Pencarian

Pendekar Tanpa Tandingan 6

Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang Bagian 6


julukan Pauw-an-tui Sianli sebagai simpati dari seluruh rakyat jelata karena
perkataan Bun Liong terputus ka
tay-ong di pasanggrahan dan kuberani pastikan bahwa tay-ong akan menerima kalian
Bu Tek Enghiong - Halaman 246
Setelah berkata demikian, Go Bang menggapai dengan jari telunjuknya sebagai
isyarat supaya kedua anak muda itu mengikuti, lalu ia sendiri membalikkan tubuh dan
berjalan mendaki bukit. Untuk sesaat Bun Liong dan calon isterinya saling berpandangan, dan diam-diam
hati mereka merasa geli sekali karena tadi mereka menyangka bahwa perampok tinggi
besar itu adalah raja perampok sehingga Bun Liong telah memanggilnya dengan
dia orangnya! Bukan tay-ong sudah memiliki kepandaian tinggi, pikir Bun Liong apalagi
kepala perampok itu sendiri, niscaya berkepandaian lebih tinggi lagi!
Namun Bun Liong dan Yang Hoa adalah sepasang calon suami isteri yang
mempunyai dasar cerdik sejak mereka kecil. Apalagi setelah mereka menerima
petunjuk-petunjuk dari Can kauw-su bahwa mereka harus berdiplomasi dan bersiasat
pada saat ini. Biarpun mereka maklum bahwa ajakan dan kata-kata Go Bang yang terakhir tadi
adalah sebuah pancingan, namun sedikitpun mereka tidak merasa takut. Sehingga
tanpa ayal lagi sepasang anak muda yang menunaikan dharma bhaktinya untuk
kepentingan masyarakat ini lalu berjalan mengikuti si Beruang Lengan Besi.
Biarpun tidak merasa takut, namun perasaan Bun Liong dan Yang Hoa tak urung
diliputi ketegangan. Oleh karena keduanya maklum bahwa di mana kaki-kaki mereka
berpijak kini adalah tempat yang sangat berbahaya sehingga mereka mesti selalu
waspada dan siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan yang pasti akan
terjadi! Tiat-pi-him Go Bang yang berjalan di depan, sebentar-sebentar berpaling ke
belakang melihat ke arah sepasang muda mudi itu dan setelah melihat bahwa mereka
mengikuti di belakangnya bagaikan dua ekor kambing jinak membuntuti majikannya.
Diam-diam hatinya sangat girang karena ia merasa pancingannya berhasil.
Memanglah si Beruang Lengan Besi sengaja mengajak Bun Liong dan Yang Hoa
yang sudah terkenal kelihayannya itu menghadap Houw-jiauw Lo Ban Kui dengan
maksud apabila sepasang pendekar muda itu setelah berhadapan dengan si Cakar
Harimau, baru ia akan bertindak. Ia yakin bahwa dengan bantuan Lo Ban Kui serta para
anak buahnya yang saat itu diam-diam bersembunyi mengurung di sekitarnya, niscaya
dua ekor kambing muda itu akan dapat dibikin beres dengan mudah!
Bu Tek Enghiong - Halaman 247
Dan apabila sepasang kambing yang dikabarkan memiliki ilmu silat hebat ini dapat
dibekuk batang lehernya, maka organisasi Pauw-an-tui itu pasti akan lumpuh dan
dengan demikian, aku akan dapat memimpin anak buahku beroperasi lagi dengan
bebas dan leluasa! Demikian kata-kata Go Bang dihatinya.
Akan tetapi, sebelum mereka tiba di pasanggrahan, tiba-tiba Tiat-pi-him Go Bang
berpikiran lain. Ia merasa malu sekali kalau untuk menangkap dua ekor kambing muda
itu saja harus menunggu bantuan dari Lo Ban Kui.
Masakan aku sendiri tak dapat membereskan kedua bocah cilik ini" Pikirnya.
Biarpun ia sudah maklum bahwa kematian si Srigala Hitam Ciam Tang yang
berkepandaian lebih tinggi daripadanya terutama disebabkan karena kelihayan kedua
anak muda ini. Namun Go Bang beranggapan lain. Ia menganggap bahwa hal itu terjadi bukan
karena kelihayan dua ekor kambing ini, melainkan karena keroyokan anggautaanggauta Pauw-an-tui yang banyak membantunya.
Adapun sekarang, dua ekor kambing ini hanya berdua saja, masakan ia tak mampu
mengalahkan mereka" Dan kalau aku kemudian ternyata dapat dikalahkan oleh mereka,
demikian pikir Go Bang lebih lanjut, apa yang harus kutakutkan karena anak buahku
pasti serempak akan membantuku"!
Karena pikiran inilah, maka tiba-tiba ia menghentikan langkah kakinya dan
tubuhnya yang besar membalik menghadapi Bun Liong dan Yang Hoa sehingga kedua
anak muda inipun otomatis menghentikan langkah mereka sambil memandang dengan
penuh curiga ke arah si tinggi besar. Mereka seperti telah menduga apa yang akan
diperbuat oleh Go Bang terhadap mereka!
-tiba menghentikan langkahmu, tay-
Bun Liong, pura- Sebenarnya kamu berdua tidak perlu dibawa menghadap kepada tay-ong kami, karena
kalau hanya untuk membereskan kamu berdua saja, tak perlu mesti merepotkan tayong kami.
-pi-him Go Bang sendiri cukup bertindak sebagai wakilnya. Nah, bersiaplah
dengan ucapannya yang terakhir itu, Go Bang mencabut goloknya dan diputar-putar di
atas kepalanya selaku tantangan dan ancaman.
Bu Tek Enghiong - Halaman 248
Tiat-pi-him merasa mendapat kesempatan baik melihat lawan mudanya yang lelaki
itu sama sekali tidak kelihatan membawa senjata. Memang ia sengaja hendak
mengganyang pemuda ini terlebih dulu, sedangkan kambing betina yang cantik jelita
itu boleh ia urus belakangan dan hal ini menurut anggapannya bukanlah suatu
pekerjaan yang terlalu sulit! Maka, sambil memperdengarkan suara erangan seperti
Liong seraya goloknya menyambar ke arah pemuda itu!
Akan tetapi, sebelum Go Bang dapat menubruk sasarannya yaitu selagi ia melompat
itu, tiba-tiba ia dihadang oleh Yang Hoa yang bergerak cepat dan dengan pedangnya
menangkis golok itu terpental dan tubuh Go Bang mundur terhuyung-huyung!
da bersenjata! Kalau benar kau hendak bertindak mewakili tay-ong mu, biarlah aku yang bertindak
selaku wakil dari pangcu Pauw-an-tui menghadapimu! Pedangku akan melayani golok
Bun Liong yang tadinya sudah bersiap menyambut serangan Go Bang, lalu mundur
sambil tersenyum dan membiarkan calon isterinya melampiaskan kemarahannya
terhadap si Rakrasa Hitam itu. Adapun Go Bang, mendengar ucapan Yang Hoa yang
baginya merupakan satu penghinaan, menjadi marah.
Untuk sejenak ia merasa terkejut karena hadangan gadis itu sudah dapat
mematahkan tubrukannya terhadap Bun Liong. Bahkan tangkisan pedang dari gadis itu
hampir saja menyebabkan goloknya terlepas dari pegangannya, bahkan telapak
tangannya terasa pedas dan lengannya tergetar.
Hal ini membuktikan kepadanya, bahwa ilmu silat dan tenaga dalam gadis itu benarbenar tidak boleh dipandang ringan! Meskipun sedikitnya sudah dapat membuktikan
kelihayan gadis itu, namun Tiat-pi-him Go Bang tidak menjadi gentar. Sebagai seorang
tokoh perampok yang sudah banyak pengalaman, takkan mundur sebelum merasai
sendiri keunggulan lawan.
Mengganyang Bun Liong atau gadis itu baginya sama saja, karena kedua-duanya
adalah musuh besar yang secepat mungkin mesti dibikin beres! Apalagi ke dua bocah
kurang ajar ini sekarang sudah masuk ke dalam perangkapku, hanya kalau mereka
Bu Tek Enghiong - Halaman 249
dapat terbang saja barangkali dapat lolos dari sini, maka biarpun mereka lihay, apa
yang mesti kugentarkan" Demikian pikir Go Bang sambil membuat perhitungan.
Dengan mata melotot, Go Bang memandang marah kepada Yang Hoa yang
menantangnya dengan pandangan mengejek.
sayap burung garuda yang besar, goloknya menyambar ke arah Yang Hoa.
karena hari ini kau berikut semua kamrat-kamratmu, akan kuhadapkan kepada Giamlo-ong untuk diadili dosa-dosa di sana dan kuharapkan kalian akan dihukum dalam
samping dan membalas serangan lawan dengan pedangnya.
Cepat sekali gerakan Yang Hoa sehingga Go Bang sekali lagi merasa terkejut dan
tidak sempat membalas ejekan nona itu. Goloknya diayun dengan sepenuh tenaga.
Dengan mengandalkan goloknya, yang tebal dan berat itu ia hendak menangkis pedang
lawan agar terlepas dari pegangan gadis itu.
Akan tetapi Yang Hoa terlalu lincah dan kalau tidak terpaksa sekali, ia tidak mau
membenturkan pedangnya dengan golok lawan. Baginya rugi kalau membiarkan
pedangnya yang tipis itu dihantam oleh golok besar! Juga nona ini tidak mau
mengandalkan ketajaman pedangnya untuk membabat golok lawan.
Biarpun pedangnya itu sejenis pedang mustika yang sangat tajam dan ampuh,
tetapi tentu akan rusak juga kalau dipakai untuk membabat golok Go Bang karena golok
itu tebal dan berat. Juga ada bahayanya yakni kalau ia kalah tenaga, pedangnya akan
terlepas dari pegangan. Inilah sebabnya maka Yang Hoa selalu mencegah pedangnya berbenturan dengan
golok lawan. Gadis ini mengandalkan kelincahan tubuhnya untuk mengelakkan
serangan golok lawan, dan dengan kegesitannya yang luar biasa, pedangnya selalu
mencari lowongan mengancam lawannya!
Ilmu golok Go Bang cukup hebat serta ganas. Dan dari pergerakan kaki dan tangan
kirinya yang kadang-kadang maju pula menyerang dengan tendangan dan
cengkeraman, dapat diduga bahwa ia mempunyai ilmu silat dari utara yang dicampur
ilmu berkelahi gaya Mongol.
Bu Tek Enghiong - Halaman 250
Bahkan yang mengejutkan dan mengagumkan Yang Hoa dan Bun Liong adalah
kehebatan lengan kiri Go Bang yang dapat menangkis pedang lawan tanpa mendapat
luka. Agaknya lengan kiri itu mempunyai kewedukan yang luar biasa dan karena
keistimewaan inilah agaknya maka Go Bang mempunyai nama julukan si Beruang
Lengan Besi! Dan yang lebih mengagumkan lagi, setiap kali setelah lengan kiri itu membuat
tangkisan serangan pedang lawan, secepat kilat dan seperti gerakan otomatis tangan
kirinya mengulur ke depan dan hendak menangkap pedang yang pasti akan terampas
oleh cengkeraman jari-jari tangannya apabila Yang Hoa tidak cepat menarik kembali
senjatanya! Diam-diam Bun Liong memuji kepandaian Go Bang ini, akan tetapi ia
percaya akan ketangguhan dan kehebatan calon isterinya.
Ditilik dari tingkat kepandaian, harus diakui bahwa Yang Hoa memang kalah
pengalaman dan kalah tenaga. Akan tetapi dalam hal ilmu pedang, dara yang telah
mewarisi ilmu pedang Thian-san-pay dari Goat Im Nionio ini, ternyata masih menang
setingkat. Juga oleh karena lawannya sudah berusia setengah tua, dan ditambah lagi
tubuhnya yang tinggi besar itu membuat kegesitannya berkurang sungguhpun setiap
pergerakan Go Bang selalu bersifat mematikan!
Berbeda dengan Yang Hoa, yang memiliki gin-kang yang cukup sempurna sehingga
tubuh dan pergerakannya begitu gesit yang membuat gadis ini seperti seekor burung
walet yang menyerang seekor gajah yang berat tubuhnya dan lambat gerakannya!
Pertempuran itu sudah berlangsung kurang lebih tigapuluh jurus dan Bun Liong
melihat bahwa Yang Hoa sudah mulai mendesak lawannya. Akan tetapi, oleh karena Go
Bang bertempur dengan nafsu besar dan kemarahan yang berapi-api sehingga
membuatnya nekad, maka untuk beberapa lama Yang Hoa belum mendapat
kesempatan merobohkannya.
Pada suatu saat, yaitu ketika pertempuran sudah menjelang jurus yang
keempatpuluh, sekali lagi lengan kiri Go Bang dijadikan tameng menangkis sabetan
pedang Yang Hoa sehingga pedang itu untuk kesekian kalinya terpental seakan-akan
membacok sebatang karet yang kuat, sementara goloknya disabetkan ke arah leher
gadis itu. Yang Hoa cepat menarik kembali pedangnya dan dengan gerakan tidak terduga
gadis ini berjongkok hingga sabetan golok lawan menyamber di atas kepalanya. Dan
Bu Tek Enghiong - Halaman 251
sambil berjongkok demikian, dengan luar biasa cepatnya si nona mengirim tusukan ke
arah perut lawannya! Dan tak kalah cepat pula, Go Bang memutarkan gerakan goloknya dari kiri ke kanan
hendak menindih pedang si nona. Namun Yang Hoa sudah mempunyai perhitungan
masak mengenai untung ruginya dalam gebrakan ini.
Ia cepat sekali mengalihkan pedangnya yang tadi hendak ditusukkan ke perut lawan
itu diputarkan ke samping sebelah kiri. Dan karena ini, selain pedangnya terhindar dari
babatan golok, juga gadis ini mempunyai kesempatan yang tidak terduga oleh lawan,
yakni sambil berjongkok, dengkul kaki kiri ditekuk dan kaki kanan agak diluruskan ke
belakang, serentak pedang yang tadi diputarkan ke sebelah kirinya disabetbalikkan lagi
ke kanan, membabat kaki Go Bang!
Sungguhpun Go Bang terkejut mendapat serangan kilat yang sama sekali tidak
diduganya ini, tapi karena ia memang ulung maka tidak gugup. Dengan seenaknya saja
ia mengangkat kedua kakinya dengan sebuah loncatan kecil sehingga pedang Yang
Hoa mendesing dan membabat rumput-rumput di bawah kakinya!
