Pencarian

Paranormal 2

Paranormal Karya Maria Fransiska Bagian 2


Ray merenung sejenak. "Aku tidak mengerti. Seandainya nyonya Aldo demikian penting bagi kalian, mengapa saat itu kalian membiarkan dia keluar seorang diri?"
"Tadinya aku tidak menyangka ada sekelompok orang yang ingin mencari persengketaan dengan pihak kami."
"Tapi, nyonya Aldo?"
"Jangan banyak bertanya dulu, yang penting sekarang kau rundingkan hal ini baik-baik dengan pihak 'Tiga Naga'. Urusan lainnya, perlahan-lahan kau akan mengerti sendiri." Sarah melirik arloji tangannya yang mahal. "Waktunya sudah hampir tiba. Sebaiknya kau melakukan tugas ini mengikuti perkembangannya."
Mereka segera berpencar keluar dari gudang itu dan menuju dermaga nomor tujuh. Tepat pada saat
itu, sebuah mobil berwarna hitam sedang melaju datang dengan lambat dari arah jalan raya.
Sekali lihat saja, Ray segela mengetahui bahwa mobil itu merupakan mobil nyonya Aldo yang di rubah warnanya dari putih menjadi hitam.
Sarah menepuk bahu Ray perlahan-lahan kemudian menjabat tangannya.
"Berhasil atau tidaknya tugas ini, kuserahkan kepada anda."
Tepat pada saat itu, Ray merasa sepasang mata Sarah memancarkan semacam sinar yang tajam dan mengandung kekuatan. Ray berusaha menimbang nimbang pikirannya sendiri. Dia merasa otaknya sadar sekali. Tetapi dia merasa agak tergetar juga melihat sinar mata tersebut.
Dalam sekejap mata, mobil itu sudah sampai di hadapan mereka. Pintu mobil terbuka. Di bagian depan duduk seorang pengemudi berwajah garang. Sedangkan bagian belakang duduk seorang laki-laki berkaca mata lebar dan berwarna hitam.
Laki laki itu berkata dengan suara yang berat.
"Masuklah!". Ray membungkukkan tubuhnya dan masuk ke dalam mobil itu. Sekalian dia menutup kembali pintunya.
"Lho" Kok anda?" Tanya laki-laki itu setelah memperhatikan Ray dari atas kepala sampai ke bawah kaki.
Ray tertawa getir. "Aku di beri kuasa untuk mewakili pihak mereka. Boleh di bilang Setengah terpaksa juga. Jalankanlah mobil ini!" '
Laki laki itu mengibaskan tangannya. Supirnya mengerti apa maksud majikannya itu. Mobil langsung di jalankan meninggalkan tempat tersebut.
"Anda yang di sebut Boss Romeo?"
"Kita sama-sama orang lapangan. Tidak perlu sungkan sungkan. Panggil saja aku Romi."
"Kalau begitu. sebaiknya kita langsung menuju pokok persoalannya saja. Terus terang, mengenai persengketaan di antara kalian, aku sebenarnya tidak sengaja ikut campur. Tetapi, murid kesayanganku, Tony ada di tangan perkumpulan bunga Ros. Jadi terpaksa aku jadi penengah dalam masalah ini."
Romeo tersenyum tipis. "Aku justru sedang merasa heran, mengapa Ray yang terkenal sebagai pembela keadilan bisa masuk menjadi anggota perkumpulan bunga Ros" Rupanya anda mempunyai kesulitan tersendiri."
'Jangan kata masuk menjadi anggotanya, bahkan perkumpulan apa sebenarnya yang di namakan bunga Ros itu saja aku tidak tahu."
"Kalau begitu, tentunya anda ingin sekali mengetahuinya, bukan?"
"Dalam hati setiap manusia pasti mempunyai perasaan ingin tahu, sedangkan perasaan ingin tahu di dalam hati manusia bernama Ray ini lebih hebat dari orang lain." Kata Ray bergurau.
"Abang ini tentu tahu apa yang di sebut obat perangsang, bukan?"
Ray seperti baru tersadar dari impian panjang
"Rupanya perkumpulan bunga Ros itu pengedar obat perangsang!"
"Bukan hanya dalam bentuk pil saja. Produksi mereka terdiri dari berbagai jenis. Ada rokok merk bunga Ros, ada permen merk bunga Ros. ada juga limun merk bunga Ros, dan sebagainya. Sesungguhnya di dalam setiap produksi itu telah di masukkan obat perangsang dosis tertentu. Dukun perempuan itu, aku akui bahwa dia memang jenius. Sasarannya selalu orang-orang dari kalangan atas. Sekaligus setiap malam minggu dia mengadakan pesta. Bukan pesta seperti biasa, tetapi seks. Antara orang orang kalangan atas dan istrinya saling bertukar pasangan. Apalagi di kota besar seperti ini, ada beberapa gelintir sih manusia baik-baik" Asal ada sebagian dari mereka yang terkail pancingan Sarah ini. maka uang pun akan mengalir dengan deras ke kantongnya."
"Masuk akal juga. Orang orang kaya biasanya paling menjaga martabat mereka di kalangan masyarakat. Sekali salah langkah dan berbuat kemaksiatan saja, kartu mereka sudah dalam genggaman tangan Sarah.mereka tentu tidak berani membantah apapun yang dikatakan oleh wanita itu .Rencana mereka memang hebat sekali. Soal uang tidak jadi masalah. Tentu lebih cerdik dari pada mereka mencari sasaran dari kalangan menengah ke bawah."
"Kami bukan iri karena mereka mendapatkan uang banyak. Tetapi sejak berdirinya perkumpulan bunga Ros di kota ini. Boleh di bilang langsung mempengaruhi penghasilan kami."
"Maksud anda, hasil penjualan narkotik kalian jadi turun drastis?"
'Memang demikian kenyataannya. Karena itu, kami meminta jatah. Rasanya cukup adil."
"Lalu, apa yang kalian inginkan?"
'Kami meminta jatah sebesar lima puluh persen. Rasanya tidak terhitung kelewatan. Karena pada dasarnya mula-mula ini merupakan kota kekuasaan kami."
"Tetapi, jumlah sebesar itu, mungkin Sarah tidak akan mengabulkannya."
Romeo tersenyum dengan penuh keyakinan.
"Nyonya Aldo bukan saja seorang istri dari pengusaha kaya raya. Dia juga wakil pimpinan perkumpulan bunga Ros. Dia mempunyai banyak uang, berpengaruh lagipula banyak relasi tingkat atas yang ada dalam gcnggamannya. Seandainya kami nekat melenyapkan wanita ini untuk selamanya, kami yakin perkumpulan bunga Ros juga tidak dapat berdiri lebih lama lagi di kota ini."
Diam-diam Ray berpikir dalam hati.
Pantas saja Sarah memandang nyonya Aldo demikian penting. Rupanya dia termasuk tokoh atas dalam perkumpulan itu.
Ray merenung sejenak. "Baiklah. Kalau demikian, seperti yang anda katakan tadi. rasanya mau tidak mau mereka harus membayar jumlah yang kalian minta. Sekarang titik persoalannya, bagaimana kalian bisa mengetahui berapa pendapatan mereka yang sebenarnya"
"Tentu saja kami mempunyai cara tersendiri untuk mengetahuinya. Kami sudah menyelidiki hal ini cukup lama sebelum turun tangan. Kami tidak akan mengambil tindakan dengan membabi buta."
"Perundingan ini boleh di katakan berjalan lancar. Aku hanya bertindak sebagai orang tengah. Aku
tidak bertanggung jawab apa apa terhadap masalah ini. Tetapi karena Tony berada di tangan mereka, harap Bang Romi juga jangan terlalu menekan."
"Aku bisa mengatakan sendiri kepada mereka, Tetapi demi kelangsungan perkumpulan 'Tiga Nagar kami, terpaksa kami mencari jalan mendapatkan keuntungan yang seharusnya kami dapatkan."
"Baiklah. Aku juga boleh berkata terus terang kepada anda. Sampai sekarang ini, posisi anda masih berada di atas angin."
Romeo pun tertawa bangga mendengar perkataan Ray.
"Perlukah kita bertemu sekali lagi?"
"Anda sampaikan dulu maksudku tadi kepada Sarah." Kemudian Romeo memerintahkan supirnya. "Kembali ke dermaga nomor tujuh."
Mobil itu langsung berputar arah. Sementara itu, benak Ray juga terus mempertimbangkan tindakan yang harus di ambil selanjutnya.
Mobil itu sampai di sekitar dermaga nomor tujuh. Keadaan disana sunyi mencekam. Tidak terlihat bayangan seorangpun.
"Mungkinkah mereka sedang merencanakan sesuatu?" Tanya Romeo. '
Ray tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Sampai saat ini, posisi kalian masih di atas angin. Mereka tidak mungkin melakukan tindakan apapun yang bisa menyebabkan kerugian bagi mereka sendiri."
Di balik cahaya lampu yang temaram, tampak tiga sosok bayangan berjalan keluar dari dalam gudangDua di antaranya kaum wanita.
Ray membuka pintu mobil dan berjalan ke depan. Di antara ketiga orang itu, sudah pasti salah satunya ialah Sarah.
Tampak Ray dan Sarah berbisik-bisik beberapa saat. Kemudian Sarah berkata....
"Baiklah. Sekarang aku memberikan kepercayaan kepada anda sepenuhnya. Terserah anda sendiri bagaimana memutuskan hal ini."
Ray berjalan kembali ke arah mobil hitam itu kemudian berkata kepada Romeo.
"Transaksi kalian sudah ada kesepakatan."
"Baiklah. Suruh mereka sediakan uang sebesar seratus juta tiap minggunya. Apakah jumlah ini mencapai lima puluh persen dari pendapatan mereka atau tidak, aku tidak perduli. Aku juga tidak kerajinan memeriksa omset mereka setiap minggu. Sebetulnya bagi mereka, jumlah ini terlalu murah."
Selesai berkata, Romeo segera memberi isyarat kepada supirnya untuk menjalankan mobil. Sementara itu, dari sekitar dermaga nomor tujuh itu, berpencaran keluar berpuluh-puluh anak buah Sarah.
Ray yang berdiri di samping Sarah tampak tersenyum simpul.
"Sekarang aku bagai orang yang kebentur disana sini. Mau tidak mau aku harus masuk menjadi anggota perkumpulan kalian."
"Apa maksud ucapanmu ini?"
"Kalau aku bebas di luaran, tentu keadaanku semakin berbahaya."
?"Lalu, apa yang ingin kau lakukan?"
"Terpaksa aku memilih salah satu. Kalau aku
tidak bisa masuk menjadi anggota perkumpulan kalian, biar bagaimana aku hams masuk perkumpulan "Tiga Naga'. Bila aku tidak memilih keduanya. tentu kalian sama sama akan menganggap aku sebagai duri dalam mata yang sudah mengetahui rahasia kalian."
"Aku masih kurang mengerti apa maksudmu."
"Di antara kalian berdua, biar bagaimana tidak bisa berdiri bersama-sama di dalam satu kota. Mungkin sejak semula kau juga sudah mempunyai pandangan yang sama."
"Tentu, apabila ada seseorang yang datang-datang merogohkan tangannya ke dalam kantongmu dan mengambil sejumlah uang, apa yang akan kau lakukan" Kesabaran seseorang ada batasnya, maka...."
"Maka kau ingin membasmi perkumpulan "Tiga Naga" itu, bukan?"
"Betul." Sahut Sarah tegas.
"Sebetulnya, walaupun anda misalnya tidak mengambil keputusan ini. Orang-orang dari perkumpulan "Tiga Naga" juga tidak akan berhenti sampai disini saja. Mereka tidak akan puas dengan jumlah yang anda berikan. Ini merupakan sikap yang lumrah dari manusia. tidak pernah ada puasnya."
Sarah berpikir sejenak. "Baiklah, Tuan Ray. Sekarang, dari lawan kita menjadi kawan "
Tentu saja hati Ray diam-diam merasa senang mendengarnya. Memang ini yang di harap-harapnya sejak tadi.
Sarah menggapaiknn tangannya. salah seorang anak buahnya menggiring Tony ke hadapan mereka. Dengan perasaan aneh Tony memandang Ray.
'Apa sebetulnya yang telah terjadi. Ray?" Tanyanya bingung.
Belum sempat Ray menjawab. Sarah sudah mengulurkan tangannya berjabatan dengan Tony.
"Sejak hari ini. kita sudah merupakan orang sendiri."
Tiba tiba dari ujung jalan sebuah mobil melesat datang dengan kecepatan tinggi. Setiap orang yang ada disana segera menepi. Hampir semuanya mengenali bahwa yang melaju datang merupakan mobil hitam tadi. Tetapi di dalam mobil, sudah berganti dengan seorang wanita. Dia adalah nyonya Aldo.
Kemunculan nyonya Aldo yang mendadak ini membuktikan bahwa pihak "Tiga Naga" benar benar menepati janjinya. Mungkin mereka juga khawatir kalau Sarah akan berubah pendiriannya. Oleh karena itu, setelah mendapat kesepakatan mereka cepat-cepat melepaskan nyonya Aldo. Bila tidak, mana mungkin nyonya Aldo dapat muncul begitu cepat" Lagipula, kemungkinan mereka memang sudah membawa nyonya Aldo ke tempat tersebut sebelumnya. Hanya saja di sembunyikan di suatu tempat.
Sarah pun mengajak semuanya masuk kembali ke dalam gudang. Ray terus memperhatikan gerak-gerik setiap orang juga daerah di sekitarnya. Hatinya masih di liputi berbagai pertanyaan. Misalnya, bagaimana Sarah bisa meramal masa lalu dan masa depan seSeorang dengan tepat hanya mengandalkan seperangkat kartu remi" Benarkah dia mengerti ilmu teluh" Dia tidak percaya apa yang di sebut takhyul. Tetapi dia mengalaminya sendiri, dan menyaksikannya dengan mata kepala sendiri. Hal yang dilihat de
ngan mata kepala sendiri, bagaimana pula dia harus tidak mempercayainya"
Tapi, biar bagaimana akal sehatnya sulit percaya dengan semua ini. Oleh karena itu, dia mengambil keputusan untuk menyelidikinya semuanya sampai jelas.
Di sudut gudang, Sarah dan nyonya Aldo berkasak-kusuk. Ray tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Tetapi sesaat kemudian terdengar Sarah berkata....
"Apabila kalian benar benar ingin masuk menjadi anggota perkumpulan kami, maka sebelumnya kalian harus membuat sumpah berat. Sekarang ikut aku kembali ke 'Misteri Hidup".
Ray saling lirik sekilas dengan Tony. Tentu saja Tony yang cerdik sudah mengerti apa maksudnya. Dia pun bertanya kepada Sarah.
'Apa keuntungan kami?"
"Kalian berhak mengikuti seluruh kegiatan perkumpulan kami. Semboyan kami: Membuat manusia di seluruh dunia ini mendapat kesenangan yang tiada tara. Sedangkan kesenangan yang kami maksudkan, perlahan-lahan kalian akan merasakannya satu per satu"
Ray juga teringat sebuah pepatah: Tidak masuk goa harimau, mana mungkin mendapatkan kulitnya" Oleh karena itu, dalam keadaan apapun dia tetap akan masuk perkumpulan bunga Ros dengan menjadi anggotanya. Oleh karena itu, dia juga tidak perduli apa yang di sebut sumpah berat. Lagipula dia juga orang yang tidak percaya dengan segala macam sumpah.
saat itu Juga nyonya Aldo memutar telepon ke rumahnya untuk memberitahukan kepada suaminya bahwa dia dalam keadaan baik baik saja serta sudah di bebaskan oleh para penculiknya. Kemudian dia mengikuti orang-orang lainnya kembali ke atas kapal pesiar 'Misteri Hidup'.
Dalam salah sebuah kabin di kapal pesiar itu. terdapat sebuah meja pedupaan. Di atasnya tergantung lukisan bergambar bunga Ros yang besar sekali. Tampak Sarah memejamkan matanya di depan meja itu sambil berkomat kamit. Tiba-tiba dia mengeluarkan sebatang panah yang tajam dan di tancapkan di atas tempat pedupaan.
Ray dan Tony berdiri di sampingnya dengan wajah serius. Mereka seperti mengikuti upacara pengangkatan murid dalam sebuah sekte agama tertentu. Di bawah petunjuk nyonya Aldo, mereka mengikuti Sarah berlutut dan menyembah satu kali.
Kemudian di samping pedupaan, nyonya Aldo mengambil dua carik kertas kuning, dengan Spidol merah dia menuliskan beberapa baris huruf. Masingmasing di sodorkannya kepada Ray dan Tony lalu menyuruh mereka membacanya menurut apa yang tertulis di atas kertas itu.
