Pencarian

Pedang Wucisan 1

Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pedang Wucisan Karya : Chin Yung d/h : Ilmu Pedang Maya Nada, Kitab wasiat
Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Daftar Isi : Pedang Wucisan Daftar Isi : Jilid 1 Jilid 2 Jilid 3 Jilid 4 Jilid 5 Jilid 6 Jilid 7 Jilid 8 Jilid 9 Jilid 10 Jilid 11 Jilid 12 Jilid 13 Jilid 14 Jilid 15 Jilid 16 Jilid 17 Jilid 18 Jilid 19 Jilid 20 Jilid 21 Jilid 22 Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Jilid 1 SEEKOR kuda berlari dengan kencang, debu mengulak naik,
didalam keadaan malam gelap, pemandangan tidak terlihat jelas,
hanya ketropakannya suara kaki kuda yang terdengar jelas.
Penunggang yang melakukan perjalanan malam adalah seorang
anak muda, wajahnya putih dan cakap, ia mengenakan pakaian
warna putih, pada pinggangnya tersoren pedang, dia adalah
seorang akhli silat. Kini, penunggang kuda berbaju putih itu mendekati kelenteng,
telah terlalu lama ia melakukan perjalanan, sudah waktunya
istirahat, ia lompat turun, mengikat tali kuda tunggangannya, dan
berjalan masuk kedalam kelenteng tersebut.
Empat orang telah menantikan ditempat sudut dari ruangan itu,
begitu melihat masuknya pemuda berbaju putih, empat pedang
mereka bergerak, penusuk pemuda tersebut, luar biasa cepat, tiada
ada tanda tanda yang memberi tahu akan datangnya seranganserangan itu. itulah serangan gelap !
Wajah sipemuda berubah, desiran angin itu tidak lepas dari
pendengarannya, tubuhnya melesat tinggi, menghindari serangan
yang mengancam. Hampir terjadi benturan diantara empat pedang tadi, beruntung
para pemiliknya berkepandaian tinggi, cepat-cepat mereka menarik
pulang tenaga yang dikerahkan, dengan demikian, terhindarlah
bentrokkan diantara sesama orang sendiri.
Pemuda baju putih melayang turun dilain tempat, memandang
keempat orang yang membokong dirinya, itulah orang orang
berbaju hitam, dari ilmu pedang yang mereka gunakan, sipemuda
dapat menduga asal usulnya.
"Tentunya anak murid golongan Thian-lam Lo-sat?" ia bergumam
Keempat orang berbaju hitam melihat jelas pemuda baja putih
yang diserang mereka tertegun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kita telah salah mata." Berkata seorang.
"Bukan dia." Berkata seorang lagi.
"Kita tertipu." Berkata orang ketiga.
"Aaaaa...." "Kalian adalah anak murid golongan Thian lam Lo-sat?" Berkata
lagi pemuda itu. Lebih terkejut lagi bagi keempat orang ini, setelah gumaman
kata-kata sipemuda, gerakkan mereka adalah sangat dirahasiakan
tidak di sangka bahwa ilmu pedang yang diperlihatkan untuk
menyerang orang membocorkan rahasia. Asal usulnya telah
terbongkar. Terdengar lagi suara sipemuda, "Aku tidak mempunyai
permusuhan dengan golongan kalian, juga tidak kenal pada kalian.
mengapa mengadakan serangan gelap ?"
Ia diserang hebat, tapi tidak menunjukan kemarahan, pada
wajahnya masih tersungging senyuman.
Satu dari keempat orang berbaju hitam itu berdengus:
"Kau telah mengetahui asal usul kami, hal ini tidak boleh
dibiarkan begitu saja. Kesalahan ini dikarenakan banyak usilnya
mulutmu, jangan bersakit hati kepada kami."
"Kita masih banyak urusan." Berkata seorang baju hitam lainnya.
"Bunuh saja beres." Serentak, merekapun maju kembali.
Pemuda baju putih tidak takut, ia sudah siap, ketika pedang
lawan datang, dengan seenaknya saja, ia berhasil menghindari diri
dan serangan-serangan itu.
Melihat serangannya tidak berhasil, keempat orang itu
mengulang lagi serangan-serangan lain, mereka mengepung dengan
rapat, menyerang dengan gesit, mereka bersenjata pedang
sedangkan lawan bertangan kosong, mungkinkah tidak berhasil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
melukai atau membunuhnya" Mereka adalah golongan anak murid
Thian-lam Lo-Sat yang terkenal!
Meskipun mereka ngotot menyerang, kenyataan tetap menjadi
kenyataan, ilmu kepandaian sipemuda jauh berada diatas mereka,
suatu saat, pemuda itu menjulurkan tangannya, mencengkeram
bahu seorang berbaju hitam.
Untuk menghindari diri dari serangan ini memang tidak mungkin,
sibaju hitam mengadakan tenaga perlawanan
Pemuda itu menjatuhkan lawan tiba-tiba dirasakan bahu orang
yang dipegang menjadi dingin, ia sangat terkejut, teringat akan
peringatan gurunya, bahwa murid-murid Thian-lam Lo-sat pandai
menggunakan racun, mungkinkah hal ini dapat terjadi" Cepat-cepat
ia melepaskan tangan yang menyentuh bahu orang itu.
Orang berbaju hitam yang dicengkeram tidak berkutik,
seharusnya, dengan mudah dirinya dapat di lempar jauh-jauh,
begitu merasakan lenyapnya tekanan yang ada, segera ia
berjumpalitan pergi. Sipemuda telah menghindari dari tiga tusukan pedang, kini
pertempuran telah terpisah, memandang keempat lawannya, ia
tersenyum. Keempat orang berbaju hitam itu telah berkumpul, bila pada saat
sebelumnya, mereka galak dan bengis, kini kegalakan dan
kebengisan itu telah lenyap sama sekali. Sebaliknya, nyali mereka
telah diciutkan. ilmu kepandaian lawan telah disaksikan, dan itu
bukan tandingan mereka, dia lihay, tidak mungkin dapat
memenangkan pertandingan.
Pemuda berbaju putih memandang kepada empat orang berbaju
hitam itu, ia sedang melakukan tugas penting, tidak mau terlibat
dengan anak murid golongan Thian-lam Lo-sat, Bila dirinya tidak
diganggu, iapun tidak akan mengganggu orang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Mengetahui bahwa bukan tandingan pemuda baju putih yang
kosen, tanpa malu-malu lagi, satu-persatu, empat orang berbaju
hitam itu ngeloyor pergi, mereka meninggalkan kelenteng.
Inilah yang diharapkan oleh pemuda itu, ia harus beristirahat,
dibiarkan saja musuh-musuh tersebut meninggalkan dirinya, ia
masih memikirkan kejadian-kejadian yang telah dialami, belum lama
ia muncul didalam rimba persilatan, gangguan-gangguan dan
halangan yang datang saling susul menimpa dirinya, ia sedang
menunaikan misi tugas sang guru untuk membawa pedang In-liongkiam, menemui seorang gadis yang bernama Ie Han Eng, tujuannya
adalah lembah Hui-in. Manakala ia berdiri diam, telinganya dapat menangkap lain suara
berkesiuran angin, Cepat-cepat ia membalikkan badan, menghadapi
orang yang baru datang. Seorang berbaju putih sedang mendatangi kearah dirinya,
pemuda itupun mempunyai potongan badan yang agak mirip
dengan dirinya, dilihat sepintas lalu, mereka adalah saudara
kembar, perbedaannya ialah wajah pemuda yang baru datang agak
lebih manis, kulitnya pun lebih halus.
Pemuda yang baru datang itu membuka suara:
"Maafkan, siauwtee yang terlambat datang sehingga
merepotkanmu mengusir keempat orang tadi, perkenalkan siauwtee
bernama Cin Bwee." "Ooo, hanya perkara kecil." Dan ia membalas hormat pemuda
yang bernama Cin Bwee itu.
"Memang perkara kecil, dengan mudah keempat orang telah
berhasil kau usir pergi!" Berkata Cin Bwee sambil tersenyum,
"Sebenarnya, tujuan mereka adalah diri, "siauwtee" mata mereka
agak sedikit lamur maka mengganggu saudara dengan kesudahan
seperti ular mencari penggebuk, mereka lari kucar-kacir, ha, ha, ha
betul-betul lucu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Si pemuda tertegun ucapan Cin Bwee banyak berkesan, Matanya
melirik kearah pakaian dan potongan badan pemuda itu, pada
punggungnya pun terselip sebatang pedang, itulah cara dandanan
dirinya, tidak dapat menyalahkan kepada empat orang berbaju
hitam, didalam waktu yang terburu-buru, mereka dapat salah mata,
dirinya dianggap sebagai pemuda Cin Bwee.
Melihat gerak-gerik dan lagu suaranya, Cin Bwee sangat mirip
dan lebih mirip dari seorang wanita, daripada seorang pria.
Menyaksikan keadaan pemuda itu, Cin Bwee mengalami getaran,
ia berpikir di dalam hati:
"Celaka! Mengapa aku tertarik kepadanya" Sudah kurencanakan
baik-baik untuk menggunakan nama palsu, mengapa kuberitahu
nama asli " Dilihat dari sinar matanya, seolah-olah, ia telah
mengetahui penyamaranku " Mungkinkah..."
Segera ia memanggil: "Hei, mengapa kau diam saja " Siauwtee bernama Cin Bwee, dan
bagaimana nama sebutanmu " Mengapa tidak memberi tahu?"
Pemuda itu tersadar dari lamunannya, ia sadar bahwa tidak
seharusnya memandang orang seperti apa yang telah dilakukannya
tadi, beruntung orang tersebut sebagai seorang pemuda, bila
berhadapan dengan seorang pemudi, bukankah sangat kurang ajar
sekali " "Oh Maafkan... Namaku Su-to Yan." Demikian ia berkata gugup.
"Eh, namamu itu seperti nama perempuan,"
Pemuda yang bernama Su-to Yan tertegun, ia berpikir:
"Mungkinkah namamu itu mirip dengan nama laki-laki" Aku tidak
mencela kepada kedua orang tuamu yang memberi nama bersifat
perempuan, mengapa kau mencela nama orang?"
"Nama saudarapun tidak mirip dengan nama laki-laki," Berkata
Su-to Yan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Wajah Cin Bwee berubah menjadi merah, beruntung keadaan
gelap, hal ini tidak terlihat oleh Su-to Yan.
Cepat-cepat Cin Bwee menundukkan kepala, kemudian ia
berkata. "Telah kusaksikan, bagaimana kau menyerang keempat orang
tadi dengan gerakkan-gerakkan yang luar biasa, sangat indah, itulah
tipu silat Siauw-lim-pay. Sayang Siauw-lim-pay melarang anak
buahnya menampilkan diri, turut campur keduniawian kesempatanmu mendapat nama akan terkekang olehnya, bila tidak,
dengan ilmu kepandaian yang kau dapati, kukira sukar mendapat
tandingan." "Saudara Cin, kau terlalu memuji ilmu kepandaianku, tapi kau
keliru, aku bukan anak-murid Siauw lim pay."
Cin Bwee melengak, hal itu sungguh berada diluar dugaan.
"Benarkah, kau anak murid Siauw lim-pay?"
"Mana berani aku menghianati nama partai sendiri?"
"Dari partai manakah asal-usulmu?"
"Aku tidak berpartai."
"Hei, jangan kau berdusta."
"Selamanya, belum pernah aku berdusta kepada orang."
Cin Bwee memperlihatkan wajah cemberut, persis seperti gadis
jelita yang kolokan, perubahan mana yang menimbulkan kecurigaan
Su-to Yan, makin kuat dugaannya bahwa Cin Bwee ini adalah wanita
yang menyamar pria. Ketika Cin Bwee ingat akan keadaan dirinya, cepat-cepat
membuang wajah cemberut itu, kini parasnya ramah lagi, seperti
sediakala ia-berkata: "Saudara Su-to, kemanakah kau hendak pergi ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan tidak dapat berdusta, ia menjawab pertanyaan itu
secara terus terang. "Aku sedang berada didalam perjalanan menuju kelembah Hui
in." "Lembah Hui in digunung Bu-san?"
"Betul" "Hendak menemui nona Ie Han Eng, bukan?"
"Eh, bagaimana kau tahu?" Su-to Yan sangat heran, bagaimana
orang tahu bahwa dirinya ingin menemui nona dilembah Hui-in
tersebut" Matanya mengawasi Cin Bwee, ia hendak meminta
keterangan yang lebih jelas.
Cin Bwee mengerti akan keheranan sipemuda, segera ia berkata:
"Ketahuilah, setiap orang yang menuju ke arah lembah Hui-in,
pasti mencari Ie Han Eng, maka tidak mungkin aku salah duga."
Su-to Yan belum membuka mulut Cin Bwee telah meneruskan
pembicaraannya: "Setiap orang yang hendak menemui nona Ie Han Eng akan
ditolak oleh si Pedang Selatan dan Pedang Utara, sepasang jago
tanpa tandingan. Mungkinkah kau bersedia ditempur oleh kedua
orang tersebut" tidak mudah untuk menjatuhkan salah satu dari
kedua orang itu, tahu?"
Su-to Yan tertawa, dan ia berkata gagah:
"Aku sedang menjalankan perintah suhu, segala sesuatu yang
akan kuhadapi pasti dapat kuatasi, aku harus berusaha
membersihkan rintangan-rintangan itu."
Cin Bwee tercengang. "Hei." katanya, "perintah suhu" Kau tahu bahwa Pedang Selatan


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan pedang Utara itu melarang orang memasuki lembah Hui-in,
mereka melarang orang melihat kitab Maya Nada, ilmu pedang
tersebut tidak boleh lepas dari tangan Ie Han Eng,"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Mengapa?" Bertanya Su-to Yan tidak mengerti
"Mudah dimengerti. ilmu pedang tersebut sangat luar biasa,
Siapa yang memilikinya pasti menjadi seorang jago yang tak
terkalahkan dan ini tidak boleh."
"Aku masih belum mengerti."
Cin Bwee melengak, mengapa
demikian" Segera ia berkata:
pemuda itu mengatakan "Kau mendapat tugas kelembah Hui-in, tujuanmu menemukan Ie
Han Eng, seharusnya kau tahu akan rahasia ilmu pedang Maya
Nada, Nah, ceritakanlah sedikit tentang ilmu pedang itu."
"Maaf, sama sekali, aku tidak tahu akan adanya ilmu pedang itu."
"Jangan kau berbohong dihadapanku."
"Siapa yang bohong kepadamu?"
Cin Bwee menunjukkan wajahnya yang tidak puas, ia berkata:
"Ternyata kau tidak jujur Aku tidak suka kepadamu, Maka sampai
disini sajalah perkenalan kita. Selamat tinggal."
Tanpa menoleh lagi, Cin Bwee meninggal kan Su-to Yan.
Su-to Yan tidak mencegah kepergian pemuda yang seperti gadis
itu, ia menaruh curiga kepada musuh, tentunya Cin Bwee
mengandung permusuhan dengan Ie Han Eng, dan ingin mengorek
rahasia dari dirinya, sebenarnya ia tidak tahu sama sekali.
Setelah berdiri beberapa saat, Su-to Yan duduk bersila, ia harus
istirahat dan melakukan perjalanan diesok hari.
Bagi seorang yang melatih ilmu silat, mengatur peredaran
jalannya beberapa saatpun cukup, dengan harapan pada hari
berikutnya ia dapat meneruskan perjalanan dengan badan sehat.
Su-to Yan ada maksud untuk istirahat lebih lama, sengaja ia
memejamkan mata, dengan demikian, ia lebih cepat memulihkan
tenaga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Apa mau telinganya dapat merangkap satu suara derap kaki
kuda, arah tujuannya adalah kelenteng dimana ia sedang menetap,
tidak lama kemudian suara kuda itu sudah berada didepan
kelenteng disini ia terhenti.
Ia berpikir. "Tentu ada orang yang akan masuk ke-dalam
kelenteng." Ia membuka kedua matanya dan secepat itu pula, ia dapat
melihat seorang berbaju kuning memasuki ruangan.
"Ada orangkah didalam?" Demikian orang berbaju kuning itu
bertanya, Segera matanya bertumbuk dengan mata Su-to Yan.
Su-to Yan memperhatikan orang itu, pada pinggangnya
tergantung sebuah pedang, tentunya bukan pedang biasa.
Orang itu mendekati Su-to Yan dan berkata: "0ooo....Saudara
sudah berada ditempat ini" Sudah lamakah" Agak mengganggu."
