Pencarian

Wallbanger 5

Wallbanger Karya Alice Clayton Bagian 5


memperhatikan jalanan, kita tidak akan ?" "Makan dengan rakus" Kau serius" Kau
2Wallbanger - Alice Clayton
tadi mencuri churros milikku. Aku sudah bilang kau akan dapat bagianmu ketika kita
berhenti." "Well, pada awalnya aku tidak lapar, namun kau mengunyah dan menjilati
cokelat itu, dan well"aku merasa teralihkan." Ia mengalihkan pandangannya dari peta,
yang telah dia bentangkan pada kap mobil, lalu tersenyum lebar, menghilangkan
ketegangan yang ada. "Teralihkan?" Aku balas terseyum, bersandar lebih dekat. Ketika
dia kembali melihat peta, aku memandanginya. Bagaimana seseorang yang telah
berada dalam pesawat sekian lama bisa nampak semenawan dia" Tapi begitulah dia,
dalam balutan jeans pudar, Tshirt hitam, jaket North Face berwarna biru gelap. Janggut
yang berumur 24 jam mengundang untuk dijilat. Siapa yang mau menjilat janggut"
Akulah orangnya. Dia menopang tubuhnya dengan kedua lengannya ketika mempelajari
peta, bibirnya bergerak tanpa suara sambil berusaha mencari tahu. Aku menyelinap ke
bawah lengannya, dengan tanpa malu menutupi kap mobil berpose seperti gadis model
dalam kalender garasi. "Boleh aku memberi saran?" "Apakah itu saran yang mesum?"
"Sayangnya bukan. Bolehkan kita menyalakan GPS" Aku ingin tiba di sana sebelum
meninggalkannya dalam beberapa hari," aku mengerang. Akibat dari menit-menit akhir
pemesanan tiket, aku harus terbang pulang kembali sebelum Simon. Namun dengan
lima hari di Spanyol...aku sama sekali tidak mengeluh. "Caroline, hanya para pengecut
yang menggunakan GPS," cemoohnya, menghadap ke peta lagi. "Well, pengecut yang
ini sangat membutuhkan makan malam, dan mandi, dan tempat tidur, untuk
mengenyahkan jet lag ini. Jadi jika kau ingin melihatku memerankan kembali *It
Happened One Night, versi bahasa Spanyol, tolong nyalakan GPS-nya, Simon."
Kucengkeram jaket North Face-nya dan menariknya ke arahku. "Apakah tadi terdengar
kasar?" Aku berbisik, mendaratkan ciuman amat ringan pada dagunya. "Iya, aku takut
padamu sekarang." "Apakah itu berarti GPS?" "Itu berarti GPS." Dia mendesah
menyerah, berdiri tegak dan menarikku turun dari mobil bersamanya. Aku bersorak
sedikit dan melangkah menuju pintu. "Tidak, tidak, tidak, kau telah bersikap kasar,
Nightie Girl. Aku membutuhkan sesuatu yang manis," ia memberikan instruksi, matanya
berbinar. "Kau membutuhkan sesuatu yang manis?" aku bertanya. Dia menarik
lenganku, membawaku kepadanya lagi. "Ya, aku menuntut itu." "Kau sinting, Simon."
Aku bersandar padanya, mengalungkan lenganku di lehernya. "Kau sama sekali tidak
tahu." Dia menjilat bibirnya dan menggerakan alis matanya bak gangster zaman dulu.
"Kemarilah ambil manisanmu," aku menggodanya saat ia menempelkan bibirnya pada
bibirku. Aku tidak akan pernah merasa lelah mencium Simon. Maksudku, bagaimana
bisa" Semenjak malam itu dia "mengungkapkan isi hatinya" padaku di atas meja dapur,
secara perlahan kami telah mengeksplorasi sisi baru hubungan kami. Di bawah semua
sindiran dan rayuan, telah terbangun ketegangan seksual selama beberapa bulan ini.
Dan sekarang kami biarkan mengalir keluar"walaupun perlahan. Tentu saja, pada
malam itu sebenarnya kami bisa segera berpacu ke kamar tidur dan membiarkan suara
seks bergema keras ke seluruh penjuru kota selama berhari-hari, tapi Simon dan aku,
tanpa berkata-kata, untuk sekali ini memiliki pemikiran yang sama, dan setuju agar hal
ini berkembang. Dia telah merayuku. Dan aku membiarkannya merayuku. Aku
menginginkan rayuan itu. Aku patut mendapatkan rayuan itu. Aku membutuhkan rayuan
itu agar aku dapat mengikuti rayuannya, tapi untuk saat ini, rayuannya" Itu sangat
WOW. Ngomong-ngomong tentang rayuan... Tanganku menyelip diantara rambutnya,
merenggut dan memilin dan berusaha menarik keseluruhan tubuhnya kepadaku. Dia
menggeram dalam mulutku, kurasakan lidahnya menyentuh lidahku, dan aku merasa
terpisah. Aku menghela nafas, rengekan yang amat pelan, dan menjadi amat sulit
menciumnya diantara seringaian raksasa yang mengambil alih wajahku. Dia menarik diri
sedikit dan tertawa. "Kau terlihat senang." "Cium aku terus, please," Aku memaksa,
menarik wajahnya kembali padaku. "Seperti mencium sebuah *Jack 'o' lantern. Ada apa
2Wallbanger - Alice Clayton
dengan seringaian itu?" Dia tersenyum padaku dengan seringaian yang terlihat sama
lebarnya dengan milikku. "Kita ada di Spanyol, Simon. Menyeringai diperbolehkan." Aku
menghela nafas puas, mengacak-acak rambutnya "Dan kupikir ini semua yang harus
dilakukan dengan ciumanku," jawabnya, menciumku lagi dengan lembut dan manis.
"Okay, koboy, siap melihat kemana GPS akan membawa kita?" tanyaku, sembari
menyingkir. Aku tak bisa menyentuhnya terlalu lama atau kami tak akan pernah
beranjak. "Mari kita lihat sebenarnya seberapa tersesatnya kita." Dia tersenyum dan
kami melanjutkan perjalanan. *** "Kurasa inilah belokannya"Yep, ini dia," ujarnya. Aku
terlonjak di kursiku. Ternyata kami sudah lebih dekat dari yang kami perkirakan, dan
kami menjadi sedikit gelisah. Ketika kami sampai di belokan terakhir, kami saling
memandang, dan aku memekik kegirangan. Kami telah melihat laut di beberapa mil
terakhir"mengintip diantara pepohonan atau di belakang tebing. Sekarang, saat kami
berbelok memasuki jalanan berbatu, kesadaran bahwa Simon telah menyewa rumah
bukan hanya dekat pantai tapi di pantai menyelimutiku, dan aku dibungkam oleh
pemandangan. Simon menepi di depan rumah, ban mobil berderak pada bebatuan
bulat. Ketika dia mematikan mobil, dapat kedengar ombak berdebur di pantai berkarang
yang berjarak sekitar seratus kaki. Kami duduk sebentar, hanya untuk menyerap
semuanya dan saling menyeringai, sebelum aku bergegas keluar dari mobil. "Disinikah
kita akan tinggal" Seluruh rumah ini"milikmu?" aku berseru ketika dia mengambil
tas-tas kami dan berdiri di sampingku. "Ini milik kita, yeah." Dia tersenyum dan
mengisyaratkan agar aku 2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
berjalan mendahuluinya. Rumahnya indah dan menakjubkan pada saat bersamaan:
dinding luar berplester putih, genting tanah liat, minimalis, dengan pintu masuk
lengkung. Pohon jeruk berjajar di sepanjang jalan masuk, dan bunga bougenville
tumbuh merambat naik pada dinding taman. Rumah tersebut adalah cottege klasik,
dibangun dengan disesuaikan dengan iklim lautan dan memerangkapnya di dalam. Saat
Simon mencari kunci rumah dalam pot bunga, aku menghirup aroma sitrus dan
samar-samar udara yang asin. "A-ha! Dapat. Siap melihat bagian dalam rumahnya?"
Simon berjuang membuka pintu untuk sesaat sebelum berbalik menghadapku. Kuraih
tangannya, menjalarkan jariku pada jemarinya dan mencondongkan tubuh untuk
mencium pipinya. "Terima kasih." "Untuk apa?" "Untuk mengajakku kemari." Aku
tersenyum dan menciumi bibirnya. "Mmm, aku menginginkan lagi manisan yang kau
janjikan tadi." Dia menjatuhkan tas yang dibawanya dan menarikku mendekat. "Enak
saja! Mari kita lihat rumahnya!" Aku berseru, bergoyang melepaskan diri dan bergegas
masuk melewati pintu mendahului dia. Namun, ketika aku melewati pintu masuk, aku
terpaku. Karena dia berada sangat dekat denganku, dia menubrukku saat aku meresapi
sekelilingku. Ruang keluarga yang menjorok kedalam, dihiasi oleh sofa polos berwarna
putih dan kursi yang terlihat amat nyaman untuk diduduki, berhadapan langsung dengan
yang aku asumsikan adalah dapur. Pintu bergaya Perancis yang berada di belakang
rumah mengarah ke beberapa teras yang cukup luas, yang menjorok kearah pantai
berkarang. Namun, yang membuatku terpaku adalah lautan. Sepanjang bagian
belakang rumah, melalui jendela raksasa dapat kulihat adalah lautan biru Mediterania.
Garis pantai membentuk kota Nerja, dimana lampu-lampu mulai menyala saat senja
menuruni pantai, menerangi rumah-rumah bercat putih lainnya yang terdapat di tebing.
Setelah dapat mengingat bagaimana cara bergerak, aku berlari untuk mendorong pintu
hingga terbuka dan membiarkan udara lembut memenuhiku dan masuk ke dalam
rumah, menyelimuti semuanya dengan parfum malam. Aku berjalan menuju pegangan
tangga yang terbuat dari besi tempa, terletak pada tepi sebuah teras berlantaikan ubin
2Wallbanger - Alice Clayton
yang terbuat dari tanah dan berada disamping pepohonan zaitun. Kutempatkan
tanganku pada besi yang hangat, aku memandang dan memandang dan memandang.
Aku merasakan Simon berjalan di belakangku dan tanpa berkata-kata melingkarkan
lengannya di sekeliling pinggangku. Dia mendekapku, merebahkan kepalanya di
bahuku. Aku bersandar ke padanya, merasakan setiap sudut dan bidang tubuhnya
selaras dengan tubuhku. Kau tahu saat-saat ketika semuanya sesuai dengan
tempatnya" Ketika kau menemukan dirimu dan seluruh jagad rayamu bersatu dalam
sinkronisasi yang tepat, dan kau mengetahui bahwa kau tidak akan bisa merasa lebih
sempurna lagi" Aku sedang berada dalam momen seperti itu, dan sangat
menyadarinya. Aku terkikik sedikit, kurasakan senyum Simon melintang di wajahnya
saat dia menekannya pada leherku. "Ini indah kan?" bisiknya. "Ini sangat indah,"
jawabku, dan kami menikmati matahari terbenam dalam keheningan yang mempesona.
*** Setelah menyaksikan matahari terbenam hingga benar-benar hilang, kami
mengeksplorasi bagian rumah lainnya. Nampaknya semakin dan semakin indah pada
setiap ruangan, dan aku sekali lagi memekik kegirangan pada pemandangan dapurnya.
Sepertinya aku aku telah dipindahkan ke *rumah Ina di East Hampton, dengan sentuhan
Spanyol: kulkas merk Sub-Zero, meja dapur terbuat dari batu granit yang cantik, dan
kompor bermerk Viking. Aku sama sekali tidak ingin tahu berapa banyak yang Simon
keluarkan untuk menyewa rumah ini. Aku hanya ingin menikmatinya. Dan menikmati
kami berlarian bolak-balik, tertawa seperti anak-anak ketika kami menemukan *bidet
yang terdapat di dalam lorong kamar mandi. Lalu kami memasuki kamar tidur utama,
aku menyusul dari sudut dan aku melihat Simon berdiri terpaku di ujung lorong, tepat di
depan pintu. "Apa yang kau temukan hingga membuatmu terdi"oh ya ampun. Bisakah
kau lihat itu?" Aku berhenti disampingnya, mengagumi dari pintu masuk. Jika hidupku
memiliki soundtrack, lagu tema yang tepat untuk dimainkan sekarang ini adalah dari
*2001: A Space Odyssey. Di sana, di tengah sebuah kamar yang terletak di sudut, yang
memiliki teras sendiri dengan pemandangan laut terindah di dunia, terdapat sebuah
tempat tidur terbesar yang pernah kulihat. Terbuat dari kayu ukiran yang nampaknya
dari kayu jati, besarnya tempat tidur itu sebesar lapangan sepak bola. Ribuan bantal
putih selembut sutra tersusun di kepala tempat tidur, menutupi sebuah selimut putih.
Selimutnya sengaja dibiarkan terlipat dan menjuntai, jutaan benang membuat selimut
berkilauan, berkilauan dalam arti sebenarnya, seolah-olah mereka berpendar dari
dalam. Kelambu putih yang tergantung pada tiang ranjang menutupi tempat tidur,
membentuk kanopi sementara tirai tipis yang tergantung di jendela memperlihatkan
pemandangan lautan di bawah sana. Jendelanya terbuka sehingga baik tirai maupun
kelambu tertiup dengan lembut oleh angin sepoi-sepoi, yang memberikan efek
melambai dan bergelombang tertiup angin ke seluruh kamar. Itu merupakan ranjang
yang luar biasa. Itu merupakan jenis ranjang yang menjadi cita-cita semua ranjang kecil
apabila mereka dewasa kelak. Itu merupakan ranjang dari surga. "Wow," aku tetap
terpaku di lorong di sebelah Simon. Sangat menghipnotis. Sepertinya si ranjang
memberikan sirene, menarik kami supaya berbaring. "Aku sangat setuju denganmu," dia
tergagap, matanya tidak pernah meninggalkan ranjang itu. "Wow," ulangku, masih
terus menatap. Aku tidak dapat menghentikannya, dan tiba-tiba saja aku merasa amat
luar biasa gugup. Aku memiliki sebuah kasus menarik dari menampilkan kecemasan,
pesta untuk sendiri. Simon terkekeh pada lelucon payahku, dan itu menarikku kembali
padanya. "Tidak ada tekanan, huh?" ujarnya, matanya malu. Huh" gelisah" Pesta untuk
berdua" Aku memiliki sebuah pilihan. Aku bisa memilih kebijakan konvensional, yang
berkata bahwa dua orang dewasa yang sedang berlibur bersama di dalam sebuah
rumah yang indah dengan sebuah ranjang yang menjelmakan seks akan langsung
berhubungan seks tanpa henti...atau, aku bisa melepaskan kami berdua dari godaan
2Wallbanger - Alice Clayton
dan hanya menikmati. Menikmati kebersamaan dan membiarkan semua terjadi ketika
saatnya sudah 2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
tepat. Yeah, aku lebih menyukai ide ini. Aku mengerjap dan berlari sambil melompat
keatas ranjang, melambungkan bantal ke seluruh penjuru kamar. Aku mengintip
melalui gundukan yang tersisa untuk melihat dia sedang bersandar di pintu masuk,
pemandangan yang sering kulihat berulang kali sebelumnya. Dia terlihat sedikit gugup,
namun tetap tampan. "Jadi, dimanakah kau akan tidur?" tanyaku, dan wajahnya rileks
membentuk senyuman, senyumanku. *** "Anggur?" "Apakah aku bernapas?" "Anggur
kalau begitu," Simon mendengus, memilih sebotol anggur *ros" dari persediaan anggur
yang berlimpah dalam kulkas. Simon telah mengatur agar mendapatkan beberapa
bahan makanan pokok yang diantarkan ke rumah sebelum kedatangan kami, tidak ada
yang mewah tapi cukup untuk bertahan dan membuat kami nyaman. Sekarang telah
gelap sepenuhnya, dan setiap pemikiran yang kami miliki mengenai berjalan-jalan ke
kota memudar saat jet lag menyerang. Sebaliknya kami malah berdiam di rumah malam
ini, mendapatkan tidur malam yang nyenyak, dan menuju ke kota pada pagi hari.