Ray dan Tony segera membaca serentak.
'Saya.... Ray, sejak sekarang bersedia masuk
menjadi anggota perkumpulan bunga Ros dengan setulusnya. Saya bersedia bekerja demi kejayaan perkumpulan ini. Apabila saya sampai berkhianat, maka saya akan mati dengan tubuh hancur lebur!"
Tony juga membaca kata kata yang sama. Sumpah berat telah di lakukan. Dengan sikap angker Sarah mengambil kedua lembar kertas kuning dari tangan Ray dan Tony kemudian membakarnya di atas tempat pedupaan. Boleh di bilang semua upacara sudah selesai.
Sarah menolehkan kepalanya dan berkata ke pada kedua anggota barunya.
"Mulai sekarang, kalian adalah anggota perkumpulan bunga Ros. Dengan demikian kalian juga sudah masuk dalam pengaruh ilmu gaibku. Apabila kalian mlakukan hal yang bersalah terhadap kami, maka kapan waktu saja kalian bisa mengalami kematian yang mengerikan!
Entah karena perasaan saja atau memang Sarah mempunyai kehebatan demikian, pokoknya hati Ray dan Tony jadi agak gelisah mendengar ancamannya. Tetapi demi menyelidiki latar belakang kehidupan Sarah dan tindak tanduk perkumpulan bunga Ros, terpaksa mereka juga tidak berpikir panjang lagi. Mereka ingin membongkar rahasia yang selama ini membuat mereka tidak habis mengerti.
Nyonya Aldo menyalami Ray dan Tony sebagai pernyataan selamat.
"Biar bagaimana, kalau soal seluk beluk kota ini, kami tidak mungkin menandingi kalian yang memang setiap hari bergerak di lapangan. Mohon lain kali kalian sudi memberi petunjuk yang bermanfaat bagi
kami." "Sekarang juga saya mempunyai usul yang penting. Lagipula, harus di laksanakan secepatnya."
"Usul apa?" Tanya Sarah.
"Membasmi perkumpulan "Tiga Naga'!'
"Hal itu tidak semudah di bicarakan. Mungkin kita setiap minggu harus memberikan jatah kepada mereka. Tentu saja hati kita tidak puas melakukannya. Tapi jangan lupa, tadinya mereka memang penguasa setempat. Apabila ingin membasmi mereka, rasanya bukan soal yang mudah."
"Tapi anda juga harus ingat, kedudukan kalian lebih mantap dari mereka."
"Meskipun demikian. sebelum ada keyakinan penuh, kami tidak suka sembarangan mengambil tindakan."
Ray terdiam mendengar ucapan Sarah.
"Tapi, kami akan mempertimbangkan usulmu." Kata Sarah selanjutnya. "Kita harus melaksanakan tugas dengan sebaik baiknya. Kalau bisa tarik langganan sebanyak-banyaknya, sedangkan tekanan dari luar, otomatis kita juga harus mencari jalan menghadapinya dan tidak boleh di biarkan begitu saja. Sekarang kita lupakan dulu urusan ini. Perlahan lahan kita cari jalan lagi."
"Aku ingin pulang dulu sekarang. Bolehkah kalian mengantarku sekalian?" Tanya nyonya Aldo.
"Tentu saja boleh." Sahut Ray. "'Tetapi, bagaimana kita berhubungan selanjutnya?"
"Aku bisa menyuruh salah seorang anak buahku menghubungimu. Sekarang kalian kembalilah ke daratan. Jangan lupa, harus hati-hati. Semua gerakan
yang di lakukan oleh perkumpulan kami harus di rahasiakan.'
Ray menganggukkan kepalanya. Beserta nyonya Aldo dan Tony, mereka naik ke atas motor boat untuk meninggalkan Misteri Hidup'.
Nyonya Aldo melepaskan plat nomor mobilnya. Orang-orang dari perkumpulan 'Tiga Naga' memang sudah mengganti plat nomor yang asli. Sekarang, karena di lepas oleh nyonya Aldo, terlihatlah nomor S 444 kembali. Sayangnya, warna mobil itu tidak dapat di ubah lagi seperti semula. Setidaknya harus di bawa ke bengkel dan melalui tangan yang ahli.
Tiba tiba Tony berkata....
"Eh, Ray. Mobil kita masih di parkir di sebelah timur jalan raya.'
"Aku akan mengantar kalian keluar untuk mengambil mobil itu." Kata nyonya Aldo.
Kemudian mereka bertigapun naik ke dalam mobil dan meninggalkan tempat tersebut.
"Kali ini, apabila tidak mendapat bantuan dari kalian, entah apa yang akan terjadi pada diriku?"
'Jangan sungkan. Sebetulnya, nona Sarah juga tidak akan membiarkan anda begitu saja. Tanpa anda, dia tidak bisa mengembangkan usahanya."
Tony duduk sendirian di bagian belakang. Tibatiba dia menolehkan kepalanya dan Berteriak dengan
nada terkejut. "Ray, rasanya ada yang mengikuti kita."
Nyonya Aldo memandang dari kaca spionnya.
"Seperti mobil polisi."
Ray juga sudah menolehkan kepalanya. Ternyata, sebuah mobil sedang melaju mendekati mereka. Malah kelihatannya seperti bermaksud melewati mobil mereka.
Tony memperhatikan dengan seksama mobil yang mengikuti mereka itu. .
"Benar. Memang mobil polisi, ada lambangnya."
Nyonya Aldo terkejut setengah mati.
"Mungkin tujuan mereka mencari aku. Tapi, tadi di telepon Aldo mengatakan bahwa dia belum melapor pihak yang berwajib. Mungkinkah pihak kepolisian sejak semula sudah mengawasi gerak-gerik kita?"
Ray berpikir sejenak. "Lambatkan saja mobil ini, biar mereka melewati kita." Katanya kemudian.
Ternyata nyonya Aldo menuruti perkataannya. Dia melambatkan jalannya mobil dan membiarkan mobil di belakangnya melewati mereka.
Mobil di belakang melesat bagai sebatang anak panah yang melintasi mobil mereka. Kemudian berhenti di bagian depan. Dari dalam mobil meloncat turun dua orang laki-laki bertubuh tegap. Mereka memberi isyarat agar nyonya Aldo menghentikan mobilnya.
Nyonya Aldo merasa tidak ada pilihan lain lagi. Dia terpaksa menghentikan mobil di tepi jalan.
'Tenang saja. Lihat apa yang mereka inginkan."
"Tapi, di dalam mobilku ?" Belum lagi ucapan nyonya Aldo selesai. Dua orang laki-laki lainnya sudah turun dari mobil mereka dan berjalan menghampiri mobil nyonya Aldo.
Salah satu di antaranya mengeluarkan kartu identitas mereka.
"Kami dari pihak kepolisian. Kami curiga bahwa kalian termasuk anggota perkumpulan yang terlarang. Harap kalian bertiga turun dari mobil dan biar kami memeriksa."
Dengan tampang gelisah nyonya Aldo melirik ke arah Ray sekilas. Sedangkan Ray mengedipkan matanya sebagai isyarat.
"Turunlah dari mobil. Biar aku yang menjawab pertanyaan mereka."
Ketiga orang itu pun turun dari mobil dan membiarkan para polisi itu memeriksa identitas mereka. Salah satu di antaranya memeriksa seluruh isi mobil itu.
"Saudara, sebetulnya apa yang kalian cari?" Tanya Ray sengaja.
"Obat perangsang. Kami mendapat laporan bahwa di dalam mobil ini ada obat terlarang itu."
"Mungkin kalian salah alamat...."
Belum lagi ucapan Ray selesai, dari bagian bagasi mobil terdengar suara teriakan salah seorang petugas.
"Sudah dapat!" Setiap orang jadi tertegun, sedangkan wajah nyonya Aldo berubah pucat pasi.
Ray melirik sekilas kepada Tony. Tanpa menunda waktu lagi, dia langsung meninju petugas polisi yang ada di depannya, sekaligus tangan kirinya juga
bergerak mengibas salah seorang polisi yang ada di sampingnya. Kemudian secepat kilat dia memuntir tangan polisi yang lainnya lalu di pelintir sehingga terjatuh di atas tanah.
Sementara itu, tangan dan kaki Tony bergerak serentak. Tinjunya mendarat di ulu hati salah seorang petugas. Sedangkan kakinya menendang polisi yang berdiri di depan bagasi. Polisi itu tampaknya tidak menyangka akan di serang secara tiba-tiba. Bungkusan-bungkusan putih yang ada di tangannya otomaris berserakan di atas tanah.
Melihat perkembangan ini, nyonya Aldo semakin termangu-mangu di tempatnya. Sedangkan Ray secepat kilat menggelindingkan tubuhnya di atas tanah. Beberapa polisi mengeluarkan pistolnya dan siap di tembakkan.
Sikap Ray sama sekali tidak gugup. Tampak dia menggelinding di atas tanah beberapa kali. Dengan gesit tangannya meraih bungkusan-bungkusan berwarna putih itu lalu di lemparkannya ke arah parit di pinggir jalan yang airnya mengalir dengan deras.
Beberapa orang polisi itu baru menghambur ke dekatnya dengan maksud memungut bungkusan tersebut. Tetapi gerakan mereka kalah cepat. Belum sempat mengambil tindakan apa-apa. Bungkusan bungkusan itu sudah di lempar oleh Ray ke dalam parit dan mengalir mengikuti derasnya arus air.
Salah seorang petugas segera menarik leher kemeja Ray dengan marah. Pistol di tangannya sudah terangkat ke atas seakan siap di tembakkan.
"Saudara, hati-hati! Kata Ray dengan nada membentak. "Aku sudah mengasuransikan jiwaku ini di
beberapa perusahaan asuransi yang besar. Seandainya terjadi sesuatu pada diriku, pihak asuransi itu pasti akan menyelidikinya sampai jelas."
Orang itu jadi tertegun mendengar ucapannya. Salah seorang rekannya segera menghampiri mereka dan berkata....
"Sudahlah. Tanpa adanya bukti. kita juga tidak bisa berbuat apa-apa."
Tiba-tiba nyonya Aldo berjalan ke arah mereka sambil mengembangkan seulas senyum yang merekah.
"Ternyata tuan Ray memang jago di antara jago. Aku merasa kagum Sekali." Katanya.
Ray jadi terpana mendengar kata-katanya. Beberapa orang polisi tadipun ikut tersenyum simpul. Sejak tadi Tony sudah kebingungan. Ray memberi isyarat kepadanya agar turun tangan. dia pun ikut berkelahi secara serabutan. Sampai Ray membuang semua bukti-bukti tadi ke dalam parit, dia baru mengerti apa maksudnya. Tetapi sekarang, setelah mendengar ucapan nyonya Aldo, dia malah kebingungan lagi.
Dengan nada meminta maaf nyonya Aldo berkata....
"Tadi hanya sekelumit permainan, mereka adalah orang-orang kami sendiri."
Wajah Ray menunjukkan perasaan kurang senang.
'Apa artinya semua ini?"
"Sebab nama dan kedudukan anda di kalangan masyarakat tidak dapat di anggap enteng. Kami terpaksa merencanakan semua ini untuk menguji
kesetiaan kalian kepada kami. Sahut nyonya Aldo menjelaskan.
Nyonya Aldo menarik nafas panjang kemudian melanjutkan kembali kata-katanya....
"Melihat gerakan anda yang begitu gesit dan daya kerja otak anda yang cepat tanggap, apalagi dapat menghadapi masalah dengan kepala dingin, benarbenar membuat aku takluk sepenuhnya."
Di antara beberapa polisi gadungan itu, salah satunya segera mengeluarkan dua lembar kartu undangan. Di depannya tercetak gambar bunga Ros yang hidup. Di belakangnya tertera tanda tangan Sarah. Dia menyodorkan kartu tersebut kepada Ray dan Tony masing-masing selembar.
Ternyata ingin masuk menjadi anggota perkumpulan bunga Ros ini tidak semudah yang di bayangkan Ray. Apalagi bagi Ray yang namanya sudah terkenal di kota ini.
Setelah lulus dalam ujian ini, Ray dan Tony pun mulai mendapat kepercayaan penuh dari perkumpulan bunga Ros.
Beberapa laki-laki itu kembali ke mobilnya tadi. Dan sebelum masuk ke dalam. mereka melepaskan lambang buatan yang ada pada bagian samping mobil lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
Sedangkan nyonya Aldo langsung mengantar Ray dan Tony menuju bagian timur jalan raya. Ternyata mobil Ray masih terparkir disana. Nyonya Aldo memandang gedung 'Tiga Naga' yang tampak dari kejauhan. Dia menarik nafas panjang sekali lagi.
"Tidak di sangka dalam gedung seperti itulah mobilku ini di rubah sedemikian rupa."
"Di bagian belakang gedung itu ada sebuah pondok tempat menyekap anda, aku yakin di dalamnya ada penjara rahasia."
?"Tidak. Hanya ada sebuah lorong yang dapat menembus. Tetapi tempo hari ketika mereka membawaku ke tempat tersebut, mataku di tutup dengan sehelai kain hitam. Menurut perasaanku, lorong itu dapat menembus ke sebuah bangunan di sekitar tempat ini." Wajah nyonya Aldo tiba-tiba berubah menjadi bengis. "Huh! Aku pasti akan membalas hutang piutang ini. Tetapi tentu aku memerlukan bantuan Tuan Ray."
Ray hanya tersenyum-senyum tanpa memberikan komentar apa-apa. Nyonya Aldo melambaikan tangannya dan mengendarai mobilnya meninggalkan tempat itu.
Ray kembali ke mobilnya sendiri. Baru saja Tony menghidupkan mesin mobil dan bermaksud menjalankannya, tepat pada saat itu juga, sebuah mobil yang tadinya di parkir di pinggir jalan tiba-tiba melaju datang dan berhenti di depan mereka.
Kali ini, Ray tahu bahwa mereka menghadapi polisi yang sebenarnya. Karena dia mengenali tampang orang itu _sebagai salah seorang anak buah pak Jeff.
Polisi itu menjulurkan kepalanya lewat kaca jendela yang terbuka.
"Tuan Ray, kemana saja anda sepanjang hari ini" Sejak tadi kami setengah mati mencarimu, akhirnya salah seorang rekan melihat mobil anda di parkir di tempat ini."
"Entah ada keperluan apa kalian 'mencari saya?"
" Anda kan orang terakhir yang melihat korban bernama Niko dalam keadaan hidup. Masa anda sudah lupa?"
'Oh." Kenapa" Apakah ada perkembangan baru nengenai kasus ini?" Tanya Ray.
"tentu saja. Laporan mengenai kematiannya sudah keluar dari bagian otopsi. Petugas yang menangani kasus ini memerintahkan kami membawa anda ke kantor. Ada beberapa pertanyaan yang akan di ajukan".
Hati Ray tercekat. Dia merasa urusan ini mungkin menjadi gawat tapi biar bagaimana dia tetap harus pergi ke kantor polisi apabila tidak ingin di curigai.
Di dalam kantor polisi. Petugas yang di kuasakan menangani kasus ini berkata kepada Ray.
'Kematian mas Niko itu sangat aneh. Saya harap anda dapat menceritakan kembali penemuan anda dengan korban malam itu secara sejujurnya.'
'Apa maksud anda" Bukankah tempo hari saya sudah menyatakan semuanya dengan terus terang" Kenyataannya, saya juga tidak perlu menutupi masalah ini."
Petugas itu tersenyum misterius.
"Lalu mengapa sepanjang hari ini kami tidak ber hasil menemukan anda"'
Diam-diam hati Ray jadi gelisah. Dia sadar bahwa
bila perlu, pihak polisi berhak menahan orang yang di curigainya. Tetapi Ray berusaha setenang mungkin.
"Saya toh mempunyai urusan pribadi. Lagipula, kalian hanya memberitahukan kepada saya bahwa saya harus hadir di saat di perlukan. Saya kan sudah datang kemari satu kali. Saya tidak menyangka dalam waktu yang demikian singkat kalian akan memanggil saya lagi."
"Menurut kabar yang kami terima, anda sering bermain kartu dengan korban di 'Pop Rock' bukan?"
"Betul. Memangnya salah?"
"Bukan. Bukan" Tahukah anda identitas Niko itu?"
"Saya hanya tahu bahwa dia salah seorang langganan tetap di 'Pop Rock'."
"Kalau begitu, biar kami beritahukan kepada anda. Dia bukan hanya langganan di Pop Rock .Tetapi termasuk seorang anggota penting dalam perkumpulan tertentu."
Ray pura pura tidak mengerti.
"Perkumpulan apa?"
