Anna Karenina 9

Anna Karenina Jilid 1 Karya Leo Tolstoi Bagian 9


"Tidak, tapiAndaketawa, "kataAnnayangjuga tan pa dikehendakinya tertular tawa Betsy, "tapi sungguh, saya tak mengerti. Saya tak mengerti apa peranan suami di sini."
"Suami" Suami L iza Merkalova cuma perlu untuk mengambilkan selimut Liza, dan i a selalu sia:p memberikan jasanya. Tapi apa yang sesungguhnya terjadi di sana, t:ak seorang pun bemiat mengetahuinya. Anda tentu tahu, di kalangan yang sopan, orang tidak bicara dan bahkan tidak berpikir tentang seluk-beluk dandanan. Ini juga begitu."
"Anda mau datang tidak ke acara Rolandaka?" tanya Anna mengubah percakapan.
"Saya kira tidak," jawab Betsy, dan tanpa memandang sahabatnya itu ia pun mulai menuangi cangkir-cangkir kecil tembus cahaya dengan teh yang harum baunya. Digesernya cangkir untuk Anna, dan diambilnya rokok; rokok dimasukkannya ke dalam pipa perak, dan ia pun merokok.
"Anda tahu, keadaan saya lebih baik," katanya memulai, sesudah berhenti ketawa dan mengangkat cangkir. "Saya memahami Anda, dan saya memahami Liza. Liza adalah seorang dari orang-orang lugu, sepert i anak-anak yang tak tahu apa yang baik dan apa yang buruk. Setidaktidaknya ia tak mengerti waktu masih sangat belia. Tapi sekarang ia tahu bahwa ketidakmengertian itu pas buatnya. Sekarang barangkali dengan sengaja ia tidak mengerti," kata Betsy tersenyum tipis. "Tapi bagaimanapun, itu pas untuknya. Anda barangkali belum tahu bahwa satu peristiwa bisa kita pandang secara tragis sehingga timbul siksaan, tapi bisa pula kita pandang secara biasa saja, dan bahkan secara riang. Kemungkinan Anda cenderung memandang peristiwa-peristiwa itu secara terlalu tragis.
"Rasanya ingin sekali saya mengenal orang lain seperti saya mengenal d iri sendiri," kata Anna sungguh-sungguh sambil merenung. "Apakah saya lebih buruk atau lebih baik" Saya pi kir, saya lebih buruk."
"Anak yang mengerikan, an.ak yang mengerikan," ulang-ulang Betsy. "Tapi memang beginilah mereka i ni."
XVIII Terdengar langkah-langkah kaki dan suara laki-laki, kemudian suara perempuan dan suara ketawa, dan baru sesudah itu masuk tamu-tamu yang dinantikan: Safo Shtolz dan seorang pemuda dengan wajah berseri karena sangat sehat, Vaska. Tampaknya ia banyak makan daging sapi dan jamur truffle, dan minum g ur Burgogne. Vaska membungkuk ke arah kedua perempuan itu, kemudian menatap mereka, tapi hanya sedetik. Ia masuk ke kamar tamu mengikuti Safo, dan di kamar tamu ia terus mengikuti Safo seperti terikat padanya, dan tak pemah melepaskan tatapan matanya yang bersinar seakan hendak ditelannya perempuan itu. Safo Shtolz seorang perempuan berambut pirang bermata hitam. Ia masuk dengan langkah pendek lincah, mengenakan sepatu berhak tinggi, dan ia menjabat erat tangan kedua perempuan itu seperti laki-laki.
Anna belum pernah sekali pun bertemu dengan orang penting baru itu, dan ia terpesona dengan kecantikan dan riasannya yang berlebihan, serta sikapnya yang tegas. Dengan rambut dan rambut palsu warna emas yang indah di atas kepalanya, dibentuk jadi semacam susunan rambut yang sedemikian rupa sehingga kepala itu seolah sama besar dengan dadanya membusung dan sangat terbuka bagian depannya. Gayanya sedemikian rupa sehingga tiap kali bergerak terlihat dari balik gaunnya bentuk paha dan pangkal kaki, dan mau tak mau menimbulkan pertanyaan, dilihat dari belakang, di manakah persisnya batas tubuhnya yang kecil ramping dan terbuka itu.
Betsy segera memperkenalkan Safo Shtolz dengan Anna. "Anda barangkali tidak percaya, kami hampir saja menggilas dua serdadu," ia mulai cerita sambil mengejap-ngejapkan mata, tersenyum, dan menarik ekomya ke belakang, dan seketika itu juga mengibaskannya ke sisi. "Saya tengah naik kereta dengan Vaska . . . . 0 ya, Anda belum kenal dia." Dan ia pun memperkenalkan pemuda itu dengan menyebut nama keluarganya, lalu dengan wajah memerah i a ketawa keras karena melakukan kesalahan, menyebut pemuda itu Vaska kepada orang yang belum dikenal.
Vaska sekali lagi membungkuk kepada Anna tanpa mengatakan apa-apa. Katanya kepada Safo:
"Anda kalah taruhan. Kita datang lebih awal. Anda bayar sekarang," katanya tersenyum.
Safo lebih gembira lagi ketawanya.
"Jangan sekaranglah," katanya.
"Tapi biar bagaimanapun, nanti akan saya terima juga." "Baik, baik. 0 ya!" katanya tiba-tiba kepada nyonya rumah, "keterlaluan saya ini .... Saya lupa .... Saya bawa tamu untukAnda sekalian. Itu dia."
Tamu muda yang tidak disangka-sangka itu, yang dibawa Safo dan dilupakannya, temyata tamu pen ting, sehingga walaupun ia masih muda, kedua perempuan segera berdiri menyambutnya.
D i a pengagum baru Safo. Seperti V , dia pun sekarang terus menguntit di belakang Safo.
Segera kemudian datang Pangeran Kaluzhskii dan Liza Merkalova bersama Stremov. Liza Merkalova seorang perempuan kurus berambut hitam, dengan tipe wajah sendu dari Timur dan bermata jelita penuh teka-teki seperti dikatakan banyak orang. Wama pakaiannya yang cenderung gelap (Anna langsung melihatnya dan sangat menghargainya) betul-betul sesuai dengan kecantikannya. Kalau Safo adalah orang yang keras dan suka pilih-pilih, Liza adalah orang yang Iembut dan bebas.
Tapi, menurut selera Anna, Liza jauh lebih memikat. Betsy bicara tentang Liza kepada Anna, katanya L i z a bersikap seperti seorang anak lugu, tapi ketika Anna melihatnya sendiri, i a merasa bahwa ucapan Betsy itu tidak benar. Liza memang benar lugu dan manja, tapi ia perempuan yang amat memikat dan patuh. Memang benar nadanya sama dengan Safo; seperti Safo, ia dikuntit terus oleh dua orang pengagumnya, yang sudah seperti dijahit dan memandang Liza seperti hendak mencaploknya, yang seorang masih muda, dan yang lain sudah tua; tapi dalam diri Liza tampak tersimpan sesuatu yang lebih tinggi daripada yang ada di sekitarnya; dalam dirinya terpancar cahaya berlian sejati di tengah kaca. Cahaya itu memancar dari matanya yang jelita dan benar-benar tak terduga isinya. Pandangan yang sendu dan sekali gus bergairah, yang terpancar dari mata yang di batasi lingkaran hitam itu, memukau orang dengan keluguannya yang sempurna. Kalau orang memandang mata itu, ia akan merasa telah mengenal perempuan itu sepenuhnya, dan kalau telah mengenalnya, tidak dapat tidak ia akan mencintainya. Tapi melihat Anna, wajah perempuan itu tiba-tiba berseri penuh dengan senyuman gembira.
"Senang sekali saya berjumpa dengan Anda!" katanya sambil menghampiri Anna. "Di pacuan kemarin saya berniat menemu i Anda, tapi Anda sudah pergi. J kemarin itu saya ingin sekali bertemu dengan Anda. Anda sama dengan saya kan, bahwa pacuan itu mengerikan
li?" katanya sambil menatap Anna dengan tatapan yang seakan mengungkapkan seluruh jiwanya.
"Ya, saya pun tidak menyangka bahwa pacuan itu begitu mendebarkan," kata Anna, memerah wajahnya.
Waktu itu banyak orang berdiri untuk menuju ke kebun. "Saya tidak akan pergi," kata Liza tersenyum, lalu duduk di dekat Anna. "Andajuga tidak mau pergi" Apa perlunya main kroket?" "Tidak, saya suka," kata Anna ..
"Itulah, apa sih yang Anda perbuat sampai tak pernah merasa bosan" Melihat Anda ini, saya gembira. Anda benar-benar hidup, sedangkan saya seolah sudah mati."
"Bosan" Kalian kan kelompokorang-orangyang riang di Petersburg?" kataAnna.
"Barangkali orang yang bukan anggota kelompok kami lebih bosan lagi; bahkan bagi kami, bagi saya, barangkali bukan hanya bosan, tapi mengerikan, mengerikan betul bosannya."
Usai merokok Safo pergi ke kebun bersama kedua pemuda. Betsy dan Stremov tinggal minum teh.
"Bosan?" kata Betsy. "Safo bilang, kernarin rnereka barn bergernbira di tern pat Anda."
"Oh, arnat sepi kemarin itu!" kata Liza Merkalova. "Orang-orang datang ke tempat saya sesudah pacuan. Dan kembali yang itu Iagi, yang itu Iagi! Yang itu-itujuga. Sepan jang petang cuma bergolekan di dipan. Apanya yang gembira" Tidak, apa yang Anda lakukan supaya Anda tak rnerasa bosan?" katanya lagi kepada Anna. "Melihat Anda ini, kita mengerti-inilah perempuan yang bisa merasa bahagia, merasa malang, tapi tak pernah merasa bosan. Ajarilah kami bagaimana caranya?"
"Saya tidak melakukan apa-apa," jawab Anna, yang segera memerah wajahnya mendengar pertanyaan yang terlalu mendesak itu. "Nah, ini dia cara terbaik," kata Stremov ikut dalam percakapan. Stremov berusia sekitar limapuluh, setengah beruban, rnasih segar, berrnuka sangat buruk, tapi wajahnya berwatak dan pintar. Liza Merkalova kernenakan istri Strernov, dan ia rnenghabi skan seluruh waktu senggangnya dengan kemenakannya itu. Ketika menernuiAnna Karenina, sebagai orang yang dalam dinas jadi musuh Aleksei Aleksandrovich, dan sebagai bangsawan yang pintar, ia berusaha bersikap baik kepada Anna, istri musuhnya.
"Tidak melakukan apa-apa," demikian sambutnya sambil tersenyum tipis. "Itulah cara terbaik. Sudah lama saya katakan pada Anda," katanya kepada Liza Merkalova, "bahwa agar tak merasa bosan, kita tak perlu berpikir bahwa kita akan merasa bosan. Itu sama saja dengan jangan takut untuk tak bisa tidur, kalau kita takut tak bisa tidur. ltu juga yang dikatakan Anna Arkadevna pada Anda."
"Saya akan merasa sangat senang kalausayasendi ri yang mengatakan itu, karena kata-kata itu bukan hanya pintar, tapi juga benar," kata Anna sambil te m.
"Tidak, tapi kalau boleh bertanya, kenapa kita tak bisa tidur dan tidak dapat tidak merasa bosan?"
"Untuk bisa tidur kita harus bekerja, dan agar bisa gembira pun kita harus bekerja."
"Buat apa saya bekerja kalau pekerjaan saya tak bermanfaat buat siapapun" Sedangkan berpura-pura saya tak bisa, dan tak mau."
"Anda ini tak bisa dibetulkan lagi," kata Stremov tanpa menatap Liza, lalu kembali bicara dengan Anna.
Karena jarang bertemu dengan Anna, ia tak bisa mengatakan apaapa kepada Anna selain hal-hal yang memboyakkan, dan ia memang mengatakan hal-hal yang memboyakkan itu, misalnya ia bicara tentang Anna yang waktu itu pergi ke Petersburg, tentang betapa Nyonya Pangeran Lidiya lvanovna mengasihinya; dan semua itu dikatakannya dengan wajah yang menunjukkan bahwa ingin benar ia menyenangkan hati Anna dan memperlihatkan rasa hormat, bahkan Iebih Iagi daripada itu.
Tushkevich masuk mengumumkan bahwa semua mengharapkan kedatangan para pemain kroket.
"Tidak, Anda jangan pergi," pinta Liza Merkalova ketika ia tahu Anna hendak pergi. Stremov setuju dengan permintaan Liza.
"Kontras yang terlalu besar,'' kata Stremov, "pergi mengunjungi Nenek Vrede sesudah acara dengan kelompok ini. Dan lagi, kedatangan Anda nanti akan dipandang sebagai kesempatan untuk bergunjing, sedangkan di sini Anda bisa membangkitkan perasaan yang paling halus, bertentangan dengan pergunjingan itu," katanya kepada Anna.
Untuk sesaat Anna merasa ragu-ragu. Kata-kata menjilat orang pintar itu, simpati Liza Merkalova yang lugu dan kekanak n terhadap dirinya, dan suasana kehidupan kaum bangsawan seperti biasa itu-semuanya terasa begitu enteng, padahal sesuatu yang berat sedang
menantinya, sehingga untuk sesaat ia merasa bimbang apakah tetap akan tinggal, dan apakab itu t idak akan lebih menjauhkan dia dari saat yang berat untuk memberikan penjelasan. Tapi ketika teringat olehnya apa yang menunggu di rumah jika ia tak mengambil keputusan, dan teringat polahnya sendiri yang mengerikan sewaktu ia mencengkam rambutnya, ia pun minta diri dan meninggalkan tempat itu.
XIX Meski dilihat sepintas lalu Vronskii hidup sebagai bangsawan yang santai, sesunggubnya ia orang yang benci ketidakteraturan. Sejak muda, ketika masih bidup di korps, ia sudah merasakan betapa terhinanya ditolak, yakni ketika ia meminjam uang karena bangkrut; sejak itu tak pernab ia membiarkan dirinya terperosok dalam keadaan seperti itu.
Agar segala urusan selalu beres, maka sesuai keadaan, sekitar lima kali setahun ia menyendiri untuk memeriksa dengan teliti segara urusan itu. Ia namakan itu mengadakan perhitungan atauf aire la lessive.75
Pagi hari sesudah pacuan im ia terlambat bangun; maka tanpa bercukur dan mandi ia kenakan pakaian seragam, ia Ietakkan uang, rekening, dan surat-surat, dan mulailah ia bekerja. Karena tahu bahwa dalam keadaan seperti itu ia ser ingkali marah, maka ketika Petritskii terbangun dan melihat temannya menghadap meja tulis, Petritskii pun berpakaian tanpa gaduh dan keluar kamar agar t idak mengganggu temannya.
