Pencarian

Hitler Bangkit Lagi 2

Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes Bagian 2


duduk di sana, bertanya-tanya bagaimana pada awalnya
ada orang yang bisa memberi si Manndi ini pekerjaan
magang, aku dengar dia menolak mentah-mentah setiap
makanan yang ditawarkan kepadanya sebagai "sampah".
Seperti halnya tidak simpatiknya karakter si orang
bodoh ini, orang tak mungkin terkejut pada kurangnya
nafsu makan yang ia miliki, mengingat ketidakacuhan
sang ibu yang sebesar gajah ketika membuka sebuah
TIMUR VERMES kotak dan menaruh isinya dengan ceroboh di sebuah
penggorengan. Nyaris merupakan kejutan bahwa kotak
itu tidak ikut masuk juga. Sambil menggelengkan
kepala, aku mengganti saluran lagi, untuk menemukan
koki ketiga memotong-motong daging menjadi bagianbagian kecil dan bicara panjang lebar bagaimana ia
memegang pisau dan mengapa. Ia juga didampingi
seorang gadis pirang penyiar muda, yang menganggukangguk kagum. Karena jengkel, aku mematikan televisi
dan memutuskan untuk tidak pernah menontonnya
lagi. Alih-alih, aku memutuskan memberanikan diri
untuk sekali lagi mencoba radio nirkabel, tapi setelah mengamati kamarku secara menyeluruh, aku
berkesimpulan bahwa tak ada pesawat penerima di sana.
Jika tempat tinggal sederhana ini memiliki televisi
tapi tak ada radio nirkabel, orang harus menyimpulkan
bahwa televisi telah menjadi yang lebih penting dari
kedua media itu. Limbung, aku pun duduk di tempat tidur.
Aku mengakui bahwa dulu aku pernah sangat bangga
akan kemampuanku, setelah bertahun-tahun melakukan
kajian sendiri, untuk menyingkap dengan sangat jelas
berbagai kebohongan Yahudi yang diciptakan untuk
pers, tak peduli dalam samaran apa pun mereka muncul.
Tapi sekarang kemampuanku dalam wilayah itu sama
sekali tidak membantu. Di sini hanya ada siaran radio
yang sulit dipahami dan siaran masak-memasak.
Kebenaran macam apa yang sedang disembunyikan"
Adakah lobak yang berdusta"
Adakah bawang yang berdusta"
Tapi jika ini adalah medium zaman ini"yang
HITLER BANGKIT LAGI merupakan kebenaran yang tak terbantahkan"maka
aku tidak punya pilihan. Aku harus belajar untuk
memahami isi alat ini, aku harus menyerapnya, meski
itu sama menantang dan menjijikkannya secara intelektual dengan makanan kotak si perempuan gemuk
itu. Dengan penuh tekad, aku mengisi seceret air di
ruang cuci, menuangkan segelas untuk diriku sendiri,
meminum satu tegukan dan, dengan penuh kesiapan
menghadapi kesulitan, duduk di depan alat itu.
Aku menyalakannya lagi. Pada program pertama, masakan si koki bawang sudah
selesai; sebagai gantinya seorang tukang kebun, yang
dengan kagum diperhatikan oleh seorang pelacur televisi
yang sedang mengangguk-angguk, membicarakan
keong dan cara terbaik untuk membasminya. Cukup
penting bagi nutrisi bangsa ini, memang, tapi apakah
itu perlu menjadi pembahasan sebuah siaran televisi"
Barangkali alasan acara itu tampil begitu serampangan
adalah karena, hanya beberapa menit kemudian, tukang
kebun lain menyampaikan pidato yang sama, hampir
kata per kata, tapi dalam acara yang berbeda, kali ini
menggantikan si koki lobak. Keingintahuanku kini
timbul mengenai apakah perempuan gemuk itu juga
pindah ke kebun tersebut untuk berperang melawan
keong ketimbang melawan putrinya. Namun ternyata
tidak begitu. Rupanya perangkat televisi itu menyadari bahwa aku
telah menonton program lain untuk sesaat, karena sang
narator kini mengintisarikan apa yang telah kulewatkan.
Manndi, demikian sang narator menyimpulkan, telah
kehilangan pekerjaan magangnya dan tak mau makan
TIMUR VERMES makanan ibunya. Sang ibu tidak senang. Gambargambar yang telah aku lihat baru seperempat jam lalu
ditayangkan sekali lagi. "Baiklah, baiklah!" Kataku, cukup keras agar televisi
itu mendengar. "Tak perlu melakukan itu lama-lama.
Aku tidak pikun, demi Tuhan."
Aku mengganti program lagi. Dan aku benar-benar
menemukan sesuatu yang baru. Si koki daging telah
hilang, dan tak ada para petani penyewa tanah yang
berceramah; alih-alih mereka menampilkan petualangan
seorang pengacara, yang tampaknya merupakan salah
satu serial siaran televisi. Pengacara itu memiliki
jenggot seperti Buffalo Bill, dan semua aktor berbicara
dan bergerak seolah era film bisu baru saja berakhir.
Sebuah acara lawak yang sangat riang, yang membuatku
tertawa keras pada sejumlah kesempatan, meskipun
setelah dipikir kembali, aku tidak benar-benar yakin
apa alasannya. Mungkin penyebabnya adalah kelegaan
bahwa untuk sekali ini tak ada orang yang memasak atau
membela saladnya. Aku mengganti saluran, kini merasa hampir percaya
diri dengan penguasaanku atas perangkat tersebut,
dan secara kebetulan mendapati lebih banyak film
cerita. Tampak lebih tua, dengan kualitas gambar yang
beragam, film-film itu menggambarkan kehidupan
pertanian, para dokter, detektif. Tapi tak satu pun dari
aktor mereka yang memiliki kualitas aneh seperti si
pengacara Buffalo Bill. Tampaknya ujuan umumnya
adalah menawarkan hiburan yang murni pada siang hari.
Tentu saja, aku juga senang ketika pada 1944 The Punch
Bowl dirilis, sebuah film sangat riang yang memikat
HITLER BANGKIT LAGI dan mengalihkan perhatian publik di masa-masa yang
sangat sulit saat perang. Tapi komedi ini dinikmati pada
malam hari, setidaknya dalam begitu banyak kasus.
Maka, betapa menyedihkannya situasi saat ini, jika Volk
mendapat sajian renungan ringan seperti ini di pagi hari.
Dalam keterkejutan, aku melanjutkan eksplorasi pada
perangkat itu dan tiba-tiba aku terhenti.
Di depanku kini duduk seorang pria membaca
sebuah naskah, yang dari kandungannya tampaknya
merupakan sebuah buletin berita, tapi sulit menyatakan
hal ini dengan kepastian mutlak. Sementara pria itu
menyajikan laporan-laporannya, terdapat pita-pita
yang bergerak melintasi layar, beberapa memuat angka,
beberapa bertuliskan frase, seolah apa yang dikatakan
sang penyiar begitu tak berarti sehingga orang sebaiknya
mengikuti pita-pita itu saja, atau sebaliknya. Yang pasti
adalah bahwa orang akan terkena stroke jika berusaha
untuk mengikuti segalanya. Mataku terbakar, aku menggantinya lagi, hanya untuk mendapat sajian sebuah
saluran yang persis sama, meskipun dengan pita-pita
dalam warna lain dan seorang penyiar yang berbeda.
Mengerahkan setiap ons terakhir dari kekuatan batinku,
aku menghabiskan beberapa menit dengan berusaha
memahami apa yang terjadi. Tampaknya masalah yang
agak penting adalah fokusnya; kanselir Jerman yang
sekarang jelas telah menyatakan, mengumumkan, atau
memutuskan sesuatu, tapi tidaklah mungkin memahami
apa itu. Di ambang keputusasaan, aku berjongkok
di depan mesin itu dan berusaha untuk menutup
kerumunan kata-kata yang tak penting dengan kedua
tanganku sehingga aku bisa berkonsentrasi pada kata83
TIMUR VERMES kata yang diucapkan. Tapi makin banyak kata yang tak
bisa kumengerti berganti-ganti, terus menerus, hampir
di setiap sudut layar. Waktu, harga saham, harga dolar,
dan temperatur sudut-sudut bumi yang paling jauh"
tanpa memedulikan semua ini, si penyiar membacakan
berita mengenai berbagai peristiwa dunia. Seolah-olah
informasi itu diambil dari rumah sakit jiwa.
Dan seolah lelucon-lelucon yang tak masuk akal ini
belum cukup, selingan-selingan iklan, yang sering dan
tiba-tiba, mengumumkan di mana liburan paling murah
bisa didapatkan, sebuah klaim yang dibuat dengan cara
persis sama oleh sejumlah besar toko. Tidak ada orang
waras yang mampu mengingat nama gerai-gerai ini, tapi
mereka semua masuk dalam sebuah kelompok bernama
W.W.W. Satu-satunya harapanku adalah bahwa ini tidak
lebih dari sekadar Strength through Joy dalam bentuk
modern. Agar kau tahu, tidak bisa dibayangkan seorang
pria secerdas Ley bisa menciptakan sesuatu yang terdengar seperti seorang cebol beku yang keluar dari
sebuah kolam renang dengan gigi gemeretak. W.W.W.
Aku tidak ingat bagaimana aku mampu mengumpulkan kekuatan untuk menyusun pikiranku sendiri.
Namun aku dihantam sebuah kilasan inspirasi: kegilaan
yang terorganisasi ini adalah sebuah tipuan propaganda
yang canggih. Ini sangat mudah untuk dilihat"bahkan
di hadapan berita yang paling mengerikan, Volk tidak
akan kehilangan semangat, karena pita-pita yang tak
berujung itu memberikan pesan yang menenangkan
bahwa sah-sah saja menganggap apa yang baru saja
dibacakan oleh si penyiar sebagai tidak penting,
dan berkonsentrasi saja pada berita-berita olahraga.
HITLER BANGKIT LAGI Aku memberikan anggukan persetujuan. Di masaku,
kami bisa mengunakan teknologi ini untuk memberi
informasi pada Volk tentang banyak hal sebagai kabar
tambahan. Bukan Stalingrad, mungkin, tapi pasti
pendaratan Sekutu di Sisilia. Dan sebaliknya, ketika
Wehrmacht meraih kemenangan-kemenangan besar,
orang bisa segera menghilangkan pita-pita teks dan
mengumumkan dari layar statis: HARI INI, PASUKAN
JERMAN YANG HEROIK MENGEMBALIKAN KEBEBASAN SANG DUCE!
Alangkah besar dampak yang akan ditimbulkan hal
itu! Dalam keadaan butuh istirahat, aku beralih dari siaran
gila-gilaan ini dan, karena ingin tahu, kembali pada ibu
gemuk tadi. Apakah ia telah mengirim putrinya yang
bobrok itu ke penjara" Bagaimana tampang suaminya"
Apakah dia salah satu pendukung hangat-hangat tahi
ayam yang menyembunyikan diri dalam National
Socialist Motor Corps"
Program itu segera tahu aku telah kembali, dan
dengan buru-buru sekali lagi mengurai berbagai
kejadian untukku. Manndi yang berusia enam belas
tahun, demikian si narator bercerita, kini dengan suara
yang penuh daya tarik dan urgensi, telah kehilangan
pekerjaan magangnya, dan ketika ia pulang ke rumah
tidak mau menyantap makanan yang telah disiapkan
untuknya dengan penuh kasih sayang oleh ibunya. Sang
ibu tidak bahagia dan telah meminta bantuan seorang
tetangga. "Kau belum beranjak jauh," aku membentak sang
reporter, tapi berjanji untuk melihat kembali nanti,
TIMUR VERMES ketika lebih banyak hal lagi terjadi. Dalam perjalananku
kembali ke saluran berita aku mampir sebentar ke
Buffalo Bill, sebagai penghormatan untuk film bisu.
Narator lain menyambutku di sana dan memberitahuku
apa yang telah dilakukan oleh orang yang dianggap
"pengacara" itu hingga titik itu dalam acara tersebut.
Tampaknya penyimpangan moral telah terjadi pada
lembaga pendidikan yang kerap dikunjungi Sinndi
yang berusia enam belas tahun. Pencarian terhadap
pelakunya, seorang pendidik, menimbulkan aneka suara
omong kosong yang menyiksa. Begitu konyolnya upaya
bermutu rendah ini sehingga sekali lagi aku tertawa
dengan sepenuh hati. Untuk membuat omong kosong
yang disatukan secara serampangan ini menjadi bahkan
sekadar separuh masuk akal, pasti dibutuhkan seorang
Yahudi penjilat. Tapi di mana orang bisa menemukan
seorang Yahudi pada masa sekarang" Dalam urusan ini,
setidaknya, Himmler sebaik kata-katanya.
Aku mengganti saluran lagi ke berita yang kacau balau
itu dan kemudian mengganti lagi. Aku melihat seorang
pria bermain biliar, yang kini dianggap sebagai olahraga,
sebuah fakta yang bisa disimpulkan"seperti yang aku
temukan"dari nama saluran tersebut, yang terpajang
di sudut atas gambar tersebut. Saluran lain juga tengah
menayangkan olahraga, tapi di sini kamera menangkap
gambar orang-orang yang sedang bermain kartu. Jika ini
adalah olahraga modern, permainan ini membuat orang
khawatir akan kebugaran para pria yang menjalani
dinas militer. Untuk sesaat aku bertanya-tanya apakah
seseorang seperti Leni Riefenstahl bisa memunculkan
lebih banyak hal dari kebosanan semacam ini, tapi
HITLER BANGKIT LAGI bahkan seni para jenius terbesar dalam sejarah pun
memiliki batasnya. Mungkin cara membuat film telah berubah. Dalam
pencarianku aku menemukan beberapa saluran yang
menyiarkan sesuatu yang agak mengingatkanku pada
film-film animasi kuno. Aku masih memiliki ingatan
kuat tentang petualangan Mickey Mouse, tapi apa yang
aku lihat di layar ini sama sekali tidak berguna selain
menyebabkan kebutaan sesaat. Rangkaian tanpa akhir
potongan-potongan percakapan yang paling tak keruan
disela oleh ledakan-ledakan kuat yang bahkan lebih
sering terjadi. Bahkan, saluran-saluran itu menjadi semakin aneh.
Ada beberapa yang hanya menyiarkan ledakan-ledakan,
tanpa animasi; untuk sesaat aku bahkan menduga
bahwa ini mungkin sejenis musik, sebelum tiba pada
kesimpulan bahwa satu-satunya tujuan mereka adalah
menjual produk yang sangat tak berarti yang disebut
nada dering. Tidak bisa dimengerti olehku mengapa
orang harus membutuhkan dering tertentu. Seolah-olah
setiap orang kini bekerja di bagian efek suara untuk film
bersuara. Terlepas dari semua itu, berjualan via perangkat
televisi tampaknya menjadi sebuah praktik yang cukup
lazim di masa kini. Dua atau tiga saluran lain terusmenerus menyiarkan promosi para pedagang kaki lima,


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti yang kita temukan di setiap bazar. Di sini juga
omong kosong tersebut ditimpa begitu saja dengan teks
di setiap sudut layar. Para penjual itu sendiri melanggar
setiap aturan dasar orasi yang serius; mereka bahkan
tidak melakukan upaya sedikit pun untuk memberikan
TIMUR VERMES kesan bahwa mereka bisa dipercaya, dan bahkan
orang-orang yang lebih tua mengenakan anting-anting
yang mengerikan, seperti kebanyakan orang gipsi.
