindahkan panggilan Lupus.
Lupus akhirnya diam dan menutup wajahnya... Sedih....
5 MAD ABOUT YOU PAGI itu Lupus dengan santai berjalan sendirian memasuki
gerbang sekolah. Sementara di depannya udah ada Poppi dan Nyit
Nyit yang kayaknya juga baru pada sampai.
"Halo, Nyit Nyit!" sapa Lupus ke Nyit Nyit dingin, dan tatapannya
masih terus mengarah ke depan dan mulutnya sibuk mengunyah
permen karet. "Hello Kitty... eh halo Lupus!" balas Nyit Nyit kaget karena nggak
nyadar di belakangnya muncul Lupus.
Lupus melihat ke arah Poppi. Lalu menyapanya juga, tapi
suaranya yang keluar terasa lebih dingin dari waktu menyapa Nyit
Nyit. Saking dinginnya bibirnya sampe biru!
"Hai...!" ujar Lupus.
"Hai, Pus!" jawab Poppi hangat.
Tapi Lupus terus aja berjalan menuju kelasnya meskipun balasan
yang diberikan Poppi superhangat. Poppi akibatnya cuma
memandang punggung Lupus dengan tatapan nelangsa.
Tiba-tiba Adi Darwis muncul. "Ladies, ladies... nanti bulan
November gue ulang tahun, apa elo-elo bisa buat surprise party
buat gue"" ujar Adi Darwis heboh membuyarkan suasana
romantis di pagi itu. "Bisa... bisa!" jawab Nyit Nyit sebel. Uh, pagi-pagi udah ketemu si
ember, mendingan diuber anjing gila deh! "Ya
, nanti kita buat aja di Kebon Binatang Ragunan! Hadiahnya bekantan yang bisa
ngucapin happy birthday!"
"Wow, spooky!" teriak Adi Darwis histeris.
Untung bel berbunyi. Sehingga Nyit Nyit bisa punya alasan
melangkah cepat meninggalkan Adi Darwis. Tapi Adi-nya nggak
tau diri, dia tetap meningkahi langkah-langkah kaki Nyit Nyit dan
Poppi. "Eh, Lupus udah dateng belon, ya" Dia minjem duit ke gue, buat
beli CD, katanya sih buat kado siapa, gitu! Sekarang gue Be-U-Ce-Pe- Te nih...!"
"Baru aja lewat. Tuh uber sono!" kata Nyit Nyit.
Adi langsung melesat. Sementara Poppi jadi nggak enak ati, mengetahui kado CD dari
Lupus yang ditolaknya tempo hari adalah hasil utangan. Dia
ngerasa berdosa telah menyepelekan kado itu.
Di dalam kelas Lupus melihat bangku Boim, Gusur, dan Fifi Alone
masih kosong. "Eh, pada ke mana tu orang" Udah ari gini belon pada nongol."
Ketika Lupus barn meletakkan pantatnya ke kursi, Poppi muncul
dan berusaha melihat ke arah Lupus, tapi Lupus langsung
membuang muka. Poppi tersinggung. Dia mau menegur Lupus,
tapi Mr. Punk keburu masuk. Semua segera duduk di tempatnya
masing-masing dan diam menanti titah Mr. Punk!


Lupus Candle Light Dinner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dua anak macan itu belum mazuk"" tanya Mr. Punk sembari
melihat ke arah meja Boirn dan Gusur. "Zi Mizz Piggy juga! Ke
mana mereka"" Semua diam. Pura-pura sibuk ngeluarin buku dan lain-lain.
"Zudahlah, peduli amat dengan mereka! Zekarang ulangan!" teriak
Mr. Punk. Semua murid langsung kaget, dan kemudian pada ngegerutu.
"Jangan ribut! Khuzuz untuk ulangan ini, open book, kalian biza
lihat kitab! Yang tidak bawa, biar mampuz! Kalian keluar dari
kelaz, zekarang juga!"
Semua saling pandang. Beberapa anak keluar dari kelas dengan
kesadaran sendiri. Sedang Lupus masih kelihatan bingung. Mr. Punk langsung
mencatat soal di papan tulis. Poppi melihat kebingungan Lupus
yang ternyata tidak membawa buku fisika.
Lupus berusaha memanggil Nyit Nyit dengan lemparan kertas
yang digulung kecil. Tapi Poppi yang kena. Poppi men leh ke arah Lupus. Lupus diam.
Tapi kemudian Poppi memberikan kitab fisika-nya kepada Lupus.
"Nih, pake punya saya."
Karena dihantui ketakutan, takut diusir dan dibentak Mr. Punk,
Lupus lalu mengambil kitab itu. Tapi betapa kagetnya Lupus
ketika tiba-tiba Poppi mengangkat tangannya ke arah Mr. Punk.
"Maaf, Pak, saya nggak bawa buku!"
Mr. Punk pun kaget mendengar pengakuan Poppi.
"Aduh, mazak kau yang pelajar teladan tidak bawa kitab! Yang
benar aza!" Semua anak juga memandang heran ke Poppi.
"Zudah, kau keluar!" kata Mr. Punk sambil menunjuk bengis ke
arah Poppi. Poppi langsung keluar, diikuti pandangan mata Lupus.
Poppi duduk sendirian di bangku di koridor. Tak berapa lama
muncul Lupus yang membawa buku fisikanya.
"Ini buku lo!" kata Lupus menyerahkan buku fisikanya. Tapi Poppi
tak. mengambil buku itu. . .
"Ngapain lo tadi manggil gue, dan ngapain waktu gue kasih buku
itu elo ngambil" Sekarang udah telat!" kata Poppi ke Lupus.
"Gue bukan mau manggil elo, gue manggil Nyit Nyit!" kata Lupus.
Poppi langsung diam. Lupus lalu meletakkan buku itu di sisinya.