Karena tahu secara detail rumitnya kondisi hidup sendiri, tiap orang mau tak mau menilai bahwa rumitnya kondisi hidup itu, dan kesukaran dalam menguraikannya, merupakan masalah yang bersifat pribadi; i a samasekali tak ingat babwa orang lain juga dikitari kerumitan kondisi bidup yang sama dengan dirinya. Begitu juga perasaan Vronskii. Dan bukan tanpa kesombongan batin dan samasekali tanpa dasar kalau ia berpendapat bahwa orang lain pasti sudah mengalami kekalutan dan terpaksa melakukan sesuatu yang tak baik jika mereka berada dalam kondisi sukar seperti dirinya sekarang ini. Tapi Vronskii merasa, babwa justru sekaranglah ia perlu meninjau dan menguraikan posisinya dengan maksud agar ia tak mengalami kekalutan.
Hal pertama yang d itanganinya sebagai urusan paling ringan adalah
75 Faire la lessive (Pr): Mencuci.
masalah uang. Ditulisnya di atas kertas catatan dengan tulisan kecil-kecil semua utangnya, lalu d i jumlahkan, dan d iketahuinya bahwa ia punya utang tujuhbelas ribu sekian ratus. Ketika dihitungnya seluruh uang logam dan uang ke yang ada padanya, diketahui bahwa d i tangannya tinggal seribu delapanratus , sedangkan pemasukan menjelang Tahun Baru belum kelihatan dari mana. Dibacanya kembali lembaran utang itu, lalu ditulisnya kembali, dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah utang-utang yang harus segera dibayar, atau untuk memba ya diperlukan uang tunai, sehingga apabila ditagih tidak boleh terjadi kelambatan sedikit pun. Utang-utang seperti itu jurnlahnya sekitar empatribu; seribu limaratus untuk kuda dan duaribu limaratus jaminan untuk seorang teman muda, yaitu Venevskii, yang dengan saksi Vronskii sendiri telah kalah main dengan seorang penjudi curang. Vronskii waktu itu juga ingin menyerahkan uang itu (karena waktu itu uang ada di tangan), tapi Venevs'kii dan Yashvin tegas mengatakan bahwa merekalah yang akan membayar, bukan Vronskii yang tak ikut main. Itu memang baik, tapi Vronskii tahu bahwa dalam permainan curang itu, walaupun ia hanya ambil bagian dengan memberikan jaminan untuk Venevskii, ia perlu memiliki uang duaribu limaratus untuk dilemparkan kepada si penipu, dan sesudah itu tak lagi bicara dengannya. Jadi, untuk golongan penting pertama harus ada uang empatribu. Untuk golongan kedua yang jurnlahnya delapanribu, terdapat utang-utang yang kurang penting. Utang-utang itu terutama utang-utang untuk kandang kuda pacuan, pemasok haver dan rumput kering, orang Inggris, tukang abahabah, dst. Untuk utang-utang itu harus dibayarkan juga sekitar duaribu agar ia merasa benar-benar tenang. Bagian utang yang terakhir-kepada toko-toko, hotel-hotel, dan tukangjahit-tak perlu dipikirkan sam i. Dengan demikian diperlukan setidak-tidaknya uang enamribu untuk pengeluaran yang sifatnya segera, sedangkan yang ada padanya hanya seribu delapanratus. Untuk orang dengan pemasukan seratusribu, dilihat dar i seluruh harta yang dimilikinya, utang-utang itu agaknya tak terlalu memberatkan; tapi persoalannya adalah bahwa ia samasekali tak punya yang seratusribu itu. Kekayaan ayahnya yang sangat besar, dan dapat memberikan pemasukan tahunan sampa i duaratus ribu, masih belum dibagi di antara mereka sesaudara. Ketika abangnya, yang dalam keadaan tertimbun utang kawin dengan Nona Pangeran Varya Chirkova, anak seorang Desembris yang tak punya kekayaan apapun, Alekse i menyerahkan kepadanya seluruh pemasukan dari harta mi l ik ayahnya,
sedangkan untuk dirinya sendiri cukup ia mendapat duapuluh limaribu setahun. Aleks e i waktu itu mengatakan kepada abangnya bahwa uang sejumlah itu cukup untuknya selama ia belum kawin, dan agaknya i a benar-benar tidak akan kawin. Sedangkan abangnya, sebagai komandan salah satu resimen elit dan baru kawin, tentu saja tidak dapat tidak menerima hadiah itu. lbunya, yang punya kekayaan tersendiri di luar uang yang tersedia baginya sebanyak duapuluh lima ribu, memberikan lagi kepada Aleksei sekitar duapuluh ribu, dan Aleksei bisa menghabiskan semua uang itu. Akhir-akhi r itu, karena pertengkaran dengan Vronskii akibat hubungan cinta Vronskii dan kepergiannya dari Moskwa, ibunya tak lagi mengirimi uang. Aki batnya, Vronskii yang bi asa hidup dengan empatpuluh lima ribu, dan tahun ini hanya menerima duapuluh lima ribu, jadi mengalami kesulitan. Untuk keluar dari kesulitan itu ia tak dapat minta uang kepada ibunya. Surat terakhir yang diterimanya malam sebelum itu, yang membuatnya naik darah, berisi isyarat bahwa ibunya bersedia membantunya mencapai sukses di kalangan bangsawan dan dalam dinas, tapi tidak untuk mencapai hidup yang melanggar sopansantun seluruh masyarakat. Keinginan sang ibu untuk menyuapnya itu menaikkan darahnya sampai ke ubun-ubun, dan makin memperdingin sikapnya terhadap sang ibu. Tapi ia tak bisa melupakan kata murah hati yang telah diucapkan ibunya, sekalipun sekarang ini ia merasa ( samar-samar terbayang apa yang bakal terjadi dalam hubungan dirinya dengan Karenina) bahwa kata murah hati itu diucapkan asal saja, dan bahwa bagi dirinya sebaga i orang yang belum kawin, seluruh uang jumlahnya seratusribu pun bisa saja habis. Tapi melupakan hal itu tidak mungkin. Dalam hal ini teringat olehnya istri sang kakak; Varya yang baik hati dan mulia, di mana ada kesempatan baik selalu mengingatkan Vronskii bahwa ia ingat kedermawanannya dan sangat menghargainya, dan itu berart i bahwa tak mungkin dia menarik kembali apa yang telah diberikan kepadanya. Itu sama tidak mungkinnya dengan memukul perempuan, mencuri, atau menipu. Yang mungkin, dan harus dilakukan, hanya satu, dan Vronskii tanpa ragu sudah memutuskan untuk melakukannya, yaitu meminjam uang kepada tukang kredit sebanyak sepuluh ribu. Tentang ini tak mungkin timbul kesulitan. Dan yang harus dilakukan lagi adalah menghentikan samasekali semua pengeluaran dan menjual kuda-kuda pacuannya. Sesudah memutuskan hal itu, segera i a menulis surat kepada Rolandaki yang sudah berkali-kali menyuratinya dengan maksud membeli kudanya. Kemudian disuruhnya orang
memanggil orang Inggris dan tukang kredit serta memisab-misahkan uang yang ada padanya sesuai rekening. Selesai mengerjakan semua itu, i a tulis surat yang dingin tajam sebagai jawaban terhadap ibunya. Kemudian diambilnya tiga surat Anna dari dalam dompet, dibacanya dan dib ya, dan termenunglah ia, teringat percakapan kemarin dengan Anna.
Kehidupan Vronskii terasa bahagia, terutama karena ia punya himpunan aturan yang menetapkan dengan pasti segala yang harus dan tidak harus dilakukannya. Himpunan aturan itu meliputi seju h kecil keadaan dan bersifat tegas, dan karena Vronskii tak pernah keluar pola aturan itu, maka tak pernah sedetik pun ia ragu melakukan apa yang harus dilakukannya. Peraturan itu dengan pasti menentukan bahwa utang kepada penjudi curang harus dibayar, sedangkan kepada tukang jahit tak perlu, bahwa berbohong kepada lelaki tak boleh, sedangkan kepada perempuan boleh, bahwa menipu siapapun dilarang, tapi menipu suami boleh, bahwa penghinaan tak boleh dimaafkan, sedangkan menghina orang lain boleh, dsb. Semua pera itu mungkin tak masuk aka!, dan tak baik, tapi peraturan itu tak meragukan, dan dalam melaksanakannya Vronskii merasa bisa tenang dengan menegakkan kepalanya tinggitinggi. Hanya pada waktu terakhir i ni, akibat hubungannya dengan Anna, Vronskii mulai merasa bahwa himpunan aturannya tak sepenuhnya bisa diterapkan dalam segala keadaan, dan di masa depan bisa menimbulkan kesulitan dan keraguan, dan Vronskii tak bisa lagi mengandalkan dir i pada pola aturannya itu.
Baginya, sikapnya sekarang terhadap Anna dan suaminya sederhana danjelas. Sikap itu dengan gamblang dan saksama mendapat pembenaran dalam himpunan aturan yangjadi pegangannya.
Anna adalah perempuan baik-baik yang telah menghadiahkan cinta kepadanya, dan ia mencintai Anna. Maka Anna baginya seorang perempuan yang pantas memperoleh sikap hormat, bahkan sikap hormat yang lebih besar dibandingkan dengan istr i yang sah. la lebih siap k iranya menyerahkan tangan untuk dipotong daripada membi arkan dirinya menghina perempuan itu dengan kata-kata maupun isyarat, apalagi tidak menyatakan rasa hormat yang memang pantas diharapkan seorang perempuan.
Sikapnya terbadap masyarakat pun jelas. Semua orang bisa mengetahui atau menduga-duga sikapnya itu, tapi tak seorang pun boleh berbicara tentang si kapnya itu. Jika sebali knya yang terjadi, ia siap memaksa orang yang bicara itu untuk diam dan menghormati harkat yang sebenarnya tidak dimiliki perempuan yang dicintainya itu.
Sikapnya terbadap suami Anna paling jelas ketimbang yang lainlain. Sejak Anna jatub cinta kepadanya, sejak itu pula ia menganggap bahwa haknya terhadap perempuan itu tak bisa dilepaskan. Dalam ha! ini sang suami hanya sekadar orang yang tak diperlukan dan hanya mengganggu. Tak bisa diragukan lagi bahwa status suami dalam ha! ini menyedihkan, tapi apa boleh buat" Hanya satu saja hak yang dimiliki sang suami, yaitu hak membela dengan senjata di tangan, dan untuk itu Vronskii sejak awal sudah siap.
Tapi waktu yang terakhir itu muncul hubungan batin yang baru antara dia dan Anna, dan hubungan itu menakutkan Vronskii, karena mengandung ketidakpastian. Baru kemarin Anna menyatakan kepadanya bahwa ia mengandung. Dan Vronskii merasa, berita itu dan apa yang diharapkan Anna darinya menuntut sesuatu yang tak sepenuhnya terumuskan dalam himpunan aturan yangjadi pegangan h idupnya. Dan benar, i a telah dibikin terpana, dan saat pertama ketika Anna menyatakan tentang keadaannya itu, hati Vronskii membisikkan kepadanya untuk menuntut agar Anna meninggalkan sang suami. la telah menyatakan ha! itu, tapi sekarang sesudah ditimbang-timbangnya, ia melihat dengan jelas bahwa akan lebih baik kiranya dia tak usah melakukan itu; selain itu, dalam hati, ia pun takut apakah langkah itu tidak buruk"
"Kalau aku mengatakan tinggalkan suami, itu berarti menyatukan dirinya denganku. Si apkah aku untuk itu" Bagaimana aku akan membawanya sekarang, padahal aku tak punya uang" Umpamakan saja aku b i s a melakukan itu .... Tapi bagaimana aku membawanya, sedangkan aku masih dalam ikatan dinas" Karena aku telah mengatakan itu, berarti aku harus siap melaksanakan, yang berarti juga harus punya uang dan keluar dari dinas."
Dan ia pun merenung. Persoalan keluar atau tidak keluar dari dinas menghadapkannya pada kepentingan lain yang ifat rahasia, dan hanya dia yang tahu, dan barangkali juga merupakan kepentingan utama, walaupun ia sembunyikan, yakni kepentingan hidupnya sendiri.
Punya nama adalah impi an lamanya sejak kanak-kanak dan masih belia, impi an yang pada diri sendiri pun tak mau ia mengakuinya,
tapi impian itu demikian kuat, sehingga sekarang nafsu itu bertempur melawan cintanya. Langkah-langkah pertama yang d iambilnya di kalangan bangsawan dan dalam dinas membuahkan hasil, tapi dua tahun yang lalu ia telah melakukan kesalahan besar. Dengan harapan bisa menunjukkan sikap bebas guna mencapai sukses, i a telah menolak kedudukan yang dita kepadanya dengan maksud agar penolakan itu memberinya harga lebih tinggi, tapi te a ia telah melangkah terlalu berani, dan ia pun ditinggalkan orang; sesudah mau tak mau memperoleh posisi sebagai orang bebas, i a pun membawakan diri seperti itu, berlaku sangat halus dan pintar, seakan ia tak marah kepada siapapun dan tak menganggap dirinya tersinggung oleh siapapun; yang diharapkannya hanya agar orang membiarkannya, karena dalam keadaan seperti itu ia sudah cukup senang. Dalam kenyataan, sejak tahun lalu, ketika ia pergi ke Moskwa, ia sudah tidak merasa gembira. Ia merasa, posisi bebas itu, yang memungkinkan orang melakukan semuanya, tapi tidak ingin melakukannya, sudah mulai jadi aus, sehingga orang banyak mulai menyangka bahwa i a tak berniat berbuat sesuatu selain berusaha jadi orang jujur dan baik. Hubungannya dengan Karenina, yang telah menimbulkan banyak keributan dan meminta perhatian orang banyak, yangjuga telah memberikan rona baru pada di rinya, untuksesaat memang dapat menenangkan cacing "gila nama" yang tengah menggerogotinya, tapi m inggu yang lalu cacing itu telah terbangun dengan kekuatan baru. Seorang teman dari masa kanak , dari satu kelompok, dan dari satu organisasi, seorang teman dalam korps, Serpukhovskoi, yang lulus sama-sama dia dan merupakan saingannya dalam kelas, dalam senam, dalam kenakalan, dan dalam mengembangkan impian "gila nama", beberapa hari yang lalu telah kembali dari Asia Tengah setelah di sana naik pangkat dua tingkat dan dianugrahi tandajasa yangjarang diberikan kepada para jendral yang masih amat muda.
