Pencarian

Playgirl Dari Pak King 12

Playgirl Dari Pak King Karya Batara Bagian 12


Ia memang terkejut melihat ular begitu kuatnya.

Dihantam Bhi-kong- ciang dan Ang-mo-kang hanya bergeleng sedikit, seolah pukulan mereka pukulan anak-anak yang hanya membuat geli! Maka ketika ia disergap dan si jantan menggigit dari kanan, luput ketika ia meloncat maka Wi Tok juga disergap ular betina yang mendesis dan menyembur-nyemburkan uap hitam.

"Wush-wush!"

Wi Tok terbelalak dan merasa marah.

Biasanya ular-ular raksasa seperti ini tak pernah menyemburkan uap, hanya belitan mereka itulah yang berbahaya.

Maka mengelak dan melepas pukulannya lagi, berkelit dan membalas ia mendapat kenyataan bahwa ular betina inipun tak kalah ganas dengan jantannya, dan saat itu Kiok Eng membentak dan tiba-tiba melepas dua jarum hitamnya, hal yang mengejutkan Wi Tok.

Karena begitu dua jarum itu menusuk mata, bagian yang diincar gadis ini maka706 terdengarlah suara dahsyat ketika binatang itu berkoak dan menghajar pohon yang tadi dinaiki.

Ekor binatang ini melecut dan pohon tiba-tiba berderak.

Bagian yang kena hantam pecah.

Lalu ketika pohon itu ambruk dan roboh, yang betina kaget maka yang jantan mengamuk dan Kiok Eng melepas tujuh jarumnya lagi yang semua runtuh me ngenai tubuh binatang yang keras itu, rontok bertemu sisiknya.

"Celaka, kau membuat yang jantan kalap. Awas..... buuiinmm!"

Pohon menimpa mereka namun Wi Tok sudah melompat tinggi berjungkir balik.

Pemuda ini menyesali tindakan Kiok Eng dan saat itu ular jantan mengamuk.

Ia buta oleh jarum Kiok Eng tadi.

Dan ketika Kiok Eng melompat dan menghindari serangan-serangan dahsyat, ular itu mengejar dan menabrak apa saja maka padang ilalang roboh dan tempat itu segera menjadi ribut oleh kemarahan ular besar ini.

Kiok Eng mendapat kenyataan bahwa ular itu kebal, binatang di padang rumput itu tiba-tiba berhamburan keluar dan mengeluarkan suara bermacam-macam.

Kambing liar mengembek sementara rusa atau menjangan menguik- nguik.

Dan ketika gajah serta babi hutan juga menguak ketakutan, panik oleh kejadian ini maka ular itu mengejar Kiok Eng seolah mempunyai mata cadangan.

"Celaka, kita harus meninggalkan tempat ini. Naga Hitam marah. Lari.... lari, Kiok Eng. Jangan ladeni dia!"

Kiok Eng terbelalak.

Ular jantan menabrak apa saja namun akhirnya menggeleser menuju arahnya.

Di manapun ia berada ular itu selalu tahu.

Heran! Dan ketika Kiok Eng gentar namun juga penasaran, ia tak tahu bahwa bau tubuhnya dicium ular ini maka ke manapun ia lari ular itu selalu mengejar.

Dan rumput ilalang di kiri kanan roboh tumpang tindih.707

"Hm, ia mencari aku, aku bukan pengecut. Daripada lari lebih baik kubinasakan binatang ini, Wi Tok. Aku tak takut dan akan membunuhnya!"

Kiok Eng mencabut tusuk kondenya bermata intan.

Waktu itu ular mengejar sambil membuka mulut lebar- lebar.

Bau harum gadis itu menjadi petunjuknya.

Dan ketika Wi Tok terkejut Kiok Eng meloncat ke depan, menyongsong mulut yang terbuka lebar itu maka hampir pemuda ini menjerit melihat kepala Kiok Eng tahu-tahu "hilang"

Di mulut binatang raksasa itu.

"Crep!"

Kiok Eng menancapkan tepat ujung senjatanya di atas rongga mulut yang ter buka lebar-lebar.

Cepat dan penuh keberanian ia mengganjal mulut ular dengan sebatang kayu pohon, ketika mulut binatang itu mengatup.

Dan ketika Kiok Eng meloncat ke belakang dan darah menyem prot dari tempat luka maka ular jantan menggeliat dan....

mati tak lama kemudian.

Kagum dan bersoraklah Wi Tok.

Tak disangkanya bahwa seberani dan sehebat itu Kiok Eng memapak mulut ular, dia sendiri masih harus penuh perhitungan kalau menghadapi bahaya yang sama.

Dan ketika ular terkulai dan ambruk di sana, mati maka Wi Tok menyambar lengan temannya berseru penuh kagum.

"Hebat, kau berani dan hebat sekali, Kiok Eng, sedikit salah perhitungan kaulah yang celaka!"

"Hm, aku sudah memperhitungkannya. Kalau ia tidak mampus tentu aku dikejar-kejarnya, Wi Tok. Aku tiba-tiba benci kepada ular itu!"

"Eh, mana yang betina,"

Pemuda itu tiba-tiba berseru.

"la rupanya lari pergi!"708

"Biarlah, lebih baik ia lari atau mati di tanganku kalau ingin membalas dendam. Hm, kita sudah di luar padang rumput ini, Wi Tok. Di mana tempat gurumu dan apakah kita di sini saja!"

"Ha-ha, tentu saja meneruskan perjalanan. Tidak jauh lagi, Kiok Eng, tapi tetap hati-hatilah siapa tahu penyerang gelap!"

Baru saja pemuda ini bicara mendadak tiga sinar hitam menyambar gadis itu.

Wi Tok berteriak tapi Kiok Eng bergerak lebih cepat.

Ia mengelak dan menangkis satu di antara tiga sinar itu.

Dan ketika ia terpelanting dan tentu saja kaget bukan main, sesosok bayangan berkelebat di sana maka Kiok Eng menuding namun bayangan itu lenyap.

"Heii...!"

Sebatang panah hitam tertangkap di tangan.

"Ada orang, Wi Tok, musuh. Ia di sana!"

Kiok Eng berjungkir balik dan meloncat bangun dengan marah.

Ia sempat melihat bayangan itu namun tak ada ketika dikejar, Wi Tok tertegun melihat panah hitam itu.

Tapi ketika pemuda ini tersenyum-senyum dan berkelebat menyusul, Kiok Eng gemetar maka gadis itu menuding berseru marah.

"Ia tadi di sini, menyerangku. Entah siapa dan kenapa memusuhiku!"

"Hm, sekarang orang lihai. Terbukti kata-kataku, Kiok Eng, tempat ini memang cukup berbahaya. Tapi sudahlah, kita pergi dan jangan hiraukan."

"Jangan hiraukan? Keparat, ia menyerangku, Wi Tok, aku harus membalas dan mencarinya. Sebentar kau tunggu di sini!"

Kiok Eng penasaran dan berkelebat mencari ke segala penjuru.

Ia marah oleh perbuatan709 orang itu sekaligus terkejut merasakan tenaganya.

Ia sampai terpelanting! Tapi ketika musuh tak ditemukannya dan Wi Tok tenang-tenang saja, Kiok Eng membanting kaki maka gadis ini gemas kepada temannya.

"Bagaimana kau ini, masa tak mau membantu. Eh, jahanam ini membuatku penasaran, Wi Tok. Aku ingin menemuinya dan diserang lagi!"

"Hm, jangan meminta, nanti diberi. Baiklah kita pergi, Kiok Eng. Aku khawatir kata-katamu tadi didengarnya."

"Takut apa? Memangnya kenapa? Heii .....!"

Kiok Eng malah melengking.

"Keluarlah, manusia pengecut. Serang dan timpukkan panahmu lagi. Ayo, keluarlah!"

Wi Tok terkejut dan sedikit berubah, Ia tiba-tiba menyambar gadis ini dan melompat pergi, Kiok Eng mengibas dan melepaskan dirinya.

Dan ketika gadis itu marah-marah dan Wi Tok tertegun maka tiga sinar hitam tiba-tiba kembali menyambar dan yang dituju selalu gadis ini.

"Awas!"

Kiok Eng sudah tahu. Ia mendengar desing itu dan mengelak, tapi ketika panah membelok dan mengejarnya, tentu saja ia kaget sekali maka Wi Tok berseru keras dan berkelebat menangkis anak-anak panah itu.

"Plak-plak!"

Kiok Eng pucat.

Ia terhuyung dan seseorang berkelebat di balik sebatang pohon, mendengus, bergerak dan tahu- tahu lenyap seperti siluman.

Kiok Eng hanya sempat melihat sebuah kepala gundul di balik batang pohon itu, hilang di antara rumput alang-alang.

Lalu ketika ia menjadi pucat sementara Wi Tok juga berubah mukanya maka pemuda itu mengajak Kiok Eng pergi berlari cepat.710

"Bahaya, jangan lama-lama di sini lagi, Kiok Eng. Jangan mengeluarkan makian apapun atau nanti aku tak sanggup menolongmu!"

Gadis ini terbelalak.

Ia benar-benar kaget oleh panah yang seolah bernyawa dan hampir mencelakainya itu.

Ia tak mungkin mengelak karena memang tak menduga.

Siapa menyangka bahwa anak panah itu dapat berbelok dan hidup seakan benda terbang.

Sekali menancap tentu ia roboh! Maka ngeri dan pucat membiarkan dibawa lari akhirnya Wi Tok terengah lega berhenti di sebuah mata- air, berlutut dan menyurukkan muka membasahi wajah dan kerongkongannya.

"Celaka, kita hampir celaka, Kiok Eng. Ah, kau membuat marah penghuni padang rumput!"

"Siapa dia, apakah kau kenal."

"Nanti kau akan tahu sendiri. Ah, haus..... aku haus!"

Wi Tok menyatukan telapaknya menyendok air.

Ia begitu kehausan setelah berlari sekian lama, Kiok Eng tertegun.

Tapi ketika pemuda itu merasa segar dan bangkit berdiri, wajahnya bersinar-sinar maka Kiok Eng merasa haus dan tiba-tiba berlutut di tepi mata-air itu, minum.

Wi Tok kagum dan memandangi pinggang ke bawah yang menonjol ini.

Setelah Kiok Eng juga berkeringat dan pakaianpun melekat ketat maka lekuk-liku tubuhnya nampak nyata, apalagi dengan berlutut menyendok air.

Hampir pemuda ini mengeluarkan liur.

Panas di padang rumput itu tiba-tiba juga membakar panas birahinya.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Ia terpesona! Tapi ketika Kiok Eng membalik meloncat bangun, segar berseri-seri maka pemuda itu mengalihkan pandangnya agar tidak berminyak.

Namun Kiok Eng terlanjur merasa pandangan mata itu tadi.

"Hm, ada apa kau seperti melotot. apa yang kaulihat, Wi711 Tok. Kenapa memandangku seperti itu!"

"Aku, eh.... aku...!"

Pemuda itu bingung "Aku kagum kepadamu, Kiok Eng, dan rasanya cukup lama mengenalmu. Hm, bolehkah aku bicara sesuatu setelah kita sedekat ini, berhari-hari berjalan bersama!"

Kiok Eng tersenyum.

Tiba-tiba dia melihat persamaan sikap pemuda ini dengan Liong-ongya maupun laki-laki lain.

Ia tidak bodoh.

Sikap atau tanda-tanda seperti itu adalah sikap laki-laki yang tergetar oleh hangatnya panah asmara.

Pemuda ini mulai jatuh! Tapi berlagak bodoh dan seperti biasa menghadapi laki-laki Iain ia pura-pura tak mengerti dan senyum manisnya yang mengembang itu diperlebar dengan sedikit menggigit bibir, manis dan indah bukan main.

"Hm, apa yang hendak kaubicarakan, Wi Tok. Apakah selama ini kau merasa belum pernah bicara."

"Tidak, aku, eh...!"

Pemuda itu gugup, mata Kiok Eng mengerling nakal.

"Aku belum bicara, Kiok Eng, tapi kini ingin bicara!"

"Hi-hik, seperti sikap seorang panglima perang. Eh, kau ingin bicara tentang apa, Wi Tok. Bicaralah!"

Kiok Eng terkekeh.

"Aku, hm!"

Wi Tok tiba-tiba membangkitkan keberaniannya melihat sikap Kiok Eng, hangat-hangat mesra.

"Aku ingin bicara tentang kita berdua, Kiok Eng, maksudku, eh.... bicara tentang cinta. Aku, hm.... aku cinta padamu!"

Kiok Eng tak dapat menahan tawanya yang lepas bebas.

Ia geli sekali melihat kecanggungan pemuda ini dalam bicara.

Wi Tok adalah putera kaisar tapi belum banyak bergaul wanita, tak heran kalau gugup dan bicara712 terlampau lantang.

Ia memberanikan hatinya sedemikian rupa.

Maka ketika tiba-tiba Kiok Eng terkekeh dan tampak demikian geli, wajah pemuda ini berubah maka tiba-tiba ia tersinggung dan marah.

"Kau... kau menganggapku lucu? Kau merendahkan pernyataanku?"

"Hi-hik, siapa bilang begitu, Wi Tok. Aku geli karena demikian getas pernyataanmu. Kau tak seperti Liong- ongya yang bersikap lembut dan halus dalam menyatakan cinta. Kau kasar!"



Jilid XX WI TOK terkejut, membelalakkan mata. Ia tersentak mendengar disebutnya nama pamannya ini, pucat. Tapi ketika dia harus menahan marah dibakar cemburunya maka Kiok Eng mengibaskan rambut tertawa manis, buru-buru mengangkat tangan ke atas.

"Nanti dulu. Meskipun begitu kau lebih jantan dan gagah sejati, Wi Tok, tapi maaf bahwa untuk urusan ini aku tak mau bicara dulu. Aku belum tercapai cita-citaku. Besok sajalah!"

"Hm, tapi kau tak menolaknya, bukan? Atau kau lebih menyukai pamanku yang tua itu?"

"Cih, siapa mau? Tua bangka macam itu tak layak kudekati, Wi Tok, tapi menolak atau menerima cintamu nanti saja. Aku belum tercapai apa yang kuinginkan."

"Membunuh Dewa Mata Keranjang atau Fang Fang?"

"Kau lebih dari tahu...."

"Aku akan membantumu, aku siap membantumu. Kita datang ke sini karena persoalan itu juga, Kiok Eng. Aku713 akan meminta bantuan guruku agar persoalan ini selesai!"

Wi Tok memotong, bersinar dan mengepalkan tinju sementara Kiok Eng tersenyum aneh.

Mata gadis itu juga bersinar-sinar akan tetapi bibirnya setengah mengejek.

Diam-diam Kiok Eng ingin membandingkan antara guru pemuda ini dengan ayahnya.

Siapa yang menang! Tapi karena dia tak menjawab apa-apa dan Wi Tok juga tak tahu jalan pikirannya maka pemuda itu mengajak temannya berangkat lagi.

"Perjalanan sudah tidak jauh lagi, mari kita teruskan. Kalau kita sudah tiba di sebuah bukit kecil maka di sanalah kita menemui suhu!"

Gadis ini mengangguk.

Wi Tok tak bicara lagi tentang cinta dan ia lega.

Kiok Eng juga tak ingat lagi akan si pemanah lihai itu, musuhnya.

Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan dan tak ada bahaya atau apa, semuanya aman maka tibalah mereka di bukit yang dimaksudkan pemuda ini namun berbareng dengan itu mataharipun sudah condong ke barat.

