Pencarian

Manusia Aneh Dialas 6

Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l Bagian 6


Jun-yan terperanjat oleh suara itu, terang itulah suara orang seperti orang
membaca huruf2 dimulut lembah sana. Pada saat itu suara uh uh si orang aneh
terdengar mendekat juga, hanya sekejap orangnya tertampak sudah keluar dari gua
tadi, dan sesudah tertegun sejenak, sekonyong2 memburu kearah Jun-yan, Tentu saja
gadis itu gugup, cepat Tun-kau kiam diputarnya untuk menjaga diri. Namun justru suara
gerakan pedangnya itulah telah memancing si orang aneh menubruk lagi padanya.
Hong san Koay Khek " Halaman 248
yoza collection Tatkala itu ujung pedangnya Jun-yan tepat lagi ditusukkan, maka tubrukan si orang
aneh itu seakan-akan sengaja memapak serangan.
Sama sekali tak diduga Jun-yan bahwa orang aneh itu tidak berusaha berkelit, tapi
masih terus menyelonong maju. Dengan Lwekang Jun yan yang masih belum cukup
sempurna, untuk menarik senjata yang sudah ditusukkan ia sebenarnya tidaklah mudah.
Syukurlah dia cukup cerdik, lekas-lekas tangannya menarik ke samping hingga ujung
pedangnya sedikit menceng, namun begitu sret , leher orang aneh itu toh tergores luka,
darah segarpun mengucur. Untuk sejenak orang aneh itu tertegun, cepat Jun-yan melompat kesamping lagi,
apabila dilihatnya darah mengucur dari leher orang, diam-diam ia merasa kasihan lagi,
walaupun dengan muka orang yang sudah jelek itu, bertambah lagi sebuah luka toh
tidak akan mempengaruhi mukanya yang tetap jelek.
Dan selagi orang aneh itu bersuara uh uhan lagi dan bersiap-siap hendak
menyerang pula, tiba-tiba dari mulut lembah sana berkumandang suara seorang wanita
yang lemah lembut penuh manis madu, suara itu terang suara orang tua, tetapi
nadanya yang lemah lembut itu tidak bisa dibandingi oleh gadis remaja maupun yang
baru menginjak lautan asmara. Kata suara itu; oh, engko yang baik, apakah kau terluka
" Berdiamlah, jangan bergerak !
Jun-yan menjadi heran dan terkesiap, pikirnya : Ah, kiranya ditempat ini masih ada
orang lain lagi! Dalam pada itu tiba2 terasa ada angin santar menyambar dari belakang.
Lekas2 ia menghindar kesamping, tahu-tahu sesosok bayangan orang telah melayang
lewat ke-arah si orang aneh dengan kecepatan luar biasa.
Ai engko yang baik, kiranya lehermu terluka lagi, marilah biar kubersihkan darahmu
! terdengar bayangan orang berkata pula sesudah berhadapan dengan si orang aneh
yang masih berdiri menjubleg itu. Lalu wanita itupun angkat tangannya mengusap
perlahan-lahan darah yang masih mengucur dileher orang.
Jun-yan menjadi bingung oleh kelakuan wanita itu. la pikir dijagat ini tiada rasanya
orang bermuka lebih jelek lagi dari pada orang aneh ini, masakan kini ada seorang
wanita yang sudi mencintainya" Jika begitu wanita inipun jeleknya tak terkira.
Diluar dugaan, ketika wanita itu berpaling, Jun-yan menjadi terkesima, ternyata
wanita itu tidak bermuka jelek bahkan sangat cantik, usianya kira-kira 40an tahun,
rambutnya panjang terurai lebih-lebih sepasang tangannya yang putih halus, hanya
Hong san Koay Khek " Halaman 249
yoza collection diantara telapak tangannya bersemu merah, sorot matanya rada aneh, tapi
kesemuanya itu tidak mengurangi kecantikannya.
Kenapa kau melukai dia " mendadak wanita itu membentak. Habis itu ia lantas
berpaling kepada orang aneh itu dan berkata, Engkoh yang baik, jangan kuatir, biarkan
aku yang membalas hajar dia!'' Ternyata suara waktu menanya Jun-yan yang bernada
kaku dingin itu sama sekali berbeda dengan ketika berkata pada orang aneh itu dengan
lemah lembut. Sungguh heran Jun-yan, eh, jadi kau kenal dia" Siapakah kau" tanyanya segera.
Wanita itu melototnya sekejap, jawabnya kemudian dengan dingin: Hm, seorang
bocah perempuan macam kau, rasanya kaupun tak kenal siapa aku. Pernahkah kau
mendengar, julukan Li-giam-ong" Kenapa kau melukai engkohku ini"
Ah, kiranya adalah Li-giam-ong To Hiat-koh Cianpwe, ujar Jun-yan. Tidak, aku tak
bermaksud mencelakai oleh pedangku. Eh, jika kau kenal dia kenapa kau tidak
mendatangi Jing-ling-cu Totiang yang sedang mengumpulkan para kawan untuk
mengetahui asal-usul dari Cian-pwe yang aneh ini"
Kiranya wanita ini memang benar Li-giam-ong To Hiat-koh yang tadi telah bikin
geger di atas Ciok-yong-hong itu. Maka katanya pula : Tidak perlu aku gubris urusan
orang lain. Aku hanya ingin tanya padamu, kenapa kau berani gegabah masuk
kelembah ini, apakah kau tidak melihat huruf yang terukir dimulut lembah sana"
Melihat, sahut Jun-yan. Nah inilah lembah kematian, bisa masuk tak bisa keluar, kata To Hiat-koh.
Omong kosong! Siapa yang menetapkan aturan itu" sahut Jun-yan ketus.
Aku ! sahut To Hiat-koh. Apakah peraturan itu berlaku untuk semua orang" Ya !
Hahaha, tiba-tiba Jun-yan bergelak tertawa. Nyata peraturanmu itu omong kosong
belaka. Apakah dengan begitu, kau dan sobat aneh itupun takkan keluar juga dari sini"
Hm, kau memang pintar bicara, kata To Hiat-koh. Baik, aku dapat membiarkan kau
dari sini dengan hidup. Sama sekali Jun-yan tak menyangka urusan bisa begitu gampang diselesaikan,
kalau mengingat telapak tangan orang yang terkenal jahat luar biasa, ia pikir jalan
Hong san Koay Khek " Halaman 250
yoza collection paling selamat lekas saja angkat kaki, hanya katanya segera : Jika begitu, maaflah dan
selamat tinggal ! Cepat Jun-yan hendak melompat pergi, tapi baru saja badannya hendak bergerak,
tahu-tahu sesosok bayangan sudah menghadang dihadapannya. Siapa lagi dia kalau
bukan To Hiat koh " Kenapa kata-katamu seperti kentut saja, barusan omong, sudah dijilat kembali "
damprat Jun-yan. Hm, kenapa kau tidak mendengarkan lebih jelas, kata-kataku tadi masih belum
habis. sahut To Hiat-koh. Aku sudah berjanji pada engkohku yang baik itu, karena kau
melukai lehernya, maka akupun hendak menggores lehermu dengan luka seperti dia.
Cis, apakah aku patung, bisa kau perlakukan sesukamu " sahut Jun-yan. Habis ini,
kembali badannya melesat hendak tinggal pergi.
Namun To Hiat-koh tidak mudah melepaskannya begitu saja. Sekali tangannya
menjambret hampir-hampir Jun-yan kena cengkeram. Beruntung baju penyamarannya
itu longgar besar, maka hanya sobek sebagian dipundaknya. Karena itu Jun-yan tak
sanggup berdiri tegak lagi, ia terhuyung-huyung menyelonong kedepan.
Dalam pada itu, cengkeraman maut To Hiat-koh yang kedua sudah menyusul.
Rupanya, serangan pertama tidak kena sasaran, wanita iblis ini menjadi murka hingga
rambutnya yang panjang itu seakan-akan menegak dan tampaknya sangat beringas.
Dalam keadaan badan kehilangan imbangan, dari belakang cengkeraman itu
menyusul pula, terpaksa Jun-yan terus gulingkan diri ke samping, waktu dia angkat
kepalanya, sekilas dapat dilihatnya To Hiat-koh sudah memburunya lagi dengan tangan
terbuka hendak mencengkeram. Alangkah terkejutnya Jun-yan menghadapi saat
berbahaya itu. Dalam keadaan hilang akal tanpa pikir Tun-kau-kiam ditangannya terus
disambitkannya kearah musuh.
Waktu To Hiat-koh lagi menubruk maju dengan bengisnya ketika mendadak
dilihatnya sinar tajam menyambar untuk menghindar terang tak sempat lagi. Tapi sekonyong2 rambutnya terus menjulur kedepan terus melibat pedang. Walaupun
kemudian ternyata rambutnya terkupas putus, tapi pedang itupun dapat ditariknya
kesamping hingga melulu menyerempet bajunya tanpa melukai. Habis itu kembali
dengan sinar mata bengis, To Hiat-koh melototi Jun-yan sambil melangkah maju pula.
Hong san Koay Khek " Halaman 251
yoza collection Kuatir dan bingung Jun-yan melihat sinar mata orang se-akan2 berapi itu. Dalam
keadaan takut, tiba2 tangannya menyentuh pecut berujung mulut bebek yang melibat
dipinggangnya. Tanpa pikir lagi terus dikeluarkannya dengan cepat, ia menunggu ketika
To Hiat-koh sudah mendekat, sekonyong2 tarrr , pecutnya menyabet sekuatnya.
Tetapi To Hiat-koh bukan jago rendahan, serangan pecut hanya dipandang sebelah
mata olehnya. Hanya sekali lengan bajunya mengayun, tahu-tahu pecut itu sudah
terlibat, menyusul sekali membetot, terpaksa Jun-yan melepaskan senjatanya itu.
Karena modal terakhir ikut ludes, Jun-yan pikir ajalnya sudah sampai, ia tinggal
pejamkan mata menyerah pada nasib.
Tapi meski ia sudah menunggu sejenak, tangan musuh yang mematikan belum juga
kunjung datang. Waktu membuka matanya, ia melihat To Hiat-koh lagi tertegun sambil
memegangi pedang dan pecut rampasannya dengan wajah rada sangsi.
Dari aliran mana kau" Siapa gurumu " tanya To Hiat-koh tiba-tiba.
Hati Jun-yan tergerak, kenapa orang mendadak tidak jadi mencelakainya, dan kini
menanyai tentang asal-usulnya.
lapun tidak berani berolok-olok lagi terus menjawab: Guruku adalah Jiau Pek-king
berjuluk Thong-thian-sin-mo!
Seharusnya kau mengetahui bahwa muridnya bukan seorang yang mudah dihina
segala orang! Dan karena jawabannya itu, seketika Jun-yan terkejut sendiri. Aneh, sebab sekarang
suaranya sudah pulih keasalnya sebagai seorang gadis. Nyata obat serak yang sudah
pernah diminumnya sudah hilang kasiatnya, karena mengeluarkan tenaga untuk
bertempur tadi. Sebaliknya ketika mendadak To Hiat-koh mendengar seorang laki-laki berewok
bersuara wanita, iapun tercengang, tapi yang membuatnya terkejut ialah suaranya Junyan itu mirip benar dengan suaranya orang yang selama ini dibencinya.
Kau.. . .kau sebenarnya siapa " tanya To Hiat-koh kemudian tak lancar. Apa kau she
Siang " Kenapa aku mesti she Siang" sahut Jun-yan.
Hong san Koay Khek " Halaman 252
yoza collection Mendadak To Hiat-koh bergelak tertawa sambil mendongak, begitu keras suaranya
hingga lembah gunung itu seakan-akan terguncang, didalam sunyi kedengarannya
menjadi lebih seram. Habis itu setindak demi setindak ia mendekati Jun-yan lagi.
Dalam keadaan bahaya, tiba2 Jun-yan teringat pada si orang aneh itu, serunya :
Paman aneh, tolonglah lekas, ada orang hendak mencelakai aku!
Benar juga, baru selesai kata2nya, secepat angin orang aneh itu sudah melesat tiba
terus menghalang ditengah-tengah antara To Hiat-koh dan Jun-yan.
Lekas2 Hiat-koh berkata: Engkoh yang baik, jangan kau dengar kata2nya, dialah
musuhmu dia yang telah melukai kau! Selesai berkata, sebelah tangan terus meraup
kedepan melalui samping tubuh orang aneh itu.
Namun sebelum serangannya mengenai Jun yan, tahu tahu kedua tangan orang
aneh itu sudah disodok kedepan dadanya.
Dalam keadaan terbuka, To Hiat-koh tidak sempat menarik tangannya buat
menangkis tiba-tiba dia menghela napas dengan wajah muram pedih. Maka tanpa
ampun lagi, bluk-bluk dua kali, dengan tepat dadanya kena hantaman kuat si orang
aneh, To Hiat-koh terhuyung-huyung ke belakang, katanya dengan suara sedih: Ohh,
engkoh yang baik sudah sekian lamanya ternyata kau masih serupa dahulu. Baiklah
kau menghajarku tidak sekali-kali aku membalas! Habis berkata, darah segar
menyembur dari mulutnya. Sebenarnya wajah To Hiat-koh cantik bercahaya, tapi kini seakan-akan diliputi
selapis awan mendung, mukanya pucat, matanya sayu tanpa semangat. Karena
hantaman si orang aneh tadi tidak kepalang hebatnya, yaitu menyerupai ilmu pukulan
geledek andalan Ngo-tai-pay yang dimiliki Thi-thauto, bahkan tenaga pukulan jauh lebih
keras. Walaupun seketika To Hiat-koh tidak lantas binasa, tapi sudah terluka dalam
sangat parah. Sejenak kemudian, robohlah dia terkulai.
Melihat To Hiat-koh begitu mendalam cintanya terhadap si orang aneh, Jun-yan
malah menjadi terharu, segera katanya : Sudahlah, paman aneh, dia sudah terluka,
jangan kau menghajarnya lagi. Marilah kita sekarang pergi ke Ciok yong-hong saja !
Lalu tangan si orang aneh ditariknya. Tapi segera Jun-yan merasa tindakannya
sendiri enteng limbung, lemas tak bertenaga, ternyata pukulan To Hiat-koh tadi tidak
mengenai tubuhnya, namun angin pukulannya berbisa wanita iblis itu telah
Hong san Koay Khek " Halaman 253
yoza collection mempengaruhi juga jalan pernapasannya, untuk sesaat itu ia terpaksa berhenti buat
himpun tenaga dalam. Tiba2 teringat olehnya bahwa To Hiat-koh itu ternyata kenal si orang aneh ini, pada
detik sebelum penghabisannya, kenapa tak mencari keterangan padanya " Segera Junyan berjongkok mendekati tubuh To Hiat-koh yang menggeletak tengkurap itu. Li-giamong, siapakah gerangan paman aneh itu sebenarnya " Kenapa berubah begitu rupa "
Maukah kau memberitahukan padaku "
Tiba2 To Hiat-koh paksakan diri memalingkan kepalanya kearah Jun-yan, wajahnya
guram, matanya gelap, dengan tak lancar ia berkata : Kau . . sebenarnya siapa "
Aku bernama Lou Jun-yan, wanita menyamar sebagai lelaki, guruku memang Tongthian-sin-mo Jiau Pek-king !