Su-to Yan belum menjawab pertanyaan tersebut, dan orang itu
sudah meneruskan pembicaraannya.
"Kebetulan aku lewat didepan kelenteng, berhubung hari sudah
malam, maka aku hendak turut istirahat. Harap saudara tidak
keberatan, perkenalkan, aku adalah Kong-Sun Giok."
Su-to Yan telah bangun berdiri, mendengar disebutnya nama
Kong-sun Giok, hatinya tergetar, ternyata orang yang berada
dihadapan dirinya adalah Pemimpin pada rimba persilatan untuk
daerah Selatan si pedang selatan Kong-Sun Giok. Salah satu dari
tiga jago pedang di masa itu.
Mungkinkah Kong-sun Giok ingin menghalang-halangi perjalanannya menuju kelembah Hui-in" Demikian ia bertanya
kepada diri sendiri jika hal itu benar, agaknya tidak mudah untuk
menghindari diri dari rongrongan jago pedang nomor satu ini, besar
kemungkinanya tugas yang didapat dari sang guru akan terlantar.
Su-to Yan adalah seorang pemuda yang tidak mudah ditundukan
begitu saja, sikapnya yang kalem dan tenang menunjukkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kepribadian dirinya, dari sinar matanya yang penuh kewibawaan
bagaimanapun sulit rintangan yang di hadapi, tetap akan diterjang
olehnya. Demikian, mendengar Kong-sun Giok memperkenalkan diri,
dengan sikap yang hormat, Su-to Yan memberi tanggapan.
"Sungguh beruntung, aku Su to Yan dapat berkenalan dengan
saudara Kong-sun Giok yang termashur."
Kong-sun Giok sangat puas atas pujian yang diberikan kepada
dirinya, dengan tertawa panjang ia-berkata:
"Saudara Su-to, pedangmu itu sangat bagus, bolehkah aku
melihat sebentar. Harap Saudara tidak menolak permintaanku."
Su-to Yan adalah seorang pemuda jujur, seorang yang belum
tahu betapa pahit getirnya kejahatan dan kelicikan dunia, tentu saja
tidak mencurigai akan maksud orang yang mengatakan hendak
meminjam pedang itu. Diloloskannya pedang In-liong dan
diserahkan kepada Sang bengcu rimba persilatan
Kong Sun Giok menyambut pedang dengan sikap yang sangat
ramah, ia tertawa riang. Ditimbang-timbangnya berat pedang, rasa kagetnya tidak terkira,
apa lagi setelah melihat huruf "In-liong" yang tercetak pada pedang
tersebut. Mata beralih kepada sipemilik pedang dan berkata kepada
lainnya: "Saudara Su-to, siapakah gelar nama guru mu yang terhormat?"
Su-to Yan tertawa "Maaf, Guruku sudah tidak menginjakkan kaki
didalam rimba persilatan maka tak dapat aku menyebut namanya,"
demikian ia memberikan jawaban.
Kong-sun Giok mengerutkan sepasang alisnya, tapi dirubahnya
segera, dengan wajah ber seri seri, ia menanyakan Su-to Yan:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Saudara Su-to tahukah kepada nama-nama akhli pedang
dijaman ini?" Dengan cepat, tanpa pikir lama-lama, Su-to Yan memberikan
jawaban: "Untuk daerah utara sungai Tiang-kang, si pedang utara Auwyang Ie menunduki urutan pertama, dan untuk daerah Selatan, kau
si Pedang Selatan Kong-sun Giok, mengepalai semua jago rimba
persilatan Kecuali dua akhli pedang ini, masih ada seorang yang
tidak pernah menginjakkan kakinya didaerah Tionggoan, itulah Jago
Pedang Bayangan Sie An."
Mendengar keterangan Su-to Yan, rasa mangkaknya Kong-sun
Giok menjadi-jadi, dia adalah Bengcu atau pemimpin para jago
rimba persilatan untuk daerah selatan, ilmu pedangnya belum
pernah menemukan tandingan dan hal itu ternyata diketahui semua
orang, Dengan hati bangga ia berkata:
"Saudara Su-to, sudah kau ketahui bahwa Kong-sun Giok yang
kau sebut itu adalah aku sendiri, Sejak umur lima belas tahun aku
berkecimpungan didalam rimba persilatan, hingga kini sepuluh
tahun telah kulewatkan, ribuan macam pedang yang telah kulihat,
tidak satupun yang dapat memadai pedangmu, namanya pedang
Ing-liong-kiam. Aku sangat tertarik sekali, bila kau tidak keberatan,
sudikah menghadiahkan pedang ini kepadaku."
Luar biasa, inilah cara perampasan secara halus, Bila Su-to Yan
tidak mempunyai ilmu kepandaian yang berarti, bila Su-to Yan tidak
mempunyai itu keberanian untuk memintanya kembali, atau setidak
tidaknya merebut kembali dari tangan orang, pasti pedang In-liong
menjadi korban, Su-to Yan bersenyum, Diam-diam ia berpikir didalam hati :
"Hm, Sejak tadi kau bicara ke barat ke timur, ternyata bermaksud
tujuan kepada pedangku " ingin memiliki pedang In-liong " tidak
mudah, kawan." Ia hendak membuka mulut, tapi didahului oleh Kong-sun Giok:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Saudara Su-to, jangan kau salah mengerti Aku ingin memiliki
pedang Ing-liong bukan tiada syarat, pedang itu akan kutukar
dengan pedangku yang pernah menguasai rimba persilatan didaerah
Selatan, Dengan adanya pedang tersebut, bilamana kau berkelana
didaerah kekuasaanku kau banyak menarik banyak keuntungan
tiada seorangpun yang berani mengganggumu. Melihat pedang itu,
mereka akan menaruh hormat dan tidak berani membikin susah."
"Tapi, saudara Kongsun," jawab Su-to Yan, "Harap jangan kau
berkecil hati, aku tidak dapat meluluskan permintaanmu karena
pedang itu bukankah milik pribadiku aku mendapat tugas dari
guruku yang memberi perintah untuk menyerahkan pedang tersebut
kepada seorang nona yang bernama Ie Han Eng, dengan tempat
persemayamannya di lembah Hui-in, di gunung Bu-San."
Wajah Kong-Sun Giok berubah gusar, alis nya mengkerut tinggi,
ia berpikir: "Dugaanku tepat! Dengan pedang ini, ia ingin menukar ilmu
pedang Maya Nada. Bila kubiarkan dia menuju kelembah Hui-in,
setelah berhasil meyakinkan ilmu luar-biasa itu, derajatku akan
tertekan olehnya, Didalam dunia bertambah seorang akhli pedang
tanpa tandingan. Betul-betul tanpa tandingan ! Tiada seorang pun
yang dapat mengalahkannya."
Tiba-tiba ia tertawa berkakakan, kemudian berkata :
"Saudara Su-to, lembah Hui-in di gunung Bu-san itu telah
kujadikan sebagai daerah terlarang, Saudara ingin menuju ke
tempat tersebut bukankah ingin melanggar pantanganku " Apakah
saudara hendak mencari permusuhan dengan Kong-sun Giok "
Aku tidak bermaksud jahat, sudah pasti bahwa pedang In-liong
ini akan menjadi rebutan orang, daripada jatuh kepada tangan
orang lain, ada baiknya kau serahkan Saja padaku, dengan hadiah
pedang bengcu yang kupunyai untuk diserahkan kepadamu."
Su-to Yan tidak puas dengan kata-kata yang diucapkan oleh si
Pedang Selatan, ia menjawab:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau adalah bengcu untuk daerah Selatan, Dimisalkan pedang
In-liong hilang dibawah kekuasaanmu tidakkah akan menurunkan
pamor nama Kong-sun Giok yang arif bijaksana?"
"Hm Kau berada didaerah Selatan, daerah yang berada dibawah
kekuasaanku, berani kau mengeluarkan kata-kata seperti tadi "
Bukankah secara blak-blakan, ingin bermusuhan dengan aku Kongsun Giok?" Berkata si pedang Selatan dengan suara tidak senang.
Su-to Yan mendongkol hatinya berpikir:
"Menurut keterangan suhu, si pedang Selatan ada lebih jujur dari
Pedang Utara, tidak disangka bahwa orang yang bernama Kong-sun
Giok inipun sangat tamak, tiada aturan sama sekali,
Su-to Yan tidak tahu, betapa pentingnya pedang In-liong itu,
maka ia mempunyai pikiran seperti apa yang telah kemukakan
diatasi bila ia tahu, berapa nilai pedang In-liong di dalam rimba
persilatan, tentunya berpikiran lain.
Kong sun Giok telah membalikkan badan, ia meninggalkan pesan:
"Aku menetap di kota Kie-Shie. Bila kau ingin meminta kembali
pedang ini. Datanglah dikota tersebut untuk menemuiku."
Dan si Pedang Selatan siap meninggalkan kelenteng.
Cepat cepat Su-to Yan berteriak:
"Tunggu dulu !"
Kong-sun Giok menghentikan langkahnya, ia berbalik kembali,
ditatapnya Su-to Yan dengan sinar mata tajam, selaput hawa
pembunuhan telah mengarungi bengcu rimba persilatan daerah
Selatan. Su-to Yan tertawa-tawa, dengan tenang bertanya:
"Bagaimana dengan ditanganmu itu ?" In-liong, milikku yang masih "Pedang ini akan kubawa pulang." Tukas Kong-sun Giok.
berada Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Dengan nama Pedang Selatan Kong-Sun Giok yang ternama,
agaknya tidak mungkin meminjam barang tanpa dikembalikan lagi."
secara tidak langsung, Su-to Yan memberi peringatan kepada sang
bengcu, belum lama dikatakan hendak meminjam pedang, bukanlah
hendak memilikinya. Kong sun Giok berkata dengan tenang:
"Su-to Yan. kau harus mengerti harga dan pentingnya pedang Inliong, Bila tidak kuambil, tokh akhirnya akan diambil orang lain."
Su-to Yan tersenyum, ia berkata : "Saudara Kong-sun, arah
tujuanku ke Utara, menyebrangi sungai Tiang-kang, dari sini" masih
berjarak ratusan lie, Kalau betul-betul hendak memiliki pedang InHong-kiam, kau boleh ambil dengan cara hormat. Rebutlah dari
tanganmu, sebelum aku melintasi daerah kekuasaanmu."
"Bagus! Kau ingin menantang diriku " Baiklah, Aku percaya
kepadamu, Ambillah pedang ini." Berkata Kong-Sun, Giok sambil
melempar pedang In-liong.
Tenaganya ditambah beberapa bagian, sengaja melempar
dengan keras, didalam hati ia-berkata: "akan kulihat, bagaimana
kau menyanggah pedang yang kulempar kepadamu?"
Dengan gaya yang manis sekali, hanya-menggunakan tiga
jarinya, Su-to Yan menangkap datangnya pedang, masak kedalam
genggaman tangannya, tanpa goyang !
Perbuatan mana membuat Kong-sun Giok kaget, ia harus memuji
kepandaian lawan. tidak diketahui, gerangan cara apa yang
digunakan orang menyambuti pedang " Sungguh luar biasa l
Sebelum Su-to Yan membuka mulut, Kong-Sun Giok sudah
berkata lagi: "Saudara Su-to, jangan khawatir Aku Kong-sun Giok tidak segera
mengambil pedangmu itu. Cuma saja aku peringatkan kepadamu
bahwa perjalanan masih jauh, bahaya dan rintangan masih banyak
bagimu, tidak sedikit dari pada pendekar ulung yang menghendaki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pedang itu, harap saja kau dapat menjaga pedang tersebut,
demikian sehingga aku dapat mengambilnya secara hormat."
Su-to Yan tersenyum, ia memasukkan kembali pedang In-liongkiam kedalam serangkanya, dan digantungkan lagi di pinggang.
Kong-sun Giok menyaksikan sikap Su-to Yan yang acuh tak acuh,
hatinya sangat mendongkol ingin sekali ia menerjang pemuda itu,
bila tidak takut ditertawakan oleh orang-orang bawahannya yang
pasti akan mengetahui di kemudian hari.
Su-to Yan berdiri tanpa bergeming.
Kong-sun Giok melirik sebentar, hatinya berkata:
"Sungguh luar biasa, sayang ia memiliki pedang In-liong. Bila
tidak, betapa baiknya kita bekerja sama."
Dengan pikiran seperti yang telah disebut diatas, Kong-sun Giok
meninggalkan Su-to Yan. Setelah bayangan Kong-sun Giok lenyap dari pandangan mata,
Su-to Yan menggunakan pikirannya mengasah otak, Apakah yang
menjadi keistimewaan pedang In-liong" sehingga seorang bengcu
yang tersohor tidak takut menurunkan martabat untuk
mendapatkannya, ia tidak dapat memecahkan problem itu, karena


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sang guru tidak memberi tahu kegunaan dari pedang tersebut,
pesannya terlalu singkat, ia harus menyerahkan pedang tersebut
kepada seorang gadis yang bernama Ie Han Eng, dilembah Hui-in
digunung Bu-san." Maksudnya yang ingin istirahat didalam kelenteng itu hampir
mengalami kegagalan, setelah diganggu dengan empat orang dari
golongan Thian-lam Lo-sat, kemudian datang Cin Bwee, disusul lagi
dengan munculnya Kong-sun Giok.
Sungguh sangat menjengkelkan.
Peristiwa gangguan Pedang Selatan, dengan ilmu kepandaian
dirinya, mungkinkah dapat menandingi Kong-Sun Giok" Karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sudah mengeluarkan kata-kata tantangan, apapun yang akan
terjadi, harus dihadapinya dengan segala ketabahan yang ada.
Kekuasaan Kong-sun Giok tidak berada di bawah partai Siauwlim-pay atau Bu-tong-pay. Ancaman bengcu itu harus mendapat
tempat yang layak. Sebentar kemudian, haripun telah menjadi terang, Su-to Yan
melanjutkan perjalanan. Hari itu, tidak terjadi sesuatu yang perlu dicatat, Menjelang sore
harinya, Su-to Yan telah berada dibawah kota Leng-shia. Mana kala
ingin memasuki pintu gerbang, mata Su-to Yan yang lihay dapat
menangkap sesuatu, itulah bayangan sipemuda Cin Bwee.
Su-to Yan menggebrak kudanya, mengejar kuda tunggangannya
Cin Bwee. Cin Bwee sedang tengak tengok diatas kuda, melihat orang yang
datang mengejar, ia menjadi kaget, cepat-cepat menolehkan kepala,
dan ia masih kenal kepada Su-to Yan.
"Hei, mengapa kau menyusul aku?" Tegur Cin Bwee dengan
cemberut. "Ha, ha.... Saudara Cin, kau suka marah itu tidak baik. Seorang
pemuda harus mempunyai gelora semangat yang menyala nyala.
"Cukup... Cukup..., Aku tidak Pergi...Pergi...Aku tidak suka padamu."
sudi menemani..... "Mengapa ?" "Kau tidak jujur. Mana mungkin tidak tahu tentang ilmu pedang
Maya Nada ?" "Saudara Cin, kau telah salah paham. Sungguh aku tidak tahu
adanya ilmu pedang Maya Nada."
"Cukup... Aku tidak mau tahu ."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dua penunggang kuda lain telah menghadang perjalanan Su-to
Yan Dan Cin Bwee, setelah memberi hormat mereka berkata:
"Majikan kami, pukulan Langit Goan Thong ada mengundang."
Dengan girang, Cin Bwee berteriak: "Aaaaa... undangan dari si
Pukulan Langit Goan Thong ?"
Ia sangat gembira, terlihat pada wajahnya yang segera
bercahaya terang, Si Pukulan Langit Goan Thong adalah wakil
bengcu daerah Selatan, kedudukannya hanya setingkat dibawah si
Pedang Selatan Kong Sun Giok. undangan itu di tujukan kepadanya,
suatu tanda, betapa hormat orang rimba persilatan menjunjung
dirinya. Segera Cin Bwee menerima undangan itu, katanya:
"Bagus, pulanglah dahulu dan beri tahu kepada majikan kalian,
bahwa aku Cin Tiong menerima undangan ini."
Ia menggunakan nama palsu Cin Tiong!
Kedua orang itu merangkapkan kedua tangannya, memandang
Su-to Yan dan meminta jawaban si pemuda.
"Aku tidak keberatan," jawab Su to Yan.
