Pencarian

Bentrok Rimba Persilatan 6

Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bagian 6


g lihay kepadanya,
diantara lima orang itu, Lweekang Shie Yun Ku adalah yang
paling lemah, tetapi kelihayan dari jurus-jurus ilmu silatnya lebih tinggi dari empat orang suhengnya itu.
Hati Boen ching menjadi tergerak. teringat olehnya waktu
beriatih pedang, didalam Ie Bok Kiam Hoat ada satu jurus
yang bernama "Kiam Hwie Thian coan" atau pedang kembali langit berputar, jurus ini ia selalu tak dapat melatih nya
dengan baik kini lweekangnya telah mendapatkan kemajuan,
entah apakah dapat digunakan sesuka hatinya.
Tangannya segera mengambil sebuah cawan arak yang ada
diatas meja dan disentilkan perlahan olehnya.
cawan arak itu bagaikan terkena ilmu hitam, meleset
ketengah udara sambil berputar membuat lingkaran,
kemudian mengitari diatas kepala Boan ching dan kembali lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ketangannya, sedang arak yang berada didalam cawan arak
itu setetespun tak ada yang tumpah keluar.
orang2 yang berada diruangan itu dibuat tertegun olehnya,
sejenak kemudian menjadi ramai oleh sorakan riuh rendah
dan tepukan tangan-
Boen ching juga tidak menyangka kalau kali ini ternyata ia
berhasil menggunakan jurus tersebut dengan sempurna,
segera ia bangun berdiri mengucapkan terima kasih, Bwee
Giok juga tertawa ujarnya.
"Kepandaian Boen heng ternyata sangat tinggi sekali, aku kira didunia ini tak ada orang yang dapat menandinginya"
Si macan tulul dari gunung wu San, Ton Yun siauw pun
diam2 memuji, kekuatan untuk melemparkan cawan itu
semuanya tergantung pada kekuatan jari tengah dan jari
telunjuk untuk melemparkan cawan itu kedua jarinya harus
menggunakan tenaga yang keras kemudian lunak sehingga
baru dapat membawa cawan itu berputar dan membuat
lingkaran ditengah udara. Mengenai hal ini dia kira dirinyapun belum tentu dapat melakukannya dengan baik.
Tetapi ternyata pemuda dihadapannya itu dapat
menggunakan dengan hebatnya, membuat dia memuji tak
habis-habisnya.
Tiba-tiba seorang lelaki masuk kedalam ruangan itu dan
berkata pada Bwee Giok.
"Lapor pada siauw Touwcu, ciangbunjin dari "chian cong Pay", Cie Koen Tie telah sampai ditepi telaga dan mohon bertemu dengan Siauw Touwcu" Bwee Giok mengerutkan
alisnya, ujarnya. "Hantar dia datang kemari"
Si macan tutul dari gunung wu San, Tong Yun Siauw
mendengus, ujarnya. "Ciangbunjin dari Thian Cong Pay
ternyata juga dapat datang kemari" Boen ching juga
mengerutkan alisnya, kemudian sambil tertawa katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Nama Chiet Poh Tui Hun Kiam atau Si jago pedang tujuh tindak pencabut nyawa telah menggetarkan dunia kangouw,
kali ini dia datang kemari tentulah adalah hendak mencari aku Boen Ching."
Mendengar perkataan itu, sambil tertawa ujar Bwee Giok.
"Boen heng tak usah khawstir, kini kau berada didalam
markas perkumpulan Elang sakti, aku kira dia juga tak berani berbuat hal-hal yang keterlaluan terhadap kau" Tong Yun Siauw juga mengangkat bicara, ujarnya:
"Cie Koen Tie ternyata berani seorang diri datang kemari".
Ia berhenti sejenak dan memandang pada Boen ching,
kemudian lanjutnya.
"Ini hari aku ingin melihat bagaimana kali kehebatan dari Tujuh tindak pencabut nyawa itu."
Boen ching berdiam diri, ia hanya tertawa tawar.
Tak lama Si Jago pedang tujuh tindak pencabut nyawa
telah sampai disana, dia memakai pakaian yang berwarna
hijau muda, sedang pada punggungnya menyoren sebilah
pedang, dibelakangnya mengikuti dua orang muridnya dan
berjalan memasuki ruangan itu.
Bwee Giok tetap duduk ditempat tak bergerak. Cie Koen Tie
kelihatannya sangat tidak puas atas sikap dan kelakuan Bwee Giok itu, dengan perlahan dia mendengus, kemudian katanya.
"Yang ini apalah benar adalah putri Bwee Hong, Bwee
Giok" Mendengar hal itu Boen Ching menjadi sangat terkejut, pikirnya.
"Kiranya Bwee Giok ini adalah seorang gadis makanya aku selalu merasa sikapnya terlalu lemah lembut, kiranya ia adalah seorang gadis yang menyamar"
Terpikir lagi olehnya bahwa dirinya kini duduk demikian
dekatnya dengan dia, malah terasa sedikit tak enak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Bwee Giok nampak Cie Koen Tie menyebut nama ayahnya
dengan seenaknya bahkan memecahkan rahasia
penyamarannya, dalam hatinya menjadi merasa tak senang,
tetapi dia sejak kecil telah mendapat didikan yang keras dari ayahnya, sehinga kemantapannya melebihi dari orang lelaki
biasa, mendengar perkataan itu dengan perlahan ia bangun
berdiri sambil berkata:
"Yang datang apakah benar adalah ketua Thiam Cong Pay
SiJago pedang tujuh tindak pencabut nyawa. Cie Koen Tie, Cie Thay- hiap?" Cie Koen Tie tertawa ter- bahak2, sahutnya:
"Setelah berpisah selama sepuluh tahun ternyata Bwee
Loote mendapatkan seorang gadis yang demikian baiknya, aku
kira dia tentu akan merasa sangat puas."
Bwee Giok masih dapat menahan amarahnya tetapi si
macan tutul dari gunung Wu San mana dapat menahan
amarahnya, melihat sikap congkak dari Cie Koen Tie itu sambil tertawa tergelak- gelak. katanya.
"Aku tidak bertemu dengan Liong wong Yun selama tiga
puluh tahun ternyata dia dapat mempunyai seorang murid
yang demikian baiknya."
Mendengar perkataan itu wajah Cie Koen Tie segera
berubah. Liong Wong Yun adalah nama suhunya, ternyata
orang ini dihadapannya berani menyebut nama suhunya
dengan seenaknya, apalagi kini dia menjabat sebagai
Ciangbunjin dari Thiam Cong Pay, dengan usia orang ini paling tidak juga lebih besar sepuluh tahun dari dirinya, ternyata berani omong besar.
Dengan dingin dia bertanya kepada Bwee- Giok. "Siapakah orang yang baru berbicara ini?"
Tong Yun Siauw tertawa besar, tangannya menyambar
cawan arak diatas meja dan segera diremasnya sehingga
menjadi hancur berkeping-keping, begitu tangannya
diayunkan, tiang besar yang terdapat didalam ruangan- itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
segera tertembus oleh pecahan cawan arak. itu dua
membentuk cakar macan tutul.
Boen ching menjadi sangat terkejut, si Macan tutul dari
gunung wu Sau ini ternyata bukanlah nama kosong saja,
kehebatan lweekang nya mungkin dapat melampaui lweekang
dari Shie Siauw In-
Tampak hal ini wajah ciangbunjin dari Thiam cong Pay, cie
Koen Tie segera berobah hebat, sambil tertawa besar katanya.
"Kiranya adalah si Macan tutul dari gunung Wu San, Tong Yun Siauw"
Sambil tertawa kakinya yang menginjak di atas ubin itu
mengeluarkan suara yang gemuruh.
Wajah Tong Yun Siauw pun berubah, ternyata selama
sepuluh tahun menutup pintu, kekuatan Lweekang ciangbunjin
dari Thiam cong pay ini ternyata mendapatkan kemajuan yang
sangat pesatnya, jika dilihat dari ilmu "Siauw khi cing Yuen atau dengan tertawa meretakkan ubin yang baru saja
dipamerkan itu, dapat dilihat kekuatan Lweekang nya tidak
berada dibawah dirinya.
Tetapi cie Koen Tiepun tak berani memandang ringan pada
Tong Yun Siauw, diantara dua orang itu yang seorang adalah
manusia aneh dari pegunungan dan yang seorang lagi adalah
ciangbunjin dari Thiam cong pay, sekali saja mereka masing-
masing mencoba kekuatan pihak lawan, siapapun tak ada lagi
yang berani mulai lagi. Terdengar Bwee Giok membuka mulut
bertanya kepada cie Koen Tie.
"cie Thayhiap ini hari datang kemari entah ada urusan
apa?" Mata cie Koen Tie beralih memandang pada Boen ching, lalu ujarnya.
"Aku dengar sekarang Boen ching berada dalam
perkumpulan saudara, Tujuh partai besar telah mengambil
keputusan untuk mengadakan pertemuan diloteng "oei Hok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Lo" untuk merundingkan cara pemberesan urusan Boen Ching ini, jika kini berada di dalam perkumpulan saudara, kami harap kau mau menyerahkan kepadaku untuk aku bawa pulang
kegunung."
Bwee Giok tertawa tawar, matanya menyapu pada orang2
yang berada dalam ruangan, serunya:
"Boen Ching adalah sekarang tamu terhormat dari
perkumpulan Elang Sakti kami, jika Cie Koen Thayhiap ingin
minta orang itu, aku kira hal ini sangat sukar untuk
dilaksanakan"
Mendengar perkataan Bwee Giok itu, wajah Cie Koen Tie
berubah menjadi sangat dingin, sahutnya.
"Urusan ini adalah urusan kami tujuh partai besar, dan menyangkut hubungan yang sangat erat atas mati hidupnya
orang-orang didalam Bulim."
Boen Ching segera bangun berdiri, dia tidak menginginkan
karena urusannya sehingga menyebabkan perkumpulan Elang
Sakti ini berselisih dengan enam partai besar, katanya
kemudian kepada Cie Koen Tie.
"Cie Koen Tie, engkau bicara janganlah seenaknya, aku
baru saja pulang dari Siauw limsie, Hay Goat thaysu telah
menceriterakan seluruh urusan itu kepadaku."
Sambil berkata dia mengeluarkan tanda pengenal dari batu
giok putih hadiah dari Hay Gwat thaysu itu, kemudian
lanjutnya. "Diantara tujuh partai besar masih ada partai yang mana lagi?"
Wajah cie Koen tie segera berubah sahutnya. "Kiranya
engkau yang bernama Boen ching"
Boen ching tertawa tawar, ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Setelah berpisah selama sepuluh tahun, akhirnya aku juga tidak jadi mati, pemberian hadiah mu berupa sekali pukulan
itu selamanya aku tak dapat melupakan-"
cie Koen tie palingkan kepalanya dan memberi perintah
kepada dua orang yang berdiri di belakangnya.
"Tangkap pemuda itu" Bwee Giok dengan dinginnya
menggertak. "Sebentar Didalam pusat perkumpulan Elang Sakti ditelaga Thay ouw ini tidak mengijinkan engkau untuk berbuat
seenaknya."
cie Koen tie dongakkan kepalanya, tampak wajah Bwee
Giok berubah menjadi sangat dingin dan menakutkan, tanpa
terasa hatinya menjadi terperanjat, pengaruh perkumpulan
Elang Sakti meliputi dua belah tepian sepanjang sungai Tiang Kang, jika sampai dirinya bentrok dengan mereka, agaknya
juga tidak akan sanggup untuk melawan mereka itu.
Hwee cie Ling atau si Trenggiling api cah We pun telah
bangun dan berdiri, dia adalah kepala cabang dari
perkumpulan Elang Sakti, kepandaiannya tak dapat dipandang
rendah dan menunggu begitu Bwee Giok membuka mulut
memberi perintah, segera akan turun tangan-
cie Koen Tie mendengus, ujarnya kepada Bwee Giok. "Jika ayahmu ada ....."
Tak menanti dia selesai berbicara, potong Bwee Giok
dengan dingin. "Sekalipun ayahku berada dirumahpun tidak mungkin akan mengijinkan engkau untuk membawa pergi Boen Ching dari
sini." Tampak hal ini, sambil tertawa Boen Ching berkata pada
Bwee Giok. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Bwee heng, dia telah datang kemari, aku pikir akan men-coba2 minta pelajaran dari jago pedang tujuh tindak pencabut nyawa yang berasal dari Thiam Cong Pay ini, apakah benar2
lihay seperti yang disiarkan didunia kangouw ataukah hanya
nama kosong belaka." Bwee Giok tersenyum, ujarnya.
"Boen heng kalau mempunyai niat untuk main-main
dengannya, silahkanlah "
Bwee Giok tahu kalau kepandaian Boen Ching sangat tinggi
sukar diukur, dua orang murid dari Cie Koen Tie itu tentunya bukan lawannya apalagi si Macan tutul dari gunung Wu San si Trenggiling api dan lain2nya disana semuanya tak takut kalau Cie Koen Tie sampai berhasil menurunkan tangan jahat
terhadapnya. Boen Ching menyapu dua orang pemuda itu, tubuhnya
berkebat dan berdiri ditengah kalangan-
Cie Koen Tie nampak gerakan Boen ching yang demikian
enteng dan gesitnya itu, mengetahui kalau dua orang
muridnya itu tentu tak dapat melawannya, tetapi meskipun
demikian apakah harus dia sebagai seorang ciangbunjin dari
satu partai besar turun tangan sendiri. Dua orang murid dari Cie Koen Tie itu mencabut keluar pedang mereka dari
sarungnya, satu dikanan dan satu dikiri mengerubuti Boen
Ching seorang. Meskipun pedang Boen Ching berada di pinggangnya,
tetapi ia tidak mau mencabutnya, dua orang pemuda itu
berpaling memandang pada cie Koen Tie, tampak wajahnya
tidak memperlihatkan perubahan apa-apa, dua orang pemuda
itu segera mengangkat pedangnya dan menyerbu kearah Boen
ching. Thiam cong Kiam Hoat juga sangat terkenal akan
kelihayannya didunia Kangouw, kini dua orang pemuda itu
bersama-sama mengerubuti Boen ching seorang diri, sudah
tentu bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan itu, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
didalam hati Boen ching telah mempunyai perhitungan yang
masak. dan akan menggunakan ginkangnya yang lihay itu
untuk menghadapi dua orang pemuda itu.