"Lo nggak usah merasa bersalah. Nggak perIu. Gue udah lupain
semuanya." "Pus, gue kasih tahu. Memang gue ingin berbuat baik ama elo, tapi
perbuatan baik gue nggak ada hubungannya dengan peristiwa
tadi malam. Kalau lo merasa gue jahat, gue bilangin aja kalo gue
bukan orang jahat. Gue memang salah. Tapi kalo memang di hati
lo nggak ada kata maaf, berarti gue yang salah menilai lo selama
ini!" kata Poppi panjang lebar dengan wajah superserius.
Tapi Lupus nggak bicara lagi, dia malahan pergi meninggalkan
Poppi. "Pus...!" Poppi berusaha menahan langkah kaki Lupus.
Lupus terus melangkah. Beberapa kilometer dari terjadinya perang dingin antara Poppi
dan Lupus, telah terjadi sebuah perang panas, yaitu antara mami
Fifi dan Fifi. Dan itu terjadinya di rumah keduanya. Ceritanya,
mereka berdua lagi sibuk mikirin liburan yang bakal menjelang.
"Pokoknya Mami harus setuju kalau Fifi akan ke Karibia!" ujar Fifi
keras. "Nggak bisa! Mami kan udah booking tiket berdua ke Negeri
Belanda. Jij tahu Mami mau les bahasa Belanda. Mami malu
karena sampai sekarang Mami bel
on bisa bahasa Belanda, dan
kalo arisan sering dikucilkan. Fifi harus antar Mami pergi ke
Negeri Belanda!" teriak mami Fifi.
"Mami pergi aja sendiri ke sana. Fifi mau ke Karibia!" kata Fifi
sengit. "Kalo Mami nanti kecantol orang Belanda gimana" Mami kan takut
pergi sendiri! Mami kan masih cakep. Mau nggak nanti Mami
nggak pulang, kecantol ama orang sana" Nah, yang ngasih makan
jij siapa"" ujar Mami.
"Siapa tahu aja nanti ikke juga kecantol ama orang Karibia, kan
nanti dia yang kasih makan!"
"Eh, yang bayar ini Mami! Jadi Mami yang menentukan semuanya!"
"Kalau sampai urusan ini nggak ada titik temu, ikke nggak mau ke
sekolah!" "Nggak sekolah atau sekolah, keputusan Mami bulat. Kita ke
Holland!" Fifi Alone akhirnya menangis. "Mami selalu memaksakan
kehendak pada anak Mami yang semata wayang ini. Mami tidak
pernah membahagiakan Fifi!"
"Eh, rumah segede ini. Kamar mandi ada tiga, dua di bawah, satu
di atas. Kebon luas! Di lemari ada album musik dari slow rock,
hard rock, chacha, rumba, boggie woogie, dan rock and roll, tapi
Fifi masih bilang Mami nggak membahagiakan Fifi"" jerit Mami.
"Kebahagiaan bukan harta, Mami, tapi di sini, batin," kata Fifi
sambil menepuk-nepuk tenggorokannya.
"Yee, di mana-mana yang namanya batin tuh di dada, bukan di
tembolok!" Dan mami Fifi langsung tertawa terbahak-bahak. Tertawanya
tidak terkontrol, bahkan melebihi tertawanya raksasa di wayang
kulit! Fifi jadi kesel dan akhirnya pergi.
Sementara mami Fifi langsung duduk untuk menenangkan
hatinya dengan mengambil rokok. Tetapi dia salah memasukkan
rokok ke bibirnya. Filternya di depan. Dia langsung
menghidupkan rokok itu dan mengisapnya.
"Bukan harta... tapi batin... ha.. ha.. ha! Batinnya di tembolok, lagi.
Hahaha...! Ups! Ini rokok kok pait begini sih!" Mami Fifi melepeh-lepeh. "Ya amplop, kebalik!"
*** Lupus masih duduk di bangkunya. Dia masih tampak kesel ketika
Nyit Nyit mendatanginya. "Kebangetan lo, Pus! Ditolong orang nggak mau. Poppi udah
berkorban besar, tau!" kata Nyit Nyit.
Tapi Lupus diam aja, sampai akhirnya muncul Adi Darwis.
"Pus, show me the money! Show me the money! Gue perlu duit
yang elo pinjem, paling nggak besok atau minggu ini!"
"Di, gue bayar deh besok!" jawab Lupus lemes.
"Nah, denger itu, Di. Lupus udah mau bayar. Sekarang elo pergi
deh!" kata Nyit Nyit mengusir Adi Darwis dari sisinya.
"Lho, kok elo sih yang ngusir! Emang gue mau pergi! Ayo,
everybody, gue pergi dulu! Do not miss me, ya!" kata Adi sambil
berdadah-dadah. Malamnya Lupus masih belum tidur. Dia mendengarkan lagu CD
yang semestinya dia kadokan untuk Poppi. Di sela-sela irama
musik yang masuk ke kupingnya, Lupus membayangkan wajah
Poppi. Wajah itu memang terlalu sulit untuk dilupakan.
"Pop, ada rencana liburan ke mana"" tanya mami Poppi malam itu
pada Poppi yang juga masih belum bisa tidur. Poppi juga sedang
membayangkan wajah Lupus. Bagi Poppi lebih mudah
menghilangkan bayang-bayang. wajah pejabat Orde. Baru yang
hobi korupsi daripada menghapus wajah Lupus dari benaknya.
"Belum mikirin, Mi," jawabnya kemudian.
"O ya, Pop, papamu mau ngasih hadiah untuk kamu. Ternan Papa
di Boston bilang ada program bahasa Inggris selama setahun, dan
katanya sangat baik kalo kamu ikutan," jelas mami Poppi.
Poppi surprised. "Ah, yang bener, Mi""
"Kesempatan bagus lho, Pop!" kata Mami lagi.
"Tapi ini nggak boong, kan" Bukan cuma mau ngehibur Poppi
yang lagi bete, kan""
"Eh, kapan Mami pernah boong. Kalo nggak percaya nanti kamu
tanya papamu." "Amerika" Amerika" Sebulan di Amerika"" ujar Poppi
menerawang. "Yes...!"