"Niko adalah seorang anggota dalam perkumpulan 'Tiga Naga"!
"Lalu apa hubungannya dengan saya?"
"Melihat dari watak anda biasanya, di dalam laporan kepolisian kami, banyak terdapat kasus serupa yang melibatkan diri anda. Oleh karena itu, ada baik nya saya berterus terang sedikit, kami mempunyai kecurigaan bahwa mungkin andalah yang membunuh Niko."
Ray tersenyum lebar mendengar kata katanya.
'Jangan bergurau. Saya toh tidak mempunyai
perselisihan apapun dengan Niko. Buat apa saya membunuhnya?"
"Kami tahu anda paling membenci orang-orang dari kalangan hitam. Mungkin saja perbuatannya selama ini terlalu rendah atau dia sering melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat sehingga timbul niat anda untuk membasminya' Kata petugas itu .
Tadinya hati Ray agak takut juga. Tetapi menghadapi petugas yang bicara seenaknya seperti orang di hadapannya ini, dia malah agak marah.
"Apabila kalian sudah tahu latar belakang Niko dan tahu tentang adanya perkumpulan "Tiga Naga' yang banyak merugikan masyarakat, mengapa kalian tidak mengambil tindakan terhadap mereka?"
"Mengambil tindakan terhadap perkumpulan "Tiga Naga" merupakan persoalan yang lain. Sekarang yang penting, anda harus mengatakan kepada kami mengapa anda harus membunuh Niko?"
"Sekali lagi saya nyatakan kepada anda. Saya tidak membunuh siapapun juga. Bapak polisi, apakah kau sudah merasa puas?" Ray langsung berdiri dari tempat duduknya. "Padahal sampai sekarang saya sendiri masih belum tahu bagaimana Niko menemui kematiannya."
Petugas itu berpikir sejenak. Kemudian tampangnya menjadi agak tenang dan bicaranya pun agak lembut.
"Kalau di lihat sepintas selalu, korban mati seperti di gigit oleh ular berbisa."
"Kalau demikian halnya, kalian lebih lebih tidak pantas mencurigai saya!"
"Tetapi kami sudah memeriksanya dengan teliti. racun racun itu ternyata buatan manusia."
'Apa maksud ucapanmu ini?"
"Kalau di tilik dari lukanya, memang mirip dengan luka bekas gigitan ular, Tetapi setelah di teliti di laboratorimn kami, temyata luka itu di sebabkan semacam alat suntik yang di masukkan cairan racunnya ke dalam tubuh. Sedangkan bekas yang di tinggalkan alat itu di buatnya demikian sempurna sehingga mirip dengan gigitan ular. Hal ini mudah menimbulkan kesalahan pada bagian otopsi. Untung saja dokter bedah mayat kami merupakan orang yang sudah ahli sekali dalam bidang ini. Kerjanya teliti. Akhirnya dia berhasil menemukan kebenarannya."
Ray sedang membayangkan orang orang dari perkumpulan 'Tiga Naga'. Cara kerja mereka ternyata cukup sadis. Tetapi sekarang Ray merasa belum saatnya memberikan data apapun mengenai perkumpulan itu. Oleh karena itu, dia berusaha membebaskan diri dari pihak kepolisian.
Petugas itu juga tidak mempunyai bukti yang kuat untuk menahan Ray. Akhirnya dia terpaksa membiarkan pemuda itu pergi.
Ketika kembali ke mobil, Tony bertanya tentang apa yang di alaminya. Secara singkat Ray menjelaskannya. Tony mengenmdikan mobil menuju arah rumah Ray. Tiba-tiba sahabatnya itu seakan teringat sesuatu.
"Ton, kita segera menuju ke gedung 'Tiga Naga'. Kita harus berani menempuh bahaya untuk melihat keadaan di dalanmya."
"Kenapa?" "Kalau di tilik dari keadaannya, pihak kepolisian ;
sudah mengetahui sebab kematian Niko. Mereka juga sudah tahu kalau Niko anggota perkumpulan 'Tiga Naga'. Kemungkinan mereka akan mengmbil tindakan terhadap perkumpulan ini. Sedangkan perbuatan ini bisa memukul rumput mengejutkan ular. Kita harus bergerak sebelum pihak yang berwajib. Apabila kita ingin membasmi komplotan pengedar narkotik ini, kita harus tahu mengenai mereka sedalam-dalamnya."
Tony berpikir sejenak. "Betul. Pondok kecil di belakang gedung "Tiga Naga' pasti di pasang berbagai perangkap. Oleh karena itu, orang-orang Sarah tidak berhasil menemukan nyonya Aldo. Sedangkan orang yang bernama Romeo itu belum tentu pimpinan mereka yang sebenarnya.'
Dengan demikian, Tony sengaja mengemudian mobil itu berputaran beberapa kali di sekitar daerah itu. Setelah yakin tidak ada orang yang mengikuti jejak mereka, dia baru mengemudikannya ke arah sebelah timur jalan raya.
*** TIGA Ray dan Tony menghentikan mobil mereka di pinggir jalan. Keduanya turun dari mobil dan berjalan kaki ke tempat tujuan. Mereka melihat keadaan di dalam gedung 'Tiga Naga' sunyi Senyap.
Keduanya berjalan mengitari bagian belakang gedung tersebut. Di sekitar tanah kosong tidak ada penerangan sedikitpun. Sedangkan pondok kecil yang terletak di sudut juga lengang sekali. Begitu sunyinya seakan berada di sekitar tanah pemakaman.
"Kecuali tempat ini tidak penting bagi mereka, apabila tidak, pasti ada orang yang menjaga." Kata Tony dengan suara berbisik.
"Aku juga mempunyai pendapat yang sama....' Sahut Ray.
Kedua orang itu mengendap-endap, akhirnya mereka sampai di depan pagar kawat yang mengelilingi sekitar tempat itu. Di bawah cahaya rembulan yang redup. Tampak sebuah papan tergantung di bagian atasnya dengan tulisan "Awas! Berbahaya'.
"Mungkin kawat ini di pasangi aliran listrik."
Ray melirik sekilas ke bagian dalam tanah kesana.


Paranormal Karya Maria Fransiska di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Seandainya benar demikian ketat kewaspadaan mereka, mungkin pondok itu merupakan markas perkumpulan "Tiga Naga'."
Tony membungkukkan tubuhnya dan memungut sebatang besi tipis yang tidak terpakai. Dia melemparkannya perlahan lahan ke arah pagar kawat itu. Besi itu hanya membentur sedikit dan mengeluarkan suara dentingan lirih. Kemudian besi itu terpental kembali di atas tanah.
"Lagi-lagi sebuah tipuan. Sama sekali tidak ada aliran listriknya."
Memang betul. Apabila pagar kawat itu di pasangi aliran listrik. besi yang di lemparkan Tony tadi pasti akan mengeluarkan percikan api begitu menyentuhnya. Tapi, ternyata tidak ada reaksi apa-apa.
"Ray, biar aku masuk dulu. Aku akan memanjat ke dalam dan melihat keadaan. Kau boleh menyusul belakangan."
Belum sempat Ray memberikan jawaban, Tony sudah menjejakkan sebelah kakinya ke atas pagar kawat itu dan merambat ke atas.
Sebetulnya Tony sudah berpengalaman dalam hal seperti ini. Memang banyak bagian berduri di kawat itu, tetapi ada pula sebagian yang polos. Pada saat itu, tangan Tony mencekal dua lubang kawat yang polos dan dengan demikian dia bermaksud memanjat ke atasnya lalu melompat ke bagian dalam.
Tapi, justru ketika tubuhnya baru sampai di bagian teratas pagar kawat itu, tiba-tiba Ray ber teriak:
"Ton, hati hati!"
Di bawah cahaya rembulan yang redup. Tampak
sekelebat cahaya berwarna keperakan. Sebatang panah yang tajamnya jangan di tanyakan lagi melesat keluar dari jendela samping sebuah mobil di bagian dalam tanah kosong tersebut.
Untung saja reaksi Tony cukup cepat .Dia tahu dirinya tidak keburu menghindar lagi. Secepat kilat dia meloncat ke atas. Ray menatapnya dengan cemas. 'Tubuh Tony melesat ke atas kemudian dengan gaya menjungkir balik, tubuhnya melorot turun ke bagian dalam tanah kosong tersebut.
Dalam waktu yang bersamaan, Ray juga menjatuhkan dirinya di atas tanah kemudian bergulingan sampai pinggir jalan. Di dalam tanah kosong itu terparkir beberapa mobil kuno. Sedangkan panah tadi melesat keluar dari salah satu dari mobil tua itu.
Ray tadi hanya sempat melihat ada setitik cahaya melesat keluar dari salah satu mobil tersebut. Oleh karena itu, dia segera berteriak memberi peringatan kepada Tony. Apakah di dalam mobil itu bersembunyi seseorang atau hanya di pasang semacam alat rahasia" Ray tidak tahu sama sekali.
Saat itu, keadaan di sekitar tempat tersebut kembali lengang seperti semula. Tony sudah melonjak masuk ke dalam dan berdiri di atas tanah kosong.
Ray segera bangkit dan berjalan ke depan pagar kawat.
'Bagaimana keadaanmu, Ton?"
"Nyaris saja... masih untung gerakan tubuhku cukup tepat"
Belum lagi Tony sempat melanjutkan kata katanya, tiba tiba Ray memandang ke arahnya sembari menudingkan jari tangannya ke bagian paha Tony
sambil berteriak.... "Hei! Kau terkena serangan panah!"
Tony menundukkan kepalanya. Ternyata ada sebatang panah kecil yang menancap di bagian pahanya. Tentu saja hal ini membuat Tony terkejut setengah mati.
Tony membungkukkan tubuhnya dan menggerakkan ujung panah itu. Ternyata dia tidak merasa sakit sedikitpun. Tanpa dapat menahan diri lagi, dia tertawa terkekeh-kekeh.
'Hanya menancap di ujung celana saja!
Ray juga menghembuskan nafas lega. Untung celana model sekarang agak gombrang. Coba kalau jaman celana ketat seperti tempo dulu. Sudah pasti paha Tony tertancap oleh anak panah tadi
"Di tempat ini ternyata telah di pasang banyak perangkap. Lebih baik kau keluar secepatnya!"
' Tidak." Sahut Tony. "Justru hal ini membuktikan bahwa disini merupakan tempat yang di anggap penting oleh komplotan 'Tiga Cacing' itu. Sekarang kita sudah kepalang basah. Aku akan masuk ke dalam. Ray. tolong lihat-lihat situasi di luar."
Kalau saja keadaan mereka sekarang tidak genting, mungkin Ray akan tertawa terpingkal-pingkal mendengar Tony merubah nama perkumpulan itu dari 'Tiga Naga' menjadi 'Tiga Cacing'. Tetapi tentu saja dia mengkhawatirkan keselamatan Tony sehingga tidak sanggup bercanda.
Saat itu, Tony sudah berjalan menghampiri pondok di sudut tanah kosong tersebut. Ketika dia melewati deretan mobil-mobil tua itu. Dia melirik ke dalamnya sekilas. Tetapi dia tidak dapat melihat di
dalamnya terpasang alat rahasia seperti apa. Namun, berkat pengalamannya selama ini, dia yakin di dalam mobil itu tidak ada orang yang membidikkan anak panah tersebut. Tentunya hanya di pasang semacam alat. Sedangkan alat yang bergerak otomatis ini bersambung dengan kawat pagar di depan. Bila ada orang yang memanjat sampai di atasnya, alat ini akan bergerak sendiri dan mcmbidikkan beberapa batang anak panah sekaligus.
Diam-diam Tony merasa kagum juga terhadap persiapan yang di adakan orang orang dari perkumpulan "Tiga Naga' ini. Tetapi hal ini juga membangkitkan minatnya.
Tony berjalan mengendap-endap mendekati pondok kecil itu. Sedangkan Ray juga menyusuri pagar kawat mengikuti arah Tony. Dengan di hadangi oleh pagar kawat, Ray dapat melihat keadaan di dalam lebih jelas. Dia sedang memperhatikan setiap gerak-gerik Tony dengan seksama. *
Tiba-tiba, kembali terdengar suara teriakan Ray.
"Ton. berhenti! jangan bergerak!"
Dengan reaksi yang cepat, Tony menghentikan langkah kakinya.
"Jangan maju lagi. Aku curiga undakan batu di depan pondok itu juga telah di pasang semacam alat rahasia."
Tony menundukkan kepalanya melihat. Dia merasa kakinya hanya berjarak satu langkah lagi dari undakan batu tersebut. Cepat-cepat dia melangkah mundur dua tindak.
"Kau minggir dulu ke samping dan bersembunyi. Aku akan mencobanya."
tony cepat-cepat berlari untuk bersembunyi di balik sebuah mobil tua. Sedangkan Ray memungut Sebatang besi dan di lemparkannya ke bagian undakan batu di depan pondok tersebut. Mendadak, begitu tersentuh oleh batang besi yang di lemparkan Ray, undakan batu itu anjlok ke dalam. Dari kedua sisinya melesat keluar dua batang tombak yang tajam.
Tony meleletkan lidahnya. Untung saja dia belum menginjak undakan batu tersebut. Seandainya sampai terjadi, tentu tubuhnya saat itu sudah tertusuk oleh kedua batang tombak itu seperti sate.
"Ton, agaknya tempat ini memang kurang beres. Bila tidak, mereka tidak akan memasang berbagai jebakan ini dengan susah payah."
"Betul. Biar aku masuk melihat keadaan di dalam." Sahut Tony sambil melangkah ke depan.
"Jangan." Teriak Ray panik. "Kau tunggu dulu di situ. Biar aku juga masuk sehingga bisa mengatasi kesulitan bersama."
Tampak Ray memanjat ke atas pagar kawat. Dalam sekejap mata dia sudah melonjak turun ke bagian dalam tanah kosong. Mereka bersama-sama berjalan ke depan pondok kecil tersebut. Mereka membungkukkan tubuhnya dan menyelinap lewat kolong dua tombak tadi. Ray menggunakan sebatang besi yang di lemparkannya tadi untuk mendorong bagian pintu. Ternyata pintu itu tertutup rapat dan tidak bisa di buka.
Tony memberi isyarat kepada Ray dengan tangannya. Dia mengeluarkan sebuah kawat kecil. Di masukkannya kawat itu ke dalam lubang kunci. Ternyata dalam sekejap mata saja pintu itu sudah ter
buka. Dengan meraba-raba keduanya masuk ke dalam. Tiba-tiba terdengar suara blam! Pintu yang mereka masuki tadi tertutup sendiri. Mungkin ada alat otomatisnya. Keadaan di dalam pondok itu lebih gelap lagi. Ray dan Tony tercekat hatinya.
Tetapi setelah pintu pondok itu tertutup kembali, Keadaan di dalampun kembali hening seperti semula. Berdasarkan pengalaman yang sudah banyak, baik Ray maupun Tony sadar bahwa saat ini yang paling penting bagi mereka adalah berusaha untuk tenang. Oleh karena itu, Tony segera mengeluarkan senter tangannya. Tetapi dia tidak langsung menyalakannya, namun menunggu petunjuk Ray.
Beberapa menit telah berlalu, keadaan di dalam pondok itu masih sunyi mencekam bagai kuburan. Mereka hanya merasakan bahwa keadaan di dalam pondok itu serabutan sekali. Di sana banyak tertimbun berbagai jenis barang. Tampaknya seperti onderdil-onderdil mobil.
Ray berbisik kepada Tony.
"Ton, perhatikan keadaan di sekitarmu baikbaik."
Tony menyalakan senternya. Dia mengedarkannya ke sekeliling ruangan itu. Tempat itu memang persis seperti yang di katakan oleh nyonya Aldo. Persis seperti sebuah gudang untuk menyimpan barangbarang yang af'kir. Juga terdapat beberapa macam onderdil mobil. Pokoknya keadaan di dalam ruangan itu kacau balau.
Tetapi, baik Tony maupun Ray mempunyai perasaan yang sama. Tidak mungkin pihak perkumpulan
"Tiga Naga' memasang berbagai jebakan hanya untuk melindungi barang-barang yang tidak ada gunanya ini. Apalagi nyonya Aldo pernah mengatakan bahwa dari tempat itu ada sebuah lorong yang bisa menembus ke bangunan lainnya.
Ray mengambil senter dari tangan Tony. Lalu dengan hati-hati dia edarkannya ke atas tanah. Dia khawatir di tempat itu terpasang jebakan. Sebab itu, dia meningkatkan kewaspadaannya.
Tony mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba dia berkata dengan suara berbisik...
"Ray, disana tampaknya ada sehelai sarung jok mobil. Coba lihat."
