Pencuri Hati 1
Pencuri Hati Karya Rara El Hasan Bagian 1
?Pencuri Hati By: Rara El-hasan Chapter 1 Lusiano arifian laki-laki tampan berusia 29 tahun, lahir dari rahim seorang ibu berdarah indonesia, sedangkan sang ayah seorang pria inggris. Pertemuan ayah dan ibunya terjadi saat sang ayah memutuskan menetap di indonesia untuk mengembangkan bisnisnya.
Darah bisnis sang ayah mengalir deras di dirinya, terbukti dengan berdirinya sebuah perusahaan besar di bidang property miliknya. kesuksesan yang diraih dengan kerja keras tanpan campur tangan nama besar ayahnya. Menjadikan nama Luciano cukup diperhitungkan di dunia bisnis, berbekal ilmu yang didapat saat mengenyam pendidikan di bisnis school di oxford university, ia dapat membuktikan tanpa sokongan dana dari perusahaan sang ayah dia dapat menarik para investor asing bergabung diperusahaannya.
Tapi sesuai pepatah yang mengatakan bahwa hidup laki laki tidak jauh dari harta,tahta dan wanita. Begitupun juga kehidupan Luciano yang tidak bisa jauh dari wanita wanita seksi yang mengelilinginya, memang jika dilihat dari paras sang donjuan, Wanita mana yang tidak tertarik akan ketampanan dan kekayaannya, wajah bak replika patung yunani versi manusia, bentuk badan yang begitu kekar dan atletis, membuat Lusiano masuk dalam jajaran taipan taipan kaya Indonesia yang begitu digilai wanita, hinggar binggar kehidupan malam tak luput dari kesehariannya, terbukti lusiano tercatat sebagai pengunjung tetap salah satu club malam para milioner di jakarta. Kebiasaan buruknya bergonta ganti pasangan sering menjadi trending topik majalah-majalah bisnis maupun majalah gosip
indonesia. Tapi bukan lusiano arifian jika tidak menanggapi berita atau gosip tentang dirinya dengan prestasi yang membanggakan. Beberapa penghargaan dibidang
bisnis berhasil dikantonginya, dan sukses menjadikan lusiano sebagai rival yang berat bagi pengusaha-pengusaha lain.
*** Chapter 2 Sesillia ulfa seorang gadis cantik berdarah asli jawa. Sejak kecil kehidupannya begitu sulit, diusia 10 tahun ia harus kehilangan kedua orang tua karena
kecelakaan mobil yang menewaskan mereka. Sesillia kecil sebatang kara saat itu, baik sanak saudara ayah atau ibunya tidak ada yang bersedia merawatnya.
Alhasil sesillia kecil harus tinggal di panti asuhan milik ibu Salamah, seorang janda tua yang mendedikasikan hidupnya, menampung anak-anak yatim piatu
disekitar tempat tinggalnya, kedekatan Sesillia dan ibu Salamah seperti anak dan ibu kandung, membuat Sesillia dapat merasakan lagi kasih sayang seorang
ibu. Sesillia kecil kini tumbuh dewasa, kecantikan paras dan akhlaknya mampu membius laki-laki manapun yang melihatnya, tak terkecuali Hendra Siantanu, donator
tetap Panti Asuhan Harapan Kasih. Kecantikan paras Sesillia berhasil membuat Hendra jatuh cinta, laki-laki itu melamar dan menikahi sesillia di usia 20
tahun. Kehidupan pernikahan mereka sangat harmonis, sesillia begitu bahagia, hendra seorang laki laki baik dan penuh kasih. Tak berselang lama, sesillia dinyatakan
hamil, kehadiran janin didalam rahim sesill membuat biduk rumah tangga mereka semakin sempurna, Hendra tak henti-hentinya memberikan perhatian dan penjagaan
super ketat padanya Tapi semuanya berubah begitu cepat, Kebahagiaan rumah tangga yang sempat dirasakannya sirna. Sifat baik dan perhatian Hendra kini tiada lagi. Suami yang
begitu dikaguminya, berubah menjadi kasar dan pemarah, seharusnya diusia kandungan Sesill yang menginjak 9 bulan, Hendra siap siaga menemani proses persalinan
Sesill, alih-alih menemani, laki-laki itu melayangkan surat gugatan cerai, sehari setelah sesill melahirkan.
Kini sesill harus menjanda diusia muda, kehidupan sulit mulai dirasakannya, Hendra sudah tidak memperdulikannya lagi, tunjangan nafkah yang dijanjikan
laki-laki itu setelah bercerai, hanya isapan jempol belaka, yang Sesill dengar terakhir kali, mantan suaminya itu menikahi artis muda, seminggu setelah
proses perceraian mereka diputuskan hakim.
*** Chapter 3 " Brak-Brak" Sesillia tersentak kaget, pintu rumahnya bergoncang keras. suara ketukan pintu, bukan! Lebih tepat jika disebut suara dobrakan pintu terdengar
begitu memekakkan telinga. Sesillia membuka pintu, mendapati Rosmia pemilik rumah petak yang ditempatinya, berdiri berkaca pinggang dengan raut wajah begitu
menakutkan, titisan mak lampir nih orang. Gemiricik gelang emas saling beradu ketika ia menggerakan tangan terdengar begitu menggoda, buset! Itu gelang
emas Asal gak ya ( Asli atau Palsu). Tanpa dipersilahkan terlebih dulu, Rosmia masuk kedalam rumah, wanita itu menggerak-gerakkan telapak tangannya didepan
Sesillia, sesillia yang mengetahui maksud kedatangan wanita itu hanya bisa terdiam.
" Mana! Sudah dua bulan kamu belum bayar kontrakan, kontrakan ini bukan milik bapakmu!"
" Saya belum punya uang Bu, mungkin besok saya bayar." Sesillia menundukkan kepala, tidak berani menatap langsung wajah Rosmia yang terlihat menakutkan.
" Halah! Kalau tidak punya uang jangan sok menyewa rumah! Aku sudah berbaik hati membiarkanmu tinggal disini selama dua bulan dengan gratis." Lagi-lagi
Rosmia berkaca pinggang, wanita didepannya ini, menyewa rumah selama dua bulan, tetapi belum sekalipun sesillia membayar uang sewa kepadanya. " Sekarang
juga kamu pergi dari rumah ini!" Ujar Rosmia sembari beranjak pergi? meninggalkan Sesillia yang terlihat terkejut dengan ucapannya.
Jika ia harus pergi dari sini, harus tinggal dimana ia dan bayinya setelah ini, menyadari hal itu sesillia segera menyusul Rosmia, memohon meminta belas
kasihan wanita itu. " BuBu saya mohon jangan usir saya dari sini,saya harus tinggal dimana?" Sesillia menghadang langkah Rosmia, membuat Rosmia semakin geram.
" Itu buka urusanku, sekarang cepat angkat kaki dari sini, sebelum orang suruhanku mengusirmu secara paksa!" Rosmia menabrak tubuh Sesillia, membuat wanita
itu terjungkal ketanah. Sesillia melihat kepergian Rosmia dengan mata berkaca-kaca, mau tak mau ia harus meninggalkan rumah ini, cepat atau lambat ini
pasti terjadi. Saat ini ia tidak memiliki uang sepeserpun. Sangat sulit mencari pekerjaan di Jakarta, ?tidak ada pabrik atau toko yang mau menerimanya, jika Sesillia
tetap membawa putri kecilnya Siena Arizha bekerja. Mana ada pabrik atau toko yang mau mengambil resiko dengan membiarkan pegawainya membawa bayi berumur
2 bulan, tahu sendiri seperti apa besar dan bahayanya mesin-mesin produksi ?dipabrik.
Sesillia menata pakaian Siena yang tidak seberapa kedalam tas usang miliknya, setelah selesai menata pakaian Siena, Sesillia menggendong bayi munggil yang
tertidur pulas itu kedalam dekapannya. Dipandanginya wajah Menggemaskan siena dengan bulir bening menetes terus dari pelupuk matanya, bayi sekecil dan
selemah ini harus merasakan kesulitan hidup seperti ini, jika bayi seusiannya, menikmati tidur diranjang bayi dengan kasur empuk, berbeda dengan buah hatinya,
siena harus rela tidur ditanah beralaskan tikar jerami.
Sesillia menyusuri jalanan ibu kota dengan langkah gontai, angin malam bertiup kencang, membuatnya khawatir, bagaimana putri cantiknya bisa bertahan dengan
cuaca seperti ini, bisa-bisa Siena terserang flue. Air mata terus saja mengalir dari pelupuk mata Sesillia, ia frustasi, ia binggung dan letih. Tiba-tiba
pemikiran itu terlintas dipikirannya, apa lagi yang harus dilakukan, segala cara hallal sudah ia coba, ia juga tidak ingin melakukan cara haram, jadi jalan
satu-satunya hanyala melakukan hal itu. Mungkin setelah melakukannya, penderitaan hidup yang dialami dirinya dan Siena bisa berakhir.
Dengan tekat kuat Sesillia melangkah memasuki sebuah gedung besar berlantai enam, mungkin setelah ini, nama sesillia hanya dikenal sebagai kenangan bagi
orang-orang yang menggenalnya dan menjadi berita baik bagi Hendra mantan suaminya, laki-laki itu salah satu penyebab penderitaan Sesillia selama ini. Sejak
kecil penolakan demi penolakan selalu ia terima, tapi setelah ini, ia tidak perlu pusing-pusing lagi memikirkan setiap penolakan yang orang lain berikan
padanya. Sesillia melangkah perlahan ketika sampai diatas gedung, dipeluknya Siena dengan sangat erat, tak ada lagi air mata, tak ada lagi ketakutan, semuanya menguap
bersama angin yang bertiup kencang.
" Siena, bunda sayang sama siena, maafin bunda ya sayang." Ujar Sesillia sembari menciumi pipi siena berulang kali.
Sesillia membawa tubuhnya ketepi gedung, pemandangan mengerikkan menyambutnya, jika ia melompat dari ketinggian seperti ini, bisa dipastikan ia tidak akan
selamat. Angin yang bertiup kencang sedikit membuat tubuhnya tidak seimbang, Semua benda mati disekitarnya, seolah hidup dan meneriakinya agar segera melompat.
Sesillia melihat kebawah, beberapa orang berteriak-teriak panik, memintanya turun. Tapi telinga Sesillia serasa tuli, sepertinya setan-setan berhasil menutup
kewarasan otaknya, ia terlihat linglung, tatapanya kosong. Kenangan-kenangan buruk yang dialaminya selama ini, berputar dikepalanya bak film membuat niatnya
untuk mengakhiri hidup semakin kuat.
Sesillia memejamkan mata, mencondongkan badannya kedepan, teriakan orang-orang dibawah sana semakin kencang dan histeris.
" Selamat Tinggal." Ujar Sesillia untuk terakhir kali, ia meloncat dari atas gedung, bersiap merasakan sakit nantinya.
Bukannya melayang diudara, tubuh Sesillia malah terhuyun kebelakang, seseorang menarik tubuhnya, membuat rencana sesillia untuk bunuh diri gagal. Ia terjatuh
kelantai dengan Siena yang menangis kencang dipelukannya, ia tertegun, apa yang mau dilakukannya? Bunuh diri? Perbuatan yang bodoh, ia seorang muslim,
ia juga tahu Bunuh diri itu perbuatan dosa, dosa besar.
Sesillia mendudukkan tubuhnya, menciumi pipi siena berulang kali, bisa-bisanya ia berpikiran mengajak Siena bunuh diri. Tubuh sesillia masih gemetar, detak
jantungnya juga masih belum normal, sebenarnya ia takut ketinggian, tapi kenapa tadi ia bisa seberani itu.
" Kamu sudah gila! Kalau mau bunuh diri jangan dikantorku." Sesillia mendongak, menatap laki-laki tampan berdiri didepannya, laki-laki yang menolongnya,
menggagalkan rencana bunuh diri yang ia lakukan.
" Maaf." Ujar sesillia pelan, laki-laki didepannya ini begitu tampan, hidungnya mancung, bibirnya tipis, kulitnya putih, bentuk tubuhnya proporsional bak
model pria, aroma tubuhnya juga harum, sangat harum hingga bisa tercium dari jarak satu meter seperti ini.
Laki-laki itu beranjak pergi meninggalkan Sesillia, sesillia yang melihat laki-laki itu menjauh, segera bangkit dari duduknya dan mengejarnya. Ia harus
meminta tolong laki-laki itu untuk mengizinkannya menginap satu hari saja dirumahnya, cuaca disini sangat dingin, apalagi suhu tubuh Siena mulai naik,
Sesillia tidak mau putrinya sakit. Untuk kali ini ia harus memutus urat malunya, ia butuh bantuan laki-laki itu, laki-laki itu sudah menolongnya tadi,
mungkin saat ini ia mau membantunya lagi.
" Tuan tunggu." Panggil sesillia kencang, langkah kaki laki-laki itu begitu lebar dan cepat, membuat sesillia kesulitan mengejarnya. Ia memutar otak, bagaimana
caranya agar tuh laki-laki mau berhenti, gila saja jalannya kayak kereta, cepet banget.
Aha! Sesillia melepas salah satu sandal jepitnya, memasang ancang-ancang, punggung laki-laki itu jadi sasarannya, tanpa ba bi bu? ia melempar sandal jepit
usang itu dengan kencang.
" Aduh!" Good job, sandal jepit miliknya berhasil mengenai sasaran. Laki-laki itu membalikkan badan, menggambil sandal jepit usang milik Sesillia dan mengangkat
sandal jepit itu setinggi wajah.
Sesillia, meringgsut takut, laki-laki itu kelihatan marah, tapi rencana membuat laki-laki itu berhenti, cukup berhasil. Ia memberanikan diri mendekati
laki-laki itu, wajah sedih dijadikan senjata agar laki-laki itu iba. Sayang senjatanya itu tidak mempan, terbukti laki-laki itu tetap bergeming dengan
ekspresi wajah marahnya. "Maaf tuan, itu sandal jepit milik saya." Sesillia mengambil sandal jepit miliknya dari tangan laki-laki itu, menjatuhkan sandal jepit itu ketanah dan
mengenakkannya. " Apa maksudmu melempariku dengan sandal jepit." Laki-laki itu mulai berbicara dengan nada tinggi dan menunjuk sandal jepit yang dikenakan Sesilla berulang
kali. " Maaf tuan, habis tuan jalannya cepet banget, saya sampai kualahan mengejarnya." Ujar Sesillia sembari menampilkan cengiran kuda khas miliknya.
" Kamu memang perlu dibawa ke rumah sakit jiwa, tadi mau bunuh diri, sekarang mencelakaiku, kamu benar-benar membahayakan." Ucapan? laki-laki itu berhasil
membuat sesillia jengkel, sabar sabar sesillia harus sabar, ingat ia butuh bantuan laki-laki itu.
" Saya kesini Cuma mau mengucapkan terima kasih." Ujar Sesillia.
" Anggap saja aku melakukan kesalahan karena menolongmu." Laki-laki itu membalikkan badan berniat pergi, dengan cepat sesillia mencekal lengan laki-laki
itu, membuat laki-laki itu berhenti dan membalikkan badan menatap sesillia.
" Apa lagi? Tanya laki-laki itu.
" Nama tuan siapa?" Ujar sesillia sembari mengulurkan tangan.
" Lusiano arifian, panggil saja lusiano." Jawab laki-laki itu dengan ekspresi datarnya. Lusiano tidak mau menjabat? tangan Sesillia dan membiarkan tangan
wanita itu tetap terulur kerahnya.
" Lusiano, apa boleh aku meminta tolong satu hal padamu." Ujar sesillia dengan wajah penuh pengharapan.
" Astaga, apa lagi! Aku tidak mau kamu repotkan untuk yang kedua kalinya."
" Aku tidak akan merepotkanmu. Tapi tolong, anakku kedinginan. Aku bisa bekerja jadi pembantu sementara atau apalah, untuk hari ini saja, besok aku akan
pergi." Ujar Sesillia dengan mata mulai berkaca-kaca.
Lusiano mennyentuh kening Siera, benar saja, keningnya sedikit panas, jika dibiarkan diruangan terbuka dengan udara sedingin ini pasti anak ini bisa terserang
demam. Lusiano menarik napas panjang, keputusan yang akan diambilnya ini mudah-mudahan tidak membawa masalah.
" Baiklah, ikut denganku." Ujar Lusiano sembari berlalu pergi, sesillia mengekor dibelakang laki-laki itu, ia bisa tersenyum lega, akhirnya ada orang yang
mau menolongnya. Lusiano menuju mobil lamborgini hijau miliknya, mobil mewah, identitas para konglomerat Indonesia. Sesillia sukses melongo, ternyata laki-laki
yang menolongnya ini bukan laki-laki biasa, tapi seorang miliader, bermandikan uang. Seperti kata Salamah, kalau mencari suami carilah yang bermandikan
uang, hihihih. Lusiano membunyikan klakson, membangunkan Sesillia dari lamunan, sesillia membuka pintu mobil, tapi anehnya pintu mobil itu tidak kunjung terbuka. Lusiano
menggelengkan kepala tak menyangka, apa wanita ini dari kampung ya, sampai membuka mobil lamborgini saja dia tidak bisa. Lusiano turun dari mobil, berjalan
menghampiri Sesillia dan membantu wanita itu membuka pintu mobil. Sesillia terkikik pelan, ternyata cara membuka pintunya diangkat keatas, maklum Sesillia
belum pernah lihat mobil bagus.
" Siapa namamu?" Tanya Lusiano sembari tetap konsen dengan jalan raya didepannya.
" Sesillia ulfa, panggil saja sesillia." Jawab sesillia, tanpa melihat lusiano sedikitpun.
" Kamu tidak memiliki tempat tinggal?" tanya Lusiano lagi.
" Tidak, baru saja aku diusir dari kontrakan karena tidak bisa membayar." Sesillia menekuk mukanya, jika mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, perasaan
sedih seketika menyeruak dari hatinya.
" Hahaha, pantas saja kamu diusir, hari gini mau tinggal dirumah orang dengan gratis, jangan mimpi." Lusiano tertawa terbahak-bahak, wanita disampingnya
ini sungguh lucu. "Tidak perlu juga kamu tertawa seperti itu, kamu menyinggung harga diriku." Ujar Sesillia, sembari melempar tatapan tajam kearah lusiano.
" Ok..Ok aku kira kamu tidak memiliki harga diri lagi, buktinya kamu mau tinggal dirumah orang yang bukan muhrimmu." Ejek lusiano, sontak membuat sesillia
sedih. " Aku terpaksa, aku tidak mau anak ini kenapa-kenapa, sudah cukup ia menderita."sesillia membelai lembut pipi chubby siena.
" Suamimu kemana?" Pertanyaan Lusiano itu berhasil membuat sesillia berkaca-kaca.
" Aku janda, satu hari setelah melahirkan suamiku menceraikanku." Lusiano terdiam, seperti memikirkan sesuatu, tapi tak lama kemudian kembali bertanya
lagi. " Siapa nama mantan suamimu, mungkin aku mengenalnya, aku akan mengantarkanmu kerumah mantan suamimu?" Tanya Lusiano tiba-tiba.
" Jangan! Dia sudah menikah lagi, lagi pula aku sudah disceraikannya." Sahut sesillia,? melarang Luciano ikut campur dalam urusan itu.
" Siapa nama suamimu?" Lusioano bertanya lagi, laki-laki ini orang yang keras kepala, nama saja tidak masalah mungkin, asal aku tidak menyebutkan alamat
rumah yang kutempati dulu.
" Hendra, nama mantan suamiku Hendra Siantanu." Lusiano menginjak pedal rem mendadak, membuat sesillia terpelanting kedepan, untung saja ia memakai sabuk
pengaman. Lusiano menatap wanita itu horror, ekspresi iba tersaji setelahnya.
" Kamu serius, Hendra Siantanu mantan suamimu?" Tanya Lusiano pada wanita yang kini menatapnya. Sesillia menganggukan kepala, membenarkan. Lusiano tertawa
terbahak-bahak, kenyataan yang dibeberkan oleh sesillia seperti berita bagus untuknya. " Kamu hancur sekarang hendra, skak mate eh!" Lusiano berbicara
pada dirinya sendiri, sedangkan sesillia tidak memperdulikannya lagi, apapun yang terjadi pada Hendra bukan urusannya lagi. Raut wajah Lusiano yang tadinya
datar-datar saja, kini berubah sumringah. Sepertinya Lusiano sudah mendapatkan umpan untuk permainanya.
**** Chapter 4 Sesillia mengekor dibelakang lusiano, rumah laki laki ini benar benar besar, bukan pertama kali juga sesillia melihat rumah mewah. Dulu rumah hendra mantan
suaminya juga terbilang mewah, tapi bedanya rumah lusiano terlihat begitu arsitektur, mungkin lusiano membangun rumah ini dengan penuh ketelitian.
lusiano mengajak sesillia kelantai dua, menunjukkan sebuah kamar yang tidak terlalu besar, tetapi tertata dengan rapi.
bagi sesillia diperbolehkan berteduh saja itu sudah cukup, apalagi sampai disediakan kamar, Benar benar diluar dugaannya.
" ini kamarmu, hanya kamar ini yang tersisah disini." ujar lusiano sembari menghidupkan pendingin ruangan.
" terima kasih lusiano." jawab sesillia dengan senyum tulus terpatri di wajahnya.
" setelah berberes, segeralah turun aku ingin bicara." pinta lusiano, yang dibalas anggukan kepala oleh sesillia.
lusiano menutup pintu kamar dengan perlahan, meninggalkan sesillia tengah sibuk menidurkan buah hatinya."
seina, putri kecilnya ini tidur dengan pulas, gerakan gerakan kecil tanggan dan kakinya, terlihat begitu lucu. bagi sesillia tidak ada hal yang lebih membahagiakan
ketimbang melihat tingkah polos putri cantiknya saat tidur.
sesillia keluar dari kamar, ketika dirasanya seina tidak akan terbangun. ia turun kelantai satu, menemui lusiano yang sedang menonton televisi di ruang
keluarga. sesillia menghampiri lusiano dan duduk didepan laki laki itu.
" anakmu sudah tidur?" ujar lusiano,membuka percakapan kala itu, lusiano mematikan televisi dan beralih memandangi sesilia lekat lekat .
" sudah, terima kasih kamu sudah mengizinkanku menginap disini." ujar sesillia dengan senyum tulus terkembang dibibirnya.
"kapan kamu keluar dari rumah ini?" tanya lusiano datar. apa laki laki ini titisan manusia es, dingin banget, tidak ekspresif.
" besok, besok aku akan pergi." ujar sesillia tenang.
" kamu sudah punya tempat tinggal?" tanya lusiano lagi.
" belum, tapi tak apa, aku bisa kembali ke panti asuhan." sahut sesilia dengan wajah sedih. mau kemana lagi jika tidak kembali ke panti asuhan, tidak ada
keluarga yang mau menampungnya.
" tidak perlu, kamu tidak perlu keluar dari rumah ini." perkataan lusiano membuat sesillia tersentak kaget, tidak percaya. benarkah yang dikatakan lusiano,
ia boleh tinggal dirumah ini, serius! tidak bercanda kan.
" benarkah? kamu tidak bercanda?" ujar sesillia memastikan.
" iya, kamu boleh tinggal disini, tapi kamu harus menuruti semua kemauanku." sesillia menarik napas panjang, mana mungkin laki laki model lusiano, membiarkan
sesillia yang notabenya orang asing boleh tinggal dirumahnya dengan cuma cuma.
"apa yang kamu mau?"
" kita buat kotrak perjanjian." sahut lusiano, berhasil membuat sesillia melongo, yang benar saja, perjanjian apa yang ditawarkan laki laki ini padanya.
" jika tidak memberatkan dan merugikan, aku menerima." ujar sesillia.
" ok, tunggu." lusiano, beranjal dari tempay duduknya dan pergi kesebuah ruangan yang tidak jauh dari tempat mereka duduk.
sesillia mulai berpikir, perjanjian apa yang dimaksud laki laki itu. ketika sesillia sedang bergelut dengan pikirannya, lusiano kembali keruang keluarga
dengan selembar kertas ditangannya, ia menyerahkan kertas itu pada sesillia, sesillia menerima kertas itu dan mulai membaca tulisan didalamnya. seaillia
mengernyitkan dahi, ketika membaca isi perjanjian yang diinginkan lusiano.
"baca yang keras tiap poin perjanjiannya sesillia." pinta lusiano, sesillia menuruti keinginan laki laki itu, membaca isi perjanjian ditangannya dengan
lantang. " poin pertama, selama tinggal disini pihak kedua yaitu sesillia harus mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga dan juga memasak.
poin kedua, pihak kedua hanya diperbolehkan tinggal dirumah ini selama lamanya satu bulan. poin ketiga, pihak kedua harus mengikuti keinggian pihak pertama."
sesilli meletakkan surat perjanjian itu keatas meja seraya. menatap lusiano yang tersenyum menyeringai kearahnya.
" kamu menerima sesillia?" tanya lusiano. sesillia terdiam, ia merenungkan setiap poin dalam surat perjanjian itu, apakah ia harus menerima perjanjian
yang ditawarkan lusiano atau menolaknya. tapi dari setiap poin yang ada, ia kira tidak ada yang merugikan.
" iya aku menerima lusiano. " jawaban sesillia membuat lusiano tertawa penuh kemenangan.
" pintar." ujar lusiano sembari berlalu meninggalkan sesillia naik ke lantai dua.
sesillia melihat kepergian lusiano dengan hati lega, laki laki itu walau dingin dan cuek tapi baik hati. ia mengalihkan pandangan ke atas meja melihat
surat perjanjian yang sudah terbubuh tanda tangannya.
sesillia mengambil surat perjanjian itu, menyimpannya kedalam saku baju dan beranjak pergi kekamar setelah itu.
**** lusiano menguap lebar, hari ini ia bangun tidur dengan mood yang sangat sangat baik, sesilia wanita bodoh itu jadi aset penting sekarang, kunci peghancur
hendra rival bisnisnya. air yang mengucur dari dalam shower membasahi tubuh atletis lusiano, benar benar bentuk tubuh yang begitu mengairahkan, pantas saja banyak wanita bertekuk
lutut dibawah pesonanya, kaos polo dan celana jeans tiga per empat menjadi pakaian sehari-hari jika dirumah, tak lupa parfum Aroma musk dan kayu kayuan
menjadi identitasnya. Lusiano turun kelantai satu berniat menonton televisi, hari ini weekand, ia terbiasa menghabiskan waktu liburnya dengan beristirahat
dirumah saja, biasanya para wanitanya lah yang selalu mengunjungi Lusiano.
Lusiano berhenti saat melewati ruang dapur, aroma sedap makanan tercium oleh indra pembaunya. Siapa yang memasak? Bukankah Mijah pembantunya izin pulang
kampong selama satu bulan. Dilandasi rasa kepo yang begitu tinggi, Lusiano memutar haluan kakiknya, ia mengurungkan niat pergi keruang keluarga untuk menonton
televisi dan memilih masuk kedalam dapur, melihat siapa yang memasak.
" Eh.. selamat pagi Lusiano." Ujar Sesillia saat berpapasan dengan Lusiano yang hendak masuk kedalam dapur. Lusiano menatap lekat-lekat wanita didepannya
ini, ternyata aroma sedap yang diciumnya, berasal dari Cap cay yang ada ditangan sesillia.
