Musuh Dimalam Kabut 2
Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa Bagian 2
binau tang buas itu. Tendangan Ouw Ga ini sangat jl hebat, biasanja orang jang terkena
tendangan| nja, djika tidak mati tentu menderita luka pah rah, tapi biruang itu se-olah2
besi badja kuatgj nja, bergeming pun tidak. Nampaknja setelah 2 diserang dan ditendang
Ouw Ga, dia seperti ? tidak merasakan apa2. Ouw Ga insjap, djika tidak mempunjai
sendjata tad jam, sukar untuk ia meneruskan perlawanan. t Achirnja, ia memikirkan
djalan untuk lari, tapi biruang itu bukan sadja buas, bahkan sa?il ngat tjerdik dan lintjah,
ia terus menjerang Ouw Ga, sedikitpun tidak memberi kelonggar. an.Keadaannja Hiang Kat tidak beda djauh de' ngan Ouw Ga, iapun sedang bertempur
seru _ dengan manusia biruang jarig ternjata sangat 5 lintjah dan ge.sit, melebihi induk
biruangnja.
Kabar tentang pertempuran mereka dengan binatang biruang, sudah tersiar dan
diketahui semua orang jang berdiam dirumah itu. Mai sing2 pada terbangun dari tidurnja.
Kha Tay Siang membawa senapannja, Liong A King membawa lampu baterenja dan
pet jut kulitnja, mereka memburu kedalam taman, mereka berdiri djauh2 sambil dengan
perasaan melongo kagum menonton perguletan antara manusia dan binatang, mereka
ternjata sehingga lupa untuk berdaja memberikan bantuannja.
Pertempuran berlangsung terus, makin La?ma makin seru, dan mereka jang
menonton djuga makin lama makin heran.
Lambat laun Ouw Ga mulai pajah, ia berkelit kesana kemari, seluruh badannja telah
bermandikan keringat; tapi biruang itu terus menjerang atau menerkam, masih tetap
buas, sehingga Ouw Ga tidak mempunjai kesempatan untuk bernapas, djuga tidak ada
ketika untuk lari.
Hiang Kat jang bertempur dengan manusia biruang, keadaannja berimbang; manusia
bi-ruang itu t:dak dapat melukai padania, tapi Hiang Kat pun tidak mampu mengalahkan
ma-nusia biruang itu. Sebaliknja ia dapat Ilhat dengan tegas keadaannja Ouw Ga jang
sangat genting, maka ber-ulang2 ia ber-teriak :
"Tuan Kha, mengapa kau berdiri diam sadja disana ? Lekas temhak binatang biruang
itu dengan senapanmu !J
IGia Tay Siang dengar seruan Hiang Kat itu, tapi ia masih tetap berdiri bengong disitu,
Liong A King menepok pundaknja dengan peIahan dan berkata:
"Tuan Kha, tampaknja lihiap itu (dimaksudkan Ouw Ga), lekas sekali akan tewas
diterkam biruang itu, lekaslah kau membantuinja !"
"Bagaimana aku membantunja ?" kata Kha Tay Siang, "Biruang itu sama sekali tidak
mau dengar perkataanku, aku tidak berdaja menjuruh pulang kekandangnja "
* "Kau bisa menembak dengan sendjatamu!" kata Liong A King.
"Nona Ouw Ga sedahg bertempur dengan biruang, aku tidak dapat menembak,
kukewatir pelor jang dilepasnja bukan mengenai biruang, sebaliknja mengenai nona Ouw
Ga, bagaimana djadinja ?" Kha Tay Siang mendjelaskan alasannja.
"Aku tidak sangsikan akan tembakanmu jang djitu akan menjasar mengenai nona Ouw
Ga," kata Liong A King, "lekas tembak, djika terlambat, nona Ouw Ga tidak bisa tertolong
djiwanja lagi !""Tidak, aku tidak boleh gegabah, aku tidak mempunjai pegangan." kata Kha Tay Siang,
pada wadjahnja menampakkan kesangsiannja.
Waktu itu, langit disebelah t'mur sudah nampak remeng2, suatu tanda fadjar telab
menjingsing.
Hiang Kat mengerahkan seluruh sisa tenaganja ,melantjarkan serangan hebat kepada
manusia biruang itm Dan manusia biruang itu, dasarnja manusia djuga, setelah
mengeluarkan tenaga terlalu banjak, pe~lahan2 mendjadi lelah djuga, sehingga
gerakannja pun mulai kendor. Achirnja Hiang Kat mendapat kesempatan, dengan
ketjepatan jang menakdjubkan ia telah menjerang mata kanan manusia biruang itu.
Mendapat serangan telak itu, manusia bi-ruang segera merasa kesakitan dan lantas kabur
kerimba pohon Siong.
Hiang Kat setelahmemukul mundur manu?sia biruang itu, dengan tjepat ia memburu
kearah Kha Tay Siang, dan dari tangannja ia mengambil senapan burunja.
Pada saat itu, Ouw Ga sudah ditubruk oleh
Minii'r
biruang dan terguling ditanah; biruang itu mementang mulutnja, hendak menggigit
leher Ouw Ga. Dalam keadaan sangat kritis itu, Ouw Ga tiba2 mendapat akal, dengan
kaki kursi jang dipegangnja ia telah menusuk mulut biruang jang sedang menganga itu,
demikian kuatnja, sehingga masuk tenggorokan.
Menampak keadaan jang sangat berbahaja itu Hiang Kat lantas angkat senapannja,
dibidikkannja kearah biruang; pelor menjerempet punggung biruang, tidak mengenakan
tepat. Mungkin biruang Itu tenggorokannja terluka atau karena kaget suara senapan tadi,
ia lantas meninggalkan Ouw Ga, dan lari kabur kedalam rimba pohon Siong.
Hiang Kat dengan membawa senapan, terus mengedjar dibelakangnja.
"Nona Hiang Kat, aku harap dengan sangat djangan kau Bunuh mati anakku jang
berupa biruang itu !" kata Kha Tay Siang terus mengikuti dibelakangnja sambil memohon.
Liong A King jang tubuhnja bongkok ikut lari djuga dibelakangnja Kha Tay Siang.
"Aku tidak akan menjusahkan anakmu," djawab Hiang Kat, "Tapi aku tidak dapat
mengampuni biruang itu !"
Biruang dan manusia biruang itu menerobos dalam rimba pohon Siong, terus naik
keatas pohon jang sangat besar.
Pohon jang besar dantinggi itu, terpisah tidak djauh dari tembok pagar, tjaBang2nja
jang besar dan seperti djembatan diudara bisa sampai keatas kawat b?erduri jang
mengitari tembok rumah itu; meski tidak melekat dengankawat, tapi terpisahnja hanja kira2 10 kaki sadja. Biruang itu merangkak sampai
keudjung tjabang pohon, lantas melontjat turun, ternjata sudah melontjat melalui kawat
berduri dan turun diluar pekarangan.
Hiang Kat melepaskan tembakan, tapi sudah terlambat.
Menjusul mana, manusia biruang itu pun hendak meniru tjaranja induk biruang tadi,
dengan sekuat te'naga melompati kawat ber-duri, tapi apa lafjur, karena lo'mpatnja tidak
sedjauh binatang biruang, maka tidak dapat melampaui kawat, hingga djatuh
terdjungkel, apamau kepalanja djatuh tepat mengenai batu, maka djiwanja melajang
seketika.
Hiang Kat menaiki pohon besar itu, dan melapai diatas tjabang sampai keudjungnja,
dari situ ia dapat lihat pemandangan diluar tembok pagar, dan ia tampak binatang
biruang tadi sedang lari sipat kuping menudju kegunung tjadas. Ia melepaskan
tembakan, tapi meleset. Suara senapan jang njaring, tjuma2 tambah membikin takut
binatang itu sadja, sehingga larinja semakin kentjang.
Waktu itu sudah terang tanah, tapi matahari belum tampak udjudnja, suatu suasana
pagi jang suram.
Kha Tay Siang mendekam didada anaknja, memeriksa djantungnja masih berdenjut
atau tidak; lama sekali ia mendengarkan, lalu bangun berdiri putus a.s.a. Ia tahu bahwa
anak-nja sudah tidak bisa ditolong lagi.
Hiang Kat turun dari atas pohon, berdjalan kesamping Kha Tay Siang, menjerahkan
kembali senapannja, dengan suara agak menjesal ia berkata : "Induk biruang itu sudah
kabur kegunung tj.adas, aku tidak mampu menembak mat! pa- dan ja, ini merupakan
satu hal jang patut di- sesalkan. Tapi siapa jang sengadja melepaskan binatang itu untuk
mengantjam djiwanja se- tiap penghuni rumah ini ? Kita harus menje- lidiki, tuan Kha,
bagaimana pikirmu ?"
Kha Tay Siang mengundjukkan wadjah mu- ram, sedih, menjesal, djengkel, marah
tertjam- pur aduk mendjadi satu, sorot matanja me- mantjar dari sepasang matanja jang
penuh de- ngan kesedihan dan kegusaran, lalu berhenti diwadjahnja Hiang Kat, kemudian
ia gigit bi- birnja, dengan suara pelahan dan berat ia men- djawab : ,Ja, kita harus selidiki
!"
Lalu ia angkat senapannja, dengan tindakan lebar berlalu dari situ.
Hiang Kat dan Ouw Ga memandang dibela- kangnja, sampai bajangan orang tua jang
ti- dak beruntung itu Ienjap dari pemandangan; baru mereka memutar tubuh, berdjalan
dengan pelahan menudju kelapangan jang dikurung oleh dua lapis kawat berduri. Liong
A King mengikuti dibelakangnja.Mereka telah menjaksikan pintu rumah batu tempat tinggalnja biruang dan manusia
biru- ang itu sudah terbuka lebar2, kedua anak kun- tjinja sudah menggeletak ditanah.
Diatas pin- tu kamar biruang itu masih terikat seutas tarn- bang jang pandjang.
"Apa artinja ini ?" Ouw Ga mengawasi tambang itu, ia menanja dengan perasaan
bingung.
"Tidak tahu," djawab Hiang Kat, iapun merasa sangat heran, ia menoleh kepada Liong
A King sebentar, kemudian menanja :
"Apakah tembakannja tuan Kha benar2 gapah ?"
"Gapah sekali." djawab Liong A King. "Kalau benar gapah, ketika tadi Ouw Ga
bertempur melawan binatang biruang dalam keadaan demikian berbahaja, mengapa ia
tidak mau melepaskan tembakan ?"
"Aku sudah minta dia menembak untuk menolongi nona Ouw Ga/y djawab Liong A
King, "tapi dia mendjawabnja bahwa dia tidak mempunjai pegangan, takut tembakannja
menjasar, maka tidak mau menembak."
"Apakah ia ingin melihat leherku digigit sampai patah oleh biruang itu baru merasa se-
nsing !" kata Ouw Ga dengan gusar, "aku akan pergi menanjakan dia apa maksudnja ?"
"Bukankah dia sudah mendjelaskan alasam nja ?" kata Hiang Kat.
"Siapa pertjaja obrolannja itu ? Tjobalah kau pikir, seorang pemburu jang sudah ulung
dan berpengalaman, bagaimana tidak dapat menembak seekor binatang jang tubuhnja
begitu besar ?"
"Asal kita bisa bersabar, urusan ini achirnja tentu dapat dibikin terang," kata Hiang Kat
jang tjoba mereidakan amarahnja Ouw Ga, "gerabak-gerubuk tidak ada gunanja."
Mereka berdjalan sambil mengobrol, kembali kerumah.
Ketika djalan mendekati rumah, mereka
tampak Tja Sam Ho ber-lari2 keluar rumah, napasnja memburu, wadjahnja putjat pasi,
agaknja sangat gelisah.
"Nona Hiang Kat dan nona Ouw Ga, aku sedang mentjari kalian, didalam rumah telah
terdjadi suatu hal jang hebat "
"Terdjadi apa lagi ?" tanja Ouw Ga.
"Tio Djie Kiok telah lenjap !" djawab Sam Ho.
"Apakah kalian sudah mentjari ?" tanja Hiang Kat.
"Aku sudah mentjarinja di~mana2," djawab Sam Ho jang sudah hampir menangis,
"disemua pelosok, di-tempat2 jang kiranja dapat digunakan untuk menjembunjikan,termasuk lemari, peti kosong dsb. semua sudah kutjari, sampaipun dalam tumpukan kaju
atau karung dan peti rnati kosong persediaan tuan Kha suami-isteri, sudah kubongkar
semuanja, tapi Tio Djie Kiok tetap tidak idapat diketemukan !"
"Kau berlakulah tenang sedikit," menghibur Hiang Kat, "kami tentu akan berusaha
untuk mentjarinja."
Hiang Kat dan Ouw Ga tampak pembaringan Tio Djie Kiok kalang kabut, sepasang
sepatu kuningnja Tio Djie Kiok masih berada dibawah tempat tidur dalam keadaan utuh.
Daun djendela disebelah selatan masih terbuka, di~ lantai ada beberapa tapak kaki orang
laki2 dan perempuan jang tidak .djelas, djuga bekas ta?pak kaki binatang biruang masih
terlihat de~ ngan njata.
Tapak kaki biruang itu tampak dari djende?la selatan terus masuk kekamar, didalam
kai mar rupanja dia mundarmandir beberapa kali, djuga dipinggir pembaringan, kemudian
keluar melalui pintu kamar kelorong dan terus ketaman kembang. Tapi tapak kaki
ididalam lorong tidak njata. Itu disebabkan diwaktu malam, tanah ditaman kembang
basali dengan air embun, kaki biruang jang mengindjak ta?nah basah masuk dalam
kamar telah meninggalkan bekasnja jang sangat njata; tapi setelah kakinja kering,
bekasnja djuga tidak njata lagi.
Hiang Kat mengerutkan kening, didalam kamarnja Tio Djie Kiok ia mengawasi bekas
ta-pak2 kaki biruang itu dengan bengong.
"Hiang Kat, kau berdiri bengong mengawa?si tapak kaki itu sampai matipun tidak ada
gunanja," kata Ouw Ga jang tidak sabaran. "Tio Djie Kiok mungkin sudah dibawa lari oleh
bi-ruang itu, mari kita tjari kedalam taman."
Tja Sam Ho jang dengar kata2 Ouw Ga itu, dengan teliti memeriksa lantai, benar sadja
ia dapat lihat bekas tapak2 kaki biruang, ia putjat seketika, dengan sedih ia berseru :
"Oh, habislah, dia tentu sudah binasa diterkam biruang itu !"
Tja Ik Tjian duduk bengong dibawah djendela, terbenam dalam lamunannja.
Tja Lok Tjie, Ngo Gie Ling dan Tja Ik Sie berdiri dilorong sedang kasak-kusuk, wadjah
mereka mengundjukkan senjuman puas.
Peperiksaan jang sangat teliti telah dilakukan didalam taman bunga. Pintu masuk
rumah pesanggrahan itu mendjadi sasaran pemeriksaan jang utama. Menurut keterangan
pendjaga
pintu Tjiong Hauw Tek bahwa pintu itu sedjak kemarin sore sudah dikuntji, tidak
pernah dibuKa lagi, baru tadi kira2 10 menit berselang, ketika Kha Tay Siang hendak
keluar, per<.ama kali pintu itu dibuka.Hiang Kat memeriksa anak kuntji jang masih menempel dipintu itu, ia tahu bahwa
kuntji itu bukan kuntji sembarangan jang dapat dibuka dengan mudah,
"Kuntji ini ada berapa anak kuntjinja ?" tanja Hiang Kat.
"Sebenarnja ada dua, tapi satu sudah patah pada 3 tahun berselang," djawab Tjiong
Hauw Tek, "sekarang tjuma tinggal satu, aku sendiri jang sirapan, boleh dikatakan tidak
pernkh terpisah dari badanku!"
"Kau tahukah tuan Kha pergi kemana ?" tanja Hiang Kat.
"Dia membawa senapan berburunja, serta membawa tenda ketjil, ia menjatakan
hendak pergi kegunung tjadas untuk menangkap biruang jang telah kabur itu."
"Mengapa idia mem-bawa2 tenda ?" tanja Ouw Ga dengan heran.
"Gunung tjadas itu sangat luas, rimbanja pun lebat, barangkali dia memperlukan
banjak waktu untuk dapat menangkap biruang itu; mungkin dia harus menginap
beberapa malam dalam hutan, maka dari itu dia membawa ten-da, supaja tidak usah
mundaivmandir !"
"Selainnja tuan Kha, apakah masih ada lain orang jang meninggalkan rumah
pesanggrahan ini ?" tanja Hiang Kat.
"Tidak ada," memastikan Tjiong Hauw Tek,
"Pintu telah terkuntji, anak kuntji ada ditanganku. Baik manusia maupun setan, kalau
tidak ada aku jang membukakan pintu, siapapun djangan harap bisa keluar dari sini.
Nona tel-ah lihat sendiri, rumah ini dikurung oleh pagar tembck jang tinggi seperti
bentengan, diatas tembok pun dipasangkan kawat berduri. Hanja crang jang mempunjai
sajaplah dapat terbang keluar dari sini !"
"Apakah kau mendengar fentang lenjapnja nona Tio Djie Kiok ?"
,Tadi babu Tjee-Ma pernah menjampaikan berita itu kepadaku," kata Tjiong Hauw Tek,
"tapi, aku pertjaja bahwa nona Tio tidak nant; bisa berlalu dari rumah ini, tjari sadja
disekitar rumah ini tentu bisa ketemu, dalam keadaan hidup atau mati."
Satu hari itu orang repot mentjari Tio Djie Kiok.
Mereka sudah mentjari diantero pelosok, tapi masih belum ketemukan bajangannja
Tio Djie Kick, baik mati maupun hidup. Sampaipun empang jang sangat luas jang terdapat
didalam taman mereka tidak lupakan; orang2 jang pandai berenang, seperti Hiang Kat,
Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjian, semuanja pada terdjun kedalam empang untuk mentjarinja,
mereka membagi empang itu mendjadi 3 bagian, setiap orang diwadjibkan mentjari satu
bagian, sedjengkalpun tidak terliwatkan. Tapi hasilnja tetap nihil. Di-empang itu ketjuali
pasir dan lumpur, satu bangkai kutjing atau tikuspun tidak diketemukan."Apakah tidak bisa djadi bahwa biruang itu
, . menggondol Tio Djie Kiok, lompat pagar kawat berduri melalui pohon besar itu ?"
dalam alam ' pikirannja Ouw Ga berkelebat kedjadian tadi a malam.
"Maksudmu, biruang itu sebelum tengah ma?lam te'ah membawa lari Tio Djie Kiok
dan ke: luar dari rumah pesanggrahan ini, lalu kern; bali lagi setelah lewat tengah malam
untuk membawa lari crang kedua ?" tanja Hiang Kat. ? !
"Ja, m.ungkin demikian," kata Ouw Ga. "Orang kedua, ja^h akn sendiri. Djika tidak
kau jang memberi pertolongan dengan mengi gunakan selimut untuk menutup kepalanja,
se) karang ini aku djuga senerti Tio Djie Kiok, tidak tahu akan berada ,dimana !"
"Kita bisa membikin peperiksaan diluar ru| mah."
Merek.a setelah mengadakan peperiksaan di'3 luar tembok, Hiang Kat geleng
kepalanja dan berkata :
"Diluar rumah ini dekat tembok pagar itutidak terdapat pohon tinggi besar, jang bisa
d?gunakan oleh biruang itu sebagai batu Ion1 tjatan. Biruang itu hanja bisa melompat
keIuar tapi tidak mungkin bisa melompat masuk dari itisr tembok "
"Kalau benar biruang itu telah menggondol Tio Djie Kiok keluar dari rumah
pesanergrahanini, tani d*a tidak mempuniai saiap untuk terbang," kata Tia Sam Hn
dengan wadjah muram. "kemana Tio Djie Kiok sebetulnja dibawa lari ?"
Hiang Kat tidak bisa mendjawab.
Hari semakin gelap, ketjuali dari rimba jang
' v, * letaknja agak djauh masih kedengaran sajup2 suara bunjfnja tekukur, kea'claan
disekitarnja sudah sunji senjap, suasana jang menjedihkan
I meliputi seisi rumah pesanggrahan itu.
Mereka pada diam tidak bersuara, setelah ) berdjalan mengitari sungai jang ada
disebelah
I timur rumah pesanggrahan tersebut, lalu kemi bali kepintu muka.
"Nona Hiang Kat," kata pendjaga pintu Tjicng Hauw Tek, "KaHan memeriksa diluar
pekarangan pesanggrahan, didalam pesanggraI han telah terdjadi hal jang aneh "
,Hal aneh bagaimana ?" tanja Ouw Ga jangsudah tidak sabar lagi."Diatas tembok dapur jang putih, ada orang mentjoret-tjoret .dengan arang beberapa
baris perkataan2 jang aneh dan menakutkan." kata Tjicng Hauw Tek, "Lekas kalian
saksikan sendiri !"
Ouw Ga ter-gesa2 meninggalkan kawannja menudju kedapur.
Hiang Kat dan lain2nja pun segera menjusul, bersama Ouw Ga mereka batja tulisan
ditembok itu berpuluh-puluh kali
Tulisan jang mentjang-mentjong itu berbunji :
"Burung tekukur berbunji satu kali, lantas timbul bentjana jang menjedihkan, Djie Kiok
dimakan, Sam Ho menangis, Ik Tjian mengai rkan air mata.
Burung tekuj.ur berbunji dua kali, Liang Liang dibeset kulitnja, Ik Sie menangis
sampai mati, Lok Tjie gembira, Gie Ling girang.
Burling tekukur berbunji tiga kali, Ik Tjian mati idibelek, Sam Ho mati menggantung
diri.
Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Burung tekukur berbunji v empat kali, Ik Sie mati mereras, Sik Lok mati dipanggang.
Burung tekukur berbunji lima kali, Lok Tjio dan Gie Ling tiba saatnja masuk kekubur."
Setelah membatja tulisan itu, Hiang Kat terus memandang ilengan mata mendelong.
"Oh, tulisan itu meski bunjinja tidak karuan, tapi mengandung antjaman jang
menjeramkan !" kata Tja Ik Tjian jang merasa sangat kuatir.
"Menurut bunjinja tulisan ini dan ditambah keadaan jang telah terdjadi, Tio Djie Kiok
terang sudah dimakan oleh binatang biruang itu, sehingga tulang-belulangnja pun tidak
ketinggalan " kata Sam Ho suaranja gemetar,
"dan aku, akan mati terdjiret tambang; Ik Tjian akan didodet oleh pisau belati "
,Djika kelak kenjataannja benar seperti apa jang dilukiskan d'alam tulisan ini,
keturunan keluarga Tja, ketjuali Yung Yung, akan mati semuanja," kata Hiang Kat. Ia
melihat Ouw Ga masih berdiri ? depan tembok sambil mem?batja tak henti2nja, se-olah2
membatja tulisan jang berharga. Ia menepuk pundaknja Ouw Ga dan berkata : "tak usah
batja lagi, sampai otakku kau bikin mabuk,"
* "Hai, Hiang Kat, maksud tulisan2 ini telah memikat hatiku," kata Ouw Ga, semakin dii
batja semakin kurasakan keanehannja."
"Kau tahukah dimana letak keanehannja?" tanja Hiang Kat."Aku tidak tahu," djawabnja Ouw Ga, "tjuina aku mera&akan sangat aneh,
pembui kaan idari tulisan ini.terlalu aneh."
"Letak keanehannja jalah tjara dan matjamnja tulisan itu. Kita harus mempeladjari
siapa orangnja jang menulis ditembok ini."
Suasana dalam rumah pesanggrahan itu sa?ngat suram, seper'ci djuga sudah akan
terdjadi sesuatu jang hebat. Setiap orang dibikin gaduh l atau bingung pikirannja oleh
tulisan diatas tembok itu. Apa mau pada saat jang demikian seram itu, dari djauh sajup2
ter,den gar pula suara bunjinja burung, baik burung tekukur atau bukan, tapi semua
orang pada menganggapnja bunji burung tekukur jang kedua kalinja, hingga mereka
kuatir dalam pesanggrah?an ini akan terdjadi peristiwa jang kedua kalinja.
Hiang Kat' dan Ouw Ga jang berhati mulia dan jang suka menolong sesuatu orang jang
berada dalam kesukaran, meskipun semalam telah bertempur aengan binatang biruang
dan manusia biruang hampir satu malam penuh, siang harinja kembali mentjari Tio Djie
Kiok hampir satu harian penuh, malam itu masih tidak mementingkan dirinja sendiri,
mereka berdua bergiliran meronda disekitar rumah tersebut.
Keesokannja, pagi2 sekali, Ouw Ga sudah
dei.gar suara djeritan Ik Sie dari kamar tidurnja.
"0hT Tuhan, Liang Liang telah lenjap.
djantung hatiku digondol biruang Liang
Liang sudah hilang "
Dengan tjepat Ouw Ga memburu dan menanja :
"Liang Liang kapan lenjapnja ?"
"Aku tidak tahu kapan Jenjapnja dia," djawab Tja Ik Sie, "pagi2 ketika aku bangun
tidur, Liang Liang sudah tidak ada dipembaringannja, aku lihat djendela terbuka lebar,
aku lantas menduga anakku itu sudah digondol oleh biruang jang gana.s itu."
"Mungkin dia bangun lebih dulu, sekarang sedang memain didalam kebun."
"Tak mungkin ! Hari baru sadja terang, bagaimana dia bisa pergi sendiri kekebun?"
kata Tja Ik Sie sambil menangis dan men-djerit2.
Suara djeritannja telah mengagetkan orang2 seisi rumah itu. Waktu itu, tiba2 Tjee-
ma, babu pelajannja suami-isteri Kha Tay Siang, fampak dari dapur ber-lari2 mendatangi.
"Ajo, nona Iliang Kat, nona Ouw Ga," katanja, napasnja empas-empis, ,Han-ma jang
sedang menanak nasi telah .meninggal dunia." Hiang Kat dan Ouw Ga mengikuti Tjee-
ma kedapur, benar sadja mereka tampak Han-ma menggeletak dilantai tidak bergerak.Setelah diperiksa, baru ketahuan bahwa Han-ma sebenarnja tidak mati, hanja pingsari
sadja. De?ngan mudah Hiang Kat sudah dapat menolong menjadarkannja.
"Apa artinja ini ? Mengapa kau bisa djatuh
pingsan ditanah V* tanja Ouw Ga jang tidak sabaran, ia tidak menunggu sampai Han-
ma sudah siuman betul2, lantas dihudjani rupa^ pertanjaan.
Hanma membuka matanja pe-lahan2 belum bisa mengeluarkan sepatah kata,
pikirannja baru mulai sadar.
"KatakanIah, lekas katak-an !" Ouw Ga terus msndesak.
Han-ma tetap diam. Setelah berse'lang lama djuga barulah ia bisa bitjara dengan suara
gemetar :
"Barusan aku sedang masak air didapiir, tjuatja masih gelap, aku telah masak seteko
besar air, selagi hendak memasak bubur, dibawah penerangan lilin, tiba2 aku dapat lihat
biruang itu telah muntjul diclepan pint-u dapur. Kedua kakiku lantas mendjadi lemas dan
gemetar, mulutku terkantjing seperti didjahit, sama sekali tidak bisa Berteriak. Tapi
biruang itu terus setindak demi setindak mendekati
aku waktu itu aku Betul2 sudah ketakutan
setengah mati selandjutnja aku tidak ta?
li u apa telah terdjadi !
"Barangkali pada waktu itu kau lantas pingsan." kata Hiang Kat.
"Han-ma, kau p'ngsan berapa menit lamanja ?" tanja Ouw Ga.
"Orang jang sudah pingsan bagaimana bisa tahu berapa menit lamanja ?" kata Hiang
Kat. "Biruang jang sudah kabur itu telah kembali lagi kesini, binatang buas itu sudah
membikin pingsan Planma, kemudian lantas menggondol Liang Liang, mungkin masih
didalam
taman bimga, mari lekas kita kedjar !" kata Ouw Ga sambil membulang-balingkan
kampak kaju jang ia sambar dari dapur, dengan tjepat ia lontjat keluar dari dapur, lari
ketaman.
"Hiang Kat kuatir Ouw Ga seorang tidak dapat melawan binatang jang buas itu dari
atas medja dapur ia mengambil 2 bilah pisau dapur, lalu lari mengikuti djedjaknja Ouw
Ga. . Suara burung diatas pohon, terdengar sangat riuh, menjambut datangnja sang pagi.
Ouw Ga dan Hiang Kat mengindjak diatas rumput jang penuh air embun itu,mendjeladjahi seluruh pelosok taman, tapi xidak menemukan djedjaknja biruang jang
ditjarinja, djuga ti?dak menampak baj.ang2annja Liang Liang.
Achirnja, mereka tiba diudjung timur-utara taman bunga itu, dibawannja pohon tinggi
dan besar jang dipakai untuk djembatan oleh bi?ruang pada kemarin harinja. Diatas
tjabang ada tersampir sepotong robekan kain jang dasarnja putih dan strip biru, sedang
me-lambai2 tersampok angin. Hiang Kat naik keatas po?hon, dari atas pohon ini ia
memandang keadaan diluar pagar, tapi apa djuga tidak tertampak. Maka ia tjuma
mengambil sobekan kain itu turun ketanah, dengan teliti ia memeriksa kain tersebut.
"Kau lihat, Hiang Kat !" kata Ouw Ga sam?bil menundjuk sebuah kantjing plastik
berwarna putih biru bersinar'jang melekat dirobekan kain tersebut, "ini mungkin robekan
badju tidurnja Liang Liang. Djuga berarti, binatang biruang itu setelah menggond'ol lari
Liang Liang, lantas melompat keluar pagar tembok
melalui pohon basar itu, dan ketika ia melompat, badjunja Liang Liang telah kesangkut
tjabang pohon sehingga robek. Apa kau tidak lihat binatang itu melarfkan diri kearah
gunung tjadas itu ?"
"Tidak, aku tidak lihat apa2." djawab Hlang Kat.
"Mungkin kita datang terlambat, biruang itu sudah kabur djauh !" kata Ouw Ga.
"Biruang itu bisa menggunakan pohon be-sar ini untuk melontjat keluar dari pagar
tembok ini," kata Hiang Kat, wadjahnja diliputi oleh kesangsian, "tapi bagaimana tjaranja
dia lontjat masuk, sedangkan diluar tembok sebatang pohonpun tidak ada untuk dapat
naik melontjat tembok, kemungkinannja sangat tipis sekali "
"Sudah, sudahlah, kita tidak perlu mempersoalkan kemungkinan ini itu," kata Ouw Ga,
"kita bisa menggunakan kenjataan untuk membuktikan binatang biruang itu sudah masuk
dari luar kedalam pesanggrahan ini. Han-ma jang sedang masak bubur bukankah pernah
melihat dengan matanja sendiri, bahwa biruang itu pernah masuk kedapur ? Aku anggap
mungkin ada seseorang jang memimpin binatang itu untuk berbuat demikian, orang
itulah jang membantu binatang biruang tersebut masuk ke?dalam rumah."
"Siapa ?"
"Ada kemungkinan pemilik rumah ini, jalah ahli burn binatang buas Kha Tay Siang
sendiri."
"Sebelum mendapatkan bukti2 jang kuat dan
* njata, kau djangan sembarang menuduh !"
"Aku hanja mengatakan kepadamu sadja, apa halangannja !""Selewatnja tengah malam adalah giliranmu jang mendjaga, bagaimana kau tidak
dapat lihat binatang biruang itu masuk kedalam rumah ?" tanja Hiang Kat, "Apakah kau
mengantuk ?"