Tersedia ayam panggang, zaitun, seiris *Manchego, beberapa Serrano ham, dan
beberapa jenis bahan makanan lain yang dapat dipergunakan untuk membuat sebuah
hidangan. Aku menyiapkan piring sementara Simon menuangkan anggur, dan segera
setelahnya kami duduk di teras. Lautan membuncah di bawah, dan jalan setapak yang
terbuat dari kayu yang mengarah ke pantai diterangi oleh lampu-lampu putih kecil. "Kita
harus ke pantai sebelum tidur, setidaknya hanya untuk berjalan-jalan." "Siap
dilaksanakan. Apa yang ingin kau lakukan besok?" "Tergantung, kapan kau akan mulai
bekerja?" "Well, aku tahu beberapa tempat yang harus kudatangi, namun aku masih
membutuhkan sedikit panduan. Berminat untuk ikut?" "Tentu saja. Kita mulai dari kota di
pagi hari dan lihat kemanakah nanti akan menuju?" tanyaku, menggigiti sebuah zaitun.
Dia mengangkat gelasnya dan mengangguk. "Untuk melihat kemanakah nanti akan
menuju," Simon bersulang. Aku mengangkat gelasku ke gelasnya. "Aku pun akan
bersulang untuk itu." Gelas kami berdenting dan mata kami mengunci. Kami berdua
tersenyum, sebuah senyum rahasia. Akhirnya kami sendirian, hanya kami berdua, dan
tidak ada lagi tempat di planet ini di mana aku ingin berada selain di sini. Kami
menyantap makan malam, saling mencuri pandang, dan menyesap anggur kami. Itu
menyebabkanku mengantuk, dan sedikit merasa melankolis. Kemudian kami berjalan
hati-hati melewati garis pantai yang berbatu menuju ke pantai. Tangan kami saling
tergenggam untuk mengarahkan tapi tidak pernah terlepas. Sekarang kami berdiri di
tepian dunia, angin kuat dan asin mendera melalui rambut dan pakaian kami, sedikit
menghentak mundur kami. "Sangat menyenangkan, bersamamu," kataku padanya.
"Aku, well, aku suka memegang tanganmu," aku mengaku, merasa berani akibat
pengaruh dari anggur. Kelakar yang jenaka memiliki tempat tersendiri, namun
terkadang, semua yang kau perlukan hanyalah kejujuran. Dia tidak menjawab, hanya
tersenyum dan membawa tanganku kemulutnya, dan mendaratkan kecupan kecil.
Kami menonton ombak, dan ketika Simon menarikku di dadanya, makin merapatkan
diriku padanya, aku menghembuskan napas dengan pelan. Apakah sudah sedemikian
lama sejak aku merasa" Oh, apakah nama perasaan itu?"disayangi" "Jillian bilang
padaku bahwa kau tahu apa yang terjadi pada orangtuaku," ujarnya amat pelan aku
hampir tidak dapat mendengarnya. "Ya. Dia menceritakannya padaku." "Dulu mereka
selalu berpegangan tangan seperti ini sepanjang waktu. Bukan sandiwara, sungguh, kau
mengerti?" Aku mengangguk di dadanya dan menghirup aroma dirinya. "Aku selalu
melihat pasangan yang berpegangan tangan dan hanya untuk bersandiwara, saling
2Wallbanger - Alice Clayton
memanggil baby and sweetie dan honey. Itu terasa seperti, entahlah, salah. Seperti,
apakah mereka akan tetap melakukannya jika mereka sedang tidak berada di depan
orang banyak?" Aku mengangguk lagi. "Orangtuaku" Pada saat itu aku tak pernah
terlalu memikirkannya, namun jika aku memikirkannya sekarang, kusadari tangan
mereka hampir seperti yang dijahit menjadi satu, selalu bergandengan tangan.
Walaupun sedang tidak ada seorangpun yang melihat, kan" Aku pernah pulang dari
berlatih dan menemukan mereka sedang menonton TV, masing-masing duduk di setiap
ujung sofa, namun dengan tangan mereka disanggakan diatas sebuah bantal sehingga
mereka tetap bisa saling menyentuh...Itu hanya...Aku tak tahu, itu merupakan hal yang
manis." Tanganku, yang masih terjalin dengan tangannya, meremas, dan kurasakan
jemarinya yang kuat balas meremas. "kedengarannya mereka masih menjadi pasangan,
bukan hanya seorang ibu dan ayah," ujarku, mendengar napasnya sedikit memburu.
"Ya, tepat sekali." "Kau merindukan mereka." "Tentu saja." "Mungkin terdengar aneh,
karena aku tidak pernah mengenal mereka, tapi kurasa mereka akan sangat bangga
padamu, Simon." "Yeah." Kami membisu selama semenit kemudian, merasakan
keheningan malam disekeliling kami. "Ingin kembali ke rumah?" tanyaku. "Yeah." Dia
mencium puncak kepalaku saat kami mulai berjalan menuju rumah"tangan kami saling
terpaut seperti seseorang telah menyebarkan *Krazy Glue di sana. *** Aku membiarkan
Simon untuk membereskan sisa makan malam. Aku ingin mandi sebentar sebelum tidur.
Setelah membasuh kotoran yang menempel selama di bandara dan perjalanan, aku
mengenakan t-shirt tua dan celana pendek, terlalu lelah untuk lingerie yang telah
kupersiapkan. Ya, aku telah mengemas lingerie. Ayolah, aku bukan seorang biarawati.
Aku berdiri di depan cermin dalam kamar tidurku (yep, aku telah mengklaim kamar
terbesar) setelah mengeringkan rambutku ketika aku melihat Simon muncul di pintu
masuk. Dia sedang menuju kamarnya, mengenakan celana piyama dan sebuah handuk
melingkari lehernya. Aku memang kelelahan, tapi tidak terlalu lelah untuk mengapresiasi
pemandangan di depanku. Aku mengamatinya dari cermin saat dia pun sedang
menilaiku. 2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Mandimu menyegarkan?" tanyanya. "Ya, rasanya menakjubkan." "Siap untuk tidur?"
"Aku hampir tidak mampu membuka mataku," tukasku, menguap dengan lebar untuk
meyakinkan. "Mau kubawakan sesuatu untukmu" Air minum" Teh" Apa saja?" Aku
berbalik menghadapnya, ketika dia melangkah masuk. "Tidak air minum, tidak teh, tapi
ada satu hal yang kuinginkan sebelum tidur," aku mendengkur seperti kucing,
mengambil beberapa langkah kearahnya. "Apa itu?" "Ciuman selamat malam?" Matanya
berubah menjadi gelap. "Oh, sial, hanya itu saja" Itu dapat kulakukan." Dia mendekat
dan menyelipkan lengannya dengan mudah disekeliling pinggangku. "Ciumlah aku,
bodoh," aku menggodanya, terjatuh dalam dekapannya seperti dalam melodrama kuno.
"Satu ciuman bodoh, segera datang," dia tertawa, namun dalam semenit tidak ada
seorang pun yang tertawa. Dan dalam semenit kemudian tidak ada seorang pun yang
berdiri. Setelah terjatuh ke Kota Bantal, kami saling bergelut, lengan dan kaki memilintir
secara begini dan begitu, ciuman berubah menjadi semakin dahsyat. Kausku


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengumpul naik pada sekeliling pinggangku, dan perasaan kejantanannya terhadap
kewanitaanku tak tergambarkan. Ciumannya menghujani leherku, menjilat dan
menghisap dan menghisap saat aku merintih bak wanita jalang di dalam gereja.
Sejujurnya, aku tidak pernah mendengar wanita jalang merintih di dalam gereja, namun
aku memiliki firasat itu berbunyi seperti suara tidak senonoh yang sedang keluar dari
mulutku. Dia membalik tubuhku seperti aku adalah sebuah boneka perca dan
menempatkanku di atasnya, kakiku berada di tiap sisi tubuhnya, posisi yang sudah
2Wallbanger - Alice Clayton
kuinginkan sejak lama. Dia mendesah, menatap keatas dengan penuh perhatian saat
aku dengan tidak sabaran menyingkirkan rambut dari wajahku jadi aku bisa benar-benar
mengapresiasi keindahan dimana aku sedang bertengger. Kami memperlambat
pergerakan, dan berhenti di saat yang bersamaan, saling memandang tanpa malu-malu,
saling menilai tanpa rasa malu. "Luar biasa," Simon terengah, mengulurkan tangannya
untuk menangkup wajahku dengan lembut dan aku menciumi tangannya. "Itu adalah
kata yang tepat, ya. Luar biasa." aku berbalik untuk menciumi ujung jemarinya. Dia
memandang langsung ke mataku lagi, mata berwarna safir yang menjanjikan seks itu
melakukan sihir voodoonya yang membuatku tergenang didalam ramuan voodoo yang
pekat. Sehingga mudah dirayu olehnya. Lihatlah apa yang telah dia lakukan padaku"
"Aku tidak ingin mengacaukan ini," tukasnya tiba-tiba, perkataanya menarikku dari puisi
dr. Seuss-ku. "Tunggu, apa?" aku bertanya, menggelengkan kepala untuk menjernihkan
dari puisi itu. "Ini. Kau. Kita. Aku tidak ingin mengacaukannya," tegasnya, bangkit
terduduk dibawahku, kakiku membungkus hingga ke punggungnya. "Oke, jadi jangan,"
aku harap-harap cemas, tidak yakin kemanakah arah pembicaraan ini. "Maksudku, kau
harus tahu bahwa aku tidak berpengalaman dalam hal semacam ini." Aku menaikkan
salah satu alisku. "Aku punya sebuah dinding di rumah yang akan tidak setuju dengan
perkataanmu..." aku tertawa, dan dia menjejalkanku ke dadanya, secara misterius
dengan keras. "Hey, hey"ada apa" Apa yang sedang terjadi?" aku menenangkannya,
tanganku mengusap punggungnya naik dan turun. "Caroline, aku, Tuhan, bagaimana
cara mengatakannya tanpa terdengar seperti sebuah episode dari *Dawson's Creek?"
Dia tergagap sembari berbicara di leherku. Aku tak dapat menahannya, aku sedikit
terkekeh saat Pacey terlintas di benakku, dan itu membawanya kembali. Aku sedikit
menarik diri hingga aku bisa melihatnya, dan dia tersenyum kecut. "Oke, persetan
dengan Dawson's, aku benar-benar menyukaimu, Caroline. Namun, aku tidak memiliki
pacar sejak SMA, dan aku sama sekali tidak tahu bagaimana melakukan ini. Tapi kau
perlu tahu, apa yang kurasakan padamu" Sial, itu hanya berbeda, oke" Dan, apapun
kata dindingmu di rumah, aku perlu kau mengetahui hal ini" Apa yang kita miliki, atau
yang akan kita miliki" Itu berbeda, oke" Kau tahu itu, kan?" Dia mengatakan padaku
bahwa aku berbeda, bahwa aku buka. Pengganti para haremnya. Dan hal ini, aku tahu.
Dia menatapku dengan penuh ketulusan, sangat serius, dan hatiku semakin terbuka.
Aku menekankan sebuah kecupan lembut ke bibirnya yang manis. "Pertama-tama, aku
memang mengetahuinya. Kedua, kau lebih baik melakukannya daripada kau yang kau
pikirkan." Aku tersenyum menekan matanya hingga terpejam dan mencium setiap
kelopak matanya. "Dan, sebagai catatan, aku sangat menyukai Dawson's Creek, dan
kau telah membuat Warner Bros bangga." Aku tertawa ketika matanya kembali terbuka
dan kelegaan menyeruak masuk. Aku menariknya dalam cerukanku dan memeluknya
disana saat kami bergoyang maju dan mundur, aliran dari hormon-hormon yang
sebelumnya menguasai kami mereda ketika kami menemukan ruang baru ini, keintiman
yang sunyi ini menjadikan hampir seperti kecanduan. "Aku suka bahwa kita
menjalaninya perlahan. Kau memberikan rayuan yang bagus," bisikku. Dia menegang
dibawahku. Dapat kurasakan dia sedikit gemetaran. "Aku memberikan rayuan yang
bagus?" Simon tertawa, airmata bemunculan dimatanya ketika dia mencoba untuk
mengendalikan tawanya. "Oh, sudah diamlah," teriakku, memukulnya dengan sebuah
bantal. Kami masih tertawa selama beberapa menit, kemudian kembali jatuh terbaring di
ranjang yang empuk, dan saat jetlag akhirnya mengambil alih, kami berbaring. Bersama.
Saat ini tidak ada lagi pertanyaan di dalam benakku tentang tidur dengan kamar
terpisah. Aku menginginkannya di sini. Bersamaku. Dikelilingi oleh bantal dan Spanyol,
kami berpelukan. Pemikiran yang kumiliki, sebelum tertidur dengan lengannya yang
membungkus di sekeliling tubuhku...Aku mungkin telah jatuh cinta pada Wallbanger-ku.
2Wallbanger - Alice Clayton
*** *Churros: makanan tradional Spanyol yang bahan dasarnya sendiri terbuat dari
tepung, air dan garam. Pembuatannya hampir sama dengan donat, yaitu dengan
digoreng. Bedanya, churros dibentuk panjang menyerupai prisma. *It Happened One
Night: sebuah film komedi romantis dari tahun 1934 *Jack 'o' lantern: nama untuk hiasan
Hallowen dari labu kuning yang sudah dipotong di bagian atas, dikorek isinya dan diukir
hingga berbentuk kepala makhluk yang sedang menyeringai.
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
*Bidet: kloset rendah yang mirip dengan tempat mencuci piring yang berfungsi untuk
mencuci alat genital, bokong bagian dalam dan anus. *2001: A Space Odyssey: sebuah
film fiksi ilmiah Inggris-Amerika dari tahun 1968 yang diproduseri dan disutradarai oleh
Stanley Kubrick. *Ros": adalah anggur yang berwarna merah muda atau merah jambu
yang dibuat dari anggur merah namun dengan proses ekstraksi warna yang lebih
singkat dibandingkan dengan proses pembuatan "Anggur Merah". Di daerah
Champagne, kata "Rose Wine" mengacu pada campuran antara "White Wine" dan "Red
Wine". *Manchego: keju bertekstur keras dari daerah La Mancha di Spanyol, dibuat dari
susu domba pasteurisasi, memiliki tekstur yang padat dan kering dengan kulit dari lilin.
Bagian dalam dari keju ini memiliki lubang-lubang kecil. Keju ini merupakan keju
Spanyol yang paling populer dan diekspor ke banyak negara di dunia, *Krazy Glue:
sebuah merk dari lem yang sangat kuat *Dawson Creek: serial drama remaja televisi
yang bercerita mengenai kehidupan empat remaja Dawson Leery, Joey Potter, Jen
Lindley, dan Pacey Witter, mereka tinggal di sebuah kota kecil yang berada di tepi laut
bernama Capeside, Massachusetts. Bab 17 Pagi ini aku telah dibangunkan oleh
sebuah suara gemuruh yang keras. Lupa dimana aku berada sepersekian detik, aku
secara otomatis mengasumsikan aku berada di rumah, dan kami mengalami sebuah
gempa. Aku setengah jalan turun dari tempat tidur dengan satu kaki di atas lantai
sebelum aku menyadari pemandangan di luar jendela kamarku yang jelas lebih biru
dibandingkan di rumah, dan ini jelas lebih Mediterania. Dan gemuruh itu" Itu tanpa
gempa. Itu adalah dengkuran Simon. Dengkuran. Dengkuran yang mengalahkan band,
dan dengan mengalahkan band maksudku mengalahkan band itu dengan
hidungnya-yang mengeluarkan suara yang tak wajar. Aku menepukkan tanganku ke
mulutku untuk menahan tawa dan merangkak kembali ke tempat tidur, lebih baik untuk
menilai situasinya. Sebuah kenyataan yang terbentuk, aku telah mengambil sebagian
besar ranjang semalam, dan ia telah terasingkan sampai ke ujung, dimana ia sekarang
meringkuk menjadi sebuah bola kecil dengan sebuah bantal terselip diantara kakinya.
Tapi apa kekurangannya dalam catatan kecil, ia membuat suara. Suara yang mengalir
keluar dari bagian hidungnya tercatat di sebagai suara antara beruang grizzly dan
trailer traktor yang meledak. Aku bergoyanggoyang di seberang tempat tidur yang luas,
meringkukan diriku sendiri di sekitar kepalanya dan menatap wajahnya. Bahkan ketika ia
membuat suara mengerikan seperti ini, ia tetap mempesona. Dengan hati-hati aku
menaruh jari-jariku di hidungnya dan menutupi hidungnya. Dan kemudian menunggu.
