Pencarian

Anna Karenina Jilid 2 10

Anna Karenina Jilid 2 Karya Leo Tolstol Bagian 10


463 ANNA KAR"N!NA "Di sini tak ada gunanya samasekali menyembunyikan sesuatu
. " begitu, ia bisa menyembunyikan dan tentu menyembunyikan dariku surat-menyuratnya dengan perempuan-perempuan lain," demikian pikirnya.
"Pagi ini Yashvin mau datang bersama Voitov," kata Vronskii, "rupanya ia menang dari Pevtsov; semua milik Pevtsov habis, bahkan lebih banyak lagi ketimbang yang bisa dibayar Pevtsov-kira-kira enampuluh ribu."
"Tidak," kata Anna marah, karena Vronskii, dengan mengubah pembicaraan itu, jelas menunjukkan kepadanya bahwa Anna sedang marah, "kenapa menurutmu berita itu begitu menarik perhatianku, sehingga perlu kamu sembunyikan dariku" Aku sudah bilang, tak ingin memikirkan soal itu, dan aku mau supaya kamu juga tak banyak menaruh perhatian kepadanya, seperti aku."
"Lo, aku menaruh minat kepadanya karena aku ingin kepastian," katas Vronskii.
"Kepastian bukan dalam bentuk, tapi dalam cinta," kata Anna yang makin lama makin naik darah, namun bukan dengan kata-kata, melainkan dengan nada tenang dingin dalam berkata-kata. "Buat apa kamu kehendak i ha! itu?"
"Ya Tuhan, kembali tentang c inta," pikir Vronskii sambil mengerutkan kening.
"Lo, kamu kan tahu buat apa: buat kamu sendiri dan buat anakanak nanti," kata Vronskii.
"Tak akan ada anak-anak."
"O, itu sayang sekali," kata Vronskii.
"Kamu perlukan itu untuk anak-anak, tapi untuk diriku kamu pikir tidak?" kata Anna yang samasekali lupa dan tidak mendengarkan apa yang dikatakan Vronskii: "Buat kamu sendiri dan buat anak-anak."
Soal kemungkinan memiliki anak-anak itu sudah lama selalu menjadi bahan perdebatan dan membuat Anna naik darah. Menurut pengertian Anna, keinginan Vronskii untuk memiliki anak-anak itu berarti dia tidak sayang dengan kecantikannya.
"Tadi aku sudah bilang: buat kamu. Terutama buat kamu," ulang Vronskii sambil mengerutkan kening, seakan sedang merasakan
LEOTOLSTOI nyeri, "karena aku yakin sebagian besar kebiasaan marahmu itu disebabkan oleh tak menentunya statusmu."
"Ya, ini dia, sekarang ia berhenti berpura-pura, dan tampak sekarang seluruh kebenciannya yang dingin itu padaku," pikir Anna tanpa mendengarkan kata-kata Vronskii, dan sebali knya menatap hakim yang dingin ke jam, yang sekarang menatap Anna dengan sikap mengusik.
"Sebabnya bukan itu," kata Anna. "Aku bahkan heran bahwa mungkin penyebab apa yang kamu namakan kebiasaan marahku itu adalah karena aku sepenuhnya ada dalam kekuasaamu. Apa pula yang kamu namakan status tak menentu itu" Sebaliknya."
"Sayang sekali kamu tak mau mengerti aku," tukas Vronskii yang ingin sekali mengemukakan pikirannya sendiri, "yang tak menentu itu karena menurut bayanganmu aku ini orang bebas."
"Tentang itu kamu bisa tenang setenang-tenangnya," kata Anna, lalu memb ka n badan dan minum kopi.
la mengangkat cangkir dengan menyisihkan jari kelingkingnya, lalu mendekatkan cangkir ke mulut. Sesudah diminumnya beberapa teguk ia menoleh kepada Vronskii, dan dari airmuka Vronskii ia mengerti benar bahwa dia merasa jijik memerhatikan tangan, gerakgerik, dan bunyi yang ditimbulkan gerak bibir Anna.
"Aku samasekali tak peduli dengan pendapat ibumu dan dengan siapa ia akan menjodohkan kamu," kata Anna sambil meletakkan cangkir dengan tangan gemetar.
"Tapi kita tidak sedang membicarakan hal itu."
"Tidak, kita sedang bicara tentang hal itu. Dan percayalah, seorang perempuan yang tak berhati, apakah dia orangtua atau tidak, ibumu atau bukan, buatku samasekali tak ada pengaruhnya, dan aku pun tak ing in berhubungan dengan dia."
"Anna, aku minta kamu tak membicarakan ibuku tanpa sikap hormat."
"Perempuan yang tak bisa menduga dengan hatinya, di mana letak kebahagiaan dan kehormatan anak lelakinya, berarti tak punya hati."
"Kuulangi lagi permintaanku, jangan bicarakan ibuku yang kuhormati dengan sikap tak hormat," kata Vronskii dengan suara dinaikkan, dan dengan kereng menatap Anna.
465 ANNA KAR"N!NA Anna tak membalas. Karena memerhatikan Vronskii, wajahnya, tangannya, ia teringat segala sesuatu yang berkaitan dengan perdamaian yang kemarin mereka capai dan kemudian kemesraan penuh c inta yang telah ditunjukkan Vronskii. "Kemesraan itu sama saja dengan kemesraan yang sudab ia boroskan dan akan ia boroskan dan ingin ia boroskan pada perempuan-perempuan lain!" pikirnya.
"Ah, kamu itu kan tak cinta kepada ibumu! Semua itu cuma kata-kata, kata-kata, dan sekali lagi kata-katal" katanya sambil menatap Vronskii dengan nada benci.
"Kalau memang demikian, perlu .... "
"Perlu kita mengambil keputusan, dan aku memang sudah mengambil keputusan," kata Anna, lalu bendak pergi, tapi waktu itu masuklab ke dalam ruangan itu Yasbvin. Anna bertukar salam dengan dia dan berhenti.
Tak tabulab dia kenapa pula mesti bersikap pura-pura di hadapan orang yang cepat atau lambat akan mengetabui segalanya itu. Kenapa pula ia mesti berpura-pura, ketika dalam jiwanya berkecamuk badai dan ia berdiri di persimpangan bidup yang bisa punya akibat-akibat mengerikan itu! Tapi dengan meredakan badai dalam dirinya, i a pun duduk dan mulai berbicara dengan tamunya.
"Nab, bagaimana urusan kita" Sudab dapat bayaran piutang itu?" tanyanya kepada Yashvin.
"Lumayan saja. Rupanya saya tak akan menerima seluruhnya, dan bari Rabu saya barns pergi. Anda sekalian kapan?" kata Yasbvin yang sambil memicingkan mata menatap Vronskii; agaknya ia sudah menduga bahwa telab terjad i pertengkaran.
"Barangkali lusa," kata Vronskii.
"Kalau t idak salah, Anda sekalian sudah lama merencanakan." "Tapi sekarang ini sudab pasti," kata Anna sambil menatap mata Vronskii dengan tatapan yang menyatakan agar Vronskii tak menyangka ada kemungkinan untuk berdamai.
"Apa Anda tak kasiban kepada Pevtsov yang malang itu?" kata Anna menyambung percakapan dengan Yasbvin.
"Tak pe saya bertanya kepada diri sendiri, Anna Arkadyevna, kasihan atau tidak. Kekayaan saya seluruhnya ada di sini," ia menunjuk kantong sampingnya, "dan sekarang saya jadi orang
LEOTOLSTOI kaya; sebentar Iagi saya akan pergi ke klub dan barangkali saya akan keluar dari sana sebagai pengemis. Kan orang yang duduk di depan saya juga ingin bikin saya telanjang, begitupun terhadap dia" Nah, kami pun berjuang; di situlah letak nikmatnya."
"Sekiranya Anda punya istri," kata Anna, "bagaimana dengan istri Anda?"
Yashvin tertawa. "Itu makanya saya tak kawin, dan tak pemah bermaksud kawin." "Helsingfors itu bagaimana?" kata Vronskii ikut bicara, sambil menatap Anna yang waktu itu tersenyum.
Mendapat tatapan itu, wajah Anna tiba-tiba menunjukkan ekspresi ding in-kereng, seakan ia mengatakan kepada Vronskii: "Belum dilupakan. Masi h seperti semula."
"Apa Anda pernah jatuh cinta?" tanya Anna kepada Yashvin. "Ya Tuhan, sudah berapa kali! Tapi Anda tahu, orang main kartu selalu siap berdiri kalau datang buat rendez-vous. 1 1 0 Saya boleh main cinta siang, supaya malam tak boleh terlambat main kartu. Dan itulah yang saya lakukan."
"Tidak, bukan itu yang saya tanyakan, ta pi yang sekarang," Anna ingin menyebut nama Helsingfors; tapi ia tak mau mengulangi kata yang sudah disebut Vronskii.
Kemudian datang Voitov yang telah membeli kuda itu; Anna berdiri dan keluar dari kamar.
Sebelum pergi meninggalkan rumah, Vronskii masuk ke kamar Anna. Anna mau berpura-pura sedang mencari sesuatu di atas m e ja, tapi karena malu berbuat pura-pura i a pun langsung menatap wajah Vronskii dengan tatapan dingin.
"Anda perlu apa?" tanyanya kepada Vronskii dalam bahasa Prancis.
"Mengambil keterangan silsilah Gambetta; saya jual dia," kata Vronskii dengan nada sedemikian rupa sehingga bisa lebih jelas mengungkapkan perasaannya daripada kata-kata berikut: "Bicara dari hati ke hat i sudah tak ada lagi , dan lagi tak ada gunanya."
110 Rendez" Vous (Pr): Kencan.
467 468 ANNA KAR"NINA "Aku samasekali tak bersalah padanya," pikimya Iagi. "Kalau ia mau menghukum dirinya sendiri, tant pis pour elle. "111 Tapi sewaktu keluar, ia seolah mendengar Anna mengatakan sesuatu, dan tibatiba jantungnya pun bergetar karena belas kasihan kepada Anna. "Ada apa, Anna?" tanyanya.
"Tak ada apa-apa," jawab Anna tetap dengan sikap dingin dan tenang.
"O, tak ada apa-apa, ya, tant pis," pikir Vronskii, kemudian kembali bersikap dingin, memb ka n badan dan pergi. Ketika keluar dari kamar itu ia melihat wajah Anna di dalam cermin pucat dengan bibir gemetar. Ia pun ingin berhenti dan mengucapkan kepada Anna kata-kata yang menghibur, tapi kedua kakinya menyeret dia keluar dari kamar, sebelum ia sempat memikirkan apa yang hendak dikatakannya. Sepanjang itu i a berada di luar rumah, dan ketika Iarut petang ia pulang, gadis pelayan mengatakan kepadanya bahwa Anna Arkadyevna sedang sakit kepala dan minta kepadanya untuk tidak datang menemuinya.
XXVI Belum pernah sebelumnya terjadi satu hari lewat tanpa bertengkar. Namun kali ini bukan pertengkaran. Ini adalah pengakuan yang tegas tentang mendinginnya cinta. Apakah boleh menatap dia seperti yang dilakukan Vronskii sewaktu ia masuk ke kamar untuk mengambil keterangan silsilah itu" Menatap dia, melihatnya dalam keadaan seperti jantung putus oleh perasaan putusasa, kemudian pergi tanpa mengatakan apa-apa dengan wajah masa bodoh" Sikap Vronskii bukan mendingin terhadap dia, tapi membenci, karena sekarang ia sudah mencintai perempuan lain. Itujelas.
Sambil mengenangkan kata-kata kejam yang telah d iucapkan Vronskii kepadanya, Anna pun mencari-cari lagi kata-kata yang tentunya hendak dikatakan dan bisa dikatakan oleh Vronskii kepadanya, dan ia pun makin bertambah naik darah. "Saya tak menahan-nahan Anda," demikian Vronskii kiranya
111 Tant pis pourelle (Pr): Yah, sudah nasibnya.
LEOTOLSTOI bisa berkata. "Anda boleh pergi ke mana Anda mau. Anda tak mau bercerai dengan suami Anda, rupanya supaya Anda bisa kembali kepadanya. Yah, kembalilah. Kalau Anda membutuhkan uang, saya bisa beri. Berapa rubel Anda butuhkan?"
Dalam angannya, Vronskii mengucapkan segala macam kata paling kejam yang bisa diucapkan orang yang kasar; dan Anna tak bisa memaafkannya karena ia sudah mengucapkan kata-kata itu, seakan Vronskii betul-betul sudah mengucapkan kata-kata itu.
"Apakah bukan baru kemarin ia bersumpah cinta, ia yang mencintai kebenaran dan katanya jujur itu" Apa bukan aku yang sudah berkali-kali berputusasa dengan sia-sia?" katanya kepada diri sendiri sesudah itu.
Sepanjang hari itu, selain dua jam yang dipakainya untuk pergi ke rumah Nyonya Wilson, Anna terns merasa bimbang apakah segalanya memang sudah berakhir, ataukah masih ada harapan bagi perdamaian; dan perlukah sekarang ia pergi atau sekali lagi bertemu dengan Vronskii" Sepanjang hari ia menan t ikan kedatangan Vronskii, dan petang hari, ketika ia masuk ke kamar, ia menyuruh orang mengatakan kepada Vronskii bahwa ia sakit kepala. Dengan jalan itu ia hendak menebak: "Kalau ia datang juga, biarpun pelayan menyampaikan kata-kata itu, berarti ia masih cinta. Tapi kalau tidak, berarti segalanya sudah berakhir, dan aku harus memutuskan apa yang harus kuputuskan ... . n
Petang hari ia mendengar berhentinya kereta Vronskii, bel yang dibunyikannya, dan langkah-langkah serta percakapan Vronskii dengan gadis pelayan: ternyata Vronskii percaya saja dengan apa yang dikatakan kepadanya; ia tak hendak mengetahui lebih lanjut dan per g i ke kamarnya sendiri. Berarti segalanya sudah berakhir.
Maka dengan terang dan gamblang terbayanglah maut oleh Anna, maut sebagai satu-satunya alat untuk mengembalikan cinta Vronskii kepada dirinya, maut sebagai alat untuk menghukum Vronskii dan mencapai kemenangan dalam perjuangan melawannya; semangat jahat yang bersemayam dalam hatinya itulah yang kini melancarkan perjuangan itu.
Sekarang baginya tak ada beda: pergi atau tidak ke Vozdvizhenskoye, menerima atau tidak menerima cerai dari suami-semua itu
469 470 ANNA KAR"N!NA tak dibutuhkannya lagi. Yang dibutuhkannya hanya satu, menghukum Vronskii.
