Pencarian

The Hidden Oasis 6

The Hidden Oasis Karya Paul Sussman Bagian 6


dikenal manusia. Dan barangkali ada beberapa yang belum
diketahui." Molly selesai membersihkan lengan Flin dan, setelah menarik benda yang terlihat seperti pena besar dari dalam tas P3K,
mengangkat tutupnya dan secara perlahan mengoleskan ujungnya di bibir luka. Cairan seperti lem yang bening menempel
pada kulit yang tersayat.
"Dermabond," jelasnya, sambil menjepit kedua tepinya bersama. "Tidak sempurna benar, tetapi harus seperti ini dulu
sampai kita bisa melakukan proses penjahitan yang sesuai."
Flin memalingkan kepalanya ke satu sisi dan menatap ke luar
jendela, mencoba untuk tak melihat lengannya dan apa yang
sedang dilakukan terhadapnya. Hening sejenak, kemudian:
"Mereka tidak akan bisa menemukannya."
Awalnya Freya berpikir Flin sedang berbicara kepada dirinya
sendiri, atau kepada keduanya, tetapi ketika Freya melihat ke
arahnya, dia memerhatikan bahwa mata Flin tertuju kepada
Kiernan. Komentar itu ditujukan untuk Kiernan saja.
THE HIDDEN OASIS | 289 "Mereka seharusnya tidak perlu bersusah payah memperlihatkan foto itu kepadaku. Mereka tidak akan bisa menemukannya."
Kiernan masih terus menjepit bibir luka itu, menahannya
sambil menutupnya dengan kain kasa.
"Bagaimana dengan peta Schmidt?" tanyanya. "Kau bilang
ada arah kompas, jarak."
"Jelas tidak akurat. Cukup berat menavigasi di padang
pasar dengan peralatan yang sesuai. Dari keadaan yang terlihat,
Schmidt hanya memiliki kompas tunggal, dan kawat pengamatan
sudah rusak. Dia bisa jadi sudah lima puluh kilometer di luar
jalur. Atau seratus."
Suasana yang aneh, seolah Freya ingin keluar dari situ.
"Tetapi Girgis punya banyak helikopter," lanjut Kiernan,
sambil memeriksa bahwa luka itu sudah tertutup dengan
sempurna dan kuat sebelum mulai melilitkan perban di lengan
Flin. "Bahkan kalau arahnya seratus kilometer melenceng, dia
masih tetap bisa menelusurinya. Yang harus dia lakukan adalah
terbang kembali ke Gilf dan lingkungan sekitarnya: lembah yang
penuh pepohonan tidak akan sulit untuk ditelusuri."
"Aku tak bisa lagi menjelaskan, Molly, lebih daripada yang
bisa aku jelaskan mengapa setiap orang aneh yang mencari lokasi
itu selama bertahun-tahun akhirnya kembali dengan tangan
kosong. Yang kutahu adalah bahwa jika telah menemukan oasis
itu, Girgis tentu sudah langsung membunuh kita semua dan
bukan bermain-main dengan gambar ini. Dia sedang berusaha
keras, sungguh-sungguh berusaha keras."
Freya duduk di sana, bingung. Dia merasa seakan telah terselip
ke dalam semacam keadaan bermimpi dan merupakan bagian
dari satu adegan, tetapi pada saat bersamaan terlepas darinya;
hadir tetapi, untuk alasan yang tak dapat dijelaskan, terlepas dari
interaksi dengan mereka yang berada di sekelilingnya. Aku masih
di sini, dia merasa seperti ingin berteriak. Aku bukan tak terlihat,
kalian tahu itu. 290 | PAUL SUSSMAN Freya hanya membisu dan membiarkan percakapan itu mengalir di sekitarnya. Ketika Kiernan sudah selesai membalut luka
dan memvaksinasi Flin"yang mengenakan kemejanya kembali
walaupun penuh noda lumpur dan darah"dia meminta Freya
menggulung lengan bajunya dan menyuntiknya juga. Dua
suntikan cepat di lengan atas, yang satu untuk tetanus, yang
satu lagi untuk hepatitis B. Molly menusukkan jarum dan mencabutnya hampir tanpa mencakar. Terampil sekali.
Ketika semua alat medis itu selesai digunakan, Kiernan mulai
berbicara tentang handuk dan pakaian kotor, menjelaskan bagaimana memainkan kontrol temperatur pancuran air?"Agak
menyulitkan, aku kuatir. Diutak-atik saja?"Freya akhirnya memotongnya.
"Aku tak perduli dengan pancuran konyol itu!" teriaknya,
sambil berdiri dan menjauh ke pintu. "Atau handuk atau pakaian
atau apa pun juga. Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi.
Kalian dengar" Aku ingin kalian mengatakan kepadaku siapa
kalian sebenarnya dan apa yang sedang terjadi! Atau aku akan
keluar dari gedung ini dan langsung ke kantor polisi terdekat!"
Flin dan Kiernan bertukar pandang. Secara perlahan dan
hati-hati, Kiernan mulai mengumpulkan semua alat medisnya.
"Silakan duduk, Freya," katanya.
"Aku tak mau duduk! Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi. Berapa kali aku harus bertanya" Seseorang baru saja akan
memenggal lenganku dan kau mengatakan aku harus mandi
dulu. Ada apa sih kalian ini?"
Suaranya menaik hampir seperti sebuah jeritan, matanya
melotot penuh kemarahan dan frustasi. Kiernan membiarkannya
menuntaskan amarahnya, berbicara sepuasnya, dan kemudian
memintanya lagi untuk duduk.
"Aku maklum betapa sangat sulitnya keadaan ini untukmu,"
katanya, dengan tenang, tetapi tegas. "Dan, percayalah kepadaku,
Freya, aku sungguh merasa menyesal dengan semua yang telah
terjadi. Kalau saja aku sempat berpikir sejenak bahwa kau akan
THE HIDDEN OASIS | 291 berada dalam bahaya, aku tidak akan pernah membiarkanmu
seorang diri di Dakhla."
Molly melintasi ruangan itu dan membuang kain basah, alat
penyuntik, dan plester pembalut yang sudah terpakai ke kotak
sampah di sudut, menatap benda itu untuk sesaat sebelum membalikkan badan kembali ke arah Freya.
"Sayangnya kita tidak selalu bisa melihat kejadian di masa
yang akan datang," katanya, mata terpaku pada perempuan
muda itu. "Kita harus selalu berurusan dengan apa pun yang
belum terjadi, pada saat ia terjadi, atau kapan pun. Yaitu apa yang
sedang kita usahakan sekarang. Kau sangat berhak menuntut
jawaban, dan kau akan mendapatkannya. Aku berjanji, tetapi
terlebih dahulu aku perlu melihat gambaran keseluruhan dari
Flin. Apa pun yang mungkin kau pikirkan, kau berada bersama
teman-temanmu di sini. Kau aman. Sekarang, ayolah Freya,
duduklah dan kita bisa bicara."
Kiernan mengulurkan tangannya ke arah sofa, gerak tubuh
yang sekaligus menyiratkan bujukan dan perintah. Freya ragu,
kemudian duduk, bukan di sofa, tetapi di kursi berlengan di
seberangnya, menempel tepat di tepi jok seolah bersiap untuk
bangkit kapan saja. Kiernan menatapnya, tersirat sedikit perasaan kesal dalam ekspresinya, seperti seorang guru yang tidak
dipatuhi oleh muridnya dengan sengaja. Kemudian, sambil
mendesah, dia mengumpulkan mangkuk air, piring bedah, dan
peralatan P3K, lalu meletakkannya di meja yang terhubung ke
dapur sebelum duduk di sebelah Flin, tangannya menyatu di
pangkuannya, punggungnya tegak seperti patung. Dengan posisi
seperti itu, mengingat Molly dan Freya duduk berseberangan,
membuat Freya merasa seolah sedang menjalani wawancara
dalam mencari pekerjaan. "Jadi?" tanyanya.
"Ya, seperti yang sudah kau duga, ada lebih banyak hal selain
kejadian baru-baru ini daripada yang telah diceritakan salah
satu dari kami kepadamu," kata Kiernan, menatap langsung ke
arah Freya, mata abu-abunya tidak berkedip, seperti potongan
292 | PAUL SUSSMAN batu api yang keras. "Aku minta maaf, aku dan Flin juga, karena
telah membuatmu terjebak dalam kegelapan tentang banyak hal.
Sayangnya, ada isu keamanan nasional yang terlibat di sini"isu
keamanan nasional yang sangat perlu dipertimbangkan"yang
mencegah kami untuk berterus-terang kepadamu. Aku baru
melakukannya sekarang karena setelah segala hal yang kau alami,
penghindaran terus menerus sepertinya tak berguna dan tak
adil. Aku akan menjelaskan apa yang sedang terjadi, Freya,
aku akan menjelaskan mengapa ini terjadi. Namun, sebelum
menceritakannya, aku ingin meminta jaminan darimu bahwa
kau akan menjaga dan menghargai sifat sangat sensitif tentang
apa yang akan kau dengar ini. Bahwa tidak satu kata pun akan
keluar dari empat dinding ini. Maukah kau memberiku jaminan
itu?" Freya tidak berkata apa-apa.
"Maukah kau memberiku jaminan itu, Freya?"
Dia masih belum menanggapi dan nada suara Kiernan menekan.
"Freya, kalau kau tak bisa menjamin?"
"Dia tak akan bicara kepada siapa pun, Molly," kata Flin.
"Tidak akan, apalagi setelah dia melihat apa yang dilakukan
Girgis. Dia punya lebih banyak alasan untuk membenci pria itu
daripada kita. Dia aman."
Kiernan terus menatap Freya, matanya mengecil. Kemudian
dia mengangguk, "tur dirinya agak melembut. Ketika berbicara
lagi, suaranya terdengar lebih lembut.
"Maafkan aku, Freya, tetapi kau harus mengerti, ini situasi
yang sangat rumit dan sensitif. Aku tak bisa ambil risiko. Terlalu
banyak taruhannya di sini."
Freya melihat ke arahnya, lalu ke arah Flin dan kembali lagi.
Hening, kemudian: "Kalian ini sejenis hantu, ya?"
Kiernan melepas tangannya, merapikan letak roknya, dan
THE HIDDEN OASIS | 293 meletakkan kedua tangannya di pangkuannya lagi.
"Aku bekerja di CIA. Antiterorisme. Flin adalah?"
"Mantan hantu," kata Flin. "Aku punya karier yang singkat
dan sangat memalukan dengan MI6. Setelah itu aku memutuskan bahwa dunia akan menjadi tempat yang lebih aman kalau
aku berkutat dengan keramik dan hieroglif. Tetapi mereka telah
mengajariku bagaimana menembak, jadi kukira aku tidak sepenuhnya buang-buang waktu."
Untuk sesaat, mata Flin bersiborok dengan mata Freya
sebelum keduanya mengalihkan pandangan.
"Dan Alex?" tanyanya. "Apakah dia?""
Kiernan menggelengkan kepala sebelum Freya bahkan
sempat menyelesaikan pertanyaannya.
"Kakakmu seorang penjelajah padang pasir, bukan matamata. Dia menolong kami, itu saja. Seperti halnya Flin yang
telah menolong kami."
"Membantumu dengan apa, Molly" Dalam hal apa kau melibatkan kakakku?"
Kiernan membalas tatapan mata Freya, mengangkat tangan
untuk menyentuh salib emas kecil yang bergantung di lehernya.
"Aku pikir inilah saatnya aku menceritakan kepadamu tentang sesuatu yang disebut sebagai Sand"re," katanya. "Alasan
mengapa kita duduk di sini saat ini, alasan mengapa aku berada di
Mesir selama dua puluh tiga tahun terakhir, dan alasan mengapa
seorang pria menyebalkan bernama Romani Girgis tidak akan
berhenti menemukan keberadaan oasis Zerzura yang hilang."
Dakhla dia tinggal sebuah rumah, dengan dapur, kamar
mandi, dan tiga kebun di belakang"dua untuk sayur-sayuran
WALAUPUN 294 | PAUL SUSSMAN yang sedang tumbuh, dan satu untuk bersiim"padang pasir
adalah rumah sejati Zahir al-Sabri. Dan ke padang pasirlah dia
selalu kembali ketika hatinya sedang gundah. Seperti malam ini.
Dia tidak pergi terlalu jauh, hanya beberapa kilometer, Land
Cruiser-nya naik dan turun melewati gelombang pasir seperti
perahu dayung kecil di samudra luas, satu lampu depannya menyorotkan sinar pucat ke hamparan pasir. Walaupun semuanya
menyatu bersama dalam kegelapan"kolase pasir dan batu dan
sinar bulan dalam kabut"dia tampaknya tahu pasti ke mana
dia akan menuju. Setelah menjelajah melewati lanskap yang tak
pasti, dia melewati tebing dan lembah, area berkerikil dan lahan
berbatu bagaikan jalan raya di kota, akhirnya berbelok ke lembah
panjang antara dinding gundukan pasir tinggi dan berhenti di
sisi satu-satunya semak abal yang lebat di sekitar situ.
Setelah memindahkan kayu dan jerami dari belakang Land
Cruisernya, dia membuat api. Rabuk itu segera menyemburkan
api saat dia menyalakannya dengan korek api, seperti mekarnya
bunga oranye liar dan merekah bersama kehangatan awal
matahari. Dia menyeduh teh ke dalam teko tua yang menghitam
karena terbakar api dan menyalakan pipa shisha-nya. Dengan
melilitkan syal pada tubuhnya untuk melindungi dari gigitan
dinginnya malam, dia menatap api, bibirnya mengisap lembut
mulut pipa shisha. Satu-satunya bunyi yang terdengar adalah
kemeretak halus kayu bakar dan, dari suatu tempat yang jauh,
gonggongan serigala padang pasir yang menyayat.
Seringkali Zahir berada di sini bersama saudara laki-lakinya
Said, atau bersama anak laki-lakinya Mohsen, kecintaannya,
keturunannya, sinar kehidupannya. Bersama-sama mereka berkemah di bawah taburan bintang, menyanyikan lagu lama kaum
Badui dan menceritakan kisah keluarga mereka, bagaimana
mereka sampai di Mesir berabad-abad yang lalu dari kampung
halaman al-Rashaayda di Arab Saudi. Begitu banyak perubahan
pada tahun-tahun berselang. Begitu banyak yang telah hilang.
Tenda telah digantikan oleh beton dan batu bata, unta oleh
mobil, kebebasan berpindah-pindah digantikan oleh kartu pajak,
THE HIDDEN OASIS | 295 kartu identitas, dokumen resmi, dan semua larangan birokrasi.
Sejauh ini mereka tetap berhati Badui, penduduk dan pengelana
padang pasir, dan mereka datang ke alam terbuka di sini untuk
beberapa jam, mengingatkan mereka sendiri akan kenyataan itu,
dan menghubungkan kembali dengan warisan kekayaan mereka
yang terkenal. Malam itu, sambil mengepulkan pipanya, Zahir kembali mengenang warisan itu lagi. Terutama pada ingatan akan leluhurnya,
Mohammed Wald Yusuf Ibrahim Sabri al-Rashaayda, orang
Badui paling agung, kepala suku, yang dengan sejumlah untanya
telah menyeberangi Sahara dari utara ke selatan, timur ke barat,
sampai tidak ada sudut alam liar itu yang tidak dikenalinya
dengan akrab, tidak ada sebutir pasir pun yang belum pernah
dipijaki langkah kakinya.