Tubuh Boen ching berkelebat menghindar kesamping, lima
jarinya mencengkeram tubuh pedang dari pemuda disebelah
kirinya dan ditarik kearah pemuda yang lainnya, dua belah
pedang itu segera bertemu dan membuat mereka masing-
masing mundur setindak ke belakang.
Boen ching segera kembali ketempat asalnya dengan dingin
ia memandang dua orang pemuda itu.
cie Koen Tie menjadi sangat terkejut, dalam hatinya diam-
diam berpikir. "Dua orang muridku ini ternyata demikian kacaunya,
sehingga hanya satu gebrakan saja Boen ching telah
menduduki diatas angin"
Dua orang pemuda itu membentak lagi dan ber-sama2
menyerang tubuh Boen ching dengan hebat.
Boen ching dalam satu gebrakan saja telah mengetahui
kalau pengalaman dua orang pemuda ini dalam menghadapi
musuh sangat Cetek.
Tubuh Boen ching segera mendekat mendesak pada dua
orang itu.. dua belah pedang segera ditusuk kearahnya, cepat ia mengerahkan ilmu "Hui Sie Yun Seh" pada saat yang sangat kritis ini ia menghindari tusukan dua bilah pedang itu dan
balikkan tubuh melancarkan tendangan, dua bilah pedang Itu
segera tertendang lepas.
Dalam ruangan itu segera terdengar sorak sorai yang
sangat ramai, wajah Cie Koen Tie berobah menjadi membesi
dengan suara dingin ujarnya. "Sungguh suatu ilmu silat yang sangat tinggi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching memangnya mempunyai niat untuk bergebrak
dengannya. mendengar perkataan ini, ia tertawa tawar
ujarnya. "Ilmu silatku bila tidak dapat dihitung tinggi, hanyalah dua orang murid Thiam Cong pay ini tak terpandang sebelah
matapun olehku"
Cie Koen Tie dengan gusar mendengus, ia ingin turun
tangan sendiri, tetapi teringat dirinya sebagai seorang
angkatan tua dari satu partai besar, mana dapat berbuat
demikian, maka dengan dingin sahutnya. .
"Tentu pada suatu hari engkaupun akan tak terpandang
sebelah matapun oleh mereka itu." Boen Ching tersenyum jumawa, ujarnya.
"sekalipun engkau, aku juga tak memandang sebelah
matapun" Sebenarnya Cie Koen Tie sudah akan pergi, tetapi kini
mana dia dapat pergi lagi, Boen Ching berkata demikian
bukanlah dengan terang-terangan menantang dia untuk
bergebrak"


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekalipun si macan tutul dari gunung Wu-San juga merasa
bahwa perkataan Boen Ching ini keterialuan, dia tahu
kepandaian Boen Ching meskipun baik, tetapi hanyalah
dikarenakan gerakannya saja yang gesit, tetapi dalam hal
lweekang masih tertinggal jauh dari dia.
cie Koen Tie dengan tertawa panjang ujarnya:
"Dalam sepuluh tahun ini aku cie Koen Tie belum pernah mendengar perkataan yang semacam ini."
"Tetapi ini hari ternyata aku telah berbicara demikian terhadapmu. "Jawab Boen ching dengan tawar.
cie Koen Tie dengan gusar mendengus, selama sepuluh
tahun ia bersemedi menghadap dinding, telapak tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
peninggalan Thian Jan Shu, yang terdapat pada hioloo kuno
itu meskipun dia belum dapat mempelajari seluruhnya, tetapi pikir nya tentu adalah suatu rangkaian ciang Hoat.
segera ia dengan menggunakan satu tangannya menekan
kearah Boen ching.
Pukulan ini adalah hasil dari jeri payahnya selama sepuluh
tahun menyelidiki ilmu silat yang tertera pada hiolo kuno itu.
Boen ching tampak pukulan yang dilancarkan cie Koen Tie
ini sangat aneh sekali, ternyata pukulan itu telah menutup
seluruh jalannya untuk melancarkan pukulan, ia menjadi
bingung harus dengan menggunakan cara apa untuk
mematahkan serangan itu. Tubuhnya segera bergerak mundur
kebelakang. cie Koen Tie yang telah dibuat gusar oleh Boen ching
pukulan ini mana dia mau tarik kembali, tubuhnyapun maju
mengejar serangannya tidak berubah selalu ditujukan kedada
Boen ching. Boen Ching nampak setiap kali mau berkelit atau
menghindar selalu tak berhasil, hatinya menjadi tertegun,
segera ia melancarkan tiga kali serangan dengan
menggunakan ilmu "Thay Thien Kioe Sih".
Cie Koen Tie menjadi terkejut, ia tak sempat menarik
kembali pukulannya, Boen Ching telah digentarkan oleh
pukulan Cie Koen Tie ini hingga setengah tubuhnya menjadi
kaku sedang Cie Koen Tie sendiri terlempar sejauh tiga kaki lebih oleh ilmu "Thay thien Kioe sih" dari Boen Ching ini.
Cie Koen tie menjadi sangat terkejut, dirinya dapat
dilemparkan dengan mudah oleh Boen Ching keudara, untung
dia tak sampai menderita luka.
Sedang Boen Ching dengan sempoyongan mundur dua
tindak kebelakang, untung Cie Koen tie dalam keadaan kaget
tadi telah menarik separoh dari tenaganya sehingga dia tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
terluka, sedang dia yang dalam keadaan terdesak
melancarkan serangan, meskipun Cie Koen tie juga tak dapat
berkelit dari serangan tersebut tetapi juga tidak sampai
terluka. orang yang berada didalam ruangan itu saking
terperanjatnya sampai berdiri semuanya.
Cie Koen Tie menjadi sangat gusar, dia menyesal tadi telah
menarik separuh dari tangannya, jika tadi sekali pukul ia
berhasil menyebabkan Boen Ching terluka dalam, mungkin
masih tak mengapa baginya tetapi, dia malah kini dipaksa
berada dibawah angin-
Boen Ching, setelah dapat berdiri tegak lalu menarik napas
panjang2, ia merasa pada dadanya terasa sedikit mual, tetapi tidak sampai terluka dalam, diam2 dalam hatinya merasa
sangat terkejut^
Si Macan tutul dari gunung Wu San, Tong Yun Siauw
dengan perlahan2 duduk kembali dia melihat jurus2 yang
dilancarkan dua orang itu sama-sama sangat aneh sekali,
tanpa terasa dalam hatinya mendesir, jika dia yang disuruh
menerima jurus-jurus aneh itu, agaknya dia juga tak akan
sanggup untuk menerimanya. Terdengar Boen ching berkata
pada cie Koen Tie.
"Nama jago pedang tujuh tindak pencabut nyawa telah
menggetarkan sungai telaga, tetapi aku kira mungkin juga hal ini tak ada gunanya untuk menghadapi aku seorang diri."
cie Koen Tie mengetahui kalau Boen ching menginginkan
dia untuk menggunakan pedang dalam hatinya sebenarnya ia
juga mempunyai niat untuk berbuat demikian, pikirannya
segera berputar, pikirnya.
"Boen ching kini berada didalam pusat markas perkumpulan Elang Sakti, jika aku datang untuk meminta orang sudah tentu mereka tidak akan menyanggupinya, mengapa tida
menggunakan kesempatan ini membunuh mati dia saja, jika
Boen ching telah binasa, Perkumpulau Elang Sakti ini juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tidak mungkin karena kematian satu orang saja lalu mau
sampai bentrok dengan enam partai besar."
Dengan perlahan ia mencabut keluar pedangnya, sambil
tertawa dingin ujarnya. "Engkau boleh coba2 kelihayan
pedangku" Dalam hati Boen ching sebenarnya takut kalau cie Koen Tie
menggunakan jurus aneh itu lagi, jika dapat membuat dia
sampai mencabut pedangnya, dirinya tentu akan menjadi agak
aman, kehebatan Ie Bok Kiam Hoat telah diketahui semua
orang, dengan kekuatan lweekang yang dimilikinya sekarang
ini kiranya juga tak usah takut terhadap cie Koen Tie.
Diapun dengan perlahan mencabut pedangnya, tubuh cle
Koen Tie begitu bergerak, secepat kilat telah melancarkan ilmu
"Ti hiet Poh Tui Hun Kiam atau ilmu pedang tujuh tindak pencabut nyawa" dengan hebatnya. tubuh Boen ching berturut2 mundur kebelakang, dengan mengunakan Ie Bok Kiam
Hoat yang dipadukan dengan gerakan "Sie Liu Eng Hong" ia menghadapi serangan musuh, tetapi tetap masih terasa
sambaran pedang yang ganas dan dingin diempat penjuru
tubuhnya, serangan pedang cle Koen Tie ini tambah lama
tambah cepat dan bertambah hebat.
Tong Yun Siauw nampak dan orang itu baru saja bergerak
telah demikian serunya, dalam hatinya juga sedikit ikut
merasa tegang, ia nampak ilmu pedang tujuh tindak pencabut
nyawa meskipun ganas, tetapi gerakan dari Boen ching pun
ternyata sangat aneh, ditengah berkelebatan tubuh Boen
ching, pedang cie Koen Tie bagaikan angin saja mengikuti
terus, tetapi tetap tak dapat melukainya seujung rambutpun. .
cie Koen Tie diam2 juga merasa sangat terkejut,
pertahanan Boen ching ternyata demikian ketatnya, sehingga
ilmu pedangnya tak ada gunanya dalam menghadapi Boen
ching ini, jika lweekangnya dapat lebih tinggi setingkat lagi tentu ia akan dapat mengacaukan gerakan kaki Boen ching ini bahkan dapat segera mengalahkannya tetapi kini ia tak dapat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
kehebatan dari lweekang yang dimiliki Boen ching sungguh tak pernah ia duga sebelumnya.
Sekejap mata saja ratusan jurus telah berlalu, kedua kaki
Boen ching hanya maju mundur dalam lingkungan seluas
delapan depa saja, sedang cie Koen Tie pun tak dapat berbuat apa2 terhadapnya, ia hanya dapat mendesak dan berada
dibawah angin, tetapi tak dapat melukainya.
cie Koen Tie makin menyerang dalam hatinya semakin
merasa berdebar, ilmu pedang Boen Ching kelihatannya
seperti hanya bertahan saja membuat dia menjadi kehilangan
akal. Sebaliknya Boen Ching semakin bertempur hatinya menjadi
semakin mantap. ia tahu bahwa dia tak mungkin dapat
dikalahkan olehnya, pedangnya segera diputar sedemikian
rupa, niat nya akan balas mendesak musuh.
Cie Koen Tie nampak jurus pedang Boen Ching telah
berubah dari kedudukan bertahan menjadi kedudukan
menyerang, hatinya diam2 merasa girang, ia sengaja
membuka lubang kelemahan pada tubuhnya.
Sebenarnya Boen Ching akan menyerang sekarang,
nampak ada lubang kelemahan pada tubuh Cie Koen Tie,
hatinya menjadi sangat girang, pedangnya segera bergerak
dan mengeluarkan ilmu "Huan Ie Bok Kiam Hoat" gerak ilmu pedangnya bagaikan harimau buas, sekali berubah dari
kedudukan yang bertahan kini sekuat tenaga menyerang pula.
ci Koen Tie tertawa dingin, pedangnya sedikit bergeser dari tubuhnya berdiri tegak tak berkutik.
Boen Ching berturut-turut menyerang sampai sepuluh kali,
tapi selama itu dia hanya berhasil mendesak mundur cie Koen Tie setindak.
Begitu tubuhnya terdesak mundur kebelakang, ia segera
mengeluarkau ilmu andalannya "Ciet Poh Tui Hun" atau tujuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tindak pencabut nyawa, tubuhnya sedikit membungkuk,
Pedangnya bagaikan angin dan menusuk lambung Boen
Ching. Boen Ching menjadi sangat terkejut, ia tak sempat
menahan serangan tersebut, berturut-turut mundur
kebelakang. Cie Koen Tie yang mengerahkan jurus pedang dari tujuh
tindak pencabut nyawa, pedangnya berturut-turut berubah
menjadi sepuluh bayangan lebih, sedang tubuhnya maju
kedepan sembilan tindak. selangkah lebih cepat dari langkah berikutnya mengejar Boen Ching.
Boen Ching menjadi sangat terkejut, tubuhnya melayang
dan melancarkan ilmu tendangan "Cing Po Chiet Yau" tetapi tetap tak dapat menahan serangan dari Cie Koen Tie tersebut.
tubuh Cie Koen Tie terus mendesak maju dan tahu-tahu
pedang Boen Ching telah dicukil hingga terlepas dari
tangannya. orang-orang yang ada diruangan itu saking kaget-nya
menjadi berdiri semuanya, tetapi meskipun begitu tak
seorangpun yang dapat menolong Boen Ching.
