Pencarian

Legend 5

Legend Karya Marie Lu Bagian 5


pagi dia mendatangiku dan menanyaiku tentang hal itu.
Kubilang padanya, aku masih sedih atas kematian orangtua kita dan menjadi sedikit paranoid. Kuberi tahu dia, aku tidak menemukan apa-apa dan kau sama sekali tak tahu apa pun tentang hal ini. Kuminta dia untuk tidak mengatakan apa-apa padamu dan dia bilang dia akan merahasiakannya. Kurasa aku bisa memercayainya. Tapi, rasanya aku jadi sedikit tegang karena ada orang yang tahu kecurigaanku, meskipun ha nya bagian terkecilnya. Maksudku, kau tahulah bagai mana Thomas kadang-kadang.
Aku sudah memutuskan. Akhir minggu ini, aku akan menghadap Komandan Jameson untuk mengundurk an diri dari kelompok patrolinya. Akan kuajukan kom plain tentang jam kerjaku dan beralasan aku tak pu nya cukup waktu untuk menjagamu sesuatu se per ti itulah. Aku akan menulis lagi saat aku sudah di pin dah tugas kan.
Kuikuti instruksi-instruksi Metias untuk menghapus setiap jejak terakhir di blognya.
Kemudian, aku bergelung di sofa dan tidur sampai homas menelepon. Kutekan tombol di teleponku. Suara pembu nuh kakakku memenuhi ruang tamu. homas, ser da du yang dengan senang hati menjalankan perintah Ko man dan Jameson, bahkan meskipun perintah itu adalah untuk membunuh teman masa kecilnya. Serdadu yang menggu na kan Day sebagai kambing hitam yang pas.
312 June" tanyanya. Kau baik-baik saja" Sudah hampir jam sepuluh dan aku belum melihatmu. Komandan Jameson ingin tahu kau ada di mana.
Aku tidak enak badan, kuusahakan mengendalikan diri. Aku akan tidur lebih lama.
Oh. Jeda. Apa saja gejalanya"
Aku tidak apa-apa, sahutku. Hanya dehidrasi dan de mam sedikit. Kupikir aku salah makan di kafe semalam. Beri tahu Komandan Jameson, nanti malam aku akan baik an.
Oke kalau begitu. Aku turut menyesal mendengar sa kit mu. Semoga lekas sembuh. Jeda lagi. Kalau malam ini kau masih sakit, aku akan mengajukan laporan dan mengirim patroli wabah untuk memeriksamu. Kau tahulah, prosedur resmi. Dan kalau kau butuh aku untuk datang ke situ, telepon saja.
Kau adalah orang terakhir yang ingin kulihat. Baiklah. Trims. Aku memutuskan hubungan.
Kepalaku sakit. Terlalu banyak memori, terlalu banyak rahasia yang terungkap. Tidak heran Komandan Jameson menyingkirkan jasad Metias begitu cepat. Aku bodoh, me ngira dia melakukan itu karena simpati. Tidak heran dia menyelenggarakan pemakaman Metias. Dan, dia pasti memb eriku tes misi mengejar Day untuk mengalihkan per hati an ku, sementara mereka menyingkirkan bukti-bukti yang ter tinggal.
Aku teringat kembali pada malam ketika Metias memutus kan untuk keluar dari bayang-bayang Chian di tim
313 peng awas Ujian. Dia diam dan terasa jauh waktu menjemput ku dari sekolah.
Kau baik-baik saja" aku ingat aku bertanya padanya. Dia tidak menjawab, hanya menggandeng tanganku dan langsung menuju stasiun kereta. Ayo, June, katanya. Kita pulang saja.
Saat aku melihat sarung tangannya, kutangkap ada se dikit noda darah di sana.
Metias tidak menyentuh makan malamnya, juga tidak menanyaiku bagaimana hariku di sekolah. Hal itu sangat meng gangguku sampai kusadari betapa marahnya dia. Akhir nya, tepat sebelum tidur, kuhampiri dia yang sedang berbaring di sofa. Aku meringkuk di bawah lengannya dan dia mencium dahiku.
Aku sayang kau, bisikku, berharap bisa mendengar se suatu darinya.
Dia menoleh dan menatapku. Pandangan matanya sa ngat sedih.
June, ujarnya. Kupikir besok aku akan mengajukan permohonan untuk berganti mentor.
Kau tidak suka Chian"
Selama beberapa saat, Metias diam saja. Lalu, dia menun duk kan pandangan, seolah-olah malu akan sesuatu. Hari ini aku menembak seseorang di stadion Ujian.
Ternyata hal ini yang mengganggunya. Aku tetap diam, membiarkannya melanjutkan.
Tangan Metias menyisiri rambutnya. Aku menembak seorang gadis kecil. Dia tidak lulus Ujian dan mencoba lari
314 dari stadion. Chian berteriak padaku untuk menembaknya & dan aku mematuhinya.
Oh. Saat itu aku tidak tahu, tapi sekarang aku bisa bi lang bahwa Metias merasa dirinya telah menembak-ku saat dia membunuh gadis kecil itu. Aku turut menyesal, bi sik ku.
Pandangan Metias menerawang. Sedikit orang pernah membunuh karena alasan yang benar, June, ujarnya setelah lama terdiam. Dan, kebanyakan orang melakukannya karena alasan yang salah. Aku hanya berharap kau tidak pernah ber ada dalam kategori yang mana pun.
Kenangan itu memudar. Tinggallah aku sendiri, bertahan dengan gaung kata-katanya.
Selama beberapa jam berikutnya, aku tidak beranjak da ri tempatku. Saat sumpah Republik berkumandang di luar, aku bisa mendengar orang-orang di jalanan di bawah mu lai meneriakkannya, tapi aku tidak repot-repot berdiri. Aku tidak memberi hormat waktu nama Elector Primo di se but. Ollie duduk di sampingku dan memandangiku, ka dang-kadang mendengking. Aku balik menatapnya. Aku ber pikir, mengalkulasi. Aku harus melakukan sesuatu. Aku ber pikir tentang Metias, tentang orangtuaku, tentang ibu dan saudara-saudara Day.
Wabah itu telah mencengkeramkan cakarnya ke se ke liling kami semua dalam berbagai cara. Wabah itu mem bunuh orangtuaku. Wabah itu menginfeksi adik Day. Wa bah itu mem bunuh Metias yang menemukan kebenaran ten tang
315 se mua ini. Wabah itu juga memisahkanku dari orang-orang yang kucintai.
Dan yang berada di balik wabah itu adalah Republik sen diri. Negara yang dulunya kubanggakan. Negara yang ber eksperimen dan membunuh anak-anak yang gagal dalam Ujian. Kamp buruh kami semua telah dibodohi. Apa Republik juga telah membunuh kerabat teman-temanku di Drake, semua orang yang tewas dalam pertempuran atau ke celakaan atau karena sakit" Apa ada rahasia yang lain"
Aku bangkit, berjalan menuju komputerku, dan mengambil segelas air yang ada di sana. Aku menatap kosong pada gelas itu. Entah bagaimana, pantulan jariku yang terputusputus pada kaca gelas itu mengejutkanku mengingatkanku pada tangan Day yang berlumur darah, juga pada jasad Metias. Gelas antik ini adalah hadiah, yang menurut dugaan diimpor dari pulau Republik di Amerika Selatan. Harganya 2.150 Notes. Seseorang bisa membeli sebotol obat wabah de ngan uang yang dihabiskan untuk gelas yang kupakai untuk minum ini.
Mungkin Republik bahkan tidak memiliki pulau-pulau itu. Mung kin semua yang diajarkan padaku tidak ada yang be nar.
Dalam kemarahan yang datang tiba-tiba, kuangkat gelas itu dan kulemparkan ke dinding. Gelas itu pecah men ja di ribuan pecahan kaca yang berkilauan. Aku berdiri tak bergerak di situ, gemetar.
316 Kalau Metias dan Day pernah bertemu di suatu tempat selain di belakang rumah sakit, apa mereka akan menjadi sekutu"
Posisi matahari berubah. Siang telah tiba. Aku masih belum bergerak dari tempatku berdiri.
Akhirnya, ketika cahaya matahari terbenam membuat apartemenku bermandikan warna emas dan oranye, aku beranjak. Kubersihkan kepingan-kepingan berkilau dari gelas pe cah itu. Lalu, aku berpakaian dalam seragam lengkap. Ku pasti kan rambutku dikuncir di belakang tanpa cacat. Wa jah ku bersih, tenang, dan tanpa emosi. Di kaca, aku ter lihat sama. Namun di dalam diriku, aku adalah orang yang ber be da. Aku seorang genius yang tahu kebenaran, dan aku tahu betul apa yang akan kulakukan. Aku akan membantu Day kabur.[]
MALAM INI AKU MENCOBA KABUR DARI PENJARA. Beginilah bagaimana hal itu terjadi.
Saat malam menjelang pada tiga hari terakhir hidupku, kudengar lebih banyak teriakan dan hiruk pikuk datang dari layar-layar di luar selku. Patroli wabah telah mengisolasi total sektor Alta dan Lake. Rentetan tembakan yang terusmenerus terdengar dari layar memberitahuku bahwa orangorang yang tinggal di kedua sektor itu pasti sedang mengha dapi pasukan tentara. Hanya satu pihak yang membawa senapan. Tebak siapa yang menang.
Pikiranku melayang pada June. Aku menggelengkan ke pala, heran sendiri karena aku sangat terbuka padanya. Aku bertanya-tanya apa yang saat ini sedang dia lakukan dan apa yang sedang dia pikirkan. Mungkin dia sedang me mi kir kan ku. Kuharap dia ada di sini. Entah kenapa aku me rasa lebih baik kalau bersamanya, seolah-olah dia benar-benar bisa bersimpati terhadap pikiran-pikiranku dan mem ban tu ku menyalurkannya. Selain itu, aku selalu me rasa nya man menatap wajahnya yang manis.
Wajah itu juga memberiku keberanian. Aku kesulitan memupuk keberanianku tanpa adanya Tess, John, atau ibuku.
Aku sudah memikirkan ini seharian. Kalau aku bisa me nemukan cara untuk keluar dari sel ini dan membekali
318 diriku dengan senjata atau rompi para tentara, aku punya ke sem patan bertarung untuk keluar dari Aula Batalla. Sekarang, aku sudah melihat bagian luar bangunan ini beberapa kali. Dindingnya tidak selicin Rumah Sakit Pusat, dan ka lau aku berhasil memecahkan jendela, aku bisa lari di sepanjang salah satu langkan yang mengitari sisi bangunan dengan kakiku yang masih dalam masa penyembuhan. Para tentara tidak akan bisa mengikutiku. Mereka akan harus me nembakku dari bawah atau dari atas, tapi aku dapat ber gerak cepat kalau ada pijakan. Aku juga masih bisa me nahan rasa sakit di tanganku.
Dan, aku harus mencari cara untuk mengeluarkan John juga. Eden mungkin tidak berada di dalam Aula Batalla lagi, tapi aku ingat jelas apa yang June katakan padaku pada hari pertama penangkapanku. Tawanan di sel 6822. Itu pas ti John & dan aku akan mencarinya.
Tapi, pertama-tama aku harus mencari cara untuk ke luar dari sel ini.
Aku memperhatikan para tentara yang berjajar di din ding, juga yang di dekat pintu. Semuanya ada empat. Ma sing-masing mengenakan seragam standar: sepatu bot hi tam, kemeja hitam dengan sebaris kancing perak, celana pan jang abu-abu gelap, rompi antipeluru, dan ban lengan pe rak. Setiap orang mempunyai senapan jarak dekat dan pis tol tambahan yang disarungkan di ikat pinggang.
Pikiranku berlomba. Dalam ruangan seperti ini, dengan empat dinding baja yang bisa memantulkan peluru, ke mung kin an senapan itu menggunakan sesuatu selain amu nisi utama. Mungkin karet, untuk membuatku pingsan
319 ka lau perlu. Atau, mungkin obat penenang. Tapi, bukan se sua tu yang bisa membunuhku atau membunuh mereka. Bu kan, ke cuali senapan itu akan ditembakkan dari jarak yang sa ngat dekat.
Aku berdeham. Para tentara itu menoleh padaku. Kutung gu beberapa detik, kemudian membuat suara tercekik dan membungkuk-bungkuk. Kugelengkan kepala seolaholah sedang menjernihkan pikiran, kemudian kembali bersan dar ke dinding dan memejamkan mata.
Sekarang, para tentara itu terlihat waspada. Salah satu dari mereka mengarahkan senapannya padaku. Mereka te tap diam.
Selama beberapa menit berikutnya, aku meneruskan ak tingku, tersedak dua kali lagi waktu para tentara itu meng awasi ku. Kemudian, tanpa peringatan, aku berpurapura meng h ela napas dan terbatuk-batuk.
Para tentara saling berpandangan. Untuk pertama ka li n ya, keraguan terlihat di mata mereka.
Ada apa" salah satu dari mereka membentakku. Dia adalah yang mengokang senapan. Aku tidak menjawabnya. Aku pura-pura berkonsentrasi sangat keras untuk menarik napas lagi.
Seorang serdadu lain menatap orang yang membentak ku. Mungkin dia terserang wabah.
Tidak masuk akal. Petugas medis sudah memeriksa - nya.
Serdadu tersebut menggeleng. Dia tidak terlindungi waktu bersama saudara-saudaranya. Yang kecil itu Pa sien
320 Nol, kan" Mungkin dulu petugas medis tidak mempert imbangkan hal itu.
Pasien Nol. Aku tahu. Kukeluarkan lagi suara ter ce kik sambil mencoba berpaling dari para penjaga saat me lakukan nya sehingga mereka pikir aku tidak menginginkan per ha ti an mereka. Aku menarik napas dan meludah di lan tai.
