Pencarian

Dendam Iblis Seribu Wajah 7

Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Bagian 7


n sinar yang tajam menusuk. "Sinar mata mereka begitu tajam. Tampaknya tenaga dalam perempuan-perempuan ini
tidak lemah juga. Apabila kita sudah terlanjur masuk ke dalam dan mereka menutupi
depan pintu, pada saat itu, apabila ingin meloloskan diri juga sulitnya bukan main. Lebih
baik tingkatkan kewaspadaan." pikirnya dalam hati.
Dengan membawa pikiran seperti itu, cepat-cepat dia menjawil ujung lengan Kiau Hun.
Tiba-tiba terdengar gadis itu tertawa lepas.
"Aku kira biasanya dia menerima tamu di bagian paling bawah pagoda bertingkat
delapan itu. Mengapa waktu kita pergi, bayangan hantupun tidak kelihatan. Rupanya
tempat itu kurang sesuai. Di sini lebih leluasa untuk merencanakan berbagai jebakan."
Mendengar Kiau Hun seperti berguman seorang diri, diam-diam hati Tan Ki jadi
tergetar. Tadinya dia curiga, Kiau Hun sudah diterima sebagai murid oleh Oey Kang dalam
beberapa hari ini, kemudian dia berpura-pura memainkan sandiwara dan memancing
dirinya dengan berbagai cara. Maksudnya ingin menyelidiki gerak-gerik yang akan
dilakukan oleh golongan putih dalam menghadapi Oey Kang. Tetapi mendengar nada
suaranya yang mengandung rasa permusuhan. Diam-diam dia memaki dirinya sendiri yang
terlalu banyak curiga. Perlahan-lahan dia menepuk batok kepalanya sendiri. Rasa curiga
dalam hatipun lenyap dalam seketika.
Dalam waktu yang singkat itu, keduanya memikirkan persoalan masing-masing. Siapa
pun tidak menyadari bahwa mimik wajah rekannya agak janggal. Sekejap mata kemudian,
keduanya sudah sampai di depan pintu pendopo tersebut.
Pintu pendopo ini juga digerakkan dengan alat mereka. Ada orang yang menekannya
secara diam-diam. Ketika mereka baru menginjak di depannya, otomatis kedua belah pintu
pun bergeser kedua arah. Di depan mata mereka tiba-tiba terlihat cahaya yang menyilaukan mata. Cahaya api
berkibar-kibar. Rupanya ruangan di dalam itu agak gelap. Meskipun belum mencapai
tengah hari namun di dalamnya terpasang lilin-lilin dalam jumlah yang banyak. Puluhan
meja tersusun rapi. Semuanya hampir dipenuhi tokoh-tokoh Bulim. Meskipun jumlah
orangnya cukup banyak, tetapi di wajah setiap orang tersirat hawa pembunuhan yang
tebal. Semuanya membungkam seribu bahasa. Begitu mencekamnya suasana di dalam,
mungkin sebatang jarum yang terjatuh di atas lantaipun dapat terdengar dengan jelas.
Tan Ki dan Kiau Hun saling pandang sejenak, kemudian bibir mereka mengembangkan
seulas senyuman, perlahan-lahan mereka melangkah masuk. Tetapi senyuman yang
terlihat di bibir Tan Ki seakan dipaksakan. Seakan membalas senyuman yang
dikembangkan oleh Kiau Hun. Usia mereka hampir sebaya. Langkah kaki mereka tidak menimbulkan suara sedikitpun.
Yang satu tampan dan gagah, wajahnya tenang. Sedangkan yang satunya lagi, cantik
namun mengandung kesan agak binal. Tanpa terasa, kehadiran kedua orang itu
membangkitkan perhatian para hadirin. Puluhan pasang mata terpusat pada diri kedua
orang itu. Wajah mereka memperlihatkan rasa terkejut. Seakan kehadiran mereka yang
tiba-tiba itu benar-benar di luar dugaan mereka semua. Mereka juga merasa kagum
melihat gerakan keduanya yang begitu ringan.
Dalam beberapa hari yang singkat, Kiau Hun dari seorang pelayan tiba-tiba menjadi
tokoh kelas tinggi dunia Bulim. Pengetahuannya pun menjadi luas. Di dalam hal ini,
meskipun disebabkan oleh penemuan yang langka seperti yang diakuinya sendiri, namun
tidak ada seorangpun yang tahu sampai di mana sebetulnya ketinggian ilmu silat gadis itu
sekarang. Jangan cuma dilihat bibirnya terus mengembangkan senyuman, dan lagaknya
lemah gemulai, tapi sebetulnya dia juga sedang memperhatikan orang-orang yang ada di
dalam ruangan tersebut. Matanya tajam sekali, satu per satu orang yang hadir di dalam ruangan diperhatikannya
dengan seksama. Dia sudah melihat bahwa sebuah meja yang terdapat di tengah-tengah
ruangan duduk seorang laki-laki setengah baya. Usianya kurang lebih empat puluhan ke
atas. Wajahnya putih bersih. Tidak memelihara kumis maupun jenggot. Kepalanya diikat
dengan sebuah pita. Pada meja sampingnya, duduk Liu Seng, Kok Hua-hong, Yi Siu dan
Cu Mei. Dia segera menunjukkan senyum yang lebar. Setelah mengitari tiga buah meja,
dia sampai di belakang Liu Seng. Dengan santai dia mengulurkan tangannya dan
menyentuh pundak orang itu. "Loya Cu, apakah kau masih mengenali aku?" tanyanya sambil mengembangkan seulas
senyuman. Mata Liu Seng langsung mendelik lebar-lebar.
"Lepaskan tanganmu. Di hadapan orang banyak, tidak boleh berlaku kurang ajar."
Kiau Hun tampaknya memang sengaja ingin mencari gara-gara. Dia memalingkan
wajahnya sambil tertawa dingin. "Aku bukan lagi budak keluarga Lu. Loya Cu juga tidak perlu menasehati aku."
perlahan-lahan dia mengangkat tangannya ke atas dan mengambil sesuatu dari mahkota
di kepalanya. Setelah itu dia melanjutkan lagi kata-katanya yang terhenti. "Tusuk konde ini
terbuat dari emas murni. Meskipun harganya tidak seberapa, tapi rasanya cukup untuk
menebus kebebasanku." Dia meletakkan tusuk konde berbentuk burung hong itu di atas meja, kemudian
terdengar suara tawanya yang terkekeh-kekeh. Tanpa menunggu jawaban dari Liu Seng,
dia segera menarik tangan Tan Ki dan mengajaknya ke tempat Oey Kang duduk.
Karena putrinya diculik orang, hati Liu Seng sedang gelisah bukan main. Meskipun dia
berhasil menemui Oey Kang untuk membahas masalah ini, tetapi rasanya sulit diselesaikan
tanpa gerakan ujung pedang. Suasana dalam ruangan itu seakan dipenuhi bahan peledak.
Hal ini membuat perasaan mereka menjadi tidak tenang. Siapa sangka malah muncul
seorang Kiau Hun yang seakan sengaja mengolok-oloknya di hadapan orang banyak.
Untuk sesaat dia merasa hawa amarah dalam dadanya meluap-luap. Tapi bagaimana pun
Liu Seng adalah tokoh angkatan tua yang namanya sudah menggetarkan dunia persilatan.
Dia merasa malu berdebat dengan seorang gadis. Oleh karena itu, terpaksa dia menelan
dalam-dalam kejengkelan hatinya dan hanya mendengus dingin satu kali.
Kiau Hun berjalan menghampiri Oey Kang, tampaknya di sini dia juga bermaksud
mencari perkara. Dia tidak menyapanya sama sekali. Dengan tenang dia duduk di bagian
bawah Oey Kang. Dia menghentakkan tangannya dan menarik Tan Ki dengan setengah
memaksa untuk duduk di sampingnya. Perlu diketahui, peradatan di zaman itu sangat kolot. Diantara laki-laki dan perempuan
mempunyai batas yang tidak boleh dilanggar. Kedudukan kaum pria selalu dianggap lebih
tinggi, tidak seperti zaman emansipasi sekarang ini. Kiau Hun adalah seorang gadis yang
sudah dewasa. Sebetulnya Oey Kang bisa menurunkan perintah secepatnya dan
mempersilahkan dia duduk di tempat yang lain. Apalagi di sana masih ada beberapa
tempat duduk yang kosong. Tetapi Kiau Hun sudah menghampiri dengan gaya bebas dan duduk di dekatnya. Sama
sekali tidak memperdulikan peradatan yang kukuh di zaman itu. Seperti perbuatannya tadi
yang menepuk pundak bekas majikannya. Itu saja sudah kelewatan. Sekarang di depan
umum dia menarik seorang pemuda dengan terang-terangan dan mengajaknya duduk
bersama. Hal ini bukan saja menimbulkan perhatian yang besar dari para hadirin.
Perasaan mereka pun terkejut sekali melihat keberaniannya.
Mendapat perhatian dari para hadirin, entah mengapa di dalam hati Tan Ki timbul
semacam perasaan yang tidak enak. Perlahan-lahan dia mendongakkan wajahnya melirik
sekilas ke arah Kiau Hun. Mata gadis itu memandang ke arah lain. Seakan tidak perduli
pandangan orang-orang terhadap dirinya. Sinar matanya berbinar-binar, sebentarsebentar
dia mengerling ke arah makanan serta hidangan yang tersedia di atas meja.
Seakan dia berselera sekali. Tangannya segera menyambar sepasang sumpit. Dengan
santai dia mencomot sepotong ayam panggang dan di-endus-endusnya di depan hidung.
"Harum sekali, harum sekali!"
Gerak-geriknya maupun tingkah lakunya terlalu dibuat-buat. Sehingga ada beberapa
orang yang mengeluarkan suara tawa yang mengandung ejekan. Meskipun Oey Kang
bertindak sebagai tuan rumah, namun dia menatap dengan pandangan datar. Wajahnya
tidak menunjukkan perasaan apa-apa. Dia berusaha setenang mungkin.
Terdengar suara dengusan dari hidung Kiau Hun. Sepasang alisnya berkerut. Ujung
bibirnya tertawa dingin. "Meskipun daging ini memang harum sekali, tetapi takutnya mengandung racun. Kalau
karena kerakusan sesaat, malah diracuni orang sampai mati, maka kejadian ini merupakan
kejadian yang paling mengenaskan yang pernah kutemui." tenaga dalamnya segera
disalurkan. Sembari berbicara, tangannya yang menggenggam sepasang sumpit bergerak
perlahan. Potongan ayam panggang tadipun mencelat ke tengah udara kemudian melesat
keluar sampai sejarak tujuh langkah dan menancap di tubuh sebatang pohon.
Terdengar suara desiran yang lirih. Batang pohon itu pasti sangat keras, tetapi
potongan ayam panggang yang lembut itu dapat menancap ke dalamnya sehingga
amblas! Kekuatan tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali. Hal ini membuat
para hadirin yang melihatnya menjadi terpana. Wajah mereka berubah hebat. Sampai Oey
Kang sendiri juga terkejut bukan kepalang. Dua gurat alis yang menjuntai ke bawah
tampak bergerak-gerak. Wajahnya agak berubah, namun dalam sekejap mata sudah pulih
seperti sedia kala. Bibirnya malah menyunggingkan seulas senyuman.
"Entah dari pegunungan terkenal yang mana Nona ini berasal" Harap maafkan
pandangan orang she Oey yang dangkal sehingga tidak mengenali dalam sesaat." sapanya
ramah. Kiau Hun tertawa lebar. "Aku datang dari asalku." sahut gadis itu seenaknya.
Oey Kang tersenyum lembut. "Nona ini sungguh lucu. Orang she Oey ini meskipun tidak becus, juga tidak berani
berlaku kurang ajar pada kelima partai besar apalagi dengan menyebarkan racun." orang
ini memang tidak malu disebut sebagai raja iblis nomor satu di zaman ini. Hatinya licik,
pengalamannya luas. Meskipun kebencian dalam dadanya berkobar-kobar, tetapi
penampilannya masih tenang, cara bicaranya pun santai dan wajar.
Kiau Hun mencibirkan bibirnya dan tersenyum mengejek. Baru saja dia ingin
mengucapkan sesuatu, tampak Liu Seng bangkit dari tempat duduknya dan menjura
dalam-dalam. "Tadi Oey Cengcu telah mengabulkan untuk melepaskan putriku. Entah bagaimana kelanjutannya
sekarang?" tanya orang itu dengan suara lantang.
Oey Kang merenung sejenak. "Tanpa memperdulikan perjalanan yang jauh, Liu heng datang untuk menolong
putrimu. Kasih sayang yang besar ini sungguh membuat orang kagum. Kalau orang she
Oey tidak menuruti permintaan yang kau ajukan, tampaknya seperti orang yang tidak
punya rasa kemanusiaan sama sekali. Kalian hampir tidak pernah mengunjungi rumahku
yang jelek ini, tetapi sekali datang sampai berbondong-bondong, benar-benar merupakan
kebanggaan orang she Oey. Pepatah kuno me-ngatakan: "Penghormatan harus dibalas
dengan baik! Sebelum berpisah, sebagai tuan rumah yang baik, orang she Oey harus
memberikan kenangan yang manis untuk kalian semua." selesai berkata, dia segera berdiri
dan menjura tiga kali berturut-turut.
Meskipun kata-katanya sangat masuk di akal dan seakan mengandung ketulusan yang
dalam, namun para tokoh yang datang hari ini merupakan orang yang rata-rata sudah
mempunyai nama besar di dunia Kangouw. Pengalaman mereka sangat luas. Mana
mungkin mereka tidak mengerti kalau ucapan Oey Kang tadi mengandung makna yang
dalam. Setelah mendengar kata-katanya, wajah mereka satu per satu menjadi berubah.
Tanpa dapat ditahan lagi, mereka segera menegakkan badannya. Wajah masing-masing
menunjukkan semacam ketegangan yang tidak teruraikan dengan kata-kata.
Kiau Hun malah memalingkan wajahnya dan mengerling Tan Ki berulang kali. Bibirnya
terus mengembangkan senyuman. Sebelum masuk ke dalam Pek Hun Ceng ini dia sudah
merencanakan apa yang akan dilakukannya. Tampaknya dia mempunyai keyakinan diri
yang dalam. Biar menghadapi bahaya yang bagaimanapun, dia masih bisa meloloskan diri.
Oleh karena itu, menghadapi suasana yang tegang seperti saat itu, dia tidak ambil perduli
sama sekali. Wajahnya tidak menyiratkan perasaan gentar sedikitpun.
Sebaliknya, hati Tan Ki semakin lama semakin tidak tenang. Dia bagai duduk di atas
puluhan jarum. Ingin rasanya cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut dan semakin
jauh semakin baik. Dia takut Oey Kang akan membongkar rahasia dirinya. Apabila orang-orang yang hadir
dalam ruangan ini tahu bahwa dialah Cian bin mo-ong yang telah menggemparkan dunia
Kangouw selama setengah tahun ini, bagaimana akibatnya, dia sendiri tidak berani
membayangkan. Untuk sesaat berbagai macam pikiran melintas di benaknya. Semakin dipikir semakin
menakutkan. Dia benar-benar tidak berani berpikir lebih jauh, tetapi situasi yang
dihadapinya saat ini, membuat Tan Ki mau tidak mau memikirkan dari segi buruknya dulu.