Begitu tiba di Petersburg orang mulai bicara tentang Serpukhovskoi sebagai bin tang besaryang sedang menanjak. Sebagai teman sekolah dan seusia dengan Vronskii, ia telah jadi jendral dan tengah menanti tugas yang bisa berpengaruh pada jalannya roda pemerintahan, sedangkan Vronskii, walaupun bebas, cemerlang, dan d icinta i seorang perempuan jelita, hanya seorang kapten kavaleri yang diberi kebebasan seberapa dia mau. "Dengan sendirinya aku tidak iri dan tak mungkin iri pada Serpukhovskoi; tapi kenaikan itu menunjukkan padaku bahwa aku perlu menunggu waktu; dan karir orang sepertiku ini bisa dic iptakan cepat sekali. Tiga tahun yang lalu ia sama dengan aku. Kalau nanti aku keluar dari d inas, baru aku akan berkiprah. Dengan tinggal terus dalam dinas, aku tidak kehilangan apa-apa. Anna sendiri mengatakan, ia tidak ingin mengubah statusnya. Dengan cinta Anna, tak mungkin aku iri pada Serpukhovskoi." Dan sambil mem ilin kumisnya dengan pelan i a pun bangkit dari meja dan berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Matanya berkilau sangat terang, dan terasa olehnya suasana jiwanya yang mantap, tenang, dan gembira, yang selalu hadir sesudah i a menjelaskan status dirinya. Segalanya jernih dan terang, seperti setelah i a mengadakan perhitungan sebelum itu. Ia pun bercukur, mandi, mengenakan pakaian, dan keluar.
XXI "Aku menyusul kamu. Lama sekali kamu mandi sekarang," kata Petritskii. "Selesai, ya"''
"Selesai," jawab Vronskii sambil tersenyum dengan matanya dan memmn ujung-ujung kumisnya dengan amat hati-hati, seolah sesudah membereskan segala urusan yang dihadapinya itu tiap gerak yang terlalu berani dan cepat bisa merusak dirinya.
"Kamu ini, sesudah membasuh badan selalu tampak seperti pulang dari kamar mandi," kata Petritskii. "Aku baru dari Gritska (demikian mereka namakan komandan resirnen), kamu ditunggu."
Vronskii menatap temannya tanpa memberikan jawaban, tapi soal lain yang dipikirkannya.
"Apa musik itu dari tempat dia?" katanya sambil mendengardengarkan bunyi bas trompet, polka, dan wals yang dikenalnya. "Ada perayaan apa itu?"
"Serpukhovskoi datang."
"Aa!" kata Vronskii. "Tak tahu aku." Senyuman matanya berser i lebih terang lagi.
Sesudah diputuskannya sendiri bahwa ia bahagia dengan cintanya dan telah mengorbankan impian "gila nama" -nya demi cinta itudan setidak-tidaknya memainkan peranan itu-Vronskii pun sudah tidak merasa iri kepada Serpukhovskoi dan juga tidak kecewa bahwa setiba di resimen Serpukhovskoi tidak pertama-tama mendatang inya. Serpukhovskoi adalah sahabat karibnya, dan ia senang melihat sahabatnya itu datang.
"Aa, aku senang sekali."
Komandan resimen, Dyomin, menempati rumah bangsawan yang besar. Seluruh rombongan berada di balkon bawah yang luas. D i pekarangan, yang pertama-tama mencolok mata Vronskii adalah para penyanyi berpakaian seragam yang berdiri di dekat sebuah drum berisi wodka, dan sosok komandan resimen yang sehat gembira dikel para p ; ketika i a menginjakanaktangga pertama balkon, mengatasi bunyi musik yang tengah memainkan kadril karya Offenbach, dengan lantang ia meneriakkan perintah dan melambaikan tangan kepada para prajurit yang berdiri d i samping. Sejumlah prajurit, sersan mayor kavaleri, dan beberapa perwira muda masuk ke balkon bersama Vronskii. Kembali ke meja, komandan resimen keluar lagi ke serambi membawa gelas anggur dan bersulang: "Untuk teman lama kita, jendral yang berani, Pangeran Serpukhovskoi. Hura!"
Sesudah komandan resimen, datang Serpukhovskoi mengangkat gelas sambil tersenyum.
"Kamu ini masih muda saja, Bondarenko," katanya kepada sersan mayor yang berpipi merah dan tampak muda; sersan mayor itu sudah untuk kedua ka l inya berdinas, dan waktu itu berdiri tepat di depannya.
Vronski i sudah tiga tahun tidak melihat Serpukhovskoi. Serkupkhovskoi sudah jad i dewasa; kini ia memelihara cambang, tapi masih juga ramping; penampilannya memesona berkat ketampanan, kelembutan, kemuliaan wajahnya, dan bentuk tubuhnya.
Hanya ada satu perubahan yang tampak oleh Vronskii, yakni sinar wajahnya yang tenang mantap, seperti biasa tampak pada orang yang berhasil mencapai sukses dan merasa yakin bahwa semua orang mengakui keberhasilan tersebut. Vronskii mengenal sinar itu, dan ia melihatnya pada Serpukhovskoi.
Ketika tengah menuruni tangga, Serpukhovskoi melihat Vronskii, dan senyuman gembira pun menyinari wajahnya. Ia menegakkan kepala, mengangkat sedikit gelasnya sebagai ucapan salam kepada Vronskii, dan dengan itu menunjukkan bahwa i a harus mendatangi sersan mayor dahulu, yang waktu itu sudah menjulurkan badan dan menyiapkan bibir untuk diciurn.
"Nab, i ni dia!" seru kornandan resimen. "Kata Yashvin karnu sedang murung?"
Serpukhovskoi menciurn bibir sersan mayor rnuda yang basah segar, dan sambil menghapus mulut dengan saputangan menghampiri Vronskii.
"O, senang sekali aku!" katanya sambil menjabat tangan Vronskii dan membawanya ke samping.
"Tolong temani dial" seru komandan resimen kepada Yashvin sambil menunjuk Vronskii, lalu turun menemui para prajurit.
"Kenapa kemarin tak lihat pacuan" Aku pikir akan ketemu kamu di sana," kata Vronskii sambil memerhatikan Serpukhovskoi.
"Aku datang, tapi terlambat. Maaf," tambahnya, lalu ganti bilang kepada ajudannya, "coba ini suruh bagikan, dari aku, beberapa saja seorang."
Buru-buru ia keluarkan dari dompetnya tiga lembar uang ratusan rube), dan wajahnya pun memerah.
"Vronskii! Mau makan atau minum" tanya Yashvin. "Hei, bawa makan ke sini buat Graf! Aa, ini minum."
Acara minum-minum di tempat komandan resimen itu berlangsung lama.
Orang-orang pada minum banyak. Di situ Serpukhovksoi diayun dan dilambungkan. Lalu ganti komandan resimen diayunkan. Kemudian komandan resimen menari bersama Petritskii di hadapan para penyanyi. Kemudian, sesudah agak lelah, komandan resimen duduk di bangku pekarangan, dan mulai membuktikan kepada Yashvin bahwa Rusi a lebih unggul daripada Prussia, terutama dalam serangan kavaleri, dan acara minum pun sesaat sepi. Serpukhovskoi masuk ke dalam rumah, ke belakang, untuk mencuci tangan, dan di sana didapatinya Vronskii; Vronskii tengah membasuh badan. Melepaskan seragam, ia menjulurkan lehernya yang tampak merah tertutup rambut untuk dituangi air dari ember pembasuh, dan ia menggosok leher dan kepalanya dengan kedua belah tangan. Selesai membasuh badan, Vronskii duduk di dekat Serpukhovskoi. Tak lama kemudian mereka berdua duduk di dipan kecil, dan di antara keduanya berlangsung percakapan yang sangat menarik.
"Aku tahu semua tentang dirimu lewat i ku," kata Serpukhovskoi. "Aku senang kamu sering ketemu dia."
"Dia memang bersahabat dengan Varya, dan mereka itu satu-satunya perempuan Petersburg yang menyenangkan untuk diajak bertemu," jawab Vronski i sambil tersenyum. Ia tersenyum karena sudah tahu lebih "Aku pun tahu tentang dirimu, dan bukan hanya lewat istrimu,"
kata Vronskii menutup isyarat Serpukhovskoi dengan wajah kereng. "Aku senang kamu mencapai su'kses, tapi aku samasekali tak heran. Aku bahkan menanti yang lebih dar ipada itu."
Serpukhovskoi tersenyum. Ia tampaknya merasa senang mendengar pendapat tentang di rinya, dan ia tak merasa perlu menyembunyikannya.
"Aku, sebaliknya, terus-terang mengharapkan yang kurang daripada itu. Tapi aku senang, ya, senang . Aku orang yang senang punya nama, ini kelemahan diriku, dan aku mengakui hal itu."
"Mungkin juga, tapi kamu barangkali tak akan mengakuinya kalau kamu tak mencapai sukses," kata Vronskii.
"Aku kira tidak demikian," kata Serpukhovskoi kembali tersenyum. "Aku bukan hendak mengatakan bahwa tak ada gunanya kita hidup tanpa itu, tapi kalau tanpa itu barangkali membosankan. Dengan sendirinya bisa juga aku keliru, tapi menurut perasaanku, aku punya sedikit kemampuan untuk melakukan kegiatan yang telah kupilih ini, dan di dalam tanganku, kekuasaan apapun, kalau memang ada, akan lebih baik daripada di tangan banyak orang lain yang kukenal," kata Serpukhovskoi dengan kesadaran akan suksesnya, diiringi wajah berseri. " na itu, makin dekat aku padanya, makin puas aku."
"Itu mungkin untuk kamu, tapi tidak buat semua orang. Aku pun berpikir, nah, aku hidup, dan ternyata tak perlu kita hidup sekadar untuk itu," kata Vronskii.
"Itu di a! Itu dia!" kata Serpukhovskoi sambil ketawa. "Aku dengar tentang kamu, tentang penolakanmu.... Dengan sendir inya aku mendukungmu. Tapi dalam segala hal selalu ada caranya sendiri. Dan menurut pendapatku, langkah itu sendiri baik, ta pi kamu melakukannya tak seperti semestinya."
"Apa yang sudah terjadi, sudah terjadi, dan kamu tahu, tak pemah aku menyesali apa yang telah kulakukan. Dan lagi, aku merasa keadaanku baik sekali."
"Baik sekali-untuk sementara. Tapi kamu tak akan puas dengan hal itu. Aku tak menyampaikan ini kepada abangmu. Abangmu itu anak baik, sama dengan tuan rumah ini. Itu dengar!" tambahnya sambil mendengar-dengarkan pekik "hura". "Dia pun gembira, tapi buat kamu bukan itu yang memuaskan."
"Aku bicara bukan demi kepuasan."
"Dan bukan hanya itu. Orang-orang seperti kamu ini diperlukan."
"Oleh siapa?" "Oleh siapa" Oleh masyarakat. Rusia membutuhkan manusia, membutuhkan partai. Kalau tidak, semuanya dimakan dan akan d imakan anjing."
"Apa maksudmu" Partai Bartenev buat melawan orang komunis?" "Tidak," kata Serpukhovskoi sambil mengerutkan dahi kesal, karena i a dituduh terlibat dalam kebodohan itu. "Tout 11a est une blague.76 Selamanya begitu, dan akan selalu begitu. Tidak ada samasekali orang komunis. Tapi orang yang terbiasa dengan intrik selamanya perlu mengarang adanya partai yang berbahaya, yang merugikan. Ini taktik kuno. Tidak, yang kita perlukan itu partai kekuasaan dari orang-orang bebas sepert i kamu dan aku ini."
"Kenapa begitu"'' Vronskii menyebut nama beberapa orang yang punya kekuasaan. "Tapi kenapa mereka takjadi orang bebas?"
"Karena sejak lahir mereka tak punya dan tak pernah punya kebebasan dalam hal harta, mereka tak punya nama, dan tidak dilahirkan dekat matahari, tidak sepert i k ita. Mereka itu bisa dibeli baik dengan uang maupun belaian. Dan agar tetap berkuasa, mereka perlu mengarang aliran. Lalu mereka mengembangkan pi kiran, aliran, yang mereka sendiri pun tak memercayainya dan menciptakan kejahatan; padahal segala macam aliran itu cuma sekadar alat untuk memiliki rumah dinas dan gaji berjumlah sekian. Cela n'est pas plus fin que .,a,77 kalau kita lihat kartu mereka. Barangkali aku lebih buruk, lebih bodoh ketimbang mereka, walaupun aku tak tahu kenapa aku harus lebih buruk ketimbang mereka. Tapi aku barangkali punya kelebihan, yakni kita ini lebih sukar dibeli. Dan orang-orang seperti itu lebih diperlukan sekarang daripada kapan pun."
Vronskii mendengarkan dengan saksama, tapi bukan isi pembicaraan itu yang menarik minatnya, melainkan kaitannya dengan gagasan Serpukhovskoi yang sudah hendak berjuang dengan kekuasan, dan memiliki simpati dan antipatinya sendiri, sedangkan bagi Vronskii, dalam dinas hanya ada kepentingan resimen. Vronskii mengerti pula bahwa Serpukhovkskoi bisa kuat karena kemampuannya yang tak diragukan lagi dalam memahami persoalan berkat otaknya, dan karena bakatnya dalam berbicara, suatu ha! yang jarang ada di lingkungannya.
76 Tour ?"a esr une b/ague (Pr): Semua itu "Cuma olok-olok. 77 Ce/a n?"sr pas plus fin que ?"a (Pr): Semua tak lebih daripada itu.
Walaupun dalam hal ini Vronskii tidak malu, ia merasa irijuga.
"Bagaimanapun, untuk itu aku tak punya cukup bekal penting," jawabnya, "tak punya cukup keinginan untuk memil iki kekuasaan. Memang dulu punya, tapi itu sudah lewat."
"Maafkan aku, tapi itu tak benar," kata Serpukhovskoi tersenyum. "Sungguh ini betul, betul!. .. sekarang," tambah Vronskii untuk membuktikan keju jurannya.
"Itu betul. Kalau sekarang itu soal lain, dan sekarang ini tidak akan berlaku selamanya."
"Barangkali," jawab Vronskii.
"Kamu bilang barangkali," sambung Serpukhovskoi, seolah sudah menebak jalan p nya, "tapi aku katakan padamu mungkin. Untuk itulah aku ingin ketemu kamu. Kamu telah bertindak sebagaimana mestinya. Itu aku mengerti. Ta pi kamu tak perlu memaksakan diri. Aku cuma mengharap darimu carte blanche.78 Aku tak mau jadi pelindungmu. Tapi kenapa pula aku tak akan melindungimu" Berapa kali kamu telab melindung iku! Aku harap, nilai persahabatan kita lebib daripada itu. Ya," katanya lembut, seperti perempuan, sambil tersenyum kepada Vronskii. "Berikan padaku carte blancbe, keluarlab dari resimen, nanti aku katrol kamu tanpa kentara."
"Rupanya kamu tak mengerti, aku ini tak butuh apa-apa," kata Vronski i, " i n supaya semuanya tetap seperti sediakala." Serpukhovskoi bangkit dan berdiri tegak di hadapannya. "Kamu bilang, supaya semuanya tetap seperti sediakala. Aku mengerti apa maksudmu. Tapi coba dengar: kita ini seumur. Barangkali kamu Iebih banyak mengenal perempuan ketimbang aku." Senyuman dan gerak-gerik Serpukhovskoi menyatakan bahwa Vronskii tak perlu takut bahwa ia akan menyentuh dengan halus dan hati-hati bagian yang Iemah dalam dirinya. "Tapi aku punya istri. Karena itu percayalah, mengenal istri sendiri yang kita cintai (seperti pernah ditulis seseorang), berarti lebih mengenal semua perernpuan lain daripada kita rnengenal seribu dari mereka."