Cin Bwee mengajukan protes:
"Hei mengapa harus mengundang dia" Kami bukan satu
golongan, Aku seorangpun sudah cukup untuk menghadiri
undangan majikan kalian,"
Dua penunggang kuda itu tertegun:
"Majikan kami baru saja lewat, dan perintah beliau tidak berani
kami bantah, undangan disampaikan kepada dirinya juga."
Cin Bwee melirik kearah Su-to Yan, dengan tidak puas ia memaki
kepada pemuda itu: "Huh, kalian orang dari Siauw-lim-pay di larang
mencampurkan diri dari urusan rimba persilatan Hari ini, rejekimu
bercahaya terang, karena turut bersama-sama denganku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan memberikan senyumannya, ia tidak mengucapkan
sepatah kata. Setelah menerima undangan si Pukulan Langit Goan Thong,
mereka segera menuju kerumah wakil bengcu itu.
Ditengah jalan, Cin Bwee bertanya kepada kawannya:
"Hai, tahukah kau, mengapa orang-orang Thian-lam Lo-sat ingin
membunuh diriku?" "tidak tahu." Su-to Yan menggelengkan kepala.
Cin Bwe tertawa puas, dan ia bertanya lagi:
"Tahukah, mengapa si Pukulan langit Goan Thong mengundang
aku?" Lagi-lagi Su-to Yan menggelengkan kepalanya.
Cin Bwee lebih puas, ia berkata dengan suara bangga:
"Aku ada membawa pusaka seruling In-thian Cek-hong."
Su-to Yan membelalakan mata, ia memandang kawan itu dengan
penuh kesangsian, betulkah bahwa Cin Bwee membawa pusaka
tersebut" Cin Bwee meneruskan keterangannya:
"Guruku yang menghadiahkan kepadaku seruling In-thian Cekhong adalah pusaka Kun-lun-pay. Maksudnya agar aku dapat
menerjang rimba persilatan dan mengangkat nama Kun-lun-pay."
Su-to Yan menganggukkan kepala mengerti, ternyata orang ini
membawa pusaka Kun-lun-pay, ternyata mempunyai rencana untuk
memamerkan ilmu kepandaiannya.
Cin Bwee semakin membusungkan dada, luar biasa bangga atas
keadaan tersebut. Kini mereka telah tiba disebuah gedung yang sangat mewah.
itulah rumah si Pukulan Langit Goan Thong, orang yang menduduki
wakil bengcu rimba persilatan, jalan masuk ke dalam rumah dijaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
oleh 40 orang berpakaian hitam, mereka berbaris dikanan dan kiri,
setiap orang ada menyoren pedang, sangat gagah sekali, Su-to Yan
dan Cin Bwee telah lompat turun dari kuda tunggangan mereka.
Dan sudah ada orang yang menyambut kuda-kuda itu, di tuntunnya
keruang belakang. Pintu besar segera dibuka lebar-lebar, itulah cara penyambutan
yang sangat meriah. Su-to Yan dan Cin Bwee adalah tamu-tamu
yang mereka harapkan, kedua orang itu bertindak masuk kedalam.
Seorang pemuda berbaju hijau keluar menyambut kedua
tamunya, dengan wajah tersungging senyuman, pemuda itu
berkata: "Silahkan masuk, Selamat datang dikota Leng-Shia, Siauwtee
Goan Bun, atas perintah ayah menyambut kedatangan kalian
berdua." Ternyata, pemuda berbaju hijau itu bernama Goan Bun. putera si
Pukulan Langit Goan Thong.
"Terima kasih." Berkata Cin Bwee yang segera mengajak Su-to
Yan masuk kedalam ruangan yang terang benderang.
Diruang besar telah duduk seorang tua dengan tubuh gagah,
umurnya sudah hampir setengah abad, menyaksikan kedatangan
kedua-tamunya, ia bangkit berdiri.
"Lohu Goan Thong" ia memperkenalkan diri: "Entah bagaimana
sebutan jiwi berdua?"
"Aku Cin Tiong dan dia..." Menunjuk kearah Su-to Yan, Cin Bwee
tidak meneruskan kata-katanya dengan harapan agar kawan
tersebut memperkenalkan diri sendiri, Maksudnya sangat jelas,
maukah Su-to Yan menggunakan nama palsu "
Cepat Su-to Yan memperkenalkan dirinya: "Aku Su-to Yan."
Su-to Yan tidak mau mempergunakan nama palsu.
Dan mereka telah dipersilahkan mengambil tempat duduk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Setelah kedua tamunya duduk, tampak Goan Thong bersenyum,
ia memandang Su-to Yan dan berkata kepada pemuda itu : "Lohu
mendapat perintah Kong-Sun bengcu untuk mengundang Saudara,
tentunya saudara telah maklum dan tahu maksud tujuan kami,
bukan?" tidak menunggu Su-to Yan membuka mulutnya, Cin Bwee sudah
menyelak: "Ternyata bukan diriku
mengundang dirinya?"
yang diundang " Kalian hanya "Lohu tidak mengerti akan kata-kata saudara Cin." Berkata si
Pukulan Langit Goan Thong.
"Kalian bukan bermaksud tujuan kepada seruling In-thian Cekthong yang berada padaku?"
"Saudara Cin salah paham," berkata tuan rumah, masih
bersenyum ramah. Cin Bwee merasa tidak enak, dugaan bahwa dirinya yang
dijunjung orang telah dibuyar kan oleh kenyataan, dugaan itu
meleset Karena tidak ada sangkut paut dengan dirinya, apa guna
berdiam ditempat ini " Ada lebih baik segera meninggalkan Su-to
Yan dan berlalu dari rumah itu, segera ia bangkit dan berdiri, siap
pergi. Su-to Yan menghadang kepergian kawan itu :
"Mengapa saudara Cin harus terburu-buru?"
"Orangpun tiada mengundangku mengapa harus menebalkan
muka, duduk dijadikan patung?"
Su-to Yan ada niatan untuk berkawan dengan Cin Bwee, ia
menarik tangan baju orang dan berkata perlahan:
"Saudara Cin, kita sudah terlanjur masuk kedalam rumah orang,
meskipun kau tidak punya kepentingan rasanya tidak jahat untuk
menemani aku disini, bukan " Kukira aku sedang mengalami
kesulitan, maukah kau membantu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sungguh?" Su-to Yan menganggukan kepala dengan senyumannya yang
sangat menarik. Dipihak lain Goan Bun telah menarik tangan baju ayahnya, ia
berkasak-kusuk sebentar dan menyingkir kesamping.
Si Pukulan Langit Goan Thong mengkerutkan alisnya.
So-to Yan telah berhasil menahan kepergian Cin Bwee, terlihat
Goan Thong menghampiri dirinya, dengan tersenyum senyum orang
tua itu berkata: "Ooo, barusan ada pesan dari Kong-sun Bengcu, diharapkan agar
saudara Su-to dapat menyerahkan pedang In-liong, Dikatakan
bahwa pedang tersebut penting untuk mengakhiri persengketaan
dengan Siauw-lim-pay. "Cianpwee keliru, aku bukan anak murid Siauw-lim-pay."
Wajah Goak Thong berubah, mungkinkah sipemuda bukan murid
Siauw-lim-pay" Untuk membuktikan benar tidaknya ia harus menyaksikan
bagaimana sipemuda itu bersilat, siapakah yang harus ditampilkan
sebagai lawan tandingan"
Tiba-tiba ia melirik kearah anaknya, kemudian berkata kepada
Su-to Yan: "Tentunya saudara tidak puas untuk menyerahkan pedang tanpa
dimeriahkan dengan suatu pertandingan bila saudara Su-to
mempunyai minat keramaian, biarlah anakku yang bodoh melayani
beberapa jurus." Su-to Yan tertawa, Tapi sebelum ia membuka mulut, Cin Bwee
sudah mendahuluinya: "Untuk menandingi anaknya, tak perlu kau yang turun tangan,
Biar aku yang mewakili mu, bagaimana?"
Su-to Yan menganggukkan kepala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dilain pihak, Goan Thong mengkerutkan alis, ia ingin Su-to Yan
yang turun tangan maka dapat dilihat dari aliran manakah ilmu silat
pemuda ini" Apa mau Cin Bwee menyelak dan menalangi pemuda itu, ia tidak
bisa menolak, ia diam. Didalam hati memaki habis-habisan, orang ini
terlalu usilan. Sementara itu, Goan Bun telah siap di pusat ruangan, ia
menantikan kedatangan lawan, tidak perduli Su-to Yan atau pemuda
yang bernama Cin Tiong itu, akan tetap dilayani olehnya. Harus
diperlihatkan kepada ayahnya, bahwa ia melatih diri dengan tekun,
akan dijatuhkan mereka, satu demi satu. Siapa yang maju lebih
dulu, sama saja baginya. Cin Bwee telah menghampiri Goan Bun.
Sedangkan putera dari wakil bengcu itu menantikannya dengan
senyum tenang. "Hei, mana senjatamu?" Bertanya Cin Bwee kepada sang lawan,
dilihat Goan Bun bertangan kosong, seolah-olah ingin
menghadapinya tanpa senjata.
"Aku kira ada lebih baik bermain dengan tangan kosong," Goan
Bun memberikan jawaban. Sebagai putera si Pukulan Langit, Goan Bun lebih pandai bersilat
dengan tangan kosong. Cin Bwee menyimpan kembali pedang yang telah dihunus keluar,
iapun bersedia melawan pemuda itu dengan tangan kosong,
demikian ia berkata: "Sudah lama orang mencela ilmu kepandaian Kun-lun-pay. Hari
ini akan kuberikan kenyataan dari ketidak benarannya desas desus
ini itu, dengan ilmu kepandaian Kun-lun-pay yang paling khas, aku
akan menundukkanmu."
Perkataan itu ditutup dengan satu serangan hebat, sehingga
memaksa Goan Bun mundur ke belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Hanya satu langkah, tangan kanan Goan Bun menepuk kearah
sisi lawan, disertai dengan tenaga dalam, dengan cara cara ini,
bukan saja menghindari rangsekan lawan, disaat yang sama, iapun
sudah siap mengirim serangan balasan.
Serangan Cin Bwee mengandung dua unsur, unsur menyerang
dan bertahan, dilihat orang itu menggunakan cara yang paling
tepat, maka iapun turut bergeser, dengan satu jurus "Guntur
berkilat" meneruskan rangsekannya.
Goan Thong yang menyaksikan ilmu "Guntur berkilat" dimainkan
oleh pemuda yang mengaku bernama Cin Tiong, hatinya sangat
terkejut. Diketahui olehnya, itulah salah satu diantara jurus dari ilmu
"Hoan-thian Pat-ciang", dan ilmu "Hoan-thian Pat-ciang" atau
"Delapan pukulan mengembalikan dunia" adalah satu dari sepuluh
macam ilmu purbakala yang sudah lenyap dari permukaan dunia.
Di jaman yang telah silam, sepuluh macam ilmu purbakala itu
dimiliki oleh seorang yang bernama Thian Ku Cu, setelah Thian Ku


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cu wafat, ilmu kepandaiannya diturunkan kepada sepuluh muridnya,
disayangkan terjadi perang saudara, sepuluh murid Thian Ku Cu
yang tidak dapat hidup bersatu bentrok, terjadilah perang saling
gempur, sembilan diantaranya binasa, dan murid bontot Thian Ku
Cu juga mati dibawah bisa racun yang tidak diketahui namanya.
Maka lenyap pula sepuluh macam ilmu silat purbakala itu, inilah
akibat dari ketidak akuran diantara saudara-saudara sendiri.
Peringatan bagi mereka yang tidak dapat hidup bersatu,
Dengan demikian, sepuluh macam ilmu silat purbakala itu tidak
diturunkan kepada siapapun juga. Mendadak sontak, bagaimana
salah satu dari sepuluh macam ilmu silat purbakala tersebut dapat
dimiliki oleh seorang muda dari golongan Kun-lun-pay.
Tentu saja si Pukulan Langit Goan Thong ketakutan, Sang anak
bukan tandingan orang yang memiliki ilmu Hoan-thian Pat-ciang
tersebut. Goan Thong bingung sekali, bagaimana baiknya untuk menolong
sang anak dari kesulitan "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Bukan Goan Thong saja yang terkejut Su-to Yan yang juga turut
tersentak bangun, tidak disangka bahwa Cin Bwee memiliki salah
satu dari sepuluh macam ilmu silat mujijat dari jaman purbakala.
Terlebih Goan Bun, pemuda ini langsung berurusan dengan Cin
Bwee, Diserang dengan ilmu luar-biasa, bagaimana ia tidak terdesak
mundur " Tidaklah disangka lawan itu begitu liehay! Cepat sekali ia
menghindari serangan kearah kiri.
Cin Bwee tidak mengasih hati, dengan jurus Hui-in Hoan-ie
menggantikan jurus yang pertama, jurus Hui-in Hoan ie berarti
Guntur melintang hujan, juga salah satu jurus dari ilmu Hoan-thian
Pat-ciang, setiap macam dari sepuluh ilmu silat mujijat dijaman
purbakala cukup untuk menundukkan dunia, termasuk juga Hoan
thian Pat-ciang, sangat luar biasa.
tidak mungkin Goan Bun sanggup menerima serangan tersebut,
dengan mengeluarkan suara jeritan, putra wakil si bengcu
sempoyongan, bahunya kena dihajar, mundur jauh kebelakang dan
rubuh di lantai. Dua orang berbaju hitam cepat-cepat membangunkan tuan muda
mereka. Goan Thong menyaksikan anaknya dirubuhkan, air mukanya
berubah bengis. Tapi tidak lama, perubahan itu sudah di ganti dengan tertawa
yang tergelak-gelak: "Ha, ha, ha... tidak kusangka, saudara Cin memiliki ilmu Hoanthian Pat-ciang, salah satu dari sepuluh ilmu silat mujijat dijaman
purbakala yang sudah tiada, Kini giliranku meminta pelajaran,
sudikah saudara Cin memberi beberapa petunjuk?"
"Mengapa tidak?" jawaban Cin Bwee lebih menjengkelkan
lawannya. Goan Thong meringkaskan bajunya, ia sudah siap turun kedalam
gelanggang pertempuran. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tiba-tiba... Seorang lari masuk kedalam ruangan itu, dengan lantang ia
memberi laporan: "Hang-kang To-jin dari Oey-san-pay tiba!" Goan Thong batal
menempur Cin Bwee, kedatangan Han-kang To jin sangat
menggirangkan hatinya, ilmu pedang tosu tersebut menduduki
urutan nomor dua, setelah dibawah Kong-Sun Giok, kedatangan
Sang kawan tepat pada waktunya.
Seorang tosu berjubah hijau memasuki ruangan,
punggungnya tergembol pedang, itulah Han-kang To-jin !
pada Goan Thong menyambut kedatangan tosu tersebut, terlihat jelas,
bagaimana wajah Siwakil bengcu menjadi bercahaya terang.
Kedua orang itu berbisik-bisik.
Han-kang To-jin memandang Cin Bwee dengan sikapnya yang
angkuh berkata: "Berani kau melukai kemenakanku " Hm, Akan kusaksikan,
berapa banyak seranganku yang dapat kau terima, Bersiaplah untuk
bertempur." Han-Kang To-jin langsung menghadapi Cin Bwee.
"Bagus!" Cin Bwee tidak menolak tantangan, "Telah kudengar
namamu yang menduduki urutan nomor dua, tentunya mempunyai
ilmu pedang yang luar biasa, pedangku inipun telah gatal tangan,
tentunya sudah siap digunakan."
Cin Bwee mengeluarkan pedangnya.
"Sretttt !" Itulah suara pedang Han-kang To-jin yang keluar dari kerangka,
Tosu ini tidak sabar lagi, begitu cepat pedang berpindah ketangan,
ia memendekkan tubuhnya, ujung pedang disodorkan kedepan,
mengarah pinggang lawan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Serangan ini cepat dan jitu! Disertai dengan tenaga dalam penuh,
desiran angin pedang terdengar jelas !
Su-to Yan terkejut ia khawatir atas kegesitan pedang Han-kang
To-jin itu, tentunya Cin Bwee sulit memenangkan pertandingan.
Rasa khawatir ini bertambah lagi, setelah melihat Sang imam
menyerang secara bertubi-tubi, sehingga tidak memberi kesempatan
kepada Cin Bwee untuk melakukan penangkisan yang baik.