Poppi segera berdiri. Nggak sabar pengen langsung ngasih kabar
gembira itu ke Lupus, " Halo, Lu, Lupus ada"" ujar Poppi setelah memencet nomor
khusus di HP-nya. "Eh, siapa nih" Ow, Poppi. Bentar ya, gue liat dulu di kamarnya,"
kata Lulu yang nerima telepon. "Eh, iya, Pop, ngomong-ngomong
gimana dengan acara candlelight dinner-nya""
"Hm, bagus. Sukses!" jawab Poppi sekenanya.
"Oke, kalo gitu tunggu bentar, ya."
Lulu berjalan menuju kamar kakaknya, buat ngasih tau kalo ada
telepon dari Poppi. Tapi Lupus. langsung masang muka nggak
enak begitu dikasih tau adiknya ada
telepon dari Poppi. "Bilang udah tidur!"
"Apaaaa" Udah tidur" Yang keras dong ngomongnya!"
"Eh, anak bego! Jangan keras-keras dong! Kalo dia nggak percaya,
lo tambah-tambahin kek. Improvisasi dong, kreatif dikit kenape!"
Dan Lupus menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Sementara sayup-sayup lagu dari CD itu masih terdengar.
"Pop, upus udah tidur dan nggak bisa dibangunin. Dia emang
capek banget, seharian maculin halaman. Mami kan mau bikin
kebon cabe di depan rumah. Maklum. aja, cabe kan mahaaal.
Besok pagi aja kali yee...," ujar Lulu pada Poppi.
Poppi kecewa. "Iya deh! Makasih ya, Lu!"
Lulu kemudian menaruh gagang telepon. Maml yang mendengar
pembicaraan antara Lulu dan Poppi jadi heran.
"Kenapa sih si Lupus"" tanyanya. Lulu coba menganalisis, sebelum
menjawab pertanyaan ami. "Pasti tadi malam ada apa-apanya!
Pasti pestanya kacau! Gimana, apa kita mau ikut campur""
"Hus, kamu jangan ikut-ikutan. Nan i Lupus makin nyolot, kalian
berantem, Mami yang pusing.. ..
"Ya, kalo nggak boleh ikut campur, ya udah," kata Lulu sambil
mengempaskan tubuhnya di atas sofa. "Me dingan beli es campur
aja." *** Perang di rumah Fili masih membara. Keributan antara ana -beranak itu sudah sampai puncaknya. Meskipun saat itu Fili
Alone dan maminya sedang menonton TV, keduanya tampak
bermusuhan, berjauhan, dan tidak saling membutuhkan.
"Karibia!" ujar Fifi tiba-tiba seperti orang sedang mengigau.
"Belanda!" kata Mami nggak mau kalah.
"Karibia!" "Belanda!" "Karibia!" "Belanda!" "Karibia!" Dan Fifi langsung pergi setelah mengucapkan Karibia terakhir.
Mami Fifi jadi panik, langsung mengambil rokok dan kembali
bagian filternya yang di depan!
"Ups! Kebolak-balik melulu!"
Lupus yang nggak bisa tidur mondar-mandir di depan telepon
sambil menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul
sepuluh malam. Dia ragu-ragu terus, pengen membalas telepon
Poppi. Dia nyesel banget udah nolak telepon Poppi.
Setelah baca doa, Lupus pun memencet nomor Poppi. Poppi yang
sudah mo tidur, membalikkan badannya, melangkah menuju ke
HP yang berdering. Dia pun menjawab panggilan HP-nya.
"Halo"" Nggak ada jawaban. Rupanya sebelum Poppi menjawab, Lupus
sudah keburu memutuskan sambungan itu. Poppi heran. "Siapa
sih malem-malem begini main telepon" Nggak tau orang lagi
bete!" Esok paginya di kelas Lupus ada kehebohan ketika Nyit Nyit tau
Poppi mo ke Amerika. "Elo ke Amerika" Kapan""
"Sebulan lagi!" kata Poppi.
"Kok tiba-tiba gitu sih"" tanya Nyit Nyit penasaran.
"Ya, term yang paling cepat itu sebulan lagi! Mau nggak mau gue
harus pergi. Ini kan kesempatan gue untuk mengenal Boston!
Lagian, ada yang nyeponsorin, temen Bokap! Why not""
"Lo melajarin English as a funny language, ya""
Poppi cuma tersenyum. Sedang Lupus, yang baru muncul, langsung didatangi Adi.
"Show me the money!" pekik Adi Darwis.
"Di, gimana kalo CD-nya aja buat lo"" kata Lupus asem.
"Ah, ogah. Gue nggak suka The Corrs... Gue suka Rage Against the
Machine... Selera musik kita kan beda, man. Gue kan beberapa
tingkat di atas lo. Hehehe, cicak-cicak di dinding, gue just
kidding!" kata Adi. "Gini deh, minggu depan pasti gue bayar!" ujar Lupus.
Adi langsung kecewa. " Aduh! Tapi janji minggu depan, ya""
"Oke!" jawab Lupus.
Pas Adi pergi, Nyit Nyit ngedeketin Lupus.
"Hai, Pus! Elo tahu nggak Poppi mau ke Amrik""
Lupus sempat kaget, tapi waktu dia mo nanya lagi, Nyit Nyit
keburu pergi. "Ntar ya, gue ke Te-U dulu!"
*** Di sebuah biro perjalanan siang itu masih sepi. Hanya ada mami
Fifi, Fifi, dan dua orang cowok ganteng, Hessel Mandey dan
Johnny Mandey. Mami Fifi dan Fifi dilayani oleh seorang petugas,
sementara Johnny dan Hessel dilayani oleh petugas lain.
"Saya mau booking dua tiket ke Amsterdam!" kata mami Fifi
yakin. "Eh, bukan dua, tapi satu ke Amsterdam, satu ke Karibia!" ralat
Fifi. "Enggak. Dua-duanya ke Belanda!"
"Mami, gimana sih, tadi kan udah janji kalau liburan kita akan
berbeda! Mami kan udah janji kalau mulai sekarang Mami tidak
lagi mencampuri urusan holiday saya!"
Semua orang di ruang itu memandang ke arah Fifi dan maminya.
