Pencarian

100 Tahun Setelah Aku Mati 7

100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal Bagian 7


kalian gak malu apa" Ngelawan cewek kok kroyokan gitu gerutu dewi sambil menyeka keringat di dahinya.
ye kan kamu sendiri yang minta buat aku sama brandon jadi satu tim ujarku sewot tak mau kalah,
dewi, mark.. ini minuman kalian, jangan sampai tenggorokan kalian kering karena gelombang panas ini teriak mrs. Pegy sambil membawa nampan berisi 3 gelas besar berisi limun.
oh terimakasih pegy, anda paham sekali dengan hawa panas ini teriak dewi sambil setengah berlari menghampiri mrs.pegy ibunya Brandon.
Mau tidak mau pertandingan tidak adil antara saya brandon dan dewi harus berhenti, saya dan brandon berjalan menghampiri dewi yang tengah menenggak minuman itu banyak2.
Ada yang kangen dengan brandon" Ya disinilah dia, brandon sudah benar2 sembuh ,sekarang saya dan dewi juga serng mengunjungi brandon, karena brandon adalah anak yang istimewa, lebih istimewa dari kami.. karena dia bisa membuka-tutup mata batinya, dia bisa menggunakanya sesuka hatinya.. sebuah keunikan untuk orang yang unik seperti kami.
100 Tahun Setelah Aku Mati
Setelah tragedi dengan daisy bbrapa tahun lalu brandon sudah tumbuh menjadi anak yang ceria dan aktif. Dia bahkan lebih cepat belajar dalam mengontrol kelebihany dari pada saya dulu.
yakin kamu akan segera pergi dari sini mark" tanya Brandon sambil memutar bola basket di jarinya.
yaaa.. aku sudah selesai disini brandon, tinggal mengurus beberapa hal terkait administrasi dan aku harus pulang kenegaraku, dan kamu jangan lupa untuk datang keacara wisudaku besok
aku tidak bisa membayangkan apa yang aku lakukan jika tidak ada kamu mark, kamu tau aku kadang kesulitan dengan mataku yang aneh ini ucapnya sambil membanting bola basket itu dan membuatnya terpantul tinggi..
aku sudah mengajarkan semua yang aku tau kepadamu brandon jawabku sambil merangkul pundak anak yang semakin tinggi ini..
yeah, tapi berjanjilah kalian untuk menghubungiku, ayahku berjanji jika nilaiku bagus saat aku masuk JHS dia akan mengajaku mengunjungi kalian di jakarta, berjanjilah mark, dewi kalian akan menemuiku disana
Saya tersenyum sambil mengangguk, sedangkan dewi masih sibuk dengan limunya.
Dewi menaruh gelas yang hanya menyisakan es batu itu dan berkata aku akan menunggumu mark, kalau kamu sudah dewasa kabari aku ya, kamu akan jadi cowok yang ganteng besok ucap dewi sambil menyibak dan mengacak2 rambut pirang brandon, brandon hanya bisa tersipu malu dengan sikap dewi..
Brandon, kamu hati2 disini, jangan bergaul dengan mereka , apalagi dengan sejenis Daisy pesan dewi kepada brandon..
bertemanlah dengan manusia saja ya, banyak kok yang lebih asyik dari mereka tambahku kepada brandon.
100 Tahun Setelah Aku Mati
berjanjilah kamu akan baik2 sja disini brandon dewi berkata lembut sambil menggendong tas selempangnya.
Insyallah jawab brandon sambil mengangguk tanda memahami nasihat dari kami...
*** zal, si brandon bakal baik2 aja kan kita tinggal" tanya dewi kepadaku saat kami sedang berada di perjalanan pulang.
kita doakan aja wi, kamu juga tau sendiri, orang sejenis kita punya jalan hidup yang gak mudah
Tidak terasa sudah 5 tahun, ya sudah 5 tahun saya mengenyam studi disini.. dan sekarang tidak sampai satu purnama saya, dewi dan bbrapa teman yang berkuliah disini harus kembali mengabdi ke tanah air, saya sedang menyukai kata mengabdi entahlah mungkin saya terlalu terpengaruh dengan buku milik almarhumm husain, coretan tanganya membuatku berpikir dua kali untuk apa yang akan saya lakukan selepas dari sini, saya membaca buku itu tiap malam menelitinya dan bahkan dari buku itu pula saya mengangkat undergraduate thesis dan mengantarkan saya pada predikat lulus dengan memuaskan ini. Saya dan dewi, sudah 5 tahun berteman kami sama2 tumbuh dewasa disini, Melbourne sudah melekat di hati kami bahkan kami sudah menganggapnya sebagai rumah kedua,
Selama di perjalanan kami melewati tempat2 yang dulu sering kami lewatkan bersama beberapa teman yang lain, seperti rumah makan padang di pinggiran kota monash milik uda samsul, Kedai kebab Turki milik tuan kharim yang selalu diburu lantaran murahnya, toko oleh2 nancy dimana dewi sering berdebat dengan pemilik tokonya demi mendapat diskon beberapa sen, dan banyak lagi kenangan dari tempat2 menyenangkan di melbourne, dan yang paling saya ingat tentunya adalah Yarra Valey ...
100 Tahun Setelah Aku Mati
Kami sampai di hunian menjelang sore, beberapa teman seperti wayan dan wardhana dan 2 orang cewek teman kami yang lain tampak asik mengobrol diruang tengah sambil mengemas beberapa barang yang bisa dibawa pulang. Mereka adalah kawan baiku disini, teringat peristiwa mengerikan yang saya lalui bersama mereka, tentang serangan dari Daisy,tentunya mereka masih trauma. Tapi mereka adalah teman2 baik yang setia mendukungku dan menemaniku. Sudah banyak hal terjadi disini banyak peristiwa suka dan sedikit duka selama berkuliah disini, tampaknya Allah memudahkan jalan kami sehingga kami semua mampu lulus dengan pencapaian baik disini.
Semua memiliki mimpi, tapi tujuan kami hampir sama yaitu mengabdi. Mengabdi dengan cara kami masing2 ada yang bercita2 bekerja di rumah sakit besar, ada yang ingin melanjutkan spesialis bidang keilmuan, bahkan ada yang ingin buka praktek di kampung tertinggal, dan orang itu adalah saya. Lagi2 itu karena buku impian husain. Dia benar2 menularkan semangatnya kepadaku. Saya sudah membuat rencana akan kemana dan sebagainya, dan itu akan saya ceritakan seiring cerita ini berjalan.
Banyak hal yang harus diurus jika saya ingin jadi dokter, kami disini hanya menjalani pendidikan untuk spelialisasi harus kami tempuh di tanah air, koass, ukdi dan sebagainya semua harus kembali ke tanah air. Butuh waktu sekitar 10 tahun jika saya ingin mendapat gelar dokter spesialis anak
***** Kalian tau ada perasaan berat sekaligus senang atas rampungnya saya belajar disini, berat karena meninggalkan tempat yang sudah seperti rumah, dan senang akhirnya saya bisa pulang..
Tempat dimana saya berasal, tempat dimana saya lahir, tempat dimana saya akan menghabiskan umur saya disana.
Kembali ke tanah air berarti adalah melunasi hutang. Hutang kepada negara akan kubayar dengan pengabdian, dan saya harus melunasi kepada satu orang dan satu lagi seorang yang sebenarnya bukan manusia.
Kalian tau siapa mereka"
Kalian tentu paham dengan siapa saya harus melunasi hutang, jelas kepada Risa dan Sari.
100 Tahun Setelah Aku Mati
2 orang serupa yang lahir dari waktu yang berselang puluhan tahun, masih sebuah misteri kenapa mereka bisa serupa.. masih misteri juga kenapa Risa seolah dikirim Tuhan untuk menggantikan Sari menemaniku. Sari adalah makhluk yang penuh misteri dimana terakhir kami bertemu beberapa tahun lalu dia meminta saya untuk membantunya , bantuan apa yang bisa saya lakukan untuknya". Bertahun-tahun saya memikirkan itu tapi tetap saya belum menemukan jawabanya.
Lalu siapa 2 orang yang saya rindukan", saya benar2 merindukan kedua almarhum orangtua saya.
Meskipun beliau berdua sudah meninggal sekian tahun lalu,saya tetap merasa beliau2 sangat dekat dengan saya, saya tidak tau seberapa dekat, tapi saya rasa sangat dekat.. sangat dekat seperti nyawa& .
Seolah setiap pagi saat saya bangun dari tidur dan saya masih bisa mendengar suara ibuk yang membangunkanku dengan lembut Rizal ayo bangun nak.. sekarang sekolah lhooo begitu kata2 ibuk yang selalu terbayang di telingaku, seakan suara yang tidak nyata itu benar2 terdengar,
Saya tidak ingat banyak hal tentang apa saja yang pernah dikatakan ibuk kepadaku, saya hanya bisa mengandaikan kalimat sederhana penuh kasih itu terucap dari ibuku yang sudah terpisah belasan tahun dariku. Sering kali saya merasa ada yang menemani saat saya sedang lelah karena padatnya aktifitas, saat saya sedang jenuh belajar, saat saya sedang malas, dan saat saya membuang waktu untuk hal yang tidak penting kadang saya seperti mendengar bisikan anak cowok jangan loyo, anak cowok jangan lemah yaa kira kira seperti itu suara yang membisik ditelinga saya, saya seolah mendengar suara bapak.. . serius saya seperti mendengar suara yang terdengar berat namun lembut, terdengar tegas tapi tidak memaksa. Itulah ke khasan bapak yang sampai saat ini saya ingat, suntikan semangat beliau yang berlatar belakang prajurit membuat saya mau tidak mau mengikuti gerak langkah cepatnya, dan kedisiplinan tindak tanduknya. Masih segar diingatan saya saat pertama dilatih naik sepeda oleh beliau, saya terjatuh berkali2, tapi bapak hanya menonton dan menyuruh saya bangun, bahkan lutut saya sampai berdarah2 tapi bapak tetap
100 Tahun Setelah Aku Mati
membiarkan saya berusaha lagi dan berkata bangun le& bangun .. sosok pendiam nan kharismatik itu terkenang dianganku..
Bapak& Ibuk& . Anakmu sudah besar sekarang.. begitu kataku dalam hati. kalian yang masih bersama orangtua kalian sebaiknya bersyukur, sebaiknya kalian turuti setiap seruan nasihat mereka, hayati setiap ucap lembut permintaan mereka kepada kalian, dan syukuri setiap desah doa yang selalu dilantunkan orangtua kalian untuk hidupmu.
Karena disini ada seseorang yang harus menanggung rindu seumur hidupnya karena tidak lagi bisa memeluk orangtuanya&
Karena disini ada seseorang yang rela jauh merantau untuk membanggakan kedua orantuanya, walaupun dia tidak akan pernah melihat orantuanya menangis bahagia karenanya.
Karena disini ada seseorang yang rela menukarkan seluruh hidupnya hanya untuk bertemu lagi dengan bapak ibunya walaupun itu hanya sekali saja& sekali saja.. ****
Saya masuk kedalam kamar sekedar ingin melamun, danberpikir mengenai apa saja yang sudah saya lakukan disini dan mengemasi beberapa dokumen penting. Sisa beberapa hari sebelum kami wisuda, tiket penerbangan kami sudah ditentukan tanggal keberangkatanya, kami menggunakanwaktu yang tersisa untuk sekedar packing barang yang bisa kami bawa pulang, beberpa barang yang besar sengaja kami tinggal atau kami berikankepada orang lain, saya sudah memberikan sepeda yang biasa saya gunakan untuk berangkatkuliah kepada Brandon, karena repot sekali jika saya harus membawanya pulang. Beberapa dokumen menumpuk untuk ditandatangani dan masih banyak hal terkait administrasi yang mulai menggunung menunggu untuk diselesaikan.
Saya duduk di meja belajar, dan melihat rak yang dijejali dengan buku2 tebal, saya mengambilnya dan memasukanya satu persatu ke dalam koper yang khusus saya
100 Tahun Setelah Aku Mati gunakan untuk mengemas buku dan beberapa persuratan.
Cukup memakan waktu lama untuk memaksa semua buku itu masuk kedalam koper yang tidak seberapa besar ini, saya melanjutkan keasyikan packing saya dengan mengemasi foto2 semasa kuliah yang terpajang di dinding kamarku, dilanjutkan memilah beberapa pernak pernik yang ingin saya bawa pulang, beberpa plakat penghargaan dari beberapa seminar dan kejuaraan yang saya ikuti juga saya kemasi serapi mungkin, saya tidak ingin satu kenangan berharga sampai tertinggal disini..
Sekitar 2 jam saya membungkuk hingga merasakan pegal di pundak dan saya duduk di kasur
ehh apa ini" gumamku sambil memungut sebuah benda keras yang tidak sengaja saya duduki..
Sebuah kotak beludru yang lebih kecil dari telapak tangan, saya tersenyum dan memungut benda berharga itu..
kok bisa sampe sini gumamku sambil membukanya..
ecieee udah gak sabar banget nihh kayaknya suara dewi dari luar pintu kamar yang sya sengaja biarka terbuka membuat saya menoleh..
kamu wi, ngagetin aja.. ini tadi gak sengaja aku dudukin, untung gak rusak ujarku sambil menimang kotak perhiasan itu..
zal, jadi begitu pulang kamu langsung mau lamaran nih" jawab dewi sambil nyelonong masuk dan duduk disampingku&
ya kalau semuanya lancar wi jawabku sambil membuka-tutup kotak yang berisi sepasang cincin itu.
awas aja kalo sampe lupa ngundang aku zal seru dewi sambil memukul2 pelan bahuku..
100 Tahun Setelah Aku Mati
Saya tersenyum dan meletakan kotak berisi cincin yang insyallah akan saya gunakan untuk melamar Risa setelah tiba di tanah air..
kalau kamu kapan" ucapku sambil menggoda dewi..
kapan apanya sih zal" jawabnya mengelak sambil bersiap berdiri untuk kabur, karena dia tidak tahan jika digoda dengan pertanyaan seperti itu, dengan cepat saya meraih tanganya dan memaksanya duduk kembali..
eit eit, jawab dulu pertanyaan om .. udah deh wii jangan berlaga bego, ntar bego beneran tau rasa lho seru saya dengan lebih semangat..
hihh.. sebel aku kalo diginiin, udah lah zal.. santai aja, besok juga ada yang kecantol sama aku jawabnya dengan ketus sambil melipat kedua tanganya di depan perut..
keburu tua kamu wi, udah sekarang kamu harus nyari cowok yang siap bertanggung jawab
nyari" Dihh ogah zal, gak ada sejarahnya sel telur ngejar sel sperma, gak lazim cewek ngejar cowok.. zal semua udah ada garisnya jodoh udah ada yang ngatur, kadang jodoh itu muncul di tempat dan waktu yang gak terduga, tapi aku yakin aku bakal segera nyusul kayak kamu.. jawabnya sambil tersenyum tapi serius.
aku berdoa wi, semoga kamu ketemu orang yang sama luar biasanya kayak kamu, yang bisa melengkapimu dan ngebimbing kamu
Dewi tersenyum sambil menoyor kepala saya.. aminn ucapnya sambil berlalu meninggalkan saya.. **
100 Tahun Setelah Aku Mati
Hari yang dinantikan tiba, hari suka cita dari setiap insan yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, hari peresmian bahwa kita sudah selesai mencekoki otak dengan bidang keilmuan yang tidak sebentar kami tekuni, hari dimana beban sebagai mahasiswa strata pertama selesai, dan hari pertama untuk perjuangan yang lebih panjang untuk menempuh spealisasi keilmuan saya yang masih belum spesifik, dan perjalanan panjang untuk meraih gelar dokter yang sebenarnya. Hari ini merupakan akhir rutinitasku di Melbourne dan saya tak lama lagi akan menjalani rutinitas baru yang lebih kompleks di Indonesia dengan segudang permasalahanya..