Pada saat itu jarak pedang Cie Koen Tie telah mencapai
jurus yang terakhir. Chiet Poh Cieu Hiat" atau tujuh tindak darah berceceran.
Tiba-tiba Boen Ching meraung keras, tubuhnya mendatar,
ternyata dengan tangan kosong ia mencoba merebut pedang
dari tangan Cie Koen Tie.
Cie Koen Ti menjadi terkejut dan gusar, ia dengan cepat
segera mundur kebalakang sedang Boen Ching berdiri
termangu-mangu, wajahnya pucat pasi, pada tangan
kanannya mencekal pedang Cie Koen Tie, sedang darah
menetes keluar dari telapak tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pada saat yang berbahaya tadi, kiranya Boen Ching tanpa
perduli keselamatannya lagi telah mengeluarkan jurus terakhir dari ilmu "Thay Thien Kioe Sih" sungguh tak disangka ternyata ia berhasil merebut pedang ditangan Cie Koen Tie.
Ilmu "Thay Thien Kio sih" merupakan ilmu silat pusaka yang telah lama lenyap dari Bulim, pada waktu itu Seh TU Hoa setelah mendapatkan ilmu "Thay Thien Kioe Sih"
kepandaiannya jauh melebihi tiga orang suhengnya bahkan
mengira ilmu silatnya merupakan nomor satu didalam dunia
Kangouw. ini semuanya adalah dikarenakan keanehan dan
keajaiba ilmu "Thay Thien Kloe Sih" ini, jarang ada yang dapat menandinginya.
Seh TU Hoa karena menyesali peristiwa yang terjadi pada
puluhan tahun yang lalu, maka ia menurunkan ilmu "Thay Thien Kloe Sih" ini kepada Boen ching, tetapi sembilan jurus ini bukanlah sekali saja dapat dipelajari, Boen ching hanya baru mendapatkan kulitnya saja sedang Seh TU Hoa sendiri
karena hubungan perguruan saja mau menurunkannya dan
kini ternyata dengan tangan kosong ia merebut pedang cie
Koen Tie yang sedang mengerahkan jurus ilmu pedangnya
yang sangat lihay, membuat ia sekarang harus berpikir
dengan cara bagaimana dia tadi dapat merebutnya.
Semua orang yang hadir diruangan itupun menjadi
tertegun semuanya, kiranya Boen ching tadi teringat kembali pada waktu Seh TU Hoa menangkap ular di dalam gua,
kiranya tenaga dari telapak tangan haruslah digunakan secara demikian. Wajah cie Koen Tie berubah menjadi pucat pasi,
ujarnya. "Ini hari ternyata aku mengalami kekalahan ditanganmu.
pada tanggal lima belas bulan delapan, malam bulai Tiong ciu, datanglah kerumah makan oei Hok Lo, pada saat itu tujuh
buah hioloo kuno semuanya akan hadir dan muncul disana,
semua urusan dapat diselesaikan pada saat itu juga"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pada saat itu Boen ching bagaikan baru sadar dari impian,
diam2 ia menghitung dari hari ini sampai malam Tiong ciu
masih ada tiga bulan lebih, dia memungut kembali pedang cie Koen Tie dia dilemparkan kearah nya. seraya berkata. "Boen ching pada waktu itu tentu akan hadir dalam rumah makan oei Hok Lo"
cie Koan Tie yang menutup diri selama sepuluh tahun, baru
pertama kali turun gunung dan bergebrak dengan seorang
pemuda, ternyata dapat dikalahkan dengan mudah oleh Boen
ching, semangat yang berkobar-kobar kini telah dapat
dipadamkan semuanya dan berubah menjadi putus asa,
pikirnya . "Hanya dengan kekuatan gabungan ciangbunjin dari
enampartai lainnya barulah dapat mengalahkan Boen ching
ini". Dia menarik kedua tangan orang muridnya dan berjalan
keluar. Bwee Giok segera bangun berdiri dan berteriak.
"Hantar tamu keluar "
Dua orang pengawalnya segera mengikuti tiga orang itu,
berjalan keluar.
Boen ching memungut kembali pedangnya dan kembali
ketempat duduknya. Dengan wajah berseri-seri Bwee Giok
berkata. "Boen heng, Kiong hie cie Koen Tie sebagai seorang
ciangbunjin dari Tiam cong Pay ternyata dapat Boen heng
kalahkan dengan tangan kosong bahkan merebut pedangnya".
Sambil tersenyum jawab Boen ching. "Ahhh. . . . terlalu memuji"
Bwee Giok yang rahasianya telah diketahui oleh Boen ching
bahwa dia sebenarnya adalah seorang gadis meskipun
kelihatannya masih gagah perkasa, tetapi tak dapat dihindari lagi adanya perbedaan antara laki dan perempuan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sebenarnya dia akan melihat keadaan luka ditangan Boen
ching, kini terpaksa hanya bertanya, "Bagaimanakah dengan luka ditelapak tapak tangan Boen heng ?"
Sambil tertawa jawab Boen Ching. "Ah, tak mengapa hanya luka kecil saja "
si macan tutul dari gunung Wu San, Tong Yun Siauw sambil
tertawa besar ujarnya.
"Selama sepuluh tahun ini aku belum pernah melihat
pertempuran yang demikian ramainya, kepandaian Boen
Siauwhiap ternyata sangat aneh dan lihay, jika bertambah lagi beberapa tahun, aku kira kau akan menjadi jago nomor satu
didunia kangouw ini". Boen Ching tertawa tawar, ujarnya.
"Didunia ini orang aneh yang berkepandaian tinggi sangat banyak sekali, Cayhe mana dapat menandingi mereka-mereka
itu" Tong Yun Siauw tertawa tergelak^ sahutnya.
"Boen Siauhiap tak periu merendahkan diri, aku lihat pada saat ini, diantara jago2 muda selain keponakan ini, aku kira tiada yang dapat menandingi kau."
Boen Ching memandang Bwee Giok sekejap. dia melihat
pelipis Bwee Giok menonjol keluar, segera ia tahu kalau
kepandaiannya tidaklah rendah tapi entah dia anak murid
siapa. Tong Yun Siauw sambil tersenyum ujarnya. "Siapapun
takkan yang mau percaya"
Dia nampak Boen Ching memandang Bwee Giok. mengira
kalau dia tak percaya, lalu katanya kepada Bwee Giok.
"Keponakan Giok sekarang seharusnva kau
mempertunjukkan sedikit kepandaian mu kepada kita semua."
Bwee Giok tak dapat menolak lagi sambil tertawa ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Boen heng demikian lihaynya mana dapat menyuruh aku
memperlihatkan kejelekanku." Sambil berkata ia mengambil cawan araknya kepada dua orang itu ia berkata:
"Paman Tong dan Boen heng telah mempertunjukkan
kelihayannya dengan menggunakan cawan arak. kini akupuh
akan mencoba memperlihatkan sedikit kejelekan ku."
Perkataannya baru saja selesai, dia telah melemparkan
cawan arak itu, cawan arak itu segera meleset dan melayang
ke udara. lalu tangannya mengambil lagi sebuah cawan dan
dilempar keatas, dua buah cawan tersebut membentur satu
sama lain sehingga memisah kesamping dan meleset masuk
kedalam tiang seluruhnya bahkan tanpa memperlihatkan
retakan sedikitpun juga pada tiang tersebut.
Segera semua hadirin bertepuk tangan memuji, Boen ching
menjadi tertegun, lweekang dari Bwee Giok ini ternyata jauh lebih tinggi dari dirinya bahkan tak dibawah Shie Siauw In, hal ini membuatnya jadi sangat terkejut. Bwee Giok tersenyum
kepada Boen ching ia berkata. "Tontonan yang jelek, tontonan yang jelek sekali"
"Keponakan ini jika dibandingkan kau dan aku


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaiannya kiranya jauh lebih tinggi" Boen ching juga tertawa, katanya:
"Kepandaian Bwee heng, aku sungguh tak dapat
menggunggulinya."
Bwee Giok tertawa lagi, Boen ching yang memuji dia,
membuat hatinya merasa sangat nyaman, tiba-tiba dia melihat luka di tangan Boen ching ternyata darahnya masih belum
berhenti mengalir, dia mengeluarkan suara tertahan, tanpa
terasa dia telah memegang tangan kanan Boen ching itu, tapi kemudian menjadi sadar, wajahnya berubah menjadi merah
padam, cepat ia melepaskan tangan Boen Ching seraya
berkata: Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Luka ditangan Boen heng belum sembuh, cepatlah
menghentikan mengalirnya darah."
Boen Ching tersenyum, padahal dia telah menutup jalan
darahnya, kini yang menglir hanya darah tadi saja, dia
nampak Bwee Giok demikian memperhatikan dirinya, dalam
hatinya timbul suatu perasaan yang sangat nyaman, kemudian
ia mengambil sebutir pil "Liong Hiat Sin Tan" dan ditelannya.
Bertepatan dengan waktu itu, sebuah bayangan turun
ketengah ruangan Boen ching yang nampak baru datang itu
adalah Shie Siau In, hatinya menjadi sangat girang, teriaknya.
"Siauw In sumoay "
Shie siauw In dengan dingin menyapa dua orang itu
sekejap. kemudian balikan tubuhnya dan melayang keluar.
Tubuh Boen ching pun segera melayang dan mengejar
keluar, teriaknya. "Siauw In sumoay, engkau jangan pergi dulu, tunggu aku "
Nampak hal itu Bwee Giok menjadi tertegun, dengan
termangu-mangu ia memandang bayangan dua orang itu, dia
merasa dalam hatinya timbul suatu perasaan yang sangat tak
enak. ia menundukkan kepalanya tak berkata apapun. Tong
Yun Siauw segera tertawa tergelak ujarnya:
"Keponakanku, aku lihat kau sudah tiba saatnya harus
berkelana didunia kangouw "
Boen ching setelah mengejar dekat pada Shie Siauw In,
nampak dia tak mau berhenti lagi, dia tak tahu telah berbuat salah apa terhadap Shie Siauw In sehingga membuat dia jadi
marah. Terpaksa dia hanya meminta dia untuk berhenti
berlari. Shie siauw In lari terus hingga sampai ketepi telaga dan
melompat pada suatu perahu kecil.
Boen ching terburu-buru mengejar teriaknya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Siauw In aku datang kedaerah Kang Lam ini, justru karena ingin mencari kau waktu itu aku telah menderita luka dalam, kemudian selama seharian mencari dirimu keseluruh gunung,
aku bukannya sengaja hendak meninggalkan kau dan pergi
seorang diri."
Shie siauw In hanya merasa Boen ching sangat baik
terhadapnya, selamanya belum pernah ada orang yang
demikian baiknya terhadap dirinya, tapi kini ia nampak Boen ching terhadap gadis lain pun demikian sikapnya, hatinya
tanpa terasa timbul rasa cemburu, teringat kembali perkataan suhunya kepadanya dan kejadian yang dialami Ie Bok Tocu
ternyata tak salah lagi, Boen ching hanya akan menipu dirinya saja.
Dia mana tahu kalau Boen ching sangat baik terhadapnya
adalah dikarenakan dia adalah putri kesayangan dari Ie Bok
Tocu, Boen ching menganggap dia sebagai adik kandungnya
sendiri dan tak mempunyai perasaan yang istimewa lainnya
terhadap dia Tampak dia mengangkat dayungnya dan ditutulkan ke atas
air, maksudnya ingin menggunakan dayung itu memaksa Boen
ching jatuh kedalam telaga tapi teringat kembali sikap Boen ching yang sangat baik terhadapnya, hatinya merasa jadi
merasa tak tega: Shie Siauw In mendayung perahunya
ketengah telaga, ujarnya. "Engkau sungguh2 sangat baik terhadapku ataukah hanya ini menipu aku saja ?"
Boen ching menjadi tertegun sahutnya. "Sudah tentu
sungguh2 "
Shie Siauw In setelah termenung sejenak. kemudian
katanya lagi. "Aku nampak kau dengan Bwee Giok demikian mesranya,
tahukah kau kalau aku dengan susah payah baru mendapat
berita yang mengatakan kau berada didaerah telaga Thay ouw
ini?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Mendengar hal ini, hati Boen ching menjadi tergetar, apa
yang dipikirkan oleh Shie siauw In bahkan kini telah diucapkan keluar semuanya. Dia entah harus berbuat bagaimana
sekarang ini. Shie siauw In adalah karena dia dan Ie bok Tocu baru mau
menghilangkan sifatnya yang dahulu, jika dia tak berani
melanjutkan berpikir lagi, tapi budi yang diterima dari Ie bok Tocu sangatlah besar sekali, dia tak dapat membuat susah
pada Ie Bok Tocu..
Dia dongakkan kepalanya, nampak Shie siauw In sedang
memperhatikan dirinya, sinar matanya mirip sekali dengan
sinar mata dari Ie Bok Tocu, ia terpaksa tersenyum, ujarnya.
"Siauw In, mungkin kau telah lama datang ke mari, apakah kau tak mendengar aku selalu memanggilnya sebagai Bwee
heng?" Mendengar perkataan itu Shie Siaw In termenung sejenak,
kemudian dengan wajah yang ber-seri2 ujarnya.
"Bukankan kau mengetahui kalau dia adalah seorang gadis"
mengapa masih memanggilnya sebagai Bwee heng?"
