Pencarian

Anne Of Avonlea 1

Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery Bagian 1


Tetangga yang Sangat Murka Namun, senja bulan Agustus dengan semburat kabut biru
menaungi lereng-lereng pertanian, angin sepoi berbisik
bagaikan peri jenaka di daun-daun poplar, bunga-bunga
poppy merah membara menari-nari lincah di depan
segerumbul cemara muda di sebuah sudut kebun ceri lebih
sesuai mengundang imajinasi daripada bahasa dan kata-kata
dalam buku. Buku Virgil itu terjatuh ke tanah tanpa disadari.
Dan Anne, duduk bertopang dagu dengan mata terpaku ke
gumpalan besar awan tebal yang melayang tepat di atas
rumah Mr. J. A. Harrison bagaikan sebuah gunung putih
besar, sudah berada jauh dari dunia ini. Dia tenggelam
dalam suatu dunia indah. Di sana, seorang guru sekolah
sedang melakukan pekerjaan yang menakjubkan,
membentuk jalan hidup para negarawan masa depan, serta
menginspirasi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan anak
muda dengan ambisi-ambisi tinggi bergengsi.
Memang, jika kita mengetahui fakta sebenarnya dan
jujur saja, Anne jarang menyadari suatu fakta sebelum dia
harus terpaksa menyadarinya sepertinya kecil kemungkinan
akan ada calon-calon pesohor dari anak-anak yang belajar
di Sekolah Avonlea; tetapi kita tidak pernah bisa mengetahui
~1~ apa yang bisa dicapai jika seorang guru mampu
menggunakan pengaruhnya sebaik mungkin. Anne memiliki
beberapa ide cemerlang tentang apa yang bisa dicapai oleh
seorang guru, jika dia mengerahkan seluruh usahanya yang
terbaik. Dan saat ini dia sedang membayangkan suatu
situasi memesona, empat puluh tahun kemudian, bersama
seorang tokoh terkenal masih belum jelas tokoh itu terkenal
karena apa, meski Anne berpikir, sungguh menyenangkan
jika tokoh itu adalah seorang rektor universitas atau seorang
perdana menteri Kanada membungkuk rendah penuh
hormat sambil menggenggam tangan keriput Anne. Tokoh
itu meyakinkan bahwa Anne adalah orang pertama yang
membakar ambisinya, dan seluruh keberhasilan di dalam
hidupnya adalah berkat pelajaran-pelajaran Anne, dulu
ketika dia bersekolah di Avonlea. Tiba-tiba, lamunan indah
itu pecah berkeping-keping oleh sebuah gangguan yang
sangat tidak menyenangkan.
Seekor sapi Jersey kecil berlari mencongklang
menyusuri jalan dan lima detik kemudian, Mr. Harrison
muncul. Mungkin menggambarkan "muncul" kedatangannya terlalu yang lembut tiba-tiba. untuk Dia melompati pagar dengan kasar tanpa berhenti sejenak untuk
membuka gerbang, dan dengan marah berkacak pinggang
di hadapan Anne, yang terpana dan langsung berdiri
melongo. Mr. Harrison adalah tetangga baru mereka yang
menempati lahan pertanian di sebelah kanan Green Gables,
dan Anne belum pernah bertemu dengan lelaki itu
sebelumnya, meskipun pernah melihatnya satu-dua kali.
Pada awal April, sebelum Anne pulang dari Akademi
Queen, Mr. Robert Bell, pemilik tanah pertanian yang
~2~ bersebelahan dengan tanah keluarga Cuthbert di sebelah
barat, telah menjual tanahnya dan pindah ke Charlottetown.
Pertaniannya dibeli oleh Mr. J. A. Harrison. Orang-orang
hanya mengetahui namanya dan fakta bahwa dia berasal
dari New Brunswick. Namun, belum ada satu bulan
menetap di Avonlea, dia telah mendapatkan reputasi
sebagai orang aneh. "Eksentrik", begitu menurut Mrs.
Rachel Lynde. Mrs. Rachel adalah seorang perempuan
yang suka berbicara terus terang, seperti yang selalu diingat
oleh orang-orang yang telah mengenalnya. Mr. Harrison
jelas berbeda dengan orang lain " dan itu, seperti yang
telah dimaklumi semua orang, adalah karakteristik utama
dari orang eksentrik. Pertama, dia menempati rumah itu sendirian dan telah
menyatakan kepada semua orang jika dia tidak ingin ada
perempuan berada di sekeliling tempat tinggalnya. Para
perempuan di Avonlea balas dendam dengan menyebarkan
kisah-kisah mengerikan tentang kejorokan rumah dan
caranya memasak. Mr. Harrison mempekerjakan John
Henry Carter kecil dari White Sands dan John Henrylah
yang memulai rumor tentang kejorokan Mr. Harrison. Salah
satu rumornya, tidak pernah ada waktu makan yang teratur
di kediaman Harrison. Mr. Harrison "ngemil" kapan pun dia
merasa lapar, dan jika John Henry lagi ada di dekatnya,
maka dia akan dapat bagian. Tetapi, jika John Henry
kebetulan tidak ada, dia harus menunggu hingga Mr.
Harrison merasa lapar lagi. Dengan muram, John Henry
berkata bahwa dia akan mati kelaparan kalau saja tidak
~3~ pulang setiap hari Minggu, mendapatkan makanan yang
layak di rumah, dan ibunya selalu memberinya sekeranjang
"bekal" untuk dia bawa pada Senin pagi.
Dan Mr. Harrison tidak pernah berniat mencuci piring
dan peralatan dapur, kecuali kalau hujan turun pada hari
Minggu. Saat itu, dia akan mencemplungkan seluruh
peralatan makannya di tong penampungan air hujan, dan
meninggalkannya begitu saja agar mengering sendiri.
Selain itu, Mr. Harrison juga "pelit". Ketika diminta ikut
iuran untuk gaji Pendeta Mr. Allan, dia berkata, dia akan
menunggu dan melihat berapa banyak uang dolar yang
sepadan untuk khotbah sang pendeta dia tidak mau membeli
kucing dalam karung, katanya. Dan saat Mrs. Lynde
meminta kontribusinya untuk misi sosial dan secara tidak
sengaja melihat isi rumahnya Mr. Harrison berkata
kepadanya, lebih banyak orang kafir di antara para
perempuan tua yang senang bergosip di Avonlea, daripada
di tempat lain yang pernah dia ketahui. Dan dengan senang
hati, dia akan berkontribusi dalam suatu misi menyebarkan
agama Kristen kepada mereka jika Mrs. Lynde bersedia
memulainya. Mrs. Rachel Lynde langsung pergi dan
berkata, semoga Mrs. Robert Bell yang malang tenang di
makamnya, karena hatinya akan hancur melihat keadaan
rumahnya, yang dulu sangat dia banggakan.
"Padahal, Mrs. Robert Bell dulu menggosok lantai
dapurnya dua hari sekali," Mrs. Lynde memberi tahu
Marilla Cuthbert dengan geram, "dan jika saja kau
melihatnya sekarang! Aku harus mengangkat rokku saat
berjalan di lantainya."
Yang terakhir, Mr. Harrison memelihara seekor burung
beo bernama Ginger. Tidak ada orang di Avonlea yang
~4~ pernah memelihara burung beo sebelumnya; akibatnya, hal
itu dianggap tidak pantas. Apalagi burung beonya lain
daripada yang lain! Kalau kau percaya kata-kata John
Henry Carter, burung itu benar-benar kurang ajar. Ia suka
menyumpah-nyumpah. Mrs. Carter pasti akan langsung
menyuruh John Henry berhenti jika saja dia yakin bisa
mendapatkan tempat bekerja lain bagi putranya. Selain itu,
suatu hari Ginger pernah mematuk belakang leher John
Henry saat dia membungkuk terlalu dekat dengan kandang
Ginger. Mrs. Carter menunjukkan bekas luka itu kepada
semua orang saat John Henry yang malang pulang pada
hari Minggu. Semua hal ini berkelebat dalam pikiran Anne saat Mr.
Harrison berdiri, tak bisa berkata-kata saking marahnya, di
hadapannya. Saat dalam suasana hati riang pun, Mr.
Harrison bukanlah lelaki yang tampan; dia pendek, gemuk,
dan botak dan saat ini, dengan wajah bulat keunguan karena
amarah dan mata biru nyaris melotot keluar, Anne berpikir
bahwa Mr. Harrison benar-benar orang paling jelek yang
pernah dia lihat. Saat itu juga, Mr. Harrison menemukan kembali
suaranya. "Aku tidak akan membiarkan hal ini terus terjadi,"
sembur Mr. Harrison, "tidak sehari lagi pun, apakah
kaudengar, Nona" Astaganaga, ini adalah kali ketiga, Nona
" kali ketiga! Kesabaranku sudah habis, Nona. Terakhir
kali, aku sudah memperingatkan bibimu agar hal ini tidak
terjadi lagi " dan dia membiarkannya " dia melakukannya
" entah apa maksudnya, itulah yang ingin kuketahui.
~5~ Karena itulah aku di sini, Nona."
"Apa sebenarnya masalahnya?" tanya Anne, dengan
sikapnya yang paling bermartabat. Dia telah sering berlatih
agar bisa bersikap seperti itu saat sekolah dimulai. Namun,
sikap ini sepertinya tidak berpengaruh terhadap J. A.
Harrison yang sedang murka.
"Masalahnya" Astaganaga, masalah besar. Masalahnya, Nona, aku menemukan sapi Jersey milik
bibimu di ladang oat-ku lagi, tidak sampai setengah jam
yang lalu. Ini sudah ketiga kalinya, lho. Aku memergokinya
Selasa lalu, dan memergokinya lagi kemarin. Aku sudah
datang kemari dan memberi tahu bibimu agar tidak
membiarkan sapinya berkeliaran lagi. Tapi dia tak
mengacuhkannya. Di mana bibimu, Nona" Aku hanya ingin
bertemu dengannya sebentar dan menyampaikan sedikit
pikiranku " sedikit pikiran J. A. Harrison, Nona."
"Jika yang Anda maksud adalah Miss Marilla Cuthbert,
dia bukan bibi saya, dan dia sedang pergi ke Grafton Timur
untuk mengunjungi saudara jauhnya yang sakit parah,"
sahut Anne, menekankan harga dirinya dalam setiap kata.
"Saya sangat menyesal karena sapi itu telah menerobos
ladang oat Anda " sapi itu milik saya dan bukan milik
Miss Cuthbert. Matthew telah memberikan sapi itu pada
saya tiga tahun lalu, saat masih kecil, dan dia membelinya
dari Mr. Bell." "Maaf, Nona! Maaf tidak akan menyelesaikan
masalah. Sebaiknya kau pergi dan melihat kehancuran yang
dibuat binatang ini di ladangku " ia menginjak-injaknya dari
bagian tengah hingga tepinya, Nona."
~6~ "Saya sangat menyesal dan minta maaf," Anne
mengulangi dengan tegas, "tapi, mungkin jika Anda
memperbaiki pagar Anda dengan baik, Dolly pasti tidak
akan menerobos masuk. Pagar yang membatasi ladang oat
Anda dengan tanah kami adalah pagar Anda, dan beberapa
hari lalu saya lihat kondisinya tak terlalu baik."
"Pagarku baik-baik saja," tukas Mr. Harrison, semakin
marah karena Anne malah menyalahkan dirinya. "Jeruji
penjara pun tidak mampu menahan sapi jahanam itu. Dan
kuberi tahu kau, berandal kecil berkepala merah, jika sapi
itu milikmu, seperti yang kau katakan, sebaiknya kau
menyibukkan diri untuk mengawasinya agar tidak masuk ke
ladang orang lain, bukannya malah duduk di sini sambil
membaca novel murahan." Sambil mengatakan itu, dia
melirik galak ke arah buku Virgil bersampul kuning
kecokelatan yang tergeletak di dekat kaki Anne.
Pada saat itu, ada sesuatu yang merah membara selain
rambut Anne " yang sejak dulu memang menjadi titik
kelemahannya. "Saya lebih memilih memiliki rambut merah daripada
tidak berambut sama sekali, dan hanya sejumput kasar
sekitar telinga," tukas Anne ketus.
Kata-kata itu menghunjam tepat sasaran, karena Mr.
Harrison sangat sensitif dengan kepala botaknya. Amarah
membuatnya tak bisa bicara dan Mr. Harrison hanya bisa
menatap marah. Anne sendiri segera pulih dari
kekesalannya, dan mempertegas kemenangannya.
"Saya bisa bermurah hati kepada Anda, Mr. Harrison,
karena saya memiliki imajinasi. Saya bisa membayangkan
betapa sebalnya Anda saat menemukan seekor sapi di
ladang Anda, dan saya tidak tersinggung atas hal-hal yang
~7~ tadi Anda katakan. Saya berjanji sepenuh hati kepada
Anda, Dolly tidak akan pernah menerobos ke ladang oat
Anda lagi. Anda bisa memegang kata-kata saya dalam hal
Itu." "Yah, awas kalau tidak begitu," gumam Mr. Harrison
dengan nada yang sedikit teredam; dan berbalik pergi
dengan marah. Anne mendengarnya menggerutu menjauh.
Dengan kesal, Anne berjalan menyeberangi
pekarangan dan mengurung si Jersey nakal itu di kandang
perah. "Ia tidak mungkin keluar kecuali jika dia merobohkan
pagarnya," komentar Anne dalam hati. "Dolly terlihat cukup
tenang sekarang. Aku berani bertaruh, ia pasti mual
kebanyakan melahap oat. Seandainya saja aku menjualnya
kepada Mr. Shearer saat dia menginginkan sapi ini minggu
lalu, tapi saat itu kupikir sebaiknya menunggu lelang ternak
dan menjualnya bersama sapi-sapi lainnya. Kupikir, gosip
tentang Mr. Harrison orangnya "eksentrik" memang benar.
Sudah pasti Lelaki itu tak akan cocok denganku."
Anne selalu membuka mata dan mencari-cari apakah
ada orang yang cocok dengannya, sehingga bisa menjadi
teman sejiwanya. Marilla Cuthbert sedang memasuki pekarangan saat
Anne kembali dari rumah, dan gadis itu langsung berlari
untuk menyiapkan hidangan minum teh. Mereka
mendiskusikan masalah tadi di meja sambil minum teh.
"Aku akan lega jika lelang selesai," kata Marilla.
