Irama Pencabut Nyawa 5

Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu Bagian 5


dalam hati sambil menarik napas.
"Aaiii... Khouw Kie Cong telah bertindak salah! Tindakannya yang keliru itu hanya
menambah malapetaka..." kata lagi Thio Siok Ngo.
Khouw Kiam Siu menatap gadis itu dan memperhatikan pembicaraan dan gerak-geriknya.
"Gadisnya ini tidak gila! Tiada gejala yang menunjukkan bahwa pikirannya sudah tidak
waras!" katanya dalam hati.
Thio Siok Ngo dapat melihat sikap Khouw Kiam Siu yang agak aneh itu maka ia menanya :
"Khouw Kiam Siu, mengapa kau tercengang" Apa kau kira aku sudah menjadi gila" Hm....
untuk sesuatu maksud, aku memang harus berlagak gila?"
Justru pada saat itu terdengar suara yang mencurigakan. Thio Siok Ngo menjadi lebih pucat.
Dengan tergesa2 ia berkata:
"Kita akan berjumpa lagi sebentar jam 3..." berkata begitu, ia segera berlari pergi.
Khouw Kiam Siu juga lekas-lekas lari kembali kedalam semak belukar untuk bersembunyi.
Tak lama kemudian dari kejauhan tampak mendatangi beberapa belas orang. Mereka itu
adalah orang-orang dari puri Kiam Pao yang dipimpin oleh The Jun.
Dengan beringas Khouw Kiam Siu mengawasi orang-orang itu.
"Hm... The Jun itu adalah orang yang telah membunuh ibu-ayah Cio Tin. Apakah Cio Tin
sudah menjumpai musuhnya ini?" tanyanya dalam hati.
Setibanya di tempat dekat semak belukar dimana Khouw Kiam Siu dan si Algojo
bersembunyi, The Jun memerintahkan orang-orangnya untuk memeriksa tempat
disekelilingnya. Khouw Kiam Siu sudah mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengganyang orang-orang itu
jika mereka menemui tempat bersembunyinya. Beruntung sekali, mereka tidak memeriksa
sampai ke semak-belukar. Tak lama kemudian The Jun lalu mengajak rombongannya pergi ke tempat lain, Khouw
Kiam Siu menghela napas lega lalu berkata kepada Si Algojo :
"Apakah kau sudah mendengar ucapan Thio Siok Ngo tadi?"
159 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Si Algojo mengangguk. "Aku minta kau segera pergi ke lembah Hong hong kok. Cui-hun-tjeng-lie tengah
menantikan kedatanganmu disana."
"Mengapa dia menantikan aku disana?"
"Dia sangat mencintaimu...."
"Tetapi aku tidak mencintai dia."
"Kau salah! Ia sangat mencintaimu, karena asmaranya yang tak terhingga terhadapmu, ia
telah meninggalkan Kiam Pao dan berkelana dikalangan Kang ouw, tanpa tempat bernaung
yang tetap. Bukankah ia sudah menolong jiwamu berulang kali?"
Khouw Kiam Siu harus mengakui kebenaran kata-kata itu, namun ia tak bisa dipaksa untuk
mencintai Kat Ju Hui, meskipun gadis itu rela menyerahkan jiwa raganya!
"Siaotee, Cui-hun tjeng-lie dapat dikatakan sudah menjadi istrimu".Tetapi kau masih
bersikap kejam terhadapnya!" desak si Algojo.
Khouw Kiam Siu merasa heran sekali. Si Algojo juga mengetahui hubungannya dengan Cuihun tjeng lie. Ia berusaha mencari tahu siapakah gerangan si Algojo itu yang selalu
menutupi mukanya dengan kain hitam.
"Siaotee, jika kau masih mempunyai prikemanusiaan, kau harus memperhatikan gadis itu.
Masakan kau membiarkan ia menikah dengan orang lain?" kata lagi si Algojo.
"Itu urusan dia sendiri!"
"Siaotee, mungkin gadis itu akan membunuh diri jika terus menerus cintanya tidak kau
balas! Dalam jangka waktu sebulan, jika kau tidak menjumpainya di lembah Hong-hong kok,
ia akan membunuh diri!"
"Bagaimana kau mengetahui semua ini?"
"Gurunya " Thiat-Cong gin leng - telah memberitahukan kepadaku."
Khouw Kiam Siu menundukkan kepalanya. Ia menjadi serba salah. Ia tak dapat membiarkan
Kat Ju Hui membunuh diri, karena ia sangat berhutang budi pada gadis itu. Akhirnya ia
berkata, "Baiklah aku akan pergi ke lembah Hong hong kok menjumpainya !"
Si Algojo mengangguk-angguk seraya berkata:
"Betul....jika kau dapat menjumpainya, kau berbuat betul! Jika tidak, kau akan menyesal
seumur hidupmu!" Baru saja ingin berpisah, mereka tiba-tiba mendengar suara ketungan berbunyi tiga kali "
tanda waktu sudah jam tiga!
Khouw Kiam Siu menjadi gelisah. Ia masih harus menjumpai Thio Siok Ngo.
"Tu, Thio Siok Ngo sudah datang!" seru si Algojo. "Ayoh, sambut padanya!"
Betul saja Khouw Kiam Siu melihat Thio Sok Ngo sedang berlari-lari mendatangi dan
berhenti 5 meter didepannya.
160 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Thio siocia, apa lagi yang ingin kau sampaikan kepadaku?"
Untuk beberapa saat lamanya Thio Siok Ngo tidak menyahut. Ia berdiri terpaku.
"Siocia, apa lagi yang kau ingin katakan?" tanya lagi Khouw Kiam Siu.
"Khouw Kiam Siu, apakah kau kenal seorang yang selalu menutupi mukanya dengan kain
hitam dan mengaku bernama si Algojo?"
"Aku kenal, aku sering menjumpainya."
"Aku....aku mencurigai orang itu."
"Mencurigai" Mengapa kau mencurigainya"!"
"Aku mencurigai bahwa dia itu sebenarnya adalah Khouw Kie Cong alias Sam Kiat
Sianseng!" Khouw Kiam Siu menoleh ke tempat mana si Algojo bersembunyi tadi. Ia percaya bahwa si
Algojo dapat mendengar juga ucapan Thio Siok Ngo. Gerak-gerik, maupun tindak-tanduk si
Algojo merupakan suatu teka-teki baginya. Hanya puncak Kiat yun hong telah diledakkan
dan dimusnahkan, dan menurut fahamnya, Sam Kiat Sianseng atau Khouw Kie Cong itu
telah tewas karena ledakan. Mustahil sekali jika si Algojo itu sebetulnya Khouw Kie Cong.
Lagi pula tenaga sakti Khouw Kie Cong sudah diserahkan kepadanya. Dari kejadian yang
sudah2, ia mengetahui bahwa si Algojo memiliki ilmu silat yang lihay.
"Tidak mungkin! si Algojo bukan Khouw Kie Cong!" serunya.
"Mengapa tak mungkin?" tanya Thio Siok Ngo.
"Apakah kau sudah mengetahui bahwa puncak Kiat yun-hong telah dimusnahkan oleh
ledakan?" Thio Siok Ngo mengangguk.
"Kau juga mengetahui bahwa Khouw Kie Cong telah dipaksa minun racun yang sukar dicari
obatnya?" "Ya, aku sudah mengetahui itu."
"Nah! Jika ia tidak tewas dalam ledakan, ia pasti sudah tewas dari racun yang berbahaya.
Lagipula, ketika aku berpisah, umurnya hanya tinggal tiga bulan saja. Oleh karena itu, aku
berpendapat bahwa si Algojo bukan Khouw Kie Cong!"
"Tetapi kemungkinan bahwa Khouw Kie Cong masih hidup tetap ada. Dan aku mengambil
kesimpulan itu dengan dasar-dasar yang kuat. Kesatu, aku mengenali betul gayanya dan
gerak geriknya. Kedua, ia selalu menutupi mukanya dengan kain hitam. Ketiga, ia
memperkenalkan dirinya sebagai si Algojo " suatu julukan yang berarti ia akan memenggal
kepala musuh-musuhnya, dan keempat, ia telah masuk kedalam puri Kiam Pao dan
memenggal kepala Tauw-Kun orang yang menggores mukanya sehingga ia kini tampak tak
keruan macam !" Khouw Kiam Siu melangkah mundur karena tercengang dan mulai yakin akan alasan-alasan
yang berdasar itu. "Aku akan segera membuktikan kesimpulanmu itu!" katanya.
161 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Apa"! Kau dapat membuktikan kebenaran omonganku"!" tanya Thio Siok Ngo terheranheran.
Sambil melirik ke semak belukar Khouw Kiam Siu berkata lagi:
"Ya, aku dapat segera membuktikan pendapatmu itu!"
Baru saja ia berbalik untuk pergi ke semak-belukar, ketika tampak tiga orang berlari-lari
mendatangi, Thio Siok Ngo terkejut dan lekas-lekas mundur.
Yang mendatangi itu adalah seorang kakek dengan sebuah lambang pedang mas didada
bajunya dan dua kawannya yang masih muda belia.
Si kakek pun terkejut menghadapi Thio Siok Ngo dan melangkah mundur ketika melihat
Khouw Kiam Siu. Setelah semangatnya pulih, ia lalu berkata :
"Siocia, kau selalu membikin aku khawatir jika kau keluar dari puri Kiam Pao! Aku
ditugaskan menjagamu..."
"Lu Tiong Tat! Kau tak perlu mengawasi gerak-gerikku !" bentak Thio Siok Ngo sengit.
"Aku telah ditugaskan untuk mengawasi siocia. Aku tak berani melanggar peraturan puri
Kiam Pao. Sekarang siocia harap ikut aku pulang," kata lagi Lu Tiong Tat dengan hormat.
"Sekarang aku belum mau pulang!"
"Siocia, aku minta siocia tidak menyulitkan aku. Siocia sudah mengetahui betul betapa keras
peraturan Kiam Pao, bukan?"
"Hm...tiga orang ini tak boleh kembali ke puri Kiam Pao hidup-hidup ! Mereka tak dapat
melaporkan bahwa Thio Siok Ngo tidak gila, tetapi hanya berlagak sinting," pikir Khouw
Kiam Siu sambil terus memperhatikan sikap ketiga orang puri Kiam Pao itu.
Karena Thio Siok Ngo belum juga mau pulang ke puri, Lu Tiong Tat lalu mendesak:
"Thio Siocia, kau juga mengetahui bahwa si pemilik Kim Gaib itu adalah musuh dari puri
Kiam Pao..." Ucapan Lu Tiong Tat itu hanya membikin Khouw Kiam Siu naik pitam. Ia menghampiri orang
she Lu itu dan membentak:
"Aku sebetulnya datang ke puri Kiam Pao dengan maksud membasmi semua jahanam di
dalam puri itu!" Lu Tiong Tat memberi isyarat kepada kedua orangnya untuk meniup peluit bambu. Segera
peluit ditiup, Thio Siok Ngo terkejut dan berseru:
"Hai! Mereka memberi tanda bahaya!"
TANPA banyak bicara lagi Khouw Kiam Siu segera menjotos Lu Tiong Tat, lalu mengemplang
kedua pengikut orang she Lu itu dengan Kimnya. Serangan yang cepat dan dashyat telah
mengakhiri riwayat ketiga orang dari puri Kiam Pao itu. Khouw Kiam Siu terpaksa
membunuh untuk menutup mulut mereka.
Thio Siok Ngo mengawasi ketiga mayat itu sejenak, lalu berkata:
162 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Khouw Siohiap, tadi kau bilang kau bisa membuktikan bahwa si Algojo itu sebetulnya
adalah...." Khouw Kiam Siu tidak menunggu lagi. ia meloncat ke semak-belukar untuk mencari si
Algojo, tetapi ternyata orang yang dicarinya itu sudah pergi!
"Ia sudah pergi!" teriaknya dengan perasaan kecewa.
"Siapa yang sudah pergi?" tanya Thio Siok Ngo heran.
"Si Algojo!" "Apa"! Si Algojo telah datang kesini"!"
"Ia dan aku telah bersembunyi di dalam semak-belukar ini tadi!"
Lalu terdengar lagi suara banyak orang mendatangi. Rupanya mereka itu datang karena
sudah mendengar suara peluit tanda bahaya.
Thio Siok Ngo terkejut. Tetapi Khouw Kiam Siu sudah siap sedia menghadapi mereka itu.
"Lebih baik aku berlalu sebelum mereka datang!" kata Thio Siok Ngo, "Dan bila kau
menjumpai si Algojo kelak, bukalah kain penutup mukanya."
"Baik, aku mulai percaya kesimpulanmu bahwa si Algojo itu adalah Khouw Kie Cong."
"Nah, sekarang aku harus berlalu, aku akan menantikan kedatanganmu disini."
"Baik. Tetapi bagaimana aku dapat mencari kau nanti?"
Thio Siok Ngo terpikirkan sejenak, kemudian menyahut:
"Jika kau datang kesini, ikatlah sehelai kain putih dicabang pohon sebagai tanda kau sudah
datang. Aku pasti datang disini. Sampai berjumpa lagi!"
Khouw Kiam Siu mengikuti perginya gadis itu dengan pandangan kedua matanya, sambil
menanya dirinya: "Apakah si Algojo betul-betul Khouw Kie Cong?"
Orang-orang yang mendatangi itu ternyata dipimpin oleh Thio Kun putera sipemimpin puri
Kiam Pao. Setelah melihat tiga mayat di hadapannya, dengan beringas ia menanya:
"Apakah kau yang membunuh orang-orangku ini?"
"Betul !" sahut Khouw Kiam Siu.
"Kau telah datang ke daerah puri Kiam Pao untuk membunuh orang-orang kami, kau betulbetul bernyali besar!"
"Malam ini akulah yang akan menggores mukamu!"
Thio Kun sudah mengetahui bahwa ia tak dapat melawan
memimpin 14 jago-jago kelas wahid, ia mengharap dapat
sebelum ia bergerak, secepat kilat Khouw Kiam Siu
pedangnya. Pengikut-pengikutnya tercengang menyaksikan
Khouw Kiam Siu, tetapi dengan
meringkus lawannya itu. Tetapi
sudah meloncat dan merebut
jambretan yang hebat itu.
Dengan pedang terhunus Khouw Kiam Siu lalu mengancam, "Hei, Thio Kun! Sudah banyak
163 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
orang yang digores mukanya oleh orang-orang dari puri Kiam Pao. Kini aku paksa kau
merasai goresan dari ujung pedangmu sendiri!" lalu ia melangkah menghampiri.
Dengan beringas Thio Kun memerintahkan orang-orangnya menyerang, ia sendiri meniup
peluit bambunya untuk memanggil bala bantuan.
14 jago silat kelas wahid menyerang serentak. Khouw Kiam Siu mengayun Kimnya
menangkis serangan tersebut, sambil melancarkan tinju Coan-sim touw-hiat-ciang kearah
Thio Kun yang sedang berusaha untuk mabur.
Hembusan angin jotosan maut itu telah membikin Thio Kun jatuh terjungkir. Khouw Kiam
Siu loncat menerkam, tetapi 14 pengikut Thio Kun telah mencabut pedang2 mereka dan
menusuk kearahnya. Dengan Kim ditangan kiri dan pedang ditangan kanan Khouw Kiam Siu menangkis tusukantusukan atau sabetan-sabetan pedang lawan-lawannya.