Para penjaga bimbang. Akhirnya, serdadu yang mengarahkan senapan padaku mengangguk kepada rekannya yang berdiri di sampingnya. Yah, aku tak mau berkeliaran di sini kalau memang dia terjangkit wabah aneh. Panggil tim pemeriksa. Mari kita minta agar dia dipindahkan ke sel di bangsal medis.
Rekannya mengangguk, lalu mengetuk pintu. Kudengar bunyi pintu itu dibuka dari luar. Seorang serdadu dari lorong mengantarkannya ke luar, kemudian segera mengunci pintu itu lagi.
Serdadu yang pertama berjalan ke arahku. Kalian semua, tetap arahkan senapan kalian padanya, ujar serdadu itu pada rekan-rekannya yang tersisa. Dia memegang sepasang borgol. Aku pura-pura tidak memperhatikan dia mendekat, sibuk dengan suara tercekik dan batuk-batuk.
Bangun. Dia mencengkeram sebelah lenganku dan menarikku kasar hingga berdiri. Aku menggerung kesakitan.
Dia membuka salah satu belenggu di tanganku dari ran tai yang mengikatnya, kemudian memasang borgol di situ. Aku tidak memberontak. Lalu, dia membuka belenggu
321 di tanganku yang satu lagi dan bersiap untuk memborgolnya juga.
Mendadak aku memelintir tanganku, dan untuk beberapa detik aku bebas. Sebelum dia dapat bereaksi, aku ber putar, merenggut pistol dari sarungnya, dan membidikkan nya tepat ke arahnya. Dua serdadu lain semakin mengarah kan senapan mereka padaku, tapi mereka tidak menembak. Mereka tidak bisa melakukannya tanpa mengenai si Serdadu Pertama.
Bilang pada anak buahmu untuk membuka pintu, ka ta ku pada serdadu yang kusandera.
Dia menelan ludah. Serdadu-serdadu lainnya tidak be rani berkedip.
Buka pintu! teriaknya. Terjadi kegemparan di luar, kemudian terdengar bunyi klik. Serdadu yang pertama itu memperlihatkan giginya padaku. Ada lusinan tentara di luar sana, teriaknya. Kau tidak akan bisa kabur. Aku hanya mengedipkan mata.
Begitu pintu terbuka sedikit, kutarik baju si Serdadu dan kudorong dia ke dinding. Salah satu dari kedua serdadu lainnya mencoba menembakku. Aku menjatuhkan diri ke lan tai dan berguling. Tembakan-tembakan dilancarkan di sekelilingku. Suaranya terdengar seperti peluru karet.
Lambat laun aku berhenti berguling dan menyebabkan seorang serdadu tersandung, jatuh telentang. Bahkan, ge rak an seperti itu saja membuatku menggertakkan gigi ke sakit an. Kaki yang luka ini benar-benar sialan. Aku berlari ce pat ke pintu yang terbuka sebelum mereka menutupnya lagi.
322 Setibanya di lorong, aku mengerjapkan sebelah mata. Para tentara bertebaran di situ. Langit-langitnya berpetak ubin. Di ujung lorong ada belokan ke kanan. Dinding di ujung lorong itu bertuliskan Lantai 4.
Serdadu yang membukakan pintu mulai bereaksi tangannya menjangkau pistol dalam gerakan lambat. Aku melom pat, bertolak pada dinding, lalu menggapai bagian atas pintu. Kakiku yang luka berhasil melemparkanku ke atas meskipun aku hampir jatuh kembali ke lantai. Lebih banyak tembakan dilancarkan. Aku berayun ke langit-langit dan mencengkeram teralis besi yang silang-menyilang di antara petak ubin. Sel 6822 lantai enam. Kuayunkan tubuh ke bawah dan kutendang kepala seorang serdadu dengan ka kiku yang sehat. Dia jatuh. Aku berguling bersamanya. Kurasakan dua peluru karet mengenai bahunya. Dia berteriak. Aku merunduk, lalu berlari cepat di sepanjang lorong, men jauhi para tentara dan tembakan-tembakan mereka, meng hindari tangan-tangan yang berusaha meraihku.
Aku harus sampai pada John. Kalau aku bisa mengeluar ka n nya, kami bisa saling menolong yang lain untuk kabur. Kalau aku bisa
Kemudian, sesuatu yang berat memukul wajahku. Pan dang an ku menggelap. Aku berusaha untuk konsentrasi, tapi kurasakan diriku jatuh ke lantai. Kucoba berdiri, tapi se se orang menghajarku lagi hingga aku kembali jatuh. Ra sa sakit yang tajam membuat punggungku kejang. Pasti ada serdadu yang memukulku dengan popor senapan. Kurasakan tangan-tangan menjepit lengan dan kakiku. Napasku ter sengal-sengal.
323 Segalanya terjadi begitu cepat sampai-sampai aku nyaris tidak bisa mengingat semua urutannya. Kepalaku pu sing. Kurasa aku akan pingsan.
Sebuah suara yang tidak asing terdengar dari atas ku. Itu Komandan Jameson. Ada apa ini! Dia terus berteriak pa da anak buahnya. Penglihatanku berangsur-angsur kembali. Kusadari bahwa aku masih berusaha membebaskan diri dari cengkeraman para tentara.
Daguku diangkat. Tiba-tiba saja aku sudah bertatapan langsung dengan Komandan Jameson. Percobaan kabur yang bodoh, katanya. Dia melirik Thomas, yang segera mem beri hormat. Thomas. Bawa dia kembali ke selnya. Dan kali ini tugaskan penjaga yang kompeten untuk menja ga nya. Dia melepaskan daguku dan menggosok-gosokkan kedua tangannya yang bersarung tangan. Aku ingin penjaga yang sekarang dibubarkan dan dikeluarkan dari kelom pok patroliku.
Ya, Komandan. Thomas kembali memberi hormat, lalu mulai meneriakkan perintah. Tanganku yang bebas se gera diborgol dengan borgol yang masih menggantung di tangan yang satunya. Dari sudut mataku, kulihat seorang pe tugas lain berpakaian hitam berdiri di samping Thomas. Itu June. Hatiku serasa melompat ke tenggorokan. Dia menyi pit kan mata ke arahku. Kulihat senapan di tangannya, yang tadi popornya dia gunakan untuk memukulku.
Mereka menyeretku kembali ke dalam sel. Aku berte riak-teriak dan menendang-nendang. June berdiri menung gu saat para tentara kembali merantaiku ke din ding. Kemudian, setelah mereka melangkah pergi, dia men con-
324 dong kan tubuh mendekati wajahku. Aku sangat menyarankan agar kau tidak melakukan hal itu lagi, serunya.
Hanya ada kemarahan yang dingin di matanya. Kulihat Komandan Jameson tersenyum di dekat pintu. Thomas menatap kami dengan wajah serius.
Lalu, June merendahkan tubuhnya lagi dan berbisik di telingaku. Jangan lakukan itu lagi, katanya, karena kau tidak akan bisa melakukannya sendirian. Kau butuh ban tuan ku.
Dari semua hal yang bisa kubayangkan akan keluar dari mulutnya, sudah jelas yang ini bukan termasuk di antara nya. Kuusahakan agar ekspresiku tidak berubah, tapi se lama sedetik jantungku berhenti berdetak. Bantuan" June mau membantuku" Dia adalah gadis yang baru saja me mu kul ku sampai nyaris pingsan di lorong tadi. Apa dia men coba menjebakku" Atau, dia memang sungguh-sungguh ber mak sud menolongku"
June menarik diri dariku segera setelah dia mengucapkan kata terakhir. Aku pura-pura terlihat marah, seakanakan dia baru saja membisikkan sesuatu yang menghina. Ko mandan Jameson mengangkat dagunya. Bagus sekali, Agen Iparis. June menghormat cepat. Turunlah ke lobi bersa ma Thomas. Aku akan menemui kalian di sana.
June dan si Kapten pergi. Sekarang, aku sendirian ber sa ma Komandan Jameson serta prajurit penjaga baru yang ber diri di dekat pintu sel.
Mr. Wing, ujarnya padaku beberapa saat kemudian. Malam ini kau melakukan percobaan kabur yang mengesan kan. Kau benar-benar selincah yang dikatakan Agen
325 Iparis. Aku benci melihat talenta seperti itu tersia-sia karena menjadi kriminal tak berharga, tapi hidup tidak selalu adil, kan" Dia tersenyum padaku. Kasihan. Kau betul-betul ya kin kau bisa melarikan diri dari markas militer ini, ya"
Komandan Jameson berjalan mendekatiku, berjongkok, lalu menumpukan sikunya ke salah satu lutut. Aku akan men ceritakan sebuah kisah padamu, katanya. Beberapa ta hun lalu, kami menangkap seorang pemberontak muda yang sangat mirip denganmu. Berani dan kurang ajar, dengan bodohnya suka menantang & benar-benar orang yang me re pot kan. Dia juga mencoba kabur sebelum hari ekseku si nya. Kau tahu apa yang terjadi padanya, Mr. Wing" Dia menjulurkan tangan dan meletakkannya di dahiku, lalu men do rong ku ke belakang sampai kepalaku tertekan ke dinding. Anak itu berhasil sampai ke tangga sebelum kami me nang kap n ya. Saat hari eksekusinya tiba, pengadilan mem beriku izin untuk membunuhnya secara pribadi alihalih membiarkannya ditembak oleh regu penembak. Pegang an nya pada dahiku mengencang. Kurasa dia akan lebih memilih regu penembak.
Suatu hari nanti kau akan mati dengan cara yang lebih buruk dari kematiannya, sahutku.
Komandan Jameson tertawa. Sampai akhir pun kau tetap lekas marah, ya" Dia melepas pegangannya di kepala ku dan mengangkat daguku dengan satu jari. Kau be nar-benar lucu, Bocah Tampan.
Aku menyipitkan mata. Sebelum dia bisa menghentikanku, aku melepaskan diri darinya dan menggigit tangannya dalam-dalam. Dia menjerit. Aku menggigit sekeras yang
326 ku bisa sampai kurasakan darah di mulutku. Komandan Jameson menghempaskanku ke dinding. Benturan itu mem buatku lemas. Komandan memegangi tangannya yang terluka, menampilkan gerakan kesakitan sementara aku mengerjap, berjuang untuk tetap sadar. Dua orang serdadu mencoba menolongnya, tapi dia mendorong mereka menjauh.
Aku sangat menunggu saat-saat eksekusimu, Day, teriaknya padaku. Darah menetes di tangannya. Aku akan menghitung mundur setiap menitnya! Kemudian, dia pergi sambil membanting pintu sel di belakangnya.
Aku memejamkan mata dan membenamkan kepala di lengan sehingga tidak ada yang bisa melihat wajahku. Rasa darah masih melekat di lidahku aku jijik pada rasa lo gam itu. Aku tak punya keberanian untuk berpikir tentang hari eksekusiku. Bagaimana rasanya berdiri di depan regu penembak tanpa ada jalan untuk lari" Pikiranku berkelana dan kemudian terfokus pada apa yang June bisikkan padaku. Kau tidak bisa melakukannya sendirian. Kau bu tuh bantuanku.
June pasti telah menemukan sesuatu siapa yang sebenarnya membunuh kakaknya, atau kebenaran lainnya tentang Republik. Saat ini tidak ada alasan baginya untuk menjebakku & aku tidak akan rugi apa-apa dan sebaliknya, tidak ada keuntungan yang bisa didapatnya. Aku menunggu rea lisasi hal itu meresap ke dalam pikiranku.
Seorang agen Republik akan menolongku kabur. Dia akan menolongku membebaskan saudara-saudaraku. Aku pasti sudah gila.[]
a ku Belajar Di Drake Bahwa Cara terBaik untuk beper gian tanpa terlihat pada malam hari adalah dengan berjalan di atap. Aku hampir tidak kelihatan pada ke tinggian se gitu perhatian orang-orang di bawah akan se penuh nya terpaku pada jalanan dan di samping itu, dari atas sinilah tempat terbaik untuk melihat ke mana tu ju an ku.
Malam ini aku dalam perjalanan menuju perbatasan Lake dan Alta, ke tempat aku terlibat dalam per ta rung an Skiz melawan Kaede. Saat ini aku harus menemu kan - nya, sebelum aku kembali ke Aula Batalla besok pagi dan mendiskusikan detail-detail pelarian kacau Day bersama Ko man dan Jameson. Kaede akan menjadi sekutu terbaikku dalam eksekusi Day yang akan datang.
Tak lama setelah tengah malam, aku mengenakan pakaian yang seluruhnya berwarna hitam. Sepatu bot hiking hitam. Jaket hitam tipis untuk penerbang. Pisau di ikat ping gang, serta ransel hitam kecil di punggung. Aku tidak mem bawa pistolku aku tidak ingin ada orang melacak ke per gian ku ke sektor kumuh.
Aku pergi ke lantai teratas apartemenku dan berdiri sen dirian di atap dengan angin berembus di sekelilingku. Aku bisa mencium kelembapan di udara. Beberapa hewan di pa brik masih makan rumput pada jam segini. Melihat
328 me reka, aku jadi bertanya-tanya apakah selama ini aku tinggal di bawah tanah pabrik daging.
Dari sini aku bisa melihat pusat kota Los Angeles, sek tor-sektor di sekitarnya, serta tepi daratan tipis yang me misah kan danau besar dengan Samudra Pasiik. Mudah un tuk menentukan di mana sektor-sektor kaya membatasi sek tor ter miskin di mana cahaya stabil dari aliran listrik me nga lah pada lentera yang kerlap-kerlip, api unggun, serta pem bangkit listrik tenaga uap.