Ray menyorotkan senternya ke arah yang di tunjuk Tony. Ternyata di bagian bawah tembok ada selembar sarung jok mobil yang penuh dengan debu. Tony bermaksud berjalan ke depan untuk melihat lebih jelas, tetapi di cegah oleh Ray.
'Jangan sembrono. Keadaan kita sekarang sangat berbahaya. Setiap saat ada kemungkinan maut mengintai'
Ray kembali menyorotkan senternya ke Sekitar sarung jok mobil tersebut. Dia melihat di bagian tembok tergantung berbagai jenis onderdil mobil. Terakhir senternya menyorot ke bagian atas tembok. Disana tergantung sebuah setir mobil.
Tony mulai mengerti mengapa Ray terus menyorot ke bagian yang satu itu.
'Setir mobil itu kemungkinan sebuah alat rahasia atau semacam alat untuk membuka bagian rahasia."
Ray tidak segera menyahut. Dia terus menyorotkan senternya dari atas ke bawah. Tiba-tiba dia me
lihat seutas kabel. Kabel itu tersambung dari belakang setir mobil dan lurus ke ujung tembok sebelah bawah dan menyusup ke dalam lantainya.
Ray tahu dugaan Tony tidak salah. Setir mobil itu kemungkinan besar memang alat membuka Sebuah ruangan rahasia. Dengan hati-hati dia berjalan menghampiri setir itu. Dengan senter di tangannya dia ingin melihat lebih jelas. Dinding ruangan itu penuh dengan sarang laba.-laba Apabila tidak memperhatikan dengan seksama. Tentu tidak mudah menemukan kabel itu.
Dia menolehkan kepalanya dan membeli isyarat kepada Tony. Sahabatnya itu segera bersiap sedia. Seandainya ada sedikit saja suara orang atau suara gerakan mesin yang mencurigakan. dia segera akan meloncat ke samping.
Di bawah cahaya senter yang suram, mereka melihat sarung jok mobil tadi mulai terbuka secara perlahan-lahan. Dengan penuh gairah Tony ingin menghambur kesana. Tetapi sekali lagi dia di cegah oleh Ray. Tony baru tersentak sadar. Saat ini, yang paling di takutkan oleh mereka, justru apabila di bawah sarung jok mobil itu bersembunyi seseorang. bukan hal lainnya.
Dengan penuh kewaspadaan kedua orang itu berjalan mendekati sarung jok mobil tersebut. Ternyata mereka melihat sebuah penutup dari plat besi. Mirip dengan yang biasa terdapat di tengah jalan.
Ray memberi isyarat kepada Tony agar membukanya. Ketika penutup besi itu tersingkap. Mereka melihat sebuah liang. Liang itu tidak begitu besar, hanya dapat memuat tubuh satu orang saja. Di bawah'
nya ada sebuah tangga. Ray menyorotkan senternya ke bagian dalam liang itu, dia melihat disana terdapat sebuah lorong, tetapi tidak terlihat bayangan seorang"
'Bagaimana kalau aku masuk ke dalam?"
Ray teringat ucapan nyonya Aldo. Diam-diam dia berpikir di dalam hati.
Disini pasti ada jalan tembus yang lain....
Karena itu dia pun setuju Tony turun ke bawah untuk melihat keadaannya. Dia juga menyerahkan senternya kepada Tony.
Tony turun ke bawah dengan menggunakan tangga yang ada. Tangannya menyorotkan senter itu ke bawah. Di samping itu, dia juga mempertajam pendengarannya untuk mendengar apabila ada suara yang mencurigakan.
Akhirnya Tony dapat sampai di bagian bawah dengan selamat. Dari jarak tempatnya berada dengan tempat Ray berdiri kurang lebih hanya satu: setengah meter. Tony menyorotkan senter ke bagian lorong tersebut. Dia melihat ujung lorong itu terdapat sebuah tikungan. Tetapi disana tidak ada penerangan sedikitpun.
Tony mendongakkan kepalanya dan melambaikan tangannya sebagai isyarat bahwa Ray sudah boleh turun sekarang. Dengan sekali loncatan yang ringan Ray turun ke bawah tanpa menimbulkan suara sedikitpun.
Mereka berdua menyusuri lorong tersebut, sesampai di tikungan, mereka menghadapi sebuah koridor panjang. Di kiri kanan koridor itu terdapat banyak ruangan kamar. Semuanya tergantung kode
nomor. jumlahnya mungkin ada tujuh delapan ruangan.
Seluruh pintu ruangan ruangan itu tertutup rapat .Di ujung koridor panjang '" ada lagi sebuah tikungan. Disana ada jalan keluar lainnya. Mereka menembus pintu keluar. Ternyata disana ada lagi sebuah tangga.
Ray mengira ngira dari jalanan yang mereka tempuh barusan. Mungkin di atas mereka sebuah bangunan di bagian timur jalan. Mereka berdua berjalan mondar mandir di sekitar tempat itu. Ternyata ketika mereka mendengar di depan setiap pintu, tidak terdengar suara sedikitpun. Dengan hati-hati mereka membuka setiap ruangan yang ada. Salah satu di antaranya merupakan tempat penyimpanan onderdil mobil. Hanya saja yang ini merupakan onderdil yang baru. Masih dalam keadaan di bungkus kertas minyak dan tersusun di atas batangan besi. Ruangan satunya lagi untuk menyimpan perabotan rumah tangga seperti meja dan kursi. Dua diantaranya seperti penjara. Sedang ruangan terakhir seperti tempat menginterogasi tahanan. Di dalamnya terdapat cambuk. tungku perapian lengkap dengan besi capitannya. Mungkin di gunakan untuk menyiksa tawanan.
"Rupanya tempat ini merupakan markas bawah tanah perkumpulan 'Tiga Naga'.' Kata Tony.
Ray merenung sejenak. 'Mungkin kita tidak akan menemukan apa-apa disini. Tempat yang terpenting mungkin terletak di bagian lainnya yang harus di capai dengan tangga di ruangan ujung tadi."
"Aneh! Mengapa ruang bawah tanah sebesar ini
tidak ada seorang penjagapun'"
Kalau ada orang yang menjaga. mereka toh tidak perlu lagi memasang berbagai jebakan di luar. Mungkin merasa hawa di dalam ruangan bawah tanah ini kurang nyaman. Meskipun ada AC. tapi perasaan kita seperti orang yang di penjara "
"kalau begitu, jalan keluar yang lain, mungkin juga merupakan tempat tinggal para penjaga?"
"Menurut perhitunganku, jalan keluar lainnya pasti menembus sebelah timur jalan raya."
Sembari berbicara, Ray berjalan lagi menuju koridor panjang yang dapat menembus ruangan bertangga tadi. Tony mengikuti dari belakang. Dia menggunakan senter menyorot jalan di depan .
Akhirnya mereka sampai di bawah tangga dan berhenti disana. Tony menggerakkan tangannya sebagai isyarat agar dia di ijinkan dulu ke atas. Tetapi Ray malah memberi isyarat agar dia memadamkan senternya. Lalu dia sendiri yang naik dulu ke atas.
Kedua orang itu selalu bekerja sama dengan baik. Tentu saja Tony mengerti maksud Ray. Dia pasti takut sinar senter akan menimbulkan situasi yang kurang menguntungkan. Lagipula saat ini Ray sudah sampai di depan tangga. Dia tidak memerlukan penerangan lagi.
Ray memegang tangkai tangga tersebut dan naik ke atas. Meskipun tidak ada penerangan, tetapi Ray sudah berpengalaman berjalan dalam kegelapan. Ketika dia merasa dirinya sudah sampai di ujung tangga, dia mengulurkan tangannya untuk meraba.
Ternyata tidak jauh dari atas kepalanya terdapat sebuah penutup dari besi. Persis seperti penutup yang
mereka buka ketika hendak masuk ke ruangan bawah tanah ini. Ray naik lagi satu tindak. Kepalanya pun membentur penutup besi tersebut.
Ray memantapkan kakinya. Lehernya di miringkan sedikit. Tangannya mendorong dengan perlahanlahan. Penutup besi itupun terbuka, tetapi timbul suara dari atas, Ray terkejut setengah mati. Hampir saja dia menyurut mundur.'Tetapi ketika pandangan matanya di pusatkan. Keadaan di depannya kegelapan belaka .
Dia berusaha memperhatikan dari celah penutup yang terbuka. Tapi apapun tidak terlihat olehnya. Mungkin orang-orang disana sudah tidur. Mungkin pula di luar sana merupakan ruangan rahasia juga seperti tempat ini.
Ray baru bermaksud merapatkan kembali penutup besi itu. Kemudian turun dan mengambil senter dari tangan Tony. Tetapi tepat pada saat itu juga, dia mendengar suara yang janggal. Untuk sesaat dia jadi tertegun.
Yang di dengarnya barusan adalah suara mobil yang melintas lewat. Ray segera sadar. Bagian atasnya mungkin merupakan jalan raya di bagian timur. Tetapi, mengapa demikian gelap" Kan tidak mungkin, setidaknya disana harus ada lampu jalanan.
Dengan nekat, Ray naik lagi satu tindak. Dia membuka penutup dari besi itu. Tetapi apapun tidak terlihat. Sebetulnya bagaimana penjelasan dari semua ini"
Sekali lagi Ray mengulurkan tangannya meraba. Tong! Terdengar bunyi yang nyaring. Begitu terkejutnya sampai Ray menarik tangannya kembali. Namun
setelah di renungkan sejenak, sekali lagi dia mengulurkan tangannya, dengan hati-hati dia meraba apa yang terdapat di atasnya. Ternyata sebuah besi lain yang tidak rata dan berlekuk-lekuk.
Apa ini" Aneh! Pikirnya dalam hati. Dengan perasaan ingin tahu Ray mengulurkan tangannya dan meraba dengan seksama. Sekarang dia mengerti. Ternyata di atasnya terdapat sebuah drum minyak tanah berukuran 200 liter. Drum itu di susupkan ke dalam lubang sehingga tertutup rapat.
Ray mencoba mendorongnya sekuat tenaga, tetapi drum itu tidak bergeming sedikit pun. Hatinya merasa heran lagi. Dia menyingkirkan penutup besi itu ke samping. Kemudian naik lagi satu tindak. Matanya mengedar ke sekeliling. Dia berusaha mengintip dari celah drum itu. Ternyata benar jalan raya sebelah timur. Tetapi karena tertutup oleh drum itu, cahaya lampu jalanan tidak dapat menembus ke dalam.
Tiba-tiba Ray teringat, ketika mereka mengikuti jejak nyonya Aldo tempo hari, mereka pernah bersembunyi di belakang sebuah drum besar. Mungkinkah drum ini yang di gunakan sebagai tempat persembunyian tempo hari"
Ray menoleh kepada Tony yang ada di bawahnya.
"Ton, kemarikan senter di tanganmu itu."
.Tony sudah menunggu dengan tidak sabar. Tetapi dia tidak berani sembarang bertindak tanpa ijin Ray. Mendengar kata-kata Ray. dia segera naik ke atas dan menyodorkan senternya.
"Ray, apa yang kau lihat?"
"Ini juga merupakan salah satu jalan keluar, tetapi bukan menuju ke tempat yang kita cari."
*** Ray menerima senter dari tangan Tony. Dia menggunakannya untuk menyorot drum tadi .Dia melihat bagian tengah drum itu terjepit oleh semacam besi bundar. Sedangkan apa yang terisi di dalamnya, Ray tidak tahu.
Ray mencoba membayangkan situasi ketika dia mengikuti jejak nyonya Aldo tempo hari. Saat itu dia tidak memperhatikan apa isi drum tersebut Hanya dia tahu itu sebuah drum yang sudah agak berkarat dengan beberapa huruf tertera di bagian atasnya.
Tapi dia masih mengingat tulisan itu, bunyinya "Pasir pemadam api, jangan sampai terbalik'. Betul isi drum itu pasti pasir. Sejenis pasir untuk memadamkan api. Sebetulnya Ray dapat berusaha keluar dari lubang itu. Tetapi dia ingat nyonya Aldo mengatakan bahwa dia di bawa melalui sebuah koridor panjang kemudian penutup matanya di buka. Tahu-tahu dia sudah berada dalam sebuah ruang rahasia.
Berpikir sampai disini, Ray membatalkan niatnya untuk segera meninggalkan tempat itu. Dia menyurut mundur sedikit. Kemudian merapatkan kembali penutup dari besi. Setelah itu dia turun lagi dari tangga Itu.
"Apa yang kau temukan?" Tanya Tony.
Ray menjelaskan secara ringkas apa yang tersirat dalam pikirannya. Kemudian dia mengajak Tony kembali ke lorong tadi.
"Di antara sekian banyak kamar ini, mungkin ada satu yang bisa menembus ke ruangan rahasia."
Tony ikut merenung, sesaat kemudian dia berseru....
"Aku ingat sekarang!"
Apa yang kau ingat?"
"Ruangan onderdil mobil. Batangan besi itu kemungkinan dapat di rangkai menjadi tangga."
Ray merasa perkiraan Tony mungkin ada benarnya. Karena sejak masuk ke dalam bawah tanah ini, mereka sudah merasa bahwa ruangan itu merupakan ruangan yang paling rapi dan bersih. Bahkan dekorasi di dalamnya Juga lebih bagus dari yang lain. Bagian atapnya menggunakan etemit dari tripleks yang di potong persegi persegi. Tadinya dia mengira bahwa tempat itu digunakan untuk menyimpan onderdil yang masih baru sehingga di buat lebih apik daripada yang lain. Sekarang dia membayangkannya kembali. Dia baru tersadar bahwa mungkin salah satu dari eternit yang terbuat dari tripleks itu dapat di buka persis seperti penutup besi tadi. Mmgkin dari sana mereka dapat menembus ke tempat lain yang belum di ketahui.
Dengan demikian Ray dan Tony segera kembali ke ruangan nomor 5 yang berisi onderdil tadi. Ray menyorotkan senternya ke lantai, kemudian di sorotkannya lagi ke bagian eternit. Tetapi dia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.
Sekali lagi dia memperhatikan batangan besi yang berjejer disana. Di atas setiap batangan besi terdapat banyak onderdil. Semuanya masih terbungkus dengan lembaran kertas minyak. Keadaannya masih baru sekali.
Tanpa dapat menahan rasa ingin tahunya. Tony naik ke atas batangan besi itu. Dia berharap dapat menemukan sedikit titik terang. Siapa nyana baru saja kakinya menginjak salah satu batangan besi itu, karena Kurang hati hati dia tergelincir. Plak !! Sebungkus onderdil terjatuh di atas tanah. Bungkusannya malah jadi terbuka.
Begitu terkejutnya Tony sehingga nyaris saja dia berteriak. Ray menyorotkan senternya ke lantai. Tampak bungkusan berupa kertas minyak itu sudah terbuka, di atas lantai berhamparan bungkusan-bungkusan putih. Dari bagian luar bungkusan itu terlihat nama serta nomor seri onderdil tertentu.
Secara iseng iseng Ray membungkukkan tubuhnya dan membuka bungkusan itu Ternyata di dalamnya bukan onderdil mobil, tetapi plastik-plastik tembus pandang berisi bubuk putih.
Tony juga sudah melihatnya. Dia membantu Ray membuka bungkusan lainnya. Ternyata semuanya berisi bubuk putih. Ray merobek sedikit ujung plastik itu kemudian mengulurkan tangannya menjawil sedikit. Setelah itu dia mencicipinya di lidah. Berkat pengalamannya yang banyak, dia segera tahu bahwa yang di cicipinya tadi adalah bubuk heroin.
Tepat pada saat itu juga, dari atas eternit berkumandang suara langkah kaki. Ray cepat-cepat memadamkan senternya. Dia mendongakkan kepalanya dari tempat yang agak tersembunyi. Dari celah yang terbuka sedikit di bagian eternit terdengar suara seseorang.
"Dasar kau yang banyak curiga! Mungkin hanya seekor tikus."
"Tidak! Tidak mungkin!" Sahut yang lainnya. "Mana mungkin ada tikus di dalam gudang" Lebih baik berhati-hati sedikit. Biar aku turun melihat keaduan di bawah." '
Bagian eternit langsung terbuka celah berbentuk segi empat. Kemudian sebuah tangga kayu di turunkan dari atas. Ray-dan Tony segera meringkukkan tubuh mereka di balik batangan besi.
Orang itu segera menuruni tangga. Senter di tangannya menyorot ke sekeliling ruangan tersebut.
"Apakah kau menemukan sesuatu?" Tanya rekannya yang masih di atas.
"Sementara ini belum, tapi suara tadi...."
