Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 14

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 14


Darimana segala kawanan kurcaci ini?"
"Mereka ada orang orangnya Thian-cu-kauw"
Si gemuk itu sambil kedua tangannya mendekap
perutnya yang gendut telah ketawa bergelak-gelak, kemudian berkata: "Sudah lama kudengar d daerah
Tiong-goan ada satu perkumpulan yang bernama Thian-cu-kauw yang kabarnya niat ingin menyagoi dunia kang-ouw. Aku si Phoan-sian (Dewa Gemuk) Oey Kauw hari ini sungguh kenyang mataku melibat orang orang Thian-cu-kauw. Tapi entahlah kepandaian Thian-cu-kauw itu
sampai berani berani malang melintang begitu rupa?"
1307 Im Tay Seng meskipun sudah lama berkelana
didunia kang-ouw, tetapi biar bagaimana usianya masih terlalu muda. Banyak hal yang tidak diketahui dengan jelas. Tidak demikian halnya dengan Bin-hoan-siu dan Hek-sa Tancu Bun Hiong serta Tee-im Tancu, U-bun
Som, ketika mendengar nama itu bukan kepalang kaget mereka.
Orang orang tersebut yang merupakan jago jago
kang-ouw kawakan sudah lama mendengar nama Dewa
Gemuk Oey Kauw itu. Dialah salah seorang terkuat dari empat
pahlawannya Tho-hoa Tocu yang masing mendapat gelar Dewa.
Tinggi kepandaian silatnya hanya berada di
bawahan sang tocu. Siapa tahu hari itu mendadak Dewa Gemuk ini bisa
munculkan diri didaerah Tiong-goan. Mungkin persoalan disitu tidak mudah2 dapat dibereskan.
Im Tay Seng tidak mengetahui tinggi gunung dalam
laut, lantas menjawab dengan suara tawar: "Apanya Tho hoa-to yang perlu dibanggakan" Hmm! Tidak lain cuma orang2 cabul yang gemar pipi licin melulu!"
1308 Mendengar pernyataan2 Im Tay Seng, tentu saja si
Dewa Gemuk gusar sekali, urat2 di pipinya tampak
menonjol. Dengan suara keras berteriak: "Berani kau menghina nama baik Tho hoa-to"! Sekarang biar
kubekap bacotmu" Tangannya lalu dikebaskan, dengan tangan yang
lainnya dikeluarkan serangannya.
Dewa Gemuk itu sudah lama terkenal karena
kekuatan tenaga dalamnya. Dan kali ini dia turun tangan, justru sedang murkanya. Sudah dengan sendirinya
tenaga yang dikeluarkan lebih dari biasa.
Im Tay Seng dikejutkan sangat, cepat2 lompat
menyingkirkan diri berseru sambil menu ding Hong-gwat Kongcu. "Dia sudah mengotorkan badan adikku Im-san Mo-lie! Apa perbuatan seperti itu boleh dibiarkan begitu saja" Hari ini jikalau Tho-hoa-to tidak berikan kepada Thian-cu-kauw akan tumplekkan semua kekuatannya
buat adu nyawa sampai pada tetesan darah terakhir dengan kalian orang2 Tho-hoa-to!"
Si Dewa Gemuk itu merasa ter-heran2 mendengar
perkataan ketua muda Thian-cu-kauw itu. Ia tahu benar yang Hong-gwat Kongcu. Meski adatnya begitu ugal2an 1309
dengan sikapnya yang romantik selaiu, tapi belum
pernah didengarnya Kongcunya itu melakukan perbuatan sebagai pemuda2 pemogoran. Maka ia jadi bingung
sendiri, lalu berpaling dan menanya ke pada Hong-gwat Kongcu: "Hiantit, apa benar katanya?".
Hong-gwat Kongcu menengadahkan kepalanya,
dengan suara dingin berkata: "Katanya sedikitpun tidak salah! Karena dia telah merusak kesucian enci angkatku, sudah tentu aku balaskan itu kepada adik
perempuannya, bahkan akan sekalian minta bunganya!"
Sengit sekali kedengaran kata2 Hong-gwat Kongcu,
membuat Dewa Gemuk sebagai orang jujur, tidak
membenarkan tindakan Kongcu merangkap keponakan
muridnya itu. Maka lantas berkata padanya: "Hiantit, kau seharusnya tidak mesti berbuat begitu"
Tetapi Hong-gwat Kongcu yang keras adatnya
malah tertawa gelak2 dan katanya: "Aku kan sudah
berbuat" Perlu apa diributkan" Maksudku supaya dia bisa rasakan sendiri bagaimana kalau keluarga perempuannya dipermainkan orang luar!"
1310 Im Thay Seng saat itu dalam hati merasa cemas
bercampur gusar. Diam diam dia melihat keadaan dari dua pihak, pihaknya dan pihak Tho-hoa-to.
Dia merasa, pihak Thian-cuk-kauw belum cukup
kuat. Seandainya nanti terjadi pertumpahan darah
benar2 tentu pihak sendiri tidak akan merebut
kemenangan. Begitulah dengan diam2 pula diberikannya isyarat mata kepada Hek-sa Tancu. Sedang buat ulur waktunya tadi dia pura2 bertanya: "Kau begitu tidak punya malu! Tidak nanti Thian-cu-kauw akan lepaskan kau begitu saja"
Hong-gwat Kongcu lalu putar2 pedangnya hingga
berbunyi mengaung, berkata sambil ketawa
lebar:"Omong banyak tak berguna! Kau mau cara tempur satu lawan satu atau secara keroyokan seperti tadi"
Kalau laki2 sejati, lawanlah aku satu lawan satu!"
Lim Tiang Hong sementara itu terus berdiam diri
sebagai penonton. Terhadap urusan yang sedang mereka perbincangkan, baginya dirasakan sulit buat bertindak, se-akan2 merasa pula tiada punya kemampuhan guna
jadi penengah. Kalau didengar dari perkataan Hong-gwat Kongcu yang terlalu sombong, terang hatinya sekeras itu 1311
tidak mengasih. Tetapi kalau mengingat kepada Im-san Mo-lie, yang pernah mengikat sumpah angkat saudara dengannya, sekalipun encie angkat itulah pembunuh Hong-lim Cun-loan dan juga ingin membunuh perempuan itu, tetapi mengingat bahwa gadis tersebut dihilangkan perawannya oleh pemuda lain, dalam hati merasa malu sendiri.
Perasaan gusar segera timbul dalam hatinya. Waktu itulah dia ikut campur mulut, berkata kepada Hong-gwat Kongcu: "Hong-gwat Kongcu, dalam hal ini kaulah yang berbuat salah. Aku sekarang ingin minta padamu
pertanggungan-jawab perbuatanmu itu"
Penyataan Lim Tiang Hong itu diluar dugaan
siapapun. Pemuda yang sedari tadi nampak tenang2
saja, dengan tiba2 menyalahkan dirinya, menjadikan Hong-gwat Kongcu terkejut. "Saudara Lim, apa maksud ucapanmu?"
"Dalam hal ini kaulah yang bersalah, maka aku
minta kau bertanggung jawab dan kawinilah Im-san Mo-lie".
Hong-gwat Kongcu berulah mengerti akan maksud
Lim Tiang Hong, tiba2 ia tertawa ber-gelak2 dan berkata: 1312
"Saudara Lim, pikiranmu terlalu cetek dalam peristiwa seperti ini! Apa main2 dongan seorang perempuan
semacam dia itu juga harus perlu bertanggung jawab segala" Lagi pun perbuatanku itu se-mata2 buat
balaskan sakit hati encie angkatku!"
Tetapi Lim Tiang Hong seperti tidak mau mengerti, berkata dengan suara tandas: "Im-san Mo-lie betul sudah menempuh jalan sesat, tapi dia sama sekali tidak
melakukan dosa terhadapmu! Lagipun dia bukan
perempuan pelacur. Sekarang sudah kau rusak
kehormatannya, aku sebagai adik angkatnya minta kau bertanggung jawab sepenuhnya!"
"Jikalau sekiranya aku kata tidak mau?" demikian
Hong-gwat Kongcu, berkata demikin sambil tertawa ter-gelak2.
"To-liong Kongcu tidak akan kenal dia sahabat
bagiku!" "Kalau begitu kau ingin bantu pihak Thian-cu-
kauw?" "Aku Lim Tiang Hong melulu bicarakan soal keadilan dengan kebenaran, pihak manapun dia yang salah tetap salah!"
1313 "Kau harus tahu pertandingan antara kita sama kita, masih akan berlangsung satu tahun lagi!"
Hong-gwat Kongcu kelihatannya makin jeri
terhadap Lim Tiang Hong, seperti tidak suka menghadapi pemuda she Lim itu waktu itu. Tetapi Lim Tiang Kong malah mendesak terus: "Urusan hari ini ada kecualian"
Hari ini kalau tidak dibereskan secara baik2, aku si orang she Lim tidak akan lepas tangan!"
Desakan ini membuat Hong-gwat Kongcu
merengut, wajahnya berubah. Sambil menengadah dia berkata: "Begitupun baik! Hari ini kita bertempur sampai salah satu mati...."
Pada saat itu tiba2 terdengar perkataan si Dewa
Gemuk yang seperti geledek: "Kau siapa" Berani2
mencampuri urusan orang lain" Lekas enyah dari sini!"
Kata2nya itu dibarengi dengan serangan tangannya.
Sambaran angin hebat menggulung seputar tempat
Lim Tiang Hong berdiri. Lim Tiang Hong tidak terlalu kaget, tapi tidak urung alisnya berjengit. "Tidak perlu kau ikut campur!" katanya.
1314 Dia seperti tidak perdulikan siapa yang bicara itu, hanya targannya yang mengebut ke belakang buat
singkirkan serangan si Dewa Gemuk tadi.
Setelah terdengar suara benturan nyaring, si Dewa Pemuk nampak mundur tiga langkah, sambil memegangi perutnya yung gendut itu, sedang Lim Tiang Hong sendiri meski melangkah dua tindak kebelakang kalau masih bisa terus pertahankan dirinya dapat terus menginjak tanah.
Si Dewa Gemuk itu biasanya jarang sekali
mendapat kekalahan. Sungguh tak akan disangkanya
hari itu dipecundangi seorang anak muda yang masih belum lagi diketahui namanya. Tentu saja berewoknya yang lebat menutupi hidung berdiri semua, kepalanya yang botak kelimis kelihatan seperti keluar uap. Sambil menggeram hebat dia akan menerjang Lim Tiang Hong, tetapi sudah keburu dicegah Hong-gwat Kongcu,
dikatakan oleh Kongcu ini "Phoan-siok, kau boleh mundur dulu. Dalam hal ini cuma kita berdua yang bisa bereskan, tidak perlu kau turut campur"
Perkataan Hong-gwat Kongcu itu meskipun
diucapkan dengan sikap merendah, tetapi tetap adalah 1315
perintah. Si Dewa Gemuk rupanya tidak berani
berbantahan dengan dia, lalu mundur.
Lim Tiang Hong melihat si Dewa Gemuk mundur,
tetapi tidak hilang gusarnya. Dengan cepat dia
menerjang ke depan, dipentangnya kelima jari
tangannya, menyekal pergelangan tangan Hong-gwat
Kongcu! Hong-gwat Kongcu yang masih malayani si Dewa
Gemuk bicara, matanya tetap waspada. Begitu melihat Lim Tiang Hong telah gerakkan pundak, diapun sudah lekas geser kakinya dengan cepat lompat ke samping.
Gerak tipu Khim-liong Pat-jiauw yang dilancarkan
Lim Tiang Hong tadi, baru kali inilah menemui kegagalan.
Dia tidak berhasil menjambret pergelangan tangan
Kongcu perlente itu, tentu saja semakin gusar.
Dikeluarkan lagi serangan2 susulan, begitu cepat hingga dalam waktu sekejap itu telah sebelas kali serangan beruntun dilontarkan kedepan! Benar2 hebat luar biasa!
Hong-gwat Kongcu sesungguhnya tidak akan
menyangka kalau kesudahan percecokan tadi harus
diakhiri dengan pertempuran melawan Lim Tiang Hong yang diseganinya.
1316 Melihat betapa hebat setiap serangan yang
dikeluarkan Lim Tiang Hong, hatinya merasa giris, tetapi mau tidak mau bukankah dia sedang berhadapan dengan orang yang ditantangnya"
Ilmu silat Lim Tiang Hong dasarnya lebih tinggi,
apalagi tadi dia mengadakan penyarangan lebih dulu, maka Hong-gwat Kongcu tidak mempunyai kesempatan
buat balas menyerang, terus mundur dan mundur saja.
Benar bahaya keadaan Kongcu perlente ini.
Dewa Gemuk sudah pelembungkan perut
gendutnya, dan kelihatan se-akan2 hendak menerjang karena ia sudah pada meloloskan pedang mereka dan menghampiri Lim Tiang Hong.
Pada saat itulah mendadak Im Tay Seng
menghunus pedangnya dan merintangi Dewa Gemuk
yang hendak maju. Dengan suara hambar katanya:
"Bagaimana" Kalian niat bertempur dalam kelompok2?"
Melihat Im Tay Seng bergerak, sudah barang tentu
anak buah Kauwcu muda terus menghunus senjata
masing2 hingga suasana tegang seketika meliputi tempat tersebut.
1317 Dibawah teriknya matahari siang itu, terlihat lebih menyolok gemerlapannya pantulan senjata tajam.
Orang2 dari dua pihak itu, jaraknya makin lama
makin dekat rupanya pertempuran mati2an secara
berkelompok sudah tak dapat dielakkan lagi.
Diluar rimba mendadak terdengar suara orang
berkata yang nyaring suaranya dan gugup lagi dia
mengucapkan "Jangan berkelahi! Semua orang berhenti!"
Seorang perempuan muda yang rambutnya riap2an
dengan keringat mengucur deras nampak ber-lari2
menuju ke tempat dimana Lim Tiang Hong dan Hong-
gwat Kongcu yang sudah bertempur sedang mencapai
tingkatnya yang tertegang.
Kedatangan perempuan muda itu yang se-akan2
bagai tidak menghiraukan jiwa sendiri, barang tentu mengejutkan Lim Tiang Hong. Pemuda ini baru tarik kembali serangannya dan secepat kilat melompat
muudur. Hong-gwat Kongcu pun demikian pula segera
kendorkan gerakannya. Dan tatkala dibentangkan
matanya buat melihat, perempuan muda itu ternyata bukan lain dari pada Im-san Mo-lie sendiri!
1318 Dia bagaimana tidak terkejut, disambutnya
kedatangan perempuan itu dengan angkat muka sebagai dia tidak mengetahui atau tidak mau tahu ada orang lain datang.
Im-san Mo-lie nampaknya sangat letih sekali.
Sesampainya dia ditengah kalangan, napasnya sudah memburu keras. Oleh karenanya, bagai tidak terlihat sikap Hong-gwat Kongcu itu. Hanya menghampiri Lim Siang Hong terus, seraya katanya: "Engko Seng mari kuperkenalkan kau kepada...."
Mendadak dia seperti dapatkan keganjilan apa apa, pemuda yang sedang dihadapinya itu bukanlah Im Tay Seng seperti apa yang disangkanya semula, maka
wajahnya sagera berubah ketakutan, katanya: "Kau....!?"
Sikapnya yang menandakan bahwa dta kaget sekali,
takut bukan main dan gugup sedemikian rupa, membuat Lim Tiang Hong mau tidak mau merasa kasihan juga
terhadapnya. Sebetulnyalah serta dilihatnya wajah Im-san Mo-lie kali itu, bagai berbayang bayang kembali paras ibunya Lok-hee Hujin. Betapa benci sekalipun Lim Tiang Hong kepada Im-san Mo-lie, namun dalam
1319 keadaan serupa itu perasaan bencinya meluap2
mendadak hilang sama sekali.