Kau memang tidak she Siang " Ti . . .tidak berdusta " Dan siapa ibumu "
Aku she Lou, sahut Jun-yan heran. Siapa ibuku, entahlah, aku tidak kenal. Tapi
siapakah paman aneh itu "
Tiba2 mata To Hiat-koh yang guram itu, menyorotkan cahaya yang aneh, bibirnya
bergerak sedikit seperti ingin berkata apa2, tapi terus berdiam lagi sambil menunduk.
Li-giam-ong, apa yang hendak kau katakan, lekaslah ! seru Jun-yan.
Dia tak menjawab pertanyaanmu lagi nona Lou, dia sudah mati. tiba-tiba suara
seorang laki-laki menegur dari samping.
Tidak, tidak, dia masih hendak mengatakan sesuatu ! seru Jun-yan. Tapi lantas
teringat olehnya bahwa dilembah itu kecuali dia dan To Hiat-koh serta si orang aneh,
tiada orang lain lagi. Kenapa sekarang bisa muncul suara orang.
Waktu ia menoleh, ternyata dibelakangnya sudah berdiri seorang tinggi besar,
berdandan sebagai sastrawan, yang aneh tangan dan kaki sastrawan ini jauh lebih
panjang daripada orang biasa. Ah, siapa dia kalau bukan sastrawan yang pernah
menggodanya ditelaga Se-oh serta yang selalu dirindukannya itu. Sedang manusia
aneh itu sudah menghilang entah pergi kemana.
Kau. . . kau. . . berulang-ulang Jun-yan hanya sanggup mengucapkan sepatah kata
itu saja, sampai lama baru dia dapat menyambung pula: Siapakah kau yang sebenarnya
" Hong san Koay Khek " Halaman 254
yoza collection Caihe she Wi bernama Ko, sahut orang itu.
Pantas surat yang ditinggalkan dirumah itu tidak ditanda tangani, melainkan tertulis
beberapa batang rumput (Wi) serta seekor burung belibis tunggal (Ko), demikian Junyan diam-diam membatin. Tiba-tiba teringat pula apa yang pernah terlukis dalam
suratnya itu tentang Leng tulen, tapi Kiam tiruan, teka-teki itu sampai sekarang masih
belum dipahaminya. Maka cepat ia menanya pula: Wi. . . ah, cara bagaimana aku harus
memanggil kau " Terserah, asal kau tidak memaki aku sebagai babi, bolehlah, sahut Wi Ko
menyerahkan. Rupanya diapun ingat Jun-yan pernah menganggap tidurnya diperahu seperti babi
mati, maka sekarang sengaja mengungkatnya. Maka tersenyumlah sekarang saling
pandang. Wi-toako, kata Jun-yan kemudian. Leng tulen, Kiam tiruan. Sebenarnya apa
artinya" He, kenapa kau tidak mengetahuinya " ujar Wi Ko terheran-heran.
Aku benar-benar tidak paham, kata Jun-yan. Tentang apakah "
Aneh ! Lalu dari manakah kau memperoleh Ang-leng (sutera merah) itu" tanya Wi
Ko. Mendengar lagu pertanyaan orang itu sangat serius, seperti sutera merah itu
mempunyai urusan yang maha penting, maka berceritalah Jun-yan mengenai
pengalaman merebut Seng-co ke 72 gua suku Biau dahulu dan menemukan kain sutera
merah itu dalam gua. Ternyata itu membikin Wi Ko bersuara heran juga. Aneh, sungguh aneh! katanya
berulang-ulang. Aneh, tentang apakah " tanya Jun-yan tak mengerti.
Tapi Wi Ko tidak menjawabnya lagi, sebaliknya berkata : Nona Lou, urusan ini
biarlah kita bicarakan kelak. Sekarang marilah kita pergi ke Ciok-yong-hong dahulu.
Mungkin hari ini akan kedatangan iblis raksasa, jangan kita terlambat keramaian itu.
Biasanya Jun-yan sangat suka menuruti wataknya sendiri, tapi kini, menghadapi
sisastrawan ini, ia menjadi penurut sekali. Segera ia terima ajakan itu.
Hong san Koay Khek " Halaman 255
yoza collection Tapi, nona Lou, apakah aku tetap panggil kau nona Lou, atau sebut Kah-laute "
tanya Wi Ko dengan tertawa.
Emangnya dengan pakaianku ini, apakah kau kira sesuai menyebutku nona segala
" ujar Jun-yan dengan geli.
Apalagi aku sengaja hendak bergurau dengan suhuku, biar dia tercengang nanti
bila sudah mengenali aku.
Begitulah sambil bicara, mereka terus meninggalkan lembah kematian itu untuk
kembali ke Ciok-yong-hong.
Wi-toako, sebenarnya siapakah gurumu " Sungguh hebat sekali ilmu silatmu, ujar
Jun-yan ditengah jalan. Tapi Wi Ko hanya tersenyum sambil menggeleng, katanya: Guruku tidak
perbolehkan aku menyebutkan nama mereka pada orang lain. Semalam aku malah
disangka muridnya Tok-poh-kin-gun Ki Go-thian.
Eh, kiranya gurumu tidak hanya satu saja tapi lebih dari seorang" Lantas ada
berapa orang, tentunya dapat kau katakan bukan " ujar Jun-yan. Nyata gadis ini sangat
teliti kata-kata mereka diwaktu Wi Ko menyebutkan gurunya telah dapat ditangkapnya
dengan baik. Ada dua orang, jawab Wi Ko kemudian.
Jun-yan mengangguk dan tidak menanya lagi.
Tidak lama mereka sampailah diatas Ciok yong-hong, ternyata disitu sudah


Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertambah beberapa puluh orang lagi, hingga seluruhnya ada lebih dua ratus orang
yang hadir. Mereka tersebar bebas sendiri-sendiri, ada yang duduk-duduk pasang
omong, ada yang lagi main catur, dan macam-macam jalan untuk melewatkan tempo
senggang. Jun-yan mencoba mencari A Siu diantara orang banyak itu, tapi tidak ketemu. Diamdiam dia heran, menurut watak A Siu yang pendiam itu, tidak mungkin suka keluyuran
kemana-mana, lantas kemana gadis itu " Jangan-jangan terjadi apa-apa atas dirinya"
Marilah kita mencari tempat duduk yang cocok, tiba2 Wi Ko berkata padanya terus
menyusur diantara orang-orang banyak itu.
Hong san Koay Khek " Halaman 256
yoza collection Ketika semua orang melihat datangnya Kah lotoa bersama Wi Ko, diam2 mereka
sama melengak, Wi Ko sudah mereka kenal karena keonarannya siang tadi, kini
berkomplot pula dengan seorang Kah-lotoa yang jahil belum lagi si Kah-loji yang masih
belum muncul. Melihat sorot mata semua ditujukan kepada mereka, Jun-yan sama sekali tidak
ambil pusing. Dengan lagak Lo-cianpwe ia terus berjalan kedepan dengan lagak leher
dan membusung dada. Sampai didepan satu meja, disitu hanya berduduk satu orang lelaki setengah umur
yang tidak mereka kenal. Untuk maju lagi sudah tidak banyak tempat lowong. Selagi Wi
Ko belum ambil ketetapan apakah duduk saja dimeja yang masih kosong itu tiba2
terdengar suara brak ada orang menggebrak meja sambil memaki : Hm, macam apa
" Lagaknya melebihi Bu-lim cianpwe!
Segera Jun-yan berpaling, ternyata yang memaki itu bukan lain dari pada lelaki
setengah umur yang duduk sendirian itu, dengan mata melotot ia sedang menatap Junyan.
Tidak kenal dan tanpa sebab dimaki, kontan saja Jun-yan hendak balas unjuk gigi ,
tapi keburu dicegah Wi Ko, katanya dengan tersenyum : Saudara Kah, tidak salah juga
teguran kawan ini, marilah kita duduk saja disini !
Sudah tentu Jun-yan penasaran dimaki orang, malahan hendak duduk bersama satu
meja dengan orang itu. Tapi belum ia membantah Wi Ko sudah menariknya buat duduk
dihadapan lelaki setengah umur itu.
Diluar dugaan, tiba2 lelaki itu membentak pula : Enyah, disini bukan tempatmu !
Karuan Jun-yan hampir meledak dadanya oleh kekurang ajaran orang. Kontan
makian2 yang lebih kotor hendak dikirim kealamat si-lelaki setengah umur itu, kalau
tidak keburu terdengar suara Liok-hap-tongcu Li Pong dari meja samping: Tuan rumah
sebentar akan keluar, maka para hadirin suka menghormatinya, janganlah bikin ribut
dahulu. Harap kawan dari Pi-lik-pay suka tenang !
Baru sekarang tahu sebab musababnya. Kiranya orang ini adalah dari golongan Pilik-pay, pantas sengaja cari-cari hendak bikin gaduh, sebab Ong Lui dari golongan
pukulan geledek itu pernah dijatuhkan A Siu ditengah perjalanan tempo hari. Dalam
pada itu Wi Ko sudah duduk dihadapan orang Pi-lik-pay itu terpaksa Jun-yan ikut duduk.
Hong san Koay Khek " Halaman 257
yoza collection Cayhe she Wi nama Ko, dan saudara ini Kah-lotoa, dengan tertawa Wi Ko lantas
perkenalkan pada orang itu. Dan entah siapa nama Saudara yang terhormat"
Karena yang bertanya adalah Wi Ko pula ditegur oleh Li Pong tadi maka orang itu
tidak enak hendak umbar amarahnya lagi, sahutnya, Cayhe she Thio, bernama Tiongpat.
O, kiranya sobat Thio, ujar Wi Ko.
Dan baru selesai dia berkata, se-konyong2 anak murid Pi-lik-cio In Thian-sang yang
bernama Thiong-pat itu menjerit sekali, kedua tangannya yang menahan diatas meja
sambil melototi Jun-yan tadi tahu2 terpental kebelakang, sampai balok kursi yang buat
kursi duduknya juga ikut mencelat hampir menindih orang lain.
Perubahan ini benar2 datangnya sekonyong-konyong, jangankan orang lain tak tahu
apa-apa yang sudah terjadi, sampai Jun-yan pun tidak mengerti duduknya perkara.
Sebaliknya Wi Ko terus berkata lagi dengan tertawa : Ah, kenapa kawan Thio kurang
hati-hati ! Habis berkata, ia kebas lengan bajunya, Jun-yan ditariknya untuk menuju
kemeja yang lain. Karena Wi Ko membuka suara, barulah orang lain tahu dialah yang menyebabkan
Thio Tiong-pat terpental, tapi cara bagaimana melakukannya, orang2 itu sama bingung.
Hanya tokoh2 seperti Thi-thau-to, Cio Ham, Boh-hoat Suthay, dan lelaki jelek yang
mengaku bernama Hwe Tek serta Li Pong yang paham apa sebabnya Thio Tiong-pat
roboh terpental, wajah mereka rada berubah dan saling berpandangan, nyata mereka
dapat melihat ketika berduduk tadi, Wi Ko telah menahan meja juga dengan sebuah
tangannya. Pasti pada saat itulah lwe-kangnya yang hebat terus melontarkan untuk
menghantam Thio Tiong-pat hingga terpental oleh tenaga dalam yang maha hebat itu.
Sungguh susah dipercaya seorang muda sudah memiliki Lwekang setinggi itu. Dalam
pada itu Thio Tiong-pat telah merangkak bangun, mukanya merah padam, mungkin
sekarang sudah tahu rasa ia tak berani tinggal lama lagi, cepat saja ia lari turun gunung
sipat kuping. Maka dengan lagak yang dibuat2, sengaja Jun-yan mengerling sekelilingnya dengan
jumawa. Ternyata diantara hadirin sebanyak itu, tak dilihatnya sang guru, yaitu Thongthian-sin-mo Jiau Pek-king. Begitu pula A Siu masih tak kelihatan bayangannya. Segera
iapun menanya Li Pong: Numpang tanya, Liheng, kenapa diantara hadirin sebanyak ini
masih kurang lagi seorang tokoh yang terkenal "
Hong san Koay Khek " Halaman 258
yoza collection Siapakah yang Kah-laute maksudkan" tanya Li Pong. Thong-thian-sin-mo Jiau Pekking dari Jing-sia, sahut Jun-yan.
O, kiranya Kah-laute kenal dengan Lau Jiau " ujar Li Pong.
Ah, kami hanya sobat lama saja, kata Jun-yan sengaja membual. Malahan banyak
diantara kepandaian Lau Jiau diyakinkan ketika saling tukar pikiran dengan aku.' meski
bilang tukar pikiran waktu belajar, tapi dibalik kata2 itu seakan-akan bermaksud Jiau
Pek-king yang belajar dari dia.
O, kiranya begitu! seru Li Pong, tapi diam-diam dalam hati ia merasa geli, ia pikir
Kah Lotoa ini selalu suka menggoda orang, kini sengaja pula membual atas namanya
Thong thian-sim mo Jiau Pek-king, pasti nanti kau akan tahu rasa.
Ternyata pikiran Li Pong itu bukannya tidak beralasan, sebab si lelaki bermuka jelek
yang duduk diseberang Jun-yan yang dikenal sebagai Hwe Tek itu, sebenarnya Jiau
Pek-king dalam penyamaran. Ilmu penyamaran Jun-yan dipelajari dari sang guru, sudah
tentu penyamaran Jiau Pek-king itu jauh lebih susah dikenali Jun-yan. Sebaliknya Jiau
Pek-king pun tidak nyana bahwa si Kah-lotoa yang jahil itu adalah muridnya, terutama
si gadis itu berteman A Siu yang aneh.
Sementara itu karena kata2 tadi rupanya sangat menarik perhatian orang banyak,
Jun-yan semakin mendapat angin, segera ia menyambung lagi; Padahal Siau Jiau pakai
julukan Thong thian-sin-mo, sebenarnya rada berlebihan, kata2 Thong-thian (mencakup
jagat) masakan begitu mudah digunakan dia, sedangkan Tok-poh-kiang gun Lau Ki juga
cuma menyebut dirinya Gi thian (kebanggaan jagat) saja !
Sungguh terlalu berani pembualan Jun-yan, ia telah menyebut Jiau Pek-king sebagai
Siau jiau kecil, sebaliknya menyebut Ki Go-Thian sebagai Lau Ki atau Ki tua.
Karuan semua orang ikut tersentak oleh mulutnya yang besar itu.
Meski geli, akhirnya Hwe Tek alias Jiau Pek-king tulen itu, tidak tahan juga, katanya
dengan dingin: Entah kawan Kah ini berusia berapa sekarang, kenapa menyebut ThongThian sin-mo itu sebagai Siau Jiau"
Memangnya sejak bertemu ditengah jalan Jun-yan sudah sirik terhadap lelaki
bermuka jelek ini, kini orang lain tidak berani menanya, justru orang yang dibenci inilah
yang buka suara, maka sahutnya dengan melirik hina : Soal umur kenapa mesti heran"
Dikalangan Bu-lim Sutit lebih tua dari Susiok juga tidak sedikit.
Hong san Koay Khek " Halaman 259
yoza collection Eh, jadi tingkatan saudara tentunya lebih tinggi dari Thong-thian-sin-mo " tanya
Jiau Pek-king sengaja. Memang, sahut Jun-yan, tingkatan kini memang selisih satu angkatan!
Ternyata jawabannya ini ada benarnya juga. Dia memangnya adalah muridnya Jiau
Pek king, dan tingkatannya mereka jadi selisih satu angkatan. Cuma dari lagu suara
jawabannya ini, bagi pendengaran orang lain menjadi seperti dialah yang lebih tua
setingkat. Aha, jika begitu tentu saudara benar2 orang Bu-lim-cianpwe, kata Jiau Pek-king
menjengek. Marilah, biar kusuguh secawan sekedar sebagai penghormatanku.
