The Last Secret 7

The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman Bagian 7


dari kejauhan ia adalah orang yang paling kecil di gang itu, orangorang kelihatan takut akan kehadirannya, tidak mampu menahan
tatapannya yang berapi-api. Ia terus berteriak selama hampir satu
menit, menggerakkan tangannya dengan suara serak, kemudian
melangkah mendekati Ben-Roi.
~ 333 ~ PAUL SUSSMAN "Keefak?" Ben-Roi melihat sekeliling secara liar, darah mengucur dari
pelipisnya, seluruh tubuh gemetar, dan tidak mengerti apa yang
dikatakan perempuan tua itu.
"Kau terluka?" teriak majdi.
Ajaibnya, dengan keganasan serangan seperti itu, ia tidak
merasakan sakit. Beberapa luka memar, bibir yang terluka, tali
yang membakar lehernya"hanyalah luka biasa, tak ada yang
serius. Ia mencoba berbicara, tetapi kata-katanya terasa terhenti di
kerongkongannya, dan akhirnya yang dapat dilakukannya adalah
memberikan anggukan perlahan, seperti boneka kayu dengan leher
patah. Perempuan tua itu membungkuk mengambil pistolnya,
yang terjatuh dalam pergumulan, dan, sambil tertatih ke depan,
memberikannya pada Ben-Roi, mengangkat tangannya yang lemah
dan menyekakan lengan bajunya pada dagu Ben-Roi yang dipenuhi bercak darah.
"ehna mish kilab," katanya pelan. "mish kilab."
Ben-Roi menatap matanya untuk sesaat, kemudian berbalik
dan melangkah menjauh dari gang itu, menarik tali dari lehernya
dan memasukkan kembali pistolnya ke dalam sarung, bisikan kerumunan orang itu mengikutinya seperti embusan angin yang
marah. Di bawah sana, sopir taksi sedang berdiri di dekat mobilnya,
gemetar. "Sudah kubilang berbahaya datang ke sini," katanya. "Aku
bilang Anda...." "Aku tak peduli apa yang kau katakan!" desis Ben-Roi, sambil
membuka pintu penumpang, mengempaskan dirinya ke dalam
mobil dan menarik botol dari sakunya. "Bawa aku keluar dari
lubang kotoran sialan ini. Bawa aku pergi sekarang."
i sraeL "b anDara ~ 334 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
b en -g urion TemAN AGeN PeRJALANAN LAYLA, SALIm, TeLAh memeSAN UNTUKNYA TIKeT
penerbangan British Airways menuju heathrow, London. memang
ada penerbangan el-Al lebih awal ke tujuan yang sama, tetapi lebih
mahal, dan sesungguhnya, yang penting adalah ia tidak pernah
menggunakan penerbangan nasional Israel sehingga ia memilih
penerbangan berikutnya, yang malah lebih murah. Kamel, sang
sopir, mengantarnya ke Ben-Gurion pada pukul 8:30 pagi dan
menurunkannya di area parkir utama bandara, di depan patung
menorah raksasa karya Salvador Dali. Sopirnya sedang berada
dalam suasana hati yang lebih masam daripada biasanya, dan setelah memastikan Layla serta semua barangnya dikeluarkan dari
mobil, ia memiringkan badan, menutup pintu penumpang dan
memacu mobilnya tanpa pamit.
"Yahh, brengsek juga kau," ia bergumam setelah sopir menghilang di sudut jalan.
Layla memeriksa paspor dan tiketnya, dan, sebagaimana ia
selalu melakukannya setiap kali ia datang ke bandara, berdiri
beberapa saat lamanya menatap menorah surialis itu, semua
lengannya tergantung miring, permukaan brasonya yang pudar
memutar dan padat sehingga tampak seolah seluruh bagiannya
mencair secara perlahan. Sebagai emblem dari para Pejuang David
milik har-zion, yang diperagakan setiap kali mereka meraih kantung tanah Arab lain, ini adalah simbol yang menyiratkan konotasi
kedengkian bagi Layla. Pada saat bersamaan, hampir tak peduli, ia
menemukan sesuatu yang menghipnotis tentangnya"simetri
melengkungnya, bagaimana lengannya menjulur keluar dan ke
atas, seolah berusaha merengkuh langit. Baru tahun lalu ia menelaah artikel tentang kepentingan ikonisnya bagi orang Yahudi,
bagaimana di masa-masa lalu, sebelum dibawa oleh bangsa Romawi
pada 70 masehi, menorah telah menjadi objek yang paling dipuja
di antara semua benda sakral di Kuil. Dengan memandang patung
karya Dali sekarang ini, dengan dedikasinya untuk "orang-orang
~ 335 ~ PAUL SUSSMAN Israel, umat terpilih", ia merasakan perasaan koneksi yang tak
berselera dan tak terjabarkan. Seperti sikapnya terhadap har-zion
itu sendiri, sering ia berpikir demikian. Ia memandangnya sesaat
lebih lama, kemudian meraih tasnya, bergegas menuju terminal
keberangkatan. Keluar dari Israel merupakan urusan yang selalu rumit. Ia tidak
menghitung berapa kali ia bisa terbang"dan dalam beberapa kejadian sebenarnya ia ketinggalan pesawat"karena staf keamanan
Israel memaksa untuk memeriksa semua isi bagasinya sampai ke
sikat gigi yang paling halus, mengajukan padanya serangkaian pertanyaan tentang ke mana ia akan pergi, mengapa ia pergi ke sana,
siapa yang akan ditemui, kapan ia akan kembali"seluruh rangkaian perjalanannya, pada dasarnya, dengan sederet pertanyaan tambahan tentang keluarga, teman, kolega, kehidupan pribadi dan
profesionalnya. "Kau sudah cukup memeroleh informasi untuk
membuat biografi tentang diriku," suatu kali ia pernah menggertak
interogatornya, suatu luapan yang, bukannya mempercepat proses,
malah membuatnya mengajukan pertanyaan yang lebih intensif.
hal itu berlaku untuk semua orang Palestina yang akan menggunakan bandara"kecurigaan, penghinaan dan rintangan. Ia
curiga perlakuan terhadapnya lebih buruk daripada terhadap
kebanyakan orang lain, karena reputasinya sebagai jurnalis.
"mereka memiliki data rinci tentang kau dalam arsipnya," sekali
waktu Nuha pernah berkata padanya, separuh bercanda, "dan
ketika kau check-in sekilas tanda yang menyala muncul di layar,
"Penting: periksa orang ini secara mendalam?"
Ia melakukan apa yang ia bisa untuk membuat segala sesuatunya lebih mudah, selalu datang setengah jam sebelum waktu
check-in yang paling awal dan mengisi kopernya seminimum
mungkin"tidak membawa buku alamat, tidak ada literatur antiIsrael dan secara tegas tidak membawa benda elektronik (kecuali
satu yang tak terhindarkan"telepon genggamnya). hal itu tidak
pernah menghasilkan perbedaan apa pun, bahkan juga hari ini. Ia
adalah orang pertama yang tiba untuk penerbangannya dan orang
terakhir yang masuk ke pesawat. Telepon genggamnya, seperti
~ 336 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
biasa, selalu diuji secara laboratorium oleh ahli bom internal yang
telah, seolah-olah secara tidak disengaja tapi sesuai tujuan, berhasil
menghapus semua nomor yang tersimpan. ("Apa gerangan maksudnya?" ia ingin berteriak. "Satu-satunya orang yang menanam
bom di dalam telepon genggam adalah Israel geblek!")
Begitu ia akhirnya duduk di tempatnya"ia telah meminta agar
bisa duduk di dekat jendela atau dekat gang tetapi, tak dapat ditolak, mendapat kursi yang di tengah"membuka halaman buku
yang ia beli sehari sebelumnya tentang sejarah Cathars, ia merasa
kurang nyaman dari kenyataan bahwa ia bisa keluar Israel dengan
lancar. Bila meninggalkan Israel dirasa sulit, sesungguhnya itu
hanyalah hal remeh dibandingkan kehiruk-pikukan yang terjadi
ketika akan memasuki tempat sialan itu.
L uxor KhALIfA memATIKAN RoKoKNYA YANG KeSeKIAN KALI hARI ITU, meNGhABISKAN
tehnya dan kembali ke kursinya, kecapaian. Ia telah berada di kantor sejak pukul lima pagi, dan saat ini hampir pukul dua. Sembilan
jam ia telah menghantamkan kepalanya ke dinding.
Yang pertama, ia telah mengirim foto Jansen melalui faksimili
ke Interpol dan polisi Belanda dengan harapan bahwa bagian kearsipan mereka mungkin dapat menemukan sesuatu yang pas"
walaupun belum"dan kemudian berputar-putar kota Luxor selama beberapa jam, memasuki sejumlah dealer barang antik yang
lebih terkenal di kota itu, mencoba, dan gagal, untuk membuat
hubungan antara Jansen dan perdagangan artefak curian. Apa pun
hal lain yang ia lakukan dengan semua benda yang ada di lantai
bawah tanahnya, laki-laki yang telah tewas itu jelas-jelas tidak pernah menjual barang-barangnya. Setelah itu Khalifa kembali ke kantornya dan menghabiskan sisa pagi harinya dengan duduk di meja,
meneliti kembali setiap hal yang telah ia temukan dalam dua
minggu terakhir, menulis apa yang menurutnya merupakan elemen
~ 337 ~ PAUL SUSSMAN kunci dari kasus dalam kartu kosong"Thoth, al-mulatham, Nazi,
faruk al-hakim, semuanya"dan kemudian, seperti seorang epigraf
yang menyambung-nyambungkan semua potongan naskah yang
tercecer, mencoba mengatur kartu ke dalam pola yang dapat dikenali. mencoba sebisanya, walaupun ia tidak dapat menarik arti
dari hal itu, tidak dapat menemukan jawaban ke mana semua itu
akan membawanya. Ia menyalakan rokok lagi dan, dengan keluhan sedih, meninggalkan ruang kerjanya, menuju tangga turun, meninggalkan kantor
polisi, berjalan ke arah Jalan al-matuf untuk menghirup udara
segar. Ada kedai minuman di sudut dekat Kuil Syaria Karnak. Ia
menuju ke tempat itu, membeli segelas karkaday dan berjongkok
di dinding stasiun, menghirup cairan delima dingin. Sepeda tukang
roti lewat sambil menjaga keseimbangan baki besar yang penuh
aish baladi di atas kepalanya.
Kenyataannya adalah bahwa ia sedang tidak memiliki pilihan.
faruk al-hakim sudah meninggal sehingga ia tidak dapat berbicara
padanya, dan meskipun demikian ada beberapa hal kecil yang
dapat dikejar, misalnya ia melihat bahwa investigasi itu kini
bergantung pada dua faktor kunci: berbicara pada teman-teman
Jansen di Kairo, dan mendapatkan umpan balik berguna dari
detektif Israel yang mengerikan itu. Suami-istri Gratz masih menolak dihubungi. mereka ada di rumah, para tetangganya telah melaporkan bahwa mereka mendengar suara dari apartemen itu.
Namun, untuk alasan yang hanya mereka saja yang tahu, keduanya susah untuk didapat, pergi jauh ke Kairo dan memaku pintu
mereka secara personal. Khalifa tidak melihat ada harapan untuk
mengajak mereka bicara. Yang tertinggal adalah Ben-Roi. Si Ben-Roi yang kasar, tidak
kompeten, dan malas. Khalifa telah meneleponnya empat kali pagi
itu, masing-masing hanya dijawab oleh mesin, dan di semua
kesempatan itu ia meninggalkan pesan menanyakan apa, bila ada,
yang telah diusahakan oleh orang Israel ini untuk menggali informasi tentang hannah Schlegel. Ben-Roi belum menjawab, dan hal
ini membakar kecurigaan Khalifa bahwa ia hanyalah bermain-main
~ 338 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
saja dan tidak menangani secara serius.
Ia mendesah frustrasi dan meneguk habis karkadaynya, menutup matanya dan membiarkan matahari sore menyinari wajahnya. hangat dan menenangkan, belum memberikan panas menyengat yang akan datang bersamaan dengan musim panas.
"Sialan kau, Ben-Roi," ia menggerutu, sambil menarik rokoknya. "Sialan benar kau."
"Semua berjalan baik, kalau begitu!"
matanya terbuka. Deputinya, muhammad Sariya, berdiri di
dekatnya. "Kau tahu, aku rasa ini adalah pertama kalinya aku mendengar
kau bersumpah serapah," kata Sariya, terheran.
"Ini pertama kalinya aku berurusan dengan Israel ini," kata
Khalifa, sambil mengisap rokoknya sampai ujungnya dan berdiri. Ia
memberikan gelasnya kembali ke penjual itu dan sambil
menggamit tangan Sariya, keduanya kembali ke kantor polisi
bersama-sama. "Aku dengar kau bekerja dengan Ibrahim fathi sekarang," kata
Khalifa. fathi adalah detektif lain di kantor itu, dikenal sebagai alhimar"si keledai"karena pendekatannya yang lambat dan tidak
imajinatif pada pekerjaan polisi. Tidak heran bila ia adalah salah
satu kesayangan Chief hasani.
"Ada yang menarik?"
"Sepasang pedagang pisang yang telah memainkan berat
muatannya di al-Bayadiya," jawab Sariya, "dan kasus yang menggoda tentang pencurian anak ayam serial di Bayarram. Persoalan
tidak pernah semenarik ini ketika aku bekerja denganmu."
Khalifa tersenyum. Ia semestinya tidak mengakui, tetapi sebagian dari dirinya khawatir Sariya memang sebenarnya menikmati
bekerja bersama al-himar, yang melakukan apa saja menurut buku.
Kenyataan bahwa Sariya sebenarnya tidak seperti dugaannya
sudah merupakan suatu hal yang melegakan, membuatnya merasa
sedikit tidak terisolasi. Ia sudah kehilangan deputinya beberapa
~ 339 ~ PAUL SUSSMAN hari terakhir ini. mereka lewat di antara tempat meriam penjaga kembar yang
ada pada sisi-sisi pintu masuk kantor polisi dan mulai menaiki tangga utama.
"Tetapi secara serius, bagaimana semuanya berjalan?" tanya
Sariya sambil menaiki tangga. "Tak terlalu baik, aku rasa."
Khalifa mengangkat bahu, tidak berkata apa-apa.
"Ada yang bisa kulakukan" Aku bisa menelepon tentu saja."
Khalifa tersenyum dan menepuk lengan deputinya. "Terima
kasih, muhammad, tetapi mungkin yang terbaik adalah kalau aku
menyelesaikannya sendiri. Aku tidak sedang kelebihan pekerjaan.
hanya bingung saja. Seperti biasa."
mereka sampai di anak tangga teratas. Kantor Al-humaar, tempat Sariya kini bekerja, ada di ujung koridor, sisi kanan; ruang kerja
Khalifa ada di sisi kiri.
"Pastikan kau memberitahuku tentang apa yang terjadi pada
pedagang pisang itu," katanya, melepaskan lengan Sariya,
mengedipkan matanya dan berlalu. Setelah beberapa langkah,
kemudian berbalik lagi. "hey, muhammad! Ada satu hal."
Sariya mendekatinya dan bersama-sama menuju ruang kerja
Khalifa. Telepon berdering ketika mereka memasuki pintu.
"Biar aku yang angkat?" tanya Sariya.