"Benar... ini aku sendiri!... Kau sudah ber-kali
membunuh, sudah sepatutnya kalau orang yang berdosa begitu besar mati. Tapi kali ini aku si orang she Lim sebaliknya bermaksud ingin membela kepentinganmu
dan menuntut kepada Hong-gwat Kongcu atas
perbuatannya itu kepadamu!"
Im-san Mo-lie nampak kebingungan, nampak
mulutnya berkemak kemik, seolah-olah berkata: "Dia akan membela aku...?"
Dia lalu menarik ujung baju Hong-gwat Kongcu,
dengan suara perlahan katanya: "Mengapa kalian mau berantam disini?"
Hong-gwat Kongcu kebaskan bajunya yang
dipegang. Dengan suara tawar berkata: "Menyingkir, kau budak hina tak bermalu! Siapa sudi mengenal kau"!"
Perubahan sikap yang tidak sewajarnya yang
dipertunjukkan Kongcu perlente itu kepadanya, betul2
mengejutkan Im-san Mo-lie ini. Dia seperti ingat baik, yang selang belum lama dalam perkenalannya yang tidak disengaja dengan Kongcu yang cakap tampan serta
1320 romantis itu dalam rupa sebagai sepasang merpati
berkelana dikalangan kang-ouw dan satu sama lain telah memutuskan hari perkawinannya....
Im-san Mo-lie merasa hatinya benar2 runtuh
dibawah pengaruh ketampanan dan kecerdasan Hong-
gwat Kongcu. Boleh dikatalah apa yang diingininya sudah berada dalam diri pemuda perlente itu, maka tanpa ragu2 lagi lalu pasrahkan dirinya buat diapakanpun oleh itu Kongcu perlente yang berada dihadapannya itu.
Sampai2 keperawanannya yang paling amat dihargakan oleh kaum Hawa, telah diberikan sekalian. Tapi sungguh tidak dinyana sikap Hong-gwat Kongcu kali itu. Hampir dia mengira matanya kesalahan lihat orang. Tetapi manakala di-amat2inya sekali lagi, tiada salahlah dia Hong-gwat Kongcu!
Seketika itu perempuran muda ini jadi gusar.
Badannya yang sementara itu membuat suaranya yang keluar juga tergetar: "Kau.... Kau.....!" Dan menangislah dia ter-sedu2.
Hong-gwat Kongcu bagai tak tergerak hatinya
sedikitpun. Sambil tertawa ber-gelak2 katanya: "Dari kau, manis, aku sudah dapatkan madunya. Aku sebagai
1321 kumbangnya, akan terbang se-jauh2nya ke bunga lain!
Kumbang ini tidak akan mencari bunga yang sudah layu.
Kalau kau mau tanya kenapa aku berbuat begitu,
tanyalah kepada engkomu yang manis itu!"
Lim Tiang Hong yang menyaksikan sikap demikian
mengharukan perempuan muda itu, yang telah menjadi korban cintanya sendiri yang buta, menimbulkan
perasaan kasihannya. Dari rasa terharunya demikian, lantas timbul rasa gusarnya. "Kau pengecut!" serunya.
"Hari ini aku mau ambil jiwamu!"
Dan dia lompat, diterjangnya Hong-gwat Kongcu.
Mendadak terdengar seruan Im-san Mo-lie yang
masih mengembang air mala: "Jangan!"
Dengan cepat perempuran muda ini sudah berada
dihadapan Hong-gwat Kongcu. Dia hanya ingin
melindungi pemuda idam2annya itu hingga terlupa sama sekali bahwa dengan begitu bahaya jadi mengancam
badannya. Karena Lim Tiang Hong yang bagai telah
kalap menyerang, sekalipun sepuluh Im-san Mo-lie
menghadang didepan Hong-gwat Kongcu pasti akan
binasa semua. 1322 Untunglah Lim Tiang Hong lekas juga dapat
kendurkan tangannya. Begitu lekas dilihatnya Im-san Mo-lie menghadang-menghalangi, buru2 ditariknya
serangannya. Tetapi sebagian angin tenaganya yang telah
meluncur keluar, membuat tempat sejarak kira2 tujuh kaki disamping kiri dimana Im-san Mo-lie masih berdiri bengong, telah terjadi lubang yang dalam!
Sementara itu Hong-gwat Kongcu masih terlihat
berdiri dengan sikap dingin, sikapnya sedikitpun tiada berubah. Dan Im-san Mo-lie sendiri, se-olah2 juga sudah menganggap tidak pernah ada kejadian hebat apapun, lantas menubruk ke pelukan Hong-gwat Kongcu sambil menangis meng-gerung": "Karena urusan apa, kau jadi begini kejam kepadaku" Katakanlan, katakan!"
Hong-gwat Kongcu mendorong Im-san Mo-lie dari
pelukannya dengan sikap kasar sekali katanya: "Minggir!
Sedikitpun tidak bisa berubah pikiranku! Cuma kau yang bodoh! Tolol! Kau mau tahu" Engkomu sudah menodai badan encie angkatku seperti juga aku merusak
kehormatanmu!" 1323 Im-san Mo-lie pada saat itu seperti baru mengerti dengan persoalan disekitar dirinya, mendadak mendekap mukanya dan berseru: "Oh ibu!"
Dengan cepat dia lari ke dalam rimba se-olah2
sudah kalap benar2 dia kala itu.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan semua kejadian
itu, tergerak pikirannya. Sebetulnya niatnya akan mengadakan perhitungan tegas kepada Hong-gwat
Kongcu. Akan tetapi, demi dilihatnya sikap serta
perbuatan Im-san Mo-lie tadi yang begitu ber-sungguh2
membela keselamatan Hong-gwat Kongcu, lalu
anggapnya tidak perlulah turut campur tangan lagi, cuma bisa mengawasi perempuan muda itu berlalu sambil
mengelah napas panjang. Sewaktu Im-san Mo-lie tepat baru masuk ke dalam
rimba, dari rimba situ pula tiba2 muncul seseorang tua yang memperlihatkan roman gusar. Dengan suara keras membentak: "Bocah! Berani kau mempermainkan
keponakan perempuanku"! Jikalau aku Bi-ma Thian-kauw tidak becus memberi hajaran kepadamu itu boleh
dianggap tidak ada keadilan lagi!"
1324 Wakil ketua perkumpulan Thian-cu-kauw itu terang
sudah tidak dapat mengendalikan perasaan hatinya lagi.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dari dalam rimba dia lompat melesat cepat sekali, terus menyerbu ke arah Hong-gwat Kongcu. Belum lagi
orangnya tiba sambaran angin tangannya sudah
meluncur ke depan lebih dulu.
Sambaran tangan yang mengandung hawa dingin
itu se-olah2 angin puyuh menggulung disekitar Hong-gwat Kongcu.
Mendadak di dalam kalangan terdengar suara
bentakan, lalu timbul kabut warna kuning yang
menyambungi angin serangan Bi-ma Thian-kauw tadi.
Sebentar kemudian Bi-ma Thian-kauw dan kabut
warna kuning itu ke-dua2nya nampak melayang turun kebawah, hingga yang seperti kabut kuning itu, yang ternyata adalah badan si Dewa Gemuk, turun terus
kebawah. Bi-ma Thian-kauw Beng Sie Kiu hari itu agaknya
sudah terlampau amat gusarnya. Wajahnya
memperlihatkan napsunya yang besar ingin membunuh, dengan suara keras bentaknya: "Kau berani!! Siapa menghalang dia harus lebih dulu mampus!!"
1325 Badannya nampak melompat ke atas lagi,
tangannya melancarkan serangan sampai delapan kali beruntun.
Si Dewa Gemuk yang tadi sudah dipukul mundur
oleh Lim Tiang Hong, dalam hatinya sebenarnya masih merasa penasaran yang belum dapat dilampiaskan
semuanya. Tentu saja menemukan sasaran baru, lantas ingin mengumbar habis nafsunya itu. Sambil tepuk perut gendutnya, Dewa Gemuk ini berkata: "Kau ingin
berkelahi" Itulah yang kuharapkan sekali".
Sepasang tangannya lalu digerakkan cepat laksana
angin, disambutnya serangan2 beruntun Beng Sie Kiu tadi.
Dan selanjutnya dia sudah balas menyerang sampai
tiga kali. Si Dewa Gemuk ini karena badannya terlalu
terokmok, pada setiap kali gerakannya selalu dikeluarkan cara keras buat lawan keras. Dia tidak dapat
menggunakan kelincahan meloncat kesana kemari.
Beng Sie Kiu sebagai orang Kangouw kawakan yang
ulung sekali, lantas mengetahui bahwa kekuatan sendiri masih belum dapat menempil kekerasan Dewa Gemuk
1326 itu. Maka dari pertempuran keras lawan keras, ia lantas robah siasat, menggunakan kelincahan badannya, dia bermaksud akan mengimbangi kekurangan tenaganya.
Dengan demikian jadi lebih seru kelihatan kedua
orang itu bertempur, seperti dua lawanan yang
mempunyai kelihatan berimbang,
Hong-gwat Kongcu yang sudah diserang ber-ulang2
oleh Lim Tiang Hong, ditambah pula mendapat maki2an dari Beng Sie Kiu, jadi lebih gusar. Dihunusnya kembali pedangnya ditudingkan kehidung Im Tay Seng seraya katanya: "Kongcumu sebetulnya masih ingin supaya kau hidup berapa hari lagi. Tapi sekarang ternyata tidak ada jalan yang akan membuka kesempatan buat hidup!"
Perkataannya itu disusul dengan gerakan
pedangnya yang membabat ketubuh Im Tay Seng
Orang2 Thian-cu-kauw yang saat itu kelihatan
bersemangat dengan roman mereka yang buas2,
sewaktu melihat Hong-gwat Kongcu bergerak, segera turun tangan membantui Im Tay Seng
Delapan laki2 perlente sudah tentu tidak mau peluk tangan terus melihat kejadian demikian, juga terus 1327
menyerbu ke dalam kalangan, menyambuti orang2
Thian-cu-kauw. Sebentar kemudian dalam kalangan terjadi suatu
pemandangan yang tegang, sengit sekali orang2 itu saling tarung.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan dua pihak itu
sudah mulai bergerak, lalu geser kakinya buat mundur sampai sejauh dua tombak lebih. Dia hanya berdiri sebagai penonton, tidak mau lagi terlibat dalam kancah pertempuran itu. Hakekatnya dia merasa tidak perlulah turut campur tangan. Sebabnya, Meskipun Thian-cu-kauw adalah satu perkumpulan yang dibentuk oleh
orang2 dari golongan sesat, biar dengan mereka dia merasa bermusuh keras, akan tetapi dalam urusan yang masih hangat itu tidak salahlah kiranya pihak Thian-cu-kauw itu. Sebaliknya apabila Tho-hoa-to dibantunya bukankah sama artinya dengan dia membiarkan
perbuatan cabul dari orang2 rusak yang mencemarkan orang baik2"
Mari kita tengok Hong-gwat Kongcu.
Kongcu perlente ini sebetulnya bukanlah pemuda
gadungan yang sebenarnya. Sebab maksudnya dalam hal 1328
itu, semata buat penuntutan balas sakit hati encie angkatnya yang pun dirusak kehormatannya oleh Im Tay Sang.
Sementara itu pertempuran kedua pihak nampak
kian lama kian sengit, suara jeritan ngeri sebentar2
terdengar menusuk telinga darah merah nampak
berceceran d tanah. Orang2 Thian-cu-kauw meskipun berjumlah banyak,
tetapi korban dari mereka juga banyak.
Bi-ma Thian-kauw Beng Sie Kiu yang melayani
Dewa Gemuk, sudah bertarung seratus jurus lebih, tetapi kelihatan bagai masih berimbang. Sedang pedang Hong-gwat Kongcu Kongcu masih tetap bagai melibat pinggang Im Tay Seng si ketua muda. Hingga jikalau tidak ada Hok-sa Tancu dan Tee-im Tancu di situ, yang membantu pada Kauwcu muda mereka, terang dia sudah siang2
mati dalam ancaman ujung pedang Hong-gwat Kongcu
yang demikian gencar dan hebat.
Delapan pengawal Hong-gwat Kongcu, kini tinggal
lima orang lagi yang masih memberi perlawanan. Tetapi dipihak Thian-cu kauw, yang terluka maupun yang
gugur, sedikitnya sudah adalah kalau dibilang duapuluh.
1329 Namun demikian, kedua pihak kelihatan bagai telah sama kalapnya, sama sengitnya sehingga satu dengan lainnya tidak ada yang kelihatan mau mengalah atau mundur.
Hong-gwat Kongcu yang kelihatan begitu bagus
memainkan gerak pedangnya, lama belum kelihatan
menjatuhkan tiga orang lawannya. Dalam hati sebetulnya dia telah cemas sekali, sebab apabila pertempuran dilangsungkan terus secara demikian, yang rugi pasti adalah pihaknya sendiri. Dia mencari akal.
Mendadak dirubahnya gerak2 tipu permainan
senjatanya. Pedang diputar iaksana angin, ujung pedang berkelebatan kesana kemari.
Dan tak lama kemudian, terdengar satu suara
jeritan.... Tangan kanan Hek-sa Tancu berikut goloknya yang
tebal terpapas dan terbang ketengah udara.
Im Tay Seng gugup, gerakannya sedikit lambat.
Sedang sementara pedang Hong-gwat Kongcu yang
masih bagai bianglah ber-kibar2 sudah akan mampir dipinggang ketua muda Thian cu-kauw itu. Nampaknya Kauwcu muda ini sudah akan gugur dalam tikaman
pedang Hong-gwat Kongcu....
1330 Dalam keadaan amat kritis itu mendadak terlihat
sesosok bayangan meluncur turun dari tengah udara....
Hong-gwat Kongcu terkejut melihat kecepatan
meluncur orang itu, buru2 lompat ke belakang sampai delapan kaki. Juga ditariknya serangannya sekalian.
Dan orang itu berdiri tegak ditengah kalangan,
dialah bukan lain melainkan Lim Tiang Hong alias To-liong Kongcu sendiri.
Hong twat Kongcu dengan suara aseran berseru:
"Saudara Lim, apa kau kembali ingin memihak Thian-cu-kauw?"
Lim Tiang Kong tidak menjawab, hanya sedikit
mesem2 kecut. Mendadak dia maju dua langkah dan menyerukan
orang2 yang sedang bertempur: "Tahan semua!"
Orang2 dari dua pihak yang masih sengit bertarung, sewaktu dengar suara bagai geledek ini, terang terkejut semua. Dalam kagetnya mereka semua telah hentikan gerakan masing-masing
Sementara itu Lim Tiang Hong berteriak pula kuat
kuat "Semua dari dua pihak berhenti! Aku ingin bicara!"
1331 Orang2 dalam kalangan itu, sebagian besar
mengetahui yang pemuda tersebut terlalu tinggi sekali kepandaiannya bagi mereka. Sampai2 sekalipun si Dewa Gemuk yang baru untuk pertama kalinya kebentur
dengannya, adu kekuatan tadi, pun seperti telah maklum bahwa pemuda tersebut bukanlah lawan yang mudah
digulingkan. Waktu itu, ketika melihat kembali si pemuda perlihatkan diri dan hentikan pertempuran, lalu
memandang tajam, agaknya ingin lekas mengetahui apa yang akan diucapkan oleh Lim Tiang Hong.
Pemuda kosen kita melihat orang orang yang
bertempur berhenti semua, lalu berkata dengan suaranya yang nyaring: "Mengenai urusan hari ini siapa yang benar serta siapa pula yang salah belum dapat diputuskan olehku. Tetapi aku si orang she Lim tiada menginginkan pertempuran dilanjutkan terus! Karena aku sudah melihat akhir pertempuran pasti akan membawa korban besar buat kedua pihak. Maka aku rasa tidak perlu sampai mati-matian, berhenti sajalah!"