Setelah sekitar sepuluh detik, ia menarik napas dan menggelengkan kepalanya, melihat
sekelilingnya dengan liar. Ia tenang saat ia melihatku bertengger di atas bantal di
sebelahnya. Ia tersenyum dengan senyuman mengantuk. "Hey, hey, apa yang terjadi?"
katanya, berguling ke arahku dan membungkuskan lengannya di sekitar pinggangku,
mengistirahatkan kepalanya di perutku. Aku memainkan jari-jariku di rambutnya,
memuaskan rasa kebebasan kasual kami akhirnya saling menyentuh satu sama lain.
"Hanya bangun tidur. Seseorang telah cukup berisik di bagian tempat tidur ini." Ia
menutup satu matanya dan menatapku. "Aku sulit membayangkan seorang yang flaily
(tidur dengan banyak tingkah) seperti dirimu bisa menggerutu tentang semuanya."
2Wallbanger - Alice Clayton
"Flaily" Itu bahkan bukan sebuah kata." Aku menghela napas, menikmati tangannya di
sekelilingku melebihi yang aku ingin akui. "Flaily, yaitu, seseorang yang memukul-mukul.
Yaitu, seseorang, meskipun ia tidur di tempat tidur seluas Alcatraz, tetap saja
membutuhkan seluruh matras untuk menyebar dan menendang," katanya bersikeras,
dengan ketidaksengajaan-yang-disengaja membuka kaosku sehingga ia bisa
mengistirahatkan kepalanya di atas perutku yang telanjang. "Flailing (tidur dengan
banyak tingkah) itu lebih baik dari pada mendengkur, Mr. Snorey Pants (tuan
pendengkur)," godaku lagi, mencoba menghiraukan cara pangkal janggutnya
menggores kulitku dengan cara yang paling menyenangkan. "Kau flail (banyak tingkah).
Aku pendengkur. Apa yang akan kita lakukan tentang ini?" Ia tersenyum bahagia, masih
setengah tertidur. "Penutup telinga dan pelindung lutut?" "Yep, itu seksi. Kita bisa
memakainya setiap malam sebelum tidur," katanya, mendesakkan ciuman kecil tepat di
atas pusarku. Suara yang terdengar sedih seperti rintihan lolos dari mulutku sebelum
aku bisa menariknya kembali, dan telingaku terasa terbakar saat aku mencerna apa
yang ia katakan tentang "setiap malam", saat tidur bersama di setiap malam. Ya
ampun... Kami makan sarapan cepat saji di rumah, lalu menuju ke kota. Aku langsung
jatuh cinta dengan desa ini: jalan-jalan dengan batu tua, dinding bercat putih yang
berkilauan di bawah sinar matahari terik, keindahan yang tercurah dari setiap gerbang
yang terbuka. Dari setiap setitik biru langit yang mengintip melalui pantai ke senyum
ramah yang ada pada wajah manis setiap orang yang biasa menyebut tempat ini rumah
yang mempesona, aku telah terpikat. Hari ini adalah hari pasar, dan kami berkeliaran
keluar dan masuk kios, mengambil buah segar untuk camilan nanti. Aku telah melihat
beberapa tempat yang indah di bumi ini, tapi tempat ini adalah surga bagiku. Aku
benar-benar tidak pernah mengalami sesuatu seperti ini. Sekarang, aku telah berpergian
sendirian selama bertahun-tahun, menemukan kesenanganku sendiri itu cukup
menyenangkan. Tapi berpergian dengan Simon" Itu...keren. Hanya, keren. Ia pendiam,
seperti yang aku lakukan saat aku melihat sesuatu yang baru. Ia tidak pernah merasa
butuh untuk mengisi keheningan dengan kata-kata omong kosong. Kami telah
mengisinya dengan menikmati
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
pemandangan. Ketika kami berbicara, itu hanya untuk menunjukkan sesuatu yang kami
pikir tidak seharusnya dilewatkan, seperti anak anjing yang bermain di lapangan, atau
sepasang orang tua yang saling mengobrol di atas balkon mereka. Ia adalah pasangan
yang hebat. Kami berjalan kembali ke mobil sewaan, matahari sore membakar kulitku
melalui katun tipis yang menutupi bahuku, saat tanganku menggenggam tangannya
dengan cara paling sederhana. Dan saat ia membukakan pintu untukku, dan
membungkuk untuk menciumku dalam kehangatan matahari Spanyol, bibirnya dan bau
pohon zaitun adalah satu-satunya hal yang aku butuhkan di seluruh dunia. Pada waktu
aku mengenal Simon, aku mengambil beberapa gambar dirinya untuk dikenang: melihat
dirinya saat pertama kali, hanya mengenakan sehelai selimut dan sebuah seringaian;
mengemudi pulang melintasi jembatan dengannya di malam syukuran rumah baru
Jillian, ketika kami menyebutnya sebuah gencatan senjata; gambaran menyesatkan dan
kabur dari Simon saat tampak di dalam sebuah afghan; di latar belakangi oleh cahaya
obor kecil, basah, dan terlihat nakal dan tampan di dalam jacuzzi; dan gambaran
tambahan terbaru pada Simon terbaikku" Ketika melihatnya di bawahku saat
mendekapku erat, kulit hangatnya dan napas manisnya menyelimuti diriku saat kami
tersudut di atas tempat tidur penuh dosa yang luas. Tapi tidak ada, dan maksudku
benar-benar tidak ada, yang lebih seksi daripada melihat Simon bekerja. Aku
bersungguh-sungguh. Aku benar-benar harus mendinginkan diriku sedikit"yang tidak ia
2Wallbanger - Alice Clayton
perhatikan, karena saat ia bekerja ia benar-benar fokus. Dan sekarang aku duduk di
sini, melihat Simon bekerja. Kami telah berkendara menyusuri pantai untuk
mendapatkan beberapa tes foto lokasi yang telah diberitahu oleh pemandu lokal, dan
Simon semakin tampan sekarang saat terkonsentrasi sepenuhnya pada tugas yang ada
di tangannya. Saat ia menjelaskan padaku, itu bukanlah tentang foto-foto sebenarnya
yang telah ia ambil, ia menjelaskan tentang pengujian cahaya dan warna. Jadi saat ia
memanjat dengan susah payah dari batu ke batu lainnya, aku hanya duduk diatas
selimut yang kami ambil di bagasi dan mengamatinya. Bertengger di tebing yang tinggi
di atas permukaan laut, kami bisa memandang jauh lautan. Garis pantai berbatu
membentang dan melengkung ke dalam saat jutaan ombak bergulung-gulung datang
dari lautan dalam. Dan meskipun pemandangannya indah, apa yang menarik
perhatianku adalah cara Simon menjulurkan keluar ujung lidahnya saat ia mengamati
pemandangan. Cara ia menggigit bibir bawahnya saat ia memikirkan sesuatu. Cara
wajahnya berubah gembira saat ia melihat sesuatu yang baru melalui lensanya. Aku
senang aku punya sesuatu untuk dilakukan, terpaku pada sesuatu, saat permulaan
pertempuran mulai berkobar di dalam tubuhku. Bahkan sejak kami mengakui tekanan
yang ranjang raksasa itu letakkan pada kami, semua yang bisa kupikirkan adalah bahwa
itu sangat mendesak. Seperti halnya desakan O yang lama ditolak, menunggu dengan
sabar"dan terkadang tidak sabar"untuk pelepasannya. Desakan itu sangat kuat,
sangat intens, yang membuat setiap bagian diriku bisa merasakannya. Sekarang yang
berpihak dalam perdebatan internal ini adalah otakku, Lower Caroline (berbicara untuk
O yang jauh), Tulang Belakang, dan meskipun sebagian besar ia tetap diam akhir-akhir
ini, membiarkan Otak dan Saraf yang mengambil kendali, Hati sekarang akan
dipertimbangkan. Perlu dicatat bahwa LC (Lower Caroline ingin sebuah nama yang tren
tapi singkat) entah bagaimana merancang penis Simon masuk dalam perdebatan, dan
meskipun penisnya belum memiliki akses langsung pada Caroline, LC merasa ini perlu
untuk berbicara atas namanya. Meskipun aku tidak tahu banyak istilah penis, secara
internal aku merasa aneh menyebutnya kejantanan atau kemaluan, jadi aku
menyebutnya penis...untuk sekarang. Sekarang, Tulang Belakang dan Otak bersatu di
dalam kemah menunggu-untuk-seks, mempercayai ini penting untuk dasar
perkembangan hubungan ini. LC, dan akhirnya penis Simon, berada di dalam
komunitas berhubungan-seks-dengan-nya-sesegera- mungkin, secara
terang-terangan. O, sementara tidak resmi menjadi penghuni, bisa termasuk sebagai
pendukung LC. Tapi aku merasakan sebuah denyutan, hanya sebuah denyutan, dari
mengambang di atasnya di kedua pihak, bersama dengan Hati, yang sekarang sedang
menyanyikan lagu-lagu cinta abadi dan kehangatan, hal-hal yang memabukkan.
Gabungkan semua ini ke dalam sebuah perhitungan dan apa yang kau punya" Satu
Caroline yang benar-benar bingung. Seorang Caroline yang terbagi-bagi. Tidak heran
aku telah dilantik keluar dari urusan perkencanan. Omong kosong ini sulit. Jadi apakah
aku senang memiliki sesuatu untuk dipikirkan tentang hal lain selain tekanan melakukan
seks yang tak tentu" Ya. Bisakah aku meluangkan waktu sedikit mencoba lebih pintar
menemukan nama yang tepat untuk penis Simon" Mungkin. Penis itu layak
mendapatkannya. Anggota Mammoth jantan" Tidak. Pil Berdenyut dari Gairah" Tidak.
Pintu Belakang Penyamun" Jelas tidak. Wang" Terdengar seperti suara dari penutup
pintu yang timbul saat kamu menjentikkan mereka... Aku berkata dengan keras pada
diriku sendiri beberapa kali, meregangkan diriku sedikit. "Wang. Wang. Waaaang,"
gumamku. "Hey! Nightie Girl! Kemarilah," Simon memanggil, mengalihkan aku dari
penelitian wang-ku. Aku meninggalkan pertemuran mental, memilih jalan dengan
hati-hati melewati bebatuan terjal ke tempat ia berdiri. "Aku membutuhkanmu." "Di sini"
Sekarang?" Aku mendengus. Ia menurunkan kameranya yang hanya cukup untuk
2Wallbanger - Alice Clayton
menunjukkan satu alisnya. "Aku membutuhkanmu untuk melihat skala. Pergilah ke
sana." Ia mengarahkanku ke arah tepi tebing. "Apa" Tidak-tidak. Tidak ada foto-foto,
huh-uh." Aku mundur kembali ke selimutku. "Ya, ya, foto-foto. Ayolah. Aku
membutuhkan sesuatu di latar depan (foreground). Pergilah ke sana." "Tapi aku
berantakan! Semua tubuhku berantakan tertiup angin dan terbakar matahari, lihat?" aku
menarik turun baju berleher v-ku hanya sedikit untuk menunjukan padanya bagaimana
aku mulai berubah menjadi pink muda. "Meskipun aku selalu menghargaimu untuk
menunjukan padaku belahan dadamu, simpanlah itu, sister. Ini foto hanya untukku,
hanya untuk memberiku beberapa sudut pandang. Dan kau tidak tampak
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
seperti tertiup angin. Yah, hanya sedikit sih." Ia mengetukkan kakinya. "Kau tidak akan
membuatku bergaya dengan setangkai mawar di gigiku, kan?" aku mengeluh,
melangkahkan kaki ke tepi. "Apa kau punya setangkai mawar?" tanyanya, terlihat serius
kecuali seringai yang memabukkan itu. "Diamlah. Ambillah fotomu." "Oke, hanya
bersikap alamilah. Tidak bergaya, hanya berdiri saja di sana"memandang lautan akan
sangat bagus," perintahnya. Aku mematuhinya. Ia bergerak mengelilingiku, mencoba
dari sudut yang berbeda, dan aku bisa mendengarnya bergumam tentang apa itu
bekerja. Aku akui, meskipun aku malu difoto, aku hampir bisa merasakan tatapannya,
melalui lensa kamera, memperhatikan diriku. Ia berpindah-pindah hanya untuk beberapa
saat, tapi itu terasa lama. Perang internal mulai berkobar lagi. "Apa kau sudah hampir
selesai?" "Kau tidak bisa terburu-buru untuk mendapatkan kesempurnaan, Caroline. Aku
butuh pekerjaan ini diselesaikan dengan baik," ia memperingatkan. "Tapi ya. Hampir
selesai. Apa kau merasa lapar?" "Aku ingin clementine (sejenis jeruk mandarin) di dalam
keranjang "bisa ambilkan aku satu" Atau itu akan mengacaukan karyamu?" "Itu tidak
akan mengacaukannya. Aku akan menyebutnya Gadis Tertiup Angin di atas Tebing
dengan sebuah Clementine." Ia tertawa dan kembali ke mobil. "Kau lucu," kataku kecut,
menangkap jeruk kecil yang ia lemparkan padaku dan mulai mengupasnya. "Apa kau
akan membaginya?" "Aku rasa begitu, paling tidak aku melakukannya untuk laki-laki
yang membawaku kemari, kan?" aku tertawa, menggigitnya satu ruas dan merasakan
jus menetes ke daguku. "Kau punya sebuah lubang di bibirmu?" tanyanya, menangkap
momen itu saat aku memutar mataku padanya. "Apa kau benar-benar berpikir kalau kau
lucu, atau kau hanya menduga kalau kau mungkin lucu?" balasku, memberikan isyarat
padanya dengan kulit jeruk. Ia menggelengkan kepalanya, tertawa saat ia mengambil
satu ruas jeruk. Tentu saja, ia menggigitnya sepotong dan tidak mengoperkannya
padaku. Ia membuka matanya lebar-lebar dengan takjub yang berpura-pura, dan aku
mengambil kesempatan untuk menghancurkan sisa ruas jeruk lainnya ke wajahnya.
Matanya tetap terbuka lebar, saat jusnya sekarang menetes dengan bebas dari ujung


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hidungnya dan ke dagunya. "Simon yang kacau," bisikku saat ia menatapku. Dengan
sekejap, ia menekankan bibirnya di bibirku, mendapatkan sisa jus dari kami berdua saat
aku menjerit di dalam mulutnya. "Caroline yang manis," bisiknya sambil tersenyum. Ia
memutar tubuh kami sehingga laut berada di belakang kami, mengangkat kameranya ke
atas, dan mengambil foto: kami yang tertutupi bulir-bulir jeruk. "Omong-omong, kenapa
kau mengatakan 'wang' tadi?" tanyanya. Aku hanya tertawa terbahak-bahak. *** "Ini dia.
Sekarang ini secara resmi satu hal terbaik yang pernah ada di mulutku," aku
mengumumkan, menutup mataku, dan mendesah. "Kau mengatakan itu untuk semua
yang kau makan malam ini." "Aku tahu, tapi aku serius tidak bisa menahan betapa
enaknya ini. Pukul aku, cubit aku, lemparkan aku ke laut, ini terlalu enak," aku
mengerang lagi. Kami duduk di sebuah meja kecil di pojok restoran kecil di kota, dan
aku telah bertekad untuk mencoba semuanya. Simon, menunjukkan kemampuan
2Wallbanger - Alice Clayton
berbahasanya, memesankan sesuatu untuk kami. Aku mengatakan padanya untuk
melakukannya, bahwa aku tergantung padanya dan aku tahu ia tidak akan
mengarahkan aku dengan salah. Dan bocah laki-laki itu melakukannya dengan
baik. Kami bersenang-senang. Kami menikmati tapas (berbagai macam makanan
pembuka, atau makanan ringan, dalam masakan Spanyol) tradisional, tentu saja,
ditemani oleh gelas berisi minuman wine (anggur) rumahan. Mangkuk-mangkuk kecil
dan piring-piring muncul di meja setiap beberapa menit setelah itu: bakso kecil babi,
irisan ham, jamur yang diasinkan, sosis yang enak, cumi-cumi panggang dengan buah
lokal dan minyak zaitun. Di setiap gigitan, aku sangat yakin bahwa aku telah memakan
makanan terenak yang pernah ada, lalu gelombang lain makanan yang lezat akan
muncul dan menyakinkanku sekali lagi. Dan udang ini pun tiba. Tak nyata. Digoreng
renyah dalam minyak zaitun dengan bawang putih dan peterseli yang banyak, paprika
asap dan hanya sedikit panas. Aku pingsan. Aku benar-benar pingsan. Simon" Ia
sangat menyukainya. Ia memakannya sampai habis. Reaksiku sama banyaknya seperti
makanannya, kurasa. Ia memakannya sampai habis. "Sejujurnya, aku sudah tidak bisa
memakannya lagi," protesku, menyeret sepotong roti kering melalui minyak zaitun. Ia
tersenyum saat ia memperhatikanku yang tanpa malu-malu menikmati potongan roti
lainnya sebelum akhirnya mendorongnya kembali dari meja dengan rintihan. "Makanan
terbaik yang pernah ada?" tanyanya. "Itu benar-benar sangat mungkin. Ini gila." Aku
menghela napas, menepuk perutku yang penuh. Melupakan segala keanggunan, aku
menghabiskan makanan itu seperti ada orang lain yang akan mengambilnya dariku.