Khalifa menggerakkan tangannya, menolak. "Ini pasti hasani
yang sedang memeriksa apakah aku ada di sini. Biarkan dia
menunggu." Dia menuju mejanya dan, sambil mengabaikan telepon yang
berdering, mulai memeriksa tumpukan kertas yang ada di atas
meja, dan akhirnya menarik sebuah slide fotografi yang ia ambil
dari rumah Jansen. "Ini mungkin tidak berarti apa-apa, tetapi aku hanya ingin tahu
siapa tahu kau bisa menemukan tempat makam ini berada. Jujur
saja, ini lebih merupakan urusan personal bukan pekerjaan, jadi
jangan terganggu dengan menghabiskan banyak waktu untuk hal
~ 340 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
ini"yah, kapan saja kau punya waktulah."
Sariya menerima slide darinya dan menerawangkannya. Dering
telepon berlanjut, tajam dan terus-menerus, mengisi ruangan itu.
"Dan mungkin tak perlu mengatakan apa pun pada fathi,"
tambah Khalifa, sambil melemparkan pandangan sebal pada telepon. "Aku rasa ia tidak akan senang dengan pekerjaan sambilanmu
ini." Y erusaLem "AYoLAh, KAU ARAB ToLoL, DI mANA KAU?"
Ben-Roi duduk di mejanya, sambil merengut dan mengetukngetukkan jarinya dengan tidak sabar pada permukaan meja,
gagang telepon melekat di telinganya. Ia masih berada dalam
suasana hati yang tidak menyenangkan setelah apa yang terjadi di
perkemahan, dan bahkan merasa lebih buruk lagi sekarang ini setelah ia mendengar empat pesan yang ditinggalkan si orang mesir di
mesin penjawabnya. "Inspektur Ben-Roi, aku mohon kau meneleponku kembali." "Inspektur Ben-Roi, aku sedang menunggu
kabar darimu sekarang." "Inspektur Ben-Roi, mohon beritahu aku
bagaimana hasil investigasi yang kau lakukan." Inspektur Ben-Roi,
sudahkah kau memulai meneliti persoalan yang telah kita
diskusikan?" Ia telah mempertaruhkan hidupnya untuk laki-laki itu dan yang
ia terima bukannya terima kasih malah beberapa pesan seperti itu!
Ia semestinya tidak usah repot meneleponnya kembali; seharusnya
membiarkan ia susah untuk beberapa hari. Ajarkan dia sedikit
sopan santun. Kenyataannya, ia kini sedang berpikir tentang hal
itu, hal yang pastinya akan ia lakukan. Tahan dan biarkan si teri ini
menunggu. Saluran telepon direspons.
"Sabah al-khair."
~ 341 ~ PAUL SUSSMAN "Khediva?" Diam sesaat. "Khalifa. Kal-ee-faa. Aku rasa ini pasti kau, Inspektur Ben-Roi."


The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, ini aku," kata si Israel, sambil menahan dorongan untuk
menambahkan makian "..." dan malah menikmati minuman keras
dari botolnya. Pada ujung lain Khalifa menyalakan rokoknya dan sedikit lebih
kuat sampai ke filternya, semakin tidak menyukai laki-laki itu daripada ketika pertama kali mereka berbicara, tidak kurang karena,
dengan keadaan seperti ini, ia terlihat tidak terorganisasi dengan
baik dan tidak kompeten. "Aku berharap dapat mendengarkan sesuatu darimu sesegera
mungkin," katanya, sambil mencoba menenangkan diri sendiri.
"Yahh, kau sedang mendengarkan aku sekarang," kata Ben-Roi.
"Yang sesegera mungkin dapat kuusahakan."
Diam untuk beberapa saat, masing-masing merasakan bahwa
untuk membuat langkah berikutnya akan menjadi tanda kelemahan. Aku tak boleh terlihat seperti sedang sangat membutuhkannya,
pikir Khalifa sambil mengembuskan asap rokoknya. Aku tak boleh
terlihat begitu tertarik, pikir Ben-Roi, sambil meminum vodkanya.
Adalah si orang mesir yang memulai terlebih dahulu.
"Jadi?" ia bertanya, usahanya untuk berlagak tak ambil pusing
ternyata tidak cukup berhasil. "Kau mendapatkan sesuatu?"
Ben-Roi memberikan anggukan memuaskan, merasakan bahwa
ia di atas angin. Ya, jawabnya, ia telah menemukan sesuatu.
Banyak hal. Ia membiarkan pernyataannya tergantung sejenak,
mengangkat kedua kakinya dan menyilangkannya di sudut meja,
menikmati pikirannya tentang Khalifa yang sedang mengepalkan
tangannya secara tidak sabar di ujung telepon, kemudian baru
meluncurkannya. Ia mulai dengan semua hal personal tentang hannah Schlegel:
Prancis, Auschwitz, pekerjaan mengurusi arsip di Yad Vashem,
saudara kembarnya, semua yang telah dikatakan perempuan
Weinberg pada hari sebelumnya. Gagang telepon penerima
~ 342 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
menangkap suara coretan yang halus di atas kertas saat Khalifa
menulis pada catatannya di ujung jalur telepon. Ia mengajukan
sejumlah pertanyaan"Di mana Prancisnya" menyimpan arsip apa"
Apa kau berbicara pada saudara laki-lakinya?"yang membuat
respons pendek bersuku kata satu dari Ben-Roi, sebagiannya karena ia tidak suka diinterupsi, terutama karena, jauh di dalam, ia tahu
bahwa ia belum meliput semuanya sebagaimana yang seharusnya
ia lakukan, dan dengan tidak berhasil memberikan jawaban yang
memadai akan membuatnya terlihat bodoh.
"Dengar, aku tidak tahu!" ia berkata keras setelah didesak untuk
mengakui bahwa ia tidak menindaklanjuti kasus itu. "Aku hanya
punya waktu dua hari."
Di ujung lain Khalifa tersenyum angkuh, senang karena memiliki sesuatu untuk dikritik, setiap pertanyaan yang tak terjawab
tampak menggeser keseimbangan kekuatan lebih jauh ke arah
dirinya. "Aku cukup mengerti," katanya dengan nada paling simpatiktetapi-merendahkan yang dapat ia lakukan. "Dua hari memang
tidak terlalu lama sama sekali. Terlebih bila kau memiliki hal lain
untuk dilakukan." "omong kosong," pikir Ben-Roi, sambil menjauhkan gagang
telepon dari telinganya dan marah, menyembulkan jari tengahnya
ke atas. Ia berada di akhir cerita tentang latar belakang, kemudian
beralih ke kebakaran rumah, dan di sini ia merasa lebih mantap
karena, walaupun ia sendiri yang mengatakannya, ia sebenarnya
telah melakukan pekerjaan dengan baik. Ia mengatakannya perlahan, mulai dengan apa yang telah dikatakan Nyonya Weinberg
padanya dan hal selanjutnya satu demi satu"hani hani-Jamal,
perjalanan ke Al-Amari, pengakuan majdi bahwa ia telah dibayar
untuk membakar apartemen itu, deskripsi tentang bagian dalam
flat"membangun cerita berdasarkan potongan demi potongan.
Khalifa menginterupsi lagi dengan sederet pertanyaan, tapi kali ini
Ben-Roi memiliki jawaban, dan, meski enggan, si mesir ini terpaksa
~ 343 ~ PAUL SUSSMAN mengakui bahwa ini adalah hasil yang cukup baik untuk sebuah
pekerjaan detektif, yang tentu saja membuat dirinya sendiri
senang. "Barangkali dia tidak sebodoh yang kuperkirakan," ia berkata
pada dirinya sendiri. "Kasar, keras kepala, tata bahasanya tidak
karuan. Tetapi tidak bodoh."
Si Israel mengatur narasinya sedemikian rupa sehingga potongan informasi yang memahkotai, pengungkapan siapa yang sesungguhnya memerintahkan serangan pembakaran, terjadi di akhir
kisah. Sampai di sini Khalifa sudah begitu menyerap apa yang telah
dikatakannya sehingga ia tidak merasa perlu repot mengajukan
pertanyaan lagi; ia hanya mendengarkan dan menulis yang perlu
ia catat. Ketika si Israel akhirnya menyebutkan nama yang diberikan oleh laki-laki muda Palestina itu"Gad, Getz"ia mengembuskan siulan kecil.
"Kau kenal dia?" tanya Ben-Roi, mencoba, dan gagal, untuk
menutupi ketertarikannya.
"Barangkali, barangkali juga tidak," jawab Khalifa. "Piet Jansen
memiliki teman dekat yang bernama Anton Gratz, yang juga tinggal di Kairo. Ini benar-benar kebetulan yang aneh."
Khalifa merenung sejenak, memikirkan mengapa di bumi ini
seorang Gratz ingin merusak apartemen hannah Schlegel, kemudian dengan gelengan kepala, ia duduk dan melihat pada catatan di
hadapannya, membaca catatan yang baru saja ia ambil.
"Aku tertarik dengan insiden yang terjadi di perahu," kata
Khalifa setelah diam beberapa lama. "Ketika Nyonya Schlegel pertama kali tiba di Israel. Ketika ia berkata...." Dengan pulpennya ia
mencari pada catatan itu kutipan yang relevan. ?"Aku akan mencari mereka,?" kata Ben-Roi, membantunya melanjutkan. ?"Bila hal
ini harus menghabiskan sisa hidupku, aku akan mencari orang yang
sudah melakukan ini pada kami. Dan kalau aku menemukan mereka, aku akan membunuhnya.?"
"Tepat sekali. Siapa yang sedang ia bicarakan?"
"mereka yang telah melakukan apa pun padanya di Auschwitz,
~ 344 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
aku kira," kata si Israel. "Para dokter, ilmuwan. Dari apa yang dikatakan Nyonya Weinberg itu, ia mengalami masa-masa buruk di
sana." Khalifa mengisap rokoknya dalam-dalam. Sebelum ia mencari
di internet sore hari sebelumnya ia hampir tidak tahu apa-apa tentang Auschwitz kecuali nama saja. Bahkan sekarang ia menemukan,
sulit dipercaya bahwa tempat seperti itu pernah ada. Kamar gas,
oven, eksperimen medis.... Ia mengisap dalam lagi rokoknya,
berpikir tentang codet yang ia lihat pada perut hannah Schlegel,
tebal, zig-zag, seperti reptil yang menggeliat. Apakah itu warisan
dari kamp, ia bertanya" Apa mereka merobeknya, merogoh bagian
dalam tubuhnya, mencongkelnya" Sebuah gambaran menyusup
sesaat ke dalam pikirannya tentang seorang gadis muda belia
terikat pada tempat tidur dorong rumah sakit, telanjang, tersayat,
menangis, ketakutan, memanggil-manggil ibunya. Ia meringis dan
menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan bayangan itu.
"menurutmu mungkinkah Jansen adalah salah seorang dari
para dokter itu?" ia bertanya. "Bahwa ia telah terlibat dalam
eksperimen ini dalam cara tertentu?"
Ia tahu bahwa kecil kemungkinannya, dengan menjelaskan
bahwa memang ada beberapa bukti, tetapi membiarkannya tergantung tak terpecahkan. Ben-Roi serta-merta melupakannya.
"Semua dokter Auschwitz dieksekusi atau dipenjarakan pada
akhir perang. mengele melarikan diri ke Amerika Selatan, tetapi ia
mati tiga puluh tahun lalu. Apa pun hal lain yang melibatkan Tuan
Jansen Anda itu di dalamnya, aku kira bukan eksperimen medis
Nazi." Khalifa mengangguk, kecewa tetapi tidak terkejut, dan kembali
ke kursinya, mengisap rokoknya dan melihat pada catatannya
sekali lagi. Ada beberapa hal bagus di sini. Tidak ada pembukaan
rahasia yang buta di sini, tetapi beberapa potongan baru yang
penting untuk ditambahkan pada jigsaw. Pengalaman masa perang
Schlegel, "arsip" di dalam flatnya, saudara kembarnya, serangan
pembakaran"digabungkan dengan apa yang telah ia dapatkan
~ 345 ~ PAUL SUSSMAN sendiri merupakan petunjuk baru yang signifikan. Untuk pertama
kalinya sejak ia memulai investigasi ia merasakan kerlip samar optimisme, sebuah perasaan bahwa, terlepas dari kabut ketidakpastian
tatkala segala sesuatunya masih terlihat terselubung, setidaknya ia
telah mulai bergerak maju, untuk semakin dekat dengan akar persoalan.
Namun, jalan memang masih terlalu panjang, dan untuk menguasai jarak ekstra itu ia memerlukan lebih banyak"lebih banyak
fakta, latar belakang, informasi, sudut pandang. Sebagian, untuk
meyakinkan saja, dapat ia kejar sendiri; ia telah memutuskan
bahwa langkah berikutnya yang akan ia lakukan adalah melakukan
perjalanan ke utara ke Kairo untuk menemui Tuan Anton Gratz
yang misterius. Tetapi ada juga petunjuk lain yang tidak dapat ia
kejar sendiri, atau setidaknya, tidak mudah. Suka atau tidak, ia
tetap membutuhkan Ben-Roi, yang mana itu membuatnya frustrasi. Karena, bila ia dengan segan terkesan pada hasil pekerjaan
yang telah dilakukan si Israel satu ini, hal itu tidak berarti bahwa ia
telah mendapati Ben-Roi sebagai sosok yang bertanggung jawab.
Ben-Roi sedang bergelut dengan persoalan yang sama
meskipun dari arah berlawanan: bagaimana mengakui bahwa ia
tetap menginginkan dirinya terlibat dalam kasus ini tanpa harus
kelihatan bahwa ia begitu ingin. Baik, mungkin si orang mesir satu
ini memang tidaklah kurang kompeten seperti yang ia pikirkan
sebelumnya; sejumlah pertanyaan yang ia ajukan dan komentar
yang ia buat sebenarnya cukup cerdik dan tajam. Dia memang
menjengkelkan, kepala batu, ulet, dan persetan dia bila dia merangkak untuk meminta pertolongan darinya.
Tidak ada pembicaraan dalam beberapa waktu lamanya. Tidak
ada seorang pun yang memulai, untuk mengatakan apa yang ada
dalam pikirannya, karena takut akan memberikan yang lain keuntungan tak terlihat. Kali ini Ben-Roilah yang memulai.
"Aku akan melihat apa lagi yang bisa kuperoleh," katanya, cepat
dan keras, seolah harus menghabiskan minuman yang tidak disukai.
"Baik," kata Khalifa, lega dan sedikit heran. Ia duduk di
~ 346 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
belakang mejanya lagi dan mematikan rokoknya di asbak. "Aku
akan mengirim foto Jansen melalui faksimili. Dan juga laporan tentang apa saja yang telah aku temukan sejauh ini."
"Lakukanlah. Dan sebaiknya kau catat nomor telepon
genggamku." Khalifa jelas sekali ingat bahwa si Israel satu ini pernah mengatakan bahwa ia tidak memiliki telepon genggam. Karena
menyadari bahwa di luar dugaan Ben-Roi sudah begitu menolong,
ia tidak ingin ambil risiko memprovokasinya. Jadi, ia segera meraih
pulpen dan mencatat nomornya. Begitu selesai, diam sesaat lagi,
tak satu pun dari keduanya mengetahui bagaimana mengakhiri
percakapan itu. "Aku akan mengontakmu nanti," kata Ben-Roi akhirnya.