Pada saat itu, jikalau pertempuran dapat berhenti tiba-tiba buat pihak Thian-cu-kauw sudah tentu
merupakan kesempatan terbaik Tetapi bagi pihak Tho-1332
hoa-to tidak menyukai keputusan itu mengetahui
kemenangan sudah akan didapat oleh mereka lalu
dihentikan secara tiba2 oleh Lim Tiang Hong, maka hampir semua memperlihatkan parasaan tidak puas.
Si Dewa Gemuk lantas pelembungkan perutnya
yang gendut itu, serta katanya "Enak sekali kedengaran bicaramu! Eh! Di dalam dunia dimana ada urusan besar yang begitu gampang dibereskan" Buat kami orang
orang Tho-hoa-to, jikalau sudah inginkan pertempuran, pertempuran itu harus diputuskan dulu dengan
kemenangan atau kekalahan mutlak! Lebih2 lagi
bicakok2 Thian-cu-kauw begitu berani menantang Tho-hoa-to, lebih tidak bisa dibiarkan satu orang Thian-cu-kauw kembali dalam keadaan masih bernyawa!"
Lim Tiang Hong melirik ke tempat orang gemuk itu
berdiri, lalu katanya setelah tersenyum ewah: "Menurut pikiranmu, tuan gemuk yang mulia, bukankah kau
menolak usulku jangan diteruskan pertempuran ini?"
"Begitu memang, tidak kurang tidak lebih!"
Begitulah si Dewa Gemuk menjawab, matanya dipentang lebar2.
1333 Lim Tiang Hong mendadak dongakkan kepala dan
tertawa ber-gelak2. Kemudian ia berkata pula: "Aku si orang she Lim jikalau mengerjakan sesuatu selamanya tidak pernah membutuhkan terima kasih dan juga akan berobah. Siapapun yang tidak mau hentikan
pertempuran, biarlah cobakan saja kepandaian dia di hadapanku" Itu juga berarti, selama aku Lim Tiang Hong masih ada disini, tidak akan membiarkan kalian kedua pihak melanjutkan pertempuran ini lagi!"
Perkataan Lim Tiang Hong yang jelas berbau
tantangan yang amat mencolok tentu jelas maksudnya bagi setiap orang. Begitu berwibawa hingga mau tidak mau orang tidak bisa membiarkan atau meneruskan
kemauannya sendiri. Dewa Gemuk memang beradat aseran, maka begitu
mendengar kata kata tantangan Lim Tiang Hong, lalu maju setindak dan katanya: "Bocah! Kau berdiri diatas gunung besar mana sampai begitu berani menantang
kami!" Berbareng dengan itu, tangannya sudah diayun
menyerang kearah dada Lim Tiang Hong.
1334 Lim Tiang Hong ganda ketawa dingin,
dikerahkannya kekuatannya kekedua telapak tangannya dan disambutnya sekali serangan si gemuk itu.
Begitulah sebentar kemudian terdengar suara
gemuruh yang menggetarkan tempat diantara berdirinya Lim Tiang Hong dan Dewa Gemuk!
Dewa Gemuk kelihatan mundur sampai dua tindak.
Tetapi Lim Tiang Hong, sedikitpun kakinya tiada
kelihatan bekas tergetar menandakan tertancap kuat kuat sekali kakinya di bumi.
Dewa Gemuk sebagai salah satu orang kuat dari
Tho-hoa-to, sudah tentu penasaran sekali. Maju lagi dia, maksudnya akan melancarkan serangannya, tetapi Hong-gwat Kongcu lantas lompat didepannya dan berkata:
"Phoan siok, mundurlah kau sedikit! Biarkan aku yang bertanya kepadanya"
Kongcu perlente ini lalu berpaling, bertanya kepada Lim Tiang Hong dengan nadanya yang ketus: "Saudara Lim tidak inginkan kami bertempur teius, apa barangkali ada maksud dengan diam2 ingin membantu dengan
pihak Im Tay Seng?" 1335 Lim Tiang Hong unjuk senyum lebar. "Saudara
jangan salah paham!" katanya membantah. "Aku si orang she Lim hanya inginkan kalian dari dua pihak tidak kucurkan darah terlalu banyak buat urusan ini.
Sementara mengenai persoalanmu yang sebenarnya
dengan mereka, bagaimana saja cara penyelesaiannya dan dihari kemudian akan diteruskan atau tidak, aku tidak ambil perduli lagi. Tapi hari ini, biar bagaimana aku harap sukalah kalian pandang muka Lim Tiang Hong
sedikit!" Houg-gwat Kongcu mendadak ketawa ber-ge!ak2
dan katanya: "Baiklah! Rekening ini biarlah sementara kucatat dalam buku notes ku. Dan kiranya tidak lupa kau dengan perjanjian kita tahun depan, bukan?".
Sehabis berkata demikian, Kongcu perlente ini
berteriak dengan suara nyaring berwibawa: "Mundur!"
Dengan didahului oleh badannya sendiri yang
bergerak duluan, seolah2 anak panah lepas dari
busurnya, seketika itu juga menghilang dirimba situ.
Lima orang laki2 perlente Tho-hoa-to kala itu
sedang berusaha mengangkati tiga kawan mereka yang 1336
terluka, sedang si Dewa Gemuk dengan hati mendongkol setelah pelototi Lim Tiang Hong sejenak, juga berlalu.
Lim Tiang Hong melihat terus sampai semua orang2
Hong-gwat Kongcu berlalu, waktu itulah dia menoleh kepada orang orang Thian-cu-kauw yang terlihat olehnya sedang menolongi kawan sendiri, sedang Bi-ma Thian-kauw Beng Sie Kiu seakan-akan patung hidup nampak berdiri diam. Terang kalau saat itu dia sedang mengatur pernapasannya buat memulihkan kekuatannya.
Bagaimana dengan Im Tay Seng"
Kauwcu muda ini kelihatan amat sedih, murung
wajahnya. Matanya mendelong, mulutnya menganga
mengawasi orang2nya yang begitu banyak terluka.
Lim Tiang Hong tidak mau banyak bicara dengan
orang-orang Thian-cu-kauw itu, hanya kepada Im Tay Seng katanya: "Hari ini kau boleh merasa bersyukur yang kau tidak sampai kehilangan nyawamu! Mengenai
urusanmu yang tadi sudah kau terima baik, ingat! Jangan sekali kali kau lupakan itu! Lihat, kalau lain kali kau putar lidah lagi, Hmmm. Aku si orang she Lim tidak akan bisa beri pengampunan lagi".
1337 Setelah berkata demikian, kakinya menotol tanah,
badannya melayang tinggi setombak lebih, tiba2
menghilang di dalam rimba.
Waktu itulah dari dalam rimba mendadak melayang
sesosok bayangan orang yang menyongsongnya seraya katanya demikian: "Im Tay Seng, jangan pergi dulu!".
0-0dw-kz0-0 Bab 33 LIM TIANG HONG mendadak dapat lihat
berkelebatnya sinar perak, rnenyambar dihadapan
matanya Segera dongakan kepalanya dan tangannya
menyambar kebawah, sedangkan tubuhnya lantas
lompat melesat setinggi 7-8 kaki tingginya. Setelah berputaran ditengah udara, lalu melayang turun
kebawah. Selagi hendak menegur, sesosok bayangan
orang sudah menerjang kehadapannya dan ujung
pedangnya kembali menyambar pinggangnya.
Daya pandangan mata Lim Tiang Hong sangat
tajam sekali. Biarpun sinar perak berkilauan tadi membikin kabur matanya, tapi ia masih dapat lihat 1338
dengan tegas bahwa orang yang berada didepannya dan menyerang padanya itu adalah Henghay Kouw-loan.
Kembali melesat tinggi 5 kali, sedang, mulutnya
lantas berseru: "Ada apa-apa kita boleh bicarakan secara baik2, apakah artinya dengan perbuatanmu ini?"
Dari nada suaranya itu, terang dalam hatinya anak muda itu sudah merasa agak tidak senang.
Orang yang datang dan menyerang secara
mendadak itu memang benar adalah Henghay Kouw-
loan. Setelah mendengar teguran demikian, ia lalu tarik kembali serangan pedangnya dan lompat kesamping. Ia menghela napas panjang sambil tundukkan kepala,
mulutnya membisu, tidak bisa berkata apa2.
Kini ia sudah tahu persoalannya yang menimpah
atas dirinya, bahwa yang mencemarkan dirinya malam itu, menang benar adalah Im Tay Seng, maka ia mencari padanya dan hendak mengadu jiwa dengannya. Siapa
nyana bahwa pemuda yang disangka Im Tay Seng itu
ternyata adalah Lim Tiang Hong.
Ketika ia melihat sikapnya Lim Tiang Hong yang
agaknya merasa tidak senang dengan perbuatannya
1339 yang sembrono, dalam hatinya merasa tidak enak
sendiri. Lim Tiang Hong juga tahu penderitaan batin sucinya itu, barusan karena hatinya merasa mendongkol, maka menegur padanya dengan perkataan yang agak kasar, tapi kini setelah melihat keadaannya yang menyedihkan, dalam hatinya juga merasa menyesal. Cepat ia maju 2
tindak, dengan suara lemah lembut ia berkata: "Enci Kouw-loan, Urusan malam itu, aku sudah selidiki dengan jelas, benar2 adalah...."
Henghay Kouw-loan buru2 memotong: "Perkara
yang sudah2, tidak perlu diungkat lagi. Ini adalah nasibku yang sudah ditakdirkan demikian. Jikalau kau masih mempunyai sedikit perasaan welas asih terhadap encimu yang bernasib malang ini, aku mengharap kau sudi menyanggupi sesuatu hal untuk aku"
"Antara kau dengan aku, hubungannya seperti
saudara kandung sendiri. Asal saja aku mampu
melakukan, jangan kata cuma satu hal, sekalipun 10 hal, sudah selayaknya aku sanggup bantu melakukan. Kau katakanlah saja dengan terus terang!"
1340 Parasnya Henghay Kouw-loan segera terlintas suatu perasaan duka yang tidak terhingga, kemudian dengan paras berubah kemerah merahan menghampiri Lim Tiang Hong, dengan suara tidak lampias ia berkata: "Adik Hong, barusan kau kata, asal kau mampu, pasti
menyanggupi permintaanku, bukan?"
Lim Tiang Hong anggukkan kepala. Ia kira Henghay
Kouw-loan minta padanya mencari jejaknya Im Tay Seng untuk diajak berhitungan.
Tidak nyana, Henghay Kouw-loan mendadak
jatuhkan dirinya dalam pelukannya Lim Tiang Hong dan berkata dengan suara meratap: "Aku minta kau supaya suka mengaku terus terang dihadapan suhu, bahwa
perbuatan malam itu, benar2 adalah kau yang melakukan"
Lim Tiang Hong terperanjat. "Mana boleh.....?"
demikian ia menjawab. "Kenapa tidak boleh" Jika bukan kau, apa kau kira aku mandah begitu saja" Adik Hong, aku minta tolong padamu, terimalah permintaan encimu ini!"
1341 "Ini adalah satu hal yang tidak mungkin! Aku berani bersumpah terhadap langit dan bumi, bahwa perbuatan malam itu bukanlah aku yang melakukan"
Sebetulnya, Henghay Kouw-loan juga sudah tahu
adalah Im Tay Seng yang menyaru, namun ia masih
mengharap, agar Lim Tiang Hong mau mengakui.
Dengan demikian baru ia tidak kehilangan muka
terhadap suhunya dan orang2 dunia kang-ouw. Tapi
diuar dugaan, Lim Tiang Hong tidak mau terima baik permintaannya.
"Bukankah kau tadi sudah menyatakan sendiri, asal kau mampu, kau akan sanggupi permintaanku?"
"Dalam perkara lainnya, aku boleh bantu kau
sepenuh tenaga. Tapi jika kau suruh aku Lim Tiang Hong mengakui itu perbuatan terkutuk yang membikin noda nama baik leluhur ku, aku tidak sanggup"
"Apakah kau tega hati sampai encimu tidak bisa jadi orang untuk selama-lamanya?"
Lim Tiang Hong mengusap-usap rambutnya yang
panjang, sambil menghela napas ia menjawab: "Soalnya bukan begitu. Segala sesuatu, yang benar tetap benar dan yang salah tetap salah. Aku tidak berbuat, tapi kau 1342
paksa aku suruh mengakui, ini benar2 tidak bisa. Apalagi buat kau sendiri dalam hal itu juga bukan kemauanmu sendiri. Orang lain pasti bisa memaafkan kau, mengapa kau tidak bisa pikir panjang?"
Henghay Kouw-loan tidak bisa berkata apa2 lagi,
tapi kepalanya disesapkan didadanya Lim Tiang Hong dan menangis ter-sedu2.
Suara tangisannya itu ada begitu menyayatkan hati, Ia telah menumplakkan semua kedukaan dan
penderitaan yang selama beberapa hari ini merundung hatinya. Airmata mengucur deras, sehingga membikin basah bajunya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong gelagapan. Dengan hati cemas ia
goyang2kan pundaknya Henghay Kouw-loan seraya
berkata: "Enci Kouw-loan, kau jangan menangis, kita boleh berunding dengan tenang!"
Henghay Kouw-loan angkat kepalanya dan
membuka matanya yang penuh air, kemudian menanya:
"Kau terima baik permintaanku?"


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak! bukan itu yang aku artikan, maksudku, kita harus mencari daya upaya sebaik-baiknya"
1343 "Kau sekarang harus berkata terus terang,
sebetulnya apa sebabnya kau tidak terima baik
permintaanku" Apakah cela parasku yang jelek atau disebabkan kau sudah mempunyai Siauw-yan mu itu,
sehingga membuang encimu?"
"Enci jangan kata sembarangan, kecantikan enci
yang laksana bidadari dari kahyangan, masih sudi
memandang diriku yang serendah ini. Apa yang
membuat aku kurang puas" Cuma, pertama karena kau ada kau adalah suciku. Jika aku telah mencemarkan diri suci selagi suci dalam keadaan bahaya, bukankah itu berarti seperti perbuatannya seekor binatang"
Dikemudian hari apa masih ada muka untuk menemui
suhu dari kawan2 didunia kang-ouw" Kedua, aku sudah mempunyai tunangan, hakekatnya juga tidak dapat
menerima permintaanmu itu"
Henghay Kouw-loan mendadak melepaskan diri dari
pelukannya Lim Tiang Hong dan mendorongnya, lalu
balikkan badannya dan berlalu, sedang mulutnya
mengoceh sendirian: "Habis! Habislah semuanya! Oh!
bagaimana kau nanti ada muka bertemu orang" Siapakah ayahmu....?"
1344 Meski perkataannya itu diucapkan dengan suara
demikian perlahan, sehingga hampir tidak kedengaran, tapi bagi Lim Tiang Hong yang mempunyai daya
pendengaran sangat tajam, segera dapat menangkap
dengan jelas semua apa yang diucapkan.
Dengan cepat ia mengejar, sambil menyambar
pundaknya ia menanya dengan wajah terheran: "Apa"!
Kau sudah mengandung....?"
Henghay Kouw-loan per-lahan2 hentikan
tindakannya lalu anggukkan kepalanya tapi di parasnya pada saat itu, tidak mengunjukkan duka atau
kesengsaraannya. Ia hanya berdiri menjublak laksana patung, sedang jawabannya juga seperti orang
mengigau. "Jika bukan karena bibit durhaka ini, di dalam dunia ini barangkali sudah tidak ada Henghay Kouw-loan lagi"
Lim Tiang Hong juga merasa sedih terharu
mengenai nasib malang yang menimpa atas diri sucinya itu, tapi itu hanya merupakan suatu perasaan simpatik saja, biar bagaimana toh ia tidak bisa mengakui
perbuatan dosa itu atas dirinya.