Justru ketika hatinya semakin tidak tenang, tiba-tiba telinganya mendengar suara irama
musik yang mengalun-alun. Hatinya jadi tergetar. Perasaannya menjadi tegang. Mendadak
dia merasa irama musik itu seperti mengiringi jantungnya yang berdegup kencang. Seakan
hari cerah sebelum badai topan melanda.
Pendengarannya dipertajam, dia merasa irama musik itu lembut sekali. Seperti jauh
tetapi dekat. Membuat orang bingung menentukan dari mana asal alunan irama tersebut.
Dalam waktu yang singkat, udara seperti terasa pengap. Suasana di dalam ruangan bagai
diselimuti ketegangan yang tidak terkirakan.
Ketika irama musik itu baru terdengar, wajah para hadirin bagai diselimuti keangkeran
serta keseriusan yang aneh. Mata mereka serentak beralih ke arah musuh tangguh yang
ada di hadapan mereka. Mereka memandang dengan mata terbelalak dan mulut
membungkam. Irama musik itu terus mengalun. Kurang lebih sepeminum teh kemudian, dua pintu
sebelah dalam perlahan-lahan terbuka. Seorang gadis yang cantik jelita berjalan keluar.
Begitu dia melangkah masuk, serentak pandangan mata para hadirin langsung beralih.
Dalam waktu yang bersamaan, mata mereka terbelalak, hati mereka berdebar-debar.
Mereka melihat wajah gadis itu begitu rupawan. "Alisnya berbentuk indah. Di balik
kecantikannya terselip kesucian dan keanggunan yang sulit diuraikan dengan kata-kata.
Seakan seluruh syair indah yang terdapat dalam dunia ini tergabung dalam dirinya. Tetapi
yang lebih mengejutkan, adalah tubuhnya yang tidak di-tutupi oleh selembar benangpun.
Hanya tangannya yang mengibarkan sehelai selendang yang tipis dan pada dasarnya tidak
berarti sama sekali. Benar-benar merupakan sebuah pemandangan erotis yang di luar dugaan semua orang.
Pemandangan ini juga membawa daya pikat serta rangsangan yang sulit diuraikan dengan
kata-kata. Meskipun orang-orang yang hadir dalam ruangan itu rata sudah berusia
setengah baya, namun tanpa dapat ditahan lagi, mereka juga memandang dengan
terpana dan hati tegang. Sinar mata Tan Ki bertemu pandang dengan tatapan gadis yang telanjang itu. Selembar
wajahnya yang tampan jadi merah padam seketika. Cepat-cepat dia memalingkan
wajahnya dan tidak berani melihat lagi.
Rupanya gadis ini bukan orang lain. Dia adalah gadis yang selama ini dirindukan oleh
Tan Ki. Liu Mei Ling. Juga merupakan putri kesayangan Bu Ti Sin-kiam Liu Seng.
Sebagian besar dari orang-orang yang hadir juga mengenalnya. Sampai Kiau Hun juga
me-ngeluarkan suara seruan terkejut. Kemudian terlihat bibirnya bergerak-gerak seakan
sedang bergumam seorang diri. "Kenapa Siocia bisa berubah menjadi seperti ini" Aneh!" hubungannya dengan Mei Ling
sudah seperti saudara sendiri. Tetapi karena selama ini dia sudah terbiasa memanggilnya
dengan sebutan "Siocia", meskipun sekarang dia bukan lagi pelayan dalam keluarga Liu,
namun kebiasaan itu sudah sulit dirubah.
Begitu selesai mengucapkan kata-kata itu, wajahnya sendiri jadi merah jengah. Dia
menarik nafas panjang-panjang kemudian menundukkan kepalanya.
Tiba-tiba terdengar suara gebrakan meja yang keras. Sesosok tubuh berkelebat dan
meraung marah" Rupanya Liu Seng baru melihat bahwa anak gadis yang sedang menari dengan tubuh
telanjang, dia segera sadar bahwa di balik semua ini pasti ada sesuatu yang tidak wajar.
Tetapi hawa amarah dalam dadanya sudah terlanjur meluap. Tanpa berpikir panjang lagi,
dia menggebrak meja sekeras-kerasnya sambil meraung murka dan menerjang ke depan.
Justru dalam waktu yang bersamaan, tiba-tiba terdengar suara kliningan yang tidak
putus-putus disusul dengan serangkum bau harum yang tebal menerpa hidung. Dua belas
orang gadis yang juga tidak memakai selembar benangpun masuk ke dalam ruangan
untuk menyanyi sambil menari. Tangan dan kaki mereka semuanya dipasangi kliningan yang bunyinya terus terdengar.
Tampaknya kedua belas gadis itu sudah mendapat latihan yang profesional. Gerakannya
amat teratur, barisan mereka terlihat rapi. Dalam sekejap mata mereka sudah mengelilingi
Mei Ling, bagai dayang-dayang yang mengelilingi putri raja. Tubuh Mei Ling diangkat
beramai-ramai, namun dendang lagu maupun tarian tidak terhenti sama sekali. Gerakan
mereka semakin erotis. Tadinya Liu Seng ingin maju dan menghibur hati putrinya. Tetapi kemunculan gadisgadis
lainnya terlalu mendadak. Dalam sekejap mata tahu-tahu mereka sudah di depan
mata. Dengan panik dia mengempos nafasnya serta menahan dirinya yang sedang
menerjang ke depan. Begitu perhatiannya dipusatkan, dia melihat gadis-gadis bugil itu
sudah mengerumuninya dari kiri kanan. Tetapi dia tidak dapat melihat dengan jelas wajah
mereka. Hatinya jadi terkejut sekali.
Tarian mereka cepat sekali, pikirnya diam-diam.
Rupanya, baru saja langkah kaki Liu Seng berhenti, tahu-tahu dirinya telah dikelilingi
dua belas orang gadis. Tepat pada saat itu juga, dia mencium aroma harum yang agak
aneh. Bau itu membuat orang terlena sedemikian rupa, seolah-olah tubuh gadis itu
memancarkan bau harum yang berbeda-beda yang terpancar seiring dengan gerakan
tubuh mereka sewaktu menari-nari. Orang yang menciumnya seperti terlena bahkan terselip sedikit rasa iba di hati.
Pikiranpun tidak dapat dipusatkan dengan baik, seluruh hawa amarah yang tadinya
berkobar-kobar di dada lenyap entah ke mana.
Tapi, biar bagaimanapun Liu Seng adalah seorang tokoh tua yang sudah banyak
pengalaman. Melihat gadis-gadis bugil yang mengelilinginya dari depan belakang bahkan
kiri kanan, dia segera menyadari bahwa keadaan tersebut tidak wajar. Bau harum yang
terpancar dari tubuh para gadis ini begitu tajam menusuk, sanggup membuat perasaan


Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang menjadi lengah dan sulit menggunakan akal sehat. Dengan demikian, rasa
permusuhan di dalam hati pun jadi hilang. Apabila mereka menggunakan kesempatan ini
untuk" Pikiran itu bagai sambaran kilat yang melintas di benaknya. Tanpa terasa hawa
amarahnya jadi meluap-luap. Dia mendongakkan wajahnya serta menarik nafas dalamdalam.
Mulutnya mengeluarkan raungan sekeras-kerasnya. Dia mengangkat tangannya ke
atas dan tiba-tiba dia mencengkeram ke arah gadis yang terdekat dengannya.
Serangan itu dilancarkan dalam keadaan gusar. Tenaga yang terpancar demikian kuat
sampai menimbulkan suara seperti suitan panjang. Siapa sangka, menghadapi
serangannya yang begitu hebat, gadis itu seakan tidak memandang sebelah mata. Dia
masih terus mendendangkan lagu serta menari-nari. Tampaknya dia tidak perduli sama
sekali. Cengkeraman Liu Seng begitu tajam bagai sebilah pedang. Sejenak lagi dada gadis itu
pasti tercengkeram olehnya. Melihat gadis itu tetap tidak perduli, hati Liu Seng jadi tidak
tega. Aku dengan dia tidak ada permusuhan apapun, mengapa aku harus membunuhnya"
Kata laki-laki itu dalam hati. Biar bagaimanapun Liu Seng adalah seorang pendekar yang mulia. Begitu pikirannya
tergerak, tanpa sadar dia menarik kembali tenaga dalamnya beberapa bagian. Tepat pada
saat itu juga, tiba-tiba langkah gadis itu bergeser, dengan perlahan-lahan tubuhnya
berputar. Dengan demikian, cengkeraman tangan Liu Seng pun luput dari sasarannya.
Liu Seng jadi tertegun. Cengkeramannya mengandung kecepatan dan gerakan yang
aneh. Meskipun di tengah jalan dia sempat menarik kembali beberapa bagian tenaga
dalamnya, namun jurus yang dilancarkan tetap hebat. Tubuh gadis itu berputar seakan
merupakan gerakan dari tariannya, tahu-tahu dia sudah berhasil menghindarkan diri dari
cengkeraman tokoh tersebut. Hati Liu Seng hampir tidak percaya dengan penglihatannya. Cengkeramannya segera
ber-ubah menjadi tepukan dan diarahkannya kepada gadis yang ada di sebelah kiri.
Tampak tubuh yang putih mulus itu berkelebat, bau harum kembali menerpa hidung Liu
Seng. Entah bagaimana, tahu-tahu serangannya yang kali ini luput pula. Akhirnya hawa
amarah dalam dada laki-laki itu jadi meluap. Mulutnya mengeluarkan suara raungan yang
keras. Seluruh tenaga dalamnya dikerahkan dan dia langsung melancarkan dua buah
pukulan. Angin yang timbul dari pukulannya terpancar keluar, terdengar suara yang menderuderu.
Kehebatannya tak perlu dikatakan lagi. Tetapi kedua rangkum tenaga yang
terpancar dari pukulannya bagai tenggelam ke dasar lautan. Yang dihantamnya justru
tempat kosong. Tenaga dalam yang hebat itu tidak sempat menyentuh apapun.
Rupanya gerak lagu dan tarian yang dilakukan para gadis itu merupakan semacam ilmu
silat yang aneh. Di dalamnya terkandung kehebatan yang luar biasa. Dalam tiap
gerakannya terselip perubahan yang tidak terduga-duga. Sekalipun Liu Seng sudah
berusaha menyerang dengan gencar, justru sembari bernyanyi dan menari, tahu-tahu
semua serangannya dapat dihindarkan dengan mudah.
Liu Seng sudah terjun ke dalam dunia Kangouw sejak tiga puluhan tahun yang lalu.
Baik barisan besar maupun keroyokan musuh atau keadaan yang bagaimana bahayapun
sudah pernah ditemuinya. Tetapi dia justru belum pernah mengalami kejadian yang begitu
aneh seperti sekarang ini. Untuk sesaat, hatinya menjadi terkejut juga takut. Di mimik
wajahnya tersirat perasaannya yang penasaran. Tanpa sadar dia memandang para gadis
itu dengan termangu-mangu. Tampak para gadis itu bergerak dengan lemah gemulai, mereka menerobos ke mari
palu menyelinap ke sebelah sana. Kadang-kadang kaki mereka terangkat ke atas, kadangkadang
tubuh mereka membungkuk ke permukaan lantai. Gayanya sungguh indah namun
erotis sekali. Suasana di dalam ruangan itu ibarat ajang pembangkit birahi. Orang-orang
yang hadir ada beberapa yang mema-lingkan wajahnya tidak berani melihat. Sedangkan
sebagian diantara mereka masih tetap memandang, namun wajah mereka sudah berubah
merah padam dan hati mereka terasa berdebar-debar. Cepat- cepat mereka mengerahkan
tenaga dalam dan mempertahankan diri sekuat kemampuan.
Suasana semakin tegang. Di balik nyanyian dan tarian tersebut terselip bahaya yang
mengintai. Setiap waktu dan setiap saat dapat terjadi bencana yang mengerikan.
Tiba-tiba terdengar Kiau Hun mendengus dingin.
"Sungguh barisan pemikat sukma yang hebat!" sejak awal hingga akhir, matanya tidak
dialihkan dari wajah Mei Ling. Mula-mula dia juga memandang dengan terkesima,
sehingga wajahnya merah padam dan hatinya berdegup dengan keras. Tetapi dia masih
sanggup mem-pertahankan ketenangannya sehingga tidak seberapa terpengaruh.
Setelah memperhatikan sejenak, tiba-tiba dia merasa bahwa arena yang dijadikan
ajang nyanyian dan tarian para gadis itu sebetulnya cukup luas. Setelah Liu Seng
terperangkap dalam barisan tersebut, gerakan kaki mereka menjadi agak kacau. Tetapi
apabila laki-laki itu ingin bergerak satu langkah saja, rasanya tidak ada tempat lagi untuk
berpijak. Setelah berhasil melihat keadaan itu, tanpa sadar dia mengeluarkan seruan
terkejut, tetapi mimik wajahnya masih tetap tenang seperti sebelumnya.
Oey Kang tertawa datar. "Mata Nona sungguh tajam. Ternyata keampuhan barisan ini sanggup terlihat olehmu.
Benar-benar membuat orang jadi kagum!"
"Kepandaian tidak berarti, yang diperlukan hanya keawasan mata saja." sahut Kiau
Hun. Dengan gaya santai dia mengambil sumpit giok yang ada di atas meja.
Dikerahkannya tenaga dalam secara diam-diam dipatahkannya sumpit yang keras itu
menjadi dua bagian. Dia menggenggamnya dalam telapak tangan kemudian mengedarkan
matanya. Dia melihat Mei Ling sudah diturunkan kembali oleh kedua belas gadis yang
sedang menari-nari tadi. Posisinya terkurung di tengah-tengah. Dia berdiri tegak seperti
sebuah patung yang indah. Tubuhnya tidak bergerak sedikitpun. Kiau Hun tersenyum
simpul. Lengannya digerakkan, tampak dua titik sinar putih yang halus sekali melesat ke
depan bagai kilat. Rupanya dia menggunakan patahan sumpit itu sebagai pengganti
senjata rahasia. Sasarannya dua urat nadi yang berbahaya di bagian dada dan
tenggorokan Mei Ling. Hati Tan Ki tercekat sekali melihatnya.
"Apa yang kau lakukan?" bentaknya marah.
Meskipun demikian, tidak ada peluang lagi baginya untuk mencegah. Hatinya panik
sekali. Dia tidak perduli atau menyempatkan diri untuk bertanya kepada Kiau Hun.
Kepalanya dipalingkan, mungkin Kiau Hun memang berniat membunuh gadis itu.
Serangannya ini menggunakan tenaga yang sepenuhnya. Melesatnya pun demikian cepat.
