Pencarian

Ular Belang Putih 2

Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng Bagian 2


meninyaunya untuk penghabisan kalinya. Lalu memerintan Ong San Niauw dengan
secara singkat saya : "Malam ini, taruhkan racun didalam makanan malamnya, habis-kan
riwayatnya sudah!"
Kurang lebih pukul 20.00, Ong San Niauw membawa-kan santapan malam untuk Bee
Su Bun, seperti biasanya ditaruhnya diatas meya persegi dikamar dibawah tanah.
Santapan malam itu berupa sajur hijau, semangkuk kuali kacang dan semangkuk besar
nasi putih. Bee Su Bun karena lapar tak pilih makanan lagi, diambilnya nasi lalu
dimakannya.
Diluar pintu Ong San Niauw dengan tidak sabar menantikan bekerjanya racun,
sehingga Bee Su Bun rebah menggeletak.
Dikisahkan, ketika Bee Su Bun sedang makan nasi. In Hong dilain pihakpun baru saja
selesai bersantap santapan malamnya dirumah kediamannya di Hongkiu road Shanghai.
Bel pesawat tilpon yang dipasang diberanda samping berdering.
"Halo, siapa?" In Hong menjambuti.
"Aku To Tie An, apakah disitu nona In?" Kepala detektip To Tie An dari kamar kerjanya
dikantor polisi menilpon In Hong. "Kau minta aku memberitakan keadan sidang
pengadilan Dji Dji Kouw, maka kuberitakan bahwa, dia telah dijatuhi hukuman mati,
hakim menanyanya apakah dia menghendaki naik apel, dia menyatakan me-lepaskan hakS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
naik apelnya, maka telah ditetapkan besok pukul 08.00 pagi sebagai waktu pelaksanaan
hukum tembak mati."
Ketika In Hong meletakkan pesawat tilpon itu ia diam tidak berkataJ. Sekalipun
demikian, ia tidak memper-lihatkan segala suka duka dan kegusarannya pada wajah
mukanya, tetapi Ouw Ga dan Hiang Kat yang sudah lama tinggal bersama dapat
mengetahui dari sikap dan semangatnya, bahwa In Hong ketika itu sedang didalam
gelisah.
Hiang Kat mixip In Hong pandai mengekang diri dan sangat sabar, maka nampak sikap
In Hong itu iapun diam saya, lain halnya dengan Ouw Ga yang sifatnya berangasan lekas
marah, sifat kesabaran sama sekali tiada ada padanya, jika ia tidak dapat mengetahui
apa yang hendak diketahuinya, maka baginya se-akan2 lebih baik mati saya.
"In Hong, siapa orang yang menilponmu? Mengapa kau tidak gembira?"
"Dji Dji Kouw besok pukul 08.00 akan menjalani hukuman tembak mati," kata In Hong
dengan tenangnya.
"Apa? Demikian cepat keputusannya? Didalam waktu seminggu ini, sekalipun kita telah
berusaha se-dapat2nya, tetapi tidak menemui petunjuk sedikit-jua pun. Kita mengetahui
jelas.dia terfitnak, apakah kita tega melihat dia dihukum mati? In Hong, lekaslah kau
pikirkan daya untuk menolongnya !"
In Hong diam seribu bahasa duduk disitu, sebaliknya Ouw Ga ber-jingkrak2
menggedruk2kan kakinya sehingga se-akan2 lantai hampir saya melesak.
"Esok pagi kita meramas persakitan !" kata Ouw Ga dengan tidak berpikir lagi.
Semenyak Dji Dji Kouw tertangkap dan dipenjarakan. In Hong sudah berpendapat,
bahwa Ong San Niauw bersama Li Siu Tin terlibat dalam perkara ini. Tetapi setelah
berusaha mencari tahu sehingga satu minggu lamanya masih juga ia belum berhasil
mendapatkan petunjuk apa2, ia belum dapat mengetahui orang macam apa se-benarnya
Li Siu fin itu, juga tidak tahu dimana tinggalnya. Sedangkan Ong San Niauw juga sudah
menghilang, tidak diketahui kemana perginya.
Karena tiada petunjuk yang dapat dibuat pegangan,' maka ia tidak dapat memahami
keadaan yang sebenarnya mengenai perkara ini, karenanya iapun tidak dapat mem-.I
buktikan tentang difitnahnya Dji Dji Kouw itu. Sekalipun sore ini dengan tidak disengaja
In Hong dapat tahul murid2nya Ong San Niauw tiap malam sesudah pukul] 21.00
berkumpul didalam sebuah taman tempat minum teh dari golongan rendah, mungkin dari
situ ia dapat memperoleh suatu berita mengenai jeyak Ong San Niauwl tetapi laksana air
ditempat jauh tak akan dapat menolong api kebakaran yang dekat, untuk menolong nasiy
Dji Dji Kouw akan sudah terlambat.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mengenai pendapat Ouw Ga merampas persakitan [ ditempat dilaksanakannya
hukuman mati itu, Hiang Kat pun tidak sependapat.
"Ouw Ga, apakah kau kira sekarang ini sama dengany zaman orang menggunakan -
enyata tombak cagak, atau tombak panyang, mengenakait baju lapis baya menung-11
gang kuda perang itu?" kata Hiang Kat dengan adem.
"Sekalipun jaman sudah maju, tetapi merampas persakitan tidak terhalangi oleh
kemajuan zaman, kita toh boleh juga menggunakan senjata modern," kata Ouw1 Ga
yang sekalipun kasar, tetapi kehangatan semangatnya itu benar2 timbul dari dalam lubuk
hatinya.
"Perbuatan demikian itu banyak gagalnya daripada berhasilnya, mungkin kita bertiga
tertangkap oleh karena merampas persakitan dan dijatuhi hukuman yang serupa juga,"
kata Hiang Kat,
"Kau takut mati? sebaliknya aku tidak," kata Ouw Ga membandel.
Sebaliknya In Hong tetap membungkam tidak campur bicara, Ia bukan merasa hal ini
sudah tiada harapan lain patah arang, sebenarnya ia sedang berpikir keras, sekalil pun
waktu sudah tidak keburu untuk menolong jiwa Dji Dji Kouw. ia masih harus melakukan
tindakannya yang sesuai dengan logika. Agar supaya perkara ini jadi terang, tersingkap
seluruh rahasianya, dan Dji Dji Kouw terbukti tidak bersalah, biar To Tie An si kepala
detektip terkutuk oleh hati nuraninya sendiri untuk se-lama2nya. dan boleh untuk
menghindarkan terulangnya kelak, peris-1 liwa penjara fitnahan seperti ini.
"Ouw Ga, mari kita berdaya apa yang tenaga kita dapat usahakan. Kau ikut aku pergi
ke "Long Shing ca Yuan" taman tempat minum teh dijalan Ting Ban Road. Kita harus
menjamar sebagai dua orang wanita gelandangan," kata In Hong.
Dengan menggunakan waktu selama sepuluh menit, mereka sudah berubah menjadi
wanita gelandangan yang usianya kira2 erapat puluhan tahun. Mereka mengenakan
celana jengki sutera hitam yang tidak panyang, tetapi nyuga tidak pendek, dibagiari atas
mereka mengenakan baju rompi sutera hitam yang gerombongan, kancing jpada
lehernya tidak dikancingkan. memakai rambut palsu n yang bersanggul ceper. kakinya
mengenakan sepatu sulam yang sudah tua. Dandanan yang ganjil ini tak terdapat
dikalangan wanita biasa pada umumnya.
"Dengan dandanan kalian semacam ini, dimanakah :. kalian hendak menyimpan
senjatamu dan kantong per-bekalan?" tanya Hiang Kat.
"Untuk menghadapi beberapa orang gelandangan ini. tak perlu kita menggunakan
senjata," kata Ouw Ga.
"Pergi ketaman tempat minum teh 'Ling Shing ca Yuan', sesungguhnya kita tidak
memerlukan kantong perbekalan dan senjata. Tetapi mungkin juga kita harus pergiS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
ketempat lain, tak dapat tidak kita harus sedia juga senjata," kata In Hong yang
senantiasa memikirnya dengan sempurna.
"Jika perlu pergi ketempat lain, maka baju dan li celana sutera gerombongan inipun
tak leluasa untuk ber-lari2 diatas rumah atau dinding tembok juga tidak sesuai
Li Siun Tin tercengkam Bee Su Bun dcngan kencangnya. letupi kedua tangannya tetap
bebas. maka dengan sekuat tenaga ia menepuk langan tiga kali dan dilain saat ada seekor
anjing herder yang menerkam
diri Su Bun.
untuk berkelahi. Kita harus pulang dulu ganti pakaian dan mengambil senjata serta
kantong perbekalan, kemu-dian pergi lagi toh tak akan terlambat," kata Ouw Ga.
Kata2 Ouw Ga itupun tidak salah, karenanya mereka lalu pergi ketaman tempat minum
teh Ling Shing ca Yuan. Setelah disana, mereka nampak tempat itu lumayan luasnya.
tetapi tidak banyak tamunya. Dengan kelakuannya Isebagai wanita gelandangan mereka
masuk kedalam. mereka dapatkan sebuah pintu kecil yang menghubungkan sebuah
ruang lain yang dinamakan tempat indah.
Pintu kecil itu senantiasa terbuka hanya dialingi dengan kain biru yang sudah luntur
sebagai gordyn. Kain itu ber-goyang2 tiupan angin malam. Mereka melihat kedalam dari
celah2 gordyn itu. Nampak didalam banyak orang main maciok. ada juga yang mengadu
kepiting.
Ada pula dua orang gelandangan yang minum teh pada jUuatu meya disamping
gordyn, sikapnya sangat lesu tiada kegembiraan sama sekali.
In Hong bersama Ouw Ga mengambil tempat diruang luar pada meya didekat gordyn,
yang dapat memandang jelas semua gerak gerik tamu2 diruang dalam itu.
Pelayan memandangnya dengan perasaan sangsi dan curiga untuk sesaat, kemudian
baru menghampirinya sambil bertanya teh merah atau teh hijau.
Ouw Ga berkata: "satu merah dan satu hijau."
Sambil minum teh In Hong dapat menangkap suara kata2 kedua orang gelandangan
yang duduk disamping gordyn itu, pembicaraan mereka tidak keras, tetapi karena hanya
teralingi dengan gordyn, maka In Hong masih dapat dengar dengan jelasnya, mereka
tengah berkeluh kesah tidak keruan.
"Dalam seminggu ini aku sangat sial, aku selalu kalah dalam mengadu kepiting uangku
telah habis ludes sama sekali. Bolehkah kau pinjamkan uang untykku?" kata si kaki
panyang A Hok.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Akupun setali tiga uang sama sialnya, uangku habijl sama sekali, sepeserpun tidak
ada didalam kantongku. E Sekalipun untuk membajar harganya dua teko ini saya K tidak
cukup. besok aku harus memikul cagak baya lagi," kata A Siang si mata terkulai.
"A Siang, kata2mu ini sungguh tidak bagus Aku bukan sesungguhnya hendak
ineminjam uanginu. Tempo hari kubantu kau menculik Si ahli musik itu, kau hanya mem-
g bajarku baru separuh, kau masih hutang aku separuh lagi dari uang upah itu, kau selalu
meng-ulur2 waktu hingga sekarang, sebenarnya kau hendak memberikannya atau tidak?"
kata A Hok si kaki panyang itu yang agak sedikit marah. "A Hok, kau harus ketahui,
pemimpinku hanya menyuruh aku seorang melakukan pekerjaan itu, tetapi kutahu pada
acbir2 ini kau agak sukar dalam keuanganmu. maka sengaja aku minta bantuanmu,
membagimu separuh dari uang upah itu. Tetapi setelah kita berhasil, peminK pinku itu
bersembunyi dirumah Sin Tin si ular belang putih untuk menyingkir dari ancaman
terhadap dirinya. Sehingga kini dia belum juga memberikan uang upah yang separuhnya
lagi, maka bukanlah aku yang sengaja hendak menelan uang upahrnu !" kata A Siang si
mata terkulai yang juga agak marah.
Mendengar akan kata2 itu In Hong memberi isyarat kepada Ouw Ga agar lebih
memusatkan perhatiannya. la tahu, bahwa apa yang disebut ahli musik adalah
dimaksudkan Bee Su Bun, dan yang disebut Siu Tin si ular belang putih tidak lain daripada
Li Siu Tin, sedang pemimpin itu tidak lain tidak bukan mestinya Ong San Niauw. Maka A
Siang si mata terkulai itu sudah terang sebagai murid Ong San Niauw dan orang yang
pertama ditugaskan untuk menculik Bee Su Bun.
"Apatah kau tidak dapat memintanya?" tanya A Hok.
"Jika aku memintanya seperti juga aku tiada hubungan guru dan murid, cepat atau
lambat toh dia akan memberikan kepada kita," kata A Siang.
"Pemimpinmu tidak bagus, kaisarpun tidak menyuruh serdadunya lapar. kata hal yang
benar, pekerjaan ini kecuali aku, tiada orang lain yang berani melakukannya, pisau harus
ditusukkan dibagian paha yang tidak pen ting, tidak boleh merusak hubungan otot, jika
salah tusuk dan merusak hubungan otot sehingga jadi pincang, bukan saya tidak
mendapat upah, sebaliknya harus aku bertang-gung jawab Apakah ini pekerjaan yang
mudah?" kata Hok yang belum hilang marahnya.
"Ini memang kepandaianmu yang mengagumkan, sekaii menusuk mengenai bagian
yang tepat, tidak merusak hubungan otot. Hanya sayang dia sekarang sudah jadi gila,
kalau tidak, Siu Tin si ular belang putih tentu ber-terima kasih kepadamu !"
"Dari siapa kau ketahui?"
"Siang tadi kubersua dengan pengawal si ular belang putih. Dia memberitakan padaku,
bahwa si ahli musik itu mendadak jadi gila. Siu Tin tidak mencintainya lagi. malah merasaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
jadi beban, dikewatirkan malam ini dia hendak" kata2 A Siang itu sampai disini lalu suara
menjadi pelahan sekaii sehingga kata2 selanjutnya jadi kabur.
Sekalipun In Hong dan Ouw Ga tidak dapat mendengar Iterang kata2 penutupnya itu,
tetapi setelah dianalisanya, a] mereka menafsirkan, bahwa malam ini Li Siu Tin hendak
jH mencelakakan Bee Su Bun.
pi "In Hong, lekaslah kita tangkap kedua orang ini dan al mengkompesnya, kita akan
segera mengetahui dimana ,di rumah kediaman Li Siu Tin. Kita harus segera pergi tii
kerumah Li Siu Tin menolong Bee Su Bun, serentak menangkap kedua terdakwa utama
ini untuk menolong jiwanya Dji Dji Kouw," kata Ouw Ga yang berangasan itu dengan
berbisik.
"Tidak usah ter-gesa2, kita dengarkan pembicaraan fi mereka selanjutnya, mungkin
masih ada berita yang lebih V penting lagi," kata In Hong dengan tenangnya.
"Kau selalu dingin bagaikan es saya Kita mungkin terlambat menolong nasib Bee Su
Bun dan Dji Dji Kouw." kata Ouw Ga yang hatinya membakar seperti api.
Belum lagi In Hong menyatakan setuju atau tidak, si berangasan ini sudah lompat
melewati meya masuk keruang dalam, tangan kirinya mencekuk leher A Hok, sedang
tangan kanannya mencekuk pula leher A Siang.
Kedua orang itu terperanyat karena serangan yang mendadak ini, mereka hendak
meronta, tetapi Ouw Ga mencengkamnya erat2 sehingga mereka tak berdaya.
"Eh Kami tidak mengenalmu, mengapa kau menangkap kami?" A Hok si kaki panyang
ini agak cerdik, ia mengetahui bahwa wanita ini mengandung maksud yang tidak baik, ia
pun merasa bahwa wanita ini pandai ilmu silat, bukanlah tandingannya jika dilawan, maka
dengan kata2 yang lunak ia memprotesnya.
"Kalian melakukan perbuatan yang bagus, aku justru sedang mencarimu !" kata Ouw
Ga. "Semua dapat dibereskan, jika kami berbuat salah pada twaso, kami minta maaf
kepadamu, maka lepaskanlah dahulu!" kata A Hok hampir2 memohonnya.
Kawanan penyudi itu nampak orang sebangsanya diip tangkap oleh wanita asing, dan
nampak pula A Hok minta2 ampun, mereka menganggapnya hilang kewibawaan dan
keangkeran mereka. Hal mana tidak dapat diterima oleh mereka yang suka berkelahi itu.
Maka mereka segera menghentikan judinya dan mengurung Ouw Ga.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
6. MASUK KETEMPAT BERBAHAYA,
"Twaso ini mengapa berlaku kuirang ajar seperti ini diwarungku ini? Perselisihan
sebesar langitpun dengan sepatah kataku A Liok si bopeng dengan mudah dapat
dibereskan. Lepaskan cekalanmu dan segera enyah dari sini!" kata salah seorang yang
bukan lain daripada si-pemilik waning teh.
Pemilik warung teh ini disebut orang A Liok si bopeng. Dia asalnya seorang kepala dari
orang2 gelandangan didaerah ini, sikapnya garang dan congkak.
"Kaulah yang menggelinding dari warung teh ini, jangan campur urusan nenek-
moyangmu !" kata Ouw Ga yang tidak kalah galaknya karena melihat orang berlaku
kurang ajar terhadapnya.
"Hm, kau mempunyai berapa tangan dan kepala sehingga berani bertingkah disini?
Apakah kau tidak mencari tahu lebih dulu siapa A Liok si bopeng ini, yang tak dapat
diperhina orang? Kau harus tahu diri sedikit, dan enyahlah dari sini! jika kau masih
membandel, aku tanggung kau masuk secara membujur dan keluar secara melintang !"
kata A Liok.
Orang2 gelandangan lainnyapun tangannya pada merasa gatal, mereka
membusung2kan dada siap untuk berkelahi.
Ouw Ga menduganya teniunya A Liok seorang kepala kaum gelandangan, maka
berkata sambil tertawa meng-hina : "Aku hanya mempunyai sepasang kepala, aku dapat
membuat A Liok si bopeng jadi A Liok si muka gepeng, apakah kau mau mencobanya?"
ketiada sabaran serta sifatnya yang menumti adanya itu membuat ia melupakan tugasnya
yang tidak boleh ber-lambat2, tangannya gatal hendak berkelahi dengan orang2
gelandangan ini.
Mendengar akan kata2 Ouw Ga itu, A Liok berjing-krak karena gusarnya, ia
mengangkat kepalanya meng-hantam kearah muka Ouw Ga. Ouw Ga memiringkan
sedikit tubuhnya, maka tinyunya A Liok mengenai tepat kekepalanya A Siong. Maka tidak
ampun lagi pandangan mata A Siong jadi gelap, tubuhnya lemas. Ouw Ga segera
melepaskan tangannya, dan A Siong jatuh pingsan rebah dilantai.
Kepalan A Liok yang kedua segera sampai.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
A Hok berseru: "Kak A Liok, pukul biar tetap, jangan sampai kena kepalaku" Tetapi
kata2nya belum lagi habis diucapkan, kepalan sudah tiba, dan -justru mengenai tepat
bagian dahinya disebelah kanan, maka iapun rubuh seperti A Siong si mata terkulai.
A Liok menganggap pukulannya cepat serta keras, sekali dilancarkan pasti mengenai
musuhnya, tetapi kali ini : kepalannya se-akan2 menyabot kehendaknya, tidak saya tidak
mengenai musuhnya bahkan sebaliknya mengenai kawan sendiri. Maka tak kepalang
kegusarannya, dan 11 kakinya melayang menendang bagian perut Ouw Ga.
Tadi kedua tangan Ouw Ga masih mencekal leher orang, gerakannya tidak leluasa,
kini kedua tangannya |l sudah bebas, maka setelah nampak A Liok menendangnya, 11 ia
segera berkelit, dan kaki A Liok menemui tempat kosong, setelah mana dengan kedua
jari tangannya yall memijit mata kakinya A Liok dan disodorkan kedepan, maka A Liok si
bopeng jatuh menengadah kebelakang. 11 Beberapa orang gelandangan dibelakangnya
tidak kebum berkelit, mereka tertubruk dan ikut rubuh.
A Liok insyaf, bahwa kepandaiannya tidak nempil, tetapi ia masih menganggap hari ini
ia bernasib sial, maka 11 kalah berkelahi. Ia bangkit dari lantai dan berseru: "semua turun
tangan, pukul perempuan ini hingga mati!"
Semua orang2 gelandangan yang ada disitu serentak maju, keadaan jadi kacau.
Warung teh itu tidak luas ruangannya, tidak sesuai untuk tempat berkelahi, tidak
leluasa Ouw Ga memper-lihatkan kemahiran ilmu silatnya, tetapi bagi orang2
gelandangan ini sudah cukup menerima hajarannya. Mereka hendak memukul atau
menendang tidaklah mudah, sebaliknya Ouw Ga dapat memukulnya dengan lancar. Siapa
yang pemah merasakah pukulan atau tendangan Ouw Ga tidak berani maju lagi untuk
merasakan kepahitan untuk kedua kalinya, mereka ber-teriak2 dari tempat jauh saya.
Ada juga orang geiandangan yang meng-anggap dirinya pintar, ia menjambit Ouw Ga
dengan teko atau cangkir. Ouw Ga menangkisnya dengan kursi, maka serangan demikian
itupun tidak berhasil.
Ketika keadaan menjadi kacau sedemikian itu, A Siong berdua A Hok telah siuman dari
pingsannya, nampak gelagat tidak baik, pikimya paling selamat ialah melolos-kan diri,
demikianlah mereka merangkak keluar dari bawah meya, dan terns mengambil langkah
seribu.
Ouw Ga yang tengah berkelahi dengan bersemangal tidak memperhatikan lolosnya


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedua penjahat penting itu.
Karena hendak memperbaiki kegagalannya dan meni-perlihatkan keangkerannya itu,
maka A Liok tidak sungkan2 lagi mejuruh orang2nya menggunakan beraneka senjata dan
bertempur secara mati2an.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mereka lalu mencari pentungan, palang pintu, pisau untuk memotong sajur. sekup
baya dan sebagainya menyerang Ouw Ga. A Liok mengambil kampak pembelah kaju
menyerbu kesamping tubub Ouw Ga lalu mengam-paknya.
Baru saja Ouw Ga dapat menghindari bacokan itu, sekop baya sudah datang
menyerang, ia berkelit dari sekcp baya yang mengemplang kepala itu, sebuah besi
lonyoran lain datang menyerang pula.
Sekalipun Ouw Ga mahir ilrnu silatnya, tetapi karena tempat terlampau sempit dan
iapun bertangan hampa, melayani senjata yang beraneka ragam itu, ia menjadi repot
juga. Pada saat inilah ia baru ingat, bahwa In Hong tidak nampak mata hidungnya.
Makin lama serangan orang2 itu makin gencar dan seru, jika tidak mengalahkan
mereka didalam waktu yang pendek, maka berbahayalah bagi keselamatannya.
Kampak berat serta tajam yang digunakan oleh A Liok membacok pula kearah bahu
kirinya, Ouw Ga berkelit keTcanan, seorang lain menyapu dengan sekupnya kearah
pinggangnya. Ouw Ga sudah tiada tempat untuk berkelit pula, maka ia menyeyak
lantai, lompat melewati kepala musuh hinggap diatas meya, sambil memutar tubuhnya
ia melayangkan kakinya dan seorang yang mencekal sekup baya rubuh tertendang. A
Liok membacok pahanya, tetapi Ouw Ga sudah lompat pula kelain meya, dan terus
lompat kebelakangnya, dengan sebelah tangannya ia men-cekuk leher A Liok, dan
dengan tangan lain menghantam bahu kanannya, sehingga A Liok sukar bemapas dan
merasa sangat nyeri pada bahunya, tangannya sudah tidak kuat lagi mengangkat kampak
yang berat itu.
Ouw Ga merampas kampaknya sambil tetap mencekuk lehernya. Orang2 gelandangan
lainnya nampak pemimpinnya sudah terancam jiwanya, tidak berani lagi sembarang
bergerak, mereka berdiri ter-bengong2 ditempat masing2.
"A Liok, kau malang-melintang dan dengan se-wenang2 mengganggu orang baik2
disini bukanlah sehari dua saya, kupenggal kepalamu demi kepentingan keamanan
masya-rakat, kiranya tidak masih terlalu ringan?" kata Ouw Ga sambil mengangkat kepala
kampaknya memperlihatkan aksinya hendak membacok.
Dalam keadaan demikian A Liok si bopeng itu sudah tidak berani memperlihatkan
keangkerannya sebagai jagoan lagi, ia berseru minta ampun kepada Ouw Ga, agar tidak
dibunuh mati.
Pada hakekatnya Ouw Ga memang hanya mengancam belaka, lagi pula ia telah
teringat kepada kedua penjahat penting A Hok dan A Siong, maka pandangan matanya
menyapunya kebawah serta kekumpulan orang2 yang ada disitu, ia tak dapat
menemukan bajangan kedua orang itu, maka hatinya jadi gelisah.
"Kemana si A Hok dan si A Siong mengumpatnya?" tanya Ouw Ga.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mereka semua menjawabnya tidak tahu kemana perginya kedua orang itu.
"Jika aku tidak dapat mencarinya, kau harus ber-tanggung jawab akan kedua orang
itu!" kata Ouw Ga dengan marahnya sambil mendupak A Liok hingga ter-pental kesudut
dinding tembok rubuh dipinggir tempayan besar tempat air, lama sekali tidak dapat
bangun.
Setelah mana Ouw Ga lompat melesat keruang luar dan melihat kesekitamya, nampak
disana sunyi sekali, seorang-pun tidak nampak bajangannya. Ia lemparkan kampak tajam
itu dan lari kearah jalanan yang gelap mengejar kedua penjahat yang telah menghilang
itu. Ketika A Hok dan A Siong mengambil kesempatan diwaktu keadaan kalut lari keluar
waning teh meloloskan diri, hal ini sudah diduga oleh In Hong lebih dahulu, dan
karenanya ia tidak mau turut berkelahi, dan diam2 menguntitnya dari belakang.
Pada ujung sebelah Utara jalan ini dekat dengan semak2 pedesaan, sangat sunyi
keadaannya, yarang nampak orang lewat, mereka sampai pada jalan persimpangan tiga,
tengah mereka liendak lari berpisahan kearah tujuan masing2, In Hong sudah keburu
sampai dan meng-halau dihadapannya.
"Apakah kalian sudah merasai kehebatannya tamu wanita diwarung teh Long Shing ca
Yuan itu?" tanya In Hong dengan ramahnya.
A Hok dan A Siong terkejut, mereka menatapnya dari sorotan sinar lampu yang suram
itu, nampak bahwa dan-danan In Hong serupa dengan tamu wanita tadi, maka mereka
menduga, bahwa mestinya wanita inipun panda; akan ilmu silat, tidak kalah dengan
wanita yang menang-kapnya tadi, maka mereka tidak berkata2, juga tidak berani
sembarang bergerak, hanya kepalanya meng-angguk2 beberapa kali.
"Setelah kalian mengetahui akan kehebatannya, maka usahlah kalian merasainya
untuk kedua kalinya, mari ikut aku kesisi jalan untuk ber-cakap2!" kata In Hong, tetapi
ramah.
Mereka benar2 tidak berani melawan dan mengi kesisi jalan dimana ada trotoir.
"Dimana rumah tinggalnya Siu Tin si ular belang putih?' tanya In Hong.
"Oh Diujung pengkolan jalan Dji Dji Road dan jalan Fu Leu Li Road," jawab A Siong
dengan cepat.
"Beritahukanlah dengan jelas!" kata In Hong pula yang mengetahui dibohongi.
"Benar, dia tinggal disebuah rumah besar model barat, diujung pengkolan jalan Dji Dji
Road dan jalan Fa Leu Li Road," jawab A Siong si mata terkulai dengan memperlihatkan
sikap yang jujur.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Rupanya sebelum kalian merasai kehebatannya tanganku, masih belum mau
mengatakan sejujurnya !" kata In Hong sambil menotok jalan darahnya dibagian
bahunya. "Nah Bagaimana rasanya, enakkah?"
A Siong merasakan seiuruh tubuhnya kesemutan dan limmya bukan main, keringat
dinginnya mengalir keluar.
"Baiklah, kukatakan sesungguhnya, tetapi jangan kau menyiksa aku."
"Katakan lekas !" In Hong membentaknya.
"Rumah kediaman Siu Tin yalah sebuah rumah batu kembang model barat, ada taman
bunganya, letaknya diujung pengkolan jalan Dji Dji Road dan jalan Si Ka Wai Road."
In Hong mengetahui, bahwa kali ini orang mengatakan dengan sebenarnya, maka ia
lalu menotok pula jalan darah dibagian bahunya, dan A Siong segera tidak kesemutan
dan linu pula.
Setelah In Hong mengetahui rumah tinggalnya Li Siu Tin, ia tak tahu apa yang akan
diperbuatnya terhadap kedua penjahat penting ini. Ia berpikir sejenak, kemu-dian
didapatkannya juga suatu daya untuk sementara.
"Kalian ikutilah aku !" kata In Hong sambil menepuk tubuh kedua orang itu beberapa
kali.
Mendengar kata2 In Hong yang ramah, mereka lebih takut daripada wanita galak yang
mereka temukan diwarung teh tadi. maka dengan sangat terpaksa mereka menurut
perintah dan mengikutinya berjalan.
Ketika In Hong lewat didepan kantor detasemen polisi dijalan cisfield Road, ia lalu
memuntir tangannya kedua orang itu untuk masuk kekantor polisi itu.
"Ada urusan apa?" tanya seorang pembesar polisi.
"Dua orang tukang copet ini telah mencopet barangku," kata In Hong.
"Apakah kalian mencuri barangnya?" tanya pembesai polisi itu.
"Tidak, sama sekali tidak!" jawab mereka dengan serentak.
"Arloji tanganku merek Hima dan cincin emasku yang berukirkan burung kecil
ditiurinya. Kau boleh menggele-dahnya didalam tubuh mereka" kata In Hong.
Pembesar polisi itu lalu menggeledehnya, dan sebagai hasilnya ia menemukan sebuab
erioji tangan merek Hima didalam saku A Siong dan menemukan sebuah cincin emas
yang berukirkan burung kecil didalam saku A Hok.
Nampak akan kejadian itu maka kedua orang itu jadi saling pandang2an mata, karena
rasa herannya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Barang2 bukti semua ada, apakah kalian masih hendak menyangkal?" kata si
pembesar polisi sambil menyuruh sebawahannya menahan mereka.
A Hok dan A Siong merasa heran dan tidak mengarti erioji tangan dan cincin emas itu
bisa berada didalam saku mereka.
"Dua pencuri ini akan diadili sebagaimana mestinya, erioji tangan serta cincin emasmu
ini untuk sementara ditahan sebagai bukti peperiksaan dipengadilan?" kata kepala polisi
itu kepada In Hong.
"Terima kasih, tuan, sampai berjumpa pula !" In Hong minta diri lalu meninggalkan
kantor polisi itu dengan tenang2 saya. Setelah ia jalan beberapa langkah, maka dari jauh
ia nampak sebuah bajangan hitam lari men-datangi dengan pesatnya.
"Kau pergi kemana?" tanya In Hong yang mengetahui, bahwa bajangan itu tidak lain
daripada Ouw Ga yang sedang ber-lari2 mengejar A Hok dan A Siong.
"Oh! In Hong kemana larinya kedua penjahat itu?"
"Tak usah kau mengejarnya lagi, sudah kuserahkan kekantor polisi untuk sementara
waktu."
"Apakah kau telah ketahui alamatnya rumah Li Siu Tin?" tanya Ouw Ga.
In Hong lalu menceriterakan apa yang ia telah ketahui kepada Ouw Ga.
"Kalau demikian, mari segera pergi menyatroni dial" kata Ouw Ga yang senantiasa
tidak sabaran.
"Kita pulang dahulu untuk menukar pakaian dan mem-bawa senjata baru membuat
perhitungan dengan Li Siu Tin." kata In Hong yang senantiasa bersikap tenang dan
berhati-hati.
"Rumah Li Siu Tin toh bukan goa yang didiami naga atau harimau, tanpa senjatapun
kita dapat menunaikan tugas kita, Kau harus ketahui, jika kita datang terlambat, maka
habislah jiwa Bee Su Bun." kata Ouw Ga yang besar nyalinya, tetapi sembrono, dalam
hal apapun ia tidak memikir dengan hati dan saksama.
Achirnya In Hong menuruti juga kehendaknya dan menyewa kendaraan pergi kejalan
Dji Dji Road.
Ketika mereka turun dari kendaraaan ditingkungan jalan Dji Dji Road jalan Sikaway
Road, mereka sudah nampak rumah gedung besar yang bertaman bunga itu, megah
nampaknya dimalam hari dibawah sinar bintang dan rembulan.
In Hong bersama Ouw Ga meneliti keadaan rumah itu, nampak bahwa pagar dinding
temboknya walaupun tidakS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
terlampau tinggi, tetapi diatasnya penuh dengan pecahaij beling kaca yang tad jam2.
Dijalan masih ada satu dua orang yang berlalu lintas, tetapi tidak menjadi halangan
bagi mereka.
"Ouw Ga, kita mengenakan pakaian gerombongan se-f macam ini. juga kita memakai
sepatu sutera setipis ini, jika kita lompat keatas tembok, maka pecahan beling itu akan
melukai kaki kita atau melukai kulit paha kita, , walaupun tidak luka parah, sedikitnya
menganggu gerakan kita. Tadi jika kita pulang dahulu salin pakaian yang ringkas,
memakai sepatu boot yang lemas, bukankah pecahan beling ini tidak akan menjadi
halangan bagi kita?" kata In .Hong perlahan.
"Apakah beling2 ini dapat mencegah kita masuk ke-dalam?" kata Ouw Ga yang tidak
sependapat dengan pikiran In Hong yang senantiasa berlaku hati2 itu.
"Kalau demikian, dengan j? Ian bagaimana kau hendak memasukinya?"
"Pada trotoir itu ada sebuah pohon Ngo Tong yang besar dan tinggi, didalam tamanpun
banyak dengan macam2. pohon besar. Lebih dulu kita lompat naik keatas cabang pohon,
lalu lompat kedalam taman, dan diwaktu keluarnyapun dengan jalan demikian pula.
Bukankah jalan demikian kita tidak usah menyentuh beling diatas tembok?" kata Ouw
Ga. "cara ini dapat digunakan, tetapi ini melanggar kebi-asaan kita yang keluar malam.
Seharusnya kita naik keatas tembok untuk mengenal keadaan didalam dahulu, setelah
mana barulah kita masuk. jika kita masuk secara sem-barangan saya kedalam tempat
yang sangat asing bagi kita, sedikit banyak mengandung bahaya."
"Kebiasaan semacam itu sudah terlampau usang! Apa kau sangka didalam ada hang
perangkap atau jaring baya dan lain2 jebakan?" kata Ouw Ga.
"Didalam segala hal sebaiknya kita berlaku hati2 jika kau tidak hendak menempuh
bahaya, aku seorang diri akan masuk kedalam " kata Ouw Ga sambil lompat keatas dahan
pohon Ngo Tong yang ada didekatnya.
Dengan sangat terpaksa In Hong pun ikut melompat keatas pohon Ngo Tong yang
lainnya.
Ouw Ga menyeyakkan kedua kakinya, tubuhnya mem-bubung tinggi diangkasa, lalu
melampaui pagar tembok turun kedalam taman. In Hong pun dengan jalan serupa
menyusul masuk.
justru pada waktu itu terdengar suara tembakan sen-yata api, dan Ouw Ga segera
rubuh ditanah. Tembakan kedua terdengar pula, dan In Hong pun segera rubuh
sesudah terdengaraya suara itu. Menyusul ini maka terdengarlah suara gelak
tertawa memecahkan kesunyian Jmalam itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
7. DUABELAS E KOR anfCng HERDER
Didalam kamar rahasia dibawah tacah Ong San Niauw mengintai gerak geriknya Bee
Su Bun yang sedang makan nasi dan sajur dengan lahapnya. la sangat mengharap Bee
Su Bun minum kuah sajur kacang kara yang telah dicampurkan racun itu. Bee Su Bun
makan nasi dan menyendok sajur dengan tangan, tetapi tidak mau minum kuah sajur
kacang kara. Bee Su Bun menggunakan akal sebagai orang gila sangat berhasil. Li Siu
Tin beserta bergundal2nya semua yakin, bahwa ia telah gila. Pada hal ia tidak gila.
Dibawah t ancaman dan pengawasan Li Siu Tin ia tidak dapat akal untuk keluar dari
rumah ini, karena itu ia ingat akan ceri-tera didalam pewajangan model Peking, yang
mengisahkan puterinya Tio Ko berlagak gila, telah terhindar dirinya ter-cemar oleh kaisar
yang cabul. Maka bilamana ia berlagak gila. iapun mungkin akan dapat menghindarkan
diri darlibatan Li Siu Tin dan mungkin juga dilepas dan men-L dapatkan kembali
kemerdekaannya.
Hasilnya bersandiwara berlagak gila itu, ia terhindar dari libatan Li Siu Tin, tetapi tidak
ada tanda2 bahwa ia akan dilepas. Maka tidak dapat tidak ia harus terus berlagak gila.
Ia tidak mengetahui kekejaman Li Siu Tin yang ter-jp kandung didalam hatinya. jika
mencintainya, dia meng-V hendaki orang itu hidup, jika membencinya dia meng- hendaki
orang itu mati. Maka didalam santapan malamnya itu sudah dicampurkan racun untuk
membinasakannya. Dengan menggunakan cakar tangannya ia makan nasi, sebenarnya
dapat memperlihatkan tingkah lakunya orang yang sungguh gila. Sehabis makan nasi,
ia merasa sangat haus, ingin ia minum kuah, tetapi selama hidupnya ia paling tidak suka
kacang kara, maka her-kali-ia tidak jadi meminumnya, bergulat dengan kehausannya
atau sebenarnya ia tengah bergulat dengan malaikat elmaut.
Ong San Niauw nampak bemlang kali ia memegang mangkok kuah, tetapi sebelum
sampai dibibir lalu ditaruhnya pula maka diam2 ia mengutuknya.
Kedua pegawai Li Siu Tin mendapat perintah untuk meronda didalam taman untuk
ber-yaga2, ketika mereka lewat dikamar bawah tanah, mereka bertanya mengenai Bee
Su Bun.
"Apakah dia sudah mati?" tanya salah seorang peronda pengawal dengan suara
perlahan.
"Dia belum minum kuah!" jawab Ong San Niauw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Kau tidak memberikannya minum air, maka lambat, atau cepat achirnya ia akan
minum kuah itu." kata pengawal itu dengan suara pasti, setelah mana iapun melati-jutkan
tugasnya meronda didalam taman itu.
Sang waktu dirasakannya berjalan bagaikan ulat me-ayap dengan sangat perlahannya,
kehausan akan mulut Bee Sun Bun pun makin menjadi2, dengan sangat ter-gpaksa ia
mengangkat mangkuk kuah, dan didekatkannya kepada bibirnya, justru pada waktu itu
kedua pengawal Li Siu Tin itu nampak dua bajangan hitam lompat dari !pohon Ngo Tong
diluar pagar tembok, lalu membidik serta gTnenembaknya. Kedua suara tembakan itu
terdengar sam-ypai kedalam kamar dibawah tanah, juga Li Siu Tin didalam kamar
tidurnya ditingkat atas rumah itu dapat men-idengarnya.
Qa Demi mendengar suara tembakan itu Li Siu Tin lari r%eluar ketempat peron atau
serambi diatas rumah itu untuk melihat ketaman apa yang telah terjadi, dalam keadaan
remeng2 ia dapat melihat kedua pengawalnya snybergelak tertawa sambil tangannya
memegang pistol, uij Kedua pengawal itu telah menduga pasti, bahwa kedua igi bajangan
hitam itu tidak lain dan tidak bukan pasti musuh besarnya yaitu In Hong dan Ouw Ga.
Mereka demikian jgirangnya, bahwa barn saya kedua musuhnya masuk ke-l21 dalam
taman sudah makan masing2 sebutir pelor dan habis riwayatnya secara mudah sekali.
Mereka bergelak tertawa sambil menghampiri untuk melihat hasil tembakan
acsebenarnya.
rei Padahal In Hong dan Ouw Ga sebenamya tidak kena eJtembakan. Mereka nampak
didalam taman sudah ada crang ber-yaga2 dengan tangan memegang pistol. Seba-liknya
mereka tidak membawa senjata apa2. Maka dengan rebah atau rubuh ditanah untuk
mengurangkan kewas-padaan musuh.
Mereka menunggu sampai pengawal2 itu sudah datang dekat sekali, dengan serentak
In Hong dan Ouw Ga menendang tangan pengawal yang memegang pistol, sehingga
senjata api itu mental tercemplung kedalam empang ikan.
Pengawal-itu sadar, bahwa mereka kena terjebak oleh tipu musuh, tengah hendak
berbalik lari, kaki Tn Hong dan Ouw Ga telah tiba pula ketubuh mereka sehingga mencelai
belasan kaki jauhnya dan akhirya rubuh ditanah dengan merintih-rintih kesakitan.
Nampak cfidalam sekeyap mata saya keadaan telah berbalik demikian rupa dan musuh
sudah menyerbu keda-lam rumah tinggalnya, maka buru2 Li Siu Tin mengeluar-kan peluit
dari sakunya, dan ditiupnya beruntun2 tiga kali. Demi mendengar suara peluit, pengurus
rumah anjing se-gera melepaskan seluruh anjing herder yang berjumlah duabelas ekor.
In Hong dan Ouw Ga mendengar suara peluit yang aneh itu, sesaat kemudian
terdengar pula suara salaic anjing yang buas, menyusul itu mereka tampak segerombolan
anjing besar dan tinggi meneryang mereka dari tempat yang gelap.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Ouw Ga, bati2lah, anjing yang menyerang kita bukam hanya dua tiga ekorsaya!" In
Hong memperingatkan ka-wannya. Ketika gerombolan anjing2 sudah tiba didekat!
mereka, beberapa diantaranya sudah menerkam tubuh mereka.
Dua ekor anjing dari depan menerkam Ouw Ga, ia berkelit kesamping dan kedua ekor
anjing itu menerkam tempat kosong, dengan segenap tenaga ia menendang perut seekor
anjing, sehingga anjing itu mendengking karena sakitnya, darah hidup keluar dari
mulutnya dan rubuh ditanah dengan napasnya empas-empis.
Seekor anjing lainnya juga terhajar oleh sabetan tangan Ouw Ga, sekalipun tidak