"Aku tidak mengantuk, aku hanja pernah bersemedi sambil menutup mata."
"Aku tidak dapat membedakan orang mengantuk dengan orang bersemedi !" kata
Hiang Kat agak dongkol, "aku rasa rumah pesanggrahan ?Penglipur Lara? ini bukannja
betu!2 untuk menghibur orang jang sedang kesal, kenjataannja rumah ini mengandung
banjak rahasia, penuh mistery. Akal kedji dan tipu muslihat djahat sedang berlangsung.
Kita berdua tidak berdaja buat mentjegah berlangsungnja kedjahatan itu, maka aku perlu
kembali kekota untuk mengundang In Hong."
Mereka membawa potongan scbekan kain itu kembali kerumah. Tja Ik Sie begitu
melihat sobekan kain itu lantas ber~teriak2.
"Inilah potongan sobekan badju tidur Liang Liang, dari mana kalian menemukannja ?"
ta?nja Tja Ik Sie.
Hiang Kat mentjeritakan bagaimana ia me?nemukannja sobekan badju itu.
"Oh, Tuhan, ini suatu bukti bahwa Liang Liang benar2 sudah digondol oleh biruang
jang buas itu, sekarang bagaimana aku bisa hidup!" Tja Ik Sie men-djerit2 dan menangis.
Tja Lok Tjie dan Ngo Gie Ling semula'memang bersikap atjuh-ta-atjuh, tapi sekarang
merekapun mulai agalt bimbang. Mereka mau tidak mau turut merasakan Lekuatirannja
bahvva bentjana ilu djuga nanti akan menimpa diri sendiri.
Tiba2 Ngo Gie Ling memeluk erat2 tubuhnja Yung Yung, se-olah2 takut binatang
biruang se-waktu2 dapat menerkam djiwa hatinja itu; kemudian dengan suararija jang
njaring garing ia berkata :
"Tulisan diatas tembok dapur jang tidak ka~ ruan bunjinja itu, sudah berobah
mendjadi ramalan jang menakutkan dan rupa2nja akan dibuktikan satu per-satu. Kamaku
djuga tertjantum disitu, demikianpun Lok Tjie. Apakah kita akan menanti kematian kita
dengan peluk tangan sadja ?"
"Nasib kalian berdua suami-isteri ada lebih baik dari siapapun djuga," kata Tja Ik Sie
sambil sesenggukan, Jses-udah kami satu persatu dimakan habis oleh binatang buas itu,
barulah giliran kalian ! Heran aku, binatang itu agaknja baik sekali kepada kalian "
"Tja Ik Sie, djanganlah kau bitjara seenak hat'mu !" Ngc Gie Ling lompat mendadak,
ia mengulurkan djari tangannja, ditundjukkan keatas hidung Tja Ik Sie, dengan gusar :
"Apakah kau kira kami berdua jang menjuruh bi-natang biruang itu menggondol Tio Djie
Kiok dan Liang Liang ? Benar2 lutju ?""Hm, melukis naga atau matjan jang tersulit melukis bagian tulangnja, manusia
gampang dilihat wadjahnja tapi hatinja sukar diketahui." Ik Sie balas menjindir sambil
menangis.
"Semua djangan ribut," Tja Lok Tjie burn2 memisahkan, "aku menduga kepada musuh
jang menjebut dirinja ?musuh dimalam kabut? dengan diam2 sudah mengikuti kita sampai
dirumah pesanggrahan ini. Dia bisa membikin djinak singa dan matjan, sudah tentu djuga
dia bisa perintah biruang atau lain2 binatang buas. Aku berani pastikan, ia sudah
bersembunji disekitar rumah pesanggrahan ini, dengan diam2 memimpin biruang itu
untuk menggondol kita semua orang ,dari keluarga Tja, satu persatu dari rumah ini,
kemudian dibunuh "
"Apa artinja ?musuh dimalam kabut? ?" tanja Ouw Ga.
"Pada suatu malam jang berkabut kami telah menanam permusuhan dengan seorang
pemain akrobat jang bernama Oh Beng Hui." "Sebab apa sampai membikin kalian
mena?nam permusuhan demikian hebat ?"
"Sebabnja karena karena " Tja
Lok Tjie tidak bisa mengatakan perbuatannja jang rendah jang dilakukannja terhadap
Oh Beng Hui, "kam? kami membuat ia "
"Karena kami memaki hebat kepadanja, dia lantas mendendam hati," dengan
membohong Ngo Gie Ling mendjelaskan, "karena hanja dimaki ia tel ah berdendam hati
dan menganggap kami sebagai musuh turunannja."
"Kalau benar orang she Oh itu mendendam sakit hati kepada keluarga Tja, mengapa
nona Tio Djie Kiok djuga di-bawa2 ?" tanja Hiang Kat.
jjnilah mungkin suatu keehilafan," kata Tja Lok Tjie, "se~pintar2nja binatang, mungkin
salah tangkap maksud orang jang memerintahkan. Pendek kata, kami keluarga Tja
sudah berada didalam keadaan jang sangat berbahaja. Aku akan kembali kekota, untuk
mengundang kawanku, kepala detektif To Tie An, supaja menjelidiki perbuatan djahat
ini."
VI. SERANGAN TELAK DIDALAM
RIMBA POHON SIONG
Kira2 djam 2 lohor, Tja Lok Tjie dengan mobilnja jang berwarna biru muda, telah
kembali dari perdjalanannja kekota, bersama seorang sebawahannja detektip To Tie An,
jalah detektip Pit Khing dan 4 orang polisi, jang sengadja diundang untuk menjelidiki
peris tiwa itu.2 Djam kemudian, Hiang Kat pun kembali bersama In Hong, jang ia undang untuk ber-
sama2 mempeladjari serentetan kedjadian jang mengherankan it;u.
Mendekati magerip, rumah pesanggrahan itu kembali kedatangan 2 tamu, jang satu
adalah secrang kurus kering berusia kira2 50 tahun, diatas bibirnja ada kumis ketjil,
dandanannja sangat perlente, ia adalah adpokat Siek Pek Sin. Ia datang untuk
mengawasi dilakukannja upatjara sembahjang, dihari wafatnja Tja Lian Hu. Selain
daripada itu, ia djuga akan mengurus pembagian uang dari pendapatan penagihan sewa
tanah dan rumahnja Tja Lian Hu jang akan dibagikan kepada turunannja Satu lagi adalah
Phang Sik Lok, suaminja Tja Ik Sie. Ketika ia berada dikamar tulisnja dikata, setelah
dikabarkan Tja Lok Tjie tentang hilangnja anaknja, Liang Liang, dibawa kabur o^h
bmatang biruang, ia lantas djatuh pingsan dimedja tulisnja, untung Tja Lck Tjie ada disitu,
jang segera memberikan pertolongan semestinja. Maka dengan hati pedih, ia
meninggalkan pekerdjaannja .dikota, dengan mengendarai mobilnja Baby Austin,
dilarikan menudju kerumah pesanggrahan ?Penglipur Lara?, untuk menjelidiki peristiwa
jang menjedihkan itu.
Detektip Pit Khing setelah mengadakan peperiksaan dan menanjakan keterangan
kepada arang2 jang bersangkutan, lantas dengan bangga mengutarakan pendapatnja :
"Berdasar kenjataan keseluruhannja, aku dapat pastikan orang jang menjebut dirinia
?musuh d'malam kabutJ Oh Beng Hui sudah sembunji didekat pesanggrahan ini,
memimpin binatang biruang mewakili di-a mendjadi pembunuh "
"Kau maksudkan Oh Beng Hui sudah menggunakan atau menjuruh biruang jang
dikeram dalam rumah batu dipesanegrahan ini. untuk mendialankan rentjananja ?" Hiang
Kat menegasi.
"Biruang jalah biruang, tidak ada orang jang anggap biruang sebagai matan," djawab
Pit Khi^g dengan sombongnja.
"Biruang itu baru kabur satu hari," membant?h F;ang Kat, "tidak perduli betapa
pandainja Oh Beng Hui mendjinakkan_ binatang buas, atau seorang ahli ulurig
bagaimanapun djuga, tidak nantf dalam tempo satu hari sadja
mampu mendjinakkan binatang biruang, apalagi menjutuhnja menuruti perintahnja ?"
"Itu itu itu " Pit Khing agak
gelagapan, sehingga tidak bisa mendjawab, lantas mengatakan sekenanja sadja,
,biruang jang aku maksudkan jalah biruang jang sudah dilatih benar oleh Oh Beng Hui,
jang dia bawa dari lain tempat, supaja bisa diperintah menurut sesukanja."
"Hm, kalau begitu bagaimana kau hendak menangkap pemlbunuh jang sembunji
dibelakang lajar itu ?" Hiang Kat pura2 tanja."Aku ada membawa 4 orang anggota polisi bersendjata, siang hari kami mentjari
djedjaknja Oh Beng Hui dan binatang biruang itu diluar pesanggrahan; malam hari
dengan bergiliran kami mendjaga rumah pesanggrahan ini. Aku tanggung dalam tempo
beberapa hari ini tentu dapat menangkap pembunuh jang sembunji dibelakang lajar ini."
".Harap sadja begitu," kata Tja Lok Tjie, "djika tidak, kami lambat. laun akan mati
semua dalam tangannja Oh Beng Hui !"
"Aku harap supaja kau bisa lekas2 menang?kap Oh Beng Hui, djiwa kami kini
mengandel kepadamu sadja, saudara Pit !" Phang Sik Lok meski dalam mulutnja kata
demikian, tapi dalam hatinja menjangsikan detektip ini mampu melindungi djiwa mereka
? "Kalian boleh legakan hati, ada aku disini, kalian akan merasa tenteram dan aman."
kata Pit Khing sambil tepuk2 dadanja, se-olah2 mempun jai perasaan tanggung djawab
sepenuhnja. Sedjak In Hong tiba dipesanggrahan, ia diam
sadja, tapi dengan tenang ia mengawasi tingkah lakunja setiap orang.
Sehabis bersantap malam, semua orang kembali kekamarnja masing2 untuk
beristirahat. Tuan rumah Kha Tay Siang tetap belum pulang. Pit Khing sedang mengatur
orang2nja untuk melakukan pendjagaan, tiba2 ada orang menepuk pundaknja, dalam
kaget dan gugupnja, ia telah ulur tangannja hendak menarik sendjata apinja, tapi
tangannja kembali dipegang oleh orang itu.
"Djangan kaget, aku bukan Oh Beng Hui, djuga bukan biruang jang dibawa oleh Oh
Beng Hui !"
Pit Khing menoleh, ternjata orang jang me-nepuk padanja adalah seorang wanita jang
tjant:k molek, tubuhnja ketjil langsing.
"Oh, nona In, kau membikin aku kaget, hampir sadia semangatku terbang keluar dari
tubuhku !"
"Aku ingin bitjara sedikit dengan kau."
,KaIau begitu k*ta bitjara didalam rumah sadia." kata Pit Kh:ng.
"Tidak, didalam rumah kurang le?uasa, mari kita djalan2 dalam taman sambil
menorobrol, akurkah ?" kata In Hong sambil bersenjum.
"Taman ini sangat luas, hari pun sudah gelap, apa pula aku tidak begitu kenal
keadaann.ia dalam taman ini, sebaliknja djangan kesitu !"
"Meskipun taman itu sangat luas, tidak nanti membuat kau kesasar ?""Kesasar masih tidak mendjadi soal," kata Pit Khing, wadjahnja dirasakan panas,
"dengan sebenarnja, aku ada sedikit kuatir. binatang biruang itu nanti menerkam aku
dengan tiba2, ini betul2 hebat !"
,Bukankah kau ada membawa sencljata api?" "Kalau datangnja biruang itu setjara
mendadak, sebelCim aku dapat menjabut sendjata api, leherku sudah digigit putus !"
Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
djawab Pit Khing, "binatang buas jang manapun aku tidak takut, hanja biruang sadja
jang aku segankan."
"Kalau betul kau begitu takut terhadap bi-ruang, baiklah kita bitjara didekat dapur
dibawah pohon Go-tong itu l"
,Tempat itu djauh atau tidak terpisahnja dari dapur ? Kalau terlalu djauh, aku tidak
mau."
,Paling djauh tjuma 10 kaki lebih."
Pit Khing tidak berdaja, terpaksa mengikut In Hong berdjalan menudju kebawah pohon
Go-tong itu. Tapi achirnja ia tahu bahwa tempat itu terpisah agak djauh dari dapur,
hatinja mulai kuatir.
"Ncma In, apa jang kau ingin bitjarakan, kalakanlah selekasnja," kata Pit Khing.
"Aku ingin ketahui orang jang menjebut dirinja ?musuh dimalam krbut? Oh Beng Hui
itu sebetulnja ada m-.mipunjai permusuhan apa dengan Tja Lok Tjie ?"
"0, tentang soal ini, aku sudah menjanggupi tuan Tja Lok Tjie, untuk dipegang rahasia
selamanja, maka aku tidak bisa memberitahukan kepadamu. Harap nona maafkan."
"Kalau kau tidak memberi tahukan padaku, aku tjuma bisa menunggui disini dengan
kau, sampai Oh Beng Hui muntjul. Setelah aku dapat menangkap p-adanja, lantas bisa
menanjakan langsung padanja."
"Bagaimana kau bisa tahu kalau Oh Beng Hui malam ihi akan datang ?"
Menurut dugaanku sendiri, bukan sadja Oh Beng Hui, bahkan binafcang biruang itupun
akan datang ber-sama2 dia "
Mendengar kata2 In Hong ini, kekuatirannja Pit Khing memuntjak tiba2, ia buru2
memutar tubuhnja hendak berlalu. Tapi segera ia insjap bahwa lengannja dipegangi oleh
In Hong de?ngan erat2.
"Ah, nona In, lepaskanlah !""Aku kuatir dengan seorang diri aku bukan tandingannja Oh Beng Hui dan binatang
buas itu, maka aku ingin kau tetap disini supaja bi?sa membantu aku." dengan tenang
In Hong mendjawab.
"Sudahiah, biar aku nanti tjeritakan padamu, bagaimana Oh Beng Hui'telah menanam
permusuhan begitu hebat dengan Tja Lok Tjie suami-isteri," kata Pit Khing dengan
terpa'ksa. "Tiga tahun jang lalu, suami-isteri Tja Lok Tjie dan Phang Sik Lok kembali dari
perdjalanannja ke Djepang" dengan ringkas Pit
Khing mentjeritakan bagaimana sampai terdjadi permusuhan itu, "kira2 10 bulan
berselang, disuatu malam jang berkabut, orang jang menjebut dirinja ?musuh dimalam
kabut? itu masuk digedungnja Tja Lok Tjie dan membunuh andjing herder pendjaga
rumahnja, serta meninggalkan surat tempelan jang menakut-nakuti Tja Lok Tjie,
kemudian orang itu masuk
lagi digedungnja Phang Sik Lok, sesudah membunuh budjang, perempuannja jang
bern-ama Ah Tjay, djuga tinggalkan surat antjaman dengan tjepat Pit Khing sudah
mentjeritakan s'emua kedjadian jang dialaminja oleh keluarga Tja, ,sekarang aku sudah
mentjeritakan semuanja kepadamu, kalau kau hendak minta bantuan tenaga, tjarilah
orang lain. Bukankah aku sudah katakan padamu, aku paling takut terhadap binatang
biruang ?"
"Surat antjaman itu apa kau ada bawa ? Bolehkah aku melihatnja ?" kata In Hong
sambil tangannja tetap memegangi lengan orang.
"Dua peristiwa jang terdjadi dirumah pesanggrahan ini ada hubungannja dengan Oh
Beng Hui, maka surat antjaman itu djuga aku bawa. Kalau kau mau lihat, ambillah !" dari
dalam kantongnja ia keluarkan 2 helai kertas, disodorkan pada In Hong. ,Sekarang kau
toh boleh idjinkan aku berlalu !"
In Hcng lepaskan tangannja, dengan tjepat Pit Khing kembali kerumah.
Dengan sikap tenang In Hong djalan mundar-mandir ditaman sebentar, sebetulnja ia
sedang memikir dan mempeladjari kedjadian2 itu dengan bahan2 apa jang ia telah dapat.
Kemudian dengan tindakan pelahan ia kembali kerumah.
Didalam kamar tidurnja, dibawah sinar 1ampu minjak tanah, dengan sangat teliti In
Hong memeriksa 2 helai surat antjaman itu. Surat2 antjaman itu ditulis diatas sobekan
kertas buku tjatatan harian, jang satu tertulis tanggah nja 27 Djuni sedangkan jang
lainnja tanggal 5
Djuli. Susunan kata2nja meski tidak semuanja sama, tapi hampir serupa.
Ia melihat bulak-balik tulisan2 tangan itu, sampai tidak berkesip.Hiang Kat dan Tja Ik Tjian duduk diatas sofa, melihat sikap tekun dari In Hong, mereka
tidak man mengganggu, Tapi tidak demikian dengan Ouw Ga jang sifatnja berandalan
dan gerabak-gerubuk, ia sudah merasa tidak sabaran.
"Hei, In Hong, kau sedang lihat apa ? Mengapa begitu ketarik nampaknja ? Bolehkah
aku turut lihat ?"
In Hong tidak mendjawab, ia lalu mentjeritakan halnja permusuhan antara Oh Beng
Hui dengan suam'-fsteri Tja Lok Tjie.
"Ini adalah itu orang jang menjebut dirinja ?musuh dimalam kabut? jang meninggalkan
surat antjaman untuk Tja Lok Tjie dan Phang Sik Lok," kata In Hong. "tjoba kalian lihat
de?ngan seksama, mungkin bisa ketemukan apa2 jang agak istimewa dalam tulisan itu."
Mereka lalu membatja surat antjaman itu dengan bergiliran.
,Jni ada sobekan kertas dari buku tjatatan harian jang ada tertjetak tanggalnja," kata
Tja Ik Tjian, "Ketjuali ini, aku tidak dapat lihat apa2 keistimewaannja."
"Akupun demikian, tidaklah ada apa2 jang istimewa kata Ouw Ga.
"Aku rasa orang jang menamakan dirinja 'musuh dimalam kabut? itu, tulisan tangannja
ada mempunjai sesuatu keistimewaan." kata Hiang Kat. ?
"Benar," kata In Hong sambil mengangguk, "tahukah kau apa dan dimana
keistimewaannja ?"
"Dalam tiap2 huruf jang ada tarikannja menurun kebawah ,hampir disemua
diudjungnja kedapatan ditarik keatas: tjoba lihat huruf2
ini : ?Kim? ?Ya?, ?Bun? dan sebagainja, semuanja ada keistimewaannja demikian."
,Djika ingatanku tidak keliru, surat peringatan jang dilemparkan dalam kamar Tio Djie
Kiok, tulisannjapun ada keistimewaannja demikian," kata In Hong. "Hiang Kat, tjoba kau
ambil dan bandingkan dengan ini."
Dari dalam latji medja tulis Hiang Kat mengambil surat jang dimaksud, lalu
dibandingkan dengan kedua helai surat antjaman tersebut, betul sadja, kesemuanja telah
membuktikan bahwa surat2 itu ditulis oleh satu orang.
"In Hong, begitu kau datang, lantas kau dapat memberi keterangan tentang orang
jang melemparkan surat peringatan itu adalah orang jang menamakan dirinja ?musuh
dimalam kabut?, ini sungguh tidak mudah !" kata Ouw Ga dengan lagu suaranja jang
mengandung pudjian.
,Ini tidak ada soal jang aneh, hanja suatu tanda bahwa aku lebih teliti sedikit daripada
kalian," kata In Hong merendah, "penemuan ini, ketjuali telah membuktikan bahwa ketiga
helai surat ini ditulis oleh orang jang sama, djuga tulisan diatas tembok dapur itu, jangsusunan kata2nja tidak karuan, adalah serupa ditulis oleh orang ini djuga. Sekalipun dia
seL , ngadja menulis bengkak-bengkok, namun masih tetap kelihatan tjara tarikan tangan
jang tidak berbeda sedikitpun."
"Apakah benar ?" tanja Hiang Kat, agak masgul, "betul2 aku terlalu tjerobo dan lalai,
' sampai tidak perhatikan persamaan ini/?
"Baiklah kita periksa dengan teliti." kata Ouw Ga, ,tulisan diatas tembok itu meski men'
tjang-mentjong, tapi setiap huruf jang ada tarikannja menurun kebawah, semuanja
dibagiI an udjungnja ditarik keatas. Ini disebabkan kebiasaannja jang sudah mendalam,
hingga 3usah dibuang."
I "In Hong, ini adalah suatu penemuan jang
i sangat penting," kata Hiang Kat, ,tapi
i tapi, orang jang namakan dirinja ?musuh dil malam kabut? Oh Beng Hui itu djika benar
ada l didalam rumah pesanggrahan ini, bagaimanapun pandainja dia menjaru rupa,
mustahil Tia ! Lok Tjie, Ngo Gie Ling dan Phang Sig Lok ti?dak dapat mengenali ? Ini
betul2 mengherankan !"
"Soal jang kau adjukan ini, ada harganja untuk dipeladjari," kata In Hong sambil
kerutkan alisnja, "aku sekarang sedang memikirkan soal sampai kepalaku pusing."
"Kalau hanja soal permusuhan antara Oh Beng Hui dengan Tja Lok Tjie, kita boleh tak
usah tjampur tangan," kata Ouw Ga. "Tapi Oh Beng Hui itu tefah mem-bawa2 Ah Tjay
dan Tio Djie Kick jang tidak berdosa,' didjadikan sasaran pembalasan sakit hatinja, maka
kita tidsk bisa peluk tangan lagi. Sekarang ki?ta tjuma perlu mentjari orangnja jang
menamakan dirinja ?musuh dimalam kabut? itu, dia telali melepaskan binatang biruang
dari kandangnja, menjuruh binatang itu menggondol Tio Djie Kiok dan Liang Liang, djuga
suruh mengantjam djiwaku dan djiwa Hiang Kat "
"Menurut penglihatanku, urusan tidak demikian sederhana," kata In Hong, "meskipun
nona Tio Djie Kiok bukannja dibawa lari oleh bi?ruang "
"Aku lihat dengan mata kepala sendiri Liang Liang dibawa lari oleh biruang, sete?ah
aku menguber, baru dilepaskan," kata Ouw Ga jang tidak setudju pikirannja In Hong,
"aku dan Hiang Kat pun pernah bertempur dengan bi?ruang dan manusia biruang
setengah malaman, bagaimana kau bisa katakan Tio Djie Kiok bukan digondol oleh
biruang ?"
"Aku sudah periksa pintu kamarnja Tio Djie Kick, pintu itu dipasangkan alat pengepir,
Tio Djie Kiok tidur sendirian dalam kamar, bina?tang biruang dengan djalan mendorong
pintu daun djendela masuk kedalam kamar dan menggcndol dia, seharusnja keluar lagidari diendela itu; tapi menurut keterangan Hiang Kat, keadaannja waktu itu adalah
pintunja terbuka Iebar, apakah kaki biruang mampu membuka pintu jang dipera?ati
dengan per ? Sudah tentu tidak. Selain dari itu, apa mungkin binatang biruang demikian
mengarti maksudnja orang jang menjuruhnja, berbuat me?nurut crang jang
menjuruhnja. misalnia lebih dulu membawa lari si A, kemudian si B lagi ? Barangkali ini
masih mendjadi satu pertanjaan besar. Dari sini ternjata Tio Djie Kiok bukannja digondol
oleh binatang biruang, tapi telah dilarikan oleh manusia "
"Bagaimana dengan tanda2 tapak kaki bina?tang biruang jang terdapat didalam
kamar ?" tanja Ouw Ga.
"Setelah Tio Djie Kiok dilarikan orang, memang benar ada orang jang melepaskan
bina-tang biruang dan manusia biruang itu dari kandangnja, kebetulan biruang itu telah
masuk dikamarnja Tio Djie Kiok dan kamar ka-lian." mendjelaskan In Hong, "pendeknja,
ini adalah pelabi dari perbuatan pendjahat, dia telah menggunakan binatang biruang itu
untuk menutupi perbuatan djahatnja. Maka aku bisa pastikan, Liang Liang djuga bukan
digondol oleh biruang."
,Mendengar pendjelasanmu ini, aku merasakan kedjadian ini makin lama makin
ruwet." kata Ouw Ga.
,Peristiwa ini. memangnja sangat ruwet," kata In Hong, "ada banjak soal, kita sudah
memeras otak habis2an, ach'rnja masih belum mendapat djawabannja. Umpama kata,
itu tambang pandjang jang terdapat diatasnja pintu kandang biruang. siapa geranp-an
jang menaruhnja, adalah soal jang susah dinqengerti."
,Akupun merasa sangat heran dengan tam-bang itu," kata Ouw Ga, "tapi ini toh tidak
ada artinja sama sekali, per?u apa kita mesti bertjape hati untuk mempeladjarinja ?"
"Tidak ada artinja ? Aoakah dahm soal tambang ini aku mas^h belum menemukan
djawaban jang benar, sukar sekali aku dapat membikin terang peristiwa ini. Maka
" utjapan
In Hong dibikin putus oleh suara ketokan pintu jang sangat pelahan.
Hiang Kat bangun dari tempat duduknja, membuka pintu.
"Nona Hiang Kat, apakah kau sempat!" tanja babu Han-ma jang berdiri didepan pintu.
"Aku ingin bitjara sebentar dengan kau."
"Mari masuk kedalam sadja !" kata Hiang Kat.
Han-ma masuk kekamar, ia memberi hcrmat dan tertawa kepada In Hong, Ouw Ga
dan Tja Ik Tjian, tertawanja kelihatan tidak wadjar dan mengandung perasaan jang
kurang tenang,
,Duduklah !" menjilahkan In Hong."Ja, aku ingin bitjara sedikit sadja, lantas berlalu," kata Han-ma sambil memainkan
udjung badjunja. "Aku tahu kalian adalah pendekar2 wanita jang bentji kedjahatan dan
membela kebenaran, maka aku ingin memberitahukan kalian tentang suatu hal jang aneh
"
"Kedjadian jang aneh ?" tanja Ouw Ga jang sudah tidak sabaran, "katakaniah lekas !"
"Dalam rumah pesanggrahan ini dalam beberapa hari ini telah timbul serentetan
kedjadian jang aneh, betul2 membikin orang tidak enak -duduk tidak enak tidur," kata
Han-ma. "Barusan kembali aku dapat menjak.sikan su?atu kedjadian jang sangat
mengherankan, sampai aku hampir tidak pertjaja kepada mataku sendiri, tapi
kenjataannja mataku belum rusak, aku telah menjaksikan dengan djelas, mataku tidak
bisa salah lihat "
"Aku pertjaja matamu tidak ada penjakitnja, lekaslah katakan, apa jang kau lihat V*
Ouw Ga jang sifatnja keras kembali mendesak.
"Setengah djam jang lalu, aku dapat lihat Liang A King jang badannja bongkok lari
menudju ketaman sebelah udjung timur utara seperti terbang," kata Han-ma. "Sedjak dia
datang kerumah pesanggrahan ini, baru pertama kali ini aku dapat lihat dia bisa berdiri
lempang begitu rupa dan larinja demikian tjepat. Maka Mantas timbul ketjurigaanku.
Mungkin binatang biruang dan manusia biruang itu dia jang melepasnja."
"Ng," In Hong memikir sedjenak, "ia bekerdja dipesanggrahan ini sudah berapa lama
?"
"S?tahun lebih se dikit,1" djawab Han-ma, "ketika ia datang, tubuhnj-a sudah
bongkok, djalannja sempojongan, tertiup anginpun mungkin djatuh."
"Apakah bukannja Djawatan Penempatan Buruh jang masukkan dia kemari ?"
"Bukan, dia masuk kerdja dengan perantaraan pemilik toko beras dikota. Kami sering
membeli beras kepada toko beras itu, maka tuan Kha sudah kenal betul dengan pemilik
toko beras itu. Dia dapat dengar tuan Kha memerlukan tenaga seorang jang sudah
berpengalaman memelihara binatang buas, dia lantas perkenalkan Liong A King pada
tuan Kha. Katanja Liong A King pernah bekerdja disirkus sebagai tukang pelihara
matjam2 binatang buas, hingga dalam pekerdjaan demikian dia mempunjai banjak
pengalaman"
"Baru2 ini apakah dia pernah meninggalkan
rumah pesanggrahan ini V tanja In Hong.
,Kira2 10 hari jang lalu, ia pernah minta perlop beberapa hari pada madjikan, katanja
hendak kekota mengobati penjakitnja.""Berita jang kau sampaikan kepada kami sangat berguna sekali," kata In Hong "hanja
untuk sementara hal ini kau djangan mentjeritakan kepada siapapun djuga."
Han-ma setelah berikan djandjinja lantas permisi keluar.
Ouw Ga, Hiang Kat dan Tja Ik Tjian pada merundingkan berita jang mereka baru
terima itu, tjuma In Hong sendiri jang diam, kembali terbenam dalam pikirannja.
Kira2 5 menit kemudian, babu tua Tjee-ma tflah membawa seteko air panas unfk
mengisikon termos dalam kamar mereka.
"Tjee-ma, semua termos jang ada dalam kamar2 itu, apakah kau jang diwadjibkan
mer.gisi air panasnja ?" tanja In Hong.
"Ja, semua adalah aku jang kerdjakan". ka?ta Tjee-ma. ,Lioiig A King telah
beritahukan padaku, katanja kalian bertiga adalah pendekar2 wanita jang suka membela
kebenaran den memberantas kedjahatan. Maka aku sudah la?ma ingin memberi tahukan
kepada kalian tentnr'osuatu rahasia. tani hatiku merasa takut, tidak berani banjak omong.
Sekarang dalam rumah pesanggrahan ini telah ber-turut2 terdiadi hal2 iang
menjeramkan, apabibi aku ti?dak mengatakan, mungkin akan terdia^i hoi2
jang lebih hebat pula, tjuma " Tjee-ma
mendadak berhenti bitjara, seperti ada apa2 jang dikuatirkan.
"Tjuma bagaimana ?" In Hong tanja sambil memandang dengan tadjam. e "Tjuma,
kalian djangan beritahukan kepada siapa sadja, bahwa hal ini aku jang memberitahukan
pada kalian, terutama dihadapannja suami-isteri Tja Lok Tjie kalian djangan membit
jarakan rahasia ini. Aku sebenarnja takut sekali kalau mereka nanti mentjelakakan
djiwaku jang sudah tua ini "
"Tentang djiwamu, kami bertiga nanti jang mendjamin," kata Ouw Ga tanpa pikir lagi,
"lekaslah katakan, rahasia apa itu ?"
"Begini, aku sekarang mendjadi besar hati," kata Tjee-ma, ,kemarin dulu sore aku
menukar air panas dalam kamar tidurnja tuan dan njonja Tja Lok Tjie ketika aku berada
didekat pintu kamar, kebetulan aku dapat dengar Tja Lok Tjie dengan suaranja jang agak
keras mengatakan : ?kita boleh meng;gunakan ratjun tikus dengan diam2 dimasukkan
dalam air nana,s didalam termosnja Tio Dji'e Kiok. Setelah aku dengar kata2 itu, kagetku
bukan main. Ta?pi dalam kamar itu mendadak tidak ada suara orang lagi. Kemudian
terdengar suarania Ngo Gie Ling dengan pelahan, jang ternjata telah mentjomeli
suaminja. Apa jang dikatakan, aku tidak dengar djelas. Aku pikir djika saat itu aku masuk
menukar air adalah kurang nantas, maka aku lantas membawa tekoku berlalu dari situ.