Boen ching teringat kembali sikap yang gagah dari Bwee
Giok. sikap yang sangat menarik perhatiannya dengan
perlahan dia tertawa, sahutnya.
"Meskipun aku tahu dia adalah seorang gadis, tapi dia
sendiri tak mengatakannya, kalau tak memanggil dia sebagai
Bwee heng, lalu disuruh memanggil sebagai apa?"
Shie siauw In menghela napas lega, ujarnya kemudian-
"sekarang sudah tiada urusan lagi "
Baru saja perkataannya selesai diucapkan sebuah perahu
dengan sangat cepat datang mendekat orang yang berdiri
diatas perahu itu bukan orang dari perkumpulan Elang Sakti
melainkan adalah orang yang mengejar diri Boen ching
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
walaupun sampai laksa li-pun, Pat Huang Sin Mo Cie Uh chan
adanya. Pada waktu itu disebabkan karena Shie Siaw in menderita
luka dalam, maka wajah Cie Uh chan yang bagaimanapun dia
tak mengetahui, kini nampak wajah Boen ching berubah
hebat, tanpa terasa tanyanya. "Siapakah orang itu?"
"Pat Huang Sin Mo "Jawab Boen ching singkat. Alis Shie Siauw In berdiri, ujarnya.
"Sungguh bagus sekali, ini hari kita datang kemari kita bersama2 membereskan diri nya."
Pada saat itu Cie Uh chan telah mendekati dua orang itu
tangannya mencabut senjata pecut geledeknya, sedang
tubuhnya meloncat dan melayang keperahunya yang
ditumpangi oleh Boen ching dan Shie Siauw In.
TANGAN kanan Shie Siauw In segera mengayun dayungnya
disertai dengan butir2 air telaga menyerang kearah Cie Uh
chan. Cie Uh chan nampak dayung itu datangnya sangat hebat
dan ganas, tubuhnya mundur selangkah kebelakang, tetapi
lwe-kang Shie Siauw In diluar dugaannya, ketika ia menarik
kembali dayungnya, tangan kanan nya secepat kilat mencekal
perg elangan tangan kanan Cie Uh chan-
Cie Uh chan menjadi sangat terkejut, sungguh tak disangka
lweekang dari gadis ini jauh lebih tinggi dari lweekang yang dimiliki Boen ching, dia didesak melayang kembali ke
perahunya, dengan dingin tanyanya dengan nada nyaring.
"Siapakah kau ini ?"
Kedua alis Shie Siauw In berdiri, ujarnya.
"Siapakah aku " Fen Bian Lo Sat atau si Iblis wanita
berwajah cantik dimana sajapun tidak ada yang berani
membuka mulut untuk bertanya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Cie Uh chan menjadi sangat terkejut, nama Shie siauw In
meskipun ia tidak mengetahuinya tetapi dia selalu
memperhatikan urusan didunia kangouw, nama Iblis wanita
berwajah cantik telah tersebar keseluruh Bulim, selamanya
tidak ada yang lolos dari tangannya.
Kini nampak wajah Shia siauw In dingin menyeramkan,
teringat kembali mengenai berita yang didengar mengenai
kejadian Iblis wanita berwajah cantik itu tanpa terasa hatinya dia manjadi agak merasa jeri, ini hari ada dia ditempat ini, ditambah lagi Boen ching, kiranya dirinya takkan mampu
melawannya, ditambah lagi ditangannya mencekal dayung.
Senjata pecut geledek meskipun lihay, tapi tak dapat
melawan senjatanya, senjata pecut geledeknya hanya dapat
digunakan untuk menangkap senjata2 yang ringan saja.
Pecutnya segera bergerak dan mundur kebelakang, tahu2
tubuh Shia siauw In berkelebat dan turun diujung perahunya, seraya berteriak. "Ini hari engkau ingin pergipun takkan dapat pergi lagi."
Cie Uh chan bukannya takut kepada Shia Siauw In, nampak
dia selangkah demi selang-kah mendesak mendekat padanya,
pecut ditangannya disabetkan dan menyerang kearah tubuh
Shia Siauw In. Shia Siauw In begitu nampak senjata yang digunakan Cie
Uh chan adalah sebeah pecut panjang, dia tahu tak dapat
dihadapi dengan menggunakan pedang, dayung ditangannya
perlahan-lahan diangkat dan balas menyabet kepada Cie Uh
chan- Dua orang dengan menggunakan dayung masing2 berdiri
diujung perahu, serta didepan dan yang lain dibelakang
perahu saling serang menyerang dalam waktu yang singkat
mereka ialah bertempur dalam keadaan seimbang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching yang nampak keadaan demikian segera
mencabut pedang Ie Bok Kiamnya, tubuhnya meloncat dan
pedangnya ditusukkan mengancam punggung Cie Uh chan-
Cie Uh chan yang dari muka dan belakangnya diserang
musuh, tangan kirinya segera di ayunkan, pecut geledeknya
melingkar menyabet kearah Boen ching.
Pedang Boen ching yang ditusukkan kearah pecut geledek
itu dengan cepat membuat pecut dan pedang melingkar jadi
satu, dia dengan gusar membentak kedua kakinya diangkat
dan melancarkan tendangan berantai kearah lambung Cie Uh
chan- Cie Uh chan yang diserang dari muka dan belakang,
dengan gusar meraung keras, tangannya melepaskan pecut
geledeknya, sehingga membuat tubuh Boen ching menjadi
terjungkal jatuh, ditengah udara ia menarik napas panjang-
panjang dan jatuh kembali keperahunya.
Cie Uh chan segera balikkan tangannya dengan dayungnya
mendesak mundur Shie Siauw In, dan mendahului Boen ching
selangkah melayang turun keatas perahu Boen ching.
Tubuh Boen ching begitu menginjak keatas perahunya, Cie
Uh chan dengan menggunakan dayungnya mendesak mundur
kearah nya. Shie Siauw In dengan cepat melemparkan dayung
ditangannya kebawah kaki Boen ching, tapi ternyata Cie Uh
chan telah berhasil melarikan diri.
Boen ching naik kembali keatas perahu dan memandang ke
arah dimana Cie Uh chan melarikan dirinya, dengan perlahan
ia menghela napas.
Oooo0dw0ooooO Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
MUNCULNYA KEMBALI IBLIS2 SAKTI
BOEN ching nampak Cie Uh chan telah menjauh,
membuatnya dengan perlahan menghela napas. Dengan halus
Shie Siauw In menghibur. "Lain kali tentu takkan membuat dia dapat melarikan dirinya lagi."
Boen ching memandangnya sekejap, nampak dia tertawa
manis kepadanya, tanpa terasa dalam hati Boen ching timbul
suatu perasaan yang sangat aneh, Shie Siauw In setelah
mendengarBoen ching bercerita mengenai hal ikhwal ibunya,
Shie Yun Ku, dalam hati pikirnya Boen ching terhadap orang
semacam Ibunya sangat menghormati sekali, meskipun
kadang2 ia mengira Boen ching sedang menipu dia, tapi
begitu berada disampingnya, tanpa terasa dia ingin sekuat
tenaga berusaha lebih mendekati Boen ching. Dua orang itu
segera naik ketepi telaga, kepada Boen ching Shie Siauw In
bertanya: "ching Toako, kita sekarang hendak pergi ke mana
?"" .
Boen ching setelah berpikir sejenak, ujar nya "Mari kita berpesiar kedaerah Kang Lam saja, bukankah engkau ingin
berpesiar kedaerah Kang Lam?"
Dalam hati Shie Siauw In menjadi sangat girang, dua orang
itu menceritakan pengalaman masing2 setelah berpisah,
sambil melanjutkan perjalanannya .
Kiranya Shie siauw In setelah terjatuh dari atas kuda lalu
menyembunyikan dirinya, menunggu setelah lukanya menjadi
sembuh kembali, lalu melanjutkan perjalanannya ke arah
selatan untuk mencari diri Boen ching.
Kedua orang itu bercerita dengan gembiranya, tiba2
dihadapannya berkelebat sebuah bayangan hijau dan berdiri
dihadapan orang itu.
Boen ching nampak orang yang datang itu adalah seorang
wanita yang berusia pertengahan, baru saja akan membentak
untuk menegor Shie Siauw In telah menjadi ketakutan hingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
wajahnya berubah menjadi pucat pasi serunya. "Dia adalah suhuku"
Dia tak sempat membentak. wanita berusia pertengahan itu
telah menotok jalan darahnya kedua orang itu, gerakkannya
yang secepat itu membuat dua orang itu tak sempat untuk
melawan, kemudian sambil mengempit tubuh kedua orang itu
wanita pertengahan itu melayang pergi dengan cepatnya.
Boen ching hanya merasakan tubuhnya ditotok orang lalu
tak sadarkan diri. Entah lewat berapa waktu, jalan darahnya baru dibebaskan kembali, dia memandang kesekeliling tempat
itu, nampak kini dia telah berada disebuah gua dari suatu
bukit. Wanita pertengahan itu duduk bersila diatas tanah, dengan
dingin sedang memandang dirinya, Shie Siauw In
menundukkan kepalanya di sisinya dan sedang menangis
terisak-isak. Wanita berusia pertengahan itu nampak bahwa Boen ching
telah sadar kembali, dengan nada dingin ujarnya.
"Aku adalah putri dari Thian Jan Shu, Han cing Yu,
benarkah engkau adalah murid dari Yun ku ?"
Boen ching bangun berdiri, ujarnya.
"Boanpwee adalah Boen ching, suhuku memang benar
adalah putrinya Tan coe coen." Han cing Yu dengan dingin berkata.
"Apakah engkau pernah mengatakan kepada Siauw In,
bahwa ia adalah putrinya Yun Ku?"
"Yaa, benar, suhuku telah bertahun-tahun mencari Siauw In sumoay. "Jawab Boen ching dengan tenang.
Han cing Yu dengan gusar mendengus, ujarnya. "Kalau
bukan karena Siaw In, aku sejak dulu sudah membunuh mati
kau, siauw In aku peringatkan, jika engkau berani berbicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
yang bukan-bukan lagi, hati-hatilah dengan batok kepalamu "
Boen ching tertegun, sahutnya.
"Tetapi Siauw In sumoay memang benar- benar adalah
putri dari suhuku."
Han cing Yu mengangkat tangannya, baru akan dipukulkan
kearah Boen ching, tetapi dengan perlahan tangan itu
diturunkan kembali wajahnyapun berubah menjadi agak


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lembut, katanya.
"Aku mempunyai suatu cerita untuk kalian dengarkan,"
Boen cing tidak paham mengapa Han cing Yu akan
menceritakan suatu cerita kepadanya, dalam hatinya diam-
diam timbul rasa curiga.
Han cing Yu setelah termenung sejenak. kemudian
katanya. "Suhuku didalam Bulim adalah seorang yang berkepandaian silatnya paling tinggi, dia mempunyai seorang putri
kesayangannya bernama ...."
Kelihatannya dia tidak ingin banyak berbicara, setelah
berhenti sejenak lalu lanjutnya:
"Engkau jangan mengurus dia bernama apa, pokoknya dia
adalah putrinya."
Hati Boen cing diam-diam bergerak. didunia ini orang
mempunyai kepandaian yang paling tinggi, yang dikatakan
Han cing Yu bukankah Thian Jan Shu dan dirinya sendiri"
Terdengar Han cing Yu melanjutkan ceritanya:
"orang aneh ini dengan orang lain mengadakan suatu
pertempuran yang seru, tetapi orang itu telah mati sedang
murid- muridnya tak berani datang menemui janjinya" Dalam hati Boen cing berpikir, bukankah dia sedang mengatakan Tan coe coen"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pada saat ini Shie Siauw In pun telah berhenti menangis, ia dongakkan kepalanya dengan terpesona mendengarkan cerita
dari Han cing Yu. Terdengar Han ching Yu berkata lagi.
"orang aneh ini mempunyai seorang murid, siapa namanya aku telah lupa, orang ini adalah seorang yang jahat"
Ia berhenti dan termenung sejenak lalu lanjutnya.
"Tetapi pada waktu itu dia masih seorang yang sangat
baik." Pikir Boen cing, mungkin orang itu adalah Tan Thian coen,
nama sebenarrya adalah Liauw Hoa Llong, cerita ini suhunya
sering menceritakan kepadanya. Han cing Yu meneruskan
ceritanya. "orang aneh itu memerintahkan muridnya itu memanggil
salah seorang dari lima orang muridnya itu, dia telah pergi, tetapi tidak memanggil salah satu dari lima orang muridnya
itu, malah membawa kembali cucu perempuan dari orang itu,
katanya dia telah meninggalkan sepucuk surat yang meminta
lima orang itu datang"
Boen ching memandang sekejap pada Shie Siauw In,
pikirnya: "Sudah bercerita pada keadaan yang sebenarnya".
Han ciu Yu nampak Boen ching memandang sekejap pada
Shie siauw In, dia mendengus, ujarnya.
"Tetapi muridnya itu telah berubah menjadi jahat, dia
memancing dan memperkosa putri dari orang aneh itu, orang
aneh itu karena murid dari orang itu tak datang, ditambah lagi putrinya telah melahirkan seorang bayi perempuan, dalam
keadaan yang gusar itu, dia telah mengusir muridnya dan
putrinya dari perguruan dan membanting hingga mati bayi
perempuan yang dibopong nya itu, muridnya sebelum pergi
telah mencuri sebuah kitab rahasia mengenai racun, sehingga orang aneh itu bersumpah tak mau menerima murid lagi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
bahkan setiap orang yang ingin belajar silat padanya akan
dibunuh mati."