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membahayakan jiwanya. tetapi bukan kepalang nyerinya, maka diapun mendengking'
disitu dengan hilang tenaganya.
anjing2 yang mengerojok In Hong, menerkam dari tigu jurusan, sekalipun gerakan
anjing itu sangat cepat tetapi gerakan In Hong lebih cepat pula, tubuhnya melompat
membubung tinggi, melewati' anjing dihadapannya lalu turun dibelakang anjing itu.
Ketiga ekor anjing nampak sasarannya mengubah kedudukannya, tengah hendak mem-
balikkan tubuh dan menyerangnya, tetapi In Hong sudah menendangnya sehingga
seekor anjing terjatuh kedalam empang ikan. Menyusul itu kedua tangan In Hong
menang-kap leher dua ekor anjing dikirikanannya dan memutarnya dengan penuh tenaga
sehingga patah tulang lehemya dan rubuh ditanah mendengking2 menyayat hati yang
men-dengarkan.
anjing2 lainnya nampak kawannya terluka, mereka pun mengetahui, baliwa kedua
musuhnya ini lebih bengis dan galak dari pada mereka, sekalipun tidak sampai mundur
lari, tetapi mereka tidak berarti maju menyerangnya lagi.
anjing yang terjatuh diempang itu telah berenang naik kedarat, lalu bersama tiga ekor
kawannya yang lain menge-'pung In Hong, lima ekor yang lainnya pula termasuk yang
kepalanya dihajar Ouw Ga tadi, beramai2 mengurung Ouw Ga.
anjing2 itu mengurungnya dengan jarak yang tertentu, In Hong atau Ouw Ga hendak
menyerang kedepan, maka yang diserang itu lari, tetapi yang lainnya segera mener-yang
serentak dan menggigitnya. jika In Hong dan Ouw Ga berhenti menyerang anjing yang
tadi dan ganti arah serangannya, maka yang" lari tadi balik meneryang, mereka berganti
dan bersaut saling membantu, hingga In Hong dan Ouw Ga tetap terkurung ditengah.
Menampak cara2 penyerangannya anjing yang licin ini, In Hong dan Ouw Ga merasa
sukar untuk dapat menoblos kurungan itu, bahkan jika lengah sedikit saya mereka akan
dapat digigitnya, maka keadaan menjadi seperti deadlock, merintangi usaha mereka.
Oleh karena ini In Hong dengan cara bersiul melagukan suatu lagu tanda pembicaraan
mereka-memberitahukan Ouw Ga meninggalkan tempat itu untuk sementara dan pulang
salin pakaian dan membawa senjata.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Sedikit demi sedikit mereka menggeser kedudukan mereka, ketika mereka sudah
sampai dibawah suatu pohon yang dekat pada dinding tembok, mereka mendadak lotn-
pat tinggi, dengan kedua tangannya mereka memegang dahan pohon yang melintang,
menyusul itu tubuhnya ber-balik keatas dahan.
Ouw Ga pun meneladnya dengan cara yang serupa keatas dahan pohon lain, dan
sebentar saya mereka sudah dapat lompat keluar pagar tembok.
anjing2 itu terhalang oleh pagar tembok, mereka hanya dapat menyalak2 tidak dapat
mengejamya.
Li Siu Tin dari serambi rumah atas nampak kejadian itu dan menyaksikan dua bajangan
hitam bagaikan burung saya terbang melewati tembok pagar, burn2 lari turun dan
memeriksa anjing2 kesajangannya. anjing2 itu nampak kedatangan majikannya lain
berkerumun mengitarinya dan meng-goyang2kan ekomya.
Li Siu Tin nampak seekor diantaranya sudah mati dengan mengeluarkan banyak darah
dari mulutnya, dan dua ekor yang lain tulang lehemya sudah patah, juga akan mati
didalam waktu tidak lama lagi, karena ini ia dapat membayangkan, bahwa In Hong dan
Ouw Ga memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, anjing2 herder belum dapat mencegah
masuknya mereka kedalam rumah tinggalnya. Iapun menemukan kedua pengawalnya
rebah merintih ditanah, lalu menghampirinya.
"Apakah lukamu parah?" tanyanya.
"Meski tidak parah, tetapi bagian pinggang kami terten-dang tepat sehingga bukan
kepalang nyerinya, untuk beberapa saat kami tak dapat berdiri," jawab kedua pengawal
itu. "Mereka pergi akan kembali lagi, lekas kalian bangun, ill aku masih menghendaki kalian
melakukan pekerjaan tangan penjahat wanita ini!" kata Li Siu Tin ifc yang sikapnya pun menjadi tegang.
Kedua pengawal itu dapat juga melupakan penderitaannya dan lompat bangun. Li Siu
Tin lalu memberikan ia instruksinya, setelah mana buru2 ini pergi kekamar dibawah tanah
untuk meninyau keadaan bekas orang kecintaannya yaitu Bee Su Bun.
"Apakah Bee Su Bun sudah mati kena racun?" tanya Li Siu Tin.
"Rupanya dia berasa haus, tetapi tetap dia tidak mau rainum kuah kacang kara itu.
Paling achir dia sudah mengambil ketetapan untuk minum, tetapi suara tembak-kan dua
kali ditaman itu menyebabkan dia tidak jadi minum dan meletakkan raangkoknya pula,"
kata Ong San Niauw yang se-akan2 mengandung arti mengutuk suara pistol itu.
"Kita jangan menantikannya dia minum racun lagi, kau boleh masuk kekamarnya dan
menembaknya mati dengan -pistol, setelah itu menggali tanah ditempat yang sepiS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
didalam taman untuk mengubur mayatnya. Pekerjaan ,j ini harus selesai didalam waktu
lima belas menit. jika kita membiarkan Bee Su Bun tetap tinggal hidup, maka dia akan
dapat merugikan kita. Aku menduganya didalam pj dua puluh sampai tiga puluh menit
lamanya. In Hong akan sudah datang kembali ketempat ini. jika tidak ada bekas2 pada
kita, mereka pun tidak dapat berbuat apa2 terhadap kita," demikianlah pesan Li Siu Tin.
"Tetapi tetapi pekerjaan membunuh orang serta menguburnya tak akan selesai
didalam waktu lima belas menit," kata Ong San Niauw.
"Aku dapat menyuruh A Ong pengurus rumah anjing membantumu menggali tanah.
setelah selesai pekerjaan ini. kau boleh pergi kerumah bungalo di Wang Su Bu, makin
cepat makin baik, ingat!" sehabis berkata demiki-an, maka dengan buru2 Li Siu Tin
meninggalkan kamar dibawah tanah.
Ong San Niauw mencabut browning yang panyangnya enam dim, lalu dengan tangan
kirinya ia membuka palang pintu besi, serta dengan kaki kanannya ia mendupak daun
pintu besi.
Mula-Ong San Niauw mengira dengan sekali menen-.dang ia akan dapat membuka
daun pintu besi itu, dan menurut pantasnya pun mestinya begitu, karena didalamnya
tidak ada paiangnya. Tetapi pintu ini mendadak jadi luar biasa keadaannya, didupak
sekali tidak terbuka, didupak dua kali masih tetap tertutup.
"Kurang ajar" mencaci Ong San Niauw sambil
mengutuk dan mengintai dari celah2 pintu itu.
Memang pintu itu tiada paiangnya, tetapi Bee Su Bun telah menggunakan meya dan
kursi kaju mengganyalnya dari dalam, maka pintu itu tidak dapat dibukanya dari luar.
Bee Su Bun mendengar suara tembakan dan salak anjing, mengira bahwa boleh jadi
ada anggota polisi datang menggeledahnya rumah mereka ini.
Guna menjaga siasat keji yang terachir dari Li Siu Tin dan Ong San Niauw itu, maka
lebih dulu Bee Su Bun sudah berusaha agar supaya mereka tidak dapat membuka pintu
dan masuk.
Nampak bahwa didalam pintu itu diganyal dengan kursi-meya serta sikap Bee Su Bun
yang ber-yaga2 itu, maka Ong San Niauw jadi kaget dan marah. la sekarang sadar bahwa
kegilaan Bee Su Bun itu hanya pura2 saya.
dan akan menjadi seorang saksi yang kuat dapat mem-buktikan perbuatan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Li Siu Tin dan Ong San Niauw.
Ong San Niauw memasukkan laras pistol itu dari lobang kecil dan menembaknya. Bee
Su Bun nampak laras pistol, lalu bersembunyi dipinggir laras itu, dan pelor pistol itu tak
akan dapat mengenainya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Ong San Niauw menyentil pelatuknya, tetapi tidak ada pelor yang keluar. Ia periksa
pistolnya dan tarik keluar tempat pelornya, nampak hanya ada tujuh butir pelor, pelor
yang satu sudah masuk didalaro laras, dan menyumbat larasnya, maka gagal menembak.
Ong San Niauw sangat gelisah dan marah. Ia ingin menggunakan cara yang paling
sederhana memperbaiki senjata itu didalam waktu yang paling singkat, tetapi ia tidak
memiliki pengetahui membetulkan senjata api, tidak juga ia memiliki alatnya, ia telaii
menghabiskan banyak waktu, belum juga dapat memperbaiki pistol itu.
"Bagaimana kau ini? Aku sudah selesai menggali tanah dibelakang gunung2an didalam
taman, boleh melemparkan si gila itu kedalam lobang itu, lalu dikubur." kata si pengurus
rumah anjing itu.
"Malam ini apapun tidak kebetulan, pistolku kehilangan daya gunanya, pelornya tidak
dapat keluar, sementara itu diapun mengganyal pintu dari dalam, aku tidak dapat
masuk," kata Ong San Niauw.
"Kita berdua bertubuh besar, sekalipun tidak menggunakan senjata, masih dapat
menghabiskan jiwanya pe-lajar selemah dia itu. Kita bersama mendobrak pintu dengan
benda berat sehingga pintu itu terbuka, setelah itu kita pukul dia dan mengikatnya
dengan tambang lalu melemparkannya kedalam lobang tanah, apakah dengan demikian
tidak mudah ?" kata si A Ong.
Mereka lalu menggempur pintu dengan batu lonyoran. Bee Su Bun berusaha keras
mempertahankan pintu itu, tetapi apa mau dikata, bahwa kesudahan batu penggempur
pintu itu menerbitkan suara yang keras, dan meya kaju pengganyal pintu itu bersuara cit
cit, nyata tidak akan dapat bertahan.
Bee Su Bun mengetahui, bahwa sekali pintu besi itu terbuka, maka jiwanya akan tidak
dapat tertolong. Ia berusaha sedapat mungkin menggunakan sernua alat kaju yang
sudah tua dan rusak yang terdapat didalam kamar dibawah tanah itu untuk mengganyal
pintu.
Brak! Achirnya pintu itu tergempur terbuka. Ong San Niauw bersama A Ong
menggeserkan alat2 kaju mengganyal itu lalu menyerbu kedalam, mengepung Bee Su
Bun diikat dengan tambang.
Mereka berdua, seorang menggotong kepalanya, dan yang lain mengangkat kakinya,
Bee Su Bun digotong keluar kamar dan dibawanya ketaman bunga.
"Tindakan kita harus cepat, dikewatirkan jiwa lama2 akan berubah keadaan." kata A.
Ong. "In Hong tinggal di Hongkiu Road, untuk pergi dan pulang sedikitnya harus mengambil
waktu tiga perempat jam, kita masih ada waktu membereskan tugas kita." kata Ong San
Niauw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mereka memutari gunung2an dan tiba ditempat yang sepi didalan taman bunga itu,
nampak telah tersediakan sebuah liang kubur yang berukuran tujuh kaki lebar dan empat
kaki dalamnya. Diatas tanah terdapat dua buah sekup penggali tanah dan gundukan
tanah galian yang tinggi.
"Lemparkan dia !" A Ong memberi komando " satu, dua, tiga !" Mereka melemparkan
dengan serentak, dan Bee Su Bun segera menggeletak didalam liang kubur itu. Menyusul
tindakannya itu, mereka mengangkat sekup lalu menyekup tanah galian diurukkan
kedalam liang.
Bee Su Bun menyerit minta tolong-tetapi tiada orang yang datang menolong. la
mengetahui, bahwa sekitar rumah linggal ini keadaannya sangat sepi sunyi, tambah pula
ketika itu telah larut malam, tiada orang dijalan, teriakannya tiada gunanya. Tetapi iapun
mengetahui, bahwa teriakannya itu adalah usahanya menentang maut yang terachir,
serta usaha satunya yang ia dapat lakukan.
Didalam saat yang sangat berbahaya itu, se-konyong2 terdengar suara salak anjing
yang tersiar dari bagian depan taman bunga. Salak anjing yang berisik serta menakutkan.
Suara itu dicampur dengan suara teriakan minta tolong yang keluar dari mulut Bee Su
Bun, maka teryalin menjadi semacam suara yang sangat memilukan hati serta
menakutkan.
In Hong serta Ouw Ga sudah kembali, kali ini mereka telah salin pakain ringkas untuk
keluar malam, kaldnya memakai sepatu kulit yang panyang larasnya serta kuat dan ulet,
tidak takut lagi akan pecahan beling yang ter-dapat diatas tembok pagar. Mereka bediri
diatas pagar tembok agar supaya anjing2 itu gumul dibawah tembok menyalak kepada
mereka.
In Hong beruntun melepaskan anak panah pendek dibubuhi obat racun dan mengenai
tepat pada tiga ekor anjing yang terdekat, sekalipun mereka tetap bersalak, tetapi makin
lama makin berubah perlahan dan akhirya tubuhnya dia tak bergerak alias binasa.
Sisanya enam ekor anjing herder, belum lagi dua menit lamanya pun semua terbinasa
dibawah anak panah In Hong.
Ong San Niauw bersama A Ong yang berada dibela-kang gunung2an mendengar
bahwa anjing2 itu sudah tidak menyalak lagi, mereka menganggapnya In Hong dan Ouw
Ga telah terusir pula oleh anjing2 itu, atau boleh jadi
telah terbinasa karena digigit anjing, maka dengan hati lega mereka melanjutkan
menimbuni liang itu dengan tanah galian.
Tangan mereka menyekup tanah dan menguruk liang itu atau dengan mendadak saya
mereka merasa ada sambaran angin dingin dibelakang punggungnya. Belum sempatS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
mereka berpaling, mereka sudah berasa bahwa punggung mereka ditandalkan laras
senjata api.
"Lempar sekupmu!" Demikianlah telinga mereka men-dengar orang
memerintahkannya.
Ong San Niauw dan A Ong mentaati perintah dan membuang sekupnya. Menyusul
mana mereka nampak In Hong menghampiri liang dan menyoroti dengan lampu
senternya.
"Ha, tuan Bee Su Bun, apakah kau terluka?" tanya In Hong.
Kini Bee Su Bun telah berhenti berteriak, didalam su-asana gelap itu ia tidak mudah
mengenali siapa orang yang menanya kepadanya itu, tetapi dapat mengenalinya dari
suara kata2nya seorang wanita muda.
"Oh, nona, siapa kau? jika terlambat beberapa menit saya, maka habislah riwayatku!"
In Hong menyoroti mukanya sendiri sambil bertanya : "Apakah kau mengenali aku?"
"Oh, kiranya nona yang malam itu memberikan jasa baik terhadap persengketaan kami
didalam rumah sewaan berbatu merah itu," kata Bee Su Bun sambil menatapnya dengan
matanya jarig besar dan hitam itu.
Setelah mana In Hong menariknya dari timbunan tanah yang masih tipis itu, lalu
diputuskannya tambang yang mengikatnya itu.
Setelah tubuhnya bebas dari belengguan, Bee Su Bun maka segera bangkit berdiri dari
atas tanah dan menya-takan terima kasihnya kepada In Hong atas pertolongannya itu.
In Hong mendengari kata Bee Su Bun dengan teliti, ia mendapatkan kenyataan, bahwa
sedikit pun tak nampak tanda2 sifat gila daripada Bee Su Bun.
" Apakah kau tidak gila?" tanya In Hong.
Bee Su Bun menggeleng2kan kepalanya menyatakan bahwa ia tidak gila, lalu
diceritakannya hal2 yang telah ia alami selama ini, In Hong pun menceritakan apa yang
ia ketahui tentang keadaan diluar. Hal mana menyebabkan Bee Su Bun merasa pessimitis
dan putus harapan.
"Jika Dji Dji Kouw besok menjalani hukuman tem-bak mati karena perkara fitnahan
itu, akupun hanya meng-ikutinya dan mati bersama!" kata Bee Su Bun.
8. TERKUBUR DIDALAM KAMAR API.
Sebuah kamar tamu dari rumah tinggal Li Siu Tin telah dipergunakan oleh In Hong
sebagai kamar pemeriksaan darurat.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Perbuatan penculikan alas di i Bee Su Bun itu apakah dilakukan atas suruhanmu?"
tanya In Hong kepada Ong San Niauw.
"Ini urusan Li Siu Tin, tiada sangkutannya dengan aku." kata Ong San Niauw yang
membersihkan dirinya dengan memindahkan kesalahannya tentang perbuatan jahat itu
kepada diri Li Siu Tin.
"Tidak guna kau menyangkal, aku telah menangkap A Siong dan A Hok mereka telah
mengaku semua. Apakah kau masih hendak memungkiri kedosaanmu ini?" tanya In
Hong.
Ong San Niauw tetap menyangkal.
"Dji Twa So siapa yang membunuhnya?" tanya In Hong selanjutnya.
"Semua orang mengetahui, bahwa dia dibunuh oleh iparnya yaitu Dji Dji Kouw,
didalam surat kabarpun sudah dimuatnya berita ini." kata Ong San Niauw dengan
licinnya.
In Hong menghampiri Ong San Niauw, memeriksa jari langan Ong San Niauw, sungguh
tidak salah dugaannya. Bagian tengah jari telunyuk tangan kanan Ong San Niauw
terdapat bekas luka pisau yang dalam, sesuai dengan sidik jari berdarah yang terdapat
diatas daun jendela kamar tidur Dji Dji Kouw. Maka tidak usah ditanya pun dapat
diketahui, bahwa pembunuh Dji Twa So yang sell sungguhnya yalah Ong San Niauw.
"Bukti tentang kau melakukan pembunuhan telah tertulis ada dijari tanganmu, apakah
kau masih hendak menyangkal? Sebaiknya kau mengaku terus terang saya, boleh jadi
kau akan dapat hukuman yang ringan. Bukan-f kah Li Siu Tin yang menyuruhnya?" tanya
In Hong.
"In Hong, tak usah kau capekan mulut terhadap mereka; lebih baik kita bawa kedua
pesakitan ini untuk menemui To Thamtio, dan minta kepadanya supaya segera mencegah
dilaksanakannya hukuman mati kepada Dji Dji Kouw esok pagi itu!" kata Ouw Ga.
jrKalian jangan merugikan diri sendiri karena men-campuri urusan orang lain. Li Siu
Tin bukanlah seorang yang mudah menyerah. jika kau suka mencampuri urusan orang
lain, kaupun harus tahu batas, tidak boleh mem-besar2kan urusan sehingga tidak dapat
dibereskan lagi." kata A Ong secara tandas.
Nampak sikap congkak yang diperlihatkan A Ong serta kata2nya yang mengandung
ancaman itu membuat Ouw Ga sangat mendongkol.
"Kami tidak takut akan ancaman apapun, lebih dulu kami akan serahkan kalian
penjahat pembunuh orang kekantor polisi, setelah itu mencari pula Li Siu Tin biang
keladinya kejahatan itu!" kata Ouw Ga.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Persengketaan ini terbit karena asmara segi tiga, setelah Bee Su Bun pura2 gila tidak
suka nikah dengan Li Siu Tin, maka Li Siu Tin pun tidak memaksanya lagi.
Kalian boleh bawa Bee Su Bun sebagai pengachiran per-kara ini. jika kalian tidak mau
memberitahukan tempat berpiyak kepada orang lain, hendak bersitegang leher untuk
mengurusnya sungguh2, dan menyerahkan perkara ini kepada polisi, maka kalian akan
menyesal pada waktu yang sudah terlambat!" kata A Ong dengan sembarangan saya.
Kata-A Ong tersebut diatas, sebenarnya adalah kata2 yang dipesankan oleh Li Siu Tin
ketika ia hendak mening-galkan rumah tinggalnya tadi.
"Apa maksudmu membiarkan Dji Twa So mati secara sia2 dan Dji Dji Kouw
menjalankan hukuman mati untuk kesalahan orang lain?" tanya In Hong dengan tenang.
"Benar, pada hakekatnya kalian pun harus berkompromi dengan Li Siu Tin."
"Jika kami tidak mau berkompromi?" tanya In Hong yang memperlihatkan
senyumannya.
"Li Siu Tin telah menyuruh kedua pengawalnya untuk menangkap kemenakanmu nona
Hiang Kat, dan meng-ikatnya didalam empang ikan didalam pekarangan bunga-lownya.