Tapi aku terus merasa kuatir akan keseJamatan djiwanja nona Tio Djie Kiok. deneran
tidak tahu bagaimana aku harus menolongn.ia, maka aku lantas mentjari Liong A King
untuk merunding ""Orang sakit bagaimana mentjari setan diadjak berunding ?" memotong Ouw Ga.
"Nona Oinv Ga, barangkail kau belum tahu Liong A King itu orang apa," Tjee-rna tjoba
membela liong A King, "dia adalah seorang jang setia, baik hati, adatnja sabar luar biasa,
siapa sadja jang memukul dan memaki dia, tidak nanti dia mau membalas. Dia benar2
se?orang jang baik hati "
"Mungkin aku belum tahu djelas," kata Ouw Ga, wadjahnja mengundjukkan perasaan
kurang enak, "tjoba teruskan !"
"Kata2 manis isterinja jang aku dengar itu, telah kuberitahukan kepada Liong A King,"
meneruskan Tjee-ma, "setelah dia mendengar kabar itu, dia memikir lama sekali, baru
berkata kepadaku dengan suara sungguh2 : ?Tja Lok Tjie seorang berada dan
berpengaruh, lagipula mempunjai hubungan rapat dengan detektip To Tie An jang
terkenal, sebaiknja kau banjak makan sedikit bitjara, kita melawan keluarga Tja, seperii
djuga djangkrik mela?wan ajam.? aku djawab padanja agak mendongkol : ?apakah kita
hams menjaksikan begitu sadja nona Tio Djie Kiok mati makan ratjun%??. Liong A King
lalu kata. ?Aku nanti tjoba mentjari akal, dengan diam2 melindungi djiwanja nona Tio, ini
adalah tjara jang paling sempuma.? Pada saat itu, aku sendiri djuga tidak tahu akal apa
jang dia pikirkan. Kemudian aku baru tahu dia telah menulis surat untuk memberi
peringatan kepada nona Tio, dan dilemparkan dalam kamarnja."
Berita jang disampaikan oleh Tjee-ma ini
Orang itu membidik dan menembaknja, benda tjjair telah menjembur dari mulut
sendjata, tanpa suara menjerang muka
In Hong.
jtm
Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah membangunkan semangat setiap orang, tjuma In Hong seorang jang tetap
tenang, dengan suara halus dan pelahan2 ia menanja: "Tentang rahasia itu, ketjuali kau
dan Liong A King, apakah ada orang lain jang tahu ?" "Selain suami-isteri Tja, tjuma aku
dan Liong A King jang tahu rahasia itu."
"Apakah kau tahu benar bahwa tulisan jang memberi peringatan kepada nona Tio itu
adalah Liong A King jang tulis ?"
"Aku tidak bisa menulis, djuga tidak ada orang lain jang bisa menulis surat peringatan
itu, sudah tentu Liong A King jang tulis, dan dia jang masukkan kedalam kamar nona Tio.
Hanja heran sekali, menurut keterangannja nona Hiang Kat, katanja air panas dalam
termos itu tidak ada ratjunnja, aku sendiri djuga tidak tahu bagaimana sebetulnja ?"
"Kami akan berdaja sskuat tenaga untuk membikin terang kedjahatan ini," kata In
Hong, "hanja aku minta kau djangan se-kali2 memberitahukan kepada Liong A Kingbahwa kau ada membitjarakan soal ini dengan aku." Tjee-ma anggukkan kepala, lalu
berlalu de?ngan membawa teko air panas.
"Sekarang aku makin lama makin bingung," kata Ouw Ga, "Liong A King itu sebenarnja
seorang baik ataukah djahat ? Betul2 aku tidak bisa mengerti !"
"Suami-isteri Tja Lok Tjie hendak meratjuni nona Tio dengan ratjun tikus, apakah
berita ini dapat diperLi'aja ?" tanja Hiang Kat jang agak sangsi. "sobab air dalam termos
itu tidak ada ratjunnja."
jf "Suami-isteri Tja Lok Tjie memang betul ada maksud hendak membinasakah nona
Tio jj Djie Kiok. Mungkin setelah mereka berpikir , dan mempeladjari bulak-balik dengan
menaruh
* ratjun dalam air minum tidak begitu sempurna, mereka lantas ubah siasat,
dugaku. PenSi deknja, kita harus membikin terang lebih dulu ldjbeb?rapa soal pokok
dalam peristiwa ini," In Hong bangun dan berdiri dari tempat duduka aku hendak pergi kekandang it* biruang untuk memeriksa tambang jang meng& gantung
dipintu besi itu."
| "Ir Hong, aku ikut." kata Ouw Ga.
"Kau dan Hiang Kat sebaiknja tinggal disiJ ni sadja, aku kuatir Ik Tjian dan Sam Ho
maJ sih terus diintjar oleh pendjahat!" kata In
* Hong sambil mendorong pintu djendela, dengan sekali lontjat, ia sudah berada
diluar ka? mar, dengan tjepat ia menudju kekandang biruang.
3 Ia mengitari empang jang luas, lalu masuk 3 kedalam rimba pohon Siong. Dengan
tangan memegang Iampu batere ia berdjalan didalam d rimba jang lebat itu.
Tidak lama kemudian, ia telah keluar dari l rimba dan tiba didepan kandang biruang;
ia U memandang dengan penuh perhatian tambangitu dan terus berdjalan menudju
kearah barat kandang terus sampai dibelakang gunung2an, kebetulan tambang itu
tertarik mendjadi lem| pang. Ia kembali lagi dan lemparkan tambangitu ditempat asalnja,
lantas ia meninggalkan l tempat tersebut.
Selang sesaat, kembali In Hong memasuki
rimba. Pada saat itu, dibawah salah satu pohon Siong jang besar dalam rimba itu
sudah tambah satu bajangan hitam, dengan sorot mata bersinar terus mengawasi gerak
geriknja In Hong, dalam tangannja memegang sebuah pistol penjembur jang berisikan
obat tidur. Dengan sabar dia menantikan In Hong mendekat jang dapat -ditjapai o^h
seraiigan sendjata itu; dengan demikian, dia akan dapat membuat In Hong h?lang
ingatannja, lalu de-ngan mudah dapat dibinasakan.Dan In Hong dilain pihak, sedikitpun tidak tahu bahwa mulut sendjata obat tidur itu
sedang mengarah padanja. la berdjalan sambil memikirkan beberapa soal sulit jang
meliputi perist?wa ini.
S:nar ^ampu batere teiah menerangi sebagian dialanan jang semoit dalam rimba itu;
kadang2 diuga menerangi batang2 pohon atau tjabang2nja, satu kali pernah djuga
menerangi pohon tempat sembuniinja pendjahat jang sedang mengarah djiwanja In
Hong itu, tapi In Hong agaknja tidak ambil perhatian, ia masih belum mengetahui a da
musuh sedang mendekam dibalik pohon menantikan ia.
Ia terus berdjalan dengan tenangnja, pe-lahan2 mendekati pohon Siong tersebut.
Orang jang sembunii d?balik pohon. menampak In Hong sudah masuk kedalam
lingkaran jang dapat ditjapai oleh serangan obat pulesnia. teiah mengintjar mukania,
sudah lantas hendak menarik pelatuknia, tapi ia masih sangsi serangan darl samping itu
nanti tertiup angin jang sedang meniup keras itu, mungkin
r M--1 -
* ^ bisa membujarkan kekuatan obatnja, mungkin djuga bisa menjerang balik dirinja
sendiri,
S( maka ia terus bersangsi.
i Dalam saat jang tegang itu, tanpa disadari In Hong telah lolos dari bahaja maut.
5 Bajangan hit am itu ketika hendak melepasm, kan serangannja, In Hong sudah
berlalu agak di djauh, hingga sukar ditjapai oleh serangannja,
U ia tjuma b:?sa Imenjerang dari belakang, tapi ' itu ter-lebih2 tidak akan membawa
hasil jang jj diingini. Maka, dengan diam2 dan tidak menimj bulkam sua^ ia lari menudju
kelain pohon untuk sembunjikan diri menantikan In Honglewat disitu.
^ Kalau sadja In Hong tidak terbenam dalam , pikirannja sendir?, sudah tentu ia dapat
lihat ? adanja orang kedua didalam rimba itu, ketika ? bajalngan itu ber-Iari2 mentjari
lain tempatpersembunjiannja. Apamau pikirannja sedang ditudjukan kepada. soal2 ruwet
jang sedang dif hadapinja, maka ia tidak dengar suara orang H berlari, djuga tidak tahu
musuh sedang meii ngarah djiwanja, sampaipun apa jang dilewati 5 pun se-olah2 tidak
dilihatnja.
Tatkala itu, ia masih terpisah kira2 seratus kaki 5 lebih dari mulut sendjata, ia djalan
semakin dekat dan semakin dekat kepada mulut sendj al ta.
Bajangan hitam itu menahan napas, sendja| tanja dibidikkan kearah mukanja In Hong,
de-ngan perhatian tegang ia menanti saatnja. Ada seekor kunang2 dari djauh terbangke; belakang pohon besar tempat persembunjian bajangan hitam itu, terbang ber-putar-
putar
diatas kepalanja orang itu, sambil memantjarkan sinarnja jang ber-kelak-kelik. Orang
itu kuatir sinar kunang2 itu nanti dapat menerangi wadjahnja, maka beberapa kali ia
menjambar dengan tangannja.
Kunang2 itu merasa dirinja terantjam bahaja, segera terbang dari tempat itu. Apakah
binatang ketjil jang tidak berarti itu telah mengetahui maksud djahat orang itu, ataukah
sa~ tu hal jang kebetulan sadja, dia lantas terbang kedepannja In Hong, se~olah2
hendak mentjegah pendekar wanita jang sedang berusaha menumpas kedjaliatan itu,
meneruskan djalannja jang akan menudju kekematian. Tapi, In Hong sedikitpun tidak
sadar bahwa binatang seketjil itu sedang berdaja menolongi djiwanja.
Kunang2 itu terbang kesamping telinganja In Hong, se-olah2 hendak mengisiki adanja
bahaja; sajang suaranja terlalu lemah, hingga tidak idapat didengar oleh In Hong. Ia
masih meneruskan perdjalanannja, setapak demi setapak mendekati pohon besar itu.
Achirnja, In Hong masuk kedalam lingkaran jang dapat ditjapai ol'eh serangan
sendjata obat pules itu. Orang itu membidik dan menembaknja, benda tjair telah
menjembur dari mulut sendjata, tanpa suara menjerang mukanja In Hong; sesudah
mendekati muka In Hong, benda tjair itu telah bujar dan berobah mendjadi asap, bau
asap jang menusuk hidung telah masuk kehidung In Hong.
In Hong hendak menggunakan tangannja untuk menutupi hidung dan mulutnja, tapi
ternjata sudah teiiambat, tubuhnja terhujung
L^ "tj , ? " - "
! dan lantas rubuh ditariah tak berkutik.
Bajangan hitam itu nampaknja sangat gi' rang, sendjatanja .dimasukkan kembali
dalam sakunja, lantas keluar dan belakang pohonmendekati tubuhnja In Horig, dengan
lampu H baterenja ia memeriksa sebentar, ia telah da1 pat kenjataan bahwa In Hong
sudah kehilang1 an peilasaannja.
1 Hanja, kehilangan perasaan bukannja mati, l! ia hendak menggunakan tangannja.
untuk men$ tjekik leher In Hong, la djuga pikir hendakmenggunakan tambang untuk
mendjirat leher nona itu, tapi semuanja ini memerTukan waki tu jang pandjhng, maka ia
pikir akan meng'guI nakan batu besar untuk menghantjurkan tuy buhnja In Hong, tjara
ini praktis, orisinil! Tetapi tidak ada sebuah batu besar, maka ia lan?tas lari kesana, ia
masukkan lampu baterenja [ kedalam saku, dengan kedua tangannja ia meng*
angk?*t batu besar jaiTg beratnja kira2 4-50 kati beratnja itu dan jang agak sukardigerakkan, ia memutar tubuhnja, setindak demi se? tindak dan dengan susah pajah
kembali ketem* pat semula.
Ia taruh batu besar itu ditanah, lalu mengeI luarkan lampu baterenja, menjoroti
sebentar mukanja In Hong, kemudian mengantjar-antjar djaraknja, ia lemparkan
baterenja, kem?bali mengangkat batu dan madju kira2 5 tin?dak.
"Pendekar wanita jang tertjinta nona Oey Ing, sampai ketemu lagi diacherat!" mulutnja
kemakkemik mengeluarkan beberapa patah ka?ta demikian, lalu tangannja digerakkan,
batu 1? jang berat itu lantas melajang kearah kepalanja In Hong
VII. SEPUTJUK SURAT JANG ANEH
DJIKA In Hong tetap dalam keadaan pingsan dan menggeletak ditempat semula, maka
ketika batu besar jang berat itu melajang ke?arah kepalanja, dengan tepat akan dapat
menghantjur.kan kepalanja. Tapi ketika bajangan hitam itu tadi sedang memindahkan
batu besar jang berat itu dan set'indak demi setindak mengangkat kembali, In Hong
sudah siuman dari pingsannja, karena obat jang masuk kedalajmhidungnja tidak begitu
banjak, maka waktunja sadar kembali pun lebih tjepat. Tjuma baru sadja sadar,
ingatannja belum djernih betul, kaki dan tangannja pun masih lemas, malahan terasa
hendak tumpah2.
Ketika bajangan; hitam itu menaruh batu ditanah, kemudian menjoroti dengan lampu
batere, In Hong sudah mulai agak terang inga-tannja, djuga menjadari bahwa p8ndjaha,t
itu hendak berbuat apa2 terhadap dirinja, tidak usah disangsikan lagi bahwa dirinja
sedang berada dalam bahaja. Hanja apa man kekuatan badannja belum pulih betul,
seluruh tubuhnja masih dirasakan lemas, sampaipun melontjat sadja dia tidak mampu.
Ketika bajangan. hitam itu melemparkan lampu baterenja dan mengangkat batu besar
itu, In Hong telah kerahkan seluruh kekuatannja untuk menghindarkan diri dari bahaja,
djustru pada saat itulah, batu besar jang berat
itu telah terdjatuh ditanah dengan mengeluarkan suara berat pula. Menjusui mana,
dalam fi kead&an gelap ia telah berhasil menendang mata kakinja pendjahat itu;
meskipun kekuatkannja terbatas, tapi tjukup keras membuat pendjahat itu selojongan
dan achirnja djatuh Ttersungkur ditanah.
* Pencijahat itu djeri terhadap In Hong, dia buru2 lompat bangun, t.dak sempat
melihat ? keadaan jang sebenarnja, dia sudah lari tung? gang langgang.
^ In Hong, pelahan2 berusaha imtuk bangun, ia masih belum ada kekuatan lenaga
untuK ms'! ngedjar pendjahat itu, tjuma bisa duduk be?ll bengong, mengawasi pendjahatjang kabur terI birit2 itu lenjap dari pemandangan. Apa jang je ia sangat sesalkan, ialah
ia masih belum sem\ pat melihat siapa sebetulnja pendjahat itu.
Sang waktu berlalu terus, pe-lahan2 In Hong gj pulih kekuatannja. la memungut
kembali n lampu baterenja dan pe-lahan2 kembali kepeI sanggrahan.
! Malam itu, ketjuali In Hong jang mengalai. mi serangan gelap didalam rimba,
lain2njajang ada didalam pesanggrahan, tidak mengalami kedjadian apa2.
! Esok harinja, hari Djum?at, jalah hari wa\ fatnja Tja Lian Hu. Keturunan keluarga Tja,
* dibawah pengawasan, adpokat Siek Pek Sin, telah melakukan pembagian harta
jang beru1 pa uang tunai kepada keempat ahliwarisnja. Setelah selesai mendjalankan
tugasnja, ia lanI tas meninggalkan rumah pesanggrahan terseI but.
? In Hong sambil bersenjum, "sekarang kau pergi panggil Liong A King kemari f"
Tidak lama kemudian, Ouw Ga sudah kembali bersama Liong A Khing.
"Nona In Hong, ada perintah apa nona memanggil aku ?" tanja dengan sangat
hormatnja, Liong A Khing jang badannja bongkok itu, sambil tidak hentinja mengurut-
urut pinggangnja, seperti sudah mendjadi kebiasaannja. De-ngan sikapnja jang
kelihatannja begitu lemah tidak bertenaga, membikin orang tidak menaruh tjuriga kalau
ia bisa berbuat suatu perbuatan jang gandjil.
"Aku ingin minta bantuanmu melakukan sesuatu, tidak tahu kau bersedia atau tidak
?" kata In Hong dengan lemah-lembut dan merendah. Tapi1, soi^ot matanja
mema^ndang tadjam reaksinja orang tua itu.
"Asalkan jang aku bisa lakukan, aku tentu bersedia membantu nona." djawab Liong A
King, sepasang matanja memandang tad jam kepada In Hong.
"Aku minta kau ikut nona Ouw Ga pergi kedalam rimba sebelah barat laut luar
pesanggrahan ini, untuk menangkap satu orang jang aku tjurigai "
"Nona In, tugas seberat ini, mungkin aku tidak sanggup mendjalankannja!" djawab
Liong A Khing, wadjahnja memperlihatkan senjuman getir, "pertama, untuk lari sadja aku
tak bisa, bagaimana bisa menangkap orang ?"
"Itu tidak mendjadi soal, pendjahat itu su?dah menantikan kedatangan kalian disana
untuk menangkapnja. Kalian tidak usah mengeluarkan tenaga apa2, lantas brsa
menangkap. Umpama kau tidak bisa menangkapnja, akupun tidak akan menjalahi kau.
"Kalau begitu, baildah aku ikut nona Ouw Ga pergi ber-sama2", kata Liong A King,
"tapi siapakah namanja orang jang nona tjurigai itu ? Bagaimana mat jam orangnja V*"Dia adalah seorang jang tidak ketentuan djedjaknja, tidak suka siapa sadja melihat
wadjah asLnja. Setiap hari pada waktu2 jang tertentu dibawah pohon jang paling besar
dalam rimba itu, jang diatasnja ada terdapat sarang burung tekukur, menantikan
kedatangannja se-orang jang memakai badju mudjidjat iutf.uk memberitahukan
kepadanja 3 huruf", kata In Hong dengan sungguh2, ia berdiri dari ternpat duduknja,
dari dalam lemari ia ambil satu ba?dju jang sudah kuno dan potongannja luar biasa, jang
tidak umum dipakai oleh manusia; badju aneh itu diserahkan kepada Liong A King. "Ini
adalah badju mudjidjat jang sangat adjaib, lepaskan badju biasamu, dan pakailah badju
ini, lantas kerimba dan kemudian berkata kepada orang itu : ?kabut dalam kabut? dia
segera keluar menemui dan berdjabatan tangan dengan kau, disaat itulah, nanti Ouw Ga
akan keluar dari tempat sembunjinja dan membekuk orang. Sekarang kalian lekas pergi!"
Perintah sematjam ini bukan sadja telah membikin heran Liong A King sehingga
melupakan rasa sakit dipinggangnja, bahkan Ouw Ga pun bingung ter-longong2 1a, tidak
pertjaja itu ada badju mudjidjat atau adjaib, tapi ia
I I \
anggap In Hong memang ada seorang aneh jang luar biasa.
Sebentar kemudian, Liong A King sudah membuka badju atasnja, dan memakai badju
jang aneh luar biasa itu, ber-sama2 Ouw Gapergi kerimba.
Tindakan kedua In Hong, jalah suruh Hiang Kat pergi kekota, untuk mentjari
keterangan l kepada saudagar beras tentang asal iisulnja Liong A King.
Tindakan ketiga, ia ber-sama2 Sam Ho dan Tja Ik Tjian, dengan diam2 masuk dikamar'
nja Liong A King dan kamar simpanannja kumpulan2 koleksi binatang2 buasnja Kha Tay
Siang. Menurut keterangannja njonja Kha ke' pada In Hong, dalam kamar koleksi
binatang2 itu ada beberapa binatang ketjil, djuga ada seI ekor binatang biruang jang
besar. Oleh karena dalam kandang sudah ada binatang biruang jang hidup, maka
binatang biruang jang sudah mati itu tidak ditaruh dalam kamar tamu berj sama
binatang2 singa dan matjan.
Tapi kini In Hong dalam kamar simpanan koleksi binatang2 buas itu tidak dapatkan biI
ruang jang dimaksudkan oleh njonja Kha itu,
I terang sekali bahwa biruang itu sudah lenjap , ditjuri orang.
Didalam kamar tidurnja Liong A King, InHong tidak dapatkan apa2, hanja dari dalam ,
saku badjunja jang tadi dibuka ketika hendak memakai badju mudjidjat, terdapat sebuah
buku harian jang sudah tertjetak tanggal dan bulannja untuk satu tahun.
Dalam buku harian itu, dalam bulan2 pertaHima, tertulis djatatannja Liong A King mengenai soal2 tetek bengek dirumah
pesanggrahan itu, kemudian tjatatan itu terputus, terdapat beberapa lembar kosong.
In Hong memeriks-a lembaran2 jang kosong itu, benar sadja dajam lembaran kosong
tersebut kurang 2 helai jang tertanggal 27 Djuni dan 5 Djuli.
"Sekarang kita dapat memastikan bahwa ?musuh dipalami kabut' itu adalah Liong} A
King sendiri," kata In Hong kepada Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjiati. "Akan tetapi karena
kepastian ini, soal2 jang kita masih belum dapat djawab dalam peristiwa ini bertambah
banjak lag1] !"
Setelah selesai memeriksa, In Hong kembaIikan lagi barang2 Liong A King ditempatnja
semula, buku tjatatan harian itupun dimasukkan kembali kedalam, se-olah2 sakunja tidak
pernah terdjadi apa2. Lalu ber-sama2 Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjian ia meninggalkan kamar
itu. Sebaliknja In Hong telah pergi djalan2 ditaman, ia ingin pergf kerimba pohon Sio|ng,
untuk mentjari tanda2 atau bekas2 jang ditinggalkan oleh penjerang gelap semalam
terhadap dirinja. I
Didalam rimba ia ketemukan batu besar dan tempat bekas dimana ia rebah tidak ingat
orang. Tidak djauh dar'i tempat itu, ia ketemu-kan sebatang pulpen jang berharga mahal.
Tempat itu mungkin sekali ada tempat djatuhnja pendjahat tersebut ketika ia tendang
mata kakinja, dan pulpen itu tidak salah lagi kepunjaannja pendjahat itu, jang terlepas
keluar dari kantong badjunja.
In Hong ambil pulpen itu dan diperiksanja dengan teliti, telah diketemukan 3 huruf
ketjil diatasnja. Huruf2 itu adalah ?Siek Pek Sin?. Terang sekali bahwa pulpen itu ada
kepunjaannja Siek Pek Sin.
In Hong melandjutkan pengusutannja, tapi tidak terdapat tanda2 lainnja.
Ia berdjalan keluar rimba sambil memikir, tibalah ia dipinggir empang.
Hari itu, angin dari barat utara meniup sangat keras, daun2 kering dari pohon pada
terbang berhamburan, perlahan2 sampah diatas empang djuga tergojang terapung tak
hentinja.
Batu marmer dipinggir empang1 itu djuga penuh dengan daun kering, tapi sebentar
ke~ mudian sudah disapu bersih oleh angin jang meniup keras itu kedalam empang.
Tiba2 ada benda bersinar telah menarik perhatiannja In Hong. Ia lantas
membungkukkan badannja memungut benda itu, ternjata adalah kantjing plastik
berwarna foiru keputihputihan, baik warna maupun tjorak kembangnja dan besar-ketjilnja, sama benar dengan kantjing sobekan badju tidur Liang Liang jang diketemukan
diatas pohon.
Ini bukan suatu penemuan penting, tapi suatu bukti bahwa Iaang Liang ketika ditjulik,
pernah lewat ditempat ini. Dalam soal ini In Hong tidak perlu memeras otak, karena
pikirannja sedang dipengaruhi oleh soal2 pokok dari periStdwa tersebut.
Satu djam setelah la kembali dikamarnja, Riang Kat sudah pulang dari perdjalanannja
kekota.
Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Keterangan apa kau dapat dari saudagar beras itu ?" tanja In Hong.
,Semula, ia tutup rapat2 mulutnja, apa djuga dia tidak mau mengatakannja," djawab
Hiang Kat, "setelah aku peringatkan bahwa da?am soal ini dia tidak boleh tidak harus
ment.ieritakan kalau dirinja ingin selamat; barulah dia mau mentjeritakan hal jang
sebenarnja. Ternjata p.ada satu tahun jang lalu, saudagar beras itu ketika sedang minum
arak disalah satu rumah minuman, dengan kebetulan sadja dia bertemu dengan Liong A
Khing dan mengobrol sebentar, tidak dikira Liong A King ada begitu baik dan rojal
kepadanja, bukan sadja sudah lantas mendjadi sahabat karip dengan saudagar beras itu,
bahkan sering mentraktir minum arak dan makan2, kadang2 djuga suka mengiritn/
barang2 bingkisan kepada saudagar beras tersebut.
"Kira2 dua bulan kemudian, Liong A Khing telah dapat kabar bahwa Kha Tay Siang
se?dang mentjari satu tukang peliham binatang, dia iantas minta beberapa kali kepada
sauda?gar beras itu supaja suka memperkenalkan dia kepada Kha Tay Siang. Dia malah
pernah mengatakan bahwa dia dulu pernah bekerdja pada satu sirkus jang tugasnja
tjuma memelihara rupa2 binatang buas dan kenal betul sifat dan adatnja binatang2 buas.
Maka saudagar
pppp^1 "pm
beras itu lantas perkenalkan Liong A King kepada Kha Tay S.:ang. Tentang asal usulnja
Liong A King du1u2, saudagar beras itu sama sekali tidak tahu."
"Sudah terang, Liong A Khing setjara berentjana telah memilih saudagar beras itu
untuk -didjadikan djembatan supaja bisa masuk kerumah pesanggrahan ini." kata In
Hong setelah memikir sedjenak.
Ketika In Hong dan Hiang Kat sedang merundingkan soal2 jang sulit dalam peristiwa
pentjulikan itu, Ouw Ga dan Licng A King telah kembali dari rimba.
"Nona In Hong, aku sangat menjesal tidak dapat k-etemukan pohon bes-ar jang ada
sarangnja burung tekukur seperti apa jang nena katakan, dan badju mudjidjat ini djuga
mungkin sudah hilang kesaktiannja, maka tidak da?pat menangkap pendjahat iang nona
tjurigakan dan jang djedj-aknja tidak berketentuan." kata Liong A King dengan suaranja
jang mengandung sindiran."Aku tadi toh sudah katakan, tidak dapat menangkap pendjahat itu ,bukan salahmu,
karena pendjahat jang djedjaknja tidak ketentuan itu terlalu tjerdik; tapi lambat atau laun
tuan itu terlalu tjerdik; tapi lambat laun Hong dengan sikap tenang seperti biasa,
"sekarang tidak ada urusan lagi, kau tukar lagi badjumu, dan badju mudjidjat itu
kembalikan kepadaku !"
Setelah Liong A King berlalu, Ouw Ga sudah tek dapat menahan sabarnja lagi untuk
menanjakan.
"In Hong, sandiwara apa sebetulnja jang kau mainkan ?"
"Inilah suatu akal, memantjing matjan meninggalkan sarangnja," kata In Hong sambil
tertawa, "kau lihat, Liong A King rupa2nja djuga sudah berasa."
"Kalau begitu, dari mana kau dapatkan badju mudjidjatmu itu ?"
"Setelah aku dapat pindjam dari njonja Kha Tay Siang, aku lepaskan bagian leher dan
kantongnja, hingga mendjadikannja serupa badju mudjidjat "
"Sedikitpun aku tidak melihat kemudjidjatannja." kata Ouw Ga.
"Badju itu ia sudah membuktikan kemudjidjatannja," kata In Hong, "dalam keadaan
mendadak dia sudah membuat Liong A King membuka badjunja jang ada tersimpan buku
tjatatan hariannja itu, dan memakai badju mu-djidjat itu kedalam rimba."
"Kalau begitu kau sudah lihat buku tjatatan hariannja ?"
"Ja, malahan sudah terbukti bahwa dia benar2 adalah itu orang jang menamakan
dirinja ?musuh dimalam kabut? !"
"Kalau sudah terbukti benar demikian, bukankah peristiwa ini sudah selesai ?"
,Tidak, masih djauh sekali penjelesaiaunja/? kata In Hong agak muram, "aku rasa ini
baru penmulaannja sadja !"
Sehabis makan tengah hari, Tja Ik Tjian dan Yung Yung main tjatur didalam kamar.
Hiang Kat dan Ouw Ga menonton disamping. Kenjataannja jang main bakannja Ik Tjian,
tapi adalah Ouw Ga. Ia mewakili Ik Tjian me?lt nundjuk sana menundjuk sini, malahan
kadang2 membantu Ik Tjian memindah-mindahkan bidji2 tjatur, sehingga permainan
selesai, hampir belum satu kali Ik Tjian memegang bidji )j tjaturnja.
In Hong menjender dipintu djendela mengi awasi awan diatas langit. Pikirannja
sedangterbenam.
Pendjaga pintu Tjong Hauw Tek memasuki kamar mereka.
"Nona Ik Tjian, ini surat jang aku ba/ru terima dari loper-pos." setelah menerimakan
surat tersebut, Tjiong Hauw Tek mengundurP kan diri.Tja Ik Tjian membuka emplopnja dan me1 ngeluarkan suratnja. Surat itu berbunji :
"Nona Sie jang terhcrmat, Suratku ini tidak lain jalah ada sesuatu jang aku ingin
menanjakan kepadamu. Soal ini sudah lama tersimpan dalam hatiku, beberapa kali aku
sudah ingin mena?njakan pendjelasannja, sajang kita tidak ada kesemplatan untuk
bertemu. Sang waktu berlalu sangat tjepat, setahun lewat setahun, tanpa terasa 5 tahun
telah ber?lalu. Aku tidak tahu dimana kediamanmu, maka aku menunggu sampai
sekarang, meskipun masih belum bisa bertemu muka dengan kau, hanja mengharap
sadja setelah kau menerima surat ini, karena semua utjapan jang tersimpan dalam hatiku
tidak bisa aku lukiskan dengan terus tel rang dalam surat, maka diharap supaja pada
nanti hari Minggu ini djam 6 sore, kau suka datang dikota Sikshia djalan See-sam,
dilorong samping gedung PekSin, untuk beromong-omong; harap djangan tidak datang,
supaja aku tidak menunggu dengan pertjuma.
Hormat dari seorang jang menjinta."
"Heran !" sambil kerutkan alisnja, Tja Ik Tjian berkata seorang diri, "seputjuk surat
jang aneh luar biasa !"
Pada saat itu, permainan tjatur Ouw Ga sudah mulai kalut, ber-kaii2 ia kalah, sehingga
mukanja merah padam.
"Remis, remis," toegitulah Ouw Ga mengachiri permainannja dan menoleh kepada Tja
Ik Tjian : "Siapa jang kirim surat jang aneh luar biasa itu ?" Apakah aku boleh batja ?"
"Ambil, batjalah sendiri/' kata Tja Ik Tjian sambil angsurkan surat itu kepada Ouw Ga.
Setelah menerima surat aneh itu, Ouw Ga membatja dengan suaranja jang njaring.
Dan Hiang Kat ikut membatja di&ingnja.