"Sebentar kami datang!" teriak Vronskii kepada seorang perwira yang menjenguk ke dalam ruangan untuk mengundang mereka berdua datang ke komandan res imen.
78 Carte blanche (Pr): Kuasa penuh.
Vronskii kini ingin mendengarkan sampai selesai dan mengetahui apa yang akan dikatakan kepadanya.
"Dan ini pendapatku. Perempuan adalah batu sandungan bagi kiprah Iaki-Iaki. Sukar kita bisa mencintai seorang perempuan dan sekaligus melakukan sesuatu. Tapi ada cara untuk bisa dengan enak dan tanpa halangan mencintai seorang perempuan, yaitu an. Bagaimana, ya, baga imana menjelaskan apa yang terpikir olehku ini," kata Serpukhovskoi yang menyukai perbandingan, "tunggu, tunggu! Ya, seperti orang memikul fardeau79 dan sekaligus melakukan sesuatu dengan kedua tangannya, itu baru bisa dilakukan jika fardeau itu diikatkan ke punggung, dan itulah pe an. Itu aku rasakan sendiri sesudah aku
. Sekonyong-konyong tanganku jadi bebas. Tapi tanpa perkawinan berarti kita menyeret beban, dan tangan akan begitu penuh, hingga kita tak bisa melakukan apa-apa. Cobalah Iihat Mazankov, Krupov. Mereka itu menghancurkan karir sendiri karena perempuan."
"Tapi perempuan macam apa!" kata Vronskii, teringat seorang perempuan Pranc is dan seorang aktris, sahabat kedua orang yang disebut namanya itu.
"Memang lebih buruk dibandingkan status mantap seorang perempuan di kalangan bangsawan, lebih buruk. Itu sama saja dengan bukan hanya menarik beban dengan kedua belah tangan, tapi juga merebutnya dari tangan orang la in."
"Kamu ini tak pernah bercinta," kata Vronskii lirih sambil memandang ke depan, mem ikirkan Aruta.
"Mungkin. Tapi cobalah ingat apa yang kukatakan padamu tadi. Dan satu l a g i: semua perempuan Iebih materialistis ketimbang Iaki-laki. Dengan cinta, kita kaum Ielaki menciptakan sesuatu yang agung, tapi mereka selalu menganggapnya terre-a-terre."80
"Sebentar! Sebentar!" kata Vronskii kepada seorang pelayan yang masuk ke ruangan. Padahal pelayan itu datang bukan untuk kembali mempersilakan mereka seperti diduganya. Pelayan membawa surat untuk Vronsk ii.
"Ada yang bawa ini dari Nyonya Pangeran Tverskaya." Vronskii membuka surat itu, dan merahlah wajahnya. "Kepalaku sakit, aku pulang saja," katanya kepada Serpukhovskoi.
79 Fordeou (Pr): Beban. 80 T erre-a-terre (Pr): Urusan sehari-hari.
"Kalau begitu, selamat berpisab. Mau tidak kasib carte blancbe?" "Nanti k ita bicarakan lagi, akan kutemui kamu di Petersburg."
XXII Waktu sudab pukul enam. Karena itu, agar bisa datang tepat pada waktunya dan tidak menggunakan kuda sendiri yang dikenal semua orang, Vronskii nai k kereta sewaan dari Yashvin dan me tukang kereta memacu kudanya. Kereta sewaan itu, yang sudab tua dengan tempat duduk empat buab, lega ruangannya. Ia duduk di sudut sambil menyelonjorkan kakinya dan mulai merenung.
Sadar, walaupun samar, babwa semua urusan jadi jelas, ingatan tentang persahabatan dan pujian Serpukhovskoi yang menganggapnya sebagai orang yang diperlukan, dan yang lebih penting lagi prospek akan bertemu kembali dengan sahabatnya, semua itu bergabung jadi satu kesan gembira mengenai hidup ini. Perasaan itu begitu kuat, sebingga tanpa dikehendaki ia pun tersenyum. Diturunkannya kaki, lalu yang sebelah ditumpangkan di atas paba yang lain. Dirabanya kaki itu, dan terasalah olehnya buah betisnya yang lentur, yang terluka memar sewaktu terjatuh kemarin. Sambil merebahkan badan ke belakang, ia menarik napas dalam-dalam beberapa .
"Baik, baik sekali!" katanya pada d iri sendiri. Sebelum itu pun sudah sering ia beroleh kesan menyenangkan mengenai tubuhnya sendiri, tapi belum pernah ia merasa begitu cinta pada diri sendiri, pada tubuh sendiri, seperti se ini. Ia merasa senang menghayati rasa nyeri enteng pada kakinya yang kokoh, dan menyenangkan juga baginya merasakan gerak otot dadanya sewaktu bernapas. Di hari bulan Agustus yang cerah dan dingin itu, yang pada diri Anna menimbulkan putusasa, pada Vronskii terasa menimbulkan gairah dan membuat segar wajab dan lehernya yang memanas karena tuangan air sebelumnya. Bau briliantin dari kumisnya ia rasakan sangat menyenangkan di tengab udara segar itu. Segala yang dilibatnya lewatjendela kereta, segala yang ada di udara dingin dan bersih itu, di tengah-tengab cabaya senja yang pucat, terasa juga segar, riang, dan bertenaga, seperti dirinya: atap-atap rumab yang berkilau terkena cahaya matahari, juga bayangan tajam pagar-pagar dan sudut-sudut bangunan, juga sosok-sosok tubuh manusia dan kendaraan yang se bersisipan, juga bijau pepohonan dan rerumputan yang tak
bergerak-gerak, juga larik-larik guludan kentang, juga bayangan condong rumah-rumah, pohon-pohon, dan semak-semak, dan bayangan guludan kentang itu sendiri. Semuanya elok, seperti lukisan pemandangan indah yang baru saja selesai dan disaput lak.
"Jalan, jalan!n katanya kepada kusir yang melongokkan kepala ke jendela; dikeluarkannya uang tiga rube! dari dalam sakunya dan disodorkannya kepada kusir yang. sedang melongok. Tangan kusir itu meraba-raba sesuatu di dekat lampu kereta, terdengar desir cambuknya, dan kereta pun berlari kencang di atas jalan besar yang rata.
"Tak ada, tak ada yang kubutuhkan selain kebahagiaan ini, n pikirnya sambil memandang bandul be! dari tulang di antara dua jendela, dan terbayanglah Anna seperti dilihatnya terakhir kali. "Dan makin lama, makin cinta aku padanya. Ha, ini dia kebun dinas Vrede. Di mana dia" Di mana" Bagaimana" Kenapa dia bikin pertemuan di sini, dan menuli s dalam surat Betsy?" pikirnya; tapi untuk berpikir sudah tak ada lagi waktu. Dihentikannya kusir sebelum masuk ke jalan kecil, dan sesudah dibukanya pintu kereta, melompatlah ia keluar selagi kereta masih jalan, dan masuklah ia ke jalan kecil menuju ke rumah. Di jalan kecil itu tak terlihat orang, tapi beg itu i a menoleh ke kanan, tampak olehnya Anna. Wajahnya tersembunyi di balik tudung, tapi dengan pandangan riang Vronskii bisa menangkap gaya jalannya yang istimewa, yang hanya dimiliki Anna, juga condongnya bahu dan pose kepala, dan seketika itu semacam aliran listrik menjalari seluruh tubuhnya. Ia rasakan dirinya punya kekuatan baru, mulai dari gerak kakinya yang lentur sampai pada gerak parunya sewaktu bernapas, dan bibirnya pun terasa seperti t e rg e litik.
Begitu bertemu, Anna menjabat erat tangan Vronskii . "Kamu tidak marah telah kuminta kemari" Aku perlu ketemu,n katanya; dan bentuk bibirnya yang tampak serius dan tegang di balik tudung itu pun sekaligus mengubah suasana batin Vronskii. "Aku, marah! Bagaimana kamu bisa datang ke sini" Ke mana"n "Itu tidak penting, n kata Anna sambil meletakkan tangan ke tangan Vronskii. " A yo, aku perlu bicara lagi. n
Vronskii pun mengerti bahwa ada sesuatu yang telah terjadi, dan pertemuan kali itu tidak akan menggembirakan dirinya. Di hadapan Anna, Vronskii tak punya kemauan sendiri; tanpa memahami apa yang dikhawatirkan Anna, i a merasa bahwa kekhawatiran itu, tanpa dikehendaki, sudah menjalari dirinya.
"Apa yang terjadi" Apa?" tanyanya sambil mengempit tangan Anna dengan sikunya, dan mencoba m emb a c a pikiran Anna lewat wajahnya.
Anna terus berjalan beberapa langkah tanpa bicara untuk menyiapkan batinnya, kemudian tiba-tiba berhenti.
"Alm belum mengatakan kemarin," katanya mulai sambil menarik napas cepat dan berat, "bahwa ketika pulang dengan Aleksei Aleksandrovich itu aku sudah mengemukakan semuanya ... sudah mengatakan bahwa aku tak bisa lagi jadi istrinya, bahwa... dan sudah aku katakan semuanya."
Vronskii mendengarkan, dan tanpa dikehendaki ia mencondongkan seluruh tubuhnya, seakan dengan demikian ia hendak meringankan be ban batin Anna. Tapi begitu Anna selesai bicara, ti ba-tiba ia menegakkan badan, dan wajahnya mengungkapkan sika p angkuh dan keras.
"Ya, ya, itu lebih baik, seribu kali lebih baik! Aku mengert i betapa berat mengatakan itu," katanya.
Tapi Anna tak mendengarkan kata-kata Vronskii, ia hanya membaca pikirannya lewat ekspresi wajah Vronsk ii. Namun ia tak tahu bahwa ekspresi wajah Vronskii adalah ekspresi pikiran yang untuk pertama kali timbul pada Vronskii, yakni p tentang duel yang kini tak bisa dielakkan lagi. Oleh Anna tak pernah terpikir soal duel itu. Karena itu ekspresi wajah Vronskii yang keras selintas itu lain penjelasannya.
Sesudah menerima surat dari suami, di dasar jiwanya ia sudah merasa bahwa semuanya akan berjalan seperti sediakala, dan ia tidak akan kuasa mengabaikan posisinya, membuang anaknya, dan menyatukan diri dengan kekasihnya. P a g i hari itu, yang dilewatkannya di rumah Nyonya Pangeran Tverskaya, lebih meyakinkan dirinya tentang hal itu. Namun pertemuan kali ini, bagaimanapun, sangat penting baginya. Ia berharap pertemuan ini akan mengubah status mereka berdua dan akan menyelamatkan dirinya. Sekiranya sewaktu mendengar berita itu Vronskii dengan mantap, dengan bernafsu, dan tanpa sedikit keraguan mengatakan kepadanya: "Buang semuanya, dan ikut aku! " ia akan membuang anaknya dan ikut Vronskii. Tapi ternyata berita itu tak menghasilkan apa yang diharapkannya: Vronskii seakan hanya merasa tersinggung oleh sesuatu.
"Samasekali tak terasa berat olehku. Semuanya berjalan dengan sendirinya," kata Anna naik darah, "dan i n ilah .... " Ia mengeluarkan surat suami nya sarong tangan.
"Aku mengerti, aku menge"rti," tukas Vronskii sesudah mengambil surat itu, tapi ia tak membacanya, melainkan berusaha menenangkan Anna. "Hanya satu yang kuharapkan, hanya satu yang kuminta padamu, yakni mengobrak-abrik keadaan ini agar kamu bisa mengabdikan hidupmu pada kebahagiaan."
"Kenapa kamu katakan itu padaku?" tanya Anna. "Apa kau kira aku merasa ragu-ragu tentang itu" Sekiranya aku ragu .... "
"Si apa yang jalan itu?" tanya Vronskii tiba-tiba sambil menunjuk dua perempuan yang datang dari arah yang berlawanan dengan mereka. "Mungkin mereka kenal kita," dan dengan tergesa ia membelok ke jalan samping serta mengajak Anna mengikutinya.
"Ah, buatku sama saja!" kata Anna. Kedua bibirnya gemetar. Dan Vronskii pun merasa, ma ta Anna menatapnya dari balik kain vual dengan sikap benci yang aneh. "Menurut pendapatku, bukan itu soalnya; tentang itu aku tak merasa ragu samasekali; dan inilah yang dia tulis padaku. Bacalah," kembali Anna berhenti.
Dan seperti saat pertama ia mendengar berita tentang perpisahan Anna dengan suaminya, membaca surat itu Vronskii, tanpa dikehendaki, merasa bahwa kesan yang timbul padanya mengenai suami yang terhina itu sepenuhnya wajar. Sekarang, ketika memegang surat suami Anna, tanpa dikehendaki, ia membayangkan tantangan yang sebentar lagi atau besok bakal d iterimanya, dan i a pun membayangkan duelnya sendiri. Dalam duel itu, dengan ekspresi paling dingin dan angkuh seperti sekarang tampak di wajahnya, ia akan menembak ke udara dan kemudian berdiri untuk ditembak suami yang terhina itu. Tapi saat itu pula terbersit pikiran tentang apa yang tadi dikatakan Serpukhovskoi kepadanya dan apa yang i a sendiri pikirkan pagi itu-bahwa lebih baik tidak mengikatkan diri-dan ia tahu bahwa pikiran demikian tak mungkin disampaikan kepada Anna.
Sehabis membaca surat itu ia menatap Anna, dan dalam tatapan itu terasa tiadanya kemantapan. Maka seketika itu mengertilah Anna bahwa Vronskii sudah memikirkan soal itu sendiri sebelumnya. Ia tahu, apapun yang dikatakan Vronskii kepadanya bukanlah apa yang terkandung dalam hatinya. Mengertilah i a bahwa harapannya yang terakhir telah sia-sia. Dan itu bukan yang dikehendakinya.
"Kamu lihat sendiri, orang macam apa itu," kata Anna dengan suara gemetar, "dia itu .... "
"Maafkan aku, tapi dengan ini aku merasa senang," tukas Vronskii. "Demi Tuhan, izinkan aku melanjutkan bicara," tambahnya, dan dengan tatapan mata ia mohon kepada Anna agar memberinya waktu untuk menjelaskan kata-katanya. "Aku senang, karena hal ini tak bisa, ya, samasekali tak bisa sepert i didu.ganya."
"Kenapa tak bisa?" ujar Anna sambil menahan airmatanya, dan agaknya sudah tidak menganggap penting lagi apa yang akan dikatakan Vronskii. la merasa bahwa nasibnya sudah ditentukan.
Vronski i hendak mengatakan bahwa sesudah berlangsung duel, yang menurut pendapatnya tak terhin lagi, hubungan itu tak bisa berlangsung terus, tapi yang i a katakan lain daripada itu.
"Tak bisa berlangsung terus. Aku harap, sekarang kamu mau meninggalkan dia. Aku harap," di sini ia jadi bingung dan memerah wajahnya, "kamu i zinkan aku menyusun dan memikirkan hidup kita. Besok. .. ," katanya memulai.
