Pencarian

Assasins Credd 8

Assasins Credd Karya Oliver Bowden Bagian 8


Dan sekarang kita di sini lagi, kembali terperosok ke dalam
Zaman Kegelapan." Kemudian seorang wanita mengatakan sesuatu yang
membuat Ezio memasang telinganya. "Kadang-kadang aku
berharap sang Assassin akan kembali ke Florence, sehingga
kita bisa bebas dari tirani ini."
525 "Di dalam mimpimu!" jawab temannya. "Sang Assassin
cuma mitos! Itu cuma hantu yang diceritakan oleh orang
tua kepada anak-anak mereka."
"Kau salah" ayahku melihat dia di San Gimignano,"
wanita pertama tadi mendesah. "Tapi itu sudah bertahun"tahun yang lalu."
"Ya, ya" se lo tu dici."
Ezio menunggang melewati mereka. Jantungnya terasa
berat. Tapi semangatnya bangkit ketika dia melihat sebuah
sosok familiar berjalan sepanjang jalan untuk bertemu
dengannya. "Salute, Ezio," kata Machiavelli. Wajah serius-lucunya
sudah bertambah tua, tapi lebih menarik karena ada
kerut-kerut umur. "Salute, Niccol"."
"Kau mengambil waktu yang tepat untuk pulang ke
rumah." "Kau tahu aku. Di mana ada penyakit, aku berusaha
menyembuhkannya." "Kami benar-benar bisa menggunakan bantuanmu
sekarang," Machiavelli mendesah. "Tidak diragukan lagi,
Savonarola tidak bisa sampai ke sini tanpa fungsi artefak
yang kuat itu." Dia mengangkat sebelah tangannya. "Aku
tahu semua yang telah terjadi kepadamu sejak terakhir kali
kita bertemu. Caterina mengirim seorang kurir dari Forl" dua
tahun yang lalu, dan satu lagi baru tiba bersama sebuah
surat dari Piero di Venesia."
526 "Aku di sini untuk mengambil Apel, yang sudah lepas
dari tangan kita untuk waktu lama."
"Aku rasa dalam satu arti, kita harus berterima kasih
kepada Girolamo yang mengerikan," kata Machiavelli.
"Setidaknya dia menjauhkan Apel dari tangan Paus yang
baru." "Sudahkah dia mencoba sesuatu?"
"Dia terus berusaha. Ada kabar burung bahwa sang
Alexander berusaha mengucilkan orang Dominika kita
tersayang. Tapi itu tidak akan mengubah banyak hal di
sini." Ezio berkata, "Kita harus berusaha mengambilnya
kembali tanpa ditunda lagi."
"Apelnya" Tentu saja" meskipun ini akan lebih rumit
daripada yang kau kira."
"Hah! Kapan itu?" Ezio menatapnya. "Kenapa kau
tidak memberitahuku semuanya?"
"Ayo, mari kita kembali ke kota. Aku akan memberi
tahu semua yang aku tahu. Cuma ada sedikit yang bisa
diceritakan. Dalam kegilaannya, Raja Charles VIII dari Prancis
akhirnya berhasil menundukkan Florence. Piero melarikan
diri. Charles lapar atas daerah kekuasaan seperti biasanya.
Aku tidak mengerti mengapa mereka menyebutnya "yang
Ramah". Raja itu mengirim pasukan ke Naple, dan Savonarola,
si Itik Buruk Rupa, mendadak melihat kesempatannya dan
mengisi kekosongan kekuatan. Dia seperti diktator di mana
saja, baik kecil maupun besar. Tidak punya rasa humor
sama sekali, dan dengan sangat yakin menganggap dirinya
527 sangat penting secara berlebihan. "Pada suatu hari, aku
akan menulis sebuah buku tentang ini."
"Dan Apel adalah cara bagi dia untuk mencapai
tujuannya?" Machiavelli membentangkan tangannya. "Hanya sebagian.
Aku tidak suka mengatakannya, tapi banyak orang yang
tunduk akan kharismanya. Bukan hanya kota yang dia
perbudak tapi juga para pemimpinnya, orang-orang yang
haus kekuasaan dan kekuatan. Tentu saja beberapa Signoria
melawannya pada awalnya, tapi sekarang?" Machiavelli
tampak cemas. "Sekarang mereka semua berada di dalam
kantongnya. Orang yang dulu mereka caci maki mendadak
menjadi orang yang dipuja-puja. Kalau ada rakyat yang
tidak setuju, mereka dipaksa untuk pergi. Ini masih terjadi,
seperti yang telah kau lihat hari ini. Dan sekarang dewan
kota Florence menindas penduduk kota dan memastikan
bahwa keinginan Rahib gila itu dilaksanakan."
"Tapi bagaimana dengan rakyat biasa yang baik"
Apakah mereka benar-benar bersikap seakan-akan mereka
tidak punya pendapat apa-apa?"
Machiavelli tersenyum sedih. "Kau tahu jawabannya seperti
aku tahu, Ezio. Jarang ada orang yang mau melawan kekuatan
yang sedang berkuasa. Maka" bergantung kepada kitalah,
untuk membantu mereka mencari jalan keluarnya."
Sekarang kedua Assassin itu telah mencapai gerbang kota.
Penjaga bersenjata kota itu, seperti semua polisi, melayani
keperluan negara kota tanpa acuan kepada norma susila,
memeriksa surat-surat mereka dan memberi isyarat untuk
528 masuk, meskipun Ezio sempat menyadari ada segerombolan
penjaga lain yang sibuk menumpuk-numpuk beberapa mayat
berseragam lain yang mengenakan lambang Borgia. Ezio
menunjukkan hal ini kepada Niccol".
"Oh ya," kata Machiavelli. "Seperti yang tadi aku
katakan, teman kita Rodrigo" aku tidak akan pernah
terbiasa memanggil bajingan itu Alexander" terus ber"usaha. Dia mengirim prajurit-prajuritnya ke Florence, lalu
Florence mengirim mereka kembali, biasanya dalam keadaan
terpotong-potong." "Jadi dia tahu Apel ada di sini?"
"Tentu saja dia tahu! Dan aku harus mengakui, ini
ketidakberuntungan yang rumit."
"Dan di mana Savonarola?"
"Dia mengendalikan kota dari Convento di San Marco.
Hampir tidak pernah meninggalkannya. Puji Tuhan Fra"
Angelico tidak masih hidup untuk melihat hari Saudara
Girolamo pindah ke situ!"
Mereka turun dari kuda, mengandangi kuda-kuda
mereka, lalu Machiavelli mengurus penginapan untuk
Ezio. Rumah hiburan lama Paola ditutup, bersama semua
lainnya, Machiavelli menjelaskan. Seks dan judi, tarian dan
pentas drama, semuanya berada di dalam daftar larangan
Savonarola. Pembunuhan beralasan dan penindasan"di sisi
lain"tidak apa-apa. Setelah Ezio menetap, Machiavelli mengantarnya berjalan
ke arah kompleks keagamaan Saint Mark yang besar. Mata
Ezio berkeliaran menilai-nilai gedung-gedung itu. "Serangan
529 langsung menyerang Savonarola akan berbahaya," dia
memutuskan. "Terutama karena dia memegang Apel."
"Benar," Machiavelli setuju. "Tapi ada pilihan lain
apa?" "Selain para pemimpin kota di sini, siapa yang tidak
diragukan punya minat yang terkungkung, apakah kau
yakin bahwa pikiran orang-orang pada dasarnya milik
mereka sendiri?" "Seorang optimis mungkin cenderung bertaruh untuk
hal itu," kata Machiavelli.
"Intinya adalah mereka mengikuti Rahib bukan
atas pilihan sendiri, tapi akibat kekuatan paksaan dan
ketakutan?" "Tidak ada orang kecuali seorang Dominika dan para
politikus yang akan memperdebatkan hal itu."
"Kalau begitu, aku mengusulkan kita menggunakan ini
sebagai keuntungan kita. Kalau kita bisa membungkam para
letnan dan menghasut ketidakpuasan mereka, Savonarola
bisa terganggu, dan kita akan punya kesempatan untuk
menyerang." Machiavelli tersenyum. "Itu pintar. Pasti ada sebuah
kata sifat untuk menguraikan orang sepertimu. Aku akan
berbicara dengan La Volpe dan Paola" ya, mereka masih di
sini, meskipun mereka harus pergi ke bawah tanah. Mereka
bisa membantu kita mengatur sebuah pemberontakan ketika
kau membebaskan distrik-distrik."
"Sudah beres, berarti." Tapi Ezio cemas, dan Machia"velli dapat melihatnya. Dia membimbing Ezio ke beranda
530 kosong sebuah gereja kecil di dekat situ, dan menyuruhnya
duduk. "Ada apa, Kawan?" tanyanya.
"Dua hal, tapi pribadi."
"Beri tahu aku."
"Palazzo keluarga lamaku" apa jadinya rumah itu"
Aku hampir tidak berani melihat."
Sebuah bayangan melintasi wajah Machiavelli. "Ezio
sayangku, tabahlah. Palazzomu masih berdiri, tapi kekuatan
Lorenzo untuk melindunginya hanya berlangsung selama
kekuatannya ada. Piero berusaha mengikuti contoh ayahnya,
tapi setelah dia ditendang keluar oleh Prancis, Palazzo
Auditore diperlukan dan digunakan sebagai tempat tinggal
serdadu Swiss milik Charles. Setelah mereka pindah ke
selatan, orang-orangnya Savonarola mengosongkan rumah
itu dari semuanya yang tersisa, dan menutupnya selamanya.
Kuatlah. Suatu hari nanti kau akan memulihkannya."
"Dan Annetta?" "Ia kabur, puji Tuhan, dan bergabung dengan ibumu
di Monteiggioni." "Setidaknya itu kabar baik."
Setelah hening, Machiavelli bertanya, "Dan apa yang
kedua?" Ezio berbisik, "Cristina?"
"Kau memintaku memberitahumu hal yang sulit, amico
mio." Machiavelli mengernyitkan dahi. "Tapi kau harus
tahu kebenarannya." Dia berhenti. "Manfredo tidak mau
pergi, sebagaimana banyak teman-teman mereka pergi
531 setelah penyakit kembar Prancis dan Savonarola itu datang.
Manfredo yakin bahwa Piero akan mengatur serangan balasan
dan mendapatkan kota ini kembali. Tapi ada malam yang
mengerikan, segera setelah Rahib itu berkuasa, ketika semua
yang tidak secara sukarela memberikan harta mereka kepada
api unggun kesombongan yang diatur oleh Rahib itu untuk
membakar dan menghancurkan semua barang mewah dan
duniawi, rumah mereka digeledah dan dibakar."
Ezio mendengarkan, berusaha tetap tenang, meskipun
jantungnya seakan-akan mau pecah.
"Para pengikut fanatik Savonarola," Machiavelli me"lanjutkan, "memaksa masuk ke dalam Palazzo d"Arzenta.
Manfredo berusaha melindungi diri, tapi ada terlalu banyak
melawannya dan orang-orangnya sendiri" Dan Cristina tidak
mau meninggalkan dia." Machiavelli berhenti lama, berusaha
menahan tangisnya sendiri. "Dalam kegilaan mereka, para
maniak agama itu menghabisi Cristina juga."
Ezio memandangi dinding putih di depannya. Setiap
detail terakhir, setiap retakan, bahkan semut-semut yang
melintasinya, semuanya menjadi buram.
532 Betapa setiap asa kita tertanam sia-sia,
Betapa rusaknya rencana yang kita
rancang sangat adil dan baik,
Betapa berkuasanya kebodohan
di seluruh dunia, Kematian, yang menjadi kekasih
kita semua, dapat berucap,
Di dalam nyanyian dan tarian dan perkelahi"an beberapa melewati hari-hari mereka,
Beberapa menazarkan bakat mereka ke
dalam seni yang lembut, Beberapa menggenggam dunia dalam
kehinaan dan semua caranya,
533 Beberapa menyembunyikan dorongan
yang menggerakkan hati mereka.
Pikiran sombong dan harapan,
segala macam kepedulian Banyak di atas bumi yang berdosa ini tersebar luas
Di dalam bermacam-macam keberadaan
mengikuti kisah tentang alam;
Nasib membentuk dengan pikiran
yang berubah-ubah, Semuanya singkat di sini di bawah
dan lemah, Kematian hanya berdiri cepat
untuk selamanya. Ezio membiarkan buku soneta Lorenzo jatuh dari tangannya.