Ada begitu banyak kisah menakjubkan tentang Mohammed
Tua ini, begitu banyak dongeng dan legenda yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Tetapi bagi Zahir, satu kisah
yang berdiri sangat menonjol di antara kisah lain, merangkum
semua hal menjadi sesuatu yang mulia bagi sanak keluarga dan
pengikutnya secara keseluruhan. Dan kisah itu adalah: suatu
ketika, saat menjelajah jauh ke pedalaman Sahara, dua ratus
kilometer lebih dari oasis terdekat, Mohammed Tua ini telah bertemu dengan seorang laki-laki yang terseok-seok di hamparan
pasir. Dia tak berbekal makanan atau air atau unta, dan burung
pemakan bangkai diam-diam berputar-putar di atas mengintai
kematiannya yang segera menjelang.
Orang asing itu, demikian menurut kisah itu, adalah seorang
Badui Kufra, dari suku Banu Sulaim, musuh bebuyutan kaum
al-Rashaayda. Saudara laki-laki Mohammed sendiri dibunuh
oleh kelompok pengelana Banu, dan dia sepenuhnya memiliki
hak untuk memenggal leher laki-laki itu dengan pisau yang kini
tergantung di dinding ruang tengah rumah Zahir. Sebaliknya, dia
malah memberi laki-laki itu air minum walaupun persediaannya
sendiri sudah menipis, lalu mengangkat orang itu ke atas untanya
dan membawanya selama tujuh hari penyelamatan, padahal
296 | PAUL SUSSMAN pada titik itu keduanya juga hampir sekarat.
"Mengapa kau melakukan ini?" Badui Kufra itu bertanya


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika akhirnya mereka tiba di sebuah kawasan berpenghuni.
"Menyelamatkan aku ketika begitu banyak kebencian terjadi
di antara suku kita, begitu banyak kesalahan yang tidak akan
pernah dapat dibenarkan?"
Dan jawaban Mohammed: Bagi Badui Rashyaada, ada
banyak kewajiban, tetapi tidak ada yang lebih bernilai daripada
tugas menyelamatkan orang asing yang sedang membutuhkan
bantuan, siapa pun dia."
Biasanya kisah ini menjadi sumber kebahagiaan dan kebanggaan bagi Zahir. Berapa kali dia telah menceritakan kisah
ini kepada anak laki-lakinya, sambil membuat dirinya hidup
seperti yang dijalankan oleh Mohammed Tua, memperlihatkan
kemuliaan dan sikap rendah hati dan belas kasih yang sama"
Malam ini, setelah apa yang terjadi baru-baru ini, dia merasa
tidak bahagia dan tidak pula bangga. Malah menyebabkannya
merasakan sensasi kesepian dan menyalahkan diri yang semuanya
tak tertahankan. Bagi Badui Rashaayda ada begitu banyak kewajiban, tetapi
tidak ada yang lebih mulia daripada tugas menolong orang asing
yang sedang membutuhkan bantuan.
Dia merogoh saku dan menarik kompas logam. Dia membukanya ke atas dan melihat inisial yang tergra"r pada bagian
dalam tutup logam itu"AH"matanya yang gelap berkilau
dalam cahaya api, kata-kata leluhurnya menggema di dalam
kepalanya, mencaci dan menyiksanya. Apa gunanya mengenal
padang pasir seperti yang dikenalnya, tetap menghidupkan
kisah dan lagu lama, jika dia tidak dapat hidup dengan berpijak
pada landasan paling mendasar bagi masyarakatnya" Dia diberi
tugas, dan telah gagal dalam tugas itu. Beban kegagalannya
sangat membuatnya tertekan, sehingga malam itu, alih-alih membantunya terhubung kembali dengan warisan Rashaayda, kehadirannya di alam terbuka dan ganas ini justru malah berperan
THE HIDDEN OASIS | 297 mengingatkan Zahir kepada betapa tidak layaknya dia untuk
semua hal itu. Bagi Badui Rashaayda ada begitu banyak kewajiban, tetapi
tidak ada yang lebih mulia daripada tugas menolong orang asing
yang sedang membutuhkan bantuan.
Dia menghabiskan tehnya dan mengisap pipanya lebih lama.
Tidak sanggup menemukan kedamaian yang dicarinya, dia menendang pasir ke arah api, melemparkan kembali peralatannya
ke dalam Land Cruiser dan bergegas pulang. Gundukan pasir
bergulung dan berputar-putar di sekelilingnya seolah padang
pasir sedang menggelengkan kepala, membuatnya sadar betapa
sangat kecewanya alam di sekitarnya.
Kairo "SEBERAPA jauh kau tahu tentang Perang Iran-Irak?"
Suara Molly Kiernan terdengar dari dapur saat dia membuat
kopi. Ini bukan pertanyaan yang Freya pikir akan muncul.
"Apakah ini akan menjadi ceramah tentang sejarah?" tanyanya. "Karena aku sudah mendengar ceramah semacam itu hari
ini dan, saking kagumnya, aku tidak berselera untuk ceramah
yang lain." Kiernan melihat melalui meja penghubung dapur, tidak
paham tentang apa yang dibicarakan oleh Freya.
"Aku menceritakan kepadanya tentang Zerzura," jelas Flin.
"Di museum." "Ah." Kiernan mengangguk, lalu menuangkan air panas dari
teko. "Tidak, aku tidak akan menceramahimu"aku serahkan
itu kepada yang profesional."
Dia memiringkan kepalanya ke arah Flin dan terus menuang.
298 | PAUL SUSSMAN "Hanya sedikit latar belakang. Tidak ada Benben atau lontar,
aku berjanji." Terdengar suara gelas beradu ketika dia mengangkat baki dan
menghilang dari pandangan sebelum muncul kembali di koridor
menuju ruang tengah. Dia mendekat dan meletakkan baki di
lantai. "Maaf ya, ini hanya kopi instan," katanya, sambil memberikan
gelas kepada Freya dan Flin. "Dan tidak ada susu atau gula,
tetapi kurasa ini lebih baik daripada tidak ada sama sekali."
Kiernan mengambil gelas yang ketiga untuknya sendiri dan
berjalan menuju jendela, menyingkap tirai, dan melongok ke
jalan di bawah sebelum berbalik menghadap mereka.
"Jadi?" tanya Kiernan, sambil meniup gelas dan kemudian meneguk, tangan kirinya berkacak pada pinggang kirinya. "Apakah
kau tahu banyak tentang perang?"
Freya mengangkat bahu. "Tak begitu tahu. Hanya yang muncul dalam berita ketika
kita menyerbu Irak. Bukankah kita mendukung Saddam, memasok senjata untuknya?"
Flin menggerutu. "Bukan masa terbaik bagi dunia bebas.
Mendukung pembunuhan massal, diktator yang membunuhi
rakyatnya dengan kepentingan gagasan realpolitik yang diselewengkan."
Kiernan mendengus, sambil menggelengkan kepala tak sabar.
"Tak perlu berdebat soal politik di sini. Freya menginginkan
jawaban dan aku rasa kita harus memusatkan perhatian untuk
menjawabnya." Flin hanya memandang gelas kopinya.
"Perang itu berlangsung dari tahun "80 sampai "88," lanjut
Kiernan, "dan mengadu Irak-nya Saddam melawan Iran-nya
Khomeini. Dua rezim yang sepenuhnya barbar, walaupun
Saddam secara keseluruhan adalah yang paling kurang beringas
dari kedua penjahat itu, dan itulah sebabnya, seperti yang kau
THE HIDDEN OASIS | 299 katakan dengan tepat, kita siap menawarkan bantuan "nansial,
intelijen, persenjataannya untuknya?"
"Penghormatan dari utusan khusus Donald Rumsfeld untuk
agen senjata biologi," potong Flin.
Kiernan kembali mendengus.
"Kita mendukung Saddam dengan alasan yang persis sama
dengan alasan Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Rusia, dan selusin
negara lain yang mendukungnya. Karena pilihan lain, yaitu
kemenangan bagi Khomeini dan pasukan revolusionernya yang
menggila, terlalu menakutkan untuk dipertimbangkan. Seperti
yang dinyatakan oleh Kissinger waktu itu, sayang sekali keduanya tidak sama-sama kalah, tetapi jika seseorang harus muncul
sebagai pemenang, maka tentu akan lebih baik bagi kita semua
bila pemenangnya Saddam."
"Dan dia telah membuktikan diri sebagai sekutu yang sangat
setia," bisik Flin. Kiernan memandangnya dengan kesal.
"Apa pun," katanya. "Semua yang relevan untuk tujuan kini
adalah bahwa pada pertengahan 1980-an, setelah beberapa keberhasilan awal, Irak secara militer sangat tertinggal. Walaupun
negara itu memiliki persenjataan canggih dan pasukan terlatih
yang lebih baik, perang saat itu berakhir dengan kon"ik yang
lamban dan diulur-ulur, dan itu membantu Iran, yang memiliki
pasukan di lapangan tiga kali lebih banyak dan tidak peduli soal
berapa banyak anggotanya yang tewas karena ada banyak yang
dapat menggantikan tempat mereka."
Mulut Kiernan agak mengerut, seolah tidak menyukai pemikiran yang sedang dijelaskannya.
"Fakta bahwa proporsi Muslim Syiah yang signi"kan di dalam
tubuh angkatan bersenjata Irak hanya menambah kecemasan
Saddam," tambahnya, "karena dia dan rezim pemerintahannya
adalah Sunni." Di depannya, Freya meneguk kopinya"hambar, tak berasa"sambil bertanya-tanya ke mana arah pembicaraan ini.
300 | PAUL SUSSMAN Flin menyenderkan tubuhnya ke belakang dan sedang menatap
langit-langit, matanya menelusuri retakan tipis yang memanjang
secara diagonal dari satu sisi ruangan ke sisi yang lain.
"Pada 1986, Saddam adalah orang yang sangat gugup,"
Kiernan melanjutkan, tangan kirinya terangkat dan memainkan
salib di lehernya. "Jelas sekali, bahkan dengan dukungan Barat
pun dia tidak pernah akan memenangi perang itu, dan sebenarnya
berisiko untuk kalah. Dia seperti seorang petinju yang tampil
pada ronde terakhir dalam sebuah pertarungan, sadar bahwa dia
sudah ketinggalan angka, lawannya sudah jauh memimpin dan
semakin lama kontes itu berlangsung, semakin rentanlah dia. Apa
yang diperlukan, putusnya, adalah satu serangan mematikan,
pukulan maut yang akan mengakhiri kon"ik di sana-sini dan menundukkan Iran dalam satu serangan."
Dia berhenti bicara, matanya tertuju kepada Freya.
"Dan bentuk serangat maut itu tak pelak lagi adalah serangan
nuklir terhadap Teheran."
Freya mendongak, terkejut.
"Tetapi aku pikir?"
"Saddam tidak punya bom?" Kiernan menyelesaikan kalimat
Freya. "Dia memang tidak punya. Dia memang sangat menginginkannya. Dan terlepas dari apa yang diklaim oleh Blix dan
orang-orang yang sakit hati di PBB, dia semakin dekat dengan
hal itu daripada yang pernah diketahui msayarakat dunia."
Dari luar, tiba-tiba terdengar suara ribut melengking kucing
yang sedang berkelahi. Kiernan sekali lagi mengawasi keadaan
di luar melalui jendela, kemudian berbalik dan duduk di lengan
sofa di samping Flin. "Percaya atau tidak, membangun peralatan atom secara teknis
tidaklah sulit," katanya, sambil meneguk kopinya. "Tentu saja
tidak sulit untuk seseorang dengan sumber daya ilmiah seperti
yang tersedia bagi Saddam. Masalahnya adalah memperoleh
material pembelahan nuklir yang diperlukan, khususnya
plutonium-239 atau uranium-235. Aku tidak akan membahas
THE HIDDEN OASIS | 301 dunia "sika ini sama sekali"jujur saja, aku bahkan tak mengerti
tentang "sika"tetapi memproduksi yang mana pun dari isotop
ini dalam jumlah yang cukup, dan sampai derajat kemurnian
tertentu untuk dioperasikan pada senjata, sungguh amat rumit,
mahal, prosesnya memakan waktu, dan untuk tahun 1986,
seperti juga untuk saat ini, di luar jangkauan seluruh negara,
kecuali segelintir saja. Saddam tidak akan pernah dapat membuatnya sendiri, dan apa pun dukungan yang diberikan oleh
pemerintahan Barat, mereka sudah pasti tidak akan menyambutnya bergabung dalam kelompok nuklir itu. Jadi dia mulai mencari tempat lain, menjajagi sejumlah pedagang senjata kaliber
dunia yang lebih jahat untuk melihat apakah mereka bisa menyediakan barang yang diperlukan untuknya. Dan pada akhir
1986, salah satu pedagang senjata itu memainkan kartunya."
Kiernan menghabiskan isi gelasnya.
"Orang itu adalah Romani Girgis."
Freya baru hendak memotongnya, meminta jawaban apa
kaitan semua ini dengan pembunuhan terhadap kakaknya, dengan segala hal yang terjadi kepadanya dalam 24 jam terakhir.
Ketika nama Girgis disebut, dia menahannya.
"Jadi Girgis itu pemasok senjata?" tanyanya.
"Di antaranya," kata Flin, sambil membungkuk badan ke
depan. "Senjata, obat-obatan, prostitusi, penyelundupan barangbarang antik"tidak banyak kegiatan kotor yang tidak melibatkannya. Namun, perdagangan senjata adalah bisnis utamanya."
"Dan dia memasok bom untuk Saddam Hussein?"
"Dengan lima puluh kilo uranium berkadar tinggi untuk
tingkat persenjataan, begitu tepatnya," kata Kiernan. "Cukup
untuk membangun dua peralatan atom bertipe ledakan dengan kekuatan merusak seperti bom Hiroshima. Dengan satu
serangan, Saddam bisa meratakan Teheran dan Mashhad, mengakhiri perang, mengakhiri Revolusi Iran, menjadikan dirinya
sebagai kekuatan dominan di seluruh kawasan itu. Pendeknya, mengubah jalannya sejarah. Dan dia juga hampir me-
302 | PAUL SUSSMAN lakukannya." Dia membiarkan Freya menyerap ini semua, kemudian berdiri.
"Ada yang mau tambah kopinya?"
Flin mengangkat gelasnya, sementara Freya diam saja.
Kiernan menghilang kembali ke dapur. Sesaat lamanya mata
Flin dan Freya bertemu, kemudian keduanya mengalihkan
pandangan. "Bahkan seperempat abad setelah peristiwa itu, kita masih
belum jelas seratus persen tentang perincian tepat soal kesepakatan yang dilakukan Girgis ini," terdengar Kiernan berkata.
"Dari informasi yang dapat kita kumpulkan, dia memperoleh
uranium dari makelar Soviet bernama Leonid Kanunin"yang
hasil pekerjaannya tidak menyenangkan sehingga membuatnya
tewas terbunuh di sebuah kamar hotel di Paris pada "87"yang
tampaknya mendapatkan uranium itu dari sejumlah kontak di
militer Soviet. Dari mana persisnya asal pasokan itu kita tak
pernah dapat memastikannya, dan hal itu juga tidak relevan.
Apa yang kita tahu benar adalah bahwa pada November 1986,
Girgis menyewa pesawat kargo Antonov beregistrasi Cayman
yang dipiloti seseorang bernama Kurt Reiter, seorang veteran
perang dingin, penyelundup narkoba dan senjata. Pesawat itu
melakukan pertemuan dengan Kanunin di lapangan udara di
Albania utara, tempat dua utusan Girgis mengambil barang itu
dan memberikan uang muka sebesar 50 juta dolar. Untuk menjaga agar tidak diketahui orang lain, kargo itu kemudian terbang
dengan garis arah dua sisi segitiga, pertama ke Khartoum dan
baru kemudian menuju Baghdad, yang ketika mendarat dengan
selamat akan mengantarkan sisa pembayaran untuk Kanunin
sebesar 50 juta dolar. Girgis akan menerima potongan dua puluh
persen, Saddam mendapatkan bomnya, Iran akan musnah.