Seorang pelayan muncul dengan dua gelas kecil yang berisi wine lokal. Manis dan
tajam, itu minumam yang sempurna setelah makan malam. Kami menyesapnya
perlahan, hembusan angin masuk melalui jendela dengan lembut membawa aroma laut.
"Ini adalah kencan yang hebat, Simon. Sungguh. Tidak akan pernah ada yang lebih
sempurna dari ini," kataku, menyesap lagi wine-ku. "Apa ini adalah kencan?" tanyanya.
Wajahku membeku. "Maksudku, tidak. Aku kira tidak. Aku hanya ?" "Tenanglah,
Caroline. Aku tahu apa maksudmu. Hanya saja lucu mempertimbangkan ini adalah
sebuah kencan: dua orang berpergian
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
bersama, tapi baru sekarang berkencan." Ia tersenyum dan aku menjadi tenang. "Hmm,
sejauh ini kita belum benar-benar mengikuti aturan tradisional, ya kan" Ini mungkin akan
menjadi kencan pertama kita, jika kita menginkannya secara teknis." "Yah, secara
teknis, apa definisi dari kencan?" tanyanya. "Makan malam, aku kira. Meskipun kita
pernah makan malam sebelumnya." Aku memulai. "Dan sebuah film"kita pernah
menonton sebuah film," ia mengingatkanku. Aku gemetar ketakutan. "Ya, dan itu jelas
sebuah cara untuk membuatku berbaring rapat-rapat denganmu. Film horor, sangat
jelas," aku mendengus. "Itu berhasil, bukan" Sebenarnya, aku yakin aku tidur
denganmu malam itu, Nightie Girl." "Ya, aku murahan dan gampangan, aku akui itu. Aku
kira kita benarbenar telah menjalani semua ini dengan terbalik." Aku tersenyum lebar,
aku menggeserkan kakiku di lantai bawah meja dan menendangnya ringan. "Aku
senang ini berjalan terbalik." Ia menyeringai. Aku menyipitkan mataku. "Tidak
menyinggung satu hal itu." "Tapi serius. Seperti yang telah aku katakan, aku tak
berpengalaman dengan hal-hal ini," katanya. "Bagaimana cara kerjanya" Bagaimana
jika kita melakukan ini...tidak terbalik" Apa yang akan terjadi selanjutnya?" "Yah, aku
kira akan ada kencan yang lain lagi dan lainnya setelah itu," aku mengakuinya,
tersenyum malu-malu. "Dan beberapa base. Aku berharap mencoba melakukan
beberapa base, benar?" ia bertanya dengan serius. Aku menyemburkan wine-ku.
Beberapa base" Apa kau yakin" Seperti, saling merasakan, di atas baju, di bawah baju,
2Wallbanger - Alice Clayton
base-base seperti itu?" aku tertawa terbahak-bahak. "Ya, tepat. Apa aku boleh
melakukan cara seperti itu" Sebagai seorang pria terhormat, maksudku. Jika ini benar
kencan pertama, kita tidak akan pulang bersama, ya kan" Sekarang kita berkencan,
bukan hanya untuk bersenang-senang saja (terutama untuk seks). Ingatlah, jelas
kelihatan aku memberikan woo (rayuan) dengan bagus," katanya, matanya berbinar.
"Ya, ya, kau melakukannya. Kita tidak akan pulang bersama, itu benar. Tapi sejujurnya,
aku tidak ingin kau tidur di kamar tidur di lantai bawah. Apakah itu aneh?" aku bisa
merasakan telingaku terbakar saat aku malu. "Itu tidak aneh," jawabnya pelan. Aku
melepaskan sandalku dan mendesakkan kakiku pada kakinya, menggosoknya ringan di
sepanjang kakinya. "Berpelukan itu bagus, ya kan?" "Berpelukan itu lebih dari bagus," ia
setuju, balas menyenggolku balik dengan kakinya. "Sejauh itu menyangkut dengan
base-mu, aku pikir kau pasti bisa merencanakan sedikit aksi di bawah baju, jika kamu
sangat menginginkannya," jawabku. Secara internal, Otak dan Tulang Punggung
memberikan sedikit sorak sorai, sedangkan LC dan Wang menendang beberapa kursi.
Tatas (payudara) hanya merasa senang dengan seseorang yang memperhatikannya
sekali, bukan hanya menjadi persinggahan dalam perjalanan ke arah selatan. Hati" Yah,
ia masih tetap melayanglayang, menyanyikan lagunya. "Jadi, kita akan menjalani aturan
yang sedikit tradisional, tapi tidak sepenuhnya tradisional. Menjalaninya dengan
perlahan?" tanyanya, matanya menyala, batu safir mulai melakukan sedikit tarian
hipnotis. "Perlahan, tapi tidak terlalu pelan. Kita adalah orang-orang dewasa, demi
Tuhan." "Untuk aksi di bawah baju," katanya, mengangkat gelasnya untuk bersulang.
"Aku akan bersulang untuk itu." Aku tertawa saat gelas kami berdenting. ***
Lima-puluh-tujuh menit kemudian kami berada di tempat tidur, tangannya yang hangat
dan dengan yakin membuka setiap kancingku, memperlihatkan kulitku. Ia bergerak
perlahan, dengan sengaja, dan ia membiarkan kemejaku jatuh terbuka saat aku
berbaring di bawahnya. Ia menatap ke padaku, ujung-ujung jarinya dengan ringan
menggambar garis dari tulang selangkaku ke pusarku, benar dan tepat. Kami berdua
mendesah dengan bersama-sama. Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi mengetahui
kami telah mengatur beberapa batasan untuk malam hari, sekonyol yang terdengar,
membuatnya jauh lebih sensual, sesuatu untuk benarbenar dinikmati. Bibirnya melayang
di sekitar leherku, di bawah telingaku, di bawah daguku, di kemiringan antara leher dan
bahuku, dan bekerja ke arah bawah ke gumpalan payudaraku. Jari-jarinya menyapu
keluar, dengan ringan, dengan hormat, berbayang di seluruh kulitku saat aku menghirup
napas dan kemudian menahan napasku. Saat jari-jarinya dengan lembut menyerempet
putingku, setiap ujung saraf di seluruh tubuhku berbalik dan mulai berdenyut ke arah itu.
Aku menghela napas, perasaan berbulan-bulan yang mendesak mulai mengalir secara
bersamaan keluar dariku dan semakin mengalir bahkan lebih banyak lagi. Dengan
ciuman manis dan sentuhan lembut, ia mulai proses perkenalan dengan tubuhku, dan ini
benarbenar apa yang aku butuhkan. Bibir, mulut, lidah"semuanya ada pada tubuhku,
mencicipi, membelai, merasakan, dan penuh cinta. Saat bibirnya mengatup di sekitar
payudaraku, rambutnya menggelitik daguku dengan cara manis, dan aku memeluknya
dengan lenganku di tubuhnya, memeluknya erat. Perasaan kulitnya di tubuhku adalah
kesempurnaan, dan sesuatu yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku
merasa...dipuja. Saat kami menjelajah malam itu, apa yang dimulai sebagai kelucuan
dan manis dan bagian-bagian dari olok-olok klasik kami berubah menjadi sesuatu yang
lebih. Yang dengan tolol disebut sebagai "aksi di bawah baju" menjadi bagian yang
romantis, dan sesuatu yang bisa saja hanya secara fisik menjadi sesuatu yang
emosional dan murni. Dan saat ia memelukku pada dirinya, membawaku ke pelukannya
dengan ciuman yang lembut dan cekikikan yang terengah-engah, kami tertidur pulas.
Flaily (Si Tukang Tidur Yang Banyak Tingkah) dan Mr. Snorey
2Wallbanger - Alice Clayton
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Pants (Tuan Pendengkur). *** Dua hari berikutnya, aku hidup dalam kemewahan.
Sesungguhnya, tidak ada kata lain dalam bahasa Inggris untuk mengungkapkan
pengalaman yang aku alami. Sekarang untuk beberapa diantaranya, definisi dari liburan
mewah mungkin adalah belanja tanpa batas, spa yang memanjakan, makanan mahal,
pertunjukan besar. Tapi bagiku, kemewahan berarti menghabiskan waktu dua jam
dengan tidur siang di teras dapur. Kemewahan berarti memakan buah ara yang
berlumuran madu dan dihiasi dengan parutan keju lokal sementara Simon
menuangkanku segelas Cava, semuanya itu terjadi sebelum pukul sepuluh pagi.
Kemewahan berarti waktu sendirian untuk berjalan-jalan ke toko kecil, toko keluarga
Nerja, mengaduk-ngaduk keranjang obral yang berisi renda cantik. Kemewahan berarti
menjelajahi gua-gua terdekat dengan Simon selama ia melakukan pekerjaan
fotografinya, menghanyutkan kami di dalam warna-warni dunia. Kemewahan berarti
memandangi Simon saat ia berdiri di pinggir bebatuan sementara ia mencari pijakan
keluar lainnya, bertelanjang dada. Apa aku menyebutkan bertelanjang dada" Dan
kemewahan hampir pasti berarti bahwa aku menghabiskan waktu setiap malam di atas
tempat tidur bersama dengan Simon. Sekarang itu adalah kemewahan yang tak ternilai,
yang tidak ditawarkan di setiap tur wisata. Kami melewati base lainnya atau dua
sekaligus, saling menggoda dengan pertemuan sedikit di sekitar celana. Apa kami
menjadi konyol, menunggu sampai malam terakhir di Spanyol untuk mewujudkan "hal"
ini" Mungkin, tapi siapa sih yang peduli" Ia menghabiskan waktu hampir satu jam untuk
mencium setiap inci kakiku suatu malam, dan aku menghabiskan waktu dengan jangka
waktu yang sama untuk membicarakan tentang pusarnya. Kami hanya...menikmatinya.
Tapi dengan semua kenikmatan yang datang dengan jumlah tertentu ini, yah,
bagaimana kami harus menyebutnya, energi kegugupan" Saat di San Fransisco, kami
menghabiskan waktu berbulan-bulan terlibat dalam foreplay verbal (foreplay dengan
kata-kata). Tapi sekarang, di sini" Foreplay yang sebenarnya" Ini tidak bisa dipercaya.
Tubuhku sangat selaras dengan dirinya, aku tahu saat ia masuk ke dalam ruangan, dan
aku tahu saat ia akan menyentuhku, sedetik sebelum ia melakukannya. Udara di sekitar
kami berbau seksual, getaran berdesing bolak-balik dengan energi yang cukup untuk
menerangi seluruh kota. Daya tarik seksual" Punya. Frustasi seksual" Sedang
meningkat dan mendekati ambang batas. Oh, sial, aku akan mengatakannya. Aku
B-E-R-G-A-I-R-A-H. Yang mana mengapa setelah kami menghabiskan sore di gua-gua,
kami menemukan diri kami sendiri di dapur, berciuman dengan tergila-gila. Kami berdua
sedikit lelah sepanjang hari, dan aku telah lama ingin untuk menguji berbagai Viking
yang indah. Aku menyiapkan sayur mayur untuk dipanggang dan mengaduk nasi
saffron* saat ia datang setelah ia mandi. Hampir mustahil bagiku untuk menjelaskan
penampilannya: mengenakan T-shirt putih, jeans pudar, bertelanjang kaki,
mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Ia menyeringai, dan aku mulai
melihatnya menjadi dua. Aku benar-benar tidak bisa melihat dengan kabut gairah yang
menyelimuti mataku dan kebutuhan yang tiba-tiba terasa menggelora di dalam diriku.
Aku membutuhkan tanganku untuk berada di tubuhnya, dan aku membutuhkannya
terjadi secepatnya. "Mmm, ada sesuatu yang berbau enak. Ingin aku mulai menyiapkan
pemanggangnya?" tanyanya, berjalan ke tempat dimana aku memotong sayur mayur di
meja. Ia berdiri di belakangku, jarak tubuhnya hanya seinchi dengan tubuhku, dan ada
sesuatu yang tersentak. Dan itu bukan hanya kacang polong saja yang aku pegang...
Aku berbalik, dan perutku benar-benar terasa berdesir pada tatapannya. Desiran yang
tak normal. Aku menekan tanganku pada dadanya, merasakan kekuatan di sana dan
kehangatan kulitnya melalui bajunya. Alasan melambai bye-bye, dan ini sekarang murni
2Wallbanger - Alice Clayton
fisik. Rasa gatal yang butuh digaruk, digaruk, dan kemudian digaruk lagi. Aku
meluncurkan tanganku ke sekeliling leher belakangnya, dan menariknya ke diriku.
Bibirku melumat bibirnya. Kebutuhanku yang kuat mengalir ke dalam mulutnya dan
turun ke ujung-ujung jari kakiku. Jari jari kaki yang melepaskan sandal masing-masing
dan tanpa malu-malu mulai menggosokkan kakiku ke puncak kakinya. Tubuhku butuh
merasakan kulit, kulit apapun, dan membutuhkannya sekarang. Ia bereaksi,
menyelaraskan ciuman kasarku dengan ciumannya, mulutnya menutup mulutku saat
aku mengerang karena merasakan tangannya di bagian bawah punggungku. Aku
dengan cepat memutar dirinya dan mendesaknya ke meja. "Lepaskan! Aku butuh ini
untuk dilepaskan, sekarang," gumamku diantara ciuman, menyentakkan T-shirtnya.
Dengan suara gesekan dari kainnya, kaosnya terlempar ke seberang ruangan saat aku
menggerakkan tubuhku ke tubuhnya, mendesah saat aku merasakan sentuhannya. Aku
bergantian mencoba untuk memeluknya dan menaikinya, gairah sekarang berlari
dengan bebas di dalam tubuhku seperti sebuah kereta barang. Aku meraih diantara
kami dan menyentuh diantara celana jeansnya dengan telapak tanganku. Matanya
menangkap mataku, dan saling bertemu sebentar. Aku berada di jalur yang tepat.
Merasakan miliknya mengeras di bawah kedua tangan ujung jari-jariku, tiba-tiba semua
yang aku inginkan, semua yang aku butuhkan, semua yang harus aku lakukan untuk
berfungsi dalam kehidupan, adalah dirinya. Di dalam mulutku. "Hey, Nightie Girl, apa
yang kau"Oh Tuhan?" Bergerak secara naluriah, aku menyentak terbuka celana
jeansnya, berlutut di depannya, dan membawa miliknya keluar. Denyut nadiku berpacu
cepat, dan aku pikir darahku benar-benar mendidih di dalam diriku saat aku melihat
miliknya. Aku menarik napasku dengan mendesis saat aku memandang miliknya, jeans
pudar turun yang hanya cukup untuk membingkai pemandangan yang berkilau ini.