Permainan peran mereka melanjutkan tradisi terburuk
dalam permainan tipu-menipu. Salah satu dari mereka
akan mengucapkan kebohongan yang paling konyol,
sementara yang lain berdiri di sampingnya, berteriak
"Hei!" dan "Tidak!" atau bahkan "Luar biasa". Benarbenar sebuah lelucon yang memenuhi diriku dengan
dorongan untuk menembakkan 8.8 Flak pada kawanan
hama ini, dan membuat berbagai kebohongan muncrat
dari perut para bajingan ini.
Kemarahanku sebagian disebabkan oleh ketakutan
yang memuncak bahwa aku akan gila menghadapi
kegilaan kolektif semacam ini. Ketika aku mencoba
untuk kembali pada perempuan gendut itu, tindakan ini
menjadi semacam pelarian. Namun, aku terjebak pada
saluran di mana si pengacara amatir telah melakukan
kejahatan yang begitu mengerikan. Kini sebuah drama
pengadilan sedang dimainkan, yang aktris utamanya
semula kukira kanselir yang pernah kulihat di berita.
Namun ternyata ia hanyalah seorang hakim pengadilan
yang sangat mirip dengan sang kanselir. Kasus yang
sedang disidangkan adalah kasus si Sanndi itu, yang
tampaknya didakwa melakukan berbagai penyimpangan
di lembaga pendidikannya.
Namun, gadis berusia enam belas tahun itu hanya
mengakui pelanggaran-pelanggaran itu karena rasa
sukanya pada seorang anak laki-laki bernama Anndi,
yang menjalin hubungan dengan tiga pelajar perempuan
sekaligus, salah satunya ternyata seorang aktris, atau
HITLER BANGKIT LAGI ingin menjadi aktris. Karena keadaan yang tak bisa
dijelaskan, ia menunda karier ini demi sebuah kegiatan
sampingan dalam dunia kriminal, dan kini ia menjadi
salah seorang pemilik sebuah toko taruhan. Lebih
banyak omong kosong dituturkan dengan cepat dalam
dialog-dialog serupa, sementara sang hakim pengadilan
mengangguk-angguk penuh semangat, dengan wajah
menggambarkan keseriusan, seolah kisah-kisah
absurd ini adalah hal yang paling normal di dunia dan
biasa terjadi sehari-hari. Aku benar-benar tidak bisa
memahaminya. Siapa yang memilih menonton sampah seperti
ini" Untermenschen, mungkin, yang nyaris tak bisa
membaca dan menulis, tapi selain mereka" Praktis mati
rasa, aku mengganti saluran kembali ke si perempuan
gemuk. Sejak kunjungan terakhirku kehidupannya yang
penuh petualangan telah diganggu oleh sebuah program
iklan, hanya bagian akhirnya yang kutangkap. Kemudian
narator bersikeras menjelaskan padaku untuk kesekian
kalinya bahwa pelacur celaka ini telah kehilangan
kendali atas putri haram jadahnya yang merupakan
contoh paling bodoh seorang anak perempuan, dan
satu-satunya yang berhasil ia lakukan dalam setenggah
jam terakhir adalah mengoceh pada seorang tetanga
yang tak henti-henti merokok tentang mengusir si
tolol kecilnya itu. "Seluruh orang sakit yang tak bisa
diharapkan ini seharusnya berada di sebuah kamp kerja
paksa," aku mendeklarasikan dengan lantang kepada
perangkat televisi itu. "Apartemennya harus direnovasi
atau, bahkan lebih baik lagi, dihancurkan bersama
dengan seluruh rumah tersebut, dan sebuah lahan parade
TIMUR VERMES dibangun sebagai gantinya, sehingga menghapus untuk
selamanya berbagai kejadian malapetaka ini dari pikiran
sehat Volk Jerman. Dengan jengkel, aku membuang
kotak pengontrol itu ke keranjang sampah kertas.
Betapa sebuah tugas luar biasa yang terbentang di
hadapanku! Untuk meredakan kemarahanku aku memutuskan
untuk melangkah keluar. Tidak terlalu lama, karena aku
tidak berharap jauh dari telepon, tapi cukup lama untuk
berlari ke penatu ekspres guna mengambil seragamku.
Aku masuk ke toko itu dengan sebuah helaan napas,
disambut sebagai "Herr Stromberg", mengambil jaket
tentara milikku yang secara mengejutkan sangat bersih
dan cepat-cepat melangkah pulang. Aku nyaris tak bisa
menunggu untuk kembali menghadapi dunia dengan
pakaian yang familier. Tentu saja, hal pertama yang
dikatakan resepsionis ketika aku pulang adalah bahwa
tadi ada telepon untukku.
"Aha," kataku. "Tentu saja. Itu harus terjadi ketika aku
keluar. Siapa itu?" "Tidak tahu," kata resepsionis, menatap dengan kosong ke arah televisinya.
"Apakah kau tidak mencatat namanya?" Aku berteriak tak sabar.
"Mereka bilang mereka akan menelepon kembali,"
katanya, dalam usaha meminta maaf atas perbuatannya
yang keliru. "Apakah itu penting?"
"Masa depan Jerman jadi taruhannya," kataku jijik.
"Terserahlah," katanya, kembali memandang kosong
ke layarnya. "Tak punya ponsel?"
"Ponsel?" I mengomel.
HITLER BANGKIT LAGI "Ya," katanya. "Itu seperti, handy."
"Seperti Hanndi?" aku berteriak marah. "Apakah ini
gelandangan lain yang pergi ke pengadilan karena ia
kehilangan pekerjaan magangnya?" Aku tiba-tiba pergi
dan berjalan ke kamarku untuk melanjutkan kajianku
tentang televisi. Delapan asanya luar biasa betapa aku jauh lebih mudah
dikenali dalam pakaianku yang biasa. Ketika aku
masuk taksi sang sopir menyambutku dengan bersungut-sungut, tapi dengan suasana keakraban.
"Baiklah gubernur" Apa kita ke masa lalu?"
"Benar," aku menjawab, mengangguk pada lelaki itu.
Aku memberinya alamat. "Baiklah!" Aku bersandar. Aku tidak memesan taksi jenis
khusus, tapi jika ini merupakan model rata-rata, ini
adalah tunggangan yang luar biasa.
"Jenis mobil apa ini?" aku bertanya kepadanya
dengan acuh tak acuh. "Mer-sey-dis." Aku tiba-tiba dikuasai gelombang nostalgia, sebuah
rasa aman yang menyenangkan. Aku berpikir tentang
Nuremberg, rapat umum yang luar biasa, perjalanan
melalui kota tua yang menyenangkan, angin di akhir
musim panas menjelang musim gugur, yang bertiup di
HITLER BANGKIT LAGI seputar puncak topiku seperti seekor serigala.
"Aku pernah memiliki salah satu mobil ini," kataku
melamun. "Sebuah mobil dengan atap yang bisa dibuka."
"Dan?" sopir itu bertanya. "Melaju dengan baik?"
"Aku pribadi tak punya sebuah SIM." Aku berkata.
"Tapi Kempka tak pernah menyampaikan keluhan apa
pun." "Jadi, kau seorang F"hrer yang tak pernah duduk
di kursi pengemudi?" Sang sopir tiba-tiba tertawa.
"Lelucon bagus, ya?"
"Sebuah lelucon lama."
Ada jeda singkat dalam percakapan itu. Kemudian si
sopir memulai lagi. "Jadi" Masih ada"mobil itu" Atau kau menjualnya?"
"Jujur saja, aku tak tahu sudah jadi apa mobil itu,"
kataku. "Sayang," kata sang sopir. "Jadi, apa yang kau lakukan
di Berlin" Taman Musim Dingin" Ayam Jantan Merah?"
"Ayam Jantan Merah?"
"Kau tahu"teater apa" Di mana kau akan tampil?"
"Pertama-tama, aku ingin berbicara di radio."
"Aku paham," kata si sopir. "Punya banyak rencana
besar lagi, bukan?" "Takdir menempa berbagai rencana," kataku dengan tegas. "Aku hanya mi melakukan apa yang perlu
dilakukan, baik sekarang atau di masa depan, demi
kelestarian bangsa."
"Kau benar-benar hebat!"
"Memang." "Ingin jalan memutar sedikit untuk tempat-tempat
yang sering Anda kunjungi dulu?"
TIMUR VERMES "Mungkin nanti. Aku benci tidak tepat waktu."
Bagaimanapun juga, ini alasanku memesan sebuah
taksi. Karena saranaku terbatas, aku menawarkan diri
untuk berjalan kaki ke kantor pusat perusahaan itu, atau
naik trem, tapi mengantisipasi kemungkinan kemacetan
lalu lintas atau faktor lain yang tak diperhitungkan,
Sensenbrink memaksaku naik taksi.
Aku menatap ke luar jendela untuk melihat apakah
aku masih bisa mengenali bagian-bagian ibu kota ini.
Itu bukan tugas yang sederhana, terutama ketika sopir
menghindari jalan-jalan utama untuk menghemat
waktu. Melihat sangat sedikit bangunan tua, aku mengangguk puas. Tampaknya seolah-olah hampir tak ada
yang tertinggal untuk musuh. Yang masih sulit aku
pahami adalah bahwa, setelah hampir tujuh puluh
tahun, metropolis sedemikian besar bisa berdiri lagi.
Apakah Roma tidak menebar garam di bumi Carthage
yang dikalahkan" Seandainya menjadi tanggung
jawabku, aku pasti telah menyebar bergerbong-gerbong garam di Moskow. Atau di Stalingrad! Berlin,
sebaliknya, bukanlah kebun sayuran. Manusia kreatif
bisa membangun sebuah koliseum bahkan di tanah yang
mengandung garam; selama menyangkut teknologi dan
perencanaan konstruksi, tentu saja, satu ton garam di
tanah sebenarnya tidak cukup relevan. Lagi pula, sangat
mungkin bahwa musuh terpana ketika dihadapkan
pada reruntuhan Berlin seperti bangsa Avars tertegun
di hadapan reruntuhan Athena. Dan kemudian, dalam
upaya yang putus asa untuk melestarikan kebudayaan,
mereka telah membangun kembali kota ini tapi hanya
sebagaimana yang mampu dilakukan oleh ras kelas dua
HITLER BANGKIT LAGI dan tiga. Karena tak ada keraguan tentang hal ini: bahkan
pada pandangan pertama, mata yang terlatih bisa melihat
bahwa sebagian besar struktur yang dibangun di sini
berkulitas rendah. Sebuah kekusutan yang menakutkan,
yang diperparah dengan fakta bahwa ke mana pun orang
melihat tampaklah toko-toko yang sama. Awalnya, aku
mengira kami mengemudi berputar-putar hingga aku
sadari bahwa Herr Starbuck memiliki lusinan kedai
kopi. Keanekaragaman toko roti telah lenyap, jaringan
toko daging ada di mana-mana, dan aku bahkan melihat
beberapa PENATU EKSPRES YILMAZ. Rumah-rumah,
juga, dibangun dengan sebuah desain yang sangat tidak
imajinatif. Bangunan yang didiami perusahan produksi itu
pun bukan pengecualian. Sulit dipercaya bahwa dalam
lima ratus atau seribu tahun orang akan berdiri di sini,
terkagum-kagum pada blok beton tanpa selera ini.
Aku sungguh-sungguh kecewa. Bangunan ini mirip
dengan bekas salah satu pabrik perakitan; barangkali
"perusahaan produksi" yang mencakup segalanya ini
tidaklah sebagus yang dikatakan.
Seorang perempuan muda berambut pirang dengan dandanan tebal menjumpaiku di meja resepsi
untuk mengantarku ke ruang konferensi. Aku ngeri
menggambarkan tempat ini, dengan dinding beton
telanjang, yang sesekali dirusak dengan batu bata yang
terbuka. Nyaris tak ada satu pintu pun yang terlihat;
di sana-sini orang bisa melihat ruangan-ruangan besar
di mana sejumlah orang bekerja dengan perangkatperangkat televisi mereka di bawah tabung-tabung bercahaya terang. Kesan yang kita dapatkan adalah bahwa
TIMUR VERMES para pekerja amunisi baru pergi beberapa menit lalu.
Telepon-telepon berdering tiada henti, dan tiba-tiba aku
sadari mengapa Volk diwajibkan untuk menghabiskan
uang untuk nada dering: sehingga di kamp kerja ini
orang setidaknya bisa tahu ketika teleponnya sendiri
berdering. "Aku mengandaikan bahwa semua yang ada di sini
adalah tanggung jawab orang-orang Rusia," kataku.
"Ya, kira-kira begitu," perempuan muda itu berkata
sambil tersenyum. "Tapi Anda pasti telah membaca
bahwa pada akhirnya mereka tidak jadi datang. Sayangnya. Yang kita dapatkan sekarang adalah belalangbelalang Amerika."
Belalang. Aku mendesah. Inilah yang selalu aku
khawatirkan. Tak ada Lebensraum, tak ada tanah
untuk memproduksi roti untuk memberi makan Volk.
Jadi kini orang-orang Jerman beralih makan serangga
seperti orang-orang negro. Menatap pada makhluk
muda yang malang ini, aku tersentuh ketika ia berjalan
tanpa halangan di sampingku. Aku berdeham, tapi aku
khawatir ia mungkin memperhatikan emosiku, ketika
aku mengatakan kepadanya, "Anda seorang gadis yang
sangat berani." "Tentu saja," ia bersemu. "Aku tak ingin selamanya
menjadi seorang asisten."
Tentu saja. Seorang "asisten". Ia sedang melakukan
pekerjaan pendukung untuk orang-orang Rusia. Begitu
saja, aku tak bisa menjelaskan bagaimana pengaturan
semacam ini bisa terjadi di dunia modern ini, tapi ini
memuat semua ciri khas kutu-kutu Rusia itu. Aku tak
bisa menahan diri untuk merenungkan terdiri dari
HITLER BANGKIT LAGI apa kiranya "kegiatan-kegiatan" yang ada di bawah
penindasan Bolshevisme ini, tapi tiba-tiba aku berhenti
dan meraih tangannya. "Lihat aku," katanya, dan ketika ia menoleh, agak
terkejut, aku menatap lurus ke matanya dan berkata


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan takzim, "Aku memberimu janji ini: Kau
akan menjalani masa depan yang sesuai dengan latar
belakangmu. Aku secara pribadi akan melakukan apa
pun yang aku bisa sehingga kau dan perempuan Jerman
lain tidak lagi harus melayani Untermenschen ini! Kau
pegang janjiku, Fr"ulein..."
"..."zlem," katanya.
Aku masih ingat betapa tidak menyenangkannya
momen itu. Untuk sepersekian detik otakku mencaricari sebuah penjelasan tentang bagaimana seorang
gadis Jerman yang jujur seperti dia memiliki nama
seperti "zlem. Tentu saja, aku gagal menemukannya.
Aku melepaskan tanganku dari lengannya, berbalik,
dan terus berjalan. Aku merasa begitu tertipu, begitu
dikhianati, sehingga aku berharap bisa meninggalkan
perempuan gadungan ini. Tapi aku tidak tahu ke mana
tujuanku. Jadi aku mengikutinya tanpa berkata-kata,
memutuskan untuk melangkah dengan lebih hati-hati
di era yang baru ini. Betapa luar biasanya: orang-orang
Turki ini tidak hanya ada di industri penatu; mereka
tampaknya ada di mana-mana.
Ketika kami tiba di ruang konferensi, Sensenbrink
datang menghampiriku dan membawaku masuk ke
dalam. Sekelompok orang duduk di seputar meja
yang relatif panjang, dirakit dari beberapa bagian
yang lebih kecil. Aku juga mengenali Sawatzki, orang
TIMUR VERMES yang memesan hotel; di sampingnya ada setengah
lusin lelaki muda mengenakan setelan jas dan seorang
perempuan yang pastilah "Bellini". Ia berusia sekitar
empat puluh tahun, dengan rambut hitam dan mungkin
berasal dari Tyrol Selatan. Begitu aku masuk ruangan,
aku merasakan perempuan ini lebih merupakan seorang lelaki dibanding semua orang bodoh lain yang
berkumpul di sini. Memegang lenganku, Sensenbrink
berusaha untuk membawaku ke ujung meja, di mana,
seperti yang bisa kulihat dari sudut mataku, mereka
dengan seadanya telah membuat semacam panggung
atau podium. Dengan sebuah putaran halus tubuhku,
aku meninggalkannya megap-megap, berjalan ke arah
perempuan itu, membuka topi militerku dan menggenggam bagian bawah lengannya.