" Kamu yang memasak?" Ujar Lusiano menanyakan.
" Iya, bukankan didalam perjanjian kita, aku juga harus memasak."
" Benar juga." Lusiano tersenyum simpul, kemudian berlalu keruang makan. Sesillia membawa cap cay yang dimasaknya ruang makan dan meletakkannya diatasa
meja makan. Ia meraih piring yang disodorkan Lusiano padanya, kemudian mengambilkan nasi dan menuangkan cap cay diatasnya, sesillia mengembalikan lagi
piring Lusiano dan Lusiano menerima piring yang diberikan Sesillia tidak sabaran. Lusiano memasukkan suapan pertama kedalam mulutnya, ia terlihat meneliti,
sesillia yang berdiri didedap Lusiano menunggu dengan harap-harap cemas, dulu Hendra mantan suaminya selalu memuji masakan Cap cay buatannya, tapi lain
lidah kan lain penilaian. Sendok kedua, kini lusiano masuk kesuapan kedua, tidak ada satu penilaianpun keluar dari mulutnya, yang ada hanya ekspresi Lusiano
yang berubah-rubah disetiap kunyahan.
" Bagaimana? Tidak enak ya?" Tanya sesillia pelan. Tidak ada jawaban berarti, Lusiano malah meletakkan sendok keatas piring dan mendorong piring ke tengah
meja makan. "Standart." Ujar lusiano singkat kemudian meraih gelas yang berisi air mineral, meneguknya sedikit dan berlalu pergi meninggalkan meja makan. Sesillia
yang melihat makanan lusiano masih tersisah banyak, hanya bisa menarik napas panjang dan menghelanya berat. Mungkin masakan sesillia bukan tipe-tipe makanan
yang disukai Lusiano, Sesillia membereskan sisah makan Lusiano dan membawanya kedapur.
Lusiano menikmati tayangan televisi, senyum seringai terukir dibibirnya, gosip yang dilihatnya ini benar-benar tak bermutu, apalagi wanita yang menjadi
narasumber acara murahan itu, wanita yang pernah menjadi dekatnya, wanita yang mengaku menjadi kekasih lusiano yang pernah dicampakkan. Padahal, selama
ini setiap Lusiano jalan dengan seorang wanita, tidak ada status resmi yang mengikatnya, Lusiano hanya menawarkan para wanita wanita matre itu menemani
hari-harinya dan ketika Lusiano bosan mereka harus rela ditinggalkan tanpa boleh menuntut apapun.
Bagaimana hubungan anda dengan Lusiano Arifian salah satu taipan kaya Indonesia Melani?
Sangat dekat, kami tidak terpisahkan. Tapi Lusiano mencampakanku, semua ini gara-gara penyanyi pendatang baru itu Chika.
Benarkah Chika merebut Lusiano Arifian dari anda?
Iya, wanita genit itu mendompleng nama tenar Lusiano untuk menaikan namanya.
Lusiano menggelengkan kepala berulang kali ,ia tak habis pikir dengan ucapan wanita itu, ia harus secepatnya menghubungi Andi pengacaranya, masalah ini
harus segera diselesaikan.
" Kriiing." Gadget Lusiano berdering nyaring, menunjukkan ID penelepon tidak dikenal dilayarnya. Lusiano meraih gadget di atas meja dan mengangkatnya.
" Hallo" ujar Lusiano menyapa orang diujung sana
" Assalamualaikum." Sahut suara dibalik telepon. Lusiano terdiam sejenak, mencerna suara orang yang meneleponnya.
" Hei! Assalamualaikum, Lusiano, kamu masih disana?"
" Rizal?" " Iya aku Rizal, kamu melupakanku?"
" Tentu saja tidak, kamu mengganti nomer kontak."
" Iya, nomer yang kemarin dihapus saja. Bagaimana kabarmu Lusiano?"
" Baik, bagaimana denganmu Rizal?"
" Hahaha... kamu masih menanyakan kabarku Lusiano."
" Sepertinya tidak perlu, kamu sudah bahagia, memiliki istri yang sangat cantik."
" Hahaha.. tentu saja, makanya segeralah menikah, jangan Cuma main-main saja."
" Belum menemukan wanita yang tepat."
" Kembalilah ke Surabaya aku kenalkan dengan sahabat sahabat istriku."
" Hahaha.... Aku usahakan, perusahaanku disini sedang berkembang pesat, tidak mungkin aku meninggalkannya begitu saja.
" Baiklah, tapi kamu harus pulang bulan depan Lusiano ."
" ada acara apa?"
" Adikku Mila akan menikah, kamu harus datang, jika kamu tidak datang, aku tidak akan mengakuimu sebagai sahabat."
" Hahaha.... Kamu mengancamku Rizal, Doakan saja aku tidak sibuk bulan depan,. Oh ya bagaimana kabar istrimu?"
" Baik, dia sedang mengandung tujuh bulan Lusiano."
" Wah, akhirnya, aku salut dengan perjuangan cintamu."
" Waalaikum salam, nanti aku sampaikan. Suatu saat kamu juga akan merasakan yang namanya berjuang demi cinta.
" Hahaha.... Tidak mungkin, para wanita itu yang berjuang merebutkan cintaku."
" Hahaha.... Aku berdoa semoga kamu segera merasakan karma cinta."
Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" Sahabat macam apa kamu ini, mendoakan yang tidak baik."
" Owekk... Owekk..." Suara tangis Siena terdengar hingga keruang keluarga, Lusiano mengernyitkan dahi, kemana sebenarnya Sesillia, membiarkan anaknya menangis,
tidak tahu apa? Tangisan anaknya ini benar-benar memekakan telinga.
" Suara bayi? Ada bayi dirumahmu, jangan bilang itu bayi hasil perzinahan"
" Tentu saja bukan! Sebebas-bebasnya kehidupanku, aku tidak akan menabur benih sembarangan."
" Hahaha... syukurlah, jangan sampai kamu melakukan zina, ingat kamu seorang muslim Lusiano."
" Ya...Ya..... aku tahu itu Rizal."
" Lantas itu bayi siapa?"
" Pembantu baruku."
Lusiano meninggalkan aktifitas meneleponnya, Siena masih terus menangis, sesillia benar-benar tidak ada dirumah? Kemana wanita itu pergi? Menyusahkan saja.
" Rizal, aku tutup dulu teleponnya ya, sepertinya pembantuku tidak ada dirumah."
" ok...ok" Tanpa menunggu salam penutup dari Rizal, Lusiano memutus sambungan telepon dan segera beranjak pergi ke kamar sesillia.
Benar saja Sesillia tidak ada disana, yang ada hanya Siena yang menangis semakin keras. Lusiano mendekati Siena, berusaha membuat bayi itu berhenti menangis.
" Nang Ning ning nang ning nung." Ujar Lusiano menggoda Siena, berusaha membuatnya tidak menangis lagi.
" Owek..Owel" Bukan malah berhenti menangis, tangis siena semakin kencang. Lusiano frustasi, ia tidak memiliki pengalaman sama sekali dengan anak kecil,
apalagi merawat bayi, Oh ya Allah, Lusiano menepuk nepuk pelan paha Siena, cara yang biasa dilakukan ibu-ibu di senetron-senetron televisi, yang biasa
ditonton Mijah. Lagi-lagi cara itu gagal, Siena tetap menangis, tapi kali ini suara tangisnya sedikit melemah, mungkin bayi cantik ini mulai kelelahan.
Entah dapat ide dari mana, Lusiano menggendong tubuh mungil Siena, jika untuk orang yang baru pertama kali menggendong bayi, Lusiano bisa diacungi jempol,
ia terlihat lihai dan yakin. Lusiano menggoncang perlahan tubuh Siena, benar, kali ini cara ini berhasil, Siena berhenti menangis dan mulai terlelap tidur
lagi. Lusiano memandangi wajah Siena, senyum tulus terukir di wajahnya, Siena, bayi kecil ini begitu menggemaskan, cantik, ia mewarisi kecantikan sesillia,
kulit putih sesillia juga menurun pada Siena. Seharusnya Lusiano marah karena aktifitas bersantainya terganggu oleh tangisan Siena, tapi kenyataannya tidak,
Lusiano tidak merasa terganggu sama sekali dengan kehadiran Siena dirumah ini. Apa Lusiano mulai menyayangi Siena? Sepertinya tidak, Lusiano bukan tipe
orang yang mudah tertarik pada suatu hal dengan cepat.
" Krek" Suara pintu dibuka kasar sontak mengagetkan Lusiano, ia meneloh kearah pintu mendapati Sesillia masuk kedalam kamar dengan wajah tidak percayanya. Bagaimana
bisa percaya, jika Sesillia melihat suatu hal yang mustahil, begitu mencengangkan, Lusiano pria dingin dan sinisnya minta ampun itu sedang menggendong
putri kecilnya, apalagi ia terlihat lihai, dan putri kecilnya Siena, terlihat tenang dan tidak menangis sedikitpun didalam pelukan Lusiano. Bor-boro nangis
putri tercintanya itu malah tertidur pulas, apa Siena mengira Lusiano adalah Hendra Ayahnya. Pemikiran itu seketika membuat Sesillia sedih, Hendra, walau
laki-laki itu telah menyakitinya, dan sesillia sudah mengikhlaskanya, tapi rasa cinta untuk Hendra masih ada sampai sekarang.
" Dari mana saja kamu! Menyusahkan saja." Suara tinggi Lusiano, membuat Sesillia keluar dari dunia lamunan.
" Maaf, aku pergi membeli popok Siena." Ujar Sesillia, sembari mendekati Lusiano, mengambil alih menggendong Siena.
" Lain kali, kalau mau kemana-mana ajak juga bayimu." Sungut Lusiano kesal.
" Maaf dan Terima kasih sudah menjaga putriku."
" Ya." Ujar Lusiano singkat dan berlalu pergi keluar kamar.
Sesillia terkekeh pelan, laki-laki itu benar-benar lucu, sepertinya ia mulai menyukai Siena, apalagi ia begitu ahli menggendong putri kecilnya. Ya memang
seharusnya Lusiano sudah pantas menggendong bayi, lihat saja umurnya yang hampir kepala tiga, sesillia sebenarnya tahu kalau Lusiano itu seorang playboy..hehehe...
Sesillia berharap suatu saat Lusiano akan bertemu wanita yang mencintainya dan dicintainya.
**** Chapter 5 Lusiano membolak-balik berkas-berkas kerja yang sempat ia bawa pulang, huft! Ia menghela napas panjang, penanaman modal diperusahaanya sedikit menurun,
ini semua gara-gara gosip ditelevisi yang gak penting itu, apalagi para pemegang saham beralih menanam saham mereka ke perusahaan baru Hendra, laki-laki
yang dari luarnya terlihat bak malaikat, tapi sebenarnya ia berhati iblis, tapi kesuksesan hendra tidak akan bertahan lama, lihat saja sebentar lagi nama
baiknya akan tercemar. Lusiano bangkit dari tempat duduknya, berniat menemui Sesillia, menyuruhnya membuatkan kopi untuknya.Lusiano pergi kedapur tapi tak mendapati wanita itu
disana, kemudian beralih keruang keluarga juga tidak menemukan wanita itu disana, Lusiano pergi ke lantai dua, jika tidak menemukan wanita itu dimanapun
pasti sesillia ada dikamarnya.
Lusiano ingin membuka kenop pintu kamar sesillia, saat didengarnya suara merdu sesillia sedang melantunkan ayat-ayat suci al-quran dengan begitu indahnya
mengurungkan niatnya, lusiano tertegun, mengaji, sudah lama ia meninggalkan kegiatan itu dan sudah lama juga di rumah ini tidak terdengar lagi lantunan
kalam-kalam ilahi yang begitu menenangkan dan menyejukkan ini, apalagi suara merdu sesillia menamambah kesyahduan ayat demi ayat yang terlantun. Seperti
lupa akan niatnya, bukan memanggil sesellia Lusiano malah terdiam didepan pintu kamar sesillia cukup lama, entah apa yang dipikirnya, sampai-sampai ia
tak menyadari sesillia membuka pintu kamar, dan mendapati Lusiano terdiam didepan kamarnya bak patung selamat datang.
" Lusiano, ada apa." Lusiano tersentak kaget, bahkan sampai berjingkat, ia menatap Sesillia salah tingkah.
" anu.." Lusiano terlihat kebingungan " Anu Kamu ini! Aku mencari carimu! Buatkan kopi." Ujar Lusiano marah. Dasar Lusiano, masak menutupi? rasa salah
tingkahnya dengan marah-marah.
" Maaf aku masih sholat, ia sebentar lagi aku buatkan." Ujar sesillia pelan. Lusiano pergi meninggalkan sesillia dan kembali keruang kerjanya.
Lusiano melanjutkan lagi pekerjaanya,? ruang kerja Lusiano terlihat begitu nyaman, didominasi warna putih membuat ruangan itu terlihat terang benderang,
dari seluruh ruangan yang ada dirumah ini, ruang kerja lah tempat favoritnya, ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam tinggal di ruangan ini.
" Tok..Tok.." "Masuk" ujar Lusiano saat pintu ruang kerjanya diketuk nyaring.
Sesilli masuk kedalam ruang kerja lusiano dengan nampan berisi kopi dan biscuit, Wanita itu terlihat terpesona dengan interior ruang kerja Lusiano. Terbukti
dengan Sesillia? yang tidak segera meletakan pesanan Lusiano, malah Asyik mengamati setiap sudut ruangan ini dengan detail.
" Letakkan kopinya di meja itu Sesilli." Ujar Lusiano sembari menunjuk meja kayu didepan sofa. Sesillia mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali, ia
menatap Lusiano sesaat dan beralih memandang meja yang ditunjuk Lusiano beberapa saat lalu, ia meletakkan nampan berisi kopi dan biscuit ke atas meja dan
berniat pergi dari ruangan ini.
" Tunggu Sesillia." Panggil Lusiano, membuat sesillia urung membuka pintu. Sesillia berbalik menatap Lusiano, dan melangkah mendekatinya.
" Apa ada yang kamu inginkan lagi Lusiano." Tanya Sesillia to the poin.
" Tidak, aku hanya ingin menanyakan sesuatu hal padamu, duduklah di sana." Ujar Lusiano menunjuk sofa Crem tidak jauh dari meja kerja.
" Baiklah." Sesillia menuruti kemauan Lusiano, ia duduk diatas sofa, menunggu Lusiano berbicara. Lusiano membereskan pekerjaannya, kemudian beralih duduk
disofa didepan sesillia. " Kenapa mantan suamimu menceraikanmu." Tanya Lusiano, membuat sesillia terkejut, sejurus kemudian raut wajahnya berubah sedih.
" Kamu tidak perlu tahu itu Lusiano."
" Tenanglah, lagi pula aku tidak mengenalan mantan suamimu, aku hanya ingin tahu. Tapi jika kamu tidak mau menceritakannya aku tidak akan memaksa." Ujar
Lusiano masih tetap memandang sesillia lekat-lekat.
" Entahlah, aku hanya menerima surat perceraian dari pengacaranya, dan setelah satu minggu perceraian kami, aku dengar dia sudah menikah lagi."?
" Kamu tahu siapa istrinya sekarang?" Tanya Lusiano penasaran.
" Iya, dia artis pendatang baru, Nikol." Ujar Sesillia, sontak? nama yang disebutkan Sesillia membuat Lusiano tercengang.
" Nikol." Ujar Lusiano masih dengan mata membelalak.
Flash Back sepasang anak muda sedang duduk dikursi taman, raut wajah mereka terlihat begitu sedih. Sang pria memeluk wanitanya dengan begitu erat, seperti enggan
untuk melepaskannya. " Apa tidak bisa melanjutkan sekolah bisnis disini saja Lusiano." Ujar wanita itu.
" Tidak bisa Nikol, aku harus melanjutkan sekolah di Oxford,?ayah? memaksaku untuk? kuliah disana." Ujar pria yang ternyata Lusiano, Lusiano memeluk Erat
tubuh nikol. " Lantas kamu meninggalkanku?! Aku tidak bisa jauh darimu Lusiano." Ujar Nikol sembari melepaskan pelukan Lusiano.
" Aku janji setelah kuliahku selesai aku akan langsus menikahimu Nikol." Ujar Lusiano, membuat Nikol tersenyum bahagia.
" Benarkah itu Lusiano?" Sahut Nikol memastikan.
" Iya, aku berjanji." Ujar Lusiano sembari membawa tubuh Nikol kepelukannya lagi.
" Aku mencintaimu Lusiano." Ujar Nikol yakin.
" Aku juga mencintaimu Nikol." Lusiano menjauhkan tubuh Nikol. Kemudian mencium kening wanita yang dicintainya itu cukup lama.
Flash Back End " Lusiano... Lusiano..." Sesillia mengoyang-goyangkan bahu Lusiano, Laki-laki itu melamun dan tidak mendengarkan perkataanya.
Lusiano menggeragap, mendapati Sesillia berdiri disampingnya dan menggoyang bahunya pelan.
" Emmm" Ujar Lusiano sembari mengusap seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menghembuskan napas berat bersamaan.
" Kamu kenapa Lusiano." Tanya sesillia dengan dahi berkerut-kerut.
" Tidak ada." Ujar Lusiano.
" Kalau tidak ada yang perlu ditanyakan lagi, aku izin kembali kekamar, mau memandikan Siena." Pinta Sesillia.
Tidak ada kata yang keluar dari mulut Lusiano, ia hanya menghentak-hentakan tangannya keudara seakan berkata " Pergilah." Sesillia yang melihat tanda itu,
segera mengambil jarak, dan beranjak pergi keluar ruangan.
Lusiano melemparkan tubuhnya kesofa panjang, tatapannya merewang, dan pikirannya melayang jauh. Nikol, wanita yang pernah sangat dicintainya, wanita yang
telah membuatnya tidak percaya akan cinta ternyata menikah dengan rival kerjannya sendiri.
**** Chapter 6 Sudah hari kelima sejak Sesillia tinggal dirumah Lusiano, dan laki-laki itu hanya membiarkannya tinggal disini selama sebulan. Bagaimanapun sesillia harus
mencari pekerjaan, ia harus mengumpulkan uang untuk menyewa rumah setelah keluar dari rumah Lusiano, tapi harus pekerjaan part time, sesillia masih harus
mengurus rumah, dan jika bisa jam kerjannya tidak melebihi jam kerja Lusiano, Laki-laki itu selalu meminta kopi hangat jika pulang kerja.?
Sesillia terlihat berpikir, apa ia perlu mengutarakan keinginannya ini pada Lusiano? Tapi sepertinya tidak perlu, lagi pula hanya pekerjaan part time.
Sedangkan Siena nanti bisa dititipkan pada Tania, tetangga sebelah yang dikenalnya beberapa hari lalu. Tania wanita baik, sayangnya ia tidak kunjung memiliki
anak setelah tiga? tahun menikah.
Sesillia sedang menidurkan Siena, putri cantiknya ini sedari tadi rewel, tidak biasanya Siena seperti ini, serewel-rewelnya, ia akan diam jika ditimang-timang
dan diajak berkeliling. Tapi? Kali ini tidak, Siena tetap menangis, padahal sudah dari sepuluh menit yang lalu Sesillia mengajak putri kecilnya itu mengelilingi
rumah ini. Sesillia duduk dikursi santai dekat kolam renang, ia berusaha menjejalkan dot yang berisi air gula ke dalam mulut Siena, tapi Siena menolaknya, ia terbiasa
meminum susu formula, sayangnya sesillia tidak memiliki uang untuk membeli susu, alhasil hanya air gula-lah yang bisa ia usahakan. 2
Sesillia memegang kening Siena, tidak panas, tapi kenapa ia tak kunjung berhenti menangis, Sesilli menepuk nepuk paha putrinya berulang kali, berharap
Siena bisa segera diam. " Sesillia, kamu disini!? Kamu tidak memasak dan mana kopi hangatku." Ujar Lusiano mendekati sesillia dengan wajah lelahnya. Sesillia segera beralih memandang
Lusiano, ia belum memasak makan malam dan aduh! Kopi lusiano, gara-gara Siena rewel terus Sesillia lupa membuatkan kopi untuk Lusiano.
" Maaf Lusiano, aku belum memasak, Siena rewel terus dari tadi." Ujar Sesillia panik.
Lusiano mengamati wajah Siena, bayi itu menangis sangat kencang, suara tangisnya benar-benar memekakan telinga. Lusiano menyentuh kening Siena, suhu tubuhnya
normal, tetapi kenapa ia terus menangis, padahal sudah ada digendongan ibunya.
" Sini, biarkan aku yang menggendongnya, kamu buatkan saja kopi untukku." Ujar Lusiano, sesillia mengangguk seraya meyerahkan Siena kegendongan Lusiano.
Lusiano menggendong Siena, mengayun bayi kecil itu perlahan dan membawanya berkeliling kolam renang. Sesillia beranjak pergi meninggalkan mereka, senyum
manis terukir indah dibibirya, laki-laki itu benar-benar membuat Sesillia kagum.
Sesillia berkutat didapur, ia sedang membuatkan Lusiano kopi dan omelet, bagaimanapun Lusiano sudah bersedia menggantikan tugasnya menjaga Siena, sebagai
hadiahnya Sesillia akan membuatkan Omellet untuknya, ya walaupun tidak bisa disebut hadiah juga sih, karena sudah kewajiban sesillia memasak makan malam
untuk Lusiano. Ketika sesillia tenggelam dalam pekerjaannya, Lusiano masuk kedalam rumah, menghampiri sesillia didapur. Hebatnya putri kecil Sesillia sudah tidak menangis
lagi, Siena tertidur pulas digendongan Lusiano. Sepertinya Siena lebih menurut pada Lusiano dibandingkan Sesillia ibu kandungnya sendiri.
" Sudah jadi kopiku?" Tanya Lusiano sembari? mengekor dibelakang sesillia yang sedang mondar mandir mengambil bumbu masakan.
" Sud- Aduh" Sesillia menabrak tubuh Lusiano, saat ia membalikkan badan. Ia tidak menyadari kalau Lusiano berdiri tepat dibelakangnya. " Lusiano sebaiknya
kamu duduk disana saja, jangan mengganguku." Cetus Sesillia sembari menunjuk kursi dibalik meja dapur.
" Aku hanya mau meminta kopiku." Sahut Lusiano.
" Kopimu ada disana Lusiano, dan tempat ini terlalu berbahaya untuk Siena" Ujar sesillia sembari menunjuk coffe set.
Lusiano beranjak menjauhi Sesillia, mengambil kopi hanggat dari coffe set, dan membawanya kemeja tunggu dapur.
" Sepertinya putrimu lebih suka kugendong dibandingkan kamu yang menggendongnya."
" Hanya kebetulan saja." Ujar Sesillia santai.
" Terbukti putrimu tidak rewel lagi digendonganku." Ujarnya sombong. Tapi ada benarnya juga, Siena tidak rewel lagi sekarang.
Sesillia meletakkan omlet diatas meja, tepat didepan Lusiano. Lusiano yang terlihat begitu lapar, segera menyomot omelet didepannya dengan tidak sabaran,
tapi tangan lusiano kalah cepat dengan halauan tangan sesillia. Sontak perbuatan sesillia itu membuat Lusiano kesal dan menghadiahkan tatapan tidak suka
padanya. " Cuci dulu tanganmu." Ujar Sesillia, Sembari mengambil alih Siena dari gendongan Lusiano, kemudian Lusiano berlalu dengan malas ke bak cuci tangan. Tanpa
sengaja ia melihat botol susu bayi berisi air gula disamping bak cuci tangan, pasti ini milik Sesillia, tidak salah lagi, dirumah ini siapa yang memiliki
bayi kalau bukan sesillia.
" Kamu memberikan Siena air gula?" Tanya Lusiano sembari mengeringkan tangan dengan hand blower.
" Iya, ASI-ku tidak begitu lancar." Jawab sesillia singkat.
" Kenapa tidak diganti dengan susu formula saja." Lusiano mulai memakan Omellet buatan sesillia dengan lahap.
" Tadinya iya, sekarang aku tidak memiliki uang untuk membeli susu." Sahut sesillia dengan nada sedih.Lusiano menghentikan acara makannya, sembari memandang
Sesillia dengan tatapan iba.
" Setelah ini kita ke supermarket, beli semua keperluan untuk Siena." Ujar Lusiano membuat Sesillia tercenggang.
" Tidak perlu Lusiano, aku sudah banyak merepotkanmu." Sahut sesillia cepat.
" Aku melakukan ini bukan untukmu, tapi untuk Siena dan kamu yang merepotkanku bukan Siena." Ujar Lusiano dingin,Lusiano menyelesaikan makannya, meminum
kopi susu buatan Sesillia hingga tandas, kemudian meninggalkan dapur dan meraih kunci mobil diatas meja makan. " Ayo" Ajak lusiano pada Sesillia yang masih
terdiam bak patung pancoran ditempatnya berdiri. " Sesillia!" bentak Lusiano, membuat sesillia tersentak kaget.
" Sekarang?" Tanya sesillia, dengan wajah bodohnya.
" Tentu saja, kapan lagi?" Sahut Lusiano kesal.
Melihat perubahan raut wajah kesal Lusiano, membuat Sesillia tidak banyak bertanya lagi, dan segera mengikuti Lusiano keluar rumah.
Perjalanan dari rumah Lusiano ke supermarket tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu dua puluh menit. Mereka sampai kesebuah Mall besar dengan outlet-outlet
yang menjual berbagai macam barang dagangan begitu menggiurkan. Lusiano menggandeng tangan Sesillia, membawa wanita itu masuk kedalam supermarket. Dasar
Lusiano, ia biasa menggandeng perempuan seenaknya, tapi bagaimana dengan Sesillia, wanita itu begitu polos,? takutnya sesillia salah mengartikan perlakuan
Lusiano. Benar saja, pipi Sesillia sudah memerah bak kepiting rebus. Ia menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan perasaan gugupnya. Lusiano berbalik,
mendapati Sesillia dengan wajah tertunduk, kenapa sesillia?
" Kamu kenapa Sesillia?" Ujar Lusiano, sembari mengangkat dagu Sesillia dengan jari telunjuknya. Sedangkan Sesillia mengikuti arah gerakan tangan Lusiano
dalam diam. Lusiano tercenggang tatkalah melihat wajah Sesillia begitu memerah.
" Kamu sakit Sesillia?" Tanya Lusiano menimpali. Sesillia menjawab pertanyaan Lusiano dengan gelengan kepala, karena takut? Lusiano semakin bertanya yang
aneh-aneh, Sesillia berjalan mendahului Lusiano masuk ke super market. Lusiano menggelang-gelengkan kepala sembari berdecak heran, benar-benar absurd kelakuan
wanita itu. Lusiano mendorong Trolly cepat berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah sesillia. Sesillia mengernyitkan dahi ketika melihat Lusiano, bukankah hanya
membeli susu formula kenapa harus pakai? trolly segala.
" Bukankah kita hanya membeli susu formula?" Tanya Sesillia heran.
" Sekalian belanja bulanan." Ujar Lusiano santai.