Semuanya senang." Kiernan kembali ke ruang tengah dengan dua gelas panas,
memberikan segelas kepada Flin dan kemudian duduk di lengan
sofa. Hening sejenak. Freya menatap lantai, menelaah semua
hal yang baru saja diceritakan Kiernan kepadanya. Kemudian,
THE HIDDEN OASIS | 303 mendongak lagi, tepat menatap kedua mata Kiernan, dia mengajukan pertanyaan yang sudah siap dilontarkannya sejak lima
menit yang lalu. "Aku tak mengerti apa urusannya semua ini dengan kakakku.
Dengan segala hal tentang oasis tersembunyi."
"Baik, kita akan sampai di situ," kata Kiernan. "Kami menerima kabar seluruh operasi cukup cepat, dari kaki tangan dalam
organisasi Girgis dan Kanunin sekaligus. Tetapi semuanya hanya
permukaan. Kita tahu apa yang sedang direncanakan, siapa yang
terlibat"apa yang tidak kita dapatkan adalah tanggal, tempat,
waktu tepatnya. Secara har"ah hanya beberapa jam sebelum
pertemuan Albania kami akhirnya bisa mendapatkan informasi
terperinci tentang bagaimana uranium itu dipindahkan, dan ke
mana uranium itu akan dikirim.
"Pada titik itu sudah terlambat untuk mencegat Antonov itu
tinggal landas. Ada kemungkinan kecil kita bisa membekuknya,
yaitu ketika pesawat mendarat untuk mengisi bahan bakar di
Benghazi, tetapi karena hubungan kita dengan Khadda" saat itu,
tindakan tersebut akan membuat banyak kerepotan. Lebih baik
tetap menjaga dan mengawasi pesawat itu dan menangkapnya di
Khartoum, sebelum penerbangan terakhirnya ke Baghdad. Kita
punya unit Pasukan Khusus yang ditempatkan di Laut Merah di
Arab Saudi, tentara Israel bersiaga untuk membantu. Rencana
sudah matang. Segalanya akan berjalan sesuai rencana, kalau saja
alam tidak ikut campur tangan."
"Alam?" Freya menggeleng kepala, tidak mengerti.
"Hal yang tidak pernah kita perhitungkan," kata Kiernan
mendesah. "Antonov itu dihantam badai pasir saat terbang di
atas Sahara, dan kehilangan kedua mesinnya. Salah satu stasiun
pemantau kita menangkap panggilan Mayday dari suatu tempat
di Dataran Tinggi Gilf Kebir dan kemudian pesawat itu menghilang dari layar."
Untuk pertama kalinya benak Freya menangkap sekilas
cahaya tipis. Dia mulai mengerti.
304 | PAUL SUSSMAN

The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pesawat itu jatuh di oasis, bukan" Jadi semua ini ternyata
tentang itu. Mengapa Girgis menginginkan foto itu. Pesawat
jatuh di Oasis Tersembunyi."
Kiernan tersenyum walaupun tidak ada canda dalam ekspresinya.
"Kami tidak menemukannya seketika itu juga," katanya.
"Yang kami tahu adalah bahwa Antonov itu telah mendarat
di suatu tempat di sekitar Gilf, yang merupakan wilayah yang
cukup luas, 5.000 kilometer persegi lahan bebatuan dan padang
pasir. Tetapi, sekitar enam jam setelah panggilan Mayday pertama
kami menangkap pesan radio kedua. Kali ini dikirim oleh pilot
pembantu, seorang pria bernama Rudi Schmidt, yang tampaknya
merupakan satu-satunya korban selamat dalam kecelakaan itu.
Transmisinya terganggu dan hanya berlangsung sekitar tiga
puluh detik, tetapi pada saat itu Schmidt mampu memberikan
deskripsi kasar tentang lokasi jatuhnya pesawat. Pada lembah penuh dengan pepohonan, katanya, dengan reruntuhan di manamana. Reruntuhan kuno, termasuk di dalamnya semacam kuil
besar dengan simbol berbentuk obelisk aneh yang terukir di
mana-mana." "Benben itu," gumam Freya. Walaupun ruang itu hangat, dia
merasa bulu kuduknya berdiri di lengannya.
"Bahkan tanpa informasi singkat itu pun, tempat itu tak salah
lagi adalah wehat seshat itu," kata Flin, mengambil alih cerita.
"Tidak ada situs kuno lain yang dikenal dalam jarak sekitar tiga
ratus kilometer dari Gilf Kebir, dan tentu saja tidak ada apa-apa
di dalam lembah yang dia uraikan. Ada kemungkinan bahwa itu
adalah situs yang tak dikenal, tetapi motif Benben membuatnya
tak diragukan lagi."
Flin menggelengkan kepala dan membungkuk ke depan,
mengambil foto-foto yang dia jatuhkan di lantai.
"Peluangnya sejuta berbanding satu," katanya, melihat
satu per satu foto itu. "Atau malah semiliar berbanding satu.
Dengan seluruh Sahara sebagai tempat untuk jatuh, Antonov itu
terhempas di tengah Oasis Tersembunyi. Bagaikan menjatuhkan
THE HIDDEN OASIS | 305 sejumput kapas dari atas kota New York dan dia menjadi
benang yang masuk ke dalam lubang jarum. Kau tidak mungkin
mengada-ngada dalam soal itu, tidak mungkin."
Di lengan sofa di sisinya, Kiernan juga sedang mengamati
foto-foto itu. Ini pertama kali dia melihat gambar-gambar itu,
dan matanya tampak berkilau.
"Kami telah mencari bangkai pesawat itu selama hampir dua
puluh tiga tahun," kata Kiernan, kepalanya miring ke satu sisi
agar dapat melihat gambar dengan lebih baik. "Sand"re"itu
nama operasional yang kami gunakan untuk pencarian ini.
Sangat rahasia tentu saja"bahkan di dalam Agensi hanya ada
sekelompok kecil dari kami yang tahu banyak tentang hal ini"
dan sejak awal, keputusan untuk tidak melibatkan otoritas Mesir
sudah diambil, karena kuatir seseorang akan memberitahu Girgis
secara diam-diam bahwa kita sedang mengamatinya. Terlebih
lagi, dengan teknologi yang ada"pencitraan satelit, pesawat
pengawas, UAV"kita seharusnya bisa menelusuri bangkainya
dalam hitungan hari saja."
Kiernan duduk tegak lagi, menatap Freya.
"Begitulah. Kami telah menyisiri setiap senti Gilf Kebir dan
dalam radius dua ratus lima puluh kilometer dan keliling 360
derajat, kami belum menemukan apa pun. Kami telah mencari
dari udara, melalui ruang angkasa, dan dari darat, kami telah
bolak-balik meneliti apa yang rasanya seperti setiap batu dari
Abu Ballas dan Laut Pasir Besar terus sampai ke Jebel Uweinat
dan Bukit Yerguehda. Dan setelah itu semua?"
Kiernan mendesah tak berdaya.
"Nada. Tidak ada. Pesawat udara berukuran delapan puluh
kaki dan dua puluh ton jatuh dan menghilang. Percayalah, aku
tidak terlalu suka urusan takhayul, tetapi aku bahkan mulai
berpikir bahwa semua hal yang tercantum dalam lontar ImtiKhentika tentang kutukan dan mantera rahasia mungkin juga
mengandung kebenaran. Aku yakin bahwa kebaikan tidak perlu
hadir dengan penjelasan lain."
306 | PAUL SUSSMAN Di luar, sebuah alarm mobil berbunyi, menghentikan pembicaraan mereka seketika. Kiernan berdiri dan mengintip melalui
tirai jendela sebelum kembali, melipat lengannya.
"Selama beberapa tahun pertama kami berusaha keras menyelesaikan persoalan ini. Setelah itu kami mulai menimbangnya
kembali. Jika kami tidak dapat menemukan oasis itu, begitu
perhitungannya, rasanya sangat kecil kemungkinan Girgis atau
siapa pun akan menemukannya. Kami benar-benar mengawasi
semua hal yang terkait dengan ini, khususnya setelah peristiwa
11 September"hampir tidak terpikirkan apa yang akan terjadi
kalau kelompok seperti al-Qaeda mendengar kabar bahwa
ada lima puluh kilo uranium berkadar tinggi tersimpan tak
terlindung di tengah padang pasir. Kami masih menjalankan
satelit reguler dan pengawas U-2. Kami punya unit Operasi
Khusus yang bersiaga terus menerus di Kharga kalau ada sesuatu
yang terjadi. Tetapi secara keseluruhan kami bergantung kepada
apa yang disebut ANOs, Amenable Non-Operatives, yaitu warga
sipil yang, untuk alasan apa pun, memiliki pengetahuan tertentu,
atau keterlibatan, tentang wilayah geogra"s yang kami awasi,
dan mungkin secara kebetulan tersandung dengan sesuatu yang
luput dari kita." Dia meangguk ke arah sofa.
"Aku mengenal Flin sekitar tahun sembilan puluhan, ketika
dia bergabung dengan M16. Setelah dia?"
Sedikit keraguan, seolah dia sedang memilih kata yang tepat.
?"menyudahi keikutsertaannya dengan intelijen Inggris
dan kembali mendalami ilmu peradaban Mesir, pindah ke sini,
lalu aku hubungi, aku meminta bantuannya. Pilihan yang wajar
menimbang pekerjaan yang sedang dia kerjakan."
"Dan Alex?" tanya Freya.
"Sekali lagi, kakakmu adalah pilihan yang wajar. Jalan
hidup kami bersinggungan di Langley ketika dia menjadi staf
temporer di departemen pemetaan CIA. Ketika mendengar
bahwa dia sudah menetap di Dakhla, aku mencarinya dan men-
THE HIDDEN OASIS | 307 ceritakan tentang situasinya. Dengan Zahir al-Sabri sebagai
pengecualian, aku tak pernah bertemu siapa pun yang mengetahui Gilf sebaik Alex. Dia setuju untuk terlibat, sebagai
imbalannya kami menyalurkan sejumlah uang untuk risetnya.
Walaupun sejujurnya, aku kira tantanganlah yang lebih menarik
bagi Alex ketimbang dana yang diberikan atau kehendak untuk
melindungi dunia yang bebas. Alex adalah Alex, aku mendapat kesan dia melihat semua tantangan ini seperti sebuah petualangan berwarna."
Freya menggelengkan kepalanya dengan sedih. Itulah alasan
pasti mengapa Alex mau terlibat di sini, pikirnya"karena ini
sesuatu yang berbeda, sesuatu yang menggoda. Alex tidak akan
pernah bisa menolak misteri. Dan kali ini misteri telah menyebabkannya terbunuh. Alex yang malang. Alex tersayang yang
malang. ?"menyimpan semuanya sesederhana yang kita bisa," kata
Kiernan. "Mereka melapor kepadaku dan seperti itulah, mereka
tidak punya keterlibatan dengan Agensi per se. Kami sedang
meyakinkan diri sendiri bahwa pesawat itu tidak akan pernah
ditemukan. Bahwa ini adalah salah satu misteri bertipe Segitiga
Bermuda yang tak dapat dijelaskan. Dan kemudian tiba-tiba
setelah dua puluh tiga tahun, jasad Rudi Schmidt muncul entah
dari mana dan seluruh hal terbuka lebar kembali."
Kiernan mendesah dan menggosok pelipisnya. Ia terlihat
lebih tertekan daripada ketika mereka pertama kali tiba di "at
itu, pikir Freya. "Sulit dipercaya," katanya. "Dan, tentu saja, sangat menggelisahkan. Saddam mungkin sudah tidak ada, tetapi ada banyak
pihak lain yang akan lebih berbahagia untuk melanjutkan
akhir kesepakatan yang dibuatnya. Dan Romani Girgis bukan
tipe orang yang rewel tentang siapa yang akan berbisnis bersamanya."
Dia berbalik dan melihat lagi ke luar jendela, kepalanya melongok ke sana-sini sebelum dia kembali lagi. Hening.
308 | PAUL SUSSMAN "Jadi bagaimana sekarang?" tanya Freya. "Apa yang akan kau
lakukan?" Kiernan mengangkat bahu. "Tidak banyak yang bisa kita lakukan. Kita akan menganalisis
semua itu dengan komputer?"dia memberi tanda ke setumpuk
foto yang ada di tangan Flin"meningkatkan pengawasan
terhadap Gilf dan Girgis. Selain itu?"
Dia mengangkat tangan. "Menyaksikan, menunggu, dan tidak melakukan apa pun.
Itu saja." "Tetapi Girgis sudah membunuh kakakku," kata Freya. "Dia
membunuh Alex." Alis Kierman mengerut mendengarnya, matanya beralih ke
arah Flin, yang menggelengkan kepala hampir tak terlihat seolah
mengatakan, "Biarkan saja."
"Girgis sudah membunuh kakakku," ulang Freya, wajahnya
memerah. "Aku tidak akan tinggal diam tak melakukan apa pun.
Kalian mengerti" Aku tidak akan membiarkannya berlalu begitu
saja." Suaranya mulai meninggi. Kierman menghampiri dan berjongkok di depannya. Dia mengulurkan tangannya dan mengusap lengan Freya.
"Romani Girgis akan mendapatkan apa yang datang menghampirinya," kata Kiernan. "Kau boleh tidak memercayaiku
dalam hal lain, apa saja, tapi percayalah untuk hal yang satu
ini." Jeda beberapa saat, Kiernan menatap mata Freya. Kemudian,
sambil mengangguk, dia bangkit kembali.
"Namun, saat ini aku kira kita sudah cukup banyak berbicara
dan kau harus mandi dulu. Dari tempatku berdiri ini, baumu
tak begitu sedap." Dia tersenyum dan, selain dirinya, Freya juga. Mendadak
merasa lelah, Freya pun berdiri.
THE HIDDEN OASIS | 309 "Kau bilang ada pakaian bersih."
"Kamar tidur pertama di sebelah kanan," kata Kiernan. "Di
tempat tidur. Kau akan menemukan handuk juga di sana. Dan
hati-hati dengan kontrol temperatur pancurannya"suka seenaknya sendiri."
Freya berjalan ke pintu, melangkah ke koridor, lalu menoleh
dan melongokkan kepalanya ke ruang tengah lagi.
"Maafkan aku tentang pistol itu," dia berkata kepada Flin.
"Di taksi tadi. Aku tak pernah berniat menembakmu."
Flin menggerakkan tangannya.
"Aku tahu. Kau hanya menjaga diri. Tolong jangan habiskan
air panasnya." Setelah Freya berlalu, Kiernan menenangkan diri di kursi berlengan yang tadi baru saja diduduki Freya. Desis air pancuran
bergema dari sisi terjauh "at itu.
"Dia seperti Alex, bukan?"
Flin sedang mengamati foto-foto itu lagi, masih mengenakan
celana jeans dan kemejanya yang kotor.
"Ada bedanya juga," katanya, tanpa mendongak. "Lebih
gelap. Dia benar-benar berpikir dengan cara yang berbeda."
Dia mengangkat satu foto sampai batas kepalanya, menelitinya.
"Alex tidak pernah mengatakan apa yang terjadi di antara
mereka," tambahnya, hampir seperti sebuah renungan. "Itulah
satu-satunya hal yang tidak pernah dibicarakannya."
Flin menurunkan foto itu dan mengangkat yang lain. Kiernan
memerhatikannya, sambil mengetukkan jemarinya pada lengan
kursi. "Ada sesuatu?" Flin menggelengkan kepalanya.
"Tapi yang ini cukup menarik."
310 | PAUL SUSSMAN Dia memberikan foto yang baru saja diamatinya"patung
sosok manusia dengan kepala buaya. Patung itu berdiri di sebuah
tembok kubus besar yang di wajahnya"jelas terlihat"ada teks
hieroglif yang dibingkai lilitan ular.
"Sobek dan Apep?" tanya Kiernan.