Seperti biasa, ia menuangkan opium untuk diminum; i a menilai, dengan hanya meneguk satu botol itu saja ia bisa mati, tapi ia merasa itu terlalu ringan dan gampang. Maka dengan nikmat ia pun kembali membayangkan betapa Vronskii akan tersiksa, menyesal, dan mencintainya, justru ketika segalanya sudah menjadi bubur. Ia berbaring di tempat tidur dengan mata terkatup sambil menatap pinggiran langit-langit dalam terang cahaya lilin yang sudah sampai pada nyala terakhir; ia pandang bayang-bayang tirai yang menutup sebag ian pinggiran langit-langit itu dan membayang-bayangkan apa yang bakal dirasakan Vronskii nanti ketika ia sudah tak ada lagi di dunia dan hanya akan menjadi kenangan bag inya. "Bisa-bisanya aku mengucapkan kata-kata ke jam itu!" demikian akan dikatakan Vronskii. "Bisa-bisanya aku keluar dari kamar tanpa mengucapkan apa-apa kepadanya Tapi sekarang ia sudah tak ada. la telah pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya. la sekarang di sana .... " Tiba-tiba bayangan tirai itu bergerak, menutup seluruh pinggiran langit-langit, kemudian seluruh langit-lang it, sedangkan bayanganbayangan lain menyongsongnya dari sisi lain; untuk sesaat bayanganbayangan itu menjauh, tapi kemudian dengan kecepatan yang baru bergerak mendekat, berayun-ayun, berkumpul menjadi satu, dan sekeliling pun jadi gelap. "Maut!" pikir Anna. Dan ia pun menjadi amat ngeri, sehingga lama ia tak bisa mengerti di mana ia berada, dan lama dengan tangan gemetar ia tak bisa menemukan korek api untuk menyalakan lilin yang baru guna menggantikan yang telah habis dan sekarang telah mati. "Tidak boleh semua itu terjadi, tapi aku harus hidup! Bukankah aku mencintainya" Dan ia mencintaiku" Memang semua itu terjadi, tapi itu akan berlalu," katanya sendiri, dan i a pun merasa bahwa airmata gembira karena telah kembali kepada hidup itu kini menuruni pipinya. Dan untuk menyelamatkan diri dari rasa takutnya sendiri, ia pun buru-buru masuk ke kamar kerja menemui Vronskii.
Vronskii t idur lelap di dalam kamar kerja itu. Anna mendekatinya, menerangi wajahnya dari atas dan lama menatapnya. Sekarang, ketika Vrosnkii sedang tidur, i a merasakan amat mencintainya,
LEOTOLSTOI sehingga melihat wajahnya ia tak bisa menahan turnnnya airmata kemesraan; tapi i a tahu bahwa kalau Vronskii nanti terbangun, Vronskii akan menatapnya dengan tatapan dingin dan menunjukkan kebenaran dirinya; ia tahu bahwa sebelum ia mengungkapkan cintanya kepada Vronskii, ia barns memb n dulu kepadanya bahwa Vronskii bersalah kepadanya. Maka, tanpa membangunkan Vronskii, ia pun kembali ke kamar send iri, dan sesudah minum opium untuk kedua kalinya menjelang pagi, ia pun tertidur, tapi tak nyenyak, dan tidak lelap; sepanjang waktu itu tak henti-hentinya ia merasa bahwa dirinya sadar.
Pagi bari, mimpi yang mengerikan kembali mengganggu dan membangunkannya, mimpi yang bernlang beberapa kali, dulu, sebelum ia berhubungan dengan Vronskii. Orang tua berjenggot kusut itu, sambil membungkuk ke arah sepotong besi, melakukan sesuatu dan mengucapkan kata-kata Prancis yang tak bermakna, dan seperti biasa kalau ia sedang bermimpi mengerikan itu (dan itulab yang paling mengerikan dia) ia pun merasa orang tua itu tak memerbatikannya, tapi melakukan sesuatu yang mengerikan dengan besi itu di atas kepala Anna. Dan terbangunlah ia, basah oleh keringat dingin.
Ketika pada akhirnya i a bangkit, seperti dalam kabut teringatlah olehnya hari kemarin.
"Terjadi pertengkaran. Terjadi apa yang sudah beberapa kali terjadi. Aku mengatakan bahwa kepalaku sakit, dan ia tak masuk ke kamarku. Besok kita barns pergi, sekarang aku barns bertemu dengannya dan bersiap-siap berangkat," katanya kepada diri sendiri. Dan karena tahu bahwa Vronskii waktu itu ada di kamar kerja, ia pun pergi ke sana menemuinya. Tapi ketika melewati kamar tamu, terdengar olehnya sebuah kendaraan berhenti di pintu-masuk, dan ketika i a melongok ke jendela, dilihatnya sebuah kereta; dari dalam kereta menjenguk seorang gadis muda mengenakan topi warna lila sedang memerintahkan sesuatu kepada pesuruh yang sedang membunyikan bel. Terjadi percakapan di kamar depan, sesudah itu ada seseorang menaiki tangga, dan d i samping kamar tamu terdengar langkah kaki Vronski i. Ia, dengan Iangkah cepat, menuruni tangga. Anna kembali mendekati jendela. Tampak Vronskii keluar tanpa
471 472 ANNA KAR"N!NA topi ke beranda dan mendekati kereta. Gadis muda bertopi lila itu menyampaikan bungkusan kepadanya. Sambil tersenyum Vronskii mengatakan sesuatu kepada gadis itu. Kereta berangkat lagi. Vronskii berlari cepat menaiki tangga.
Kabut yang menyelimuti segalanya dalam jiwa Anna tiba-tiba buyar. Perasaan-perasaan yang kemarin disimpannya sekarang menghimpit jantung dengan rasa nyeri yang baru. Ia betul-betul tak mengerti sekarang, bagaimana mungkin ia merendahkan diri sampai sedemikian rupa hingga sepanjang hari ia tinggal bersama Vronskii di rumah Vronskii. Maka masuklah ia ke kamar kerja Vronskii untuk menyampaikan keputusan yang sudah diambilnya.
"Itu Sorokina dan anaknya singgah kemari membawa uang dan kertas-kertas dari Maman untukku. Kemarin aku tak bisa menerimanya. Bagaimana kepalamu" Sudah ringan?" kata Vronskii tenang tanpa berniat melihat maupun memahami ekspresi wajah Anna yang murung, tapi penuh kemenangan.
Tanpa berkata-kata, dengan saksama Anna menatap Vronskii sambil berdiri di tengah kamar. Vronskii menatap balik; untuk sesaat ia mengerutkan kening, dan melanjutkan membaca surat. Anna membalikkan badan dan pelan-pelan meninggalkan kamar. Sebetulnya Vronskii masih bisa memintanya kembali, tapi walaupun Anna sudah sampai di pintu, Vronskii terus saja mengunci mulut; yang terdengar hanya gemerisik kertas yang di balik-baliknya.
"O ya, jadi," kata Vronskii, ketika Anna sudah berada di pintu, "jadi besok kita pergi" Betul?"
"Anda, bukan saya," kata Anna sambil memunggungi Vronskii. "Anna, tak mungkin kita hidup seperti ini.. .. "
"Anda, bukan saya," ulang Anna.
"O, ini tak bisa dipertahankan lagi!"
"Anda ... Anda menyesal rupanya," kata Anna, lalu keluar. Karena khawatir dengan nada keputusan yang mengiringi ucapan kata-kata itu, Vronskii pun melompat dan hendak berlari mengejar Anna, tapi ia tersadar kembali dan duduk, dan sambil mengatupkan rahang seerat-eratnya ia pun mengerutkan kening. Ancaman yang terasa olehnya tak sopan itu entah mengapa membuat ia naik darah. "Aku sudah mencoba segalanya," demikian pikirnya, "tinggal satu
LEOTOLSTOI hal yang tertinggal, yaitu tak mencurahkan perhatian padanya," dan ia pun bersiap-siap pergi ke kota dan kembali menemui ibunya, karena dari ibunya ia harus memperoleh tandatangan untuk surat kuasa.
Anna mendengar langkah-langkah Vronskii di dalam kamar kerja dan kamar makan. Di kamar tamu Vronskii berhenti. Tapi i a tak menemukan Anna. Ia hanya memberikan perintah untuk menyerahkan kuda itu kepada Voitov, kalau i a sudah pergi nanti. Kemudian Anna mendengar orang melaporkan bahwa kereta telah siap; pintu terbuka, dan Vronskii keluar kembali. Sesudah itu Vronskii kembali masuk ke koridor rumah, dan ada seseorang berlari naik. Orang itu adalah pelayan kamar yang berlari mengambil sarung tangan yang ketinggalan. Anna mendekati jendela, dan di situ i a melihat bagaimana Vronskii menerima g tangan itu tanpa menoleh, lalu mengatakan sesuatu kepada kusir, setelah menyentuh punggung kusir dengan tangannya. Dan kemudian, tanpa menoleh ke jendela lagi ia pun duduk di tempat yang biasa di dalam kereta, menumpangkan kaki yang satu ke kaki yang lain, dan menghilang ke sudut sambil mengenakan sarung tangannya.
XX VII "Perg i! Berakhir sudah!" kata Anna kepada diri sendiri ketika ia berdiri di dekat jendela. Dan sebagai reaksi terhadap masalah itu, kesan gelap sewaktu i a melihat lilin yang mati dan mimpi yang mengerikan itu pun melebur jadi satu dan memenuhi jiwanya dengan kengerian yang dingin.
"Tidak, ini tak mungkin!" teriaknya, lalu melintas kamar dan membunyikan bel. Sekarang ia jadi begitu merasa ngeri tinggal seorang diri. Karena itu, tanpa menantikan lagi datangnya si pesuruh, ia pun pergi menyongsongnya.
"Coba tanyakan ke mana perginya Pangeran," katanya. Pesuruh menjawab bahwa Pangeran pergi ke kandang kuda. "Beliau memerintahkan menyampaikan kepada Nyonya bahwa kalau Nyonya ingin pergi keluar, kereta akan segera kembali." "Bagus. Tunggu. Sebentar saya tulis surat. Suruh Mikhail
473 474 ANNA KAR"NINA membawa surat ini ke kandang kuda. Cepat-cepat." la pun duduk dan menulis:
"Aku yang salah. Kembalilah, kita mesti bicara. Demi Tuhan, datanglah, aku merasa ngeri."
D ilaknya surat itu, lalu diberikannya kepada pesuruh. la takut tinggal sendiri sekarang. Maka ia mengikuti pesuruh itu keluar dari kamar dan masuk ke kamar anak.
"Apa pula ini; bukan ini; bukan begini dial Di mana matanya yang biru, di mana senyumnya yang manis malu-malu?" itulah pikiran pertama yang timbul tentang anaknya ketika ia melihat anak perempuannya yang sintal dan kemerahan wajahnya itu, dengan ram but hi tam menggelombang. Karena pikirannya kacau, ia berharap melihat di kamar anak itu Seryozha, dan bukan anak perempuannya. Anak itu duduk di meja, dan dengan getol dan dengan berpegangan erat memukul-mukulkan sumbat karaf ke meja; tanpa ekspresi apapun ia menatap sang ibu dengan mata kismisnya yang hitam. Menjawab pertanyaan perempuan Inggris, Anna mengatakan bahwa ia sehat-sehat saja, dan bahwa besok ia akan pergi ke desa, lalu ia duduk di dekat anaknya dan mulai memutar-mutar sumbat karaf itu di depan anaknya. Tapi anak itu ketawa keras melengking dan menggerakkan alisnya, dan itu mengingatkan Anna kepada Vronskii, sehingga terpaksa ia dengan menahan sedu-sedan lekas-lekas berdiri dan keluar dari kamar. "Apa betul segalanya sudah berakhir" Tidak, ini tak mungkin," pikirnya. "Ia pasti kembali. Tapi apa makna senyumnya itu, dan sikap gembiranya sesudah bicara dengan perempuan itu" la tak akan menjelaskan, tapi bagaimanapun aku harus percaya padanya. Kalau aku tak percaya padanya, satu saja yang tinggal padaku, dan aku tak suka itu."
la melihat arlojinya. Sudah duabelas menit lewat. "Sekarang ini ia sudah menerima surat itu dan dalam perjalanan pulang. Tidak lama, sepuluh menit lagi .... Tapi bagaimana kalau ia tak kembali" Tidak, itu tak mungkin. Dan ia tak boleh melihatku dengan mata habis menangis. Aku akan mencuci muka. O ya, sudah bersisir atau belum aku tadi"!" tanyanya kepada diri sendiri. Tapi ia tak bisa mengingatnya lagi. Dirabanya kepala. "Ya, aku sudah bersisir, tapi kapan, tak ingat aku." la bahkan tak percaya kepada tangannya
LEOTOLSTOI sendiri, dan pergi menghampiri ce untuk melihat, tapi ia tak ingat lagi kapan ia melakukan itu. "Siapa itu?" piki ketika ia melihat wajah yang bengkak dengan mata berkilauan aneh di depan cermin menatap dia dengan ketakutan. "Ya, itu aku," tiba-tiba ia mengerti, dan sesudah memerhatikan diri seluruhnya, sekonyongkonyong ia pun merasakan ciuman-ciuman Vronskii kepada dirinya. Maka ia gerakkan bahunya dengan badan gemetar. Lalu ia angkat tangannya ke bibir, dan diciumnya tangan itu.
"Apa pula ini; aku sudah gila," dan masuklah ia ke kamar tidur, di mana Annushka sedang membenahi kamar.
"Annushka," katanya sambil berhenti di depan dia dan menatapnya, tapi ia tak tahu apa yang mesti dikatakan.
"Nyonya tadi mau per g i ke rumah Darya Aleksandrovna," kata pelayan itu, seakan mengert i jalan pikiran Anna.
"Ke rumah Darya Aleksandrovna" Ya, aku akan ke sana." "Limabelas menit ke sana, limabelas juga kembalinya. la sedang dalam perjalanan sekarang, dan sebentar lagi akan datang." Dikeluarkannya arloji dan dilihatnya. "Tapi bagaimana mungkin ia pergi meninggalkan aku dalam keadaan macam ini" Bagaimana mungkin ia hidup tanpa berdamai denganku?" Ia mendekat jendela dan melihat ke jalan. Melihat waktunya, Vronskii sudah tak mungkin lagi kembali. Tapi perhitungan waktu bisa keliru, dan ia pun kembali mengingat-ingat kapan Vronskii berangkat, dan dihitungnya menitmenit sesudah itu.
Ketika ia pergi mendek a t i jam besar untuk mencocokkan arlojinya, ada orang datang. Dari jendela terlihat olehnya sebuah kereta. Tapi tak seorang pun melewati tangga, dan di bawah terdengar olehnya suara-suara orang. Orang itu utusan yang sudah kembali dengan kereta. Anna turun menemuinya.
"Tidak berhasil mengejar Pangeran, Nyonya. Beliau sudah ke Nizhegorodskaya."
"Apa maumu" Ha" ... ," katanya kepada Mikhail yang wajahnya kemerahan riang dan waktu itu mengembalikan surat itu kepadanya. "O ya, surat belum sampai padanya," demikian ia meng ingat. "Pergi lagi kamu dengan surat ini menemui Nyonya Pangeran Vronskaya di desa; mengerti" Dan segera bawa balasan," katanya
475 476 ANNA KAR"N!NA kepada utusan itu. "Tapi aku sendiri, apa yang mesti kulakukan sekarang?" pikirnya. "Oya, aku akan pergi ke rumah Dolly. Itu betul. Kalau tidak, aku bisa gila. Dan aku masih bisa kirim telegram." Dan mulailah ia menulis telegram itu.
"Aku mesti bicara lagi denganmu, pulang sekarang." Selesai mengirimkan telegram ia pun mula i berpakaian. Ketika sudah berpakaian dan mengenakan topi, kembali ia menatap mata Annushka yang menggemuk dan tenang. Rasa simpati jelas tergambar di mata kecil kelabu yang memancarkan kebaikan hati itu.