Lusiano beranjak ke koridor perlengkapan bayi, ia mengambil beberapa popok yang harganya lumayan mahal untuk ukuran barang sekali pakai, kemudian beralih?
mengambil susu formula, tidak tanggung-tanggung Lusiano memebeli 5 dus besar susu Formula dan 2 set perlengkapan mandi untuk bayi. Benar-benar dasyat,
lihat saja ekspresi Sesillia, melongo luar biasa. Seperti belum puas, Lusiano merambah mengambil barang-barang yang lain, hingga troli yang dibawanya penuh,
hingga menambah satu keranjang kecil. Gila, hobby belanja ini orang.
Sellia membantu kasir menaikan barang-barang belanjaan keatas meja kasir, Sedangkan Lusiano asyik menggoda Siena yang berada digendongannya, entah kenapa
sepertinya Lusiano mulai menyukai Seina, buktinya ia menggendong putri Sesillia ditempat umum tanpa rasa malu.
" Lusiano." Suara seorang laki-laki memanggil Lusiano sontak membuat Lusiano dan Sesillia kaget seraya langsung menoleh kearah sumber suara tersebut.
Seorang laki-laki Tanpan dengan jas kerja begitu cocok ditubuhnya, melihat Lusiano dengan senyum sumringah seraya mrngulurkan tangannya, begitu juga Lusiano
langsung menjabat tangan laki-laki itu dengan semangat.
" Septian, kapan pulang dari Singapura?" Ujar Lusiano menanyakan.
" Kemarin Lusa, ini anakmu Lusiano?! Kamu sudah menikah?! Wah kok aku tidak diundang." Sahut Septian dengan memicingkan mata dan memandang Siena digendongan
Lusiano dengan senyum terus terkembang. Lusiano? yang menyadari ditatap seperti itu hanya tertawa terbahak-bahak mendengarkan pertanyaan, Ia menggelengkan
kepalanya cepat. " Bukan, ini anak pembantuku." Ujar Lusiano dengan tawa yang masih tersisah.
" Oh, aku kirain." Sahut septian dibarengi dengan tawa renyang.
Sesillia yang tidak begitu memperhatikan Lusiano yang sedang mengobrol dengan orang lain, tetap memandangi nominal angka yang terus bertambah dai layar
mesin kasir dengan mata melotot, yang benar saja! Total belanjaan mereka sebanyak ini. Sesillia menghampiri Lusiano berniat memberitahu kalau belanjaan
mereka sudah bisa dibayar.
" Lusiano belanjaannya sudah selesai." Ujar sesillia tiba-tiba membuat Lusiano dan Septian langsung menatap kearahnya. Septian yang melihat sesillia, melemparkan
tatapan kagum dan takjub pada kesempurnaan ragawi wanita itu.
" Ini istrimu Lusiano, wah suka wanita berhijab sekarang, cantik banget lagi." Sahut Septian membuat sesillia melotot, bola matanya hampir copot.hehehe
" Bukan.. Ini pembantuku."? Ujar Lusiano, membuat Septian menganga tidak percaya.
" Ah, kamu bercanda Lusiano, wanita secantik ini pembantu, aku jadiin istri saja mau tidak." Sahut Septian sembari mengedipkan satu mata pada sesillia.Sesillia
bergidik ngeri, baru kali ini ia melihat laki-laki segenit itu.
" Jangan macam-macam kamu Septian! Yasudah aku duluan ya sudah malam." Ujar Lusiano sembari menarik tangan Sesillia menjauhi Septian yang tertawa terbahak-bahak
melihat tingkahnya.? Lusiano mengeluarkan kartu? kredit dan menyerahkannya pada kasir. Setelah selesai berbelanja, Lusiano mengajak Sesillia ke food court
untuk makan malam, Lusiano memesan dua porsi fried Rice dan lemon tea.
" Makanlah, kamu belum makan malam kan ?" Tanya Lusiano yang diajawab anggukan kepala oleh Sesillia.
" Lusiano terima kasih ya, kamu sudah membelikan kebutuhan Siena sebanyak ini." Ujar Sesillia setelah menyelesaikan suapan terakhirnya.
" Hmm... ya, sama-sama." Ujar Lusiano singkat.
Setelah menyelesaikan makan malam, Lusiano dan Sesillia kembali pulang. Lusiano memasukkan semua belanjaan ke bagasi mobil sedangkan Sesillia sudah menunggu
didalam mobil. Perjalanan dari Mall sampai rumah mereka lalui dalam diam, tak ada yang membuka percakapan, mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.
**** Chapter 7 Tidak seperti beberapa hari sebelumnya, hari ini sesillia memasak pagi pagi sekali. Lusiano majikannya itu, mengatakan kalau ia ada matting? pagi, jadi
meminta sesillia menyiapkan sarapan untuknya? lebih awal . Masakan sederhana, dan merupakan makanan kesukaan Lusiano, nasi goreng, tersaji diatas meja
makan, masih hangat, terbukti asapnya masih mengepul.
Lusiano turun dari lantai dua dengan setelan jas kantor dan tas kulit ditangannya, sesillia tersenyum kagum? memandang laki laki itu, benar benar menawan.
Entah kenapa sesillia memiliki hobby baru sekarang, mencuri pandang pada Lusiano. dan membayangkannya sebelum tidur. Perbuatan yang tidak boleh dilakukan,
mengigat ia seorang muslim. Sesillia menyerahkan piring? dengan nasi goreng didalamnya pada Lusiano, lusiano menerima piring itu dengan senyum sumringah,
senyum yang membuat sesillia meleleh dan tidak bisa tidur nyenyak.
"nanti tidak usah menungguku pulang, aku pulang agak malam. " ujar Lusiano, membuat sesillia mendongak menatapnya penuh pertanyaan.
"mau kemana? Ada urusan apa?" Tanyak sesillia posesif , eh apa apaan sesillia ini, kenapa posesif? gitu neng.? Jangan jangan mulai suka ya sama lusiano.
" Apa kamu harus tahu aku kemana dan mau ngapain?" Ujar lusiano sembari mengernyitkan dahi, heranta .
" ehm.ehm..tentu saja tidak, aku hanya tidak mau masakanku sia sia." Sahut sesillia salah tingkah, apa nyambungnya pertanyaan yang ditanyakannya dengan
ujaran yang baru ia katakan.
" oh...kamu tidak perlu memasak." Cetus lusiano singkat, ia meraih gelas berisi air putih,meneguknya habis dan berjak berdiri dari tempat duduk. Sesillia
mengantarkan lusiano sampai pintu, kalau dilihat lihat mereka berdua seperti suami istri ya, doakan saja berjodoh..hehehehe.
" jangan lupa kunci pintu" ujar lusiano, sebelum benar benar meninggalkan rumah. Sesillia mengangguk, menyanggupi permintaan lusiano. Mobil lusiano perlahan
keluar dari halaman rumah, dan melaju pergi dengan kecepatan sedang. Sesillia melihat mobil lusiano semakin menjauh dan hilang diujung jalan, sesillia
menepok jidatnya, kelakuannya barusan benar benar konyol, ia bukan anak abg lagi, tapi tadi ia bersikap seperti anak abg yang posesif sama pacarnya, memang
lusiano siapanya? Sesillia...sesillia...jangan bilang kamu jatuh cinta.
Sesilia masuk kedalam rumah, ia harus mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. akhirnya semua pekerjaan sudah dilakukan, tinggal satu pekerjaan yang dirasa
berat oleh Sesillia, mengepel lantai, rumah ini benar benar besar, membuat sesilllia ngos ngosan, tak perlu olahraga setiap hari dengan mengepel? sesillia
sudah berolah raga. Setelah selesai mengepel, sesillia harus kerumah tania, ia mau bicara soal menitipkan siena padanya ketika nanti sesillia? sudah mendapatkan
pekerjaan. " Nah..putri bunda sudah terlihat cantik." Ujar sesillia setelah mendandani siena. Bayi munggil itu terlihat mengemaskan dengan setelan baju pinknya.
Sesillia menggendong siena, mengajak putrinya itu turun dan pergi kerumah tania.
???????????????????????????????? ****
" tok...tok..."
" assalamualaikum tania."
Sesillia berdiri didepan pintu rumah Tania, menunggu wanita itu membukakan pintu untuknya.
"Waalaikum salam" sahut suara dari dalam dibarengi pintu terbuka lebar. Seorang wanita berambur lurus sebahu dengan body langsing tersenyum menyambut kedatangan
Sesillia. "Sesillia, masuk masuk." Ujar tania,sembari memiringkan badannya, memudahkan sesillia masuk. Tania mempersilahkan sesillia untuk duduk, dan ia pergi kedapur
membuat sesillia minum, lima menit kemudian tania kembali dengan dua buah es jeruk dan camilan kering.
" seneng deh kamu mau main kesini, kalau siang begini aku sendirian." Ujar tania antusias.
"Tania sebenarnya aku kesini ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu."sahut sesellia membuat tania mengernyitkan dahi penuh pertanyaan.
" mau bicara apa sesillia?"
" aku ingin bekerja tania, tapi tidak mungkin mengajak Siena, jadi aku bermaksud menitipkan seina padamu. Nanti kalau masalah harga, kita bicarakan lagi
saat aku sudah mendapat pekerjaan." Ujar sesillia panjang lebar.
" hehe... dengan senang hati, dan masalah harga, kamu tidak perlu memikirkan itu sesillia.aku dengan ikhlas menjaga siena. Kata orang tua dulu, kalau mau
cepat hamil bisa "momong" bayi orang lain buat pancingan, jadi aku terima tawaranmu." Ujar tania semangat.
" bener tania, terimah kasih banyak ya tania." Ujar sesillia lega. Sesillia mengambil gelas diatas meja, meneguk es jeruk buatan tania hingga tandas.
" haus sill..hehe" ejek tania. Membuat sesillia tersenyum malu.
" maaf tan, habis haus banget." Ujar sesillia tidak enak hati.
" hahaha.....habisin aja sill, kan memang aku buatin buat kamu." Sahut tania.
Mereka terlibat obrolan santai, hingga tiba tiba tania mengutarakan suatu hal yang membuat sesillia bertambah bahagia.
" sill, kamu beneran mau bekerja?" Tanya tania tiba tiba.
Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" iya tania, waktuku tinggal dirumah lusiano hanya satu bulan, jadi aku butuh pekerjaan tania." Ujar sesillia m,,enjelaskan.
" salah satu temanku membutuhkan karyawan sill, sebuah club malam, tapi jangan khawatir, kalau pagi sampai sore digunakan sebagai restauran biasa. Jadi
kamu hanya bekerja part time. " ujar tania.
" kebetulan Tan, aku butuhnya memang pekerjaan part time. Kan aku juga masih bekerja di tempat lusiano." Sahut sesillia.
" kamu sudah memberi tahu lusiano sesillia." Tanya tania.
" tidak tania, aku tidak memberi tahu lusiano." Cetus sesillia menjelaskan.
" baiklah, itu hak kamu." Tania bangkit dari tempat duduknya, pergi ke dapur, mengambil es jeruk lagi untuknya dan sesillia.
" kapan aku bis bekerja." Tanya sesillia saat tania kembali dari dapur.
" besok kamu sudah bisa bekerja, nanti aku yang mengantarmu." Jawab tania dengan senyum ramahnya.
" tania kamu baik banget, terima kasih ya." Ujar sesillia dengan senyum sumringah.
" sama sama sesillia, jangan sungkan sungkan meminta bantuanku kalau butuh ya." Celetuk tania. sesillia menganggukan kepala, kemudian menyomot biscuit kentang
yang disuguhkan tania. **** Chapter 8 Lusiano masuk kedalam kantor, laki laki itu memang selalu menarik perhatian,? tidak dikantor tidak dimanapun, sepuluh jempol deh buat ketampanan lusiano,
author pinjem jempolnya para readers langganan.... hahaha
" pak lusiano datang" ujar salah satu karyawati yang berlari masuk kedalam ruang staff.? Sedangkan karyawati yang lain pada bersiap siap, ada yang tacap,
ada yang nebelin gincu, mana lipstik yang dipakek merah jreng, kayak habis makan darah, ada juga yang nyisir, buju buneng. Eh! Liatin deh nggak? yang muda?
nggak? yang emak emak pada keganjenan,? kagak tahu diri.
Lusiano masuk keruang staff,? para karyawati menyambut lusiano dengan senyum memikat mereka masing masing.
" selamat pagi pak lusiano."sapa salah satu karyawati yang memakain setelan baju kerja warna merah.
" pagi." Sahut lusiano singkat. Baru dijawab gitu saja, liat itu wanita sudah sombong banget, pamer ke karyawan yang lain, kalau lusiano menjawab sapaannya.?
Hahaha....? soalnya lusiano itu terkenal cuek dan dinginnya minta ampun, biasana kalau disapa karyawan cuma ngangguk doang. Tapi jangan salah, lusiano
juga dikenal sebagai bos yang disiplin dan bertangan dingin. Balik ke cerita.
Lusiano melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja. Tapi tiba tiba ia berhenti dan berbalik menghampiri lagi wanita yang menyapanya tadi.
" lusi." Panggil lusiano,membuat wanita yang ternyata bernama lusi itu, menampilkan senyum sumringahnya.
" besok ganti rokmu dengan yang lebih panjang, ini kantor bukan mall!" Ujar lusiano sinis. Membuat lusi terdiam dengan raut wajah kaget. Hahaha... rasain
loe! Emang enak. Lusiano kembali melangkah menuju ruang kerjannya dan tenggelam dalam berkas berkas pekerjaannya.
" tok.. tok..? "? suara ketukan dipintu membuat lusiano meninggalkan aktifitas membaca berkas berkas didepannya.
" masuk." Ujar lusiano mempersilahkan masuk. Vanilla sekretaria lusiano masuk kedalam ruangan dengan beberapa map ditangannya, ia meletakkab map map itu
diatas meja kerja lusiano.
" pak, saya mau memberitahukan, bahwa prosentase peminat perusahaan kita dipasar saham menurun drastis." Ujar vanilla membuat lusiano tersentak kaget.
" hah! Bagaiman bisa?perusahaan kita tidak pernah kalah dipasar saham." Ujar lusiano geram.
" rata rata pemilik saham perusahaan kita? berpindah ke perusahaan adi surya." Ujar vanilla, semakin membuat lusiano bertambah geram.
" perusahaan adi surya? Milik hendra." Sahut lusiano kaget.
" iya pak.? Mungkin skandal foto syur bapak yang tersebar didunia maya juga cukup berpengaruh." Ujar vanilla, berhasil membuat lusiano melotot tidak percaya,
hampir mau copot tuh bola mata lusiano.
" foto syur? Foto syur apa?!" Bentak lusiano membuat vanilla ketakutan.
" maa...maaf...pak, saya belum lihat, bapak lihat sendiri saja di dunia maya." Sahut vanilla dengan suara bergetar.
Vanilla izin keluar ketika dirasa urusannya sudah selesai. Lusiano meraih gadget didalam tasnya, mengecek apakah benar yang dikatakan vanilla. Bak disambar
petir disiang bolong, foto ia telanjang dengan wanita yang dikenalnya sebagai melani itu menjadi tranding topik twitter.
"Aaaarrrggg" lusiano berteriak geram, semua ini tidak benar, ini rekayasa, ia tidak pernah berhubungan intim dengan wanita manapun, Melani, pasti wanita
itu adasangkut pautnya dengan semua ini. Lusiano naik pitam, ia melemparkan gadgetnya hingga hancur, lusiano menarik rambutnya frustasi,mendongakan kepala,
menerawang. Ada saja masalah yang hadir, banyak sekali orang yang iri dengan kesuksesannya.
Lusiano meraih gadget lainnya dari dalam tas, mendial sebuah nomer, menghubunginnya.
" carlos, kekantorku sekarang!" Ujar lusiano dengan emosional.
Lusiano mengusap wajahnya kasar.
???????????????????????????? ****
" masuk" ujar lusiano saat carlos mengintip dibalik pintu.
" ada apa bos?" Tanya carlos, to the poin.
" kamu sudah mendengar masalah foto syur yang mencatut namaku." Ujar lusiano, yang dijawab anggukan kepala oleh carlos. " kerahkan anak buahmu, selidiki
siapa pelakunya." Perintah lusiano pada anak buahnya.
" siap boss, akan saya selidiki." sahut carlos hormat.
" aku mau hasil secepatnya." Ujar lusiano dengan emosi membuncah.
" saya usahakan boss." Tukas carlos.
Carlos keluar dari ruang kerja lusiano, ia harus menjalankan apa yang diperintahkan atasannya lusiano arifian dengan cepat dan tepat.
?????????????????????????????????? ****
Chapter 9 " umbh, putri bundah udah wangi." Ujar sesillia sembari menciumi pipi putri kecilnya berulang kali.
Syukurlah ia tidak perlu susah payah? mencari kerja, tania ternyata menawarkan pekerjaan padanya dan mau menjaga siena secara cuma cuma. hahaha...gretongan
bok. " terima kasih ya allah, kau telah memberikan kemudahan pada hamba." Ujar sesillia dalam doa.
sesillia melihat jam dinding diatas lemari. Astaga! Pukul tujuh malam, ia belum membuat kopi untuk lusiano, apalagi udah? jam segini, pasti lusiano sudah
di tengah perjalanan. Sesillia menggendong siena, dan turun kelantai satu menuju dapur.?
"Owekk....owekkk" tiba tiba saja siena menangis, membuat sesillia kebingungan, ia mengambil cangkir dan botol susu, kemudian mengambil susu dan kopi.
Sesillia menuangkan air hangat kedalam cangkir dan botol susu bergantian.? Duh! Kasihan sesillia bingung, mana siena nangisnya makin kenceng.? Sesillia,
belum dikasi gula kopinya, jangan lupa! Sesillia menepok jidat, kemudian mengambil gula. Sembari menimang siena,ia memasukan beberapa sendok gula kedalam
kopi lusiano. Mati! Sesillia itu gulanya kebanyakan, wah bisa kena semprot nanti.
Setelah membuat kopi, sesillia menghangatkan masakannya tadi sore? untuk makan malam, ia menyajikan soup merah dan ayam goreng keatas meja makan, kopinya
juga. Hehehe Tak lama setelahnya, suara Deru mobil lusiano terdengar masuk kedalam rumah, sesillia segera melangkah keluar, menyambut lusiano dengan senyum sumringah,
aish! Kelihatan banget kalau sesillia mulai suka sama lusiano, icikiwir.? Ia melihat lusiano berjalan mendekatinya, senyum sumringah yang ditampilkan sesillia?
sedari tadi seketika hilang, raut wajah lusiano tidak seperti biasanya, terlihat emosional, benar benar menakutkan, ia baru melihat lusiano dengan ekspresi
wajah? seperti ini. " lusiano" ujar sesillia menyapa, tapi lusiano tidak menjawab, boro boro menjawab, ia malah melengos masuk kedalam rumah tanpa memandang sesillia sedikitpun.
Sesillia terdiam ditempat, bertanya tanya dalam hati, apa yang terjadi pada lusiano? Tidak seperti lusiano yang ia kenal.
Sesillia masuk kedalam rumah, mendapati lusiano duduk diruang keluarga dengan kaki terangkat diatas? meja. Sepertinya lusiano sedang banyak pikiran, sesillia
mendekati lusiano, berusaha menawari laki laki itu makan malam.
" lusiano makan dulu ya." Tanya sesillia halus.
" nanti saja sill." Ujar lusiano sembari memijat keningnya.
" oh sudah makan diluar ya?" Tanya sesillia lagi.
" belum." Sahut lusiano sekenanya.
" makan dulu ya, keburu dingin." Ujar sesillia, lusiano menegakkan badannya memandang sesillia geram.
Sesillia yang dipandang seperti itu, merasa perbuatannya ada yang salah.
" kamu tuli ya! Aku bilang nanti ya nanti! Banyak tanya, sekarang ambilkan kopiku." Ujar lusiano dengan emosional, sesilli meringsut ketakutan, ia tidak
menyangka lusiano bisa semarah itu karena hal sepele.
" he! Tunggu apa lagi cepat bawa sini kopiku!" Timpal lusiano, ketika melihat sesillia tetap berdiri didepannya tak kunjung pergi mengambilkan kopi untuknya.
" eh...iya." sahut sesillia kaget, ia segera berlalu kearah dapur mengambil kopi untuk lusiano.
" ini kopinya lusiano." Ujar sesillia, sembari menyerahkan secangkir kopi hangat pada lusiano.
Lusiano menerima cangkir itu tanpa banyak bicara, ia meneguku kopi hitam favoritnya itu.
" buuurrrr" lusiano menyembutkan kopi didalam mulutnya, kemudian menatap sesillia tajam.
" kamu mau membunuhku ha! Mau membuatku diabetes! Ini kopi sudah seperti air gula rasanya." Sentak lusiano garang, sesillia hanya bisa terdiam, ia ketakutan,
ia tidak berani bergeser sedikitpun dari tempatnya berdiri.
" hanya membuat kopi saja kamu tidak becus." " pyarrr" lusiano melempar cangkir kopi itu didepan sesillia, membuat cipratan kopi mengenai kaki dan roknya.
Sesillia menggigil ketakutan, ia menutup telinga sesillia dan memeluk siena lebih erat, tanpa diminta bulir bening lolos dari kelopak matanya.
Lusiano berdiri mendekati sesillia dengan ekspresi yang sama, tapi berubah datar saat melihat air mata jatuh dari mata indah sesillia. Sesilli memejamkan
mata, lusiano memukulnya.
" naiklah, jangan turun lagi kalau aku tidak memanggilmu." Ujar lusiano, kemudian pergi meninggalkan sesillia yang menatapnya sedih.
Lusiano pergi keruang kerja, sedangkan sesillia mengikuti kemauan laki laki itu kembali kekamarnya.
Lusiano melemparkan tubuhnya keatas sofa didalam ruangan kerja, pikirannya menerawang, wanita itu, sesillia tadi menangis, karena dirinya, memang tidak
seharusnya ia melimpahkan kekesalannya pada sesillia, wanita itu tidak salah. Ha! Semua ini karena berita murahan itu, mana anak buahnya belun memberikan
kabar apapun. " drrt. Drtt." Lusiano menegakkan tubuhnya, merogoh gadget disaku celananya. Ia melihat sekilas nomor si penelepon dan segera mengangkatnya.
" hallo" ujar lusiano singakat.
".........." " apa! Jadi benar dugaanku, ia pelakunya."
"................."
" tidak usah, biar aku sendiri yang membereskan orang itu." Ujar lusiano kemudian menutup sambungan telepon.
lusiano kembali merebahkan tubuhnya keatas sofa, senyum serigai terukir di wajahnya, sepertinya lusiano sudah menemukan jalan keluar untuk masalahnya.
???????????????????????????? ****
Sesillia meletakkan siena diatas ranjang, kemudian ia berjalan mendekati jendela kamar, dari kamar sesillia ini, kolam renang belakang rumah lusiano terlihat
jelas. Lusiano menghapus sisah air mata yang turun dari pelupuk matanya, kenapa perasaannya begitu sakit, padahal sesillia sudah sering dimarahi orang
lain, tapi kali ini beda, rasa sakitnya sama seperti saat? hendra? memarahinya dulu, sesillia mulai takut kehilangan lusiano, ha! Perasaan yang tidak boleh
hadir sebenarnya, tapi melihatnya dan tinggal seatap dengan lusiano, membuat sesillia terbiasa plus memunculkan benih benih cinta itu dihatinya.
Sesillia merebahkan tubuhnya diatas ranjang, ia harus istrahat, besok tania akan mengantarkan ketempat kerja. Tapu sampai malam ini, sesillia tidak memberi
tahu lusiano, takut lusiano marah dan menanggapnya tidak bertanggung jawab. Sesillia memejamkan mata mencoba untuk tidur dan terlelap dalam dunia mimpi
setelahnya. **** Chapter 10 Aroma mie goreng tercium harum dari arah dapur, lusiano masuk kedalam dapur, mengambil soft drink? didalam kulkas. Sesilia memandang lusiano sembari mengernyitkan
dahi, masih pagi kok ya sudah minum soft drink,bukanya air putih.
" kok ya minum soft drink lusiano." Ujar lusiano saat lusiano lewat disampingnya.
" hmmm." Ujar lusiano sembari berlalu menuju meja makan.
Sesillia memandang lusiano dengan raut wajah sedih, apa lusiano masih marah ya? Sesillia mengelengkan kepalanya, membuang pikiran pikiran buruk dikepalanya.
Setelah tiga puluh menit berkutat didapur, akhirnya jadilah mie goreng udang buatan sesillia, ia membawa satu piring penuh mie goreng itu kemeja makan.
Lusiano makan dalam diam, sesillia juga tidak berani menanyakan, mungkin kekesalan semalam masih menjangat dihati lusiano.
Setelah selesai sarapan, lusiano kembali kekamarnya, mengambil tas dan berjalan keluar rumah. "Tanpa pamit" ujar sesillia dalam hati, iya sesillia tak
berani mengantar sampai teras depan, lusiano tidak memandangnya sama sekali, takut nanti malah menghancurkan mood laki laki itu. Suara deru mobil terdengar
samar meninggalkan rumah, sesillia menghenbuskan napas berat. Ah! Sudahlah, tidak perlu dipikirkan, lebih baik ia segera mandi dan bersiap siap untuk pergi
bekerja. Memang sesillia dasarnya cantik, tapi sekarang lebih cantik, dengan kemeja putih, rok hitam dan jilbab hitam. Wajah putihnya disapu bedak tipis dan bibir
mungilnya di beri lips gloss warna bibir, sederhana tapi menawan.
Dengan siena digendongannya sesilia melangkah masuk keteras rumah tania, mengetuk pintu rumahnya, menunggu si pemilik rumah membukakan pintu. Tak berselang
lama, tania keluar dengan pakaian rapi dan siap mengantar sesillia ketempat kerja.
Mobil honda crv yang dikemudikan supir tania, melaju dijalanan ibukota dengan kecepatan sedang.
" lusiano sudah berangkat kerja?" Tanya tania.
" sudah, tadi dia berangkat kekantor pagi pagi sekali." Sahut sesiallia, sembari mengusap pipi Siena lembut.
"kamu belum cerita mau bekerja sill?" Tanya tania yang dijawab gelengan kepala oleh sesillia.
"belum tan, mungkin nanti. Lagi pula lusiano sering uring uringan akhir akhir ini. " sahut sesillia dengan raut wajah berubah sedih. Tania yang melihat
perubahan ekspresi dari sahabat barunya itu, seperti mengerti apa yang sedang dirasakan sesillia.
"sudah, lebih baik sekarang mikirin pekerjaan yang akan kamu jalani saja? nanti." Ujar tania sembari mengusap bahu sesillia menenangkan. Sedangkan sesillia
mengangguk membenarkan. Tak butuh waktu lama akhirnya tania dan sesillia sampai kesebuah cafe dengan interior serba kayu, benar kata tania, cafe ini memiliki dua fungsi, cafe
dan club malam. Terbukti dengan adanya bar besar dan lampu lampu diakotik dibeberapa sudut. wow!
Tania mengajak sesillia menemui seorang perempuan yang sedang duduk di salah satu meja, wanita cantik dengan dress selutut warna hitam dan blezer bunga
bunga lengan panjang. "rosella" sapa tania, membuat wanita itu mendongak.
"hai, tania." Sahut wanita itu sembari memeluk tania. Setelah itu ia mempersilahkan tania dan sesillia duduk.
"rose, ini aku bawa sahabatku, kamu bilang butuh pegawai part time kan?" Tanya tania, yang dijawab anggukan kepala oleh rosella.