"Terlalu besar tanggung jawabnya bila terlalu banyak ternak


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang kita punya dan tak seorang pun yang bisa
mengurusnya selain Martin yang tidak bisa diandalkan. Dia
belum kembali padahal kemarin dia berjanji akan langsung
~8~ kembali kalau aku mau memberinya cuti sehari untuk
menghadiri pemakaman bibinya. Aku tidak tahu berapa
banyak bibi yang dia miliki. Sejak dia bekerja di sini setahun
yang lalu, sudah ada empat bibinya yang meninggal. Aku
akan bersyukur sekali saat musim panen berakhir dan Mr.
Barry menyewa tanah pertanian kita. Kita akan mengurung
Dolly di kandang perah hingga Martin datang, karena dia
harus dilepaskan di lapangan rumput di belakang, dan pagar
di sana harus diperbaiki. Menurutku, dunia kita sedang
penuh masalah, seperti yang biasa Rachel katakan. Dan
ada lagi Mary Keith malang yang sedang sekarat. Aku
tidak tahu apa yang akan terjadi pada dua anaknya. Dia
memiliki seorang saudara lelaki di British Columbia, dan dia
telah menulis surat tentang mereka kepadanya, tapi dia
belum menerima balasan ."
"Seperti apa anak-anaknya" Berapa umur mereka?"
"Enam tahun lebih " mereka kembar."
"Oh, aku selalu tertarik kepada anak-anak kembar
karena Mrs. Hammond memiliki begitu banyak anak
kembar," kata Anne dengan penuh semangat. "Apakah
mereka lucu-lucu?" "Demi Tuhan, kau tak akan bisa tahu " mereka terlalu
kotor. David sedang berada di luar, membuat pai lumpur,
dan Dora keluar untuk memanggilnya. Davy mendorong
kepala Dora ke pai lumpur, lalu, karena Dora menangis,
Davy menyurukkan kepalanya sendiri ke pai lumpur itu dan
berkubang di sana, untuk menunjukkan kepada Dora, tidak
~9~ ada yang perlu ditangisi. Mary berkata, sebenarnya Dora
adalah anak yang sangat baik, tapi Davy benar-benar
badung. Bisa dibilang, Davy tidak pernah diasuh dengan
benar. Ayahnya meninggal saat dia masih bayi, dan sejak
itu, Mary hampir selalu sakit."
"Aku selalu kasihan kepada anak-anak yang tidak
diasuh dengan benar," kata Anne merenung. "Kau tahu,
aku tidak diasuh dengan benar hingga kalian mengambilku.
Kuharap, paman mereka bisa mengurus mereka. Apa
hubungan saudara antara dirimu dan Mrs. Keith?"
"Mary" Sama sekali tidak ada. Suaminya yang
kerabatku " dia adalah sepupuku generasi ketiga. Itu dia
Mrs. Lynde datang. Kurasa dia kemari untuk mendengar
berita tentang Mary."
"Jangan beri tahu tentang Mr. Harrison dan sapiku,"
Anne memohon. Marilla berjanji, tetapi janji itu sebetulnya tidak perlu,
karena sebelum Mrs. Lynde benar-benar duduk di kursi, dia
sudah berkata, "Aku melihat Mr. Harrison mengusir sapi
Jersey kalian dari ladang gandumnya hari ini, saat aku
pulang dari Carmody. Dia tampak sangat marah. Apa dia
bikin keributan?" Anne dan Marilla berpandangan dan tersenyum geli.
Tak banyak kejadian di Avonlea yang luput dari pengamatan
Mrs. Lynde. Baru saja tadi pagi Anne berkata, "Jika kau
pergi ke kamar tidurmu di tengah malam, mengunci pintu,
menutup tirainya, dan Bersin, Mrs. Lynde akan bertanya
kepadamu keesokan harinya, apa pilekmu sudah sembuh!"
"Sepertinya begitu," Marilla mengakui. "Aku sedang
pergi. Tapi dia marah-marah kepada Anne."
"Menurutku dia lelaki yang sangat tidak ~10~ menyenangkan," kata Anne, menyentakkan rambut
merahnya kesal. "Kau benar sekali," kata Mrs. Rachel serius. "Aku
tahu, pasti akan ada masalah saat Robert Bell menjual
tanahnya kepada lelaki dari New Brunswick, begitulah.
Aku tidak tahu bagaimana keadaan Avonlea nanti, dengan
begitu banyak orang asing yang menyerbu kemari. Kita tak
akan bisa merasa aman lagi tidur di tempat kita sendiri."
"Mengapa, apakah ada orang asing lain yang datang?"
tanya Marilla. "Kau belum mendengarnya" Nah, ada Keluarga
Donnells, contohnya. Mereka menyewa rumah lama Peter
Sloane. Peter mempekerjakan lelaki itu untuk menjalankan
penggilingan gandumnya. Mereka berasal jauh dari timur
dan tidak ada orang yang tahu apa pun tentang mereka.
Kemudian, keluarga Timothy Cotton yang pemalas pindah
ke sini dari White Sands, dan mereka pasti hanya akan jadi
beban masyarakat. Jika dia tidak sedang mencuri ... dia
sakit batuk ... dan istrinya adalah makhluk ganjil yang
kacau, sama sekali tidak bisa melakukan apa pun. Dia
mencuci peralatan makannya sambil Duduk, bayangkan.
Mrs. George Pye telah mengambil keponakan suaminya
yang yatim piatu, Anthony Pye. Dia akan masuk ke
sekolahmu, Anne, jadi mungkin kau akan mendapatkan
masalah, begitulah. Dan kau juga akan mendapatkan murid
aneh lainnya. Paul Irving datang dari Amerika Serikat untuk
tinggal bersama neneknya. Kau ingat ayahnya, Marilla "
Stephen Irving, yang mencampakkan Lavendar Lewis
begitu saja di Grafton?"
"Kupikir dia tidak mencampakkan Lavendar. Ada
perselisihan " kupikir, yang harus disalahkan adalah kedua
~11~ pihak." "Yah, bagaimanapun, dia tidak menikahi Lavendar, dan
sejak saat itu mereka bilang, Lavendar jadi aneh. Dia
tinggal sendirian di rumah batu kecil yang dia namakan
Pondok Gema. Stephen pergi ke Amerika Serikat untuk
berbisnis dengan pamannya dan menikahi seorang Yankee.
Dia tidak pernah pulang sejak saat itu, meskipun ibunya
pernah mengunjunginya sekali atau dua kali. Istrinya
meninggal dua tahun lalu, dan dia mengirim pulang putranya
kepada ibunya untuk sementara waktu. Umur anak itu
sepuluh tahun, dan aku tidak tahu apakah dia akan menjadi
seorang murid yang sangat baik. Kita tidak akan pernah
bisa mengetahui bagaimana orang-orang Yankee itu."
Mrs. Lynde mempunyai prasangka buruk terhadap
semua orang tidak beruntung karena lahir dan dibesarkan di
Pulau Prince Edward, dan meragukan apakah mereka bisa
bersikap baik. Mereka Mungkin orang-orang baik, tentu
saja; tetapi sebaiknya kau berjaga-jaga dengan
meragukannya. Prasangkanya sangat kuat terutama bila
berhubungan dengan "orang-orang Yankee" para penduduk
Amerika Serikat di bagian utara. Suaminya pernah ditipu
sepuluh dolar oleh majikannya saat bekerja di Boston dulu
dan Mrs. Lynde menganggap seluruh penduduk Amerika
Serikat bertanggung jawab atas kecurangan itu.
"Sekolah Avonlea tidak akan lebih buruk karena sedikit
darah baru," kata Marilla datar, "dan jika Paul Irving ini
mirip ayahnya, dia akan baik-baik saja. Steve Irving adalah
anak lelaki berkelakuan paling baik yang pernah dibesarkan
di daerah ini, meskipun beberapa orang menganggapnya
angkuh. Kupikir Mrs. Irving akan sangat senang menerima
cucunya. Dia benar-benar kesepian sejak suaminya
~12~ meninggal." "Oh, anak lelaki itu mungkin cukup baik, tapi dia akan
berbeda dari anak-anak Avonlea," kata Mrs. Rachel,
seakan dengan pernyataan itu dia bisa memenangkan
perdebatan. Pendapat-pendapat Mrs. Rachel tentang
orang-orang, tempat, atau benda, selalu harus diterima.
"Bagaimana dengan kabar yang kudengar tentang kau yang
akan memulai Kelompok Pengembangan Desa, Anne?"
"Aku baru saja membicarakannya dengan beberapa
gadis dan pemuda saat pertemuan Klub Debat yang
terakhir," jawab Anne merona. "Mereka berpikir, itu akan
menyenangkan " begitu juga menurut Mr. dan Mrs. Allan.
Banyak desa yang memiliki kelompok semacam itu
sekarang." "Yah, kau akan terlibat masalah tak berkesudahan jika
kau tetap melakukannya. Sebaiknya lupakan saja, Anne,
begitulah. Orang-orang tidak suka dipaksa untuk
berkembang." "Oh, kami tidak akan berusaha mengembangkan
Orang-Orang Yang akan kami kembangkan adalah Avonlea
sendiri. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk membuat
Avonlea lebih indah. Misalnya, jika kami bisa membujuk Mr.
Levi Boulter untuk merobohkan rumah tua bobrok di ujung
lahan pertaniannya bukankah akan jadi suatu perkembangan
yang hebat?" "Memang betul," Mrs. Rachel mengakui. "Reruntuhan
tua itu sudah bertahun-tahun merusak pemandangan. Tapi,
jika kalian para Pendorong Perkembangan bisa membujuk
Levi Boulter untuk melakukan apa pun demi kepentingan
publik tanpa harus dibayar, semoga aku bisa berada di sana
untuk melihat dan mendengar prosesnya, begitulah. Aku
~13~ tidak ingin membuatmu berkecil hati, Anne, karena mungkin
ada sesuatu dalam idemu, meskipun kupikir kau
mendapatkannya dari beberapa majalah Yankee murahan;
tapi kau akan sibuk dengan sekolahmu, dan sebagai seorang
teman, aku menyarankan agar kau tidak usah memedulikan
perkembangan di sekelilingmu. Tapi, aku tahu kau akan
terus maju jika kau telah membulatkan tekad. Entah
bagaimana, kau selalu bisa mewujudkan keinginanmu."
Sesuatu dalam garis-garis tegas di bibir Anne
menyatakan bahwa Mrs. Rachel tidak terlalu salah
memperkirakan itu. Anne benar-benar sudah bertekad bulat
untuk membentuk suatu Kelompok Pengembangan. Gilbert
Blythe, yang akan mengajar di White Sands, tetapi pulang
pada Jumat malam hingga Senin pagi, sangat antusias
tentang hal ini. Dan kebanyakan remaja lain pun bersedia
bergabung untuk apa pun yang berarti pertemuanpertemuan
"kesenangan" rutin, bagi yang akan mereka. membawa Sedangkan sedikit tentang "pengembangan" itu sendiri, tidak ada orang yang benarbenar mengetahui secara jelas apa maksudnya, kecuali
Anne dan Gilbert. Mereka berdua telah membicarakan
masalah ini dan merencanakannya hingga Avonlea yang
ideal terbayang jelas di benak mereka.
Mrs. Rachel masih memiliki sebuah berita lagi.
"Mereka memberikan pekerjaan mengajar di Sekolah
Carmody kepada Priscilla Grant. Apakah kau belajar di
Akademi Queen dengan seorang gadis itu, Anne?"
"Ya, memang. Priscilla akan mengajar di Carmody! Oh,
betapa menyenangkan!" seru Anne, mata kelabunya
~14~ berbinar hingga tampak bagai bintang-bintang malam,
menyebabkan Mrs. Lynde bertanya-tanya lagi dalam hati
apakah dia menganggap Anne Shirley benar-benar seorang
gadis cantik atau bukan. ~15~ Terburu-Buru dan Menyesal Kemudian "Hal pertama yang harus kita lakukan saat kita
memulai nanti adalah mengecat aula itu," kata Diana, saat
mereka melewati aula pertemuan Avonlea, sebuah
bangunan agak reyot, di sebuah ceruk penuh pepohonan,
dengan pohon-pohon spruce menaungi sekelilingnya.
"Tempat itu benar-benar tidak enak dilihat dan kita harus
mengurusnya lebih dulu sebelum berusaha membujuk Mr.
Levi Boulter untuk merobohkan rumahnya. Ayah bilang, kita
tidak akan pernah berhasil Melakukannya. Levi Boulter
terlalu pelit untuk mau repot-repot merobohkan rumah
bobroknya." "Mungkin dia akan membiarkan anak-anak lelaki
merobohkannya jika mereka berjanji mengangkut dan
membelah papan-papan itu agar bisa dia gunakan sebagai
kayu bakar," kata Anne penuh harap. "Kita harus berusaha
sebaik mungkin dan pelan-pelan saja awalnya. Kita tak bisa
berharap untuk mengembangkan semuanya sekaligus. Yang
pertama harus dilakukan adalah mengedukasi sentimen
publik, tentu saja."
Diana tidak benar-benar yakin apa yang dimaksud
dengan mengedukasi sentimen publik, tetapi kedengarannya
~16~ hebat dan dia merasa bangga karena terlibat dalam sebuah
kelompok dengan tujuan seperti itu.
"Tadi malam aku punya ide tentang apa yang bisa kita
lakukan, Anne. Kau tahu area kosong tempat bertemunya
pertigaan jalan Carmody, Newbridge, dan White Sands"
Area itu penuh dengan semak pohon spruce. Bukankah
akan terlihat indah, kalau kita membersihkan semaksemaknya dan hanya menyisakan dua atau tiga pohon
birch?" "Memesona," Anne menyetujui dengan ceria. "Dan
kita pasangkan sebuah bangku kayu gaya kuno di bawah
pohon-pohon birch itu. Saat musim semi tiba, kita akan
menanam petak-petak geranium."
"Ya; hanya saja kita harus mencari suatu cara untuk
membuat Mrs. Hiram Sloane tua bisa menjaga sapinya agar
tidak berkeliaran di jalan. Karena kalau tidak, pasti sapinya
akan memakan bunga-bunga geranium kita," Diana
tertawa. "Aku mulai mengerti apa maksudmu dengan
mengedukasi sentimen publik, Anne. Nah, itu dia rumah tua
Boulter. Apakah kau pernah melihat sebuah tempat
sebobrok itu" Dan tepat berada di pinggir jalan pula. Rumah
tua dengan jendela-jendela yang hilang selalu membuatku
teringat pada sesuatu yang mati dengan mata tercungkil."