1345 Melihat sikapnya Henghay Kouw-loan itu, pikiran
takut segera terlintas dalam otaknya. Ia tahu bahwa pada saat itu ia tidak boleh mengganggu pikirannya sang suci itu lagi, maka ia lantas menarik tangannya dan mencari, tempat yang bersih untuk berduduk, kemudian berkata padanya dengan suara lemah lembut "Enci
Kouw-loan, aku merasa simpatik terhadap dirimu dan aku juga percaya bahwa Heng-thian Locianpwee bisa
mengampuni kau. Kau tidak usah terlalu susah hati, anak dalam kandunganmu itu adalah anaknya Im Tay Seng
sudah tentu aku bisa mendesak padanya supaya mau
mengakui" Henghay Kouw-loan mendadak ketawa ber-gelak2
seperti orang gila, ia peluk kencang2 tubuhnya Lim Tiang Hong, dongakan kepala, ia ciumin pemuda itu seperti orang kalap, lalu dengan suara gemetar ia berkata: "Adik Hong! benarkah kau tidak mau mengakui bahwa anak
dalam kandunganku ini bukan anakmu" Malam itu tidak peduli siapa yang berbuat, tapi dalam mata hatiku, cuma ingat kau seorang....!"
Pukulan batin yang sangat hebat, membuat ia
kehilangan pikiran waras saat itu ia se-olah2 sudah lupa 1346
segala2nya. Sifat agungnya telah berubah seperti
perempuan hina. Lim Tiang Hong semula tidak menduga sama sekali.
Ketika dipeluk, ia merasa berat untuk menolak dan sekarang sudah tidak keburu lepaskan dirinya lagi, kecuali menggunakan kekerasan.
Sudah tentu, itu juga disebabkan pula karena ia
mengetahui benar perasaan dahulu terhadap dirinya, disamping itu, manusia juga bukan patung, bagaimana tidak mempunyai perasaan" Tidak nanti ia begitu tega hati pada waktu demiian melukai pikiran sucinya yang sudah kalut itu.
Henghay Kouw-loan saat itu menggunakan seluruh
tenaganya memeluk erat2 dirinya Lim Tiang Hong sambil menjumpai seperti kalap.
Lim Tiang Hong tetap tenang ia membiarkan dirinya diciumi sampai se-puas2nya, baru membuka mulutnya dan berkata dengan suara perlahan: "Encie Kouw-loan, teranglah, dengan demikian cuma menambah
penderitaan batinmu"
Henghay Kouw-loan mendadak mendorong dirinya
dan ketawa ber-gelak2: "Penderitaan". Hahaha. Apa kau 1347
kira penderitaanku masih belum cukup" Dengan terus terang, aku sekarang benci kau, coba kau pikir, jika tidak ada kau, bagaimana sekarang aku bisa menjadi begini rupa?"
Sambil masih ketawa ber-gelak2 mendadak ia lari
kabur. Lim Tiang Hong tahu sang suci itu terlalu hebat
penderitaan batinnya. Karena ia kuatir akan terjadi apa2
atas dirinya, maka ia buru2 lompat menghadang
didepannya seraya berkata: "Encie Kow-loan, sekarang kau hendak pergi kemana" Bolehkan kita berunding lagi sebentar untuk mencari jalan pemecahannya?"
Henghay Kouw-loan tiba2 hentikan ketawanya.
Dengan nada suara dingin ia berkata: "Anak toh tidak boleh tidak ada ayahnya. Aku hendak mencari ayahnya bocah dalam kandunganku ini! Terus terang
kuberitahukan padamu, bocah ini meski bukan darah dagingmu, tapi masih ada rohmu di dalamnya. Hm!
Sekalipun kau tidak mau mengakui, tapi nanti aku akan didik padanya menjadi seorang yang lebih buas daripada Pek-tok Hui-mo. Kau tunggu dan lihat saja haa..haa"
Sehabis berkata, ia lantas melejit pergi.
1348 Lim Tiang Hong hanya bisa geleng2kan kepalanya.
Bayangan Henghay Kouw-loan sudah lenyap dari
depan matanya. Sekarang dalam hati anak muda itu
seperti kehilangan apa2. Ia tahu benar bahwa sang enci itu terangnya mencintai sangat padanya. Dan
perbuatannya saja yang mendesak ingin minta dikawini oleh Lim Tiang Hong dapat diketahui hati sang suci itu, tapi mana akan mungkin dapat terlaksana. Karena itu tadi terpaksa ia cuma memberi hiburan sebanyak
mungkin, tetapi untuk itu, ia juga tidak berdaya untuk mencapai maksudnya. Ketika melihat Henghay Kow-loan sudah berada jauh, Lim Tiang Hong masih berdiri
ditempatnya, diam-diam mendoakan supaya dapat
terangkap jodoh wanita itu dengan Im Tay Seng.
Meskipun Im Tay Seng tidak dapat menjadi kawan hidup yang ideal baginya, tetapi ibarat nasi telah menjadi bubur, apa yang akan di perbuatnya lain dari berharap demikian"
Menurut pikirannya, timbul suatu lamunan yang
aneh dipikiran: Meskipun ia tidak dapat terima baik permintaan encinya, tapi akan menjajakan supaya wanita itu dapat hidup bahagia selamanya. Adapun kebahagian 1349
itu dapat dicapai dengan satu satunya jalan yakni, turun tangan dan memperbaiki martabat Im Tay Seng!
Oleh karena itu, maka ia lalu mengambil keputusan semenjak hari itu akan mengusahakan se-bisa2nya agar supaya Im Tay Seng dapat merubah kelakuannya
menjadi orang baik2. Tetapi mendadak ia ingat bahwa sang waktu
baginya sendiri sangat penting artinya. Jikalau dalam waktu sepuluh hari tiada dapat sampai digunung Hoan-ceng-san atau sampai Yan-jie tercelaka, itu akan menjadi kemenyesalan seumur hidup baginya Terlebih2 bagi
Ceng-lim Cun-loan yang sudah bersemayan di alam baka.
Memikir sampai disitu, ia sudah tidak berani berlaku ayal lagi lantas gerakan budannya dan lantas lari ke Tiang-lam.
0-0dw-kz0-0 Bab 34 CABANG PERSILArAN Tiang-lim pay yang terkenal
dalam kalangan Bu lim dengan ilmu pedang dan ilmu meringankan tubuh! Namun semua jago2nya terdiri
kaum wanita. Terutama Tiang-lam It-hong merupakan 1350
orang terkuat dengan jabatannya disitu sebagai
pemimpin atau Ciangbunjin semenjak berdirinya partay mana. Dahulu, namanya pernah menjagoi dunia kang-ouw serendeng dengan nama Bu-ceng. Kiam-khek dan
Thian-lam Ngo-liong. Tetapi dalam masanya orang2
persilatan semua pada menganggap Bu-ceng Kiam-khek sebagai manusia terkuat. Oleh sebab itu maka Ngo-liong It-houw mulai merasa tidak puas, begitupun Thian-lam It-hong. Mereka janjikan akan adakan pertandingan digunung Thay-san untuk menentukan siapa terkuat.
Pada kala itu Bu-ceng Kiam-khek masih sedang jaya2nya.
Terutama dengan ilmu pedangnya yang sudah sangat
mahir dimilikinya, To-liong Keng-hong yang merupakan ilmu pedang yang sudah tak ada taranya pada kala itu.
Tatkala pertandingan jago2 dilangsungkan, benar saja dalam seharian itu Bu-ceng Kiam-khek ber-turut2
menjatuhkan "Ngo-liong" (lima naga) dan It-hong (seekor burung Hong). Semua pecundang ini, setelah dikalahkan masih tidak merasa puas dan menganggap penghinaan besar buat mereka. Mereka bertekad ingin menuntut balas untuk cuci bersih kehinaan yang mereka derita hari itu.
1351 Akan tetapi kedua partai tadi tidak mempunyai
murid yang berbakat baik. Selama beberapa tahun tidak seorang muridpun dapat diserahi tugas membangkitkan partai2 tersebut. Berbareng dengan itu, tersiar kabar Bu-ceng Kiam-khek telah mengasingkan diri dari dunia kang-ouw. Maka usaha mereka dengan sendirinya lantas
tertunda Setelah Tiang-lam It-Hong meninggal dunia,
tampak pimpinan partai diserahkan kepada "Thian-san Lo-lo. Tetapi dibawah pimpinan Thian-san Lo-lo yang keras adat dan berangasan dan tidak begitu sempurna memiliki ilmu silat, ditambah kala itu usianya sudah lanjut, dan tahu bahwa kepandaiannya sendiri tak dapat diusahakan mencapai taraf lebih tinggi lagi, maka jabatan Ciang-bunjin lalu diserahkan kepada adik perguruan perempuannya yang bernama Cin-nia Cie-hong. Sedang kemudian terdengar kabar, Thian-san Lo-lo
mengasingkan diri ke gunung Thian-san (gunung seribu), tidak mau campur urusan partai lagi.
Cin-nia Cie-hong, orangnya cerdik dan mempunyai
pikiran tajam. Ia tahu bahwa bagi kaum segolongannya, keadaan fisiknya tak dapat melawan kaum pria dan itu 1352
memang pembawaan kodrat alam. Maka semenjak
menjabat sebagai ketua partai, pernah sekali tempo dipanggil semua anak murid Tiang-lim-pay, lalu diperiksa satu persatu serta dipilih yang berbakat baik dan lurus.
Kemudian dengan bertekun masing diwajibkan melatih dan mempertinggi mutu kepandaian mereka itu. Jikalau belum yakin benar bahwa kekuatan mereka itu belum dapat dipergunakan didunia kang-ouw, semua murid itu dilarang keras berkelana didunia persilatan. Maka selama beberapa tahun belakangan ini, kecuali Thian-san Lo-lo dan muridnya, orang2 Thiang-lim-pay umumnya jarang yang terjunkan diri kekalangan masyarakat ramai.
Belum lama berselang si Burung Hong putih Cu Giok Im pulang kegunungnya menjumpai Susioknya. Ia telah membicarakan tentang munculnya murid Bu-ceng Kiamkhek ke dunia kang-ouw. Bahkan menurut keterangan nona itu, kepandaian dan kekuatan murid Bu-ceng Kiamkhek itu tidak dibawahnya Bu-ceng Kiam-khek dimasa silam. Cin-nia Cie-hong yang mendengar keterangan itu menganggap sudah tiba waktunya untuk mengeluarkan jago2nya dan diadu dengan Lim Tiang Hong guna
mencuci bersih nama Thian-lim-pay yang sudah jatuh 1353
pamor. Maka itu juga telah diutusnya Cu Giok Im
mengundang Lim Tiang Hong, diam2 juga mewartakan
kepada Thian-lim pay, Ngo-hay-pay, dan partai2
golongan Hian-bun lainnya supaya turut menyaksikan pertandingan itu.
Bagi, orang2 rimba persilatan, menguji atau
mengadu kepandaian (pie-bu) merupakan saatu
kebiasaan yang wajar. Siapapun suka turut menyaksikan.
Namun dalam hal ini, Cin-nia Cie-hong telah
membesarkan perkaranya itu dengan mengundang
partay besar persilatan, juga merupakan hal yang sangat langka. Juga menunjukkan, bahwa tentu sipemimpin ini ingin memperlihatkan kekuatan partaynya.
Dalam mengundang orang kuat dunia kang-ouw,
tidak diketahui oleh Cu Giok Im, ter-lebih2 lagi bagi Lim Tiang Hong. Dia hanya tahu terus berjalan siang hari malam agar dapat sampai tepat pada waktunya.
Disepanjang jalan diapun sudah mengetahui
banyaknya orang2 kang-ouw pada ber-duyun2 menuju
ke Thian-lam. Ini menyebabkan timbul ke-ragu2annya.
Pada batinnya dia mengatakan bahwa Tiang-lim pay
mengundangnya kesitu, hanya untuk mengadu
1354 kepandaian dua partai, partainya dan partai Tiang-limpay. Mengapa datang lagi begitu banyak orang dan
berbagai partai lain" Ini yang membuat dia heran tak habis pkir. Apakah itu hanya suatu kejadian yang
kebetulan saja" Dengan adanya dugaannya yang terakhir, dia jadi
tidak seberapa taruh perhatian, dan terus melanjutkan perjalanannya.
Tiba2 terlihat seorang penunggang kuda me-
ngaburkan binatangnya dengan cepat. Dari dandanan dan simbol burung Hong putih di atas dadanya
penunggang kuda itu, segera dapat diketahuinya siapa orangnya itu. Dalam hatinya segera berpikir: Ia
nampaknya begitu tergesa2, entah apa sebabnya!
Apakah ada terjadi perubahan apa-apa.
Tidak antara lama, si burung Hong putih Cu Giok Im sudah berada di hadapannya, dengan suara cemas si nona itu berkata kepadanya: "Celaka, bagaimana baiknya urusan ini?"
Im Tiang Hong tidak tahu entah ada kejadian apa
yang mambuat si nona demikian gelisah, seketika itu 1355
malah, dibikin terperanjat, maka lantas menanya: "Ada urusan apa sehingga membuat nona demikian gelisah?"
"Dengan terus terang, partay kita undang kau
kemari untuk menguji kepandaian, maksudnya ialah
hendak mencuci kehinaan Sucow yang dahulu kalah
ditangannya Bu-ceng Kiam-khek. Siauw-moay mengira dalam pertandingan ini hanya antara kau dengan susiok yang hendak menguji kepandaian masing2. Siapa kalah siapa menang tidak merupakan soal penting, biar
bagaimana toh tidak akan tersiar keluar kedunia kang-ouw. Tidak nyana, Ciangbun susiokku itu telah meniup2
soal ini begitu besar, bahkan mengundang orang2
pelbagai partay persilatan untuk menyaksikan
pertandingan tersebut. Ini berarti bahwa susiok hendak pertaruhkan nama baik partay kita dalam pertandingan ini. Dengan demikian, maka persolannya menjadi besar".
"Siauwmoy sebagai salah satu anggota Tiang-lim-
pay, disamping itu ada mempunyai hubungan baik
dengan Lim heng. Maka aku merasa dipihak mana saja yang kalah semua tidak baik. Maka hatiku merasa cemas sekali hingga dengan ter-gesa2 aku mencarimu lebih 1356
dulu buat rundingkan dan cari daya, bagaimana baiknya untuk kebaikan kedua pihak"
Lim Tiang Hong menjawab sambil kerutkan alisnya.
"Soal ini benar2 rumit! Partaimu tidak benar sebab sudah bermaksud membuat kemenangan. Aku seorang she Lim demi kepentingan nama baik suhu sudah tentu akan
melayani dengan se-sungguh2nya. Siapa yang kalah dan siapa yang menang juga masih tergantung atas
kepandaian masing2 yang ditentukan belakangan"
Si Burung Putih Cu Giok Im tahu benar kepandaian
si anak muda itu. Pada dewasa ini buat dunia kang-ouw mungkin sulit buat mencari tandingannya dan barangkali masih lebih kuat dari pada Bu-ceng Kiam-khek di masa jayanya. Sedang dipihak Susioknya sendiri juga
merupakan seorang kuat yang jarang ada didalam rimba persilatan. Sekian tahun lamanya dia mangasingkan diri entah sampai dimana kemajuan kepandaian silatnya.
Disamping itu dia juga merupakan seorang yang cerdik dan tidak mau mengagulkan kepandaiannya dimata
orang lain. Sekalipun Cen-san Lo-lo sendiri juga tidak tahu sampai dimana kepandaian sang sumoay itu. Kali ia membesar-besarkan soalnya dengan maksud agar
1357 gerakannya itu mengejutkan dunia kang-ouw. Sudah
tentu sudah yakin penuh dia dengan kepandaian sendiri maka Cu Giok Im merasa bahwa pertandingan kali ini susah sekali untuk didapat perbaikannya guna kedua pihak. Betul ia sendiri cuma merupakan seorang anggota, tapi dari tingkat muda. Sudah tentu tidak berdaya dapat merintangi maksud Ciang-bun-jinnya. Setelah mendengar perkataan Lim Tiang Hong, lalu berkata sambil menghela napas: "Kedatangan Siauw-moay ini tidak lain daripada untuk mengajukan suatu permintaan kepada Lim heng.