"iya tan, mana tan? Dia kah?" Ujar rosella sembari melirik sesillia.
"iya ini sahabatku, kenalkan namanya? sesillia." Sahut tania mengenalkan.
Sesillia mengulurkan tanggan sembari memperkenalkan diri." Sesillia ulfa."
"rosella ariani." Sahut rosella sembari menjabat tangan sesillia.
"kapan saya bisa bekerja mbak." Tanya sesillia memastikan.
"baiklah, kamu sudah bisa bekerja hari ini sesillia." Ujar rosella menimpali. jawaban yang membuat senyum sesillia terkembang manis.
"lho, nggak pakai interview dulu rose?." Tukas tania, sontak membuat sesillia dan rose menoleh padanya.
"tidak perlu tania, aku percaya sama orang yang kamu rekomendasi, lagi pula atasanku jarang kemari, sibuk sama skandalnya.
"pasti dong, sesillia ini jujur dan rajin." Ujar tania memuji.
" kamu terlalu memuji tania." Sahut sesillia sembari tersipu malu.
"baiklah tania kamu sudah bisa meninggalkan sesillia." Ujar rosella, yang dijawab anggukan kepala oleh tania.
"nah! Sesill, serahkan seina padaku." Pinta tania. Sembelum menitipkan siena pada tania, sesillia menciumi putri kecilnya itu berang kali, rasanya enggan
jauh dari buah hatinya itu.
" aku harap kamu menjaganya dengan baik, tania, dia nyawaku." Ujar sesillia sembari menyerahkan seina pada tania.
" kamu jangan khawatir, akan aku jaga seperti menjaga anakku sendiri, jadi kamu jangan cemas, berkonsentrasilah bekerja." Tukas tania, membuat mata sesillia
berkaca kaca, ia mengangguk mempercayai ucapan tania. Setelah itu tania berpamitan pada rosella untuk pulang. Sesillia yang baru pertama kali berpisah
dari buah hatinya, ya walaupun cuma setengah hari, hanya bisa memandangi tania terus, meskipun wanita itu sudah menghilang dibalik pintu.
" sill." Ujar rosella menepuk bahu sesillia, sontak wanita itu berjingkat kaget karenanya.
"i..iya mbak." Sahut sesillia terbatah batah.
"ayo, aku kenalkan dengan pegawai yang lain." Ujar rosella yang dijawab anggukan kepala oleh sesillia.
Sesillia mengekor dibelakang rosella menuju meja kasir, rosella menepuk tangan, memanggil para pegawainya.
"plok...plok...cepat berkumpul." Ujar rosella, membuat para pegawainya berkumpul mengelilinginya dan sesillia.
" baik, dengarkan dengan baik. Kita kedatangan pegawai baru, namanya sesillia.? Ia bekerja sebagai weathress, jadi sarah." Panggil rosella.
" iya buk." Sahut seorang wanita, yang bernama sarah.
" kamu bantu sesillia." Pinta rosella.
" baik bu." Ujar sarah singkat.
" bagus, ada yang perlu ditanyakan lagi.! Cetus rosella pada seluruh pegawainnya.
" tidak bu." Jawab pegawainnya bersamaan.
" baiklah kalau begitu,kalian boleh kembali bekerja." Perintah rosella, membuat pegawainya kembali ke pekerjaan mereka masing masing.
Rosella berganti menatap sesillia, menyungkingkan senyum ramahnya pada wanita itu.
" baiklah, sesillia aku harus kembali keruanganku, bekerjalah dengan baik." Ujar rosella sembari menepuk bahu sesillja pelan.
" insyaallah bu." Sahutnya, dengan senyum tak kalah manis.
Rosella mengangguk, kemudian pergi meninggalkan sesillia dan sarah disana. Ia kembali keruanannya dan melanjurkan pekerjaan. Sedangkan sesillia, ia melihat
wanita yang dipanggil sarah tadi, mendekatinya, senyum ramah terukir diwajah cantik sarah.
" hai sesillia aku sarah." Ujarnya, sembari mengulurkan tangan mengenalkan diri.
" hai, aku sesillia." Sahut sesillia sembari menjabat tangan sarah.
" kamu cantik banget sesillia, terlalu cantik untuk menjadi pelayan." Pujian sarah, membuat sesillia tertunduk malu.
" kamu terlalu memuji sarah." Ujar sesillia menimpali.
"Hahahhh..." sarah tertawa nyaring, membuat sesillia juga terkekeh pelan. Sarah ternyata wanita yang baik dan bersahabat.
" baiklah sarah, pekerjaan apa yang harus kulakukan pertama kali?" Tanya sesillia langsung.
" bawa ini dan pergi kemeja itu." Tukas sarah sembari menyerakan buku catatan dan menujuk salah satu meja yang ditempati seorang laki laki tengah duduk?
membelakangi mereka. Tak ada jawaban berarti dari mulut sesillia, ia hanya mengangguk seraya pergi menuju meja itu. Tapi belum beberapa langkah kakinya
berjalan, sarah memanggilnya lagi, membuat sesillia berhenti dan menoleh.
" dengarkan Sill, laki laki itu seorang artis dan pelanggan tetap disini, jadi kamu harus melayaninya dengan baik.oke." Ujar sarah yang dijawab angguka
kepala oleh sesillia. sesillia kembali melangkah mendekati laki-laki itu, laki laku dengan kaos hitam dan celana keans panjang, lucunya ia memakai kaca
mata hitam, hahaha ..... " selamat pagi pak, izinkan saya mencatat pesanan anda." Ujar sesillia sopan.
laki-laki itu membuka kaca matanya, dan mendongak mengamati sesillia dari ujung kepala hingga ujung kaki. sesillia merasa risih karena ditatap seintens
ini oleh laki-laki yang tidak dikenalnya.
"Pak, apa yang anda pesan." Tanya sesillia lagi, saat laki-laki itu tidak kunjung menyebutkan pesananya, dan memilih memandangi sesillia tanpa berkedip
sedikitpun. Laki-laki itu tersadar dari mengagumi paras cantik sesillia, dan melemparkan senyum mempesonanya pada sesillia.
" Eh.. iya maaf. kamu pegawai baru ya?" Ujarnya sembari mengernyitkan dahi,sembari menunjuk sesillia. yah! jurus basa basinya keluar, dasar laki-laki nggak
bisa lihat cewek licin sedikit sudah di serebet.
" Iya pak, maaf, bapak mau pesan apa?" Tanya sesillia untuk ketiga kalinya, sesillia berusaha tersenyum ramah, walaupun ia merasa sedikit kesal.
" ok..ok..... bawakan aku lemonet dan burger." ujat laki-laki itu, yang dijawab anggukan kepala oleh sesillia. seraya melangkah pergi menuju meja kasir,
belum sampai satu langkah, laki laki itu memanggilnya lagi, membuat sesill membalikkan badan.
" Apa pak?" tanya sesillia dengan wajah sedikit kesal.
" Jangan lama-lama." Ujar laki-laki itu. sesillia mengangguk, seraya pergi menuju meja kasir, huh! benar benar menyebalkan laki-laki itu, sabar-sabar.
sesillia menyerahkan kertas pesanan pada petugas cafe, dan menunggu chef memasak pesananya. tak lama kemudian sesillia kembali kemeja laki-laki itu dengan
namapan berisi lemonet dan burger, ia meletakan pesanan laki-laki itu keatas meja, kali ini tidak berbeda dengan sebelumnya, laki-laki itu terus saja mengamati
tiap pergerakan sesillia, membuat wanita itu bergidik ngeri. sesillia berniat pergi, ketika lagi-lagi itu memanggilnya membuat sesillia berhenti.
" Siapa namamu?" Tanya laki-laki itu, dengan tatapan mata menelisik.
" Se..sesillia." Ujar sesillia terbatah-batah, mungkin ia mulai ketakutan.
" Oh, namaku Robi, salam kenal." ujarnya mengenalkan diri. sesillia mengangguk dan berlalu pergi dengan cepat meninggalkan laki-laki itu.
sesillia mengambil tisu dari meja kasir, mengelap keringat di keningnya, dan mengatur deru napasnya, menenangkan. benar-benar laki-laki yang menakutkan.
??????????????????????????????? ****
Sesillia melipat mukenahnya, lebih baik sholat dulu sebelum pulang. Ia melangkah menuju pintu keluar cafe, ya seperti ketentuan sebelumnya, sesillia hanya
kerja part time, dan hanya dia satu satunya pegawai yang bekerja setengah hari.
" sarah aku pulang duluan ya." Ujar sesillia, sembari melambaikan tangan pada sarah.
" iya sesill, hati hati ya." Sahut sarah sembari membalas lambaian tangan sesillia.
Sesillia keluar dari cafe, berjalan diatas? trotoar, menuju halte bus.
" tin tin"suara klakson mobil berteat teot tak tahu diri dibelakang sesillia, tapi wanita itu tidak memperdulikannya, ia terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun.
" tin tin" suara klakson mobil itu semakin dekat, benar saja, mobil pemilik klakson itu kini melaju mengikutinya.
" Sesillia." Teriak laki-laki dari balik kaca mobil itu, yang ternyata robi, pelanggan sesillia di cafe tadi pagi. sesillia tidak menghiraukan panggilan
robi, ia lebih memilih berkonsentrasi pada jalan didepannya.
" Hai, kamu sendirian." Teriak robi kedua kalinya. tapi lagi-lagi sesillia tidak menggubris, biar dah tuh orang teriak-teriak kayak orang gila.
" Sesillia, pulang bareng aku yuk." Ajak robi, sembari keluar dari mobil menghampiri sesillia, waduh! nah ini, nyali sesillia sedikit menciut, ia sebisa
mungkin menghindari robi, untunglah ia melihat taxi yang mulai mendekat kearahnya. sesillia berjalan ketepi jalan, menghentikan taxi itu dan berlalu pergi
meninggalkan robi yang masih berdiri diposisinya terakhir.
sesillia menghembuskan napas lega, ia menoleh, melihat dari balik kaca belakang mobil, untunglah laki-laki itu tidak mengikutinya. benar-benar bikin horror
deh tuh orang, cukup bisa membuat sesillia deg-degan.
**** Chapter 11 Lusiano melajukan mobilnya kencang, ia harus sampai ke apartement wanita itu segera sebelum ia pergi syuting. Ya melani, wanita itu harus mendapatkan pelajaran,
ia sudah membuat perusahaan lusiano hampir merugi, apalagi foto rekayasa yang disebarkannya ke dunia maya, membuat nama baik lusiano tercoreng, Untung
saja lusiano memiliki anak buah yang cerdas, tidak sampai dua hari foto syur itu hilang dari dunia maya.
Lusiano masuk kedalam park residence, langsung naik kelantai empat dan berhenti didepan pintu nomer 306.? Lusiano mengetuk pintu itu beberapa kali, menunggu
melani membukakan pintu. Tak lama pintu apartement itu terbuka menampilkan sosok perempuan dengan baju tidur transparan, sepertinya melani baru bangun
tidur, terbukti ia tidak menyadari kalau laki laki yang berdiri didepan pintunya adalah lusiano.
" siapa?" Tanya melani sembari mengucek matanya beberapa kali.
" hai melani." Sapa lusiano, membuat melani membelalakan mata, ia sekejap tersadar sepenuhnya. Dengan cepat ia berusaha menutup pintu rumahnya tapi terlambat.
Lusiano telah lebih dulu menahan pintu itu,? dengan sekuat tenaga melani tetap berusaha menutup pintu, membuat lusiano geram. Lusiano menendang pintu itu
dengan kaki, reflek karena tidak kuat manahannya, melani jatuh tersungkur kelantai. lusiano masuk kedalam apartement, mendekati melani yang terduduk dilantai,
lusiano mencekal rahang wanita itu dengan keras, melani terlihat begitu kesakitan. Lusiano mengangkat tubuh melani dan mendorongnya kedinding.
" hai, sayang. Terkejut?" Tanya lusiano dengan seringainya. Melani menggelengkan kepala memberi jawaban.
" kenapa kamu merekayasa foto itu?" Tanya lusiano.
" aku tidak tahu." Ujar melani membuat lusiano semakin geram dan membuat cekalan tangannya dirahang melani semakin menguat.
" benarkah kamu tidak tahu menahu melani." Tanya lusiano lagi. Melani lagi lagi menggelengkan kepala, dan berusaha melepas cekalan tangan lusiano,Tapi
Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
percuma tenaga melani bukan tandingan lusiano.
" aku tanya sekali lagi, siapa yang menyebarkan foto itu." Ujar lusiano semakin geram, berbanding terbalik dengan ekspresi melani yang terlihat ketakutan.
" aku tidak akan bicara. cuhh." Sahut melani sembari meludah kewajah lusiano. Sontak perbuatan melani itu membuat lusiano naik pitam. Lusiano menarik melani,
mendudukkannya dikursi rias, kemudian ia mengambil tali dari saku jasnya dan mengikat pergelangan tangan melani kebelakang kursi.
Melani meronta ronta minta dilepaskan, suara teriakannya benar benar memekakan telinga, lusiano meraih risovel dari dalam jas dan menodongkannya kekepala
melani, sontak membuat melani terdiam.
" bagus, tetaplah diam seperti itu." Ujar lusiano mengancam.
" sekarang katakan kenapa kamu membuat foto itu." Tanya lusiano dengan pertanyaan yang tetap sama.
" tidak akan!" Sentak melani. Benar benar cari mati wanita ini, lusiano menarik pelatuk risovelnya, membuat melani melotot tajam, setelah itu lusiano menodongkan
lagi pistol itu kekepala melani.
" aaaaaaaaa... jangan.. jangan lusiano,baiklah baiklah, aku akan bicara. Aku disuruh." Ujar melani, membuat lusiano membelalakkan mata terkejut.
" siapa yang menyuruhmu." Sentak lusiano.
" hendra." Sebut melani lemah.
Lusiano tersentak kaget, benar benar diluar dugaan, laki laki itu melakukan sesuatu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh lusiano sebelumnya. Lusiano
menepuk nepuk pipi melani, kemudian berlalu pergi meninggalkan wanita itu yang terus berteriak memanggil namanya dengan tangan masih terikat dikursi.
Seribu pemikiran menggelayuti otak lusiano, laki laki itu tidak bisa dibiarkan, ia harus menerima balasan yang setimpal, jangan harap ia bisa tidur nyenyak
setelah ini, jangan harap! Hendra, si brengsek itu sudah mencemarkan nama baiknya, sepatutnya ia merasakan hal yang sama.
Lusiano melajukan mobilnya santai menuju kantor, selama perjalanan ia terus saja tersenyum jahat, ternyata ada gunanya juga sesillia tinggal dirumahnya,
inilah saat yang tepat untuk menggunakan wanita itu.
" hendra, lihatlah apa yang akan kamu dapatkan setelah ini." Ujar lusiano menggebu gebu. Entah apa yang akan direncanakan lusiano, semoga saja bukan hal
yang buruk, dan juga tidak merugikan sesillia, semoga saja.
Tapi tiba tiba lusiano menepikan mobilnya tepat didepan toko bunga, pikirannya menerawan, bukankah kemarin ia seenak jidatnya marah marah sama sesillia
yang tak tahu apa apa. Kalau ia mau membuat? rencananya sukses? ia harus mulai bersikap baik terhadap? sesillia, itu akan lebih memperlancar aksinya, ya!
Walaupun surat perjanjian yang dibuatnya sudah cukup untuk menekan sesillia, tapi apa salahnya mencoba cara halus. Lagi lagi lusiano mengembangkan senyum
serigainya, ia turun dan masuk kedalam toko bunga, membeli seikat mawar merah segar dan setangkai mawar putih. Lama lama lusiano terlihat licik juga ya.
Wah ada udang dibalik rempeyek ini orang. Hihihi
**** Syukurlah sesillia sampai rumah pukul lima sore, masih ada waktu dua jam untuk memasak. Setelah mengganti baju, sesillia kembali berkutat didapur, hari
ini cukup melelahkan, bagaimana tidak lelah, ia bekerja terus tanpa istirahat. Sesillia memasukkan ayam yang sudah diberi tepung kedalam minyak panas,
kemudian beralih mencicipi saus? untuk dituang keatas ayamnya nanti jika sudah matang. Sesillia hobby memasak, kalau melihat televisi pasti yang dicari
acara masak memasak, berbagai macam resep masakan ia kuasai, calon ibu rumah tangga yang baik. Setelah berkutat selama tiga puluh menit, akhirnya selesai
juga masakan sesillia, ia meletakkan masakannya ke atas? meja makan kemudian kembali lagi kedapur membuatkan kopi untuk lusiano. Setelah dirasa semuanya
sudah beres, sesillia pergi kekamarnya,mandi dan sholat maghrib.
Sesillia melihat jam di pergelangan tangannya, " setegah tujuh."? Ujar sesillia, segera ia melangkah keluar rumah, pergi kerumah tania untuk menjemput
putri kecilnya,siena. Sesillia mengetuk pintu rumah tania, tak lama wanita itu keluar dengan siena digendongannya.
" lihatlah sayang, bundamu datang." Ujar tania sembari menyerahkan siena ke gendongan sesillia.
" terima kasih tania, sudah menjaga siena dengan baik." Sahut sesillia dengan rasa terima kasih teramat dalam.
" sudahlah tak masalah, bagaimana hari pertamamu bekerja?" Tanya tania.
" alhamdulillah lancar, dan terima kasih untuk pekerjaan yang kamu berikan padaku." Ujar sesillia sembari memegang tangan tania.
" sudahlah sesillia, itu bukan apa apa." Sahut tania.
" iya sudah tania, kalau begitu aku undur diri dulu ya, assalamualaikum." Ujar sesillia? mengakhiri percakapan malam itu.
" waalaikum salam."? Sahut tania menjawab salam sesillia.
Sesillia kembali kerumah bersamaan dengan? lusiano keluar dari mobil sport mewahnya, lusiano yang melihat sesillia menghampirinya dengan cepat menyembunyikan
bunga mawar yang dipegangnya kebelakang tubuh. Entahlah, lusiano merasa gugup sekali, mugkin karena ia belum pernah melakukan hal seperti ini, memberikan
bunga pada wanita, jadi terkesan romantis dan menye-menye, jauh dari ?pribadi lusiano. Sesillia mengernyitkan dahi, kenapa tiba-tiba sikap lusiano aneh,
padahal tadi pagi saat mau berangkat ke kantor, ekspresi lusiano masih sama seperti semalam, kesal dan seakan menyimpan beban berat. Tapi sekarang ekspresinya
benar-benar berubah, cengar cengir padanya tanpa sebab, jangan-jangan karena sangking beratnya masalah yang dihadapi, Lusiano jadi gila. Waduh! Masa iya
begitu. " Assalamualaikum." Ujar sesillia menyapa dengan salam. Bukan malah menjawab salam sesillia, lusiano malah diam terpaku, ia memandang sesillia tanpa bekedip
sedikitpun, lusiano merasa malam ini sesillia begitu cantik, walaupun sebelum sebelumnya memang sudah cantik, tapi malam ini berbeda, tinggkat kecantikan
sesillia naik berpuluh puluh lipat.
" Lusiano, awas nanti ada lalat masuk." Celetuk sesillia tatkalah melihat mulut lusiano terbuka lebar. Lusiano menggeragap, pipinya bersemu merah karena
malu, duh! Ia bertingkah bodoh hari ini,? benar-benar mamalukan."
" Anu...anu...." Ujar lusiano tak jelas, ia kesulitan mengeluarkan kata-kata,pita surannya seperti tercekat, otak pintarnya pun tak bekerja dengan baik
sekarang. " Anu apa lusiano?" Tanya sesillia heran.
" Ini." Lusiano menyodorkan sebuket mawar merah pada sesillia. Sesillia tercengang, benar-benar diluar dugaan, ada angin apa lusiano bisa seromantis ini,
ah! Atau jangan-jangan, lusiano memang sedang stress lagi, jadi dia tidak menyadari apa yang dilakukannya. Sesillia mengarahkan punggung tangannya menyentuh
kening Lusiano, membuat lusiano mengernyitkan dahi kebingungan.
" Kenapa tidak panas?" Ujar sesillia santai. Lusiano memicingkan mata, sepertinya ia tahu apa maksud sesillia menyentuh keningnya.
" He! Dasar siput, memang kamu pikir aku gila apa?" Cetus lusiano, sembari menepis tanggan sesillia, ia terlihat kesal, berani-beraninya wanita siput itu
menghinanya, padahal lusiano sudah bersusah payah menurunkan harkat dan martabatnya hanya untuk menyerahkan bunga itu.
" kamu bersikap aneh hari ini, tadi pagi menyebalkan sekarang cengar-cengir tanpa sebab." Sahut sesillia membuat lusiano semakin kesal. Lusiano meraih
tangan sesillia yang bebas dan menyerahkan buket mawar merah merah itu padanya.
" Kamu jangan ke PD.an, bunga ini bukan untukmu tapi untuk Siena." Ujar Lusiano datar. Setelah ?mendengar ucapan Lusiano, seketika sesillia mendekap putri
kecilnya dengan erat, lagi-lagi sikap sesillia itu membuat lusiano heran.
" kamu bukan pedofil kan?" Tanya sesillia sembari memcingkan mata dan mengabil ancang-ancang pertahanan diri. Lusiano terdiam sejenak, kemudian tertawa
terbahak-bahak. " Otakmu memang otak siput ya." Ujar Lusiano sembari mengusap kepala sesillia yang terbalut hijab dengan singkat, kemudian berlalu pergi meninggalkan sesillia
yang tertegun karena perlakuannya baru saja.
" Siput, bawa masuk tas kerjaku dimobil." Tariak lusiano saat berada diambang pintu. Sesillia membalikkan badan, menatap lusiano dan menganggukan kepala.
Sesillia membuka pintu mobil, berniat mengambil tas kerja lusiano. " Mawar putih?" ujar sesillia lebih pada diri sendiri, ia melihat setangkai mawar putih
tergeletak diatas tas kerja milik Lusiano. Sesillia mengangkat kedua bahu, mungkin ini juga bagian dari kegilaan sikap lusiano hari ini, sesillia tak memperdulikannya,
ia juga tak mau memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang nantinya malah membuat pipinya memerah.
Sesillia melangkah masuk kedalam rumah, dengan tas dan bunga-bunga ditangannya, benar-benar merepotkan, apalagi ia harus membawa siena dengan tangan satunya.
Ketika masuk kedalam rumah, sesillia mendapati Lusiano tengah makan malam dimeja makan, ia menghampiri laki-laki itu dan duduk disamping kirinya.
" Lusiano aku menemukan mawar putih ini di mobilmu." Ujar sesillia sembari mengangkat setangkai mawar putih ditangannya.
" Bonus dari pemilik bunga." Sahutnya singkat, masih dengan mengunyah nasi dimulutnya.
" Wah! Baik sekali pemilik toko itu." Cetus sesillia kagum.
" Hmm." Hanya gumaman itu yang keluar dari mulut Lusiano.
" Boleh untukku?" pinta sesillia.
" Hmm." Lagi-lagi hanya gumaman yang dikeluarkan Lusiano.
" Terima kasih ya, dan terima kasih juga buat mawar merah ini." Ujar sesillia mengangkat buket mawar merah bergantian.
Lusiano menyelesaikan makan malamnya dan berlalu pergi ke kamar, meninggalkan sesillia terduduk di kursi meja makan menatapnya heran.? Tuh kan apa yang
sesillia pikirkan benar, lusiano memang benar-benar labil.
**** Chapter 12 Hari ini hari minggu Sesillia dan Lusiano sama-sama libur kerja. Tadi pagi tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja Lusiano mengajak sesillia ke dufan,
ngapai coba? Kayak anak kecil saja mainnya kedunia fantasi, tapi tak apalah sekalian refresing.
Saat ini sesillia sedang berada didalam mobil Honda City milik Lusiano. Jarak dari rumah Lusiano ke Dufan tidak terlalu jauh, palingan hanya memakan waktu
satu jam, itupun kalau macet. Berhubung hari ini hari minggu, jalanan sedikit sepi, tidak sampai tiga puluh menit mereka sudah sampai di dufan.
" Jangan lupa tas perlengkapan siena." Ujar Lusiano, saat sesillia keluar dari mobil tanpa membawa tasnya.
" Astagfirullah." Reflek sesillia menepok jidatnya.
" Dasar Siput." Ejek Lusiano sembari berjalan perlahan menuju loket. Setelah mengambil tas miliknya, sesillia segera menyusul Lusiano ke Loket.
" Tiga tiket." Ujar Lusiano pada pelayang loket, setelah menyelesaikan administrasi , Lusiano dan Sesillia mendapatkan tiket untuk akses masuk Dunia Fantasi.
Seumur-umur tinggal di Jakarta baru kali ini sesillia masuk ke Dufan, biasanya Cuma nonton cuplikannya di telivisi, jadi seperti ini toh dalamnya dufan,
wah! Gede' banyak permainan. Tapi sayang, mana mungkin bisa naik wahana disini, siena masih kecil, tidak mungkin juga Siena dititipin ke orang saat ia
naik wahana. Emak gila itu namanya kalau sampai kayak gitu.
Lusiano meraih tangan sesillia, mengajaknya kesuatu tempat. Kenapa setiap kontak fisik dengan Lusiano, jantungnya berdetak kencang dan wajahnya memerah.
Sikap yang sama seperti saat Hendra memegang tangannya dulu, apa benar ia mulai jatuh cinta? "Ya Allah perasaan apa ini? Apa aku boleh memiliki perasaan
ingin memiliki laki-laki yang belum menjadi suamiku? Tapi aku hanya wanita biasa, tak luput dari dosa. Ya Allah maafkan hamba." Ujar sesillia dalam hati.
Lusiano dan Sesillia berhenti disebuah rumah kaca besar dengan taman bunga begitu indah didalamnya. Sesillia takjub melihat pemandangan didepan matanya,
ia selalu menyukai keindahan, apapun itu, baik bunga atau pemandangan alam lainnya.
" Aku tahu kamu pasti berpikir aku orang aneh, mengajakmu ketempat wahana permainan yang tidak mungkin bisa kamu naikki." Tukas Lusiano, dibarenggi anggukan
kepala sesillia mengiyakan.
" tapi aku kesini untuk mengajakmu masuk ke Flower House ini, aku jamin pasti kamu suka." Ujar Lusiano, kemudian meraih tangan sesillia lagi, mengajaknya
masuk kedalam flower House.
" Bagaimana? Suka?" Tanya Lusiano saat mereka sudah didalam.
" Iya, tempat ini indah sekali." Ujar sesillia, dengan mata berbinar dan raut wajah berseri-seri. Ekspresi wajah yang membuat lusiano tersenyum puas.
Setelah puas berkeliling, melihat aneka varian bunga, mereka beristirahat makan siang di caf? yang sengaja disediakan didalam flower House. Sepiring bee
steak dan es lemon tersaji diatas meja mereka, tak ada sesi pembicaraan, merika menikmati santap siang dalam diam.
" Sesillia, apa aku boleh menanyakan sesuatu?" Ujar Lusiano membuka sesi percakapan setelah mereka menyelesaikan makan siang.
" Tanya apa?" Sahut sesillia sembari memegangi botol susu yang diminum Siena.
" Apa kamu menyimpan, surat cerai atau buku nikah pernikahanmu?" Tukas Lusiano, membuat sesillia mengernyitkan dahi.