Tiap-tiap lawan yang kena dikemplang Kimnya tentu roboh sambil memuntahkan darah.
Pertempuran berlangsung beberapa jurus ketika Khouw Kiam Siu sudah berhasil mendekati
Thio Kun yang masih belum dapat berdiri. Satu jeritan yang mengerikan terdengar ketika
muka Thio Kun digores oleh ujung pedang, dan sedetik kemudian muka itu sudah tertutup
oleh darah. Maksudnya sudah tercapai, Khouw Kiam Siu berpendapat tidaklah bijaksana untuk berdiam
lebih lama disitu yang berarti hanya untuk dikeroyok oleh lebih banyak orang. Dengan ilmu
meringankan tubuh, ia meloncat meninggalkan Thio Kun dengan muka sudah tergores dan
beberapa pengikutnya terluka.
Thio Kun diantar pulang ke puri Kiam Pao. Lalu semua orang dari puri tersebut menjadi
sibuk mencari Khouw Kiam Siu yang sudah berhasil melarikan diri kedalam sebuah hutan,
tidak jauh dari puri itu.
Khouw Kiam Siu berhenti untuk melepaskan letih ketika ia ditegur:
"Siaotee! Kau sudah datang kesini?"
Ia terkejut, karena suara yang menegur itu adalah suara si Algojo.
"Apakah aku harus membuka kain penutup mukanya untuk membuktikan kesimpulan Thio
Siok Ngo?" tanyanya dalam hati. Ia menoleh dan menatap si Algojo yang sudah berdiri
beberapa meter dibelakangnya.
Si Algojo tampak heran sambil mengawasi sikap Khouw Kiam Siu yang agak gelisah itu.
"Siaotee! Mengapa kau tampak demikian gelisah?" tanyanya.
"Aku ingin menanya mengapa kau tiba-tiba berlalu dari semak belukar tadi?" sahut Khouw
Kiam Siu sambil berusaha menenangkan diri.
"Oh... tadi aku harus pergi merintangi orang-orang dari puri Kiam Pao datang
rnengeroyokmu ! Bukankah mereka lama sekali baru datang kepadamu?"
Khouw Kiam Siu harus mengakui bahwa orang-orang dari Kiam Pao telah datang terlambat,
sehingga Thio Siok Ngo berkesempatan berlalu. Namun, si Algojo masih tetap merupakan
teka-teki baginya. Maka ia berkata :
164 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Aku harus membuktikan suatu urusan. Gerak-gerik dan sikapmu sangat mencurigakan, oleh
karena itu aku harus membuka kain hitam yang menutupi mukamu itu untuk melenyapkan
perasaan curigaku." "Hm".apakah itu perlu?"
"Perlu sekali ! Jika kau dapat memperlihatkan siapa kau sebetulnya, maka seterusnya aku
dapat melaksanakan tugasku dengan lebih mudah lagi. Kerelaanmu membuka topengmu itu
besar sekali artinya bagiku!"
Si Algojo tidak segera menyahut. Ditatapnya Khouw Kiam Siu dengan tajam.
"Siaotee, jika aku harus bertopeng, aku mempunyai alasan yang kuat. Aku harus bertopeng
untuk suatu maksud tertentu. Aku dapat menjelaskan bahwa kita tidak bermusuhan malah
aku merasa simpati terhadapmu. Sekarang belum waktunya aku memperkenalkan. Aku tahu
bahwa kau menganggap aku ini sebetulnya Khouw Kie Cong alias Sam Kiat Sianseng, tetapi
kau dapat melihat dengan mata kepalamu sendiri...."
Berkata demikian, si Algojo perlahan-lahan membuka kain hitam yang menutupi mukanya.
Dengan hati berdebar-debar Khouw Kiam Siu mengawasi gerak-gerik tangan yang membuka
kain hitam itu, lalu ia melangkah mundur ketika melihat satu muka yang pucat pasi seperti
mayat. Ternyata Si Algojo bukan Khouw Kie Cong! Siapakah gerangan dia itu?" Meskipun topeng
sudah dibuka si Algojo itu tetap merupakan suatu teka-teki.
Muka yang pucat itu ditutup lagi dengan kain hitam.
"Siaotee, kau sudah puas sekarang?" tanya si Algojo.
"Maaf....aku telah mendesak..." sahut Khouw Kiam Siu dengan muka bersemu merah.
"Oh".kita lupakan saja peristiwa ini. Hei, Siaotee! Aku tidak melihat pedang Thian kongkiam-mu ?"
Dengan beringas Khouw Kiam Siu menyahut:
"Pedang itu telah direbut oleh Tok-pi-sin-mo! Aku harus mencari iblis itu dan merebut
kembali pedangku!"

Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si Algojo menggeleng-geleng kepala menyatakan perasaan kecewanya.
"Taihiap, tahukah kau akan jejak Tok-pi sin-mo?" tanya lagi Khouw Kiam Siu.
Si Algojo berpikir sejenak dan menyahut :
"Lain bulan tanggal 12, dimarkas Thian lam-sin-kun diselatan akan diselenggarakan suatu
pertemuan para jago silat yang akan berlangsung selama tiga hari. Thian lam sinkun telah
menyebar banyak surat undangan kepada jago-jago silat, partai2 silat, maupun kepada
jago-jago silat yang tak masuk partai silat. Menurut perhitunganku, Tok-pi sin-mo yang
berwatak congkak dan menganggap ilmu silatnya tiada taranya tentu akan datang untuk
memperlihatkan kepandaiannya. Oleh karena itu kau dapat menjumpai iblis itu disana !"
"Apa maksud Thian lam sinkun menyelenggarakan pertemuan itu?"
"Menurut kabar yang tersiar, Thian-lam sin-kun berhasrat menghidupkan kembali kebiasaan
165 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
yang dilakukan pada 30 tahun yang lalu untuk memberi kesempatan pada jago-jago silat
menguji kepandaian masing-masing, lalu menetapkan juaranya dengan gelar Bu Lim Beng
Cu atau Juara dari kalangan persilatan. Ya... gelar Bu Lim Beng Cu itu dibuat perebutan
pada 30 tahun yang lalu. Pertemuan itu biasanya diselenggarakan oleh partai silat yang
terbesar tiap-tiap 5 tahun sekali. Mungkin Thian-lam-sin-kun menganggap partai silatnya
Thian-lam-mo-kong adalah partai yang terbesar, dan berhak menyelenggarakan pertemuan
tersebut..." "Mengapa pertemuan itu tiba-tiba berhenti diselenggarakan?"
"Menurut cerita, pada 30 tahun yang lalu, juara bertahan Liok Kauw Tjiu dan pialanya
mendadak lenyap setelah pertemuan. Lalu pertemuan demikian tidak diselenggarakan lagi."
"Apakah Thian-lam-sin-kun telah
menyelenggarakan pertemuan itu?"
menemui piala kejuaraan, sehingga ia dapat "Entah. Tetapi seorang harus membuktikan kepandaian dan kemahiran ilmu silatnya dengan
berlomba menghadapi semua jago-jago yang turut serta untuk diakui sebagai juara. Tetapi
dengan piala dipegang oleh sang juara dapat memerintah semua pecundang2nya untuk
melaksanakan suatu tugas yang dianggap luhur. Siapa saja yang membangkang akan
menjadi musuh umum! Oleh karena itu, jika piala itu direbut oleh seorang yang luhur, maka
amanlah kalangan Bu-lim. Sebaliknya, jika piala itu direbut oleh seorang yang berwatak
kejam, jahat serta lalim, maka cilakalah kalangan persilatan !"
"Apakah piala itu selalu direbut oleh jago-jago silat yang luhur ?"
Si Algojo menarik napas panjang menyatakan kekecewaannya. Sejenak kemudian ia
menyahut: "Haaaiii...justru sebaliknya. Jago-jago silat yang luhur kebanyakan bersikap merendahkan
diri. Mereka tidak suka menonjolkan diri. Piala itu sering direbut oleh jago-jago silat yang
jahat. Maka yang berhasil merebutnya belum tentu merupakan jago silat nomor wahid !"
"Bagaimana pendapatmu jika aku turut-serta mengadu ilmu silat dalam pertemuan
tersebut?" "Kau mempunyai minat untuk merebut piala itu ?"
"Aku pergi ke markas Thian-lam mo-kong dengan maksud mencari Tok-pi-sin-mo yang telah
merebut pedang Thian-kong kiam dan bukan untuk memamerkan kepandaian silatku !"
"Baik ! Jika kau pergi kesana, lebih baik kau menyamar... "
"Mengapa aku harus menyamar ?"
"Sebab jika kau pergi tanpa menyamar, kau tak akan dapat berbuat banyak. Kau sebagai
pemilik Kim Gaib telah dikenal oleh banyak orang. Kau telah bunuh banyak orang Thian lam
sin-kun dan kau akan hanya menjumpai banyak musuh yang bermaksud membunuhmu.
Bukankah kepergianmu ke selatan hanya untuk merebut kembali pedangmu ?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
Lalu si Algojo mengambil sebuah bungkusan kecil dari dalam sakunya. Sambil menyerahkan
bungkusan itu ia berkata:
"Siaotee, benda di dalam bungkusan ini dapat membantu kau merubah wajahmu!"
166 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Terima kasih!" kata Khouw Kiam Siu sambil menerima bungkusan kecil itu.
Pada saat itu, terdengar lagi suara ayam berkokok dari kejauhan. Fajar menyingsing dan
sinar matahari mulai muncul di cakrawala disebelah timur.
"Siaotee, kiranya cukup sudah pertemuan kita kali ini. Nah, sampai jumpa lagi!" kata si
Algojo yang lalu berlalu.
"Siapakah gerangan manusia ganjil ini?" tanyanya Khouw Kiam Siu sambil mengawasi
berlalunya Si Algojo. Dalam urusan Kang-ouw, Khouw Kiam Siu masih hijau. Ia telah melihat wajah yang pucat
pasi dari si Algojo, tetapi tak bisa mengenali siapa gerangan dia itu. Ia masuki bungkusan
kecil kedalam sakunya untuk digunakan merubah wajahnya bila ia tiba dimarkas Thian-lam
Sin-kun diselatan nanti. Ia menanti di tempat itu untuk melihat perubahan di dalam maupun diluar puri Kiam Pao.
Lama ia menunggu, tetapi tak menjumpai Cio Tin yang telah bilang akan pergi ke puri Kiam
Pao untuk memenggal kepala The Jun. Ia yakin Cio Tin dapat menggempur The Jun, tetapi
ia tak yakin jika gadis itu dapat melawan banyak jago-jago silat dari puri tersebut.
Kekhawatiran itulah yang menahan dia di tempat tersebut.
Ketika terdengar suara gaduh dari puri Kiam Pao, ia segera lari menuju ke puri itu. Ia
meloncat melalui tembok puri dan segera berada di dalam.
Didepan gedung markas itu pertempuran sengit tengah berlangsung. Seorang gadis yang
berpakaian serba-putih sedang bertempur melawan seorang jago silat kawakan dengan
wajah yang kejam. Disekitar mereka beberapa belas mayat orang-orang dari puri Kiam Pao berserakan. Itulah
Cio Tin yang tengah bertarung melawan The Jun, pembunuh ibu-ayahnya.
The Jun yang menjadi kepala jaga puri Kiam Pao, memiliki ilmu silat yang maha tinggi.
Namun ilmu silat Cio Tin yang bertempur dengan hasrat membalas dendam tidak dapat
dikatakan lemah. 50 jurus telah berlangsung. Meskipun The Jun sudah terdesak namun Cio Tin masih belum
dapat membunuh jahanam itu, karena banyak orang-orangnya siap membantu.
Tak lama kemudian Ban-biauw-gie hian, guru Cio Tin sudah datang membantu.
The Jun meneriakkan agar orang-orangnya mundur ketika melihat Ban biauw-gie-hian
datang membantu. Setelah menatap si Ahli obat-obatan itu sejenak, ia tiba-tiba membentak
: "Siapa kau"! Apa maksudmu menerobos masuk kedalam puri Kiam Pao "!"
"Aku tak dapat melihat cara kau bertempur yang keji ini ! Masakan seorang kepala jaga
mengerubuti seorang gadis"! Ha, ha, ha ! Kau betul-betul keji !" sahut Ban-biauw-gie-hian
yang lalu berkata lagi kepada muridnya :
"Tin-ji, kau gempurlah jahanam itu, dan aku yang menggempur orang-orangnya!"
Cio Tin segera loncat menyerang The Jun. Pertempuran dahsyat berlangsung lagi. Satu
jotosan yang jitu telah mengenakan dada Cio Tin sehingga ia terhuyung dan jatuh duduk.
167 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
BAN-BIAUW-GIE-HIAN menjadi gelisah melihat muridnya terpukul jatuh. Ia telah berhasil
merobohkan 7 lawan tetapi merasa yakin tak mampu menolong muridnya.
Justru pada saat itu terdengar suara genta dipukul tiga kali, dan secepat kilat semua orang
dari Kiam Pao yang tengah bertempur meloncat mundur dan berdiri tegak.
Ban-biauw-gie-hian, maupun Cio Tin tercengang melihat sikap orang-orang dari puri Kiam
Pao itu. Dari gedung markas berjalan tiga orang yang sudah lanjut usianya.
Ban biauw-gie-hian ternyata mengenal mereka, ketika mereka sudah dekat ia menegur :
"Aku tidak menduga jika Bun Si Sam Hiong atau Tiga jago keluarga Bun rela menjadi kaki
tangan puri Kiam Pao !"
Ketiga Bun Si Sam Hiong yang baru keluar dari gedung markas itu setelah genta dibunyikan
tiga kali merasa canggung ditegur dengan ejekan itu. Salah satu diantara mereka lalu
menanya: "Apa maksud Taihiap menerobos ke dalam puri ini melukai orang-orang kami"! Apakah kau
tidak mengetahui peraturan puri ini"!"
"Peraturan apa " Muridku masuk ke dalam puri ini untuk membalas dendam terhadap The
Jun yang telah membunuh ibu-ayahnya !"
"Tetapi peraturan puri Kiam Pao tak dapat dilanggar! Tiap-tiap orang yang menerobos
masuk kedalam puri ini akan digores mukanya! Terhadap pembunuhan yang dilakukan
kepada orang-orang kami, hukumannya tentu lebih berat lagi!"
"Peraturan yang kejam itu hanya berlaku untuk orang-orang yang bersalah. Hai! Apa
kedudukan kamu disini"!"
"Kami terkenal sebagai Kiam Pao Sam Lo atau Tiga kakek dari puri Kiam Pao!"
"Ha, ha, ha! Kiam Pao Sam Lo! Maka Bun Si Sam Hiong dapat dihapus dari kalangan Bulim!"
Ejekan itu tak dapat ditahan lagi. Bun Si Sam Hiong tiba-tiba meloncat menyerang Banbiauw-gie-hian.
Sementara itu, The Jun memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Cio Tin.
Tiba-tiba". "Teng ! Teng ... Treng....!" Suara Kim Gaib berkumandang diudara dan mengejutkan semua
orang. Han-biauw-gie-hian dan Cio Tin girang sekali mendengar suara itu.
Tetapi tidak demikian halnya dengan Bun Si Sam Hiong. Mereka sudah mengetahui betul
kelihayan penabuh Kim itu, dan demi gengsi mereka sebagai orang-orang yang telah
memperoleh julukan Kiam Pao Sam Lo, meskipun jeri mereka terpaksa harus menggempur
pemuda cekatan itu. "Hei, anjing kecil !" bentak salah seorang diantara mereka. "Kau mencari mampus berani
datang lagi kesini !"
