Pencarian

Balada Padang Pasir 13

Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 13


sehat, walaupun kaya raya, belenggu yang paling menakutkan di
kolong langit membelenggu hatimu yang merindukan kebebasan.
"Yu er, apakah kau menangis" Aku telah membuatmu
bersedih......." Aku memaksa diriku tersenyum, "Tidak. Aku bahagia. Kata tabib
kau harus menjaga ketenangan pikiranmu, harus banyak
beristirahat. Kau mau tidur?"
Ia menyentuh bekas air mata di sudut mataku, lalu memelukku
erat-erat, begitu kuat, seakan hendak untuk selamanya
memenjarakanku dalam pelukannya, "Yu er, Yu er, Yu
er.......sejak saat ini kita tak akan berpisah lagi. Setelah kau pergi,
aku makin cepat bertindak, berharap agar dapat secepatnya
menarik diri dari Chang'an dan mengundurkan diri, setelah aku
membereskan semuanya, kita akan pergi ke Xiyu, membeli dua
ekor kuda yang larinya cepat, pasti larinya akan sangat cepat dan
jejak kita dapat menghilang tanpa bekas".
"Baik". Air mataku menetes-netes di atas bahunya.
Ia berkata, "Aku selalu ingin menjadi tabib saja, setelah aku
mengatur semuanya dengan baik di Xiyu, kita akan membuka
sebuah rumah obat di pinggir jalan raya, aku mengobati sakit
orang, kau membantuku mengumpulkan obat-obatan, usaha kita
tentu lumayan". Aku berkata, "Dengan ilmu pengobatanmu, usaha kita pasti akan
sangat baik, sehingga kita bahkan tak akan punya waktu untuk
membuat teh". "Tak bisa begitu, walaupun menyembuhkan orang sakit paling
penting, tapi aku masih harus menemanimu. Aku akan
memasang pengumuman, bahwa setiap hari aku hanya akan
memeriksa dua puluh orang".
"Baik, kalau ada orang lain yang berkeras menemuimu, aku akan
memukul mereka sampai mereka lari pontang-panting untukmu".
"Kita dapat mendirikan sebuah pondok dari balok kayu di
Tianshan untuk menghindari hawa panas di musim panas".
Semuanya bagai benar-benar terjadi, dengan terpana aku
tersenyum, "Di musim dingin kita dapat pergi ke Pegunungan
Berapi di Turpan". "Yu er, rasa ikan di Danau Kanas sangat lezat, aku akan
memanggangnya untukmu, kau belum pernah makan ikan
panggangku bukan" Resepnya kudapatkan dari sebuah kitab
kuno, kabarnya kitab itu adalah kitab resep masakan Kaisar
Kuning, entah benar atau tidak, tapi rasanya benar-benar luar
biasa". "Ya, kata para pengembala, air Danau Kanas terkadang berubahubah warnanya menuruti musim atau cuaca, kadang-kadang biru
langit, hijau tua, hijau zamrud, atau putih susu, hampir dua puluh
macam warnanya, aku pernah pergi ke sana dua kali bersama
kawanan serigala, dan hanya melihat dua warna saja".
"Kalau begitu kita tinggal di tepi danau setahun lebih saja, supaya
dapat melihat dua puluh macam warna itu dengan seutuhnya. Yu
er, selain itu kau ingin pergi ke mana lagi?"
?"".. Jiu Ye tertidur di bahuku, wajahnya nampak lega, bibirnya
tersenyum. Dengan lembut aku membaringkannya di atas bantal, lalu bangkit
dan menutup jendela. Di balik jendela, sang mentari yang sedang
terbenam bersinar, setengah angkasa dipenuhi lembayung senja
bagai darah. Aku berpaling dan melihat senyum bahagia Jiu Ye,
tiba-tiba sekujur tubuhku lemas tak berdaya dan terjatuh ke lantai.
Aku memandang Jiu Ye dan menangis tersedu-sedu, namun tak
berani bersuara, aku mengigit tanganku sendiri, air mataku
bercucuran bagai bendungan jebol, mengalir keluar dengan
deras. Kumohon padamu, Langit, berbaik hatilah padanya sekali ini saja,
ketika ia bangun besok pagi, buat ia melupakan segala yang
terjadi hari ini, melupakan segalanya, melupakan segalanya?"
Aku tak tahu bagaimana aku dapat pulang ke rumahku sendiri,
diriku seakan hampa, begitu lelah hingga hampir ambruk. Akan
tetapi setelah masuk kamar, aku menemukan bahwa beberapa
perabot tanah liat yang dahulu tertata di atas meja telah tersapu
ke lantai sehingga lantai berantakan. Aku menghela napas
dengan berat, lalu segera pergi ke Wisma Huo.
Begitu melihatku, Paman Chen segera berseru agar aku berhenti,
lalu berkata, "Kemarin malam tuan muda cepat-cepat pulang dari
istana, lalu sengaja pergi ke Yipin Ju dan membeli beberapa
hidangan kesukaanmu, katanya ia masih sempat makan malam
denganmu. Melihatmu tak ada, aku berkata akan mengirim orang
untuk menjemputmu, namun ia berkata akan pergi sendiri
menjemputmu. Saat pergi sikapnya riang gembira, semalaman ia
tak pulang, aku pun mengira ia tidur di tempatmu. Tapi ketika
matahari sudah tinggi hari ini ia pulang, tak minum seteguk pun,
tak makan sesuap pun, dan mengunci diri di kamar, siapapun tak
boleh masuk. Sebelum kau datang, ia baru saja pergi, wajahnya
sangat tak enak dilihat, kudengar Hong Gu berkata bahwa sejak
kemarin ia tak makan, kemarin malam ia menunggu semalaman
di kamarmu". Paman Chen berusaha keras berbicara dengan lembut, "Nona
Yu, Meng Jiu benar-benar seorang pria yang baik, kami pun
benar-benar banyak berhutang budi padanya.......", wajahnya
nampak malu, "Akan tetapi tuan muda benar-benar bersikap
sepenuh hati padamu, demi dirimu, bahkan anugerah pernikahan
dari kaisar pun ditolaknya. Kecuali permaisuri dan Jenderal Besar
Wei Qing, hubungannya dengan para tetua lain di keluarganya
juga sangat tak baik, aku bersalah padamu dan tak berani
berkata apa-apa, tapi......ai!"
Huo Qubing belum lama sembuh dari sakitnya, walaupun
kelihatannya sehat walafiat, bagaimana ia bisa menanggung
semua itu" Karena terlalu khawatir, nada suaraku mengandung
sikap menyalahkan, "Kenapa kalian tak menasehatinya?" Begitu
perkataan itu keluar dari mulutku, aku tersadar bahwa aku telah
bersikap seperti orang bodoh. Qubing mana mau mendengar
nasehat orang" Aku cepat-cepat minta maaf pada Paman Chen,
"Aku salah bicara. Apakah kau tahu kemana ia pergi?"
Paman Chen menggeleng, "Tuan muda tak memperbolehkan
orang mengikutinya, mungkin ia pergi ke rumah nyonya, ke
wisma sang putri, wisma Jenderal Gongsun, atau mencari tempat
minum-minum". Aku berbalik dan keluar, "Aku akan mencarinya".
Dari wisma Putri Pingyang sampai wisma Jenderal Gongsun, dari
wisma Jenderal Gongsun sampai Wisma Chen, aku mencarinya,
selain itu aku mencarinya di kedai-kedai arak dan rumah-rumah
hiburan terkenal di Chang'an, namun tak bisa menemukan
jejaknya. Saat aku keluar dari Tianxiang Fang, sudah tengah malam, aku
berdiri di bawah lentera yang tergantung di depan Tianxiang
Fang, dengan kebingungan aku memandang ke segala penjuru di
kegelapan malam. Qubing, dimana kau berada"
Dalam hatiku muncul secercah harapan, aku berpikir bahwa ia
telah pulang ke rumah, maka aku segera pergi ke Wisma Huo,
namun begitu melihatku, lelaki penjaga rumah menggeleng,
"Jenderal belum pulang. Pengurus Rumah Tangga Chen telah
menyuruh orang mencarinya di segala penjuru, tapi belum
menemukannya". Tanpa berkata apa-apa, aku kembali masuk ke
tengah kegelapan malam. Ketika sedang menyalakan api dengan
batu pemantik, tiba-tiba terpikir olehku bahwa ia mungkin berada
di suatu tempat. Tanggal lima belas belum lama berlalu, di langit masih nampak
bulan purnama, cahayanya yang terang dan jernih menyinari
Yuanyang Teng berwarna hijau zamrud yang memenuhi bukit
bagai ukiran kumala. Aku berlarian diantara Yuanyang Teng di bukit itu, "Qubing!
Qubing!" Suaraku berulang-ulang mengema di lembah itu, namun
hanya suaraku seorang yang terdengar.
Dari kaki sampai puncak bukit, hanya desir angin diantara
Yuanyang Teng yang menjawabku. Huo Qubing, dimana kau
berada" Huo Qubing, apakah kau hendak meninggalkanku"
Sejak kemarin lusa, aku terus menerus merasa tegang bagai
seutas senar, dan tak tidur, dalam kesedihanku, aku tak bisa
bertahan lagi, dengan kelelahan aku berlutut di tanah dan
menutupi wajahku sendiri, wajahku seakan menangis sekaligus
tersenyum, aku mengeluarkan suara yang tak kumengerti.
Saat ini, aku bagai sebutir kacang diantara batu gilingan yang
tergilas oleh kedua batu di atas dan di bawahku hingga hancur
berkeping-keping. Kedua batu itu menderita, namun apakah
mereka tahu akan penderitaanku"
Kenapa Huo Qubing tak paham, bahwa bagiku ia telah menjadi
tulang dan darahku. Kalau aku hendak memilih Jiu Ye, aku sudah
pergi, untuk apa menunggu sampai hari ini"
Sepasang tangan menarik tanganku dari wajahku, matanya yang
muram menatapku, diam seribu bahasa. Kukira ia tak akan
muncul, aku memandanginya untuk beberapa saat, lalu dengan
tertegun bertanya, "Apakah kau masih menginginkanku?"
Matanya nampak sedih sekaligus girang, dengan tegas ia
berkata, "Dahulu sebelum mendapatkanmu aku berkata tak akan
melepaskanmu, apalagi lagi sekarang".
Hatiku yang terkatung-katung langsung kembali ke tempatnya
semula, aku menghela napas, lalu menyusup ke dalam
pelukannya, "Aku lelah sekali, lelah sekali! Jangan marah padaku,
karena menyembuhkan sakitmu, Jiu Ye sakit parah, maka aku
tinggal di sana......" Sekonyong-konyong ia menciumku dan
menghentikan perkataanku, ciumannya itu begitu bergairah
hingga terasa kasar. Aku terlalu lelah, pikiranku tak terlalu jernih, dengan tertegun aku
bertanya, "Kau tak ingin tahu apa yang terjadi?" Matanya tak lagi
hitam kelam seperti sebelumnya, kali ini matanya penuh bintangbintang cemerlang.
Sambil tersenyum ia kembali mencium bibirku, "Aku hanya ingin
tahu bahwa hanya akulah seorang yang dapat melakukan
perbuatan ini". Ia bimbang sesaat, "Karena kau sudah kembali,
sakitnya tentunya sudah tak parah lagi?"
"Demamnya sudah menghilang. Kata tabib, walaupun demam
tingginya berbahaya, namun oleh karenanya hawa dingin dan
lembab dalam tubuhnya sudah terusir keluar, setelah ini ia tinggal
memulihkan diri saja". Sejak pulang ke Chang'an, ini adalah untuk
pertama kalinya kami berbicara tentang Jiu Ye dengan tenang.
Sepasang matanya menatapku dengan tajam, "Yu er, maafkan
aku. Bagaimanapun juga, kalian lebih dahulu saling mengenal,
lagipula dalam perkara ini, cara-cara yang kupakai tak
sepenuhnya ksatria, situasi yang terjadi hari ini pun timbul karena
kesalahanku, manusia bukan pohon atau rumput, mana bisa tak
berperasaan" Teman biasa saja tak ingin sahabatnya menderita,
apalagi kalau masih ada ganjalan yang belum hilang, namun
masalah ini akan terurai bersama berlalunya waktu".
Walaupun Paman Chen telah datang untuk minta maaf, hari itu
Huo Qubing pergi tanpa berkata apa-apa, setelah itu ia pun sama
sekali tak terlihat minta maaf. Karena ia mendadak jatuh sakit,
aku tak ingin mengungkit-ungkit masalah yang tak
menyenangkan itu, dan hanya dapat berusaha sebisanya untuk
melupakannya. Ia untuk pertama kalinya berkata demikian, ia tak memaksaku
melainkan bersedia memberiku waktu, bersedia mempercayaiku.
Rasa hangat bergejolak dalam hatiku, rasa dipersalahkan, marah
dan tak sudi yang tersembunyi dalam hatiku pun hilang tanpa
bekas. Aku mengangsurkan tanganku dan memeluknya erat-erat.
Aku sama sekali tak berbicara, sikapku padanya adalah jawaban
yang terbaik, dengan girang ia menghela napas pelan, lalu
memelukku erat-erat. Tubuh kami berdua berdekatan, saling menyentuh, tiba-tiba perut
bawahku merasakan tekanan sebuah benda yang keras, suasana
diantara kami berdua yang penuh kelembutan langsung berubah.
Dengan jengah ia mengeser bagian bawah tubuhnya, "Bukan aku
yang memikirkan yang tidak-tidak, dia sendiri yang tak menurut".
Ia jarang terdengar berbicara seperti itu, aku menyandarkan
kepalaku di bahunya sambil tersenyum.
Tubuhnya menjadi kaku, lalu ia berpaling dan mencium telinga
dan leherku, "Yu er, aku sangat rindu padamu, kau bersedia atau
tidak?" Wajahku terkubur di dadanya, aku tertawa pelan, namun tak
berkata apa-apa, ia tersenyum, "Tak berkata apa-apa berarti tak
menentang" Yu er, kalau kau punya anak, bagaimana?"
Dengan lincah aku menjawabnya, "Kalau punya anak, ya punya
anak! Memangnya kita tak mampu membesarkannya?"
Kukira ia sangat senang, namun tak nyana, ia terdiam, wajahnya
sama sekali tak berekspresi, dengan amat dingin ia bertanya,
"Bahkan kalau setelah kau hamil aku tetap tak bisa menikahimu"
Kau paham apa makna hal ini" Apakah kau tahu bagaimana
orang akan membicarakanmu?"
Aku mengangguk, tiba-tiba ia membopongku, lalu dengan cepat
berlari ke arah lembah. Pada mulanya aku tak mengerti
maksudnya, kenapa tak kembali ke rumah"
Terpikir olehku bahwa apapun yang diinginkan orang ini di kolong
langit, ia pasti akan melakukannya. Dengan wajah pucat karena
terkejut, aku bertanya, "Apa yang hendak kau lakukan" Kau kan
tak ingin melakukan hal itu......di sini?"
Ia tersenyum dengan enteng, "Yu er paling mengerti diriku! Di
sana ada mata air panas, kalau berendam di dalamnya kita tak
akan kedinginan, dengan bumi sebagai lantainya dan langit
sebagai atapnya, dan berada di dalam air, jangan-jangan rasanya
akan sulit dilukiskan, jauh lebih menarik dibandingkan dengan di
kamar. Lagipula, setelah menunggu lebih dari setengah tahun,
dan karena kita memang akan melakukannya, aku tak ingin
menunggu lebih lama lagi".
"Tapi......tapi hari akan segera terang!"
Dengan lembut ia menaruhku di atas sebongkah batu di tepi mata
air panas itu, sambil membuka pakaianku ia berkata, "Bagus,
bukan" Saat malam gelap gulita bertemu dengan hari yang
terang adalah saat bumi dan langit, serta yin dan yang bertemu.