Flin mengangguk. "Formula kutukan yang sama seperti dalam lontar ImtiKhentika. Semoga para pelaku kejahatan dikutuk dalam rahang
Sobek, dan ditelan ke dalam perut ular Apep. Kecuali di sini ada
sesuatu yang lain. Lihat."
Flin menyorongkan tubuh ke depan dan menjentikkan jarinya ke bagian dasar gambar.
"Dan di dalam perut ular," dia menerjemahkan, "semoga
ketakutan mereka menjadi kenyataan, resut binu mereka"yaitu
mimpi jahat"siksaan kehidupan. Ini bukan semacam wahyu,
tetapi menarik dari sudut pandang akademis. Pecahan kecil lain
dari sebuah mosaik."
"Apakah ini membuat kita mendekati oasis yang sebenarnya?"
Flin bergumam. "Tidak satu senti pun."
Flin mengambil foto-foto itu kembali, melihat satu per satu
foto lain sekali lagi, kemudian meletakkan tumpukan foto itu di
sofa dan berdiri. "Tentu saja kita harus menelitinya, tetapi aku dapat mengatakan kepadamu saat ini juga bahwa tidak ada apa-apa di sini,"
kata Flin. "Buang-buang waktu saja, Molly. Tak ada gunanya."
Dia menoleh dan berjalan menuju lemari kayu di sisi jauh
ruangan itu. Setelah membukanya, dia menarik botol wiski
Bell"s yang sudah tiga perempat kosong dan gelas kecil.
"Untuk pengobatan," katanya, setelah menangkap tatapan
tak setuju pada wajah Kiernan.
Flin mengisi gelas, meneguknya sekaligus dan mengisinya
THE HIDDEN OASIS | 311 kembali, meletakkan botol kembali ke dalam lemari dan berjalan
ke sofa. Untuk sejenak dia hanya duduk di sana, memutar-mutar
gelas wiski itu, cairannya membasahi bagian dalam gelas seperti
lidah emas yang kotor. Desis air mengalir masih terdengar
dari kamar mandi. Kemudian, setelah meneguk setengah minumannya, Flin menatap tajam Kiernan. "Ada sesuatu yang lain,
Molly." Kiernan menaikkan alis matanya, memiringkan sedikit
kepalanya. "Aku pikir sepertinya seseorang sedang menyadap ponselmu."
Kiernan hanya terdiam. Walaupun begitu, cara dia tibatiba menghentikan ketukan jemarinya mengungkapkan bahwa
komentar Flin barusan telah membuatnya terkejut.
"Ketika Freya tiba di Kairo, dia meninggalkan pesan di
mesin penjawabmu," lanjutnya. "Memberitahumu bahwa dia
akan datang untuk menemuiku di universitas. Tiga puluh
menit kemudian sekelompok begundal muncul dan langsung
menuju ruang kerjaku. Memang, mungkin saja seseorang di
kampus sedang mengawasi dia dan memberi informasi kepada
Girgis, tetapi kemudian ketika kami berada di museum, aku
juga meninggalkan pesan di mesin penjawabmu. Hasilnya: gerombolan begundal yang sama muncul entah dari mana dan
sahabatku digorok. Terlalu berlebihan kalau ini hanya suatu
kebetulan. Girgis pasti telah mengakses teleponmu."
Flin telah mengenal Kiernan selama lima belas tahun, dan
di selama itu dia tidak pernah melihat wanita itu begitu resah.
Sampai saat ini. "Itu tidak mungkin," kata Kiernan, berdiri. "Tidak mungkin


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terjadi." "Aku tak melihat ada penjelasan lain. Kecuali Freya berbohong atau kau bekerja untuk Girgis, dan aku meragukan
kedua hal itu." Kiernan bergegas menuju meja tempat dia meletakkan tas
312 | PAUL SUSSMAN tangannya dan menarik Nokia-nya. Dia mengacungkannya.
"Ini nomor Agensi, Flin. Tidak bisa diretas. Ada kata sandi,
PIN, ID spesialis"terpagari penuh. Bahkan orang Rusia sialan
juga tidak akan bisa masuk."
Selalu ada yang pertama kali bagi semua hal. Tidak pernah,
tidak sekali pun Flin pernah mendengar Kiernan menggunakan
kata-kata kasar. Dia meneguk wiski lagi.
"Orang dalam?" Dia membuka mulutnya, menutupnya dan menggigit bibirnya.
"Tidak," ujar Kiernan akhirnya. Dan lagi: "Tidak. Tidak
mungkin. CIA tidak akan berkeliling menerobos komunikasi
pribadi operatifnya sendiri. Tentu saja teknologinya ada, tetapi
menggunakannya terhadap staf Agensi itu sendiri"kau berbicara
tentang otoritas tingkat tinggi di sini. Ini bukan" aku tak yakin.
Aku tak yakin sama sekali. Seharusnya ada penjelasan lain."
Flin mengangkat bahu dan meneguk sisa wiski. Merogoh
saku jinsnya, dia menarik kartu nama yang diberikan Angleton
di Hotel Windsor dulu dan memberikannya.
"Bagaimanapun, aku pikir kau harus memeriksa pria ini."
Kiernan mengambil kartu itu.
"Dia telah mengawasiku. Muncul di beberapa tempat
yang seharusnya tidak dia kunjungi. Di museum misalnya,
tepat ketika begundal Girgis membawa kami pergi. Aku
tidak bisa membuktikan apa pun, tetapi merasa aneh ketika
mereka menemukan kami berada di sana, begitulah cara dia
mengetahuinya. Siapa pun dia, pasti tidak bekerja di Urusan
Masyarakat." Kiernan mengamati kartu nama itu, matanya terpaku,
wajahnya tiba-tiba pucat, seakan informaasi terakhir itu telah
mengganggunya lebih dari apa pun yang terjadi sebelumnya.
Bunyi desis pancuran berhenti, membuat "at itu begitu hening.
Kemudian, setelah meraih tasnya, Kiernan meletakkan kartu
THE HIDDEN OASIS | 313 nama dan ponsel ke dalamnya dan kembali berhadapan dengan
Flin. "Kau harus segera pergi dari Kairo," katanya, nadanya mendadak tegas, memerintah. "Keluar dari Mesir. Kalian berdua.
Malam ini juga. Terlalu berbahaya. Semuanya jadi lepas kendali.
Kacau." "Jangan tersinggung, Molly, tetapi aku ini warga sipil, kau
tidak bisa memerintahku untuk pergi. Aku melakukan apa yang
aku inginkan." "Kau mau mati, ya?"
"Aku ingin menemukan oasis itu," kata Flin, matanya tajam
dan tidak berkedip. "Dan aku tidak akan pergi ke mana pun
sampai aku menemukannya."
Untuk sesaat lamanya, terlihat seolah Kiernan akan marahmarah. Namun, dia malah menghampiri dan meletakkan tangannya di bahu Flin.
"Apakah ini semata tentang oasis?"
Flin mendongak menatapnya, kemudian pandangannya
turun ke arah gelas yang dipegangnya.
"Maksudmu?" "Maksudku, apakah ada hal lain selain sekadar minat terhadap
ilmu peradaban Mesir dan keinginan untuk menghentikan
Girgis?" "Kau terdengar sangat berbahaya seperti seorang psikoanalis,
Molly." "Aku harap aku terdengar seperti seorang sahabat yang memerhatikanmu dan tidak ingin kau terluka."
Flin mendesah dan meletakan tangannya pada tangan
Kiernan. "Maafkan aku, agak kasar. Itu hanya, kau tahu?"
Flin berhenti. Kiernan menggoyangkan tangannya, menggenggam tangan Flin.
314 | PAUL SUSSMAN "Apa yang terjadi kepada wanita itu memang sudah terjadi,
Flin. Sudah lewat, sekian lama di masa lalu. Dan apa pun penebusan dosa yang mungkin kau tanggung, kau telah lebih dari
sekadar membayarnya sekarang. Ini waktunya untuk pergi."
Flin terus menatap ke bawah, membisu.
"Aku tahu betapa pentingnya hal ini bagimu," katanya,
"tetapi saat ini aku sudah cukup punya persoalan tanpa harus
mengkhawatirkan kau dan Freya. Kumohon, turutilah aku.
Manjakan perempuan tua ini dan keluarlah dari kota ini. Paling
tidak sampai segalanya tenang dan aku telah berdamai dengan
semua efek berbagai peristiwa dalam dua puluh empat jam
terakhir ini. Aku percaya kau akan mempertimbangkan hal ini."
Flin mengangkat gelas ke mulutnya walaupun gelas itu
kosong. "Ada banyak yang bisa aku lakukan," dia bergumam.
"Ayolah, Flin!" Kierman menggelengkan kepalanya, kesal.
"Apa lagi yang mungkin bisa kau lakukan, yang belum kau
selesaikan selama sepuluh tahun kau bergabung dalam Sand"re"
Apa" Katakan kepadaku!"
"Aku bisa meneliti catatanku lagi. Peralatan satelit. Data
magnetometri"mungkin aku tak sengaja melewatkan sesuatu."
Ada sedikit keputusasaan di dalam suara Flin, seperti seorang
anak yang mencoba membujuk orangtuanya untuk membiarkan
mereka tidur larut malam, menonton acara televisi yang terlarang.
"Pasti ada sesuatu," dia bersikeras. "Pasti ada."
"Flin, kau telah meneliti semua itu ribuan kali. Sepuluh ribu
kali dan kau belum mendapatkan apa pun. Itu jalan buntu."
"Aku bisa pergi ke Gilf" aku bisa" aku bisa?"
"Satu-satunya tempat yang akan kau kunjungi adalah Bandara
Internasional Kairo, dan menaiki penerbangan pertama?"
"Aku bisa pergi menemui Fadawi." Flin mengucapkannya
begitu saja. THE HIDDEN OASIS | 315 "Aku bisa pergi menemui Hassan Fadawi," dia mengulang,
sambil mendongak ke arah Kiernan. "Dia bilang dia mengetahui
sesuatu. Tentang oasis itu. Itu yang aku dengar. Mungkin hanya
omong kosong, tetapi paling tidak aku bisa pergi dan berbicara
dengannya." Kiernan membuka mulutnya untuk mendebat, kemudian
menutup mulutnya kembali. Dia menatap Flin dengan mata
mengecil, menimbang-nimbang banyak hal.
Kau bilang dia tidak akan bicara kepadamu lagi," akhirnya
Kiernan berkata. "Kau bilang dia lebih baik memotong lidahnya
sendiri." "Dia juga mengatakan aku untuk enyah saja. Pastinya layak
untuk dicoba. Dengan risiko setinggi ini, maka layak untuk dicoba, kau bisa buktikan itu."
Flin bisa merasakan Kiernan mulai melemah dan merasa dia
bisa memenangi perdebatan ini.
"Aku akan pergi dan menemuinya. Kalau dia tak mau ketemui dan mengusirku, barulah aku akan melakukan yang kau
inginkan"ambil cuti hari Sabbat, pulang kampung ke Inggris
selama beberapa minggu. Ayolah, Molly, biarkan aku pergi. Aku
sudah jauh-jauh datang ke sini. Jangan hentikan aku sekarang.
Jangan hentikan aku ketika masih ada banyak pilihan terbuka.
Tidak saat ini, belum."
Molly berdiri di tempatnya, tangannya naik ke salib yang ada
di lehernya. "Bagaimana dengan Freya?"
"Yah, dalam keadaan ideal, dia akan naik penerbangan pertama keluar dari sini," jawabnya. "Tetapi dari apa yang aku
perhatikan sejauh ini, dia tidak akan kabur diam-diam."
Kiernan melipat lengannya. Hening lagi.
"Baiklah," katanya enggan. "Pergi dan bicaralah kepada
Fadawi. Coba lihat apakah dia tahu sesuatu. Tetapi kalau bukan
sesuatu yang penting?"
316 | PAUL SUSSMAN "Maka aku keluar dari sini. Janji hantu."
Flin mengangkat tangannya ke keningnya seolah sedang
memberi hormat. Kiernan tersenyum, mengusap bahu Flin lagi dan berjalan melintasi ruangan. Setelah mengangkat telepon nirkabel dari pegangannya di rak buku di sisi pintu, dia menghilang di balik dapur.
Sesaat kemudian suaranya baru terdengar: tajam, profesional,
menginstruksikan seseorang untuk mempersiapkan dua paspor
darurat dan memeriksa ketersediaan semua penerbangan yang
akan keluar dari Kairo selama dua belas jam berikutnya.
Flin benar, Freya tidak kabur diam-diam.
Dia muncul kembali sepuluh menit kemudian, memakaia
pakaian yang diberikan oleh Kiernan"celana jins, kemeja,
rompi kardigan, serta sepatu kets berbahan karet dan kanvas.
Pakaian itu terasa pas, walaupun dia harus menggulung bagian
bawah celana itu; kemeja dan kardigannya terlalu ketat. Dia tak
mau repot-repot mengenakan branya, yang berukuran tiga kali
lebih besar daripada ukurannya.
Ketika Kiernan menjelaskan apa yang sudah diputuskan,
bahwa demi keselamatan dirinya dia akan terbang dengan
penerbangan berikut yang tersedia untuk keluar dari Mesir, dia
menolak. Freya bersumpah untuk tetap di sini untuk kakaknya,
katanya, dan tidak akan pergi ke mana-mana sampai dia melihat
Girgis berada di sel tahanan atau di dalam peti mati. Mereka
mencoba membujuknya, dengan mengatakan bahwa tidak ada
yang dapat dia lakukan yang belum selesai dikerjakan, tetapi dia
tidak memedulikannya dan memaksa untuk pergi bersama Flin.
"Begini duduk perkaranya," katanya, sambil berdiri di tengah
ruangan dengan kedua tangannya di pinggulnya. "Pilihannya,
kita bekerja sama atau aku akan pergi ke polisi. Atau kau tetap
menahanku di sini dan menentang keinginanku, silakan coba
kalau berani." Da menjejakkan kakinya dan mengencangkan kepalan
THE HIDDEN OASIS | 317 tangannya seolah siap berkelahi. Kiernan menggeleng tak sabar.
Flin tersenyum. "Aku pikir kita sedang berjuang dalam pertempuran tanpa
hasil, Molly. Freya dan aku akan pergi dan menemui Fadawi, dan
jika tidak ada hasilnya kami akan terbang dan pergi bersama."
Kiernan masih tampak tidak senang?"Ya ampun, kita tidak
sedang tawar-menawar dalam sebuah bazar di sini!?"tetapi
Freya tak dapat digoyahkan dan akhirnya wanita itu terpaksa
mengalah. "Seperti berurusan dengan sepasang anak nakal," gerutunya.
"Hebat sekali jika aku bisa menegosiasikan bagaimana menjalankan operasi intelijenku sendiri."
Dia terdengar lebih kesal daripada yang terlihat, dan walaupun suaranya tajam, ada sorot senang dalam matanya.
"Tolong jangan membuatku menyesal dalam hal ini," katanya.
Flin kemudian mandi dan berganti pakaian, yang agak
kurang pas melekat di tubuhnya daripada yang dikenakan Freya.
"Aku terlihat seperti anggota klub homo," dia menggerutu,
sambil menunjuk kemeja longgar berwarna merah jambu dan
celana jins berbordir. Setelah meraih tas selempangnya, Kiernan
kemudian menemani mereka turun dan keluar dari gedung itu.
Beberapa blok di sepanjang jalan itu, terparkir sebuah Cherokee
Sport perak di samping area bermain anak-anak.
"Kau boleh membawa mobilku," katanya, memberikan kunci
kepada Flin, dan menyentuh surat izin di bagian dalam kaca
depan. "Mobil ini punya ID Kedutaan, jadi bisa melewati pos
pemeriksaan keamanan di mana pun tanpa banyak pertanyaan.