"Ini adalah... Frau Bellini," Sensenbrink berkata, yang
sebenarnya tak diperlukan. "Wakil Presiden Eksekutif
Flashlight. Frau Bellini"temuan baru kami yang menjanjikan, Herr... emm..."
"Hitler," aku menyela, mengakhiri kegagapannya
yang sia-sia. "Adolf Hitler, mantan Kanselir Reich dari
Reich Jerman Raya." Ia menyodorkan tangannya, yang
kuangkat ke bibirku ketika aku membungkukkan kepalaku, tapi tidak terlalu dalam. Kemudian aku berdiri tegak
lagi. "Saya senang bisa berkenalan dengan Anda, Nyonya.
Bersama kita bisa mengubah Jerman!"
Ia tersenyum, agak tidak menentu aku rasa, tapi aku
tahu dari pengalaman masa lalu pengaruh khusus yang
kumiliki terhadap para perempuan. Pada hakikatnya
tidak mungkin bagi seorang perempuan untuk tidak
HITLER BANGKIT LAGI merasakan apa pun ketika bertemu panglima tertinggi
dari tentara yang paling kuat di muka bumi. Untuk
mencegah rasa malu yang tak perlu pada dirinya, aku
berkata "Tuan-tuan!" kepada orang-orang di sekitar
meja, dan akhirnya kembali beralih kepada Sensenbrink.
"Jadi, Sensenbrink yang terhormat, di mana kau
bayangkan aku harus duduk?"
Ia menunjuk sebuah kursi di ujung meja. Aku telah
banyak berpikir. Ini bukan yang pertama kali orangorang yang disebut industrialis mengira mereka bisa
mengukur pentingnya seorang F"hrer Jerman masa
depan. Baiklah, aku pastinya sedang merencanakan
untuk menunjukkan pentingnya diriku, tapi masih
meragukan apakah mereka mampu menanganinya.
"Oke," kata Sensenbrink. "Tebarkan sihirmu. Apa
yang akan Anda sajikan?"
"Diriku sendiri" kataku.
"Tidak, maksudku, apa yang akan Anda katakan
kepada kami hari ini?"
"Aku janji tidak akan menyebut Polandia lagi!"
Sawatzki berseru dengan sebuah seringai.
"Bagus," kataku. "Itu memang kemajuan. Aku rasa
pertanyaannya jelas: Bagaimana kau bisa membantu
Jerman?" "Bagaimana Anda berniat membantu Jerman?" Frau
Bellini bertanya, memberiku dan yang lainnya sebuah
kedipan aneh. "Di lubuk hati Anda, aku percaya kalian semua yang
mengelilingi meja ini tahu apa yang dibutuhkan negeri
ini. Dalam perjalananku ke sini, aku telah melihat
ruangan-ruangan tempat kalian dipaksa bekerja.
TIMUR VERMES Gudang-gudang di mana Anda dan teman-teman Anda
dipaksa menjalani kerja wajib. Speer tidak bermanismanis ketika bicara tentang penempatan para pekerja
asing secara efisien, tapi kondisi yang berjejal-jejal ini..."
"Ini adalah kantor dengan ruangan terbuka," kata
salah satu lelaki itu. "Anda menemukannya di manamana."
"Anda berusaha mengatakan padaku bahwa ini
adalah idemu?" aku menyelidik.
"Apa maksudmu "ideku?" ia berkata, sambil tertawa
ketika ia melihat sekelilingnya pada teman-temannya.
"Kami semua di sini memutuskan itu."
"Sekarang dengar," kataku, bangkit dan menghadap
pada Frau Bellini. "Inilah argumenku. Aku sedang bicara
tentang tanggung jawab. Aku sedang bicara tentang
keputusan. Siapa yang memasang kurungan-kurungan
besar ini" Apakah dia?" Aku menunjuk kepada lelaki
yang idenya tidak ada. "Atau dia?" Kini aku menatap
tetangga Sensenbrink. "Atau Herr Sawatzki" Tapi aku
sangat meragukannya. Aku tidak tahu. Atau, untuk
mengatakannya secara lebih tepat: tuan-tuan ini di sini
sendiri tidak tahu. Dan apa yang seharusnya dilakukan
para pekerja Anda jika mereka tidak memahami katakata mereka sendiri di tempat kerja"Jika mereka harus
menghabiskan banyak uang untuk dering telepon,
sehingga mereka bisa membedakan telepon mereka dari
dering tetangganya" Siapa yang bertanggung jawab"
Siapa yang akan menolong para pekerja Jerman di masa
sulit" Kepada siapa ia bisa berpaling" Akankah atasannya
membantu" Tidak, karena ia mengirim pekerja itu
kepada pria di sana itu, dan pria di sana itu pada
100 HITLER BANGKIT LAGI gilirannya mengirimnya pada orang lain! Dan apakah
ini adalah sebuah kasus yang terisolasi" Tidak, ini bukan
sebuah kasus yang terisolasi, tapi sebuah penyakit yang
merayap diam-diam ke seluruh Jerman! Ketika Anda
membeli secangkir kopi hari ini, apakah Anda tahu siapa
yang bertanggung jawab untuk itu" Siapa yang membuat
kopi" Tuan yang ini," kataku, menunjuk pada lelaki
yang tak punya ide tadi, "tuan ini di sini secara alamiah
percaya bahwa yang bertanggung jawab adalah Herr
Starbuck. Tapi Anda, Frau Bellini, Anda dan aku samasama tahu bahwa Herr Starbuck tidak bisa membuat kopi
di mana-aman pada saat yang bersamaan. Tidak seorang
pun tahu yang membuat kopi, tapi yang kita ketahui
dengan pasti adalah dia bukan Herr Starbuck. Dan
ketika kau pergi ke penatu, apakah kau tahu siapa yang
mencuci seragammu" Siapa si Yilmaz ini" Apakah kalian
mengerti" Ini alasan kita membutuhkan perubahan di
Jerman. Sebuah revolusi. Kita perlu tanggung jawab
dan kekuatan. Sebuah kepemimpinan yang mengambil
keputusan dan mempertahankannya dengan jiwa dan
raga, dengan segalanya. Jika kalian ingin menyerang
Rusia, kalian tidak bisa mengatakan, sebagaimana
yang akan dikatakan kolega kalian: Sebenarnya, kami
semua memutuskan ini bersama-sama. Akankah kita
mengepung Moskow" Aku tahu, mari duduk melingkari
sebuah meja dan memutuskan dengan mengacungkan
tangan! Semuanya begitu nyaman, dan jika segalanya
salah maka kita bersama-sama disalahkan, atau bahkan
lebih baik: rakyatlah yang disalahkan karena mereka
memilih kita. Tidak, Jerman harus diberi tahu sekali
lagi tentang Rusia. Rusia bukan Brauchitsch, ia bukan
101 TIMUR VERMES Guderian, ia bukan G"ring"ia adalah aku. Jalan raya"
itu bukan sembarang badut tua"ia adalah sang F"hrer!
Dan ini harus berlaku di seluruh negeri! Ketika Anda
menikmati sepotong roti, Anda tahu pembuatnya.
Ketika Anda berbaris ke Cekoslowakia besok, Anda
tahu itu adalah sang F"hrer!
Aku duduk lagi. Semuanya senyap di sekitarku.
"Itu... tidak lucu," kata tetangga Sensenbrink.
"Menakutkan," kata pria yang idenya tak ada.
"Aku bilang pada kalian ia hebat, "kan?" kata Sensenbrink dengan bangga.
"Gila..." kata Sawatzki si Pemesan Hotel, meskipun
tak jelas apa yang dia maksud dengan hal itu.
"Tidak mungkin," kata tetangga Sensenbrink dengan
tegas. Frau Bellini mencondongkan badannya ke depan.
Semua kepala langsung menoleh padanya.
"Masalah kalian adalah," katanya, "kalian semua
dikondisikan oleh pertunjukan stand-up modern."
Dengan cerdik, ia membiarkan komentarnya memberi dampak emosi sebelum melanjutkan. Dalam kasus
ini, tak seorang pun berani mengatakan sepatah kata
pun. "Kalian berpikir komedi yang baik adalah ketika orang
di atas panggung tertawa lebih banyak daripada orangorang yang berada di kursi penonton. Lihatlah adegan
komedi saat ini. Tak seorang pun bisa menyampaikan
sebuah kalimat lucu lagi tanpa tertawa sangat keras,
dengan begitu orang tahu itu adalah kalimat lucu. Dan
jika salah satu dari mereka tetap memasang muka serius,
102 HITLER BANGKIT LAGI maka kita memutar latar belakang suara tertawa."
"Tapi itu rumusan yang berhasil," kata seorang lelaki
yang baru saat itu berbicara.
"Mungkin," kata sang nyonya. Ia mulai menimbulkan
sebuah impresi yang besar padaku.
"Tapi apa yang terjadi selanjutnya" Aku rasa kita telah
mencapai titik di mana publik menerima begitu saja
hal-hal semacam itu. Orang pertama yang mengambil
pendekatan yang benar-benar baru akan meninggalkan
kompetisi hanya untuk orang-orang sekarat. Bukan
begitu, Herr... Hitler?"
"Propaganda itu sangat penting," kataku. "Anda perlu
mengirim sebuah pesan yang berbeda dari pihak-pihak
lain." "Katakan padaku," katanya. "Apakah kau menyiapkan
semua ini?" "Mengapa?" kataku. "Aku membentuk landasan
ideologiku sejak sangat lama. Ini membuatku mampu
menerapkan pengetahuanku di setiap aspek masalah
dunia dan menarik kesimpulan yang benar. Apakah
kalian benar-benar berpikir kalian bisa belajar cara menjadi seorang F"hrer di universitas-universitas kalian?"
Bellini menepukkan tangannya ke meja.
"Ia berimprovisasi," ia berseri-seri. "Ia mengucapkannya begitu saja! Dan bahkan tidak memasang wajah
bodoh! Katu tahu apa itu artinya" Artinya ia bukan jenis
yang kehabisan materi untuk dibicarakan, setelah dua
program. Atau mengeluh bahwa kita perlu memberi dia
lebih banyak penulis. Apakah aku benar, Herr Hitler?"
"Aku tidak suka mereka yang disebut penulis mengganggu kerjaku," kataku. "Ketika aku menulis Mein
103 TIMUR VERMES Kampf, Stolzing-Czerny sering..."
"Aku mulai memahami apa yang kau maksud,
Carmen," kata lelaki yang idenya tak ada. Ia tertawa.
"... dan kita akan menggunakan dia sebagai sebuah
kontras," kata Frau Bellini, "di mana dia akan membuat
dampak yang paling besar. Kita akan memberinya
sebuah slot permanen di Ali Gagmez!"
"Ia akan mencintai kita karena itu," kata Sawatzki.
"Ia harus melihat angka penontonnya," kata Frau
Bellini. "Angka-angka sekarang, di mana angka-angka
itu dua tahun lalu"dan akan berada di mana angkaangka itu tak lama lagi."
"Saluran-saluran lain sebaiknya mengatur kembali
acara mereka," kata Sensenbrink.
"Ada satu hal yang aku ingin luruskan," kata Frau
Bellini, tiba-tiba menatapku dengan sangat serius.
"Apa itu?" "Kami semua sepakat bahwa Yahudi bukan bahan
tertawaan." "Anda sepenuhnya benar," aku sependapat, nyaris
lega. Akhirnya ada seseorang yang tahu apa yang ia
sedang bicarakan. 104 Sembilan ak ada yang lebih berbahaya bagi sebuah
gerakan baru selain keberhasilan yang terlalu pesat.
Seseorang sudah mengambil beberapa langkah awal,
memperoleh beberapa pendukung di sini, memberikan
sebuah pidato di sana"bahkan mungkin mencaplok
Austria atau Sudetenland"dan terlalu mudah untuk
memiliki pikiran bahwa seseorang telah mencapai
sebuah tahapan antara di mana kemenangan akhir
lebih mudah untuk ia genggam. Dan kenyataannya,
aku memang mencapai hal-hal yang mencengangkan
dalam periode waktu yang sangat singkat, yang hanya
memastikan bahwa aku telah menjadi pilihan sang takdir
itu sendiri. Ketika aku memikirkan semua pertempuran
yang harus kujalani pada 1919 dan 1920, bagaimana
media meniupkan badai di wajahku, bagaimana partaipartai borjuis mengumbar omong kosong, bagaimana
aku dengan susah payah merobek jaringan kebohongan
Yahudi, helai demi helai, hanya untuk menyaksikan
kelenjar serangga yang berbau busuk itu kembali
105 TIMUR VERMES

Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memintal kebohongan-kebohongan yang bahkan lebih
lengket di sekitarku, sementara musuh, yang ratusan atau
ribuan kali lebih unggul, menyemprotkan racun-racun
baru yang bahkan lebih mengerikan. Namun hanya
setelah beberapa hari saja berada di zaman modern
ini, aku sudah memperoleh akses ke media penyiaran,
sebuah kendaraan propaganda yang tampaknya benarbenar telah diabaikan oleh oposisi politik. Mengapa, ini
terlalu bagus untuk benar-benar terjadi! Apa yang telah
dipelajari musuh tentang seni komunikasi publik selama
enam puluh tahun terakhir ini" Benar-benar tidak ada.
Dalam posisi mereka, aku akan membuat segala jenis
film! Kisah romantis di berbagai negeri jauh di atas kapalkapal Strength through Joy yang besar, menyeberangi
Laut Selatan atau melayari selat-selat yang diapit tebing
curam nan mengagumkan di Norwegia; cerita tentang
para prajurit Wehrmacht muda yang dengan gagah
berani untuk pertama kali mencoba memanjat tebingtebing yang menjulang, hanya untuk mati di kaki
tebing batu dalam pelukan cinta sejati mereka, seorang
pemimpin bagian dalam Liga Perempuan Jerman, yang,
hancur tapi dikukuhkan oleh tragedi itu, membaktikan
hidupnya pada kebijakan perempuan Sosialis Nasional.
Di perutnya ia mengandung keturunan nan berani dari
kekasihnya yang kini telah tewas, dan dengan kisah cinta
seperti ini orang bahkan mungkin mengabaikan fakta
bahwa mereka belum menikah, karena ketika suara darah
yang murni berbicara, bahkan langit pun harus tetap
diam. Bagaimanapun juga, ia tak bisa melupakan katakata terakhir kekasihnya ketika ia menuruni lembah itu
pada senja hari, disaksikan oleh sekawanan sapi perah
106 HITLER BANGKIT LAGI yang mengagumi mereka. Langit perlahan menghilang
menjadi sebuah bendera swastika yang agung. Nah,
betapa hebatnya film-film itu! Aku bersumpah bahwa
keesokan harinya mereka akan kehabisan formulir
pendaftaran untuk Liga Perempuan Jerman di setiap
kantor cabang. Nama perempuan itu seharusnya Sieglinde.
Toh, berbagai peluang politik dari medium ini
sepenuhnya diabaikan. Menurut perangkat televisiku,
yang tampaknya telah dilakukan pemerintah untuk Volk
hanyalah menerapkan sebuah langkah yang disebut
"tunjangan pencari kerja". Semua orang membencinya.