Apakah kau masih ingat pada buku yang kucarikan untukmu itu"
Menurut buku itu, sekarang adalah saat yang paling baik untuk
berlatih ilmu rahasia kamar tidur......" Selagi berbicara ia telah
mengajakku masuk ke dalam mata air panas itu, suaranya pun
tertelan air. Karena takut aku kedinginan, ia masuk ke dalam air dengan amat
cepat, sehingga ia masih mengenakan topi berhias batu kumala
di kepalanya. Aku mengambilnya, dan rambutnya yang hitam
legam pun terurai di air, saat ini pemandangan itu sudah begitu
akrab denganku, mau tak mau aku tersenyum.
Ia tertegun sejenak, lalu bereaksi, ia menarikku ke depan dirinya
dan menciumku dengan mesra, sebuah ciuman yang amat
panjang, sehingga ketika kami naik ke permukaan air, napas kami
berdua yang pesilat ini menjadi tersengal-sengal.
Ia tertawa dan berkata, "Aku hampir melupakan cita-citaku saat


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu, waktu itu aku ingin menciummu di dalam air, tapi kau begitu
galak, aku cuma mengandeng tanganmu, tapi kau ingin
membuatku menjadi seorang cacat. Yu er, kalau pada hari itu kau
benar-benar menendangku, apakah kau sekarang merasa sangat
menyesal?" Aku mendengus, lalu dengan keras kepala berkata, "Aku pasti tak
akan menyesal". "Kalau begitu, akulah yang menyesal, menyesal karena saat itu
aku hanya bisa melihat, tapi tak bisa makan! Tapi hari ini aku
dapat........." Ia menyeringai seperti seekor harimau lapar yang
hendak menerkam mangsa, tiba-tiba ia memelukku, lalu
ciumannya jatuh bagai hujan, mendarat di wajah, leher dan
dadaku...... -------------------Setelah tabib istana memeriksa denyut nadi Huo Qubing, ia
berkata bahwa semuanya normal, akan tetapi setelah Tabib
Istana Zhang memeriksa denyut nadinya, sehari kemudian ia
menulis sebuah resep, resep itu tak berisi obat, melainkan cara
memulihkan diri dengan makanan dan minuman sehari-hari. Aku
dan Paman Chen tahu kenapa Tabib Zhang terlambat sehari
dalam menulis resep, tapi kami tak berbicara tentangnya di depan
Huo Qubing. Saat aku mengantar Tabib Zhang pulang, ia melihat bahwa aku
sepertinya ingin bicara namun menahan diri, dalam hati kurasa ia
sudah tahu apa yang ingin kukatakan, namun wajahnya sama
sekali tak menunjukkannya, dengan perlahan ia berkata,
"Kemarin aku membicarakan ilmu pengobatan dengan Tuan
Meng Jiu, kalau dibandingkan dengannya, ilmu pengobatan yang
sudah bertahun-tahun kupelajari tak ada artinya......"
Apa yang dikatakannya setelah itu sama sekali tak kudengar, aku
hanya mengerti bahwa Jiu Ye sudah sehat walafiat. Waktu dapat
menyembuhkan tubuh yang terluka, bukankah ia juga dapat
menyembuhkan hati yang terluka"
Dengan perlahan aku kembali ke kamar, dari balik jendela kulihat
Qubing sedang menunduk membaca resep itu, ketika mendengar
langkah kakiku, ia mengangkat kepalanya dan tersenyum ke
arahku, aku hendak tersenyum namun tak kuasa melakukannya,
aku hanya melangkah dengan cepat dan menyingkap tirai, lalu
masuk. Ia mengenggam tanganku untuk menghangatkannya,
rasa hangat di telapak tangannya perlahan-lahan membuat hatiku
yang dingin menjadi hangat. Aku berbalik mengenggam
tangannya dan tersenyum ke arahnya dengan hangat.
Qubing sepertinya mengerti namun berlagak tak mengerti, sambil
tersenyum ia memandang daftar makanan yang harus
diperhatikan di resep itu, ia mendengus, jelas tak ingin
mematuhinya, "Ini tak boleh dimakan, itu juga tak boleh dimakan,
yang dapat kumakan hanya sedikit". Namun ketika melihatku
memandanginya, wajahnya segera berubah, ia berbisik di
telingaku dengan wajah nakal, "Jangan marah! Jangan marah!
Asalkan kau memperbolehkanku setiap hari makan kau, aku
pasti......" Sebelum menyelesaikan perkataannya, ia telah melompat keluar,
menghindari sebuah jambangan kumala yang dengan cepat
melayang ke arahnya. "Prang!", jambangan itu pecah berkepingkeping di ambang pintu, di luar kamar, dua gadis pelayan terkejut
dan cepat-cepat berlutut, dari balik jendela Huo Qubing tertawa
dan berkata, "Aku pergi ke istana dulu, aku akan pulang
secepatnya". Aku cepat-cepat menyusul keluar, "Tunggu dulu. Ada yang ingin
kutanyakan padamu". Tanpa berpaling, ia melambaikan
tangannya dengan enteng, "Aku tahu apa yang kau khawatirkan.
Kita bukannya belum pernah menyelinap masuk ke istana malammalam dan dipergoki kaisar. Kalau mereka ingin mengadu atau
melapor, biarkan saja. Kaisar tak hanya tak akan
memperdulikannya, ia malahan akan merasa lega......." Apa yang
dikatakannya belakangan terdengar sayup-sayup, ia sudah
berjalan jauh. Aku berpikir sejenak, kalau Li Gan tak punya
kesaksian atau bukti lain, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Ketika aku berbalik, kedua gadis pelayan, Qingwu dan Xiangdie,
masih berlutut di depan kamar, "Kenapa kalian masih berlutut"
Cepat bangkit". Kedua gadis itu berpaling untuk memastikan bahwa Huo Qubing
benar-benar sudah berjalan jauh, lalu menepuk-nepuk kepala
mereka dan bangkit, mulut Xiangdie secepat tangannya, sambil
menyapu lantai ia berkata, "Sejak kecil kami sudah menjadi
hamba dan sudah terbiasa, begitu mendengar suara benda
pecah dari kamar majikan, reaksi pertama kami adalah berlutut,
reaksi kedua adalah berseru, 'Hamba patut mati', sebenarnya
kami sering tak tahu apa yang sebenarnya terjadi".
Aku tersenyum dan berkata, "Kenapa kalian begitu takut pada
jenderal" Aku belum pernah melihatnya menghukum seorang
pelayan". Qingwu tersenyum, namun tak berkata apa-apa dan hanya
menunduk sambil mengelap lantai, setelah berpikir beberapa
saat, Xiangdie menjawab, "Benar! Ia sebenarnya belum pernah
menghukum kami. Entah kenapa, kami justru takut padanya. Kata
saudari-saudari kami, gadis-gadis pelayan di wisma lain semua
berharap dapat melayani tuan muda rumah itu, dengan cara ini,
mereka berharap dapat melompat ke cabang yang tinggi, tapi di
wisma kami sama sekali tak pernah terjadi hal seperti itu, kami
semua mencari akal agar dapat bersama jenderal......" Ketika
berbicara sampai di sini, ia tiba-tiba sadar bahwa ia telah terlalu
banyak bicara, setelah mengatakannya, wajahnya merah padam
karena malu. Aku menutupi mulutku dan tertawa, "Nanti aku akan
menyampaikan perkataanmu itu pada jenderal".
Qingwu dan Xiangdie cemas mendengarnya, mereka berjalan ke
sampingku dan memandangku dengan mengiba-iba, aku
mendehem-dehem, "Aku dapat tak menyampaikannya, tapi
setelah ini kalian harus menurut padaku".
Wajah keduanya nampak kecut, Qingwu berkata, "Nona yang
baik, apakah kami belum cukup menurut padamu" Kalau kau
bertanya pada kami, bukankah kami memberitahukan semuanya
padamu" Tapi kalau nyonya tua menanyai kami, hal-hal yang tak
dapat dibicarakan tak kami beritahukan padanya, sedangkan
yang mau tak mau harus kami beritahukan pun hanya kami
beritahukan sedikit saja".
Aku menghela napas dengan pelan, lalu merangkul bahu mereka
berdua, "Kakak berdua bermaksud baik, mengasihani aku yang
tak punya sanak saudara ini, terima kasih banyak pada kakak
berdua. Setelah kalian selesai beres-beres, kita akan makanmakan di Yipin Ju". Begitu mendengarnya, mereka berdua
mengangguk sambil tersenyum, Xiangdie menghela napas dan
berkata, "Kau ini sebentar galak, sebentar lembut, sebentar
mengibakan, tak heran jenderal begitu melihatmu tak bisa
berkutik". Wajahku tersenyum, namun diam-diam aku menghela napas,
mereka berdua telah dipilih dengan seksama oleh Paman Chen
sebelum mereka ditugaskan melayani Huo Qubing, mereka pun
memperlakukanku dengan baik. Namun karena Wei Shaoer,
Gongsun He dan lain-lain, orang-orang lain di wisma ini wajahnya
tersenyum menyambutku, tapi punya pikiran lain dalam hatinya.
Setelah peristiwa sakitnya Huo Qubing, sikap merendahkan dan
bermusuhan Wei Shaoer padaku jauh berkurang, namun
sikapnya masih hambar. Aku juga tak ingin mengundang
cemoohannya, kalau bisa menghindarinya, aku menghindar,
kurasa ia juga tak ingin bertemu denganku, oleh karenanya kami
sangat jarang bertemu. Hubunganku dengan Huo Qubing boleh dikatakan sangat terangterangan, dari kaisar sampai para prajurit dan perwira di markas,
semua tahu bahwa aku adalah miliknya, Huo Qubing pun tak
pernah menutup-nutupinya, di depan Zhao Ponu dan kawankawan akrab lainnya, ia memperlakukanku sebagai istri; akan
tetapi hubungan kami juga boleh dikatakan tak jelas, dari kaisar
sampai para pelayan di wisma ini, semua memperlakukanku
seperti seorang gadis yang belum menikah, seakan diriku adalah
seorang wanita yang dibawa Huo Qubing untuk bermain-main
saja, begitu bangun tidur, aku akan menghilang dari pandangan
mata mereka. Dari musim dingin sampai musim semi, dari musim semi sampai
musim panas, mereka sudah terbangun dari tidur, namun aku
masih berada dalam pandangan mata mereka, dan mereka pun
masih berkeras mengacuhkanku.
Aku sangat jarang menghadiri perjamuan di istana, tapi kali ini
adalah ulang tahun permaisuri, secara pribadi, ia berkata pada
Huo Qubing agar mengajakku, walaupun ia tak mengatakannya
secara terang-terangan, dengan tindakan kecil ini ia secara diam-
diam merestui hubunganku dengan Huo Qubing. Setelah itu,
kalau saja ia tak menekan saudari-saudarinya, jangan-jangan
hari-hariku akan makin sukar, dalam hati aku merasa berterima
kasih padanya, oleh karena itu, aku mengubah sikapku yang
dahulu malas masuk ke istana dan berdandan dengan seksama.
Aku mengikuti gaya rambut orang Han, namun tak memakai
perhiasan rambut yang populer di kalangan orang Han,
melainkan untaian manik-manik batu ametis yang berbentuk
seperti jala, untaian manik-manik itu samar-samar nampak di
tengah rambutku yang hitam legam, sehingga cahaya bintang di
malam hari seakan memancar dari rambutku, batu ametis yang
paling besar kira-kira sebesar ibu jari, batu itu terjuntai di dahiku.
Walaupun pakaianku mirip gaya baju yang sedang populer di
Chang'an, namun agak berbeda, di atas gaun sutraku aku
memakai selapis kain sutra setipis sayap tonggeret. Sulaman
yang anggun tersembunyi di balik sayap tonggeret itu,
menciptakan suatu keindahan yang samar-samar, ketika aku
melangkah pakaianku nampak makin menawan.
Ketika Huo Qubing melihatku, matanya berbinar-binar, ia
tersenyum dan memujiku, "Aku selalu merasa bahwa kau paling
cantik ketika memakai pakaian Xiyu, tak nyana, kau pun dapat
mengenakan pakaian Han dengan begitu indah, rupanya sebelum
ini kau tak berusaha berdandan dengan serius".
Di istana, permaisuri nampak sedang duduk dengan tegak sambil
menerima ucapan selamat dari ratusan pejabat. Huo Qubing
menarikku ke depan dan mengajakku bersujud untuk memberi
selamat, namun aku berkeras tak mau maju, "Kau sendiri saja
yang maju, aku sudah datang, permaisuri tentu sudah tahu
maksudku, kalau kau dan aku terang-terangan maju bersama,
kita akan menyusahkan permaisuri".
Wajah Huo Qubing nampak agak kesal, "Aku lebih suka kau agak
lebih bodoh, tak usah terlalu banyak memikirkan orang lain dan
juga tak terlalu menyengsarakan dirimu sendiri".
Aku mencibir ke arah guru muda putra mahkota dan istrinya yang
sedang memberi hormat pada permaisuri, lalu tertawa dan
berkata, "Wajah seperti mereka itu apakah bahagia" Semua
orang memuji mereka sebagai pasangan yang serasi, tapi aku tak
perduli". Huo Qubing melepaskan tanganku, lalu maju seorang diri dan
menghormat pada permaisuri.
Setelah perjamuan dimulai dan arak beredar, Li Yan baru masuk
dengan perlahan, wajahnya nampak kelelahan, di balik
pakaiannya yang mewah, ia makin nampak mengibakan.
Melihatnya, mau tak mau semua orang menahan napas, khawatir
kalau mereka menghembuskan napas, mereka akan membuat
wanita cantik itu hancur berkeping-keping.
Suasana perjamuan yang ramai mendadak menjadi sunyi senyap
karena dirinya, hanya gemerisik pakaiannya saat ia bergerak
yang terdengar, cincin-cincin kumala di bajunya terkadang saling
beradu, berdenting di tengah tiupan angin, menimbulkan sebuah
pesona yang sulit dilukiskan.
Dengan lemah gemulai ia melangkah ke hadapan permaisuri dan
berlutut untuk memberi hormat, namun sambil tersenyum
Permaisuri Wei berkata, "Tak usah banyak peradatan! Tubuhmu
tak sehat, tak usah menghormat, maksud baikmu sudah cukup".
Akan tetapi ia masih tetap bersujud memberi hormat, lalu mundur.
Saat duduk, Liu Che membantunya, lalu berbisik padanya, Li Yan
mengerutkan dahinya dan menggeleng, dengan tak berdaya, Liu
Che memandangnya sambil tersenyum, lalu memandang ke arah
sang permaisuri, namun walaupun ia masih tersenyum, di
matanya tak lagi nampak rasa sayang dan iba.
Kalau orang-orang yang ambisius melihatnya, entah apa yang
akan mereka pikirkan" Sejak semula, Li Yan sudah dengan sabar
mengalah, namun sekarang ia sedikit menunjukkan taringnya,
dengan cara ini ia secara tersamar menunjukkan pada para
pejabat siapa sebenarnya yang paling penting dalam hati Liu
Che. Begitu muncul, ia telah berhasil membuat permaisuri yang
seharusnya menjadi bintang utama menjadi pemeran pembantu.
Pandangan mataku menyapu pesta itu, saat ini sebenarnya
berapa orang yang menginginkan Liu Sui menjadi putra makhota"
Dan berapa orang yang mengharapkan keluarga Wei jatuh,
sehingga mereka dapat diuntungkan karenanya" Kalau
Permaisuri Wei dan Li Yan dibandingkan, jelas bahwa pengaruh
sang permaisuri di istana jauh lebih besar, tapi kelemahannya
justru terletak di sini, para pendukung keluarga Wei nampak jelas,
orang yang ingin menjatuhkan mereka mempunyai sasaran yang
jelas, namun para pendukung Keluarga Li semua berada dalam
kegelapan, mereka dapat bersekongkol dengan diam-diam.