"Hm, mengaso di sini saja dulu. Kita tunggu sampai bulan di atas kepala."

"Gurumu bertempat tinggal di sini?"

"Ya, lebih banyak di sini, Kiok Eng, karena guruku juga suka berpindah-pindah."

Kiok Eng mengangguk dan duduk.

Ia telah mengambil tempat enak dan melonjorkan kaki.

Gerakan ini begitu lemas hingga Wi Tok lagi-lagi kagum.

Sepasang kaki berbetis indah itu terpampang tak ditutup-tutupi lagi, Kiok Eng memang gadis yang cukup bebas.

Tapi karena dia tak mau ditegur lagi gara-gara pandang matanya yang tajam berminyak, segala gerak-gerik gadis ini serasa membetot sukma maka Wi Tok menarik napas dalam dan.

duduk membelakangi gadis itu, bersila.714 Kiok Eng diam-diam geli dan menggoda.

Ia melakukan gerakan-gerakan yang menimbulkan suara hingga pemuda itu menoleh, entah karena gerakan sikunya yang bertelekan di rumput kering atau kibasan rambut melecut walang.

Tentu saja Wi Tok terganggu namun Kiok Eng malah terkekeh.

Dan ketika ia sadar bahwa ia sengaja digoda, pemuda ini semburat merah maka Kiok Eng berseru padanya agar bersamadhi saja, jangan jelalatan.

"Kau tak perlu menghiraukan aku. Duduk dan hening saja di situ, Wi Tok, pusatkanlah samadhimu. Masa berkali-kali menoleh. Tak ada apa-apa di sini!"

"Hm, kau nakal, kau menggangguku. Kalau begitu jangan berisi dan biarkan aku tenang, Kiok Eng. Mana mungkin samadhi kalau kau menggodaku begitu!"

"Hi-hik, salahmu sendiri. Kenapa mau digoda, Wi Tok, mana keteguhanmu sebagai lelaki. Ayo, samadhi dan aku juga ingin beristirahat!"

Kiok Eng tak mengganggu lagi dan tersenyum menggerakkan tubuh, Ia menggeliat bangun dan Wi Tok tersentak kagum.

Gerakan itu begitu manis dan lagi-lagi penuh pesona.

Ia menoleh dan berbinar-binar lagi.

Namun ketika tawa Kiok Eng membuatnya merah, sadar dan cepat melengos maka ia memejamkan mata dan tak mau diejek sebagai lelaki yang tak kuat batinnya.

Wi Tok berusaha keras memerangi perasaannya yang tak keruan dan matahari telah lenyap di balik bukit.

Cuaca mulai gelap dan ia menjadi tenang setelah Kiok Eng juga duduk bersila, tak jauh darinya dan ia menarik napas lega.

Lalu ketika dua muda-mudi ini menunggu datangnya bulan purnama, bukit atau padang rumput itu akan terang oleh cahaya keemasan maka Kiok Eng tak sadar lagi memasuki alam samadhinya yang khusuk.715 Gadis ini merasa hembusan angin yang tiba-tiba begitu lembut, halus dan membuatnya tiba-tiba mengantuk.

Dan ketika ia terbawa dan terlena, Wi Tok di sana juga sama maka Kiok Eng hampir saja menuruti rasa kantuknya ini kalau saja tiba-tiba ia tak mendengar dengus perlahan di depannya.

Seorang laki-laki, entah kapan datangnya tahu-tahu telah berdiri di depannya bagai iblis.

Kiok Eng membuka mata dan alangkah kagetnya melihat laki-laki itu, seorang kakek gundul yang matanya kecil namun bundar dan memandangnya tanpa berkedip.

Kakek ini tahu-tahu telah berdiri di situ tanpa dia ketahui, mungkin ketika ia terlelap tadi, atau terbawa oleh kantuk yang perlahan- lahan menidurkannya.

Dan ketika Kiok Eng tersentak dan otomatis meloncat bangun, ini adalah si gundul yang melepas panahnya tadi tiba-tiba kakek itu tersenyum dan mendorongkan telapaknya ke depan, berseru perlahan.

"Tikus cantik, tidurlah. Malam ini udara nikmat sekali. Tidur dan rebahlah dan rasakan indahnya malam!"

Kiok Eng hampir terjengkang.

Ia sudah meloncat dan siap menyerang ketika tiba-tiba saja dari telapak tangan kakek itu muncul hawa memabokkan yang membuat ia pening.

Kantuk yang hebat datang secara langsung, ia mengeluh dan tiba-tiba roboh, rebah ke belakang.

Tapi begitu punggungnya menyentuh tanah dan ia sadar, tanah dingin membuatnya terkejut maka mendadak Kiok Eng meloncat bangun dan melengking.

"Jahanam keparat, kau yang tadi berbuat curang!"

Kiok Eng menerjang dan menghantam kakek gundul ini.

Ia begitu terkejut betapa si kakek amat mudah merobohkannya.

Bagai disihir ia tahu-tahu rebah, hampir terlena kalau saja tanah dingin tidak mengejutkannya.716 Maka begitu sadar dan membentak nyaring, Wi Tok di sana terkejut maka gadis itu sudah menampar dan mengibas kakek ini dengan tangan dan rambutnya.

Akan tetapi si kakek tersenyum.

Ia mengelak dan menghindar semua serangan itu hingga luput, mudah dan begitu gampang seolah hapal semua serangan- serangan Kiok Eng ini.

Dan ketika Kiok Eng terkejut dan melengking kuat, kaget dan penasaran maka gadis itu mencabut saputangannya dan benda lemas ini mendadak bersiut dan sudah sekeras baja, digulung menghantam dahi kakek itu.

"Plak!"

Kakek ini menangkis dan Kiok Eng terpelanting.

Gadis itu berteriak keras dan kaget bukan main, saputangannya membalik dan hampir mengenai dahinya sendiri.

Dan ketika ia bergulingan dengan muka pucat, berubah maka Wi Tok di sana memekik dan meloncat dari duduknya.

"Suhu....!"

Kiok Eng tertegun.

Ia sudah meloncat bangun dan siap menyerang kakek ini lagi ketika tiba-tiba temannya itu menyebut lawannya.

Tak disangkanya bahwa kakek itu adalah suhu Wi Tok, pantas demikian lihai! Dan ketika ia tertegun dan menjublak di tempat, Wi Tok berjungkir balik maka pemuda itu sudah berada di depan suhunya dan berseru khawatir.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Suhu, jangan menyerang Kiok Eng. Ia sahabatku, teman baikku. Jangan membalas atau nanti aku membelanya!"

"Hm, kau membawa bocah liar dari mana ini yang dapat mainkan Sin-mauw-kang dan Sin-bian Gin-kang? Itu warisan Dewa Mata Keranjang dan isterinya May-may, Wi Tok. Lancang benar kau membawa musuh ke sini, ke717 Padang Siluman!"

"Tidak, tahan, suhu. Itu semua betul tapi juga salah. Ia memang betul murid nenek May-may tapi bukan berarti pewaris Dewa Mata Keranjang. Kiok Eng dan guru- gurunya ini bahkan musuh, musuh Dewa Mata Keranjang. Dan aku tahu sendiri dan membuktikannya!"

"Hm, ia memusuhi Dewa Mata Keranjang? Dan kau menyebutnya mempunyai lebih dari dua guru?"

"Benar, suhu, karena guru dari gadis ini sebelas jumlahnya, dan semua adalah bekas isteri Dewa Mata Keranjang itu. Aku membuktikan sendiri betapa mereka itu memusuhi kakek itu. Mereka menghajar dan mengejar-ngejar kakek itu hingga Dewa Mata Keranjang lari terbirit-birit!"

"Tak masuk akal. Isteri selalu setia kepada suami, Wi Tok, mana mungkin memusuhi suami. Heh, kau minggirlah dan biar kulihat sampai di mana kepandaian gadis ini!"

Dan mendorong serta membuat pemuda itu terjengkang tiba-tiba kakek ini sudah menggeser kakinya dan tahu-tahu berhadapan lagi dengan Kiok Eng.

"Kau,"

Katanya.

"keluarkan semua ilmu dan kepandaianmu, bocah. Coba kulihat apakah betul kata- kata muridku!"

Kiok Eng mendidih.

Tiba-tiba saja ia menjadi marah lagi melihat kakek ini begitu merendahkannya.

Ia tak dipandang sebelah mata sementara keterangan Wi Tokpun tak dipercaya.

Dan karena dasarnya ia sudah meluap diserang panah-panah hitam, tak disangkanya bahwa penyambit itu adalah guru Wi Tok maka ditantang dan diremehkan seperti itu mendadak kemarahannya bangkit.

Ia tadi tertegun dan bingung setelah mengetahui kakek ini adalah guru sahabatnya.

Jadi inilah kiranya718 guru Wi Tok.

Tapi begitu dihina dan tak dipandang sebelah mata, ia dilecehkan maka Kiok Eng tiba-tiba memekik dan berkelebat ke depan menghantam kakek itu, sepasang tangannya kaku lurus membacok bagai pedang, bahkan mendesing! "Ha, ini Kiam-ciang (Tangan Pedang).

Bagus, ini warisan nenek Bi Giok atau Bi Hwa."

Kiok Eng menambah sinkangnya.

Ia terbelalak melihat kakek itu tak mengelak dan rupanya hendak menangkis lagi.

Ia sudah siap dan menambah tenaganya untuk beradu lengan, kali ini ia tak akan terpelanting.

Tapi ketika bacokan kurang sejengkal dan tangannya hampir mengenai wajah kakek itu mendadak lawannya lenyap dan terkekeh, Tangan Pedang mengenai batu.

"Heh-heh, aku di sini, tikus cilik. Kurang cepat...... erat!"

Batu berhamburan dan bunga-bunga apipun berpeletikan ke sana ke mari.

Dari sini dapat dilihat betapa hebatnya Tangan Pedang Kiok Eng itu tapi si kakek yang luar biasa ternyata lebih hebat lagi.

Ia dapat lenyap begitu cepat di saat pukulan hampir tiba, Kiok Eng sendiri tak menduga dan tentu saja terkejut.

Dan ketika ia terbawa ke depan dan batu itu menjadi sasarannya, Kiok Eng membalik dan melihat kakek itu maka si kakek mengangguk-angguk dan mengeluarkan sedikit pujiannya.

"Bagus, sudah hebat, tapi terlalu lamban. Hm, kalau ilmumu sudah sedemikian tinggi tentu sebelas gurumu lebih hebat lagi, bocah, dan aku jadi ingin mengukur seberapa sebenarnya tinggi kepandaianmu. Keluarkan!"

Kiok Eng terkejut.

Bentakan itu disusul gerakan si kakek dan tahu-tahu lawanpun lenyap.

Lagi seperti tadi kakek inipun menghilang.

Kiok Eng yang sudah memiliki Sin-719 bian Gin-kang (Ilmu Kapas Sakti) merasa kalah cepat dengan kakek itu.

Dan ketika ia terbelalak tak tahu lawan di mana maka kesiur angin dingin menyambar tengkuknya dan tahu-tahu kakek itu telah di belakang.

"Siut-plak!"

Kiok Eng membalik dan secepat kilat menangkis.

Ia melengking dan mengerahkan Kiam-ciang namun terhuyung.

Kali ini ia merasa betapa kakek itu sedemikian kuatnya.

Kalau ia besi maka kakek itu baja! Dan ketika ia terbeliak dan kaget serta marah maka si kakek menyerangnya lagi dan gadis ini kalang-kabut.

"Ha-ha, keluarkan semua kepandaianmu, anak perempuan. Kerahkan semua tenagamu dan sambut pukulan-pukulanku.... plak-plak!"

Kiok Eng tergetar dan terbanting.

Ia demikian kaget dan bergulingan sementara Wi Tok mulai berteriak-teriak.

Pemuda itu khawatir melihat gurunya tapi si kakek gundul tertawa-tawa.

Dan ketika ia berkelebat dan mengejar Kiok Eng, gadis itu baru saja meloncat bangun maka pukulan atau dorongan tangannya membuat gadis ini terhuyung dan mengelak serta menangkis ke sana ke mari.

Kiok Eng mengerahkan sinkangnya namun kian lama kian pedas.

Ia merasa tulang kakek itu sudah berubah baja, Tangan Pedang atau pukulan apapun tak mempan.

Dan ketika Kiok Eng mendesis dan menjadi marah, membentak dan menggerakkan rambutnya maka senjata itulah yang dipakai agar tidak beradu lengan, berkelebat dan mengimbangi kakek itu sementara ujung saputangannya sudah dipilin membentuk toya.

Dengan senjata ini pula ia menghadapi kakek itu.

Tapi ketika semua rambut dan toya buatan terpental semua, telapak mulai pedas dan sakit maka Kiok Eng menerima pukulan atau dorongan yang membuat ia jatuh bangun.

Hanya berkat kekerasan hatinya saja ia meloncat bangun, melawan dan menghadapi kakek itu mati-matian.

Tapi ketika ia720 terdesak dan saputangan akhirnya hancur, rambut juga berodol dan ia matang biru maka Wi Tok tak tahan lagi dan tiba-tiba melompat ke depan.

"Suhu, aku terpaksa menyerangmu!"

Kakek itu terkejut.

Wi Tok, muridnya tiba-tiba kalap dan menyerangnya dengan marah.

Pemuda itu sungguh- sungguh sementara Ang-mo-kang siap-siap dilontarkan pula.

Pemuda itu sudah berjongkok dan akan bertanding mati-matian.

Dan ke tika ia terkekeh dan mengebut membuat dua anak muda itu terlempar, kali ini Kiok Eng tak dapat menahan diri lagi maka gadis itu terbanting dan mengeluh sementara Wi Tok juga terlempar di dekatnya, meringis.

"Bruk-bruukk...!"

Dua anak muda ini menggeliat.

Kakek itu tertawa tapi ia tidak menyerang Kiok Eng lagi, membiarkan gadis itu bangun duduk dan pucat serta memandangnya berapi- api.

Kiok Eng seakan hendak menelan kakek itu, biarpun kalah.

Dan ketika kakek itu kagum akan daya tahan gadis ini, betapapun dia harus memuji maka Siang Lun Mogal, kakek ini mengebut menyambar muridnya.

"Heh, katakan kepadaku kenapa kau membela gadis ini. Apa yang menyebabkan kau seperti orang sinting, Wi Tok, guru sendiri kau lawan!"

"Maaf, aku.... aku mencintainya, suhu. Dan nenek May- may serta yang lain-lain menyetujuiku. Kalau kau membunuhnya berarti kau menghancurkan masa depanku. Nah, itulah jawabanku!"

"Heh-heh, cinta! Kau tahu apa tentang cinta? Tahukah kau gadis ini tak membalasmu? Kau bodoh, Wi Tok, tolol dan goblok. Lagi pula ini murid musuh!"721

"Tidak, bukan musuh. Dia dan gurunya memusuhi Dewa Mata Keranjang, suhu, dan aku membuktikan sendiri. Kiok Eng bukan musuh melainkan sahabat. Dan tentang cinta, ah... kaulah yang tak tahu. Kami sudah bersama- sama sejak tiga empat minggu lalu. Kalau dia tak suka kepadaku tak mungkin bersama-sama!"

"Hm-hm, baiklah. Anak muda mabok cinta memang begini. Baik, kalau begitu katakan kenapa kau datang kembali, Wi Tok. Bukankah kuperintahkan kau ke kota raja. Apakah kau tak dapat menemukan ibumu!"

"Aku sudah menemukannya...."

"Kalau begitu kenapa datang ke sini?"