Ngerasa dirinya jadi pusat perhatian, bukannya diam, Mami
malah beraksen sep erti orang Belanda asli. "Jij jangan kurang
azar sama ikke ya. Ikke adalah mama kamu! Ikke mau jij ke
Belanda. Ingat, Opa kan orang Belanda!"
Fifi mendelik. "Orang Belanda mana" Engkong kan dari Desa
Watudodol dekat Banyuwangi. Tukang tambal ban! Udah deh, kite
jangan sok ngangkat derajat kite!" kata Fifi yang justru mengubah
suaranya kayak orang betokaw asli.
Mami Fifi jadi malu. Kemudian seorang petugas mendekati mami Fifi. "Bu, maaf, apa
bertengkarnya bisa di luar" Kami merasa terganggu dengan
kalimat-kalimat Ibu yang begitu menusuk! Nanti yang menang
boleh masuk!" Mami kesinggung dan langsung keluar dengan menggeret tangan
anaknya. Di luar bukannya reda, tapi malah makin parah.
"Eh, kenapa sih kok kurang ajar gitu" Malu dong ama dua
berondong itu!" bentak Mami sambil menunjuk ke dua cowok


Lupus Candle Light Dinner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ganteng yang kebetulan saat itu juga keluar dari kantor biro
perjalanan. "Ssst, Mi, tu mereka dateng.. .," kata Fifi.
"Makanya kamu jangan ribut terus dong! Masa ada berondong
bagus begitu dibiarkan lewat begitu aja sih!" bisik mami Fifi.
Tanpa dinyana dua cowok keren itu malah menghampiri mami
Fifi dan Fifi. "Memilih liburan memang sangat sulit!" kata cowok yang bernama
Hessel. "Iya! Bapak mau ke mana sih"" tanya mami Fifi mesem-mesem.
"Oh ya, kenalkan nama saya Hessel. Saya sih mau ke Sulawesi
Utara! Saya punya hotel di sana! Di Bunaken! Daripada ke luar
negeri, kayaknya Bunaken bagus! Ini kartu nama saya di Bunaken!
Kita bisa liburan di sana. O ya, ini adik saya yang paling muda,
namanya Johnny Mandey."
Mereka saling berkenalan.
Mami Fifi dan Fifi memandang dengan hasrat membara ke arah
kartu nama itu. "Bunaken!" teriak mereka serempak.
Setelah itu keduanya kembali masuk ke kantor biro perjalanan.
Langsung pesan tiket ke Bunaken.
*** Adi melenggang gontai menyusuri koridor. Sementara di
belakangnya ada Poppi yang mengejarnya.
"Di, elo perlu duit""
Adi kaget diuber Poppi. "Wah, tumben nih! Ya, gue emang lagi perlu duit."
"Gini, gue kasih duit yang dipinjem Lupus, tapi dengan satu
syarat, jangan bilang Lupus! Kalau memang Lupus udah bayar, elo
kembaliin ke gue! Setuju, nggak" Kalau oke, gue kasih duitnya!"
"Oke! Mana duitnya""
"Tapi elo janji elo nggak bilang ama Lupus!"
"Suer!" Poppi mengeluarka sejurnlah uang. "Berapa sih ""
"Tujuh puluh lima ribu!"
Poppi lalu memberikan duit. Dan Adi menerimanya dengan
senang. Siang itu Lupus lagi makan bakso dan di sampingnya ada tiga
cewek kelasnya yang lagi ngegosip. Lupus mau nggak mau ikut
mendengar. "Asyik ya, Poppi bisa liburan ke Arnrik," kata Febri.
"Bukan libur...," kata Sita. "Dia kan emang mau ngelanjutin
sekolah ke sana." "Nggak balik-balik lagi dong," kata Fika.
"Nggak ah, yang gue denger cuma liburan doang. Lo ngaco aja,"
jelas Febri. "Bener, suer. Gue denger lagi, Poppi mau nerusin sampe selesai
high school terus ke college," urai Sita.
"Harus ada pesta perpisahan dong!" kata Fika.
Lupus yang nguping dari tadi langsung menelan semua bakso
sampe lehernya sesek dan terbatuk-batuk. Setelah menyelesaikan
urusan bayar-membayar, Lupus pun pergi.
*** Sepeninggalan Lupus, Nyit Nyit datang dan langsung diserbu oleh
tiga cewek penggosip tadi.
"Nyit, yang bener Poppi tu libur atau pindah sih""
"Liburan, homestay sebulan, belajar bahasa Inggris," kata Nyit
Nyit. "Nah, gue bilang juga "'apa"" kata Pebri.
"Duh, namanya juga gosip. Dari nyamuk bisa jadi T-rex!" ujar Sita.
Poppi sendiri, yang lagi jadi topik gosipan itu, sedang bersender
di tembok pembatas lantai dua, melihat ke lapangan basket,
ngelamun. Di lantai bawahnya, Lupus lagi ngelamun juga.
Rasanya jauh tapi dekat, rasanya dekat tapi jauh.
6 SORRY, POP! SIANG yang rusuh. Maklum hari pembabagian rapor. Lupus yang
udah dapat rapor nyantai duduk di tingkat atas sambil ngeliatin
beberapa temannya yang masih antre di lantai bawah. Di antrean
ada Poppi, Nyit Nyit, Boim, dan Gusur yang lagi ngumpul. Nyit
Nyit dan Poppi tampak sedang ngerumpi berduaan, sedang Boim
dan Gusur kelihatan gembira loncat-loncatan kayak kodok yang
abis dicium putri raja. "Eh, lo berdua pada girang amat sih"" tanya Nyit Nyit ke Boim dan
Gusur. "Fisika kita dapat delapan!" teriak Boim melahjutkan loncat-loncatannya.
"Delapan"" Nyit Nyit melotot.
"Iya lah.. .," timpal Gusur, "delapan buat... berdua!"
"Sial! Jadi masing-masing dapet empat!" ujar Nyit Nyit lagi.
Boim dan Gusur ngangguk, tapi kemudian kembali loncat-loncatan.