Pakaian impian semua mahasiswa sudah saya kenakan.. toga dengan logo Universitas Melbourne yang menempel di dada sebelah kanan, teman2 saya tampak gagah dan cantik dengan balutan makeup tebal, tampaknya mereka semua mempersiapkan betul hari besar yang dinanti ini.
Dewi, Wayan, Wardana, Novita dan Miska, teman seperjuanganku disini mereka ada dikanan kiriku, menangis dengan haru di hari bahagia ini& Temanku dari Negara ini juga Nampak menawan, lihatlah Natalie si jangkun bermata biru nan cantik itu melambai kearahku dan tersenyum dengan anggun. Lihatlah Eugene si otak professor dengan gaya flamboyanya melangkah dengan bangga..
Mereka didatangi keluarga mereka yang jauh2 menempuh jarak ribuan kilometer hanya untuk menyaksikan dan ikut berbahagia dimoment sakral akademisi ini. Kecuali saya dan dewi tentunya, tidak ada dari kami yang mendapat kunjungan dari keluarga untuk merayakan hal indah ini..
Sebenarnya om Bowo beberapa kali mengetakan akan datang, tapi hal tersebut saya tolak dengan halus. Karena tidak sedikit biaya yang dikeluarkan jika harus repot2 kesini, sama halnya dengan Risa yang saya bujuk agar tidak usah repot2 datang kesini, kita rayakan setelah aku sampe rumah nduk , begitu bujukanku kepadanya yang dia terima dengan baik, alasan lain adalah saya ingin menemani dewi dan menjaga perasaanya, saya lebih beruntung karena masih ada kerabat dekat yang mendukungku dan memperhatikanku, saya juga memiliki risa dan om Hamzah yang sangat perhatian denganku.. sedangkan dewi& & .
100 Tahun Setelah Aku Mati
Saya ingin menemaninya, saya ingin mendukungnya dan ikut berbahagia di hari istimewanya ini, saya tidak ingin melihat wajah kecewa dewi karena tidak ada yang memeluknya dengan haru, saya tidak ingin melihat wajah sedihnya karena tidak ada orang untuknya membanggakan diri, saya ingin menemaninya dan memberitahunya bahwa dia tidak sendirian di dunia ini.
selamat zal ucapnya sambil menyalamiku dengan isak tangis bahagia
begitu juga dengan kamu wi ucapku dengan suka cita&
Hari itu adalah salah satu hari bersejarah di hidup kami, ingin rasanya saya mengukir sebuah prasasti dan saya tancapkan ditempat dimana semua orang bisa melihat pencapaian kami.
Tidak terasa setetes air mata turun dari bola mataku, saya membayangkan andai saja& ..
Andai saja jika beliau masih hidup & andai saja jika beliau berdua melihatku berdiri disini&
Dalam hati saya berdoa dan bersyukur kepada Allah..
Ditengah riuhnya wisudawan dan wisudawati di auditorium yang sangat luas itu saya menengadah dan menerawang ke langit langit.. berusaha memvisualisasikan bayang kedua orangtua saya
pak.. buk.. mohon doa restu
100 Tahun Setelah Aku Mati
PART 55 (kenangan dari makhluk hampir abadi.., PETUNJUK!!)
Hari jumat sore merupakan hari yang teramat sibuk tapi santai, weekend banyak dimanfaatkan kaum muda Melbourne untuk sekedar hangout dengan sejolinya, saya tengah berjalan sendirian sejak pagi tadi,menghabiskan sisa hari2 terakhirku disini. entahlah kenapa saya ingin sekedar berjalan2 sendirian, padahal saya sangat enggan dengan namanya kesendirian tapi kebiasaan lama kadang membuat kita kangen untuk mengulanginya.. iya kan" Saya ingat di masa kecil saya saya sering bahkan selalu jalan sendirian sepulang sekolah, menyusuri padang ilalang seorang diri karena tidak ada yang mau untuk sekedar berjalan denganku, jalanan setapak di sepanjang persawahan adalah rute yang paling saya senangi, kenapa" Karena tempatnya sunyi dan sepi&
Well& sebenarnya saya tidak benar2 sendirian, saya selalu dibarengi dengan seorang kawan yang bisa dikatakan hampir abadi.. Sari.. tentunya kalian mengenal sari, entahlah apakah sari pantas disebut seseorang , karena pada dasarnya sari hanya qharin dari sari yang pernah hidup di masa lalu, aneh sekali masa itu, manusia yang harusnya jadi bangsaku malah menjauhiku, justru makhluk yang bukan manusia malah menjadi kawan baiku. Itulah kenapa saya memilih jalan sepi setiap pulang sekolah, agar saya bisa bermain dengan sari tanpa dianggap gila oleh orang2. Saya melewati jalan kampung di pinggiran semarang, menyebrang parit kecil dan berhenti di semacam padang ilalang, disana saya biasa bermain, ngobrol dan berkeluh kesah kepada sari tentang betapa menyebalkanya sikap orang2 kepadaku. Dulu saya membenci mereka yang menjauhiku, tapi entahlah ketika saya bersama dengan sari kebencian itu menguap begitu saja.
Sangat berbeda dengan sekarang dimana saya sudah mempunyai banyak teman, sangat jarang rasanya saya merasa kesepian karena tidak ada orang disampingku. Saya duduk di sebuah kursi panjang di trotoar, udara mulai bertambah dingin dengan angin yang mulai berdesir, dinginya serasa menembus kulit. Saya merogoh saku mantelku dan memakai sarung tangan, tidak lupa kupluk bulu domba itu saya benamkan lebih dalam agar lebih rapat melindungi telingaku dari rasa dingin.
100 Tahun Setelah Aku Mati
Saya asik membaca pesan singkat yang tertera di hp, pesan dari Indonesia, tentunya kalian tau siapa dia.. bahkan dalam pesan teks sekalipun dia tetap jenaka dan menyenangkan seperti biasa.. tidak terasa cukup lama saya asik chating dengan dia, sampai waktu sudah semakin malam dan suasana semakin gelap, seorang bapak2 duduk disampingku dan bertanya sedang menunggu seseorang nak" tanyanya dengan ramah..
ahh, tidak pak, saya hanya menikmati Susana ini jawab saya dengan sopan.. Bapak2 yang mungkin berumur 50an tahun itu hanya membalas dengan senyum sambil berdiri Karenna bis yang menjempunya sudah terlihat, dia menganggukan kepalanya tanda permisi..
saya memandangi bapak2 yang sudah masuk kedalam bis yang sudah melaju perlahan itu,
malam itu purnama terlihat penuh, jalanan masih ramai dengan lalu lalang kendaran dan orang2 yang berjalan kaki, saya hanya duduk terdiam menikmati waktu sambi sesekali membalas senyum gadis penjual bunga yang membawa daganganya dengan keranjang kecil di lenganya, dia tampak berdiri di pinggir jalan sambil menoleh ke kanan dan kiri..
gadis manis itu menjajakan bunga mawar yang sudah dihias sedemikian rupa hingga terlihat lebih cantik, saya taksir umurnya sekitar 17 tahun, mungkin dia berjualan bunga unuk tugas sekolah atau acara amal saya tidak tau, gadis dengan rok berwarna hitam sebatas lutut itu menghampiriku dan menanyaiku.. apa kamu sedang menunggu seseorang" pertanyaan yang sama seperti yang ditanyakan bapak tadi,
tidak, apa saya terlihat sedang menunggu seseorang" jawab saya dengan sopan kepada gadis yang terlihat oriental itu, mungkin dia adalah blasteran dari kulit putih eropa dengan orang asia, yang membuatnya terlihat unik namun cantik. boleh aku ikut duduk"
Saya tersenyum dan memberikan anggukan sambil memberikan sela ruang agar gadis itu duduk disamping saya..
Marry, aku marry dan kamu tuan& .
oh, Markus.. disini saya biasa dipanggil mark saya memperkenalakn diri pada gadis yang mengajak saya berkenalan itu.
100 Tahun Setelah Aku Mati
katakana padaku mark, dari mana kamu berasal, aku kira kamu bukan berasal dari sini mary bertanya sekaligus menebak.
yaa.. disini saya hanya untuk kuliah, saya berasal dari Indonesia wahh.. apakah kamu dari bali" tanyanya dengan antusias bukan, saya dari Yogyakarta, apa kamu pernah mendengar nama itu" Marry mengerutkan dahinya, mungkin dia belum pernah mendengar nama Yogyakarta sebelumnya..
aku yakin pernah mendengar nama kota itu, tapi aku tidak yakin itu dimana, apakah itu tempat dimana masih ada seorang sultan yang memerintah" tanyanya lagi, gadis ini cukup cerewet ternyata. Tapi dia cukup berwawasan karena tau bahwa jogja masih memiliki sultan yang memerintah sebagai gubernur.
Saya hanya mengangguk pelan sambil menengadah ke melihat purnama yang terlihat berpendar indah..
keren ucapnya sambil membenahi susunan bunga di keranjangnya.. mark, senang berkenalan denganmu. Aku harus pulang sekarang ucapnya sambil berdiri dan menyodorkan setangkai mawar putih kepadaku. Saya menerima setangkai mawar itu
berapa harganya mary" tanyaku sambil merogoh saku untuk mengeluarkan dompet.
aa.. tidak.. tidak.. aku tidak memintamu untuk membelinya mark, aku memberinya untukmu, aku disini tidak untuk berjualan, aku hanya berdiri disini sepanjang hari untuk memberikan bunga2 ini kepada oran yang mau menerimanya, kamu sudah cukup baik mau menerimanya, sepanjang hari aku disni dan baru kamu yang mau menerimanya, jadi tidak usah ucapnya, dia tersenyum dan memberikan anggukan pertanda dia permisi.. Saya memegang mawar itu dan sejenak berpikir mengenai kucapan mary, aneh juga untuk ukuran gadis jaman sekarang memberikan bunga seharian kepada orang, anehnya lagi dia berkata baru saya yang mau menerimanya.. memang apa salahnya hingga tidak ada yang mau menerima setangkai bunga dari gadis cantik.. Serrrrr& dan tiba2 ada hawa aneh muncul &
Bulu kuduk saya tiba2 merinding sekali, dibarengi dengan rasa dingin yang
100 Tahun Setelah Aku Mati
hinggap di leher bagian belakang saya, saya merasa kepekaan indra saya meningkat dengan sendirinya, mawar yang saya pegang itu & mawar itu & aneh sekali tiba mawar itu layu dan mengering dengan sangat cepat, sangat tidak masuk akal batinku dalam hati.. angin bertiup dan tiupan angin membuat kelopak bunga yang kering dengan aneh itu terbang,
saya melihat ptongan kelopak bunga kering yang terbang diangkat angin itu melayang kearah dimana tadi marry berjalan meninggalkanku. Ya.. kejadian aneh kembali menimpaku teman&
Saya memang tidak banyak menceritakan pengalaman bertemu mereka selama di Melbourne, karena saking banyaknya, setiap hari saya bertemu makhluk tak kasat mata disini, tapi malam itu terjadi keunikan saat saya bertemu dengan salah satu dari mereka , sosok yang mengaku bernama Marry.
Marry, saya masih melihatnya dari jarak yang tidak terlalu jauh, dia& dia tidak lagi terlihat seperti gadis manis yang menyenangkan selayaknya beberapa detik yang lalu, terlihat bahwa dia berjalan dengan kaki pincang, dia berjalan terseok-seok, rambut panjangnya yang tadi terlihat indah berwarna hitam kecoklatan kini tampak kumal dari belakang, rok dan sweeter yang dia pakai tadi terlihat menawan, tapi sekarang yang terlihat oleh saya adalah pakaian robek yang compang camping dia kenakan, dia berjalan dengan menyeret kaki kananya, kenapa" Karena kaki kananya hanya sebatas mata kaki, tanpa ada telapak kaki dibawahnya..
Marry !!! teriak saya dengan keras, teriakan saya membuat para pejalan kaki menoleh kearah saya,
Saya berteriak lagi Marry!!!... Mary!! orang di sekitaran trotoar yang ramai itu mulai memandangku dengan tatapan aneh, mungkin dalam hati mereka bicara.. ada apa dengan orang aneh ini.. saya mengesampingkan tatapan aneh dari orang2, dan marry dia menoleh kearahku& bukan menoleh seperti saat kamu di panggil orang, dia menoleh dengan caranya, dia memutar kepalanya 180 derajat hingga menhadap kearahku yang ada sekitar 15 meter di belakangnya.. Shittt.. mungkin kamu akan mengumpat karena melihat wajah marry. Wajahnya pucat seperti kerena terendam air dengan wktu lama, lebam2 di wajahny tampak
100 Tahun Setelah Aku Mati
membiru, di pelupuk matanya tampak darah yang menghitam menetes melewati pipinya.. dia tidak berhenti berjalan dia melanjutkan jalanya yang pincang dengan kepala yang terputar menhadapku, saya merasa ngilu melihatnya bagaimana rasanya jika lehermu diputar 180 derajat seperti burung hantu", dia berjalan menjauh, satu matanya tertutup, dan satu matanya terbuka dengan melotot berwarna merah, tapi anehnya wujud seram itu masih sedikit menyiratkan kelembutan, aneh ya", bibirnya tersenyum dan membuat gerakan seolah dia mengatakan.. jaga dirimu mark ..
Saya berlari berusaha mengejar sosok Mary yang mulai berjalan menembus melewati orang2 yang tidak sadar bahwa mereka baru saja dilewati sosok makhluk tak kasat mata, brugg.. maaf.. brug maaf brugg.. maaf saya sedang buru2 begitu kataku ketika saya menabrak beberapa pejalan kaki yang terlihat sebal karena tingkahku.
Sosok marry terus berjalan dengan cepat, tidak wajar dengan satu kaki dia bisa bergerak cepat, namun terkesan tidak terburu2. Ketika saya persis ddi belakangnya saya mengajaknya berkomunikasi dengan bahasa batin Marry tunggu aku
ada apa mark", aku harus pulang jawabnya dengan kepala yang masih terputar kebelakang.