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sebuah rumah tua yang terpencil dan bobrok memang
pemandangan yang menyedihkan," kata Anne menerawang. "Rumah seperti itu selalu membuatku
memikirkan masa lalu, dan meratapi masa-masa bahagia
yang telah lampau. Marilla berkata dulu sekali, sebuah
keluarga besar dibesarkan di rumah tua itu, dan rumah itu
~17~ benar-benar sebuah tempat tinggal yang indah, dengan
taman cantik dan sulur-sulur mawar yang merambat.
Rumah itu penuh anak kecil, tawa, dan nyanyian; dan
sekarang rumah itu kosong, tidak ada yang pernah
memasukinya kecuali angin. Betapa sepi dan sedihnya
rumah itu! Mungkin mereka semua kembali pada malammalam yang diterangi bulan " hantu anak-anak kecil dari
masa lampau, bunga-bunga mawar, dan nyanyian-nyanyian
itu. Dan untuk sesaat, rumah tua itu bisa memimpikan
masa-masa muda dan bahagianya lagi."
Diana menggelengkan kepalanya dan bergidik.
"Sekarang aku tidak pernah membayangkan hal-hal
seperti itu, Anne. Tidakkah kau ingat betapa marahnya Ibu
dan Marilla saat kita membayangkan hantu-hantu di Hutan
Berhantu" Hingga sekarang, aku selalu bergidik saat
melewati semak-semak itu setelah gelap; dan jika aku mulai
membayangkan hal seperti itu tentang rumah tua Boulter,
aku pasti ketakutan jika melewatinya. Selain itu, anak-anak
yang dulu tinggal di sana tidak meninggal. Mereka semua
tumbuh dewasa dan berkembang dengan baik " dan salah
seorang dari mereka menjadi tukang jagal. Dan bungabunga serta nyanyian-nyanyian tidak dapat menjadi hantu."
Anne menahan keluh. Dia sangat menyayangi Diana
dan mereka selalu menjadi teman baik. Namun, sejak lama
Anne menyadari, jika ingin mengembara ke dunia fantasi
yang penuh pesona, dia harus melakukannya sendirian.
Jalan menuju ke dunia itu begitu penuh keajaiban, bahkan
sahabat terdekatnya pun tidak akan mampu mengikutinya
ke sana. Hujan guntur turun saat kedua gadis itu berada di
~18~ Carmody, tetapi tidak lama. Perjalanan pulang, melewati
jalan-jalan kecil dengan tetes-tetes hujan berkilauan di
cabang-cabang pohon serta lembah-lembah kecil dengan
tanaman pakis basah yang menguarkan aroma rempah,
terasa menyenangkan. Namun, saat mereka berbelok ke
jalan ke arah kediaman keluarga Cuthbert, Anne melihat
sesuatu yang merusak keindahan pemandangan di
hadapannya. Di hadapan mereka, di sebelah kanan, terbentang
ladang oat Mr. Harrison yang hampir panen, berwarna
kelabu kehijauan, basah dan subur. Dan di sana, berdiri
tepat di bagian tengahnya, badannya tenggelam di antara
tanaman oat yang menghijau, dengan mata berkedip-kedip
tenang, ada seekor sapi Jersey!
Anne langsung menjatuhkan tali kekang dan berdiri
dengan bibir rapat, menandakan dia sangat marah pada si
makhluk pemangsa rumput berkaki empat. Tanpa
mengucapkan sepatah kata pun, Anne turun dan
menyelinap ke balik pagar sebelum Diana mengerti apa
yang terjadi. "Anne, kembalilah!" pekik Diana, begitu tersadar apa
yang terjadi. "Kau akan merusak gaunmu di antara rumpunrumpun oat basah itu " kau akan merusaknya. Dia tidak
mendengarku! Yah, dia tidak akan pernah bisa
mengeluarkan sapi itu sendirian. Aku harus pergi dan
menolongnya, tentu saja."
Anne berlari cepat di antara rumpun oat seperti orang
gila. Diana melompat turun, menambatkan kuda di sebuah
tiang, lalu menyampirkan rok genggangnya yang indah dan
~19~ panjang hingga ke bahu, memanjat pagar, lalu mengejar
temannya. Dia bisa berlari lebih cepat daripada Anne, yang
terhambat roknya yang basah dan menempel, dan dengan
segera menyusulnya. Mereka berdua meninggalkan jejak
tanaman oat yang hancur dan roboh, yang pasti akan
mematahkan hati Mr. Harrison saat melihatnya.
"Anne, demi Tuhan, berhentilah," Diana yang malang
terengah-engah. "Aku kehabisan napas dan kau basah
kuyup." "Aku harus " mengeluarkan " sapi itu " sebelum "
Mr. Harrison " melihatnya," kata Anne terengah-engah.
"Aku tak " peduli " jika aku " tenggelam " asalkan
kita " dapat " menangkapnya."
Namun, sapi Jersey itu tampaknya tak mau diusir dari
tanah penjelajahannya yang subur makmur. Begitu dua
gadis yang kehabisan napas mendekat, ia langsung berbalik
dan lari ke sisi ladang yang berlawanan.
"Hadang dia," jerit Anne. "Lari, Diana, lari!"
Diana pun berlari. Anne juga mengejar, dan sapi Jersey
sialan itu lari berputar-putar di ladang seperti kerasukan.
Dalam hati, Diana berpikir bahwa sapi itu memang benar
kerasukan setan. Sepuluh menit kemudian, baru mereka
berhasil menghadang sapi itu dan menggiringnya melalui
celah di sudut, menuju tanah pertanian keluarga Cuthbert.
Tidak bisa disangkal, Anne benar-benar kesal saat itu.
Dan suasana hatinya bertambah buruk saat melihat sebuah
kereta berhenti tepat di luar tanah pertanian. Di atas kereta
itu duduk Mr. Shearer dari Carmody dan putranya,
tersenyum lebar. "Seharusnya kau jual saja sapi itu padaku minggu lalu,
Anne," Mr. Shearer terkekeh.
"Aku akan menjualnya kepada Anda sekarang, jika
Anda menginginkannya," kata si pemilik sapi dengan wajah
~20~ merona dan penampilan berantakan. "Anda boleh
memilikinya menit ini juga."
"Sepakat. Aku akan memberi dua puluh dolar seperti
yang kutawarkan sebelumnya, dan Jim langsung bisa
membawanya ke Carmody. Sapi itu akan langsung dikirim
ke kota bersama yang lain malam ini. Mr. Read dari
Brighton menginginkan seekor sapi Jersey."
Lima menit kemudian, Jim Shearer dan sapi Jersey itu
menjauh, dan Anne memacu kereta kudanya ke tanah
pertanian Green Gables, dengan uang dua puluh dolar.
"Apa yang akan Marilla katakan?" tanya Diana.
"Oh, dia tidak akan peduli. Dolly adalah sapiku, dan
sepertinya harga sapi itu tidak akan lebih dari dua puluh
dolar saat dilelang. Tapi, oh ya ampun, jika Mr. Harrison
melihat ladangnya, dia akan tahu bahwa Dolly masuk ke
sana lagi, padahal aku telah berjanji sepenuh hati kepadanya
bahwa aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi lagi!
Yah, aku mendapatkan pelajaran agar tidak berjanji sepenuh
hati tentang sapi-sapi. Seekor sapi yang bisa melompat atau
menerobos pagar kandang perah tidak akan bisa dipercaya
di mana pun." Marilla sedang pergi ke rumah Mrs. Lynde, dan saat
kembali, dia sudah tahu tentang penjualan Dolly, karena
Mrs. Lynde melihat transaksi itu dari jendela dan telah
menduga apa yang terjadi.
"Kupikir memang seharusnya sapi itu dijual, meskipun
kau Melakukannya dengan terburu-buru, Anne. Tapi, aku
juga tidak mengerti bagaimana ia bisa keluar dari kandang
perah. Ia pasti merusak pagar."
"Wah, aku belum mengeceknya," kata Anne, "tapi aku
~21~ akan pergi dan melihatnya sekarang. Martin belum kembali
juga. Mungkin ada lagi bibinya yang meninggal. Kurasa, ini
mirip dengan Mr. Peter Sloane dan para manula. Suatu
malam, Mrs. Sloane sedang membaca surat kabar dan
berkata kepada Mr. Sloane, "Aku membaca di sini ada lagi
seorang manula yang meninggal. Apa itu manula, Peter?"
Dan Mr. Sloane menjawab, dia tidak tahu, tapi mereka pasti
makhluk-makhluk sakit parah, karena setiap kali berita yang
terdengar adalah tentang kematian mereka. Seperti itulah
yang terjadi dengan bibi-bibi Martin." Komentar Anne
bercanda. "Martin benar-benar seperti orang Prancis lainnya,"
kata Marilla sebal. "Kita tidak bisa mengandalkannya sehari
saja." Marilla sedang memeriksa barang-barang yang dibeli
Anne di Carmody saat mendengar pekikan dari halaman
gudang peternakan. Semenit kemudian, Anne menerobos
masuk ke dapur, sambil meremas-remas tangannya bingung
dan ngeri. "Anne Shirley, ada apa lagi sekarang?"
"Oh, Marilla, apa yang harus kulakukan" Sungguh
mengerikan. Dan semua ini adalah kesalahanku. Oh,
apakah aku Tidak Akan Pernah belajar untuk bersikap
tenang dan memikirkan terlebih dahulu sebelum melakukan
suatu masalah" Mrs. Lynde selalu berkata kepadaku bahwa
aku akan melakukan sesuatu yang mengerikan suatu hari
nanti, dan sekarang aku telah melakukannya!"
"Anne, kau benar-benar gadis yang paling
menyebalkan! Apa yang kau lakukan?"
"Aku menjual sapi Jersey Mr. Harrison " yang dia beli
dari Mr. Bell " kepada Mr. Shearer! Dolly masih ada di
~22~ kandangnya." "Anne Shirley, apakah kau bermimpi?"
"Seandainya saja begitu. Semua sama sekali bukan
mimpi, meskipun benar-benar seperti mimpi buruk. Dan
sapi Mr. Harrison sudah berada di Charlottetown saat ini.
Oh, Marilla, kupikir aku sudah tak akan terlibat masalah,
tapi sekarang aku malah terlibat kesulitan yang paling buruk
yang pernah kualami sepanjang hidupku. Apa yang harus
kulakukan?" "Kau lakukan" Tidak ada yang bisa kau lakukan
sekarang, Nak, kecuali pergi dan menemui Mr. Harrison
untuk menjelaskannya. Kita bisa menawarkan sapi Jersey
kita sebagai gantinya, jika dia tidak mau menerima uangnya.
Dolly sama bagusnya dengan sapi Jersey miliknya."
"Tapi, aku yakin, dia akan sangat murka dan
mengomel," erang Anne.
"Kurasa begitu. Tampaknya dia memang seorang lelaki
yang mudah tersinggung. Aku yang akan pergi dan
menjelaskan semua kepadanya jika kau mau."
"Tidak, sungguh, aku tak akan sekejam itu," ujar Anne.
"Semua ini salahku dan aku tidak akan membiarkanmu
menghadapi hukuman yang seharusnya kutanggung. Aku
akan pergi sendiri, sekarang juga. Lebih cepat masalah ini
selesai akan lebih baik, karena sangat memalukan."
Anne yang malang mengambil topi dan uang dua puluh
dolarnya. Dia baru saja akan keluar saat melihat ke pintu
dapur yang terbuka. Di meja ada sebuah cake kacang yang
telah dia panggang tadi pagi " adonan yang sangat nikmat,
dihiasi dengan gula hias berwarna merah muda dan ditaburi
kacang walnut. Anne bermaksud untuk menghidangkannya
pada Jumat malam, saat anak-anak muda Avonlea
berkumpul di Green Gables untuk menghadiri pertemuan
~23~ Kelompok Pengembangan. Tetapi, seberapa penting hal itu
dibandingkan dengan Mr. Harrison yang sangat marah"
Anne berpikir bahwa sebuah kue bisa melembutkan hati
lelaki mana pun, terutama para lelaki yang biasanya
memasak sendiri. Jadi, tanpa berpikir panjang, dia langsung
memasukkan kue itu ke dalam kotak dan membawanya
untuk Mr. Harrison sebagai persembahan perdamaian.
"Itu pun kalau dia mau memberiku kesempatan untuk
menjelaskan," gumam Anne sedih, saat memanjat pagar
tanah pertanian dan mulai berjalan memintas ladang, yang
keemasan di bawah cahaya petang bulan Agustus yang
lembut. "Sekarang aku tahu bagaimana perasaan orang saat
akan menjalani eksekusi."
~24~ Mr. Harrison di Rumahnya Mr. Harrison sendiri sedang duduk di beranda yang
dinaungi tanaman rambat, dengan kemeja lengan pendek,
menikmati pipanya. Saat menyadari siapa yang datang
menyusuri jalan setapak, dia langsung berdiri, masuk ke
dalam rumah, dan menutup pintu. Ini sebenarnya hanya
disebabkan oleh kekagetannya berbaur dengan rasa malu
karena tidak bisa menahan ledakan amukannya kemarin.
Namun, tindakannya itu nyaris menyapu sisa-sisa
keberanian dari hati Anne.
"Jika sekarang saja dia sudah sangat marah, bagaimana
nanti kalau dia mendengar apa yang telah aku lakukan,"
gumam Anne muram, saat mengetuk pintu.
Namun, Mr. Harrison membuka pintu, tersenyum malumalu, dan mengundangnya masuk dengan nada ramah,
serta sedikit gugup. Dia telah menyingkirkan pipanya dan
mengenakan mantelnya; dia mempersilakan Anne duduk di
sebuah kursi yang sangat berdebu dengan sangat sopan.
Ruang tamunya pasti akan cukup menyenangkan jika tidak
ada seekor burung beo yang mengintip dari balik jeruji
kandangnya dengan mata keemasan jahil. Segera setelah
Anne duduk di kursi, Ginger berseru:
~25~ "Astaganaga, untuk apa berandal kecil berkepala
merah itu datang kemari?"
Sulit untuk menentukan wajah siapa yang lebih merah,
wajah Mr. Harrison atau wajah Anne.
"Jangan dengarkan burung beo itu," kata Mr. Harrison,
sambil melirik galak ke arah Ginger. "Ia " ia selalu
mengatakan omong kosong. Aku mendapatkannya dari
saudara lelakiku yang menjadi pelaut. Para pelaut tidak
selalu menggunakan bahasa yang terdidik, dan beo adalah
burung yang sangat gemar meniru."