"Annushka sayang, apa yang mesti kulakukan?" ujar Anna sambil terisak-isak, dan dengan lemas menenggelamkan diri ke kursi.
"Kenapa mesti gelisah, Anna Arkadyevna! Keadaan begini kadang-kadang memang terjadi. Nyonya pergilah, nanti akan hilang semua itu, n kata pembantu itu.
"Ya, aku akan pergi," kata Anna, sadar akan dirinya kembali, sambil bangkit. "Kalau nanti telegram datang dan aku belum pulang, teruskan ke rumah Darya Aleksandrovna .... Ta pi tidak, aku sendiri akan segera kembali."
"Ya, tidak perlu aku berpikir; aku harus melakukan sesuatu, bepergian, dan yang penting pergi dari rumah ini," katanya, dan dengan rasa ngeri ia pun mendengar-dengarkan bunyi menggelegak di dalamjantungnya, lalu keluarlah ia dengan buru-buru dan duduk di dalam kereta.
"Ke mana Nyonya perintahkan?" tanya Pyotr sebelum duduk di tempat duduk kusir.
"Ke Znamenka, rumah keluarga Oblonskii."
XX VIII Cuaca cerah. Sepanjang pagi turun gerimis kecil yang deras, dan baru saja langit menjadi terang. Atap-atap seng, petak-petak trotoar, kerikil jalanan, roda-roda kereta dan kulit, perunggu dan seng pada kereta-semua berkilauan terkena matahari bulan Mei. Hari sudah pukul tiga, dan jalan sedang ramai-ramainya.
LEOTOLSTOI Sesudah duduk di sudut kereta yang tenang, terayun-ayun oleh pegasnya yang lentur dan ditarik cepat oleh kuda-kuda kelabu itu, diiringi bunyi gemeretak yang ditimbulkan roda-roda kereta, dan dengan dikawal kesan silih-berganti di tengah udara bersih itu, Anna pun mengenang kembali berbagai peristiwa hari-hari terakhir itu, dan terlintas olehnya bahwa kedudukannya sekarang lain samasekali dengan sebelumnya. Sekarang ini pikiran tentang mati tak Iagi menger ikan, dan pikiran itu sekarang terang; bahkan maut sendiri pun tak lagi tampak tak terhindarkan. Sekarang ia mencela diri sendiri atas terjadinya keadaan terhina yang kini menimpanya. " Aku memohon kepadanya untuk memaatkan diriku. Aku menyerah padanya. Aku mengakui kesalahanku. U ntuk apa" Apakah aku tak bisa hidup tanpa dia?" Dan tanpa memberi jawaban bagaimana ia akan hidup tanpa Vronskii, mulailah i a membaca papan-papan nama di pinggir jalan. "Kantor dan gudang. Dokter gigi. Ya, akan kuceritakan semuanya kepada Dolly. la tak suka kepada Vronskii. Memang aku akan merasa malu, sakit, tapi akan kuceritakan segalanya kepada dia. la sayang padaku, dan aku akan tunduk pada nasihatnya. Aku tak akan menyerah pada Vronskii; aku tak akan membiarkan dia mengajariku. Filippov, roti kalach. Orang bilang adonannya dibawa ke Petersburg. Air Moskwa begitu baik. Sumber-sumber air dan kue panekuk buatan Mitishchensk." Dan teringtlah olehnya masa kecil ketika ia berumur tujuh tahun. la pergi dengan bibinya ke Troitsa. "Masih dengan kuda waktu itu. Akukah gadis bertangan merah itu" Banyak hal waktu itu tampak indah dan tak terjangkau olehku; sekarangjadi tak bermakna samasekali; sedangkan yang ada waktu itu untuk selamanya tak terjangkau lagi. Bisakah kiranya aku percaya waktu itu bahwa sekarang aku terpuruk dalam kehinaan seperti ini" 0, alangkah akan sombong dan puasnya dia kalau nanti menerima suratku! Tapi aku akan membuktikan padanya .... Busuk sekali bau cat itu. Buat apa sesungguhnya orang-orang itu terus mengecat dan membangun" Mode dan pakaian," demikian dia baca. Seorang lelaki membungkuk kepadanya. la suami Annushka. "Parasit-parasit kita," teringat olehnya kata-kata yang diucapkan Vronskii. "Kita" Kenapa kita" Yang mengerikan adalah bahwa masa lalu tak bisa dicabut sampai ke akar-akarnya. Tak bisa dicabut, tapi
477 478 ANNA KAR"NINA kita bisa menyembunyikan kenangan tentang dia. Dan aku sekarang menyembunyikannya." Dan sampai di situ teringatlah olehnya masa lalu dengan Aleksei Aleksandrovich; teringat olehnya bagaimana ia menghapuskan Aleksei Aleksandrovich dari ingatannya. "Nan ti Dolly akan menyangka aku meninggalkan suami yang kedua, sehingga barangkali ia berpendapat aku keliru. Apa memangnya aku ingin jadi pihak yang benar" 0, tak bisa aku!" ujarnya, dan seketika itu ia ingin menangis. Tapi seketika itu pula mulailah ia memikir-mikirkan apa yang kiranya menyebabkan kedua gadis itu tersenyum. "Apa barangkali c inta" 0, mereka belum tahu betapa c inta membuat orang tak bahagia, betapa ia hina .... Boulevar dan anak-anak. T iga anak lelaki berlari-lari, bermain kuda-kudaan. Seryozba! Tapi aku tetap kebilangan dia dan tak bisa menemukan dia kembali. Ya, aku akan kebilangan segalanya kalau nanti Vronskii tak kembali. Barangkali pula ia terlambat naik keretaapi, dan sekarang sudah kembali pulang. Nah, kamu menghendaki penghinaan lagi!" katanya kepada
sendiri. "Tidak, aku akan mendatangi Dolly, dan langsung akan kukatakan padanya: aku tak babagia, aku pantas menerima keadaan ini, aku bersalah, tapi bagaimanapun aku tak bahagia, tolonglah aku. Kuda-kuda ini, kereta ini, o, alangkah menjijikkan aku naik kereta ini. Semua ini kepunyaan dia, dan aku tak akan melihat semua i n i lagi!"
Sambil mengingat-ingat kata-kata yang hendak ia gunakan dalam berbicara dengan Dolly dan sambil membangkit-bangki tkan kemarahan dalam pikiran dan hatinya, Anna pun naik tangga. "Ada tamu?" tanyanya di kamar depan.
"Katerina Aleksandrovna Levina," jawab pesuruh. "Kitty! Kitty yang pemab dicintai Vronskii," pikir Anna. "Si Kitty yang dikenangkan dengan penuh c inta oleh Vronskii. Vronskii menyesal takjadi kawin dengan Kitty. Sedangkan aku dikenangnya dengan penuh kebencian, dan ia menyesal telah berhubungan denganku."
Ketika Anna datang, kedua kakak beradik itu sedang sibuk membicarakan cara memberi makan bayi. Hanya Dolly yang menyambut tamu yang telab mengganggu percakapan mereka.
"O, jadi kamu belum lagi pergi" Aku sendiri ingin datang ke tempatmu," katanya. "Baru saja aku menerima surat dari Stiva."
LEOTOLSTOI "Kami juga menerima telegram," jawab Anna sambil melihat sekeliling mencari Kitty.
"Ia mengatakan dalam surat itu bahwa ia tak bisa memahami apa yang sesunggu hnuya dikehendaki Aleksei Aleksandrovich, tapi katanya ia tak akan pulang sebelum mendapat balasan."
"Tadi kusangka kamu sedang ada tamu. Boleh aku membaca surat itu?"
"Ya, ada Kitty," kata Dolly kebingungan. "Ia ada di kamar anak. la habis sakit keras."
"Ya, aku dengar juga. Boleh aku membaca surat itu?" "Sebentar kuambil. Tapi Aleksei Aleksandrovich tak menolak; sebaliknya, Stiva menaruh harapan," kata Dolly sambil berhenti di tengah pintu.
" Aku sendiri tak berharap, dan aku pun tak menghendaki," kata Anna.
"Apa pula ini; apa Kitty menganggap dirinya terhina bertemu denganku?" pikir Anna ketika telah tinggal sendirian. "Tapi barangkali juga ia memang benar. Tapi sebagai orang yang pernah jatuh cinta kepada Vronskii, tak perlu ia menunjukkan hal itu, sekalipun memang benar. Aku mengerti bahwa dalam kedudukan seperti sekarang in i, tak pantas aku diterima oleh kedua perempuan yang baik namanya itu. Aku tahu, sejak menit pertama aku telah mengorbankan segalanya demi Vronskii! Dan inilah sekarang buahnya! 0, alangkah benci aku kepada Vronskii! Dan untuk apa aku datang kemari ini" Aku jadi lebih parah, jadi lebih berat." Dari kamar lain terdengar olehnya suara dua bersaudara yang sedang bertukar jawab. "Dan apa yang akan kukatakan kepada Dolly sekarang" Menghibur hati Kitty dengan mengatakan bahwa aku tidak bahagia dan menempatkan diri di bawah naungannya" Tidak, dan lagi Dolly pun tak akan mengerti apapun. Dan tak ada yang mesti kukatakan padanya. Yang penting sekarang cuma bertemu dengan Kitty dan menunjukkan kepadanya betapa aku membenci semua orang dan segala sesuatu, dan betapa sekarang ini buatku apapun tak ada bedanya."
Dolly datang membawa surat. Anna membacanya, lalu tanpa mengucapkan sesuatu mengembalikannya.
479 480 ANNA KAR"N!NA "Aku sudah tahu semua isinya," katanya. "Dan lagi semua itu samasekali tak menarik minatku."
"Lo, kenapa begitu" Aku sebaliknya berharap," kata Dolly sambil menatap Anna dengan rasa ingin tahu. Belum pernah ia melihat Anna dalam keadaan naik darah yang demikian aneh itu. "Kapan kamu akan pergi?" tanyanya.
Sambil memicingkan mata Anna menatap ke depan, tapi tak memberikan jawaban apa-apa.
"Apa Kitty menyembunyikan diri dariku?" katanya sambil menoleh ke pintu; wajahnya memerah.
"Ah, bukan apa-apa! Dia sedang menyusui, dan dia menghadapi soal; tadi aku memberikan nasihat kepadanya .... Ia senang sekali. Sebentar ia akan datang," kata Dolly kikuk, tak bisa berbohong. "Nah, i ni dia datang."
Ketika tahu Anna datang, Kitty bermaksud tidak keluar; tapi Dolly mendesaknya. Akhirnya dengan mengerahkan tekad ia pun keluar, dan dengan wajah kemerahan ia menghampiri Anna dan mengulurkan tangan kepadanya.
"Saya senang sekali," katanya dengan suara gemetar. Kitty terombang-ambing oleh pergulatan dalam dirinya antara rasa permusuhan terhadap perempuan jahat itu dan keinginan untuk bersikap rendah hati kepadanya; tapi begitu terlihat olehnya wajah Anna yang cantik dan simpatik, segala rasa permusuhan pun seketika lenyap.
"Saya tak heran kalau Anda tak mau bertemu dengan saya. Saya sudah terbiasa dengan semua itu. Kabarnya Anda sakit" Ya, Anda memang berubah," kata Anna.
Kitty mer as a bahwaAnna menatap dia dengan sikap bermusuhan. Menurut pendapatnya, sikap permusuhan itu disebabkan oleh kekikukan yang sekarang dirasakan Anna terhadap dirinya, padahal dulu Anna menjadi pelindungnya. Maka ia pun merasa amat kasihan kepada Anna.
Mereka berbicara tentang penyak it, tentang anak, tentang Stiva, tapi agaknya tak satu pun di antara pokok pembicaraan itu yang menarik minat Anna.
"Saya singgah ke sini untuk pamit," kata Anna sambil berdiri.
LEOTOLSTOI "Kapan kali an akan berangkat?"
Tapi kembali Anna berkata kepada Kitty tanpa memberi jawaban.
"Ya, saya senang sekali sudah bertemu dengan Anda," katanya tersenyum. "Saya begitu sering mendengar tentang Anda dari segala pihak, bahkan dari suami Anda sendiri. Dia berkunjung ke rumah saya, dan saya senang padanya," tambahnya, kali ini agaknya dengan maksud buruk. "Di mana dia sekarang?"
"la pergi ke desa," kata Kitty memerah wajahnya. "Sampaikan salam hormat saya padanya, betul-betul sampaikan salam hormat saya."
"Tentu!" ulang Kitty dengan naif sambil menatap mata Anna dengan nada dukacita.
"Yah, selamat tinggal, Dolly!" Dan sesudah mencium Dolly dan menjabat tangan Kitty, Anna pun keluar dengan buru-buru.
"Masih seperti itu juga, dan masih juga memikat hati. Cantik sekali!" kata Kitty setelah t inggal sendirian dengan kakaknya. "Tapi rasanya ada sesuatu yang membuat kita kasihan kepadanya sekarang! Kasihan sekali!"
"Tidak, sekarang memang ada yang lain padanya," kata Dolly. "Ketika aku mengantar dia di kamar depan tadi, tampak ia seperti mau menangis."
XXIX Anna masuk ke kereta dalam keadaan lebih buruk daripada sebelumnya, ketika ia meninggalkan rumah. Segala penderitaan yang sudah ada sebelumnya kini ditambah lagi dengan perasaan terhina dan ternista yang dirasakannya sesudah bertemu dengan Kitty. "Ke mana Nyonya mau pergi" Pulang?" tanya Pyotr. "Ya, pulang," kata Anna yang sudah tak bisa memikirkan lagi ke mana ia harus pergi.