Kematian Cristina membuatnya jauh lebih bersungguh-sungguh
untuk menyingkirkan penyebabnya. Kotanya telah cukup
lama menderita akibat kekuasaan Savonarola, terlalu banyak
penduduk kotanya, dari setiap jalan hidup yang masuk akal,
telah jatuh ke bawah mantra Rahib itu. Mereka yang tidak
setuju pun entah diperlakukan berbeda, didorong ke bawah
tanah, atau dipaksa mengasingkan diri. Inilah waktunya
untuk bertindak. "Kita telah kehilangan banyak orang yang mungkin bisa
membantu kita, banyak di antara mereka yang mengasingkan
diri," Machiavelli menjelaskan kepada Ezio. "Tapi bahkan
534 musuh-musuh utama Savonarola di luar negara kota,
maksudku Duke Milan dan teman lama kita Rodrigo, Paus
Alexander VI, tidak bisa menghalaunya."
"Dan untuk apa api unggun itu?"
"Hal paling sinting di antara semuanya. Savonarola
dan sekutu-sekutu dekatnya mengatur kelompok-kelompok
pengikut mereka untuk pergi dari pintu ke pintu, meminta
semua barang yang mereka anggap dipertanyakan moralnya,
bahkan kosmetik dan cermin, segala macam permainan
termasuk catur, demi Tuhan, alat-alat musik"kau sebut saja.
Kalau Rahib dan para pengikutnya berpikir benda-benda
itu mengganggu masyarakat dari beribadah, benda-benda


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu dibawa ke Piazza della Signoria, dilemparkan ke dalam
api unggun besar, dan dibakar." Machiavelli menggelengkan
kepalanya. "Florence telah kehilangan banyak nilai dan
kecantikan dengan cara ini."
"Tapi tentunya kota ini akan lelah terhadap perilaku
seperti ini?" Machiavelli menjadi cerah. "Itu benar, dan perasaan
itu adalah sekutu terbaik kita. Savonarola sungguh-sungguh
percaya bahwa Hari Pembalasan sudah dekat" masalah
satu-satunya adalah, tidak ada tanda-tanda kedatangannya.
Bahkan beberapa orang yang mulai memercayainya dengan
bersamangat, kini keyakinan mereka mulai bimbang.
Sayangnya, ada banyak pengaruh dan kekuatan yang
masih mendukungnya tanpa ragu. Kalau saja mereka bisa
disingkirkan?" 535 Maka mulailah bagi Ezio sebuah masa gila-gilaan
memburu dan menghabisi serangkaian pendukung semacam
itu, dan mereka memang berasal dari semua jalan hidup"ada
seorang seniman tulis, seorang petani, dan satu atau dua
bangsawan, semuanya memeluk secara fanatik kepada
pemikiran-pemikiran yang diilhamkan kepada mereka oleh
sang Rahib. Beberapa melihat kebodohan jalan mereka
sebelum mati, yang lainnya tetap tak tergoyahkan saat
dihukum. Saat melaksanakan tugas yang tidak menyenangkan
ini, Ezio lebih sering tidak terancam kematiannya sendiri.
Tapi segera kabar-kabar burung mulai merembes di seluruh
kota"omongan yang terdengar di jam-jam larut, gumaman
di kedai-kedai terlarang dan lorong-lorong belakang. Assassin
telah kembali, Assassin telah datang untuk menyelamatkan
Florence" Ezio sedih sampai ke lubuk hati ketika melihat kota
kelahirannya, keluarganya, warisannya sangat disalahgunakan
oleh kebencian dan kesintingan semangat agama. Hatinya
diperkeras supaya dia bisa menggunakan pekerjaan kemati"annya"angin sedingin es yang membersihkan kota kotor ini
dari mereka yang telah menarik Firenze dari kejayaannya.
Seperti biasanya, dia membunuh dengan perasaan iba karena
tahu bahwa tidak ada jalan lain yang memungkinkan bagi
mereka yang telah jatuh sangat jauh dari Tuhan. Melalui
jam-jam gelap ini, dia tidak pernah sekalipun goyah dari
kewajibannya kepada Ajaran Assassin.
Secara bertahap, suasana hati masyarakat kota secara
umum tergetar, dan Savonarola melihat bahwa dukungannya
536 menyusut. Machiavelli, La Volpe, dan Paola bekerja sama
dengan Ezio untuk mengatur sebuah pemberontakan yang
dibimbing dengan proses yang pelan tapi kuat berisi pencerahan
masyarakat. "Sasaran-sasaran" akhir bagi Ezio adalah seorang
pengkhotbah palsu, yang ketika dilacak oleh Ezio sedang
berkhotbah kepada sebuah kerumunan di depan gereja
Santo Spirito. "Rakyat Florence! Datanglah! Berkumpullah. Dengarkan
kata-kataku! Hari akhir sudah dekat! Sekaranglah waktunya
untuk bertobat! Untuk memohon ampun kepada Tuhan.
Dengarkan aku, kalau kau tidak bisa melihat apa yang
terjadi bagi dirimu sendiri. Tanda-tandanya ada di sekeliling
kita. Kerusuhan! Kelaparan! Wabah penyakit! Korupsi! Inilah
tanda-tanda datangnya kegelapan! Kita harus berdiri tegak
di dalam kebaktian kita supaya mereka tidak melahap kita
semua!" Dia memindai orang-orang dengan matanya yang
membara. "Aku melihat kalian ragu, bahwa kalian berpikir
aku gila. Ahhhh" tapi apakah orang-orang Romawi tidak
mengatakan hal yang sama tentang Jesus" Aku juga pernah
merasa tidak yakin seperti kalian, merasa takut. Tapi itu
sebelum Savonarola datang kepadaku. Dia menunjukkan
kebenaran kepadaku! Akhirnya, mataku terbuka. Maka
aku berdiri di hadapan kalian hari ini, berharap aku bisa
membuka mata kalian juga!"
Pengkhotbah itu berhenti supaya bisa bernapas.
"Mengertilah bahwa kita berdiri di atas tebing yang curam.
Pada satu sisi, ada Kerajaan Tuhan yang bersinar dan penuh
537 kejayaan. Di sisi lain" lubang keputusasaan tanpa dasar!
Kalian sudah berdiri di pinggir. Orang-orang seperti Medici
dan keluarga-keluarga lainnya yang kalian panggil tuan itu
hanya mencari kebaikan dan keuntungan duniawi. Mereka
menelantarkan kepercayaan mereka demi kesenangan materil,
dan mereka melihat kalian semua melakukan hal yang sama."
Dia berhenti lagi, kali ini untuk efek, lalu melanjutkan,
"Nabi kita yang bijaksana pernah berkata, "Satu-satunya
hal baik yang kita berutang kepada Plato dan Aristoteles
adalah bahwa mereka membawa maju banyak alasan yang
dapat digunakan untuk melawan orang-orang kafir. Tapi
mereka dan para filsuf lainnya sekarang berada di neraka."
Kalau kalian menghargai jiwa-jiwa abadi kalian, kalian akan
berpaling dari arah tidak suci ini dan memeluk ajaran nabi
kami, Savonarola. Kemudian kalian akan menyucikan tubuh
dan jiwa kalian" kalian akan menemukan Kejayaan Tuhan!
Akhirnya, kalian akan menjadi apa yang diniatkan oleh sang
Pencipta kita, yaitu pelayan yang setia dan taat!"
Tapi keramaian itu sudah menipis, kehilangan minat,
dan beberapa orang terakhir juga sekarang menjauh. Ezio
melangkah maju dan berkata kepada pengkhotbah palsu itu.
Ezio berkata, "Maaf, aku rasa itu karanganmu sendiri."
Pengkhotbah itu tertawa. "Tidak semua dari kita
membutuhkan bujukan atau paksaan supaya bisa diyakinkan.
Aku sudah percaya. Semua yang telah aku katakan itu
benar!" "Tidak ada yang benar," jawab Ezio. "Dan apa yang
aku lakukan sekarang tidaklah mudah." Dia mengeluarkan
538 pedang pergelangan tangannya, lalu menghabisi pengkhotbah
itu. "Requiescat in pace," katanya. Berpaling dari pembunuhan
itu, Ezio menarik tudungnya erat-erat di kepalanya.
Itu jalan yang panjang dan sulit, tapi menuju akhirnya,
Savonarola sendiri menjadi sekutu Assassin yang tidak
diketahui, karena kekuatan keuangan Florence menyusut: sang
Rahib membenci baik perniagaan maupun membuat uang,
dua hal yang membuat kota itu hebat. Hari Pembalasan juga
belum datang. Bahkan seorang biarawan Franciscan liberal
menantang Rahib itu kepada cobaan api. Sang Rahib menolak
untuk menerimanya, dan kekuasaannya berkurang lagi. Pada
awal Mei 1497, banyak orang muda berbaris memprotes,
lalu protes itu berubah menjadi huru-hara. Setelah itu, kedai"kedai mulai dibuka kembali, orang-orang kembali bernyanyi,
berdansa, berjudi, dan melacur" menikmati diri sendiri,
pada kenyataannya. Bisnis dan bank pun dibuka kembali,
awalnya dengan pelan-pelan, sebagaimana orang-orang yang
terasing telah kembali ke daerah-daerah khusus kota itu
karena sekarang sudah bebas dari rezim sang Rahib.
Semua itu tidak terjadi dalam satu malam, hampir satu
tahun setelah huru-hara. Karena pria itu berpegangan erat
kepada kekuasaan, tapi akhirnya saat kejatuhan Savonarola
tampak sudah di ambang pintu.
"Kau telah bekerja dengan baik, Ezio," Paola membe"ritahunya saat mereka menunggu bersama La Volpe dan
Machiavelli di depan gerbang-gerbang komplek San Marco,
539 bersama sebuah kerumunan besar berisi orang-orang yang
penuh harapan dan sulit diatur yang dikumpulkan dari
daerah-daerah yang bebas.
"Terima kasih. Tapi apa yang terjadi sekarang?"
"Perhatikan," kata Machiavelli.
Dengan gebrakan keras, sebuah pintu membuka di
atas kepala mereka, dan sebuah sosok kurus terbalut serba
hitam muncul di atas balkon. Sang Rahib melotot kepada
masyarakat yang sudah terkumpul. "Diam!" dia memerintah.
"Aku perintahkan diam!"
Karena kaget, kerumunan diam.
"Kenapa kalian ada di sini?" Savonarola bertanya. "Kenapa
kalian menggangguku" Seharusnya kalian membersihkan
rumah kalian?" Tapi kerumunan meraung tidak setuju. "Membersihkan
apa?" salah satu pria berteriak. "Kau sudah mengambil
segalanya!" "Aku telah menahan tanganku!" Savonarola berteriak
balik. "Tapi sekarang kalian akan melakukan apa yang aku
perintahkan! Kalian akan menyerah!"
Dan dari jubahnya, dia mengeluarkan Apel dan meng"angkatnya tinggi-tinggi. Ezio melihat bahwa tangan yang
mengangkatnya kekurangan satu jari. Langsung saja Apel itu
mulai bersinar, dan kerumunan tersentak mundur, terperangah.
Tapi Machiavelli tetap tenang, memantapkan dirinya dan
tanpa ragu melempar sebuah pisau yang menembus lengan
bawah Rahib itu. Dengan teriakan kesakitan dan amarah,
540 Savonarola melepaskan Apel, yang jatuh dari balkon ke
massa di bawahnya. "Tidaaaak!" dia berteriak. Tapi mendadak dia tampak
mengecil, pembawaannya menjadi memalukan dan menye"dihkan. Itu sudah cukup bagi massa. Mereka berkumpul
dan menyerbu gerbang San Marco.
"Cepatlah, Ezio," kata La Volpe. "Temukan Apelnya.
Pasti tidak jauh dari sini."
Ezio bisa melihatnya, berguling tanpa diperhatikan di
antara kaki-kaki kerumunan orang. Ezio menyelinap di
antara mereka, terdorong-dorong dengan keras, tapi akhirnya
benda itu berada di dalam genggamannya. Dengan cepat Ezio
memindahkannya ke kantong ikat pinggangnya supaya aman.
Gerbang San Marco terbuka sekarang" mungkin beberapa
saudara di dalamnya beranggapan bahwa ketidakbijaksanaan
merupakan bagian yang lebih baik dari keberanian dan ingin
menyelamatkan gereja serta biara mereka, juga diri mereka
sendiri dengan mengikuti arus. Tidak sedikit di antara mereka
juga yang telah muak dengan kesewenang-wenangan Rahib
itu yang menjengkelkan. Kerumunan mendesak menembus
gerbang. Beberapa menit kemudian mereka muncul lagi,
membawa Savonarola yang menendang dan berteriak-teriak
di atas bahu mereka. "Bawa dia ke Palazzo della Signoria," Machiavelli
memerintahkan. "Biarkan dia diadili di sana!"