Pandangan mataku beralih ke arah Huo Qubing, bibirnya sedikit
bergerak, tanpa suara ia berkata, "Kau yang paling cantik". Aku
memelototinya dan sedikit mengangkat daguku dengan angkuh,
menunjukkan bahwa aku tak mempercayai kebohongannya,
namun hatiku terasa manis.
Li Guangli yang berada di sampingku melihat pembicaraan lewat
mata diantara diriku dan Huo Qubing, ia menghela napas dengan
berat, lalu bangkit dan berkata pada kaisar dan permaisuri,
"Negara-negara Xiyu mempersembahkan gadis-gadis penari
pilihan, dua belas penari yang terbaik hendak mempersembahkan
sebuah tarian Xiyu untuk ulang tahun Yang Mulia Permaisuri". Liu
Che tersenyum dan memuji, lalu memandang ke arah sang
permaisuri, Permaisuri Wei mengangguk, "Panggil mereka untuk
menari". Walaupun tarian itu tarian Xiyu, akan tetapi agar lebih sesuai
dengan perayaan ulang tahun permaisuri, tarian itu dicampur
dengan gaya tarian Han, sehingga gerakan tarian bangsa Hu
yang bebas dan bersemangat sedikit diperhalus dan diganti
dengan gerakan yang lincah namun anggun. Penari utama
bertubuh tinggi, ia berputar-putar bagai seekor kupu-kupu, naikturun seakan melayang.
Mau tak mau aku mengangguk, ia benar-benar seorang penari
kelas satu, tak nyana, Li Yan juga melihat wanita itu sambil
mengangguk. Malam ini, untuk pertama kalinya pandangan mata
kami berdua saling bertemu, matanya bagai mata air musim semi,
indah dan jernih, seakan begitu melihatnya, kita dapat melihat ke
dasar hatinya, aku teringat akan saat kami pertama kalinya
bertemu, dan bagaimana sinar matanya begitu penuh perasaan,
namun sekarang ia seakan sudah menjadi orang lain.
Mendadak ia tersenyum, dengan agak iba ia menggeleng-geleng
ke arah diriku. Aku ingin membalas senyumannya, dan bertanya
padanya, sebenarnya siapa yang lebih menyedihkan diantara


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami berdua" Aku memikirkan hal itu, namun merasa bahwa hal
itu tak ada artinya, untuk apa saling menekan" Aku mengalihkan
pandangan mataku, tak lagi memandangnya.
Para hadirin bertepuk tangan dan bersorak, aku pun tersadar. Liu
Che merasa sangat puas, sambil bertepuk tangan ia tertawa dan
berkata, "Kalian harus diberi hadiah besar!"
Permaisuri Wei baru saja hendak membuka mulut, namun Li Yan
sudah berkata dengan lembut, "Wanita-wanita ini jauh-jauh
datang dari Xiyu yang ribuan li jaraknya ke Dinasti Han, sekarang
mereka sebatang kara, sama sekali tak punya tempat bersandar.
Hadiah terbesar tak dapat mengungguli sebuah keluarga. Hari ini,
para pemuda berbakat dan tampan Chang"an berkumpul di aula
ini, Yang Mulia sebaiknya menjadi mak comblang dan
menghadiahi mereka sebuah keluarga tempat bersandar".
Profesi penari pada akhirnya tak akan bertahan lama, mereka
harus mengunakan masa muda untuk mencari jalan keluar,
walaupun mereka harus menjadi selir atau bernasib lebih buruk
lagi, namun kalau mereka dapat melahirkan seorang putra, di
tempat yang bukan kampung halaman mereka ini, akhirnya
mereka akan mendapatkan tempat bersandar. Wanita-wanita lain
nampak girang, namun sang penari utama hanya menyapu para
hadirin dengan pandangan matanya.
Ketika Liu Che melihat mata para wanita yang penuh harapan itu,
wajahnya nampak lembut, ia berpaling menatap permaisuri, lalu
tersenyum, Permaisuri Wei pun sepertinya teringat akan sesuatu,
wajahnya memerah dan ia menunduk. Li Yan segera
mengalihkan pandangan matanya, ia menengadah dan
memandang ke langit. Ia berlagak dengan tak sengaja
memperhatikan Li Gan, cawan di genggamannya bergetar, arak
pun menetes-netes keluar.
Liu Che berkata pada gadis-gadis penari Xiyu itu, "Kabarnya, di
negara-negara Xiyu, pertandingan balap kuda adalah
kesempatan terbaik bagi para wanita untuk mengungkapkan isi
hatinya pada lelaki yang disukainya, mereka dapat memukul
pelan lawan dengan cambuk ketika sedang berpacu, atau dapat
mengungkapkan isi hatinya melalui tarian dan nyanyian. Zhen
mengikuti adat istiadat Xiyu dan memperbolehkan kalian untuk
memilih sendiri". Musik pun berkumandang, kali ini benar-benar musik tarian Xiyu
yang penuh semangat dan kebebasan. Kulit yang seputih salju,
pinggang yang lemah gemulai bagai pohon liu dan pandangan
mata yang merebut sukma pun dalam sekejap meramaikan
ruangan itu. Sambil tersenyum, Li Yan memandangku, hatiku menjadi dingin,
tiba-tiba aku paham apa yang hendak dilakukannya. Liu Che
telah mengeluarkan titah, kalau sampai ada wanita yang memilih
Huo Qubing...... -------------------- Sebelumnya, walaupun Huo Qubing tak mematuhi kehendak Liu
Che, namun saat itu Liu Che belum sempat berkata akan
menganugerahkan pernikahan. Mereka berdua sepertinya baru
dengan santai berbicara tentang rumah ketika Huo Qubing
bersumpah bahwa sebelum bangsa Xiongnu ditumpas, ia tak
akan berumah tangga. Hari ini, di hadapan segenap pejabat
negara, Liu Che telah berjanji pada para penari Xiyu, kalau Huo
Qubing sekali lagi membangkang?"aku tak berani
memikirkannya, tanganku mengenggam bajuku sendiri dengan
erat, mataku menatap para penari di panggung tanpa berkedip.
Huo Qubing pun telah menduga tipu muslihat yang hendak
dijalankan oleh Li Yan, ia bangkit dan hendak pergi, namun dua
orang penari telah menari sampai di depannya, menghalangi
jalannya. Wajah Huo Qubing dengan perlahan berubah menjadi
dingin, bibirnya tersenyum tipis, ia pun kembali duduk di atas tikar
dan menuang secawan arak, sikapnya hambar dan tenang,
seakan di sisinya sama sekali tak ada dua wanita yang sedang
menari dengan lemah gemulai.
Aku menghela napas, lumayan, masih ada waktu, kalau Huo
Qubing tak menerima keduanya, mereka berdua harus bertarung
dahulu dengan tarian. Wajah Li Guangli nampak tak enak dilihat, makin penuh
kebencian dan rasa cemburu. Setelah berpikir sejenak aku baru
mengerti, rupanya kedua perempuan itu bukan bidak-bidak catur
yang sudah mereka atur sebelumnya, mereka benar-benar suka
pada Huo Qubing. Sambil tersenyum kecut aku memandang
kedua penari perempuan itu, tak tahu harus merasa bangga atau
khawatir. Penari utama paling menonjol paras dan sosok tubuhnya, semua
tuan muda dan lelaki paruh baya yang cabul memperhatikannya,
saat ini, ia melangkah ke arah Huo Qubing mengikuti gerakan
tariannya, suasana pun langsung menjadi meriah.
Beberapa orang sok tahu yang tak tahu apa-apa bersorak-sorai,
sambil tertawa mereka berseru, "Si jelita seperti ini tentunya
hanya pantas berjodoh dengan seorang pahlawan". Mereka entah
sedang menjilat Huo Qubing atau sedang bermain-main dengan
maut. Di sisi Huo Qubing, Wei Qing dan para jenderal lain
menonton dengan wajah dingin, bahkan sampai tak
menghiraukan wanita-wanita yang menari di hadapan mereka,
akan tetapi, putra-putra keluarga kekaisaran dan bangsawan
yang dipimpin Li Guangli tanpa sadar membuat keonaran.
Suasana perjamuan itu menjadi panas-dingin, sangat aneh.
Penari-penari lain memandang sang penari utama, wajah mereka
jengah sekaligus kesal, namun mereka tahu bahwa mereka tak
dapat menandinginya, lalu dengan enteng berputar-putar
menjauh. Lesung pipit si penari utama bagai bunga, matanya
yang jelita memandang kesana-kemari, gaunnya berputar-putar
dan dengan tak terasa ia melangkah ke sisi Huo Qubing, namun
Huo Qubing masih minum arak dengan tenang.
Saat ia berlutut dengan satu kaki di hadapan Huo Qubing, ia telah
menjatuhkan pilihannya. Aku tak perduli apa yang akan terjadi
setelah ini, aku harus melakukan sesuatu sekarang. Aku tak
berani ragu-ragu lagi dan melirik ke arah Richan, ia pun
mengangguk. Aku melepaskan sepatuku, lalu mengantungkan bel yang mulamula tergantung di pergelangan tanganku di pergelangan kakiku.
Sambil dengan perlahan bangkit, aku bertepuk tangan tiga kali
dengan nyaring, mengacaukan tarian Xiyu itu dan membuat
semua orang memandang ke arahku. Wajah Huo Qubing nampak
terkejut, aku tersenyum ke arahnya dan mengedipkan mataku.
Sebuah lagu yang lincah dan cepat terdengar dari seruling
Richan, bagai seekor kuda yang melompat-lompat di padang
rumput, atau seekor burung yang terbang di langit biru. Dengan
mengikuti irama lagu, aku berputar ke arah Huo Qubing, di setiap
ketukan, aku menghentakkan kakiku dengan lembut, bel dan
seruling berpadu dengan harmonis, menciptakan sebuah gaya
yang istimewa. Pada mulanya gerakan kakiku tak lancar dan beberapa kali salah
langkah, mengundang tawa beberapa gadis penari, namun aku
memelototi mereka. Hah! Kalau kalian sudah tujuh atau delapan
tahun tak menari sepertiku dan kalian dapat menari seperti aku
sekarang ini, aku akan membiarkan kalian menertawakanku.
Langkah kakiku perlahan-lahan menjadi lancar, perasaan saat
menari dengan liar di padang rumput kembali muncul dalam
tubuhku, ditambah dengan ilmu silat yang kulatih, aku lebih lincah
dan kuat dibandingkan para perempuan penari biasa, aku
menarikan tarian cinta perempuan Xiongnu, walaupun aku tak
menarikannya dengan baik, namun aku membuat orang
memperhatikanku. Huo Qubing tersenyum, menuang secawan arak dan
menenggaknya, di wajahnya nampak rasa bahagia yang sulit
dilukiskan, yang samar-samar mengandung rasa bangga.
Karena terlalu terkejut, para hadirin tak tahu bagaimana harus
menanggapi tarianku, mereka hanya menatapku dengan mulut
ternganga, di tengah suasana yang sunyi senyap, suara bel
terdengar semakin merdu, bagai tawa seorang gadis di tengah
angin musim semi, membuat hati orang mau tak mau menjadi
lembut. Penari wanita itu dengan tenang memandangku, ia tersenyum ke
arahku, langkah kakinya berubah menjadi cepat, ternyata ia juga
menarikan sebuah tarian Xiongnu. Aku dan dia menari di
hadapan Huo Qubing, Huo Qubing yang mula-mula sibuk
menikmati arak dengan acuh tak acuh, tiba-tiba memandangku
dan memandangnya dengan penuh perhatian, seakan benarbenar sedang memilih siapa yang terbaik diantara kami berdua.
Orang ini ternyata seperti semak berduri di padang rumput, begitu
mendapatkan sedikit cahaya matahari, langsung menjadi hidup.
Aku merasa geram, namun senyumku justru semakin lebar, saat
aku berputar ke arah Huo Qubing, dengan memanfaatkan gaunku
yang terkembang lebar, aku menendang ke arahnya, namun tak
nyana ia telah berjaga-jaga, tangannya menangkap kakiku dan
mengenggamnya erat-erat. Suara seruling semakin cepat, namun aku terpaku di tempat
dengan sikap dan ekspresi wajah yang aneh, hanya lenganku
yang masih bergerak mengikuti irama musik. Untung saja, sejak
kecil Richan sudah mengiringiku menari, begitu melihat ada
sesuatu yang aneh, ia memperlambat irama lagunya, sehingga
membuat si penari wanita yang tak menduga irama lagu akan
berubah hampir terjatuh. Pandangan mata para hadirin tertarik ke
arahnya dan untuk sementara tak memperhatikan gerakanku
yang aneh. Sang penari wanita segera menyeimbangkan tubuhnya dan
memandang Richan yang sedang meniup seruling dengan kesal,
namun tak nyana, yang dilihat olehnya bukan seorang pemusik,
melainkan seorang lelaki gagah yang mengenakan pakaian
mewah, rambutnya yang hitam legam digelung, matanya tajam
dan hidungnya mancung, jelas bahwa ia adalah seorang Hu.
Richan sedikit membungkuk untuk minta maaf ke arahnya, sang
penari tertegun, lalu dengan wajah merah padam, ia melengos.
Aku tak bisa mempertahankan senyum di wajahku, walaupun ada
tarian yang tak menggunakan gerakan kaki dan hanya
menggunakan gerakan separuh tubuh dan lengan, tapi
sekarang?" Huo Qubing melihat bahwa sinar mataku yang memandangnya
semakin lama semakin dingin, sambil tersenyum ia mengelus
kakiku, melepaskanku, lalu seakan tak ada apa-apa, menuang
secawan arak. Tarian sudah lama berlangsung, namun gerakanku dan gerakan
wanita Hu di sisiku itu agak kacau, wajahnya merah, sedangkan
wajahku panas membara, kami berdua saling membentur. Aku
terkejut dan tersadar, dengan kesal aku memelototi Huo Qubing,
sekarang kau masih ingin mengodaku" Namun ia masih
memperhatikan ekspresi wajahku dengan penuh perhatian,
bibirnya tersenyum. Sang wanita Hu pun berubah pikiran, tariannya menjadi makin
semarak, gaya menggodanya semakin menjadi-jadi. Aku
meliriknya beberapa kali dengan kesal, mempertimbangkan
apakah aku harus menggunakan sedikit akal busuk dan diamdiam melukainya, kalau tidak, aku tak mungkin dapat
memenangkan pertandingan menari ini. Akan tetapi, di bawah
pandangan semua orang, dan terlebih lagi karena ada orangorang seperti Li Yan dan Li Gan yang waspada, bagaimana kalau
aku ketahuan" Suara seruling Richan terhenti, lalu mendadak berubah
memainkan sebuah lagu cinta yang populer di padang rumput,
lagu itu mengambarkan rasa kagum seorang pria pada seorang
wanita yang kebetulan bertemu dengannya.