168 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Khouw Kiam Siu bersikap tenang.
"Siocia ini telah datang untuk membalas dendam terhadap The Jun yang telah membunuh
ibu-ayahnya," sahutnya. "Tetapi siocia itu dikerubuti oleh banyak orang! Apakah itu pantas!"
Apakah perbuatan itu tidak keji " ! Aku datang dengan maksud melihat keadilan!"
"Bagaimana ingin kau selesaikan hal itu ?"
"Siocia itu harus bertarung melawan musuhnya. Satu lawan satu! Orang lain tak
diperkenankan turut campur tangan. Jika kamu bertiga tak dapat mengambil keputusan,
panggil saja Thio Mo Lam!"
Semua orang Kiam Pao terkejut dan menjadi gusar mendengar pemimpin mereka dianggap
remeh. Khouw Kiam Siu tidak menggubris mereka lagi. Ia segera menyuruh Cio Tin memberi
hajaran kepada The Jun. Cio Tin sudah dapat memulihkan tenaga dan semangatnya. Dengan sorotan kedua matanya
yang beringas ia menatap Khouw Kiam Siu sejenak, lalu menghadapi The Jun.
"Hei, bocah! Disini kau akan dikubur !" ketiga Kiam Pao Sam Lo membentak Khouw Kiam Siu
sambil loncat menyerang. Khouw Kiam Siu membentangkan kedua lengannya menyambut serangan itu.
Jotosan2 dan lengan beradu, tampak ketiga Kiam Pao itu terdorong mundur.
Sementara itu, Cio Tin dan The Jun sudah bertarung dengan sengitnya.
Ban-biauw gie hian menjaga2 jika ada orang dari Kiam Pao membantu menyerang. Segera
tempat itu menjadi satu medan pertempuran yang dahsyat.
Bun Wi Thian adalah orang yang pertama dari ketiga Bun Si Sam Hiong atau Kiam Pao Sam
Lo yang dipukul roboh. Ban-biauw-gie-hian telah berhasil memukul jatuh beberapa orang. Cio Tin masih bertarung
dengan sengit melawan The Jun.
Dengan melancarkan jotosan2 Coan sim touw-hiap-ciang, Khouw Kiam Siu dapat mendesak
mundur Bun Tiong Thian serta Bun Siauw Thian, dan melumpuhkan banyak lawanlawannya. 50 jurus telah berlangsung. 30 orang telah roboh berserakan didepan gedung
markas itu. Akhirnya, setelah ketiga Bun Si Sam Hiong atau Kiam Pao Sam Lo itu terluka
parah, hanya ketinggalan Cio Tin dan The Jun saja yang masih bertarung.
Satu jotosan yang jitu mengenakan dada The Jun. Ia memuntahkan darah sambil meringisringis dan terus melawan.
Justru pada saat itu terdengar suara genta dibunyikan tiga kali tanda Thio Mo Lam,
pemimpin besar puri Kiam Pao akan segera keluar !
Dari pintu gedung markas berjalan keluar 20 orang muda dan gagah. Lalu satu anak kecil
membawa pedang bergagang mas berjalan keluar menantikan keluarnya Thio Mo Lam, Pao
cu dari Kiam Pao! Thio Mo Lam melihat mayat-mayat yang berserakan dan orang-orangnya yang terluka
169 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
parah. "Tolong The Cong Koan (Pengawas kepala she The) !" perintah Thio Mo Lam ketika melihat
Cio Tin masih menggempur The Jun.
Segera 10 orang loncat kedalam pertarungan.
"Jangan maju!" bentak Khouw Kiam Siu sambil maju melancarkan serangkaian jotosan2
mautnya dan membuat 10 orang itu terdorong mundur.
Justru pada saat itu The Jun terpukul jatuh, Cio Tin menjambret pedangnya untuk
menghabiskan jiwa jahanam itu.
10 orang puri Kiam Pao tadi loncat merintangi. Tetapi Khouw Kiam Siu mengayun Kimnya
dan mendesak mundur mereka semua. Ada beberapa yang kena dikemplang Kimnya dan
roboh. Thio Mo Lam terkejut melihat bahwa 10 jago-jagonya yang terpilih masih tak mampu
menggempur Khouw Kiam Siu. Ia meraung seperti seekor srigala sehingga suasana menjadi
seram sekali. "Siapkan pedangku!" perintahnya.
Anak yang memegang pedang segera menghunus pedang itu dan menyerahkan kepada
pemimpinnya. Suara jeritan yang mengerikan terdengar lagi ketika Cio Tin berhasil menusuk jantung The
Jun, lalu memenggal kepalanya...
Darah berhamburan. The Jun telah tewas tanpa kepala.
Sambil memegang pedang dikedua tangannya, Cio Tin menjura kepada Tuhan Yang Maha
Esa, lalu berseru : "Ayah! Ibu! Puteri kalian sudah berhasil membalas dendam !"
Untuk sementara waktu suasana menjadi sepi. Dengan perasaan terharu mereka
menyaksikan Cio Tin menghaturkan terima (halaman 275 " 278 tidak ada nih")
nomor wahid dan pemilik Kim Gaib segera bergebrak!
Suasana menjadi tegang dan gawat " penuh dengan saat2 mendebarkan.
Tiba-tiba dari luar puri terdengar suara tertawa yang ganjil yang menambah seramnya
suasana, dibarengi dengan meloncatnya dua jago pedang yang berusia lebih kurang
setengah abad. Kedua jago itu, setelah mengawasi keadaan disekeliling dan semua orang
yang berada didepan gedung markas lalu menatap Thio Mo Lam.
Cio Tin berbisik kepada Khouw Kiam Siu:
"Mereka itu adalah Tiong Tjiu Sa Kiam atau Tiga jago pedang dari daerah Tiong Ciu.
Mengapa mereka tiba-tiba datang kesini" Jika melihat sikapnya, mereka rupanya datang
untuk membalas dendam!"
Khouw Kiam Siu hanya mengangguk-angguk.
Lalu yang lebih tua dari Tiong Tjiu Sa Kiam itu menuduh Thio Mo Lam dengan beringas:
170 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Hei, Thio Mo Lam! Adik kami telah digores mukanya dan dicincang mayatnya. Hari ini kami
datang untuk membikin perhitungan!"
"Adik kalian telah melanggar peraturan Kiam Pao, dan harus dihukum demikian!" sahut Thio
Mo Lam dengan keras. "Ia melanggar peraturan apa"!"
"Ia telah membunuh murid2 Kiam Pao!"
"Hai! Muridmu itu telah memperkosa wanita2 dari keluarga yang sopan. Perbuatan mereka
yang terkutuk itu tak dapat diberi ampun. Mereka patut dibunuh!"
Thio Mo Lam tidak menyahut. Ia berdiri diam.
"Kau sebagai pemimpin partai silat yang terbesar seharusnya bertindak dengan bijaksana,
tetapi mengapa kau justru membela orang-orangmu yang berbuat durhaka itu" Kami datang
untuk membikin perhitungan atas kematian adik kami!"
"Baik! Aku akan membereskan hutang jiwa itu sekarang!" sahut Thio Mo Lam. Lalu ia
memanggil dua pengawalnya.
Kedua pengawal itu melangkah maju, menjura dihadapannya, lalu maju menghadapi kedua
Tiong Tjiu Sa Kiam dengan pedang terhunus.
Sebetulnya kedua Tiong Tjiu Sa Kiam itu datang dengan maksud membunuh Thio Mo Lam,
tetapi mereka dipaksa bertarung melawan dua pengawalnya. Mereka menjadi gemas.
Demikianlah kedua saudara itu masing-masing melawan satu pengawal.
Tusukan secepat kilat dari kedua pengawal itu dapat ditangkis. Pertempuran dahsyat itu
betul-betul menarik perhatian.
Sinar yang dipancarkan oleh pedang2 para petarung kelihatan seperti mencelatnya kilat,
suara pedang2 beradu mendesing tak berhenti2.
5 jurus... 6 jurus.. 7 jurus... 8 jurus telah berlangsung, dan pada permulaan jurus ke-9 dua
pengawal puri Kiam Pao terdengar menjerit, karena dua2nya telah tertusuk lengan
kanannya! Namun mereka masih terus bertarung dengan gigih.
( BERSAMBUNG ) Thio Mo lam menjadi pucat melihat kedua orang yang sangat diandalinya tak mampu
melawan kedua saudara Tiong Tjiu Sa Kiam itu.
"Mundur !" bentaknya seraya melangkah maju. Kedua pengawalnya segera meloncat
mundur. Kini kedua Tiong Tjiu Sa Kiam menghadapi musuh besar mereka.
"Kamu dapat mengalahkan kedua pengawalku..tetapi kamu masih belum bebas dari


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kematian!" ancam Thio Mo Lam.
"Thio Mo Lam! Kami telah datang menagih hutang jiwa. Kami sudah memperhitungkan
bahwa kami tak akan berlalu sebelum hutang jiwa itu dibayar!" sahut salah seorang dari
daerah Tiong Ciu itu. 171 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ha ha! Aku akan mengakhiri jiwa kamu hanya dalam dua jurus!" kata Thio Mo Lam
congkak. Tantangan yang bersifat membual itu mengejutkan banyak orang. Tiong Tjiu Sa Kiam
terhitung jago-jago pedang yang sukar dicari tandingnya, namun mereka masih dianggap
remeh oleh Thio Mo Lam. "Thio Mo Lam! Kita tak perlu menarik urat ! Kami datang untuk mengambil jiwamu!"
"Sabar, sabar! Aku dapat mengambil jiwa kalian dengan mudah saja. Tetapi...jika kalian
dapat melawan aku dalam dua jurus saja, aku bersumpah untuk membubarkan partai Kiam
Pao dan tak berkecimpung dikalangan Kang-ouw lagi !"
"Thio Mo Lam! Jangan banyak bacot! Kau boleh mulai menyerang!"
"Ha, ha! Kalian adalah penantang, maka kamulah yang harus menyerang lebih dulu."
Kedua saudara Tiong Tjiu Sa Kiam itu saling menatap sejenak, lalu maju dengan pedang
terhunus. Dengan tenang dan sambil bersenyum Thio Mo Lam mengebas pedang Sin Kiamnya
menyabet pedang kedua lawannya yang datang menusuk.
"Tang! Tang"!"
Suara logam beradu terdengar, dan sinar terang mencelat".ditanah tampak dua ujung
pedang! Pedang kedua Hong Tjiu Sa Kiam yang sudah tertabas putus!
Tiong Tjiu Sa Kiam menjadi pucat. Mereka meloncat mundur sambil mengawasi Thio Mo
Lam yang sedang menyerang seperti iblis.
"Itu adalah jurus pertama! Sekarang jurus yang kedua!" seru Thio Mo Lam dengan sifat
mengejek. "Kedua tayhiap, waspadalah!" Khouw Kiam Siu memperingati.
Tiong Tjiu Sa Kiam menoleh kepada Khouw Kiam Siu, lalu yang lebih tua menanya:
"Apakah siohiap si pemilik Kim Gaib?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
"Kedua tayhiap harus waspada. Jahanam itu lihay sekali!" katanya.
"Kami rela mati daripada mundur membalas dendam kematian adik kami!"
"Betul. Tetapi kesempatan untuk membalas masih ada jika kamu masih hidup!"
Peringatan itu beralasan dan membuat Tiong Tjiu Sa Kiam mulai bersikap ragu-ragu.
"Bagaimana jika kamu mundur?" Khouw Kiam Siu menanya lagi.
Tiong Tjiu Sa Kiam segera melangkah mundur, lalu Khouw Kiam Siu maju menghadapi Thio
Mo Lam. "Hei, bocah! Mengapa kau merintangi usahaku membunuh kedua orang itu" Apakah kau
kira kau dapat keluar hidup-hidup dari puri ini"!" bentak Thio Mo Lam.
172 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Lalu kau mau apa?" Khouw Kiam Siu balas membentak.
Thio Mo Lam tiba-tiba mengayun pedangnya.
Khouw Kiam Siu menangkis sabetan pedang itu dengan Kimnya, ia tercengang ketika
terdorong mundur. Sementara itu suara pedang dan Kim beradu bergema terus, dan menggoncangkan sukma.
Pertarungan antara pemimpin puri Kiam Pao dan si pemilik Kim Gaib telah bergebrak!
Thio Mo Lam sudah menyerang lagi.
Khouw Kiam Siu sudah yakin bahwa ia dapat menggempur jahanam itu. Ia menangkis
serangan pedang itu dengan Kimnya lagi.
Semua orang ingin mengetahui betapa lihay pedang Sin Kiam dan mereka memperhatikan
pertarungan itu dengan perasaan tegang.
Setelah pertarungan berlangsung beberapa puluh jurus, tiba-tiba Thio Mo Lam berkata:
"Hei, bocah! Ilmu silatmu boleh juga ! Nah, sekarang kau jagalah jurus Ouw-liong pun-tok
atau Naga hitam menyemburkan racun ini!"
Secepat kilat pedangnya terputar, lalu menusuk ke dada Khouw Kiam Siu.
Ban-biauw gie-hian, Cio Tin dan Tiong Tjiu Sa Kiam terkejut menyaksikan jurus serangan
Ouw liong-pun-tok itu. Tetapi ... Khouw Kiam Siu meloncat mundur mengelakan tusukan maut sambil menjotos
dengan ilmu pukulan Coan sim touw-hiat-ciang kearah tubuh Thio Mo Lam.
"Aduh!" terdengar Thio Mo Lam berteriak tertahan dan terlihat ia terdorong mundur dua
meter ! Kawan2 Khouw Kiam Siu melepas napas lega melihat serangan balasannya itu.
Lalu Thio Mo Lam maju dan menyerang lagi dengan sengit.
Satu bacokan pedang ditangkis dengan Kim. Pedang terlepas dari pegangan dan jatuh
ditanah ! Khouw Kiam Siu mengangkat Kimnya dan ingin memukul kepala lawannya itu.
Thio Mo Lam menjadi pucat. Ia tak pernah bermimpi jika ia bisa dipecundangi oleh bocah
belasan tahun. Bila Kim itu turun, maka tamatlah riwayatnya.
Tetapi pada saat yang gawat itu, Khouw Kiam Siu mendadak ingat bahwa Thio Mo Lam itu
adalah ayah Thio Siok Ngo, maka ia lekas-lekas menahan pukulannya yang mematikan itu
sambil menarik kembali Kimnya dan melangkah mundur.
Perbuatannya itu mengherankan sekali. Tiada seorang mengetahui maksudnya
membebaskan jahanam itu. Bahkan Thio Mo Lam sendiri tak mengerti sikap yang ganjil itu.
"Kedua tayhiap dapat keluar dari puri ini!" kata Khouw Kiam Siu kepada Tiong Tjiu Sa Kim.
Tiong Tjiu Sa Kim menjura seraya berkata :
173 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Siohiap, kita dapat berjumpa lagi. Kami tak akan lupakan budimu ini!"
Lalu mereka lari keluar dari puri tanpa ada yang berani merintangi.
Kemudian Khouw Kiam Siu minta Ban-biauw gie-hian dan Cio Tin juga keluar dari puri itu.
Dengan kedua mata berlinang Cio Tin berkata : "Terima kasih. Tetapi... kau ?""