"Idiot! Penghinaan!" Savonarola berteriak. "Tuhan
menyaksikan pencemaran ini! Berani-beraninya kalian
memperlakukan nabi-Nya seperti ini!" Dia setengah tenggelam
541 oleh teriakan-teriakan marah dari kurumunan, tapi Savonarola
mulai ketakutan, dan melanjutkan"karena Rahib itu tahu
(meskipun dia tidak berpikir dengan perumpamaan yang
sama) bahwa inilah lemparan dadunya yang terakhir. "Kafir!
Kalian semua akan dibakar di neraka untuk hal ini! Kalian
dengar aku" Dibakar!"
Ezio dan teman-teman Assassinnya mengikuti massa
membawa Rahib itu menjauh. Savonarola masih meneriakkan
campuran permohonan dan ancamannya. "Pedang Tuhan
akan jatuh ke Bumi dengan segera dan mendadak. Lepaskan
aku, karena hanya akulah yang dapat menyelamatkan
kalian dari kemurkaannya! Anak-anakku, dengarkan aku
sebelum terlambat! Hanya ada satu penyelamatan, dan
kalian meninggalkan jalan itu hanya demi perolehan jasmani!
Kalau kalian tidak tunduk kepadaku, seluruh Florence
akan mengetahui kemarahan Tuhan"dan kota itu akan
jatuh seperti Sodom dan Gomorrah, karena Dia akan tahu
dalamnya pengkhianatan kalian. Aiutami, Dio! Hamba
dibawa oleh sepuluh ribu Judas!"
Ezio cukup dekat untuk mendengar salah satu penduduk
kota yang membawa Rahib itu berkata, "Oh, cukup
kebohonganmu. Kau hanya menumpahkan penderitaan
dan kebencian sejak pertama kali melangkahkan kaki di
antara kami!" "Tuhan mungkin berada di kepalamu, Rahib," kata
yang lain, "tapi dia jauh dari hatimu."
542 Mereka mendekat Piazza della Signoria sekarang, dan
orang-orang lainnya di dalam kerumunan berteriak penuh
kemenangan. "Kita telah cukup menderita! Kita harus membebaskan
rakyat lagi!" "Segera, cahaya kehidupan akan kembali ke kota
kita!" "Kita harus menghukum pengkhianat! Dialah yang kafir!
Dia memutarbalikkan Firman Tuhan demi kepentingannya
sendiri!" seorang wanita berteriak.
"Kerangka tirani agama akhirnya rusak," orang lainnya
berteriak. "Savonarola akhirnya akan dihukum."
"Kebenaran menerangi kami dan ketakutan telah pergi!"
teriak orang ketiga. "Kata-katamu tidak bepengaruh lagi di
sini, Rahib!" "Kau mengaku sebagai nabi-Nya, tapi kata-katamu gelap
dan kejam. Kau memanggil kami boneka setan"aku rasa,
mungkin, boneka yang sebenarnya adalah kau!"
Ezio dan teman-temannya tidak perlu menjadi perantara
lagi" sistem yang telah mereka gerakkan akan melakukan sisa
pekerjaan mereka sendiri. Para pemimpin kota itu, sebagaimana
hasrat mereka untuk menyelamatkan diri sendiri sekaligus
mengembalikan kekuasaan mereka, membanjir keluar dari
Signoria untuk memperlihatkan dukungan mereka. Sebuah
panggung dibangun, dan di atasnya setumpukan kayu dan
ranting dikumpulkan di sekeliling tiga pancang, sementara
Savonarola dan dua letnan yang paling bersemangat diseret
543 ke dalam Signoria untuk pengadilan yang singkat dan
kejam. Sebagaimana dulu Savonarola tidak menunjukkan belas
kasihan, juga tidak ada belas kasihan yang akan ditunjukkan
kepadanya. Segera Savonarola dan kedua letnannya muncul
kembali dalam keadaan terbelenggu, dibimbing ke pancang,
lalu diikat ke situ. "Oh Tuhanku, kasihanilah aku," Savonarola terde"ngar memohon. "Antarkan aku dari pelukan setan! Aku
dikelilingi oleh dosa, aku berteriak kepadamu meminta
penyelamatan!" "Kau dulu ingin membakarku," seorang pria mencemooh.
"Sekarang kondisinya berbalik!"
Para algojo meletakkan obor ke dalam kayu di sekeliling


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pancang. Ezio menyaksikan, dan teringat dengan anggota
keluarganya yang menemui ajal mereka bertahun-tahun lalu
di tempat yang sangat sama ini.
"Infelix ego," Savonarola berdoa dengan suara keras
berisi rasa sakit ketika api mulai membara. "Omnium
auxilio destitutus" Aku telah melanggar hukum surga
dan bumi. Ke mana aku dapat berpaling" Kepada siapa
aku dapat berpegangan" Siapa yang akan mengasihani
aku" Aku tidak berani mendongak ke langit karena aku
telah berdosa dengan kejam melanggarnya. Aku tidak bisa
menemukan perlindungan di bumi karena aku juga telah
menjadi aib baginya?"
Ezio mendekat, berusaha sedekat mungkin. Ezio berpikir,
meskipun Savonarola telah menimbulkan kesedihan baginya,
544 tidak ada orang, bahkan yang ini, pantas mati dengan rasa
sakit seperti ini. Dia mencabut pistolanya yang berisi dari
tas kecilnya, lalu memasangnya kepada mekanisme lengan
kanannya. Pada saat itu, Savonarola menyadarinya dan
memandang, setengah ketakutan setengah berharap.
"Kau," katanya menaikkan suaranya di atas raungan
api, tapi pada intinya mereka berdua berkomunikasi dengan
saling berhubungan lewat pikiran. "Aku tahu hari ini akan
tiba. Saudara, tolong tunjukkan kepadaku belas kasihan yang
tidak aku tunjukkan kepadamu. Aku meninggalkanmu belas
kasihan seperti kepada serigala dan anjing."
Ezio mengangkat lengannya. "Selamat tinggal, padre,"
katanya, lalu menembak. Di antara keributan di sekitar kobaran
api, gerakan dan bunyi tembakannya tidak disadari. Kepala
Savonarola merosot ke dadanya. "Pergilah sekarang dengan
damai, bahwa mungkin kau akan dibalas oleh Tuhanmu,"
kata Ezio pelan. "Requiescat in pace." Ezio menoleh kepada
kedua rahib letnan, Domenico dan Silvestro, tapi mereka
sudah mati, isi perut mereka muntah keluar ke dalam api
yang mendesis. Bau hangus daging terbakar tercium pekat di
lubang hidung semua orang. Kerumunan itu mulai menjadi
tenang. Segera, hanya ada sedikit bunyi selain api yang
bergemeretakan menyelesaikan pekerjaan mereka.
Ezio melangkah menjauh dari onggokan kayu. Berdiri di
dekat situ, dia melihat Machiavelli, Paola, dan La Volpe sedang
memperhatikannya. Machiavelli menangkap pandangannya
dan membuat gerakan kecil sebagai dukungan. Ezio tahu apa
545 yang harus dia lakukan. Dia menaiki panggung di ujung jauh
dari api unggun dan semua mata berbalik kepadanya.
"Penduduk kota Florence!" Ezio berkata dengan suara
nyaring. "Dua puluh dua tahun lalu, aku berdiri di mana
aku berdiri sekarang, dan menyaksikan orang-orang tercintaku
mati, dikhianati oleh mereka yang aku anggap sebagai
teman. Pembalasan membayang-bayangi pikiranku. Bisa
saja itu telah menelanku, kalau bukan berkat kebijaksanaan
beberapa orang asing, yang telah mengajariku untuk melihat
di balik naluriku. Mereka tidak pernah mengkhotbahkan
jawabannya, tapi membimbingku untuk mempelajarinya
sendiri." Ezio melihat bahwa Paman Mario telah bergabung
dengan teman-teman Assassinnya. Pamannya tersenyum
dan menaikkan sebelah tangan sebagai sapaan. "Teman"temanku," Ezio melanjutkan, "kita tidak butuh siapa pun
untuk memberi tahu kita apa yang harus dilakukan. Tidak
Savonarola, tidak Pazzi, bahkan tidak Medici. Kita bebas
untuk mengikuti jalan kita sendiri." Dia berhenti. "Ada
orang-orang yang mengambil kebebasan itu dari kita, dan
terlalu banyak di antara kalian"terlalu banyak di antara
kita"akhirnya"memberikannya. Tapi di dalam diri, kita
punya kekuatan untuk memilih"untuk memilih apa pun
yang kita anggap benar"dan pelajaran tentang kekuatan
itulah yang membuat kita menjadi manusia. Tidak ada
buku atau guru untuk memberi kita jawabannya, untuk
menunjukkan kepada kita sebuah jalan. Maka" pilihlah
cara kalian sendiri! Jangan mengikutiku, atau siapa pun
lainnya!" 546 Dengan senyum di dalam hati, Ezio memperhatikan
betapa cemas wajah beberapa anggota Signoria. Mungkin
umat manusia tidak akan pernah berubah, tapi tidak ada
salahnya memberinya sedikit sikutan. Ezio melompat turun,
menarik tudungnya menutupi kepalanya, lalu berjalan keluar
dari lapangan, menyusuri jalanan di sepanjang dinding utara
Signoria yang dia ingat pernah dia lalui dua kali sebelumnya,
lalu menghilang dari pandangan.
Maka kemudian dimulailah bagi Ezio pencarian panjang sulit
di dalam hidupnya sebelum berhadapan dengan musuhnya
yang tak terelakkan. Dengan Machiavelli di sisinya, Ezio
mengatur teman-teman Ordo Assassin dari Florence dan
Venesia untuk menjelajah di seluruh semenanjung Italia,
mengembara jauh dan luas, dipersenjatakan dengan salinan
peta Girolamo, dengan sangat saksama mengumpulkan sisa
halaman-halaman Codex Agung yang tersisa. Ia mencari-cari
di provinsi-provinsi Pidemont, Trent, Liguria, Umbira, Veneto,
Friuli, Lombardy, Emilia-Romagna, Marche, Tuscany, Lazio,
Abruzzo; Molise, Apulia, Campania dan Basilicata; dan
Calabria yang berbahaya. Mungkin mereka menghabiskan
terlalu banyak waktu di Capria, dan menyeberangi Laut
Tyrrhenian ke tanah para penculik, Sardinia dan Sisilia yang
keras dan penuh bandit. Mereka mengunjungi raja-raja, dan
duke-duke, mereka memerangi para Templars yang ditemui
di beberapa misi. Tapi pada akhirnya, mereka menang.
547 Ordo Assassin berkumpul kembali di Monteriggioni.
Sudah menghabiskan lima tahun yang panjang, dan Alexander
VI, Rodrigo Borgia, sudah tua sekarang, tapi masih kuat,
tetap menjadi Paus di Roma. Kekuatan Templars, meskipun
berkurang, masih merupakan ancaman serius.
Masih banyak yang harus dilakukan.
548 Pada suatu pagi di awal bulan Agustus 1504, Ezio seorang
pria yang sekarang berusia empat puluh empat tahun,
pelipisnya bergaris abu-abu, tapi jenggotnya masih cokelat
gelap kemerah-merahan. Ia disuruh oleh pamannya untuk
bergabung bersamanya dan anggota-anggota Assassin lainnya,
berkumpul di ruang belajar di kastilnya di Monteriggioni.
Paola, Machiavelli, dan La Volpe telah bergabung dengan
Teodora, Antonio, dan Bartolomeo.
"Sudah waktunya, Ezio," kata Mario dengan khidmat.
"Kita memegang Apel dan sekarang semua halaman Codex
yang hilang sudah terkumpul bersama. Mari kita sekarang
selesaikan apa yang kau dan saudaraku, ayahmu, mulai
dulu sekali" Mungkin akhirnya kita bisa membuat dan
549 menemukan arti ramalan yang terkubur di dalam Codex,
dan akhirnya memecahkan kekuatan Templars yang tak
terelakkan untuk selamanya."
"Kalau begitu, Paman, kita harus mulai dengan mencari
Ruangan. Halaman-halaman Codex yang telah kau susun
kembali pasti bisa membimbing kita ke sana."
Mario memutar rak bukunya untuk menunjukkan dinding
yang di mana Codex itu"sekarang sudah lengkap"tergan"tung. Di dekatnya, di atas sebuah penopang, ada Apel.
"Inilah bagaimana halaman-halaman itu saling berhu"bungan," kata Mario saat mereka semua memperhatikan
desain rumit itu. "Kelihatannya ini menunjukkan peta dunia,
tapi dunia yang lebih besar daripada yang kita tahu, dengan
benua-benua ke barat dan selatan yang belum kita sadari.