"Aku sudah bilang, pikiranmu sendiri yang ngelantur. Padahal memang tidak ada apa-apa."
"Mungkin kata-katamu ada benarnya juga. Padahal orang yang bisa terbang juga tidak mungkin bisa masuk kemari. Kecuali kalau dia bisa menyusup ke dalam tanah. Hayo kita tidur lagi."
Orang itu menyorotkan senternya sekali lagi ke seluruh ruangan itu. Hampir saja'cahaya menyinari tumpukan heroin yang di buka Ray tadi. Hati Tony dan Ray sudah berdebar-debar. '
Tetapi tampaknya bintang mereka memang sedang terang. Orang itu tidak memperhatikan dengan seksama. Setelah bersin satu kali', orang itu naik kembali ke atas,. Kemudian tangga kayu tadipun di tarik kembali. Papan tripleks pun di rapatkan kembali. keadaan di dalam ruangan itu kembali gelap gulita. Bahkan sedikit celahpun tidak terlihat. Ray dan Tony baru bisa menghembuskan nafas lega.
"Ternyata dugaanku memang tidak salah. Tempat di atas itu barulah tujuan kita."
"Sekarang kita tidak bisa kesana lagi."
"Mengapa?" ' "Mereka sudah bangun. Lagipula, tangga itu ada
di atas. Meskipun kita mungkin bisa merangkai batangan besi ini menjadi tangga, tetapi akhirnya yang rugi malah kita sendiri. Lagipula belum tentu kita bisa membuka untaian pengikat batangan besi tersebut."
Tony merasa apa yang di katakan Ray ada benarnya juga. *
"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Kita lihat dulu apa lagi yang terdapat dalam ruangan ini"
Ray berjalan menghampiri tumpukan bungkusan onderdil itu. Tony mengikuti di belakangnya. Satu per satu bungkusan itu di buka. Ternyata semuanya berisi bubuk heroin.
"Ray, sebaiknya kita lapor polisi saja." Usul Tony.
"Tidak. Tidak perlu melapor polisi. Ton, kau punya korek api?"
"Ada. Kenapa?" Tony berpikir sejenak. Kemudian dia seperti tersadar. "Maksudmu, kau ingin membakar tempat ini?" _
Ray menganggukkan kepalanya.
"Gagasan yang cemerlang!" Seru Tony sambil mengeluarkan korek apinya dan di sodorkan kepada Ray.
Ray mengumpulkan'kertas minyak dan bungkusan plastik berisi heroin itu dan di tumpukkan menjadi satu.
_ "Kau tunggu aku di depan pintu. Buka pintunya lebar-lebar!"
Tony berjalan keluar dan membuka pintu ruangan itu lebar-lebar. Sementara itu, Ray sudah menyulut sebatang korek api dan di lemparkannya ke atas tumpukan kertas minyak. Bum! Terdengar suara yang
cukup keras. Apipun langsung menyala dengan berkobar-kobar.
Ray segera keluar dari ruangan tersebut. Tony merapatkan pintunya kembali.
'Lalu lewat mana kita keluar?"
Sikap Ray tenang sekali. 'Lewat lorong tadi yang dapat menembus ke jalan besar. Mungkin lebih mudah."
Kemudian merekapun menyalakan senternya kembali dan berjalan menyusuri koridor panjang. Sesampainya di bawah tangga, Ray menyerahkan senternya kepada Tony. Dia sendiri segera naik lewat tangga itu.
Ray sudah mempertimbangkan matang-matang, drum di atas itu, apabila dia menggunakan tenaga yang lebih besar, pasti lubangnya akan terbuka. Pasti jalan ini di persiapkan oleh pihak perkumpulan 'Tiga Naga* sebagai jalan darurat untuk melarikan diri apabila terjadi sesuatu.
Karena itu, ketika penutup besinya sudah di buka. Ray pun menggunakan segenap tenaga untuk mendorong drum itu.
Di bawah Tony sudah gelisah sekali .Dia mendengar suara ledakan-ledakan dari ujung lorong. Dia khawatir sebentar lagi akan muncul orang-orang dari pihak lawan untuk mencari mereka.
Dia menyorotkan senternya ke atas. Dengan harapan pekerjaan Ray akan lebih cepat rampung dengan bantuan penerangan itu. Tetapi, rupanya meskipun sudah mengerahkan segenap tenaga, drum itu tetap tidak terangkat juga.
Tony berteriak dari bawah.
Tombol itu mungkin merupakan alat untuk membukanya."
Ray menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Tony. Ternyata disisi drum itu terdapat sebuah tombol. Terdengar suara berderak-derak, ketika Ray memijat tombol tersebuta Tanpa menemui kesulitan sedikitpun, drum itu terangkat ke atas dan terbukalah sebuah celah. Ray cepat-cepat naik ke atas dan memanjat melalui telah itu. Tony pun naik ke atas dengan tergesa gega.
Ternyata tempat itu memang merupakan sebelah timur Jalan raya dimana mereka pernah menguntit jejak nyonya Aldo ketika di culik. Ray dan Tony mengedarkan pandangannya. Ternyata tidak terlihat seorangpun. Ray menyuruh Tony menutup kembaii penutup besi. di bagian bawah kemudian baru merapikan kembali drum tadi pada tempatnya.
Tepat pada saat itu, sebuah mobil melaju ke arah mereka. Ray cepatcepat menarik tangan Tony dan di ajaknya bersembunyi di belakang drum tadi. Ternyata hanya sebuah mobil yang lewat saja. Tetapi keadaan di tempat itu tidak menjadi tenang. Sebuah gedung di seberang jalan tampak tiba-tiba menyalakan semua lampunya dengan terang benderang. Orang-orang di dalam rumah itu pun seperti sibuk sekali.
Ray memperhatikan gedung bertingkat tiga itu.
'Rupanya disanalah markas perkumpulan "Tiga Naga'." Kata Ray.
Pertama-tama lantai dasar gedung itu yang menyala lampunya, disusul dengan tingkat kedua. Tetapi keadaan di tingkat tiga tetap sunyi senyap tanpa ada gerakan sedikitpun.
"Coba kau tebak, mungkinkah mereka melaporkan kejadian ini pada pihak yang berwajib?"
"Tentu saja tidak! Tetapi biar bagai mana mereka akan berusaha memadamkan kebakaran itu....' tiba tiba Ray menepuk bahu Tony. "Ton, kita cari akal agar dapat menyusup ke dalam gedung itu."
"Sekarang juga?"
"Betul. Keadaan didalam gedung itu sedang kalang kabut. Justru merupakan saat yang tepat untuk menyusup ke dalam."
Ray langsung mengendap endap ke seberang jalan. Mereka memperhatikan keadaan di sekitar. Dari luar tampaknya tenang-tenang saja. Tidak terlihat asap yang menyelip keluar. Tetapi orang-orang di dalam gedung itu justru seperti semakin panik .
Ray melihat bahwa gedung itu adalah sebuah gedung tua. Tangga rumahnya pasti ada di dalam. Di sekitar halaman terdapat tembok pendek yang mengelilingi dan di hias dengan pot-pot bunga. Di tengah-tengahnya ada pagar kawat"
Ray memberi isyarat kepada Tony. Langkah kaki mereka di ringankan. Dengan mudah keduanya moloncat naik ke atas tembok itu dan melompat ke bagian dalamnya. Ray yang pertama-tama mmgendap-endap sampai di bawah jendela. Dia mendengar suara seseorang bertanya.
"Apakah apinya sudah padam?"
"Kami sudah menghabiskan tiga tabung pernadam api. Rasanya tidak akan menjalar ke bagian yang lain. Tapi barang-barang itu...."
'Jangan cerewet! Cepat bawa beberapa orang ke seberang sana dan lihat bagaimana bisa timbul kebakaran."
Orang itu segera mengiakan lalu terdengar suara langkah menjauh. Ray dan Tony masih bersembunyi di bawah jendela. Kembali terdengar seseorang berkata.
"Aku tidak mengerti. Mengapa tiba-tiba bisa terjadi kebakaran?"
"Mungkinkah ada orang yang menyusup ke dalam ruangan bawah tanah?"
'Rasanya tidak mungkin! Kita toh sudah memasang berbagai alat rahasia yang canggih."
'Jangan lupa, kita pintar, mungkin ada orang lain lagi yang lebih pintar. Dan ingat! Kita sekarang sudah bertambah sekelompok musuh."
'Maksudmu, perkumpulan bunga Ros?"
"Betul. Orang-orang perkumpulan ini mungkin baik di depan kita, tapi menikam dari belakang."
'Mengapa ketua masih belum kembali juga" Padahal aku Sudah menelpon ke rumahnya melaporkan hal ini."
'Mungkin sebentar lagi beliau akan tiba. Pasti beliau marah sekali."
"Tentu saja. Kita mempunyai banyak stok yang di simpan dalam ruangan itu."
Tony masih ingin mendengarkan lebih lanjut, tetapi Ray sudah menarik ujung bajunya dan menunjuk ke arah pipa ledeng di ujung. Tony segera mengikuti Ray dari belakang. Kedua orang itu mendongakkan kepalanya. Lampu di tingkat kedua juga menyala dengan terang. Ray berkata dengan suara berbisik.
"Mungkin di atas sana merupakan tempat tinggal tokoh mereka yang lebih tinggi. Kita cari akal naik kesana".
*** Tony mendahului naik lewat pipa ledeng itu, Ray mengikuti dari belakang. Orang-orang di dalam gedung itu sebagian besar sudah berlari ke bawah. Oleh karena itu, keadaan di atas menjadi sunyi senyap. Hal ini malah membuat gerakan Ray dan Tony lebih leluasa.
Ketika Ray dan Tony sedang menggeledah ruangan di tingkat dua itu, tiba tiba terdengar suara deru mobil berhenti di depan gedung lalu di susul dengan langkah kaki yang tergesa gesa.
Ray dan Tony sama-sama tidak dapat melihat keadaan di depan gedung itu, tetapi mereka dapat membayangkannya. Ternyata mereka tidak mendapatkan apa-apa dalam ruangan di tingkat dua itu.
Mungkin kamar ini hanya di huni satu orang. Hal ini terlihat dari bantal gulingnya yang hanya sepasang dan selimutnya yang hanya selembar. Di atas tempat tidur, tergantung potret setengah badan dari seorang laki laki. Ray merasa seakan pernah melihatnya, tetapi dia lupa lagi dimana tepatnya.
Pintu kamar itu tidak tertutup rapat. Karena itu, suara pembicaraan dari bawahpun dapat terdengar dengan jelas. Saat itu, mereka mendengar suara seorang laki laki yang serak dan berat.
"Mengapa bisa menjadi seperti ini?"
"Aku juga tidak tahu." Sahut seorang laki laki lainnya. "Sore-sore aku sudah masuk tidur. Kemudian mereka membangunkan aku dan memberitahukan bahwa ruangan bawah tanah telah terjadi kebakaran. Aku cepat cepat turun melihat keadaan, tapi saat itu tidak ada bisa di pungut lagi, untung saja api tidak
menjalar ke ruangan lainnya."
"Apa ini masih belum cukup" Kalian benar-benar tidak berguna. Tadi ketika aku menerima telepon darurat, aku sudah mendatangi bagian belakang gedung kita. Ternyata seluruh peralatan rahasia sudah pernah di sentuh orang. Hal ini membuktikan bahwa ada musuh yang menyusup ke dalam pondok kecil itu."
"Tapi. perangkap disana banyak sekali. Bagai mana mungkin mereka bisa mencari sampai ke ruang bawah tanah?"
"Mengapa tidak mungkin" Nyonya Aldo bisa menceritakan keadaan di dalam pondok itu."
"Nyonya Aldo?" '
"Sudah pasti ini semua perbuatan orang-orang dari perkumpulan bunga Ros. Panggilkan kedua orang yang bertugas menjaga ruangan penyimpanan barang itu kemari!"
"Baik, Pak Ketua!"
Untuk sementara keadaan menjadi hening kembali, Ray dan Tony tidak mendenga: suara apapun. Tapi, mereka juga tidak perlu mendengar lebih lanjut. Setidaknya mereka sudah dapat membayangknn akibat dari masalah ini. Sedangkan di dalam ruangan itu tidak terdapat apa-apa, mereka sudah bersiap meninggalkan tempat tersebut._
Tetapi, justru pada saat itu, terdengar lagi tanya jawab antara orang orang komplotan itu.
"Apakah kalian sudah memeriksa laci pengaman?"
"Belum." _ "Mengapa masih belum memeriksakan?"
sejak tadi aku sibuk terus. Aku khawatir api akan menjalar ke atas. Pak Ketua. aku akan memeriksanya sekarang juga."
"Baik, aku akan ikut memantau. Apabila kedua penjaga gudang ini sampai disini, bawa mereka ke ruang perpustakaan di tingkat dua, mengerti ?"" Perintah laki-laki kepada orang lainnya.
"Baik., Pak Ketua."
Terdengar suara derap langkah yang riuh menaiki undakan rangga. Ray dan Tony tadinya sudah bermaksud meninggalkan tempat itu .Tetapi sekarang mereka justru merasa sayang melepaskannya begitu saja. Mereka cepat-cepat bersembunyi di balik kegelapan. Karena mnurut Pembicaraan yang mereka dengar, orang-orang itu pasti tidak akan menuju ' ke kamar ini.
Ruang perpustakaan.... Dimana ruang perpustakaan itu"
Suara-langkah kaki kedua orang itu semakin dekat, kemudian melewati kamar dimana Ray dan Tony bersembunyi. Lalu berjalan terus menuju lorong panjang. Ray dan Tony saling lirik sekilas. Tony baru bermaksud mengintip lewat celah pintu kamar yang terbuka, tetapi pada saat itu, timbul lagi suara langkah kaki lainnya. Cepat-cepat dia menyurutkan 'tubuhnya kembali. Kalau di tilik dari suaranya, pasti jumlah mereka lebih dari tiga orang. Sedangkan jurusan yang di ambil sama dengan dua orang yang pertama tadi.
Di lorong panjang penerangannya agak temaram. Di kedua sisi terdapat _pot-pot besar di tanami bunga hias dalam rumah. Seandainya Ray dan Tony kemudian keluar kelorong tersebut dan bersembunyi di balik pot pot niscaya mereka akan tahu kemana orang orang tadi masuk . Tapi yang di khawatirkan justru jumlah mereka yang banyak Setiap saat ada kemungkinan orang naik turun. Jadi Ray membatalkan niatnya keluar lewat lorong itu.
Akhirnya mereka memilih keluar dari jendela. Di bagian bawah jendela ada injakan batu selebar sepuluh senti. Dengan berhati-bati mereka merambat lewat injakan batu itu dan menggeser ke ruangan sebelah yang lampunya juga sudah di nyalakan.
Saat itu mereka mendengar suara seseorang berkata....
"Masih lumayan. Tidak ada orang yang menginjakkan kakinya sampai kesini. Keadaan laci pengaman masih utuh!
Saat ini Ray baru mengenali suara orang itu sebagai suara ketua perkumpulan "Tiga Naga' Romeo. Terdengar orang itu berkata lagi.
"Suruh orang-orang lainnya menjaga setiap jalan keluar ruang bawah tanah. Seandainya ada orang yang menyusup masuk, mungkin sampai sekarang mereka masih berada di dalam. Kalian harus memeriksa setiap bagian dengan teliti!"
Kemudian Romeo berkata lagi dengan suara
"Tadi bagaimana kalian bisa tahu bahwa ruang bawah tanah telah terjadi kebakaran'' Pertanyaan ini pasti di ajukan kepada kedua orang penjaga tadi.
' 'Ketika sedang tidur pulas, kami seperti mendengar suara di ruangan bawah. Cepat-cepat kami bangun 'dan memeriksa. Tetapi tidak terlihat apapun. Tidak di sangka-sangka, tidak lama kemudian alarm
tanda kebakaran sudah berbunyi."
"Kalian benar-benar gentong nasi. Pasti kalian tidak memeriksanya dengan teliti." Bentak Romeo.
"Kami mengira perangkap yang kita pasang begitu hebat, tidak mungkin ada orang yang sanggup menyusup kedalam."
Plok! Plok! Terdengar suara tamparan sebanyak dua kali. Kemudian Romeo memerintahkan.
"Bawa mereka ke ruangan ular!"
Kedua penjaga itu langsung menjatuhkan dirinya berlutut di atas tanah. Mereka meratap memohon pengampunan.
"Pak Ketua, ampunilah kami. Ini toh bukan kesalahan kami. Kami benar-benar sudah memeriksanya dengan teliti...."
"Heh! Bukan kesalahan kalian, jadi kesalahanku" Jangan banyak bicara, ringkus dulu mereka!"