Pengalaman tempur Cin Bwee terlalu tipis sekali, diserang oleh
seorang akhli pedang kawakan, ia menyingkirkan diri kesamping,
dan memotong kearah pergelangan tangan musuh,
Han-kang To-jin telah memegang kunci penyerangan, hal itu
tidak mau diserahkan kepada lawan, pada gebrakan pertama, ia
telah mengetahui bahwa lawannya kurang pengalaman beruntun
lagi mencecer dengan serangan-serangan pedang.
Cin Bwee menangkis beberapa kali, dan tubuhnya dipaksa
bergeser kearah kedudukan yang tidak menguntungkan.
Menyaksikan sang kawan terdesak, Su-to Yan tidak enak hati,
Maksudnya ingin menggantikan kawan tersebut, belum dapat ia
menemukan cara yang terbaik untuk menghentikan pertempuran
itu. Disaat ini terdengar teriakan seorang berbaju hitam yang
lantang: "Kong-Sun bengcu tiba!"
Han-kang To-jin menarik pulang serangannya, ia mengadukan
pedang dan lompat keluar kalangan.
Cin Bwee melintangkan pedangnya, ia berdiri dipusat ruangan.
Goan Thong telah lari kearah luar, menyambut kedatangan sang
bengcu. Sebentar lagi terlihat Kong-sun Giok berjalan masuk kedalam
ruangan itu, dibelakang bengcu tersebut berbaris 20 orang berbaju
hitam, mereka adalah pengiring-pengiringnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Melihat ditempat itu ada Cin Bwee dan Su-to Yan, ia
menganggukkan kepala kepada mereka, kemudian memandang
Goan Thong dan berkata: "Saudara Goan, bagaimana hasil peminjaman pedang dari
saudara Su-to?" Si pakaian langit tertawa meringis.
"Perintah bengcu telah kujalankan. Tapi, rupanya saudara Su-to
tidak rela menyerahkan pedang tanpa diadakan pertempuran
dahulu." Demikian Goan Thong memberi jawaban.
Lebih jauh, Goan Thong menuturkan bagaimana ia meminta
pedang, secara baik-baik mengadakan perundingan dengan Su-to
Yan. Kemudian terjadi pertempuran, dan anaknya dilukai oleh
pukulan Cin Bwee yang menggunakan ilmu silat mujijat dari jaman
purbakala, ilmu yang menghilang dari rimba persilatan.
Kong-sun Giok terkejut, air mukanya berubah. Matanya menyapu
keseluruh ruangan, mengawasi Su-to Yan Cin Bwee bergantian.
Dan sinar mata itu ditarik kembali, memandang Goan Thong,
seraya ia berkata: "Mengapa tidak kau sendiri yang turun tangan, Goan toako"
Tiada halangan kau mencoba coba ilmu kepandaian orang muda,
hal ini dapat menambah pengalaman, bukan?"
Sebelum Goan Thong memberi jawaban, Han-kang To-jin sudah
membuka mulut, tosu itu berkata:
"Bengcu, mengapa Goan toako yang harus turun tangan"
Biarkanlah pinto yang mencobanya dahulu, Akan pinto lihat, sampai
dimana dan berapa gebrakan dia dapat menahan serangan ilmu
pedang Oey-san-pai" Cin Bwee tidak senang. Segera ia hendak membuka mulut,
menantang tosu tinggi hati itu.
Su-to Yan telah turun kedalam gelanggang dan menarik tangan
Sang kawan, berkata kepadanya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Saudara Cin, kau telah banyak mengeluarkan tenaga, Biar aku
yang saja melayaninya, akan kulihat, betapa hebatkah ilmu
kepandaian imam jumawa ini?"
Cin Bwee agak jeri kepada ilmu pedang Han-kang Tojin yang
lihay, dengan mudah ia dapat dibujuk, segera ia menerima baik
kemauan kawan tersebut. "Berhati hatilah dengan ujung pedangnya." ia berkata penuh
perhatian. Su-to Yan memandang wajah kawan tersebut, Cin Bwee menjadi
merah muka. Han-kang Tojin yang mengadakan tantangan. sudah berada didepan Su-to Yan, "Memperhatikan pedang yang berada padamu, kukira kau
seorang akhli pedang juga, Tapi kau akan kupaksa bertekuk lutut,
sebelum jurus serangan yang kesepuluh selesai."
Atas kesombongan Han-kang Tojin itu, Su-to Yan tertawa.
"Belum tentu, Totiang." ia berkata sinis.
"tidak percaya, Cabutlah pedangmu dan akan kubuktikan
kebenaran dari kata-kataku tadi." Berkata Han-kang Tojin bernapsu.
"Aku tidak mengeluarkan pedang mengadakan perlawanan."
Berkata Su-to Yan tidak mau kalah suara, Keangkuhan Han-kang
Tojin menimbulkan rasa anti patinya, maka iapun harus bersikap
agung. Kata-kata Su-to Yan menjadikan sedikit kegaduhan, siapakah
yang berani menerima serangan Han-kang Tojin tanpa senjata"
Tosu tersebut adalah ahli pedang kedua, setelah berada dibelakang
urutan Kong-sun Giok, belum pernah ada orang yang
menandinginya. Han-kang Tojin masih belum mengerti bahwa dirinya telah
dipandang rendah, ia bertanya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apa maksud tujuanmu tidak menggunakan pedang?"
"Sudah menjadi kebiasaanku, kalau bertanding tidak dengan
pedang." Berkata Su-to Yan. ia sangat puas dapat menekan sedikit
kecongkakan lawan tersebut,
"Dengan senjata apa kau menghadapi seranganku?" Bertanya
lagi Han-kang Tojin. "Dengan sepasang senjata ini." Berkata Su-to Yan mengeluarkan
tangannya. Mata Han-kang Tojin terpentang lebar-lebar, ia melotot besar,
itulah suatu penghinaan sebagai ahli pedang nomor dua didaerah
Kang lam, mungkinkah harus dilayani dengan tangan kosong"
Sungguh keliwatan! "Baiklah." Akhirnya dengan menghela napas Han-kang Tojin
berkata: "Akupun menggunakan tangan kosong menempur dirimu."
"Ooo, itupun tidak usah. Totiang tidak dilarang untuk
menggunakan pedang dan aku bertangan kosong mempertahankan
diri dari sepuluh jurus serangan tadi, seperti apa yang totiang telah
katakan, dapatkah aku dijatuhkan sebelum serangan kesepuluh
selesai dimainkan?" Han-kang Tojin menyeringai.
Dilain pihak, orang-orang yang mendengar percakapan itu
semakin tobat kepada kata-kata yang Su-to Yan keluarkan Han-kang
Tojin itu telah dikenal lebih dari dua-puluh tahun, tidak sedikit akhliakhli pedang yang jatuh di bawah tangannya.
Mana mungkin ada orang yang berani menghadapi serangan
pedang sitosu tanpa senjata" Apalagi mengingat umur Su-to Yan
masih sangat muda, bukankah kata-kata untuk mengolok orang"
Kong-sun Giok tampil kedepan, dengan tertawa ia berkata:
"Saudara Su-to, bila kau dapat menggunakan tangan kosong
mengalahkan Han-kang To-jin, untuk seterusnya, aku tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mengganggumu pula, Aku Kong-sun Giok menyerah kalah, Di mana
kau berada, aku akan menyingkirkan diri jauh-jauh."
So-to Yan telah menimbang-nimbang ilmu kepandaian sendiri,
dibandingkan dengan ilmu kepandaian Hiun-kang Tojin, masih ada
kesempatan baginya memenangkan pertandingan, dengan satu
senyuman riang, ia berkata:
"Ingin sekali buktikan segera."
Han-kang Tojin telah menggoyangkan pedang, ia menantang:
"Su-to Yan, dimana kau mau menerima serangan" Ditempat
ruangan ini atau dilapangan luar?"
Memandang keadaan ruangan itu, Su-to Yan menganggukan
kepala: "Disinipun boleh."
Han-kang Tojin menenteng-nenteng pedangnya, mengelilingi
musuh kurang ajar itu. Suatu ketika, ia menusuk kearah jalan darah
Kie-bun Su-to Yan. Su-to Yan menunjukan wajahnya yang bersungguh-sungguh,
lima jari direntangkan dengan telapak tangan keatas bermaksud
merebut gagang pedang Han-kang Totiang.
Itulah ilmu Pie-pa-cap-Sa-san-chiu !
Pie-pa-cap-sa-san-chiu berarti tiga belas jari menguasai alat Piepa, lebih banyak tiga jari dari manusia biasa, Mudah dibayangkan,
betapa cepatnya cengkeraman yang diarah oleh jari jari yang
melebihi manusia biasa itu.
Melihat ilmu tersebut, Kong-sun Giok dan Goan Thong terkejut,
sebagai dua tokoh-tokoh terpandai, mereka dapat menyaksikan
keistimewaan dari tipu Pie-pa cap-sa-san-chiu. Ilmu inipun termasuk
salah satu dari sepuluh macam ilmu silat jaman purbakala yang
telah terpendam. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Terlebih bagi si Telapak Langit Goan Thong, pada seratus tahun
berselang, dua macam ilmu silat purba kala itu telah menghilang
tanpa bekas, tiada orang mewarisinya.
Dihari ini, disaat dan diwaktu jam tadi, didalam satu hari saja, ia
menyaksikan dua dari kesepuluh ilmu silat purbakala itu muncul
dihadapannya, Bagaimana ia tidak terkejut "
Bercerita Han-kang To-jin yang menyerang Su-to Yan dengan
ilmu pedang Oey San-pay, mempelintirkan tangannya, membuat
satu lingkaran dan mengirim serangan yang berikutnya, didalam hati
sitosu berkata: "Betapa tingginya ilmu kepandaianmu bila bertangan kosong,


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jangan harap dapat menerima lima puluh jurus."
Lupalah kepada janji pertama yang menetapkan sepuluh jurus
sebagai batas pertempuran. Sebagai seorang akhli pedang, Hankang To-jin merangsek lawannya dengan hebat, sedangkan Su-to
Yan bertangan kosong, ia harus menjaga tajamnya pedang, Tanpa
ada rasa khawatir sama sekali Han-kang To jin bergerak leluasa.
Su-to Yan main mundur kebelakang.
Cin Bwee menyaksikan pertandingan itu, hatinya berdebar-debar,
lebih khawatir lagi, setelah melihat bagaimana sang kawan tidak
dapat memberi serangan balasan. Diketahui bahwa Han-kang To-jin
sangat pandai memainkan ilmu pedang, masakan dilawan dengan
tangan kosong" Sungguh tolol.
Lain penilaian Cin Bwee, dan lain lagi penilaian Su-to Yan.
-ooo0dw0ooo- Jilid 2 SEBAGAI SEORANG ahli pedang, menyaksikan cara-cara Su-to
Yan bertempur, sang bengcu segera mengetahui, bahwa Hankang
Tojin akan mengalami kekalahan. Meskipun Su-to Yan main mundur,
setiap langkah pemuda itu mengambil kedudukan yang tepat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bukanlah keteter, tapi menunggu saat yang baik untuk mengadakan
serangan balasan, ingin sekali ia memberi tahu kepada Han-kang
Tojin agar berhati-hati, kekalahan Han-kang Tojin berarti
kekalahannya. Bagaimana ia dapat mengambil pedang In-liongkiam, jika Su to Yan memenangkan pertarungan tadi"
Pengalaman Cin Bwee tidak dapat disamakan dengan Kong-sun
Giok, dilihat Han-kang To-jin merangsek dengan galak, di lihat
bagaimana Su-to Yan main mundur semakin lama semakin terdesak,
ia bingung, ia tidak menginginkan kekalahan berada difihaknya,
dengan membanting kaki, ia berteriak:
"Ayo, lekas keluarkan pedangmu !"
Su-to Yan sedang mengadakan pancingan seolah-olah terdesak,
maka lawan akan lengah itu waktu, ia dapat berebut pedang Hankang To-jin, inilah maksud tujuan utama dari jago kita.
Kini, Su-to Yan menyilangkan kedua tangan, menyingkirkan
tekanan pedang Han-kang To-jin.
Han-kang To-jin menyeret pedang kesamping, dan diputar lagi
kembali, bagaikan kecepatan angin, lagi-lagi menghujam Su-to Yan
dengan tusukan-tusukan pedang.
Cin Bwee meremas-remas kedua tangannya, Kong-sun Giok
dapat melihat keadaan itu, ia memancarkan sinar mata girang,
timbul pikiran baru untuk memenangkan pertarungan, ia berpikir:
"Telah kujanjikan kepada Su-to Yan, bila ia dapat menggunakan
tangan kosong menjatuhkan Han-kang To-jin, aku tidak boleh
mengganggu dirinya lagi. Dilihat dari keadaan ini. Han-kang To-jin
bukan tandingannya. Aku harus memaksa Su-to Yan menggunakan
pedang, maka ia tidak memenuhi syarat-syarat yang kutentukan."
Didekatinya Cin Bwee, dengan tertawa berkata:
"Saudara Cin, kawanmu itu tidak mempunyai ketika untuk
mengeluarkan pedang, Tapi, kau dapat menolongnya dari kesulitan,
bila kau lempar pedangmu kearahnya, pasti ia dapat menyambuti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Cin Bwee mendapat ketika untuk menolong sang kawan dari
kesusahan, demikianlah ia salah mengerti, tidak diketahui akan
maksud-maksud tertentu yang telah direncanakan oleh Su-to.
Sayang sekali! Pikiran Cin Bwee terlalu cepat, tangannya telah mengeluarkan
pedang, dilempar kearah Su-to Yan dan berteriak:
"Hei, terima pedang ini!"
Su-to Yan telah melihat titik-titik terang untuk merebut pedang
Han-kang Tojin, tiba-tiba dilihat cara Cin Bwee yang mengambil
langkah ceroboh, ia mengeluh. Ludeslah semua rencananya, bila
dibiarkan pedang itu melayang datang, tentu melukai dirinya.
tidak ada waktu bagi Su-to Yan banyak-pikir, pedang telah
datang, serang Han-kang Tojin juga tidak mengendur. Su-to Yan
memelintirkan tubuhnya, berputar ditempat itu, dengan cara-cara
yang tidak mungkin dibayangkan orang ia berhasil menghindari diri
tusukan pedang Han-kang Tojin.
Itu waktu, Han-kang Tojin mendesak Su-to Yan sehingga
kepinggir tembok, maksudnya, tusukan pedang tadi adalah tusukan
yang terakhir, ia menduga pasti dapat memantek Sang lawan
ditempat itu. Tiba-tiba saja pandangan matanya menjadi kabur,
tubuh Su-to Yan yang berputar itu lenyap dari depan dirinya.
Han-kang Tojin kaget sekali, segera diketakui bahwa posisi
kedudukan dirinya berada didalam bahaya, untuk menghindari diri
dari ancaman orang, jalan satu-satunya menubruk tembok didepan,
itupun membawa akibat besar, kepalanya hanya dua kaki lagi dari
tembok, ia akan menderita luka.
Kecepatan daya reflek segera bekerja, tubuh Han-kang Tojin
melesat naik keatas setinggi mungkin ia menjauh semua bahaya
bahaya itu. Su-to Yan telah berputar, dan dengan gerakan yang tercepat,
dirinya telah berada di belakang Han-kang To-jin, seharusnya,
dengan satu kali uluran tangan, ia dapat merebut pedang tosu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tersebut Tapi pedang yang Cin Bwe lemparkan itupun telah tiba,
dengan demikian, pasti punggungnya ditembus oleh tajam pedang.
Apa boleh buat, Su~to Yan membatalkan niatnya yang dapat
merebut pedang lawan itu tangan dibalikkan kebelakang, dengan
jari-jari yang keras, ia mementil pedang.
Satu sinar putih menyusul larinya Han-kang To-jin, bagaikan
seekor elang panjang, pedang tersebut memagut leher baju Sang
tosu, dan memakunya ditembok, dim lagi, darah merah akan
muncrat memenuhi ruangan itu.
Han-kang Tojin mengeluarkan keringat dingin, ia terpantek
ditembok tanpa berani ber kutik, leher bajunya digantung oleh
pedang Cin Bwee. Pentilan dari Su-to Yan yang memantek Hon kang Tojin itu
sangat luar biasa ! Kong-Sun Giok turut terkejut, bila bukan lemparan pedang Cin
Bwee yang memaksa Su-to Yan menggunakan senjata mengalahkan
lawannya, bukankah ia dipaksa melepas niatannya yang ingin
memiliki pedang In-liong kiam "
Su-to Yan sangat menyesalkan datangnya pedang Cin Bwee. Tapi
mengingat perbuatan Sang kawan yang bermaksud baik. ia dapat
memahami keadaan tersebut,
Han-kan Tojin masih belum berani berkutik
Su-to Yan maju menghampiri tosu tersebut, tangannya bergerak
menarik pedang yang tertancap.