Jika Lim-heng berhasil merebut kemenangan, mengharap sangat janganlah sampai keterlaluan sudah cukup.
Sebaliknya apabila Cian-bun Susiok yang menang, Siauw moaypun akan usahakan agar tidak sampai terlalu
merugikan nama baik Lim-heng"
Lim Tiang Hong menjawab sambil ketawa bergelak
gelak: "Soal ini tidak perlu sampai menjadikan pikiran yang bukan bukan. Apabila aku tidak mampu
menghadapi Susiokmu dan sampai mengalami
kekalahan, saat itu aku yakin masih mempunyai kekuatan untuk menjamin kekeselamatan jiwaku sendiri, tidak memerlukan bantuan dari orang lain"
1358 Pada kata2 ini seperti menyadarkan Cu Giok Im
pada kata katanya sendiri tadi yang kurang tepat.
Memang benar, andaikata ia berdiri dipartainya yang menang, tidak ubahnya seperti minta dikasihani orang.
Sebaliknya andaikata dia berdiri dipihak lawan, itu berarti merendahkan kehormatan lawan tersebut. Maka setelah disahuti demikian oleh Lim Tiang Hong, ia lalu merenung sekian lama baru kemudian berkata pula: "Urusan tadi sebetulnya memang karena Siauwmoay terlalu
menguatirkan kedua pihak, harap jangan Lim-hong
berkecil hati. Sekarang waktunya makin mendesak,
Siauw-moay rasa sudah waktunya Siauw-moay kembali.
Sampai ketemu di Pek-cin-nia!"
Sehabis berkata, lalu melompat si Burung Hong
Putih ke atas kudanya, menghilang dari depan mata Lim Tiang Jong.
Lim Tiang Hong menyaksikan berlalunya si Burung
Hong Putih, kembali tertawa bergelak gelak. Perbuatan Cin-nia Cie-hong kali itu benar benar membangkitkan kegusarannya. Juga membangkitkan hatinya untuk
merebut kemenangan yang selama itu sudah tidak begitu dihiraukan. Pikirnya menyangka bahwa partai Tiang-lim-1359
pay memandangnya sebagai orang yang terkenal
dikalangan kang-ouw yang gampang bisa dipermainkan orang. Ia lalu timbui niatnya ingin menjajai sampai dimana tingginya kepandaian Cin-nia Cie-hong.
Selagi ia tertawa ber-gelak2, kembali di sampingnya berlalu serombongan orang. Yang jalan di muka adalah seseorang berewokan lebat dengan jubahnya yang
gedombrongan. Dari jauh dia sudah berkaok2 "Lim Siauw-hiap!
Kenapa kau tertawa seorang diri disini?"
Lim Tiang Hong berpaling. Orang yang datang itu
ternyata adalah satu2nya orang yang masih hidup dari Thian-lam Ngo-liong yakni Ho-siu Ciat-liong. Orang mana dengan membawa beberapa anak2 muda, diduga adalah anak muridnya, maju menghampiri kedekat Lim Tiang Hong.
Adapun mengenai Liong satu2nya ini, semenjak
mendapat pertolongan Lim Tiang Hong, mendapat kesan baik yang amat dalam sekali terhadap murid Bu-ceng Kiam-khek ini. Begitupun dengan Lim Tiang Hong,
terhadap orang tua yang dahulu namanya pernah
serendeng dengan gurunya, iapun menaruh hormat.
1360 Maka buru2 ia maju dan memberi hormat.
"Locianpwee kiranya datang ke Tiang-lim-san ini karena ingin menyaksikan pertandingan?"
Ho-siu Ciat-liong menyahut sambil ketawa ber-
gelak2 "Benar! Aku kepingin lihat bocah perempuan itu sudah dapat kemajuan sampai dimana selama beberapa tahun ini, sampai begitu berani membesarkan urusan ini!"
Menurut taksiran Lim Tiang Hong, Cin-nia Cin-hong sedikitnya pasti sudah diatasan enam puluh tahun
usianya. Tidak disangkanya Ho-siu Ciat-liong menyebut-nyebut dalam perkataannya, bocah perempuan, hingga dalam hati diam2 merasa geli sendiri.
Ho-siu Ciat-liong mendadak bertanya: "Barusan si
budak Pek-hong (burung Putih) itu apa perlunya mencari kau?"
Lim Tiang Hong kerutkan alisnya, lalu menuturkan
dari mulai kedatangan Si Burung Hong Putih kepadanya, kemudian menutup dengan kata2nya: "Demi kepentingan nama baik perguruan, dalam urusan ini boanpwee
sebetulnya tidak mempunyai pikiran apapun juga untuk 1361
kebaikan kedua pihak. Kita cuma bisa lihat sampai berapa jurus nanti pertandingan diadakan"
Ho-siu Ciat-liong angguk2an kepalanya, berkata
pula: "Kaum perempuan selamanya sempit dalam
berpikir. Segala urusan yang lalu yang sudah kulupakan lama sekali, masih diingat oleh mereka! Malah terlaluan sekali sampai mendendam demikian rupa kepadamu.
Menurut pandanganku, perbuatannya kali ini yang
maksudnya ingin mengangkat naik namanya barangkali akan hasil kebalikannya. Siauw hiap yang sudah ada maksud hati begitu, kalau sudah sampai waktunya
Lohupun akan ikut campur buat membereskan soalnya.
Kau tidak perlu terlalu memikir banyak, berlakulah murah sebisa2nya"
Lim Tiang Hong tidak tahu apa yang dimaksud
campur tangan orang tua itu, apa yang dapat
diperbuatnya hanya mengangguk saja.
Ho-siu Ciat-liong naik ke punggung kudanya,
berkata: "Jangan biarkan orang tunggu terlam lama, lekas jalan".
"Silahkan Locianpwee jalan duluan, boanpwee
menyusul" 1362 Sebentar kumudian tampak lebih ramai manusia2
ber-bondong2 menuju kearah situ.
Ho-siu Ciat-liong pernah menaiki bukit itu, maka
sudah tidak asing lagi jalan2 disitu baginya. Tidak antara lama runah2 penduduk Tiang-lim-san sudah berada
didepan matanya. Tiba2 dari dalam rimba muncul serombongan
barisan wanita yang memakai pakaian ringkas warna hijau. Diatas pundak masing rnasing wanita itu
tergemblok sebilah pedang yang terbungkus oleh
serangka kult ikan Hiu warna biru.
Wanita2 tersebut begitu dekat kejalan raya, lalu
memisah dikedua sisi jalan raya. Setiap barisnya terdiri dari 6 orang, dengan rapi berbaris dikedua sisi jalan sedang di-tengah2 tampak berdiri agak membungkuk
seorang wanita yang kira2 berumur 31 tahun wanita itu mungkin kepala rombongan tersebut.
Ho-siu Ciat-liong lalu tahan les kudanya, lalu
berpaling dan berkata pada Lim Tiang Hong: "Majulah kau ke depan orang sudah lama menjemput
kedatanganmu!" 1363

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mana bisa" Sebaliknya Locianpwee tetap jalan
dimuka. Mana boanpwee berani melangkahi yang tua?"
Lim Tiang Hong menyahuti permintaan Ho-siu Ciat-liong, menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa.
Selagi kedua orang itu yang satu meminta yang lain menolak, dari barisan wanita di depan terdengar suara nyaring: "Adakah yang didepan rombongan To-liong
Kongcu Lim Siauw-hiap" Kami telah mendapat titah
Ciang bunjin guna mengadakan penyambutan se-
baik2nya atas kedatangan Siauw-hiap!"
Ho-siu Cin liong lantas berkata sambi tertawa besar:
"Bagaimana sekarang...."
Lim Tiang Hong terpaksa maju ke depan dan
membuka mulutnya sambil menyura: "Aku yang rendah adalah Lim Tiang Hong!"
Kemudian diperkenalkan juga Ho-siu Ciat-liong
kepada mereka "Dan ini adalah Ho-siu Cianpwee dari Thian-lam Ngo-liong"
Nama Thian-lam Ngo-liong lama sudah
menggetarkan kalangan persilatan. Hampir setiap
kelangan ahli2 silat mengetahui nama itu. Begitu juga dengan rombongan wanita itu, setelah mendengar nama 1364
tersebut terlihat perubahan paras muka mereka,
kemudian serentak mereka maju kemuka, dengan laku sangat hormat sekali berebutan menyoja, kemudian
memberi jalan pula bagi para tetamunya.
Hoa-siu Ciat-liong kelihatan tidak sungkan2 lagi, terus menggandeng tangan Lim Tiang Hong,
mengajaknya jalan terus kemuka.
Dari jalan di dalam rimba itu sampai ke rangon
Tiang-lim-kok, yakni tempat berkumpulnya orang-orang, Thian-lim-pay, tidak terlalu jauh jaraknya. Begitulah tidak antara lama mereka sudah tiba didepan pintu.
Rombongan wanita yang mengantar jalan tadi berpaling dan berkata kepada dua tetamunya itu seraya memberi hormat: "Harap jie wie suka menunggu sebentar, biar boanpwee masuk dulu memberitahukan kepada suhu
supaya beliau sendiri keluar menyambut".
Ho-siu Ciat-liong berkata sambil ulap2kan
tangannya. "Tidak usah! Tidak usah! Kita masuk sama2!"
Mendadak dari dalam terdengar suara seseorang
yang berkata dergan suara amat nyaring. "Kedatangan tamu agung seharusnya mendapat perlakuan baik dan penyambutan yang hormat".
1365 Orang yang baru datang itu ternyata adalah
seorang wanita pertengahan umur, berhidung mancung dengan dihiasi oleh alis yang lentik bagus. Sikapnya yang agung menandakan bahwa dia seseorang yang harus
dimalui, hingga tidak berani memandangnya secara
langsung. Di belakang wanita pertengahan umur itu ada mengikuti empat wanita lain yang dipunggungnya
menggantung pedang panjang. Si Burung Hong Putih
juga sebagai salah satu pengikut itu.
Wanita pertengahan umur itu melihat Lim Tiang
Hong datang bergandengan tangan dengan ketua dari Thian-lam-pay, agaknya merasa heran dan takut. Tapi sebentar kemudian, sudah berani tertawa, berkata
kepada Ho-siu Ciat-liong seraya merangkapkan kedua tangannya. "Tidak tahu kalau locianpwee juga sudah datang hingga Cie-hong tidak keburu menyambut dari jauh2. Harap lo-cianpwee suka maafkan kelalaian Cie-hong ini"
Kemudian ia mengawasi Lim Tiang Hong dan
berkata: "Tuan inikah kiranya yang disebut Lim Siauw hiap?"
1366 Ho-siu Ciat-hong berkata sambil ketawa ber-gelak2:
"Lohu sebetulnya tidak tertarik dengan segala urusan dunia lagi. Tapi justru adanya urusan Lim Siauwhiap ini yang pernah berkenalan dengan Lohu, maka terpaksa turut campur tangan dan tidak mau melepaskan
kesempatan baik untuk menonton keramaian kali ini"
Saat itu Lim Tiang Hong sudah menyaksikan
dengan tegas sikap wajah Cin-nia Cie-hong. Jikalau usianya belum ditaksirnya lebih dahulu, pasti akan menganggap wanita itu baru berusia tiga puluh tahunan.
Selain dari itu iapun merasa bahwa wanita yang
dihadapinya itu tindak tanduknya agung berwibawa, tidak sebagai kaum wanita lain suka ke malu2an.
Melihat orang itu berkata dengan sikap yang ramah tamah, ia buru2 menyoja dan berkata. "Aku yang rendah adalah Lim Tiang Hong yang datang guna memenuhi
undangan utusan Ciang-bunjin. Apakah aku sedang
berhadapan dengan Ciang-bunjin Cin-nia Cie-hong yang namanya sudah tersohor itu?"
Cin-nia Cie-hong tersenyum dan mengangguk, lalu
memberikan jalan kepada tetamunya.
1367 Ho-siu Ciat-liong sebagai orang dari tingkatan tua sudah tentu tidak berlaku sungkan2 lagi. Dengan
tindakan lebar ia berjalan lebih dulu
Lim Tiang Hong meski masih muda belia dalam
umur, tetapi tingkatannya sama dengan Cin-nia Cie-hong. Disampng itu, diapun merupakan tamu agung
yang diundang hari itu. Maka ia juga segera mengikuti Ho-siu Ciat-liong, berjalan masuk ke dalam.
Sebaliknya dengan para anak murid2 Thian-lam-pay
bawaan Ho-siu Ciat-liong, mereka mesti menunggu
sampai Cin-nia Cie-hong berjalan masuk, baru berani mengintil dari belakang.
Lim Tiang Hong mengikuti Ho-siu Ciat-liong menuju kesuatu ruang besar.
Ketika tiba diruangan yang luas itu, ternyata disitu tampak sudah penuh dengan orang2 dari berbagai partai undangan tuan rumah. Sampaipun Hui-hui Taysu yang biasa2nya tidak gampang keluar pintu, saat itu tampak hadir pula, begitupun Pek-ho Totiang dari Bu-tong-pay dan Khe-tek Taysu dari Ngo-thay-pay juga kelihatan berada ber-sama2 mereka.
1368 Orang2 kuat hadir disitu, banyak yang telah
mengenal Lim Tiang Hong, bahkan agaknya mempunyai hubungan erat dengan anak muda itu. Ketika Lim Tiang Hong masuk ke dalam, sebagian terbesar tamu itu berdiri dan dengan suara riuh menegur, campur baur dengan suara tertawa.
Lim Tiang Hong kerepotan melayani memberi
hormat kepada orang2 seputarnya, kemudian masuk
dibarisan Hui-hui Taysu. Cin-nia Cie-hong dengan jalan menyebarkan surat
undangannya kepada tetamunya, tidak mengharap
ciang-bunjin2 partai2 itu datang semuanya. Ia mengira semula, tiap partai akan mengirim paling banyak dua murid sebagai wakil perkumpulan, itu sudah cukup
menghormat untuknya. Tetapi kenyataan sungguh diluar dugaannya, orang2 yang datang memenuhi
undangannya itu ternyata sebagian besar adalah orang yang memegang tampuk pimpinan dalam kepartaian
besar, hal ini sesungguhnya ia nendapat muka terang yang tidak sedikit. Sebab dengan nama dan pamor Cin-nia Cie-hong pribadi di dalam kalangan kang-ouw
umumnya, sebetulnya tidaklah mungkin dapat
1369 mengumpulkan begitu banyak pimpinan2 partai besar.
Tetapi kenyataannya semua orang besar itu sudah
berkunjung semua ke Tiang-lim, hingga mau tidak mau membuat dia merasa heran sendiri. Pada pikirnya,
mungkin pemimpin2 partai besar itu terlalu pandang Lim Tiang Hong tinggi. Sebab ketika ia menyaksikan keadaan tetamunya tatkala Lim Tiang Hong dapat sambutan
demikian hangat, baru betul2 sadar apa sebabnya.
Kiranya para pemimpin partai itu datang kesitu karena memandang Lim Tiang Hong. Dari sinipun dapat terpikir bahwa nama To-liong Kongcu dikalangan kang-ouw
sesungguhnya besar dan harum.
Selain itu, telah membuat keinginannya hendak
menggulingkan Lim Tiang Hong semakin ber-kobar2.
Dalam pikirannya, asalkan itu ia dapat menjatuhkan Lim Tiang Hong, terang nama Tiang-lim-pay naik pamor
setinggi langit. Karena itu Lim Tiang Hong dan Ciat-liong sudah
memberi hormat kepada para tamu yang datang duluan.