Suara bel di kakiku mendadak menjadi kacau-balau, tubuh wanita
itu pun gemetar, sepertinya ia memandang Richan dengan
terkejut sekaligus girang. Para hadirin yang paham arti lagu itu
terkejut dan tercengang, mereka tak paham apa yang sebenarnya
terjadi malam ini. Apakah semua mendadak menjadi gila karena
birahi" Dengan bertanya-tanya aku menatap Richan, namun Richan tak
menanggapiku dan hanya memandang wanita Hu itu. Wanita Hu
itu memandang Richan, memandang Huo Qubing, lalu
memandangku, tiba-tiba ia mengambil keputusan, dengan
beberapa putaran, ia tiba di depan meja Richan, lalu dengan
perlahan membungkuk dan berlutut dengan satu kaki di hadapan
Richan, menunjukkan bahwa ia telah menerima Richan sebagai
tuannya. Keadaan berubah dengan amat cepat, wajah Li Guangli penuh
amarah, tiba-tiba ia bangkit, namun Li Yan cepat-cepat bertepuk
tangan dan berkata sebelum ia sempat membuka mulut, "Selamat
bagi kalian berdua". Pandangan mata Li Guangli dan Li Yan
beradu, dengan kaku Li Guangli pun kembali duduk.
Perempuan yang cerdas itu berubah pikiran pada saat-saat
terakhir, ia mempertaruhkan segalanya untuk melepaskan diri
dari nasibnya sebagai bidak catur. Ia mempertaruhkan masa
depan dan nasibnya, dan Richan tak akan mengecewakannya,
selama Richan masih hidup, ia akan mengurus dirinya, walaupun
hanya untuk sehari. Aku membungkuk untuk menghormat pada Huo Qubing, lalu
berbalik dan kembali ke tempat dudukku semula. Semua orang
memandangku dengan tertegun, Li Yan tertawa dan bertanya,
"Jin Yu, kau naik panggung tanpa alasan yang jelas, lalu kembali
duduk tanpa memberi penjelasan apapun, kau anggap tempat ini
tempat apa?" Pandangan mataku dan pandangan mata Permaisuri Wei beradu,
kami pun paham maksud masing-masing. Karena keluarga Wei
dan Li sudah tak sejalan lagi, dan karena Li Yan selangkah demi
selangkah menekanku, maka aku tak usah mengalah lagi. Aku
berlutut di hadapan Li Yan, lalu berkata dengan tegas, "Tentunya
tempat ini adalah tempat perjamuan yang diselengarakan kaisar
untuk ulang tahun permaisuri".
Mendengar perkataaanku itu, mata Li Yan nampak penuh
amarah, namun ia tak dapat berkata apa-apa. Selir kesayangan
tetap seorang selir, ia harus menahan diri di hadapan istri sah,
apalagi terhadap permaisuri yang berkuasa di istana belakang" Ia
tak dapat berbicara sesuka hatinya di sini.
Liu Che memandang ke sekelilingnya dengan hambar, begitu
mendengar perkataanku, tanpa berkata apa-apa, ia melirik
permaisuri, lalu memandang sekilas Huo Qubing, setelah itu,
sambil tertawa ia berkata, "Tarian Jin Yu bagus, ia harus diberi
hadiah". Sambil tersenyum lembut, Permaisuri Wei berkata, "Hamba
menunggu titah Yang Mulia".
Badai yang tersembunyi di balik tarian yang menawan dan
mengairahkan itu untuk sementara buyar, namun apakah tari dan
lagu yang telah dipertunjukkan oleh diriku dan Richan akan
menimbulkan badai yang lebih besar" Pertarungan diantara
keluarga Wei dan Li sudah terang-terangan terlihat, malam ini Liu
Che jelas berpihak pada keluarga Li, namun hal ini jelas
merupakan siasat seorang kaisar untuk menyeimbangkan kedua
kekuatan itu, persis seperti bagaimana ia meminjam kekuatan
keluarga Wei untuk melawan keluarga Dou bertahun-tahun yang


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

silam, dahulu ia menyokong keluarga Wei untuk menghancurkan
keluarga Dou dan Wang, kali ini tibalah giliran keluarga Wei yang
besar kekuasaannya. Di kereta kuda, di sepanjang jalan, Huo Qubing menatapku
sambil tersenyum. Setelah masuk ke kamar, ia masih terus
tersenyum sambil menanggalkan mantelnya, melihat senyumnya,
amarahku berkobar, "Kau bukannya memikirkan bagaimana cara
mengatasi Li Yan dan malahan tersenyum-senyum tak jelas terus
di sini, entah setelah ini akal bulus apa lagi yang akan
dilancarkannya". Ia menghela napas panjang, berbaring di dipan, lalu
menyilangkan kedua tangannya di belakang kepalanya, wajahnya
nampak amat puas, "Aku berharap dia akan melancarkan akal
bulus, paling bagus kalau sering-sering bisa seperti malam ini".
Aku mendengus, "Benar! Di hadapan seluruh pejabat sipil dan
militer, beberapa perempuan memperebutkan cintamu, benarbenar membanggakan, benar-benar hebat!"
Bibirnya tersenyum, ia memicingkan matanya, seakan mengingatingatnya, "Sebenarnya memang hebat, kalau bukan karena
mereka, aku masih tak tahu betapa kau mengkhawatirkanku, dan
sama sekali tak dapat membayangkan bahwa kau bersedia
menarikan tarian cinta untukku"
Aku menengadah dan mengulirkan mataku, lalu tertawa terbahakbahak, "Aku sangat mengkhawatirkanmu, ya!"
Wajahnya yang nakal benar-benar mengundang kemarahanku,
aku menerjang ke arahnya dan mencubit lehernya, "Kalau kau
seenaknya meraba-rabaku di depan semua orang di aula besar,
aku pasti akan membuatmu khawatir sampai mampus!"
Sebuah tangannya mengelitikku, sedangkan yang sebuah lagi
menarikkku ke dalam pelukannya, "Maksudmu, asalkan tidak di
hadapan para hadirin di aula besar, aku boleh berbuat sesuka
hatiku" Boleh seenaknya meraba-raba" Kalau begitu aku tak
akan sungkan-sungkan lagi".
Qingwu dan Xiangdie yang sedang membawa peralatan cuci
muka kebetulan melihat kami berpelukan dengan mesra,
Xiangdie tiba-tiba menjatuhkan sapu tangan dan kotak rias yang
berada dalam genggamannya, namun Qingwu tetap bersikap
tenang, ia membungkuk memberi hormat, lalu menarik tangan
Xiangdie agar cepat-cepat keluar kamar sambil menunduk.
Habislah aku! Sekali ini aku tak punya muka lagi, reputasiku di
depan mereka telah hancur lebur. Dengan kesal aku memelototi
Huo Qubing, namun ia hanya menutup kelambu dengan sekali
tarik. ?"?"?".. Siapa kelinci, siapa harimau, siapa yang sebenarnya memangsa
siapa, akhirnya kupahami!
Mungkin karena sudah musim dingin dan udara dingin, tiba-tiba
aku berubah menjadi amat rakus, dan amat kuat makan. Kadangkadang, begitu memikirkan makanan lezat, di tengah malam aku
sampai tak bisa tidur. Huo Qubing sengaja memerintahkan juru
masak yang pandai berjaga di dapur semalaman agar aku dapat
makan di tengah malam kalau sedang ingin makan.
Walaupun ia berkata bahwa kalau aku makan sendirian, aku
boleh membangunkannya, tapi di pagi hari ia harus melatih
pasukan di markas dan juga harus pergi ke istana, aku tak ingin
menyusahkannya, maka aku berusaha menyelinap keluar dengan
tanpa suara, lalu kembali sambil meraba-raba di tengah
kegelapan setelah selesai makan. Ia sudah terbiasa aku
berguling kesana kemari di sisinya, ketika pergi aku
menggunakan ilmu ringan tubuh, sehingga ia tetap terlelap dan
sangat jarang tahu aku pergi, akan tetapi ketika kembali, karena
saat itu puncak musim dingin, ketika masuk ke selimut, tubuhku
membawa hawa dingin. Walaupun aku berusaha menghindar,
namun ia merasakan kehadiranku dan dengan setengah sadar
menarikku ke dalam pelukannya agar dapat menghangatkan
tubuhku dengan kehangatan tubuhnya sendiri. Ia melakukan
semuanya itu tanpa berpikir, hanya bergerak di bawah sadar, hal
ini justru membuatku semakin senang.
Sejak Huo Qubing berkata ia akan memberiku waktu, ia tak
seperti dahulu yang selalu mencari tahu isi hatiku dari perkataan
dan tindakanku, walaupun kadang-kadang aku termenung, ia
sama sekali tak seperti dahulu, tak marah atau ingin tahu,
melainkan dengan tenang pergi, memberiku ruang untuk berpikir
sendiri. Ketika terkenang akan saat-saat sulit yang pernah kualami,
dahulu aku berpikir bahwa Langit tak pernah memperdulikanku.
Begitu lahir ayah dan ibuku meninggalkanku, namun apa boleh
buat, karena aku tak pernah mengenal mereka, aku tak merasa
kehilangan atau sedih. Namun ia juga membuatku bertemu
dengan A Die, membuatku ditimang-timang dengan penuh kasih
sayang, akan tetapi ketika aku benar-benar telah menjadi
manusia, ketika aku sedang menikmati kasih sayang A Die,
dalam semalam ia merengut segalanya. Sahabat masa kecilku
tewas, dan orang yang paling kuhormati dan kukagumi memaksa
A Die bunuh diri, tak ada yang lebih kejam dari semua kejadian
ini. Mengembara di padang pasir yang luas bukan penderitaan, yang
menderita adalah hati seorang gadis di tengah kota Chang'an
yang ramai. Kalau pertemuan pertama di Yueya Quan itu adalah
suatu tindakan Langit yang tak disengaja, pertemuan kembali di
Chang'an sepertinya adalah tindakan Langit yang disengaja. Saat
itu entah sudah berapa kali aku bertanya pada Langit, kalau tak
berjodoh, kenapa mempertemukan kami, dan karena sudah
mempertemukan kami, kenapa membuat harapanku sia-sia"
Sepertinya Langit sengaja mempersulit dan menyiksaku untuk
bersenang-senang saja. Namun sekarang, berbaring dalam pelukan Huo Qubing sambil
memandangi wajahnya yang sedang tertidur, aku berpikir bahwa
Langit memberikannya padaku karena Langit memperdulikanku,
walaupun diantara aku dan dia masih ada berbagai masalah,
sampai ia menikahiku pun tak bisa.
Aku mengenggam tangannya, walaupun ia terlelap, namun di
bawah sadar ia balas mengenggam tanganku. Dengan lembut
aku mengangkat tangannya dan menciumnya, asalkan tangan
kami berdua saling mengenggam, kami dapat menghadapi
segalanya, tak perduli di Xiyu atau Chang'an, di medan perang
atau di istana, bahkan sampai hidup atau mati sekalipun.
Setelah Huo Qubing kembali dari istana, aku masih tidur dalam
selimut. Ia menepuk dahinya, lalu menghela napas panjang dan
berkata, "Dahulu kudengar para prajurit tua di markas berbicara
tentang wanita, katanya wanita sebelum menikah dan sesudah
menikah sama sekali berbeda, waktu itu aku tak percaya, tapi
melihatmu sekarang, akhirnya aku percaya. Matahari sudah
hampir condong ke barat, tapi kau belum bangun juga. Lapar,
tidak?" Aku meringkuk dalam selimut, tak bergerak, "Tadi aku sudah
makan sedikit, tapi aku malas, sama sekali tak ingin bergerak". Ia
meraba leherku, aku kedinginan dipegang olehnya dan cepatcepat menghindar, namun ia kembali menyentuhku, aku pun
segera duduk. Ia mengambil baju untukku, lalu berkata,
"Bangunlah! Yipin Ju mengeluarkan masakan baru, kata Zhao
Ponu, rasanya lumayan, ayo kita coba".
Aku menelan air liurku, seketika itu juga, semangatku timbul, ia
memandangku, tak tahu harus tertawa atau menangis, "Sekarang
di pikiranmu selain makan ada apa lagi?"
Aku menelengkan kepalaku dan berpikir sejenak, lalu
memandangnya dengan mesra, "Cuma ada satu hal lain".
Sebelum berbicara, ia sudah tersenyum, suaranya berubah
menjadi sangat pelan, sangat lembut, "Apa itu?"
Dengan sikap bersungguh-sungguh aku berkata, "Minum!
Kemarin malam, sup jamur itu enak sekali!"
Ia tertawa sampai wajahnya seakan terbelah, lalu mengetuk
dahiku dan berkata dengan tak sabar, "Cepat sedikit cuci muka!"
Ketika baru masuk ke Yipin Ju aku melihat Jiu Ye. Ia
mengenakan jubah biru muda, bersih dan rapi bagai salju
pertama di gunung tinggi. Sambil mendengarkan Tianchao
berbicara, ia tersenyum dengan hangat, namun dalam
senyumnya tersembunyi rasa sedih.
Ketika melihatku, kepedihan nampak di matanya, mau tak mau,
langkah kakiku terhenti, tak bisa maju dan tak bisa mundur,
dengan agak khawatir aku memandang Huo Qubing, walaupun
wajahnya nampak tak senang, ia tersenyum dengan hangat
padaku, "Kalau kau tak ingin makan, kita pulang dulu saja".
Senyumnya yang hangat membuat hatiku yang cemas perlahanlahan menjadi lega, melarikan diri bukan jalan keluar, aku tak bisa
selamanya mengajak Huo Qubing melarikan diri dari medan
perang setiap kali bertemu Jiu Ye, hal itu tak adil bagi Huo
Qubing. Aku tersenyum ke arah Qubing, "Aku ingin makan". Ia
mengenggam tanganku dengan erat, matanya berbinar-binar.
Tianchao bangkit dan memberi hormat kepada Huo Qubing,
sambil tersenyum Jiu Ye mengundang kami duduk, Tianchao
bertanya, "Xiao Yu, kau ingin makan apa?"
Aku tersenyum dan berkata, "Kata Qubing ia mengajakku ke sini
untuk mencicipi hidangan baru. Apa namanya?" Aku berpaling ke
arah Huo Qubing, ia mengerutkan dahinya, "Aku lupa
menanyakan namanya, apa boleh buat! Suruh mereka
menghidangkan semua hidangan yang paling baru".
Aku mencibir, "Kau anggap aku ini babi, ya! Bisa menghabiskan
semuanya?" Qubing berlagak terkejut, "Melihat kelakuanmu beberapa hari ini,
menurutmu aku harus menganggapmu apa" Kau pasti akan
dapat menghabiskannya, mana bisa tak menghabiskannya?" Aku
mengerenyitkan hidungku, mendengus, lalu berpaling dan tak
menghiraukannya lagi. Ketika melihat sepasang mata Jiu Ye yang hitam legam dan sulit
diselami, aku baru mengerti bahwa keakrabanku dengan Huo
Qubing nampak sangat intim di matanya, dan keintiman itu bagai
sebilah pedang tajam yang begitu diayunkan dapat melukainya
dalam-dalam. Sebuah mangkuk bertutup yang diukir dibawa ke meja, sang
pelayan dengan seksama memperkenalkan hidangan itu, "'Di
langit daging naga, di bumi daging keledai', manis dan harum,
hidangan istimewa yang berkhasiat di musim dingin". Begitu ia
membuka tutupnya, aku mencium baunya, namun aku tak
merasa baunya lezat, perutku justru terasa mual, aku pun cepatcepat memburu ke jendela dan muntah.
Sang pelayan terkejut, ia segera menuang secawan teh dan
memberikan sehelai serbet padaku, dengan hati-hati Huo Qubing
mengikutiku, matanya penuh rasa khawatir, "Apa yang sakit?"
Aku minum beberapa teguk teh dan merasa sedikit lebih baik,
"Tak tahu, tiba-tiba aku merasa ingin muntah".
Wajah Jiu Ye pucat pasi, di matanya samar-samar nampak rasa
putus asa, ia memberi perintah pada sang pelayan, "Daging yang
baunya keras bawa kembali ke dapur, ambilkan teh yang baru
diseduh, tambahkan sedikit kulit jeruk".