"Suhu jangan memotong dulu. Aku ke sini karena ada perlunya, yakni minta bantuan suhu. Sebab ketika aku bertemu Dewa Mata Keranjang aku kalah, padahal belum Fang Fang, muridnya yang jauh le bih sakti itu!"

"Hm, kau kalah?"

Mata kakek itu tiba-tiba berkilat, Kiok Eng terkejut melihat kilatan itu, seperti naga marah.

"Lalu apa yang dilakukan Dewa Mata Keranjang?"

"Dia tahu aku muridmu, suhu, tapi ketika aku terdesak maka muncullah guru Kiok Eng ini. Kakek itu pergi dan melarikan diri."

"Ha-ha, dia lari karena kau muridku?"

"Jangan sombong!"

Kiok Eng tiba-tiba berseru.

"Kakek itu lari karena takut kepada para suboku, locianpwe, bukan karena Wi Tok. Biarpun kau sendiri di depannya tak mungkin Dewa Mata Keranjang itu takut!"

"Kiok Eng...!"

Wi Tok terkejut.

"Kenapa kau membela tua bangka itu?"

"Hm, aku tak suka kebohongan. Kau dan aku harus jujur,722 Wi Tok, tak usah menyenangkan gurumu dengan mengatakan yang tidak benar. Dewa Mata Keran jang memang tidak takut kepadamu, biar pun kau adalah murid gurumu ini. Dan karena selama ini kakek itu selalu pergi kalau bertemu suboku maka kepada suboku itulah dia lari!"

"Hm-hm, bocah yang pedas, keras dan tinggi hati!"

Siang Lun Mogal tiba-tiba terkekeh.

"Temanmu ini bukan gadis yang baik, Wi Tok, apalagi untuk dicinta. Uh, celaka kau nanti. Sebaiknya dia dibungkam dan lempar mayatnya kepada nenek May-may dan lain-lainnya itu!"

"Tidak!"

Wi Tok tiba-tiba berseru, melihat gurunya menggerak-gerakkan tangan "Kau tak boleh mengganggunya, suhu, sekali lagi tidak. Aku mencarimu karena hendak melapor ini, atau aku pergi dan biarkan aku bersama gadis ini!"

"Hm, heh-heh... cinta! Dimabok cinta! Heh, kau buta dan gila, Wi Tok, masa seberani ini kau hendak menentangku. Hm, aku jadi penasaran. Coba kau mau apa kalau aku membunuhnya"

"Suhu....!"

Kakek itu bergerak.

Dia menjadi marah melihat muridnya demikian mati-matian membela Kiok Eng.

Gadis itu adalah murid May-may sementara nenek itu adalah isteri Dewa Mata Keranjang.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Dia gemas dan penasaran akan cinta muridnya ini.

Maka ketika dia membentak dan ingin menguji, tangan bergerak dan tahu-tahu menyambar Kiok Eng maka Wi Tok berseru keras dan menghantam gurunya dari samping dengan pukulan Katak Merah itu.

"Duk!"

Wi Tok terbanting dan mencelat.

Pemuda ini mengeluh723 sementara Kiok Eng yang ada di sana mengelak dan menangkis.

Dia merasa sambaran angin kuat menerpanya.

Tapi ketika dia juga terlempar dan terguling-guling, gadis itu mengeluh maka Wi Tok meloncat bangun berseru menggigil, tubuhnya masih terhuyung dan limbung.

"Suhu, dengar kata-kataku. Sekali lagi kau mengganggunya aku akan bunuh diri di sini. Nah, kaubunuh aku dan dia sekalian kalau ingin membunuhnya!"

Kakek itu tertegun, melotot.

"Kau gila?"

"Kau yang gila, suhu. Sudah kukatakan aku mencintainya tapi kau tak perduli. Kau mengancam masa depanku. Kau hanya membuat gadis itu marah. Nah, bunuhlah aku sekalian kalau kau ingin membunuhnya!"

"Ha-ha-ha-ha......!"

Kakek itu tiba-tiba tertawa bergelak.

"Begini mabok akan cintamu itu, Wi Tok, kau tak waras dan nalar lagi. Aiihh, gurumu si tua bangka ini harus mengalah. Baik, aku hanya ingin melihat kesungguhanmu, Wi Tok. Kalau kau benar-benar mencintainya biar lah dia hidup. Tapi gadis inipun harus menerimamu, atau dia mampus di tanganku!"

Dan membalik serta mengancam Kiok Eng kakek itu membentak.

"Bocah, kau melihat kesungguhan muridku, bukan? Kau tak akan menyia-nyiakan cintanya? Jawab dan katakan sekarang, maukah kau menjadi isterinya atau mampus menyakiti muridku!"

Kiok Eng bersinar-sinar. Ia telah merasakan betapa hebat dan luar biasanya kakek ini, tapi karena dia bukan gadis penakut dan tak gentar menghadapi ancaman iapun menjawab, tenang dan gagah.

"Siang Lun Mogal, aku dan Wi Tok telah berjanji untuk tidak membicarakan724 ini dulu sebelum cita-citaku berhasil. Kau tak dapat memaksaku memberi jawaban. Kalau kau tak senang dan ingin membunuhku silakan, bunuhlah!"

Kakek itu mendelik. Tentu saja ia marah dan geram, tapi kagum menghadapi gadis pemberani ini ia tergerak juga untuk bertanya.

"Kau mempunyai cita-cita apa?"

"Membunuh Dewa Mata Keranjang dan muridnya, suhu. Itulah cita-cita Kiok Eng!"

Wi Tok mendahului berseru.

"Hm, aku tak tanya kau,"

Sang guru melotot.

"Biar gadis ini menjawab, Wi Tok. Tutup mulutmu!"

"Tak usah kujawab,"

Kiok Eng berseru lantang.

"Wi Tok sudah mengatakannya, kakek sombong. Kalau kau dapat menghadapi Dewa Mata Keranjang atau muridnya aku siap menerima muridmu!"

"Nah,"

Wi Tok melonjak girang.

"Kau dengar itu, suhu. Kiok Eng menerima cintaku kalau kau membantuku menghadapi kakek lihai itu. Aku kewalahan menghadapi Dewa Mata Keranjang dan tak yakin menghadapi muridnya yang lebih sakti itu!"

"Hm-hm, kau membuatku menjadi penasaran saja,"

Kakek ini mengerotokkan buku-buku jarinya.

"Kalau kau tak dapat mengalahkan Dewa Mata Keranjang berarti kau harus di sini lagi, Wi Tok, delapan sampai sepuluh bulan. Kau harus mewarisi ilmu baruku!"

"Hoat-lek-kim-ciong-ko?"

"Benar."

"Aku setuju! Tapi, eh.... bagaimana gadis ini!"

Wi Tok terkejut dan menoleh, sadar dan cepat memandang Kiok Eng tapi gadis itu mendengus. Kiok Eng tentu saja tak sudi ditahan di situ berbulan-bulan. Dan ketika apa yang dikhawatirkan pemuda ini terjadi maka gadis itu berkata,725

"Wi Tok, pada dasarnya aku ke sini adalah menemanimu untuk menemui gurumu. Kalau kau hendak berlatih Hoat- lek-kim-ciong-ko dan harus delapan atau sepuluh bulan di sini tentu saja aku tak sudi menemani. Silakan belajar dan biar aku pergi!"

"Eh, tunggu. Nanti dulu!"

Pemuda itu gugup.

"Kalau kau pergi tentu saja aku-pun tak jadi mempelajari ilmu itu, Kiok Eng. Lebih baik bersamamu daripada berpisah!"

"Wi Tok!"

Sang guru membentak, marah besar.- "Kau lebih memberatkan perempuan daripada ilmu dahsyat itu? Kau tak mau belajar kalau gadis ini pergi? Heh, buka mata dan otakmu baik-baik, anak bodoh.

Gadis itu tak mungkin lari ke manapun pergi.

Kau dapat mencarinya setelah selesai.

Justeru aku senang kau sendirian di sini, berlatih tanpa cabang!"

"Tidak, Kiok Eng bagiku segala-galanya, suhu. Kalau ia pergi lebih baik aku ikut. Aku tak dapat berpisah!"

Sang guru terbelalak.

Pemuda itu sudah melompat mengikuti Kiok Eng karena gadis ini sudah meninggalkan tempat itu.

Kiok Eng sekarang tahu dan mengenal kelihaian kakek gundul ini.

Diam-diam dia membayangkan bahwa agaknya hanya ayahnya yang mampu menandingi, Dewa Mata Keranjang belum tentu menang.

Dan ketika ia meloncat sementara Wi Tok menyusul, ia geli namun juga terharu oleh cinta pemuda ini maka kakek itu membentak dan tahu-tahu melayang di depan mereka.

"Wi Tok, tunggu. Sekali lagi kutanya kau, apakah benar tak mau mempelajari Hoat-lek-kim-ciong-ko dan lebih memberatkan setan betina ini!"

"Aku tak mau berlatih itu. Kalau Kiok Eng pergi aku juga pergi, suhu. Kau bantu saja kami menghadapi Dewa726 Mata Keranjang dan muridnya. Kau harus keluar dari Padang Siluman!"

"Keparat, bagaimana kalau gadis ini di sini?"

"Maksud suhu?"

"Aku dapat membuatnya tak jadi pergi, Wi Tok, dengan cara ini!"

Dan si kakek yang menampar dan menepuk Kiok Eng tiba-tiba secepat kilat merobohkan gadis itu.

Kiok Eng terkejut dan mengelak namun kalah cepat, ia berteriak dan terbanting roboh.

Dan ketika Wi Tok terkejut melihat gurunya merobohkan gadis itu, Kiok Eng pingsan maka kakek ini terkekeh.

"Nah, begini baru dapat. Kau tak perlu lagi ikut dia, Wi Tok, melainkan dia yang ikut kau. Panggul dan bawa dia kembali!"

Pemuda ini tertegun.

Sebenarnya dia bingung menghadapi pilihan gurunya.

Hoat-lek-kim-ciong-ko adalah ilmu dahsyat yang belum diturunkan.

Tapi karena dia lebih memberatkan Kiok Eng dan tak mau berpisah, biarlah Hoat-lek-kim-ciong ko dipelajari lain kali saja maka dia memilih meninggalkan gurunya dan justeru meminta gurunya membantu mereka berdua saja.

Kini setelah gurunya merobohkan gadis itu dan ia tertegun, antara bingung dan senang maka gurunya mengusap kepala Kiok Eng dengan uap hijau, uap yang keluar dari telapak gurunya setelah digosok sejenak.

"Nah, bawa dan selanjutnya kau akan senang. Gadis ini tak akan melawan lagi, Wi Tok, ia telah kubuang kesadarannya."

"Apa?"

Pemuda itu terkejut.

"Suhu membuang kesadarannya?"

"Ya, untuk sementara waktu. Usapanku tadi mempunyai kekuatan sebulan, setelah itu harus kuusap dan kubuang727 kesadarannya lagi. Bawa dan panggul gadis ini, Wi Tok. Kembali ke tempat kita!"

Pemuda itu termangu. Wi Tok masih bingung oleh perbuatan gurunya ini, tapi ketika gurunya bergerak dan hendak pergi mendadak dia berseru mencegah.

"Suhu, apakah gadis ini tak ingat segala-galanya. Apakah aku hanya akan menghadapi patung hidup!"

"Hm, untuk apa bertanya. Hoat-lek-kim-ciong-ko telah mempengaruhi sukmanya, Wi Tok, diapakan saja gadis itu tak akan membantah. Sudahlah bawa gadis itu dan kau boleh memperlakukannya sebagai isterimu. Eh, apakah kau sudah menggaulinya atau belum!"

Wi Tok terkejut.

"Eh, kau tak dapat menjawab?"

"Tidak, eh..... belum, suhu!"

"Heh-heh, kalau begitu ini kesempatan bagus. Bawa dan perlakukan dia seperti isterimu, tundukkan kuda liar ini luar dalam!"

Kakek itu berkelebat dan lenyap di padang rumput.

Bukit itu kembali sunyi dan Wi Tok berdebar.

Kata-kata gurunya membuat dia memerah, nafsu segera bergetar.

Dan ketika dia membungkuk dan menyambar tubuh itu, memeluk dan mendekap tiba-tiba hasrat berahinya berkobar! Kiok Eng sekarang telah roboh di tangan gurunya, diberikan kepadanya dan ia bebas memperlakukan apa saja.

Tapi ketika ia mencium dan hendak melumat bibir itu mendadak Wi Tok teringat sesuatu, menahan dan tak jadi mendaratkan ciumannya dan tiba-tiba iapun takut sendiri.

Apa reaksi gadis ini kalau tahu digauli? Bukankah kebencian dan kemarahan yang bakal dihadapi? Dan ia728 tak sanggup menerima kebencian Kiok Eng.

Tidak, ia ingin menerima cinta, bukan benci! Dan ketika nafsu perlahan-lahan turun dan Wi Tok sadar kembali mendadak pemuda ini memukul kepala sendiri berseru mengumpat.

"Tidak, aku tak akan berlaku serendah itu kepada orang yang kucintai, suhu. aku tak akan menggauli gadis ini secara paksa. Aku ingin menerima cinta Kiok Eng, bukan kebenciannya!"

Dan memanggul serta membawa gadis itu akhirnya Wi Tok berkelebat ke belakang bukit, masuk dan lenyap di dalam guha sementara tawa yang aneh tiba-tiba menggaung menggetarkan padang ilalang.

Siang Lun Mogal yang melihat semuanya ini melepas gemas dan kecewanya kepada sang murid.

Begitu tergila-gilanya Wi Tok kepada gadis itu.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan ketika Wi Tok memasuki guha dan kakek itu entah berada di mana maka Wi Tok menunggui Kiok Eng sampai menjelang pagi.

Benar apa yang dikata kakek gundul itu.

Kiok Eng mengeluh dan merasa kehilangan semua ingatannya akan masa lalu.

Usapan sakti Hoat-lek-kim-ciong-ko membuat dia tak ingat apa-apa lagi.

Wi Tokpun dipandangnya heran ketika ia menggeliat dan mengeluh.

Namun karena perasaannya membisikkan bahwa pemuda ini pernah dekat dengannya, ia terbelalak dan merasa pusing maka Wi Tok yang ingin membuktikan kata-kata gurunya menyambar dan mencekal lengan halus itu.

"Kiok Eng, kau sudah sadar? Kau tak apa-apa?"

"Siapa kau?"

Gadis ini malah bertanya, terbelalak namun tiba-tiba menyandarkan kepalanya di dinding guha, pusing.729

"Aku merasa kepalaku pening..... bumi seakan berputar. Ooh, siapa kau, sobat. apa yang terjadi denganku." * "Hm, aku Wi Tok, sahabatmu, orang yang mencintaimu! Apakah kau tak ingat kepadaku, Kiok Eng? Kata pernah bersama-sama, tiga minggu lebih. Tidak ingatkah kau ketika kita sama-sama menyerbu Liang-san!"

"Aku..... aku tak ingat apa-apa. Ooh, kepalaku pening, Wi Tok, tubuhku lemas!"

Kiok Eng rebah dan Wi Tok tertegun.

Gadis itu benar-benar tak ingat siapa dirinya dan ia kagum.

Pengaruh Hoat-lek-kim-ciong-ko ternyata demikian besar dan hebat sekali.

Tapi kasihan melihat gadis itu pusing maka Wi Tok menyandar kannya setengah duduk dan tiba-tiba mendengar perut gadis itu berkeruyuk.

"Kau lapar, perutmu minta isi. Eh, tunggu sebentar di sini, Kiok Eng, kucarikan makanan!"