"Aku segera akan keluar juga !"
Ban-biauw-gie-hian berkata :
"Siohiap, terima kasih. Sebelum pergi, aku ingin memberitahukan bahwa Thian-lam-mokong akan menyelenggarakan pertemuan para jago silat pada tanggal 11 lain bulan."
"Aku sudah mengetahui. Aku pun akan pergi kesana !" kata Khouw Kiam Siu.
"Thian-lam sin kun, pemimpin Tiam-lam-mo-kong yalah satu makhluk yang kejam dan jahat.
Ia pandai menggunakan racun. Jika kau menghadapinya, kau harus waspada. Beberapa pil
obat ini adalah untukmu. Makanlah sebutir sebelum menghadapi jahanam itu."
Khouw Kiam Siu menerima sebotol kecil pil obat dan menghaturkan terima kasihnya.
Maka guru dan murid itu lalu keluar dari puri Kiam Pao.
Kini hanya Khouw Kiam Siu di dalam puri itu.
"Pao Cu," katanya. "Aku juga harus keluar dari puri ini!"
"Bocah! Hutang-piutang kita belum beres!" kata Thio Mo Lam beringas, kerena ia merasa
tersinggung sekali dipecundangi dihadapan semua orang-orangnya.
"Hutang-piutang itu dapat kita perhitungkan kelak !" sahut Khouw Kiam Siu, lalu ia berlari
keluar dari puri. Dengan perasaan masgul tercampur malu Thio Mo Lam masuk kedalam gedung markasnya.
Demikianlah, pertarungan yang dahsyat telah berkesudahan dengan mengecewakan sekali !
Marilah kita ikuti Khouw Kiam Siu yang sedang meneruskan perjalanannya dengan perasaan
puas, karena ia telah membantu Cio Tin membalas dendam.
Di jalan raya ia menjumpai seorang yang berkuda. Orang itu menghentikan kudanya dan
menegur : "Apakah siohiap sipemilik Kim Gaib?"
"Betul !" sahut Khouw Kiam Siu sambil mengawasi orang itu.
"Ah, kebetulan sekali ! Aku harus menyerahkan benda ini padamu. Nah, terimalah !" kata
orang itu sambil melemparkan sebuah benda lalu melarikan kudanya.
Khouw Kiam Siu menerima benda itu dengan perasaan heran. Benda itu adalah kartu
undangan yang bertuliskan :
"Satu negeri harus mempunyai raja, para naga harus mempunyai pemimpin. Para jago silat
dikalangan Bu-lim sudah 30 tahun tak mempunyai pemimpin.
174 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Dimasa yang lampau, tiap-tiap 5 tahun selalu diselenggarakan suatu pertemuan untuk
mengadu ilmu silat dan memilih seorang juara. Tetapi sudah 30 tahun kebiasaan itu tidak
dilaksanakan. Demi kepentingan para jago silat, kami mengundang siohiap untuk menghadiri pertemuan
para jago silat yang akan berlangsung di markas Thian-lam-mo-kong diselatan, pada tanggal
12 sampai dengan tanggal 14 lain bulan. Tertanda : Thian-lam-sin-kun."
Dia bersenyum setelah membaca surat undangan tersebut. Pikirnya :
"Meskipun aku tidak diundang, aku tentu datang untuk membalas dendam atas kematian
ayah-angkatku yang dibunuh atas perintah si jahanam Thian-lam-sinkun itu dan untuk
mencari Tok-pi-sin-mo yang telah merampas pedangku Thian-kong kiam!"
Ia menghitung bahwa tanggal pertemuan itu hanya tinggal satu bulan. Karena lebih dulu
harus pergi ke lembah Hong-hong-kok menjumpai Kat Ju Hui, maka ia lalu melancarkan
perjalanannya menuju ke lembah tersebut.
LEMBAH Hong-hong-kok terletak diantara pegunungan disebelah selatan, dimana tumbuhan
selalu kelihatan hijau segar, dan merupakan suatu daerah yang dingin, ramai bunga2 dari
aneka ragam dan corak mengeluarkan harum semerbak.
Khouw Kiam Siu datang ke lembah tersebut karena si Algojo bilang ia harus mencegah Kat
Ju Hui membunuh diri akibat cintanya tak terbalas. Jika ia betul-betul putra Khouw Bu Wie,
maka ia sudah ditetapkan untuk menikah dengan Mo Kang Lian, puteri dari Sauw-hun Mokie. Ia tak dapat lagi menikah dengan Kat Ju Hui.
Ia berjalan masuk kedalam lembah yang sepi tetapi permai itu tanpa mengetahui dimana
harus menjumpai Kat Ju Hui. Tiba-tiba ia berseru dengan lantang :
"Aku Khouw Kiam Siu telah datang dengan maksud menjumpai Kat siocia atau That-Conggin-leng !"
Jeritannya bergema lama, tetapi tidak terdengar sahutan. Ia berseru lagi, lalu berjalan
menuju ke satu rumah gubuk dikaki gunung.
Pintu rumah gubuk itu terbuka, dan berjalan keluar seorang gadis yang berpakaian serba
putih. Khouw Kiam Siu terkejut, karena gadis itu ia sudah kenal.
"Thio siocia ! Mengapa kau berada disini ?" tanyanya heran.
Gadis itu adalah Thio Siok Ngo.
"Siohiap," katanya, "Setelah kita berpisah dekat puri Kiam Pao, aku terpaksa datang ke
lembah ini dan bernaung dengan saudari sepupuku..."
"Kau tidak kembali ke puri Kiam Pao?"
"Tidak . . . ayoh masuk."
Khouw Kiam Siu masuk ke dalam rumah gubuk itu, dan dipersilahkan duduk diruangan
depan. 175 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Aku tidak menduga bahwa kau akan datang ke lembah ini," kata lagi Thio Siok Ngo.
Khouw Kiam Siu menjadi gelisah mendengar ucapan itu. Namun ia berkata :
"Aku diminta oleh si Algojo untuk datang kesini..."
"Si Algojo" Apakah kau sudah melihat mukanya?"
"Sudah. Dia ternyata bukan Khouw Kie Cong ! Mukanya pucat sekali seperti mayat. Ia tak
memberitahukan namanya tetapi dia memang bukan Khouw Kie Cong alias Sam Kiat
Sianseng !" "Tetapi .. aku mempunyai firasat bahwa dia itu sebetulnya Khouw Kie Cong yang pasti
masih hidup." "Aku juga mengharap dia masih hidup. Tetapi ia tak mungkin mengelakkan diri dari
ledakan?" "Kau merasa yakin ia telah tewas"!"
"Ya. . . . ." Thio Siok Ngo menangis tersedu-sedu, dan kemudian berkata:
"Tidak! Tidak! Ia tak mati ! ia masih hidup. Aku mempunyai firasat ia masih hidup..."
"Thio siocia, aku datang ingin menjumpai Kat siocia dan gurunya. Mereka dimana
sekarang?" "Kau datang terlambat.... saudari sepupuku Kat Ju Hui sudah berlalu dari lembah ini entah
kemana, dan gurunya tengah mengejarnya...."
"Haaii...aku terlambat" Jangka waktu sebulan belum lewat?" geram Khouw Kiam Siu.
"Kat Ju Hui kira kau tak akan datang, maka ia pergi, ia sangat mencintaimu..."
"Aku tahu akan hal itu."
"Tetapi kau tak membalas cintanya, ia belum pernah menyintai seorang pria. Kau adalah
pria yang pertama yang dicintai dengan seluruh jiwa raganya !"
Khouw Kiam Siu merasa bersalah dan tidak bisa menyahut.
Thio Siok Ngo menarik napas seraya berkata lagi:
"Sebetulnya Kat Ju Hui ingin membunuh diri dari penderitaan rindu. Tetapi...kemudian ia
berpendapat ia belum boleh mati karena ia tengah mengandung !"
Jika geledek menyambar mungkin Khouw Kiam Siu tidak begitu terkejut seperti ia
mendengar keterangan itu.
"Hamil "!" tanyanya sambil melotot. "Siapa ayah bayi yang bakal lahir itu"!"
"Entah..." sahut Thio Siok Ngo sambil menatap wajah Khouw Kiam Siu dengan maksud
mendesak pemuda itu memberi penjelasan tentang hubungannya dengan Kat Ju Hui.
"Jika ia mengandung, ia harus beristirahat disini!" kata Khouw Kiam Siu, seolah-olah kepada
dirinya sendiri. 176 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ia merasa ia tidak dicintai olehmu, dan ia juga merasa tak dapat memaksa kau mencintai
dirinya." Khouw Kiam Siu menjadi gelisah. Ia duduk sambil menundukkan kepala.
"Kat Ju Hui telah bilang kepadaku bahwa ia akan mencurahkan kasih sayangnya kepada
bayi dalam kandungannya itu!" kata Thio Siok Ngo.
"Aku harus mencari Kat siocia!" kata Khouw Kiam Siu dengan khidmat.
"Apakah kau dapat mencintai gadis ini?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
"Bagus! Jika demikian kau dapat menolong dia dalam banyak hal."
"Kemana dia telah pergi?"
"Entah! Ia sudah kehilangan ibu dan ayahnya semenjak ia masih kecil. Lalu Thiat-Cong-ginleng memelihara dan mendidiknya. Ketika mulai dewasa ia tinggal dalam puri Kiam Pao.
Karena ia menjumpaimu, ia lalu jatuh cinta, ia rela meninggalkan puri Kiam Pao untuk
mengejar kau. Bahkan ia telah menjadi musuhnya orang-orang puri tersebut. Ia telah
berkorban besar sekali! Maka aku mengharap kau dapat mencintainya dengan sungguhsungguh hatimu!"
Khouw Kiam Siu mulai merasa bertanggung jawab atas keselamatan dan jiwa Kat Ju Hui.
Mau tidak mau ia harus mencintai gadis itu.
"Thio siocia, aku akan pergi mencari Kat siocia setelah urusanky yang penting selesai!"
katanya. "Baiklah, tetapi aku masih mempunyai firasat bahwa si Algojo itu sebetulnya adalah Sam
Kiat Sianseng." "Aku akan menyelidiki hal itu."
"Bagus! Aku akan menanti kabar disini! Nah, jaga dirimu baik-baik!"
Demikianlah Khouw Kiam Siu keluar dari lembah tersebut. Thio Siok Ngo mengawasi
pemuda itu berlalu sambil berpikir: "Ai! Ia mirip sekali dengan Khouw Kie Cong pada 10
tahun yang lalu. Betul-betul mukanya sangat mirip...."
Urusan penting yang Khouw Kiam Siu harus laksanakan adalah membalas dendam kematian
ayah angkatnya yang dibunuh oleh orang-orangnya Thian-lam-sin-kun.
Pertemuan para jago silat dimarkas Thian-lam-mo-kong diselatan masih ada 20 hari lagi.
Soal merebut kejuaraan itu bukanlah tujuannya.
Ia menuju ke daerah selatan dengan dua maksud: membalas dendam kematian ayahangkatnya dan merebut kembali pedang Thian kong kiam dari Tok-pi-sin-mo.
Nama julukan pemilik Kim Gaib makin hari makin menjadi tenar setelah Thio Mo Lam
dipecundangi dikandangnya sendiri. Kabar tentang ia memiliki bom menjadi suatu teka-teki,
apakah ia juga ahliwaris Kut-louw-koay yang sangat ditakuti itu"
Untuk mengelakkan perhatian umum, ia sengaja mengambil jalan yang terpencil, sambil
berusaha mencari jejak Kat Ju Hui.
177 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Pada suatu hari, diwaktu senja, ketika ia tengah berjalan di jalan kecil disuatu daerah
pegunungan, ia dibikin terkejut oleh suara gaduh.
Terdengar juga suara teriakan seorang wanita. Tanpa berpikir lagi, ia segera menghampiri.
Akhirnya ia tiba didekat sebuah kuil yang sudah tua dengan rumput liar tumbuh bebas
disekelilingnya. Tetapi suara gaduh tak terdengar lagi. Ia lalu berjalan dengan waspada.
Sebelum melangkah masuk ke dalam kuil, ia sudah menyelidiki keadaan disekeliling kuil itu
yang memakai papan nama: "Tjiu Sin Sie" yang dipasang di atas pintu muka.
Ia dorong pintu itu dan berdiri terpesona menyaksikan 6 wanita berseragam hitam dan
seorang kakek berambut putih tengah berdiri berhadapan dekat patung Tjiu Sin atau si
Dewa musim gugur. Ia kenal mereka semua, 6 wanita itu adalah Ma Kang Lian dan ibunya, Sauw-hun Mo-kie
bersama 4 pengikutnya Ow hi-lo-sat, dan si kakek berambut putih adalah kakek yang
pernah menyuruhnya mencegah Ma Kang Lian mengganyang hweeshio-hweeshio dari partai
Bu-tong dan Siauw lim. "Mengapa mereka berkumpul di dalam kuil Tjiu Sin Sie ini?" pikirnya.
Mereka berbalik ketika Khouw Kiam Siu masuk. Ma Kang Lian adalah yang pertama berseru
dengan nada gembira: "Saudara Khouw! Kau telah datang kesini?"
"Ma siocia! Apa artinya semua ini?"" tanya Khouw Kiam Siu.
"Ibuku tengah menyelidiki jejak ayahku, dan minta kakek berambut putih ini memberi
keterangan," bisik Ma Kang Lian.
"Tetapi mengapa kamu datang ke kuil yang terpencil ini?"
"Aku dengan ibuku dengan susah payah mencari kakek itu. Akhirnya baru diketahui bahwa
ia tinggal bersembunyi di dalam kuil Cui Sin Sie di lembah Bong-ciu-kok ini...Untuk memaksa


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia memberi keterangan, ibuku telah bertarung melawannya selama sehari semalam. Yang
aneh adalah ia dapat menangkis dan mengelakan jotosan Bo-im-sin-hong-ciang ibuku."
Lalu Sauw-hun-mo-kie berkata:
"Tayhiap masih sungkan memberitahukan jejak Goan Tong Taysu" Sebetulnya ia terkenal
dengan nama Giok-bin-cian-sin si Dewa muka angker. Ia telah diusir keluar dari partainya!"
"Hujin (Nyonya)! Kau salah!" sahut si kakek berambut putih. "Suamimu meskipun sudah
diusir keluar dari partai, ia masih tetap seorang hweeshio. Perbuatannya memang harus
dihukum!" "Bukan itu maksudku! Aku hanya ingin menanyakan tentang jejak suamiku!"
"Hujin! Aku telah memberitahukan dengan jujur! Aku menjumpai Giok bin-cian-sin, suamimu
kebetulan saja, lalu aku tak mengetahui lagi ia pergi kemana !"
"Hm...omonganmu itu hanya dapat menipu anak kecil. Ia telah minta kau mengurus suatu
urusan besar yalah mencegah aku dan puteriku mengganyang hweeshio-hweeshio dari
partai Bu-tong dan Siauw-lim itu, dan mewariskan ilmu silatnya kepadamu. Kau tentu sangat
erat hubungannya dengan dia. Jika kau tidak mengetahui jejaknya, aku tak percaya !"
178 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Hujin ! Aku telah memberitahukan sejujurnya."
"Ha ! Jika aku dan puteriku pergi mengganyang hweeshio-hweeshio dari partai Bu-tong
Siauw-lim lagi, apa yang hendak kau lakukan" Apakah kau mampu mencegah kami ?"