Tak seorang pun kelihatannya bisa mengucapkan
namanya tanpa terdengar tersinggung. Aku hanya
bisa berharap orang-orang ini bukan perwakilan
masyarakat secara keseluruhan, karena bahkan dengan
menggunakan cadangan terakhir imajinasiku, aku tidak
bisa membayangkan jenis parade bendera apa pun di
Nuremberg Zeppelinfeld dengan ratusan ribu pengeluh
seperti itu. Negosiasi-negosiasiku dengan Frau Bellini juga bisa
dianggap sebuah keberhasilan. Dari awal, aku telah
menyatakan dengan sangat jelas bahwa di samping uang
aku akan membutuhkan sebuah perlengkapan partai
dan sebuah markas besar partai. Awalnya, ia tampak
agak terkejut, tapi kemudian ia meyakinkanku tentang
dukungannya yang sepenuh hati, juga sebuah kantor dan
juru ketik. Ada anggaran pengeluaran yang besar untuk
mencakup pakaian, perjalanan propaganda, materi riset
untuk terus memberiku informasi tentang peristiwaperistiwa mutakhir, dan di selain itu banyak hal lain. Uang
107 TIMUR VERMES tampaknya tidak jadi masalah, tapi hanya ada sedikit
pemahaman tentang berbagai persyaratan seorang
pemimpin partai yang bergengsi. Jadi meskipun aku
dijanjikan beberapa pakaian "yang akurat sesuai sejarah"
yang harus dipesan dulu dari seorang penjahit, juga topi
tercintaku, yang selalu aku gunakan di pegunungan dan di
Obersalzberg, sebuah Mercedes beratap terbuka dengan
seorang sopir ditolak hanya atas dasar hal itu kelihatan
sangat konyol. Aku menyerah, dengan enggan, tapi
hanya demi penampilan"bagaimanapun juga, secara
substansial aku telah mencapai lebih dari yang pernah
kuharapkan. Melihat ke masa lalu, tanpa diragukan ini
adalah momen paling berbahaya dalam karier baruku.
Orang lain mungkin sudah duduk bersandar di kursinya
pada titik ini dan dengan melakukan hal itu ia berakhir
dengan kegagalan. Bukan aku. Mungkin berutang pada
kedewasaan dari tahun-tahun yang kualami, aku sendiri
mengaitkan semua perkembangan ini pada analisis
paling dingin dan tak kenal ampun.
Jumlah pendukungku lebih sedikit daripada sebelum-sebelumnya. Dan, oh Tuhanku, ada waktuwaktu di masa lalu ketika jumlah mereka sangat sedikit.
Aku mempunyai kenangan yang jelas tentang kejadian
saat itu pada 1919 ketika aku melakukan kunjungan
pertamaku kepada apa yang dulu masih merupakan
Partai Pekerja Jerman: tujuh orang yang hadir. Kini aku
bisa menghitung sendiri, mungkin Frau Bellini kalau
sedikit dipaksa, dan si pemilik kios, tetapi diragukan
apakah keduanya siap untuk mengisi kartu partai
mereka, apalagi mulai menghitung langganan anggota
atau bertindak sebagai perwakilan dalam pertemuan108
HITLER BANGKIT LAGI pertemuan, sembari mengayun-ayunkan kaki-kaki
kursi. Penjual koran itu tampaknya adalah orang yang
sangat liberal, bahkan cenderung kekiri-kirian, meskipun
ia tak diragukan lagi memiliki hati Jerman yang jujur.
Jadi aku tetap mendedikasikan diri pada disiplin besi
dari rutinitas harianku. Aku bangun pada pukul sebelas
pagi, menyuruh staf hotel membawakanku sepotong
atau dua potong kue, dan kemudian aku bekerja hingga
larut malam. Dengan kata lain, aku akan bangun pukul sebelas,
seandainya tidak ada dering telepon saat fajar, sekitar
pukul sembilan. Di saluran telepon, seorang perempuan
dengan nama yang berasal dari bahasa Slavia yang tak
bisa dilafalkan. Jodl tidak akan pernah menyambungkan
orang seperti ini kepadaku, tapi Jodl, sialan!, adalah
sejarah Jerman. Masih pusing akibat tidur, aku mencaricari pesawat telepon.
"Hrmm?" "Selamat pagi, Frau Krwtsczyk di sini," sebuah suara
yang ceria tanpa ampun bernyanyi. "Dari Flashlight!"
Yang paling membuatku terganggu dari orang-orang
pagi ini adalah sikap baik mereka yang mengerikan,
seolah mereka sudah bangun selama tiga jam dan siap
menaklukkan Prancis. Terutama, ketika sebagian besar
dari mereka, meskipun bangun begitu pagi, belum
melakukan apa pun kecuali perbuatan-perbuatan besar.
Di Berlin aku punya waktu dan sekali lagi bertemu
orang-orang yang tidak menyembunyikan fakta bahwa
satu-satunya alasan mereka membuat kegaduhan di
jam-jam pagi jahanam ini adalah agar mereka bisa
meninggalkan kantor lebih cepat di sore hari. Aku telah
109 TIMUR VERMES mengusulkan kepada beberapa ahli logika delapanjam ini bahwa mereka harus mulai bekerja pada pukul
sepuluh malam, sehingga mereka bisa pulang pukul
enam pagi dan bahkan mungkin tiba di rumah sebelum
waktunya bangun. Beberapa bahkan menganggap ini
sebagai usulan yang serius. Menurutku, hanya tukang roti
yang harus bekerja pada dini hari. Dan Gestapo, tentu
saja"ini sudah jelas dengan sendirinya. Merenggut para
cecunguk Bolshevik dari tempat tidur mereka, dengan
asumsi mereka bukan tukang roti Bolshevik. Karena
mereka pastinya sudah terbangun, dan Gestapo, pada
gilirannya, bahkan harus bangun lebih pagi lagi, dan
begitu seterusnya. "Apa yang bisa kubantu?"
"Aku menelepon dari departemen kontrak," kata
suara riang itu. "Aku sedang menyiapkan dokumendokumen Anda dan aku punya beberapa pertanyaan.
Aku tidak tahu, apakah kita harus melakukannya lewat
telepon..." Atau apakah Anda lebih baik datang ke sini?"
"Pertanyaan-pertanyaan seperti apa?"
"Oh, Anda tahu, sangat umum. Asuransi sosial, detail
bank, hal-hal semacam itu. Contohnya, nama apa yang
seharusnya aku taruh pada kontrak itu?"
"Nama apa?" "Maksudku, aku tidak tahu nama Anda siapa."
"Hitler," aku mengerang. "Adolf."
"Yeah," ia tertawa lagi dengan antusiasme pagi yang
mengerikan. "Tidak, maksudku nama asli Anda."
"Hitler! Adolf!" kataku, sekarang dengan geram.
Sebuah jeda singkat. "Benarkah?" 110 HITLER BANGKIT LAGI "Ya, tentu saja!"
"Baiklah, itu... maksudku, itu sebuah kebetulan."
"Sebuah kebetulan" Bagaimana bisa begitu?"
"Anda tahu, bahwa Anda dipanggil..."
"Demi Tuhan, perempuan, kau juga punya sebuah nama. Tapi aku tidak duduk di sini, dengan
mata terbelalak dan mencicit, "Oooh, betapa sebuah
kebetulan!?" "Aku tahu, tapi Anda juga terlihat seperti itu. Namamu, maksudku."
"Dan" Kau juga tampak cukup berbeda dari namamu,
bukan?" "Tidak, tapi..."
"Baiklah begitu! Demi Tuhan selesaikan dokumendokumen sialan itu," aku membentak, membanting
gagang telepon. Tujuh menit kemudian telepon berdering lagi.
"Sekarang apa?"
"Ya, ini aku lagi. Frau..." dan kemudian datang lagi
nama oriental aneh yang terdengar seperti seseorang
tengah meremas-remas sebuah laporan Wehrmacht.
"Aku... aku rasa ini tidak berhasil..."
"Apa yang tidak berhasil?"
"Dengar, aku bukannya tidak ingin bersikap ramah,
tapi... ini tidak akan bisa melewati departemen hak cipta,
aku tak bisa... Maksudku, ketika mereka memeriksa
kontrak ini dan melihat "Adolf Hitler" di sana..."
"Jadi, apa lagi yang ingin kau tulis?"
"Tolong maafkan aku karena menanyaimu lagi, tapi
apakah itu sungguh-sungguh nama Anda?"
"Tidak," kataku, tersiksa. "Tentu tidak. Nama asliku
111 TIMUR VERMES Schmul Rosenzweig." "Aku tahu," katanya dengan kelegaan yang jelas
dalam suaranya. "Bagaimana Anda menulis nama itu"
Schmul" Dengan sebuah "c?""
"Itu bercanda!" Aku berteriak pada telepon.
"Oh. Sial. Sayang sekali."
Aku bisa mendengar ia mencoret-coret sesuatu
beberapa kali. Kemudian ia berkata, "Aku... tolong...
aku rasa mungkin lebih baik jika Anda datang saja. Aku
membutuhkan sesuatu seperti sebuah paspor. Dan detail
bank Anda." "Tanya Bormann," kataku singkat pada telepon, dan
menutupnya. Kemudian aku duduk. Ini menjengkelkan.
Dan rumit. Merasa kasihan pada diriku sendiri, bahkan
di ambang keputusasaan, aku membiarkan pikiranku
mengembara kembali pada Bormann yang setia.
Bormann, yang selalu memesan film bioskop untuku
sehingga aku bisa menikmati sedikit hiburan malam
setelah sehari bekerja keras mengobarkan perang.
Bormann, yang mengatur segalanya dengan begitu
mulus dengan para penghuni Obersalzberg. Bormann,
yang juga menangani pendapatan dari penjualan
bukuku. Bormann, yang paling setia di antara mereka
semua. Dengan dia di sampingku aku yakin bahwa
banyak, bahkan sebagian besar hal, ada di tangan terbaik. Ia menyelesaikan kontrak-kontrak semacam ini
tanpa hambatan sedikit pun. "Ini peringatan terakhirmu,
Frau Catarrh-Throat. Kau akan menerbitkan dokumendokumen kontrak ini segera atau kau dan keluargamu
akan menemukan diri kalian di Dachau. Dan aku yakin
kau tahu berapa banyak orang yang kembali dari sana."
112 HITLER BANGKIT LAGI Empati dan sensitivitas Bormann, kemampuannya
untuk menghadapi orang-orang, sangat diremehkan.
Ia akan segera menemukan sebuah flat untukku, juga
sekumpulan dokumen pribadi yang sempurna, rekening
bank, segalanya. Dipikir-pikir lagi, mungkin lebih tepat
mengatakan bahwa ia menjamin agar tak ada orang yang
akan meminta detail-detail kecil birokrasi semacam
ini untuk kedua kalinya. Tetapi kini kehidupan harus
berlanjut tanpa dirinya. Dan bagaimanapun juga, urusan
dokumen-dokumenku harus diselesaikan. Bagaimana
aku menangani ini pada 1930-an tak ada yang tahu, tapi
kini"baik atau buruk"aku harus mengikuti konvensi
zaman sekarang. Aku berpikir panjang dan keras.
Aku membayangkan aku harus mendaftar pada
pihak yang berwajib. Namun, aku tidak mempunyai
tempat tinggal tetap ataupun bukti identitias. Bukti keberadaan secara efektif berdasarkan tempat tinggalku di
hotel dan pengakuan perusahaan produksi terhadapku,
tapi di atas kertas aku tidak punya bukti untuk kuberikan. Aku mengepalkan tinju dengan marah
dan mengacungkannya ke langit-langit. Dokumendokumen"administrasi borjuis Jerman dengan aturan
dan regulasinya yang picik dan keji. Sekali lagi hambatan
pengkhianat yang melingkari leher rakyat Jerman ini
menghalangi rencana kerjaku. Situasiku tampak benarbenar tak bisa diharapkan"aku tak bisa melihat jalan
keluar"ketika telepon berdering lagi. Hanya tekad besi
dan kecerdikan seorang mantan prajurit garis depan
yang memperkenankanku maju terus menuju target
yang telah ditentukan. Aku mengangkat telepon, yakin
akan menemukan sebuah solusi, tapi masih belum pasti
113 TIMUR VERMES bagaimana caranya. "Ini Frau Krwtsczyk dari Flashlight lagi."
Dan selanjutnya urusannya menjadi sederhana.
"Sekarang dengarkan, perempuan," kataku. "Sambungkan aku pada Sensenbrink."
114 Sepuluh

Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ahwa seorang F"hrer perlu tahu segalanya
adalah sebuah konsep keliru yang populer. Ia tidak
perlu tahu segalanya. Ia bahkan tidak perlu tahu banyak
hal; bahkan bisa terjadi ia tidak perlu tahu apa pun. Ia
bisa jadi orang yang paling tak mengerti dari orang yang
tak mengerti. Ya, dan juga buta serta tuli akibat ledakan
bom musuh yang tragis. Dengan sebuah kaki kayu. Atau
bahkan tanpa lengan dan kaki, membuat penghormatan
Nazi dalam parade-parade menjadi tidak mungkin,
dan ketika lagu kebangsaan Jerman dinyanyikan hanya
air mata pahit yang mengalir dari matanya yang tak
bernyawa. Aku bahkan akan mempostulatkan bahwa
seorang F"hrer bisa saja tanpa ingatan. Amnesia total.
Karena talenta unik seorang F"hrer bukanllah akumulasi
fakta-fakta kering"talenta uniknya adalah pembuatan
keputusan yang cepat, dan menerima tanggung jawab
atas keputusan-keputusan itu. Banyak yang senang
menertawakan hal ini, dengan menyebut lelucon lama
tentang lelaki yang"ketika pindah rumah, misalnya"
115 TIMUR VERMES memilih membawa "tanggung jawab" dibanding peti
yang mana pun. Namun dalam kondisi ideal pemimpin
memastikan bahwa tiap-tiap orang berperan efektif di
tempat yang tepat. Bormann bukan seorang pemimpin,
tapi lebih merupakan seorang ahli pikiran dan memori. Ia
tahu segalanya. Beberapa orang di belakang punggungnya menjulukinya sebagai "lemari arsip sang F"hrer",
yang aku rasa agak menyentuh karena aku tak bisa
berharap mendapatkan dukungan yang lebih baik untuk
kebijakanku. Bagaimanapun, julukan itu adalah sebuah
pujian yang jauh lebih hebat daripada yang kudengar
diberikan kepada G"ring: "balon udara panas sang
F"hrer". Akhirnya, pengetahuan ini, kemampuan untuk memisahkan yang berguna dari yang sia-sia, yang memungkinkanku, meski kehilangan Bormann, untuk
melihat peluang-peluang baru yang ditawarkan oleh
perusahaan produksi itu. Mengingat situasi sulit yang
disebabkan ketiadaan dokumen-dokumenku, sia-sia
saja berusaha dan memecahkan masalah registrasi resmi
itu sendirian, jadi aku mengembankan tugas ini pada
seseorang yang tak diragukan lagi memiliki kemampuan
manuver yang lebih besar dalam menghadapi otoritas"
Sensenbrink. Langsung saja, ia berkata, "Yeah, kami
akan memikirkannya untukmu. Kau pikirkan tentang
programmu dan kami akan menyelesaikan yang lainlain. Apa yang kau butuhkan untuk terus maju?"
"Tanya Frau Krytchthingummy itu. Sebuah kartu
identitas, aku rasa. Dan ada beberapa lagi yang lain."
"Apakah kau tidak mempunyai paspor" Tak ada kartu
identitas" Bagaimana mungkin?"
116 HITLER BANGKIT LAGI "Aku tidak pernah memerlukannya."
"Tidak pernahkah kau ke luar negeri?"