Gadis itu tak menjawab.

Kiok Eng merasa bingung bagaimana tiba-tiba dia di situ, siapa pemuda bernama Wi Tok itu dan bagaimana ia tak ingat namanya sendiri.

Ia bernama Kiok Eng? Aneh, ia tak tahu tapi merasa dekat dengan nama itu.

Juga pemuda bernama Wi Tok itu.

Ia merasa tak kenal tapi perasaannya paling dalam mendekatkan ia kepada pemuda itu.

Dan ketika ia bingung dan pening oleh semua itu maka Wi Tok telah datang lagi dan membawa bermacam buah-buahan dan minuman segar, air gunung yang jernih! "Makanlah, dan minumlah air dingin ini.

Kau hanya lemas oleh perutmu yang kosong, Kiok Eng, setelah itu sehat kembali dan kau akan kuat!"

Gadis ini memandang pisang dan buah segar yang dibawa Wi Tok.

Perutnya tiba-tiba berkeruyuk dan ia tak malu-malu lagi menerima itu, Wi Tok tersenyum dan730 memberikan minumnya pula.

Dan ketika perlahan tetapi pasti ia merasa kuat dan peningpun berangsur hilang maka tiga buah pisang telah memasuki perutnya ditambah sebutir apel.

Wajah itu juga mulai memerah dan segar.

Wi Tok berseri-seri.

"Hm, cantik sekali. Pagi ini kau cantik dan luar biasa, Kiok Eng. Wajahmu mengalahkan matahari pagi!"

Gadis itu tak berubah, dingin, tak bergeming oleh pujian. Dan ketika Wi Tok berkerut oleh perubahan ini maka gadis itupun bangkit berdiri dan memandang kepadanya, mata itu juga kosong dan tak ingat apa-apa.

"Wi Tok, siapakah aku ini. Bagaimana ada di sini dan tempat apa pula ini. Apa yang terjadi denganku."

"Hm, kita di Padang Siluman. Kita di sini untuk menemui guruku, Kiok Eng, dan aku akan belajar Hoat-lek-kim- ciong-ko. Maukah kau di sini tinggal bersamaku!"

"Aku tak tahu apa-apa, tak ingat apa-apa. Kalau kau menganggap tempat ini baik maka aku juga menurut. Ilmu apa Hoat-lek-kim-ciong-ko itu, Wi Tok, dan siapa gurumu."

"Guruku adalah Siang Lun Mogal, tokoh sakti dari Mongol. Eh, kau tak ingat guruku juga, Kiok Eng? Kau tak kenal ke padanya?"

Gadis ini menggeleng.

"Hm, kalau begitu tak apa-apa. Sekarang bagaimana perasaanmu kepadaku."

"Aku seakan pernah dekat denganmu, tapi tak kuingat siapa kau."

"Tapi kau percaya kepadaku?"

Gadis itu mengangguk.731

"Bagus, kalau begitu kita keluar, Kiok Eng. Hari ini aku akan mulai belajar Hoat-lek-kim-ciong-ko!"

Wi Tok girang, menyambar dan menangkap lengan itu dan iapun mencium pipi Kiok Eng.

Tapi ketika gadis itu diam saja dan bersikap acuh, pemuda ini tertegun maka Wi Tok mengeluh karena gadis itu seakan patung batu saja, tak berperasaan.

Dan saat itu terdengar panggilan dan luar agar Wi Tok datang menghadap.

Pemuda ini bergerak dan sudah menuju ke tengah bukit.

Di sana gurunya bersila dan kakek gundul itu tampak berseri-seri.

Muridnya dapat dikendalikan lagi setelah Kiok Eng diambil kesadarannya.

Tapi ketika Wi Tok berseru bahwa gadis itu tak dapat bersikap hangat, ciuman dan segalanya disambut dingin-dingin saja maka kakek itu tertawa bergelak.

"Ha-ha, tentu. Nanti setelah habis semuanya akan pulih, Wi Tok. Hoat-lek-kim ciong-koku memang membuatnya begitu. Duduklah, dan biarkan ia di sana. Hari ini kau mulai menerima pelajaran pertama dan lihat tengkorak itu!"

Wi Tok semula acuh. Tapi ketika ia melihat betapa tengkorak yang dituding gurunya bergerak, datang dan berkelotakan maka ia terkejut dan tertarik juga.

"Ha-ha, lihat itu, Wi Tok. Setelah matipun kita dapat menguasai jasad orang itu dengan Hoat-lek-kim-ciong- ko. Kau akan dapat melakukan segala-galanya dengan ilmu ini. Dari sinipun kau dapat menyerang musuhmu!"

"Hm, siapa dia?"

"Songa."

"Ah, pemimpin suku Uighur?"

"Benar, Wi Tok, dan aku membunuhnya sebulan yang732 lalu. Jasad dan nyawanya kini dapat kupermainkan sesukaku, ha-ha...... lihat!"

Dan ketika kakek itu membentak dan mendorongkan telapaknya ke depan tiba-tiba tengkorak manusia itu terhuyung mau roboh, berjalan dan terseok lagi sementara rintih dan tangis yang aneh terdengar memilukan.

Wi Tok membelalakkan mata sampai akhirnya tengkorak itu roboh, telungkup di depan gurunya.

Dan ketika gurunya menyeringai dan membentak nyaring maka tengkorak itu disuruh bangun untuk mengambil mayat di belakang gunung.

"Songa, bawa isterimu ke sini. Perlihatkan itu kepada muridku!"

Wi Tok terkejut.

Untuk kesekian kalinya lagi tengkorak itu bergerak, limbung dan berjalan berkelotakan sementara tubuh gurunya tiba-tiba memancarkan uap kehijauan.

Lengan gurunya diangkat ke depan sampai tengkorak itu hilang, lenyap di balik bukit.

Dan ketika Wi Tok menunggu dan termangu dengan muka pucat maka pemimpin Uighur yang sudah menjadi tengkorak itu datang lagi dengan membopong mayat wanita, dan Wi Tok tertegun ketika mengenal bahwa itulah isteri muda pemimpin Uighur itu.

"Turina!"

"Ha-ha, benar....!"

Sang guru tertawa bergelak.

"Wanita ini melayaniku siang malam, Wi Tok, dan suaminya akhirnya tahu. Songa marah, menyerang ke sini. Dan dia kubinasakan setelah sebelumnya menjadi korban Hoat- lek-kim-ciong-koku. Ha-ha, semua wanita-wanita Uighur telah menjadi selirku kini. Lihat mereka itu!"

Wi Tok meremang dan pucat mukanya.

Dari balik bukit di kiri kanan muncul tengkorak berambut panjang, jumlahnya empat puluh lebih dan Wi Tok tiba-tiba silau.733 Pemuda ini tak tahu betapa gurunya tiba-tiba menggerakkan lengan ke belakang tengkuknya, sinar hijau menyambar dan lenyap memasuki belakang kepala pemuda itu.

Dan ketika Wi Tok terbelalak karena tengkorak-tengkorak itu sudah berubah ujud, kembali seperti wanita-wanita Uighur yang cantik maka pemuda ini ternganga mengenal satu demi satu dari semua wanita-wanita cantik itu.

Tengkorak itu sudah berubah menjadi manusia asli sesuai bentuknya semula.

"Khesani.... Ciuli... Yalini...! Ah, semua ada di sini, suhu. Mereka adalah gadis-gadis yang dulu menggodaku!"

"Ha-ha, benar. Dulu kau masih kecil, Wi Tok, sekarang kau sudah gagah perkasa dan menjadi seorang pemuda. Ayo sambut satu di antara mereka dan pilih yang mana paling kausenangi!"

Wi Tok tak sadar terkena cahaya kehijauan dari pengaruh Hoat-lek-kim-ciong ko yang dilepas gurunya.

Ia melihat bahwa yang datang ini adalah wanita-wanita cantik yang dulu menggodanya sewaktu masih kecil, gadis atau wanita-wanita muda Uighur yang cantik- cantik.

Dan ketika ia tertegun memandang Yalini, itulah puteri Songa pemimpin Uighur tiba-tiba Wi Tok mengeluh tertahan dan gadis yang di pandang itu mendadak berlari dan menubruknya.

"Cup!"

Wi Tok mendapat ciuman hangat dan seketika tergetar.

Gadis itu tertawa malu-malu sementara gurunya tertawa bergelak.

Yalini, gadis itu mendapat sorakan yang lain.

Dan ketika gadis itu sudah memeluknya dan menciuminya lagi, bertubi-tubi maka tiba-tiba semua wanita yang ada di situ berlari dan menubruk Wi Tok.

Dan pemuda ini terbakar nafsunya disentuh tubuh-tubuh molek itu.

Ia gelagapan dan mendengus meraih Yalini, juga wanita-wanita lain yang merubungnya terkekeh-734 kekeh.

Dan ketika Wi Tok terguling dan menindih puteri Songa maka pemuda ini serasa terbang mendengar kata-kata gurunya yang sayup sampai.

"Bagus, nikmatilah gadis itu, Wi Tok, bersenang- senanglah. Kau telah mulai dengan pelajaran pertama Hoat-lek-kim-ciong-ko!"

Wi Tok tak sadar dan mendengus-dengus.

Ia terbakar nafsu berahinya karena wanita-wanita itu mulai melepaskan pakaiannya satu demi satu.

Dalam pandangan Wi Tok mereka itu adalah wanita-wanita cantik yang menggiurkan, terutama Yalini yang dulu pernah menjadi cinta monyetnya pertama.

Maka ketika ia bergulingan dan bermain cinta dengan wanita-wanita ini, segala gejolak berahinya yang terbendung meledak di situ, semalam ia harus menekan kuat rindu berahinya kepada Kiok Eng maka bagai seekor kuda jantan pemuda itu bergumul dengan puluhan tengkorak wanita ini.

Wi Tok tak sadar bahwa gurunya telah memaksakan penguasaan Hoat-lek-kim-ciong-ko kepadanya, roh atau semangatnya dikendalikan gurunya itu.

Dan ketika Kiok Eng di sana juga acuh dan dingin memandang semuanya itu, seolah semua kejadian ini tak menggerakkan batin gadis itu maka tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan seorang wanita gagah terjun ke tempat pergumulan itu, menendang dan menyambar Wi Tok yang sudah tidak berpakaian, melemparnya jauh ke balik bukit.

"Siang Lun Mogal, kau kakek jahanam keparat. Kau manusia binatang. Aihh, kauapakan pemuda ini dan sungguh tak tahu malu.... dess!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Wi Tok mencelat dan mengeluh oleh tendangan dahsyat itu, terlempar ke balik bukit dan tentu saja kesadarannya seketika muncul.

Pengaruh Hoat-lek-kim-ciong-ko lenyap, terganti735 kesadaran biasa yang membuat ia pucat dan ngeri.

Dan ketika tengkorak-tengkorak wanita itu juga berhamburan mencelat ditendang wanita ini, kakek gundul itu terkejut maka wanita gagah itu sudah berhadapan dengan kakek ini yang cepat bangkit berdiri.

Seorang wanita berusia empatpuluhan tahun namun yang masih gagah dan cantik berdiri di depannya dengan mata berapi-api, tangan bertolak pinggang.

"Mogal, kau tua bangka keparat. Jadi beginikah kiranya kau membunuh keponakanku Nandini. Mana mayatnya!"

"Hm-hm!"

Kakek itu terbelalak, wajah berubah.

"Siapa kau, wanita siluman. Ada apa mencampuri urusanku dengan murid sendiri. Apa maumu!"

"Kau, pemuda itu....?"

"Benar, ia muridku. Ia Wi Tok, pewaris ilmuku Hoat-lek- kim-ciong-ko. Heh, siapa kau, setan betina. Sebutkan namamu atau kau menjadi seperti mereka itu!"

"Aku Nagi, bibi dari keponakanku Nandini. Aku dengar ia kauculik dan tentu kauperlakukan tak senonoh. Heh, Siang Lun Mogal tua bangka keparat, mana keponakanku Nandini atau kau mampus..... siut!"

Sebatang seruling tahu-tahu dicekal dan kakek ini terkejut, suling mengaung dan mengeluarkan bunyi seperti lengking rajawali betina.

Dan ketika suling itu diputar dan digerak-gerakkan kuat maka bunyi seperti lagu seakan tertiup dari bibir secara langsung.

"Hm!"

Kakek itu kagum, terkekeh dan tiba-tiba menutupi rasa kagetnya.

"Melihat suling itu seperti melihat Sin-kun Bu-tek, siluman betina. Apa hubunganmu dengan kakek itu kalau benar dugaanku."

"Aku cucunya, sekaligus muridnya. Kau masih awas736 pandangan dan mana ke ponakanku Nandini!"

"Heh-heh, gadis bermata lebar itu? Sayang sekali, ia tewas membunuh diri, nyonya, tapi kau dapat menggantikannya kalau mau.... wutt!"

Kakek ini menyergap dan tangan kanannya tiba-tiba mencengkeram, cepat dan luar biasa tapi lawan tak dapat ditipu.

Wanita ini sejak tadi memasang kewaspadaannya, jeli terhadap segala gerak-gerik kakek itu.

Maka ketika si kakek mencengkeram dan ia meloncat mundur maka terkaman luput dan wanita itu melengking.

Si kakek bergerak dan menyerangnya lagi.

"Bagus, kau lihai, nyonya. Tapi mana tua bangka Sin-kun Bu-tek. Aku tak melihat dan jangan-jangan ia bersembunyi... wut-plak!"

Si kakek menyergap dan maju lagi namun lawan menangkis.

Nagi, wanita ini membentak dan menggerakkan sulingnya membentur kakek itu.

Dan ketika Siang Lun Mogal tergetar dan kagum membelalakkan mata maka bergeraklah wanita itu melakukan balasan, melengking dan menggerakkan suling dan segera senjata itu mengaung mengeluarkan bunyi aneh, kian lama kian tajam dan tinggi nadanya.

Lalu ketika tubuh itu juga berkelebatan bagai walet menyambar-nyambar, tangan kirinya bergerak tak tinggal diam maka suling dan tangan kiri susul-menyusul melakukan serangan, dahsyat mendesak kakek ini.

"Bagus, hebat dan lincah. Heh-heh, tak rugi Sin-kun Bu- tek menurunkan ilmunya kepadamu, siluman betina, tapi kau masih tak dapat mengalahkan aku. Lihatlah, sulingmu menjadi ular.... blar!"

Kakek itu mengebut dan suling tiba-tiba saja menjadi ular, membalik dan mau mematuk wanita itu tapi tangan kiri wanita ini balas mengebut.

Nyonya itu mengeluarkan seruan nyaring sambil meledakkan ujung baju.

Dan ketika ular lenyap737 menjadi suling kembali, kakek gundul terkejut maka berkelebat sesosok bayangan lain dan muncullah seorang laki-laki tinggi besar berkulit hitam, wajahnya segi empat dan membayangkan kejujuran serta kegagahan simpatik.

"Niocu, jangan lawan sendiri kakek jahanam itu. Mari kubantu!"

Sebatang tongkat menderu dan menghantam kakek ini dari samping.

Laki-laki gagah itu muncul dengan suaranya yang berat, gagah dan berwibawa.

Dan ketika lawan mengelak dan tongkat menghantam tanah, meledak dan hancur maka wanita cantik itu sudah dibantu laki-laki ini yang ternyata suaminya.

"Bagus, kau dari samping, biar aku dari depan. Kakek jahanam ini membunuh Nandini, suamiku. Dan ia membunuh sekian banyak pula wanita dan pemimpin Uighur. Keparat, hati-hati dengan ilmu sesatnya...... des- desss!"