Tapi aku yakin mereka ada."
"Ada unsur-unsur lainnya," kata Machiavelli. "Di sini,
di kiri, kau bisa melihat jejak garis besar yang hanya bisa
berarti sebuah tongkat Uskup, mungkin ini adalah tongkat
Paus. Di kanan jelas sebuah gambar Apel. Di tengah-tengah
halaman kini dapat kita lihat selusin titik menandai sebuah
pola yang maknanya masih misterius."
Saat Machiavelli berbicara, Apel itu mulai bersinar
atas persetujuan benda itu sendiri, dan akhirnya bercahaya
membutakan, menerangi halaman-halaman Codex dan
tampak mengelilinginya. Kemudian Apel itu tidak bercahaya
lagi, kembali ke kondisi semula.
"Kenapa benda itu melakukannya"pada waktu yang
tepat?" tanya Ezio, berharap Leonardo ada di sana untuk
550 menjelaskan, atau setidaknya membuat kesimpulan. Ezio
berusaha mengingat apa yang temannya itu telah katakan
tentang kekuatan ganjil mesin yang sulit dimengerti ini,
meskipun Ezio tidak tahu apa itu"sepertinya Apel lebih
mirip makhluk hidup daripada sebuah mekanisme. Tapi
naluri Ezio menyuruhnya memercayai Apel.
"Sebuah misteri lagi untuk diungkap," kata La Volpe.
"Bagaimana peta ini bisa dibuat?" tanya Paola. "Benua"benua yang belum ditemukan"!"
"Mungkin benua-benua itu sedang menunggu untuk
ditemukan lagi," Ezio menyarankan, tapi nada suaranya
penuh kekaguman. "Bagaimana ini mungkin terjadi?" kata Teodora.
Machiavelli menjawab, "Mungkin Ruangan menyimpan
jawabannya." "Bisakah kita melihat lokasinya, sekarang?" tanya
Antonio yang selalu praktis.
"Mari kita lihat?" kata Ezio sambil memeriksa Codex.
"Kalau kita menarik garis-garis di antara titik-titik ini?" Dia
melakukannya. "Mereka mengarah ke tempat yang sama, lihat!
Di satu tempat." Ezio melangkah mundur. "Tidak! Tidak
mungkin! Ruangan itu! Kelihatannya Ruangan itu berada di
Roma!" Ezio memandang berkeliling ke kawanannya yang
berkumpul, dan mereka membaca pikirannya selanjutnya.
"Itu menjelaskan kenapa Rodrigo sangat berhasrat menjadi
Paus," kata Mario. "Sebelas tahun dia telah menguasai
Holy See, tapi masih kekurangan cara untuk memecahkan
551 rahasia tergelapnya, meskipun dia pasti tahu dia berada di
titik itu sendiri." "Tentu saja!" kata Machiavelli. "Dalam arti tertentu,
kalian pasti mengaguminya. Dia tidak hanya berhasil
menemukan lokasi Ruangan, tapi dengan menjadi Paus, dia
memegang kendali atas Tongkat!"
"Tongkat?" kata Teodora.
Mario berbicara, "Codex selalu menyebutkan dua "Potong
Eden". Itu berarti, dua kunci. Tidak mungkin arti yang lain
lagi. Satu?" Mario memalingkan matanya kepada benda
itu, ?"adalah Apel ini."
"Dan yang satu lagi adalah tongkat Paus!" Ezio berteriak
menyadarinya. "Tongkat Paus adalah "Potongan Eden" yang
kedua!" "Tepat," kata Machiavelli.
"Demi Tuhan, kau benar!" Paman Mario menyalak.
Mendadak dia menjadi serius. "Selama bertahun-tahun,
berabad-abad, kita telah mencari jawaban ini."
"Dan sekarang kita memilikinya," Paola
menambahkan. "Tapi begitu pula, mungkin si Orang Spanyol," Antonio
menyela. "Kita tidak tahu bahwa ada salinan Codex"kita
tidak tahu itu, bahkan kalaupun koleksinya sendiri tidak
lengkap, bagaimanapun juga dia punya cukup informasi
untuk?" Dia berhenti. "Dan kalau dia memang punya,
kalau dia menemukan cara untuk mendapatkan Ruangan?"
Dia menjatuhkan suaranya. "Isinya akan membuat Apel
tampak sepele." 552 "Dua kunci," Mario mengingatkan mereka. "Ruangan
butuh dua kunci untuk membukanya."
"Tapi kita tidak bisa mengambil risiko apa pun," kata
Ezio dengan mendesak. "Aku harus pergi sekarang ke Roma
dan menemukan Ruangan itu!" Tidak ada yang tidak setuju.
Ezio menatap masing-masing wajah itu bergiliran. "Dan
bagaimana dengan kalian?"
Bartolomeo"yang sampai sekarang tetap diam"sekarang
berbicara dengan terus-terang yang seperti biasa. "Aku akan
melakukan apa yang aku bisa sebaik mungkin" membuat
beberapa masalah di Kota Abadi, beberapa kegaduhan"
membuat pengalihan sehingga jalanmu lebih mudah."
"Kami semua akan membantu membuatkan jalan selancar
mungkin bagimu, Kawan," kata Machiavelli.
"Beri tahu aku saja kapan kau siap, nipote, maka kami
semua akan berada di belakangmu," kata Mario. "Tutti per
uno e uno per tutti!"
"Grazie, amici," kata Ezio. "Aku tahu kalian akan
selalu ada ketika aku membutuhkan kalian. Tapi biarkan
aku membawa beban pencarian ini sendirian. Seekor ikan
sendiri bisa menembus jaring yang menangkap sekawanan
ikan, lagi pula Templars akan bersiaga."
Mereka bersiap-siap dengan cepat. Segera setelah setengah
bulan, dengan Apel yang berharga di dalam pengawasannya,
Ezio tiba dengan kapal Tiber di dermaga dekat Castel
Sant"Angelo di Roma. Dia telah mengambil setiap pencegahan,
553 tapi dengan semacam kejahatan dan kelicikan mata-mata
Rodrigo yang berada di mana-mana, kedatangan Ezio tidak
berlalu tanpa disadari. Ezio ditantang oleh sekelompok penjaga
Borgia di gerbang ke dermaga. Ezio harus bertarung supaya
bisa lewat ke Passetto di Borgo, lintasan sepanjang setengah
mil yang menghubungkan Castel dengan Vatikan. Seiring
dengan berlalunya waktu, sekarang Rodrigo pasti sudah
mengetahui kedatangannya, Ezio memutuskan serangan cepat
dan tepat adalah satu-satu pilihan baginya. Dia melompat
seperti seekor macan lynx ke atas gerobak yang ditarik oleh
lembu ox yang membawa tong-tong dari galangan kapal, dan
melompat ke atas tong tertinggi, dia melompat ke kerangka
luncur yang digantungkan. Para penjaga memperhatikan
dengan mulut ternganga saat Assassin itu meluncurkan
dirinya dari kerangka luncur"jubahnya menggelembung
di belakangnya. Dengan belati terhunus, Ezio membunuh
sersan Borgia di atas kudanya, dan mencuri tunggangannya.
Seluruh gerak cepat itu telah memakan lebih sedikit waktu,
daripada yang digunakan oleh para penjaga lainnya untuk
menarik pedang mereka. Ezio, tanpa melihat ke belakang,
menunggang menyusuri Passetto jauh lebih cepat daripada
orang-orang berseragam Borgia itu bisa mengejarnya.


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika tiba di tujuan, Ezio menemukan bahwa gerbang
yang harus dia masuki terlalu rendah dan sempit untuk
seorang penunggang kuda, maka dia turun dari kuda dan
melanjutkan dengan berjalan kaki, menghabisi dua pria yang
menjaganya dengan sebuah gerakan tangkas dari pedang"pedangnya. Meskipun matanya mulai berkerut, Ezio telah
554 mempertinggi latihannya dan sekarang berada pada puncak
kekuatannya"puncak dari Ordonya, Assassin terkuat.
Di balik gerbang dia menemukan dirinya berada di sebuah
halaman sempit, di sisi lainnya ada pengungkit gerbang lainnya
yang tidak dijaga. Tapi saat Ezio mendekati pengungkit pada
sisinya yang dia anggap akan bisa membuka gerbang itu,
sebuah teriakan terdengar dari kubu pertahanan di atasnya,
"Hentikan penyusup itu!" Ezio menoleh ke belakang, dia
melihat gerbang yang tadi dia lewati kini dibanting tertutup.
Dia terperangkap di dalam kurungan kecil itu!
Ezio melemparkan dirinya ke pengungkit yang me"ngendalikan gerbang kedua saat para pemanah berbaris
di atasnya, bersiap-siap untuk menembak. Ezio berhasil
melesat menembus gerbang itu ketika anak-anak panah yang
bergemerencingan di tanah di belakangnya.
Sekarang Ezio berada di dalam Vatikan. Dia bergerak
seperti kucing menembus koridor-koridornya yang seperti
labirin, dan melebur seperti bayang-bayang dengan tanda
sekecil mungkin supaya tidak diketahui oleh para penjaga
yang sekarang sedang siaga berlalu-lalang. Ezio tidak bisa
menyanggupi perkelahian yang mungkin membuat keberadaan
dirinya diketahui. Akhirnya Ezio berada di gua besar Kapel
Sistine. Mahakarya Baccio Pontelli, dibangun oleh musuh lama
Assassin, yaitu Paus Sixtus IV dan diselesaikan dua puluh
tahun sebelumnya, menjulang di sekeliling dan di atas Ezio.
Ada banyak lilin dinyalakan pada saat ini hanya untuk
menembus keremangannya. Ezio bisa melihat lukisan dinding
555 karya Ghirlandaio, Botticelli, Perugino dan Rosselli, tapi
kubah besar langit-langit itu belum dihiasi.
Ezio telah masuk lewat jendela berwarna yang sedang
diperbaiki, lalu dia menyeimbangkan diri di atas sebuah
pijakan dalam jendela itu yang menghadap ke aula yang luas.
Di bawahnya, Alexander VI, di dalam pakaian kebesaran
keemasan yang lengkap, sedang melaksanakan sebuah Misa,
membaca dari Gospel San Giovanni.
"In principio erat Verbum, et Verbum erat apud Deum,
et Deus erat Verbum. Hoc erat in pricipio apud apud
Deum. Omnio per ipsum fact sunt, et sine ipso factum
est nihil quid factum est" Di dalamnyalah kehidupan;
dan kehidupanlah cahaya manusia. Dan cahaya bersinar di
dalam kegelapan; dan kegelapan tidak memahami. Ada orang
dikirim dari Tuhan, yang namanya adalah John. Orang ini
datang untuk menjadi saksi, untuk menyaksikan Cahaya,
yang semua orang melalui dia akan percaya. Dia bukanlah
Cahaya itu, tapi dikirim untuk menyaksikan Cahaya itu.
Itulah Cahaya sejati, yang menerangi setiap manusia yang
datang ke dunia. Dia berada di dunia, dan dunia diciptakan
olehnya, dan dunia tidak mengetahuinya. Dia datang kepada
kaumnya, dan kaumnya tidak menerimanya. Tapi kepada
sebanyak yang menerimanya, kepada mereka dia memberikan
kekuatan untuk menjadi anak-anak Tuhan, bahkan kepada
mereka yang percaya atas namanya: Yang dilahirkan, bukan
dengan darah, bukan dengan keinginan daging, juga bukan
dengan keinginan manusia, tapi dengan Tuhan. Dan Firman
menciptakan daging manusia, dan berada di antara kita
556 (dan kita melihat kejayaannya, kejayaan sebagaimana yang
dimiliki hanya oleh yang diperanakkan oleh Bapak), penuh
rahmat dan kebenaran?"
Ezio menyaksikan sampai layanan itu berakhir dan
orang-orang perhimpunan mulai keluar, meninggalkan sang
Paus sendirian bersama para kardinalnya dan pastor yang
bertugas. Apakah si Orang Spanyol tahu bahwa Ezio ada di
sana" Apakah dia merencanakan semacam pertentangan" Ezio
tidak tahu, tapi dia bisa melihat adanya kesempatan emas
untuk menyingkirkan Templars yang paling berbahaya dari
dunia ini. Mempersiapkan diri, Ezio melemparkan dirinya
ke luar dan ke bawah dari pijakan jendela untuk mendarat
di dekat Paus dengan berjongkok sempurna, langsung
berdiri, sebelum pria itu atau para pelayannya punya waktu
untuk bereaksi atau berteriak. Ezio mendorong pedang
lompatnya dengan keras dan dalam ke tubuh Alexander
yang membengkak. Paus itu merosot tanpa suara ke tanah
di kaki Ezio dan berbaring kaku.