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan diatas air empang itu telah disirami dengan dua puluh gallon bensin. Li Siu Tin sendiri
memegang obor menunggu ditepi empang, asalkan kalian tidak mau menerima syarat
komprominya, dan menyerahkan kami kepada polisi, maka dia akan terjun keempang
dengan obornya, untuk mati bersama dengan nona Hiang Kat. Karena kalian mencampuri
urusan orang lain dan mengor-bankan jiwa nona Hiang Kat yang cantik elok itu, apa-kah
hal yang demikian itu dapat diterima? Oleh karenanya kuanjurkan kalian pikir2 dahulu."
kata A Ong dengan memperlihatkan roman yang merasa puas.
"Sama sekali bohong Tadi ketika kami tukar pakaian. Hian Kat membaca bulcu didalam
kamar, mustahil dia diJ tangkap pengawal Li Siu Tin ? Sama sekali aku tidak percaya
kata2 iblismu ini!" kata Ouw Ga, sambil memperlihatkan sikap marah tercampur gelisah.
Walaupun dimulut Ouw Ga menyatakan tidak percaya kata2 A Ong itu, tetapi didalam
hatinya sebenamya sangat, tidak tenteram.
Ia mengetahui, bahwa Hiang Kat biasa saya ilmu silatnya, mungkin terpedaya dan
ditawan lalu dibawa ke-bungalow Li Siu Tin. Dan Li Siu Tin karena sudah menemui jalan
buntu, mungkin juga mempergunakan cara sehina ini imtuk mengancamnya, agar ia
dengan Tn Hong terpaksa mengadakan kompromi dengannya.
Demi mendengar kata2 Ouw Ga itu, maka A Ong lalu berkata: "Nona Ouw Ga, jika kau
tidak percaya, boleh-lah kau menilpon kerumahmu untuk membuktikannya. Ketika kalian
pulang menukar pakaian, kedua pengawal Li Siu Tin menguntitnya dibelakang kalian.
Dan ketika kalian kembali, mereka menyelinap kedalam rumah kalian dan menculik nona
Hiang Kat!"S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Ouw Ga benar2 menilpon kerumahnya, dan terbukti, bahwa Hiang Kat sudah tidak ada
dirumahnya di Hong Kiu Road.
Hawa amarahnya Ouw Ga me-luap2, ia lompat kekamai tamu menjambak rambut
kepala Ong San Niauw dan A Ong, hendak dibenturkannya satu kepada lain sehingga
pecah.
"Ouw Ga, lepaskanlah !" In Hong senantiasa berlaku sangat tenang, ia duduk dikursi
tidak bergerak sedikitpun.
Walaupun Ouw Ga menuruti kata2 In Hong dan me-lepaskan jambakannya, tetapi
didalam hatinya ia merasa ji tidak puas akan sikap ketenangan In Hong itu.
"Aku bersedia berkompromi dengan Li Siu Tin sendiri.
tetapi dia bersembunyi didalam vilanya, cara bagaimana kami dapat
merundingkannya?" kata In Hong.
"Itu soal mudah saya, aku bersama Ong San Niauw dapat menemui kalian bersama
tuan Bee Su Bun naik mobil, bersama2 pergi kevillanya Li Siu Tin untuk
menyelenggarakan perundingan," kata A Ong yang lagu kata2nya mengandung perasaan
yang menganggap sudah menda-pat kemenangan.
"Baiklah, maxi kita segera pergi!" kata In Hong.
Ouw Ga melihat erloji tangannya sudah menunjukkan pukul 03.20 dinihari, lagi jam
empat puluh menit akan tiba saatnya Dji Dji Kouw menjalani hukuman tem-bak mati.
Dalam otaknya Ouw Ga beradukkan hal2 yang saling bertentangan, yaitu jika
menyerahkan kedua penjahat ini kepada polisi, jiwa Dji Dji Kouw akan tertolong, tetapi
akibatnya mengorbankan Hiang Kat. Sebaliknya jika ber-kompromi dengan Li Siu Tin,
jiwa Hiang Kat tertolong, tetapi Dji Dji Kouw menjadi korban.
Pikirnya mungkin In Hong sudah mempunyai rencana, lebih dulu menolong Hiang Kat,
kemudian menolong Dji Dji Kouw, tetapi waktunya sudah terlalu mendesak, lagipu-la
kata2 A Ong itu, masih dapat disangsikan. Kerena ini Ouw Ga lalu bersiul, melagukan
irama kata2 rahasia, menanya In Hong apakah sudah mempunyai pegangan, dian-
jurkannya berlaku hati2, jangan kena tipu oleh kata2 A Ong itu.
In Hong pun menjawabnya dengan bersiul pula, bahwa pada setiap kalinya selalu ia
yang menganjurkan Ouw Ga berlaku hati2. In Hong berpendapat, jika kali ini ia tidak mau
menempuh bahaya, maka jiwa Hiang Kat akan ber-bahaya sekali, terpaksa harus
mengikuti mereka pergi ke-vilanya Li Siu Tin. dan bertindak melihat gelagat.
Ong San Niauw bersama A Ong nampak kesangsiannya In Hong dan Ouw Ga yang
silih berganti bersuil, mendu-y ganya mereka meraberi isyarat satu kepada lain, Maka A
Ong memberi peringatan katanya:" Nona In, kalian harus bersikap jujur, jika kalian inginS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
menggunakan ilmu silatmu yang mahir, serta kepandaian menembak yang bagus untuk
mencelakakan Li Siu Tin, itulah perbuatan yang sangat bodoh. Karena Li siu Tin
mengetahui ilmu silatmu : yang mahir itu, dia telah bersiaga. Ia memegang obor ber-diri
ditepi empang, walaupun kalian menggunakan akal apapun, dia dengan obornya pasti
akan terjatuh didalam empang dan menyebabkan terbakarnya bensin yang disiram-t kan
dimuka air empang itu. Hal ini bagi nona Hiang Kat mu tidak ada faedahnya.
"Adakah kejujuran dan kesungguhan hati pada Li Siu Tin itu" In Hong berbalik tanya.
"Sudah tentu dia sungguhV kata A Ong.
"Kalau demikian, mari kita pergi! " kata In Hong.
"Silahkan nanti sebentar. aku hendak menilpon memberi tahukannya dahulu" kata A
Ong. Demikian A Ong pergi keserambi samping dimana pesawat tilpon terletak dan ber-
cakap2 dengan Li Siu Tin melalui pesawat tilpon itu.
"Halo nona Siu Tin disitu ? Aku A Ong. Aku bersama Ong San Niauw, nona In Hong,
Nona Ouw Ga dan tuan Bee Su Bun yang berlagak gila ingin berkunjung kevilla-mu,
apakah kau sudi menerimanya ?" kata A Ong.
Adapun maksud sebenarnya A Ong menilpon Li Siu Tin itu yalah hendak melalui jalan
ini ia dapat mengetahui apakah Li Siu Tin sudah berhasil menculik Hiang Kat serta sudah
mengusainya. Kecuali itu iapun hendak mem-beritakan, bahwa kegilaan Bee Su Bun itu
hanya ber-pura2 belaka.
"ya. aku siap menanti, teristimewa Si dia yang berlagak gila itu." jawab Li Siu Tin yang
asmaranya hidup pula karena mengetahui bahwa Bee Su Bun tidak gila.
Setelah mendapatkan persetujuan Li Siu Tin, maka In Hong dan rombongan bersama2
menumpak sebuah mo-bil Ford yang sudah ketinggalan zaman yang dikendarai oleh A
Ong pergi menuju ke Yang Su Bu. Ketika mobil sampai didepan villa Li Siu Tin, maka Tn
Hong dan Ouw Ga segera lompat turun dan mengawasi A Ong dan Ong San Niauw masuk
kepintu jeruji besi, dan Bee Su Bun mengikuti dibelakangnya.
Tanah lingkungan villa itu kira2 enam atau tujuh bauw luasnya, nampaknya se-akan2
ladang pertanian saya. Kedua belah sampingnya ditanami pohon Kwie-hwa yang besar
kecilnya tidak merata. Baunya bunga Kwie-hwa itu harum semerbak masuk kedalam
lobang hiding, sedap rasanya. Ditengah terbentang jalanan baton. Dan dari kejauhan
telah nampak sebuah bungalow model barat yang mentereng, sinar lampu listerik yang
terang menyorot keluar.
"Dimana letaknya empang ikan?" tanya In Hong.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Empang ikan yang disirami bensin berada dibelakang rumah. Nona Hiang Kat bersama
Li Siu Tin tengah menantikan kedatangan kalian disana," kata A Ong sambil
memperlihatkan wajah riangnya.
Mereka berjalan dijalanan beton itu> makin lama ma-kin dekat pada tempat yang
terang.
Kedua pengawal Li Siu Tin sudah menerima perintah untuk bersembunyi dibalik pohon
Kwie-hwa, bersiap menembak In Hong dan Ouw Ga. Mereka berada ditempat gelap dan
sasarannya berada ditempat yang terang. Tetapi In Hong dan Ouw Ga bercampur baur
dengan A Ong, Ong San Niauw dan Bee Su Bun, maka sekalipun mereka hendak
menembaknya, sukar mereka untuk turun tangan.
Li Siu Tin telah memberikan perintahnya, bahwa mereka dianjurkan supaya tidak usah
memandang siapapun boleh tembak saya, jika perlu Ong San Niauw dan A Ong sama2
menjadi korban pun tidak menjadikan soal. Tetapi Bee Su Bun harus diselamatkan.
Tnstruksi diatas menyebabkan mereka kenal akan sifat Li Siu Tin yang ego-istis itu,
walaupun berada didalam keadaan segenting itu, ia masih memikir menikah dengan Bee
Su Bun. Tidak menengok keadaan umumnya.
Kedua pengawal itu berulang kali membidik pistolnya untuk menembak, tetapi
senantiasa beragu2, mereka ke-watir mengenai Bee Su Bun, karena mereka tahu akan
jkepandaian menembak yang dimilikinya belum dapat dikatakan ulung.
Sepanyang jalan In Hong sangat memperhatikan ke-ji adaan tempat yang berbahaya
ini. Ia telah merasa dibalik deretan pohon Kwie-hwa pada kedua sisi jalan itu ada
bajangan hitam ber-goyang2, maka ia berlaku sangat hati2.
Nampak In Hong dan Ouw Ga segera akan melewati rumah bungalow sampai dikebun
beiakaraa kedua penga-wal itu takut kehilangan keiika untuk menembak, maka mereka
tidak pikir2 pula akan apa akibatnya nanti, lalu membidik kearah In Hong dan Ouw Ga,
dan saling menyusul menembakkan pistolnya.
Mereka merasa bidikannya cukup tepat, tetapi pelornya ternyata telah mengenai bahu
Ong San Niauw dan A Ong. Lengan Bee Su Bun pun keserempet kulit luarnya hingga luka
berdarah.
Mereka hendak mengulangi tembakannya, tetapi panah pendek In Hong yang beracun
itu sudah lebih dulu mengenai tangan mereka yang mencekel pistol.
Demi terkena anak panah berbisa itu lengan kedua pengawal itu segera menjadi
kesemutan, pistolnya terlepas jatuh karena tidak dapat tangannya memegang erat lagi.
Mereka hendak kabur untuk meloloskan diri, tetapi In Hong dan Ouw Ga sudah
menyandaknya dan mereka ter-tangkap. Mereka diperintahkan In Hong untuk
mendukung rOng San Niauw dan A Ong yang telah terluka itu, lalu In Hong dan Ouw GaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
mengeluarkan tambang dari kantong perbekalannya, diikatnya kedua orang itu menjadi
satu, nenjadi dua pasang ikatan, demikianlah mereka dapat berjalan. tetapi tidak dapat
lari.
Mereka dikawalnya sampai dikebun belakang. In Hong ian Ouw Ga segera tampak
ditepi empang ikan berdiri eorang wanita muda tengah memegang obor ditangannya.
Dari bawah sinar api obor yang ber-goyang2 itu, In Hong dan Ouw Ga nampak, bahwa
wajahnya wanita muda itu cukup cantik elok serta menggiurkan.
In Hong menyorot dengan lampu senternya, nampak empang ikan itu tidak luas, hanya
dua puluhan persegi. ditenagh2 empang itu terdapat sebuah patung bidadari yang
terbuat dari batu pualam sedang memegang cupu2 yang menyemprotkan air. Hiang Kat
berdiri tegak diikat pada patung bidadari itu.
"Hiang Kat " berseru Ouw Ga demi melihatnya.
"Ouw Ga " balasnya Hiang Kat.
Dengan hati tegang In Hong bersama Ouw Ga setindak demi setindak melangkah
mendekati kearah empang ikan itu.
Berhenti! Tidak boleh mendekati empang lagi! Kalau tidak segera aku lemparkan obor
ini kedalam empang ini! Li Siu Tin mengancam mereka, karena ia nampak kedua
pengawalnya telah gagal menembak In Hong dan Ouw Ga.
Tidak ada jalan lain lagi bagi Li Siu Tin sekarang untuk menghadapi situasi yang sudah
menemui jalan buntu ini, kecuali menggunakan rencananya yang kejam serta keji yang
paling penghabisan untuk menentangnya.
In Hong dan Ouw Ga menghentikan langkah kakinya.
dan menandangkan matanya untuk meninyau keadaan empang itu dengan saksama.
Tempat berdiri mereka terpisah dengan Li Siu Tin kira2 dua puluh langkah jauhnya,
letaknya kedudukannya berada disebelah timur empang ikan itu.
Malam ini angin bertiup dari sebelah barat, bau bensin bersama embusan angin sampai
kelobang hidung mereka. Api obor yang dipegang Li Siu Tin itu pun tertiup angin barat
kearah timur, apabila angin itu berubah arahnya, bertiup dari timur kearah barat, maka
nyala api obor akan dojong kearah empang ikan itu, letik apinya akan terya-tuh didalam
empang ikan, dan bensin yang mengapung diatas air itu akan segera menyala karena
terbakar letikan api itu. jika terjadi demikian, Hiang Kat akan tidak ada harapan untuk
hidup terus.
"Bukankah kau menghendaki berkompromi dengan aku ? " tanya In Hong kepada Li
siu Tin.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Tidak ada yang dikatakan kompromi. Sengketa soal cintaku dengan Bee Su Bun, sama
sekali tiada sangkut-pautnya dengan kalian. Kalian tinggalkan Bee Su Bun serta orang
sebawahariku semua disini, lalu kalian meninggalkan tempat ini. Tunggu setelah besok
Dji Dji Kouw menjalani hukuman mati, aku akan melepaskan nona Hiang Kat pulang
dengan selamat. Inilah syarat pertukaran yang se-adil2nya." kata Li Siu Tin dengan sikap
membandel dan kata2 yang kaku ketus.
"Berdasarkan atas syaratmu ini, bukankah Dji Dji Kouw akan mati konyol? Apa lagi
orangmu tadi mengatakan bahwa Bee Su Bun dapat kami bawa pergi, mengapa seka-
rang berubah pikiran?" kata In Hong yang melayaninya tidak dengan sungguh2, karena
otaknya tengah diperasnya untuk mencari suatu daya yang sempurna guna menyelamat-
kan jiwa Hiang Kat.
"Dji Dji Kouw tidak mati, sebaliknya nona Hiang Kat if akan mati konyol. Mengenai Bee
Su Bun, tetap hams ditinggal disini." kata Li Siu Tin yang memegang teguh pokok
pikirannya.
Hiang Kat yang diikat pada patung bidadari itu bersiul untuk memberitahukan kepada
In Hong, bahwa tambang pengikat pada tubuhnya telah menjadi kendor karena man-
Iteranya, didalam dua tiga detik lagi ia sudah dapat lolos, hanya apa yang disayangkan
yalah ia tidak' dapat kedarat Iyang jaraknya belasan kaki itu.
Demi mendengar kata2 rahasia dari siulan itu, In Hong 18pun menjawab dengan siulan
pula, bahwa ia akan mem-fbantunya lompat mendarat, dimintanya Hiang Kat me-
koraando kepada Ouw Ga, Jsupaya segera merampas obor iang dipegang oleh "Li Siu
Tin. "Kalian merundingkan akai apa ? Kuberi waktu sepu-juh detik untuk memikirkan syarat
pertukaran ini, fselewatnya waktu itu akan kusulut empang ikan ini hingga nyala terbakar,
dan nona Hiang Kat akan lenyap binasa terbakar api."
"Do ? Mi ? Sol ? Do !" In Hong menyiulkan empat nada sebagai tanda bergerak.
Dengan segenap tenaga Hiang Kat melepaskan tambang pengikatnya yang sudah
kendor itu kebawah. Nam-pak kejadian itu, dengan mengertck gigi Li Siu Tin melontarkan
obornya kearah empang. Tetapi belum lagi obor itu jatuh, Ouw Ga sudah lompat
menyanggapinya. Hanya disayangkan karena kedudukanriya dan kecepatan lompatnya
yang pesat itu, kaki kanannya berada didarat sedang , kaki kirinya masih menggantung
ber-goyang2. Tubuhnya miring kearah empang, tangan kanannya mencekal obor yang
berbahaya itu.
Gerakan ketiga orang itu dilakukan dengan serentak. In Hong lompat ketepi empang
lalu lompat pula kedasar pangkalan air mancur, dengan pisau kecilnya ia memu-tuskan
tambang pengikat Hiang Kat pada kakinya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Nampak tubuh Ouw Ga yang hampir jatuh itu, Li SiuTin segera menghampirinya, lalu
dengan kedua tangannya men-dorong punggung Ouw Ga, sehingga Ouw Ga yang ingin
memutar tubuhnya lompat balik itu gagal dan terjatuh keempang. Sekalipun demikian
masih sempat ia melontar-kan obor itu balik kedarat.
Nampak kejadian itu, Li Siu Tin buru-lari mengambil obor yang dibuang itu kemudian
lari balik dan melontar-kannya kedalam empang, dengan segera empang ikan itu menjadi
lautan api, asapnya mengepul membubung tinggi keangkasa.
Puaslah Li Siu Tin nampak kejadian itu, ia tertawa gelak-tidak habis2nya. In Hong,
Ouw Ga dan Hiang Kat ketiga musuh besarnya itu ielah terkubur didalam njalanya api,
atau lebih tepat tenggelam musnah didalam lautan api, pikirnya.
Tetapi ia tidak tahu, bahwa hal yang sebenarnya tidak-lah demikian. In Hong dan
Hiang Kat telah berhasil men-darat ketepi empang sebelah sana, ketika Li Siu Tin baru
lari menyemput obor itu. Sedang Ouw Ga yang terjatuh kedalam empang itu pun keburu
berhasil mendarat pada satu atau dua detik sebelum empang menyala terbakar, dan lari
jauh2 dengan pakaian basah yang mengandung bensin itu, untuk menghindarkan diri
tersambar nyala api ikut terbakar.
Kegirangan Li Siu Tin hanya sebentar saya lalu lenyap sama sekali ketika dibawah sinar
api besar itu ia nampak In Hong bersama Hiang Kat munculkan diri. Lenyaplah segala
harapannya dan sebaliknya ia jadi nekat lalu membunuh dirinya sendiri dengan
menceburkan diri kedalam api yang sedang menyala berkobar2 untuk menghabiskan
riwayat penghidupannya yang sangat jahat itu.
Sesudah terjadi segala kejadian tadi, maka In Hong, Ouw Ga, Hiang Kat dan Bee Su
Bun dengan mengiring kedua pengawal Li Siu Tin yang sudah diikat dengan Ong ji San
Niauw dan A Ong menjadi dua ikat itu mengendarai mobil Ford yang sudah ketinggalan
zaman itu menuju lt. kejalan Sia Fe Road dimana kepala detektif To Tie An : berdiam
disitu. Ketika itu sinar matahari sudah mulai meraancar tinggi diangkasa, menandakan
bahwa cuaca cerah u! pada hari itu.
Ouw Ga yang mengendarakan mobil itu menginyak gas sepenuhnya. Waktu itu arloji
tangannya sudah menunjuk-ittkan pukul 06.15, waktu penyelenggaraan hukuman mati
|Dji Dji Kouw hanya tinggal satu jam empat puluh lima menit lagi.
Kecepatan mobil kuno ini tidak lebih laju daripada kecepatan sepeda yang paling cepat.
Ouw Ga yang ingin buru2 dirasakannya mobil itu makin lambat jalannya.
Meskipun mengambil waktu lama, achirnya mereka tiba j.juga didepan rumah To Tie
An si kepala detektip itu.' To Tie An kaget dan terbangun dari tidurnya, karena laporan
Jmendadak atas kedatangan tamu2nya itu, setelah ia menanyai apa keperluan mereka
serta mencatat pengakuan keempat pesakitan itu, ia mulai mengutuk kesalahanS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
pengusutan perkara yang telah dilakukannya sendiri. Dan ia menyesali. bahwa Dji Dji
Kouw terfitnah dengan tiada salahnya.
"To Thamtio, kini bukan waktunya untuk kau menya-takan penyesalanmu, lekaslah
kita pergi kepenjara untuk If mencegah pelaksanaan hukuman mati itu!" kata Ouw Ga.
"Oh, Nona Ouw Ga, sebenarnya aku tidak kuasa untuk mencegahnya, karena perkara itu
telah diputuskan oleh hakim didalam sidang pengadilan," kata To Tie An yang
menyatakan tidak dapat berdaya.
"Kita berkunjung kepada ketua pengadilan negeri, dia berhak untuk mencegah
dilaksanakannya hukuman mati itu. Asalkan kau membuktikan, bahwa terdakwa yang se-
\ sungguhnya telah tertangkap, dan nona Dji Dji Kouw terang tidak bersalah,
kewajibanmu sudah kau tunaikan." kata In Hong.
"Kalau demikian, mari kita temui ketua pengadilan negeri!" kata To Tie An.
"To Thamtio, adakah kau memiliki mobil yang cepat jalannya?" tanya Ouw Ga.
"Aku punya mobil pribadi streamline delapan cylender merek Studebaker, apakah
cojtok dengan keinginanmu?" kata kepala detektip itu.
"Banyak lebih baik daripada mobil Ford usang yang bercylender empat itu." kata Ouw
Ga.

Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Waktu itu sudah pukul 07.10 pagi, waktunya makin sempit.
Mobil To Tie An yang bercylender delapan itu ditum-pangi penuh dengan orang2
termasuk empat orang pesa-kitan, dikendarakan oleh Ouw Ga juga, bagaikan terbang
meluncur kearah jalan Great West Road tempat kedia-man ketua pengadilan negeri.
Dirumah ketua pengadilan negeri itu, dengan melalui proses penyelasan, pemeriksaan
kilat dan pembuktian. mereka telah membuang pula waktu empat puluh menit, baru
mendapat persetujuan ketua pengadilan negeri itu ikut serta pergi ketempat pelaksanaan
hukuman mati untuk menolong jiwa Dji Dji Kouw.
Mobil itu dilarikan Ouw Ga dengan kecepatan delapan puluh kilometer sejam. Waktu
itu jam sudah menun jukkan pukul 07.50, ketika mobil melalui jalan yang ramai. berulang
kali mobil itu terhalang oleh lampu merah
tanda lalu-lintas maka waktu hanya tinggal empat menit saya.
Ouw Ga mulai dengan sifat keberandalannya, ia tidak menghiraukan lagi tanda2 lampu
lalu-lintas, dengan mem-babi-buta ia meluncurkan terus kendaraannya, polisi lalu-lintas
tidak keburu mencetopnya, hanya mencatat nomor mobil itu saya.
Ouw Ga tidak sungkan2 memotong jalannya sebuah mobil yang lebih dulu berjalan
dihadapannya, banyak ba-haya dihadapinya, hampir2 ia bertubrukan dengan kenda-raanS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
lain atau selip dan terbalik. Ketua pengadilan negeri dengan tangannya menutupi
mukanya tidak berani menyaksikannya.
"Nona Ouw Ga, pelahankanlah sedikit! Ini terlampau berbahaya!" kata To Tie An
dengan hatinya memukul keras.
Ouw Ga tetap tidak menghiraukannya, ia seperti tidak mendengarnya, bahkan ia
mempercepat jalannya mobil itu.
Achirnya mobil itu berhasil tnemasuki pintu gerbang besi dari rumah penjara dan
berhenti diambang pintu lapangan pelaksanaan hukuman tembak. Dan erloji tangan Ouw
Ga menunjukkan tepat pukul 08.00 pagi.
Dengan se-konyong2 mereka dengar suatu suara temba kan yang njaring.
"Aduh, kita telah datang terlambat, habislah sudah jiwa Dji Dji Kouw!" teriak Ouw Ga
karena putus ha-rapannya.
In Hong lompat dari mobil, nampak pintu lapangan tertutup rapat, lalu lompat masuk
dari pagar tembok yang pendek. Tertampak olehnya ditengah2 lapang itu sudah ada
seorang pesakitan laki2 menggeletak ditanah dengan mengalirkan darah karena baru
saja menjalani hukuman tembak mati. Ia nampak pula ada dua tentara pengawal lain
mengapit Dji Dji Kouw dari depan meya petugas pelaksana hukuman dibawa ketengah
lapang. Seorang polisi pelaksana hukum mati memegang senjata api ditangannya sudah
siap menjalankan tugasnya yang kedua.
Dji Dji Kouw diseret ketengah lapang pelaksanaan hukuman, wajah mukanya pucat
putih bagaikan kertas, kedua kakinya bertekuk lutut tiada tenaga. Rasa ketakutan
menyelang ayalnya meliputi seluruh sel tubuhnya.
Polisi pelaksana hukum mengangkat senjata hendak melepaskan tembakannya.
"Ketua pengadilan negeri kalian telah tiba, dia memerintahkan kalian untuk sementara
menangguhkan pelaksanaan hukum! teriak In Hong se-kuat2nya.
Demi mendengar teriakan itu, maka seluruh lapangan itu jadi riuh dan kacau. Tentara2
pengawal tengah hendak menangkap wanita yang mengacau ketertiban lapangan
pelaksanaan hukum tembak ini, atau ketua pengadilan negeri To Tie An serta oratig2
lainnya sudah muncul diambang pintu tempat pelaksanaan hukuman .itu.
Dua bulan kemudian, In Hong menerima surat undang-an dari Bee Su Bun dan Dji Dji
Kouw dimintanya meng hadiri upacara pernikahan mereka. Bersama dengan itu iapun
menerima sepucuk surat dari To Tie An si kepala detektip yang isinya seperti berikut:
Karena hendak menolong Dji Dji Kouw, kalian menggunakan mobilku mcnyerobot
menyeruduk dijalan bcsar, membuat pelanggaran berat peraturan lalu-lintas lebih dari
tiga puluh pasal. Pihak pngurus lalu-lintas dikantor polisi, mencabut surat liscnsiS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
kendaraanku untuk satu tahun lamanya sebagai hukuman terhadapku yang dianggapnya
orang yang tahu hukum sengaja melanggat 3 hukum. Aku sengaja mengucapkan terima
kasih se-dalamnya kepada kalian.
Suara gelak tertawa terdengar dari rumah kediaman In Hong hingga jauh malam masih
belum lenyap.
TAMAT
meninyaunya untuk penghabisan kalinya. Lalu memerintan Ong San Niauw dengan
secara singkat saya : "Malam ini, taruhkan racun didalam makanan malamnya, habis-kan
riwayatnya sudah!"
Kurang lebih pukul 20.00, Ong San Niauw membawa-kan santapan malam untuk Bee
Su Bun, seperti biasanya ditaruhnya diatas meya persegi dikamar dibawah tanah.
Santapan malam itu berupa sajur hijau, semangkuk kuali kacang dan semangkuk besar
nasi putih. Bee Su Bun karena lapar tak pilih makanan lagi, diambilnya nasi lalu
dimakannya.
Diluar pintu Ong San Niauw dengan tidak sabar menantikan bekerjanya racun,
sehingga Bee Su Bun rebah menggeletak.
Dikisahkan, ketika Bee Su Bun sedang makan nasi. In Hong dilain pihakpun baru saja
selesai bersantap santapan malamnya dirumah kediamannya di Hongkiu road Shanghai.
Bel pesawat tilpon yang dipasang diberanda samping berdering.
"Halo, siapa?" In Hong menjambuti.
"Aku To Tie An, apakah disitu nona In?" Kepala detektip To Tie An dari kamar kerjanya
dikantor polisi menilpon In Hong. "Kau minta aku memberitakan keadan sidang
pengadilan Dji Dji Kouw, maka kuberitakan bahwa, dia telah dijatuhi hukuman mati,
hakim menanyanya apakah dia menghendaki naik apel, dia menyatakan me-lepaskan hakS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
naik apelnya, maka telah ditetapkan besok pukul 08.00 pagi sebagai waktu pelaksanaan
hukum tembak mati."
Ketika In Hong meletakkan pesawat tilpon itu ia diam tidak berkataJ. Sekalipun
demikian, ia tidak memper-lihatkan segala suka duka dan kegusarannya pada wajah
mukanya, tetapi Ouw Ga dan Hiang Kat yang sudah lama tinggal bersama dapat
mengetahui dari sikap dan semangatnya, bahwa In Hong ketika itu sedang didalam
gelisah.
Hiang Kat mixip In Hong pandai mengekang diri dan sangat sabar, maka nampak sikap
In Hong itu iapun diam saya, lain halnya dengan Ouw Ga yang sifatnya berangasan lekas
marah, sifat kesabaran sama sekali tiada ada padanya, jika ia tidak dapat mengetahui
apa yang hendak diketahuinya, maka baginya se-akan2 lebih baik mati saya.
"In Hong, siapa orang yang menilponmu? Mengapa kau tidak gembira?"
"Dji Dji Kouw besok pukul 08.00 akan menjalani hukuman tembak mati," kata In Hong
dengan tenangnya.
"Apa? Demikian cepat keputusannya? Didalam waktu seminggu ini, sekalipun kita telah
berusaha se-dapat2nya, tetapi tidak menemui petunjuk sedikit-jua pun. Kita mengetahui
jelas.dia terfitnak, apakah kita tega melihat dia dihukum mati? In Hong, lekaslah kau
pikirkan daya untuk menolongnya !"
In Hong diam seribu bahasa duduk disitu, sebaliknya Ouw Ga ber-jingkrak2
menggedruk2kan kakinya sehingga se-akan2 lantai hampir saya melesak.
"Esok pagi kita meramas persakitan !" kata Ouw Ga dengan tidak berpikir lagi.
Semenyak Dji Dji Kouw tertangkap dan dipenjarakan. In Hong sudah berpendapat,
bahwa Ong San Niauw bersama Li Siu Tin terlibat dalam perkara ini. Tetapi setelah
berusaha mencari tahu sehingga satu minggu lamanya masih juga ia belum berhasil
mendapatkan petunjuk apa2, ia belum dapat mengetahui orang macam apa se-benarnya
Li Siu fin itu, juga tidak tahu dimana tinggalnya. Sedangkan Ong San Niauw juga sudah
menghilang, tidak diketahui kemana perginya.
Karena tiada petunjuk yang dapat dibuat pegangan,' maka ia tidak dapat memahami
keadaan yang sebenarnya mengenai perkara ini, karenanya iapun tidak dapat mem-.I
buktikan tentang difitnahnya Dji Dji Kouw itu. Sekalipun sore ini dengan tidak disengaja
In Hong dapat tahul murid2nya Ong San Niauw tiap malam sesudah pukul] 21.00
berkumpul didalam sebuah taman tempat minum teh dari golongan rendah, mungkin dari
situ ia dapat memperoleh suatu berita mengenai jeyak Ong San Niauwl tetapi laksana air
ditempat jauh tak akan dapat menolong api kebakaran yang dekat, untuk menolong nasiy
Dji Dji Kouw akan sudah terlambat.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mengenai pendapat Ouw Ga merampas persakitan [ ditempat dilaksanakannya
hukuman mati itu, Hiang Kat pun tidak sependapat.
"Ouw Ga, apakah kau kira sekarang ini sama dengany zaman orang menggunakan -
enyata tombak cagak, atau tombak panyang, mengenakait baju lapis baya menung-11
gang kuda perang itu?" kata Hiang Kat dengan adem.
"Sekalipun jaman sudah maju, tetapi merampas persakitan tidak terhalangi oleh
kemajuan zaman, kita toh boleh juga menggunakan senjata modern," kata Ouw1 Ga
yang sekalipun kasar, tetapi kehangatan semangatnya itu benar2 timbul dari dalam lubuk
hatinya.
"Perbuatan demikian itu banyak gagalnya daripada berhasilnya, mungkin kita bertiga
tertangkap oleh karena merampas persakitan dan dijatuhi hukuman yang serupa juga,"
kata Hiang Kat,
"Kau takut mati? sebaliknya aku tidak," kata Ouw Ga membandel.
Sebaliknya In Hong tetap membungkam tidak campur bicara, Ia bukan merasa hal ini
sudah tiada harapan lain patah arang, sebenarnya ia sedang berpikir keras, sekalil pun
waktu sudah tidak keburu untuk menolong jiwa Dji Dji Kouw. ia masih harus melakukan
tindakannya yang sesuai dengan logika. Agar supaya perkara ini jadi terang, tersingkap
seluruh rahasianya, dan Dji Dji Kouw terbukti tidak bersalah, biar To Tie An si kepala
detektip terkutuk oleh hati nuraninya sendiri untuk se-lama2nya. dan boleh untuk
menghindarkan terulangnya kelak, peris-1 liwa penjara fitnahan seperti ini.
"Ouw Ga, mari kita berdaya apa yang tenaga kita dapat usahakan. Kau ikut aku pergi
ke "Long Shing ca Yuan" taman tempat minum teh dijalan Ting Ban Road. Kita harus
menjamar sebagai dua orang wanita gelandangan," kata In Hong.
Dengan menggunakan waktu selama sepuluh menit, mereka sudah berubah menjadi
wanita gelandangan yang usianya kira2 erapat puluhan tahun. Mereka mengenakan
celana jengki sutera hitam yang tidak panyang, tetapi nyuga tidak pendek, dibagiari atas
mereka mengenakan baju rompi sutera hitam yang gerombongan, kancing jpada
lehernya tidak dikancingkan. memakai rambut palsu n yang bersanggul ceper. kakinya
mengenakan sepatu sulam yang sudah tua. Dandanan yang ganjil ini tak terdapat
dikalangan wanita biasa pada umumnya.
"Dengan dandanan kalian semacam ini, dimanakah :. kalian hendak menyimpan
senjatamu dan kantong per-bekalan?" tanya Hiang Kat.
"Untuk menghadapi beberapa orang gelandangan ini. tak perlu kita menggunakan
senjata," kata Ouw Ga.
"Pergi ketaman tempat minum teh 'Ling Shing ca Yuan', sesungguhnya kita tidak
memerlukan kantong perbekalan dan senjata. Tetapi mungkin juga kita harus pergiS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
ketempat lain, tak dapat tidak kita harus sedia juga senjata," kata In Hong yang
senantiasa memikirnya dengan sempurna.
"Jika perlu pergi ketempat lain, maka baju dan li celana sutera gerombongan inipun
tak leluasa untuk ber-lari2 diatas rumah atau dinding tembok juga tidak sesuai
Li Siun Tin tercengkam Bee Su Bun dcngan kencangnya. letupi kedua tangannya tetap
bebas. maka dengan sekuat tenaga ia menepuk langan tiga kali dan dilain saat ada seekor
anjing herder yang menerkam
diri Su Bun.
untuk berkelahi. Kita harus pulang dulu ganti pakaian dan mengambil senjata serta
kantong perbekalan, kemu-dian pergi lagi toh tak akan terlambat," kata Ouw Ga.
Kata2 Ouw Ga itupun tidak salah, karenanya mereka lalu pergi ketaman tempat minum
teh Ling Shing ca Yuan. Setelah disana, mereka nampak tempat itu lumayan luasnya.
tetapi tidak banyak tamunya. Dengan kelakuannya Isebagai wanita gelandangan mereka
masuk kedalam. mereka dapatkan sebuah pintu kecil yang menghubungkan sebuah
ruang lain yang dinamakan tempat indah.
Pintu kecil itu senantiasa terbuka hanya dialingi dengan kain biru yang sudah luntur
sebagai gordyn. Kain itu ber-goyang2 tiupan angin malam. Mereka melihat kedalam dari
celah2 gordyn itu. Nampak didalam banyak orang main maciok. ada juga yang mengadu
kepiting.
Ada pula dua orang gelandangan yang minum teh pada jUuatu meya disamping
gordyn, sikapnya sangat lesu tiada kegembiraan sama sekali.
In Hong bersama Ouw Ga mengambil tempat diruang luar pada meya didekat gordyn,
yang dapat memandang jelas semua gerak gerik tamu2 diruang dalam itu.
Pelayan memandangnya dengan perasaan sangsi dan curiga untuk sesaat, kemudian
baru menghampirinya sambil bertanya teh merah atau teh hijau.
Ouw Ga berkata: "satu merah dan satu hijau."
Sambil minum teh In Hong dapat menangkap suara kata2 kedua orang gelandangan
yang duduk disamping gordyn itu, pembicaraan mereka tidak keras, tetapi karena hanya
teralingi dengan gordyn, maka In Hong masih dapat dengar dengan jelasnya, mereka
tengah berkeluh kesah tidak keruan.
"Dalam seminggu ini aku sangat sial, aku selalu kalah dalam mengadu kepiting uangku
telah habis ludes sama sekali. Bolehkah kau pinjamkan uang untykku?" kata si kaki
panyang A Hok.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Akupun setali tiga uang sama sialnya, uangku habijl sama sekali, sepeserpun tidak
ada didalam kantongku. E Sekalipun untuk membajar harganya dua teko ini saya K tidak
cukup. besok aku harus memikul cagak baya lagi," kata A Siang si mata terkulai.
"A Siang, kata2mu ini sungguh tidak bagus Aku bukan sesungguhnya hendak
ineminjam uanginu. Tempo hari kubantu kau menculik Si ahli musik itu, kau hanya mem-
g bajarku baru separuh, kau masih hutang aku separuh lagi dari uang upah itu, kau selalu
meng-ulur2 waktu hingga sekarang, sebenarnya kau hendak memberikannya atau tidak?"
kata A Hok si kaki panyang itu yang agak sedikit marah. "A Hok, kau harus ketahui,
pemimpinku hanya menyuruh aku seorang melakukan pekerjaan itu, tetapi kutahu pada
acbir2 ini kau agak sukar dalam keuanganmu. maka sengaja aku minta bantuanmu,
membagimu separuh dari uang upah itu. Tetapi setelah kita berhasil, peminK pinku itu
bersembunyi dirumah Sin Tin si ular belang putih untuk menyingkir dari ancaman
terhadap dirinya. Sehingga kini dia belum juga memberikan uang upah yang separuhnya
lagi, maka bukanlah aku yang sengaja hendak menelan uang upahrnu !" kata A Siang si
mata terkulai yang juga agak marah.
Mendengar akan kata2 itu In Hong memberi isyarat kepada Ouw Ga agar lebih
memusatkan perhatiannya. la tahu, bahwa apa yang disebut ahli musik adalah
dimaksudkan Bee Su Bun, dan yang disebut Siu Tin si ular belang putih tidak lain daripada
Li Siu Tin, sedang pemimpin itu tidak lain tidak bukan mestinya Ong San Niauw. Maka A
Siang si mata terkulai itu sudah terang sebagai murid Ong San Niauw dan orang yang
pertama ditugaskan untuk menculik Bee Su Bun.
"Apatah kau tidak dapat memintanya?" tanya A Hok.
"Jika aku memintanya seperti juga aku tiada hubungan guru dan murid, cepat atau
lambat toh dia akan memberikan kepada kita," kata A Siang.
"Pemimpinmu tidak bagus, kaisarpun tidak menyuruh serdadunya lapar. kata hal yang
benar, pekerjaan ini kecuali aku, tiada orang lain yang berani melakukannya, pisau harus
ditusukkan dibagian paha yang tidak pen ting, tidak boleh merusak hubungan otot, jika
salah tusuk dan merusak hubungan otot sehingga jadi pincang, bukan saya tidak
mendapat upah, sebaliknya harus aku bertang-gung jawab Apakah ini pekerjaan yang
mudah?" kata Hok yang belum hilang marahnya.
"Ini memang kepandaianmu yang mengagumkan, sekaii menusuk mengenai bagian
yang tepat, tidak merusak hubungan otot. Hanya sayang dia sekarang sudah jadi gila,
kalau tidak, Siu Tin si ular belang putih tentu ber-terima kasih kepadamu !"
"Dari siapa kau ketahui?"
"Siang tadi kubersua dengan pengawal si ular belang putih. Dia memberitakan padaku,
bahwa si ahli musik itu mendadak jadi gila. Siu Tin tidak mencintainya lagi. malah merasaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
jadi beban, dikewatirkan malam ini dia hendak" kata2 A Siang itu sampai disini lalu suara
menjadi pelahan sekaii sehingga kata2 selanjutnya jadi kabur.
Sekalipun In Hong dan Ouw Ga tidak dapat mendengar Iterang kata2 penutupnya itu,
tetapi setelah dianalisanya, a] mereka menafsirkan, bahwa malam ini Li Siu Tin hendak
jH mencelakakan Bee Su Bun.
pi "In Hong, lekaslah kita tangkap kedua orang ini dan al mengkompesnya, kita akan
segera mengetahui dimana ,di rumah kediaman Li Siu Tin. Kita harus segera pergi tii
kerumah Li Siu Tin menolong Bee Su Bun, serentak menangkap kedua terdakwa utama
ini untuk menolong jiwanya Dji Dji Kouw," kata Ouw Ga yang berangasan itu dengan
berbisik.
"Tidak usah ter-gesa2, kita dengarkan pembicaraan fi mereka selanjutnya, mungkin
masih ada berita yang lebih V penting lagi," kata In Hong dengan tenangnya.
"Kau selalu dingin bagaikan es saya Kita mungkin terlambat menolong nasib Bee Su
Bun dan Dji Dji Kouw." kata Ouw Ga yang hatinya membakar seperti api.
Belum lagi In Hong menyatakan setuju atau tidak, si berangasan ini sudah lompat
melewati meya masuk keruang dalam, tangan kirinya mencekuk leher A Hok, sedang
tangan kanannya mencekuk pula leher A Siang.
Kedua orang itu terperanyat karena serangan yang mendadak ini, mereka hendak
meronta, tetapi Ouw Ga mencengkamnya erat2 sehingga mereka tak berdaya.
"Eh Kami tidak mengenalmu, mengapa kau menangkap kami?" A Hok si kaki panyang
ini agak cerdik, ia mengetahui bahwa wanita ini mengandung maksud yang tidak baik, ia
pun merasa bahwa wanita ini pandai ilmu silat, bukanlah tandingannya jika dilawan, maka
dengan kata2 yang lunak ia memprotesnya.
"Kalian melakukan perbuatan yang bagus, aku justru sedang mencarimu !" kata Ouw
Ga. "Semua dapat dibereskan, jika kami berbuat salah pada twaso, kami minta maaf
kepadamu, maka lepaskanlah dahulu!" kata A Hok hampir2 memohonnya.
Kawanan penyudi itu nampak orang sebangsanya diip tangkap oleh wanita asing, dan
nampak pula A Hok minta2 ampun, mereka menganggapnya hilang kewibawaan dan
keangkeran mereka. Hal mana tidak dapat diterima oleh mereka yang suka berkelahi itu.
Maka mereka segera menghentikan judinya dan mengurung Ouw Ga.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
6. MASUK KETEMPAT BERBAHAYA,
"Twaso ini mengapa berlaku kuirang ajar seperti ini diwarungku ini? Perselisihan
sebesar langitpun dengan sepatah kataku A Liok si bopeng dengan mudah dapat