Dalam keadaan yang hanya sekejap mata saja, dua patahan sumpit tadi sudah sampai di
hadapan Mei Ling. Kalau diceritakan memang rasanya panjang, kejadiannya sendiri hanya beberapa detik
saja. Justru pada saat yang bahaya dan menegangkan itu, tiba-tiba terlihat salah seorang
gadis yang sedang menari itu menggeser kakinya beberapa langkah. Dia menghadang di
depan Mei Ling. Gerakannya seperti tidak sengaja, seakan memang termasuk gerakan dari
tariannya itu. Lengan kirinya bergerak dua kali berturut-turut. Ternyata dia berhasil
mementalkan kembali dua batang patahan sumpit yang melesat dengan kekuatan dahsyat
itu. Kemudian tampak pinggangnya melenggok-lenggok mengikuti irama lagu, langkahnya
kembali ke tempat semula. Wajahnya tidak menunjukkan perasaan apa-apa. Seakan tidak
pernah terjadi sesuatupun. Gayanya yang luwes dan indah serta gerakan yang tidak terduga-duga, mana pernah
Tan Ki melihatnya. Tanpa dapat ditahan lagi dia jadi termangu-mangu. Matanya tanpa
sadar beralih pada diri gadis yang satu itu.
Setelah memperhatikan sejenak, dia merasa gerakan tari yang dilakukan gadis itu tidak
terselip perasaan malu sedikitpun. Malah ketika sepasang buah dadanya berayun-ayun,
dalam gerakannya terselip rangsangan serta sanggup mempesona siapapun yang
melihatnya. Tiba-tiba jantungnya jadi berdebar-debar. Dadanya seakan dipenuhi udara
sehingga terasa sesak. Kalau dihembuskan, rasanya mengganjal di hati. Wajahnya jadi
merah padam. Perasaannya sendiri sulit dijelaskan. Pikirannya terasa buntu.
Tan Ki adalah seorang pemuda yang luar biasa cerdasnya. Begitu merasa keadaan
dirinya tidak wajar, dia segera sadar bahwa dirinya telah terpengaruh tarian bugil gadis
itu. Gairah birahi di dalam hatinya jadi berkobar-kobar. Dia terperanjat sekali. Tetapi dia
belum pernah mempelajari ilmu Lwekang. Apalagi pikirannya agak terganggu. Untuk
sesaat dia tidak bisa mengerahkan hawa murninya untuk menolak pengaruh tersebut.
Tangannya menekan di depan dada, matanya cepat-cepat dipejamkan rapat-rapat dan
tidak berani melihat lebih lama. Tiba-tiba terdengar suara yang keras, seakan ada suatu benda berat yang terjatuh dari
atas. Tadinya dia tidak ingin melihat, tetapi dia tidak dapat menahan rasa ingin tahunya.
Diam-diam dia mengintip, wajahnya langsung berubah hebat. Entah apa sebabnya,
tahu-tahu Liu Seng sudah jatuh tidak sadarkan diri.
Perubahan yang mendadak ini, seakan memang sudah dalam dugaan para pendekar.
Begitu dia terjatuh, terdengar beberapa orang menarik nafas panjang.
Saat itu, irama musik maupun bunyi gendang yang berkumandang dari luar masih tidak
putus-putusnya berbunyi. Orang-orang yang hadir saling melirik pada waktu yang
bersamaan, bibir mereka menyunggingkan tawa yang sumbang. Perasaan mereka sedang
berada di puncak ketegangan. Hati mereka mengerti, irama musik itu merupakan sumber
perintah para gadis yang sedang menari-nari itu. Kalau irama itu tidak berhenti dan tetap
diteruskan, orang-orang itupun terus diancam bahaya.
Orang-orang yang hadir dalam ruangan itu, kalau bukan pendekar setempat, pasti
tokoh-tokoh yang sudah punya nama. Pengalaman mereka banyak sekali. Pengetahuan
merekapun sangat luas. Setelah menyadari adanya bahaya yang mengancam, tanpa
diperintah mereka segera menundukkan kepala merenung. Bagaimana caranya
menghadapi situasi seperti ini" Bahkan ada beberapa orang yang memejamkan matanya
rapat-rapat agar pikirannya dapat terpusat penuh. Tiba-tiba"
Terdengar lagi suara Trang! Trang! Sebanyak beberapa kali. Setelah didengarkan
dengan seksama, rupanya suara tadi merupakan bunyi genta yang ditabuh sebanyak tiga
kali. Tabuhan yang berjumlah tiga kali itu seakan merupakan isyarat untuk kedua belas
gadis yang sedang menari dengan tubuh bugil itu. Gerakan mereka mendadak berubah
serentak. Perlahan-lahan mendekat ke arah tempat duduk para pendekar.
BAGIAN XVIII Alis Kiau Hun perlahan-lahan terjungkit ke atas, dia meningkatkan kewaspadaannya.
Tangan kanannya secara diam-diam mengeluarkan tiga batang jarum Bwe Hua Ciam, siap
dilancarkan setiap saat. Sambil menyanyi dan menari, kedua belas gadis itu semakin merapat ke arah para
pendekar yang hadir dalam ruangan tersebut. Suasana yang memang sudah tegang
semakin menjadi-jadi. Tan Ki melihat para gadis itu mulai meninggalkan Mei Ling yang masih berdiri
termangu-mangu. Dia menganggap inilah kesempatan yang paling baik. Tangannya
bertumpu di atas meja, sekali sentak tubuhnya melesat ke tengah udara kemudian dengan
kecepatan yang bagai kilat dia meluncur ke depan. Ketika kakinya mendarat lagi di atas
tanah, posisinya tepat di samping Mei Ling.
Hampir tepat pada waktu yang sama, diantara para pendekar yang sedang duduk
sudah ada beberapa orang yang bangkit berdiri. Wajah mereka yang serius menyiratkan
ketegangan yang tidak terkatakan. Tampaknya mereka sudah siap menghadapi musuh
tangguh di depan mata. Tetapi kedua belas gadis yang bugil itu sudah semakin mendekat,
hidung mereka mengendus bau harum yang memikat. Bau harum itu semakin lama
semakin menebal. Hati mereka terkesiap, wajah mereka pun mulai terasa panas.
Rupanya bau harum yang terpancar dari tubuh-tubuh para gadis ini bukan sejenis
minyak pengharum yang sering digunakan oleh para wanita penghibur, tetapi semacam
obat dari golongan sesat yang dianggap sebagai benda pusaka. Obat ini diramu dari jenis
rumput-rumputan yang hanya tumbuh di wilayah bercuaca dingin. Khasiatnya dapat
membius perasaan maupun pikiran orang. Juga merupakan obat yang keras. Entah
bagaimana, ternyata Oey Kang dapat memilikinya, kemudian dia menaburkannya pada
tubuh-tubuh para gadis itu sehingga mengacaukan pikiran para pendekar. Dalam golongan
sesat juga menggunakan obat ini sebagai ramuan perangsang.
Terdengar suara raungan yang keras dari tengah ruangan. Seorang laki-laki bertubuh
tinggi besar tidak dapat menahan gairah yang berkobar-kobar dalam dadanya. Dia
menerjang ke depan secara tiba-tiba.
Pikiran atau akal sehat orang ini sudah lenyap. Dalam sekejap mata dia sudah sampai
di hadapan seorang gadis. Tampak matanya menyorotkan sinar yang menyeramkan.
Sepasang lengannya terbuka lebar-lebar dan dengan tampang garang dia menubruk ke
arah gadis itu dengan kalap. Tampaknya gadis itu masih belum melihat laki-laki bertubuh tinggi besar itu sedang
menerjang ke arahnya. Tangannya masih bergerak dengan lemah gemulai, pinggangnya
melenggok-lenggok. Perlahan-lahan dia mengayunkan langkahnya.
Saat itu juga, mata para pendekar lainnya sudah terbelalak lebar- lebar. Mereka bahkan
tidak berkedip sedikitpun. Rasanya mereka ingin melihat bagaimana caranya gadis itu
melepaskan diri dari rangkulan laki-laki bertubuh besar itu nanti. Dalam pikiran mereka,
meskipun terjangan laki-laki itu tidak bagaikan kilat, tetapi kecepatannya sudah termasuk
luar biasa. Kalau ia cuma salah seorang Bu Beng Siau-cut di dunia Kangouw, jangan harap
bisa berhasil. Waktu yang demikian singkat justru merupakan saat-saat yang paling menegangkan
bagi para pendekar. Tampak sepasang lengan laki-laki itu begitu kokoh dan kekar.
Lilitannya pun pasti kuat sekali seperti belitan ular. Sejenak lagi pinggang gadis tersebut
pasti terangkul olehnya. Tiba-tiba, tampaknya gadis itu seperti tersentak, mulutnya
mengeluarkan seruan terkejut. Dengan gerakan yang aneh tubuhnya berputar. Selendang
di tangannya otomatis ikut berputar dan melambai-lambai di udara. Gayanya itu seakan
refleksi dari rasa terkejutnya, namun dengan telak selendangnya menerpa wajah laki-laki
bertubuh tinggi besar itu. Terdengar suara dengusan yang lirih. Disusul dengan suara berdebum yang keras. Dua
hal terjadi dalam waktu yang bersamaan. Begitu mengeluarkan suara dengusan yang lirih,
laki-laki bertubuh tinggi besar itu tahu-tahu sudah terkulai di atas tanah, jatuh tidak
sadarkan diri. Sementara itu, Tan Ki tidak menyia-nyiakan kesempatan, dia segera
memeluk tubuh Mei Ling kemudian membopongnya lari ke depan pintu. Tangannya segera
terangkat dan dihantamkan ke arah pintu tersebut. Suara berdebum keras yang terdengar
tadi justru hasil dobrakan yang menyebabkan pintu kayu itu hancur seketika. Diantara
hamburan kepingan kayu-kayu tersebut, tubuh Tan Ki pun menerjang keluar.
Dia takut Oey Kang menyuruh orang mengejarnya. Kalau benar, dia tentu akan
mendapat tidak sedikit kesulitan. Oleh karena itu, begitu menerjang keluar, dia segera
mengerahkan tenaga sepenuhnya dan lari terbirit-birit. Ingin rasanya dia mempunyai
sepasang sayap di punggung agar dapat terbang sejauh mungkin. Dalam pikirannya dia
membayangkan, seandainya bisa lebih cepat meninggalkan tempat tersebut, justru
semakin baik. Dengan jelas Kiau Hun melihat orang yang dicintainya malah menolong gadis
saingannya meninggalkan tempat tersebut. Dia merasa ada serangkum kebencian yang
memenuhi hatinya. Hidungnya terasa tersumbat. Perasaannya menjadi pilu. Apabila saat
itu dia langsung mengerahkan tenaga mengejar keluar, meskipun ilmu ginkang Tan Ki
lebih hebat dari sekarang, dia juga tidak dapat melepaskan diri dari kejaran Kiau Hun.
Tetapi Kiau Hun mempunyai rencana yang besar sekali. Bahkan lebih penting daripada
urusan asmara. Oleh karena itu, dia mendengus dingin dan menahan kebencian yang
menyelinap dalam hatinya. Dipaksakannya dirinya untuk duduk tenang.
Pada saat itu, keadaan di dalam ruangan itu sudah berubah menjadi kacau balau. Para
pen-dekar yang melihat rekannya yang bertubuh tinggi besar itu dengan mudah
dilumpuhkan oleh pihak lawan, tidak ada satupun yang tidak terperanjat. Dalam pikiran
mereka, dari pada duduk menunggu diserang, mengapa tidak mengambil tindakan terlebih
dahulu. Kalau bisa bunuh beberapa orang dari gadis itu untuk melampiaskan kemarahan.
Oleh karena itu, dengan perasaan gusar, beramai-ramai mereka menerjang keluar.
Terdengar suara dentangan yang bising. Meja kursi pecah berantakan, mangkok maupun
cawan-cawan pecah berhamburan. Para pendekar itu menyerang serentak. Hati mereka tergerak seketika, suara bentakan
mereka penuh kegusaran, bagai burung berapi yang sudah lama padam tiba-tiba bergolak
kembali dan bisa meletus setiap saat. Suaranya menggetarkan hati siapapun yang
mendengarnya. Siapa nyana, tampaknya para gadis itu sudah menduga para pendekar akan mengambil
tindakan demikian. Ketika mereka membalikkan kursi meja dan bangkit berdiri, tubuh para
gadis itu juga bergerak serentak. Masing-masing mengeluarkan suara teriakan dan
menyambut terjangan para pendekar itu.
Terdengar suara tertawa cekikikan dan jerit menyeramkan. Keadaan semakin kalut.
Suara itu bagai saling susul menyusul. Dalam sekejap mata sudah tiga orang pendekar
terkapar di atas tanah dengan jiwa melayang.
Ternyata para gadis yang menari-nari itu mendekati para pendekar, mereka tidak melancarkan
pukulan maupun menyerang dengan senjata rahasia. Tetapi justru di saat para
pendekar mengendus bau harum yang terpancar dari tubuh mereka, untuk sesaat mereka
jadi termangu-mangu. Pikiran maupun akal sehat bagai terpengaruh. Dalam waktu yang
bersamaan, tangan para gadis itu melambaikan selendangnya dengan lemah lembut yang
mereka kibaskan ke arah para pendekar tersebut. Meskipun tampaknya lemah gemulai
namun kecepatannya hebat tidak terkira.
Kalau dikatakan memang aneh. Wajah para pendekar terkibas oleh selendang yang tipis
itu, mereka segera mengeluarkan suara jeritan yang menyayat hati. Tubuh mereka
terhuyung-huyung dan akhirnya terkulai jatuh.
Perubahan yang mendadak ini, juga merupakan kejadian yang belum pernah didengar
atau ditemui oleh para pendekar. Tanpa dapat ditahan lagi, mereka menghembuskan
nafas panjang. Hati mereka terkejut sekali. Semacam kengerian di ambang kematian bagai
menyelimuti benak mereka. Diantara para pendekar, ilmu Liu Seng yang paling tinggi. Tetapi saat ini dia sudah
jatuh tidak sadarkan diri di atas tanah dan tidak tahu apa-apa lagi. Sisanya seperti Cu Mei,
Yi Siu, Kok Hua-hong malah seperti naga yang kehilangan kepalanya. Usaha besarpun sulit
diharapkan untuk berhasil. Meskipun mereka sudah mengetahui bahwa selendang yang
tipis itu merupakan faktor terpenting yang menyebabkan kekalahan para pendekar, tetapi


Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam situasi yang kalang kabut seperti ini, mau tidak mau mereka memikirkan
keselamatan dirinya masing-masing terlebih dahulu. Akibatnya tidak ada satu orangpun
yang menyambut para gadis itu. Malah begitu melihat mereka semakin mendekat, para
pendekar pun meninggalkan tempat duduk masing-masing dan menyingkir sejauhjauhnya.
Di tempat duduk para hadirin, hanya Kiau Hun seorang yang masih duduk di tempat
semula dengan tenang menyaksikan apa yang berlangsung di hadapannya. Tubuhnya pun
tidak bergerak sama sekali. Kalau dibandingkan dengan tampang para pendekar yang
ketakutan, justru ketenangannya makin tersirat nyata. Bahkan pertahanan dirinya sangat
mengagumkan dan menandakan nyalinya yang besar.