Ezio berdiri di atasnya, terengah-engah. "Aku kira" Aku
kira aku bisa melampaui ini. Aku kira aku bisa bangkit
mengalahkan keinginan untuk membalas dendam. Tapi aku
tidak bisa. Aku cuma manusia biasa. Aku telah menunggu
terlalu lama, kehilangan terlalu banyak" dan kau adalah
luka yang seharusnya dihilangkan dari dunia demi kebaikan
semua orang"Requiescat in pace, sfortunato."
Ezio berbalik untuk pergi, tapi kemudian hal ganjil
terjadi. Tangan si Orang Spanyol menggulung di sekelilng
tongkat yang sedang dipegangnya. Langsung saja tongkat itu
557 mulai bersinar dengan cahaya putih cemerlang, lalu seluruh
gua besar kapel itu tampak berputar-putar. Dan mata biru
abu-abu si orang Spanyol itu membuka.
"Aku belum siap untuk beristirahat dengan damai,
dasar orang sial yang menyedihkan," kata si Orang Spanyol.
Ada pancaran cahaya yang menyilaukan, para pastor dan
kardinal pelayan, bersama-sama para anggota perhimpunan
yang masih berada di kapel, terjatuh, menjerit kesakitan,
ketika pancaran cahaya bening, bergulung seperti asap,
muncul dari tubuh mereka dan masuk ke dalam Tongkat
menyala yang berada di dalam genggaman baja Paus yang
sekarang berdiri. Ezio berlari kepadanya, tapi si Orang Spanyol berteriak,
"Tidak, Assassin!" lalu mengayunkan Tongkat kepada Ezio.
Benda itu berderak dengan cara yang aneh, seperti guntur,
dan Ezio merasa dirinya terlempar melintasi kapel, melewati
tubuh-tubuh orang-orang yang mengerang dan merintih.
Rodrigo Borgia mengetuk Tongkatnya dengan cepat di
atas lantai di dekat altar, lalu lebih banyak energi seperti
asap itu mengalir ke dalamnya, dan ke dalam dirinya, dan
tubuh-tubuh mereka yang malang.
Ezio berdiri, dan menghadapi musuhnya sekali lagi.
"Kau iblis!" Rodrigo berteriak. "Bagaimana kau bisa
bertahan?" Kemudian dia menurunkan pandangannya dan
melihat bahwa kantong di sisi Ezio, yang masih berisi Apel,
sedang bersinar dengan terang.
558 "Begitu!" kata Rodrigo, matanya bersinar seperti bara
api. "Kau punya Apel! Cocok sekali! Berikan itu kepadaku
sekarang!" "Vai a farti fottere!"
Rodrigo tertawa. "Kasar sekali! Tapi selalu petarung!
Tepat seperti ayahmu. Wah, bergembiralah, Anakku, karena
kau akan bertemu dengannya lagi segera!"
Rodrigo mengayunkan Tongkatnya lagi, lalu kail tongkat
Uskup yang tajam itu menabrak bekas luka di punggung
tangan kiri Ezio. Rasa syok bergetar menembus pembuluh
darah Ezio, lalu dia terhuyung-huyung mundur, tapi tidak
jatuh. "Kau akan memberikannya kepadaku," Rodrigo
menggeram sambil mendekat.
Ezio berpikir dengan cepat. Dia mengetahui kemampuan
Apel itu, dan harus mengambil risiko sekarang atau mati
diserang. "Seperti yang kau mau," Ezio menjawab. Dia
menarik keluar Apel dari kantongnya, dan mengangkatnya
tinggi-tinggi. Benda itu bersinar sangat kuat sehingga kapel
yang hebat itu tampak sejenak disinari cahaya matahari yang
terang, dan ketika keremangan cahaya lilin kembali, Rodrigo
melihat delapan orang Ezio berjajar di hadapannya.
Tapi Rodrigo tetap tenang. "Benda itu dapat membuat
salinan dirimu!" dia berkata. "Mengesankan sekali. Sulit
untuk mengetahui kau yang asli, dan yang mana yang
ilusi"tapi itu sering kali sulit, dan kalau kau pikir tipuan
sulap murahan seperti itu bisa menyelamatkan dirimu,
berpikirlah lagi!" 559 Rodrigo mengayunkan Tongkat kepada klon-klon Ezio,
dan setiap kali menabrak salah satunya, klon itu menghilang
menjadi gumpalan asap. Ezio-ezio hantu itu melompat dan
menyerang, menusuk Rodrigo yang tampak cemas, tapi
mereka tidak bisa melukai si Orang Spanyol itu selain
mengganggunya. Hanya Ezio asli yang bisa mendaratkan
serangan apa pun"tapi mereka hanyalah sekilas kecil,
seperti kekuatan Tongkat, sehingga Ezio tidak bisa cukup
dekat kepada Paus yang hina. Tapi Ezio segera melihat
bahwa perkelahian itu melemahkan kekuatan Rodrigo.
Ketika ketujuh hantu itu hilang, Uskup yang menjijikkan itu
kelelahan dan terengah-engah. Kegilaan memberikan energi
kepada tubuh yang hanya beberapa orang lainnya bisa, tapi
meskipun kekuatan Tongkat itu masuk ke dalam dirinya,
Rodrigo bagaimanapun juga adalah seorang pria tua gemuk
berusia tujuh puluh dua tahun, dan menderita sifilis. Ezio
menyimpan Apelnya kembali ke dalam kantongnya.
Kehabisan napas setelah bertarung dengan hantu-hantu
tadi, sang Paus jatuh berlutut. Ezio hampir sama kehabisan
napasnya karena hantu-hantunya perlu menggunakan energinya
untuk bermain-main. Ezio berdiri di hadapan Rodrigo. Pria
itu mendongak sambil mencengkeram Tongkatnya. "Kau
tidak akan mengambil ini dariku," katanya.
"Sudah selesai, Rodrigo. Letakkan Tongkat itu, dan
aku akan menghadiahkanmu kematian yang cepat dan
berbelas kasih." 560 "Baik hati sekali," Rodrigo mencemooh. "Aku bertanya"tanya apakah kau akan menyerah sepasrah itu kalau
keadaannya terbalik?"
Sang Paus mengumpulkan kekuatannya lagi, bangkit
berdiri dengan kasar. Pada waktu yang sama, mengentakkan
kaki Tongkatnya ke tanah. Di keremangan di sekeliling mereka,
para pastor dan orang-orang mengerang lagi, dan energi baru
mencambuk dari tongkat melawan Ezio, menghantamnya
seperti godam, dan mengirimnya terbang.
"Bagaimana itu untuk ukuran permulaan?" kata sang
Paus dengan seringai setan. Dia berjalan melintasi di mana
Ezio berbaring lemas. Ezio mulai mengeluarkan Apel lagi,
tapi terlambat, karena Rodrigo menginjak tangannya dengan
sepatu botnya, dan Apel itu berguling menjauh. Borgia itu
membungkuk untuk mengambilnya.
"Akhirnya!" dia berkata sambil tersenyum. "Dan
sekarang" untuk berurusan denganmu!"
Rodrigo mengangkat Apel itu, dan benda itu bersinar
dengan beracun. Ezio tampak membeku, terperangkap, karena
dia tidak bisa bergerak. Sang Paus mencondongkan badan
di atasnya dengan murka, tapi kemudian raut wajahnya
menjadi tenang, karena melihat musuhnya sudah benar-benar
tidak berdaya. Dari jubahnya, dia menarik sebuah pedang
pendek, lalu menatap musuhnya yang terbaring dengan
wajah menghadap ke lantai, menikam Ezio dengan sengaja
di bagian samping, dengan wajah iba bercampur hina.
Tapi rasa sakit dari luka itu tampak melemahkan kekuatan
Apel. Ezio terbaring tiarap, tapi memperhatikan Rodrigo
561 melalui kekacauan pikirannya akibat rasa sakit. Rodrigo
mengira dirinya sudah aman, lalu berbalik dan menghadapi
lukisan dinding karya Botticelli yang berjudul Godaan Kristus.
Berdiri dekat dengan lukisan itu, dia mengangkat Tongkat.
Energi kosmik memancar melengkung keluar dari situ untuk
mengelilingi lukisan dinding, sebagiannya berputar membuka
untuk menampakkan sebuah pintu rahasia. Rodrigo masuk
lewat situ setelah melemparkan pandangan kemenangan
terakhirnya kepada musuhnya yang telah tumbang. Ezio
memperhatikan dengan tidak berdaya ketika pintu itu
menutup di belakang sang Paus, dan hanya punya waktu
untuk mengingat lokasi pintu itu sebelum dia pingsan.
Entah berapa lama kemudian, Ezio sadar, tapi lilin sudah
tinggal sedikit dan para pastor dan orang-orang sudah
menghilang. Ezio menyadari bahwa meskipun dia berbaring
di genangan darahnya sendiri, luka yang telah dibuat oleh
Rodrigo di bagian samping tubuhnya tidak menyentuh organ
fatal apa pun. Ezio bangun dengan gemetaran, bersandar
ke dinding sebagai topangan, bernapas dengan berat dan
dalam sampai kepalanya jernih. Dia bisa menghentikan
aliran darah dari lukanya dengan sobekan kausnya. Dia
mempersiapkan senjata Codex"pedang ganda di lengan
bawah kiri, dan pedang beracun di kanan"lalu mendekati
lukisan dinding Botticelli.
Ezio ingat bahwa pintu itu tersembunyi di dalam gambar,
di sebelah tangan kanan, seorang wanita yang membawa
562 seikat kayu ke persembahan. Melangkah mendekat, Ezio
memeriksa lukisan itu dengan teliti sampai dia melacak garis
yang hampir tidak terlihat. Kemudian Ezio memperhatikan
dengan hati-hati detail-detail lukisan itu, baik di kanan
dan kiri wanita itu. Di dekat kakinya ada gambar seorang
anak dengan tangan kanan terangkat, dan di ujung jari-jari
tangannyalah Ezio menemukan tombol yang menarik pintu.
Saat pintu itu terbuka, Ezio menyelinap masuk, dan tidak
terkejut bahwa pintu itu langsung membanting tertutup
di belakangnya. Dia tidak akan berpikir untuk mundur
sekarang, apa pun yang terjadi.
Ezio menemukan dirinya berada di dalam apa yang
tampak seperti sebuah koridor kuburan bawah tanah. Tapi
saat Ezio dengan hati-hati maju, dinding kasar dan lantai
kotor itu digantikan batu yang terhias mulus dan lantai
pualam yang tidak akan mempermalukan sebuah istana.
Dinding-dindingnya pun bersinar dengan cahaya pucat
yang gaib. Ezio lemah akibat lukanya, tapi dia memaksakan diri
untuk maju, terpesona dan lebih terkagum-kagum daripada


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketakutan, meskipun dia masih waspada, karena dia tahu
bahwa Borgia sudah melewati jalan ini.
Akhirnya lorong itu membuka ke dalam sebuah ruangan
luas. Dinding-dinding itu semulus kaca dan bersinar dengan
warna-warni biru yang telah dia lihat sebelumnya, tapi di
sini lebih pekat. Di tengah-tengah ruangan, ada sebuah
penopang, dan di atasnya terletak Apel dan Tongkat di
pegangan yang jelas didesain untuk kedua benda itu.
563 Dinding bagian belakang ruangan itu diselang-selingi
dengan lubang yang berjarak sama, dan di depannya berdirilah
si Orang Spanyol, dengan putus asa mendorong dan menusuk
dinding itu. Dia tidak menyadari kedatangan Ezio.
"Buka, dasar sial, buka!" Rodrigo berteriak frustasi
dan marah. Ezio maju. "Sudah selesai, Rodrigo," katanya. "Menye"rahlah. Ini sudah tidak ada artinya algi."
Rodrigo berbalik untuk menghadapi Ezio.
"Tidak perlu muslihat lagi," kata Ezio. Dia melepaskan
belati-belatinya sendiri, lalu melemparkannya ke bawah. "Tidak
ada artefak kuno lagi. Tidak ada senjata lagi. Sekarang"
mari kita lihat kau terbuat dari apa, Vecchio."
Sebuah senyum perlahan meliputi wajah Rodrigo yang
rusak dan hancur. "Baiklah" kalau kau ingin bermain
dengan cara itu." Rodrigo melepaskan jubah luarannya yang berat, lalu
berdiri dengan tunik dan celana panjangnya. Tubuhnya gemuk,
tapi padat dan kuat. Di tubuh itu berlarian kilat-kilat halilintar
kecil"didapatkan dari kekuatan Tongkat. Dia pun melangkah
maju dan mendaratkan pukulan pertamanya"uppercut keras
ke rahang Ezio yang membuatnya sempoyongan.