Hingga ruangan yang luas itu suasananya menjadi
tenang kembali. 1370 Sementara itu Cin-nia Cie-hong sebagai
pengundang telah duduk dibagian kursi tuan rumah lalu mengangkat cawannya, mengajak Lim Tiang Hong
minum sama se-olah2 tidak akan terjadi pertandingan yang sebenarnya.
Lim Tiang Hong tidak bisa minum arak, tetapi dalam keadaan mendesak demikian dikeringkannya dua cawan.
Tetamu yang datang ingin menonton keramaian
hari itu paling sedikit berjumlah seratus orang, Para tetamu itu ada yang mendapat undangan tetapi
diantaranya ada juga yang datang sendiri ingin
menyaksikan keramaian hari itu. Akan tetapi Tiang-limpay anggap sama rata semua tetamunya itu dengan
penyambutan dan pelayanan yang sama.
Setelah Lim Tiang Hong tiba, semua orang pada
kasak kusuk hingga menerbitkan suara gaduh. Orang yang pernah mengenal nama Lim Tiang Hong sebagian besar menganggap To-liong Kongcu ini akan menang.
Sebaliknya orang yang belum mengenal lawan Cin-nia Cie-hong itu, mengira bocah yang berbau pupuk bawang itu tidak akan menggondol kemenangannya. Sebabnya mudah, sebab mereka telah mendengar, bahwa Cin-nia 1371
Cie-hong pernah menutup diri melatih silat selama tiga puluh tahun, hari itu menantang murid Bu-ceng Kiamkhek bahkan mengundang demikian banyak orang
persilatan, jika tidak yakin benar dia kepada
keunggulannya sendiri, niscaya tidak sampailah dia berbuat demikian gila2an.
Setelah semua tamu juga minum arak cukup puas.
Cin-nia Cie-hong dengan tangan tetap membawa cawan berjalan ke tengah2 kalangan, lalu berkata dengan suara nyarirg: "Partay Tiang-lim-pay sesudah wafatnya suhu Tiang-lim It hong jarang sekali mencampuri urusan dunia luar. Sebagian saudara2 yang hadir disini, mungkin ada yang sudah melupakan adanya partai kami. Cie-hong merasa bahwa tidak mudah sekali sewaktu Couwsu kami mendirikan partai Tiang-lim ini maka hari ini dengan menggunakan kesempatan ingin menguji kepandaian
murid Bu-ceng Kiam-khek tuan Lim ini, mengundang
tuan2 yang terhormat untuk datang memberi petunjuk2
yang berguna agar supaya para saudara2 dunia kangouw lain mengetahui bahwa Tiang-lim-pay masih belum lenyap dari muka bumi sekalipun suhu sebagai pendiri sudah tiada..."
1372 Berhenti dia sejenak, lalu melanjutkan demikian:
"Atas budi kecintaan saudara2 dan para tetua sekalian yang telah korbankan waktu berharga mengunjungi
gubuk kami ini, kami sebagai wakil anak murid Tiang-limpay mengucapkan banyak2 terima kasih. Hanya ditempat gunung yang sepi ini tidak ada hidangan yang enak, maka hanya berharap saudara2 sekalian dengan sekalian tetua sudilah mengicipi hidangan ala kadarnya"
Sehabis berkata, ia sendri menghirup arak dalam
cawannya, kemudian mempersiiahkan semua hadirin
makan ber-sama2. Sebentar kemudian diruang yang luas itu terdengar suara cawan dan mangkuk sumpit yang saling beradu.
Dan setelah jamuan ditutup, Cie-hong berdiri dan
berkata pula: "Antara partay Tiang-lim-pay dengan Bu-ceng Kiam-khek sebetulnya tidak ada ganjalan apapun.
Kali ini mengundang tuan Lim datang kemari se-mata2
sebagai undangan kehormatan, buat saling towel dalam pertandingan nanti. Harap tuan Lim serta sekalian yang hadir tidak kesalahan paham. Disamping ini, kami
sebagai tuan rumah ingin minta petunjuk dari sekalian pengunyung yang mulia, kapan dimulainya pertandingan 1373
dan bagaimana cara2nya, sebaiknya adalah tuan Lim sendiri yang menetapkan. Bagaimana?".
Lim Tiang Hong sendiri yang saat itu meski sudah
berada di ruangan besar gedung kebesaran partay Tiang-lim-pay dan makan minum bersama orang banyak, akan tetapi hatinya sudah melayang jauh ke gunung Hoan-ceng-san. Ingin rasa hatinya membawa tubuhnya
melayang kegunung tersebut supaya dapat ditolongnya Yan-jie dari bahaya. Sewaktu mendengar kata2 Cie-hong yang menanyakan kapan pertandingan dimulai, ia segera bangkit dari kursinya dan menjawab dengan suara
nyaring. "Kita semua telah kenyang makan dan minum rasanya pertandingan boleh segera dimulai. Bukan
karena aku yang rendah ingin menonjolkan kepandaian diri sendiri tetapi dalam soal ini waktu sangat penting bagiku hingga tidak mengijinkan banyak waktu terbuang"
Sebentar nampak alis Cin-nia Cie-hong berdiri,
tetapi cepat pula berubah biasa kembali keadaannya, berkata sambil bersenyum: "Tuan Lim benar2 seorang polos dan menyenangkan! Kalau begitu, baiklah sekarang kita mulai!"
1374 Adapun jago2 yang akan bertanding hari itu, satu
adalah jago anggota angkatan muda yang baru muncul To-liong Kongcu, sedang sebagai lawan murid Bu-ceng Kiam-khek adalah jago betina bersemangat jantan yang pernah menutup diri melatih ilmu selama 30 tahun. Maka dapatlah dibayangkan bagaimana akan serunya
pertandingan yang akan segera terlihat. Tidaklah
mengherankan pula, semua orang yang hadir disitu
mengharap sangat pertandingan segera dimulai. Tentu saja, dengan keluarnya pernyataan ketua Tiang-lim-pay itu segera disambut spontan oleh orang yang ditantang, tidak menunggu Cin-nia Cie-hong berdiri duluan semua sudah bangkit.
Cin-nia Cie-hong bangkit lambat2, mempersilahkan
sekalian tetamu keluar dari ruangan. Empat wanita muda berpakaian ringkas serba hijau segera memimpin
sekalian tetamunya ber-bondong2 keluar dari ruangan jamuan dan terus menuju banyak dengan khusus telah dbuat guna diadakan pertandingan.
Di atas gelanggang pertandingan yang dibuat cukup mewah ternyata sudah diperlengkapi sempurna buat
sekalian tetamu duduk. 1375 Setelah semua orang duduk mengambil tampat
masing2 Cin-nia Cie-hong lantas bergerak melayang dengan gaya yang manis. Diatas panggung ia
membereskan rambutnya yang kusut, lalu sambil
tersenyum mempersilahkan Lim Tiang Hong naik ke atas panggung.
Lim Tiang Hong sedang duduk berendeng dengan
Ho-siu Ciat-liong, tatkala mendengar panggilan atas namanya, lalu berpaling dan mengucapkan apa2
kepadanya, kemudian dengan tidak tahu bagaimana dia bergerak, tahu-tahu sudah diatas panggung!
Setelah itu berkata: "Aku yang rendah dalam rimba persilatan belum mempunyai pengalaman sama sekali, juga tidak punya nama. Mendapat undangan dan
sambutan begini baik, merasa malu hati kalau terus menampik kemauan tuan rumah. Disamping ucapan
terima kasih yang lebih dahulu, aku yang rendah ingin memperlihatkan kejelekanku jika Ciang-bunjin
mengingini, silahkan sebutkanlah caranya!"
Cin-nia Cie-hong sebagai orang cerdik, sudah tentu dapat menduga arah yang dimaksud dalam perkataan
Lim Tiang Hong. Terang anak muda itu sedang sesalkan 1376
perbuatannya yang membesarkan perkara. Maka sesaat nampak dia agak tidak senang, tapi sebentar kemudian bersenyum wajar lalu berkata: "To-liong Kongcu sudah sohor sekali di empat penjuru lautan, siapa yang tidak tahu dan siapa pula yang tidak mengenal" Perkataan tuan sesungguhnya terlalu amat merendah! Cie-hong sebagai tuan rumah, mohon petunjuk tuan guna
menyempurnakan keramaian ini!"
Lim Tiang Hong yang makin cemas, tidak mau
banyak bcara lagi, Maka sambil menghunus pedangnya lalu berkata: "Aku yang rendah sudah lama sudah
mendengar kebesaran nama Ciang-bunjin karena ilmu pedangnya yang terkenal lihay. Bagaimana baikkah kalau dimulai dulu dengan mengadu pedang?"
"Begitupun baik, silahkan mulai" Cie-heng sekali lagi berkata, lalu menghunus senjatanya.
Lim Tiang Hong tidak banyak bicara lagi. Ia
mengulur tangannya, ujung pedang sudah mengarah
muka Cin-nia Cie-hong. Serangannya ini kelihatan
sembarangan tidak memperlihatkan suatu serangan
indah yang hebat atau mengandung variasi yang
beraneka macam. Akan tetapi Cin-nia Cie-hong
1377 merasakan hebat sekali serangan itu. Sebelum ujung pedang tiba, hawa dinginnya sudah terasa se-akan2
menusuk tulang2nya. Karena ia tidak tahu gerak tipu lawan itu nama apa, ia tidak berani menyambuti secara sembarangan pula. Ia hanya menyingkir sedikit dan balas menyerang pedang panjangnya berkeredep menyilaukan, kelihatan bagai telah membabat pingang Lim Tiang
Hong. Pertempuran itu meskipun namanya untuk
persahabatan, tetapi sebetulnya ada hubungan rapat dengan nama baik masing2 penguruannya. Perebutan
nama semacam itu sebetulnya lebih penting dan lebih hebat daripada pertempuran yang berdasar atas
permusuhan yang dalam. Lim Tiang Hong betul memiliki kekuatan dan
kelincahan tubuh luar biasa, sukar untuk orang menjajaki kepandaiannya, tetapi pada pertandingan dihadapan banyak penonton itu yang menyangkut nama baik
gurunya, sedikit pun ia tidak berani memandang ringan lawannya, tidak lengah. Pada serangan pembukaannya tadi, yang namanya Tan-hong Tiauw yang, adalah buah ciptaannya sendiri didapat dari gerak silat seruling emas 1378
Sin-hong Tek-hoat yang dijadikan gerak silat pedang, hingga kekuatannya dahsyat luar biasa. Juga sebagai serangan pembukaan yang paling diandalkannya. Gerak pedang selanjutnya disertai hawa dingin yang menyebar jauh membuat pakaian Cin-nia Cie-hong ber-kibar2
diseluruh panggung. Cin-nia Cie-hong mulai kuncup hatinya. Dengan
cepat dikeluarkannya seluruh ilmu pedang simpanan partainya yang telah dilatih selama 30 tahun lebih. Dan setelah tiba saatnya untuk menggunakan ilmu pedang itu guna memperbaiki nama baiknya,maka ia menghadapi
lawannya yang masih sangat muda itu dengan sangat hati2 sekali.
Dalam babak pertama kedua pihak menggunakan
taktik banyak menjaga sedikit menyerang.
Masing2 kelihatan begitu hati2 dalam mengeluarkan setiap serangannya hingga orang yang menyaksikan
dibawah panggung masih dapat melihat jelas tiap gerak tipu mereka. Tetapi lambat laun mereka melihat makin kerapnya gerakan dua lawan itu, hingga diatas panggung hanya kelihatan berkelebatnya sinar pedang dan suara berkesiurnya baju mereka.
1379 Orang orang yang menonton sebagian besar terdiri
dari orang orang kang-ouw kenamaan atau orang rimba persilatan yang hampir seumur hidupnya
berkecimpungan dalam kalangan persilatan. Tetapi ketika menghadapi detik2 menegangkan dalam pertandingan
kelas tinggi didepan mata ini, biar bagaimana mereka masih belum dapat menduga siapa bakalan menang dan siapa jadi pecundang.
Pada saat itu orang yang paling gelisah duduknya
adalah Cu Giok Im si Burung Hong Putih. Sebab melihat cara orang2 yang sedang bertempur amat sengit itu, yakni antara Ciang-bunjin partainya merangkap susiok dengan sahabat baiknya dalam kalangan kang-ouw, tidak diharapkan siapapun menderita kalah. Tetapi manakah hal semacam itu mungkin kejadian" Sebab setahunya sendiri, mana ada pada pertandingan yang kedua duanya menang"
Saking cemasnya dia hanya dapat tujukan terus
kedua matanya yang terbuka lebar2. Kedua telapaknya dikepal dan mengeluarkan keringat dingin.
Sementara itu pertandingan diatas panggung telah
berlangsung lebih dari seratus jurus!
1380 Cin-nia Cie-hong telah merasakan tekanan berat
dari pihak lawan tangguh itu dan tidak mudah baginya merebut kemenangan. Meskipun sampai pada detik itu ia belum mengeluarkan tipunya yang mematikan, melihat gelagat atau keadaan pertandingan dari pihak lawan yang begitu tenang sedikitpun tidak kikuk, sudah tahu bahwa lawannyapun belum mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Semakin lama ia hanya merasakan kecemasan yang
ber-tambah2 suatu saat tiba ia merubah gerakan
tangannya! Gerak tipu yang paling akhir diciptakan oleh Tiang-lim It-hong mendadak dikeluarkan!
Sebentar tampak sinar pedangnya ber-gulung2
diantara badan lawan. Dalam waktu sekejapan saja
sudah kelihatan gerak badan ketua Tiang-lim-pay itu beterbangan kian kemari hingga sukar dibedakan mana orangnya yang tulen dan mana yang bayangannya.
Lim Tiang Hong lebih dahulu telah mendapat
pesanan Cu Giok Im yang minta supaya ia berlaku murah hati sejak semula masih ragu2 ia untuk mengeluarkan semua ilmunya. Ia tidak menghendaki merebut
1381 kemenangan secara mutlak, tapi juga tidak mau
dijatuhkan oleh lawannya. Dalam keadaan demikian, ia harus menghadapi gerak tipu lawan yang sangat iihay itu, sudah tentu agak merasa bingung. Ia merasakan tekanan sang lawan makin lama makin hebat. Diseputar tubuhnya seolah olah ujung pedang lawan melulu yang tertampak, sampai merasa sukar sekali untuk balas mengadakan penyerangan.
Keadaan demikian buruk bagi Lim Tiang Hong,
dapat pula disaksikan oleh sekalian penonton dari bawah panggung. Banyak orang yang hanya mendengar
ketenaran nama Lim Tiang Hong dengan tidak melihat kenyataan, semua pada berteriak teriak memberikan semangat bagi pihak Thiam-lim-pay. Hanya Hui-hui
Taysu dari Siauw-lim-pay dan Pek-ho Totiang dari Butong-pay serta Khe-tek Taysu ketua Ngo thay-pay dan lain orang golongan tualah yang kelihatan tetap tenang menyaksikan semua itu sambil tersenyum. Agaknya
mereka telah maklum adanya maksud baik pemuda itu, tidak ingin memalukan tuan rumah, tahu sampai dimana tingginya kepandaiannya, tidak nanti jatuh oleh
lawannya. 1382 Benar saja diantara ramainya jerit pekik suara
penonton, keadaan diatas panggung mendadak berubah.
Lim Tiang Hong yang tadi terdesak dalam keadaan
demikian buruk mendadak terdengar suaranya menyiul panjang. ilmu pedang To-liong Keng-hong Kiam-hoat telah dikeluarkan!
Sekarang keadaan berbalik. Kalau tadi melulu sinar perak yang kelihatan memenuhi seluruh panggung, kini sinar mas menguasai panggung, mengulung diantara
sinar perak yang mulai mereda.