Pada saat ini di tengah arena telah terjadi lagi perubahan yang besar. Para pendekar
dikepung oleh gadis-gadis yang berjumlah dua belas orang itu sampai terdesak mundur
terus. Akhirnya mereka tidak ada jalan mundur lagi. Bagian belakang mereka merupakan
dinding ruangan. Terpaksa mereka melawan sebisanya, tetapi mimik wajah mereka
menyiratkan perasaan khawatir dan tidak tenang.
Udara kematian semakin memadat seakan memenuhi seluruh ruangan tersebut. Kalau
para gadis itu maju lagi satu langkah, maka para pendekar terpaksa mengadu nyawa matimatian.
Tapi kalau ditilik dari keadaan yang berlangsung sejak tadi, tampaknya mereka
juga bukan tandingan para gadis tersebut.
Yi Siu dari Ciong San Suang-siu biasanya banyak akal dan lebih berani daripada yang
lain. Tetapi menghadapi keadaan seperti ini, dia juga menjadi kalang kabut. Matanya
melihat rekan-rekannya didesak oleh pihak lawan sampai mengeluarkan suara raungan
sekeras-kerasnya. Kipas di tangan kanannya direntangkan. Kakinya melangkah ke depan
dengan menerjang, jurus Ceng Tian Tiong-ho (Sungai Panjang Di Hari Yang Cerah)
langsung dikerahkan, sasarannya seorang gadis yang ada di hadapannya.
Jurus ini dilancarkan dalam keadaan marah dan hampir putus asa, angin yang
terpancar dari serangannya begitu kuat bagai himpitan gunung atau ombak yang
bergulung-gulung. Pengaruhnya sungguh mengejutkan.
Gadis itu seakan tidak bersiap sedia, begitu terkena serangannya, dia langsung
berteriak terkejut. Kepalanya menunduk dan menerjang ke samping kira-kira dua mistar.
Entah kebetulan atau bukan, pokoknya dia berhasil menghindarkan diri dari serangan
kipas Yi Siu. Ketika melihat serangannya gagal, hati Yi Siu langsung tercekat. Tanpa menunggu
kipasnya ditarik kembali, lengan kirinya langsung diulurkan. Segera dilancarkannya sebuah
pukulan ke depan. Dalam keadaan gusar, rupanya dia mengerahkan sejenis ilmu yang
hebat bukan main. Tidak perduli orang akan mengatakan yang tua menghina yang muda,
atau mengejeknya karena menyerang seorang gadis yang tidak terkenal.
Biar bagaimana, Yi Siu merupakan seorang tokoh yang sudah malang melintang di
dunia Bulim selama puluhan tahun. Nama besarnya bukan didapatkan dengan begitu saja.
Tetapi karena ilmu silatnya memang hebat. Begitu serangannya dilancarkan, pukulannya
saling susul menyusul, kecepatannyapun tidak terkirakan. Meskipun gadis itu berusaha
untuk menghindarkan diri, tetapi tampaknya sudah agak terlambat. Tentu saja hati Yi Siu
diam-diam menjadi senang. Kali ini hendak kulihat ke mana kau akan mengelak, pikirnya dalam hati.
Dia segera mengempos hawa murninya dan menambah tenaga serangannya sebanyak
dua bagian. Tiba-tiba dia merasa ada serangkum bau harum yang tajam menghembus ke
arahnya" Telinga dan matanya sangat tajam, Yi Siu segera sadar bahwa ada seseorang yang
nyerang dari sebelah kirinya, dia mendengus satu kali. Baru saja dia bermaksud
mengibaskan kipasnya untuk menyambut, tiba-tiba dia merasa dadanya sesak. Seluruh
tenaga dalam tubuhnya lenyap. Hampir saja dia terkulai jatuh. Hatinya terkejut bukan
kepalang. Dengan panik dia menutup pernafasannya dan tidak berani lagi mengendus bau
harum yang dapat membuat dirinya seperti terbius itu.
Justru ketika Yi Siu masih sibuk mengendalikan dirinya, ada seorang gadis yang menggunakan
kesempatan itu untuk mendekatinya. Pergelangan tangan gadis itu bergerak
serta mengibaskan selendang ke arahnya.
Beberapa gerakan ini, terjadinya dalam waktu yang hampir bersamaan. Saking
cepatnya, mata Yi Siu sampai berkunang-kunang dan tidak dapat melihat dengan jelas.
Mimpi pun dia tidak pernah membayangkan pihak lawan akan menyerangnya dengan
kecepatan yang membuatnya terperanjat setengah mati. Ketika dia menyadarinya, sudah
sulit baginya untuk menghindarkan diri. Diam-diam dia menarik nafas panjang. Hatinya
berniat memejamkan mata saja untuk menunggu kematian. Tiba-tiba dia melihat tiga titik
sinar putih berkilauan yang melayang datang bagai kilat. Dalam waktu yang hampir
bersamaan, telinganya menangkap suara jeritan yang menyeramkan. Suara jeritan itu
hanya satu kali kemudian sirap. Menyusul gadis yang barusan menyerangnya pun terkulai
jatuh. Yi Siu berhasil terlolos dari kematian. Untuk sesaat dia sampai termangu-mangu.
Namun sesaat kemudian dia sudah tersentak sadar, matanya beralih ke arah datangnya
senjata rahasia tadi. Dia langsung tahu siapa yang memberi pertolongan kepadanya. Oleh
karena itu dia segera menganggukkan kepalanya kepada Kiau Hun. Setelah itu mulutnya
mengeluarkan suara raungan yang keras, telapak tangan kiri dan kipas di tangan kanan
menyerang dengan berturut-turut. Para gadis itu terkejut sampai mundur beberapa
langkah. Oey Kang melirik Kiau Hun sekilas. "Cara menimpukkan Bwe Hua-ciam Nona sungguh bagus!" katanya dengan suara datar.
Isi hati orang ini benar-benar sulit diraba, dia sanggup memendam perasaannya dalamdalam.
Meskipun dia kesal melihat Kiau Hun melancarkan bokongan sehingga salah satu
gadis tadi terluka, namun tampangnya masih tenang dan tidak menyiratkan kemarahan
sedikitpun. Kiau Hun tersenyum simpul. "Kepandaian tidak berarti, hanya menjadi bahan tertawaanmu saja."
Jarak diantara kedua orang itu sangat dekat, asal mengulurkan tanganpun mereka
dapat bersentuhan sebaliknya mereka justru berbicara dengan tersenyum-senyum, seperti
dua orang sahabat lama yang sudah lama tidak berjumpa. Penampilan merekapun sangat
wajar. Oey Kang mendengus satu kali, namun sedikit banyaknya dia merasa kagum juga
terhadap Kiau Hun. "Keberanian maupun kepandaian Nona, benar-benar di luar bayangan orang she Oey.
Apabila barisan gadis pemikat ini dikepalai oleh Nona, paling tidak kekuatannya akan
bertambah menjadi dua kali lipat. Aku pikir?"
Tiba-tiba terdengar suara benturan logam yang berkumandang memenuhi seluruh
ruangan, sehingga kata-kata Oey Kang jadi terputus. Rupanya para pendekar yang melihat
Yi Siu mulai menerjang, beramai-ramai merekapun ikut menyerbu.
Tampak cahaya golok dan pedang berkilauan, cemeti menimbulkan bayangan yang
melambai-lambai ke sana ke mari. Berpuluh macam senjata tajam maupun tidak berlainan
jenis berkelebat kian ke mari. Seluruh ruangan dipenuhi suara bising benturan senjata
tersebut. Kedua belas gadis tadi sudah berhenti menari, mereka mulai melakukan gerakan
menghadapi musuh tangguh. Orang-orang ini sudah mendapat didikan langsung dari Oey
Kang. Ilmu mereka sangat tinggi. Meskipun belum terhitung jago kelas tinggi di dunia
Bulim, tetapi kalau dibandingkan dengan sekumpulan busu (guru silat) yang umum saja
masih terpaut jauh. Tampak mereka melangkahkan kakinya sambil melancarkan pukulan, kecepatannya
bagai luncuran ular berbisa, dalam sekejap mata mereka dapat melancarkan tiga empat
buah serangan. Sejenak saja, kedua belah pihak sudah terlibat pertarungan yang sengit. Tenaga dalam
para pendekar rata-rata sangat kuat, jurus serangannya juga termasuk ilmu kelas tinggi.
Angin yang timbul dari pukulan mereka menderu-deru. Serangan dapat dilancarkan sesuka
hati. Namun gerakan yang dilakukan oleh para gadis itu sangat aneh, mereka
mempertahankan diri dalam jarak dekat, dari jauh mereka malah menyerang. Sungguh
ilmu yang hebat. Biar bagaimana caranya para pendekar itu melakukan penyerangan,
tetapi sedikitpun mereka tidak dapat menarik keuntungan.
Selagi pertarungan berlangsung dengan sengit, terdengar beberapa kali suara
dengusan yang berat, kemudian menyusul empat orang terkulai jatuh. Rupanya selendang
yang digunakan oleh para gadis itu mengandung taburan sejenis obat yang lebih lihai dari
Bong Hun-yok (Obat Penggetar Sukma) yang biasa digunakan oleh kaum sesat. Begitu
tercium, mereka langsung jatuh tidak sadarkan diri. Lagipula reaksinya begitu cepat
sehingga orang tidak sempat berjaga-jaga.
Sisa para pendekar yang masih ada melihat rekan-rekan mereka kembali tumbang
empat orang. Wajah mereka segera berubah hebat. Hati mereka terguncang melihat
kenyataan ini. Semangat berjuang yang tadinya meluap-luap otomatis terpengaruh.
Sementara pihak lawan dengan licik menggunakan kesempatan yang baik ini. Mereka
menyerang dengan gerakan yang aneh. Saat itu juga keadaan menjadi kacau balau,
kedudukan para pendekar semakin kritis. Tiba-tiba"
Sayup-sayup terdengar suara siulan panjang yang menyusup ke dalam gendang
telinga. Suaranya tinggi melengking, seakan orang yang mengeluarkan suara siulan itu
berada di tempat sejauh setengah li, tetapi juga seperti berada dalam jarak yang sangat
dekat. Suara itu sendiri bagai raungan naga yang marah, namun suara irama yang
mengiringi tarian para gadis itu jadi tertekan. Mungkin karena gangguan suara siulan tadi,
para gadis itu mendadak menghentikan serangannya.
Para pendekarpun mendapat kesempatan untuk mengatur nafasnya sejenak, dengan
cepat mereka memperbaiki posisi masing-masing, merubah kedudukan pada posisi yang
menguntungkan. Setiap dua orang membentuk satu kelompok, dengan bahu saling
menempel dan wajah menghadap ke depan sehingga dapat bekerja sama melawan
musuh. Sejak awal hingga akhir, Oey Kang memperhatikan keadaan yang berlangsung dengan
tenang. Tetapi sejak berkumandangnya suara siulan barusan, wajahnya berubah menjadi
serius. Kepalanya menoleh ke arah pintu depan. Dari suara siulan itu saja, dia sudah dapat
menerka bahwa ilmu pihak lawan sangat tinggi. Kemungkinan tidak di bawah dirinya
sendiri. Suara siulan yang sayup-sayup itu terus berkumandang. Begitu suara itu berhenti,
irama musik kembali mengalun. Para gadis itu kembali bergerak melancarkan serangan.
Namun saat ini posisi para pendekar sudah berubah. Dengan punggung saling menempel,
mereka tidak khawatir akan dibokong oleh musuh dari belakang. Kalau ditilik dari
keadaannya sekarang, rasanya untuk sementara mereka masih dapat mempertahankan
diri. Tiba-tiba tampak bayangan menghalang di depan pintu. Seseorang melangkah masuk
dengan tenang. Terlihat wajahnya ditutup oleh sehelai cadar yang tipis. Dia mengenakan
jubah panjang. Dengan langkah setindak-setin-dak dia melangkah masuk. Penampilannya
santai sekali. Gerakannya sangat lambat, bagai orang penyakitan yang tidak kuat berjalan cepatcepat.
Kakinya seolah diganduli benda yang berat. Tetapi sebetulnya gerakan langkah kaki
orang itu sangat cepat. Dalam sekejap mata dia sudah sampai di depan meja Oey Kang.
Wajah si raja iblis Oey Kang menjadi kelam seketika. Perlahan-lahan dia bangkit dari
tempat duduknya. "Saudara ini?" Manusia bercadar ini tidak menyahut, tiba-tiba tubuhnya berputar. Lengan bajunya dikibaskan
dan segulungan tenaga tidak berwujud segera terpancar keluar. Dua batang lilin
yang jaraknya kurang lebih dua depa langsung padam seiring dengan gerakan tangannya.
Begitu memandang lagi ke arahnya, orang itu sudah berdiri dengan santai sambil berpeluk
tangan. Seakan tidak pernah terjadi apapun.
Melihat gerakannya yang hebat itu, rasa terkejut Oey Kang semakin menjadi-jadi.
Tetapi dia berusaha mempertahankan ketenangannya. Mulutnya mengeluarkan suara
tertawa dingin. "Kehadiran Saudara ke rumah kami yang jelek ini, rupanya hanya ingin memamerkan
kekuatan, meskipun orang she Oey ini tidak becus, tetapi masih ada dua bagian
kepercayaan diri untuk menemani barang beberapa jurus!"
Manusia berkerudung itu mendongakkan wajahnya sambil tertawa terbahak-bahak. Tangannya
sekali lagi diangkat kemudian dikibaskan, kembali tiga batang lilin padam
sekaligus. Dalam waktu sekejapan mata saja dia sudah memadamkan lima batang lilin secara
berturut-turut. Pada saat ini, matahari sedang bersinar dengan terik di atas kepala.
Padamnya lima batang lilin tadi tidak berpengaruh banyak bagi penerangan di dalam
ruangan. Tetapi suatu hal yang aneh langsung terlihat seiring dengan perbuatannya tadi.
Sisa sebelas orang gadis yang masih terus bergerak dengan lemah gemulai mengikuti
alunan musik, kadang-kadang menyerang dengan mendadak ke arah para pendekar.
Tetapi pada saat kelima batang lilin dipadamkan si manusia berkerudung, gerakan mereka
yang cepat bukan kepalang lambat laun berubah jadi perlahan. Langkah kaki mereka
seakan tiba-tiba jadi berat. Jauh berbeda dengan kelincahan yang mereka perlihatkan tadi.
Ada kalanya mereka melancarkan sebuah serangan, padahal lawannya terang-terangan
menghindar ke arah kiri dengan cepat, namun mereka masih menerjang terus dengan
membabi buta, mereka terus melancarkan serangan ke tempat yang kosong atau
menendangkan kakinya asal-asalan. Gerakan mereka persis seperti orang buta yang tidak
tahu ke mana lawannya mengelak. Perubahan yang benar-benar di luar dugaan ini, juga merupakan kejadian bagi para
pendekar. Tentu saja mereka jadi termangu-mangu dibuatnya.
Begitu diperhatikan, tampak biji mata gadis-gadis bugil tadi masih normal seperti biasa
dan tetap mengerling ke sana ke mari, tetapi sinar kehidupan seakan telah pudar dan
seolah tidak bisa melihat lagi. Mereka menyerang dengan kalap. Gerakan kaki pun tidak
sekompak sebelumnya lagi. Kiau Hun adalah seorang gadis yang luar biasa cerdasnya. Sekali pandang saja, dia
sudah berhasil mengetahui rahasianya. Rupanya lilin-lilin yang tertebar di sekeliling
ruangan merupakan titik pengendali gerakan para gadis tersebut. Juga merupakan pusat
penglihatan mereka. Begitu lilin itu padam, mata mereka pun kehilangan daya gunanya.