"Kenapa ayahmu tidak bisa pergi begitu saja?" tanya
Rodrigo dengan menderita ketika dia mengangkat sepatu
botnya untuk menendang perut Ezio dengan keras. "Dia
terus-menerus mengejarnya" Dan kau tepat seperti dia.
Kalian semua para Assassin seperti nyamuk yang perlu
ditepuk. Aku berdoa kepada Tuhan semoga Alberti idiot
564 itu bisa menggantungmu bersama anggota keluargamu dua
puluh tujuh tahun yang lalu."
"Setan tidak menetap bersama kami, tapi bersama
kalian, Templars," Ezio menjawab. "Kalian pikir orang"orang"masyarakat biasa yang tidak berdosa"bisa kalian
permainkan, bisa kalian perlakukan sesuka hati."
"Tapi temanku sayang," kata Rodrigo, menyerang tulang
rusuk Ezio, "itulah untuk apa mereka ada. Mereka adalah
sampah untuk dikuasai dan digunakan. Selalu begitu, dan
akan selalu begitu."
"Tahan," Ezio terengah-tengah. "Perkelahian ini tidak
penting. Yang lebih penting sedang menunggu kita. Tapi beri
tahu aku dulu, apa yang kau inginkan dengan Ruangan yang
berada di balik dinding itu" Bukankah kau sudah mempunyai
semua kekuatan yang mungkin kau butuhkan?"
Rodrigo tampak terkejut. "Tidakkah kau tahu apa yang
berada di dalamnya" Belumkah Ordo Assassin yang hebat
dan kuat mengetahuinya?"
Nada suaranya yang kuat menghentikan gerakan Ezio.
"Apa maksudmu?"
Mata Rodrigo berkilat-kilat. "Tuhan! Tuhan yang tinggal
di dalam Ruangan!" Ezio terlalu terkejut untuk langsung menjawab. Dia tahu
bahwa dia sedang berhadapan dengan seorang gila yang
berbahaya. "Dengar, apakah kau benar-benar mengharapkanku
untuk percaya bahwa Tuhan tinggal di bawah Vatikan?"
"Yah, tidakkah itu tempat yang sedikit lebih masuk
akal daripada sebuah kerajaan di atas awan" Dikelilingi oleh
565 para malaikat dan malaikat kecil yang sedang bernyanyi"
Semua itu membentuk gambaran yang menyenangkan, tapi
kebenarannya jauh lebih menarik."
"Dan apa yang dilakukan oleh Tuhan di bawah
sini?" "Dia menunggu untuk dibebaskan."
Ezio menarik napas. "Misalnya aku percaya kepadamu"
apa yang menurutmu akan Dia lakukan kalau kau berhasil
membuka pintu itu?" Rodrigo tersenyum. "Aku tidak peduli. Jelas bukan
pengakuan-Nyalah yang aku cari" melainkan hanya
kekuatan-Nya!" "Dan apakah menurutmu dia akan memberikannya?"
"Apa pun yang tinggal di balik dinding itu tidak akan
bisa menahan gabungan kekuatan Tongkat dan Apel." Rodrigo
berhenti. "Mereka dibuat untuk menjatuhkan Tuhan"agama
apa pun asalnya benda-benda ini."
"Tapi Tuhan adalah zat yang mahamengetahui dan
mahakuat. Kau benar-benar berpikir bahwa dua benda
kuno bisa melukainya?"
Rodrigo tersenyum angkuh. "Kau tidak tahu apa-apa, Nak.
Kau mengambil gambaran tentang sang Pencipta dari buku
lama"buku yang, camkan ya, ditulis oleh manusia."
"Tapi kau adalah Paus! Bagaimana bisa kau membuang
naskah utama Kristen?"
Rodrigo tertawa. "Kau benar-benar sangat polos ya"
Aku menjadi Paus hanya karena jabatan ini memberiku
akses, memberiku kekuatan! Kau pikir aku percaya satu
566 kata terkutuk pun dari Alkitab konyol itu" Semuanya dusta
dan takhayul. Sama seperti semua risalah agama yang
telah ditulis sejak manusia belajar bagaimana menulis di
atas kertas!" "Ada orang-orang yang akan membunuhmu karena
berkata begitu." "Mungkin. Tapi pikiran itu tidak akan mengganggu
tidurku." Dia berhenti. "Ezio, kami para Templars mengerti
kemanusiaan, dan itulah kenapa kami merendahkannya
seperti itu!" Ezio kehilangan kata-kata, tapi dia melanjutkan
mendengarkan gembar-gembor Paus itu.
"Ketika pekerjaanku di sini selesai," Rodrigo melanjutkan,
"aku rasa urutan urusan pertamaku adalah melucuti Gereja,
sehingga semua orang dipaksa untuk memikul tanggung
jawab atas tindakan mereka, dan akhirnya dihukum dengan
tepat!" Wajahnya menjadi puas. "Itu akan indah, dunia
Templar yang baru" ditentukan dengan Keadilan dan
Ketertiban?" "Bagaimana bisa kau berbicara tentang keadilan dan
ketertiban," Ezio menyela, "kalau seluruh hidupmu dikuasai
oleh kekerasan dan kejahatan?"
"Oh, aku tahu aku tidak sempurna, Ezio," sang Paus
tersenyum simpul. "Dan aku tidak berpura-pura sebaliknya.
Tapi kau lihat, tidak ada hadiah bagi norma susila. Kau
ambil apa yang kau bisa ambil dan mempertahankannya"
dengan cara apa pun kalau diperlukan. Lagi pula," dia
membentangkan tangannya, "Kau hanya hidup sekali!"
567 "Kalau semua orang hidup dengan prinsipmu," Ezio ter"peranjat, "seluruh dunia akan dilahap oleh kesintingan."
"Tepat! Dan seakan-akan dunia belum seperti itu saja!"
Rodrigo menusukkan sebuah jari ke arah Ezio. "Apakah dulu
kau selalu tidur saat jam pelajaran sejarah" Hanya beberapa
ratus tahun lalu, para pendahulu kita hidup di lumpur dan
rawa-rawa, penuh dengan semangat keagamaan"melompat
setiap kali melihat bayang-bayang, takut atas segalanya."
"Tapi kita sudah lama sejak bangkit dari itu dan menjadi
lebih bijaksana dan lebih kuat."
Rodrigo tertawa lagi. "Menyenangkan sekali mimpimu!
Tapi lihatlah ke sekelilingmu. Kau sendiri juga telah hidup
di dalam kenyataan itu. Pertumpahan darah. Kekerasan.
Jurang di antara yang kaya dengan yang miskin, dan semakin
melebar." Dia menatap mata Ezio lekat-lekat. "Tidak akan
pernah ada keseimbangan. Aku sudah menyetujui hal itu.
Kau juga harus." "Tidak akan pernah! Assassins akan selalu bertarung
demi kehidupan manusia yang lebih baik. Mungkin pada
akhirnya itu tidak dapat dicapai, atau hanya Utopia, atau
surga di bumi, tapi dengan setiap harinya pertarungan ini
berlangsung, kita berjalan maju dari rawa-rawa.
Rodrigo mendesah. "Sancta simplicitas! Kau akan
memaafkanku kalau aku lelah menunggu manusia untuk
sadar. Aku sudah tua, aku sudah melihat banyak, dan
sekarang sisa umurku tidak banyak lagi." Sebuah pikiran
menyambarnya, lalu dia berceloteh dengan jahat. "Tapi
568 siapa yang tahu" Mungkin Ruangan akan mengubah hal
itu, kan?" Tapi mendadak Apel mulai bersinar, semakin terang
dan semakin terang, sampai cahayanya memenuhi ruangan,
membutakan mereka. Sang Paus jatuh berlutut. Sambil
melindungi matanya, Ezio melihat gambaran peta dari Codex
diproyeksikan di dinding yang dibintik-bintiki lubang. Dia
melangkah keluar dan mencengkeram Tongkat Paus.
"Tidak!" Rodrigo berteriak. Tangannya yang seperti
cakar menggenggam udara yang sia-sia. "Tidak bisa! Kau
tidak bisa! Ini takdirku. Takdirku! Akulah sang Nabi!"
Dalam momen kebenaran yang mengerikan, Ezio
menyadari bahwa teman-teman Assassinnya, dulu sekali
di Venesia, telah melihat apa yang dia sendiri sangkal.
Sang Nabi memang ada di sana, di ruangan itu, dan akan
memenuhi takdirnya. Ezio menatap Rodrigo, hampir merasa
iba. "Kau tidak akan pernah menjadi sang Nabi," katanya.
"Jiwamu miskin dan kotor."
Sang Paus merosot mundur, tua, gemuk, dan menyedihkan.
Kemudian dia berbicara dengan sabar. "Harga bagi kegagalan
adalah kematian. Setidaknya berilah aku kemuliaan itu."
Ezio menatapnya dan menggelengkan kepala. "Tidak,
orang tua bodoh. Membunuhmu tidak akan mengembalikan
ayahku, Federico, Petruccio, atau siapa pun lainnya yang
telah tewas, entah karena melawanmu, atau karena tidak
melayanimu dengan memuaskan. Sementara aku sendiri,
aku sudah berhenti membunuh." Ezio menatap mata sang
Paus, dan mereka tampak memutih sekarang, ketakutan,
569 dan sangat tua; bukan mata musuhnya yang menyala-nyala.
"Tidak ada yang benar," kata Ezio. "Semuanya diizinkan.
Inilah waktumu untuk mencari kedamaianmu sendiri."
Ezio berpaling dari Rodrigo dan mengangkat Tongkat ke
dinding, menekankan ujungnya ke urutan lubang yang tersebar
di situ, seperti yang diproyeksikan oleh peta kepadanya.
Saat Ezio melakukannya, garis sebuah pintu besar
muncul. Ketika Ezio menyentuh lubang terakhir, pintu itu
terbuka. Pintu itu menunjukkan sebuah lorong luas, dengan
dinding-dinding kaca, disisipkan dengan arca-arca kuno dari
batu, pualam, perunggu, dan banyak ruangan terisi dengan
sarkofagus (peti mati dari batu), masing-masingnya ditandai
huruf-huruf Rune, yang Ezio bisa membacanya"mereka
adalah nama-nama dewa kuno Roma, tapi semuanya terkunci
dengan kukuh. Saat Ezio melewati lorong, dia merasa kaget dengan
tidak familiarnya arsitektur dan hiasan di situ, yang tampak
merupakan campuran aneh dari gaya masa kuno, gaya
masanya sendiri, juga bentuk dan wujud yang Ezio tidak
kenal, tapi nalurinya menyimpulkan bahwa mungkin ada
relief-relief berukiran peristiwa-peristiwa kuno, terlihat tidak
hanya menunjukkan evolusi Manusia, tapi juga Kekuatan
yang membimbingnya. Banyak wujud yang digambarkan tampak seperti manusia
bagi Ezio, meskipun bentuk dan pakaiannya tidak bisa dia
kenali. Dia pun melihat bentuk-bentuk lain, dan tidak tahu
570 apakah itu dipahat, dilukis, atau bagian dari ether yang Ezio
lewati"sebuah hutan jatuh ke dalam lautan, kera, apel,
tongkat-tongkat Uskup, pria dan wanita, sebuah selubung,
sebilah pedang, piramida dan colossi (raksasa gunung),
ziggurat (menara kuil) dan juggernauts (patung Krisna di
atas kereta besar), kapal-kapal yang berenang di bawah air,
layar-layar aneh bersinar yang kelihatannya menyampaikan
semua pengetahuan, segala macam komunikasi"
Ezio juga mengenali tidak hanya Apel dan Tongkat, tapi
juga sebuah pedang besar, dan Selubung Kristus, semuanya
dibawa oleh sosok-sosok yang berwujud manusia, tapi entah
bagaimana bukan manusia. Ezio mengenali sebuah gambaran
Peradaban Pertama. Dan akhirnya, di kedalaman Ruangan, Ezio berhadapan
dengan sebuah sarkofagus besar. Ketika Ezio mendekatinya,
benda itu mulai bersinar, cahaya yang menyambutnya. Dia
menyentuh tutupnya yang besar, lalu tutup itu terangkat
dengan desis yang jelas terdengar, meskipun ringan seperti
bulu seakan-akan dilem ke jari-jarinya, lalu segera mundur.
Dari batu makam itu, bersinarlah sebuah cahaya kuning
yang menakjubkan"hangat dan mengasuh seperti matahari.