Kugunakan peluncur tali udara untuk menghubungkan kabel tipis di antara dua bangunan. Kemudian, aku bergelantung an dan meluncur di kabel tersebut tanpa suara, dari satu gedung ke gedung lain sampai aku benar-benar keluar dari sektor Ruby dan Batalla.
Setelah itu, segalanya menjadi sedikit lebih sulit. Bangun an-bangunan yang ada di sini tidak terlalu tinggi dan atap nya banyak yang sudah hancur, beberapa bahkan hampir roboh semuanya kalau ada tenaga yang terlalu besar me ng e nainya.
Kupilih targetku dengan hati-hati. Beberapa kali aku terpaksa mengarahkan peluncur taliku ke tempat yang lebih rendah daripada atap, dan kemudian memanjat ke atas de ngan gemetar setelah sampai ke sisi bangunan tersebut. Wak tu aku tiba di pinggir sektor Lake, kurasakan keringat me netes di leher dan punggungku.
Tepi danau hanya terletak beberapa blok dari sini. Saat aku memperhatikan baik-baik melewati sektor itu, kulihat pita-pita merah terdapat hampir di setiap blok, dan tentara
329 patroli wabah dengan masker gas dan jubah berwarna hitam berdiri di setiap sudut jalanan. Tanda X berderet-deret di pintu rumah-rumah penduduk. Kulihat satu kelompok patroli mendatangi setiap rumah, berpura-pura melakukan inspeksi rutin yang biasa. Aku punya dugaan bahwa saat ini mereka sebenarnya sedang menyuntikkan obat, seperti yang Metias bilang. Dan dalam beberapa minggu, wabah itu akan secara ajaib menghilang. Kupastikan untuk tidak melihat ke mana pun yang dekat dengan rumah Day atau mungkin, yang dulunya rumah Day. Seakan-akan jenazah ibunya masih terbaring di jalanan di sana.
Butuh sepuluh menit bagiku untuk mencapai tempat di luar Lake, tempat aku pertama kali bertemu Day. Di sini atap bangunannya terlalu rapuh untuk peluncur tali udaraku. Dengan hati-hati, aku melangkah perlahan ke bawah aku lincah, tapi aku bukan Day dan menyusuri gang gelap yang menuju danau. Pasir basah berderak di bawah kakiku.
Aku berjalan di sepanjang gang itu, berhati-hati agar ter hin dar dari lampu jalanan, polisi, dan kerumunan orang yang amat banyak. Day pernah bilang dia bertemu Kaede di se buah bar di sini, di perbatasan Alta dan Winter. Sekarang, aku me ninjau daerah ini sambil berjalan. Jika berada di atap, aku bisa lang sung tahu bahwa ada lusinan bar yang cocok dengan lokasi dan deskripsi yang diberikan Day. Tapi dari bawah sini, aku hanya menemukan sembilan.
Beberapa kali aku berhenti di gang untuk berpikir. Kalau aku tertangkap di sini dan seseorang membongkar apa yang sedang kulakukan, mereka mungkin akan membunuh-
330 ku tanpa menanyaiku. Pikiran itu membuat jantungku ber de tak lebih cepat.
Tapi, kemudian aku teringat kata-kata kakakku di blog itu, yang cukup untuk membuat mataku terasa pedih. Aku menggertakkan gigi. Saat ini aku sudah pergi terlalu jauh un tuk kembali.
Aku berkelana di beberapa bar tanpa hasil. Bar-bar itu ter lihat sangat mirip cahaya lentera yang redup, asap rokok dan kekacauan, serta pertarungan Skiz yang sesekali berlangsung di sudut bar yang gelap. Aku mengecek setiap pertarungan, meskipun aku sudah belajar untuk berdiri cukup jauh dari lingkaran kerumunan. Kutanyai setiap barten der kalau-kalau mereka tahu seorang gadis dengan tato bergambar tumbuhan merambat. Tapi tidak ada Kaede. Sekitar satu jam berlalu.
Kemudian, aku menemukannya. (Sebenarnya, dia yang menemukanku.) Aku bahkan tak punya kesempatan untuk melangkah ke dalam bar.
Aku baru saja berjalan keluar dari sebuah gang yang ber de kat an dengan bar ini dan sedang menuju pintu samping bar ketika kurasakan ada sesuatu melayang tepat me le wati bahuku. Sebuah belati. Aku segera melompat dan pandanganku beralih cepat. Seseorang meloncat turun dari lantai dua, menyergapku, dan membuat kami berdua ter ja tuh ke dalam kegelapan. Punggungku menghantam din ding. Releks, kuraih pisau di ikat pinggangku sebelum ku lihat siapa penyerangku.
Ternyata kau, ujarku. 331 Gadis yang menghadapiku terlihat marah. Lampulam pu jalanan menerangi tato tumbuhan merambatnya. Mata nya diselimuti celak hitam tebal. Baiklah, kata Kaede. Aku tahu kau mencariku. Kau sangat ingin menemuiku sam pai kau berkeliling ke bar-bar di Alta selama lebih dari satu jam. Apa yang kau inginkan" Pertarungan ulang atau se suatu yang lain"
Aku baru akan merespons ketika kulihat ada gerakan di kegelapan di belakang Kaede. Aku membeku. Ada orang lain di sini bersama kami.
Ketika Kaede melihat arah pandanganku, dia meninggikan suaranya. Mundur, Tess, katanya. Kau tidak ingin melihat ini.
Tess" Aku memicingkan mata ke dalam kegelapan. So sok yang berdiri di sana terlihat cukup kecil, dengan potong an tubuh yang halus dan rambut yang terlihat dikepang berantakan. Mata besar berkilauan menatapku tajam dari belakang Kaede. Kusadari aku sangat ingin tersenyum aku tahu berita ini akan membuat Day sangat senang.
Tess melangkah maju. Dia tampak cukup sehat meskipun ada lingkaran hitam di bawah matanya. Tatapan curiga di wajahnya mengirimkan gelombang rasa malu padaku. Halo, ujarnya. Bagaimana Day" Dia baik" Aku mengangguk. Untuk saat ini ya. Aku senang me lihat mu juga baik-baik saja. Apa yang kau lakukan di sini"
Dia tersenyum penuh kewaspadaan padaku, kemudian dengan gugup melirik ke arah Kaede. Kaede menatapnya
332 marah dan menekanku lebih kencang ke dinding. Ba gaimana kalau kau menjawab pertanyaanku dulu" bentaknya.
Tess pasti sudah bergabung dengan Patriot. Kujatuhkan pisau ku ke tanah, lalu kupegang mereka berdua dengan tangan kosongku. Aku ke sini untuk bernegosiasi denganmu, ku balas Kaede dengan tatapan tenang. Kaede, aku butuh bantuanmu. Aku harus bicara dengan kelompok Patriot.
Hal ini meruntuhkan pertahanannya. Apa yang membuat mu berpikir aku seorang Patriot"
Aku bekerja untuk Republik. Kami tahu banyak hal, yang beberapa di antaranya akan membuatmu terkejut.
Kaede menyipitkan matanya padaku. Kau tidak butuh bantuanku. Kau bohong, katanya. Kau tentara Republik, dan kau menyerahkan Day pada mereka. Kenapa aku harus memercayaimu"
Kuambil ranselku. Kubuka ritsletingnya dan kukeluarkan setumpuk tebal uang Notes. Tess menahan napas. Aku mau mem berimu ini, sahutku, menyerahkan uang itu pada Kaede. Dan masih banyak lagi di tempatku berasal. Tapi, kau harus mendengarkan aku, dan aku tidak punya banyak wak tu.
Dia membolak-balik uang itu dengan tangan yang lengan nya sehat dan memeriksa selembar di antaranya de ngan ujung lidah. Lengannya yang satu lagi dibalut rapat. Mendadak aku ingin tahu apakah Tess yang membalut lengan itu. Pasti kelompok Patriot menganggap anak itu berguna.
333 Ngomong-ngomong, aku minta maaf soal itu, kataku, memberi isyarat pada lengannya. Aku yakin kau mengerti kenapa aku melakukannya. Aku sendiri masih punya bekas luka yang kau sebabkan.
Kaede tertawa kering. Sudahlah, ujarnya. Setidaknya sekarang kami punya petugas medis lain di Patriot. Dia me nepuk perbannya dan mengedipkan mata pada Tess.
Senang mendengarnya, kataku sambil melirik Tess. Jaga dia baik-baik. Dia berharga untuk itu.
Kaede mempelajari wajahku lebih lama, lalu akhirnya dia melepaskanku dan mengangguk ke arah ikat pinggangku. Jatuhkan semua senjatamu.
Aku tidak membantah. Kutarik empat pisau dari ikat pinggangku, kukeluarkan pelan-pelan sehingga dia dapat melihatnya, lalu kujatuhkan. Kaede menendang semuanya hingga jauh dari jangkauanku.
Kau punya gigi pelacak" tanyanya. Atau alat pendengar"
Kubiarkan dia memeriksa mulut dan kedua telingaku. Tidak ada apa-apa, jawabku.
Kalau aku mendengar sesuatu seperti langkah kaki mengikuti kita, ujar Kaede, aku akan langsung membunuhmu. Mengerti"
Aku mengangguk. Kaede bimbang sejenak, lalu merendahkan lengannya dan memimpin kami lebih jauh ke dalam kegelapan gang. Tidak mungkin aku membawamu menemui rekan-rekan Patriotku, katanya. Aku tidak cukup memercayaimu un-
334 tuk itu. Kau bisa bicara pada kami berdua, dan aku akan me lihat apakah kata-katamu cukup berharga untuk ditindak lanjuti.
Aku bertanya-tanya seberapa besar operasi kelompok Patriot. Cukup adil.
Aku mulai menceritakan pada Kaede dan Tess tentang apa yang kuketahui. Kumulai dari Metias, lalu kematiannya. Kuberi tahu dia tentang perburuanku atas Day dan apa yang terjadi setelah aku menyerahkannya. Apa yang homas la ku kan pada Metias. Tapi, aku tidak memberitahunya kenapa orangtuaku meninggal atau rahasia tentang wabah yang Metias tuliskan di blognya. Aku terlalu malu untuk me nga ta kan hal itu langsung pada dua orang yang tinggal di sektor kumuh.
Jadi, teman kakakmu yang membunuhnya" Kaede ber siul pelan. Karena kakakmu tahu Republik membunuh orangtua kalian" Dan Day dijebak"
Nada suara Kaede yang acuh tak acuh menggangguku, tapi aku berusaha mengabaikannya. Ya.
Yeah, itu cerita sedih. Beri tahu aku apa hubungan nya semua ini dengan Patriot.
Aku ingin menolong Day kabur sebelum hari eksekusinya. Dan, kudengar Patriot sudah lama ingin merekrutnya. Atau, mungkin kau tidak ingin melihatnya mati. Barangkali Patriot dan aku bisa menyusun suatu rencana.
Kemarahan di mata Kaede berubah menjadi kecurigaan. Jadi, kau ingin balas dendam atas kematian kakakmu atau apa" Kau ingin mengkhianati Republik demi Day"
335 Aku ingin keadilan. Dan, aku ingin membebaskan pe mu da yang tidak membunuh kakakku.
Kaede menggerutu dalam ketidakpercayaan. Kau tahu" Kau hidup dalam kehidupan yang manis. Tinggal di aparte men yang nyaman di sektor kaya. Kau tentu tahu, ka lau Re publik tahu kau bicara denganku, mereka akan menempat kanmu di depan regu penembak. Sama seperti Day.
Kata-katanya yang menyebutkan Day berdiri di depan regu penembak membuat punggungku terasa dingin. Dari sudut mataku, kulihat Tess juga mengernyitkan dahi. Aku tahu, sahutku. Apa kau akan menolongku" Kau menyukai Day, kan" kata Kaede.
Kuharap kegelapan menyembunyikan warna merah yang muncul di pipiku. Itu tidak ada hubungannya.
Dia tertawa. Lucu sekali! Seorang gadis kaya jatuh cin ta pa da penjahat paling terkenal di Republik. Dan lebih bu ruk lagi, kau lah alasan utama dia berada di penjara. Betul"
Tetap tenang. Apa kau akan menolongku" tanyaku
lagi. Kaede mengangkat bahu. Kami selalu menginginkan Day. Dia dapat menjadi Utusan yang sempurna bagi kami, kau tahu" Tapi, urusan kami bukan untuk melakukan perbuat an-perbuatan baik. Kami profesional, kami punya agen da jangka panjang, dan membantu orang lain bukan ter ma suk di antaranya.
Tess membuka mulut untuk protes, tapi Kaede memberi isyarat padanya agar tetap diam. Day mungkin sosok yang
336 populer di jalanan, tapi dia tetaplah seorang pemuda. Apa un tungnya bagi kami" Hanya mendapat kesenangan karena bisa mendapatkannya" Patriot tidak akan membahayakan lusinan nyawa hanya untuk membebaskan seorang penjahat. Itu tidak eisien.
Tess mengeluh. Aku bertukar pandang dengannya, dan aku tahu bahwa selama ini dia telah mencoba meyakinkan Kaede untuk melakukan ini sejak Day ditangkap, meski tan pa hasil. Mungkin inilah alasan utama Tess bergabung de ngan kelompok Patriot untuk memohon pada mereka agar menyelamatkan Day.
Aku tahu. Kuturunkan ranselku dan kulemparkan pada Kaede. Dia tidak membukanya. Makanya aku membawa ini. Ada 200.000 Notes di dalam sana, dikurangi jum lah yang tadi sudah kuberikan padamu. Suatu bayaran yang layak. Uang itu adalah hadiah atas penangkapan Day, dan se harus nya itu cukup untuk membayar bantuanmu. Ku re ndah kan suara. Aku juga menyertakan sebuah bom listrik. Level tiga. Harganya enam ribu Notes. Bom itu bisa me non aktif kan semua senapan selama dua menit dalam ra dius setengah mil. Aku yakin kau tahu betapa sulitnya men da pat kan satu yang seperti itu di pasar gelap.