Boen ching menjadi termenung, kiranya demikian halnya
sehingga Thian Jan Shu telah membuat peraturan dimana
setiap orang yang ingin belajar ilmu silat darinya akan dibunuh mati, untung dirinya pada waktu itu Thian San chiet Kiam
segera muncul, kalau tidak Thian Jan Shu tentu telah
menurunkan tangan jahat padanya. Han cing Yu berkata lagi.
"Muridnya itu terhadap putrinya tidak sungguh-sungguh, setelah turun gunung lalu lari pergi"
Tiba-tiba Boen ching memotong.
"Yang dibanting hingga mampus oleh orang aneh itu
mungkin bukan bayi perempuan yang di bopong melainkan
cucunya sendiri"
Kedua mata Han ching Yu memancar sinar yang amat
gusar, ujarnya:
"ceritaku telah selesai kuceritakan, engkau sekarang boleh segera pergi diri sini, kalau tidak maka selamanya engkau tak akan dapat pergi dari sini lagi" Boen ching tertawa tawar, ujarnya.
"cianpwee, sebelum aku pergi dari sini aku juga ingin
menceritakan sesuatu kisah, maukah cianpwee
memperkenankan aku sehabis bercerita baru pergi dari sini"
Han cing Yu dengan gusar mendengus setelah termenung
sejenak baru menganggukkan kepalanya .
Boen ching tersenyum ujarnya.
"Dua puluh tahun yang lalu, didalam Bulim ada dua orang aneh yang seorang bernama Thian Jan Shu, sedang yang lain
bernama Tan coe coen"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Perkataan baru habis diucapkan tampak tubuh Han cing Yu
sedikit gemetar, teriak nya: "Engkau jangan berkata lagi "
Boen ching tersenyum, katanya.
"Yang tadi cianpwee katakan adalah urusan yang
menyangkut diri putri Thian Jan Shu, sedang aku sekarang
yang akan kuceritakan adalah urusan yang menyangkut diri
putri Tan coe coen, maukah cianpwee mendengarkannya?"
Han cing Yu diam tak berkata, segera Boen ching
menceritakan segala urusan yang mengenai suhunya Shie Yun
Ku kepada Han cing Yu.
Han cing Yu setelah mendengar cerita itu menjadi
termangu- mangu, tak dapat meng u- capkan apa-apa sejenak
kemudian baru katanya.
"jika aku adalah Shie Yun Ku, tentu akan kubunuh mati Seh TU Hoa, kalau tidak tentu hatiku tidak akan menerimanya"
Perkataan ini baru saja selesai diucapkan, diluar gua
terdengar suara helaan napas yang sangat perlahan-
Han cing Yu menjadi tertegun, dengan kepandaiannya yang
demikian tingginya itu, ternyata diluar gua kedatangan orang asing, dia masih tidak mengetahuinya, segera bentaknya,
"Siapakah yang berada diluar itu?"
Seorang yang memakai jubah panjang berwarna hijau
melayang masuk kedalam gua, Boen ching nampak orang
yang baru datang itu dengan terkejut bercampur girang dia
bangun berdiri seraya berteriak. "Suhu kiranya ada engkau orang tua"
Yang datang ternyata Ie Bok Tocu, Shie Yun Ku baru saja
pulang kepulau Ie Bok To. Shie Siauw In menjadi termangu-
mangu disamping, entah ia harus berbuat bagaimana.
Han cing Yu juga tidak menyangka kalau Shie Yun Ku tiba-
tiba dapat muncul ditempat ini, tanpa terasa ia juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
termangu- mangu. Sambil tertawa kata Shie Yun Ku kepada
Han cing Yu. "Aku karena tak tentram hari melepaskan Boen Ching
seorang diri, setelah berjalan setengah jalanan lalu balik
kembali dan terus mengejarnya hingga sampai disini, Nona
Han tentu tidak akan gusar terhadapku bukan?"
Boen ching mendengar Ie Bok Tocu berkata demikian
hatinya terasa sangat terharu atas perhatiannya itu.
Han cing Yu barn saja habis mendengar urusan mengenai
Shie Yun Ku, dalam hatinya juga sangat simpatik terhadapnya.
Nampak hal ini dengan tertawa pahit, ujarnya.
"Kita boleh dikata telah bersahabat, adik Yun Ku aku lebih besar dari kau maka aku akan jadi kakakmu". Shie Yun Ku tertawa, sahutnya.
"Kakak cing Yu mau demikian menyebutku aku sungguh
merasa sangat beruntung sekali". Han cing Yu setelah berpikir sejenak. kemudian ujarnya.
"Kita berdua semuanya merupakan orang-orang yang tak
beruntung, aku jika jadi kau sejak dahulu telah membunuh
mati Seh TU- Hoa manusia keparat itu, didunia ini semua
orang lelaki tak ada seorangpun yang merupakan orang yang
baik-baik." Shie Yun Ku tertawa tawar seraya berkata:
"Seh Tu Hoa dia akan menjadi sadar dengan sendirinya,
buat apa aku harus membunuhnya" apalagi ayahku Tan coe
coen selama hidupnya paling mencintai aku, karena aku
sangat mirip dengan ibuku, sedang ibuku sejak aku masih
kecil telah wafat, dia orang tua karena selalu rindu dan
memikirkan padanya sehingga usianya menjadi sangat
pendek, didunia ini orang lelaki tak ada yang baik, mengenai hal ini aku tak dapat menerimanya".
Han cing Yu termangu- mangu, dia mengira Shie Yun Ku
yang telah mengalami penderitaan yang lebih banyak dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dirinya, tentu akan menyetujui perkataannya itu, ternyata dia tetap tak menyetujuinya, mau tak mau dia harus memikirkan
perkataan Shie Yun Ku ini. Sesaat kemudian berkatalah dia
kepada Shie Yun Ku.
"Kalau begitu sebagian besar bukan orang yang baik-baik tentunya kaupun mau mengakuinya bukan?"
Shie Yun Ku tertawa ujarnya.
"Aku tak mengerti engkau mengartikan yang bagaimana,
tetapi aku tak mengetahui itu betul atau tidak."
Han cing Yu menghela napas dengan perlahan kepada Shie
Siauw In ia berkata. "Aku tidak sesuai menjadi ibumu, dia adalah ibumu yang sebenarnya"
Shie Siauw In menjadi tertegun, ia bangun berdiri kedua
mata Shie Yun Ku berputar memandang padanya, Shie Siauw
In tak tahan lagi dan menubruk kedalam pelukan Shie Yun Ku
seraya berteriak:
"ibu engkau dapat memaafkan aku bukan?"
Shie Yun Ku sangat sayang dan cinta kepada putrinya kini
She siauw In membuka mulut mohon ampun, tanpa terasa dia
juga meneteskan air matanya seraya berkata
"Siauw In, anak sayang... jangan menangis lagi, ibumu
yang salah meninggalkan kau demikian lamanya."
Boen ching yang berdiri disamping dalam hatinya juga
merasa terharu bercampur dengan gembira, sedang Han cing
Yu tak dapat menahan meneteskan air mata.
Shie Yun Ku melirik nampak keadaan yang demikian itu
dengan cepat berkata kepada Shie Siauw In-
"Engkau masih tidak memberi hormat kepada Ibu
angkatmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Shie Siauw In menjadi tertegun, segera ia berlutut memberi
hormat, hati Han cing Yu merasa sangat kaget bercampur
girang ujarnya. "Yun Ku sungguh kau seorang yang baik"
Sehabis barkata suaranya telah tersumbat oleh isaknya, tak
dapat mengeluarkan suara lagi sedang air matanya terus
mengalir keluar.
Shie Yun Ku lalu bertanya kepada Boen ching tentang
pengalamannya setelah berpisah dengannya, Boen ching tak
berani berbohong, semuanya diceritakan kepada Ie Bok Tocu.
Ie Bok Tocu setelah termenung sejenak ternyata tak dapat
mengetahui siapa yang mempunyai lweekang yang demikian
tingginya sehingga dapat mewarisi lweekang kepada Boen
ching dengan melalui suara genta, mengenai perjanjian pada
hari Tiong chiu diloteng oei Hok Lo masih sangat pagi, Cie
Koen Tie ternyata berkata demikian, kiranya pada saat itu
orang dari seluruh pelosok akan datang semuanya mengantar
tujuh buah hiolo kuno peninggalan Thian Jan Shu, enam buah
hioloo sudah pasti akan muncul bersama hal ini sudah tentu
akan menjadi incaran setiap orang didunia Kangouw ini.
Empat orang itu lalu pergi beristirahat, haripun makin lama makin gelap sedang Boen ching bergeser pindah ke lain gua
untuk beristirahat.
Keesokan harinya begitu Boen ching membuka matanya
ternyata hari telah jauh siang, dengan cepat dia bangun dan berjalan kedepan gua dimana tiga orang lainnya itu
beristirahat. Tetapi sesampainya didepan gua tiga orang itu ternyata
telah menghilang tanpa bekas, hati Boen ching menjadi
berdebar, dia tahu tiga orang itu pasti tidak akan
meninggalkan dia seorang diri tanpa alasan- tetapi dalam gua itu terbukti telan menjadi kosong sudah tentu tiga orang itu meninggalkan tempat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dia mencari sejenak disekitar gua itu, nampak pada dinding
gua itu tertera beberapa tulisan yang ditinggalkan untuk dia oleh Ie Bok Tocu. Tulisan itu berbunyi. "Karena urusan penting meninggalkan tempat ini, tak usah memikirkannya"
Tulisan ini ditulis tak karuan, agaknya ditulis dalam keadaan terburu-buru, hal ini malah membuat dia menjadi kuatir, Ie
Bok Tocu ternyata pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun
kepadanya, entah telah terjadi urusan apa yang demikian
penting nya. Dia baru saja termenung memekirkan persoalan ini. tahu2
dari depan gua itu terdengar suara gelak ketawa yang sangat keras seorang kakek tua berjubah kuning berjalan masuk
dalam gua. Boen ching segera balikkan tubuhnya, tampak wajah orang
itu merah segar, sedang pelipisnya menonjol keluar, sekali
pandang dapat dilihat bahwa kepandaiannya orang itu tidak
rendah. Orang tua berjubah merah itu memandang Boen ching
sejenak dia tertawa ujarnya. "Engkaulah yang bernama Boen ching?"
Boen ching dengan perlahan anggukkan kepalanya
tanyanya. "Siapakah Cianpwee ini?"
Orang tua itu berwajah merah itu tertawa besar, sahutnya.
"Ternyata kau masih mempunyai sopan santun, suhumu
karena ada urusan penting yang harus diselesaikan telah pergi dari sini, aku datang ke mari mencarimu karena aku
mempunyai urusan yang hendak dibicarakan denganmu pula"
Boen ching mendengar orang tua berjubah merah ini
ternyata mempunyai urusan mencari dia, lalu tanyanya.
"cianpwee, ada urusan apa mencari aku?"
Orang tua berwajah merah itu sambil tertawa ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Begitu aku menyebut namaku engkau tentu sudah
mengetahuinya, aku bernama Yuen Pu"
Boen ching mendengar orang tua itu menyebut namanya,
dalam hati diam2 merasa sangat terkejut, Yuan pu
mempunyai julukkan sebagai Siauw Hui Wan Yuen atau sikera
terbang berwajah girang, dia adalah seorang yang telah
mempunyai nama didalam bulim, Ginkang Ie Bok Tocu boleh
dikata tanpa tandingan, sedang ginkang dari sikera terbang ini jarang sekali ada tandingannya jika dibandingkan dengan
ginkang, maka Ie Bok Tocu masih lebih tinggi satu tingkat dari Yuen Pu ini, sedangkan dalam hal bertempur jarak dekat,
gerakan kilat dari Yuen Pu ini dapat melebihi gerakan dari Ie Bok Tocu.
Telah belasan tahun lamanya dia tak berkelana didunia
kangouw, ini hari mendadak datang mencari dirinya entah ada urusan apa . Yuan pu sambil tertawa berkata.
"Kau tak usah merasa takut, aku hanya mencari kau untuk merundingkan sesuatu, pada waktu itu Thian Jan Shu
mewariskan tujuh buah hioloo kuno kepadamu, aku mau
melihat engkau mempunyai keadaan istimewa yang
bagaimana sehingga menyebab kan dia begitu pandang
berharga padamu, jika engkau menang, sudah tentu aka tak
ada perkataan lain selain pergi dari sini. tetapi jika engkau kalah ditanganku, maka tujuh buah hioloo kuno itu kau harus serahkan padaku dan bersama-sama aku pergi keloteng oei
Hok lo, tetapi saat itu aku akan dapat dengan sangat lancar dan mudah mendapatkan tujuh buah hioloo kuno itu
ketanganku."
Boen ching mendengar Siauw Bian Hui Yuen berkata
demikian, dia tertawar tawar, sahutnya.
"Aku kira pada saat itu engkau tak mungkin akan
mendapatkannya dengan mudah." sepasang mata Yuen Pu
memancarkan sinar mata yang sangat aneh, ujarnya dengan
keras. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Engkau tak perlu mengetahui urusan ini"
Boen ching tersenyum lagi, ujarnya..
"Pertaruhan secara begini tidak seimbang jika engkau kalah sambil bertepuk tangan dapat pergi dari sini, tetapi jika aku yang kalah, bukankah aku kalah dengan sia-sia belaka?"
Siauw Bian Hui Yuen- Yuen Pu tertawa tergelak sahutnya.
"Baik kau bilang kalau aku yang kalah harus berbuat
bagaimana?"