"Baik," kata Khalifa. "Aku menunggu kabar darimu."
Ia menurunkan sedikit gagang telepon, dan kemudian mengangkatnya lagi.
"Ben-Roi?" "Apa?" "Satu hal ... bisa signifikan bisa juga tidak."
"Ya?" Khalifa diam. "Piet Jansen"kelihatannya ia mencoba melakukan kontak dengan al-mulatham. Ia mengatakan dirinya memiliki sesuatu yang
berguna untuk al-mulatham dalam perjuangannya melawan Israel.
Aku pikir seharusnya kau tahu."
SeTeLAh IA meLeTAKKAN GAGANG TeLePoN, Ben-Roi duduk selama
beberapa menit, tidak melakukan apa-apa, hanya melihat ke
ruangannya. Jari-jarinya memainkan menorah yang tergantung di
lehernya. Kemudian ia berdiri dan beranjak menuju lemari besi di
sudut kantornya. menarik sekumpulan kunci dari sakunya, membuka kunci lemari, berjongkok dan mengambil kotak arsip yang
dipenuhi kertas. Ia menyepak pintu lemari dengan kakinya agar
tertutup, kembali ke mejanya, duduk dan membuka arsip. Paling
~ 347 ~ PAUL SUSSMAN atas adalah foto perempuan muda dengan rambut hitamnya yang
terpotong pendek. Tertulis dalam kertas yang tertempel di bagian
bawah foto adalah nama Layla al-madani.
c ambriDge , i nggris SAAT ITU PUKUL LImA LeWAT KeTIKA AKhIRNYA LAYLA TIBA DI CAmBRIDGe,
di suatu sore yang hangat dan berkabut dengan langit yang tinggi
dan terang serta embusan bunga cherry dan rumput ilalang di
udara. Ia tiba dari London dengan kereta api, dan dalam kondisi
lain barangkali ia akan berjalan sejauh satu setengah mil dari stasiun ke pusat kota"sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali ia berada di bagian dunia ini dan tentu akan menyenangkan bila ia dapat
menikmati pemandangan lama lagi, sejak hari-hari ia tinggal
bersama kakek-neneknya di sini, setelah ia dan ibunya pergi dari
Palestina. Dan seperti adanya, waktu begitu menekan dan ia begitu cemas untuk bertemu dengan Profesor Topping yang sukar dipahami itu.
Keluar dari gedung stasiun, ia memanggil taksi dan sepuluh
menit kemudian ia berjalan melewati pintu gerbang St John.
Seorang porter memberitahunya bahwa ruangan Profesor Topping
berada di lorong 1 Lapangan Dua. Kemudian, setelah berterima
kasih padanya, Layla berjalan melewati kampus, menuju lapangan
pertama yang besar dan sunyi"lapangan rumput yang terawat
rapi, gedung Tudor berdinding merah, kapel berjendela lengkung
yang penuh"dan berjalan memasuki lapangan kedua.
Lorong I berada di sudut kiri, dengan papan "ada/keluar"
tertempel di dinding di dalam pintu masuknya yang memuat
semua nama dan ruangnya masing-masing di atas. Pada jendela
kecil di sebelah nama Profesor Topping tertulis tanda "keluar", dan
menyebabkannya sedikit panik"Kristus, pikirnya, apakah aku
datang jauh-jauh dan tidak mendapatkan apa-apa?"sebelum seorang pelajar yang besar dan tegap dalam baju rugby merah-putih
~ 348 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
turun dari tangga dan, sebagai jawaban terhadap gerutuan Layla
tentang di manakah profesor itu berada, meyakinkan Layla bahwa
profesor pasti ada di dalam ruangannya.
"Aku mendengar dia berteriak," ia menjelaskan. "Jangan
pedulikan pengumuman apa pun di papan itu. Aku tinggal di
bawahnya selama dua tahun dan dia tidak pernah sekali pun memberi tanda "Ada" di sebelah namanya."
Lega, walaupun tidak terlalu yakin"profesor sama sekali tidak
terlihat seperti jenis orang yang akan menyambut penelepon yang
tidak diharapkan. Layla pun mulai menaiki tangga, papan kayu
berderit di bawah kakinya, terus sampai ke bagian atas gedung
ketika ia menemukan pintu dengan tulisan PRofeSoR m. ToPPING tertulis pada dinding di sebelahnya.
Ia ragu, membayangkan, seperti yang ia lakukan di sore
sebelumnya, seorang akademisi tua yang tidak ramah dengan kacamata separuh lingkaran, mengenakan jaket dengan jambang tumbuh dari telinganya, kemudian melangkah dan mengetuk pintu.
Tidak ada jawaban. Ia mengetuk lagi.
"Tidak sekarang!"
"Profesor Topping?"
"Tidak sekarang!"
Nada suaranya terdengar agak marah, menyepelekan. Ia
menimbang apakah sebaiknya ia pergi saja, menikmati secangkir
kopi, dan kembali lagi nanti kira-kira sang Profesor sudah dalam
keadaan yang lebih baik. Tetapi dia tidak datang jauh-jauh hanya
untuk berjalan-jalan. Jadi, dengan menggeretakkan giginya, ia
mengangkat tangan dan mengetuk pintu itu untuk ketiga kalinya,
buku jarinya mengetuk pintu kayu itu terus-menerus.
"Aku akan menghargai sedikit waktu yang kau berikan untukku,
Profesor Topping," kata Layla.
Diam yang mencekam untuk sesaat"ketenangan sebelum kilat
menyambar"kemudian terdengar langkah kaki mendekat secara
cepat. Pintu bagian dalam terbuka, kemudian pintu bagian luar yang
~ 349 ~ PAUL SUSSMAN tadi ia ketuk. "Tidakkah kau mengerti bahasa Inggris" Kataku tidak sekarang!
Ada apa denganmu?" Untuk sesaat Layla urung berbicara, karena bukannya cendekiawan tua bau seperti yang ia bayangkan sebelumnya, ia malah
berhadapan dengan seorang laki-laki berbadan tinggi, tampan, dan
berambut hitam, sekitar awal sampai pertengahan empat puluhan,
dalam celana Bermuda dan kemeja denim, sejumput rambut dada


The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang hitam tersembul dari leher kemejanya yang terbuka.
Keterkejutannya bertahan hanya sekejap, kemudian, dengan gusar,
ia pun menyerocos. "Sialan kau. Dasar angkuh! Aku datang jauh-jauh dari
Yerusalem karena kau tidak pernah mau mengangkat telepon
seperti manusia normal yang lain, jadi tolong perlihatkan sedikit
rasa hormatmu." Ia sepenuhnya memperkirakan bahwa pintu akan dibanting di
depan wajahnya. Ternyata Profesor itu hanya menatapnya, dengan pandangan terkesan terlihat di matanya, kemudian, dengan
lekukan pada alis matanya, ia berbalik dan melangkah ke dalam
ruangannya. Layla tetap diam di tempat, tidak tahu pasti apa yang
akan dilakukannya. "Yahh, ayo," ia mempersilakan. "Aku mungkin memang
angkuh, tetapi paling tidak aku tahu kapan untuk mundur secara
anggun. Dan tutup pintu itu. Dua-duanya. Aku tak ingin ini menjadi preseden."
Terlalu terkejut untuk mendebat situasi itu, Layla pun
melakukan apa yang dikatakan. Ia menarik pintu luar dan kemudian menutup pintu bagian dalam, dan mengikutinya menuju ruang
kerjanya. Tempat itu berantakan, di setiap inci area yang tersedia"lantai,
rak di atas tungku, tepi jendela, meja"termasuk di bawah tumpukan kertas dan buku, seolah ruangan itu baru saja dihempas tornado. Seperti kekacauan, sesaat sebelum Layla menyadari bahwa dua
gundukan berbentuk kursi di dekat jendela pada ke-nyataannya
~ 350 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
adalah memang benar"sepasang kursi berlengan yang tertutup
setumpuk pakaian yang dibuang dan Cambridge meieval history
yang berat. Topping memilih jalan untuk mereka dan mulai membersihkan tempat untuk Layla duduk.
"Aku tidak berpikir aku ingat nama Anda."
"Layla," katanya. "Layla al-madani."
"Dan Anda seorang...?"
"Jurnalis." "Tidak terpikir Anda seorang akademisi," katanya, sambil
mundur ke belakang dan menunjuk kursi, sekarang menggeser
buku dan pakaian kotor. "Jauh terlalu cantik."
Nada suaranya begitu terus terang apa adanya yang ia coba
bawakan tanpa terdengar seperti jalur ngobrol yang buruk. Layla
menghampiri dan duduk sementara ia melanjutkan membersihkan
ruang untuknya di kursi yang lain.
"Kopi?" ia bertanya, sambil mengangguk ke pintu di sudut
ruang, sebuah area dapur sesak yang sempat dilihat Layla. Ia
menolak tawarannya. "minum?" "masih terlalu pagi untukku."
Ia kelihatan sedikit terkejut dengan jawaban ini, seolah gagasan
tentang hubungan antara minum dan waktu tak pernah terjadi
padanya. Ia tidak mendesak, hanya menyelesaikan membersihkan
kursi, kemudian menuju dapur dan membawa untuk dirinya
sendiri sebotol Budwar dari kulkas, membuka tutupnya pada bufet.
"Dan Anda benar-benar datang jauh-jauh dari Yerusalem?" ia
bertanya. "Atau, apa Anda sedang mencoba membuatku merasa
tak enak?" Layla meyakinkannya bahwa ia mengatakan yang sebenarnya.
"Aku kira aku harus merasa tersanjung," ujarnya, kembali dan
duduk di depan Layla. "Separuh dari mahasiswaku dari bagian lain
kampus ini bahkan tidak bisa datang ke sini."
Ia meminum bir dan meregangkan kakinya, sambil menatap
~ 351 ~ PAUL SUSSMAN Layla. "Jadi?" mata mereka bertatapan sejenak"ia benar-benar tampan"
kemudian Layla sedikit membungkuk dan mulai merogoh tasnya.
"Aku ingin bertanya padamu tentang pidato yang kau berikan
beberapa minggu lalu," katanya. ?"William kecil dan Rahasia Castelombres"." Ia menegakkan tubuhnya, menggenggam buku catatannya, pulpen dan hasil cetakan yang ia buat mengenai halaman web
St John"s College history Society. "Aku telah mencoba meneliti
seluruh hal berkaitan dengan Castelombre, ini untuk artikel yang
sedang kukerjakan, tapi kelihatannya belum bisa kudapatkan. Aku
berusaha mengambil beberapa informasi dari internet, tetapi"
yahh, dari deskripsi pidato Anda kedengarannya Anda mungkin
dapat memberiku sesuatu yang lebih detail."
Ia menaikkan alisnya, terkejut. "Dan kau datang jauh-jauh
hanya untuk itu?" "Yahh, sebenarnya jelas akan lebih mudah seandainya Anda
bersedia ditelepon atau dihubungi melalui e-mail...."
Ia menyunggingkan sedikit senyuman, mengakui kebenaran itu,
dan meneguk birnya lagi. "harus kukatakan secara langsung bahwa pidato itu lebih
merupakan kesimpulan dari pembebasan ringan daripada materi
akademis yang serius," katanya. "Identitas kultural dalam
Languedoc pertengahan, itulah area yang kuminati, dengan
kekhususan dalam register Inkuisisi abad ketigabelas, begitu juga
dengan semua hal tentang rahasia dan harta terpendam serta apa
saja yang misterius berkaitan dengan arkeologi Nazi"aku menerimanya dengan tidak sepenuhnya percaya." Ia menatap ke botolnya. "meskipun memang benar-benar menarik. Sangat menarik.
Penting juga, mungkin."
Kemudian mereka diam sejenak. Profesor itu tampak terbenam
dalam pikirannya sendiri. Kemudian, dengan gelengan kepala, ia
menjulurkan tangan. "Apa yang sudah kau dapatkan sejauh ini?"
~ 352 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
Ia menarik halamam catatan yang dia buat di hari sebelumnya
dan memberikan padanya. matanya cepat membaca informasi itu.
"Jujur saja, aku tak pasti apakah ada hal yang dapat kutambahkan di sini. Seperti telah kukatakan, ini bukan area kekhususanku.
Dan kalau pun ya...." ia mengangkat bahunya, memberikan
halaman itu kembali ke Layla. Ia pastinya menangkap adanya kekecewaan di wajah Layla, karena ia segera menambahkan, "Aku
tetap berani mengatakan bahwa aku dapat melengkapi sedikit latar
belakangnya. memberimu gambaran konteksnya. Setidaknya Itu
yang bisa kulakukan karena kau telah jauh-jauh datang kemari.
Apakah ini berguna atau tidak"yahh, kau saja yang menilainya."
Ia bangkit dan menuju mejanya tempat ia mulai mencari-cari
ke dalam tumpukan kertas.
"Pernahkah kau ke sana?" tanyanya sambil ia memilah-milah
kertas. "Ke Castelombres?"
Layla mengaku belum pernah.
"Tempat yang layak dikunjungi. Tidak banyak yang dapat
dilihat sebenarnya. Jendela batu, beberapa reruntuhan dinding.
Semuanya benar-benar berantakan. Tetapi atmosferis. memiliki
perasaan penasaran yang melankolis terhadapnya. Kastil Bayangan. Itulah arti nama itu. Cocok. Aha!"
Ia merenggut beberapa lembar kertas dari tumpukan.
"Catatan untuk pidatoku," ia menjelaskan.
Ia melihat satu per satu halaman, sambil bersandar pada ujung
meja, gerakan yang menyebabkan tumpukan kertas di belakangnya, yang sudah tidak dalam keadaan stabil, jatuh ke lantai. Ia
mengabaikannya. "Baiklah," lanjutnya, "mari mulai dari awal. Sejauh yang dapat
kita katakan dari sumber kontemporer, dan yang tidak eksis"
hanya beberapa silsilah yang tidak lengkap, beberapa perjanjian
pertanahan yang ada, warisan, sejenis itulah"paling tidak sampai
abad kesebelas, tidak ada yang jauh di luar dari yang biasa tentang
Castelombres. Ia hanya berupa tanah Languedoc yang relatif kecil.
Tuannya memiliki tanah dan properti, kawin silang dengan pen~ 353 ~
PAUL SUSSMAN duduk lokal, membuat legasi ke insitusi agama, kesetiaan pada
Bangsawan foix. Normal saja. Kemudian, kira-kira tahun 1100,
banyak hal tiba-tiba berubah. Cukup dramatis."
Layla maju ke depan sampai ke tepi kursinya, desiran semangatnya terasa pada punggungnya. Bila risetnya benar, dan ia tidak
punya alasan untuk berpikir bahwa itu tidak benar, sekitar tahun
1100 akan merupakan saat ketika William de Relincourt menemukan harta karun misterius di bawah Gereja makam Suci dan
mengirimnya ke saudara perempuannya di Castelombres.
"Lagi-lagi, sumbernya sangat sedikit," lanjut Topping. "hanya
beberapa syair seniman keliling, beberapa referensi dalam kronikel
kontemporer, dan, yang paling penting, dua potongan surat yang
ditulis cendekiawan Yahudi kontemporer Rashi. mereka semua
sepertinya setuju bahwa sejak abad kedua puluh dan seterusnya
Castelombres mulai menarik perhatian. Dan alasan untuk ini
adalah rumor yang mulai beredar bahwa ia adalah tempat penyimpanan harta karun luar biasa dari kekuasaan dan keindahan
yang tak tertandingi."