Kaede membuka ritsleting ransel dan memilah-milah isinya. Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi aku bisa me li hat rasa senang pada bahasa tubuhnya. Dari caranya mem bung - kuk penuh nafsu di atas uang kertas itu dan mem b elai permukaannya dengan tangannya yang sehat. Dia men deng kur senang saat menyentuh bom listrik, dan matanya melebar
337 saat dia mengangkat bola logam itu untuk memeriksanya. Tess memandanginya dengan pandangan penuh harap.
Ini uang receh untuk Patriot, katanya setelah selesai me meriksa. Tapi kau benar mungkin ini cukup untuk mem bu juk bosku agar membiarkanku menolongmu. Tapi ba gai mana kami bisa yakin ini bukan jebakan" Kau menjual Day pada Republik. Bagaimana kalau kau juga berbohong padaku"
Uang receh" Patriot pasti punya kantong yang sangat da lam. Namun, aku hanya mengangguk. Kau berhak men cu rigai ku, kataku. Tapi coba pikirkan. Kau bisa pergi se ka rang juga, dengan 200.000 Notes dan senjata yang c u kup be r guna, tanpa menggerakkan satu jari pun untuk me no long ku. Aku memercayaimu dan kelompok Patriot. Ku mohon agar kau juga memercayaiku.
Kaede menghela napas panjang. Aku tahu dia masih belum yakin. Yah, apa yang ada di pikiranmu"
Jantungku berdetak lebih cepat. Aku tersenyum tulus pada Kaede. Yang paling utama dulu. Kakak Day, John. Aku berencana untuk menolongnya kabur besok malam. Wak tunya antara jam sebelas dan setengah dua belas, tidak kurang dan tidak lebih.
Kaede memandangku tak percaya, tapi aku mengabaikannya. Satu kematian palsu sebuah pernyataan bahwa John ter infeksi wabah. Kalau aku bisa menolongnya keluar dari Aula Batalla besok malam, aku akan membutuhkanmu dan sepasang anggota Patriot lain untuk membawanya keluar sek tor dan memastikannya aman.
338 Kami akan ada di sana, kalau kau berhasil. Bagus. Sekarang, sudah jelas menolong Day akan lebih sulit. Eksekusinya akan dilakukan dua malam dari se ka rang, tepatnya jam enam sore. Sepuluh menit sebelum itu, aku akan menjadi orang pertama yang menggiringnya ke lapangan tempat regu penembak berada. Aku punya ID akses yang aman seharusnya aku bisa membawa Day keluar melalui salah satu dari enam pintu belakang aula ba gian timur. Tempatkan beberapa Patriot menunggu kami di sana. Kukira akan ada setidaknya dua ribu orang yang me nyaksi kan eksekusi, yang berarti sekurang-kurangnya de la pan puluh petugas keamanan. Pintu belakang harus minim penjagaan. Lakukan sesuatu apa saja untuk memastikan bahwa kebanyakan tentara Republik turun tangan di sana. Jika blok pertama setelah Aula Batalla minim penjagaan, kau akan punya cukup kesempatan untuk kabur.
Kaede mengangkat sebelah alis. Kau cari mati. Apa kau tahu betapa rencanamu terdengar sangat mustahil"
Ya. Aku berhenti sejenak. Tapi, aku benar-benar ti dak punya banyak pilihan.
Baiklah, lanjutkan. Bagaimana dengan alun-alun" Pengalihan perhatian. Tatapanku terpancang pada mata Kaede. Buat kekacauan di Alun-alun Batalla sebanyak yang kau bisa, yang cukup untuk memaksa para ten tara yang menjaga pintu belakang untuk turun ke alun-alun dan membantu menahan massa meskipun hanya be be rapa menit. Saat itulah bom listrik akan menolongmu. Lempar kan ke udara, dan bom itu akan mengguncangkan Aula
339 Ba talla dan sekitarnya. Bom itu tidak akan melukai siapa pun, tapi sudah jelas akan menimbulkan kepanikan. Dan saat se mua senapan di sekitar situ nonaktif, mereka tidak bisa me nembak Day meskipun mereka melihatnya lari di se pan jang atap. Mereka harus mengejarnya atau mencoba ke ber untungan mereka dengan pistol bius yang kurang aku rat.
Oke, genius. Kaede tertawa, sedikit terlalu sinis. Tapi biarkan aku bertanya. Bagaimana kau akan mengeluarkan Day dari gedung itu" Kau pikir kau akan jadi satu-satunya ser dadu yang membawa Day ke hadapan regu penembak" Para tentara yang lain mungkin akan mengapitmu. Atau bisa juga yang menyertaimu adalah seluruh kelompok patroli.
Aku tersenyum padanya. Memang akan ada tentara yang lain. Tapi, siapa bilang mereka bukan anggota Patriot yang menyamar"
Dia tidak menjawab, tidak dalam kata-kata. Namun, aku bisa melihat seringai melebar di wajahnya, dan aku sa dar bahwa meskipun dia pikir aku gila, dia telah setuju un tuk membantu.[]
DUA MALAM SEBELUM HARI EKSEKUSIKU, aku banyak bermimpi saat mencoba tidur dengan bersandar ke dinding selku. Aku tidak bisa mengingat beberapa yang pertama. Mim pi-mimpi itu bercampur aduk menjadi lumpur yang mem bingungkan, penuh dengan wajah-wajah asing dan fa milier, sesuatu yang terdengar seperti tawa Tess, sesuatu yang lain lagi terdengar seperti suara June. Mereka semua mencoba bicara padaku, tapi tak ada satu pun yang dapat kumengerti.
Meski demikian, aku ingat mimpi terakhir yang kudapat sebelum aku terbangun.
Siang yang cerah di sektor Lake. Aku sembilan tahun. John tiga belas, baru saja memasuki masa puber. Eden baru empat tahun dan duduk di anak tangga di depan pin tu rumah kami, menonton saat John dan aku bermain hoki jalanan. Bahkan dalam usia segitu, Eden adalah yang paling cerdas di antara kami. Alih-alih ikut bermain, dia memilih untuk duduk di sana, main-main dengan onderdil mesin turbin tua.
John memukul bola gumpalan kertas ke arahku. Aku hampir tidak bisa menangkapnya dengan ujung sapuku. Kau memukulnya terlalu jauh, aku protes.
341 John hanya nyengir. Kau butuh releks yang lebih baik dari itu kalau kau mau lulus deretan tes isik pada Ujianmu.
Kupukul balik bola kertas itu sekeras yang kubisa. Bola itu berdesing melewati John dan mengenai dinding di belakangnya. Kau berhasil lulus Ujian-mu, kataku. Meskipun releksmu begitu.
Bola tadi sengaja kubiarkan lewat. John tertawa sam bil berbalik dan berjalan pelan menuju bola itu. Dia me nang kapnya sebelum angin semilir menerbangkannya. Be berapa orang lewat hampir menginjak bola tersebut. Aku tak mau sepenuhnya menghancurkan egomu.
Hari itu menyenangkan. Baru-baru ini John diterima be kerja di pabrik kompor lokal milik tetangga kami. Untuk me r ayakannya, Ibu menjual satu dari dua gaunnya dan ber bagai macam pot tua, serta menghabiskan akhir pekan dengan mengambil giliran rekan-rekan kerjanya. Uang ekstra yang didapatkannya cukup untuk membeli seekor ayam utuh. Ibu pun berada di dalam rumah, mengolah ayam itu. Aroma daging dan kuahnya sangat lezat sehingga kami membiarkan pintu sedikit terbuka agar dari luar sini kami juga bisa mencium aromanya. Tidak biasanya suasana hati John sebagus ini. Aku berencana untuk mengambil keuntungan akan hal ini sebanyak yang kubisa.
John memukul bola ke arahku. Aku menangkapnya dengan sapuku dan balik memukulnya. Kami bermain ce pat dan penuh semangat selama beberapa menit, tidak ada di antara kami yang melewatkan memukul bola. Kadang-
342 kadang, kami melakukan lompatan menggelikan untuk mendapatkan bola, membuat Eden tertawa-tawa geli. Aroma ayam memenuhi udara. Hari itu bahkan tidak panas faktanya, hari itu sempurna. Aku diam sejenak saat John ber lari untuk mengambil bola. Kucoba mengabadikan hari ini dalam pikiranku.
Kami saling memukul bola beberapa kali lagi. Lalu, aku melakukan kesalahan.
Seorang polisi sedang menyusuri gang kami saat aku siap mengembalikan bola pada John. Lewat sudut mata - ku, kulihat Eden berdiri di anak tangga. Bahkan, John me lihat polisi itu datang sebelum aku melihatnya, dan dia meng angkat sebelah tangan untuk menghentikanku. Tapi ter lam bat. Aku sudah terlanjur mengayunkan tangan, dan bola kertas itu tepat mengenai wajah si Polisi.
Tentu saja bola tersebut memantul jatuh bolanya kan terbuat dari kertas yang tidak berbahaya tapi kejadian itu cukup untuk membuat si Polisi berhenti berjalan. Pandangan nya beralih cepat ke arahku. Aku membeku.
Sebelum salah satu dari kami bisa bergerak, polisi itu mengeluarkan pisau dari sepatu botnya dan berjalan cepat mendekatiku. Kau pikir kau bisa kabur setelah melakukan hal seperti itu, Nak" teriaknya. Dia mengangkat pisau tersebut, siap menghantam wajahku dengan pegangan pisaunya. Alih-alih menarik diri, kupelototi dia dengan pandangan marah tanpa mengubah posisi sama sekali.
John menghampiri si Polisi sebelum polisi itu mencapaiku. Sir! Sir! John berlari cepat ke depanku dan memegangi
343 lengan si Polisi. Saya minta maaf atas kejadian tadi, katanya. Ini Daniel, adik saya. Dia tidak sengaja.
Polisi itu mendorong John minggir. Pegangan pisau itu memecut wajahku, membuatku jatuh ke tanah. Eden menjerit dan lari ke dalam rumah. Aku terbatuk, mencoba meludah kan butiran tanah yang memenuhi mulutku. Aku tak bisa bicara. Si Polisi mendekat dan menendang pinggangku. Bola mataku menonjol keluar. Tubuhku melekuk dalam po sisi seperti janin dalam kandungan.
Tolong hentikan! John kembali menghampiri si Polisi dan berdiri mantap di antara kami. Aku melihat sekilas ke se rambi rumah kami dari tempatku terbaring di tanah. Ibu ku terburu-buru keluar, dengan Eden bersembunyi di be la kang nya. Ibu berseru putus asa pada polisi itu. John terus mengajukan pembelaan. Saya saya bisa memba yar Anda. Kami tidak punya banyak uang, tapi Anda bisa mengambil apa pun yang Anda inginkan. Tolonglah. Tangan John bergerak turun dan mencengkeram lenganku. Dia mem bantuku berdiri.
Si Polisi diam sejenak, mempertimbangkan tawaran John. Kemudian, dia menatap ibuku. Kau yang di sana, te riak nya. Berikan padaku apa yang kau punya. Dan, lihat apa kah kau bisa membesarkan anak nakal ini lebih baik.
John mendorongku lebih jauh di belakangnya. Adik saya benar-benar tidak sengaja, Sir, ulang John. Ibu saya akan menghukumnya atas tingkah lakunya ini. Dia masih kecil. Belum banyak yang diketahuinya.
344 Beberapa detik kemudian, ibuku buru-buru keluar sam bil membawa buntalan kain. Polisi itu membukanya dan me me riksa setiap Note yang ada di situ. Aku tahu isi nya hampir seluruh uang kami. John diam saja. Setelah be be rapa saat, si Polisi membungkus kembali uang itu dan me masuk kan nya ke kantong rompinya. Dia menatap ibuku lagi. Apa kau sedang memasak ayam di dalam sana" tanya nya. Sepertinya keluarga kalian termasuk yang cukup kaya untuk orang-orang seperti kalian. Apa kalian sering meng habis kan uang seperti ini"
Tidak, Sir. Kalau begitu berikan ayam itu padaku, ujar si Po-
lisi. Ibu segera masuk kembali. Beliau keluar dengan kantong berisi daging ayam yang diikat erat dengan kain lap. Polisi itu mengambilnya, menyandangnya di bahu, lalu sekali lagi memandangku dengan tatapan jijik. Dasar anak jalanan nakal, gerutunya. Kemudian, dia meninggalkan ka mi. Gang itu kembali sepi.
John berusaha mengatakan sesuatu untuk menenangkan Ibu, tapi beliau menolak mendengarnya dan meminta maaf pada John karena kehilangan makanan kami. Ibu tidak memandangku. Setelah beberapa saat, beliau masuk kembali ke dalam untuk mengurus Eden, yang mulai mena ngis.
John berputar menghadapku waktu Ibu sudah pergi. Dia mencengkeram kedua bahuku dan mengguncangkan tu buh ku keras-keras. Jangan pernah melakukan itu lagi, kau dengar" Jangan pernah berani.
345 Aku tidak sengaja mengenainya! seruku. John melenguh marah. Bukan itu. Caramu menatap polisi tadi. Apa kau sama sekali tidak punya otak" Kau tidak boleh menatap seorang polisi seperti itu, kau mengerti" Apa kau mau kita semua terbunuh"
Pipiku masih sakit karena terkena pegangan pisau tadi dan perutku rasanya terbakar gara-gara tendangan polisi itu. Aku melepaskan diri dari cengkeraman John. Kau tidak harus membelaku, teriakku. Aku bisa mengurusnya. Aku akan melawan.