Huo Qubing membantuku untuk kembali duduk di tikar, "Sudah
agak baikan" Kau ingin makan sedikit" Atau ingin pulang dan
minta diperiksa tabib?"
Jiu Ye menatapku dengan tajam, lalu tiba-tiba berkata, "Kuperiksa
denyut nadimu". Aku melihat ke arah Huo Qubing, namun ia tersenyum dan
berkata, "Untuk sesaat aku lupa bahwa di sini ada seorang tabib
yang berilmu tinggi".
Dengan hati-hati Jiu Ye menempelkan tangannya ke pergelangan
tanganku, tak nyana, jari jemarinya lebih dingin dari es. Walaupun
ia berusaha sebisanya menahan diri, namun aku dapat
merasakan ujung jarinya bergetar. Untuk beberapa saat, ia
memeriksa denyut nadiku, Huo Qubing benar-benar tak bisa
menahan diri lagi, dengan cemas ia bertanya, "Ada apa?"
Dengan perlahan, Jiu Ye menarik tangannya, ia tersenyum,
namun senyum muram macam apa itu" "Selamat, jenderal. Kau
akan menjadi seorang ayah".
Setelah tertegun sejenak, Huo Qubing mencengkeram lengan Jiu
Ye, ia kegirangan, tak berani mempercayai perkataannya, "Apa
katamu?" Jiu Ye melengos, melihat ke luar jendela, bibirnya gemetar, ia
hendak menjawab pertanyaan Huo Qubing, namun suaranya
tertahan di tenggorokannya.
Tianchao mendorong Huo Qubing, lalu dengan dingin berkata,
"Jiu Ye berkata bahwa Jenderal Huo akan menjadi seorang
ayah". Lalu ia berkata pada Jiu Ye dengan suara pelan, "Jiu Ye,
ayo pulang!" Sambil memandang ke balik jendela, Jiu Ye mengangguk, dirinya
yang selalu memperhatikan sopan santun bahkan sampai tak
minta diri, tanpa berpaling, ia langsung pergi.
Dengan wajah kegirangan Huo Qubing memandangku, ia
tersenyum ketolol-tololan, duduk dengan tertegun. Walaupun
terjadi secara mendadak, namun hal ini adalah sesuatu yang
cepat atau lambat akan terjadi, andaikan hal ini terjadi di tempat
lain, atau di waktu yang lain, aku akan begitu girang hingga tak
kuasa berbicara, namun hari ini....... Aku mengenggam
pergelangan tangannya, tangannya sama sekali tak sedingin es
lagi. Sekonyong-konyong, Huo Qubing membopongku, lalu berjalan
keluar dengan langkah-langkah lebar. "Ah!", ujarku, "Apa yang
kau lakukan?" Yipin Ju kontan menjadi sunyi senyap, semua orang memandang
kami dengan tercengang, aku menyembunyikan wajahku di
dadanya, aku sangat ingin semua orang berhenti memandangiku.
Namun Huo Qubing sama sekali tak perduli, mungkin baginya
orang-orang itu tak ada. Ia membopongku ke dalam kereta, lalu
berkata pada para pengiring yang dengan sikap hormat
menunggu di luar kereta, "Cepat pergi ke istana dan panggil tabib
terbaik". Aku mencengkeram lengannya, "Jangan! Hal ini adalah urusan
kita berdua, aku suka ketenangan. Begitu kita memanggil tabib,
akan timbul keributan, lagipula di luar istana juga ada tabib yang
baik". Ia memukul pahanya sendiri, lalu menyuruh para pengiring
berhenti, "Saking girangnya aku lupa mempertimbangkan
segalanya. Tapi......", sambil tersenyum, ia mengenggam
tanganku, "Sekarang aku benar-benar ingin berteriak keras-keras.
Aku akan segera punya seorang putra".
Kebahagiaannya menjangkitiku, aku bersandar di bahunya sambil
tersenyum, lalu aku tiba-tiba bereaksi dan mencubitnya, "Apa
maksudmu" Kalau ia anak perempuan, kau tak senang?"
Ia segera menggeleng-geleng, "Senang, semua aku senang.
Kalau anak laki-laki, aku bisa mengajarinya menunggang kuda
dan berburu, kalau anak perempuan, aku juga senang, punya Yu
er kecil, bagaimana aku bisa tak suka" Aku ingin anak laki-laki
dan perempuan, lahirkanlah banyak anak, nanti aku bisa
membuat regu cuju, ayah dan anak maju bertanding bersama,
kujamin lawan akan kalah telak sampai celana pun tak punya".
Mendengarnya, mulutku ternganga, "Memangnya aku induk
babi?" Wajahnya penuh rasa puas diri, "Aku tak berani meminta, hanya
kalau kau bersedia".


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku kembali ingin mencubitnya, namun kupikir orang ini berkulit
tebal, cubitan itu tak banyak artinya baginya. Orang ini biasa
keluar-masuk medan perang dan tak berkedip menghadapi hujan
panah, pedang dan tombak, kekuatan kecil di tanganku ini hanya
akan membuatnya merasa gatal saja, lebih baik aku tak usah
membuang-buang tenagaku. Sambil mengerutkan dahi, aku
memejamkan mata, tiba-tiba suaranya menjadi tegang, "Yu er,
kau tak enak badan?" Aku tak menghiraukannya, bersandar di
bahunya tanpa berkata apa-apa, ia langsung merasa cemas dan
berteriak ke luar, "Cepat pulang ke rumah!" Begitu selesai
berbicara, ia sudah kembali berkata, "Jangan berguncangguncang!"
Di luar, cambuk sang kusir terdengar mengayun, rupanya ia
hendak mencambuk kuda, namun ia cepat-cepat menariknya
kembali dan menaruhnya, lalu dengan sikap hormat bertanya,
"Maksud jenderal, lebih cepat atau lambat" Kalau lebih cepat
pasti akan sedikit terguncang-guncang".
Aku tak tahan lagi dan tertawa, Huo Qubing bereaksi dan
memukul tanganku dengan pelan beberapa kali, "Sekarang kau
menggunakan akal bulus untuk menghukumku".
"Siapa yang membuatku tak bisa melawanmu" Setelah ini aku
hanya dapat mengandalkan akal bulus". Aku menyengir,
"Sekarang juga ada seorang sandera di dalam diriku, coba lihat
apakah kau masih berani menganiayaku atau tidak".
?"?"?"?"?"
Aku tak tahu apa yang terjadi pada orang lain setelah hamil,
selain dari tak bisa mencium bau daging atau ikan yang keras,
semuanya seperti biasa, pada mulanya aku merasa malas,
namun sekarang aku telah seperti sediakala. Makanku baik,
tidurku pun baik, kalau Huo Qubing tak sering menatapku dengan
tegas untuk mengingatkanku bahwa sekarang aku tak hanya
bertanggung jawab atas diriku sendiri, mungkin aku juga dapat
berkata bahwa aku pun asyik bermain.
Ketika aku baru sampai ke samping ayunan, dari belakangku Huo
Qubing memanggil, "Yu er". Aku pun hanya dapat berbalik dan
pergi. Hari ini adalah suatu hari musim dingin yang hangat
bermandikan sinar mentari, begitu membuka mata aku langsung
berkata, "Kita seharusnya menunggang kuda di luar kota". Namun
tanpa membuka matanya, Huo Qubing berkata, "Jangan
melupakan keadaan dirimu saat ini". Keadaan diriku" Bukankah
dalam perutku hanya ada seorang manusia mungil" Apa
anehnya" Lagipula saat ini masih tak terlihat.
Kata Hong Gu, seorang wanita harus belajar membuka sebelah
mata sekaligus menutup sebelah mata lainnya, karena kalau
seorang wanita terus menerus mengawasi seorang lelaki, lelaki
itu akhirnya tak akan berdiam di sisinya, melainkan seringkali
melarikan diri dari sarang untuk menghindari diawasi oleh sang
wanita. Tapi, bagaimana kalau seorang lelaki selalu mengawasi seorang
wanita" Ketika aku bertanya padanya, Hong Gu terdiam untuk
beberapa lama dan baru menjawab bahwa seharusnya wanita itu
harus diam-diam tertawa, karena dengan demikian lelaki itu tak
akan punya waktu untuk memandang wanita lain. Aku sangat
kesal, tak adil, sangat tak adil.
Malam itu, aku menyampaikan perkataan Hong Gu itu pada Huo
Qubing setelah menukar kata wanita dengan lelaki, "Seorang
lelaki harus belajar membuka sebelah mata sekaligus menutup
sebelah mata lainnya, tak boleh selalu mengawasi seorang
wanita, kalau ia selalu mengawasi wanita itu, akhirnya ia
akan?"" Aku berusaha memberi isyarat padanya agar ia
memeriksa tingkah lakunya akhir-akhir ini.
Ia sedang mengamati peta Xiongnu di meja yang berada di
hadapannya, setelah mendengar perkataanku, tanpa mengangkat
kepalanya, ia berkata dengan hambar, "Tak ada orang yang tak
ingin hidup, aku pun tak akan memberimu kesempatan".
Aku mendengus, melihat ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke
belakang, lalu berjalan keluar masuk ruangan, namun masih tak
dapat menemukan mainan yang diperbolehkan olehnya untuk
dimainkan di dalam rumah, ia menghela napas, lalu
memandangku sambil bertopang dagu, "Apakah kau benar-benar
merasa begitu bosan?"
Sambil mencibir aku mengangguk-angguk, "Semua gadis pelayan
di sisiku mematuhi perkataan Paman Chen, sekarang sedikitsedikit mereka memandangku, mereka semua tak mau
menemaniku melakukan apapun, sebelumnya aku dapat bermain
bola, bermain ayunan, bermain petak umpet, dan masih dapat
pergi menunggang kuda, berburu atau mendaki gunung
denganmu, namun sekarang aku tak bisa melakukan apapun,
membaca buku pun tak boleh berlama-lama, katanya membaca
buku selagi hamil dapat merusak mata, menyulam juga tak bisa,
menurutmu, apa yang harus kulakukan?"
Dengan heran ia berkata, "Sepertinya kau memang tak bisa
melakukan apapun, kalau begitu, bagaimana orang lain
menjalaninya?" "Kata bidan yang kau panggil, melahirkan adalah hal terpenting
yang harus dilakukan seorang wanita, apa lagi yang harus
kulakukan" Tentunya banyak makan dan tidur, banyak
beristirahat, berkonsentrasi untuk membesarkan bayi dalam
perut, lalu melahirkannya". Kedua tanganku membentuk sebuah
bola yang menonjol di perutku.
Ketika mendengar perkataanku, ia tertawa, melambaikan
tangannya untuk menyuruhku menghampirinya, lalu menarikku
hingga aku duduk di pangkuannya, "Aku tak tahu kau begitu
bosan, setelah ini aku akan mencari waktu untuk banyak
menemanimu. Hmm"..", ia berpikir sejenak, "Begini saja! Kau
sudah membaca tak sedikit kitab ilmu perang, aku sebaliknya
sangat sedikit membaca kitab perang, kita akan main perangperangan di kotak pasir ini, kita masing-masing akan menguasai
suatu wilayah, lalu saling menyerang".
Kekesalan dalam hatiku menghilang tanpa bekas, sambil tertawa
aku bertepuk tangan, "Tapi seperti ini kurang seru, ayo kita
bertaruh". Dagunya bersandar di dahiku, "Terserah padamu.
Setelah menjual usahamu, kau sebenarnya punya berapa banyak
uang" Kalau sampai habis karena kalah jangan menangis".
Sambil tersenyum aku berkata, "Jangan pikir karena bangsa
Xiongnu menganggapmu dewa perang yang tak terkalahkan, kau
pasti dapat mengalahkanku. Pertama, bangsa Xiongnu tak
mengenalmu seperti aku. Kedua, kita akan bertempur di wilayah
Xiongnu, kalau aku mengunakan pengetahuanku tentang bentang
alam dan cuaca Xiyu, kau pasti akan ketinggalan jauh di
belakang. Ketiga, jangan melupakan kasus Zhao Kuo, berperang
di atas kertas dan berperang sungguhan adalah dua hal yang
amat berbeda, kalau tidak, masa Jenderal Zhao She yang
terkenal di zamannya tak bisa mengalahkan putranya yang
seperti tong kosong nyaring bunyinya?"
Wajahnya langsung berubah menjadi serius, "Alasan terakhir tak
tepat, saat itu, walaupun Zhao She kalah telak dari Zhao Kuo,
namun ia tahu bahwa pada dasarnya, putranya tak bisa
mengalahkannya. Tak perduli bagaimana hasilnya, dalam hati
aku sudah tahu siapa yang menang dan siapa yang kalah. Tapi
kedua alasan pertama sangat masuk akal". Ia mengenggam
kedua tanganku, lalu berbisik di telingaku, "Di dunia ini, hanya
kau seorang yang tak pernah kuwaspadai, sampai begitu
melihatmu untuk pertama kalinya, aku berharap kau akan masuk
ke dalam hatiku. Sebenarnya, ini sesuatu yang aneh. Karena
sejak kecil aku keluar masuk istana, sebenarnya aku adalah
seseorang yang amat waspada, namun aku tahu bahwa kau
pantas kudapatkan dengan segala jerih payah, dan secara
naluriah aku tahu bahwa aku benar".
Hidungku terasa pedih, aku berpaling dan mencium pipinya, lalu
bersandar di bahunya tanpa berkata apa-apa untuk beberapa
saat, setelah itu, sambil tersenyum aku berkata, "Kau sepertinya
memakai siasat perang urat syaraf, sebelum berperang
melemahkan kemauan berperang musuh, apakah kau ingin
membuatku menjadi lemah hati?"
Ia tertawa, "Kau ini bukannya sedang menyisakan jalan untuk
mundur" Kalau kalah kau akan berkata bahwa kau tak mau
membunuh demi reputasimu sebagai orang yang murah hati, dan
menyisakan kekuatan untuk menang lain kali".
Kami dua ekor rubah ini saling tersenyum dengan wajah tak
berdosa, tulus dan murah hati. Dengan enteng aku mengambil
sehelai sutra putih, lalu menuliskan jumlah taruhan di atasnya,
Qubing melihatnya, lalu menulis sebuah jumlah yang besarnya
dua kali lipat di sampingnya.
--------------------Walaupun kekuatan utama Xiongnu telah melarikan diri ke utara
Gurun Gobi, mereka masih merampok di daerah perbatasan
Dinasti Han. Di penghujung musim gugur, lebih dari selaksa
prajurit berkuda Xiongnu masuk ke Dingxiang dan You Beiping,
lalu merampok dan membunuh lebih dari seribu rakyat Han yang
tinggal di perbatasan. Setelah mempertimbangkannya dengan
seksama, Liu Che akhirnya memutuskan untuk mengirim pasukan
ke gurun utara untuk menumpas pasukan Xiongnu.
Huo Qubing semakin sibuk, namun sesibuk apapun, ia selalu
berusaha mencari waktu untuk mendampingiku, kalau dapat
membicarakan masalah di rumah, ia berusaha untuk bekerja di
rumah, para bawahannya menjadi tamu yang sering berkunjung
ke Wisma Huo. Kehamilanku belum nampak, di rumah, kecuali sang bidan serta
tiga atau empat pelayan wanita yang melayaniku, tak ada yang
tahu bahwa aku sudah mengandung. Ketika akhir tahun hampir
tiba, untuk merayakan peristiwa gembira itu, Qubing
memerintahkan agar semua orang diberi hadiah besar, seluruh
wisma penuh kegembiraan, dengan girang, para pelayan
menghiasi wisma dengan meriah, mereka keluar-masuk rumah,
ramai sekali. Permainan perangku dan Huo Qubing di bak pasir pun amat
menarik, saat itu aku berkata bahwa aku mengenal baik dirinya,
tapi lupa bahwa ia juga sangat mengenal diriku. Aku sama sekali
tak lebih unggul darinya, ia memenangkan tujuh atau delapan dari
sepuluh pertempuran, seandainya berperang sungguhan,
ditambah dengan kegagahannya, aku pasti kalah telak.