Tanpa dapat ditahan lagi, hatinya merasa menyesal sekali.
Ketika aku masuk tadi, mengapa aku tidak merasa heran, pada siang bolong seperti ini
banyak lilin yang dinyalakan" Bukankah ini merupakan hal yang aneh" Seandainya sejak
semula aku menyadari hal ini, dengan sekali gerak aku dapat memadamkan lilin tersebut,
tentu gadis-gadis itu dapat dikendalikan sejak awal. Tentunya aku bisa menimbulkan
kesan yang baik di hati para pendekar, juga kepercayaan. Setelah itu tinggal mencari akal
yang baik agar mereka tergugah untuk mengadakan rapat memilih Bulim Beng-cu dan
mencari pemecahan untuk menghadapi Oey Kang. Setelah itu tambah sedikit rencana
yang lain untuk merebut jabatan Beng-cu. Pada saat itu, apabila Toa Suheng menyertai
Suhu bergerak dari Selatan dan menguasai Tionggoan, aku akan menjadi mata-mata yang
baik. Apabila semuanya sudah terlaksana, tidak usah takut lagi urusan besar akan gagal.
Sayang sekali, manusia bertopeng ini justru yang berhasil mendahului, sehingga rencana
ini jadi rusak" keluhnya dalam hati.
Kiau Hun terus menyalahkan dirinya sendiri dalam hati, tetapi sepasang matanya terus
mengedar ke sana kemari memperhatikan keadaan yang berubah-ubah. Sejenak kemudian
dia mengeluarkan empat batang Bwe Hua-ciam dari dalam kantung kulit rusa. Pergelangan
tangannya bergerak, empat batang Bwe Hua-ciam tadi disambitkannya ke arah empat
batang lilin yang masih menyala. Dia sudah melihat bahwa jumlah para pendekar lebih banyak dari pihak lawan.
Meskipun kedudukan mereka sekarang masih di bawah angin, tetapi tidak diragukan lagi
manusia berkerudung itu berdiri di pihak mereka. Hal ini memberi dorongan semangat
yang tidak kecil bagi para pendekar tersebut. Walaupun Oey Kang mempunyai kepandaian
setinggi langit, dia juga tidak dapat mengalahkan orang banyak. Hal ini membuat perasaan
menyesal dalam hati Kiau Hun agak berkurang, malah saking gembiranya dia hampir
melonjak bangun dan bertepuk tangan. Tapi dia ti-dak melakukan hal itu, karena pada
dasarnya dia memang seorang gadis yang cerdas sekali. Dia hanya mengiringi kesempatan
yang ada. Tampak sepasang alis Oey Kang menjungkit ke atas. Wajahnya menyiratkan kegusaran.
Lengan kirinya mengibas. Dengan jurus telapak sakti seratus langkah dia menggetar
kembali Bwe Hua-ciam yang disambitkan oleh Kiau Hun sehingga terpental jatuh. Telapak
tangan kanannya bagai seorang tukang kayu yang mengayunkan kapaknya. Tenaga yang
terkandung di dalamnya sangat dahsyat, dia melancarkan sebuah tebasan ke arah kepala
gadis itu. Kiau Hun tertawa terkekeh-kekeh. Tangannya menekan pegangan kursi. Dengan gaya
yang mengagumkan, tubuhnya melayang dalam keadaan posisi duduk di atas kursi dan
melesat mundur sejauh dua mistar. Tangan kirinya kemudian terangkat, kembali beberapa
titik sinar berwarna keputihan meluncur ke depan.
Terdengar suara yang memecahkan keheningan. Sret! Sret! Cahaya lilin berkibar-kibar,
akhirnya padam. Rupanya secara berturut-turut, dia berhasil mematahkan tiga batang lilin
dengan sambitan Bwe Hua-ciam dari tangannya.
Dengan menggunakan kesempatan yang baik itu, para pendekar malah berbalik
menyerang. Berbagai jurus segera dilancarkan. Dalam waktu yang singkat, dari pihak yang
kewalahan, mereka berhasil meraih posisi yang lebih baik.
Oey Kang melihat bahwa seluruh rencananya yang sudah dipersiapkan dengan
sempurna jadi rusak akibat kehadiran manusia berkerudung itu. Kemungkinan besar malah
pihaknya yang akan mengalami kekalahan. Pada dasarnya dia seorang manusia yang
pandai menyembunyikan perasaan senang ataupun gusarnya, serta isi hatinya sangat licik.
Namun demi melihat kenyataan yang terpampang di depan mata, tanpa dapat ditahan
lagi, hawa amarah di dalam dadanya jadi berkobar-kobar. Terdengar mulutnya
mengeluarkan suara tawa yang dingin. Nadanya begitu tajam menusuk, bagai serangkum
angin yang berhembus di daerah bersalju. Panjang serta menyeramkan. Sepasang
matanya mendelik lebar-lebar, di dalamnya terpancar sinar kemarahan. Dia menatap
manusia berkerudung itu lekat-lekat.
"Siapa kau sebenarnya" Kalau kau masih tidak bersedia melaporkan nama besarmu,
jangan salahkan kalau aku bertindak kasar!" bentaknya kesal.
Manusia berkerudung itu menyahut dengan nada suara yang tidak kalah dinginnya.
"Meskipun kau tidak dapat melihat dengan jelas raut wajahku, tetapi apakah bentuk


Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh Hengte maupun suara Hengte sudah kau lupakan?"
Begitu mendengar ucapannya, Oey Kang terkejut setengah mati. Cukup lama dia
berdiam diri merenungkan. Setelah mengingat-ingat hampir seluruh tokoh Bulim yang
pernah dikenal ataupun bertemu dengannya, dia tetap tidak dapat menebak siapa
manusia berkerudung yang ada di hadapannya.
Biar bagaimanapun, Oey Kang merupakan seorang iblis yang sudah terkenal.
Kedudukannya dalam dunia Kangouw juga cukup tinggi. Paling tidak dia merupakan
seorang tokoh angkatan tua dari golongan hitam. Di hadapan begitu banyak musuh yang
hadir di dalam ruangan itu, ternyata dia tidak sanggup mengetahui asal-usul manusia
berkerudung hitam tersebut. Hal ini membuat dirinya malu sekali. Namun dia memang
merupakan seorang manusia yang pandai serta berpengetahuan luas. Sebelum jelas siapa
adanya manusia berkerudung hitam itu, dia sendiri masih berusaha untuk bersikap tenang.
Setelah merenung sekian lama, akhirnya dia berkata dengan suara perlahan-lahan.
"Manusia she Oey sudah lama malang melintang di dunia Kangouw. Julukan Sam Jiu
San Tian-sin pasti pernah didengar setiap orang. Kalau bukan sahabat yang mempunyai
kepala serta wajah, seumur hidup memang belum pernah ditemui, tetapi paling tidak
namanya sudah pernah kudengar. Tetapi kalau angkatan yang tidak mempunyai nama
sedikitpun, orang she Oey mengingatnya pun enggan. Hanya membuang-buang waktu
saja!" Manusia berkerudung segera mendengarkan suara tertawa yang dingin. Meskipun dia
sadar Oey Kang menggunakan akal memanaskan hati agar identitas dirinya terbuka,
namun dia juga pura-pura marah sekali.
"Ketika Hengte masih malang melintang di dunia Kangouw, julukan kecil seperti Coan
Lam Taihiap juga sempat menggetarkan sampai daerah Tibet. Apakah kau belum pernah
mendengarnya atau kau memang sudah melupakannya?" tanyanya marah.
Mendengar ucapannya, seluruh tubuh Oey Kang sampai bergetar. Tampaknya rasa
terkejut orang itu tidak dibuat-buat.
"Apa" Kau adalah Coan Lam Taihiap Yibun Siu San?" setelah merandek sejenak, dia
menundukkan kepalanya untuk merenung. Kemudian tampak dia menggelengkan
kepalanya beberapa kali. Tanpa menunggu bantahan dari pihak lawannya, dia melanjutkan
lagi dengan nada curiga. "Hal ini benar-benar membuat orang sulit untuk percaya, Yibun
Siu San yang kukenal sepuluh tahun lalu, merupakan seorang manusia sederhana yang
mencintai keterbukaan. Dia tidak seperti Saudara yang main rahasia-rahasiaan, pakai
kerudung penutup muka segala macam!"
Belum lagi kata-katanya selesai, tiba-tiba terdengar suara manusia berkerudung yang
tinggi melengking" Dari Pak Hay aku pindah ke Lam Hay, mengirimkan kabar dengan perantara burung
elang tentu tidak mungkin, di musim semi memetik buah tho sambil menikmati secawan
arak, malam-malam berhujan selama sepuluh tahun lentera menerangi dunia Kangouw.
Berdiam di rumah yang terlihat hanya empat tembok mengelilingi, mengobati penyakit
dengan tiga macam cara yang berlainan, pikiranpun"!"
Baru membaca syair tersebut setengah jalan, tahu-tahu telah terdengar suara bentakan
dari mulut Oey Kang. "Tutup mulutmu!" Tampangnya terlihat tegang sekali. Tidak henti-hentinya dia mengusap keringat yang
membasahi keningnya dengan ujung lengan baju, seakan bentakannya yang keras tadi
telah menghambur tenaga yang banyak dan menguras seluruh kekuatannya.
"Apakah kau sudah percaya dengan keterangan Hengte?" tanya si manusia
berkerudung. Oey Kang tertawa dingin satu kali. Dari bawah mejanya dia mengeluarkan sepasang
cakar harimau, jenis senjata yang terbuat dari baja dan berbentuk cakar harimau.
"Saudara dapat membaca syair tadi sebagai identitas diri, rasanya memang sahabat
lama orang she Oey. Tetapi aku justru mempunyai pikiran, nama mungkin dapat
dipalsukan, yang pasti ilmu silat tidak. Mungkin ada baiknya kita tunjukkan sedikit
kejelekan agar asli atau palsunya dapat dibuktikan segera!"
Sambil berbicara, sepasang lengannya direntangkan, kaitan berbentuk cakar
harimaunya bagai naga sakti yang menimbulkan dua carik cahaya dingin. Dari kanan dan
kiri dia melancarkan sebuah serangan.
Ilmu silat orang ini sudah mencapai taraf yang tertinggi. Senjata yang panjang maupun
pendek dapat digunakannya dengan sempurna. Sejak semula dia memang sudah
mempersiapkan beberapa macam senjata di bawah meja yang mana dapat digunakannya
dalam keadaan terdesak. Para pendekar yang berkumpul di dalam ruangan itu merupakan
tokoh-tokoh yang sudah luas pengalamannya, namun mereka tidak menyangka Oey Kang
selicik itu. Manusia aneh yang mengenakan kerudung dan mengaku bernama Yibun Siu San
menarik nafas dalam-dalam. Dengan mendadak kakinya mencelat mundur tiga langkah.
Tidak disangka di belakangnya justru terdapat sebuah meja yang justru menghalangi
jalannya. Andai kata Oey Kang terus mendesak maju, maka tidak ada tempat lagi baginya
untuk mengundurkan diri. Yibun Siu San paham sekali watak Oey Kang yang licik serta keji. Dengan adanya
kesempatan baik seperti ini, mana mungkin dia membiarkannya" Begitu pikirannya
tergerak, dia segera memusatkan perhatiannya. Matanya beredar. Dia melihat Kiau Hun
sudah mulai bergerak. Tubuhnya melayang bagai seekor camar yang melintasi lautan
meninggalkan kursinya dan mencelat ke tengah arena untuk memberikan bantuan kepada
para pendekar yang sedang sibuk meringkus para gadis yang mulai kehilangan kendali
itu" Tiba-tiba dia melihat sebatang golok tergeletak di samping bawah, kakinya segera
dihen-takkan. Dalam sekali gerak saja, golok itu sudah tergenggam dalam tangannya.
Tepat pada saat itu, Oey Kang sudah menerjang ke arahnya. Kecepatannya bagai
luncuran sebatang anak panah. Orangnya belum sampai, kaitan cakar harimaunya sudah
berada di depan mata. Dengan jurus Ular berbisa keluar dari goa, dia melancarkan
serangan ke dada Yibun Siu San. Coan Lam Taihiap Yibun Siu San segera membalas dengan jurus Burung Hong
menembus awan. Dia berhasil menghindarkan diri dari serangan kaitan cakar harimau
sekaligus mengembalikan serangan tersebut. Tampaknya cahaya golok berkilauan dan
menyapu ke depan. Oey Kang tertawa terbahak-bahak. "Begini baru seru!"
Tubuhnya tiba-tiba bergerak, kaki yang baru saja menginjak tanah dengan mendadak
mencelat ke belakang sejauh empat lima mistar. Dia mengelakkan diri dari serangan golok
Yibun Siu San, dan pada saat itu juga, perge-langan tangannya bergerak dan melancarkan
sebuah serangan kembali. Begitu berhadapan, keduanya langsung terlibat dalam pertarungan yang sengit. Dalam
sekejap mata, tampak cahaya golok bagai salju. Bayangan kaitan bergerak-gerak. Untuk
sesaat keduanya bersaing untuk saling menyerang terlebih dahulu.
Setelah bergebrak belasan kali, terdengar Yibun Siu San mengeluarkan suara siulan
yang panjang. Tiba-tiba gerakan goloknya berubah, dia segera membuka serangan dan
mengerahkan jurus golok Cap Pek Lohan dari Siau Lim Pai. Begitu jurus itu dilancarkan,
ternyata tidak terlihat adanya cahaya golok yang berkilauan juga tidak tampak adanya
perubahan gerak yang mengejutkan. Tetapi setiap serangan goloknya selalu mengandung
tenaga yang dahsyat serta gencar sekali dan tidak dapat dipecahkan dengan mudah oleh
lawannya. Keadaan di dalam ruangan perlahan-lahan mulai berubah. Sejak nyala lilin yang
memenuhi seluruh ruangan padam, kesebelas gadis bugil itu kehilangan gaya tempurnya.
Apalagi di pihak para pendekar telah bertambah seorang Kiau Hun. Gerakan gadis itu
bagai kilat. Ilmu silatnya tinggi sekali, jurus-jurus yang dikerahkannya sangat aneh. Dalam
waktu yang sekejap saja, keadaan telah berubah dengan drastis. Para gadis itu berhasil
ditekan sedemikian rupa oleh para pendekar. Beberapa orang pendekar sibuk membopong
rekan mereka yang jatuh tidak sadarkan diri akibat pengaruh obat yang tersebar di
selendang para gadis itu tadi. Kemudian mereka lalu berdiri dari kejauhan dan
menyaksikan jalannya pertarungan. Tiba-tiba terlihat tangan Oey Kang bergerak-gerak, tubuhnya sendiri mencelat ke
belakang, tampaknya dia bermaksud membingungkan pandangan lawan kemudian dengan
mendadak mengibaskan pergelangan tangannya. Timbul segulungan angin tajam yang
langsung menerpa ke depan. Cara turun tangan orang ini selalu mengandung kelicikan
yang tidak terduga-duga. Kaitan harimau di tangannya bukan diserang ke arah lawan,
malah diputar sehingga terbit cahaya yang menyilaukan mata. Setelah mengiringi sinar
golok yang berpijar-pijar, dengan tiba-tiba Oey Kang meluncurkan kaitan cakar harimau
tersebut menerobos ke dalamnya. Yibun Siu San merupakan seorang tokoh yang sudah lama mengasingkan diri. Ilmu
silatnya sangat tinggi. Pengetahuannya juga sangat luas. Tetapi dia juga sempat terpana
melihat cara menyerang yang baru kali itu dijumpainya. Cepat-cepat dia menarik nafas
dalam-dalam dan mencelat mundur sejauh tiga langkah.