Saya sendiri tidak tau kenapa mengikuti sosok ini, biasanya saya mengacuhkan mereka tapi saya merasa ada feeling aneh yang mengusik saya, hingga saya berlari mengejarnya..
bolehkah aku bicara denganmu"
Marry memutar kepalanya kearah yang seharusnya, kemudian dia berbalik dan wujudnya sudah berubah kembali pada sosok yang enak dilihat. kamu.. sebenarnya siapa" tanyaku padanya,
Saya berdiri di trotoar yang dilewati banyak orang, mungkin di mata orang biasa saya terlihat seperti orang konyol yang mematung di tengah rute berjalan orang2, mereka yang berjalan melewatiku melihatku dengan sorot wajah bingung.. mereka tidak sadar bahwa dalam diam saya tengah bicara pada sosok yang tidak bisa mereka lihat dan rasakan
100 Tahun Setelah Aku Mati
hmm& aku Marry mark, aku bukan manusia seperti yang kamu kira tadi, tapi akhirnya kamu tau, benar2 orang special
ikuti aku mark ajaknya sambil melayang duduk di sepasang bangku di trotoar yang saling berhadapan.
Kami saling duduk berhadapan, saya mengeluarkan hp dan berlagak memainkanya, agar tidak mencolok kepada orang2 yang lalu lalang..
jelaskan tentang dirimu marry tanyaku dengan bahasa batin.. kenapa kamu ingin tau mark", bukakah orang special sepertimu tidak terlalu menyukai bangsa kami"
ya.. tapi tidak semuanya dari bangsamu yang jahat, kita masih sama2 hamba Tuhan
Marry tersenyum, dan senyumanya dibarengi dengan bola matanya mengeluarkan darah kental kehitaman..
ohh.. maafkan aku mark, aku tau manusia tidak terlalu suka dengan darah ujarnya sambil mengusap darah yang mengalir di pipipinya.
apa yang terjadi denganmu", aku yakin kamu adalah bagian dari orang yang dulu pernah hidup kan" tanyaku dengan serius .
yaa.. seperti itulah mark jawabnya sambil merapikan kembali bunga2 mawar gaibnya.
lalu kenapa kamu masih disini" Jjleeegggg..
Tiba2 Marry menatapku dengan tajam, urat2 di lehernya bermunculan, dan wujudnya berubah kembali, mata kirinya merah, dan mata kananya berongga.. berongga karena tidak ada bola mata di dalamnya.
Darah2 kental berwarna hitam seperti kecap kembali mengalir, dia tampak tidak senang&
apa kamu ingin mengusirku"!! Apa kamu ingin menyiksaku seperti mereka"!! Haaaaaa!!!
Marry berteriak, suaranya tinggi sekali dia tampak histeris, suaranya seperti kuntilanak yang menangis dan merintih di tengah malam. Dia mungkin salah
100 Tahun Setelah Aku Mati
paham, badanya mulai terangkat, dia berusaha kabur,saya berusaha mengurungnya agar tidak bisa pergi&
AAAAAA!!!.. huaaaa!!! dia berteriak, suaranya sangat menyedihkan, dia seperti sangat ketakutan.. mungkin memori bagian masa hidupnya yang membuat dia seperti ini..
marry!! Aku sama sekali tidak bermaksud buruk!, aku tidak ingin mengusirmu! haaaa!!! Bodohnya aku.. bodohnya aku percaya pada manusia lagi.. haaaaaa!! Marry tenanglah!! teriaku dengan keras, tentunya dengan bahasa batin, hingga orang2 di sekeliling saya hanya mellihat seorang pemuda yang sibuk dengan ponselnya.
Marry sebenarnya hanyalah jin yang menyerupai wujud Marry yang pernah hidup sebelumnya, tapi masih jadi perdebatan kenapa jin2 itu seolah mewarisi apa yang ditinggalkan dari pasangan manusianya dulu, sperti dendam, sesal, kecewa, dan dari situlah muncul istilah Hantu gentayangan dari orang yang pernah mati.. Marry di depanku ini jelas memiliki masa lalu yang sangat tidak menyenangkan, dapat dirasakan dari suara rintihanya, suara tangisnya yang terpecah dan terdengar sangat memilukan, mungkin di masa hidupnya Marry memiliki sejarah buruk atas kematianya.
aku berjanji tidak akan mengusirmu dari manapun marry.. tenanglah.. Butuh beberpa menit sampai marry terlihat tenang, dia tidak meronta, dia tidak lagi menjerit pilu seperti tadi.
apa yang inginmu sebenarnya" kata marry dengan waspada..
aku hanya ingin tau kenapa kamu tidak ke tempat dimana kamu sebenarnya harus hidup, di alammu bukan di ala mini ucapku dengan perlahan.. Marry kembali menangis& dia menjerit dengan menyedihkan, kalia para cowok, kira2 apa yang kalian lakukan jika didepan kalian ada seorang gadis yang menangis tersedu", tentunya kalian akan mengusap air matanya dengan lembutkan" Mungkin kalian akan mengatakan udah jangan nangis .. Tapi jika kalian ingin mengusap air mata Marry jangan gunakan sapu tangan atau tisu untuk mengusapnya, sebaiknya gunakan kasa atau kapas, karena yang keluar
100 Tahun Setelah Aku Mati
dari matanya bukanlah air mata, melainkan darah kental, wajah menyeramkan itu tampak berlumuran darah.. sangat mengerikan jika kalian melihatnya secara langsung, saya tau bangsa mereka adalah makhluk yang penuh tipu daya, tapi nurani saya berkata bahwa sosok didepaku bukanlah makhluk yang perlu di waspadai, dia hanyalah segelintir dari banyaknya jin yang terjebak di dimensi yang tidak seharusnya mereka tinggal didalamnya.
aku menunggu seseorang.. aku menunggu seseorang.. aku menunggu seseorang !!!! jeritnya dengan histeris, dia menjerit dengan lengking, telinga saya serasa ditusuk karena tingginya suara itu, walaupun hanya saya seorang yang dapat mendengarnya.
siapa yang kamu tunggu" tanyaku lagi
Will& William& aku menunggu William & aku menunggu William teriaknya sambil mengerang parau..
dimana William sekarang"
Marry mengambil setangkai mawar, dan melemparkanya pas mengenai keningku, dan dalam sekejap saya berkedip, kalian tau kecepatan kedipan mata manusia" Cepat bukan" dari kedipan sepersekian detik, latar disekelilingku bukan lagi Melbourne di tahun 2011&
Matahari bersinar terik, saya benar2 merasakanya, suasana di sekelilingku jauh berbeda ddari beberapa detik lalu, saya sudah pernah mengalami kejadian ini, tampaknya saya diajak masuk ke ingatan masa lalu marry..
Orang2 bergaya retro, bendera Britania Raya tampak berkibar, jalanan belum banyak dilalui kendaraan, kendaraan mobil yang lewat bergaya klasik, saya berdiri dari sebuah batu yang saya duduki.. beberapa meter saya melihat Marry, bersama seorang lelaki..
Saya yakkin itu adalah William yang dia sebut tadi.. Marry membawa sekeranjang mawar persis seperti yang selalu diabawa. Saya tidak yakin kejadian itu berlatar taun berapa tapi melihat gaya pakaianya, dan suasana rumah berjejer di tempat itu mungkin saya tengah berada di tahun 30an" Atau mungkin 40an, saya tidak terlalu ambil pusing.. saya fokus kepada 2 orang itu&
Saya berjalan mendekati mereka agar bisa mendengar percakapanya..
100 Tahun Setelah Aku Mati
aku tidak akan lama& aku tidak akan lama pergi, tunggu aku ucap William sambil memeluk Marry.
Saya melihat drama perpisahan disini, William adalah cowok bule, dia memakai topi dan kacamata yang cukup tebal tergantung di hidungnya, dbukan tentara, dapat saya lihat dari posturnya, tapi dia membawa kamera Polaroid tua.. saya merasapandangan saya samar& tapi diakhir perjalanan ruang dan waktu itu saya melihat Mary mengangguk dan memberikan setangkai mawar putih kepada William, dan sekelebat kemudian saya sudah kembali kea lam nyata. Marry, dia masih menangis dengan sendu, kali ini dengan wujud cantiknya, yang dia usap diwajahnya bukan lagi darah, melainkan air mata.. dia benar2 tampak seperti seorang gadis perawan yang sedang patah hati karena menunggu kekasihnya, kisah cinta klasik, abadi namun tragis..
Saya sudah paham maksudnya, saya sudah mengerti alas an kesedihan Marry, dan saya sudah mengerti kenapa dia masih disini&
jangan bertanya bagaimana aku mati ucapnya dengan terisak pelan.. Saya hanya mengangguk&
aku paham sekarang, kamu tidak sedang menunggu.. kamu ditunggu kan", ditunggu oleh seseorang, sosok sepertiku, dan kamu berusaha mencari cara bagaimana membantunya" ucap marry..
Sekali lagi saya hanya mengangguk..
jika betul maka jangan sampai kamu berbohong seperti wiliam, dia membuatku tidak bisa pergi dari sini, aku mewarisi rasa itu, aku mewarisi rasa sakitnya, hingga aku belum dapat kembali sampai rasa sakit itu sembuh
Marry berdiri dan melayang, dia menghampiriku..
aku harus pulang.. pesanku, tuntaskan apa yang menjadi alas an dia tidak bisa tenang
Marry melayang pergi, saya bahkan belum sempat berterimakasih.. Saya duduk termenung.. tentunya kalian tau alas an saya melakukan hal itu tadi.. Ya tentunya sari.. untuk sari..
datanglah saat 100 tahun setelah aku mati dia memintaku demikian, permintaanya hanya itu..
Jelas ada 1 hal yang membuatnya belum tenang.. malam itu saya belum
100 Tahun Setelah Aku Mati mendapat petunjuk bagaimana saya akan membantu sari. Tapi saya mendapat alasan kuat untuk menepati janjiku.. Agar Sari jangan sampai bernasib sama dengan Marry.
100 Tahun Setelah Aku Mati PART 56 (Rumah untuk aku pulang)
Hari minggu, semua berjalan begitu cepat, hari itu adalah hari dimana semua perjalananku disini sudah berakhir, hari final dari seribu satu ceritaku di Melbourne yang alhamdullillah saya tutup dengan manis.
Saya duduk di samping Wayan yang terlihat murung, anak konyol ini dari pagi tadi sudah meracau karena tidak ingin berpisah dengan kami, Bli, kamu harus janji besok kalau ke bali harus mampir ke Ubud, kamu tinggal aj di rumahku begitu katanya berulang-ulang, saya melirik kearah Wardhana yang asik dengan Novelnya, sambil sesekali ngobrol dengan dewi yang sedang asik melihat kumpulan awan dari dalam pesawat berlambang Burung kebanggaan Indonesia ini, novita dan miska, entah apa yang mereka obrolkan hingga mereka cekikian di tempat duduk mereka, sedangkan saya cuma berdehem untuk menanggapi ocehan wayan yang tidak ada hentinya mengomentari kepulangan kami..
Butuh waktu beberapa jam untuk kami sampai di Bandara Soekarno-Hatta, dan di Soekarno-Hatta pula kami berpisah, Dewi akan kembali ke panti dimana dia tinggal, dia sudah punya rencana akan bertemu beberapa lembaga yang berminat memberinya sponsor untuk kelanjutan studinya, Wayan, dia berencana akan meneruskan lanjutan studinya di Tanah air, begitu juga dengan Wardhana, Novita dan Miska, mereka akan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dengan dana pribadinya, karena memang mereka semua dari golongan keluarga yang berada, sedangkan saya"" Saya tidak sepintar Dewi yang akan mendapat sponsor, saya hanya orang sebatang kara yang tidak memiliki keluarga kandung dan belum berpenghasilan, tapi saya adalah orang yang sangat beruntung& sangat beruntung.. kalian tentu ingat di beberapa part lalu saya menceritakan kalau saya menadapatkan hak dari Asuransi hidup Bapaku senilai 500 juta"ya dan dari situlah saya akan meneruskan semua yang saya harus lanjutkan.
Di Soekarno Hatta kami berpisah, jaga diri kalian ucap saya sebagai perpisahan kepada teman2ku,Wardhana harus kembali kerumah orangtuanya di Malang, Novita kembali ke Medan, Miska dia adalah orang Palembang, Wayan dan Dewi..
100 Tahun Setelah Aku Mati kalian tau mereka berasal dari mana..
Masa sekolah dasarku sangat tidak menyenangkan saya banyak menghabikan waktu disana untuk di bully dan di aniyaya lahir batin, dan saya tidak terlalu berat meninggalkan masa itu,kecuali karena harus berpisah dengan sari tentunya, di SMP adalah permulaan saya memiliki teman, cukup sulit untuk berpisah bersama teman masa SMP yang mengajaraiku banyak hal bagaimana bergaul dengan orang lain, sedangkan masa SMA.. hmm tentunya kalian tau masa SMA sangat indah bahkan dijadikan sebuah judul lagu oleh penyanyi tahun 80an, di SMA semua hal baik dan buruk terjadi, hubunganku dengan risa, prestasi2 kecil yang saya raih mayoritas saya dapat di jaman SMA, dan meninggalnya bapaku terjadi di jaman SMA, dan sekarang saya harus berpisah kembali dengan orang2 luar biasa yang menemani perjalananku selama 5 tahun disini, orang2 ini secara tidak sengaja ikut membentuk pribadiku yang lebih dewasa disini. good bye lambaian terakhirku mengiringi perpisahanku dengan Wayan, Wardhana, Novita dan Miska..
Kini tinggalah saya dan dewi yang turun di bandara, dewi akan segera kembali ke tempat dimana dia pulang.. lalu kenapa saya malah turun di Jakarta" Bukankah lebih enak jika saya turun di Bandara Adisutjipto" Jawabanya karena saya ingin berkunjung ke suatu tempat.. kalian tau" Saya ingin ke Semarang.
Zal, kamu gak mau mampir dulu" dewi menawariku untuk mampir ke panti, mungkin lain kali wi, ada yang harus aku selesein, salam buat anak2 dan ibu panti ya jawabku
Dewi mengangguk takzim, dia adalah cewek yang pengertian, cowok didunia ini mungkin butuh cewek seperti dewi, cewek paket komplit yang langka. Kami berada dalam satu taxi, obrolan kami masih mengenai seputaran kenangaan2 manis selama perkuliahan, sampai..
zal, kapan nih kamu mau omong sama orangtuanya Risa" tanya dewi yang mulai menyinggung rencanaku untuk melamar Risa.
kapan ya, palingan minggu depan wi, Insyallah semoga aja lancar. Aku juga harus bilang sama om Bowo, soalnya beliau kan waliku sekarang
Dewi tersenyum sambil menunduk,dia memainkan jari2nya, mungkin ada yang
100 Tahun Setelah Aku Mati
mengganjal di pikiranya. ada apa wi" tanyaku menyelidik.
ahh egak kok, ikut seneng aja zal, tapi kamu gak boleh lupa sama aku ya meskipun besok kamu udah lamaran dan nikah sama Risa,tetep komunikasi terus sama aku
kalau itu aku bisa janjiin ke kamu wi kataku sambil menoyor kepalanya. Butuh waktu cukup lama untuk sampai ke tempat dewi, dapat dimaklumi dengan kondisi jalanan jakarta yang yahhh kalian tau sendiri bagaimana, udara berasa sangat terik, walaupun tidak terasa langsung oleh saya yang di dalam mobil tapi dapat terlihat dari pohon yang meranggas di pinggir jalan, perbedaan sangat kontras jika di bandingkan di Melbourne.