"Begitu juga menurutku," kata Anne yang malang,
ingatan akan apa yang harus dia lakukan membuat
amarahnya meleleh. Dia tidak boleh menyinggung Mr.
Harrison di dalam situasi seperti ini, itu sudah pasti. Saat
kita baru saja menjual sapi Jersey seseorang dengan


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ceroboh, tanpa sepengetahuan atau izinnya, kita tidak boleh
marah jika burung beonya mengocehkan hal yang sangat
tidak pantas. Tetapi, "si berandal kecil berkepala merah" ini
berusaha berani. "Saya datang untuk mengakui sesuatu kepada Anda,
Mr. Harrison," Anne berkata penuh tekad. "Ini " ini
tentang " sapi Jersey itu."
"Astaganaga," seru Mr. Harrison gugup, "apakah dia
keluar dan menerobos ladangku lagi" Yah, tidak masalah "
tidak masalah jika memang begitu. Tidak ada bedanya "
sama sekali tidak, aku " aku terlalu cepat marah kemarin,
itu yang terjadi. Jika memang begitu, tidak masalah."
"Oh, jika saja hanya itu," desah Anne. "Tapi, ini sepuluh
kali lebih buruk. Saya tidak "."
"Ya Tuhan, maksudmu sapi itu masuk ke ladang
gandumku?" ~26~ "Tidak " tidak " bukan ladang gandum. Tapi "."
"Kalau begitu, kebun kol! Dia menerobos kebun kol
yang kupelihara untuk Pameran Pertanian, hei?"
"Bukan kebun kol Anda, Mr. Harrison. Saya akan
menceritakan segalanya kepada Anda " untuk itulah saya
datang kemari tapi tolong, jangan sela pembicaraan saya.
Itu membuat saya sangat gugup. Tolong biarkan saya
menceritakan semua dan jangan katakan apa pun hingga
saya selesai," ujar Anne. Tidak diragukan lagi, Anda
pasti akan banyak berbicara setelah itu, Anne
menambahkan, tetapi hanya dalam hati.
"Aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi," kata Mr.
Harrison, dan memang begitu. Namun, Ginger sama sekali
tidak terikat perjanjian untuk diam dan terus berteriak,
"Berandal kecil berkepala merah" berulang-ulang sehingga
Anne merasa nyaris gila. "Saya mengurung sapi Jersey
saya di kandang perah kami kemarin. Pagi ini, saya pergi ke
Carmody dan saat kembali, saya melihat seekor sapi Jersey
di ladang oat Anda. Diana dan saya menggebahnya keluar
dan Anda tidak bisa membayangkan, betapa sulitnya saatsaat itu. Saya basah kuyup, lelah, dan kesal dan tepat waktu
itu, Mr. Shearer lewat dan menawarkan diri untuk membeli
sapi itu. Saya menjual sapi Jersey itu kepadanya saat itu
juga seharga dua puluh dolar. Itu kesalahan saya.
Seharusnya saya menunggu dan mendiskusikannya dulu
dengan Marilla, tentu saja. Tapi, saya memang benar-benar
memiliki bakat untuk melakukan sesuatu tanpa berpikir
semua orang yang mengenal saya akan berpendapat begitu.
Mr. Shearer langsung membawa sapi itu untuk
mengirimkannya dengan kereta sore."
"Berandal kecil berkepala merah," seru Ginger dengan
nada yang sangat kurang ajar.
Saat itu, Mr. Harrison berdiri dan, dengan ekspresi
~27~ yang akan membuat semua burung kecuali seekor burung
beo ngeri, membawa kandang Ginger ke ruang sebelah, lalu
menutup pintu. Ginger memekik, mengumpat-umpat, tapi
saat menyadari ia ditinggal sendirian, ia langsung marah dan
ngambek. "Maafkan aku, dan teruskan," kata Mr. Harrison,
duduk kembali. "Adikku si pelaut tidak pernah mengajarkan
sopan santun kepada burung itu."
"Saya pulang dan setelah minum teh, saya keluar ke
kandang, Mr. Harrison," Anne membungkuk, mengatupkan
kedua tangan dengan sikap kekanak-kanakannya yang
khas, mata kelabu besarnya menatap wajah Mr. Harrison
yang tersipu malu dengan penuh permohonan. "Saya
menemukan sapi saya masih terkurung di kandang. Sapi
ANDA-lah yang saya jual kepada Mr. Shearer."
"Astaganaga," seru Mr. Harrison, melongo terkejut
mendengar informasi yang tidak disangka-sangka ini.
"Benar-benar hal yang Sangat luar biasa!"
"Oh, sungguh sangat tidak luar biasa jika saya
melibatkan diri sendiri dan orang lain dalam masalah," kata
Anne sedih. "Saya terkenal ahli dalam hal itu. Anda
mungkin berpikir bahwa saya sudah terlalu dewasa untuk
bikin masalah " saya akan berulang tahun ketujuh belas
Maret depan " tapi tampaknya, saya memang belum
pantas menjadi dewasa. Mr. Harrison, apakah saya boleh
berharap bahwa Anda akan memaafkan saya" Saya
khawatir, sudah terlambat untuk mendapatkan kembali sapi
Anda, tapi ini uang untuk menggantinya " atau Anda bisa
mengambil sapi saya sebagai gantinya, jika bersedia. Dolly
~28~ adalah seekor sapi yang sangat baik. Dan saya tidak bisa
mengungkapkan betapa menyesalnya saya akan semua
itu." "Sudah, sudah," tukas Mr. Harrison ringan, "jangan
katakan apa-apa lagi tentang itu, Nona. Tidak akan ada
gunanya " sama sekali tidak ada pengaruhnya.
Kecelakaan sering terjadi. Aku sendiri kadang-kadang
terlalu terburu-buru, Nona " sangat terburu-buru. Tapi, aku
tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan pikiranku,
dan orang-orang pasti menganggapku kasar. Tapi kalau saja
sapi itu merusak kebun kolku " sudah lupakan saja, sapi itu
tidak ke sana, jadi tidak apa-apa. Kupikir, lebih baik aku
menerima sapimu saja, karena kau ingin menyingkirkannya." "Oh, terima kasih, Mr. Harrison. Saya sangat senang
karena Anda tidak marah. Saya khawatir Anda akan sulit
menerima berita ini."
"Dan kau pasti takut setengah mati datang kemari dan
memberitahuku, setelah kekacauan yang kubuat kemarin,
hei" Tapi, kau jangan tersinggung, ya. Aku adalah lelaki tua
yang suka bicara apa adanya, begitulah ... cenderung untuk
selalu berkata yang sebenarnya, meski mungkin kejam."
"Begitu juga Mrs. Lynde," kata Anne, sebelum dia bisa
menahan diri. "Siapa" Mrs. Lynde" Jangan katakan aku mirip
penggosip tua itu," kata Mr. Harrison tersinggung. "Aku
tidak seperti itu " sama sekali tidak. Apa yang kau bawa
dalam kotakmu?" "Kue," jawab Anne. Lega karena keramahan Mr.
Harrison yang tidak terduga, semangatnya langsung naik.
~29~ "Saya membawakannya untuk Anda " saya pikir, Anda
mungkin tidak sering menyantap kue."
"Memang, itu benar, dan aku benar-benar menyukainya
juga. Aku berutang banyak kepadamu. Tampaknya bagian
atas kue itu bagus. Kuharap seluruh bagian kuenya enak."
"Memang," jawab Anne, kembali percaya diri dan
ceria. "Saya dulu sering membuat kue-kue yang Tidak enak,
Mrs. Allanlah saksinya, tapi yang ini enak. Saya
membuatnya untuk Kelompok Pengembangan, tapi saya
bisa membuat satu lagi untuk mereka."
"Yah, begini saja, Nona, kau harus membantuku
memakannya. Aku akan menjerang air dan kita akan
minum teh. Bagaimana menurutmu?"
"Maukah Anda membiarkan saya yang membuat
tehnya?" tanya Anne ragu.
Mr. Harrison terkekeh. "Aku tahu kau tidak begitu percaya terhadap
kemampuanku membuat teh. Kau salah " aku bisa
menjerang sepoci teh paling nikmat yang pernah kau
rasakan. Tapi, silakan buat sendiri. Untunglah hari Minggu
lalu hujan, jadi banyak peralatan makan yang bersih."
Anne langsung melompat dengan cepat dan bekerja.
Dia mencuci poci teh Mr. Harrison beberapa kali sebelum
memasukkan bubuk teh ke dalam air mendidih. Kemudian,
dia membersihkan kompor, membereskan meja, dan
mengeluarkan peralatan makan dari pantry. Kejorokan
dapur itu membuat Anne ngeri, tetapi dengan bijak dia tidak
mengatakan apa-apa. Mr. Harrison memberi tahu di mana
Anne bisa menemukan roti dan mentega, serta sekaleng
buah persik. Anne menghias meja dengan rangkaian bunga
dari taman dan pura-pura tidak melihat noda di taplak meja.
~30~ Dengan segera, hidangan minum teh siap dan Anne duduk
di seberang Mr. Harrison, di meja lelaki itu, menuangkan
teh untuknya, dan berceloteh dengan riang kepadanya
tentang sekolah, teman-teman, dan rencana-rencananya.
Anne nyaris tak percaya dia bisa berbincang akrab dengan
lelaki itu. Mr. Harrison telah membawa kembali Ginger keluar,
sambil berkata bahwa burung malang itu pasti kesepian;
dan Anne, yang merasa bisa memaafkan semua orang dan
semua makhluk, menawari Ginger sebutir kacang walnut.
Namun, perasaan Ginger benar-benar terluka dan dia
menolak seluruh usaha Anne untuk berteman. Ia bertengger
dengan murung di kandangnya dan mengangkat bulubulunya, hingga ia mirip sebuah bola kecil berwarna hijau
keemasan. "Mengapa Anda memanggilnya Ginger?" tanya Anne,
yang menyukai nama-nama yang cocok dan berpikir bahwa
Ginger sama sekali tidak layak bagi seekor burung dengan
bulu secantik itu. "Adikku si pelaut yang memberinya nama. Mungkin
nama itu dia ambil dari temperamen Ginger sendiri yang
panas. Tapi, aku menyayangi burung itu " kau akan
terkejut jika tahu seberapa besar aku menyayanginya.
Tentu saja, Ginger banyak melakukan kesalahan. Burung itu
benar-benar merepotkanku dalam banyak hal. Beberapa
orang keberatan dengan kebiasaannya menyumpah- nyumpah, tapi Ginger tak bisa diajari untuk mengubahnya.
Aku telah berusaha mengubahnya " seperti juga yang
dilakukan beberapa orang lain. Beberapa orang memiliki
prasangka terhadap burung beo. Konyol, bukan" Aku
sendiri menyukai burung beo. Ginger benar-benar bisa jadi
~31~ temanku. Tidak ada yang akan bisa meyakinkanku untuk
menyingkirkan burung itu " tak satu orang pun di dunia ini,
Nona." Mr. Harrison menyemprotkan kalimat terakhir itu
seakan-akan dia menduga Anne punya rencana busuk
untuk membujuknya melepaskan Ginger. Namun, Anne
mulai menyukai lelaki kecil yang eksentrik, gugup, dan
gelisah ini. Dan sebelum selesai minum teh, mereka sudah
menjadi teman akrab. Anne bercerita tentang Kelompok
Pengembangan dan Mr. Harrison mendukungnya.
"Itu tindakan yang benar. Teruslah maju. Banyak ruang
untuk pengembangan dalam lingkungan ini " dan dalam
masyarakatnya juga."
"Oh, aku tidak tahu," tukas Anne. Kepada dirinya
sendiri, atau kepada beberapa temannya, dia mungkin
mengakui bahwa ada beberapa sedikit ketidaksempurnaan,
yang mudah untuk diubah, di Avonlea dan pada
penduduknya. Namun, mendengar perkataan itu dari
seseorang dari luar lingkungan mereka, seperti Mr.
Harrison, rasanya benar-benar berbeda. "Kupikir Avonlea
adalah sebuah tempat yang indah; dan penduduknya pun
sangat baik." "Kukira kau sedikit temperamental," Mr. Harrison,
memerhatikan pipi Anne yang merona dan mata Anne yang
menyala-nyala. "Memang cocok dengan rambutmu, kupikir.
Avonlea adalah suatu tempat yang cukup layak, karena
itulah aku tinggal di sini. Tapi, kupikir bahkan dirimu pun
akan mengakui, ada Beberapa kelemahan di tempat ini,
bukan?" "Justru karena itulah aku lebih menyukainya," sahut
~32~ Anne loyal pada tempat tinggalnya. "Aku tidak suka
tempat-tempat atau orang-orang terlalu sempurna tanpa
kelemahan. Kupikir, seseorang yang benar-benar sempurna
akan sangat tidak menarik. Mrs. Milton White berkata, dia
tidak pernah bertemu dengan seseorang yang sempurna,
tapi dia sudah cukup banyak mendengar tentang satu orang
yang sempurna " yaitu istri pertama suaminya. Bukankah
sangat tidak nyaman untuk menikah dengan seorang lelaki
yang memiliki istri pertama nan sempurna?"
"Pasti akan terasa lebih tidak nyaman untuk menikahi
seorang istri yang sempurna," ujar Mr. Harrison, ledakan
emosi tiba-tiba yang aneh.
Saat mereka sudah selesai minum teh, Anne bersikeras
untuk mencuci peralatan makan, meskipun Mr. Harrison
meyakinkannya bahwa ada cukup banyak peralatan di
rumah itu untuk digunakan berminggu-minggu. Anne juga
ingin menyapu lantai, tetapi tak terlihat sapu di mana pun,
dan dia tidak ingin menanyakannya karena khawatir bahwa
rumah itu sama sekali tak punya sapu.
"Datanglah dan mengobrol denganku sekali-sekali,"
kata Mr. Harrison saat Anne berpamitan. "Tempat ini tidak
jauh dan tetangga harusnya ramah satu sama lain. Aku
agak tertarik dengan kelompokmu. Bagiku, sepertinya
kegiatan kalian akan menyenangkan. Siapa yang akan
kalian tangani pertama-tama?"
"Kami tidak akan menangani Orang-Orang" hanya
Tempat-Tempat yang akan kami kembangkan," jawab
Anne penuh harga diri. Dia agak curiga bahwa sebenarnya
Mr. Harrison mengolok-olok proyek Kelompok Pengembangan. ~33~ Saat Anne sudah pergi, Mr. Harrison mengamatinya


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari jendela " sosok gadis bertubuh lentur, berjalan dengan
riang menyeberangi pekarangan di bawah lembayung senja.