John mencengkeramku lagi. Kau benar-benar sudah gila. Dengarkan aku baik-baik, oke" Kau tidak boleh me lawan. Tak akan pernah. Kau lakukan apa yang polisi atau tentara suruh, dan kau tidak membantah mereka. Sebagian kemarahan memudar dari matanya. Aku lebih baik mati dari pada melihat mereka menyakitimu. Mengerti"
Aku berusaha mencari kata-kata cerdas untuk membalas. Namun, yang ada aku malah malu karena kurasakan air mata membanjiri mataku. Maaf karena kau jadi kehilang an ayammu, kataku tanpa berpikir.
Mau tak mau kata-kataku membuat John tersenyum. Sini, Dik. Dia mendesah, lalu memelukku. Air mata mengalir di pipiku. Aku malu karena menangis, jadi kucoba untuk tidak mengeluarkan suara.
Aku bukan orang yang percaya takhayul. Namun, waktu aku terbangun dari mimpi ini, dari kenangan menyakitkan ten tang John ini, aku merasakan perasaan paling mengerikan di dalam dadaku.
346 Aku lebih baik mati daripada melihat mereka menyakitimu.
Dan, mendadak aku diserang ketakutan bahwa entah bagaimana, entah dengan cara apa, yang John katakan da lam mimpi itu akan menjadi kenyataan.[]
P ukul 8.00. s ektor r uBy . 64" F ahrenheit Di l uar .
B esok malam D ay akan Dieksekusi .
homas muncul di depan pintu apartemenku. Dia meng ajakku nonton ilm sebelum kami harus pergi ke Au la Batalla untuk melapor. Kejayaan Sang Bendera, dia memberi tahuku. Aku mendengar komentar bagus untuk ilm itu. Ceritanya ten tang seorang gadis Republik yang menangkap mata-mata Koloni.
Aku mengiakan. Kalau malam ini aku akan menolong John kabur, lebih baik aku meyakinkan diri untuk menjaga agar suasana hati homas bagus menyangkut hubungan ka mi. Tak perlulah membuatnya curiga.
Badai yang akan datang (yang kelima pada tahun ini) me nunjukkan tanda-tandanya segera setelah homas dan aku melangkah di jalan. Angin kencang yang tak menyenang kan serta embusan angin es yang dingin cukup menge - jut kan karena sebaliknya, udara terasa lembap. Burung-burung gelisah. Anjing-anjing jalanan memilih berlindung alih-alih berkeliaran. Beberapa sepeda motor dan mobil lalu-lalang di jalanan. Truk-truk mengantarkan galon air mi num ekstra dan makanan kaleng untuk penduduk aparte-
348 men. Karung pasir, lampu, serta radio portabel juga dijatah. Bah kan, stadion Ujian telah menunda jadwal Ujian untuk hari-hari mendatang saat badai melanda.


Legend Karya Marie Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kurasa kau sangat bersemangat atas segala yang akan terjadi, kata homas waktu kami mengantre untuk masuk ke bioskop. Tidak akan lama lagi.
Aku mengangguk dan tersenyum. Hari ini orang-orang memenuhi setiap kursi di bioskop, meskipun cuacanya ber angin dan nanti akan gelap. Di depan kami tampak Kubus raksasa untuk ruang bioskop itu, yakni sebuah layar proyektor bersisi empat dengan salah satu sisi menghadap ke masing-masing blok tempat duduk penonton. Kubus itu saat ini terus-menerus menampilkan iklan-iklan dan berita terbaru sementara kami menunggu ilmnya diputar.
Menurutku bersemangat bukan istilah yang tepat untuk menggambarkan apa yang kurasakan, sahutku. Tapi, aku harus katakan bahwa aku sangat menunggu-nunggu ek sekusi Day. Apa kau tahu detail tentang bagaimana nanti hal itu berlangsung"
Yah, yang aku tahu, aku akan mengawasi para tentara di alun-alun. homas tetap memperhatikan iklan yang bergan ti-ganti (sisi layar yang menghadap ke tempat duduk kami se karang menampilkan iklan cerah yang terlalu mencolok: Anak Anda akan segera menghadapi Ujian" Daftarkan dia ke Ace Trials untuk konsultasi privat gratis!). Siapa yang tahu apa yang akan dilakukan massa nanti. Barangkali mereka se ka rang sudah berkumpul. Kalau kau kau mungkin akan ditempatkan di dalam, menggiring Day ke lapangan. Ko-
349 man dan Jameson akan menginformasikan lebih lengkap saat waktunya tiba.
Bagus sekali. Kubiarkan diriku memikirkan rencanaku lagi, detail-detail yang terus memenuhi pikiranku sejak aku menemui Kaede malam itu. Aku akan butuh waktu untuk mengirim seragam tentara padanya sebelum hari eksekusi waktu untuk membantu beberapa anggota Patriot agar bisa menyelinap masuk. Seharusnya Komandan Jameson tidak sulit diyakinkan untuk mengizinkanku mengawal Day keluar. Bahkan, homas pun tampaknya mengerti bahwa aku ingin melakukannya.
June. Suara homas membuyarkan lamunanku. Ya"
Dia memandangku penasaran. Dahinya sedikit berkerut, seolah-olah dia baru saja mengingat sesuatu. Sema lam kau tidak di rumah.
Tetap tenang. Aku tersenyum tipis, lalu dengan santai kembali memandang layar. Kenapa kau bertanya"
Yah, semalam sekitar jam dua pagi aku mampir ke apar temenmu. Aku mengetuk pintu lama, tapi kau tidak menjawab. Kedengarannya Ollie ada di dalam, jadi aku tahu kau tidak pergi membawanya jalan-jalan. Kau ke mana"
Dengan tenang, aku menatap homas. Aku tidak bisa tidur. Aku pergi ke atap sebentar, memperhatikan jalanan.
Kau tidak membawa earpiece-mu. Aku mencoba menghu bungi mu tapi yang kudapat hanya bunyi gemeresik.
350 Benarkah" Aku menggelengkan kepala. Pasti sinyalnya buruk karena earpiece-ku menyala. Semalam sangat ber angin.
Dia mengangguk. Hari ini kau pasti lelah. Sebaiknya kau bilang pada Komandan Jameson bahwa kau tidak ingin beliau membuatmu bekerja terlalu keras.
Kali ini aku mengerutkan dahi pada homas. Akan kubalikkan pertanyaanmu itu. Apa yang kau lakukan di depan apartemenku pada jam dua pagi" Apa ada sesuatu yang sa ngat penting" Aku tidak ketinggalan berita apa pun dari Ko mandan Jameson, kan"
Tidak, tidak. Bukan begitu. homas nyengir malumalu dan menyisir rambut dengan tangannya. Aku tak meng erti bagaimana bisa seseorang dengan darah mengotori tangannya masih bisa terlihat sangat riang tanpa beban. Sejujurnya, aku juga tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan betapa gelisahnya dirimu. Kupikir kedatanganku bisa memberikan kejutan.
Aku menepuk lengannya. Trims. Tapi aku tidak apaapa. Besok kita akan mengeksekusi Day, dan setelah itu aku akan merasa lebih baik. Seperti katamu. Tidak akan la ma lagi.
homas menggertakkan jari-jarinya. Oh, ada alasan lain aku ingin menemuimu semalam. Seharusnya aku tidak mem beri tahumu seharusnya hal ini menjadi kejutan.
Saat ini, kejutan tidak terdengar menyenangkan. Tapi aku pura-pura bersemangat. Oh" Apa"
351 Komandan Jameson yang menyarankannya, dan peng adil an menyetujuinya. Kurasa dia benar-benar marah ga ra-gara Day menggigit tangannya keras-keras waktu men co ba kabur.
Apa yang disetujui" Ah, itu pengumumannya. homas kembali menatap ke layar bioskop dan menunjuk iklan yang sedang tayang. Waktu eksekusi Day dimajukan.
Iklan tersebut hanyalah sebuah pamlet digital, sebuah potongan gambar yang bernuansa pesta. Teksnya berwarna biru gelap dan terdapat foto dengan latar belakang bercorak putih dan hijau. Foto itu adalah foto Day, terletak di tengahtengah iklan.
SAKSIKAN EKSEKUSI DANIEL ALTAN WING HA- NYA DI DEPAN AULA BATALLA PADA HARI KA MIS, 26 DESEMBER, PUKUL 17.00. TEMPAT TER BATAS. DI TAYANGKAN LEWAT JUMBOTRONS.
Rasanya seluruh udara diperas dari dadaku. Aku kembali menatap homas. Hari ini"
homas nyengir. Nanti sore. Bukankah itu bagus" Se ha ri an ini kau tak perlu menderita karena tak sabar men unggu.
Kujaga agar suaraku tetap riang. Bagus. Aku senang men dengarnya.
Namun, pikiranku teraduk-aduk oleh kepanikan yang muncul. Ini bisa berarti banyak hal. Tindakan Komandan Ja meson membujuk pengadilan untuk mempercepat eksekusi Day saja sudah aneh. Sekarang, Day akan menghadapi
352 regu penembak hanya dalam delapan jam, tepat pada saat matahari mulai tenggelam. Aku tidak bisa mengeluarkan John sekarang seluruh hari ini akan dihabiskan untuk me nyiapkan eksekusi Day. Bahkan, jamnya pun berubah. Pa triot mungkin tidak bisa menemuiku hari ini. Aku tak pu nya waktu untuk mendapatkan seragam bagi mereka. Aku tidak bisa menolong Day kabur.
Tapi itu belum semuanya. Komandan Jameson memilih untuk tidak memberitahuku tentang hal ini. Kalau semalam homas sudah tahu, itu berarti Komandan memberitahunya kemarin sore, atau paling lambat, sebelum homas pulang. Kenapa Komandan tidak memberitahuku" Seharusnya dia berpikir aku senang karena Day akan mati 24 jam lebih awal dari yang direncanakan.
Kecuali, dia mencurigai sesuatu. Mungkin dia ingin me nying kir kan ku hanya untuk mengetes reaksiku. Apa ho mas tahu sesuatu yang dirahasiakannya dariku" Apa kah pengabaian terhadapku ini hanya topeng untuk menyem bunyi kan kebenaran atau apakah Komandan Jameson juga me rahasiakannya dari homas"
Film mulai diputar. Aku bersyukur aku tidak harus bi cara pada homas lagi dan dapat berpikir dalam kehening an.
Perubahan rencana. Kalau tidak, pemuda yang tidak membunuh kakakku akan mati sore ini.[]
WAKTU EKSEKUSIKU YANG BARU DATANG TANPA gembargembor, tapi diiringi oleh bunyi petir menyambar di luar ge dung. Bukan berarti aku bisa melihat badai dari dalam selku, tentu, dengan dinding yang tinggi kaku, kamera sekuriti, serta tentara-tentara yang gugup. Aku hanya bisa menebak bagaimana keadaan langit di luar.
Pukul enam pagi, para tentara membuka belengguku dan melepas rantaiku dari dinding sel. Itu sebuah tradisi. Sebelum seorang penjahat menghadapi regu penembak, Aula Batalla menyiarkan rekaman kegiatan mereka ke semua JumboTrons di alun-alun. Mereka melepas belenggumu sehingga kau punya kesempatan untuk melakukan sesuatu yang menghibur.
Dulu aku pernah melihatnya dan para penonton di alun-alun menyukainya. Biasanya, sesuatu terjadi: sikap ke ras si Penjahat luruh, lalu dia memohon dan mengatakan bermacam-macam alasan kepada para penjaga agar bisa bebas. Atau, dia mencoba mengadakan kesepakatan, meminta perpanjangan waktu, bahkan terkadang ada yang men co ba kabur. Tiada yang berhasil.
Pihak tentara menyiarkanmu secara langsung pada orang-orang di alun-alun sampai waktu eksekusimu tiba, lalu mereka ganti menyorot lapangan regu penembak di Aula Batalla, kemudian mereka memperlihatkan saat kau ber-
354 jalan untuk menghadapi para regu pengeksekusi. Penonton di alun-alun akan menahan napas dan menjerit kadangkadang diliputi kesenangan saat tembakan terjadi. Dan, Republik pun gembira kerena mereka sudah menampilkan satu contoh hukuman lagi bagi para penjahat.
Mereka akan memutar siaran ulang rekaman tersebut selama beberapa hari berikutnya.
Aku bebas berjalan-jalan mengelilingi selku, tapi alihalih demikian, aku hanya duduk bersandar ke dinding. Aku tidak merasa sedang menghibur siapa pun. Kepalaku di gem pur oleh semangat dan rasa takut, pengharapan dan ke ce masan. Bandulku ada di saku.
Aku tak bisa berhenti berpikir tentang John. Apa yang akan mereka lakukan terhadapnya" June berjanji untuk me nolongku dia pasti juga sudah merencanakan sesuatu untuk John. Semoga.
Kalau June berencana menolongku kabur, sudah je las dia benar-benar mempertaruhkan keberuntungannya sampai batas maksimal. Perubahan tanggal eksekusiku pasti juga tidak menolongnya. Dadaku sakit waktu memikirkan be tapa dia telah membahayakan dirinya. Kuharap aku tahu rahasia apa yang telah diketahuinya. Apa yang bisa me nya kiti hatinya sampai-sampai dia, dengan semua kehormat an yang dimilikinya, akan berbalik melawan Republik" Dan kalau dia bohong & yah, kenapa dia bohong tentang me nyelamatkan aku"
Mungkin dia peduli padaku. Aku tertawa sendiri. Bisabisanya pikiran itu datang pada saat seperti ini. Mungkin
355 aku bisa mencuri ciuman selamat tinggal darinya sebelum aku melangkah ke lapangan eksekusi.