Hina Kelana 25 Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini Dijemput Malaikat 1
?Pencuri Hati By: Rara El-hasan Chapter 1 Lusiano arifian laki-laki tampan berusia 29 tahun, lahir dari rahim seorang ibu berdarah indonesia, sedangkan sang ayah seorang pria inggris. Pertemuan ayah dan ibunya terjadi saat sang ayah memutuskan menetap di indonesia untuk mengembangkan bisnisnya.
Darah bisnis sang ayah mengalir deras di dirinya, terbukti dengan berdirinya sebuah perusahaan besar di bidang property miliknya. kesuksesan yang diraih dengan kerja keras tanpan campur tangan nama besar ayahnya. Menjadikan nama Luciano cukup diperhitungkan di dunia bisnis, berbekal ilmu yang didapat saat mengenyam pendidikan di bisnis school di oxford university, ia dapat membuktikan tanpa sokongan dana dari perusahaan sang ayah dia dapat menarik para investor asing bergabung diperusahaannya.
Tapi sesuai pepatah yang mengatakan bahwa hidup laki laki tidak jauh dari harta,tahta dan wanita. Begitupun juga kehidupan Luciano yang tidak bisa jauh dari wanita wanita seksi yang mengelilinginya, memang jika dilihat dari paras sang donjuan, Wanita mana yang tidak tertarik akan ketampanan dan kekayaannya, wajah bak replika patung yunani versi manusia, bentuk badan yang begitu kekar dan atletis, membuat Lusiano masuk dalam jajaran taipan taipan kaya Indonesia yang begitu digilai wanita, hinggar binggar kehidupan malam tak luput dari kesehariannya, terbukti lusiano tercatat sebagai pengunjung tetap salah satu club malam para milioner di jakarta. Kebiasaan buruknya bergonta ganti pasangan sering menjadi trending topik majalah-majalah bisnis maupun majalah gosip
indonesia. Tapi bukan lusiano arifian jika tidak menanggapi berita atau gosip tentang dirinya dengan prestasi yang membanggakan. Beberapa penghargaan dibidang
bisnis berhasil dikantonginya, dan sukses menjadikan lusiano sebagai rival yang berat bagi pengusaha-pengusaha lain.
*** Chapter 2 Sesillia ulfa seorang gadis cantik berdarah asli jawa. Sejak kecil kehidupannya begitu sulit, diusia 10 tahun ia harus kehilangan kedua orang tua karena
kecelakaan mobil yang menewaskan mereka. Sesillia kecil sebatang kara saat itu, baik sanak saudara ayah atau ibunya tidak ada yang bersedia merawatnya.
Alhasil sesillia kecil harus tinggal di panti asuhan milik ibu Salamah, seorang janda tua yang mendedikasikan hidupnya, menampung anak-anak yatim piatu
disekitar tempat tinggalnya, kedekatan Sesillia dan ibu Salamah seperti anak dan ibu kandung, membuat Sesillia dapat merasakan lagi kasih sayang seorang
ibu. Sesillia kecil kini tumbuh dewasa, kecantikan paras dan akhlaknya mampu membius laki-laki manapun yang melihatnya, tak terkecuali Hendra Siantanu, donator
tetap Panti Asuhan Harapan Kasih. Kecantikan paras Sesillia berhasil membuat Hendra jatuh cinta, laki-laki itu melamar dan menikahi sesillia di usia 20
tahun. Kehidupan pernikahan mereka sangat harmonis, sesillia begitu bahagia, hendra seorang laki laki baik dan penuh kasih. Tak berselang lama, sesillia dinyatakan
hamil, kehadiran janin didalam rahim sesill membuat biduk rumah tangga mereka semakin sempurna, Hendra tak henti-hentinya memberikan perhatian dan penjagaan
super ketat padanya Tapi semuanya berubah begitu cepat, Kebahagiaan rumah tangga yang sempat dirasakannya sirna. Sifat baik dan perhatian Hendra kini tiada lagi. Suami yang
begitu dikaguminya, berubah menjadi kasar dan pemarah, seharusnya diusia kandungan Sesill yang menginjak 9 bulan, Hendra siap siaga menemani proses persalinan
Sesill, alih-alih menemani, laki-laki itu melayangkan surat gugatan cerai, sehari setelah sesill melahirkan.
Kini sesill harus menjanda diusia muda, kehidupan sulit mulai dirasakannya, Hendra sudah tidak memperdulikannya lagi, tunjangan nafkah yang dijanjikan
laki-laki itu setelah bercerai, hanya isapan jempol belaka, yang Sesill dengar terakhir kali, mantan suaminya itu menikahi artis muda, seminggu setelah
proses perceraian mereka diputuskan hakim.
*** Chapter 3 " Brak-Brak" Sesillia tersentak kaget, pintu rumahnya bergoncang keras. suara ketukan pintu, bukan! Lebih tepat jika disebut suara dobrakan pintu terdengar
begitu memekakkan telinga. Sesillia membuka pintu, mendapati Rosmia pemilik rumah petak yang ditempatinya, berdiri berkaca pinggang dengan raut wajah begitu
menakutkan, titisan mak lampir nih orang. Gemiricik gelang emas saling beradu ketika ia menggerakan tangan terdengar begitu menggoda, buset! Itu gelang
emas Asal gak ya ( Asli atau Palsu). Tanpa dipersilahkan terlebih dulu, Rosmia masuk kedalam rumah, wanita itu menggerak-gerakkan telapak tangannya didepan
Sesillia, sesillia yang mengetahui maksud kedatangan wanita itu hanya bisa terdiam.
" Mana! Sudah dua bulan kamu belum bayar kontrakan, kontrakan ini bukan milik bapakmu!"
" Saya belum punya uang Bu, mungkin besok saya bayar." Sesillia menundukkan kepala, tidak berani menatap langsung wajah Rosmia yang terlihat menakutkan.
" Halah! Kalau tidak punya uang jangan sok menyewa rumah! Aku sudah berbaik hati membiarkanmu tinggal disini selama dua bulan dengan gratis." Lagi-lagi
Rosmia berkaca pinggang, wanita didepannya ini, menyewa rumah selama dua bulan, tetapi belum sekalipun sesillia membayar uang sewa kepadanya. " Sekarang
juga kamu pergi dari rumah ini!" Ujar Rosmia sembari beranjak pergi? meninggalkan Sesillia yang terlihat terkejut dengan ucapannya.
Jika ia harus pergi dari sini, harus tinggal dimana ia dan bayinya setelah ini, menyadari hal itu sesillia segera menyusul Rosmia, memohon meminta belas
kasihan wanita itu. " BuBu saya mohon jangan usir saya dari sini,saya harus tinggal dimana?" Sesillia menghadang langkah Rosmia, membuat Rosmia semakin geram.
" Itu buka urusanku, sekarang cepat angkat kaki dari sini, sebelum orang suruhanku mengusirmu secara paksa!" Rosmia menabrak tubuh Sesillia, membuat wanita
itu terjungkal ketanah. Sesillia melihat kepergian Rosmia dengan mata berkaca-kaca, mau tak mau ia harus meninggalkan rumah ini, cepat atau lambat ini
pasti terjadi. Saat ini ia tidak memiliki uang sepeserpun. Sangat sulit mencari pekerjaan di Jakarta, ?tidak ada pabrik atau toko yang mau menerimanya, jika Sesillia
tetap membawa putri kecilnya Siena Arizha bekerja. Mana ada pabrik atau toko yang mau mengambil resiko dengan membiarkan pegawainya membawa bayi berumur
2 bulan, tahu sendiri seperti apa besar dan bahayanya mesin-mesin produksi ?dipabrik.
Sesillia menata pakaian Siena yang tidak seberapa kedalam tas usang miliknya, setelah selesai menata pakaian Siena, Sesillia menggendong bayi munggil yang
tertidur pulas itu kedalam dekapannya. Dipandanginya wajah Menggemaskan siena dengan bulir bening menetes terus dari pelupuk matanya, bayi sekecil dan
selemah ini harus merasakan kesulitan hidup seperti ini, jika bayi seusiannya, menikmati tidur diranjang bayi dengan kasur empuk, berbeda dengan buah hatinya,
siena harus rela tidur ditanah beralaskan tikar jerami.
Sesillia menyusuri jalanan ibu kota dengan langkah gontai, angin malam bertiup kencang, membuatnya khawatir, bagaimana putri cantiknya bisa bertahan dengan
cuaca seperti ini, bisa-bisa Siena terserang flue. Air mata terus saja mengalir dari pelupuk mata Sesillia, ia frustasi, ia binggung dan letih. Tiba-tiba
pemikiran itu terlintas dipikirannya, apa lagi yang harus dilakukan, segala cara hallal sudah ia coba, ia juga tidak ingin melakukan cara haram, jadi jalan
satu-satunya hanyala melakukan hal itu. Mungkin setelah melakukannya, penderitaan hidup yang dialami dirinya dan Siena bisa berakhir.
Dengan tekat kuat Sesillia melangkah memasuki sebuah gedung besar berlantai enam, mungkin setelah ini, nama sesillia hanya dikenal sebagai kenangan bagi
orang-orang yang menggenalnya dan menjadi berita baik bagi Hendra mantan suaminya, laki-laki itu salah satu penyebab penderitaan Sesillia selama ini. Sejak
kecil penolakan demi penolakan selalu ia terima, tapi setelah ini, ia tidak perlu pusing-pusing lagi memikirkan setiap penolakan yang orang lain berikan
padanya. Sesillia melangkah perlahan ketika sampai diatas gedung, dipeluknya Siena dengan sangat erat, tak ada lagi air mata, tak ada lagi ketakutan, semuanya menguap
bersama angin yang bertiup kencang.
" Siena, bunda sayang sama siena, maafin bunda ya sayang." Ujar Sesillia sembari menciumi pipi siena berulang kali.
Sesillia membawa tubuhnya ketepi gedung, pemandangan mengerikkan menyambutnya, jika ia melompat dari ketinggian seperti ini, bisa dipastikan ia tidak akan
selamat. Angin yang bertiup kencang sedikit membuat tubuhnya tidak seimbang, Semua benda mati disekitarnya, seolah hidup dan meneriakinya agar segera melompat.
Sesillia melihat kebawah, beberapa orang berteriak-teriak panik, memintanya turun. Tapi telinga Sesillia serasa tuli, sepertinya setan-setan berhasil menutup
kewarasan otaknya, ia terlihat linglung, tatapanya kosong. Kenangan-kenangan buruk yang dialaminya selama ini, berputar dikepalanya bak film membuat niatnya
untuk mengakhiri hidup semakin kuat.
Sesillia memejamkan mata, mencondongkan badannya kedepan, teriakan orang-orang dibawah sana semakin kencang dan histeris.
" Selamat Tinggal." Ujar Sesillia untuk terakhir kali, ia meloncat dari atas gedung, bersiap merasakan sakit nantinya.
Bukannya melayang diudara, tubuh Sesillia malah terhuyun kebelakang, seseorang menarik tubuhnya, membuat rencana sesillia untuk bunuh diri gagal. Ia terjatuh
kelantai dengan Siena yang menangis kencang dipelukannya, ia tertegun, apa yang mau dilakukannya? Bunuh diri? Perbuatan yang bodoh, ia seorang muslim,
ia juga tahu Bunuh diri itu perbuatan dosa, dosa besar.
Sesillia mendudukkan tubuhnya, menciumi pipi siena berulang kali, bisa-bisanya ia berpikiran mengajak Siena bunuh diri. Tubuh sesillia masih gemetar, detak
jantungnya juga masih belum normal, sebenarnya ia takut ketinggian, tapi kenapa tadi ia bisa seberani itu.
" Kamu sudah gila! Kalau mau bunuh diri jangan dikantorku." Sesillia mendongak, menatap laki-laki tampan berdiri didepannya, laki-laki yang menolongnya,
menggagalkan rencana bunuh diri yang ia lakukan.
" Maaf." Ujar sesillia pelan, laki-laki didepannya ini begitu tampan, hidungnya mancung, bibirnya tipis, kulitnya putih, bentuk tubuhnya proporsional bak
model pria, aroma tubuhnya juga harum, sangat harum hingga bisa tercium dari jarak satu meter seperti ini.
Laki-laki itu beranjak pergi meninggalkan Sesillia, sesillia yang melihat laki-laki itu menjauh, segera bangkit dari duduknya dan mengejarnya. Ia harus
meminta tolong laki-laki itu untuk mengizinkannya menginap satu hari saja dirumahnya, cuaca disini sangat dingin, apalagi suhu tubuh Siena mulai naik,
Sesillia tidak mau putrinya sakit. Untuk kali ini ia harus memutus urat malunya, ia butuh bantuan laki-laki itu, laki-laki itu sudah menolongnya tadi,
mungkin saat ini ia mau membantunya lagi.
" Tuan tunggu." Panggil sesillia kencang, langkah kaki laki-laki itu begitu lebar dan cepat, membuat sesillia kesulitan mengejarnya. Ia memutar otak, bagaimana
caranya agar tuh laki-laki mau berhenti, gila saja jalannya kayak kereta, cepet banget.
Aha! Sesillia melepas salah satu sandal jepitnya, memasang ancang-ancang, punggung laki-laki itu jadi sasarannya, tanpa ba bi bu? ia melempar sandal jepit
usang itu dengan kencang.
" Aduh!" Good job, sandal jepit miliknya berhasil mengenai sasaran. Laki-laki itu membalikkan badan, menggambil sandal jepit usang milik Sesillia dan mengangkat
sandal jepit itu setinggi wajah.
Sesillia, meringgsut takut, laki-laki itu kelihatan marah, tapi rencana membuat laki-laki itu berhenti, cukup berhasil. Ia memberanikan diri mendekati
laki-laki itu, wajah sedih dijadikan senjata agar laki-laki itu iba. Sayang senjatanya itu tidak mempan, terbukti laki-laki itu tetap bergeming dengan
ekspresi wajah marahnya. "Maaf tuan, itu sandal jepit milik saya." Sesillia mengambil sandal jepit miliknya dari tangan laki-laki itu, menjatuhkan sandal jepit itu ketanah dan
mengenakkannya. " Apa maksudmu melempariku dengan sandal jepit." Laki-laki itu mulai berbicara dengan nada tinggi dan menunjuk sandal jepit yang dikenakan Sesilla berulang
kali. " Maaf tuan, habis tuan jalannya cepet banget, saya sampai kualahan mengejarnya." Ujar Sesillia sembari menampilkan cengiran kuda khas miliknya.
" Kamu memang perlu dibawa ke rumah sakit jiwa, tadi mau bunuh diri, sekarang mencelakaiku, kamu benar-benar membahayakan." Ucapan? laki-laki itu berhasil
membuat sesillia jengkel, sabar sabar sesillia harus sabar, ingat ia butuh bantuan laki-laki itu.
" Saya kesini Cuma mau mengucapkan terima kasih." Ujar Sesillia.
" Anggap saja aku melakukan kesalahan karena menolongmu." Laki-laki itu membalikkan badan berniat pergi, dengan cepat sesillia mencekal lengan laki-laki
itu, membuat laki-laki itu berhenti dan membalikkan badan menatap sesillia.
" Apa lagi? Tanya laki-laki itu.
" Nama tuan siapa?" Ujar sesillia sembari mengulurkan tangan.
" Lusiano arifian, panggil saja lusiano." Jawab laki-laki itu dengan ekspresi datarnya. Lusiano tidak mau menjabat? tangan Sesillia dan membiarkan tangan
wanita itu tetap terulur kerahnya.
" Lusiano, apa boleh aku meminta tolong satu hal padamu." Ujar sesillia dengan wajah penuh pengharapan.
" Astaga, apa lagi! Aku tidak mau kamu repotkan untuk yang kedua kalinya."
" Aku tidak akan merepotkanmu. Tapi tolong, anakku kedinginan. Aku bisa bekerja jadi pembantu sementara atau apalah, untuk hari ini saja, besok aku akan
pergi." Ujar Sesillia dengan mata mulai berkaca-kaca.
Lusiano mennyentuh kening Siera, benar saja, keningnya sedikit panas, jika dibiarkan diruangan terbuka dengan udara sedingin ini pasti anak ini bisa terserang
demam. Lusiano menarik napas panjang, keputusan yang akan diambilnya ini mudah-mudahan tidak membawa masalah.
" Baiklah, ikut denganku." Ujar Lusiano sembari berlalu pergi, sesillia mengekor dibelakang laki-laki itu, ia bisa tersenyum lega, akhirnya ada orang yang
mau menolongnya. Lusiano menuju mobil lamborgini hijau miliknya, mobil mewah, identitas para konglomerat Indonesia. Sesillia sukses melongo, ternyata laki-laki
yang menolongnya ini bukan laki-laki biasa, tapi seorang miliader, bermandikan uang. Seperti kata Salamah, kalau mencari suami carilah yang bermandikan
uang, hihihih. Lusiano membunyikan klakson, membangunkan Sesillia dari lamunan, sesillia membuka pintu mobil, tapi anehnya pintu mobil itu tidak kunjung terbuka. Lusiano
menggelengkan kepala tak menyangka, apa wanita ini dari kampung ya, sampai membuka mobil lamborgini saja dia tidak bisa. Lusiano turun dari mobil, berjalan
menghampiri Sesillia dan membantu wanita itu membuka pintu mobil. Sesillia terkikik pelan, ternyata cara membuka pintunya diangkat keatas, maklum Sesillia
belum pernah lihat mobil bagus.
" Siapa namamu?" Tanya Lusiano sembari tetap konsen dengan jalan raya didepannya.
" Sesillia ulfa, panggil saja sesillia." Jawab sesillia, tanpa melihat lusiano sedikitpun.
" Kamu tidak memiliki tempat tinggal?" tanya Lusiano lagi.
" Tidak, baru saja aku diusir dari kontrakan karena tidak bisa membayar." Sesillia menekuk mukanya, jika mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, perasaan
sedih seketika menyeruak dari hatinya.
" Hahaha, pantas saja kamu diusir, hari gini mau tinggal dirumah orang dengan gratis, jangan mimpi." Lusiano tertawa terbahak-bahak, wanita disampingnya
ini sungguh lucu. "Tidak perlu juga kamu tertawa seperti itu, kamu menyinggung harga diriku." Ujar Sesillia, sembari melempar tatapan tajam kearah lusiano.
" Ok..Ok aku kira kamu tidak memiliki harga diri lagi, buktinya kamu mau tinggal dirumah orang yang bukan muhrimmu." Ejek lusiano, sontak membuat sesillia
sedih. " Aku terpaksa, aku tidak mau anak ini kenapa-kenapa, sudah cukup ia menderita."sesillia membelai lembut pipi chubby siena.
" Suamimu kemana?" Pertanyaan Lusiano itu berhasil membuat sesillia berkaca-kaca.
" Aku janda, satu hari setelah melahirkan suamiku menceraikanku." Lusiano terdiam, seperti memikirkan sesuatu, tapi tak lama kemudian kembali bertanya
lagi. " Siapa nama mantan suamimu, mungkin aku mengenalnya, aku akan mengantarkanmu kerumah mantan suamimu?" Tanya Lusiano tiba-tiba.
" Jangan! Dia sudah menikah lagi, lagi pula aku sudah disceraikannya." Sahut sesillia,? melarang Luciano ikut campur dalam urusan itu.
" Siapa nama suamimu?" Lusioano bertanya lagi, laki-laki ini orang yang keras kepala, nama saja tidak masalah mungkin, asal aku tidak menyebutkan alamat
rumah yang kutempati dulu.
" Hendra, nama mantan suamiku Hendra Siantanu." Lusiano menginjak pedal rem mendadak, membuat sesillia terpelanting kedepan, untung saja ia memakai sabuk
pengaman. Lusiano menatap wanita itu horror, ekspresi iba tersaji setelahnya.
" Kamu serius, Hendra Siantanu mantan suamimu?" Tanya Lusiano pada wanita yang kini menatapnya. Sesillia menganggukan kepala, membenarkan. Lusiano tertawa
terbahak-bahak, kenyataan yang dibeberkan oleh sesillia seperti berita bagus untuknya. " Kamu hancur sekarang hendra, skak mate eh!" Lusiano berbicara
pada dirinya sendiri, sedangkan sesillia tidak memperdulikannya lagi, apapun yang terjadi pada Hendra bukan urusannya lagi. Raut wajah Lusiano yang tadinya
datar-datar saja, kini berubah sumringah. Sepertinya Lusiano sudah mendapatkan umpan untuk permainanya.
**** Chapter 4 Sesillia mengekor dibelakang lusiano, rumah laki laki ini benar benar besar, bukan pertama kali juga sesillia melihat rumah mewah. Dulu rumah hendra mantan
suaminya juga terbilang mewah, tapi bedanya rumah lusiano terlihat begitu arsitektur, mungkin lusiano membangun rumah ini dengan penuh ketelitian.
lusiano mengajak sesillia kelantai dua, menunjukkan sebuah kamar yang tidak terlalu besar, tetapi tertata dengan rapi.
bagi sesillia diperbolehkan berteduh saja itu sudah cukup, apalagi sampai disediakan kamar, Benar benar diluar dugaannya.
" ini kamarmu, hanya kamar ini yang tersisah disini." ujar lusiano sembari menghidupkan pendingin ruangan.
" terima kasih lusiano." jawab sesillia dengan senyum tulus terpatri di wajahnya.
" setelah berberes, segeralah turun aku ingin bicara." pinta lusiano, yang dibalas anggukan kepala oleh sesillia.
lusiano menutup pintu kamar dengan perlahan, meninggalkan sesillia tengah sibuk menidurkan buah hatinya."
seina, putri kecilnya ini tidur dengan pulas, gerakan gerakan kecil tanggan dan kakinya, terlihat begitu lucu. bagi sesillia tidak ada hal yang lebih membahagiakan
ketimbang melihat tingkah polos putri cantiknya saat tidur.
sesillia keluar dari kamar, ketika dirasanya seina tidak akan terbangun. ia turun kelantai satu, menemui lusiano yang sedang menonton televisi di ruang
keluarga. sesillia menghampiri lusiano dan duduk didepan laki laki itu.
" anakmu sudah tidur?" ujar lusiano,membuka percakapan kala itu, lusiano mematikan televisi dan beralih memandangi sesilia lekat lekat .
" sudah, terima kasih kamu sudah mengizinkanku menginap disini." ujar sesillia dengan senyum tulus terkembang dibibirnya.
"kapan kamu keluar dari rumah ini?" tanya lusiano datar. apa laki laki ini titisan manusia es, dingin banget, tidak ekspresif.
" besok, besok aku akan pergi." ujar sesillia tenang.
" kamu sudah punya tempat tinggal?" tanya lusiano lagi.
" belum, tapi tak apa, aku bisa kembali ke panti asuhan." sahut sesilia dengan wajah sedih. mau kemana lagi jika tidak kembali ke panti asuhan, tidak ada
keluarga yang mau menampungnya.
" tidak perlu, kamu tidak perlu keluar dari rumah ini." perkataan lusiano membuat sesillia tersentak kaget, tidak percaya. benarkah yang dikatakan lusiano,
ia boleh tinggal dirumah ini, serius! tidak bercanda kan.
" benarkah? kamu tidak bercanda?" ujar sesillia memastikan.
" iya, kamu boleh tinggal disini, tapi kamu harus menuruti semua kemauanku." sesillia menarik napas panjang, mana mungkin laki laki model lusiano, membiarkan
sesillia yang notabenya orang asing boleh tinggal dirumahnya dengan cuma cuma.
"apa yang kamu mau?"
" kita buat kotrak perjanjian." sahut lusiano, berhasil membuat sesillia melongo, yang benar saja, perjanjian apa yang ditawarkan laki laki ini padanya.
" jika tidak memberatkan dan merugikan, aku menerima." ujar sesillia.
" ok, tunggu." lusiano, beranjal dari tempay duduknya dan pergi kesebuah ruangan yang tidak jauh dari tempat mereka duduk.
sesillia mulai berpikir, perjanjian apa yang dimaksud laki laki itu. ketika sesillia sedang bergelut dengan pikirannya, lusiano kembali keruang keluarga
dengan selembar kertas ditangannya, ia menyerahkan kertas itu pada sesillia, sesillia menerima kertas itu dan mulai membaca tulisan didalamnya. seaillia
mengernyitkan dahi, ketika membaca isi perjanjian yang diinginkan lusiano.
"baca yang keras tiap poin perjanjiannya sesillia." pinta lusiano, sesillia menuruti keinginan laki laki itu, membaca isi perjanjian ditangannya dengan
lantang. " poin pertama, selama tinggal disini pihak kedua yaitu sesillia harus mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga dan juga memasak.
poin kedua, pihak kedua hanya diperbolehkan tinggal dirumah ini selama lamanya satu bulan. poin ketiga, pihak kedua harus mengikuti keinggian pihak pertama."
sesilli meletakkan surat perjanjian itu keatas meja seraya. menatap lusiano yang tersenyum menyeringai kearahnya.
" kamu menerima sesillia?" tanya lusiano. sesillia terdiam, ia merenungkan setiap poin dalam surat perjanjian itu, apakah ia harus menerima perjanjian
yang ditawarkan lusiano atau menolaknya. tapi dari setiap poin yang ada, ia kira tidak ada yang merugikan.
" iya aku menerima lusiano. " jawaban sesillia membuat lusiano tertawa penuh kemenangan.
" pintar." ujar lusiano sembari berlalu meninggalkan sesillia naik ke lantai dua.
sesillia melihat kepergian lusiano dengan hati lega, laki laki itu walau dingin dan cuek tapi baik hati. ia mengalihkan pandangan ke atas meja melihat
surat perjanjian yang sudah terbubuh tanda tangannya.
sesillia mengambil surat perjanjian itu, menyimpannya kedalam saku baju dan beranjak pergi kekamar setelah itu.
**** lusiano menguap lebar, hari ini ia bangun tidur dengan mood yang sangat sangat baik, sesilia wanita bodoh itu jadi aset penting sekarang, kunci peghancur
hendra rival bisnisnya. air yang mengucur dari dalam shower membasahi tubuh atletis lusiano, benar benar bentuk tubuh yang begitu mengairahkan, pantas saja banyak wanita bertekuk
lutut dibawah pesonanya, kaos polo dan celana jeans tiga per empat menjadi pakaian sehari-hari jika dirumah, tak lupa parfum Aroma musk dan kayu kayuan
menjadi identitasnya. Lusiano turun kelantai satu berniat menonton televisi, hari ini weekand, ia terbiasa menghabiskan waktu liburnya dengan beristirahat
dirumah saja, biasanya para wanitanya lah yang selalu mengunjungi Lusiano.
Lusiano berhenti saat melewati ruang dapur, aroma sedap makanan tercium oleh indra pembaunya. Siapa yang memasak? Bukankah Mijah pembantunya izin pulang
kampong selama satu bulan. Dilandasi rasa kepo yang begitu tinggi, Lusiano memutar haluan kakiknya, ia mengurungkan niat pergi keruang keluarga untuk menonton
televisi dan memilih masuk kedalam dapur, melihat siapa yang memasak.
" Eh.. selamat pagi Lusiano." Ujar Sesillia saat berpapasan dengan Lusiano yang hendak masuk kedalam dapur. Lusiano menatap lekat-lekat wanita didepannya
ini, ternyata aroma sedap yang diciumnya, berasal dari Cap cay yang ada ditangan sesillia.