"Aku ini lelaki tua yang mudah marah, kesepian, dan
sulit dimengerti," katanya keras-keras, "tapi ada sesuatu
dalam diri gadis kecil itu yang membuatku merasa muda
lagi " dan itu sensasi menyenangkan yang ingin kualami
lagi." "Berandal kecil berkepala merah," kaok Ginger
mencemooh. Mr. Harrison menggoyangkan tinjunya pada burung beo
itu. "Kau burung yang kurang ajar," gerutunya. "Aku nyaris
berharap seandainya saja aku memelintir lehermu saat
adikku si pelaut membawamu pulang. Kapan kau akan
berhenti melibatkanku dalam masalah?"
Anne berlari pulang dengan gembira dan menceritakan
pengalamannya kepada Marilla, yang sudah sangat
khawatir dan baru saja akan mulai mencarinya.
"Dunia ini indah dan menyenangkan, begitu kan,
Marilla?" simpul Anne gembira. "Mrs. Lynde kemarin
mengeluh bahwa dunia ini menyebalkan. Dia berkata, kapan
pun kita mengharapkan sesuatu yang menyenangkan, pasti
kita akan kecewa " mungkin itu benar. Tapi, ada sisi
baiknya juga. Hal-hal buruk tidak selalu terjadi seperti yang
kita duga " kadang-kadang, masalah selesai jauh lebih baik
daripada yang kita duga. Aku sudah siap menerima
pengalaman yang sangat tidak menyenangkan saat pergi ke
rumah Mr. Harrison petang ini. Tapi, ternyata dia cukup
baik dan aku mengalami peristiwa yang lumayan
menyenangkan. Kupikir, kami bisa jadi teman baik betulan
jika lebih sering saling membantu, dan semuanya pasti akan
~34~ mendapatkan hasil yang terbaik. Tapi, meskipun begitu,
Marilla, aku tidak akan pernah lagi menjual seekor sapi
sebelum memastikan milik siapa sapi itu. Dan aku benarbenar Tidak menyukai burung beo!"
~35~ Perbedaan Pendapat "Kalian berdua lebih beruntung daripada aku," desah
Anne. "Kalian akan mengajar anak-anak yang tidak
mengenal kalian, tapi aku harus mengajar teman-teman
sekolahku dulu, dan Mrs. Lynde berkata, dia khawatir
mereka tidak akan menghormatiku seperti menghormati
guru baru, kecuali jika sejak awal aku sudah sangat galak.
Tapi, aku percaya seorang guru tidak perlu galak agar
dihormati. Oh, tanggung jawab yang besar sekali!"
"Kupikir kita akan baik-baik saja," kata Jane cuek.
Jane tidak peduli dengan cita-cita mulia menjadi pengaruh
menentukan bagi murid-muridnya. Dia hanya ingin
mendapatkan gaji yang layak, menyenangkan dewan
sekolah, dan berusaha agar namanya tercantum di dalam
daftar kehormatan Inspektur Sekolah. Jane tidak memiliki
ambisi-ambisi lain. "Hal utama yang perlu dilakukan adalah
menegakkan ketertiban, dan seorang guru harus sedikit
galak untuk melakukan itu. Jika murid-muridku tidak bisa
menuruti kata-kataku, aku akan menghukum mereka."
"Bagaimana caranya?"
"Pukul saja mereka keras-keras, tentu saja."
"Oh, Jane, kau tidak akan melakukannya," jerit Anne,
~36~ terkejut. "Jane, kau Tidak Bisa melakukannya!"
"Sebenarnya, aku bisa dan akan melakukannya, jika
mereka memang layak mendapatkannya," jawab Jane
mantap. "Aku Tidak Pernah Terjadi bisa memukul seorang
anak," kata Anne sama mantapnya. "Aku Sama Sekali
tidak percaya kalau menghukum anak harus dengan
kekerasan. Miss Stacy tidak pernah memukul siapa pun di
antara kita dan dia bisa menegakkan ketertiban dengan
sempurna; sementara Mr. Phillips selalu memukul, dan dia
sama sekali tidak bisa menjaga ketertiban. Tidak, jika aku
tidak bisa bertahan tanpa mencambuk, aku seharusnya tidak
mengajar di sekolah. Ada cara-cara lebih baik untuk
mengatur murid-muridku. Aku akan berusaha mendapatkan
kasih sayang murid-muridku, agar mereka Mau dan Ingin
melakukan apa yang kusuruh."
"Tapi, bagaimana jika mereka tidak mau?" tanya Jane.
"Bagaimanapun, aku tidak akan memukul mereka. Aku
yakin, itu tidak akan membuat mereka jera. Oh, jangan
pukul murid-muridmu, Jane Sayang, apa pun yang mereka
lakukan." "Bagaimana pendapatmu, Gilbert?" desak Jane.
"Bukankah menurutmu ada beberapa anak yang sesekali
benar-benar membutuhkan pukulan?"
"Tidakkah kau pikir bahwa memukul seorang anak "
anak Manapun, adalah tindakan kejam dan tidak beradab?"
seru Anne, wajahnya merona penuh semangat.
"Yah," kata Gilbert pelan, terombang-ambing antara
penilaiannya sendiri dan keinginannya untuk memenuhi
idealisme Anne, "ada hal-hal positif pada setiap pihak. Aku
tidak Terlalu meyakini harus mencambuk anak-anak kecil.
Kupikir, seperti yang kau katakan, Anne, ada cara-cara
yang lebih baik untuk menegakkan peraturan, dan hukuman
~37~ fisik seperti itu seharusnya menjadi pilihan terakhir. Tapi, di
sisi lain, seperti yang Jane katakan, aku yakin ada anakanak tertentu yang tidak dapat dipengaruhi dengan cara apa
pun, dan mereka, membutuhkan pukulan agar bisa maju.
Hukuman fisik sebagai pilihan terakhir akan menjadi
peraturan yang kuterapkan."
Gilbert, yang berusaha menyenangkan kedua pihak,
seperti biasa, malah tak berhasil memuaskan siapa pun.
Jane menyentakkan kepalanya teguh.
"Aku akan memukul murid-muridku jika mereka nakal.
Itu adalah cara paling praktis dan paling mudah untuk
meyakinkan mereka." Anne menatap Gilbert kecewa.
"Aku tidak akan pernah memukul seorang anak," dia
mengulangi dengan tegas. "Aku merasa itu tidak benar dan
tidak diperlukan." "Bagaimana jika ada seorang anak laki-laki yang
membantahmu jika kau menyuruhnya melakukan sesuatu?"
tanya Jane. "Aku akan menyuruhnya tetap tinggal sepulang
sekolah, lalu berbicara dengan baik dan tegas kepadanya,"
jawab Anne. "Ada kebaikan dalam diri setiap orang jika
kita bisa menemukannya. Sudah menjadi tugas guru untuk
menemukan dan mengembangkannya. Itulah yang
dikatakan profesor Manajemen Sekolah kita di Queen, kau
tahu. Apakah kau pikir kita bisa menemukan kebaikan
dalam diri seorang anak dengan memukulnya" Jauh lebih
penting untuk memengaruhi anak-anak dengan tepat,
bahkan daripada mengajari mereka tiga membaca, menulis,
dan matematika, menurut Profesor Rennie."
"Tapi, Inspektur Sekolah akan mengetes mereka
dengan tiga M, ingat itu, dan dia tidak akan memberikan
~38~ laporan yang baik tentangmu jika murid-murid tidak
memenuhi standarnya," Jane memprotes.
"Aku lebih memilih murid-murid yang mencintaiku dan
mengenangku sebagai seorang yang telah membantu jalan
mereka bertahun-tahun kemudian, daripada tercantum
dalam daftar kehormatan," Anne menyatakan dengan
tegas. "Apakah kau sama sekali tidak akan menghukum anakanak itu, jika mereka nakal?" tanya Gilbert.
"Oh, ya, kupikir aku harus menghukum mereka, meski
aku tahu, aku tak akan suka melakukannya. Tapi, kita bisa
menahan mereka di kelas saat istirahat atau menyuruh
mereka berdiri di depan kelas, atau menyuruh mereka
menulis kalimat hukuman beberapa baris."
"Dan kurasa kau tak akan menghukum anak-anak
perempuan dengan cara menyuruh mereka duduk bersama
anak-anak laki-laki, kan?" tanya Jane tersenyum penuh arti.
Gilbert dan Anne saling berpandangan dan tersenyum
malu. Dulu, Anne pernah dihukum harus duduk dengan
Gilbert. Dan akibatnya, dia merasa sedih dan tersinggung
dalam waktu lama. "Yah, waktu akan menentukan, cara mana yang
terbaik," kata Jane filosofis, saat mereka berpisah.
Anne kembali ke Green Gables melalui Jalan Birch,
teduh, penuh suara berkeresak, beraroma pakis, lewat
Permadani Violet dan Danau Dedalu, tempat gelap dan
terang saling mengecup di bawah pohon-pohon cemara, lalu
menyusuri Kanopi Kekasih. Tempat-tempat dengan nama
imajinasi ciptaannya dan Diana lama berselang. Anne
berjalan perlahan, menikmati manisnya hutan, padang
rumput, dan langit senja musim panas yang bertaburan
~39~ bintang, sambil memikirkan tugas-tugas baru yang harus dia
lakukan besok. Saat tiba di pekarangan Green Gables, suara Mrs.
Lynde yang keras dan tegas terdengar ke luar melalui
jendela dapur yang terbuka.
"Mrs. Lynde pasti datang untuk memberiku nasihat
tentang apa yang harus kulakukan besok," pikir Anne
mengerenyit, "tapi, aku tak akan masuk dulu. Nasihatnya
terlalu mirip merica, kurasa " nikmat bila sedikit, tapi
pedas jika Mrs. Lynde yang menaburkannya. Aku akan
mampir ke Mr. Harrison saja."
Ini bukan pertama kalinya Anne mampir dan
berbincang-bincang dengan Mr. Harrison sejak peristiwa
sapi Jersey itu. Beberapa kali pada petang hari, dia
berkunjung ke sana. Mr. Harrison dan Anne sudah menjadi
sahabat baik, meskipun ada kalanya Anne merasa agak
kewalahan dengan keterusterangan yang dibanggakan oleh
Mr. Harrison. Ginger masih terus memperlakukan Anne
dengan penuh kecurigaan, selalu menyapanya sinis;
"berandal kecil berkepala merah". Mr. Harrison telah
berusaha untuk mengubah kebiasaan burung itu dengan
melompat penuh semangat saat melihat Anne datang dan
berteriak, "Astaganaga, ini dia gadis kecil yang cantik itu,"
atau sesuatu yang sama menyenangkannya.
Tetapi, usahanya sia-sia belaka. Ginger mengetahui siasat itu dan
mengabaikannya. Anne tidak tahu berapa banyak pujian
yang Mr. Harrison ucapkan tanpa sepengetahuannya. Tapi
yang jelas, Mr. Harrison tidak pernah memujinya secara
~40~ terang-terangan. "Yah, kau baru kembali dari hutan mengumpulkan
ranting kayu untuk menghukum anak-anak besok?" Itu
adalah sapaan Mr. Harrison saat Anne tiba di tangga
beranda. "Tidak, tentu saja," jawab Anne kesal. Dia sering kali
menjadi target empuk godaan karena selalu menganggap
serius masalah apa pun. "Aku tidak akan pernah
menggunakan sebatang ranting pun di sekolahku, Mr.
Harrison. Tentu saja, aku harus memiliki sebatang tongkat
penunjuk, tapi aku akan menggunakannya Hanya untuk
menunjuk." "Jadi, kau bermaksud untuk mencambuk mereka saja"
Yah, aku tidak tahu, tapi kau benar. Tongkat pemukul lebih
terasa menyengat pada saat dipukulkan, tetapi ikat pinggang
akan membuat perihnya terasa lebih lama, itu faktanya."
"Aku tidak akan pernah menggunakan apa pun yang
semacam itu. Aku tidak akan mencambuk murid-muridku."
"Astaganaga," seru Mr. Harrison, benar-benar terkejut,
"bagaimana kau bisa menjaga ketertiban, kalau begitu?"
"Aku akan mengatur mereka dengan kasih sayang, Mr.
Harrison." "Itu tidak akan berhasil," sahut Mr. Harrison, "sama
sekali tidak akan berhasil, Anne. "Menyia-nyiakan tongkat
pemukul akan memanjakan anak-anak." Saat aku sekolah,
guruku mencambukku secara teratur setiap hari, karena dia
berkata jika aku tidak melakukan suatu kenakalan, aku pasti
sedang merencanakannya."
"Metode-metode pendidikan sudah berubah sejak masa
Anda bersekolah, Mr. Harrison."
"Tapi, sifat asli manusia tidak. Ingat kata-kataku, kau
tidak akan pernah berhasil mengatur bocah-bocah kecil itu,
~41~ kecuali kau memiliki sebuah tongkat pemukul untuk mereka,
jika sewaktu-waktu keadaan sulit. Keinginanmu itu mustahil
dilakukan." "Yah, aku akan berusaha mencoba caraku terlebih
dahulu," kata Anne, yang memiliki tekad sangat kuat dan
cenderung selalu memercayai teori-teorinya sepenuh hati.
"Kau lumayan keras kepala, kupikir," komentar Mr.
Harrison. "Yah, baiklah, kita akan lihat. Suatu hari, saat kau
merasa sangat marah ... dan orang-orang berambut merah
sepertimu cenderung sering merasa begitu ... kau akan
melupakan seluruh keyakinanmu yang manis dan memukul
mereka. Lagipula, kau terlalu muda untuk mengajar ...
terlalu muda dan kekanak-kanakan."
Meski keyakinannya tentang sistem pengajaran yang
akan dia terapkan sangat kuat, malam itu Anne pergi tidur
dengan perasaan pesimistis. Dia tak bisa tidur nyenyak
sehingga sangat pucat dan tampak menyedihkan saat
sarapan keesokan paginya, dan itu membuat Marilla
khawatir dan bersikeras membuatkannya secangkir teh jahe
kental. Anne menyesapnya sabar, meskipun dia tidak bisa
membayangkan apa manfaat teh jahe itu untuk kegugupannya. Kalau saja teh itu adalah suatu ramuan ajaib
yang bisa menambah usia dan pengalamannya, Anne akan
rela meminumnya hingga seliter tanpa berkedip.