"Tentu: Polandia, Prancis, Hungaria..."
"Oke, semua itu ada dalam Uni Eropa."
"Dan Uni Soviet."
"Kau bisa masuk ke sana tanpa paspor?"
Aku memikirkannya sesaat.
"Aku tidak bisa mengingat ada orang yang memintanya padaku," aku menjawab dengan yakin. "Aneh. Tapi
bagaimana dengan Amerika" Maksudku, kau lima puluh
lima tahun. Tidak pernahkah kau pergi ke Amerika?"
"Aku pernah berencana, dengan cukup serius," kataku.
"Tapi sayangnya aku dihentikan dalam perjalanan."
"Oke, jadi yang kami butuhkan adalah dokumendokumenmu, maka aku yakin salah satu dari kami bisa
mengurus pendaftaran dan asuransi kesehatan untukmu."
"Ini masalahnya. Tidak ada dokumen."
"Tak ada dokumen" Sama sekali" Tidak juga di
tempat kekasihmu" Maksudku, di rumah?"
"Rumah terakhirku," kataku dengan sedih, "dilalap
api." "Aku paham"oh"kau sedang serius sekarang?"
"Pernahkan kau melihat Istana Kanselir Reich
belakangan ini?" Ia tertawa. "Sebegitu buruk?"
"Aku tidak melihat ada yang bisa ditertawakan," kataku. "Buruk sekali."
"Baiklah," kata Sensenbrink. "Nah, aku bukan ahlinya,
tapi kami akan membuat beberapa dokumen. Di mana
kau mendaftar sebelumnya" Atau diasuransikan?"
117 TIMUR VERMES "Aku selalu memiliki semacam keengganan dengan
birokrasi," kataku. "Aku lebih suka membuat hukum
sendiri." "Hmmm," Sensenbrink mendesah. "Nah, aku tak
pernah memiliki kasus semacam ini sebelumnya. Kami
akan lihat apa yang bisa kami maksimalkan, oke" Tapi,
setidaknya kami akan membutuhkan nama aslimu."
"Hitler," kataku. "Adolf."
"Dengar, aku benar-benar bersimpati pada situasimu,
aku benar-benar simpati. Si bocah Schr"der itu juga persis
sama; jauh dari panggung ia menyukai kedamaian dan
ketenangannya. Dan mengingat betapa kontroversialnya
topikmu, kau perlu berhati-hati sebagai artis"tapi aku
tidak yakin pihak yang berwajib akan melihat dengan
cara yang sama." "Aku tidak tertarik dengan detail-detailnya."
"Aku yakin tidak," Sensenbrink tertawa, sebuah
sentuhan yang terlalu meremehkan terhadap kesukaanku.
"Sejauh yang aku tahu kau adalah seorang seniman yang
mahir. Tapi ini benar-benar membuat segalanya lebih
mudah. Kau tahu, tak ada masalah dengan pajak. Kantor
keuangan adalah satu-satunya yang tak peduli tentang
itu; jika perlu mereka akan memajaki para imigran
ilegal dan menegosiasikan pembayaran tunai. Dan jika
kau mau, kami bisa mengatur semua pembayaran dan
membantu kau mengelola keuanganmu, jadi aku tidak
ingin ini akan terkatung-katung di bank. Tapi aku akan
menggarisbawahi hal ini untukmu: menghadapi petugas
registrasi atau asuransi sosial akan seperti memasang
kaus kaki pada seekor gurita. Kita tidak bisa melakukan
banyak hal tanpa izin untuk bekerja."
118 HITLER BANGKIT LAGI Aku merasa pria ini membutuhkan dukungan moral.
Pasukan tidak boleh bekerja terlalu berat. Lagi pula,
tidak setiap hari seorang kanselir Reich yang telah lama
diyakini mati menunjukkan dirinya di seluruh negeri
dalam keadaan sesegar bunga daisy.
"Pasti sulit buatmu," kataku menghiburnya.
"Apa?" "Ya, aku membayangkan kau jarang bertemu orang
sepertiku." Sensenbrink tertawa apatis.
"Tentu saja kami sering"itu pekerjaan kami!"
Ketenangannya muncul begitu mengejutkan sehingga
aku harus menyelidikinya lebih jauh: "Jadi ada lebih
banyak orang seperti aku?"
"Ayolah, kau tahu sama seperti aku bahwa ada segala
macam orang dalam pekerjaanmu..."
"Dan kau mengatur mereka semua untuk disiarkan?"
"Bisakah kau bayangkan pekerjaan yang kami hadapi"
Tidak, kami hanya mengontrak orang-orang yang kami
yakini." "Luar biasa," kataku. "Seseorang harus memperjuangkan tujuan itu dengan keyakinan fanatik. Apakah kau
juga kenal Antonescu" Atau sang Duce?"
"Siapa?" "Kau tahu: Mussolini."
"Tidak!" kata Sensenbrink dengan begitu tegas
sehingga aku bisa melihat ia menggelengkan kepala
lewat kabel telepon. "Apa yang akan kita lakukan dengan
seorang Antonini" Tak seorang pun tahu siapa dia."
"Atau Churchill" Eisenhower" Chamberlain?"
"Oh, sekarang aku tahu ke mana arah sasaranmu!"
119 TIMUR VERMES Sensenbrink meraung di telepon. "Tidak, tidak.
Di mana kelucuannya" Kami tak akan pernah bisa
memasarkannya. Tidak, kau sempurna sebagai dirimu.
Kami akan tetap setia pada satu karakter, kami akan
tetap setia pada Adolf kami!"
"Sangat bagus," kataku, kemudian segera menyelidiki
lebih dalam: "Apa yang terjadi jika Stalin muncul besok?"
"Kau bisa lupakan Stalin," katanya, menjanjikan kesetiaan. "Kami bukan History Channel."
Ini adalah Sensenbrink yang ingin kudengar! Sensenbrink si fanatik, yang dibangkitkan oleh F"hrernya. Dan
di sini aku tidak bisa terlalu menekankan pentingnya
sebuah kemauan yang fanatik.
Hal ini paling jelas ditunjukkan oleh jalannya perang
dunia terakhir, yang tidak selalu tanpa masalah. Tak
diragukan beberapa orang akan berkata, "Benarkah bahwa
ketiadaan kemauan fanatik yang menyebabkan Perang
Dunia Kedua berakhir sama tidak menguntungkannya
seperti yang Pertama" Tidak adakah, barangkali, alasan
yang lain, mungkin pasokan sumber daya manusia yang
tidak mencukupi?" Semua ini mungkin, bahkan benar,
tapi ini juga merupakan gejala sebuah penyakit kuno
Jerman, yaitu berburu kesalahan dalam detail-detail
kecil sementara mengabaikan gambaran yang lebih
besar dan lebih jelas. Tentu saja, orang tidak bisa membantah bahwa kami
menderita karena kekurangan jumlah pasukan dalam
perang dunia terakhir. Tapi inferioritas ini tidaklah
menentukan; sebaliknya, Volk Jerman mungkin bisa
menghadapi keunggulan jumlah di pihak musuh.
Sungguh, pada beberapa kejadian di awal 1940-an, aku
120 HITLER BANGKIT LAGI bahkan menyesali musuh tidak punya lebih banyak
pasukan. Coba lihat inferioritas yang dinikmati oleh
Frederick yang Agung: dua belas tentara musuh
untuk masing-masing serdadu pasukan granat Prusia!
Sementara di Rusia ada tiga atau empat Bolshevik untuk
setiap pejuang Arya. Memang benar bahwa setelah Stalingrad keunggulan
musuh jauh lebih cocok bagi kehormatan Wehrmacht.
Pada hari pendaratan Sekutu di Normandy, musuh
bergerak maju dengan 2.600 pengebom dan 650 pesawat
tempur. Jika aku mengingat dengan benar, Luftwaffe
melawan dengan dua pesawat tempur"sebuah rasio
yang sangat terhormat. Namun posisi itu bukan tanpa
harapan! Aku dengan sepenuh hati mendukung katakata Menteri Reich Dr. Goebbels, yang menuntut
bahwa seandainya kelemahan numerik ini tidak dapat
diperbaiki, maka Volk Jerman harus menggantinya
dengan cara lain, apakah dengan senjata yang lebih baik,
para jenderal yang lebih cerdas, atau, seperti dalam kasus
ini, keuntungan semangat yang superior. Sepintas, pilot
tempur biasa mungkin berpikir bahwa menjatuhkan
tiga pengebom dari langit dengan setiap tembakan
adalah sebuah tugas yang nyaris tanpa harapan, tapi
dengan semangat yang superior, dengan semangat yang
tak tergoyahkan dan fanatik, segalanya mungkin!
Ini terbukti benar sekarang sebagaimana di masa
lalu. Dan kini aku menemukan sebuah contoh fanatisme
yang bahkan aku pikir tak mungkin. Namun ini sangat
nyata. Aku mengamati seorang pria"karyawan hotelku,
aku rasa"yang terlibat dalam sebuah kegiatan baru
yang menyenangkan. Bahkan, aku tidak bisa benar121
TIMUR VERMES benar yakin kegiatan ini adalah hal baru; hanya saja aku
ingat kegiatan itu dilakukan dengan cara yang berbeda,
katakanlah, dengan sebuah sapu atau penggaruk. Lelaki
ini menggunakan jenis mesin peniup daun jinjing yang
benar-benar baru. Sebuah peralatan yang memikat
dengan kekuatan embusan yang luar biasa, yang aku rasa
telah menjadi kebutuhan untuk menghadapi bentukbentuk dedaunan yang lebih resisten yang pasti telah
disebabkan oleh evolusi selama tahun-tahun ini.
Aku bisa menyimpulkan dari sini bahwa pergulatan
rasial jauh dari selesai; sebaliknya, ia terus menggelora
dengan intensitas yang lebih besar. Bahkan media
liberal-borjuis masa kini tidak berani membantahnya.
Berulang kali orang membaca tentang tupai abu-abu
Amerika yang menghabisi spesies merah pribumi,
yang begitu dicintai Volk Jerman; tentang suku-suku
semut Afrika yang berbaris melintasi Spanyol; tentang
balsam Indo-Jerman yang beradaptasi dan menyebar di
negara ini. Perkembangan terakhir ini harus disambut
gembira, tentu saja; tanaman-tanaman Arya memiliki
setiap hak untuk menjajahi ruang yang menjadi hak
mereka. Nah, aku tidak melihat daun-daun yang baru
dan lebih agresif ini di kawasan dekat sini"dedaunan di
tempat parkir mobil hotel tampak benar-benar normal
bagiku. Bagaimanapun, ketika mengemudi sebuah tank
K"nigster Anda tidak membatasi diri untuk menghadapi
T-34; jika perlu Anda juga menyerang BT-7 model lama.
Ketika untuk pertama kali aku mengamati lelaki ini,
aku merasa geram. Aku terbangun pagi itu"mungkin
sekitar pukul sembilan tiga puluh"oleh sebuah hirukpikuk neraka, seolah bantalku sedang bertumpu di
122 HITLER BANGKIT LAGI sebuah peluncur roket Soviet. Aku bangun dengan
kemarahan, buru-buru menuju jendela, melihat keluar
dan mendapati lelaki itu sedang mengoperasikan
perangkat peniupnya. Kemurkaanku semakin berlipat
ketika aku mengamati pepohonan di sekelilingku dan
melihat mesin itu sedang berembus. Betapa benar-benar
mustahil mesin itu meniup daun-daun dari satu tempat
ke tempat lain pada hari seperti ini! Naluri pertamaku
adalah memburu ke luar, menyalurkan kemarahanku,
dan memberinya hardikan-hardikan sepantasnya. Tapi
aku berpikir lebih baik tentang hal itu. Karena aku
ternyata salah. Lelaki ini telah mendapat sebuah perintah. Dan ia


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedang menjalankan perintah itu. Dengan kesetiaan
fanatik yang patut ditiru oleh para jenderal utamaku.
Seorang lelaki sedang mematuhi perintah"sesederhana
itu. Apakah dia mengeluh" Apakah dia meratap bahwa
ini adalah sebuah tugas yang tak bermakna di tengah
angin seperti ini" Tidak, ia sedang melaksanakan
tugasnya yang merobek telinga dengan berani dan
tabah. Seperti seorang petugas SS yang loyal. Ribuan dari
mereka telah menunaikan tugasnya tanpa memandang
beban yang diberikan kepada mereka, meskipun mereka
bisa dengan mudah mengeluh, "Apa yang harus kami
lakukan dengan semua Yahudi ini" Ini sudah tak masuk
akal lagi; mereka dikirim lebih cepat ketimbang kami
bisa menjejalkan mereka ke kamar-kamar gas!"
Aku begitu tergugah sehingga aku berpakaian dengan
cepat, mengejar pekerja itu, menyentuh pundaknya dan
berkata, "Temanku, aku ingin berterima kasih padamu.
Untuk orang-orang sepertimulah aku akan melanjutkan
123 TIMUR VERMES perjuanganku. Karena aku tahu bahwa dari perangkat
pengembus daun ini, bahkan dari setiap perangkat
pengembus daun yang ada di Reich, terembus napas
Sosialisme Nasional yang membara."
Itu adalah kemauan fanatik yang akan dibutuhkan
negeri ini. Dan aku berharap aku telah membangkitkannya
dalam diri Sensenbrink juga.
124 Sebelas ada pagi harinya aku berjalan ke kantor yang
diberikan kepadaku, aku diingatkan kembali
pada jalan panjang yang masih harus kulalui. Aku memasuki sebuah ruangan yang mungkin seluas lima
kali tujuh meter, dengan langit-langit setinggi paling
banter dua meter lima puluh. Aku mengingat dengan
sendu Istana Kanselir Reich. Nah, tempat itu memiliki
ruangan-ruangan; begitu seseorang masuk ia pun
merasa kerdil, ia gemetar di depan kekuasaan yang
begitu besar, kebudayaan yang begitu tinggi. Bukan
karena kemegahan"keangkuhannya selalu membuatku
dingin"tapi kapan pun aku menerima orang di Istana
Kanselir Reich, segera kusadari bahwa ia merasakan
kenggulan Reich Jerman, merasakannya secara fisik.
Speer melakukan segalanya dengan sangat benar. Ambil
contoh Aula Resepsi Agung"setiap kandelarnya harus
seberat satu ton; seandainya satu jatuh, kandelar itu akan
menghancurkan manusia di bawahnya, mengubahnya
menjadi bubur, tumbukan tulang, dan darah, dan daging
125 TIMUR VERMES yang lumat, barangkali dengan beberapa lembar rambut
terlihat menempel di sisinya. Aku sendiri hampir takut
berdiri di bawah lampu-lampu itu. Tentu saja, aku tidak
pernah memberi tanda sedikit pun tentang hal ini;
mengapa, aku berjalan di bawah kandelar-kandelar itu
seolah itu adalah hal paling alamiah di dunia. Ini cuma
persoalan membiasakan diri dengan lampu-lampu itu.
Tapi persis begitulah seharusnya.
Karena bagaimana orang bisa menghabiskan jutaan untuk sebuah Istana Kanselir Reich, hanya agar seseorang masuk dan berkata pada dirinya sendiri, "Oh,
aku kira akan lebih besar dari ini?" Intinya, orang ini
harus tidak berpikir sama sekali, ia harus merasakannya
tanpa berpikir dan secara instingtif. Ia bukan siapa-siapa;
Volk Jerman adalah segalanya! Sebuah ras tuan! Gedung
besar itu harus memancarkan aura, seperti seorang paus,
tapi tentu saja seorang paus yang paling sedikit memiliki
pertentangan dengan api dan pedang, seperti Tuhan
itu sendiri. Pintu ganda nan perkasa terbuka, keluarlah
sang F"hrer Reich Jerman, dan para pengunjung asing
harus merasa seperti Odysseus di hadapan Cyclops, tapi
Cyclops yang ini memiliki dua mata, yang tak bisa ditipu
siapa pun! Dan tak ada batu-batu besar di Istana Kanselir.