"Trang! Trang!"
Beberapa kali bentrokan pedang terdengar amat
nyaring. Sinar perak mendadak tidak terlihat. Cin-nia Cie-hong tiba2 lompat mundur dari kalangan, keluar dari libatan sinar emas sampai kesudut panggung! Pedang ditangannya tampak tergetar, diparasnya terlihat roman kaget dan keheranan.
Sebaliknya dipihak lawannya, ujung pedang
ditangan Lim Tiang Hong masih menjurus ke depan,
sedang tangan kirinya diletakkan di depan dada.
Sikapnya masih tetap tenang. Dalam satu jurus itu, kecuali Hui-hui Taysu, Ho-siu Ciat-liong dan beberapa 1383
orang golongan tua lain yang berilmu tinggi, sudah tidak ada kalau tidak mau dikatakan sedikit yang tahu.
Umumnya mereka tidak tahu kalau Lim Tiang Hong
masih menaruh muka pada lawannya.
Kiranya ilmu pedang To-liong Keng-hoat Lim Tiang
Hong baru digunakan tiga jurus, namun Cin-nia Cie-hong sudah terdesak sampai kesudut panggung.
Jikalau serangannya diteruskan sampai jurus
terakhir, sekalipun Cin-nia Cie-hong tidak sampai terluka, yang sudah pasti ia akan terdesak sampai kebawah
panggung. Lim Tiang Hong yang sifatnya jujur dan luhur, tahu benar bahwa seseorang mendapatkan nama kesohor
sesungguhnya tidak mudah, maka didalam keadaan


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

demikian ia segera tarik pulang serangannya sehingga Cin-nia Cie-hong terhindar dari kenistaannya dan
kemaluan besar dihadapan penonton yang demikian banyak. Setelah kedua pihak saling berhadapan lagi
sejenak, Cin-nia Cie-hong mendadak keluarkan suara bentakan keras dan kembali menyerang lawannya. Kali ini serangannya nampaknya sangat perlahan sekali.
Kiranya diseketika itu ia merubah lagi siasatnya. Ia 1384
berkeputusan hendak menggunakan kekuatan tenaga
dalamnya yang sudah sempurna hendak menekan
lawannya. Di dalam alam pikirannya masih menganggap, bahwa dengan menggunakan gerak tipu saja sukar
merebut kemenangan. Tapi dengan mengandalkan tenaga murni pasti
dapat menjatuhkan lawannya. Sebab sang lawan itu
dianggapnya masih terlalu muda, sekalipun lebih tua berapa puluh tahun lagi juga tetap belum mampu
mengimbangi kekuatannya sendiri.
Siapa duga Lim Tiang Hong yang pernah mengalami
pengalaman gaib hingga kekuatannya ber-tambah2
banyak sekali. Sekalipun Tiang-lim It-hong hidup kembali barangkali masih belum sanggup menandingi. Setelah serangan Cin-nia Cie-hong dilancarkan lagi, ilmu Siauw yang It-ku Sin-kang Lim Tiong Hong juga telah menutup tubuhnya. Kedua pihak bertempur lagi dengan saling adu tenaga, walau lambat gerakan mereka namun nampak
lebih tegang. Setelah dua puluh jurus berlalu lagi, Cin-nia Cie-hong per-lahan2 merasa hatinya berdebar dan telinganya berbunyi. Sekujur badannya sudah basah dengan
1385 keringat. Kekuatan marninya per-lahan2 buyar. Ia segera mengetahui bahwa kali ini ia pasti akan mengalami kekalahan.
Apa mau telah timbul pikiran nekadnya. Sebelum
kalah ia akan mempertahankan diri sedapat mungkin supaya jangan sampai mendapat malu besar.
Akan tetapi, dimata para penonton dibawah
panggung, sudah mengetahui pula tidak adanya harapan memang bagi pihak Tiang-lim-pay. Dalam keadaan
demikian dari bawah panggung tiba melompat seseorang ke atas panggung. Dialah Ho-siu Ciat-liong satu2nya "Ngo liong" yang masih hidup.
Dengan bajunya yang gedombrongan tampak
memisah kedua orang yang sedang bertempur, dan
terdengar juga suaranya berkata: "Kalian hanya pikirkan diri sendiri saja bertempur enak2an diatas panggung!
Masakan kita para penonton dibiarkan dibawah panggung tertiup angin utara. Duduk diam menyaksikan
pertempuran yang tidak ada habisnya ini siapa yang akan merasa kesudian" Aku si tua bangka yang paling jemu!
Maka mulai sekarang, pertempuran harus dibatasi
sampai seratus jurus. Kalau dalam seratus jurus
1386 berikutnya tidak ada yang kalah atau menang, di hitung seri! Tidak perduli kalian mufakat atau tidak aku si tua bangka yang sudah tidak betah duduk terpaksa
memutuskan begitu!" Setelah berkata, tanpa menunggu persetujuan dua
orang yang sedang bertempur, kembali ia melayang
ketempat duduknya. Hakekatnya, sekalipun bertanding sampai 2 atau 3 ratus jurus lagi, Cin-nia Cie-hong pasti kalah tanpa ada yang meragukan lagi. Sedang syarat sampai 100 jurus harus didapat ketentuan yang
diusulkan oleh Ho-siu Ciat-liong sebenarnya ada maksud apa, tidak seorangpun mengetahui.
Hanya Lim Tiang Hong yang cerdas, setelah
mengernyitkan kening, segera mengetahui bahwa
maksud orang tua itu se-mata2 ingin mempertahankan nama baik pihak Tiang-lim, sengaja memaksa si ketua menarik diri secara terhormat. Maka tanpa menantikan Cin-nia Cie-hong buka mulut mengutarakan
pendapatnya, lebih dulu ia berkata: "Perintah Ho-siu Locianpwe sangat tepat, mana boanpwee berani
menolak?" 1387 Kemudian secara mendadakan ia lompat maju,
dengan pedangnya dalam waktu sekejapan telah
melancarkan serangan2 sampai 18 jurus.
Sementara itu Cin-nia Cie-hong yang pun sadar
dengan kedudukannya yang kian memburuk, sudah
menganggap tidak dapat melayani lawannya sampai 100
jurus ketika melihat Lim Tiang Hong mendadak
menyerang lagi, hatinya malah jadi tegang. Tetapi ketika ia menyambut serangan anak muda itu, ia lantas merasa tekanan yang tidak ada artinya, gerak dan kekuatannya tidak sehebat tadi.
Meski kelihatan oleh penonton begitu gencar
serangan2 dilakukan oleh Lim Tiang Hong, namun
sebenarnya hanya Cin-nia Cie-hong lah yang merasakan tidak ada artinya setiap serangan itu baginya. Maka ia segera mengetahui bahwa anak muda itu tentu berbuat demikian untuk menjaga nama baiknya, maka diam
dalam hati merasa amat bersyukur.
Dengan demikian, dalam waktu sekejapan
pertempuran kembali tampak berjalan seru, hingga
diatas panggung kadang2 terdengar suara benturan
pedang dan suara berkibarannya pakaian dua pihak.
1388 Tidak antara lama perempuan telah lewat seratus
jurus, Hong siu Ciat-liong saat itu kembali melompat ke atas panggung sambil berseru: "Hai! Hai! Sudah lewat!
Lebih dari 100 jurus!"
Lim Tiang Hong segera tarik kembali serangannya,
ia menghadapi Cin-nia Cie-hong menyoja sambil tertawa ia berkata: "terima kasih, Ciang bunjin telah memberi Siauwtee muka terang!"
Ke-merah2an paras Cin-nia Cie-hong. Dengan suara
perlahan berkata "Budi kebaikan Siauwhiap hari ini takkan kami lupakan untuk selamanya!"
Pada saat itu Ho-siu Ciat-liong atas nama angkatan tua rimba persilatan telah memberi penerangan kepada semua penonton yang masih belum tahu persoalan
sebenarnya. "Pada pertempuran hari ini, dua dua pihak sama
kuat sama alot. Dinyatakan seri karena sudah lebih dari 100 jurus bertempur belum ada yang menang atau
kalah. Lohu dengan beranikan sebagai orang tua
bangkotan mohon dimaafkan kalau ada yang mengira
terlalu lancang telah memberi keputusan serupa tadi.
Adakah diantara penonton yang merasa menyesal!?"
1389 Tentu saja sebagian bssar penonton mengerti apa
arti perkataan itu, akan tetapi Lim Tiang Hong dengan sengaja mengalah, mereka merasa tidak perlu
mengatakan apa2 lagi. Maka begitu mendengar
perkataan Ho-siu Ciat-liong, semua penonton pada
berbangkit dan berlalu meninggalkan panggung
pertandingan. Setelah pertandingan selesai, Lim liang Hong lantas pamitan kepada Cin-nia Cie-hong.
Ciang-bun-jin partay Tiang-lim-pay ini merasa
bersyukur karena Lim Tiang Hong tidak berlaku
keterlaluan terhadap dirinya, maka ia minta padanya bersama Ho-siu Ciat-liong dan lain2nya orang2 tingkatan tua supaya berdiam satu hari lagi, tapi Lim Tiang Hong yang saat itu pikirannya cemas memikirkan nasibnya Yan-jie, terpaksa menolak permintaannya Cin-nia Cie-hong.
Melihat Lim Tiang Hong hendak berangkat hari itu
juga, Cin-nia Cie-hong tidak menahan lagi. Ia lantas berkata dengan sejujurnya: "Tentang kepandaian ilmu silat, kita boleh perumpamakan sebagai gunung, satu gunung yang dianggap tinggi, tapi masih ada gunung 1390
yang lebih tinggi lagi. Untuk selanjutnya, Cie-hong benar2 tidak berani bicara tentang ilmu silat lagi!"
Ho-siu Ciat-liong yang berada disampingnya lantas berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Kau budak ini
kembali angot penyakitmu lagi! Di dalam rimba
persilatan, orang yang mempunyai kepandaian seperti kau, jumlahnya bisa dihitung dengan jari, perlu apa kau begitu gampang putus harapan" Bu-ceng Kiam-khek
bersama Ngo-liong dan It-hong, seharusnya bersatu padu, perlu apa ada perbedaan siapa yang menduduki kursi kesatu atau kedua" Dewasa ini pengaruh jahat sedang mengancam kebenaran, justru seharusnya kita bersama-sama dan bersatu hati menegakkan kebenaran dalam rimba persilatan, jangan oleh karena rintangan kecil saja lantas putus harapan. Lohu dan lain lainnya angkatan tua, sudah merupakan orang2 tua yang tidak berguna. Maka untuk selanjutnya, hanya tergantung dengan kalian orang orang angkatan muda!"
Cin-nia Cie-hong meski diluarnya membenarkan
pikiran orang tua itu, namun di dalam hatinya masih merasa duka, karena semua usahanya untuk
mengangkat naik nama partaynya telah gagal.
1391 Sebaliknya bagi Lim Tiang Hong. ia sudah tidak
mempunyai pikiran lagi untuk perhatikan itu semua.
Setelah mendengar keterangan Ho-siu Ciat-liong, ia lantas menyoja memberi hormat kepada semua orang, kemudian meninggalkan tempat tersebut dengan
tergesa-gesa. Ho-siu Ciat-liong yang menyaksikan kegesitannya
anak muda itu cuma bisa menghela napas panjang
sambil geleng2kan kepalanya, agaknya merasa sedih karena usianya yang tua.....
Cin-nia Cie-hong juga tundukkan kepalanya, entah
apa yang dipikirkan dalam hatinya.
0-0dw-kz0-0 Jilid ke 15 Bab 35 PERTANDINGAN ilmu silat antara muridnya Bu-ceng
Kiam-khek yang paling balakang ini namanya
menggemparkan dunia kang-ouw dan rimba parsilatan dengan muridnya Tiang-lim It-hong, telah berakhir.
1392 Cin-nia Cie-hong yang ingin mendapat nama baik
tapi sebaliknya malah mengalami kekalahan, bukan saja sudah buyar semua pengharapannya, malah membuat
namanya To-liong Kongcu semakin terkenal.
Tapi Cin-nia Cie-hong adalah seorang kukuh dan
mempunyai kemauan keras. Meski mangalami kegagalan, tapi ia belum putus asa.
Setelah semua ketua berbagai partai dan semua
tetamunya pada pulang, ia lantas serahkan kedudukan Ciang-bunjin kepada Cu Giok Im, si Burung Hong Putih dan ia sendiri dengan seorang diri berkelana di dunia kang-ouw untuk mencari orang berilmu tinggi supaya bisa mengangkat nama baiknya lagi.
Mari sekarang kita balik kepada Lim Tiang Hong.
Pemuda itu setelah meninggalkan Tiang-lim-san, ia meng-hitung2 harinya, ternyata cuma tinggal tujuh hari lagi. Tidak perduli urusan itu benar atau bohong, dalam waktu tujuh hari itu ia sudah harus berada diatas gunung Hoan-ceng-san. Ia lebih suka jalan cuma2 tapi tidak menghendaki sampai benar2 Yan-jie mendapat bahaya.
Maka ia kini sudah kerahkan ilmu mengentengi
tubuhnya, lari terus siang malam.
1393 Dengan ilmu tenaga dalamnya yang sudah
sempurna sekali ditambah memiliki ilmu lari pesat It-thia Cian-lie yang luar biasa itu, tepat pada hari keenam tengah malam ia sudah tiba di bawah kaki gunung Hoan-ceng-san.
Meski ia sudah berada di daerah pegunungan itu,
tapi kekuatannya hampir habis. Sebab manusia tetap manusia, badan manusia terdiri dari darah dan daging.
Mana bisa tanpa mengaso terus menerus mengeluarkan tenaga"
Tapi bagi Lim Tiang Hong lain lagi. Ketika ia melihat gunung Hoan ceng-san yang membujur sepanjang
ratusan lie, diam2 merasa berkuatir akan tidak keburu menolong Yan-jie nya. Oleh karena itu ia tidak berani ambil tempo istirahat terlampau lama, sebab setelah malam itu, berarti mulai tibalah hari kesepuluh, hari yang dijanjikan.
Partai apa dan siapa sebenarnya yang menduduki
gunung Hoan-ceng-san itu" Dimanakah Yan-jie mereka sembunyikan"
Atas temua pertanyaan itu, sedikitpun Lim Tiang
Hong tidak bila memberi jawaban. Sedangkan daerah 1394
pegunungan tersebut demikian luasnya, mana bisa dalam tempo satu harian ia dapat mencarinya".
Tetapi karena urusan sudah terjadi, ia terpaksa
serahkan nasibnya kepada Yang Kuasa saja. Maka
seketika itu juga tanpa bimbang dan ragu lagi ia mulai mendaki gunung.
Dengan mengikuti jalan gunung yang ber-liku2
terkadang meski membuat jalanan sendiri, Lim Tiang Hong terus naik ke puncak.
Mendadak matanya dapat melihat, di atas sebuah
pohon besar ada besetan atau goresan pedang. Pada besetan yang cukup lebar itu terdapat tulisan2 dari arang, berbunyi. "Kau juga ternyata datang!"
Dan di bawah tulisan terdapat lukisan dua tulang
menyilang dengan kepala tengkorak yang menyeramkan di tengah2.
Tergerak hati Lim Tiang liong Melihat tulisan
tersebut. Diam2 memikir siapa kira2 yang menulis
catatan2 di atas pohon itu dan mengapa orang itu tahu kalau dia sudah datang ke situ, ke sarangnya"
Terdorong oleh rasa ingin tahu, tanpa memikirkan
akibat mau bahayanya lagi, mempercepat gerak kakinya 1395
hingga dalam waktu sekejapan saja sudah naik lagi seratus tombak lebih.
Kini tibalah ia di sebuah jalanan yang pada kedua sisinya terdapat lamping2 gunung yang curam.