Kakek itu mengelak dan membalas dan pukulan suami isteri itu menghantam dinding bukit.

Ledakan disusul muncratnya batu dan tanah dan Siang Lun Mogal tampak terdesak.

Kakek ini menyala.

Tapi ketika ia melihat Wi Tok terhuyung di balik gunung maka ia berseru dan membentak muridnya itu.

"Wi Tok, hadapi satu di antara mereka. Musuh kita adalah murid-murid Sin-kun Bu-tek. Cepat, bantu aku!"

Wi Tok mendesis.

Ia baru saja sadar dan keluar dari pengaruh Hoat-lek-kim-ciong-ko setelah ditendang wanita itu.

Ia marah dan terbelalak melihat betapa dirinya disuruh bermain cinta dengan tengkorak.

Tapi betapa gurunya didesak dan berkali-kali gurunya menoleh ke kiri kanan, ia menggeram maka Wi Tok berkelebat dan menyerang wanita cantik itu.738

"Kau membuat malu aku. Keparat, kau menipu aku, suhu. Tapi biarlah kita hadapi dulu orang-orang ini setelah itu kita bicara!"

"Heh-heh, jangan bodon. Hoat-lek-kim ciong-ko memang mengharuskan begitu, Wi Tok. Kau harus menyerap sinar gaib dari tengkorak-tengkorak itu. Kau larus menyatu. Awas hati-hati lawanmu itu karena aku melihat bayangan Sin-kun Butek!"

Wi Tok terkejut dan berseru keras.

Ia telah menyerang wanita ini namun sekali suling menangkis mendadak ia terpental.

Wanita itu tak tahu bahwa ia murid gurunya, itulah sebabnya ia ditendang dan dibebaskan dari pengaruh Hoat-lek-kim-cion ko.

Tapi begitu lawan tahu dan sadar bahwa ia murid si kakek gundul, gurunya yang sakti maka sambil terkekeh dan melakukan dorongan atau kebutan ujung baju gurunya menghalau tongkat di tangan laki-laki gagah itu, sementara dia terpental dan jatuh bangun menghadapi wanita lihai ini.

Wi Tok pucat.

Ia tak tahu siapa lawannya ini tapi mendengar bahwa-wanita itu adalah murid Sin-kun Bu- tek ia terkejut juga.

Di dunia ini hanya dua orang yang ditakuti gurunya, pertama adalah Dewa Mata Keranjang dan kedua adalah Sin-kun Bu-tek.

Tapi karena gurunya telah menambah ilmu dan kini menguasai Hoat-lek-kim- ciong-ko, rasanya tak perlu gentar maka Wi Tok membangkitkan semangat menerjang lagi, memukul dan berkelebat tapi celakanya suara suling menusuk telinganya.

Ia telah mengerahkan sin kang tapi suara itu tetap mengganggu.

Dan ketika wajahnya menjadi merah sementara gurunya berseru agar mengeluarkan Ang-mo- kang (Pukulan Katak Merah), maka Wi Tok tak menunggu waktu lagi dan cepat berjongkok mengeluarkan ilmunya itu, mengerahkan tenaga dari739 perut dan menyalurkannya ke kedua lengan mendorong ke depan.

"Bresss!"

Dan Ang-mo-kang bertemu tiupan hawa suling dan tangan kiri wanita itu.

Lawan terbelalak dan membentak mengerahkan tenaganya menyambut Pukulan Katak Merah, di sana suaminya terdesak dan mulai menerima tamparan-tamparan kakek itu.

Dan ketika Wi Tok terhuyung untuk kemudian terjengkang maka pemuda itu kaget sekali karena Ang-mo-kangpun tak dapat dipakai menghadapi lawan.

"Celaka! Tolong, suhu.... aduh!"

Siang Lun Mogal terkejut.

Ia sudah mendesak dan membuat laki-laki tinggi besar itu kelabakan dan jatuh bangun.

Ia pun mengeluarkan Ang-mo-kangnya dan sinar merah keluar bersama bunyi aneh dari dalam perut.

Akan tetapi ketika muridnya terjengkang dan jelas kalah tenaga, wanita itu hebat maka kakek ini berkelebat dan tiba-tiba meledakkan kedua tangannya sambil berteriak, uap hijau menyambar.

"Wi Tok, masuk ke dalam jubahku. Lihat kesaktian Hoat- lek-kim-ciong-ko!"

Pemuda itu terkejut.

Dia yang sedang bergulingan menyelamatkan diri mendadak disedot telapak gurunya itu, sinar hijau pecah melebar.

Dan ketika wanita yang mengejarnya berseru tertahan, terpaku dan berhenti bergerak maka saat itulah cahaya Hoat-lek-kim-ciong-ko menyambar dan memasuki tubuhnya.

Dan wanita itu seakan tersengat listrik dan tiba-tiba roboh terguling.

"Aduh!"

Seng suami terkejut.

Laki-laki tinggi hitam itu membelalakkan mata, ia baru saja meloncat bangun740 setelah tadi terbanting oleh sebuah, tamparan.

Tapi ketika ia membentak dan hendak menyerang sekonyong- konyong Kakek itu membalik dan sinar lebar dari Hoat- lek-kim-ciong-ko ini menyambarnya.

"Ha-ha, dan sekarang kau, gajah hitam. Robohlah!"

Laki-laki itu berteriak.

Sama seperti isterinya iapun seakan tersengat listrik tegangan tinggi.

Sinar atau cahaya hijau itu menyambar bagian depan tubuhnya, membuat ia tersentak dan terpaku dan sedetik itu ia membelalak.

Tapi ketika ia mengeluh dan roboh terguling, suami isteri itu menerima Hoat-lek-kim-ciong-ko tiba-tiba berkelebat bayangan hitam dan seorang kakek berjenggot panjang tahu-tahu muncul dan menyambar dua orang ini.

"Mogal, kau semakin telengas. Tetapi kau tak boleh mengganggu anak mantuku.... wut-wutt!"

Dan si kakek yang sudah berdiri mengebutkan lengan bajunya akhirnya menyadarkan dua suami isteri itu dan mengusap tengkuk mereka menghilangkan pengaruh Hoat-lek-kim-ciong-ko.

"Kakek...!"

"Suhu!"

Siang Lun Mogal terbelalak.

Kakek gundul yang baru saja merobohkan lawannya ini tampak terkejut dan merah mukanya.

Ia disambar pukulan kuat yang membuatnya mundur, terkejut dan tahu-tahu suami isteri itu sudah diselamatkan kakek ini.

Tapi ketika ia tertawa bergelak mengenal kakek ini, muka yang merah itu membersitkan kemarahan maka Siang Lun Mogal membentak.

"Sin-kun Bu-tek (Malaikat Tanpa Tanding), akhirnya kau741 muncul juga. Bagus, kau menolong anak-anakmu, tapi kau curang menyerang aku. Heh, aku tak terima dan awas pukulan!"

Sinar hijau menyambar dan Hoat-lek-kim-ciong-ko kembali menyebar rata.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kakek itu menarik napas sementara mukanya masih membayangkan kesabaran, ia tak marah atau kurang senang oleh serangan ini.

Tapi ketika dia mendorong dua cucunya dan suling berkelebat menyambut Hoat-lek-kim-ciong-ko, terdengar bunyi mendesis yang amat kuat tiba-tiba sinar hijau tertahan dan dari lubang suling keluar sinar-sinar putih yang menghantam sinar hijau.

"Siang Lun, kau semakin sesat. Bukan ilmu baik yang kaupilih melainkan ilmu yang kotor. Hoat-lek-kim-ciong- komu hebat tapi aku juga memiliki pukulan baru ini..... blarr!"

Dan sinar hijau yang mundur terdorong sinar putih membuat si kakek gundul terhuyung dan pucat mukanya, marah dan menggeram lagi dan tiba-tiba melompat mengayun kedua tangannya.

Dua telapak kakek itu bergetar penuh sinar hijau, lalu ketika dia melepas pukulan ini mendorong lebih dahsyat kakek itu berseru.

"Sin-kun Bu-tek, coba terima lagi pukulanku. Jangan sombong karena sesungguhnya aku belum sempurna menguasai Hoat-lek-kim-ciong-ko!"

"Hm, tak mau kalah. Baik, Mogal, dari dulu sampai sekarang kau tetap keras kepala. Kuterima pukulanmu.... singg!"

Dan suling yang melengking meloncatkan cahaya kilat tiba-tiba menyambut dan memapak Hoat-lek-kim- ciong-ko yang sinarnya terasa dingin dan lebih menyeramkan, jelas masing-masing menambah kekuatan sementara Wi Tok dan suami isteri itu terbelalak memandang.

Kakek gundul tak mau lagi main- main dan langsung pada inti serangannya yang paling742 hebat, dari telapak kakek itu terdengar suara menderu yang membuat baju semua orang berkibar.

Tapi ketika dari suling si kakek berjenggot keluar tujuh cahaya kilat yang menyambut sinar hijau ini, suling melengking meninggi dan menutup deru pukulan Hoat-lek-kim-ciong- ko maka terdengar ledakan dan.....

Siang Lun Mogal terlempar dan terbanting.

Cahaya hijau lenyap dan hancur oleh cahaya putih yang menyambar bagai kilat itu.

"Aughh....!"

Kakek gundul terkejut bukan main.

Hoat-lek-kim-ciong- konya yang berhawa dingin bertemu sinar panas dari tujuh cahaya lubang suling, menyambar dan menghancurkan pukulannya hingga membalik.

Ia terlempar dan terbanting, cepat menggulingkan tubuh menyelamatkan diri.

Dan ketika ia meloncat bangun dan sudut bibirnya mengalirkan darah, Siang Lun Mogal mendelik maka kakek itu tiba-tiba merintih dan menuding, gemetar.

"Sin-kun Bu-tek, pukulan apa yang kaumiliki itu. Augh, kau jahanam keparat .....! "Hm, ini adalah Sian-kong-ciang (Pukulan Sinar Dewa). Hoat-lek-kim-ciong-ko ternyata benar belum kaukuasai sepenuhnya, Mogal. Buang ilmu itu jauh-jauh atau kelak kau bakal celaka sendiri."

"Keparat, kau.... ah!"

Kakek itu memekik.

"Jangan sombong, Sin-kun Bu-tek. Kau menguasai ilmumu sementara aku belum sepenuhnya. Baik, lain kali kita berjumpa lagi dan lihat siapa yang lebih kuat!"

Kakek itu membalik dan meloncat pergi, lupa kepada muridnya dan Wi Tok tentu saja berteriak. Tapi ketika kakek itu berhenti dan menyambar muridnya, lari lagi tiba-tiba Wi Tok menuding Kiok Eng.743

"Nanti dulu, gadis itu di sana, suhu. Ambil dulu!"

Kakek ini melotot. Ia menggereng dan berkelebat ke arah Kiok Eng namun Sin-kun Bu-tek menghadang. Suling di tangan kakek itu menotok. Dan ketika Siang Lun Mogal menangkis dan terpental maka kakek ini menjerit dan menarik muridnya.

"Bedebah, persetan gadis itu, Wi Tok. Kita dapatkan lain kali dan ikut aku!"

Wi Tok kecewa.

Sebenarnya pemuda ini ingin melepaskan diri namun tak jadi.

Ia maklum betapa lihainya lawan-lawan yang ada di situ, terutama kakek berjenggot panjang itu.

Maka mengeluh dan membiarkan dirinya diseret sang guru akhirnya kakek gundul itu dan muridnya lenyap.

Hadirnya Sin-kun Bu-tek membuat kakek Mongol ini mundur, Hoat lek-kim-ciong-ko ternyata dapat dihadapi Pukulan Sinar Dewa itu.

Dan ketika di sana Kiok Eng masih termangu dan memandang dengan sinar mata kosong, apa yang terjadi di depannya seolah tak memiliki kesan apa-apa maka kakek itu melangkah mendekatinya dan menepuk ubun-ubunnya, berkata lembut.

"Nona, sadarlah. Hoat-lek-kim-ciong-ko rupanya telah menguasaimu juga!"

Kiok Eng tersentak.

Tepukan lembut di kepala itu membuat dirinya terkejut sekali, bagai dilempar ke kolam dingin.

Dan ketika semua pengaruh Hoat-lek-kim ciong- ko lenyap dan gadis itu ingat segalanya mendadak ia berjengit dan memandang kakek itu, mencari-cari Wi Tok dan gurunya.

"Kau.... kau siapa? Mana temanku Wi Tok? Dan mana kakek gundul Siang Lun Mogal?"744

"Hm, kau siapa, nona. Melihat pandang matamu kau jelas gadis baik-baik. Bagaimana dapat bersahabat dengan pemuda seperti itu dan gurunya. Kami adalah keluarga perantau, suka berpindah-pindah. Itu cucuku Nagi dan itu suaminya Bhopal. Kau siapa?"

Kiok Eng tertegun.

Tentu saja ia tidak mengenal orang- orang ini tapi ketika wanita cantik itu melompat dekat iapun merasa tertarik.

Wanita ini memiliki mata yang kebiru-biruan dan jelas bukan bangsa Han, tentu wanita Thian-tok atau Nepal.

Dan ketika laki-laki tinggi besar itu juga mendekat dan memandangnya lembut, wajah gagah berkulit hitam itu menunjukkan orang baik-baik maka Kiok Eng menarik napas dalam dan menjawab lirih pertanyaan kakek ini, masih bingung oleh semua yang terjadi.

"Aku Kiok Eng. Aku datang ke tempat ini diajak Wi Tok. Kami.... kami ingin mengajak kakek itu ke pedalaman ."

"Hm, tapi Siang Lun Mogal melumpuhkan sukmamu dengan Hoat-lek-kim-ciong-ko. Aneh, kakek sejahat itu bagaimana membuatmu bergaul erat dengan muridnya, nona. Kau baru saja lepas dari mulut buaya."

"Benar, dan kalau kami tidak datang barangkali kaupun akan menjadi seperti tengkorak-tengkorak itu! Eh, siapa guru atau orang tuamu, Kiok Eng. Kenapa dibiarkan nyasar ke tempat seperti ini. apakah mereka tak menghiraukanmu!"

Kiok Eng terkejut.

Wanita cantik itu, yang bermata kebiru- biruan bertanya dengan nada tak senang.

Yang disalahkan adalah guru atau orang tuanya.

Dan ketika ia tertegun teringat keadaannya, ibunya dan juga ayahnya mendadak gadis ini tersedu! "Bibi, aku....

aku memang tak dihiraukan ayah ibuku.

Aku745 dibiarkan bebas, liar.

Mereka....

mereka menyakitiku dan membuatku benci!"

"Eh, siapa orang tuamu itu. Biar kulabrak!"

Kiok Eng malah mengguguk.

Bertemu dan mendapat perhatian demikian besar tiba-tiba saja ia seolah menemukan sesuatu yang hilang.

Sudah lama ini ia tak merasakan itu.

Maka ketika tiba-tiba wanita itu ingin melabrak ayah ibunya, ia merasa diasingkan maka tentu saja Kiok Eng terharu dan senang tapi juga sekaligus sedih.

Bagaimana tidak sedih kalau ingat dibohongi ibunya sendiri? Bagaimana tidak marah kalau tiba-tiba ibunya berkumpul begitu mesra dengan sang ayah? Padahal ayahnya itu katanya adalah pembunuh, dan begitu bertemu sang ibupun mabok cinta! Lupa kepadanya! Kiok Eng tersedu-sedu dan tidak menjawab pertanyaan- pertanyaan baru.