Dengan nada yang nekad Sauw-hun Mo kie berkata lagi: "Camkanlah bahwa aku dan
puteriku akan pergi ke kuil Siauw-lim untuk mengorek keterangan2 yang diperlukan tanpa
menghiraukan pertumpahan darah!"
Si kakek berambut putih menjadi murka. Ia membentak : "Suamimu masih hidup, tetapi kau
mau bermusuhan terhadap hweeshio-hweeshio dari partai Siauw-lim dan Bu-tong. Apakah
itu pantas"!" "Siapakah yang dapat membuktikan bahwa suamiku masih hidup ?"
"Aku !" "Aku menuntut kenyataan dan bukti!"
"Perkataanku sudah cukup menjadi bukti!"
"Aku tak percaya kau !"
"Aku hanya ingin memperingati, jika kau masih berkepala batu kau akan menyesal seumur
hidupmu!" "Aku tidak mengerti!"
"Hujin ! Jika kau dan puterimu pergi mengganyang hweeshio-hweeshio dikuil Siauwlim-sie
dan suamimu adalah seorang anggota Siauw-lim-sie maka ia tentu tidak akan bertopang
dagu saja, bukan?" "Justru itulah yang aku kehendaki ! Aku ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa
dia masih hidup !" "Lalu.... akibatnya?"?"
"Akibat apa lagi?"
"Meskipun ia telah diusir dari partai Siauw-lim, ia masih tetap seorang hweeshio, dan ia
harus menghukum tiap-tiap orang yang bermusuhan dengan partainya meskipun orang itu
adalah isteri atau puterinya !"
"Aku rela memikul akibatnya ! Asal saja aku bisa melihat dengan mata kepala sendiri bahwa
suamiku masih hidup!"
"Hujin, suamimu telah menyesal akan perbuatan-perbuatannya yang lalu. Ia telah
bersumpah untuk tidak memperhatikan dirinya lagi."
"Oleh karena itu, aku hanya minta kau memberitahukan dia berada dimana."
"Haaaiii...aku sudah katakan aku tidak mengetahui dia berada dimana. Hanya aku dapat
katakan bahwa dia masih hidup !"
SELAMA itu, Khouw Kiam Siu mendengari percakapan mereka dengan prihatin. Ia pernah
menjumpai kakek berambut putih itu dipuncak Kiat-yun-hong, dan pernah dipecundangi.
Lalu ia diminta untuk pergi ke markas partai Siauw-lim dan mencegah Ma Kang Lian
179 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
mengganyang hweeshio-hweeshio dari partai tersebut. Tanpa merasa ia maju menghampiri
kakek itu. "Hei, bocah! Hendak apa kau?" bentak si kakek.
"Aku minta Cianpwee menjelaskan siapa sebetulnya Cianpwee," sahut Khouw Kiam Siu
dengan sikap gagah. "Apa maksudmu dengan permintaan itu ?"
"Menurut penglihatanku, Cianpwee pandai menyamar !"
Si kakek terkejut. Ia melangkah mundur dan menanya, "Bocah, apa artinya tuduhan itu!?"
"Melihat sikapmu dan mendengar ucapanmu, aku memperoleh kesimpulan bahwa kau selalu
menyamar!" kata Khouw Kiam Siu sambil terus menjambret muka si kakek itu.
Sauw-hun Mo-kie dan yang lain-lainnya terkejut menyaksikan jambretan Khouw Kiam Siu
itu. Si kakek meloncat ke belakang dan nyaris dari jambretan, lalu lari keluar dari kuil.
Khouw Kiam Siu mengejar, diikuti oleh Sauw-hun Mo-kie dan yang lain-lainnya.
Jika Khouw Kiam Siu dapat mengejar dengan pesat si kakek dapat melarikan diri lebih cepat
lagi, tak lama kemudian kedua orang itu sudah tak ketahuan lagi kemana larinya.
Sauw-hun Mo-kie menjadi masgul sekali.
"Ibu! Kemana mereka melarikan diri ?" tanya Ma Kang Lian.
"Entah! Ayoh, kita cari mereka!"
Khouw Kiam Siu terus mengejar si kakek disekeliling kuil itu dan akhirnya mereka berada
jauh dari tempat semula. Tiba-tiba si kakek berhenti dan berdiri menghadapi sipemuda.
"Bocah ! Apa maksudmu menuduh aku menyamar"! Mengapa kau mengejar aku "!"
bentaknya. "Aku sangat menaruh simpati kepada kedua ibu dan puteri itu yang berusaha keras mencari
suami dan ayah. Aku terpaksa harus membantu usaha mereka !"
Si kakek menunduk dan berpikir. Lalu ia menggaruk-garuk kepalanya sambil menarik napas.
Tiba-tiba ia membuka topengnya yang dibuat dari karet.
Khouw Kiam Siu terpesona melihat wajah sejati dari si kakek itu. Ia menghadapi seorang
hweeshio. "Cianpwee...Cianpwee yalah Goan Tong Taysu !" katanya terheran-heran.
"Betul ! Aku adalah Goan Tong Taysu, ayah dari Ma Kang Lian !"
"Tetapi... mengapa Cianpwee selalu mengelakkan mereka?""
"Siohiap, perbuatanku yang sudah2 sangat terkutuk, maka aku menjadi hweeshio untuk
menebus dosa. Namun selama aku memencilkan diri di dalam kuil, aku selalu tak dapat
melupakan isteri dan puteriku. Pada suatu waktu, aku mencuri pergi menjumpai mereka
tetapi perbuatan demikian melanggar peraturan kuil Siauw-lim-sie sehingga aku dihukum.
Pemimpinku menganggap aku telah menodai kuil dan aku diusir keluar...haaii...aku tak ada
180 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
muka untuk kembali ke kuil atau menjumpai istri dan puteriku lagi. Haaaiii". aku bersumpah
tak akan memperlihatkan diri dihadapan isteri dan puteriku lagi. Membalas budi kuil Siauwlim-sie sudah menjadi tugasku. Tiap-tiap orang yang menyerang atau mengganggu orangorang Siauw-lim tak akan luput dari hajaranku...sekarang mungkin kau mengerti mengapa
aku meminta kau mencegah puteriku mengganyang hweeshio-hweeshio dari kuil Siauw-limsie dahulu...."
"Oh.... aku mengerti .....tetapi mengapa urusan ini juga ada bersangkut-paut dengan partai
Bu-tong?" "Pada waktu itu yang memimpin partai Siauw-lim adalah Goan Tjeng Taysu. Beliau telah
minta bantuan partai Bu-lim untuk mencari dan menangkap aku yang ingin menjenguk isteri
dan puteriku. Aku dihadang dijalan ketika aku ingin pulang ke kuil oleh orang-orang dari
partai Bu tong, ditawan dan dibawa ke kuil Siauwlim untuk kemudian diusir keluar. Isteri
dan puteriku mengira aku telah dianiaya dan dibunuh oleh mereka, maka isteri dan puteriku
menjadi bermusuhan terhadap partai2 Siauw-lim dan Bu-tong..."
Khouw Kiam Siu mengangguk-angguk mendengari keterangan itu. Lalu ia menanya :
"Mengapa Cianpwee tidak membela diri?"
"Aku telah melanggar peraturan kuil Siauw-lim, maka aku tak dapat membela diri lagi,"
sahut si kakek kecewa. "Mengapa Cianpwee harus menyamar untuk menjumpai isteri dan puterimu ?"
"Aku telah bersumpah takkan memperlihatkan diri dihadapan mereka, dan sumpah itu sukar
untuk aku mengingkari..... Siohiap, karena kau menaruh simpati kepada isteri dan puteriku,
bolehkah aku minta sesuatu ?"
"Sebutlah. " "Aku minta kau mencegah isteri dan puteriku bermusuhan terhadap partai2 Siauw-lim dan
Bu-tong!" Khouw Kiam Siu menyahut dengan nada ragu-ragu:
"Aku dapat berusaha mencegah mereka, tetapi aku tak berani menjamin aku akan berhasil.
Mereka bertekad membalas dendam jika belum mengetahui pasti bahwa Cianpwee masih
hidup." "Aku yakin kau dapat mencegah mereka, mengingat ilmu silatmu yang begitu lihay... lebih
lihay daripada ilmu silatku sendiri !"
"Cianpwee, apakah kau tidak melihat bahwa mereka hanja ingin tahu bahwa kau masih
hidup " Tanpa bukti, mereka tak akan berhenti bermusuhan terhadap partai2 Siauw-lim dan
Bu-tong!" Goan Tong Taysu berpikir, dan harus mengakui kebenaran alasan itu. Lalu ia berkata :
"Ya... aku hanya minta kau berusaha mencegah. Jika tak berhasil, aku mempunyai rencana
lain." "Rencana apa ?"
"Pada dewasa ini, aku belum dapat memberitahukan."
181 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Tiba-tiba Khouw Kiam Siu ingat akan kejadian dimasa lampau. Ia menanya:
"Apakah Cianpwee masih ingat janjimu pada satu tahun yang lalu ?"
"Aku ingat! Bahwa aku berjanji padamu dalam waktu setahun aku akan menyelidiki orang
yang meledakkan puncak Kiat yun hong, atau aku harus memenggal kepalaku sendiri
bukankah?" "Betul ! Dan sekarang aku batalkan perjanjian itu."
"Mengapa ?" "Pada ketika itu, aku kira kau yang melakukan peledakan. Tetapi sekarang setelah
mengetahui kau sebetulnya Goan Tong Taysu, perjanjian itu tak ada gunanya lagi !"
Goan Tong Taysu bersenyum.
"Tetapi jika betul-betul aku yang melakukan peledakan itu, bagaimana ?" tanyanya.
"Tak mungkin !"
"Siohiap, sebagai seorang hweeshio, aku harus mengetahui sebab musababnya segala
sesuatu yang aku telah sanggupi untuk melaksanakan. Puncak Kiat-yun-hong telah diledaki,
dan aku harus menyelidiki dengan seksama, karena aku sudah berjanji maka aku tak dapat
mengingkari janji itu"."
"Terima kasih."
Tiba-tiba Goan Tong Taysu tercengang.
"Siohiap, apakah kau tak merasa ada sesuatu yang ganjil ?" tanyanya kaget.
Khouw Kiam Siu menggeleng-geleng kepalanya.
"Aneh! Aku melihat kau telah kena racun kuman Giam Ong (Raja Neraka)."
"Aku kena racun kuman Giam Ong?""
Goan Tong Taysu menggangguk dan berkata lagi:
"Aku pernah mendengar dari guruku bahwa didaerah selatan di tempat2 tertentu telah
berkembang-biak kuman Giam Ong yang sangat berbisa. Orang-orang yang terkena bisanya
dapat dilihat dengan garis merah diantara kedua alisnya. Bisa itu sangat berbahaya dan
sukar dicari obat-obatnya. Aku lihat garis merah itu ditengah-tengah kedua alismu !"
"Tetapi aku belum pernah pergi kedaerah selatan. Jika aku telah kena racun kuman Giam
Ong itu, aku sendiri merasa heran."
"Betul! Tetapi sekarang kita tak perlu menyelidiki kau kena racun dari mana. Kita perlu
mencari obatnya. Menurut pengetahuanku, tabib yang dapat menolong hanya Ban-biauw
gie-hian!" "Ban-biauw-gie-hian " Aku kenal dia!"
"Ban-biauw-gie-hian telah membuat serupa pil obat yang dipanggil Ban-biauw-leng-tan,
obat itu dapat memunahkan segala jenis racun. Ia sangat menyayang obat pil itu seperti ia
menyayang jiwanya sendiri..."
182 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Pada saat itu Khouw Kiam Siu ingat akan pil obat yang Ban biauw-gie-hian berikan
kepadanya. Bahkan tabib sakti itu pernah mengatakan bahwa pil obat itu untuk mencegah
segala racun, ia harus menelan sebutir pil obat bila ia pergi ke markas Thian-lam sin-kun
diselatan. Apakah pil obat yang Ban-biauw-gie-hian berikan kepadanya adalah pil obat Ban-biauwleng-tan " Maka ia lekas-lekas mengeluarkan botol kecil yang berisi pil obat pemberian tabib
sakti itu. Bukan girangnya ketika ia membaca tulisan etiket botol itu yang bertulisan "Ban
biauw-leng-tan." "Cianpwee! Inilah pil obat Ban-biauw-leng-tan !" katanya dengan gembira sambil
memperlihatkan botol kecil itu.
Dengan kedua mata melotot Goan Tong Taysu melihat pil2 obat itu, lalu menanya :
"Darimana kau peroleh obat ini?"
"Ban-biauw-gie-hian memberikan itu kepadaku !"
"Hai! Kau beruntung sekali. Kau dapat segera menelan sebutir pil obat itu !"
Justru pada saat itu terdengar suara orang mendatangi. Goan Tong Taysu lekas-lekas
berkata : "Siohiap, jangan lupa permintaanku! Nah, sampai kita jumpa lagi!" lalu ia meloncat pergi.
Sedetik kemudian, Sauw-hun Mo-kie sudah tiba disitu.
"Siohiap, tadi kau bercakap2 dengan siapa?" tanyanya.
"Dengan si kakek berambut putih!" sahut Khouw Kiam Siu.
"Kemana dia sekarang ?"
"Dia sudah pergi!"
"Apakah kau sudah mengetahui dia sebetulnya siapa?"
Khouw Kiam Siu menggangguk dan menyahut : "Goan Tong Taysu!"
Sauw-hun-Mo-kie terkejut. Ia tak dapat berdiri tegak, lama juga baru ia menanya lagi :
"Apa betul dia itu Goan Tong Taysu ?""
"Menurut pengakuan kakek itu sendiri."
"Tetapi...mengapa sikapnya begitu dingin terhadap isteri dan puterinya?"" kata Sauw-hun
Mo-kie dengan sedih. Tampak kedua mata berlinang.
"Goan Tong Taysu bersikap demikian karena sesuatu alasan tertentu, iapun sangat
menderita bersikap begitu dingin terhadap isteri dan puterinya. Ia sudah menjadi hweeshio
dan harus menaati peraturan kuil Siauw lim-sie. Ia telah memesan agar kau dan Ma siocia
tidak bermusuhan terhadap hweeshio-hweeshio dari partai Siauw-lim dan Bu-tong."
Sauw-hun Mo-kie menangis tersedu-sedu melampiaskan kepedihannya. Kemudian dengan
beringas ia berkata : 183 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Aku harus membasmi partai Siauw-lim yang bertindak kejam sekali terhadap suamiku !"
Khouw Kiam Siu lekas-lekas menasehatkan :
"Cianpwee, kau tak dapat bermusuhan terhadap partai Siauw-lim. Goan Tong Taysu telah
berpesan begitu." "Tetapi karena partai Siauw-lim, rumah tanggaku terpecah-belah !"
"Betul! Tetapi Goan Tong Taysu sendiri yang melanggar peraturan partai Siauw-lim, ia
sendiri mengaku bersalah, dan minta kau jangan bermusuhan terhadap mereka ! Disamping
itu, kamu juga jangan bermusuhan terhadap partai Bu-tong!"
"Aku dapat melupakan partai Bu-tong, tetapi aku tak dapat lupakan partai Siauwlim dengan
peraturannya yang sangat kejam !"
"Cianpwee, aku diminta untuk mencegah kamu mengganyang mereka !"
"Hah! Apakah kau mampu mencegah aku "!"