Desiran lain yang lebih kuat menjalar di tubuh Layla.
"Kekuasaan dan keindahan," adalah kata yang digunakan de
Relincourt dalam suratnya.
"Apakah kita tahu apa itu sesungguhnya?" Layla bertanya, sambil mencoba agar suaranya tetap mantap.
Topping menggelengkan kepalanya. "Tidak tahu. Bahkan sumbernya tidak sepenuhnya terlihat pasti. Sebagian merujuknya sebagai "Lo Tresor?"harta, yang lain hanya menyebutnya rahasia
atau misteri, yang menyiratkan sejenis makna alegoris atau simbolis. Tidak menambah jelas."
Ia menelan bagian terakhir bir dan melempar botolnya ke
dalam keranjang yang berjarak sejauh lima kaki darinya. Botol itu
pun mendarat dengan suara keras gemerincing.
"Bila kita tidak tahu detail yang tepat, paling tidak dua hal kelihatan pasti. Yang pertama, apa pun objek misterius atau rahasia
itu, ia secara intim berhubungan dengan esclarmonde dari
~ 354 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
Castelombres, istri Count Raymond III, yang dari kisahnya tampak
dianggap sebagai sosok penjaga atau pelindung. Yang kedua, hal
ini tampaknya memiliki signifikansi yang besar bagi keyakinan
Yahudi. Pada awal 1104, menurut Rashi, kita kedatangan pemimpin
dari komunitas Yahudi utama Languedoc di Toulouse, Beziers,
Narbonne dan Carcassonne"yang mengunjungi kastil. Pada 1120
Yahudi datang dari tempat sejauh Cordoba dan Sisilia. Dan pada
1150 tempat itu terlihat lebih terbangun sebagai pusat jamaah
Yahudi dan studi Kabala. Lagi-lagi, aku harus menekankan betapa
lemah sumber itu. Bahkan dengan tetap memikirkan hal itu, jelas
bahwa sesuatu yang sangat tidak biasa sedang berlangsung di
Castelombres selama periode ini."
Layla duduk tepat di bibir kursi.
"Teruskan." Topping menggeleng kepalanya. "Sayangnya, sejak pertengahan abad keduabelas berbagai sumber itu benar-benar diam. hal
berikutnya yang kita dengar tentang Castelombres, hal terakhir
yang kita dengar, adalah sesuatu yang disebut Chronicle dari
Guillaume Pelhisson yang merekam bagaimana pada 1243, selama
Perang Salib Cathar, kastil diratakan dengan tanah oleh kekuatan
Gereja Katolik, tanahnya didistribusikan lagi dan tempat tinggal
Castelombres dienyahkan. Di luar harta karun misterius atau rahasia atau apa pun namanya, tidak ada hal lain lagi yang terdengar."
Ia berhenti sejenak, kemudian menatap Layla dari balik bagian
atas kertasnya. "Atau setidaknya, tidak terdengar sampai aku menemukan referensi yang agak menggelitik beberapa bulan lalu dalam register
Inkuisisi yang sedang kupelajari pada Perpustakaan Nasional di
Paris. Yang menjelaskan bagaimana seluruh hal itu dimulai pertama
kali." Terdengar dentang tumpul di luar ketika lonceng berdentang
tanda setengah jam. "Kau tahu tentang Cathars?" Topping bertanya.
Layla pernah membaca sekilas tentang itu selama perjalanan,
~ 355 ~ PAUL SUSSMAN bersamaan dengan materi yang telah ia petik dari internet, yang
telah memberinya pengetahuan dasar.
"Sedikit," katanya. "Aku tahu mereka adalah sekte Kristen
heretikal yang berkembang di Languedoc pada abad keduabelas
dan ketigabelas. Bahwa mereka percaya?"ia melirik catatan
singkatnya yang ia tulis di pesawat?"alam semesta ini diatur oleh
Tuhan Cahaya dan Tuhan Kegelapan, dan bahwa segala sesuatu
dalam dunia material adalah hasil karya Tuhan yang jahat. Bahwa
Gereja Katolik menyatakan perang suci melawan mereka, Perang
Salib Cathar. Bahwa mereka membuat posisi terakhir di Kastil
montsegur, dan bahwa beberapa saat sebelum kastil roboh mereka sebenarnya dipersiapkan untuk menyelundupkan harta karun
keluar melewati tentara yang mengepung." Ia mendongak ke arah
laki-laki itu. "Itu saja, aku kira."
Ia mengangguk terkesan. "Lebih banyak dibandingkan apa
yang diketahui oleh orang kebanyakan, aku pastikan itu."
Kemudian senyap untuk beberapa saat. Keduanya saling bertatapan, lalu, dengan memiringkan sedikit kepalanya, Topping beranjak menuju dapur lagi dan mengambil bir.
"Kau sungguh-sungguh tidak ingin minum?" tanyanya.
"Boleh kalau begitu."
Ia membuka dua botol dan, begitu kembali, memberikan satu
untuk Layla dan duduk di seberangnya, sambil meluruskan kakinya"panjang, pucat, halus"sehingga telapak kakinya yang telanjang hanya satu inci lebih dari kursi yang diduduki Layla.
"harta karun Cathars sudah lama menjadi subjek spekulasi,"
katanya, sambil mengutip narasinya, "sebagiannya bersifat
akademis, dan sebagian besar hanya fantasi liar. Semua gagasan
sudah dikemukakan mengenai apa sebenarnya harta karun itu,
segala sesuatu mulai dari karung-karung emas ke teks religius
Cathar ke holy Grail. faktanya adalah, seperti juga seluruh Rahasia
Castelombres, sumbernya tidak jelas."
Ia meneguk birnya. "Kita tahu tentang harta karun dari serangkaian pernyataan
~ 356 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
yang diberikan kepada Inkuisisi oleh mereka yang selamat dari
kepungan montsegur. Ketika kastil dijatuhkan oleh para tentara
perang salib Katolik pada maret 1244, sekitar dua ratus orang
mempertahankan menolak meninggalkan keimanannya dan dibakar sampai mati. Sisanya dibiarkan bebas dengan syarat mereka
mengakui sepenuhnya interogator Inkuisisi. Dua puluh dua pernyataan pengakuan dapat diselamatkan"lebih dari empat ratus
halaman"empat di antaranya bercerita tentang misteri harta
karun yang diselundupkan."
Layla baru separuh mengangkat botolnya untuk meminum
isinya, tapi kemudian menurunkannya lagi dan malah menulis apa
yang baru saja dikatakan Topping.
"Kemudian, Desember lalu, aku menemukan apa yang kelihatannya merupakan bagian dari pernyataan yang selamat dari
montsegur yang kedua puluh tiga. Yang juga menyebutkan tentang
harta karun Cathars, tetapi dengan detail ekstra yang lebih
menarik." Ia terlihat rileks ketika mengatakan hal ini, terbenam dalam
kursinya dengan botol bir menggantung di tangannya. Terlepas
dari ini, Layla dapat mengatakan dari kecerahan matanya dan
ceramahnya yang agak semakin cepat bahwa Topping, sebagaimana dirinya, tertarik akan kisah itu.
"Pernyataan itu telah diikat, sangat mungkin secara kebetulan,
menjadi register dokumen jauh di kemudian hari," ia melanjutkan.
"Ia merekam interogasi yang selamat dari montsegur bernama
Berenger d"Ussat oleh inkuisitor bernama Guillaume Lepetit"
William the Small, atau aku lebih suka memanggilnya William
Kecil. Di dalamnya, Berenger menjelaskan bagaimana, suatu waktu
sekitar Natal 1243, tiga bulan sebelum montsegur jatuh ke dalam
kepungan Katolik, empat pemimpin Cathar"ia merujuk ke
catatannya?"Amiel Aicart, Petari Laurent, Pierre Sabatier dan lakilaki bernama hugon, berusaha melarikan diri dari kastil di malam
hari dengan membawa pergi harta karun yang penting. Di dalamnya yang tidak mengguncangkan bumi"keempat pernyataan "har~ 357 ~
PAUL SUSSMAN ta karun" lain mengatakan hal yang benar-benar sama. Apa yang
terjadi kemudian sangat mengagumkan, karena ketika William, si
interogator itu, mendesak Berenger untuk informasi lebih banyak
lagi tentang harta misterius ini, ia berkata?"ia melirik pada
catatannya lagi?""Credo id Catelombrium unde venerit relatum
esse et ini sepultum esse ne quis invenire posset", yang diterjemahkan menjadi "Aku percaya ini dikembalikan ke Castelombres,
dari mana ia berasal, dan dipendam di sana sehingga tidak seorang
pun akan mendapatkannya.?"
Rahang Layla turun. "Keduanya adalah hal yang sama! harta


The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

montsegur dan Rahasia Castelombres!"
Topping terenyak di kursinya dan meneguk birnya lagi, "Yahh,
diakui ini hanya sepotong kesaksian," katanya, "sepenuhnya belum
pasti benar. Lebih dari mungkin bahwa Berenger hanya mencoba
mengacaukan inkuisitornya, memberikan kepada mereka petunjuk
yang salah. Semua sama, ini merupakan pendapat yang menggugah minat. Dan barangkali tidak sepenuhnya tidak mengejutkan.
meskipun demikian, Castelombres kurang dari sepuluh kilometer
seperti gagak terbang dari montsegur, maka cukup adil untuk berasumsi bahwa ada sejenis interaksi antara dua kastil ini. Juga,
Cathars terkenal akan persahabatan mereka dengan bangsa Yahudi.
Jadi, cukup adil untuk berasumsi bahwa dalam menghadapi kekuatan serbuan Katolik yang antisemitik, para penjaga yang mempertahankan montsegur telah menawarkan tempat perlindungan
rahasia atau harta karun apa pun disimpan di Castelombres. Apa
Lord Castelombres itu sendiri sebenarnya mengadopsi dogma
Cathar...." ia mengangkat bahu. "Aku ragu kita akan pernah mengetahuinya, walaupun dengan keterlibatan mereka bersama bangsa
Yahudi dan kenyataan bahwa kastil mereka dirusak para tentara
perang salib, maka adalah tebakan yang masuk akal bila mereka
melakukannya. Terus terang, tidak di sini atau di sana. hal yang
penting, tampak ada landasan solid yang masuk akal untuk
berspekulasi bahwa apa yang sampai sekarang tampak sebagai dua
misteri yang sepenuhnya berbeda pada kenyataannya adalah sama."
Layla masih belum meminum lagi sisa birnya. Sekarang ia
~ 358 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
mengangkat botolnya dan menelan beberapa teguk, berusaha
memproses apa saja yang baru ia dengar untuk mengaitkannya
dengan apa yang sudah dia ketahui: William de Relincourt menemukan objek di bawah Gereja makam Suci; ia mengirimnya ke
saudara perempuannya esclarmonde di Castelombres; Castelombres menjadi fokus sekte misteri Yahudi; objek itu dipindahkan
ke montsegur untuk disimpan dengan aman selama pergolakan
Perang Salib Cathar; ketika montsegur jatuh, ia dikembalikan ke
Castelombres dan dikubur. Semuanya terlihat cocok dan pas.
Namun, semenarik itu, pada akhirnya hal ini masih belum membuatnya maju lebih jauh. masih banyak yang tetap belum
diketahuinya, begitu banyak pertanyaan membutuhkan jawaban.
Apa gerangan yang misterius itu" mengapa ia begitu penting bagi
orang Yahudi" Apa relevansinya dengan al-mulatham" Dan apa
yang terjadi dengannya"
"Laporan pidato Anda mengatakan sesuatu tentang arkeolog
Nazi," uajr Layla, sambil meneguk minumannya, mengangkat kaki
kiri dan melipatnya di bawah tumit kanan. "Bagaimana sampai
seperti itu?" Topping tersenyum. "Aku heran kau sampai pada pertanyaan
itu. Dalam banyak hal itu memang bagian paling menarik dari
keseluruhan cerita."
Ia berdiri dan berjalan ke jendela, sambil memandang ke
lapangan di bawah. Selain suara musik dari ruang sebelah, semuanya diam dan senyap.
"Transkrip Inkuisisi adalah topik kuliah yang cukup samar,"
katanya setelah jeda beberapa saat. "Tidak banyak orang tertarik
mempelajarinya. Sebagian register di Bibliotheque Nationale tidak
pernah melihatnya selama bertahun-tahun, bahkan mungkin
puluhan tahun. Aku pernah menemui satu di antaranya yang
belum pernah dibuka sejak pertengahan abad kesembilan belas."
Layla mengetuk-ngetukkan pulpennya pada lutut, bertanyatanya ia mau ke mana dengan cerita itu.
"menurut catatan Perpustakaan," ia melanjutkan, sambil kem~ 359 ~
PAUL SUSSMAN bali kepada Layla, "terakhir kali orang melihat pada register yang di
dalamnya kutemukan transkrip Berenger d"Ussat adalah pada awal
September 1943, pada saat pendudukan Jerman di Prancis, ketika
sedang diteliti oleh cendekiawan Nazi bernama Dieter hoth."
Nama itu tampak menerangi hubungan yang samar di suatu
tempat jauh dalam pikiran Layla. Pikirannya terlalu penuh dengan
informasi sehingga ia tidak dapat segera berpikir mengapa.
"Lanjutkan." "hmm, awalnya aku berpikir hoth ini"yang secara kebetulan
tidak pernah kudengar sebelumnya, yang terasa aneh dalam
keadaan betapa sempit areal ini"pasti telah luput mendapatkan
transkrip Berenger semuanya karena tidak ada catatan bahwa ia
pernah mempublikasi apa pun tentangnya. Bagaimanapun juga,
aku mencari tahu tentangnya melalui salah seorang teman di
Toulouse, spesialis Nazi, dan coba tebak" Kurang dari seminggu
setelah menelaah, register Dieter hoth ini muncul di bagian terjauh
Languedoc, berdiam di desa modern Castelombres, kali ini ditemani unit pasukan khusus SS. Dan menurutmu apa yang mereka
semua lakukan di sana?"
Layla menggelengkan kepalanya. Topping meneguk birnya dan
bersandar pada kusen jendela, tersenyum masam.
"menggali." Ia terperanjat. "Kau serius?"
"Itulah yang dikatakan padaku."
"Dan" Apa mereka menemukan sesuatu?"
Lagi-lagi ia memberikan senyum masam. "Sepertinya ya,
walaupun tidak dapat kukatakan padamu. Seperti yang kubilang,
arkeolog Nazi benar-benar bukan area keahlianku."
Ia menatap Layla, kemudian menjauhkan diri dari kusen jendela, menuju dapur dan mulai menggeledah lemari. Layla memundurkan badannya dan meneguk birnya, pikirannya mendenging.
Begitu banyak hal harus ditindaklanjuti, begitu banyak jalan untuk
dieksplorasi. "Siapa teman Anda itu?" Layla bertanya setelah beberapa saat.
~ 360 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
"Seseorang di Toulouse."
"Aku tak memanggilnya teman seperti itu," jawab Topping,
"lebih sebagai kenalan sambil lalu. Aku bertemu dengannya beberapa tahun silam, ketika aku sedang cuti panjang dari Universitas
Toulouse. Ia menjalankan bisnis toko antik dekat St Sernin. Laki-laki
yang aneh. eksentrik. mengetahui segala hal di sana adalah mengetahui tentang Nazi. Namanya Jean-michel Dupont."