Akan tetapi Yang Hoa sungguh terlalu cerdik dan cepat bagi Go Bang. Selagi si
Beruang Lengan Besi ini membuat loncatan kecil tadi, tiba-tiba kaki kanan si nona
melayang ke atas dan karena gerak tendang ini demikian cepat seakan-akan melebihi
kilat dan pula terjadi di luar dugaan, maka tak ampun lagi ujung sepatu si nona telah
Terdengarlah Go Bang mengaduh kesakitan karena ternyata tendangan kilat itu
telah membuat tulang sambungan di pergelangan tangan kanannya terlepas sehingga
goloknya terlepas dari pegangannya! Ketika ke dua kaki Go Bang telah menginjak bumi
lagi dan sebelum ia sempat berbuat sesuatu karena menahan rasa sakit yang luar
biasa pada pergelangan tangan kanannya, tahu-tahu Yang Hoa telah maju dan
menggerakkan tangan kirinya dengan jari telunjuk dan jari tengah terbuka, menusuk ke
arah mata lawan! Sambil mengeluarkan seruan marah dan penasaran, Go Bang mempergunakan
lengan kirinya menangkis dan hendak menangkap tangan si nona dengan
cengkeraman jari-jari tangannya, dibarengi kaki kanannya menggirim tendangan
geledek ke arah tubuh si nona yang begitu dekat berada di depannya!
Akan tetapi Yang Hoa bukanlah seorang murid dari Goat Im Nionio seorang tokoh
silat dari Thian-san-pay yang berkepandaian tinggi kalau ia tak dapat melepaskan diri
Bu Tek Enghiong - Halaman 252
dari serangan yang berbahaya ini. Serangan Yang Hoa yang seakan-akan hendak
menculik biji mata lawannya tadi hanya sebuah gerakan pancingan belaka agar lawan
mencurahkan perhatian kepada serangannya itu, dan iapun tidak begitu bodoh kalau
dirinya begitu dekat dengan lawan tanpa perhitungan yang matang.
Maka begitu tangan kirinya hendak ditangkap oleh tangan kiri Go Bang yang
berlengan kebal itu dan melihat kaki kanan lawan bergerak menendang ke arah dirinya,
nona Ho Yang Hoa cepat menjatuhkan tubuhnya ke samping kanan sehingga tubuhnya
setengah bertiarap dan miring di atas tanah. Sambil menghindarkan diri dari serangan
lawan si nona tidak mau membuang waktu percuma.
Karena di dalam gerakan menjatuhkan diri tadi, cepat ia mengirim serangan dengan
sabetan pedangnya ke arah paha kiri si Beruang Lengan Besi itu. Dan serangan ini,
Yang Hoa anggap adalah serangan yang terakhir untuk merobohkan lawannya!
Akan tetapi ternyata Tiat-pi-him Go Bang berkepandaian tinggi, biarpun ia sudah
amat terdesak dan serangan dari gadis itu membuatnya sangat terkejut, namun ia
masih dapat mengelakkan diri dengan cara yang benar-benar mengagumkan! Karena
kini ia sudah tidak bersenjata dan tak ada waktu lagi untuk menangkis pedang si nona
yang mengarah pahanya itu dengan mempergunakan lengan kirinya yang luar biasa
kebalnya, maka ia terpaksa menjatuhkan diri ke samping kanan dan melakukan jungkir
balik tiga kali di atas tanah sehingga dirinya jadi terpisah dengan Yang Hoa sejauh tiga
tombak lebih! Dan ketika ia berdiri lagi setelah berjungkir balik tadi, tepat ia berada di dekat Bun
Liong. Mungkin karena ia sudah merasa kewalahan oleh si nona, maka ia hendak
menyerang Bun Liong secara mendadak, atau mungkin juga kemarahannya terhadap
si nona hendak ia timpakan kepada pemuda yang kelihatannya diam-diam dan tenangtenang saja itu!
Sekali samber saja tangan kirinya telah menangkap lengan kiri Bun Liong dan terus
diputarkannya ke belakang sehingga lengan pemuda itu tersengkilit!
Karena sama sekali tidak menyangka bahwa si tinggi besar itu akan menyerang
dan menangkap lengannya sehingga tersengkilit demikian rupa, Bun Liong tidak
mempunyai kesempatan untuk mengelak lagi. Dan ia terpaksa tinggal mandah saja.
Lengan kirinya terketuk di belakang punggungnya dengan bagian pergelangannya
dicekal oleh jari-jari tangan Go Bang yang dirasakannya bagaikan sebuah jepitan baja
dan mendatangkan rasa sakit bukan main!
Bu Tek Enghiong - Halaman 253
itu kepadaku. Kalau tidak lenganmu ini akan patahdan ia merasa yakin pemuda itu sudah tidak berdaya, karena memang Bun Liong
kelihatannya seperti benar-benar tidak berdaya!
ah ini adalah dari Yang Hoa yang ketika itu sudah meloncat dan agaknya gadis ini hendak menolong
calon suaminya. Akan tetapi gadis ini serentak menarik gerakan pedangnya yang semula hendak
disabetkan ke arah punggung si tinggi besar itu ketika ia melihat isyarat dari Bun Liong
yang mengedipkan matanya, yang dapat ditangkap maksudnya bahwa pemuda itu tidak
perlu ditolong! Oleh karena itu, Yang Hoa mau tak mau mesti mengindahkan isyarat calon
suaminya dan ia mundur ke belakang tiga langkah dengan dada berdebar tegang.
Karena meskipun percaya bahwa calon suaminya berkepandaian tinggi namun tak
urung hati dara ini merasa cemas dan khawatir.
dengan menderita lengannya terlepas dari pundakn
lagi sambil tangan kanannya yang sudah setengah lumpuh itu digerak-gerakkan ke
arah Yang Hoa sehingga nona ini jadi semakin cemas dan gelisah.
Apalagi ketika dilihatnya Bun Liong memperlihatkan wajah meringis seakan-akan
menderita kesakitan. Bukan main bingungnya Yang Hoa, isyarat dari calon suaminya
tadi membuatnya serba salah.
Sambil menanti betapa perlawanan yang akan diperbuat oleh Bun Liong, diam-diam
gadis itu merogoh kantong bajunya dimana selalu tersimpan beberapa batang senjata
rahasia. Maksudnya ia hendak mengirim serangan terhadap si tinggi besar itu dengan
menggunakan senjata rahasianya, kalau terpaksa!
permintaanku tadi"! Apakah kau benar-benar menginginkan tulang lenganmu remuk
dan patahDan cekalan pada pergelangan tangan pemuda itu dipererat dan sengkilitannya
diperhebat sehingga tubuh Bun Liong jadi membungkuk ke depan dan menggeliatgeliat! Go Bang ketawa makin besar ketika melihat pergerakan pemuda seperti seekor
Bu Tek Enghiong - Halaman 254


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelinci menggeliat-geliat dalam cengkeraman harimau. Ia merasa yakin bahwa pemuda
itu akan menyerah mentah-mentah di dalam tangannya!
Benarkah Bun Liong demikian lemah tak berdaya" Benarkah pemuda ini sama
sekali tidak dapat melepaskan tangannya dari cekalan si Beruang Lengan Besi itu"!
Tidak! Bun Liong bukanlah seorang murid tunggal dari Bu Beng Lojin kalau ia tidak
mampu berbuat sesuatu sebagai reaksi balasan terhadap Go Bang. Jangankan si
Beruang Lengan Besi itu hanya mempergunakan tangan kirinya saja, meskipun kalau
tangan kanannya belum teklok ditendang oleh Yang Hoa tadi dan mempergunakan
sepasang tangannya meringkus Bun Liong, pemuda ini tidak mungkin akan menyerah
begitu saja! Nah, lihatlah reaksi yang diperbuat dengan diam-diam oleh pemuda itu!
Tiba-tiba suara ketawa besar Go Bang tadi berhenti. Berbareng tangan kiri si tinggi
besar ini melepaskan cekalannya dan ia meloncat ke belakang seperti disengat
kalajengking sambil mulutnya mengeluarkan seruan kaget dan wajahnya yang hitam
itu nampak pucat! Ia merasakan telapak tangannya yang tadi digunakan mencekal pergelangan
tangan pemuda itu sakit dan panas sekali bagaikan mendapat sengatan berpuluh-puluh
binatang kalajengking yang berbisa dan seluruh lengan sampai ke pundaknya terasa
sakit dan panas pula! Ia menggerak-gerakkan lengan kirinya sambil mengerahkan
lweekang untuk coba memunahkan perasaan apa yang dideritanya itu.
Akan tetapi pada detik berikutnya Go Bang sekali lagi mengeluarkan seruan kaget
dan setengah mengeluh dan keringat dingin mengucur. Tulang-tulang jari tangannya
mengeluarkan bunyi berkerotokan dan di dalam lengan kirinya seperti banyak sekali
benda-benda tajam menusuk dan menyayat-nyayat dagingnya.
Dan saat selanjutnya lagi, lengan-kirinya jadi tergantung saja di bawah pundaknya
tanpa dapat bergerak sedikitpun seperti sehelai daun layu yang patah tangkainya.
Tangan kanannya sudah teklok dan lumpuh, ditambah lagi kini lengan kirinya seakanakan sudah menjadi mati, benar-benar bagi Go Bang merupakan penderitaan hebat!
Inilah pukulan membalik dari tenaga cekalannya yang dihantam oleh sin-kang yang
disalurkan melalui pergelangan tangan Bun Liong yang dicekalnya erat-erat tadi!
Ternyata Bun Liong yang tadi kelihatannya seperti tidak berdaya itu, telah mengirim
serangan balasan dengan diam-diam dan akibatnya hebat sekali!
Bu Tek Enghiong - Halaman 255
Sebenarnya, selagi pergelangan tangannya ditangkap dan lengannya ditekuk
sengkilitkan sedemikian rupa oleh Go Bang yang benar-benar memiliki tenaga raksasa
tadi, tentu saja pemuda ini dapat menghantam lawan yang berada di belakang
punggungnya itu dengan mudah. Dengan sebuah pukulan yang mematikan, yaitu
menggunakan pukulan Lui-lek-ciang dengan tangan kanannya yang tinggal bebas ke
arah belakang. Tetapi ia tidak mau mengobral pukulan ampuhnya itu jika tidak keliwat perlu. Sambil
berpura-pura menggeliat dan kelihatannya tidak berdaya sehingga Go Bang ketawa
besar, pemuda ini diam-diam mengerahkan sin-kangnya ke arah pergelangan tangan
kirinya yang membuat apa yang dicekal oleh lawannya itu menjadi panas seperti baja
membara dan bulu-bulu lengan menjadi tegak berdiri serta mengeras bagaikan jarum!
Tulang dan Memut dipraktekkan oleh Bun Liong, yang akibatnya telah dapat melepas-lepaskan tulangtulang dari setiap sambungannya dan memutuskan urat-urat dalam anggauta tubuh
yang berdekatan dengan bagian yang terkena serangan sin-kang ini seperti halnya
yang dialami Go Bang. Selain tulang-tulang dari tangannya berlepasan dari sambungannya, bahkan
seluruh urat di dalam lengan kirinya putus semua dan membuatnya lumpuh seketika
itu juga! Setelah serangan balasannya berhasil, dengan perlahan dan tetap tenang seperti
tidak pernah terjadi suatu peristiwa apapun yang barusan mengancam
keselamatannya, Bun Liong membalikkan tubuh dan memandang kepada Go Bang yang
berdiri dengan wajah meringis, kedua lengannya menggantung terkulai seperti lenganlengan wayang yang tidak digerakkan oleh dalang.
-matahkan lengan tanganku, tapi mengapa kau tiba-tiba membatalkannya"! Agaknya kau menaruh
kasihan terhadapku, sehingga atas kemurahan hatimu benar-benar aku merasa
wajahnya yang tampan sengaja ditunjukkannya seperti seorang tolol!
Akan tetapi, baru saja kata-katanya itu habis, sebagai penyahutannya Go Bang
mengerang marah! Rasa sakit pada kedua lengannya bagi Go Bang tidak seberapa
Bu Tek Enghiong - Halaman 256
kalau dibandingkan rasa sakit di hatinya mendengar sindiran pemuda yang tidak
disangkanya memiliki ilmu kepandaian sedemikian tinggi dan hebat itu!
Sindiran itu membuat dadanya sangat panas karena marah dan hatinya merasa
malu! Baginya sindiran pemuda itu merupakan penghinaan dan oleh karena memang
si Beruang Lengan Besi ini selama malang melintang di kalangan Liok-lim belum
pernah dihina orang, apalagi oleh anak muda seperti Bun Liong, maka daripada hidup
menanggung malu dihina orang. Inilah sebabnya maka ia mengerang marah dan
menjadi nekad. Sambil mengerang tiba-tiba Go Bang melompat maju dan menubruk Bun Liong.
Biarpun sepasang lengannya tidak mampu bergerak lagi ternyata ia masih mempunyai
ilmu silat simpanan yang tak kepalang hebatnya!
Sambil melompat dan menubruk, Go Bang mengirim serangan dengan kedua
kakinya dalam gerakan Loan-hong-tui (Tendangan Angin Puyuh)! Tubuhnya yang tinggi
besar dari udara menubruk ke bawah sambil kedua kakinya melakukan tendangan
dahsyat bertubi-tubi ke arah Bun Liong. Tendangan ini begitu hebat dan mendatangkan
angin seperti amukan angin puyuh, sekali saja mengenai sasaran, berarti maut!
Menghadapi serangan dari lawan yang telah nekad ini, dan yang sangat berbahaya,
Bun Liong sudah mempunyai persiapan yang sangat sempurna untuk menyambutnya.
Pemuda ini tidak berkisar dari tempatnya, dan juga tubuhnya sama sekali tidak berkelit,
melainkan dengan dada terpentang lebar seakan-akan sengaja dibuka dan diumpankan
bagi serangan lawan, ia menggerakkan kedua tangannya, yang kiri dari atas dan yang
kanan dari bawah. Ketika tubuh Go Bang turun ke bawah dengan tubrukan tendangannya, tahu-tahu
kaki kirinya yang melakukan tendangan telah ditangkap oleh tangan kanan Bun Liong
dan tangan kiri pemuda itu sudah memegang ikat pinggangnya. Kemudian, dengan
gerakan yang luar biasa cepatnya, tanpa menggerakkan kedua kakinya, tubuh yang
tinggi besar itu sudah diangkatnya ke atas lalu dibanting ke bawah.
yang dibantingkan, telah menimbulkan suara dahsyat seperti gempuran seekor banteng
ketika tubuh Go Bang membentur sebatang pohon besar dan pada saat itu juga nyawa
si Beruang Lengan Besi sudah melayang meninggalkan raganya!
-tiba menggema di hutan dan berbareng dengan itu, dari belakang rumpun keluar tubuh seorang kakek
Bu Tek Enghiong - Halaman 257
kerdil yang kelihatannya benar-benar menyeramkan. Bajunya terbuat dari kulit macan
loreng, celananya berwarna hitam dan kakinya tidak mengeluarkan suara sedikitpun,
benar-benar seperti gerakan seekor harimau!
Ketika kakek ini sudah berdiri di depan Bun Liong dan Yang Hoa, maka kedua orang
muda ini maklumlah bahwa mereka berhadapan dengan si Cakar Harimau Lo Ban Kui,
yaitu si raja perampok! Melihat rupa kakek itu diam-diam bulu kuduk Yang Hoa
meremang karena tampaknya benar-benar menyeramkan.