Anna tak memberinya kesempatan untuk bicara sampai selesai. "Anak bagaimana?" serunya. "Kamu lihat tidak, apa yang ditulisnya" Aku mesti meninggalkan anak itu, tapi aku kan tak bisa, dan tak mau melakukan itu."
"Tapi demi Tuhan, apa yang lebih baik daripada itu" Meninggalkan anak atau meneruskan keadaan yang menghinakan i ni?" "Untuk siapa ini menghinakan?"
"Untuk semua, dan terutama untuk dirimu."
"Kamu katakan menghinakan ... jangan katakan itu. Kata-kata itu tak ada artinya buatku," kata Anna dengan suara gemetar. Sekarang ia tak ingin mendengar Vronskii mengatakan hal yang tak benar. Yang masih tinggal padanya sekarang hanyafah cinta Vronskii, dan i a ingin mencintai Vronskii. "Kamu harus mengerti, sejak aku jatuh cinta padamu, buatku semuanya sudah berubah. Buatku, yang ada cuma satu, yaitu cintamu. Kalau cinta ini cintaku, aku merasa diriku begitu tinggi, begitu kuat, hingga tak ada yang terasa menghinakan bagiku. Aku bangga dengan keadaanku, karena... bangga dengan ... bangga .... " la tak melanjutkan dengan apa ia bangga. Airmata malu dan putusasa mencekik suaranya. la pun berhenti bicara, dan tersedu-sedu.
Vronskii pun merasa ada yang naik dalam tenggorokannya dan mendesis dalam hidungnya, dan untuk pertama kali dalam hidupnya ia pun hendak menangis. Talk sanggup ia men n apa yang membuatnya terharu seperti itu; i a merasa kasihan kepada Anna , dan ia merasa tak bisa menolong Anna, padahal ia tahu bahwa penyebab kemalangan Anna adalah dirinya, dan bahwa i a telah melakukan sesuatu yang tak baik.
"Apa percerai an tak mungk in?" katanya lemah. Anna tidak menjawab, tapi menggelengkan kepala. "Apa tak mungkin membawa anak, tapi tetap meninggalkan dia?"
"Ya, tapi semua itu tergantung dia. Sekarang aku harus pergi menemui dia," katanya kering. Te ta tak salah firasatnya bahwa semua tetap seperti sedi akala.
"Hari Selasa aku akan ada di Petersburg, dan semua diputuskan."
"Ya," kata Anna. "Tapi kita tidak akan bicara soal itu lagi." KeretaAnna, yang sudah disuruhnya pergi dan kemudian disuruhnya datang ke pagar kebun Vrede, sekarang tiba. Anna pun minta kepada Vronskii dan pulang.
XX III Hari Senin berlangsung sidang Komisi 2 Juni seperti biasa. Aleksei Aleksandrovich masuk ke ruang sidang, mengucapkan salam kepada para anggota dan ketua seperti biasa, lalu duduk di tempat duduknya sendiri dan meletakkan tangan di atas dokumen-dokumen yang telah disiapkan untuknya. Di antara dokumen-dokumen itu terdapat pula referensi-referensi yang dibutu n dan rancangan pernyataan yang hendak diberikannya. Sebetulnya i a tak membutuhkan referensi. Ia i ngat semuanya, dan tak menganggap perlu mengulangi pikiran apa saja yang hendak dikatakannya. Ia tahu, apabila ti b a waktunya, dan apabila nanti ia melihat wajah lawannya, yang dengan saksama berusaha memperlihatkan wa jah masa bodoh, pidatonya akan mengalir sendiri dengan lebih baik ketimbang yang disiapkan. Ia merasa, isi pidatonya begitu hebat, hingga tiap kata yang diucapkannya punya makna. Sementara itu, sewaktu mendengarkan laporan seperti biasa, ia memperlihatkan wajah yang sangat polos dan tanpa cela. Melihat tangannya yang putih dengan urat-urat mengembung, dan melihatjar ijemarinya yangpanjang rneraba-raba dengan I em but kedua tepi lembaran kertas putih di hadapannya, dan melihat kepalanya yang rnencondong ke tepi menunjukkan rasa lelah, tak seorang pun menduga bahwa sebentar lagi akan keluar dari mulutnya kata-kata yang menimbulkan badai mengerikan, yang memaksa para anggota berteriak-teriak sambil saling pukul dan menuntut ketua memerhatikan tata tertib.
pidato itu berakhir, Aleksei Aleksndrovich dengan suaranya yang kecil lirih mengumumkan bahwa ia punya beberapa pemikiran mengenai pengaturan bangsa-bangsa minoritas. Perhatian pun tertuju kepadanya. Aleksei Aleksandrovich batu-batuk sedikit, dan tanpa memandang lawannya i a mulai menguraikan pemikirannya, sesudah lebih dulu memilih sebagai sasaran adalah pendapat orang pertama yang duduk di hadapannya, seperti selalu dilakukannya sewaktu mengucapkan pidato, yakni seorang tua bertubuh kecil yang tak pernah punya pendapat sendir i dalam komisi tersebut.
Ketika pembicaraan sampai pada undang-undang dasar dan undangundang organik, lawan melompat dan mulai mengemukakan keberatan. Stremov, yang juga anggota komisi dan ikut merasa ditelanjangi, mulai membela diri; pokoknya sidang berlangsung riuh; tapi Aleksei Aleksandrovich menang, dan usu! yang diajukannya diterima; ditunjuk tiga komisi, dan hari berikutnya di kalangan orang-orang Petersburg yang terkenal itu orang hanya bicara tentang sidang tersebut. Sukses Aleksei Aleksandrovich itu lebih besar daripada yang diduganya.
Pagi berikutnya, hari Selasa, ketika Aleksei Aleksandrovich bangun tidur, dengan penuh rasa puas ia mengenangkan kemenangannya kemarin, dan terpaksa ia tersenyum, sekalipun ingin bersikap masa bodoh kepala kantor dengan maksud menjilat menyampaikan berita yang didengarnya tentang peristiwa yang terjadi dalam komisi.
Selama menerima kepala kantor, Aleksei Aleksandrovich samasekali lupa bahwa sekarang hari Selasa, hari yang ditentukan bagi kedatangan Anna Arkadevna; maka heran dan kagetlah ia dengan perasaan tak enak ketika pelayan melaporkan tentang datangnya Anna.
Anna tiba di Petersburg pagi-pagi benar; untuk menjemputnya telah dikirimkan kereta sesuai dengan telegram Anna, sehingga Aleksei Aleksandrovich bisa mengetahui kedatangannya. Tapi ketika Anna tiba Aleksei Aleksandrovich masih menerima kepala kantor. Anna menyuruh menyampaikan kepada suaminya bahwa ia telah tiba, kemudian masuk ke kamar kerjanya sendiri dan mengatur barang-barangnya sambil menanti sewaktu-waktu sang suami mendatanginya. Tapi satu jam lewat Aleksei Aleksandrovich belum juga datang. Maka ia pun masuk ke kamar makan dengan alasan akan memberikan petunjuk, dan di situ dengan sengaja ia bicara keras dengan maksud agar suaminya datang ke situ; tapi Aleksei Aleksandrovich tak juga keluar, meskipun Anna mendengar suaminya itu keluar dari pintu kamar kerja s mengantar kepala kantor. Anna tahu suaminya biasanya segera pergi dinas. Karena itu ia ingin bertemu dengan di a sebelum pergi agar hubungan di antara mereka dapat dipastikan.
Ia melewati kamar besar dan dengan hati mantap mendatangi suaminya. ia masuk ke kamar kerja suaminya, Alekse i Aleksandrovich, yang mengenakan seragam dinas dan agaknya sudah siap pergi, sedang duduk di dekat meja kecil tempat i a menopangkan tangan dan dengan murung memandang ke depan. Anna lebih dulu melihat sang suami ketimbang sang suami melihatnya, dan mengertilah i a bahwa suaminya sedang memikirkan dia.
Melihat Anna , Aleksei Aleksandrovich pun hendak berdiri, tapi tak jadi, kemudian wajahnya memerah, suatu ha! yang tak pemah dilihat Anna; lalu i a berdiri cepat dan menyambut Anna , tapi tidak menatap mata Anna, melainkan di atas mata, yakni dahi dan tata rambutnya. Ia menghampir i Anna, memegang tangannya, dan mempersilakan duduk.
"Senang sekali Anda datang," l"Saya akan pergi ke Moskwa," kata Anna.
"Tidak, Anda sudah bertindak baik sekali dengan datang ke sini," kata Aleksei Aleksandrovich, lalu kembali terdiam.
Melihat suaminya tak sanggup memulai percakapan, Anna yang memulai.
"Aleksei Aleksandrovich," katanya sambil menatap sang suami, dan tak melepaskan tatapan itu, sementara suaminya menatap tata rambutnya, "saya perempuan brengsek, tapi saya adalah saya yang dulu, seperti pernah saya , dan sekarang saya datang untuk mengatakan bahwa saya tak bisa mengubah apapun."
"Saya t idak bertanya tentang itu," tiba-tiba kata Aleksei Aleksandrovich sambil menatap mata Anna dengan tegas dan dengan rasa benci. "Saya pun sudah menduga itu." Agaknya, walaupun sangat marah, ia masih bisa menguasai segala kemampuannya. "Tapi seperti pernah saya katakan dan saya tulis," ujarnya dengan suara kecil tajam, "sekarang saya ulangi, saya tida!k berkewajiban mengetahui ha! itu. Saya tak peduli. Tak semua istri sebaik Anda, yaitu lekas-lekas memberitahu suami tentang berita yang menyenangkan itu." Ia menekankan betul kata "menyenangkan" itu. "Saya tak peduli, sepanjang kalangan bangsawan belum mengetahuinya, sepanjang nama saya tak diaibkan. na itu saya hanya memperingatkan Anda, bahwa hubungan antara kita harus tetap seperti sediakala, dan hanya apabila Anda mempermalukan diri sendiri, saya terpaksa mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan kehormatan saya."
"Tapi hubungan kita tak mungkin seperti sediakala," ujar Anna dengan suara takut-takut, seraya menatap penuh kekhawatiran ke arah suaminya.
Waktu ia melihat kembali tanda-tanda tenang pada diri suaminya, mendengar suaranya yang mengiris, kekanak-kanakan, dan bernada mengejek, rasa muak terhadap suaminya pun kembali menghancurkan rasa kasihan yang tadi muncul, dan kini yang tersimpan dalam hatinya hanya rasa takut; baga imanapun keadaannya, i a harus membikin jelas statusnya.
"Saya tak bisajadi istri Anda, pada waktu ... ," demikian ia memulai.
Aleksei Aleksandrovich tertawa jahat dan dingin.
"Tentunya jenis hidup yang sudah Anda pilih itu tercermin dalam pengertian Anda. Saya menghormati dan membenci yang pertama maupun yang kedua ... saya menghormati masa lalu Anda dan membenci masa kini Anda ... hinggajauhlah saya dari interpretasi yang Anda berikan terhadap kata-kata saya."
Anna menarik napas dalam-dalam dan menundukkan kepala. "Singkatnya, saya tak mengerti bagaimana mungkin Anda, sebagai orang yang punya begitu banyak kebebasan," sambung Aleksei Aleksandrovich bersemangat, "sanggup menyatakan secara terus-terang kepada suami tentang perselingkuhan Anda, dan dalam ha! itu Anda tak merasa malu, seperti halnya Anda tak merasa malu tidak melaksanakan kewajiban istri terhadap suami. n
"Alekse i Aleksandrovich! Apa Anda inginkan dari saya sebetulnya ?"
"Yang saya mau adalah supaya saya tidak bertemu orang itu di si ni, dan supaya Anda membawakan diri begitu rupa sehingga kalangan bangsawan maupun para pembantu tak bisa menu duh Anda... dan supaya Anda tidak bertemu lagi dengannya. Rasanya itu tidak banyak. Dan untuk itu Anda bisa menggunakan hak-hak Anda sebagai i stri yang tulus, walaupun tidak memenuhi kewajiban Anda. Itu saja yang ingin saya katakan. Sekarang sudah t iba waktunya saya pergi. Saya tidak makan siang di rumah."
la berdiri dan menuju ke pintu. Anna juga berdiri. Tanpa mengatakan apa-apa Aleksei Aleksandrovich membungkukkan badan dan memberikan jalan kepada Anna.