"Surat ini tulisannja djuga rada aneh," kata Ouw Ga. "susunan perkataannja sama
tidak karuannja dengan tuliskn jang terdapat ditembok dapur !"
,Dalam surat ini ada beberapa tulisan jang salah, ini menandakan sampai dimana
tingkatan peladjaran penulisnja;" kata Hiang Kat, "tapi isinja surat ini bcnar2 sangat aneh
"
"Ik Tjian, dikota Siksha apakah kau mempun jai kekasih orang sematjam itu ?" tanja
Ouw Ga.
"Bukan sadja di Sikshia aku tidak mempunjai kekasih, dimanapun aku belum punja,"
djawab Ik Tjian, wadjahnja merah mendadak, "aku belum memikiri soal pertjintaan !"
"Kalau begitu tentunja suatu tipu muslihat lagi; bukankah dia mendjandjikan kau bikin
pertemuan dihari Minggu ini ? Tidak apa, kami bisa melindungi kau untuk menemui dan
ber-omong2 dengan kekasihmu itu, tjoba lihat akal apa jang dia hendak pergunakan."kata Ouw Ga, lalu berdjalan kesamping In Hong dan menepuk pundaknja, "hei, In Hong,
kau mau batja surat aneh ini atau tidak ?"
"Surat apa ?" In Hong terdjaga dari lamunannja.
"Kau batjalah sendiri !" kata Ouw Ga sambil angsurkan surat itu.
In Hong dengan tenang membatja surat itu, membulak-balikkan emplopnja beberapa
kali, ia agaknja mempeladjari se.tiap sudut surat tersebut.
"Kalian lihat, ini adalah emplop dan kertas tulis model paling kuno jang sudah berubah
warnanja, menandakan keliwat lamanja kertas ini disimpan dan tidak dipakai," kata In
Hong dengan pelahan, "tulisan ini ditulis dengan pena Tionghoa jang sudah rusak,
tintanja djuga -sangat djelek. Tapi meski bagaimana, semua ini ada harganja untuk
dipeladjari. Selain daripada itu, tanggalnja jang ditulis dalam surat ini ternjata hari Kamis
setengah bulan jang
lain, tapi setempel pos diatas emplopnja terang dikirim pada kemarin hari, ini djuga
ada harganja untuk dipeladjari "
"Ini tidak ada artinja," memotong Ouw Ga, "kita harus peladjari surat ini siapa jang
menulisnja dan apakah ada hubungannja dengan peristiwa pentjulikan ini atau tidak".
"Soal2 jang perlu dipeladjari dalam peristi?wa ini terlalu banjak sekali," kata In Hong
masgul, "satu masih belura didapatkan djawabannja jang memuaskan, kembali menjusul
lain soal lagi. Otakku dirasakan mau petjah oleh serentetan soal2 ini."
Waktu lohor, detektip Pit Khing dan 4 orang anggota polisi kembali kepesanggrahan
dengan sangat lelah. Ia memberitahukan kepada mereka, meski ia tidak berhasil
membekuk Oh Beng Hui dan biruangnja, tapi ia sudah dapat keterangan dari kota, bahwa
Oh Beng Hui benar2 pernah muntjul dikcta.
"Apakah penduduk dikota banjak jang kenal Oh Beng Hui ?" tanja In Hong.
"Tidak, tapi dandanannja Oh Beng Hui itu menimbulkan kesan jang tidak bisa
dilupakan oleh siapapun, asal sudah melihat satu kali sadja, lantas tidak bisa melupakan
untuk selamanja." kata Pit Khing, "banjak pegawai to?ko2 dikota jang pernah melihat
tidak tjuma sekali sadja kepadanja berdjalan didjalan besar. Ada satu saudagar kelontong
memberita?hukan kepadaku, Oh Beng Hui malah pernah membeli rokok ditokonja."
"Maksudmu jalah orang2 dikota atau pega?wai2 toko dan saudagar toko kelontong
itu pernah melihat seorang jang berbaclan ,tinggi besar, tapi dandanannja tidak sepadan
dengan bentuk tubuhnja, jalah badju flanel warna tjoklat jang sepan dan tjelana wcl
hitam serta dasi warna kuning bergambarkan 2 matjan. Betul tidak ?"
"Ja," djawab Pit Khing, "karena dandanan-nja jang aneh dan dasinja jang menarik itu,
bagi orang jang sudah pernah melihatnja sampai kapanpun tidak bisa melupakannja.""Dandanan itu merupakan merek bagi Oh Beng Hui." kata Ngo Gie Ling dengan
suaranja jang tjempreng. ,KaIau benar dia terus mengikuti djedjak kami, umpama kami
ketimur, diapun ikut ketimur ; kebarat ikut kebarat; bagaimana kami bisa menjingkir
daripadanja ?"
,Saudara Pit Khing," kata Phang Sik Lok dengan muka muram ? "kali ini kita dengan
diam2, tidak diketahui cleh siapapun djuga, menjembunjikan diri dirumah pesanggrahan
ini, tadinja kukira bisa menghindari antjamannja Oh Beng Hui. Tapi sekarang ternjata
sebaliknja, malah anakku mendapat tjelaka, membuat aku seperti di-iris2 hatiku.
Sekarang sete^h kau sudah membuktikan bahwa Oh Beng Hui itu benar telah ssmbunji
disekitar pesanggrah?an ini. berarti bahwa djiwa kami kembali berada dibawah
tjengkeramannja Oh Beng Hui. Aku meras-a berdiam dipesanggrahan ini sama tidak
amannja dengan tinggal dirumah sendiri. Aku sudah berkorban satu anak, sudah tjukup
membuat kami bersedih seumur hidup, maka aku sudah mengambil keputusan akan
meninggalkan rumah ini bersama isteriku. Oleh karena Oh Beng Hui itu sangat tadjam
telinganja, maka kami tidak akan memberitahukan djedjak kepergian kami, mungkin
pergi kelain
kota, mungkin djuga keluar negeri "
,Sik Lok, pikiranmu ini sangat bagus," kata Tja Lok Tjie, "aku ini benar2 bodoh ! Kita
berdiam disini sama djuga menunggu kematian, sama sekali tidak ingat untuk
meninggalkan tempat ini. Sekarang kami djuga hendak pergi sedjauh mungkin, tjoba
sadja Oh Beng Hui mampu mengikuti djedjak kita atau tidak!" "Ah, kalian djangan pergi
dulu ! Meski aku belum dapat tahu dimana tempat sembunjinja Oh Beng Hui jang sangat
djahat dan lit jin itu, hingga untuk sementara belum mamnu menangkapnja," kata Pit
Khing. "Tapi djika ka?lian masih ada disini, lantas bisa digunakan sebagai pantjingan,
maka aku tanggung dalam waktu 3 atau 4 hari ikan itu tentu akan terpantiing, aku tentu
sanggup menangkap Oh Beng Hui "
,Sudahlah. sebelum ikan makan pantjing, kami jang dipakai sebagai umpannja, semua
sndah masuk perut ikan itu !" memotong Phang Sik Lok jang lantas berlalu.
Tidak lama kemudian, Phang Sik Lok dan Tja Ik Sie dengan kendaraannja Baby Austin
telah berlalu dari pesanggrahan terselDut.
Suami isteri Tja Lok Tjie dan anaknja, Yung Yung pun lantas menjusul dengan
kendaraan-nja biru muda jang sudah tak asing lagi !
Pit Khing menjaksikan kedua orang jang berkepentingan sudah pada berlalu, merasa
sudah tidak ada gunanja berdiam disitu, maka dengan alesan Oh Beng Hui djuga
segera mengikuti djedjak musuh2nja, dia dan orang2nja pun tidak ada gunanja lagi
berada disitu. Ma?ka ia lantas mengadjak 4 orangnja pulang kekota.Malam itu, keadaan dalam pesanggrahan sangat tenang.
In Hong tjoba menanjakan pikiran kedua saudara Tja : "Apakah kalian bersedia tetap
berdiam disini ?" tanjanja.
Sam Ho dan Ik Tjian menjatakan bersedia tinggal disitu.
In Hong berkeputusan, setelah dapat memetjahkan peris.tiwa ini, barn ia akan
meninggalkan pesanggrahan.
"Kalau benar kalian ada itu keberanian hendak tetap berdiam disini. maka peristiwa ini
akan lebih tjepat dapat dipetjahkan," kata In Hong, "tjuma sadja, bahaja setiap waktu
bisa menimpa diri kalian "
"Kami tidak takut bahaja ! Kami akan berdjuang melawan bahaja." kata Tja Ik Tjian,
sedikitpun tidak merasa takut.
"Apa pula ada kalian bertiga disini," kata Sam Ho dengan gagah, "apa lagi jang kami
takuti ?"
2 Malam dilalui oleh mereka dengan tenang.
In Hong terhadap kedjadian itu, meski su-dah mengasah otak dan berusaha sekuat
tenaga, masih belum dapat tampak tan da2 jang da-pat dibuat pegangan untuk
memetjahkan soal ini. Tuan rumah Kha Tay Siang tetap masih
Ketika kampak menjerang dirinja, ia sudah mengcgos kesam
ping, sehingga kampak itu tidak menemui sasaran.
belum ada kabar beritanja, se-olah2 batu jang tenggelam dilaut.
Hari Minggu pagi, In Hong hendak mewakili Tja Ik Tjian pergi kekota untuk
mendjumpai orang jang mengirimkan surat aneh itu. Sebeium berangkat ia memesan
kepada Ouw Ga dan Hiang Kat :
,Kalian se-kali2 djangan lalai, pendjabat banjak sekali akal muslihatnja, harus hati2
merdjaganja "
"Urus pekerdjaanmu sendiri, disini ada aku dan Hiang Kat jang melindungi kedua
saudara Tja," memotong Ouw Ga jang tidak sabaran, "aku berani djamin, sampai kau
kembad dari kota, kedua saudara Tja tidak ada terganggu me ski seudjung rambutnja
pun,"
"In Hong, aku akan berusaha sekuat tenaea, supaja Sam Ho dan Ik Tjian tidak sampai
mengalami kediadian aha2." kata Hiang Kat. ,Kau pergilah dengan hati lega."In Hong tidak begitu pertjaia kenada Ouw Ga jang gedrubukan, tapi ia pertjata kensda
Hiang Kat jang tjerdik dan gesit itu. Maka ia t?dak sangsi2 lagi lantas meninggalkan
mereka.
VIII. PERTEMPURAN DIDALAM GANG
Hari Minggu sore, djalanan See-sam dikota Sik-shia, seperti biasanja ramai sekali.
Gedung Pek Sin jang bangunannja sangat megah berdiri diudjung barat djalan tersebut.
seberang gedung terdapat satu gang ketjil, disana ada berhenti buah truck. Seorang jang
tubuhnja
tinggi besar sedang mundar-mandir dibelakang truck itu, matanja se-bentar2
memandang kearah gedung Pek Sin.
Orang itu memakai badju flanel warna tjoklat jang sepan benar, begitu pula tjelananja
wol berwarna hitam; lehernja dikalungi dasi berwarna kuning jang sudah letjak
berlukiskan 2 matjan; kepalanja memakai topi vel jang hampir menutupi separuh
mukanja. Lengannja menghimpit dos pandjang, berisikan sebuah kampak jang berat dan
tad jam. Sikapnja agak gelisah dan tegang.
Lontjeng besar jang terdapat ditembok atas gedung Pik Sin, menundjukkan djam 4.55,
orang jang sikapnja mentjurigakan itu, dengan tjepat sudah berada disatu gang, rupa2nja
se-dang menjembunjikan diri. Ia telah dapat lihat satu wanita muda tjantik-elok, tubuhnja
langsing ramping, menggunakan badju berwarna kuning jang pas dengan tubuhnja;
tjelananja berwarna kuning tua, jang barn tiba dari djalan besar dan sedang masuk
kedalam gang itu.
Ia kenali wanita badju kuning itu adalah salah satu dari 3 pendekar wanita, atau jang
mendjadi otaknja 3 pendekar tersebut, jakni In Hong, djantungnja berdebar keras. Sudah
tentu ia tidak mengharapkan kedatangannja nona jang paling susah dilajani ini, namun
ia telah berkeputusan baik In Hong ma-upun Hiang Kat, Ouw Ga atau Tja Ik Tjian sendiri
jang datang, ia tetap akan lakukan tindakannja menurut rentjana jang sudah disusun,
jalah menjerang dengan sendjata kampaknja sampai mati. Sekarang jang datang ternjata
adalah In Hong, ia perlu lebih hati2 menghadapi padanja.
In Hong dari djauh dengan ter-gesa2 datang kesitu, ia dapat lihat disebelah timur
gedung Pek Sin, benar sadja ada sebuah gang ketjil, tanpa ragu2 ia torus berdjalan
masuk.
Dimulut gang ada satu tempat tukang te-nung, seorang jang berusia kira2 40 tahun,
wadjahnja kurus kering duduk dibangku bambu, sedang mengerdjakan alat tulisnja jang
sudah tua menulis diatas kertas, apa jang ditulisnja tidak dapat climengerti oleh siapapun
djua, ketjuali dia sendiri. Pakaiannja sudah sangat kumal dan rombeng, disana-sini banjak
tambalannja.Medjanja terdiri dari kaju dan bambu jang umurnja sudah hampir .sama tuanja dengan
jang empunia, diatasnja tertutupkan kain jang tadinja putih, tapi .sudah berobah
mendjadi warna kilning tua selain daripada itu, masih terdapat satu kotak berisi huruf2,
satu papan hitam jang ditulisi tarip dengan kapur, satu batu bak dan satu aiat tulis bulu
(pit) jang sudah hampir habis bulunja. Semua ini telah mengundjukkan kemiskinannja
tukang tenung itu.
Didialanan ini banjak orang jang hilir-mudik, hingga kelihatannja ramai sekali, tapi
diantara begitu banjaknja orang, tidak ada satu jang ambil perhatian atau berhenti
ditempat tukang tenung itu untuk minta diramalkan nasibnia atau minta pertolongannja
untuk me-nulis surat.
In Hong berdjalan digang itu, lantas berhenti didekat tukang tenung. Setelah
memandang sebentar kepada tukang tenung itu, In H:ng dapat kenjataan bahwa tukang
tenung itu be!um makan apa2, dia sedang bergulat dengan kelaparan. Ia berdjalan lebih
dekat, berdiri didepan medjanja, dari sakunja ia mengeluarkan 2 tumpukan uang kertas,
ditaruh diatas medja.
Tukang tenung memandang lama uang kertas jang rasanja sudah lama tidak pernah
dia djumpai, lalu memandang kepada In Hong, dengan suara jang kurang lampias ia
menanja: ,Kau ada keperluan apa ?"
"Meramal." djawab In Hong pendek.
"Uang ini terlalu banjak, untuk meramalkan seribu huruf djuga tidak perlu begini
banjak," kata tukang tenung, "kau djangan main2 de?ngan aku !,r
"Aku tidak main2, aku minta kau meramal?kan, sudah tentu memakai ongkos, ambil
sadja." "Kalau begitu saja terima uang ini," kata tukang tenung itu dan masukkan
Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
segepok uang kertas itu kedalam sakunja, wadjahnja jang kurus kering memperlihatkan
senjuman girang" ,Ambillah 2 huruf dari dalam dos ini !" Dari dalam dos itu In Hong
mengambil 2 gulling kertas, tukang ramal membuka gulungan kertas dan diperiksanja,
dengan aLat tulisnia jang sudah tua dia menuliskan huruf ?teng? dan huruf ?bok\
"Kau hendak tanja apa ?"
"Ada seorang kawan mendjandjikan aku datang kemari untuk bsrtemu padanja. aku
tidak tahu dia betul2 akan datang atau tidak ?"
Ketika In Hong selang pasang omong dengan
tukang ramal itu ,orang jang sembunji didalam gang, dengan diam2 telah melintas
djalan besar sambil mengawasi gerak gerik In Hong, setindak demi setindak mendekati
ketempat tu-kang ramal tersebut. Dari dalam dosnja ia mengeluarkan sendjata
kampaknja. Ia sedang memperhitungkan kira2 berdjalan lagi 5 tindak tentu dapatmengampak kepalanja In Hong dengan kampak itu, ia tidak sangsi lagi tentang
kemahirannja menggunakan sendjata itu.
Didjalan besar meski masih tetap ramai orang jang berlalu-lintas, tapi siapapun tidak
ada jang ambil perhatian kepada orang jang sedang mengarah djiwanja In Hong itu.
Dan In Hong sendiri masih ber-omong2 de-ngan tukang ramal, agaknja asik sekali,
hingga ia tidak perhatikan sebuah kampak sedang mengatjam djiwanja, bahaja ma-ut itu
terpisah dengan ia tjuma 5 tindak sadja.
"Ah, dia tidak bisa datang !" kata tukang ramal.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau dia tidak datang ?" tanja In Hong sambil ketawa.
"Kau memberikan aku 2 gapok uang kertas, diatas 2 huruf jang kau ambil itu masing2
huruf aku tambah 2 guratan, kau lihat, huruf ?teng? ditambah 2 gurat sudah berobah
mendjadi huruf ?put? jang berarti ?tidak?, huruf ?bok? ditambah 2 gurat lantas berobah
mendjadi huruf ?lay? jang berarti ?datang?, 2 huruf itu didjadikan satu bukan berarti ?put?
?lay? (tidak datang) ?"
"Ramalanmu ini djitu atau tidak V? tanja In Hong, masih tetap ketawa.
"Omong terus terang, aku sendiri djuga tidak tahu djitu atau tidaknja," djawab tukang
ramal sambil ketawa sedih, "aku menuntut penghidupan ini, djuga karena terpaksa. Aku
tadinja bekerdja sebagai buruh, kemudian menganggur. Ah, aku sudah linglung,
sekarang aku ingat, apakah kau bukannja Sie-siotjia ? Kau apakah bukannja nona Tja Ik
Tjian ?"
"Hmm, betul2 kau " belum habis utjapan In Hong, kampak jang tad jam itu
sudah menjerang diatas kepalanja.
In Hong tidak melihat bahwa dibelakangnja ada orang berdiri dan menggunakan
sendjata kampak hendak mengampak padanja, tapi tu?kang ramal jang berhadapan
dengan In Hong telah dapat lihat dengan tegas, dia hendak memperingatkan In Hong
supaja menghindarkan diri dari serangan itu, tapi karena rasa kaget dan takut
mempengaruhi padanja, hingga tenggorokannja seperti terkantjing, dia ti?dak bisa
membuka mulutnja, dan tjuma memandang deng-an matanja jang kaget dan ketakutan
itu". mulutnja ternganga.
Ketika kampak itu meluntjur keatas kepala In Hong, ia jang sudah dapat lihat
perobahan wadjah tukang tenung itu, wadjah jang ketakutan luar biasa itu telah
memberitahu pada?nja tentang bahaja jang sedang mengantjam; kemudian dari papan
katja jang ada dimedja tukang ramal itu ia dapat lihat bajangan kam?pak jang
berkelebat. Ia buru2 berkelit kesamping, maka ketika kampak menjerang padanja,
ia sudah melesat kesamping, hingga kampak itu tidak mengenai sasarannja.Tapi orang tinggi besar itu lantas menjusuli dengan serangan kakinja, dan tendangan
kaki itu tepat mengenai pantatnja In Hong.
In Hong tidak bisa berdiri tegak dan djatuh tengkurup idimulut gang, orang itu lantas
mendorong medjanja tukang tenung, setjepat kilat melontjat kearah In Hong, kembali
menjerang dengan kampaknja.
In Hong lantas menggulingkan diri kesamping, lalu lompat bangun, dengan kepalan
tangannja ia menjerang mukanja orang tinggi besar itu.
Orang tinggi besar itu hendak berkelit, tapi sudah terlambat, kepalan jang santar dan
berat itu telah bersarang dimata kanannja, dengan menahan rasa sakit, orang itu
melarikan liri kedalam gang.
Ramainja orang2 didjalan dan banjaknja gang2 ketjil disana-sini, menjukarkan In Hong
melakukan pengedjaran, lagi pula orang tinggi besar itu rupanja sudah apai. dengan
keadaan kota itu, maka setelah keluar masuk beberapa gang ketjil, achirnja telah lenjap
dari pemandangan In Hong.
Orang banjak, mulai mengerumuni gang itu. Satu polisi lalu lintas mendengarkan
tukang ramal jang sedang mempetakan wadjah dan tjaranja orang tinggi besar itu
hendak mengampak In Hong.
"Aku telah melihat dengan tegas, pendjahat itu memakai badju tua jang sepan
berwarna tjoklat dan tjelana wol hitam, dilehernja memakai dasi berwarna kuning jang
bergambarkan 2 ekor mafjan, Sajang aku tidak b!sa dapat lihat tegas air mukanja, karena
separuh mukanja tertutup dengan topi. Orang itu dengan diam.2 mendekati belakangja
ncna badju kuning itu, lalu mengajunkan kampaknja, aku jang menjaksikan
pemandangan jang mengerikan itu lantas kaget dan ketakutan setengah mati, sehingga
tidak bisa berteriak minta tolong. Untung nona itu gesit luar biasa, dengan mengegoskan
dirinja dia sudah dapat menghindarkan diri dari serangan kampak itu " tukang
ramal itu sed-ang mentjeritakan pengalamannja dengan asiknja, lantas melihat In Hong
mendatangi, lalu berseru : "Nah nah itu dia nona jang kuomongkan!"
Matanja orang banjak lalu pada ditudjukan kepada In Hong. Polisi lalu lintas itu
mendesak diantara orang banjak itu, berdjalan mendekati In Hong, lalu menanjakan
terdjadinja penjerangan tadi.
"Pendjahat itu mengapa menjerang padamu dengan kampak ?" tanja polisi itu.
"Mungkin telah salah lihat!" djawab In Hong pendek.
"Kalau begitu," kata polisi jang agaknja ti?dak mau tarik pandjang perkara itu, "aku
ra?sa, kau ten tuna djuga tidak akan menarik pan?djang soal ini bukan ?"
"Pendjahat itu masih mudjur " sambilmcnggerutu pol;si itu telah berlalu.
Satu djam kemudian, In Hong ikut tukang ramal menudju kesuatu tempat jang
terpisah agak djauh dari kota, masuk kesatu rumah gubuk. Dari mulutnja tukang ramal
itu. In Hong telah mendapat tahu beberapa kabar jang sangat penting.
Malam itu, In Hong kembali kekota dan mengusutnja !" kata In Hong.
"Pendjahat sudah tidak ket&huan kemana larinja, sudah tentu kita djuga tidak dapat
melakukan beberapa pengusutan, setelah selesai lalu dengan buru2 kembali
kepesanggrahan.
Ketika mobil jang In Hong sewa sedang meluntjur dengan ladjunja didjalan jang gelap,
Hiang Kat dan Ouw Ga jang ditugaskan mendjaga keselamatannja Tja Sam Ho dan Tja
Ik Tjian, telah mengorbankan waktu tidurnja satu malam suntuk, dengan taat mematuhi
perintahnja In Hong.
Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjian meski berdandan sangat rapi seperti pada siang harinja,
tapi rasa lelah dan ngantuk telah menjeret mereka ketempat tidur. Jang satu tidur diatas
pembaringan, jang lain rebah diatas sofa pan?el jang. Mereka tidur sangat njenjak
sehingga mendengkur keras.
Sebelum tengah malam, suara dengkur itu hampir tidak ada artinja, tapi selewatnja
te-ngah malam, keadaan berubah lain.
Ouw Ga duduk menjender diatas kursi sambil menguap ber-kali2, ia kadang2 dengan
berdiri untuk membikin lempang pinggangnja, sepasang matanja agaknja mau merapat
sadja, beberapa kali ia sudah hampir tertidur.
Kelelahan Hiang Kat tidak berbeda banjak dengan Ouw Ga. Tapi ia dengan kekerasan
hatinja terus mempertahankan dan berusaha mengusir rasa lelahnja, malah kadang2 ia
bangun dan mundar mandir didalam kamar, paksa dirinja djangan sampai mengantuk.
"Hei, Ouw Ga, Ouw Ga !" Hiang Kat membangunkan Ouw Ga jang sudah mengantuk,
"pertahankan lagi beberapa djam, hari sudah hampir siang, kalau sudah terang tanah,
kita tidak kuasa akan terdjadi apa2 lagi !"
"Ja, ja," djawabnja Ouw Ga, sambil kutjak2 matanja, lalu dibuka lebar2 memandang
Hiang Kat, tapi 5-6 menit kemudian, kembali matanja dimeramkan pula.
Ber-kali2 Hiang Kat membangunkan, dia tidur lagi.
Tatkala itu sudah dekat pagi, satu djam lagi fad jar akan sudah menjingsing. Hiang
Kat dapat lihat Ouw Ga benar2 sudah kelewat lelah, maka ia tidak mau mengganggu lagi.
Kewadjibannja mendjaga jang masih sisa satu djam itu ia telah tanggung seorang diri.Dibawah sinar lamp.u lilin jang kelak-kelik, Hiang Kat mundar-mandir dari tembok
utara kedjendela sebelah selatan sebaiknja, dengan demiki-an ia mentjoba
menghilangkan rasa ngantuk dan lelahnja.
Pada saat itu, diluar djendela sebelah sela?tan ada satu bajangan seorang tinggi
besar. Orang itu dari tjelah2 djendela telah mendapat lihat keadaannja dalam kamar,
tanpa ragu2 ia masukkan lobang senapannja kedalam lobang djendela itu, idan dibidikkan
kearah kepaia Hiang Kat; asal sadja Hiang Kat menengok, dia lantas menembak.
Ketika Hiang Kat dari sebelah utara sedang
berdjalan menudju kearah selatan dan berada
didekat djendela, mendadak ia mentjium bau jang menjesak hidung kemudian lantas
merasa matanja gelap dan terus djatuh pingsan.
Suara djatuhnja Hiang Kat diatas lantai, telah membuat Ouw Ga terbangun dari
tidurnja, karena ia sendiripun hampir bersamaan dengan Hiang Kat. sudah kemasukan
obat ti~ dur" sehingga dirinja jang sudah mengantuk bertambah tidur pules. Tapi Tja Ik
Tjian jang tidur diatas pembaringan lantas dengar suara djatuhnja tubuh Hiang Kat;
namun ia baru sadja melekkan matanja dan belum sampai melihat dengan njata apa jang
telah terdjadi, sudah seperti Hiang Kat dan Ouw Ga, djatuh lagi. dipembaring.an tidak
ingat orang.
Orang diluar djendela itu lantas mementang lebar daun djendela dan terus melompat
masuk; dari pinggangnja ia mentjabut pisau belati, dengan pelahan menudju ketempat
menggeletaknja Hiang Kat, ia membungkukkan badannja, selagi hendak mengajunkan
nisaunja untuk membinasakan Hiang Kat, tiba Tja Sam Fo jang tidur diatas sofa
membalikkan tubuh. Maka ia lantas tinggalkan Hiang Kat dan sembunjikan din dibawab
sofa.
Tja Sam Ho jang membalikkan cubuh, benar sadja lantas mendusin, ia menampak
tubuhnja Hiang Kat menggeletak diatas lantai, kagetnja bukan main, ia lantas lompat
bangun; tapi ia merasakan dibelakang pinggangnja ada benda tad jam jang menempel,
berbareng dengan itu dari dibelakang terdengar suara antjaman jang keren :
"Berdiri djangan bergerak ! Aku perintahkan kau berbua.t menurut perintahku, djika
kau tidak dengar perintahku, aku seger-a bikin tamat djiwamu, ?iengerti ?"
Tja Sam Ho tidak mendjawab, tapi djuga tidak berani sembarangan bergerak.
"Pondong adikmu, kita harus meninggalkan kamar ini, pergi ketaman kembang !"
Dalam keadaan terpaksa Tja Sam Ho menggendong Tja Ik Tjian. jang sedang pingsan.Ketika dekat fad jar, Hiang Kat dan Ouw Ga mulai sadar dari pingsannja. Bajangan
orang tinggi besar itupun pada saat itu sudah muntjul pula diluar djendela.
Orang itu dalam tangannja. membawa dua utas tambang jang kasar, dengan sekali
lompat orang tinggi besar itu sudah berada didalam.
Hiang Kat dan Ouw Ga meskipun sudah pulih kembali ingatannja, tapi masih belum
pulih tenaganja. Dibawah sinar lampu lilin, mereka telah dapat lihat bahwa Tja Ik Tjian
dan Tja Sam Ho sudah tidak tahu kemana perganja; dan mereka lihat orang jang baru
masuk dari djendela itu bukan lain orang dari pada Liong A King jang tubuhnja bongkok
itu. Hanja sekarang ini pinggangnja sudah tidak bongkok lagi, malah dapat berdiri dengan
tegak, matanja mengeluarkan sinar tad jam mengawasi mereka.
"Liong A King, kau hendak berbuat apa ?" tanja Hiang Kat dengan suara jang masih
lemah.
"Nona Hiang Kat, nona Ouw Ga, aku dengan kalian telah terdjadi salah faham jang
sulit didjelaskan, maka aku minta kalian suka memaafkan, aku terpaksa akan berlaku
kurang adjar terhadap kalian !" kata Liong A King sambil mengikat tubuh Hiang Kat dan
Ouw Ga dengan tambang kasar itu.
Ouw Ga hendak memukul Liong A King de?ngan kaki dan tangannja, tapi meski sudah
berusaha sekuat tenaga, kaki dan tangannja itu masih tetap tidak menurut perintahnja,
tjuma ber-gerak2 sebentar lantas habis tenaganja, hingga ia tjuma mampu me-maki2
dengan muiutnja. Tapi Liong A King lantas ajun tangan-nja, hingga Ouw Ga pingsan lagi,
setelah mana, Liong A King lantas dengan leluasa mengi-kat tubuh mereka berdua.
Tindakan Liong A King selandjutnja, jalah menjumbat mulut mereka dengan kain, lalu
angkat tubuh mereka keluar kamar, kemudian dimasukkan dalam karung kain terpal,
diikatnja lagi erat2, lalu dipikul dengan sebatang pikulan, seperti djuga sedang memikul
barang pakaian, dengan tindakan lebar ia berdjalan menudju Tcepintu idepan.
Matahari pagi sudah menampakkan diri, ta?pi keadaan dipesanggrahan itu masih sunji
senjap, berbeda dari pada hari kemarinnja.
Liong A King berdjalan sampai didepan pintu depan, dari dalam sakunja mengeluarkan
sebuah anak kuntji jang rupa2nja sudah disediakan lebih dulu: ia membuka kuntji jang
menguntji pintu itu, lalu dengan pelahan mem-buka pintunja.
Suara terbuk-anja pintu jang terbikin dari besi itu, te.lah mengagetkan Tjiong Hauw
Tek jang tidur didekat pintu, ia buru2 lompat bangun dan mengadakan peperiksaan
dengan lampu baterenja, ia terah dapat lihat Liong A King sedang memikul 2 bungkusan
karung berdjalan keluar."Hai ! Liong A Khing, hari masih belum terang betul, perlu apa kau memikul bungkusan
tenda itu ? Dan kemana kau hendak pergi ?" tanja Tjiong Hauw Tek sambil me-ngutjak2
matanja.