Seperti juga Dieter hoth, ini pun tampak menderingkan bel
yang ada jauh di kedalaman pikiran Layla. Ia menutup matanya,
mencoba menemukan dan menandainya. Dieter hoth, Jeanmichael Dupont; Dieter hoth, Jean-michel Dupont. Bagaimana ia
tahu orang-orang ini"
Dan kemudian, tiba-tiba saja, datang padanya. Tentu saja! Dari
web malam yang lalu. Artikel tentang arkeolog Nazi, dengan
catatan kaki yang berisi inisial Dh yang tidak teridentifikasi.
matanya berbinar dan, setelah menulis sesuatu pada catatannya, ia
menarik hasil cetak yang ia buat saat itu:
13 November 1938 Thule Soc. makan malam, Wewelsburg. Spirit tinggi setelah
peristiwa tanggal 9-10, dengan WvS membuat lelucon tentang
"ceceran harapan Yahudi". Dh mengatakan mereka akan lebih
tercecer bila perihal Relincourt terlepas, setelah diskusi panjang tentang Cathars, dan lain-lain. Burung pegar, sampanye,
kognak. mohon maaf dari fK dan WJ.
"Ya Tuhan," Layla berbisik. "Ia tahu. De Relincourt, Castelombres, montsegur. Ia membuat hubungan itu."
"Apa itu?" kata Topping.
Ia mengabaikan pertanyaan itu.
"Dieter hoth ini. Apa yang terjadi dengannya?"
Topping kembali ke ruang sambil mengunyah apel.
"Tewas di akhir perang. Kepalanya ditembak oleh artileri Rusia.
Tidak lebih dari yang selayaknya ia terima."
~ 361 ~ PAUL SUSSMAN Ia menggigit apel itu lagi dan bersandar pada pintu dapur.
"Jangan mengkhayalkan sesuatu untuk dimakan. Atau, kau justru sedang melakukannya" Aku tahu ada taverna Yunani yang enak
sekali di jalan Trumpington."
Layla mendongak, terperanjat.
"Anda sedang merayuku, Profesor Topping?"
Ia tersenyum. "Pastinya!" Y erusaLem hAR-zIoN meLILITKAN TALI KULIT TefILLAh BeRLAWANAN ARAh JARUm JAm
di sekitar bisep pada lengan kirinya dan terus sampai ke bawah di
sekitar jari-jarinya yang tertutup sarung tangan, memastikan
bahwa kotak dengan teks suci di dalamnya ditempatkan benarbenar melekat dekat jantungnya. menurut hukum, bisep dan tangan haruslah telanjang, tak tertutupi. Itulah yang tertulis dalam
kitab Taurat. Namun, dengan daging yang rusak, ia tidak merasa
nyaman memperlihatkan dirinya sendiri, dan telah berusaha memeroleh kemudahan dari rabbi yang membolehkan bagian relevan
tubuhnya itu tetap tertutup.
Ia selesai membalut tujuh lilitan dan melekatkan tefillah kedua
pada keningnya, menempatkan kotak kitab Injil di tengah-tengah
antara kedua matanya; kemudian, dengan anggukan pada Avi seolah mengatakan "tunggu aku", ia mengangkat syal sembahyang
ke bahunya dan mulai melangkah melintasi lapangan terbuka ke
arah ha Kotel ha-ma"aravi, Dinding Barat, tanda terakhir dari Kuil
kuno, situs paling suci dalam dunia Yahudi.
hanya sejenak sejak terakhir kali ia di sini, lebih dari seminggu.
Sebenarnya dia ingin bisa datang lebih sering, kalau perlu setiap
hari, tapi masalahnya bukanlah waktu. malam ini, ia sudah menentukan waktu. Ada sejumlah hal yang tidak akan aman untuk
~ 362 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
didelegasikan. Ia mendekati Dinding itu dan menempatkan dirinya sendiri pada
ujung sebelah kiri, menatap ke blok batu raksasa setinggi dua puluh
meter, seperti papan meja judi yang rumit, setiap sudut dan celah
dari bagian lebih rendah dipenuhi serpihan kertas dilipat yang berisi
doa dan permintaan tertulis dari pengunjung sebelumnya. Siang
hari, area ini akan penuh sesak, dengan wisatawan dalam yarmulkes
buatan sementara, Yahudi haredi dalam jas dan topi hitam, sekumpulan bocah laki-laki menampilkan upacara mitzvah. Kini, selain
dirinya sendiri dan penyembah hasidic sendiri di sebelah kanannya
yang bolak-balik membungkuk seperti burung gagak sedang mematuk. Dinding itu sepenuhnya ditinggalkan. Ia menatap sekeliling,
kemudian meletakkan telapak tangannya pada batu bertanda, merendahkan kepalanya dan mulai mengumandangkan shema.
"Seperti sebuah cerita yang menjadi kehidupan." Begitulah
saudaranya Benjamin menjelaskan Dinding itu ketika keduanya
pertama kali datang ke sini bertahun-tahun lalu. "Seperti sesuatu di
luar buku atau lagu." Gambaran itu melekat pada har-zion, mengelaborasi dan menghiasi sendiri sepanjang waktu hingga sekarang,
saat ia berdiri di bawah menara dari batu kuning krem, ia merasakan
dirinya dalam kehadiran, bukan sesuatu yang mati dan tidak hidup,
barang peninggalan yang mengeras dari dunia yang lama terlupakan, melainkan lebih pada sesuatu yang bergetar, hidup dan relevan.
Suara. Begitulah cara ia memikirkan hal itu. Suara yang dalam dan
bergema menyanyi untuknya dari kekosongan: tentang hal yang
pernah sekali waktu ada"para raja dan nabi, Bahtera dan
menorah, musa dan Daud serta Sulaiman dan ezra"tetapi juga,
yang lebih penting, tentang hal yang belum datang: hamba Tuhan
yang akan berkumpul bersama sekali lagi, Kuil yang dibangun ulang,
Lampu Suci yang dibuat kembali dan penuh dengan cahaya. Dinding
Ratapan, demikian sebagian menyebutnya, mereka yang datang ke
sini untuk menangis, menarik-narik rambutnya dan terpaku pada
pembuangan dan kehilangan selama berabad-abad. Tidak bagi har-zion. Baginya itu adalah Dinding Bernyanyi, bukan tempat
kepedihan dan mengenang-ngenang, tetapi harapan dan ke~ 363 ~
PAUL SUSSMAN gembiraan serta ekspektasi; pengingat yang dapat disentuh bahwa
Tuhan beserta mereka, bahwa mereka tidak ditinggalkan, bahwa
mereka adalah umat pilihan-Nya, lebih mulia di atas yang lain.
Bahwa mereka akan bertahan, sama seperti Dinding yang bertahan, apa pun yang manusia dan alam lakukan terhadapnya.
Ia terus mengumandangkan pujian, kata-kata dalam doanya
meluncur dan berputar dalam dengungan musikal suaranya yang
lembut, sebelum akhirnya sampai pada akhir dan kembali sunyi.
Pada saat bersamaan, seseorang, berpostur tinggi, berbahu lebar,
menghampirinya, menempatkan dirinya dalam bagian yang teduh
pada sisi kiri Dinding sehingga wajahnya tertelan kegelapan. hasid
si penyendiri itu telah pergi sekarang, jadi keduanya kini benarbenar sendiri.
"Kau terlambat," kata har-zion. Suaranya rendah sekali nyaris
tak terdengar. Di dalam bayangan, laki-laki itu meminggirkan dirinya lebih ke
dalam, bergumam memohon maaf.
har-zion merogoh sakunya dan mengeluarkan lipatan kertas
kecil yang kemudian ia sisipkan pada rongga antara dua balok batu
bangunan. "Semua rincian ada di situ. Nama anak laki-laki itu, alamatnya.
Ikuti saja instruksinya. Nanti akan...."
Terdengar suara langkah kaki mendekat dan seorang prajurit
muda mendekati Dinding, berhenti beberapa meter di sisi kanan
mereka. har-zion menjentikkan jari pada rekannya untuk memberi
tanda bahwa percakapan mereka, seperti yang tadi terjadi, sudah
selesai. Ia membungkuk ke depan dan mencium dinding, berbalik
dan, tanpa melirik lagi ke belakang, kembali pulang melintasi
lapangan terbuka menuju penjaganya, Avi.
Lima menit kemudian, ketika prajurit muda itu selesai berdoa
dan pergi, laki-laki tadi menjulurkan tangan ke dinding, menarik
lembaran kertas yang terlipat dari celah di dinding dan menyelipkannya ke saku celana.
c ambriDge ~ 364 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
L AYLA BANGUN PADA PUKUL LImA PAGI DAN, meNINGGALKAN ToPPING
yang masih tidur, pelan-pelan mengumpulkan barang-barangnya,
berjingkat dari kamar tidur dan meninggalkan rumah.
Layla tidak pasti mengapa ia tidur bersamanya. Ia teman yang
baik"pintar, tampan, perhatian"dan hubungan seks tadi hebat
sekali, di antara yang terbaik yang pernah ia alami. Terlepas dari
itu, ia merasa tidak sepenuhnya terlibat dan menikmati pengalaman tadi, membuatnya dengan mudah membiarkan itu terjadi
dan menghilang ke dalam permainan cintanya yang singkat.
Bahkan, ketika ia dalam posisi di atas tubuh Topping, pangkal
pahanya bergesekan dengan pangkal paha Topping, butiran
keringat gairah mengalir di dadanya yang kecil dan kencang,
bagian lain dari dirinya, bagian terbesar, tetap terlepas, terkunci
dalam pikirannya sendiri, berbalik ke apa yang telah didengarnya,
apa yang telah terjadi di Timur Tengah, seolah tubuhnya adalah
kendaraan mati yang telah diprogram menjadi "bisa jalan sendiri"
sementara ia, pilotnya, duduk di dalam dan fokus pada sesuatu
yang sepenuhnya terpisah.
Ia menutup pintu depan dan melangkah ke jalan yang kosong,
barisan rumah bergaya Victoria rapi berjajar pada kedua sisi, alam
di sekelilingnya kelabu dan tenang, tidak lagi gelap tetapi belum
juga terang, tanah bukan milik siapa-siapa antara malam dan
subuh. Ia telah menelepon Jean-michel Dupont, kenalan Topping di
Toulouse, malam sebelumnya, menjelaskan bahwa ia tertarik pada
Dieter hoth dan penggalian yang dilakukannya di Castelombres.
mereka setuju bertemu di toko antiknya pada 1:30 siang dan ia
kini memesan penerbangan BA pukul 10 pagi, dari heathrow.
Secara singkat sebuah pikiran menyentaknya bahwa dengan begitu
banyak waktu luang yang tersedia, ia dapat berjalan ke
Grantchester, melihat rumah tua tempat ia tinggal setelah kematian
ayahnya. Walaupun kedua kakek-neneknya telah lama meninggal
dunia, ibunya, sejauh yang ia ketahui, tetap tinggal di sana dengan
~ 365 ~ PAUL SUSSMAN suami keduanya. Seorang aparat hukum di pengadilan yang lebih
tinggi. Atau apakah ia seorang pejabat bank" Layla tak pasti. Ia
belum berbicara lagi dengannya sejak sang ibu menikah lagi enam
tahun lalu, tidak mampu memaafkan apa yang ia anggap sebagai
pengkhianatan yang buruk terhadap kenangan akan ayahnya.
Ya, pikirnya, sesuatu yang menyenangkan bila ia melihat rumah
tua itu lagi, dengan atapnya yang tertutup lumut dan kebun penuh
pohon plum dan apel, jauh dari debu dan horor Palestina yang
mungkin ditemui. Ia mulai melintasi jalan, ke arah jalur jalan kaki
umum yang, bila ingatannya masih tepat, akan mengarah ke padang
rumput yang terbentang di tepi kota sebelah timur. Setelah beberapa
meter, ia berhenti dan, dengan gelengan kepala seolah mengatakan
"Untuk apa?" ia berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan,


The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menuju stasiun. Air mata menggenang di pelupuk matanya karena
merasa betapa ia sama sekali seorang diri di dunia ini.
m esir " anTara L uxor
Dan K airo KhALIfA meNeGUK KoPI SUAm-SUAm KUKU DALAm GeLAS PLASTIK YANG
disediakan oleh penerbangan, mengemil biskuit dan menatap keluar melalui jendela pesawat pada dunia kecil di bawahnya.
Sebuah pemandangan yang spektakuler"sungai Nil, pengolahan
tanah, hamparan kuning dari Gurun Barat"dan di bawah kondisi
lain ia pasti akan telah menjalani seluruh perjalanan dengan
menatap ke bawah dengan keheranan yang membelalakkan mata.
Namun demikian, baru dua kali dalam hidupnya dia berada dalam
pesawat, dan sudah pasti tidak ada cara yang lebih baik dalam
mengagumi keajaiban alam yang ada di mesir, penjajaran luar
biasa dari hidup dan kemandulan"Kemet dan Deshret seperti
yang diketahui oleh nenek moyang, Tanah hitam dan Tanah
merah"daripada sekadar melihatnya dari atas dengan cara ini,
~ 366 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
terentang dari cakrawala ke cakrawala seperti peta terbuka yang
besar. Namun pagi ini, pikirannya dipenuhi oleh hal lain, dan setelah
melihat keluar melalui jendela untuk beberapa saat saja, ia mengalihkan pandangannya lagi, menghabiskan sisa kopinya dan memfokuskan perhatiannya pada urusan yang tengah ditanganinya.
Sebenarnya dia ingin melakukan perjalanan ke Kairo sore
sebelumnya, segera setelah percakapannya dengan Ben-Roi.
Sayangnya, ketika mendiktekan bahwa ia tidak bisa tiba-tiba
muncul di wilayah kepolisian lain tanpa semacam surat keterangan
resmi, dan saat ia telah melewati semua urusan birokrasi yang
diperlukan ia sudah tertinggal penerbangan terakhir menuju ibu
kota itu. Yang, ketika terjadi, telah terbukti memberi hikmah, karena penundaan itu telah memberikan waktu untuknya melakukan
sedikit pemeriksaan terhadap latar belakang Tuan dan Nyonya
Anton Gratz yang misterius, dengan hasil yang luar biasa menarik.
Sebagai permulaan, terungkap bahwa Anton Gratz pernah
menjalankan bisnis impor buah-buahan dan sayuran berskala kecil.
menurut Ben-Roi, "Gad" atau "Getz" yang telah memerintahkan
perusakan flat hannah Schlegel di Yerusalem juga terlibat dalam
bisnis buah-buahan. Khalifa telah berasumsi, tentu saja, bahwa
"Getz" dan "Gratz" adalah satu dan sama, tetapi informasi baru ini
tampak harus menyediakan konfirmasi absolut terhadap kenyataannya.
Sama halnya, bila tidak lebih menggoda, adalah kesamaan
antara latar belakang suami-istri Gratz dan temannya Piet Jansen.
Seperti Jansen, keduanya adalah orang asing. Seperti Jansen, keduanya telah melamar dan telah dianugerahi kewarganegaraan
mesir pada oktober 1945. Dan seperti Jansen, sepertinya tak satu
pun memiliki sejarah yang dapat ditelusuri sebelum tanggal itu.