Sambil tertawa ujarBoen-ching.
"cianpwee mungkin tahu jejak dari suhuku, jika
kemungkinan cianpwee yang mengalami kekalahan- Boen
ching tak ada permintaan lain, hanya memberitahukan
kepadaku mengenai jejak dari suhuku."


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siauw Bian Hui Yuen menganggukkan kepalanya tanda
menyetujuinya. Boen ching tarmenung sejenak, ujarnya.
"Bertanding dengan cara bagaimana, adalah cianpwee yang mengajukan pertanyaan ataukah boanpwee yang mengajukan
pertanyaan?" Siauw Bian Hui Yen tertawa tergelak sejenak kemudian ujarnya.
"Waktu itu Thian Jan Shu mewariskan tujuh buah hioloo
kuno kepadamu, usiamu baru sepuluh tahun, bahkan tak
memiliki kepandaian sedikitpun, aku pikir engkau tentu
mempunyai keadaan yang melebihi orang lain, engkau saja
yang mengajukan pertanyaan" Boen ching tertawa ujarnya.
"Perintah kau orang tua, mana aku berani membangkang,
tetapi cianpwee tak boleh menyesal."
"bukankah engkau seenaknya mengajukan pertanyaan,
engkau harus minta persetujuan dariku terlebih dahulu." Sahut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Siauw Bian Hui Yuen- Yuen Pu. Mendengar perkataan itu
jawab Boen ching.
"Begitupun baik, aku hanya ingin cianpwe mengucapkan
sepatah kata saja sudah cukup,"
Yuen Pu termenung sejenak. kemudian sambil tertawa
besar ujarnya. "Kalau hanya begitu saja masa tidak boleh?"
Boen ching tertawa lagi, kemudian ujar nya:
"Pertama cianpwee harus bersumpah tidak boleh
berbohong."
Yuan Pu tertawa tergelak sahutnya.
"Meskipun aku telah banyak membunuh orang, tetapi
selama hidupku, belum pernah aku berkata bohong, masih
ada satu kata lagi apa yang kau akan katakan?"
Boen ching tersenyum, jawabnya.
"Jika demikian itulah sangat bagus, cianpwee hanya perlu mengucapkan kalau cianpwee tidak mau tujuh buah hioloo
kuno itu, boanppwee segera akan mengaku kalah."
Yuen Pu menjadi tertegun, dia membuka mulutnya tetapi
tak dapat mengeluarkan suara Sedikitpun, kalau tak mau
mengucap kan juga tak mungkin, otaknya segera berputar,
sejenak kemudian sahutnya.
"Baiklah aku selamanya tidak akan menginginkan tujuh
buah hioloo kuno peninggalan Thian Jan Shu itu." Boen ching tertawa tergelak.
ujarnya: "cianpwee kini telah kalah"
"Aku yang menang, akukan tidak meminta adalah kau yang memberikan kepadaku, jika engkau telah memberikan
kepadaku sudah tentu aku tak akan bertanya lagi kepadamu"
Jawab Boen ching dengan tenang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Salah, jika engkau mengatakan mengingin kannya, maka
engkau telah berbicara bohong, jika engkau berbicara dengan sesungguhnya, maka aku tak perlu lagi memberitahukannya
kepadamu."
Yuen Pu menjadi tertegun, setelah termenung sejenak.
ujarnya: "Kalau begitu tak dapat..."
Dia tadi berpikir sekiranya jika ia mengucapkan satu patah
kata saja bahwa dia tidak menginginkan hiolo itu, Boen ching mau tidak mau harus memberikan kepadanya, sekalipun dia
mengatakan tidak menginginkan hiolo itu-itu, tetapi Boen
ching harus memberikan kepadanya.
Tetapi kini dia harus mengatakan kalau dia tidak
menginginkan hiolo itu, sebab sekali dia berkata demikian
maka berarti dia akan mengalami kekalahan, berpikir sampai
disini dia menghela napas, ujarnya. "Sudahlah aku mengaku kalah"
Boen ching menjadi sangat girang ujarnya.
"Terima kasih cianpwee, aku harap cianpwee mau
menjelaskan jejak dari pada suhuku" Pikiran Yuen Pu segera berputar, sambil tersenyum jawabnya.
"Kecuali jika bertaruh sekali lagi, kalau tidak hanya akan memberitahukan suhumu pergi kemana saja, tetapi tidak akan
kuberi tahukan dia pergi kemana untuk kedua kalinya dia tak akan dapat berhasil menipunya lagi."
Mendengar perkataan itu sambil tersenyum, ujarnya "Tak usah, jika bertaruh sekali lagi, boanpwee tentu akan
mengalami kekalahan-" Mendengar Boen ching berkata
demikian, Yuen Pu menjadi tertegun ujarnya.
"Tak perduli siapa yang menang, aku akan
memberitahukan padamu semua sebab2 sehingga mereka
pergi, bagaimana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching menggelengkan kepalanya sahutnya. "Terima
kasih cianpwee."
Dia hanya perlu mengetahui mereka pergi kemana, setelah
dia menyusul pergi kesana sudah tentu akan mengetahuinya
dengan sendirinya, sedang untuk menipu Yuen Pu sekali lagi
sudah tentu bukanlah merupakan pekerjaan yang sangat
mudah. Yuen Pu dengan perlahan menghela napas, pikirnya
"Pemua yang bernama Boen ching ini sungguh sangat
pandai, tidak dapat disalahkan lagi kalau Thian Jan shu
mewariskan tujuh buah hiolo itu kepadanya." Setelah
termenung sejenak kemudian ujarnya: "Suhumu pergi
kegurun pasir"
Boen ching menjadi tertegun, pergi ke gurun pasir" dia
tidak mengetahui suhunya ada urusan apa yang demikian
pentingnya sehingga pergi kegurun pasir. Siauw Bian Hui Yuen nampak Boen ching tertegun, dia tertawa tergelak. ujarnya.
"Sudah tentu aku tak akan memberi tahukan kepadamu,
mereka pergi untuk melakukan tetapi aku memberi nasehat
kepadamu janganlah kau pergi kesana sebab tempat itu
sangatlah berbahaya sekali?" Boen ching memandang sekejap pada Siauw Bian Hui Yuen da katanya:
"Aku kira aku harus juga pergi kesana"
Yuen Pu tersenyum, ia balikan tubuhnya dan lalu berjalan
pergi. Boen ching menjadi termenung, Ie Bok Tocu tergesa-gesa
meninggalkan tempat ini, sudah tentu ada urusan yang sangat penting, kini mendengar Yuen Pu mengatakan kalau tempat
itu sangat berbahaya, apa lagi jarak sampai peretemuan pada malam Tiong ciu masih ada tiga bulan lamanya, masih sedikit berharga kalau pergi ke gurun pasir untuk melihat-lihat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Berpikir rampai disini, tubuhnya bergerak dan melayang ke
arah utara. Boen ching mengerahkan ginkangnya, ia memilih jalan
yang jarang sekali dilalui orang, di hadapannya telah muncul sesuatu gunung yang sangat tinggi, Boen ching menjadi ragu-ragu sejenak. kemudian bagai kan terbang ia melayang masuk
ke gunung itu. Hari mulai menjadi gelap. Boen ching terus berlari
memasuki lembah itu, sebenarnya ia ingin melewati dengan
jalan berputar, tetapi kini ternyata ia sudah jauh memasuki kedalam gunung, sedang dihadapannyapun terdapat suatu
lembah. Boen ching berlari terus dan baru berhenti dihadapan mulut lembah itu, nampak pada mulut lembah itu terpancang
sebuah batu nisan yang sangat besar, pada batu nisan itu
berukis tujuh buah tulisan yang berbunyi.
"Lembah Pek Hiat, yang berani masuk mati" Boen ching menjadi tertegun pikirnya.
"Apakah mungkin tempat ini tempat kediaman dari seorang aneh?"
Baru saja memandang terpesona pada batu nisan itu
ditengah udara tiba-tiba terdengar pekikan burung. elang
raksasa berputar sebentar ditengah udara dan kemudian
menukik masuk kedalam lembah, tetapi baru menukik
ditengah jalan tampak diluar lembah terdapat seorang asing, tubuh elang raksasa berputar lagi, bagaikan kilat menubruk
ketubuh Boen ching.
Boen ching yang nampak elang raksasa itu menubruk ke
arahnya, sayap dari elang raksasa itu panjangnya kurang lebih enam depa, tangan nya segera mencabut pedang nya dari
sarungnya, ie bok kiam dengan cepat menyambar kearah
elang raksasa tersebut.
Elang raksasa itu bagaikan telah mendapat latihan yang
sangat masak dari seseorang, kedua sayapnya sedikit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
bergetar, kedua cakarnya bagaikan kilat mencengkeram
pergelangan tangan Boen ching.
Boen ching menjadi sangat terkejut, tangan kanannya
sedikit merendah, ujung pedangnya menusuk kearah lambung
elang raksasa itu, elang raksasa itupun merasa sedikit diluar dugaan, setelah memekik panjang ia terbang meninggi lagi.
Begitu elang raksasa memekik panjang, dari dalam lembah
berkelebat sesosok tubuh seorang kakek tua yang rambutnya
telah putih semua dan memakai jubah berwarna merah
secepat kilat muncul dihadapan Boen ching.
Boen ching saking terkejutnya hingga mundur dua langkah
kebelakang, sedang elang raksasa itu tampak majikannya
telah muncul segera mengeluarkan suara pekikan sekali lagi, dan terbang kedalam lembah.
Kakek tua berjubah merah itu dengan dingin memandang
sekejap pada Boen ching kemudian ujarnya.
"Engkau Celingukkan didepan lembah Pek Hiat ku ini,
apakah sedang mengintai harta kekayaanku itu?"
Boen ching menjadi tertegun ujarnya.
"cianpwee telah salah paham, aku baru melihat batu nisan itu, elang raksasa itu telah menubruk kearahku, aku tak
mengetahui kalau didalam sana tersimpan harta kekayaan
macam apa."
Kakek tua berjubah merah itu dengan dingin mendengus, ia
memperhatikan Boen ching sekejap. tampak dia sepertinya
tidak sedang berbohong, sinar matanya berputar dan berhenti pada pedang ditangannya, itu lalu ujarnya.
"Ini hari terhitung engkau tidak berani melanggar masuk kedalam lembahku ini, sementara itu aku akan mengampuni
jiwamu sekali ini, tetapi pedang yang berada ditanganmu itu harus kau serahkan kepadaku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching nampak kakek tua berjubah merah itu ternyata
tertarik pada pedang Ie Bok kiam ditangannya ini, dirinya
hanya berhenti sejenak didepan mulut lembah itu, elang
raksasa nya tanpa sebab telah menubruk ke arahnya, dan kini masih dengan seenaknya tanpa perduli segala urusan
meminta pedang Ie bok kiam yang ada ditangannya ini,
jangan dikata Ie bok kiam itu bukan pemberian suhunya Ie
Bok tocu, sekalipun pedang biasapun tidak akan dengan
demikian mudahnya diserahkan kepadanya. Boen ching
setelah berpikir sampai disini, dengan dingin sahutnya.
"cianpwee berbuat demikian bukankah akan membuat
orang tertawa hingga terlepas giginya dengan usia cianpwe
yang demikian tingginya ternyata memaksa menyuruh
boanpwee menyerahkan pedang ditanganku ini, apakah tidak
takut ditertawai orang banyak?"
Kakek tua berjubah itu memandang terpesona pada Boen
ching, kemudian sambil tertawa besar ujarnya.
"Selama tiga puluh tahun tidak berkelana didunia kangouw, ternyata telah mendapat perubahan yang demikian banyaknya
di dalam kangouw itu, selama hidupku belum pernah ada
orang yang demikian berani bentrok dengan aku orang tua"
Boen ching dengan tawar menjawab:
"Akupun selamanya belum pernah dengar ada orang tua
yang demikian tak tahu aturannya, seperti kau"
Kakek tua berjubah merah itu menarik napas kembali
senyum dibibirnya, ujarnya.
"Apakah engkau menginginkan aku membunuh kau terlebih
dahulu baru merebut pedangmu itu."
Boen ching yang nampak hal itu pun nampak pula begitu ia
menarik kembali senyumnya pada wajahnya segera diliputi
oleh naps u pembunuhan, setelah mend engar pula perkataan
kakek tua berjubah merah itu, tiba2 ia teringat akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
seseorang, dalam hatinya tanpa terasa menjadi terasa
mendesir, tanyanya.
"Apakah benar cianpwee adalah Kiem can ciat Cie atau si Toya emas berjari baja, cang Sun Leoi ?"
Sahut si kakek tua berjubah merah itu berkata dengan
dingin. "Sungguh tak disangka, sudah tiga puluh tahun, masih ada orang yang masih ingat akan diriku."
Semangat Boen cing segera berkobar, tiga puluh tahun
yang lalu didalam Bu-lim Setan arak paras elok, harta dan
kedudukan diantara empat iblis itu, Kiem cang ciat Cie, cang Sun Loei menduduki tempat ketiga, selama hidupnya dia
gemar akan segala harta kekayaan, mutiara-mutiara dan
berlian, di dunia ini begitu terlihat olehnya, dia tentu akan berusaha hingga terjatuh ditangannya, tigapuluh tahun
berselang, entah karena urusan apa, empat iblis itu telah
membuat gusar pada Thian Jan Shu, sehingga Thian Jan Shu
mengejar mereka berempat, dan menyebabkan mereka
terdesak hingga tak ada jalan keluar, empat orang itu
bersama-sama berjanji, sejak itu didalam Bu-lim tak nampak
empat orang itu lagi, ternyata kini muncul ditempat ini, hal ini mana tidak membuat Boen ching jadi sangat terkejut.