Belakangan, pikiranku berubah, aku tak lagi berpikir sebagai
diriku, melainkan sebagai Yinzhixie, dan dengan seksama
memikirkan kekuatan pasukan serta bagaimana Yinzhixie
menempatkan dan menggunakan mereka, lalu, dengan
memanfaatkan pengetahuanku tentang bentang alam dan cuaca,
aku berusaha memojokkan pasukan Huo Qubing, sehingga Huo
Qubing pun berkali-kali mengangguk dan memujiku.
Di bak pasir yang kecil itu kami berperang ribuan li, seakan
berperang di seluruh wilayah Xiongnu. Peta milik Dinasti Han
mengandung banyak kesalahan, setiap selesai bertanding, aku
memberitahu Huo Qubing tentang kesalahan-kesalahan itu
dengan teliti, ia pun sangat suka belajar, ia sering minta aku
memberi penjelasan dan bertanya tentang cuaca serta keadaan
di tempat itu, sampai ia hafal di luar kepala.
Para sastrawan hanya melihat bahwa ia berkali-kali menang
perang, tapi berapa orang yang tahu bahwa di balik semua itu ia
berusaha keras seperti ini" Dari Li Guang sampai Gongsun Ao,
para jenderal sering tersesat saat memimpin pasukan, akan tetapi
Qubing sering dapat seorang diri menerobos masuk ke wilayah
musuh sambil membawa pasukan dan bergerak dengan bebas di
dalamnya, lalu menyerang di tempat yang tak terduga. Seorang
Han yang dibesarkan di Chang'an ternyata dapat mengenal
bentang alam di berbagai negara Xiyu dan Xiongnu dengan
begitu baik, entah berapa banyak usaha yang telah
dilakukannya" Huo Qubing menemaniku melihat para pelayan mengantung
lentera, sambil tersenyum, aku menunjuk tulisan yang tertera di
lentera-lentera itu, "Sepertinya, kau akan segera kehilangan
wisma ini" Bukankah huruf 'Huo' itu seharusnya diubah menjadi
'Jin'?" Ia memelukku dari belakang, dagunya mengosok-gosok leherku
dengan lembut, seakan sedang memikirkan hal lain, ia berkata,
"Boleh! Papan nama di depan wisma sekalian ditukar saja
menjadi Wisma Jin. Kau sudah kehilangan cukup banyak uang
karena kalah, apakah sisanya cukup untuk memelihara seisi
wisma ini?" Para pelayan di sisi kami menunduk atau menengadah dengan
penuh perhatian, pandangan mata mereka terpusat pada sebuah
titik di kejauhan, seakan hanya sedang berkerja dengan serius
dan sama sekali tak memperhatikan hal-hal lain.
Sekarang kulit wajahku sudah dilatih oleh Huo Qubing sehingga
menjadi jauh lebih tebal, terutama saat berada di rumah, dan aku
sudah terbiasa dipeluk-peluk olehnya. Kalau ia ingin melakukan
sesuatu, ia sama sekali tak perduli apakah di sekitarnya ada
orang atau tidak. Aku mengibaskan tangannya, lalu mencibir dan
tersenyum, "Setelah ini, begitu keluar rumah orang Wisma Huo
akan dapat langsung dikenali orang".
Dengan asal, ia bertanya, "Kenapa?"
Aku berbalik menghadap dirinya, meniru mimik muka para
pelayan, lalu memusatkan pandanganku ke sebuah titik di
kejauhan, "Mata semua orang sudah menjadi juling, masa belum
jelas juga?" Pandangan matanya menyapu para pelayan yang sedang sibuk
bekerja, lalu kembali memandang ke arahku, ia mencubit
hidungku, lalu mencium mataku, tak bisa menahan tawa, "Kau
juga jangan ikut-ikutan menjadi juling".
Chen Ankang dan Zhao Ponu datang sambil mengobrol dan
tertawa, dan kebetulan melihat adegan ini. Kurasa Chen Ankang
sudah sering mendengar tentang aku dan Huo Qubing, daya
tahannya jauh lebih tinggi dari Zhao Ponu yang berada di
sampingnya, walaupun senyumnya agak dipaksakan, namun raut
wajahnya masih seperti biasa. Namun Zhao Ponu menunduk
sambil menatap ujung sepatunya sendiri, melihat wajahnya, aku
malu bukan kepalang dan hanya berbisik, "Datang lagi seorang
juling", lalu tak kuasa menahan tawa lagi. Dengan asal, aku
membalas penghormatan mereka, lalu pergi sambil tertawa, Huo
Qubing yang berada di belakang diriku pun tertawa tertahan,
setelah batuk beberapa kali, ia berkata, "Mereka sudah
menunggu di kamar baca, ayo pergi ke sana!"
------------------Tahun keempat Yuanshou, awal musim panas. Hari itu amat
panas walaupun musim panas baru saja dimulai.
Seluruh istana Han Agung dipenuhi tekad untuk menumpas
Xiongnu sampai ke sarangnya. Semua jenderal, tak perduli tua
atau muda, berpangkat rendah atau tinggi, berusaha sekuat
tenaga untuk maju terlebih dahulu, berharap dapat ikut serta
dalam serangan terbesar dan terjauh yang pernah dilancarkan
Dinasti Han sampai saat itu, sehingga dapat mengharumkan
nama seluruh negara Han Agung dan mengukir nama mereka
sendiri dalam sejarah. Setelah mempertimbangkannya dengan seksama, Liu Che
memutuskan untuk mengirim tiga ratus ribu prajurit, mereka akan
keluar jauh dari Tembok Besar untuk menumpas kekuatan


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Shanyu dan Raja Bijak Kiri Xiongnu. Ia menunjuk Wei Qing dan
Huo Qubing menjadi panglima perang. Setiap jenderal akan
memimpin lima puluh ribu pasukan berkuda dan akan masuk ke
pedalaman wilayah Xiongnu melalui dua jalan yang berbeda.
Untuk memastikan kemenangan dan mempersatukan seluruh
pasukan, pasukan Wei Qing dipimpin oleh para perwira setengah
baya dan tua yang sudah banyak kali bertempur bersamanya,
sedangkan para prajurit di bawah komando Huo Qubing adalah
para perwira muda usia yang dipilih olehnya sendiri. Pada
mulanya Li Gan memohon agar ia boleh mengikuti ayahandanya
bertempur bersama Wei Qing, namun Liu Che tak setuju
sehingga Li Gan kehilangan kesempatan untuk ikut dalam
serangan ini. Setelah mendengar tentang hal itu, Huo Qubing mohon pada Liu
Che agar Li Gan dijadikan wakilnya, sehingga jika terjadi apa-apa
padanya di pertempuran, Li Gan akan mengantikannya
memimpin pasukan. Tindakan Huo Qubing ini tak hanya sangat
tak diduga oleh Li Gan dan yang lainnya, tapi juga mengejutkan
diriku yang sudah terbiasa dengan sikapnya yang suka berbuat
sesuka hatinya. "Qubing, apakah kau tak khawatir Li Gan tak mau mematuhi
perintahmu" Atau diam-diam bersiasat terhadapmu?" Medan
perang berbahaya, kalau memikirkan bahwa Li Gan akan berada
di sisinya, hatiku semakin bimbang.
"Orang yang dicurigai jangan dipakai, orang yang dipakai jangan
dicurigai. Li Gan adalah seorang perwira yang gagah, sayang
kalau tak dipakai! Pertarungan diam-diam kami di Chang"an
adalah suatu hal, akan tetapi menghadapi bangsa Xiongnu di
medan perang adalah suatu hal lain lagi, Li Gan adalah seorang
Han, ia tak mungkin tak tahu mana yang yang penting bagi
negara. Yu er, kau jangan khawatir, aku Huo Qubing kapan
pernah salah melihat orang?"
Huo Qubing berbicara dengan penuh percaya diri, aku berpikir
sejenak, lalu merasa bahwa perkataannya itu masuk akal, aku
memilih untuk percaya buta pada kemampuan Huo Qubing
melihat orang, dan hatiku bertambah bangga. Ia memuji Li Gan
sebagai seorang lelaki jantan, akan tetapi ia sendiri adalah
seorang jantan diantara lelaki jantan, berani menempatkan
musuh di posisi penting dan tak membuat rencana untuk
mengatasinya kalau Li Gan naik pangkat dan berkuasa karena
hal ini. Kalau pikirannya tak lebih terbuka dari Li Gan, bagaimana
ia dapat memahami pikiran Li Gan" Dan juga bagaimana ia dapat
bertenggang rasa dengan Li Gan"
Setelah sibuk mempersiapkan segalanya, mereka hanya tinggal
menunggu keberangkatan. Untuk misi kali ini, Dinasti Han telah
menghimpun Wei Qing, Huo Qubing, Gongsun He, Li Guang,
Zhao Ponu, Lu Bode dan jenderal-jenderal menonjol lain, boleh
dikatakan bahwa jenderal-jenderal bintang Han Agung semua
berkumpul di satu tempat. Sima Xiangru, salah seorang dari
kedua Sima yang termasyur di Han Agung pun ikut serta,
sastrawan bintang itu akan menulis bagaimana para jenderal
bintang Dinasti Han bersinar cemerlang di langit Xiongnu.
"Pagi-pagi besok kau akan berangkat, cepatlah beristirahat!", aku
menasehati Huo Qubing, ia sedang menelungkup di atas perutku,
mendengarkan, "Dia bergerak lagi".
Aku tertawa dan berkata, "Semakin lama dia semakin nakal, di
malam hari ia sering menendangku sampai aku terbangun, apa
dia tak perlu tidur?"
Dengan pelan ia berkata, "Anak manis, jangan menganiaya
ibumu, kalau tidak ayah tak sayang padamu. Tunggu sampai kau
keluar dan kau boleh bergerak sesuka hatimu".
Sambil tertawa aku mendorongnya pergi, lalu berbalik dan
meniup api lentera hingga padam, "Tidurlah!"
Ia memelukku, untuk beberapa lama ia tak bergerak-gerak, saat
aku mengira ia telah tertidur, tiba-tiba suaranya terdengar, "Yu er,
maafkan aku karena meninggalkanmu seorang diri di Chang"an.
Kali ini perjalanan sangat jauh, kalau semuanya berjalan dengan
cepat, jangan-jangan aku baru dapat pulang tiga atau empat
bulan lagi". Aku mengenggam tangannya, "Jangan khawatir! Masa kau tak
kenal watakku" Masa kau masih khawatir ada orang yang dapat
menganiayaku" Lagipula, di rumah ada Paman Chen, di istana
ada permaisuri. Pusatkan perhatianmu untuk mengalahkan
bangsa Xiongnu! Yinzhixie tak bisa ditundukkan dengan begitu
mudah". Tangannya membelai perutku, "Sudah hampir empat bulan, tapi
kenapa tubuhmu masih tak banyak berubah?"
Aku tertawa dan berkata, "Apa jeleknya" Kata tabib, aku memang
tak terlalu kelihatan, tapi jangan-jangan sebentar lagi akan sangat
terlihat". Kepalaku menyusup ke dalam pelukannya, lalu aku
menggerutu, "Celaka, saat kau pulang, tentu tepat pada saat aku
kelihatan paling jelek. Aku akan bersembunyi darimu, setelah
anak kita lahir, kita baru bertemu lagi".
Ia tertawa terbahak-bahak, "Kulihat bahwa kau tak berusaha
berdandan, kukira kau tak perduli. Jangan takut, matahari padang
pasir sangat beracun dan terik, ketika pulang aku tentu sudah
sehitam belut, kalau kau tak menolakku, aku juga tak akan
menolakmu", ia menghela napas dengan pelan, lalu menciumku
dengan lembut, "Untung saja hanya empat bulan, aku masih
punya waktu untuk melihatmu melahirkan, kalau tidak aku pasti
khawatir sekali". "Kalau pulang pun kau tak akan dapat melihatnya dilahirkan, lakilaki tak boleh berada di sisi kami, katanya wanita yang sedang
melahirkan itu kotor, dan dikhawatirkan dapat membawa nasib
buruk, oleh karenanya laki-laki hanya menunggu di luar saja".
Dengan sikap merendahkan, ia mendengus, "Wanita yang kau
cintai melahirkan anak bagimu, mana mungkin membawa nasib
buruk, yang ada hanya seluruh rumah penuh kebahagiaan. Nanti
aku pasti akan berjaga di sisi dipan untuk mendampingimu".
Dadaku terasa hangat, dan juga terasa pedih. Bagaimana aku
bisa melepasnya pergi" Bagaimana aku bisa tak ingin ia
mendampingiku" Dan bagaimana aku bisa tak khawatir" Namun
cinta tak boleh menjadi belenggu, sebelum bertemu, kami adalah
burung-burung yang terbang sendirian, setelah bersama, kami tak
boleh membuat pasangan kami terbang lebih lambat, atau
terbang rendah menemani kami, melainkan harus menjadi
sepasang burung biyi, yang mengajak pasangannya terbang lebih
tinggi dan mendampinginya, sehingga cita-cita dan mimpinya
dapat menjadi kenyataan. Oleh karenanya, aku harus
membuatnya pergi dengan tenang, dan memberitahunya bahwa
aku dapat menjaga diriku dan anak kami yang akan lahir dengan
baik. Setelah air mataku mengering, dengan riang aku tertawa dan
berkata, "Kau pikir aku akan melepaskanmu" Kata orang
melahirkan sakit sekali, terutama ketika melahirkan anak pertama,
aku pasti ingin kau melihatnya, mungkin kalau sakit sekali, aku
akan mengigitmu, kalau harus kesakitan kita akan bersakit-sakit
bersama". Ia mengiyakan, "Bersakit-sakit bersama, bersenang-senang
bersama". Aku berpikir bahwa ia harus pergi pagi-pagi keesokan harinya,
maka aku berpura-pura lelah, lalu menguap sambil menutupi
mulutku, ia pun segera berkata, "Ayo tidur!" Aku memejamkan
mataku, mendengarkan napasnya perlahan-lahan menjadi tenang
dan panjang. Aku membuka mataku dan dengan termenung-menung
memandangi profil wajahnya yang nampak jelas dari samping.
Qubing, kau harus pulang tanpa kehilangan selembar rambut
pun, harus. Pagi harinya, setelah melepas Huo Qubing, aku pindah ke
kediaman Hong Gu, aku tak tahan tinggal di Wisma Huo kalau ia
tak berada di situ, bagaimanapun juga, aku istri yang bukan istri,
tamu yang bukan tamu, kalau tinggal di rumah itu, aku dianggap
siapa" Wisma itu penuh orang yang sering menjadi mata-mata dan
banyak bergunjing, aku malas menghadapi berbagai mata yang
diam-diam mengawasiku. Paman Chen ternyata amat bersimpati
padaku, ia tak berkata apa-apa dan hanya memerintah bidan,
gadis-gadis pelayan yang biasa melayaniku, juru masak dan
beberapa orang pengawal mengikutiku, rombongan yang besar
itu membuat Hong Gu terkejut dan tertawa.
Aku memperhatikan halaman itu, lalu dengan puas, aku
mengulet, "Masih lebih enak di rumah sendiri".
Hong Gu menghela napas, "Bagaimana dengan Wisma Huo?"
Aku tersenyum dan berkata, "Kalau ada Qubing, rumah, kalau ia
tak ada, bukan rumah".