Habis berkata, poci teh diatas meja terus
diangkatnya, menyusul sedikit poci bergerak,
tahu-tahu seutas air teh terus mancur dengan
cepat dan kerasnya kesuatu cawan kosong
diatas meja Jun-yan. Tenaga dalam yang
diunjukkan oleh Jiau Pek-king ini, sungguh
diantara hadirin itu tiada yang mampu
melakukannya. Karuan sekaranglah Jun-yan baru terkejut
dan insaf menghadapi seorang kosen. Pantas
hari itu A Siu sudah memperingatkannya
bahwa orang ini mempunyai Lwekang yang
tinggi. Kalau melihat kepandaiannya
menyemburkan air dalam poci dengan tekanan
tenaga dalamnya, terang ilmu kepandaiannya ini tidak dibawah gurunya sendiri, yaitu
Thong-thian-sin-mo. Teringat pada sang guru, hati Jun-yan menjadi tergerak. Baru sekarang dia insaf
kata2 bualannya benar-benar rada keterlaluan. Cepat ia berpura-pura berjongkok dan
sekilas melirik ke kuduk kepala lelaki jelek itu.
Sungguh tak kepalang terkejutnya Jun-yan, ternyata dikuduk kepala orang itu ada
sebutir andeng-andeng merah besar.
Hong san Koay Khek " Halaman 260
yoza collection Andeng2 demikian itu diketahuinya terdapat juga pada kuduk kepala sang guru.
Maka teranglah tidak mungkin didunia ini ada dua orang yang serupa, tidak usah
disangsikan lagi pasti orang yang dihadapannya ini adalah gurunya sendiri. Apalagi bila
sebentar sang guru juga hendak mengujinya dengan Lwekang, tentu celakalah baginya.
Sedang Jun-yan kerupukan sendiri, tiba2 terlihat tuan rumah yaitu Jing-ling-cu,
sedang keluar dari kuilnya dengan wajah muram. Karena itu suara ramai tadi menjadi
sirap, sebagai gantinya semua pandangan dipusatkan kepada imam itu.
Sudah sampai di-tengah2 orang banyak, Jing-ling-cu memandang sekelilingnya, ia
mendehem sekali, lalu dengan suara yang berat ia berkata. Lebih dulu banyak terima
kasih atas kedatangan para sobat. Adapun undangan Pinto kali ini tujuannya yalah
supaya kita be-ramai2 mengenal sobat aneh dari Bu-lim yang luar biasa. Muka sobat
ini sudah rusak dan sukar dikenali, entah tergoncang soal apa, sampai pikirannya juga
kurang waras, malahan tak bisa bicara dan tak bisa melihat. Untuk ini Pinto telah minta
dua bantuan dari tabib pandai yang kita sudah sama-sama mengenalnya; yaitu Cokkak seng dan Siang Tim diantaranya berdua, akan tetapi kedua ahli ini kinipun angkat
tangan tak berdaya, sekarang jalan lain tidak ada kecuali sobat ini dihadapkan pada
para hadirin untuk bantu mengenalinya!
Sebenarnya tanpa diminta semua hadirin itu pun sudah tahu maksud tujuan
undangan Jing-ling-cu kepada mereka itu.
Yang mereka herankan yalah betapa hebatnya orang aneh itu, hingga kedua tokoh
pertabiban seperti Ciok-kak-seng dan Siang Tim juga tak berdaya mendapatkan tanda2
asal-usul orang aneh itu.
Sementara itu dari dalam kuil tampak keluarlah seorang yang mukanya sangat
menyeramkan, dibelakangnya ikut dua orang, yang satu lelaki dan yang lain wanita,
mereka adalah kedua tabib tersohor yang disebut tadi. Sedang orang berwajah jelek itu
bukan lain adalah si orang aneh itu yang memiliki ilmu silat yang tinggi, tapi asalusulnya masih menjadi pertanyaan itu.
Diam2 semua orang tercengang melihat muka orang aneh itu, mereka heran oleh
sebab apakah hingga muka orang berubah begitu macam " Dan karena sudah begitu
rupa, dengan sendirinya juga susah untuk dikenali lagi.
Sejenak kemudian terdengar Jing-ling-cu berkata pula dengan menghela napas:
Sobat aneh ini, bukan saja Lwekangnya sudah sangat sempurna, bahkan terhadap ilmu
Hong san Koay Khek " Halaman 261
yoza collection tunggal dari golongan lain juga diyakini dengan baik. Cuma sayang, mukanya justru
telah rusak begini rupa. Kini jalan lain tidak ada kecuali mesti minta bantuan para
hadirin, mungkin diantara siapa2 yang dapat mengenalinya"
Akan tetapi meskipun ucapan Jing-ling-cu itu diulang lagi, tetap tiada seorangpun
yang tahu asal usul orang aneh itu.
Hanya Jiau-pek-king yang menyamar sebagai Hwe Tek itu, tampak berkedip dengan
sinar mata yang berkilau, seperi tertarik oleh sesuatu.
Sampai lama sekali keadaan tetap hening, ketika tiba-tiba terdengar seorang
berseru: Tentang diri sobat aneh ini, barang kali aku tahu sedikitnya tahu persoalannya!
Semua orang tercengang oleh seruan orang itu, pandangan mereka seketika
diarahkan pada orang yang bersuara itu, ternyata ia bukan lain adalah si binal Lau Junyan.
Jing-ling-cu menjadi girang, tanyanya cepat: Eh, jadi Kah-heng mengetahui seluk
beluk sobat aneh ini, silahkan menerangkan lekas!
Tapi Jun-yan sengaja jual mahal, dia melantur-lantur jauh dulu, habis itu baru
bercerita apa yang pernah didengarnya dari A Siu tentang Ang Jin kin hingga ayah A
Siu ikut tewas. Sedang Siang Hiap yang mukanya serta ditutupi selapis kain itu tanpa sengaja telah
disingkap ibu A Siu dan dalam kagetnya Siang Hiap terus minggat entah kemana
perginya. Darimana kau bisa tahu semua itu " tiba2 Jiau Pek-king menanya dengan sorot
mata curiga. Namun Jun-yan masih berlagak serba tahu, dengan ogah-ogahan baru dia
menjawab : tentu saja aku tahu, malahan aku tahu Ang Jing kin yang meninggalkan
sang suami mencari obat akhirnya tewas ditepi sebuah kolam, disebelah lagi terdapat
tiga kerangka tulang yang tak dikenal, dan pula tiga macam senjata aneh.
Senjata macam apa " tanya Jiau Pek-king dan Li Pong berbareng.
Katanya berbentuk gada yang disebut Tui hong-hoan, sahut Jun-yan.
He, itulah senjata tunggal milik Bong-san sam-sia ! seru beberapa orang diantara
hadirin. Hong san Koay Khek " Halaman 262
yoza collection Ya, jika begitu, apakah mungkin Ang Jing kin tewas ditangan Bong-san-sam-sia itu
" ujar Jing-ling-cu ragu-ragu.
Benar, pasti begitulah soalnya, tiba-tiba dua orang Piauthau she Giam ikut
menimbrung. Dahulu ketika ditengah jalan, dalam suatu pengawalan Hunlam, pernah
kami melihat Siang Hiap dan Ang Jing-kin berdua di-uber2 empat orang, kecuali Bong
san-sam-sia, ada lagi yang kukenal sebagai Siau-yau-ih-su Cu-Hong-tin!
Baru sekarang semua orang ingat pada Cu Hong-tin.
Aneh juga semua orang yang diundang semua sudah hadir, kenapa Siau-yau-ih-su
itu tidak tampak batang hidungnya "
Jika begitu, apakah sobat aneh ini adalah Sam-siang sin tong Siang Hiap"'' ujarJing-ling cu ragu-ragu.
Kalau mengingat kepandaian Siang Hiap, rasanya belum setinggi sobat aneh ini.
Pendapat Jing ling cu ini membikin semua orang ikut bersangsi. Memang kalau
melihat ilmu silat yang dimiliki orang aneh ini, terang tidak mungkin dapat dicapai oleh
Siang Hiap yang mereka kenal. Dan selagi Jing-ling cu hendak menanya pula, tiba2
terdengar suara bentakan orang yang sangat keras seperti bunyi guntur: Mana
orangnya begitu berani menghina Pi-lik-pay kita " Sungguh celaka murid semacam kau
ini, bikin malu melulu. Menyusui mana, muncullah dari bawah tiga orang, dua diantaranya bukan lain ialah
Ong Lui dan Thio Tiong pat yang telah dibikin keok oleh A Siu dan Wi Ko itu, sedang
seorang lagi sudah lanjut usianya, kepalanya botak, jidatnya lebar, matanya bersinar.
Melihat orang tua ini, seketika semua para hadirin hampir semua berdiri
menyambut dengan hormat sambil menyapa : In locianpwe!
In-luheng! , In-laupek! dan macam2 panggilan lagi. Kiranya dia bukan lain adalah
Ciangbunjin dari pada Pi-lik-pay yaitu gurunya Ong Lui yang terkenal dengan pukulan
geledeknya In Thian-sang.
Ia tidak begitu pusing akan panggilan2 orang itu, tapi hanya mengangguk-angguk
acuh tak acuh. Habis itu terus menghampiri Jing-ling-cu, katanya sambil kiongchiu: Jingling Totiang, maafkan atas kedatanganku yang ceroboh ini. Tapi betapapun aku anggap
Toheng takkan berpeluk tangan nama baik adikmu ini dihina orang. Habis ini tiba2 ia
Hong san Koay Khek " Halaman 263
yoza collection membentak kepada Ong Lui berdua, Mana orangnya yang coba-coba hendak
menghancurkan pamor Pi-lik-pay kita" Kenapa kalian bungkam saja"
Sambil celingukan kian kemari Ong Lui mendapatkan Jun-yan dalam penyamaran
itu, katanya pada sang guru. Inilah keparat itu ! masih ada lagi seorang lebih muda,
entah sembunyi kemana batang hidungnya sekarang tak kelihatan!
Ya, dan ini pula yang satu yang telah main bokong itu! sahut Thio Tiong-pat.
Kiranya In Tiang-sang ini sangat dihargai didalam Bu-lim berhubung budi luhurnya,
cuma ada satu kekurangan yalah suka membela orang sendiri peduli salah atau benar.
Sampai anjing piaraannya tidak boleh disentuh orang. Apalagi kini dua muridnya yang
dihina dan dikecundang orang, karuan ia sangat murka.
Hm, kiranya hanya demikian ini macamnya, jengeknya kemudian kearah Jun-yan
dan Wi Ko. Jika kalian sudah berniat akan menghancurkan nama baik Pi-lik-pay, marilah
kenapa tidak lekas ikut kebawah gunung sana" Nyata ia masih mengindahkan Jingling-cu sebagai tuan rumah dan tidak mau mengacaukan pertemuan orang banyak itu,
maka menyuruh Jun-yan berdua ikut kebawah gunung untuk membikin perhitungan.
Namun Jing-ling-cu mencoba melerainya, katanya: In-heng, harap sabar !
Kedatanganmu ini sangat kebetulan, mungkin kau akan membantu mengenali sobat
aneh itu sebagai Sam-siang-tong Siang Hiap dahulu "
Siang Hiap " mau tak mau In Thian-sang menegas dengan heran. Mana mungkin
mukanya berobah begini "
Ya, air mukanya sebab apa telah menjadi begitu rupa, kata Jing-ling-cu. Tapi sobat
ini benar-benar luar biasa, berbagai ilmu silat dari segala aliran yang paling lihay


Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dimilikinya. Boleh jadi pukulan geledek dari In-heng juga dipelajarinya.
Ah, omong kosong, sahut In-thiang-san, Sudahlah, silahkan kalian urus
persoalanmu sendiri. Aku sendiri biar bikin perhitungan dulu dengan kedua bocah ini,
maafkan kalau aku mesti bikin ribut didepanmu ini! Habis itu, tiba-tiba ia menatap Junyan dan Wi Ko pula sambil membentak: Binatang kecil, kenapa tak lekas turun gunung
"'' Betapapun sabarnya Wi Ko, akhirnya ia mendongkol juga. Sambil mengkerut kening,
segera ia menyindir: In-locianpwe, dengan kedudukanmu di kalangan Bu-lim yang
terhormat, kenapa kelakuanmu pun seperti tukang pukul gembereng dijalan raya "
Hong san Koay Khek " Halaman 264
yoza collection In Thian-sang menjadi murka oleh olok2 itu, bentaknya gusar: Kurang ajar benar!
Kalau aku tidak memberi hajaran padamu, tentu kau belum kenal tingginya langit dan
tebalnya bumi! Habis bersuara, tahu-tahu orangnya sudah menubruk maju. Namun Wi Ko dan Junyan sudah siap siaga, cepat mereka yang menjadi sasaran menghindar, krak, krak ,
kursi-kursi itu seketika hancur kena gabrukan tangan ln Thian-sang yang luar biasa itu.
Eh, eh, kiranya In-locianpwe hendak membawa kursi kebawah gunung" Silahkan!
masih Jun-yan berolok-olok sambil tertawa dingin.
Tapi tiba2 angin pukulan geledek telah menyambar lagi kearahnya, ternyata In
Thian-sang telah melontarkan pukulan pula. Baiknya Wi Ko keburu menarik Jun-yan
kepinggir, sekali ini meja besar dihadapan mereka yang menjadi korban terus mencelat
persis ketempat duduknya Jiau Pek-king.
Begitu hebat dan keras samberan meja itu, orang lain kalau tidak mampus, tentu
akan babak belur ketimpa meja nyasar itu, namun tanpa menoleh sedikitpun, begitu
meja itu mendekat, Jiau Pek-king hanya jentikkan jarinya ke samping hingga meja itu
menyambar kembali ke arah In Thian-sang. Lekas2 jago tua ini memukulkan kedua
tangannya, maka terdengarlah suara gedubrakan yang keras, meja itu telah hancur
kena dipukul geledeknya. In Thian-sang terkesiap, ia memandang sekejap kearah Jiau Pek-king, ia heran
seorang bermuka jelek itu memiliki Lwekang sebegitu tingginya. Rasanya selama ini
tak pernah didengar dan dikenalnya. Hm, hebat juga kepandaian saudara, sebentar lagi
bila perlu akupun akan belajar kenal, jengeknya kemudian.
Lekas2 Jing-ling-cu mendekati In Thian sang dan membisikinya; In-heng, harap kau
jangan salah mata, dia adalah samaran Lau Jiau, masakan sobat lama tak dikenal lagi"
Mendengar itu In Thian-sang menjadi kaget, la pandang sekejap pula kearah Jiau
Pek-king lalu bungkam tak berani garang lagi. Betapapun asemnya In Thian-seng
terhadap momok seperti Thong-thian-sin-mo itu, mau tak mau iapun rada jeri.
Dalam pada itu Jing-ling-cu lantas bertanya pula pada Jun-yan: Jika menurut cerita
Kah-heng tadi jadi sobat ini adalah Siang Hiap. Tetapi sebab apa mukanya menjadi
begitu rupa, apakah Kah-heng juga dapat memberi keterangan"
Hong san Koay Khek " Halaman 265
yoza collection Tapi belum juga Jun-yan menjawab sekonyong-konyong wajah Jing-ling-cu berubah,
begitu pula Jiau Pek-king, Li Pong, In Thian-sang dan gembong gembong lainnya.