Ia masih saja mengguguk sampai akhirnya sebuah telapak lembut mengusap pundaknya.

Kakek itu, yang belum diketahui namanya tersenyum mengangguk-angguk.

Rupanya kakek ini dapat merasakan derita batinnya.

Dan ketika ia mengangkat wajahnya mengusap air mata maka kakek itupun berkata kepadanya, halus.

"Kau ikut saja dengan kami. Sementara ini lupakan mereka yang membuatmu berduka. Kau mau?"

Kiok Eng tertegun.

Sikap dan pandang mata kakek itu yang demikian lembut tiba-tiba mengingatkannya akan pandang mata ayahnya, yang waktu itu masih dikenalnya sebagai paman Yong.

Tapi ingat betapa iapun ditipu mendadak gadis ini mengibaskan rambut berdiri dengan sikap tegar.

"Locianpwe, terima kasih atas kebaikanmu. Tapi maaf,746 aku masih banyak urusan dan rupanya tak dapat bersama kalian. Dan kakek gundul itu, hmm, dia membuatku tak sadar dengan Hoat-lek-kim-ciong-konya? Dan apa maksud bibi tadi dengan tengkorak-tengkorak? Apa yang dilakukan kakek itu?"

"Hm, perbuatan terkutuk, keji. Siang Lun Mogal mempermainkan wanita-wanita Uighur untuk menghisap sari patinya, Kiok Eng, menambah kekuatan dengan nafsu jahat sampai wanita-wanita itu tewas. Kakek jahanam itu melatih Hoat-lek-kim-ciong-ko dengan cara biadab, mempermainkan dan kemudian menghisap sumsum tulangnya sampai korban-korbannya mati. Dan karena semua korban rata-rata menyerah dan tunduk kepadanya dulu, semangat dan sukma mereka dibetot maka sampai matipun jasad mereka masih dapat dipakai dan tadi muridnya disuruh menggauli tengkorak- tengkorak itu!"

"Apa?"

"Sudahlah, kejahatan kakek itu tak usah disebutkan di sini, nanti semua orang bisa muntah. Kita kembali saja kepada urusan kita, Nagi. Bagaimana dengan nona ini dan apakah keponakanmu Nandini telah tiada."

Kakek berjenggot itu tiba-tiba menyudahi dan memotong wanita cantik itu agar tidak membicarakan kekejaman Hoat-lek- kim-ciong-ko.

Ilmu itu memang ilmu hitam karena Siang Lun Mogal mempermainkan korbannya dulu, menghisap dan kemudian membunuh perlahan-lahan dengan cara mengambil sumsumnya.

Hanya mereka yang memberontak dan mati bunuh diri yang tak akan dapat dikuasai kakek itu.

Dan karena Sin kun Bu-tek tak ingin hal ini diceritakan maka ia menutup pembicaraan tapi Kiok Eng yang terlanjur mendengar itu justeru menjadi penasaran.747

"Tidak, aku ingin bertanya dulu tentang temanku Wi Tok itu, locianpwe. apa maksudnya dengan menggauli tengkorak-tengkorak!"

"Hm, maksudnya adalah bermain cinta. Pemuda itu dipaksa gurunya untuk menerima tingkat pertama dari Hoat-lek-kim-ciong-ko, nona, dan guru serta murid tak layak kauanggap teman. Mereka itu orang-orang berbahaya, jauhi dan jangan dekat-dekat."

Kiok Eng tertegun.

Lamat-lamat dia ingat kejadian itu, betapa Wi Tok bergumul dengan sekian banyak tengkorak wanita.

Dan marah serta muak teringat ini tiba- tiba dia menjadi jijik kepada kakek gundul itu.

Wi Tok sendiri masih dianggapnya setengah-setengah karena jelas di paksa gurunya, jadi kakek itulah yang harus dimaki.

Dan marah namun maklum akan kehebatan kakek itu Kiok Engpun meremas jarinya mengepal tinju.

Tiga orang di depannya ini agaknya masih mengharap kesediaannya.

"Baiklah,"

Akhirnya dia berseru sekali lagi.

"Terima kasih atas kebaikan dan budi kalian, locianpwe. Tapi harus kukatakan di sini bahwa aku tak ingin mengikuti kalian. Aku masih mempunyai urusan dan keperluan pribadi. Biarlah aku pergi dan mudah-mudahan dapat bertemu lagi!"

"Tunggu,"

Wanita itu tiba-tiba bergerak.

"Aku ingin bertanya sedikit, Kiok Eng. Bolehkah kutahu siapa guru atau orang tuamu. Mungkin kami dapat menegurnya kalau bertemu di tengah jalan!"

"Hm!"

Kiok Eng tiba-tiba tersenyum dingin.

"Ayah ibuku tak ingin kusebutkan, bibi, begitu juga guruku. Maaf aku tak dapat memberi tahu!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Kalau begitu aku memaksamu!"

Wanita itu tiba-tiba748 membentak, tubuh meloncat dan tahu-tahu menyerang Kiok Eng.

"Jaga pukulanku, anak bandel. Sombong benar kau ini!"

Kiok Eng terkejut.

Ia baru saja bebas dari pengaruh Hoat- lek-kim-ciong-ko dan sesungguhnya masih lemah.

Namun diserang dan dibentak seperti itu iapun menjadi marah, mengibaskan rambut dan menangkis.

Dan ketika wanita itu terpental tapi ia terhuyung, Kiok Eng terbelalak mendadak wanita itu menyerangnya lagi dan terkekeh, lenyap berkelebatan cepat.

"Hi-hik, seperti kukenal. Bagus, tangkis dan keluarkan kepandaianmu yang lain, Kiok Eng. Rasanya tidak asing melihat gerakanmu!"

Kiok Eng terbelalak.

Lawan tiba-tiba mengelilingi dirinya dan pukulan demi pukulan menyambar cepat.

Dan karena lawan bergerak kian cepat dan satu pukulan akhirnya mengenai pundaknya, ia terpelanting maka Kiok Eng memekik dan menjadi gusar, membalas dan menyerang dan keluarlah pukulan-pukulannya.

Ia mainkan rambutnya dengan Sin-mauw-kang warisan nenek May-may sementara Bhi-kong-ciang atau Pukulan Kilat Biru menyambar dari tangan kirinya.

Dan ketika ia bergerak mengeluarkan Sin-bian Gin-kang, ilmu meringankan tubuh Kapas Sak ti maka wanita itu tertawa nyaring dan mencabut sulingnya.

"Bagus, semakin kukenal. Ini adalah ilmu-ilmu pukulan nenek May-may dan Lin Lin sementara ilmu meringankan tubuhmu adalah Sin-bian Gin-kang. Hi-hik, kiranya kau murid Dewa Mata Keranjang, Kiok Eng, atau gabungan dengan isteri-isterinya itu. Wah, cukup, sekarang aku tahu..... plak-bret!"

Dan suling yang menangkis rambut akhirnya berhenti di udara dan membuat Kiok Eng tertegun, masih menggerakkan Bhi-kong-ciang namun749 ditangkis tangan kiri.

Dan ketika gadis itu terhuyung sementara suling sudah melepas gubatan rambut, gadis ini merah padam maka wanita itu berseri-seri dan menyimpan kembali senjatanya.

"Kau pewaris Dewa Mata Keranjang. Kau memiliki Sin- bian Gin-kang dan lain-lainnya itu. Eh, kiranya orang sendiri, Kiok Eng, kau bukan orang luar bagiku. Dan namamu.... heii! Bukankah kau puteri Ceng Ceng? Ah, ingat aku. Pantas serasa mengenal wajahmu. Hi-hik, kalau begitu kau adalah gadis yang dulu hilang itu!"

Kiok Eng merah dan pucat berganti-ganti.

Ia tak mengenal wanita ini sementara wanita itu rupanya mengenal baik guru dan orang tuanya.

Dan ketika kakek itu terkekeh dan laki-laki tinggi besar di sana juga tersenyum maka kakek itu menyambar lengannya dan berseru.

"Kalau begitu ayahmu adalah Fang Fang!"



Jilid XXI GADIS ini tersentak. Ia tak dapat menahan diri lagi setelah semuanya tahu. Dan ketika ia terkejut dan meronta melepaskan diri, membalik dan mengguguk tiba- tiba ia meloncat dan meninggalkan orang-orang itu.

"Locianpwe, aku tak ingin tinggal di sini lagi. Selamat tinggal, lain kali kita bertemu lagi!"

Namun wanita bermata biru itu menyergap.

Ia berseru keras ketika gadis ini membalik dan meloncat pergi, tangis dan suaranya itu menarik perhatian.

Maka ketika ia bergerak dan menyambar lengan Kiok Eng, gadis itu terkejut maka wanita ini berseru agar gadis itu tidak meninggalkan mereka.750

"Tunggu, sekarang kau semakin tak boleh pergi lagi, Kiok Eng. Ada apa dengan ayah ibumu hingga kau tampaknya sakit hati!"

Gadis ini memberontak namun lawan melumpuhkan pergelangannya.

Ia dibelit dan ditangkap hingga tahu- tahu tak berkutik.

Dan karena Kiok Eng baru bebas dari pengaruh Hoat-lek-kim-ciong-ko dan tenaganya masih lemah, ia roboh disambar maka wanita itu memeluknya dan menekan nadi pergelangannya.

"Maaf, kau tak boleh pergi, Kiok Eng. Ceritakan kepadaku apa yang dilakukan ayah ibumu dan biar kutegur atau kuhajar mereka kalau ayahmu menyakiti hatimu!"

Kiok Eng tersedu-sedu.

Ia tak jadi memberontak setelah mendengar dan melihat sikap wanita ini.

Wanita itu tampak marah kepada ayah ibunya.

Dan karena ia butuh teman dan agaknya cocok untuk menumpahkan kepada wanita ini maka Kiok Engpun memeluk dan balas memegang lengan orang, tak dapat menjawab karena tangis masih menyesakkan dadanya.

Dan karena di tempat itu juga ada dua laki-laki, gadis ini tak bebas dan menjadi canggung maka ia berbisik bahwa pembicaraan hanya boleh dilakukan berdua saja.

Kiok Eng bercucuran air mata dan bicarapun tersedak-sedak.

Tapi ketika kakek itu mengangguk dan rupanya dengar, ia berkelebat menyambar laki-laki tinggi besar maka Kiok Eng akhirnya berdua saja dengan wanita itu, yang pantas sebagai bibinya.

"Baiklah, anak ini rupanya ingin melepaskan tekanan batinnya kepadamu, Nagi. Bantulah dan biar kalian berdua!"

Wanita itu mengangguk.

Ia lega bahwa kakeknya dapat751 mengerti, bisikan Kiok Eng memberitahukan bahwa gadis itu sedang pepat hati.

Dan ketika Kiok Eng juga lega bahwa mereka tinggal berdua saja, iapun ingin tahu siapa wanita ini dan bagaimana mengetahui ayah ibunya akhirnya ia dilepaskan dan diajak duduk di batu hitam.

"Hm, menarik. Kau sedang tertekan. Bagus, ceritakan padaku dan jangan ragu, Kiok Eng. Apa yang dilakukan orang tuamu dan bagaimana kau sesedih ini."

"Maaf, bibi.... eh, bagaimana mengenal ayah ibuku? Apakah bibi sahabat baik dan pernah menjalin hubungan dengan mereka? Kenapa aku tak pernah tahu?"

"Hm, mungkin ayah ibumu tak pernah menceritakan. Tidak aneh. Aku dan kakekku jarang ke Tiong-goan, Kiok Eng. Dan tentu saja nama kami jarang dibicarakan. Tapi ayahmu, hm, mengenal baik aku. Dulu sebelum kau lahir ayahmu bertemu aku, frustrasi. Tapi kami tak berkenalan lama karena setelah itu kami berdua meninggalkan Tiong-goan. Kau dapat menanyakannya nanti kepada ayahmu."

"Aku tak ingin bertemu ayahku, tak sudi!"

Kiok Eng berkata sengit, tiba-tiba meledak.

"Aku benci kepadanya, bibi, juga ibu. Mereka. mereka mempermainkan aku!"

"Hm, ceritakan itu dan bagaimana asal mulanya. Kalau kau percaya kepadaku tentu aku akan membantumu. Katakanlah, apa yang dilakukan ayahmu, Kiok Eng. Sakit hati sebesar apa yang kau alami ini!"

Kiok Eng terisak, menghapus air mata. Tapi karena ia percaya dan menggigit bibir akhirnya ia mulai kisah pertemuannya dengan ayahnya itu.

"Aku mula-mula bertemu dengannya sebagai orang yang kukenal sebagai paman Yong. Dia.... dia baik padaku. Tapi ketika ia kubawa kepada ibu dan kupertemukan di sana ternyata752 ia adalah ayahku dan ibu menipu!"

"Hm, bagaimana itu. Apa yang dilakukan ibumu dan kenapa disebut penipu."

"Ibu memerintahkan mencari musuh besarku, bibi, orang yang ternyata adalah ayah kandungku sendiri. Ibu, dan subo-suboku...... ah, mereka semua penipu!"

"Hm-hm, jangan menangis lagi. Ceritakanlah dengan tenang. Bagaimana asal mulanya itu, Kiok Eng. Kenapa ibumu menyuruhmu mencari musuh besar yang ternyata ayah kandungmu juga. Di sini aku bingung. Coba kaujelaskan dan jangan menangis!"

Kiok Eng memang mau menangis lagi.

Teringat ini ia menjadi sakit hati, marah merasa dipermainkan ayah ibunya.

Tapi ketika ia dibujuk dan dirangkul lembut, bibi Nagi ini mengeluarkan saputangan menghapus air matanya maka ia menerangkan dengan perasaan gusar.

"Ibu menipuku dengan mengatakan bahwa ayahku - dibunuh orang. Dan pembunuh itu adalah Fang Fang. Dan ketika aku bertemu ayahku itu tapi sebagai paman Yong, ia tak menyebut nama aslinya maka ia kubawa kepada ibuku dan di sana kebohongan ibu terbuka. Ternyata paman Yong itu adalah Fang Fang, ayahku. Dan ketika ibu lupa dan hanyut dalam pelukan ayah maka kebencian ibu tak ada bekasnya dan mereka tak menghiraukan aku sampai akhirnya aku minggat. Ibu, dan juga ayah ternyata sama-sama mempermainkan aku. Mereka kejam. Aku benar-benar dikibuli mereka dan seperti anak kecil di hadapan penipu-penipu ulung. Dan karena mereka tak mencari aku dan jelas mabok kesenangannya sendiri maka aku marah dan membenci mereka. Ayah dan ibuku itu tak tahu perasaan anak, mereka orang-orang tua kejam!"753

"Begitukah? Jadi kau ditipu ibumu dengan mengatakan ayahmu dibunuh orang? Dan pembunuh itu adalah ayahmu sendiri juga? Hm-hm, benar-benar kejam, mempermainkan anak! Baik, kita labrak mereka, Kiok Eng. Aku di sampingmu dan jangan takut. Tapi kenapa ayahmu kauanggap penipu juga hingga kau sakit hati!"

"Ayah tak memberi tahu siapa dirinya ketika pertama kali bertemu. Ia memperkenalkan diri sebagai paman Yong."

"Begitu? Mengerti aku. Ayahmu benar-benar penipu. Keparat, dari dulu ayahmu itu memang suka mempermainkan orang, dan kepada anak sendiripun tak segan menipu. Bagus, kita cari mereka, Kiok Eng, dan akan kulabrak mereka itu. Hayo, sekarang kita berangkat!"