Taxi berhenti di depan pagar besi panti itu, seperti terakhir saya kesana terlihat anak2 yang bermain dihalaman, keadaan panti itu sekarang lebih baik, Dewi pernah bercerita jika sekarang panti itu memiliki donatur baru yang memeberikan donasi yang cukup besar jadi masalah kesehatan dan berbagai fasilitas di dalamnya sudah cukup teratasi, anak2 yang tengah asik bermain itu menghentikan aktifitasnya dan memandang taxi yang berisikan kami didalamnya, mereka terlihat senang melihat ada tamu yang datang. Mungkin bayang mereka tiap ada tamu yang datang akan berarti keluarga baru bagi mereka , wajah penuh harap akan diadopsi dan mendapat keluargaterpancar dari wajah mereka, wajah kami terhalang kaca mobil yang berwarna gelap itu, dewi membuka pintu, dia keluar dan melambaikan tangan kepada anak2 itu, butuh sepersekian menit sampai beberpa anak2 disana berteriak dan memanggil nama Kak Dewiiiii!! mungkin mereka sedikit lupa dengan dewi setelah lama tidak bertemu, sebagian anak lain mungkin adalah penghuni baru yang belum mengenal dewi, Dewi berlari masuk ke dalam halaman, dan memeluk satu persatu dari anak2 itu, saya tersenyum melihatnya, dibantu sopir taxi saya mengeluarkan bawaan dewi dari dalam bagasi, dan membawanya masuk, dewi masih berlinang tangis dan memeluk erat ibu panti yang menyambutnya dengan haru...Saya tidak punya banyak waktu karena hari sudah menjelang malam, segera setelah berbasa basi sekedarnya saya pamit, Good luck zal begitu kata Dewi yang mengiringi
100 Tahun Setelah Aku Mati kepergian saya dengan lambaian tanganya. wi.. kamu sudah pulang ucapku dalam hati.
Saya melanjutkan perjalanan dengan taxi yang sama, taxi itu mengantarkan saya sampai di sebuah terminal di jakarta barat, saya menenteng koper itu dengan cukup repot, sebentar saja setelah saya melangkah beberpa meter saya di kerubuti beberapa orang, ojek, jasa angkat junjung, calo tiket bis, dan banyak laagi.. welcome to Indonesia batinku dalam hati, saya berusaha menolak dengan halus setiap tawaran itu, saya memang sedang buru2 tapi saya tidak bisa mengesampingkan rasa lapar yang sudah terasa menggedor-gedor perutku, saya memanggul koper itu dan pandangan saya tertuju pada sebuah warung dengan tulisan besar yang terbaca Pecel Lele saya tersenyum senang, sudah begitu lama saya tidak makan pecel lele, saya duduk di sebuah bangku panjang dan memesan pecel lele dengan tambahanlalapan daun kemangi yang banyak. Rindu juga dengan rasa daun kemangi, selama di Melbourne saya belum menjumpai daun kemangi.. bahkan di Supermarket asia sekalipun...
Sambil menunggu pesanan saya membuka hp, sengaja memang saya belum mengabari risa jika saya sudah sampai jakarta,kenapa" Karena Saya tidak ingin tuli.. saya membayangkan jika saya mengabari risa mungkin dia akan berteriak dengan suara yang sangat tinggi, bukan berteriak, lebih tepatnya menjerit.. tapi rasanya gatal juga jika tidak mengabari anak cerewet itu, saya memainkan menu kkontak pada hp, Nduk begitu nama yang tertera pada kontak Risa.. iya, enggak, iya, enggak, iya enggak saya malah bicara sendiri mencoba menimbang manfat dan mudharat jika saya menelpon risa malam ini.. telpon aja lah begitu ucapku sabil nekat memncet tombol panggil. Tuuuuuuttt.... tuuutttt...tuuuuutttt belum ada jawaban.. Saya melirik ke jam tangan yang menunjukan pukul 19.45 Haloo mas... udah berangkat" tanya suara di sebrang sana... udah nduk, ini aku lagi makan pecel lele
100 Tahun Setelah Aku Mati ha pecel lele" Mas lagi dimana to"
aaa.. aku udah sampe jakarta nduk
hyaaaa!!!!! Beneran mas" Mas udah sampe jakarta" Seriusan" Yeee asikk.. aku jemput dimana mas"
Saya menjauhkan speaker hp dari telinga, bahkan panggilan telepon itu tidak saya load speaker tapi tetap saja terdengar nyaring.. sudah saya duga kalau anak bawel itu akan teriak begitu tau saya sudah sedekat ini denganya..
mas!! Halooo.. pecel lelenya tinggal dulu ahhh!!, ini aku tanya!!! teriaknya dengan lebih semangat dan lebih kencang.. belum juga makan suruh ninggal apanya.. batinku dengan dongkol, andai saja jika tenggorokan risa bisa di stel secara manual, maka saya akan menurunkan volumenya, agar dia bisa puas teriak tanpa membuat orang di sekelilingnya budeg ...
iya wel bawel.. jemput aku di semarang aja ya, aku mau nyekar dulu di makamnya bapak ibuk, bisa"
bisa mas bisa.. yeyeyye asikk mas udah pulang aaaaaaaa!!!! teriaknya lagi.. bisa minta tolong nduk"
apamas" Apa" Ada apa" Mas gak kenapanapa kan" bisa gak sih suaramu di kecilin", takutnya speaker hpku jebol nduk
ihh apa sih wajar dong kalo aku teriak seneng mas, udah setaun lebih gak ketemu !, udah kangen... kangennn... kangen.. apa kamu gak kangen mas" Ha apa mas bla bla bla bla
Saya menaruh hp di meja membiarkan Risa ngedumel sepuasnya, karena saya sedang fokus dengan pemandangan didepanku..
Es Jeruk, Pecel Lele goreng, dengan kemangi, sambel tomat dan nasi yang
100 Tahun Setelah Aku Mati
banyak.. Sikat !!!!! ****
Saya menumpang disebuah bis yang cukup nyaman, didalamnya saya bisa sedikit beristirahat sambil menikmati pemandangan jalanan jalur pantai utara jawa, , satu2nya hal mengganggu saya adalah bunyi ringtone hp yang selalu berdering hampir tiap menit, siapa lagi jika bukan risa dengan segudang pertanyaan tidak pentingnya mengganggu waktu istirahatku... lucu juga, saya sebal dengan orang yang selalu saya rindukan selama 5 tahun...
Pukul 04.15 saya sudah sampai di pinggiran semarang, saya berhenti di sebuah masjid sambil menunggu waktu untuk shalat subuh, rasa kantuk dan lelah perjalanan sudah terasa, tapi saya berusaha menguatkan diri, udah sampe sini zal begitu kalimat yang saya ulang dalam hati, ya saya sudah kembali ke semarang, tempat dimana bapak dan ibuku beristirahat untuk selamanya,walaupun sebenarnya jenazah bapak tidak ada di semarang, tapi anggap saja seperti itu.. saya ke semarang untuk melakukan hal yang sia2, yaitu untuk pamer... pamer kepada almarhum bapak dan ibu, saya ingin menunjukan bahwa mereka sudah berhasil membuat saya sampai seperti sekarang, dan berharap beliau akan bangga.. bangga akan putranya yang sudah dewasa ini.... *****
Makam dengan keramik biru itu tampak bersih, hanya beberapa rumput liar tumbuh di sekelilingnya, saya berjongkok dan mencabuti rumput2 itu sambil mengusap2 permukaan licin dari makam yang masih terawat dengan baik itu... saya menabur bunga diatasnya, bau harum dari kanthil menyeruak di hidung, suasana di kompleks makam itu sangat sepi.. karena hari memang masih pagi.. Saya menunduk, lantunan alfatihah saya lafalkan untuk kedua orangtuaku... Alhamdulillah begitu kata saya, saya bersyukur masih bisa bertemu dengan beliau walau hanya dalam bentuk batu nisan, pada kesempatan itu saya tidak menangis, tidak pula bersedih.. saya merasa sangat bahagia, karena saya tau.. Bapak dan Ibuku sudah bahagia di alam sana..
pak, buk.. Rizal pamit.. terimakasih.. makasih ini semua berkat doa bapak sama
100 Tahun Setelah Aku Mati
ibuk. Dan pak.. buk... Rizal juga mohon doa Restu, Rizal yakin Bapak sama Ibuk bakal setuju, Doakan dan restui Rizal anakmu ini untuk nikah begitu ucapan terakhirku di depan makam bapak dan ibuk, saya berdiri dan meninggalkan kompleks makam itu, saya berjalan menuju sebuah tempat dimana teman masa kecil saya tinggal..
Rumah tua itu.... ya.. rumah tua itu..rumah itu kini kosong lagi, itulah informasi yang saya dapat dari pemilik warung di sebrang jalan ketika mendapati rumah dinas TNI itu kosong, Pak sangadi dan keluarganya sudah pindah, karena pak sangadi penghuni terakhir rumah ini di pindah tugaskan ke kalimantan.. pagar rumah itu tidak digembok, saya sudah izin untuk masuk ke lingkungan rumah itu kepada salah seorang tetangga, yang ternyata mereka masih mengingat saya.. Krieeetttt... begitu suara pagar berkarat itu ketika saya dorong.. aura disana masih seperti dulu, ada hawa sedikit tidak enak, lumrah jika dari dulu rumah ini dijuluki rumah angker. Saya meneliti keadaan rumah bergaya tahun 50an itu, masih kookoh berdiri tanpa cacat, bangunan jaman dulu memang terkenal awet... saya berjalan perlahan menuju halaman belakang, memori masa kecil saya mulai kembali menghampiri, teringat di masa lalu saya menghabiskan waktu SD saya disini...
Penghuni abadi rumah ini meneringai kearahku, saya berusaha cuek, mereka juga tidak akan berani mendekat.. saya fokus untuk mencari sosok yang saya kenal baik..
Sari nama itu terucap begitu saya melihatnya...
sari!!!! panggilku dalam bahasa batin..
Jin berbaju putih itu, dia tidak menua sepertiku, dia masih dalam wujud anak2nya, dia bermain di dekat pagar belakang, entah apa yang dia mainkan... Dia menoleh.. dia tersenyum dan perlahan menghampiriku,
katanya dengan lembut..J" Rizal.. akhirnya kamu pulang , kamu semakin gagah ya sekarang
sari, aku kesini untuk bertanya kamu bertanya tentang janjimu zal"
100 Tahun Setelah Aku Mati Saya hanya mengangguk mendengar jawaban sari..
apa kamu lupa zal", datanglah setelah 100 Tahun Setelah Aku Mati.. kamu terlalu cepat kesini zal
tapi sari.. aku gak tau apa yang bisa aku lakuin ke kamu
yang perlu kamu lakukan Cuma datang setelah 100 tahun kematianku zal, cukup itu dulu
tapi .... tidak kamu gak mau ngasih petunjuk ke aku"
petunjuk zal", itu gak perlu, kamu bakal tau sendiri kok, zal.. kamu manusia, dan hiduplah bersama mereka, aku Cuma makhluk yang terjebak di dunia fana ini, kamu sudah dewasa sekarang ya" Bukan lagi anak2 yang cengeng dan suka ngompol seperti dulu ucapnya dengan terkekeh..
Sari"" panggilku kepadanya
pulang zal.. pulang.... kamu sudah pergi lama dan jauh, sekarang ini adalah hari pertamamu kembali kan", tidak baik jika kamu terus berada di dekatku, kita tidak semestinya terus berinteraksi.. bagaimana kabar gadismu" Kamu harus pulang zal, ada orang yang menunggumu, dia seperti aku zal.. dia menunggumu seperti aku, sekarang kamu harus kembali kerumah untuk kamu pulang
100 Tahun Setelah Aku Mati
PART 57 (Hidup baru) Menunggu dan di tunggu, Rizal, Risa dan Sari, dia menunggumu seperti aku kira2 begitu ucapan sari sebelum dia menghilang secara tiba2, saya tidak bisa mengikuti kemana dia pergi.. makhluk itu benar2 mistis dan misterius, saya sedikit menghitung, mencoba mengukur tahun ke 100 setelah sari mati, 4 tahun lagi .. ada waktu 4 tahun untuk saya mencari tau, saya perlahan meninggalkan rumah itu, rumah kenangan itu, rumah dimana Sari tinggal selama 96 tahun. Saya sedikit mem flashback kejadian2 yang dulu pernah saya lalui disini, ingatan masa kecil segera memenuhi memori kepalaku, sari... akan lebih menyenangkan jika bernostalgia disini denganmu, begitu kataku dalam hati, tapi dia seolah menjauhiku, tidak seperti masa sd ku dimana dia menemani hampir di setiap 24 jam sehariku, sekarang, bahkan setelah lama tidak berjumpa dia seperti tidak ingin berlama2 di dekatku, apakahh sebuah perbuatan dosa jika saya berteman dengan makhluk yang bukan dari bangsaku" Atau bagaimana" Kenapa dia menjauhiku" saya memperhatikan kaca jendela bagian belakang rumah itu, tirainya sedkiti tersibak dan memperlihatkan ruang didalamnya, saya menghampirinya dan sedikit mengintip seperti maling, saya melihat ranjang dari besi itu, ruangan itu adalah bekas kamarku, masih sama seperti dulu hanya catnya yang berubah, saya ingat sekali waktu wujud seram kuntilanak menyeretku masuk kedalam kolong tempat tidur, rumah ini adalah saksi bisu dari banyak kejadian, dari banyak kematian di masa lalu, pantaslah jika hawa singup dan aura tidak enak masih memenuhi sekeliling rumah tua ini, beruntung keluarga Peltu.Sangadi tidak diganggu seperti halnya saya dulu. Memori yang selama ini mati2an ingin saya lupakan kembali masuk keotaku, gambaran2 dari ejekan itu, dari tatapan sinis mereka, dari tatapan belas kasian mereka, saya menggelengkan kepalaku, entahlah saya tidak yakin apa dengan menggelengkan kepala akan membuat lamunan saya buyar, saya ingin segera pergi dari sini, batinku sambil melangkah pergi, sesekali saya menoleh kebelakang, berharap sari akan muncul diambang pintu sambil melambaikan tanganya, persis seperti yang selalu dia lakukan dulu ketika saya harus pergi.