XXIV Malam yang dihabiskan n di atas tumpukan rumput itu tidak berlalu percuma; usaha pertanian yang dikelolanya itu kini ia rasakan menjijikkan dan tak menggairahkannya lagi. Walaupun panen kali itu baik sekali, tak pernah atau setidak-tidaknya tak pernah terasa olehnya betapa banyak kegagalan dan permusuhan yang terjadi antara dirinya dan petani seperti tahun ini, dan penyebab kegagalan dan permusuhan itu sekarang bisa ia pahami sepenuhnya. Daya tarik yang pernah dirasakannya dalam kerja, sebagai akibat pendekatan yang ia lakukan terhadap petani, rasa iri yang dipendamnya terhadap diri dan hidup mereka, keinginannya untuk hidup sepert i mereka, yang malam itu baginya tak lagi merupakan impian, tapi sudah jadi niat, dengan cara-cara anaan yang sudah dipertimbangkan pula,semuaitu telahmengubah pandangannya terhadap usaha pertanian yang dikelolanya, sehingga tak bisa Iagi ia menemukan di situ minat seperti seru dan kejam antara dirinya dan para pekerja. D i satu pihak, yakni di pi haknya, selalu ada kecenderungan kuat untuk merombak semuanya agar menjadi contoh yang di anggapnya lebi h baik, sedangkan di pihak lain segala sesuatu berjalan biasa saja. Dan dalam pertarungan ini ia melihat, walaupun pihaknya mengerahkan segala tenaga, kalau tak ada usaha sedikit pun dan bahkan tak ada ke inginan pi hak yang lain, maka yang terjadi hanyalah usaha pertani an yang tak jelas arahnya, si a-sia, sementara alat-alat yang baik, t.ernak yang bagus, dan tanah jadi rusak. Tapi yang terpenting, bukan hanya tenaga yang telah dikerahkan untuk usaha itu yang Ienyap tanpa guna, tapi ia pun tidak dapat tidak merasakan sekarang ini, ketika makna usaha pertaniannyajadijelas, bahwa sasaran tenaga yang dikeluarkannya merupakan ha! yang paling berharga. Apakah hakikat pertarungan it u" Ia membela setiap peser uangnya (dan memang tidak dapat ia tidak membelanya, karena begitu usahanya dikendorkan, tidak akan ada cukup uang untuk membayar pekerja), sedangkan para petani hanya membela kepentingan mereka agar bisa bekerja tenang dan menyenangkan seperti biasa. Yang jadi kepentingan Levin adalah agar tiap pekerja bekerja sebanyak-banyaknya; selain itu, pekerja perlu senantiasa ingat agar tidak merusakkan alat penampi, penggaruk tarikan kuda dan penebah gandum, dan supaya memikirkan apa yang tengah dikerjakan; sedangkan pekerja ingin sebisa mungkin kerja yang menyenangkan, disertai istirahat, dan yang penting lagi: tanpa keluar keringat banyak, tenggelam begitu saja tanpa pi kiran samasekali. Pada musi m panas kali ini Levin, dalam tiap langkahnya, menyaksikan hal itu. Ia mengirim orang untuk menyabit semanggi guna dikeringkan dengan memilih petak-petak yang buruk, yang ditumbuhi rumput dan gulma, yang tidak cocok untuk gandum, tapi yang disabit malah petakpetak bibit ter baik, dan mereka membela diri dengan mengatakan bahwa perintah pengatur rumahtangga memang begitu, lalu menghibur Levin dengan mengatakan bahwa rumput kering yang akan dihasilkannya baik sekali, padahal Levin tahu bahwa mereka melakukan itu karena petakpetak itu lebih enteng disabit. Ia mengirim mesin penebar rumput kering untuk menebarkan rumput; baru di baris-baris pertama alat itu sudah patah karena petani bosan sekali duduk di atas boks di bawah sayapsayap yang terus berputar. Dan orang mengatakan kepadanya: "Jangan khawatir, Tuan, kaum perempuan bisa menebarkan rumput itu dengan cepat." Bajak ternyata samasekali tak baik hasilnya, karena pekerja tak berpikir untuk membenamkan matabajak yang terangkat ke atas, dan karena dipaksakan juga, pekerja menyiksa kuda-kuda penarik, yang merusakkan tanah pula; di sini pun Levin diminta tenang sa ja. Kudakuda dilepaskan begitu saja di tengah-tengah gandum karena tak seorang pun mau berjaga malam; kendati sudah diperintahkan berjaga malam, para pekerja itu tak bergantian jaga, lalu si Vaska yang seharian kerja tertidur dan mengakui dosanya dengan mengatakan: "Terserah Tuan." Tiga anak sapi telah kebanyakan makan tanpa minum karena dilepaskan di tengah-tengah sisa tanaman semanggi, dan orang-orang itu tak mau juga percaya bahwa anak-anak sapi itu jadi kembung perutnya karena semanggi, lalu untuk menenangkan hati Levin mereka bercerita bahwa tetangga mereka punya seratus duapuluh sapi yang mati seketika dalam waktu tiga hari saja. Semua itu terjadi bukan karena ada orang yang berniat jahat terhadap Levin atau terhadap usaha pertaniannya; sebaliknya, ia tahu bahwa orang. mencintainya dan menganggapnya sebagai tuan yang sederhana (dan ini merupakan pujian y ang tertinggi); tapi semua itu terjadi karena orang-orang itu ingin kerja dengan gembira dan santai, dan kemauan Levin buat mereka bukan hanya aneh dan tak dimengerti, tapi juga amat bertentangan dengan kepentingan mereka yang paling adil. Sudah lama Levin merasa tak puas dengan sikapnya sendiri terhadap usaha pertanian. Ia melihat biduknya bocor, tapi i a tak menemukan dan tak mencari tempat yang bocor, dan dengan demikian barangkali i a dengan sengaja menipu diri sendiri. Tapi sekarang ia tak bisa lagi menipu d i r i sendiri. Usaha pertanian yang dikelolanya kini bukan hanya jadi tak menarik baginya, tapi juga memuakkan, dan tak bisa lagi ia meneruskan.
Selain persoalan itu, masih ad.a persoalan lain lagi, yakni kehadiran Kitty Shcherbatskaya, kira-kira tigapuluh werst dari tempatnya; ia ingin bertemu dengannya, tapi tak bisa. Ketika bertamu ke rumah Darya Aleksand a Oblonskaya, perempuan itu memang mengundangnya datang: untuk memperbarui lamaran kepada adiknya yang kali ini akan menerimanya, demikian peremp1Uan itu mengisyaratkan kepadanya. Levin sendiri sesudah melihat Kitty Shcherbatskaya mengerti bahwa ia tak berhenti mencintai gadis itu; tapi ia tak bisa pergi ke rumah keluarga Oblonskii justru karena tahu gad i s itu ada di situ. Bahwa ia telah mengajukan lamaran kepada dia dan gadis itu menolaknya. Hal itu telah jadi penghalang yang tak teratasi antara dirinya dan gadis itu. "Tak bisa aku memintanya jadi istriku hanya karena ia tak jadi istri orang yang dikehendakinya," katanya pada diri sendiri. ran tentang itu
membuatnya bersikap dingin dan bermusuhan kepada gadis itu. "Tidak akan bisa aku bicara dengannya tanpa sikap mencela, atau melihat d ia tanpa rasa benci, dan ia akan lebih benci lagi padaku, suatu hal yang memang sudah sepantasnya. Selain itu, bagaimana aku sekarang bisa pergi menemui mereka, sesudah mendengar apa yang dikatakan Darya Aleksandrovna itu" Apa aku bisa t idak memperlihatkan bahwa aku tahu apa yang dikatakannya itu padaku" Dan aku t idak akan datang ke sana dengan sifat dermawan, yaitu mengampuninya, memaafkannya. Aku, di hadapannya, dalam peranan sebagai orang yang memberi maaf dan menyediakan cintaku padanya .... Mengapa pula Darya Aleksandrovna mengatakan itu padaku" Alangkah baiknya kalau aku bertemu dengan dia ara kebetulan saja, karena dengan demikian semuanya bisa berjalan dengan sendirinya: tapi sekarang hal itu tak mungkin lagi, tak mungkin!''
Darya Aleksandrovna mengirim surat kepadanya, minta sadel perempuan untuk Kitty. "Orang bilang, Anda punya sadel," tulis Darya Aleksandrovna kepadanya. "Saya harap Anda bisa membawanya sendiri."
Ini tak bisa lagi dibiarkannya. Bagaimana mungkin Darya Aleksandrovna, sebagai seorang perempuan yang pandai dan halus demikian merendahkan adik perempuannya! Sepuluh surat ia tulis, semuanya ia robek-robek, kemudian dikirimkannya sadel itu tanpa surat balasan. Menulis bahwa ia akan datangjelas tak bisa, karena ia memang tidak akan datang; menulis bahwa ia tak bisa datang dengan alasan ada halangan atau akan pergi ke suatu tempat, lebih buruk lagi. Maka dikirimkannya sadel itu tanpa balasan, dan dengan kesadaran bahwa ia telah melakukan sesuatu yang memalukan hari berikutnya, yakni sesudah menyerahkan usaha pertanian yang mulai membosankannya itu kepada pengatur rumahtangga, i a pergi ke uyezd yangjauh, menemui sahabatnya Sviyazhskii yang tinggal di dekat rawa yang amat indah tempat bersarang burung dupel; sahabatnya itu belum lama menyurati dia dan memintanya memenuhi janji lama untuk singgah ke rumahnya. Rawa tempat burung dupel be rang d i uyezd Surov itu sudah lama memikat hati Levin, tapi ia terus menunda perjalanan ke sana karena urusan pertaniannya. Tapi sekarang dengan senang h a t i i a pergi ke sana menjauhi keluarga Shcherbatskii, dan yang penting lagi adalah menjauhi usaha pertaniannya untuk berburu, kegiatan yang selalu menjadi hiburan terbaik di tengah kepedihan yang dideritanya.
xxv Di uyezd Surov tak ada jalan keretaapi atau jalan pos, dan Levin ke sana dengan kereta roda empat yang ditarik kuda sendiri.
Di tengah jalan ia berhenti umtuk memberi makan kuda, di rumah seorang p etani kaya. Seorang tua yang sudah botak tapi masi h sehat, dengan jenggot lebar wama kera ngga yang sudah beruban di bagian pipi, membukakan pintu gerbang untuk memberikan jalan pada kereta sambil menyandarkan tubuh ke tiang gerbang. Sesudah menunjukkan kusir tempat di bawah lumbung di pekarangan yang baru, luas, bersih dan tersusun rapi, di mana terdapat beberapa bajak yang hangus, orang tua itu mempersilakan Levin masuk ke ruangan. Seorang perempuan berpakaian bersih dan mengenakan sepatu kayu tengah membungkuk menggosok lantai di pendapa yang masih baru. Ia ketakutan melihat anjing yang berlari masuk mengikuti Levin, dan ia berteriak, tapi seketika itu ia menertawakan diri sendiri, sesudah melihat anjing itu tak menyentuhnya samasekali. Dengan tangan yang tersingsingkan lengan bajunya ia menunjukkan kepada Levin pi ntu-masuk ke ruangan, kemudian menyembu wajahnya yang cantik dan kembali membungkuk meneruskan mengepel lantai.
"Apa perlu samovar?" tanya perempuan itu. "Ya, tentu."
Ruangan itu luas; di situ t erdapat tungku Belanda dan sekat ruangan. Di bawah beberapa gambar orang suci terdapat meja, bangku, dan dua kursi berhiaskan motif tertentu. Di dekat pintu-masuk berdiri lemari kecil berisi pecah-belah. Daun-daun pintu dalam keadaan tertutup, lalat sedikit dan keadaan begitu bersih, sehingga Levin berusaha agar Laska yang habi s lari di jalanan dan mandi di tengah bercak air tidak menginjak lantai dan menunjukkan kepadanya tempat di sudut dekat pintu. Levin mengamati ruangan itu, kemudian ke luar, ke pekarangan belakang. Seorang perempuan muda b erwajah ayu mengenakan sepatu kayu berlari di depannya, mengayun-ayunkan ember kosong pada pikulannya untuk mengambil air ke sumur.
"Cepat!" teriak si orang tua dengan gembira kepada perempuan itu, lalu menghampiri Levin. "Mau mengunjungi Nikolai lvanovich Sviyazhskii, Tuan" Kadang beliaujuga s inggah ke s ini," kata si orang tua mulai dengan ramah sambil bertelekan pada pagar serambi. orang tua itu tengah bercerita tentang perkenalannya dengan
Sviyazhskii, pintu gerbang kembali berderit, dan ke dalam pekarangan masuk para pekerja dari ladang membawa bajak dan garu. Kudakuda yang tertambat pada bajak dan garu tampak kenyang dan besar. Para pekerja agaknya dari keluarga sendiri, dua orang masih muda, mengenakan kemeja katun dan topi, dua orang lagi tenaga bayaran, mengenakan kemeja rami, yang satu sudah tua, yang lain muda. Orang tua serambi, menghampiri kuda dan mulai melepaskan abah-abahnya.
"Membajak apa?" tanya Levin.
"Kentang. Kami menyewa sedikit tanah. Kuda kebiri itu jangan dilepas, Fedot; bawa ke bak, yang lain pasang."
"Tadi saya menyuruh orang bawa bajak, apa sudah dibawa ke sini, Pak?" tanya pemuda berbadan tinggi sehat, yang tampaknya anak orang tua itu.
"Ada . .. di pendapa," jawab si orang tua sambil menggulung kendali yang telah dilepas dan melemparkannya ke tanah. "Betulkan ini selagi orang makan siang."
Perempuan muda berwajah ayu tadi, dengan ember penuh yang menekan bahunya, masuk pendapa. Sudah itu muncul entah dari mana beberapa perempuan lagi. Mereka muda dan cantik-cantik. Yang setengah umur dan sudah tua , dengan atau tanpa anak-anak, tidak cantik.
Terdengar bunyi samovar lewat cerobongnya; para pekerja dan anggota keluarga yang sudah membenahi kudanya pergi makan siang. Levin mengambil bekal makan sendiri dar i kereta dan mengajak orang tua itu minum teh.
"Ah, baru juga minum," kata si orang tua yang tampaknya dengan senang hati menerima tawaran tersebut. "Ini cuma menemani."
Sambil minum teh Levin bisa mengorek sejarah usaha pertanian itu. Orang tua itu menyewa tanah seratus duapuluh desyatin sepuluh tahun yang lalu dari seorang tuan tanah perempuan, dan tahun lalu ia membelinya, dan ia menyewa lagi tigaratus d tin dari seorang tuan tanah tetangga. Sebagian kecil dar i tanah yang paling buruk ia pinjampinjamkan, dan kira-kira empatpuluh desyatin yang ada ia bajak sendiri bersama keluarga dan dua tenaga bayaran. Orangtua itu mengeluh karena usaha pertani an berjalan kurang baik. Tapi Levin tahu bahwa ia mengeluh hanya untuk sopan-santun, sedangkan kenyataannya baik sekali. Sekiranya buruk, tak bakal ia membeli tanah dengan harga seratus lima, tak mungkin mengawinkan tiga anak lelakinya dan seo kemenakan, tak mungkin membangun sampai dua kali sesudah terjadi kebakaran, dan keadaan makin lama makin baik. Meski orang tua itu mengeluh, tampak juga ia bangga dengan keadaannya yang baik, bangga terhadap anak-anaknya, kemenakannya, para menantunya, kudanya, sapinya, dan terutama karena seluruh usaha pertanian itu dapat bertahan terus. Dari percakapan dengan orang tua itu Levin bisa mengorek keterangan bahwa dia samasekali tidak anti-cara baru. la menanam banyak kentang, dan kentangnya, seperti dilihat Levin waktu melewati tempat itu, sudah selesai berbunga dan mulai berbuah, sedangkan kentang Levin baru saja berbunga. la memanem kentangnya dengan bajak yang dipinjarnn ya dari seorang tuan tanah. la pun menanarn gandum. Ada hal kecil yang mengesankan Levin, yaitu orang tua itu mematun gandum hitarn, dan memberikan basil patunannya kepada kudanya. Berapa kali Levin berrnaksud mengumpulkan makanan ternak yang sangat berrnanfaat namun di sia-siakan itu, tapi selalu saja gaga!. Orang tua itu ternyata bisa melakukannya. Maka tak sanggup ia menemukan kata-kata untuk memuji makanan ternak itu.
"Apa kerja para perempuan itu" Mereka onggokkan makanan ternak ke pinggir jalan, dan gerobak datang mengangkut.
"Padahal kami para tuan tanah selalu mengalarni kesulitan dengan para pekerja itu," kata Levin sambil mengulurkan gelas teh kepada si orangtua.
"Terimakasih," jawab si orang tua begitu mene a gelas, ta pi i a menolak gula sambil menunjuk sisa gumpalan gula yang habis dikulurnnya. "Mana ada yang heres dengan para pekerja itu?" katanya. "Pertengkaran melulu adanya. Ambil contoh Sviyazhskii. Kami tahu tanahnya hitam macam bunga madat, tapi tetap saja ia merasa tak puas dengan panennya. Soalnya curna kurang diawasi!"
"Tapi kamu pakai para pekerja itu, kan?"
"Kami ini petani, Tuan. Kami kerjakan semua sendiri. Kalau orang bekerja buruk, karni pecat; i atur semuanya sendiri."
"Pak, Finogen mau ambil ter," kata seorang perempuan yang masuk mengenakan sepatu kayu.
"Beginilah, Tuan!" kata orang tua itu sambil berdiri, lalu lama sekali membuat tanda salib, mengucapkan terimakasih kepada Levin, dan keluar.