Kiok Eng terkejut.

Bibi Nagi yang baru dikenal ini mendadak tampak berapi-api, ceritanya tadi telah ditangkap dan dimengerti.

Dan ketika ia terkejut dan terharu karena wanita ini tampak bersungguh-sungguh, benar-benar ia mendapat sahabat yang dapat dipercaya maka tiba-tiba muncul pria tinggi besar berkulit hitam itu, berdehem.

"Isteriku, agaknya tak baik memutuskan sesuatu tanpa seijin ayah mertua. Bagaimana kalau sekarang kalian minta petunjuk ayah."

Wanita itu terkejut, Ia menoleh dan melihat suaminya datang, menyadarkan dirinya dan membuat ia mengangguk.

Dan ketika ia menarik napas dalam sementara Kiok Eng juga terkejut maka wanita itu berkata menyambar lengan Kiok Eng, sang kakek tampak duduk di kejauhan sana, membelakangi punggung.

"Betul, kita harus meminta petunjuk, Kiok Eng. Mari754 menghadap dan aku tetap di sampingmu!"

Kiok Eng diajak berkelebat.

Wanita itu tampaknya tidak sabar sementara Kiok Eng berdebar.

Ia agak segan menghadapi kakek itu, kakek yang sakti dan memiliki mata yang tajam, meskipun lembut.

Dan ketika ia sampai dan kakek itu membalik maka bibi Nagi ini langsung berseru.

"Kek, aku ingin mengajak Kiok Eng mencari ayah ibunya. Ia dipermainkan. Aku harus menegur atau orang-orang tua itu bakal tak tahu diri!"

"Hm-hm, duduklah,"

Kakek itu tersenyum, mengangguk- angguk.

"Aku telah mendengar percakapan kalian, Nagi, dan pada prinsipnya aku setuju kau membela gadis ini. Tapi nanti dulu, jangan tergesa-gesa. Apa kata Fang - Fang kalau kau dianggap mencampuri urusan rumah tangganya. Bukankah bakal terjadi salah paham kalau semua dilakukan dengan penuh emosi. Kau harus bertanya dulu kepada mereka itu apakah semuanya betul, baru setelah itu bertindak. Kalau belum apa-apa kau melabrak dan menyalahkan mereka tentu mereka marah dan tak senang kepadamu. Sebaiknya urusan ini dilakukan dengan kepala dingin dan jangan membawa amarah, baru itu betul. Dan bagaimana pula dengan suamimu yang tentu tak dapat kautinggalkan."

Wanita itu tertegun.

"Aku dapat membawanya serta pula, kek. Kami bertiga bisa bertambah kuat!"

"Baik, apakah suamimu setuju."

"Hm, tak enak rasanya bertiga dengan gadis ini. Aku bisa canggung, ayah mertua. Biarlah kuijinkan isteriku pergi dan aku melihat saja dari belakang."

Laki-laki gagah itu muncul, datang berkelebat menyusul isterinya dan langsung menjawab ketika pertanyaan itu disampaikan.755 Dan ketika Kiok Eng memerah melihat semuanya repot tiba-tiba gadis itu melepaskan tangannya dari bibi Nagi.

"Locianpwe, aku jadi tak enak kalau begini. Aku merepotkan kalian saja. Biarlah kuurus sendiri dan jangan membuat kalian susah."

"Tidak!"

Wanita itu mencengkeram lengannya.

"Aku sudah berjanji menolongmu, Kiok Eng. Aku juga penasaran akan sikap ayah ibumu itu. Kau tak boleh sendiri dan tetap bersama aku!"

"Hm, begini saja,"

Kakek itu kembali bicara, mengangkat tangannya.

"Kau dan gadis ini berangkat di depan, Nagi. Aku dan suamimu di belakang. Bagaimana apakah semua setuju."

"Setuju!"

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Laki-laki gagah berseru keras, gembira.

"Aku dapat menerima ini, ayah mertua. Biarlah mereka di depan dan kita di belakang!"

"Hm, bagaimana kau,"

Kakek itu tersenyum, memandang cucunya.

"Dapatkah kauterima, Nagi. Dan jangan gegabah karena ini mencampuri urusan Fang Fang."

"Baiklah,"

Wanita itu mengangguk, siap dengan tinju terkepal.

"Aku tak perduli Fang Fang atau bukan, kek. Siapa salah harus ditegur!"

"Tapi tak boleh sembrono. Dengar cerita kedua pihak dan baru setelah itu mengambil sikap."

Wanita ini meloncat. Ia telah menyambar lengan Kiok Eng dan tak perduli lagi, tertawa dan mengerti maksud kakeknya itu. Dan ketika Kiok Eng mengerutkan kening sedikit tak senang, merasa setengah dipercaya maka bibi Nagi itu berseru nyaring.

"Kiok Eng, tak ada lagi yang perlu ditunda. Kita berangkat dan temui ayah ibumu itu!"

Kiok Eng tak melepaskan diri.

Dari suara dan sikap756 wanita ini ia merasa benar bantuan dan kesungguhannya.

Sebagai sesama wanita ia merasa mendapat perhatian.

Maka ketika ia menekan rasa tak senangnya kepada kakek itu dan membiarkan diri diajak terbang iapun sudah mengikuti dan mengerahkan ginkang untuk mengimbangi wanita ini, antara terharu dan juga kagum tapi diam-diam bingung.

Bagaimana sikapnya nanti kalau bertemu ayah ibunya itu.

Bagaimana pula sikap wanita ini bertemu ayahnya.

Tapi ketika ia menggigit bibir tak mau berpanjang pikir lagi maka iapun mengerahkan semua ilmu meringankan tubuhnya dan keluar dari padang rumput bagai dua bayangan siluman yang lenyap dan saling berlomba mencuri cepat.

****** Lama kita tak menengok Fang Fang.

Bagaimana keadaan pendekar ini setelah berpisah dengan sutenya Tan Hong? Apa yang dilakukan setelah mendengar semua cerita pemuda itu? Marilah kita ikuti.

Seperti diketahui, di puncak Liang-san di pesanggrahan air terjun Dewa-Dewi pendekar itu menemukan sutenya terikat dirobohkan Kiok Eng, yang mengeroyok bersama Wi Tok.

Tapi setelah pendekar itu membebaskan sutenya dan mendengar cerita Tan Hong, berangkat dan menemui Sam-taijin di kota raja maka di situ pendekar ini mendengar lebih banyak akan siapa adanya Wi Tok itu, putera kaisar dari selir dan pendekar ini lalu berangkat lagi meninggalkan kota raja mencari puterinya.

Tentu saja Fang Fang marah bahwa puterinya membuat onar, di mana-mana segera mendengar sepak terjang Kiok Eng termasuk tindakannya menipu Liong-ongya.

Tapi karena dari semua itu yang cukup menggelisahkan adalah munculnya Wi Tok, dan pemuda ini menjadi757 sahabat puterinya maka Fang Fang bertekad mencari pemuda itu dan menarik puterinya dari pergaulan pemuda yang katanya lihai dan amat berbahaya ini, diam-diam menduga murid siapa kiranya pemuda itu.

Khawatir bahwa jangan-jangan seseorang mendalangi pemuda itu, bersekongkol dengan Liong-ongya dan kacaulah keamanan negara nanti.

Maka ketika dia meninggalkan kota raja dan tidak banyak bicara lagi dengan Sam-taijin segera pendekar ini mengajak isterinya buru-buru menemukan dan menangkap Kiok Eng.

"Anak itu harus dibekuk, dihukum. Ia telah menjadi alat bagi Liong-ongya untuk membuat kerusuhan. Hm, akan kulempar ia ke ruang hukuman, Ming Ming. Ku jebloskan ia selama dua tiga tahun agar sadar dan bertaubat!"

"Jangan terlalu keras,"

Ming Ming khawatir berkerut kening.

"Ada akibat tentu ada sebabnya, Fang Fang. Anak itu patah hati dan kecewa berat. Kita harus bijak. Semua ini dilakukan tentu karena peristiwa denganmu, juga ibunya. Kita harus berhati-hati karena Kiok Eng keras hati dan tegar. Jangan-jangan sikapmu nanti justeru membuatnya nekat dan gila-gilaan!"

"Hm, ini didikan gurunya. Anak itu memang keras kepala dan keras kemauan, Ming Ming, tapi betapapun tak boleh dibiarkan. Semakin ia dibiarkan semakin gila jadinya. Aku harus menangkapnya dan menghukumnya!"

Ming Ming menarik napas dalam.

Setelah dia bertemu dan akrab dengan suaminya lagi maka dia semakin tahu siapa dan bagaimana sikap suaminya ini.

Betapa telah terjadi perobahan besar di watak suaminya ini.

Betapa sikap ugal-ugalan dan suka main-main seperti dulu ketika muda sudah hilang.

Fang Fang sekarang ini adalah seorang pria serius yang bijak, banyak mengalah dan758 sabar tapi dapat bertindak keras kalau diperlukan.

Dan karena Kiok Eng adalah anak tiri-nya, Fang Fang inilah yang lebih berhak menghukum atau membenarkan puterinya maka dia tak berhak banyak campur untuk menghindarkan salah paham.

Dan dia melihat bahwa sepak terjang Kiok Eng memang sudah kelewatan.

"Baiklah,"

Katanya.

"Tapi tetap kuminta agar kau memberikan hukuman yang mendidik, Fang Fang, karena kau sendiri bilang bahwa anak itu terpengaruh didikan para subonya. Betapapun aku tak ingin kau terlampau keras dan ingatlah masa depannya."

"Aku tahu, dan aku akan melepaskan pengaruh buruk guru-gurunya itu. Hm, kita cari keterangan di mana anak itu, Ming Ming, dan lebih cepat lebih baik!"

"Maaf,"

Wanita itu mengerutkan kening.

"Kau tak mencari anakku Beng Li?"

Fang Fang tertegun, sadar. Tapi mengangguk dan menarik lengan isterinya dia berkata.

"Tentu saja. Kita juga cari Beng Li!"

Dan berkelebat membawa isterinya itu pendekar ini terbang meninggalkan kota raja.

Fang Fang segera ingat bahwa urusan bukan hanya Kiok Eng seorang.

Beng Li, puterinya yang lain juga perlu dicari.

Maka ketika kota demi kota dimasuki dan akhirnya tiba di An-rtien, di mana Hung-wangwe tinggal di sini maka di situ pendekar ini mendengar jejak Kiok Eng.

Tapi Fang Fang kecewa.

Di sini jejak Kiok Eng putus.

Berita yang didengar mengatakan bahwa gadis itu pergi setelah menghajar orang-orangnya Hung-wangwe, tak ada yang tahu ke mana gadis itu pergi dan ketika dia termangu-mangu mendadak bayangan hijau berkelebat.

Dia dan isterinya berada di luar tembok gedung ketika tiba-tiba seorang pemuda muncul, datang dan berseru759 memanggil namanya dan berdirilah di situ Kong Lee, putera Eng Eng.

Dan ketika dia terkejut karena pemuda itu sudah menyambar lengannya, berseri dan bertanya bagaimana dia berada di situ maka bayangan lain berkelebat dan Kong Lee menunjuk Ming Ming yang belum dikenalnya itu.

"Heii, paman Yong. Lama tidak berjumpa. Bagaimana kau ada di sini dan siapa bibi ini!"

Pendekar itu terkejut.

Tentu saja dia kaget bahwa pemuda ini tiba-tiba muncul di situ.

Dan karena Kong Lee memegang lengannya dan mengguncang-guncang, saat itu bayangan hijau lain datang berkelebat maka Eng Eng, wanita itu terbelalak memandang Fang Fang.

Dua mata beradu pandang dan wanita itu berseru tertahan.

Fang Fang, meskipun sudah berobah dan memakai kacamata putih namun wajah dan sinar mata itu tak mungkin dilupakan.

Eng Eng sejenak terkejut tapi mengenal.

Dan ketika dia melotot melihat Ming Ming di situ, seteru yang tak mungkin dilupakannya maka wanita itu membentak dan langsung mencabut pedang.

"Kong Lee, ini jahanam Fang Fang!"

Semua terkejut.

Kong Lee, yang menyambar dan mengguncang lengan Fang Fang kaget bukan main ketika tiba-tiba ibunya mencabut pedang dan menusuk paman Yong itu.

Dia masih menganggap laki-laki ini adalah paman Yong yang dulu pertama kali dijumpainya di bakit Liang-san, sama sekali tak mengira bahwa pria yang dikaguminya itu adalah musuh besarnya, orang yang dibenci ibunya dan selama ini dicari-cari dan hendak dibunuh.

Maka ketika dia membelalakkan mata dan paman Yong itu cepat melepaskan diri, mengelak dan meloncat ke belakang maka pemuda itu tertegun760 dan hampir tak percaya melihat betapa ibunya menerjang dan menyerang sengit.

"Fang Fang, kau jahanam keparat. Kiranya kau berada di sini, bersenang-senang dengan Ming Ming. Bagus, mampuslah, laki-laki penipu, dan terimalah pedangku.. singg-singgg!"

Pedang menusuk dan membacok namun luput, bergerak dan maju lagi dengan tikaman-tikaman beranting akan tetapi Fang Fang mengelak dan melompat mundur ke sana ke mari.

Pria ini tak menyangka bertemu isterinya yang lain di situ, tentu saja maklum akan kemarahan Eng Eng namun sejenak dia bingung.

Fang Fang tak tahu apa yang harus dilakukan karena tiba-tiba rahasianya dibongkar di situ, Kong Le terbelalak dan melotot melihat ibunya.

Tapi ketika Ming Ming berseru keras dan tiba-tiba maju membentak, menolong dan melindungi Fang Fang yang mengelak ke sana-sini maka wanita itu berseru agar Eng Eng menahan diri.

"Tahan, simpan pedangmu. Tak baik urusan kita didengar anak-anak, Eng Eng. Biarlah kita bicara baik- baik dan jangan emosi..... trang-cringg!"

Ming Ming juga mengeluarkan pedangnya tapi celaka sekali Eng Eng menjadi gusar.

Wanita itu marah bukan main melihat Ming Ming di situ, cemburu dan kemarahannya meledak.

Maka ketika Ming Ming menangkis dan pedangnya terpental, Kong Lee semakin melotot maka wanita itu menerjang Ming Ming dan memaki-maki.

"Bagus, kaupun sundal betina. Dari dulu sampai sekarang ternyata tak habis-habisnya kau galang-gulung dengan Fang Fang, Ming Ming. Kiranya kau perayu ulung tapi tak tahu malu. Terimalah pedangku dan kau atau aku mampus!"

Ming Ming terkejut dan menangkis.

Pedangnya terpental761 dan ia terhuyung, kemarahan dan tenaga Eng Eng hebat sekali.

Dan ketika ia mengelak dan menangkis lagi namun hampir terpelanting, makian Eng Eng membuatnya merah maka ia menjadi marah dan tak dapat menahan diri pula, meledak.

"Eng Eng, mulutmu masih juga kotor. Siapa takut padamu dan lihat kau atau aku roboh!"

Dua wanita itu bertanding hebat.

Ming Ming yang membela dan melindungi Fang Fang tentu saja bangkit kemarahannya dimaki seperti itu.

Mulut Eng Eng terlalu tajam.

Maka ketika ia meledakkan rambut dan mainkan pedang bersatu dengan Sin-mauw-kang maka rambut wanita ini terurai dan menyambar bagai kawat-kawat baja.

"Plak-cringg!"

Kong Lee tertegun.