Kau punya uang?" Flin mengangguk. "Kalau apa yang kau ceritakan kepadaku itu benar, sebaiknya
tak usah mengontak ponselku sejak saat ini. Atau nomor yang
lain juga." 318 | PAUL SUSSMAN "Jadi bagaimana aku bisa mengontakmu?"
Kiernan mengambil buku kecil dan pulpen dari dalam tasnya,
merobek selembar kertas dan menuliskan angka di sana.
"Sampai aku memeriksa semuanya, kau bisa meninggalkan
pesan di nomor ini. Ini layanan yang aman, tidak seorang pun
tahu apa pun tentang nomor ini selain aku, kecuali kalau mereka
memang memonitor semua jalur telepon masuk dan keluar
Mesir, maka semuanya akan baik-baik saja."
Molly memberikan nomor dan mereka masuk ke dalam Jeep.
Setelah duduk di belakang kemudi, Flin menyesuaikan tempat
duduk pemnegmudi, menyalakan mesin, dan menurunkan kaca
jendela. "Tetap saling kontak, ya," kata Kiernan. "Dan hati-hati."
"Kau juga hati-hati," kata Flin.
Setelah tidak ada lagi yang dikatakan, Flin mengangguk dan
memasukkan persneling otomatis ke posisi Drive dan mereka
mulai bergerak. Kiernan memanggilnya.
"Ini tidak ada hubungannya dengan wanita itu, Flin. Kau
tidak berutang apa pun kepada siapa pun. Ingat itu. Semuanya
sudah masa lalu." Flin membunyikan klakson dan, tanpa menengok ke belakang, mulai melaju dan membelok di sudut jalan, mengabaikan
tatapan Freya yang penuh tanda tanya.
Kiernan menunggu sampai mobil itu menghilang sebelum
merogoh tasnya dan mengangkat ponselnya.
"Sialan," dia menggerutu. "Kenapa" Sialan!"
Cy Angleton memiliki sepucuk senjata, Colt Series 70"benda
yang cantik, berlapis nikel, dan dengan gagang terbuat dari kayu
yang dihiasi butir-butir platinum kecil dan mutiara. Pistol itu
THE HIDDEN OASIS | 319 diberikan kepadanya beberapa tahun lalu oleh seorang pengusaha
Saudi sebagai imbalan untuk layanan yang diterimanya, dan
seperti sebagian orang yang senang memberi nama untuk mobil
atau rumah mereka, menganggap mereka bukan benda mati
tetapi sebagai manusia, pistol Angleton pun memiliki nama.
Pistol itu disebut dengan nama Missy, nama seorang gadis
berwajah bintik-bintik yang duduk di belakangnya di kelas
ketika dia masih kanak-kanak dan orang yang memperlihatkan
kepadanya kebaikan, yang tidak meledek ukuran tubuh dan
suaranya dan segala macam penyakitnya.
Walaupun dia berlatih secara teratur dengan Missy"menembak kaleng di pagar, membolongi lembar sasaran pada areal
tembak miliknya"dan selalu membawanya ke mana pun dia
pergi di dunia ini, dia tidak pernah sekalipun menggunakan
Missy dalam situasi operasional. Hampir menggunakannya pun
tidak pernah. Dia lebih suka menyimpannya di bagian bawah
kopernya seperti seorang bayi dalam ranjangnya, selalu tahu
bahwa pistolnya berada di sana bila diperlukan.
Malam ini berbeda. Malam ini dia mengeluarkan Missy,
membersihkan dan meminyakinya, memasukkan mesiu baru
dan menyelipkannya ke dalam sarung pistol yang terbuat dari
kulit lembut rusa yang disilangkan di bahu di bawah jaketnya.


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di sanalah dia saat ini beristirahat, berbantal gumpalan daging
tepat di bawah jantungnya, menemani pria itu saat dia duduk
di mobil sewaannya dan mengawasi Brodie dan gadis itu naik ke
Cherokee dan meluncur di jalan di depannya.
Dia telah menguntit Kiernan ke sini lebih dahulu malam itu.
Mudah sekali membuntuti wanita itu walaupun lalu lintas Kairo
sangat padat, dan dia menjaga jarak dengan Kiernan sepanjang
jalan, menempel sepanjang tiga atau empat mobil di belakangnya
dan parkir di sisi jalan ketika Kiernan menghilang masuk ke blok
apartemen. Dia belum tahu tentang itu"wanita itu cerdas dan
licin. Dua puluh menit kemudian Brodie dan gadis itu muncul,
sesuai dengan "rasatnya bahwa mereka akan tiba, ketiganya
tetap tinggal di dalam "at selama satu jam terbaiknya sebelum
320 | PAUL SUSSMAN mereka muncul kembali dan pasangan yang lebih muda naik ke
Cherokee. Yang meninggalkan dirinya dengan dilema. Haruskah
dia tetap menempel di sana dan mengawasi apa yang dilakukan
Kiernan, atau mengikuti mobil itu" Dia menyalakan mesin dan
menepuk Missy, sadar bahwa dia harus memutuskan sesuatu
dengan cepat. Mereka sudah waspada terhadapnya, itu yang diyakini oleh
Angleton. Mengapa pula Brodie menulis pesan kepada Kiernan
dengan kode tertentu, pertama kalinya dia melakukan hal seperti
itu" Bagaimana mereka bisa waspada terhadapnya Angleton tidak
begitu yakin, tetapi dugaannya lebih merupakan kecurigaan
umum daripada fakta yang spesi"k.
Ini masih berupa gangguan, gangguan yang kuat, jika bukan
yang tidak diperkirakan sama sekali. Segalanya mulai berpacu
dan menyempit, seperti selalu dilakukan oleh mereka dalam
pekerjaan seperti ini. Pertama berupa pengejaran diam-diam, permainan kucing dan tikus, kemudian pengejaran habis-habisan,
dan, akhirnya menangkap dan membunuh"walaupun siapa
yang akan berakhir dengan kematian dalam kasus ini masih
belum jelas. Itulah sebabnya dia ingin Missy berada bersamanya.
Semuanya, dia merasa, sepertinya akan menjadi keras dan kasar.
Mungkin juga sudah. Cherokee itu membelok di sudut jalan dan menghilang dari
pandangan. Angleton sangat ingin tahu apa yang terjadi dengan
Kiernan. Masih banyak potongan yang hilang. Tetapi untuk sesaat
lamanya nalurinya berkata bahwa dia harus membuntuti Brodie
dan Hannen. Setelah melihat ke jalan yang disinari lampu"
apakah dia sedang membayangkannya atau Kiernan yang sedang
cemberut memandang ponselnya?"dia mengejar Jeep itu, satu
tangan pada setir sementara tangan yang lain menekan tombol di
ponselnya dan menempelkannya di telinganya.
Di dalam kantornya yang berpanel kayu, Girgis meletakkan
gagang telepon dan duduk condong ke depan, sambil menyatukan kedua tangannya di atas meja.
THE HIDDEN OASIS | 321 "Bersantailah, saudara-saudara. Aku rasa kita akan melewati
malam yang panjang."
Di depannya, Boutros Salah, Ahmed Usman, dan
Mohammed Kasri sedang duduk di kursi berlengan kulit dengan
sandaran tinggi. Salah menggoyang-goyangkan segelas brandy,
Usman dan Kasri meneguk teh.
"Itu saja?" desis Salah dengan suara serak karena terlalu
banyak merokok. "Kita duduk dan menunggu?"
"Ya, itu saja," jawab Girgis. "Aku anggap helikopter sudah
penuh dengan bahan bakar" Peralatan siap untuk dimuat?"
Salah mengangguk. "Maka tidak ada lagi yang bisa kita lakukan."
"Dan jika mereka hanya berputar-putar mengecoh kita?"
"Maka kita biarkan saja si kembar melakukan apa yang terbaik
yang bisa mereka lakukan," kata Girgis, sambil menggerakkan
kepala ke salah satu layar CCTV yang menempel di sepanjang
sisi dinding. Kedua bersaudara itu terlihat sedang bermain bilyar
di ruang lantai bawah. "Aku tak suka ini," kata Salah menggerutu. "Aku tak suka,
Romani. Mereka bisa saja segera tinggal landas."
"Kau punya saran yang lebih baik?"
Salah bergumam tak jelas, meneguk brandy-nya dan menhisap
rokok yang ada di tangan yang lain.
"Kalau begitu kita tunggu saja," kata Girgis, sambil mundur
dan melipat lengannya. "Kita duduk dan menunggu."
Sembilan puluh menit sebelumnya, menyusul kaburnya
Brodie dan gadis itu dari Manshiet Nasser, dia mengalami
ayan"menjerit dan berteriak, menggaruk tubuhnya seolah
ribuan serangga kecil sedang menggerayangi seluruh permukaan
kulitnya. Kini dia sudah tenang, percaya diri, terfokus"tak
dapat dikenali. Ini salah satu sisi karakternya yang diketahui oleh
orang-orang di sekelilingnya paling membingungkan: bagaimana
kemarahan menggelegar tiba-tiba bisa secara halus berubah
322 | PAUL SUSSMAN menjadi sosok yang serius sebelum tiba-tiba berubah lagi ke
suasana hati lain. Ini membuatnya tak mungkin diprediksi, atau
mengetahui bagaimana berurusan dengannya. Hal ini membuat
anak buahnya terus menerus salah. Dan Girgis suka begitu.
Seorang pelayan membawa teh lagi dan empat pria itu
sekali lagi memeriksa detail logistik, memastikan bahwa semua
elemen operasi siap di tempatnya jika dan kapan pun informasi
baru muncul. Sesudah itu, Kasri dan Usman berlalu"Kasri
menuju perpustakaan untuk bekerja dengan laptop-nya, Usman
menghibur diri dengan salah seorang perempuan yang selalu
disiapkan Girgis untuk melayani tamu dan rekannya"meninggalkan Girgis dan Salah berdua saja di ruang kerja.
"Aku tetap tidak suka ini," kata Saleh, sambil mematikan
rokok dan langsung menyalakan yang lain dengan korek api
yang tergantung di rantai di lehernya. "Malah jadi terlalu banyak
risiko." Girgis tersenyum. Mereka telah bersama sekian lama, dia
dan Boutros. Kasri sudah bersama dengannya selama dua puluh
tahun, Usman baru tujuh belas tahun. Salah, di lain pihak,
sudah bergabung sejak awal, keduanya tumbuh bersama di
permukiman kumuh di Manshiet Nasser yang sama. Di sana
pada awalnya, dan masih sampai sekarang, orang kepercayaan
terdekatnya, seseorang di dunia ini yang dia pandang pantas dipanggil sahabat, walaupun jika memang harus, Girgis tidak akan
berpikir dua kali untuk memenggal lehernya. Tidak ada ruang
untuk berbelas kasihan dalam bisnis ini.
"Semuanya tetap terkendali, Boutros," katanya. "Jika ada kabar
apa pun tentang Brodie, kita akan lebih dulu mengetahuinya."
"Dia sudah menghabisi empat anak buah kita, demi setan.
Tidak ada yang boleh sembarangan melakukan itu. Tidak ada!
Kita harus mencongkel mata bedebah itu, bukan malah duduk
di sini sambil ongkang-ongkang kaki."
Girgis lagi-lagi tersenyum. Dia bangkit dari duduknya dan
menepuk-nepuk bahu rekannya itu.
THE HIDDEN OASIS | 323 "Percayalah, Boutros, kita akan mengambil matanya, jarinya,
juga zakarnya. Dan mata gadis itu juga, sebagai hukuman yang
pantas. Tetapi tidak sampai kita menemukan oasis itu. Saat ini
beginilah keadaannya. Sekarang bagaimana kalau kita main
backgammon2?" Salah masih terus menggerutu beberapa saat, sebelum dia
juga tersenyum pada akhirnya.
"Seperti dulu," katanya.
"Seperti dulu," ulang Girgis, duduk di salah satu kursi kulit
dan membuka kotak marquetry3 dari bawah meja sudut di antara
mereka. "Ingat papan yang biasa kita mainkan ketika kita masih kanakkanak?" tanya Salah, sambil membantunya mengatur potongan.
"Yang diberikan oleh pastor Francis tua itu kepada kita."
"Apa yang terjadi kepada pastor Francis?" tanya Girgis, mengatur sisi papannya.
"Ya ampun, Romani! Kita sudah menyingkirnya, kau lupa"
Setelah dia menemukan obat bius, dan mengatakan dia akan
melaporkan kita." "Tentu, tentu. Orang bodoh."
Mereka selesai mengatur papan. Girgis menjatuhkan dadu ke
dalam pengocok kulit, kemudian melemparkannya. Enam-enam.
Dia tertawa. Tampaknya akan menjadi malam keberuntungan
baginya. Backgammon: sebuah permainan papan untuk dua pemain. Setiap pemain memiliki lima belas biji yang digerakkan di atas papan yang terdiri dari dua puluh
empat segitiga menurut lemparan dua dadu. Tujuan permainan adalah menjadi
pemain pertama yang menempatkan semua bijinya di luar papan permainan.
Marquetry: seni dan kerajinan dalam menghias struktur kotak dengan potongan-potongan kayu halus untuk membentuk pola-pola dekoratif, desain,
atau gambar. 324 | PAUL SUSSMAN Saat itu pukul 20.30, ketika Flin dan Freya meninggalkan apartemen. Masih merasa takut Girgis mungkin, entah bagaimana,
berhasil melacak mereka, Flin berputar-putar selama sepuluh
menit, membelok secara tajam dan tiba-tiba ke kiri dan ke
kanan, terus menerus melirik ke kaca spion untuk memastikan
mereka tidak sedang diikuti. Akhirnya, setelah kian kemari
berkeliling, mereka kembali ke jalur mobil yang sama yang
sudah mereka lalui dengan taksi sebelumnya"atau paling tidak
jalan yang terlihat sama bagi Freya, dia tidak bisa memastikan.
Mereka melanjutkan perjalanan selama beberapa menit lagi
sebelum tiba-tiba, yang membuat Freya panik, pria Inggris itu
membanting setir dengan keras ke kiri.
"Apa yang kau lakukan!" jerit Freya, sambil berpegangan
pada dasbor ketika mereka menerobos celah pada pembatas jalan
dan masuk ke jalur yang berlawanan arah, lampu depan menyala
seperti api. Terjadi teriakan amarah ketika sejumlah mobil dan
truk bak terbuka terdesak keluar dari jalur mereka, Flin menyeringai saat dia membawa Jeep itu melawan arus kendaraan
yang datang dari depan dan arah yang salah di jalan yang licin.
Mereka meluncur melintasi jalan raya lain yang padat"lampu
depan yang semakin deras dan klakson yang menjerit marah"
dan lahan rumput yang teratur dan kembali ke aliran lalu lintas
yang bergerak dengan arah yang sama seperti sebelumnya. Flin
melambat dan masuk ke jalur tengah, sambil memerhatikan sisi
belakang melalui kaca spion.
"Maaf," katanya, sambil melirik penuh penyesalan kepada
Freya. "Aku hanya ingin memastikan."
Freya tidak menjawab, takut dia akan muntah kalau membuka
mulut. Bergantungan di permukaan tebing batu setinggi tiga
ratus meter tampaknya tidak akan dianggap keberanian lagi.
Mereka kembali ke pusat Kota Kairo dan menelusuri Sungai
Nil, memilih jalan besar dan padat di sisi yang lain. Akhirnya,
setelah beberapa kali tersendat dan terjebak macet, mereka
berkendara ke luar melewati Piramida dan wilayah kota pun tertinggal di belakang mereka, pemandangan proyek pembanguan
THE HIDDEN OASIS | 325 perumahan dan gedung-gedung apartemen mengantar mereka
ke padang pasir yang kosong dan semak belukar, lampu terang
dan neon beralih ke bentangan padang pasir yang disinari cahaya
bulan berwarna monokrom. Semuanya menjadi sangat tenang
dan sangat hening, satu-satunya suara adalah deru lembut mesin
mobil dan desis roda pada jalan aspal. Sebuah rambu yang baru
terlewati menginformasikan jarak 213 kilometer lagi menuju
Alexandria. Mereka memacu kecepatan.