Dari mana mereka berasal, kapan dan mengapa, apakah Gratz
merupakan nama sebenarnya"adalah pertanyaan yang jawabannya tak dapat ditemukan Khalifa. Semakin ia menggali semakin ia
memiliki perasaan bahwa, seperti Jansen, suami-istri Gratz me~ 367 ~
PAUL SUSSMAN miliki sesuatu yang disembunyikan. Dan semakin ia gali semakin ia
memeroleh perasaan bahwa ketiganya sedang berusaha menyembunyikan hal yang sama.
Sejauh ini, potongan informasi paling signifikan yang telah ditemukannya, eksposur nyata, terkait dengan aplikasi kewarganegaraan yang asli dari Tuan dan Nyonya Gratz. Kertas kerja kontemporer untuk ini telah, tak pelak lagi, hilang atau dimusnahkan.
Yang tersisa adalah, menurut kenalan Khalifa di Kementerian
Dalam Negeri, catatan administratif dasar tentang tanda terima
dan persetujuan berikutnya dari aplikasi yang dibicarakan tadi.
Dan siapa pejabat keamanan yang bertanggung jawab terhadap
persetujuan itu" Tidak ada selain faruk al-hakim, orang yang,
empat setengah dekade berikutnya, akan terlibat dan menghentikan kasus Jansen yang sedang diinvestigasi menyangkut pembunuhan Schlegel. Penggalian lebih jauh telah mengungkapkan
bahwa al-hakim juga berurusan dengan aplikasi kewarganegaraan
Jansen, oleh karena itu mewujudkan"untuk yang pertama
kalinya"hubungan yang jelas antara kedua laki-laki itu. Yang lebih
penting, ini menyiratkan bahwa apa pun yang Jansen dan suamiistri Gratz telah lakukan hingga sebelum okober 1945, apa pun itu
yang dengan lelah telah mereka coba sembunyikan, al-hakim sangat mungkin mengetahui tentang hal tersebut. hal ini tetap tidak
menjelaskan mengapa ia telah begitu sengaja melindungi Jansen
kembali pada 1990, tetapi hal ini memang menguatkan pendirian
Khalifa bahwa kunci dari kematian Schlegel dan pengelabuan
berikutnya, kunci untuk segalanya yang telah mempersulit dirinya
dalam dua minggu terakhir ini, tersimpan dalam tahun-tahun krusial sebelum kedatangan Jansen di mesir.
Dan satu-satunya orang yang, sepertinya, dapat memberi
lampu terang mengenai tahun-tahun itu adalah dia yang akan ia
temui sekarang ini. Begitu pesawat berbelok dan menurun untuk memulai pendaratannya ke areal Domestik Kairo, reruntuhan Saqqara melintas
secara perlahan seolah dipandang melalui air yang dalam dan
jernih. Khalifa menutup matanya dan berdoa agar perjalanan ini
~ 368 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
tidak akan menjadi sesuatu yang sia-sia; agar ketika ia kembali ke
Luxor malam nanti, ia kembali dengan gagasan jernih mengenai
inti persoalan sebenarnya dari semua ini.
AL-mAADI, DAeRAh PINGGIRAN KoTA KAIRo tempat suami-istri Gratz
menetap, terhampar di tepi kota. Distrik yang tenang, penuh dedaunan yang disukai oleh para diplomat, orang asing dan pebisnis
yang kaya. Vilanya yang mahal dan jalan panjang yang dinaungi
api serta pohon kayu putih adalah dunia yang jauh dari kemiskinan dan kekacauan yang menjadi ciri sebagian besar Ibu Kota mesir
ini. Khalifa tiba setelah tengah hari, menaiki metro dari pusat kota.
Ia memeroleh arah menuju Jalan orabi dari penjual kacang dekat
stasiun, dan sepuluh menit kemudian ia berdiri di luar blok apartemen suami-istri Gtratz. Sebuah bangunan besar berwarna merah
jambu dengan beberapa unit pendingin ruangan menempel di
dinding luar, area parkir mobil bawah tanah, dan, di tempat yang
berlawanan, telepon publik yang nomornya telah muncul begitu
sering pada tagihan telepon Jansen.
Ia terdiam untuk sesaat lamanya pada anak tangga di depan,
terenyak oleh pikiran yang menekan bahwa sekeras apa pun dia
bekerja, seberapa lama pun, ia tidak akan pernah mampu hidup
dan memiliki tempat tinggal di tempat seperti ini. Kemudian, dengan membuang Cleopatranya yang telah separuh ia hisap, ia melintasi serambi berkaca dan menaiki lift, menuju lantai tiga. flat
suami-istri Gratz ada di tengah koridor yang terang benderang,
dengan pintu kayu dipernis yang di tengahnya ada taring melingkar, menonjol sebagai pengetuk pintu braso, serasi dengan
kotak surat braso yang ada di bawahnya.
Detektif itu diam sejenak, merasakan bahwa apa yang mengikuti bisa jadi akan membuat investigasi sukses atau sebaliknya
malah mengacaukan. Kemudian, dengan menarik napas dalamdalam, ia menjulurkan tangannya ke arah pengetuk pintu. Sebelum
jari tangannya mencapainya, ia ragu sehingga menurunkan lagi
~ 369 ~ PAUL SUSSMAN tangannya dan malah membungkuk lalu secara perlahan dan lembut mendorong tutup kotak surat. melalui pembukanya yang
persegi empat ia dapat melihat areal berkarpet yang redup terbentang di depannya, sangat rapi dan bersih, dengan ruang-ruang
yang terbuka ke setiap sisi. Dari salah satu sisinya"dapur, diketahui
dari rak piring dan sudut kulkas yang terlihat melalui pintu"terdengar senandung halus musik, radio atau kaset, dan lebih halus,
suara seseorang yang bergerak-gerak. Ia mendekatkan telinganya
ke kotak surat untuk memastikan dirinya tidak sedang berimajinasi,
kemudian yakin bahwa ia memang mendengar ada gerakan.
Khalifa menegakkan badan, meraih pengetuk pintu dan mengetuknya tiga kali dengan keras.
Ia menghitung sampai sepuluh, lalu, ketika tidak ada jawaban,
ia mengulang aksinya. empat ketukan kali ini. Tetap tidak ada
jawaban. Ia berjongkok dan membuka kotak surat itu lagi, sembari
berpikir barangkali siapa pun yang sedang berada di dapur pastilah
sudah tua atau sedang tidak enak badan dan jadinya memerlukan
waktu lama untuk mencapai pintu depan. Ruang itu kosong.
"halo?" katanya. "Ada seseorang di dalam sana" halo?"
Tidak ada jawaban. "Tuan Gratz" Namaku Inspektur Yusuf Khalifa dari Satuan
Kepolisian Luxor. Aku telah mencoba menghubungi Anda selama
tiga hari kemarin. Aku tahu Anda ada di dalam. Tolong bukakan
pintu." Ia menunggu beberapa menit, kemudian menambahkan,
"Kalau tidak Anda bukakan, aku tidak punya pilihan lain kecuali
berasumsi bahwa Anda telah menghalangi permintaan polisi dan
akan menahan Anda." Ia menggertaknya, tetapi kelihatannya memberikan efek yang
diinginkan. Terdengar sayup suara isakan dari arah dapur, dan
kemudian perlahan, ragu-ragu, seorang perempuan tua, pendek,
sintal, Nyonya Gratz barangkali, berjalan beberapa langkah di
ruang itu, menggunakan tongkat metal yang membantunya dalam
berjalan, menatap kotak surat dengan takut.
~ 370 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
"Apa yang kau inginkan dari kami?" katanya. Suaranya lemah
dan tidak mantap. "Apa yang telah kami lakukan?"
Ia jelas-jelas tidak dalam keadaan baik: kedua betisnya digubat
perban, kulit wajahnya telah keriput dan kelabu, seperti dempulan
kering. Khalifa merasa bersalah karena telah jelas-jelas membuatnya terganggu.
"Tidak perlu takut," katanya, sambil berbicara lemah lembut
dan menenangkan kembali karena situasinya mengizinkan. "Aku
tidak akan menyakitimu. Aku hanya perlu menanyakan padamu
dan suamimu beberapa pertanyaan."
Ia menggelengkan kepalanya, beberapa helai rambut putih
menyembul dari sanggul yang ia jepit dan berayun-ayun di wajahnya, membuatnya sedikit seperti orang gila.
"Suamiku tidak di sini. Dia ... sedang pergi."
"Kalau begitu mungkin aku bisa berbicara dengan Anda,
Nyonya Gratz. Tentang teman kalian Piet...."
"Tidak!" ia kembali gemetar, sambil meraih tongkatnya seolah
untuk memulai serangan. "Kami tidak melakukan apa-apa, kukatakan padamu! Kami patuh pada hukum. Kami membayar pajak.
Apa yang kau inginkan dari kami di sini?"
"Seperti kataku, Nyonya Gratz, aku perlu menanyakan pada Anda
sejumlah pertanyaan. Tentang Piet Jansen, faruk al-hakim.... "
Ketika Khalifa menyebutkan nama terakhir itu ketakutannya
seolah berlipat ganda, seluruh tubuhnya gemetar seolah sepasang
tangan tak terlihat telah merengkuh bahunya yang ringkih dan
menggoyang-goyangkannya. "Kami tidak kenal siapa pun yang bernama al-hakim!" katanya
meratap. "Kami tidak pernah berurusan apa pun dengannya.
mengapa kalian tidak bisa membiarkan kami sendiri" mengapa kau
lakukan ini pada kami?"
"Kalau saja Anda bisa...."
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan kau masuk tanpa suamiku
di sisiku. Aku tidak akan! Aku tidak akan!"
Ia mulai berjalan menjauhi ruangan, satu tangannya memegang
~ 371 ~ PAUL SUSSMAN tongkat, yang lain menempel di dinding, menahan tubuhnya.
"Tolong, Nyonya Gratz," ujar Khalifa, sudah dalam keadaan
berlutut, sepenuhnya menyadari betapa anehnya mencoba
melakukan percakapan dalam cara seperti ini tetapi tidak dapat
melihat ada cara lain. "Tidak ada maksud untuk menakuti atau
membahayakan Anda. Aku yakin Anda dan suami Anda memiiki
informasi penting berkaitan dengan pembunuhan seorang perempuan Israel bernama hannah Schlegel."
Jika penyebutan nama al-hakim telah memancing reaksi kuat,
itu belum apa-apa dibandingkan kengerian menyedihkan yang terlihat menyapu wajahnya saat ini. Ia mundur terhuyung-huyung ke
dinding, satu tangannya meremas tenggorokkannya seolah ia
sedang berjuang menarik napas, tangan yang lain mencengkeram
dan melonggar di gagang tongkatnya.
"Kami tidak tahu apa-apa," gumamnya. "Kami tidak tahu apaapa."
"Nyonya Gratz...."
"Aku tak ingin bicara denganmu. Tidak akan tanpa suamiku di
sini. Kau tidak bisa memaksaku. Tidak bisa!"
Ia mulai terisak, kekejangan yang kuat menyerang tubuhnya,
air mata menggenang di matanya. Khalifa tetap sebagaimana semula untuk beberapa saat lamanya, kemudian, dengan desahan ia
merendahkan penutup kotak surat dan berdiri, menggoyanggoyangkan kekakuan di kakinya.
Tidak ada gunanya memaksa perempuan itu lebih jauh lagi. Ia
terlalu tertekan. Apa pun yang ia tahu tentang hannah Schlegel"
dan ia tentu saja mengetahui sesuatu"ia tidak akan mengatakannya pada Khalifa dalam keadaannya sekarang. Sebagian koleganya
akan dengan mudah menendang pintu dan menariknya ke pengadilan tetapi itu bukan cara Khalifa menjalankan pekerjaannya. Ia
menyalakan rokoknya, beberapa kali mengisapnya, kemudian
membungkuk lagi dan mendorong penutup kotak surat itu.
"Jam berapa suami Anda kembali, Nyonya Gratz?"
Ia tidak menjawab. ~ 372 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
"Nyonya Gratz?"
Ia bergumam sesuatu, tak bisa didengar.
"maaf?" "Jam lima." Ia melirik jam tangannya. empat setengah jam.
"Dia pasti akan ada di sini?"
Perempuan itu mengangguk lemah.
"Baiklah," katanya setelah jeda sejenak. "Aku akan kembali.
Tolong sampaikan pada suami Anda untuk menungguku."
Ia terpikir untuk menambahkan "Jangan ada tipuan", tetapi
tidak mampu membayangkan tipuan apa yang akan mereka
mainkan, jadi biarkan saja begitu. Ia menurunkan tutup kotak
surat, berdiri dan berjalan menuju koridor lalu ke lift. Setelah
setengah berjalan ia mendengar suara perempuan itu memanggilnya, lemah dan putus asa.
"mengapa kau memburu kami seperti ini" mereka musuh
kalian juga. mengapa kau membantu mereka" mengapa"
mengapa?" Ia melambatkan langkahnya, berpikir untuk kembali lagi dan
bertanya apa yang ia maksud, tetapi kemudian ia memutuskan
melawan pikiran itu dan melanjutkan langkahnya menuju lift,
memencet tombol lantai dasar. Semua hal berjalan tidak seperti
yang ia harapkan. SeTeLAh KhALIfA PeRGI, perempuan tua itu tetap di tempat untuk
beberapa lama, kemudian perlahan berjalan ke ruang tengah di
bagian dalam apartemen. Seorang laki-laki kecil, tegap dengan
kumis tipis dan wajah kurus keriput seperti buah kering, sedang
menunggu di balik pintu. Tangannya di sisinya dengan tegang seolah ia sedang berdiri dalam posisi siap pada areal parade.
Perempuan tua itu mendekatinya dan, dengan merentangkan
lengannya, laki-laki itu merangkul istrinya dengan lembut.
"Sudah, sudah, Sayangku," bisiknya perlahan, dalam bahasa
Jerman. "Kau sudah melakukan yang terbaik yang bisa kau
~ 373 ~ PAUL SUSSMAN lakukan. Sudah, sudah."
Perempuan itu menekankan pipinya pada dada suaminya,
sesenggukan seperti anak kecil yang ketakutan.
"mereka tahu," ia bergumam. "mereka tahu semua."
"Ya," katanya. "Sepertinya mereka tahu."
Ia memeluk perempuan itu erat-erat, mengusap-usap leher dan
punggungnya, mencoba menenangkannya; kemudian, sambil
melepaskannya, ia mengambil helai rambut yang menggantung di
wajah istrinya, menariknya dan menggabungkannya kembali dengan sanggul yang ada di bagian atas kepalanya.
"Kita selalu tahu bahwa akan seperti ini jadinya," kata laki-laki
itu dengan lembut. "Sungguh bodoh bila berpikiran bahwa ini
akan berlangsung selamanya. Kita telah menjalankannya dengan
baik. Itu yang terpenting. Bukankah kita telah menjalankannya
dengan baik?" Ia mengangguk lemah. "Ini baru kekasihku. Si cantik Inga."
Ia merogoh sakunya, mengambil sapu tangan dan menyeka
mata dan pipinya bagian atas, menghapus air matanya.
"Sekarang, mengapa kau tak bersiap-siap dan berganti baju
sementara aku membereskan segala sesuatunya di sini" Tak ada
gunanya menunggu berleha-leha, "kan" Kita harus siap menerima
mereka bila mereka datang."