Ada eskalator. Aku hampir merasa seolah berada di
Kaufhof di Cologne, di mana aku melakukan lawatan
segera setelah ia mengalami Aryanisasi. Kau harus
menyerahkan hal ini kepadanya, si Tietz itu; orangorang Yahudi tentu tahu bagaimana membangun sebuah
toko serbaada. Tapi di sini ada sebuah perbedaan penting:
di Kaufhof pelanggan seharusnya berpikir ia adalah raja,
126 HITLER BANGKIT LAGI sedangkan ketika ia datang ke Istana Kanselir Reich,
pelanggan itu tahu ia harus membungkuk"setidaknya
dalam semangat"pada sesuatu yang jauh lebih besar.
Aku tidak pernah suka menyuruh setiap Tom, Fritz, atau
Heinrich untuk merangkak, terutama tidak di lantai itu.
Lantai kantor yang diberikan untukku terbuat dari
beton berwarna abu-abu gelap. Itu bukan karpet yang
kuketahui, tapi sejenis penutup yang dibuat dari sebuah
bahan berbulu yang usang"tapi sama sekali bukan
jenis bahan yang dipilih orang untuk dijadikan seragam
musim dingin tentara Jerman. Aku sudah sering melihat
jenis seperti itu di dunia baru ini; ia ada di mana-mana
sehingga aku tidak merasa dipermalukan dengan kehadirannya di kantorku. Ini jelas merupakan ciri khas
masa yang melarat ini. Aku bersumpah bahwa di masa
depan pekerja Jerman dan keluarganya akan memiliki
penutup lantai yang berbeda dari yang ini.
Dan tembok-tembok yang berbeda.
Dinding-dinding di sini setipis kertas, pasti karena
kurangnya bahan mentah. Aku memiliki sebuah meja
untuk menulis, yang jelas-jelas bekas pakai, dan harus
berbagi ruangan dengan meja kedua, yang pasti untuk
juru ketik yang dijanjikan buatku. Aku menarik napas
dalam-dalam dan memandang ke luar jendela. Jendela itu
memiliki pemandangan ke tempat parkir motor dengan
beberapa tempat sampah beraneka warna, alasan untuk
hal ini adalah agar sampah dipisahkan secara hati-hati,
tak diragukan lagi ini merupakan konsekuensi lain dari
kekurangan bahan mentah. Aku ngeri membayangkan
dari isi tempat sampah yang mana penutup lantai buruk
ini dibuat. Kemudian aku terkekeh sendiri memikirkan
127 TIMUR VERMES ironi pahit takdir. Jika saja Volk melakukan sebuah
upaya yang lebih hebat pada saat yang tepat, tidak akan
ada keperluan untuk mengumpulkan sampah dengan
cara ini, mengingat kekayaan bahan mentah yang ada di
Timur. Semua jenis sampah bisa dengan mudah dibuang
hanya ke dalam dua tempat sampah, bahkan satu. Aku
menggeleng kepalaku tak percaya.
Tikus-tikus yang kesepian berlarian di sekitar lapangan di bawah, bergantian dengan sekelompok perokok.
Tikus-tikus, para perokok, tikus-tikus, para perokok,
dan begitu seterusnya. Sekali lagi kuteliti meja tulisku
yang sangat sederhana bahkan menyedihkan ini dan
dinding putih murahan di belakangnya. Apa pun yang
digantungkan di sana tidak akan tampak lebih baik,
bahkan meski itu sebuah elang imperial dari perunggu.
Orang harus berpuas diri dengan kenyataan bahwa
dinding itu tidak akan hancur karena beban berat. Pada
suatu masa aku menikmati ruangan kantor seluas empat
ratus meter persegi; kini F"hrer Reich Jerman Raya
duduk di dalam sebuah kotak sepatu. Apa yang telah
terjadi pada dunia" Dan apa yang terjadi dengan juru ketikku"
Aku melihat jam. Baru pukul setengah satu.
Aku membuka pintu dan mengintip ke luar. Tak
terlihat seorang pun kecuali seorang perempuan paruh
baya yang mengenakan setelan. Ia tertawa ketika melihatku.
"Oh, rupanya Anda! Apakah Anda sudah berlatih"
Kami semua sangat senang!"
"Di mana sekretarisku?"
Ia berhenti sejenak, untuk memikirkannya. Kemudian
128 HITLER BANGKIT LAGI ia berkata, "Mereka pasti telah memberi Anda seorang
pekerja paruh-waktu, yang artinya ia mungkin hanya
akan muncul pada siang hari. Sekitar pukul dua."
"Oh," kataku, tercengang. "Apa yang aku lakukan
hingga saat itu?" "Aku tidak tahu," katanya, tertawa ketika ia berbalik
pergi. "Sentuhan Blitzkrieg, mungkin?"
"Aku akan mengingat itu!" kataku dengan dingin.
"Sungguh?" Ia berhenti dan berbalik lagi sebentar.
"Itu menakjubkan. Akan hebat jika Anda bisa menggunakannya untuk program Anda! Maksudku, kita
semua bekerja untuk perusahaan yang sama di sini!"
Aku masuk kembali ke kantorku dan menutup
pintu. Pada masing-masing meja ada mesin tik tanpa
silinder, di depan sebuah perangkat televisi yang pasti
keliru diletakkan di sana. Aku memutuskan untuk melanjutkan risetku mengenai siaran televisi, tapi tidak
bisa menemukan kotak pengoperasiannya. Ini sangat
menjengkelkan. Aku meraih telepon dengan marah, tapi
kemudian menaruhnya kembali. Aku tidak tahu papan
penghubung ini seharusnya menyambungkanku dengan
siapa. Seluruh infrastruktur modern ini membuatku
tidak bisa ke mana-mana di lingkungan ini. Aku mendesah, dan untuk sesaat jantungku berdegup karena
keputusasaan yang tidak nyaman. Tapi hanya untuk
sesaat. Dengan tegas, aku mengusir godaan kelemahan.
Seorang politikus menggunakan apa yang ada dengan
sebaik-baiknya. Atau, seperti dalam kasus ini, apa
yang tidak ada. Jadi aku sebaiknya keluar sebentar dan
mengamati Volk Jerman yang baru.
Ketika aku melangkah ke luar gedung aku melihat
129 TIMUR VERMES sekelilingku. Di seberang ada sebuah taman kecil,
dengan pepohonan yang telah memamerkan warnawarni musim gugur yang paling intens. Di sebelah
kiri dan kanan berdiri lebih banyak rumah. Jauh di
sudut mataku, aku melihat seorang perempuan gila di
pinggir taman sedang memunguti apa yang baru saja
dikumpulkan anjingnya. Apakah makhluk ini sudah
disterilisasi" Aku bertanya-tanya, tapi sampai pada
kesimpulan bahwa perempuan gila itu tidaklah mungkin
mewakili Jerman secara keseluruhan. Aku menuju ke
arah yang berlawanan. Sebuah mesin penjual rokok otomatis tergantung di
tembok, dan aku bayangkan mesin itu pasti untuk para
perokok yang berbagi tempat parkir dengan para tikus.
Seragamku tampaknya tidak menarik perhatian di sini,
mungkin karena tidak menonjol. Aku bertemu dua pria
dengan seragam Wehrmacht yang lumayan, juga seorang
perawat dan dua dokter. Bahkan sejak aku dibebaskan
dari penjara, para pendukungku sudah menguntitku
dan perhatian mereka tidak selalu diinginkan. Di masa
itu, aku harus mengakali para pengikutku dengan
manuver-manuver taktis kecil, dalam arti sesungguhnya
dari kata itu, sehingga aku bisa menikmati beberapa
momen singkat tanpa diganggu oleh para fotografer.
Namun, dalam lingkungan khusus ini, aku bisa berjalanjalan sendirian dan tetap tak dikenali"ideal untuk memungkinkanku mempelajari populasi. Di hadapan sang
F"hrer, kau tahu, banyak orang mulai bertingkah tidak
alamiah. Dalam situasi seperti itu aku selalu berkata,
"Tolong, tak usah khawatir," tapi tentu saja rakyat jelata
tidak mematuhi ini. Selama tahun-tahunku di Munich,
130 HITLER BANGKIT LAGI rakyat jelata melekat padaku seperti orang gila. Ini
bukan yang kubutuhkan di sini. Aku ingin melihat orang
Jerman yang asli dan tidak bercampur kepalsuan: warga
Berlin. Beberapa menit kemudian, aku melewati sebuah
situs konstruksi. Para pria yang mengenakan helm
berkeliaran; ini mengingatkanku pada masa di Wina
ketika aku miskin dan kumuh, bekerja pada mandor
untuk memperoleh nafkah harianku. Karena ingin
tahu, aku mengintip lewat pagar, berharap bisa melihat
rumah-rumah bertumbuh tepat di depan mataku. Tapi
ternyata teknologi tidak mengalami kemajuan besar di
ranah ini. Di lantai atas seorang mandor sedang marahmarah kepada seorang muda, yang mungkin adalah
seorang mahasiswa, calon arsitek, pemuda yang penuh
harapan, seperti aku dulu. Ia juga memasrahkan dirinya
pada otoritas pekerja yang kejam; dunia situs konstruksi
yang tanpa belas kasihan masih sama seperti dulu.
Wawasan apa pun yang mungkin dimiliki pemuda ini
dalam filologi dan filosofi, tak berarti apa-apa di semesta
baja dan semen ini. Di sisi lain, aku bisa melihat bahwa
massa yang brutal dan lugu masih ada"yang harus aku
lakukan hanyalah membangkitkan mereka. Dan kualitas
darah tampaknya juga bisa diterima.
Sembari terus berjalan, aku mengamati wajah-wajah
di sekitarku. Secara keseluruhan, tampaknya tidak banyak
yang berubah. Langkah-langkah yang diambil dalam
pemerintahan di masaku terbukti telah terbayar, bahkan
meski langkah-langkah itu ditinggalkan oleh rezimrezim pengganti. Yang paling membuatku tersentak
adalah ketiadaan orang-orang dengan ras campuran.
131 TIMUR VERMES Aku bisa melihat pengaruh oriental yang relatif kuat,
elemen-elemen Slavik pada banyak raut wajah, tapi
keadaannya memang selalu demikian di Berlin. Sebaliknya, yang baru adalah elemen Arab-Turki yang
besar di jalan-jalan. Para perempuan dengan kerudung,
orang-orang tua Turki mengenakan jaket dan topi ceper.
Namun, kelihatannya, tidak ada percampuran ras.
Orang-orang Turki yang kujumpai terlihat mirip orang
Turki; aku gagal mendeteksi perbaikan apa pun melalui
darah Arya, meskipun ini pastinya menguntungkan bagi
orang-orang Turki. Apa yang dilakukan sejumlah sangat
besar orang-orang Turki di jalan-jalan sepenuhnya tetap
merupakan misteri. Terutama pada jam-jam seperti ini.
Mereka tidak terlihat seperti pembantu rumah tangga
yang diimpor; tidak ada tanda-tanda bahwa orang-orang
Turki ini bergegas ke mana pun. Sebaliknya cara mereka
berjalan menyiratkan kesenggangan tertentu.
Aku tersentak dari pemikiranku oleh bunyi dering,


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dentang sebuah bel seperti yang biasanya menandai
akhir pelajaran sekolah. Meninjau sekeliling, aku melihat memang ada sebuah bangunan sekolah yang
cukup dekat. Aku mempercepat langkah dan duduk di
sebuah bangku di seberangnya. Ini bisa jadi rekreasi,
sebuah kesempatan bagiku untuk mengamati anakanak muda dalam kelompok besar. Ternyata sebuah
arus orang memang tumpah keluar dari gedung tersebut
pada saat itu, tapi sulit mengatakan dengan lebih detail
jenis sekolah apa ini. Aku bisa melihat beberapa anak
laki-laki, tapi tampaknya tak ada anak perempuan dengan
usia yang sama. Mereka yang muncul dari gedung itu entah
murid-murid sekolah dasar atau mereka yang tampaknya
132 HITLER BANGKIT LAGI sudah bisa mengandung anak. Barangkali ilmu pengetahuan telah menemukan cara untuk menghindari
tahun-tahun pubertas yang membingungkan dan melontarkan perempuan-perempuan muda langsung ke
usia reproduksi. Sebuah konsep yang sangat alamiah,
karena proses menjadi kuat selama tahun-tahun remaja
seseorang hanya masuk akal bagi para pria. Orang-orang
Sparta dari Yunani Kuno tidak akan berpikir secara
berbeda. Lagi pula, para perempuan muda itu berpakaian
dengan cara sedemikian rupa untuk menonjolkan
tubuh mereka, jelas menunjukkan niat mereka untuk
menemukan pasangan guna mulai berkembang biak.
Namun"dan ini aku rasa yang paling luar biasa"sangat
sedikit dari mereka yang orang Jerman. Tampaknya ini
sebuah sekolah untuk murid-murid tamu dari Turki.
Dan dari potongan-potongan percakapan pertama yang
aku dengar, muncullah sebuah gambaran yang luar
biasa, bahkan memuaskan. Tentu saja, dari murid-murid Turki itu aku bisa
mengamati betapa prinsip-prinsipku nyata-nyata telah
diakui sebagai benar, dan kemudian diterapkan sebagai
perintah. Cukup jelas bahwa anak-anak muda Turki itu
hanya diajari bahasa yang paling dasar. Aku hampir tidak
mendeteksi adanya sintaksis yang benar; terdengar lebih
seperti sekumpulan kawat berduri lingustik, dengan
galur-galur granat mental seperti medan pertempuran
Somme. Apa yang muncul dari mulut mereka mungkin
cukup untuk mengomunikasikan informasi yang paling
penting, tapi untuk perlawanan yang terorganisasi, ia
sama sekali tak berguna. Karena tidak memiliki kosakata
yang memadai, kebanyakan dari mereka menambahi
133 TIMUR VERMES ucapan mereka dengan bahasa tubuh yang ekspansif"
tak kurang, sebuah bahasa isyarat yang sebenarnya,
sejalan dengan ide-ide yang telah kukembangkan
sendiri dan ingin kuterapkan. Kuakui, bahasa itu dulu
dimaksudkan untuk Ukraina dan berbagai wilayah
Rusia yang berhasil ditaklukkan, tapi tentu saja, ia cocok
untuk kelompok populasi yang mana pun di bawah
kekuasaan Jerman. Dan aku menyaksikan kemajuan
teknologi lebih jauh: ternyata murid-murid Turki harus
memakai sumbat kuping kecil, untuk mencegah mereka
menangkap informasi yang tak penting atau pengetahuan
yang tidak perlu. Prinsip ini sederhana dan tampaknya
hampir berhasil dengan terlalu baik"beberapa dari
karakter muda mirip-murid ini menampilkan ekspresi
kesederhanaan intelektual begitu rupa sehingga kita
nyaris tidak bisa membayangkan kegiatan berguna
apa yang suatu saat nanti bisa mereka lakukan untuk
masyarakat. Tapi, seperti yang bisa kusimpulkan dari
pandangan sekilas, mereka maupun orang lain tak ada
yang sedang menyapu trotoar itu.
Ketika murid-murid dari kedua ras itu mulai menyadari
kehadiranku, aku memperhatikan kilatan pengenalan
yang menyenangkan terlintas wajah-wajah mereka. Para
murid keturunan Jerman pasti mengenalku dari kelas
sejarah mereka, para murid Turki pasti mengenalku dari
berbagai ceruk paling kelam pada perangkat televisi.