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Marilla, bagaimana jika aku gagal"!"
"Kau tidak mungkin gagal total dalam sehari, dan masih
banyak hari yang akan kau lalui," hibur Marilla.
"Masalahnya, Anne, kau berharap bisa mengajarkan
segalanya kepada anak-anak itu dan mengubah seluruh
~42~ kesalahan mereka dalam sekejap mata. Dan jika kau tidak
mampu melakukannya, kau akan menganggap dirimu telah
gagal." ~43~ Guru Sekolah Sungguhan Semalam, hingga nyaris pukul 00.00, dia menyusun pidato
pembukaan bagi murid-muridnya di sekolah. Anne telah
menggubah dan mengembangkannya dengan susah payah,
kemudian mempelajarinya lagi dan lagi hingga benar-benar
paham. Pidato itu sangat bagus, dan mengandung beberapa
ide yang sangat cemerlang, terutama tentang sikap tolongmenolong dan kehausan akan ilmu pengetahuan. Satusatunya masalah adalah, saat ini dia tidak bisa mengingat
sepatah kata pun dari pidatonya.
Setelah beberapa saat yang terasa bagai setahun hanya
sepuluh detik sebenarnya Anne berkata lemah, "Keluarkan
Alkitab kalian," lalu mengempaskan diri ke kursinya di
antara suara keresak kertas dan suara berisik tutup meja
yang dibuka. Sementara anak-anak membaca ayat-ayat di
Alkitab mereka, Anne mengumpulkan keberaniannya yang
sempat menghilang dan menatap barisan peziarah kecil
yang akan menjelajah ke Tanah Kedewasaan.
Tentu saja, kebanyakan di antara mereka sudah dia
kenal baik. Teman-teman sekelasnya telah lulus tahun lalu,
tetapi murid-murid adik kelasnya dulu masih ada, kecuali
anak kelas terbawah dan sepuluh anak baru yang belum
dikenal Anne. Diam-diam, Anne merasa lebih tertarik
~44~ kepada sepuluh pendatang baru itu, daripada murid-murid
yang kemungkinan besar telah mengenal dirinya. Memang,
mereka mungkin saja memiliki kemampuan biasa-biasa
seperti yang lain, tetapi di sisi lain, Mungkin Saja ada
seorang genius berada di antara mereka. Itu adalah suatu
bayangan yang menggetarkan.
Duduk sendirian di meja sudut adalah Anthony Pye.
Wajahnya mungil, gelap, dan muram, dan matanya yang
hitam menatap Anne, menantang. Dalam hati Anne
langsung bertekad bahwa dia akan mendapatkan simpati
anak lelaki itu, dan menaklukkan keluarga Pye.
Di sudut lain, seorang anak lelaki asing duduk bersama
Arty Sloane " anak lelaki kecil yang ceria, hidung bulat
mencuat, wajah berbintik, dan mata biru terang, dibingkai
bulu mata yang sangat pirang nyaris putih. Mungkin dia-lah,
anak keluarga Donnell; dan wajahnya bagaikan pinang
dibelah dua dengan saudara perempuannya yang duduk
bersama Mary Bell di seberang lorong. Anne bertanyatanya, seperti apa ibu sang anak itu, karena mengirimnya ke
sekolah dengan pakaian penuh gaya yang kurang pas untuk
bersekolah. Anak perempuan itu mengenakan gaun sutra
merah muda lembut, dihiasi banyak sekali renda, sandal
anak-anak berwarna putih yang bernoda tanah, dan stoking
sutra. Rambutnya yang pirang ditarik kuat-kuat dan
dibentuk menjadi banyak sekali ikal yang tidak alamiah,
dilengkapi dengan sehelai pita merah muda mencolok yang
lebih besar daripada kepalanya. Namun, dari ekspresinya,
terlihat bahwa anak perempuan keluarga Donnell itu sangat
puas akan penampilannya. Sedangkan, makhluk kecil putih pucat dengan rambut
bergelombang lembut pirang kecokelatan terurai mengilat di
~45~ bahunya itu pasti Annetta Bell, pikir Anne. Orangtua
Annetta tadinya tinggal di distrik sekolah Newbridge, tetapi
karena telah memindahkan rumah baru mereka lima puluh
meter ke sebelah utara, sekarang mereka berada di distrik
Avonlea. Tiga gadis kecil pucat yang berdesakan di sebuah
bangku pasti kakak-beradik Cotton; dan tidak diragukan
lagi, gadis kecil cantik dengan rambut ikal cokelat dan mata
hijau kecokelatan, yang melirik genit ke Jack Gillis dari balik
Alkitabnya, adalah Prillie Rogerson. Ayahnya baru saja
menikah dengan istri keduanya dan membawa Prillie pulang
dari rumah neneknya di Grafton.
Seorang gadis berperawakan tinggi dan canggung
duduk di bangku belakang, dan sepertinya dia kesulitan
mengoordinasikan tangan dan kakinya. Anne tadinya sama
sekali tidak bisa menduga siapa dia, tetapi kemudian dia
tahu bahwa gadis itu bernama Barbara Shaw, dia tinggal
bersama bibinya di Avonlea. Anne juga mengetahui, jika
Barbara berhasil berjalan menyusuri lorong tanpa jatuh
sendiri atau tersandung kaki orang lain, para cendekiawan
Avonlea akan menuliskan fakta yang tidak biasa itu dalam
piagam dan digantung di dinding beranda sekolah.
Namun, saat Anne menatap anak lelaki yang duduk di
meja tepat di depan meja guru, tubuhnya merinding, dia tahu
bahwa dia telah menemukan murid geniusnya. Dia
menebak bahwa anak lelaki ini pasti Paul Irving, dan
ramalan Mrs. Rachel Lynde sekali ini terbukti, anak ini tidak
akan mirip dengan anak-anak Avonlea lainnya. Lebih
daripada itu, Anne menyadari bahwa Paul Irving sama
sekali tidak seperti anak-anak kecil lain di mana pun. Dan
ada suatu jiwa yang sangat mirip dengan jiwanya sendiri,
menatap mata Anne dengan sangat tajam dari sepasang
~46~ mata biru gelap. Anne tahu bahwa usia Paul sudah sepuluh tahun, tetapi
perawakannya tampak tidak lebih dari delapan tahun. Paul
memiliki wajah mungil paling tampan yang pernah dilihat
Anne " raut wajah yang halus dan indah dibingkai ikal
rambut merah tua kecokelatan. Mulut Paul benar-benar
menyenangkan, dengan bibir penuh kemerahan yang
tampak lembut dan melekuk di sudut-sudut kecil yang
manis. Ekspresi wajahnya tampak serius seperti sedang
bermeditasi, jiwanya bagaikan lebih tua daripada tubuhnya.
Namun, saat Anne tersenyum lembut kepadanya, semua
ekspresi itu menghilang dan berubah menjadi suatu
senyuman balasan yang tiba-tiba tersungging. Senyuman
yang menyinari keseluruhan sosoknya, bagaikan ada lampu
yang tiba-tiba menyalakan cahaya di dalam dirinya,
menyinari Paul dari puncak kepala hingga ujung kaki. Dan
yang mengesankan, semua itu terjadi dengan spontan dan
tulus, bukan karena usaha atau motif tertentu, sekelebatan
penampakan kepribadian tersembunyi, yang langka,
menyenangkan, dan manis. Dengan pertukaran senyum
sekilas itu, Anne dan Paul sudah menjadi teman untuk
selamanya, bahkan sebelum ada sepatah kata yang terucap
di antara mereka. Hari itu berlalu bagaikan mimpi. Anne tidak bisa
mengingat detailnya setelah itu. Rasanya nyaris seperti
bukan dirinya yang mengajar, tetapi orang lain. Dia
mendengar pelajaran-pelajaran, mengerjakan penjumlahan,
dan menyusun salinan soal seperti robot. Anak-anak
bersikap cukup baik; hanya dua kasus pelanggaran disiplin
~47~ yang terjadi. Morley Andrews dipergoki sedang adu balap
sepasang jangkrik di lorong. Anne menghukum Morley
dengan menyuruhnya berdiri di depan kelas selama satu jam
dan yang membuat Morley merasa lebih terluka menyita
jangkrik-jangkrik itu. Anne menyimpannya di dalam sebuah
kotak dan melepaskan mereka dalam perjalanan sepulang
sekolah di Permadani Violet. Namun, Morley percaya
bahwa Anne membawa mereka pulang dan memelihara
jangkrik-jangkrik itu untuk kesenangannya sendiri.
Pembuat onar lain adalah Anthony Pye, yang
menuangkan air botol pencuci batu tulisnya ke tengkuk
Aurelia Clay. Anne menahan Anthony saat jam istirahat
dan menasihatinya tentang bagaimana sikap yang
diharapkan dari seorang lelaki terhormat, dan
memberitahunya bahwa lelaki terhormat tak akan menuangkan air ke leher para gadis. Dia ingin semua murid
lelakinya menjadi lelaki terhormat, kata Anne. Nasihat
singkatnya cukup baik dan menyentuh; namun sayangnya,
Anthony sama sekali tidak tersentuh. Dia mendengarkan
kata-kata Anne sambil terdiam, dengan ekspresi muram
yang sama, lalu bersiul meremehkan saat keluar. Anne
mendesah; kemudian menghibur dirinya sendiri dengan
mengingat bahwa mendapatkan simpati dari seorang
anggota keluarga Pye bagai membangun Kota Roma, tidak
akan selesai hanya dalam satu hari. Butuh kesabaran dan
ketekunan. Sebenarnya, dia merasa ragu apakah memang
ada anggota keluarga Pye yang memiliki dorongan untuk
maju, tetapi Anne mengharapkan sikap yang lebih baik dari
~48~ Anthony. Karena anak itu sepertinya bisa menjadi anak
yang baik, bila mau menghilangkan sikap muramnya.
Saat sekolah dibubarkan dan anak-anak sudah pulang,
Anne menjatuhkan diri dengan lelah ke kursinya. Kepalanya
sakit, dan dia merasa sangat tidak percaya diri. Sebenarnya
tak ada alasan tertentu mengapa dia harus merasa tidak
percaya diri, karena tidak ada peristiwa sangat mengerikan
yang terjadi. Tetapi, Anne sangat lelah dan hampir yakin
bahwa dia tak akan bisa menyukai pekerjaan mengajar.
Dan betapa mengerikannya jika kita harus melakukan
sesuatu yang tidak kita sukai setiap hari, selama " yah,
katakanlah empat puluh tahun. Anne bimbang, apakah dia
harus menangis untuk melepaskan emosinya saat itu juga,
atau menunggu hingga dia aman berada di kamarnya yang
berdinding putih di rumah. Sebelum bisa memutuskan, tibatiba terdengar ada detak sepatu dan desir kain di beranda,
dan Anne menemukan dirinya berhadapan dengan seorang
perempuan yang membuatnya teringat akan kritikan Mr.
Harrison tentang gaya berpakaian perempuan yang
berlebihan di sebuah toko di Charlottetown. "Dia terlihat
seperti tabrakan antara fashion dan mimpi buruk."
Pendatang itu mengenakan pakaian indah dari kain
sutra musim panas berwarna biru pucat, menggelembung,
berenda, dan berimpel-rimpel di mana pun ada gelembung,
renda, dan rimpel bisa ditempatkan. Kepalanya tertutup
sebuah topi sifon putih berhiaskan tiga bulu merak yang
panjang agak usang. Sehelai tudung sifon merah muda
bertotol-totol hitam menggantung dari tepian topinya sampai
ke baju, dan terurai menjadi dua helai pita konyol di
belakang punggungnya. Perhiasan bergemerincing dan
~49~ berkelip-kelip di seluruh tubuh mungilnya, dan aroma
parfum yang sangat kuat menguar dari tubuhnya.
"Aku Mrs. Donnell " Mrs. H. B. Donnel," makhluk
itu memperkenalkan diri, "dan aku datang untuk berbicara
denganmu tentang sesuatu yang diceritakan oleh Clarice
Almira, saat pulang untuk makan siang hari ini. Hal itu
sangat mengusikku." "Maaf, apakah itu?" Anne tergagap, karena gagal
mengingat peristiwa apa pun pada pagi hari yang
berhubungan dengan anak-anak keluarga Donnell.
"Clarice Almira berkata kepadaku bahwa kau
mengucapkan nama keluarga kami dengan Donnell. Nah,
Miss Shirley, ucapan yang benar untuk nama kami adalah
Donnell " dengan penekanan pada suku kata terakhir.
Kuharap kau akan mengingatnya pada masa mendatang."
"Saya akan berusaha," Anne terkesiap, sekuat tenaga
menahan tawa. "Dari pengalaman, saya tahu bahwa sangat
tidak menyenangkan jika nama kita Dieja secara salah, dan
lebih buruk lagi jika salah diucapkan."
"Sudah pasti. Dan Clarice Almira juga memberitahuku,
kau memanggil anak lelakiku dengan nama Jacob."
"Tapi dia memberi tahu saya jika namanya adalah
Jacob," Anne memprotes.
"Aku sudah menduganya," kata Mrs. H. B. Donnell,
dengan nada suara yang menyatakan bahwa kejujuran pada
seorang anak tidak patut dipercaya dalam usia sedini itu.
"Anak itu memang memiliki selera yang murahan, Miss
Shirley. Saat dia lahir, aku ingin menamainya St. Clair "
kedengarannya sangat aristokrat, bukan begitu" Tapi,
ayahnya bersikeras bahwa dia harus dinamai Jacob, seperti
pamannya. Aku mengalah, karena Paman Jacob adalah
seorang bujangan tua yang kaya. Dan bisakah kau
bayangkan, Miss Shirley" Saat anak lelaki kami yang tidak
~50~ berdosa itu berusia lima tahun, Paman Jacob tua menikah.
Dan sekarang, dia memiliki tiga anak lelaki sendiri.
Pernahkah kau mendengar ketidaksopanan seperti itu" Saat
undangan pernikahannya karena dia berani-beraninya
mengirimi kami undangan, Miss Shirley tiba, aku berkata,
"Tidak akan ada lagi Jacob untukku, terima kasih." Sejak
hari itu, aku memanggil putraku St. Clair, dan aku bersikeras
agar dia selalu dipanggil St. Clair. Dengan keras kepala,
ayahnya terus memanggilnya Jacob, dan anak itu sendiri
memiliki ikatan yang sangat tidak bisa dimengerti dengan
nama vulgar itu. Tapi, dia adalah St. Clair, dan dia akan
selalu menjadi St. Clair. Kau akan mengingat ini, Miss
Shirley, bukan begitu" terima kasih. Aku berkata kepada
Clarice Almira bahwa aku yakin, ini hanya suatu
kesalahpahaman dan pembicaraan singkat akan
membereskan semua masalah. Donnell " penekanan pada
suku kata terakhir " dan St. Clair, tidak ada lagi Jacob.