Kiranya pada saat itulah, dari bawah gunung tiba-tiba terdengar semacam suara
yang sangat aneh, suara itu panjang melengking lambat tapi nyaring sekali, hingga
seperti bunyi suara ditepi telinga yang mendengarnya.
Segera para gembong persilatan itu dapat menduga bahwa gerungan suara
siapakah itu. Tentu bukan lain adalah Tok-poh-kian-gun Ki Go-thian.
Terpengaruh oleh suara itu segera ada beberapa orang yang bernyali kecil hendak
mengeloyor pergi. Tapi belum sampai mereka melangkah, tiba2 terdengar suara
bentakan : Siapapun tidak boleh angkat kaki !
Menyusul mana dari bawah gunung muncul seorang Thauto yang bertubuh tinggi
besar dengan lagak congkak. Begitu melihat, Jun-yan menjadi geli sebab segera
dikenalinya Thauto itu bukan lain adalah Ngo seng yang pernah digodanya tempo hari.
Diam2 ia metertawai lagak Ngo-seng yang tengik itu, ia pikir sebentar lagi Thauto itu
kudu diberi rasa lagi supaya kapok. Tapi iapun teringat akan komplotan Ngo-seng
bernama Ki Go-thian yang akan datang ke Ciok-yong-hong. Terutama kepandaiannya Ki
Go-thian yang sudah diketahuinya itu, mau tak mau hatinya menjadi kebat kebit.
Sementara itu ia lihat Ngo-seng sedang sesumbar pula : Nah, dengarlah semua
orang! Sebentar lagi Ki Go-thian, Ki-locianpwe akan tiba, beliau suruh aku datang
memberitahukan lebih dulu, supaya kalian bersiap-siap menyambut atas
kedatangannya ! Melihat murid durhaka seperguruannya sekarang unjuk lagak sedemikian
menjemukan di hadapan orang banyak, Thi-thau-to dari Ngo tai san ini menjadi murka,
bentaknya : . .Ngo-seng, tutup bacotmu ! Kau masih kenal aku tidak " Sejak kau merat,
aku sangka akan insaf kejalan yang benar, siapa tahu kau justru makin mengganas.
Hari ini biarlah aku membikin pembersihan lagi perguruan sendiri! sambil berkata, ia
terus mendekati Ngo-seng.
Mendengar suara itu bukan lain adalah Suhengnya sendiri yang selama ini menjadi
musuh besarnya, Ngo-seng malah bergirang, ia pikir tibalah sekarang saatnya
melampiaskan rasa dendamnya. Maka dengan bergelak tertawa segera ia balas
mengejek : Hahaha kiranya kau Lauti. Benar juga ucapanmu tadi memang sudah
Hong san Koay Khek " Halaman 266
yoza collection waktunya bikin pembersihan pada perguruan kita, cuma tergantung siapakah yang
harus dibersihkan " Marilah maju ! Habis berkata, ia ber-siap2 untuk menyerang.
Sebagaimana sudah diceritakan, Ngo-seng dan Thi-thau-to sebenarnya adalah
saudara seperguruan. Kalau bicara tentang bakat, Ngo-seng masih jauh lebih tinggi dari
Suheng, yaitu Thi-thau-to. Tetapi sebelum tamat belajar, guru mereka sudah dapat
mengetahui jiwa Ngo seng yang jahat. Maka tidak seluruh kepandaiannya diajarkan
padanya. Hal inilah menimbulkan rasa dendamnya Ngo seng, begitu suhunya wafat, ia
mengambil lari kitab pusaka perguruan, yaitu ilmu Tay-lik-eng-jiau-hoat, cakar elang
bertenaga raksasa, yang diandalkan Ngo-tay-pay itu.
Setelah berhasil diyakinkan ditempat terpencil, maka makin mengganaslah Ngoseng didunia Kangouw.
Kini dihadapan sang Suheng yang dipandang bukan tandingannya itu, apalagi
sebentar lagi Ki Go-thian akan tiba juga, sama sekali Ngo-seng tidak gentar.
Sebaliknya mendengar sesumbarnya Ngo-seng tadi, Thi-thau-to tak bisa menahan
gusarnya lagi, segera ia mendahului menghantam ke dada, Ngo-seng berkelit
kesamping kiri. Tapi tak terduga perubahan serangan Thi-thau-to sangat cepat, sekali
pukul tidak kena, sedikit melangkah maju, segera sikut kanan dibuat menyikut
kelambung musuh lagi. Serangan Thi-thau-to itu disebut Jian-kian jun-tui atau sikutan seribu kati, kalau
kena mungkin tulang iga Ngo-seng akan ambrol semua. Namun Ngo-seng sekarang
bukan lagi Ngo-seng dahulu, mendadak ia mengegos sedikit, berbareng kelima jari
tangan kiri terus mencengkeram kepundak Thi thauto dengan kecepatan luar biasa.
Begitulah kedua seteru bekas saudara seperguruan itu serang menyerang dengan
sengit. Kekuatan kedua orang ternyata seimbang, tapi Thi thau-to juga memusatkan
keunggulannya pada menyerang, maka terjadilah keras lawan keras.
Sewaktu Ngoseng hendak melontarkan hantamannya pula kepundak lawan, tapi
secepat itu pula Thi-thau-to ayun tangan memapak kedepan maka terjadilah tangan
beradu tangan dan dua orang sama2 tergetar mundur beberapa tindak.
Dan Ngoseng hendak menubruk maju lagi, tiba2 sesosok bayangan berkelebat,
tahu2 dihadapannya sudah menghadang seorang bermuka jelek. Tanpa pikir Ngo-seng
Hong san Koay Khek " Halaman 267
yoza collection telah mencengkeram pula sekuatnya kepinggang orang dengan maksud sekaligus
menundukkan perintang itu.
Tak terduga gerak orang itu ternyata cepat luar biasa, se-akan2 Ngo-seng merasa
pergelangan tangan sendiri kesemutan, tanpa diketahui bagaimana cara orang itu
menggerakkan tangannya, tahu-tahu Yang Kok-hiat dipergelangan tangan terjentik
hingga tenaga cengkeraman tadi seketika tak bisa dikeluarkan lagi.
Sungguh tidak kepalang terkejutnya Ngo-seng, belum sekali gebrak dirinya sudah
diatasi seorang lelaki jelek itu, sedangkan Ki Go-thian yang menjadi andalannya entah
kapan baru akan unjukkan diri. Namun begitu, segera ia membentak : Siapa kau "
Siapa diriku, tidak perlu tahu, sahut orang itu yang bukan lain dari Jiau Pek-king,
Yang kuhendak tanya yalah kau tadi bilang Ki Go-thian akan berkunjung kemari, lalu
apa tujuan dan pesannya kepadamu "
Mendengar orang bertanya tentang Ki Go-thian, hati Ngo-seng menjadi besar lagi,
jawabnya segera: Hm, kiranya kaupun mengerti tentang Ki-locianpwe. Dia bilang
sebentar datang, kalian harus menyambutnya dengan berlutut dan angkat dia sebagai
Bu-lim-ci-cu (yang dipertuan agung dari dunia persilatan) !
ooOOoo Tak ia duga, belum lama lenyap suaranya tahu2 pandangannya menjadi kabur, insaf
keadaan bakal celaka, maksudnya ia segera hendak angkat tangan menangkis, tetapi
sudah terlambat, plak-plak-plak , pipinya telah kena diberondong beberapa kali
tamparan oleh Jiau Pek-king.
Memangnya Jiau Pek-king sudah benci akan kesombongannya Ki Go-thian, tetapi
juga gentar pada kepandaiannya yang memang tiada bandingannya. Kini melihat
cecunguk macam Ngo-seng, juga berani main gila dihadapan orang banyak, segera
hawa amarahnya ditumplekan atas diri Ngo-seng dan memberi persen beruntun yang
disebut Bu-heng-jiu atau pukulan tanpa kelihatan, yaitu cepat, jitu dan keras.
Karuan Ngo-seng seperti sigagu menelan getah, menderita tak bisa bicara. Begitu
kesakitan pipinya yang terkena tamparan itu matanya se-akan2 berkunang dan
kepalanya pusing tujuh keliling.
Hong san Koay Khek " Halaman 268
yoza collection Dalam keadaan begitu Ngo-seng menjadi kalap, ia mengerung seperti orang gila,
kedua tangannya terus mencengkeram serabutan kedepan sambil memejamkan mata
menahan rasa sakit di pipi. Akan tetapi meskipun dua tangannya meraup tiada hentinya
kedepan, toh ujung baju lawannya saja tak bisa disentuhnya.
Saat itulah dia dengar suara ter-bahak2 banyak orang geli bila ia membuka mata,
ia sendiri menjadi jengah. Kiranya Jiau Pek-king sudah berdiri dua meter jauhnya disana
sebaliknya dia masih terus mencengkeram serabutan tentu saja seperti orang gila
hingga menjadi buah tertawaan orang.
Dari malu Ngo-seng menjadi murka, kembali dia merangsang maju lagi, tangan
kanannya mencakup dari samping dan tangan kiri mencengkeram. Tapi dengan gesit
Jiau Pek-king memberosot lewat dibawah bahunya, malahan teIah ayun kakinya
mendepak sekali kebebokongnya hingga kembali Ngo-seng terhuyung2 kedepan
hampir-hampir mencium tanah.
Karuan bergemuruh lagi seketika suara tertawa geli orang banyak.
Alangkah murkanya Ngo-seng karena dibikin malu begitu rupa oleh Jiau Pek-king,
mendadak ia balik tubuh, dari bajunya dilolosnya sepasang benda hitam gelap, dengan
sorot mata berapi ia membentak: Keparat! biarlah aku adu jiwa denganmu.
Waktu semua orang menegas, kiranya benda hitam gelap itu adalah sepasang Engjiau atau cakar elang terbuat dari besi yang panjang besar, cakar elang itu tajam
terbuka. Dipangkal cakar itu terdapat sebagian gagang untuk pegangan.
Melihat cakarannya yang gilap lain dari yang lain itu, terang telah terendam dengan
racun yang sangat jahat. Dalam pada itu Ngo-seng telah menyerang pula dengan geramannya, sebelah cakar
elang besi itu dicakupkan keatas kepala Jiau pek-king, sedang senjata lainnya terus
menyodok keperut. Melihat senjata yang aneh dan berbisa ini, Jiau Pek-king tak berani gegabah, lekas
ia melompat menghindar. Jiau-heng, waktu sudah mendesak, tak perlu menggoda tikus lebih lama lagi ! seru
Li Pong tiba2. Dengan peringatan itu, Jiau Pek-king dapat mengerti sudah hampir waktunya Ki Gothian akan tiba, hatinya tergerak tiba2, serunya : Coba pinjam golokmu ! Tapi belum Li
Hong san Koay Khek " Halaman 269
yoza collection Pong menyahut, mendadak Jun-yan telah mendahului berteriak, Pakailah pedangku
saja! Menyusul mana melirik sinar hijau terus berkelebat menyamber kearah Jiau Pekking. Sekali tangan Jiau Pek-king meraup, tahu2 tangannya sudah memegang sebatang
pedang, itulah Tun-kau-kiam milik Jun Yan.
Pada saat itu tepat Ngo-seng lagi menyerang pula dengan cakar elangnya dari atas
kepala, tanpa pikir lagi Jiau Pek-king ayunkan pedangnya menangkis keatas. Cring !
tahu2 senjata andalan Ngo-seng itu terasa enteng, untuk sedikit Ngo-seng terkesima,
tapi segera dapat dikenali pedang itu seperti senjata yang pernah digunakan Jun-yan
tatkala ber-sama2 A Siu melawan Ki Go-thian tempo hari. Tanpa merasa, tercetuslah
makian dari mulutnya : Lou Jun-yan, kiranya kau budak hina-dina inipun berada di sini!
Sebenarnya maksud Jun-yan hendak melemparkan pedang kepada sang guru,
maksudnya agar Jiau Pek-king bisa lekas2 bereskan pengacau itu, tak terduga
rahasianya malah kena dibongkar oleh Ngo-seng, karuan hatinya tercekat.
Benar saja demi mendengar Ngo-seng menyebut namanya Jun-yan, segera Jiau
Pek-king pun tersadar, ia melotot sekali kearah Jun-yan dan mengomel : Hm, kau budak
setan ini, sungguh besar amat nyalimu!
Habis itu, ia cepat sekali tusukan kearah Ngo-seng. Lekas2 Ngo-seng menangkis
dengan cakar elangnya yang panjang. Dalam keadaan begitu, yang dia harap hanyalah
selekasnya Ki Go-thian bisa datang untuk melepaskan dia dari ancaman bahaya. Akan
tetapi, semakin hatinya gopoh, semakin kacau pikirannya. la menjadi lupa barusan cakar
elangnya itu kena terpapas oleh pedang lawan, sekarang dibuat menangkis, karuan
untuk kedua kalinya senjatanya terkutung sebagian lagi. Dalam kagetnya Ngo-seng
terus melompat mundur setombak lebih.
Melihat betapa tajamnya pedang itu, Jiau Pek-king sendiripun terpesona, diam2
iapun memuji : Pedang bagus !
Ia tidak lantas merangsek lagi, meskipun Ngo-seng telah melompat mundur,
sebaliknya ia telah menyentil batang pedangnya hingga mengeluarkan suara nyaring
gemerincing, ketika ia memeriksa huruf2 yang terukir digagang pedang, seketika ia
terkesima dan berdiri terpaku ditempatnya seperti patung.
Hong san Koay Khek " Halaman 270
yoza collection Sesudah melompat mundur tadi, sebenarnya Ngo seng terus hendak melarikan diri
untuk menyongsong datangnya Ki Go-thian. Tapi dilihatnya Jiau Pek-king seperti orang
linglung sambil memandangi pedang yang dipegangnya sendiri dan berdiam kaku
seperti orang lupa daratan, ia menjadi girang, sudah tentu kesempatan itu tak disia2kan, se-konyong2 ia melompat maju lagi, sebelum senjata cakar elangnya yang
masih ada itu terus mencengkeram keatas kepalanya Jiau Pek-king.
Semua orang cukup kenal dengan ilmu silatnya Jiau Pek-king untuk menandingi
seorang Ngo-seng terang masih ber-lebih2an. Tapi merekapun heran ketika melihat
iblis persilatan itu mendadak terpesona oleh tulisan diatas pedang, sementara itu
serangan Ngo-seng sudah dekat dibatok kepalanya, dan dia masih ter-menung2 seperti
tidak berasa. Baru sekarang semua orang terkejut, terutama Liok-hap-tong-cu Li Pong
yang paling karib hubungannya dengan Jiau Pek-king menjadi kuatir. Akan tetapi untuk
maju menolong terang tidak keburu lagi, jalan satu2nya, cepat ia meloloskan golok
pusakanya Pek-lin-sin-to terus ditimpukkan kearah Ngo seng.