*** 100 Tahun Setelah Aku Mati
Saya harus berjalan sekitar 2 kilometer untuk menuju ke pemberhentian bis, saya berpesan kepada risa untuk menjemput saya di pusat kota semarang, tepatnya di simpang lima, ingin rasanya memintanya menjemput saya disini karena rasa lelah dan kantuk yang luar biasa, perjalanan berjamjam dengan menempuh ribuan kilometer yang hanya saya balas dengan tidur di dalam bis sambil sesekali terjaga karena rasa pegal yang mengganggu, udara terasa panas, saya rasa saya harus mulai beradaptasi lagi dengan hawa panas negri tropis ini.. baru beberapa ratus meter keringat saya bercucuran, memakai kaos hitam ditambah jaket tebal bukanlah ide yang bagus, gumamku pelan sambi berjalan dengan menenteng bawaan yang super banyak di kanan kiriku.
biiimm.. biimm bimmmm.. suara klakson mobil mengagetkanku, hingga salh satu koper saya terlepas dari pegangan,
siapa sih nih" Perasaan jalan uda di pinggir gerutu saya dalam hati sambil memungut koper bersi oleh2 dan beberapa potong pakaian itu,
biiimmmm.. biimmm sekali lagi mobil itu mengklakson dengan nyaring, saya menoleh kearah mobil berlambang H berwarna putih itu, pandangan saya terhalang oleh kaca depan berwarna gelap dari mobil itu untuk mengetahui siapa pengendara rese didalamnya, sampai kanca samping mobil itu terbuka dan menjembul kepala dari pengendara didalamnya, rambut panjang itu, dan mata yang dihias kacamata berlensa tipis itu...
nduk" panggil saya sedikit kaget karena itu adalah risa, dia cengengesan seperti biasa sambil melambaikan tanganya dari dalam..
yuuuhuuu mas!! Mas!! Amnesia ya kamu" Lupa sama aku kebangetan!! teriaknya dengan nyaring,
Saya buru2 menghampirinya, agar dia tidak berteriak2 lagi dan memancing perhatian warga yang melintas..
nduk", kan aku udah bilang jemput di simpang lima aja
100 Tahun Setelah Aku Mati
hiihh.. mas ini udah dibelain jauh2 jemput sampe sini malah bilang gitu, masuk gih katanya sambil membuka pintu bagian belakang untuk memasukan barang2ku,
Risa membantu saya memasukan barang2 itu, saya memperhatikan dia, dan perasaan aneh itu tidak mau pergi bahkan setelah selama ini saya bersama denganya, dia selalu sukses membuat dada saya terasa berdesir saat bertemu denganya.
gak usah liatin sampe segitunya om, kayak gek pernah liat cewek cantik aja ejeknya tanpa melihat kearahku, tampaknya risa sadar bahwa saya sedang terpesona untuk ke ribuan kalinya,
Saya menoyor kepalanya pelan sambil tertawa, saya melihat ke lehernya yang disana tergantung kalung perak yang dulu saya berikan, di pergelangan tanganku juga masih melingkar gelang pemberianya dulu, 2 benda ini sebagai pengingat dan pengikat kami selama berpisah dulu, saya meraba kantong jeans yang terasa mengganjal karena didalamnya ada sebuah kotak berisi tanda keseriusan hubungan saya denganya besok..
mana kuncinya nduk kataku meminta kunci mobil..


100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

enggak, mas capek kan", biar aku aja yang nyetir. Apa lagi mas udah lama gak nyetir, kalo nabrak mah berabe ntar :P
diihh.. yang bisa nyetir duluan siapa coba kataku sambil menoyornya lagi.
Saya duduk di depan, dan menonton bagaimana risa menyetir, dia sudah cukup fasih, dia sudah tidak seperti sopir mabuk yang berkendara dengan ugal2an seperti dulu.
mas. Capek gak" tanyanya dengan pandangan mata yang fokus ke jalanan didepanya,
enggak jawabku dengan bermain game di hp,
100 Tahun Setelah Aku Mati ihhh boong, masak gak capek sih"
lha itu kamu tau nduk, ngapain nanya lagi jawab saya dengan ketus ahhhh nyebelin, kan tanya doang, ditanya calon istrinya kok gitu
calon istri" saya mengulang kata2nya dengan menganggkat sebelah alis saya, berusaha menggodanya
hiihhh.. baru pulang aja udah ngeselin, yaudah kalo gak jadi aku cari yang laen aja
dihhh.. masih aja ngambekan jawab saya sembil tertawa dan mencolek lenganya,
bodo ahhh.. apasih colek2, kalo nabrak trus kita mati gimana jawabya dengan nada ngambek..
hihi terserah mbak calon istri aja deh jawab saya sambil ikut melihat kedepan, ikut melihat jalanan yang padat di jawa bagian tengah ini..
Rasa ngantuk memaksa saya memejamkan mata, saya mencoba tidur sebentar untuk sedikit mengurangi beban di mata yang sudah sangat mengganggu ini.. mas... mas.. panggil risa dengan lembut, dia menggenggam tanganku.
yahh udah tidur ya ucapnya lagi. padahal saya belum tidur,Saya sengaja tidak menyaut perkataanya, menunggu kira2 apa reaksinya,
mas, makasih udah pulang, aku nunggu janjimu mas suara lembutnya menenangkan sekali, kemudian saya merasakan ada telapak tangan yang terasa hangat menyibak keningku, perlakuan lembut dari risa membuat saya benar2
100 Tahun Setelah Aku Mati
terlelap... **** Le... bangun lee.. sebuah suara diiringi goncangan dipundaku membuat saya terbangun, saya membuka mata dan sedikit silau dengan cahaya yang masuk kedalam mobil, tapi saya hafal dengan suara barusan, saya membuka mata dan disamping saya sudah ada om Bowo yang dengan senyum lebar membangunkanku, ternyata saya sudah sampai dirumah, om bowo beserta keluarga datang untuk menyambutku, beberapa tetangga juga turut hadir, saya mencium tangan beliau dan memeluknya,setelah kepergian bapak dan ibuk, om dan tanteku ini sudah saya anggap orangtuaku seddiri, beliau rutin mengecek kabarku, dan memberikan saya dukungan untuk menjalani rutinitasku, saya menyalami beberapa orang yang ikut datang kerumahku, beberapa kerabat dan yang menyenangkan adalah teman2 masa SMP dan SMA yng sudah lama sekali saya tidak melihatnya turut hadir...
Andi, irawan,somad,susi, dan banyak lagi... merekaa semua mereka semua datang..... lihatlah andi, teman masa SMP saya yang sangat kental dengan tingkah lucunya, kini sudah menjalani profesi sebagai seorang polisi, badanya tegap dan terlihat gagah, tapi walaupun begitu penampilanya yang maskulin tetap tidak bisa menghilangkan kebiasaan cengengesanya.
selamat datang pak dokter! ucapnya dengan memberi hormat sambil nyengir dengan lebar,
hormat komandan! jawab saya sambil menyalaminya dan memeluknya karena sudah lama sekali saya tidak bertemu denganya.
Disamping andi ada irawan, dia sudah selesai menjalani perkuliahanya di jakarta, sekarang dia adalah pegaiwai di sebuah bank ternama di jogja, gayanya terlihat rapi, sama seperti dulu,
Somad, penampilan temanku yang satu ini benar2 berubah secara signifikan, jika dia dulu berbadan tambun sekarang dia bertubuh atletis, dengan kumis dan
100 Tahun Setelah Aku Mati
jambang yang lebat menghias wajahnya tentunya akan sulit bagi saya mengenalinya karena sudah lama sekali lost kontak denganya. Dan saya baru tau sekarang somad adalah seorang model, wow...
Dan susi tentunya kalian mengingat susi, gadis berwajah oriental ini semakin terlihat cantik dan dewasa, dia sekarang menjadi seorang perawat di sebuah rumahsakit besar di Solo,
Banyak lagi teman2ku yang hadir, mereka semua datang di momen ini, jika saya mengingatnya lagi ada perasaan haru, perasaan haru bertemu teman2 yang sudah ikut membentuk pribadi saya menjadi seperti sekarang, Mereka semua mengajak saya masuk kedalam rumah, dan begitu saya masuk.... lihatlah, banyak sekali hidangan yang sudah tersedia, sayur tolo, gudeg, ingkung,nasi kuning, nasi uduk, dan semua makanan kesukaanku tersaji di tikar yang suda digelar sedemikian rupa,ternyata mereka semua membuat semacam syukuran kecil2an untuk menyambut saya pulang...
Saya sangat senang dengan penyambutan sederhana nan berarti itu, saya mencari sosok dibalik semua ini, itu dia.... Risa, dia sedang tersenyum dibelakangku, pasti dia yang menyiapkan semua ini.. saya tersenyum dan menghampirinya..
nduk... makasih.. untuk semua ini.. makasih nduk ....
zal, kapan ini kamu nyusul kita2" tanya andri salah seorang sahabatku di masa SMA,
nyusul apaan ini maksudnya" tanya saya sambil menyruput kopi yang barusan dibuatkan oleh risa,
dihh mad, kebangetan temen kita satu ini saut Andi dengan menghisap rokok filternya dan menghembuskanya ke wajahku,
ehhh.. apaaan sihh" tanya saya dengan bingung.
Somad berdiri dari tempatnya duduk dan berpindah duduk disamping saya,
100 Tahun Setelah Aku Mati
hehh pak dokter, maksudnya ini lhoooo jawabnya sambil menunjukan punggung tanganya...
Whatttt.... saya melihat beberapa teman lain juga melakukan hal sama, Andi, Somad, Andri, dan beberapa kawan lain.. mereka semua sudah mengenakan cincin nikah...
Andi merangkul saya, dan dia menunjuk risa yang tengah ngbrol dengan om bowo.
mau sampe kapan kamu bikin dia nunggu zal" tanya Andi..
udah berapa taun coba zal", setauku dari jaman SMP kan Risa suka kamu, kalian udah pacaran berapa taun" tambah andi lagi
5taunan lebih ndi jawab saya pelan sambil ikut memandangi risa yang tidak sadar sedang kami jadikan bahan obrolan..
nahh itu zal.. udah lama banget kan, 5 taun buat kredit motor udah lunas itu zal, jangan nunda2 lagi buruan aja, keburu si risa capek nungguin kamu sambung Somad
yeee... kalian enak udah punya kerjaan, lha aku baru setengah jalan ini, ini aja masih harus nglanjutin kuliah disini jawab saya..
alesan aja, zal... namanya rejeki itu bisa dateng dari mana aja, tapi cewek kayak risa" Hmm 1000:1 zal, buruan aja deh mending irawan ikut nimbrung dengan obrolan kami..
helehh kamu wan, kayak udah merid aja, situ juga masih bujang,, pacarmu itu buruan dilamar keburu lari, haha jawab andi diikuti gelak tawa dari teman2 yang lain...
** 100 Tahun Setelah Aku Mati
Saya merenungkan perkataan dari teman2 saya, mereka.. beberpa dari mereka sudah menjadi kepala rumah tangga, mereka sudah memiliki keluarga mereka, sedangkan saya malah baru berencana lamaran, usia saya sebentar lagi 25 tahun sudah cukup dewasa, sedangkan risa, dia tidak terpaut jauh dari umurku, usia matang bagi seorang perempuan untuk menikah, apalagi dia juga sudah lulus kuliah, dan sekarang sedang mempertimbangan beberpa pekerjaan yang sudah menawarinya.. yaaa.. mereka ada benarnya.. ucapku dalam hati. Beberapa saat setelah acara itu selesai, teman2ku dan beberapa kerabat sudah pulang, tinggal menyisakan keluarga dari om bowo dan Risa yang masih setia membantu membereskan sisa2 dari acara malam itu...
om.. aku mau ngobrol bentaran boleh" ucap saya pada om bowo yang sedang menonton berita di tv.
ada apa le", ngomong aja gapapa jawab beliau...
jangan disini om, di ruang tamu aja ya pinta saya diiringi anggukan dari om bowo..
..... jadi gini om, aku udah mikir ini lama om...
ini tentang si risa kan" om bowo seperti tau apa yang ada dipikiran saya bahkan sebelum saya menyelesaikan kalimat saya...
Saya hanya bisa mengangguk, dan menunggu kira2 apa yang menjadi keputusan beliau, karena mau tidak mau om bowo secara tidak langsung sudah menjadi wali saya, saya mengamati ekspresi wajah beliau yang terlihat seperti berpikir, entah kenapa selama menunggu yang tidak seberapa lama itu rasanya dada saya berdebar...
yaaa... apapun kemauan dan keputusanmu le, om mu ini Cuma bisa ndukung, sama seperti bapakmu dulu, om percaya sama kamu, kamu sudah bisa membuktikan diri kata om bowo dengan serius..
100 Tahun Setelah Aku Mati
Teman.. kalian tau" Betapa senangnya saya ketika mendengar jawaban beliau, saya baru saja mengantongi restu dari wali saya, sekarng tinggal seorang lagi... yaitu om hamzah.. begitu kata saya dalam hati.
yaa.. tapi le, kamu juga jangan nekat. Kamu tetep harus mikir masa depanmu, nikah itu bukan main2, kamu harus usaha lebih keras buat mandiri om bowo membuat lamunan saya pecah dan membuat saya berfikir kembali.
le kalo kamu udah ambil keputusan itu kamu juga jangan ragu, om kasih wejangan, namanya rejeki itu udah ada yang ngatur, apalagi dengan nikah akan mbuka pintu rejeki yang lebih besar, le kamu itu mewarisi gen dari bapakmu, dan om sama bapakmu itu sau keturunan, sebisa mungkin om bakal memposisikan diri seperti bapakmu, om yakin bapakmu bakal setuju dengan keputusanmu om bowo memberikan dorongan kepada saya, beliau menepukpundak saya dan menguatkan tekad saya kembali..
iya om,trimakasih sekali,om kalau direstui.. besok aku mau ketemu orangtua risa buat mohon doa restu
yaa le semoga saja Hamzah merestui anak gadisnya untuk kamu lamar jawab om bowo sambil mengusap kepalaku yang sedang tertunduduk dibawah lututnya untuk sungkem memohon doa restu untuk hidup baru saya...
**** Saya menyusul risa yang sedang sibuk mencuci piring kotor, saya berjalan berjingkat dari belakang dan menutup matanya..
heehhh... coba tebak siapa ini saya menggodanya dengan becandaan basi
apa sih mas, ntar pecah piringnya, bentar ahh jangan ganggu dulu ucapnya sambil mencipratkan air yang penuh dengan busa sabun colek kearahku.. ndukk... jalan yukk kata saya dengan menopangkan dagu ke bahunya,
100 Tahun Setelah Aku Mati
hihhhh pulang2 kok jadi ngeselin seehhh ucapnya dengan dongkol sambil menyapu wajahku dengan tanganya yang berlumur sabun...
yallohh.. nduk amat pedih nihhh kena mata jawab saya sambil mengusap wajah,
ehh.. beneran mas", hihi maap2 gak sengaja sini tak tiup matanya kata risa sambil memegang kepalaku dan meniup mataku yang mulai berair..
fffhhuuhhh... udah mendingan belum mas" tanya risa sambi meniup pelan mataku
belumm nduk pedes inihh jawabku dengan sedikit berlebihan.. fffuuuhhhh.. kalo sekarang" tanya risa dibarengi tiupan yang lebih kencang.. belooommm.. huaaa jawab saya dengan lebih lebay
cuuupp... saya merasakansesuatu yang lembut dan hangat menyentuh keningku... kalo sekarang pasti udah mendingan" ucap risa sambil mencubit pipiku.. udah.. hehehe jawab saya sambil membelai kepalanya.. mau ngajak kemana sih mas" ... tanya risa sambil mencuci tanganya.. alun2 utara mau gak" tanya saya
ayokk dehh, tapi pake pespa yak jawab risa dengan manja... Kami pun segera bersiap, dan setelah pamit kami pergi menggunakan si butut, pespa kesayangan warisan bapak, sudah lama sekali saya tidak mengendarainya, untung si butut tiap minggu selalu ditengok oleh om bowo jadi tetap terawat...