"Madjikan telah pergi kegunung tjadas. sampai sekarang belum kembali," djawab
Liong A King dengan tenang, "aku sangat kuatir, maka aku ingin mentjari padanja dengan
membawa tenda ini dan hekal untuk makan"." "Tapi kemarin nona Hiaiig Kat sudah pesan
aku, tidak boleh membiarkan orang2 dalam pesanggrahan ini berlalu dari sini "
Pendekar Slebor 62 Manusia Muka Kucing First Love Never Die Karya Camarillo Maxwell Pendekar Gila 2 Kumbang Hitam Dari Neraka
binau tang buas itu. Tendangan Ouw Ga ini sangat jl hebat, biasanja orang jang terkena
tendangan| nja, djika tidak mati tentu menderita luka pah rah, tapi biruang itu se-olah2
besi badja kuatgj nja, bergeming pun tidak. Nampaknja setelah 2 diserang dan ditendang
Ouw Ga, dia seperti ? tidak merasakan apa2. Ouw Ga insjap, djika tidak mempunjai
sendjata tad jam, sukar untuk ia meneruskan perlawanan. t Achirnja, ia memikirkan
djalan untuk lari, tapi biruang itu bukan sadja buas, bahkan sa?il ngat tjerdik dan lintjah,
ia terus menjerang Ouw Ga, sedikitpun tidak memberi kelonggar. an.Keadaannja Hiang Kat tidak beda djauh de' ngan Ouw Ga, iapun sedang bertempur
seru _ dengan manusia biruang jarig ternjata sangat 5 lintjah dan ge.sit, melebihi induk
biruangnja.
Kabar tentang pertempuran mereka dengan binatang biruang, sudah tersiar dan
diketahui semua orang jang berdiam dirumah itu. Mai sing2 pada terbangun dari tidurnja.
Kha Tay Siang membawa senapannja, Liong A King membawa lampu baterenja dan
pet jut kulitnja, mereka memburu kedalam taman, mereka berdiri djauh2 sambil dengan
perasaan melongo kagum menonton perguletan antara manusia dan binatang, mereka
ternjata sehingga lupa untuk berdaja memberikan bantuannja.
Pertempuran berlangsung terus, makin La?ma makin seru, dan mereka jang
menonton djuga makin lama makin heran.
Lambat laun Ouw Ga mulai pajah, ia berkelit kesana kemari, seluruh badannja telah
bermandikan keringat; tapi biruang itu terus menjerang atau menerkam, masih tetap
buas, sehingga Ouw Ga tidak mempunjai kesempatan untuk bernapas, djuga tidak ada
ketika untuk lari.
Hiang Kat jang bertempur dengan manusia biruang, keadaannja berimbang; manusia
bi-ruang itu t:dak dapat melukai padania, tapi Hiang Kat pun tidak mampu mengalahkan
ma-nusia biruang itu. Sebaliknja ia dapat Ilhat dengan tegas keadaannja Ouw Ga jang
sangat genting, maka ber-ulang2 ia ber-teriak :
"Tuan Kha, mengapa kau berdiri diam sadja disana ? Lekas temhak binatang biruang
itu dengan senapanmu !J
IGia Tay Siang dengar seruan Hiang Kat itu, tapi ia masih tetap berdiri bengong disitu,
Liong A King menepok pundaknja dengan peIahan dan berkata:
"Tuan Kha, tampaknja lihiap itu (dimaksudkan Ouw Ga), lekas sekali akan tewas
diterkam biruang itu, lekaslah kau membantuinja !"
"Bagaimana aku membantunja ?" kata Kha Tay Siang, "Biruang itu sama sekali tidak
mau dengar perkataanku, aku tidak berdaja menjuruh pulang kekandangnja "
* "Kau bisa menembak dengan sendjatamu!" kata Liong A King.
"Nona Ouw Ga sedahg bertempur dengan biruang, aku tidak dapat menembak,
kukewatir pelor jang dilepasnja bukan mengenai biruang, sebaliknja mengenai nona Ouw
Ga, bagaimana djadinja ?" Kha Tay Siang mendjelaskan alasannja.
"Aku tidak sangsikan akan tembakanmu jang djitu akan menjasar mengenai nona Ouw
Ga," kata Liong A King, "lekas tembak, djika terlambat, nona Ouw Ga tidak bisa tertolong
djiwanja lagi !""Tidak, aku tidak boleh gegabah, aku tidak mempunjai pegangan." kata Kha Tay Siang,
pada wadjahnja menampakkan kesangsiannja.
Waktu itu, langit disebelah t'mur sudah nampak remeng2, suatu tanda fadjar telab
menjingsing.
Hiang Kat mengerahkan seluruh sisa tenaganja ,melantjarkan serangan hebat kepada
manusia biruang itm Dan manusia biruang itu, dasarnja manusia djuga, setelah
mengeluarkan tenaga terlalu banjak, pe~lahan2 mendjadi lelah djuga, sehingga
gerakannja pun mulai kendor. Achirnja Hiang Kat mendapat kesempatan, dengan
ketjepatan jang menakdjubkan ia telah menjerang mata kanan manusia biruang itu.
Mendapat serangan telak itu, manusia bi-ruang segera merasa kesakitan dan lantas kabur
kerimba pohon Siong.
Hiang Kat setelahmemukul mundur manu?sia biruang itu, dengan tjepat ia memburu
kearah Kha Tay Siang, dan dari tangannja ia mengambil senapan burunja.
Pada saat itu, Ouw Ga sudah ditubruk oleh
Minii'r
biruang dan terguling ditanah; biruang itu mementang mulutnja, hendak menggigit
leher Ouw Ga. Dalam keadaan sangat kritis itu, Ouw Ga tiba2 mendapat akal, dengan
kaki kursi jang dipegangnja ia telah menusuk mulut biruang jang sedang menganga itu,
demikian kuatnja, sehingga masuk tenggorokan.
Menampak keadaan jang sangat berbahaja itu Hiang Kat lantas angkat senapannja,
dibidikkannja kearah biruang; pelor menjerempet punggung biruang, tidak mengenakan
tepat. Mungkin biruang Itu tenggorokannja terluka atau karena kaget suara senapan tadi,
ia lantas meninggalkan Ouw Ga, dan lari kabur kedalam rimba pohon Siong.
Hiang Kat dengan membawa senapan, terus mengedjar dibelakangnja.
"Nona Hiang Kat, aku harap dengan sangat djangan kau Bunuh mati anakku jang
berupa biruang itu !" kata Kha Tay Siang terus mengikuti dibelakangnja sambil memohon.
Liong A King jang tubuhnja bongkok ikut lari djuga dibelakangnja Kha Tay Siang.
"Aku tidak akan menjusahkan anakmu," djawab Hiang Kat, "Tapi aku tidak dapat
mengampuni biruang itu !"
Biruang dan manusia biruang itu menerobos dalam rimba pohon Siong, terus naik
keatas pohon jang sangat besar.
Pohon jang besar dantinggi itu, terpisah tidak djauh dari tembok pagar, tjaBang2nja
jang besar dan seperti djembatan diudara bisa sampai keatas kawat b?erduri jang
mengitari tembok rumah itu; meski tidak melekat dengankawat, tapi terpisahnja hanja kira2 10 kaki sadja. Biruang itu merangkak sampai
keudjung tjabang pohon, lantas melontjat turun, ternjata sudah melontjat melalui kawat
berduri dan turun diluar pekarangan.
Hiang Kat melepaskan tembakan, tapi sudah terlambat.
Menjusul mana, manusia biruang itu pun hendak meniru tjaranja induk biruang tadi,
dengan sekuat te'naga melompati kawat ber-duri, tapi apa lafjur, karena lo'mpatnja tidak
sedjauh binatang biruang, maka tidak dapat melampaui kawat, hingga djatuh
terdjungkel, apamau kepalanja djatuh tepat mengenai batu, maka djiwanja melajang
seketika.
Hiang Kat menaiki pohon besar itu, dan melapai diatas tjabang sampai keudjungnja,
dari situ ia dapat lihat pemandangan diluar tembok pagar, dan ia tampak binatang
biruang tadi sedang lari sipat kuping menudju kegunung tjadas. Ia melepaskan
tembakan, tapi meleset. Suara senapan jang njaring, tjuma2 tambah membikin takut
binatang itu sadja, sehingga larinja semakin kentjang.
Waktu itu sudah terang tanah, tapi matahari belum tampak udjudnja, suatu suasana
pagi jang suram.
Kha Tay Siang mendekam didada anaknja, memeriksa djantungnja masih berdenjut
atau tidak; lama sekali ia mendengarkan, lalu bangun berdiri putus a.s.a. Ia tahu bahwa
anak-nja sudah tidak bisa ditolong lagi.
Hiang Kat turun dari atas pohon, berdjalan kesamping Kha Tay Siang, menjerahkan
kembali senapannja, dengan suara agak menjesal ia berkata : "Induk biruang itu sudah
kabur kegunung tj.adas, aku tidak mampu menembak mat! pa- dan ja, ini merupakan
satu hal jang patut di- sesalkan. Tapi siapa jang sengadja melepaskan binatang itu untuk
mengantjam djiwanja se- tiap penghuni rumah ini ? Kita harus menje- lidiki, tuan Kha,
bagaimana pikirmu ?"
Kha Tay Siang mengundjukkan wadjah mu- ram, sedih, menjesal, djengkel, marah
tertjam- pur aduk mendjadi satu, sorot matanja me- mantjar dari sepasang matanja jang
penuh de- ngan kesedihan dan kegusaran, lalu berhenti diwadjahnja Hiang Kat, kemudian
ia gigit bi- birnja, dengan suara pelahan dan berat ia men- djawab : ,Ja, kita harus selidiki
!"
Lalu ia angkat senapannja, dengan tindakan lebar berlalu dari situ.
Hiang Kat dan Ouw Ga memandang dibela- kangnja, sampai bajangan orang tua jang
ti- dak beruntung itu Ienjap dari pemandangan; baru mereka memutar tubuh, berdjalan
dengan pelahan menudju kelapangan jang dikurung oleh dua lapis kawat berduri. Liong
A King mengikuti dibelakangnja.Mereka telah menjaksikan pintu rumah batu tempat tinggalnja biruang dan manusia
biru- ang itu sudah terbuka lebar2, kedua anak kun- tjinja sudah menggeletak ditanah.
Diatas pin- tu kamar biruang itu masih terikat seutas tarn- bang jang pandjang.
"Apa artinja ini ?" Ouw Ga mengawasi tambang itu, ia menanja dengan perasaan
bingung.
"Tidak tahu," djawab Hiang Kat, iapun merasa sangat heran, ia menoleh kepada Liong
A King sebentar, kemudian menanja :
"Apakah tembakannja tuan Kha benar2 gapah ?"
"Gapah sekali." djawab Liong A King. "Kalau benar gapah, ketika tadi Ouw Ga
bertempur melawan binatang biruang dalam keadaan demikian berbahaja, mengapa ia
tidak mau melepaskan tembakan ?"
"Aku sudah minta dia menembak untuk menolongi nona Ouw Ga/y djawab Liong A
King, "tapi dia mendjawabnja bahwa dia tidak mempunjai pegangan, takut tembakannja
menjasar, maka tidak mau menembak."
"Apakah ia ingin melihat leherku digigit sampai patah oleh biruang itu baru merasa se-
nsing !" kata Ouw Ga dengan gusar, "aku akan pergi menanjakan dia apa maksudnja ?"
"Bukankah dia sudah mendjelaskan alasam nja ?" kata Hiang Kat.
"Siapa pertjaja obrolannja itu ? Tjobalah kau pikir, seorang pemburu jang sudah ulung
dan berpengalaman, bagaimana tidak dapat menembak seekor binatang jang tubuhnja
begitu besar ?"
"Asal kita bisa bersabar, urusan ini achirnja tentu dapat dibikin terang," kata Hiang Kat
jang tjoba mereidakan amarahnja Ouw Ga, "gerabak-gerubuk tidak ada gunanja."
Mereka berdjalan sambil mengobrol, kembali kerumah.
Ketika djalan mendekati rumah, mereka
tampak Tja Sam Ho ber-lari2 keluar rumah, napasnja memburu, wadjahnja putjat pasi,
agaknja sangat gelisah.
"Nona Hiang Kat dan nona Ouw Ga, aku sedang mentjari kalian, didalam rumah telah
terdjadi suatu hal jang hebat "
"Terdjadi apa lagi ?" tanja Ouw Ga.
"Tio Djie Kiok telah lenjap !" djawab Sam Ho.
"Apakah kalian sudah mentjari ?" tanja Hiang Kat.
"Aku sudah mentjarinja di~mana2," djawab Sam Ho jang sudah hampir menangis,
"disemua pelosok, di-tempat2 jang kiranja dapat digunakan untuk menjembunjikan,termasuk lemari, peti kosong dsb. semua sudah kutjari, sampaipun dalam tumpukan kaju
atau karung dan peti rnati kosong persediaan tuan Kha suami-isteri, sudah kubongkar
semuanja, tapi Tio Djie Kiok tetap tidak idapat diketemukan !"
"Kau berlakulah tenang sedikit," menghibur Hiang Kat, "kami tentu akan berusaha
untuk mentjarinja."
Hiang Kat dan Ouw Ga tampak pembaringan Tio Djie Kiok kalang kabut, sepasang
sepatu kuningnja Tio Djie Kiok masih berada dibawah tempat tidur dalam keadaan utuh.
Daun djendela disebelah selatan masih terbuka, di~ lantai ada beberapa tapak kaki orang
laki2 dan perempuan jang tidak .djelas, djuga bekas ta?pak kaki binatang biruang masih
terlihat de~ ngan njata.
Tapak kaki biruang itu tampak dari djende?la selatan terus masuk kekamar, didalam
kai mar rupanja dia mundarmandir beberapa kali, djuga dipinggir pembaringan, kemudian
keluar melalui pintu kamar kelorong dan terus ketaman kembang. Tapi tapak kaki
ididalam lorong tidak njata. Itu disebabkan diwaktu malam, tanah ditaman kembang
basali dengan air embun, kaki biruang jang mengindjak ta?nah basah masuk dalam
kamar telah meninggalkan bekasnja jang sangat njata; tapi setelah kakinja kering,
bekasnja djuga tidak njata lagi.
Hiang Kat mengerutkan kening, didalam kamarnja Tio Djie Kiok ia mengawasi bekas
ta-pak2 kaki biruang itu dengan bengong.
"Hiang Kat, kau berdiri bengong mengawa?si tapak kaki itu sampai matipun tidak ada
gunanja," kata Ouw Ga jang tidak sabaran. "Tio Djie Kiok mungkin sudah dibawa lari oleh
bi-ruang itu, mari kita tjari kedalam taman."
Tja Sam Ho jang dengar kata2 Ouw Ga itu, dengan teliti memeriksa lantai, benar sadja
ia dapat lihat bekas tapak2 kaki biruang, ia putjat seketika, dengan sedih ia berseru :
"Oh, habislah, dia tentu sudah binasa diterkam biruang itu !"
Tja Ik Tjian duduk bengong dibawah djendela, terbenam dalam lamunannja.
Tja Lok Tjie, Ngo Gie Ling dan Tja Ik Sie berdiri dilorong sedang kasak-kusuk, wadjah
mereka mengundjukkan senjuman puas.
Peperiksaan jang sangat teliti telah dilakukan didalam taman bunga. Pintu masuk
rumah pesanggrahan itu mendjadi sasaran pemeriksaan jang utama. Menurut keterangan
pendjaga
pintu Tjiong Hauw Tek bahwa pintu itu sedjak kemarin sore sudah dikuntji, tidak
pernah dibuKa lagi, baru tadi kira2 10 menit berselang, ketika Kha Tay Siang hendak
keluar, per<.ama kali pintu itu dibuka.Hiang Kat memeriksa anak kuntji jang masih menempel dipintu itu, ia tahu bahwa
kuntji itu bukan kuntji sembarangan jang dapat dibuka dengan mudah,
"Kuntji ini ada berapa anak kuntjinja ?" tanja Hiang Kat.
"Sebenarnja ada dua, tapi satu sudah patah pada 3 tahun berselang," djawab Tjiong
Hauw Tek, "sekarang tjuma tinggal satu, aku sendiri jang sirapan, boleh dikatakan tidak
pernkh terpisah dari badanku!"
"Kau tahukah tuan Kha pergi kemana ?" tanja Hiang Kat.
"Dia membawa senapan berburunja, serta membawa tenda ketjil, ia menjatakan
hendak pergi kegunung tjadas untuk menangkap biruang jang telah kabur itu."
"Mengapa idia mem-bawa2 tenda ?" tanja Ouw Ga dengan heran.
"Gunung tjadas itu sangat luas, rimbanja pun lebat, barangkali dia memperlukan
banjak waktu untuk dapat menangkap biruang itu; mungkin dia harus menginap
beberapa malam dalam hutan, maka dari itu dia membawa ten-da, supaja tidak usah
mundaivmandir !"
"Selainnja tuan Kha, apakah masih ada lain orang jang meninggalkan rumah
pesanggrahan ini ?" tanja Hiang Kat.
"Tidak ada," memastikan Tjiong Hauw Tek,
"Pintu telah terkuntji, anak kuntji ada ditanganku. Baik manusia maupun setan, kalau
tidak ada aku jang membukakan pintu, siapapun djangan harap bisa keluar dari sini.
Nona tel-ah lihat sendiri, rumah ini dikurung oleh pagar tembck jang tinggi seperti
bentengan, diatas tembok pun dipasangkan kawat berduri. Hanja crang jang mempunjai
sajaplah dapat terbang keluar dari sini !"
"Apakah kau mendengar fentang lenjapnja nona Tio Djie Kiok ?"
,Tadi babu Tjee-Ma pernah menjampaikan berita itu kepadaku," kata Tjiong Hauw Tek,
"tapi, aku pertjaja bahwa nona Tio tidak nant; bisa berlalu dari rumah ini, tjari sadja
disekitar rumah ini tentu bisa ketemu, dalam keadaan hidup atau mati."
Satu hari itu orang repot mentjari Tio Djie Kiok.
Mereka sudah mentjari diantero pelosok, tapi masih belum ketemukan bajangannja
Tio Djie Kick, baik mati maupun hidup. Sampaipun empang jang sangat luas jang terdapat
didalam taman mereka tidak lupakan; orang2 jang pandai berenang, seperti Hiang Kat,
Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjian, semuanja pada terdjun kedalam empang untuk mentjarinja,
mereka membagi empang itu mendjadi 3 bagian, setiap orang diwadjibkan mentjari satu
bagian, sedjengkalpun tidak terliwatkan. Tapi hasilnja tetap nihil. Di-empang itu ketjuali
pasir dan lumpur, satu bangkai kutjing atau tikuspun tidak diketemukan."Apakah tidak bisa djadi bahwa biruang itu
, . menggondol Tio Djie Kiok, lompat pagar kawat berduri melalui pohon besar itu ?"
dalam alam ' pikirannja Ouw Ga berkelebat kedjadian tadi a malam.
"Maksudmu, biruang itu sebelum tengah ma?lam te'ah membawa lari Tio Djie Kiok
dan ke: luar dari rumah pesanggrahan ini, lalu kern; bali lagi setelah lewat tengah malam
untuk membawa lari crang kedua ?" tanja Hiang Kat. ? !
"Ja, m.ungkin demikian," kata Ouw Ga. "Orang kedua, ja^h akn sendiri. Djika tidak
kau jang memberi pertolongan dengan mengi gunakan selimut untuk menutup kepalanja,
se) karang ini aku djuga senerti Tio Djie Kiok, tidak tahu akan berada ,dimana !"
"Kita bisa membikin peperiksaan diluar ru| mah."
Merek.a setelah mengadakan peperiksaan di'3 luar tembok, Hiang Kat geleng
kepalanja dan berkata :
"Diluar rumah ini dekat tembok pagar itutidak terdapat pohon tinggi besar, jang bisa
d?gunakan oleh biruang itu sebagai batu Ion1 tjatan. Biruang itu hanja bisa melompat
keIuar tapi tidak mungkin bisa melompat masuk dari itisr tembok "
"Kalau benar biruang itu telah menggondol Tio Djie Kiok keluar dari rumah
pesanergrahanini, tani d*a tidak mempuniai saiap untuk terbang," kata Tia Sam Hn
dengan wadjah muram. "kemana Tio Djie Kiok sebetulnja dibawa lari ?"
Hiang Kat tidak bisa mendjawab.
Hari semakin gelap, ketjuali dari rimba jang
' v, * letaknja agak djauh masih kedengaran sajup2 suara bunjfnja tekukur, kea'claan
disekitarnja sudah sunji senjap, suasana jang menjedihkan
I meliputi seisi rumah pesanggrahan itu.
Mereka pada diam tidak bersuara, setelah ) berdjalan mengitari sungai jang ada
disebelah
I timur rumah pesanggrahan tersebut, lalu kemi bali kepintu muka.
"Nona Hiang Kat," kata pendjaga pintu Tjicng Hauw Tek, "KaHan memeriksa diluar
pekarangan pesanggrahan, didalam pesanggraI han telah terdjadi hal jang aneh "
,Hal aneh bagaimana ?" tanja Ouw Ga jangsudah tidak sabar lagi."Diatas tembok dapur jang putih, ada orang mentjoret-tjoret .dengan arang beberapa
baris perkataan2 jang aneh dan menakutkan." kata Tjicng Hauw Tek, "Lekas kalian
saksikan sendiri !"
Ouw Ga ter-gesa2 meninggalkan kawannja menudju kedapur.
Hiang Kat dan lain2nja pun segera menjusul, bersama Ouw Ga mereka batja tulisan
ditembok itu berpuluh-puluh kali
Tulisan jang mentjang-mentjong itu berbunji :
"Burung tekukur berbunji satu kali, lantas timbul bentjana jang menjedihkan, Djie Kiok
dimakan, Sam Ho menangis, Ik Tjian mengai rkan air mata.
Burung tekuj.ur berbunji dua kali, Liang Liang dibeset kulitnja, Ik Sie menangis
sampai mati, Lok Tjie gembira, Gie Ling girang.
Burling tekukur berbunji tiga kali, Ik Tjian mati idibelek, Sam Ho mati menggantung
diri.
Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Burung tekukur berbunji v empat kali, Ik Sie mati mereras, Sik Lok mati dipanggang.
Burung tekukur berbunji lima kali, Lok Tjio dan Gie Ling tiba saatnja masuk kekubur."
Setelah membatja tulisan itu, Hiang Kat terus memandang ilengan mata mendelong.
"Oh, tulisan itu meski bunjinja tidak karuan, tapi mengandung antjaman jang
menjeramkan !" kata Tja Ik Tjian jang merasa sangat kuatir.
"Menurut bunjinja tulisan ini dan ditambah keadaan jang telah terdjadi, Tio Djie Kiok
terang sudah dimakan oleh binatang biruang itu, sehingga tulang-belulangnja pun tidak
ketinggalan " kata Sam Ho suaranja gemetar,
"dan aku, akan mati terdjiret tambang; Ik Tjian akan didodet oleh pisau belati "
,Djika kelak kenjataannja benar seperti apa jang dilukiskan d'alam tulisan ini,
keturunan keluarga Tja, ketjuali Yung Yung, akan mati semuanja," kata Hiang Kat. Ia
melihat Ouw Ga masih berdiri ? depan tembok sambil mem?batja tak henti2nja, se-olah2
membatja tulisan jang berharga. Ia menepuk pundaknja Ouw Ga dan berkata : "tak usah
batja lagi, sampai otakku kau bikin mabuk,"
* "Hai, Hiang Kat, maksud tulisan2 ini telah memikat hatiku," kata Ouw Ga, semakin dii
batja semakin kurasakan keanehannja."
"Kau tahukah dimana letak keanehannja?" tanja Hiang Kat."Aku tidak tahu," djawabnja Ouw Ga, "tjuina aku mera&akan sangat aneh,
pembui kaan idari tulisan ini.terlalu aneh."
"Letak keanehannja jalah tjara dan matjamnja tulisan itu. Kita harus mempeladjari
siapa orangnja jang menulis ditembok ini."
Suasana dalam rumah pesanggrahan itu sa?ngat suram, seper'ci djuga sudah akan
terdjadi sesuatu jang hebat. Setiap orang dibikin gaduh l atau bingung pikirannja oleh
tulisan diatas tembok itu. Apa mau pada saat jang demikian seram itu, dari djauh sajup2
ter,den gar pula suara bunjinja burung, baik burung tekukur atau bukan, tapi semua
orang pada menganggapnja bunji burung tekukur jang kedua kalinja, hingga mereka
kuatir dalam pesanggrah?an ini akan terdjadi peristiwa jang kedua kalinja.
Hiang Kat' dan Ouw Ga jang berhati mulia dan jang suka menolong sesuatu orang jang
berada dalam kesukaran, meskipun semalam telah bertempur aengan binatang biruang
dan manusia biruang hampir satu malam penuh, siang harinja kembali mentjari Tio Djie
Kiok hampir satu harian penuh, malam itu masih tidak mementingkan dirinja sendiri,
mereka berdua bergiliran meronda disekitar rumah tersebut.
Keesokannja, pagi2 sekali, Ouw Ga sudah
dei.gar suara djeritan Ik Sie dari kamar tidurnja.
"0hT Tuhan, Liang Liang telah lenjap.
djantung hatiku digondol biruang Liang
Liang sudah hilang "
Dengan tjepat Ouw Ga memburu dan menanja :
"Liang Liang kapan lenjapnja ?"
"Aku tidak tahu kapan Jenjapnja dia," djawab Tja Ik Sie, "pagi2 ketika aku bangun
tidur, Liang Liang sudah tidak ada dipembaringannja, aku lihat djendela terbuka lebar,
aku lantas menduga anakku itu sudah digondol oleh biruang jang gana.s itu."
"Mungkin dia bangun lebih dulu, sekarang sedang memain didalam kebun."
"Tak mungkin ! Hari baru sadja terang, bagaimana dia bisa pergi sendiri kekebun?"
kata Tja Ik Sie sambil menangis dan men-djerit2.
Suara djeritannja telah mengagetkan orang2 seisi rumah itu. Waktu itu, tiba2 Tjee-
ma, babu pelajannja suami-isteri Kha Tay Siang, fampak dari dapur ber-lari2 mendatangi.
"Ajo, nona Iliang Kat, nona Ouw Ga," katanja, napasnja empas-empis, ,Han-ma jang
sedang menanak nasi telah .meninggal dunia." Hiang Kat dan Ouw Ga mengikuti Tjee-
ma kedapur, benar sadja mereka tampak Han-ma menggeletak dilantai tidak bergerak.Setelah diperiksa, baru ketahuan bahwa Han-ma sebenarnja tidak mati, hanja pingsari
sadja. De?ngan mudah Hiang Kat sudah dapat menolong menjadarkannja.
"Apa artinja ini ? Mengapa kau bisa djatuh
pingsan ditanah V* tanja Ouw Ga jang tidak sabaran, ia tidak menunggu sampai Han-
ma sudah siuman betul2, lantas dihudjani rupa^ pertanjaan.
Hanma membuka matanja pe-lahan2 belum bisa mengeluarkan sepatah kata,
pikirannja baru mulai sadar.
"KatakanIah, lekas katak-an !" Ouw Ga terus msndesak.
Han-ma tetap diam. Setelah berse'lang lama djuga barulah ia bisa bitjara dengan suara
gemetar :
"Barusan aku sedang masak air didapiir, tjuatja masih gelap, aku telah masak seteko
besar air, selagi hendak memasak bubur, dibawah penerangan lilin, tiba2 aku dapat lihat
biruang itu telah muntjul diclepan pint-u dapur. Kedua kakiku lantas mendjadi lemas dan
gemetar, mulutku terkantjing seperti didjahit, sama sekali tidak bisa Berteriak. Tapi
biruang itu terus setindak demi setindak mendekati
aku waktu itu aku Betul2 sudah ketakutan
setengah mati selandjutnja aku tidak ta?
li u apa telah terdjadi !
"Barangkali pada waktu itu kau lantas pingsan." kata Hiang Kat.
"Han-ma, kau p'ngsan berapa menit lamanja ?" tanja Ouw Ga.
"Orang jang sudah pingsan bagaimana bisa tahu berapa menit lamanja ?" kata Hiang
Kat. "Biruang jang sudah kabur itu telah kembali lagi kesini, binatang buas itu sudah
membikin pingsan Planma, kemudian lantas menggondol Liang Liang, mungkin masih
didalam
taman bimga, mari lekas kita kedjar !" kata Ouw Ga sambil membulang-balingkan
kampak kaju jang ia sambar dari dapur, dengan tjepat ia lontjat keluar dari dapur, lari
ketaman.
"Hiang Kat kuatir Ouw Ga seorang tidak dapat melawan binatang jang buas itu dari
atas medja dapur ia mengambil 2 bilah pisau dapur, lalu lari mengikuti djedjaknja Ouw
Ga. . Suara burung diatas pohon, terdengar sangat riuh, menjambut datangnja sang pagi.
Ouw Ga dan Hiang Kat mengindjak diatas rumput jang penuh air embun itu,mendjeladjahi seluruh pelosok taman, tapi xidak menemukan djedjaknja biruang jang
ditjarinja, djuga ti?dak menampak baj.ang2annja Liang Liang.
Achirnja, mereka tiba diudjung timur-utara taman bunga itu, dibawannja pohon tinggi
dan besar jang dipakai untuk djembatan oleh bi?ruang pada kemarin harinja. Diatas
tjabang ada tersampir sepotong robekan kain jang dasarnja putih dan strip biru, sedang
me-lambai2 tersampok angin. Hiang Kat naik keatas po?hon, dari atas pohon ini ia
memandang keadaan diluar pagar, tapi apa djuga tidak tertampak. Maka ia tjuma
mengambil sobekan kain itu turun ketanah, dengan teliti ia memeriksa kain tersebut.
"Kau lihat, Hiang Kat !" kata Ouw Ga sam?bil menundjuk sebuah kantjing plastik
berwarna putih biru bersinar'jang melekat dirobekan kain tersebut, "ini mungkin robekan
badju tidurnja Liang Liang. Djuga berarti, binatang biruang itu setelah menggond'ol lari
Liang Liang, lantas melompat keluar pagar tembok
melalui pohon basar itu, dan ketika ia melompat, badjunja Liang Liang telah kesangkut
tjabang pohon sehingga robek. Apa kau tidak lihat binatang itu melarfkan diri kearah
gunung tjadas itu ?"
"Tidak, aku tidak lihat apa2." djawab Hlang Kat.
"Mungkin kita datang terlambat, biruang itu sudah kabur djauh !" kata Ouw Ga.
"Biruang itu bisa menggunakan pohon be-sar ini untuk melontjat keluar dari pagar
tembok ini," kata Hiang Kat, wadjahnja diliputi oleh kesangsian, "tapi bagaimana tjaranja
dia lontjat masuk, sedangkan diluar tembok sebatang pohonpun tidak ada untuk dapat
naik melontjat tembok, kemungkinannja sangat tipis sekali "
"Sudah, sudahlah, kita tidak perlu mempersoalkan kemungkinan ini itu," kata Ouw Ga,
"kita bisa menggunakan kenjataan untuk membuktikan binatang biruang itu sudah masuk
dari luar kedalam pesanggrahan ini. Han-ma jang sedang masak bubur bukankah pernah
melihat dengan matanja sendiri, bahwa biruang itu pernah masuk kedapur ? Aku anggap
mungkin ada seseorang jang memimpin binatang itu untuk berbuat demikian, orang
itulah jang membantu binatang biruang tersebut masuk ke?dalam rumah."
"Siapa ?"
"Ada kemungkinan pemilik rumah ini, jalah ahli burn binatang buas Kha Tay Siang
sendiri."
"Sebelum mendapatkan bukti2 jang kuat dan
* njata, kau djangan sembarang menuduh !"
"Aku hanja mengatakan kepadamu sadja, apa halangannja !""Selewatnja tengah malam adalah giliranmu jang mendjaga, bagaimana kau tidak
dapat lihat binatang biruang itu masuk kedalam rumah ?" tanja Hiang Kat, "Apakah kau
mengantuk ?"