Jalan disini suram gelap, licin lagi. Angin gunung meniup amat santer, hawa dinginnya menyusup tulang.
Diwaktu tengah malam seperti itu, di atas gunung
belukar nampaknya hanya kabut pekat seluruhnya. Meski Lim Tiang Hong telah memilikl ilmu tinggi luar biasa, dalam hatinya saat itu timbul juga sedikit rasa jeri.
Disamping itu, yang lebih diperhatikan adalah nasibnya Yan-jie.
Selagi dia hendak melangkah lagi, dari belakang
lamping sebuah gunung mendadak muncul satu orang
tua kurus berpakaian hitam ringkas. Matanya mendelong, wajahnya yang tirus mengingatkan kita kepada
tengkorak hidup. Dengan gerak kakinya yang bagaikan pohon tertiup
angin, melintang di-tengah2 jalan yang diapit oleh kedua lamping gunung.
Dalam kagetnya Lim Tiang Hong menegur: "Siapa"!
Mau apa kau malam2 begini berada di gunung ini"!"
1396 Orang tua itu perdengarkan suara ketawanya
seperti burung hantu yang menyeramkan, kemudian
berkata: "Kau tentunya ada To-liong Kongcu yang
belakangan ini lebih menonjol namanya dari yang lain2"
Malam buta seperti ini kau berani memasuki lembah Bu-kui-kok daerahku ini apa maksudmu"! Hayo jawab! Tidak tahukah kau bahwa lembah Bu-kui-kok ini cuma ada
jalan masuk tidak ada tempat buat keluarnya!"
Mendengar ucapan orang tua itu, Lim Tiang Hong
tidak keder, malah makin besar nyalinya. Sebab, dari perkataan orang tua itu, kiranya lembah yang dikatakan Bu-kui-kok olehnya tadi adalah tempat kediamannya.
Setelah mendapatkan orangnya, tidak susah tentu buat menanyakan halnya Yan-jie. Maka seketika itu ia lantas menyahut sambil ketawa ber-gelak2: "Tidak salah!
Akulah Lim Tiang Hong! Kedatanganku kemari adalah untuk cari adik angkatku, Tan Siauw Yan!"
"Aku tidak peduli siapa Tan Siauw Yan yang kau
cari! Baru aku tahu pada beberapa hari ini ada satu anak perempuan diculik, tapi aku tidak tahu siapa penculiknya.
Apa kau ingin ajak dia pulang" mudah sekali! Hanya...."
1397 Lim Tiang Hong mendengar perkataan orang itu,
bahwa benar2 Yan-jie berada disitu, lalu maju dua tindak dan berkata dengan suara keras: "Hanya apa"!"
"Hanya harus kau tukar dengan nyali naga yang
sudah membatu itu!" "Kalau aku tidak setuju?""
"Ha, ha.... Akan kucabut nyawa budak perempuan
itu lebih dulu! Dan kau, jangan harap bisa keluar dari Bu-kui-kok ini!"
Lim Tiang Hong mulai naik darah. Dengan suara
lantang berteriak: "Siapa kau"! Kenapa begitu berani kau gunakan orang untuk memeras orang lain?"
"Mana bisa dibilang memeras" Aku Bu-kui Siancu
sudah begitu baik hati memperlakukan orang yang
datang sembarangan ke tempatku ini, barangkali per-tama2 kali ini juga aku berbuat begitu! Kau masih ingin apa?"
Begitu orang tua dari lembah tadi menjawab,
parasnya tidak memperlihatkan sesuatu perubahanpun.
Ini barang tentu menjadikan Lim Tiang Hong gusar
sekali. 1398 Mendadak badannya bergerak. Secepat kilat
badannya menyambar tangan orang tua itu.
Gerakan Lim Tiang Hong itu dilakukan sangat cepat dan diluar dugaan orang tua tadi.
Tetapi orang tua itu dengan gerakannya yang
ringan dan gesit sekali bagai daun pohon tertiup angin badannya terbang setombak ke belakang!
Sambil ketawa cekikikan ia tertawa dan berkata:
"Cuma mengandalkan serupa kepandaian itu saja kau ingin malang melintang didunia kang-ouw" Oh! Masih jauh sekali!"
Pada saat Lim Tiang Hong sudah ambil keputusan
akan menaklukkan dulu orang di depannya, niatnya ingin mengompres menanyakan dimana adanya Yan-jie.
Tentu aaja ketika mengetahui tidak ada hasii dari gerakannya. kembali mengeluarkan serangannya Sin-liong Pat jiauw!
Betul2 gesit orang tua itu. Badannya seperti tidak mempunyai bobot terus mengikuti gerakan Lim Tiang Hong berterbangan kian kemari. Kembali gagal serangan Lim Tiang Hong kali itu.
1399 Orang tua itu dengan paras tidak memperlihatkan
perubahan apa2 berdiri di samping dan berkata bagai acuh tak acuh: "Cuma andalkan tenaga dalam sebegitu saja ingin menjamah dagingku" Belum waktunya, eh!
Baiknyalah lekas kau serahkan benda yang ku minta tadi kalau kau mau melinduagi budak perempuan
kesayanganmu itu!" Lim Tiang Hong yang sudah kalap mana mau
dengar kata2 itu. Badannya kembali melompat, tetapi pada saat itulah ia merasakan tenaga murninya
mengalami gangguan, maka sedikit terkejut. Pikirnya
"Barangkali dia mau bikin meluap kegusaranku. Aku harus hati2 sedikit!"
Oleh karena berpikir demikian, ia berhenti seketika.
Dia menjajal pernapasannya untuk memulihkan tenaga murninya.
Sebab ia sudah 6 hari terus menerus memboroskan
tenaga, maka seteleh dijajalnya pernapasannya tadi, barulah diketahui bahwa tenaganya jauh berkurang, jikalau menemukan musuh tangguh, pasti celakalah dia.
Sementara si orang tua yang melihat Lim Tiang
Hong tidak adakan gerakan lagi, lantas berkata seperti 1400
mengejek "Hei! Kenapa berhenti" Apa baru dua kali melompat saja kau sudah tidak mampu keluarkan
tenagamu lagi, eh"!"
Lim Tiang Hong gusar tapi coba tekan
perasaaannya. Dengan suara tenang berkata: "Jikalau tidak kau lepaskan nona Tan secara baik2, lihatlah nanti!
Akan kuambil jiwamu!"
Dan perkataannya dibarengi dengan serangannya
mendadak. Angin serangannya sekali ini lantas meluncur keluar sedemikian hebat hingga tembok2 gunung berguguran dibuatnya!
Betul tidak sampai mengenakan sasarannya, tetapi
orang tua yang baru melejitkan badannya itu diam2
merasa kaget. Di wajahnya yang sejak tadi tidak terlihat perubahan, kini tampak jelas kebingungan. Kakinya kembali bergeser menjauhi Lim Tiang Hong.
Dari kejauhan orang tua itu tertawa dan berkata:
"Ha, ha, ha.... Bocah cilik! Kau...."
Belum lagi habis ucapannya, Lim Tiang Hong sudah
mengirim satu serangan lanjutannya. Sekali ini bagai 1401
tidak habis serangan2 meluncur dari tangannya, dalam sekejap saja sudah 13 kali ia menyerang.
Hembusan angin yang demikian hebat membuat
baju orang tua itu berkibar2 dengan sedikit keluar suara.
Orang tua itu tetap tidak menyambut dengan tangannya, ber-kali2 mengelit.
Kemudian tiba2 si orang tua dari lembah ketawa
berkekakan, lalu menerobos melalui angin serangan Lim Tiang Hong terus melayang tinggi dan kabur ke lembah yang gelap itu.
Lim Tiang Heng yang sudah bertekad bulat ingin
memasuki gua macan, juga lantas memburu dengan
melompat tinggi 7 sampai 8 tombak, kemudian dengan kepala di bawah dan kaki di atas meluncur turun ke dalam lembah!
Lim Tiang Hong berbuat demikian, sebetulnya
terlalu gegabah.

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sewaktu badannya sampai ke dasar lembab, tidak
terlihat lagi olehnya bayangan orang tua tadi. Ia juga lalu merasa bahwa dasar lembah itu terlalu gelap dan
menyeramkan. Di-mana2 terdapat batu2 aneh yang
1402 malang melintang, sedang angin gunung yang meniup kebawah menandakan bahwa tempat itu berbahaya.
Setelah menenangkan pikirannya, Lim Tiang Hong
mulai melihat keadaan sekitarnya.
Tenyata tidak terdapat satu jaian keluarpun! Hingga diam2 timbul pikirannya men-duga2 siapa adanya orang tua tadi, yang dianggapnya ganjil tindakannya, takut kalau2 dia bermaksud jahat.
Tiba2 teiinganya dapat menangkap suara bambu
yang ditiup, datangnya dari arah atas. Dalam waktu sekejapan saja suara itu terdengar kuat dari beberapa peniup, lalu empat penjuru terlihat kelap kelipnya sinar hijau yang bergerak lambat.
Lim Tiang Hong yang mempunyai daya penglihatan
amat tajam di dalam lembah yang amat gelap itu masih dapat membeda2kan barang2 apa yang dilihatnya.
Sinar2 hijau yang ber-gerak2 itu diketahuinya
sebagai mata2 ular, besar dan kecil yang ber gerak2
menyelusuri tanah turun tidak tahu berapa jumlahnya.
Melihat keadaan demikian, tentu saja Lim Tiang
Hong kaget. Sebab, untuk menghadapi binatang melilit 1403
yang sedemikian jumlahnya, sesungguhnya tidaklah
mudah. Saat itulah terdengar suara orang berkata
mendahului tertawaannya yang aneh. "Ada jalan yang menuju sorga tidak mau dilewati. Kenapa lari kelembah Bu-kui-kok yang banyak ular2 berbisanya" Hei bocah!
Kau sudah ada ditempat buntu! Kalau masih sayang pada nyawa sendiri, lekas serahkan apa yang kupinta! Untuk jasamu Lohu bisa kasih jalan hidup bagimu. Kau
percaya?" Lim Tiang Hong gusar. Dengan alis berdiri berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Kau terlalu pandang rendah siauwya mu. Cuma beberapa gelintir ular bisa berbuat apa terhadap Siauwya mu. Jangan mimpi!"
Dan ia lalu kerahkan seluruh tenaganya dan lompat melesat tinggi tujuh delapan tombak.
Tapi lembah itu ternyata betul2 dalam. Luasnya
kira2 5-6 puluh tombak. Untuk dapat memcapai tempat teratas, sedikitnya harus melompat lima enam kali.
Orang tua itu ketika menyaksikan Lim Tiang Hong
lompat melesat, kembali tertawa dan suaranya sangat menyeramkan. Dalam waktu sekejapan saja suara tiupan 1404
bambu berbunyi di-mana2. Sedangkan ular pada
menggeleser dari empat penjuru semuanya menuju ke bawah lembah.
Lim Tiang Hong membentak keras, menyerang
dengan kedua tangannya mengusir ular2 yang terdekat sehingga ular2 kecil itu pada beterbangan ke atas dan jatuh ke rerumputan di seberang sana.
Lim Tiang Hong telah menggunakan tenaga dalam
terlalu banyak, akhirnya cuma bisa sampai di atas batu yang agak tinggi letaknya. Pada saat itulah suara tiupan bambu dari atas terdengar gencar sekali. Orang tua itu agaknya tengah berusaha sekuat tenaga untuk
mengandalikan ular2 peliharaannya, akan tetapi saat itu pulalah terjadi sesuatu keajaiban!
Ular2 yang jumlahnya demikian banyak sejak
tersapu sekali oleh hembusan angin tangan tim Tiang Hong, semua pada merandek di tempat setombak lebih di sekitar tempat berdiri Lim Tiang Hong. Kawanan binatang ini hanya mengangkat kepala dengan lidah men-julur2, bagaimanapun oraug tua itu berusaha
meniup bambunya lebih gencar, binatang2 itu tetap tidak bergerak lagi.
1405 Orang tua itu agaknya gusar sakali, karena
binatang2 peliharaannya tidak dengar perintahnya lagi.
Suara bunyi bambu yang ditiup dari gencar dan pendeki lama2 berubah menjadi panjang dan menyeramkan.
Suara aneh itu terdengar menusuk telinga.
Tetapi binatang2 berbisa itu hanya meng-geser2
tubuhnya di sekitar situ2 saja, tidak berani maju pula. Ini membuat Lim Tiang Hong timbul herannya, pada pikirnya ular beracun yang biasanya ganas apa ada perasaan takutnya terhadap kekerasan manusia"
Dia sedikitpun tidak menduga bahwa kawanan ular
itu bukannya takut serangan tangannya, melainkan dari khasiat darahnya yang mengandung sari dari benda
mujijjat, yakni itu nyalinya naga api atau Hwee-liong tho yang pernah dimakannya didalam gua di gurun pasir.
Dan barusan, ketika ia menggerakkan tangannya. hawa dari Hwee-liong-tho lantas menyebar ke tengah udara.
Dan barang mujijat itu yang merupakan satu2nya barang yang dapat menundukkan binatang buas tetap tidak
dapat menggerakkan binatang2 buas itu menghadapinya.
Orang tua itu sedikitpun tidak pernah nmenyangka
bahwa dalam tubuhnya Lim Tiang Hong ada barang
1406 mustika yang dapat menjinakkan kawanan ularnya.
Setelah capai meniup sekian lama dan sang ular tiada menuruti perintahnya, ia menghentikan tiupannya dan berkata lagi sambil ketawa: "Bocah! Biar di badanmu ada barang mustika yang bisa jinakkan kawanan ular
sekalipun, tapi buat kau mau keluar dari lembah Bu-kui kok ini jangan harap sama sekali!"
"Belum tentu eh!" jawab Lim Tiang liang sambil
ketawa besar. Dan sekali lagi ia lompat ke atas sambil
mengeluarkan seruling emasnya. Manakala badannya
turun di bagian atas, dia menggunakan senjatanya
hingga sinar kuning kemilau kelihatan berkelebatan, membuat binatang2 melata ditanah itu pada kabur jauh2
meninggalkan tempat kosong seluas lima enam kaki.
Sementara itu kaki Lim Tiang Hong sudah menjejak
tempat kosong itu dan melesat lagi ke atas.
Hanya dengan cara lelompatan demikian beberapa
kali ia sudah berada ditepian tebing. Disini tanpa berayal lagi ia menggunakan kecerdikannya, merambat ke atas.
Dalam dugaannya, orang tua itu tentu masih menjaga 1407
dipinggir atas tebing, yang mungkin dapat menyerangnya secara tiba2 kalau dia melompat tinggi lagi.
Siapa nyana, sewaktu dengan jalan merambat itu ia sampai juga diatas tebing ternyata tidak dilihat bayangan orang tua itu. Ini mengherankan dia, tidak tahu dia muslihat apa lagi yang akan digunakan oleh orang tua itu.
Ia merasa agak mendongkol, tetapi ia sebenarnya
tidak bisa merasa terlalu letih. Beru saja sebentar duduk mengaso, suara ketawa aneh dan menyeramkan tiba2
menggema di sekitar tebing, lalu di kegelapan itu tiba2
muncul beberapa sosok bayangan orang.
Mereka itu segera dikenali Lim Tiang Hong sebagai Lam-hay Gia-mo dari Lam hay-pay. Bersama dengan dia ada pula itu kepala kawanan rimba hijau dari tujuh propinsi Biauwcu Thian koan Su khong Jiauw bersama anak2 buah masing2.
Kedua orang itu berdiri dihadapan Lim Tiang Hong
dengan mengambil sikap mengepung. Dikedua sisi
mereka berdiri anak2 buah masing2.
Lim Tiang Hong yang sama sekali tidak pandang
Kacamata Berwarna Keemasan 1 Animorphs - 2 Aksi Penyelamatan Jejak Di Balik Kabut 25
^