Kemudian, yang tak terhindarkan pun terjadi. Sekali
lagi aku keliru dikenali sebagai "Herr Stromberg lain
dari Switsch", aku diminta menandatangani beberapa
foto, dan aku membiarkan sejumlah murid berfoto bersamaku. Bukan kebingungan total, tapi cukup bagiku
134 HITLER BANGKIT LAGI untuk kehilangan jejak segalanya untuk sesaat; lagi
pula, aku mempunyai impresi absurd bahwa muridmurid Jerman ini sedang berbicara dengan bahasa
gado-gado yang sama. Ketika, jauh di sudut mataku,
aku melihat perempuan gila lain dengan menyedihkan
mengumpulkan kotoran-kotoran anjingnya, satu per
satu, aku rasa sudah saatnya aku kembali ke kedamaian
dan keterasingan kantorku.
Aku telah duduk di mejaku selama sekitar sepuluh
menit, menatap berganti-gantinya pasukan para perokok
dan para tikus, ketika pintu terbuka dan masuklah sesosok karakter yang kelihatan baru lulus dari sekolah
perempuan yang umurnya tidak jelas. Pakaiannya
hitam, dengan hitam yang begitu mencolok, dan rambut
panjang hitamnya dibelah di satu sisi. Baiklah, tak ada
orang yang lebih mencintai warna gelap, warna hitam,
ketimbang aku! Aku selalu menganggapnya sangat
gagah, terutama ketika dikenakan pasukan S.S. Tapi
berkebalikan dengan pasukan S.S-ku, gadis muda ini
tampak pucat nyaris mengkhawatirkan, yang tampak
lebih mencolok karena ia telah memilih mengenakan
lipstik yang sangat gelap, nyaris biru.
"Demi Tuhan!" kataku, melompat. "Apakah kau baikbaik saja" Apakah kau demam" Duduklah, cepat!"
Tanpa gentar, ia melihat padaku, mengunyah sebatang
permen karet. Kemudian dia menarik dua penyumbat
telinga yang berkabel dan berkata, "Hmmm?"
Aku mulai meragukan teori tentang sumbat-sumbat
kuping Turki. Tak ada jejak Asia pada perempuan ini:
aku harus memahami akar masalah ini lain kali. Dia
juga tidak kelihatan demam; bagaimanapun juga, ia
135 TIMUR VERMES melepaskan ransel hitam dari pundaknya dan membuka
mantel musim gugurnya yang berwarna hitam. Di baliknya, pakaian yang ia kenakan tampak normal, kecuali
kenyataan bahwa semuanya juga berwarna hitam.
"Nah," katanya, mengabaikan pertanyaan-pertanyaanku, "Anda pasti Herr Hitler! L.O.L.!" Ia mengulurkan
tangannya. Aku menjabat tangannya, duduk bersandar lagi dan
berkata dengan singkat, "Dan siapakah kau?"
"Vera Kr"meier," kataku. "Keren bangeeeeet. Aku
boleh nanya sama Anda" Apa ini method acting?"
"Maaf?" "Itu lo, kayak yang dilakukan de Niro" Dan Pacino"
Method acting" Anda, yang, benar-benar menyelam
dalam peran, gitu?" Setiap kalimatnya terdengar seolah
sebuah pertanyaan. "Dengar, Fr"ulein Kr"meier," kataku dengan tegas,
bangun dari kursiku. "Aku tak tahu apa yang sedang kau
bicarakan, tapi yang jauh lebih penting, kau seharusnya
tahu apa yang sedang aku bicarakan, dan..."
"Tentu," kata Fr"ulein Kr"meier, mengambil permen
karet dari mulutnya dengan dua jari. "Apa di sini ada
tempat sampah" Biasanya mereka lupa?" Ia melihat
sekelilingnya dan, tak menemukan tempat sampah kertas,
berkata, "Tunggu bentar," memasukkan permen karet
kembali ke dalam mulutnya dan menghilang. Agak sia-sia
aku berdiri di tengah ruangan, jadi aku duduk kembali.
Ia segera muncul lagi membawa sebuah keranjang kertas
sampah yang kosong. Ia menaruhnya, mengambil permen
karet dari mulutnya sekali lagi dan menjatuhkannya
dengan penuh kepuasan ke dalam keranjang.
136 HITLER BANGKIT LAGI "Sip," katanya. "Begini "kan lebih baik." Kemudian ia
berbalik lagi padaku. "Oke, siap untuk beraksi. Jadi, bos,
apa menu kita?" Aku mendesah. Ia juga. Aku harus mulai dari sangat
awal. "Pertama-tama," kataku, "panggilanku bukan "Bos"
tapi "F"hrer". Jadi tolong panggil aku "Mein F"hrer". Dan
aku lebih suka kau memberiku salam yang pantas ketika
kau masuk!" "Salam?" "Salut Nazi, tentu saja! Dengan lengan kanan terentang."
Wajahnya cerah dan ia langsung berdiri, memberondong lebih banyak pernyataan yang disampaikan
layaknya pertanyaan. "Nah, aku tahu "kan" L.O.L.! Itu
dia yang sedang kau lakukan" Method acting" Apa Anda
ingin aku mulai sekarang?"
Aku mengangguk. Ia berlari ke luar pintu, menutupnya
dari luar. Ia mengetuk, dan ketika aku berkata, "Masuk,"
ia berderap maju, mengacungkan tangannya ke udara
dan berteriak, "SELAMAT PAGI, MEIN F"HRER!"
Kemudian dia menambahkan, "Harus teriak, "kan" Aku
dulu pernah lihat di film, ya?" Ia berhenti sebentar,
tampak bingung, dan kemudian melenguh, "ATAU APA
SEMUANYA HARUS DITERIAKKAN" APA SEMUA
ORANG SELALU BERTERIAK BERSAMA HITLER?"
Sambil menatap mataku, ia berkata dengan suara cemas,
"Aku salah lagi, ya" Maaf! Apa kau ingin cari orang lain,
ya?" "Tidak," kataku, menenangkannya. "Tak apa-apa. Aku
tidak mengharapkan kesempurnaan dari kamerad mana
137 TIMUR VERMES pun. Yang aku harapkan hanyalah agar dia berusaha
sebaik mungkin, dengan caranya masing-masing. Dan
kau tampaknya sudah berada di jalur yang benar. Hanya
satu hal kecil, tolong. Jangan berteriak lagi!"
"Jawohl, mein F"hrer," katanya, sambil menambahkan,
"Nggak buruk, "kan" L.O.L.!"
"Sangat baik," kataku. "Tapi lengan perlu diarahkan
lebih jauh keluar. Kau tidak sedang mengacungkan
tangan di sekolah dasar!"
"Jawohl, mein F"hrer. Jadi, kita akan lakukan apa
sekarang?" "Pertama," kataku, "kau bisa menunjukkan kepadaku
cara mengoperasikan perangkat televisi ini. Kemudian
tolong singkirkan perangkat itu dari mejamu; bagaimanapun juga, kau tidak dibayar untuk menonton
televisi. Kami akan mencarikanmu sebuah mesin tik
yang pantas. Kau tidak boleh menggunakan mesin tua;
kita membutuhkan jenis huruf Antiqua 4mm, dan aku
lebih suka kau mengetik segalanya dengan jarak satu
sentimeter di antara baris. Jika tidak, aku tidak bisa
membacanya tanpa kacamata."
"Nggak bisa pakai mesin tik," katanya. "Hanya pi-si.
Dan kalau Anda mengambil itu dariku, aku, yang, nggak
bisa lakukan apa-apa sama sekali. Lagi pula, dengan
komputer kita bisa dapatkan ukuran huruf apa saja yang
Anda suka. Dan aku juga bisa menyalakan komputer
Anda." Kemudian ia memperkenalkanku pada salah satu
pencapaian paling luar biasa dalam sejarah peradaban
manusia: komputer. 138 Dua Belas ak pernah berhenti membuatku terkagumkagum betapa kejeniusan keratif ras Arya menolak
untuk diberangus. Ini adalah sebuah aksioma yang
kukenali sejak lama, dan aku masih mendapati diriku
terkejut oleh betapa hal itu terbukti benar dari waktu ke
waktu, bahkan dalam keadaan yang paling merugikan.
Tentu saja, dengan asumsi bahwa iklimnya tepat.
Dahulu kala aku harus memimpin diskusi-diskusi
tolol tanpa henti tentang prasejarah kelam bangsabangsa Jermanika yang tinggal di hutan. Dan aku
tidak pernah membantah bahwa, ketika cuaca dingin,
bangsa Teuton tidak melakukan apa-apa. Barangkali,
selain menyalakan api. Lihat saja bangsa Norwegia atau
Swedia. Tidaklah mengejutkan ketika aku mengetahui
keberhasilan yang belakangan ini dinikmati Swedia
dengan furniturnya. Dalam keadaannya yang buruk,
Swedia terus-menerus mencari kayu bakar, maka tidaklah
mengherankan bahwa dari waktu ke waktu kegiatan ini
bisa menghasilkan meja dan kursi yang ganjil. Atau apa
139 TIMUR VERMES yang disebut sistem sosial, yang mengirimkan pemanas
udara gratis ke blok-blok apartemen yang dihuni jutaan
parasit. Ini hanya bisa menimbulkan kelemahan dan
kemalasan yang lebih besar. Tidak, selain Swiss, Swedia
menunjukkan sisi-sisi terburuk bangsa Teuton, tapi"
dan jangan pernah kita melupakan fakta ini"semua ini
terjadi karena iklim. Begitu Teuton bergerak ke selatan,
ia dikuasai oleh kemampuan untuk menemukan, sebuah
tekad untuk mencipta, maka mereka pun membangun
Acropolis di Athena, Alhambra di Spanyol, piramida di
Mesir. Kita tahu tentang semua ini, semuanya begitu jelas
sehingga terlalu mudah untuk diabaikan; banyak yang
gagal melihat kaum Arya pada bangungan tersebut. Sama
halnya dengan Amerika, tentu saja: tanpa para imigran
Jerman, Amerika tidak akan menjadi apa-apa. Sering
aku menyesali fakta bahwa tidaklah mungkin memberi
setiap orang Jerman tanah mereka sendiri pada masa
itu; di awal abad kedua puluh kami kehilangan ratusan
ribu emigran ke Amerika. Ingin kunyatakan bahwa
ini adalah sebuah perkembangan yang sulit dipahami,
karena hanya sedikit dari mereka yang menjadi petani
di sana; mereka bisa saja dengan mudah tetap tinggal
di sini. Namun, aku menduga bahwa sebagian besar
dari mereka membayangkan bahwa wilayah pedesaan
di Amerika lebih luas dan bahwa hanya soal waktu
sebelum mereka diberi lahan pertanian sendiri. Sementara itu, tentu saja, mereka harus mencari nafkah
sehari-hari dengan berbagai cara. Lalu orang-orang ini
mencari pekerjaan, kegiatan pertukangan kecil seperti
pembuatan sepatu, pertukangan kayu, atau fisika atom"
apa pun yang sedang berlangsung saat itu. Dan Douglas
140 HITLER BANGKIT LAGI

Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Engelbart yang itu, ya, ayahnya telah beremigrasi ke
Washington, yang jauh lebih ke selatan daripada yang
dipikirkan orang, tapi Engelbart muda kemudian pergi
ke California, yang bahkan lebih jauh ke selatan; di
sana darah Jermannya mulai menggelegak dan ia segera
menemukan peralatan tetikus ini.
Fantastis. Harus kukatakan bahwa aku tidak pernah benarbenar terpesona dengan perangkat komputer ini. Aku
hanya samar-samar menyadari apa yang dirakit Zuse"
aku yakin pekerjaannya didanai oleh kementerian
tertentu"tapi pada dasarnya ini adalah sesuatu yang
penting bagi para ilmuwan. Otak elektronik Zuse
terlalu sulit digunakan untuk bermanfaat di medan
pertempuran; aku tidak akan suka melihat dia berusaha
menyeberangi Pinsk Marshes dengan otaknya itu. Atau
terjun payung ke Crete"orang itu akan meluncur seperti
sebongkah batu. Orang harus melengkapinya dengan
sebuah kursi peluncur militer, dan pada akhirnya untuk
apa" Pada dasarnya ia hanyalah aritmatika mental yang
dibesar-besarkan. Kau bisa mengatakan apa pun yang
kau suka tentang Schacht, tapi apa pun yang dihitung
mesin Zuse, Schacht bisa menghitungnya sambil
setengah tidur setelah tujuh puluh dua jam di bawah
serangan musuh sambil mengoleskan mentega pada
seiris roti tentara. Dan karena itulah aku semula enggan
ketika Fr"ulein Kr"meier membawaku ke depan layar
ini. "Aku tidak perlu mengenalkan diriku pada peralatan
semacam ini," kataku. "Kaulah sekretaris di sini!"
"Duduk saja di sini, mein F"hrer," kata Fr"ulein
141 TIMUR VERMES Kr"meier"aku mengingat momen itu seolah baru kemarin.
"Kalau nggak Anda akan, "Bisakah kau membantuku dengan
ini?" dan "Bisakah kau membantuku dengan itu?" dan aku
bakalan benar-benar sibuk dengan Anda, ya" Sampai aku
nggak bisa mengerjakan pekerjaanku sendiri?"
Aku tidak secara khusus tertarik pada nadanya, tapi
sikapnya yang kasar mengingatkanku dengan sangat
jelas pada saat Adolf M"ller memberiku sebuah pelajaran elementer tentang dasar-dasar mengemudi. M"ller
sangat tegas padaku, harus kukatan begitu, meskipun
ini bukanlah sebuah cerminan kepeduliannya terhadap
persoalan nasional dan lebih karena kekhawatiran jika
leherku patah ia akan kehilangan pesanan cetakan
V"lkischer Beobachter. M"ller bukan seorang instruktur
mengemudi profesional, tapi pertama dan terutama dia
adalah seorang pengusaha. Meskipun mungkin aku
tidak berlaku adil padanya; aku telah mengetahui bahwa
ia menembak dirinya sendiri sesaat setelah perang, dan
mari kita akui, tidak ada keuntungan dalam bunuh diri.
Bagaimanapun juga ia membawaku di dalam mobilnya
untuk menunjukkan padaku cara mengemudi dengan
benar, atau lebih tepatnya, apa yang harus diperhatikan
ketika seseorang memiliki sopir. Pelajaran M"ller
adalah sebuah pelajaran yang amat berharga, di mana
aku belajar lebih banyak daripada yang kudapat dari
sejumlah profesor selama bertahun-tahun. Pada titik ini,
aku harus memperjelas bahwa aku benar-benar mendengarkan orang-orang selain para cecunguk dungu
yang berpikiran kuno di dalam staf umum. Banyak
orang yang mungkin lebih baik dibanding diriku
dalam soal mengendarai mobil, tapi ketika sampai pada
142 HITLER BANGKIT LAGI urusan merapikan garis depan atau menilai berapa
lama seharusnya memberikan perlawanan ketika dalam
keadaan terjepit, maka aku masih menjadi orang yang
membuat keputusan dan bukan Herr Paulus yang mulai
ketakutan. Pikiran tentang hal itu! Ah baiklah. Lain waktu. Betapapun juga, berdasarkan berbagai kenangan
aku menyatakan diriku berkenan mengikuti instruksiinstruksi Fr"ulein Kr"meier, dan harus kukatakan itu
layak untuk menghabiskan waktuku. Dulu aku selalu
dihambat oleh mesin ketik. Aku tidak pernah ingin
menjadi seorang akuntan atau juru tulis, dan aku selalu
mendiktekan buku-bukuku. Hal terakhir yang ingin
kulakukan adalah mengetik seperti penulis berotak
kosong di koran lokal, namun kemudian muncullah
mukjizat kecerdasan Jerman ini: alat aneh tetikus.