"Aku tidak mengantuk, aku hanja pernah bersemedi sambil menutup mata."
"Aku tidak dapat membedakan orang mengantuk dengan orang bersemedi !" kata
Hiang Kat agak dongkol, "aku rasa rumah pesanggrahan ?Penglipur Lara? ini bukannja
betu!2 untuk menghibur orang jang sedang kesal, kenjataannja rumah ini mengandung
banjak rahasia, penuh mistery. Akal kedji dan tipu muslihat djahat sedang berlangsung.
Kita berdua tidak berdaja buat mentjegah berlangsungnja kedjahatan itu, maka aku perlu
kembali kekota untuk mengundang In Hong."
Mereka membawa potongan scbekan kain itu kembali kerumah. Tja Ik Sie begitu
melihat sobekan kain itu lantas ber~teriak2.
"Inilah potongan sobekan badju tidur Liang Liang, dari mana kalian menemukannja ?"
ta?nja Tja Ik Sie.
Hiang Kat mentjeritakan bagaimana ia me?nemukannja sobekan badju itu.
"Oh, Tuhan, ini suatu bukti bahwa Liang Liang benar2 sudah digondol oleh biruang
jang buas itu, sekarang bagaimana aku bisa hidup!" Tja Ik Sie men-djerit2 dan menangis.
Tja Lok Tjie dan Ngo Gie Ling semula'memang bersikap atjuh-ta-atjuh, tapi sekarang
merekapun mulai agalt bimbang. Mereka mau tidak mau turut merasakan Lekuatirannja
bahvva bentjana ilu djuga nanti akan menimpa diri sendiri.
Tiba2 Ngo Gie Ling memeluk erat2 tubuhnja Yung Yung, se-olah2 takut binatang
biruang se-waktu2 dapat menerkam djiwa hatinja itu; kemudian dengan suararija jang
njaring garing ia berkata :
"Tulisan diatas tembok dapur jang tidak ka~ ruan bunjinja itu, sudah berobah
mendjadi ramalan jang menakutkan dan rupa2nja akan dibuktikan satu per-satu. Kamaku
djuga tertjantum disitu, demikianpun Lok Tjie. Apakah kita akan menanti kematian kita
dengan peluk tangan sadja ?"
"Nasib kalian berdua suami-isteri ada lebih baik dari siapapun djuga," kata Tja Ik Sie
sambil sesenggukan, Jses-udah kami satu persatu dimakan habis oleh binatang buas itu,
barulah giliran kalian ! Heran aku, binatang itu agaknja baik sekali kepada kalian "
"Tja Ik Sie, djanganlah kau bitjara seenak hat'mu !" Ngc Gie Ling lompat mendadak,
ia mengulurkan djari tangannja, ditundjukkan keatas hidung Tja Ik Sie, dengan gusar :
"Apakah kau kira kami berdua jang menjuruh bi-natang biruang itu menggondol Tio Djie
Kiok dan Liang Liang ? Benar2 lutju ?""Hm, melukis naga atau matjan jang tersulit melukis bagian tulangnja, manusia
gampang dilihat wadjahnja tapi hatinja sukar diketahui." Ik Sie balas menjindir sambil
menangis.
"Semua djangan ribut," Tja Lok Tjie burn2 memisahkan, "aku menduga kepada musuh
jang menjebut dirinja ?musuh dimalam kabut? dengan diam2 sudah mengikuti kita sampai
dirumah pesanggrahan ini. Dia bisa membikin djinak singa dan matjan, sudah tentu djuga
dia bisa perintah biruang atau lain2 binatang buas. Aku berani pastikan, ia sudah
bersembunji disekitar rumah pesanggrahan ini, dengan diam2 memimpin biruang itu
untuk menggondol kita semua orang ,dari keluarga Tja, satu persatu dari rumah ini,
kemudian dibunuh "
"Apa artinja ?musuh dimalam kabut? ?" tanja Ouw Ga.
"Pada suatu malam jang berkabut kami telah menanam permusuhan dengan seorang
pemain akrobat jang bernama Oh Beng Hui." "Sebab apa sampai membikin kalian
mena?nam permusuhan demikian hebat ?"
"Sebabnja karena karena " Tja
Lok Tjie tidak bisa mengatakan perbuatannja jang rendah jang dilakukannja terhadap
Oh Beng Hui, "kam? kami membuat ia "
"Karena kami memaki hebat kepadanja, dia lantas mendendam hati," dengan
membohong Ngo Gie Ling mendjelaskan, "karena hanja dimaki ia tel ah berdendam hati
dan menganggap kami sebagai musuh turunannja."
"Kalau benar orang she Oh itu mendendam sakit hati kepada keluarga Tja, mengapa
nona Tio Djie Kiok djuga di-bawa2 ?" tanja Hiang Kat.
jjnilah mungkin suatu keehilafan," kata Tja Lok Tjie, "se~pintar2nja binatang, mungkin
salah tangkap maksud orang jang memerintahkan. Pendek kata, kami keluarga Tja
sudah berada didalam keadaan jang sangat berbahaja. Aku akan kembali kekota, untuk
mengundang kawanku, kepala detektif To Tie An, supaja menjelidiki perbuatan djahat
ini."
VI. SERANGAN TELAK DIDALAM
RIMBA POHON SIONG
Kira2 djam 2 lohor, Tja Lok Tjie dengan mobilnja jang berwarna biru muda, telah
kembali dari perdjalanannja kekota, bersama seorang sebawahannja detektip To Tie An,
jalah detektip Pit Khing dan 4 orang polisi, jang sengadja diundang untuk menjelidiki
peris tiwa itu.2 Djam kemudian, Hiang Kat pun kembali bersama In Hong, jang ia undang untuk ber-
sama2 mempeladjari serentetan kedjadian jang mengherankan it;u.
Mendekati magerip, rumah pesanggrahan itu kembali kedatangan 2 tamu, jang satu
adalah secrang kurus kering berusia kira2 50 tahun, diatas bibirnja ada kumis ketjil,
dandanannja sangat perlente, ia adalah adpokat Siek Pek Sin. Ia datang untuk
mengawasi dilakukannja upatjara sembahjang, dihari wafatnja Tja Lian Hu. Selain
daripada itu, ia djuga akan mengurus pembagian uang dari pendapatan penagihan sewa
tanah dan rumahnja Tja Lian Hu jang akan dibagikan kepada turunannja Satu lagi adalah
Phang Sik Lok, suaminja Tja Ik Sie. Ketika ia berada dikamar tulisnja dikata, setelah
dikabarkan Tja Lok Tjie tentang hilangnja anaknja, Liang Liang, dibawa kabur o^h
bmatang biruang, ia lantas djatuh pingsan dimedja tulisnja, untung Tja Lck Tjie ada disitu,
jang segera memberikan pertolongan semestinja. Maka dengan hati pedih, ia
meninggalkan pekerdjaannja .dikota, dengan mengendarai mobilnja Baby Austin,
dilarikan menudju kerumah pesanggrahan ?Penglipur Lara?, untuk menjelidiki peristiwa
jang menjedihkan itu.
Detektip Pit Khing setelah mengadakan peperiksaan dan menanjakan keterangan
kepada arang2 jang bersangkutan, lantas dengan bangga mengutarakan pendapatnja :
"Berdasar kenjataan keseluruhannja, aku dapat pastikan orang jang menjebut dirinia
?musuh d'malam kabutJ Oh Beng Hui sudah sembunji didekat pesanggrahan ini,
memimpin binatang biruang mewakili di-a mendjadi pembunuh "
"Kau maksudkan Oh Beng Hui sudah menggunakan atau menjuruh biruang jang
dikeram dalam rumah batu dipesanegrahan ini. untuk mendialankan rentjananja ?" Hiang
Kat menegasi.
"Biruang jalah biruang, tidak ada orang jang anggap biruang sebagai matan," djawab
Pit Khi^g dengan sombongnja.
"Biruang itu baru kabur satu hari," membant?h F;ang Kat, "tidak perduli betapa
pandainja Oh Beng Hui mendjinakkan_ binatang buas, atau seorang ahli ulurig
bagaimanapun djuga, tidak nantf dalam tempo satu hari sadja
mampu mendjinakkan binatang biruang, apalagi menjutuhnja menuruti perintahnja ?"
"Itu itu itu " Pit Khing agak
gelagapan, sehingga tidak bisa mendjawab, lantas mengatakan sekenanja sadja,
,biruang jang aku maksudkan jalah biruang jang sudah dilatih benar oleh Oh Beng Hui,
jang dia bawa dari lain tempat, supaja bisa diperintah menurut sesukanja."
"Hm, kalau begitu bagaimana kau hendak menangkap pemlbunuh jang sembunji
dibelakang lajar itu ?" Hiang Kat pura2 tanja."Aku ada membawa 4 orang anggota polisi bersendjata, siang hari kami mentjari
djedjaknja Oh Beng Hui dan binatang biruang itu diluar pesanggrahan; malam hari
dengan bergiliran kami mendjaga rumah pesanggrahan ini. Aku tanggung dalam tempo
beberapa hari ini tentu dapat menangkap pembunuh jang sembunji dibelakang lajar ini."
".Harap sadja begitu," kata Tja Lok Tjie, "djika tidak, kami lambat. laun akan mati
semua dalam tangannja Oh Beng Hui !"
"Aku harap supaja kau bisa lekas2 menang?kap Oh Beng Hui, djiwa kami kini
mengandel kepadamu sadja, saudara Pit !" Phang Sik Lok meski dalam mulutnja kata
demikian, tapi dalam hatinja menjangsikan detektip ini mampu melindungi djiwa mereka
? "Kalian boleh legakan hati, ada aku disini, kalian akan merasa tenteram dan aman."
kata Pit Khing sambil tepuk2 dadanja, se-olah2 mempun jai perasaan tanggung djawab
sepenuhnja. Sedjak In Hong tiba dipesanggrahan, ia diam
sadja, tapi dengan tenang ia mengawasi tingkah lakunja setiap orang.
Sehabis bersantap malam, semua orang kembali kekamarnja masing2 untuk
beristirahat. Tuan rumah Kha Tay Siang tetap belum pulang. Pit Khing sedang mengatur
orang2nja untuk melakukan pendjagaan, tiba2 ada orang menepuk pundaknja, dalam
kaget dan gugupnja, ia telah ulur tangannja hendak menarik sendjata apinja, tapi
tangannja kembali dipegang oleh orang itu.
"Djangan kaget, aku bukan Oh Beng Hui, djuga bukan biruang jang dibawa oleh Oh
Beng Hui !"
Pit Khing menoleh, ternjata orang jang me-nepuk padanja adalah seorang wanita jang
tjant:k molek, tubuhnja ketjil langsing.
"Oh, nona In, kau membikin aku kaget, hampir sadia semangatku terbang keluar dari
tubuhku !"
"Aku ingin bitjara sedikit dengan kau."
,KaIau begitu k*ta bitjara didalam rumah sadia." kata Pit Kh:ng.
"Tidak, didalam rumah kurang le?uasa, mari kita djalan2 dalam taman sambil
menorobrol, akurkah ?" kata In Hong sambil bersenjum.
"Taman ini sangat luas, hari pun sudah gelap, apa pula aku tidak begitu kenal
keadaann.ia dalam taman ini, sebaliknja djangan kesitu !"
"Meskipun taman itu sangat luas, tidak nanti membuat kau kesasar ?""Kesasar masih tidak mendjadi soal," kata Pit Khing, wadjahnja dirasakan panas,
"dengan sebenarnja, aku ada sedikit kuatir. binatang biruang itu nanti menerkam aku
dengan tiba2, ini betul2 hebat !"
,Bukankah kau ada membawa sencljata api?" "Kalau datangnja biruang itu setjara
mendadak, sebelCim aku dapat menjabut sendjata api, leherku sudah digigit putus !"
Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
djawab Pit Khing, "binatang buas jang manapun aku tidak takut, hanja biruang sadja
jang aku segankan."
"Kalau betul kau begitu takut terhadap bi-ruang, baiklah kita bitjara didekat dapur
dibawah pohon Go-tong itu l"
,Tempat itu djauh atau tidak terpisahnja dari dapur ? Kalau terlalu djauh, aku tidak
mau."
,Paling djauh tjuma 10 kaki lebih."
Pit Khing tidak berdaja, terpaksa mengikut In Hong berdjalan menudju kebawah pohon
Go-tong itu. Tapi achirnja ia tahu bahwa tempat itu terpisah agak djauh dari dapur,
hatinja mulai kuatir.
"Ncma In, apa jang kau ingin bitjarakan, kalakanlah selekasnja," kata Pit Khing.
"Aku ingin ketahui orang jang menjebut dirinja ?musuh dimalam krbut? Oh Beng Hui
itu sebetulnja ada m-.mipunjai permusuhan apa dengan Tja Lok Tjie ?"
"0, tentang soal ini, aku sudah menjanggupi tuan Tja Lok Tjie, untuk dipegang rahasia
selamanja, maka aku tidak bisa memberitahukan kepadamu. Harap nona maafkan."
"Kalau kau tidak memberi tahukan padaku, aku tjuma bisa menunggui disini dengan
kau, sampai Oh Beng Hui muntjul. Setelah aku dapat menangkap p-adanja, lantas bisa
menanjakan langsung padanja."
"Bagaimana kau bisa tahu kalau Oh Beng Hui malam ihi akan datang ?"
Menurut dugaanku sendiri, bukan sadja Oh Beng Hui, bahkan binafcang biruang itupun
akan datang ber-sama2 dia "
Mendengar kata2 In Hong ini, kekuatirannja Pit Khing memuntjak tiba2, ia buru2
memutar tubuhnja hendak berlalu. Tapi segera ia insjap bahwa lengannja dipegangi oleh
In Hong de?ngan erat2.
"Ah, nona In, lepaskanlah !""Aku kuatir dengan seorang diri aku bukan tandingannja Oh Beng Hui dan binatang
buas itu, maka aku ingin kau tetap disini supaja bi?sa membantu aku." dengan tenang
In Hong mendjawab.
"Sudahiah, biar aku nanti tjeritakan padamu, bagaimana Oh Beng Hui'telah menanam
permusuhan begitu hebat dengan Tja Lok Tjie suami-isteri," kata Pit Khing dengan
terpa'ksa. "Tiga tahun jang lalu, suami-isteri Tja Lok Tjie dan Phang Sik Lok kembali dari
perdjalanannja ke Djepang" dengan ringkas Pit
Khing mentjeritakan bagaimana sampai terdjadi permusuhan itu, "kira2 10 bulan
berselang, disuatu malam jang berkabut, orang jang menjebut dirinja ?musuh dimalam
kabut? itu masuk digedungnja Tja Lok Tjie dan membunuh andjing herder pendjaga
rumahnja, serta meninggalkan surat tempelan jang menakut-nakuti Tja Lok Tjie,
kemudian orang itu masuk
lagi digedungnja Phang Sik Lok, sesudah membunuh budjang, perempuannja jang
bern-ama Ah Tjay, djuga tinggalkan surat antjaman dengan tjepat Pit Khing sudah
mentjeritakan s'emua kedjadian jang dialaminja oleh keluarga Tja, ,sekarang aku sudah
mentjeritakan semuanja kepadamu, kalau kau hendak minta bantuan tenaga, tjarilah
orang lain. Bukankah aku sudah katakan padamu, aku paling takut terhadap binatang
biruang ?"
"Surat antjaman itu apa kau ada bawa ? Bolehkah aku melihatnja ?" kata In Hong
sambil tangannja tetap memegangi lengan orang.
"Dua peristiwa jang terdjadi dirumah pesanggrahan ini ada hubungannja dengan Oh
Beng Hui, maka surat antjaman itu djuga aku bawa. Kalau kau mau lihat, ambillah !" dari
dalam kantongnja ia keluarkan 2 helai kertas, disodorkan pada In Hong. ,Sekarang kau
toh boleh idjinkan aku berlalu !"
In Hcng lepaskan tangannja, dengan tjepat Pit Khing kembali kerumah.
Dengan sikap tenang In Hong djalan mundar-mandir ditaman sebentar, sebetulnja ia
sedang memikir dan mempeladjari kedjadian2 itu dengan bahan2 apa jang ia telah dapat.
Kemudian dengan tindakan pelahan ia kembali kerumah.
Didalam kamar tidurnja, dibawah sinar 1ampu minjak tanah, dengan sangat teliti In
Hong memeriksa 2 helai surat antjaman itu. Surat2 antjaman itu ditulis diatas sobekan
kertas buku tjatatan harian, jang satu tertulis tanggah nja 27 Djuni sedangkan jang
lainnja tanggal 5
Djuli. Susunan kata2nja meski tidak semuanja sama, tapi hampir serupa.
Ia melihat bulak-balik tulisan2 tangan itu, sampai tidak berkesip.Hiang Kat dan Tja Ik Tjian duduk diatas sofa, melihat sikap tekun dari In Hong, mereka
tidak man mengganggu, Tapi tidak demikian dengan Ouw Ga jang sifatnja berandalan
dan gerabak-gerubuk, ia sudah merasa tidak sabaran.
"Hei, In Hong, kau sedang lihat apa ? Mengapa begitu ketarik nampaknja ? Bolehkah
aku turut lihat ?"
In Hong tidak mendjawab, ia lalu mentjeritakan halnja permusuhan antara Oh Beng
Hui dengan suam'-fsteri Tja Lok Tjie.
"Ini adalah itu orang jang menjebut dirinja ?musuh dimalam kabut? jang meninggalkan
surat antjaman untuk Tja Lok Tjie dan Phang Sik Lok," kata In Hong. "tjoba kalian lihat
de?ngan seksama, mungkin bisa ketemukan apa2 jang agak istimewa dalam tulisan itu."
Mereka lalu membatja surat antjaman itu dengan bergiliran.
,Jni ada sobekan kertas dari buku tjatatan harian jang ada tertjetak tanggalnja," kata
Tja Ik Tjian, "Ketjuali ini, aku tidak dapat lihat apa2 keistimewaannja."
"Akupun demikian, tidaklah ada apa2 jang istimewa kata Ouw Ga.
"Aku rasa orang jang menamakan dirinja 'musuh dimalam kabut? itu, tulisan tangannja
ada mempunjai sesuatu keistimewaan." kata Hiang Kat. ?
"Benar," kata In Hong sambil mengangguk, "tahukah kau apa dan dimana
keistimewaannja ?"
"Dalam tiap2 huruf jang ada tarikannja menurun kebawah ,hampir disemua
diudjungnja kedapatan ditarik keatas: tjoba lihat huruf2
ini : ?Kim? ?Ya?, ?Bun? dan sebagainja, semuanja ada keistimewaannja demikian."
,Djika ingatanku tidak keliru, surat peringatan jang dilemparkan dalam kamar Tio Djie
Kiok, tulisannjapun ada keistimewaannja demikian," kata In Hong. "Hiang Kat, tjoba kau
ambil dan bandingkan dengan ini."
Dari dalam latji medja tulis Hiang Kat mengambil surat jang dimaksud, lalu
dibandingkan dengan kedua helai surat antjaman tersebut, betul sadja, kesemuanja telah
membuktikan bahwa surat2 itu ditulis oleh satu orang.
"In Hong, begitu kau datang, lantas kau dapat memberi keterangan tentang orang
jang melemparkan surat peringatan itu adalah orang jang menamakan dirinja ?musuh
dimalam kabut?, ini sungguh tidak mudah !" kata Ouw Ga dengan lagu suaranja jang
mengandung pudjian.
,Ini tidak ada soal jang aneh, hanja suatu tanda bahwa aku lebih teliti sedikit daripada
kalian," kata In Hong merendah, "penemuan ini, ketjuali telah membuktikan bahwa ketiga
helai surat ini ditulis oleh orang jang sama, djuga tulisan diatas tembok dapur itu, jangsusunan kata2nja tidak karuan, adalah serupa ditulis oleh orang ini djuga. Sekalipun dia
seL , ngadja menulis bengkak-bengkok, namun masih tetap kelihatan tjara tarikan tangan
jang tidak berbeda sedikitpun."
"Apakah benar ?" tanja Hiang Kat, agak masgul, "betul2 aku terlalu tjerobo dan lalai,
' sampai tidak perhatikan persamaan ini/?
"Baiklah kita periksa dengan teliti." kata Ouw Ga, ,tulisan diatas tembok itu meski men'
tjang-mentjong, tapi setiap huruf jang ada tarikannja menurun kebawah, semuanja
dibagiI an udjungnja ditarik keatas. Ini disebabkan kebiasaannja jang sudah mendalam,
hingga 3usah dibuang."
I "In Hong, ini adalah suatu penemuan jang
i sangat penting," kata Hiang Kat, ,tapi
i tapi, orang jang namakan dirinja ?musuh dil malam kabut? Oh Beng Hui itu djika benar
ada l didalam rumah pesanggrahan ini, bagaimanapun pandainja dia menjaru rupa,
mustahil Tia ! Lok Tjie, Ngo Gie Ling dan Phang Sig Lok ti?dak dapat mengenali ? Ini
betul2 mengherankan !"
"Soal jang kau adjukan ini, ada harganja untuk dipeladjari," kata In Hong sambil
kerutkan alisnja, "aku sekarang sedang memikirkan soal sampai kepalaku pusing."
"Kalau hanja soal permusuhan antara Oh Beng Hui dengan Tja Lok Tjie, kita boleh tak
usah tjampur tangan," kata Ouw Ga. "Tapi Oh Beng Hui itu tefah mem-bawa2 Ah Tjay
dan Tio Djie Kick jang tidak berdosa,' didjadikan sasaran pembalasan sakit hatinja, maka
kita tidsk bisa peluk tangan lagi. Sekarang ki?ta tjuma perlu mentjari orangnja jang
menamakan dirinja ?musuh dimalam kabut? itu, dia telali melepaskan binatang biruang
dari kandangnja, menjuruh binatang itu menggondol Tio Djie Kiok dan Liang Liang, djuga
suruh mengantjam djiwaku dan djiwa Hiang Kat "
"Menurut penglihatanku, urusan tidak demikian sederhana," kata In Hong, "meskipun
nona Tio Djie Kiok bukannja dibawa lari oleh bi?ruang "
"Aku lihat dengan mata kepala sendiri Liang Liang dibawa lari oleh biruang, sete?ah
aku menguber, baru dilepaskan," kata Ouw Ga jang tidak setudju pikirannja In Hong,
"aku dan Hiang Kat pun pernah bertempur dengan bi?ruang dan manusia biruang
setengah malaman, bagaimana kau bisa katakan Tio Djie Kiok bukan digondol oleh
biruang ?"
"Aku sudah periksa pintu kamarnja Tio Djie Kick, pintu itu dipasangkan alat pengepir,
Tio Djie Kiok tidur sendirian dalam kamar, bina?tang biruang dengan djalan mendorong
pintu daun djendela masuk kedalam kamar dan menggcndol dia, seharusnja keluar lagidari diendela itu; tapi menurut keterangan Hiang Kat, keadaannja waktu itu adalah
pintunja terbuka Iebar, apakah kaki biruang mampu membuka pintu jang dipera?ati
dengan per ? Sudah tentu tidak. Selain dari itu, apa mungkin binatang biruang demikian
mengarti maksudnja orang jang menjuruhnja, berbuat me?nurut crang jang
menjuruhnja. misalnia lebih dulu membawa lari si A, kemudian si B lagi ? Barangkali ini
masih mendjadi satu pertanjaan besar. Dari sini ternjata Tio Djie Kiok bukannja digondol
oleh binatang biruang, tapi telah dilarikan oleh manusia "
"Bagaimana dengan tanda2 tapak kaki bina?tang biruang jang terdapat didalam
kamar ?" tanja Ouw Ga.
"Setelah Tio Djie Kiok dilarikan orang, memang benar ada orang jang melepaskan
bina-tang biruang dan manusia biruang itu dari kandangnja, kebetulan biruang itu telah
masuk dikamarnja Tio Djie Kiok dan kamar ka-lian." mendjelaskan In Hong, "pendeknja,
ini adalah pelabi dari perbuatan pendjahat, dia telah menggunakan binatang biruang itu
untuk menutupi perbuatan djahatnja. Maka aku bisa pastikan, Liang Liang djuga bukan
digondol oleh biruang."
,Mendengar pendjelasanmu ini, aku merasakan kedjadian ini makin lama makin
ruwet." kata Ouw Ga.
,Peristiwa ini. memangnja sangat ruwet," kata In Hong, "ada banjak soal, kita sudah
memeras otak habis2an, ach'rnja masih belum mendapat djawabannja. Umpama kata,
itu tambang pandjang jang terdapat diatasnja pintu kandang biruang. siapa geranp-an
jang menaruhnja, adalah soal jang susah dinqengerti."
,Akupun merasa sangat heran dengan tam-bang itu," kata Ouw Ga, "tapi ini toh tidak
ada artinja sama sekali, per?u apa kita mesti bertjape hati untuk mempeladjarinja ?"
"Tidak ada artinja ? Aoakah dahm soal tambang ini aku mas^h belum menemukan
djawaban jang benar, sukar sekali aku dapat membikin terang peristiwa ini. Maka
" utjapan
In Hong dibikin putus oleh suara ketokan pintu jang sangat pelahan.
Hiang Kat bangun dari tempat duduknja, membuka pintu.
"Nona Hiang Kat, apakah kau sempat!" tanja babu Han-ma jang berdiri didepan pintu.
"Aku ingin bitjara sebentar dengan kau."
"Mari masuk kedalam sadja !" kata Hiang Kat.
Han-ma masuk kekamar, ia memberi hcrmat dan tertawa kepada In Hong, Ouw Ga
dan Tja Ik Tjian, tertawanja kelihatan tidak wadjar dan mengandung perasaan jang
kurang tenang,
,Duduklah !" menjilahkan In Hong."Ja, aku ingin bitjara sedikit sadja, lantas berlalu," kata Han-ma sambil memainkan
udjung badjunja. "Aku tahu kalian adalah pendekar2 wanita jang bentji kedjahatan dan
membela kebenaran, maka aku ingin memberitahukan kalian tentang suatu hal jang aneh
"
"Kedjadian jang aneh ?" tanja Ouw Ga jang sudah tidak sabaran, "katakaniah lekas !"
"Dalam rumah pesanggrahan ini dalam beberapa hari ini telah timbul serentetan
kedjadian jang aneh, betul2 membikin orang tidak enak -duduk tidak enak tidur," kata
Han-ma. "Barusan kembali aku dapat menjak.sikan su?atu kedjadian jang sangat
mengherankan, sampai aku hampir tidak pertjaja kepada mataku sendiri, tapi
kenjataannja mataku belum rusak, aku telah menjaksikan dengan djelas, mataku tidak
bisa salah lihat "
"Aku pertjaja matamu tidak ada penjakitnja, lekaslah katakan, apa jang kau lihat V*
Ouw Ga jang sifatnja keras kembali mendesak.
"Setengah djam jang lalu, aku dapat lihat Liang A King jang badannja bongkok lari
menudju ketaman sebelah udjung timur utara seperti terbang," kata Han-ma. "Sedjak dia
datang kerumah pesanggrahan ini, baru pertama kali ini aku dapat lihat dia bisa berdiri
lempang begitu rupa dan larinja demikian tjepat. Maka Mantas timbul ketjurigaanku.
Mungkin binatang biruang dan manusia biruang itu dia jang melepasnja."
"Ng," In Hong memikir sedjenak, "ia bekerdja dipesanggrahan ini sudah berapa lama
?"
"S?tahun lebih se dikit,1" djawab Han-ma, "ketika ia datang, tubuhnj-a sudah
bongkok, djalannja sempojongan, tertiup anginpun mungkin djatuh."
"Apakah bukannja Djawatan Penempatan Buruh jang masukkan dia kemari ?"
"Bukan, dia masuk kerdja dengan perantaraan pemilik toko beras dikota. Kami sering
membeli beras kepada toko beras itu, maka tuan Kha sudah kenal betul dengan pemilik
toko beras itu. Dia dapat dengar tuan Kha memerlukan tenaga seorang jang sudah
berpengalaman memelihara binatang buas, dia lantas perkenalkan Liong A King pada
tuan Kha. Katanja Liong A King pernah bekerdja disirkus sebagai tukang pelihara
matjam2 binatang buas, hingga dalam pekerdjaan demikian dia mempunjai banjak
pengalaman"
"Baru2 ini apakah dia pernah meninggalkan
rumah pesanggrahan ini V tanja In Hong.
,Kira2 10 hari jang lalu, ia pernah minta perlop beberapa hari pada madjikan, katanja
hendak kekota mengobati penjakitnja.""Berita jang kau sampaikan kepada kami sangat berguna sekali," kata In Hong "hanja
untuk sementara hal ini kau djangan mentjeritakan kepada siapapun djuga."
Han-ma setelah berikan djandjinja lantas permisi keluar.
Ouw Ga, Hiang Kat dan Tja Ik Tjian pada merundingkan berita jang mereka baru
terima itu, tjuma In Hong sendiri jang diam, kembali terbenam dalam pikirannja.
Kira2 5 menit kemudian, babu tua Tjee-ma tflah membawa seteko air panas unfk
mengisikon termos dalam kamar mereka.
"Tjee-ma, semua termos jang ada dalam kamar2 itu, apakah kau jang diwadjibkan
mer.gisi air panasnja ?" tanja In Hong.
"Ja, semua adalah aku jang kerdjakan". ka?ta Tjee-ma. ,Lioiig A King telah
beritahukan padaku, katanja kalian bertiga adalah pendekar2 wanita jang suka membela
kebenaran den memberantas kedjahatan. Maka aku sudah la?ma ingin memberi tahukan
kepada kalian tentnr'osuatu rahasia. tani hatiku merasa takut, tidak berani banjak omong.
Sekarang dalam rumah pesanggrahan ini telah ber-turut2 terdiadi hal2 iang
menjeramkan, apabibi aku ti?dak mengatakan, mungkin akan terdia^i hoi2
jang lebih hebat pula, tjuma " Tjee-ma
mendadak berhenti bitjara, seperti ada apa2 jang dikuatirkan.
"Tjuma bagaimana ?" In Hong tanja sambil memandang dengan tadjam. e "Tjuma,
kalian djangan beritahukan kepada siapa sadja, bahwa hal ini aku jang memberitahukan
pada kalian, terutama dihadapannja suami-isteri Tja Lok Tjie kalian djangan membit
jarakan rahasia ini. Aku sebenarnja takut sekali kalau mereka nanti mentjelakakan
djiwaku jang sudah tua ini "
"Tentang djiwamu, kami bertiga nanti jang mendjamin," kata Ouw Ga tanpa pikir lagi,
"lekaslah katakan, rahasia apa itu ?"
"Begini, aku sekarang mendjadi besar hati," kata Tjee-ma, ,kemarin dulu sore aku
menukar air panas dalam kamar tidurnja tuan dan njonja Tja Lok Tjie ketika aku berada
didekat pintu kamar, kebetulan aku dapat dengar Tja Lok Tjie dengan suaranja jang agak
keras mengatakan : ?kita boleh meng;gunakan ratjun tikus dengan diam2 dimasukkan
dalam air nana,s didalam termosnja Tio Dji'e Kiok. Setelah aku dengar kata2 itu, kagetku
bukan main. Ta?pi dalam kamar itu mendadak tidak ada suara orang lagi. Kemudian
terdengar suarania Ngo Gie Ling dengan pelahan, jang ternjata telah mentjomeli
suaminja. Apa jang dikatakan, aku tidak dengar djelas. Aku pikir djika saat itu aku masuk
menukar air adalah kurang nantas, maka aku lantas membawa tekoku berlalu dari situ.