Levin masuk ke ruang belakang untuk memanggil kusi rnya, dilihatnya semua anggota keluarga duduk makan. Para perempuan melayani mereka sambil berdiri. Anak Ielaki yang masib muda dan sehat tadi, dengan mulut penuh bubur, bercerita tentang sesuatu yang lucu, dan yang lain-Iai n tertawa terbahak, dan yang paling gembira adalab perempuan yang mengenakan sepatu kayu tadi, yang tengah menuangkan sop kubi s ke mangkuk.
Mungkin sekali wajab ayu perempuan yang mengenakan sepatu kayu itu banyak memengaruhi terbentuknya kesan baik pada Levin tentang keluarga petani itu, tapi kesan itu begitu kuat, hingga Levin tak juga mampu melepaskan dir i dari kesan itu. Dan sepan jang jalan dari rumab orang tua itu ke rumah Sviyazhskii, kembali dan kembali Iagi ia teringat usaba pertanian itu, seolah dalam kesan yang diperolehnya itu ada sesuatu yang menuntut perhati annya.
XXVI Sviyazhskii adalah pemimpin di uyezdnya sendiri. Ia lima tahun Iebih tua ketimbang Levin, dan sudah lama kawin. Di rumahnya tinggal ipar perempuan yang masih muda, seorang gadis yang bagi Levin sangat simpatik. Dan Levin tahu, Sviyazhskii dan istrinya ingin sekali iparmereka itu kawin dengan Levin. Ia tahu itu tanpa ragu sedikit pun, seperti biasa terjadi pada anak muda yang umumnya disebut pacar, walaupun i a tak ingin mengatakan kepada siapapun. Ia pun tabu, walaupun sudab berni at kawin, dan kalau dilihat semua tandanya gadis yang memikat itu bisa jadi istri yang baik , kecil kemungkinan baginya mengawini gadis itu, sekalipun ia sudab tak jatuh c inta Iagi kepada Kitty Shcherbatskaya. Kemungkin untuk itu sama saja dengan terbang ke Iangi t . Justru karena ia tabu itu, maka kepuasan yang diharapkannya bisa diperoleh dar i perjalanan k e rumab Sviyazhskiijadi teracuni.
Ketika diterimanya surat dari Sviyazhskii berisi undangan untuk berburu, Levin memi juga soal itu, namun menurut anggapannya, harapan Sviyazhskii terhadap dirinya itu hanya sekadar saran yang samasekali tak berdasar. Maka ia pun berangkat. Selain itu, dalam hati, ia ingin menguji diri sendiri, yaitu bisa menyesuaikan d iri dengan gadis itu. Kehidupan keluarga Sviyazhskii sebenarnya amat menyenangkan, dan Sviyazhskii sendiri merupalkan contoh terbaik aktivis zemstvo yang pernah dikenal Levin. Bagi Levin, i a memang selalu amat menarik.
Sviyazhskii adalah seorang orang-orang yang selalu mengagumkan Levin. Arab pikirannya sangat konsekuen, dan memang
masuk aka!. Biasanya hidup sangat tertentu arahnya, dan biasanya bertentangan dengan arah pikiran. Sviyazhskii adalah orang yang sangat liberal. Ia membenci kaum bangsawan, dan menganggap kebanyakan bangsawan di am-diam mendukung perhambaan, tapi karena sikap penakutnya, mereka tidak menyatakan secara terbuka. Ia menganggap Rusi a negeri yang sudah runtuh, sepert i halnya . Dan pemerintah Rusi a begitu buruk, tapi tak ah ia secara serius mengecam tindakan pemerintah, karena i a berdinas danjadi pemimpin kaum bangsawan patut dicontoh, dan di jalan ia selalu mengenakan topi dengan kokarde dan ban merah. Ia berpendapat, lridup manusia hanya mungkin terjadi di luar negeri, dan memang tiap ada kesempatan ia selalu pergi ke sana, tapi di Rusia sendiri ia menjalankan usaha pertanian yang sangat rumit dan sempurna, dan dengan minat besar ia mengikuti semuanya dan tahu segala yang terjadi di Rusia. Ia beranggapan, petani Rusia berada dalam perkembangan dari monyet menjadi manusia, namun dalam pemilihan untuk zemstvo dialah yang paling bergairah menjabat tangan para petani dan mendengarkan pendapat mereka. Ia tak percaya takhayul, pada maut, tapi ia sangat memerhatikan perbaikan hidup kaum beragama dan merosotnya jumlah penganut, dan dalam kaitan ini i a berusaha benar agar gereja tetap ada di desanya.
Dalam persoalan perempuan ia berdiri di pihak para pembela ekstrem kebebasan perempuan, terutama mengenai hak mereka atas kerja, tapi ia hidup dengan istri sedemikian rupa hingga semua orang mengagumi kehidupan keluarga mereka yang tanpa anak tapi rukun. Ia atur kehidupan istrinya sedemikian rupa hingga sang istr i tak perlu melakukan apapun, dan dia memang tak bisa melakukannya kecuali ha! yang harus dilakukan bersama suaminya, yakni menghabiskan waktu dengan lebih baik dan lebih gembira.
Sekiranya Levin tak terbiasa menafsirkan hakikat orang lain dari seginya yang terbaik, mungkin watak Sviyazhskii merupakan kesulitan dan persoalan baginya; maka kiranya ia akan mengatakan pada diri sendiri bahwa Sviyazhskii itu entah goblok entah gombal, dan kiranya semuanya jelas. Tapi ia tak bisa mengatakan goblok, karena Sviyazhskii tak diragukan lagi orang yang sangat pandai dan berpendidikan, walaupun ia membawakan pengetahuannya dengan sangat sederhana. Barangkali tak ada masalah yang tak diketahuinya; tapi ia perlihatkan pengetahuannya hanya kalau terpaksa perlu. l..e b i h tidak mungkin lagi Levin menyebutnya gombal, karena tak disangsikan lagi, Sviyazhskii adalah orang yang tulus, baik bati, dan pandai, yang secara konsisten melakukan kegiatan dengan gembira dan bergairah, sangat dihargai sem ua orang yang mengitarinya, dan barangkali secara sadar tak pernah dan tak mungkin melakukan sesuatu yang buruk.
Levin mencoba mengerti, tapi tak juga mengerti, dan ia selalu memandang orang itu dan hidupnya seperti menghadapi teka-teki yang sesungguhnya.
Sviyazhskii adalah sahabat Levin. Karena itu Levin memberanikan diri mencoba memahami hakikat Sviyazhskii, mencapai dasar pandangannya yang terdalam terhadap hidup; tapi ia melakukan itu harus dengan baik. Tiap Levin mencoba menerobos lebih jauh ke dalam pintu yang terbuka bagi semua orang di kamar tamu otak Sviyazhskii, ia lihat Sviyazhskii agak kebingungan; dalam pandangan matanya hampir bisa dilihat adanya kekhawatiran, seolah ia takut Levin akan menelanjangi dir inya. Maka ia pun memberikan perlawanan bernada simpatik dan gembira.
Sekarang, sesudah mengalami kekecewaan dalam usaha pertanian, Levin merasa senang sekali berada di tempat Sviyazhskii, bukan hanya karena ia terkesan melihat orang-orang yang bahagia dan puas terhadap d i r i sendiri dan orang lain, tapi juga melihat rumah mereka yang tertata baik. Kini, merasa tak puas terhadap hidupnya sendiri, ia ingin menjangkau rahasi a Sviyazhskii yang telah memberinya kejelasan, kepastian, dan kegembiraan dalam hidup. Selai n itu Levin tahu, di rumah Sviyazhskii ia akan bertemu dengan para tetangga, dan kebetulan waktu itu ia sangat tertarik untuk berbicara, mendengar tentang usaha pertanian, mendengar percakapan tentang panen, pengerahan tenaga pekerja, dsb.; Levin tahu semua itu biasa dianggap sepele, tapi sekarang baginya terasa sebagai satu-satunya soal yang penting. "Memang barangkali ini tak pen ting dalam sistem perhambaan dan tak penting di lnggris. Dalam kedua hal ini persyaratannya sudah ditentukan; tapi di Rusia sekarang, ketika semuanya sudah diubah dan sedang disusun kembali, 'bagaimana berlakunya persyaratan itu merupakan persoalan penting," pikir Levin.
Berburu di tempat Sviyazhskii ternyata lebih buruk daripada yang diduga Levin. Rawa-rawa mengering, dan burung dupe! ternyata samasekali tak ada. Sepanjang hari ia berkeliling dan hanya membawa pulang t iga ekor. Bagusnya, seperti biasa terjadi sepulang dari berburu, nafsu makan baik sekali, kegairahan jiwa bagus, dan suasana pikiran terangsang, seperti biasa dialaminya akibat gerak fisik yang kuat. Sewaktu berburu ia tampak tidak memikirkan sesuatu, tapi tidak, teringat pula olehnya orang tua itu dengan keluarganya, dan kesan itu seolah menuntut perhatiannya, dan juga menuntut pemecahan soal yang terkait dengannya.
Malam hari, sewaktu minum teh, sewaktu dua orang tuan tanah datang ke situ untuk urusan perwalian, berlangsung percakapan paling menarik yang memang dinantikan Levin.
Levin duduk di dekat nyonya rumah menghadap meja teh, dan harus melangsungkan percakapan dengan dia dan ipar Sviyazhskii, yang duduk di hadapannya. Nyonya rumah seorang perempuan yang sosoknya tidak tinggi; rambutnya pirang, wajahnya bulat dan berseri-seri karena lesung pipit dan senyumannya. Melalui dia Levin mencoba memancingjawaban terhadap teka-teki yang penting baginya, teka-teki yang telah dilontarkan suaminya; tapi ternyata Levin tak sepenuhnya bebas berpikir, karena ia merasa kikuk bukan kepalang. Ia merasa kikuk karena di hadapannya duduk si ipar yang menurut perasaannya mengenakan gaun yang khusus dipakai untuknya, dengan cowakan bentuk trapesium pada dadanya yang putih; cowakan segi empat itu menyebabkan Levin tak bebas berpikir, walaupun dada itu sangat putih, atau justru karena terlalu putih. Ia membayangkan, dan bayangan itu agaknya keliru, bahwa cowakan itu sengaja dibuat un , dan ia menganggap dirinya tak berhak melihat ke situ. Karena itu pula ia berusaha tak melihatnya; tapi ia toh merasa bersalah karena satu ha! itu, bahwa cowakan itu telah dibuat. Levin merasa telah salah mengatakan sesuatu, dan ia perlu menjelaskannya, tapi ia betul-betul tak mampu memberikan penjelasan. Karena itu tak henti-hentinya wajahnya memerah, gelisah, dan kikuk. Kekikukan itu dirasakan juga oleh si ipar. Tapi nyonya rumah tak melihat itu, dan sengaja melibatkan si ipar dalam percakapan.
"Anda bilang," kata nyonya rumah menyambung pembicaraan yang tadi dimulainya, "bahwa suami saya tak mungkin tertarik pada segala yang berbau Rusia. Sebaliknya. Ia memang biasa senang berada di luar negeri, tapi tak pernah sesenang di sini. Di sini ia merasa berada di kalangan sendiri. Ia orang yang banyak urusan, dan ia punya bakat tertarik pada semua ha!. 0, Anda belum lihat sekolah kami?"
"Saya sudah lihat .... Apa itu rumah yang dirambati tumbuhan jalar?"
"Ya, itu urusan Nastya," kalta nyonya rumah sambil menunjuk saudaranya.
"Anda sendiri mengajar d i sana ?" tanya Levin sambil mencoba tidak melihat ke dada yang terbuka itu, tapi ia merasa bahwa ke mana pun ia melihat, ia akan menemui dada tersebut.
"Ya, saya mengajar, dulu dan sekarangjuga, dan guru sekolah kami baik sekali. Kami juga melakukan senam."
"Tidak, terimakasih, saya tak perlu teh lagi," kata Levin. Karena merasa telah melakukan sesuatu yang tak sopan, dan karena tak sanggup lagi melanjutkan percakapan, iia pun berdiri dengan wajah memerah. "Saya sudah mendengar percakapan yang sangat menarik," tambahnya, lalu pergi ke ujung lain meja tempat duduk tuan rumah bersama dua orang tuan tanah. Sviyazhskii duduk di samping meja. Satu tangannya, dengan bertelekan ke meja, mengayun-ayunkan cangkir, dan yang lain menggenggam jenggot dan mendekatkannya ke hidung dan kembali melepaskannya seolah sambil dicium. Dengan mata hitam berkilau ia memandang ke arah tuan tanah yang tengah bergairah dan berku.mis putih, dan rupanya ia amat tertar ik pada pembicaraan tamunya. Tuan tanah itu mengeluhkan orang banyak. Buat Levin jelas bahwa Sviyazhskii bisa memberikan jawaban terhadap keluhan tuan tanah itu, tapi tuan tanah bisa juga merusak makna pembicaraannya dengan seketika; melihat statusnya, tak bisa Sviyazhskii menyampaikan jawaban dan hanya mendengarkan pembicaTaan tuan tanah yang lucu dan bukan tanpa rasa puas itu.
Tuan tanah berkumis ubanan itu rupanya pendukung perhambaan yang mendarah daging, dan penduduk lama desa itu, seorang petani yang bersemangat. Tanda-tanda itu bisa dilihat Levin dari pakaiannya, yaitu jas yang kuno dan usang, yang agaknya tak umum bagi seorang tuan tanah, juga dari matanya yang pandai dan terpicing, dari omongan Rusianya yang tertib, dari nada memerintah yang sudah terbiasa baginya dan agaknya sudah lama teruji pengalaman, dan dari mantapnya gerak tangannya yang besar, indah, dan terbakar matahari, dengan sebentuk cincin kawin lama yang melingkari jar i manisnya.
XX VII "Kalau tak sayang membuang semua yang sudah tercapai... dengan begitu banyak usaha ... sudah saya lepaskan semua itu, saya jual, dan pergi, seperti Nikolai lvanich ... mendengarkan La b elle Helene," kata tuan tanah dengan senyuman nyaman yang membuat cerab wajahnya yang tua dan panda i .
"Ah, jangan dibuang," kata Nikolai Ivanovich Sviyazhskii. "Kan ini masih baik buat Anda."
"Satu-satunya yang masih baik cuma saya bisa t inggal di rumah yang tak perlu beli, tak perlu sewa. Selain itu saya masih berharap, pada akhirnya rakyat mau berpikir. Padahal sementara itu mereka mabukmabuk dan dan suka percabulan! Semua tanah dibagi-bagi, tak ada lagi kuda, tak ada lagi sapi. Orang mati kelaparan, tapi cobalah ambil dia dan suruh kerja-dia akan bikin Anda hancur, ditambah mesti menghadap pengadilan. n
"Makanya, Anda mesti mengadu ke pengadilan," kata Sviyazhskii. "Saya mengadu" Tak bakalan! Orang akan ngomong, dan kita akan menyesal telah mengadu! Coba itu, di pabrik-orang ambil persekot, lalu pergi begitu saja. Apa pula pengadilan di sini" D ibebaskannya dia. Yang bisa bikin lurus mereka adalah pengadilan volost dan kepala volost. D i a akan dicambuk seperti dulu. Kalau tak mau itu, buang semuanya! Lari sana ke ujung dunia!"