"Kau mungkin ingin mendengarkan musik," kata Flin,
sambil menepuk rak CD di bawah stereo Jeep. "Perjalanan kita
masih jauh." Freya meneliti isi rak, menelusuri berbagai kompilasi himne
dan khotbah"tampaknya cukup banyak"sebelum memilih
Slow Train Coming-nya Bob Dylan. Dia memasukkan cakram
itu, lalu petikan gitar dan bas rendah perlahan menggema dari
pengeras suara, memainkan lagu pertama.
"Jadi, siapa Hassan Fadawi itu?" tanyanya, sambil menyandar
dan meletakkan telapak kakinya di dasbor. Sinar lampu belakang
mobil depan yang terputus-putus semakin jauh di depan
mereka"sinar merah kecil larut di dalam bentang gelap malam
berbintang. "Seperti yang pernah aku katakan kepadamu di museum, dia
adalah orang yang menemukan lontar Imti-Khentika," jawab
Flin, sambil menyalakan lampu sein dan mendahului sebuah
truk bak terbuka. "Seorang arkeolog terbesar yang pernah dimiliki oleh negeri ini. Legenda hidup."
"Temanmu?" Tangan Flin tampak menggenggam setir lebih ketat lagi.
"Teman di masa lalu, lebih tepatnya," katanya setelah jeda
sejenak, ada ketegangan dalam suaranya, seolah topik pembicaraan itu menyakitkannya. "Sekarang dia ingin memotong zakarku
dan membunuhku. Dengan pembenaran tertentu, tepatnya."
Freya menatap Flin, menaikkan alisnya, memintanya untuk
bercerita lebih banyak lagi. Tapi Flin tidak melakukannya, tidak
326 | PAUL SUSSMAN langsung, hanya menyalakan lampu sein lagi, kali ini mendahului sebuah taksi yang penuh sesak dengan perempuan berjubah hitam di bangku belakangnya. Nada sengau dan murung
dalam suara Dylan mengisi suasana Cherokee itu. Papan iklan
raksasa terlewati, mengiklankan Bank of Alexandria, Pharaonic
Insurance, Chertex Jeans, dan Osram Light Bulbs yang terlihat
sesaat dalam sorotan lampu depan mobil sebelum menghilang
kembali. Freya mulai berpikir bahwa percakapan itu telah selesai
ketika, sambil desahan, Flin meraih tombol stereo dan menurunkan volume suara musik.
"Sampai saat ini aku hanya pernah melakukan dua kesalahan
yang benar-benar malapetaka dalam kehidupanku," katanya.
"Tiga, jika kau menghitung tidur dengan istri pemilik rumah di
sekolah. Dan dari semua kesalahan itu yang paling baru adalah
menyebabkan Hassan Fadawi meringkuk di penjara."
Flin memundurkan tubuhnya dari setir dan merentangkan
lengannya, agak meringis. Apakah karena tidak suka mengenang
peristiwa itu kembali atau karena lengan bawahnya yang terluka
terasa sakit, Freya tak yakin yang mana. Sebuah truk lewat dari
arah yang berlawanan, hentakan area bertekanan udara rendah
menyebabkan Cherokee sedikit membelok dan bergoyang. Keheningan lagi.
"Kami bertemu ketika aku masih kuliah sarjana di Cambridge,"
akhirnya Flin berkata, matanya terpaku ke jalan di depannya,
suaranya rendah. "Ironisnya, hampir bertepatan dengan jatuhnya
konsinyasi uranium Girgis ke Oasis Tersembunyi. Hassan berada
di universitas itu setelah mendapat beasiswa untuk penelitian
selama setahun dan kami saling mengenal. Dia mengajakku
ikut serta dalam aktivitasnya, menjadi semacam mentor"
mengajarkan aku apa pun yang kini aku tahu tentang arkeologi
lapangan. Karena beda usia, hubungan kami tidak pernah benarbenar sejajar, dan dia kadang bisa menjadi orang berengsek yang
sulit dihadapi ketika menginginkan sesuatu, tetapi kau akan
segera memaafkannya karena dia itu cendekiawan yang hebat
dan cemerlang. Aku tak akan bisa meraih gelar Ph.D-ku tanpa
THE HIDDEN OASIS | 327 bantuannya. Dan ketika karierku di M16 berjalan tersendat,
Hassan-lah yang menarikku untuk mengajar di American
University, membujuk Supreme Council of Antiquities untuk


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberiku konsesi penggalian di luar Gilf. Bisa dibilang, dia
telah menyelamatkan karierku."
"Lalu kenapa kau membuatnya meringkuk di penjara?"
Flin menunjukkan wajah kesal kepada Freya.
"Ya, aku tentu saja tidak melakukannya dengan sengaja.
Lebih sebagai?" Dia menghela tangannya, mencoba menemukan kata yang
tepat. Dia tidak menemukannya dan justru beringsut untuk
merendahkan kaca jendela elektrik beberapa sentimeter, rambutnya berkibar dalam tiupan angin.
"Peristiwa itu terjadi tiga tahun lalu," lanjutnya. "Aku bekerja
dengan Hassan dalam salah satu proyeknya di Abydos, menggali
kembali lingkungan pemakaman Khasekhemwy"aku tak
akan membuatmu bosan dengan cerita detailnya. Kira-kira
setelah separuh jalan, dia diminta untuk membantu dalam
tugas konservasi di Kuil Seti I, monumen utama di Abydos.
Supreme Council memerlukan laporan tentang kondisi tempat
suci internal di dalam kuil itu, Hassan sudah berada di situs, dia
berpengalaman dalam hal semacam itu?"
Flin berhenti bicara, melambat dan membunyikan klakson
ketika sepasang unta berbulu shaggy muncul dalam sorotan
lampu depan Cherokee, berjalan menyeberangi jalan raya. Terkejut, hewan itu membalik dan berlari kembali ke padang apsir.
"Untuk menyingkat cerita yang panjang dan menekan ini,"
Flin mulai bercerita lagi setelah unta terlewati, "Hassan pergi
untuk bekerja di kuil Seti dan aku mengambil alih pelaksanaan
harian di penggalian Khasekhemwy. Hampir saat itu juga aku
mulai memerhatikan bahwa berbagai benda hilang dari magazine
kami"pondok penyimpanan yang aman tempat kami menyimpan semua benda yang ditemukan di situs. Aku memberi tahu
inspektur situs kami, dia mengawasi ruang penyimpanan itu,
328 | PAUL SUSSMAN dan empat malam kemudian mereka menangkap seseorang sedang menggeledah di dalam, mengambil beberapa benda."
Freya beringsut di tempat duduknya sehingga dia kini dapat
menatap langsung ke arah Flin.
"Fadawi?" tanyanya.
Flin mengangguk, sinar lampu dasbor menyinari wajahnya
dengan kilau menakutkan. "Hassan mengatakan bahwa dia mengambil obyek hanya
untuk dipelajari," katanya. "Bahwa dia selalu mengembalikan
benda itu lagi. Tetapi ketika memeriksa kamarnya, mereka
menemukan banyak benda lain yang disembunyikan di dalam
beberapa tas miliknya dan baru saja diangkut dari ruang penyimpanan. Tampaknya dia telah mencuri berbagai benda selama
puluhan tahun, dari setiap situs yang digalinya. Ratusan benda,
mungkin juga ribuan. Bahkan beberapa potongan Tutankhamun
pernah dia curi ketika bekerja di museum Kairo."
Flin menggelengkan kepalanya, memegang kemudi erat-erat
ketika truk lain dari arah berlawanan lewat dalam perjalanan
kembali ke Kairo, lampu depannya bersinar penuh, sedikit
membuat mereka gamang. Jauh di sisi kanan mereka ada semacam perkemahan militer: baris demi baris pondok penuh
lampu dikelilingi oleh kawat berduri dan dengan sederetan tank
berwarna pasir yang terparkir di sisi gerbang utama, meriamnya
mengarah ke jalan dan tampak menyeramkan.
"Legenda atau bukan, otoritas Mesir bersikap cukup tegas
terhadap pencurian barang antik," lanjut Flin. "Ada pengadilan,
aku harus memberikan kesaksian, mereka memutuskan untuk
memberikan hukuman percobaan baginya. Mereka memutuskan
hukuman enam tahun, dan melarangnya melakukan penggalian
lagi. Ini hukuman yang menyakitkan bagi seorang pria yang
seluruh hidupnya diabdikan untuk arkeologi."
Flin menggelengkan kepalanya lagi, mengusapkan tangannya
pada rambutnya dan menggosok bagian belakang lehernya.
"Dan seakan semua itu belum cukup buruk, entah bagaimana Hassan yakin bahwa akulah yang telah merekayasa
THE HIDDEN OASIS | 329 semua ini. Menjerumuskannya ke dalam penjara karena aku
ingin mengambil alih penggaliannya. Aku sudah mencoba menemuinya di penjara, menjelaskan segalanya, mengatakan betapa
menyesalnya aku, tetapi saat melihatku dia jadi gila, menjerit
dan berteriak"para penjaga mengusirku keluar. Aku tidak
pernah melihat atau mendengar tentang dia lagi sejak itu. Hanya
mendapat kabar bahwa dia telah keluar dari penjara beberapa
hari yang lalu. Dalam keadaan hancur, tentu juga."
Flin melambatkan kendaraan ketika blokade polisi dengan
lampu sangat terang terlihat di depan mereka; hanya beberapa
gentong diatur di sepanjang jalan raya dengan sepasang rumah
penjaga berlantai satu di kedua sisinya. Sebuah mobil sedang
digiring oleh seorang polisi penjaga blokade. Flin mengikuti di
belakangnya dan berhenti. Setelah menurunkan kaca jendela,
dia berbicara kepada seorang penjaga dalam bahasa Arab dan
memperlihatkan ID Kedutaan Besar di kaca depan. Ada pembicaraan sedikit dan kemudian mereka juga dipersilakan melanjutkan perjalanan, polisi menuliskan nomor registrasi di clipboard yang dipegangnya.
"Menurutmu dia akan membantu kita?" tanya Freya begitu
mereka diperbolehkan melanjutkan perjalanan, meneruskan
pembicaraan yang terhenti. "Setelah segala yang terjadi" Kau
mengira seperti itu?"
"Terus terang?"
"Terus terang."
"Tidak untuk saat ini. Aku telah meluluhlantakkan kehidupan
pria itu, demi Tuhan. Mengapa dia ingin membantuku?"
"Kalau begitu kenapa kita pergi menemuinya?"
"Karena Hassan Fadawi mengatakan kepada seorang rekanku
bahwa dia mengetahui sesuatu tentang oasis itu, dan dengan
lima puluh kilo uranium berkadar tinggi yang dapat dikuasai,
aku pikir bahkan kesempatan sekecil apa pun layak dicoba."
Flin menatap Freya, kemudian pandangannya ke depan lagi,
membunyikan klakson dan menyusul sebuah mobil yang tadinya
330 | PAUL SUSSMAN berada di depan mereka di pos pemeriksaan. Freya menurunkan
kakinya ke bawah dari dasbor dan, sambil menyorongkan badan,
menaikkan volume CD. Suara Dylan yang meratap pilu kembali
memenuhi bagian dalam Jeep itu, menyanyikan sesuatu tentang
kekerasan dan Mesir, yang dalam keadaan itu tampaknya sesuai
benar. Dia melirik jam pada dasbor"21.35, mereka telah berada
di jalan selama lebih dari satu jam"dan menyandarkan kepalanya ke jendela. Padang pasir dengan sinar bulan terlewati, suram
dan biasa. Jauh di sana, lidah api oranye kecil berkedip di dekat
cakrawala"semacam kilang minyak atau gas, duganya.
"Apa kesalahan pertamamu?"
"Hmm?" "Kau bilang kau membuat dua kesalahan besar dalam kehidupanmu. Apa yang pertama?"
Flin tidak menjawab, hanya menginjak pedal gas lebih dalam,
speedometer Cherokee itu menaik melewati 140 km/jam.
"Hanya tinggal lima belas menit lagi," katanya.
Kairo KABAR tentang Angleton, yang didengar setelah dua puluh tiga
tahun perjanjian proyek rahasia Sand"re dilanggar, benar-benar
sesuatu yang tidak terduga sama sekali oleh Molly Kiernan, tidak
sedikit pun, karena dia dan rekan-rekan kerjanya telah sangat
berhati-hati untuk memastikan seluruh operasi itu tetap tertutup rapat.
Namun demikian, begitu kejutan awal itu berlalu dengan
cukup cepat, dia berusaha keras bersikap seperti biasanya: kokoh,
terfokus, tak bisa diusik. Molly Marble, begitu panggilan canda
Charlie terhadapnya, "Keras bagai batu dan cantik.".
Dia telah melakukan panggilan telepon yang diperlukan ke
AS" ponselnya hanya satu dari banyak saluran komunikasi yang
THE HIDDEN OASIS | 331 tersedia untuknya " mengingatkan setiap orang yang perlu diingatkan tentang apa yang sedang terjadi, menyebarkan nama
Angelton untuk diselidiki lebih lanjut. Dan ketika pikiran dan
doanya selalu bersama Flin dan Freya, Angleton-lah yang paling
mengisi pikirannya sekarang ketika dia duduk di kursi belakang
taksi dalam perjalanan pulang ke bungalonya di distrik Maadi
di kota itu. Siapa orang itu" Mengapa dia terlibat" Apa yang dia
inginkan" Kiernan mengenggam kartu nama yang diberikan
Flin, berkomat-kamit mengucapkan nama itu pelan-pelan.
Kemudian, setelah merogoh tasnya, dia mengambil Alkitab
Raja James ukuran saku yang selalu dibawanya"hadiah ulang
tahunnya yang ke-31 dari kekasihnya Charlie"dan membuka
halamannya sampai tiba di Mazmur 64.
"Pelihara hidupku dari rasa takut terhadap musuh," dia mengulang-ulangnya, lampu jalan yang terlewati menyorot kertas
dengan garis-garis sinar dan bayangan. "Sembunyikan aku dari
nasihat jahat, pemberontakan para pengabdi ketidakadilan yang
mengasah lidah mereka seperti sebilah pedang."
Dia membacanya kembali, kemudian membuka beberapa
halaman berikutnya, ke bagian awal Kitab Nahum:
"Tuhan cemburu dan Sang Penguasa mendendam. Tuhan
akan membalas dendam kepada musuhnya dan Dia menyimpan
kemurkaan terhadap musuhnya."
Dia mengangguk, menutup alkitab dan memeluknya ke
dadanya. "Sangat benar," bisiknya.
Jalan Menuju Alexandria HAMPARAN dataran di kedua sisi Highway 11, jalan utama
antara Kairo dan Alexandria, hampir seluruhnya berupa padang
pasir"bentangan pasir dan kerikil yang rendah dan tak menarik
332 | PAUL SUSSMAN yang dilintasi jalan raya yang mengiris di atasnya seperti sebuah
garis jahitan pada kain kasar yang sangat luas. Meskipun
demikian, kadangkala, entah dari mana, tiba-tiba muncul bidang
hijau yang tampak aneh dengan sekelilingnya"lapangan golf,
rimbunan pohon kurma, kebun yang indah"menyingkirkan kekosongan untuk jarak singkat tertentu sebelum tiba-tiba samasama menghilang seolah tersapu oleh gelombang padang pasir
yang tak tertahankan. Ketika mereka tiba di lahan kehijauan, yaitu perkebunan
pisang yang luas, Flin memperlambat laju Cherokee dan membelok ke kanan ke jalur berdebu yang tegak lurus dengan jalan
utama. Dinding dedaunan hijau yang terkulai menekan di
sekitar mereka seperti tirai, bercabang-cabang buah-buahan
ranum tampak bergelantungan di antara dedaunan.