Punggung kakek itu agak bungkuk, kepalanya setengah botak dan kumis serta
jenggotnya jarang-jarang, hidungnya panjang bengkok seperti paruh burung rajawali.
Matanya bersinar sangat tajam dan selalu bergilar liar seperti mata srigala lapar.
Dan yang hebat adalah jari-jari tangannya, karena seluruh jari tangannya itu
berkuku panjang dan runcing serta berwarna coklat kehitam-hitaman. Demikian juga
kuku seluruh jari kakinya yang telanjang itu, semuanya tajam dan panjang meruncing
seperti kuku-kuku kaki harimau!
Houw-jiauw Lo Ban Kui ketawa terkekeh aneh dan matanya yang liar itu bergilar
memandang kepada Bun Liong dan Yang Hoa, kemudian ia berkata dengan suara yang
besar dan parau: Mendengar ucapan ini, Bun Liong bersikap tenang saja biarpun dadanya berdebar
tegang. Ia maklum bahwa kakek itu berilmu tinggi, maka ia mesti berlaku hati-hati.
Akan tetapi Yang Hoa yang beradat keras, menjadi marah hingga karenanya, tanpa
mengucapkan sesuatu perkataan lagi, gadis yang memiliki keberanian luar biasa ini
melompat maju dan dengan gerakan secepat kilat, pedangnya berkelebat menyerang
kakek itu! Serangan ini tidak boleh dibuat permainan, karena si nona mempergunakan
ilmu pedang Thian-san-pay yang lihay dengan gerak tipu Naga Hijau Menyabetkan Ekor!
Si kakek hanya ketawa terkekeh lagi dan tangan kirinya bergerak ke atas
menyambut pedang si nona, dengan kuku jari telunjuknya membuat sekali sentilan,
pedang itu telah ditangkisnya.
u yang menyentil pedang itu.
Pedang di tangan Yang Hoa terpental dan gadis itu terkejut sekali karena telapak
tangannya yang memegang gagang pedang menggetar seperti kesemutan. Namun
Bu Tek Enghiong - Halaman 258
Yang Hoa tidak gentar karenanya, bahkan gadis yang berwatak keras ini cepat
mengirim serangan susulan.
Pedangnya meluncur ke depan hendak menusuk dada kakek itu, dan kembali
sedikitpun, telah menyentil pula pedang itu dengan kuku jari tangan kanannya!
Bun Liong yang melihat itu, kagum sekali. Menangkis pedang yang tajam hanya
dengan sentilan kuku jari, benar-benar hanya mampu dilakukan oleh orang-orang yang
sudah tinggi tingkat kepandaiannya. Ia maklum bahwa kakek kerdil itu merupakan
lawan berat, berbahaya dan terlampau tangguh bagi Yang Hoa, maka ia segera berseru
kepada calon isterinya, -moay, jangan kau borong sendiri orang hutan ini, berilah giliran bagiku untuk
Houw-jiauw Lo Ban Kui mengerang seperti seekor harimau marah mendengar
dirinya disebut monyet tua oleh pemuda itu. Agaknya ia hendak menyerang akan tetapi
ia mesti meladeni serangan dari Yang Hoa yang saat itu telah melancarkan pula
serangan selanjutnya. Bun Liong sebenarnya menghendaki supaya nona itu mengundurkan diri dari lawan
yang lihay dan ia mengharapkan agar si raja rimba hijau itu langsung menyerang
terhadapnya. Biarpun ia sendiri belum yakin benar dapat mengalahkan si Cakar
Harimau, namun dengan demikian berarti secara tidak langsung menghindarkan diri
calon isterinya dari lawan yang amat tinggi ilmu silatnya itu.
Inilah pengorbanan dari hati yang mencinta. Biar bahaya dialihkan kepadanya asal
orang yang dicintainya terhindar dari malapetaka!
Akan tetapi, gadis seperti Ho Yang Hoa yang keras hati dan sepanjang pertempuran
yang pernah dialaminya belum pernah dikalahkan, mana mau mengalah begitu saja"
Pengalamannya yang belum banyak dan ditambah lagi perangainya yang menaruh
benci terhadap kaum penjahat, membuat hatinya panas sehingga seruan dari calon
suaminya tadi sama sekali tidak dihiraukannya.
seperti terbakar karena pedangnya ditangkis orang dua kali hanya dengan sentilan
kuku jari saja, berarti bahwa lawan itu memandangnya sangat rendah!
Bu Tek Enghiong - Halaman 259
Pedangnya membuat gerakan memutar sehingga tampak berkelebat dan berkilau
bagaikan sambaran halilintar dan agaknya hendak membabat pundak kakek bungkuk
itu. Tetapi ketika lawan lihay ini menggerakkan tangan kanannya hendak menangkis
pedang si nona dengan sentilan jari tangannya seperti tadi pula, Yang Hoa telah cepat
merubah gerakan pedangnya yang lalu diluncurkan ke depan mengarah dada lawan.
Pedang itu umumnya menusuk secara lurus seperti luncuran tombak, akan tetapi
Yang Hoa tidak demikian cara menusukkannya karena gadis ini membuat pedangnya
bergerak ke atas dan ke bawah. Gerakan ini dilakukan cepat sekali sehingga ujung
pedang itu kelihatannya seperti bercagak.
Maksudnya untuk membingungkan lawan supaya tidak mengetahui bahwa ke mana
pedang itu hendak menusuk, ke tenggorokan atau ke arah ulu hati! Inilah sebuah jurus
dari ilmu pedang Thian-san-pay yang disebut gerak tipu Sian-li-yauw-san (Dewi
menggoyangkan kipas). Akan tetapi Houw-jiauw Lo Ban Kui benar-benar bukan orang sembarangan! Melihat
tusukan pedang yang sekaligus mengarah dua jurusan ini sama sekali tidak gugup
bahkan dengan gerakan wajar dan tenang sekali kedua tangannya membuat penjagaan.
Kesepuluh jari tangannya yang berkuku macan menjaga di depan dada yang kiri
menjaga tenggorokan dan yang kanan diletakkan di depan ulu hatinya. Dan pada detik
pedang si nona menerobos benteng penjagaan itu menghunjam ulu hatinya, kakek ini
menggerakkan kuku jari tangan kanannya, menyentil.
yang runcing dan tajam itu setelah kena tangkisan istimewa barusan, kini menusuk
tenggorokannya. Kembali ia menangkis, tangkisan yang dilakukan dengan sentilan kuku jari tangan
kirinya yang sudah dipersiapkan itu. Begitu mudah dan tepat ia menyentil, bagaikan
menyentil daun telinga seorang anak kecil saja layaknya.
sentilan kuku jari yang panjang dan kuat itu.
Ketika kuku jari tangannya menyentil pedang untuk keempat kalinya ini, kaki kanan
Ban Kui yang panjang dan berkuku panjang melayang melakukan tendangan ke arah
perut si nona. Tapi baiknya Yang Hoa cukup gesit, sebelum tendangan berbahaya itu
mengenai perutnya, terlebih dulu ia telah mengerahkan tenaga pada kedua kakinya dan
sambil berseru keras, tubuhnya yang langsing padat telah melesat ke atas dengan
Bu Tek Enghiong - Halaman 260
gerak tipu Sin-liong-cui-cu (Naga Sakti Mengejar Mustika) sehingga karenanya,
tendangan Ban Kui hanya menghantam tempat kosong!
Ketika tubuhnya mumbul di udara, dara ini menukik dengan lawannya menengadah
melihat kepadanya, secepat garuda menyambar Yang Hoa melayang turun dengan
tubuhnya tetap dalam keadaan menukik sedangkan pedangnya digerakkan sedemikian
rupa hingga sinarnya tampak bergulung merupakan kitiran yang ditiup angin kencang
menyambar-nyambar ke arah lawannya dari atas!
Serangan yang dilakukan Yang Hoa kini lebih dahsyat dan ganas daripada yang
tadi. Karena gadis ini sudah marah sehingga mengeluarkan jurus yang hebat dan yang
disebut tipu Pak-hong-pho-liu (Angin Utara Menyerang Cemara)!
Houw-jiauw Lo Ban Kui memperdengarkan seruan kaget karena ia tidak menyangka
bahwa dara lawannya itu dalam mengelak dari tendangannya sekaligus dapat
melakukan serangan demikian hebat. Kini ia tidak dapat mempergunakan kuku-kuku
jari tangannya lagi untuk menangkis, karena maklum sambaran-sambaran pedang si
nona di atas kepalanya itu sangat berbahaya.
Juga untuk mengelak sukar sekali karena serangan datang dari atas secara bertubitubi dan gulungan sinar pedang itu mengurung dirinya, maka terpaksa ia
menggulingkan tubuhnya ke tanah. Sambil bergulingan ke dua tangannya bergerakgerak ke atas melindungi tubuh sehingga ketika Yang Hoa turun dan dengan gemas
sekali pedangnya membuat gerakan membabat, membacok dan menusuk secara
si nona telah ditangkis pula oleh sentilan kuku jari kedua tangannya dan kini pertemuan
antara pedang dan kuku jari tangan itu bahkan menimbulkan bunga api berpijar!
kelihayan si kepala perampok itu, di dalam hatinya sangat menyesalkan kebandelan
calon isterinya. Tetapi Yang Hoa yang berwatak keras dan tidak pernah mengenal arti takut, hawa
amarahnya telah memuncak sehingga gadis ini menjadi nekad. Dan ketika melihat
kesempatan dikala lawannya masih bergulingan, kaki kirinya bergerak dan sebuah
tendangan yang disertai pengerahan tenaga lweekang menyamber ke arah lambung
Ban Kui! Akan tetapi kakek bungkuk itu benar-benar lihay, biarpun sedang bergulingan dan
kelihatannya seperti terdesak, namun ketika melihat kaki si nona ditendangkan ke arah
Bu Tek Enghiong - Halaman 261
lambungnya, sambil berbaring miring menghadapi lawannya, sebelah kakinya bergerak
ke atas dan telapak kakinya yang telanjang itu cepat sekali memapak tumit sepatu di
kaki Yang Hoa yang menendang itu.
Beradunya dua kaki yang saling tendang ini hebat sekali akibatnya! Tubuh Ban Kui
jadi terpental dan tergulingan sejauh dua tombak, sedangkan tubuh Yang Hoa jadi
melayang ke belakang karena kakinya yang menendang dan dipapak oleh telapak kaki
lawannya tadi seperti terkena tenaga dorongan yang kuat sekali yang membuat
tubuhnya mencelat ke atas seperti dilempar oleh tenaga raksasa!
Baiknya nona ini memiliki gin-kang tinggi. Biarpun peristiwa ini membuat hatinya
kaget tetapi ia masih dapat mengatur keseimbangan tubuhnya, sehingga di udara ia
melakukan salto tiga kali dan kemudian tubuhnya melayang turun dalam keadaan
berdiri. Dan ketika ia memandang kepada lawannya, ternyata kakek itu sudah berdiri sambil
ketawa terkekeh-kekeh mengejeknya dan jarak antara mereka itu kini ternyata kurang
lebih sejauh lima tombak!
Sejenak Yang Hoa menggerak-gerakkan kaki kirinya karena agak sesemutan.
Baiknya ia melakukan tendangan tadi disertai pengerahan tenaga lweekang pada
kakinya, sehingga setelah beradu dengan tendangan dari kakek itu yang disertai tenaga
lweekang pula, tidak mendatangkan sesuatu akibat, kecuali terasa kesemutan saja.
-an-tui Sianli, benarkekehnya sambil mengangkat sulingnya yang bengkok itu dengan sikap mengejek.
Kalau hati sudah dikuasai nafsu amarah, sukar sekali bagi sang otak untuk
mempertimbangkan baik buruknya tindakan yang akan dilakukannya. Demikianlah
dengan Yang Hoa, karena marahnya, gadis ini tak sadar bahwa kakek itu terlalu tangguh
baginya, bahkan sebaliknya kakek yang hanya melawan dengan sentilan-sentilan
belaka, dianggapnya memandang rendah padanya.
Pada hakekatnya, memanglah Houw-jiauw Lo Ban Kui terlalu tangguh dan tingkat
kepandaiannyapun jauh lebih tinggi dari Yang Hoa, sehingga betapa pandainya nona
itu memainkan pedangnya, namun kalau dibandingkan dengan tingkat ilmu kepandaian
kakek ini, boleh dikata Yang Hoa masih sangat hijau. Selain kalah pengalaman, Yang
Hoa mempunyai kelemahan, yakni adatnya yang keras selalu membuat ia berlaku
nekad dan seorang yang telah nekad pikirannya jadi gelap dan berlaku ceroboh.
Bu Tek Enghiong - Halaman 262
Baiknya bagi Yang Hoa, kebaikan yang tidak disadari oleh nona itu sendiri, ialah
bahwa kakek bungkuk kepala garong yang luar biasa lihaynya itu masih menaruh rasa


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kasihan terhadapnya, sehingga tidak melawan dengan sungguh-sungguh, hanya
mendemonstrasikan sentilan-sentilan kuku jari tangannya saja dan sama sekali tidak
balas menyerang. Agaknya kalau Houw-jiauw Lo Ban Kui menghendaki kematian nona itu, dalam dua
gebrakan saja Yang Hoa akan roboh binasa. Atau sedikitnya akan terkena cengkeraman
kuku jari tangannya yang beracun itu, yang akibatnya juga bisa mendatangkan maut!
Namun kakek ini hendak menangkap si nona hidup-hidup. Oleh karena, seperti Tiatpi-him Go Bang yang telah mampus tadi, kakek inipun nafsu binatangnya telah bergolak
melihat kecantikan nona dan itu dan inilah alasan utama mengapa ia tidak mau
mencelakakan Yang Hoa. Harus diketahui bahwa kuku-kuku jari tangan Ban Kui selain dapat menangkis
senjata lawan hanya dengan sentilan, juga dapat mencengkeram dan merampas
pedang lawan. Dan kalau cengkeraman ini dilakukan terhadap pedang si nona tadi,
sekali renggut saja pedang itu pasti dapat dirampasnya!
Setelah kesemutan di kakinya tadi hilang, tanpa tidak membuang waktu lagi nona
yang dadanya telah dibakar api kegusaran ini melompat maju pula dan pedangnya
ditodongkan ke depan mengarah Ban Kui yang ketika itu masih memperdengarkan
suara tawa ejekannya. Akan tetapi tiba-tiba:
dari samping. Dan seirama dengan itu, tahu-tahu Yang Hoa telah dikurung oleh lima
orang liauw-lo berdiri di belakang, dua orang di kiri kanan dan yang seorang lagi
menghadang di depan si nona dan orang inilah yang barusan membentur pedang si
nona dengan goloknya. Ke lima liauw-lo ini memang sejak tadi sudah mengintai di balik semak-semak dan
batang-batang pohon sekitar tempat itu. Dan ketika mereka dari tempat pengintaiannya
melihat tanda dari pemimpin mereka, tanda yang tidak diketahui oleh orang luar, maka
serempak mereka berlompatan keluar dan kini mengurung Yang Hoa dengan golok
dipersiapkan di tangan dan sikapnya sangat garang!