Orang-orang dari perkumpulan 'Tiga Naga" lainnya segera menyeret kedua penjaga yang masih terus berteriak memohon pengampunan.
Mendengar pembicaraan mereka, Ray dan Tuty yang ada di luar jendela jadi tertegun. Apa yang di sebut ruang ular" Tentu bukan suatu tempat yang menyenangkan, sebab kedua penjaga tadi tampaknya ketakutan setengah mati.
Romeo ingin menghitung kerugian yang mereka alami akibat kebakaran ini, oleh karena itu cepatcepat dia meninggalkan ruangan tersebut. Diam-diam Ray dan Tony merasa senang. Menunggu sampai pintu ruangan itu sudah di tutup kembali. keduanya mencoba mendorong jendela ruangan itu. Ternyata tidak terkunci .Mereka pun menyelinap ke dalamnya.
Didalamnya tampak sebuah lemari besar yang terisi berbagai jenis buku berjajar rapi dan tampaknya tidak ada apa-apa yang mencurigakan.
"Apa yang mereka sebut laci pengaman?" Tanya Tony dengan suara rendah.
Ray tidak menyahut. Dia menyorotkan senternya ke sekeliling ruangan itu. Terhadap tempat-tempat rahasia, Ray memang biangnya. Tanpa ragu-ragu dia langsung mendekati sebuah lukisan dan memeriksanya dengan teliti. Iseng-iseng tangannya menggerakkan lukisan tersebut. Ternyata bergeser ke dalamnya terlihat sebuah laci pengaman yang terbuat dan besi.
'. Dengan hati-hati Ray membukanya. Ternyata di bagian dalam laci itu terdapat setumpuk. buku notes. Tidak ada lainnya. Tapi Ray yakin buKu itu justru penting sekali, apabila tidak, buat apa mereka menyimpannya di tempat serahasia ini"
Baru saja Ray Ingin mengulurkan tangannya mengambil tumpukan buku notes itu, tiba-tiba dari bagian dalam laci terdengar suara desisan. Ray terkejut-sekali, cepat-cepat dia menyurut mundur beberapa langkah. Dari dalam laci itu merayap keluar tiga ekor ular kobra yang matanya menyorotkan sinar tajam. Tony bergidik melihatnya. Apalagi ular-ular itu mulai merayap keluar dan menjatuhkan diri di atas lantai seperti binatang yang sudah terlatih. Dengan melata ular-ular itu mendekati Ray dan Tony. .
Ray memberi isyarat kepada Tony agar jangan melakukan gerakan apa-apa. Tiba-tiba tangannya mengibas. Tiga batang pisau terbang melayang keluar dan secara tepat menancap di kepala ketiga ekor ular


Paranormal Karya Maria Fransiska di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Setelah berkelojotan sebentar, ular-ular itupun tidak bergerak lagi.
Tony mengusap peluh yang membasahi keningnya. Untung saja ilmu melemparkan pisau Ray cukup mahir. Sementara itu, Ray mengulurkan tangannya mengambil salah sebuah buku notes di dalam laci itu. Tidak di sangka-sangka, saat itu juga alarm tanda bahaya berbunyi.
Meskipun demikian. Ray tidak ingin meletakkan kembali buku buku notes itu. Dia malah mengeluarkan semuanya dan mcnggeletakkannya di atas tanah. Dengan sebelah tangan menyorotkan cahaya senter, dia membolak-balikkan buku-buku itu.
'Cepat kita lewat jendela itu." Teriak Tony.
Tony segera menghambur ke depan jendela. Di bagian bawah sudah terdapat beberapa anak buah perkumpulan "Tiga Naga yang menjaga Tony menolehkan kepalanya dengan panik.
"Ray! Mereka sudah mengepung kita!"
Ray segera menghambur juga ke depan jendela. Dia sadar sekarang sudah terlambat untuk melompat ke bawah. Dia mengedarkan pandangan matanya. Kira-kira jarak dua meter dari samping bangunan itu ada sebuah gang yang cukup lebar .
'Bisakah kau meloncat ke gang im?" Tanyanya pada Tony. '
'Coba coba saja. Toh tidak ada Jalan lain lagi. Dia langsung berdiri' di ambang jendela dan mengambil ancang-ancang. secepat kilat tubuhnya mengayun lalu meloncat turun di gang sebelah itu. Tiba-tiba Ray mendengar Tony menjerit. Ray jadi tertegun.
Di tahu gerakan Tony gesit sekali. Apabila dia
sudah mencapai gang sebelah itu, tentu tidak sulit baginya untuk melarikan diri. Tapi kenapa sahabatnya itu malah menjerit"
Begitu dia memperhatikan dengan seksama. dia melihat sorotan lampu di sekitar gang itu. Rupanya gang itu palsu, hanya sebuah pelataran dari bagian samping rumah yang di buat sedemikian rupa schingga musuh mudah terjebak. Sudah pasti Tony sudah berhasil tertangkap oleh pihak orang-orang perkumpulan 'Tiga Naga'.
Menghadapi keadaan seperti ini, Ray maklum gawatnya situasi yang mereka hadapi. Cepat-cepat dia menyurut kembali ke dalam kamar dan memeriksa sekali lagi buku-buku notes itu dengan bantuan senter di tangannya. Setelah membolak-balik sekali lagi, akhirnya dia memilih salah satunya dan merobek dua lembar bagian paling depan.
Cepat-cepat di masukkannya lembaran notes itu ke dalam saku celana dan mencari akal untuk melarikan diri dari tempat tersebut.
*** EMPAT Tony di ringkus oleh sekelompok orang. Seseorang bertanya kepadanya dengan suara membentak "Siapa kau" Mengapa kau menyusup ke tempat
ini?" Tony berusaha memperlihatkan ketenangan. "Aku toh hanya ingin mencari sedikit rejeki." "Jadi kau pencuri" Sebetulnya ada berapa orang rekanmu?"
"Aku selalu bergerak seorang diri."
"Bawa dia menghadap kepada bapak Ketua!" Seru orang itu.
Tepat pada saat itu, terdengar seseorang berteriak.
"Bapak Ketua sudah datang!"
Kemudian terdengar suara Romeo.
"Berapa orang yang tertangkap ?"
"Satu, Pak." "Tidak mungkin hanya satu. Hei anak muda! Bila kau masih ingin melihat matahari esok pagi, maka kau harus menjawab sejujurnya. Sebetulnya berapa orang yang menyusup ke tempat ini?"
"Dari tadi aku sudah bilang bahwa aku hanya seorang diri." Sahut Tony dengan suara yang sengaja di perkeras.
' "Bawa dia ke dalam rumah! '
Beberapa orang anak buah Romeo pun menyeret Tony masuk ke dalam rumah. Ray masih meringkuk di bawah jendela dan mendengarkan keadaan di sekitarnya dengan seksama. Di bawah masih ada beberapa penjaga. Sedangkan di luar pintu kamar sudah terdengar langkah kaki manusia.
Diam-diam Ray berpikir dalam hati.
* Apabila sekarang tak mencoba melarikan diri, mungkin sebentar lagi aku tidak mempunyai kesempatan lagi. -_
Ray segera berdiri dan naik ke atas ambang jendela. Dibawahnya ada empat lima orang penjaga yarg sedang menyorotkan senternya ke arah tubuh Ray. Tetapi pemuda ini sama sekali tidak takut. Dia sudah biasa menghadapi bahaya seperti ini.
Tiba-tiba dia melemparkan senter tangannya ke bawah sambil berteriak....
"Waktu kematian telah tiba!"
Para penjaga yang ada di bawah terkejut setengah mati. Mereka cepat-cepet menyurut mundur sejauhnya. Karena mengira Ray melemparkan sejenis bom yang bisa meledak. Dengan menggunakan waktu yang singkat itu, Ray mengayun tubuhnya ke bawah. Tangannya langsung bergerak menghantam salah seorang penjaga yang berada paling dekat dengannya Setelah itu dia langsung mengambil langka seribu dan meloncat ke atas tembok rumah yang mengelilingi gedung tersebut. Sampai saat itu para penjaga
bergegas secepatnya mengeja Ray. Tapi bayangan pemuda itu tidak kelihan lagi.
Ray sudah berhasil meloloskan diri, sayangnya
Tony ada dalam genggaman orang-oang ini.
Romeo membawanya ke dala rumah dan bertanya
lagi. "Hm.. Ternyata murid si Ray. Sebetulnya apa
maksud kalian berdua menyusup ke tempat ini"
Tanyanya ketus. Tony tidak menyahut sama sekali. Dia duduk di
atas sebuah kursi dengan tampang termangu-mangu.
Saat itu, ada seseorang yang berjalan nasuk ke dalam
ruangan itu sambil membawa setumpuk buku notes.
"Ruang penyimpanan dokumen ini sudah "i
bongkar mereka. Buku-buku notes ini berserakan di
atas tanah." Kali ini rasa terkejut Romeo jangan di katakan
lagi. Cepat-cepat dia menyambut buku-buku notes itu
dan di hitungnya dengan teliti. Tenyata tidak ber-
kurang satupun. Hatinya pun menjadi agak tenang.
Sedangkan Tony tidak tahu Ray sudah merobek
dua lembar di antara buku notes tersebut. Dia mengira Ray melarikan diri dengan tangan kosong.
Romeo tertawa sinis. Aku akui Ray memang benar-benar hebat. Tetapi sayangnya dia harus mengorbankan dirimu. Sekarang aku ingin bertanya sekali lagi. Siapa sebetulnya yang menugaskan kalian menyusup kesini?"
Tony tetap tidak menjawab. Hatinya sadar bahwa
Ray bukan jenis menusia seperti yang di katakan
Romeo tadi. Sementara itu. Romeo mengeluarkan sebuah kotak rokok terbuat dari emas dari saku celananya.
"Kalau kau masih diam saja. Aku akan memberikan sedikit pelajaran kepadamu. Tahukah apa isi kotak rokok ini?"
Akhirnya Tony berbicara juga, dia tersenyum simpul.
"Mungkin sejenis narkotik yang kalian edarkan. bukan?"
Romeo mendengus dingin. "Bukan! Kotak ini berisi cairan racun! Kami menyedotnya dari mulut ular yang paling berbisa."
Senyum di bibir Tony hilang seketika. Dia teringat kematian yang di alami oleh Niko. Tanpa terasa tubuhnya bergidik. Saat itu. Romeo berkata lagi kepada salah seorang anak buahnya.
"Bawa jarum suntikan."
Kali ini rasa terkejut Tony juga tidak terkirakan.
'Apa sebetulnya yang kalian ingin aku katakan?" Tanyanya gugup.
"Siapa yang memerintahkan kalian berdua menyusup kemari?"
"Mengapa kau tidak bertanya pada Ray saja?"
"Dia sudah melarikan diri."
"Dia pasti akan kembali lagi."
"Bagaimana kau bisa tahu?" Romeo terkejut sekali. Cepat-cepat dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu, seakan takut Ray akan muncul secara mendadak.
"Karena aku toh masih ada di tangan kalian. Dia tidak mungkin membiarkan aku disini selamanya."
Tanpa dapat menahan diri lagi, Romeo tertawa
terbahak-bahak. Tiba-tiba telepon di ruangan itu berdering. Salah seorang anggota perkumpulan itu segera menghambur ke arah meja dan mengangkatnya.
"Pak Ketua, telepon untukmu."
Romeo berjalan ke dekat orang itu dan mengambil gagang telepon dari tangannya. Dia mengenali orang yang menelpon sebagai anggota perkumpulan itu juga. Tetapi permintaan rekannya itu yang membuat dia terkejut setengah mati.
Dengan penasaran Romeo bertanya.
"Berdasarkan apa dia berani meminta aku melepaskan orang ini?"
"Bukti kita sudah terjatuh ke tangannya. Apabila Tony tidak di lepaskan, dia akan melaporkan hal ini kepada pihak yang berwajib." Sahut orang dalam telepon.
"Jangan dengar ocehannya. Buku-buku itu semuanya sudah kuhitung. Jumlahnya masih lengkap."
"Ray tidak mungkin berdusta. Lebih baik kau periksa lagi dengan teliti. Mungkin ada beberapa lembar yang sudah di robeknya. Orang ini tidak mudah di hadapi. Seandainya dia membeberkan rahasia kita, celakalah kita semua."
Romeo juga paham gawatnya urusan ini. Oleh karena itu, dia berkata....
"Baiklah, aku akan memeriksa sebentar.'
Telepon di letakkan kembali. Romeo segera memeriksa sekali lagi dengan teliti buku-buku notes tadi. Ternyata sekarang dia baru menyadari bahwa dua lembar di antaranya sudah terkoyak. Hatinya kesal sekali. Wajahnya berubah pucat pasi.
Dengan hawa amarah yang meluap-luap dia mendelik kepada Tony.
"Setan! ingin rasanya aku mengulitimu hidup hidup."
Tony mengangkat bahunya sambil tersenyum simpul.
"Kalau kami, di tentukan harus mati, tentunya kami sudah mati terpatok ular berbisa yang bersembunyi dalam laci pengaman itu."
Romeo segera mengangkat gagang telepon dan. memutar sebuah nomor, tidak sampai dua detik telepon itu di angkat oieh pihak sana.
"Ternyata dia memang merobek dua lembar dari buku-buku kita."
"Apa yang tertulis di atas dua lembar kertas itu?"
"Kalau aku tidak salah ingat, rasanya mengenai jual beli kau dan seorang tokoh masyarakat."
"Pantas dia menelpon kepadaku. Rupanya dia ingin mengancam aku agar melepaskan muridnya. Biar bagaimana, kau harus usahakan dapatkan kembali dua lembar-kertas itu. Kalau tidak, kita semua pasti akan terjaring pihak kepolisian."
"Dimana Ray sekarang?"
"Dia sudah pulang ke rumahnya."
*"Bagaimana kita menghubungi dia?"
"Dia sudah mengatakan akan menunggu teleponmu di rumah."
Romeo seperti tentara kalah perang, Dia menarik nafas dalam-dalam. Kemudian dia mencatat nomor telepon Ray yang di beritahukan pihak seberang. Lalu hubungan telepon pun di putuskan. '
Tony tahu saat ini dirinya sudah terlepas dari marabahaya. dengan santai dia berkata....
"Watak Ray tidak sabaran. Kalau kalian tidak cepat-cepat menelponnya, mungkin sebentar lagi dia akan menghubungi pihak kepolisian."
Dengan penuh kemarahan Romeo mendelik kepadanya sekilas. Kemudian dia memutar juga nomor telepon rumah Ray. Sekejap saja sudah ada orang yang angkat di pihak sana.
"Ray, kau sungguh keterlaluan. Selama ini aku cukup mcnghormatimu. Tetapi mengapa kau justru sengaja mencari urusan denganku?"
"Kalau begitu, anda salah paham. Aku hanya ingin mencari sedikit keuntungan, tetapi aku tidak menyangka di dalam laci pengamanmu justru tersimpan beberapa ekor ular berbisa!"
"Kami hanya menjaga kemungkinan apabila lemari kami di bongkar oleh pencuri."
"Cara demikian mencegah pencuri, benar-benar cara yang langka. Sudahlah, jangan berputar-putar lagi. Cepat bebaskan Tony."
"Bagaimana dengan kedua lembar kertas itu"'
"Asal Tony kembali dengan selamat, aku pasti akan mengembalikan kedua lembar kertas ini."
"Baiklah." Kata Romeo dengan perasaan terpaksa. "Hitung-hitung kali ini kami memang takut kepadamu. Cepat kau bawa mobil kemari dan bawa muridmu itu."
"Oh. Tidak! Aku justru ingin kalian yang mengantarnya pulang kemari."
'Apa bedanya?" Tidak ada perbedaan apa-apa. Pokoknya kalian harus mengantarnya pulang kemari."
"Aku mengerti, kau tentu khawatir kami akan
menyerangmu secara mendadak bukan?"
"Bang Romeo, mendengar nada bicaramu, tampaknya kau menganggap aku terlalu sepele. Aku Ray bukan baru sehari dua hari hidup di dunia, juga bukan satu dua kali menghadapi urusan seperti ini. Kau kira aku akan membawa kedua lembar kertas ini kemanamana."
Romeo terkejut setengah mati.
"Lalu dimana kau simpan kedua lembar kertas itu?"
"Setelah bertemu dengan Tony, tentu aku akan memberitahukannya kepadamu "
"Baiklah, kami akan segera mengantarkan Tony pulang. Apakah anda.masih mempunyai persyaratan lainnya?"
"Sudah. Asal Tony dapat kembali dengan selamat. kita masih tetap teman."
Diam-diam Romeo menggerutu dalam hati.
Sudah terang dia membuat ulah, malah ingin menyelesaikannya begitu saja.