Kau ingat" terima kasih."
Setelah Mrs. H. B. Donnell melompat-lompat pergi,
Anne mengunci pintu sekolah dan pulang. Di kaki bukit, dia
menemukan Paul Irving di dekat Jalan Birch. Anak itu
memberikan serumpun anggrek liar kecil yang cantik
kepada Anne, yang disebut anak-anak Avonlea sebagai "lily
beras". "Silakan, Bu Guru, aku menemukan ini di tanah
pertanian Mr. Wright," dia berkata dengan malu-malu, "dan


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku kembali untuk memberikannya kepadamu, karena
kupikir kau akan menyukainya, dan karena ?" Paul
membelalakkan mata besarnya yang indah " "aku
menyukaimu, Ibu Guru."
"Aduh, betapa baik hatinya dirimu, sayang," kata Anne,
menerima rumpun bunga itu. Seakan-akan kata-kata Paul
~51~ adalah mantra ajaib, perasaan tidak percaya diri dan
kelelahan menguap dari jiwa Anne, dan harapan
berkembang dalam hatinya bagaikan sebuah air mancur
yang menari-nari. Dia menyusuri Jalan Birch dengan
langkah-langkah ringan, ditemani oleh manisnya rumpun
bunga anggrek, yang terasa bagaikan suatu berkah.
"Nah, bagaimana hari pertamamu?" Marilla ingin tahu.
"Tanya aku sebulan lagi, dan aku akan bisa
memberitahumu. Saat ini, aku tidak bisa mengatakannya "
aku sendiri tidak tahu. Pikiran-pikiranku bagaikan tercampur
baur hingga kental dan berlumpur. Satu-satunya yang
benar-benar kuyakini berhasil hari ini adalah aku bisa
mengajari Cliffie Wright bahwa huruf A adalah A. Dia tidak
pernah mengetahui hal itu sebelumnya. Bukankah itu
sesuatu yang mungkin mengawali perjalanan sesosok jiwa
muda menuju karya-karya Shakespeare dan Surga yang
Hilang?" Kemudian, Mrs. Lynde datang memberikan lebih
banyak dukungan. Perempuan baik hati itu telah mencegat
anak-anak sekolah di gerbangnya dan bertanya kepada
mereka apakah mereka menyukai guru baru mereka.
"Dan semua orang berkata mereka sangat
menyukaimu, Anne, kecuali Anthony Pye. Aku harus
mengakui, dia memang tak suka kau. Dia bilang, kau "tidak
terlalu cakap, seperti guru-guru perempuan lainnya". Yah,
begitulah keluarga Pye. Tapi, tak perlu dikhawatirkan."
"Aku tidak akan mengkhawatirkannya," sahut Anne
pelan, "dan aku akan membuat Anthony Pye menyukaiku.
Kesabaran dan kebaikan hati pasti akan meluluhkan
hatinya." ~52~ "Yah, kita tidak akan pernah mengetahuinya dari
seorang Pye," kata Mrs. Rachel hati-hati. "Mereka selalu
bersikap berkebalikan, dan selalu menentang pendapat
orang lain. Dan si perempuan Donnell itu, dia tidak akan
mendengar panggilan Donnell dariku, kau bisa pastikan itu.
Namanya adalah Donnell, dan akan selalu begitu.
Perempuan itu gila, begitulah. Dia memiliki seekor anjing
yang dia namai Queenie, dan anjing itu makan di meja
bersama keluarganya, dari piring keramik lagi. Kalau aku
jadi dia, aku pasti akan takut dosa dan teguran dari Tuhan.
Thomas berkata, Mr. Donnell sendiri adalah seorang lelaki
pekerja keras dan tak macam-macam, tapi dia kurang
berpikir saat memilih seorang istri, begitulah."
~53~ Macam-Macam Jenis Manusia "Oh, ini seperti satu hari yang jatuh dari surga ya,
Diana?" " Anne mendesah bahagia. "Udaranya diliputi
keajaiban surgawi. Lihat warna ungu di puncak lembah
yang sedang panen itu, Diana. Dan oh, coba cium aroma
kayu cemara yang mati! Aroma yang datang dari ceruk
kecil yang terang itu, tempat Mr. Eben Wright menebang
pohon cemara untuk tiang-tiang pagar. Sungguh anugerah
tak terhingga bisa hidup pada hari seindah ini; tapi mencium
aroma cemara seperti mencium bau surga. Dua pertiga
bagian kalimat itu berasal dari puisi Wordsworth, dan
sepertiganya lagi dari Anne Shirley. Tampaknya tidak
mungkin ada cemara yang mati di surga, bukan" Tapi entah
mengapa, tanpa aroma cemara mati di hutan-hutannya,
surga terasa tak akan sempurna. Mungkin di surga nanti
kita bisa mencium aroma segar ini tanpa harus ada cemara
yang mati. Ya, kupikir akan seperti itu. Aroma yang nikmat
ini pastinya adalah jiwa-jiwa cemara " dan tentu saja, di
surga hanya akan ada jiwa-jiwa semata."
"Pepohonan tidak memiliki jiwa," bantah Diana yang
praktis, "tapi aroma cemara mati memang benar-benar
harum. Aku akan membuat sebuah bantal dan mengisinya
dengan daun-daun cemara. Sebaiknya kau membuatnya
~54~ juga, Anne." "Ini memang hari yang indah, tapi kita tidak memiliki
apa-apa selain tugas yang juga indah di hadapan kita,"
desah Diana. "Mengapa kau menawarkan diri untuk
meminta sumbangan dari para penduduk di jalan ini, Anne"
Nyaris semua orang bertemperamen sulit di Avonlea tinggal
di sepanjang jalan ini, dan kita mungkin diperlakukan
bagaikan kita memohon demi kepentingan kita sendiri. Ini
adalah jalan yang terburuk dari semua jalan."
"Ya, kupikir aku akan membuatnya " dan
menggunakannya untuk tidur siang. Aku yakin akan
bermimpi menjadi seorang dryad ruh perempuan yang
hidup di dalam pepohonan atau peri hutan. Tapi, dalam
menit ini, aku benar-benar bertekad untuk menjadi Anne
Shirley, guru sekolah Avonlea, mengendarai kereta di
sebuah jalan indah, pada suatu hari yang manis dan
bersahabat." "Ini memang hari yang indah, tapi tugas yang harus kita
jalankan nanti tidaklah indah," keluh Diana. "Kenapa sih,
kau malah memilih untuk meminta sumbangan di jalan ini,
Anne" Hampir semua orang aneh dan pelit di Avonlea
tinggal di jalan ini, dan kita mungkin akan diperlakukan
seperti pengemis. Ini adalah jalan yang paling buruk."
"Karena itulah aku memilih jalan ini. Tentu saja, Gilbert
dan Fred pasti mau menangani jalan ini jika kita
memintanya. Tapi, Diana, aku merasa bertanggung jawab
atas Kelompok Pengembangan Desa Avonlea, karena
akulah yang pertama kali mengusulkannya. Dan tentu saja
aku yang harus melakukan hal-hal yang paling tidak
menyenangkan. Maaf aku melibatkanmu, tapi kau tidak
~55~ perlu mengatakan sepatah kata pun pada orang-orang yang
bertemperamen sulit itu. Aku yang akan berbicara " Mrs.
Lynde pasti mengatakan aku akan mampu. Mrs. Lynde
tidak tahu, apakah dia harus mendukung perkumpulan kita
atau tidak. Dia cenderung mendukungnya, saat dia ingat
Mr. dan Mrs. Allan juga mendukungnya; tapi, fakta bahwa
kelompok pengembangan desa untuk pertama kalinya
didirikan di Amerika Serikat membuat Mrs. Lynde
menentangnya. Jadi, dia bimbang antara dua pilihan itu dan
hanya keberhasilanlah yang akan memenangkan kita di
mata Mrs. Lynde. "Priscilla akan menulis sebuah makalah untuk
pertemuan Kelompok Pengembangan kita yang berikutnya,
dan kuharap isinya bagus, karena bibinya adalah seorang
penulis yang cerdas, dan tidak diragukan lagi, bakat itu
menurun dalam keluarga mereka. Aku tidak akan pernah
melupakan getaran yang kurasakan saat mengetahui bahwa
Mrs. Charlotte E. Morgan adalah bibi Priscilla. Rasanya
sangat mengagumkan, aku berteman dengan seorang gadis
yang bibinya menulis Hari-Hari di Edgewood dan Taman
Kuncup Mawar." "Di mana Mrs. Morgan tinggal?"
"Di Toronto. Dan Priscilla berkata, Mrs. Morgan akan
berkunjung ke pulau ini musim panas mendatang, dan jika
mungkin, Priscilla akan mengusahakan agar kita bisa
bertemu dengannya. Itu juga tampaknya terlalu indah untuk
menjadi kenyataan tapi itu sesuatu yang menyenangkan
untuk dibayangkan saat kita berbaring di tempat tidur."
Kelompok Pengembangan Desa Avonlea sudah berdiri
secara resmi. Gilbert Blythe adalah ketuanya, Fred Wright
~56~ wakil ketua, Anne Shirley sekretaris, dan Diana Barry
adalah bendahara. Para "Pengembang", begitulah mereka
dijuluki, mengadakan pertemuan dua minggu sekali di rumah
salah seorang anggotanya. Harus diakui, mereka tidak bisa
berharap untuk melakukan banyak pengembangan pada
akhir musim seperti ini; tetapi mereka bermaksud untuk
merencanakan kampanye musim panas mendatang,
mengumpulkan dan mendiskusikan ide-ide, menulis dan
membaca makalah-makalah, dan, seperti yang Anne
katakan, mengedukasi sentimen publik secara umum.
Tentu saja, ada beberapa tentangan, dan yang lebih
menyinggung para Pengembang itu banyak sekali orang
yang mengolok-olok mereka. Mr. Elisha Wright dilaporkan
telah berkata bahwa nama yang lebih cocok untuk
organisasi itu adalah Klub Kontak Jodoh. Mrs. Mirian
Sloane menyatakan bahwa para Pengembang bermaksud
membajak seluruh sisi jalan dan menanaminya dengan
geranium. Mr. Levi Boulter memperingatkan tetanggatetangganya bahwa para Pengembang mendesak agar
semua orang merobohkan rumah mereka dan
membangunnya kembali, apabila rencana-rencana mereka
disetujui. Mr. James Spencer mengirimkan pesan bahwa dia
berharap kemurahan hati para Pengembang untuk
meratakan bukit gereja. Eben Wright berkata kepada Anne
bahwa dia berharap para Pengembang bisa membujuk
Josiah Sloane tua untuk mencukur janggutnya secara
teratur. Mr. Lawrence Bell berkata, dia akan melabur
lumbung-lumbungnya dengan kapur putih untuk membuat
mereka senang, tetapi dia Tidak akan menggantung tirai
berenda di jendela-jendela kandang sapinya. Mr. Major
Spencer bertanya kepada Clifton Sloane, seorang
Pengembang yang mengantarkan susu ke pabrik keju
~57~ Carmody, apakah benar semua orang harus mengecat kios
susunya dan memasang taplak meja berbordir pada musim
panas depan. Tak peduli pada semua prasangka itu atau justru
termotivasi oleh semua prasangka itu Kelompok ini bekerja
keras melakukan satu-satunya pengembangan yang bisa
mereka lakukan pada musim gugur ini. Pada pertemuan
kedua, di ruang tamu Keluarga Barry, Oliver Sloane
mengusulkan agar mereka mulai mengumpulkan sumbangan
dari masyarakat untuk mengganti atap aula pertemuan dan
mengecatnya; Julia Bell mendukungnya, meski merasa
kurang nyaman karena menurutnya sikap itu kurang
feminin. Gilbert meminta pendapat yang lain. Ternyata
semua sepakat, dan Anne mencatat keputusan itu di
bukunya. Hal berikutnya adalah membentuk suatu komite
perwakilan untuk mengumpulkan sumbangan, dan Gertie
Pye, yang bertekad untuk tidak membiarkan Julia Bell
mendapatkan seluruh pujian, dengan berani mengusulkan
agar Miss Jane Andrews menjadi ketua komite tersebut.
Usul ini langsung mendapatkan dukungan dan disetujui
dengan suara bulat. Jane membalas kebaikan hati itu
dengan mengajak Gertie bergabung dalam komite tersebut,
bersama Gilbert, Anne, Diana, dan Fred Wright. Komite itu
memilih rute masing-masing dalam suatu pertemuan pribadi.
Anne dan Diana akan menyusuri Jalan Newbridge, Gilbert
dan Fred ke Jalan White Sands, serta Jane dan Gertie Pye
ke Jalan Carmody. "Karena," Gilbert menerangkan kepada Anne, saat
mereka berjalan pulang bersama-sama melewati Hutan
Berhantu, "seluruh anggota Keluarga Pye tinggal di jalan
Carmody dan mereka tidak akan memberi kita satu sen pun
kecuali salah seorang dari mereka sendiri yang meminta
sumbangan dari mereka."
~58~ Sabtu berikutnya, Anne dan Diana memulai tugas
mereka. Mereka berkereta sampai ke ujung jalan, dan
mengunjungi rumah satu per satu searah perjalanan pulang.
Rumah pertama yang mereka kunjungi adalah tempat
tinggal "gadis-gadis Keluarga Andrews".
"Jika Catherine sendirian, kita bisa mendapatkan
sesuatu," kata Diana, "tapi, jika Eliza yang ada, kita tidak
akan mendapatkan apa-apa."
Eliza ada di sana menyambut mereka dan tampak lebih
muram daripada biasanya. Miss Eliza adalah seseorang
yang memberikan kesan bahwa kehidupan selalu bersimbah
air mata, dan senyum apalagi tawa hanyalah akan menyianyiakan energi kehidupan. Gadis-gadis Keluarga Andrews
sudah menjadi "gadis" selama lima puluh tahun lebih, dan
tampaknya mereka akan terus melajang selama
pengembaraan mereka di dunia ini. Catherine, menurut
berita, tidak sepenuhnya kehilangan harapan. Namun, Eliza
yang terlahir sebagai seorang yang pesimistis, tidak pernah
memiliki harapan. Mereka tinggal di sebuah rumah cokelat
mungil di sudut cerah, pinggir hutan pohon beech milik Mark
Andrews. Eliza adalah jenis orang yang pada musim panas
selalu mengeluh bahwa udara terasa sangat panas, tetapi
Catherine adalah jenis orang yang berkata dengan ceria
bahwa musim dingin terasa indah dan hangat.