Tak tersangka, baru saja goloknya melayang terlepas dari tangan, mendadak ada
suara bentakan seorang yang keras, satu bayangan telah melesat kedepan secepat
kilat, sampai ditengah jalan, Pek-lin-to telah disambernya ditangan dan orangnya masih
melesat maju terus. Diam-diam Li Pong mengeluh, golok yang ditimpukkan untuk menolong Jiau Pekking itu telah kena disambar orang, pasti sekali ini Lau Jiau Pek-king tak bisa terhindar
nasib malang. Diluar dugaannya, sekonyong-konyong sinar tajam berkelebat, menyusul
terdengarnya cring cring yang nyaring, pada saat cakar elang Ngo seng sudah hampir
berkenalan dengan batok kepalanya Jiau Pek-king, tahu-tahu sesosok bayangan berikut
sinar golok terus tiba menubruk, sekali sinar golok berkelebat, tahu-tahu cakar elang
Ngo-seng terkutung pula. Malahan terus terdengar suara jeritan ngeri, sesosok tubuh
kontan terpental pergi hingga jauh dan jatuh telentang tak berkutik.
Tubuh yang terpental itu adalah bukan lain Ngo-seng sendiri.
Waktu orang mengawasi bayangan orang tadi, kiranya bukan lain adalah Wi Ko.
Baru sekarang Li Pong menghela napas lega. Apabila ia pandang Jiauw Pek-king
pula, ia lihat iblis itu masih tetap berdiri terkesima di tempatnya sambil meng-amat2i
Hong san Koay Khek " Halaman 271
yoza collection pedangnya yang dipegang itu. Apa yang terjadi disampingnya barusan itu seperti sama
sekali tidak diketahuinya.
Wi Ko sendiri terus mendekati Ngo-seng yang menggeletak kena tendangannya
tadi, ia lihat paderi durhaka itu napasnya sudah kempas-kempis tinggal menunggu
ajalnya. Ngo-seng, inilah ganjaranmu yang setimpal dari pada semua kejahatan yang
pernah kau lakukan ! jengek Wi Ko kemudian.
Belum lagi suaranya lenyap, tiba2 didengarnya Jing-ling-cu, Li Pong dan lain2nya
sama berseru kaget : Lo-mo-thau, apa yang telah kaulakukan!
Waktu Wi Ko menoleh, ia menjadi kaget sekali, kiranya pada saat itu Jiau Pek-king
sedang memburu kearah Lou Jun-yan sembari ayun pedangnya untuk dipergunakan
menusuk. Melihat gerak serangan Jiau Pek-king itu bukan gertakan belaka, Wi Ko terkejut,
cepat ia melesat memburu dan mendahului menghantam kepunggungnya Jiau Pekking.
Namun mendadak Jiau Pek-king memutar tubuhnya, beruntun-runtun pedangnya
menusuk dan membabat tiga kali hingga Wi Ko terpaksa ayunkan Pik-lin-to tadi untuk
menangkis. Kontan saja Wi Ko tangannya merasa kesemutan, sekejap itulah Jiau Pekking sempat melompat ke depan lagi mendekati Jun-yan sambil mcncengkeram dengan
sebelah tangannya. Untuk mencegah, terang-tidak keburu, maka para jagoan yang menyaksikan itu
tinggal melongo saja. Jun-yan sendiri terkesima saking kagetnya, ketika melihatnya
kelima jari tangan sang guru sudah merangsang tiba, tanpa merasa ia terus berteriak
: Suhu, aku akulah Jun.. .
Ya, aku tahu kau siapa, sahut Jiau Pek king, dan akupun ingin tahu pedangmu itu


Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berasal dari mana "!
Sambil meringis kesakitan karena pundaknya dicengkeram sang guru, Jun-yan
menjawab terputus-putus :
Tapi baru sekian ucapannya, tiba2 suara melengking tajam yang berkumandang
tadi bergema pula dengan kerasnya hingga telinga semua orang seakan-akan pekak.
Mau tak mau Jiau Pek-king melepas tangan dahulu. Ia tahu sebentar lagi Ki Go-thian
tentu akan muncul. Ketika ia berpaling memandang Jing-ling-cu dan lain2, ia lihat semua
Hong san Koay Khek " Halaman 272
yoza collection tokoh itu berwajah tegang, Hanya si orang aneh yang air mukanya sudah rusak itulah
yang tidak menunjukkan suatu perasaan.
Dan selagi hendak membuka suara, se-konyong2 suatu bayangan berkelebat, dari
bawah telah meloncat seseorang.
Karena datangnya orang itu mendadak sehingga semua orang terkejut, mengira
kalau Ki Go-thian yang telah tiba.
Ternyata orang yang datang mendadak ini bukan lain daripada Siau-jau-ih-su Cuhong-tin. Yang paling mengejutkan yalah seluruh badan Cu-hong-tin berlumuran darah,
suatu tanda terluka sangat parah.
Dengan sempoyongan Cu Hong-tin paksakan diri berjalan maju, ia celingukan kian
kemari, ketika melihat orang aneh itu, cepat berlari mendekati seperti orang kesetanan.
Tapi belum lagi mendekat, ia sudah tidak tahan dan ngusruk jatuh sembari
memuntahkan darah. Cu-toheng, kau.. Jing-ling-cu menanya.
Tapi belum habis ucapannya, tiba2 terlihat Cu Hong-tin paksakan diri merangkak
terus merayap kehadapan orang aneh itu, katanya dengan suara tak lampias :
Siang.. .Siang heng.. .maafkan atas dosaku.. .ini karena cemburu akan cintamu pada.. .Jing
Kin, maka aku telah.. .telah bersekongkol dengan Bong-san-sam-sia dan mencelakai kau
hingga.. . hingga begini rupa, tetapi.. . tetapi toh aku tidak mendapatkan.. . mendapatkan
Jing-kin.. .hahaha,. hehehe sampai disini, tiba2 napasnya menjadi lemah, sekali kepalanya
menunduk, maka putuslah nyawanya.
Cepat Jing-ling-cu mendekati dan memeriksa, tapi jiwa Cu Hong-tin memang sudah
melayang. Sungguh aneh, ujar Li Pong. Jika menurut kata2 Cu Hong-tin tadi, jadi dia sudah
kenal dengan sobat aneh ini sebagai Sam-siang sin-tong Siang Hiap, tapi tempo dulu
waktu bertemu kenapa sama sekali tak dikatakannya.
Li-heng, bukankah kau mendengarkan pengakuannya tadi bahwa dia yang
mencelakai sobat aneh ini dengan sekongkol bersama Bong san-sam-sia tentu saja dia
tak berani mengaku waktu itu, kata Jing-ling-cu.
Hong san Koay Khek " Halaman 273
yoza collection Benar, timbrung Jun-yan. Makanya tempo dulu waktu berkumpul disini, secara
tiba-tiba Cu Hong-tin itu terus melarikan diri dengan ter-gesa2 kiranya memang ia telah
berbuat dosa. Sungguh rendah kelakuan manusia demikian ini ! dampratnya Wi Ko sambil
mendekati mayat itu terus didepak kebawah jurang.
Tendangan bagus, tiba2 seorang berseru memuji dengan nadanya yang
melengking. Karena suara yang lain daripada yang lain itu, seketika semua orang berpaling. Dan
mereka menjadi kaget ketika tahu2 melihat ada seorang setengah umur dengan
dandanan yang sangat necis sudah berduduk disatu kursi. Orang itu duduk tenang
dengan wajahnya yang senyum bukan, gusar tidak, matanya setengah meram melek,
tapi menyorotkan sinar tajam.
Sungguh tidak terkatakan terkejutnya semua orang, sebab bagi Jing-ling-cu, Li Pong,
Jiau Pek-king dan jago2 kawakan sama mengenali orang itu bukan lain adalah Tok-pohkian gin Ki Go-thian yang menggentarkan itu.
Dibawah pengaruh perbawa Ki Go-thian, suasana menjadi sunyi senyap, tiada
seorangpun berani buka suara, bahkan bernapaspun ditahan.
Dalam pada itu sinar mata Ki Go-thian yang tajam itu telah menyapu rata semua
orang yang hadir disini, katanya kemudian : Hm, banyak juga yang datang, ada
beberapa muka baru tampaknya! Dan dimanakah Siau Jiau"
Rupanya dia tak mengenali Jiau Pek-king yang sudah menyamar itu. Dan beberapa
muka baru yang dimaksudkan itu dengan sendirinya meliputi Jiau Pek-king dan Lou
Jun-yan yang menyamar, serta Wi Ko. Nyata daya ingatan Ki Go-thian memang sangat
kuat, meskipun berselang puluhan tahun, namun muka-muka lama seperti In Thiangsang, Thi-thauto dan lain-lain yang pernah dilihatnya masih belum terlupa, dari ini dapat
dimaklumi kalau memang dia mempunyai otak tajam. Sedangkan yang ditanya melulu
olehnya Jiau Pek-king sendiri, suatu tanda orang-orang lain sama sekali tak terpandang
sebelah mata olehnya, hanya Jiau Pek king saja sedikitnya masih dihargainya.
Dilain pihak Jing-ling-cu, Li Pong diam-diam berdebar-debar, mereka tidak sanggup
membayangkan entah apa yang akan terjadi dengan datangnya iblis besar itu.
Hong san Koay Khek " Halaman 274
yoza collection Benar saja segera terdengar Ki Go-thian mulai buka suara dengan sikap yang
angkuh dan sombong : Jing-ling-cu, kabarnya kau yang menjadi promotor mengundang
semua orang Bu-lim ini kemari, tentu kau sengaja hendak menghadapi kedatanganku
ini bukan " Diam-diam Jing-ling-cu berkeringat dingin, tidak diduga bahwa orang bisa menanya
demikian padanya. Namun begitu, meskipun jeri pada Ki Go-thian, Jing-ling-cu bukan
manusia pengecut, walaupun nanti akan menerima segala akibat buruk tapi sebagai
seorang ksatria, Jing ling-cu rela menghadapinya. Maka dengan gagah berani segera
iapun menjawab : Pertanyaan Ki-locianpwe ini membikin Cayhe tidak mengerti. Adapun
berkumpulnya para kawan ini disini adalah memang atas undanganku, tetapi dikatakan
untuk menghadapi kedatangan Ki-locianpwe, inilah yang agak mengherankan"
Jun-yan menjadi geli mendengar tanya jawab itu, sebab dia tahu kedatangan Ki Gothian keatas Ciok-yong-hong ini tak lain tak bukan adalah gara2nya tempo hari bersama
A Siu. Sudah tentu Jing-ling-cu merasa bingung oleh dakwaan Ki Go-thian itu.
Dalam pada itu Ki Go-thian telah berkata pula : Hal itu sementara ini tak perlu aku
usut lebih jauh. Yang pasti sekarang yalah maksud kedatangan tentulah sudah kalian
ketahui. 30 tahun yang lalu aku telah berjanji untuk muncul kembali pada Siau Jiau, dan
sekarang dia sendiri ketakutan sampai batang hidungnya tidak kelihatan. Baiklah, untuk
menepati janji itu, sekarang juga aku memberi kesempatan kepada siapa2 diantara
kalian untuk maju unjukkan kepandaian apa yang dimilikinya, apabila tiada nilainya
yang dapat kupandang, hayolah lekas kalian berlutut menyembah padaku sebagai Bu
lim-ci-cun ! Sungguh tidak kepalang mendongkolnya Jing ling-cu hingga mukanya merah
padam. Tapi sebelum ia menyahut, disebelah sana tiba2 seorang yang sedang tertawa
terkekeh-kekeh. Siapa kau " bentak Ki Go-thian dengan murka. Apa yang kau tertawakan "
Ah, cayhe hanya seorang Bu-beng-siau-cut (Perajurit tak bernama) rasanya tiada
harganya untuk dikenal Ki locianpwe, sahut orang itu bukan lain dari pada Wi Ko.
Tentang gelaran Ki-locianpwe tadi yang menganggap diri sendiri Bu-lim ci-cun, Cayhe
menjadi heran siapakah yang menganugerahkan pada Ki locianpwe. Padahal menurut
pengetahuanku sejak dulu kala hingga kini, sampai Tat-mo Cuncia, Thio Sam-hong dan
Hong san Koay Khek " Halaman 275
yoza collection tokoh-tokoh lain yang menjagoi dijamannya juga tiada yang berani menerima gelaran
itu. Maka Ki locianpwe sukalah memikir lebih panjang akan soal ini.
Gusar sekali Ki Go-thian ada orang yang berani membangkang keinginannya. Tetapi
lahirnya tenang2 dan dingin2 saja, sahutnya kemudian dengan kalem: Jadi menurut
kau, aku tidak sesuai untuk memperoleh gelar Bu-lim-ci-cun itu "
Namun Wi Ko hanya tersenyum saja tidak menjawab. Karuan Ki Go-thian bertambah
murka. Keparat, ia memaki, bolehlah kau mencoba apakah aku sesuai menjadi Bu-limci-cun atau tidak "
Habis berteriak, mendadak orangnya bersama kursinya terus meloncat keatas
hingga membawa samberan angin santar, ketika kursinya menurun dan tegak diatas
tanah lagi, jaraknya dengan Wi Ko sudah tinggal beberapa kaki saja jauhnya. Menyusul
mana sebelah lengan bajunya Ki Go-thian mendadak mengebaskan kedepan.
Wi Ko insyaf apabila terkena oleh tenaga kebasan gembong persilatan itu, pasti
tubuhnya akan me-layang2 kebawah jurang seperti layangan putus benangnya. Maka
ia tidak berani menahannya berhadapan, lekas2 ia mengiser ke-samping hingga
samberan angin kebasan itu menyerempet lewat diatas kepalanya. Begitu keras angin
itu hingga muka Wi Ko sampai merasa panas pedas.
Lekas2 Wi Ko hendak berlindung dengan meng-aling2kan tangan kemukanya
sendiri, tapi terdengar Ki Go-thian tertawa dingin sekali, menyusul kebasan lengan baju
yang lain sudah tiba lagi.
Sungguh tidak diduga Wi Ko bahwa kebasan lawan bisa begitu cepat lagi luar biasa
kekuatannya, ketika hendak berkelit pula, tak urung tubuhnya tergoncang pergi hingga
lebih setombak jauhnya. Melihat Wi Ko terancam, terpaksa jago-jago lainnya tidak bisa tinggal diam, segera
Li Pong dan Boh-hoat Taysu memburu maju, sekali Li Pong memutar goloknya Pek-linto, seketika sinar kemilauan berhamburan keatas kepalanya Ki Go-thian.
Sedangkan Boh-hoat Taysu pun ayun kebutnya hingga bulu kebut itu mekar
bagaikan setangkai bunga raksasa terus mencakup kemuka Ki Go-thian. Begitu hebat
dan cepat serangan kedua tokah Khong-tong-pay dan Go-bi-pay, bagi orang lain, pasti
susah menghindarkan diri dari serangan berbareng itu. Tetapi Ki Go-thian memang
tidak malu sebagai seorang gembong yang disegani, mendadak ia tertawa panjang,
Hong san Koay Khek " Halaman 276
yoza collection tahu-tahu orangnya berikut kursinya terus membal kebelakang, hingga susah diketahui
cara bagaimana ia dapat menembus sinar golok dan kebut itu mengurung keatas
kepalanya itu. Hahaha! Ki Go-thian tertawa sesudah menurun kembali ditempatnya semula,
katanya; Hanya dengan kepandaian seperti kalian ini mau melawan aku" Haha lebih
mirip seperti capung menubruk cagak belaka. Namun sebagai seorang yang dipertuan
agung didunia persilatan, tidak mau aku sembarangan turun tangan, biarlah kalian yang
mesti menilai kekuatan masing-masing sendiri. Bila mau, tiada seorangpun diantara
kalian yang sanggup menahan sekali hantamanku. Sekarang apa yang akan kalian
katakan lagi" Kenapa tidak lekas menyembah padaku"
Keparat, jahanam! se-konyong2 terdengar suara makian orang. Menyusul diantara
orang banyak telah melompat keluar seorang laki2 tinggi besar bersenjata sebilah
kapak besar terus menubruk Ki Go-thian.