Ketika dia masih termangu-mangu, terdengar lagi suara Ray di telepon.
"Bagaimana, Bang Romi" Apakah masih mencari akal bagaimana menyerangku secara gelap?"
"Jangan bergurau. Aku sedang memikirkan hal lainnya."
"Apakah urusan perkumpulan bunga Ros?"
"Mengapa kau bisa bertanya demikian?"
"Tentunya hatimu sendiri mengerti mengapa." Hubungan telepon pun di putuskan.
* * * LIMA Romeo sendiri yang mengantarkan Tony pulang ke rumah. Ray segera membukakan pintu dan mempersilahkan mereka masuk ke dalam. Ray melihat wajah Tony ramai dengan senyuman. Dia tahu sahabatnya itu tidak mengalami kejadian apapun. Tapi dia tetap bertanya....
'Bagaimana keadaanmu, Ton?"
"Lumayan." "Mana kedua lembar kertas itu?"
"Buat apa tergesa-gesa" Duduklah dulu."
"Jangan main-main. Seorang laki-laki yang memegang teguh perkataannya."
"Siapa yang tidak tahu kehebatan perkumpulan Tiga Naga, masa aku berani main-main?"
"Lalu apa yang kau inginkan?"
"Bagaimana kalau kita mengadakan transaksi sekali lagi?"
"Transaksi apa?" Tanya Romeo sambil menatap Ray tajam-tajam.
"Mengenai perkumpulan bunga Ros. Apakah kalian sudah merasa puas dengan penghasilan sebesar seratus juta perminggunya?"
"Apa maksudmu'!" Kata Romeo.
Ray pun menjelaskan maksudnya dengan cara berbisik, mereka berunding cukup Lama. Juga terjadi perdebatan sedikit. Akhirnya terjadi juga kesepakatan di antara mereka. Romeo meninggalkan rumah Ray dengan perasaan puas.
"Ray, apakah kau mempercayainya begitu saja?" Tanya Tony setelah orang itu pergi.
"Tenang saja. Meskipun kali ini kita menempuh bahaya yang cukup besar. Tetapi boleh di bilang kita juga meraih keuntungan."
"Tentu saja. Hampir seluruh stok mereka terbakar habis dan markas mereka kita ohrak abrik." Kata Tony.
"Bukan itu maksudku. Aku sudah berhasil mengetahui siapa boss pengedar narkotik yang sesungguhnya."
"Apa" Jadi Romeo itu bukan pemimpin yang sebenarnya."
"Dia hanya perantara saja. Sebetulnya di belakang Romeo masih ada sekelompok orang lainnya yang mengelola bisnis ini."
"Oh... aku mengerti sekarang. Pasti nama orangorang itu tertulis di dalam buku notes yang ada dalam laci pengaman bukan?"
"Betul. Jumlahnya cukup banyak. Tapi ada dua orang yang merupakan bandar terbesar."
"Siapa kedua orang itu?"
"Salah satunya sudah kita kenal dengan baik. Aldo."
'Apa" Aldo?" "Benar. Istrinya sendiri tidak mengetahui hal itu.
Itulah sebabnya terjadi perselisihan .::". istrinya mengajak dia masuk menjadi anggota perkumpulan bunga Ros."
"Hm" Rupanya begini. Panas saja urusan ini jadi rumit...." "Sudahlah... sebaiknya kita tidur sekarang. Besok masih banyak urusan yang harus kita selesaikan,
Keesokan paginya, Ray seorang diri menuju dermaga nomor tujuh. Belum lama mobilnya di parkir disana, tampak nyonya Aldo datang dengan mengendarai mobilnya sendiri.
"Lho" Kok anda disini" Tidak langsung naik ke 'Misteti Hidup?" .
"Saya memang sengaja menunggumu disini!
"Betul. Aku ingin mengajak anda jalan-jalan."
"Baiklah. Toh aku sedang senggang. Kita cari tempat untuk mengobrol dengan santai! .
Ray membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan nyonya Aldo masuk ke dalam.
"Apakah tidak akan terjadi apa-apa dengan mobilmu disini?" Tanyanya.
"Tidak apa-apa. Di sekitar ini banyak orang orang kami yang mengawasi."
"Tapi akhir-akhir ini banyak komplotan percuri mobil."
"Kalau ada orang mencuri mobil di daerah
ini, sama saja orang itu cari mati."
Ray maklum di sekitar ini memang banyak orang orang dari perkumpulan bunga Ros. Sedangkan dia sendiri pernah di serang di tempat ini. Tetapi sekarang dia datang kemari bukan untuk hal ini. Dia ingin mengorek keterangan yang lebih banyak dari nyonya Aldo.
"Tampaknya indera ke enam nona Sarah tajam sekali bukan?"
"Betul." Sahut nyonya Aldo. "Terus terang saja. Sejak tadi dia sudah tahu bahwa kau akan datang dan menungguku di dermaga nomor tujuh."
"Betul?" Tanya Ray pura-pura terkejut. "Dia benar-benar sakti sekali. Ramalannya selalu jitu."
"Mau permen?" Tanya nyonya Aldo sambil menyodorkan sekotak permen ke hadapan Ray.
Ray teringat kata-kata Romeo tentang produksi perkumpulan bunga Ros yang bermacam-macam. Tetapi semuanya sudah di masukkan obat perangsang. Padahal Ray ingin menolaknya. tetapi dia ingin mengambil sebutir untuk di bawa ke laboratorium agar bisa di test. Akhirnya dia mengambil juga sebutir dan di masukkannya ke dalam mulut.
Padahal dia ingin mencari kesempatan ketika nyonya Aldo lengah dengan memuntahkan kembali permen tadi dan akan di simpannya dalam saku. Tetapi saat itu justru nyonya Aldo berkata....
"Apabila kau suka, aku menghadiahkan sekotak permen ini untukmu."
Tentu saja Ray kegirangan setengah mati.
"Untuk apa" Lalu, kau sendiri?"
"Aku tidak begitu suka makan permen. Aku lebih
suka merokok. Ambillah semuanya."
Ray tidak menolak lagi. Dia menerima kotak permen itu sambil mengucapkan terima kasih. Kemudian secara tiba-tiba dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Tunggu sebentar, rasanya ada yang tidak beres dengan ban mobil ini." Tanpa menunggu jawaban dari nyonya Aldo. Ray segera turun dari mobilnya dan pura-pura memeriksa ban bagian belakang. Padahal dia hanya ingin memuntahkan kembali permen yang masih ada dalam mulutnya.
Sejenak kemudian dia sudah kembali lagi.
"Mungkin hanya kurang angin." Katanya.
Sementara itu, nyonya Aldo kembali menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Aneh juga. lama kelamaan mata wanita itu jadi sayu. Sikapnya pun jadi romantis. Dia menggelendot di bahu Ray dengan mesra. Sebetulnya Ray merasa risih, tapi banyak sekali keterangan yang ingin di ketahuinya dari mulut wanita itu. Oleh karena itu, terpaksa dia mendiamkan saja.
Tiba-tiba Ray melirik lewat kaca spionnya. Dia merasa ada sebuah mobil yang sedang menguntit mereka. Ray segera berkata kepada nyonya Aldo.
"Nyonya Aldo... coba kau lihat. Rasanya ada mobil yang menguntit kita dari belakang."
Sikap nyonya Aldo segera berubah seratus delapan puluh derajat. Dia duduk kembali dengan tegak.
"Kita kembali saja ke dermaga nomor tujuh."
Ray pun memutar mobilnya dan kembali ke tujuan yang di maksudkan oleh nyonya Aldo. Sebelum
turun dari mobil, nyonya Aldo mengingatkan Ray pada pesta malam minggu. Jam tujuh tepat dia dan Tony sudah harus berada di tempat. Sebab pada waktu itu para undangan lainnya juga sudah berdatangan.
Ray menyuruh Tony membawa sekotak permen itu ke sebuah laboratorium kenalannya. Ternyata di dalam permen-permen itu memang di masukkan sejenis obat perangsang. Sekarang Ray tidak ragu lagi. Dia merundingkan dengan Tony apa yang harus di lakukan mereka.
Malam minggu sudah tiba. Hari ini merupakan hari yang di tunggu-tunggu oleh banyak orang. Apalagi para perkumpulan bunga Ros. Mereka memang sudah menunggunya dengan perasaan berdebar debar.
Sejak magrib, tamu-tamu yang di undang dalam pesta perkumpulan bunga Ros sudah mulai berdatangan. Ada laki-laki ada perempuan, sebagian dari mereka mengendarai mobil pribadi yang mewah. Sebagian lagi menggunakan taksi. Mungkin agar tidak tampak menyolok.
Di atas jembatan tepi dermaga berdiri dua orang laki-laki bertubuh kekar. Mereka di tugaskan untuk memeriksa setiap kartu undangan yang di sodorkan para tamu. Kenyataannya, setiap orang yang melalui jembatan itu memang masing-masing membawa se
lembar kartu undangan. Karena itu, merekapun di ijinkan masuk. Kecuali satu orang.
Laki-laki setengah baya ini juga membawa sehelai kartu undangan. Tetapi kedua laki-laki kekar itu justru tidak mengijinkannya masuk. Motor boat yang di sediakan sudah bolak-balik beberapa kali membawa rombongan para tamu. Tentu saja tujuan mereka kapal pesiar 'Misteri Hidup'.
Laki-laki setengah baya itu tenang sekali. Ketika kedatangannya di tolak, dia hanya tersenyum sambil berkata.
"Saudara, kenapa" Apakah kartu undangan ini palsu?"
"Tentu saja asli. Tetapi bukan milik anda, kami tidak bisa di bohongi." Sahut salah satu di antara kedua laki-laki tu.
Laki-laki setengah baya itu sepertinya cerdik sekali. Dia tersenyum sekali lagi. Kemudian merogoh kantongnya dan mengeluarkan uang sebesar dua ratus ribu rupiah. Dia menyodorkannya masing-masing seratus ribu kepada masing-masing laki-laki itu.
"Toh tujuan kita hanya bersenang-senang. mengapa begitu serius?"
Tidak di sangka-sangka laki-laki itu malah mengembalikan uangnya.
"Jangan macam-macam. Kami tidak menerima sogokan. Cepat pergi! Kalau tidak, jangan salahkan apabila kami bertindak kurang sopan."
Laki-laki setengah baya itu tidak menyangka urusannya akan menjadi sedemikian rupa. Dia tertawa getir.
"Sebetulnya apa sih yang kalian lakukan di atas
Kapal pesiar itu?" Kedua laki-laki itu mendelik kepadanya lebar lebar.
"Jangan banyak bicara. Berani berkoar lagi, kami akan meninjumu."
Dari malu, laki-laki setengah baya itu menjadi marah.
"Kalian benar-benar tidak boleh di beri hati." Orang itu langsung mengeluarkan sebuah pistol dari bagian pinggangnya.
Kedua laki-laki itu tertegun.
'Siapa kau sebetulnya" Mengapa kau memiliki pistol?"
"Aku hanya ingin mengikuti acara malam minggu kalian. Tidak ada maksud lainnya."
"Baiklah. Anda tunggu sebentar. Aku akan menanyakan dulu."
"Menanyakan pada siapa?"
Tiba-tiba sekelebat cahaya melintas. Dengan tepat meluncur ke arah tangan kanan laki-laki setengah baya itu. Tanpa dapat di tahan lagi, pistolnya pun jatuh di atas tanah.
Seorang laki-laki tadi memungut pistol yang terjatuh itu kemudian membersihkannya dengan sehelai sapu tangan. Kemudian dia memasukkannya kembali ke dalam kantong pakaian laki-laki setengah baya itu.
"Bapak polisi! Buat apa anda capaikan diri" Kami toh tidak melakukan sesuatu yang melanggar hukum" Apakah kau ingin mengantar kematian" Mungkin kau memilih hari yang salah."
Laki-laki yang menjadi rekannya segera ikut berkata:
"Ini merupakan pesta pertemuan kaum elite di kota ini. Lebih baik anda kembali ke mobilmu sendiri. Bila tidak, anda sendiri yang akan mendapatkan malu."
Tepat pada saat itu, sebuah mobil Roll Royce berhenti di depan dermaga. Supirnya yang mengenakan seragam lengkap segera membukakan pintu. Dari dalam keluar seorang pemuda berusia kurang lebih dua puluh limaan tahun. Dia terkenal sebagai seorang playboy di kota ini, putra seorang milyuner, namanya Rayong.
Laki-laki yang berdiri di jembatan itu segera berkata.
"Coba kau lihat siapa itu?" Katanya kepada lakilaki setengah baya tadi. "Watak tuan muda itu agak berangasan. Kalau anda masih tidak pergi juga, kami tidak bertanggung jawab bila terjadi apa-apa."
Laki-laki setengah baya itu mendengus dingin kemudian memalingkan wajahnya dan pergi dari situ. Di ujung jalan terdapat sebuah mobil yang di parkirkan. Di dalamnya duduk seorang pemuda. Ketika melihat laki-laki setengah baya itu, dia langsung menegur.
"Kenapa, Pak Inspektur" Mereka tidak mengijinkan anda naik ke atas kapal pesiar?"
Ternyata laki-laki setengah baya itu memang Inspektur Jeff. Meskipun dia merubah penampilannya, tetapi masih tidak terlepas dari mata Ray yang tajam. Di ujung jalan ada sebuah mobil, Ray tahu orang di dalamnya Dicky yang merupakan salah satu anak buah andalan pak Jeff. Dicky hanya memperhatikan gerak-gerik mereka dari kejauhan, tetapi tidak dapat
mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Aku benar benar tidak mengerti. Kartu undangan itu kan asli, tetapi mengapa mereka bisa tahu bahwa kartu itu bukan kepunyaanku?" Tanya pak Jeff bingung. Ketika itu pak Jeff sudah kembali ke mobilnya sendiri.
"Mungkin karena mereka mengenali setiap anggota mereka dan tidak pernah melihat wajah Bapak."
Mungkin juga." Sementara itu, Tony yang ada di dalam mobil sedang menggunakan sebuah teropong memperhatikan keadaan di sekitar tempat itu.
"Ternyata dugaanku tempo hari memang tidak salah. Anak panah tadi melesat dari salah sebuah jendela di gedung itu." Katanya sambil menunjuk ke arah gedung di seberang jalan.
Ray hanya tersenyum saja.
"Apabila malam ini tujuan kita bukan menghadiri pesta tersebut, rasanya aku ingin sekali masuk ke dalam gedung itu untuk memeriksa. Di sana pasti ada anak buah Sarah yang menjaga."
"Gagasan yang bagus! Mereka juga cerdik sekali .Dari tempat ketinggian seperti itu mereka dapat mengintai gerak-gerik setiap orang dengan leluasa."
"Laki-laki setengah baya yang di tolak tadi, kau yakin dia benar-benar Inspektur Jeff?"
"Pandangan mataku tidak pernah salah." Sahut Ray bangga.
"Rupanya pihak polisi juga sudah mencurigai perkumpulan ini."
"Tapi aku yakin mereka hanya meraba-raba dalam kegelapan. Kecuali kalau mereka dapat
menghadiri pesta perkumpulan itu, dengan demikian mungkin mereka baru bisa mendapatkan bukti yang konkrit."
"Apakah tidak sebaiknya kalau kita memberikan sedikit keterangan kepada pihak yang berwajib agar mereka dapat bersiap sedia?"
"Jangan! Hal ini malah bisa mengacaukan rencana kita. Aku mempunyai akal yang lain!"
"Akal apa?" "Biar aku sendiri saja yang naik ke atas kapal pesiar tersebut. Kau pura-pura sakit perut dan pulang ke rumah. Tapi kau jangan benar-benar pulang, setelah mengitari beberapa blok, kau kembali lagi kesini dan mengintai gerak-gerik disini. Aku yakin kau dapat melakukan tugas dengan baik asal mengikuti perkembangan yang terjadi."
Mula-mula Tony agak ragu, akhirnya dia menyetujui juga usul Ray. Oleh karena itu Ray segera turun dari mobil. Tony pun mengendarai mobilnya meninggalkan tempat tersebut.


Paranormal Karya Maria Fransiska di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ray pun berjalan menuju jembatan di tepi dermaga. Setelah menyodorkan kartu undangannya, dia di ijinkan naik ke atas motor boat yang menuju kapal Pesiar "Misteri Hidup'.
*** ENAM Ray di sambut oleh nyonya Aldo dan Sarah. Di atas kapal pesiar tampak pasangan laki-laki dan perempuan mulai berpesta pora. Sedangkan kedua orang sekretaris Sarah sedang menyambut tamutamu yang terus berdatangan.