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibereskan. Lepaskan cekalanmu dan segera enyah dari sini!" kata salah seorang yang
bukan lain daripada si-pemilik waning teh.
Pemilik warung teh ini disebut orang A Liok si bopeng. Dia asalnya seorang kepala dari
orang2 gelandangan didaerah ini, sikapnya garang dan congkak.
"Kaulah yang menggelinding dari warung teh ini, jangan campur urusan nenek-
moyangmu !" kata Ouw Ga yang tidak kalah galaknya karena melihat orang berlaku
kurang ajar terhadapnya.
"Hm, kau mempunyai berapa tangan dan kepala sehingga berani bertingkah disini?
Apakah kau tidak mencari tahu lebih dulu siapa A Liok si bopeng ini, yang tak dapat
diperhina orang? Kau harus tahu diri sedikit, dan enyahlah dari sini! jika kau masih
membandel, aku tanggung kau masuk secara membujur dan keluar secara melintang !"
kata A Liok.
Orang2 gelandangan lainnyapun tangannya pada merasa gatal, mereka
membusung2kan dada siap untuk berkelahi.
Ouw Ga menduganya teniunya A Liok seorang kepala kaum gelandangan, maka
berkata sambil tertawa meng-hina : "Aku hanya mempunyai sepasang kepala, aku dapat
membuat A Liok si bopeng jadi A Liok si muka gepeng, apakah kau mau mencobanya?"
ketiada sabaran serta sifatnya yang menumti adanya itu membuat ia melupakan tugasnya
yang tidak boleh ber-lambat2, tangannya gatal hendak berkelahi dengan orang2
gelandangan ini.
Mendengar akan kata2 Ouw Ga itu, A Liok berjing-krak karena gusarnya, ia
mengangkat kepalanya meng-hantam kearah muka Ouw Ga. Ouw Ga memiringkan
sedikit tubuhnya, maka tinyunya A Liok mengenai tepat kekepalanya A Siong. Maka tidak
ampun lagi pandangan mata A Siong jadi gelap, tubuhnya lemas. Ouw Ga segera
melepaskan tangannya, dan A Siong jatuh pingsan rebah dilantai.
Kepalan A Liok yang kedua segera sampai.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
A Hok berseru: "Kak A Liok, pukul biar tetap, jangan sampai kena kepalaku" Tetapi
kata2nya belum lagi habis diucapkan, kepalan sudah tiba, dan -justru mengenai tepat
bagian dahinya disebelah kanan, maka iapun rubuh seperti A Siong si mata terkulai.
A Liok menganggap pukulannya cepat serta keras, sekali dilancarkan pasti mengenai
musuhnya, tetapi kali ini : kepalannya se-akan2 menyabot kehendaknya, tidak saya tidak
mengenai musuhnya bahkan sebaliknya mengenai kawan sendiri. Maka tak kepalang
kegusarannya, dan 11 kakinya melayang menendang bagian perut Ouw Ga.
Tadi kedua tangan Ouw Ga masih mencekal leher orang, gerakannya tidak leluasa,
kini kedua tangannya |l sudah bebas, maka setelah nampak A Liok menendangnya, 11 ia
segera berkelit, dan kaki A Liok menemui tempat kosong, setelah mana dengan kedua
jari tangannya yall memijit mata kakinya A Liok dan disodorkan kedepan, maka A Liok si
bopeng jatuh menengadah kebelakang. 11 Beberapa orang gelandangan dibelakangnya
tidak kebum berkelit, mereka tertubruk dan ikut rubuh.
A Liok insyaf, bahwa kepandaiannya tidak nempil, tetapi ia masih menganggap hari ini
ia bernasib sial, maka 11 kalah berkelahi. Ia bangkit dari lantai dan berseru: "semua turun
tangan, pukul perempuan ini hingga mati!"
Semua orang2 gelandangan yang ada disitu serentak maju, keadaan jadi kacau.
Warung teh itu tidak luas ruangannya, tidak sesuai untuk tempat berkelahi, tidak
leluasa Ouw Ga memper-lihatkan kemahiran ilmu silatnya, tetapi bagi orang2
gelandangan ini sudah cukup menerima hajarannya. Mereka hendak memukul atau
menendang tidaklah mudah, sebaliknya Ouw Ga dapat memukulnya dengan lancar. Siapa
yang pemah merasakah pukulan atau tendangan Ouw Ga tidak berani maju lagi untuk
merasakan kepahitan untuk kedua kalinya, mereka ber-teriak2 dari tempat jauh saya.
Ada juga orang geiandangan yang meng-anggap dirinya pintar, ia menjambit Ouw Ga
dengan teko atau cangkir. Ouw Ga menangkisnya dengan kursi, maka serangan demikian
itupun tidak berhasil.
Ketika keadaan menjadi kacau sedemikian itu, A Siong berdua A Hok telah siuman dari
pingsannya, nampak gelagat tidak baik, pikimya paling selamat ialah melolos-kan diri,
demikianlah mereka merangkak keluar dari bawah meya, dan terns mengambil langkah
seribu.
Ouw Ga yang tengah berkelahi dengan bersemangal tidak memperhatikan lolosnya
kedua penjahat penting itu.
Karena hendak memperbaiki kegagalannya dan meni-perlihatkan keangkerannya itu,
maka A Liok tidak sungkan2 lagi mejuruh orang2nya menggunakan beraneka senjata dan
bertempur secara mati2an.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mereka lalu mencari pentungan, palang pintu, pisau untuk memotong sajur. sekup
baya dan sebagainya menyerang Ouw Ga. A Liok mengambil kampak pembelah kaju
menyerbu kesamping tubub Ouw Ga lalu mengam-paknya.
Baru saja Ouw Ga dapat menghindari bacokan itu, sekop baya sudah datang
menyerang, ia berkelit dari sekcp baya yang mengemplang kepala itu, sebuah besi
lonyoran lain datang menyerang pula.
Sekalipun Ouw Ga mahir ilrnu silatnya, tetapi karena tempat terlampau sempit dan
iapun bertangan hampa, melayani senjata yang beraneka ragam itu, ia menjadi repot
juga. Pada saat inilah ia baru ingat, bahwa In Hong tidak nampak mata hidungnya.
Makin lama serangan orang2 itu makin gencar dan seru, jika tidak mengalahkan
mereka didalam waktu yang pendek, maka berbahayalah bagi keselamatannya.
Kampak berat serta tajam yang digunakan oleh A Liok membacok pula kearah bahu
kirinya, Ouw Ga berkelit keTcanan, seorang lain menyapu dengan sekupnya kearah
pinggangnya. Ouw Ga sudah tiada tempat untuk berkelit pula, maka ia menyeyak
lantai, lompat melewati kepala musuh hinggap diatas meya, sambil memutar tubuhnya
ia melayangkan kakinya dan seorang yang mencekal sekup baya rubuh tertendang. A
Liok membacok pahanya, tetapi Ouw Ga sudah lompat pula kelain meya, dan terus
lompat kebelakangnya, dengan sebelah tangannya ia men-cekuk leher A Liok, dan
dengan tangan lain menghantam bahu kanannya, sehingga A Liok sukar bemapas dan
merasa sangat nyeri pada bahunya, tangannya sudah tidak kuat lagi mengangkat kampak
yang berat itu.
Ouw Ga merampas kampaknya sambil tetap mencekuk lehernya. Orang2 gelandangan
lainnya nampak pemimpinnya sudah terancam jiwanya, tidak berani lagi sembarang
bergerak, mereka berdiri ter-bengong2 ditempat masing2.
"A Liok, kau malang-melintang dan dengan se-wenang2 mengganggu orang baik2
disini bukanlah sehari dua saya, kupenggal kepalamu demi kepentingan keamanan
masya-rakat, kiranya tidak masih terlalu ringan?" kata Ouw Ga sambil mengangkat kepala
kampaknya memperlihatkan aksinya hendak membacok.
Dalam keadaan demikian A Liok si bopeng itu sudah tidak berani memperlihatkan
keangkerannya sebagai jagoan lagi, ia berseru minta ampun kepada Ouw Ga, agar tidak
dibunuh mati.
Pada hakekatnya Ouw Ga memang hanya mengancam belaka, lagi pula ia telah
teringat kepada kedua penjahat penting A Hok dan A Siong, maka pandangan matanya
menyapunya kebawah serta kekumpulan orang2 yang ada disitu, ia tak dapat
menemukan bajangan kedua orang itu, maka hatinya jadi gelisah.
"Kemana si A Hok dan si A Siong mengumpatnya?" tanya Ouw Ga.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mereka semua menjawabnya tidak tahu kemana perginya kedua orang itu.
"Jika aku tidak dapat mencarinya, kau harus ber-tanggung jawab akan kedua orang
itu!" kata Ouw Ga dengan marahnya sambil mendupak A Liok hingga ter-pental kesudut
dinding tembok rubuh dipinggir tempayan besar tempat air, lama sekali tidak dapat
bangun.
Setelah mana Ouw Ga lompat melesat keruang luar dan melihat kesekitamya, nampak
disana sunyi sekali, seorang-pun tidak nampak bajangannya. Ia lemparkan kampak tajam
itu dan lari kearah jalanan yang gelap mengejar kedua penjahat yang telah menghilang
itu. Ketika A Hok dan A Siong mengambil kesempatan diwaktu keadaan kalut lari keluar
waning teh meloloskan diri, hal ini sudah diduga oleh In Hong lebih dahulu, dan
karenanya ia tidak mau turut berkelahi, dan diam2 menguntitnya dari belakang.
Pada ujung sebelah Utara jalan ini dekat dengan semak2 pedesaan, sangat sunyi
keadaannya, yarang nampak orang lewat, mereka sampai pada jalan persimpangan tiga,
tengah mereka liendak lari berpisahan kearah tujuan masing2, In Hong sudah keburu
sampai dan meng-halau dihadapannya.
"Apakah kalian sudah merasai kehebatannya tamu wanita diwarung teh Long Shing ca
Yuan itu?" tanya In Hong dengan ramahnya.
A Hok dan A Siong terkejut, mereka menatapnya dari sorotan sinar lampu yang suram
itu, nampak bahwa dan-danan In Hong serupa dengan tamu wanita tadi, maka mereka
menduga, bahwa mestinya wanita inipun panda; akan ilmu silat, tidak kalah dengan
wanita yang menang-kapnya tadi, maka mereka tidak berkata2, juga tidak berani
sembarang bergerak, hanya kepalanya meng-angguk2 beberapa kali.
"Setelah kalian mengetahui akan kehebatannya, maka usahlah kalian merasainya
untuk kedua kalinya, mari ikut aku kesisi jalan untuk ber-cakap2!" kata In Hong, tetapi
ramah.
Mereka benar2 tidak berani melawan dan mengi kesisi jalan dimana ada trotoir.
"Dimana rumah tinggalnya Siu Tin si ular belang putih?' tanya In Hong.
"Oh Diujung pengkolan jalan Dji Dji Road dan jalan Fu Leu Li Road," jawab A Siong
dengan cepat.
"Beritahukanlah dengan jelas!" kata In Hong pula yang mengetahui dibohongi.
"Benar, dia tinggal disebuah rumah besar model barat, diujung pengkolan jalan Dji Dji
Road dan jalan Fa Leu Li Road," jawab A Siong si mata terkulai dengan memperlihatkan
sikap yang jujur.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Rupanya sebelum kalian merasai kehebatannya tanganku, masih belum mau
mengatakan sejujurnya !" kata In Hong sambil menotok jalan darahnya dibagian
bahunya. "Nah Bagaimana rasanya, enakkah?"
A Siong merasakan seiuruh tubuhnya kesemutan dan limmya bukan main, keringat
dinginnya mengalir keluar.
"Baiklah, kukatakan sesungguhnya, tetapi jangan kau menyiksa aku."
"Katakan lekas !" In Hong membentaknya.
"Rumah kediaman Siu Tin yalah sebuah rumah batu kembang model barat, ada taman
bunganya, letaknya diujung pengkolan jalan Dji Dji Road dan jalan Si Ka Wai Road."
In Hong mengetahui, bahwa kali ini orang mengatakan dengan sebenarnya, maka ia
lalu menotok pula jalan darah dibagian bahunya, dan A Siong segera tidak kesemutan
dan linu pula.
Setelah In Hong mengetahui rumah tinggalnya Li Siu Tin, ia tak tahu apa yang akan
diperbuatnya terhadap kedua penjahat penting ini. Ia berpikir sejenak, kemu-dian
didapatkannya juga suatu daya untuk sementara.
"Kalian ikutilah aku !" kata In Hong sambil menepuk tubuh kedua orang itu beberapa
kali.
Mendengar kata2 In Hong yang ramah, mereka lebih takut daripada wanita galak yang
mereka temukan diwarung teh tadi. maka dengan sangat terpaksa mereka menurut
perintah dan mengikutinya berjalan.
Ketika In Hong lewat didepan kantor detasemen polisi dijalan cisfield Road, ia lalu
memuntir tangannya kedua orang itu untuk masuk kekantor polisi itu.
"Ada urusan apa?" tanya seorang pembesar polisi.
"Dua orang tukang copet ini telah mencopet barangku," kata In Hong.
"Apakah kalian mencuri barangnya?" tanya pembesai polisi itu.
"Tidak, sama sekali tidak!" jawab mereka dengan serentak.
"Arloji tanganku merek Hima dan cincin emasku yang berukirkan burung kecil
ditiurinya. Kau boleh menggele-dahnya didalam tubuh mereka" kata In Hong.
Pembesar polisi itu lalu menggeledehnya, dan sebagai hasilnya ia menemukan sebuab
erioji tangan merek Hima didalam saku A Siong dan menemukan sebuah cincin emas
yang berukirkan burung kecil didalam saku A Hok.
Nampak akan kejadian itu maka kedua orang itu jadi saling pandang2an mata, karena
rasa herannya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Barang2 bukti semua ada, apakah kalian masih hendak menyangkal?" kata si
pembesar polisi sambil menyuruh sebawahannya menahan mereka.
A Hok dan A Siong merasa heran dan tidak mengarti erioji tangan dan cincin emas itu
bisa berada didalam saku mereka.
"Dua pencuri ini akan diadili sebagaimana mestinya, erioji tangan serta cincin emasmu
ini untuk sementara ditahan sebagai bukti peperiksaan dipengadilan?" kata kepala polisi
itu kepada In Hong.
"Terima kasih, tuan, sampai berjumpa pula !" In Hong minta diri lalu meninggalkan
kantor polisi itu dengan tenang2 saya. Setelah ia jalan beberapa langkah, maka dari jauh
ia nampak sebuah bajangan hitam lari men-datangi dengan pesatnya.
"Kau pergi kemana?" tanya In Hong yang mengetahui, bahwa bajangan itu tidak lain
daripada Ouw Ga yang sedang ber-lari2 mengejar A Hok dan A Siong.
"Oh! In Hong kemana larinya kedua penjahat itu?"
"Tak usah kau mengejarnya lagi, sudah kuserahkan kekantor polisi untuk sementara
waktu."
"Apakah kau telah ketahui alamatnya rumah Li Siu Tin?" tanya Ouw Ga.
In Hong lalu menceriterakan apa yang ia telah ketahui kepada Ouw Ga.
"Kalau demikian, mari segera pergi menyatroni dial" kata Ouw Ga yang senantiasa
tidak sabaran.
"Kita pulang dahulu untuk menukar pakaian dan mem-bawa senjata baru membuat
perhitungan dengan Li Siu Tin." kata In Hong yang senantiasa bersikap tenang dan
berhati-hati.
"Rumah Li Siu Tin toh bukan goa yang didiami naga atau harimau, tanpa senjatapun
kita dapat menunaikan tugas kita, Kau harus ketahui, jika kita datang terlambat, maka
habislah jiwa Bee Su Bun." kata Ouw Ga yang besar nyalinya, tetapi sembrono, dalam
hal apapun ia tidak memikir dengan hati dan saksama.
Achirnya In Hong menuruti juga kehendaknya dan menyewa kendaraan pergi kejalan
Dji Dji Road.
Ketika mereka turun dari kendaraaan ditingkungan jalan Dji Dji Road jalan Sikaway
Road, mereka sudah nampak rumah gedung besar yang bertaman bunga itu, megah
nampaknya dimalam hari dibawah sinar bintang dan rembulan.
In Hong bersama Ouw Ga meneliti keadaan rumah itu, nampak bahwa pagar dinding
temboknya walaupun tidakS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
terlampau tinggi, tetapi diatasnya penuh dengan pecahaij beling kaca yang tad jam2.
Dijalan masih ada satu dua orang yang berlalu lintas, tetapi tidak menjadi halangan
bagi mereka.
"Ouw Ga, kita mengenakan pakaian gerombongan se-f macam ini. juga kita memakai
sepatu sutera setipis ini, jika kita lompat keatas tembok, maka pecahan beling itu akan
melukai kaki kita atau melukai kulit paha kita, , walaupun tidak luka parah, sedikitnya
menganggu gerakan kita. Tadi jika kita pulang dahulu salin pakaian yang ringkas,
memakai sepatu boot yang lemas, bukankah pecahan beling ini tidak akan menjadi
halangan bagi kita?" kata In .Hong perlahan.
"Apakah beling2 ini dapat mencegah kita masuk ke-dalam?" kata Ouw Ga yang tidak
sependapat dengan pikiran In Hong yang senantiasa berlaku hati2 itu.
"Kalau demikian, dengan j? Ian bagaimana kau hendak memasukinya?"
"Pada trotoir itu ada sebuah pohon Ngo Tong yang besar dan tinggi, didalam tamanpun
banyak dengan macam2. pohon besar. Lebih dulu kita lompat naik keatas cabang pohon,
lalu lompat kedalam taman, dan diwaktu keluarnyapun dengan jalan demikian pula.
Bukankah jalan demikian kita tidak usah menyentuh beling diatas tembok?" kata Ouw
Ga. "cara ini dapat digunakan, tetapi ini melanggar kebi-asaan kita yang keluar malam.
Seharusnya kita naik keatas tembok untuk mengenal keadaan didalam dahulu, setelah
mana barulah kita masuk. jika kita masuk secara sem-barangan saya kedalam tempat
yang sangat asing bagi kita, sedikit banyak mengandung bahaya."
"Kebiasaan semacam itu sudah terlampau usang! Apa kau sangka didalam ada hang
perangkap atau jaring baya dan lain2 jebakan?" kata Ouw Ga.
"Didalam segala hal sebaiknya kita berlaku hati2 jika kau tidak hendak menempuh
bahaya, aku seorang diri akan masuk kedalam " kata Ouw Ga sambil lompat keatas dahan
pohon Ngo Tong yang ada didekatnya.
Dengan sangat terpaksa In Hong pun ikut melompat keatas pohon Ngo Tong yang
lainnya.
Ouw Ga menyeyakkan kedua kakinya, tubuhnya mem-bubung tinggi diangkasa, lalu
melampaui pagar tembok turun kedalam taman. In Hong pun dengan jalan serupa
menyusul masuk.
justru pada waktu itu terdengar suara tembakan sen-yata api, dan Ouw Ga segera
rubuh ditanah. Tembakan kedua terdengar pula, dan In Hong pun segera rubuh
sesudah terdengaraya suara itu. Menyusul ini maka terdengarlah suara gelak
tertawa memecahkan kesunyian Jmalam itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
7. DUABELAS E KOR anfCng HERDER
Didalam kamar rahasia dibawah tacah Ong San Niauw mengintai gerak geriknya Bee
Su Bun yang sedang makan nasi dan sajur dengan lahapnya. la sangat mengharap Bee
Su Bun minum kuah sajur kacang kara yang telah dicampurkan racun itu. Bee Su Bun
makan nasi dan menyendok sajur dengan tangan, tetapi tidak mau minum kuah sajur
kacang kara. Bee Su Bun menggunakan akal sebagai orang gila sangat berhasil. Li Siu
Tin beserta bergundal2nya semua yakin, bahwa ia telah gila. Pada hal ia tidak gila.
Dibawah t ancaman dan pengawasan Li Siu Tin ia tidak dapat akal untuk keluar dari
rumah ini, karena itu ia ingat akan ceri-tera didalam pewajangan model Peking, yang
mengisahkan puterinya Tio Ko berlagak gila, telah terhindar dirinya ter-cemar oleh kaisar
yang cabul. Maka bilamana ia berlagak gila. iapun mungkin akan dapat menghindarkan
diri darlibatan Li Siu Tin dan mungkin juga dilepas dan men-L dapatkan kembali
kemerdekaannya.
Hasilnya bersandiwara berlagak gila itu, ia terhindar dari libatan Li Siu Tin, tetapi tidak
ada tanda2 bahwa ia akan dilepas. Maka tidak dapat tidak ia harus terus berlagak gila.
Ia tidak mengetahui kekejaman Li Siu Tin yang ter-jp kandung didalam hatinya. jika
mencintainya, dia meng-V hendaki orang itu hidup, jika membencinya dia meng- hendaki
orang itu mati. Maka didalam santapan malamnya itu sudah dicampurkan racun untuk