"Kalo gue sih dapat tujuh! Makanya gue mo makan-makan buat
syukuran!" kata Nyit Nyit.
"Wah, kalo gue barusan aja syukuran. Tadi gue ketemu Mr. Punk
dan pas guekasih tau kalo fisika gue dapat empat, dia bilang...
syukur!" "Eh, tapi ide bagus juga tuh makan bareng," ujar Gusur lagi.
"Iya, nanti Poppi yang nraktir. Dia kan juara kelas lagi nih!" kata
Nyit Nyit nyenggol Popi. "Enak aja. Bayar sendiri-sendiri!" jawab Poppi.
"Ayolah, Pop, sekali-sekali," rayu Boim.
Poppi mikir sebentar. "Ya, tapi nggak semuanya, kan""
"Oke, yang mau-mau aja!" kata Boim lagi.
"Poppi, dikau memang mahabijaksana!" puji Gusur sambil
menyembah-nyembah Poppi. "Dan nanti akan daku umumkan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya kepada semua rakyat!"
Lupus masih terus ngamatin temen-temennya dari tingkat atas.
Dia lagi males mo ngapa-ngapain. Tau-tau Adi mendatanginya.
"Lo kok tau aja gue ada di sini"" ujar Lupus sambil ngeluarin
sejumlah uang. "Di, gue cuma ada duit segini, gue kasih elo segini
dulu, sisanya lain kali! Please!"
Adi langsung berakting. "Aduh, gue paling males deh bayarnya
nyicil gini. Udah deh, kalo ada baru bayar. Pegang dulu deh!" kata
Adi Lupus heran melihat tingkah laku Adi. Tumben-tumbenan nolak
rezeki. "Beneran nih""
Adi mengangguk. Kemudian Adi duduk sambil menatap ke Lupus.
"Elo musuhan ama Poppi, ya""
"Nggak! Siapa bilang!" jawab Lupus.
"Kok kayaknya elo ngejauh dari dia""
"Ngejauh gimana""
"Udah deh, Pus, apa pun yang terjadi, elo harus baikan ama dia.
Gue stres kalo elo nggak baikan. Gue kan anaknya peace... Stres
nih! Streeesss!" kata Adi yang pura-pura mo menangis.
Lupus mesem dan kemudian bangkit dari duduknya dan pergi
meninggalkan Adi yang terus pura-pura menangis kayak aktor
film India. Waktu Lupus menuruni anak tangga, ia berpapasan dengan Boim
dan Gusur. "Pus! Anak-anak kelas bakal makan-makan bareng ntar malam. Lo
pasti ikut dong!" ajak Boim.
"Siapa aja yang ikut"" tanya Lupus.
"Poppi nyuruhnya sih yang deket-deket aja, tapi gue undang
semuanya. Kayaknya cocoknya memang di warung dikau. Di
mana lagi tempat ngumpul yang asyik, selain warung dikau""
timpal Gusur. "Jadi ini acara makan-makannya Poppi"" tanya Lupus lagi.
"Mungkin juga. Dia kan mau ke luar negeri, mana juara kelas,
lagi...," jelas Boim.
"Tapi gue nggak bisa. Ada urusan. Kalo mau ke warung gue
silakan aja. Ntar gue bilang sama Mami," kata Lupus.
Boim dan Gusur heran. "Hah" Nggak ikut"" Boim sampe melongo.
*** Sorenya di rumah Lupus, tampak Lulu sedang menggunting
kertas warna-warni, lalu ditempel pada selembar kertas putih
sambil nyanyiin sebuah lagu, "So kiss me and smile for me. Tell
me that you'll wait for me. Hold me like you'll never let me go....
I'm leaving on a jetplane, don't know when I'll be back again..."
Lupus yang saat itu lagi asyik baca-baca majalah ngeliat ke Lulu.
Lulu juga ngeliat ke dia.
"Mau bantuin" Kok liat-liat sih."
Lupus ngeliat ke majalah lagi.
Tiba-tiba telepon berdering. Lupus dan Lulu saling pandang.
Sama-sama nunggu siapa yang mau ngangkat.
"Lo mo ngangkat"" tanya Lulu.
Tapi Lupus pura-pura nggak ngeh.
"Oke, kalo gitu biar gue yang ngangkat," kata Lulu berjalan
menghampiri meja telepon.
"Halo, oh sori, Lupus lagi keluar! Iya! Udah tadi. Ada pesen"
Nggak" Iya deh! Iya, Pop!"
Lulu kemudian menaruh telepon dengan santai, lalu melanjutkan
pekerjaannya. "Dari siapa tadi"" Rupanya Lupus pengen tau.
"Dari siapa lagi kalo bukan... Poppi!" jawab Lulu.
"Serius"" tanya Lupus.
"Serius!" jawab Lulu.
"Kenapa..." "Kenapa Lulu bilang Lupus nggak ada" Iya, kan" Katanya lagi
nggak mau nerima telepon Poppi"" .
"Emang nggak!" kata Lupus dan langsung pura-pura asyik lagi
dengan majalahnya. Malamnya, suasana di warung gaul Lupus ramai banget. Banyak
canda. Banyak tawa. Pokoknya ceria. Tapi Poppi yang juga ikut
bercanda dan tertawa, sesekali merenung. Eh, merenung atau
melamun" Yah, po koknya begitulah. "Tante, Lupus mana sih"" tanya Nyit Nyit menyenggol lengan
Mami yang sibuk nyediain makanan.
"Nggak tau. Waktu Tante pergi ke sini, dia bilang ada urusan di
majalah atau apa gitu...," jawab Mami. "Mami juga heran kok.
Soalnya tumben, biasanya kalo acara begini mana mau dia
lewatin. Apalagi kalo ada kamu, Pop...."
Poppi hanya bisa nyengir garing mendengar omongan Mami.
Lupus malam itu masih di kamarnya memperhatikan CD yang
sebetulnya akan dihadiahkannya buat Poppi. Ia memperhatikan
benda itu sejak magrib tadi. Dibolak-balik, ditaruh, diambil lagi,
dipelototin, dan begitu seterusnya.