Begitu lelaki kasar itu melompat keluar segera Jing-ling-cu, Li Pong dan jago2 lain
sama mengetahui kepandaian orang, tiada artinya kalau berani menyentuh Ki Go-thian
artinya sama dengan hantar jiwa belaka. Sebab itulah segera Jing-ling-cu berseru :
Tahan dulu saudara mundurlah!
Akan tetapi lelaki itu terus merangsang maka terpaksa Jing-ling-cu melesat maju
sembari lolos pedangnya, begitu pula Thay-jing-sian-cu Cio Ham pun lekas2 melompat
kedepan, dan tanpa berjanji, kedua pedang mereka terus menusuk kearah Ki Go-thian
dari belakang. Meskipun serangan dari belakang itu dilakukan dua jagoan terkemuka, tapi Ki Gothian harus berhadapan dengan silelaki kasar yang merangsangnya dulu dari depan
itu. Maka serangan dari belakang itu sama sekali tak digubrisnya sebaliknya dia tunggu
ketika kapak lelaki itu sudah sampai di atas kepalanya, mendadak ia ulur sebelah
tangannya dan tepat berhasil merampas kapak besar itu, sekali gertak lelaki itu
orangnya berikut kapaknya kena digotai kebelakangnya. Cepat dan tepat sekali gerakan
Ki Go-thian itu hingga begitu tubuh silelaki itu diayunkan dibelakang, kedua pedang Jingling-cu dan Cio Ham juga persis tiba, jadi sekarang bukannya tubuh Ki Go-thian yang
mereka tusuk, tetapi silelaki kasar itulah yang dipakai sebagai tameng.
Tentu saja Jing-ling-cu berdua kaget, lekas-lekas mereka hendak tarik kembali
senjatanya, namun sudah terlanjur, pundak lelaki itu tetap kena tusukan hingga
Hong san Koay Khek " Halaman 277
yoza collection berdarah, cuma aneh sama sekali lelaki itu tidak bersuara. Menyusul mana, disertai
gedebukan yang keras, lelaki itu telah terbanting ketanah disamping, dan tidak berkutik
lagi. Kiranya ketika kapak lelaki itu kena terpegang Ki Go thian berbareng Ki Go-thian
sudah salurkan Lwekangnya yang maha hebat itu hingga lelaki itu sudah tergetar putus
jantungnya hingga sebelum tertusuk pedang, sebenarnya orangnya sudah tak
bernyawa. Karuan Jing-ling-cu dan Cio Ham sangat terkejut. Mereka sudah menduga bahwa
jiwa lelaki itu pasti akan korban percuma, tidak menyangka kalau bisa mati begitu cepat
dan mudah. Maka lekas-lekas mereka melompat mundur lagi.
Hm apa maumu sekarang" Kalian mau menyembah atau tidak " kembali Ki Gothian mendesak.
Untuk sesaat itu keadaan menjadi sunyi, tiada seorangpun yang berani buka suara
dan semua keder oleh ancaman itu.
Jun-yan coba memandang Jing-ling-cu, ia lihat imam itu wajahnya merah padam,
tapi bersitegang pantang menyerah. Anehnya ia lihat Jiau Pek-king juga tidak
mengunjuk sesuatu reaksi apa-apa, melainkan terus membudeg dan membuta saja.
Ketika Jun-yan berpaling, tiba-tiba dilihatnya si orang aneh itu duduk jauh di sisi sana
dengan kaku, tiba2 hatinya tergerak, katanya segera : Ki-locianpwe, kau suruh semua
orang menyembah padamu, tetapi sudah jelas dan terang dihadapanmu ada seorang
yang sejak tadi diam saja, bahkan berdiripun tidak ketika kau datang, tapi kau suruh
orang berlutut menyembah segala "
Memang benar. Sejak datangnya Ki Go-thian tadi, orang aneh itu terus duduk saja
tanpa bergerak. Karena memandang sepele pada semua orang, dengan sendirinya Ki
Go-thian tidak ambil perhatian pada seorang yang tak menarik itu.
Kini mendengar ucapan Jun-yan itu, barulah ia berpaling kearah yang ditunjuk itu.
Benar juga ia lihat ada seorang sedang duduk tenang dengan sikap acuh tak acuh
seperti apa yang terjadi tadi sama sekali tak diambil pusing olehnya.
Tentu saja Ki Go-thian menjadi murka. Sebegitu jauh belum pernah dilihatnya ada
seorang yang berani begitu memandang remeh padanya. Kalau kata-katanya sekarang
ada yang tidak mengindahkan, bagaimana nanti dirinya bisa menundukan yang lain.
Berdiri! mendadak ia membentak dengan suara bagai guntur kerasnya.
Hong san Koay Khek " Halaman 278
yoza collection Tapi sama sekali orang itu tidak terkejut sedikitpun, mungkin suara bentakan itu
saking kerasnya, maka kepalanya tampak sedikit mendongak dan matanya yang buram
itu ber-kedip2 beberapa kali. Lalu menunduk pula, se-akan2 tidak perduli apa yang
dikatakan Ki Go-thian. Melihat gelagatnya Jun-yan menduga apabila Ki Go-thian dapat dipancing bergebrak
dengan orang aneh itu, sekalipun akhirnya orang aneh itu tidak bisa menang, toh paling
tak akan bertahan sampai sepuluh jurus, mengingat ilmu silat sobat aneh itupun serba
mahir dan tinggi. Memikir begitu diam2 dia mengisiki Jing-ling-cu dan Li Pong: Jing-ling Totiang
sukurlah bila sebentar sobat itu diterjang oleh Ki Go-thian, kesempatan itu harus kita
pergunakan untuk mengerubut maju untuk melenyapkan seorang durjana persilatan ini,
dalam keadaan terpaksa kita tidak peduli lagi tentang etiket persilatan segala. Dalam
pada itu diam2pun Jun-yan menyayangkan A Siu yang entah berada dimana saat itu,
bila ada tentu akan bertambah seorang kawan yang terkuat, Namun begitu ia tetap
percaya sang guru Jiau Pek-king pasti akan mendampingi sobat aneh itu bila jadi
gebrakan dengan Ki Go-thian. Anehnya ia melihat gurunya sampai saat itu masih tetap
diam saja. Sementara itu Ki Go-thian bertambah sengit demi nampak orang yang dibentaknya
itu sama sekali tidak ambil pusing padanya, tiba2 ia sambar kaki meja itu menjadi patah
terus ditimpukannya kearah orang aneh itu.
Jarak mereka ada beberapa tombak jauhnya, kaki meja yang bulat tengahnya
hampir sebesar lengan manusia itu menyambar kedepan dengan pelahan kelihatannya
tapi membawa suara menderu yang sangat mengejutkan, suatu tanda betapa hebat
Lwekang Ki Go-thian yang dimilikinya.
Kalau mula2 kaki meja itu menyambar perlahan, tapi sampai akhirnya mendadak
bisa cepat sekali terus menyambar kemuka orang aneh itu. Luar biasa caranya orang
aneh itu menyambut serangan itu, begitu kaki meja itu sudah dekat dan lagi yang
menyaksikan sudah menjerit kaget tahu2 sebelah tangannya membalik ke atas sambil
kepalanya itu dengan sedikit miring, maka kaki meja itu telah kena dipegangnya dengan
tepat. Cuma saja orangnya berikut kursi yang didudukinya itu terus memberosot
beberapa kaki jauhnya kebelakang.
Hong san Koay Khek " Halaman 279
yoza collection Maka terdengarlah suara uh-uh yang tak lampias dari tenggorokan orang aneh itu
sambil kepalanya miring2 seperti ingin mendengarkan sesuatu. Agaknya ingin
mengetahui siapakah gerangannya yang memiliki tenaga dalam selihay itu hingga
melalui sebatang kaki meja yang dipegangnya itu dapat menumbuknya sampai
meluncur kebelakang beberapa kaki jauhnya !
Kalau orang aneh itu heran dan terkejut, adalah Ki Go-thian lebih2 heran dan
terkejut. Kalau menurut perhitungannya, dijagat ini belum pernah ada orang yang
sanggup menyambut timpukan sebatang kaki mejanya seperti tadi itu, andai kata
sekarang ada, sedikitnya orang-orang itu akan terjungkal roboh dan terluka dalam oleh
Lwekangnya yang lihay, namun sekarang orang aneh itu hanya tergoncang mundur
dengan kursinya, sedangkan orangnya tak kurang suatu apapun.
Sungguh tidak kepalang kagetnya, ia coba meng-amat2i orang aneh itu, tapi kecuali
wajahnya yang jelek rusak hingga usianya yang sebenarnya susah diduga, tanda-tanda
pengenal lainnya tidak dilihatnya.
Boleh juga kepandaianmu agaknya" katanya kemudian mengejek. Kalau ada
seorang Siau Jiau, rupanya sekarang muncul seorang seperti kau, rasanya kalau
sekarang Siau Jiau berada disini, diapun takkan melebihi kau. Hai, siapa kau "
Akan tetapi mata orang aneh yang buram itu tetap berkedip-kedip saja tanpa
menjawab dan tidak menggubris.
Ki Go-thian jadi hilang sabarnya, perlahan-lahan ia berbangkit dan melangkah maju,
sesudah setombak jauhnya dari orang aneh itu, mendadak ia membentak lagi: Apa


Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar kau tidak mau berdiri "!
Karena sudah naik darah, maka bentakannya ini telah dikerahkan sepenuh tenaga
dalamnya. Benar juga, tidak saja orang aneh itu melompat bangun karena tersentak
kaget, bahkan Li Pong, Jing-ling-cu dan lain-lainnya jago juga berjingkrak terkejut, lebih
jago2 yang sedikit rendah kepandaiannya, banyak yang bergetar roboh dan ada yang
ter-kencing2. Walaupun begitu, keadaan sudah kelihatan memuncak genting, segera Jing-ling-cu
dan lain-lain terus mengambil tempat kedudukan mengepung untuk siap sedia
membantu sobat aneh itu bila sudah mulai bergebrak.
Hong san Koay Khek " Halaman 280
yoza collection Tindakan Jing-ling-cu itu bukannya tidak diketahui Ki Go-thian, tetapi ia hanya
melirik saja dengan tersenyum dingin, lalu melangkah maju lagi dengan perlahan.
Meskipun orang aneh tadi melonjak bangun terkejut oleh bentakan Ki Go-thian, tapi
secepat itu pula ia dapat bersikap tenang dan tampak ter-heran2 suara apakah yang
telah membikin kaget padanya itu.
Untuk sejenak Ki Go-thian curahkan seluruh perhatiannya kepada orang aneh itu,
mendadak ia angkat tangannya terus memukul kedepan dengan perlahan, pukulan ini
mula2 memang dilihatnya perlahan, tetapi sesudah dekat, tiba2 menjadi cepat luar
biasa. Sebab pukulan itu datangnya mula2 tanpa suara, maka orang menduga pasti orang
aneh itu akan dirobohkan segera, siapa tahu sekonyong-konyong orang aneh itupun
angkat sebelah tangannya memapak pukulan yang sudah dekat itu, maka terdengar
suara plak yang keras, disusul oleh suara suitan Ki Go-thian yang panjang.
Kiranya waktu itu Ki Go-thian lontarkan tenaga dalam pada pukulannya itu, ketika
mendadak merasa semacam tenaga besar menumbuk ketelapak tangannya, segera ia
kerahkan tenaganya lagi lebih besar. Maka sehabis kedua tangan saling beradu, Ki Gothian masih tetap berdiri ditempatnya, sebaliknya orang aneh itu mengeluarkan suara
uh dan orangnya tergetar dua tindak.
Nyata dengan adu tenaga tadi, sudah kelihatan Tok-poh-kian-gun Ki Go-thian lebih
unggul dari pada si orang aneh itu.
Karuan Ki Go-thian makin mendapat angin, sikapnya lebih jumawa dengan sinar
mata mengejek ia mengerling sekitarnya.
Saat itu, karena melihat orang aneh itu rupanya juga tidak sanggup menandingi Ki
Go-thian, maka Jing-ling-cu, Li Pong dan lain2 sudah mulai merubung maju. Tapi tertatap
sinar kerlingan mata Ki Go-thian itu seketika mereka merandek jeri.
Hm, apakah kalianpun ingin maju berbareng" ejek Ki Go-thian dengan senyuman
sinis, Tapi menurut aku, kalian tak ada gunanya. Siapakah bala bantuan aneh yang
kalian undang ini " Orang yang sanggup menyambut sekali pukulanku dari depan,
diseluruh jagat ini mungkin hanya dia ini saja !
Hm, belum pasti benar! tiba2 suara seorang mengejek. Dialah Wi Ko.
Hong san Koay Khek " Halaman 281
yoza collection Ki Go-thian menjadi gusar, ia memutar tubuh dan hendak membentak siapa yang
sanggup melawannya lagi. Tak terduga pada saat itu juga, si orang anehpun mendadak
mungkur hingga membelakangi Ki Go-thian, habis itu tiba2 sikutnya menyerang
kepinggang orang. Karena tak ber-jaga2, hampir saja Ki Go-thian termakan, namun dia bukan jagoan
kalau begitu mudah diserang, begitu merasa angin menyambar, segera ia mengisar
kesamping, berbareng kelima jarinya bagai cakar terus mencengkeram sikut orang
aneh itu. Tapi orang aneh itupun cepat luar biasa, sekali tangannya ditarik kembali, orangnya
terus memutar lagi dan berbalik kelima jarinya juga hendak menjangkau pergelangan
tangan Ki Go-thian. Haha, tampaknya kedua matamu sudah buta, biarlah aku mengalah beberapa jurus
padamu! Ki Go-thian tertawa. Berbareng itu juga dengan bajunya terus mengebas.
Tenaga yang ditimbulkan kebasan bajunya Ki Go-thian itu, tadi Wi Ko, Li Pong dan
Boh Hoat Sutay sudah merasakan lihaynya. Kini orang aneh itu dekat jaraknya, mereka
menduga pasti susah menghindarkan diri.
Diluar dugaan, tiba-tiba orang aneh itu hanya miringkan tubuhnya kesamping,
sedangkan kakinya masih tetap melengket ditempatnya, maka tenaga kebasan Ki Gothian yang maha besar itu hanya nyamber lewat disampingnya.
Ketika orang aneh itu menyikut tadi, Ki Go-thian telah dapat mengenalinya sebagai
ilmu Jian-kin-jun-tui atau sikutan beribu kati dari Ngo-tay-pay, ia menjadi sangsi
apakah orang ini barangkali adalah angkatan tua dari Ngo-tay-pay. Kini melihat lawan
menghindarkan tenaga kebasan dengan tubuh miring, tapi kaki tetap melengket ditanah,
itulah gerakan Lip-the-seng-kin atau berdiri ditanah tumbuh akar, yaitu ilmu
kepandaian tunggal dari Khong tong pay. Ia menjadi heran dan terkejut sekali. Maka
iapun tidak berani memandang enteng lagi bentaknya pula, Bagus kiranya kau mahir
dari berbagai cabang kepandaian ini, terima lagi pukulanku ! Berbareng itu kembali
telapak tangannya memukul lagi kedepan.