-hidup dan aku hendak memberi hajaran kepada kerbau
seru Ban Kui kepada Bu Tek Enghiong - Halaman 263
ke lima orang anak buahnya dan waktu itu juga kakek ini melompat dan menubruk Bun
Liong dengan gerak tipu Macan Lapar Menerkam Kambing.
Mendengar perintah dari Ban Kui, serempak lima orang liauw-lo bergerak maju, tapi
golok mereka tida -lo yang berdiri di depan Yang Hoa sambil
menyengir kuda. Yang Hoa yang sudah marah, kini bertambah marah. Dan sebagai jawaban, pedang
dara ini bergerak ganas dan dipusatkan sedemikian rupa ke sekitar dirinya.
Lima orang liauw-lo itu secara berbareng melompat mundur dan ketika Yang Hoa
hendak membabat seorang liauw-lo yang berada paling dekat dengan dirinya, gadis ini
terkejut dan terpaksa menyabetkan pedangnya ke belakang karena telinganya yang
tajam mendengar ada dua batang golok yang menyerang punggungnya!
-lo yang menyerang di belakangnya itu ditangkis oleh pedangnya sehingga menimbulkan bunga api berpijar
dan dua liauw-lo tersebut cepat melompat mundur!
Yang Hoa mendesak salah seorang yang melompat mundur itu akan tetapi tibatiba pedangnya ditangkis oleh seorang perampok yang berada di sebelah kirinya. Yang
Hoa gemas dan kakinya menendang ke lambung perampok ini, tetapi lagi-lagi ia mesti
mengurungkan serangannya oleh karena pada saat itu dua orang lawan di belakangnya
melakukan tubrukan sehingga gadis ini cepat membalikkan diri dan menyabetkan
pedangnya. Kembali dua perampok yang disebut belakangan ini melompat mundur
menghindarkan diri dari samberan senjata si nona dan begitulah selanjutnya. Setiap
kali pedang Yang Hoa menyerang seorang perampok yang berada di depannya, maka
salah seorang perampok yang berada di kiri atau kanannya menangkis pedangnya dan
dua atau tiga orang liauw-lo lainnya lagi, yang berada di belakangnya, lalu
menyerangnya dari belakang dengan tubrukan karena hendak menangkap nona itu
hidup-hidup sebagaimana perintah pemimpin mereka!
Dalam marahnya, diam-diam Yang Hoa terkejut oleh karena tak disangkanya sama
sekali bahwa ke lima perampok ini memiliki taktik tempur dan sistim mengepung
sedemikian teratur, dibandingkan dengan liauwlo-liauwlo yang pernah diganyangnya
tadi yang baginya merupakan makanan empuk. Adapun ke lima orang anak buah
perampok yang mengepungnya kini, membuat gerakan pedangnya tidak leluasa dan
Bu Tek Enghiong - Halaman 264
tidak menurut ilmu pedang secara semestinya disebabkan lain yang diserang, lain yang
menangkis dan lain pula yang melakukan serangan dari belakangnya.
Belum pernah Yang Hoa menghadapi dengan taktik serangan yang seaneh ini.
Setiap serangannya selalu dipatahkan oleh lawan yang berada disampingnya dan
dibarengi dengan sedikitnya dua serangan lain dari belakang, sungguh-sungguh
merupakan keroyokan yang amat berbahaya sekali!
Sudah dua kali Yang Hoa melompat tinggi dari atas tubuhnya berjungkir balik
dengan gerakan Sin-eng-coan-in (Garuda Sakti Menembus Awan). Dan pedangnya
diputarkan ke bawah mengarah kepala ke lima lawan yang tetap mengadakan posisi
kepungan itu. Akan tetapi tidak seorang lawanpun yang terkena sasaran pedangnya dan bahkan
ketika kakinya kembali berdiri di atas tanah, justeru ia kembali dan berada di dalam
kepungan ke lima lawannya pula seperti semula! Oleh karena ini, Yang Hoa menjadi
bingung sekali dan sama sekali ia belum mengerti dan mengetahui ilmu kepungan itu.
Ilmu kepungan dan taktik tempur dari ke lima orang perampok itu ialah yang
disebut Ngo-heng-tin dan ilmu sesungguhnya sangat asing bagi Yang Hoa dan baru
sekarang ia menghadapinya. Ternyata Houw-jiauw Lo Ban Kui disamping mempunyai
pembantu si Srigala Hitam Ciam Tang dan Tiat-pih-im Go Bang, yang kedua-duanya
sudah pulang ke akherat, juga mempunyai anak buah yang paham mainkan ilmu Ngoheng-tin (Ilmu Kepung Lima Daya) yang terdiri dari ke lima orang yang mengepung
Yang Hoa itu. Selain masing-masing memiliki kepandaian silat yang tidak boleh dipandang
rendah, mereka berlima kalau maju berbareng melakukan penyerangan dan kepungan
merupakan sebarisan yang amat tangguh. Karena mereka menggunakan sistim
kerjasama secara berantai yang disebut Ngo-heng-tin itu.
Apabila mereka berlima bersama-sama mengepung dan melakukan penyerangan,
maka mereka merupakan barisan Lima Daya yang mengepung lawan dari lima jurusan.
Dan dalam kedudukan mereka yang amat kuat ini, jarang sekali ada lawan yang dapat
meloloskan diri dari kepungan mereka.
Di samping bisa merobohkan lawan dengan senjata mereka, juga Ngo-heng-tin ini
dapat menangkap lawan hidup-hidup, yaitu dengan menubruk dan menangkap lawan
dari arah belakangnya. Karena Yang Hoa hendak mereka tangkap hidup-hidup, maka
mereka menggunakan sistim serang yang disebut belakangan.
Bu Tek Enghiong - Halaman 265
Dengan menggunakan sistem yang kedua ini, selama mereka mengabdi kepada
Houw-jiauw Lo Ban Kui sejak mereka masih di daerah utara, tidak kurang dari lima
orang pendekar wanita muda, yang semula hendak mengobrak-abrik komplotan
perampok ini dibikin kewalahan dan akhirnya ditangkap hidup-hidup oleh barisan Lima
Daya ini. Kemudian setelah tawanan itu tidak berdaya, lalu dijadikan barang permainan
mereka secara bergilir! Melihat betapa Yang Hoa tampak kebingungan dalam kepungan, ke lima orang
liauw-lo yang melakukan Ngo-heng-tin itu girang dan mereka merasa pasti bahwa nona
pendekar yang cantik inipun akan dapat mereka tawan hidup-hidup! Akan tetapi Yang
Hoa adalah seorang gadis yang amat pemberani dan keras hati dan ditambah lagi
sekarang ia dalam keadaan marah, maka tanpa mengingat keadaan diri sendiri, ia lalu
mengamuk dan menyerang membabi buta.
Siapa saja yang paling dekat dengan dirinya diserangnya dengan hebat. Ia berusaha
hendak menjatuhkan seorang lawan dulu yang berada di depannya untuk kemudian
menghadapi empat lawan. Namun kelima liauw-lo pengepungnya itu telah dapat menangkap maksudnya,
maka mereka melakukan penjagaan keras. Dan dari belakang gadis datanglah serangan
bertubi-tubi seperti tubrukan, pukulan atau totokan ke arah jalan darah tiap kali Yang
Hoa menggerakkan pedangnya ke depan.
Sehingga terpaksa dara ini tidak dapat mencurahkan seluruh perhatian dan
kepandaiannya karena ia harus pula menjaga diri terhadap serangan yang datangnya
dari belakang. Karena terpecah-pecahnya perhatian dan tenaga ini, betapapun lincah
dan tingginya gin-kang Yang Hoa dan ditambah lagi dalam keadaan kebingungan serta
pula sebelum menghadapi lima orang liauw-lo ini sudah bertempur dengan Go Bang
dan Ban Kui, maka kini ia menjadi cepat lelah dan seluruh pakaiannya sudah menjadi
basah kuyup oleh peluhnya!
Yang Hoa merasakan kepalanya pening ketika tiba-tiba terdengar salah seorang
pengepungnya berseru nyaring dan otomatis mereka merubah cara mengepung dan
menyerangnya. Kalau tadi mereka mengepung dan menyerang dari lima jurusan dalam
kedudukan masing-masing, maka sekarang mereka mengepung sambil berlari-lari
mengitari si nona. Yang membuat Yang Hoa pening adalah dikarenakan mereka berlari
mengelilinginya ia secara berlawanan, yakni tiga orang berlari memutari gadis dengan
Bu Tek Enghiong - Halaman 266
arah dari kiri ke kanan, sedangkan yang dua orang lagi berlari dari kanan memutar ke
kiri. Dan sementara itu, serangan mereka datangnya lebih gencar dan kepungan makin
rapat sehingga Yang Hoa jadi seperti terjepit dalam sebuah lingkaran yang makin lama
makin mengecil. Keadaan gadis itu benar-benar sudah berbahaya sekali. Gerakan pedangnya makin
kacau, dan dalam keadaan demikian lima orang pendekar wanita muda seperti yang
sudah diterangkan tadi dapat ditawan hidup-hidup karena lelah, bingung dan kepala
pening sehingga benar-benar tidak berdaya!
Walaupun kepalanya sudah pening dan tenaganya hampir habis, namun hatinya
yang keras membuat Yang Hoa tidak mau menyerah begitu saja. Sambil menggigit bibir
dan pedangnya diputarkan dengan mengandalkan tenaga yang masih ada padanya, ia
mengambil keputusan untuk mengadu jiwa.
Demi membela nama Pauw-an-tui dan demi tugasnya untuk kepentingan
masyarakat ia rela mati dalam pertempuran ini asal saja sedikitnya ia dapat membunuh
dulu seorang atau dua di antara lima pengepungnya. Akan tetapi ternyata usahanya
selalu siaAdakalanya seorang yang sudah sangat kebingungan dan putus asa, tiba-tiba
mendapat akal untuk lari dari penderitaan yang menyiksanya dan demikian pula
dengan Yang Hoa, yang agaknya beberapa detik lagi akan jatuh menjadi korban dalam
kepungan yang benar-benar hebat itu. Tiba-tiba ia teringat akan senjata rahasia yang
dibawa dalam saku bajunya!
Mengapa tidak sejak tadi aku menggunakan piauw, demikian dara itu menyesali
dirinya. Meskipun menggunakan senjata rahasia itu adalah cara yang curang, namun
kalau sangat terpaksa kiranya tidak pantas disebut satu perbuatan pengecut.
Apalagi perbuatan ke lima perampok itu. Lima orang lelaki mengeroyok seorang
wanita, lebih-lebih pengecut dan curanglah perbuatan mereka!
Setelah mendapat pikiran ini sambil tangan kanan mengamukkan pedangnya, diamdiam Yang Hoa merogoh saku bajunya. Dan ketika pedangnya ditangkis oleh dua golok
lawan yang berada di depannya dan bersamaan dengan itu ia merasakan datangnya
serangan dari lawan-lawan yang berada di belakangnya.
Tiba-tiba ia berseru nyaring dan pedangnya diputarkan di sekitar tubuhnya dengan
menggunakan gerak tipu Thian-sang-sauw-seng (Menyapu Bintang Di Atas Langit).
Bu Tek Enghiong - Halaman 267
Sambil memutarkan pedangnya, tubuhnya turut berputar pula dan tangan kirinya
Ke lima orang perampok yang dapat membentuk barisan kepung sedemikian
kuatnya itu, sama sekali tidak menyangka bahwa dara yang mereka kepung itu akan
melakukan penyerangan mempergunakan senjata rahasia. Sehingga karena ini dua
orang di antara mereka dengan terkejut dapat berkelit dari samberan pedang si nona
yang digerakkan secara nekad itu, sedangkan tiga orang lainnya lagi dalam waktu yang
hampir bersamaan telah mengeluarkan suara jeritan yang sama nyaringnya dan tubuh
mereka segera terjungkal roboh.
Karena tiga batang piauw yang disambitkan Yang Hoa barusan telah bersarang di
lambung, dada dan tenggorokan masing-masing!
Setelah melihat akalnya berhasil sebagaimana yang diharapkan, Yang Hoa merasa
seperti mendapat semangat baru dan rasa pening di kepalanya pun otomatis hilang
tadi berhenti. Sedangkan dua orang liauw-lo sisa dari barisan Ngo-heng-tin itu, setelah melihat
betapa ke tiga kawannya telah roboh mampus timbullah nyali tikusnya dan dalam
waktu bersamaan bagaikan mendapat komando. Serentak mereka membalikkan tubuh
dan lari. Akan tetapi sebelum mereka menghilang ke dalam semak-semak, mereka berpekik
nyaring dan tubuh mereka terguling dengan hidung mencium tanah dan di punggung
ini menarik nafas lega dan baru kini ia ingat kepada calon suaminya yang lalu
ooOoo Untuk melihat apa yang terjadi antara Bun Liong dan Ban Kui sementara Yang Hoa
dikepung tadi, marilah kita mundur sebentar.
Oleh karena pada waktu yang hampir bersamaan sejak Yang Hoa dikepung oleh
kelima liauw-lo yang membentuk barisan Ngo-heng-tin itu, Bun Liong sudah bertempur
sengit dengan kakek bungkuk kepala rampok yang berilmu silat tinggi itu.
Seperti sesudah diceritakan bahwa setelah Ban Kui mengeluarkan perintah kepada
ke lima anak buahnya untuk menangkap Yang Hoa hidup-hidup, ia sendiri lalu melompat
Bu Tek Enghiong - Halaman 268
dengan gerak tipu Macan Lapar Menerkam Kambing, menerkam Bun Liong. Kakek ini
marah seka Selama menjadi kepala rampok belum pernah ia dimaki orang sekurang ajar itu,
apa lagi oleh seorang pemuda semuda Bun Liong. Itulah sebabnya maka setelah ia
melihat Yang Hoa sudah berada dalam kepungan Ngo-heng-tin yang ia andalkan itu,
maka ia menubruk Bun Liong sambil menyerang seperti harimau marah!
Adapun Bun Liong pada saat itu sudah siap siaga. Ia tidak mau membuat kesalahan
dua kali, yaitu berlaku agak lengah sehingga kena diterkam dan ditangkap seperti oleh
Go Bang tadi, baiknya ia memiliki kepandaian lebih unggul dari si Beruang Lengan besi,
kalau tidak, sejak tadi ia sudah celaka!
Sekarang ia maklum bahwa lawan yang menubruknya sangat lihay sehingga ia
harus berlaku hati-hati. Maka cepat ia mengelak ke samping dengan satu loncatan,
menghindari terkaman kakek itu.