Ketika semua tamu sudah berkumpul, Sarah menyuruh salah seorang anak buahnya menjalankan kapal pesiarnya mengelilingi lautan sekitar.
Di dalam kapal pesiar itu terdapat sebuah bar dan pelataran dansa. Mula-mula para tamu yang terdiri dari bos'bos dan istri pengusaha-pengusaha kaya itu masih terlihat agak sopan. Namun ketika kapal pesiar sudah di jalankan. Belang merekapun kelihatan. Tanpa malu-malu mereka membuka pakaian dan berpelukan dengan laki-laki secara silih berganti. Pemandangan yang agak mengerikan itu membuat Ray agak bergidik.
Pada saat itu nyonya Aldo menghampirinya.
"Mana Tony?" Tanyanya tiba-tiba.
"Tadi pagi kebanyakan makan rujak. Sekarang sakit perut. Dari pada nanti merepotkan kita semua, lebih baik aku suruh dia istirahat dirumah." Sahut Ray.
Diam-diam Ray justru bersyukur Tony tidak ikut serta. Pemuda itu masih berdarah panas, tentu dia akan terpengaruh melihat adegan-adegan yang hot ini. Ray sendiri meyakinkan dirinya bahwa kesadarannya masih terjaga utuh. Tetapi saat itu dia justru di seret oleh nyonya Aldo dan duduk berdua di atas sebuah sofa di sudut ruangan.
Wanita itu menciumnya dengan kalap. Ray ingin sekali mendorong wanita yang menjijikkan itu dan pergi dari kapal pesiar ini. Tapi dia maklum bahwa dia tidak bisa melakukan hal ini. Dia masih ingin menyelidiki latar belakang perkumpulan ini sekomplit komplitnya.
Dia mulai melancarkan pertanyaannya.
"Dari mana kalian mendapat demikian banyak anak buah?"
"Sebetulnya mereka itu murid-murid sekolah SMA. Kami membagi-bagikan permen bunga Ros, rokok dan limun kepada mereka. Akhirnya mereka menjadi ketagihan. Dengan demikian mau tidak mau, mereka harus bekerja dengan kami. Sebagai imbalannya kami memberikan jatah obat perangsang yang cukup kepada mereka."
"Aku sungguh tidak menyangka bahwa daya tarik obat perangsang ternyata demikian hebat."
"Malah lebih menyenangkan dari pada narkotik lainnya seperti ganja atau heroin. Kalau benda-benda itu hanya mampu membuat manusia mengkhayal yang bukan-bukan, tetapi obat perangsang memberikan kegairahan yang meluap-luap dan kebahagiaan yang tidak terkirakan."
"Bukankah anda pernah mengatakan bahwa perkumpulan kalian ini sebetulnya bertaraf internasional?"
"Betul. Boleh di bilang Sarah adalah Duta besar dari pusat yang di kirim ke berbagai negara untuk mengembangkan bisnis ini. Seperti di kota ini, Sarah hanya bertugas sementara. Apabila usaha disini sudah berkembang pesat, diapun akan meninggalkan tempat ini menuju negara lainnya. Urusan disini akan di serahkan seluruhnya kepadaku. Dengan kata lain, aku menjadi dealer utama mereka untuk negara ini.'
"Dealer apa?" Nyonya Aldo tersenyum simpul. Matanya mulai sayu karena pengaruh rokok yang di hisapnya sejak tadi.
"Kau ini benar-benar bodoh atau hanya berpurapura saja" Tentu saja dealer permen, rokok, limun dan obat perangsangnya langsung."
Diam-diam Ray benci sekali kepada wanita itu. Perkumpulan ini merusak generasi muda. Apabila perkumpulan ini tidak di basmi, bukankah akan habis seluruh angkatan muda kita terpengaruh oleh obat obat terlarang itu" Tetapi dia menahan kemarahan hatinya.
'Apa tujuan perkumpulan ini sebetulnya?"
"Mengembangkan usaha seluas-luasnya, kalau bisa sampai seluruh dunia."
"Aneh! Barang-barang inikan terlarang, bagaimana kalian bisa memasukkannya ke dalam negara ini?"
"Siapa yang tahu semua ini barang terlarang" Kami toh membungkusnya dalam bentuk permen.
mengisinya ke dalam botol limun dan lintingan rokok. Kepada pihak yang berwewenang, tentu saja kita memberikan contoh yang murni. Maksudnya belum di masukkan obat perangsang sedikitpun. Dengan demikian kita tidak akan menemukan kesulitan apa apa. Lagipula hubungan kami sangat luas. Apabila ada pihak yang bermaksud menahan barang-barang kami, kami hanya tinggal memutar sebuah nomor telepon, semuanya akan jadi beres."
"Gudang di samping dermaga itu merupakan tempat penyimpanan stok kalian?"
"Betul. Sampai saat ini tidak ada yang curiga atau memeriksa gudang tersebut." '
"Hebat sekali. Memang sebuah bisnis yang menguntungkan." ,
"Tapi, ternyata Sarah menemui kesulitan juga. Tadinya dia hanya was-was pada pihak yang berwajib, tidak di sangka malah mendapat urusan dari perkumpulan "Tiga Naga" yang merupakan penguasa di kota ini. Aku harap kelak kita dapat bekerja sama menumpas perkumpulan tersebut."
Sampai saat ini, Ray baru mengerti mengapa sikap nyonya Aldo sebaik ini kepadanya. Selagi kesempatan masih terbuka, Ray cepat-cepat bertanya lagi.
"Apakah Sarah benar-benar mengerti ilmu gaib?"
Nyonya Aldo merendahkan suaranya.
"Semua itu hanya tipuan."
"Tapi, aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri dia pernah mengucapkan kutukan para polisi, dan mereka benar-benar sakit perut."
Tanpa dapat menahan kegelian hatinya nyonya Aldo tertawa terpingkal-pingkal.
'Maksudmu ketika dia di bawa ke kantor polisi tempo hari" Sebetulnya sederhana saja. Sarah sengaja berteriak-teriak agar menarik perhatian. Secara diam-diam tangannya memasukkan bubuk urus-urus ke dalam beberapa cangkir kopi yang tergeletak di atas meja. Tanpa sadar para polisi itu meminumnya, tentu saja mereka langsung buang-buang air besar dan sakit perut."
"Masa tidak ada seorang polisipun yang melihatnya?"
"Obat itu di masukkan ke dalam cincinnya. Asal dia memijat ujungnya sedikit saja. Obat itu akan tertuang ke dalam kopi. Siapa yang memperhatikan dengan teliti?"
"Oh... rupanya begitu."
"cincinnya yang satu lagi juga mempunyai alat rahasia. Tony sudah pernah merasakannya, dia sengaja berkomat-kamit sehingga perhatian Tony tertarik, secara diam-diam dia menekan cincinnya dan meluncur keluar sebatang jarum yang halus di mana bagian ujungnya sudah di lumuri obat bius. Tentu saja semua ini bukan ilmu gaib atau ilmu teluh.'
Sekarang Ray baru tersentak sadar. Seandainya nyonya Aldo tidak menjelaskan semuanya, mungkin sampai sekarang dia masih kebingungan. Ray merenung sejenak kemudian baru bertanya lagi.
"Lalu mengapa ramalannya bisa begitu tepat"'
"Tentu saja ada rahasianya. Seperti kau ketahui, setiap langganan yang datang meramalkan nasibnya selalu di perkenalkan oleh langganan sebelumnya. Kalau bukan aku, sebagian besar di perkenalkan oleh Niko. Sebagai kawan baik, kami tentu sudah tahu
rahasia mereka. Kau tahu mengapa Sarah menggunakan alat bantu dengar" Padahal telinganya baik baik saja. Dia tidak tuli. Alat itu di pasangkan di telinganya agar kami dapat memberi laporan latar belakang kehidupan setiap orang yang datang untuk meramal. Kami sendiri mengintai dari gedung tinggi di seberang jalan. Seperti engkau sendiri tempo hari. Kau kan masuk ke dalam ruangan Sarah. Dia langsung menutup matanya sambil pura-pura berkomatkamit. Padahal dia sedang mendengarkan penjelasan kami tentang siapa adanya dirimu. Dengan demikian dia dapat meramal dengan tepat."
Ray masih ingin menanyakan beberapa hal, tibatiba dari sampingnya terdengar suara yang ketus.
"Tidak seharusnya kau menceritakan demikian banyak rahasia kita kepadanya."
Nyonya Aldo menoleh. Entah sejak kapan Sarah sudah berdiri di sampingnya. Nyonya Aldo yang sudah setengah fly hanya tersenyum simpul.
"Tidak apa-apa. Dia sudah termasuk orang kita sendiri. Tentu dia bisa menjaga rahasia kita."
"Tapi tidak seharusnya...."
Baru berkata sampai disini, tiba salah seorang anak buahnya menghampiri Sarah dengan panik dan mengatakan ada dua motor boat yang sedang melaju datang ke arah mereka. Motor boat itu juga menyalakan lampu isyarat.
"Apakah mereka mengisyaratkan siapa mereka sebenarnya?"
Orang itu menganggukkan kepalanya.
"Iya. Mereka mengaku polisi dan akan menggeledah kanal kita."
"Kalau begitu, perintahkan Wamo menghentikan kapal. Dan kita lihat apa yang mereka inginkan?" Kata Sarah kemudian.
Anak buahnya segera pergi. Sedangkan orangorang lainnya segera bersiap sedia. Kedua motor boat itu melaju dengan cepat. Sarah berdiri di atas geladak. Sekejap mata kedua motor boat itu sudah berhenti di depan kapal pesiar itu. Tanpa mengatakan sepatah katapun, beberapa laki-laki bertubuh kekar langsung menerjang ke atas kapal pesiar.
Sarah segera merasakan sesuatu yang kurang beres.
"Cepat naik ke atas! Mereka bukan polisi. Mungkin bajak laut!"
Mendengar kata-kata 'Bajak Laut', para tamu di atas kapal pesiar menjadi kalang kabut. Malah ada yang sampai lututnya gemetar. Sedangkan sebagian lagi masih terpengaruh obat perangsang sehingga secara tidak sadar terjun dalam kancah pertempuran. Keadaan di atas kapal pesiar itu jadi kalang kabut tidak karuan.
Demi mendapatkan kepercayaan dari para anggotanya, Sarah pun cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya dan memejamkan matanya sambil berkomat-kamit. Tetapi Ray sudah tahu semua akal bulusnya, dia tidak merasa terkejut lagi. Dia malah segera terjun dalam kancah pertarungan itu.
Namun yang membuat Sarah, nyonya Aldo maupun kedua sekretaris Sarah menjadi bingung, Ray malah bukan membantu pihak perkumpulan bunga Ros. Tetapi membantu gerombolan orang yang baru datang itu. Kemarahan Sarah jangan di tanyakan lagi,
tapi apa lagi yang dapat di lakukannya saat ini"
Sedangkan nyonya Aldo saat ini baru tersentak sadar, dia mulai mendapat firasat siapa Ray sebenarnya. Dia merasa benci setengah mati terhadap lakilaki yang satu ini. Setelah berhasil memukul mundur beberapa lawannya, Ray mendekat ke arah Sarah. Tetapi dia ingat kata-kata nyonya Aldo tentang jarum bius yang dapat meluncur keluar dari cincin wanita itu. Dia jadi tidak berani berdiri terlalu dekat dengannya.
Dan yang aneh, Sarah justru tidak menggerakkan cincinnya, dia hanya berdiri termangu-mangu dengan mata terpejam. Tubuh Ray menerjang secepat kilat, baru saja dia ingin menghantamkan tinjunya ke arah wanita itu, tiba-tiba dia mendengar Sarah menggumam seorang diri.
"Habislah sudah... semuanya sudah tamat....'
Ray menjadi bimbang sejenak. Dua orang lakilaki bertubuh kekar segera meringkus Sarah. Wanita itu tidak memberikan perlawanan sedikitpun. Mungkin dia menyadari bahwa melawanpun tidak ada gunanya.
Tiba-tiba Sarah berteriak dengan keras....
"Hentikan perkelahian ini!"
Ternyata semua orang berhenti. Ray menarik alat bantu dengar yang ada di telinga Sarah. Dia memasangkannya di telinga sendiri. Terdengar suara seseorang berkata....
'Sarah, cepat kembali ke dermaga nomor tujuh. Disini telah terjadi sesuatu."
Ray maklum, yang di maksudkan ada urusan'. pasti orang-orang mereka telah di serang oleh pihak
perkumpulan 'nga Naga". Karena orang orang yang menyerang mereka ini juga terdiri dari orang-orang dan perkumpulan 'Tiga Naga'.
Kekuasaan Sarah telah berakhir. Anak buahnya semua Sudah berhasil di ringkus oleh orang-orang dari pihak perkumpulan 'Tiga Naga". Sedangkan para tamu yang sebagian besar pakaiannya tidak karuan juga sudah di awasi oleh beberapa orang dari perkumpulan itu.
Ray berjalan ke sudut kabin dan berbicara ke arah alat bantu dengar Sarah.
"Tolong sebutkan nomor kode kalian... sebutkan nomor kode kalian." Katanya.
Dari pihak sana terdengar jawaban.
"Tugas berjalan dengan lancar."
"Di pihak sini juga berhasil dengan baik. Kami akan segera kembali ke daratan." Kata Ray kemudian.
Tiba-tiba beberapa batang pisau yang tajam menodong Ray dari kiri kanan. Dalam waktu yang bersamaan ada seseorang yang membentak.
"Kemarikan alat itu! Angkat tanganmu"
"Kalian sudah gila" Aku justru sedang berbicara dengan pihak kalian."
"Kami semua waras-waras saja. Ini merupakan perintah dari ketua kami. Sekarang seharusnya anda dengar perkataan kami baik-baik."
"Oh....Rupanya kalian sudah merencanakan semua ini."
Orang itu tidak menyahut. Beberapa rekannya segera mengambil seutas tali dan mengikat tangan Ray. Nyonya Aldo juga dalam keadaan terikat. Mereka di masukkan ke dalam kabin. Wanita itu memandang Ray dengan penuh kebencian.
"Kau benar-benar orang paling bodoh dl dunia ini! Seandainya kau membantu pihak kami, setidaknya kau masih dapat meraih sedikit keuntungan. Sekarang kau rasakan sendiri akibatnya!"
Ray tidak meladeninya. Kapal pesiar itu di kemudikan kembali ke dermaga nomor tujuh. Tentu saja Romeo yang menanti di dalam gudang milik perkumpulan bunga Ros sudah kesenangan setengah mati.
Tetapi tidak di sangka-sangka, baru saja kapal pesiar "Misteri Hidup" bersandar di tepi dermaga. Tiba-tiba lampu-lampu besar menyorot dengan terang. Ternyata di sekitar tempat itu sudah di kepung dengan para polisi. Tidak sempat lagi bagi perkumpulan itu untuk melarikan diri. Terpaksa mereka turun dari kapal pesiar dan menyerah dengan tangan terangkat ke atas.
Dalam sekejap mata seluruh orang yang ada di atas kapal pesiar maupun bersembunyi dalam gudang sudah di ringkus oleh pihak yang berwajib. Rupanya pak Jeff sendiri yang memimpin serombongan anak buahnya menantikan di sekitar dermaga untuk menyergap komplotan pengedar narkotik itu. Sedangkan lnspektur itu mendapat laporan dari Tony yang pura-pura sakit perut.
Baik Sarah maupun nyonya Aldo di hadapkan di muka pengadilan. Sarah di kirim kembali ke negaranya scndiri yang terkenal ketat menjalankan hukuman bagi para pengedar obat terlarang. Wanita itu terpaksa menjalani hukuman mati di negaranya satu bulan kemudian. Sedangkan nasib nyonya Aldo masih
lumayan. Dia hanya terkena hukuman seputun tahun penjara. Demikian pula suaminya yang merupakan salah satu bandar terbesar pengedar heroin dan morphin.
Sekali lagi Ray dan Tony di sanjung-sanjung oleh kalangan masyarakat karena bantuannya yang berhasil membasmi sindikat-sindikat yang merugikan serta meresahkan generasi muda itu.
catatan : Buat pembaca novel "Paranormal karya Maria Fransiska" ini..yuk gabung di Group Fb Kolektor E-Book untuk mendapatkan ebook ebook menarik lainnya yang tentunya tak kalah menarik dari novel di atas.
dan buat pembaca yang suka baca cerita silat dan novel secara online bisa juga kunjungi http://cerita-silat-novel.blogspot.com
Sampai jumpa di lain kisah ya !!!
Situbondo,15 Juli 2018 Terimakasih TAMAT Pendekar Lengan Buntung 8 Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 2
^