Simon melakukan komando. Tuhan memberkati Amerika. Aku ingin melakukannya
dengan halus, aku ingin menjadi lembut dan manis, tapi aku hanya teramat sangat
membutuhkannya. Aku melirik ke matanya, matanya berkabut tapi sangat gelisah, saat
tangannya turun untuk menyampirkan rambutku ke belakang dari mukaku. Aku
mengambil tangannya dengan tanganku dan menempatkan tangannya kembali ke atas
meja. "Kau akan butuh untuk berpegangan saat ini," janjiku. Ia mengerang dengan
erangan yang nikmat dan, melakukan seperti yang telah diperintahkan, menyandarkan
punggungnya sedikit. Ia mendorong pinggulnya ke depan, tapi tetap menjaga
tatapannya padaku. Selalu menatapku. Bibirku bergetar saat aku menyelinapkan
miliknya yang panjang ke dalam mulutku. Kepalanya mendongak ke belakang saat
lidahku membelai miliknya, membawa miliknya semakin masuk ke dalam. Kenikmatan
murni ini, kenikmatan mutlak dari merasakan reaksinya
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
padaku cukup membuat kepalaku terbelah dua. Aku menariknya keluar masuk,
membiarkan gigiku hanya nyaris menggores kulit sensitifnya dan aku melihatnya
memegang pinggiran meja lebih keras. Aku menggerakan kuku-kuku tanganku di bagian
dalam kakinya, menurunkan celana jeansnya semakin ke bawah untuk memberikan
akses lebih pada kulitnya yang hangat. Memberikan ciuman pada ujung miliknya yang
panjang, aku membiarkan tanganku menggenggamnya, mengusapnya dan memijatnya.
Ia sempurna, semuanya halus dan kencang saat aku melakukannya pada miliknya lagi,
dan lagi, dan lagi. Aku merasa gila, mabuk karena aroma dirinya dan rasa miliknya di
dalam diriku. Ia mendesahkan namaku berulang-ulang, kata-katanya melayang turun
seperti saat coklat seksi yang mencair, mengalir ke dalam otakku dan mendedikasikan
setiap rasa yang aku miliki untuknya, hanya untuknya. Setiap aku bergerak,
membuatnya gila, membuatku gila, menjilat, menghisap, mencicipi, menggoda,
2Wallbanger - Alice Clayton
menikmati kegilaan atas tindakan lezat ini. Memilikinya di sini, dengan cara ini, adalah
definisi kemewahan yang sesungguhnya. Ia semakin menegang, dan akhirnya
tangannya kembali padaku, mencoba menarikku keluar. "Caroline, oh, Caroline,
aku"kau" pertama"kau"oh, Tuhan...kau," ia tergagap. Untungnya, aku bisa
mengartikannya. Ia ingin aku untuk mendapatkan sesuatu juga. Apa yang ia tidak sadari
adalah bahwa semua penyerahan dirinya yang ia berikan padaku adalah semua yang
aku butuhkan. Aku melepaskannya hanya untuk sesaat, untuk meletakkan tangannya
sekali lagi di atas meja. "Tidak, Simon. Kau," jawabku, mengambil miliknya masuk
dalamdalam sekali lagi, merasakan miliknya menyentuh bagian belakang tenggorokanku
saat tanganku melayani sisa miliknya yang tak cukup dikulum oleh mulutku. Pinggulnya
bergerak sekali, sekali lagi, dan dengan gemetaran dan erangan yang paling nikmat
yang pernah aku dengar, Simon orgasme. Membuang kepalanya ke belakang, menutup
matanya dan melepaskannya. Itu menakjubkan. Beberapa saat kemudian, bergelung
padaku di atas lantai dapur, ia mendesah dengan puas. "Ya Tuhan, Caroline.
Itu...benar-benar"tak terduga." Aku tertawa, membungkukan badanku untuk mencium
keningnya. "Aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Kau hanya tampak terlalu
tampan, dan aku...yah...aku terlena." "Aku akan mengatakannya. Meskipun aku berpikir
ini tidak adil karena aku agak sedikit telanjang di sini, dan kau masih berpakaian
lengkap. Tapi kita bisa memperbaiki itu dengan cukup cepat." Ia menarik tali pada
celanaku. Aku menghentikannya. "Pertama-tama, kau bukan agak sedikit telanjang, kau
hanya tergantung dengan bebas di dapur, dan aku cukup menyukainya. Dan ini
bukanlah tentangku, meskipun aku akui aku menikmatinya dengan sangat." "Gadis
konyol, sekarang aku ingin menikmati dirimu dengan sangat," ia bersikeras,
menjalankan jari-jarinya sepanjang tepian celanaku, menari-nari di atas kulit di sana.
Saraf mulai menari flamenco, menuntut waktu lebih"waktu lebih! Belum siap! LC
menendang sesuatu. "Tidak, tidak, tidak malam ini. Aku ingin membuatkanmu makan
malam yang enak. Biarkan aku mengurusmu sedikit saja. Tak bisakah aku melakukan
itu?" Aku memindahkan tangan-tangan setannya dan mencium kedua tangannya. Ia
tersenyum padaku, rambutnya berantakan, dan sebuah senyum konyol masih
menghiasi wajahnya. Ia menghela napas dalam kekalahan dan mengangguk. Aku mulai
bangkit dari lantai saat ia menangkap pinggangku, menarikku kembali ke lantai. "Sebuah
kata, please, sebelum kau meninggalkanku"apa yang telah kau katakan" Tergantung
dengan bebas di atas lantai dapur?" "Ya, sayang?" tanyaku, mendapatkan respon satu


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

alis yang naik. "Jadi, dengan menggunakan titik acuan berdasarkan base yang telah kita
terapkan pada minggu ini, aku akan mengatakan kita hanya melewatkan beberapa
kencan ke depan, benar?" "Aku harus mengatakannya begitu," aku tertawa, menepuk
kepalanya dengan ringan. "Lalu aku pikir itu hanya adil untuk memperingatkanmu...
Besok malam" Malam terakhirmu di Spanyol?" katanya, matanya menyalanyala
memantulkan cahaya senja. "Ya?" bisikku. "Aku akan mencoba untuk mencuri sebuah
rumah." Aku tersenyum. "Simon yang konyol, itu bukan pencurian jika aku
mempersilahkanmu masuk," aku mendengkur, menciumnya dengan kuat di bibir. ***
Kemudian malam itu, saat aku terbungkus kuat dalam pelukan Simon, LC mulai
bersiap-siap. Dan Otak dan Tulang Punggung mulai berteriak...O...O...O. Wang" Yah,
kami tahu dimana ia berada, mendesak lebih dekat dengan Tulang Punggung. Hati tetap
melayang-layang di atas, tapi berputar-putar semakin dekat ke rumah. Bagaimanapun
juga, sebuah entitas tambahan mulai memaksakan dirinya sendiri sekali lagi, mencoba
mempengaruhi yang lainnya. Entitas tambahan itu mewarnai mimpi-mimpiku dengan
bisikannya yang pelan. Hello, Saraf. Tidurku pasti yang paling...flaily (banyak tingkah).
*** *nasi berwarna kuning, tapi bukan karena kunyit, melainkan dari bagian tangkai putik
dari bunga kuma-kuma yang dikeringkan Bab 18 "Apa kau selalu tahu menjadi
2Wallbanger - Alice Clayton
fotografer akan menjadi pekerjaan tetapmu?" "Apa" Darimana pertanyaan itu?" Simon
tertawa, duduk kembali ke
2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kursi dan menatapku melalui tepi cangkir kopinya. Kami sedang menikmati sarapan
santai pada hari terakhirku di Spanyol. Kopi hitam, kue lemon kecil, potongan beri segar
dan krim, dan sedikit matahari di pinggir pantai. Memakai kaos Simon dan sebuah
senyuman, aku berada di surga. Rasa gugup sepertinya terasa sangat jauh pagi ini.
"Aku bersungguh-sungguh," aku mendesak. "Apakah kau selalu menginginkan ini" Kau
terlihat, well, kau sangat intens saat sedang bekerja. Kau terlihat sangat menyukainya."
"Aku menyukainya. Maksudku, itu adalah pekerjaan jadi tetap ada saat yang
melelahkan, tapi ya, aku menyukainya. Walaupun, itu bukan hal yang selalu aku
rencanakan. Kenyataannya, ada perbedaan rencana pada umumnya," sambungnya,
tatapan gelap terlintas di wajahnya. "Apa maksudnya itu?" "Untuk sekian lama aku
berencana mengikuti bisnis ayahku." Ia mendesah, senyum penyesalan terlepas
darinya. Tanpa sadar tanganku manggapai tangannya. Ia meremasnya, lalu meneguk
kopinya. "Kau tahu Benjamin bekerja pada Ayahku?" tanyanya. "Ayah
mempekerjakannya tepat setelah ia lulus sekolah, membimbingnya, mengajarinya
apapun. Saat Benjamin ingin memiliki perusahaan sendiri, kau akan berpikir kalau ayah
terganggu, tapi ternyata ia malah membanggakannya." "Dia yang terbaik." Aku
menyeringai. "Jangan kira aku tak tahu kalian terpikat olehnya. Aku menyadarinya." Ia
memberiku tatapan keras. "Aku harap begitu. Kami memang tak bisa menutupi
kekaguman kami." "Parker Financial Service semakin besar, sangat besar, dan Ayah
ingin aku meneruskannya segera setelah aku lulus kuliah. Aku sejujurnya tidak pernah
berpikir akan meninggalkan Philadelphia. Itu adalah kehidupan yang menyenangkan:
bekerja bersama ayahku, klub country, rumah besar di pinggir kota. Siapa yang tidak
menginginkannya?" "Well..." gumamku. Itu adalah hidup yang ideal, tentu saja, tapi aku
tak bisa membayangkan Simon seperti itu. "Aku bekerja dalam koran sekolah,
memotret. Aku dengan mudah mendapatkan A di kelas. Kau tahu, bagus untuk
transkripku" Tapi meskipun aku mendapatkan tugas seperti meliput pelatihan hockey
wanita, aku sangat menyukainya. Seperti, benar-benar menyukainya. Aku
menganggapnya menjadi hobi yang menyenangkan. Tak pernah terpikir untuk
menjadikannya sebuah karir. Meskipun orang tuaku mendukungku, dan ibuku bahkan
memberiku sebuah kamera untuk Natal tahun itu"tahun dimana...well..." ia berhenti
bicara, membersihkan tenggorokannya sedikit. "Anyway, setelah apa yang terjadi
dengan ayah dan ibuku, Benjamin datang ke Philadelphia untuk, umm, untuk
pemakaman. Ia tinggal sebentar, menyiapkan semuanya, kau tahu. Dia adalah
eksekutor wasiat orang tuaku. Karena ia tinggal di West Coast, well, menetap di
Philadelphia bukanlah ide yang baik. Jadi, singkat cerita, Stanford menerimaku, aku
mulai belajar photo jurnalisme, aku beruntung magang di beberapa tempat, lalu
tempat"yang tepat-waktu-yang tepat, dan bam! Itulah bagaimana aku berkecimpung di
bidang ini." menyelesaikannya, mencelupkan kue dan menggigitnya. "Dan kau
menyukainya." Aku tersenyum. "Dan aku menyukainya." Ia menyetujui. "Lalu apa yang
terjadi dengan perusahaan ayahmu" Parker Financial?" tanyaku, menyendok sepotong
berry. "Benjamin memegang beberapa klien untuk sementara, lalu menutup pasar
sepenuhnya. Asetnya dialihkan padaku, per wasiat, dan ia mengaturnya untukku."
"Aset?"" "Ya. Tidakkah aku memberitahumu, Caroline" Aku kaya raya." Ia mengernyit,
menatap ke lautan. "Aku tahu ada alasan kenapa aku berteman denganmu." Aku
menghabiskan kopinya. "Sungguh. Kaya raya." "Baiklah, sekarang kau menyebalkan."
Kataku, mencoba mengubah ketegangan yang ada di meja. "Well, orang-orang
2Wallbanger - Alice Clayton
berdampak aneh pada uang. Kau tak pernah tahu." Katanya. "Saat kita pulang kau akan
membeli gedung apartemen kita dan memasang hot tub, itu saja," candaku,
membuahkan senyum kecilnya. Kami duduk dan saling menatap, tenggelam dalam
pikiran kami masing-masing. Ia sudah seringkali sendirian. Tidak heran ia selalu terlihat
sedikit tersesat bagiku. Keluar dari kotak, tidak mengizinkan dirinya sendiri untuk
bergantung pada orang lain, tak ada rasa kepemilikan"semudah itukah" Wallbanger
mempunyai harem karena ia tak sanggup kehilangan orang lain" Hubungi Dr. Freud...
Freudian atau bukan, itu masuk akal. Ia tertarik padaku, sudah tertarik padaku sejak
awal. Tapi apa bedanya sekarang" Jelas ia sudah tertarik pada wanita lain juga. Wow,
tak ada tekanan sama sekali...menganggukan kepalaku, aku mencoba mengganti topik.
"Aku tak percaya besok akan pulang. Aku merasa baru saja datang kesini." Aku
menyandar ke sikuku. Ia tersenyum, sepertinya melihat cara tak-terlalu-halusku
mengganti topik. Tapi ia terlihat bersyukur. "Tinggalah. Tinggalah bersamaku. Kita bisa
meluangkan waktu lebih lama disini, dan lalu siapa tahu" Kemana lagi kau ingin pergi?"
"Pfft. Kau akan ingat kalau aku akan pergi sebelummu karena itu adalah satu-satunya
penerbangan yang bisa kudapat. Lagipula, aku harus kembali bekerja, mengatur, dan
tepat waktu di hari Senin. Kau tahu berapa banyak tugas yang sudah Jilian berikan
padaku?" "Dia akan mengerti. Dia itu penggemar hal-hal romantis. Ayolah. Tinggalah
bersamaku. Aku akan menyembunyikanmu dengan karung gandum dalam perjalanan
ke rumah." Matanya berbinar menatapku melewati cangkir kopinya. "Karung gandum,
kakiku. Dan begitukah" Romantis" Tidakkah kau seharusnya memelukku di pantai" Dan
merobek korsetku?" kutaruh kaki telanjangku di pangkuannya, ia mengambil
keuntungan, memijat dengan kedua tangannya. "Beruntungnya kau, aku adalah perobek
korset dulu. Mungkin juga aku bisa memakai kostum bajak laut, jika itu yang kau sukai,"
jawabnya, sang safir mulai berasap. "Itu sudah sebuah dongeng romantis, kan" Kalau
seseorang menceritakan padaku cerita ini, aku ragu untuk mempercayainya," aku
merenung, mengerang saat menyelesaikan gigitan terakhirku. "Kenapa tidak" Itu tidak
seaneh bagaimana cara kita bertemu, kan?" "Berapa banyak wanita yang kau tahu yang
akan rela pergi ke Eropa dengan seorang pria yang selalu membentur-benturkan
dinding tepat di temboknya selama berminggu-minggu" "Betul, tapi kau juga bisa
menyebutku sebagai seorang pria yang selalu memberikan musik indah melalui tembok,
dan pria yang 2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
memberikanmu, dan kukutip, "bakso yang paling enak?"" "Aku kira kau mulai
mendapatkanku dengan Glen Miller. Itu mempengaruhiku." Aku melesak di kursiku saat
tangannya melakukan hal menyenangkan pada bawah telapak kakiku yang berkaus
kaki. Kaos kaki yang juga sudah aku sesuaikan dari sisi kamarnya. "Aku
mendapatkanmu, hah?" ia menyeringai, mendekat. "Oh, diamlah, kau." Aku dorong
wajahnya, tersenyum lebar saat aku merenungkan apa yang ia maksud. Apakah dia
mendapatkanku" Yah. Dia benar-benar mendapatkanku. Dan akan memilikiku, nanti
setelah malam ini. Memikirkan itu, kegugupan menyerang perutku, dan aku merasa
senyumku sedikit ragu. Gugup sudah mengambil posisi terbesar, dan tak peduli kemana
Otak pergi, Gugup akhirnya memasuki setiap pemikiran, setiap ide yang kupunya
kemana malam ini akan mengarah. Aku siap, Tuhan tahu aku siap, tapi aku sangat
gugup. O akan kembali kan" Aku tahu ia akan kembali. Apa aku sudah bilang kalau aku
gugup" "Jadi, apa kau sudah selesai dengan pekerjaanmu" Apakah ada banyak kerjaan
besok?" Tanyaku, mengubah topik lagi. Setiap kali membicarakan pekerjaannya, mata
Simon selalu menyala. Ia menjelaskan pengambilannya yang ia butuhkan dari
terowongan air gaya Roma di kota. "Aku harap kita punya waktu untuk scuba diving. Aku
2Wallbanger - Alice Clayton
benci kalau kita dikejar waktu." Aku merengut. "Lagi, itu akan terpecahkan kalau kau
tetap tinggal di sini denganku." Ia merengut juga, menyamakan mimik alis mataku. "Lagi,
salah satu dari kita punya pekerjaan rutin dari pukul 9 sampai 5. Aku harus pulang ke
rumah!" "Rumah, benar. Kau tahu akan ada regu penembak yang dihadapi saat kita
pulang. Setiap orang ingin tahu apa yang terjadi antara kita disini," katanya dengan
serius. "Aku tahu. Kita akan mengatasinya." Aku meringis membayangkan pertanyaan
yang akan kuterima dari para gadis, untuk tak mengatakan apapun pada Jilian. Aku
penasaran kalau sebuah blowjob di dapur adalah apa yang ia pikirkan saat ia
mengatakan jagalah dia di Spanyol. "Kita?" "Apa"Kita apa?" tanyaku. "Aku bisa kita
denganmu." Ia tersenyum. "Bukannya kita sudah ber-kita?" "Yeah, kita telah ber-kita di
liburan ini. ini agak berbeda dengan menjadi kita saat pulang, di dunia nyata. Aku pergi
setiap waktu, dan membuatnya menjadi cukup sulit unit kita," katanya, alisnya menyatu.