Tapi aku terus merasa kuatir akan keseJamatan djiwanja nona Tio Djie Kiok. deneran
tidak tahu bagaimana aku harus menolongn.ia, maka aku lantas mentjari Liong A King
untuk merunding ""Orang sakit bagaimana mentjari setan diadjak berunding ?" memotong Ouw Ga.
"Nona Oinv Ga, barangkail kau belum tahu Liong A King itu orang apa," Tjee-rna tjoba
membela liong A King, "dia adalah seorang jang setia, baik hati, adatnja sabar luar biasa,
siapa sadja jang memukul dan memaki dia, tidak nanti dia mau membalas. Dia benar2
se?orang jang baik hati "
"Mungkin aku belum tahu djelas," kata Ouw Ga, wadjahnja mengundjukkan perasaan
kurang enak, "tjoba teruskan !"
"Kata2 manis isterinja jang aku dengar itu, telah kuberitahukan kepada Liong A King,"
meneruskan Tjee-ma, "setelah dia mendengar kabar itu, dia memikir lama sekali, baru
berkata kepadaku dengan suara sungguh2 : ?Tja Lok Tjie seorang berada dan
berpengaruh, lagipula mempunjai hubungan rapat dengan detektip To Tie An jang
terkenal, sebaiknja kau banjak makan sedikit bitjara, kita melawan keluarga Tja, seperii
djuga djangkrik mela?wan ajam.? aku djawab padanja agak mendongkol : ?apakah kita
hams menjaksikan begitu sadja nona Tio Djie Kiok mati makan ratjun%??. Liong A King
lalu kata. ?Aku nanti tjoba mentjari akal, dengan diam2 melindungi djiwanja nona Tio, ini
adalah tjara jang paling sempuma.? Pada saat itu, aku sendiri djuga tidak tahu akal apa
jang dia pikirkan. Kemudian aku baru tahu dia telah menulis surat untuk memberi
peringatan kepada nona Tio, dan dilemparkan dalam kamarnja."
Berita jang disampaikan oleh Tjee-ma ini
Orang itu membidik dan menembaknja, benda tjjair telah menjembur dari mulut
sendjata, tanpa suara menjerang muka
In Hong.
jtm
Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah membangunkan semangat setiap orang, tjuma In Hong seorang jang tetap
tenang, dengan suara halus dan pelahan2 ia menanja: "Tentang rahasia itu, ketjuali kau
dan Liong A King, apakah ada orang lain jang tahu ?" "Selain suami-isteri Tja, tjuma aku
dan Liong A King jang tahu rahasia itu."
"Apakah kau tahu benar bahwa tulisan jang memberi peringatan kepada nona Tio itu
adalah Liong A King jang tulis ?"
"Aku tidak bisa menulis, djuga tidak ada orang lain jang bisa menulis surat peringatan
itu, sudah tentu Liong A King jang tulis, dan dia jang masukkan kedalam kamar nona Tio.
Hanja heran sekali, menurut keterangannja nona Hiang Kat, katanja air panas dalam
termos itu tidak ada ratjunnja, aku sendiri djuga tidak tahu bagaimana sebetulnja ?"
"Kami akan berdaja sskuat tenaga untuk membikin terang kedjahatan ini," kata In
Hong, "hanja aku minta kau djangan se-kali2 memberitahukan kepada Liong A Kingbahwa kau ada membitjarakan soal ini dengan aku." Tjee-ma anggukkan kepala, lalu
berlalu de?ngan membawa teko air panas.
"Sekarang aku makin lama makin bingung," kata Ouw Ga, "Liong A King itu sebenarnja
seorang baik ataukah djahat ? Betul2 aku tidak bisa mengerti !"
"Suami-isteri Tja Lok Tjie hendak meratjuni nona Tio dengan ratjun tikus, apakah
berita ini dapat diperLi'aja ?" tanja Hiang Kat jang agak sangsi. "sobab air dalam termos
itu tidak ada ratjunnja."
jf "Suami-isteri Tja Lok Tjie memang betul ada maksud hendak membinasakah nona
Tio jj Djie Kiok. Mungkin setelah mereka berpikir , dan mempeladjari bulak-balik dengan
menaruh
* ratjun dalam air minum tidak begitu sempurna, mereka lantas ubah siasat,
dugaku. PenSi deknja, kita harus membikin terang lebih dulu ldjbeb?rapa soal pokok
dalam peristiwa ini," In Hong bangun dan berdiri dari tempat duduka
dipintu besi itu."
| "Ir Hong, aku ikut." kata Ouw Ga.
"Kau dan Hiang Kat sebaiknja tinggal disiJ ni sadja, aku kuatir Ik Tjian dan Sam Ho
maJ sih terus diintjar oleh pendjahat!" kata In
* Hong sambil mendorong pintu djendela, dengan sekali lontjat, ia sudah berada
diluar ka? mar, dengan tjepat ia menudju kekandang biruang.
3 Ia mengitari empang jang luas, lalu masuk 3 kedalam rimba pohon Siong. Dengan
tangan memegang Iampu batere ia berdjalan didalam d rimba jang lebat itu.
Tidak lama kemudian, ia telah keluar dari l rimba dan tiba didepan kandang biruang;
ia U memandang dengan penuh perhatian tambangitu dan terus berdjalan menudju
kearah barat kandang terus sampai dibelakang gunung2an, kebetulan tambang itu
tertarik mendjadi lem| pang. Ia kembali lagi dan lemparkan tambangitu ditempat asalnja,
lantas ia meninggalkan l tempat tersebut.
Selang sesaat, kembali In Hong memasuki
rimba. Pada saat itu, dibawah salah satu pohon Siong jang besar dalam rimba itu
sudah tambah satu bajangan hitam, dengan sorot mata bersinar terus mengawasi gerak
geriknja In Hong, dalam tangannja memegang sebuah pistol penjembur jang berisikan
obat tidur. Dengan sabar dia menantikan In Hong mendekat jang dapat -ditjapai o^h
seraiigan sendjata itu; dengan demikian, dia akan dapat membuat In Hong h?lang
ingatannja, lalu de-ngan mudah dapat dibinasakan.Dan In Hong dilain pihak, sedikitpun tidak tahu bahwa mulut sendjata obat tidur itu
sedang mengarah padanja. la berdjalan sambil memikirkan beberapa soal sulit jang
meliputi perist?wa ini.
S:nar ^ampu batere teiah menerangi sebagian dialanan jang semoit dalam rimba itu;
kadang2 diuga menerangi batang2 pohon atau tjabang2nja, satu kali pernah djuga
menerangi pohon tempat sembuniinja pendjahat jang sedang mengarah djiwanja In
Hong itu, tapi In Hong agaknja tidak ambil perhatian, ia masih belum mengetahui a da
musuh sedang mendekam dibalik pohon menantikan ia.
Ia terus berdjalan dengan tenangnja, pe-lahan2 mendekati pohon Siong tersebut.
Orang jang sembunii d?balik pohon. menampak In Hong sudah masuk kedalam
lingkaran jang dapat ditjapai oleh serangan obat pulesnia. teiah mengintjar mukania,
sudah lantas hendak menarik pelatuknia, tapi ia masih sangsi serangan darl samping itu
nanti tertiup angin jang sedang meniup keras itu, mungkin
r M--1 -
* ^ bisa membujarkan kekuatan obatnja, mungkin djuga bisa menjerang balik dirinja
sendiri,
S( maka ia terus bersangsi.
i Dalam saat jang tegang itu, tanpa disadari In Hong telah lolos dari bahaja maut.
5 Bajangan hit am itu ketika hendak melepasm, kan serangannja, In Hong sudah
berlalu agak di djauh, hingga sukar ditjapai oleh serangannja,
U ia tjuma b:?sa Imenjerang dari belakang, tapi ' itu ter-lebih2 tidak akan membawa
hasil jang jj diingini. Maka, dengan diam2 dan tidak menimj bulkam sua^ ia lari menudju
kelain pohon untuk sembunjikan diri menantikan In Honglewat disitu.
^ Kalau sadja In Hong tidak terbenam dalam , pikirannja sendir?, sudah tentu ia dapat
lihat ? adanja orang kedua didalam rimba itu, ketika ? bajalngan itu ber-Iari2 mentjari
lain tempatpersembunjiannja. Apamau pikirannja sedang ditudjukan kepada. soal2 ruwet
jang sedang dif hadapinja, maka ia tidak dengar suara orang H berlari, djuga tidak tahu
musuh sedang meii ngarah djiwanja, sampaipun apa jang dilewati 5 pun se-olah2 tidak
dilihatnja.
Tatkala itu, ia masih terpisah kira2 seratus kaki 5 lebih dari mulut sendjata, ia djalan
semakin dekat dan semakin dekat kepada mulut sendj al ta.
Bajangan hitam itu menahan napas, sendja| tanja dibidikkan kearah mukanja In Hong,
de-ngan perhatian tegang ia menanti saatnja. Ada seekor kunang2 dari djauh terbangke; belakang pohon besar tempat persembunjian bajangan hitam itu, terbang ber-putar-
putar
diatas kepalanja orang itu, sambil memantjarkan sinarnja jang ber-kelak-kelik. Orang
itu kuatir sinar kunang2 itu nanti dapat menerangi wadjahnja, maka beberapa kali ia
menjambar dengan tangannja.
Kunang2 itu merasa dirinja terantjam bahaja, segera terbang dari tempat itu. Apakah
binatang ketjil jang tidak berarti itu telah mengetahui maksud djahat orang itu, ataukah
sa~ tu hal jang kebetulan sadja, dia lantas terbang kedepannja In Hong, se~olah2
hendak mentjegah pendekar wanita jang sedang berusaha menumpas kedjaliatan itu,
meneruskan djalannja jang akan menudju kekematian. Tapi, In Hong sedikitpun tidak
sadar bahwa binatang seketjil itu sedang berdaja menolongi djiwanja.
Kunang2 itu terbang kesamping telinganja In Hong, se-olah2 hendak mengisiki adanja
bahaja; sajang suaranja terlalu lemah, hingga tidak idapat didengar oleh In Hong. Ia
masih meneruskan perdjalanannja, setapak demi setapak mendekati pohon besar itu.
Achirnja, In Hong masuk kedalam lingkaran jang dapat ditjapai ol'eh serangan
sendjata obat pules itu. Orang itu membidik dan menembaknja, benda tjair telah
menjembur dari mulut sendjata, tanpa suara menjerang mukanja In Hong; sesudah
mendekati muka In Hong, benda tjair itu telah bujar dan berobah mendjadi asap, bau
asap jang menusuk hidung telah masuk kehidung In Hong.
In Hong hendak menggunakan tangannja untuk menutupi hidung dan mulutnja, tapi
ternjata sudah teiiambat, tubuhnja terhujung
L^ "tj , ? " - "
Bajangan hitam itu nampaknja sangat gi' rang, sendjatanja .dimasukkan kembali
dalam sakunja, lantas keluar dan belakang pohonmendekati tubuhnja In Horig, dengan
lampu H baterenja ia memeriksa sebentar, ia telah da1 pat kenjataan bahwa In Hong
sudah kehilang1 an peilasaannja.
1 Hanja, kehilangan perasaan bukannja mati, l! ia hendak menggunakan tangannja.
untuk men$ tjekik leher In Hong, la djuga pikir hendakmenggunakan tambang untuk
mendjirat leher nona itu, tapi semuanja ini memerTukan waki tu jang pandjhng, maka ia
pikir akan meng'guI nakan batu besar untuk menghantjurkan tuy buhnja In Hong, tjara
ini praktis, orisinil! Tetapi tidak ada sebuah batu besar, maka ia lan?tas lari kesana, ia
masukkan lampu baterenja [ kedalam saku, dengan kedua tangannja ia meng*
angk?*t batu besar jaiTg beratnja kira2 4-50 kati beratnja itu dan jang agak sukardigerakkan, ia memutar tubuhnja, setindak demi se? tindak dan dengan susah pajah
kembali ketem* pat semula.
Ia taruh batu besar itu ditanah, lalu mengeI luarkan lampu baterenja, menjoroti
sebentar mukanja In Hong, kemudian mengantjar-antjar djaraknja, ia lemparkan
baterenja, kem?bali mengangkat batu dan madju kira2 5 tin?dak.
"Pendekar wanita jang tertjinta nona Oey Ing, sampai ketemu lagi diacherat!" mulutnja
kemakkemik mengeluarkan beberapa patah ka?ta demikian, lalu tangannja digerakkan,
batu 1? jang berat itu lantas melajang kearah kepalanja In Hong
VII. SEPUTJUK SURAT JANG ANEH
DJIKA In Hong tetap dalam keadaan pingsan dan menggeletak ditempat semula, maka
ketika batu besar jang berat itu melajang ke?arah kepalanja, dengan tepat akan dapat
menghantjur.kan kepalanja. Tapi ketika bajangan hitam itu tadi sedang memindahkan
batu besar jang berat itu dan set'indak demi setindak mengangkat kembali, In Hong
sudah siuman dari pingsannja, karena obat jang masuk kedalajmhidungnja tidak begitu
banjak, maka waktunja sadar kembali pun lebih tjepat. Tjuma baru sadja sadar,
ingatannja belum djernih betul, kaki dan tangannja pun masih lemas, malahan terasa
hendak tumpah2.
Ketika bajangan; hitam itu menaruh batu ditanah, kemudian menjoroti dengan lampu
batere, In Hong sudah mulai agak terang inga-tannja, djuga menjadari bahwa p8ndjaha,t
itu hendak berbuat apa2 terhadap dirinja, tidak usah disangsikan lagi bahwa dirinja
sedang berada dalam bahaja. Hanja apa man kekuatan badannja belum pulih betul,
seluruh tubuhnja masih dirasakan lemas, sampaipun melontjat sadja dia tidak mampu.
Ketika bajangan. hitam itu melemparkan lampu baterenja dan mengangkat batu besar
itu, In Hong telah kerahkan seluruh kekuatannja untuk menghindarkan diri dari bahaja,
djustru pada saat itulah, batu besar jang berat
itu telah terdjatuh ditanah dengan mengeluarkan suara berat pula. Menjusui mana,
dalam fi kead&an gelap ia telah berhasil menendang mata kakinja pendjahat itu;
meskipun kekuatkannja terbatas, tapi tjukup keras membuat pendjahat itu selojongan
dan achirnja djatuh Ttersungkur ditanah.
* Pencijahat itu djeri terhadap In Hong, dia buru2 lompat bangun, t.dak sempat
melihat ? keadaan jang sebenarnja, dia sudah lari tung? gang langgang.
^ In Hong, pelahan2 berusaha imtuk bangun, ia masih belum ada kekuatan lenaga
untuK ms'! ngedjar pendjahat itu, tjuma bisa duduk be?ll bengong, mengawasi pendjahatjang kabur terI birit2 itu lenjap dari pemandangan. Apa jang je ia sangat sesalkan, ialah
ia masih belum sem\ pat melihat siapa sebetulnja pendjahat itu.
Sang waktu berlalu terus, pe-lahan2 In Hong gj pulih kekuatannja. la memungut
kembali n lampu baterenja dan pe-lahan2 kembali kepeI sanggrahan.
! Malam itu, ketjuali In Hong jang mengalai. mi serangan gelap didalam rimba,
lain2njajang ada didalam pesanggrahan, tidak mengalami kedjadian apa2.
! Esok harinja, hari Djum?at, jalah hari wa\ fatnja Tja Lian Hu. Keturunan keluarga Tja,
* dibawah pengawasan, adpokat Siek Pek Sin, telah melakukan pembagian harta
jang beru1 pa uang tunai kepada keempat ahliwarisnja. Setelah selesai mendjalankan
tugasnja, ia lanI tas meninggalkan rumah pesanggrahan terseI but.
? In Hong sambil bersenjum, "sekarang kau pergi panggil Liong A King kemari f"
Tidak lama kemudian, Ouw Ga sudah kembali bersama Liong A Khing.
"Nona In Hong, ada perintah apa nona memanggil aku ?" tanja dengan sangat
hormatnja, Liong A Khing jang badannja bongkok itu, sambil tidak hentinja mengurut-
urut pinggangnja, seperti sudah mendjadi kebiasaannja. De-ngan sikapnja jang
kelihatannja begitu lemah tidak bertenaga, membikin orang tidak menaruh tjuriga kalau
ia bisa berbuat suatu perbuatan jang gandjil.
"Aku ingin minta bantuanmu melakukan sesuatu, tidak tahu kau bersedia atau tidak
?" kata In Hong dengan lemah-lembut dan merendah. Tapi1, soi^ot matanja
mema^ndang tadjam reaksinja orang tua itu.
"Asalkan jang aku bisa lakukan, aku tentu bersedia membantu nona." djawab Liong A
King, sepasang matanja memandang tad jam kepada In Hong.
"Aku minta kau ikut nona Ouw Ga pergi kedalam rimba sebelah barat laut luar
pesanggrahan ini, untuk menangkap satu orang jang aku tjurigai "
"Nona In, tugas seberat ini, mungkin aku tidak sanggup mendjalankannja!" djawab
Liong A Khing, wadjahnja memperlihatkan senjuman getir, "pertama, untuk lari sadja aku
tak bisa, bagaimana bisa menangkap orang ?"
"Itu tidak mendjadi soal, pendjahat itu su?dah menantikan kedatangan kalian disana
untuk menangkapnja. Kalian tidak usah mengeluarkan tenaga apa2, lantas brsa
menangkap. Umpama kau tidak bisa menangkapnja, akupun tidak akan menjalahi kau.
"Kalau begitu, baildah aku ikut nona Ouw Ga pergi ber-sama2", kata Liong A King,
"tapi siapakah namanja orang jang nona tjurigai itu ? Bagaimana mat jam orangnja V*"Dia adalah seorang jang tidak ketentuan djedjaknja, tidak suka siapa sadja melihat
wadjah asLnja. Setiap hari pada waktu2 jang tertentu dibawah pohon jang paling besar
dalam rimba itu, jang diatasnja ada terdapat sarang burung tekukur, menantikan
kedatangannja se-orang jang memakai badju mudjidjat iutf.uk memberitahukan
kepadanja 3 huruf", kata In Hong dengan sungguh2, ia berdiri dari ternpat duduknja,
dari dalam lemari ia ambil satu ba?dju jang sudah kuno dan potongannja luar biasa, jang
tidak umum dipakai oleh manusia; badju aneh itu diserahkan kepada Liong A King. "Ini
adalah badju mudjidjat jang sangat adjaib, lepaskan badju biasamu, dan pakailah badju
ini, lantas kerimba dan kemudian berkata kepada orang itu : ?kabut dalam kabut? dia
segera keluar menemui dan berdjabatan tangan dengan kau, disaat itulah, nanti Ouw Ga
akan keluar dari tempat sembunjinja dan membekuk orang. Sekarang kalian lekas pergi!"
Perintah sematjam ini bukan sadja telah membikin heran Liong A King sehingga
melupakan rasa sakit dipinggangnja, bahkan Ouw Ga pun bingung ter-longong2 1a, tidak
pertjaja itu ada badju mudjidjat atau adjaib, tapi ia
I I \
anggap In Hong memang ada seorang aneh jang luar biasa.
Sebentar kemudian, Liong A King sudah membuka badju atasnja, dan memakai badju
jang aneh luar biasa itu, ber-sama2 Ouw Gapergi kerimba.
Tindakan kedua In Hong, jalah suruh Hiang Kat pergi kekota, untuk mentjari
keterangan l kepada saudagar beras tentang asal iisulnja Liong A King.
Tindakan ketiga, ia ber-sama2 Sam Ho dan Tja Ik Tjian, dengan diam2 masuk dikamar'
nja Liong A King dan kamar simpanannja kumpulan2 koleksi binatang2 buasnja Kha Tay
Siang. Menurut keterangannja njonja Kha ke' pada In Hong, dalam kamar koleksi
binatang2 itu ada beberapa binatang ketjil, djuga ada seI ekor binatang biruang jang
besar. Oleh karena dalam kandang sudah ada binatang biruang jang hidup, maka
binatang biruang jang sudah mati itu tidak ditaruh dalam kamar tamu berj sama
binatang2 singa dan matjan.
Tapi kini In Hong dalam kamar simpanan koleksi binatang2 buas itu tidak dapatkan biI
ruang jang dimaksudkan oleh njonja Kha itu,
I terang sekali bahwa biruang itu sudah lenjap , ditjuri orang.
Didalam kamar tidurnja Liong A King, InHong tidak dapatkan apa2, hanja dari dalam ,
saku badjunja jang tadi dibuka ketika hendak memakai badju mudjidjat, terdapat sebuah
buku harian jang sudah tertjetak tanggal dan bulannja untuk satu tahun.
Dalam buku harian itu, dalam bulan2 pertaHima, tertulis djatatannja Liong A King mengenai soal2 tetek bengek dirumah
pesanggrahan itu, kemudian tjatatan itu terputus, terdapat beberapa lembar kosong.
In Hong memeriks-a lembaran2 jang kosong itu, benar sadja dajam lembaran kosong
tersebut kurang 2 helai jang tertanggal 27 Djuni dan 5 Djuli.
"Sekarang kita dapat memastikan bahwa ?musuh dipalami kabut' itu adalah Liong} A
King sendiri," kata In Hong kepada Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjiati. "Akan tetapi karena
kepastian ini, soal2 jang kita masih belum dapat djawab dalam peristiwa ini bertambah
banjak lag1] !"
Setelah selesai memeriksa, In Hong kembaIikan lagi barang2 Liong A King ditempatnja
semula, buku tjatatan harian itupun dimasukkan kembali kedalam, se-olah2 sakunja tidak
pernah terdjadi apa2. Lalu ber-sama2 Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjian ia meninggalkan kamar
itu. Sebaliknja In Hong telah pergi djalan2 ditaman, ia ingin pergf kerimba pohon Sio|ng,
untuk mentjari tanda2 atau bekas2 jang ditinggalkan oleh penjerang gelap semalam
terhadap dirinja. I
Didalam rimba ia ketemukan batu besar dan tempat bekas dimana ia rebah tidak ingat
orang. Tidak djauh dar'i tempat itu, ia ketemu-kan sebatang pulpen jang berharga mahal.
Tempat itu mungkin sekali ada tempat djatuhnja pendjahat tersebut ketika ia tendang
mata kakinja, dan pulpen itu tidak salah lagi kepunjaannja pendjahat itu, jang terlepas
keluar dari kantong badjunja.
In Hong ambil pulpen itu dan diperiksanja dengan teliti, telah diketemukan 3 huruf
ketjil diatasnja. Huruf2 itu adalah ?Siek Pek Sin?. Terang sekali bahwa pulpen itu ada
kepunjaannja Siek Pek Sin.
In Hong melandjutkan pengusutannja, tapi tidak terdapat tanda2 lainnja.
Ia berdjalan keluar rimba sambil memikir, tibalah ia dipinggir empang.
Hari itu, angin dari barat utara meniup sangat keras, daun2 kering dari pohon pada
terbang berhamburan, perlahan2 sampah diatas empang djuga tergojang terapung tak
hentinja.
Batu marmer dipinggir empang1 itu djuga penuh dengan daun kering, tapi sebentar
ke~ mudian sudah disapu bersih oleh angin jang meniup keras itu kedalam empang.
Tiba2 ada benda bersinar telah menarik perhatiannja In Hong. Ia lantas
membungkukkan badannja memungut benda itu, ternjata adalah kantjing plastik
berwarna foiru keputihputihan, baik warna maupun tjorak kembangnja dan besar-ketjilnja, sama benar dengan kantjing sobekan badju tidur Liang Liang jang diketemukan
diatas pohon.
Ini bukan suatu penemuan penting, tapi suatu bukti bahwa Iaang Liang ketika ditjulik,
pernah lewat ditempat ini. Dalam soal ini In Hong tidak perlu memeras otak, karena
pikirannja sedang dipengaruhi oleh soal2 pokok dari periStdwa tersebut.
Satu djam setelah la kembali dikamarnja, Riang Kat sudah pulang dari perdjalanannja
kekota.
Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Keterangan apa kau dapat dari saudagar beras itu ?" tanja In Hong.
,Semula, ia tutup rapat2 mulutnja, apa djuga dia tidak mau mengatakannja," djawab
Hiang Kat, "setelah aku peringatkan bahwa da?am soal ini dia tidak boleh tidak harus
ment.ieritakan kalau dirinja ingin selamat; barulah dia mau mentjeritakan hal jang
sebenarnja. Ternjata p.ada satu tahun jang lalu, saudagar beras itu ketika sedang minum
arak disalah satu rumah minuman, dengan kebetulan sadja dia bertemu dengan Liong A
Khing dan mengobrol sebentar, tidak dikira Liong A King ada begitu baik dan rojal
kepadanja, bukan sadja sudah lantas mendjadi sahabat karip dengan saudagar beras itu,
bahkan sering mentraktir minum arak dan makan2, kadang2 djuga suka mengiritn/
barang2 bingkisan kepada saudagar beras tersebut.
"Kira2 dua bulan kemudian, Liong A Khing telah dapat kabar bahwa Kha Tay Siang
se?dang mentjari satu tukang peliham binatang, dia iantas minta beberapa kali kepada
sauda?gar beras itu supaja suka memperkenalkan dia kepada Kha Tay Siang. Dia malah
pernah mengatakan bahwa dia dulu pernah bekerdja pada satu sirkus jang tugasnja
tjuma memelihara rupa2 binatang buas dan kenal betul sifat dan adatnja binatang2 buas.
Maka saudagar
pppp^1 "pm
beras itu lantas perkenalkan Liong A King kepada Kha Tay S.:ang. Tentang asal usulnja
Liong A King du1u2, saudagar beras itu sama sekali tidak tahu."
"Sudah terang, Liong A Khing setjara berentjana telah memilih saudagar beras itu
untuk -didjadikan djembatan supaja bisa masuk kerumah pesanggrahan ini." kata In
Hong setelah memikir sedjenak.
Ketika In Hong dan Hiang Kat sedang merundingkan soal2 jang sulit dalam peristiwa
pentjulikan itu, Ouw Ga dan Licng A King telah kembali dari rimba.
"Nona In Hong, aku sangat menjesal tidak dapat k-etemukan pohon bes-ar jang ada
sarangnja burung tekukur seperti apa jang nena katakan, dan badju mudjidjat ini djuga
mungkin sudah hilang kesaktiannja, maka tidak da?pat menangkap pendjahat iang nona
tjurigakan dan jang djedj-aknja tidak berketentuan." kata Liong A King dengan suaranja
jang mengandung sindiran."Aku tadi toh sudah katakan, tidak dapat menangkap pendjahat itu ,bukan salahmu,
karena pendjahat jang djedjaknja tidak ketentuan itu terlalu tjerdik; tapi lambat atau laun
tuan itu terlalu tjerdik; tapi lambat laun Hong dengan sikap tenang seperti biasa,
"sekarang tidak ada urusan lagi, kau tukar lagi badjumu, dan badju mudjidjat itu
kembalikan kepadaku !"
Setelah Liong A King berlalu, Ouw Ga sudah tek dapat menahan sabarnja lagi untuk
menanjakan.
"In Hong, sandiwara apa sebetulnja jang kau mainkan ?"
"Inilah suatu akal, memantjing matjan meninggalkan sarangnja," kata In Hong sambil
tertawa, "kau lihat, Liong A King rupa2nja djuga sudah berasa."
"Kalau begitu, dari mana kau dapatkan badju mudjidjatmu itu ?"
"Setelah aku dapat pindjam dari njonja Kha Tay Siang, aku lepaskan bagian leher dan
kantongnja, hingga mendjadikannja serupa badju mudjidjat "
"Sedikitpun aku tidak melihat kemudjidjatannja." kata Ouw Ga.
"Badju itu ia sudah membuktikan kemudjidjatannja," kata In Hong, "dalam keadaan
mendadak dia sudah membuat Liong A King membuka badjunja jang ada tersimpan buku
tjatatan hariannja itu, dan memakai badju mu-djidjat itu kedalam rimba."
"Kalau begitu kau sudah lihat buku tjatatan hariannja ?"
"Ja, malahan sudah terbukti bahwa dia benar2 adalah itu orang jang menamakan
dirinja ?musuh dimalam kabut? !"
"Kalau sudah terbukti benar demikian, bukankah peristiwa ini sudah selesai ?"
,Tidak, masih djauh sekali penjelesaiaunja/? kata In Hong agak muram, "aku rasa ini
baru penmulaannja sadja !"
Sehabis makan tengah hari, Tja Ik Tjian dan Yung Yung main tjatur didalam kamar.
Hiang Kat dan Ouw Ga menonton disamping. Kenjataannja jang main bakannja Ik Tjian,
tapi adalah Ouw Ga. Ia mewakili Ik Tjian me?lt nundjuk sana menundjuk sini, malahan
kadang2 membantu Ik Tjian memindah-mindahkan bidji2 tjatur, sehingga permainan
selesai, hampir belum satu kali Ik Tjian memegang bidji )j tjaturnja.
In Hong menjender dipintu djendela mengi awasi awan diatas langit. Pikirannja
sedangterbenam.
Pendjaga pintu Tjong Hauw Tek memasuki kamar mereka.
"Nona Ik Tjian, ini surat jang aku ba/ru terima dari loper-pos." setelah menerimakan
surat tersebut, Tjiong Hauw Tek mengundurP kan diri.Tja Ik Tjian membuka emplopnja dan me1 ngeluarkan suratnja. Surat itu berbunji :
"Nona Sie jang terhcrmat, Suratku ini tidak lain jalah ada sesuatu jang aku ingin
menanjakan kepadamu. Soal ini sudah lama tersimpan dalam hatiku, beberapa kali aku
sudah ingin mena?njakan pendjelasannja, sajang kita tidak ada kesemplatan untuk
bertemu. Sang waktu berlalu sangat tjepat, setahun lewat setahun, tanpa terasa 5 tahun
telah ber?lalu. Aku tidak tahu dimana kediamanmu, maka aku menunggu sampai
sekarang, meskipun masih belum bisa bertemu muka dengan kau, hanja mengharap
sadja setelah kau menerima surat ini, karena semua utjapan jang tersimpan dalam hatiku
tidak bisa aku lukiskan dengan terus tel rang dalam surat, maka diharap supaja pada
nanti hari Minggu ini djam 6 sore, kau suka datang dikota Sikshia djalan See-sam,
dilorong samping gedung PekSin, untuk beromong-omong; harap djangan tidak datang,
supaja aku tidak menunggu dengan pertjuma.
Hormat dari seorang jang menjinta."
"Heran !" sambil kerutkan alisnja, Tja Ik Tjian berkata seorang diri, "seputjuk surat
jang aneh luar biasa !"
Pada saat itu, permainan tjatur Ouw Ga sudah mulai kalut, ber-kaii2 ia kalah, sehingga
mukanja merah padam.
"Remis, remis," toegitulah Ouw Ga mengachiri permainannja dan menoleh kepada Tja
Ik Tjian : "Siapa jang kirim surat jang aneh luar biasa itu ?" Apakah aku boleh batja ?"
"Ambil, batjalah sendiri/' kata Tja Ik Tjian sambil angsurkan surat itu kepada Ouw Ga.
Setelah menerima surat aneh itu, Ouw Ga membatja dengan suaranja jang njaring.
Dan Hiang Kat ikut membatja di&ingnja.
"Surat ini tulisannja djuga rada aneh," kata Ouw Ga. "susunan perkataannja sama
tidak karuannja dengan tuliskn jang terdapat ditembok dapur !"