Pukulan ini dahsyat luar biasa dan berbeda dengan pukulan pertama tadi yang
mula2 perlahan dan keras belakang. Tapi sekali ini begitu dilontarkan segera
menimbulkan tenaga maha besar. Sekalipun In Thian-sang yang terkena dengan
Hong san Koay Khek " Halaman 282
yoza collection pukulan geledeknya, kalau dibandingkan pukulan Ki Go-thian ini, mau tak mau ia harus
kagum dan mengaku asor. Merasa pukulan sehebat itu, orang aneh itu mundur setindak dahulu, habis itu
blang iapun memukulkan sebelah telapak lengannya yang keras, hingga kembali kedua
tangan saling beradu. Maka tertampaklah sesosok tubuh mencelat jauh ke belakang,
sesudah berjumpalitan diudara, kemudian menurun lagi ditanah.
Yang mencelat itu ternyata si orang aneh lagi. Tampak ia celingukan pula kian
kemari dengan sikap terkejut dan heran oleh tenaga pukulan lawan tadi.
Bagus, ternyata kau sanggup menerima dua kali pukulanku secara berhadapan,
seru Ki Go-thian, habis itu, kedua lengan bajunya berterbangan, segera ia merangsang
maju lagi. Nampak suasana lagi meruncing, diam2 Li Pong menaksir sobat aneh itu betapapun
pasti bukan tandingannya Ki Go-thian. Kepandaian orang aneh itu sudah pernah
disaksikannya, yaitu ketika ditengah jalan bertemu dengan Lou Jun-yan, dan orang aneh
itu telah merebut golok pusakanya.
Teringat akan itu, hatinya tergerak, ia pikir kalau orang aneh itu diberi pinjaman
golok pusaka Pek-lin-to yang juga pandai memainkan Liok-hap-to-hoat itu, mungkin
akan dapat melawan Ki Go-thian.
Maka dengan cepat Pek-lin-to disiapkannya ditangan, ketika melihat orang aneh
sedang kececer, segera ia hendak angsurkan golok ketangannya. Akan tetapi keburu Ki
Go-thian merangsang maju lagi dengan hantamannya yang hebat, angin pukulannya
begitu hebat hingga Li Pong terpaksa melompat mundur, gagal memberikan golok pada
orang aneh itu. Nyata, pertarungan diantara dua tokoh raksasa itu berbeda daripada pertandingan
jago silat biasa, setiap gerak gerik mereka selalu membawa tenaga maha besar hingga
susah didekati orang luar. Terpaksa Jing-ling-cu, Li Pong dan lain2 hanya bisa menonton
belaka dengan hati kebat kebit, jalan lain tidak ada kecuali nanti bila memang benar si
orang aneh sudah kewalahan, barulah mereka akan mengerubut maju mati2an.
Dalam pada itu, pertarungan kedua orang itu semakin seru. Walaupun orang aneh
itu kalah dalam hal penglihatan, tetapi gerak geriknya ternyata cukup tangkas dan gesit,
hingga dapat melawan Ki Go-thian yang terus melancarkan serangan hebat. Begitu
Hong san Koay Khek " Halaman 283
yoza collection sengit dan luar biasa pertarungan mereka itu, hingga sekalipun jago2 kawakan seperti
Jing-ling-cu dan lain2 ikut ternganga karena kesima, lebih2 Lou Jun-yan, sama sekali
tak menduga bahwa kedatangan Ki Go-thian ke Ciok-yong-hong ini sebenarnya garagara pancingannya dengan mencatut nama dua paderi sakti yang katanya tinggal
dipegunungan Khong-tong-san. Siapa tahu kini si orang-aneh itulah yang harus
menandingi Ki Go-thian sendirian. Bila Jun-yan berpaling kearah Jiau Pek-king, ia lihat
sikap sang guru itu sangat aneh juga sejak tadi masih tinggal diam2 saja, hanya
perhatiannya se-akan2 dicurahkan untuk mengamat-amati setiap gerak gerik si orang
aneh. Pertandingan sengit itu terus berlangsung hingga berpuluh jurus, sampai akhirnya
mendadak terdengar suara plak yang sangat keras, kedua orang itu tahu-tahu
berpisah, orang aneh itu tampak terhuyung-huyung kebelakang hingga beberapa tindak
seperti orang kena terpukul, tetapi tampaknya toh tidak terluka, mungkin hanya tergetar
mundur oleh tenaga pukulan Ki Go-thian saja.
Sesudah tergetar mundur, dari tenggorokan orang aneh itu kembali mengeluarkan
suara tak lampias seperti ingin berkata sesuatu, namun tak terucapkan, sebaliknya Ki
Go-thian terus membentak : Bocah hebat, mampu kau bergebrak tujuh puluh dua jurus
dengan aku. Hari ini kalau aku tidak membunuh kau bagaimana jadinya kelak kalau
lewat beberapa tahun lagi"
Nyata, karena wajah orang aneh itu sudah rusak hingga susah diketahui dengan
pasti umurnya, maka Ki Go-thian menaksir orang hanya setengah tua saja. Sebab itulah,
habis berkata, kembali ia merangsak maju lagi.
Ketika orang aneh itu tergetar mundur, Li Pong merasa kesempatan baik itu jangan
disia-siakan, maka cepat ia melompat maju pula untuk mengangsurkan goloknya sambil
berseru; Terima senjata ini!
Tetapi bukannya menerima sebaliknya orang aneh itu malah mundur setindak lagi.
Dan pada saat itulah, tahu2 Ki Go-thian sudah mendekat, Li Pong merasa semacam
tenaga maha besar se-akan2 menindih keatas dadanya, tanpa pikir lagi goloknya dia
babatkan kesamping dengan gerakan Lam-tau-liok-sing atau enam bintang dilangit
selatan. Namun sungguh sangat cepat gerak tubuhnya Ki Go-thian, belum lagi serangan Li
Pong mencapai sasarannya atau pukulan Ki Go-thian sudah mendahului menyambar,
Hong san Koay Khek " Halaman 284
yoza collection dimana pukulan anginnya sampai, seketika ujung golok Li Pong menceng kesamping.
Golok yang tadinya membabat kearah Ki Go-thian, kini berbalik membacok kepala orang
aneh. Karuan Li Pong terkejut, lekas2 ia hendak menarik kembali, namun betapa besar
samberan angin Ki Go-thian itu, terang tidak keburu lagi tampaknya sekejap saja pasti
orang aneh itu akan terbelah menjadi dua, siapa duga sekonyong-konyong orang aneh
itu telah mengisar sedikit kesamping, berbareng sebelah tangannya terus memapak
pergelangan tangan Li Pong yang memegang golok itu.
Begitu cepat perubahan itu hingga Li Pong merasa pergelangan tangannya
tergencet, habis itu, golok Pek-lin-to sudah berpindah tangan kena dirampas oleh orang
aneh itu. Semula Li Pong terperanjat, tapi bila dipikir lagi, ia menjadi girang. Memangnya ia
hendak meminjamkan goloknya itu kepada si orang aneh, kini senjata itu benar2 sudah
ditangan orang, apakah itu bolehnya disambut atau dirampas, bukankah serupa saja "
Sebaliknya demi orang itu sekarang memegang senjata gara2 Li Pong, Ki Go-thian
menjadi murka, ia memburu maju dan menyerang tapi terhalang oleh sinar golok yang
telah diputar oleh si orang aneh, maka gerak gerik serangannya itu terus kesampok
kesamping menuju Li Pong.
Untuk menghindar terang tidak sempat lagi, dalam keadaan terpaksa, mau tak mau
Li Pong harus bertahan, lekas2 ia kerahkan seluruh tenaga pada kedua tangannya terus
memapak kedepan. Namun tiba2 terasa dadanya menjadi sesak napasnya se-akan2
putus, matanya ber-kunang2 dan telinga mendenging.
Melihat Li Pong terancam bahaya, tanpa berjanji, In Thian sang dan Cio Ham telah
melesat maju berbareng. In Thian-sang terus memukul dengan pukulan geledeknya,
sedang Cio Ham menusuk dengan pedangnya.
Tenaga pukulan Ki Go-thian yang menyebabkan Li Pong terluka parah itu ternyata
belum reda sehingga masih saling bentur dengan pukulan In Thian-sang yang sedang
dilontarkan. Maka dua tenaga keras seketika bertemu, tahu-tahu In Thian-sang yang
menjerit, orangnya terpental pergi lebih setombak jauhnya, darah segarpun kontan
menyembur keluar dari mulutnya. Nyata luka yang dideritanya terlebih parah dari pada
Li Pong. Hong san Koay Khek " Halaman 285
yoza collection Selama hidupnya entah sudah berapa banyak In Thian-sang menghadapi
pertarungan besar, tetapi belum pernah ia dikalahkan dalam hal tenaga pukulan. Tetapi
kini belum lagi sejurus ia sudah keok dibawah tangannya Ki Go-thian hingga muntah
darah. Maka dapatlah dibayangkan betapa hebat ilmu Ki Go-thian, kalau bukan
martabatnya yang rendah dalam hal ilmu silat, sebenarnya ia tidak malu bila disebut
yang dipertuan agung dipersilatan.
Dalam pada itu tusukan pedang Cio Ham tadi juga sudah tinggal beberapa senti
dari perutnya, namun tiba2 Ki Go-thian menjentikkan jarinya kebawah, alangkah
terkejutnya ketika tahu2 Cio Ham merasa pedangnya patah menjadi dua. Dalam
kagetnya ia cepat melompat mundur dengan terkesima.
Pada saat Cio Ham menyerang itu, Tai-lik kim-kong Tong Po tidak mau ketinggalan,
sekali membentak, dengan perisai bajanya yang antap itu terus mengepruk keatas
kepalanya Ki Go-thian, tepat pada saat itulah Cio Ham kaget melompat mundur, maka
kepalan Ki Go thian terus dipindahkan memapak perisainya Tong Po.
Segera terdengar suara gemerontang yang sangat keras, tubuh Tong Po yang besar
itu terpental pergi menggeletak ditepi jurang, hampir2 saja terperosot kebawah, dan
tidak berkutik lagi. Lekas2 Cio Ham mendekat sang suami, tapi ia mendapatkan Tong Po sudah tak
bernyawa pula. Rupanya tergetar oleh Lwekang Ki Go-thian yang maha hebat itu hingga
seketika jantungnya berhenti berdenyut.
Karuan air mata Cio Ham bercucuran dengan murkanya ia memutar tubuh terus
hendak adu jiwa juga pada Ki Go-thian, sukur Jing-ling-cu dan Boh-hoat Suthay keburu
mencegahnya, ujar mereka: Sabarlah Tay-jing-sian-cu. Hari ini kaum Bulim kita sedang
menghadapi saat hidup atau mati, bila kita keburu napsu bertindak tanpa berpikir,
bukankah akan korban sia2.
Sungguh lihay luar biasa Ki Go-thian itu hanya dalam sekejap saja orang aneh itu
didesak mundur, Li Pong disampok terluka, In Thian sang terbentur hingga muntah
darah, Cio Ham dipatahkan pedangnya dan Tong Po malahan melayang jiwanya.
Kini jagoan yang terkemuka yang tinggal disitu antara lain adalah Jing-ling-cu, Wi
Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil
tindakan apa-apa. Hong san Koay Khek " Halaman 286
yoza collection Diam2 Wi Ko membisikkan Jun-yan: Sebentar bila perlu biar kita ber-ramai2
mengerubut maju, terhadap seorang iblis laknat macam Ki Go-thian ini, kita tidak perlu
lagi bicara tentang etiket segala. Cuma kau harus berhati hati2 !
Ai, semua gara-garaku ! ujar Jun-yan sambil menghela napas.
Sebab apakah " tanya Wi Ko heran.
Ya, sebab akulah yang memancing Ki Go thian kesini dengan menyatakan bahwa
dua paderi sakti dari pegunungan Khong-tong-san yang tersohor namanya, tapi belum
pernah dilihat orangnya itu, akan hadir kemari. Siapa tahu, Ki Go-thian datang benar2,
dan kedua paderi sakti itu tentu saja takkan terdapat disini.
Memang kedua paderi sakti itu takkan datang kesini lagi ! tukas Wi Ko.
Eh, dari mana kau tahu " Apakah kau kenal mereka " tanya Jun-yan.
Aku kenal mereka, malahan kenal baik sekali, ujar Wi Ko dengan perlahan. Mereka
bukan lain adalah guruku yang berbudi itu. Tapi sayang, mereka sudah wafat tahun
yang lalu, dengan sendirinya takkan datang kesini lagi.
Jun-yan terkesiap oleh keterangan itu. Dan selagi hendak menanya pula, sekonyong2 terasa samberan angin yang sangat keras, tahu2 dirinya telah ditarik
melompat kesamping oleh Wi Ko.
Kiranya pada saat itu si orang aneh telah ayun golok Pek-lin-to membabat kearah
Ki Go-thian, tetapi dapat dihindarkan, sebaliknya serangan yang masih nyamber dengan
hebatnya itu hampir2 mengenai Jun-yan yang berdiri disamping.
Kebetulan tempat yang mana Wi Ko berpijak itu tepat dibelakangnya Ki Go-thian.
Pikiran Wi Ko tergerak, cepat ia dorong Jun-yan kepinggir lagi, lalu ia sendiri kerahkan
seluruh tenaga terus melontarkan pukulan ke-punggung iblis itu.
Tak terduga, mendadak Ki Go-thian mendak kebawah menghindarkan serangan
golok si orang aneh yang saat itu lagi membabat pula, berbareng itu tubuhnya memutar
sambil kebaskan lengan bajunya hingga daya pukulan Wi Ko tadi kena dipatahkan.
Malahan sebelah tangannya itu terus menghantam kearah Wi Ko sembari membentk:
Ha, bocah berani membokong !
Sungguh terkejut sekali Wi Ko atas kesempatan lawan, dia menduga dirinya takkan
sanggup menangkis pukulan orang yang maha hebat itu, cepat2 ia berkelit, maka
Hong san Koay Khek " Halaman 287
yoza collection terdengarlah suara blang yang keras, sebuah batu besar dibelakangnya telah hancur
kena tenaga pukulan Ki Go-thian.
Dilain pihak, si orang aneh itu telah mencecar Ki Go-thian pula dengan permainan
goloknya yang lihay. Yang aneh yalah gerak serangan golok itu bukan lagi merupakan
ilmu golok tetapi lebih mirip ilmu pedang.
Li heng itu toh bukan Liok-hap-to-hoat golonganmu" Tanya Jing-ling-cu pada Li
Pong. Ya, bukan Liok-hap-to-hoat, sahut Li Pong. Jing-ling Tothiang, kau adalah akhli
pedang tentu kau dapat menyelami sedikit gaya permainan golok itu.
Sungguh memalukan aku sendiripun tidak tahu, sahut Jing-ling-cu.
Tiba2 Thay-jing-siancu membisiki mereka; Ilmu permainan golok sobat aneh itu
kenapa mirip benar dengan ilmu pedang Khong Siau-lin dari Siangyang dahulu"
Hati semua orang tergerak mendengar nama Khong Siau-lin disebut. Jago angkatan


Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tua itu terkenal sebagai gurunya Jiau Pek-king yang selisih usianya tidak banyak, dan
telah menghilang lebih tiga puluh tahun yang lalu ketika dalam suatu perjalanan jauh
sama Jiau Pek-king. Sedang men-duga2 diri sobat aneh itu, pada saat itulah tiba2 Jiau Pek-king
menggerang sekali, berbareng orangnya terus maju, sekali Tun-kau-kiam bergerak,
segulung sinar hijau segera mengurung keatas kepala Ki Go-thian. Jadi sekarang Ki Gothian dikeroyok dua.