100 Tahun Setelah Aku Mati
Tidak butuh waktu lama hingga kami sampai di tempat yang menjadi salah satu ikon kota jogja...
Alun2 utara, disini kamimenyingkatnya dengan nama Altar, lapangan luas yang ditengahnya berdiri dengan kokoh 2 pohon beringin, tampak di belakangnya bangunan gagah Keraton Ngayogyakartahadiningrat yang tersorot lampu berwarna kuning, Jogjaku... kini aku pulang...
mas.. punya duit" tanya risa ketika kami sedang berjalan dipinggiran alun2.. punya,kenapa"
bagi dikit dong nihh, jawab saya sambil mengeluarkan uang dollar australia kepadanya sambil nyengir
gak laku tau gak mas :P jawabnya dengan manyun, dia melepas gandenganku dan menghampiri seorang penjual jajanan cilok...
udah lama gak makan ini kan mas" kata risa sambil menyodorkan plastik berisi cilok itu,
jajanan masa SMA ya nduk Kami menikmati suasana malam itu, rasanya sangat syahdu... malam yang sangat sempurna, kami melepaskan sisa2 kerinduan kami disitu...
mas, dapet salam dari ayah, ayah gak bisa dateng, soalnya beliau ada tugas yang gak bisa ditinggalin kata risa sambilmenyender di bahuku..
ahhh gapapa nduk, besok ayahmu libur gak", kalo libur aku mau kerumahmu boleh"
iya mas... biasanya kalo ayah abis piket hari berikutnya itu lepas tugas kok
100 Tahun Setelah Aku Mati siipp dehh.. soalnya besok aku mau ngobrol sama ayahmu ngobrol apa mas"" tanya risa dengan antusias.. tentunya ngobrolin tentang hidup baru kita nduk
100 Tahun Setelah Aku Mati PART 58 (Mimpi-Mimpi Risa)
Orang Aneh Itu Boleh aku duduk disampingmu"
Jangan menolak, aku akan tetap melakukanya.... Lihatlah sekarang aku disampingmu... Bolehkah aku berlama menatapmu"
Sudah kubilangjangan menolak, aku akan melakukanya.. Kamu lihat sekarang aku sedang menatapmu... Heiii... jangan menunduk...
Heiii.. jangan melamun... Kenapa kamu diam saja" -Yogyakarta, 01 Agustus 2002 ****
Semakin Aneh Kamu pesulap" Setangkai ranting matipun kamu jadikan kuntum mawar... Atau kamu seorang pelukis"
Secarik kertas kosong ini kamu jadikan penuh corak.... -Yogyakarta, 05 januari 2004
*** Ternyata Aku Ternyata aku rindu.. Ketika kamu tidak lagi terlihat... Ternyata aku khawatir
Ketika kamu tidak lagi terdengar.... Ternyata aku takut...
Jika nanti aku tidak bisa melihat dan mendengarmu lagi..
100 Tahun Setelah Aku Mati
Ternyata aku... Ternyata aku sangat mencintaimu.... Yogyakarta, 25 Mei 2007
*** Malam itu setelah jalan2 ku dengan Risa di alun2 kidul,saya asik di kamar, menikmati suasana lama yang sudah lama tidak saya rasakan di kamar ini, saya duduk di meja belajar dan entah kenapa rasa kantuk saya hilang, dan malah berganti dengan rasa debar untuk esok pagi saat harus bertemu Om Hamzah, ayahanda Risa... risa sudah pulang beberapa jam lalu, sedangkan sekarang sudah pukul setengah 2 pagi, bukanya tidur saya malah asik membaca buku harian yang dulu pernah di berikan Risa, saya sudah khatam membaca lembar demi lembar buku harian tebal ini, tapi tidak ada bosanya, beberapa puisi dia tullis di beberapa lembar buku ini, tahun dan tanggal yang tertua dari puisi itu adalah tahun 2002, tahun dimana kami baru menginjak kelas 1 SMP..
Saya membuka halaman demi halaman,dan seolah saya merasakan setiap peristiwa yang tertulis di buku ini.....
Beberapa bagian yang saya anggap menarik saya tempeli dengan sebuah label,saya sering tertawa ketika membaca buku ini, ternyata tidak hanya secara lisan bahkan dalam sebuah tulisan risa tetap cerewet, ya dalam buku setebal kamus ini risa menulis detail2 dilengkapi foto yang dia cetak dan di tempelkan pada buku itu contohnya :
waduh bahaya juga kalo mas rizal sampe nemu ini tulisan tangan itu menunjukan foto berukuran kecil mungkin seperempat dari ukuran kartu pos, foto itu menunjukan saya sedang tidur di sofa dengan coretan seperti kumis kucing di bawah hidung, saya teringat dulu anak jail ini pernah mencorat-coret wajah saya ketika ketiduran di sofa, yang saya tidak tau adalah ternyata dia memfotonya....
R.I.P Rizal... hiksss .. semoga kamu tenang di alam sana nah bagian ini sangat menyebalkan, mungkin saya lupa menceritakan kalau risa pernah punya
100 Tahun Setelah Aku Mati
peliharaan seekor kucing persia, dan sialnya risa menamai kucing bantet itu dengan nama rizal.. seperti namaku, saya sudah protes berkali-kali agar mengganti nama kucing itu menjadi nama yang lebih lumrah untuk seekor kucing, tapi bukan risa namanya kalau gak ngotot... gak mau mas, pokoknya namanya tetep R-I-Z-A-L biar aku inget terus sama kamu, kalo perlu ini si rizal tak bikinin akta lahir sam kartu keluarga biar sah namanya begitu katanya setiap saya memprotes nama kucing itu.. dan kalian tau" Si Rizal (kucing) mengalami tragedi... Rizal (kucing) menjadi korban tabrak lari saat dia lepas dari kandangnya dan menyebrang jalan, akhirnya Rizal (kucing) di makamkan di halaman belakang rumah risa, dengan sebuah nisan dari papan kayu bertuliskan R.I.P Rizal, njiiirrrr saya udah berasa mati aja..
Sejak peristiwa matinya Rizal(kucing) , Risa jadi shock, gak mau makan, gak mau diajak ngobrol, kerjaanya nangiss terus di kamar, butuh sebulan sampai kejiwaan risa membaik, dan saya hanya bisa tepok jidat berkali-kali.
Saya tidak ada hentinya tertawa membaca buku harian itu, ada saja ulahnya yang dia tulis dengan dramatis seolah itu adalah peristiwa penting abad ini yang harus dicatat dalam sejarah padahal itu hanya hal2 sepele yang tidak perlu bahkan sangat tidak penting untuk diingat, contohnya dia menulis seperti ini.
memperingati hari Aids sedunia, hari ini peringatan di kampus alhamdulillah lancar, sekarang udah di kamar, memperingati hari jerawat sedunia disebelah iu ada foto wajah risa yang ditumbuhi satu jerawat namun terlihat menonjol.. duhhh nih anak gak sehat gumam saya tertawa geli.
Saya sampai lupa waktu karena membaca tulisan yang semakin ngawur saja isinya, tapi walaupun begitu bukan berarti tidak ada sisi serius dalam tulisan ini, beberapa tulisan risa menyiratkan secara eksplisit tentang mimpi-mimpinya, tentang apa yang di benaknya, dan apa yang menjadi komitmenya, dia cewek jenaka yang tegas sekaligus prinsipil, seorang yang saya kagumi sekaligus sangat saya cintai....
Dear mas.. 100 Tahun Setelah Aku Mati
Udah makan mas", udah belajar", udah gak ngompol lagi kan", hihi.. J1aga diri mas disana ya, banyak yang mau aku ceritain tapi aku tau kamu sibuk mas, jadi aku simpen aja di diary ini biar gak kelupaan ya..
Mas.. gak ada seharipun aku lewatin tanpa gak inget kamu.. kangen banget... kamu harus lebih rajin lagi disana mas, kamu harus selesai dengan gemilang, udah didepan mata mas, dalam setiap doaku ada namamu mas, dan semoga juga sebaliknya... ehh mas, kamu jangan kira disini aku gak ngapa2in ya!!, disini aku juga usaha,coba aja besok kita bandingin indeks prestasinya bagusan siapa, mas aku punya mimpi kecil mas, boleh sedikit aku bagi ke kamu", boleh lah,mas nolakpun pasti aku paksa buat dengerin , mas beberpa hari ini aku sering ngimpi yang sama, aku ngimpi aku sama kamu lagi jalan di taman biasa, tapi yang lucu itu aku nggandeng anak cewek mas, cantik banget kayak aku , dia udah bisa jalan.. mungkin umurnya baru 2 tahunan, dia nngandeng tangan kirimu, sama nggandeng tangankananku..
Mimpinya uuuiiiindaaahhh banget mas, dan semoga gak Cuma mimpi yak Dan semoga mas laki2 yang dimimpiku itu beneran kamu,
Segera selesein tanggung jawabmu disana mas, jangan pergi dari aku kalo nekat pergi dari aku bakal aku susul meskipun itu sejauh barat dan timur.. -Yogyakarta, 11 Januari 2008
Teman.. kalian tau" Risa itu orang paling aneh, orang aneh yang mencintai orang aneh sepertiku, bahkan cara mengekspresikan cintanya terhadap sesuatu juga sering kali aneh, dia juga termasuk orang yang cermat sekaligus nekat, lupakan karya seni dia tanpa ragu akan menukarkan lukisan Vincent Van Gogh dengan rainbow cake yang menurutnya adalah penemuan paling mutakhir yang pernah ditemukan manusia -_-
Saya melirik jam tangan sudah hampir setengah 4 dan saya belum tidur, saya berdiri dan merebahkan diri di kasur, saya mengecek hp dan beberapa bbm dari risa muncul dilayar..
mas ... hanya itu bunyi pesan singkatnya, pesan yang sama di kirim beberapa kali, pesan terakhirnya baru 5 menit yang lalu terkirim di hp saya..
100 Tahun Setelah Aku Mati iya nduk", blm tidur kamu"
belom.. gak bisa tidur aku mas, kamu juga mas" iya nduk.. deg degan buat besok
hihi..aku udah bilanng sama ama ayah lho ehh..seriusan" ayahmu bilang apa nduk" ada deh... mas, istirahat yuuk
Kami mengakhiri pesan singkat itu, dan dalam baringan saya Cuma bisa membayangkan, kira2 apa yang akan terjadi besok,om hamzah sudah mengenal baik segala hal tantang saya, baik buruknya saya tentunya beliau sudah mampu mempertimbangkanya, satu2nya hal yang membuat saya pesimis adalah status saya yang masih seorang pengangguran, yaa.. meskipun S.ked saya masih belum bisa apa2, saya harus menyelesaikan bidang spesialisasi saya.
Entahlah, pikiran saya rasanya bercampur2, tapi saya teringat perkataan om Bowo, bahwa beliau perca pada saya, dan rejeki bisa didapat dari mana saja, Saya berdoa untuk tidur saya yang hanya sebentar, dan berdoa untuk esok yang pasti akan saya lewati dengan panjang......
**** Saya bangun saat adzan berkumandang, jadi hari itu hanya saya lewati dengan tidur selama 1 jam saja, serius hanya satu jam, seharusnya saya masih sangat mengantuk, tapi debar dari rasa excited mengalahkan rasa ngantuk yang bergelantungan di kelopak mataku...
Saya shalat subuh di masjid kompleks rumahku, banyak warga dan tetangga yang mengajak ngobrol lebih lama seusai shalat, tapi dengan terpaksa saya tolak dengan halus,karena hari ini adalah hari penentuan bagi saya.. Saya segera pulang kerumah, mencuci mobil tua warisan ayah yang mulai berdebu itu, saya menyikat dan mengelap hingga bagian terkecil dari mobil itu,
100 Tahun Setelah Aku Mati
berusaha merubah tampilan cat usang itu menjadi lebih kinclong.. Nah.. udah ganteng sekarang
Sambil melihat mobil itu dari angle yang berbeda2, saya segera berlari masuk rumah dan menyaut anduk untuk segera mandi, om bowo tampak sedang asik menikmati rokok kreteknya ditemani secangkir kopi didepanya, om aku mandi dulu,takut kesiangan kata saya sambil berlari didepan beliau, heisshh dasar anak bujang gak sabaran ujar beliau sambil tersenyum.. Saya mandi dengan sebersih mungkin, setengah botol shampo saya habiskan untuk mencuci rambut yang mulai memancang ini..
harusnya kemaren potong rambut duluuu gerutuku sambil membilas sisa sabun dan sampo..
Saya keluar dan langsung memilih baju mana yang kira2 cocok untuk hari akbar ini,
Dan pilihan saya jatuh pada sebuah batik berwarna biru dongker ditambah celana berbahan kain berwarna hitam, sepatu fantofel hitam mengkilat membungkus kakiku..
dan setelah semuanya siap.. setelah saya pamit dengan om bowo.. saya sudah berada dalam mobil... yang akan mengantar saya kerumah wanita idaman saya yang insyallah akan menjadi Istri saya....
Saya sudah berada di depan pintu rumah risa, saya sengaja tidak membalas pesan singkat yang dia kirim berpuluh kali, sebelumnya saya sudah berjanji akan datang pukul 09.00 pagi, dan masih ada sisa 10 menit sebelum jam 9.. saya mengatur nafas, berusaha mengurangi rasa nerves, belum pernah saya segugup ini saat berkunjung ke rumah risa..
Tok tokk tokk.. pintu kayu jati itu saya ketuk perlahan, sampai terdengar suara langkah cepat dari balikpintu..
mas.. huhhhh syukurdeh kirain gak jadi, dari tadi di bbm gak di bales sih ucap risa sambil mencium tanganku..
udah nunggu dari tadi nduk"
aku dah siap2 dari tadi sihh.. ayah udah di ruang tamu mas jawabnya sambil mengajaku untuk bertemu om hamzah..