"Jika perlu, aku terpaksa harus menggunakan kekerasan !"
SEMENJAK suaminya menjadi anggota kuil Siauw lim-sie dan dilatih oleh Bu Ngo Taysu
dengan maksud memiliki ilmu silat yang lihay, Sauw-hun Mo-kie sangat merindukan
suaminya. Ia tidak membunuh diri karena melihat puterinya yang masih kecil dan memerlukan
perawatan pendidikan dan kasih-sayang seorang ibu. Dimatanya, partai Siauw-lim
merupakan perusak kebahagiaan rumah-tangganya, dan ia sangat membencinya.
Kemudian ia memperoleh kabar bahwa suaminya telah ditangkap mungkin dibunuh oleh
orang-orang Siauw-lim yang dibantu oleh orang-orang partai Bu-tong. Maka setelah ia
berhasil memelihara puterinya dan mewariskan ilmu silatnya kepada puterinya itu, ia
bertekad membalas dendam terhadap kedua partai silat itu.
Setelah mengetahui bahwa puterinya adalah sahabat baik Khouw Kiam Siu, ia tak ingin
menjadi musuh pemuda itu. Maka setelah berulang kali diminta oleh Khouw Kiam Siu agar ia
jangan bermusuhan terhadap partai Siauw-lim dan Bu-tong, ia menjadi serba-salah.
Lama juga ia baru dapat berkata :
"Siohiap, apakah kau mendesak mau turut campur urusanku ini?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
Tanpa peringatkan lagi, Sauw-hun Mo-kie tiba-tiba menjotos dengan jotosan Bo-im-sin-hong
yang sangat lihay itu. Khouw Kiam Siu dapat mengegosi, ia tak ingin membalas dan selalu berusaha mengegosi
saja. Pertarungan baru berjalan beberapa jurus ketika Ma Kang Lian dan empat keempat
pengikutnya sudah tiba disitu.
"Ibu ! Mengapa kau ..." jerit Ma Kang Lian.
Sauw-hun Mo-kie terpaksa menghentikan serangan-serangannya.
184 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ibu ! Mengapa kau berkelahi dengan Khouw siohiap ?"
"Si kakek berambut putih adalah ayahmu, Goan Tong Taysu !" sahut sang ibu.
"Dimanakah dia sekarang ?"
"Ia sudah pergi lagi !"
"Hai! Mengapa ayah begitu kejam dan bersikap demikian dingin terhadap kita ?""


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ini semuanya karena peraturan partai Siauw-lim yang kejam! Aku bertekad membasmi
partai tersebut!" "Mengapa ibu menyerang Khouw siohiap ?"
"Dia telah menyanggupi pesan ayahmu untuk mencegah kita mengganyang partai Siauwlim!"
"Oh..." Ma Kang Lian berseru kaget. Ia menghampiri ibunya dan berbisik.
Sauw-hun Mo kie segera menatap Khouw Kiam Siu dengan sorot seribu satu pertanyaan,
sehingga Khouw Kiam Siu menjadi canggung.
Ma Kang Lian menghampiri Khouw Kiam Siu dan menanya dengan ramah :
"Siohiap, apakah semenjak dulu kau sudah mengetahui bahwa ayahku menyamar sebagai si
kakek berambut putih ?"
"Tidak! Baru tadi saja aku mengetahuinya," sahut Khouw Kiam Siu.
Sauw-hun Mo-kie maupun puterinya menjadi bisu. Sang ibu berusaha mempertimbangkan
tindakan-tindakan yang lampau dan langkah-langkah yang ia harus tempuh dikemudian hari.
Meskipun di tempat itu berkumpul tujuh orang, namun semuanya berdiri tak bergerak
sambil menatap Sauw-hun Mo-kie yang tengah berpikir. Kesunyian dipecahkan ketika Sauw
hun Mo-kie menarik napas dan berkata :
"Haaaiii...manusia berusaha, tetapi Tuhanlah yang berkuasa. Sebagai satu manusia, aku tak
dapat melupakan budi!"
Khouw Kiam Siu tercengang mendengar ucapan itu. Apakah yang diucapkannya ditujukan
kepadanya " Apakah ucapan itu suatu pernyataan bahwa wanita itu telah insyaf akan
tindakan-tindakannya yang keliru. Ia tak berani menanya atau menghibur. Ia hanya
mengawasi sikap wanita itu.
Sauw-hun Mo-kie yang telah menggiurkan banyak orang pada 30 tahun yang lampau dan
telah menggemparkan rimba persilatan dengan ilmu silatnya yang lihay, masih tetap
berwibawa dan ditakuti oleh banyak jago-jago silat kelas wahid. Kelemahan satu-satunya
yalah kasih sayang terhadap puterinya. Belum pernah ia menolak permintaan puterinya.
Mungkin puterinya telah membisiki sesuatu yang merubah sikap dan tekadnya, sehingga ia
berubah jadi ramah. "Khouw siohiap, kau telah menyanggupi melaksanakan pesan suamiku untuk mencegah
kami mengganyang orang-orang partai2 Siauw lim dan Bu-tong. Aku dapat menerima
permintaan itu dengan syarat !" akhirnya ia berkata lagi.
Khouw Kiam Siu merasa gembira dengan perubahan sikap itu.
185 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Apa syaratnya ?" tanyanya.
"Goan Tong Taysu, karena sumpahnya tak lagi dapat memperlihatkan dirinya yang sejati
dihadapan isteri dan puterinya sehingga kita isteri dan puterinya sukar mencari jejaknya.
Kami minta kau mencari dia dan menyampaikan pesan kami kepadanya, yalah Kami ingin
melihat dia sekali lagi saja, jika dia menolak, kami bersumpah akan membasmi seluruh
partai Siauw-lim ! Adapun batas waktunya yalah sampai pertengahan bulan ketiga !"
Khouw Kiam Siu menjadi gelisah sekali. Jangka waktu untuk mencari Goan Tong Taysu
hanya tiga bulan. Namun dalam keadaan terdesak ia terpaksa menyahut :
"Aku akan berusaha sekuat tenaga mencari Goan Tong Taysu dan menyampaikan pesan itu.
Tetapi.....jika aku tak berhasil mencari beliau, aku terpaksa harus menunaikan janjiku
kepadanya yalah mencegah kamu mengganyang partai Siauw-lim."
"Oh ... itu urusan dibelakang," sahut Sauw-hun Mo-kie.
Lalu Ma Kang Lian menghampiri Khouw Kiam Siu dan berkata :
"Khouw siohiap, aku harap kau dapat memaafkan sikap ibuku."
Khouw Kiam Siu bersenyum.
"Lian-ji, ayoh, kita pergi !" kata Sauw-hun Mo-kie, dan ia mengajak puteri serta empat
pengikut puterinya pergi.
Ma Kang Lian berpisah dengan hati yang berat.
Khouw Kiam Siu juga mempunyai perasaan serupa, ia merasa bertanggung-jawab terhadap
Kat Ju Hui yang sudah tergila-gila terhadap dirinya. Tanpa merasa ia sudah berjalan kembali
ke dalam kuil Tjiu-sin-sie.
Di dalam pekarangan dibelakang ,ia berkaca didekat kolam yang airnya bening seperti
cermin dan terkejut melihat garis merah ditengah-tengah kedua alisnya.
"Hai ! Betul saja penglihatan Goan Tong Taysu! Mungkin aku sudah terkena racun kuman
Giam Ong !" Maka ia mengambil sebutir pil obat Ban-biauw-leng-tan dan menelannya. Lalu ia masuk
kedalam suatu kamar di dalam kuil itu untuk mengerahkan tenaga dalamnya agar khasiat pil
obat itu dapat berjalan lancar.
Ia duduk bersila, memejamkan kedua matanya sambil mengerahkan tenaga dalamnya.
Setelah beberapa detik, seluruh tubuhnya menjadi basah dengan keringat, dan ia sendiri
berada dalam keadaan tak sadar. Ketika siuman, ia lari kembali ke kolam untuk melihat
mukanya di dalam air. Betul-betul saja garis merah ditengah-tengah kedua alisnya sudah
lenyap! Ia sangat khawatir jika ia tak berhasil mencari Goan Tong Taysu karena jika hal itu terjadi ia
terpaksa harus bertarung melawan Sauw-hun Mo kie lagi. Ia belum membalas dendam
kematian ayah-angkatnya. Ia harus merebut kembali pedang Thian-kong-kiam.
Soal perebutan juara ilmu silat yang diselenggarakan oleh Thian Lam sinkun tak penting
baginya. Meskipun demikian atas perhitungannya, ia berpendapat lebih baik pergi ke markas
Thian-lam-sin kun lebih dulu. Maka ia meninggalkan kuil Tjiu-sin-sie untuk segera menuju
keselatan sambil merubah wajahnya dengan benda-benda untuk menyamar yang telah
186 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
diberikan oleh si Algojo.
Demikianlah ia menuju keselatan dalam bentuk seorang kakek yang berambut putih dengan
kedua alis yang putih pula, dan banyak kerut2an dikulit mukanya. Ia tak lupa membeli jubah
berwarna abu2 untuk menyesuaikan diri sebagai seorang kakek, dan sebuah karung untuk
menyimpan Kimnya. Maka beberapa hari kemudian, di atas jalan raya yang menuju ke selatan, seorang kakek
dengan rambut dan alis putih laksana salju terlihat di jalan sambil memanggul sebuah
karung di atas pundaknya.
Pada suatu hari, ketika kakek itu baru keluar dari sebuah rumah penginapan, ia melihat
serombongan orang berkuda mengawal sebuah joli kira-kira 100 meter didepannya.
Ia mengejar, dan dapat melihat bahwa mereka itu adalah orang-orang dari puri Kiam Pao
dengan tanda lambang pedang mas di dada baju mereka masing-masing.
Kemanakah rombongan itu ingin pergi" Apakah mereka juga ingin pergi ke markas Thianlam-mo-kong untuk turut serta dalam perebutan kejuaraan ilmu silat yang diselenggarakan
oleh Thian Lam-sin-kun "
Khouw Kiam Siu berjalan dengan cepat dan melalui rombongan itu, dan tiba-tiba ia ditegur :
"Hai ! Tua bangka ! Apakah kau mau mampus ?"
Khouw Kiam Siu berhenti dan menatap orang yang menegurnya itu.
"Hei ! Apakah kau mau mampus merintangi rombongan kami?" bentak lagi orang itu sambil
mengirim jotosannya. Khouw Kiam Siu mengegos, dan orang itu menjotos angin. Rombongan segera berhenti.
Lalu tiga orang kakek yang memimpin rombongan datang menghadapi Khouw Kiam Siu.
Adapun ketiga kakek itu adalah Bun Si Sam Hiong yang menjadi pengawal Utama dari Thio
Mo Lam, dan yang pernah dihajar babak belur oleh Khouw Kiam Siu di dalam puri Kiam Pao.
Bun Biauw Thian yang tertua dari ketiga Bun Si Sam Hiong itu tiba-tiba membentak :
"Hei! Tua bangka gila ! Mengapa kau berani merintangi rombongan kami"!"
"Ha! Ha! Aku berjalan dipinggir jalan. Orang itu telah menjotos aku. Bagaimana kau bilang
aku yang merintangi jalan?""
"Hei! Tua-bangka gila! Rambutmu sudah putih, kau masih dapat hidup beberapa tahun,
mengapa mau mampus lekas-lekas"!"
"Bun Siauw Thian! Mengapa kau bersikap demikian kasar terhadap seorang tua?"
Bun Siauw Thian terkejut mendengar kakek itu menyebut namanya. Ia yang sudah kawakan
dan berpengalaman tidak mengenal kakek itu. Dari egosannya tadi, ia sudah mengetahui
bahwa kakek itu tak dapat dipandang remeh. Kedua saudaranya Bun Tiong Thian dan Bun
Wie Thian juga tersinggung.
"Hei! Tua-bangka! Sebutlah namamu sebelum kau mampus!" bentak Bun Siauw Thian lagi.
Khouw Kiam Siu tertawa gelak2 lalu menyahut :
"Bun Siauw Thian, kau sudah berkecimpungan dikalangan Kang-ouw berpuluh2 tahun,
187 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
tetapi kau tidak mengenal aku ?"
Baru saja selesai kata-kata itu diucapkan Bun Siauw Thian segera turun dari kudanya dan
mengirim jotosannya. Khouw Kiam Siu menangkis jotosan itu, dan tampak Bun Siauw Thian terpental, tubuhnya
menubruk kudanya sehingga kuda itu terkejut dan mengganggu kuda-kuda lain.
Semua orang dari rombongan itu terkejut menyaksikan Bun Siauw Thian dibikin terpental
oleh seorang kakek yang sudah dekat masuk ke liang-kubur.
Sementara itu Bun Tiong Thian dan Bu Wie Thian juga sudah turun dari kudanya mereka.
"Kamu bertiga mau mengerubuti seorang tua?"" Khouw Kiam Siu mengejek lagi. "Hee, hee,
hee! Apa gunanya kamu menjadi pahlawan utama dari puri Kiam pao!"
Pada saat itu dari dalam joli terdengar suara seorang wanita tertawa. Si kakek atau Khouw
Kiam Siu terkejut. Ia mengira orang di dalam joli adalah Thio Mo Lam, tetapi ternyata orang
itu adalah seorang wanita. Siapakah gerangan wanita itu" Apa kedudukan wanita itu di
dalam partai Kiam Pao"
"Siapa kau?" terdengar teguran dari dalam joli.
Khouw Kiam Siu mendehem sekali, lalu berkata :
"Kau tak perlu menanya aku situa bangka, kau harus memperkenalkan dirimu dulu !"
"Ha! Kau bukan saja gila, tetapi juga tolol! Apakah kau tidak mengetahui bahwa kau dapat
dipukul mati"!"
"Ho, ho ! Seumur hidupku, baru kali ini aku mendengar orang bilang aku dapat dipukul mati!
Aku sudah berusia 100 tahun lebih dan aku tak takut mati !"
"Apa maksudmu merintangi rombongan kami?"
"Ho, ho ! Lucu sekali! Aku diserang, tetapi kau bilang aku merintangi rombonganmu! Apakah
aku sudah gila atau kau memang sudah miring otak" Aku kepingin melihat wajahmu yang
bicara seperti orang sinting !"
"Kau tak dapat melihat aku, karena aku dapat membunuh kau dari dalam joli !"
"Oho! Sunggu kau pandai membual ! Akupun bisa menterbalikkan jolimu!"
"Cobalah buktikan! Aku mau lihat!"
"Baik!" sahutan itu dibarengi dengan satu jotosan kearah joli.
Satu hembusan angin yang hebat tiba-tiba menyerang joli itu. Tetapi... jolinya sendiri tidak
terbalik! Khouw Kiam Siu terkejut. Orang yang berada di dalam joli betul-betul lihay ilmu silatnya.
"Ha! Ha! Tua bangka gila! Ilmu silatmu hanya demikian saja ?" ejek wanita di dalam joli.
"Aku akan mencoba lagi!" kata Khouw Kiam Siu, dan meneruskan dengan jotosan Cong-sim
touw-hiat-ciang. Kali ini, joli tersebut terdorong tiga meter ke belakang, dan membuat
keempat penggotong jatuh terjengkang.
188 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Semua orang-orang puri Kiam Pao datang mengurung. Khouw Kiam Siu sudah siap sedia
menghadapi pengeroyokan itu.
"Semua mundur!" perintah wanita di dalam joli.