"Mereka menatapku seperti menatap sesuatu yang mengerikan, sesuatu yang tak bisa dimengerti dan menarik untuk diketahui. Udara sepanas ini, apa yang bisa diceritakan oleh orang itu kepada temannya?" pikirnya melihat dua pejalan kaki. "Memangnya
481 482 ANNA KAR"NINA mungkin bercerita kepada orang lain tentang apa-apa yang kita rasakan" Tadi aku mau bercerita kepada Dolly, dan bagus sekali aku tak jadi menceritakannya. Di a akan senang sekali melihat kemalanganku! Memang ia akan menyembunyikan perasaannya, tapi yang akan sangat dirasakannya adalah rasa senang karena sekarang aku terhukum setelah memperoleh segala kenikmatan yang membuatnya iri. Dan Kitty akan lebih senang lagi. 0, aku bisa melihatnya sekarang dengan amat jelas! Ia tahu, sekarang aku bersikap lebih lemah-lembut pada suaminya daripada sebelumnya. Dan ia cemburu dan membenciku. Dan ia masih juga memandang hina padaku. Dalam pandangannya aku perempuan yang tak berakhlak. 0, sekiranya aku perempuan tak berakhlak, aku bisa membuat suaminya jatuh cinta padaku... kalau aku mau. Dan memang aku mau. Nah, orang itu rupanya puas dengan dirinya," pikimya tentang seorang tuan gemuk, berwajah kemerahan, yang waktu itu datang dari arah berlawanan dan menyangka Anna adalah kenalannya, sehingga ia mengangkat topinya yang mengkilap di atas kepalanya yang botak berkilauan, tapi kemudian sadar bahwa ia telah melakukan kekeliruan. "Di a sangka dia kenal aku. Padahal ia hanya sedikit saja mengenalku, seperti siapapun juga di dunia ini. Aku sendiri tak mengenal diriku. Aku hanya mengenal selera-seleraku, kata orang Prancis. Nab, i ngin makan es krim yang kotor mereka itu. Padahal mereka sudah tahu itu pula bar ," pikirnya melihat dua anak lelaki yang telah berhenti di dekat tukang es krim; tukang es krim menurunkan tong kayu dari atas kepalanya dan menghapus wajahnya yang berkeringat dengan ujung handuk. "Kita semua memang menginginkan yang manis, yang enak. Tak ada gula-gula, ambil es yang kotor. Dan Kitty begitu juga: tak ada Vronskii, ambil Levin. Dan ia iri padaku. Dan membenciku. Dan kita semua saling membenci. Aku membenci Kitty, Kitty membenciku. ltu benar sekali. Tyutkin, coiffeur. Je me fais coiffer par Tyutkinll2 .... Akan kusampaikan ini kepada Vronskii kalau ia datang nanti," pikimya, lalu tersenyum. Tapi seketika itu ia pun teringat bahwa sekarang ini
112 T yutkin, coiffeur. le me fois coiffer par T yutkin (Pr): Tyutkin tukang cukur. Aku dicukur Tyutkin.
LEOTOLSTOI tak ada orang yang bisa diceritainya tentang sesuatu yang lucu. "Dan ini pun sarnasekali tak lucu, tak ada yang membuat gembira. Semua memuakkan. Lonceng sembahyang malarn; pedagang itu membuat tanda salib dengan tertib-seperti khawatir akan membuat jatuh sesuatu. Buat apa gereja-gereja itu, lonceng itu, dan kepalsuan itu" Cuma buat menyembunyikan kenyataan bahwa k ita ini saling membenci, seperti tukang-tukang kereta yang sal ing maki dengan penuh kedengkian. Yashvin mengatakan: dia ingin membuat saya telanjang, saya sebaliknya juga begitu terhadap dia. Itu benar sekali!"
Ia sarnpai di serambi rumah ketika sedang tergoda pikiranpikiran itu. Ia bahkan tak memikirkan keadaan dirinya lagi. Ketika terlihat olehnya penjaga pintu yang datang menyongsong, baru teringat olehnya bahwa ia sudah meng irimkan surat dan telegram. "Ada balasan?" tanyanya.
"Sebentar saya lihat, Nyonya," jawab penjaga pintu dan di jenguknya kantor, diambilnya dan disampaikan kepada Nyonya itu sepucuk amplop telegram berbentuk persegi, tipis. "Tak bisa datang lebih cepat dari jam sepuluh. Vronskii," demikian dibacanya. "Utusan belum kembali?"
"Belum, Nyonya," jawab penjaga pintu.
"O, kalau begitu tahu aku apa yang mesti kulakukan," katanya, lalu berlari ke atas dengan perasaan berang tak menentu, ingin membalas dendam. "Aku sendiri akan menjumpai dia sekarang. Sebelum aku pergi untuk selamanya, akan kukatakan segalanya padanya. Belum pemah aku membenci orang lain seperti sekarang aku membencinya!" pikirnya. Ia belum lagi ingat bahwa telegram itu adalah balasan atas telegramnya sendiri, dan bahwa Vronskii belum menerima surat yang dikirimnya. Maka terbayang olehnya sekarang bagaimana Vronskii dengan tenang bercakap-cakap dengan ibunya dan Sorokina dan bergembira melihat penderitaannya. "Ya, aku perlu pergi selekasnya," katanya kepada diri sendiri, walaupun belum lagi tahu ke mana ia mesti pergi. Ia ingin selekasnya meninggalkan segala perasaan yang mengungkungnya di rumah yang mengerikan itu. Hamba sahaya, dinding rumah, dan barang-barang dalam rumah semua menimbulkan perasaan jijik dan dengki dalam dirinya dan menghimpit dirinya dengan berat.
483 484 ANNA KAR"N!NA "Ya, aku harus pergi ke stasiun, dan kalau ia tak ada di sana, aku akan pergi ke rumah ibunya dan memakinya." Anna sudah melihat daftar perjalanan keretaapi di koran-koran. Sore hari kereta berangkat pukul delapan lebih dua menit. "Ya, aku masih sempat." D iperintahkannya orang memasang kuda-kuda yang lain, sedangkan i a sendiri memasuk-masukkan sejumlah barang ke dalam kantong perjalanan, perlu untuk beberapa hari. Ia tahu, ia tak akan kembali lagi kemari. D i antara beberapa rencana yang terpikir olehnya, secara smar-samar dipilihnya satu, bahwa sesudah berlangsung ke jadian di stasiun sana atau di tanah milik Nyonya Pangeran itu nanti, ia akan pergi lewat Stasiun Nizhegorodskaya sampai ke kota pertama dan ia akan tinggal di sana.
Makan siang sudah tersedia di atas meja; ia mendekat dan mencium roti dan keju, tapi ketika i a merasa betul bahwa bau semua makanan itu menjijikkan baginya, ia pun memerintahkan menyiapkan kereta, lalu berangkat. Rumah sudah membentuk bayangan yang menutup seluruh jalan; udara sore hari itu terang, dan masih hangat oleh sinar matahari. Semua orang di sekitarnya sangat menjengkelkan dan membuat di a naik darah dengan katakata dan gerak-ger iknya-baik Annushka yang mengiringkannya membawa barang-barang itu, atau Pyotr yang telah memasukkan barang-barang itu ke kereta, pun kusir yang tampak senang. "Aku tak butuh kamu, Pyotr."
"Lalu karcisnya bagaimana, Nyonya?"
"Yah, semaumulah, buatku sama sa ja," kata Anna kesal. Pyotr melompat ke tempat duduk kusir, dan sambil bertolak pinggang ia memberi perintah kepada tukang kereta untuk berangkat ke stasiun.
xxx "Nah, gadis itu lagi! Sekali lagi aku bisa memahami segalanya," kata Anna kepada diri sendiri, sesudah kereta bergerak maju dengan bunyi gemeretak di atas jalan berkerikil; dan sekali lagi kesan-kesan pun beruntun datang dan pergi.
"Ya, apakah yang terakhir kupikirkan dengan senang itu?"
LEOTOLSTOI pikimya berusaha mengingat-ingat. "Tyutkin, coiffeur" Ah, bukan, bukan itu. 0, tentang apa yang dikatakan Yashvin; tentang perjuangan hidup dan kebencian yang jadi sarana perhubungan antarmanusia. Tidak, sia-sia saja kalian pergi," uj a dalam hati kepada empat orang yang lewat dengan kereta, agaknya bermaksud bersenang-senang ke luar kota. "Dan an jing-anjing yang kalian bawa itu samasekali tak akan membuat kalian senang. Tak bisa kalian lepas d ia." Dan ketika ia layangkan mata ke arah pandangan Pyotr, terlihat olehnya seorang buruh pabrik yang sedang mabuk; kepalanya berayun-ayun, dan ia sedang diseret entah ke mana oleh seorang polisi. "Nab, kalau orang itu lebih mungkin," pi ya. "Aku dan Vronskii pun tak beroleh kepuasan, meskipun sangat meng inginkannya." Dan untuk pertama kalinya, sekarang Anna me l ihat terang yang memungkinkan dia melihat segalanya, melihat hubungannya dengan Vronskii, yang tadinya tak hendak ia pikirkan. "Apalah yang dia cari dalam diriku" Cinta pun tak lebih daripada hasrat untuk memuaskan rasa g ila hormat." Teringat olehnya kata-kata Vronskii, teringat olehnya ekspresi wajah Vronskii yang mengingatkan dia kepada anjing pemburu yang setia, teringat olehnya masa pertama mereka berhubungan. Dan segalanya sekarang membenarkan hal itu. "Ya, dalam dirinya ia berpesta karena sikap gila hormatnya terpuaskan. Memang benar, ada juga unsur cinta, tapi sebagian besar cuma keangkuhan karena sukses yang ia peroleh. Ia membanggakan diriku. Tapi semua itu kini sudah lewat. Tak ada lagi yang bisa dibanggakannya. Sekarang bukan waktunya merasa bangga, tapi merasa malu. Ia telah mengambil semua yang bisa diambilnya dariku, dan sekarang i a tak membutuhkan aku lagi. Ia merasa berat karena diriku, dan berusaha supaya tampak tanpa cela dalam hubungan denganku. Kemarin sudah terluncur kata-katanya-i a menghendaki perceraian dan pe an agar tak bisa kembali lagi ke masa lalu. Ia cinta padaku, tapi bagaimana pula caranya" The zest is gone.113 Orang itu ingin bikin semua orang kagum padanya, dan ia puas dengan dirinya sendiri," pik imya ketika melihat seorang pembantu toko yang waktu itu mengendarai kuda
"3 The zest is gone (Ing): Gairahnya sudah hilang.
485 486 ANNA KAR"NINA sewa. "Ya, dalam diriku sudah tak ada lagi selera terhadap d ia. Kalau aku pergi meninggalkannya, dia akan merasa senang sekali."
Semua itu bukan pe an semata; ia melihatnya dalam cahaya yang bisa menembus, cahaya yang sekarang dibukakan oleh makna hidup dan makna hubungan antarmanusia.
"Cintaku makin lama makin menyala dan egois, sedangkan cintanya makin lama makin padam. lnilah sebabnya aku dan dia berpisah," pikimya kemudian. "Dan i ni tak bisa diselamatkan lagi. Semua milikku ada dalam dirinya seorang, dan aku menuntut agar dia semakin menyerahkan kepadaku sepenuhnya. Sedangkan dia makin lama makin hendak melepaskan diri dariku. D ia dan aku saling menyambut sebelum dahulu berhubungan, tapi kemudian tak bisa dicegah lagi, berpisah menuju arah yang berlainan. Dan mengubah hal ini tak mungkin. la mengatakan kepadaku bahwa aku cemburu secara tak masuk akal, dan aku pun sudah mengatakan kepada sendiri bahwa aku memang cemburu secara tak masuk akal; tapi itu tidak benar. Aku bukan cemburu, aku tak puas. Tapi. .. , " ia membuka mulut dan beralih tempat duduk di dalam kereta karena gelisah, gelisah yang disebabkan oleh pikiran yang tiba-tiba muncul dalam kepalanya. "O, sekiranya aku bisa jadi orang lain kecuali kekasih yang tugasnya melulu mencintai belaiannya dengan penuh gairah; tapi aku tak bisa dan tak mau jadi orang lain. Dengan keinginan seperti itu, berarti aku membangkitkan rasa muak dalam dir inya, sedangkan ia membangkitkan rasa dendam dalam diriku, dan tak mungkin lain daripada itu. Apa memangnya aku tak tahu bahwa d i a k iranya tak akan menipu d iriku, bahwa dia tak punya rencana dengan Sorokina, bahwa dia tak jatuh cinta kepada Kitty, dan bahwa dia tak akan mengkhianatiku" Aku tahu semua itu, tapi sayangnya, meski aku mengetahuinya, keadaanku tak menjadi lebih ringan. Jika dia tak mencintaiku, dan semata-mata merasa punya kewajiban serta bersikap baik dan mesra padaku, sedangkan yang kukehendaki bukan itu, maka itu seribu kali lebih buruk daripada dendam! Itu adalah neraka! Ya, itulah d ia. Vronskii sudah lama tak mencintaiku. Sedangkan di mana cinta berakhir, di situ bermula kebenc ian. Jalan-jalan ini samasekali tak kukenal. Bukit-bukit apa pula itu, dan di mana-mana rumah dan rumah .... Dan di dalam
LEOTOLSTOI rumah-rumah itu manusia dan manusi a .... Berapa banyak manusia itu, tak ada batasnya, dan mereka semua saling membenci. Yah, biarlah aku memikirkan apa saja yang kumau untuk menyenangkan diri. Sekarang, umpamanya aku menerima cerai, Aleksei Aleksandrovich memberikan Seryozha kepadaku, dan aku kawin dengan Vronskii." Mengingat Aleksei Aleksandrovich, langsung terbayang olehnya dengan amat jelas sang suami, seakan dalam keadaan hidup ada di hadapannya, dengan patuh, redup dan tanpa cahaya, dengan urat-urat biru di kedua belah tangannya yang putih, dengan irama bicara dan bunyi jema r i yang digeretakkan. Mengingat hubungan rasa yang ada di antara keduanya, yang juga bernama cinta itu, ia pun bergidik oleh rasa jijik. "Taruhlah aku menerima cerai dan menjadi istri Vronsk ii. Apa dengan itu Kitty akan berhenti menatapku dengan cara seperti yang baru saja ditunjukkannya" Tidak. Dan apakah Seryozha akan berhenti bertanya atau berpikir tentang kedua suamiku" Dan untuk hubungan antara diriku dan Vronskii, perasaan baru apa pula yang hendak kuciptakan" Mungkinkah ada semacam hal yang bukan kebahagiaan, tapi bukan pula pender itaan" Tak mungkin; sekali lagi tak mungkin!" jawabnya kepada diri sendiri tanpa bimbang sedikit pun. "Tak mungkin! Aku dan dia dipisahkan oleh hidup; aku membuat kemalangan untuknya dan i a membuat kemalangan untukku; membentuk kembali dirinya maupun diriku tak n. Semua usaha telah dilakukan, sekrup sudah diputar. Ya, pengemis dengan anaknya. Ia menyangka orang kasihan padanya. Apa memangnya kita semua ini tak terlempar ke dunia cuma untuk saling membenci, dan karena itu menyiksa d iri sendiri dan orang lain" Anak-anak sekolah gimnasium berjalan dan ketawa. Seryozha?" begitu teringat olehnya. "Aku pun 487 488 ANNA KAR"NINA di sepanjang Sungai Wolga; ke sana semua iklan itu mengundang untuk berlibur, di mana saja, dan kapan saja," pikirnya ketika sudah mendekati bangunan Stasiun Nizhegorodskaya yang pendek, dan para kuli sudah berlarian mendekatinya.
"Sampai Obiralovka, Nyonya?" kata Pyotr.
Anna sudah lupa samasekali ke mana dan untuk apa ia pergi, dan hanya dengan susah-payah saja ia bisa memahami pertanyaan Pyotr.
"Ya," katanya kepada Pyotr sambil menyerahkan dompet uang, dan sesudah menggan n kantong merah kecil di lengannya, ia pun keluar dari kereta.
Ketika berada di tengah orang banyak dan berjalan menuju ke ruang tunggu kelas satu, sedikit demi sedikit mulai teringat olehnya segala persoalan yang pun ya hubungan dengan keadaannya sekarang, teringat pula olehnya keputusan-keputusan yang dengan ragu-ragu sudah i a ambil. Dan kembali harapan dan keputusasaan meracuni hatinya yang tersiksa dan menggigil dengan hebat. Sambil duduk di atas dipan berbentuk bintang menantikan keretaapi, ia memandang orang-orang yang keluar-masuk dengan rasa muak (semua mereka itu memuakkannya). Dibayangkannya bagaimana ia akan tiba di stasiun, menulis surat kepada Vronskii, dan membayangkan apa yang akan ditulisnya. Dibayangkannya pula bahwa Vronskii sekarang tentu sedang mengeluh kepada ibunya (tanpa memahami penderitaan yang sedang dialami Anna) mengenai keadaannya. Terbayang pula bagaimana ia akan masuk ke kamar nanti, dan apa yang akan ia katakan kepada Vronskii. Dan terpikir pula olehnya bahwa hidup ini sebetulnya masih bisa bahagia; terpikir betapa tersiksa ia dalam mencintai dan membenci Vronskii, dan betapa hebat detak jantungnya.