Akan tetapi tak disangkanya bahwa gin-kang Ban Kui begitu tinggi dan gerakkannya
luar biasa. Tubuhnya yang seperti melayang ketika melakukan tubrukan lurus ke arah
pemuda itu tiba-tiba dapat berganti haluan, membelok dan mengikuti ke arah tempat
pemuda itu berpindah, dan kedua tangannya yang berkuku panjang dan runcing itu
mencengkeram ke arah pundak dan leher.
Cepat sekali datangnya serangan ini sehingga Bun Liong tidak sempat untuk
mengelak lagi. Maka sambil mendoyongkan tubuhnya sedikit ke belakang, kedua
tangannya bergerak ke atas menyambut serangan lawan yang datangnya dari udara
itu! kepretan sehingga cengkeraman yang semula hendak menerkam pundaknya itu jadi
nyeleweng. Sedangkan tangan kanannya yang hanya mempergunakan jari telunjuk
menyambut cengkeraman kuku jari tangan Ban Kui yang mengarah lehernya.
Melihat ini Ban Kui girang. Kuku jari tangan kirinya yang semula diarahkan ke leher,
kini sengaja mencengkeram dengan maksud hendak mematahkan jari telunjuk pemuda
itu. Jari-jari tangan yang berkuku seperti harimau itu ternyata hanya mencengkeram
angin saja, karena tiba-tiba telunjuk Bun Liong telah membuat gerakan memutar. Ketika
jari tangan Ban Kui yang tadi mengembang bagaikan cakar setan itu kini menutup
merupakan sebuah tinju dan hanya angin saja yang dicengkeramnya, maka jari telunjuk
Bu Tek Enghiong - Halaman 269
Bun Liong setelah membuat gerakan memutar tadi langsung ditotokkan ke arah
pergelangan tangan kiri lawan.
Dan pada detik berikutnya terdengarlah Ban Kui menjerit, sedangkan tubuhnya
terpental sejauh empat tombak. Akan tetapi kakek itu benar-benar mempunyai gerakan
luar biasa, karena tubuhnya yang terpental itu, ketika jatuh, dalam keadaan berdiri!
Ternyata Bun Liong dalam waktu yang sama telah mendapat dua kesempatan yang
sangat menguntungkan baginya. Dengan telunjuknya yang disertai pengerahan
lweekang, pemuda itu berhasil menotok jalan darah di pergelangan lawan, yaitu jalan
darah yang menjadi saluran ke arah nadi dan semua jalan darah asli.
Dan bersamaan dengan itu, tubuh Ban Kui yang seperti melayang di udara tadi
ketika mulai turun dan kakinya hendak menginjak bumi, telah disambut oleh sebuah
tendangan geledek kaki kanan Bun Liong yang tepat mengenai lambungnya. Itulah
sebabnya maka tak ampun lagi, Ban Kui menjerit dan tubuhnya terpental!
Hal ini terjadi selain karena ketabahan, keberanian dan kecerdikan Bun Liong, juga
karena Ban Kui terlalu memandang rendah lawannya yang dikiranya tak beda dengan
si nona yang dapat dipermainkan dengan seenak hatinya, sehingga ia berlaku ceroboh!
Totokan jari telunjuk Bun Liong yang mengenai jalan darah di pergelangan lawan
itu, akan mengakibatkan seluruh lengan menjadi lumpuh seketika. Apalagi tendangan
geledeknya yang menyodok lambung lawan, kalau tidak putus nyawa karenanya, maka
sedikitnya pasti akan menderita luka di bagian dalam tubuh.
Akan tetapi Bun Liong benar-benar merasa heran dan kagum akan kekuatan tubuh
kakek bungkuk itu. Karena ternyata setelah tubuhnya terpental dihantam tendangan
yang sedikitnya berkekuatan seratus kati, masih bisa mengatur keseimbangan
tubuhnya sehingga ia jatuh dalam keadaan berdiri tegak. Dan anehnya, baik totokan
maupun tendangan tadi, seakan-akan tidak mendatangkan akibat sedikitpun bagi kakek
itu! Maklumlah Bun Liong bahwa Ban Kui memiliki sin-kang yang luar biasa kuatnya!
Dan yang lebih mengagumkan lagi, yaitu dengan cepat Ban Kui dapat maju dan


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerang lagi. Kini serangannya lebih hebat dan ganas. Karena sebelum orangnya datang
mendekat, hawa pukulannya sudah terasa karena ia sudah maklum bahwa pemuda
kesempatan dan terus menyerang
dan merangkak dengan hebat.
Bu Tek Enghiong - Halaman 270
Sepuluh kuku jari tangannya merenggang seperti cakar harimau dan digerakkan
cepat sekali pergi datang melakukan serangan bertubi-tubi dan bergantian, mencakar
dada, perut, leher dan muka Bun Liong. Tidak hanya kedua tangannya yang bergerakgerak seperti cakar harimau, bahkan kedua kakinya yang telanjang serta berkuku
panjang dan runcing itupun menendang-nendang seperti kaki harimau mencakar!
Setiap serangan yang dilakukan, dari kedua tangan dan kakinya menyambar hawa
pukulan yang amat kuat menandakan bahwa serangan-serangan dilakukan dengan
tenaga lweekang yang tinggi.
Baiknya Bun Liong memiliki gin-kang yang sudah sempurna, maka dengan
mengandalkan kelincahan tubuhnya pemuda ini mengelak dan berkelit ke sana ke mari
di bawah serangan lawan. Biarpun Bun Liong berkepandaian tinggi akan tetapi ia masih
kurang pengalaman dan belum pernah melihat ilmu silat macam ini.
Memang ia pernah mendengar dari gurunya bahwa di dunia ini terdapat ilmu
bertempur yang tak dapat dihitung banyak macamnya. Dan menghadapi seorang lawan
yang mempergunakan gaya serang yang belum dikenalnya, ia harus berlaku hati-hati
sekali! Ia belum tahu bagaimana perubahan serangan ini dan dimana letak kelihayan serta
kelemahannya, maka sampai beberapa jurus lamanya biarpun didesak terus. Ia main
mundur dan mengelak saja disamping ia memperhatikan gaya tempur lawan dengan
seksama. Tigapuluh jurus telah lewat dan dari tenggorokan Ban Kui mulai terdengar suara
gerengan-gerengan seperti suara harimau tulen. Inilah menandakan bahwa kakek ini
sudah marah sekali karena merasa dipermainkan oleh pemuda itu yang selalu
mengelak belaka. Padahal ia sangat mengharapkan serangan balasan atau tangkisan dari pemuda
seperti dalam permulaan pertempuran ini tadi. Ia mengakui bahwa tadi ia telah berlaku
terlalu ceroboh, tapi kini ia ingin mencoba lagi mempergunakan ilmu cengkeramannya
tanpa berbuat kesalahan seperti tadi.
Biasanya jarang sekali ia merobohkan lawan dalam pertempuran sampai
melampaui duapuluh jurus! Ia selalu dapat merobohkan lawan dalam kesempatan
apabila tangannya beradu dengan tangkisan lengan lawan, maka dengan gerakan dan
kecepatan yang tak dapat diduga oleh pihak lawan, ia dapat membalikkan lengan dan
Bu Tek Enghiong - Halaman 271
mempergunakan cengkeramannya menangkap lengan lawan dan celakalah lawan
yang dapat dicengkeram lengannya!
Inilah keistimewaan ilmu silatnya, yaitu ilmu silat yang dinamakan Houw-jiauw-kunhwat dan karena Ban Kui sangat mahir dalam ilmu silat ini, maka ia mendapat nama
julukan si Cakar Harimau!
-an-tui dan mendapat nama
julukan Tong-koan Ho-han, cobalah lawan seranganku dan jangan main kelit saja seperti
serangan-serangannya. Dengan bentakan ini ia sengaja membuat pancingan untuk memanaskan hati lawan
yang ia harapkan balas menyerang. Kakek ini memang sangat bernafsu ingin
membunuh pemuda itu yang dianggapnya sebagai Kepala barisan penghalang bagi
pekerjaannya, dan pula ia ingin membalas dendam terhadap Pemuda itu atas kematian
Ciam Tang berikut sejumlah anak buahnya dan ditambah lagi kematian Go Bang tadi!
Serangan-serangannya makin diperhebat dan saking cepatnya ke dua tangan dan
sepasang kakinya itu seakan-akan berubah menjadi banyak! Bahkan kedua telapak
tangan kakek bungkuk ini sekarang sudah berubah menghitam dan pukulan-pukulan
yang ia lancarkan kini mengandung hawa panas dan berbau amis memuakkan yang
keluar dari sepasang telapak tangan itu.
Bun Liong bukan main kagetnya. Ia pernah mendengar dari gurunya tentang orangorang ahli silat yang memiliki ilmu silat jahat yang disebut Hek-tok-ciang (Tangan Racun
Hitam), Ang-see-ciang (Tangan Pasir Merah) atau Hek-see-ciang (Tangan Pasir Hitam)
yang berbahaya sekali. Dari kedua telapak tangan yang kini berubah hitam serta angin pukulannya
mengandung hawa panas dan berbau amis itu maklumlah Bun Liong bahwa lawannya
melakukan pukulan istimewa yang berbisa, yang disebut Hek-tok-ciang!
Sungguhpun kaget bukan main, akan tetapi pemuda ini sedikitpun tidak gentar
karena setelah memperhatikan gaya tempur dari lawan yang semula sangat
membingungkannya, kini ia telah dapat menangkap intinya bahwa ilmu silat lawannya
itu tidak jauh bedanya dengan ilmu silat yang ia miliki sendiri, yaitu ilmu silat Sin-wanpek-houw-kun-hoat warisan dari gurunya Sin-kun Butek Ong Kim Su atau Bu-beng Lojin.
Bu Tek Enghiong - Halaman 272
Sejak tadi Bun Liong mainkan ilmu kelitnya yang disebut Sin-wan-tiauw-bu (Lutung
sakti menari) yang berhasil membuat lawannya merasa seperti dipermainkan. Dan
setelah ia mendengar dampratan dari lawannya yang sudah panas perut dan disertai
pukulan Hek-tok-ciang, maka pemuda ini segera merubah gerakannya.
Kalau tadi ia selalu main kelit saja, maka sekarang ia segera mainkan ilmu Harimau
Putih Mengunjukkan Lagak, mencoba melakukan perlawanan dan melancarkan
serangan balasan. Ternyata Pek-houw-kun-hoat (Ilmu silat harimau putih) ini,
merupakan ilmu yang sesuai dan tepat untuk menghadapi ilmu cakar harimau dari
kakek bungkuk yang lihay luar biasa itu.
Sekarang pihak Ban Kui lah yang kaget, karena setiap serangan yang
dilancarkannya selalu dibayangi oleh gerakan-gerakan pemuda yang dapat melakukan
serangan-serangan dalam gerakan yang hampir sama, sehingga dapat dikata lawannya
itu seolah-olah merupakan bayangannya sendiri. Bahkan ketika lengan si Cakar Harimau
ini beradu dengan lengan Bun Liong yang melakukan tangkisan kakek ini kagetnya
makin menjadi karena dari benturan lengan lawan yang berkulit bertulang masih
sangat muda itu, ia merasai rasa panas yang menjalar terus ke kulit lengannya sendiri
sehingga kulit lengannya serasa terbakar!
Dalam beberapa jurus saja Bun Liong melakukan perlawanan, Ban Kui jadi mengeluh
dalam hatinya. Dan diam-diam ia mengakui kepandaian ketua Pauw-an-tui yang masih
sangat muda itu! Akan tetapi Si Cakar Harimau yang sudah banyak pengalaman merasa malu sekali
kalau tidak dapat merobohkan pemuda lawannya itu. Kakek ini bertekad mengadu jiwa
dan dalam kepenasaran dan kenekadannya ia terus bertempur mati-matian.
Bun Liong pun maklum bahwa kepala perampok lihay ini mesti dihadapinya dengan
pertarungan nyawa, pertempuran ini baru bisa berakhir kalau salah seorang diantara
mereka telah binasa. Maka ia bertempur dengan hati-hati dalam kesengitannya, setiap
gerakan kaki tangannya merupakan perlawanan yang baik dan berupa serangan maut
bagi lawan. Pertempuran tangan kosong antara Bun Liong dan Ban Kui ini tidak kalah sengit
dan serunya kalau dibandingkan dengan pertempuran Yang Hoa yang ketika itu sedang
dikurung dan dikeroyok oleh barisan kepung Ngo-heng-tin. Pakaian biru Bun Liong di
beberapa bagian sudah koyak akibat cengkeraman kuku si Cakar Harimau.
Bu Tek Enghiong - Halaman 273
Baiknya gin-kang dan kegesitan pemuda itu sudah sangat sempurna sehingga
cengkeraman kuku lawan yang berbisa tidak sempat menyentuh kulit tubuhnya. Hanya
berhasil menerkam pakaiannya saja sampai robek-robek.
Kalau sekali saja kuku-kuku yang beracun itu menerkam kulitnya, dapat
dibayangkan betapa bahayanya! Untuk menghindarkan diri dari serangan si Cakar
Harimau, Bun Liong tetap memainkan langkah-langkah dan gerakan Sin-wan-tiauw-bu
dan karena ia menguasai ilmu ini dengan sempurna tubuhnya demikian gesit dan
lincah sehingga sukar diserang lawan.
Akan tetapi setiap kali ada kesempatan, maka ilmu silat Harimau Putihnya segera
tenaga lweekangnya, meskipun mengenai sasarannya dengan tepat, Ban Kui hanya
sedikit terhuyung-huyung dan batuk beberapa kali. Berarti belum cukup kuat untuk
merobohkannya atau mungkin juga disebabkan kakek itu memiliki tubuh yang luar
biasa kuatnya. Betapapun lihaynya Houw-jiaw Lo Ban Kui, namun karena ia sudah tua dan juga
karena kesehatan tubuhnya kurang dipelihara, maka bertempur menghadapi lawan
muda yang demikian licin, ulet dan lihaynya akhirnya merasa letih juga. Ketika
pertempuran menjelang jurus yang keenampuluh, kakek ini bukan main mendongkol
dan gemasnya. Karena selama ia bertualang di kalangan rimba hijau, belum pernah ia menghadapi
lawan yang sedemikian tangguhnya sehingga sampai jurus yang keenampuluh masih
belum dapat dirobohkannya. Apalagi lawan yang masih demikian muda dan yang
dianggapnya seperti anak kerbau baru tumbuh tanduk!
Akan tetapi dalam jurus keenampuluh lima, Ban Kui melihat kesempatan baik ketika
anak muda itu berkelit dari serangannya. Dengan sedikit menjengkangkan tubuh dan
dadanya dalam keadaan terbuka, maka ia segera mengirim serangan susulan dengan
gerakan yang luar biasa cepatnya.
Kakinya membuat lompatan mengarah Bun Liong yang tubuhnya sedang
mendoyong ke belakang itu. Tangan kirinya dipentang hendak mencengkeram lehernya
sedangkan tangan kanannya mengirim pukulan Hek-tok-ciang ke arah dada dan
dibarengi pula kaki kanannya melakukan tendangan kilat kebagian selangkangan
pemuda itu. Bu Tek Enghiong - Halaman 274
Ternyata, dalam kemarahannya itu Ban Kui telah melancarkan tiga serangan
sekaligus, serangan yang terakhir dan mematikan! Cengkeraman itu kalau mengenai
leher, tentu akan menghancurkan daging dan tulangnya.