Perintah itu segera ditaati. Lalu dari dalam joli berjalan keluar seorang wanita berpakaian
serba putih, menancap sebuah bunga putih dikondenya dan menutupi mukanya dengan
sehelai kain sutra putih.
Khouw Kiam Siu segera mengetahui bahwa wanita itu tengah berkabung. Ia merasa heran
mengapa begitu banyak orang mengawal wanita itu yang terbukti memiliki ilmu silat yang
maha tinggi. Wanita itu menuding Khouw Kiam Siu dan membentak: "Tua bangka gila! Kau
telah melukai orang-orangku !"
"Mereka mencari mati sendiri !" bentak Khouw Kiam Siu.
"Aku terpaksa harus memberi hajaran kepadamu !" berkata demikian wanita itu betul-betul
mengirim serangannya. Khouw Kiam Siu menangkis jotosan itu dengan lengan kirinya dan merasa seolah-olah
lengannya itu mendadak jadi lumpuh !
WANITA itu terkejut mengetahui si kakek masih dapat menangkis jotosannya dan tidak
jatuh atau tewas. Bukankah kakek itu sudah tua dan sangat lemah kelihatannya" Siapakah
kakek itu" Wanita itu berusaha mengingat siapakah gerangan kakek yang ganjil itu, tetapi ia tidak
berhasil. "Jika aku paksa dia bertarung, ia tentu dapat memperlihatkan jurus-jurus ilmu silatnya.
Mungkin dari gaya jurus-jurusnya, aku dapat mengenal dia ini dari partai silat mana,"
pikirnya. Maka dengan kesimpulan itu ia bermaksud mengajak kakek itu bertarung.
"Hei! Tua-bangka! Nah terimalah pukulan2ku ini !" katanya seraya melancarkan serangkaian
jotosan2. Khouw Kiam Siu terpaksa melawan dengan melancarkan jotosan2 Coan-sim-touw-hiat-ciang.
Jotosan2 ditangkis dan hembusan angin yang keluar dari jotosan itu diperhatikan oleh
semua orang dengan hati berdebar-debar.
Meskipun merasa kagum atas kemahiran si kakek, namun mereka mengharap agar
pemimpin wanita mereka dapat lekas-lekas mengganyang si kakek yang berlagak itu.
Pada suatu ketika satu jotosan yang jitu hampir mengenakan dada wanita itu jika ia tidak
lekas-lekas meloncat mundur. Namun hembusan jotosan itu dirasai olehnya, dan ia segera
merasa bahwa ia tak dapat menggempur si kakek. Ia meloncat jauh kebelakang dan
menghentikan pertarungan.
"Hei! Kakek ! Apa hubunganmu dengan Kut-louw koay ?" tanyanya sambil mengawasi
dengan tajam. "Aku situa bangka ini adalah saudara seperguruan Kut-louw koay!" sahut Khouw Kiam Siu
mendusta. 189 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Sahutan itu membikin orang-orang puri Kiam Pao bergerak mundur. Mereka mengetahui
Kut- louw-koay pernah menggemparkan kalangan Kang-ouw pada 60 tahun yang lalu dan
kakek ini sudah berusia 100 tahun lebih,tetapi tenaga maupun semangatnya masih berkobar
! Si wanita mulai bingung. Ia kenal Kut-louw-koay, tetapi ia belum pernah dengar bahwa Kutlouw-koay mempunyai saudara seperguruan.
"Oh ! Cianpwee adalah saudara seperguruan Kut louw-kaoy?" tanyanya lagi.
"Betul!" "Jika demikian, sipemilik Kim Gaib adalah keponakan Cianpwee, bukankah?"
Khouw Kiam Siu menjadi bingung, karena ia tidak mengetahui hubungan diantara Khouw
Kie Cong dan Kut louw-koay. Ia menyahut :
"Sipemilik Kim Gaib bernama Khouw Kiam Siu, dan ia tak sangkut paut dengan Kut-louw
koay atau aku. Camkanlah, bahwa ilmu silat Khouw Kiam Siu lebih lihay daripada ilmu
silatku...." Pada saat itu terdengar suara derap kaki kuda mendatangi. Tak lama kemudian beberapa
belas orang yang berkuda sudah tiba di tempat tersebut. Mereka adalah Thio Mo Lam
beserta pengikut2nya. Thio Mo Lam meloncat turun dari kudanya dan menanya.
"Adik ! Urusan apakah ini"!"
Dari pada pertanyaan itu Khouw Kiam Siu segera mengetahui bahwa wanita itu adalah adik
perempuan Thio Mo Lam atau bibi Thio Siok Ngo. Tetapi mengapa ia tak menjumpai wanita
itu ketika ia dua kali menerobos masuk kedalam puri Kiam Pao " Dan mengapa wanita itu
bergabung. Wanita itu menunjuk Khouw Kiam Siu dan berkata : "Koko, kakek itu adalah saudara
seperguruan Kut-louw-koay."
"Oh.... apakah ia bermusuhan karena keponakannya, sipemilik Kim Gaib, adalah musuh
kita?" tanya Thio Mo Lam.
"Tidak! Sipemilik Kim Gaib bukan murid Kut-louw-koay !"
"Tetapi... Khouw Kiam Siu, atau sipemilik Kim Gaib sendiri yang bilang bahwa ia sudah
murid si Siluman tengkorak !"
"Heran! Mengapa ia bilang begitu "! Menurut pengetahuanku Kut-louw-koay tidak
mempunyai saudara seperguruan. Tetapi jotosan Coan-sim-touw hiat-ciang membuktikan
bahwa ia memang erat hubungannya dengan Kut-louw-koay...."
Lalu Thio Mo Lam menghampiri si kakek dan meneliti.
"Hei ! Thio Mo Lam! Apakah kau dan rombonganmu ini hendak pergi ke markas Thian lamsin-kun ?" tanya Khouw Kiam Siu.
"Betul! Bolehkah aku mengenal siapa Cianpwee?"
"Kau tak perlu menanya. Aku sendiri sudah lupa namaku. Bukankah kau pergi ke markas
Thian-lam-sin-kun dengan hasrat merebut kejuaraan ilmu silat?"
190 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ya ... begitulah maksudku..."
"Ha, ha, ha! Kau betul-betul tidak mengenal diri. Kau tak akan berhasil merebut kejuaraan,
karena kau sudah dipecundangi oleh Khouw Kiam Siu dalam kandangmu sendiri!"
Keterangan itu membikin Thio Mo Lam malu sekali. Lama juga ia baru dapat menanya lagi:
"Apakah Khouw Kiam Siu akan turut serta merebut kejuaraan itu?"
"Mengapa kau menanya begitu" Bukankah tiap-tiap jago silat sudah menerima surat
undangan untuk menguji kepandaian silatnya?"
"Cianpwee juga telah diundang ?"
"Ho, ho, ho! Aku tak berarti ! Sudah beberapa puluh tahun aku mengasingkan diri dari
kalangan Kang-ouw. Lagipula aku sudah dekat masuk liang kubur, aku tak berhasrat
merebut kejuaraan itu !"
"Apa maksudmu merintangi rombonganku ?"
"Ha, ha, ha! Lagi-lagi satu pertanyaan yang tolol! Aku yang dirintangi, diserang dan
diganggu oleh orang-orangmu, tetapi kau menuduh aku merintangi rombonganmu !
Bukankah pertanyaan itu tolol"!"
Thio Mo Lam menjadi canggung, dengan terpaksa ia menyeringai dan berkata:
"Jika demikian halnya, kami minta maaf..."
"Aah ! Begitulah baru betul! Kamu yang salah, maka kamu yang harus minta maaf!"


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba ..... Seorang yang berseragam hitam dan menutupi muka dengan kain hitam meloncat datang
dan berdiri di tengah-tengah rombongan. Semua orang, kecuali Khouw Kiam Siu,
terperanjat, karena mereka tidak mengenal orang itu.
"Hm... mengapa ia datang dan memperlihatkan dirinya disini ?" tanya Khouw Kiam Siu
dalam hati, karena orang itu adalah si Algojo.
Ada orang dari puri Kiam Pao yang pernah menjumpai orang itu tiba-tiba berseru : "Si
Algojo !" Thio Mo Lam yang baru pertama kali menjumpai si Algojo datang menghampiri dan
menanya : "Apakah kau yang terkenal dengan julukan si Algojo?"
"Hee, hee, hee! Tidak salah !" sahut yang ditanya.
"Hm...belum lama berselang, kau telah menyelinap kedalam puri Kiam Pao dan memenggal
kepala Tauw Kun ! Hutang jiwa itu harus diperhitungkan !"
"Hee, hee, hee! Sebetulnya waktu itu aku juga ingin memenggal kepalamu !"
"Mengapa kau memenggal kepala Tauw Kun" Apa dosa orangku itu"!"
"Sayang sekali jahanam Tauw Kun sudah mampus! Jika ia masih hidup, kau akan dijawab
191 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
langsung oleh jahanam itu. Aku sudah memenggal kepalanya, lalu kau mau apa"!"
Thio Mo Lam melangkah maju dua tindak, dan dengan sengit ia mengancam :
"Aku terpaksa harus memenggal kepalamu !"
"Laksanakanlah!!"
Ketiga Bun Si Sam Hiong melangkah maju, dan Bun Siauw Thian berkata kepada
pemimpinnya : "Pao Cu, untuk memotong ayam, kita tak memerlukan pisau untuk memotong kerbau.
Perkenankanlah aku yang menggempur jahanam yang suka membual ini!"
"Tidak! Aku sendiri ingin memenggal kepalanya!"
Lalu ketiga Bun Si Sam Hiong itu mengundurkan diri.
Sementara itu Khouw Kiam Siu berpikir sambil mengawasi gerak-gerik Thio Mo Lam :
"Si Algojo telah datang kesini, mungkin ia perlu menjumpai aku. Apakah ia mampu
menggempur Thio Mo Lam" Jika adik perempuan siorang she Thio membantu, celakalah dia.
Aku harus turun tangan!"
Tetapi sebelum ia dapat berbuat sesuatu, Thio Mo Lam sudah mengirim jotosan kemuka si
Algojo. Si Algojo mengegos dan balas menjotos. Thio Mo Lam menangkis, dan terus melancarkan
serangkaian jotosan2 sehingga si Algojo tampak terdesak.
Sebetulnya tenaga maupun ilmu silat mereka berimbang. Syukur sekali Thio Mo Lam tidak
menggunakan pedang Sin Kiamnya. Maka pertarungan dengan hanya menggunakan tinju
berlangsung dengan seru di tempat itu, dan ditonton dengan hati berdebar-debar.
Suatu pertarungan yang jarang terlihat dikalangan Kang-ouw telah berlangsung selama 30
jurus, namun belum ada yang menyerah atau tampak akan kalah.
Tiba-tiba Khouw Kiam Siu membentak : "Berhenti!"
Suara bentakan yang diucapkan dengan tenaga sakti menghentikan pertarungan itu dan
menggoncangkan jantung tiap-tiap orang.
Thio Mo Lam dan si Algojo berhenti bertempur sejenak, lalu bertarung lagi dengan
sengitnya. Khouw Kiam Siu mengangkat tinjunya setinggi dada lalu menjotos diantara kedua petarung
itu. Hembusan angin jotosan kedua tinju yang dilancarkan serentak itu telah mendorong
mereka jauh kesamping. "Hei Algojo ! Apakah kau masih membangkang tidak mau menuruti kehendakku" ! Ayoh
berhenti bertempur dan ikut aku pergi !" teriak Khouw Kiam Siu kepada si Algojo.
Thio Mo Lam merintangi. "Cianpwee," katanya. "Si Algojo telah membunuh orangku, dan aku harus..."
"Apa"! Kau berani merintangi aku"!" bentak Khouw Kiam Siu.
192 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Tetapi si Algojo itu..."
"Cukup ! Aku terpaksa harus membawa dia pergi!" bentak Khouw Kiam Siu, lalu ia mengajak
si Algojo pergi. Mereka meloncat pergi dengan lincah sekali. Thio Mo Lam hanya mengikuti mereka pergi
dengan pandangannya. Ketiga Bun Si Sam Hiong mengejar, tetapi adik Thio Mo Lam
menahan mereka. Wanita itu mengejar dan mengirim jotosan. Hembusan angin jotosan itu berhasil
merobohkan si Algojo. Khouw Kiam Siu berhenti, lalu menantang :
"Hm ! Rupanya kau masih berani menantang kehendakku!"
Thio Mo Lam menyahut : "Cianpwee, dia telah membunuh orangku. Dia harus dihukum!"
"Tetapi... apakah kau tidak mengetahui bahwa Tauw Kun itu sangat keji dan terkutuk
perbuatannya dan memang harus dibunuh?"
"Cianpwee," kata adik Thio Mo Lam. "Kau bertindak berat sebelah ! Kau selalu memihak
kepada si Algojo !" "Aku sebetulnya telah bersikap terlalu lunak ! Jika kamu kakak-beradik masih juga berkeras,
aku terpaksa harus turun tangan!" ancam si kakek atau Khouw Kiam Siu. Lalu ia mengajak
si Algojo yang baru bangun berlalu.
Kali ini Khouw Kiam Siu dan si Algojo berjalan dengan tenang tanpa Thio Mo Lam atau adik
perempuannya dapat berbuat apa-apa. Setelah berjalan jauh, mereka berlari ke suatu
tempat jauh dari jalan raya didekat kaki gunung.
"Mengapa kau datang kesini " Apakah kau perlu mencari aku ?" tanya Khouw Kiam Siu.
"Betul! Aku perlu mencari kau. Pertemuan para jago silat di markas Thian-lam-sin-kun
diselatan akan diselenggarakan tidak lama lagi. Aku menduga kau pergi kesana. Kebetulan
sekali aku menjumpai kau tengah berselisih dengan rombongan orang-orang dari puri Kiam
Pao itu!" "Apa perlunya kau mencari aku ?"
"Aku telah pergi ke markas Thian Lam-sin-kun, aku telah memperoleh suatu berita yang
menggembirakan !" "Berita yang menggembirakan"!'" tanya Khouw Kiam Siu dengan napsu. "Apakah kau sudah
pergi ke Thian-lam-mo-kong ?"
Si Algojo mengangguk. "Gouw Wie To alias si Kakek cerdas, ayah angkatmu itu, TIDAK mati!"
"Ha! Tidak mati!?" tanya Khouw Kiam Siu dengan kedua mata terbelalak.
"Betul, si Kakek cerdas masih hidup !"
193 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Khouw Kiam Siu merasa girang tak terhingga sampai kedua matanya mengucurkan air mata.
"Sekarang ayah angkatku itu ada dimana?"" tanyanya.
"Beliau sekarang ditawan di dalam kamar gelap dibawa tanah dimarkas Thian-lam sin-kun !"
"Dimana letak kamar gelap itu?"
"Dibelakang gedung markas Thian-lam-mo-kong, jahanam itu telah membikin sebuah kamar
dibawah tanah. Aku dengan susah payah berhasil masuk kedalam setelah menyuap
beberapa penjaga. Maksudku masuk kedalam gedung markas sebetulnya untuk mencari
jejak seseorang. Tidak terduga aku memperoleh kabar tentang ayah-angkatmu itu!"
"Tetapi ayah angkatku telah dibunuh di tempat kediamannya..."
"Apakah kau sudah memeriksa betul mayatnya ?"