Hong Gu membantu menyingkirkan ranting-ranting yang jatuh di
depanku, "Kau bertemu dengan Jenderal Huo, entah suatu
keberuntungan atau kemalangan".
Sambil tersenyum lebar, aku melangkah ke hadapannya, lalu
menunjuk wajahku sendiri dan menyuruhnya memperhatikannya,
"Lihatlah! Kau lihat atau tidak" Apa ini" Lain kali jangan bicara
seperti ini lagi". Hong Gu cepat-cepat tersenyum dan berkata, "Sudah lihat, sudah
lihat". Ia melirik perutku, "Entah anak ini nanti akan seperti siapa"
Tapi tak perduli seperti siapa, ia akan jadi seorang setan kecil.
Asalkan ia tak mewarisi kelihaian kalian berdua saja, kalau tidak,
bukankah ia akan merepotkan orang lain?"
Sebelumnya saat di Wisma Huo, semua gadis pelayan tak bisa
membaca, sekarang, ditemani Hong Gu suasana jauh lebih
menarik. Membaca buku, memetik Qin, main catur, atau
mengobrol tentang kejadian-kejadian menarik di Chang'an, harihari pun berlalu dengan tenang dan nyaman. Ketika bercakapcakap, kadang-kadang kami membicarakan masa lalu, aku tak
punya perasaan apa-apa, namun Hong Gu sangat merindukan
masa jaya Luoyu Fang dahulu. Ketika berbicara tentang Fang Ru,
Hong Gu menghela napas dengan pelan, "Menurutku ia bukan
seorang yang tak tahu terima kasih, tapi sekarang kalau
melihatku ia berusaha menghindar, kadang-kadang, kalau
bertemu muka, ia berpura-pura tak melihatku".
Aku tertawa dan berkata, "Kawin dengan ayam ikut ayam, kawin
dengan anjing ikut anjing, kawin dengan pikulan dibawa pergi. Li
Yannian punya ganjalan terhadapku, dahulu ketika hubunganku
dengan Li Yan baik, tak apa-apa, namun sekarang hubunganku
dengannya tak baik, Fang Ru tak bisa melawan semua orang di
keluarga suaminya". Hong Gu cepat-cepat menutupi mulutku, "Adikku yang baik, kalau
bicara hati-hati sedikit, kenapa sekarang masih menyebut nama
kecilnya?" Aku mendengus dengan dingin, "Apakah aku menyebut nama Li
Yan atau tidak tak akan mempengaruhi sikapnya padaku".
Dahulu, karena iba padanya, aku selalu mengalah, namun ia
terus menekanku, sehingga perasaanku terhadap dirinya telah
menjadi hambar. Akan tetapi, karena sumpah berbisa itu,
walaupun aku telah mencengkeram urat nadinya, aku masih tak
dapat berbuat apa-apa. Apa artinya hidupnya dibandingkan
dengan hidup Huo Qubing dan Jiu Ye"
Namun, walaupun aku menaati sumpahku, ia masih tak bisa tak
mengkhawatirkan diriku, pada mulanya ia hanya ingin
memaksaku meninggalkan Huo Qubing dan meninggalkan
Chang'an, sekarang, kurasa ia pun sudah tak punya perasaaan
apapun terhadap diriku, seandainya ia dapat lebih cepat
memojokkanku, ia akan lebih cepat merasa lega. Saat ini Qubing
tak ada di Chang'an, dan aku sedang mengandung, maka aku
hanya dapat menyembunyikan diri.
Hidup manusia memang seperti ini, semakin berusaha
bersembunyi, justru semakin tak bisa bersembunyi. Yang kutakuti
adalah Li Yan, dan ia justru menemukanku.
Li Yan memerintahkan agar aku datang ke istana untuk
mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Walaupun Li Yan
disayang oleh kaisar, namun ia masih seorang selir, tak dapat
dibandingkan dengan permaisuri, tak dapat menerima ucapan
selamat ratusan pejabat dan hanya dapat merayakannya dengan
perjamuan kecil diantara wanita-wanita istana, akan tetapi,
semakin kecil pesta itu, aku semakin khawatir.
Hong Gu berkata, "Perjamuan ini tak baik, lebih baik kau pergi ke
istana dan minta bantuan permaisuri untuk menolaknya".
Sambil tersenyum getir aku menggeleng-geleng, Paman Chen
menghela napas, "Walaupun kita tak tahu apakah permaisuri
sudah tahu bahwa Nona Jin sudah mengandung, tapi permaisuri
selalu perduli pada Nona Jin, saat ini Jenderal Huo sedang tak
ada di sini, tentunya permaisuri khawatir kalau Nona Jin pergi ke
istana seorang diri, kalau dapat menolak, ia pasti sudah
menolaknya, tentunya kaisar telah menyetujuinya, dan oleh
karenanya permaisuri tak dapat berkata apa-apa?"
Aku memandangi tubuhku, "Sekarang kehamilanku sudah
nampak dan tak bisa disembunyikan. Mungkin Li Yan telah
mendengar desas-desus dan sengaja mengundangku ke istana
untuk melihatku. Kata tabib, kehamilan tiga bulan pertama paling
berbahaya, sangat mudah keguguran, aku sudah berhasil
menyembunyikannya dari mereka untuk begitu lama, beberapa
bulan sudah berlalu dengan tenang, aku pun sudah puas".
Tiba-tiba, Paman Chen berlutut dan bersujud di hadapanku,
"Nona Jin, pelayan tua ini mohon agar anda menjaga diri anda
baik-baik. Kalau terjadi sesuatu, anda harus menahan diri demi
anak ini, tak perduli seberapa besar kekesalan anda, anda harus
menunggu jenderal pulang dan baru melampiaskannya".
Aku tak tahu harus tertawa atau menangis, sambil menghindar
aku berkata, "Aku adalah ibu anak ini, aku lebih cemas
dibandingkan dengan dirimu, kau tak perlu berkali-kali
memperingatkanku. Apakah menurutmu aku sangat keras kepala
dan semberono?" Paman Chen amat malu sehingga ia tak dapat berkata apa-apa,
aku mendengus dengan pelan, hanya karena aku tak meyakinkan
Huo Qubing untuk menikahi seorang putri, di mata mereka aku
menjadi seseorang yang sama sekali tak tahu mana hal yang
penting dan tak penting. Hong Gu mengenggam tanganku, lalu tersenyum pada Paman
Chen dan berkata, "Walaupun kadang-kadang Yu er keras
kepala, tapi ia bukan seseorang yang sama sekali tak bisa
membedakan mana hal yang penting dan yang tak penting".
Dengan tak berdaya, aku memandang Hong Gu, ia sedang
memujiku, atau sedang menghibur Paman Chen" Jangan-jangan
ia malahan membuat Paman Chen makin bimbang. Sekarang aku
dianggap seorang penjahat yang tertangkap basah, yang sulit
untuk dipuji. Saat itu puncak musim panas, di sepanjang jalan, udara amat
panas, hampir tak tertahankan. Sebelum sampai di tempat
perjamuan, angin sejuk menerpa wajahku, aku mendengar suara
air bergemericik dan segera merasa segar.
Li Yan memang pandai menikmati hidup, ia menyuruh orang
mendirikan sebuah kincir air untuk mengangkat air kolam yang
diberi es, air itu lalu turun melalui kisi-kisi bambu yang telah


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipersiapkan sebelumnya, suaranya bergemericik seakan sedang
turun hujan. Pesta itu diselenggarakan di tengah tirai hujan itu.
Hujan air es itu tak hanya mengusir panas tapi juga membuat
suasana makin menarik. Ada serombongan wanita yang
menikmati keindahan bunga dari balik tirai air, ada yang bermain
air, ada yang bermain catur di dekat tirai air, dan ada pula yang
menaruh anggur dan buah-buahan lain di es yang terletak di
bawah tirai air, kadang-kadang mereka memakannya, suasana
benar-benar nyaman. Ketika gadis-gadis yang belum menikah melihat tubuhku, dan
melihat bahwa gaya rambutku masih sama dengan mereka, yaitu
gaya rambut seorang gadis yang belum menikah, mereka tak
kuasa menahan rasa heran dan mencuri-curi pandang ke arahku,
banyak ibu-ibu memandangku dengan sikap merendahkan dan
cepat-cepat menyingkirkan anak gadis mereka, mereka tak mau
gadis-gadis mereka melihatku, seakan kalau lama-lama
melihatku, gadis-gadis itu juga akan hamil sebelum nikah seperti
diriku. Ada yang bersikap sopan atau mungkin tak berani bersikap
kurang ajar padaku karena suami-suami mereka, mereka
mengangguk dan tersenyum padaku, atau memberi salam lalu
cepat-cepat menghindar. Aku bagai wabah penyakit, begitu aku
berjalan ke suatu tempat, semua segera cepat-cepat menghindar.
Dengan santai aku mengambil buah anggur dari air dan
melahapnya, begitu melihat pemandangan ini, Li Yan seharusnya
girang. Akan tetapi aku benar-benar mengecewakannya,
melihatku seperti ini, jangan-jangan ia tak senang. Aku tumbuh
besar di Gurun Gobi yang tandus, tak rapuh dan manja, hal
seperti ini tak bisa melukaiku.
Ketika sedang asyik makan, tiba-tiba aku melihat seseorang yang
sudah akrab denganku berdiri sendirian di sebuah pojok.
Tentunya Li Yan amat benci pada gadis penari Xiyu yang saat itu
mengkhianatinya itu, tapi ia sengaja mengundangnya, apa yang
hendak ia lakukan" Sambil makan anggur, aku berjalan ke arahnya, ketika melihatku,
wajahnya nampak jengah, aku memberinya anggur, "Kau nampak
cantik sekali memakai baju Han".
Ia menghormat padaku, "Selama ini, aku sering mendengar
Richan berbicara tentang kalian dan aku sangat ingin bertemu
denganmu, tapi tak mudah bagi kami untuk menemuimu,
kudengar Richan berkata bahwa Jenderal Huo sangat
melindungimu, sehingga pelayan biasa di Wisma Huo pun tak
bisa melihatmu. Tak nyana, kau telah mengandung, kalau Richan
tahu, ia pasti akan sangat girang".
Aku tersenyum sambil memandangnya, aku merasa amat
tersentuh, "Kau memanggilnya Richan, apakah ia
memperbolehkanmu memanggilnya demikian" Kalau begitu,
bukankah aku harus memanggilmu kakak ipar?"
Kedua pipinya memerah, namun sikapnya santai, "Panggil saja
aku Wei Ji". "Baiklah! Panggil aku Yu er, Xiao Yu juga boleh".
Aku melirik cincin kumala di jarinya, aku terkejut dan segera
mengenggam tangannya untuk memperhatikannya, melihat
wajahku, ia berkata dengan suara pelan, "Hari ini ketika aku
keluar rumah, Richan mencopotnya dari jarinya sendiri, lalu
menyuruhku memakainya, mula-mula aku tak tahu kenapa,
sekarang......" Mata wanita yang selalu bersikap dingin itu
memerah. Cincin itu adalah peninggalan kakek Richan, sejak kecil ia tak
pernah menanggalkannya, namun ia sengaja menyuruh Wei Ji
membawanya ke perjamuan ini, ia memintaku untuk melindungi
wanita sebatang kara yang mengembara di tempat asing ini.
Aku memukul-mukul punggungku sendiri, Wei Ji segera bertanya,
"Apa kau ingin duduk sebentar?" Ia membantuku mencari tempat
duduk, namun semua tempat duduk yang nyaman sudah diduduki
orang, masih ada beberapa tempat duduk di pojok, namun tak
ada yang dapat diduduki dua orang bersama-sama. Sambil
tersenyum, Wei Ji menunjuk tempat duduk yang kelihatannya
lebih baik, "Ayo duduk di sana! Aku tak ingin duduk, aku bisa
mengobrol denganmu sambil berdiri".
Aku meringis ke arahnya, lalu menarik tangannya dan langsung
membawanya ke tempat duduk terbaik di tempat itu, wanitawanita yang sedang mengobrol dan bersenda-gurau di tempat itu
pun langsung terdiam, dengan heran mereka melihat ke arah
kami, setelah aku sampai di sisi mereka, beberapa orang diantara
mereka tiba-tiba berdiri, lalu cepat-cepat pergi dengan wajah
muak dan menghina. Aku tersenyum ke arah Wei Ji sambil membuat isyarat tangan
yang dipakai para pengembala di padang rumput kalau menang
pacuan kuda, setelah itu aku memanggilnya dengan suara pelan,
merapikan gaunku dan duduk. Wei Ji duduk di sisiku, sambil
menutupi mulutnya, ia tersenyum.
Sekarang para wanita itu sudah tahu apa yang dahulu kulakukan,
setelah memperhatikanku, mereka menatapku dengan penuh
kebencian, namun mereka tak berani bersikap tak sopan, dan
hanya bersikap makin angkuh terhadapku, dengan suara yang
seakan pelan, namun jelas dapat didengar olehku, mereka
berkata, "Kabarnya dahulu dia pemilik rumah hiburan! Ia khusus
menghibur lelaki, tak heran ia begitu tak tahu malu".
Aku berpaling dan tersenyum ke arah Nyonya Jiang yang sedang
mengipasi dirinya sendiri, "Nyonya ini belum mendengar
semuanya! Masa kau tak tahu bahwa Nyonya Li berasal dari
rumah hiburanku?" Dalam sekejap, wajahnya menjadi seputih salju, dari rumah
hiburan paling sukses dalam menghibur lelaki muncul seorang
wanita yang kecantikannya meruntuhkan negara. Nyonya Jiang
yang ingin menghinaku melupakan hal ini.
Dengan dingin pandangan mataku menyapu wajah wanita-wanita
lainnya, walaupun tak ingin melakukannya, mau tak mau mereka
menunduk. Dengan suara lirih, Wei Ji berkata, "Mereka takut padamu?"
Sambil tersenyum aku menggeleng-geleng, "Yang mereka takuti
adalah Qubing, dan mungkin"..Nyonya Li. Kau tentunya sudah
sedikit banyak mendengar tentang watak Qubing, Walaupun
mereka adalah istri para pejabat sipil dan suami-suami mereka
tak berada di bawah komando Qubing, namun kaisar lebih
menganggap penting pejabat militer daripada pejabat sipil,
bagaimanapun juga, mereka tak berani mempertaruhkan masa
depan dan hidup suami-suami mereka hanya untuk bertengkar
denganku. Dan aku?".", aku mendengus dengan dingin,
"Perjamuan hari ini tentunya adalah Perjamuan Hongmen.
Karena walaupun mengaku kalah aku masih tak bisa mundur,
maka aku tak usah sungkan lagi dan sekalian menakut-nakuti
setan-setan kecil ini agar pergi saja".
Ketika aku sedang berbicara, Li Yan dan Permaisuri Wei masuk
sambil bergandengan tangan, di belakang mereka nampak Selir
Yin yang baru-baru ini diberi gelar oleh Liu Che. Pandangan mata
Li Yan dan Permaisuri Wei berdua jatuh di perutku, namun
mereka berdua berlagak tak melihatnya dan mengalihkan
pandangan mata mereka, lalu menerima sembah sujud para
hadirin. Namun Selir Yin justru tersenyum ke arahku, dengan
pelan ia berkata, "Selamat".
Li Yan selalu dengan sopan bertanya dahulu kepada Permaisuri
Wei, hendak melihat tarian apa, atau hendak main permainan
minum arak apa, namun sambil tersenyum, Permaisuri Wei
menampik, "Hari ini kaulah yang berulang tahun, tentu saja
kaulah yang harus menentukan segalanya, aku hanya tamu saja".