Kalau pukulan Hek-tok-ciang itu mengenai dada, dapat dipastikan bahwa nyawa si
pemilik dada itu akan melayang seketika itu juga. Dan kalau tendangan yang dilakukan
dengan lweekang sepenuhnya itu mengenai sasarannya, maka pemuda itu pasti
terlempar ke udara dengan anggauta badan di bagian selangkangan pecah!
Akan tetapi Bun Liong benar-benar tidak mengecewakan sebagaimana anak muda
gemblengan Bu Beng Lojin. Tiga macam serangan maut yang dilancarkan sekali gus
itu tidak membuat pemuda ini gugup.
Terlebih dulu Bun Liong menghindarkan tendangan kaki lawan yang datangnya
lebih cepat dari pada dua macam serangan lainnya. Ia melompat ke atas dengan gerak
kaki Sin-wan-tiauw-ki (Lutung Sakti Loncati Cabang), kemudian tangan kirinya dengan
telapak tangan miringkan menyabet dan menindih lengan kiri lawan yang semula
hendak mencengkeram lehernya tadi.
Dan selaku imbalan pukulan Hek-tok-ciang dari lawan, maka tangan kanannya
dengan jari-jari terbuka membuat gerakan seperti mendorong ke depan, yaitu mengirim
pukulan Lui-lek-ciang warisan gurunya yang paling diandalkan! Lengan kiri dari ke dua
pihak beradu, pukulan tangan kanan masing-masing yang sama-sama mendatangkan
tenaga raksasa dan mengandung hawa maut saling bertumbukan.
Akibatnya, tubuh Bun Liong yang sedang melompat itu terpental sejauh dua tombak
dan jatuh dalam keadaan terhuyung-huyung. Tetapi pemuda ini cepat mengatur
pernapasan serta mengerahkan sin-kang di dalam badannya.
Sebentar kemudian ia merasa lega karena benturan pukulan dengan lawannya tadi
tidak mendatangkan bahaya apa-apa baginya. Sedangkan sementara itu, tubuh Ban Kui
juga telah terjengkang roboh ke belakang dan bergulingan di atas tanah sampai empat
tombak jauhnya. Ternyata pukulan Hek-tok-ciang nya kalah kuat oleh hawa pukulan Bun Liong
dan dahsyatnya, sehingga tubuhnya bergulingan sedemikian rupa! Akan tetapi Lo Ban
Kui benar-benar memiliki kekuatan yang luar biasa.
Bu Tek Enghiong - Halaman 275
Hawa pukulan Lui-lek-ciang yang dapat menghancurkan batu karang itu tidak
demikianlah bagi kakek bungkuk yang lihay itu, karena setelah bergulingan seperti
sebatang balok menggelinding tadi ia dapat segera bangun dan berdiri pula.
Sungguhpun kedua tangannya menekan dada dan melihat ke arah Bun Liong dengan
wajah meringis-ringis. Melihat ini, Bun Liong dapat menduga bahwa kakek itu telah menderita luka di
dalam dadanya akibat pukulan ampuhnya tadi. Pemuda ini menarik napas lega dan
sambil menyusut peluh yang membasahi wajahnya dengan lengan bajunya, dan
Sebelum Bun Liong melanjutkan perkataannya, tiba-tiba Ban Kui bersuit nyaring.
Suara suitan inilah yang terdengar oleh Yang Hoa tadi ketika ia menengok ke arah
calon suaminya setelah menghadapi kepungan Ngo-heng-tin. Seperti sudah diceritakan
tadi ke lima orang liauw-lo pengeroyoknya yang mengepung dengan barisan Lima Daya
itu akhirnya diganyang habis oleh sambitan lima batang senjata rahasianya.
Suara suitan dari Ban Kui itu adalah aba-aba bagi para anak buahnya yang sejak
tadi tetap bersembunyi di balik semak-semak belukar. Dan seirama dengan itu
berlompatanlah dari tempat-tempat rungkut berpuluh-puluh liauw-lo dan langsung
menyerbu Bun Liong dan Yang Hoa yang ketika itu berada di tempat yang agak jauh
dari calon suaminya. Serbuan para liauw-lo yang entah berapa puluh orang banyaknya itu terbagi
menjadi dua dan terjadilah kepungan dan pengeroyokan di dua tempat yang ramai
sekali. Para liauw-lo yang mengepung dan mengeroyok sambil berteriak-teriak riuh
rendah tak seperti datangnya air bah yang memecahkan bendungan, hingga suasana
di situ menjadi hiruk pikuk dan amat berisik!
Sambil menggigit bibir nona Yang Hoa lalu memutarkan pedangnya menghadapi
sebagian para perampok yang menyerbu dirinya. Dan nona ini mendapat kenyataan
bahwa kepungan yang dihadapinya sekarang tidak teratur seperti Ngo-heng-tin tadi.
Mereka menyerang menurut kemauan masing-masing saja dan karena ini, maka
sejumlah orang-orang kasar itu merupakan makanan empuk bagi si nona.
Dalam lima jurus saja Yang Hoa menggerakkan pedangnya, robohnya lima orang
perampok dengan menderita luka-luka hebat! Hebatnya, para pengeroyok lainnya tidak
Bu Tek Enghiong - Halaman 276
menjadi gentar melihat kelihayan dara itu. Seakan-akan mereka tidak takut mati atau
memang tolol. Melihat kawan-kawan mereka sudah dirobohkan demikian cepat dan mudah oleh
pedang si nona, mereka tidak menjadi jerih, bahkan sebaliknya bagaikan singa mencium
darah, mereka makin nekad dan merangkak terus. Benar-benar keadaan mereka tidak
beda seperti serombongan nyamuk yang tidak takut api, menyerbu terus sampai
akhirnya mereka roboh binasa.
Yang Hoa mengamuk bagaikan singa betina. Pedangnya berkelebatan ke sana ke
mari bagaikan samberan halilintar dan membabat tubuh-tubuh para liauw-lo itu
bagaikan membabat rumput-rumput muda saja!
Adapun Bun Liong sementara sudah menghadapi keroyokan pula, bahkan para
pengeroyoknya jauh lebih banyak kalau dibandingkan dengan para liauw-lo yang
mengeroyok calon isterinya. Maklum bahwa akan merepotkan sekali kalau meladeni
sekian banyak pengeroyok bersenjata itu hanya dengan tangan kosong saja, maka Bun
Liong mengeluarkan senjata istimewanya, yaitu seutas cambuk yang merupakan tali
pengikat pinggangnya itu.
Sekali renggut saja, tali pengikat pinggang itu sudah berada di tangannya dan
terdengar bunyi seperti suara petir kecil memecah angkasa. Maka terdengarlah jerit
pekik para liauw-lo yang berdekatan dengannya karena dihantam lecutan cambuk itu
yang merobek dan memecahkan baju dan kulit tubuh mereka!
Cara Bun Liong menghadapi para pengeroyoknya sangat berbeda dengan Yang
Hoa. Kalau nona itu seperti seekor singa menghadapi keroyokan sekawanan kambing,
pedangnya menyambar-nyambar dan setiap saat terdengar jerit kesakitan, atau golok
lawan terputus menjadi dua potong.
Adapun pemuda ini hanya melukai, menotok jalan darah atau merampas senjata
para pengeroyoknya dengan mempergunakan ujung cambuknya saja oleh karena
merasa tidak tega untuk membunuh sekian banyak para liauw-lo yang pada hakekatnya
hanya diperalat oleh ketua mereka belaka.
Sambil menghadapi sekian banyak pengeroyoknya, Bun Liong mencari-cari Houwjiauw Lo Ban Kui dengan sudut matanya. Akhirnya ia melihat kakek bungkuk itu sedang
berdiri di atas sebuah batu besar di tempat yang agak jauh, mulutnya berteriak-teriak
memberi aba-aba pada para anak buahnya.
Bu Tek Enghiong - Halaman 277
Bun Liong maju mendesak dan hendak membobolkan bendungan pengepungnya.
Cambuknya melecut-lecut dan tangan kirinya pun bergerak membuat dorongan atau
pukulan terhadap liauw-lo yang menghadangnya.
Akan tetapi usahanya hendak mendekati kepala rampok itu ternyata tidak begitu
mudah karena para pengeroyoknya amat banyak. Roboh tiga orang maju penggantinya
sehingga pemuda ini terus menerus dikeroyok, tetapi setiap liauw-lo yang berani
mendekatinya itu roboh juga akhirnya.
Kemudian Bun Liong berhasil juga membobolkan bendungan pengepungannya
sehingga ia dapat mendekati Ban Kui. Akan tetapi, kakek ini segera memberi aba-aba
sehingga pemuda ini tidak dapat segera mengirim serangan oleh karena kembali
dihadang dan dikeroyok oleh para liauw-lo yang begitu setia kepada junjungannya.
Ketika mata Bun Liong melihat pula ke arah batu besar di mana tadi Ban Kui berdiri,
ternyata kakek itu tidak kelihatan lagi, sudah pindah ke lain tempat yang tidak diketahui
oleh Bun Liong. Dengan hati gemas Bun Liong mencari-cari lagi dengan sudut matanya
di mana kakek itu berada, sehingga ia sempat melihat betapa ketika itu calon isterinya
sedang mengamuk, dan pekik kesakitan terdengar saling susul dan tubuh para liauwlo bergelimpangan tumpang tindih!
Tiba-tiba terdengar suara Ban Kui memberi aba-aba!
Bukan main terkejutnya Bun Liong mendengar aba-aba ini, karena hal inilah yang
mengkhawatirkannya. Selama ia dikeroyok oleh para liauw-lo yang bersenjata, ia masih
merasa aman karena tentu saja ia tidak takut menghadapi serangan-serangan dari
dekat dan dapat merobohkan lawannya.
Akan tetapi kalau ia diserang oleh badai balok dan hujan anak panah, ia tak dapat
berbuat lain kecuali melindungi dirinya, tanpa dapat membalas sama sekali!
Para liauw-lo itu ternyata sudah terlatih dan setelah mendengar aba-aba Ban Kui,
serentak mereka mundur dan berlompatan sambil membawa kawan-kawan mereka


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sudah tidak berdaya ke tempat yang agak tinggi, meninggalkan Bun Liong dan
Yang Hoa yang ketika itu berada di sebuah lereng bukit.
Kemudian tiba-tiba dari kanan kiri datang balok-balok besar menggelundung ke
arah sepasang anak muda itu dibarengi serangan anak panah yang datangnya dari
empat penjuru! Bun Liong berlaku cerdik menghadapi bahaya ini, ia cepat melompat ke
Bu Tek Enghiong - Halaman 278
tempat yang agak tinggi sambil tangannya menjambret sebatang pohon kecil yang
banyak ranting-ranting dan daun-daunnya dan bersembunyi di balik sebuah batu
sebesar gubuk. Balok-balok tidak sampai menggelundung ke tempat ini dan karena belakangnya
terlindung batu besar itu, maka ia hanya menghadapi serangan anak panah dari satu
jurusan saja. Anak panah-anak panah itu dapat ia tangkis dan rontok semua oleh batang
pohon di tangannya yang diputarkan sedemikian rupa sehingga merupakan benteng
yang melindungi dirinya. Akan tetapi lain halnya dengan nona Yang Hoa yang terlalu mengandalkan
kepandaian dan keberaniannya ketika menghadapi serangan badai balok dan hujan
anak panah itu. Nona ini berseru keras dan tubuhnya mencelat ke udara dengan
gerakan Ceng-liong-cut-thong (Naga Hijau Keluar Gua) sambil pedangnya diputarkan
untuk melindungi tubuhnya dari hujan anak panah dengan menggunakan gerak tipu
Hek-hong-koan-goat (Bianglala Hitam Menutup Bulan), sehingga balok-balok itu
menggelundung di bawahnya dengan mengeluarkan suara gemuruh dan hiruk pikuk
karena berbenturan dengan balok-balok yang mengelundung dari lain jurusan.
Tempat itu menjadi penuh dengan balok-balok yang ternyata batang-batang pohon
besar yang telah disediakan oleh para perampok itu untuk dipergunakan dalam
keperluan seperti peristiwa ini. Beberapa kali tubuh Yang Hoa naik turun, yaitu setelah
melompat dan tubuhnya meluncur ke bawah kembali, kakinya menyentuh balok yang
membuat tubuhnya mumbul ke udara lagi selama balok-balok itu masih tetap
membadai. Sedangkan pedangnya terus diputarkan sehingga merupakan segulungan sinar
putih melindungi tubuhnya, membuat serangan anak panah yang bagai hujan derasnya
itu tersapu semua. Akhirnya badai balok itu berhenti, agaknya persediaan balok-balok
itu sudah habis dan Yang Hoa berdiri tegak di atas tumpukan balok-balok yang
menggunung itu sambil bertolak pinggang.
-perampok hina dina! Kenapa berlaku curang, kalau kalian mengaku lakilaki keluarlah dan keroyoklah aku lagi, karena pedangku in
teriaknya marah, menantang para perampok yang kini telah bersembunyi lagi seperti
tadi. Sebagai jawaban dari tantangan si nona, tiba-tiba meluncurlah lima batang anak
panah menyerang si nona lagi dan karena serangan kali ini datangnya hanya dari satu
Bu Tek Enghiong - Halaman 279
jurusan, maka sambil ketawa mengejek Yang Hoa menggerakkan pedangnya dan tiga
batang anak panah dapat dibabatnya sekali gus, sebatang dapat ia kelitkan dan yang
sebatang ia tangkap dengan tangan kirinya.
Akan tetapi pada waktu itu juga anak panah dalam jumlah yang sama menyerang
dari belakangnya, dan detik berikutnya datang lagi anak-anak panah dari kanan kirinya.
Kembali Yang Hoa membuat lompatan dan tubuhnya mumbul di udara sehingga
semua anak panah itu menancap pada balok-balok di bawahnya. Akan tetapi ternyata
para liauw-lo dari tempat persembunyian mereka tidak melakukan serangan sebegitu
saja, melainkan secara beramai, maka ketika tubuh Yang Hoa tengah mumbul di udara,
kembali anak panah menghujani tubuh nona itu.
Terpaksa Yang Hoa memutarkan pedangnya lagi seperti tadi sambil tubuhnya
melakukan pok-say (salto) di udara. Akan tetapi kali ini merupakan saat, yang sial
baginya, oleh karena biarpun pedangnya berhasil meruntuhkan sekian banyak anakanak panah itu, namun sebatang di antaranya telah menerobos gulungan sinar
pedangnya dan menancap di pundak kirinya bagian belakang!