XXXI Terdengar lonceng. Beberapa pemuda yang bertubuh buruk dan kurangajar, tapi cermat mengamati kesan yang mereka timbulkan, lewat. Pyotr melintasi ruang tunggu berpakai an dinas lengkap dengan kaos kak i panjang, dan dengan wajah menyebalkan menghampiri
LEOTOLSTOI Anna untuk mengantarkan dia nailc ke gerbong. Para lelaki yang ribut terdiam ketika Anna melewati mereka di atas peron; seorang di antaranya berbisik kepada yang lain tentang Anna, tentu saja tentang sesuatu yang menjijikkan. Anna menaiki anaktangga yang gi dan duduk sendiri di kupe, di atas dipan kotor berpegas, yang agaknya semula berwama putih. Kantongnya bergoyang-goyang oleh pegas, baru kemudian diam. Sambil tersenyum bodoh Pyotr mengangkat sedikit topinya yang berpita emas sebagai tanda berpisah di dekat jendela. Pengawal yang kurangajar membanting pintu dan memutar gagangnya. Seorang perempuan bertubuh buruk bergaun subal (dalam khayalnya ia menelanjangi perempuan itu dan merasa ngeri melihat betapa buruk tubuhnya) dan seorang gadis kecil yang ketawa tak wajar lari melintas d i bawah.
"Keterina Andreyevna yang bawa, semua dia yang bawa, ma tante!"11" teriak anak gadis itu.
"Masih kecil sudah rusak dan berbohong," pikir Anna. Maka agar tidak melihat siapapun, ia lekas-lekas bangkit dan duduk di dekat jendela di seberang, di gerbong yang kosong itu. Seorang buruh yang berpakaian kotor, bertubuh jelek, dan mengenakan topi pet, melewatijendela sambil membungkuk ke arah roda-roda kereta; dari balik topi petnya menyembul rambut yang kusut. "Seperti ada yang kukenal pada buruh yang tak keruan wujudnya itu," pikir Anna. Dan dengan gemetar ketakutan karena teringat mimpinya, ia pun pergi ke pintu seberang. Pengawal membuka pintu, memberikan jalan kepada sepasang suami-istri.
"Anda hendak keluar?"
Anna tak menjawab. Pengawal dan orang-orang yang masuk tak melihat kengerian di wajahnya yang tertutup kain pual. Ia kembali ke sudut ruangan, dan duduk. Sepasang suami-istri duduk di sisi yang berlawanan, dan dengan saksama namun sembunyi-sembunyi mengamat-amati pakaian Anna. Baik si suami maupun si istri terasa memuakkan Anna. Sang suami bertanya apakah Anna mengizinkan dia merokok, tapi agaknya ia bertanya bukan dengan tujuan merokok,
'" Ma tante (Pr): Blblku.
489 490 ANNA KAR"N!NA melainkan untuk sekadar bicara dengan Anna. Dan sesudah beroleh jawaban setuju dari Anna, ia pun mengatakan kepada istrinya dalam bahasa Prancis bahwa ia lebih ingin berbicara daripada merokok. Dengan sikap pura-pura mereka berbicara tentang tetek-bengek agar Anna mendengarnya. Anna melihat denganjelas betapa mereka berdua itu sudah saling bosan dan sudah saling membenci. Dan memang tidak mungkin tidak membenci orang-orang cacat yang patut dikasihani itu.
Terdengar lonceng kedua, dan sesudah lonceng itu terdengar perpindahan bagasi, bunyi ribut, ter iakan, dan ketawa. Anna bisa melihat dengan jelas bahwa tak seorang pun merasa senang dengan ketawa orang itu, yang membuatnya naik darah hingga terasa sakit, dan ia ingin men bat telinganya agar tidak mendengar. Akhirnya lonceng ketiga terdengar, bunyi peluit melengking, lokomotif menjerit, rantai berguncang, dan si suami membuat tanda salib. "Ingin juga aku bertanya padanya, apa yang dia maksudkan dengan perbuatan itu," pikir Anna sambil menoleh benci kepadanya. Dengan melewati perempuan itu, Anna menatap ke arah jendela, ke arah orang-orang yang seakan bergerak mundur, orang-orang yang waktu itu melepas keberangkatan kereta dan berdiri di peron. Dengan berguncang-guncang teratur di tiap persambungan rel, gerbong yang diduduki Anna terns meluncur melewati peron, dinding batu, sinyal, dan melewati gerbong-gerbong lain; roda-roda kini bergerak lebih cepat dan lancar, dan dengan bunyi ringan mengetuk-ngetuk rel; jendela menjadi terang oleh matahari petang yang cemerlang, dan angin kecil mempermainkan kain tirai. Anna terlupa orangorang seperjalanannya di dalam gerbong, dan sambil menghirup udara segar dan berayun-ayun ringan ia kembali berpikir:
"O ya, sampai di mana tadi aku berpikir" Aku berpikir bahwa tak mungkin kita membayangkan hidup ini bukan sebagai siksaan; aku berpikir, kita semua ini diciptakan untuk menyiksa diri; kita semua tahu hal itu, dan kita semua mencari-cari akal bagaimana menipu diri sendiri. Dan kalau kita sudah melihat kebenarannya, apakah yang kita lakukan?"
"Untuk itu manusia diberi akal agar ia bisa melepaskan diri
LEOTOLSTOI dari apa yang meresahkannya," kata perempuan itu dalam bahasa Prancis, agaknya puas sekali dengan kalimat yang diucapkannya, dan ia pun menyeringai.
Kata-kata itu seakan memberi jawaban kepada jalan pikiran Anna.
"Melepaskan diri dari apa yang meresahkan," ulang Anna. Dan melihat si suami yang berpipi merah dan si istri yang kurus itu Anna pun mengerti bahwa si istri yang sakit-sakitan pasti menganggap dirinya sebagai perempuan yang tak dimengerti oleh suaminya, sedangkan si suami berbohong kepadanya dan membenarkan pendapat si istri mengenai suaminya. Anna seakan bisa melihat riwayat mereka berdua dan seluruh cerukjiwa mereka dalam cahaya terang yang disorotkan kepada mereka. Tapi baginya tak ada di situ hal yang menarik. Maka terus saja ia dengan jalan pikirannya sendiri.
"Ya, ini memang sangat meresahkan diriku; tapi untuk itu aku diberi akal agar bisa melepaskan diri dari dia; jadi aku harus melepaskan diri. Kenapa pula aku tak mematikan lilin kalau tak perlu lagi melihat sesuatu, karena melihat semua itu sudah memuakkan" Tapi bagaimana caranya" Kenapa pengawal berlari menyusuri papan, kenapa orang-orang muda di gerbong lain itu berteriak-teriak" Kenapa mereka bercakap-cakap, kenapa mereka ketawa" Semua itu tak benar, semua itu palsu, bohong, jahat!"
Ketika kereta berhenti di stasiun, Anna keluar di tengah para penumpang lain, dan ia berhenti di peron untuk menghindarkan diri dari orang-orang, seperti hendak menghindari orang-orang berpenyak it lepra. Sementara itu ia berusaha mengingat-ingat, kenapa i a datang kemari dan apa yang a hendak ia lakukan. Segala yang tadinya terasa mungkin olehnya, sekarang sukar sekali bisa di bayangkannya, terutama di tengah himpunan orang banyak yang menyeramkan dan tak memberinya kemungkinan untuk tenang. Sekali kuli-kuli berlari mendekati dia dan me rkan jasa, sekali orang-orang muda menoleh-noleh ke arah dia sambil bercakapcakap keras dan mengetuk-ngetukkan sol sepatunya ke papan peron, sekali pula orang-orang yang datang dari arah berlawanan. Teringat
491 492 ANNA KAR"N!NA bahwa ia akan per g i Iebih jauh kalau i a tak mendapat jawaban dari Vronskii; maka ia pun menghentikan seorang kuli dan bertanya apakah di situ tidak ada kusir yang membawa surat untuk Pangeran Vronskii.
"Pangeran Vronskii" Di sini tadi ada orang-orang suruhan beliau. Mereka menjemput Nyonya Pangeran Sorokina dengan anak perempuannya. Tapi kusir itu datang dari mana?"
Sewaktu ia sedang bicara dengan kuli itu, kusir Mikhail mendekat dan menyampaikan surat; wajahnya kemerahan, gembira, dan ia mengenakan kemeja biru perlente; agaknya ia merasa bangga sudah melaksanakan tugas dengan baik. Anna membuka surat, dan belum lagi membacanya, jantungnya sudah berdegup.
"Sayang sekali surat tak sampai padaku. Aku tiba jam sepuluh," tulis Vronskii dengan tulisan yang tampak sembrono.
"Begitu! Memang sudah kuduga!" kata Anna kepada diri sendiri disertai senyum jahat mengejek.
"Baik, pergilah pulang," ujarnya pelan kepada Mikhail. Ia bicara lirih karena degup jantungnya yang cepat menyulitkan dia bernapas. "Tidak, tak akan kubiarkan kamu menyiksa diri," pikirnya dengan ancaman yang bukan tertuju kepada Vronskii atau kepada diri sendiri, melainkan kepada orang yang sudah memaksanya tersiksa, lalu keluar dari stasiun melewati peron.
Dua perempuan pelayan kamar yang berjalan di peron itu menegakkan kepalasewaktumelihatAnna; merekamemperdengarkan komentar mengenai riasan Anna. "Benar-benar asli," kata mereka mengenai renda yang dikenakan Anna. Orang-orang muda itu pun tak membiarkan Anna lewat begitu saja. Anak lelaki penjual kvas tak berkedip menatapnya. "Ya Tuhan, ke mana aku pergi?" pikir Anna sambil terns jalan melewat peron. Di ujung peron ia berhenti. Beberapa perempuan dan anak-anak menjemput seorang tuan berkacamata; mereka ketawa dan bicara keras, tapi tiba-tiba mereka terdiam menatap Anna ketika Anna sampai di tempat mereka. Anna mempercepat langkah dan menjauhkan diri dari mereka ke ujung peron. Sebuah kereta barang datang mendekat. Peron itu berguncang, dan terasalah olehnya seolah i a naik kereta lagi.
LEOTOLSTOI Tiba-tiba teringat olehnya orang yang tergilas kereta pada hari pertama ia berjumpa dengan Vronskii dulu, dan mengertilah ia apa yang dilakukannya kini. Dengan langkah ringan i a menuruni tangga yang memisahkan pompa air dari rel, dan berhentilah ia di dekat kereta yang sedang lewat itu. la arahkan pandangan matanya ke bawah gerbong, ke arah sekrup-sekrup dan rantai, ke arah rodaroda besi yang tinggi di bawah gerbong pertama yang meluncur pelan, dan dengan pandangan itu ia mencoba mengukur lebamya jarak di antara roda-roda depan dan roda-roda belakang, dan mengira-ngira kapan celah itu akan berada tepat d i hadapannya.
"Ke situ!" katanya kepada diri sendiri sambil menatap bayangan gerbong, menatap pasir campur batubara yang menimbuni bantalan rel kereta. "Ke situ, ke tengahnya, supaya aku bisa menghukumnya dan melepaskan dari semua orang dan diri sendiri."
Ia hendak menjatuhkan diri ke celah gerbong pertama yang waktu itu sampai di hadapannya. Tapi kantong merah yang ia lepas dari tangannya saat itu menghalanginya, dan ia pun terlambat; celah itu telah lewat. Harns tunggu gerbong berikutnya. Perasaan seperti orang yang akan terjun ke air ketika mandi kini meliputi dirinya, dan ia pun membuat tanda salib. Gerakan tanda salib yang biasa di buatnya itu membangkitkan ser an kenangan masa gadis dan anak-anak dahulu dalam jiwanya, dan sekonyong-konyong kegelapan yang menyelimuti segala penglihatannya pun tersingkap, dan untuk sesaat terbayang di matanya segala kegembiraan masa lalu yang cemerlang. Tapi matanya tak lepas dari roda-roda gerbong kedua yang sedang mendekat. Dan tepat pada saat celah roda-roda itu berada di hadapannya, ia melontarkan kantong merah itu, dan sambil menekankan kepala ke bahu i a menjatuhkan diri ke bawah gerbong, dan dengan gerakan tangkas ia berlutut, seakan bersiap untuk langsung bangkit. Seketika itu ia merasa ngeri dengan perbuatannya sendiri. "Di mana aku" Apa yang kulakukan" Kenapa?" Ia hendak bangkit dan menyelamatkan diri; tapi sesuatu yang sangat besar dan tak bisa dielakkan membentur kepalanya dan menyeret punggungnya. "Tuhan, ampunilah aku!" ujamya, ketika i a tak mungkin lagi melakukan perlawanan. Petani itu tetap
493 4 9 4 ANNA KAR"NlNA mengerjakan sesuatu pada rel besi sambil bicara. Dan lilin yang dipakai Anna untuk membaca buku yang belum selesai dibaca, yang berisi kecemasan, kepalsuan, kesedihan, dan kejahatan itu pun berkilauan dengan cahaya lebih terang daripada sebelumnya, menerangi segala yang sebelumnya terselimuti kegelapan, kemudian berkeretak, menggelap, dan padam untuk selamanya.
BAGIAN KEDELAPAN Hampir dua bulan telah berlalu. Waktu itu sudah pertengahan musim panas yang menyengat, tapi baru sekarang Sergei Ivanovich bersiap-siap perg i meninggalkan Moskwa. Selama masa itu, dalam kehidupan Sergei Ivanovich berlangsung kejadian-kejadian biasa. Sudah setahun yang lalu ia menyelesaikan bukunya, yang dikerjakan selama enam tahun, berjudul: Pengalaman Meninjau Dasardasar dan Bentuk-bentuk Pemerintahan di Eropa dan Rusia. Beberapa bab buku itu beserta pengantarnya sudah diterbitkan sebagai terbitan sementara, sedangkan bab-bab yang lain telah di bacakan Sergei Ivanovich di hadapan orang-orang di lingkungan pergaulannya. Karena itu, pikiran-pikiran yang terkandung dalam buku itu tak mungkin merupakan hal yang samasekali baru buat umum; namun demikian Sergei Ivanovich berharap penerbitan buku itu akan menimbulkan kesan yang serius bagi khalayak ramai, kalau bukannya membangkitkan suatu revolusi dalam ilmu pengetahuan, setidak-tidaknya akan menimbulkan guncangan kuat di kalangan ilmuwan.
Sesudah digarap ulang secara saksama, buku itu diterbitkan tahun lalu dan dikirimkan kepada para pedagang buku.