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membinasakannya. Dengan menggunakan cakar tangannya ia makan nasi, sebenarnya
dapat memperlihatkan tingkah lakunya orang yang sungguh gila. Sehabis makan nasi,
ia merasa sangat haus, ingin ia minum kuah, tetapi selama hidupnya ia paling tidak suka
kacang kara, maka her-kali-ia tidak jadi meminumnya, bergulat dengan kehausannya
atau sebenarnya ia tengah bergulat dengan malaikat elmaut.
Ong San Niauw nampak bemlang kali ia memegang mangkok kuah, tetapi sebelum
sampai dibibir lalu ditaruhnya pula maka diam2 ia mengutuknya.
Kedua pegawai Li Siu Tin mendapat perintah untuk meronda didalam taman untuk
ber-yaga2, ketika mereka lewat dikamar bawah tanah, mereka bertanya mengenai Bee
Su Bun.
"Apakah dia sudah mati?" tanya salah seorang peronda pengawal dengan suara
perlahan.
"Dia belum minum kuah!" jawab Ong San Niauw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Kau tidak memberikannya minum air, maka lambat, atau cepat achirnya ia akan
minum kuah itu." kata pengawal itu dengan suara pasti, setelah mana iapun melati-jutkan
tugasnya meronda didalam taman itu.
Sang waktu dirasakannya berjalan bagaikan ulat me-ayap dengan sangat perlahannya,
kehausan akan mulut Bee Sun Bun pun makin menjadi2, dengan sangat ter-gpaksa ia
mengangkat mangkuk kuah, dan didekatkannya kepada bibirnya, justru pada waktu itu
kedua pengawal Li Siu Tin itu nampak dua bajangan hitam lompat dari !pohon Ngo Tong
diluar pagar tembok, lalu membidik serta gTnenembaknya. Kedua suara tembakan itu
terdengar sam-ypai kedalam kamar dibawah tanah, juga Li Siu Tin didalam kamar
tidurnya ditingkat atas rumah itu dapat men-idengarnya.
Qa Demi mendengar suara tembakan itu Li Siu Tin lari r%eluar ketempat peron atau
serambi diatas rumah itu untuk melihat ketaman apa yang telah terjadi, dalam keadaan
remeng2 ia dapat melihat kedua pengawalnya snybergelak tertawa sambil tangannya
memegang pistol, uij Kedua pengawal itu telah menduga pasti, bahwa kedua igi bajangan
hitam itu tidak lain dan tidak bukan pasti musuh besarnya yaitu In Hong dan Ouw Ga.
Mereka demikian jgirangnya, bahwa barn saya kedua musuhnya masuk ke-l21 dalam
taman sudah makan masing2 sebutir pelor dan habis riwayatnya secara mudah sekali.
Mereka bergelak tertawa sambil menghampiri untuk melihat hasil tembakan
acsebenarnya.
rei Padahal In Hong dan Ouw Ga sebenamya tidak kena eJtembakan. Mereka nampak
didalam taman sudah ada crang ber-yaga2 dengan tangan memegang pistol. Seba-liknya
mereka tidak membawa senjata apa2. Maka dengan rebah atau rubuh ditanah untuk
mengurangkan kewas-padaan musuh.
Mereka menunggu sampai pengawal2 itu sudah datang dekat sekali, dengan serentak
In Hong dan Ouw Ga menendang tangan pengawal yang memegang pistol, sehingga
senjata api itu mental tercemplung kedalam empang ikan.
Pengawal-itu sadar, bahwa mereka kena terjebak oleh tipu musuh, tengah hendak
berbalik lari, kaki Tn Hong dan Ouw Ga telah tiba pula ketubuh mereka sehingga mencelai
belasan kaki jauhnya dan akhirya rubuh ditanah dengan merintih-rintih kesakitan.
Nampak cfidalam sekeyap mata saya keadaan telah berbalik demikian rupa dan musuh
sudah menyerbu keda-lam rumah tinggalnya, maka buru2 Li Siu Tin mengeluar-kan peluit
dari sakunya, dan ditiupnya beruntun2 tiga kali. Demi mendengar suara peluit, pengurus
rumah anjing se-gera melepaskan seluruh anjing herder yang berjumlah duabelas ekor.
In Hong dan Ouw Ga mendengar suara peluit yang aneh itu, sesaat kemudian
terdengar pula suara salaic anjing yang buas, menyusul itu mereka tampak segerombolan
anjing besar dan tinggi meneryang mereka dari tempat yang gelap.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Ouw Ga, bati2lah, anjing yang menyerang kita bukam hanya dua tiga ekorsaya!" In
Hong memperingatkan ka-wannya. Ketika gerombolan anjing2 sudah tiba didekat!
mereka, beberapa diantaranya sudah menerkam tubuh mereka.
Dua ekor anjing dari depan menerkam Ouw Ga, ia berkelit kesamping dan kedua ekor
anjing itu menerkam tempat kosong, dengan segenap tenaga ia menendang perut seekor
anjing, sehingga anjing itu mendengking karena sakitnya, darah hidup keluar dari
mulutnya dan rubuh ditanah dengan napasnya empas-empis.
Seekor anjing lainnya juga terhajar oleh sabetan tangan Ouw Ga, sekalipun tidak
membahayakan jiwanya. tetapi bukan kepalang nyerinya, maka diapun mendengking'
disitu dengan hilang tenaganya.
anjing2 yang mengerojok In Hong, menerkam dari tigu jurusan, sekalipun gerakan
anjing itu sangat cepat tetapi gerakan In Hong lebih cepat pula, tubuhnya melompat
membubung tinggi, melewati' anjing dihadapannya lalu turun dibelakang anjing itu.
Ketiga ekor anjing nampak sasarannya mengubah kedudukannya, tengah hendak mem-
balikkan tubuh dan menyerangnya, tetapi In Hong sudah menendangnya sehingga
seekor anjing terjatuh kedalam empang ikan. Menyusul itu kedua tangan In Hong
menang-kap leher dua ekor anjing dikirikanannya dan memutarnya dengan penuh tenaga
sehingga patah tulang lehemya dan rubuh ditanah mendengking2 menyayat hati yang
men-dengarkan.
anjing2 lainnya nampak kawannya terluka, mereka pun mengetahui, baliwa kedua
musuhnya ini lebih bengis dan galak dari pada mereka, sekalipun tidak sampai mundur
lari, tetapi mereka tidak berarti maju menyerangnya lagi.
anjing yang terjatuh diempang itu telah berenang naik kedarat, lalu bersama tiga ekor
kawannya yang lain menge-'pung In Hong, lima ekor yang lainnya pula termasuk yang
kepalanya dihajar Ouw Ga tadi, beramai2 mengurung Ouw Ga.
anjing2 itu mengurungnya dengan jarak yang tertentu, In Hong atau Ouw Ga hendak
menyerang kedepan, maka yang diserang itu lari, tetapi yang lainnya segera mener-yang
serentak dan menggigitnya. jika In Hong dan Ouw Ga berhenti menyerang anjing yang
tadi dan ganti arah serangannya, maka yang" lari tadi balik meneryang, mereka berganti
dan bersaut saling membantu, hingga In Hong dan Ouw Ga tetap terkurung ditengah.
Menampak cara2 penyerangannya anjing yang licin ini, In Hong dan Ouw Ga merasa
sukar untuk dapat menoblos kurungan itu, bahkan jika lengah sedikit saya mereka akan
dapat digigitnya, maka keadaan menjadi seperti deadlock, merintangi usaha mereka.
meninyaunya untuk penghabisan kalinya. Lalu memerintan Ong San Niauw dengan
Oleh karena ini In Hong dengan cara bersiul melagukan suatu lagu tanda pembicaraan
secara singkat saya : "Malam ini, taruhkan racun didalam makanan malamnya, habis-kan
mereka-memberitahukan Ouw Ga meninggalkan tempat itu untuk sementara dan pulang
riwayatnya sudah!"
salin pakaian dan membawa senjata.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Kurang lebih pukul 20.00, Ong San Niauw membawa-kan santapan malam untuk Bee
Sedikit demi sedikit mereka menggeser kedudukan mereka, ketika mereka sudah
sampai dibawah suatu pohon yang dekat pada dinding tembok, mereka mendadak lotn-
pat tinggi, dengan kedua tangannya mereka memegang dahan pohon yang melintang,
Su Bun, seperti biasanya ditaruhnya diatas meya persegi dikamar dibawah tanah.
Santapan malam itu berupa sajur hijau, semangkuk kuali kacang dan semangkuk besar
nasi putih. Bee Su Bun karena lapar tak pilih makanan lagi, diambilnya nasi lalu
dimakannya.
Diluar pintu Ong San Niauw dengan tidak sabar menantikan bekerjanya racun,
sehingga Bee Su Bun rebah menggeletak.
Dikisahkan, ketika Bee Su Bun sedang makan nasi. In Hong dilain pihakpun baru saja
selesai bersantap santapan malamnya dirumah kediamannya di Hongkiu road Shanghai.
Bel pesawat tilpon yang dipasang diberanda samping berdering.
"Halo, siapa?" In Hong menjambuti.
"Aku To Tie An, apakah disitu nona In?" Kepala detektip To Tie An dari kamar kerjanya
dikantor polisi menilpon In Hong. "Kau minta aku memberitakan keadan sidang
menyusul itu tubuhnya ber-balik keatas dahan.
pengadilan Dji Dji Kouw, maka kuberitakan bahwa, dia telah dijatuhi hukuman mati,
Ouw Ga pun meneladnya dengan cara yang serupa keatas dahan pohon lain, dan
hakim menanyanya apakah dia menghendaki naik apel, dia menyatakan me-lepaskan hakS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
sebentar saya mereka sudah dapat lompat keluar pagar tembok.
naik apelnya, maka telah ditetapkan besok pukul 08.00 pagi sebagai waktu pelaksanaan
anjing2 itu terhalang oleh pagar tembok, mereka hanya dapat menyalak2 tidak dapat
hukum tembak mati."
mengejamya.
Ketika In Hong meletakkan pesawat tilpon itu ia diam tidak berkataJ. Sekalipun
Li Siu Tin dari serambi rumah atas nampak kejadian itu dan menyaksikan dua bajangan
demikian, ia tidak memper-lihatkan segala suka duka dan kegusarannya pada wajah
hitam bagaikan burung saya terbang melewati tembok pagar, burn2 lari turun dan
mukanya, tetapi Ouw Ga dan Hiang Kat yang sudah lama tinggal bersama dapat
memeriksa anjing2 kesajangannya. anjing2 itu nampak kedatangan majikannya lain
mengetahui dari sikap dan semangatnya, bahwa In Hong ketika itu sedang didalam
berkerumun mengitarinya dan meng-goyang2kan ekomya.
gelisah.
Li Siu Tin nampak seekor diantaranya sudah mati dengan mengeluarkan banyak darah
Hiang Kat mixip In Hong pandai mengekang diri dan sangat sabar, maka nampak sikap
dari mulutnya, dan dua ekor yang lain tulang lehemya sudah patah, juga akan mati
In Hong itu iapun diam saya, lain halnya dengan Ouw Ga yang sifatnya berangasan lekas
didalam waktu tidak lama lagi, karena ini ia dapat membayangkan, bahwa In Hong dan
marah, sifat kesabaran sama sekali tiada ada padanya, jika ia tidak dapat mengetahui
Ouw Ga memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, anjing2 herder belum dapat mencegah
apa yang hendak diketahuinya, maka baginya se-akan2 lebih baik mati saya.
masuknya mereka kedalam rumah tinggalnya. Iapun menemukan kedua pengawalnya
"In Hong, siapa orang yang menilponmu? Mengapa kau tidak gembira?"
rebah merintih ditanah, lalu menghampirinya.
"Dji Dji Kouw besok pukul 08.00 akan menjalani hukuman tembak mati," kata In Hong
"Apakah lukamu parah?" tanyanya.
dengan tenangnya.
"Meski tidak parah, tetapi bagian pinggang kami terten-dang tepat sehingga bukan
"Apa? Demikian cepat keputusannya? Didalam waktu seminggu ini, sekalipun kita telah
kepalang nyerinya, untuk beberapa saat kami tak dapat berdiri," jawab kedua pengawal
berusaha se-dapat2nya, tetapi tidak menemui petunjuk sedikit-jua pun. Kita mengetahui
itu. jelas.dia terfitnak, apakah kita tega melihat dia dihukum mati? In Hong, lekaslah kau
"Mereka pergi akan kembali lagi, lekas kalian bangun, ill aku masih menghendaki kalian
pikirkan daya untuk menolongnya !"
melakukan pekerjaan In Hong diam seribu bahasa duduk disitu, sebaliknya Ouw Ga ber-jingkrak2
tangan penjahat wanita ini!" kata Li Siu Tin ifc yang sikapnya pun menjadi tegang.
menggedruk2kan kakinya sehingga se-akan2 lantai hampir saya melesak.
Kedua pengawal itu dapat juga melupakan penderitaannya dan lompat bangun. Li Siu
"Esok pagi kita meramas persakitan !" kata Ouw Ga dengan tidak berpikir lagi.
Tin lalu memberikan ia instruksinya, setelah mana buru2 ini pergi kekamar dibawah tanah
Semenyak Dji Dji Kouw tertangkap dan dipenjarakan. In Hong sudah berpendapat,
untuk meninyau keadaan bekas orang kecintaannya yaitu Bee Su Bun.
bahwa Ong San Niauw bersama Li Siu Tin terlibat dalam perkara ini. Tetapi setelah
"Apakah Bee Su Bun sudah mati kena racun?" tanya Li Siu Tin.
berusaha mencari tahu sehingga satu minggu lamanya masih juga ia belum berhasil
"Rupanya dia berasa haus, tetapi tetap dia tidak mau rainum kuah kacang kara itu.
mendapatkan petunjuk apa2, ia belum dapat mengetahui orang macam apa se-benarnya
Paling achir dia sudah mengambil ketetapan untuk minum, tetapi suara tembak-kan dua
Li Siu fin itu, juga tidak tahu dimana tinggalnya. Sedangkan Ong San Niauw juga sudah
kali ditaman itu menyebabkan dia tidak jadi minum dan meletakkan raangkoknya pula,"
menghilang, tidak diketahui kemana perginya.
kata Ong San Niauw yang se-akan2 mengandung arti mengutuk suara pistol itu.
Karena tiada petunjuk yang dapat dibuat pegangan,' maka ia tidak dapat memahami
"Kita jangan menantikannya dia minum racun lagi, kau boleh masuk kekamarnya dan
keadaan yang sebenarnya mengenai perkara ini, karenanya iapun tidak dapat mem-.I
menembaknya mati dengan -pistol, setelah itu menggali tanah ditempat yang sepiS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
buktikan tentang difitnahnya Dji Dji Kouw itu. Sekalipun sore ini dengan tidak disengaja
didalam taman untuk mengubur mayatnya. Pekerjaan ,j ini harus selesai didalam waktu
In Hong dapat tahul murid2nya Ong San Niauw tiap malam sesudah pukul] 21.00
lima belas menit. jika kita membiarkan Bee Su Bun tetap tinggal hidup, maka dia akan
berkumpul didalam sebuah taman tempat minum teh dari golongan rendah, mungkin dari
dapat merugikan kita. Aku menduganya didalam pj dua puluh sampai tiga puluh menit
situ ia dapat memperoleh suatu berita mengenai jeyak Ong San Niauwl tetapi laksana air
lamanya. In Hong akan sudah datang kembali ketempat ini. jika tidak ada bekas2 pada
ditempat jauh tak akan dapat menolong api kebakaran yang dekat, untuk menolong nasiy
kita, mereka pun tidak dapat berbuat apa2 terhadap kita," demikianlah pesan Li Siu Tin.
Dji Dji Kouw akan sudah terlambat.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Tetapi tetapi pekerjaan membunuh orang serta menguburnya tak akan selesai
Mengenai pendapat Ouw Ga merampas persakitan [ ditempat dilaksanakannya
didalam waktu lima belas menit," kata Ong San Niauw.
hukuman mati itu, Hiang Kat pun tidak sependapat.
"Aku dapat menyuruh A Ong pengurus rumah anjing membantumu menggali tanah.
"Ouw Ga, apakah kau kira sekarang ini sama dengany zaman orang menggunakan -
setelah selesai pekerjaan ini. kau boleh pergi kerumah bungalo di Wang Su Bu, makin
enyata tombak cagak, atau tombak panyang, mengenakait baju lapis baya menung-11
cepat makin baik, ingat!" sehabis berkata demiki-an, maka dengan buru2 Li Siu Tin
gang kuda perang itu?" kata Hiang Kat dengan adem.
meninggalkan kamar dibawah tanah.
"Sekalipun jaman sudah maju, tetapi merampas persakitan tidak terhalangi oleh
Ong San Niauw mencabut browning yang panyangnya enam dim, lalu dengan tangan
kemajuan zaman, kita toh boleh juga menggunakan senjata modern," kata Ouw1 Ga
kirinya ia membuka palang pintu besi, serta dengan kaki kanannya ia mendupak daun
yang sekalipun kasar, tetapi kehangatan semangatnya itu benar2 timbul dari dalam lubuk
pintu besi.
hatinya.
Mula-Ong San Niauw mengira dengan sekali menen-.dang ia akan dapat membuka
"Perbuatan demikian itu banyak gagalnya daripada berhasilnya, mungkin kita bertiga
daun pintu besi itu, dan menurut pantasnya pun mestinya begitu, karena didalamnya
tertangkap oleh karena merampas persakitan dan dijatuhi hukuman yang serupa juga,"
tidak ada paiangnya. Tetapi pintu ini mendadak jadi luar biasa keadaannya, didupak
kata Hiang Kat,
sekali tidak terbuka, didupak dua kali masih tetap tertutup.
"Kau takut mati? sebaliknya aku tidak," kata Ouw Ga membandel.
"Kurang ajar" mencaci Ong San Niauw sambil
Sebaliknya In Hong tetap membungkam tidak campur bicara, Ia bukan merasa hal ini
mengutuk dan mengintai dari celah2 pintu itu.
sudah tiada harapan lain patah arang, sebenarnya ia sedang berpikir keras, sekalil pun
Memang pintu itu tiada paiangnya, tetapi Bee Su Bun telah menggunakan meya dan
waktu sudah tidak keburu untuk menolong jiwa Dji Dji Kouw. ia masih harus melakukan
kursi kaju mengganyalnya dari dalam, maka pintu itu tidak dapat dibukanya dari luar.
tindakannya yang sesuai dengan logika. Agar supaya perkara ini jadi terang, tersingkap
Bee Su Bun mendengar suara tembakan dan salak anjing, mengira bahwa boleh jadi
seluruh rahasianya, dan Dji Dji Kouw terbukti tidak bersalah, biar To Tie An si kepala
ada anggota polisi datang menggeledahnya rumah mereka ini.
detektip terkutuk oleh hati nuraninya sendiri untuk se-lama2nya. dan boleh untuk
Guna menjaga siasat keji yang terachir dari Li Siu Tin dan Ong San Niauw itu, maka
menghindarkan terulangnya kelak, peris-1 liwa penjara fitnahan seperti ini.
lebih dulu Bee Su Bun sudah berusaha agar supaya mereka tidak dapat membuka pintu
"Ouw Ga, mari kita berdaya apa yang tenaga kita dapat usahakan. Kau ikut aku pergi
dan masuk.
ke "Long Shing ca Yuan" taman tempat minum teh dijalan Ting Ban Road. Kita harus
Nampak bahwa didalam pintu itu diganyal dengan kursi-meya serta sikap Bee Su Bun
menjamar sebagai dua orang wanita gelandangan," kata In Hong.
Dengan menggunakan waktu selama sepuluh menit, mereka sudah berubah menjadi
wanita gelandangan yang usianya kira2 erapat puluhan tahun. Mereka mengenakan
celana jengki sutera hitam yang tidak panyang, tetapi nyuga tidak pendek, dibagiari atas
mereka mengenakan baju rompi sutera hitam yang gerombongan, kancing jpada
lehernya tidak dikancingkan. memakai rambut palsu n yang bersanggul ceper. kakinya
mengenakan sepatu sulam yang sudah tua. Dandanan yang ganjil ini tak terdapat
yang ber-yaga2 itu, maka Ong San Niauw jadi kaget dan marah. la sekarang sadar bahwa
dikalangan wanita biasa pada umumnya.
kegilaan Bee Su Bun itu hanya pura2 saya.
"Dengan dandanan kalian semacam ini, dimanakah :. kalian hendak menyimpan
dan akan menjadi seorang saksi yang kuat dapat mem-buktikan perbuatan
senjatamu dan kantong per-bekalan?" tanya Hiang Kat.
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Li Siu Tin dan Ong San Niauw.
"Untuk menghadapi beberapa orang gelandangan ini. tak perlu kita menggunakan
senjata," kata Ouw Ga.
"Pergi ketaman tempat minum teh 'Ling Shing ca Yuan', sesungguhnya kita tidak
memerlukan kantong perbekalan dan senjata. Tetapi mungkin juga kita harus pergiS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
ketempat lain, tak dapat tidak kita harus sedia juga senjata," kata In Hong yang
senantiasa memikirnya dengan sempurna.
"Jika perlu pergi ketempat lain, maka baju dan li celana sutera gerombongan inipun
Ong San Niauw memasukkan laras pistol itu dari lobang kecil dan menembaknya. Bee
tak leluasa untuk ber-lari2 diatas rumah atau dinding tembok juga tidak sesuai
Su Bun nampak laras pistol, lalu bersembunyi dipinggir laras itu, dan pelor pistol itu tak
Li Siun Tin tercengkam Bee Su Bun dcngan kencangnya. letupi kedua tangannya tetap
akan dapat mengenainya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
bebas. maka dengan sekuat tenaga ia menepuk langan tiga kali dan dilain saat ada seekor


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ong San Niauw menyentil pelatuknya, tetapi tidak ada pelor yang keluar. Ia periksa
anjing herder yang menerkam
pistolnya dan tarik keluar tempat pelornya, nampak hanya ada tujuh butir pelor, pelor
diri Su Bun.
yang satu sudah masuk didalaro laras, dan menyumbat larasnya, maka gagal menembak.
untuk berkelahi. Kita harus pulang dulu ganti pakaian dan mengambil senjata serta
Ong San Niauw sangat gelisah dan marah. Ia ingin menggunakan cara yang paling
kantong perbekalan, kemu-dian pergi lagi toh tak akan terlambat," kata Ouw Ga.
sederhana memperbaiki senjata itu didalam waktu yang paling singkat, tetapi ia tidak
Kata2 Ouw Ga itupun tidak salah, karenanya mereka lalu pergi ketaman tempat minum
memiliki pengetahui membetulkan senjata api, tidak juga ia memiliki alatnya, ia telaii
teh Ling Shing ca Yuan. Setelah disana, mereka nampak tempat itu lumayan luasnya.
menghabiskan banyak waktu, belum juga dapat memperbaiki pistol itu.
tetapi tidak banyak tamunya. Dengan kelakuannya Isebagai wanita gelandangan mereka
"Bagaimana kau ini? Aku sudah selesai menggali tanah dibelakang gunung2an didalam
masuk kedalam. mereka dapatkan sebuah pintu kecil yang menghubungkan sebuah
taman, boleh melemparkan si gila itu kedalam lobang itu, lalu dikubur." kata si pengurus
ruang lain yang dinamakan tempat indah.
rumah anjing itu.
Pintu kecil itu senantiasa terbuka hanya dialingi dengan kain biru yang sudah luntur
"Malam ini apapun tidak kebetulan, pistolku kehilangan daya gunanya, pelornya tidak
sebagai gordyn. Kain itu ber-goyang2 tiupan angin malam. Mereka melihat kedalam dari
dapat keluar, sementara itu diapun mengganyal pintu dari dalam, aku tidak dapat
celah2 gordyn itu. Nampak didalam banyak orang main maciok. ada juga yang mengadu
masuk," kata Ong San Niauw.
kepiting.
"Kita berdua bertubuh besar, sekalipun tidak menggunakan senjata, masih dapat
Ada pula dua orang gelandangan yang minum teh pada jUuatu meya disamping
menghabiskan jiwanya pe-lajar selemah dia itu. Kita bersama mendobrak pintu dengan
gordyn, sikapnya sangat lesu tiada kegembiraan sama sekali.
benda berat sehingga pintu itu terbuka, setelah itu kita pukul dia dan mengikatnya
In Hong bersama Ouw Ga mengambil tempat diruang luar pada meya didekat gordyn,
dengan tambang lalu melemparkannya kedalam lobang tanah, apakah dengan demikian
yang dapat memandang jelas semua gerak gerik tamu2 diruang dalam itu.
tidak mudah ?" kata si A Ong.
Pelayan memandangnya dengan perasaan sangsi dan curiga untuk sesaat, kemudian
Mereka lalu menggempur pintu dengan batu lonyoran. Bee Su Bun berusaha keras
baru menghampirinya sambil bertanya teh merah atau teh hijau.
mempertahankan pintu itu, tetapi apa mau dikata, bahwa kesudahan batu penggempur
Ouw Ga berkata: "satu merah dan satu hijau."
pintu itu menerbitkan suara yang keras, dan meya kaju pengganyal pintu itu bersuara cit
Sambil minum teh In Hong dapat menangkap suara kata2 kedua orang gelandangan
cit, nyata tidak akan dapat bertahan.
yang duduk disamping gordyn itu, pembicaraan mereka tidak keras, tetapi karena hanya
Bee Su Bun mengetahui, bahwa sekali pintu besi itu terbuka, maka jiwanya akan tidak
teralingi dengan gordyn, maka In Hong masih dapat dengar dengan jelasnya, mereka
tengah berkeluh kesah tidak keruan.
"Dalam seminggu ini aku sangat sial, aku selalu kalah dalam mengadu kepiting uangku
telah habis ludes sama sekali. Bolehkah kau pinjamkan uang untykku?" kata si kaki
dapat tertolong. Ia berusaha sedapat mungkin menggunakan sernua alat kaju yang
panyang A Hok.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
sudah tua dan rusak yang terdapat didalam kamar dibawah tanah itu untuk mengganyal
"Akupun setali tiga uang sama sialnya, uangku habijl sama sekali, sepeserpun tidak
pintu.
ada didalam kantongku. E Sekalipun untuk membajar harganya dua teko ini saya K tidak
Brak! Achirnya pintu itu tergempur terbuka. Ong San Niauw bersama A Ong
cukup. besok aku harus memikul cagak baya lagi," kata A Siang si mata terkulai.
menggeserkan alat2 kaju mengganyal itu lalu menyerbu kedalam, mengepung Bee Su
"A Siang, kata2mu ini sungguh tidak bagus Aku bukan sesungguhnya hendak
Bun diikat dengan tambang.
ineminjam uanginu. Tempo hari kubantu kau menculik Si ahli musik itu, kau hanya mem-
Mereka berdua, seorang menggotong kepalanya, dan yang lain mengangkat kakinya,
g bajarku baru separuh, kau masih hutang aku separuh lagi dari uang upah itu, kau selalu
Bee Su Bun digotong keluar kamar dan dibawanya ketaman bunga.
meng-ulur2 waktu hingga sekarang, sebenarnya kau hendak memberikannya atau tidak?"
"Tindakan kita harus cepat, dikewatirkan jiwa lama2 akan berubah keadaan." kata A.
kata A Hok si kaki panyang itu yang agak sedikit marah. "A Hok, kau harus ketahui,
Ong. pemimpinku hanya menyuruh aku seorang melakukan pekerjaan itu, tetapi kutahu pada
"In Hong tinggal di Hongkiu Road, untuk pergi dan pulang sedikitnya harus mengambil
acbir2 ini kau agak sukar dalam keuanganmu. maka sengaja aku minta bantuanmu,
waktu tiga perempat jam, kita masih ada waktu membereskan tugas kita." kata Ong San
membagimu separuh dari uang upah itu. Tetapi setelah kita berhasil, peminK pinku itu
Niauw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
bersembunyi dirumah Sin Tin si ular belang putih untuk menyingkir dari ancaman
Mereka memutari gunung2an dan tiba ditempat yang sepi didalan taman bunga itu,
terhadap dirinya. Sehingga kini dia belum juga memberikan uang upah yang separuhnya
nampak telah tersediakan sebuah liang kubur yang berukuran tujuh kaki lebar dan empat
lagi, maka bukanlah aku yang sengaja hendak menelan uang upahrnu !" kata A Siang si
kaki dalamnya. Diatas tanah terdapat dua buah sekup penggali tanah dan gundukan
mata terkulai yang juga agak marah.
tanah galian yang tinggi.
Mendengar akan kata2 itu In Hong memberi isyarat kepada Ouw Ga agar lebih
"Lemparkan dia !" A Ong memberi komando " satu, dua, tiga !" Mereka melemparkan
memusatkan perhatiannya. la tahu, bahwa apa yang disebut ahli musik adalah
dengan serentak, dan Bee Su Bun segera menggeletak didalam liang kubur itu. Menyusul
dimaksudkan Bee Su Bun, dan yang disebut Siu Tin si ular belang putih tidak lain daripada
tindakannya itu, mereka mengangkat sekup lalu menyekup tanah galian diurukkan
Li Siu Tin, sedang pemimpin itu tidak lain tidak bukan mestinya Ong San Niauw. Maka A
kedalam liang.
Siang si mata terkulai itu sudah terang sebagai murid Ong San Niauw dan orang yang
Bee Su Bun menyerit minta tolong-tetapi tiada orang yang datang menolong. la
pertama ditugaskan untuk menculik Bee Su Bun.
mengetahui, bahwa sekitar rumah linggal ini keadaannya sangat sepi sunyi, tambah pula
"Apatah kau tidak dapat memintanya?" tanya A Hok.
ketika itu telah larut malam, tiada orang dijalan, teriakannya tiada gunanya. Tetapi iapun
"Jika aku memintanya seperti juga aku tiada hubungan guru dan murid, cepat atau
mengetahui, bahwa teriakannya itu adalah usahanya menentang maut yang terachir,
lambat toh dia akan memberikan kepada kita," kata A Siang.
serta usaha satunya yang ia dapat lakukan.
"Pemimpinmu tidak bagus, kaisarpun tidak menyuruh serdadunya lapar. kata hal yang
Didalam saat yang sangat berbahaya itu, se-konyong2 terdengar suara salak anjing
benar, pekerjaan ini kecuali aku, tiada orang lain yang berani melakukannya, pisau harus
yang tersiar dari bagian depan taman bunga. Salak anjing yang berisik serta menakutkan.
ditusukkan dibagian paha yang tidak pen ting, tidak boleh merusak hubungan otot, jika
Suara itu dicampur dengan suara teriakan minta tolong yang keluar dari mulut Bee Su
salah tusuk dan merusak hubungan otot sehingga jadi pincang, bukan saya tidak
Bun, maka teryalin menjadi semacam suara yang sangat memilukan hati serta
mendapat upah, sebaliknya harus aku bertang-gung jawab Apakah ini pekerjaan yang
menakutkan.
mudah?" kata Hok yang belum hilang marahnya.
"Ini memang kepandaianmu yang mengagumkan, sekaii menusuk mengenai bagian
yang tepat, tidak merusak hubungan otot. Hanya sayang dia sekarang sudah jadi gila,
In Hong serta Ouw Ga sudah kembali, kali ini mereka telah salin pakain ringkas untuk
kalau tidak, Siu Tin si ular belang putih tentu ber-terima kasih kepadamu !"
keluar malam, kaldnya memakai sepatu kulit yang panyang larasnya serta kuat dan ulet,
"Dari siapa kau ketahui?"
tidak takut lagi akan pecahan beling yang ter-dapat diatas tembok pagar. Mereka bediri
"Siang tadi kubersua dengan pengawal si ular belang putih. Dia memberitakan padaku,
diatas pagar tembok agar supaya anjing2 itu gumul dibawah tembok menyalak kepada
bahwa si ahli musik itu mendadak jadi gila. Siu Tin tidak mencintainya lagi. malah merasaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
mereka.
jadi beban, dikewatirkan malam ini dia hendak" kata2 A Siang itu sampai disini lalu suara
In Hong beruntun melepaskan anak panah pendek dibubuhi obat racun dan mengenai
menjadi pelahan sekaii sehingga kata2 selanjutnya jadi kabur.
tepat pada tiga ekor anjing yang terdekat, sekalipun mereka tetap bersalak, tetapi makin
Sekalipun In Hong dan Ouw Ga tidak dapat mendengar Iterang kata2 penutupnya itu,
lama makin berubah perlahan dan akhirya tubuhnya dia tak bergerak alias binasa.
tetapi setelah dianalisanya, a] mereka menafsirkan, bahwa malam ini Li Siu Tin hendak
Sisanya enam ekor anjing herder, belum lagi dua menit lamanya pun semua terbinasa
jH mencelakakan Bee Su Bun.
dibawah anak panah In Hong.
pi "In Hong, lekaslah kita tangkap kedua orang ini dan al mengkompesnya, kita akan
Ong San Niauw bersama A Ong yang berada dibela-kang gunung2an mendengar
segera mengetahui dimana ,di rumah kediaman Li Siu Tin. Kita harus segera pergi tii
bahwa anjing2 itu sudah tidak menyalak lagi, mereka menganggapnya In Hong dan Ouw
kerumah Li Siu Tin menolong Bee Su Bun, serentak menangkap kedua terdakwa utama
Ga telah terusir pula oleh anjing2 itu, atau boleh jadi
ini untuk menolong jiwanya Dji Dji Kouw," kata Ouw Ga yang berangasan itu dengan
telah terbinasa karena digigit anjing, maka dengan hati lega mereka melanjutkan
berbisik.
menimbuni liang itu dengan tanah galian.
"Tidak usah ter-gesa2, kita dengarkan pembicaraan fi mereka selanjutnya, mungkin
Tangan mereka menyekup tanah dan menguruk liang itu atau dengan mendadak saya
masih ada berita yang lebih V penting lagi," kata In Hong dengan tenangnya.
mereka merasa ada sambaran angin dingin dibelakang punggungnya. Belum sempatS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Kau selalu dingin bagaikan es saya Kita mungkin terlambat menolong nasib Bee Su
mereka berpaling, mereka sudah berasa bahwa punggung mereka ditandalkan laras
Bun dan Dji Dji Kouw." kata Ouw Ga yang hatinya membakar seperti api.
senjata api.
Belum lagi In Hong menyatakan setuju atau tidak, si berangasan ini sudah lompat
"Lempar sekupmu!" Demikianlah telinga mereka men-dengar orang
melewati meya masuk keruang dalam, tangan kirinya mencekuk leher A Hok, sedang
memerintahkannya.
tangan kanannya mencekuk pula leher A Siang.
Ong San Niauw dan A Ong mentaati perintah dan membuang sekupnya. Menyusul
Kedua orang itu terperanyat karena serangan yang mendadak ini, mereka hendak
mana mereka nampak In Hong menghampiri liang dan menyoroti dengan lampu
senternya.
"Ha, tuan Bee Su Bun, apakah kau terluka?" tanya In Hong.
Kini Bee Su Bun telah berhenti berteriak, didalam su-asana gelap itu ia tidak mudah
mengenali siapa orang yang menanya kepadanya itu, tetapi dapat mengenalinya dari
meronta, tetapi Ouw Ga mencengkamnya erat2 sehingga mereka tak berdaya.
suara kata2nya seorang wanita muda.
"Eh Kami tidak mengenalmu, mengapa kau menangkap kami?" A Hok si kaki panyang
"Oh, nona, siapa kau? jika terlambat beberapa menit saya, maka habislah riwayatku!"
ini agak cerdik, ia mengetahui bahwa wanita ini mengandung maksud yang tidak baik, ia
In Hong menyoroti mukanya sendiri sambil bertanya : "Apakah kau mengenali aku?"
pun merasa bahwa wanita ini pandai ilmu silat, bukanlah tandingannya jika dilawan, maka
"Oh, kiranya nona yang malam itu memberikan jasa baik terhadap persengketaan kami
dengan kata2 yang lunak ia memprotesnya.
"Kalian melakukan perbuatan yang bagus, aku justru sedang mencarimu !" kata Ouw
Ga. "Semua dapat dibereskan, jika kami berbuat salah pada twaso, kami minta maaf
kepadamu, maka lepaskanlah dahulu!" kata A Hok hampir2 memohonnya.
Kawanan penyudi itu nampak orang sebangsanya diip tangkap oleh wanita asing, dan
nampak pula A Hok minta2 ampun, mereka menganggapnya hilang kewibawaan dan
didalam rumah sewaan berbatu merah itu," kata Bee Su Bun sambil menatapnya dengan
keangkeran mereka. Hal mana tidak dapat diterima oleh mereka yang suka berkelahi itu.
matanya jarig besar dan hitam itu.
Maka mereka segera menghentikan judinya dan mengurung Ouw Ga.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Setelah mana In Hong menariknya dari timbunan tanah yang masih tipis itu, lalu
6. MASUK KETEMPAT BERBAHAYA,
diputuskannya tambang yang mengikatnya itu.
"Twaso ini mengapa berlaku kuirang ajar seperti ini diwarungku ini? Perselisihan
Setelah tubuhnya bebas dari belengguan, Bee Su Bun maka segera bangkit berdiri dari
sebesar langitpun dengan sepatah kataku A Liok si bopeng dengan mudah dapat
atas tanah dan menya-takan terima kasihnya kepada In Hong atas pertolongannya itu.
dibereskan. Lepaskan cekalanmu dan segera enyah dari sini!" kata salah seorang yang
In Hong mendengari kata Bee Su Bun dengan teliti, ia mendapatkan kenyataan, bahwa
bukan lain daripada si-pemilik waning teh.
sedikit pun tak nampak tanda2 sifat gila daripada Bee Su Bun.
Pemilik warung teh ini disebut orang A Liok si bopeng. Dia asalnya seorang kepala dari
" Apakah kau tidak gila?" tanya In Hong.
orang2 gelandangan didaerah ini, sikapnya garang dan congkak.
Bee Su Bun menggeleng2kan kepalanya menyatakan bahwa ia tidak gila, lalu
"Kaulah yang menggelinding dari warung teh ini, jangan campur urusan nenek-
diceritakannya hal2 yang telah ia alami selama ini, In Hong pun menceritakan apa yang
moyangmu !" kata Ouw Ga yang tidak kalah galaknya karena melihat orang berlaku
ia ketahui tentang keadaan diluar. Hal mana menyebabkan Bee Su Bun merasa pessimitis
kurang ajar terhadapnya.
dan putus harapan.
"Hm, kau mempunyai berapa tangan dan kepala sehingga berani bertingkah disini?
"Jika Dji Dji Kouw besok menjalani hukuman tem-bak mati karena perkara fitnahan
Apakah kau tidak mencari tahu lebih dulu siapa A Liok si bopeng ini, yang tak dapat
itu, akupun hanya meng-ikutinya dan mati bersama!" kata Bee Su Bun.
diperhina orang? Kau harus tahu diri sedikit, dan enyahlah dari sini! jika kau masih
8. TERKUBUR DIDALAM KAMAR API.
membandel, aku tanggung kau masuk secara membujur dan keluar secara melintang !"
Sebuah kamar tamu dari rumah tinggal Li Siu Tin telah dipergunakan oleh In Hong
kata A Liok.
sebagai kamar pemeriksaan darurat.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Orang2 gelandangan lainnyapun tangannya pada merasa gatal, mereka
"Perbuatan penculikan alas di i Bee Su Bun itu apakah dilakukan atas suruhanmu?"
membusung2kan dada siap untuk berkelahi.
tanya In Hong kepada Ong San Niauw.
Ouw Ga menduganya teniunya A Liok seorang kepala kaum gelandangan, maka
"Ini urusan Li Siu Tin, tiada sangkutannya dengan aku." kata Ong San Niauw yang
berkata sambil tertawa meng-hina : "Aku hanya mempunyai sepasang kepala, aku dapat
membersihkan dirinya dengan memindahkan kesalahannya tentang perbuatan jahat itu
membuat A Liok si bopeng jadi A Liok si muka gepeng, apakah kau mau mencobanya?"
kepada diri Li Siu Tin.
ketiada sabaran serta sifatnya yang menumti adanya itu membuat ia melupakan tugasnya
"Tidak guna kau menyangkal, aku telah menangkap A Siong dan A Hok mereka telah
yang tidak boleh ber-lambat2, tangannya gatal hendak berkelahi dengan orang2
mengaku semua. Apakah kau masih hendak memungkiri kedosaanmu ini?" tanya In
gelandangan ini.
Hong.
Mendengar akan kata2 Ouw Ga itu, A Liok berjing-krak karena gusarnya, ia
Ong San Niauw tetap menyangkal.
mengangkat kepalanya meng-hantam kearah muka Ouw Ga. Ouw Ga memiringkan
"Dji Twa So siapa yang membunuhnya?" tanya In Hong selanjutnya.
sedikit tubuhnya, maka tinyunya A Liok mengenai tepat kekepalanya A Siong. Maka tidak
"Semua orang mengetahui, bahwa dia dibunuh oleh iparnya yaitu Dji Dji Kouw,
ampun lagi pandangan mata A Siong jadi gelap, tubuhnya lemas. Ouw Ga segera
didalam surat kabarpun sudah dimuatnya berita ini." kata Ong San Niauw dengan
melepaskan tangannya, dan A Siong jatuh pingsan rebah dilantai.
licinnya.
Kepalan A Liok yang kedua segera sampai.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
In Hong menghampiri Ong San Niauw, memeriksa jari langan Ong San Niauw, sungguh
A Hok berseru: "Kak A Liok, pukul biar tetap, jangan sampai kena kepalaku" Tetapi
kata2nya belum lagi habis diucapkan, kepalan sudah tiba, dan -justru mengenai tepat
bagian dahinya disebelah kanan, maka iapun rubuh seperti A Siong si mata terkulai.
A Liok menganggap pukulannya cepat serta keras, sekali dilancarkan pasti mengenai
musuhnya, tetapi kali ini : kepalannya se-akan2 menyabot kehendaknya, tidak saya tidak
tidak salah dugaannya. Bagian tengah jari telunyuk tangan kanan Ong San Niauw
mengenai musuhnya bahkan sebaliknya mengenai kawan sendiri. Maka tak kepalang
terdapat bekas luka pisau yang dalam, sesuai dengan sidik jari berdarah yang terdapat
kegusarannya, dan 11 kakinya melayang menendang bagian perut Ouw Ga.
diatas daun jendela kamar tidur Dji Dji Kouw. Maka tidak usah ditanya pun dapat