Katanya kepandaian keempat orang itu meskipun tak dapat
menandingi kepandaian Thian Jan Shu, tetapi didalam Bu lim
kiranya hanyalah Thian Jan shu seorang saja yang dapat
melawan mereka berempat. .
Boen ching setelah termenung sejenak, terdengar Chang
Sun Loei mendengus dan berkata. "Engkau sudah berpikir masak- masaklah?""
Boen ching mendongakkan kepalanya memandang sekejap
pada Kiem cang Thiat cie, Chang Sun Loei, dalam hatinya tiba-tiba terlintas satu pikiran, kemudian ujarnya. "Sudah pikirkan masak-masak "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Berikanlah pedangmu itu kepadaku atau tidak?" Bentak Chang Sun Loei dengan dingin. Boen ching tersenyum,
sahutnya. "Pedang ini meskipun tak dapat digunakan membelah batu pualam, tetapi adalah pemberian dari suhuku, berikan
kepadamu sih boleh tetapi apakah hanya karena sepatah kata
saja lalu sudah beres?"
Chang Sun Loei mendengar Boen ching telah menyetujui
untuk memberikan pedang itu kepadanya, wajahnya berubah
menjadi lemah lembut kembali, ujarnya. "Engkau ingin
bagaimana baru mau menyerahkan pedang itu kepadaku?"
Dia nampak pedang Ie Bok Kiam ditangan Boen ching itu
sangat kuno dan antik, selamanya barang yang diinginkannya
itu, walaupun dengan cara keji apapun akan dilakukannya
untuk mendapatkan barang tersebut. Boen ching tertawa
sejenak. ujarnya.
"Itu sangat mudah sekali, Cianpwee menginginkan pedang ditanganku ini, seharusnya pula kau harus taklukkan betul-betul diriku baru dapat mengambilnya, kepandaian cianpwee
tah usah dibilang sudah tentu sangat lihay, sekarang aku
mempunyai teka-teki, cianpwee harus menebaknya, jika
cianpwee dapat dengan cepat menebaknya, pedang
ditanganku ini akan kupersembahkan dengan kedua
tanganku."
Kiem cang Thiat cie, Chang Sun Loei menjadi tertegun, dia
tak menyangka kalau Boen ching akan mengajukan teka-teki
menyuruh dia menebaknya, dengan tertawa tergelak,
jawabnya. "Baiklah, akan kudengar apakah teka-tekimu itu" Diam-diam didalam hatinya dia berpikir.
"Aku orang tua telah tujuh puluh tahun lebih hidup didunia ini, jika dibandingkan dengan anak kecil semacam kau yang
baru berusia paling banyak dua puluh tahun, maka aku akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
jauh lebih tua, sekalipun teka-teki yang paling sukarpun juga tidak mungkin akan menyulitkan diriku." Sambil tersenyum sahut Boen ching.
"Jika cianpwee telah menyetujuinya maka janganlah
menyesal dikemudian hari." Chang Sun Loei dengan dingin mendengus, ujarnya.
"Aku Chang Sun Loei meskipun kalau turun tangan sangat kejam, tetapi belum pernah menyalahi janji. "
Boen ching menganggukan kepalanya, setelah berpikir
sejenak ujarnya:
"Aku akan mulai berbicara, engkau harus mulai
memperhatikan pula, begitu dilahirkan ia mempunyai dua
buah kaki, waktu mati mempunyai tiga buah kaki, apakah itu, coba terkalah"
Chang Sun Loei menjadi tertegun, setelah berpikir sekian
lamanya juga tidak dapat memikirkan apakah barang itu,
ternyata dia menggelengkan kepalanya sambil berkata. "Tak tahu, aku tak tahu apakah benda itu?"
Boen ching tertawa, pedangnya dimasukkan kedalam
sarungnya seraya berkata. "Kalau begitu, selamat tinggal cianpwee"
Chang Sun Loei nampak Boen ching akan pergi, dengan
terburu-buru teriaknya.
"Tunggu sebentar, coba kau katakan, waktu lahir
mempunyai satu kaki, setelah dewasa mempunyai dua kaki,


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

waktu mati mempunyai tiga kaki, apakah itu benar ?"
sepasang mata Boen ching berkedip2, jawabnya "Tak ada
barang semacam itu "
Tubuh Chang Sun Loei bagaikan kilat berkelebat kedepan
Boen ching dengan gusar ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Engkau berani mempermainkan aku ?" Boen ching tak menjadi gugup, dengan kalemnya ia berkata.
"Apakah cianpwee akan menyalahi janji cianpwee sendiri, tadi waktu aku mengajukan teka-teki, kan belum pernah aku
mengatakan harus ada barang itu, dengan pengetahuan
cianpwee yang demikian luasnya jika mengatakan tiada
barang semacam itu, bukankah sudah benar"
Chang Sun Loei dengan gusar mendengus, untuk sesaat ia
tak dapat melampiaskan hawa amarahnya.
Boen ching tertawa ujarnya.
"Kalau begitu boanpwee akan mohon diri " Mana Chang Sun Loei mau melepaskan dia begitu saja, tapi telah ada janji sebelumnya, jika tak dapat berbuat apa2 terhadap dirinya, dia tak mau merendahkan derajataya sebagai angkatan tua,
nampak hal ini teriaknya.
"Tunggu sebentar "
Boen ching membalikkan tubuhnya seraya bertanya.
"cianpwee masih mempunyai pesan apa lagi?"
Dalam hati Chang Sun Loei tergerak pikirnya:
"Aku harus berusaha untuk mendapatkan pedang tersebut."
Kepada Boen ching kemudian ujarnya:
"Kau anak kecil ternyata tak mengecewa kan, kini ternyata mau pergi, sudah tentu aku sebagai seorang dari angkatan tua tak dapat mengganggu kau seujung rambutpun."
Boen ching jadi tertegun, ujarnya. "cianpwee akau
berpesan lagi?" Chang Sun Loei tertawa, sahutnya.
"Aku bertaruh denganmu, jika aku menang maka aku akan
mendapatkan pedangmu itu, dan jika kau yang menang maka
kau dengan bebas meninggaikan tempat ini, bukankah itu
namanya sudah adil?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching tertegun, dapat lolos dari tangan iblis ini sudah merupakan suatu pekerjaan yang susah payah, kini dia
ternyata terkata demikian, apakah penghidupan secara
tersembunyi selama tiga puluh tahun ini telah membuat dia
menjadi berubah" Chang Sun Loei tak menunggu Boen ching
berpikir panjang lagi, lanjutnya.
"Tahun yang lalu banyak orang mengatakan aku sangat
gemar akan kekayaan, ini juga ada kebenarannya, ini hari
ternyata aku telah kalah ditanganmu, mutiara2 yang aneh
didunia ini aku memiliki banyak sekali engkau turutlah aku
kerumahku untuk memilih sebuah, boleh dihitung sebagai
hadiah kekalahanku hari ini kepadamu."
Boen ching menjadi tertegun, selama belasan tahun ini
Chang Sun Loei mencintai harta kekayaan bagaikan
menyayangi jiwanya sendiri, kelihatannya dia tak akan
melepaskan begitu saja ini hari ternyata dia telah tertarik akan pedang ditangannya bukan saja dapat membuat dia
melepaskan tangannya bahkan akan memberi barang
kepadanya, sungguh hal ini tak pernah dipikirkan sebelumnya.
Chang Sun Loei nampak Boen ching termenung, matanya
memancarkan sinar tajam sambil tertawa ujarnya.
"Sebenarnya aku juga memiliki banyak sekali pedang
pusaka, setelah engkau melihat harta kekayaan didalam itu
maka pada saat itu engkau mengetahui mengapa aku berbuat
demikian-."
Boen ching mendengar Chang Sun Loei telah
mengumpulkan kekayaan selama puluhan tahun lamanya,
mutiara yang aneh2 didunia ini tidak sedikit yang telah jatuh ditangannya, di hatinya tanpa terasa timbul rasa ingin tahu, segera ia dongakkan kepalanya akan mengiakan, tiba2 ---
matanya tertumbuk pada tulisan dibatu nisan yang berada
disamping Chang Sun itu. "Lembah Pek Hiat yang berani
masuk mati" ia mengerutkan alisnya dan segera mengetahui apa tujuan dari Chang Sun Loei dengan tersenyum, ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Boanpwee masih mempunyai banyak urusan tak dapat
berhenti lebih lama, kebaikan dari cianpwee selamanya akan
ku ingat terus."
Chang Sun Loei semula menganggap Boen ching sebagai
anak kecil dan mencoba menipu dia masuk kedalam lembah
kemudian dibunuhnya, Ie Bok Kiam bukankah dengan mudah
tanpa rintangan apa2 jatuh ketangannya, nampak Boen ching
ternyata tidak termakan oleh tipuannya tanpa terasa dia
mengerutkan alisnya ujarnya. "Apakah engkau sungguh tak mau masuk kedalam lembah ini?" Boen ching tersenyum
sahutnya. "Apakah cianpwee tidak melihat tulisan yang tertera pada batu nisan itu" Siapa yang masuk kedalam tersebut akan
dibunuh mati." Chang Sun Loei tertawa tergelak sahutnya.
"Engkau tak mau masuk kedalam, aku juga akan memaksa
kau untuk masuk juga kedalam."
Diantara suara-suara tergelak tubuhnya bagaikan seekor
elang raksasa melayang menubruk ketubuh Boen ching.
Boen ching menjadi sangat terkejut sungguh tak di sangka
Chang Sun Loei ternyata dapat berbuat demikian, pedangnya
seraya dicabut ke luar sedang kaki kanannya mundur
kebelakang setindak. dengan menggunakan Ie Bok Kiam IHoat
ia melawan serangan musuh.
Chang Sun Loei ber turut2 melancarkan tiga kali serangan
tanpa mendapatkan hasil sedikitpun, pada mulutnya
mengeluarkan suara tertahan yang sangat perlahan tangan
kanannya segera melancarkan serangan dengan
menggunakan ilmu "Thiat ce Keng" atau ilmu jari baja Jarinya menekan pada tubuh pedang ditangan Boen ching
sedang tangan kirinya mencengkeram tubuh Boen ching
masuk kedalam lembah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Begitu pedang Boen ching tertekan, tubuhnya segera
meloncat dan waktu jatuh keatas tanah ternyata telah berada didalam lembah dari batu peringatan tersebut. Chang Sun Loei tertawa besar, ujarnya.
"Kini ternyata engkau telah masuk kedalam lembah, aku
dengan tanpa rintangan dapat membunuhmu"
Boen ching saking terkejutnya keringat dingin telah
membasahi bajunya, Gelar Kiem Thiat sungguh bukan
merupakan nama kosong, kelihatannya kepandaian yang
dimilikinya itu jauh lebih tinggi daripada kepandaian suhunya.
Chang Sun Loei tertawa besar lagi ujarnya.
"Jangan kau kiri aku tak dapat mengetahuinya,
kepandaianmu itu adalah berasal dari Tan coe coen, Thian Jan Shu telah mati, Tan coe coenpun telan binasa, putrinya
bersama empat orang muridnyapun kurang sedikit saja, kini
teryata engkau telah masuk ke dalam lembah, aku kira didunia saat ini tak ada orang lagi yang dapat menolong dirimu."
Boen ching diam tak menjawab, banyak orang berkata
bahwa barang yang telah dituju oleh Chang Sun Loei, dia
tentu tak akan berhenti dan berusaha sekuat tenaga untuk
mendapatkannya ternyata perkataan itu sedikitpun tak ada
salahnya, dirinya meskipun telah mengetahui semuanya itu
tetapi kepandaian yang dimilikinya itu ternyata terlalu rendah, sudah tentu sukar sekali untuk meloloskan diri dari
cengkeramannya.
Kedua mata Chang Sun Loei memancarkan sinar yang
tajam, sambil tertawa besar selangkah demi selangkah
mendesak mendekati tubuh Boen ching, sedang pada
mulutnya ia berkata.
"Sejak tadi aku menyuruh kau menyerahkan pedang itu
kepadaku, tapi kau tak mau, kini sekalipun engkau mau
menyerahkannya juga tak dapat mempertahankan jiwamu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching menarik napas panjang2 dan bersiap-siap jika
Chang Sun Loei maju setindak lagi maka dia akan mengadu
jiwa dengannya.
Ooo0dw0oooO KIEM SHAN SWAT CIANG
BOEN CHING memperhatikan keadaan di sekitarnya, Chang
Sun Loei menjaga di mulut lembah, jika dia mau keluar dari
lembah tersebut hal ini merupakan suatu yang tak mungkin
terjadi, sedang haripun mulai menjadi gelap. satu-satunya
jalan untuk melarikan diri hanyalah terus masuk ke dalam
lembah. Dengan menggunakan ginkangnya, "Shen Au Ban-Li" ia lari masuk ke dalam lembah.
Chang Sun Loei tidak menyangka kalau dia lari ke dalam
lembah dia menjadi tertegun, terpikir olehnya, didalam lembah itu tersimpan banyak sekali harta kekayaan dan benda-benda
berharga lainnya, mana dia dapat memperbolehkan Boen
ching masuk ke dalam" Dengan gusar dia bersuit nyaring,
tubuhnya bergerak mengejar ke arah mana Boen ching
melarikan dirinya.