Itu menguras tenagaku, semuanya, untuk tidak membuat gurauan tentang unit kita.
"Simon, tenang. Aku tahu kau berpergian. Aku cukup sadar. Tetap bawakan aku
oleh-oleh yang cantik dari tempat-tempat yang jauh, dan gadis ini tidak masalah dengan
kita-mu, oke?" Aku menepuknepuk tangannya. "Oleh-oleh aku bisa lakukan. Aku jamin."
"Ngomong-ngomong, ke mana selanjutnya kau pergi?" "Aku akan pulang selama
beberapa minggu, lalu aku akan pergi ke selatan sebentar." "Selatan" Seperti LA?"
"Bukan, sedikit lebih ke selatan." "San Diego?" "Ke selatan lagi." "Pendidikan Stanford
kan" Kemana kau akan pergi?" "Janji kau tidak akan marah?" "Katakanlah, Simon."
"Peru. Andes. Lebih spesifik lagi, Machu Picchu." "Apa" Oh, bung, cukup. aku resmi
membencimu. Aku akan ke San Francisco, merencanakan pohon natal orang-orang
kaya, dan kau harus pergi kesana?" "Aku akan mengirimkanmu kartu pos?" Ia terlihat
seperti anak-anak yang mencoba keluar dari masalah. "Selain itu, aku tidak tahu apa
yang kau ributkan. Kau menyukai pekerjaanmu Caroline. Jangan katakan padaku kau
tidak menyukainya." "Yeah, aku menyukai pekerjaanku, tapi sekarang aku harap aku
pergi ke selatan." Aku mendesah, melempar keluar kakiku. "Well, kalau kau mau ke
selatan, aku bisa memikirkan sesuatu?" Kuletakkan tanganku di depan mulutnya.
"Tidak, bung. Aku tidak akan me-Machu Pichu-mu sekarang. Huh-uh," aku tetap diam,
tidak gemetar sedikitpun saat ia mulai menempelkan ciuman di telapak tanganku. Tidak
sedikitpun... "Caroline," ia berbisik di tanganku. "Ya?" "Suatu hari nanti," mulainya,
memindahkan tanganku dan meninggalkan ciuman kecil di bagian dalam lenganku. "
Suatu hari nanti..." Cium. "Aku janji..." cium cium. "Akan membawamu..." cium. "Dan
rayuanku..." cium cium. "ke Peru," ia menyelesaikan, sekarang berlutut di depanku dan
menggeser mulutnya ke bahuku, menyingkirkan kain ke samping untuk berlama-lama di
sepanjang tulang selangkaku, bibirnya membuatku panas dan bergetar. "Kau mau
merayuku di Peru?" tanyaku, suaraku tinggi dan bodoh dan tidak membodohinya
sedikitpun. Ia tahu dengan jelas seberapa besar ia mempengaruhiku. "Benar." Jarinya
terkait rambutku dan membawa mulutku padanya. Aku mencoba setiap kali untuk keluar
dengan ritme yang benar, tapi aku menyerah dan menciumnya juga dengan semua
yang kupunya, dan juga, aku membiarkannya melakukan di teras, dekat lautan. Yang
mana... biru. Ahem. Seminggu penuh, kami sudah melihat tanda-tanda festival akan
diadakan di sekitar kota. Dimulai malam ini, seperti merayakan keberangkatanku, dan
kami pergi makan malam, ke tempat yang sangat mewah lebih dari tempat kami makan
selama seminggu. Aku menyadari aku dan Simon punya banyak kesamaan pada selera
kami. Aku selalu berpakaian sempurna setiap waktu, tapi aku lebih senang tempat yang
lebih kecil dan sederhana, seperti ia juga. Jadi malam ini, berpakaian dan pergi ke
tempat yang lebih mewah, lalu pergi ke festival, terasa special juga. Aku benar-benar
beharap untuk malam ini, lebih dari satu hal. Mereka bilang ketika seorang tentara
kehilangan kakinya saat perang, kadang-kadang, larut malam, ia masih bisa merasakan
2Wallbanger - Alice Clayton
denyutan kaki mereka"luka khayalan, kata mereka. Aku kehilanagn O ku di
peperangan, perang Cory Weinstein" si mesin pengacau" dan aku masih merasakan
tekanannya. Dan dengan tekanan itu maksudku semuanya. Tapi ada sebuah akhir yang
terlihat. Aku masih merasakan denyutan dari O khayalan selama seminggu penuh, dan
aku sangat berharap ia akan kembali malam ini. Kembalinya O. Tentu saja aku bisa lihat
beberapa film aksi di kepalaku"tapi sungguh, jika ia kembali, aku akan gunakan
apapun kesempatan yang ada. Apapun. Karena malam ini, penggemar olah raga, aku
akan mendapatkan 2Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
beberapa. Bukan untuk mendapatkan poin, aku sudah siap untuk serius dengan Simon
Wang. Aku menjalankan jari-jariku ke rambutku sekali lagi, memperhatikan bagaimana
matahari yang menyengat mengeluarkan warna madu alaminya. Aku rapikan depan
gaunku, linen putih yang sedikit menggantung sampai rok. Aku pasangkan dengan
perhiasan turquoise yang kubeli dari kota dan juga sandal kulit ular. Aku dalam pakaian
tersempurnaku selama seminggu, dan"mengesampingkan kegugupanku"merasa
cukup baik. Aku lihat untuk terakhir kalinya di cermin, melihat pipiku cukup merah muda,
bahkan aku belum menggunakan pemerah pipi malam ini. Aku pergi ke dapur untuk
menuang segelas wine dan menunggu Simon. Saat aku menuang Cava, aku melihatnya
di teras, menghadap lautan. Aku menyeringai saat aku melihatnya memakai kaos putih
linen. Kami sedikit berjodoh malam ini. Celana khaki menyempurnakan penampilannya,
dan ia berbalik saat aku berjalan untuk menemuinya. Sepatu hak tinggiku mengetuk
batu di sepanjang jalan sambil menyesap anggur, dan ia menyandarkan lengannya ke
belakang pagar besi. Sebagai seorang fotografer, ia sudah sangat sadar dengan
gambaran yang ia coba untuk bentuk, aku merasa yakin. Setiap kali ia bersandar, ia
mengalirkan hawa seks. Aku baru saja berharap aku tidak jatuh karena sepatuku...
hawa seks bisa licin. Aku berikan wine-ku padanya, dan ia membiarkan gelasku
menyentuh bibirnya. dengan pelan, ia menyesap, matanya ada padaku. Saat kupindah
gelasnya, ia dengan cepat memeluk pinggangku dan menarik padanya, menciumku
dalam, rasa wine yang kuat dari lidahnya. "Kau terlihat...enak," ia mengambil nafas,
menjauh dari bibirku untuk menekankan mulutnya di kulit belakang telingaku,
tengkuknya membuatku geli dengan cara yang paling fantastis. "Enak?" tanyaku,
memiringkan kepalaku untuk memudahkan apapun yang sedang ia lakukan. "Enak.
Enak untuk dimakan," bisiknya, menyentuh leherku dengan giginya, cukup untuk
membuatku memperhatikannya. "Wow," adalah yang hanya bisa kukatakan saat
kupeluk lehernya dan masuk ke dalam pelukannya. Matahari mulai terbenam,
memancarkan sinar hangat di sekitarnya, membuat terakota merah dan orange,
menyelimuti kami dengan api. Mataku tak lepas dari laut yang biru yang kontras dengan
batu di bawahnya, asin lautan menggambarkan lidahku. Aku berpegangan padanya,
membiarkan diriku merasakan apapun. Tubuhnya, keras dan hangat padaku, rambut
shaggy-nya terasa di pipiku, kehangatan di depan pinggulku, getaran setiap sel di
tubuhku bergelung bersama pria ini dan gairah yang ia tanamkan padaku. "Kau siap?"
tanyanya, suaranya parau di telingaku. "Sangat siap," erangku, mataku berputar dengan
kedekatanku padanya, rasa dirinya. Lalu Simon membawaku ke kota. *** Setelah Simon
membawaku ke jurang dengan ciumannya di teras, dia benar-benar membawaku ke
jurang. Kami sekarang berada di restoran yang dikelilingi air, yang sangat mudah di
pesisir kota. Tapi dimana lubang kecil-di-tembok yang kami kunjungi minggu ini memiliki
pesona yang nikmat, ini adalah restoran yang romantis yang lebih ke romansa.
Romansa sudah disediakan di piring disini. Ada di wine nya, tergambar di
tembok-tembok, di lantai di bawah kaki kami, dan kalau kalian lupa romansanya, itu juga
2Wallbanger - Alice Clayton
mengalir melalui udara. Kalau kulirik, aku bisa melihat kata-kata romantis mengapung di
udara laut yang sejuk...aku benar-benar melirik, tapi itu ada disana, aku katakan
padamu. Dari lantai-sampai-jendela membuatku berputar di udara asin pesisir ini,
ratusan kelap-kelip sinar kecil di gemerlapnya badai kaca. Setiap meja berwarna putih,
gelas-gelas kecil yang diisi dengan bunga dahlia dengan nuansa lembayung, delima,
dan fuchsia yang menggairahkan. Cahaya natal kecil di tiang-tiang kayu mengelilinginya
secara ajaib dengan cat coklat tua mewarnai seluruh ruangan. Di restoran ini, tidak ada
anak-anak, tidak ada meja untuk empat atau enam orang. Tidak, restoran ini dipenuhi
oleh para kekasih, tua maupun muda. Sekarang kami duduk, saling berdekatan di meja
mahogani yang luar biasa, pelan-pelan menen
3Wallbanger - Alice Clayton
3Wallbanger - Alice Clayton - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com
3Wallbanger - Alice Clayton
Bidadari Pendekar Naga Sakti ggak wine dan menunggu meja kecil kami.
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Tangan Simon berada di belakang pinggangku, mengklaimku secara diam-diam dan
tegas. Bartendernya menaruh senampan tiram di meja kami. Licin dan renyah, mereka
berkilau, dengan potongan lemon di sana-sini. Simon mengangkat alisnya, dan aku
mengangguk saat ia memeras lemonnya, jarinya yang kuat dan anggun membuat
perlakuannya pada tiram itu lebih cepat dan erotis. Ia membuka satu dan membawanya
ke mulutku dengan garpu kecil. "Buka mulutmu, Nighty Girl," perintahnya, dan aku
melakukan apa yang ia katakan. Dingin, renyah, seperti semburan air laut di mulutku,
aku mengerang saat garpunya ia tarik keluar. Ia mengambil tiram untuknya sendiri dan
menenggaknya seperti seorang pria, menjilat bibirnya saat kulihat makanan berbau
porno ini beraksi. Ia mengedip padaku saat aku berpaling, mencoba untuk tak
memperlihatkan betapa aku sangat bergairah. Sepanjang hari ini merupakan suatu


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kontrol tekanan seksual yang besar, api kecil yang sekarang memicu ke dalam
kebakaran besar. Ia hisap dua lagi dengan cepat, dan saat kulihat lidahnya menjilat
bibirnya, aku merasa sangat ingin menolongnya. Tanpa malu atau moral kesopanan
sosial, aku mendekatkan jarak kami dan menciumnya dengan keras. Ia tersenyum lebar
dengan terkejut, tapi ia juga menciumku dengan intensitas yang sama. Rasa manis dan
lembut yang menyelubungi kami selama seminggu penuh dengan cepat menurunkan
kami ke dalam sentuh-aku-sentuh-aku-sekarang, dan aku menginginkannya. Seluruh
tubuhku bergairah terhadapnya, kakiku membelit diantaranya saat jari-jarinya
menemukan kulitku"kulit di bawah hem gaunku. Kami berciuman, mencium ala
Hollywood. Pelan, kasar, basah, dan menakjubkan. Kepalaku kumiringkan agar aku
bisa menciumnya lebih dalam, lidahku menyelip ke dalamnya, memimpin lalu
membiarkan dia memimpin. Ia terasa manis dan asin dan lemon, dan itu semua yang
bisa kulakukan untuk tidak merenggut kaos linennya dan membawanya ke atas
meja"tapi dalam cara seorang lady, ku ingatkan. Aku mendengar seseorang
berdehem, dan kubuka mataku dan kulihat safir seksiku, kemudian pemiliknya yang
malu. "Permisi, se"or, meja anda sudah siap?" tanyanya, berhati-hati mengarahkan
matanya dari pertunjukkan kami yang sangat romantis, tapi tetap sangat publik,
restoran. Aku mungkin sedikit mengerang saat Simon memindahkan tangannya dari
kakiku dan memundurkan kursiku agat aku bisa berdiri. Membawa tanganku dan
menarikku, ia menyeringai ketika aku sedikit goyah saat berjalan. Ia tersenyum kepada
bartendernya. "Tiram, bung, tiram." Simon tertawa kecil saat kami pindah ke meja kami.
Aku siap untuk marah sampai kulihat diam-diam ia menenangkan dirinya sendiri. Aku
bukanlah satu-satunya yang merasakan api kecil... Aku menahan gertakku dan
tersenyum dengan cemerlang, meliriknya hanya agar ia tahu kalau aku tahu. Ketika
sampai di meja kami, Simon menarikkan kursi untukku. Saat ia membantuku duduk,
kubiarkan tanganku melintas sedikit untuk secara sengaja-tak sengaja menyentuhnya,
merasakan betapa terpengaruhnya ia. Aku mendengarnya mendesis, dan aku
tersenyum dalam hati. Sampai aku menyentuhnya untuk kedua kalinya, ia remas
tanganku ke dalamnya dengan kencang, menekankannya padaku. Nafasku tertahan di
tenggorokan saat kurasakan ia mengeras lagi di bawah tangan kami. "Haruskah aku
mengubah namamu menjadi Naughty Girl?" bisiknya, rendah dan dalam di telingaku.
Kututup mataku dan mencoba mengontrol saat ia duduk di seberangku, tersenyum
jahat. Ketika pelayan kami sibuk di sekeliling kami, meluruskan linen dan menunjukkan
menunya, aku hanya terpaku pada Simon, jantan dan indah, di seberang mejaku. Acara
makan ini akan seperti selamanya. Acara makannya memang terasa selamanya, tapi
seberapapun aku sangat menginginkan Simon sendirian lagi, aku juga tidak mau malam
3Wallbanger - Alice Clayton
ini berakhir. Kami dilayani dengan paella* yang indah, gaya pesisir dengan potongan
udang dan lobster kecil, chorizo**, dan kacang polong. Dibuat dengan cara tradisional,
hampir tidak mungkin dibuat dengan cara yang berbeda, makanan kecil sederhana yang
dimasak dengan nasi kuning di bawahnya menjadi lebih renyah dan pedas"nikmat
dalam setiap rasa di dunia. Kami menutupnya dengan sebotol ros" yang manis dan
sekarang dengan malas menyesap segelas kecil Ponche caballero, brandy Spanyol
dengan campuran jeruk dan kayu manis. Cairan itu pedas saat bergelung d mulutku.
Aku merasa hangat dan agak mabuk. Tidak mabuk hanya cukup untukku mempedulikan
sekelilingku dan menemukan apapun dan apapun yang sensual: cara brandy lembut itu
mengalir di tenggorokanku, merasakan kaki Simon yang menyentuhku di bawah meja,
rasa tubuhku yang mulai bersenandung. Populasi seluruhnya, sepertinya meghilang dan
malam ini dan mood untuk merayakan festival yang menggemparkan pusat kota.