"Totiang boleh membalikkan badan." Demikian ia berkata. Sangat
kasihan juga melihat si akhli pedang yang menembok rapat seperti
itu. Cin Bwee berlompat-lompatan gembira, pada tanggapan dirinya,
tentu lemparan pedang tadi yang membantu usaha Sang kawan
untuk mengalahkan Han-kang Tojin,
Aku berjasa ! Cin Bwee sangat bangga !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kong-Sun Giok bermuram durja, anak buah nomor satu yang
paling diandalkan menderita kekalahan, bagaimana ia tidak merasa
turut malu " Goan Thong lupa menutup kembali mulutnya yang terpentang
lebar-lebar, mungkinkah hal itu betul-betul terjadi " ia masih kurang
percaya kepada kenyataan yang terbentang di hadapan dirinya,
Han-kang Tojin adalah akhli pedang nomor satu, hanya kalah
setingkat di bawah Kong-sun Giok, bagaimana dapat kalah oleh
seorang pemuda yang baru menampilkan dirinya didalam rimba
persilatan " Su-to Yan memperhatikan keadaan disekeliling dirinya, didalam
ruangan itu telah bertambah banyak orang, bagaimana bila mereka
mengepung dirinya " Dapatkah mengajak Cin Bwee melarikan diri
dari kepungan mereka "
Kong-Sun Giok telah mendekati Su-to Yan, dengan wajah
disungging senyuman, berkatalah Bengcu rimba persilatan itu:
"Bagus ! Kau telah mengalahkan Han-kang Tojin, tapi masih ada
aku Kong-sun Giok, berapa jurus lagi kau dapat melayaniku?"
Su-to Yan tidak melayani tantangan Kong-Sun Giok, langsung
menghampiri Cin Bwee, diserahkannya pedang kawan tersebut dan
berkata kepadanya: "Mari kita meninggalkan tempat ini!"
Cin Bwee maklum akan bahaya ditempat itu, ia mengikuti sang
kawan, meninggalkan ruangan, dipintu telah menghadang dua
puluh orang berbaju hitam.
Kong-sun Giok tersenyum ditempat dan memberi perintah
kepada orang-orangnya: "Tangkap mereka !"
Dua puluh orang itu bergerak, dengan senjata-senjata mereka
yang telah siap, menyerang Su-to Yan dan Cin Bwee.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan yang sangat mendongkol "Belum tentu kalian dapat
menguasai kami berdua," Katanya didalam hati, Berbareng, ia telah
mengeluarkan satu lengkingan panjang, sepuluh jari tangannya
direntangkan dari sana berkembang dan bertaburan uap hijau.
Hampir bersamaan dengan gerakan sipemuda, delapan macam
senjata telah berpindah ke-dalam tangan Su-to Yan.
Belum pernah ada orang yang melihat ilmu silat seperti itu,
mereka berteriak dan mundur jauh-jauh.
Cin Bwee memandang sang kawan dengan kagum, itulah ilmu
Thi-in-mo-nie-hun cauw. Satu macam lainnya dari sepuluh ilmu silat mujijat jaman
purbakala, Sungguh diluar dugaan, bahwa kawan ini memiliki dua
macam ilmu purbakala yang sudah terpendam lama.
Su-to Yan berhasil memecahkan kurungan yang mengepung
dirinya. Kongsun Giok dan Goan Thong turut mengejar keluar
Su-to Yan menggibaskan tangan, maka delapan macam senjata
musuh yang baru saja direbut itu bertebaran diudara, Dengan satu
tangan ia rangkul tubuh Cin Bwee, menggandeng tubuh itu, segera
mementalkan kedua kakinya, melewati diatas kepala orang orang
yang masih bengong, ia meninggalkan gedung si Telapak Langit
Goan Thong. Menyaksikan kecepatan tangan Su-to Yan, semua orang sudah
bengong terlongong-longong, kini di saksikan lagi lain keakhliannya
sipemuda didalam ilmu meringankan tubuh, semakin terpaku
ditempat masing-masing. Dilihat sepintas lalu, gerakan Su-to Yan itu tiada
keistimewaannya, Gerakan tersebut harus dipikir lagi mendalam
maka terasa betapa hebat gerakan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kong-sun Giok telah tiba dipelataran depan, disaksikan
bagaimana Su-to Yan terbang diatas kepala orang-orangnya. ia
turut memuji kepandaian lawan.
Ilmu kepandaian Su-to Yan ingin mengimbangi dirinya pemuda
itu pasti memegang peranan penting dikemudian hari.
Goan Thong memandang Sang bengcu dan berkata:
"Haruskah meneruskan pengejaran ?"
"Biarkanlah ia lari," Berkata Kong-sun Giok tenang, ia telah
mempunyai rencana lain, rencana yang lebih bagus dan lebih
masak. Bagaikan ayam jago yang baru kalah bertempur, Han-kang Tojin
tidak berani memandang bengcu tersebut, ia sedang berpikir,
bagaimana hal barusan dapat terjadi, sedangkan pemuda yang
menjadi lawannya belum ada pada daftar urutan orang-orang
ternama" Goan Thong bersyukur kepada nasib peruntungan yang baik, bila
Han-kang To-jin datang lambat beberapa menit, dirinyalah yang
menempur Su-to Yan, dan sesudah ia bertempur dengan Su-to Yan,
bukankah menderita kekalahan yang sama" Rasa malu dikalahkan
oleh seorang pemuda yang baru muncul didalam dunia persilatan"
Dan kejadian tersebut disaksikan oleh puluhan orang-orangnya,
bagaimana ia dapat memimpin mereka peraturan-peraturan yang
keras " Kong-Sun Giok mengulapkan tangan, itu tanda agar semua orang
berkumpul kembali ia harus memberitahu kepada mereka,
bagaimana harus menghadapi musuh dikemudian hari.
Meninggalkan Kong-Sun Giok, Goan Thong, Han-kang To-jin dan
orang-orang mereka. Menyusul perjalanan Su-to Yan yang menggandeng Cin Bwee,
setelah mereka melarikan diri dari gedung Goan Thong tanpa
pengejaran, mereka dapat melakukan perjalanan dengan agak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tenang, meletakkan tubuh sang kawan, dengan menggandeng
tangan tersebut Su-to Yan berlari terus.
"Cin Bwee terus berlari iapun berulang kali menoleh kebelakang,
tidak ada seorangpun yang mengadakan pengejaran, walaupun
demikian, tangan Su-to Yan masih tidak lepas-lepas menggandengnya, ia mengirikkan tangan tersebut dan bersungutsungut:
"Hei, mengapa terus menerus memegang tangan orang" Kau kira
aku masih kecil" Harus digendong dan digandeng?"
Su-to Yan cepat-cepat berkata:
"Maaf. Aku lupa melepaskan tanganmu yang halus." ia bergurau.
Su-to Yan mengucapkan kata kata tadi tanpa dipikir lebih dahulu,
itulah kenyataan, dan Cin Bwee menyangka bahwa orang telah
mengetahui penyamarannya, sengaja berlaku ceriwis, wajahnya
menjadi merah, ia memonyongkan mulutnya seraya berkata:
"Genit." Dikala Su-to Yan menggendong dan menggandeng tangan kawan
itu, hidungnya mendapat serangan bau harum semerbak, bau yang
seperti itu hanya dimiliki oleh kaum wanita, mendengar kata-kata
teguran yang terakhir, semakin besar lagi kecurigaannya, ia
menatap wajah yang cakap itu.
Ketika Cin Bwee mendongak, terlihat Su-to Yan memperhatikan
wajahnya, sepasang mata beradu. Untuk kedua kakinya, wajahnya
Cin Bwee berubah. Segera ia cemberut "Kau pemuda genit, Aku tidak mau bersamasama denganmu."
Setelah mengucapkan kata-kata yang seperti di atas, tanpa pamit
lagi, tubuh Cin Bwee meleset, meninggalkan Su-to Yan, lenyap
didalam semak-semak pohon, Sangat gesit sekali!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aaah... Dia adalah seorang gadis yang menyamar." Su-to Yan
sadar akan kesalahan yang telah diperbuat itu waktu, Cin Bwee
telah lari jauh. Bila Su-to Yan tidak tahu keadaan asli kawan itu, tentu meluncur
dan mengejarnya, dengan ilmu kepandaian yang dimiliki oleh si
pemuda, tidak sulit untuk menyandak Cin Bwee.
Apa mau, penyamaran Cin Bwee telah terbongkar, dimisalkan ia
berhasil menguber, apa yang dapat dikatakan oleh mulutnya yang
tipis"

Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Su-to Yan sedang bimbang, ia serba salah.
Pikirnya, biarlah, dilain hari masih ada kesempatan berjumpa lagi
dengan gadis itu, ia akan meminta maaf atas kelancangankelancangan yang telah dilakukan. Hal itu tidak disengaja, bukan
maksud dirinya yang hendak berlaku genit.
Lain lagi pikiran Cin Bwee, ia melarikan diri dari Su-to Yan untuk
mengadakan ujian dengan harapan pemuda itu mengejar, maka
angka yang akan diberikan kepada Su-to Yan mendapat tambahan
istimewa, Diapun jatuh cinta, Beberapa kali ia melirik kebelakang,
ingin sekali dapat melihat bayangan pemuda itu muncul dibalik
semak-semak. Kenyataan tidak demikian, ia agak kecewa, dihentikan langkah
larinya, menunggu lagi beberapa lama, ia semakin putus harapan,
hampir menangis di tempat itu.
ia merasa kesal, membanting-banting kaki, Sebagai seorang
gadis yang baru pertama kali terpikat oleh lain jenis, penderitaan itu
sangat luar biasa. Cin Bwee meneruskan perjalanan dengan wajah sayu, langkah
tidak bertenaga. Kemanakah ia harus pergi "
Pikirannya bekerja, kemanakah Su-to Yan pergi " ia pernah
dengar pemuda itu mengatakan bahwa maksud tujuannya adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
lembah Hui-in digunung Bu-san, mendapat tugas sang guru untuk
menemui nona Ie Han Eng, menyerahkan pedang In-liong-kiam.
Ie Han Eng mempunyai sejilid kitab ilmu pedang Maya Nada,
dengan pedang In-liong-kiam, tentunya Su-to Yan dapat menerima
kitab ilmu pedang itu, Cin Bwee tidak akan mengiri akan hal ini.
Cin Bwee berpikir lagi, adanya Ie Han Eng yang turut serta
didalam hubungan mereka menimbulkan rasa dengkinya, Ie Han
Eng adalah seorang nona yang terkenal cantik, seluruh rimba
persilatan maklum hal ini. Ia sangat cemburu, ia harus turut serta
didalam pertikaian itu, ia harus menyusul kelembah Hui-in.
Cin Bwee berganti arah, langsung menuju kelembah Hui-in
digunung Bu-san. Dilain pihak, Su-to Yan melanjutkan perjalanan dengan otak
dikeliling oleh bayangan-bayangan wajah Cin Bwee yang sangat
berkesan, ternyata kawan itu bukan pria, masuk di akallah yang
mempunyai gerakan-gerakan dan prilaku yang lain daripada lainnya.
Su-to Yan menggunakan tempo satu hari satu malam untuk
sampai disungai Tiang-kang, melewati sungai yang menjadi
perbatasan Utara dan Selatan, bebaslah kekangan Kong-sun Giok
kepada dirinya. Sipemuda masih berpikir, mengapa si Pedang Selatan belum
mengadakan gerakan-gerakan "
Disini Su-to Yan menemukan sedikit keanehan, Pada sebatang
pohon terikat seorang yang bertubuh kurus kering, kepalanya
terbelah oleh sebuah kampak tipis, darah masih mengalir keluar,
kejadian itu belum lama. Hati si pemuda tercekat. Kampak tipis adalah senjata yang paling khas dari dua belas jago
utama si Pedang Utara Auw-yang le, Ternyata tokoh akhli pedang
itu mempunyai dua belas jago utama yang paling diandalkan,
senjata mereka adalah kampak tipis, dimainkan dengan jurus tipu
gerakan pedang, lebih praktis dari kampak biasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan mengerti, mengapa orang-orang Kong-sun Giok tidak
bergerak, tentunya dua-belas jago utama akhli kampak tipis dari si
Pedang Utaralah yang menggagalkan mereka!
Disini ada suatu bukti, seorang anak buah Kongsun Giok lagi mati
dibawah kampak tipis. Pernah, pada beberapa waktu berselang, Si Pedang Utara Auwyang le membawa dua belas jago utama ini menyebrangi sungai
Tiang kang itu waktu, ia tidak berhasil, Walaupun Kong sun Giok
menderita luka-luka, beberapa kampak tipis binasa ditangan Bengcu
tersebut, Auw-yang Ie harus melatih lama, mencari pengganti
pengganti baru. Mulai dari saat itu, dua akhli pedang mendendam. Masing-masing
maklum akan kepandaian lawan, mereka tidak berani mencari
urusan, sungai Tiang kang ditetapkan sebagai daerah demarkasi,
sebelah utara sungai tersebut berada dibawah kekuasaan Auw-yang
le, dan Kong-sun Giok berkuasa untuk daerah Selatan.
Kini, dua belas jago utama akhli kampak tipis telah menyebrangi
sungai Tiang-kang, maksud mereka sangat jelas, tentunya bertujuan
pedang In-liong. Su-to Yan meninggalkan orang yang sudah mati, ia meneruskan
perjalanan, Tibalah ia ditepi Sungai Tiang-kang.
Mata Su-to Yan celingukan mencari tukang perahu, lebar dan
panjang sungai Tiang-kang tiada tara, perahu kecilpun takut
ditenggelamkan oleh arus sungai itu, jarang sekali ada orang yang
mau mengerjakan tugas tersebut. Hanya perahu-perahu besar yang
berani mengarungi sungai Tiang-kang.
Tiba-tiba, sebuah perahu besar mendatangi kearahnya, sangat
cepat sekali, perahu itu sudah menurunkan layar, siap-siap
mengadakan pendaratan. Su-to Yan berpikir: "Mungkinkah bertujuan kepadaku?"
Perahu itu telah dekat sekali, dari dalam muncul seseorang,
langsung memandang Su-to Yan berteriak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Su to kongcukah disana" Bila kongcu membutuhkan perahu, aku
Thung Kun Ie bersedia menyediakan tenaga?"
Su-to Yan tidak kenal kepada Thung Kun le, tapi dari
pembicaraan orang, ia seperti tahu bahwa Thung Kun Ie itu adalah
salah satu dari anak buah Kong-sun Giok.
Sambil tertawa, Su-to Yan menjawab: "Terima kasih, Dimanakah
Kong-sun beng-cu berada ?"
Sebelum Thung Kun Ie memberikan jawaban, dari dalam perahu
muncul lagi seseorang itulah Kong-sun Giok, dengan wajah
tersungging senyuman, bengcu itu berkata kepada Su-to Yan.
"Kong-sun Giok ada ditempat ini. Saudara Su-to, naiklah, aku
ingin berunding denganmu."
Su-to Yan tertawa, ia bernyali besar, dengan satu gerakan yang
enteng, ia melayang dan menuju keperahu Kong-sun Giok, terakhir
dengan gerakan Peng-san Kie-ya, meletakkan kedua kakinya
dipapan perahu. "Bagus!" Kong-sun Giok memberikan pujian. "ilmu meringankan
tubuh saudara Su-to juga luar biasa."
"Terima kasih." Su-to Yan memperhatikan keadaan perahu itu,
cukup besar, tidak ada yang mencurigakan Disaat ini . . . .
Dari hulu sungai mendatangi lain perahu sangat besar
kecepatannya luar biasa. Sangat pesat sekali, bilamana bila dari
jauh perahu tadi terlihat kecil, kini sangat jelas, lebih besar dari
perahu Kong-sun Giok, sebentar kemudian, sudah merendengi
perahu Pedang Selatan itu.
Kong-sun Giok memperhatikan kedatangan Sang perahu, panji
perahu berbendera kuning segi tiga, itulah bendera tanda si pedang
utara Auw-yang Ie. Apakah maksud kedatangan Auw-yang Ie" Mungkinkah turut
menghendaki pedang In-liong kiam "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sebelum Kong-sun Giok dapat memecahkan pertanyaan itu, tibatiba tampak seorang pemuda berwajah kuning berada di geladak
depan dari perahu yang baru datang, itulah Auw-yang Ie.