Anna Karenina Jilid 1 Karya Leo Tolstoi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rupanya tuan tanah sengaja menggelitik Sviyaz i, ta pi Sviyazhskii bukan hanya tidak marah, tapi agaknya senang sekali dengannya.
"Dan sekarang kita mengusahakan pertanian tanpa semua itu," katanya sambil tersenyum, "saya, Levin, dan mereka."
la menuding tuan tanah yang lain.
"Ya, punya Mikhail Petrovich memang jalan, tapi cobalah tanya, bagaimana jalannya" Apa ada usaba pertanian yang rasional?" kata si tuan tanah yang agaknya melagakkan kata "rasional" itu.
"U saba pertanian saya sederhana saja," kata Mikhail Petrovich. "Tapi syukur, masih bisa menyediakan uang pajak buat musim gugur. Datang para petani: 'Tuan, tolonglah kami!'Yah, semua itu tetangga, petani sendiri, jadi kasihan juga. Kita beri persekot sepertiga dari upahnya, cuma dengan kata-kata: 'Tapi ingat, ya, aku sudah bantu kalian, jadi bantu juga aku waktu aku perlu-menebar haver kek, memotong rumput kek, memanen gandum kek.' Nab, begitulab kami menyetujui pekerjaan tiap keluarga. Memang di antara mereka ada yang tak tahu malu, itu betul."
yang sudah lama tahu cara-cara patriarkal macam itu hanya berpandang-pandangan dengan Sviyazhskii, dan menukas Mikhail Petrovich, yang maksudnya ditujukan kepada tuan tanah berkumis ubanan itu.
"Lalu bagaimana pendapat Anda?" tanyanya. "Bagaimana sekarang k ita mesti menjalankan usaha pertanian?"
"Ya seperti Mikhail Petrovich itu: dengan memaruh atau menyewakan pada petani; itu memang bisa, tapi dengan cara itu juga milik negara seluruhnya hancur. Kalau dengan tenaga hamba dulu, dan dengan pengaturan yang baik, tanah saya menghasilkan sembilan kali, maka dengan memaruhkan, cuma tiga kali. Pembebasan hamba ini menghancurkan Rusi a!"
Sviyazhskii menoleh dengan mata tersenyum kepada Levin, bahkan membuat isyarat mengejek yang hampir tak kentara kepadanya, tapi Levin tak menganggap kata-kata tuan tanah itu lucu. Ia bisa lebih memahami kata-kata itu daripada memahami Sviyazhskii. Banyak hal yang kemudian dikatakan tuan tanah, yang membuktikan mengapa Rusi a hancur gara-gara pembebasan hamba itu, bahkan terasa benar sekali dan ini baginya merupakan hal baru dan tak terbantahkan. Tuan tanah itu agaknya mengungkapkan jalan pikirannya sendiri, satu bal yang jarang terjadi; dan jalan pikiran itu bukanlah untuk memberikan kesibukan pada otaknya yang kosong, melainkan jalan pikiran yang tumbuh dari keadaan hidup yang ditekuninya selama ia menyendir i di desa dan telah dipertimbangkan dari segala segi.
"Soalnya, kalau Anda mau. mengamati, tiap kemajuan hanya bisa dilakukan dengan kekuasaan," katanya; agaknya ia ingin menunjukkan bahwa baginya pendidikan b n hal yang asing. "Ambil m isalnya perubahan yang dilakukan oleh Peter, Yekaterina, Aleksander. Ambillah misalnya sejarah Eropa. Lebih-lebih lagi kemajuan di bidang pertanian. Biarpun cuma kentang-itu dimasukkan dengan kekuatan ke negeri kita. Kita tahu, orang tidak selalu membajak dengan bajak. Mungkin bajak dimasukkan dengan maksud mendapat keuntungan, tapi mu.ngkin alat itu dimasukkan dengan kekuatan. Sekarang, di zaman kita ini, kita, kaum tuan tanab dengan sistem perhambaan, melakukan usaha pertanian dengan berbagai penyempurnaan; baik mesin pengering, mesin penampi, kereta pengangkut pupuk, maupun alat-alat lain-semua kita masukkan dengan kekuasaan, dan para petani mula-mula melakukan perlawanan, tapi kemudian bersahabat dengan k ita. Adapun sekarang, dengan ditiadakannya sistem perhambaan, kekuasaan k ita di ambil, dan pertanian ki ta yang telah menca. pai tingkat yang tinggi itu harus merosot sampai ke taraf yang paling liar, primitif. Itu pendapat saya." "Kenapa begitu" Kalau memang rasional, Anda kan bisa juga
melakukannya dengan tenaga upaban," kata Sviyazhskii.
"Kekuasaan tak ada. Dengan tenaga siapa saya harus melakukan, kalau boleh saya bertanya?"
"Itu dia-tenaga kerja, unsur etama usaha pertanian," pikir n. "Dengan tenaga buruh."
"Kaum buruh tak mau bekerja dengan baik atau berkerja dengan alat-alat yang baik. B kita cuma tahu satu hal saja, minum macam babi, mabuk, dan merusak semua yang kita berikan padanya. Kuda dimandi kan tidak pada unya, abah-abah yang baik dirusakkan, roda berban diganti dengan yang tak berban dan uangnya dipakai minum, pasak dimasukkan ke mesin penebah gandum supaya patah. Ia muak melihat segala yang tak cocok dengan seleranya. Justru karena itu semua standar pertanian merosot. Tanah-tanah ditinggalkan, dipenuhi tumbuhan gulma, atau dibagikan pada petani; di tempat-tempat yang dulu menghasilkan sejuta gantang, sekarang cuma menghasilkan beberapa ratus ribu; kekayaan um.um sekarang merosot. Kalau itu juga yang dilakukan, ta pi dengan perhitungan ... . "
Dan mulailah ia menguraikan rencana pembebasan petani menurut versinya sendiri, di mana semua yang tak mengenakkan kiranya bisa dihilangkan.
Levin tak tertarik pada soal itu, tapi ketika orang itu selesai bicara, kembali ia menyinggung soal pe a yang tadi dikemukakannya; i a tujukan masalahnya kepada Sviyazhskii, dan ia dorong Sviyazhskii untuk mengungkapkan pendapatnya yang serius.
"Kalau dikatakan bahwa standar pertanian merosot, dan kalau dengan suasana hubungan dengan pekerja seperti ini tak terlihat kemungkinan menjalankan usaha pertanian rasional secara menguntungkan, itu betul sekali," demikian katanya.
"Saya kira tidak demikian," bantah Sviyazhskii, kali ini dengan sungguh-sungguh. "Saya hanya melihat bahwa kita tak mampu menjalankan usaha pertanian; sebaliknya, usaha pertanian yang kita jalankan dengan sistem perhambaan itu bukan terlalu tinggi tarafnya, tapi terlalu rendah. Kita tak punya mesin, tak punya ternak pekerja yang baik, tak ada pemimpin yang sungguh-sungguh, dan menghitung pun k ita tak mampu. Cobalah tanya pemilik tanah-dia tak tahu apa yang menguntungkan dan apa yang tak menguntungkan baginya."
"Tata buku Itali," kata tuan tanah itu ironis. "Di situ, betapapun dihitung, kalau semuanya dirusak, keuntungan tetap tak ada."
"Kenapa mesti dirusak" Mesin tebah gandum yang buruk dan ayakan Anda yang bikinan Rusia itu bisa saja dirusak, tapi mesin uap saya tak dirusak. Kuda ras d irusak juga" Tapi itu jenis kuda tarik, apa saja yang i a tarik dirusaknya; tapi coba pakai kuda beban atau setidaktidaknya kuda kereta, tak bakal d irusak. Nab, jadi itulah soalnya. Kita mesti meningkatkan usaha pertanian."
"Ya, itu kalau ada sumber lain, Nikola i lvanich! Anda memang enak, tapi saya ini mesti ngongkosi an.ak laki di universitas dan mendidik yang kecil-kecil di gimnasium-buat saya beli kuda kereta itu tak mungkin." "Untuk itu ada bank."
"Supaya petak terakhir terjual habis. Tidak, terimakasih!" "Saya tidak setuju bahwa kita perlu dan bisa meningkatkan taraf usaha pertanian k:ita," kata Levin. "Pertanian itu pekerjaan saya, dan alat pun saya ada, tapi toh saya tak bisa berbuat apa-apa. Tentang bank, saya tak tahu, itu menguntungkan siapa. Mengeluarkan uang untuk keperluan apapun dalam usaha pertanian, buat saya rugi: ternak-rugi, mesin-rugi."
"Itu benar sekali," tekan tuan tanah berkumis ubanan sambil ketawa puas.
"Dan saya tak sendirian," sambung Levin. "Saya sama dengan semua pemilik tanah yang melakukan pekerjaan secara rasional; hanya dengan perkecualian yang jarang ada, semua orang menderita rugi. Sekarang coba Anda katakan, bagaimana dengan usaha pertani an Anda-apa menguntungkan?" kata Levin, dan se itu tampak oleh Levin ekspresi takut selintas pada pandangan mata Sviyazhskii, yang tadi pun telah dilihatnya ia hendak memasuk:i kamar tamu otak Sviyazhsk:ii.
Selain itu, pertanyaan Levin itu tidak terlalu cermat. Nyonya rumah, sewaktu minum teh, sudah mengatakan kepadanya bahwa musim panas itu mereka telah mengundang seorang Jerman ahli tata buku dari Moskwa dengan bayaran limaratus rubel untuk memeriksa keuangan usaha pertanian mereka, dan orang itu melihat bahwa usaha pertanian itu rugi tigaribu rubel lebih. Nyonya rumah tak ingat berapa persisnya, tapi agaknya orang Jerman itu telah menghitung sampai perempat kopek.
Mendengar usaha pertanian Sviyazhski i kiranya untung, tuan tanah tersenyum, agaknya karena ia tahu, bagaimana mungkin ada keuntungan pada tetangganya yang pemimpin itu.
"Barangkali juga tak untung," jawab Sviyazhskii. "Itu cuma menunjukkan bahwa saya pengusaha yang buruk, atau saya menggunakan modal saya untuk menaikkan nilai sewa tanah saya."
"Uh, nilai sewa!" sambut tak senang. "Barangkali memang ada nilai sewa di Eropa, karena di sana tanah jadi lebih baik karena kerja yang kan orang padanya. Tapi di negeri kita i n i, tanah justru jadi buruk karena kerja, yakni terlalu banyak dibajak, karena itu tak ada nilai sewanya."
"Bagaimana itu, tak ada nilai s ya" ltu hukum."
"Ta pi kita ini di luar hukum. Nilai sewa itu samasekali takada artinya bagi kita, sebaliknya membingungkan. Tidak, kalau boleh saya bertanya, bagaimana ajaran tentang nilai sewa itu .... "
"Anda mau susu asam" Masha, ambilkan kami susu asam atau prambos," kata Sviyazhskii kepada istrinya. "Sekarang ini prambos bisa bertahan lama sekali."
Dan dengan amat gembira Sviyazhskii pun berdiri, lalu pergi, agaknya ia menduga percakapan sudah berakhir, padahal menurut Levin baru dimulai.
Sesudah kehilangan lawan bicaranya itu, Levin meneruskan percakapan dengan s i tuan tanah, dan kepadanya i a mencoba membuktikan bahwa segala kesul itan itu terjad i karena kita tak mau tahu watak dan kebi asaan pekerja kita; tapi tuan tanah itu, seperti semua orang lain yang berpikir orisinal dan tersendiri, adalah orang yang kaku dalam memahami pikiran orang lain, dan sangat cenderung berpihak pada pikiran sendiri. Ia bersikeras dengan pendapatnya bahwa petani Rusi a suka berlaku seperti babi, dan untuk membebaskannya dari sifat babi itu diperlukan kekuasaan, sedangkan kekuasaan itu tak ada; diperlukan tongkat, sedangkan kita sudah jadi demikian liberal, sehingga tonggak yang sudah berumur seribu tahun tiba-tiba di ganti dengan sebangsa pengacara dan penjara, di mana petani yang tak berguna dan bau itu diberi sop yang baik dan disediakan pula udara segar.
"Kenapa, menurut Anda," kata Levin berusaha kembali bicara tentang masalahnya, "tak mungkin menemukan sikap terhadap tenaga kerja, di mana kerja bisa bersifat produktif?"
"Tak bakal itu terjadi dengarn rakyat Rusi a! Tak ada kekuasaan," jawab tuan tanah.
"Bagaimana cara menciptakan kondisi baru itu?" kata Sviyazhskii sesudah m inum susu asam darn merokok papiros, dan kemudian
kembali menemui orang-orang yang sedang berdebat. "Segala macam sikap terhadap tenaga kerja sudah dirumuskan dan d ipelajari," katanya. "Sisa kebiadaban, yaitu masyarakat komune primitif dengan lingkaran setannya, sedang runtuh; sistem perhambaan sudah hancur; kini tinggal kerja bebas, yang -bentuiknya sudah ada dan siap, dan kita harus menggunakannya. Buruh tani, buruh harian, petan i-atas semua itu kita tak bisa menghindar."
"Tapi Eropa tak puas dengan bentuk-bentuk itu."
"Memang tak puas, dan sedang mencari-cari bentuk baru. Tapi agaknya mereka akan menemukannya."
"Itujuga yang saya persoalkan," jawab Levin. "Kenapa kita tak mencari di negeri sendiri?"
"Karena, itu sama saja dengan kembali memikirkan cara-cara membangun jalan keretaapi, sedangkan caranya sudah siap, sudah dipikirkan."
"Tapi bagaimana kalau cara-cara itu tak cocok den g an kita, tak sesuai?" kata Levin.
Dan kembali ia melihat nada takut di mata Sviyazhskii. "Ya, ya, kita bersorak gembira karena telah menemukan apa yang dicari Eropa! Semua itu saya tahu, tapi maaf, apakah Anda sudah tahu semua yang di l akukan orang Eropa tentang cara mengorganisasi pekerja?"
"Tidak, kurang tahu."
"Justru itu yang sekarang tengah digarap para pemikir terbaik di Eropa. Aliran Shchulze-Delichev .... Dan banyak tulisan tentang persoalan buruh, tentang aliran Lassale yang paling liberal.... Organisasi Millhausen itu sudah jadi kenyataan dan Anda pasti mengenalnya."
"Tidak, Anda katakan sa jalah; Anda pasti mengenal semua itu lebih baik ketimbang saya. Saya jelas bukan profesor ilmu sosial, tapi soal itu menarik hati saya; dan sunggub, kalau Anda memang tertarik soal itu, lebih baik Anda menanganinya."
Mutiara Hitam 5 Terminal Cinta Terakhir Karya Ashadi Siregar Manusia Srigala 16
^