"Wanita baju merah itu dapat menandingi ibunya dan sekarang pedang ibunya terpental. Lalu ketika rambut bergulung dan menyambar lagi, pecah menjadi ribuan kawat-kawat halus maka ibunya terdesak dan terpental. Ternyata wanita itu sama lihai dan mampu menandingi ibunya. Ganti merangsek! "Ibu, siapa dia itu. Dan betulkah paman Yong iri adalah Fang Fang!"

"Keparat, tak usah banyak tanya. Wanita ini adalah gundiknya, Kong Lee, dan itu adalah Fang Fang musuh besar kita. Bantu ibumu dan biar kuhadapi jahanam keparat itu!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Kong Lee seakan tak percaya.

Selama ini, dalam perjalanan ia selalu memuji-muji paman Yong yang hebat ini.

Ia bercerita kepada ibunya betapa ia akan diambil murid, tak mau karena tak dapat berpisah dengan ibunya sebelum menemukan musuh besar mereka.

Empat kali paman Yong muncul dan empat kali itu pula ibunya tak762 tahu.

Maka ketika tiba-tiba pria itu kini disebut sebagai Fang Fang, musuh yang dicari-cari maka sejenak pemuda ini seakan mendengar geledek di siang bolong dan ia yang tak tahu kisah ibunya di masa lalu menjadi terpaku dan bingung.

Akan tetapi wajah pemuda ini tiba-tiba memerah.

Sinar mata yang semula lembut dan berseri-seri itu mendadak hilang, terganti oleh mata beringas dan marah.

Dan ketika ia memandang laki-laki itu di sana dan terdengar jerit ibunya yang terpelanting oleh rambut dan pedang di tangan Ming Ming maka pemuda itu melompat maju dan pedangpun dicabut dengan tangan gemetar.

"Jahanam she Fang, kau kiranya penipu. Bagus, terimalah pedangku dan kau atau aku yang mati!"

Fang Fang mengelak.

Tentu saja dengan mudah ia menghindari pedang puteranya ini, menyentil ketika pedang menyambar lagi dan Kong Lee berteriak.

Kuku lawan membuat pedangnya mental.

Dan ketika ia terkejut tapi maju lagi, ibunya di sana melengking-lengking maka pemuda itu diminta agar berganti musuh.

"Kong Lee, kauhadapi wanita ini. Biar jahanam itu olehku!"

Kong Lee mendesis.

Ia tahu betapa lihainya lawannya ini namun ia penasaran dan marah juga.

Berkali-kali pedangnya luput ketika menusuk dan menikam.

Dan ketika untuk kesekian kalinya ia menyerang dan membentak lagi, ibunya ditahan wanita itu maka wanita itu berseru padanya.

"Kong Lee, kau menghadapi ayahmu sendiri. Ibumu menghasut. Itu adalah ayah kandungmu dan jangan dengarkan omongan ibumu yang gila!"763

"Apa?"

Pemuda ini terkejut, menahan pedang.

"Ayahku? Dia ayahku?"

"Benar, kau dan Kiok Eng dihasut ibu kalian masing- masing, Kong Lee, seperti juga aku yang menghasut puteriku Beng Li. Ibumu adalah isteri Fang Fang, seperti juga aku dan ibu Kiok Eng. Aku..... crangg!"

Ming Ming tak dapat melanjutkan kata-katanya* karena Eng Eng sudah membentak dan melepas serangan dahsyat, pukulan biru menyambar dan Ming Ming menangkis hingga muncratlah bunga api.

Lalu ketika wanita itu menerjang dan Bhi-kong-ciang atau Pukulan Biru itu menyambar lagi, Eng Eng memekik panjang maka wanita ini membuat Ming Ming sibuk tak dapat menerangkan lagi.

"Bohong, jangan percaya. Wanita ini meracunimu, Kong Lee. Ganti pasangan dan biar aku menghadapi jahanam itu!"

Namun Ming Ming berseru marah.

Begitu Eng Eng mengeluarkan Bhi-kong-ciang dan ia terpental maka wanita itu-pun melengking membentak Eng Eng.

Lawan dimaki sebagai tak tahu malu dan hina, menjerumuskan anak sendiri memusuhi ayahnya, padahal kesalahan berada di pihak ibu.

Dan ketika Ming Ming membalas dan memperhebat serangannya maka Sin-mauw-kang menangkis dan menghantam Bhi-kong-ciang.

Dua orang itu bertanding lagi, seru.

"Eng Eng, kau tak tahu malu. Kalau aku bohong biarkan puteramu bertemu nenek gurunya Sia Cen Lin locianpwe. atau kau ketakutan dan tak menghendaki dia bertemu!"

Kong Lee terkejut.

Dari pembicaraan ini segera dia tahu bahwa ibunya dan wanita baju merah itu bukan kenalan baru.

Masing-masing rupanya telah saling mengenal baik764 dan bermusuhan.

Dan ketika nenek gurunya Sia Cen Lin disebut-sebut dan itu benar, ia adalah cucu murid nenek Lin Lin maka Kong Lee teringat betapa ibunya selalu mengelak kalau ditanya atau diminta mencari nenek gurunya ini.

"Untuk apa. Kita cari dan hadapi dulu musuh besar kita itu, Kong Lee. Mencari dan menemukan nenek gurumu bukan hal sukar. Aku tak mau kau terpengaruh olehnya dan mendengar omongannya yang tidak-tidak."

"Omongan apa? Bagaimanakah watak dan sepak terjang nenek guruku itu? aneh kau enggan bertemu, ibu, padahal aku ingin tahu. Masa yang kaubicarakan selalu musuh besar kita itu. Bukankah dengan bantuan nenek guru kekuatan kita bertambah!"

"Tidak, ia orang tua aneh. Ia sekarang sudah bergabung dengan teman-temannya yang lain. Nenek gurumu itu mempunyai urusan sendiri. Sudahlah kita berdua saja, Kong Lee, jangan berpikir macam-macam karena nenek gurumu juga tak pernah mencari kita!"

Pembicaraan ditutup.

Kong Lee tertegun melihat ibunya menangis dan sejak saat itu tak berani bicara lagi tentang ini.

Ia tak tahu bahwa ibunya juga mendongkol kepada nenek gurunya itu, Bhi-kong-ciang Lin Lin yang didengar sudah bergabung dengan nenek-nenek lain untuk menghadapi Dewa Mata Keranjang.

Dan karena memang nenek itu lebih menitikberatkan permusuhannya dengan Dewa Mata Keranjang daripada Fang Fang, Lin Lin dan lain-lain masih membenci bekas suaminya maka Eng Eng menganggap percuma meminta pertolongan gurunya itu.

Apalagi setelah tak ada tanda-tanda nenek itu mencarinya, acuh dan dingin kepada guru sendiri dan marah kalau puteranya bicara tentang ini.

Maka ketika tiba-tiba Ming Ming bicara tentang itu dan ibunya765 mendelik, membentak dan menyerang lawannya itu adalah pemuda ini tertegun dan ragu menyerang Fang Fang.

Kalau ini adalah ayahnya kenapa ibunya membenci? Dan ibunya disebut sebagai isteri pria gagah ini, seperti juga wanita baju merah itu yang mengaku isteri Fang Fang.

Dan karena Ming Ming juga menyebut- nyebut Kiok Eng, gadis yang dikenalnya di puncak Liang- san maka Kong Lee tiba-tiba berdetak teringat pertemuannya dengan gadis yang ganas dan keras itu.

Betapa Kiok Eng menyangkanya sebagai Fang Fang! "Kau Fang Fang, bagus.

Kalau begitu robohlah atau kita bertempur sampai satu di antara kita mampus!"

Kong Lee pucat.

Sampai di sini tiba-tiba ia tergetar.

Wajahnya yang mirip dengan pria di depannya ini memang membuatnya ragu-ragu.

Bukankah ia seakan pinang dibelah dua? Hanya pria itu dua kali lipat usianya dibanding dirinya.

Pria ini memang pantas sebagai ayahnya! Tapi ketika ia terkejut dan berubah-ubah, bentakan dan seruan wanita baju merah tadi benar-benar menembus kalbunya yang paling dalam tiba-tiba pekik atau jerit kaget ibunya yang bertempur disusul oleh keluhan dan gedebuk dua tubuh yang terbanting.

Ia menoleh dan melihat ibunya serta wanita baju merah itu sama-sama terlempar, mengaduh dan terguling-guling kemudian berhenti menabrak pagar.

Kiranya mereka telah saling mengeluarkan pukulan yang membuat masing-masing terpental, dahsyat dan kuat hingga terbanting.

Dan ketika ia terkejut berseru keras, didahului bayangan Fang Fang maka pria itu sudah menolong temannya, lalu ibunya.

"Eng Eng, Ming Ming, berhenti. Tak guna bertikai dan biar lain kali kita bertemu dalam suasana yang lebih baik!"766 Ibunya diangkat bangun dan diurut tengkuknya. Dalam adu tenaga tadi Eng Eng terpukul bawah lehernya, mengeluh dan tak dapat bangun. Tapi ketika Fang Fang menolongnya dan ia bangkit duduk, terbelalak dan tiba- tiba tersedu mendadak ia memutar tubuhnya dan menampar pipi pria itu.

"Fang Fang, jangan sentuh tubuhku. Pergi..... plak-plak!"

Dua bekas telapak tangan membekas bengap di pipi laki- laki itu.

Fang Fang tak berkelit atau menghindar dan menerima tamparan.

Tapi ketika Ming Ming membentak di sana dan meloncat maju, ia ditolong lebih dulu maka ia menampar Eng Eng namun ditangkis pria ini.

"Eng Eng, kau tak tahu diri. Lihat bahwa Fang Fang tak membalasmu!"

"Cukup,"

Fang Fang menangkap dan mencegah pukulan itu.

"Aku memang bersalah, Ming Ming. Biarlah kita pergi dan kulihat orang-orang berdatangan."

Benar saja, dari dalam gedung berlarian pengawal- pengawal Hung-wangwe.

Mereka ini melihat keributan di luar pagar dan berlari mendatangi, padahal sepasang mata sedang mengintai bersembunyi di balik dinding, tertawa, berseri-seri.

Dan ketika pengawal berlarian membentak mereka, sepasang mata ini mengangguk- angguk maka saat itulah Fang Fang menangkap pergelangan Ming Ming dan berkelebat melencat pergi, diam-diam kakinya mencokel tanah dan sebutir batu melayang cepat menyambar dahi pengintai itu.

Inilah Hung-wangwe yang diam-diam mendahului pembantunya, mendengar dan melihat ribut-ribut itu dan tentu saja terkejut.

Ia tak menyangka bahwa pria lembut namun bermata tajam itu adalah Fang Fang, murid Dewa767 Mata Keranjang yang amat sakti dan katanya melebihi gurunya.

Namun karena dia mengira pria itu tak tahu kehadirannya, rapat menyembunyikan diri maka tak disangkanya sama sekali terlontarnya batu hitam yang dicokel ujung kaki itu.

Batu ini menyambar cepat dan tahu-tahu mengenai dahinya.

Hung-wangwe menjerit dan terjengkang.

Dan ketika ia roboh sementara pengawalnya menoleh, Kong Lee terkejut bahwa seseorang bersembunyi di situ maka ia menyambar ibunya dan berseru meloncat pergi, Fang Fang dan wanita baju merah itu sudah menghilang.

"Ibu, tak enak di sini. Mari kejar mereka dan aku jadi penasaran akan semua yang kudengar ini!"

Namun saat itu sang hartawan sudah mencabut huncwenya.

Ia kesakitan dan mengaduh bergulingan meloncat bangun.

Sambitan batu tadi membuatnya marah.

Maka ketika ia membentak dan memaki pengawalnya, bergerak menyambar Kong Lee hartawan ini berteriak gusar.

"Tangkap dua orang ini!"

Kong Lee terkejut.

Ibunya juga masih kesakitan oleh adu kekuatan dengan wanita baju merah tadi, ia merangkul dan setengah memaksa ibunya pergi.

Maka ketika huncwe si hartawan menotok pundaknya sementara tangan kiri lawan juga mencengkeram bahu yang lain, ia terkejut dan membalik maka Kong Lee menangkis dan terpental melepas ibunya.

"Plak!"

Pemuda ini kaget.

Tak disangkanya lelaki tua itu memiliki tenaga yang kuat, ia tergetar dan segera diserang lagi.

Dan ketika ia mengelak dan menangkis namun lagi-lagi terdorong mundur maka pengawal sudah mengeroyok ibunya dan juga dirinya sendiri.

Segera pemuda ini768 mengamuk sementara sang ibu melengking-lengking.

Bhi-kong-ciang menyambar dari tangan ibu dan anak dan Eng Eng pun masih mencabut pedang.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun karena mereka baru saja bertanding dan betapapun tenaga berkurang, tak lama kemudian dari dalam gedung berkelebatan bayangan-bayangan lain maka Trisula Sakti dan Tangan Guntur serta si Kaki Selatan yang menjadi pembantu-pembantu utama hartawan ini keluar mengeroyok Kong Lee dan ibunya, ditambah bayangan- bayangan lain dari seratus orang gagah.

Mereka itu masih di situ setelah digempur Kiok Eng dan Wi Tok, tunggang-langgang dan pulang ke An-tien untuk menyusun rencana baru.

Maka ketika tiba-tiba Hung- wangwe memerintahkan menangkap dua orang itu sementara ibu dan anak mengamuk habis-habisan, sayang tak kuat mempertahankan diri maka baju Kong Lee tersambar ujung trisula dan robek, disusul oleh pekik pemuda itu ketika pukulan Tangan Guntur mengenai punggungnya, terhuyung dan hampir roboh untuk kemudian menerima totokan huncwe.

Dan ketika pemuda itu terpelanting dan menerima sekian banyak serangan akhirnya Kong Lee roboh dan pingsan di bawah sapuan si Kaki Kilat, untung Hung-wangwe tidak menyuruhnya bunuh melainkan menangkap hidup-hidup, ditawan dan dilempar ke gedung di mana ibunya kaget bukan main.

Eng Eng sudah memutar pedang akan tetapi lawan berjumlah jauh lebih banyak.

Dan karena iapun tak mungkin menghadapi sekian banyak serangan akhirnya nyonya inipun roboh dan Hung-wangwe tertawa girang.

"Jangan bunuh, ia ibu tiri Kiok Eng. Tangkap hidup-hidup dan biarkan menjadi tawanan kita, ha-ha!"

Nyonya itu pingsan.

Pengawal dan pembantu wangwe terbelalak, mendapat tahu bahwa wanita dan pemuda itu masih kerabat Kiok Eng.

Dan ketika semua girang dan769 tertawa-tawa, ibu dan anak disekap di kamar Hung- wangwe sendiri maka diputuskan bahwa dua orang itu akan menjadi sandera untuk memukul Kiok Eng, juga Fang Fang murid si Dewa Mata Keranjang.

Dan ketika Kong Lee dan ibunya menjadi tawanan maka dua jam kemudian barulah pemuda ini dan ibunya sadar.

Dan betapa marahnya Eng Eng diperlakukan seperti itu.

Tapi ketika ia memaki-maki dan melepas kemarahannya adalah puteranya justeru tertunduk lesu dan memandangnya dengan mata penuh sesal.

"Ini semua kesalahan ibu. Ibu menyembunyikan sesuatu dan agaknya tidak jujur. Hm, ceritakan kepadaku bagaimana sebenarnya peristiwa ini, ibu. Betulkah Fang Fang adalah suamimu dan aku adalah anaknya."

Kisah Cinta Karya Sherls Astrella Senja Jatuh Di Pajajaran Karya Aan Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only
^