-ooo0dw0oooSi pedang Utara Auw-yang Ie memunculkan diri !
Perlahan-lahan, Auw-yang Ie mengangkat kedua tangannya, ia
memberi hormat berkata: "Selamat bertemu Kong-sun bengcu."
"Orang she Auw-yang, kau telah mengingkari janji tempo hari?"
Kong-Sun Giok mengadakan teguran.
Auw-yang Ie tertawa terbahak-bahak. "Saudara Kong-Sun." ia
berkata. "dahulu kita mengadakan perjanjian untuk memisahkan
daerah kekuasaan secara tegas. Sungai Tiang-kang adalah garis
demarkasi, kau di Selatan dan aku menguasai daerah Utara.
Hari ini, kita sama-sama berada diatas permukaan sungai Tiang
kang, sama-sama didaerah demarkasi, aku tidak mengadakan
teguran, bagaimana kau boleh menegur diriku" Apa yang kau
maksudkan melanggar janji " Ha, ha, ha, ha...."
Kong-sun Giok tidak dapat mendebatkan kali ini, ia kalah suara.
"Saudara Kong-sun," berkata lagi Auw-yang le! "Hampir kau
meninggalkan daerah ke kuasaanmu, tentunya ada urusan luar
biasa, perkara apakah yang menyulitkan dirimu ?"
Kong-sun Giok segera menjawab pertanyaan:
"Aku hendak mengadakan perundingan dengan saudara Su-to
Yan ini, perihal bagaimana harus meminjam pedang In-liong-kiam.
Mungkinkah kau mempunyai maksud tujuan yang sama ?"
Si Pedang Utara Auw-yang Ie menganggukkan kepala, ia
membenarkan dugaan orang, katanya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Cocok! Kau sangat pandai menduga isi hati orang."
"Oooo....silahkan naik ke atas perahuku," Berkata Kong-sun Giok.
"Kita mengadakan perundingan bersama."
"Baiklah." sementara itu, tubuh Auw yang Ie telah berpindah ke
atas perahu Kongsun Giok.
Kong-sun Giok, Su-to Yan dan Auw-yang Ie masuk kedalam
perahu. Setelah masing-masing mengambil tempat duduk, Kong-sun Giok
membuka suara: "Saudara Su-to, bagaimana kita harus menyelesaikan persoalan
pedang In-liong" Yang tahu rahasia itu hanya kita bertiga."
"Maksudmu bagaimana?" Inilah suara pedang Utara Auw-yang
Ie. ia memandang rendah kepada kehadirannya Su-to Yan, langsung
nyeletuk, memotong pembicaraan itu, pertanyaan diajukan kepada
Kong-sun Giok. Sipedang Selatan memberikan keterangan.
"Menurut janji yang diberikan oleh Ie Han Eng kepada rimba
persilatan, pedang Ie-liong, dapat ditukar dengan ilmu pedang Maya
Nada. Siapa yang memiliki pedang Ie-liong, dia berhak untuk
menuntut ilmu pedang luar biasa itu. Nah, kini pedang telah berada
diatas perahu, siapa diantara kita bertiga yang harus memilikinya?"
Mendengar keterangan Kong-Sun Giok, Su-to Yan mengerti akan
duduk perkaranya. Betapa pentingnya pedang In-liong, ternyata
dapat ditukar dengan semacam ilmu pedang luar biasa, ilmu pedang
yang bernama Maya Nada itu!
Dikala Su-to Yan mendapat tugas untuk membawa pedang Inliong-kiam kelembah Hui-an, gurunya tidak memberi tahu tentang
adanya syarat seperti itu, maka si pemuda kurang berhati-hati,
memperlihatkan pedang tersebut kepada Kong-Sun Giok. Kini segala
sesuatu telah jelas, ia harus berhati-hati menjaga keselamatan
pedang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Melihat sikap Su-to Yan yang diam, pedang Utara Auw-yang Ie
memandang rendah pemuda itu, ia menduga kepada Sitolol yang
mudah dihina, pemuda kemarin yang mudah dipermainkan. Dan
tanpa menganggap kehadiran Su-to Yan ditempat mereka, ia
berkata kepada Kong-sun Giok:
"Tentunya kau bermaksud menentukan hak milik dengan
kekerasan, bukan" Aku sangat Setuju. Sebagai pemimpin-pemimpin
dari daerah Utara dan selatan, sekali lagi kita mengadakan adu
keakhlian, siapa yang mempunyai ilmu pedang yang lebih tinggi,
pasti dia keluar sebagai juara, Dan itulah orang yang berhak
memiliki pedang In-liong Kiam."
"Bagaimana dengan Saudara Su-to?"
"Ha, ha, Dia pasti setuju, ia harus setuju kepada putusan kita."
"Saudara Auw-yang, kau keliru." Berkata Kong-sun Giok.
"Saudara ini memiliki dua macam ilmu purbakala, Bagaimana kau
dapat memandang rendah dirinya?"
Auw-yang Ie terkejut, ia melirik kearah Su-to Yan, dilihat pemuda
itu masih anteng-anteng ditempat semula, seolah-olah tiada
hubungan sama sekali, pemuda tolol seperti ini haruskah ditakuti"
Mungkinkah dapat memiliki ilmu silat jaman purbakala" Bahkan lebih
dari satu macam" tidak mungkin Kong-sun Giok mengucapkan sesuatu yang tidak
menjadi kenyataan, ilmu purbakala tidak boleh dipandang ringan,
siapa yang memiliki satu macam dari 10 macam ilmu Silat mujijat
tersebut, orang itu sudah digolongkan kedalam jago silat kelas satu,
kini Su-to Yan memiliki dua macam ilmu luar biasa, tidak boleh
dipandang ringan. "Kalau begitu, bagaimana bila kita bersatu?" Auw-yang Ie
memandang Kong-sun Giok, "Siapakah yang dapat mengalahkan
tenaga gabungan, pedang Utara dan Pedang Selatan. Urusan
diantara kita lebih mudah diselesaikan, bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tapi, aku lebih suka bekerja sama dengan saudara Su-to untuk
mengalahkanmu." Berkata si pedang Selatan Kong-sun Giok. Auwyang Ie melengak. Sungguhlah diluar dugaan, bila Kong-Sun Giok
menolak tawaran itu, Bila si pedang selatan mau diajak bekerja
sama, melenyapkan Su-to Yan, diantara kedua pedang itu akan
bertempur menetapkan kekuatan, siapa yang menang, itulah yang
berhak memiliki pedang In-liong.
Auw-yang Ie melirik kearah Su-to Yan, agaknya pemuda itu
masih sangat tenang. "Bagaimana pendapat saudara Su-to tentang tawaran saudara
Kong-sun tadi?" ia ber tanya kepada pemuda itu.
Su to Yan mengeluarkan pendapat: "Ada baiknya, bila kalian
berdua yang menetapkan persoalan tadi."
Auw-yang Ie melirik kearah Kong-sun Giok dan bertanya:
"Bagaimana?" Kong-sun Giok menggeleng gelengkan kepala:
"Aku tidak bersedia bekerja sama denganmu."
"Baiklah." Berkata Auw-yang Ie. "Terpaksa aku harus mendahului
gerakan rencanaku." Tiba-tiba akhli pedang dari Utara itu mengeluarkan satu pekikan
panjang, bergema hingga diseluruh permukaan air.
Berbareng, terdengar suara bergedebrukannya dari orang-orang
yang roboh di lantai kapal Kong-sun Giok. Diluar telah terjadi
pertempuran. Wajah si Pedang Selatan berubah.
"Auw-yang Ie," ia membentak, "Kau ada menyembunyikan orang
orangmu didalam perahu ini?"
Auw-yang Ie tidak perlu memberikan jawabannya. Disaat itu,
pintu telah didobrak dari luar, disana muncul beberapa orang,
masing-masing memegang sepasang kampak sangat tipis, itulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dua belas anak buah pilihan Auw-yang Ie dengan dua belas pasang
kampak-kampak tipis mereka.
Kong-sun Giok sangat marah sekali, ia membentak:
"Auw-yang Ie, berani kau kurang ajar di atas kapal ku?"
"Ha, ha, ha, ha. . . ." Pedang Utara tertawa, "Manakah orangorangmu?"
"Agaknya kau telah menghilangkan semua rintangan, bukan?"
Kong-sun Giok tidak melihat adanya orang-orang yang telah dibawa,
termasuk juga Thung Kun Ie.
Auw-yang Ie memberi keterangan: "Sebenarnya, aku ingin
bekerja sama denganmu. Apa mau, kau tidak tahu diuntung,
Menolak terlalu cepat, inilah hasil diri perbuatanmu sendiri."
Kong Sun Giok telah berhasil menguasai kemarahannya, melihat


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

situasi yang tidak menguntungkan ia telah mempunyai rencana lain,
dengan dingin berkata: "Auw-yang Ie, kau telah berhasil menyingkirkan semua orangorangku, tentunya menganggap bahwa kemenangan telah berada
dipihakmu, bukan?" Auw-yang Ie tertawa nyengir, ia memandang ke arah orangorangnya, meminta laporan mereka.
"Kapal kita telah bocor." Melapor seorang.
"Demikianpun dengan kapal ini." sambung Kong-sun Giok, "Kau
harus ingat, dimana kah kini kita berada" Diatas permukaan air, di
tengah-tengah sungai Tiang-kang yang sedang mengalir deras,
Semua jalan sungai sudah kututup, sedangkan pengemudi kapal ini,
sebelum ia mati atau mengalami sesuatu, telah kuperintahkan untuk
merusak papan, ia harus menenggelamkannya. Nah! pikirlah, apa
kau juga dapat lolos dari kematian ?"
Auw-yang le terkejut. Tampak ia mengerutkan kedua alis, dan
akhirnya iapun menjadi sangat gelisah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Cincang dua orang ini!" Demikian sipedang Utara Auw-yang Ie
memberi perintah kepada orang-orangnya.
Dua belas jago utara dari daerah utara dengan dua belas pasang
kampak tipis mereka mengurung semakin rapat.
Kong-Sun Giok telah mengeluarkan pedang hanya beberapa
tangkisan, ia berhasil menyingkirkan serangan orang-orang itu, ia
berada di atas kapalnya sendiri, tentu lebih apal, tikung sana tikung
sini, pada suatu ketika, ia berhasil lompat keluar.
Dua orang dengan empat kampak tipis mengancam Su-to Yan.
Jago kita tidak berpeluk tangan lagi, ia berkelit, kemudian
mencabut pedang, hanya satu sentakan, ia membuat delapan
kampak itu - terbang. "Trang . . . Trang . . . Trang . , . Trang."
Empat kampak lagi diterbangkan, Orang-orang Auw-yang Ie
menjadi gentar, mereka mundur jauh-jauh.
Su-to Yan berhasil keluar dari geladak kapal, Terlihat Kong-sun
Giok sedang bertempur seru dengan Auw-yang Ie, ilmu kepandaian
dua orang itu seimbang, tidak mudah menentukan kemenangan
Melihat jago-jago utamanya tidak berhasil membendung pemilik
pedang In-liong, Auw-yang Ie terkejut.
Kesempatan ini telah digunakan oleh Kong-Sun Giok, ia lari ke
buritan kapal, melepaskan perahu kecil, laju sekali, perahu itu
menjauhkan kapal besar yang sudah mulai tergenang dengan air.
Dengan satu loncatan, Kong-sun Giok nangkring diatas perahu itu.
Auw-yang Ie mengejar kearah Su to Yan.
Dari atas perahu kecilnya, Kong-sun Giok berteriak:
"Su-to Yan, datanglah kemari, kita belum selesai mengadakan
pertempuran. Su-to Yan agak tertarik kepada Kong-sun Giok, bila dibandingkan
dengan kepribadiannya Auw-yang Ie. Tentu saja, si pedang Selatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
lebih pandai mengambil hati orang, tidaklah seperti si pedang Utara
yang sangat kasar. Keadaan sudah sangat gawat, Su-to Yan menyimpan pedang,
dipungutnya Sebingkai papan, dilempar kearah permukaan sungai,
Begitu tubuhnya melayang, dengan tepat jatuh pada papan itu, dari
sana, ia lompat lagi kearah perahu kecil Kong-sun Giok.
Kong-sun Giok mengeluarkan pujian:
"Bagus. Aku Kong-sun Giok harus memberikan pujian kepada
ilmumu ini." Su-to Yan telah berada diperahu kecilnya, ia menganggukkan
kepala: "Terima kasih."
"Jangan terlalu cepat mengucapkan terima kasih, sebentar lagi,
mungkin kau mengutuk dan memaki-makiku."
"Masih ingin meminjam pedang In-liong?"
"Betul, sekali lagi kuulang permintaanku. Walaupun berada
ditempat ini, aku masih membutuhkan pedang tersebut.
Serahkanlah pedang In-liong."
Su-to Yan tersenyum-senyum, ia memberi jawaban yang sama:
"Maaf, Aku belum dapat melulusi permintaan itu."
"Jawaban yang sudah kuduga." Berkata Kong-sun Giok. "Di
misalkan berganti kedudukan. Aku yang memiliki pedang In-liong,
dan kau yang meminta pedang itu, Akupun tidak akan
menyerahkannya, Kecuali..."
"Maksud saudara Kong-sun...."
"Kecuali didalam keadaan-keadaan tertentu."
"Apakah yang kau maksud dengan keadaan-keadaan tertentu
itu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kudengar Goan Thong bercerita, kau memiliki ilmu silat Siauwlim-pay. Tapi kau menyangkal dan mengatakan, kau bukan murid
Siauw-lim-pay." Su-to Yan terkejut, hatinya berkata: "tidak kusangka, Kong-Sun
Giok memang mempunyai keistimewaan. Penilaian sangat luar
biasa." Dan ia memberikan jawaban: "Aku bukan anak murid Siauw-limpay."
"Betul. Kau bukan anak murid Siauw-lim pay, Tapi, dikala kau
menempur Han-kang To-jin beberapa jurus tipu silat dapat kau
gunakan baik." "Tapi, aku bukan murid Siauw-lim-pay."
"Siapakah orang yang menjadi gurumu?" Su-to Yan tidak mau
menyebut gurunya. "Kau adalah anak murid Ciok Pak Jiak, orang yang pernah
menepuk mati In-khong Hum dari Siauw-lim sie"
Su-to-Yan kaget, sungguh diluar dugaan, bagaimana Khong-Sun
Giok dapat menyebut nama gurunya"
"Bagaimana kau tahu?" ia minta keterangan yang lebih jelas.
"Saudara Su-to, seluruh dunia persilatan telah kujelajahi penuh,
Mengapa tidak tahu" Mana mungkin tidak dapat mengenali ilmu silat
aliranmu?" Su-to Yan diam tidak bicara.
"Saudara Su-to," panggil lagi Kong-Sun Giok. "Sekarang begini
Saja, pedang In-liong kau serahkan kepadaku, ambillah pedang
Selatanku, Didalam perjalananmu didalam dunia persilatan,
walaupun kau orang baru, kutanggung tidak akan mendapat
gangguan, bila kau mau menonjolkan pedang Selatan itu ."
Su-to Yan tertawa, ia memberikan jawaban:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kong-Sun bengcu, tidak kusangka, kau begitu mendesak,
Ketahuilah bahwa pedang In-liong harus diserahkan kepada Ie Han
Eng, bagaimana aku memberikan pertanggungan jawab ku, bila tiba
dilembah Hui-in tanpa pedang tersebut" inilah pesan guruku
sebelum beliau menghembuskan napasnya yang penghabisan."
"Kau salah paham. Aku hendak membantu ketenangan
diperjalananmu. Tapi kelihatannya, kau salah menerima maksud
baik orang." "Aku selalu berterima kasih kepada setiap kebaikan-kebaikan
yang orang berikan, Termasuk juga kebaikanmu. Tapi, kalau orang
memaksa seperti kau ini, bagaimana aku mengerti ?"
"Bagus, Nanti, kalau sudah kusebarkan dan siarkan bahwa kau
adalah muridnya Ciok Pok Jiak, entah berapa banyak orang yang
akan memusuhi dirimu, menghalang-halangi perjalananmu,
mengganggu kehidupanmu. Gurumu mempunyai banyak musuh,
maklumlah akan hal ini?"