Terdengar suara siulan yang membuat telinga berdengung-dengung. Kaitan cakar
harimau di tangan Oey Kang menimbulkan kuntuman bunga-bunga yang setajam golok.
Dengan berderai-derai meluncur ke arah beberapa urat darah Yibun Siu San yang
berbahaya. Terdengar Yibun Siu San mengeluarkan suara bentakan, "Sungguh jurus Pohon Besi
Bunga Perak yang hebat!" Tangan kanannya segera mengerahkan jurus Bintang-Bintang Melintasi Sungai.
Gulungan tenaga dalam yang dahsyat bagai disatukan ke ujung telapak tangannya dan
bagai ombak yang pasang surut melanda ke arah kaitan cakar harimau Oey Kang.
Cara menghimpun hawa murni dan tenaga dalam yang disatukan dan tersalur ke
tempat tertentu, kalau bukan tokoh kelas tinggi yang sudah menguasai tenaga dalamnya
sesuka hati, tentu tidak dapat melakukannya.
Melihat serangan Yibun Siu San ini, wajah Oey Kang segera berubah hebat. Hatinya terperanjat
sekali, dengan cepat dia mengempos tenaga dalamnya dan menarik kembali
luncuran serangan kaitan cakar harimaunya. Kemudian diapun mencelat mundur sejauh
lima langkah. Terdengar suara meja dan kursi yang terbalik kemudian pecah berantakan. Rupanya
tubuh Oey Kang yang bergerak mundur secara tidak sengaja membentur meja kursi yang
ada di belakangnya. Melihat serangannya berhasil, Yibun Siu San segera memperbaiki posisinya dan kembali
melancarkan sebuah serangan yang lain. Tangan kirinya segera bergerak ke depan dan dia
mengerahkan jurus Angin Gelap Menggoyangkan Pohon Liu. Ketika pergelangan
tangannya memutar, secara mendadak diluncurkan ke depan dan secara keras meluncur
menerobos ke dalam kaitan cakar harimau di tangan Oey Kang.
Serangannya ini sungguh aneh. Memang merupakan gerakan yang hanya dapat
dilakukan oleh tokoh kelas tinggi. Orang-orang yang menyaksikan jalannya pertarungan
merasa terpana. Diam-diam hati mereka kagum bukan main.
Meskipun Oey Kang sendiri terkejut sekali, namun dia tidak menjadi kalang kabut.
Secara diam-diam dia menambah tenaga yang ada dalam pergelangan tangannya, tibatiba
kaitan cakar harimau berganti arah dan meluncur ke arah pundak Yibun Siu San.
Hati Yibun Siu San tercekat bukan kepalang.
Sepuluh tahun tidak bertemu, ternyata ilmu silat Jiko sudah maju sedemikian pesat.
Tidak heran dia sampai mendapat julukan Raja iblis nomor satu di dunia Kangouw,
pikirnya diam-diam. Begitu pikirannya tergerak, tangan kirinya bergerak ke samping menghindar dari
serangan kaitan cakar harimau Oey Kang. Tubuhnya pun melesat dengan cepat dan
menerjang ke depan. Setelah berhasil menghindarkan diri dari bahaya dengan kaitan cakar harimaunya,
tubuh orang itu membungkuk sedikit, tangan kiri yang menggenggam kaitan cakar
harimau segera terulur dan perlahan-lahan dia mengerahkan jurus Elang Sakti
Mengibaskan Sayap. Kehebatan jurus ini tak perlu dikatakan lagi.
Serangannya ini benar-benar di luar dugaan Yibun Siu San. Kalau tidak cepat-cepat
menarik kembali serangannya, pasti dirinya akan terluka oleh kaitan cakar harimau lawan.
Kebetulan tempatnya berdiri penuh dengan meja serta kursi yang terbalik, jadi jalannya
menjadi terhalang. Hatinya terkejut setengah mati. Mulutnya mengeluarkan suara raungan
yang keras, tangan kirinya segera dirubah menjadi totokan. Dengan kecepatan kilat dan
totokan bagai pisau tajamnya, dia menyambut datangnya kaitan cakar harimau yang
dilancarkan oleh Oey Kang. Beberapa jurus serangan yang berlangsung terus menerus ini, tidak ada satupun yang
tidak mengandung kekejian. Serangan Oey Kang hebat bukan main, sedangkan perubahan
gerakan yang dilakukan oleh Yibun Siu San sangat serasi dan indah. Apabila sampai terjadi
kesalahan sedikit saja, pasti nyawa keduanya terancam bahaya.
Ketika menggerakkan pergelangan tangannya untuk menarik kembali jurus serangan
yang sudah dilancarkan, tiba-tiba dia melempar kaitan cakar harimaunya. Tangan kirinya
secepat kilat meluncur dan menjepit ujung golok Yibun Siu San. Wajahnya tampak serius,
diam-diam dia mengerahkan tenaga dalamnya dan menyalurkannya lewat ujung golok
tersebut. Cara menyalurkan tenaga dalam ke ujung senjata lawan dengan maksud menggetarkan
pergelangan tangan lawan sehingga terluka, merupakan ilmu tingkat tinggi. Kalau bukan
orang yang memiliki tenaga dalam sampai mencapai taraf tertinggi, tentu sulit
melakukannya. Diam-diam hati Yibun Siu San jadi tergetar. Keadaan yang mendesak membuat dia
tidak sempat berpikir lama-lama. Dia menarik nafas dalam-dalam kemudian menghimpun
tenaga dalamnya untuk mendorong tekanan tenaga yang tersalur lewat goloknya itu.
Dua rangkum tenaga yang sanggup melukai lawannya segera bertemu, tanpa dapat
ditahan lagi. Hati Yibun Siu San berdebar-debar, namun Oey Kang justru terdorong oleh
pantulan tenaganya sehingga sempoyongan kemudian langkah kakinya pun terpaksa
mundur ke belakang. Sifat orang ini memang jahat sekali. Meskipun dirinya tergetar mundur, namun
kekejiannya belum padam. Mulutnya mengeluarkan suara dengusan, tangan kirinya yang
menjepit ujung pedang bergetar. Dia menambah beberapa bagian tenaga dalam. Sebilah
golok yang terbuat dari baja ternyata patah menjadi dua bagian karena getaran tenaga
dalamnya. Meskipun wajah Yibun Siu San ditutupi cadar hitam, tetapi matanya tetap tajam sekali.
Dia melihat Oey Kang tidak memperdulikan pantulan tenaga dalamnya yang dapat
menimbulkan bahaya, dan dengan nekat mengerahkan tenaga yang lebih besar agar
goloknya terpatah menjadi dua bagian. Orang ini benar-benar menempuh jalan apa saja
asal dirinya terlepas dari kesulitan.
Para pendekar yang melihat dari samping malah dikelabui oleh gerakan yang indah.
Mereka mengira orang itu tergetar mundur karena golok yang menjadi perantara diantara
mereka tergetar putus, bukan karena tenaga dalamnya yang kalah kuat.
Setelah tergetar mundur, hati Oey Kang diliputi kebencian yang dalam. Namun dia
sengaja memperlihatkan kewajaran, malah mendongakkan wajahnya sambil tertawa
terbahak-bahak. Potongan golok di tangannya dilemparkan ke atas tanah.
"Saudara yang ada di hadapanku ini, tidak diragukan lagi pasti Samte. Sepuluh tahun
lamanya tidak dengar kabar berita sama sekali, benar-benar membuat Giheng rindu
setengah mati." katanya tenang.
Dengan nada sedingin es Yibun Siu San menyahut"
"Tutup mulut! Siapa yang sudi menjadi Samte-mu, kalau kau dapat membuat Toako
hidup kembali, tali persaudaraan kita yang sudah terjalin sekian lama tentu akan
tersambung kembali. Sayangnya Toako sudah mati selama sepuluh tahun. Dalam waktu
yang sedemikian panjang, Toaso setiap hari bermuram durja. Dengan tekun dia melatih
ilmu silat, tetapi tidak ada satu haripun yang tidak dilaluinya dengan berurai air mata.
Hidupnya penuh dengan penderitaan?"
Berkata sampai di sini, hatinya seakan dilanda keharuan yang dalam. Tetapi dia
melanjutkan juga kata-katanya. "Kalau bukan Toaso memesankan sampai berulang kali,
bahwa bagaimanapun harus menunggu sampai anaknya kembali untuk membalas dendam
dengan tangannya sendiri, hari ini aku pasti akan membuatmu sulit melepaskan diri dari
keadilan!" Oey Kang merasa ada serangkum perasaan pilu yang memenuhi hatinya. Tubuhnya
bergetar dengan hebat. "Maksudmu Cen Lam Hong tinggal di tempatmu?" tanyanya marah.
"Sepuluh tahun lamanya, aku terus mengikuti Toaso. Aku tidak meninggalkannya
selangkahpun. Apalagi lusa merupakan peringatan kematian Toako, Toaso sudah
mempersiapkan?" Tiba-tiba dia merasa mulutnya telah kelepasan bicara. Sepasang mulutnya
membungkam rapat-rapat dan dia tidak melanjutkan kata-katanya lagi.
Sepasang mata Oey Kang mengedar ke kiri dan kanan. Kemudian dia mendengus
dingin. "Toaso sudah terhitung seorang janda. Sedangkan kau adalah seorang bujang lapuk.
Seorang laki-laki yang kesepian dengan seorang wanita yang ditinggal mati, hidup dalam
satu atap. Pasti akan terjadi hal-hal yang melanggar tata susial!" kata-katanya ini
merupakan sindiran yang tajam sekali.
Yibun Siu San menjadi gusar bukan kepalang.
"Siapa diri Toaso, kau dan aku sama-sama mengerti! Kalau kau ingin mengucapkan
kata-kata seperti ini, mengapa tidak dinyatakan di depan Toaso sendiri" Membusukkan
nama baik orang di belakang punggungnya, mana pantas disebut sebagai laki-laki sejati.
Hari ini aku enggan bersilat lidah denganmu. Aku hanya ingin membawa pergi orangorang
ini. Apakah aku keberatan?" wajahnya tertutup oleh sehelai cadar, hal ini membuat
orang tidak dapat melihat mimik wajahnya, apakah sedang bergembira atau bersedih.
Namun dari nada suaranya dapat diketahui bahwa tokoh ini sedang gusar sekali.
"Kata-kata yang bagus. Bagaimana caranya mengurusi orang-orang ini, giheng tidak
mem-punyai gagasan sama sekali. Tetapi tolong sampaikan kepada Toaso bahwa dua hari
lagi giheng pasti akan hadir di depan perabuan Toako dan memasang hio sebagai tanda
duka cita." Yibun Siu San mendengus dingin. Dia membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Kok
Hua-hong. "Tinggalkan tempat ini!" katanya.


Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanpa menunggu jawaban dari para pendekar, dia menyingsingkan lengan bajunya dan
dengan perlahan-lahan berjalan keluar.
Para pendekar saling lirik sekilas, lambat laun merekapun menggerakkan kakinya dan
berbondong-bondong meninggalkan ruangan tersebut. Meskipun pertarungan yang
sempat menentukan mati hidup sudah berlalu, namun di wajah mereka masing-masing
masih tersisa ketegangan dan rasa takut yang tidak terkatakan.
Setelah para pendekar meninggalkan pen-dopo tersebut, dari belakang berkumandang
suara tawa yang panjang yang melengking. Suara itu begitu menusuk pendengaran dan di
dalamnya terkandung rasa gembira serta semangat yang meluap-luap. Seakan ada
sesuatu hal yang membuat perasaan Oey Kang demikian senang. Si gemuk pendek Cu Mei
membopong Liu Seng yang tidak sadarkan diri. Langkah kakinya dipercepat dan mengejar
sampai belakang Yi Siu. "Lotoa, kalau menurut pandanganmu, ilmu Coan Lam Taihiap ini lebih tinggi atau si raja
iblis itu yang lebih unggul?" tanyanya dengan nada lirih.
Yi Siu terpekur sejenak. "Hal ini" sulit dipastikan?"
Cu Mei tertawa kecil. "Untung saja orang yang muncul ini merupakan pendekar yang menjunjung tinggi
keadilan. Apabila dia satu komplotan dengan Oey Kang, rasanya kau dan aku sulit keluar
lagi dari pintu gerbang Pek Hun Ceng, kita pasti mati?" mengingat hal itu hatinya jadi
tergetar cepat-cepat dia menutup mulutnya dan tidak berani melanjutkan kata-katanya.
Suara pembicaraan kedua orang itu begitu lirihnya sampai tidak bisa dikecilkan lagi,
entah bagaimana Yibun Siu San seakan dapat mendengarnya. Tiba-tiba dia membalikkan
tubuhnya dan melirik sekilas kepada kedua orang itu, kemudian seakan tidak ada apa-apa,
dia meneruskan langkah kakinya. Rombongan itu berjumlah sepuluh orang, setelah memutari taman bunga dan melewati
dua.halaman terbuka, akhirnya mereka sudah bisa melihat pintu gerbang Pek Hun Sanceng.
Tiba-tiba Yibun Siu San menghentikan langkah kakinya, dia menjura kepada para
pendekar: "Cayhe masih ada urusan lainnya sehingga hanya bisa menemani sampai di sini.
Apabila Cuwi sudah melewati pintu gerbang tersebut, tentu tidak akan terjadi apa-apa lagi.
Tapi harap Cuwi ingat baik-baik, lain kali kalau melakukan apapun harus ukur dulu
kekuatan sendiri, jangan bertindak mengikuti kata hati saja."
Kok Hua-hong segera membalas penghormatan Yibun Siu San.
"Apa yang Tuan katakan memang tepat sekali. Nasehat yang baik ibarat emas
beratnya, kami tentu akan perhatikan baik-baik."
Yibun Siu San seperti mempunyai ganjalan dalam hati. Tampak dia menarik nafas
panjang. "Menurut pertimbanganku setelah meninjau selama beberapa hari ada kemungkinan,
komplotan kaum sesat dari luar samudera, iblis-iblis dari daerah barat akan melakukan
gerakan. Sejak sekarang dunia Bulim tidak dapat tenang lagi, bisa jadi gelombang badai
yang akan melanda kali ini besar sekali" aih! Aku tidak akan mengatakan lebih lanjut,
harap Cuwi jaga diri baik-baik!"