Setelah Li Yan berunding dengan Selir Yin dan beberapa wanita
lain, mereka akhirnya memutuskan untuk bermain dengan bilah-
bilah bambu bergambar bunga, dayang-dayang pelayan Li Yan
menjadi pemimpin permainan. Para tamu bermain dengan penuh
semangat dan berusaha membuat Li Yan tertawa, sehingga
seluruh aula itu penuh kegembiraan.
Ketika suasana sedang hangat, pejabat istana datang
menyampaikan titah, mereka mengusung sebuah dudukan dari
kayu Tan yang diselimuti sehelai kain satin merah tua
bersulamkan burung Hong. Di atasnya berdiri sebuah pagoda
kumala bertingkat sembilan yang berkilauan. Batu kumala utuh
sebesar itu langka, ditambah dengan seni ukiran yang digunakan
untuk membuatnya, benda itu benar-benar sebuah harta karun
yang sulit ditemui di dunia.
Nampaknya Liu Che telah berusaha keras untuk mendapatkan
hadiah ulang tahun ini, semua orang tercengang melihatnya,
pandangan mata mereka yang melihat ke arah Li Yan pun makin
penuh rasa kagum. Sambil tersenyum lebar, Li Yan memerintah
para pelayan istana menaruh pagoda kumala itu di tengah
perjamuan, sehingga semua orang dapat mengaguminya.
Liu Bo yang jalannya masih tertatih-tatih berjalan dengan
terhuyung-huyung ke depan untuk menghadiahkan persik
panjang umur pada sang bunda, seperti seorang dewasa mungil,
dengan amat sopan ia bersujud memberi hormat dan
mengucapkan selamat, namun karena hanya menghafalkannya,
di tengah ucapan selamat itu ia tiba-tiba lupa kata-kata yang
harus diucapkannya, sambil menelan ludah dan menghisap ibu
jarinya, ia berpaling untuk minta tolong pada Liu Ju, sang putra
mahkota yang berada di belakangnya, dengan suara lirih, Liu Ju
pun mengingatkannya, akan tetapi, ia semakin tegang dan
semakin tak bisa bicara, ia memandang ke sekelilingnya, melihat
pandangan mata para hadirin yang menatapnya sambil
tersenyum, lalu menarik bibirnya dan menyusup ke dalam
pelukan sang kakak, menyembunyikan kepalanya, tak
memperbolehkan kami melihatnya.
Sepasang kakak beradik yang sangat lucu, diriku yang
memandang segalanya dengan hambar pun mau tak mau
tersenyum. Sambil tersenyum, Permaisuri Wei menggeleng,
namun walaupun Li Yan tersenyum, sinar matanya dingin,
pelayan wanita di sisinya cepat-cepat menarik Liu Bo dari pelukan
Liu Ju dan mengendongnya pergi. Aku diam-diam menghela
napas, di keluarga Sang Putra Langit, mana ada kakak beradik
biasa" Walaupun pikiran mereka masih polos, ibu-ibu mereka tak
akan memperbolehkannya. Kotak bilah bambu jatuh di tangan Nyonya Jiang yang
sebelumnya bertengkar denganku, ia mengambil sebilah bambu
dan memberikannya pada pemimpin permainan, sang pemimpin
tersenyum dan membacanya, "Bilah bambu bunga peoni, orang
yang menarik bilah bambu ini dapat memerintah siapapun di
perjamuan ini untuk melakukan suatu hal". Setelah membacanya,
ia segera menaruh bilah bambu itu ke dalam kotak.
Sambil tersenyum kalem, Permaisuri Wei melihat ke arah Nyonya
Jiang, seakan dengan bimbang, Nyonya Jiang berpikir sesaat,
pandangan matanya menyapu wajah kami, lalu jatuh di wajah
Wei Ji, "Sampai saat ini aku sulit melupakan gerakan tarian cinta
nyonya di pesta itu, aku hendak mohon nyonya menarikannya
sekali lagi untuk kami".
Kedudukan Wei Ji bak bumi dan langit dibandingkan dengan
dahulu, walaupun ia dilahirkan di tengah keluarga sederhana, dan
juga bukan orang Han, namun bagaimanapun juga, saat ini ia
telah menjadi selir seorang bangsawan bergelar Guanglu. Aula itu
penuh penari, namun Nyonya Jiang tak menyuruh mereka menari
dan sengaja menyuruh Wei Ji menari untuk menyindir diriku yang
saat itu memperebutkan Huo Qubing dengannya, dan sekaligus
menggunakannya untuk menghina Wei Ji.
Sambil tersenyum tipis, aku memandang sang pemimpin
permainan, ketika dayang-dayang itu beradu pandang denganku,
di matanya nampak rasa jeri, ia pun melengos. Bagaimanapun
juga, mereka masih agak takut padaku, tapi terhadap Wei
Ji"..wajah Wei Ji menjadi merah padam, lalu perlahan-lahan
kembali seperti biasa, di bawah meja, ia mengenggam tanganku,
lalu dengan perlahan bangkit dan mulai menari.
Li Yan tersenyum ke arahku, lalu menuang secawan anggur dan
meminumnya. Ketika Permaisuri Wei mendengar bahwa Nyonya
Jiang memilih Wei Ji, wajahnya nampak lega, ia lalu dengan
santai berpaling dan berbicara pada Liu Ju. Dalam benakku
sekonyong-konyong muncul sebuah perkataan, orang yang paling
mengenalmu adalah musuhmu.
Gerakan tarian Wei Ji lincah dan anggun, membuat orang
tergerak, namun semua orang tercengang, menertawakannya,
merendahkannya, atau makan sambil menunduk, tak berani
mencari masalah, tak ada yang benar-benar melihat tariannya,
hanya Liu Bo yang berada dalam pelukan ibu susunya yang
menontonnya dengan penuh perhatian, di bagian tarian yang
indah, ia tertawa cekikikan sambil bertepuk tangan, lalu meronta-
ronta hendak turun dari pangkuan sang ibu susu agar ia dapat
berdiri untuk menontonnya.
Wei Ji berputar-putar mengikuti irama lagu pengiring tarian, aku
melihat dua atau tiga butir manik-manik bergulir entah dari mana,
sebelum aku sempat berkata "hati-hati", Wei Ji sudah menginjak
manik-manik itu, tubuhnya terhuyung ke belakang, tanpa sadar,
tangannya berpegangan pada sesuatu, karena tergesa-gesa, ia
merengut kain sutra merah alas pagoda kumala, begitu tubuhnya
menyentuh tanah, pagoda kumala yang berkilauan itu pun pecah
berkeping-keping. Ketika Liu Bo yang sedang menonton melihat Wei Ji terjatuh,
dengan terhuyung-huyung, ia berjalan ke depan, hendak
memayangnya, untung saja wanita yang berada di sisinya cepat
gerakan tangannya, wanita itu menarik Liu Bo, namun walaupun
demikian, serpihan batu kumala mengores lengan Liu Bo,
tangannya pun berlumuran darah. Para dayang-dayang dan sang
ibu susu kebingungan dan berseru-seru memanggil tabib istana.
Menghancurkan pagoda kumala yang dihadiahkan kaisar pada
istrinya adalah kesalahan berat, namun kali ini ia juga melukai
seorang pangeran, kesalahannya pun bertambah berat. Sambil
menunduk, Li Yan memeriksa luka Liu Bo, setelah menyeka
darah hingga bersih, ia menemukan bahwa Liu Bo hanya terluka
di dua tempat, rasa jeri di matanya pun memudar, namun
wajahnya nampak makin panik, air matanya berlinangan, dengan
bengis, ia memarahi para dayang dan sang ibu susu.
Napasku yang tertahan sekarang dengan perlahan terlepas,
untung saja, untung saja tak terjadi suatu masalah besar. Tapi
walaupun demikian?".jantungku berdebar-debar, aku berpaling
memandang ke arah Wei Ji, selurah aula ribut, namun ia hanya
berlutut di lantai dengan tenang, walaupun wajahnya pucat pasi,
raut wajahnya sangat tenang. Ia menanggalkan cincin kumala
dari ibu jarinya, dengan cepat menaruhnya dalam tanganku, lalu
berbisik, "Wei Ji tak beruntung, mohon beritahu Richan, walaupun
terlunta-lunta di negeri asing, dapat berjumpa dengannya adalah
keberuntungan dalam hidupku, tak usah merindukanku".
Li Yan melirik Wei Ji, mengendong Liu Bo, lalu memandang
serpihan-serpihan pagoda kumala di lantai dan berkata pada
Permaisuri Wei, "Aku menyerahkan segalanya pada Permaisuri".
Wei Ji telah mengkhianati Li Yan, ia pasti akan membunuhnya.


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kejadian-kejadian hari ini nampaknya seluruhnya kesalahan Wei
Ji, dan keduanya adalah kesalahan besar, tak ada gunanya bagi
Permaisuri Wei untuk bertengkar dengan Li Yan hanya untuk
melindungi seorang penari Xiyu yang tak ada hubungannya
dengan dirinya. Permaisuri Wei memandang Wei Ji, tapi seakan tak melihatnya,
dengan hambar ia berkata, "Kita akan menuruti peraturan istana,
orang yang melukai pangeran akan dicambuk seratus kali dahulu,
sedangkan mengenai masalah pagoda kumala, walaupun
peristiwa ini terjadi di istana belakang, hamba merasa bahwa hal
ini seharusnya diputuskan oleh kaisar". Li Yan mengangguk.
Dicambuk seratus kali! Dihukum seperti itu, Wei Ji pasti akan
mati, mana ada kesudahannya" Li Yan menghibur Liu Bo, namun
matanya memandangku dengan sikap menantang. Bibi Yun yang
berdiri di belakang permaisuri menggeleng ke arahku, ketika
Permaisuri Wei memandang ke arah diriku, matanya melihat ke
perutku dengan sikap memperingatkan.
Tanganku mengenggam cincin Richan erat-erat, begitu erat
hingga tanganku terasa nyeri. Demi anak aku harus menahan diri,
harus menahan diri?"saat Richan memberi cincin ini pada Wei
Ji, ia pasti tak menyangka bahwa aku telah mengandung, aku
juga harus mengurus seorang manusia kecil yang lemah, setelah
kejadian ini berlalu, ia pasti dapat memahami keadaanku saat ini.
Lagipula, hari ini nasib begitu buruk, Li Yan sendiri pun tak
menyangka bahwa jebakannya berhasil dengan begitu sempurna
dan menyeret sang pangeran ke dalamnya, walaupun lukanya
ringan, kesalahan yang ditimpakan sangat besar.
Wei Ji ditarik keluar oleh para pengawal istana, ia memejamkan
matanya, wajahnya tenang.
Di satu pihak, aku tak henti-hentinya mencari seribu satu alasan
untuk menahan diri, namun di lain pihak juga tak henti-hentinya
bertanya pada diriku sendiri, kalau hari ini aku membiarkan Wei Ji
mati, apakah setelah itu aku dapat hidup dengan hati tenang"
Apa bedanya aku dan Li Yan yang makin lama makin kejam"
Dahulu aku membenci Yinzhixie karena ia mengkhianati temantemannya, bukankah ini juga semacam pengkhianatan"
Sekonyong-konyong, aku berkata, "Tunggu dulu". Dengan tak
berdaya, Permaisuri Wei memandang ke arahku, namun Li Yan
pura-pura tak mendengarnya dan tersenyum penuh kepuasan, ia
mengangguk-angguk ke arahku, Jin Yu, kau tak
mengecewakanku, selamat datang dalam jebakan.
Aku berlutut di hadapan Permaisuri Wei dan Li Yan, "Walaupun
Wei Ji bersalah, namun ia bukan penyebab kejadian itu".Aku
membuka telapak tanganku, sebutir manik-manik jasper berada di
dalamnya. Saat itu, di tengah kekacauan, aku memungut manik-manik itu,
sebenarnya barang bukti ini sangat lemah, begitu lemah hingga ia
seakan menarikku ke dalam lumpur, dan tak bisa ditarik keluar
oleh siapapun, "Saat itu ketika Wei Ji menari, hamba melihat ada
beberapa butir manik-manik semacam ini bergulir ke kakinya,
oleh karenanya, ia pun terjatuh".
Li Yan melirik manik-manik itu tanpa berkata apa-apa, dayangdayangnya berkata, "Para pangeran dan putri sering bermain
dengan manik-manik kumala semacam itu, masa kau bermaksud
mengatakan bahwa"..", tiba-tiba ia menutup mulutnya, lalu
berlutut dan bersujud, "Hamba patut mati".
Li Yan menamparnya, lalu membentaknya, "Budak hina, kau
beraninya bicara sembarangan!" Li Yan memandang ke orangorang di sekelilingnya, "Selain Jin Yu, siapa lagi yang melihat
manik-manik semacam ini bergulir ke arah kaki Wei Ji?" Semua
orang menggeleng keras-keras.
Tanpa berkata apa-apa, Li Yan memandang ke arah Permaisuri
Wei, sekarang perkara ini tak dapat diselesaikan hanya dengan
membunuh Wei Ji, karena sebutir manik-manik, tuduhan tertuju
ke arah para pangeran dan putri di tempat itu, siapa yang karena
cemburu hendak menghancurkan pagoda kumala yang
dihadiahkan oleh kaisar pada Nyonya Li" Dan melukai pangeran
kecil" Senyum sinis muncul di bibir sang permaisuri, "Perkara ini
akan diselidiki sampai ke dasarnya, sekarang bawa Wei Ji ke
tahanan dulu". Li Yan memandang Permaisuri Wei tanpa
berkedip, Permaisuri Wei masih tersenyum sinis, lalu kembali
berkata, "Bawa Jin Yu pergi dan jaga dia baik-baik".
"Klang!", sipir mengunci pintu sel. Air mata bercucuran dari mata
Wei Ji, "Xiao Yu, untuk apa kau melibatkan dirimu sendiri?"
Aku menarik tangannya, lalu memakaikan cincin kumala itu
padanya, " Karena Richan memberikannya sendiri padamu, kau
harus mengembalikannya padanya sendiri".
Barusan ini, ketika menghadapi maut, wajah Wei Ji tenang,
namun saat ini air matanya jatuh berderai-derai, aku menyeka air
matanya, lalu memperhatikan sel itu, "Sedikit lebih baik dari yang
kubayangkan". Wei Ji segera bangkit dan mengumpulkan jerami di lantai, lalu
menumpuknya menjadi sebuah tumpukan tebal, ia minta aku
duduk di atasnya, "Sel ini tak pernah mendapatkan sinar matahari
sepanjang tahun, hawa dari lantai sangat jahat".
Aku mengelus perutku, dalam hati aku berkata, maafkan aku,
ayahmu belum lama pergi dan aku tak bisa mengurusmu sampai
kau masuk ke penjara. Aku selalu menganggap Li Yan sebagai
musuh keluarga Wei dan sama sekali tak menganggapnya
musuhku, tapi mulai hari ini, diantara kita berdua sama sekali tak
ada perasaan apapun. Ternyata ia membuat jebakan di dalam
jebakan, sebenarnya jebakan ini ditujukan ke mana" Kalau Li Yan
hendak menyerang Liu Ju dan Permaisuri Wei dengan perkara
ini, jurus yang dimainkannya terlalu ringan, sebenarnya, apa yang
hendak ia lakukan" Sekarang aku sama sekali tak bisa
melihatnya dengan jelas. Dua hari berlalu, tak terjadi apa-apa. Kurasa Paman Chen dan
Hong Gu sudah membuat keributan dan mencari cara untuk
menjengukku, namun mereka belum muncul, nampaknya perkara
ini sangat serius. Makanan kami sudah jauh lebih baik dari makanan tahanan lain,
namun tak lebih dari makanan babi dibandingkan dengan
Jentera Bianglala 3 Pusaka Tongkat Sakti Karya Tjoe Beng Siang Petaka Seorang Pendekar 2
^