" Kamu yang memasak?" Ujar Lusiano menanyakan.
" Iya, bukankan didalam perjanjian kita, aku juga harus memasak."
" Benar juga." Lusiano tersenyum simpul, kemudian berlalu keruang makan. Sesillia membawa cap cay yang dimasaknya ruang makan dan meletakkannya diatasa
meja makan. Ia meraih piring yang disodorkan Lusiano padanya, kemudian mengambilkan nasi dan menuangkan cap cay diatasnya, sesillia mengembalikan lagi
piring Lusiano dan Lusiano menerima piring yang diberikan Sesillia tidak sabaran. Lusiano memasukkan suapan pertama kedalam mulutnya, ia terlihat meneliti,
sesillia yang berdiri didedap Lusiano menunggu dengan harap-harap cemas, dulu Hendra mantan suaminya selalu memuji masakan Cap cay buatannya, tapi lain
lidah kan lain penilaian. Sendok kedua, kini lusiano masuk kesuapan kedua, tidak ada satu penilaianpun keluar dari mulutnya, yang ada hanya ekspresi Lusiano
yang berubah-rubah disetiap kunyahan.
" Bagaimana? Tidak enak ya?" Tanya sesillia pelan. Tidak ada jawaban berarti, Lusiano malah meletakkan sendok keatas piring dan mendorong piring ke tengah
meja makan. "Standart." Ujar lusiano singkat kemudian meraih gelas yang berisi air mineral, meneguknya sedikit dan berlalu pergi meninggalkan meja makan. Sesillia
yang melihat makanan lusiano masih tersisah banyak, hanya bisa menarik napas panjang dan menghelanya berat. Mungkin masakan sesillia bukan tipe-tipe makanan
yang disukai Lusiano, Sesillia membereskan sisah makan Lusiano dan membawanya kedapur.
Lusiano menikmati tayangan televisi, senyum seringai terukir dibibirnya, gosip yang dilihatnya ini benar-benar tak bermutu, apalagi wanita yang menjadi
narasumber acara murahan itu, wanita yang pernah menjadi dekatnya, wanita yang mengaku menjadi kekasih lusiano yang pernah dicampakkan. Padahal, selama
ini setiap Lusiano jalan dengan seorang wanita, tidak ada status resmi yang mengikatnya, Lusiano hanya menawarkan para wanita wanita matre itu menemani
hari-harinya dan ketika Lusiano bosan mereka harus rela ditinggalkan tanpa boleh menuntut apapun.
Bagaimana hubungan anda dengan Lusiano Arifian salah satu taipan kaya Indonesia Melani?
Sangat dekat, kami tidak terpisahkan. Tapi Lusiano mencampakanku, semua ini gara-gara penyanyi pendatang baru itu Chika.
Benarkah Chika merebut Lusiano Arifian dari anda?
Iya, wanita genit itu mendompleng nama tenar Lusiano untuk menaikan namanya.
Lusiano menggelengkan kepala berulang kali ,ia tak habis pikir dengan ucapan wanita itu, ia harus secepatnya menghubungi Andi pengacaranya, masalah ini
harus segera diselesaikan.
" Kriiing." Gadget Lusiano berdering nyaring, menunjukkan ID penelepon tidak dikenal dilayarnya. Lusiano meraih gadget di atas meja dan mengangkatnya.
" Hallo" ujar Lusiano menyapa orang diujung sana
" Assalamualaikum." Sahut suara dibalik telepon. Lusiano terdiam sejenak, mencerna suara orang yang meneleponnya.
" Hei! Assalamualaikum, Lusiano, kamu masih disana?"
" Rizal?" " Iya aku Rizal, kamu melupakanku?"
" Tentu saja tidak, kamu mengganti nomer kontak."
" Iya, nomer yang kemarin dihapus saja. Bagaimana kabarmu Lusiano?"
" Baik, bagaimana denganmu Rizal?"
" Hahaha... kamu masih menanyakan kabarku Lusiano."
" Sepertinya tidak perlu, kamu sudah bahagia, memiliki istri yang sangat cantik."
" Hahaha.. tentu saja, makanya segeralah menikah, jangan Cuma main-main saja."
" Belum menemukan wanita yang tepat."
" Kembalilah ke Surabaya aku kenalkan dengan sahabat sahabat istriku."
" Hahaha.... Aku usahakan, perusahaanku disini sedang berkembang pesat, tidak mungkin aku meninggalkannya begitu saja.
" Baiklah, tapi kamu harus pulang bulan depan Lusiano ."
" ada acara apa?"
" Adikku Mila akan menikah, kamu harus datang, jika kamu tidak datang, aku tidak akan mengakuimu sebagai sahabat."
" Hahaha.... Kamu mengancamku Rizal, Doakan saja aku tidak sibuk bulan depan,. Oh ya bagaimana kabar istrimu?"
" Baik, dia sedang mengandung tujuh bulan Lusiano."
" Wah, akhirnya, aku salut dengan perjuangan cintamu."
" Waalaikum salam, nanti aku sampaikan. Suatu saat kamu juga akan merasakan yang namanya berjuang demi cinta.
" Hahaha.... Tidak mungkin, para wanita itu yang berjuang merebutkan cintaku."
" Hahaha.... Aku berdoa semoga kamu segera merasakan karma cinta."
Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" Sahabat macam apa kamu ini, mendoakan yang tidak baik."
" Owekk... Owekk..." Suara tangis Siena terdengar hingga keruang keluarga, Lusiano mengernyitkan dahi, kemana sebenarnya Sesillia, membiarkan anaknya menangis,
tidak tahu apa? Tangisan anaknya ini benar-benar memekakan telinga.
" Suara bayi? Ada bayi dirumahmu, jangan bilang itu bayi hasil perzinahan"
" Tentu saja bukan! Sebebas-bebasnya kehidupanku, aku tidak akan menabur benih sembarangan."
" Hahaha... syukurlah, jangan sampai kamu melakukan zina, ingat kamu seorang muslim Lusiano."
" Ya...Ya..... aku tahu itu Rizal."
" Lantas itu bayi siapa?"
" Pembantu baruku."
Lusiano meninggalkan aktifitas meneleponnya, Siena masih terus menangis, sesillia benar-benar tidak ada dirumah? Kemana wanita itu pergi? Menyusahkan saja.
" Rizal, aku tutup dulu teleponnya ya, sepertinya pembantuku tidak ada dirumah."
" ok...ok" Tanpa menunggu salam penutup dari Rizal, Lusiano memutus sambungan telepon dan segera beranjak pergi ke kamar sesillia.
Benar saja Sesillia tidak ada disana, yang ada hanya Siena yang menangis semakin keras. Lusiano mendekati Siena, berusaha membuat bayi itu berhenti menangis.
" Nang Ning ning nang ning nung." Ujar Lusiano menggoda Siena, berusaha membuatnya tidak menangis lagi.
" Owek..Owel" Bukan malah berhenti menangis, tangis siena semakin kencang. Lusiano frustasi, ia tidak memiliki pengalaman sama sekali dengan anak kecil,
apalagi merawat bayi, Oh ya Allah, Lusiano menepuk nepuk pelan paha Siena, cara yang biasa dilakukan ibu-ibu di senetron-senetron televisi, yang biasa
ditonton Mijah. Lagi-lagi cara itu gagal, Siena tetap menangis, tapi kali ini suara tangisnya sedikit melemah, mungkin bayi cantik ini mulai kelelahan.
Entah dapat ide dari mana, Lusiano menggendong tubuh mungil Siena, jika untuk orang yang baru pertama kali menggendong bayi, Lusiano bisa diacungi jempol,
ia terlihat lihai dan yakin. Lusiano menggoncang perlahan tubuh Siena, benar, kali ini cara ini berhasil, Siena berhenti menangis dan mulai terlelap tidur
lagi. Lusiano memandangi wajah Siena, senyum tulus terukir di wajahnya, Siena, bayi kecil ini begitu menggemaskan, cantik, ia mewarisi kecantikan sesillia,
kulit putih sesillia juga menurun pada Siena. Seharusnya Lusiano marah karena aktifitas bersantainya terganggu oleh tangisan Siena, tapi kenyataannya tidak,
Lusiano tidak merasa terganggu sama sekali dengan kehadiran Siena dirumah ini. Apa Lusiano mulai menyayangi Siena? Sepertinya tidak, Lusiano bukan tipe
orang yang mudah tertarik pada suatu hal dengan cepat.
" Krek" Suara pintu dibuka kasar sontak mengagetkan Lusiano, ia meneloh kearah pintu mendapati Sesillia masuk kedalam kamar dengan wajah tidak percayanya. Bagaimana
bisa percaya, jika Sesillia melihat suatu hal yang mustahil, begitu mencengangkan, Lusiano pria dingin dan sinisnya minta ampun itu sedang menggendong
putri kecilnya, apalagi ia terlihat lihai, dan putri kecilnya Siena, terlihat tenang dan tidak menangis sedikitpun didalam pelukan Lusiano. Bor-boro nangis
putri tercintanya itu malah tertidur pulas, apa Siena mengira Lusiano adalah Hendra Ayahnya. Pemikiran itu seketika membuat Sesillia sedih, Hendra, walau
laki-laki itu telah menyakitinya, dan sesillia sudah mengikhlaskanya, tapi rasa cinta untuk Hendra masih ada sampai sekarang.
" Dari mana saja kamu! Menyusahkan saja." Suara tinggi Lusiano, membuat Sesillia keluar dari dunia lamunan.
" Maaf, aku pergi membeli popok Siena." Ujar Sesillia, sembari mendekati Lusiano, mengambil alih menggendong Siena.
" Lain kali, kalau mau kemana-mana ajak juga bayimu." Sungut Lusiano kesal.
" Maaf dan Terima kasih sudah menjaga putriku."
" Ya." Ujar Lusiano singkat dan berlalu pergi keluar kamar.
Sesillia terkekeh pelan, laki-laki itu benar-benar lucu, sepertinya ia mulai menyukai Siena, apalagi ia begitu ahli menggendong putri kecilnya. Ya memang
seharusnya Lusiano sudah pantas menggendong bayi, lihat saja umurnya yang hampir kepala tiga, sesillia sebenarnya tahu kalau Lusiano itu seorang playboy..hehehe...
Sesillia berharap suatu saat Lusiano akan bertemu wanita yang mencintainya dan dicintainya.
**** Chapter 5 Lusiano membolak-balik berkas-berkas kerja yang sempat ia bawa pulang, huft! Ia menghela napas panjang, penanaman modal diperusahaanya sedikit menurun,
ini semua gara-gara gosip ditelevisi yang gak penting itu, apalagi para pemegang saham beralih menanam saham mereka ke perusahaan baru Hendra, laki-laki
yang dari luarnya terlihat bak malaikat, tapi sebenarnya ia berhati iblis, tapi kesuksesan hendra tidak akan bertahan lama, lihat saja sebentar lagi nama
baiknya akan tercemar. Lusiano bangkit dari tempat duduknya, berniat menemui Sesillia, menyuruhnya membuatkan kopi untuknya.Lusiano pergi kedapur tapi tak mendapati wanita itu
disana, kemudian beralih keruang keluarga juga tidak menemukan wanita itu disana, Lusiano pergi ke lantai dua, jika tidak menemukan wanita itu dimanapun
pasti sesillia ada dikamarnya.
Lusiano ingin membuka kenop pintu kamar sesillia, saat didengarnya suara merdu sesillia sedang melantunkan ayat-ayat suci al-quran dengan begitu indahnya
mengurungkan niatnya, lusiano tertegun, mengaji, sudah lama ia meninggalkan kegiatan itu dan sudah lama juga di rumah ini tidak terdengar lagi lantunan
kalam-kalam ilahi yang begitu menenangkan dan menyejukkan ini, apalagi suara merdu sesillia menamambah kesyahduan ayat demi ayat yang terlantun. Seperti
lupa akan niatnya, bukan memanggil sesellia Lusiano malah terdiam didepan pintu kamar sesillia cukup lama, entah apa yang dipikirnya, sampai-sampai ia
tak menyadari sesillia membuka pintu kamar, dan mendapati Lusiano terdiam didepan kamarnya bak patung selamat datang.
" Lusiano, ada apa." Lusiano tersentak kaget, bahkan sampai berjingkat, ia menatap Sesillia salah tingkah.
" anu.." Lusiano terlihat kebingungan " Anu Kamu ini! Aku mencari carimu! Buatkan kopi." Ujar Lusiano marah. Dasar Lusiano, masak menutupi? rasa salah
tingkahnya dengan marah-marah.
" Maaf aku masih sholat, ia sebentar lagi aku buatkan." Ujar sesillia pelan. Lusiano pergi meninggalkan sesillia dan kembali keruang kerjanya.
Lusiano melanjutkan lagi pekerjaanya,? ruang kerja Lusiano terlihat begitu nyaman, didominasi warna putih membuat ruangan itu terlihat terang benderang,
dari seluruh ruangan yang ada dirumah ini, ruang kerja lah tempat favoritnya, ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam tinggal di ruangan ini.
" Tok..Tok.." "Masuk" ujar Lusiano saat pintu ruang kerjanya diketuk nyaring.
Sesilli masuk kedalam ruang kerja lusiano dengan nampan berisi kopi dan biscuit, Wanita itu terlihat terpesona dengan interior ruang kerja Lusiano. Terbukti
dengan Sesillia? yang tidak segera meletakan pesanan Lusiano, malah Asyik mengamati setiap sudut ruangan ini dengan detail.
" Letakkan kopinya di meja itu Sesilli." Ujar Lusiano sembari menunjuk meja kayu didepan sofa. Sesillia mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali, ia
menatap Lusiano sesaat dan beralih memandang meja yang ditunjuk Lusiano beberapa saat lalu, ia meletakkan nampan berisi kopi dan biscuit ke atas meja dan
berniat pergi dari ruangan ini.
" Tunggu Sesillia." Panggil Lusiano, membuat sesillia urung membuka pintu. Sesillia berbalik menatap Lusiano, dan melangkah mendekatinya.
" Apa ada yang kamu inginkan lagi Lusiano." Tanya Sesillia to the poin.
" Tidak, aku hanya ingin menanyakan sesuatu hal padamu, duduklah di sana." Ujar Lusiano menunjuk sofa Crem tidak jauh dari meja kerja.
" Baiklah." Sesillia menuruti kemauan Lusiano, ia duduk diatas sofa, menunggu Lusiano berbicara. Lusiano membereskan pekerjaannya, kemudian beralih duduk
disofa didepan sesillia. " Kenapa mantan suamimu menceraikanmu." Tanya Lusiano, membuat sesillia terkejut, sejurus kemudian raut wajahnya berubah sedih.
" Kamu tidak perlu tahu itu Lusiano."
" Tenanglah, lagi pula aku tidak mengenalan mantan suamimu, aku hanya ingin tahu. Tapi jika kamu tidak mau menceritakannya aku tidak akan memaksa." Ujar
Lusiano masih tetap memandang sesillia lekat-lekat.
" Entahlah, aku hanya menerima surat perceraian dari pengacaranya, dan setelah satu minggu perceraian kami, aku dengar dia sudah menikah lagi."?
" Kamu tahu siapa istrinya sekarang?" Tanya Lusiano penasaran.
" Iya, dia artis pendatang baru, Nikol." Ujar Sesillia, sontak? nama yang disebutkan Sesillia membuat Lusiano tercengang.
" Nikol." Ujar Lusiano masih dengan mata membelalak.
Flash Back sepasang anak muda sedang duduk dikursi taman, raut wajah mereka terlihat begitu sedih. Sang pria memeluk wanitanya dengan begitu erat, seperti enggan
untuk melepaskannya. " Apa tidak bisa melanjutkan sekolah bisnis disini saja Lusiano." Ujar wanita itu.
" Tidak bisa Nikol, aku harus melanjutkan sekolah di Oxford,?ayah? memaksaku untuk? kuliah disana." Ujar pria yang ternyata Lusiano, Lusiano memeluk Erat
tubuh nikol. " Lantas kamu meninggalkanku?! Aku tidak bisa jauh darimu Lusiano." Ujar Nikol sembari melepaskan pelukan Lusiano.
" Aku janji setelah kuliahku selesai aku akan langsus menikahimu Nikol." Ujar Lusiano, membuat Nikol tersenyum bahagia.
" Benarkah itu Lusiano?" Sahut Nikol memastikan.
" Iya, aku berjanji." Ujar Lusiano sembari membawa tubuh Nikol kepelukannya lagi.
" Aku mencintaimu Lusiano." Ujar Nikol yakin.
" Aku juga mencintaimu Nikol." Lusiano menjauhkan tubuh Nikol. Kemudian mencium kening wanita yang dicintainya itu cukup lama.
Flash Back End " Lusiano... Lusiano..." Sesillia mengoyang-goyangkan bahu Lusiano, Laki-laki itu melamun dan tidak mendengarkan perkataanya.
Lusiano menggeragap, mendapati Sesillia berdiri disampingnya dan menggoyang bahunya pelan.
" Emmm" Ujar Lusiano sembari mengusap seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menghembuskan napas berat bersamaan.
" Kamu kenapa Lusiano." Tanya sesillia dengan dahi berkerut-kerut.
" Tidak ada." Ujar Lusiano.
" Kalau tidak ada yang perlu ditanyakan lagi, aku izin kembali kekamar, mau memandikan Siena." Pinta Sesillia.
Tidak ada kata yang keluar dari mulut Lusiano, ia hanya menghentak-hentakan tangannya keudara seakan berkata " Pergilah." Sesillia yang melihat tanda itu,
segera mengambil jarak, dan beranjak pergi keluar ruangan.
Lusiano melemparkan tubuhnya kesofa panjang, tatapannya merewang, dan pikirannya melayang jauh. Nikol, wanita yang pernah sangat dicintainya, wanita yang
telah membuatnya tidak percaya akan cinta ternyata menikah dengan rival kerjannya sendiri.
**** Chapter 6 Sudah hari kelima sejak Sesillia tinggal dirumah Lusiano, dan laki-laki itu hanya membiarkannya tinggal disini selama sebulan. Bagaimanapun sesillia harus
mencari pekerjaan, ia harus mengumpulkan uang untuk menyewa rumah setelah keluar dari rumah Lusiano, tapi harus pekerjaan part time, sesillia masih harus
mengurus rumah, dan jika bisa jam kerjannya tidak melebihi jam kerja Lusiano, Laki-laki itu selalu meminta kopi hangat jika pulang kerja.?
Sesillia terlihat berpikir, apa ia perlu mengutarakan keinginannya ini pada Lusiano? Tapi sepertinya tidak perlu, lagi pula hanya pekerjaan part time.
Sedangkan Siena nanti bisa dititipkan pada Tania, tetangga sebelah yang dikenalnya beberapa hari lalu. Tania wanita baik, sayangnya ia tidak kunjung memiliki
anak setelah tiga? tahun menikah.
Sesillia sedang menidurkan Siena, putri cantiknya ini sedari tadi rewel, tidak biasanya Siena seperti ini, serewel-rewelnya, ia akan diam jika ditimang-timang
dan diajak berkeliling. Tapi? Kali ini tidak, Siena tetap menangis, padahal sudah dari sepuluh menit yang lalu Sesillia mengajak putri kecilnya itu mengelilingi
rumah ini. Sesillia duduk dikursi santai dekat kolam renang, ia berusaha menjejalkan dot yang berisi air gula ke dalam mulut Siena, tapi Siena menolaknya, ia terbiasa
meminum susu formula, sayangnya sesillia tidak memiliki uang untuk membeli susu, alhasil hanya air gula-lah yang bisa ia usahakan. 2
Sesillia memegang kening Siena, tidak panas, tapi kenapa ia tak kunjung berhenti menangis, Sesilli menepuk nepuk paha putrinya berulang kali, berharap
Siena bisa segera diam. " Sesillia, kamu disini!? Kamu tidak memasak dan mana kopi hangatku." Ujar Lusiano mendekati sesillia dengan wajah lelahnya. Sesillia segera beralih memandang
Lusiano, ia belum memasak makan malam dan aduh! Kopi lusiano, gara-gara Siena rewel terus Sesillia lupa membuatkan kopi untuk Lusiano.
" Maaf Lusiano, aku belum memasak, Siena rewel terus dari tadi." Ujar Sesillia panik.
Lusiano mengamati wajah Siena, bayi itu menangis sangat kencang, suara tangisnya benar-benar memekakan telinga. Lusiano menyentuh kening Siena, suhu tubuhnya
normal, tetapi kenapa ia terus menangis, padahal sudah ada digendongan ibunya.
" Sini, biarkan aku yang menggendongnya, kamu buatkan saja kopi untukku." Ujar Lusiano, sesillia mengangguk seraya meyerahkan Siena kegendongan Lusiano.
Lusiano menggendong Siena, mengayun bayi kecil itu perlahan dan membawanya berkeliling kolam renang. Sesillia beranjak pergi meninggalkan mereka, senyum
manis terukir indah dibibirya, laki-laki itu benar-benar membuat Sesillia kagum.
Sesillia berkutat didapur, ia sedang membuatkan Lusiano kopi dan omelet, bagaimanapun Lusiano sudah bersedia menggantikan tugasnya menjaga Siena, sebagai
hadiahnya Sesillia akan membuatkan Omellet untuknya, ya walaupun tidak bisa disebut hadiah juga sih, karena sudah kewajiban sesillia memasak makan malam
untuk Lusiano. Ketika sesillia tenggelam dalam pekerjaannya, Lusiano masuk kedalam rumah, menghampiri sesillia didapur. Hebatnya putri kecil Sesillia sudah tidak menangis
lagi, Siena tertidur pulas digendongan Lusiano. Sepertinya Siena lebih menurut pada Lusiano dibandingkan Sesillia ibu kandungnya sendiri.
" Sudah jadi kopiku?" Tanya Lusiano sembari? mengekor dibelakang sesillia yang sedang mondar mandir mengambil bumbu masakan.
" Sud- Aduh" Sesillia menabrak tubuh Lusiano, saat ia membalikkan badan. Ia tidak menyadari kalau Lusiano berdiri tepat dibelakangnya. " Lusiano sebaiknya
kamu duduk disana saja, jangan mengganguku." Cetus Sesillia sembari menunjuk kursi dibalik meja dapur.
" Aku hanya mau meminta kopiku." Sahut Lusiano.
" Kopimu ada disana Lusiano, dan tempat ini terlalu berbahaya untuk Siena" Ujar sesillia sembari menunjuk coffe set.
Lusiano beranjak menjauhi Sesillia, mengambil kopi hanggat dari coffe set, dan membawanya kemeja tunggu dapur.
" Sepertinya putrimu lebih suka kugendong dibandingkan kamu yang menggendongnya."
" Hanya kebetulan saja." Ujar Sesillia santai.
" Terbukti putrimu tidak rewel lagi digendonganku." Ujarnya sombong. Tapi ada benarnya juga, Siena tidak rewel lagi sekarang.
Sesillia meletakkan omlet diatas meja, tepat didepan Lusiano. Lusiano yang terlihat begitu lapar, segera menyomot omelet didepannya dengan tidak sabaran,
tapi tangan lusiano kalah cepat dengan halauan tangan sesillia. Sontak perbuatan sesillia itu membuat Lusiano kesal dan menghadiahkan tatapan tidak suka
padanya. " Cuci dulu tanganmu." Ujar Sesillia, Sembari mengambil alih Siena dari gendongan Lusiano, kemudian Lusiano berlalu dengan malas ke bak cuci tangan. Tanpa
sengaja ia melihat botol susu bayi berisi air gula disamping bak cuci tangan, pasti ini milik Sesillia, tidak salah lagi, dirumah ini siapa yang memiliki
bayi kalau bukan sesillia.
" Kamu memberikan Siena air gula?" Tanya Lusiano sembari mengeringkan tangan dengan hand blower.
" Iya, ASI-ku tidak begitu lancar." Jawab sesillia singkat.
" Kenapa tidak diganti dengan susu formula saja." Lusiano mulai memakan Omellet buatan sesillia dengan lahap.
" Tadinya iya, sekarang aku tidak memiliki uang untuk membeli susu." Sahut sesillia dengan nada sedih.Lusiano menghentikan acara makannya, sembari memandang
Sesillia dengan tatapan iba.
" Setelah ini kita ke supermarket, beli semua keperluan untuk Siena." Ujar Lusiano membuat Sesillia tercenggang.
" Tidak perlu Lusiano, aku sudah banyak merepotkanmu." Sahut sesillia cepat.
" Aku melakukan ini bukan untukmu, tapi untuk Siena dan kamu yang merepotkanku bukan Siena." Ujar Lusiano dingin,Lusiano menyelesaikan makannya, meminum
kopi susu buatan Sesillia hingga tandas, kemudian meninggalkan dapur dan meraih kunci mobil diatas meja makan. " Ayo" Ajak lusiano pada Sesillia yang masih
terdiam bak patung pancoran ditempatnya berdiri. " Sesillia!" bentak Lusiano, membuat sesillia tersentak kaget.
" Sekarang?" Tanya sesillia, dengan wajah bodohnya.
" Tentu saja, kapan lagi?" Sahut Lusiano kesal.
Melihat perubahan raut wajah kesal Lusiano, membuat Sesillia tidak banyak bertanya lagi, dan segera mengikuti Lusiano keluar rumah.
Perjalanan dari rumah Lusiano ke supermarket tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu dua puluh menit. Mereka sampai kesebuah Mall besar dengan outlet-outlet
yang menjual berbagai macam barang dagangan begitu menggiurkan. Lusiano menggandeng tangan Sesillia, membawa wanita itu masuk kedalam supermarket. Dasar
Lusiano, ia biasa menggandeng perempuan seenaknya, tapi bagaimana dengan Sesillia, wanita itu begitu polos,? takutnya sesillia salah mengartikan perlakuan
Lusiano. Benar saja, pipi Sesillia sudah memerah bak kepiting rebus. Ia menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan perasaan gugupnya. Lusiano berbalik,
mendapati Sesillia dengan wajah tertunduk, kenapa sesillia?
" Kamu kenapa Sesillia?" Ujar Lusiano, sembari mengangkat dagu Sesillia dengan jari telunjuknya. Sedangkan Sesillia mengikuti arah gerakan tangan Lusiano
dalam diam. Lusiano tercenggang tatkalah melihat wajah Sesillia begitu memerah.
" Kamu sakit Sesillia?" Tanya Lusiano menimpali. Sesillia menjawab pertanyaan Lusiano dengan gelengan kepala, karena takut? Lusiano semakin bertanya yang
aneh-aneh, Sesillia berjalan mendahului Lusiano masuk ke super market. Lusiano menggelang-gelengkan kepala sembari berdecak heran, benar-benar absurd kelakuan
wanita itu. Lusiano mendorong Trolly cepat berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah sesillia. Sesillia mengernyitkan dahi ketika melihat Lusiano, bukankah hanya
membeli susu formula kenapa harus pakai? trolly segala.
" Bukankah kita hanya membeli susu formula?" Tanya Sesillia heran.
" Sekalian belanja bulanan." Ujar Lusiano santai.
Lusiano beranjak ke koridor perlengkapan bayi, ia mengambil beberapa popok yang harganya lumayan mahal untuk ukuran barang sekali pakai, kemudian beralih?
mengambil susu formula, tidak tanggung-tanggung Lusiano memebeli 5 dus besar susu Formula dan 2 set perlengkapan mandi untuk bayi. Benar-benar dasyat,
lihat saja ekspresi Sesillia, melongo luar biasa. Seperti belum puas, Lusiano merambah mengambil barang-barang yang lain, hingga troli yang dibawanya penuh,
hingga menambah satu keranjang kecil. Gila, hobby belanja ini orang.