"Keluarga Hasan pernah menjadi pengusaha ekspor pisang
terbesar dari Mesir," jelasnya ketika mereka tersentak-sentak
di sepanjang jalan, kegelapan menunggu di depan mereka dan
disoroti kilasan lampu depan Jeep. "Lahan itu terjual beberapa
dekade lalu dengan keuntungan yang sangat besar. Itulah sebabnya mengapa Fadawi selalu mampu mendanai kegiatan penggaliannya sendiri. Serugi-ruginya, dia tidak akan kelaparan."
Mereka terus tersentak-sental, jalur di belakang mereka menghilang ditelan kabut debu,. Ngengat dan serangga malam lain
terbentur pada kaca depan mobil, memulas kaca. Setelah sekitar
satu kilometer, perkebunan pisang berganti dengan pepohonan
mangga yang kemudian tampak seakan berubah mendadak
menjadi tiang pancang pagar yang rendah. Jauh di baliknya,
bermandi sapuan sinar bulan yang aneh, lapangan rumput yang
terawat rapi dan tak biasa merentang ke arah sebuah rumah
besar dengan cat kapur berdaun jendela dan alat penunjuk
arah angin di atapnya. Flin mengikuti jalur di sekitar lapangan
rumput dan berhenti di area parkir di depan sebuah bangunan,
dan mematikan mesin. Lampu menyala di salah satu ruangan
di lantai bawah; penerangan tipis menyembul di antara rongga
pada daun jendela. THE HIDDEN OASIS | 333 Selama beberapa saat, dia tetap duduk di tempatnya, jarijarinya mengetuk-ngetuk kemudi seolah enggan meninggalkan
Cherokee. Satu-satunya suara adalah derik jengkerik dan derak
serta denting logam pendingin. Kemudian, setelah membuka
pintu, dia keluar, dan jejak kakinya menimbulkan gemerincing
pada kerikil yang dipijaknya.
"Mungkin sebaiknya kau tunggu di sini saja," katanya,
sambil menatap Freya. "Aku akan menemuinya dan berbicara
dengannya. Dan jika segala sesuatunya berjalan lancar, aku akan
kembali dan menjemputmu."
"Kalau tidak?" "Aku pikir kita pergi ke bandara saja."
Flin memukul atap Jeep pelan, menguatkan diri, kemudian
berbalik dan berjalan menuju pintu depan, dan baru mencapai
sekitar separuh jarak sebelum tiba-tiba dirinya dikepung oleh
kilasan cahaya saat lampu keamanan menyala. Pada saat yang
hampir bersamaan rentetan suara pistol yang memekakkan
telinga memecah keheningan malam dan tanah yang dipijaknya
meledak dan memercikkan debu dan kerikil ke atas. Flin diam
tak bergerak, kemudian melangkah mundur dengan sangat
hati-hati. Tembakan lain merobek tanah tepat di belakangnya.
Dia diam kembali. Ada bunyi klik senjata yang dibuka, dan kemudian sebuah suara: berat dan bergetar.
"Oh Tuhan, inilah keadilan yang manis. Oh Tuhan, ini
sungguh manis!" Sosok seseorang muncul dari dalam kegelapan di sisi
bangunan, hanya berbalut sepasang piyama longgar, memasukkan
peluru ke dalam laras kembar senjata api yang tampak kuno. Dia
melangkah maju ke tepi lingkaran sinar yang terpantul dari
lampu keamanan dan berhenti, mengokang senjatanya dan
mengangkatnya sejajar bahunya. Dia mengarahkannya secara
langsung ke kepala Flin. "Berlututlah, Brodie! Seperti seekor tikus licik bedebah!"
"Hassan, aku mohon?"
334 | PAUL SUSSMAN "Diam dan berlututlah!"
Flin sekilas melirik ke Jeepnya, agak mengangkat telapak
tangannya memberi tanda kepada Freya agar tetap di tempatnya
dan jangan mengambil tindakan apa pun. Kemudian dia perlahan berlutut ke tanah, tangan menggantung di sisinya. Pria
itu tergelak"bunyi suara serak dan lemah, gusar, seperti seekor
anjing yang terengah-engah"dan melangkah ke depan ke
pantulan sinar lampu yang terang.
"Sudah tiga tahun lamanya aku menanti saat-saat seperti ini
dan akhirnya" kau pengkhianat kotor murahan!"
Menilai dari keningnya yang tinggi dan mata birunya yang
bersinar, dan tulang hidungnya yang panjang dan sempit,
tentunya dia pernah menjadi sosok yang unik. Kini dia sama
sekali tidak menyerupai apa pun sedemikian rupa seperti orangorangan sawah yang tak menyatu, rambutnya kusut, abu-abu
dan berantakan, wajahnya cekung dan keriput, separuhnya tertutup di bawah janggutnya.
"Brodie," katanya, dan kemudian sekali lagi "Brodie", dan
kemudian ketiga kalinya, suaranya menaik di setiap pengulangan,
sampai yang terakhir menjadi jeritan bernada tinggi, seperti
tangisan hewan yang disiksa.
"Demi Tuhan, Hassan," Flin mendesis, keringat membasahi
keningnya, matanya menatap senjata itu, bagaimana dia bergetar
pada tangan Fadawi. "Letakkan dulu benda" ah, sial!"
Dia merunduk mengangkat lengan dan menutupi wajahnya
saat senjata itu meletus dua kali lagi berturut-turut dengan cepat.
Semburan letusan bergemuruh di atas kepalanya dan menghilang
di dalam kegelapan kebun mangga. Selama beberapa detik dia
tetap tak bergerak saat Fadawi membuka senjata dan mengganti
peluru yang sudah terpakai. Kemudian, dengan perlahan dan
ragu-ragu, Flin menurunkan lengannya dan kembali berlutut.
"Kumohon, Hassan," katanya, sambil berusaha menjaga nada
suaranya tenang dan terukur, sambil mencoba mengabaikan
laras kembar yang sekali lagi diarahkan kepadanya. "Turunkan


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

THE HIDDEN OASIS | 335 senjata itu. Sebelum kau melakukan sesuatu yang akan kau
sesali. Sesuatu yang akan disesali oleh kita berdua."
Napas Fadawi terembus dalam desahan pendek dan kasar,
matanya liar dan membesar.
"Ayolah," ulang Flin.
Tak ada jawaban. "Hassan?" Tak ada jawaban. "Kau ingin aku mengatakan apa?"
Fadawi menatapnya, giginya terlihat.
"Bahwa aku menyesal" Bahwa semestinya aku melakukan hal
berbeda" Tidak sehari pun berlalu tanpa aku menginginkannya.
Kau pikir apa yang sudah terjadi membuatku bahagia" Kau
pikir aku sengaja mengacaukan kehidupan seseorang yang telah
melakukan begitu banyak hal untuk membantuku?"
Fadawi masih tetap tak menjawab. Flin mendelikkan matanya kesal dan putus asa, menatap lempeng bulan perak yang
benderang seolah bulan itu mungkin dapat memberinya semacam petunjuk mengenai bagaimana langkah selanjutnya.
"Dengar, aku tak mungkin bisa memutar ulang waktu," dia
mencoba lagi, "Aku tak bisa mengubah masa lalu, aku tahu apa
yang telah kau alami?"
"Tahu!" Fadawi bergerak maju beberapa langkah sehingga dia kini
berdiri tepat di depan pria Inggris itu, moncong senjata hanya
beberapa sentimenter dari pelipisnya. Di dalam Jeep, Freya
mencoba meraih gagang pintu, berusaha keluar, mencoba membantu. Flin melihat apa yang sedang Freya lakukan dan menggelengkan kepala secara halus hampir tak kentara. Jemari Fadawi
mengencang di sekitar pelatuk.
"Memangnya kau tahu bagaimana rasanya tinggal di dalam
sel dengan para pembunuh dan pemerkosa?" dia mendesis.
336 | PAUL SUSSMAN "Tidur di malam hari tanpa tahu apakah kau masih akan hidup
esok paginya?" Sekarang Flin yang diam. "Menghabiskan dua belas jam sehari untuk menjahit kantung
surat" Menikmati kotoran selama tiga tahun karena kau tidak
mendapatkan air bersih untuk minum" Menderita amat sangat
sehingga kau kencing darah selama seminggu?"
Sebenarnya Flin tidak tahu akan seperti apa akhir adegan
ini, tetapi menyimpannya untuknya. Dia menatap tanah ketika
Fadawi meradang, moncong senjatanya mengusap-usap daun
telinganya seperti sepasang lubang hidung yang mendengus di
dekatnya. "Kau tidak punya konsep seperti apa neraka itu, Brodie,
karena kau belum pernah ke sana. Aku sudah pernah?"
Pria Mesir itu menekankan telapak kakinya ke tanah, menggesek-gesekkan alas kakinya pada kerikil seolah mencoba menghancurkan sesuatu.
?"dan kaulah yang mengirimku ke sana! Ini kesalahanmu,
semuanya kesalahanmu! Kau menghancurkan karierku, reputasiku, kehidupanku. Kau" menghancurkan" seluruh" kehidupankuuuu!"
Dia memberi jeda kepada setiap kata dalam kalimat terakhirnya, menyemburkannya kepada Flin seperti proyektil, suaranya,
tidak seperti sebelumnya, menurun skalanya, mulai terasa seperti
tangisan dan semakin terdengar meratap, sampai pada kata
"kehidupan" yang terakhir berubah menjadi raungan panjang
yang memilukan. Flin terus menatap tanah, membiarkan Fadawi
berbicara sepuasnya. Kemudian, perlahan-lahan, dia mengangkat
kepalanya. "Kau telah merusak hidupmu sendiri, Hassan."
"Apa" Apa itu?"
Mata kiri laki-laki Mesir itu mulai berkedut.
"Kau merusak hidupmu," ulang Flin, menengadah penuh
THE HIDDEN OASIS | 337 dan pelan-pelan mendorong moncong senjata menjauh dari
kepalanya. "Sepanjang hidupku, aku akan menyesal tidak berbicara kepadamu sebelum pergi ke pihak berwenang, dan aku
sungguh prihatin dengan apa yang telah kau alami, tetapi pada
akhirnya bukan aku yang mencuri benda itu."
Wajah Fadawi geram, rasa kesalnya seolah berkumpul di sekitar
mulutnya saat dia mengangkat senjata lagi dan mengarahkannya
ke kepala Flin, tepat di antara kedua matanya. Hening sejenak,
bahkan suara jengkerik terasa menjauh. Kemudian, lagi-lagi,
Flin mengangkat tangannya dan dengan hati-hati menggeser
laras senjata itu ke samping.
"Kau tidak akan menembakku, Hassan. Betapapun kau menginginkannya, betapapun kau menyalahkanku atas apa yang telah
terjadi. Kau mungkin ingin menakutiku"dan percayalah, kau
sudah melakukannya"tetapi kau tidak akan menarik pelatuk
itu. Jadi mengapa tak kau turunkan saja senjatamu dan paling
tidak kita bisa bicara."
Fadawi terus menatapnya, matanya berkedut, wajahnya berubah seolah mencoba membuat ekspresi yang sesuai sebelum
akhirnya, tanpa diperkirakan, berubah menjadi sebuah senyuman.
"Aku tahu apa yang ingin kau bicarakan."
Tiba-tiba nada suaranya ringan, bahkan terdengar hampir
ceria, sisi yang bertentangan dengan yang baru terjadi beberapa
detik lalu. Seolah yang sedang berbicara sekarang ini adalah
orang yang berbeda. "Kau telah bertemu Peach, bukan?"
Flin berusaha keras untuk menjaga ekspresi wajahnya tetap
datar, tetapi sungguh tak mungkin untuk menyembunyikan
fakta bahwa kata-kata Fadawi telah menyentaknya. Senyum pria
Mesir ini semakin melebar.
"Dia menceritakan tentang oasis itu, bukan" Bahwa aku
telah menemukan sesuatu. Dan kau ingin tahu tentang hal itu.
Merasa sangat perlu tahu tentang hal itu. Itulah sebabnya kau
datang ke sini." 338 | PAUL SUSSMAN Fadawi tersenyum masam sekarang, merasakan dampak yang
ada dalam kata-katanya, menikmatinya, menguasai keadaan.
"Aku tahu akhirnya kau akan datang, tentu saja, tetapi
mengapa begitu cepat" Kau pasti sudah habis-habisan dan putus
asa. Benar-benar putus asa."
Flin menggigit bibirnya, kerikil semakin melesak ke dalam di
bawah lututnya. "Tidak seperti yang kau pikirkan, Hassan. Ini bukan hanya
untukku." "Demi Tuhan, tidak! Ini demi kebaikan yang lebih besar
bagi umat manusia! Ini untuk menyelamatkan dunia! Kau selalu
tampil sebagai seorang yang mementingkan kepentingan orang
banyak." Dia tergelak sinis, memberi tanda bagi Flin untuk berdiri.
"Betapa mulianya," Fadawi meradang. "Sesuatu yang sangat
luar biasa. Sesuatu yang akan mengatakan kepada kita lebih
banyak lagi tentang wehat seshtat daripada semua potongan
bukti di sana-sini yang disatukan kembali. Penemuan terbesar
dalam karierku. Dan kau tahu apa yang membuatnya menjadi
sesuatu yang lebih memuaskan?"
Dia tersenyum lebar. "Kenyataan bahwa kau tidak akan pernah tahu tentang itu.
Tidak dari bibir ini. Penemuan yang paling penting sejak ImtiKhentika dan semuanya berada di sini."
Fadawi mengangkat senjatanya dan menempelkan ujungnya
di pelipisnya. "Di sinilah tepatnya rahasia itu berada."
Flin berdiri sekarang, kepalan tangannya mengencang tak
berdaya di sisi tubuhnya. Dia tidak tahu harus berkata apa,
bagaimana mengubah situasi.
"Kau cuma menggertak," gerutunya.
"Oh, ya" Atau, kau tidak akan pernah tahu. Tidak malam ini,
besok juga tidak, tidak akan pernah."
THE HIDDEN OASIS | 339 Fadawi kembali mengetukkan ujung senjatanya di kepalanya.
"Semua berada di sini, aman tersembunyi, terkunci rapat.
Sekarang, kalau kau tidak berkeberatan, aku sudah mengalami
masa sulit selama tiga tahun, aku tidak muda lagi seperti dulu.
Senang bertemu denganmu, tapi aku harus menyudahi pertemuan kecil ini. Selamat malam, teman lamaku. Semoga
selamat dalam perjalanan pulang nanti."
Hassan menyelipkan senjatanya pada lipatan lengannya, menepuk bahu Flin dan, dengan senyuman terakhir, berbalik dan
melangkah menuju pintu depan rumahnya.
"Tolong bantu kami."
Suara itu milik Freya. Sampai di titik ini dia tetap duduk
diam di dalam Jeep, membiarkan kedua laki-laki itu memainkan
adegan di antara mereka. Kini, dia tak bisa lagi menahan diri.
Dia membuka pintu dan melangkah keluar dari Jeep.
"Kumohon," ulang Freya, berjalan ke sisi Flin. "Kami butuh
pertolonganmu." Fadawi berhenti dan berbalik, menengokkan kepalanya.
Walaupun dia berdiri hanya beberapa meter dari Cherokee,
perhatiannya sangat terpusat pada Flin sehingga dia tak memerhatikan kehadiran gadis itu. "Astaga," katanya, sambil menggelengkan kepalanya ketika dia memerhatikan Freya dari atas ke
bawah. "Aku tahu kau kurang menghargai diri sendiri, Flinders,
tetapi melibatkan gadis muda dalam urusan kotor ini" gadis
yang sangat cantik."