Ketika ia melihat jam, ia lega karena udah pukul sepuluh malam.
Lupus pun keluar dari kamarnya dan menenteng helmnya.
"Hm, pasti warung udah sepi," kata Lupus.
Bener aja. Pas Lupus sampe warung, suasana emang udah sepi.
Hanya ada sisa-sisa makanan. Mami yang lagi ngerapiin meja,
ngeliat dompet. Setelah diperiksa, ada kartu pelajar Poppi.
"Eh, Pus, kebetulan kamu dateng. Nih, dompetnya Poppi
ketinggalan!" kata Mami. "Lagian kamu daii mana aja sih" Mereka
nanyain kamu...." "Lupus ada kerjaan dikit, Mi," jawab Lupus sambil mengambil
dompet itu dan menelitinya.
Tiba-tiba di ambang pintu warung muncul Poppi! Dia dateng
emang cuma mau ngambil dompet itu. Dia ngeliat dompetnya
sedang dalam genggaman tangan Lupus. Lupus memandang
Poppi dengan senyum hambar.
"Hei, Pus!" tegur Poppi.
Lupus menjawab pelan, "Hei!" Lalu menyodorkan dompet. "Ini
punya kamu!" "Iya!" kata Poppi seraya berjalan mendekati Lupus dan
menerimanya dengan senang. "Thanks! "
Poppi masih menunggu, kalau-kalau Lupus ingin mengucapkan
sesuatu, tetapi Lupus hanya diam. Lupus melihat piring-piring
yang masih berantakan, dan dia langsung pura-pura sibuk
ngebantuin ngeberesin piring-piring itu.
"Sekali lagi makasih. Gue pergi dulu!" kata Poppi coba mengambil
sikap. Lupus hanya mengangguk. Tapi di ambang pintu warung Poppi sempat berhenti lagi, dan
menoleh ke Lupus. Lupus yang melihat hal itu langsung
menyindir, "Ada yang ketinggalan lagi""
Poppi menggeleng, lalu pergi.
*** Siang itu di butiknya, Poppi sedang membenahi beberapa pakaian,
ditemani Nyit Nyit. "Gue kecewa ama Lupus! Masa sih sampai sekarang dia belon
ngucapin selamat jalan ama elo!" kata Nyit Nyit.
"Ah, ngapain dipikirin!" jawab Poppi.
"Dalam situasi seperti ini, dia harusnya nggak nempatin dirinya
sebagai boyfriend elo! Tapi seharusnya sebagai bagian dari kita,
temen-temennya. Terus terang gue kecewa berat!" kata Nyit Nyit.
"Dia bukan boyfriend gue!" jawab Poppi.
"Tapi dia masih ngerasa boyfriend elo!" kata Nyit Nyit.
Tiba-tiba muncul Rainbow membawa bunga. Mereka sempat
kaget, karena Rainbow datang ke situ tanpa memberitahu dulu.
Nyit Nyit langsung pergi.
"Mau ke mana, Nyit" Saya nggak lama kok! Saya mau nyerahin ini!
Sebagai rasa kehilangan!" kata Rainbow.
Poppi menerima bunga itu.
"Take care di sana! Kalo kamu ada kesulitan, saya ada beberapa
kenalan di Boston yang bisa kamu mintai tolong...."
Poppi hanya tersenyum tipis.
"Saya denger Lupus nggak mau ngomong ama kamu"" tanya
Rainbow lagi. "Ngomong kok!" jawab Poppi boong.
"Kalo sampai dia nggak ngomong ama kamu, dia bodoh! Dia
nggak tahu apa yang dia dapat! O ya, kamu berangkatnya kapan
sih"!" tanya Rainbow lagi
"Besok!" jawab Poppi.
"Hm, cepet juga, ya" Okay, see you later!" kata Rainbow sambil
keluar meninggalkan Poppi.
*** Malamnya, Lupus asyik duduk sendiri di warungnya sambil
membersihkan sendok-sendok. Pandangannya kosong. Tiba-tiba
muncullah Adi dengan walkman-nya sambil nyanyi, "Tender is the
ghost... The ghost I love the most... Pus, ke Lamborghini yuk!" ajak
Adi. "Males, Di! Oh iya! Nih!" Lupus menyerahkan sejumlah uang
kepada Adi! Adi melihat heran.
" Apaan nih"" tanya Adi.
"Utang gue, heran, elo bisa lupa ama duit!" jawab Lupus.
Adi memandang Lupus dan dia ragu-ragu mengambil uang itu. "
Pus, aduh, gimana ya! Gini, sebenernya sih gue nggak boleh
ngasih tahu tapi yah orangnya juga udah mau pergi. Utang elo


Lupus Candle Light Dinner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

udah dibayar ama Poppi!" kata Adi.
"Apa"" Lupus kaget.
"Iya, dia yang bayar! Sebenernya gue nggak boleh ngasih tahu elo,
dan kalo elo uda h bayar, gue mesti balikin duitnya ke dia! Tapi
elo kan tahu dia mau pergi dan gue nggak mungkin ketemu dia
lagi. So...!" jelas Adi.
Lupus diam. "Pus, gue memang selalu gagal ama cewek, but I tell you, man.
This girl loves you, man. Don't spoil the love, man! Udah ah, gue
ke Lamborghini, gue ada date!" kata Adi. "Tender is the night,
lying by your side... Tender is to touch someone that you love too
much." Suara Adi bernyanyi masih terus terdengar.
Setelah sendok-sendok mengilat, Lupus rnikirin omongannya Adi
tadi. Dia jadi pengen banget ke rumah Poppi. Lupus langsung
naik Vespa-nya ke rumah Poppi. Pas nyampe, lampu di rumah
Poppi tampak masih menyala. Lupus lalu turun dan siap
memencet bel rumah, tapi ragu-ragu. Dia menarik napas dalam-dalam.
"Pencet, jangan... pencet, jangan...."