Sembari berkata, dia menghentakkan kakinya. Tiba-tiba sudah melesat di udara dengan
ketinggian kurang lebih satu depa. Gerakannya ringan dan lemah gemulai. Begitu kakinya
mendarat lagi di atas tanah, tahu-tahu orangnya sudah mencelat sampai sejauh dua
depaan jauhnya. Bukan main hebatnya ginkang orang ini.
*** (file google dokumen published by Saiful Bahri ...situbondo seletreng )***
Kembali kepada Tan Ki yang membopong Mei Ling. Menerjang keluar dari pendopo
dengan mendobrak pintu, dia berlari terbirit-birit. Kecepatannya bagai sambaran kilat.
Telinganya sampai mendengar jelas desiran angin. Benda-benda maupun pepohonan yang
ada di kedua sisinya seperti berjalan mundur dengan cepat.
Setelah berlari kurang lebih setengah kentungan, tenyata tidak terjadi hal apapun yang
di luar dugaan, hati Tan Ki menjadi agak lega. Kembali berlari sejauh beberapa depa, baru
dia menghentikan langkah kakinya. Dia melepaskan jubah luarnya dan menggunakannya
untuk menutupi tubuh Mei Ling yang bugil. Dia takut dirinya sendiri tidak tahan untuk
terus melihat, sehingga pikirannya melayang ke hal yang bukan-bukan.
Matahari bersinar dengan terik, pepohonan berdiri tegar dengan daunnya yang
melambai-lambai. Angin berhembus dengan lembut, tetapi di dalam hatinya ada bara api
yang sedang berkobar-kobar. Dia merasa gugup. Ingin rasanya ada sepasang sayap yang
tumbuh di punggungnya agar dapat meninggalkan Pek Hun San-ceng secepat mungkin.
Setelah itu dia akan mencari seorang tabib sakti supaya gadis yang dicintainya dapat
disembuhkan seperti sedia kala. Tiba-tiba dia melihat seorang pemuda berpakaian putih memutar keluar dari balik
sebatang pohon. Orang itu menghadang di tengah jalan. Dia adalah si pendekar baju putih
Oey Ku Kiong. Tan Ki diam-diam jadi tertegun. Terdengar pemuda itu tertawa bebas.
"Aku mendapat perintah dari Ayah untuk menunggu di sini dan menghadang setiap
orang yang akan keluar dari Pek Hun Ceng ini." selesai berkata, orangnya maju perlahanlahan
menghampiri Tan Ki. Pakaiannya berkibar-kibar, langkah kakinya tidak menimbulkan
suara sedikitpun. Mendengar ucapannya, diam-diam Tan Ki menjadi terperanjat.
Pantas saja sepanjang perjalanan aku berlari keluar, tidak menjumpai seorangpun,
rupanya Oey Kang sudah mengutus anak angkatnya menunggu di sini, pikirnya dalam
hati. Diam-diam dia mengerahkan tenaga dalamnya ke bagian telapak tangan dan bersiapsiap
menjaga segala kemungkinan. Tiba-tiba terdengar Oey Ku Kiong menarik nafas satu kali. Dia menghentikan
langkahnya tidak jauh dari Tan Ki. "Gadis yang ada dalam gendonganmu itu, mengapa bukan gadis she Cen yang datang
bersama-sama denganmu ke Pek Hun Ceng ini?"
Tan Ki tertegun sejenak. "Buat apa Saudara menanyakan hal ini?" Oey Ku Kiong agak marah mendengar
ucapannya. "Aku suruh kau menjawab bukan malah bertanya?" dalam hatinya bagai ada ribuan
kata-kata yang tercekat di tenggorokan dan tidak dapat tercetus keluar. Dia berhenti
sejenak seolah sedang mempertimbangkan sesuatu, kemudian dengan cepat dia
melanjutkan lagi. "Aku menyukainya. Sejak pertama kali melihatnya, di dalam hatiku telah
timbul kesan yang dalam terhadapnya."
Tan Ki melihat tampang wajahnya seperti orang yang terharu. Diam- diam dia berpikir
di dalam hati: Apakah di dunia ini benar-benar ada kejadian jatuh cinta pada pandangan
pertama" Tiba-tiba dia teringat ketika dirinya pertama kali bertemu dengan Mei Ling, bukankah
dia juga mempunyai perasaan yang sama" Berpikir sampai di sini, tanpa dapat ditahan
lagi, dia jadi tersenyum simpul. Begitu matanya memandang, tiba-tiba dia melihat jari kelingking sebelah kiri Oey Ku
Kiong tampak berkilauan. Rupanya dia melengkungkan tiga jarum Bwe Hua-ciam milik
Kiau Hun dan memakainya sebagai cincin. Benda ini memang halus sekali, tetapi bagi
pemuda itu tentu mengandung makna yang besar. Seandainya sulit bertemu dengan
orangnya sendiri, apa salahnya menumpahkan kerinduan di hati dengan memandangi
benda yang ditinggalkannya. Hal ini membuk-tikan sampai di mana dalamnya cinta kasih
pemuda itu terhadap Kiau Hun. Juga merupakan hal yang mengibakan hati.
"Tan Heng, tentunya kau mengenal baik Cen Kouwnio itu bukan" Di sini aku
mempunyai sebuah akal yang menguntungkan kedua pihak, harap kau sudi
mengabulkannya." "Coba kau uraikan saja, biar aku mempertimbangkannya baik-baik."
"Gadis yang ada dalam gendongan Tan Heng itu telah dicekoki obat Li Hun Tan alias pil
pelenyap sukma oleh Ayah. Kesadarannya sudah hilang, Tan Heng dapat
menggendongnya secara terang-terangan, tentu kau sudah menganggapnya sebagai
orang yang dekat sekali hubungannya. Mungkin kau juga berharap agar gadis itu dapat
segera pulih kembali seperti sedia kala?"
"Hal ini tidak perlu dikatakan lagi."
Oey Ku Kiong tersenyum simpul. "Aku bisa mencuri obat penawarnya untukmu. Tetapi kau harus melakukan suatu tugas
untukku sebagai imbalannya." "Urusan apa?" tanya Tan Ki.
"Kau harus katakan kepada Cen Kouwnio bahwa aku akan menikahinya. Tidak perduli
syarat apapun yang dia ajukan, aku pasti akan menerimanya. Kau hanya perlu mengatur
pertemuan di antara kami dan bertindak sebagai mak comblang."
Mendengar ucapannya, Tan Ki jadi terpana.
BAGIAN XIX Untuk sesaat, mata Tan Ki jadi terbelalak dan mulutnya terbuka lebar. Dia sama sekali
tak mengira permintaan Oey Kang merupakan hal yang sedimikian rupa"
Cukup lama dia tidak sanggup memberikan jawaban. Dengan identitas Cian bin mo-ong
Tan Ki muncul di dunia Kangouw, dalam setengah tahun dia sudah menimbulkan
kegemparan yang hebat. Entah sudah berapa banyak marabahaya yang dihadapinya,
belum lagi memecahkan berbagai kesulitan yang pelik. Tetapi, urusan di depan matanya
sekarang, merupakan persoalan yang paling rumit dalam seumur hidupnya!
Mungkin, dia tidak sanggup menyelesaikan masalah pelik kali ini"
Karena kalau menurut makna kata-kata Oey Ku Kiong, dia memang sudah jatuh cinta
kepada Kiau Hun. Sekarang Tan Ki diminta menjadi perantara dan mengenalkan gadis itu
kepadanya" Tidak mungkin, tidak mungkin" Hatinya terus berpikir keras, kepalanya pun terus menggeleng. Matanya beralih
memandang ke arah Mei Ling yang ada dalam bopongannya. Tanpa dapat
mempertahankan diri lagi, bibirnya tertawa sumbang.
Kalau dia tidak mengabulkan permintaan Oey Ku Kiong, tentu dia juga tidak bisa mendapatkan
obat penawarnya. Kesadaran Mei Ling juga sulit dipulihkan untuk selamanya"
Bukankah hal ini merupakan kejadian yang mengenaskan serta menakutkan"
Berpikir sampai di sini, tanpa sadar tubuhnya bergetar. Seluruh bulu kuduk dirinya
meremang. Hatinya kalut bukan main, hal ini malah membuat keringatnya terus menetes
membasahi keningnya! Oey Ku Kiong sudah menunggu sekian lama, namun dia masih belum memperoleh
jawaban dari Tan Ki. Anak muda itu malah berdiri termangu-mangu dan mata
menerawang. Hatinya mulai kehabisan sabar, dia mengembangkan seulas senyuman yang
licik. "Urusan ini ada dalam genggaman Tan Heng sendiri. Kau hanya perlu menyampaikan
beberapa patah kata, bukan urusan yang sulit sekali. Tetapi kalau, Tan Heng tidak
bersedia, aku juga tidak berani memaksa."
"Ini?" Tan Ki tampaknya masih bimbang, suaranya tersendat-sendat seakan tidak tahu
apa yang harus diucapkannya. Oey Ku Kiong tertawa dingin. "Dalam hal ini Tan Heng tidak mempunyai pilihan lain. Oleh karena itu tidak perlu
mengulur waktu. Bersedia atau tidak tergantung dirimu sendiri. Kau hanya perlu
menganggukkan kepala atau menggeleng saja."
"Urusan ini menyangkut diri Cen Kouwnio secara langsung, bukan aku yang dapat
menen-tukan. Kau suruh aku harus bagaimana?"
"Jadi kau sudah setuju?" suara Oey Ku Kiong seakan mengandung kegembiraan yang
besar sekali. Tan Ki menggelengkan kepalanya. "Kata-kata yang aku ucapkan tadi hanya ungkapan kesulitan dalam hati. Mana pernah
aku mengatakan setuju?" Begitu kata-katanya itu terucapkan, tampang Oey Ku Kiong benar-benar di luar dugaan.
Wajahnya yang tampan dan kurus langsung berubah hebat.
"Kalau begitu, Tan Heng benar-benar tidak sudi membantu sama sekali?" bentaknya
marah. Tan Ki tersenyum simpul. "Oey Heng salah paham terhadap maksud Cayhe, hal ini sulit dilaksanakan meskipun
niat untuk membantu ada. Aku lihat?"
Tiba-tiba mulut Oey Ku Kiong mengeluarkan suara raungan yang keras. Tangannya
mencengkeram, saat itu juga timbul bayangan jari yang banyak dan mengancam dada Tan
Ki. Kecepatan gerakannya seakan tidak memberi kesempatan bagi lawan untuk mengatur
nafas sedetik pun. Serangan yang tidak terduga ini, benar-benar tidak boleh dianggap ringan. Hati Tan Ki
langsung tercekat. Dia menarik nafas panjang- panjang kemudian mencelat ke belakang
sejauh tiga langkah. Tan Ki sedang menggendong Mei Ling. Dengan demikian beban tubuhnya menjadi
semakin berat, tetapi ketika dia mencelat ke belakang, gerakannya demikian ringan dan
cepat. Terdengar Oey Ku Kiong mendengus dingin.
"Sambut lagi sejurus seranganku ini!"
Dua buah pukulan yang mengeluarkan suara menderu-deru secara berturut-turut
dilancarkan. Angin yang ditimbulkannya sangat dahsyat, bahkan debu dan pasir yang
terhampar di atas tanah jadi beterbangan sehingga menimbulkan kumpulan yang
menyamarkan pandangan mata. Meskipun sebutir pasir yang halus, namun terhempas
angin pukulannya dapat menjadi benda tajam yang beterbangan. Setiap butirnya bagaikan
anak panah yang menyakitkan apabila terkena pada kulit.
Tan Ki menduga usia lawannya hampir sebaya dengan dirinya sendiri, namun tenaga
dalamnya sudah begitu hebat. Tanpa sadar hatinya jadi tercekat.
"Bagus!" teriaknya memuji.
Pundaknya dimiringkan sedikit dan kakinya melancarkan sebuah tendangan, kemudian
secara mendadak dia mencelat ke belakang sejauh tujuh delapan langkah. Rangkuman
tenaga pukulan yang dahsyat menggetarkan pakaiannya sampai berkibar-kibar.
Dua orang ahli silat apabila bergebrak, kecepatannya bagai kilat yang menyambar.
Kedua orang itu sudah bertarung dalam dua jurus, gerakan mereka selalu maju kemudian
mundur kembali. Dalam waktu sekejap saja mereka sudah sadar bahwa kali ini mereka
telah bertemu dengan lawan yang seimbang.
Wajah Oey Ku Kiong tampak kelam. Dia menunggu sampai kaki lawannya baru
menginjak tanah, tiba-tiba dia maju ke depan dan merapat ke arah lawannya. Dengan
jurus Jubah Indah Menutupi Daya Im, dia melancarkan sebuah pukulan yang mengancam
arah pinggang lawannya. Tenaga dalamnya sangat kuat, dengan berturut-turut dia melancarkan tiga jurus.
Gerakannya semakin lama semakin cepat. Jurusnya belum dikerahkan sampai selesai,
angin yang timbul dari pukulannya sudah menghempas dengan kuat ke arah wajah Tan Ki
sampai terasa agak perih. Tan Ki sedang membopong Mei Ling, tentu saja dia tidak bisa melepaskan serangan
balasan. Terpaksa tubuhnya melesat lagi ke samping untuk menghindarkan diri. Kedua
orang itu terus bergebrak, yang satu menyerang, yang lain menghindar. Lambat laun
dapat dipastikan bahwa Tan Ki yang akan berada di pihak pecundang.
Tiba-tiba" terdengar suara tawa panjang yang memecahkan keheningan dan
berkumandang menggetarkan gendang telinga kedua orang itu. Tanpa dapat ditahan lagi,
keduanya jadi tertegun. Pada waktu yang bersamaan, keduanya memalingkan wajahnya
serentak" Masih lumayan kalau tidak melihat, sekali pandang wajah Tan Ki yang tampan segera
berubah hebat. Hatinya menjadi gentar, keringat dingin pun langsung mengucur
membasahi keningnya. Tanpa terasa dia berseru"
"Celaka! Kali ini belum tentu aku dapat meloloskan diri!"
Rupanya Tan Ki melihat orang yang paling ditakutinya. Dalam jarak berapa depa di depannya,
berdiri seorang tua yang mengenakan jubah hijau. Di sampingnya berdiri seorang
gadis berpakaian hitam dengan bahu menyandang pedang. Siapa lagi kalau bukan kakek
serta cucunya, Lok Hong dan Lok Ing.
Tampaknya dari kejauhan mereka sudah melihat Tan Ki. Sepasang alis Lok Ing
perlahan-lahan terjungkit ke atas. Lambat laun dia melangkah mendekati Tan Ki. Dia
berhenti kurang lebih setengah depa di hadapan anak muda itu.
"Siapa yang kau gendong itu?" tanyanya dengan suara membentak.
"Seorang teman." tampaknya Tan Ki juga tidak berani membohongi gadis itu.
Jawabannya wajar sekali. Lok Ing langsung tertawa dingin. "Masa cuma teman biasa?" Mendengar sindirannya, Tan Ki jadi tertegun. Kalau ditilik dari ucapannya, tampaknya
ada sedikit nada cemburu di dalamnya, jangan-jangan gadis ini juga"
Begitu pikirannya tergerak, saking terkejutnya seluruh tubuh Tan Ki sampai
mengeluarkan keringat dingin, jantungnya berdebar-debar!