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tadi kedua tangan Ouw Ga masih mencekal leher orang, gerakannya tidak leluasa,
diketahui, bahwa pembunuh Dji Twa So yang sell sungguhnya yalah Ong San Niauw.
kini kedua tangannya |l sudah bebas, maka setelah nampak A Liok menendangnya, 11 ia
"Bukti tentang kau melakukan pembunuhan telah tertulis ada dijari tanganmu, apakah
segera berkelit, dan kaki A Liok menemui tempat kosong, setelah mana dengan kedua
kau masih hendak menyangkal? Sebaiknya kau mengaku terus terang saya, boleh jadi
jari tangannya yall memijit mata kakinya A Liok dan disodorkan kedepan, maka A Liok si
kau akan dapat hukuman yang ringan. Bukan-f kah Li Siu Tin yang menyuruhnya?" tanya
bopeng jatuh menengadah kebelakang. 11 Beberapa orang gelandangan dibelakangnya
In Hong.
tidak kebum berkelit, mereka tertubruk dan ikut rubuh.
"In Hong, tak usah kau capekan mulut terhadap mereka; lebih baik kita bawa kedua
A Liok insyaf, bahwa kepandaiannya tidak nempil, tetapi ia masih menganggap hari ini
pesakitan ini untuk menemui To Thamtio, dan minta kepadanya supaya segera mencegah
ia bernasib sial, maka 11 kalah berkelahi. Ia bangkit dari lantai dan berseru: "semua turun
dilaksanakannya hukuman mati kepada Dji Dji Kouw esok pagi itu!" kata Ouw Ga.
tangan, pukul perempuan ini hingga mati!"
jrKalian jangan merugikan diri sendiri karena men-campuri urusan orang lain. Li Siu
Semua orang2 gelandangan yang ada disitu serentak maju, keadaan jadi kacau.
Tin bukanlah seorang yang mudah menyerah. jika kau suka mencampuri urusan orang
Warung teh itu tidak luas ruangannya, tidak sesuai untuk tempat berkelahi, tidak
lain, kaupun harus tahu batas, tidak boleh mem-besar2kan urusan sehingga tidak dapat
leluasa Ouw Ga memper-lihatkan kemahiran ilmu silatnya, tetapi bagi orang2
dibereskan lagi." kata A Ong secara tandas.
gelandangan ini sudah cukup menerima hajarannya. Mereka hendak memukul atau
Nampak sikap congkak yang diperlihatkan A Ong serta kata2nya yang mengandung
menendang tidaklah mudah, sebaliknya Ouw Ga dapat memukulnya dengan lancar. Siapa
ancaman itu membuat Ouw Ga sangat mendongkol.
yang pemah merasakah pukulan atau tendangan Ouw Ga tidak berani maju lagi untuk
"Kami tidak takut akan ancaman apapun, lebih dulu kami akan serahkan kalian
merasakan kepahitan untuk kedua kalinya, mereka ber-teriak2 dari tempat jauh saya.
penjahat pembunuh orang kekantor polisi, setelah itu mencari pula Li Siu Tin biang
Ada juga orang geiandangan yang meng-anggap dirinya pintar, ia menjambit Ouw Ga
keladinya kejahatan itu!" kata Ouw Ga.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
dengan teko atau cangkir. Ouw Ga menangkisnya dengan kursi, maka serangan demikian
"Persengketaan ini terbit karena asmara segi tiga, setelah Bee Su Bun pura2 gila tidak
itupun tidak berhasil.
suka nikah dengan Li Siu Tin, maka Li Siu Tin pun tidak memaksanya lagi.
Ketika keadaan menjadi kacau sedemikian itu, A Siong berdua A Hok telah siuman dari
Kalian boleh bawa Bee Su Bun sebagai pengachiran per-kara ini. jika kalian tidak mau
pingsannya, nampak gelagat tidak baik, pikimya paling selamat ialah melolos-kan diri,
memberitahukan tempat berpiyak kepada orang lain, hendak bersitegang leher untuk
demikianlah mereka merangkak keluar dari bawah meya, dan terns mengambil langkah
mengurusnya sungguh2, dan menyerahkan perkara ini kepada polisi, maka kalian akan
seribu.
menyesal pada waktu yang sudah terlambat!" kata A Ong dengan sembarangan saya.
Ouw Ga yang tengah berkelahi dengan bersemangal tidak memperhatikan lolosnya
Kata-A Ong tersebut diatas, sebenarnya adalah kata2 yang dipesankan oleh Li Siu Tin
kedua penjahat penting itu.
ketika ia hendak mening-galkan rumah tinggalnya tadi.
Karena hendak memperbaiki kegagalannya dan meni-perlihatkan keangkerannya itu,
"Apa maksudmu membiarkan Dji Twa So mati secara sia2 dan Dji Dji Kouw
maka A Liok tidak sungkan2 lagi mejuruh orang2nya menggunakan beraneka senjata dan
menjalankan hukuman mati untuk kesalahan orang lain?" tanya In Hong dengan tenang.
bertempur secara mati2an.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mereka lalu mencari pentungan, palang pintu, pisau untuk memotong sajur. sekup
baya dan sebagainya menyerang Ouw Ga. A Liok mengambil kampak pembelah kaju
"Benar, pada hakekatnya kalian pun harus berkompromi dengan Li Siu Tin."
menyerbu kesamping tubub Ouw Ga lalu mengam-paknya.
"Jika kami tidak mau berkompromi?" tanya In Hong yang memperlihatkan
Baru saja Ouw Ga dapat menghindari bacokan itu, sekop baya sudah datang
senyumannya.
menyerang, ia berkelit dari sekcp baya yang mengemplang kepala itu, sebuah besi
"Li Siu Tin telah menyuruh kedua pengawalnya untuk menangkap kemenakanmu nona
lonyoran lain datang menyerang pula.
Hiang Kat, dan meng-ikatnya didalam empang ikan didalam pekarangan bunga-lownya.
Sekalipun Ouw Ga mahir ilrnu silatnya, tetapi karena tempat terlampau sempit dan
iapun bertangan hampa, melayani senjata yang beraneka ragam itu, ia menjadi repot
juga. Pada saat inilah ia baru ingat, bahwa In Hong tidak nampak mata hidungnya.
Makin lama serangan orang2 itu makin gencar dan seru, jika tidak mengalahkan
mereka didalam waktu yang pendek, maka berbahayalah bagi keselamatannya.
Kampak berat serta tajam yang digunakan oleh A Liok membacok pula kearah bahu
kirinya, Ouw Ga berkelit keTcanan, seorang lain menyapu dengan sekupnya kearah
pinggangnya. Ouw Ga sudah tiada tempat untuk berkelit pula, maka ia menyeyak
lantai, lompat melewati kepala musuh hinggap diatas meya, sambil memutar tubuhnya
ia melayangkan kakinya dan seorang yang mencekal sekup baya rubuh tertendang. A
Liok membacok pahanya, tetapi Ouw Ga sudah lompat pula kelain meya, dan terus
lompat kebelakangnya, dengan sebelah tangannya ia men-cekuk leher A Liok, dan
dengan tangan lain menghantam bahu kanannya, sehingga A Liok sukar bemapas dan
merasa sangat nyeri pada bahunya, tangannya sudah tidak kuat lagi mengangkat kampak
yang berat itu.
Ouw Ga merampas kampaknya sambil tetap mencekuk lehernya. Orang2 gelandangan
lainnya nampak pemimpinnya sudah terancam jiwanya, tidak berani lagi sembarang
bergerak, mereka berdiri ter-bengong2 ditempat masing2.
"A Liok, kau malang-melintang dan dengan se-wenang2 mengganggu orang baik2
disini bukanlah sehari dua saya, kupenggal kepalamu demi kepentingan keamanan
masya-rakat, kiranya tidak masih terlalu ringan?" kata Ouw Ga sambil mengangkat kepala
kampaknya memperlihatkan aksinya hendak membacok.
Dan diatas air empang itu telah disirami dengan dua puluh gallon bensin. Li Siu Tin sendiri
memegang obor menunggu ditepi empang, asalkan kalian tidak mau menerima syarat
komprominya, dan menyerahkan kami kepada polisi, maka dia akan terjun keempang
dengan obornya, untuk mati bersama dengan nona Hiang Kat. Karena kalian mencampuri
urusan orang lain dan mengor-bankan jiwa nona Hiang Kat yang cantik elok itu, apa-kah
hal yang demikian itu dapat diterima? Oleh karenanya kuanjurkan kalian pikir2 dahulu."
kata A Ong dengan memperlihatkan roman yang merasa puas.
"Sama sekali bohong Tadi ketika kami tukar pakaian. Hian Kat membaca bulcu didalam
kamar, mustahil dia diJ tangkap pengawal Li Siu Tin ? Sama sekali aku tidak percaya
kata2 iblismu ini!" kata Ouw Ga, sambil memperlihatkan sikap marah tercampur gelisah.
Walaupun dimulut Ouw Ga menyatakan tidak percaya kata2 A Ong itu, tetapi didalam
hatinya sebenamya sangat, tidak tenteram.
Ia mengetahui, bahwa Hiang Kat biasa saya ilmu silatnya, mungkin terpedaya dan
ditawan lalu dibawa ke-bungalow Li Siu Tin. Dan Li Siu Tin karena sudah menemui jalan
buntu, mungkin juga mempergunakan cara sehina ini imtuk mengancamnya, agar ia
dengan Tn Hong terpaksa mengadakan kompromi dengannya.
Demi mendengar kata2 Ouw Ga itu, maka A Ong lalu berkata: "Nona Ouw Ga, jika kau
tidak percaya, boleh-lah kau menilpon kerumahmu untuk membuktikannya. Ketika kalian
pulang menukar pakaian, kedua pengawal Li Siu Tin menguntitnya dibelakang kalian.
Dan ketika kalian kembali, mereka menyelinap kedalam rumah kalian dan menculik nona
Hiang Kat!"S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Ouw Ga benar2 menilpon kerumahnya, dan terbukti, bahwa Hiang Kat sudah tidak ada
dirumahnya di Hong Kiu Road.
Hawa amarahnya Ouw Ga me-luap2, ia lompat kekamai tamu menjambak rambut
kepala Ong San Niauw dan A Ong, hendak dibenturkannya satu kepada lain sehingga
pecah.
"Ouw Ga, lepaskanlah !" In Hong senantiasa berlaku sangat tenang, ia duduk dikursi
tidak bergerak sedikitpun.
Walaupun Ouw Ga menuruti kata2 In Hong dan me-lepaskan jambakannya, tetapi
didalam hatinya ia merasa ji tidak puas akan sikap ketenangan In Hong itu.
"Aku bersedia berkompromi dengan Li Siu Tin sendiri.
tetapi dia bersembunyi didalam vilanya, cara bagaimana kami dapat
merundingkannya?" kata In Hong.
"Itu soal mudah saya, aku bersama Ong San Niauw dapat menemui kalian bersama
tuan Bee Su Bun naik mobil, bersama2 pergi kevillanya Li Siu Tin untuk
menyelenggarakan perundingan," kata A Ong yang lagu kata2nya mengandung perasaan
yang menganggap sudah menda-pat kemenangan.
"Baiklah, maxi kita segera pergi!" kata In Hong.
Ouw Ga melihat erloji tangannya sudah menunjukkan pukul 03.20 dinihari, lagi jam
empat puluh menit akan tiba saatnya Dji Dji Kouw menjalani hukuman tem-bak mati.
Dalam otaknya Ouw Ga beradukkan hal2 yang saling bertentangan, yaitu jika
menyerahkan kedua penjahat ini kepada polisi, jiwa Dji Dji Kouw akan tertolong, tetapi
akibatnya mengorbankan Hiang Kat. Sebaliknya jika ber-kompromi dengan Li Siu Tin,
jiwa Hiang Kat tertolong, tetapi Dji Dji Kouw menjadi korban.
Pikirnya mungkin In Hong sudah mempunyai rencana, lebih dulu menolong Hiang Kat,
kemudian menolong Dji Dji Kouw, tetapi waktunya sudah terlalu mendesak, lagipu-la
kata2 A Ong itu, masih dapat disangsikan. Kerena ini Ouw Ga lalu bersiul, melagukan
irama kata2 rahasia, menanya In Hong apakah sudah mempunyai pegangan, dian-
jurkannya berlaku hati2, jangan kena tipu oleh kata2 A Ong itu.
In Hong pun menjawabnya dengan bersiul pula, bahwa pada setiap kalinya selalu ia
yang menganjurkan Ouw Ga berlaku hati2. In Hong berpendapat, jika kali ini ia tidak mau
menempuh bahaya, maka jiwa Hiang Kat akan ber-bahaya sekali, terpaksa harus
mengikuti mereka pergi ke-vilanya Li Siu Tin. dan bertindak melihat gelagat.
Ong San Niauw bersama A Ong nampak kesangsiannya In Hong dan Ouw Ga yang
silih berganti bersuil, mendu-y ganya mereka meraberi isyarat satu kepada lain, Maka A
Ong memberi peringatan katanya:" Nona In, kalian harus bersikap jujur, jika kalian inginS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
menggunakan ilmu silatmu yang mahir, serta kepandaian menembak yang bagus untuk
mencelakakan Li Siu Tin, itulah perbuatan yang sangat bodoh. Karena Li siu Tin
mengetahui ilmu silatmu : yang mahir itu, dia telah bersiaga. Ia memegang obor ber-diri
ditepi empang, walaupun kalian menggunakan akal apapun, dia dengan obornya pasti
akan terjatuh didalam empang dan menyebabkan terbakarnya bensin yang disiram-t kan
dimuka air empang itu. Hal ini bagi nona Hiang Kat mu tidak ada faedahnya.
"Adakah kejujuran dan kesungguhan hati pada Li Siu Tin itu" In Hong berbalik tanya.
"Sudah tentu dia sungguhV kata A Ong.
"Kalau demikian, mari kita pergi! " kata In Hong.
"Silahkan nanti sebentar. aku hendak menilpon memberi tahukannya dahulu" kata A
Ong. Demikian A Ong pergi keserambi samping dimana pesawat tilpon terletak dan ber-
cakap2 dengan Li Siu Tin melalui pesawat tilpon itu.
"Halo nona Siu Tin disitu ? Aku A Ong. Aku bersama Ong San Niauw, nona In Hong,
Nona Ouw Ga dan tuan Bee Su Bun yang berlagak gila ingin berkunjung kevilla-mu,
apakah kau sudi menerimanya ?" kata A Ong.
Adapun maksud sebenarnya A Ong menilpon Li Siu Tin itu yalah hendak melalui jalan
ini ia dapat mengetahui apakah Li Siu Tin sudah berhasil menculik Hiang Kat serta sudah
mengusainya. Kecuali itu iapun hendak mem-beritakan, bahwa kegilaan Bee Su Bun itu
hanya ber-pura2 belaka.
"ya. aku siap menanti, teristimewa Si dia yang berlagak gila itu." jawab Li Siu Tin yang
asmaranya hidup pula karena mengetahui bahwa Bee Su Bun tidak gila.
Setelah mendapatkan persetujuan Li Siu Tin, maka In Hong dan rombongan bersama2
menumpak sebuah mo-bil Ford yang sudah ketinggalan zaman yang dikendarai oleh A
Ong pergi menuju ke Yang Su Bu. Ketika mobil sampai didepan villa Li Siu Tin, maka Tn
Hong dan Ouw Ga segera lompat turun dan mengawasi A Ong dan Ong San Niauw masuk
kepintu jeruji besi, dan Bee Su Bun mengikuti dibelakangnya.
Tanah lingkungan villa itu kira2 enam atau tujuh bauw luasnya, nampaknya se-akan2
ladang pertanian saya. Kedua belah sampingnya ditanami pohon Kwie-hwa yang besar
kecilnya tidak merata. Baunya bunga Kwie-hwa itu harum semerbak masuk kedalam
lobang hiding, sedap rasanya. Ditengah terbentang jalanan baton. Dan dari kejauhan
telah nampak sebuah bungalow model barat yang mentereng, sinar lampu listerik yang
Dalam keadaan demikian A Liok si bopeng itu sudah tidak berani memperlihatkan
keangkerannya sebagai jagoan lagi, ia berseru minta ampun kepada Ouw Ga, agar tidak
dibunuh mati.
Pada hakekatnya Ouw Ga memang hanya mengancam belaka, lagi pula ia telah
teringat kepada kedua penjahat penting A Hok dan A Siong, maka pandangan matanya
menyapunya kebawah serta kekumpulan orang2 yang ada disitu, ia tak dapat
menemukan bajangan kedua orang itu, maka hatinya jadi gelisah.
"Kemana si A Hok dan si A Siong mengumpatnya?" tanya Ouw Ga.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mereka semua menjawabnya tidak tahu kemana perginya kedua orang itu.
"Jika aku tidak dapat mencarinya, kau harus ber-tanggung jawab akan kedua orang
itu!" kata Ouw Ga dengan marahnya sambil mendupak A Liok hingga ter-pental kesudut
dinding tembok rubuh dipinggir tempayan besar tempat air, lama sekali tidak dapat
bangun.
Setelah mana Ouw Ga lompat melesat keruang luar dan melihat kesekitamya, nampak
disana sunyi sekali, seorang-pun tidak nampak bajangannya. Ia lemparkan kampak tajam
itu dan lari kearah jalanan yang gelap mengejar kedua penjahat yang telah menghilang
itu. Ketika A Hok dan A Siong mengambil kesempatan diwaktu keadaan kalut lari keluar
waning teh meloloskan diri, hal ini sudah diduga oleh In Hong lebih dahulu, dan
karenanya ia tidak mau turut berkelahi, dan diam2 menguntitnya dari belakang.
Pada ujung sebelah Utara jalan ini dekat dengan semak2 pedesaan, sangat sunyi
keadaannya, yarang nampak orang lewat, mereka sampai pada jalan persimpangan tiga,
tengah mereka liendak lari berpisahan kearah tujuan masing2, In Hong sudah keburu
sampai dan meng-halau dihadapannya.
"Apakah kalian sudah merasai kehebatannya tamu wanita diwarung teh Long Shing ca
Yuan itu?" tanya In Hong dengan ramahnya.
A Hok dan A Siong terkejut, mereka menatapnya dari sorotan sinar lampu yang suram
itu, nampak bahwa dan-danan In Hong serupa dengan tamu wanita tadi, maka mereka
menduga, bahwa mestinya wanita inipun panda; akan ilmu silat, tidak kalah dengan
wanita yang menang-kapnya tadi, maka mereka tidak berkata2, juga tidak berani
sembarang bergerak, hanya kepalanya meng-angguk2 beberapa kali.
"Setelah kalian mengetahui akan kehebatannya, maka usahlah kalian merasainya
untuk kedua kalinya, mari ikut aku kesisi jalan untuk ber-cakap2!" kata In Hong, tetapi
ramah.
Mereka benar2 tidak berani melawan dan mengi kesisi jalan dimana ada trotoir.
"Dimana rumah tinggalnya Siu Tin si ular belang putih?' tanya In Hong.
"Oh Diujung pengkolan jalan Dji Dji Road dan jalan Fu Leu Li Road," jawab A Siong
dengan cepat.
"Beritahukanlah dengan jelas!" kata In Hong pula yang mengetahui dibohongi.
"Benar, dia tinggal disebuah rumah besar model barat, diujung pengkolan jalan Dji Dji
Road dan jalan Fa Leu Li Road," jawab A Siong si mata terkulai dengan memperlihatkan
sikap yang jujur.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Rupanya sebelum kalian merasai kehebatannya tanganku, masih belum mau
mengatakan sejujurnya !" kata In Hong sambil menotok jalan darahnya dibagian
bahunya. "Nah Bagaimana rasanya, enakkah?"
A Siong merasakan seiuruh tubuhnya kesemutan dan limmya bukan main, keringat
dinginnya mengalir keluar.
"Baiklah, kukatakan sesungguhnya, tetapi jangan kau menyiksa aku."
"Katakan lekas !" In Hong membentaknya.
"Rumah kediaman Siu Tin yalah sebuah rumah batu kembang model barat, ada taman
bunganya, letaknya diujung pengkolan jalan Dji Dji Road dan jalan Si Ka Wai Road."
In Hong mengetahui, bahwa kali ini orang mengatakan dengan sebenarnya, maka ia
lalu menotok pula jalan darah dibagian bahunya, dan A Siong segera tidak kesemutan
dan linu pula.
Setelah In Hong mengetahui rumah tinggalnya Li Siu Tin, ia tak tahu apa yang akan
diperbuatnya terhadap kedua penjahat penting ini. Ia berpikir sejenak, kemu-dian
didapatkannya juga suatu daya untuk sementara.
"Kalian ikutilah aku !" kata In Hong sambil menepuk tubuh kedua orang itu beberapa
kali.
Mendengar kata2 In Hong yang ramah, mereka lebih takut daripada wanita galak yang
mereka temukan diwarung teh tadi. maka dengan sangat terpaksa mereka menurut
perintah dan mengikutinya berjalan.
Ketika In Hong lewat didepan kantor detasemen polisi dijalan cisfield Road, ia lalu
memuntir tangannya kedua orang itu untuk masuk kekantor polisi itu.
"Ada urusan apa?" tanya seorang pembesar polisi.
"Dua orang tukang copet ini telah mencopet barangku," kata In Hong.
"Apakah kalian mencuri barangnya?" tanya pembesai polisi itu.
"Tidak, sama sekali tidak!" jawab mereka dengan serentak.
"Arloji tanganku merek Hima dan cincin emasku yang berukirkan burung kecil
ditiurinya. Kau boleh menggele-dahnya didalam tubuh mereka" kata In Hong.
Pembesar polisi itu lalu menggeledehnya, dan sebagai hasilnya ia menemukan sebuab
erioji tangan merek Hima didalam saku A Siong dan menemukan sebuah cincin emas
yang berukirkan burung kecil didalam saku A Hok.
Nampak akan kejadian itu maka kedua orang itu jadi saling pandang2an mata, karena


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rasa herannya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Barang2 bukti semua ada, apakah kalian masih hendak menyangkal?" kata si
pembesar polisi sambil menyuruh sebawahannya menahan mereka.
A Hok dan A Siong merasa heran dan tidak mengarti erioji tangan dan cincin emas itu
bisa berada didalam saku mereka.
"Dua pencuri ini akan diadili sebagaimana mestinya, erioji tangan serta cincin emasmu
ini untuk sementara ditahan sebagai bukti peperiksaan dipengadilan?" kata kepala polisi
itu kepada In Hong.
"Terima kasih, tuan, sampai berjumpa pula !" In Hong minta diri lalu meninggalkan
kantor polisi itu dengan tenang2 saya. Setelah ia jalan beberapa langkah, maka dari jauh
terang menyorot keluar.
"Dimana letaknya empang ikan?" tanya In Hong.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Empang ikan yang disirami bensin berada dibelakang rumah. Nona Hiang Kat bersama
Li Siu Tin tengah menantikan kedatangan kalian disana," kata A Ong sambil
memperlihatkan wajah riangnya.
Mereka berjalan dijalanan beton itu> makin lama ma-kin dekat pada tempat yang
terang.
Kedua pengawal Li Siu Tin sudah menerima perintah untuk bersembunyi dibalik pohon
Kwie-hwa, bersiap menembak In Hong dan Ouw Ga. Mereka berada ditempat gelap dan
sasarannya berada ditempat yang terang. Tetapi In Hong dan Ouw Ga bercampur baur
dengan A Ong, Ong San Niauw dan Bee Su Bun, maka sekalipun mereka hendak
menembaknya, sukar mereka untuk turun tangan.
Li Siu Tin telah memberikan perintahnya, bahwa mereka dianjurkan supaya tidak usah
memandang siapapun boleh tembak saya, jika perlu Ong San Niauw dan A Ong sama2
menjadi korban pun tidak menjadikan soal. Tetapi Bee Su Bun harus diselamatkan.
Tnstruksi diatas menyebabkan mereka kenal akan sifat Li Siu Tin yang ego-istis itu,
walaupun berada didalam keadaan segenting itu, ia masih memikir menikah dengan Bee
Su Bun. Tidak menengok keadaan umumnya.
Kedua pengawal itu berulang kali membidik pistolnya untuk menembak, tetapi
senantiasa beragu2, mereka ke-watir mengenai Bee Su Bun, karena mereka tahu akan
jkepandaian menembak yang dimilikinya belum dapat dikatakan ulung.
Sepanyang jalan In Hong sangat memperhatikan ke-ji adaan tempat yang berbahaya
ini. Ia telah merasa dibalik deretan pohon Kwie-hwa pada kedua sisi jalan itu ada
bajangan hitam ber-goyang2, maka ia berlaku sangat hati2.
Nampak In Hong dan Ouw Ga segera akan melewati rumah bungalow sampai dikebun
beiakaraa kedua penga-wal itu takut kehilangan keiika untuk menembak, maka mereka
tidak pikir2 pula akan apa akibatnya nanti, lalu membidik kearah In Hong dan Ouw Ga,
dan saling menyusul menembakkan pistolnya.
Mereka merasa bidikannya cukup tepat, tetapi pelornya ternyata telah mengenai bahu
Ong San Niauw dan A Ong. Lengan Bee Su Bun pun keserempet kulit luarnya hingga luka
berdarah.
Mereka hendak mengulangi tembakannya, tetapi panah pendek In Hong yang beracun
itu sudah lebih dulu mengenai tangan mereka yang mencekel pistol.
Demi terkena anak panah berbisa itu lengan kedua pengawal itu segera menjadi
kesemutan, pistolnya terlepas jatuh karena tidak dapat tangannya memegang erat lagi.
Mereka hendak kabur untuk meloloskan diri, tetapi In Hong dan Ouw Ga sudah
menyandaknya dan mereka ter-tangkap. Mereka diperintahkan In Hong untuk
mendukung rOng San Niauw dan A Ong yang telah terluka itu, lalu In Hong dan Ouw GaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
mengeluarkan tambang dari kantong perbekalannya, diikatnya kedua orang itu menjadi
satu, nenjadi dua pasang ikatan, demikianlah mereka dapat berjalan. tetapi tidak dapat
lari.
ia nampak sebuah bajangan hitam lari men-datangi dengan pesatnya.
"Kau pergi kemana?" tanya In Hong yang mengetahui, bahwa bajangan itu tidak lain
daripada Ouw Ga yang sedang ber-lari2 mengejar A Hok dan A Siong.
"Oh! In Hong kemana larinya kedua penjahat itu?"
"Tak usah kau mengejarnya lagi, sudah kuserahkan kekantor polisi untuk sementara
waktu."
"Apakah kau telah ketahui alamatnya rumah Li Siu Tin?" tanya Ouw Ga.
In Hong lalu menceriterakan apa yang ia telah ketahui kepada Ouw Ga.
"Kalau demikian, mari segera pergi menyatroni dial" kata Ouw Ga yang senantiasa
tidak sabaran.
"Kita pulang dahulu untuk menukar pakaian dan mem-bawa senjata baru membuat
perhitungan dengan Li Siu Tin." kata In Hong yang senantiasa bersikap tenang dan
berhati-hati.
"Rumah Li Siu Tin toh bukan goa yang didiami naga atau harimau, tanpa senjatapun
kita dapat menunaikan tugas kita, Kau harus ketahui, jika kita datang terlambat, maka
habislah jiwa Bee Su Bun." kata Ouw Ga yang besar nyalinya, tetapi sembrono, dalam
hal apapun ia tidak memikir dengan hati dan saksama.
Achirnya In Hong menuruti juga kehendaknya dan menyewa kendaraan pergi kejalan
Dji Dji Road.
Ketika mereka turun dari kendaraaan ditingkungan jalan Dji Dji Road jalan Sikaway
Road, mereka sudah nampak rumah gedung besar yang bertaman bunga itu, megah
nampaknya dimalam hari dibawah sinar bintang dan rembulan.
In Hong bersama Ouw Ga meneliti keadaan rumah itu, nampak bahwa pagar dinding
temboknya walaupun tidakS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
terlampau tinggi, tetapi diatasnya penuh dengan pecahaij beling kaca yang tad jam2.
Dijalan masih ada satu dua orang yang berlalu lintas, tetapi tidak menjadi halangan
bagi mereka.
"Ouw Ga, kita mengenakan pakaian gerombongan se-f macam ini. juga kita memakai
sepatu sutera setipis ini, jika kita lompat keatas tembok, maka pecahan beling itu akan
melukai kaki kita atau melukai kulit paha kita, , walaupun tidak luka parah, sedikitnya
menganggu gerakan kita. Tadi jika kita pulang dahulu salin pakaian yang ringkas,
memakai sepatu boot yang lemas, bukankah pecahan beling ini tidak akan menjadi
halangan bagi kita?" kata In .Hong perlahan.
"Apakah beling2 ini dapat mencegah kita masuk ke-dalam?" kata Ouw Ga yang tidak
sependapat dengan pikiran In Hong yang senantiasa berlaku hati2 itu.
"Kalau demikian, dengan j? Ian bagaimana kau hendak memasukinya?"
"Pada trotoir itu ada sebuah pohon Ngo Tong yang besar dan tinggi, didalam tamanpun
banyak dengan macam2. pohon besar. Lebih dulu kita lompat naik keatas cabang pohon,
lalu lompat kedalam taman, dan diwaktu keluarnyapun dengan jalan demikian pula.
Bukankah jalan demikian kita tidak usah menyentuh beling diatas tembok?" kata Ouw
Ga. "cara ini dapat digunakan, tetapi ini melanggar kebi-asaan kita yang keluar malam.
Seharusnya kita naik keatas tembok untuk mengenal keadaan didalam dahulu, setelah
mana barulah kita masuk. jika kita masuk secara sem-barangan saya kedalam tempat
yang sangat asing bagi kita, sedikit banyak mengandung bahaya."
"Kebiasaan semacam itu sudah terlampau usang! Apa kau sangka didalam ada hang
perangkap atau jaring baya dan lain2 jebakan?" kata Ouw Ga.
"Didalam segala hal sebaiknya kita berlaku hati2 jika kau tidak hendak menempuh
bahaya, aku seorang diri akan masuk kedalam " kata Ouw Ga sambil lompat keatas dahan
pohon Ngo Tong yang ada didekatnya.
Dengan sangat terpaksa In Hong pun ikut melompat keatas pohon Ngo Tong yang
lainnya.
Ouw Ga menyeyakkan kedua kakinya, tubuhnya mem-bubung tinggi diangkasa, lalu
melampaui pagar tembok turun kedalam taman. In Hong pun dengan jalan serupa
menyusul masuk.
justru pada waktu itu terdengar suara tembakan sen-yata api, dan Ouw Ga segera
rubuh ditanah. Tembakan kedua terdengar pula, dan In Hong pun segera rubuh
sesudah terdengaraya suara itu. Menyusul ini maka terdengarlah suara gelak
tertawa memecahkan kesunyian Jmalam itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
7. DUABELAS E KOR anfCng HERDER
Didalam kamar rahasia dibawah tacah Ong San Niauw mengintai gerak geriknya Bee
Su Bun yang sedang makan nasi dan sajur dengan lahapnya. la sangat mengharap Bee
Su Bun minum kuah sajur kacang kara yang telah dicampurkan racun itu. Bee Su Bun
makan nasi dan menyendok sajur dengan tangan, tetapi tidak mau minum kuah sajur
kacang kara. Bee Su Bun menggunakan akal sebagai orang gila sangat berhasil. Li Siu
Tin beserta bergundal2nya semua yakin, bahwa ia telah gila. Pada hal ia tidak gila.
Dibawah t ancaman dan pengawasan Li Siu Tin ia tidak dapat akal untuk keluar dari
rumah ini, karena itu ia ingat akan ceri-tera didalam pewajangan model Peking, yang
mengisahkan puterinya Tio Ko berlagak gila, telah terhindar dirinya ter-cemar oleh kaisar
yang cabul. Maka bilamana ia berlagak gila. iapun mungkin akan dapat menghindarkan
diri darlibatan Li Siu Tin dan mungkin juga dilepas dan men-L dapatkan kembali
kemerdekaannya.
Hasilnya bersandiwara berlagak gila itu, ia terhindar dari libatan Li Siu Tin, tetapi tidak
ada tanda2 bahwa ia akan dilepas. Maka tidak dapat tidak ia harus terus berlagak gila.
Mereka dikawalnya sampai dikebun belakang. In Hong ian Ouw Ga segera tampak
ditepi empang ikan berdiri eorang wanita muda tengah memegang obor ditangannya.
Dari bawah sinar api obor yang ber-goyang2 itu, In Hong dan Ouw Ga nampak, bahwa
wajahnya wanita muda itu cukup cantik elok serta menggiurkan.
In Hong menyorot dengan lampu senternya, nampak empang ikan itu tidak luas, hanya
dua puluhan persegi. ditenagh2 empang itu terdapat sebuah patung bidadari yang
terbuat dari batu pualam sedang memegang cupu2 yang menyemprotkan air. Hiang Kat
berdiri tegak diikat pada patung bidadari itu.
"Hiang Kat " berseru Ouw Ga demi melihatnya.
"Ouw Ga " balasnya Hiang Kat.
Dengan hati tegang In Hong bersama Ouw Ga setindak demi setindak melangkah
mendekati kearah empang ikan itu.
Berhenti! Tidak boleh mendekati empang lagi! Kalau tidak segera aku lemparkan obor
ini kedalam empang ini! Li Siu Tin mengancam mereka, karena ia nampak kedua
pengawalnya telah gagal menembak In Hong dan Ouw Ga.
Tidak ada jalan lain lagi bagi Li Siu Tin sekarang untuk menghadapi situasi yang sudah
menemui jalan buntu ini, kecuali menggunakan rencananya yang kejam serta keji yang
paling penghabisan untuk menentangnya.
In Hong dan Ouw Ga menghentikan langkah kakinya.
dan menandangkan matanya untuk meninyau keadaan empang itu dengan saksama.
Tempat berdiri mereka terpisah dengan Li Siu Tin kira2 dua puluh langkah jauhnya,
letaknya kedudukannya berada disebelah timur empang ikan itu.
Malam ini angin bertiup dari sebelah barat, bau bensin bersama embusan angin sampai
kelobang hidung mereka. Api obor yang dipegang Li Siu Tin itu pun tertiup angin barat
kearah timur, apabila angin itu berubah arahnya, bertiup dari timur kearah barat, maka
nyala api obor akan dojong kearah empang ikan itu, letik apinya akan terya-tuh didalam
empang ikan, dan bensin yang mengapung diatas air itu akan segera menyala karena
terbakar letikan api itu. jika terjadi demikian, Hiang Kat akan tidak ada harapan untuk
hidup terus.
"Bukankah kau menghendaki berkompromi dengan aku ? " tanya In Hong kepada Li
siu Tin.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Tidak ada yang dikatakan kompromi. Sengketa soal cintaku dengan Bee Su Bun, sama
sekali tiada sangkut-pautnya dengan kalian. Kalian tinggalkan Bee Su Bun serta orang
sebawahariku semua disini, lalu kalian meninggalkan tempat ini. Tunggu setelah besok
Dji Dji Kouw menjalani hukuman mati, aku akan melepaskan nona Hiang Kat pulang
dengan selamat. Inilah syarat pertukaran yang se-adil2nya." kata Li Siu Tin dengan sikap
membandel dan kata2 yang kaku ketus.
"Berdasarkan atas syaratmu ini, bukankah Dji Dji Kouw akan mati konyol? Apa lagi
orangmu tadi mengatakan bahwa Bee Su Bun dapat kami bawa pergi, mengapa seka-
rang berubah pikiran?" kata In Hong yang melayaninya tidak dengan sungguh2, karena
otaknya tengah diperasnya untuk mencari suatu daya yang sempurna guna menyelamat-
kan jiwa Hiang Kat.
"Dji Dji Kouw tidak mati, sebaliknya nona Hiang Kat if akan mati konyol. Mengenai Bee
Su Bun, tetap hams ditinggal disini." kata Li Siu Tin yang memegang teguh pokok
pikirannya.
Hiang Kat yang diikat pada patung bidadari itu bersiul untuk memberitahukan kepada
In Hong, bahwa tambang pengikat pada tubuhnya telah menjadi kendor karena man-
Iteranya, didalam dua tiga detik lagi ia sudah dapat lolos, hanya apa yang disayangkan
yalah ia tidak' dapat kedarat Iyang jaraknya belasan kaki itu.
Demi mendengar kata2 rahasia dari siulan itu, In Hong 18pun menjawab dengan siulan
pula, bahwa ia akan mem-fbantunya lompat mendarat, dimintanya Hiang Kat me-
koraando kepada Ouw Ga, Jsupaya segera merampas obor iang dipegang oleh "Li Siu
Tin. "Kalian merundingkan akai apa ? Kuberi waktu sepu-juh detik untuk memikirkan syarat
pertukaran ini, fselewatnya waktu itu akan kusulut empang ikan ini hingga nyala terbakar,
dan nona Hiang Kat akan lenyap binasa terbakar api."
"Do ? Mi ? Sol ? Do !" In Hong menyiulkan empat nada sebagai tanda bergerak.
Dengan segenap tenaga Hiang Kat melepaskan tambang pengikatnya yang sudah
kendor itu kebawah. Nam-pak kejadian itu, dengan mengertck gigi Li Siu Tin melontarkan
Ia tidak mengetahui kekejaman Li Siu Tin yang ter-jp kandung didalam hatinya. jika
mencintainya, dia meng-V hendaki orang itu hidup, jika membencinya dia meng- hendaki
orang itu mati. Maka didalam santapan malamnya itu sudah dicampurkan racun untuk
membinasakannya. Dengan menggunakan cakar tangannya ia makan nasi, sebenarnya
dapat memperlihatkan tingkah lakunya orang yang sungguh gila. Sehabis makan nasi,
ia merasa sangat haus, ingin ia minum kuah, tetapi selama hidupnya ia paling tidak suka
kacang kara, maka her-kali-ia tidak jadi meminumnya, bergulat dengan kehausannya
atau sebenarnya ia tengah bergulat dengan malaikat elmaut.
Ong San Niauw nampak bemlang kali ia memegang mangkok kuah, tetapi sebelum
sampai dibibir lalu ditaruhnya pula maka diam2 ia mengutuknya.
Kedua pegawai Li Siu Tin mendapat perintah untuk meronda didalam taman untuk
ber-yaga2, ketika mereka lewat dikamar bawah tanah, mereka bertanya mengenai Bee
Su Bun.
"Apakah dia sudah mati?" tanya salah seorang peronda pengawal dengan suara
perlahan.
"Dia belum minum kuah!" jawab Ong San Niauw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
obornya kearah empang. Tetapi belum lagi obor itu jatuh, Ouw Ga sudah lompat
menyanggapinya. Hanya disayangkan karena kedudukanriya dan kecepatan lompatnya
yang pesat itu, kaki kanannya berada didarat sedang , kaki kirinya masih menggantung
ber-goyang2. Tubuhnya miring kearah empang, tangan kanannya mencekal obor yang
berbahaya itu.
Gerakan ketiga orang itu dilakukan dengan serentak. In Hong lompat ketepi empang
lalu lompat pula kedasar pangkalan air mancur, dengan pisau kecilnya ia memu-tuskan
tambang pengikat Hiang Kat pada kakinya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Nampak tubuh Ouw Ga yang hampir jatuh itu, Li SiuTin segera menghampirinya, lalu
dengan kedua tangannya men-dorong punggung Ouw Ga, sehingga Ouw Ga yang ingin
memutar tubuhnya lompat balik itu gagal dan terjatuh keempang. Sekalipun demikian
masih sempat ia melontar-kan obor itu balik kedarat.
Nampak kejadian itu, Li Siu Tin buru-lari mengambil obor yang dibuang itu kemudian
lari balik dan melontar-kannya kedalam empang, dengan segera empang ikan itu menjadi
lautan api, asapnya mengepul membubung tinggi keangkasa.
Puaslah Li Siu Tin nampak kejadian itu, ia tertawa gelak-tidak habis2nya. In Hong,
Ouw Ga dan Hiang Kat ketiga musuh besarnya itu ielah terkubur didalam njalanya api,
atau lebih tepat tenggelam musnah didalam lautan api, pikirnya.
Tetapi ia tidak tahu, bahwa hal yang sebenarnya tidak-lah demikian. In Hong dan
Hiang Kat telah berhasil men-darat ketepi empang sebelah sana, ketika Li Siu Tin baru
lari menyemput obor itu. Sedang Ouw Ga yang terjatuh kedalam empang itu pun keburu
berhasil mendarat pada satu atau dua detik sebelum empang menyala terbakar, dan lari
jauh2 dengan pakaian basah yang mengandung bensin itu, untuk menghindarkan diri
tersambar nyala api ikut terbakar.
Kegirangan Li Siu Tin hanya sebentar saya lalu lenyap sama sekali ketika dibawah sinar
api besar itu ia nampak In Hong bersama Hiang Kat munculkan diri. Lenyaplah segala
harapannya dan sebaliknya ia jadi nekat lalu membunuh dirinya sendiri dengan
menceburkan diri kedalam api yang sedang menyala berkobar2 untuk menghabiskan
riwayat penghidupannya yang sangat jahat itu.
Sesudah terjadi segala kejadian tadi, maka In Hong, Ouw Ga, Hiang Kat dan Bee Su
Bun dengan mengiring kedua pengawal Li Siu Tin yang sudah diikat dengan Ong ji San
Niauw dan A Ong menjadi dua ikat itu mengendarai mobil Ford yang sudah ketinggalan
zaman itu menuju lt. kejalan Sia Fe Road dimana kepala detektif To Tie An : berdiam
disitu. Ketika itu sinar matahari sudah mulai meraancar tinggi diangkasa, menandakan
bahwa cuaca cerah u! pada hari itu.
Ouw Ga yang mengendarakan mobil itu menginyak gas sepenuhnya. Waktu itu arloji
"Kau tidak memberikannya minum air, maka lambat, atau cepat achirnya ia akan
minum kuah itu." kata pengawal itu dengan suara pasti, setelah mana iapun melati-jutkan
tugasnya meronda didalam taman itu.
Sang waktu dirasakannya berjalan bagaikan ulat me-ayap dengan sangat perlahannya,
kehausan akan mulut Bee Sun Bun pun makin menjadi2, dengan sangat ter-gpaksa ia
mengangkat mangkuk kuah, dan didekatkannya kepada bibirnya, justru pada waktu itu
kedua pengawal Li Siu Tin itu nampak dua bajangan hitam lompat dari !pohon Ngo Tong
diluar pagar tembok, lalu membidik serta gTnenembaknya. Kedua suara tembakan itu
terdengar sam-ypai kedalam kamar dibawah tanah, juga Li Siu Tin didalam kamar
tidurnya ditingkat atas rumah itu dapat men-idengarnya.
Qa Demi mendengar suara tembakan itu Li Siu Tin lari r%eluar ketempat peron atau
serambi diatas rumah itu untuk melihat ketaman apa yang telah terjadi, dalam keadaan
remeng2 ia dapat melihat kedua pengawalnya snybergelak tertawa sambil tangannya