Energinya terasa kasar dan liar. Aku duduk kembali di kursiku, menggoda Simon
dengan ujung kaki besarku, senyuman bodoh di wajahku saat ia menatapku tajam.
"Aku memakan satu paellamu," katanya tiba-tiba, "Maksudmu?" aku tersedak,
menangkap tetesan brandy di bibirku sebelum mengotori gaunku. "Di Tahoe, ingat" Kau
membuatkan kami paella." "Ya, ya, aku membuatnya. Tidak seperti yang sekarang tapi
cukup lumayan." Tersenyum, mengingat malam itu. "Seperti kataku, kita sedikit
menghabiskan wine-nya." "Ya, kita makan paella dan mabuk wine, melihat yang lainnya
bersama, lalu kau menciumku." "Kita melakukannya, dan ya, aku juga melakukannya."
Aku merona. "Lalu aku menjadi seorang pengecut," jawabnya, rona pipinya juga mulai
muncul sekarang. "Kau melakukannya," aku menyetujui dengan senyuman. "Kau tahu
kenapa, kan" Maksudku, kau harus tahu bahwa aku, bahwa aku menginginkanmu. Kau
tahu itu kan?" "Itu menekan kakiku, Simon. Aku memperhatikan." Tawaku, mencoba
mempermainkannya, tapi tetap ingat bagaimana perasaanku ketika aku berlari darinya
ke dalam bak air hangat. "Caroline, ayolah," tegurnya, matanya serius. "Kau sendiri saja
yang ayolah. Ini benar-benar menekan kakiku." Tawaku lagi, sedikit melemah kali ini.
"Malam itu" Ya Tuhan, itu mungkin sangat mudah, kau tahu" Saat itu bahkan aku tidak
yakin kenapa aku menghentikan kita. Aku rasa aku baru tahu bahwa..." "Kau tahu
bahwa?" desakku. "Aku tahu denganmu, itu akan menjadi semua atau tidak ada sama
sekali." "Semua?" aku mencicit. "Semua, Caroline. Aku menginginkan seluruh dirimu.
Malam itu" Akan sangat menyenangkan, tapi terlalu cepat." Ia bersandar di meja dan
menggapai tanganku. "Sekarang, kita di sini," katanya, membawa tanganku ke
mulutnya. Ia beri ciuman di sepanjang
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
punggung tanganku lalu membuka telapaknya dan menekankan ciuman basah di
tengahnya. "Dimana aku bisa bersamamu," katanya, mencium tanganku sekali lagi saat
aku menatapnya. "Simon?" "Ya?" "Aku benar-benar senang kita menunggu." "Aku juga."
"Tapi aku benar-benar tidak yakin bisa menunggu lebih lama lagi." "Terima kasih
Tuhan." Tersenyum dan memberi tanda kepada pelayan. Kami tertawa seperti remaja
saat kami membayar dan mulai berjalan ke arah mobil kami. Festivalnya benar-banar
penuh sekarang, dan kami berhasil separuh melewatinya saat berkendara pulang.
Lenteralentera menerangi sekeliling kami saat suara gemuruh drum berdentam, dan
kami melihat orang menari di jalanan. Energinya kembali, suasana bebas di udara, dan
brandy-nya dan energi itu mengalahkan rasa Gugup, turun ke bawah perut, dimana LC
dan Wang mengancam untuk mengalahkan sedikit lagi di hidupnya. LC dan Wang,
terdengar seperti duo rapper... Saat kami sampai di mobil, aku sedang akan membuka
pintu ketika tiba-tiba merasa pusing karena intensitas Mr.Parker. Matanya terbakar ke
dalamku saat ia menekanku pada mobil, pinggulnya kuat dan tangannya menggila di
3Wallbanger - Alice Clayton
rambut dan kulitku. Tangannya menelusuri ke bawah kakiku, menyentuh pahaku dan
menyentak di sekitar pinggulku saat aku mengerang dan merintih dengan kekuatan
yang kubiarkan mengalir dengan liar dalam tubuh dan jiwaku. Tapi aku memelankannya,
tanganku menarik rambutnya, membuatnya terengah. "Bawa aku ke rumah, Simon,"
bisikku, menekankan ciuman sekali lagi di bibirnya yang manis. "Dan tolong dengan
cepat." Meskipun Hati senang, melambung ke atas. Ia tetap bernyanyi, tapi lagu yang
lebih cabul. *** *paella: makanan laut khas Spanyol **chorizo: sosis ham Bab 19 Aku
melihat pantulan diriku dalam cermin, mencoba melihat secara objektif. Ketika aku
masih kecil, terutama pada tahun-tahun awalremaja yang mempesona, aku terbiasa
melihat diriku dengan sangat berbeda. Aku melihat rambut yang pirang-kecoklatan dan
kulit pucat yang tidak menarik. Aku melihat mata hijau yang datar dan belahan lutut
kurus seperti kaki burung. Aku melihat hidung yang sedikit menengadah dan bibir bawah
yang mungkin kelihatan seperti aku akan tersandung jika tidak terlalu hati-hati. Ketika
berumur lima belas, suatu sore Nenek bilang dia pikir gaun merah muda yang kupakai
tampak bagus di kulitku. Aku mendengus dan langsung tidak setuju dengannya. "Terima
kasih, nek, tapi aku baru tidur tiga jam tadi malam, dan hal terakhir yang bisa aku lihat
hari ini adalah cantik. Lelah dan pucat, tapi tidak cantik." Aku memutar mataku dengan
cara yang biasa gadis remaja lakukan, dan ia meraih tanganku. "Selalu terima sebuah
pujian, Caroline. Selalu terima sesuai dengan yang dimaksudkan. Kalian para gadis
selalu begitu cepat memutarbalikkan apa yang orang lain katakan. Cukup mengucapkan
terima kasih dan terus maju." Dia tersenyum dengan cara yang tenang dan bijaksana
yang dia miliki. "Terima kasih. " Aku tersenyum kembali, menyibukkan diri dengan saus
spageti dan membalikkan wajahku sehingga dia tidak bisa melihat wajahku yang
memerah. "Cara gadis-gadis muda dalam mengecek diri mereka sendiri menghancurkan
hatiku, mereka tidak pernah berpikir mereka cukup baik. Pastikan kau selalu ingat, kau
adalah tepat seperti bagaimana kau seharusnya. Tepat. Dan siapa pun yang
mengatakan sebaliknya, well, omong kosong (poppycock)." Dia tertawa, suaranya
menurun sedikit pada kata yang terakhir, yang terdekat yang pernah dia katakan bila
mengumpat. Nenek punya daftar katakata buruk dan kata-kata yang benar-benar buruk,
dan poppycock nyaris mendekati yang terakhir. Hari berikutnya di sekolah aku
menyebutkan pada seorang teman yang kupikir rambutnya tampak hebat, dan
jawabannya adalah dengan menjalankan tangannya melalui rambutnya dengan jijik.
"Apa kau bercanda" Aku bahkan nyaris tidak punya waktu untuk mencucinya hari ini. "
Meskipun begitu itu terlihat fantastis. Berikutnya setelah kelas olahraga, aku sedang
mengganti pakaian di ruang ganti ketika aku mengamati temanku yang lain sedang
memoles ulang lipglossnya. "Lipglossnya bagus. Apa nama warnanya?" Tanyaku saat
dia mengerutkan bibirnya di cermin. "Apple tartlet, tapi terlihat mengerikan padaku. Oh
Tuhan, aku tidak punya sisa-sisa kulit kecoklatan dari musim panas!" Nenek benar. Para
gadis benar-benar tidak menerima sebuah pujian dengan baik. Sekarang, setelah hari
itu aku tidak akan berbohong dan secara ajaib mengatakan aku tidak mengalami hari
dengan rambut yang jelek lagi atau tidak pernah memilih lipstik yang salah lagi. Tapi aku
berusaha sadar untuk melihat yang baik sebelum yang buruk dan melihat diriku dengan
cara yang lebih jelas. Secara obyektif. Secara bijak. Dan saat tubuhku terus berubah,
aku menjadi lebih dan lebih sadar fitur yang bisa kulihat secara positif, bukannya negatif.
Aku tidak pernah menganggap diriku cantik luar biasa, tapi aku membersihkan diriku
dengan baik. Begitu juga sekarang, saat aku menatap cermin di kamar mandi,
mengetahui Simon sedang menungguku, aku mengambil waktu untuk melakukan
pencatatan kecil. Rambut pirang kecoklatan" Tidak begitu coklat. Rambutku mengkilap
dan keemasan, sedikit bergelombang dan keriting dari air asin yang dimasak sepanjang
minggu. Kulit pucat" Agak kecoklatan dengan baik dan, berani kukatakan, sedikit
3Wallbanger - Alice Clayton
bercahaya" Aku mengedipkan mata pada diriku sendiri, menahan cekikik yang
berlebihan. Mulutku memiliki bibir bawah yang sedikit cemberut, cukup penuh untuk
menjebak seorang Simon padaku dan tidak membiarkannya pergi. Dan kaki yang kulihat
mengintip dari bawah renda yang hanya menutupi pahaku" Well, tidak begitu seperti
burung lagi. Bahkan, kupikir mereka akan terlihat cukup spektakuler membungkus di
sekeliling....apa pun milik Simon yang aku suka, membungkus di sekelilingnya. Jadi,
saat aku merapikan rambutku sekali lagi dan dalam hati memeriksa semua daftar nama
internalku, aku merasa amat sangat senang tentang malam nanti. Kami bergegas
kembali ke rumah, praktis saling menanggalkan pakaian di pintu masuk, dan setelah
memohon untuk memberiku "girltime" beberapa saat, aku sekarang siap untuk pergi dan
mengklaim Simonku. Karena siapa yang mempermainkan siapa" Aku menginginkan
pria ini. Menginginkannya untukku sendiri, dan tidak akan pernah berbagi dia dengan
siapapun. Otakku untuk sekali ini akhirnya setuju dengan "Caroline Bagian Bawah".
Terutama sejak dia merangkak naik ke Tulang Belakang dan menampar Otak tepat di
batangnya, mengatakan padanya dalam cara khusus yang hanya dia yang bisa bahwa
kami membutuhkan ini. Kami layak diperlakukan seperti ini, dan kami siap. Saraf, juga,
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mereka terus melingkar-lingkar di dalam perutku, tapi itu yang diharapkan, bukan"
Maksudku, itu sudah sangat lama sekali, dan sedikit gugup itu normal, kuharap. Apa
aku sudah mengulur-ulur sepanjang minggu" Mungkin. Agak. Sedikit. Simon sudah
lebih dari sabar, menerima untuk menjalaninya dengan santai, sesuai kecepatanku, tapi
astaga, dia hanya manusia. Aku bersikeras bahwa Saraf tidak diperbolehkan untuk
mengubah malam Spanyol yang lain menjadi hanya berpelukan dan dengkuran. Aku
berbalik ke cermin, mencoba melihat diriku dari apa yang mungkin Simon lihat padaku.
Aku tersenyum yang menurutku adalah senyum menggoda, mematikan lampu,
menghirup satu napas lebih dalam, dan membuka pintu. Kamar tidurnya telah berubah
menjadi sesuatu seperti dari negeri dongeng. Lilin menyala di lemari dan meja samping
tempat tidur, memandikan kamar dengan cahaya hangat. Jendelanya terbuka, begitu
juga pintu ke balkon kecil yang menghadap ke laut, dan aku bisa mendengar ombak
menerjang, gaya di novel-romantis. Dan di sana dia berdiri : Rambut acak-acakan tubuh
kuat, mata yang berkobar. Aku menyaksikan saat ia mengamatiku, menyeret tatapannya
ke bawah tubuhku dan kembali, senyum membentang di wajahnya saat ia menilai
pilihan pakaianku. "Mmm, ini dia Gadis Bergaun Tidur Pink-ku, " desahnya, sambil
mengulurkan tangannya. Dan ketika aku terhenti untuk detik terpendek, Tulang
Belakang mengangkat tanganku dan memberikannya padanya. Kami berdiri di ruang
gelap, beberapa meter terpisah tetapi terhubung oleh jari kami yang terjalin. Aku bisa
merasakan tekstur kasar ibu jarinya saat ia menjejaki lingkaran di bagian dalam
tanganku, lingkungan yang sama yang ia jejaki berminggu-minggu sebelumnya, ketika
aku mulai jatuh di bawah mantranya. Mata kami penuh oleh satu sama lain, dia
mengambil napas dalam-dalam. "Ini kriminal karena betapa cantiknya kau terlihat dalam
gaun itu," katanya, menarikku ke arahnya dan memutarku sedikit sehingga dia bisa
melihat dengan lebih baik gaun tidur babydoll merah mudaku. Saat ia memutarku, tepi
rendanya tersingkap ke atas hanya sedikit, memamerkan garis celana dalam yang
menyertainya. Sebuah suara rendah terdengar di tenggorokannya, dan kalau aku tidak
salah, itu adalah geraman" Sial... Dia memutarku kembali lebih dekat, menggenggam
pinggulku dan menekanku di tubuhnya, payudaraku remuk ke dalam dadanya. Dia
menempatkan ciuman kecil di bawah telingaku, membiarkanku merasakan ujung
lidahnya saja. "Jadi ada beberapa hal yang ku ingin kau mengerti," gumamnya,
mengendus dengan hidungnya, tangannya menyentuh di balik gaunku untuk
3Wallbanger - Alice Clayton
mengusap-usap garis celana dalamku dan meraup pantatku, membuatku terkejut. Aku
tersentak. "Kau mendengarkan" Jangan alihkan perhatianmu padaku sekarang,"
bisiknya lagi, menjulurkan lidahnya dan menyeretnya ke sisi leherku. "Agak sulit untuk
fokus dari pengalih perhatianmu yang menusukku di paha," aku mengerang,
membiarkannya membungkukkanku cukup ke belakang sehingga seluruh bagian tubuh
bawahku tertekan padanya, bagian keras dirinya mengisi dengan sempurna untuk
membentuk ke bagian lembut diriku di sekitarnya. Dia tertawa di leherku, sekarang
menghiasi tulang selangkaku dengan ciumanciuman kecil khasnya. "Inilah yang perlu
kau ketahui. Satu, kau luar biasa, " katanya, tangannya sekarang menelusuri
punggungku, jemari dan jempolnya memijat dan memanipulasi. "Dua, kau luar biasa
seksi," dia terengah. Tanganku sekarang buru-buru membuka kancing kemejanya,
mendorongnya ke belakang dari pundaknya saat kecepatan kami mulai beralih dari
lambat dan lembut menjadi cepat dan panik. Sekarang tangannya menyelinap ke depan,
kukunya dengan ringan menggesek di sepanjang perutku, mengangkat gaun tidurku
sehingga kami saling kontak dari kulit ke kulit, tak ada yang tersisa di antara kami. Aku
melarikan tanganku ke atas dan ke bawah punggungnya, kukuku jauh lebih agresif,
menggali dan melabuhkan dirinya dengan diriku. "Dan ketiga, sama luar biasa seksinya
seperti gaun pinkmu, satusatunya hal yang kuingin lihat di sisa malam ini adalah
Carolineku yang manis, dan aku butuh melihat dirimu." Dia terengah-engah di telingaku
saat mengangkatku, meluruskan tubuh, dan kaki kananku yang melingkar di
pinggangnya. Sekali lagi, Hukum Semesta Wallbanger menentukan bahwa kaki akan
melingkar di pinggulnya ketika ditawarkan. Dia membimbingku mundur ke tempat tidur
dan menempatkanku dengan lembut. Membungkuk, dia mendorongku mundur di atas
sikuku. Kemejanya menggantung ke bawah dari pundaknya, dia mengedipkan mata
padaku, mengangguk pada keadaannya untuk menanggalkan pakaian. Aku
mengulurkan tangan ke depan, membengkokkan satu jari di belakang kancing celana
khakinya, dan membukanya. Melihat tidak ada celana boxer yang mengintip, dengan
lembut aku menyentuh ritsletingnya ke bawah hanya satu inci atau lebih, mengekspos
happy trail yang mengarah ke bawah, ke bawah, ke mana semua hal bagus ditemukan.