Melihat Jiau Pek-king sudah bertindak, Wi Ko pun tidak mau ketinggalan lagi, kembali
ia pun menerjang maju dengan pukulan yang cukup lihay.
Ketika merasa serangan pedang Jiau Pek-king menyambar, Ki Go-thian sempat
menghindarkan bacokan si orang aneh berbareng tubuhnya meluncur kesamping dan
tangannya membalik, hendak merebut pedangnya Jiau Pek-king, sedang lengan baju
sebelah lain terus mengebas mendesak Wi Ko kebelakang. Sekali bergerak menghalau
tiga serangan. Melihat Jiau Pek-king yang sejak tadi diam saja, dan kini mendadak ikut menyerbu
maju, Jing-ling-cu dan lain-lain menjadi heran, tetapi merekapun lantas bersiap-siap
menanti kesempatan baik untuk menerjang.
Hong san Koay Khek " Halaman 288
yoza collection Dalam pada itu ketika Ki Go-thian harus menghindarkan diri lagi dari suatu serangan
si orang aneh yang dipandangnya paling tangguh diantaranya tiga lawan itu, diluar
dugaan tusukan pedang Jiau Pek-king menyusul tiba juga, lekas-lekas ia meloncat
setinggi dua tombak ke atas, habis itu terus menubruk kebawah mengarah Wi Ko yang
dianggap lawan terlemah. Namun begitu, tidak urung lengan bajunya sudah berlubang tertusuk pedangnya
Jiau Pek-king. Maka berserulah Ki Go-thian sembari menubruk kebawah: Aha, Siau Jiau
kiranya sudah berada disini. Tapi kenapa kau menjadi penakut begini, diam2 menyamar
lalu mengeroyok" Benar, memang aku sudah ada disini, sahut Jiau Pek-king dingin. Tetapi apakah
kau pun tahu sobat aneh ini siapa"
Siapa dia" katakan lekas ! bentak Ki Go-thian sambil menyerang.
Siapa dia" Apakah kau tidak kenal ilmu pedangnya yang dimainkan dengan golok
itu, sahut Jiau Pek-king dengan berkelit. Dia bukan lain adalah Siang-yang-kiam-sin
(jago pedang sakti dari Siangyang) Khong Siau-lin!
Ha, Khong Siau-lin" seru Ki Go-thian terkejut. Bukankah sudah berpuluh tahun
Khong Siau-lin hilang tak diketahui mati hidupnya"
Ya, dan sekarang Khong-kiam-sin itu telah menjelma kembali! kata Jiau Pek-king
sambil tersenyum. Diam2 Ki Go-thian memikir, apabila benar orang aneh ini adalah Khong Siau-lin,
maka pastilah merupakan seorang lawan yang tangguh, untuk menangkan dia masih
belum berani yakin. Apalagi kini lawan dibantu Jiau Pek-king dan Wi Ko, kalau melihat
keadaannya, orang aneh ini seperti kurang waras. Jalan satu-satunya aku harus
membinasakan orang aneh ini lebih dulu, habis itu satu persatu aku akan bereskan
yang lain. Setelah mengambil ketetapan itu, segera ia pusatkan serangannya kepada orang
aneh itu, keroyokan Jiau Pek-king dan Wi Ko yang dipandang enteng itu hanya sekalidua ditangkisnya atau cukup dengan tenaga kebasan lengan bajunya akan membikin
kedua orang itu terpaksa mundur.
Suatu ketika si orang aneh itu membabat dengan goloknya sembari meloncat
keatas mengelakkan serangan itu, berbareng Ki Go-thian terus menabok dengan telapak
Hong san Koay Khek " Halaman 289
yoza collection tangan kanannya kebatok kepala lawannya. Begitu cepat dan lihai serangan itu hingga
tampaknya kepala orang aneh itu pasti akan remuk kena digaplok.
Syukurlah dari samping Jiau Pek-king dan Wi Ko cepat bertindak. Jiau Pek-king
menusuk dengan pedangnya, terpaksa Ki Go-thian tarik kembali serangannya itu,
sedang Wi Ko terus melontarkan serangan dengan kedua tangannya, dengan maksud
menahan tenaga gaplokan Ki Go-thian keatas kepala orang aneh itu.
Ternyata babak ini adalah babak yang menentukan. Ki Go-thian sudah ambil
keputusan sekali pukul harus bereskan orang aneh itu meskipun ia harus terima resiko
pengeroyokan dari Jiau Pek-king.
Namun begitu dia masih sempat depakkan kakinya kebatang pedang Jiau Pek-king
yang menusuk kearahnya itu, begitu besar tenaga depakannya hingga meski
pedangnya yang didepak, tapi tidak urung Jiau Pek-king kena digetarkan roboh.
Dipihak lain gerakan si orang aneh juga tidak kalah sebatnya, sedikit Ki Go-thian
ayal karena kaki dan tangannya meski bekerja semua goloknya telah diputarnya
kembali dan dengan gaya pedang terus menusuk keperut Ki Go-thian yang sudah mulai
menurun dari atas. Sebaliknya pukulannya Ki Go-thian tadi masih digablokkan keatas
kepala si orang aneh, cuma tenaganya sudah berkurang karena rintangan Wi Ko tadi.
Maka terdengarlah suara crak , disusul dengan suara gedebukan badan manusia
beberapa kali. Saking ngerinya dan luar biasa adegan itu sampai Jing-ling-cu dan
lain2nya sama menjerit dengan pejamkan mata,
mereka menduga sekali ini pastilah tamat
riwayatnya dengan terbinasanya si orang aneh
yang mereka andalkan itu.
Diluar dugaan, ketika mereka membuka
mata ternyata Ki Go-thian sudah menggeletak
tanpa berkutik pula, ulu hatinya berlubang
memancurkan darah, sedangkan orang aneh
itupun terguling ditanah tak sadarkan diri. Wi Ko
termangu2 kaku ditempatnya, dan Jiau Pek-king
tampak sedang merangkak bangun dari
jatuhnya tadi. Hong san Koay Khek " Halaman 290
yoza collection Kiranya terbinasalah Ki Goan-thian itu disebabkan tusukan golok si orang aneh
ketika kakinya menjejak pedangnya Jiau Pek-king, sebaliknya orang aneh itupun
terjungkal pingsan oleh samberan angin pukulan Ki Go-thian, untung Wi Ko mendahului
hantamkan kedua tangannya hingga tenaga pukulan Ki Go-thian telah banyak
dipatahkan, bila tidak, pasti batok kepala orang aneh itu sudah pecah berantakan.
Dan sesudah merangkak bangun serta melihat keadaan disekitarnya, segera Jiau
Pek-king menubruk ketempat orang aneh itu, ia pegang urat nadi orang dan
mendapatkan keadaannya baik2 saja, cepat ia mengurut badan orang aneh itu hingga
sejenak kemudian orang itu tampak siuman kembali.
Tapi demi orang aneh itu membuka matanya, seketika memancarkan sinar mata
yang berkilat2. Berbeda sekali dengan sorot matanya yang buram tadi. Karuan Jiau Pekking sangat girang, segera ia pegang pundak orang dan dibangunkan, saking terharunya
sampai ia tidak sanggup ber-kata2.
Semua orang menjadi bingung oleh kelakuan Jiau Pek-king itu. Sebaliknya orang
aneh itu ikut heran ketika melihat Jiau Pek-king berada dihadapannya dan disamping
masih terdapat kawan2 yang sebagian besar tak dikenalnya.
Pek.. Pek King, kiranya kau! tiba-tiba orang aneh itu dapat bersuara.
Ya suhu, memang murid adanya, sahut Jiau Pek-king terharu.
Tercenganglah semua orang mendengar itu. Orang itu dipanggil suhu oleh Jiau Pekking, jadi dia itulah Khong Siau-lin, dan bukan Siang Hiap yang mereka sangka.
Lantas mengapa sebelum ajalnya Cu Hong tin telah berlutut minta ampun kepada
orang aneh itu dan menyebutnya sebagai Siang Hiap "
Kiranya pada waktu semua pada datang ke Ciok-yong-hong Cu Hong-tin juga sudah
tiba. Cuma waktu melihat Jiau Pek-king juga hadir dengan menyamar sebagai Hwe Tek,
sebagai orang pengecut, cepat ia tinggal pergi lagi. Tapi malang baginya, ditengah jalan
ia kepergok Ki Go-thian hingga kena dilukai, maka kembali ia berlari keatas Ciok-yonghong dan akhirnya terbinasa disitu.
Mengenai Siang Hiap mendadak bisa berubah menjadi Khong Siau-lin, hal itu
memang yang tidak tahu duduknya perkara menjadi heran dan bingung. Sebaliknya
sejak mula Jiau Pek-king memang sudah meragukan orang aneh itu sebagai Siang Hiap
ketika setiap gerak-geriknya mirip sang guru yang sudah sangat dikenalnya itu.
Hong san Koay Khek " Halaman 291
yoza collection Dahulu waktu mereka berkelana kedaerah Biau, secara kebetulan Khong Siau-lin
juga telah ikut memperebutkan Seng-co suku Biau yang kedelapan dan berhasil
mendudukinya. Karena tujuan mereka kedaerah Biau hendak menyelidiki rahasia kitab Siau-yangchit-kay, maka Jiau Pek-king coba minta sang guru membatalkan niatnya menjadi Sengco.
Tapi Khong Siau-lin berlainan pendapat, ia anggap dengan menduduki suku Biau itu
akan memudahkan penyelidikannya. Sebab pertentangan pendapat itu, kemudian Jiau
Pek-king kembali kedaerah Tionggoan sendiri dan bungkam seribu bahasa tentang sang
guru itu. Sehabis menjabat Seng-co kedelapan, pada suatu hari, selagi Khong Siau-lin
mengadakan penyelidikan ditengah gunung didaerah Biau itu, dipergoki seorang
berlari2 diantara hutan belukar itu seperti orang linglung. Segera ia memburunya, tapi
sesudah dekat, ia dapatkan muka orang sudah rusak membusuk. Kiranya orang itu
bukan lain dari pada Siang Hiap yang melarikan diri dari rumah penduduk Biau itu
ketika ditinggalkan sang isteri, yaitu Ang Jing-kin yang pergi mencari obat baginya.
Karena racun luka dimukanya itu sudah terlalu hebat, Siang Hiap tidak tahan lagi,
ia roboh pingsan. Waktu Khong Siau-lin berusaha menyadarkannya, tapi napasnya
sudah lemah, ia hanya sempat mengeluarkan kata2 Jing-kin ber-ulang2 sambil
menunjuk kearah pegunungan lalu menghembuskan napas yang terakhir. Si orang
cakap ganteng yang digilai banyak gadis diantaranya seperti To Hiat-koh akhirnya
terbinasa ditanah Biau. Khong Siau-lin mengulangi kata2 Jing-kin itu, ia menduga itu pasti nama seorang
wanita. lapun heran kenapa Siang Hiap menunjuk kearah pegunungan yang tidak
pernah dijajah manusia itu.
Segera ia melanjutkan perjalanannya dipegunungan itu dan akhirnya mendapatkan
Ang Jing-kin menggeletak ditepi kolam dan napasnya sudah tinggal senin kemis. Dalam
keadaan tak sadar, Ang Jing-kin sempat menyerahkan kain sutera merah dan Tun-kaukiam kepada Khong Siau-lin yang disangkanya suaminya sendiri, lalu menghembuskan
napas yang penghabisan. Dengan terharu Khong Siau-lin kembali ke kediamannya, ia simpan pedang dan
kain sutera itu dalam gua tempat suci Seng-co. Pada masa itulah, diam2 ia mencintai
Hong san Koay Khek " Halaman 292
yoza collection seorang gadis Biau yang cantik. Akan tetapi menurut adat bangsa Biau, seorang gadis
yang berani berhubungan gelap dengan Seng-co dianggap suatu dosa besar. Diluar
tahu Khong Siau-lin, diam2 gadis itu dibakar hidup2 oleh suku bangsa mereka. Waktu
Khong Siau-lin mengetahui, keadaan sudah terlambat, api sudah berkobar-kobar dan
gadis itu sudah terbakar.
Dengan kalap Khong Siau-lin membinasakan beberapa orang Biau, terus menerjang
ke dalam lautan api, ia dapatkan gadis buah hatinya sudah hangus. Sungguh tidak
kepalang pedih hatinya, ia menubruk keatas mayat yang sudah berwujut arang itu
sambil menangis keras2. Sementara itu orang Biau sama ketakutan dan melarikan diri
ketika beberapa kawannya dibinasakan Seng-co mereka. Akhirnya Khong Siau-lin
kemudianpun jatuh pingsan diatas mayat gadis Biau itu. Bila ia dapat siuman kembali,
pikirannya telah berubah kurang waras, menjadi seorang gendeng dan mukanya
terbakar rusak. Satu2nya yang masih dapat diingat olehnya hanya nama Jing-kin yang
didengarnya paling akhir itu. Sebab itulah, ketika akhirnya ter-lunta2 sampai di
pegunungan Heng San dan diketemukan Jing-ling-cu, yang masih diingatnya juga
melulu Jing-kin saja dua huruf.
Dan secara kebetulan sekali, ketika digaplok Ki Go-thian, beruntung tenaga pukulan
itu kena ditahan oleh Wi Ko, hingga Khong Siau-lin hanya terpukul pingsan, bahkan
karena pukulan itu menggetarkan otaknya dan jernih kembali pikirannya.
Begitulah sesudah Khong Siau-lin menceritakan pengalamannya itu, barulah semua
orang mengerti duduk perkaranya.
Jun-yan lekas kau kemari memberi hormat pada Suco! seru Jiau Pek-king
kemudian. Dengan lincah Jun-yan lantas menjura pada orang aneh alias Khong Siau-lin,
katanya kemudian: Pantas Su-co menganggap diriku sebagai Jing-kin serta selalu
membela padaku, tapi memang tidak salah juga kalau seorang Su-co harus melindungi
cucu muridnya! Khong Siau-lin tertawa oleh kata2 si gadis yang genit itu. Sebaliknya Jiau Pek-king
terus mengomelnya. Suhu, kata Jun-yan pula, jelek2 Tecu telah berjasa bukan" Kalau bukan Tecu yang
memancing Ki Go-thian kesini, tentu suco takkan dapat dikenal dan dipulihkan
ingatannya bukan" Hong san Koay Khek " Halaman 293
yoza collection Jiau Pek-king benar2 kewalahan oleh kenakalan murid itu. Ia hanya bisa geleng2
kepala sambil menghela napas.
Segera Jun-yan menambahi pula: Dan sekarang Tecu mohon perkenankan suhu
mengizinkan tecu menyusul A Siu kedaerah Biau untuk beberapa bulan lamanya, A Siu
tentu telah pulang kekampung halamannya sana bersama Ti Put-cian yang dicintainya
itu! Habis berkata tanpa menunggu jawaban, tangan Wi Ko lantas ditariknya dan berlari
kebawah gunung sambil tertawa ter-kikih2 genit..
Hong san Koay Khek " Halaman 294
Pendekar Pemanah Rajawali 16 Animorphs - 10 Menyelamatkan Kristal Android Gerhana Kembang Kedaton 1
^