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memegang pistol, uij Kedua pengawal itu telah menduga pasti, bahwa kedua igi bajangan
hitam itu tidak lain dan tidak bukan pasti musuh besarnya yaitu In Hong dan Ouw Ga.
Mereka demikian jgirangnya, bahwa barn saya kedua musuhnya masuk ke-l21 dalam
taman sudah makan masing2 sebutir pelor dan habis riwayatnya secara mudah sekali.
Mereka bergelak tertawa sambil menghampiri untuk melihat hasil tembakan
acsebenarnya.
rei Padahal In Hong dan Ouw Ga sebenamya tidak kena eJtembakan. Mereka nampak
didalam taman sudah ada crang ber-yaga2 dengan tangan memegang pistol. Seba-liknya
mereka tidak membawa senjata apa2. Maka dengan rebah atau rubuh ditanah untuk
mengurangkan kewas-padaan musuh.
Mereka menunggu sampai pengawal2 itu sudah datang dekat sekali, dengan serentak
In Hong dan Ouw Ga menendang tangan pengawal yang memegang pistol, sehingga
senjata api itu mental tercemplung kedalam empang ikan.
Pengawal-itu sadar, bahwa mereka kena terjebak oleh tipu musuh, tengah hendak
berbalik lari, kaki Tn Hong dan Ouw Ga telah tiba pula ketubuh mereka sehingga mencelai
belasan kaki jauhnya dan akhirya rubuh ditanah dengan merintih-rintih kesakitan.
Nampak cfidalam sekeyap mata saya keadaan telah berbalik demikian rupa dan musuh
sudah menyerbu keda-lam rumah tinggalnya, maka buru2 Li Siu Tin mengeluar-kan peluit
dari sakunya, dan ditiupnya beruntun2 tiga kali. Demi mendengar suara peluit, pengurus
rumah anjing se-gera melepaskan seluruh anjing herder yang berjumlah duabelas ekor.
In Hong dan Ouw Ga mendengar suara peluit yang aneh itu, sesaat kemudian
terdengar pula suara salaic anjing yang buas, menyusul itu mereka tampak segerombolan
anjing besar dan tinggi meneryang mereka dari tempat yang gelap.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Ouw Ga, bati2lah, anjing yang menyerang kita bukam hanya dua tiga ekorsaya!" In
Hong memperingatkan ka-wannya. Ketika gerombolan anjing2 sudah tiba didekat!
mereka, beberapa diantaranya sudah menerkam tubuh mereka.
Dua ekor anjing dari depan menerkam Ouw Ga, ia berkelit kesamping dan kedua ekor
anjing itu menerkam tempat kosong, dengan segenap tenaga ia menendang perut seekor
anjing, sehingga anjing itu mendengking karena sakitnya, darah hidup keluar dari
mulutnya dan rubuh ditanah dengan napasnya empas-empis.
Seekor anjing lainnya juga terhajar oleh sabetan tangan Ouw Ga, sekalipun tidak
membahayakan jiwanya. tetapi bukan kepalang nyerinya, maka diapun mendengking'
disitu dengan hilang tenaganya.
anjing2 yang mengerojok In Hong, menerkam dari tigu jurusan, sekalipun gerakan
anjing itu sangat cepat tetapi gerakan In Hong lebih cepat pula, tubuhnya melompat
tangannya sudah menunjuk-ittkan pukul 06.15, waktu penyelenggaraan hukuman mati
|Dji Dji Kouw hanya tinggal satu jam empat puluh lima menit lagi.
Kecepatan mobil kuno ini tidak lebih laju daripada kecepatan sepeda yang paling cepat.
Ouw Ga yang ingin buru2 dirasakannya mobil itu makin lambat jalannya.
Meskipun mengambil waktu lama, achirnya mereka tiba j.juga didepan rumah To Tie
An si kepala detektip itu.' To Tie An kaget dan terbangun dari tidurnya, karena laporan
Jmendadak atas kedatangan tamu2nya itu, setelah ia menanyai apa keperluan mereka
serta mencatat pengakuan keempat pesakitan itu, ia mulai mengutuk kesalahanS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
pengusutan perkara yang telah dilakukannya sendiri. Dan ia menyesali. bahwa Dji Dji
Kouw terfitnah dengan tiada salahnya.
"To Thamtio, kini bukan waktunya untuk kau menya-takan penyesalanmu, lekaslah
kita pergi kepenjara untuk If mencegah pelaksanaan hukuman mati itu!" kata Ouw Ga.
"Oh, Nona Ouw Ga, sebenarnya aku tidak kuasa untuk mencegahnya, karena perkara itu
telah diputuskan oleh hakim didalam sidang pengadilan," kata To Tie An yang
menyatakan tidak dapat berdaya.
"Kita berkunjung kepada ketua pengadilan negeri, dia berhak untuk mencegah
dilaksanakannya hukuman mati itu. Asalkan kau membuktikan, bahwa terdakwa yang se-
\ sungguhnya telah tertangkap, dan nona Dji Dji Kouw terang tidak bersalah,
membubung tinggi, melewati' anjing dihadapannya lalu turun dibelakang anjing itu.
Ketiga ekor anjing nampak sasarannya mengubah kedudukannya, tengah hendak mem-
balikkan tubuh dan menyerangnya, tetapi In Hong sudah menendangnya sehingga
kewajibanmu sudah kau tunaikan." kata In Hong.
"Kalau demikian, mari kita temui ketua pengadilan negeri!" kata To Tie An.
"To Thamtio, adakah kau memiliki mobil yang cepat jalannya?" tanya Ouw Ga.
"Aku punya mobil pribadi streamline delapan cylender merek Studebaker, apakah
cojtok dengan keinginanmu?" kata kepala detektip itu.
"Banyak lebih baik daripada mobil Ford usang yang bercylender empat itu." kata Ouw
Ga. Waktu itu sudah pukul 07.10 pagi, waktunya makin sempit.
Mobil To Tie An yang bercylender delapan itu ditum-pangi penuh dengan orang2
termasuk empat orang pesa-kitan, dikendarakan oleh Ouw Ga juga, bagaikan terbang
meluncur kearah jalan Great West Road tempat kedia-man ketua pengadilan negeri.
Dirumah ketua pengadilan negeri itu, dengan melalui proses penyelasan, pemeriksaan
kilat dan pembuktian. mereka telah membuang pula waktu empat puluh menit, baru
mendapat persetujuan ketua pengadilan negeri itu ikut serta pergi ketempat pelaksanaan
hukuman mati untuk menolong jiwa Dji Dji Kouw.
Mobil itu dilarikan Ouw Ga dengan kecepatan delapan puluh kilometer sejam. Waktu
itu jam sudah menun jukkan pukul 07.50, ketika mobil melalui jalan yang ramai. berulang
kali mobil itu terhalang oleh lampu merah
tanda lalu-lintas maka waktu hanya tinggal empat menit saya.
Ouw Ga mulai dengan sifat keberandalannya, ia tidak menghiraukan lagi tanda2 lampu
lalu-lintas, dengan mem-babi-buta ia meluncurkan terus kendaraannya, polisi lalu-lintas
tidak keburu mencetopnya, hanya mencatat nomor mobil itu saya.
Ouw Ga tidak sungkan2 memotong jalannya sebuah mobil yang lebih dulu berjalan
dihadapannya, banyak ba-haya dihadapinya, hampir2 ia bertubrukan dengan kenda-raanS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
seekor anjing terjatuh kedalam empang ikan. Menyusul itu kedua tangan In Hong
menang-kap leher dua ekor anjing dikirikanannya dan memutarnya dengan penuh tenaga
sehingga patah tulang lehemya dan rubuh ditanah mendengking2 menyayat hati yang
men-dengarkan.
anjing2 lainnya nampak kawannya terluka, mereka pun mengetahui, baliwa kedua
musuhnya ini lebih bengis dan galak dari pada mereka, sekalipun tidak sampai mundur
lari, tetapi mereka tidak berarti maju menyerangnya lagi.
anjing yang terjatuh diempang itu telah berenang naik kedarat, lalu bersama tiga ekor
kawannya yang lain menge-'pung In Hong, lima ekor yang lainnya pula termasuk yang
kepalanya dihajar Ouw Ga tadi, beramai2 mengurung Ouw Ga.
anjing2 itu mengurungnya dengan jarak yang tertentu, In Hong atau Ouw Ga hendak
menyerang kedepan, maka yang diserang itu lari, tetapi yang lainnya segera mener-yang
serentak dan menggigitnya. jika In Hong dan Ouw Ga berhenti menyerang anjing yang
tadi dan ganti arah serangannya, maka yang" lari tadi balik meneryang, mereka berganti
dan bersaut saling membantu, hingga In Hong dan Ouw Ga tetap terkurung ditengah.
Menampak cara2 penyerangannya anjing yang licin ini, In Hong dan Ouw Ga merasa
sukar untuk dapat menoblos kurungan itu, bahkan jika lengah sedikit saya mereka akan
dapat digigitnya, maka keadaan menjadi seperti deadlock, merintangi usaha mereka.
Oleh karena ini In Hong dengan cara bersiul melagukan suatu lagu tanda pembicaraan
mereka-memberitahukan Ouw Ga meninggalkan tempat itu untuk sementara dan pulang
salin pakaian dan membawa senjata.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Sedikit demi sedikit mereka menggeser kedudukan mereka, ketika mereka sudah
sampai dibawah suatu pohon yang dekat pada dinding tembok, mereka mendadak lotn-
pat tinggi, dengan kedua tangannya mereka memegang dahan pohon yang melintang,
menyusul itu tubuhnya ber-balik keatas dahan.
Ouw Ga pun meneladnya dengan cara yang serupa keatas dahan pohon lain, dan
sebentar saya mereka sudah dapat lompat keluar pagar tembok.
anjing2 itu terhalang oleh pagar tembok, mereka hanya dapat menyalak2 tidak dapat
mengejamya.
Li Siu Tin dari serambi rumah atas nampak kejadian itu dan menyaksikan dua bajangan
hitam bagaikan burung saya terbang melewati tembok pagar, burn2 lari turun dan
memeriksa anjing2 kesajangannya. anjing2 itu nampak kedatangan majikannya lain
lain atau selip dan terbalik. Ketua pengadilan negeri dengan tangannya menutupi
mukanya tidak berani menyaksikannya.
"Nona Ouw Ga, pelahankanlah sedikit! Ini terlampau berbahaya!" kata To Tie An
dengan hatinya memukul keras.
Ouw Ga tetap tidak menghiraukannya, ia seperti tidak mendengarnya, bahkan ia
mempercepat jalannya mobil itu.
Achirnya mobil itu berhasil tnemasuki pintu gerbang besi dari rumah penjara dan
berhenti diambang pintu lapangan pelaksanaan hukuman tembak. Dan erloji tangan Ouw
Ga menunjukkan tepat pukul 08.00 pagi.
Dengan se-konyong2 mereka dengar suatu suara temba kan yang njaring.
"Aduh, kita telah datang terlambat, habislah sudah jiwa Dji Dji Kouw!" teriak Ouw Ga
karena putus ha-rapannya.
In Hong lompat dari mobil, nampak pintu lapangan tertutup rapat, lalu lompat masuk
dari pagar tembok yang pendek. Tertampak olehnya ditengah2 lapang itu sudah ada
seorang pesakitan laki2 menggeletak ditanah dengan mengalirkan darah karena baru
saja menjalani hukuman tembak mati. Ia nampak pula ada dua tentara pengawal lain
mengapit Dji Dji Kouw dari depan meya petugas pelaksana hukuman dibawa ketengah
lapang. Seorang polisi pelaksana hukum mati memegang senjata api ditangannya sudah
siap menjalankan tugasnya yang kedua.
Dji Dji Kouw diseret ketengah lapang pelaksanaan hukuman, wajah mukanya pucat
putih bagaikan kertas, kedua kakinya bertekuk lutut tiada tenaga. Rasa ketakutan
menyelang ayalnya meliputi seluruh sel tubuhnya.
Polisi pelaksana hukum mengangkat senjata hendak melepaskan tembakannya.
"Ketua pengadilan negeri kalian telah tiba, dia memerintahkan kalian untuk sementara
menangguhkan pelaksanaan hukum! teriak In Hong se-kuat2nya.
Demi mendengar teriakan itu, maka seluruh lapangan itu jadi riuh dan kacau. Tentara2
pengawal tengah hendak menangkap wanita yang mengacau ketertiban lapangan
pelaksanaan hukum tembak ini, atau ketua pengadilan negeri To Tie An serta oratig2
lainnya sudah muncul diambang pintu tempat pelaksanaan hukuman .itu.
Dua bulan kemudian, In Hong menerima surat undang-an dari Bee Su Bun dan Dji Dji
Kouw dimintanya meng hadiri upacara pernikahan mereka. Bersama dengan itu iapun
menerima sepucuk surat dari To Tie An si kepala detektip yang isinya seperti berikut:
Karena hendak menolong Dji Dji Kouw, kalian menggunakan mobilku mcnyerobot
menyeruduk dijalan bcsar, membuat pelanggaran berat peraturan lalu-lintas lebih dari
tiga puluh pasal. Pihak pngurus lalu-lintas dikantor polisi, mencabut surat liscnsiS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
kendaraanku untuk satu tahun lamanya sebagai hukuman terhadapku yang dianggapnya
orang yang tahu hukum sengaja melanggat 3 hukum. Aku sengaja mengucapkan terima
kasih se-dalamnya kepada kalian.
Suara gelak tertawa terdengar dari rumah kediaman In Hong hingga jauh malam masih
belum lenyap.
TAMAT
berkerumun mengitarinya dan meng-goyang2kan ekomya.
Li Siu Tin nampak seekor diantaranya sudah mati dengan mengeluarkan banyak darah
dari mulutnya, dan dua ekor yang lain tulang lehemya sudah patah, juga akan mati
didalam waktu tidak lama lagi, karena ini ia dapat membayangkan, bahwa In Hong dan
Ouw Ga memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, anjing2 herder belum dapat mencegah
masuknya mereka kedalam rumah tinggalnya. Iapun menemukan kedua pengawalnya
rebah merintih ditanah, lalu menghampirinya.
"Apakah lukamu parah?" tanyanya.
"Meski tidak parah, tetapi bagian pinggang kami terten-dang tepat sehingga bukan
kepalang nyerinya, untuk beberapa saat kami tak dapat berdiri," jawab kedua pengawal
itu. "Mereka pergi akan kembali lagi, lekas kalian bangun, ill aku masih menghendaki kalian
melakukan pekerjaan tangan penjahat wanita ini!" kata Li Siu Tin ifc yang sikapnya pun menjadi tegang.
Kedua pengawal itu dapat juga melupakan penderitaannya dan lompat bangun. Li Siu
Tin lalu memberikan ia instruksinya, setelah mana buru2 ini pergi kekamar dibawah tanah
untuk meninyau keadaan bekas orang kecintaannya yaitu Bee Su Bun.
"Apakah Bee Su Bun sudah mati kena racun?" tanya Li Siu Tin.
"Rupanya dia berasa haus, tetapi tetap dia tidak mau rainum kuah kacang kara itu.
Paling achir dia sudah mengambil ketetapan untuk minum, tetapi suara tembak-kan dua
kali ditaman itu menyebabkan dia tidak jadi minum dan meletakkan raangkoknya pula,"
kata Ong San Niauw yang se-akan2 mengandung arti mengutuk suara pistol itu.
"Kita jangan menantikannya dia minum racun lagi, kau boleh masuk kekamarnya dan
menembaknya mati dengan -pistol, setelah itu menggali tanah ditempat yang sepiS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
didalam taman untuk mengubur mayatnya. Pekerjaan ,j ini harus selesai didalam waktu
lima belas menit. jika kita membiarkan Bee Su Bun tetap tinggal hidup, maka dia akan
dapat merugikan kita. Aku menduganya didalam pj dua puluh sampai tiga puluh menit
lamanya. In Hong akan sudah datang kembali ketempat ini. jika tidak ada bekas2 pada
kita, mereka pun tidak dapat berbuat apa2 terhadap kita," demikianlah pesan Li Siu Tin.
"Tetapi tetapi pekerjaan membunuh orang serta menguburnya tak akan selesai
didalam waktu lima belas menit," kata Ong San Niauw.
"Aku dapat menyuruh A Ong pengurus rumah anjing membantumu menggali tanah.
setelah selesai pekerjaan ini. kau boleh pergi kerumah bungalo di Wang Su Bu, makin
cepat makin baik, ingat!" sehabis berkata demiki-an, maka dengan buru2 Li Siu Tin
meninggalkan kamar dibawah tanah.
Ong San Niauw mencabut browning yang panyangnya enam dim, lalu dengan tangan
kirinya ia membuka palang pintu besi, serta dengan kaki kanannya ia mendupak daun
pintu besi.
Mula-Ong San Niauw mengira dengan sekali menen-.dang ia akan dapat membuka
daun pintu besi itu, dan menurut pantasnya pun mestinya begitu, karena didalamnya
tidak ada paiangnya. Tetapi pintu ini mendadak jadi luar biasa keadaannya, didupak
sekali tidak terbuka, didupak dua kali masih tetap tertutup.
"Kurang ajar" mencaci Ong San Niauw sambil
mengutuk dan mengintai dari celah2 pintu itu.
Memang pintu itu tiada paiangnya, tetapi Bee Su Bun telah menggunakan meya dan
kursi kaju mengganyalnya dari dalam, maka pintu itu tidak dapat dibukanya dari luar.
Bee Su Bun mendengar suara tembakan dan salak anjing, mengira bahwa boleh jadi
ada anggota polisi datang menggeledahnya rumah mereka ini.
Guna menjaga siasat keji yang terachir dari Li Siu Tin dan Ong San Niauw itu, maka
lebih dulu Bee Su Bun sudah berusaha agar supaya mereka tidak dapat membuka pintu
dan masuk.
Nampak bahwa didalam pintu itu diganyal dengan kursi-meya serta sikap Bee Su Bun
yang ber-yaga2 itu, maka Ong San Niauw jadi kaget dan marah. la sekarang sadar bahwa
kegilaan Bee Su Bun itu hanya pura2 saya.
dan akan menjadi seorang saksi yang kuat dapat mem-buktikan perbuatan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Li Siu Tin dan Ong San Niauw.
Ong San Niauw memasukkan laras pistol itu dari lobang kecil dan menembaknya. Bee
Su Bun nampak laras pistol, lalu bersembunyi dipinggir laras itu, dan pelor pistol itu tak
akan dapat mengenainya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Ong San Niauw menyentil pelatuknya, tetapi tidak ada pelor yang keluar. Ia periksa
pistolnya dan tarik keluar tempat pelornya, nampak hanya ada tujuh butir pelor, pelor
yang satu sudah masuk didalaro laras, dan menyumbat larasnya, maka gagal menembak.
Ong San Niauw sangat gelisah dan marah. Ia ingin menggunakan cara yang paling
sederhana memperbaiki senjata itu didalam waktu yang paling singkat, tetapi ia tidak
memiliki pengetahui membetulkan senjata api, tidak juga ia memiliki alatnya, ia telaii
menghabiskan banyak waktu, belum juga dapat memperbaiki pistol itu.
"Bagaimana kau ini? Aku sudah selesai menggali tanah dibelakang gunung2an didalam
taman, boleh melemparkan si gila itu kedalam lobang itu, lalu dikubur." kata si pengurus
rumah anjing itu.
"Malam ini apapun tidak kebetulan, pistolku kehilangan daya gunanya, pelornya tidak
dapat keluar, sementara itu diapun mengganyal pintu dari dalam, aku tidak dapat
masuk," kata Ong San Niauw.
"Kita berdua bertubuh besar, sekalipun tidak menggunakan senjata, masih dapat
menghabiskan jiwanya pe-lajar selemah dia itu. Kita bersama mendobrak pintu dengan
benda berat sehingga pintu itu terbuka, setelah itu kita pukul dia dan mengikatnya
dengan tambang lalu melemparkannya kedalam lobang tanah, apakah dengan demikian
tidak mudah ?" kata si A Ong.
Mereka lalu menggempur pintu dengan batu lonyoran. Bee Su Bun berusaha keras
mempertahankan pintu itu, tetapi apa mau dikata, bahwa kesudahan batu penggempur
pintu itu menerbitkan suara yang keras, dan meya kaju pengganyal pintu itu bersuara cit
cit, nyata tidak akan dapat bertahan.
Bee Su Bun mengetahui, bahwa sekali pintu besi itu terbuka, maka jiwanya akan tidak
dapat tertolong. Ia berusaha sedapat mungkin menggunakan sernua alat kaju yang
sudah tua dan rusak yang terdapat didalam kamar dibawah tanah itu untuk mengganyal
pintu.
Brak! Achirnya pintu itu tergempur terbuka. Ong San Niauw bersama A Ong
menggeserkan alat2 kaju mengganyal itu lalu menyerbu kedalam, mengepung Bee Su
Bun diikat dengan tambang.
Mereka berdua, seorang menggotong kepalanya, dan yang lain mengangkat kakinya,
Bee Su Bun digotong keluar kamar dan dibawanya ketaman bunga.
"Tindakan kita harus cepat, dikewatirkan jiwa lama2 akan berubah keadaan." kata A.
Ong. "In Hong tinggal di Hongkiu Road, untuk pergi dan pulang sedikitnya harus mengambil
waktu tiga perempat jam, kita masih ada waktu membereskan tugas kita." kata Ong San
Niauw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mereka memutari gunung2an dan tiba ditempat yang sepi didalan taman bunga itu,
nampak telah tersediakan sebuah liang kubur yang berukuran tujuh kaki lebar dan empat