Tetapi gerakan Boen ching terlalu cepat meskipun dia
adalah sebagai saorang iblis diantara empat iblis sakti, tetapi juga paling2 hanya sedikit diantara Boen ching bergerak lebih dahulu, sekali lompat saja dia sudah mencapai lima enam kaki jauhnya.
Batu-batu dalam lembah malang melintang tidak karuan,
setelah membelok pada suatu tikungan dia telah tak dapat
menemui jejak Boen ching lagi, mencari dengan teliti disekitar tempat itu tetapi tetap tak dapat menemui tempat
persembunyian Boen ching sedang haripun bertambah gelap.
untuk memanggil elang raksasanva membantu pencarian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tersebut juga tak mungkin akan terjadi, terpaksa dia hanya
mendengus dingin dan berjalan kembali ke mulut lembah.
Dalam hatinya diam-diam dia, berpikir.
"Lembah Pek Hiat itu hanya mempunyai satu jalan keluar ini saja, aku ingin menjaga semalaman disini, begitu hari
terang kembali, aku mau lihat engkau akan lari kearah mana
lagi". Boen ching sembunyi ditempat gelap. ia tak berani
berkutik, setelah mendengar langkah kaki Chang Sun Loei
berjalan lagi keluar mulut lembah, hatinya baru dapat merasa lega.
Menunggu hingga chan Sun Loei pergi jauh dari sana, dia
baru berani menongol keluar.
Dengan diterangi oleh sinar bulan yang remang-remang
tampak empat penjuru dari tempat itu diliputi oleh tebing-
tebing yang sangat curam, tingginya kurang lebih ratusan kaki lebih, bukankah tenaga manusia yang dapat melewatinya.
Setelah memandang selama setengah harian dan merasa
lembah ini hanya mempunyai satu jalan keluar saja, tetapi
chan Sun Loei tentunya telah menjaga tempat itu, kalau
dirinya keluar melalui sana bukankah hanya untuk
mengantarkan dirinya kemulut macan saja.
Setelah berpikir sejenak Boen ching dengan perlahan
berjalan masuk kedalam lembah, tanpa terasa ia telah
berjalan sampai diujung lembah itu, tampak dibawah tebing
curam itu terdapat sebuah gua batu yang sangat besar, pada
gua itu masih terdapat pintu besi, hatinya merasa sangat
heran segera dia berjalan maju mendekat.
Tampak pintu besi itu ternyata tidak dikunci, dengan
perlahan dibukanya pintu besi tersebut begitu masuk kedalam gua nampak didalam gua yang besar itu ternyata penuh
dengan intan permata yang berkilauan dan memancarkan
sinar yang menyilaukan mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching mengetahui bahwa tempat ini tentunya adalah
tempat Chang Sun Loei menyimpan harta kekayaannya,
hatinya tanpa terasa menjadi agak gugup,
Ia menoleh kebelakang, nampak dibelakangnya itu tak
terdapat seorangpun, segera dengan cepat ia menyelinap
masuk kedalam gua, kemudian merapatkan kembali pintu besi
tersebut. Dia menyapu pemandangan keadaan disekitar gua besar
itu, nampak ditempat tersebut penuh dengan intan permata
yang selama hidupnya belum pernah melihatnya, sedang
didalam gua itu selain terdapat intan permata dan barang
pusaka lainnya, bahkan tempat untuk menginjakkan
kakinyapun sampai tak ada, dalam hati diam-diam pikirnya.
"Jika Chang Sun Loei ini diantara nya empat iblis sakti yang terdiri dari setan arak, paras elok harta kekayaan dan
kedudukan, menduduki sebagai iblis yang gemar akan harta
kekayaan juga dapatlah masuk diakal".
Tetapi intan permata dan barang pusaka yang demikian
banyaknya itu tak ada gunanya dimata Boen ching, dia
memasuki gua itu sekalipun karena terdorong oleh rasa ingin tahu, tetapi yang terpenting baginya adalah mencarijalan
keluar untuk meloloskan diri dari lembah tersebut.
BOEN CHING memandang lagi sekitar gua itu, gua yang
demikian besarnya itu ternyata isinya hanya intan permata
dan barang-barang pusaka melulu, bahkan tak ada lain barang lagi, kelihatannya seolah-olah Chang Sun Loei ini makan dan tidur semuanya dilakukan diatas intan permata itu.
Tampak hal ini, dalam hatinya terasa agak gemas
bercampur geli, kaki kanannya diangkat dan menendang
kearah tumpukan barang-barang berharga itu. intan permata
yang terkena tendangan tersebut bergulingan kearah
samping. Tiba-tiba Boen ching mengeluarkan suara tertahan,
suatu sinar yang lembut, dingin dan sangat terang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
memancarkan sinarnya keluar dari tumpukan intan- intan
tersebut. Sinar itu sangat berbeda sekali dengan sinar-sinar yang
dipancarkan dari intan permata yang lain-
Boen ching membungkukkan tubuhnya untuk
mengenyampingkan intan permata yang lain, sebuah cermin
berwarna hijau muda muncul didepan matanya, dia
mengambil cermin tersebut.
Tampak sinar yang dipantulkan dari cermin tersebut
membentuk suatu bentuk yang menyerupai satu cerobong.
Selama hidupnya Boen ching belum pernah melihat benda
pusaka yang demikian itu. kini nampak benda itu tanpa terasa dia menjadi merasa sangat sayang untuk melepaskannya
kembali. Dia membelai cermin itu dan merasa dari cermin itu
memancarkan suatu hawa yang sangat dingin dan nyaman
dibadan, sedang sinar yang dipancarkannyapun sangat dingin
sekali. Boen ching membalik cermin itu, tiba-tiba ia menjadi
termangu-mangu, kiranya dibalik dari cermin pualam itu
terpancang suatu gambar dari seorang gadis cantik.
Gambar dari gadis itu sungguh sangat hidup sekali,
wajahnya tersungging senyuman, cantiknya luar biasa, dia
pernah melihat kecantikan dari Shie Siauw In maupun Bwee
Giok dan menganggap mereka sebagai gadis yang paling
cantik di jaman itu, sungguh tak nyana kecantikan dari gadis yang terpancang pada cermin itu jika di bandingkan dengan
kecantikan dua gadis yang ia kenal itu bahkan lebih cantik tiga kali lipat.
Boen ching memandangnya hingga menjadi termangu-
mangu, sungguh tak dapat dipercaya didunia ini ternyata
masih ada gadis yang demikian cantiknya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dengan perlahan dia dongakkan kepala nya, dengan
termangu- mangu memandang pada dinding gua itu, tampak
yang disinari oleh cermin pualam itu tiba-tiba terjatuh sebuah ulat tembok.
Nampak hal itu, Boen ching jadi tertegun, ulat tembok itu
ternyata telah mati, hatinya menjadi merasa sangat heran,
kiranya cermin pualam itu masih dapat digunakan untuk
melawan ulat-ulat beracun apapun juga, cepat ia
menundukkan kepalanya memandang cermin pualam itu,
ternyata dibawah cermin tersebut tampak terukir dua buah
tulisan kuno yang sangat kecil yang berbunyi. "Thian Toen", tulisan tersebut diukir dengan sangat indahnya.
Boen ching memandang gadis itu sejenak. kemudian
dengan menggunakan cermin pualam itu menyinari keempat
penjuru dari tembok dalam gua tersebut.
Sinar dari cermin pualam itu memancar ketempat-tempat
yang gelap dari gua itu. tahu2 dinding gua itu mulai bergetar dan bergerak. Boen ching menjadi sangat terkejut, sedang
cermin pualam itu tetap dihadapkan pada dinding gua itu dan menyinari tempat tersebut.
Sesaat kemudian dinding dari gua itu mulai melongsor dan


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berguguran keatas tanah. seekor kelabang yang panjangnya
kira-kira tiga depa jatuh diatas tanah dengan kerasnya.
Boen ching menjadi termangu-mangu, dimana tempat yang
dilalui sinar cermin pualam terlihat kelabang itu jatuh mati terdapat suatu celah kecil, dengan cepat Boen ching menyinari tempat itu, ternyata bagaikan terdapat dunia lain lagi disana, celah itu dalam sekali dan tak tampak dasarnya.
Boen ching menjadi terkejut bercampur girang, dia melihat
dinding gua itu tingginya empat lima kaki, dengan
menggunakan ginkang yang di milikinya itu untuk naik keatas bukanlah suatu pekerjaan yang sulit, dia dengan cepat
meletakkan cermin pualam itu ke tangan kirinya sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tangan kanannya mencabut keluar pedang Ie Bok Kiamnya itu.
Tubuhnya segera melompat dengan menggunakan pedang itu
menabas kearah dinding gua.
Ie Bok Kiamnya itu ditabaskan kekanan dan kekiri untuk
menyingkirkan tanah yang ada, kini tampaklah mulut gua
sebesar lebih empat depa.
Boen ching menggunakan cermin "Thian Tuen" itu
menyinari gua tersebut sejenak, setelah nampak pada gua itu ternyata tak terdapat lain binatang beracun, dia baru meloncat naik keatas dan masuk kedalam gua itu.
Setelah masuk kedalam gua kecil itu, Boen ching melihat
cermin "Thian Tuen" yang berada dalam tangannya itu ternyata secara otomatis mengeluarkan sinarnya, suatu sinar hijau yang agak remang-remang memancar kearah depanBoen ching selangkah demi selangkah berjalan kedepan.
Setelah memasuki gua itu sejauh kurang lebih dua puluh
kaki, terlihatlah didalam gua itu ternyata terdapat suatu kamar batu.
Boen ching, menggunakan cerminnya menyinari tempat itu,
kemudian menengok kekiri dan kanan sekejap. didalam gua
batu itu terdapat suatu rangka manusia dalam keadaan duduk
bersila. Didepan rangka manusia itu terletak sebilah pedang
panjang, sedang pada dinding gua terukir sembilan buah
gambar manusia.
Boen ching yang melihat sembilan buah gambar manusia
itu agaknya sudah sangat dikenal ketika diperhatikan terus, ternyata adalah gambar dari ilmu "Thay Thlen Kioe Sih" dia menjadi tertegun kemudian memperhatikan lagi, setiap
sebuah gambar manusia itu dibawahnya ternyata masih
terdapat sembilan buah perubahan yang sangat aneh, hatinya
menjadi sangat girang. Dia sebelumnya memang pernah
belajar ilmu itu dari Seh TU Hoa. kini nampak ilmu itu ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
memiliki perubahan yang demikian besarnya, dengan cepat
dia memusatkan seluruh perhatiannya, dengan seorang diri
dia mulai berlatih ilmu silat itu menurut petunjuk dari gambar-gambar yang terukir didinding gua itu.
Sambil berpikir ia berlatih terus, setengah jam kemudian
barulah selesai berlatih, hatinya menjadi terkejut bercampur girang.
Dengan menggunakan cermin itu, dia menyinari dinding
gua itu, nampak pada dinding gua itu terukir beberapa kalimat yang kira-kira berbunyi. "Para tamu yang mengunjungi gua ini"
Karena salah menerima murid, sehingga dikurung didalam
gua digunung oei San ini oleh murid murtad. Kaki dan tangan diputuskan, dengan batu ia menyumbat mulut gua, sehingga
selamanya tak dapat meloloskan diri. tetapi keinginan untuk hidup muncul dalam hati, segera membuat jalan dalam gua
ini, sejauh dua puluh kaki, dan akhirnya berhasil menerobos dinding dari gua ini, tetapi umur manusia ternyata tak dapat panjang, meninggalkan ilmu Thay Thien Kiu Sih untuk
generasi yang akan datang kemari, pedang pusaka "cing Hong Kiam kuhadiahkan, ilmu Thay Thien Kioe Sih sebagai ilmu silat yang sangat lihay. Murid murtad yang berhasil mempelajari
hanyalah berupa kulitnya, saja orang yang setengah berhasil mempelajarinya boleh segera dimusnahkan-"Tertanda
penghuni gua."
Boen ching yang membaca surat peninggalan imi menjadi
sangat girang, dengan cepat dia berlutut di hadapan kerangka manusia itu dan menganggukkan kepalanya tiga kali,
kemudian bangun berdiri sambil memungut pedang cing Hong
Kiam itu, dengan perlahan dia mencabut keluar pedang itu
dari sarungnya, sebuah pedang kuno yang sangat antik dan
kuno segera muncul dihadapannya, seluruh tubuh dari pedang
itu diliputi oleh selapis sinar yang berwarna hijau ketika sedikit digerakan sinarnya sangat menyilaukan mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sedang Boen ching memperhatikan pedang kuno yang
sangat antik tiba-tiba sebuah sinar yang sangat tajam itu
memancarkan masuk kedalam gua itu, Boen ching menjadi
sangat terkejut, kiranya hari telah menjadi siang, ia takut kalau Chang Sun Loei mengejar sampai ditempat itu, dengan
cepat ia mengangkat pedangnya dan memusnahkan gambar
dari ilmu Thay Thien Kioe Sih yang terukir didinding gua itu.
Setelah ia memasukkan kembali pedang nya kedalam
sarung, mendadak pikirnya.
"Kini hari telah siang, ternyata ada juga sinar yang
memancar masuk kedalam gua itu, entah dari tempat mana
sinar ini masuk."
Baru saja dia menjadi tertegun, mendadak terdengar
olehnya suara bentakan yang amat gusar, Boen ching menjadi
sangat terkejut, dia tahu tentunya Chang Sun Loei telah
menemukan dirinya berada ditempat itu,
^