Dengan pandangan yang tajam dan minat besar, Sergei Ivanovich mengiku t i kesan pertama yang ditimbulkan buku itu di tengah masyarakat dan kalangan sastra, tapi ia tidak bertanya kepada siapapun tentang buku itu, dan ia menjawab pertanyaan-pertanyaan para sahabatnya tentang buku itu samasekali tanpa nafsu dan purapura masa bodoh; ia pun tidak bertanya kepada para pedagang buku bagaimana basil penjualan buku itu.


Anna Karenina Jilid 2 Karya Leo Tolstol di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seminggu, dua minggu, tiga minggu berlalu, tapi d i tengah masyarakat tak tampak kesan apapun; sahabat-sahabatnya, para spesialis dan sarjana, kadang-kadang memang membicarakan buku itu, tapi agaknya demi sopan-santun belaka. Adapun kenalan-
498 ANNA KAR"N!NA kenalan yang lain samasekali tak membicarakan buku itu dengannya, karena mereka tak berminat kepada buku yang isinya terlalu ilmiah. Di kalangan masyarakat, terutama yang sekarang sibuk dengan soal lain, terdapat sikap masa bodoh yang luarbiasa. D i kalangan sastra pun tak terdengar satu kata pun tentang buku itu selama sebulan ini.
Sergei Ivanovich menghitung sampai sekecilya waktu yang dibutuhkan orang untuk menulis resensi, tapi sudah sebulan lewat, kemudian dua bulan, orang tetap juga bungkam.
Hanya dalam majalah Kumbang Utara, dalam cerita bersambung bersifat humor tentang penyanyi Drabanti yang telah kehilangan suaranya, kebetulan dimuat beberapa kata yang bernada merendahkan buku Koznishov, dan kata-kata itu menunjukkan bahwa buku itu sudah lama d icela banyak orang dan men jadi tertawaan um um.
Akhi pada bulan ketiga, dalam sebuah majalah serius muncul artikel kritik. Sergei Ivnovich kenal penulis karangan itu. Ia pernah bertemu dengannya di rumah Golubtsov.
Penulis karangan itu adalah seorang peresensi yang masih sangat muda dan sakit-sakitan, tapi sebagai pengarang bahasanya lancar, walaupun pendidikannya sangat kurang dan bersikap malumalu dalam berhubungan dengan orang lain.
Meski Sergei lvnovich sangat merendahkan penulisnya, ia mulai membaca karangan itu dengan penuh rasa hormat. Karangan itu sungguh mengerikan.
Agaknya penulis resensi itu memahami isi buku dengan cara yang tak masuk akal samasekali. Tapi ia bisa mengumpulkan sejumlah kutipan dengan amat baik, sehingga orang yang tidak membaca buku itu (dan agaknya hampir tak ada orang yang membacanya) menjadi jelas sejelas-jelasnya bahwa seluruh isi buku itu tak lain adalah kumpulan kata-kata muluk yang penggunaannya pun tidak pada tempatnya (dan itu ditunjukkan dengan banyak tanda tanya), dan bahwa penuli s buku itu adalah orang yang betulbetul tak terpelajar. Dan semua itu dinyatakan dengan amat cerdas, sehingga Serge i Ivanovich sendiri pun kiranya tak bakal menolak bahwa si penulis resensi punya kecerdasan seperti itu; tapi justru
LEOTOLSTOI itulah yang membuatnya merasa ngeri.
Meski dengan penuh kejujuran Sergei Ivanovich telah menguji ketepatan argumen-argumen yang dikemukakan penulis resensi tersebut, ia samasekali tak mau memeriksa kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang ditertawakan itu-dan jelas sekali bahwa semua itu sengaja ditonjolkan-melainkan sebaliknya, secara otomatis saja mengingat sampai hal yang sekecil-kecilnya sekitar pertemuan dan percakapannya dengan penulis karangan tersebut.
"Apakah aku tidak telah menyinggung perasaannya?" tanya Sergei Ivanovich kepada diri sendiri.
Dan teringatlah Sergei Ivanovich bahwa dalam pertemuan itu ia memang telah mengoreksi sepotong kata yang diucapkan orang muda tadi, dan telah menunjukkan bahwa dia tak terpelajar. Maka Sergei Ivanovich pun mengerti sekarang mengapa nada karangan itu demikian.
Setelah muncul karangan itu, kembali orang bungkam seribu bahasa tentang bukunya itu, baik secara tertulis maupun lisan, dan sadarlah Sergei Ivanovich bahwa karya enam tahun yang telah ia selesaikan dengan penuh kecintaan itu tak menghasilkan apa-apa.
Keadaan Sergei Ivanovich menjadi lebih berat lagi, karena setelah menyele buku itu ia tak punya kerja penelitian lagi, sedangkan sebelumnya pekerjaan seperti itu menyita sebagian besar waktunya.
Sergei Ivanovich adalah orang yang cerdas, terdidik, sehat, giat, dan tak tahu bagaimana harus mengerahkan tenaganya. Percakapan d i kamar tamu, di kongres, di rapat, di panitia, di mana saja orang bisa berbicara, menyita sebagian waktunya; tapi ia, yang sudah lama men jadi penduduk kota itu, tak mau membiarkan d irinya menghabiskan waktu dengan bercakap-cakap, seperti dilakukan saudara lelakinya yang belum berpengalaman ketika berada di Moskwa; ia masih punya banyak waktu senggang dan tenaga mental.
Untung baginya, karena justru di masa berat akibat kegagalan bukunya itu, sebagai ganti persoalan penyimpangan agama resmi, sahabat-sahabat dari Ameri ka, bencana kelaparan di Samara, pameran dan spiritisme, muncul persoalan Slavia yang sebelumnya hanya sekadar membara di tengah masyarakat, dan Sergei Ivanovich
499 500 ANNA KAR"N!NA yang sebelumnya menjadi salah seorang pembangkit soal tersebut, sekarang mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada soal itu.
D i tengah lingkungan Sergei Ivanovich, orang waktu itu tidak membicarakan dan tidak pula menulis tentang hal-hal lain kecuali persoalan Slavia dan perang Serbia. Segala yang sia-sia, yang biasa dilakukan banyak orang untuk sekadar menghabiskan waktu, sekarang menguntungkan orang Slavia. Bal, konser, makan siang, pidato, pakaian meriah perempuan, anggur, kedai minum, semua membuktikan adanya rasa simpati kepada orang Slavia.
Banyak dar i yang dikatakan dan ditulis orang tentang hal itu, beserta rinciannya, yang tak disetujui Sergei Ivanovich. Ia melihat, persoalan Slavia telah menjadi satu dengan hiburan yang sedang mode, dan selalu secara bergantian menjadi pengisi kesibukan masyarakat; i a pun melihat, banyak orang yang melakukan hal itu adalah orang-orang yang berpamrih dan gila hormat. Ia mengakui, koran-koran sudah memuat banyak hal yang tak perlu dan terlalu di besar-besarkan, dan tujuannya satu saja, yakni mendapat perhatian dan mengalahkan lawan. Ia melihat, dalam hal ini yang bergerak di depan dan paling keras teriakannya adalah orang-orang yang gaga! dan orang-orang yang tersinggung perasaannya: para panglima yang tak punya tentara, para menteri tanpa kementerian, para wartawan yang tak punya majalah, ketua-ketua partai yang tak beranggota. Ia melihat, dalam peristiwa ini ada banyak hal yang sifatnya sembrono dan lucu; tapi ia melihat dan mengenali antusiasme yang nyata dan terus meningkat, yang menyatukan semua kelas masyarakat, dan orang tidak mungkin tidak bersimpati dengan peristiwa itu. Penyembelihan orang-orang Slavia yang seagama dan sesaudara itu membangkitkan rasa simpati kepada orang tertindas dan menimbulkan kemarahan terhadap si penindas. Dan kepahlawanan orang-orang Serbia dan Chornogoria yang berjuang demi tujuan mulia itu mendorong seluruh rakyat membantu para saudara, bukan hanya dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan.
Tapi dalam hal ini ada ge jala lain yang bagi Sergei Ivanovich menggembirakan, yaitu munculnya pendapat umum. Masyarakat telah menyatakan keinginannya. Seperti dikatakan Sergei Ivanovich, jiwa rakyat telah memperoleh pengungkapan. Dan makin lama
LEOTOLSTOI Sergei Ivanovich mengamati hal itu, makin terasa olehnya bahwa urusan itu tentunya punya dimensi besar dan membentuk zaman tersendiri.
Ia pun mengerahkan seluruh tenaga untuk mengabdi kepada urusan yang agung itu, dan lupa memikirkan bukunya tadi.
Seluruh waktunya tersita, sehingga tak sempat ia membalas surat-surat dan permintaan-permintaan orang kepadanya.
Sesudah bekerja sepanjang musim semi dan sebagian musim panas, baru pada bulan Juli ia bersiap-siap pergi ke desa mengunjungi saudaranya.
Ia pergi untuk beristirahat selama dua minggu di pelosok desa, tempat paling suci di antara tempat-tempat suci bangsa ini, menikmati kebangkitan semangat nasional, kebangkitan yang betulbetul diyakini nya dan oleh seluruh penduduk kedua ibukota Rusia. Ia datang bersama Katavasov, yang ingin memenuhi janjinya kepada Levin untuk berkunjung ke rumahnya.
I I Baru saja Sergei Ivanovich dan Katavasov sampai di Stasiun Kurskaya yang kini penuh orang, dan baru saja mereka keluar dari kereta mencari-cari pesuruh yang menyusul dari belakng membawa barangbarang mereka, datang rombongan sukarelawan naik empat dokar. Para perempuan menyambut mereka dengan membawa buket-buket bunga, dan masuk ke stasiun diiringi kerumunan besar orang.
Seorang di antara para perempuan penyambut sukarelawan itu mendekati Sergei Ivanovich, ketika perempuan itu keluar dari kamar tunggu.
"Anda datang untuk mengantarkan juga?" tanyanya dalam bahasa Francis.
"Tidak, saya pergi sendiri, Nyonya Pangeran. Untuk istirahat di tempat adik. Anda selalu mengantarkan?" kata Sergei Ivanovich sambil tersenyum tipis.
"Tentu!" jawab Nyonya Pangeran. "Betul tidak bahwa dari kita telah dik irim delapanratus orang" Malvinskii tak percaya kepada saya."
501 502 ANNA KAR"N!NA "Lebih daripada delapanratus. Kalau dihitung orang-orang yang tak dikirim langsung dari Moskwa, sudah lebih daripada seribu," kata Sergei Ivanovich.
"Itu dia. Saya sudah bilang begitu!" sahut perempuan itu gembira. "Dan betul sudah ada sekitar sejuta korban, kan?" "Lebih, Nyonya Pangeran."
"Dan apa bunyi kabar terakhir" Sekali lagi orang Turki terpukul."
"Ya, saya baca juga," jawab Sergei Ivanovich. Mereka bicara tentang berita terakhir yang membenarkan bahwa tiga hari berturutturut orang Turki terpukul di semua medan, dan melarikan diri; besok kiranya terjadi pertempuran yang menentukan."
"O, ya, seorang pemuda yang baik sekali telah mengajukan permohonan. Saya tak mengerti kenapa ia dipersulit. Saya ingin minta pertolongan Anda; saya kenal pemuda itu; tolong tuliskan surat untuk dia. la dikirim Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna."
Sergei Ivanovich menanyakan data pribadi yang diketahui Nyonya Pangeran tentang pemuda yang mengajukan permohonan itu, lalu masuk ke ruang tunggu kelas satu dan menulis surat kepada pejabat be ang, dan diserahkannya surat itu.
"Anda barangkali belum tahu, Pangeran Vronskii yang terkenal... ikut dalam kereta ini," kata Nyonya Pangeran disertai senyum kemenangan penuh makna, ketika Sergei Ivanovich menemuinya kembali dan menyumpaikan surat kepadanya.
"Saya dengar dia ikut, tapi tak tahu kapan. Jadi dia ada di dalam kereta ini ?"
"Tadi saya melihatnya sendiri. Dia di sini; cuma ibunya yang mengantar. Biar bagaimanapun, itulah hal terbaik yang bisa dia lakukan."
"O, ya, tentu."
Ketika berbicara itu, orang banyak berduyun-duyun melewati mereka mendekati meja makan. Mereka berdua pun ikut bergerak dan mendengar suara keras seorang tuan yang sambil memegang gelas anggur mengucapkan pidato untuk para sukarelawan. "Demi pengabdian pada keyakinan, kemanusiaan, dan saudara-saudara kita," kata tuan itu dengan suara semakin dilantangkan. "Moskwa
LEOTOLSTOI kita tercinta memberkati Anda sekalian. Hidup!" tutup tuan itu keras bernada tangis.
Semua orang ikut memekikkan Hidup!, lalu rombongan orang baru lagi berduyun-duyun masuk ke ruangan, hampir saja membuat jatuh Nyonya Pangeran.
"Aa, Nyonya Pangeran, bukan main!" kata Stepan Arkadyich yang tiba-tiba muncul di tengah orang banyak disertai senyum riang. "Betul-betul hebat dan hangat kata-katanya, bukan" Bravo! Dan Sergei lvanovich lagi! Anda, atas nama diri sendiri mesti mengucapkan beberapa patah kata, yah, untuk memperteguhlah; itu bagus buat Anda," tambahnya diiringi senyum mesra, hormat, dan hati-ha t i sambil mendorong tangan Sergei lvanovich sedikit. "Tidak, saya akan pergi sekarang."
"Ke mana?" "Ke desa, tempat adik," jawab Sergei Ivanovich.
"Kalau begitu Anda akan bertemu istri saya. Saya sudah menyurati, tapi Anda akan bertemu dia lebih dulu; tolong katakan padanya, Anda sudah bertemu saya, dan keadaan saya all right. Dia akan mengerti. Dan sambil lalu, tolong katakan kepadanya bahwa saya telah ditunjuk jad i anggota Dewan Gabungan .... Ya, dia akan mengerti. Begitulah, les petites miseres de la vie humaine," 11s katanya kepada Nyonya Pangeran dengan nada minta maaf. "Tapi Nyonya Myagkaya-bukan Liza, tapi Bibish-kirim seribu pucuk senapan dan duabelas perawat. Apa sudah pernah saya katakan?" "Ya, saya sudah dengar," jawab Koznishov kurang bergairah. "Sayang sekali Anda akan pergi," kata Stepan Arkadyich. "Besok kita menjamu makan siang dua orang yang akan berangkat-Dimer- Bartyanskii dari Petersburg dan Veselovskii Grisha teman kita. Keduanya berangkat. Veselovskii belum lama kawin. Bolehjuga dial Bukan begitu, Nyonya Pangeran?" katanya kepada nyonya itu.
Nyonya Pangeran menatap Koznishov tanpa memberikan jawaban. Tapi usaha Sergei lvanovich dan Nyonya Pangeran yang seolah ingin memisahkan diri dari dia itu samasekali tak membuat Stepan Arkadyich bi ngung. Sambil tersenyum ia menatap bulu yang
"' Les petites miseres de la vie humaine (Pr): Kemalangan kecil dalam hidup manusia.
503 504 ANNA KAR"NINA terpasang di topi Nyonya Pangeran, juga melihat ke sekitar, seolah sedang mengingat-ingat sesuatu. Melihat seorang perempuan lewat dengan membawa kotak, ia pun memanga dan memasukkan ke kotak itu matauang lima rubel.