Hanya satu hal yang kutahu: bahkan jika rencana June gagal, bahkan jika aku akan terisolasi tanpa teman wak tu aku pergi menghadapi regu penembak & aku akan me la wan. Mereka akan menembaki sekujur tubuhku un tuk membuatku diam. Gemetar, aku menarik napas. Pikir an yang berani, tapi apa aku siap untuk benar-benar me lakukan nya"
Para tentara yang berdiri di selku punya lebih banyak senjata dari biasanya, begitu juga dengan masker gas dan rompi antipeluru. Tidak ada yang berani mengalihkan pan dang an dariku. Mereka sungguh berpikir aku akan me laku kan sesuatu yang gila. Kupandangi kamera sekuriti dan mem bayangkan seperti apa kerumunan massa di alun-alun.
Kalian pasti menyukai ini, kataku setelah beberapa saat. Para tentara mengubah posisi beberapa mengangkat senjatanya. Membuang satu hari dalam hidup kalian untuk menontonku duduk di sel. Lucu sekali.
Hening. Para tentara itu terlalu takut untuk menya-
hut. Kubayangkan keramaian di luar. Apa yang sedang me reka lakukan" Mungkin beberapa dari mereka masih me nga sihaniku, masih berniat untuk protes demi aku. Mung kin beberapa dari mereka sedang protes, meskipun tidak seserius yang terakhir kali karena aku tidak mendengar apa-apa dari lorong. Kebanyakan dari mereka pasti mem benciku. Saat ini mereka pasti sedang bersorak. Dan,
356 yang lainnya mungkin ada di luar sana hanya karena rasa pe nasaran yang tidak wajar.
Jam demi jam berlalu. Aku sadar, sekarang aku menanti-nanti datangnya waktu eksekusi. Setidaknya aku bisa melihat sesuatu selain dinding sel yang kelabu, meski hanya sejenak. Apa sajalah untuk menghentikan penantian yang mematikan pikiran ini.
Selain itu kalau June tidak berhasil dengan apa pun yang direncanakannya, aku akan berhenti memikirkan John dan ibuku dan Tess dan Eden dan siapa pun dalam ke palaku.
Para tentara bergiliran keluar masuk selku. Aku tahu, jam lima sore akan segera tiba. Kemungkinan saat ini alunalun sudah dipenuhi orang-orang. Tess. Mungkin dia juga ada di sana, terlalu takut untuk melihat hal ini terjadi dan ter lalu takut untuk melewatkannya.
Ada langkah kaki di lorong. Lalu, sebuah suara yang ku kenali. Suara June. Aku mengangkat kepala dan menatap ke arah pintu. Inikah" Saatku kabur atau saatku mati"
Pintu berayun membuka. Para penjagaku menyingkir mem beri ruang bagi June untuk memasuki sel dalam se ragam lengkap, diapit oleh Komandan Jameson dan be be rapa serdadu lainnya. Aku menahan napas melihat pe nam pil an nya. Aku belum pernah melihat June dalam pa kai an seperti itu sebelumnya. Epolet mewah berkilau ter sam pir pada kedua bahunya. Jubahnya yang tebal pan jang sampai kaki, terbuat dari semacam kain beledu mahal. Rompi merah serta sepatu bot berikat yang rumit. Topi wajib tentara. Make-up sederhana menghias wajahnya,
357 dan ram but nya dikuncir kuda tanpa cacat. Ini pasti kode pa kai an standar untuk para agen pada peristiwa-peristiwa khu sus.
June berhenti agak jauh dariku dan, sewaktu aku ber juang untuk berdiri, dia melihat jam tangannya. Pukul 16.45, katanya. Dia kembali menatapku. Kucoba membaca matanya untuk melihat kalau-kalau aku bisa menebak apa rencananya. Ada permintaan terakhir" Kalau kau ingin melihat kakakmu atau berdoa untuk terakhir kalinya, lebih baik segera beri tahu kami. Itu hak istimewa yang kau dapat sebelum mati.
Tentu saja. Permintaan terakhir. Kutatap dia, berhatihati menjaga agar ekspresiku tetap kosong. Apa yang dia ingin aku katakan" Tatapan June panas membara. Aku aku mulai. Semua mata tertuju padaku. Kulihat bibir June membuat gerakan yang nyaris tak kentara. John, begitu isyarat mulutnya. Aku melirik Komandan Jameson.
Aku ingin bertemu kakakku John, kataku. Untuk yang terakhir kali. Tolong.
Komandan mengangguk tidak sabar ke arahku dan mem bunyikan jari-jarinya, kemudian menggumamkan sesuatu pada serdadu yang menghampirinya. Serdadu itu mem beri hormat, lalu pergi. Komandan menatapku lagi. Di ka bul kan.
Jantungku berdetak lebih kencang. June bertukar pandang singkat denganku, tapi sebelum perhatianku terfokus padanya, dia beralih untuk menanyakan sesuatu pada Ko man dan Jameson.
358 Semua sudah pada tempatnya, Iparis, sang Ko man - dan menyahut. Sekarang berhentilah mengomel pa da - ku.
Selama beberapa menit, kami menunggu dalam keheningan sampai aku kembali mendengar langkah kaki di lo rong. Kali ini ada suara seretan yang bercampur dengan de rap baris para tentara. Itu pasti John. Aku menelan ludah. June tidak menatapku lagi.
Kemudian, John masuk ke sel, diapit dua penjaga. Dia terlihat lebih kurus dan pucat dari sebelumnya. Untaian ram but pirang platinanya yang panjang menggantung kotor, bah kan kelihatannya dia tidak memperhatikan beberapa he lai nya melekat melintangi wajahnya. Pasti rambutku se perti itu juga. Dia tersenyum waktu melihat rupaku, walau pun sedikit kegembiraan terpancar darinya. Kucoba balas tersenyum.
Hei, kataku. Hei, balasnya.
June melipat lengan. Lima menit. Katakan apa yang kau inginkan dan selesai. Aku mengangguk tanpa kata.
Komandan Jameson menatap June sekilas, tapi tidak me mberi isyarat untuk pergi. Pastikan pembicaraan mereka tepat lima menit, tidak lebih sedetik pun. Kemudian, dia menempelkan tangan ke telinga dan mulai meneriakkan lebih banyak perintah. Pandangannya tetap terpancang ke arahku.
Selama beberapa detik, John dan aku hanya saling tatap satu sama lain. Aku mencoba bicara, tapi sesuatu me nyumbat tenggorokanku, membuat kata-kataku tidak
359 mau keluar. Harusnya semua hal ini tidak menimpa John. Mung kin iya untukku, tapi tidak baginya. Aku orang buangan. Se orang penjahat, buronan. Aku terus-terusan melangg ar hukum. Tapi, John tidak melakukan kesalahan. Dia lu lus Ujian dengan jujur. Dia perhatian, bertanggung jawab. Tidak seperti aku.
Kau tahu di mana Eden" akhirnya John memecah ke he ningan. Apa dia hidup"
Aku menggeleng. Entahlah, tapi kurasa begitu. Waktu kau berdiri di luar sana, sambung John dengan suara serak, tetap angkat dagumu, oke" Jangan biarkan me reka mencapaimu.
Tidak akan. Buat mereka bekerja keras. Hajar seseorang kalau perlu. John tersenyum sedih. Kau anak yang menakutkan. Jadi, buatlah mereka takut. Oke" Begitu seterusnya sampai akhir.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku me rasa menjadi seorang adik. Aku harus menelan ludah de ngan susah payah untuk menjaga agar mataku tetap ke ring. Oke, bisikku.
Waktu kami berakhir terlalu cepat. Kami bertukar ucapan selamat tinggal, dan dua penjaga John mencengkeram lengannya untuk membawanya keluar dari selku, kembali ke selnya sendiri. Komandan Jameson terlihat rileks sedikit, jelas sekali lega karena permintaanku sudah beres. Dia memberi isyarat pada tentara lainnya.
Bentuk barisan, katanya. Iparis, temani para penjaga ke sel anak ini. Aku akan segera kembali. June memberi
360 hor mat, lalu mengikuti John keluar dari sel sementara para ten tara menghampiri dan mengikat tanganku di be la kang punggung. Komandan Jameson menghilang di ba lik pintu.
Aku menghela napas panjang. Sekarang, aku butuh ke ajaiban.
Beberapa menit kemudian, mereka menggiringku keluar. Aku melakukan apa yang John katakan dan mengangkat daguku, pandangan mataku kosong. Sekarang, aku bisa mendengar suara kerumunan massa. Suara mereka naik turun, gelombang stabil suara manusia. Mataku melihat se kilas panel-panel layar datar yang berjajar di lorong saat kami lewat orang-orang di alun-alun tampak gelisah, ber gerak-gerak bagaikan gelombang pada hari berbadai. Ku lihat barisan tentara memagari mereka.
Terkadang, aku menemukan orang-orang yang memiliki garis corengan merah tua cerah pada rambut mereka. Para tentara mengarungi lautan massa dan mengepung mereka untuk ditangkap tapi kelihatannya mereka tidak peduli.
Pada satu titik, June bergabung dengan kami dan melang kah dekat di belakang para tentara. Aku mengerling ke belakang, tapi tidak bisa melihat wajahnya. Detik-detik ber lalu. Apa yang akan terjadi waktu kami sampai ke lapang an"
Akhirnya, kami tiba di lorong yang akan membawa kami ke lapangan regu penembak.
Saat itulah aku mendengar Thomas si Kapten Muda berkata, Miss Iparis.
Ada apa" sahut June.
361 Kemudian, kalimat yang kudengar mencekam hatiku. Aku ragu June merencanakan ini.
Miss Iparis, ulang Thomas, kau dalam pemeriksaan. Ikut aku. []
i nsting Pertamaku aDalah menyerang tho mas . Hal itulah yang akan kulakukan kalau dia me nang kap ku tanpa begitu banyak tentara di sekeliling ka mi. Aku akan menyerangnya dengan semua yang kupu nya, membuatnya pingsan, lalu membawa Day ke pintu ke luar. John sudah kutangani. Di suatu tempat di lorong yang meng arah kembali ke sel lamanya, dua orang penjaga ter ba ring pingsan di lantai. Kusuruh John masuk ke lubang ven tilasi. Dia menunggu di sana agar aku bisa melakukan ren cana ku selanjutnya. Aku akan membebaskan Day, mene riak kan isyarat, lalu John akan muncul dari balik dinding seperti hantu dan kabur bersama kami. Tapi, aku tidak bisa me nang da lam per gulatan melawan homas dan seluruh pen jaga ini tanpa sesuatu yang dapat membuat mereka ter kejut.
Jadi, kuputuskan untuk melakukan apa yang dikatakannya. Pemeriksaan" aku bertanya padanya, keningku berkerut. Dengan sopan, dia menyentuh ujung topinya, seolaholah itu adalah permintaan maaf. Lalu, dia menggandeng sebelah lenganku dan mulai menggiringku menjauh dari para tentara yang menjaga Day.
Komandan Jameson menyuruhku menahanmu, ujarnya. Kami mengitari sudut dan berjalan menuju tangga. Dua
363 serdadu lain menyertainya. Aku punya beberapa pertanyaan untukmu.
Aku berlagak jengkel. Menggelikan. Tidak bisakah Ko man dan memilih momen yang lebih tidak dramatis untuk omong kosong ini"
homas tidak menyahut. Dia memimpinku turun dua lantai ke bawah, sampai ka mi memasuki ruang bawah tanah tempat kamar eksekusi, pusat jaringan listrik, dan ruang penyimpanan berjajar di lorong. (Aku tahu kenapa kami ada di bawah sini sekarang. Mereka sudah tahu ada bom listrik yang hilang bom yang kuberikan pada Kaede. Normalnya, pengecekan inventaris tidak akan dilakukan sampai akhir bulan. Tapi, homas pasti telah melakukannya pagi ini.) Kusingkirkan kepanikan dari wajahku. Fokus, dengan marah kuperingatkan diri sendiri. Orang yang panik akan mati.
homas menghentikan kami di bawah tangga. Tangannya bergerak ke ikat pinggangnya dan kulihat gagang pistol nya berkilat. Sebuah bom listrik hilang. Cahaya dari lam pu yang menggantung di atas kepala kami menampilkan ba yang an jahat yang melintas di wajahnya. Kutemukan bom itu hilang dini hari tadi setelah aku mengetuk pintu aparte men mu. Kau bilang semalam kau bangun dan berada di atap, kan" Apa kau tahu sesuatu tentang peristiwa ini"
Kujaga pandanganku tetap terpancang mantap ke wa - ja h nya. Aku menyilangkan lengan. Kau pikir aku yang me laku kannya"
364 Aku tidak menuduhmu apa pun, June. Ekspresinya ber ubah tragis, bahkan seperti membela diri. Namun, tangan nya tidak beranjak dari pistolnya. Tapi, kupikir itu sa ngat ke betulan. Hanya sedikit orang yang punya akses ke ba wah sini, dan semua orang lainnya sedikit-banyak sudah mem beri kan keterangan yang memuaskan semalam.
Sedikit-banyak sudah memberikan keterangan yang me muaskan" kukatakan itu dengan nada yang cukup sinis sehingga membuatnya tersipu. Kedengarannya tidak jelas. Apa sosokku terlihat di kamera sekuriti" Apa Komandan Ja me son menyuruhmu melakukan ini"
Jawab pertanyaanku, June.
Aku membelalak ke arahnya. Dia meringis, tapi tidak meminta maaf atas perubahan intonasi suaranya. Mungkin ini akhir bagiku.
Aku tidak melakukannya, kataku.
homas tampak tidak yakin. Kau tidak melakukannya, dia mengulangi.