100 Tahun Setelah Aku Mati
Om Hamzah, beliau sedang duduk santai di sofa, sebuah buku bersampul biru sedang dipegangnya, beliau melirik kearah saya datang dan berdiri.. selamat datang le.. selamat atas pencapaianmu le ucap beliau seraya memeluku...
duduk le beliau mempersilahkan saya duduk.. terimakasih om jawab saya sopan
jangan terlalu formal, kamu udah biasa to dengan saya"
Om hamzah memberikan isyarat agar risa mengambilkan minuman, risa yang sedari tadi mendadak menjadi pendiam hanya manggut2 saja dan beranjak ke dapur...
gimana le selama disana semua lancar kan", maaf kemarin saya tidak bisa ikut menyambut karena sedang dalam tugas. Ujar om hamzah sambil menepuk pundak saya..
alhamdulillah om, semua lancar, tinggal mengurus beberapa hal untuk pendidikan saya selanjutnya
ya ya.. lalu apa rencanamu le untuk proses selama studi lanjutanmu" tanya beliau..
maksud om rencana yang bagaimana om" tanya saya
yaa.. om tau tidak sedikit biaya yang harus kamu keluarkan, kamu sudah punya rencana kan" Apalagi sekarang sudah dewasa kamu, risa juga sebantar lagi bakal kerja
Pertanyaan itu seperti tamparan buat saya, beliau seperti bertanya mau kamu kasih makan apa anak saya kalau kamu saja masih harus kuliah lagi walaupun itu diucapkan secara halus.
Saya merasa skak mat... mati kutu, karena belum memikirkan jawaban untuk pertanyaan itu... butuh berapa lama sampai saya bisa menjawab, itupun dengan sedikit gugup..
saya akan bersaha mencari pekerjaan sampingan om, yaa ntuk biaya pendidikan alhamdulillah sudah dapat teratasi almarhum bapak sudah menyiapkan hal ini jauh2 hari jawab saya dengan nada merendah...
Om hamzah sedikit menyeritkan dahi danterlihat berpikir, perasaan saya semakin
100 Tahun Setelah Aku Mati
tidak karuan, rasa pesimis menghampiri benak saya, apakah om hamzah kurang senang dengan jawaban saya"
Risa datang dengan sebuah nampan berisi kudapan ringan dan 2 cangkir kopi.. mas, yah ini kopi nya ucap risa sambil meletakan kopi dan kudapan itu... Dia ikut duduk di kursi yang terpisah..
Om hamzah mempersilahkan saya untuk minum, kami bertiga ada dalam situasi yang canggung, untuk beberapa lama ada kebisuan diantara kami, risa tampak risih dan memberikan kode dengan pandangan matanya agar saya segera bicara maksud dan tujuan saya disini...
Saya mengamati om hamzah yang terlihat seperti menunggu kira2 apa yang ingin saya katakan selanjutnya, saya mengambil nafas panjang, dan berdoa dalam hati, semoga kali ini saya tidak salah bicara...
om, maaf sekali saya pagi2 begini sudah mengganggu om, mungkin risa sudah memberitahu hal ini, dan saya disini berniat memohon langsung kepada om, om.. seperti yang om ketahui saya dan risa sudah cukup lama berteman, dan selama ini baik saya dan risa sudah tumbuh dewasa bersama, saya disini walaupun belum memiliki pekerjaan tetap sebisa mungkin akan berusaha, dan dengan ini saya memohon langsung kepada om sebagai ayah sekaligus wali dari risa, saya memohon om berkenan dan merestui hubungan kami berdua ke jenjang yang serius, saya kesini bermaksud melamar putri om
saya mengucapkan kalimat yang sama sekali tidak saya siapkan sebelumnya. Kalimat itu meluncur dengan sendirinya dari mulut saya, cepat jelas dan semoga saja tidak terdengar aneh di telinga beliau,,
Om hamzah terdiam, beliau mengambil cangkir kopinya dan meminumnya lagi, om hamzah melirik risa yang hanya bisa tertunduk dengan gelisah sambil mengucek roknya..
Setiap detik menunggu jawaban om hamzah membuat saya semakin berdebar, apakah lamaran saya akan ditolak", kenapa lama sekali",
sebaiknya kamu pulang dan cari pekerjaan dulu ohhh kalau jawaban seperti itu
100 Tahun Setelah Aku Mati
yang keluar maka rasanya akan sangat besar rasa malu yang harus saya tanggung di depan risa.. saya berdoa dalam hati semoga jawaban om hamzah sesuai dengan harapan saya..
Beliau menoleh kembali kearah risa, dan menoleh kearah saya, sorot matanya tajam,seakan menelisik orang yang baru saja berusaha melamar putrinya... kalau saya yo le ...... om hamzah menghentikan bicaranya dan menghela nafas panjang..serasa jantung saya hampir copot menunggu reaksi selanjutnya dari om hamzah,
kalau saya pastinya merestui le, dari dulu saya merestui pertemanan kalian, dan sekarang pastinya saya merestui hubungungan kalian, kamu sudah membuktikan dirimu, dan tidak ada keraguan sama sekali, masalah pekerjaan itu bisa dicari, tapi mantu sepertimu yaa mungkin Cuma ada satu ucap beliau dengan melempar senyum yang sumringah kepada saya..
Ploongg.... teman itu adalah rasa paling plongg yang pernah saya alami, om hamzah menyetujui kami, merestui hubungan kami, om hamzah merelakan putri cantiknya untuk dipinang oleh seoarang seperti saya..
alhamdulillah... hanya itu ucapan saya sambil mencium tangan om hamzah dengan hikmat, saya melirik risa yang tersenyum dengan air mata yang sudah jatuh diatas pipi putihnya...
Risa menghampiri ayahnya dan memeluknya erat, yahhh... makasih, ayahhh makasih ucapnya dengan manja kepada ayahnya...
yaa yaa, nanti ayah hubungi ibumu biar bisa segera pulang ucapnya kepada risa,
le kamu sudah bilang sama pak bowo kan mengenai ini" tanya beliau kepada saya
Saya mengangguk pertanda saya sudah mendiskusikanya dengan om bowo selaku wali saya...
kamu tunggu bentar, saya telfon ibunya risa dulu, biar ada konfirmasi tanggal keulanganya ujar beliau sambil menaruh telepon di telinganya kemudian berlalu...
100 Tahun Setelah Aku Mati
Risa dengan cepat mengampiri saya dan menggenggam era tangan saya, wajahnya tampak sangat ayu hari ini, saya mengusap air mata dipipinya, dan dengan lembut saya berkata..
akhirnya nduk... makasih mas, makasih udah mewujudkan salah satu mimpiku ucapnya lembut sambil memeluk saya dengan sangat erat...
100 Tahun Setelah Aku Mati
Part 59 (Komitmen kami) Senin pagi, hari itu genap seminggu setelah saya memohon restu kepada om hamzah untuk melamar risa, dan sudah disepakati prosesi lamaran akan dilaksanakan seminggu dari sekarang, pada umumnya hari senin adalah hari yang sibuk, tapi tidak denganku yang berstatus pengangguran paruh waktu, saya tengah mengalami sindrom pusing tujuh keliling, kenapa" Tentu saja karena status saya ini, status sebagai pengangguran yang nekat melamar anak orang, lebih2 anak seorang perwira, kira2 bagaimana jawaban om hamzah jika ditanya rekan kerjanya perihal pekerjaan calon mantunya" Enggak, saya nggak akan membuat om hamzah malu, paling tidak saya harus berusaha mendapat pekerjaan atau jika kepepet saya akan membuka usaha kecil, walaupun entah apapun itu, mengingat uang yang saya pegang tidak banyak, hanya cukup untuk hidup selama beberapa bulan dan membiayai sebagian kebutuhan lamaran minggu depan.
status saya butuh status bekerja.. gumam saya berkali-kali, saya mondar mandir di ruang tamu sambil menggaruk2 kepala yang tidak gatal..
S.ked, mungkin kelihatan keren gelar tersebut, tapi kalian tau gelar S.ked itu belum bisa digunakan untuk bekerja di bidang keilmuan saya, sangat berbeda dengan sarjana teknik, sarjana pertanian, dll yang bisa langsung bekerja segera setelah skripsinya selesai, masih banyak sekali tahapan lain yang harus saya lalui, dan beberapa bulan lagi saya akan mengikuti program koass
bingung kenopo to cah bagus" suara om bowo membuat saya menoleh kearah beliau..
Om bowo dan tante sri selama menjelang dan sesudah acara lamaranku akan tetap tinggal di jogja untuk menyiapkan segala kebutuhan besok,
nganu om, biasa lahh.. bingung mo cari kerjaan dimana, apa lagi kan beberapa bulan lagi udah mulai test lagi jawab saya dengan gelisah..
100 Tahun Setelah Aku Mati
lha dari pada bingung cari kerja mending bikin kerjaan aja jawab om bowo dengan santai, seolah ini adalah masalah sepele, bukanya ada pencerahan saya malah semakin gelisah, dan tiba2
Dddrrrrtttt.... ddrrrrttt, hp saya bergetar menandakan ada telepon masuk, saya merogoh saku dan melihat siapa penelfonya, siapa tau itu risa yang memberi kabar lowongan pekerjaan yang sesuai denganku... dan saya salah, ternyata nama yang tertera adalah Susi..
weeehh, tumben ini anak, ada apa ya" gumam saya sambil mengangkat telepon..
haloo sus haloo zal, lagi sibuk apa ini"
hem" Gak sibuk apa2 sih, kenapa sus"
egak sih, kalo mau ketemu kamu hari ini bisa enggak ya" Hemm" Kenapa dengan susi" Kenapa anak ini tiba2 mengajak saya ketemu"
apa ada sesuatu sus", sbenernya masih ngurus dokumen sih jawab saya asal, karena sebenarnya saya malas keluar, apalagi dengan susi, saya takut jika risa tau malah ada salah paham..
yaahh.. gimana sih zal, Cuma mau nawarin kerjaan sih zal, sapa tau kamu minat, tapi yaudah deh bye zall
eeiittt eeitt... kayaknya aku bisa nunda dokumenku sus, kamu dimana sekarang jawab saya terburu2 karena tidak menyangka susi akan menawari hal yang sejak kemarin membuat saya pusing
100 Tahun Setelah Aku Mati aku lagi di cafe XXXX buruan lho ya
ok sus.. jawab saya sambil tersenyum lebar dan menutup telepon penyelamat dari susi tadi..
Om bowo yang sedari tadi mengamati saya bertanya ada apa le",kok keliatan seneng banget"
ini namanya pucuk dicinta ulam pun tiba om jawab saya seraya pamit menyusul susi yang sudah menunggu saya...
*** Cafeitu tidak terlalu ramai, karena memang harimasih pagi, dan belumjam makan siang,hanya ada beberapa ABG yang bolos sekolah sedang asik dengan rokoknya, saya mentap sinis kelakuan abg2 itu, saya berjalan ke lantai 2 tempat dimana saya dan susi janjian, dan itu dia.. dia sudah menunggu dengan senyum manisnya,
zallll panggilnya sambil melambaikan tangan...
Saya menghampiri susi, seperti biasa tampilan susi sedari dulu bisa di bilang perfect, ditambah usanya yang semakin matang dia terlihat sangat menawan..
udah dari tadi sus" tanya saya berbasa-basi sambil menyalaminya yaa lumayan sih zal, nungguin kamu lama juga
Kami ngobrol sejenak, mengenai hidup kami masing2 tidak perlu berpikir macam2, karena susi sudah move on, dia sudah memiliki calon suami, dan kami tidak lagi duduk berdua untuk ngobrol mengenai clbk dan sebagainya..
kok kamu bisa pas banget si sus" tanya saya untuk membuka pembicaraan serius
100 Tahun Setelah Aku Mati
pas banget gimana sih zal"
ya ini, aku lagi butuh kerjaan sebelum koass hhi, iya aku tau, yang bentar lagi lamaran
loh kok kamu tau sus" tanya saya sedikit kaget karena susi bisa sampai tau kabar ini secepat itu..
hhi, ya kan aku temenya risa, gimana to kamu ini zal" Saya mengangguk paham, ternyata susi tau dari mulut comelnya risa, ya, trus kerjaanya apa nih sus"
ini zal jawab susi sambil memberikan sebuah dokumen, dengan teliti saya membaca isi kertas A4 itu,
guru sus" Iya, guru zal, guru les buat anak2 sd, tapi jangan dikira di bimbingan belajar beken, ini yayasan belajar baru, tapi lumayan lah fee nya, gimana minat" Tanya susi
Saya tersenyum membaca tulisan itu, menjadi guru untuk anak2 SD, yaa saya kira itu cukup bagus untuk permulaan..
oke sus, gapapa aku mau, trus system pendaftaranya gimana ini"
dahh, gak usah pusing2 zal, aku dah bilang sama ownernya, kebetulan dia masih sodara dari calonku kata susi sambil menyedot milkshakenya,
100 Tahun Setelah Aku Mati
oke sus, makasih banget sus.. yahhh dengan ini aku bisa lepas dari status pengangguranku, hhe
anytime zal Susi mengangguk sambil memencet BB nya
eehh.. sus calonmu orang mana sih" Tanya saya dengan sedikit kepo dengan sudah mampunya susi move on..
adadehh, tunggu aja undanganya besok, yaa pokoknya dia lebih keren dari pada kamu zal, pokoknya gak cupu ejek susi dengan menggunakan gesture memakai kacamata.
dihh, emang aku cupu"
haha ya aku yakin semua orang bakal sependapat tambah susi dengan tertawa sambil menutup mulutnya,
ehhh zal, kalo udah kelar semua kamu mau kerja dimana sih"
hemp" Aku gak tau sih sus, aku pengen kerja di puskesmas aja, yang rada jauh dari sini, dan kalau memungkinkan besok entah kapan aku pengen buka praktek sendiri, tapi bukan didaerah sini, aku pengen ke luar pulau yang bener2 kekurangan&
Susi menyeritkan dahi, dan melepaskan bibirnya dari sedotan berwarna merah jambu itu..
kok malah milih di daerah tertinggal zal", sayang lho orang berbakat kayak kamu mending di rumahsakit yang gedean aja, pasti keterima deh.. aku yakin
yaaa.. itu tergantung sih sus, aku punya beberapa pertimbangan jawabku sambil mengunyah kentang goreng yang masih panas yang baru saja disajikan&
100 Tahun Setelah Aku Mati
maksudnya zal" ya mungkin bisa aja aku milih kerja di rumah sakit gede kalo memang kemampuanku cukup untuk itu, tapi aku pernah mikir ini sus, ada 2 pilihan.. apa aku bakal memilih ke tempat yang menguntungkan" Atau ke tempat yang membutuhkan", dan aku rasa pilihan kedua lebih cocok buat aku sus, bukan berarti aku gak butuh duit, tapi aku ngerasa berutang sama Negara, aku merasa aku harus melunasinya dengan sedikit pengabdian yang bisa aku lakuin, dan semoga saja semua bisa aku wujudin setelah ini
trus risa gimana", apa setuju" Kamu milih jalan kayak gitu" Tanya susi lagi..
kami bakal ngebangun mimpi kami ini sus, baik risa ataupun aku udah pernah sepakat, dan risa fine2 aja kalau mungkin besok bakal dapet suami yang seorang dokter miskin, tapi tentunya aku menghindari kemiskinan sus, sebisa mungkin keluargaku besok bakal sejahtera, mungkin terlalu na"f ya" Tapi ya biarin sus, aku udah milih itu, aku udah manteb di tujuanku, dan aku bakal terus usaha sampe bisa beneran kesampean, aku bakal terus memantaskan diri jawab saya sambil menatap tajam mata susi..