"Saya tak bisa tenang menatap kotak itu, padahal saya ada uang," katanya. "Bagaimana bunyi berita terakhir" Hebat orangorang Chernogoria itu!"
"Ah, masa!" serunya, ketika Nyonya Pangeran mengatakan kepadanya bahwa Vronskii naik keretaapi itu. Untuk sekejap wajah Stepan Arkadyich mengungkapkan rasa duka, tapi sebentar kemudian, ketika masuk ke ruangan Vronskii dengan langkah dilompat-lompatkan sedikit, dan sambil membelai-belai cambangnya, dia pun sudah lupa sedu-sedan putusasa yang diperdengarkannya di depan mayat saudara perempuannya, dan kini dia melulu memandang Vronskii sebagai p n dan sahabat lamanya.
"Dengan berbagai kekurangan yang ada padanya, kita tetap tidak bisa tidak menunjukkan sikap adil padanya," kata Nyonya Pangeran kepada Sergei Ivanovicb, sesudab Oblonskii meninggalkan mereka. "Inilah yang dinamakan watak Rusia, watak Slavia! Cuma saya khawatir, Vronskii akan merasa tak senang melihat dia. Bagaimanapun, nasib orang itu sungguh menyentuh hati saya. D i perjalanan nanti bicaralah dengannya," kata Nyonya Pangeran. "Ya, barangkali juga, kalau nanti terpaksa."
"Saya tak pernah senang padanya. Tapi ini menjadi tebusan banyak hal. Dia bukan cuma pergi sendiri, tapi membawa satu sekuadron dengan biaya send iri."
"Ya, saya dengar itu."
Terdengar bunyi lonceng. Semua orang berkerumun di pintupintu.
"Itu dia!" ujar Nyonya Pangeran sambil menunjuk Vronskii yang mengenakan mantel panjang dan topi hitam berpingg iran lebar, bergandengan tangan dengan ibunya. Oblonskii berjalan di dekat mereka sedang bicara dengan penuh semangat.
Vronskii memandang ke depan sambil mengerutkan kening, seakan tak mendengar apa yang dikatakan Stepan Arkadyich. Agaknya, atas petunjuk Oblonskii, ia telah menoleh ke arah
LEOTOLSTOI berdirinya Nyonya Pangeran dan Sergei Ivanovich, lalu mengangkat topi sedikit tanpa mengatakan apapun. Wajahnya yang tampak menua dan mengungkapkan penderitaan seakan membatu.
Sesampai di peron, tanpa berkata-kata, Vronskii menghilang ke dalam gerbong setelah lebih dulu mempersilakan ibunya.
D i peron terdengar seruan Semoga Tuhan melindungi tsar, kemudian pekik Hura! dan Hidup! Di antara sukarelawan, seorang yang masih muda dan berdada datar membungkukkan badan rendah-rendah sambil melambaikan topi vilt dan buket bunga di atas kepalanya. Dua orang perwira dan seorang setengah tua yang berjenggot besar dan mengenakan topi yang sudah berminyak ikut pula menjengukkan badan dan membungkuk.
III Sesudah berpamitan dengan Nyonya Pangeran, Sergei Ivanovich bersama Katavasov yang datang mendekatinya masuk ke gerbong yang penuh sesak, dan kereta pun berangkat.
Di Stasiun Tsaritsin kereta disambut paduan suara anak-anak muda yang berbaris rapi dan menyanyikan lagu Semoga Mulia. Kembali para sukarelawan membungkukkan badan dan menjenguk keluar, tapi Sergei Ivanovich tak memerhatikan mereka; sudah sering i a melihat para sukarelawan itu, sehingga kenal betul dengan gambaran umumnya, dan itu tak menarik minatnya. Adapun Katavasov, karena ia selalu sibuk dengan kegiatan ilmiah dan tak sempat melihat para sukarelawan, ia pun sangat te kepada mereka dan bertanya-tanya tentang sukarelawan itu kepada Sergei Ivanovich.
Sergei Ivanovich memberi kan nasihat kepadanya untuk masuk ke kelas dua dan bicara langsung dengan mereka. Di stasiun berikutnya Katavasov memenuhi nasihat itu.
Di perhentian pertama ia berpindah ke kelas dua dan berkenalan dengan para sukarelawan. Mereka duduk di sudut gerbong sambil bercakap-cakap keras dan agaknya tahu bahwa perhatian para penumpang dan Katavasov yang baru masuk itu tertuju kepada mereka. Yang paling keras bicaranya adalah anak muda yang tinggi
505 506 ANNA KAR"NINA dan berdada datar. Ia rupanya mabuk dan sedang bercerita tentang peristiwa yang terjadi di lembaganya. Di depannya duduk seorang perwira yang sudah tak muda lagi dan mengenakan seragam militer Austr ia, seragam pasukan pengawal. Sambil tersenyum ia mendengarkan kata-kata si pencerita, kemudian menghentikannya. Yang ketiga, yang mengenakan seragam art ileri, duduk di atas koper dekat mereka. Yang keempat sedang tertidur.
Sesudah berbicara dengan anak muda tersebut, mengertilah Katavasov bahwa anak muda itu seorang pedagang di Moskwa yang telah menghabiskan harta miliknya dalam jumlah besar sebelum ia berusia duapuluh dua tahun. Katavasov tak senang kepada dia, karena anak muda itu kewanita-wanitaan, kolokan, dan lemah kesehatannya; agaknya ia yakin, terutama sekarang sesudah mabuk, bahwa ia sedang melakukan suatu tindak kepahlawanan, dan ia membanggakan ha! itu dengan cara yang samasekali tak menyenangkan.
Sukarelawan yang lain, seorang perwira pensiunan, juga memberikan kesan takmenyenangkan bagi Katavasov. Seperti tampak jelas, perwira itu orang yang pernah mencoba segala macam usaha. Ia pemah bekerja di keretaapi, menjadi pengatur rumahtangga, dan pemah memimpi n pabrik sendiri; ia bicara tentang segalanya meski tak ada perlunya samasekali, dan menggunakan kata-kata ilmiah yang tidak pada tempatnya.
Sukarelawan ketiga dari pasukan artileri, sebaliknya, orang yang sangat menyenangkan Katavasov. Orangnya sederhana, pendiam, dan agaknya menaruh hormat kepada pengetahuan tentara pensiunan itu; ia mendengarkan cerita tentang semangat berkorban si pedagang tadi, dan tentang diri sendiri tak mau bicara samasekali. Ketika Katavasov bertanya kepadanya apa yang telah mendorong dia pergi ke Serbia, dengan rendah hati ia menjawab:
"Ya begitulah, semua orang kan pergi ke sana" Perlu juga membantu orang Serbia itu, kan" Kasihan."
"Ya, di sana terutama dibutuhkan pasukan artile r i Anda itu," kata Katavasov.
"Saya belum lama berdinas di artileri; barangkali juga saya akan ditempatkan di infanteri atau kavaler i."
LEOTOLSTOI "Bagaimana mungkin di infanteri, kalau yang paling dibutuhkan di artileri?" kata Katavasov, yang sementara itu membayang-bayangkan umur tentara artileri itu, yang menurut pendapatnya tentunya sudah menduduki pangkat penting.
"Saya tidak lama berdinas di artileri; saya pensiun sebagai kadet," katanya, lalu mulai menjelaskan kenapa ia tidak lulus ujian.
Semua itu menimbulkan kesan tak menyenangkan bagi Katavasov, dan ketika para sukarelawan keluar di sebuah stasiun untuk minum, Katavasov pun i ngin mencocokkan kesannya yang tak menyenangkan itu lewat percakapan dengan orang lain. Seorang tua yang mengenakan mantel militer terus mendengar-dengarkan percakapan Katavasov dengan para sukarelawan itu. Ketika sudah tinggal sendiri saja dengan dia, Katavasov pun mengajaknya bicara.
"Ya, sungguh beragam keadaan orang yang berangkat ke sana ini," kata Katavasov tak menentu, sekadar hendak mengemukakan pendapat, dan sekaligus ingin mengetahui pendapat orang tua itu.
Orang tua itu seorang militer yang sudah dua kali ikut peperangan. Ia tahu apa yang dinamakan orang militer. Dari penampilan para sukarelawan, dari cara mereka bicara, dan dari cara mereka menghampiri pelples di tengah perjalanan, ia beranggapan bahwa mereka itu militer yang buruk. Selain itu, i a pemah tinggal di kota uyezd, dan ia ingin bercerita kepada Katavasov bahwa dari kotanya telah berangkat seorang prajur i t yang telah dipecat, seorang pemabuk dan pencuri yang tak seorang pun mau mener imanya sebagai pegawai. Tapi karena dari pengalaman ia tahu bahwa ketika sentimen masyarakat sedang seperti sekarang ini, berbahaya mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan pendapat umum, terutama mengkritik para sukarelawan. Maka i a pun menghadapi Katavasov dengan hati-hati.
"Apa boleh buat, di sana dibutuhkan orang," katanya sambil ketawa dengan matanya. Dan mulailah mereka bicara tentang ber ita militer terakhir, tapi masing-masing menyembunyikan keheranannya tentang dengan siapakah gerangan pertempuran besok berlangsung, karena orang Turki menurut berita terakhir sudah dipukul di semua medan. Dan begitulah mereka berdua berpisah tanpa mengemukakan pendapat masing-masing.
507 508 ANNA KAR"NINA Masuk kembali ke gerbongnya, Katavasov, tanpa dikehendaki, berbohong ketika menyampaikan kepada Sergei Ivanovich pengamatannya tentang para sukarelawan yang menurutnya orang-orang yang baik sekali.
D i sebuah stasiun besar di kota, kembali nyanyian dan pekikan menyambut para sukarelawan, kembali muncul tukang pungut dana sumbangan, lelaki dan perempuan membawa kotak, sedangkan para perempuan dari kota provinsi membawa buket-buket bunga untuk para sukarelawan dan mendatangi mereka di bufet; tapi semua itu sudah jauh lebih kecil dan berkurang di bandingkan dengan di Moskwa.
Sewaktu singgah di kota gubernia, Sergei Ivanovich tak pergi ke bufet, tapi berjalan mondar-mandir di peron.
Ket ika untuk pertama kali lewat di samping gerbong Vronskii, ia melihat jendelanya tertutup. Tapi ketika untuk kedua kali ia melewatinya, ia melihat Nyonya Pangeran Tua itu duduk di dekat jendela. Nyonya itu memanggilnya untuk mendekat.
"Ya beginilah, saya pergi mengantarnya sampai di Kursk," kata Nyonya Pangeran.
"Ya, saya mendengar," kata Sergei Ivanovich sambil berhenti di dekat jendela dan mencari-cari Vronskii dengan matanya. "la sungguh memperlihatkan watak yang sekali!" tambahnya, ketika dilihatnya Vronskii tak ada di dalam ruangan.
"Yah, sesudah kemalangan yang dia alami itu, apa lagi yang bisa dilakukannya ?"
"Sungguh peristiwa yang mengerikan!" kata Sergei Ivanovich. "O, apa saja yang tak saya alami! Silakan masuk. ... 0, apa saja yang tak saya alami!" ulang nyonya itu, ketika Sergei Ivanovich sudah masuk dan duduk di sampingnya di dipan. "Tak mungkin kita bisa membayangkan! Enam minggu dia tak mau bicara dengan siapapun, dan baru mau makan kalau saya sudah memohon-mohon padanya. Dan semenit pun tak bisa dia ditinggal sendirian. Kami singkirkan semua yang mungkin dipakainya untuk bunuh diri; kami tinggal di
LEOTOLSTOI tingkat bawah, dan tidak mungkinlah meramalkan apa yang bakal terjadi. Anda tahu kan bahwa dia sudah menembak satu kali karena perempuan itu," katanya, lalu alis orang tua itu mengerut mengingat peristiwa itu. "Ya, akhirnya perempuan itu mengakhiri hidupnya dengan jalan yang cocok untuk perempuan seperti itu. Bahkan maut pun dipilihnya yang hina dan rendah."
"Bukan kita yang mesti menilai, Nyonya Pangeran," kata Sergei Ivanovich sambil menarik napas. "Tapi saya bisa mengerti betapa berat semua itu untuk Anda."
"O, tak usahlah Anda mengatakannya! Saya tinggal di tanah milik saya, dan anak saya sedang bersama saya. Orang datang membawa surat. Anak saya menulis balasan dan mengirimkannya. Kami samasekali tak tahu bahwa perempuan itu ada di sana, d i stasiun. Petang hari, ketika saya baru saja masuk ke kamar sendiri, Merie pembantu saya bilang, di stasiun ada seorang perempuan menggilaskan ke bawah keretaapi. Saya seperti disambar petir! Saya tahu bahwa orang itu dialah. Yang pe a saya katakan kepada orang-orang di rumah: jangan bilang apa-apa kepada anak saya. Tapi mereka menyampaikan juga kepada anak saya. Kusirnya ada di sana, dan sudah melihat sendiri semua itu. Ketika saya ke kamar anak saya, dia sudah tak sadar akan d irinya sendiri-sungguh mengerikan melihat dia. Dia tak mengatakan apapun, dan bergegas pergi ke sana. Tak tahu lagi saya apa yang terjadi di sana, tapi anak saya dibawa pulang seperti orang mati. Saya tak bisa mengenali lagi. Prostration complete, 116 kata dokter. Kemudian mulailah proses yang mendekati keg ilaan."
"Yah, apalah yang bisa kita katakan!" kata Nyonya Pangeran sambil membuang tangan. "Ini masa yang mengerikan! T idak, a pa pun yang mau dikatakan, perempuan itu memang jahat. Apa pula nafsu putusasa itu! Semua itu cuma buat membuktikan sesuatu yang khusus. Dan begitulah, perempuan itu sudah membuktikannya. Diri sendiri dan dua orang baik-baik telah dihancurkannya-suaminya dan anak lelakinya yang malang."
"Lalu bagaimana kabar suaminya?" tanya Sergei Ivanovich.
11" Prostration complete (Pr): Kelumpuhan total.
509 510 ANNA KAR"NINA "Dia ambil anak perempuan dari perempuan itu. Alyosha semula setuju dengan semua itu. Tapi sekarang dia tersiksa bukan main karena sudah menyerahkan anak perempuannya itu kepada orang yang asing samasekali. Tapi menjilat Judah sendiri tak bisa dia. Karenin datang pada waktu penguburan. Tapi kami berusaha supaya dia tak berjumpa dengan Alyosha. Buat dia, buat si suami, bagaimanapun, keadaannya lebih ringan. Perempuan itu sudah melepaskan d ia. Tapi anak saya yang malang itu, dia sudah menyerahkan diri sepenuhnya pada perempuan itu. Dia sudah membuang semuanya-karir, saya sebagai ibunya, dan di sinilah perempuan itu bukan hanya tak mengasihani dia lagi, tapi dengan sengaja sungguhsungguh membunuh dia. Tidak, Anda mau bilang apa saja, tapi kematiannya itu adalah kematian seorang perempuan yang hina dan tanpa agama. Mudah-mudahan Tuhan mengampuni saya, tapi tidak bisa saya t idak membencinya melihat kehancuran anak saya." "Tapi bagaimana sekarang keadaannya?"