Su-to Yan belum menjawab, Kong-sun Giok sudah menyambung
lagi: "Ditambah dengan urusan pedang In liong, dengan adanya
pedang itu padamu, bila tokoh-tokoh rimba persilatan mengetahui
berapa banyaknya orang yang ingin merebutnya" Berapa banyakkah
yang dapat kau halau" Sangat berbahaya, dapat kau menginsafi
keadaan ini" "Aku tidak perduli." jawab Su-to Yan singkat.
"Baik, Aku gagal dalam usaha melakukan jalan perdamaian, Apa
boleh buat, aku harus mendapatkan pedang In liong dengan cara
kekerasan." "Boleh kau coba." Su-to Yan menantang, ia tidak gentar.
Suasana semakin tegang, keadaan yang meruncing tidak dapat
dielakan lagi, jalan pemecahan hanya satu, itulah pertempuran,
pertarungan diatas permukaan air yang sangat berbahaya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Perahu meluncur kearah hilir sungai.
"Bagus, Aku harus menempur anak murid Ciok Pak Jiak, orang
yang pernah mendapat julukan iblis Sesat Nomor Satu." Berkata
Kong-Sun Giok. "Aku bergembira dapat di tempur oleh ahli pedang nomor satu
untuk daerah Kanglam." Su-to Yan tidak mau kalah suara.
"Sret . . ." pedang Kongsun Giok telah keluar dari sarungnya,
wajahnya bersungguh-sungguh.
Melihat sikap yang dibawakan oleh lawannya, Su-to Yan maklum,
ilmu pedang si Pedang Selatan jauh diatas ilmu pedang Han kang
To jin. Su-to Yan tidak berani lengah, ia melintangkan pedang didepan
dada, itulah penjagaan terkuat. Dengan sepasang mata menatap
batang pedang lawan, selalu siap menerima serangan.
Kong-sun Giok belum pernah dikalahkan orang, bila pada saat
sebelumnya, ia bersikap tenang dan memandang rendah ilmu
kepandaian lawan, Kini sikap itu telah dibuang jauh-jauh.
Su-to Yan anak murid Ciok Pak Jiak, jago Sesat nomor satu yang
pernah menggemparkan rimba persilatan. Dan lain dari pada itu,
diapun memiliki dua macam ilmu silat mujijat dijaman purbakala,
tidak mudah untuk menjatuhkan jago muda ini.
Nama Kong-sun Giok terdaftar pada deretan pertama, Su-to Yan
tidak ada niatan untuk mengalahkan ahli pedang itu, ia boleh
merasa puas, bila dirinya tidak dijatuhkan lawan.
Dari posisi kedudukan yang diambil, ia memilih jalan perdamaian,
jalan ini ditempuh dengan mempertahankan diri lebih kuat lagi.
Lama sekali keadaan itu berlangsung. Kong Sun Giok menunggu
kelemahan orang, dan ia tidak berhasil. Dilihat bagaimana rapat
penjagaan Su-to Yan, diam berdiri diburitan perahu, bila
serangannya tertutup, tidak mudah ia membalikkan keadaan, maka
ia harus berhati-hati. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Lain pikiran mengarungi benak Kong-sun Giok, Diketahui bahwa
Ciok Pak Jiak mendapat nama karena sepasang telapak tangannya
yang luar biasa, tidak ada keistimewaan untuk menguasai ilmu
pedang, Su-to Yan adalah murid jago sesat itu, mungkinkah dapat
melebihi gurunya" Lain pikiran berkata kepada Kong-sun Giok, dirinya mendapat
julukan si Pedang Selatan, mungkinkah harus takut kepada pemuda
baju putih itu" Kong-sun Giok menyedot tarikan napas yang panjang., kemudian
melempangkan ujung pedang, disodorkan kedepan, perlahan sekali.
Serangan yang sangat biasa, Tapi penuh perubahan, serangan
untuk menjajal, sampai dimana reaksi lawan.
Su-to Yan masih membiarkan pedangnya melintang didepan
dada, dia tidak bergerak, seolah menutup mata dari serangan KongSun Giok.
Kong-Sun Giok tidak meneruskan serangan itu, pedang ditarik
pulang, dari arah lain, ia mengadakan jajalan yang kedua.
Su-to Yan bergeser sedikit, walaupun begitu, pedang melintang
melindungi dada, tidak merubah posisi melindungi diri.
Lagi-lagi Kong-sun Giok membatalkan serangan, berganti arah
lain, mendorong maju pedang.
Seperti keadaan pertama, karena pedang Kong-Sun Giok di
mainkan sangat perlahan. Su-to Yan tidak menangkis serangan
menggebraknya, ia tidak dapat diganggu.
itu, juga tidak Delapan kali Kong-sun Giok mengadakan gangguan, Delapan kali
pula Su-to Yan berganti arah, didalam keadaan posisi kedudukan
yang sama. Kini Kong-sun Giok maju dua tapak, jarak mereka telah
dipersingkat, ujung pedang mengarah jalan darah Keng-kie-hiat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan harus memiringkan pedangnya, dengan mudah
menyingkirkan serangan pedang lawan.
Kong-sun Giok tetawa, tubuhnya mundur.
Cepat, hal ini penting, mengingat serangan balasan yang musuh
akan dilontarkan kepada dirinya.
Tapi Su-to Yan tidak mengejar Sipedang Selatan, lagi-lagi ia
melintangkan pedang membuat penjagaan kepada diri sendiri.
Suatu tanda2 bahwa pengalaman tempur pemuda itu sangat cetek
sekali. Kong-sun Giok berhasil mengetahui kelemahan lawan, ia pun
tahu dimana letak kekuatan lawan, kini maju kembali, pedang
diputar kencang, mengirim beberapa serangan, sebentar dari atas,
sebentar dari samping, dan sebentar lagi membabat sepasang kaki
musuh itu. Su-to Yan memiliki beberapa macam ilmu ampuh, sayang kurang
pengalaman, belum lancar menggunakan ilmu-ilmu itu, sedang
orang yang dijadikan lawan adalah bengcu daerah Kang-lam, terlalu
berat. Menangkis lagi dua kali, tusukan pedang Kong-sun Giok yang
berikutnya tidak tertahankan ujung pedang menusuk beberapa senti
di pundak kanannya. Su-to Yan mengeluarkan suara gerengan, tangan yang
memegang pedang yang menjadi lemas, hampir ia melepaskan
pedang ln liong. Sadar akan pentingnya pedang tersebut, dengan
menahan rasa sakit, ia tidak mau melepaskannya.
Tangan kirinya masih mempunyai kebebasan, dengan satu jurus
Han-In Ciok goat dari ilmu purbakala Pie-Pa-cap-Sa-san Chiu
membacok tangan lawan. Kong-sun Giok dipaksa mundur. Betapa lihay ilmu tersebut, ia
sangat maklum. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan harus mempertahankan pedang In-liong, tidak ada lain
jalan, setelah berhasil mendesak lawan, seketika itu juga, ia lompat
kedalam air. Kong-sun Giok melengak, ia tidak tinggal diam, diketahui bahwa
lawan telah menderita luka, mengetahui Su-to Yan telah berada
diair, ia pun meluncurkan perahunya, mengejar.
Su-to Yan menggunakan air sebagai senjata, lagi-lagi ia
mengalami kegagalan, pedang Kong-Sun Giok sangat cepat, pada
suatu ketika, pedang itu melukai paha kiri.
Karena terlalu banyak mengeluarkan darah, Su-to Yan tidak
dapat mempertahankan dirinya, tubuhnya tenggelam ke dasar
sungai. Kong-sun Giok kehilangan lawan tersebut.
Sebentar kemudian, terlihat air merah yang menuju kearah
perahunya, itulah darah Su-to Yan.
Su-to Yan tenggelam sambil memegangi erat-etat pedang Inliong, biar bagaimana, ia harus mempertahankan pedang itu.
Terbawa arus sungai, ia diombang-ambingkan ombak. bertahan
beberapa saat, dan iapun pingsan, tidak sadakan diri lagi.


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Air sungai Tiang kang mengalir.
Berapa lama ia tidak ingat orang, Su-to Yan tidak tahu. Dikala ia
membuka matanya, ia mendapatkan sudah berbaring di suatu
tempat yang empuk, ternyata sudah ditolong orang.
Gerakan yang pertama adalah mencari pedang In-liong, dan
pedang itupun telah tiada pada tangannya.
Ia kaget sekali, cepat-cepat lompat bangun. Sekujur badannya
dirasakan sakit, ia terjatuh kembali.
Su-to Yan berusaha memperhatikan keadaan itu, dirinya berada
didalam sebuah perahu lain, cukup besar, perahu ini bukan perahu
besar Kong-Sun Giok yang sudah tenggelam, juga bukan milik Ouw
yang Ie yang sudah bocor.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Seorang gadis pelayan masak kedalam ruangan itu. Melihat
keadaan Su-to Yan yang sudah siuman, ia berteriak girang:
"Ooo. . . Kong cu sudah ingat orang?"
"Dimanakah pedangku ?" Su-tu Yan tidak dapat melupakan
pedang In-liong, segera ia bertanya kepada gadis pelayan itu.
Sigadis tertawa, dengan senyum manis, ia berkata:
"Kau agak kurang tahu aturan, Bukannya bertanya kepada orang
yang menolong dirimu, tapi soal pedang yang sangat diperhatikan."
"Tapi, nona..."
"Jangan panggil aku nona, panggil saja aku Siauw-In, itulah
namaku." "Nona Siauw In."
"Siauw ln saja cukup."
"Oh, Siauw In, kau telah menolong diriku" Terima kasih."
"Hi, hi, hi . . . . Bukan aku yang menolong, Tapi, nonaku yang
telah berusaha menolong dirimu."
"Nonamu " Dimanakah ia berada ?"
"Mau apa bertanya pedangmu itu ?" tentang dirinya" ingin menanyakan "Oh, oh . . . . Aku ingin mengucapkan terima kasihku."
"Nah, lihatlah, nonaku telah datang." Berkata gadis pelayan yang
bernama Siauw In itu. Seorang gadis berbaju hijau berjalan datang, sangat agung
sekali, ia menghampiri tempat pembaringan.
Su-to Yan menunjuk hormatnya, ia berkata:
"Terima kasih kepada budi nona yang telah menolongku dari
kesulitan." Gadis itu menganggukkan kepala, ia berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Keadaaamu masih belum baik betul, aku harus menambah obat
untukmu, tunggulah sebentar."
Dan gadis itupun pergi lagi, meninggalkan ruangan yang
ditempati Su-to Yan. Hanya Siauw In dan Su-to Yan masih belum lepas memandang
kearah lenyapnya bayangan gadis berbaju hijau tadi.
"Su-to Yan," Siauw ln memanggil. "jangan kau berpikir yang
bukan-bukan kepada nonaku."
Su-to Yan terkejut, cepat-cepat ia mengalihkan pandangan.
"Eh," tiba-tiba ia memandang Siauw In "Bagaimana kau tahu
aku, bernama Su-to Yan."
Siauw In tertawa. "Mengapa tidak ?" ia berkata, "Siapakah yang berani menempur
pedang Utara dan pedang Selatan sekaligus " Bila bukan Su-to Yan
yang ternama ?" Su-to Yan menundukkan kepala, bagaimana ia dikatakan
menempur Pedang Selatan dan Pedang Utara, jiwanyapun hampir
direngut oleh maut. "Aku sangat berterima kasih kepada kalian," ia berkata perlahan.
"Terima kasih " Huh, mengapa kau ingin merencanakan sesuatu
kepada nonaku ?" "Merencanakan sesuatu ?" Su-to Yan tidak mengerti.
"Kau kira aku tidak tahu " Setelah melihat wajah nonaku,
matamu menjadi merah, kuning, hijau, sangat liar, seperti juga
orang-orang lainnya, entah apa yang sedang kau rencanakan
kepadanya ?" Su-to Yan menyengir, ia dianggap sebagai pemuda ceriwis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan kau menyangkal." berkata lagi Siauw In. "Setiap lelaki
yang bertemu dengan nona pasti memandang seperti itu.
pengalamanku didalam hal ini tidak dapat dikelabui orang."
"Jangan kau sama ratakan semua orang." berkata Su-to Yan.
"Huh, bagaimana kau memandang nonaku tadi " Kau kira aku
tidak tahu ?" Su-to Yan diam, ia tidak mau berdebat dengan gadis seperti
Siauw In. "Hh," melihat pemuda itu diam, Siauw In gatal mulut, "Apa yang
sedang kau pikirkan."
"Sedang kupikirkan, kemanakah kalian ingin pergi?"
"Mengapa?" "Aku sedang menjalankan tugas."
"Menjalankan tugas" Tugas yang bagai manakah yang sedang
kau jalankan" Bolehkah kau beri tahu kepadaku?" Bertanya Siauw In
yang ternyata sangat usil sekali.
"Gunung Bu-San."
"Gunung Bu-san adalah di hulu sungai, dan perahu kita inipun
sedang melakukan perjalanan kearah itu. jangan kau khawatir, tidak
menelantarkan tugasmu."
"Mengganggu kalian." Berkata Su-to Yan. . "Eh, kau hendak
kegunung Bu-san" Siapa kah yang hendak kau jumpai?"
"Aku harus menemukan seorang gadis yang bernama Ie Han
Eng." Berkata Su-to Yan secara jujur.
"le Han Eng?" Siauw In membelalakan mata, "Huh" Lagi-lagi Ie
Han Eng. Dimanakah letak kebagusannya" Mungkinkah nonaku
kalah cantik dari Ie Han Eng?"
Su-to Yan memandang gadis pelayan itu.
Dengan sungguh-sungguh Siauw In berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kuanjurkan kepadamu, ada lebih baik tidak menemui Ie Han
Eng." "Mengapa?" Su-to Yan semakin bingung.
Dengan berbisik-bisik, Siauw In berkata perlahan:
"Kuberitahu kepadamu, bahwa nona kami adalah musuh orang
yang bernama Ie Han Eng itu."
"Eh, siapakah nama nona kalian?"
Siauw In ingin memberi jawaban, tapi dari luar sudah terdengar
teriakan Sang nona majikan:
"Siauw In, jangan kau mengganggu Su-to kongcu, ia harus
banyak istirahat." Siauw In mencibirkan bibir, dan membalikkan tubuh,
meninggalkan Su-to Yan, Su-to Yan masih mengunyah kembali
keterangan-keterangan Siuw In, nona majikan Siauw In adalah
musuh Ie Han Eng" Mengapa setiap orang didunia ini memusuhi Ie
Han Eng" Teringat kepada Cin Bwee, gadis itupun tidak puas kepada Ie
Han Eng, dimanakah letak ketidak puasan itu" ia harus mengorek
sedikit keterangan. Pertanyaan yang tidak dijawab, tentu saja Su-to Yan tidak tahu,
betapa cantik wajah gadis yang bernama Ie Han Eng, dia adalah
gadis tercantik untuk masa itu, semua wanita mengiri kepadanya,
semua gadis dengki kepadanya, dan inilah sebab penting, mengapa
Cin Bwee dan Siauw In tidak puas kepada Ie Han Eng.
Seorang diri ditempat itu, Su-to Yan mengatur peredaran
darahnya, menyembuhkan luka-luka yang diderita, ia mengeluarkan
terlalu banyak darah, dan itu membutuhkan istirahat yang banyak.
Setengah jam kemudian, lapat-lapat terdengar suara pintu
dibuka, dan seseorang memasuki kamar itu, berdiri didepannya
beberapa saat, meletakkan sesuatu, dan pergi kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Semua pusat perhatian Su-to Yan sedang dicurahkan untuk
mempercepat peredaran darah nya, karena itu tidak boleh
mendapat gangguan walaupun tahu akan kedatangan orang itu, ia
tidak membuka mata. Sata jam lagi berlalu, Su-to Yan berhasil mengalirkan semua
peredaran jalan darah, ia menyedot hawa napas dalam-dalam,
pandangan lebih terang, Terpikir akan kejadian tadi, ia
mengucurkan keringat dingin.
Tentunya sigadis berbaju hijau yang datang, maka ia tidak
mengganggu bukankah akan celaka"
Dugaan Su-to Yan tidak salah, setelah mengetahui bahwa
pemuda itu telah selesai menekunkan dirinya, sigadis berbaju hijau
masuk kembali, Dengan senyuman manis, ia berkata:
"Kudengar kau memiliki dua macam ilmu purbakala, tidak
kusangka, kecuali itu, kau juga pandai menggunakan It bok Cengkhie."