The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

T ouLouse , P rancis ToKo BARANG-BARANG ANTIK JeAN-mICheL DUPoNT BeRLoKASI DI JALAN
yang tenang dan berkelok-kelok di pusat Toulouse, hanya beberapa ratus meter dari ledakan dinding merah Basilique St Sernin yang
spektakuler, yang ujung menara loncengnya dapat dilihat di atas
atap yang tertutup keramik, seperti mercusuar yang menjulang di
atas laut dengan gelombang oranye berombak.
~ 374 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
Seperti telah disepakati, Layla tiba pukul 1:30 siang. Setelah
berhenti sejenak di depan toko, dengan jendela yang dipenuhi
berbagai objek dan tanda yang sudah memudar yang mengumumkan LA PeTITe mAISoN DeS CURIoSITeS, ia membuka pintu kaca
dan melangkah ke dalam, sebuah lonceng berdenting keras di atas
kepalanya. Dari bagian dalam toko itu tercium aroma asap rokok dan
semir. Keadaannya penuh sesak oleh tumpukan berbagai benda
yang membingungkan, segala sesuatu mulai dari furnitur sampai
buku, lukisan sampai pecah-belah, porselen sampai ornamen
braso, walaupun pada akhirnya tumpukan koleksi itu tampak
seperti alam militer. Ada boneka penjahit dengan pakaian seragam
brokat; rak berisi topi pet dan helmet; dan pada satu dinding,
diapit di kedua sisinya oleh beruang isian dan panel dari jendela
kaca, berdiri sebuah lemari panjang penuh bayonet dan pistol.
"Vous d"sirez quelque chose?"
Seorang laki-laki bertubuh tambun muncul dari bagian
belakang toko, berpakaian dengan bahan korduroi dan baju luar
petani Breton tradisional. Rambutnya yang sebahu dan janggutnya
yang seperti kambing dihiasi beberapa helai uban. Kacamata separuh lingkaran menggantung di lehernya dengan rantai emas; rokok
yang baru terisap separuh terselip di antara jari-jari tangan kanannya yang bernoda karena nikotin. Dengan lemak menggelambir di
bawah dagunya dan ekspresi murung, ia seperti anjing polisi yang
besar. "monsieur Dupont?"
"oui." Layla memperkenalkan diri, berbicara dalam bahasa Prancis. Ia
mengangguk mengenali dan, dengan menyelipkan rokoknya di
sudut mulutnya, melangkah ke depan dan menjabat tangan Layla,
membawanya keliling konter dan naik melalui tangga yang sempit
dan berderit-derit menuju lantai satu. Ia berhenti di sana sejenak,
menyelusupkan kepalanya lewat tirai manik-manik dan melakukan
pembicaraan dengan seseorang di dalam ruang sana?"Ibuku,"
~ 375 ~ PAUL SUSSMAN jelasnya, "ia akan menjaga toko sementara kita bicara?"kemudian menuju lantai dua, tempat ia membuka pintu kayu yang berat
dan membawanya masuk ke dalam ruang kerjanya yang menempati seluruh lantai gedung. Rak buku menempel pada dua dinding,
konter tempat kerja di dinding ketiga, yang dipenuhi peralatan
komputer"hard-drive, layar monitor, key-pad, tumpukan disket
dan CD. Pada dinding keempat, yang terjauh dari Layla, ada lemari
pajang besar dengan kaca di bagian depannya sama seperti yang ia
lihat di toko di lantai bawah.
Dupont bertanya apakah ia mau kopi, dan ketika Layla menjawab ya, ia berjalan menuju konter kerja dan mulai menyibukkan
diri dengan ketel listrik. Layla menunggu di pintu; kemudian dengan rasa ingin tahu, ia mulai berjalan-jalan di sekeliling ruang,
meneliti terlebih dahulu salah satu rak buku"campuran antara
manual dealer barang antik dan sejarah dari Rezim Ketiga (Third
Reich)"dan kemudian ke lemari yang ada di dinding sebelah sana.
Pada pandangan sekilas pertama sepertinya ruang ini berisi koleksi
militer yang umum seperti yang dipajang di bawah, dan hanya
beberapa saat setelah itu ia menyadari, dengan sedikit gemetar,
bahwa sebenarnya toko ini menyimpan secara spesifik koleksi
benda-benda milter Nazi"medali, bayonet, foto, benda-benda
yang menempel pada seragam. Dalam satu rak tersimpan barisan
salib besi dengan pita merah, putih dan hitam; pada rak lain sebaris
pisau belati, masing-masing dengan lencana kembar SS yang terdapat pada gagangnya dan legenda meIN ehRe heISST TReUe
tertera pada bilahnya. "Pisau belati kehormatan SS," jelas Dupont, muncul dari
belakang Layla dan memberikan padanya cangkir berisi kopi.
"Kehormatanku adalah kesetiaan."
"Anda menjual barang-barang ini?" tanya Layla sambil menerima cangkir.
"Tidak, tidak. melakukan itu di Prancis adalah melanggar
hukum. Ini semata hobi pribadi. Anda tidak setuju?"
Ia mengangkat bahu. "Ini bukanlah sesuatu yang aku inginkan
~ 376 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
ada di rumahku. Dengan konotasi moral yang ada."
Ia tersenyum. "minatku, aku meyakinkan Anda, murni adalah
estetika. Aku tidak lagi bersimpati pada kegiatan Rezim Ketiga
(Third Reich) daripada kolektor, katakanlah artefak Romawi yang
bersimpati dengan kelemahan peradaban dalam hal perbudakan
dan penyaliban. Keterampilanlah yang menarik minatku, bukan
ideologinya. Itu dan konteks sejarahnya. Bagaimanapun mereka
semua adalah artefak penting. Bila Anda tahu lebih banyak tentang
latar belakangnya, Anda juga akan tertarik."
Ia mengangkat bahu lagi, tidak yakin.
"Kau tidak percaya padaku" mari, aku perlihatkan sesuatu."
Ia membawa Layla ke ujung lemari saat lemari aman terpasang
di dinding. Dengan memutar pemutarnya, ia membuka lemari itu
dan mengambil kotak bujur sangkar kecil yang terikat dalam kulit
hitam, mengangkat penutupnya dan memperlihatkan isinya kepada Layla. Di dalamnya, dalam balutan beludru, ada salib metal
hitam dengan pegangan dari perak yang indah sekali dalam bentuk daun oak dan pedang bersilang berada di atasnya, yang terakhir ini dilapisi lagi oleh apa yang terlihat seperti berlian mungil.
"Salib Ksatria dengan Daun oak, Pedang dan Berlian," ia menjelaskan. "Kehormatan militer Nazi Jerman yang tertinggi. Salah
satu dari hanya dua puluh tujuh buah yang pernah dianugerahkan,
dan hanya satu yang dianugerahkan untuk peran nonpertempuran.
Ini lebih bernilai daripada seluruh koleksiku yang lain. Lebih daripada semua yang ada pada gedung ini bila dikumpulkan jadi satu.
mungkin juga lebih daripada gedung ini sendiri." Ia jeda sejenak,
kemudian menambahkan, "penerimanya, aku yakin, pastilah menjadi alasan Anda datang ke sini hari ini."
Layla mendongak, matanya membesar. "Bukan ... Dieter hoth?"
Ia mengangguk. "Bagaimana bisa Anda mendapatkan ini?" Layla bertanya, sambil melangkah maju dan melihat medali itu.
"Cerita yang panjang dan membosankan," jawabnya, sambil
menggerakkan rokoknya. "Dan aku tidak ingin membuang waktu~ 377 ~
PAUL SUSSMAN mu dengan menceritakannya. Aku hanya ingin mengatakan bahwa
yang terpenting adalah, kini setelah kau tahu konteksnya, kau juga
akan tertarik, meskipun kau tak ingin. fakta bahwa hoth sendiri
merupakan laki-laki yang sangat tidak menyenangkan, tidaklah
penting. Anda tertarik akan kisahnya, dan karena itu tak pelak lagi
juga tertarik akan material yang tersisa dari kisah itu. Pertimbangan
moral tidak masuk dalam persamaan ini."
Ia masih memegang kotak itu sesaat lamanya, kemudian menyimpannya kembali dalam lemari aman dan mengantar Layla ke
kursi kulit yang berderit-derit, sementara ia sendiri berjalan menuju lemari buku dan jari tangannya segera menari pada punggung
buku. "Jadi, apa sebenarnya yang secara pasti ingin kau ketahui tentang teman kita Dr hoth?" ia bertanya, kepala miring ke satu sisi
sembari membaca judul buku.
"Pada dasarnya, apa pun yang dapat Anda katakan padaku
tentang apa yang dia lakukan di Castelombres," jawab Layla, sembari meletakkan cangkir kopinya dan merogoh tasnya. "menurut
magnus Topping, Anda telah melakukan banyak sekali riset tentang
subjek itu." Ia menarik buku catatannya dan pulpen, kemudian duduk.
"Aku juga ingin bertanya tentang catatan kaki dalam artikel
yang Anda tulis untuk web, yang mengaitkan hoth dengan lakilaki bernama William de Relincourt."
Dupont mengangguk, sembari melanjutkan pencariannya
dengan jari-jari tangannya pada punggung buku yang ada dalam
rak sebelum akhirnya menarik satu jilid buku dan meniup debu di
sampul mukanya. Ia membuka-buka lembar halaman, lalu menghampiri dan memberikan buku itu pada Layla.
"Dieter hoth," katanya, sambil menunjuk pada foto hitamputih yang kasar. "Salah satu dari sedikit gambar yang ada tentangnya."
Seorang laki-laki tinggi dan tampan sedang menatapnya, dengan pipi kurus, mata berwarna pekat serta hidung panjang dan
~ 378 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
melengkung. Ia berpakaian seragam pejabat Nazi dengan kilat
berkait kembar yang bersinar pada kerahnya.
"hoth bergabung dengan SS?" tanyanya, terkejut.
"Ahnenerbe," jawab Dupont. "Yang mungkin bisa kau sebut
sebagai otaknya SS. Ia seorang arkeolog. Sangat pintar. mengepalai
departemen Ahnenerbe mesir."
Layla semakin terkejut. "Ia seorang pakar tentang mesir?"
"Seorang arkeolog mesir mungkin lebih tepat. Tetapi, ya, mesir
adalah area spesialisasinya."
"Jadi apa yang membuatnya melakukan penggalian di selatan
Prancis?" Dupont terenyak, terdengar suara tenggorokan yang dalam
seperti mesin mobil yang mulai menyala.
"Pertanyaan menarik. Dan yang belum pernah, sejauh yang
kutahu, dijawab secara memuaskan oleh siapa pun."
Ia mengisap rokoknya untuk terakhir kali dan, sambil berjalan
ke areal kerjanya, membuang rokok ke dalam asbak dan mengangkat tubuhnya ke sebuah kursi kayu yang bergerak-gerak. Dari
suatu tempat di atas mereka terdengar dekut burung dara dan
gesekan cakar pada keramik. mereka diam untuk waktu yang
cukup lama. "Untuk memahami karier hoth, Anda harus menghargai sejauhmana Nazi terobsesi pada sejarah," kata pria Prancis ini
akhirnya. "Bagi hitler dan teman-temannya, tidaklah cukup bila
Rezim Ketiga harus menjadi kekuatan militer. Seperti semua rezim
otoriter, dan menekankan mereka ingin melakukan pembenaran
dan validasi kekuatan mereka dengan membungkusnya dalam aura
legitimasi sejarah."
Ia menarik timah datar kecil dari sakunya, dan mengeluarkan
rokok berikutnya lalu menyulutnya.
"Dari paparan ini, arkeologi dan para arkeolog, memainkan
peranan penting dalam proses itu. himmler menyadari signifikansinya. Pada 1935 ia membangun Das Ahnenerbe, masyarakat
Warisan Leluhur (Ancestral heritage Society), departemen khusus
~ 379 ~ PAUL SUSSMAN dalam SS yang bertanggung jawab dalam menemukan material
untuk menyokong cita-cita supremasi bersejarah Jerman. ekspedisi
dilakukan ke seluruh dunia"ke Iran, Yunani, mesir, Tibet."
"Untuk menggali?"
"Sebagian, ya. himmler ditunjuk untuk membuka bukti bahwa
budaya Arya Jerman bukan saja terbatas pada eropa utara melainkan juga pada kenyataannya merupakan kekuatan penggerak
utama di belakang seluruh peradaban modern. Namun,
Ahnenerbe juga mencuri. merampas dalam skala yang belum pernah ada sebelumnya. mengapalkan ribuan, puluhan ribu artefak,
kembali ke Berlin untuk kemegahan yang lebih besar dari Rezim
Ketiga. Jika mereka terobsesi dengan masa lalu, Nazi juga demikian
ketika sudah sampai pada sisa-sisa masa lalu. Karena, tentu saja bila
kau mengontrol sisa-sisa itu, kau akan mengontrol sejarah itu
sendiri." "Dan hoth?" tanyanya. "Bagaimana ia masuk ke dalam semua
ini?" "Yahh, seperti yang kubilang, ia seorang arkeolog brilian. Ia
juga pendukung yang setia dan antusias Partai Nazi; ayahnya, seorang industrialis, Ludwig hoth, adalah teman dekat Goebbels.
Jadi, hanya masalah waktu saja sebelum hoth junior diminta"
atau secara sukarela, kami tak yakin"menggunakan keahliannya
bagi keuntungan mesin Nazi. Ia baru berusia dua puluh tiga tahun
ketika Ahnenerbe dibentuk, tetapi himmler secara personal telah
menunjuknya menjadi kepala di unit mesir, dengan ceramah
singkat untuk menggali dan merampas sebanyak mungkin artefak
mesir kuno." Dupont menarik rokoknya, menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajahnya untuk mengusir asap tembakau yang biru
kelabu. "Selama tiga tahun berikutnya, hoth melakukan perjalanan ke
seluruh mesir, sepertinya melaksanakan penggalian yang sah di
bawah pakaian Deutsche orient-Gesselschaft, tapi kenyataannya
mencuri apa pun yang dapat dia lakukan dengan tangannya dan
~ 380 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
menyelundupkan kembali ke Jerman. Kita bicara tentang ribuan
objek di sini. Sebuah surat dari himmler kepada hans Reinerth,
arkeolog Nazi yang lain, yang secara bergurau ia mengeluh bahwa,
berkat hoth, Kastil Wewelsburg"markas besar SS"mulai terlihat
seperti sesuatu dalam film mumi Boris Karloff."
"Tetapi bagaimana semua ini mengarah pada Castelombres?"
tanya Layla, menyela. "Aku tak melihat hubungannya."
"Itulah inti keseluruhannya," kata Dupont. "memang kelihatannya tidak ada hubungannya. Ini yang membuat kisah ini
begitu menarik. hingga 1938. Karier hoth terfokus secara eksklusif
pada arkeologi mesir kuno. Ia tidak memperlihatkan minat pada
cabang yang lain dari sejarah, paling tidak pada sejenis kebohongan mistikal yang naif yang menarik bagi orang seperti himmler"
holy Grail, Atlantis, yang semacam itulah. Ia bisa jadi seorang pencuri dan perampas, tetapi tidak seperti arkeolog Nazi yang lain,
hoth tidak pernah menjadi seorang pengkhayal.