Ezio melindungi matanya dengan tangannya.
Kemudian, dari sarkofagus, bangkitlah sebuah sosok
yang ciri-cirinya tidak bisa dimengerti oleh Ezio, meskipun
dia tahu bahwa dia sedang menatap seorang wanita. Sosok
itu menatap Ezio dengan mata yang membara berubah-ubah
dan sebuah suara datang darinya juga"suara yang awalnya
571 seperti kicauan burung, yang akhirnya menetap ke bahasa
yang digunakan oleh Ezio sendiri.
Ezio melihat sebuah helm di atas kepala sosok itu.
Seekor burung hantu di bahunya. Ezio membungkukkan
kepalanya. "Salam, Nabi," kata dewi itu. "Aku telah menunggumu
selama sepuluh ribu musim."
Ezio tidak berani mendongak.
"Bagus kau telah datang." Penampakan itu melanjutkan.
"Dan kau membawa Apel. Coba aku lihat."
Dengan merendah, Ezio menawarkannya.
"Ah." Tangan dewi itu membelai udara di atasnya, tapi
tidak menyentuhnya. Apel bersinar dan berdenyut. Mata dewi
itu menatap Ezio. "Kita harus bicara." Dewi itu memiringkan


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepalanya, seakan-akan sedang mempertimbangkan sesuatu,
lalu Ezio berpikir dia bisa melihat senyum kecil di wajahnya
yang berwarna-warni. "Siapa kau?" Ezio memberanikan diri untuk
bertanya. Dewi itu mendesah. "Oh"banyak nama" Ketika aku
mati, namaku Minerva. Sebelum itu, Merva dan Mera" dan
kembali lagi dan kembali lagi menembus waktu" Lihat!"
Ia menunjuk barisan sarkofagus yang telah dilewati oleh
Ezio. Sekarang, saat dewi itu menunjuk mereka bergiliran,
masing-masing bersinar seperti kemilau cahaya bulan yang
pucat. "Dan keluargaku" Juno, yang sebelumnya dipanggil
Uni" Jupiter, yang sebelumnya bernama Tinia?"
Ezio tertegun. "Kalian adalah dewa-dewa kuno?"
572 Ada suara seperti gelas pecah di kejauhan, atau suara
yang mungkin dibuat oleh sebuah bintang jatuh"ternyata
itu suara tawa dewi itu. "Bukan" bukan dewa. Kami
hanya datang" lebih dulu. Bahkan ketika kami menjalankan
dunia, bangsa kalian berjuang untuk memahami keberadaan
kami. Kami lebih" maju dalam waktu" Benak kalian
dulu belum siap untuk kami?" Ia berhenti. "Dan mungkin
masih belum" Mungkin tidak akan pernah siap. Tapi itu
tidak masalah." Suaranya mengeras sedikit. "Tapi meskipun
kalian mungkin tidak akan memahami kami, kalian harus
memahami peringatan kami?"
Dewi itu terhanyut dalam hening. Ke dalam keheningan
itu, Ezio berkata, "Aku tidak mengerti apa pun yang kau
katakan." "Anakku, kata-kata ini bukan untukmu" Tapi untuk?"
Lalu ia memandang kegelapan di balik Ruangan, sebuah
kegelapan yang tidak terikat oleh dinding atau waktu.
"Apa itu?" tanya Ezio, dengan merendah dan ketakutan.
"Apa yang sedang kau bicarakan" Tidak ada siapa-siapa
lagi di sini!" Minerva membungkuk kepada Ezio, dekat kepadanya,
lalu Ezio merasakan kehangatan seorang ibu mengelilingi
semua keletihannya, semua kepedihannya. "Aku tidak
ingin berbicara kepadamu, tetapi melaluimu. Kaulah sang
Nabi." Ia mengangkat kedua tangannya ke atas, lalu atap
Ruangan berubah menjadi Pintu Surga. Wajah Minerva
yang berkilauan dan tidak padat memperlihatkan kesedihan
yang tanpa batas. "Kau telah memainkan peranmu" Kau
573 mendukung-Nya" Tapi tolong diamlah sekarang" sehingga
kita bisa menyatu." Ia kelihatan sedih. "Dengar!"
Ezio bisa melihat segenap langit dan bintang-bintang,
dan mendengar musik mereka. Dia bisa melihat Bumi
berputar, seakan-akan sedang menunduk memandanginya
dari Ruang Angkasa. Dia bisa melihat benua, bahkan di
sana, satu atau dua kota.
"Ketika kami masih hidup, dan rumah kami masih utuh,
bangsa kalian mengkhianati kami. Kamilah yang menciptakan
kalian. Kamilah yang memberi kalian kehidupan!" Ia berhenti,
dan kalau seorang dewi bisa meneteskan air mata, itulah
yang sedang ia lakukan. Sebuah penampakan perang muncul,
dan manusia-manusia buas bertarung dengan senjata-senjata
buatan tangan melawan bekas tuan mereka.
"Kami kuat. Tapi jumlah kalian banyak. Dan kita
berdua mengidamkan perang."
Sebuah gambar baru tentang Bumi muncul sekarang,
dari dekat, tapi masih terlihat seperti dari Ruang Angkasa.
Kemudian Bumi menyusut, menjadi lebih kecil, dan Ezio
bisa melihatnya sekarang sebagai hanya salah satu dari
beberapa planet di tengah-tengah orbitnya ada sebuah bintang
besar"Matahari. "Sangat sibuknya kami dengan urusan-urusan
di bumi, kami melalaikan surga. Dan ketika kami
menyadarinya?" 574 Saat Minerva berbicara, Ezio melihat Matahari berkobar
menjadi sebuah korona1 besar, memancarkan sinar yang
tidak tertahankan, sinar yang akan menjilat Bumi.
"Kami memberi kalian Eden. Tapi di antara kita,
kita telah menciptakan perang, kematian, mengubah Eden
menjadi neraka. Dunia terbakar sampai tidak ada yang
tersisa selain abu. Seharusnya telah berakhir di sana. Tapi
kami membangun kalian di dalam bayangan kami. Kami
membangun kalian untuk selamat!"
Ezio menyaksikan saat dari kerusakan total yang tampak
telah ditimpakan kepada Bumi oleh Matahari, sebuah
gumpalan besar yang diselimuti abu terdorong ke arah langit
dari reruntuhan. Penampakan-penampakan besar tentang
daratan yang tertiup angin menyapu langit, yang merupakan
Atap Ruangan. Di atasnya berbarislah orang-orang"tidak
sempurna, fana, tapi berani.
"Maka kami membangun kembali." Minerva melanjutkan.
"Butuh kekuatan dan pengorbanan dan rasa iba, tapi kami
membangun kembali! Dan ketika Bumi pelan-pelan pulih,
ketika kehidupan kembali ke dunia, ketika tunas-tunas
hijau tumbuh ke bumi yang dermawan sekali lagi" Kami
berusaha keras untuk memastikan bahwa tragedi semacam
itu tidak akan pernah terulang."
Ezio memandangi langit lagi. Sebuah kaki langit. Di
sana ada kuil-kuil dan bentuk-bentuk, terukir di batu seperti
tulisan, perpustakaan penuh gulungan, kapal, kota, musik dan
tarian"wujud dan bentuk dari masa kuno serta peradaban
Lapisan gas tipis berbentuk lingkaran di bagian luar matahari.
575 kuno yang Ezio tidak tahu, tapi Ezio mengenalinya sebagai
hasil karya makhluk sebangsanya"
"Tapi sekarang kami sekarat," Minerva berkata. "Dan
Waktu akan menentang kami" Kebenaran akan berubah
menjadi mitos dan legenda. Apa yang kami bangun akan
disalahpahami. Tapi Ezio, biarkan kata-kataku mengawetkan
pesan dan membuat sebuah catatan tentang kehilangan
kami." Sebuah gambar membubung dari Ruangan, dan lain-lain
yang seperti itu. Ezio menyaksikan, seakan-akan sedang bermimpi.
"Tapi biarkan kata-kataku juga membawa harapan.
Kau harus menemukan kuil-kuil lainnya. Kuil-kuil seperti
ini. Bangunlah bersama mereka yang tahu bagaimana
menghindari perang. Mereka bekerja untuk melindungi
kita, untuk menyelamatkan kita dari Api. Kalau kau
dapat menemukan mereka, kalau pekerjaan mereka bisa
diselamatkan, maka demikian pula dunia ini."
Sekarang Ezio melihat Bumi lagi. Garis langit dari Atap
Ruangan menunjukkan sebuah kota seperti San Gimignano
yang luas, sebuah kota masa depan, sebuah kota di mana
menara-menara berkumpul bersama yang membuat sebuah
senja di jalan-jalan di bawahnya, sebuah kota di sebuah
pulau yang jauh. Kemudian semuanya menyatu kembali ke
dalam sebuah penampakan Matahari.
"Tapi kau harus cepat," kata Minerva. "Karena waktu
semakin terbatas. Waspadalah terhadap Salib Templars"
karena ada banyak yang akan menghalangi jalanmu."
576 Ezio mendongak. Dia bisa melihat Matahari, membara
dengan marah, seakan-akan menunggu. Kemudian Matahari
seperti meledak, meskipun di dalam ledakan itu Ezio berpikir
dia bisa mengenal Salib Templars.
Penampakan di depannya memudar. Minerva dan Ezio
ditinggalkan sendirian, dan suara dewi itu sekarang mulai
menghilang ditelan terowongan tak berujung. "Sudah selesai"
Orang-orangku sekarang harus meninggalkan dunia ini"
Kami semua" Tapi Pesan sudah tersampaikan" Sekarang
terserah kau. Kami tidak bisa melakukan lebih."
Kemudian datanglah kegelapan dan keheningan. Ruangan
menjadi sebuah ruangan bawah tanah yang gelap lagi, dan
tidak ada apa-apa di sana.
Ezio berbalik. Dia memasuki lagi aula sebelumnya, dan
melihat Rodrigo berbaring di atas sebuah kursi. Setetes air
empedu hijau mengalir keluar dari sudut mulutnya.
"Aku sekarat," kata Rodrigo. "Aku telah meminum
racun yang aku simpan untuk saat kekalahanku, karena
tidak ada dunia untuk tempatku tinggal sekarang. Tapi
beri tahu aku" beri tahu aku sebelum aku meninggalkan
tempat yang penuh amarah dan duka ini selamanya" beri
tahu aku, di dalam Ruangan itu" apa yang kau lihat"
Siapa yang kau temui?"
Ezio menatapnya. "Tidak ada apa-apa. Tidak ada
siapa-siapa," katanya.
577 Ezio keluar kembali, melalui Kapel Sistine dan ke
dalam cahaya matahari. Dia menemukan teman-temannya
menunggu di sana untuknya.
Ada dunia baru yang harus dibuat.