"Kau punya masalah dengan celana dalam Wallbanger?" Bisikku, mengangkat satu
lutut dan memaksa dirinya di antara pinggulku. Memaksa. Benar. "Aku bermasalah
dengan celana dalammu, dan bukankah memalukan kau masih memakainya?" Dia
menyeringai, mendorong pinggulnya padaku, membiarkanku merasakan segalanya. Aku
menjatuhkan kepalaku ke belakang, diam-diam menekan Saraf ketika dia mengancam
akan meluap hanya sedikit. Enyahlah, Saraf. Ini akan terjadi. "Aku tidak malu. Aku
punya perasaan celana dalam itu tidak lama lagi tidak akan dipakai." Aku mendesah,
berbaring kembali untuk meregangkan lengan di atas kepalaku, memanjangkan tubuhku
terhadap tubuhnya dan mendesak bibirnya untuk menari lebih jauh di sepanjang
cekungan di dasar tulang selangkaku. Aku bisa merasakannya menjilat dan mengisap di
antara payudaraku. Aku melengkung padanya, ingin sekali merasakan lebih. Aku butuh
lebih banyak. Dia mulai mengupas turun tali gaun tidurku, menelanjangiku dan
menyediakan akses yang dia butuhkan untuk membuatku seakan mengorbit planet.
Merasakan mulutnya padaku, pada payudaraku, panas dan basah, menggelitik dan
sembrono, adalah tidak nyata. Jadi aku bilang begitu. "Ini terasa tidak nyata," aku
mengerang di atas kepalanya saat bulu halus dari jenggot tipisnya mengasari kulitku
dengan nikmat. Bibirnya terkatup di sekitar puting kananku, dan pinggulku menyeleweng
dari diri mereka sendiri, menyentak dengan liar di bawah dirinya, kedua kakiku sekarang
membungkus kuat di pinggangnya. Bibir, lidah dan gigi sekarang dicurahkan ke seluruh
belahan dadaku, yang tumpah keluar melebihi tepi gaun tidurku saat
3Wallbanger - Alice Clayton
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
dia bergantian di antara payudaraku, sama-sama mencintainya. Aku dikelilingi oleh
Simon, bahkan aroma tubuhnya membuatku bergairah, sama dengan peranan
rempah-rempah pedas dan brendi Spanyol yang kental. Kata-kata yang tidak masuk
akal mengalir dari mulutku. Aku menyadari beberapa kata "Simon," dan satu atau dua,
"Ya, sial ini nikmat sekali," tapi kebanyakan apa yang kudengar dari diriku sendiri adalah
hal-hal seperti "Mmph," dan "Erghh," dan "Hyyyyaeahhh," yang sebenarnya, aku mulai
tidak bisa untuk berpikir bagaimana mengeja. Simon mendesah berulang-ulang di
kulitku, napasnya yang sesungguhnya merupakan gairah pada saat aku merasakannya


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membasuh diriku. Tanganku dibiarkan bebas berkeliaran di negeri ajaib yaitu
rambutnya, dan saat aku menyapukannya ke belakang dari wajahnya aku dihadiahi
dengan pemandangan yang menakjubkan dari mulutnya padaku, matanya tertutup
dalam pemujaan yang jelas. Dia menggigit ringan, menutup giginya di sekitar kulit
sensitifku dan tanganku nyaris mencabik rambut dari kepalanya. Rasanya begitu
fenomenal. Tangan kirinya bergerak naik dan turun di kakiku, mendesakku untuk
menggenggam dirinya lebih erat di antara pahaku saat jemari ajaib itu mulai datang
semakin dekat ke tepi renda. Itu adalah batas terakhir yang belum kami seberangi. Aku
merasa napasku terhenti saat dia melakukan pendekatan akhir, yaitu jari-jarinya
menyentuh tepat di bawah tepi celana dalamku, hampir seperti tidak menyentuh.
Napasnya melambat juga dan sambil terus menyentuhku dengan lembut, wajahnya
kembali mendongak padaku, dan kami memiliki momen ini, momen yang tenang ini, di
mana kami hanya... menatap. Terpesona-hanya itu satu-satunya cara yang bisa
kugambarkan tentang perasaan dari tangannya yang bergentayangan pada diriku
dengan lembut, penuh hormat. Mata kami terkunci saat ia menurunkan tangannya lebih
jauh ke bawah renda dan kemudian, dengan ketelitian sempurna yang tak tertahankan,
dia menyentuhku. Mataku menutup, seluruh tubuhku terendam dengan begitu banyak
sensasi. Napasku mulai kembali lagi, tekanan intens yang berputarputar di seluruh,
dalam dan di luar sekarang seperti dengungan tingkat rendah, tepat di bawah
permukaan kulitku. Aku bergerak dengannya, merasakan jari-jarinya mulai
mengeksplorasi, dan aku mengeluarkan erangan terkecil. Itu semua yang bisa
kukeluarkan. Perasaan ini begitu kuat dan energinya-oh ya ampun, energi yang
mengelilingi kami dalam momen itu. Aku yakin Simon tidak menyadari keseluruhan dari
emosi yang beterbangan di belakang kelopak mata tertutupku. Pria malang ini akhirnya
hanya mendapatkan sedikit sentuhan. Tapi saat jari-jarinya menjadi lebih cekatan dan
percaya diri, sesuatu yang luar biasa mulai terjadi. Kumpulan saraf yang amat sangat
kecil, yang telah tertidur selama berabad-abad, mulai memicu untuk hidup. Mataku
terbuka saat kehangatan yang sangat spesifik mulai bergerak melalui diriku, mulai dari
pusat tubuhku dan mencari jalan keluar. Simon pasti menikmati ini. Matanya kabur dan
penuh nafsu saat aku menggeliat di bawahnya. Aku tahu dia bisa merasakanku tegang
dan menjadi hidup. "Oh Tuhan, Caroline, kau begitu..cantik," gumamnya, matanya kini
dipenuhi dengan sesuatu yang sedikit lebih dari nafsu, dan aku seolah merasakan jarum
peniti kecil di belakang bola mataku. Aku melemparkan lengan ke sekeliling lehernya
dan mendekapnya erat-erat, mencabik-cabik kemejanya untuk dilepaskan darinya,
dilepaskan darinya sehingga aku bisa merasakan semuanya. Dia mengangkat dirinya
dariku untuk beberapa detik saja, merobek bajunya dengan cara berlebihan yang
membuatku tertawa tapi bahkan lebih merindukannya. Menurunkan dirinya kembali
padaku, dia menyelinap lebih ke bawah, bibirnya menelusuri jalan ke pusarku.
Melingkarinya dengan lidahnya, dia tertawa di perutku. "Apa yang kau tertawakan,
tuan?" Aku tertawa, meremas telinganya. Dia berada di balik gaun tidurku sekarang,
wajahnya tersembunyi dariku. Memasukkan kepalanya kembali, dia menyeringai lambat
3Wallbanger - Alice Clayton
yang membuat jemari kakiku menunjuk. "Jika pusarmu rasanya senikmat ini-sial,
Caroline. Aku tidak sabar untuk mencicipi vaginamu." Ada hal-hal tertentu yang seorang
wanita perlu dengar pada waktu yang berbeda dalam hidupnya: Kau mendapatkan
pekerjaanmu. Bokongmu tampak hebat dalam rok itu. Aku akan senang bertemu
dengan ibumu. Dan bila digunakan hanya dalam konteks yang tepat, hanya dalam
pengaturan yang benar, kadang-kadang, seorang wanita perlu mendengar kata-V. Ini
bisa jadi lebih baik daripada Clooney. Erangan yang keluar dari mulutku ketika ia
mengatakan kata itu, well, mari kita katakan itu cukup keras untuk membangunkan
orang mati. Dia membiarkan lidahnya menelusuri jalan dari pusarku ke tepi garis celana
dalamku, kemudian dengan kasih sayang yang cermat, dia mengaitkan ibu jarinya di
balik renda dan menyeretnya ke bawah di kakiku. Di sanalah aku, terlentang di atas
Negeri Bantal dengan gaun tidur merah muda yang berkumpul di sekitar perutku, semua
bagian tubuh yang bersangkutan terpajang, dan amat senang tentang itu. Dia menarik
pinggulku ke tepi tempat tidur dan berlutut. Oh Tuhan. Saat dia menjalankan
tangannya ke atas dan ke bawah bagian atas kakiku, aku mengangkat tubuh bersandar
di sikuku sehingga aku bisa menonton, butuh untuk melihat pria tampan ini merawatku,
menyayangiku. Berlutut di antara pahaku, dengan celana khaki yang terbuka dan
setengah di risleting, rambut yang mencuat, dia menakjubkan. Dan sedang bergerak.
Membiarkan lidahnya memimpin sekali lagi, ia menanam ciuman mulut terbuka di
sepanjang bagian dalam pahaku, di satu sisi kemudian sisi yang lain, dengan
masing-masing lintasan semakin dekat dan lebih dekat ke tempat aku membutuhkan
dirinya. Dengan hati-hati mengangkat kaki kiriku, dia menambatkannya di atas
pundaknya saat aku melengkungkan punggung, seluruh tubuhku sekarang sakit untuk
merasakan dirinya. Dia menatapku sejenak lebih lama, bahkan mungkin hanya
beberapa detik, tapi rasanya seperti seumur hidup. "Cantik," bisiknya sekali lagi, dan
kemudian ia menempelkan bibirnya padaku. Tidak ada jilatan cepat, tidak ada ciuman
kecil, hanya tekanan yang luar biasa saat ia mengelilingiku dengan bibirnya. Itu cukup
untuk membuatku jatuh kembali ke ranjang, tidak dapat menopang tubuhku lagi.
Sentuhan dan ketampanan dirinya itu semuanya menyita pikiran, dan aku hampir tidak
bisa bernapas. Dia melakukannya dengan lambat dan rendah, menggunakan satu
tangan untuk membuka diriku lebih jauh untuknya, membiarkan mulut, jarijari dan lidah
yang sempurna dengan lembut dan metodis membujukku sampai ke stratosfer, naik,
mengisiku dengan rasa kagum dan takjub yang telah hilang dari diriku begitu lama. Aku
membebaskan satu tanganku untuk menggapai dan mengacakacak rambutnya,
menjalankan jariku dengan sebanyak perasaan yang aku bisa. Tangan yang lain" Tidak
berguna. Mengepal di selimut menjadikannya semacam bola. Dia mengangkat
kepalanya dariku 3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
sekali, hanya sekali, untuk menekan ciuman lain di pahaku. "Sempurna. Ya Tuhan,
sempurna," bisiknya, begitu lirih aku nyaris tidak bisa mendengarnya dalam desahan
dan rintihanku sendiri. Dia kembali padaku hampir segera, gerakannya mendesak, bibir
dan lidah memutar dan menekan sambil mengerang di dalamku, getarannya
menghujam. Aku membuka mataku untuk sedetik, hanya satu detik, dan ruangan itu
bercahaya, hampir pijar. Semua inderaku bangkit, dan aku bisa mendengar terjangan
ombak, melihat lilin berkedip-kedip di tubuh kami. Aku bisa merasakan seluruh kulitku
merinding, udara itu juga yang membelaiku dan mengumumkan apa yang telah hilang
selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Pria ini bisa sangat mungkin
mencintaiku. Dan ia akan membawa O kembali. Memejamkan mata lagi, aku hampir
bisa melihat diriku, berdiri di tepi tebing, menatap ke laut yang mengamuk di bawah
3Wallbanger - Alice Clayton
sana. Sebuah tekanan, tekanan yang besar sedang membangun di belakangku,
menyenggolku ke tepian di mana aku bisa jatuh, jatuh bebas ke dalam apapun yang
menungguku. Aku mengambil satu langkah, lalu langkah yang lain, lebih dekat dan lebih
dekat saat aku bisa merasakan Simon memegang pinggulku. Tapi tunggu. Jika O
sedang datang untukku, aku ingin Simon di dalam. Aku butuh dia di dalam diriku.
Menyentakkan pundaknya, aku menariknya ke atas tubuhku, kakiku menendang celana
khakinya sampai tergeletak tak berdaya di lantai. "Simon, aku butuh, please, di dalam,
sekarang," kataku terengahengah, hampir tidak karuan dengan nafsu. Simon, yang di
didik dalam steno Caroline, memahami hal ini sepenuhnya dan menyeimbang di antara
kakiku, pinggulnya menyeruduk pinggulku dalam hitungan detik. Ia membungkuk,
menciumku sembrono, rasa diriku di seluruh tubuhnya. Dan aku menyukainya. "Di
dalam, di dalam, di dalam," aku terus bersenandung, punggung dan pinggulku
melengkung secara bergantian, berusaha keras untuk menemukan apa yang
kubutuhkan, apa yang harus kumiliki, untuk mendorongku dari tebing itu. Dia
meninggalkanku hanya sedetik untuk meraba-raba celana khakinya, yang sudah
kutendang setengah jalan di seluruh ruangan. Tanda gemerisik membiarkanku tahu
bahwa aku aman, bahwa kami aman. Akhirnya aku merasakan dirinya, tepat berada di
mana dia ditakdirkan. Dia nyaris mendorong ke dalam, tapi rasa dari dirinya saja yang
memasukiku adalah monumental. Kebutuhanku sendiri terdiam untuk saat ini, dan aku
menyaksikan bagaimana ia mulai mendorong ke dalamku untuk pertama kalinya.
Matanya menatap jemu ke dalam mataku saat aku menangkupkan wajahnya di
tanganku. Dia terlihat seolah-olah ingin mengatakan sesuatu. Katakata apa yang akan
kami ucapkan, kasih sayang luar biasa seperti apa yang akan kita katakan untuk
memperingati momen ini" "Hai," bisiknya sambil tersenyum seolah-olah hidupnya
tergantung pada itu. Aku tidak bisa menahannya kecuali tersenyum kembali. "Hai,"
jawabku, mencintai nuansa dirinya, berat dirinya, di atasku. Dia meluncur dengan lembut
ke dalam diriku, dan pada awalnya tubuhku menolak. Ini sudah sekian lama, tapi sedikit
rasa sakit yang aku rasakan bisa diterima. Itu semacam rasa sakit yang baik, rasa sakit
yang membiarkanmu tahu sesuatu yang lebih akan datang. Aku sedikit santai,
membebaskan kakiku untuk membungkus di sekitar pinggangnya, dan ketika dia
menekan lebih jauh, senyumnya menjadi jauh lebih seksi. Dia menggigit bibir bawahnya
dan garis kerutan kecil muncul di dahinya. Aku menarik napas dalam, menghirup aroma
tubuhnya saat aku melihatnya menarik kembali sedikit saja, hanya untuk mendorong
sekali lagi. Sekarang sepenuhnya di dalam, aku menyambutnya dengan satu-satunya
cara yang kubisa. Aku memberinya pelukan kecil yang dalam, yang membuat matanya
berkedip terbuka dan mengintip ke arahku. "Ini dia gadisku," gumamnya, mengangkat
satu alis gagahnya dan mendorong ke dalam diriku lagi, dengan keyakinan yang lebih
banyak kali ini. Napasku tercekat di tenggorokan dan aku terkesiap, tanpa ku sadari
menggoyang pinggulku ke dalam dirinya dengan gerakan seperti ombak yang
bertabrakan di bawah sana. Dengan lambat ia mulai bergerak dalam diriku, menggesek
terhadapku dengan tekanan yang fantastis, setiap sudut dan sensasi baru lebih
mengalah pada rasa geli hangat yang keluar di setiap ujung jari tangan dan kaki.
Perasaan memiliki Simon dalam diriku, di dalam tubuhku, lebih dari yang bisa aku
artikulasikan. Aku mengerang, dan dia mendengus. Dia mendesah, dan aku merintih.
Bersama-sama. Pinggulnya mendorongku lebih tinggi ke tempat tidur, ke arah kepala
ranjang. Tubuh kami licin karena keringat, bertabrakan dan bertubrukan satu sama lain.
Aku menyusupkan tanganku ke dalam rambutnya, menyentak dan menggeliat di bawah
dirinya. "Caroline, cantik sekali," desahnya di antara ciuman di dahi dan hidungku. Aku
memejamkan mata dan bisa melihat diriku, sekali lagi, di tepi tebing itu, siap untuk
meloncat, butuh untuk meloncat. Sekali lagi, tekanan itu mulai membangun, pecahan
3Wallbanger - Alice Clayton
energi itu memutar dirinya sendiri dalam liar dan panik, berdenyut dengan setiap
Panik Di Sirkus Sarani 1 Pendekar Pedang Matahari 4 Neraka Lembah Tengkorak Gelang Kemala 2
^