"Tuhan sudah menolong kami dengan perang Serbia ini. Saya orang tua, tentang itu saya samasekali tak tahu, tapi Tuhan sudah mengirimkan pertolongan ini kepada anak saya. Tentu saja saya, sebagai seorang ibu, merasa ngeri; tapi yang terpenting, seperti dikatakan orang, ce n' est pas tres bi en vu a Petersbourg. "7 Ta pi apa boleh buat! Cuma hal ini saja yang bisa menyelamatkan dia. Yashvin, sahabatnya yang terus saja kalah main, bermaksud berangkat ke Serbia. Dia singgah ke tempat anak saya dan mengajaknya sekalian. Sekarang, inilah yang menyibukkan d ia. Anda bicaralah dengan d ia, saya ingin menghibu . Dia begitu sedih. Sialnya lagi, giginya sakit. Dia tentu akan senang sekali melihat Anda. Saya minta, bicaralah Anda dengan dia. Dia jalan dari arah sana."
Koznishov mengatakan bahwa ia merasa senang sekali bertemu dengan Vronskii, lalu pergi ke sisi kereta yang lain.
Dengan mengenakan mantel panjang dan topi yang dibenamkan ke kepala, dengan tangan dimasukkan ke , Vronskii berjalan dalam
"' Ce nest pas tres bien vu a Petersbourg (Pr): lni tak begitu baik dilihat di Petersburg.
LEOTOLSTOI bayangan karung-karung yang tertumpuk di peron, yang tampak seperti binatang buas di dalam kandang, dan pada jarak sekitar duabelas l ia mendadak berpaling. Hari sudah petang, dan bayangan matahari sudah mencondong. Ketika mendekati Vronskii, Sergei lvanovich merasa bahwa Vronskii melihatnya, tapi pura-pura tak melihat. Sergei Ivanovich menganggap hal itu bukan apa-apa. Ia tak punya masalah pribadi dengan Vronskii.
Di mata Sergei Ivanovich, waktu itu Vronskii adalah orang penting dengan urusan penting pula, dan Sergei Ivanovich beranggapan bahwa dirinya wajib mendorong dan membenarkan Vronskii. Maka didekatinya Vronskii.
Vronskii berhenti, menoleh, mengenali orang yang mendekatinya, dan setelah berjalan beberapa langkah untuk menyongsong Sergei Ivanovich, ia pun menjabat tangannya dengan erat.
"Barangkali Anda tak ingin berjumpa dengan ," kata Sergei Ivanovich. "Tapi tak mungkinkah saya melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi Anda?"
"Dengan Anda tak mungkin saya merasa tak ingin jumpa," kata Vronskii. "Maafkan saya. Dalam hidup saya rupanya tak ada yang tak menyenangkan."
"Saya mengerti, dan saya ingin menawarkan jasa baik saya kepada Anda," kata Sergei Ivanovich sambil memerhatikan wajah Vronskii yang memang tampak menderita. "Apakah Anda tak perlu meng irimkan surat kepada Ristich, ke Milan?"
"O, tidak!" kata Vronskii yang seolah dengan susah-payah saja bisa memahami kata-kata Sergei Ivanovich. "Kalau Anda tak keberatan, marilah k ita jalan bersama. Di dalam gerbong amat pengap. Surat" Tidak, terimakasih banyak; untuk mati kita tak membutuhkan rekomendasi. Kecuali bagi orang Turki ... ," katanya sambil tersenyum, sedangkan matanya tetap menyatakan penderitaan yang getir.
"Ya, tapi Anda bara akan merasa lebih ringan kalau mau menjalin hubungan yang bagaimanapun pasti Anda perlukan dengan orang yang telah siap untuk itu. Tapi, yah, itu terserah Anda sendiri. Berapa banyak serangan dilancarkan kepada para sukarelawan, sehingga orang seperti Anda merasa perlu menempatkan mereka di tempat terhormat di tengah masyarakat."
511 512 ANNA KAR"NINA "Sebagai manusia," kata Vronskii, "saya hanya bermakna apabila hidup saya samasekali tak ada harganya. Saya tahu, kekuatan fisik dalam diri saya masih cukup banyak untuk bisa menerobos ke tengah-tengah musuh, untuk mengalahkan mereka atau gugur. Saya merasa senang punya alasan untuk menyerahkan hidup saya, alasan yang bukan tak ada gunanya buat saya, tapi sudah bosan dengan alasan itu. Ini akan ada gunanya, entah buat siapa." Lalu ia menggerakkan tulang pipi untuk menunjukkan ketidaksabaran akibat sakit giginya yang tak kunjung sembuh dan terus menyerang serta menghalanginya bicara dengan ekspresi yang dikehendaki.
"Anda akan mengalami kelahiran kembali, kalau boleh saya mengatakannya demikian," kata Sergei lvanovich yang merasa terharu. "Membebaskan saudara-saudara kita dari perbudakan adalah tujuan yang pantas ditebus dengan hidup dan mati. Semoga Tuhan memberkati Anda dengan keberhasilan batiniah maupun lahiriah," tambahnya, lalu mengulurkan tangan.
Vronskii menjabat erat tangan yang diulurkan.
"Ya, sebagai alat, saya memang bisa berfaedah untuk suatu keperluan. Tapi sebagai manusia, saya tinggal reruntuhan," ujamya.
Rasa nyeri luarbiasa pada gig i yang masih kokoh dan menyebabkan mulutnya penuh air liur itu menghalanginya bicara. Ia terdiam, menatap roda-roda keretaapi yang dengan pelan dan rata meluncur di atas rel.
Tapi tiba-tiba hal yang samasekali lain, bukan rasa nyeri, melainkan kekikukan mental yang menyeluruh dan menyiksa, memaksanya melupakan rasa nyeri gigi untuk sesaat. Meli hat gerbong dan rel itu, dan terpengaruh percakapan dengan kenalan yang belum pemah di jumpainya lagi sesudah ia mengalami kemalangan itu, tiba-tiba ia teringat dia, atau lebih tepat apa yang masih tertinggal dari dia, ketika sebagai orang gila ia berlari masuk ke barak stasiun keretaapi: di meja barak itu, tanpa malu-malu, di tengah orang banyak, menjelempah sesosok tubuh bergelimang darah dan belum lama penuh kehidupan; kepalanya yang masih utuh tertekuk ke belakang, dengan kepangan dan rambut menggelombang di pelipis; dan di wajahnya yang manis dengan mulut kemerahan setengah terbuka tampak ekspresi yang di bagian bibi r tampak mengenaskan,
LEOTOLSTOI aneh, sedangkan matanya setengah terpe jam. Ekspresi wajah itu seakan mengucapkan kata mengerikan-kata yang akan disesali Vronskii-dan pernah diucapkannya ketika ia bertengkar dengan Vronskii.
Dan Vronskii pun berusaha mengenangkan Anna ketika untuk pertama kali ia berjumpa dengan perempuan itu di stasiun; waktu itu Anna tampak penuh rahasia, manis, mencinta, mencari, dan memberikan kebahagiaan, dan bukan sebaliknya: kejam dan haus balas dendam seperti terkenang olehnya di saat terakhir. la mencoba mengenangkan detik-detik yang paling membahagiakan bersama Anna; tapi detik-detik itu telah teracuni untuk selamanya. Yang teringat olehnya hanyalah kemenangan Anna yang telah melaksanakan ancamannya untuk menimpakan kepadanya sesal yang sepenuhnya tak berguna dan tak terhapuskan.
Sesudah dua kali lewat di dekat tumpukan karung tanpa bicara, dan bisa kembali menguasai diri, dengan tenang ia pun mengatakan kepada Sergei Ivanovich:
"Anda belum mendapat berita sesudah berita kemarin" Ya, mereka dipukul untuk ketiga kalinya, tapi besok diperkirakan akan terjadi pertempuran yang menentukan."
Dan sesudah terdengar lonceng kedua, sesudah bicara lagi tentang proklamasi raja Milan dan tentang akibat-akibat luarbiasa yang mungkin terjadi karena hal itu, mereka pun berpisah menuju gerbong masing-masing.
Karena belum tahu kapan bisa meninggalkan Moskwa, Sergei Ivanovich tidak mengirimkan telegram kepada saudaranya agar menjemputnya. Levin t idak ada d i rumah ketika Katavasov dan Sergei Ivanovich, yang mengendarai kereta tarantas kecil dari stasiun, tiba di beranda rumah di desa Pokrovskoye pada pukul duabelas dalam keadaan penuh debu sampai tampak seperti orang negro. Kitty, yang sedang duduk di balkon bersama ayah dan kakaknya, segera mengenali kakak iparnya dan berlari turun menyambut mereka. "Ah, kenapa pula tak mau kasih kabar," katanya sambil
513 514 ANNA KAR"N!NA mengulurkan tangan kepada Sergei Ivanovich dan menyodorkan dahinya untuk dicium.
"Yang penting, kami sudah tiba dengan sehat-walafiat, dan tidak bikin risau Anda," jawab Sergei Ivanovich. "Saya begini berdebu sampai takut rasanya bersinggungan. Dan saya amat sibuk sampai tak tahu kapan bisa membebaskan diri. Saya lihat Anda seperti dulu juga," katanya lagi sambil tersenyum. "Menikmati kebahag iaan di tempat yang sunyi tanpa gelombang, dalam teluk yang tenang. Nab, ini teman kita Fyodor Vasilich, yang akh irnya jadi juga kemari."
"Tapi saya bukan negro, lo; kalau nanti saya membasuh badan, saya akan mirip manusia," kata Katavasov bernada kelakar seperti biasa, sambil mengulurkan tangan dan tersenyum dengan giginya yang tampak amat cemerlang karena wajahnya yang menghitam.
"Kostya akan senang sekali. Ia barn pergi ke dukuh. Barangkali sudah waktunya ini dia pulang."
"Masih me pertanian, ya" Inilah yang dinamakan tinggal di dalam teluk itu," kata Katavasov. "Sed buat kami di kota, selain perang Serbia, tak ada lain lagi yang tampak. Lalu bagaimana pendapat sahabat saya itu" Pasti tidak seperti orang lain, ya?"
"Dia sih, ya begitulah, seperti yang lain juga," jawab Kitty sedik it bingung sambil menatap Sergei Ivanovich. "Sebentar saya suruh orang menjemput dia. Papa juga sedang bertamu di sini. Belum lama ia datang dari luar neger i."
Dan sesudah menyuruh orang menjemput Levin dan mengantar para tamu yang penuh debu itu untuk membasuh badan, yang seorang ke kamar kerja dan yang lain ke kamar Dolly yang besar, serta menyiapkan makan siang untuk para tamu, Kitty pun berlari ke balkon dengan gerak cekatan, gerak yang selama ia mengandung telah hilang.
"ltu Sergei Ivanovich dan Profesor Katavasov," katanya. "Ah, panas-panas begini, berat!" kata Pangeran.
"Tidak, Papa, dia orangnya baik sekali, dan Kostya sayang sekali padanya," kata Kitty sambil tersenyum seakan membujuk ayahnya, melihat ekspresi mengejek di wajah ayahnya.
"Lo, aku tak apa-apa kok."
"Kamu tolonglah pergi menemui mereka, Sayang," Kitty
LEOTOLSTOI kepada kakaknya, "dan terima mereka. Mereka sudah bertemu dengan Stiva di stasiun, katanya sehat. Aku sendiri akan ke tempat Mitya. Sialnya, belum kususui dia sejak minum teh tadi. Sekarang ini mestinya ia sudah bangun dan sedang menangis." Lalu karena merasakan air susunya penuh, masuklah ia ke kamar anak-anak dengan langkah cepat.
Dan benar, ternyata ia tak salah tebak (hubungan antara dirinya dan b tidak terputus); dari penuhnya air susu ia tahu bahwa anaknya sedang lapar.
Ia tahu anaknya menangis sebelum ia sendiri masuk ke kamar. Dan benar, anak itu sedang menangis. Ia mendengar suara anak, dan ia pun menambah kecepatan langkahnya. Tapi makin cepat ia berjalan, makin keras tangis anak itu. Suaranya baik, sehat, cuma terdengar lapar dan tak sabaran.
"Sudah lama, Bi, sudah lama?" tanya Kitty buru-buru sambil duduk di kursi dan bersiap menyusui. "Cepat kasih sini. Kamu ini membosankan sekali, Bi. Topi itu rajut nanti saja!"
Anak itu meronta-ronta sambil memekik-mekik serakah. "Tak boleh begitu, Nyonya," kata Agafya Mikhailovna yang hampir selalu berada di kamar anak-anak. "Mesti baik-baik mengambilnya. E-ak, e-ak!" nyanyinya untuk anak itu tanpa menghiraukan ibunya.
Si bibi menyerahkan anak itu kepada ibunya. Agafya Mikhailovna mengikutinya dengan wajah cerah karena rasa mesra.
"Dia kenal, dia kenal. Nab, percayalah kepada Tuhan, Nyonya Katerina Aleksandrovna, dia kenal saya!" seru Agafya Mikhailovna lebih keras daripada tangisan anak itu.
Tapi Kitty tak mendengarkan kata-katanya. Ia sudah semakin tak sabar, tepat seperti anak itu pula.
Karena tak sabaran, urusan itu belum juga bisa dimulai. Anak itu menangkap barang yang tak semestinya, dan marah pula.
Akhirnya, sesudah anak itu menjerit serak putusasa, dan tersedak air liurnya send iri, urusan pun jalan; ibu dan anak serentak merasa tenang, dan keduanya terdiam.
"Tapi bukan main keringat si malang ini," kata Kitty berbisik sambil membelai anak itu. "Kenapa tadi Bibi menyangka dia kenal?"
515 516 ANNA KAR"NINA tambahnya sambil menjeling ke arah mata anak itu, yang menurut penglihatannya menatap licik dari balik topinya yang tenggelam ke kepala, dan sambil menjeling pula ke arah kedua pipinya yang kembang-kempis teratur, dan ke arah tangannya yang bertelapak merah dan membuat gerakan-gerakan melingkar.
"Itu tak mungkin! Kalau dia mengenal, tentu dia juga mengenal saya," kata Kitty sesudah Agafya Mikhailovna mengiyakan pemyataan Kitty, lalu tersenyum.
Kitty tersenyum, karena meskipun i a mengatakan bahwa anak itu tak mungkin mengenalnya, dalam hati i a tahu bahwa anak itu mengenal Agafya Mikhailovna; bahkan anak itu pun mengenal semua dan mengerti semua, dan mengenal serta mengerti banyak hal lain lagi yang tak dikenal siapapun, dan justru karena itulah Kitty sebagai ibunya jadi mengenal dan mengerti pula. Buat Agafya Mikhailovna, buat si bibi, buat sang kakek, bahkan buat sang ayah, Mitya adalah makhluk hidup yang hanya membutuhkan perawatan material; tapi untuk sang ibu ia sudah lama merupakan makhluk susila yang punya serangkaian ikatan rohani.
"Cobalah nanti kalau dia bangun, demi Tuhan, Nyonya akan lihat sendiri. Pokoknya, kalau nanti saya bikin ini, dia akan berseri, anak manis ini. Di a akan berseri seperti hari terang," kata Agafya Mikhailovna.
Rahasia Candi Tua 2 The Chronos Sapphire Iii Karya Angelia Putri Solandra 1
^