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kaki dalamnya. Diatas tanah terdapat dua buah sekup penggali tanah dan gundukan
tanah galian yang tinggi.
"Lemparkan dia !" A Ong memberi komando " satu, dua, tiga !" Mereka melemparkan
dengan serentak, dan Bee Su Bun segera menggeletak didalam liang kubur itu. Menyusul
tindakannya itu, mereka mengangkat sekup lalu menyekup tanah galian diurukkan
kedalam liang.
Bee Su Bun menyerit minta tolong-tetapi tiada orang yang datang menolong. la
mengetahui, bahwa sekitar rumah linggal ini keadaannya sangat sepi sunyi, tambah pula
ketika itu telah larut malam, tiada orang dijalan, teriakannya tiada gunanya. Tetapi iapun
mengetahui, bahwa teriakannya itu adalah usahanya menentang maut yang terachir,
serta usaha satunya yang ia dapat lakukan.
Didalam saat yang sangat berbahaya itu, se-konyong2 terdengar suara salak anjing
yang tersiar dari bagian depan taman bunga. Salak anjing yang berisik serta menakutkan.
Suara itu dicampur dengan suara teriakan minta tolong yang keluar dari mulut Bee Su
Bun, maka teryalin menjadi semacam suara yang sangat memilukan hati serta
menakutkan.
In Hong serta Ouw Ga sudah kembali, kali ini mereka telah salin pakain ringkas untuk
keluar malam, kaldnya memakai sepatu kulit yang panyang larasnya serta kuat dan ulet,
tidak takut lagi akan pecahan beling yang ter-dapat diatas tembok pagar. Mereka bediri
diatas pagar tembok agar supaya anjing2 itu gumul dibawah tembok menyalak kepada
mereka.
In Hong beruntun melepaskan anak panah pendek dibubuhi obat racun dan mengenai
tepat pada tiga ekor anjing yang terdekat, sekalipun mereka tetap bersalak, tetapi makin
lama makin berubah perlahan dan akhirya tubuhnya dia tak bergerak alias binasa.
Sisanya enam ekor anjing herder, belum lagi dua menit lamanya pun semua terbinasa
dibawah anak panah In Hong.
Ong San Niauw bersama A Ong yang berada dibela-kang gunung2an mendengar
bahwa anjing2 itu sudah tidak menyalak lagi, mereka menganggapnya In Hong dan Ouw
Ga telah terusir pula oleh anjing2 itu, atau boleh jadi
telah terbinasa karena digigit anjing, maka dengan hati lega mereka melanjutkan
menimbuni liang itu dengan tanah galian.
Tangan mereka menyekup tanah dan menguruk liang itu atau dengan mendadak saya
mereka merasa ada sambaran angin dingin dibelakang punggungnya. Belum sempatS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
mereka berpaling, mereka sudah berasa bahwa punggung mereka ditandalkan laras
senjata api.
"Lempar sekupmu!" Demikianlah telinga mereka men-dengar orang
memerintahkannya.
Ong San Niauw dan A Ong mentaati perintah dan membuang sekupnya. Menyusul
mana mereka nampak In Hong menghampiri liang dan menyoroti dengan lampu
senternya.
"Ha, tuan Bee Su Bun, apakah kau terluka?" tanya In Hong.
Kini Bee Su Bun telah berhenti berteriak, didalam su-asana gelap itu ia tidak mudah
mengenali siapa orang yang menanya kepadanya itu, tetapi dapat mengenalinya dari
suara kata2nya seorang wanita muda.
"Oh, nona, siapa kau? jika terlambat beberapa menit saya, maka habislah riwayatku!"
In Hong menyoroti mukanya sendiri sambil bertanya : "Apakah kau mengenali aku?"
"Oh, kiranya nona yang malam itu memberikan jasa baik terhadap persengketaan kami
didalam rumah sewaan berbatu merah itu," kata Bee Su Bun sambil menatapnya dengan
matanya jarig besar dan hitam itu.
Setelah mana In Hong menariknya dari timbunan tanah yang masih tipis itu, lalu
diputuskannya tambang yang mengikatnya itu.
Setelah tubuhnya bebas dari belengguan, Bee Su Bun maka segera bangkit berdiri dari
atas tanah dan menya-takan terima kasihnya kepada In Hong atas pertolongannya itu.
In Hong mendengari kata Bee Su Bun dengan teliti, ia mendapatkan kenyataan, bahwa
sedikit pun tak nampak tanda2 sifat gila daripada Bee Su Bun.
" Apakah kau tidak gila?" tanya In Hong.
Bee Su Bun menggeleng2kan kepalanya menyatakan bahwa ia tidak gila, lalu
diceritakannya hal2 yang telah ia alami selama ini, In Hong pun menceritakan apa yang
ia ketahui tentang keadaan diluar. Hal mana menyebabkan Bee Su Bun merasa pessimitis
dan putus harapan.
"Jika Dji Dji Kouw besok menjalani hukuman tem-bak mati karena perkara fitnahan
itu, akupun hanya meng-ikutinya dan mati bersama!" kata Bee Su Bun.
8. TERKUBUR DIDALAM KAMAR API.
Sebuah kamar tamu dari rumah tinggal Li Siu Tin telah dipergunakan oleh In Hong
sebagai kamar pemeriksaan darurat.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Perbuatan penculikan alas di i Bee Su Bun itu apakah dilakukan atas suruhanmu?"
tanya In Hong kepada Ong San Niauw.
"Ini urusan Li Siu Tin, tiada sangkutannya dengan aku." kata Ong San Niauw yang
membersihkan dirinya dengan memindahkan kesalahannya tentang perbuatan jahat itu
kepada diri Li Siu Tin.
"Tidak guna kau menyangkal, aku telah menangkap A Siong dan A Hok mereka telah
mengaku semua. Apakah kau masih hendak memungkiri kedosaanmu ini?" tanya In
Hong.
Ong San Niauw tetap menyangkal.
"Dji Twa So siapa yang membunuhnya?" tanya In Hong selanjutnya.
"Semua orang mengetahui, bahwa dia dibunuh oleh iparnya yaitu Dji Dji Kouw,
didalam surat kabarpun sudah dimuatnya berita ini." kata Ong San Niauw dengan
licinnya.
In Hong menghampiri Ong San Niauw, memeriksa jari langan Ong San Niauw, sungguh
tidak salah dugaannya. Bagian tengah jari telunyuk tangan kanan Ong San Niauw
terdapat bekas luka pisau yang dalam, sesuai dengan sidik jari berdarah yang terdapat
diatas daun jendela kamar tidur Dji Dji Kouw. Maka tidak usah ditanya pun dapat
diketahui, bahwa pembunuh Dji Twa So yang sell sungguhnya yalah Ong San Niauw.
"Bukti tentang kau melakukan pembunuhan telah tertulis ada dijari tanganmu, apakah
kau masih hendak menyangkal? Sebaiknya kau mengaku terus terang saya, boleh jadi
kau akan dapat hukuman yang ringan. Bukan-f kah Li Siu Tin yang menyuruhnya?" tanya
In Hong.
"In Hong, tak usah kau capekan mulut terhadap mereka; lebih baik kita bawa kedua
pesakitan ini untuk menemui To Thamtio, dan minta kepadanya supaya segera mencegah
dilaksanakannya hukuman mati kepada Dji Dji Kouw esok pagi itu!" kata Ouw Ga.
jrKalian jangan merugikan diri sendiri karena men-campuri urusan orang lain. Li Siu
Tin bukanlah seorang yang mudah menyerah. jika kau suka mencampuri urusan orang
lain, kaupun harus tahu batas, tidak boleh mem-besar2kan urusan sehingga tidak dapat
dibereskan lagi." kata A Ong secara tandas.
Nampak sikap congkak yang diperlihatkan A Ong serta kata2nya yang mengandung
ancaman itu membuat Ouw Ga sangat mendongkol.
"Kami tidak takut akan ancaman apapun, lebih dulu kami akan serahkan kalian
penjahat pembunuh orang kekantor polisi, setelah itu mencari pula Li Siu Tin biang
keladinya kejahatan itu!" kata Ouw Ga.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Persengketaan ini terbit karena asmara segi tiga, setelah Bee Su Bun pura2 gila tidak
suka nikah dengan Li Siu Tin, maka Li Siu Tin pun tidak memaksanya lagi.
Kalian boleh bawa Bee Su Bun sebagai pengachiran per-kara ini. jika kalian tidak mau
memberitahukan tempat berpiyak kepada orang lain, hendak bersitegang leher untuk
mengurusnya sungguh2, dan menyerahkan perkara ini kepada polisi, maka kalian akan
menyesal pada waktu yang sudah terlambat!" kata A Ong dengan sembarangan saya.
Kata-A Ong tersebut diatas, sebenarnya adalah kata2 yang dipesankan oleh Li Siu Tin
ketika ia hendak mening-galkan rumah tinggalnya tadi.
"Apa maksudmu membiarkan Dji Twa So mati secara sia2 dan Dji Dji Kouw
menjalankan hukuman mati untuk kesalahan orang lain?" tanya In Hong dengan tenang.
"Benar, pada hakekatnya kalian pun harus berkompromi dengan Li Siu Tin."
"Jika kami tidak mau berkompromi?" tanya In Hong yang memperlihatkan
senyumannya.
"Li Siu Tin telah menyuruh kedua pengawalnya untuk menangkap kemenakanmu nona
Hiang Kat, dan meng-ikatnya didalam empang ikan didalam pekarangan bunga-lownya.
Dan diatas air empang itu telah disirami dengan dua puluh gallon bensin. Li Siu Tin sendiri
memegang obor menunggu ditepi empang, asalkan kalian tidak mau menerima syarat
komprominya, dan menyerahkan kami kepada polisi, maka dia akan terjun keempang
dengan obornya, untuk mati bersama dengan nona Hiang Kat. Karena kalian mencampuri
urusan orang lain dan mengor-bankan jiwa nona Hiang Kat yang cantik elok itu, apa-kah
hal yang demikian itu dapat diterima? Oleh karenanya kuanjurkan kalian pikir2 dahulu."
kata A Ong dengan memperlihatkan roman yang merasa puas.
"Sama sekali bohong Tadi ketika kami tukar pakaian. Hian Kat membaca bulcu didalam
kamar, mustahil dia diJ tangkap pengawal Li Siu Tin ? Sama sekali aku tidak percaya
kata2 iblismu ini!" kata Ouw Ga, sambil memperlihatkan sikap marah tercampur gelisah.
Walaupun dimulut Ouw Ga menyatakan tidak percaya kata2 A Ong itu, tetapi didalam
hatinya sebenamya sangat, tidak tenteram.
Ia mengetahui, bahwa Hiang Kat biasa saya ilmu silatnya, mungkin terpedaya dan
ditawan lalu dibawa ke-bungalow Li Siu Tin. Dan Li Siu Tin karena sudah menemui jalan
buntu, mungkin juga mempergunakan cara sehina ini imtuk mengancamnya, agar ia
dengan Tn Hong terpaksa mengadakan kompromi dengannya.
Demi mendengar kata2 Ouw Ga itu, maka A Ong lalu berkata: "Nona Ouw Ga, jika kau
tidak percaya, boleh-lah kau menilpon kerumahmu untuk membuktikannya. Ketika kalian
pulang menukar pakaian, kedua pengawal Li Siu Tin menguntitnya dibelakang kalian.
Dan ketika kalian kembali, mereka menyelinap kedalam rumah kalian dan menculik nona
Hiang Kat!"S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Ouw Ga benar2 menilpon kerumahnya, dan terbukti, bahwa Hiang Kat sudah tidak ada
dirumahnya di Hong Kiu Road.
Hawa amarahnya Ouw Ga me-luap2, ia lompat kekamai tamu menjambak rambut
kepala Ong San Niauw dan A Ong, hendak dibenturkannya satu kepada lain sehingga
pecah.
"Ouw Ga, lepaskanlah !" In Hong senantiasa berlaku sangat tenang, ia duduk dikursi
tidak bergerak sedikitpun.
Walaupun Ouw Ga menuruti kata2 In Hong dan me-lepaskan jambakannya, tetapi
didalam hatinya ia merasa ji tidak puas akan sikap ketenangan In Hong itu.
"Aku bersedia berkompromi dengan Li Siu Tin sendiri.
tetapi dia bersembunyi didalam vilanya, cara bagaimana kami dapat
merundingkannya?" kata In Hong.
"Itu soal mudah saya, aku bersama Ong San Niauw dapat menemui kalian bersama
tuan Bee Su Bun naik mobil, bersama2 pergi kevillanya Li Siu Tin untuk
menyelenggarakan perundingan," kata A Ong yang lagu kata2nya mengandung perasaan
yang menganggap sudah menda-pat kemenangan.
"Baiklah, maxi kita segera pergi!" kata In Hong.
Ouw Ga melihat erloji tangannya sudah menunjukkan pukul 03.20 dinihari, lagi jam
empat puluh menit akan tiba saatnya Dji Dji Kouw menjalani hukuman tem-bak mati.
Dalam otaknya Ouw Ga beradukkan hal2 yang saling bertentangan, yaitu jika
menyerahkan kedua penjahat ini kepada polisi, jiwa Dji Dji Kouw akan tertolong, tetapi
akibatnya mengorbankan Hiang Kat. Sebaliknya jika ber-kompromi dengan Li Siu Tin,
jiwa Hiang Kat tertolong, tetapi Dji Dji Kouw menjadi korban.
Pikirnya mungkin In Hong sudah mempunyai rencana, lebih dulu menolong Hiang Kat,
kemudian menolong Dji Dji Kouw, tetapi waktunya sudah terlalu mendesak, lagipu-la
kata2 A Ong itu, masih dapat disangsikan. Kerena ini Ouw Ga lalu bersiul, melagukan
irama kata2 rahasia, menanya In Hong apakah sudah mempunyai pegangan, dian-
jurkannya berlaku hati2, jangan kena tipu oleh kata2 A Ong itu.
In Hong pun menjawabnya dengan bersiul pula, bahwa pada setiap kalinya selalu ia
yang menganjurkan Ouw Ga berlaku hati2. In Hong berpendapat, jika kali ini ia tidak mau
menempuh bahaya, maka jiwa Hiang Kat akan ber-bahaya sekali, terpaksa harus
mengikuti mereka pergi ke-vilanya Li Siu Tin. dan bertindak melihat gelagat.
Ong San Niauw bersama A Ong nampak kesangsiannya In Hong dan Ouw Ga yang
silih berganti bersuil, mendu-y ganya mereka meraberi isyarat satu kepada lain, Maka A
Ong memberi peringatan katanya:" Nona In, kalian harus bersikap jujur, jika kalian inginS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
menggunakan ilmu silatmu yang mahir, serta kepandaian menembak yang bagus untuk
mencelakakan Li Siu Tin, itulah perbuatan yang sangat bodoh. Karena Li siu Tin
mengetahui ilmu silatmu : yang mahir itu, dia telah bersiaga. Ia memegang obor ber-diri
ditepi empang, walaupun kalian menggunakan akal apapun, dia dengan obornya pasti
akan terjatuh didalam empang dan menyebabkan terbakarnya bensin yang disiram-t kan
dimuka air empang itu. Hal ini bagi nona Hiang Kat mu tidak ada faedahnya.
"Adakah kejujuran dan kesungguhan hati pada Li Siu Tin itu" In Hong berbalik tanya.
"Sudah tentu dia sungguhV kata A Ong.
"Kalau demikian, mari kita pergi! " kata In Hong.
"Silahkan nanti sebentar. aku hendak menilpon memberi tahukannya dahulu" kata A
Ong. Demikian A Ong pergi keserambi samping dimana pesawat tilpon terletak dan ber-
cakap2 dengan Li Siu Tin melalui pesawat tilpon itu.
"Halo nona Siu Tin disitu ? Aku A Ong. Aku bersama Ong San Niauw, nona In Hong,
Nona Ouw Ga dan tuan Bee Su Bun yang berlagak gila ingin berkunjung kevilla-mu,
apakah kau sudi menerimanya ?" kata A Ong.
Adapun maksud sebenarnya A Ong menilpon Li Siu Tin itu yalah hendak melalui jalan
ini ia dapat mengetahui apakah Li Siu Tin sudah berhasil menculik Hiang Kat serta sudah
mengusainya. Kecuali itu iapun hendak mem-beritakan, bahwa kegilaan Bee Su Bun itu
hanya ber-pura2 belaka.
"ya. aku siap menanti, teristimewa Si dia yang berlagak gila itu." jawab Li Siu Tin yang
asmaranya hidup pula karena mengetahui bahwa Bee Su Bun tidak gila.
Setelah mendapatkan persetujuan Li Siu Tin, maka In Hong dan rombongan bersama2
menumpak sebuah mo-bil Ford yang sudah ketinggalan zaman yang dikendarai oleh A
Ong pergi menuju ke Yang Su Bu. Ketika mobil sampai didepan villa Li Siu Tin, maka Tn
Hong dan Ouw Ga segera lompat turun dan mengawasi A Ong dan Ong San Niauw masuk
kepintu jeruji besi, dan Bee Su Bun mengikuti dibelakangnya.
Tanah lingkungan villa itu kira2 enam atau tujuh bauw luasnya, nampaknya se-akan2
ladang pertanian saya. Kedua belah sampingnya ditanami pohon Kwie-hwa yang besar
kecilnya tidak merata. Baunya bunga Kwie-hwa itu harum semerbak masuk kedalam
lobang hiding, sedap rasanya. Ditengah terbentang jalanan baton. Dan dari kejauhan
telah nampak sebuah bungalow model barat yang mentereng, sinar lampu listerik yang
terang menyorot keluar.
"Dimana letaknya empang ikan?" tanya In Hong.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Empang ikan yang disirami bensin berada dibelakang rumah. Nona Hiang Kat bersama
Li Siu Tin tengah menantikan kedatangan kalian disana," kata A Ong sambil
memperlihatkan wajah riangnya.
Mereka berjalan dijalanan beton itu> makin lama ma-kin dekat pada tempat yang
terang.
Kedua pengawal Li Siu Tin sudah menerima perintah untuk bersembunyi dibalik pohon
Kwie-hwa, bersiap menembak In Hong dan Ouw Ga. Mereka berada ditempat gelap dan
sasarannya berada ditempat yang terang. Tetapi In Hong dan Ouw Ga bercampur baur
dengan A Ong, Ong San Niauw dan Bee Su Bun, maka sekalipun mereka hendak
menembaknya, sukar mereka untuk turun tangan.
Li Siu Tin telah memberikan perintahnya, bahwa mereka dianjurkan supaya tidak usah
memandang siapapun boleh tembak saya, jika perlu Ong San Niauw dan A Ong sama2
menjadi korban pun tidak menjadikan soal. Tetapi Bee Su Bun harus diselamatkan.
Tnstruksi diatas menyebabkan mereka kenal akan sifat Li Siu Tin yang ego-istis itu,
walaupun berada didalam keadaan segenting itu, ia masih memikir menikah dengan Bee
Su Bun. Tidak menengok keadaan umumnya.
Kedua pengawal itu berulang kali membidik pistolnya untuk menembak, tetapi
senantiasa beragu2, mereka ke-watir mengenai Bee Su Bun, karena mereka tahu akan
jkepandaian menembak yang dimilikinya belum dapat dikatakan ulung.
Sepanyang jalan In Hong sangat memperhatikan ke-ji adaan tempat yang berbahaya
ini. Ia telah merasa dibalik deretan pohon Kwie-hwa pada kedua sisi jalan itu ada
bajangan hitam ber-goyang2, maka ia berlaku sangat hati2.
Nampak In Hong dan Ouw Ga segera akan melewati rumah bungalow sampai dikebun
beiakaraa kedua penga-wal itu takut kehilangan keiika untuk menembak, maka mereka
tidak pikir2 pula akan apa akibatnya nanti, lalu membidik kearah In Hong dan Ouw Ga,
dan saling menyusul menembakkan pistolnya.
Mereka merasa bidikannya cukup tepat, tetapi pelornya ternyata telah mengenai bahu
Ong San Niauw dan A Ong. Lengan Bee Su Bun pun keserempet kulit luarnya hingga luka
berdarah.
Mereka hendak mengulangi tembakannya, tetapi panah pendek In Hong yang beracun
itu sudah lebih dulu mengenai tangan mereka yang mencekel pistol.
Demi terkena anak panah berbisa itu lengan kedua pengawal itu segera menjadi
kesemutan, pistolnya terlepas jatuh karena tidak dapat tangannya memegang erat lagi.
Mereka hendak kabur untuk meloloskan diri, tetapi In Hong dan Ouw Ga sudah
menyandaknya dan mereka ter-tangkap. Mereka diperintahkan In Hong untuk
mendukung rOng San Niauw dan A Ong yang telah terluka itu, lalu In Hong dan Ouw GaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
mengeluarkan tambang dari kantong perbekalannya, diikatnya kedua orang itu menjadi
satu, nenjadi dua pasang ikatan, demikianlah mereka dapat berjalan. tetapi tidak dapat
lari.
Mereka dikawalnya sampai dikebun belakang. In Hong ian Ouw Ga segera tampak
ditepi empang ikan berdiri eorang wanita muda tengah memegang obor ditangannya.
Dari bawah sinar api obor yang ber-goyang2 itu, In Hong dan Ouw Ga nampak, bahwa
wajahnya wanita muda itu cukup cantik elok serta menggiurkan.
In Hong menyorot dengan lampu senternya, nampak empang ikan itu tidak luas, hanya
dua puluhan persegi. ditenagh2 empang itu terdapat sebuah patung bidadari yang
terbuat dari batu pualam sedang memegang cupu2 yang menyemprotkan air. Hiang Kat


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiri tegak diikat pada patung bidadari itu.
"Hiang Kat " berseru Ouw Ga demi melihatnya.
"Ouw Ga " balasnya Hiang Kat.
Dengan hati tegang In Hong bersama Ouw Ga setindak demi setindak melangkah
mendekati kearah empang ikan itu.
Berhenti! Tidak boleh mendekati empang lagi! Kalau tidak segera aku lemparkan obor
ini kedalam empang ini! Li Siu Tin mengancam mereka, karena ia nampak kedua
pengawalnya telah gagal menembak In Hong dan Ouw Ga.
Tidak ada jalan lain lagi bagi Li Siu Tin sekarang untuk menghadapi situasi yang sudah
menemui jalan buntu ini, kecuali menggunakan rencananya yang kejam serta keji yang
paling penghabisan untuk menentangnya.
In Hong dan Ouw Ga menghentikan langkah kakinya.
dan menandangkan matanya untuk meninyau keadaan empang itu dengan saksama.
Tempat berdiri mereka terpisah dengan Li Siu Tin kira2 dua puluh langkah jauhnya,
letaknya kedudukannya berada disebelah timur empang ikan itu.
Malam ini angin bertiup dari sebelah barat, bau bensin bersama embusan angin sampai
kelobang hidung mereka. Api obor yang dipegang Li Siu Tin itu pun tertiup angin barat
kearah timur, apabila angin itu berubah arahnya, bertiup dari timur kearah barat, maka
nyala api obor akan dojong kearah empang ikan itu, letik apinya akan terya-tuh didalam
empang ikan, dan bensin yang mengapung diatas air itu akan segera menyala karena
terbakar letikan api itu. jika terjadi demikian, Hiang Kat akan tidak ada harapan untuk
hidup terus.
"Bukankah kau menghendaki berkompromi dengan aku ? " tanya In Hong kepada Li
siu Tin.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Tidak ada yang dikatakan kompromi. Sengketa soal cintaku dengan Bee Su Bun, sama
sekali tiada sangkut-pautnya dengan kalian. Kalian tinggalkan Bee Su Bun serta orang
sebawahariku semua disini, lalu kalian meninggalkan tempat ini. Tunggu setelah besok
Dji Dji Kouw menjalani hukuman mati, aku akan melepaskan nona Hiang Kat pulang
dengan selamat. Inilah syarat pertukaran yang se-adil2nya." kata Li Siu Tin dengan sikap
membandel dan kata2 yang kaku ketus.
"Berdasarkan atas syaratmu ini, bukankah Dji Dji Kouw akan mati konyol? Apa lagi
orangmu tadi mengatakan bahwa Bee Su Bun dapat kami bawa pergi, mengapa seka-
rang berubah pikiran?" kata In Hong yang melayaninya tidak dengan sungguh2, karena
otaknya tengah diperasnya untuk mencari suatu daya yang sempurna guna menyelamat-
kan jiwa Hiang Kat.
"Dji Dji Kouw tidak mati, sebaliknya nona Hiang Kat if akan mati konyol. Mengenai Bee
Su Bun, tetap hams ditinggal disini." kata Li Siu Tin yang memegang teguh pokok
pikirannya.
Hiang Kat yang diikat pada patung bidadari itu bersiul untuk memberitahukan kepada
In Hong, bahwa tambang pengikat pada tubuhnya telah menjadi kendor karena man-
Iteranya, didalam dua tiga detik lagi ia sudah dapat lolos, hanya apa yang disayangkan
yalah ia tidak' dapat kedarat Iyang jaraknya belasan kaki itu.
Demi mendengar kata2 rahasia dari siulan itu, In Hong 18pun menjawab dengan siulan
pula, bahwa ia akan mem-fbantunya lompat mendarat, dimintanya Hiang Kat me-
koraando kepada Ouw Ga, Jsupaya segera merampas obor iang dipegang oleh "Li Siu
Tin. "Kalian merundingkan akai apa ? Kuberi waktu sepu-juh detik untuk memikirkan syarat
pertukaran ini, fselewatnya waktu itu akan kusulut empang ikan ini hingga nyala terbakar,
dan nona Hiang Kat akan lenyap binasa terbakar api."
"Do ? Mi ? Sol ? Do !" In Hong menyiulkan empat nada sebagai tanda bergerak.
Dengan segenap tenaga Hiang Kat melepaskan tambang pengikatnya yang sudah
kendor itu kebawah. Nam-pak kejadian itu, dengan mengertck gigi Li Siu Tin melontarkan
obornya kearah empang. Tetapi belum lagi obor itu jatuh, Ouw Ga sudah lompat
menyanggapinya. Hanya disayangkan karena kedudukanriya dan kecepatan lompatnya
yang pesat itu, kaki kanannya berada didarat sedang , kaki kirinya masih menggantung
ber-goyang2. Tubuhnya miring kearah empang, tangan kanannya mencekal obor yang
berbahaya itu.
Gerakan ketiga orang itu dilakukan dengan serentak. In Hong lompat ketepi empang
lalu lompat pula kedasar pangkalan air mancur, dengan pisau kecilnya ia memu-tuskan
tambang pengikat Hiang Kat pada kakinya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Nampak tubuh Ouw Ga yang hampir jatuh itu, Li SiuTin segera menghampirinya, lalu
dengan kedua tangannya men-dorong punggung Ouw Ga, sehingga Ouw Ga yang ingin
memutar tubuhnya lompat balik itu gagal dan terjatuh keempang. Sekalipun demikian
masih sempat ia melontar-kan obor itu balik kedarat.
Nampak kejadian itu, Li Siu Tin buru-lari mengambil obor yang dibuang itu kemudian
lari balik dan melontar-kannya kedalam empang, dengan segera empang ikan itu menjadi
lautan api, asapnya mengepul membubung tinggi keangkasa.
Puaslah Li Siu Tin nampak kejadian itu, ia tertawa gelak-tidak habis2nya. In Hong,
Ouw Ga dan Hiang Kat ketiga musuh besarnya itu ielah terkubur didalam njalanya api,
atau lebih tepat tenggelam musnah didalam lautan api, pikirnya.
Tetapi ia tidak tahu, bahwa hal yang sebenarnya tidak-lah demikian. In Hong dan
Hiang Kat telah berhasil men-darat ketepi empang sebelah sana, ketika Li Siu Tin baru
lari menyemput obor itu. Sedang Ouw Ga yang terjatuh kedalam empang itu pun keburu
berhasil mendarat pada satu atau dua detik sebelum empang menyala terbakar, dan lari
jauh2 dengan pakaian basah yang mengandung bensin itu, untuk menghindarkan diri
tersambar nyala api ikut terbakar.
Kegirangan Li Siu Tin hanya sebentar saya lalu lenyap sama sekali ketika dibawah sinar
api besar itu ia nampak In Hong bersama Hiang Kat munculkan diri. Lenyaplah segala
harapannya dan sebaliknya ia jadi nekat lalu membunuh dirinya sendiri dengan
menceburkan diri kedalam api yang sedang menyala berkobar2 untuk menghabiskan
riwayat penghidupannya yang sangat jahat itu.
Sesudah terjadi segala kejadian tadi, maka In Hong, Ouw Ga, Hiang Kat dan Bee Su
Bun dengan mengiring kedua pengawal Li Siu Tin yang sudah diikat dengan Ong ji San
Niauw dan A Ong menjadi dua ikat itu mengendarai mobil Ford yang sudah ketinggalan
zaman itu menuju lt. kejalan Sia Fe Road dimana kepala detektif To Tie An : berdiam
disitu. Ketika itu sinar matahari sudah mulai meraancar tinggi diangkasa, menandakan
bahwa cuaca cerah u! pada hari itu.
Ouw Ga yang mengendarakan mobil itu menginyak gas sepenuhnya. Waktu itu arloji
tangannya sudah menunjuk-ittkan pukul 06.15, waktu penyelenggaraan hukuman mati
|Dji Dji Kouw hanya tinggal satu jam empat puluh lima menit lagi.
Kecepatan mobil kuno ini tidak lebih laju daripada kecepatan sepeda yang paling cepat.
Ouw Ga yang ingin buru2 dirasakannya mobil itu makin lambat jalannya.
Meskipun mengambil waktu lama, achirnya mereka tiba j.juga didepan rumah To Tie
An si kepala detektip itu.' To Tie An kaget dan terbangun dari tidurnya, karena laporan
Jmendadak atas kedatangan tamu2nya itu, setelah ia menanyai apa keperluan mereka
serta mencatat pengakuan keempat pesakitan itu, ia mulai mengutuk kesalahanS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
pengusutan perkara yang telah dilakukannya sendiri. Dan ia menyesali. bahwa Dji Dji
Kouw terfitnah dengan tiada salahnya.
"To Thamtio, kini bukan waktunya untuk kau menya-takan penyesalanmu, lekaslah
kita pergi kepenjara untuk If mencegah pelaksanaan hukuman mati itu!" kata Ouw Ga.
"Oh, Nona Ouw Ga, sebenarnya aku tidak kuasa untuk mencegahnya, karena perkara itu
telah diputuskan oleh hakim didalam sidang pengadilan," kata To Tie An yang
menyatakan tidak dapat berdaya.
"Kita berkunjung kepada ketua pengadilan negeri, dia berhak untuk mencegah
dilaksanakannya hukuman mati itu. Asalkan kau membuktikan, bahwa terdakwa yang se-
\ sungguhnya telah tertangkap, dan nona Dji Dji Kouw terang tidak bersalah,
kewajibanmu sudah kau tunaikan." kata In Hong.
"Kalau demikian, mari kita temui ketua pengadilan negeri!" kata To Tie An.
"To Thamtio, adakah kau memiliki mobil yang cepat jalannya?" tanya Ouw Ga.
"Aku punya mobil pribadi streamline delapan cylender merek Studebaker, apakah
cojtok dengan keinginanmu?" kata kepala detektip itu.
"Banyak lebih baik daripada mobil Ford usang yang bercylender empat itu." kata Ouw
Ga. Waktu itu sudah pukul 07.10 pagi, waktunya makin sempit.
Mobil To Tie An yang bercylender delapan itu ditum-pangi penuh dengan orang2
termasuk empat orang pesa-kitan, dikendarakan oleh Ouw Ga juga, bagaikan terbang
meluncur kearah jalan Great West Road tempat kedia-man ketua pengadilan negeri.
Dirumah ketua pengadilan negeri itu, dengan melalui proses penyelasan, pemeriksaan
kilat dan pembuktian. mereka telah membuang pula waktu empat puluh menit, baru
mendapat persetujuan ketua pengadilan negeri itu ikut serta pergi ketempat pelaksanaan
hukuman mati untuk menolong jiwa Dji Dji Kouw.
Mobil itu dilarikan Ouw Ga dengan kecepatan delapan puluh kilometer sejam. Waktu
itu jam sudah menun jukkan pukul 07.50, ketika mobil melalui jalan yang ramai. berulang
kali mobil itu terhalang oleh lampu merah
tanda lalu-lintas maka waktu hanya tinggal empat menit saya.
Ouw Ga mulai dengan sifat keberandalannya, ia tidak menghiraukan lagi tanda2 lampu
lalu-lintas, dengan mem-babi-buta ia meluncurkan terus kendaraannya, polisi lalu-lintas
tidak keburu mencetopnya, hanya mencatat nomor mobil itu saya.
Ouw Ga tidak sungkan2 memotong jalannya sebuah mobil yang lebih dulu berjalan
dihadapannya, banyak ba-haya dihadapinya, hampir2 ia bertubrukan dengan kenda-raanS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
lain atau selip dan terbalik. Ketua pengadilan negeri dengan tangannya menutupi
mukanya tidak berani menyaksikannya.
"Nona Ouw Ga, pelahankanlah sedikit! Ini terlampau berbahaya!" kata To Tie An
dengan hatinya memukul keras.
Ouw Ga tetap tidak menghiraukannya, ia seperti tidak mendengarnya, bahkan ia
mempercepat jalannya mobil itu.
Achirnya mobil itu berhasil tnemasuki pintu gerbang besi dari rumah penjara dan
berhenti diambang pintu lapangan pelaksanaan hukuman tembak. Dan erloji tangan Ouw
Ga menunjukkan tepat pukul 08.00 pagi.
Dengan se-konyong2 mereka dengar suatu suara temba kan yang njaring.
"Aduh, kita telah datang terlambat, habislah sudah jiwa Dji Dji Kouw!" teriak Ouw Ga
karena putus ha-rapannya.
In Hong lompat dari mobil, nampak pintu lapangan tertutup rapat, lalu lompat masuk
dari pagar tembok yang pendek. Tertampak olehnya ditengah2 lapang itu sudah ada
seorang pesakitan laki2 menggeletak ditanah dengan mengalirkan darah karena baru
saja menjalani hukuman tembak mati. Ia nampak pula ada dua tentara pengawal lain
mengapit Dji Dji Kouw dari depan meya petugas pelaksana hukuman dibawa ketengah
lapang. Seorang polisi pelaksana hukum mati memegang senjata api ditangannya sudah
siap menjalankan tugasnya yang kedua.
Dji Dji Kouw diseret ketengah lapang pelaksanaan hukuman, wajah mukanya pucat
putih bagaikan kertas, kedua kakinya bertekuk lutut tiada tenaga. Rasa ketakutan
menyelang ayalnya meliputi seluruh sel tubuhnya.
Polisi pelaksana hukum mengangkat senjata hendak melepaskan tembakannya.
"Ketua pengadilan negeri kalian telah tiba, dia memerintahkan kalian untuk sementara
menangguhkan pelaksanaan hukum! teriak In Hong se-kuat2nya.
Demi mendengar teriakan itu, maka seluruh lapangan itu jadi riuh dan kacau. Tentara2
pengawal tengah hendak menangkap wanita yang mengacau ketertiban lapangan
pelaksanaan hukum tembak ini, atau ketua pengadilan negeri To Tie An serta oratig2
lainnya sudah muncul diambang pintu tempat pelaksanaan hukuman .itu.
Dua bulan kemudian, In Hong menerima surat undang-an dari Bee Su Bun dan Dji Dji
Kouw dimintanya meng hadiri upacara pernikahan mereka. Bersama dengan itu iapun
menerima sepucuk surat dari To Tie An si kepala detektip yang isinya seperti berikut:
Karena hendak menolong Dji Dji Kouw, kalian menggunakan mobilku mcnyerobot
menyeruduk dijalan bcsar, membuat pelanggaran berat peraturan lalu-lintas lebih dari
tiga puluh pasal. Pihak pngurus lalu-lintas dikantor polisi, mencabut surat liscnsiS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
kendaraanku untuk satu tahun lamanya sebagai hukuman terhadapku yang dianggapnya
orang yang tahu hukum sengaja melanggat 3 hukum. Aku sengaja mengucapkan terima
kasih se-dalamnya kepada kalian.
Suara gelak tertawa terdengar dari rumah kediaman In Hong hingga jauh malam masih
belum lenyap.
TAMAT
Pendekar Rajawali Sakti 68 Geger Putri Istana Pendekar Bayangan Sukma 25 Datuk Sesat Bukit Kubur Dewa Linglung 8 Pertarungan Dua Naga
^