Apa lagi yang bisa kukatakan padamu" Apa mereka me le wat kan setidaknya satu kali pemeriksaan inventaris" Kau yakin ada yang hilang"
homas berdeham. Seseorang merusak kamera sekuriti di bawah sini, jadi kita tidak punya rekaman. Dia menepuk pis tol nya. Itu pekerjaan yang sangat membutuhkan ketepat an. Dan waktu aku berpikir tentang ketepatan, aku memi kir kan satu orang. Kau.
Jantungku mulai berdetak lebih cepat.
365 Aku tidak ingin melakukan ini. Suara homas melembut. Tapi, aku merasa aneh karena kau menghabiskan begitu banyak waktu untuk menanyai Day. Apa sekarang kau me nye sal untuknya" Apa kau mengatur sesuatu untuk Dia tidak pernah menyelesaikan kalimatnya. Mendadak sebuah ledakan mengguncangkan seluruh koridor, melemparkan kami semua ke dinding. Debu berjatuh an dari langit-langit, dan bunga api berkelip di udara. (Kelompok Patriot. Bom listrik. Mereka sudah meledakkan bom itu di alun-alun. Akhirnya mereka datang, tepat sesuai jadwal, tepat sebelum Day memasuki lapangan regu pe nem bak. Yang berarti semua senapan di bangunan ini se harusnya tidak berfungsi selama dua menit penuh. Terima kasih, Kaede.)
Aku mendorong homas keras-keras ke dinding sebelum dia dapat menemukan keseimbangannya kembali. Ke mudian, kurenggut pisau dari ikat pinggangnya, lalu meng ga pai kotak jaringan listrik dan membukanya. Di bela kangku, homas meraih pistolnya seolah-olah dalam satu gerakan lambat.
Hentikan dia! Kuangkat pisau itu dan kupotong seluruh kabel di bagian bawah kotak jaringan listrik.
Terdengar sebuah letupan. Percikan bunga-bunga api. Lalu, seluruh bagian ruang bawah tanah menjadi gelap.
Kudengar homas mengumpat. (Dia sudah sadar senjata nya tidak berfungsi.) Para tentara tersandung satu sama lain. Cepat-cepat aku menaiki tangga.
366 June! teriak homas dari suatu tempat di belakangku. Kau tidak mengerti ini untuk kebaikanmu!
Kata-kata meluncur dari mulutku dalam kemarahan. Yeah, apa itu yang kau katakan pada Metias"
Tidak banyak waktu sampai energi listrik cadangan menya la kan lampu lagi. Aku tidak menunggu balasan homas. Kunaiki tangga dengan melompat tiga-tiga, menghitung detik demi detik sejak bom listrik itu diledakkan. (Sejauh ini sebelas detik. Seratus sembilan detik lagi sampai semua senapan kembali berfungsi.)
Aku menghambur melalui pintu lantai satu dan langsung disambut lautan kekacauan. Para tentara bergegas me nuju alun-alun. Derap langkah kaki bergemuruh di mana-mana. Aku langsung kembali ke lapangan regu penem bak. Detail-detail mengalir deras di sekitarku seperti jalan raya pikiran. (Tinggal 97 detik. Ada 33 tentara menuju arah yang berlawanan denganku dua belas yang menuju ke arahku beberapa layar datar gelap, pasti karena listrik mati beberapa layar lain menampilkan hiruk pikuk massa di luar sesuatu berjatuhan dari langit ke alun-alun uang! Pat riot membuat hujan uang dari atap. Sebagian massa ber juang untuk keluar dari alun-alun, sementara sebagian lain nya berebut mendapatkan uang Notes itu.)
Tinggal 72 detik. Aku tiba di lorong menuju lapangan regu penembak dan segera melihat pemandangan ini: tiga serdadu pingsan. John dan Day (dengan penutup mata meling kari lehernya, yang pasti telah dipakaikan para penjaga untuk menutupi matanya sebelum bom meledak) sedang
367 ber ta rung dengan serdadu keempat. Serdadu-serdadu lain nya tentu sudah dipanggil untuk membantu menahan ke ru mun an di alun-alun tapi sekarang tidak akan lama lagi. Me reka akan segera tiba.
Aku berlari ke belakang mereka dan menendang kaki si Serdadu dari bawah. Serdadu itu roboh ke tanah. John menonjok rahangnya. Serdadu itu lemas.
Enam puluh detik. Day tampak goyah, seolah-olah dia mungkin akan pingsan. Pasti ada serdadu yang memukul kepalanya, atau barangkali kakinya bermasalah. John dan aku memapahnya di antara kami berdua. Aku membimbing langkah kami ke lorong yang lebih sempit, yang arahnya menjauh dari koridor regu penembak. Kami mulai berjalan ke pintu keluar. Sedetik kemudian, suara Komandan Jameson meraung dari interkom. Dia terdengar marah.
Eksekusi dia! Bunuh dia sekarang! Pastikan alun-alun menyiarkannya!
Berengsek, sengal Day. Kepalanya terkulai ke satu sisi mata biru cerahnya terlihat tumpul dan tidak fokus. Aku ber tukar pandang dengan John dan terus melangkah. Para ten tara pasti sedang dalam perjalanan kembali untuk me nye ret Day ke lapangan regu penembak.
Tinggal 27 detik. Masih 76 meter lagi untuk sampai ke pintu keluar. (Kami berjalan dengan kecepatan sekitar 1,5 meter per detik; 27 dikali 1,5 sama dengan 40,5 meter. Dalam 40,5 meter, se napan akan aktif kembali. Aku sudah bisa mendengar suara sepatu bot para tentara di koridor sebelah, bergemuruh
368 di lantai. Kami butuh setidaknya 23 detik lagi untuk sampai ke pintu sebelum mereka menangkap kami di lorong ini. Me reka akan menembak mati kami sebelum kami bisa ke l uar.)
Aku benci kalkulasiku. John menatapku. Kita tidak akan berhasil. Di antara aku dan dia, Day sudah dalam kondisi setengah pingsan. Kalau kakak beradik ini terus berjalan dan aku berlari kem bali untuk menghadapi para tentara, mungkin aku hanya akan mengulur waktu sedikit sebelum mereka semua melewatiku. Mereka masih akan tetap mencapai John dan Day.
John berhenti berjalan, dan kurasakan berat tubuh Day berpindah padaku. Apa aku mulai bicara, sampai kulihat John menarik penutup mata dari leher Day. Kemudian, dia berbalik. Mataku melebar. Aku tahu apa yang akan dia laku kan. Tidak, tetaplah bersama kami!
Kau butuh lebih banyak waktu, kata John. Mereka ingin eksekusi" Mereka akan mendapatkannya. Dia mulai ber lari menjauhi kami, kembali ke lorong.
Kembali ke lapangan regu penembak.
Tidak. Tidak, tidak, John. Apa yang kau lakukan! Aku mem buang waktu sedetik untuk menoleh ke arahnya dan me rasa tercabik pada saat yang singkat itu, bertanya-tanya apa aku harus mengejarnya.
John akan melakukannya. Kemudian, kepala Day bersandar ke bahuku. Enam de tik. Aku tidak punya pilihan. Bahkan meskipun aku men-
369 de ngar teriakan para tentara di belakang kami, di lorong yang menuju lapangan regu penembak, kupaksa diri untuk ber balik dan terus berjalan.
Nol detik. Senapan kembali aktif. Kami terus berjalan. Lebih banyak detik berlalu. Kudengar keributan di suatu tempat di lorong belakang kami. Kuberi tahu diriku untuk tidak me noleh.
Lalu, akhirnya kami mencapai pintu keluar, menghambur ke jalan, dan ada sepasang serdadu di depan kami. Aku tidak punya kekuatan lagi untuk bertarung, tapi aku tetap mencoba. Kemudian, seseorang ikut bergumul bersamaku dan kedua serdadu itu pun roboh. Sosok Kaede berlari melintas di garis penglihatanku. Mereka di sini! teriaknya. Ayo pergi!
Mereka mengintai di dekat pintu keluar ini, seperti yang telah kami sepakati. Kelompok Patriot datang untuk ka mi. Aku ingin memberi tahu mereka untuk menunggu John, tapi aku tahu itu sia-sia saja. Mereka mencengkeram dan mem bawa kami ke sepeda motor mereka. Kukeluarkan pis tol dari ikat pinggangku, lalu kulemparkan ke tanah. Aku tidak bisa membiarkan alat pelacak jejak yang ada di situ meng ikuti ku. Day naik ke satu motor, aku ke motor lain. Tunggu John, aku ingin bilang.
Tapi, kemudian kami pergi. Aula Batalla menjauh dari kami.[]
SAMBARAN KILAT, GEMURUH GUNTUR, suara deru hujan. Di suatu tempat di kejauhan, sirene peringatan banjir meraung-raung.
Aku membuka mata, lalu mengerjap untuk menghilangkan air yang jatuh ke mataku. Selama sesaat, aku tidak bisa mengingat apa pun bahkan namaku. Di mana aku" Apa yang terjadi" Aku duduk tepat di sebelah sebuah cerobong asap, basah kuyup. Aku di atap sebuah menara gedung ting gi. Hujan menyelimutiku dan angin berembus melalui ke mejaku yang basah, mengancam untuk mengangkatku ber diri. Aku meringkuk di dekat cerobong asap itu. Saat aku menengadah menatap langit, kulihat padang gumpalan awan membentang tanpa akhir. Hitam legam, marah, diterangi petir.
Mendadak aku ingat. Regu penembak, lorong, layarlayar datar. John. Ledakan. Tentara di mana-mana. June. Se ha rus nya aku sudah mati sekarang, dengan tubuh penuh peluru.
Kau sudah sadar. Membungkuk di sampingku, hampir tak terlihat dalam gelapnya malam karena pakaian hitamnya, adalah June. Dia duduk dengan canggung, bersandar ke dinding cerobong asap lupa akan hujan yang membasahi wajahnya. Aku bergeser, menghadap ke arahnya. Rasa kejang karena
371 sakit terasa nyeri di kakiku yang luka. Kata-kata melekat di lidahku, tak mau keluar.
Kita di pinggir Kota Valencia. Kelompok Patriot memba wa kita sejauh yang mereka inginkan. Mereka sudah per gi ke Vegas. June mengerjapkan air dari matanya. Kau be bas. Keluarlah dari California selagi kau bisa. Mereka akan terus memburu kita.
Aku membuka dan menutup mulutku. Apa aku bermimpi" Aku bergeser lebih dekat padanya. Sebelah tanganku bergerak menyentuh wajahnya. Apa & apa yang terjadi" Kau tidak apa-apa" Bagaimana kau membawaku keluar dari Aula Batalla" Apa mereka tahu kau menolongku"
June hanya menatapku, seolah-olah dia mencoba me mu tus kan apakah dia akan menjawab pertanyaanku atau tidak. Akhirnya, dia melirik ke pinggir atap. Kau lihat sen diri saja.
Aku mencoba berdiri. Sekarang, aku bisa melihat JumboTrons yang berjajar di dinding. Terpincang-pincang aku ber jalan ke tepi atap dan menatap ke bawah dari teralis yang memagari atap ini.
Kami benar-benar berada di pinggir kota. Sekarang aku tahu, gedung tinggi tempat kami berada sekarang ada lah gedung rusak yang sudah ditinggalkan. Hanya dua Jum bo Trons yang berfungsi sepanjang blok ini. Aku menatap layar.
Berita utama yang sedang ditayangkan di sana membuat ku tak bisa bernapas.
372 DaniEL aLtan Wing DiEKSEKuSi HaRi ini
OLEH REgu PEnEMBaK Rekap video diputar di belakang berita utama itu. Kulihat rekaman diriku duduk di sel. Aku menatap kamera. Kemudian, video beralih ke lapangan, di mana regu penembak berbaris. Beberapa tentara menyeret seorang pemuda yang memberontak ke tengah-tengah lapangan. Aku tidak ingat apa pun mengenai ini. Pemuda itu memakai penutup mata, dengan tangan diborgol erat di punggungnya. Dia ter lihat seperti aku.
Kecuali, beberapa detail yang hanya aku yang akan memperhatikannya. Bahunya sedikit lebih lebar daripada bahuku. Jalan pincangnya palsu, dan mulutnya lebih mirip ayahku daripada ibuku.
Aku mengerjap di tengah hujan. Itu tidak mungkin .... Pemuda itu berhenti di tengah-tengah lapangan. Para pen jaga nya berbalik dan segera kembali ke tempat me reka datang. Sederetan tentara mengangkat senapan me reka dan mengarahkannya ke pemuda tersebut. Ada kehening an singkat yang mengerikan. Lalu, asap dan bunga api berhamburan dari senapan. Kulihat pemuda itu tertawa pada setiap tembakan. Dia roboh dengan wajah menghadap tanah. Le bih banyak tembakan. Kemudian hening lagi.
Regu penembak segera berbaris keluar. Dua serdadu meng angkat tubuh pemuda itu dan membawanya pergi ke ruang kremasi.
Tanganku mulai gemetar. 373 Pemuda itu adalah John. Aku berputar menghadap June. Dia menatapku dalam diam. Itu John! seruku di tengah hujan. Pemuda itu John! Apa yang dia lakukan di sana, di lapangan itu" June tidak berkata apa-apa.
Aku tidak bisa bernapas. Sekarang, aku mengerti apa yang dia lakukan. Kau tidak membawanya kembali, akhir nya aku berhasil bicara. Alih-alih begitu, kau menukar kami.
Tidak, sahutnya. Dia yang melakukannya. Terpincang-pincang aku kembali ke tempatnya berada. Kucengkeram bahunya dan kutekan dia ke cero bong. Katakan padaku apa yang terjadi. Kenapa dia melaku kannya" teriakku. Seharusnya itu aku!
June menangis sedih, dan kusadari bahwa dia terluka. Ada luka di sepanjang lengannya, menodai lengan bajunya dengan darah. Apa yang kulakukan, berteriak padanya" Kurobek secarik kain dari bagian bawah kemejaku, kemudian kucoba membalut lukanya seperti yang akan Tess lakukan. Kutarik carikan kain itu dan kuikat erat. June mengernyit.