Tiba-tiba perilakunya begitu anggun dan sopan; sebuah
perubahan yang, karena dia berdiri di sana tanpa apa-apa kecuali
piyama, sayangnya malah menjadi sesuatu yang mengerikan.
"Kau tidak memperkenalkan kami?" katanya kepada Flin.
"Biarkan dia, Hassan," sela si pria Inggris, jelas tidak menyukai perubahan suasana itu.
"Freya. Namaku Freya Hannen."
340 | PAUL SUSSMAN Fadawi tersenyum, walaupun pada saat yang sama kerut tipis
terlihat di keningnya. "Tidak?" "Adiknya," kata Flin, menatap Fadawi dengan dingin. "Kau
pasti belum mendengarnya, tetapi Alex sudah tewas."
Senyum itu tetap ada, tetapi kerut di dahinya semakin dalam,
seolah-olah ada bagian lain dari wajahnya yang bisa menampilkan
berbagai emosi yang berbeda, yang saling bertentangan.
"Aku menyesal mendengar hal itu," katanya, tatapannya
berganti ke arah Freya dan Flin. "Sangat menyesal. Kakakmu seorang wanita yang mengagumkan."
Pria itu mengangkat tangannya, mengusir seekor nyamuk
yang berputar-putar mendengung di kepalanya. Sesuatu
dalam matanya, dalam senyumannya yang mengencang, mengungkapkan ketidakpastian sesaat pada dirinya, seperti seorang
aktor yang tiba-tiba kehilangan arah dalam monolognya. Dengan cepat dan hampir seketika, senyumnya melebar dan kerut
di wajahnya menghilang. "Ya, ya, seorang wanita yang sungguh menakjubkan. Dan
juga sangat cantik. Walaupun harus aku katakan, adiknya bahkan jauh lebih cantik. Freya, begitu katamu?"
"Biarkan dia," ulang Flin, suaranya kini berat dan mengancam.
Fadawi mengabaikannya, perhatiannya terpusat ke Freya.
"Maafkan, kita harus bertemu dalam keadaan yang tidak menyenangkan seperti ini," katanya, sambil mengibas nyamuk lagi
sebelum menurunkan tangannya ke kepala dan menyisiri rambut
dengan jemarinya. "Kalau saja aku tahu kau akan datang, aku
akan berusaha keras untuk tampil lebih baik lagi. Seperti kau
lihat, penampilanku sedang berantakan. Boleh?"
Dia melangkah maju, meraih tangan Freya, mengangkatnya
ke bibirnya, dan mencium jemari perempuan itu.
"Luar biasa," gumamnya. "Luar biasa."
THE HIDDEN OASIS | 341 "Cukup, Hassan!"
Flin mendorong lengan Fadawi dan meraih lengan Freya.
"Ayo, kita sudah menyelesaikan apa yang dapat kita lakukan
di sini." Flin mencoba mengajak Freya kembali ke Cherokee, tapi
gadis itu mengibaskan lengannya, tetap berdiri di tempatnya.
"Aku mohon," pintanya. "Kami butuh bantuanmu. Aku tak
bisa membayangkan apa yang telah kau alami selama tiga tahun
terakhir, dan aku tahu kami tak punya hak untuk meminta,
tetapi aku akan tetap meminta. Tolonglah kami. Katakan tentang
oasis itu. Aku mohon."
Fadawi tampaknya hanya setengah mendengarkan, tatapannya terpaku pada dada Freya, bagaimana buah dada itu mendesak blus dan kardigan yang dikenakannya, garis luar puting
payudaranya terlihat begitu jelas.
"Sangat indah," katanya, matanya bergerak turun ke selangkangannya dan kemudian naik ke rambut pirangnya. "Aku
benar-benar tak bisa mengingat kapan terakhir kali aku ditemani
seorang gadis muda yang sangat cantik dan memikat. Itulah
hal yang paling aku rindukan selama berada di Tura, kau tahu,
kesenangan dikelilingi perempuan: keakrabannya, tawanya, kecantikannya. Aku sangat menyukai perempuan cantik. Yang aku
terima ketika aku tiba di penjara adalah kartu pos yang dikirim
oleh seseorang yang bergambar seorang penari telanjang di sebuah makam Nakht, yang dapat aku pastikan adalah sebuah
substitusi dunia nyata yang sangat menyedihkan."
Fadawi melirik sekilas ke arah Flin dan ada sesuatu yang licik
dalam pandangannya, seperti seorang pemburu sedang menggiring seekor hewan masuk ke dalam jebakan, bernafsu terhadap
penderitaan yang akan dialami mangsanya.
"Ya, ya, sudah begitu lama sejak aku melihat perempuan
telanjang," lanjutnya, sambil menggerakkan lidahnya ke bagian
bawah bibir atasnya, hidungnya agak mengembang. "Pinggul,
dada, bagian kemaluan?"
342 | PAUL SUSSMAN "Hentikan!" teriak Flin. "Kau dengar aku" Hentikan sekarang
juga! Aku tak tahu apa maumu, tapi kami tidak datang ke sini
hanya untuk mendengarkan?"
"Kau menyukainya, bukan?" si Mesir itu berkata lirih.
"Apa?" "Kau menyukainya."
Fadawi menyeringai, kelicikan itu kini terlihat lebih kentara.
"Kau benar-benar menyukainya."
"Aku tak tahu kau sedang bicara apa."
"Kau menaruh hati kepadanya, kau tertarik kepadanya,
kau?" "Ayo kita pergi."
Flin meraih lengan Freya lagi, lebih kasar kali ini, mendorongnya menuju Jeep. Fadawi memanggil mereka.
"Akan aku katakan apa yang ingin kalian ketahui. Tentang oasis
itu. Apa yang telah aku temukan. Akan aku ceritakan semuanya."
Flin berhenti dan berbalik, tangannya masih mencengkeram
lengan Freya. "Tentang lokasinya, tentang oasis itu sendiri, semua yang
ingin kalian ketahui," kata pria Mesir itu. "Tapi sebelumnya?"
Dia diam sejenak, tersenyum penuh kedengkian, kemudian
menutup jebakannya. ?"aku ingin melihatnya telanjang."
Mata Flin membelalak akibat rasa marah dan jijik. Mulutnya
terbuka, siap mencaci-maki. Sebelum dia sempat mengatakan
apa pun, Freya mengentakkan lengannya dari cengkeraman Flin.
"Aku akan melakukannya."
Flin menatapnya lekat, tercengang.
"Kau gila!" "Di sini atau di dalam rumah?" tanyanya, sambil mengabaikan
Flin, menawarkan dirinya kepada Fadawi.
"Freya, aku tak mungkin membiarkanmu?"
THE HIDDEN OASIS | 343 "Di sini atau di dalam?" Freya mengulang.


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Flin mencengkeram lengan Freya kembali.
"Kau tak boleh?"
"Beraninya kau mengatakan apa yang boleh atau tidak boleh
aku lakukan," Freya membentaknya, berusaha melepaskan diri
dan memutari Flin. "Kau mengerti" Ini tidak ada urusannya
denganmu." "Ini semua berkait denganku! Seandainya aku tak menceritakannya kepadamu, kau tidak akan pernah mendengar apa
pun tentang oasis sialan itu. Aku tidak akan membiarkanmu melacurkan diri kepada orang tua sesat karena sesuatu yang Molly
dan aku telah?""
"Tidak ada urusannya denganmu. Dengan Molly. Dengan
oasis. Dengan apa pun." Wajah Freya memerah. "Ini demi Alex.
Untuk kakakku. Kakakku yang tewas terbunuh. Aku akan melakukan ini untuknya, karena dia harus tahu."
"Kalau kau benar-benar berpikir tentang ?"
"Apa yang ada dalam pikiranku bukan urusanmu! Ini antara
aku dan Alex, tidak ada yang lain!"
"Ya Tuhan, Freya, Alex tak akan pernah melakukan ini
kecuali?" "Cukup!" teriak Freya, menoleh kembali ke Fadawi. "Jadi, di
mana kita akan melakukannya?"
Pria Mesir itu berdiri diam mengikuti pertengkaran itu, menyeringai, menikmati ketidaknyamanan yang dirasakan Flin.
"Oh, di dalam rumah saja, aku rasa," dia tergelak. "Ya, di
dalam ruangan tentu saja pilihan terbaik. Jauh dari mata yang
ingin tahu. Bisa kita mulai?"
Dia merentangkan tangan ke arah pintu depan.
"Aku tak akan membiarkanmu melakukan ini!" teriak Flin.
Freya mengabaikannya, mengangguk ke arah Fadawi dan
mulai melintasi jalan berkerikil.
344 | PAUL SUSSMAN "Aku tak akan membiarkanmu melakukan ini!" Flin mengulang, sambil menuding Freya. "Kau dengar! Peduli setan dengan pesawat itu, peduli setan dengan oasis. Kau tidak boleh
melakukan ini!" Freya tidak menjawab, terus berjalan menuju rumah itu.
Fadawi membuka pintu untuknya dan mengantarnya ke dalam.
"Kami hanya sebentar," katanya, sambil membalikkan badan
menghadap Flin. "Jadi, silakan berkeliling terlebih dahulu, lalu
mencicipi pisang. Walaupun begitu, aku minta kau untuk menghormati privasi kami dan tidak mengintip dari jendela."
Fadawi tersenyum penuh kemenangan, menikmati kedongkolan pria itu, kemudian dengan kedipan mata dan lambaian tangan, dia masuk kembali ke rumah dan membanting pintu
di belakangnya. Membunuh orang tidak lagi menyenangkan seperti dulu. Itu
kesimpulan yang didapat si kembar saat mereka menyodok bola
di meja bilyar berukuran penuh milik Girgis, sambil menanti
kabar tentang kapan dan di mana mereka akan dibutuhkan kemudian. Bahkan penyiksaan tidak lagi menyediakan kepuasan
kerja seperti yang dulu pernah ada. Seperti para pemain sepak
bola yang telah memenangi semua tro" dan mencicipi semua
turnamen, keinginan luar biasa itu tidak lagi ada di sana. Semuanya, mereka sepakat, menjadi agak membosankan.
Pernah, ada sesuatu yang sangat berbeda. Mereka terbiasa
merasa sangat bangga dengan pekerjaan mereka. Perajin, begitulah anggapan mereka terhadap diri sendiri, perajin yang terampil.
Dan sebagaimana seorang tukang kayu akan menemukan
kebahagiaan dalam kaki kursi yang berputar sempurna, juga
seperti pembuat kaca setelah menghasilkan pot bunga yang
cantik, mereka juga begitu bergairah dengan apa yang mereka
lakukan, mendapatkan rasa bahagia yang murni dari pekerjaan
THE HIDDEN OASIS | 345 mereka. Membuat penjual dan pencandu narkoba itu memakan
bola matanya sendiri, menjadikan jurnalis Al-Ahram santapan
beruang kutub di Kebun Binatang Giza, menghabisi empat
orang secara terpisah pada hari yang sama di Alexandria dan
tetap sampai di rumah tepat waktu untuk membuat hidangan
makan malam bagi Omm mereka"semua itu telah memberikan
mereka kepuasan yang sesungguhnya.
Bagaimanapun juga, keajaiban itu telah memudar sejak
beberapa waktu lalu, dan dengan penugasan kali ini kekecewaan
mereka sudah sampai ke ubun-ubun kepala. Tentu saja balapan
mobil ketika itu begitu menyenangkan, dan mereka menikmati
saat-saat menghabisi pria tua di Dakhla itu, tetapi terbang
berkeliling di padang pasir mencari tumpukan reruntuhan kuno,
dibentaki oleh Girgis sialan ini"apa pentingnya semua itu"
Mereka melakukan hal yang sia-sia, tak diragukan lagi. Menyianyiakan diri dan menyia-nyiakan bakat mereka.
Itulah sebabnya, setelah menyodok bola hitam terakhir dan
mulai mengatur bola kembali untuk permainan berikutnya,
mereka memutuskan bahwa ini akan menjadi pekerjaan terakhir
mereka untuk Girgis. Waktunya telah tiba untuk memutus
hubungan kerja dan segera membuka kedai makanan milik
mereka sendiri. Mereka telah mempertimbangkan untuk menundanya beberapa waktu, paling tidak sampai permulaan
musim baru liga sepak bola, tetapi tampaknya saat ini merupakan
momen yang baik dari yang ada. Ini adalah terakhir kalinya dan
tidak ada akan ada lagi setelahnya. Pada usia tiga puluh, mereka
pensiun. "Haruskah kita membunuhnya?" tanya si kembar dengan
hidung petinju yang datar, mengatur bola-bola merah dalam
segitiga kayu, secara hati-hati mengatur posisinya agar tepat
berada di bawah titik merah jambu. "Girgis. Hanya untuk menjaga semuanya tetap rapi dan lancar."
"Ide yang cukup bagus," kata saudara laki-lakinya.
"Kita tidak ingin dia merepotkan kita."
346 | PAUL SUSSMAN "Tentu saja tidak."
"Kita akan selesaikan pekerjaan ini?"
?"tentu akan terlihat tidak profesional kalau kita tidak?"
?"kalau begitu kita habisi saja dia."
"Menurutku itu ide bagus."
Mereka mengangkat tangan dan ber-high "ve, lalu mengapuri
ujung tongkat dan membungkuk di atas meja. Pria berdaun
telinga kiri sobek menyodokkan bola putih ke bola merah, membuat bola lain terpantul dan menyebar ke segala arah. Saudara
kembarnya menonjok bantalan sofa dengan jari tangannya yang
penuh cincin sebagai bentuk kesenangan atas sodokan jitu yang
telah dilakukannya. Anggap saja ini seperti memanjat, Freya berkata dalam hati
ketika Fadawi menyimpan pistolnya di samping pintu dan
membawanya berjalan di koridor. Mengeksekusi gerakan yang
sangat sulit. Begitulah semua ini"hanya satu gerakan yang sulit.
Fokus, pusatkan perhatian pada pekerjaan, lakukan apa yang harus
kau lakukan, kemudian selesai dan keluar dari tempat ini. Dan
kalau dia sempat berpikir untuk menyentuhku"
Di ujung koridor, Fadawi membuka sebuah pintu dan mengantarnya masuk ke ruang tengah sekaligus tempat kerja dengan
lampu terang benderang. Beberapa sofa dan kursi berlengan
tertata di satu sisi, meja dan lemari buku di sisi yang lain. Ada
perekam kaset portabel di atas meja. Menuju ke sana, Fadawi
kemudian menekan tombol Play sebelum membawa Freya ke
sisi lain ruang itu. Suara perempuan yang halus memenuhi
ruangan, naik dan turun, menghipnotis secara aneh.
"Fairuz," jelas pria Mesir itu, sambil menyesuaikan tombol
lampu di dinding dan menurunkan cahaya. "Salah seorang penyanyi Arab paling terkenal. Intonasi yang indah sekali, bukan?"
THE HIDDEN OASIS | 347 Freya mengangkat bahu, sambil memasukkan tangannya ke
saku celana jinsnya, menggoyang-goyangnya.
"Kau mau minum sesuatu?"
Freya menolak, kemudian seketika mengubah pikirannya
dan berkata ya, dia mau minum. Fadawi membuka lemari
minuman"antik, dari tampilannya, dilapisi dengan sangat
indah oleh berbagai pola pada kayu terang dan gelap"dan,
setelah mengangkat sebuah botol dengan cairan hijau terang
di dalamnya, dia menuangkannya ke dalam dua gelas. "Pisang
Ambon," katanya, sambil memberikan segelas kepadanya. "Dibuat dari pisang hijau Indonesia. Lumayan enak, aku kira, terlepas dari nama yang agak tak enak didengar."
"Kau tidak punya bir?"
Hassan menggelengkan kepalanya meminta maaf. Setelah
Pedang Tetesan Air Mata 7 Pendekar Mabuk 020 Ladang Pertarungan Badai Awan Angin 29
^