Jarang ada sebuah temuan yang lebih orisinal.
Ketika kau menggerak-gerakkan alat tetikus ini di
sekitar meja, sebuah tangan kecil bergerak-gerak di
layar persis dengan arah yang sama. Dan ketika kau
ingin menyentuh sebuah tempat di layar, kau tekan
tetikus kecil ini dan tangan kecil itu benar-benar
menyentuh tempat tersebut di layar. Luar biasa mudah
dan aku sangat terkagum-kagum. Tentu saja, komputer
ini tidak akan lebih dari sekadar sebuah pengalihan
yang menghibur jika satu-satunya tujuannya adalah
untuk mempermudah beberapa tugas kantor. Namun
perangkat ini ternyata merupakan sebuah alat gabungan
yang luar biasa. Kita bisa menggunakannya untuk menulis, tapi me143
TIMUR VERMES lalui sistem kabel, kita juga bisa menghubungi semua
individu dan institusi yang juga setuju menjadi bagian
dari jaringan ini. Lagi pula, tidak seperti telepon, tidak
semua partisipan harus duduk di depan komputer
mereka, melainkan mereka hanya menyimpan sesuatu,
membiarkan kita memunculkannya kembali ketika
mereka tidak hadir"segala jenis penjaja terlibat dalam
praktik ini. Namun, yang paling membuatku senang
adalah bahwa korang dan majalah, bahkan semua
bentuk informasi yang mungkin, bisa diakses. Ia seperti
sebuah perpustakaan yang besar dengan jam buka
yang tak terbatas. Bagaimana aku bisa bosan dengan
hal ini! Betapa banyak hari yang kuhabiskan untuk
membuat keputusan-keputusan militer yang sulit, dan
setelah itu yang kuinginkan hanyalah memanjakan diri
dengan sedikit bacaan pada pukul dua dini hari. Tak
bisa disangkal, Bormann melakukan hal terbaik yang
ia bisa, tapi berapa banyak buku yang bisa diperoleh
seorang Reichsleiter yang bersahaja" Di samping itu,
ruang dalam Sarang Serigala bukannya tak terbatas.
Di sisi lain, teknologi mengagumkan ini, yang disebut
"Inter-network", benar-benar menawarkan segalanya
sepanjang siang dan malam. Yang harus dilakukan
hanyalah mencarinya dalam sebuah alat aneh yang disebut
"Google" dan menyentuh hasilnya dengan tetikus yang
mengagumkan. Tak lama kemudian aku mengetahui
bahwa aku terus sampai di alamat yang sama: sebuah
karya referensi proto-Jerman yang disebut Vikipedia,
sebuah gabungan yang dengan mudah dikenali dari kata
ensiklopedia dan bangsa Jerman kuno yang memiliki
darah petualang, bangsa Viking.
144 HITLER BANGKIT LAGI Sebuah proyek yang membuatku hampir menitikkan
air mata. Di sini, tak ada orang yang memikirkan dirinya sendiri.
Dalam semangat penyangkalan diri dan pengorbanan
diri, tak terhitung orang yang mengumpulkan segala
jenis pengetahuan demi kebaikan yang lebih besar
bagi bangsa Jerman, tanpa menuntut satu pfennig pun
untuk kerja mereka. Ini seperti kampanye amal demi
pengetahuan, yang menunjukkan bahwa bahkan dalam
ketiadaan Partai Sosialis Nasional, Volk Jerman secara
naluriah bekerja untuk mendukung sesamanya, meski
ada tanda tanya tertentu mengenai kepakaran para
kamerad yang tidak mementingkan diri sendiri ini.
Misalnya, untuk sekadar menyebut salah satu contoh,
aku sangat senang mengetahui bahwa wakil kanselirku,
von Papen, telah membual pada 1932 bahwa setelah
dua bulan berkuasa aku akan didesak ke dinding hingga
mendecit. Tapi di tempat lain di Inter-network ini,
orang bisa membaca bahwa von Papen meyakini hal
itu akan dicapai dalam tiga bulan, bukan dua bulan,
dan di tempat lain lagi waktu yang disebut adalah enam
minggu. Seringkali ia mengira bahwa aku akan didesak
ke sudut bukan ke dinding. Atau bahkan ke sebuah
tempat yang sempit. Dan mungkin aku tidak akan didorong, tapi ditindih, sementara barangkali tujuannya
bukan membuatku mendecit, tapi memekik. Akhirnya,
pembaca yang bingung dibiarkan menemukan kebenarannya sendiri"von Papen ingin menggeserku
entah bagaimana caranya ke suatu tempat dalam satu
periode waktu antara enam hingga dua belas minggu
hingga aku mengeluarkan suara bernada tinggi. Yang
145 TIMUR VERMES mengejutkan, keterangan ini masih dekat dengan niat
sesungguhnya dari orang yang mengaku dirinya sebagai
"pakar strategi" itu dulu.
"Sudah punya alamat?" tanya Fr"ulein Kr"meier.
"Aku tinggal di sebuah hotel," kataku.
"E-mail"pos elektronik."
"Kirimkan ke hotel, juga!"
"Jadi, itu artinya nggak punya," katanya, mengetik
sesuatu di komputernya. "Pakai nama apa aku mendaftarkan Anda?"
Aku merengut kepadanya. "Pakai nama apa, mein F"hrer?"
"Dengan namaku sendiri," kataku. "Tentu saja!"
"Kayaknya itu bakalan sulit?" katanya, terus mengetik.
"Apanya yang begitu sulit?" tanyaku. "Dengan nama
apa kau menerima pos-mu?"
"Vulcania17 at web De E?" katanya. "Nah ini dia:
nama Anda tak diizinkan."
"Maaf?" "Aku bisa coba di beberapa provider lain, tapi aku ragu
bakal ada perbedaan. Dan meski memang diizinkan, aku
berani taruhan salah satu dari orang-orang gila itu pasti
sudah mengambilnya" L.O.L."
"Apa yang kau maksud dengan "mengambilnya?"" Aku
bertanya jengkel. "Ada lebih dari satu orang bernama
Adolf Hitler, seperti ada lebih dari satu orang bernama
Hans M"ller. Layanan pos tidak bisa memaksa hanya
ada satu orang yang diizinkan menggunakan nama Hans
M"ller. Orang tidak boleh menguasai sebuah nama!"
Awalnya ia tampak agak bingung, kemudian ia memberiku pandangan yang tidak berbeda dengan yang se146
HITLER BANGKIT LAGI ring kau terima dari Presiden Reich kuno Hindenburg.
"Cuma ada satu untuk tiap alamat," katanya dengan tegas
dan sangat perlahan"kali ini tanpa mengubahnya menjadi pertanyaan"seolah ia khawatir bahwa jika tidak
begitu, aku tidak akan bisa mengikuti penjelasannya.
Kemudian ia melanjutkan mengetik.
"Nah ini dia: Adolf dot Hitler sudah dipakai," katanya.
"begitu juga Adolf Hitler sebagai satu kata dan Adolf
garis bawah Hitler, juga."
"Apa maksudmu dengan "garis bawah?" Tak ada yang
"bawah" mengenai diriku," aku mengomel. "Aku adalah
anggota ras unggul, bukan semacam orang Slav!" Tapi
Fr"ulein Kr"meier sudah mengetik lagi.
"AHitler dan A dot Hitler dua-duanya juga sudah dipakai," katanya mengumumkan. "Hitler saja dan Adolf
saja juga." "Kalau begitu kita harus mengambilnya kembali,"
kataku membentak. "Anda tidak bisa mengambilnya kembali," katanya kesal.
"Bormann bisa! Bagaimana lagi kami bisa mendapat
semua rumah di Obersalzberg" Apakah kau benarbenar membayangkan rumah-rumah itu tak dihuni
sebelumnya" Tidak! Orang-orang tinggal di sana, tapi
Bormann punya jalan dan caranya sendiri..."
"Apakah Anda lebih suka Herr Bormann yang menyelesaikan alamat e-mail Anda?" tanya Fr"ulein Kr"meierasked, terdengar cemas dan agak sedih.
"Aku khawatir Bormann saat ini tak bisa ditemukan,"
aku menyerah. Tidak berharap meruntuhkan moral
pasukan, aku pun menambahkan, "Dengar, aku yakin
kau sudah melakukan yang terbaik."
147 TIMUR VERMES "Oke. Untuk sementara ini, aku lanjutkan, ya?" katanya. "Anda tidak keberatan bilang padaku kapan tanggal
lahir Anda?" "20 April, 1889."
"Hitler89"hilang. Hitler204"tidak, kita tidak bisa
ke mana-mana dengan nama Anda."
"Sungguh kurang ajar!" kataku.
"Bagaimana kalau, memilih nama lain, ya" Maksudku,
aku nggak benar-benar dipanggil Vulcania17."
"Tapi ini sebuah penghinaan! Aku bukan badut tua!"
"Itulah yang terjadi di Internet. Seperti, pertama
datang, pertama dilayani" Anda bisa memilih sesuatu
yang simbolik?" "Sebuah nama samaran?"
"Semacam itu." "Benar... Kalau begitu, aku akan memakai Serigala,"
kataku dengan enggan. "Serigala saja" Seseorang pasti sudah memakainya.
Terlalu sederhana." "Kalau begitu, demi Tuhan, ubah jadi Sarang Serigala!"
Ia mengetik. "Sudah. Kau bisa memakai SarangSerigala6."
"Tapi aku bukan Sarang Serigala 6!"
"Tunggu bentar, apa lagi yang bisa kita lakukan" Hei,
apa itu tadi namanya: Obersalzbach?"
"Berg! Obersalzberg!"
Ia mengetik. Kemudian ia berkata. "Ups. Aku rasa
Anda tidak menginginkan Obersalzberg6, "kan?"
Dan tanpa menunggu sebuah jawaban, ia melanjutkan,
"Biar kucoba ReichChancellery. Itu akan bagus. Nah...
Anda bisa memiliki ReichChancellery1."
"Bukan Reich Chancellery," kataku. "Coba "New
148 HITLER BANGKIT LAGI Reich Chancellery". Setidaknya aku suka bangunan itu."


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia mengetik lagi. "Bingo!" katanya. "Berhasil. L.O.L."
Untuk sesaat aku pasti tampak agak berkecil hati;
bagaimanapun ia merasa berwajiban menenangkanku,
dan mengatakan dalam nada yang hampir keibuan,
"Jangan terlalu sedih! Kau akan mendapatkan e-mailmu
dengan di New Reich Chancellery. Kedengarannya
brilian!" Ia berhenti sejenak, menggeleng-gelengkan
kepalanya dan menambahkan, "Kuharap Anda tidak
keberatan dengan perkataanku, tapi kurasa kau seperti,
melakukannya dengan begitu cemerlang! Benar-benar
begitu meyakinkan" L.O.L. Aku harus berhati-hati atau
aku mungkin mulai berpikir Anda seperti, benar-benar
hidup di zaman itu..."
Untuk semenit atau lebih tak ada di antara kami
yang mengucapkan sepatah kata pun sementara ia
memasukkan lebih banyak hal ke dalam komputer.
Kemudian aku berkata, "Siapa yang mengawasi semua
ini" Pasti tak ada lagi sebuah kementerian propaganda
Reich." "Tak seorang pun," katanya. Kemudian ia menyelidikiku dengan hati-hati: "Tapi"Anda tahu semua itu,
"kan" Ini semua bagian dari akting, "kan" Maksudku,
bahwa aku harus menjelaskan segalanya kepada Anda"
Seolah-olah Anda baru muncul kemarin?"
"Aku tidak bertanggung jawab padamu," kataku,
agak lebih kasar daripada yang kuniatkan. "Jawab pertanyaanku!"
"Baiklah," katanya dengan sebuah desahan. "Ini
semua agak tidak teratur... mein F"hrer. Maksudku, kita
bukan di China. Di sana mereka menyensornya."
"Senang mengetahuinya," kataku.
149 Tiga Belas ku lega diriku tidak berada di sana melihat
Pasukan Sekutu membagi-bagi Reich setelah
perang; itu pasti akan meremukkan hatiku. Di sisi
lain, mempertimbangkan keadaan negara pada masa
itu, aku ragu hal itu akan membuat perbedaan sebulir
pun. Terutama ketika suplai bulir gandum sangatlah
sedikit, seperti yang bisa kukumpulkan sedikit demi
sedikit berbagai jenis dokumen yang tak diragukan lagi
sudah didistorsi oleh propaganda. Musim dingin 1946
dikatakan sangat tidak menyenangkan, tapi aku tidak
mampu menemukan sesuatu pun yang buruk tentang
hal itu: cita-cita pendidikan kuno ala Sparta memandang
bahwa penderitaan tanpa henti menghasilkan anakanak dan masyarakat yang paling kuat. Musim dingin
yang kelaparan diterakan tanpa ampun dalam kenangan
sebuah bangsa, dan memastikan bahwa di masa depan
mereka akan berpikir dua kali sebelum kalah dalam
perang dunia yang lain. Jika seseorang memilih untuk memercayai para
150 HITLER BANGKIT LAGI penulis sejarah dari kalangan demokrat, pertempuran
hanya berlanjut selama satu pekan yang menyedihkan
setelah pengunduran diriku dari politik aktif pada
akhir April 1945. Ini sebuah aib. D"nitz menghentikan
perlawanan para partisan Werwolf, dan instalasi bunker
Bormann yang mahal tidak pernah digunakan dengan
tepat. Aku mengakui bahwa, tak peduli berapa pun
banyaknya nyawa manusia yang kami korbankan,
kami masih harus memperkirakan orang-orang Rusia
membanjiri Berlin dengan gerombolan mereka. Namun
dulu aku sempat menikmati prospek untuk membaca
sebuah katalog berbagai kejutan keji yang dirancang
untuk orang-orang Amerika yang arogan itu"kini,
dengan kekecewaan yang pahit, aku tahu bahwa tidak
ada satu kejutan pun yang terjadi.
Sebuah kehancuran. Apa yang kutulis pada 1924 telah terbukti benar
sekali lagi: di akhir sebuah perang besar elemen-elemen
Volk yang paling berharga gugur tanpa pamrih di medan
perang, hanya menyisakan sampah-sampah medioker
dan inferior, yang kemudian tentu saja menganggap
diri mereka terlalu bagus atau, secara paradoksal, bahkan terlalu halus untuk bergerak di bawah tanah dan
menyiapkan sebuah pertumpahan darah model kuno
untuk pasukan Amerika. Dan kuakui diriku telah membuat sebuah catatan
mental pada titik ini dalam pemikiranku. Adalah hal
yang mengagumkan bagaimana, dengan keuntungan
berupa sebuah jarak tertentu, seseorang bisa melihat
berbagai hal dari sebuah perspektif yang benar-benar
baru. Setelah memastikan bahwa elemen-elemen ter151
TIMUR VERMES baik Volk mati secara prematur, bagaimana aku bisa
berasumsi bahwa segala hal bisa terjadi secara berbeda
dalam perang ini" Karena itu aku berjanji pada diriku
sendiri, "Perang berikutnya: spesimen inferior terlebih
dulu!" Kemudian ketika terpikir olehku bahwa sebuah
serangan awal oleh para pejuang inferior mungkin gagal
mencapai hasil yang diinginkan, aku mengubah catatan
mental ini menjadi "Yang medioker dulu", kemudian
menjadi "Yang terbaik dulu, tapi segera ganti dengan
yang medioker dan mungkin yang inferior," hanya
untuk menambahkan, "gabungkan dengan yang cukup
baik dan yang sangat baik". Pada akhirnya aku mencoret
Telapak Emas Beracun 3 Pendekar Gagak Rimang 2 Genta Perebutan Kekuasaan Kelana Buana 4
^