Ketika hatinya sudah menentukan pilihan untuk memencet bel
itu, tau-tau lampu di dalam rumah mati. Lupus diam dan dia
membatalkan niatnya. "Harga diri... harga diri, man... ngapain gue di sini! kata Lupus
langsung cabut. Dan Lupus nggak tau kalo Poppi pada saat yang bersamaan
datang ke rumah Lupus. Tapi Poppi nggak mampir, cuma
memasukkan surat yang dibikinnya ke kotak pos rumah Lupus.
Poppi hanya memandang ke rumah Lupus sejenak, lalu pergi.
*** Hari masih pagi, tapi Mami udah sibuk menyiapkan makanan
untuk anak-anaknya. Lulu yang masih berkaus dan bercelana
pendek, baju khasnya kala tidur, menikmati sarapan. Lupus
setengah mengantuk minum cokelat panas.
"Pus, Tante Key ngundang kamu ke Bandung! Liburan di sana aja.
Dewi, Murni, Ati, Imel, Dede, dan sodara-sodara kamu yang di
Patrakomala udah pada kangen sama kamu. Soalnya kan Fenny
baru aja pulang dari Malaysia. Mereka ngajak jalan-jalan," kata
Mami. "Lulu ikuuuuuut!" teriak Lulu.
"Hus... nggak boleh! Lulu di sini, temenin Mami!"
Lupus berpikir. "Kalo memang mau ke Bandung, telepon aja Tante Key, biar
disiapin kamarnya! Jangan sampe kamu dipaksa diinapkan di
Wisma Itjenad kayak waktu itu lagi...," ujar Mami lagi.
Lupus masih diam. "Kenapa sih kok mikir-mikir segala" Udah, telepon aja!" usul Lulu.
Lupus ngangguk. Sementara di rumah Poppi, cewek manis itu udah nyiapin
kopernya. Tapi Poppi tampak bingung, dan masih menunggu
kedatangan Lupus. Mami dan papinya sudah berdandan.
Poppi melihat ke telepon, mengambil telepon itu.
"Telepon... nggak... telepon... nggak... telepon... nggak... telepon...
nggak... telepon...."
Poppi akhirnya memencet sebuah nomor dan menunggu. Dia
hanya mendengar suara tut... rut... tut...
Rupanya telepon sedang dipakai Lupus yang nelepon Tante Key
di Bandung. "Iya deh, Tante, Lupus ke Bandung! Kereta jam sepuluh. Murni
apa Dewi yang jemput" Terserah deh, bingung milihnya, hihihi!
Oke!" Lupus menaruh teleponnya.
Poppi juga menaruh teleponnya.
"Udah siap" Kita jalan yuk!" ajak mami Poppi.
Dengan lesu Poppi mengambil tas dan pergi diikuti oleh mami
dan papinya. Pembantu mengangkat koper-kopernya ke mobil.
Beberapa saat kemudian, sebuah mobil biru berhenti di depan
rumah Lupus. "Pus, taksinya udah datang tuh!" teriak Lulu.
"Pus, salam ama Tante Key dan baik-baik di Bandung!" pesan
Mami. "Pulangnya bawa oleh-oleh! Brownies Primarasa, pisang molen
Kartikasari, batagor Acun, risoles yang di Pasteur.... Lulu suka
banget risolesnya!" pesen Lulu lancar banget.
"Iya, iya! Makan aja terus, biar gigi kelinci lo makin segede pacul!"
kata Lupus. "Waaaaak!" teriak Lulu kesel.
Mereka saling melambaikan tangan. Taksi pergi. Lulu
membalikkan badannya, melihat sepucuk surat di kotak surat.
Dia mengambil surat itu. "Buat Lupus! Dari Poppi!" kata Lulu sambil berusaha melambai-lambaikan tangan ke taksi biar berhenti. Tapi telat!
*** Di Stasiun Gambir ketika Lupus antre tiket, ia disapa seseorang
yang suaranya ia kenal. "Hei, Pus!" Lupus menoleh, mencabut walkman-nya. Dia melihat Rainbow
menenteng tas, berdiri di belakangnya.
"Hei!" sapa Lupus.
"Mo ke mana"" tanya Rainbow.
"Ke Bandung! Lo"" balik tanya Lupus.
"Ke Surabaya! Eh, hari ini Poppi kan ke Boston, kenapa lo nggak
ngantar"" tanya Rainbow.
"Nggak lah!" jawab Lupus. "Dia kan udah gede, udah bisa jalan
sendiri." "Gue denger lo marah sa
rna Poppi! Sebenarnya waktu itu gue
hanya mau ngasih kado. Sori, kalo gara-gara itu, lo marahan arna
dia!" jelas Rainbow.
"Gue nggak nyalahin orang!" jawab Lupus.
"Kalo lo nggak nyalahin orang, ngapain lo di sini, sementara ada
orang baik di sana yang mau pergi" Poppi itu baik! But it's up to
you! Oke, Pus, gue ke sana dulu ya.. .," kata Rainbow buru-buru
menyeret kopernya. "Oke, Bow!" jawab Lupus.
Lupus diam memperhatikan tubuh Rainbow yang menghilang di
tengah kerumunan calon penumpang.
Barisan antrean loket mulai bergerak. Pintu loket sudah dibuka.
Banyak orang mau ke Bandung. Dalam antrean Lupus tampak
berpikir. Akhirnya, ketika dirinya sudah tepat berada di depan
loket, dia ngomong sarna penjaganya.
"Sorry ya, Bang, saya nggak jadi ke Bandung...."
Lupus langsung keluar dari antrean lalu mencari taksi.
"Bang, ke bandara, ya. Jangan pake rem!"
*** Poppi baru keluar dari ruang check in. Orang-tuanya menunggu.
Poppi lalu mencium pipi ayah dan ibunya. Mereka pun berpisah.
Poppi melambaikan tangannya, lalu masuk meninggalkan kedua
orangtuanya. Orangtuanya agak sedih melepas kepergian Poppi.
Mereka melambaikan tangan hingga Poppi tak tampak lagi.
Pada saat yang sarna Lupus pun tiba dan berlari dengan langkah-Iangkah pasti. Dia mencari-cari Poppi.