Susi hanya diam, dia tidak berkomentar atau menjawab kalimatku tadi, dia hanya membalas tatapanku dengan ekspresi yang tidak bisa saya jelaskan..
suss"... panggil saya, berusaha memecah lamunanya.. Susi masih diam&
suss& . Panggil saya lebih keras, hingga dia terlihat terkesiap.. ada apa sih" Tanya saya..
kamu nyebelin zal, tau gak.. kata susi sambil memalingkan wajah..
100 Tahun Setelah Aku Mati


100 Tahun Setelah Aku Mati Karya Rizal di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

loh" Salahku apa to"
pokoknya nyebelin !!, zal.. aku balik dulu ya, kamu abisin dulu kentangmu itu, aku gak kuat kelamaan deket kamu, udah susah2 move on malah jadi gini kan rasanya, bye zal.. aku aja yang nraktir ini semua, good luck ya susi berbicara dengan cepat, menyalamiku dan langung pergi dengan wajah memerah&
Dan saya dengan begonya Cuma bisa garuk2 kepala karena bingung dengan sikapnya susi. Tapi memang susi itu penyelamat, dan saya bersyukur dengan tawaran pekerjaan itu&
Saya iseng membuka hp dan mengirim bbm kepada risa
nduk, lagi dimana" send & .. & .
& & . & . 5 menit, 10 menit, hingga kentang dan jus jambu saya habis belum ada jawaban, mungkin lagi sibuk dia..
Begitu batinku dalam hati, saya memanggil pelayan dan memesan secangkir kopi untuk menemani saya duduk lebihlama, saya sedikit memikirkan kata2 susi tadi,
trus risa gimana", apa setuju" Kamu milih jalan kayak gitu" begitu katanya, saya memikirkanya lagi dan lagi, cukup lama sampai kopi yang saya pesan sudah ada didepan saya,
nduk, apa iya kamu beneran ikhlas aku milih jalan itu" saya malah bicara sendiri,
Saya sejenak merenung, apakah saya terlalu idealis hinga melupakan realita kalau berkeluarga itu tidak semudah dan sesederhana yang saya bayangkan" Kamu harus tanggung jawab zal woiiii!! Suara didalam kepalaku seakan ikut protes, mo kamu kasih makan apa si risa"" Ada lagi suara lain yang mengganggu
100 Tahun Setelah Aku Mati
ketenanganku.. Heemmm.. tapi disisi lain, saya benar2 ingin mewujudkan mimpi2 kecil saya, & Saya menimbang baik buruknya cita2 saya tadi, sampai hp saya berbunyi&
From : Risa baru aja selese urusan dib alai kota, mas dimana" Aku kesitu ya"
Saya membalas pesan risa dan memintanya menyusul saya di kafe ini.. Tidak butuh waktu lama risa sudah sampai karena caf" itu tidak terlalu jauh dari balai kota..
mas" Kok tumben sih", ngapai disini" Tanya risa setelah duduk dan memesan beberapa makanan.
ini nduk, aku baru dapet kerjaan jawab saya sambil memberikan dokumen dari susi tadi..
Risa membaca kertas yang sudah saya lipat tadi, dan setelah selesai dia menggenggam tanganku sambil tersenyum..
ciee.. jadi pak guru ini.. apapun itu mas, ak seneng katanya dengan lembut&
Teman& kalian tau" Kalimat sederhana dari risa tadi benar2 menenangkan, mungkin akan sulit mencari wanita yang memiliki rasa pengertian sepertinya..
nduk, tapi apa kamu juga seneng kalo besok harus pergi ikut aku keluar masuk kampung kayak yang udah kita omongin kemarin", mungkin bakal banyak masalah nduk, dan prosesnya bakal susah, jujur aku ragu nduk, dan aku takut kalau aku gak bisa ngasih kehidupan yang layak buat kamu gara2 sikap idealisku ini
100 Tahun Setelah Aku Mati
mas& . Risa menggenggam tanganku lebih erat sambil mengusapnya dengan lembut&
Bukan menjadi apa aku besok yang aku risaukan, tapi dengan siapa aku besok menghabiskan hari tuaku. Mas, aku enggak takut menantang dunia, yang aku takutin menghadapi dunia seorang diri tanpa kamu mas risa membelai pipiku, dan tersenyum.. wajahnya yang damai dan teduh menurunkan sedikit rasa cemasku&
dan yang terpenting mas, aku percaya sama kamu& sama seperti kebanyakan orang diluar sana, semua orang yang mengenalmu pasti percaya sama kamu mas, percaya kalau kamu bisa menyelesaikan segala sesuatu yang kamu mulai, jangan takut mas, aku akan ikut kemana kamu pergi mas
Saya terenyuh dengan jawaban dari risa, sejenak saya menyempatkan diri bersyukur kepada Allah, karena mengirimkan kaum hawa nan jelita ini ke dalam hiddupku&
Saya meraih tangan kananya, dan menciumnya dengan lembut..
aku sudah mengenal hidup dalam kesepian nduk, dan aku nggak mau mengulanginya lagi dengan hidup tanpamu
100 Tahun Setelah Aku Mati PART 60 (Hari bahagia, Bersejarah, tapi ..... )
saya memicingkan mata, menahan silau sinar dari lampu sorot dan blitz kamera memapar wajahku, saya menahan rasa gatal karena blangkon yang saya kenakan sedikit kekecilan, saya melirik beberapa orang yang saya kenal duduk dengan takzim, sekitar 10 meter dari singgahsana tempat saya duduk, Dewi melambaikan tanganya dan mengedipkan matanya, disampingnya ada wayan, wardhana, novita, miska, mas yakob, dan beberapa teman masa kuliah lain, irawan, andi yang masih mengenakan seragam polisi dengan jaket, dan hampir semua teman masa sekolahku ikut hadir..
saya melirik seseorang disamping saya dan untuk ke ratusan kalinya saya terkesima, bahkan dengan dandanan sehari2 sudah mampu membuat saya jatuh cinta, apalagi sekarang", dengan dandananya yang makin membuatnya nampak sangat jelita, setelan kebaya tradisonal namun modern, dengan gemerlap pernak pernik berwarna emas dan perak membuat saya terbengong didepan banyaknya tamu undangan, saya memang selalu kesulitan menyembunyikan perasaan setiap menatapnnya
lihatlah dia, kecantikan gadis jawa dengan wajah lembut merekahkan senyum yang membuat isi didalam dada saya terasa lumer dan mencair, rerengan yang menghiasi dahinya, mempunyai makna filosofis berupa pengharapan dan doa untuk keluarganya kelak, dia mengenakan penunggul yang berarti pengharapan kedua pasangan menjadi pasangan yang sempurna, dan semua elemen dalam paes ageng temanten joga yang tinggi akan nilai fiosofis luhur dia kenakan dengan sempurna, tidak hentinya saya berdebar, jika mungkin acara itu berjalan sangat lama maka bisa saja saya pingsan karena gemetar, saya sedikit mengingat peristiwaa akbar yang baru saja saya alami beberapa jam yang lalu..
saya terima nikah dan Ka winya Risa Putri Ayuning tyas Binti Hamzah Syarif Atmojo dengan mas ka win tersebut dibayar tunai
Teman kalian tau" Saya sudah melatih kalimat itu berkali2, saya sudah dimaki om bowo karena tidak bisa engucapkanya dengan tegas, dan baik, tapi pada hari H
100 Tahun Setelah Aku Mati
itu, saya seperti mendapat bantuan oleh semacam bisikan yang membuat saya tenang hingga saya bisa mengucapkan kelimat sakral itu dengan sempurna.. Dan saat di sekeleling saya terdengar beberapa orang berucap hampir beberangan Sahh seketika itu juga adalah kalimat syukur alhamdulillah yang bisa saya dan risa ucapkan... saya hampir tidak percaya hari itu akan datang, hari dimana risa... yaa orang asing pertama yang menyapaku di masa smpku , menjadi sahabatku, menjadi kekasihku dan kini.... dan kini baru saja setelah buku dan beberapa dokumen pernikahan kami isi dan tandatangani, kini kami adalah suami istri ....
Om hamzah, beserta tante ndari tidak bisa menyembunyikan rasa harunya karena putri mereka kini sudah dewasa dan dipersunting orang lain.. bukan maksudku bukan om hamzah dan tante ndari, nama itu tidak lagi relevan, lebih tepatnya sekarang saya harus menmanggil beliau berdua menjadi Bapak dan Ibuku.. om bowo dan tante sri dengan senyum bahagia bercampur haru juga ikut hadir menjadi waliku, saya menengadah dengan tipis, membayangkan kedua orangtuaku juga sedang tersenyum dengan haru dan bangga di alam sana... ***
Prosesi resepsi dilakukan hari itu juga setelah ijab qobul, tidak ada kemewahan, saya sudah sangat bersyukur dengan tabungan saya ini ditambah bantuan dari beberapa kerabat sudah mamppu menggelar resepsi pernikahan untuk berbagi kebahagian dengan orang2 terdekat kami, undangan yang datang dari kerabat saya dan risa, teman2 terdekat, dan rekan kerja dari kedua orangtua risa, Saat sesi foto2 saya tidak bisa menahan gejolak senang, bertemu teman2 saya yang memberi selamat, hal yang menggembirakan adalah dewi.. dewi datang dengan.. kalian tau pasti.. orang baru dihidupnya..
wii kamu harus kenalin kita ya ucap saya dengan menjabat tanganya erat, urus urusanmu sendiri zal, hihi.. ya entar gampang ah, kita nanti ngobrol2 kasian yang antri di belakang jawab dewi dengan mimik wajah yang sangat senang, saya melihat kedua pasangan baru yang sangat serasi itu, laki2 gagah berbrewok dengan postur ideal itu tadi mengenalkan diri dengan nama Anwar, alhamdulillah.. semoga mereka berjodoh... batin saya dalam hati.. Saya melirik risa yang dari tadi tidak bisa menghilangkan rona wajah bahagianya,
100 Tahun Setelah Aku Mati
dia mencolak colek pinggangku memberi kode untuk berpose pada lensa kamera yang terus memburu kami,
Temaan.. mungkin kalian kira itu adalah hari bahagia buatku" Kalian salah.. itu adalah hari yang sangat.. sangat.. sangat membahagiakan yang pernah tejadi di hidup saya,.. tidak perlu saya jelaskan panjang lebar, sudah terlalu sering saya menuliskan tentang bagaimana perasaan saya tehadap istriku ini... Saya memandang kearah tamu undangan yang sedang prasmanan, teman2 dan kerabat kami semua ikut larut dalam suasana suka cita.. sampai ......
mas.. ada apa" tanya risa yang melihat ekspresi terkejutku.. sari nduk ... sari... sari iiikut dateng kata saya dengan terkejut.. Mungkin kalian bingung, harusnya saya senang dengan kedatangan sari di hari pernikahanku.. tapi ada satu hal yang aneh.. satu hal yang aneh sekaligus menyeramkan ....
.. Saya member kode kepada risa, agar melihat kearah Sari berdiri.. Bodoh.. itu adalah tindakan percuma karena Risa tidak akan bisa melihat sari& Risa tidak akan bisa melihat sari yang tengah berdiri ditengah keramaian dengan mimic wajah yang bisa dikatakan sangat tidak bersahabat, gaun putih yang dia kenakan Nampak basah dan meneteskan air yang membuat genangan disekitar sari berdiri, ehhh.. bukan.. bukan berdiri, maksudku melayang, sari melayang ditengah ramainya tamu undangan yang berjalan menembus tubuh sari, yang kali ini tidak menampakan wujud anak2 umur 6 tahun, melainkan berujud wanita dewasa yang mengenakan gaun putih berenda yang basah, rambut panjang yang lepek itu menutupi sebelah matanya, mata sebelahnya menatapku dengan menakutkan, karena tidak terlihat adanya pupil mata, melainkan hanya bagian putih yang terlihat memerah..
Teman.. kalian ingat" Sari dan risa, atau Risa dan Sari itu memiliki wajah yang hampir serupa keduanya sangat mirip. Begitu juga dengan wujud yang diperlihatkan sari sekarang, tapi dengan kulit yang terlihat membiru itu, dan tatapan kosong yang menyorot kearahku itu, membuat saya seolah sedang
100 Tahun Setelah Aku Mati melihat klon Risa yang berwujud menyeramkan&
sari,,, aaa ada apa" Ada apa denganmu" panggil saya dengan bahasa batin..
mas kamu nggak apa2" Tanya risa dengan berbisik, mungkin dia melihat kegelisahan saya.
ada yang aneh nduk, moga aja gak ada apa2 jawab saya dengan berbisik pelan..
Aneh sekali, mata ini tidak pernah berbohong, jelas itu adalah sari& tapi kenapa""
Kenapa dia menunjukan wujud yang terlihat tidak senang" Dia terlihat seram dengan wujudnya, konon jin2 gemar menunjukan kondisi bagaimana terakhir jasad manusianya mati, tujuanya jelas untuk menakuti manusia, dan kalau kalian ingat wujud sari yang terlihat bsah kuyup dan membiru karena dia mati dengan cara di tenggelamkan&
Sari menyibak rambt yang menutupi sebelah matanya, hingga terlihat kedua matanya yang hanya berwarna putih kemerahan, dia mengankat telunjuknya.. dan mengarahkanya pada Risa&
Saya melirik kearah risa yang sedang tersenyum sambil menatap kearah teman2nya yang datang, sedangkan saya malah gelisah karena kehadiran aneh dari sari ini..
**** 100 Tahun Setelah Aku Mati
Dari jarak beberapa meter saya melihat dewi, yaa.. saya melihat dewi yang menghampiri Sari, saya melihat dewi berusaha berkomunikasi dengan sari..
Dewi berjalan mendekati sari, saya tidak bisa mendengar pembicaraan mereka.. kalian tau" Saya dan dewi memiliki kemampuan yang berbeda, dewi lebih peka dengan perubahan aura, perubahan alam dan dalam interaksi yang sangat halus, mungkin dewi mendengar pembicaraan batin saya dan ikut merasakan kehadiran sari..
Tidak banyak yang bisa saya lakukan, ini adalah momen dimana saya tidak bisa seenaknya bergerak, saya sedang menjadi raja sehari di hari pernikahanku, antara bingung dan ngeri dengan sikap sari yang aneh, dia menunjuk risa, entah apa maksudnya...
Dewi menghadap kearahku dan memberi anggukan yang entah apa itu artinya, dan sejurus kemudian... saya tidak bisa melihat sari.. tiba2 dia menghilang dengan menyisakan tanda tanya di kepala saya...
Mr Quin Yang Misterius 2 Wiro Sableng 157 Nyawa Titipan Beruang Salju 4
^