* * * 578 Giovanni Auditore: ayah Maria Auditore: ibu Ezio Auditore: putra kedua Giovanni
Federico Auditore: putra pertama Giovanni
Petruccio Auditore: putra termuda Giovanni
Claudia Auditore: putri Giovanni
Mario Auditore: saudara laki"laki Giovanni
Annetta: pengurus rumah keluarga Auditore
Paola: saudara perempuan Annetta
Orazio: pembantu Mario Auditore
Duccio Dovizi: mantan pacar Claudia
Giulio: sekretaris Giovanni Auditore
Dottore Ceresa: dokter keluarga
Gambalto: sersan yang memimpin barisan penjaga Mario
Auditore Cristina Calfucci: pacar Ezio muda
Antonio Calfucci: ayah Cristina
Manfredo d"Arzenta: putra keluarga kaya, nantinya
menikah dengan Cristina Gianetta: teman Cristina Daftar Tokoh 579 Sandeo: juru tulis ayah Cristina
Jacopo de" Pazzi: anggota keluarga Pazzi, bankir Florence
pada abad kelima belas Fransesco de" Pazzi: keponakan Jacopo
Vieri de" Pazzi: putra Fransesco
Stefano da Bagnone: pastor di San Gimignano
Terzago, Tebaldo, Capitano Roberto, Zohane dan
Bernardo: serdadu dan pengawal yang melayani
keluarga Pazzi Galeazzo Maria Sforza (Galeazzo): Duke of Milan,
1444"76 Caterina Sforza: putri Galeazzo, 1463"1509
Girolamo Riario, Duke of Forli: suami Caterina, 1443"88
Bianca Riario: putri Caterina, 1478"1522
Ottaviano Riario: putra Caterina, 1479"1523
Cesare Riario: putra Caterina, 1480"1540
Giovanni Riario: putra Caterina, 1484"96
Galeazzo Riario: putra Caterina, 1485"1557
Nezetta: pengasuh bayi Caterina
Lodovico Sforza: Duke of Milan, saudara laki"laki
Galeazzo, 1452"1508 Ascanio Sforza: kepala gereja, saudara laki"laki Galeazzo
dan Lodovico, 1455"1505
Lorenzo de" Medici, "Lorenzo yang Luar Biasa": negara"wan Italia, 1449"92
Clarice Orsini: istri Lorenzo de" Medici, 1453"87
Lucrezia de" Medici: anak perempuan Lorenzo de"
Medici, 1470"1553 580 Piero de" Medici: anak laki"laki Lorenzo de" Medici,
1471"1503 Maddalena de" Medici: anak perempuan Lorenzo de"
Medici, 1473"1528 Giuliano de" Medici: adik Lorenzo, 1453"78
Fioretta Gorini: istri Giuliano de" Medici
Boetio: pembantu Lorenzo de" Medici
Giovanni Lampugnani: anggota komplotan pembunuhan
Galeazzo, tewas 1476 Carlo Visconti: anggota komplotan pembunuhan
Galeazzo, tewas 1477 Gerolamo Ogliati: anggota komplotan pembunuhan
Galeazzo, tewas 1453"77
Bernardo Baroncelli: anggota komplotan pembunuhan
Giuliano de" Medici Uberto Alberti: Gonfaloniere Florence (ketua resmi
Dewan Pejabat) Rodrigo Borgia: orang Spanyol, kardinal, kemudian
menjadi Paus Alexander VI, 1451"1503
Antonio Maffei, pastor, anggota komplotan pembunuhan
Giuliano de" Medici Raffaele Riario: simpatisan Pazzi, keponakan Paus,
1451"1521 Fransesco Salviati Riario, Uskup Agung Pisa: terlibat di
dalam komplotan Pazzi Lodovico dan Checco Orsi: Orsi bersaudara, serdadu
bayaran Niccol" di Bernardo dei Machiavelli: filsuf dan penulis,
1469"1527 581 Leonardo da Vinci: seniman, ilmuwan, pemahat, dll.
1452"1519 Agniolo dan Innocento: asisten Leonardo da Vinci
Girolamo Savonarola: pastor dan pemimpin politik
Dominika, 1452"98 Marsilio Ficino: filsuf, 1433"99
Giovanni Pico della Mirandola: filsuf, 1463"94
Poliziano (Angelo Ambrogini): cendekiawan dan penyair,
pengajar anak"anak de" Medici, 1454"94


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Botticelli (Alessandro di Moriano Filipepi): seniman,
1445"1510 Jacopo Saltarelli: model seniman, lahir 1459
Fra Domenico da Pescia dan Fra Silvestro: rahib, asosiasi
Savonarola Saudara Girolamo: rahib di biara Motenciano, sepupu
Savonarola Giovanni Mocenigo: Doge Venesia, 1409"85
Carlo Grimaldi: anggota pendamping Mocenigo
Conte de Pexaro: pelindung Leonardo di Venesia
Nero: asisten resmi untuk Conte de Pexaro
Emilio Barbarigo: pedagang Venesia, bersekutu dengan
Rodrigo Borgia Silvio Barbarigo ("Il Rosso"): penyelidik negara, sepupu
Emilio Barbarigo Marco Barbarigo: sepupu Silvio dan Emilio
Agostino Barbarigo: adik laki"laki Marco
Dante Moro: pengawal Marco
Carlo Grimaldi: pendamping dalam Doge
582 Bartolomeo d"Alviano: serdadu
Gilberto sang Rubah, la Volpe: anggota Assassins
Corradin: asisten sang Rubah
Antonio de Magianis: kepala serikat pencuri di Venesia
Ugo: anggota serikat pencuri
Rosa: anggota serikat pencuri
Paganino: anggota serikat pencuri
Michiel: anggota serikat pencuri
Bianca: anggota serikat pencuri
Saudari Teodora: pemilik rumah hiburan
583 abominato kotor/hina accademico akademik accompagnatrice pendamping, pasangan
addio selamat tinggal Ahim" Akhirnya Aiutami, Dio! Tolong aku, Tuhan!
Aiuto! Tolong! Al ladro! Berhenti, pencuri!
Altezza Yang Mulia amici intimi teman-teman dekat
amico mio temanku amministratore kepala tata usaha/bendahara, manajer
amore mio sayangku anche juga anch"io aku juga, sama
Aprite la porta! Buka gerbangnya!
Arcivescovo Uskup Agung aristocrazia kaum bangsawan
artiglierie artileri (senjata pelontar)
Assassino Assassin (pembunuh ahli)
Kamus Istilah Bahasa Italia dan Latin 584 bacino lembah sungai (di dermaga)
bambina bayi Basta! Cukup! bastardo, bastardi bajingan (bentuk jamak)
bello tampan ben fatto kerja yang bagus
benvenuti selamat datang Birbante! nakal, kasar biscotti biskuit bistecca stik sapi bordello rumah hiburan buona fortuna semoga beruntung
buona sera selamat malam buon" giorno selamat pagi
buon viaggio semoga perjalananmu selamat
caff" kopi calma tenanglah campo daerah Cane rognoso! Anjing kudisan!
capitano kapten Capito" Mengerti"
cappa jubah, mantel carcassa bangkai Carnevale Karnaval caro, cara, carissima tersayang, sayang
585 casa, dolce casa rumahku istanaku
castello kastil cazzo! tahi Che vista penosa! Pemandangan yang sangat tidak enak
chiudi il becco tutup mulutmu
ciao selamat tinggal cicione si gendut cimice kutu bantal codardo pengecut coglioni biji (kelamin pria)
commandante komandan, kapten
Commendatore Komandan compagno teman seperjuangan
condottieri serdadu sewaan, pasukan
coniglio! pengecut Cordelie corno ducale topi tradisional yang dikenakan oleh Doge
Venesia cos" seperti ini Creapa, traditore! Mati, pengkhianat!
crepi il lupo semoga serigala itu mati
Curia pengadilan Romawi diavolo iblis Distinti saluti dengan tulus, dengan jujur (salam di dalam
surat) dottore dokter 586 ducati koin emas Eropa kuno
duce pemimpin duchessa pemimpin perempuan atau istri pemimpin
Duomo kubah (artinya katedral di Florence)
Eviva! Hore! fidanzato tunangan Figlio d"un cane! Anak pelacur!
finanziatore ahli keuangan, pemberi bantuan keuangan
fiorini florin (jamak) fottiti! Fuck you! Fra" Saudara fratelli saudara laki-laki
fratellino adik laki-laki
funzionaire da accoglienza resepsi, pesta penyambutan
grappa minuman beralkohol Italia
grassome bastardo gendut bajingan
Grazie a Dio Terima kasih, Tuhan
Grazie, amici Terima kasih, teman-teman
grullo bodoh hospitarius penyambut tamu di biara
idiota idiot il Magnifico sang Luar Biasa
587 il Spagnolo si Orang Spanyol
in bocca al lupo! semoga beruntung!
Infame Parah, membuat syok
Infelix ego, omnium auxilio destitutus Berdukalah aku,
terampas segala kesenangannya
in perfetto ordine rapi teratur
inquisitore penyelidik intensi jelas/mengerti liberta kebebasan "Libert"! Libert"! Popolo e ibert"!" Kebebasan!
Kebebasan! Rakyat dan Kebebasan!
luridi branco di cani bastardi! segerombolan anak jalang
yang hina luridi codardi para pengecut hina
lurido porco babi hina Ma certo! Tapi tentu saja!
Ma che" Tapi apa ini"
Ma che cazzo" Ada apa tadi"
madre ibu Maestro Master/Ahli maledetto terkutuk marmocchio kurang ajar medico dokter merda! tahi! Messer Tuan 588 mia colomba merpatiku mi dispiace veraments aku benar-benar menyesal
miserabili pezzi di merda sepotong tahi yang
menyedihkan molto onorato sangat tersanjung
nipote keponakan laki-laki
no preoccuparvi jangan khawatir
novizia calon biarawati ora di pranzo waktu makan siang
oste penjaga penginapan palazzo istana passeggiata jalan-jalan malam
Perdonata, Messere Maaf, Pak
piazza lapangan/alun-alun
piccina si kecil picola kecil, mungil pistola pistol popolo rakyat porco babi porco demonio! bibit/telur setan
principessa tuan putri promessa janji puttana pelacur 589 Rallegramenti! Selamat! Requiescat in pace Beristirahatlah dengan damai
Ribollita sup khas daerah Tuscany
salute! salam! Sancta simplicitas! Kesederhanan yang diberkati
Sangue di Giuda! Kristus di atas sebuah sepeda
scusi permisi se lo tu dici kalau kau berkata begitu
Ser Pak sfortunato tidak beruntung
s" ya Signoria kekuasaan yang memerintah
signorina nona signorine nona (jamak) soldo uang logam Sono grato del tuo aiuto Aku berterima kasih atas
bantuanmu sorellina adik perempuan Spero di s" Aku harap begitu
Stai bene Baiklah Stolti! Bodoh! stronzo pantat su altezza yang mulia subito mendadak tagliagole pembunuh sadis
590 tartaruga kura-kura terra ferma tanah kering tesora, tesoro sayang Ti arresto! Aku menahanmu!
traditore pengkhianat Tutti per uno e uno per tutti! Semua untuk satu dan
satu untuk semua! ubriacone pemabuk uomo coraggioso seorang pemberani
va bene baiklah vecchio tua zio paman 591 Yves Guillemot Serge Hascoet Alexis Nolent Richard Dansky Olivier Henriot S"bastian Puel Patrice Desilets Corey May Jade Remond Cecile Russeil Joshua Meyer Marc Muraccini Departemen Hukum Ubisoft Chris Marcus Darren Bowen Amy Jenkins Caroline Lamache Ucapan Terima Kasih THE WAY OF SHADOW Brent Weeks SC; 15 x 23 cm 704 halaman Rp. 99.900,- Distributor kami: JABODETABEK, CDS (Center Distribution Services), Jl. Kebagusan III, Komplek Nuansa
Kebagusan 99, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520, Tel. 021-78847081, 78847037,
Fax. 021-78847012 " CDS-Medan, Jl. Beo Indah II No.8, Sei-Sikambing B, Medan 20122, Tel.
061-8447528, email: cds.medan@gmail.com " PALEMBANG & SUMSEL, CDS-PALEMBANG,
Jl. Ali Gathmyr, Lorong PKK No. 304 (Samping TK Kamiliyah), Kel. 10 Ilir, Kec. Ilir Timur 2,
Palembang, Tel. 0711-7327403 " CDS-Bandar Lampung, Jl. P. Karimunjawa No. 3, Sukarame,
Bandar Lampung 35131, Tel. 0721-783180, email: lampung.cds@gmail.com " CDS-BALI, Jl.


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nangka Selatan No. 87 Denpasar, Bali, Tel. 0361-8764262 Hp. 081916203229 " BANDUNG &
JAWA BARAT, AMILS AGENCY, Jl. Padasuka No. 130, Bandung, Tel. 022-91616726, 91997072,
Fax. 022-7204937 " JAWA TIMUR, PT. BONE PUSTAKA, Jl. Kampar No.16, Surabaya 60241,
Tel. 031-5660437 " JAWA TENGAH & JOGJAKARTA, KADIR AGENCY, Jl. Glagahsari 116,
Jogjakarta 55164, Tel./Fax. 0274-374964 " MAKASSAR & SULAWESI SELATAN, PESANTREN
AGENCY, Jl. Permata Hijau Lestari Hertasning Baru Blok P6/2, Makassar, Telp./Fax. 0411-451230
FINNIKIN OF THE ROCK Melina MarChetta SC; 14 x 20,5 cm 580 halaman Rp. 79.900,- DEMON"S LEXICON Sarah Ress Brennan SC; 14 x 20,5 cm 360 halaman Rp. 59.900,- Berdasarkan game terlaris Ubisoft
ASSASSIN"S CREED BROTHER HOOD
Oliver Bowden SC; 14 x 20,5 cm 600 halaman Rp. 79.900,- "AKU AKAN BERTUALANG KE JANTUNG SEBUAH
KEKAISARAN YANG KORUP. TAPI, ROMA TIDAK
DIBANGUN DALAM SATU HARI DAN TAK AKAN
BISA DIPULIHKAN OLEH SEORANG ASSASSIN
BELAKA. AKU EZIO AUDITORE DA FIRENZE. INI
PERSAUDARAANKU." "Sangat menyenangkan dan menegangkan."
"Amazon Alap Alap Laut Kidul 1 Olga 01 Sepatu Roda Jejak Di Balik Kabut 26
^