Sellia membantu kasir menaikan barang-barang belanjaan keatas meja kasir, Sedangkan Lusiano asyik menggoda Siena yang berada digendongannya, entah kenapa
sepertinya Lusiano mulai menyukai Seina, buktinya ia menggendong putri Sesillia ditempat umum tanpa rasa malu.
" Lusiano." Suara seorang laki-laki memanggil Lusiano sontak membuat Lusiano dan Sesillia kaget seraya langsung menoleh kearah sumber suara tersebut.
Seorang laki-laki Tanpan dengan jas kerja begitu cocok ditubuhnya, melihat Lusiano dengan senyum sumringah seraya mrngulurkan tangannya, begitu juga Lusiano
langsung menjabat tangan laki-laki itu dengan semangat.
" Septian, kapan pulang dari Singapura?" Ujar Lusiano menanyakan.
" Kemarin Lusa, ini anakmu Lusiano?! Kamu sudah menikah?! Wah kok aku tidak diundang." Sahut Septian dengan memicingkan mata dan memandang Siena digendongan
Lusiano dengan senyum terus terkembang. Lusiano? yang menyadari ditatap seperti itu hanya tertawa terbahak-bahak mendengarkan pertanyaan, Ia menggelengkan
kepalanya cepat. " Bukan, ini anak pembantuku." Ujar Lusiano dengan tawa yang masih tersisah.
" Oh, aku kirain." Sahut septian dibarengi dengan tawa renyang.
Sesillia yang tidak begitu memperhatikan Lusiano yang sedang mengobrol dengan orang lain, tetap memandangi nominal angka yang terus bertambah dai layar
mesin kasir dengan mata melotot, yang benar saja! Total belanjaan mereka sebanyak ini. Sesillia menghampiri Lusiano berniat memberitahu kalau belanjaan
mereka sudah bisa dibayar.
" Lusiano belanjaannya sudah selesai." Ujar sesillia tiba-tiba membuat Lusiano dan Septian langsung menatap kearahnya. Septian yang melihat sesillia, melemparkan
tatapan kagum dan takjub pada kesempurnaan ragawi wanita itu.
" Ini istrimu Lusiano, wah suka wanita berhijab sekarang, cantik banget lagi." Sahut Septian membuat sesillia melotot, bola matanya hampir copot.hehehe
" Bukan.. Ini pembantuku."? Ujar Lusiano, membuat Septian menganga tidak percaya.
" Ah, kamu bercanda Lusiano, wanita secantik ini pembantu, aku jadiin istri saja mau tidak." Sahut Septian sembari mengedipkan satu mata pada sesillia.Sesillia
bergidik ngeri, baru kali ini ia melihat laki-laki segenit itu.
" Jangan macam-macam kamu Septian! Yasudah aku duluan ya sudah malam." Ujar Lusiano sembari menarik tangan Sesillia menjauhi Septian yang tertawa terbahak-bahak
melihat tingkahnya.? Lusiano mengeluarkan kartu? kredit dan menyerahkannya pada kasir. Setelah selesai berbelanja, Lusiano mengajak Sesillia ke food court
untuk makan malam, Lusiano memesan dua porsi fried Rice dan lemon tea.
" Makanlah, kamu belum makan malam kan ?" Tanya Lusiano yang diajawab anggukan kepala oleh Sesillia.
" Lusiano terima kasih ya, kamu sudah membelikan kebutuhan Siena sebanyak ini." Ujar Sesillia setelah menyelesaikan suapan terakhirnya.
" Hmm... ya, sama-sama." Ujar Lusiano singkat.
Setelah menyelesaikan makan malam, Lusiano dan Sesillia kembali pulang. Lusiano memasukkan semua belanjaan ke bagasi mobil sedangkan Sesillia sudah menunggu
didalam mobil. Perjalanan dari Mall sampai rumah mereka lalui dalam diam, tak ada yang membuka percakapan, mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.
**** Chapter 7 Tidak seperti beberapa hari sebelumnya, hari ini sesillia memasak pagi pagi sekali. Lusiano majikannya itu, mengatakan kalau ia ada matting? pagi, jadi
meminta sesillia menyiapkan sarapan untuknya? lebih awal . Masakan sederhana, dan merupakan makanan kesukaan Lusiano, nasi goreng, tersaji diatas meja
makan, masih hangat, terbukti asapnya masih mengepul.
Lusiano turun dari lantai dua dengan setelan jas kantor dan tas kulit ditangannya, sesillia tersenyum kagum? memandang laki laki itu, benar benar menawan.
Entah kenapa sesillia memiliki hobby baru sekarang, mencuri pandang pada Lusiano. dan membayangkannya sebelum tidur. Perbuatan yang tidak boleh dilakukan,
mengigat ia seorang muslim. Sesillia menyerahkan piring? dengan nasi goreng didalamnya pada Lusiano, lusiano menerima piring itu dengan senyum sumringah,
senyum yang membuat sesillia meleleh dan tidak bisa tidur nyenyak.
"nanti tidak usah menungguku pulang, aku pulang agak malam. " ujar Lusiano, membuat sesillia mendongak menatapnya penuh pertanyaan.
"mau kemana? Ada urusan apa?" Tanyak sesillia posesif , eh apa apaan sesillia ini, kenapa posesif? gitu neng.? Jangan jangan mulai suka ya sama lusiano.
" Apa kamu harus tahu aku kemana dan mau ngapain?" Ujar lusiano sembari mengernyitkan dahi, heranta .
" ehm.ehm..tentu saja tidak, aku hanya tidak mau masakanku sia sia." Sahut sesillia salah tingkah, apa nyambungnya pertanyaan yang ditanyakannya dengan
ujaran yang baru ia katakan.
" oh...kamu tidak perlu memasak." Cetus lusiano singkat, ia meraih gelas berisi air putih,meneguknya habis dan berjak berdiri dari tempat duduk. Sesillia
mengantarkan lusiano sampai pintu, kalau dilihat lihat mereka berdua seperti suami istri ya, doakan saja berjodoh..hehehehe.
" jangan lupa kunci pintu" ujar lusiano, sebelum benar benar meninggalkan rumah. Sesillia mengangguk, menyanggupi permintaan lusiano. Mobil lusiano perlahan
keluar dari halaman rumah, dan melaju pergi dengan kecepatan sedang. Sesillia melihat mobil lusiano semakin menjauh dan hilang diujung jalan, sesillia
menepok jidatnya, kelakuannya barusan benar benar konyol, ia bukan anak abg lagi, tapi tadi ia bersikap seperti anak abg yang posesif sama pacarnya, memang
lusiano siapanya? Sesillia...sesillia...jangan bilang kamu jatuh cinta.
Sesilia masuk kedalam rumah, ia harus mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. akhirnya semua pekerjaan sudah dilakukan, tinggal satu pekerjaan yang dirasa
berat oleh Sesillia, mengepel lantai, rumah ini benar benar besar, membuat sesilllia ngos ngosan, tak perlu olahraga setiap hari dengan mengepel? sesillia
sudah berolah raga. Setelah selesai mengepel, sesillia harus kerumah tania, ia mau bicara soal menitipkan siena padanya ketika nanti sesillia? sudah mendapatkan
pekerjaan. " Nah..putri bunda sudah terlihat cantik." Ujar sesillia setelah mendandani siena. Bayi munggil itu terlihat mengemaskan dengan setelan baju pinknya.
Sesillia menggendong siena, mengajak putrinya itu turun dan pergi kerumah tania.
???????????????????????????????? ****
" tok...tok..."
" assalamualaikum tania."
Sesillia berdiri didepan pintu rumah Tania, menunggu wanita itu membukakan pintu untuknya.
"Waalaikum salam" sahut suara dari dalam dibarengi pintu terbuka lebar. Seorang wanita berambur lurus sebahu dengan body langsing tersenyum menyambut kedatangan
Sesillia. "Sesillia, masuk masuk." Ujar tania,sembari memiringkan badannya, memudahkan sesillia masuk. Tania mempersilahkan sesillia untuk duduk, dan ia pergi kedapur
membuat sesillia minum, lima menit kemudian tania kembali dengan dua buah es jeruk dan camilan kering.
" seneng deh kamu mau main kesini, kalau siang begini aku sendirian." Ujar tania antusias.
"Tania sebenarnya aku kesini ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu."sahut sesellia membuat tania mengernyitkan dahi penuh pertanyaan.
" mau bicara apa sesillia?"
" aku ingin bekerja tania, tapi tidak mungkin mengajak Siena, jadi aku bermaksud menitipkan seina padamu. Nanti kalau masalah harga, kita bicarakan lagi
saat aku sudah mendapat pekerjaan." Ujar sesillia panjang lebar.
" hehe... dengan senang hati, dan masalah harga, kamu tidak perlu memikirkan itu sesillia.aku dengan ikhlas menjaga siena. Kata orang tua dulu, kalau mau
cepat hamil bisa "momong" bayi orang lain buat pancingan, jadi aku terima tawaranmu." Ujar tania semangat.
" bener tania, terimah kasih banyak ya tania." Ujar sesillia lega. Sesillia mengambil gelas diatas meja, meneguk es jeruk buatan tania hingga tandas.
" haus sill..hehe" ejek tania. Membuat sesillia tersenyum malu.
" maaf tan, habis haus banget." Ujar sesillia tidak enak hati.
" hahaha.....habisin aja sill, kan memang aku buatin buat kamu." Sahut tania.
Mereka terlibat obrolan santai, hingga tiba tiba tania mengutarakan suatu hal yang membuat sesillia bertambah bahagia.
" sill, kamu beneran mau bekerja?" Tanya tania tiba tiba.
Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" iya tania, waktuku tinggal dirumah lusiano hanya satu bulan, jadi aku butuh pekerjaan tania." Ujar sesillia m,,enjelaskan.
" salah satu temanku membutuhkan karyawan sill, sebuah club malam, tapi jangan khawatir, kalau pagi sampai sore digunakan sebagai restauran biasa. Jadi
kamu hanya bekerja part time. " ujar tania.
" kebetulan Tan, aku butuhnya memang pekerjaan part time. Kan aku juga masih bekerja di tempat lusiano." Sahut sesillia.
" kamu sudah memberi tahu lusiano sesillia." Tanya tania.
" tidak tania, aku tidak memberi tahu lusiano." Cetus sesillia menjelaskan.
" baiklah, itu hak kamu." Tania bangkit dari tempat duduknya, pergi ke dapur, mengambil es jeruk lagi untuknya dan sesillia.
" kapan aku bis bekerja." Tanya sesillia saat tania kembali dari dapur.
" besok kamu sudah bisa bekerja, nanti aku yang mengantarmu." Jawab tania dengan senyum ramahnya.
" tania kamu baik banget, terima kasih ya." Ujar sesillia dengan senyum sumringah.
" sama sama sesillia, jangan sungkan sungkan meminta bantuanku kalau butuh ya." Celetuk tania. sesillia menganggukan kepala, kemudian menyomot biscuit kentang
yang disuguhkan tania. **** Chapter 8 Lusiano masuk kedalam kantor, laki laki itu memang selalu menarik perhatian,? tidak dikantor tidak dimanapun, sepuluh jempol deh buat ketampanan lusiano,
author pinjem jempolnya para readers langganan.... hahaha
" pak lusiano datang" ujar salah satu karyawati yang berlari masuk kedalam ruang staff.? Sedangkan karyawati yang lain pada bersiap siap, ada yang tacap,
ada yang nebelin gincu, mana lipstik yang dipakek merah jreng, kayak habis makan darah, ada juga yang nyisir, buju buneng. Eh! Liatin deh nggak? yang muda?
nggak? yang emak emak pada keganjenan,? kagak tahu diri.
Lusiano masuk keruang staff,? para karyawati menyambut lusiano dengan senyum memikat mereka masing masing.
" selamat pagi pak lusiano."sapa salah satu karyawati yang memakain setelan baju kerja warna merah.
" pagi." Sahut lusiano singkat. Baru dijawab gitu saja, liat itu wanita sudah sombong banget, pamer ke karyawan yang lain, kalau lusiano menjawab sapaannya.?
Hahaha....? soalnya lusiano itu terkenal cuek dan dinginnya minta ampun, biasana kalau disapa karyawan cuma ngangguk doang. Tapi jangan salah, lusiano
juga dikenal sebagai bos yang disiplin dan bertangan dingin. Balik ke cerita.
Lusiano melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja. Tapi tiba tiba ia berhenti dan berbalik menghampiri lagi wanita yang menyapanya tadi.
" lusi." Panggil lusiano,membuat wanita yang ternyata bernama lusi itu, menampilkan senyum sumringahnya.
" besok ganti rokmu dengan yang lebih panjang, ini kantor bukan mall!" Ujar lusiano sinis. Membuat lusi terdiam dengan raut wajah kaget. Hahaha... rasain
loe! Emang enak. Lusiano kembali melangkah menuju ruang kerjannya dan tenggelam dalam berkas berkas pekerjaannya.
" tok.. tok..? "? suara ketukan dipintu membuat lusiano meninggalkan aktifitas membaca berkas berkas didepannya.
" masuk." Ujar lusiano mempersilahkan masuk. Vanilla sekretaria lusiano masuk kedalam ruangan dengan beberapa map ditangannya, ia meletakkab map map itu
diatas meja kerja lusiano.
" pak, saya mau memberitahukan, bahwa prosentase peminat perusahaan kita dipasar saham menurun drastis." Ujar vanilla membuat lusiano tersentak kaget.
" hah! Bagaiman bisa?perusahaan kita tidak pernah kalah dipasar saham." Ujar lusiano geram.
" rata rata pemilik saham perusahaan kita? berpindah ke perusahaan adi surya." Ujar vanilla, semakin membuat lusiano bertambah geram.
" perusahaan adi surya? Milik hendra." Sahut lusiano kaget.
" iya pak.? Mungkin skandal foto syur bapak yang tersebar didunia maya juga cukup berpengaruh." Ujar vanilla, berhasil membuat lusiano melotot tidak percaya,
hampir mau copot tuh bola mata lusiano.
" foto syur? Foto syur apa?!" Bentak lusiano membuat vanilla ketakutan.
" maa...maaf...pak, saya belum lihat, bapak lihat sendiri saja di dunia maya." Sahut vanilla dengan suara bergetar.
Vanilla izin keluar ketika dirasa urusannya sudah selesai. Lusiano meraih gadget didalam tasnya, mengecek apakah benar yang dikatakan vanilla. Bak disambar
petir disiang bolong, foto ia telanjang dengan wanita yang dikenalnya sebagai melani itu menjadi tranding topik twitter.
"Aaaarrrggg" lusiano berteriak geram, semua ini tidak benar, ini rekayasa, ia tidak pernah berhubungan intim dengan wanita manapun, Melani, pasti wanita
itu adasangkut pautnya dengan semua ini. Lusiano naik pitam, ia melemparkan gadgetnya hingga hancur, lusiano menarik rambutnya frustasi,mendongakan kepala,
menerawang. Ada saja masalah yang hadir, banyak sekali orang yang iri dengan kesuksesannya.
Lusiano meraih gadget lainnya dari dalam tas, mendial sebuah nomer, menghubunginnya.
" carlos, kekantorku sekarang!" Ujar lusiano dengan emosional.
Lusiano mengusap wajahnya kasar.
???????????????????????????? ****
" masuk" ujar lusiano saat carlos mengintip dibalik pintu.
" ada apa bos?" Tanya carlos, to the poin.
" kamu sudah mendengar masalah foto syur yang mencatut namaku." Ujar lusiano, yang dijawab anggukan kepala oleh carlos. " kerahkan anak buahmu, selidiki
siapa pelakunya." Perintah lusiano pada anak buahnya.
" siap boss, akan saya selidiki." sahut carlos hormat.
" aku mau hasil secepatnya." Ujar lusiano dengan emosi membuncah.
" saya usahakan boss." Tukas carlos.
Carlos keluar dari ruang kerja lusiano, ia harus menjalankan apa yang diperintahkan atasannya lusiano arifian dengan cepat dan tepat.
?????????????????????????????????? ****
Chapter 9 " umbh, putri bundah udah wangi." Ujar sesillia sembari menciumi pipi putri kecilnya berulang kali.
Syukurlah ia tidak perlu susah payah? mencari kerja, tania ternyata menawarkan pekerjaan padanya dan mau menjaga siena secara cuma cuma. hahaha...gretongan
bok. " terima kasih ya allah, kau telah memberikan kemudahan pada hamba." Ujar sesillia dalam doa.
sesillia melihat jam dinding diatas lemari. Astaga! Pukul tujuh malam, ia belum membuat kopi untuk lusiano, apalagi udah? jam segini, pasti lusiano sudah
di tengah perjalanan. Sesillia menggendong siena, dan turun kelantai satu menuju dapur.?
"Owekk....owekkk" tiba tiba saja siena menangis, membuat sesillia kebingungan, ia mengambil cangkir dan botol susu, kemudian mengambil susu dan kopi.
Sesillia menuangkan air hangat kedalam cangkir dan botol susu bergantian.? Duh! Kasihan sesillia bingung, mana siena nangisnya makin kenceng.? Sesillia,
belum dikasi gula kopinya, jangan lupa! Sesillia menepok jidat, kemudian mengambil gula. Sembari menimang siena,ia memasukan beberapa sendok gula kedalam
kopi lusiano. Mati! Sesillia itu gulanya kebanyakan, wah bisa kena semprot nanti.
Setelah membuat kopi, sesillia menghangatkan masakannya tadi sore? untuk makan malam, ia menyajikan soup merah dan ayam goreng keatas meja makan, kopinya
juga. Hehehe Tak lama setelahnya, suara Deru mobil lusiano terdengar masuk kedalam rumah, sesillia segera melangkah keluar, menyambut lusiano dengan senyum sumringah,
aish! Kelihatan banget kalau sesillia mulai suka sama lusiano, icikiwir.? Ia melihat lusiano berjalan mendekatinya, senyum sumringah yang ditampilkan sesillia?
sedari tadi seketika hilang, raut wajah lusiano tidak seperti biasanya, terlihat emosional, benar benar menakutkan, ia baru melihat lusiano dengan ekspresi
wajah? seperti ini. " lusiano" ujar sesillia menyapa, tapi lusiano tidak menjawab, boro boro menjawab, ia malah melengos masuk kedalam rumah tanpa memandang sesillia sedikitpun.
Sesillia terdiam ditempat, bertanya tanya dalam hati, apa yang terjadi pada lusiano? Tidak seperti lusiano yang ia kenal.
Sesillia masuk kedalam rumah, mendapati lusiano duduk diruang keluarga dengan kaki terangkat diatas? meja. Sepertinya lusiano sedang banyak pikiran, sesillia
mendekati lusiano, berusaha menawari laki laki itu makan malam.
" lusiano makan dulu ya." Tanya sesillia halus.
" nanti saja sill." Ujar lusiano sembari memijat keningnya.
" oh sudah makan diluar ya?" Tanya sesillia lagi.
" belum." Sahut lusiano sekenanya.
" makan dulu ya, keburu dingin." Ujar sesillia, lusiano menegakkan badannya memandang sesillia geram.
Sesillia yang dipandang seperti itu, merasa perbuatannya ada yang salah.
" kamu tuli ya! Aku bilang nanti ya nanti! Banyak tanya, sekarang ambilkan kopiku." Ujar lusiano dengan emosional, sesilli meringsut ketakutan, ia tidak
menyangka lusiano bisa semarah itu karena hal sepele.
" he! Tunggu apa lagi cepat bawa sini kopiku!" Timpal lusiano, ketika melihat sesillia tetap berdiri didepannya tak kunjung pergi mengambilkan kopi untuknya.
" eh...iya." sahut sesillia kaget, ia segera berlalu kearah dapur mengambil kopi untuk lusiano.
" ini kopinya lusiano." Ujar sesillia, sembari menyerahkan secangkir kopi hangat pada lusiano.
Lusiano menerima cangkir itu tanpa banyak bicara, ia meneguku kopi hitam favoritnya itu.
" buuurrrr" lusiano menyembutkan kopi didalam mulutnya, kemudian menatap sesillia tajam.
" kamu mau membunuhku ha! Mau membuatku diabetes! Ini kopi sudah seperti air gula rasanya." Sentak lusiano garang, sesillia hanya bisa terdiam, ia ketakutan,
ia tidak berani bergeser sedikitpun dari tempatnya berdiri.
" hanya membuat kopi saja kamu tidak becus." " pyarrr" lusiano melempar cangkir kopi itu didepan sesillia, membuat cipratan kopi mengenai kaki dan roknya.
Sesillia menggigil ketakutan, ia menutup telinga sesillia dan memeluk siena lebih erat, tanpa diminta bulir bening lolos dari kelopak matanya.
Lusiano berdiri mendekati sesillia dengan ekspresi yang sama, tapi berubah datar saat melihat air mata jatuh dari mata indah sesillia. Sesilli memejamkan
mata, lusiano memukulnya.
" naiklah, jangan turun lagi kalau aku tidak memanggilmu." Ujar lusiano, kemudian pergi meninggalkan sesillia yang menatapnya sedih.
Lusiano pergi keruang kerja, sedangkan sesillia mengikuti kemauan laki laki itu kembali kekamarnya.
Lusiano melemparkan tubuhnya keatas sofa didalam ruangan kerja, pikirannya menerawang, wanita itu, sesillia tadi menangis, karena dirinya, memang tidak
seharusnya ia melimpahkan kekesalannya pada sesillia, wanita itu tidak salah. Ha! Semua ini karena berita murahan itu, mana anak buahnya belun memberikan
kabar apapun. " drrt. Drtt." Lusiano menegakkan tubuhnya, merogoh gadget disaku celananya. Ia melihat sekilas nomor si penelepon dan segera mengangkatnya.
" hallo" ujar lusiano singakat.
".........." " apa! Jadi benar dugaanku, ia pelakunya."
"................."
" tidak usah, biar aku sendiri yang membereskan orang itu." Ujar lusiano kemudian menutup sambungan telepon.
lusiano kembali merebahkan tubuhnya keatas sofa, senyum serigai terukir di wajahnya, sepertinya lusiano sudah menemukan jalan keluar untuk masalahnya.
???????????????????????????? ****
Sesillia meletakkan siena diatas ranjang, kemudian ia berjalan mendekati jendela kamar, dari kamar sesillia ini, kolam renang belakang rumah lusiano terlihat
jelas. Lusiano menghapus sisah air mata yang turun dari pelupuk matanya, kenapa perasaannya begitu sakit, padahal sesillia sudah sering dimarahi orang
lain, tapi kali ini beda, rasa sakitnya sama seperti saat? hendra? memarahinya dulu, sesillia mulai takut kehilangan lusiano, ha! Perasaan yang tidak boleh
hadir sebenarnya, tapi melihatnya dan tinggal seatap dengan lusiano, membuat sesillia terbiasa plus memunculkan benih benih cinta itu dihatinya.
Sesillia merebahkan tubuhnya diatas ranjang, ia harus istrahat, besok tania akan mengantarkan ketempat kerja. Tapu sampai malam ini, sesillia tidak memberi
tahu lusiano, takut lusiano marah dan menanggapnya tidak bertanggung jawab. Sesillia memejamkan mata mencoba untuk tidur dan terlelap dalam dunia mimpi
setelahnya. **** Chapter 10 Aroma mie goreng tercium harum dari arah dapur, lusiano masuk kedalam dapur, mengambil soft drink? didalam kulkas. Sesilia memandang lusiano sembari mengernyitkan
dahi, masih pagi kok ya sudah minum soft drink,bukanya air putih.
" kok ya minum soft drink lusiano." Ujar lusiano saat lusiano lewat disampingnya.
" hmmm." Ujar lusiano sembari berlalu menuju meja makan.
Sesillia memandang lusiano dengan raut wajah sedih, apa lusiano masih marah ya? Sesillia mengelengkan kepalanya, membuang pikiran pikiran buruk dikepalanya.
Setelah tiga puluh menit berkutat didapur, akhirnya jadilah mie goreng udang buatan sesillia, ia membawa satu piring penuh mie goreng itu kemeja makan.
Lusiano makan dalam diam, sesillia juga tidak berani menanyakan, mungkin kekesalan semalam masih menjangat dihati lusiano.
Setelah selesai sarapan, lusiano kembali kekamarnya, mengambil tas dan berjalan keluar rumah. "Tanpa pamit" ujar sesillia dalam hati, iya sesillia tak
berani mengantar sampai teras depan, lusiano tidak memandangnya sama sekali, takut nanti malah menghancurkan mood laki laki itu. Suara deru mobil terdengar
samar meninggalkan rumah, sesillia menghenbuskan napas berat. Ah! Sudahlah, tidak perlu dipikirkan, lebih baik ia segera mandi dan bersiap siap untuk pergi
bekerja. Memang sesillia dasarnya cantik, tapi sekarang lebih cantik, dengan kemeja putih, rok hitam dan jilbab hitam. Wajah putihnya disapu bedak tipis dan bibir
mungilnya di beri lips gloss warna bibir, sederhana tapi menawan.
Dengan siena digendongannya sesilia melangkah masuk keteras rumah tania, mengetuk pintu rumahnya, menunggu si pemilik rumah membukakan pintu. Tak berselang
lama, tania keluar dengan pakaian rapi dan siap mengantar sesillia ketempat kerja.
Mobil honda crv yang dikemudikan supir tania, melaju dijalanan ibukota dengan kecepatan sedang.
" lusiano sudah berangkat kerja?" Tanya tania.
" sudah, tadi dia berangkat kekantor pagi pagi sekali." Sahut sesiallia, sembari mengusap pipi Siena lembut.
"kamu belum cerita mau bekerja sill?" Tanya tania yang dijawab gelengan kepala oleh sesillia.
"belum tan, mungkin nanti. Lagi pula lusiano sering uring uringan akhir akhir ini. " sahut sesillia dengan raut wajah berubah sedih. Tania yang melihat
perubahan ekspresi dari sahabat barunya itu, seperti mengerti apa yang sedang dirasakan sesillia.
"sudah, lebih baik sekarang mikirin pekerjaan yang akan kamu jalani saja? nanti." Ujar tania sembari mengusap bahu sesillia menenangkan. Sedangkan sesillia
mengangguk membenarkan. Tak butuh waktu lama akhirnya tania dan sesillia sampai kesebuah cafe dengan interior serba kayu, benar kata tania, cafe ini memiliki dua fungsi, cafe
dan club malam. Terbukti dengan adanya bar besar dan lampu lampu diakotik dibeberapa sudut. wow!
Tania mengajak sesillia menemui seorang perempuan yang sedang duduk di salah satu meja, wanita cantik dengan dress selutut warna hitam dan blezer bunga
bunga lengan panjang. "rosella" sapa tania, membuat wanita itu mendongak.
"hai, tania." Sahut wanita itu sembari memeluk tania. Setelah itu ia mempersilahkan tania dan sesillia duduk.
"rose, ini aku bawa sahabatku, kamu bilang butuh pegawai part time kan?" Tanya tania, yang dijawab anggukan kepala oleh rosella.
"iya tan, mana tan? Dia kah?" Ujar rosella sembari melirik sesillia.