"Mayatnya sudah menjadi busuk! Aku hanya melihat rambut dan pakaiannya !"
"Apakah tidak mungkin orang-orang yang membunuh beliau sengaja merencanakan siasat
demikian rupa sehingga kau menganggap mayat itu adalah mayat ayah angkatmu ?"
"Hm ... itu mungkin sekali..."
"Nah, aku ada pertanyaan lagi: Apakah kau memiliki bom Kut-louw-koay ?"
"Ya, sebuah?" "Bagus! Bom itu dapat digunakan untuk menolong ayah angkatmu."
"Tetapi dengan bom seluruh bangunan akan runtuh."
"Tidak. Kamar gelap dibawah tanah itu dibangun jauh dari pintu untuk masuk. Pintu untuk
masuknya dijaga oleh banyak orang. Kita harus meledakkan pintu untuk masuk dan
membinasakan semua penjaga, lalu dengan cepat kita mengeluarkan ayah angkatmu dikamar yang terletak jauh dari pintu untuk masuknya. Ya, 50 orang menjaga pintu untuk
masuknya, dan mereka inilah yang kita harus binasakan dulu!"
"Apakah di dalam kamar gelap itu ada tawanan2 lain?"
"Entah!" "Ayoh, kita lekas-lekas kesana !"
"Ayolah!" Demikianlah si Algojo dengan pakaian serba-hitam dan Khouw Kiam Siu yang menyamar
sebagai kakek berambut putih menuju ke selatan dengan mengambil jalan yang jauh dari
jalan raya untuk mengelakkan perhatian.
KHOUW KIAM SIU merasa gembira sekali, diluar dugaannya Kakek cerdas, ayah angkatnya,
masih hidup. Dari ayah angkatnya itu ia dapat menanyakan tentang hal-ikhwal dirinya. Ia
tak dapat memahami sikap si Algojo yang selalu memperhatikan nasibnya.
Mereka menuju keselatan dengan satu maksud yalah menolong si Kakek cerdas. Mereka tiba
di lembah Cong-liong-kok, tidak jauh dari gedung markas Thian-lam-mo-kong, diwaktu
malam gelap bulan. Di dalam lembah itulah Thian-lam-sin-kun membangun penjara di dalam
194 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
tanah. Untuk masuk kedalam lembah itu, mereka harus bersikap waspada, karena dijaga oleh
orang-orang dari Thian-lam-mo-kong.
Mereka berhenti dibelakang satu batu gunung besar tidak jauh dari lubang untuk masuk
kedalam kamar gelap dibawah tanah.
"Kita sudah tiba !" bisik si Algojo. "Lubang lorong itu adalah jalan untuk masuk ke penjara
dibawah tanah." "Aku melihat banyak sekali batu besar didekat lubang lorong itu," sahut Khouw Kiam Siu.
"Betul! Orang-orang dari Thian lam mo kong bersembunyi dibelakang batu yang besar itu.
Untuk masuk kedalam lorong kita harus membasmi mereka semua lebih dahulu!"
"Mereka bersembunyi dibanyak tempat yang kita tidak tahu, bagaimana harus kita
membasmi mereka ?" "Menurut pengetahuanku, penjaga2 diganti tiap-tiap setengah jam. Waktu untuk
penggantian tak lama lagi. Kita akan membasmi penjaga2 yang akan datang, lalu penjaga2
yang akan diganti. Kemudian dengan bommu kita hancurkan lubang lorong. Ledakan itu
akan membongkar tanah, tetapi tak akan mengganggu kamar tahanan yang dibangun kuat
sekali. Dengan cara itu kita dapat menolong si Kakek cerdas !"
Khouw Kiam Siu menggeleng-geleng kepalanya seraya berkata:
"Rencana itu terdengarnya baik sekali, tetapi aku khawatir tak dapat dilaksanakan! Kita
belum mengetahui keadaan kamar penjara dibawah tanah. Lagipula suara ledakan pasti
akan terdengar oleh orang-orang dari Thian-lam mo-kong."
"Hm... gedung markas Thian lam-mo-kong agak jauh dari sini. Mereka memerlukan waktu
untuk datang kesini. Setelah tanah terbongkar akibat ledakan, kita dapat segera mengetahui
dimana letak kamar tahanan untuk menolong si Kakek cerdas ! Kita akan sudah berada jauh
dari sini jika orang-orang dari Thian-lam-mo kong datang."
"Baiklah ! Biar bagaimanapun aku harus menolong ayah angkatku itu."
"Sekarang kita mundur dulu dan menanti penjaga2 yang akan datang mengganti
rekan2nya." Demikianlah si Algojo mengajak Khouw Kiam Siu mundur dan bersembunyi disemak belukar,
kira-kira 20 meter jauhnya dari lubang lorong. Meskipun suasana gelap sekali, namun
samar-samar mereka dapat melihat keadaan disekelilingnya.
Tak lama kemudian mereka melihat empat orang mendatangi.
"Nah, kau hajar dua yang disebelah kanan, dan aku yang di sebelah kiri !" bisik si Algojo.
Khouw Kiam Siu mengangguk. Lalu berkelebat dua bayangan hitam seperti dua ekor kalong
dari sekumpulan daun-daun pohon.
Terdengar suara keempat penjaga itu yang dihajar dan tak berkutik lagi !
Mereka berjalan dengan tenang menuju ke lubang lorong.
"Siapa"!" tiba-tiba terdengar teguran.
195 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Mereka berhenti dan menanti kedatangan penjaga2 yang keluar dari tempat
bersembunyinya masing-masing. Sejenak kemudian lagi-lagi terdengar jeritan2 dan keempat
penjaga itu juga dibunuh dengan mudah saja.
"Tayhiap, sekarang kau mundur. Aku akan akan melontarkan bom ini ke lubang itu," kata
Khouw Kiam Siu. Baru saja si Algojo melangkah mundur, ketika terdengar suara orang mendatangi.
"Cianpwee ! Ada orang mendatangi!" bisik si Algojo.
Mereka lekas-lekas bersembunyi disemak-belukar lagi.
Tak lama kemudian terlihat dua orang mendatangi, satu pria dan satu wanita. Mereka
menutupi muka dengan kain hitam.
Terdengar wanita itu berkata :
"Toako! Rupanya keadaan disini telah berubah ! Cobalah lihat mayat itu !"
"Hm... siapakah yang bunuh mereka?"" tanya si pria.
"Mungkin juga orang yang ingin masuk kedalam kamar tahanan dibawah tanah.
Pembunuhannya lihay sekali. Ia dapat membunuh semua tanpa seorang penjaga dapat lolos
untuk memberi peringatan ..."
Si pria meraba-raba mayat itu lalu berkata:
"Mereka belum lama dibunuh, pembunuhnya belum jauh dari sini?"
"Hm". apa maksud pembunuhan ini" Bukankah lorong itu untuk masuk ke kamar tahanan?"
Dari percakapan mereka, Khouw Kiam Siu dapat mengenali bahwa mereka itu adalah Thio
Mo Lam dan adik perempuannya. Ia tak mengerti mengapa mereka datang ke tempat itu
dengan bertopeng " Lalu terdengar Thio Mo Lam berkata :
"Adik, aku berpendapat lebih baik kita lekas-lekas berlalu dari sini agar tidak seorangpun
mengetahui bahwa kita telah datang dengan menyamar !"
"Toako, aku ingin membuktikan apakah ia betul-betul masih hidup."
Khouw Kiam Siu tercengang. Siapakah gerangan yang ingin dibuktikan mati-hidupnya oleh
wanita itu" "Adik, lebih baik kita bersabar. Malam ini dengan penjaga2 dibunuh, aku khawatir gerakgerik kita diketahui!"
"Bersabar! Bersabar sampai kapan ?""
"Pertemuan para jago silat tak lama lagi akan diselenggarakan. Setelah pertemuan itu
selesai, kita dapat mencari keterangan dari orang-orangnya Thian lam-sin-kun !"
Khouw Kiam Siu betul-betul tidak mengerti maksud dari pada kedua orang itu. Apakah adik
perempuan Thio Mo Lam datang ke markas Thian-lam-mo kong untuk membalas dendam "
Terdengar lagi wanita itu berkata :
196 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Toako, aku mempunyai firasat buruk. Mungkin dia sudah tiada lagi didunia ini !"
"Hmm... kita belum dapat mengetahui jika kita belum menyelidiki ..."
"Aaai. .. mungkin anakku juga sudah tiada didunia ini !"
"Adik! Jangan bersedih hati sebelum kita menyelidiki."
"Toako! Jika mereka sudah terbunuh, aku akan membasmi semua orang-orang dari Thianlam-mo-kong ! Aaaaiii...aku sudah bersabar dan menanti selama 10 tahun lebih. Berapa
lama lagi aku harus menunggu ?"
"Adik, aku yakin bahwa sipemilik Kim-Gaib akan datang dan turut serta di dalam perlombaan
ilmu silat nanti. Pedang Thian-kong-kiam berada ditangannya, kita dapat kesempatan untuk
merebut pedang itu. Fajar segera menyingsing, ayolah kita berlalu dari sini !"
Demikianlah Thio Mo Lam dan adik perempuannya berlalu dari tempat itu, dan lenyap di
tempat gelap. "Hm...mereka juga bermaksud merebut pedang Thian-kong kiam! Hanya sayang sekali
pedang itu sudah direbut oleh Tok-pi-sin mo..." kata Khouw Kiam Siu dalam hati.
Si Algojo berkata : "Aneh ! Mereka juga ingin merebut pedang Thian kong kiam. Wanita itu memiliki ilmu silat
lebih lihay dari pada Thio Mo Lam. Aku baru saja mengenal wanita itu."
Mereka menanti sampai matahari terbit. Khouw Kiam Siu melontarkan bomnya ke mulut
lorong. Suara ledakan menggoncang tempat disekelilingnya. Tanah dan tumbuhan disekitar
lorong tersebut berhamburan. Lorong itu terbongkar, maka kamar tahanan yang dibangun
sangat teguh segera kelihatan.
Pintu kamar didobrak, dan mereka masuk kedalam kamar. Dengan terharu mereka menemui
si Kakek cerdas dengan pakaian yang sudah mesum dan kotor tengah berbaring di dalam
kamar itu. Khouw Kiam Siu segera menghampiri dan mengangkat kakek itu yang sudah sangat payah.
"Ayoh panggullah kakek itu, dan kita harus lekas-lekas berlalu dari sini !" kata si Algojo.
Maka dengan si Algojo memimpin jalan, mereka membawa kakek itu pergi.
Suara ledakan itu telah menarik perhatian orang-orang dari markas Thian-lam-mo-kong.
Mereka datang untuk memeriksa, tetapi Khouw Kiam Siu yang memanggul ayah-angkatnya
telah berhasil lari keluar bersama-sama si Algojo.
Ketika matahari sudah menerangkan tanah, Khouw Kiam Siu dan si Algojo sudah 10 lie
jauhnya dari tempat peledakan.
"Khouw siohiap, kakek itu perlu beristirahat dan diobati. Mari kita cari tempat yang aman!"
kata si Algojo. Maka disuatu tempat yang terpencil dan tersembunyi kakek itu diletakkan, dan si Algojo
mulai mengurut dan memijit beberapa urat nadinya. Tak lama kemudian kakek itu bersin
dan membuka kedua matanya.
Khouw Kiam Siu membuka topeng yang dibuat dari karet dan memanggil :
197 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Locianpwee..." ia tak dapat meneruskan karena perkataannya tersumbat ditenggorokannya,
akibat perasaan terharu yang tak terhingga.


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si kakek bersenyum dan berkata dengan lemah :
"Anak... kau !" kemudian kakek dan putera angkatnya itu menangis tersedu-sedu.
"Anak...aku merasa payah sekali... mungkin aku tak dapat hidup lebih lama lagi..."
"Tidak! Tidak ! Aku akan bawa Locianpwee kepada tabib yang sakti...Ban-biauw-gie-hian
pasti dapat mengobati"."
"Tidak...tidak".aku dapat merasa bahwa aku tak dapat hidup lebih lama lagi..."
Si Algojo yang berusaha menolong berbisik kepada Khouw Kiam Siu :
"Siohiap, keadaan kakek ini sudah payah sekali ! Jika kau perlu menanyakan sesuatu,
ayohlah tanyakan..."
"Locianpwee, aku sudah berhasil belajar dan memiliki ilmu-ilmu silat yang tinggi, aku tidak
mengecewakan cita2 Locianpwee..."
Si kakek bersenyum getir seraya berkata :
"Bagus ! Bagus ! aku akan mati dengan puas ..."
"Locianpwee, bagaimana kau sampai ditawan oleh orang-orang dari Thian-lam mo-kong ?"
Si kakek menyahut dengan kedua mata terbelalak :
"Mereka kira pedang Thian-kong-kiam berada ditanganku lalu aku diculik ke markas Thianlam-mo-kong. Aku disiksa dan didesak untuk memberitahukan mereka tentang pedang itu,
mereka telah melenyapkan tenagaku dengan memutuskan beberapa urat syarafku dan aku
ditahan di dalam kamar dibawah tanah... aku kira aku akan mati tanpa menjumpai kau
lagi...Haaaiii...Thian-lam sin-kun itu sangat kejam dan licik. Dengan mayatnya orang lain, ia
berusaha menipu anggapan orang. Ya...mungkin banyak orang menganggap aku sudah
dibunuh ..." Khouw Kiam Siu mendengari kisah itu dengan beringas. Ia mendesak :
"Locianpwee, mengapa Thian-lam sin-kun ingin merebut pedang Thian-kong-kiam ?"
"Haaaii...aku harus menceritakan dari awal".apakah kau pernah mendengar julukan si Dewi
angin ?" Khouw Kiam Siu mengangguk.
"Si Muka alim dan si Dewi angin itu adalah ayah dan ibumu !"
Khouw Kiam Siu maupun si Algojo terkejut mendengar itu. Khouw Kiam Siu menatap si
kakek. Dari penuturannya Goan Tong Taysu dan Ban-biauw-gie-hian, ia sudah menduga
bahwa ia adalah putera si Muka alim atau Khouw Bu Wie. Maka ia juga menjadi si bakal
suami Ma Kang Lian, puteri dari Sauw-hun Mo-kie dan Goan Tong Taysu.
"Locianpwee, kau bilang aku mempunyai banyak musuh yang harus digempur?"
"Betul! Ibu-ayahmu mati dibunuh orang! Musuh-musuhmu adalah Thian-lam-sin-kun dan 12
198 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
orang-orangnya, pemimpin partai silat Kong tong dan Thiam-cong serta beberapa puluh
murid2nya ..." "Mengapa ibu-ayahku dibunuh mereka ?"
Si Kakek cerdas menengadah sejenak, kemudian ia menceritakan sebagai berikut:
Ayah Khouw Kiam Siu, Khouw Bu Wie telah memperoleh pedang Thian-kong-kiam dan
karena itu ia jadi buruan orang banyak yang juga ingin memiliki pedang pusaka buntung itu.
Pada suatu hari, Khouw Bu Wie dan isterinya yang tengah menggendong Khouw Kiam Siu,
kebetulan melewati puncak Sin-lie-hong, dimana Thian-lam-sin-kun, kedua pemimpin partai
silat Kong-tong dan Thiam-cong bersama-sama beberapa puluh orang-orangnya sudah
Pendekar Pedang Sakti 20 Pulang Karya Leila S. Chudori Ksatria Puteri Dan Bintang 4
^