Akibat tancapan sebatang anak panah itu Yang Hoa rasakan pundaknya sakit dan
panas bukan main dan ia cepat meluncurkan tubuhnya ke bawah. Akan tetapi nona ini
tidak kuasa menjejakkan kedua kakinya terlalu lama, karena setelah mengeluarkan
keluhan: Terdengarlah sorak-sorak kemenangan dari para liauw-lo, dan suara ketawa
terkekehnya Ban Kui dari tempat persembunyiannya, lalu terdengar aba-abanya:
-anDan berlompatanlah keluar beberapa orang liauw-lo, hendak berebutan
memondong tubuh si nona. Akan tetapi tiba-tiba tampaklah bayangan biru berkelebat
dan tahu-tahu beberapa liauw-lo itu roboh terjungkal sambil menjerit dan mengaduhaduh serta pada detik lainnya tubuh si nona telah disamber dan dibawa oleh bayangan
biru tadi ke balik sebuah batu besar!
Seperti pembaca tentu sudah menduga, bahwa bayangan biru yang menolong Yang
Hoa itu bukan lain adalah Bun Liong yang ketika itu melihat calon isterinya mendapat
celaka dan akan ditawan oleh para perampok. Maka tanpa memikirkan bahaya yang
akan menimpa dirinya, pemuda ini dengan gerakan yang luar biasa cepatnya segera
Bu Tek Enghiong - Halaman 280
melompat dari balik batu pelindungnya dan dengan sebatang pohon kecil yang banyak
ranting dan daunnya itu ia menyapu beberapa orang perampok tadi sekali gus.
Tubuh calon isterinya lantas dipondong dan ia berlari pula ke tempat semula, yaitu
di balik batu besar yang baginya merupakan tempat perlindungan yang aman.
Bun Liong kaget sekali ketika dilihatnya wajah gadis itu menjadi kebiruan, matanya
mendelik dan mulutnya berbusa serta seluruh tubuhnya amat panas! Sekali pandang
saja maklumlah ia bahwa calon isterinya itu telah menjadi korban racun yang
berbahaya. Tanpa memperdulikan suara sorak sorai dari para perampok yang ketika itu tengah
berlari-lari mendatangi dan hendak menyerbunya atas perintah Ban Kui, Bun Liong
segera membaringkan tubuh Yang Hoa yang harus ditolong secepat mungkin sebelum
pengaruh racun itu mendatangkan maut.
Disamping mewarisi ilmu silat tinggi dari Bu Beng Lojin, Bun Liong juga pernah
mempelajari ilmu pengobatan sekalipun sangat terbatas, maka ia cepat merobek baju
di bagian pundak calon isterinya yang tertancap anak panah, yang ternyata beracun.
Bun Liong bergidik setelah mengingat bahwa anak-anak panah yang dilepaskan oleh
para perampok itu tentunya beracun semua, racun ini demikian keras sehingga
menyebabkan Yang Hoa sebentar saja menjadi pingsan dan keadaannya berbahaya
sekali! Ia cepat menotok jalan-jalan darah tertentu di beberapa bagian tubuh nona itu
untuk menutup aliran darah dan mencegah rangsangan racun. Akan tetapi sebelum
sempat ia mencabut anak panah ini dari pundak si nona yang mesti dilakukan amat
hati-hati dan tidak boleh tergesa-gesa karena salah sedikit saja, mata anak panah itu
bisa menjadi patah dan tertinggal di dalam daging yang mana akan tambah
membahayakan, seakan-akan ia baru tersadar bahwa bahaya maut mengancam
dirinya ketika para perampok yang dipimpin oleh Ban Kui sudah datang dan langsung
menyerbunya! Tadinya memang Bun Liong berpikir bahwa lebih penting menolong calon isterinya
tanpa memperdulikan bahaya lain. Andaikata ia tidak keburu menolong sehingga calon
isterinya itu mendahului mati, iapun rela mati bersama-sama calon isterinya di tempat
perjuangan ini. Demikian besar rasa kasih Bun Liong kepada Yang Hoa, sehingga ia rela berkorban
untuk mati bersama. Oleh karena baginya apa arti hidup ini kalau tanpa Yang Hoa"
Bu Tek Enghiong - Halaman 281
Akan tetapi setelah ia menotok jalan-jalan darah di tubuh Yang Hoa yang berarti
kalaupun maut hendak merengut nyawa nona itu, maka takkan terjadi begitu cepat
seperti sebelum jalan-jalan darahnya ditutup, masih ada kesempatan untuk kemudian
melanjutkan pertolongannya. Itulah sebabnya maka ketika para perampok itu dengan
ganas karena marah dan hendak melakukan pembalasan sakit hati atas kematian
kawan-kawan mereka tadi sudah datang menyerbu, barulah ia insyaf bahwa pikirannya
seperti tadi itu sama sekali keliru.
Keinsyafannya menghidupkan kembali watak jantan dan kegagahannya. Kini
anggapannya berobah bahwa kalau mesti mati di tempat ini ia tidak mau menerima
kematian ini begitu saja.
Ia akan pertahankan nyawanya dan nyawa calon isterinya sampai titik darah yang
terakhir! Oleh karena itu maka sebelum senjata-senjata dari para perampok itu sempat
menyerang dirinya, dengan cekatan sekali ia pangku tubuh Yang Hoa dan dipondong
di atas pundak kirinya. Pohon kecil tadi lalu digerakkan oleh tangan kanannya,
menyampok, menyapu dan menyabet para perampok yang ketika itu sudah menyerang
dan mengurung dirinya dengan rapat sambil berteriak-teriak!
Demikianlah, dengan mempergunakan pohon kecil itu sebagai senjata, Bun Liong
mengamuk hebat. Biarpun daun-daunnya sudah rontok semua dan ranting-rantingnya
sebagian sudah terbabat senjata lawan namun senjata istimewa itu masih cukup
ampuh untuk menghajar lawannya sampai menjerit!
Betapapun hebatnya Bun Liong mengamuk, namun karena ia bertempur sambil
memondong tubuh Yang Hoa, pergerakannya jadi sangat tidak leluasa. Dan pula beban
itu sangat memberatkan sehingga cepat mendatangkan rasa lelah.
Sedangkan serangan senjata para perampok itu datangnya bertubi-tubi, sedikit
lengah atau kurang gesit akan celakalah Bun Liong. Para perampok itu berlomba-lomba
hendak merobohkan pemuda itu seolah-olah mereka hendak mencari pahala.
Kepungan mereka makin rapat dan serangan-serangan senjata yang mereka
lancarkan makin dahsyat. Dan ditambah lagi Ban Kui sendiri ikut mengeroyok dan
saban-saban mengirim hawa pukulan Hek-tok-ciang dari jarak dekat, hingga Bun Liong
menjadi sangat repot dan keadaannya benar-benar sangat berbahaya!
Namun keadaan Bun Liong benar-benar tidak mengecewakan sebagai murid
tunggal dari Bu Beng Lojin yang sakti itu. Biarpun ia sudah merasa ripuh sekali dan
Bu Tek Enghiong - Halaman 282
tidak melihat jalan keluar dari kepungan yang semakin lama tambah menjepit ini,
sambil menggigit bibir ia terus mempertahankan diri.
Sampai saat terakhir ia tidak sudi mengalah atau menyerah. Ia sudah bertekad
lebih baik mati sahid bersama calon isterinya dalam menjalankan tugas perjuangannya
ini! Kalau saja Bun Liong tidak memundak Yang Hoa, pasti ia takkan serepot ini jadinya,
menghadapi pertempuran dan keroyokan semacam ini ia pasti akan dapat
mengatasinya dengan mudah. Akan tetapi sekarang benar-benar Bun Liong sudah
kewalahan. Ia tak dapat mengerahkan kepandaiannya secara sempurna. Biarpun gin-kangnya
tinggi tapi karena memundak tubuh Yang Hoa, gerakannya menjadi lambat! Dan kalau
beberapa saat lagi keadaannya terus seperti ini, pemuda itu pasti akan kehabisan
tenaga dan bersama calon isterinya ia akan mati dicincang para lawan yang sudah
tidak mengenal ampun itu!
Akan tetapi Thian Yang Maha Kuasa agaknya belum menghendaki pemuda gagahperkasa ini menemui kematiannya. Oleh karena pada saat segenting itu, ketika nyawa
Bun Liong seakan menggantung pada seutas rambut, mendadak terdengarlah suara
sorak-sorai gegap-gempita dan suara derap-derap kaki yang berlari gemuruh
menyerbu ke situ dari segenap penjuru!
Hal ini bagi Bun Liong merupakan sambungan umur sehingga ia merasa seperti
mendapat tenaga baru. Sementara itu para perampok menjadi kacau karena mereka
yang tadinya enak-enak mengeroyok pemuda itu kini mendapat gempuran hebat dari
belakang! Dengan kaget dan marah, Ban Kui segera mengeluarkan aba-aba supaya para anak
buahnya melawan serbuan itu! Ternyata rombongan Pauw-an-tui yang dipimpin oleh
Can kauw-su sebagaimana direncanakan semula akan datang belakangan dan
mengurung hutan sarang gerombolan dari segenap penjuru, telah datang pada saat
yang sangat tepat! Maka terjadilah perang yang hebat antara para anggauta Pauw-an-tui dan
gerombolan itu. Suara beradunya senjata terdengar trang-treng-trong membisingkan.
Jerit pekik saling bersahutan dan disusul dengan bergulingannya tubuh-tubuh yang
terluka atau binasa, baik di pihak gerombolan maupun di pihak anggauta-anggauta
Pauw-an-tui! Bu Tek Enghiong - Halaman 283
Bun Liong jadi terlepas dan bahaya maut karena para pengeroyoknya kini telah
kacau balau dan pecah berantakan. Dengan mengerahkan tenaga yang masih ada
padanya, pemuda ini terus menghajar perampok-perampok yang dekat dengan senjata
istimewanya, yaitu sebatang pohon kecil tadi.
TibaBun Liong menoleh dan ternyata orang yang berkata adalah Can kauw-su, golok di
tangannya telah merah dilum
dengan perasaan terima kasih yang tidak terhingga, orang tua jangkung kurus bekas
tentara yang berjuluk Toat-beng-sin-to (Golok Sakti Penyabut Nyawa itu lantas
melompat menceburkan diri ke dalam medan pertempuran!
Sambil menarik napas legaan, Bun Liong membawa tubuh Yang Hoa yang sejak
tadi terkulai di atas panggulannya itu ke tempat yang teduh yang agak jauh dan tempat
pertempuran itu. Di sini Bun Liong merasa tenang karena selain kini kawan-kawannya
sudah datang yang jumlahnya jauh lebih besar dari para perampok, juga di sekitar
tempat ini di mana kini Bun Liong hendak menolong calon isterinya, telah dijaga oleh
tidak kurang duapuluh orang anggauta Pauw-an-itui bersenjata lengkap untuk
melindungi ia dari segala kemungkinan!
Bun Liong menengkurapkan tubuh nona itu di atas rumput dan kemudian
memeriksa bagian pundak si nona di mana sebatang anak panah beracun itu masih
menancap. Ternyata kulit pundak yang tadinya putih halus itu kini telah matang biru.
Tapi Bun Liong tidak terlalu cemas karena nadi si nona masih berdenyut,
sungguhpun denyutannya tidak normal. Ia merasa beruntung karena tadi masih sempat
menutup jalan-jalan darah tertentu sehingga racun itu tidak sampai menjalar ke seluruh
tubuh si nona, kalau tidak, besar kemungkinan kini si nona sudah tidak bernyawa!
Sebelum mencabut anak panah itu, terlebih dulu Bun Liong membelek sedikit kulit
dekat luka di mana anak panah menancap, dengan menggunakan ujung golok yang
dipinjamnya dari salah seorang kawan yang menjaganya. Kemudian dengan hati-hati
ia mencabut anak panah itu karena sudah ada jalan dari belekan tadi, maka anak panah
tersebut berhasil dicabutnya dengan mudah.
Lalu diurut-urut dan dipijit-pijitlah sekitar bagian yang luka itu dan darah yang
kehijauan mengalir keluar. Ia terus mengurut-urut dan memijit-mijit sampai darah yang
mengandung racun keluar semua dan akhirnya keluar darah yang berwarna merah.
Bu Tek Enghiong - Halaman 284
Ia segera mengeluarkan sebungkus obat bubuk dari saku bajunya, lalu ditaburkan
di lobang luka itu. Setelah itu, ia menempelkan telapak tangan di punggung si nona dan
mengerahkan hawa sin-kang untuk memunahkan racun di tubuh Yang Hoa.
Perlahan-lahan suhu tubuh si nona yang tadinya sangat panas, mulai menurun dan
muka yang kebiruan berangsur-angsur menjadi merah lagi dan Yang Hoa sudah dapat
bergerak-gerak sedikit. Setelah yakin bahwa calon isterinya telah terhindar dari pengaruh racun yang
berarti bahwa bahaya telah lewat, lega dan tenteramlah hati Bun Liong. Ia menarik
kembali tangannya yang ditempelkan di punggung si nona tadi, mengatur
pernapasannya supaya pulih kembali dan terdengarlah keluhan perlahan dari Yang Hoa
yang memanggilnya. Ternyata Yang Hoa kini telah membuka matanya. Cepat akan tetapi hati-hati, Bun
Liong meraih dan mendudukkan si nona di dalam pelukannya.
telinga gadis itu, dengan terharu dan girang.
matanya menatap wajah calon suaminya dengan pandangan sayu.
-sama selamat, Yangs sekali, minta minum,
LiongBun Liong maklum betapa hausnya gadis itu setelah mengalami rangsangan racun
yang memanaskan tubuhnya tadi, tapi agak bingung karena dari mana bisa
mendapatkan air di hutan belantara ini" Selagi ia kebingungan, tiba-tiba salah seorang
kawan mereka yang agaknya mendengarkan percakapan mereka itu menghampirinya,
memberikan sebotol air minum yang dibekalnya.
Pemuda ini ternyata Kwe Bun, anak muda yang pembaca sudah kenal sejak bagian
permulaan cerita yaitu murid kedua dari Can kauw-su, yang ketika masih berselisih
dengan murid-murid mendiang Lu Sun Pin, dengan kepalannya pernah memukul pecah
kepala seekor kerbau gila yang mengamuk di depan Tong-koan Te-it Bu-koan, yaitu
rumah perguruan silat yang didirikan Lu Sun Pin almarhum.
Bu Tek Enghiong - Halaman 285
Sambil meminumkan air itu, Bun Liong memasukkan pula ke dalam mulut calon
isterinya tiga butir pil merah yang selalu dibawanya bersama obat-obat lainnya. Obatobat itu adalah pemberian dari Bu Beng Lojin dan ternyata sangat berkhasiat dan luar
biasa mustajabnya, sehingga sebentar saja Yang Hoa telah kelihatan segar kembali.
yang ditanyakannya. Bun Liong ingat bahwa ketika nona itu jatuh pingsan tadi pedangnya jatuh dan
ketika ia menyambar tubuh calon isterinya ia tidak sempat mengambil pedang itu. Maka
setelah menyatakan hendak mengambil pedang itu, pemuda itu melompat pergi dan
sebentar kemudian sudah datang lagi dengan membawa pedang si nona yang
diketemukannya di antara sela-sela tumpukan balok-balok. Pedang itu dinodai darah
yang sudah mengering. -moay, kau tinggal dan istirahatlah di sini. Aku hendak membantu kawanu tidak boleh banyak bergerak dulu sebelum kau sembuh benar. Diamlah
di sini bersama-sama kawanmemperdulikan wajah Yang Hoa yang memperlihatkan rasa menyesal karena tidak
diperbolehkan ikut, Bun Liong sudah berkelebat pergi.