Eliza sedang menjahit kerajinan kain perca, bukan
karena dibutuhkan, melainkan hanya sebagai protes
terhadap Catherine yang sedang merajut renda indah. Eliza
mendengarkan dengan kening berkerut, sementara
Catherine tersenyum, saat kedua gadis itu menjelaskan
tujuan mereka. Namun, setiap kali tatapan Catherine
bersirobok dengan Eliza, dia langsung terlihat bersalah dan
berusaha menyembunyikan senyumnya; meski beberapa
~59~ saat kemudian, senyum itu kembali lagi.
"Jika aku memiliki uang untuk disia-siakan," kata Eliza
muram, "aku akan membakar semuanya hanya untuk
bersenang-senang; tapi, aku tidak akan memberikannya
untuk aula, tidak sesen pun. Tidak ada keuntungan yang
bisa didapatkan dari bangunan itu " hanya sebuah tempat
bagi anak-anak muda untuk bertemu dan beromong kosong,
saat mereka sebaiknya berada di rumah, di tempat tidur
masing-masing." "Oh, Eliza, anak-anak muda pasti gemar bersenangsenang sedikit," Catherine memprotes.
"Aku tidak melihat pentingnya hal itu. KIta tidak
pernah mengunjungi aula pertemuan dan tempat-tempat
seperti itu saat kita masih muda, Catherine Andrews. Dunia


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini semakin hari semakin buruk."
"Kupikir, dunia semakin baik," bantah Catherine dengan
tegas. "KAU pikir!" hina Miss Eliza. "Pikiranmu tidak penting,
Catherine Andrews. Fakta adalah fakta."
"Yah, aku selalu senang melihat sisi baiknya, Eliza."
"Tidak ada sisi baiknya."
"Oh, sebetulnya ada," pekik Anne, yang tidak dapat
menahan pendapat untuk dirinya sendiri. "Sebenarnya, ada
begitu banyak sisi baik, Miss Andrews. Dunia ini benarbenar tempat yang indah."
"Kau tidak akan memiliki penilaian tinggi seperti itu jika
kau sudah hidup selama diriku," tukas Miss Eliza masam,
"dan kau tidak akan begitu antusias untuk
mengembangkannya juga. Bagaimana kabar ibumu, Diana"
Sepertinya dia terlihat semakin kacau akhir-akhir ini. Dia
benar-benar tampak kelelahan. Dan berapa lama lagi
~60~ Marilla akan buta sepenuhnya, Anne?"
"Menurut dokter, matanya tidak akan semakin
memburuk jika dia sangat berhati-hati," gumam Anne.
Eliza menggelengkan kepala.
"Para dokter selalu berbicara seperti itu, agar orangorang tetap optimistis. Jika aku jadi Marilla, aku tidak akan
terlalu banyak berharap. Yang terbaik adalah bersiap-siap
menghadapi kemungkinan terburuk."
"Tapi, bukankah kita bisa bersiap-siap menghadapi
kemungkinan terbaik juga?" Anne memohon. "Kemungkinan terbaik bisa saja terjadi, seperti halnya
kemungkinan terburuk."
"Dalam pengalamanku tidak, dan aku sudah berusia
lima puluh tujuh tahun, dibandingkan dengan usiamu yang
baru enam belas tahun," tukas Eliza. "Kalian sudah mau
pergi, ya" Yah, kuharap perkumpulan kalian yang baru
mampu mencegah Avonlea semakin memburuk, tapi aku
tidak terlalu banyak berharap."
Anne dan Diana berpamitan dengan lega, kemudian
berlalu secepat kuda mereka bisa menderap. Saat mereka
menyusuri belokan di bawah hutan beech, sesosok
perempuan montok tampak berlari menyeberangi padang
penggembalaan Mr. Andrews, melambai-lambai penuh
semangat. Itu adalah Catherine Andrews yang terengahengah dan sulit bicara, tetapi dia menyelipkan dua keping
koin dua puluh lima sen ke tangan Anne.
"Ini kontribusiku untuk mengecat aula pertemuan,"
engahnya. "Aku ingin memberi kalian satu dolar, tapi aku
tidak berani mengambil lebih banyak dari uang penjualan
telurku, karena Eliza akan tahu. Aku benar-benar tertarik
dengan perkumpulan kalian, dan aku yakin kalian akan
~61~ melakukan banyak perubahan baik. Aku adalah seorang
optimis. Aku Harus menjadi seseorang yang optimis bila
tinggal bersama Eliza. Aku harus buru-buru kembali
sebelum dia mencari-cariku " dia pikir aku sedang
memberi makan ayam. Kuharap kalian berhasil
mengumpulkan sumbangan, dan jangan berkecil hati
mendengar kata-kata Eliza. Dunia ini Memang semakin
baik " sudah pasti."
Rumah berikutnya adalah kediaman Daniel Blair.
"Nah, kalau ini bergantung apakah istrinya ada di
rumah atau tidak," kata Diana, saat mereka melaju di jalan
kecil tak rata. "Jika istrinya ada, kita tak akan mendapatkan
satu sen pun. Semua orang berkata Dan Blair tidak berani
memangkas rambut tanpa meminta izin istrinya; dan sudah
pasti, istrinya orang yang sangat irit, kalau tak bisa dibilang
kikir. Mrs. Blair berkata, keadilan lebih penting daripada
kedermawanan. Tapi, Mrs. Lynde berkata, terlalu irit dan
dermawan tak akan pernah menjadi sifatnya."
Anne menceritakan pengalaman mereka di kediaman
Keluarga Blair kepada Marilla malam itu.
"Kami menambatkan kuda, kemudian mengetuk pintu
dapur. Tidak ada yang menyambut, tapi pintu terbuka, dan
kami mendengar seseorang di dapur berteriak-teriak. Kami
tidak bisa mendengar ucapannya, tapi Diana berkata, dari
nadanya itu adalah suara umpatan. Aku tak percaya Mr.
Blair menyumpah-nyumpah, karena dia selalu begitu
pendiam dan lemah lembut; tapi sepertinya dia benar-benar
baru saja mengalami peristiwa yang sangat mengesalkan
hatinya, Marilla. Karena, saat lelaki malang itu muncul di
pintu, dengan wajah semerah bit, keringat mengucur, dia
mengenakan salah satu celemek kain genggang besar milik
istrinya. "Aku tidak dapat melepaskan benda sialan ini,"
katanya, "karena talinya terikat dengan simpul mati dan aku
~62~ tidak bisa melepaskannya. Jadi, kalian harus memaklumi
keadaanku, Nona-Nona."
Kami memohon kepadanya agar tidak perlu
mengkhawatirkan hal itu, lalu masuk dan duduk. Mr. Blair
juga duduk; dia memutar celemek ke punggungnya lalu
menggulungnya, tapi dia tampak sangat malu dan khawatir
sehingga aku merasa iba kepadanya. Diana juga berkata dia
khawatir kami berkunjung pada waktu yang sangat tidak
tepat. "Oh, tidak sama sekali," kata Mr. Blair, berusaha
tersenyum kau tahu, dia selalu sangat sopan "Aku sedikit
sibuk " bersiap-siap untuk memanggang kue. Istriku
mendapatkan telegram hari ini bahwa saudara
perempuannya dari Montreal akan datang nanti malam, dan
dia sedang pergi ke stasiun untuk menjemputnya. Dia
meninggalkan pesan untukku agar membuatkan kue untuk
minum teh. Dia menuliskan resepnya dan memberi tahu apa
yang harus kulakukan, tapi aku sudah melupakan setengah
petunjuknya. Dan di situ tercantum, "rasa bergantung
selera". Apa artinya itu" Bisakah kalian memberi tahu"
Dan bagaimana jika seleraku tidak sama dengan selera
orang lain" Apakah sesendok makan vanilla cukup untuk
sebuah cake lapis yang kecil?"
"Aku semakin lebih iba terhadap lelaki malang itu.
Tampaknya, dia sama sekali tidak berada dalam kondisi
layak seperti biasa. Aku pernah mendengar cerita tentang
suami-suami yang lemah, dan sekarang kupikir aku
berhadapan dengan salah satunya. Di bibirku sudah akan
terucap, "Mr. Blair, jika Anda memberi kami sumbangan
untuk aula, aku akan membereskan urusan kue itu untuk
Anda." Tapi, tiba-tiba aku berpikir, sungguh tidak sopan
tawar-menawar dengan orang yang sedang kesusahan.
~63~ Jadi, aku menawarkan diri untuk membuatkan adonan kue
baginya, tanpa syarat sama sekali. Dia terlonjak gembira
mendengar tawaranku. Dia berkata, dia terbiasa membuat
roti sendiri sebelum menikah, tapi dia sepertinya tidak akan
mampu membuat kue dan dia benci jika harus
mengecewakan istrinya. "Dia mengambilkan sebuah celemek lagi untukku.
Diana mengocok telur, dan aku mengaduk adonannya. Mr.
Blair berlari-lari dan mengambilkan kami bahan-bahannya.
Dia telah melupakan celemeknya, dan saat dia berlari,
celemek itu melambai-lambai di belakangnya. Diana
berkata, dia nyaris mati karena geli melihatnya. Mr. Blair
bilang dia bisa memanggang kue dengan baik dia sudah
terbiasa melakukannya kemudian, dia menanyakan maksud
kami, dan menyumbangkan empat dolar. Jadi, kau lihat
bagaimana kami mendapatkan balasan. Meskipun dia tidak
memberi kami sesen pun, aku selalu merasa bahwa kami
telah melakukan kebaikan dengan menolong lelaki malang
itu." Rumah Theodore White adalah tempat perhentian
berikutnya. Baik Anne maupun Diana belum pernah ke
sana sebelumnya, dan mereka hanya pernah berkenalan
sekilas dengan Mrs. Theodore, yang tidak biasa bersikap
ramah. Apakah mereka harus mengetuk pintu belakang
atau pintu depan" Sementara mereka berdiskusi sambil
berbisik, Mrs. Theodore muncul di pintu depan dengan
setumpuk koran. Dengan perlahan, dia menata lembarlembar koran itu di lantai beranda dan anak tangganya,
kemudian di sepanjang jalan setapak hingga tepat ke kaki
para tamunya yang terpana.
"Tolong, maukah kalian menggosok kaki kalian dengan
hati-hati di rumput, kemudian berjalan di atas koran-koran
~64~ ini?" tanyanya cemas. "Aku baru saja menyapu seluruh
rumah dan aku tidak mau ada kotoran yang masuk. Jalan
setapak ini benar-benar berlumpur sejak hujan kemarin."
"Jangan berani-berani tertawa," Anne berbisik
memperingatkan Diana, saat mereka melangkah di
sepanjang barisan koran itu. "Dan aku memohon kepadamu, Diana, jangan tatap aku, tak peduli apa pun yang
dia katakan. Karena jika kau menatapku, aku tidak akan
mampu menahan wajahku agar tetap serius."
Lembar-lembar koran itu terhampar hingga
menyeberangi ruang depan menuju sebuah ruang tamu yang
sangat rapi dan tak bernoda. Mrs. White mendengarkan
mereka dengan sopan, hanya menyela dua kali, sekali untuk
mengejar seekor lalat yang kurang ajar, dan sekali lagi
untuk memungut sehelai kecil rumput yang jatuh ke karpet
dari gaun Anne. Anne merasa sangat bersalah; namun Mrs.
White berkata dia akan menyumbangkan dua dolar dan
langsung memberikannya " "untuk mencegah kita kembali
ke sana lagi, kurasa," kata Diana saat mereka pergi. Mrs.
White mengumpulkan kertas-kertas koran itu sebelum
mereka melepaskan tambatan kuda poni, dan saat keluar
dari pekarangan, mereka melihat wanita itu sibuk
mengayunkan sapu di ruang depan.
"Aku selalu mendengar jika Mrs. Theodore White
adalah perempuan paling rapi sedunia, dan aku percaya
setelah peristiwa tadi," kata Diana, melepaskan tawa
setelah mereka jauh dari rumah White.
"Untung dia tidak memiliki anak," kata Anne serius.
"Pasti akan sangat mengerikan, tak terbayangkan
~65~ penderitaan bagi anak-anaknya jika dia memilikinya."
Di rumah Keluarga Spencer, Mrs. Isabella Spencer
membuat mereka sedih karena mengatakan sesuatu yang
menyebalkan tentang semua orang di Avonlea. Mr. Thomas
Boulter menolak untuk memberikan apa-apa, karena aula
pertemuan itu, saat dibangun dua puluh tahun yang lalu,
tidak didirikan di tempat yang dia rekomendasikan. Mrs.
Esther Bell, yang tampak sangat sehat, menghabiskan
waktu setengah jam untuk menceritakan seluruh pegal dan
sakitnya secara mendetail, dan dengan sedih memberikan
lima puluh sen karena dia tidak akan ada lagi tahun depan
" tidak, dia sudah akan dikubur.
Namun, penerimaan terburuk yang mereka alami
adalah di rumah Simon Fletcher. Saat kereta mereka
memasuki pekarangan, mereka melihat dua wajah
mengintip dari jendela beranda. Tetapi, meski mereka
mengetuk pintu serta menunggu dengan sabar dan penuh
keteguhan, tidak ada yang membuka pintu. Dua gadis itu
pergi dari rumah Simon Fletcher dengan kesal. Bahkan
Anne mengakui bahwa keteguhannya mulai goyah. Namun,
keadaan berbalik setelah itu. Kediaman beberapa Keluarga
Sloane menjadi tujuan berikutnya, dan mereka memberikan
sumbangan cukup banyak. Setelahnya hingga akhir,
perjalanan mereka berjalan lancar, hanya ada beberapa
halangan. Rumah yang terakhir mereka kunjungi adalah
milik Robert Dickson, di dekat jembatan danau kecil.
Mereka singgah beberapa saat untuk minum teh di sana,
meskipun mereka hampir tiba di rumah, karena tak ingin
menyinggung Mrs. Dickson, yang memiliki reputasi sebagai
Kursi Perak 3 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Memanah Burung Rajawali 14
^