Su-to Yan terkejut ia berpikir, lihay mata gadis ini, hanya sepintas
lalu, latihan It-bok Ceng-khie telah diketahui.
Gadis tersebut mengambil obat yang belum lama diletakan
dimeja, diserahkan kepada Su-to Yan dan berkata:
"Makanlah obat ini, maka kekurangan darahmu dapat bertambah
cepat." Su-to Yan menenggak obat tersebut.
Sigadis berkata lagi: "Kudengar kau hendak pergi kegunung Bu-san menemui Ie Hian
Eng, entah alasan apakah yang belum diselesaikan dengan nona
itu?" Su-to Yan ragu-ragu. Keterangan Siauw In memberitahu
kepadanya, Ie Han Eng bermusuhan dengan mereka, bagaimana ia
harus membuka mulut"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gadis itu tertawa lagi, katanya: "Jangan kau percaya keterangan
Siauw In, ia mulutnya terlalu usil, pandai mengerang cerita yang
tidak ada, Kami belum pernah mengikat tali permusuhan. Aku dan
Ie Han Eng adalah sahabat baik. Kinipun sedang menuju ke gunung
Bu-San untuk mencarinya,"
Su-to Yan memandang gadis tersebut dengan tajam. Keterangan
yang bertentangan dengan keterangan yang Siauw ln berikan.
Yang manakah yang harus dipercaya olehnya" ia lupa menjawab
pertanyaan itu, Melihat keragu-raguan orang, gadis berbaju hijau
tidak memaksa ia berkata:
"Bila ada sesuatu yang harus dirahasiakan aku tidak
mengharuskan kau menjawab pertanyaan tadi. Anggap saja aku
tidak bertanya kepadamu."
-oo0dw0oo- Jilid 3 SU-TO YAN malu hati, Hutang budi kepada nona yang menolong
dirinya dari kematian mungkinkah harus dibalas dengan air tuba"
Segera ia berkata: "Aku harus menemui Ie Han Eng untuk menyerahkan pedang Inliong."
"Oooo, . . ." Mata gadis tersebut memancakan keanehan, "Pada
sebelumnya, pernahkah kau kenal dengan Ie Han Eng?"
Su-to Yan menggeleng-gelengkan kepala.
"tidak kenal sama sekali?" Gadis tersebut belum mendapat
kepuasan. "Hanya perintah guruku yang mengharuskan menyerahkan
pedang In-liong kepadanya." Berkata lagi Su-to Yan.
"Tapi le Han Eng tidak pandai silat, Mengapa harus menyerahkan
pedang kepadanya?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan tertegun, Ie Han Eng tidak pandai silat" Mengapa
memiliki ilmu pedang Maya Nada" ilmu pedang yang dikenal sangat
ampuh" ilmu pedang tanpa tandingan"
Lama sekali mereka tidak bicara.
"Su-to Yan. . . ." Panggil gadis tersebut menyadarkan lamunan si
pemuda. "Oh. . . . Oh, . . ." Cepat-cepat Su-to Yan bangkit.
"Nona, aku berterima kasih kepadamu." Berkata si pemuda,
"Pertolonganmu juga, telah mengangkat diriku dari maut tidak akan
kulupakan." "Perkara kecil, Kulihat kau berada didalam bahaya, maka segera
aku menyuruh orang ku menolong dirimu."
"Bagaimana nona tahu, aku berada di dalam bahaya?"
"Dikala kau jatuh ke air dan dikejar oleh Kong-sun Giok, aku
dapat melihat dari tempat jauh."
"Oooooh..." "Segera kupercepat kapalku, dan tepat pada waktunya, dapat
menghindari dirimu dari kematian."
"Eh, bagaimana kau tahu aku bernama Su-to Yan?"
"Kong-sun Giok memanggil-manggil nama mu itu. Maka aku
dapat tahu." "Bolehkah. . . .Aku mengetahui nama nona yang mulia?"
"Ng. . . . Kau pernah berhadapan dengan 4 suhengku,
seharusnya tahu namaku."
"Empat suheng nona?" " Su-to Yan tidak mengerti.
"Disebuah kelenteng yang tidak jauh dari gunung Oey-San, dikala
menjelang malam gelap, tatkala kau memasuki kelenteng itu dan
diserang oleh mereka. . . ."
"Oo . . . Nona juga dari golongan Thian-lam Lo-sat ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan ingat kepada anak murid golongan Thian-lam Lo-sat.
"Betul, Namaku Jie Ceng Peng." berkata gadis itu.
"Oh, Pedang Emas Jie Ceng Peng." berteriak Su-to Yan terkejut.
"Demikianlah mereka memanggil diriku." Jie Ceng Peng sangat
ramah. Su-to Yan mengucurkan keringat dingin, pernah didengar cerita
tentang seorang gadis dari Thian-lam Lo-sat yang bernama Jie Ceng
Peng, dengan gelar si pedang Emas yang ganas, setiap laki-laki
yang jatuh kedalam tangannya, pasti mengalami kesulitan, lebih
baik mati daripada hidup, Dan kini, dirinya telah . . . .
Terdengar lagi suara gadis baju hijau yang bernama Jie Ceng
Peng itu: "Kudengar suheng suhengku itu bercerita, mereka bertemu
dengan seorang pemuda berbaju putih dari Siau-lim-pay, sulit
dikalahkan, maka aku segera menyusul datang."
Su-to Yan masih berpikir, apa maksud Jie Ceng Peng bercerita
tentang kejadian-kejadian lama "
Jie Ceng Peng masih berkata: "Aku kurang percaya kepada
keterangan itu, tidak kulihat ilmu-ilmu kepandaianmu, tapi tadi, ilmu
yang kau kerahkan adalah ilmu It-bok Ceng-khie pasti, tidak akan
salah lagi." "Su-to Yan harus memuji kelihayan mata gadis berbaju hijau ini,
tentunya mempunyai ilmu kepandaian yang hebat, sungguh tidak
mudah mengalahkannya."
"Bagaimanakah hubunganmu dengan Ciok Pak Jiak ?"
"Murid dan guru."


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Guru ?" Mata Jie Ceng Peng terpentang lebar-lebar, ia kurang
percaya, bahwa pemuda yang benda dihadapannya adalah murid Si
tokoh sesat yang sudah lama tiada kabar cerita itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ciok Pak Jiak terkenal pada 50 tahun berselang, dan 20 tahun
kemudian karena terlalu banyak musuh, ia melenyapkan diri.
Pemuda ini baru berumur belasan tahun, mungkinkah Ciok Pak Jiak
dapat sanggup bertahan sampai satu abad"
"Nona," Su-to Yan membuka Suara, "bolehkah aku bertanya,
dimana pedang In-liong yang kupegang sebelum jatuh pingsan ?"
"Pedang In liong berada padaku!" Berkata si gadis.
"Bolehkah kau menyerahkan kembali pedang itu ?"
"Kau tentunya maklumi gurumu itu menanam banyak
permusuhan bila mereka tahu, kau keluar dengan membawa-bawa
pedang In-liong mungkinkah mereka tidak mengadakan gangguangangguan" Dapatkah kau mempertahankan pedang In-liong dari
keroyokan banyak orang?"
"Atas peringatan nona, sebelumnya aku mengucapkan banyak
terima kasih. Sebagai murid dari seorang guru, aku telah mewarisi
semua kepandaian, tentu saja harus menanggung semua resikoresiko lama."
"Bagus, Aku ada sedikit ganjelan dengan
perhitungan inipun jatuh padamu, bukan?"
gurumu, dan "Tentu." "Bila aku ingin mengadakan perhitungan denganmu, apa yang
dapat kau berikan?" "Mengadu silat ?"
"Cara yang paling biasa bagi kaum kita, bukan?"
"Aku tidak menolak setiap tantangan."
"Bukan menolak atau tidaknya, yang kuingin ketahui dapatkah
kau bertanding segera, didalam keadaan masih terluka?" Si gadis
menatap wajah pemuda itu.
"Matipun akan kulayani tantanganmu." Berkata Su-to Yan gagah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bagus." Berkata Jie Ceng Peng "Telah tiga hari tiga malam kau
jatuh pingsan, Kong-sun Giok datang menyusul, ia ingin memeriksa
perahu, Dan permintaan itu telah kutolak, Seperti inikah
pembalasanmu?" Su-to Yan memperhatikan wajah sigadis berbaju hijau sangat
cantik, tapi masih muda belia, mungkinkah dapat menolak tuntutan
yang Kong-sun Giok ajukan " sedangkan ketua Thian-lam Lo-sat
saja belum tentu ditakuti oleh pedang Selatan, bagaimana hal ini
dapat terjadi" Dengan cara apa Jie Ceng Peng menghalau gangguan Kong-sun
Giok" Su-to Yan terpekur, Mulutnya menggerendeng: "Ada ubi ada
talas, ada budi harus dibalas."
"Untuk membalas budi, kini dapat kau lakukan dengan mudah."
Berkata Jie Cheng Peng. "Apa yang harus kulakukan?" Bertanya sipemuda.
"Bila kau bersedia menyerahkan pedang In-liong kepadaku, maka
akupun akan berhutang budi, kita bersama melepas budi, Mudah
kau kerjakan bukan?" Berkata sigadis dengan satu kerlingan mata
yang menantang. Su-to Yan membisu, Bagaimana ia dapat menyerahkan pedang
In-liong kepada orang yang tidak berhak untuk menerima pedang
itu" Dan bagaimana ia dapat membuka mulut untuk menuntut
kembali pedang tersebut" sedangkan nona ini berkepandaian tinggi,
sedang dirinya masih berada didalam keadaan luka"
Terdengar lagi suara gadis yang bernama Jie Ceng Peng itu:
"Aku tahu, mengapa Kong-Sun Giok dan Auw-yang In selalu
bertengkar. Mereka ada niatan untuk memiliki ilmu pedang Maya
Nada. Karena itulah, mereka menutup daerah lembah Hui-In
sebagai daerah terlarang, Ie Han Eng pernah berkata kepada dua
orang tersebut, ilmu pedang Maya Nada harus ditukar dengan
pedang In-liong, siapa yang dapat menyerahkan pedang In-liong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dialah yang berhak memiliki ilmu pedang Maya Nada, bahkan lebih
dari pada itu, bukan saja dapat memiliki ilmu pedang yang sangat
mujijat, nona tersebut masih bersedia menyerahkan dirinya,
diperistri oleh salah satu dari mereka yang dapat menyerahkan
pedang In-liong." "Oooh..." Su-to Yan dapat mengerti sedikit dari cerita ini.
Jie Ceng Peng berkata lagi:
"Auw yang Ie Kong-Sun Giok semakin bernapsu untuk
mendapatkan pedang In-liong, mereka tidak tahu, dimana pedang
tersebut disimpan, untuk menghindari dari kerewelan dan untuk
menghindari agar ilmu pedang Maya-Nada dan Ie Han Eng tidak
terjatuh kedalam tangan orang lain, mereka menutup lembah
tersebut walaupun demikian, karena menjunjung tinggi nama
keluarga le, kakek Ie Hang Eng adalah seorang tokoh silat yang
sangat dihormati orang, si Pedang Selatan dan Pedang Utara tidak
berani mengadakan gangguan."
Jie Ceng Peng menghentikan ceritanya, sedang Su-to Yan
mendapat berita baru tentang keluarga Ie itu.
"tidak sedikit cerita yang berlebih-lebihan." berkata Jie Ceng
Pang, "Untuk mendapatkan kepastian sebagai pemilik pedang Inliong-tentunya kau lebih jelas dariku, betulkah keadaan seperti apa
yang kuuraikan diatas?"
Su-to Yan menyengir "Aku miliki pedang In-liong, kecuali itu,
semua aku tidak tahu." berkata sipemuda dengan jujur.
Sigadis menilai wajah pemuda tersebut sangat bersungguhsungguh, bukan keterangan palsu.
"Kau tahu bahwa Kong-sun Giok dan Auw-yang Ie sedang
menantikan kedatanganmu di lembah Hui-in?" Bertanya lagi Jie
Ceng Peng. "tidak." Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Mungkinkah kau dapat melawan gabungan kedua tenaga ahli
pedang itu?" "Segala sesuatu harus diusahakan "
"tidak mungkin, Kau bukan tandingan mereka, daripada
menyerahkan pedang In-liong kepadamu dan kemudian diserahkan
kepada salah satu dari kedua orang yang kusebut tadi, ada lebih
baik kusimpan di tempat yang aman." Berkata Jie Ceng Peng
panjang lebar. "Atas perhatian nona, aku mengucapkan terima kasih. walaupun
demikian, karena nona bukan orang yang berhak memiliki pedang
tersebut, aku harus meminta kembali."
Melihat kekukuhan si pemuda, Jie Ceng Peng tidak berdaya, ia
berkata: "Pedang In-liong tidak akan kukembalikan kepadamu, istirahatlah
baik-baik. Kau harus menjaga diri, banyak istirahat Selamat tidur."
Tubuh gadis itu berbalik, meninggalkan Su-to Yan.
Su-to Yan mengetahui pasti bahwa pedang In-liong berada
ditengah si Pedang Emas Jie Ceng Peng, Mengetahui bahwa gadis
itu tidak ada niatan mengembalikan ia belum dapat menggunakan
kekerasan, luka-luka yang diderita karena tusukan pedangnya KongSun Giok luar biasa, agak mengenai tulang.
Dan ia belum berhasil menyembuhkannya, harus menunggu
waktu, Yang dapat menenangkan hati Su-to Yan ialah ilmu
kepandaian Jie Ceng Peng cukup tinggi untuk sementara, pedang
In-liong biar disimpan padanya, Tentu tidak ada orang yang berani
merebut dari tangan gadis itu. Suatu hari, setelah ia mempunyai
kekuatan untuk mengalahkannya, Pasti ia minta kembali.
Siapakah Jie Ceng Peng ini" Mengapa mempunyai pengaruh
besar, sampai dapat menolak perintah penggeledahan Kong-sun
Giok, jago pedang yang sangat liehay"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Berpikir tentang Kong-Sun Giok, ia sadar bahwa luka karena dua
tusukan pedang si Pedang selatan harus segera disembuhkan,
menggunakan ilmu It-bok Ceng khie, ia duduk bersila, mematung
ditempat. Perahu masih belajar Entah berapa lama kemudian, Su-to Yan berhasil menyelesaikan
satu kwartal latihan ia membuka matanya.
Terdengar suara digeladak kapal yang berisik, berbareng, perahu
besar itu bergoyang keras, seolah-olah hendak berlabuh.
Dimanakah mereka telah tiba" Mengapa harus menepi"
Terlihat pintu didorong, Siauw In berjalan masuk, dengan
tertawa ia menghampiri Su-to Yan dan berkata kepada pemuda itu:
"Kongcu ingin menonton keramaian" Segera akan terjadi
pertempuran mari kupayang kau kegeladak kapal."
"Apa yang telah terjadi?" Bertanya sipemuda.
"Tentunya kau belum melihat ilmu pedang Kun-lun-pay, lekaslah
keluar. Kau akan puas menyaksikan pertempuran itu."
"ilmu Kun-lun-pay?"
"Betul, Orang itu mengenakan dandanan sepertimu, maka orangorang kami salah paham, Nona kami ingin meminta seruling pusaka
In-Thian Cek-hong yang berada padanya."
Su-to Yan segera menduga kepada Cin Bwe, Dengan ilmu It-bok
Ceng-khie, ia banyak mendapat kemajuan, segera turun dari tempat
pembaringan, dan menuju keluar dari perahu besar.
Digeladak depan telah berdiri Jie Ceng Peng, diapit oleh empat
orang berbaju hitam, itulah empat orang yang pernah membokong
dirinya dikelenteng rusak, orang orang Thian-lam Lo-sat.
Satu bayangan putih lompat naik kearah kapal, sebelum
menginjakkan kaki dipapan geladak, mulutnya sudah berteriak:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bangsat-bangsat dari golongan Thian-lam Lo-sat, hari ini, aku
akan..." Itulah Cin Bwee yang menyamar dengan pakaian prianya.
Segera dilihat Su-to Yan berdiri dipintu, Cin Bwee terbelalak,
kakinya telah menginjak papan geladak, ia tidak meneruskan katakatanya, tertegun ditempat. Matanya merah, hampir mengeluarkan
Azab Sang Murid 3 Animorphs - 8 Ax Membalas Dendam Pedang Angin Berbisik 1
^