Ternyata selama Bun Liong mengobati dan menolong jiwa Yang Hoa tadi, sebagian
besar para perampok telah diganyang mampus oleh labrakan para anggauta Pauw-antui yang gagah berani di bawah pimpinan guru silat Can Po Goan. Hanya sedikit saja
liauwlo-liauwlo yang melemparkan senjata dan menyerah.
Mayat dari kedua belah pihak bergelimpangan tumpang tindih. Rumput-rumput
hutan yang tadinya hijau menjadi merah dibanjiri darah. Keadaan sungguh
Hanya si Cakar Harimau Lo Ban Kui sendiri saja yang masih melawan dengan
gigihnya. Biarpun kakek bungkuk ini sudah letih dan menderita luka dalam akibat
pukulan Lui-lek-ciang ketika ia bertempur dengan Bun Liong tadi, namun ia masih dapat
melawan Can kauw-su dengan baik dan berlangsung sampai beberapa puluh jurus


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lamanya. Bu Tek Enghiong - Halaman 286
Kalau tadi para liauw-lo mengepung dan mengeroyok Bun Liong, maka sekarang
Ban Kui dikepung oleh para anggautanya Pauw-an-tui, akan tetapi mereka ini hanya
berdiri mengitarinya sambil berteriak-teriak dan senjata mereka diacung-acungkan ke
atas, sedangkan yang menghadapi Ban Kui bertempur adalah Can kauw-su seorang.
Can kauw-su memainkan goloknya sedemikian hebat sehingga patutlah ia
mendapat julukan Toat-beng-sin-to (Golok Sakti Pencabut Nyawa). Akan tetapi
sebaliknya Ban Kui pun melawannya mati-matian dengan cengkeraman kuku-kuku jari
tangan, dan rangsangan kuku-kuku jari kakinya yang beracun itu sebagai senjata
ampuhnya. Kadang-kadang kakek lihay yang mempunyai daya kekuatan luar biasa ini
mengirim pukulan hek-tok-ciang terhadap Can kauw-su. Kegagahan Ban Kui benarbenar patut dipuji karena meskipun maklum bahwa di pihaknya hanya tinggal ia
seorang dan sembilanpuluh persen sudah terang bakal kalah, namun kakek ini tidak
sudi menyerah mentah-mentah!
Kalau dibuat perbandingan tingkat kepandaian antara Lo Ban Kui dan Can kauw-su,
sebenarnya dapat dikatakan sangat seimbang. Akan tetapi karena Ban Kui
sesungguhnya sudah terlalu lelah dan menderita sakit di dalam dada yang ditahantahannya, sedangkan Can kauw-su merupakan lawan baru yang mempunyai tenaga
baru baginya, maka kakek bungkuk ini akhirnya menjadi amat kewalahan.
Pada suatu saat, tiba-tiba Can kauw-su melakukan serangan yang luar biasa cepat
dan kuatnya, goloknya menyambar bagaikan kilat mengarah batang leher Ban Kui.
Ketika itu kedudukan Ban Kui justeru dalam posisi yang sulit, maka kakek ini terkejut
sekali dan cepat ia melakukan tangkisan dengan kipratan kuku jari tangan kanannya
yang disertai pengerahan tenaga lweekang sepenuhnya.
Akan tetapi begitu senjata golok itu tertangkis, golok terpental miring dan masih
terus melanjutkan sambarannya ke arah tenggorokannya! Ban Kui kali ini tak keburu
-su telah mencium pundak kirinya, membabat kulit dan
melukai daging pundak yang terobek bersama dengan baju kulit majikannya. Akan
tetapi bertepatan dengan itu Ban Kui sempat mengirim hawa pukulan Hek-tok-ciang
terhadap lawannya. Baiknya Can kauw-su cukup waspada dan berlaku gesit, cepat ia
mengelak dengan tiga lompatan ke samping.
Bu Tek Enghiong - Halaman 287
Hal ini merupakan kesempatan baik bagi Lo Ban Kui untuk melarikan diri. Cepat
kakek bungkuk itu membalikkan tubuh, melompat sesigap gerakan macan tutul dan
ketika dalam lompatannya itu, ia meloncati sebuah batu karang, kuku-kuku jari kedua
tangannya mencengkeram batu karang itu.
Melihat betapa Ban Kui hendak meloloskan diri, para anggauta Pauw-an-tui yang
mengitari gelanggang pertempuran cepat menggerakkan senjata mereka membendung
lari kakek itu! Akan tetapi sekali saja Ban Kui menggerakkan kedua tangannya ke arah
mereka yang menghadangnya, tidak kurang dari sepuluh orang anggauta Pauw-an-tui
menjerit bersama-sama dan selain mereka jadi kelabakan kesakitan, bahkan sebagian
ada juga yang roboh terjungkal!
Ternyata bahwa Ban Kui mencengkeram batu karang tadi adalah untuk keperluan
ini. Batu karang itu dicengkeramnya hingga hancur dan kini ia menggunakan hancuran
batu karang itu untuk menyerang para lawan yang mencegatnya.
Batu karang yang telah hencur dan merupakan kerikil-kerikil kecil ini tidak boleh
dipandang ringan, oleh karena tenaga lemparannya yang disertai tenaga lweekang
sepenuhnya ini membuat kerikil-kerikil kecil itu dapat menembus kulit dan daging. Dan
setiap butir kerikil kecil itu merupakan sebuah senjata rahasia yang lihay!
Itulah sebabnya, maka beberapa orang anggauta Pauw-an-tui itu menjadi kelabakan
terkena serangan kerikil-kerikil kecil yang dihamburkan oleh kedua tangan Ban Kui.
Senjata rahasia istimewa itu ada yang mengenai mata, muka dan lain-lain anggauta
tubuh mereka, sedangkan mereka yang roboh terjungkal adalah karena kerikil-kerikil
kecil itu secara kebetulan mengenai jalan-jalan darah yang mematikan!
Akhirnya Ban Kui bisa membobolkan bendungan itu dan melarikan diri. Akan tetapi
kembali ia dicegat oleh tiga orang anggauta Pauw-an-tui lainnya. Seorang yang
bersenjata tumbak menghadang di depannya, sedangkan yang dua orang di kanan kiri,
pedang dan golok dari kedua orang ini membuat gerakan menggunting dari ke dua
sampingnya. Tapi Ban Kui dengan enaknya dan mudah sekali dapat melewati cegatan ke tiga
orang yang bersenjata itu. Dengan gerakan yang luar biasa cepatnya sehingga sukar
dilihat, tahu-tahu ke tiga orang anggauta Pauw-an-tui itu menjerit dan tubuh mereka
roboh berkelonjotan! Penghadang di depan Ban Kui tadi tubuhnya telah terpental dihantam tendangan
geledek kakek itu. Lawan di kanan kirinya setelah senjata-senjata mereka dikelitkan,
Bu Tek Enghiong - Halaman 288
kuku-kuku dari jari ke dua tangan Ban Kui telah mencengkeram perut mereka, sekali
saja direnggutkan pecahlah kulit perut sehingga seluruh isi perut berhamburan keluar
dalam keadaan seperti dicabik-cabik!
Ketika Can kauw-su melompat dan mengejar, ternyata Ban Kui telah lenyap, kakek
itu telah melarikan diri memasuki kerungkutan hutan belukar! Ketika beberapa orang
anggauta Pauw-an-tui hendak mengejar, Can kauw-su melarangnya sambil memberi
penjelasan bahwa menurut peraturan kang-ouw, lawan yang telah melarikan diri ke
dalam hutan, tidak boleh dikejar karena sangat berbahaya bagi si pengejar.
Bukan main kaget dan sedihnya Can kauw-su tatkala kemudian ia melihat korban
yang terkoyak perutnya itu, karena seorang di antaranya adalah muridnya yang paling
ia sayangi, yaitu Tan Seng Kiat, suheng dari Kwe Bun, pemuda yang memiliki watak
sabar seperti gurunya itu! Ketika Can kauw-su mendekati dan memeriksa, ternyata
nyawa murid kesayangannya itu telah putus, seluruh kulit tubuhnya matang biru.
Kasihan, pemuda yang pembaca sudah mengenalnya sejak bagian permulaan
dalam cerita ini, kini telah menemui kematiannya dalam keadaan yang mengerikan!
BenarKetika Bun Liong tiba di tempat itu, hatinya menjadi masygul melihat kawankawannya banyak yang menjadi korban dan ia lebih menyesal lagi ketika mendengar
keterangan Can kauw-su bahwa Houw-jiauw Lo Ban Kui telah dapat melarikan diri.
Sementara Can kauw-su dengan sebagian anggauta Pauw-an-tui merawat dan
mengumpulkan kawan-kawannya yang menderita luka dan yang gugur sebagai patriot,
adapun Bun Liong bersama sebagian kawan-kawannya lagi pergi ke atas bukit dan
memeriksa pesanggrahan kediaman gerombolan.
Setiap bangunan dan ruangan diperiksa dan digeledah. Dan dalam operasi ini selain
mereka menemukan empat buah peti berisi barang-barang berharga hasil
penggarongan dan ratusan kwintal bahan makanan, juga mereka melepaskan sembilan
orang wanita muda dari sebuah kamar yang berterali besi.
Wanita-wanita itu cantik-cantik akan tetapi wajah mereka sangat pucat dan tubuh
mereka demikian kurus kering. Kemudian Bun Liong mengetahui bahwa wanita-wanita
itu adalah korban penculikan dan dijadikan barang permainan para perampok. Kiranya
kesembilan wanita itu adalah sisa yang masih dapat bertahan hidup, sedangkan
selebihnya telah membunuh diri atau dibunuh oleh para perampok karena mereka tidak
mau melayani keinginan manusia binatang itu.
Bu Tek Enghiong - Halaman 289
Demikianlah akhirnya, setelah Bun Liong dan kawan-kawannya membakar
pasanggrahan itu dan mengubur mayat-mayat para perampok, mereka pulang
meninggalkan hutan itu sambil bersorak-sorak kemenangan. Barang-barang hasil
rampasan mereka gotong, mereka yang tewas atau terluka diusung atau digendong
oleh kawan-kawannya, yaitu seperti Can kauw-su dan Kwe Bun mengusung jenazah
Tan Seng Kiat, dan Bun Liong memondong Yang Hoa karena gadis ini masih terlalu
lelah dan lemah untuk berjalan sendiri menuruni bukit, akibat rangsangan racun di
Perlu diterangkan, bahwa mayat-mayat anggauta Pauw-an-tui yang gugur selaku
patriot pembela rakyat kemudian dikebumikan di sebidang tanah di sebelah barat kota
Tong-koan. Tanah tersebut milik seorang hartawan yang diberikan kepada Pauw-an-tui
untuk dijadikan tempat penguburan bagi para anggaula Pauw-an-tui yang gugur,
semacam taman pahlawan. Sedangkan barang-barang berharga seperti emas permata sitaan itu tadinya
hendak diserah kembalikan kepada pemiliknya masing-masing, tetapi setelah diadakan
perundingan antara pemimpin Pauw-an-tui dan mereka yang mengaku pemilik barangbarang itu, akhirnya diputuskan bahwa barang-barang tersebut tidak dikembalikan
kepada mereka, melainkan mereka justeru menyerahkannya kepada Pauw-an-tui.
Oleh Barisan Penjaga Keamanan barang-barang sebagian dijadikan perbekalan,
sebagian disumbangkan kepada sanak keluarga para korban, dan selebihnya diamalkan
kepada rakyat miskin. Cara ini adalah berkat kebijaksanaan dari Cio Song Kang wangwe!
ooOoo Hari itu sungai Huang-ho mengalir tenang dan agak surut. Perahu-perahu nelayan
nampak di sana sini, akan tetapi hanya perahu-perahu nelayan miskin tanpa layar. Ada
juga di antaranya yang memakai layar, akan tetapi lajar usang penuh tambalan.
Sebelum daerah Tong-koan diranjah gerombolan penjahat, keadaan sungai Kuning
ramai sekali, banyak dilalui perahu-perahu para saudagar. Akan tetapi semenjak daerah
Tong-koan menjadi genting, dan sungai seakan-akan dikuasai bajak sungai yang
dikepalai oleh Ma Gu Lin si Iblis Sakti Sungai Kuning. Keadaan lalu lintas di sungai ini
menjadi mati, semati kota Tong-koan sebagaimana pernah diterangkan dalam bagian
permulaan dari cerita ini.
Bu Tek Enghiong - Halaman 290
Kini tidak ada perahu-perahu besar para saudagar yang berani melintasi daerah
ini, yang ada hanya perahu-perahu nelayan miskin setempat. Dan merekapun tidak
berani berperahu jauh-jauh mudik, karena takut pada kawanan bajak yang bersarang
di hutan Siong-lim-nia yang terletak persis pada tapal batas Siam-say Ho-nan, yaitu di
sebelah barat kota Tong-koan.
Bagi penduduk di sepanjang tepian sungai, Huang-ho merupakan sumber nafkah,
mereka dapat menjala ikan sepuas-puasnya dan ikan-ikan itu takkan habis selama air
sungai itu masih mengalir. Dan air sungai yang berwarna kekuning-kuningan itu
membawa air lumpur yang merupakan pupuk baik sekali bagi para petani,
menyuburkan tanaman-tanaman di sawah ladang mereka.
Para penduduk yang bertempat tinggal dan mempunyai sawah ladang di sepanjang
tepian sungai, sangat berterima kasih kepada Huang-ho karena dari sungai ini mereka
seperti mendapatkan berkah bagi penghidupan mereka. Akan tetapi di samping itu
adakalanya mereka mengutuk sungai ini apabila airnya meluap melewati batas
sehingga menimbulkan banjir besar dan merusak sawah ladang mereka.
Karena inilah maka orang mengatakan bahwa sungai Kuning mempunyai pengaruh
yang amat gaib, yaitu merupakan berkah diwaktu tenang sehingga penduduk berterima
kasih. Tapi sebaliknya merupakan bencana besar diwaktu banjir sehingga penduduk
yang dirugikan mengutuknya!
Seperti sudah diceritakan tadi, bahwa hari itu air sungai Huang-ho agak surut dan
mengalir tenang. Di antara perahu-perahu nelayan yang tengah menjala ikan itu
Api Di Bukit Menoreh 7 Pendekar Slebor 43 Macan Kepala Ular Sengketa Tiga Potong Peta 1
^