Padahal saat itu Poppi sudah masuk ke ruang boarding, dan
sedang menyerahkan paspornya untuk dicap.
Lupus berhenti di depan terminal keberangkatan. Dia melihat
papan informasi. Dia sangat bingung dan tegang, kalau-kalau
nggak sempet ketemu Poppi. Dia melihat dari kaca. Ruangan
tampak kosong. Dia melihat sekeliling dan memang situasi sudah
agak lengang. Napasnya terengah-engah. Ketika dia mencoba
masuk, penjaga bandara menahannya.
"Mau ke mana""
"Ng, mau ketemu Poppi."
"Poppi" Siapa tuh""
"Ah, udahlah...," kata Lupus akhirnya dan duduk di bangku. Dia
memegang kepalanya, hampir menangis.
Sementara itu, Poppi di ruang boarding juga duduk di kursi pada
sebuah lorong yang sepi. Matanya merah. Dia juga menangis,
sambil menutup matanya. "All passengers of Garuda Indonesian, flight number 660 to
Denpasar, please boarding at Gate E5....."
Lupus mendengar pengumuman itu. Dia berpikir, dan tiba-tiba
dapet ide gila. Ia lalu perlahan bangkit, berlari menemui seorang
petugas bandara yang tidak jauh darinya. Lupus bertanya, di
mana tempat informasi" Petugas bandara itu lalu menunjukkan
ke sebuah arah. Lupus lari menuju ke arah itu. Dia harus bisa
masuk ke dalam ruang check in, untuk bisa mencapai apa yang
dia mau. Penjaga yang tadi menolaknya masuk, sedang berbicara
dengan rekannya. Lupus langsung dengan beraninya meletakkan
tas yang dibawa di mesin deteksi barang. Penjaga melihat Lupus.
"Mau ke mana, Dik" Tiketnya"" tanya penjaga.
"Saya mau ke Denpasar, mau beli tiket di counter sana! Waiting
list, Pak!" jawab Lupus.
Penjaga akhirnya membiarkan Lupus masuk, sambil berpikir,
Perasaan tu anak yang tadi nanyain Poppi deh.
Di dalam ruang check in, Lupus bertanya tentang sesuatu hal lagi
kepada tukang sapu bandara. Bapak itu menunjukkan ke sebuah
arah. Lupus lari. Tergesa-gesa.
Di ruang operator, Lupus melihat seorang wanita yang duduk di
depan mikrofon. Wanita itu melihat gelasnya yang kosong. Dia
bangkit dan meninggalkan ruang itu. Ketika melihat ruang itu
kosong, Lupus langsung masuk, menutup pintu, menghidupkan
mikrofon. Operator panik dan memanggil sekuriti bandara.
Semua orang ingin masuk ke ruang operator, tetapi pintu telah
terkunci. Dengan suara lantang, Lupus berbicara di depan mikrofon,
"Poppi... Pop... mudah-mudahan kamu denger. Pop. Ini Lupus...
saya minta maaf, Pop, saya... salah, seharusnya saya nggak perlu
sampai nggak ngomong ama kamu! Saya sadar saya selalu perlu
semangat kamu... Pop... saya mau ngasih tahu, kalo saya cinta
ama kamu... Saya cinta ama kamu... saya cinta ama kamu... Bye,
Pop... Bye... Pop.... Bye, Pop!"
Semua orang yang mendengarkan diam.
Poppi yang juga mendengar suara Lupus di ruang boarding
terkaget-kaget. Tiba-tiba ada bapak tua yang duduk tidak jauh
dari Poppi bertepuk tangan. Poppi diam, tak percaya kalau yang
didengarnya memang suara Lupus. Dia sangat terhar
u. Lafu tanpa mikir dua kali lagi, dia berlari menuju ke arah luar, dan semua
orang yang dilewati bertepuk tangan. Sementara di ruang
operator, Lupus melihat ke luar kaca jendela. Semua orang diam
memandangnya. Ada satpam, ada petugas. Tapi dari wajah
mereka yang semula cemas memandang Lupus, sekarang berubah
menjadi penuh haru. Lupus bangkit dari kursi dan membuka
pintu. "Maaf, Pak! Saya salah. Sekarang saya rela ditangkap!"
Para sekuriti melihat Lupus. Semua diam dan membiarkan Lupus
pergi. Lupus heran kenapa semua orang memandangnya. Tiba-tiba salah seorang wanita yang terharu bertepuk tangan. Semua
orang bertepuk tangan. Lupus diam, berjalan pergi.
"Lupussssss!" Tiba-tiba terdengar suara Poppi di ujung ruangan.
Lupus membalikkan badan. Tampak Poppi berlari menuju ke
arahnya, menangis. Lupus histeris melihat Poppi dan mereka
kemudian berpelukan. Erat. Semua menyaksikan dengan terharu.
"Sori, Pop!" kata Lupus. "Saya minta maaf, Pop!"
Poppi memandang nggak percaya dan terharu. "Pus! Apa yang
kamu lakukan itu luar biasa berani! Kamu bisa dipenjara! Saya
nggak mau kamu dipenjara! Saya sayang ama kamu! Saya sayang
ama kamu!" " Pop, saya berani karena kamu! Dan saya nggak mau kamu pergi
dalam kesedihan. Saya hanya mau minta maaf! Orang yang mau
minta maaf ama orang lain, nggak mungkin dihukum! Saya
sayang ama kamu! Saya nggak akan takut, saya nggak takut...
karena saya sayang sama kamu!" jawab Lupus terbata-bata.
Poppi nggak bisa ngomong lagi. Dia kembali berpelukan dengan
Lupus, seakan-akan tak mau melepaskannya. Seorang wanita tua
yang dari tadi nonton, ikut menangis.
"Jangan takut mencintai. Jangan takut mencintai, Nak...!"
Dan Poppi memang tak mau melepaskan pelukannya... .
THE END OF THE TRILOGY tamat Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 7 Dewa Arak 52 Manusia Kelelawar Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan 33
^