"Pada November 1938, laki-laki yang baginya Tanah firaun ini
adalah segalanya, yang secara luas dihormati sebagai penggali
mesir terbaik di generasinya, yang memperlihatkan tidak adanya
minat pada subjek lain, tiba-tiba saja meninggalkan mesir beserta
segala sesuatunya dan malah mengabdikan dirinya untuk menyelidiki apa yang dijelaskan dengan sangat baik sebagai serangkaian
legenda Abad Pertengahan yang setengah matang tentang harta
karun terpendam. Ini luar biasa"bukan saja perubahan arah,
melainkan juga perubahan karakter yang lengkap. Aku kaget hal ini
tidak menarik lebih banyak perhatian."
Layla terpukau, sambil mengetuk-ngetukkan pulpen pada buku
catatannya. "Jadi apa yang terjadi pada 1938" Apa yang tiba-tiba menyebabkan perubahan minat yang mendadak ini?"
Dupont mengangkat bahu. "Tidak ada yang tahu. Suatu saat
hoth dan timnya sedang menggali di mesir, pada situs di luar
Iskandaria; berikutnya ia terburu-buru kembali ke Berlin untuk
pertemuan sangat rahasia dengan himmler"pertemuan yang,
~ 381 ~ PAUL SUSSMAN secara kebetulan, begitu penting hingga membuat himmler perlu
membatalkan makan malamnya dengan fuhrer demi menghadiri
pertemuan itu. Kemudian, beberapa hari setelah itu, hoth muncul
di Yerusalem sedang melakukan pengukuran dalam Gereja makam
Suci dan mengajukan serangkaian pertanyaan tentang legenda
emas terkubur yang telah berusia sekitar delapan ratus tahun."
"William de Relincourt," kata Layla.
Laki-laki Prancis ini mengangguk.
"Namun, itu baru permulaan saja. Selama lima tahun berikutnya hoth bolak-balik melintasi eropa dan Levant menyelidiki apa
yang sepertinya merupakan cerita tentang harta karun yang diketahui manusia. Ia mengunjungi banyak perpustakaan, menelaah
koleksi manuskrip pribadi, menggali lobang di mana-mana dari
Turki ke Pulau Canary sebelum akhirnya kembali ke Castelombres
pada September 1943, yang entah bagaimana tampak merupakan
kulminasi dari seluruh episode yang ganjil."
"Dan tidak ada indikasi tentang mengapa ia melakukan semua
hal ini?" Layla menekankan. "Apa yang dia cari?"
Dupont menggelengkan kepala. "Tentu saja, bisa jadi dia
sekadar menjalani apa yang diperintahkan. mengisi fantasi
himmler yang agak idealis. Dia seorang Nazi yang berdedikasi.
Akan melakukan apa saja yang diperintahkan atasannya. Atau
mungkin dia kehilangan plotnya. Dia bukan merupakan akademisi
pertama yang tergila-gila oleh pekerjaannya."
"Tetapi kau tidak berpikiran begitu, "kan?"
"Tidak," jawab Dupont. "Aku tidak berpikiran begitu. Aku pikir
dia murni bekerja untuk sesuatu. Sesuatu yang sangat penting, yang
begitu signifikan untuk mesin sejarah Nazi seluruhnya, sehingga ia
siap membalikkan seluruh hidupnya demi mengejar hal itu."
Ia menatap ujung rokoknya, kemudian mendongak kepada


The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Layla. "Dan apa pun yang dia cari, aku kira dia menemukannya di
Castelombres." Ia menatap mata Layla untuk sesaat lamanya, kemudian de~ 382 ~
THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
ngan senyum masam, menyingkirkan kursi kecilnya dan menuju
ketel, menyalakan api lagi.
"Aku tak dapat membuktikannya, sayangnya. Dari permulaannya, penggalian Castelombres diselubungi kerahasiaan yang begitu
intens bahkan menurut standar Nazi. Yang kita ketahui adalah
bahwa hoth tiba di sana pada pertengahan September 1943, dengan membawa peralatan berat untuk penggalian dan unit
Sonderkommando Jankuhn, divisi dalam SS yang mengkhususkan
diri pada penggalian dan perampasan. Dan ia pergi tiga minggu
kemudian sambil membawa sejenis kotak atau peti kayu misterius."
Layla memajukan tubuhnya, dadanya kencang karena begitu
ingin tahu. "Apakah kita tahu apa yang ada di dalamnya?"
Dupont menggelengkan kepala. "Sayangnya tidak. Kita tahu
dari mana benda itu diambil, karena tiga hari setelah mereka
meninggalkan Castelombres, hoth dan peti itu ada di Kastil
Wewelsburg di Jerman barat laut, tempat mereka disambut oleh
setidaknya pesta selamat datang yang dilakukan terhadap heinrich
himmler dan fuhrer itu sendiri."
"Tidak!" "Tentu saja hal itu sangat tidak biasa," kata Dupont, sambil
mengembuskan rokoknya. "Kita memiliki buku harian dari salah
seorang ajudan himmler yang mencatat bagaimana saat dia tiba,
hoth dianugerahi Salib Ksatria yang tadi sudah kau lihat, yang setelah itu hitler memberikan pidato dan mendeklarasikan bahwa isi
peti kayu itu adalah tanda yang jelas bahwa apa yang telah dimulai
oleh Titus, dia, fuhrer, ditugaskan untuk menyelesaikannya."
mata Layla mengecil. "Artinya?" "Yahh, buku harian biasanya tidak terlalu rinci, tetapi akan
kukatakan bahwa hampir pasti itu adalah rujukan tentang holocaust. Titus adalah orang yang pada 70 masehi menaklukkan
Yerusalem dan mengusir orang-orang Yahudi dari tanah Suci, dan
dengan demikian kamp konsentrasi dan kamar gas adalah per~ 383 ~
PAUL SUSSMAN luasan logis dari aksi ini. Seberapa persis penemuan hoth relevan
dengan Penyelesaian Akhir...." Ia mengibaskan tangannya seolah
berkata "Aku benar-benar tak tahu".
"Salah satu dari begitu banyak elemen menarik dari perjalanan
hoth selama lima tahun ke dunia misteri dan rahasia Abad
Pertengahan adalah minat yang mendadak muncul terhadap
sejarah Judaisme dan Yahudi. Ia bahkan belajar membaca bahasa
Ibrani. Ini dilakukan seorang laki-laki yang terkenal karena sikap
antisemitiknya yang kuat."
Terdengar suara klik di belakangnya begitu ketel mendidih.
"Tambah kopi?" Layla menggelengkan kepala, membiarkan laki-laki itu menyendok Nescafe ke dalam cangkir untuk dirinya sendiri sementara dia
meneliti kembali buku catatannya, menandai semua yang baru saja
dia dengar ke dalam pikirannya, sambil mencoba mencocokkannya dengan kerangka yang telah ada berdasarkan apa yang ia
temukan selama beberapa hari lalu. Pidato hitler di Wewelburg
mengejutkannya karena merupakan sesuatu yang signifikan. Bila
objek di pusat semua misteri ini, sekalipun aneh, terkait dengan
pengusiran bangsa Yahudi dari tanah Suci dan penyiksaan berikutnya terhadap mereka oleh Nazi, maka hal itu akan menjelaskan
sesuatu yang telah membuatnya bingung sejak permulaan"mengapa hal ini menjadi minat bagi seseorang seperti al-mulatham.
Namun, ia masih jauh dari pengungkapan tentang inti persoalan
sebenarnya dari semua ini.
"Jadi, apa yang terjadi kemudian?" tanyanya. "Setelah hoth
tiba di Wewelsberg?"
Dupont sedang menuang air ke dalam cangkir, rokok masih terjepit di giginya.
"Sejauh yang dapat dikatakan, tidak ada apa-apa. Peti kayu
misterius itu menghilang di kedalaman kastil; hoth kembali ke
Berlin dan ia kemudian menerima pekerjaan di balik meja di
Ahnenerbe; seluruh kisah aneh ini tampaknya akan sampai di
akhir." ~ 384 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
Ia mengangkat cangkir, mengeluarkan rokoknya, dan mulai
meneguk. "Walapun, ada tambahan yang sedikit penting, yang bisa jadi
berhubungan bisa juga tidak. Itu terjadi lebih setahun setelah
kedatangan hoth di Wewelberg, pada akhir 1944. Pada titik ini,
perang berbalik ke arah Nazi. Amerika dan Inggris mendesak
masuk ke Jerman dari barat, Rusia dari timur, dan walaupun fuhrer
masih bersikeras bahwa mereka dapat mengatasi situasi, jauh di
lubuk hati komandan tinggi Nazi mengetahui bahwa Rezim Ketiga
sudah tinggal menghitung hari. mereka mulai memindahkan emas
dan harta karun karya seni rampasan keluar dari jalur tentara
Sekutu dan mengirimnya ke luar negeri atau menyembunyikannya
dalam lokasi rahasia di Jerman, biasanya di dalam pertambangan
yang ditinggalkan." Ia meneguk kopinya dan kembali ke kursi kecil, dengan cangkir
di tangan yang satu dan rokok di tangan yang lain.
"Di tengah-tengah semua ini, pada Desember 1944, Dieter
hoth tiba-tiba saja muncul di kamp konsentrasi Dachau di selatan
Jerman, sambil membawa, menurut pernyataan yang diberikan
deputi komandan kamp heinz Detmers, dua truk, satu berisi peti
kayu yang besar." mata Layla membelalak. "Yang...."
"mungkin ya, mungkin tidak," kata Dupont, mengantisipasi
pertanyaan. "Pasti sesuatu yang cukup penting bagi hoth karena ia
telah jauh-jauh membawanya sendiri, tetapi apakah itu peti kayu
yang sama dengan yang ia bawa kembali dari Castelombres...." Ia
mengangkat bahu. "Satu-satunya yang kita tahu adalah bahwa ia
mengomandoi tim kerja yang terdiri atas enam tahanan, dan
kemudian pergi lagi. Boleh jadi ia membawa peti kayu itu untuk
disembunyikan di suatu tempat yang dekat, atau mungkin mengapalkannya ke luar negeri. Kemudian, ia juga memiliki tujuan
yang sepenuhnya berbeda. Kita tidak tahu. hari berikutnya ia kembali ke mejanya di Berlin. Dan peti itu tak pernah terdengar lagi."
"Dan ia terbunuh di akhir perang" Benar itu?"
~ 385 ~ PAUL SUSSMAN Dupont mengangguk. "Dia dan sekelompok pejabat SS yang
lain mencoba keluar dari Berlin sebelum Berlin jatuh ke tangan
Rusia. Dia tertembak oleh roket katusha karena mereka mencoba
menyelinap melintasi Jembatan Weidendammer. Tidak banyak
yang tertinggal darinya, dalam hal apa pun"kepalanya pecah,
juga kedua kakinya. mereka hanya berusaha mengidentifikasikannya karena ia mengenakan Salib Ksatria dan sedang membawa
sejumlah artefak dari situs yang orang tahu telah dirampasnya di
mesir." Ia melakukan isapan terakhir pada rokoknya, kemudian
mematikannya di asbak. "Tidak lebih daripada yang layak diterimanya, aku bayangkan.
Laki-laki yang mengagumkan, akademisi brilian, tetapi manusia
yang sangat cacat. Tragis, bila kau merenungkan hal ini"otak yang
begitu cemerlang dieksploitasi untuk tujuan mengerikan."
Ia mendesah dan, sambil menyatukan tangannya di belakang
leher, menatap ke sinar langit di atas kepalanya. Layla duduk kembali di kursinya dan menggosok kedua matanya, tiba-tiba diliputi
kelelahan. Apa pun yang ditemukan William de Relincourt di
Yerusalem, apa pun yang telah dia kirim kepada saudara perempuannya di Castelombres, apa pun yang telah dibawa kepada
montsegur untuk diamankan, apa pun yang digali Dieter hoth dan
dibawa ke Jerman, tampaknya ia kesasar lagi. Begitu dekat, tetapi
juga begitu jauh. "Kalau kau ada waktu kau harus mengunjungi St Sernin,"
Dupont berkata. "sebagian darinya bertanggal ke masa Perang
Salib Pertama." Layla menggumamkan "ya" secara perlahan tetapi tidak terlalu
mendengarkan. Yang dipikirkannya adalah ke mana ia harus pergi
setelah ini. K airo ~ 386 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
SeTeLAh meNINGGALKAN APARTemeN SUAmI-ISTRI GRATz, KhALIfA BeRJALAN
di seputar Al-maadi untuk beberapa waktu, sambil memerhatikan
deretan rumah mewah. Ia berhenti untuk memerhatikan kedai di
pingir jalan, sesuai keinginan, ia membeli patung kayu ukiran
berupa horus, si dewa elang, sembari berpikir bahwa itu akan
menjadi hadiah yang manis untuk istrinya zenab. Kemudian, masih
memiliki empat jam waktu luang, ia kembali ke stasiun metro dan
naik kereta api ke pusat kota.
Kapan pun ia berkesempatan ke Kairo dan punya waktu luang,
ia biasanya tertarik mengunjungi museum Barang Antik mesir di
mudan Tahrir. maka ke situlah ia akan pergi sekarang, berharap
dapat membenamkan diri, walau hanya sesaat, dalam koleksi artefak kuno yang luar biasa. Teman lama dan mentornya Profesor
muhammad al-habibi, kurator kepala museum, sedang pergi
mengajar di eropa, karena hanya sedikit hal di dunia ini yang ia
nikmati lebih daripada berjalan-jalan ke galeri museum dengan
ditemani profesor. Walau tidak dengannya, museum tetap merupakan tempat yang magis, dan begitu kereta apinya melesat
menuju utara melintasi tepi kota berdebu, ia merasa ada perasaan
berharap yang menggelitik terhadap kemungkinan gangguan di
depannya. Ada delapan perhentian dari Al-maadi ke Sadat, stasiun terdekat dengan museum. mengapa ia keluar di perhentian keempat
dari tujuannya semua, persisnya dia tidak tahu. Satu menit dia
hanya berayun-ayun di dalam kereta sesak itu, sembari melihat ke
rumah-rumah petak yang compang-camping melintas cepat di luar
jendela; berikutnya, tanpa menyadari dirinya telah keluar dari
kereta, ia kini berada di jalan yang sepi di luar stasiun metro mar
Girgus sambil menggenggam patung kayu horus dan mengamati
dinding batu rapi yang di belakangnya adalah sekumpulan rumah,
biara dan gereja asimetris"masr al-qadimah, Kota Tua di Kairo.
Walaupun dia tahu seluk beluk ibu kota itu seperti bagian
belakang tangannya, ini adalah bagian yang tidak pernah dia kun~ 387 ~
PAUL SUSSMAN jungi sebelumnya"kesenjangan dalam geografinya memberikan
rasa kekaguman terhadap sejarah. Karena, sebagaimana tersirat
dari namanya, ini adalah bagian paling antik dari metropolis, dengan gedung atau bagian gedung kembali ke zaman Romawi (pada
masa mesir kuno tidak ada kota di sini; Ibu Kota terletak jauh di
selatan, di memphis). hampir semenit lamanya Khalifa berdiri di sana, berkedipkedip, disorientasi, seolah ia baru terjaga dari tidur panjang demi
menemukan dirinya di lokasi yang sepenuhnya berbeda dari tempat asal ketika ia akan beranjak tidur. Kemudian, tergerak oleh perintah yang tidak bisa dia jelaskan maupun dia tolak, dia menyeberangi jalan dan menuruni sekumpulan anak tangga batu yang
Senopati Pamungkas 28 Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Iblis Iblis Kota Hantu 1
^