"iya ini sahabatku, kenalkan namanya? sesillia." Sahut tania mengenalkan.
Sesillia mengulurkan tanggan sembari memperkenalkan diri." Sesillia ulfa."
"rosella ariani." Sahut rosella sembari menjabat tangan sesillia.
"kapan saya bisa bekerja mbak." Tanya sesillia memastikan.
"baiklah, kamu sudah bisa bekerja hari ini sesillia." Ujar rosella menimpali. jawaban yang membuat senyum sesillia terkembang manis.
"lho, nggak pakai interview dulu rose?." Tukas tania, sontak membuat sesillia dan rose menoleh padanya.
"tidak perlu tania, aku percaya sama orang yang kamu rekomendasi, lagi pula atasanku jarang kemari, sibuk sama skandalnya.
"pasti dong, sesillia ini jujur dan rajin." Ujar tania memuji.
" kamu terlalu memuji tania." Sahut sesillia sembari tersipu malu.
"baiklah tania kamu sudah bisa meninggalkan sesillia." Ujar rosella, yang dijawab anggukan kepala oleh tania.
"nah! Sesill, serahkan seina padaku." Pinta tania. Sembelum menitipkan siena pada tania, sesillia menciumi putri kecilnya itu berang kali, rasanya enggan
jauh dari buah hatinya itu.
" aku harap kamu menjaganya dengan baik, tania, dia nyawaku." Ujar sesillia sembari menyerahkan seina pada tania.
" kamu jangan khawatir, akan aku jaga seperti menjaga anakku sendiri, jadi kamu jangan cemas, berkonsentrasilah bekerja." Tukas tania, membuat mata sesillia
berkaca kaca, ia mengangguk mempercayai ucapan tania. Setelah itu tania berpamitan pada rosella untuk pulang. Sesillia yang baru pertama kali berpisah
dari buah hatinya, ya walaupun cuma setengah hari, hanya bisa memandangi tania terus, meskipun wanita itu sudah menghilang dibalik pintu.
" sill." Ujar rosella menepuk bahu sesillia, sontak wanita itu berjingkat kaget karenanya.
"i..iya mbak." Sahut sesillia terbatah batah.
"ayo, aku kenalkan dengan pegawai yang lain." Ujar rosella yang dijawab anggukan kepala oleh sesillia.
Sesillia mengekor dibelakang rosella menuju meja kasir, rosella menepuk tangan, memanggil para pegawainya.
"plok...plok...cepat berkumpul." Ujar rosella, membuat para pegawainya berkumpul mengelilinginya dan sesillia.
" baik, dengarkan dengan baik. Kita kedatangan pegawai baru, namanya sesillia.? Ia bekerja sebagai weathress, jadi sarah." Panggil rosella.
" iya buk." Sahut seorang wanita, yang bernama sarah.
" kamu bantu sesillia." Pinta rosella.
" baik bu." Ujar sarah singkat.
" bagus, ada yang perlu ditanyakan lagi.! Cetus rosella pada seluruh pegawainnya.
" tidak bu." Jawab pegawainnya bersamaan.
" baiklah kalau begitu,kalian boleh kembali bekerja." Perintah rosella, membuat pegawainya kembali ke pekerjaan mereka masing masing.
Rosella berganti menatap sesillia, menyungkingkan senyum ramahnya pada wanita itu.
" baiklah, sesillia aku harus kembali keruanganku, bekerjalah dengan baik." Ujar rosella sembari menepuk bahu sesillja pelan.
" insyaallah bu." Sahutnya, dengan senyum tak kalah manis.
Rosella mengangguk, kemudian pergi meninggalkan sesillia dan sarah disana. Ia kembali keruanannya dan melanjurkan pekerjaan. Sedangkan sesillia, ia melihat
wanita yang dipanggil sarah tadi, mendekatinya, senyum ramah terukir diwajah cantik sarah.
" hai sesillia aku sarah." Ujarnya, sembari mengulurkan tangan mengenalkan diri.
" hai, aku sesillia." Sahut sesillia sembari menjabat tangan sarah.
" kamu cantik banget sesillia, terlalu cantik untuk menjadi pelayan." Pujian sarah, membuat sesillia tertunduk malu.
" kamu terlalu memuji sarah." Ujar sesillia menimpali.
"Hahahhh..." sarah tertawa nyaring, membuat sesillia juga terkekeh pelan. Sarah ternyata wanita yang baik dan bersahabat.
" baiklah sarah, pekerjaan apa yang harus kulakukan pertama kali?" Tanya sesillia langsung.
" bawa ini dan pergi kemeja itu." Tukas sarah sembari menyerakan buku catatan dan menujuk salah satu meja yang ditempati seorang laki laki tengah duduk?
membelakangi mereka. Tak ada jawaban berarti dari mulut sesillia, ia hanya mengangguk seraya pergi menuju meja itu. Tapi belum beberapa langkah kakinya
berjalan, sarah memanggilnya lagi, membuat sesillia berhenti dan menoleh.
" dengarkan Sill, laki laki itu seorang artis dan pelanggan tetap disini, jadi kamu harus melayaninya dengan baik.oke." Ujar sarah yang dijawab angguka
kepala oleh sesillia. sesillia kembali melangkah mendekati laki-laki itu, laki laku dengan kaos hitam dan celana keans panjang, lucunya ia memakai kaca
mata hitam, hahaha ..... " selamat pagi pak, izinkan saya mencatat pesanan anda." Ujar sesillia sopan.
laki-laki itu membuka kaca matanya, dan mendongak mengamati sesillia dari ujung kepala hingga ujung kaki. sesillia merasa risih karena ditatap seintens
ini oleh laki-laki yang tidak dikenalnya.
"Pak, apa yang anda pesan." Tanya sesillia lagi, saat laki-laki itu tidak kunjung menyebutkan pesananya, dan memilih memandangi sesillia tanpa berkedip
sedikitpun. Laki-laki itu tersadar dari mengagumi paras cantik sesillia, dan melemparkan senyum mempesonanya pada sesillia.
" Eh.. iya maaf. kamu pegawai baru ya?" Ujarnya sembari mengernyitkan dahi,sembari menunjuk sesillia. yah! jurus basa basinya keluar, dasar laki-laki nggak
bisa lihat cewek licin sedikit sudah di serebet.
" Iya pak, maaf, bapak mau pesan apa?" Tanya sesillia untuk ketiga kalinya, sesillia berusaha tersenyum ramah, walaupun ia merasa sedikit kesal.
" ok..ok..... bawakan aku lemonet dan burger." ujat laki-laki itu, yang dijawab anggukan kepala oleh sesillia. seraya melangkah pergi menuju meja kasir,
belum sampai satu langkah, laki laki itu memanggilnya lagi, membuat sesill membalikkan badan.
" Apa pak?" tanya sesillia dengan wajah sedikit kesal.
" Jangan lama-lama." Ujar laki-laki itu. sesillia mengangguk, seraya pergi menuju meja kasir, huh! benar benar menyebalkan laki-laki itu, sabar-sabar.
sesillia menyerahkan kertas pesanan pada petugas cafe, dan menunggu chef memasak pesananya. tak lama kemudian sesillia kembali kemeja laki-laki itu dengan
namapan berisi lemonet dan burger, ia meletakan pesanan laki-laki itu keatas meja, kali ini tidak berbeda dengan sebelumnya, laki-laki itu terus saja mengamati
tiap pergerakan sesillia, membuat wanita itu bergidik ngeri. sesillia berniat pergi, ketika lagi-lagi itu memanggilnya membuat sesillia berhenti.
" Siapa namamu?" Tanya laki-laki itu, dengan tatapan mata menelisik.
" Se..sesillia." Ujar sesillia terbatah-batah, mungkin ia mulai ketakutan.
" Oh, namaku Robi, salam kenal." ujarnya mengenalkan diri. sesillia mengangguk dan berlalu pergi dengan cepat meninggalkan laki-laki itu.
sesillia mengambil tisu dari meja kasir, mengelap keringat di keningnya, dan mengatur deru napasnya, menenangkan. benar-benar laki-laki yang menakutkan.
??????????????????????????????? ****
Sesillia melipat mukenahnya, lebih baik sholat dulu sebelum pulang. Ia melangkah menuju pintu keluar cafe, ya seperti ketentuan sebelumnya, sesillia hanya
kerja part time, dan hanya dia satu satunya pegawai yang bekerja setengah hari.
" sarah aku pulang duluan ya." Ujar sesillia, sembari melambaikan tangan pada sarah.
" iya sesill, hati hati ya." Sahut sarah sembari membalas lambaian tangan sesillia.
Sesillia keluar dari cafe, berjalan diatas? trotoar, menuju halte bus.
" tin tin"suara klakson mobil berteat teot tak tahu diri dibelakang sesillia, tapi wanita itu tidak memperdulikannya, ia terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun.
" tin tin" suara klakson mobil itu semakin dekat, benar saja, mobil pemilik klakson itu kini melaju mengikutinya.
" Sesillia." Teriak laki-laki dari balik kaca mobil itu, yang ternyata robi, pelanggan sesillia di cafe tadi pagi. sesillia tidak menghiraukan panggilan
robi, ia lebih memilih berkonsentrasi pada jalan didepannya.
" Hai, kamu sendirian." Teriak robi kedua kalinya. tapi lagi-lagi sesillia tidak menggubris, biar dah tuh orang teriak-teriak kayak orang gila.
" Sesillia, pulang bareng aku yuk." Ajak robi, sembari keluar dari mobil menghampiri sesillia, waduh! nah ini, nyali sesillia sedikit menciut, ia sebisa
mungkin menghindari robi, untunglah ia melihat taxi yang mulai mendekat kearahnya. sesillia berjalan ketepi jalan, menghentikan taxi itu dan berlalu pergi
meninggalkan robi yang masih berdiri diposisinya terakhir.
sesillia menghembuskan napas lega, ia menoleh, melihat dari balik kaca belakang mobil, untunglah laki-laki itu tidak mengikutinya. benar-benar bikin horror
deh tuh orang, cukup bisa membuat sesillia deg-degan.
**** Chapter 11 Lusiano melajukan mobilnya kencang, ia harus sampai ke apartement wanita itu segera sebelum ia pergi syuting. Ya melani, wanita itu harus mendapatkan pelajaran,
ia sudah membuat perusahaan lusiano hampir merugi, apalagi foto rekayasa yang disebarkannya ke dunia maya, membuat nama baik lusiano tercoreng, Untung
saja lusiano memiliki anak buah yang cerdas, tidak sampai dua hari foto syur itu hilang dari dunia maya.
Lusiano masuk kedalam park residence, langsung naik kelantai empat dan berhenti didepan pintu nomer 306.? Lusiano mengetuk pintu itu beberapa kali, menunggu
melani membukakan pintu. Tak lama pintu apartement itu terbuka menampilkan sosok perempuan dengan baju tidur transparan, sepertinya melani baru bangun
tidur, terbukti ia tidak menyadari kalau laki laki yang berdiri didepan pintunya adalah lusiano.
" siapa?" Tanya melani sembari mengucek matanya beberapa kali.
" hai melani." Sapa lusiano, membuat melani membelalakan mata, ia sekejap tersadar sepenuhnya. Dengan cepat ia berusaha menutup pintu rumahnya tapi terlambat.
Lusiano telah lebih dulu menahan pintu itu,? dengan sekuat tenaga melani tetap berusaha menutup pintu, membuat lusiano geram. Lusiano menendang pintu itu
dengan kaki, reflek karena tidak kuat manahannya, melani jatuh tersungkur kelantai. lusiano masuk kedalam apartement, mendekati melani yang terduduk dilantai,
lusiano mencekal rahang wanita itu dengan keras, melani terlihat begitu kesakitan. Lusiano mengangkat tubuh melani dan mendorongnya kedinding.
" hai, sayang. Terkejut?" Tanya lusiano dengan seringainya. Melani menggelengkan kepala memberi jawaban.
" kenapa kamu merekayasa foto itu?" Tanya lusiano.
" aku tidak tahu." Ujar melani membuat lusiano semakin geram dan membuat cekalan tangannya dirahang melani semakin menguat.
" benarkah kamu tidak tahu menahu melani." Tanya lusiano lagi. Melani lagi lagi menggelengkan kepala, dan berusaha melepas cekalan tangan lusiano,Tapi
Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
percuma tenaga melani bukan tandingan lusiano.
" aku tanya sekali lagi, siapa yang menyebarkan foto itu." Ujar lusiano semakin geram, berbanding terbalik dengan ekspresi melani yang terlihat ketakutan.
" aku tidak akan bicara. cuhh." Sahut melani sembari meludah kewajah lusiano. Sontak perbuatan melani itu membuat lusiano naik pitam. Lusiano menarik melani,
mendudukkannya dikursi rias, kemudian ia mengambil tali dari saku jasnya dan mengikat pergelangan tangan melani kebelakang kursi.
Melani meronta ronta minta dilepaskan, suara teriakannya benar benar memekakan telinga, lusiano meraih risovel dari dalam jas dan menodongkannya kekepala
melani, sontak membuat melani terdiam.
" bagus, tetaplah diam seperti itu." Ujar lusiano mengancam.
" sekarang katakan kenapa kamu membuat foto itu." Tanya lusiano dengan pertanyaan yang tetap sama.
" tidak akan!" Sentak melani. Benar benar cari mati wanita ini, lusiano menarik pelatuk risovelnya, membuat melani melotot tajam, setelah itu lusiano menodongkan
lagi pistol itu kekepala melani.
" aaaaaaaaa... jangan.. jangan lusiano,baiklah baiklah, aku akan bicara. Aku disuruh." Ujar melani, membuat lusiano membelalakkan mata terkejut.
" siapa yang menyuruhmu." Sentak lusiano.
" hendra." Sebut melani lemah.
Lusiano tersentak kaget, benar benar diluar dugaan, laki laki itu melakukan sesuatu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh lusiano sebelumnya. Lusiano
menepuk nepuk pipi melani, kemudian berlalu pergi meninggalkan wanita itu yang terus berteriak memanggil namanya dengan tangan masih terikat dikursi.
Seribu pemikiran menggelayuti otak lusiano, laki laki itu tidak bisa dibiarkan, ia harus menerima balasan yang setimpal, jangan harap ia bisa tidur nyenyak
setelah ini, jangan harap! Hendra, si brengsek itu sudah mencemarkan nama baiknya, sepatutnya ia merasakan hal yang sama.
Lusiano melajukan mobilnya santai menuju kantor, selama perjalanan ia terus saja tersenyum jahat, ternyata ada gunanya juga sesillia tinggal dirumahnya,
inilah saat yang tepat untuk menggunakan wanita itu.
" hendra, lihatlah apa yang akan kamu dapatkan setelah ini." Ujar lusiano menggebu gebu. Entah apa yang akan direncanakan lusiano, semoga saja bukan hal
yang buruk, dan juga tidak merugikan sesillia, semoga saja.
Tapi tiba tiba lusiano menepikan mobilnya tepat didepan toko bunga, pikirannya menerawan, bukankah kemarin ia seenak jidatnya marah marah sama sesillia
yang tak tahu apa apa. Kalau ia mau membuat? rencananya sukses? ia harus mulai bersikap baik terhadap? sesillia, itu akan lebih memperlancar aksinya, ya!
Walaupun surat perjanjian yang dibuatnya sudah cukup untuk menekan sesillia, tapi apa salahnya mencoba cara halus. Lagi lagi lusiano mengembangkan senyum
serigainya, ia turun dan masuk kedalam toko bunga, membeli seikat mawar merah segar dan setangkai mawar putih. Lama lama lusiano terlihat licik juga ya.
Wah ada udang dibalik rempeyek ini orang. Hihihi
**** Syukurlah sesillia sampai rumah pukul lima sore, masih ada waktu dua jam untuk memasak. Setelah mengganti baju, sesillia kembali berkutat didapur, hari
ini cukup melelahkan, bagaimana tidak lelah, ia bekerja terus tanpa istirahat. Sesillia memasukkan ayam yang sudah diberi tepung kedalam minyak panas,
kemudian beralih mencicipi saus? untuk dituang keatas ayamnya nanti jika sudah matang. Sesillia hobby memasak, kalau melihat televisi pasti yang dicari
acara masak memasak, berbagai macam resep masakan ia kuasai, calon ibu rumah tangga yang baik. Setelah berkutat selama tiga puluh menit, akhirnya selesai
juga masakan sesillia, ia meletakkan masakannya ke atas? meja makan kemudian kembali lagi kedapur membuatkan kopi untuk lusiano. Setelah dirasa semuanya
sudah beres, sesillia pergi kekamarnya,mandi dan sholat maghrib.
Sesillia melihat jam di pergelangan tangannya, " setegah tujuh."? Ujar sesillia, segera ia melangkah keluar rumah, pergi kerumah tania untuk menjemput
putri kecilnya,siena. Sesillia mengetuk pintu rumah tania, tak lama wanita itu keluar dengan siena digendongannya.
" lihatlah sayang, bundamu datang." Ujar tania sembari menyerahkan siena ke gendongan sesillia.
" terima kasih tania, sudah menjaga siena dengan baik." Sahut sesillia dengan rasa terima kasih teramat dalam.
" sudahlah tak masalah, bagaimana hari pertamamu bekerja?" Tanya tania.
" alhamdulillah lancar, dan terima kasih untuk pekerjaan yang kamu berikan padaku." Ujar sesillia sembari memegang tangan tania.
" sudahlah sesillia, itu bukan apa apa." Sahut tania.
" iya sudah tania, kalau begitu aku undur diri dulu ya, assalamualaikum." Ujar sesillia? mengakhiri percakapan malam itu.
" waalaikum salam."? Sahut tania menjawab salam sesillia.
Sesillia kembali kerumah bersamaan dengan? lusiano keluar dari mobil sport mewahnya, lusiano yang melihat sesillia menghampirinya dengan cepat menyembunyikan
bunga mawar yang dipegangnya kebelakang tubuh. Entahlah, lusiano merasa gugup sekali, mugkin karena ia belum pernah melakukan hal seperti ini, memberikan
bunga pada wanita, jadi terkesan romantis dan menye-menye, jauh dari ?pribadi lusiano. Sesillia mengernyitkan dahi, kenapa tiba-tiba sikap lusiano aneh,
padahal tadi pagi saat mau berangkat ke kantor, ekspresi lusiano masih sama seperti semalam, kesal dan seakan menyimpan beban berat. Tapi sekarang ekspresinya
benar-benar berubah, cengar cengir padanya tanpa sebab, jangan-jangan karena sangking beratnya masalah yang dihadapi, Lusiano jadi gila. Waduh! Masa iya
begitu. " Assalamualaikum." Ujar sesillia menyapa dengan salam. Bukan malah menjawab salam sesillia, lusiano malah diam terpaku, ia memandang sesillia tanpa bekedip
sedikitpun, lusiano merasa malam ini sesillia begitu cantik, walaupun sebelum sebelumnya memang sudah cantik, tapi malam ini berbeda, tinggkat kecantikan
sesillia naik berpuluh puluh lipat.
" Lusiano, awas nanti ada lalat masuk." Celetuk sesillia tatkalah melihat mulut lusiano terbuka lebar. Lusiano menggeragap, pipinya bersemu merah karena
malu, duh! Ia bertingkah bodoh hari ini,? benar-benar mamalukan."
" Anu...anu...." Ujar lusiano tak jelas, ia kesulitan mengeluarkan kata-kata,pita surannya seperti tercekat, otak pintarnya pun tak bekerja dengan baik
sekarang. " Anu apa lusiano?" Tanya sesillia heran.
" Ini." Lusiano menyodorkan sebuket mawar merah pada sesillia. Sesillia tercengang, benar-benar diluar dugaan, ada angin apa lusiano bisa seromantis ini,
ah! Atau jangan-jangan, lusiano memang sedang stress lagi, jadi dia tidak menyadari apa yang dilakukannya. Sesillia mengarahkan punggung tangannya menyentuh
kening Lusiano, membuat lusiano mengernyitkan dahi kebingungan.
" Kenapa tidak panas?" Ujar sesillia santai. Lusiano memicingkan mata, sepertinya ia tahu apa maksud sesillia menyentuh keningnya.
" He! Dasar siput, memang kamu pikir aku gila apa?" Cetus lusiano, sembari menepis tanggan sesillia, ia terlihat kesal, berani-beraninya wanita siput itu
menghinanya, padahal lusiano sudah bersusah payah menurunkan harkat dan martabatnya hanya untuk menyerahkan bunga itu.
" kamu bersikap aneh hari ini, tadi pagi menyebalkan sekarang cengar-cengir tanpa sebab." Sahut sesillia membuat lusiano semakin kesal. Lusiano meraih
tangan sesillia yang bebas dan menyerahkan buket mawar merah merah itu padanya.
" Kamu jangan ke PD.an, bunga ini bukan untukmu tapi untuk Siena." Ujar Lusiano datar. Setelah ?mendengar ucapan Lusiano, seketika sesillia mendekap putri
kecilnya dengan erat, lagi-lagi sikap sesillia itu membuat lusiano heran.
" kamu bukan pedofil kan?" Tanya sesillia sembari memcingkan mata dan mengabil ancang-ancang pertahanan diri. Lusiano terdiam sejenak, kemudian tertawa
terbahak-bahak. " Otakmu memang otak siput ya." Ujar Lusiano sembari mengusap kepala sesillia yang terbalut hijab dengan singkat, kemudian berlalu pergi meninggalkan sesillia
yang tertegun karena perlakuannya baru saja.
" Siput, bawa masuk tas kerjaku dimobil." Tariak lusiano saat berada diambang pintu. Sesillia membalikkan badan, menatap lusiano dan menganggukan kepala.
Sesillia membuka pintu mobil, berniat mengambil tas kerja lusiano. " Mawar putih?" ujar sesillia lebih pada diri sendiri, ia melihat setangkai mawar putih
tergeletak diatas tas kerja milik Lusiano. Sesillia mengangkat kedua bahu, mungkin ini juga bagian dari kegilaan sikap lusiano hari ini, sesillia tak memperdulikannya,
ia juga tak mau memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang nantinya malah membuat pipinya memerah.
Sesillia melangkah masuk kedalam rumah, dengan tas dan bunga-bunga ditangannya, benar-benar merepotkan, apalagi ia harus membawa siena dengan tangan satunya.
Ketika masuk kedalam rumah, sesillia mendapati Lusiano tengah makan malam dimeja makan, ia menghampiri laki-laki itu dan duduk disamping kirinya.
" Lusiano aku menemukan mawar putih ini di mobilmu." Ujar sesillia sembari mengangkat setangkai mawar putih ditangannya.
" Bonus dari pemilik bunga." Sahutnya singkat, masih dengan mengunyah nasi dimulutnya.
" Wah! Baik sekali pemilik toko itu." Cetus sesillia kagum.
" Hmm." Hanya gumaman itu yang keluar dari mulut Lusiano.
" Boleh untukku?" pinta sesillia.
" Hmm." Lagi-lagi hanya gumaman yang dikeluarkan Lusiano.
" Terima kasih ya, dan terima kasih juga buat mawar merah ini." Ujar sesillia mengangkat buket mawar merah bergantian.
Lusiano menyelesaikan makan malamnya dan berlalu pergi ke kamar, meninggalkan sesillia terduduk di kursi meja makan menatapnya heran.? Tuh kan apa yang
sesillia pikirkan benar, lusiano memang benar-benar labil.
**** Chapter 12 Hari ini hari minggu Sesillia dan Lusiano sama-sama libur kerja. Tadi pagi tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja Lusiano mengajak sesillia ke dufan,
ngapai coba? Kayak anak kecil saja mainnya kedunia fantasi, tapi tak apalah sekalian refresing.
Saat ini sesillia sedang berada didalam mobil Honda City milik Lusiano. Jarak dari rumah Lusiano ke Dufan tidak terlalu jauh, palingan hanya memakan waktu
satu jam, itupun kalau macet. Berhubung hari ini hari minggu, jalanan sedikit sepi, tidak sampai tiga puluh menit mereka sudah sampai di dufan.
" Jangan lupa tas perlengkapan siena." Ujar Lusiano, saat sesillia keluar dari mobil tanpa membawa tasnya.
" Astagfirullah." Reflek sesillia menepok jidatnya.
" Dasar Siput." Ejek Lusiano sembari berjalan perlahan menuju loket. Setelah mengambil tas miliknya, sesillia segera menyusul Lusiano ke Loket.
" Tiga tiket." Ujar Lusiano pada pelayang loket, setelah menyelesaikan administrasi , Lusiano dan Sesillia mendapatkan tiket untuk akses masuk Dunia Fantasi.
Seumur-umur tinggal di Jakarta baru kali ini sesillia masuk ke Dufan, biasanya Cuma nonton cuplikannya di telivisi, jadi seperti ini toh dalamnya dufan,
wah! Gede' banyak permainan. Tapi sayang, mana mungkin bisa naik wahana disini, siena masih kecil, tidak mungkin juga Siena dititipin ke orang saat ia
naik wahana. Emak gila itu namanya kalau sampai kayak gitu.
Lusiano meraih tangan sesillia, mengajaknya kesuatu tempat. Kenapa setiap kontak fisik dengan Lusiano, jantungnya berdetak kencang dan wajahnya memerah.
Sikap yang sama seperti saat Hendra memegang tangannya dulu, apa benar ia mulai jatuh cinta? "Ya Allah perasaan apa ini? Apa aku boleh memiliki perasaan
ingin memiliki laki-laki yang belum menjadi suamiku? Tapi aku hanya wanita biasa, tak luput dari dosa. Ya Allah maafkan hamba." Ujar sesillia dalam hati.
Lusiano dan Sesillia berhenti disebuah rumah kaca besar dengan taman bunga begitu indah didalamnya. Sesillia takjub melihat pemandangan didepan matanya,
ia selalu menyukai keindahan, apapun itu, baik bunga atau pemandangan alam lainnya.
" Aku tahu kamu pasti berpikir aku orang aneh, mengajakmu ketempat wahana permainan yang tidak mungkin bisa kamu naikki." Tukas Lusiano, dibarenggi anggukan
kepala sesillia mengiyakan.
" tapi aku kesini untuk mengajakmu masuk ke Flower House ini, aku jamin pasti kamu suka." Ujar Lusiano, kemudian meraih tangan sesillia lagi, mengajaknya
masuk kedalam flower House.
" Bagaimana? Suka?" Tanya Lusiano saat mereka sudah didalam.
" Iya, tempat ini indah sekali." Ujar sesillia, dengan mata berbinar dan raut wajah berseri-seri. Ekspresi wajah yang membuat lusiano tersenyum puas.
Setelah puas berkeliling, melihat aneka varian bunga, mereka beristirahat makan siang di caf? yang sengaja disediakan didalam flower House. Sepiring bee
steak dan es lemon tersaji diatas meja mereka, tak ada sesi pembicaraan, merika menikmati santap siang dalam diam.
" Sesillia, apa aku boleh menanyakan sesuatu?" Ujar Lusiano membuka sesi percakapan setelah mereka menyelesaikan makan siang.
" Tanya apa?" Sahut sesillia sembari memegangi botol susu yang diminum Siena.
" Apa kamu menyimpan, surat cerai atau buku nikah pernikahanmu?" Tukas Lusiano, membuat sesillia mengernyitkan dahi.
Hina Kelana 25 Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini Dijemput Malaikat 1