,Dalam surat ini ada beberapa tulisan jang salah, ini menandakan sampai dimana
tingkatan peladjaran penulisnja;" kata Hiang Kat, "tapi isinja surat ini bcnar2 sangat aneh
"
"Ik Tjian, dikota Siksha apakah kau mempun jai kekasih orang sematjam itu ?" tanja
Ouw Ga.
"Bukan sadja di Sikshia aku tidak mempunjai kekasih, dimanapun aku belum punja,"
djawab Ik Tjian, wadjahnja merah mendadak, "aku belum memikiri soal pertjintaan !"
"Kalau begitu tentunja suatu tipu muslihat lagi; bukankah dia mendjandjikan kau bikin
pertemuan dihari Minggu ini ? Tidak apa, kami bisa melindungi kau untuk menemui dan
ber-omong2 dengan kekasihmu itu, tjoba lihat akal apa jang dia hendak pergunakan."kata Ouw Ga, lalu berdjalan kesamping In Hong dan menepuk pundaknja, "hei, In Hong,
kau mau batja surat aneh ini atau tidak ?"
"Surat apa ?" In Hong terdjaga dari lamunannja.
"Kau batjalah sendiri !" kata Ouw Ga sambil angsurkan surat itu.
In Hong dengan tenang membatja surat itu, membulak-balikkan emplopnja beberapa
kali, ia agaknja mempeladjari se.tiap sudut surat tersebut.
"Kalian lihat, ini adalah emplop dan kertas tulis model paling kuno jang sudah berubah
warnanja, menandakan keliwat lamanja kertas ini disimpan dan tidak dipakai," kata In
Hong dengan pelahan, "tulisan ini ditulis dengan pena Tionghoa jang sudah rusak,
tintanja djuga -sangat djelek. Tapi meski bagaimana, semua ini ada harganja untuk
dipeladjari. Selain daripada itu, tanggalnja jang ditulis dalam surat ini ternjata hari Kamis
setengah bulan jang
lain, tapi setempel pos diatas emplopnja terang dikirim pada kemarin hari, ini djuga
ada harganja untuk dipeladjari "
"Ini tidak ada artinja," memotong Ouw Ga, "kita harus peladjari surat ini siapa jang
menulisnja dan apakah ada hubungannja dengan peristiwa pentjulikan ini atau tidak".
"Soal2 jang perlu dipeladjari dalam peristi?wa ini terlalu banjak sekali," kata In Hong
masgul, "satu masih belura didapatkan djawabannja jang memuaskan, kembali menjusul
lain soal lagi. Otakku dirasakan mau petjah oleh serentetan soal2 ini."
Waktu lohor, detektip Pit Khing dan 4 orang anggota polisi kembali kepesanggrahan
dengan sangat lelah. Ia memberitahukan kepada mereka, meski ia tidak berhasil
membekuk Oh Beng Hui dan biruangnja, tapi ia sudah dapat keterangan dari kota, bahwa
Oh Beng Hui benar2 pernah muntjul dikcta.
"Apakah penduduk dikota banjak jang kenal Oh Beng Hui ?" tanja In Hong.
"Tidak, tapi dandanannja Oh Beng Hui itu menimbulkan kesan jang tidak bisa
dilupakan oleh siapapun, asal sudah melihat satu kali sadja, lantas tidak bisa melupakan
untuk selamanja." kata Pit Khing, "banjak pegawai to?ko2 dikota jang pernah melihat
tidak tjuma sekali sadja kepadanja berdjalan didjalan besar. Ada satu saudagar kelontong
memberita?hukan kepadaku, Oh Beng Hui malah pernah membeli rokok ditokonja."
"Maksudmu jalah orang2 dikota atau pega?wai2 toko dan saudagar toko kelontong
itu pernah melihat seorang jang berbaclan ,tinggi besar, tapi dandanannja tidak sepadan
dengan bentuk tubuhnja, jalah badju flanel warna tjoklat jang sepan dan tjelana wcl
hitam serta dasi warna kuning bergambarkan 2 matjan. Betul tidak ?"
"Ja," djawab Pit Khing, "karena dandanan-nja jang aneh dan dasinja jang menarik itu,
bagi orang jang sudah pernah melihatnja sampai kapanpun tidak bisa melupakannja.""Dandanan itu merupakan merek bagi Oh Beng Hui." kata Ngo Gie Ling dengan
suaranja jang tjempreng. ,KaIau benar dia terus mengikuti djedjak kami, umpama kami
ketimur, diapun ikut ketimur ; kebarat ikut kebarat; bagaimana kami bisa menjingkir
daripadanja ?"
,Saudara Pit Khing," kata Phang Sik Lok dengan muka muram ? "kali ini kita dengan
diam2, tidak diketahui cleh siapapun djuga, menjembunjikan diri dirumah pesanggrahan
ini, tadinja kukira bisa menghindari antjamannja Oh Beng Hui. Tapi sekarang ternjata
sebaliknja, malah anakku mendapat tjelaka, membuat aku seperti di-iris2 hatiku.
Sekarang sete^h kau sudah membuktikan bahwa Oh Beng Hui itu benar telah ssmbunji
disekitar pesanggrah?an ini. berarti bahwa djiwa kami kembali berada dibawah
tjengkeramannja Oh Beng Hui. Aku meras-a berdiam dipesanggrahan ini sama tidak
amannja dengan tinggal dirumah sendiri. Aku sudah berkorban satu anak, sudah tjukup
membuat kami bersedih seumur hidup, maka aku sudah mengambil keputusan akan
meninggalkan rumah ini bersama isteriku. Oleh karena Oh Beng Hui itu sangat tadjam
telinganja, maka kami tidak akan memberitahukan djedjak kepergian kami, mungkin
pergi kelain
kota, mungkin djuga keluar negeri "
,Sik Lok, pikiranmu ini sangat bagus," kata Tja Lok Tjie, "aku ini benar2 bodoh ! Kita
berdiam disini sama djuga menunggu kematian, sama sekali tidak ingat untuk
meninggalkan tempat ini. Sekarang kami djuga hendak pergi sedjauh mungkin, tjoba
sadja Oh Beng Hui mampu mengikuti djedjak kita atau tidak!" "Ah, kalian djangan pergi
dulu ! Meski aku belum dapat tahu dimana tempat sembunjinja Oh Beng Hui jang sangat
djahat dan lit jin itu, hingga untuk sementara belum mamnu menangkapnja," kata Pit
Khing. "Tapi djika ka?lian masih ada disini, lantas bisa digunakan sebagai pantjingan,
maka aku tanggung dalam waktu 3 atau 4 hari ikan itu tentu akan terpantiing, aku tentu
sanggup menangkap Oh Beng Hui "
,Sudahlah. sebelum ikan makan pantjing, kami jang dipakai sebagai umpannja, semua
sndah masuk perut ikan itu !" memotong Phang Sik Lok jang lantas berlalu.
Tidak lama kemudian, Phang Sik Lok dan Tja Ik Sie dengan kendaraannja Baby Austin
telah berlalu dari pesanggrahan terselDut.
Suami isteri Tja Lok Tjie dan anaknja, Yung Yung pun lantas menjusul dengan
kendaraan-nja biru muda jang sudah tak asing lagi !
Pit Khing menjaksikan kedua orang jang berkepentingan sudah pada berlalu, merasa
sudah tidak ada gunanja berdiam disitu, maka dengan alesan Oh Beng Hui djuga
segera mengikuti djedjak musuh2nja, dia dan orang2nja pun tidak ada gunanja lagi
berada disitu. Ma?ka ia lantas mengadjak 4 orangnja pulang kekota.Malam itu, keadaan dalam pesanggrahan sangat tenang.
In Hong tjoba menanjakan pikiran kedua saudara Tja : "Apakah kalian bersedia tetap
berdiam disini ?" tanjanja.
Sam Ho dan Ik Tjian menjatakan bersedia tinggal disitu.
In Hong berkeputusan, setelah dapat memetjahkan peris.tiwa ini, barn ia akan
meninggalkan pesanggrahan.
"Kalau benar kalian ada itu keberanian hendak tetap berdiam disini. maka peristiwa ini
akan lebih tjepat dapat dipetjahkan," kata In Hong, "tjuma sadja, bahaja setiap waktu
bisa menimpa diri kalian "
"Kami tidak takut bahaja ! Kami akan berdjuang melawan bahaja." kata Tja Ik Tjian,
sedikitpun tidak merasa takut.
"Apa pula ada kalian bertiga disini," kata Sam Ho dengan gagah, "apa lagi jang kami
takuti ?"
2 Malam dilalui oleh mereka dengan tenang.
In Hong terhadap kedjadian itu, meski su-dah mengasah otak dan berusaha sekuat
tenaga, masih belum dapat tampak tan da2 jang da-pat dibuat pegangan untuk
memetjahkan soal ini. Tuan rumah Kha Tay Siang tetap masih
Ketika kampak menjerang dirinja, ia sudah mengcgos kesam
ping, sehingga kampak itu tidak menemui sasaran.
belum ada kabar beritanja, se-olah2 batu jang tenggelam dilaut.
Hari Minggu pagi, In Hong hendak mewakili Tja Ik Tjian pergi kekota untuk
mendjumpai orang jang mengirimkan surat aneh itu. Sebeium berangkat ia memesan
kepada Ouw Ga dan Hiang Kat :
,Kalian se-kali2 djangan lalai, pendjabat banjak sekali akal muslihatnja, harus hati2
merdjaganja "
"Urus pekerdjaanmu sendiri, disini ada aku dan Hiang Kat jang melindungi kedua
saudara Tja," memotong Ouw Ga jang tidak sabaran, "aku berani djamin, sampai kau
kembad dari kota, kedua saudara Tja tidak ada terganggu me ski seudjung rambutnja
pun,"
"In Hong, aku akan berusaha sekuat tenaea, supaja Sam Ho dan Ik Tjian tidak sampai
mengalami kediadian aha2." kata Hiang Kat. ,Kau pergilah dengan hati lega."In Hong tidak begitu pertjaia kenada Ouw Ga jang gedrubukan, tapi ia pertjata kensda
Hiang Kat jang tjerdik dan gesit itu. Maka ia t?dak sangsi2 lagi lantas meninggalkan
mereka.
VIII. PERTEMPURAN DIDALAM GANG
Hari Minggu sore, djalanan See-sam dikota Sik-shia, seperti biasanja ramai sekali.
Gedung Pek Sin jang bangunannja sangat megah berdiri diudjung barat djalan tersebut.
seberang gedung terdapat satu gang ketjil, disana ada berhenti buah truck. Seorang jang
tubuhnja
tinggi besar sedang mundar-mandir dibelakang truck itu, matanja se-bentar2
memandang kearah gedung Pek Sin.
Orang itu memakai badju flanel warna tjoklat jang sepan benar, begitu pula tjelananja
wol berwarna hitam; lehernja dikalungi dasi berwarna kuning jang sudah letjak
berlukiskan 2 matjan; kepalanja memakai topi vel jang hampir menutupi separuh
mukanja. Lengannja menghimpit dos pandjang, berisikan sebuah kampak jang berat dan
tad jam. Sikapnja agak gelisah dan tegang.
Lontjeng besar jang terdapat ditembok atas gedung Pik Sin, menundjukkan djam 4.55,
orang jang sikapnja mentjurigakan itu, dengan tjepat sudah berada disatu gang, rupa2nja
se-dang menjembunjikan diri. Ia telah dapat lihat satu wanita muda tjantik-elok, tubuhnja
langsing ramping, menggunakan badju berwarna kuning jang pas dengan tubuhnja;
tjelananja berwarna kuning tua, jang barn tiba dari djalan besar dan sedang masuk
kedalam gang itu.
Ia kenali wanita badju kuning itu adalah salah satu dari 3 pendekar wanita, atau jang
mendjadi otaknja 3 pendekar tersebut, jakni In Hong, djantungnja berdebar keras. Sudah
tentu ia tidak mengharapkan kedatangannja nona jang paling susah dilajani ini, namun
ia telah berkeputusan baik In Hong ma-upun Hiang Kat, Ouw Ga atau Tja Ik Tjian sendiri
jang datang, ia tetap akan lakukan tindakannja menurut rentjana jang sudah disusun,
jalah menjerang dengan sendjata kampaknja sampai mati. Sekarang jang datang ternjata
adalah In Hong, ia perlu lebih hati2 menghadapi padanja.
In Hong dari djauh dengan ter-gesa2 datang kesitu, ia dapat lihat disebelah timur
gedung Pek Sin, benar sadja ada sebuah gang ketjil, tanpa ragu2 ia torus berdjalan
masuk.
Dimulut gang ada satu tempat tukang te-nung, seorang jang berusia kira2 40 tahun,
wadjahnja kurus kering duduk dibangku bambu, sedang mengerdjakan alat tulisnja jang
sudah tua menulis diatas kertas, apa jang ditulisnja tidak dapat climengerti oleh siapapun
djua, ketjuali dia sendiri. Pakaiannja sudah sangat kumal dan rombeng, disana-sini banjak
tambalannja.Medjanja terdiri dari kaju dan bambu jang umurnja sudah hampir .sama tuanja dengan
jang empunia, diatasnja tertutupkan kain jang tadinja putih, tapi .sudah berobah
mendjadi warna kilning tua selain daripada itu, masih terdapat satu kotak berisi huruf2,
satu papan hitam jang ditulisi tarip dengan kapur, satu batu bak dan satu aiat tulis bulu
(pit) jang sudah hampir habis bulunja. Semua ini telah mengundjukkan kemiskinannja
tukang tenung itu.
Didialanan ini banjak orang jang hilir-mudik, hingga kelihatannja ramai sekali, tapi
diantara begitu banjaknja orang, tidak ada satu jang ambil perhatian atau berhenti
ditempat tukang tenung itu untuk minta diramalkan nasibnia atau minta pertolongannja
untuk me-nulis surat.
In Hong berdjalan digang itu, lantas berhenti didekat tukang tenung. Setelah
memandang sebentar kepada tukang tenung itu, In H:ng dapat kenjataan bahwa tukang
tenung itu be!um makan apa2, dia sedang bergulat dengan kelaparan. Ia berdjalan lebih
dekat, berdiri didepan medjanja, dari sakunja ia mengeluarkan 2 tumpukan uang kertas,
ditaruh diatas medja.
Tukang tenung memandang lama uang kertas jang rasanja sudah lama tidak pernah
dia djumpai, lalu memandang kepada In Hong, dengan suara jang kurang lampias ia
menanja: ,Kau ada keperluan apa ?"
"Meramal." djawab In Hong pendek.
"Uang ini terlalu banjak, untuk meramalkan seribu huruf djuga tidak perlu begini
banjak," kata tukang tenung, "kau djangan main2 de?ngan aku !,r
"Aku tidak main2, aku minta kau meramal?kan, sudah tentu memakai ongkos, ambil
sadja." "Kalau begitu saja terima uang ini," kata tukang tenung itu dan masukkan
Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
segepok uang kertas itu kedalam sakunja, wadjahnja jang kurus kering memperlihatkan
senjuman girang" ,Ambillah 2 huruf dari dalam dos ini !" Dari dalam dos itu In Hong
mengambil 2 gulling kertas, tukang ramal membuka gulungan kertas dan diperiksanja,
dengan aLat tulisnia jang sudah tua dia menuliskan huruf ?teng? dan huruf ?bok\
"Kau hendak tanja apa ?"
"Ada seorang kawan mendjandjikan aku datang kemari untuk bsrtemu padanja. aku
tidak tahu dia betul2 akan datang atau tidak ?"
Ketika In Hong selang pasang omong dengan
tukang ramal itu ,orang jang sembunji didalam gang, dengan diam2 telah melintas
djalan besar sambil mengawasi gerak gerik In Hong, setindak demi setindak mendekati
ketempat tu-kang ramal tersebut. Dari dalam dosnja ia mengeluarkan sendjata
kampaknja. Ia sedang memperhitungkan kira2 berdjalan lagi 5 tindak tentu dapatmengampak kepalanja In Hong dengan kampak itu, ia tidak sangsi lagi tentang
kemahirannja menggunakan sendjata itu.
Didjalan besar meski masih tetap ramai orang jang berlalu-lintas, tapi siapapun tidak
ada jang ambil perhatian kepada orang jang sedang mengarah djiwanja In Hong itu.
Dan In Hong sendiri masih ber-omong2 de-ngan tukang ramal, agaknja asik sekali,
hingga ia tidak perhatikan sebuah kampak sedang mengatjam djiwanja, bahaja ma-ut itu
terpisah dengan ia tjuma 5 tindak sadja.
"Ah, dia tidak bisa datang !" kata tukang ramal.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau dia tidak datang ?" tanja In Hong sambil ketawa.
"Kau memberikan aku 2 gapok uang kertas, diatas 2 huruf jang kau ambil itu masing2
huruf aku tambah 2 guratan, kau lihat, huruf ?teng? ditambah 2 gurat sudah berobah
mendjadi huruf ?put? jang berarti ?tidak?, huruf ?bok? ditambah 2 gurat lantas berobah
mendjadi huruf ?lay? jang berarti ?datang?, 2 huruf itu didjadikan satu bukan berarti ?put?
?lay? (tidak datang) ?"
"Ramalanmu ini djitu atau tidak V? tanja In Hong, masih tetap ketawa.
"Omong terus terang, aku sendiri djuga tidak tahu djitu atau tidaknja," djawab tukang
ramal sambil ketawa sedih, "aku menuntut penghidupan ini, djuga karena terpaksa. Aku
tadinja bekerdja sebagai buruh, kemudian menganggur. Ah, aku sudah linglung,
sekarang aku ingat, apakah kau bukannja Sie-siotjia ? Kau apakah bukannja nona Tja Ik
Tjian ?"
"Hmm, betul2 kau " belum habis utjapan In Hong, kampak jang tad jam itu
sudah menjerang diatas kepalanja.
In Hong tidak melihat bahwa dibelakangnja ada orang berdiri dan menggunakan
sendjata kampak hendak mengampak padanja, tapi tu?kang ramal jang berhadapan
dengan In Hong telah dapat lihat dengan tegas, dia hendak memperingatkan In Hong
supaja menghindarkan diri dari serangan itu, tapi karena rasa kaget dan takut
mempengaruhi padanja, hingga tenggorokannja seperti terkantjing, dia ti?dak bisa
membuka mulutnja, dan tjuma memandang deng-an matanja jang kaget dan ketakutan
itu". mulutnja ternganga.
Ketika kampak itu meluntjur keatas kepala In Hong, ia jang sudah dapat lihat
perobahan wadjah tukang tenung itu, wadjah jang ketakutan luar biasa itu telah
memberitahu pada?nja tentang bahaja jang sedang mengantjam; kemudian dari papan
katja jang ada dimedja tukang ramal itu ia dapat lihat bajangan kam?pak jang
berkelebat. Ia buru2 berkelit kesamping, maka ketika kampak menjerang padanja,
ia sudah melesat kesamping, hingga kampak itu tidak mengenai sasarannja.Tapi orang tinggi besar itu lantas menjusuli dengan serangan kakinja, dan tendangan
kaki itu tepat mengenai pantatnja In Hong.
In Hong tidak bisa berdiri tegak dan djatuh tengkurup idimulut gang, orang itu lantas
mendorong medjanja tukang tenung, setjepat kilat melontjat kearah In Hong, kembali
menjerang dengan kampaknja.
In Hong lantas menggulingkan diri kesamping, lalu lompat bangun, dengan kepalan
tangannja ia menjerang mukanja orang tinggi besar itu.
Orang tinggi besar itu hendak berkelit, tapi sudah terlambat, kepalan jang santar dan
berat itu telah bersarang dimata kanannja, dengan menahan rasa sakit, orang itu
melarikan liri kedalam gang.
Ramainja orang2 didjalan dan banjaknja gang2 ketjil disana-sini, menjukarkan In Hong
melakukan pengedjaran, lagi pula orang tinggi besar itu rupanja sudah apai. dengan
keadaan kota itu, maka setelah keluar masuk beberapa gang ketjil, achirnja telah lenjap
dari pemandangan In Hong.
Orang banjak, mulai mengerumuni gang itu. Satu polisi lalu lintas mendengarkan
tukang ramal jang sedang mempetakan wadjah dan tjaranja orang tinggi besar itu
hendak mengampak In Hong.
"Aku telah melihat dengan tegas, pendjahat itu memakai badju tua jang sepan
berwarna tjoklat dan tjelana wol hitam, dilehernja memakai dasi berwarna kuning jang
bergambarkan 2 ekor mafjan, Sajang aku tidak b!sa dapat lihat tegas air mukanja, karena
separuh mukanja tertutup dengan topi. Orang itu dengan diam.2 mendekati belakangja
ncna badju kuning itu, lalu mengajunkan kampaknja, aku jang menjaksikan
pemandangan jang mengerikan itu lantas kaget dan ketakutan setengah mati, sehingga
tidak bisa berteriak minta tolong. Untung nona itu gesit luar biasa, dengan mengegoskan
dirinja dia sudah dapat menghindarkan diri dari serangan kampak itu " tukang
ramal itu sed-ang mentjeritakan pengalamannja dengan asiknja, lantas melihat In Hong
mendatangi, lalu berseru : "Nah nah itu dia nona jang kuomongkan!"
Matanja orang banjak lalu pada ditudjukan kepada In Hong. Polisi lalu lintas itu
mendesak diantara orang banjak itu, berdjalan mendekati In Hong, lalu menanjakan
terdjadinja penjerangan tadi.
"Pendjahat itu mengapa menjerang padamu dengan kampak ?" tanja polisi itu.
"Mungkin telah salah lihat!" djawab In Hong pendek.
"Kalau begitu," kata polisi jang agaknja ti?dak mau tarik pandjang perkara itu, "aku
ra?sa, kau ten tuna djuga tidak akan menarik pan?djang soal ini bukan ?"
"Pendjahat itu masih mudjur " sambilmcnggerutu pol;si itu telah berlalu.
Satu djam kemudian, In Hong ikut tukang ramal menudju kesuatu tempat jang
terpisah agak djauh dari kota, masuk kesatu rumah gubuk. Dari mulutnja tukang ramal
itu. In Hong telah mendapat tahu beberapa kabar jang sangat penting.
Malam itu, In Hong kembali kekota dan mengusutnja !" kata In Hong.
"Pendjahat sudah tidak ket&huan kemana larinja, sudah tentu kita djuga tidak dapat
melakukan beberapa pengusutan, setelah selesai lalu dengan buru2 kembali
kepesanggrahan.
Ketika mobil jang In Hong sewa sedang meluntjur dengan ladjunja didjalan jang gelap,
Hiang Kat dan Ouw Ga jang ditugaskan mendjaga keselamatannja Tja Sam Ho dan Tja
Ik Tjian, telah mengorbankan waktu tidurnja satu malam suntuk, dengan taat mematuhi
perintahnja In Hong.
Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjian meski berdandan sangat rapi seperti pada siang harinja,
tapi rasa lelah dan ngantuk telah menjeret mereka ketempat tidur. Jang satu tidur diatas
pembaringan, jang lain rebah diatas sofa pan?el jang. Mereka tidur sangat njenjak
sehingga mendengkur keras.
Sebelum tengah malam, suara dengkur itu hampir tidak ada artinja, tapi selewatnja
te-ngah malam, keadaan berubah lain.
Ouw Ga duduk menjender diatas kursi sambil menguap ber-kali2, ia kadang2 dengan
berdiri untuk membikin lempang pinggangnja, sepasang matanja agaknja mau merapat
sadja, beberapa kali ia sudah hampir tertidur.
Kelelahan Hiang Kat tidak berbeda banjak dengan Ouw Ga. Tapi ia dengan kekerasan
hatinja terus mempertahankan dan berusaha mengusir rasa lelahnja, malah kadang2 ia
bangun dan mundar mandir didalam kamar, paksa dirinja djangan sampai mengantuk.
"Hei, Ouw Ga, Ouw Ga !" Hiang Kat membangunkan Ouw Ga jang sudah mengantuk,
"pertahankan lagi beberapa djam, hari sudah hampir siang, kalau sudah terang tanah,
kita tidak kuasa akan terdjadi apa2 lagi !"
"Ja, ja," djawabnja Ouw Ga, sambil kutjak2 matanja, lalu dibuka lebar2 memandang
Hiang Kat, tapi 5-6 menit kemudian, kembali matanja dimeramkan pula.
Ber-kali2 Hiang Kat membangunkan, dia tidur lagi.
Tatkala itu sudah dekat pagi, satu djam lagi fad jar akan sudah menjingsing. Hiang
Kat dapat lihat Ouw Ga benar2 sudah kelewat lelah, maka ia tidak mau mengganggu lagi.
Kewadjibannja mendjaga jang masih sisa satu djam itu ia telah tanggung seorang diri.Dibawah sinar lamp.u lilin jang kelak-kelik, Hiang Kat mundar-mandir dari tembok
utara kedjendela sebelah selatan sebaiknja, dengan demiki-an ia mentjoba
menghilangkan rasa ngantuk dan lelahnja.
Pada saat itu, diluar djendela sebelah sela?tan ada satu bajangan seorang tinggi
besar. Orang itu dari tjelah2 djendela telah mendapat lihat keadaannja dalam kamar,
tanpa ragu2 ia masukkan lobang senapannja kedalam lobang djendela itu, idan dibidikkan
kearah kepaia Hiang Kat; asal sadja Hiang Kat menengok, dia lantas menembak.
Ketika Hiang Kat dari sebelah utara sedang
berdjalan menudju kearah selatan dan berada
didekat djendela, mendadak ia mentjium bau jang menjesak hidung kemudian lantas
merasa matanja gelap dan terus djatuh pingsan.
Suara djatuhnja Hiang Kat diatas lantai, telah membuat Ouw Ga terbangun dari
tidurnja, karena ia sendiripun hampir bersamaan dengan Hiang Kat. sudah kemasukan
obat ti~ dur" sehingga dirinja jang sudah mengantuk bertambah tidur pules. Tapi Tja Ik
Tjian jang tidur diatas pembaringan lantas dengar suara djatuhnja tubuh Hiang Kat;
namun ia baru sadja melekkan matanja dan belum sampai melihat dengan njata apa jang
telah terdjadi, sudah seperti Hiang Kat dan Ouw Ga, djatuh lagi. dipembaring.an tidak
ingat orang.
Orang diluar djendela itu lantas mementang lebar daun djendela dan terus melompat
masuk; dari pinggangnja ia mentjabut pisau belati, dengan pelahan menudju ketempat
menggeletaknja Hiang Kat, ia membungkukkan badannja, selagi hendak mengajunkan
nisaunja untuk membinasakan Hiang Kat, tiba Tja Sam Fo jang tidur diatas sofa
membalikkan tubuh. Maka ia lantas tinggalkan Hiang Kat dan sembunjikan din dibawab
sofa.
Tja Sam Ho jang membalikkan cubuh, benar sadja lantas mendusin, ia menampak
tubuhnja Hiang Kat menggeletak diatas lantai, kagetnja bukan main, ia lantas lompat
bangun; tapi ia merasakan dibelakang pinggangnja ada benda tad jam jang menempel,
berbareng dengan itu dari dibelakang terdengar suara antjaman jang keren :
"Berdiri djangan bergerak ! Aku perintahkan kau berbua.t menurut perintahku, djika
kau tidak dengar perintahku, aku seger-a bikin tamat djiwamu, ?iengerti ?"
Tja Sam Ho tidak mendjawab, tapi djuga tidak berani sembarangan bergerak.
"Pondong adikmu, kita harus meninggalkan kamar ini, pergi ketaman kembang !"
Dalam keadaan terpaksa Tja Sam Ho menggendong Tja Ik Tjian. jang sedang pingsan.Ketika dekat fad jar, Hiang Kat dan Ouw Ga mulai sadar dari pingsannja. Bajangan
orang tinggi besar itupun pada saat itu sudah muntjul pula diluar djendela.
Orang itu dalam tangannja. membawa dua utas tambang jang kasar, dengan sekali
lompat orang tinggi besar itu sudah berada didalam.
Hiang Kat dan Ouw Ga meskipun sudah pulih kembali ingatannja, tapi masih belum
pulih tenaganja. Dibawah sinar lampu lilin, mereka telah dapat lihat bahwa Tja Ik Tjian
dan Tja Sam Ho sudah tidak tahu kemana perganja; dan mereka lihat orang jang baru
masuk dari djendela itu bukan lain orang dari pada Liong A King jang tubuhnja bongkok
itu. Hanja sekarang ini pinggangnja sudah tidak bongkok lagi, malah dapat berdiri dengan
tegak, matanja mengeluarkan sinar tad jam mengawasi mereka.
"Liong A King, kau hendak berbuat apa ?" tanja Hiang Kat dengan suara jang masih
lemah.
"Nona Hiang Kat, nona Ouw Ga, aku dengan kalian telah terdjadi salah faham jang
sulit didjelaskan, maka aku minta kalian suka memaafkan, aku terpaksa akan berlaku
kurang adjar terhadap kalian !" kata Liong A King sambil mengikat tubuh Hiang Kat dan
Ouw Ga dengan tambang kasar itu.
Ouw Ga hendak memukul Liong A King de?ngan kaki dan tangannja, tapi meski sudah
berusaha sekuat tenaga, kaki dan tangannja itu masih tetap tidak menurut perintahnja,
tjuma ber-gerak2 sebentar lantas habis tenaganja, hingga ia tjuma mampu me-maki2
dengan muiutnja. Tapi Liong A King lantas ajun tangan-nja, hingga Ouw Ga pingsan lagi,
setelah mana, Liong A King lantas dengan leluasa mengi-kat tubuh mereka berdua.
Tindakan Liong A King selandjutnja, jalah menjumbat mulut mereka dengan kain, lalu
angkat tubuh mereka keluar kamar, kemudian dimasukkan dalam karung kain terpal,
diikatnja lagi erat2, lalu dipikul dengan sebatang pikulan, seperti djuga sedang memikul
barang pakaian, dengan tindakan lebar ia berdjalan menudju Tcepintu idepan.
Matahari pagi sudah menampakkan diri, ta?pi keadaan dipesanggrahan itu masih sunji
senjap, berbeda dari pada hari kemarinnja.
Liong A King berdjalan sampai didepan pintu depan, dari dalam sakunja mengeluarkan
sebuah anak kuntji jang rupa2nja sudah disediakan lebih dulu: ia membuka kuntji jang
menguntji pintu itu, lalu dengan pelahan mem-buka pintunja.
Suara terbuk-anja pintu jang terbikin dari besi itu, te.lah mengagetkan Tjiong Hauw
Tek jang tidur didekat pintu, ia buru2 lompat bangun dan mengadakan peperiksaan
dengan lampu baterenja, ia terah dapat lihat Liong A King sedang memikul 2 bungkusan
karung berdjalan keluar."Hai ! Liong A Khing, hari masih belum terang betul, perlu apa kau memikul bungkusan
tenda itu ? Dan kemana kau hendak pergi ?" tanja Tjiong Hauw Tek sambil me-ngutjak2
matanja.
"Madjikan telah pergi kegunung tjadas. sampai sekarang belum kembali," djawab
Liong A King dengan tenang, "aku sangat kuatir, maka aku ingin mentjari padanja dengan
membawa tenda ini dan hekal untuk makan"." "Tapi kemarin nona Hiaiig Kat sudah pesan
aku, tidak boleh membiarkan orang2 dalam pesanggrahan ini berlalu dari sini "
Pendekar Slebor 62 Manusia Muka Kucing First Love Never Die Karya Camarillo Maxwell Pendekar Gila 2 Kumbang Hitam Dari Neraka