Lukanya tidak seburuk itu, dia berbohong. Ada peluru menggoresku.
Apa ada luka lain" tanganku menyusuri lengannya yang satu lagi, lalu dengan lembut kusentuh pinggang dan kaki nya. Dia menggigil.
Kurasa tidak, sahutnya. Aku baik-baik saja. Saat aku mendorong helaian basah rambutnya ke belakang telinga, dia menengadah menatapku. Day & semua tidak
374 berjalan sesuai rencanaku. Aku ingin mengeluarkan kalian berdua. Seharusnya aku sudah melakukannya. Tapi ....
Gambar tubuh tak bernyawa John yang ditayangkan di Jum bo Trons membuatku pusing. Aku menghela napas pan jang. Apa yang terjadi"
Tadi kami tidak punya cukup waktu. Dia berhenti sejenak. Jadi John kembali. Dia memberi kita waktu dan dia kembali ke lorong. Mereka pikir dia adalah kau. Dia bahkan memakai penutup matamu. Mereka menangkapnya dan mem bawanya kembali ke lapangan regu penembak. Dia meng geleng lagi. Tapi, sekarang Republik pasti sudah ta hu bah wa mereka membuat kesalahan. Kau harus lari, Day. Se lagi kau bisa.
Air mata mengalir turun di pipiku. Aku tidak peduli. Aku berlutut di depan June dan memegang kepalaku dengan kedua tangan, lalu menjatuhkan diri ke lantai. Aku tidak pe duli apa-apa lagi. Kakakku mungkin mengkhawatirkanku saat aku bermuram durja di selku seperti anak nakal yang egois. John selalu mendahulukan kepentinganku.
Seharusnya dia tidak melakukan itu, gumamku. Aku tidak berhak mendapatkannya.
Tangan June menyentuh kepalaku. Dia tahu apa yang dia lakukan, Day. Air mata juga menggenang di mata nya. Seseorang harus menyelamatkan Eden. Jadi, John me nyela mat kan mu. Seperti yang akan semua kakak lakukan.
Tatapannya membakar mataku. Kami tetap di situ, ti dak ber gerak, membeku dalam hujan. Rasanya seperti se la ma nya. Aku ingat malam saat segalanya berawal, malam saat aku melihat para tentara menandai pintu rumah
375 ibuku. Seandainya aku tidak pergi ke rumah sakit itu & se an dai nya aku tidak bersilang takdir dengan kakak June & se andainya aku menemukan obat wabah di tempat lain & apa kah semuanya akan berbeda" Apakah Ibu dan John akan masih hidup" Apakah Eden akan selamat" Aku tak tahu. Aku terlalu takut untuk memikirkan itu. Kau membuang segalanya. Kuangkat sebelah tangan untuk menyentuh wajah June, untuk menyingkirkan hujan dari bulu matanya. Seluruh hidupmu apa yang kau per caya .... Kenapa kau melakukannya untukku"
June tidak pernah terlihat secantik sekarang, tanpa poles an dan apa adanya. Rapuh tapi tak terkalahkan. Sa at petir menyambar dari langit, mata gelapnya bersinar ba gai kan emas. Karena kau benar, bisiknya. Tentang se mua nya.
Saat aku menariknya ke pelukanku, dia menghapus air mata dari pipiku dan menciumku. Lalu, dia menyandarkan kepalanya ke bahuku. Dan, aku pun menangis.[]
t iga hari kemuDian . B arstow , C aliFornia . P ukul 23.40.
52" F ahrenheit . B aDai evonia akhirnya mulai mereDa , tapi hujan deras yang dingin tetap turun dengan lebatnya. La ngit bergolak seolah marah. Di bawah semua itu, satu-satunya JumboTrons di Barstow menayangkan berita dari Los Angeles.
PERintaH EVaKuaSi untuK: ZEin, gRiFFitH, WintER, FORESt. SE LuRuH PEnDuDuK LOS angELES HaRuS BER Lin Dung Di Lantai LiMa atau LEBiH tinggi.
KaRantina DiHEntiKan Di SEKtOR LaKE Dan WintER.
REPuBLiK MERaiH KEMEnangan Yang MEnEntuKan MELaWan KOLOni Di MaDiSOn, DaKOta.
LOS angELES MEnguMuMKan PERBuRuan RES Mi tERHaDaP KELOMPOK PEMBEROntaK Pa tRiOt.
377 DaniEL aLtan Wing DiEKSEKuSi 26 DESEMBER
OLEH REgu PEnEMBaK. Tentu saja Republik akan mengumumkan eksekusi Day sukses meskipun aku dan Day tahu yang sebenarnya. Bisikbisik sudah mulai menyebar di jalanan dan gang-gang gelap, rumor bahwa Day berhasil sekali lagi berkelit dari kematian. Dan seorang prajurit muda Republik menolongnya melakukan itu. Bisik-bisik tersebut tetap menjadi bisik-bisik sebab tidak ada yang mau menarik perhatian Republik. Tapi begitu lah. Mereka tetap bicara.
Barstow, lebih tenang daripada pusat kota Los Angeles, tetap penuh orang. Namun, polisi di sini tidak mencari kami seperti yang pastinya akan dilakukan polisi-polisi kota be sar. Rel kereta api, bangunan-bangunan bobrok. Tempat yang ba gus bagiku dan Day untuk berlindung. Kuharap Ollie dapat pergi juga bersama kami. Seandainya saja Ko man dan Jameson tidak memajukan waktu eksekusinya sehari. Aku ingin membawanya keluar dari apartemen, me nyem bunyikan nya di sebuah gang dan kembali untuk mengajaknya pergi. Tapi, sekarang sudah terlambat. Apa yang akan mereka laku kan pada Ollie" Pikiran tentang Ollie yang menyalak sen dirian dan ketakutan pada para tentara yang masuk ke apar temen ku membuat tenggorokanku tercekat. Ollie adalah satu-satunya bagian dari Metias yang tertinggal.
378 Sekarang, aku dan Day berjuang di tengah hujan menuju area rel kereta api tempat kami akan berlindung. Aku ber hati-hati untuk tetap berada dalam kegelapan, bah kan pada malam berbadai seperti ini. Day memakai topi yang diren dah kan menutupi matanya. Aku memasukkan rambutku ke dalam kerah kemeja dan membungkus se tengah bagian wajahku dengan sebuah syal tua yang seka rang basah. Hanya itulah yang sekarang bisa kami lakukan untuk me nya mar.
Gerbong-gerbong kereta tua bertebaran di daerah tem pat barang rongsokan, warnanya memudar dan berkarat seiring usia. Dua puluh enam di antaranya, kalau kau menghi tung gerbong rem yang sebelah sisinya sudah hilang, se mua nya Union Paciic 4 .
Aku harus condong ke arah angin agar aku tidak jatuh. Hujan menyengat bahuku yang luka. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut kami berdua.
Saat kami akhirnya tiba ke sebuah gerbong kosong (gerbong komoditas curah seluas 137 meter persegi dengan dua pintu geser yang satu berkarat dan tertutup, sedangkan yang satunya setengah terbuka. Pasti gerbong ini dirancang untuk membawa muatan kering dalam jumlah besar). Gerbong tersebut aman, terkait di balik tiga gerbong lain di bagian belakang area ini. Kami memanjat masuk dan duduk di sudut ruangan. Yang mengejutkan, bagian dalam sini bersih, cukup hangat, dan yang terpenting, kering.
4 Union Paciic: Jaringan kereta api terbesar di AS. (sumber: Wikipedia)
379 Day melepas topinya dan memeras rambutnya yang ba sah. Aku tahu kakinya sakit. Senang mendengar peringat an banjir masih berbunyi.
Aku mengangguk. Harusnya sulit bagi kelompok pa troli mana pun untuk mengejar kita dalam cuaca seperti ini. Aku berhenti sebentar untuk menatapnya. Bahkan seka rang, meski kelelahan, berantakan, dan basah kuyup, Day memiliki semacam keanggunan liar.
Apa" Dia berhenti memeras rambutnya. Aku mengangkat bahu. Kau terlihat mengerikan. Kata-kata ini membuat Day tersenyum sedikit tapi se nyum itu segera menghilang secepat datangnya. Rasa bersa lah mengambil alih. Aku terdiam. Tidak bisa menyalah kan nya.
Segera setelah hujan berhenti, katanya, aku akan pergi ke Vegas. Aku ingin menemukan Tess dan memastikan dia aman bersama Patriot sebelum kita bergerak ke medan pe rang untuk mencari Eden. Aku tidak bisa meninggalkan Tess begitu saja. Aku harus tahu, dia lebih baik bersama me reka daripada bersama kita. Dia bilang begitu seolaholah sedang mencoba meyakinkanku bahwa inilah yang ha rus di laku kannya. Kau tidak harus ikut denganku. Ambil rute ber beda ke medan perang dan temui aku di sana. Kita bisa me nen tu kan titik pertemuan kita. Lebih baik hanya satu orang yang mengambil risiko daripada kita berdua se ka ligus.
Aku ingin bilang padanya, dia gila kalau pergi ke kota militer seperti Vegas. Tapi, aku tidak mengatakannya. Yang
380 bisa kupikirkan hanyalah bahu Tess yang kecil dan bungkuk, serta matanya yang lebar.
Day telah kehilangan ibunya. Kakaknya. Dia tidak bisa kehilangan Tess juga. Kau harus mencarinya, kataku. Kau tidak harus bicara tentang itu padaku. Tapi, aku akan ikut ber samamu.
Day memberengut. Tidak. Kau butuh pendukung. Berpikirlah yang masuk akal. Kalau sesuatu terjadi padamu di jalan, bagaimana aku tahu kau dalam masalah"
Dia menatapku. Bahkan dalam kegelapan begini, aku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Hujan telah men cuci bersih wajahnya. Corengan darah merah tua di ram but nya sudah hilang. Yang tertinggal hanya sedikit me mar. Dia terlihat seperti malaikat meskipun malaikat yang cacat.
Aku memalingkan wajah, malu. Aku hanya tidak ingin kau pergi sendirian.
Day mengeluh. Baiklah. Kita akan pergi ke medan pe rang dan mencari tahu di mana Eden, lalu menyeberangi per batasan. Koloni mungkin akan menyambut kita bahkan mung kin menolong kita.
Koloni. Beberapa waktu lalu mereka terlihat seperti mu suh terbesar di dunia. Oke.
Day mencondongkan tubuh ke arahku. Dia mengangkat tangan untuk menyentuh wajahku. Aku tahu masih sakit baginya untuk menggunakan jari-jarinya, dan kuku-kukunya
381 hitam karena darah kering. Kau brilian, katanya. Tapi, kau bodoh karena mau tinggal dengan seseorang sepertiku.
Aku memejamkan mata, menikmati sentuhan tangannya. Kalau begitu kita berdua bodoh.
Day menarikku ke arahnya. Dia menciumku sebelum aku bisa berkata apa-apa lagi. Saat ini aku tak peduli pada rasa sakit di bahuku. Aku tak peduli ka lau para tentara menemu kan kami di gerbong ini dan me nye ret kami pergi. Aku tidak ingin berada di mana pun. Aku hanya ingin berada di sini, aman berdekatan dengan Day, ter bungkus dalam pe luk an eratnya.
Ini aneh, kataku pada Day kemudian, saat kami berdua meringkuk di lantai. Di luar, badai mengamuk. Be berapa jam lagi kami harus pergi. Aneh sekali berada di sini ber samamu. Aku hampir tidak pernah mengenalmu. Tapi & terkadang aku merasa kita seperti orang yang sama, yang lahir di dua dunia berbeda.
Selama beberapa saat, dia tetap diam. Sebelah tangannya memainkan rambutku asal-asalan. Aku bertanya-tanya akan seperti apa kita seandainya aku lahir dalam kehidupan seper ti mu, dan kau lahir dalam kehidupan sepertiku. Apa kita akan jadi seperti kita sekarang" Apa aku akan menjadi salah satu tentara kalangan atas Republik" Dan, apa kau akan jadi penjahat terkenal"
Aku mengangkat kepala dari bahunya, lalu menatapnya. Aku tidak pernah bertanya tentang nama jalananmu. Kenapa Day (hari)"
382 Setiap hari berarti 24 jam yang baru. Setiap hari berarti segalanya kembali mungkin. Kau hidup pada saat ini, kau mengambil itu semua dalam satu hari, dalam satu waktu. Dia melihat keluar dari pintu gerbong yang terbuka, ke arah lapisan air gelap yang menyelimuti dunia. Kau mencoba berjalan dalam cahaya.
Aku memejamkan mata dan berpikir tentang Metias, tentang semua kenangan favoritku dan bahkan kenangankenangan yang aku agak lupa. Kubayangkan Metias berman dikan cahaya. Dalam pikiranku, aku berbalik ke arahnya dan memberinya ucapan selamat tinggal terakhir. Suatu hari nanti aku akan melihatnya lagi, dan kami akan saling bercerita & tapi untuk sekarang aku akan menguncinya jauh-jauh, aman di tempat aku bisa memperoleh kekuatan darinya. Saat aku membuka mata, Day sedang memperhatikanku. Dia tidak tahu apa yang sedang kupikirkan, tapi aku tahu dia menyadari emosi di wajahku.
Kami berbaring di sana bersama-sama, melihat kilat dan mendengarkan suara petir, sambil menanti awalan fajar yang berhiaskan hujan.[]
Penumpang Ke Frankfurt 2 Pendekar Rajawali Sakti 17 Perawan Rimba Tengkorak Bergelut Dalam Kemelut Takhta Dan Angkara 1
^