Tiba-tiba terlihat Lok Ing mengulurkan tangannya dan dengan cepat meluncur ke
arahnya. Dalam waktu yang bersamaan terdengar mulutnya berkata, "Biar aku lihat siapa
gadis itu, berani-beraninya?" Kata-kata berikutnya seolah sulit diteruskan, Dia merasa jengah. Baru mengucapkan
setengahnya saja, mulutnya langsung membungkam. Gerakan tangannya justru
bertambah cepat. Tan Ki paham sekali watak gadis ini yang ugal-ugalan dan tidak pernah pakai aturan.
Melihat gerakannya yang begitu hebat, dia jadi terkejut setengah mati. Kedua pundaknya
segera dimiringkan dan kakinya mencelat mundur sejauh tiga langkah.
Melihat niatnya tidak tercapai, hawa amarah dalam dada Lok Ing meluap seketika. Wajahnya
sungguh tidak enak dilihat. "Kau berani menghindar?" bentaknya keras.
Pergelangan tangannya memutar. Kakinya mendesak ke depan dua langkah. Sekali lagi
dia menyerang lagi ke arah dada Tan Ki. Tenaganya sangat dahsyat, timbul gulungan
angin yang mengeluarkan suara menderu-deru!
Perlahan-lahan Tan Ki menggeser tubuhnya dan melesat ke samping. Meskipun dia
seorang manusia yang angkuh dan tinggi hati. Tetapi karena hatinya ada ganjalan, dia


Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak berani membalas menyerang setengah jurus pun. Menghadapi sikap Lok Ing yang
ugal-ugalan, tampaknya dia kehabisan akal dan terpaksa menahan kekesalan yang
berkecamuk dalam hatinya. Bahkan Oey Ku Kiong yang berdiri di samping menyaksikan kejadian yang berlangsung
di depan matanya, meskipun ia sendiri barusan berhadapan dengan Tan Ki sebagai
musuh, juga benci dengan tindakannya yang semena-mena. Diam-diam dia mengerahkan
tenaga dalamnya dan bersiap memberikan bantuan kepada Tan Ki.
Oey Ku Kiong bukan bermaksud mencari gara-gara dengan gadis itu. Namun sikap Lok
Ing yang bertindak seenak perutnya sendiri, membuat anak muda itu menjadi tidak
senang melihatnya. Tepat pada saat itu, terdengar lagi suara bentakan Lok Ing"
"Coba kalau kau masih berani menghindar!"
Dia langsung melancarkan sebuah pukulan yang hebatnya bukan main!
Berkali-kali Tan Ki didesak sedemikian rupa. Sepasang alisnya langsung terjungkit ke
atas. Hawa amarahnya mulai meluap. Begitu matanya memandang, pandangannya
menangkap diri Lok Hong yang berdiri di sudut dengan tertawa terkekeh-kekeh. Terpaksa
dia menelan kembali kemarahannya yang sudah mulai berkobar. Malah hatinya jadi
bergidik. Secepat kilat tubuhnya menggeser ke samping dan dengan mudah dia dapat
menghindarkan diri dari serangan Lok Ing yang untuk ketiga kalinya itu.
Secara tiga kali berturut-turut, serangan Lok Ing mengalami kegagalan. Dia merasa
dadanya menjadi sesak seakan baru saja mendapat hinaan yang hebat. Tangannya
menuding ke arah Tan Ki. Saking kesalnya dia sampai tidak sanggup mengucapkan
sepatah kata-pun. Kemudian tampak dia menghentakkan kakinya di atas tanah berkalikali.
Air matanya pun mengalir dengan deras.
Lok Hong cepat-cepat menghampirinya. Bibirnya tersenyum lembut.
"Cucu yang baik, dari tadi kau terus mengoceh ingin bertemu dengannya. Mengapa
setelah bertemu malah mengajaknya berkelahi" Bahkan pakai menangis segala" aih, aku
benar-benar kewalahan menghadapi sifatmu."
Orangtua ini merupakan seorang pangcu dari sebuah perkumpulan besar. Tetapi
menghadapi cucunya yang satu ini, dia menyayanginya bagai permata hati. Melihat gadis
itu demikian kesal dan sakit hati bahkan sampai mengalirkan air mata, terpaksa dia
mendekatinya dan menghiburnya dengan kata-kata yang lembut.
Siapa nyana, masih mending kalau Lok Hong tidak menasehatinya. Begitu
mengucapkan kata-kata yang menghibur hati, tingkah laku Lok Ing semakin menjadi-jadi..
Dia langsung menubruk ke dalam pelukan Lok Hong dan menangis dengan suara
meraung-raung. Lok Hong jadi kelabakan, dia terus membelai rambut gadis itu dan menghiburnya
dengan kata-kata yang lembut. "Jangan menangis, jangan menangis, Cucuku yang tersayang, anak manis."
Setelah menangis sesaat, Lok Ing seakan merasa tangisan itu tiada artinya. Dia mendongakkan
wajahnya, tangannya menuding Tan Ki. "Dia" dia menghina aku. Yaya, kau tempeleng mukanya tiga kali, agar kekesalan
hatiku agak surut!" Lok Hong tersenyum simpul. "Hal ini mudah sekali." Tidak tampak bagaimana dia menggerakkan tubuhnya, hanya terlihat bayangan
berkelebat, tahu-tahu dia sudah sampai di hadapan Tan Ki.
Gerakan yang aneh dan cepat, benar-benar membuat orang yang melihat jadi
terkesiap! Bahkan Oey Ku Kiong juga terkejut sekali melihat hal yang di luar dugaannya itu. Dia
tidak menyangka orangtua yang tampangnya tidak istimewa sama sekali, ternyata memiliki
ilmu yang demikian tinggi! Terdengar suara Plak! Plak! Plak! Sebanyak tiga kali. Tampak telapak tangan Tan Ki
meraba pipinya sembari mencelat mundur. Sebetulnya, apabila dia berniat menghindar,
tentu saja bukan hal yang sulit. Tetapi mengingat seluruh ilmu silatnya merupakan hasil
curian dari kuburan para leluhur orangtua yang ada di hadapannya ini, tentu saja dia tidak
berani memamerkan kepandaiannya sedikitpun juga. Dirinya bagai seorang maling kecil
yang berhadapan dengan si pemilik barang. Kalau dia berani mengelak, berarti dirinya
sendiri yang mencari bencana. Oleh karena itu, melihat ta-ngan Lok Hong bergerak
menampar pipinya secara bergantian sebanyak tiga kali, dia bahkan tidak berani
menggeser sedikit juga. Setelah hukuman itu selesai dijalankan, Tan Ki baru berani
mencelat mundur ke belakang. Dia menahan hawa amarah dalam dadanya dalam-dalam.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin dari mulut Lok Ing.
"Bagus! Rupanya kau hanya takut kepada Yaya. Terhadap diriku kau malah
menganggap berhadapan dengan seorang bocah berusia tiga tahun."
"Bukan begitu persoalannya!" bentak Tan Ki marah. Biar bagaimana, dia merupakan
seorang pemuda yang tinggi hati namun jujur. Mendapat caci maki dari Lok Ing, tanpa
sadar dia kelepasan bicara. Tetapi setelah mencetuskan ucapannya, dia malah merasa
menyesal secara diam-diam. Lok Hong tersenyum simpul. "Beberapa kali bertemu muka, Laote selalu menghindar saja dan tidak membalas
sedikitpun. Kalau hatimu merasa tidak puas, mengapa tidak main-main saja dengan Lohu
beberapa jurus?" "Ini?" Tan Ki tidak berani langsung menyetujui.
"Tidak usah begini, begitu" ayolah!" sembari berkata, Lok Hong maju beberapa
langkah kemudian berhenti di hadapannya. Bibir orangtua itu tersenyum simpul. Wajahnya
tidak menunjukkan kegarangan sama sekali. Tidak seperti orang yang akan berhadapan
dengan musuhnya. Menghadapi keadaan seperti ini, Tan Ki jadi serba salah. Saat ini dia sedang
membopong Mei Ling, mana mungkin dia tega melepaskannya dan melawan Lok Hong"
Lagi pula, ilmu silat yang dimilikinya merupakan"
Untuk sesaat, dia menjadi bimbang tak menentu. Dalam waktu yang cukup lama dia
hanya berdiri dengan termangu-mangu dan tidak berani maju selangkah pun.
Tiba-tiba" Serangkum angin terasa menerpa, sesosok bayangan berkelebat, tahu-tahu Oey Ku
Kiong sudah berdiri di antara kedua orang itu. Kemunculannya begitu cepat dan tidak
terduga-duga. Hal itu benar-benar di luar perkiraan Lok Hong. Melihat dia muncul dengan
tiba-tiba, orangtua itu terkejut sekali. Namun untuk sesaat, penampilannya pulih kembali.
"Apa yang kau inginkan?" bentaknya dengan suara keras.
Oey Ku Kiong tertawa dingin. "Seorang perempuan yang sama sekali tidak tahu aturan,
didampingi orangtua yang tidak tahu diri. Benar-benar pasangan yang serasi. Beraniberaninya
datang ke Pek Hun Ceng untuk menghina orang, hal ini sungguh membuat
pandangan orang she Oey jadi tidak enak. Sekarang aku berharap dapat menjajal barang
beberapa jurus." Lok Hong mendengus berat. "Orang lain boleh menganggap Pek Hun Ceng seperti
tempat bersemayamnya seekor naga sakti atau gua harimau. Tetapi dalam pandangan
Pangcu ini, malah hanya seperti liang kelinci atau sangkar burung. Tidak ada hal yang
istimewa sama sekali." "Jangan sangka karena kau bisa masuk dengan seenaknya, maka kau seakan
melangkah ke tempat yang kosong. Kau kira kau bisa datang dan pergi seenaknya.
Sebentar kalau kau bertemu dengan ketiga puluh enam Jendral Langit, baru kau tahu
rasa!" Lok Hong mendongakkan wajahnya tertawa terbahak-bahak. Suaranya bagai geraman
seekor naga yang berkumandang sampai kejauhan serta menggetarkan hati orang yang
mendengarnya. "Omong kosong saja buat apa, aku justru ingin mencoba sampai di mana kehebatan
Pek Hun Ceng yang dapat membuat hati para pendekar di dunia Kangouw kebat-kebit."
Oey Ku Kiong mendengus satu kali. Ujung lengan bajunya disingkapkan, telapak tangan
kanannya diulurkan. Terdengar suara yang menderu-deru, dalam keadaan marah dia
melancarkan sebuah pukulan. Lok Hong menganggap dirinya sebagai angkatan tua dalam dunia Kangouw, mana mau
dia mengambil keuntungan dari anak muda itu" Dia menarik nafas dalam-dalam,
kemudian mencelat mundur sejauh tiga empat langkah. Tadinya dia bermaksud mengalah
tiga empat jurus kepada Oey Ku Kiong.
Tetapi siapa memangnya Oey Ku Kiong itu, mana boleh disamakan dengan pemuda
sembarangan. Ketika Lok Hong mencelat mundur, otomatis dia sudah kehilangan
kesempatan menyerang terlebih dahulu. Tiba-tiba mulut Oey Ku Kiong mengeluarkan
suara bentakan, kakinya melangkah maju. Dia mendesak ke depan kemudian dalam waktu
yang bersamaan, dia mengerahkan delapan jurus secara berturut-turut, kakinya pun
mengirimkan dua buah tendangan. Tampak bayangan telapak tangan diiringi deru angin yang keras. Suaranya mendesingdesing,
seperti setan-setan gentayangan yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah dan
menyerang serentak. Suara ratapannya menggetarkan hati.
Lok Hong merasa hatinya tercekat, dia tidak menyangka seorang pemuda yang masih
ingusan dapat memiliki tenaga dalam sehebat itu. Bahkan kecepatannya juga
mengagumkan. Begitu terperanjatnya sampai-sampai wajah orangtua ini langsung
berubah. Hampir saja dia terkena tendangan Oey Ku Kiong. Secepat kilat tubuhnya
menghentak serta melayang ke belakang.
Kali ini, Lok Hong benar-benar tidak berani memandang ringan musuhnya lagi. Dia
segera memusatkan perhatiannya untuk menghadapi anak muda itu dengan sungguhsungguh.
Lok Hong merupakan Pangcu dari Ti Ciang Pang. Meskipun dia j arang berkelana di
dunia Kangouw dan namanya tidak termasyhur seperti si pengemis sakti Cian Cong. Tapi,
ilmu silatnya tidak kalah dibandingkan tokoh-tokoh tua yang lainnya. Begitu perhatiannya
dipusatkan, biar bagaimana pun gencar dan kejinya serangan Oey Ku Kiong, tetap saja
dapat dielakkan maupun dipecahkan dengan mudah oleh Lok Hong.
Dalam waktu yang singkat, dia telah diserang sebanyak belasan jurus, tetapi semuanya
hanya saling bergebrak kemudian mundur kembali. Kejadiannya berlangsung cepat dan
keji. Bahkan Tan Ki dan Lok Ing yang melihatnya sampai merasa mata mereka berkunangkunang.
Tiba-tiba terdengar suara yang menggelegar, seluruh permukaan tanah langsung
bergetar, tampak sosok tubuh Oey Ku Kiong terhuyung-huyung kemudian terdesak
mundur sejauh tujuh delapan langkah.
Rupanya tiba-tiba Lok Hong merasa dirinya sebagai Pangcu Ti Ciang Pang yang besar.
Apabila untuk meringkus seorang bocah ingusan saja dia tidak sanggup tentu akan
menjadi bahan tertawaan para sahabat di dunia Kangouw kalau sampai berita ini tersebar
keluar. Pada saat itu, ke mana kegagahannya yang dibanggakan dan di mana wajahnya
harus diletakkan" Begitu pikirannya tergerak, hawa pembunuhan pun langsung memenuhi hatinya.
Sepasang telapak tangannya telah terhimpun seluruh kekuatannya, dengan posisi
menahan di depan dada dia menghantamkan sebuah serangan.
Serangannya ini telah diperhitungkan matang-matang. Dia sudah dapat mengira
dengan tepat arah mundur Oey Ku Kiong, sehingga mau tidak mau dia harus menyambut
pukulan Lok Hong. Begitu kekuatan keduanya telah beradu, Oey Ku Kiong merasa aliran darahnya seakan
membalik, langkah kakinya menjadi goyah dan tanpa dapat dipertahankan lagi dia tergetar
mundur beberapa langkah. Biar bagaimanapun, tenaga dalam Lok Hong memang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan anak muda itu. Cara beradu pukulan dengan kekerasan juga sangat berbahaya.
Lagipula sulit dihindarkan. Meskipun silat Oey Ku Kiong mengandung berbagai macam
jurus yang aneh, tetapi karena dalam bidang tenaga dalam mengalami kekalahan,
akhirnya dialah yang menjadi pecundang.
Dengan mengandalkan kelebihan dirinya, Lok Hong memaksa Oey Ku Kiong
menyambut pukulannya dengan kekerasan. Setelah itu dia tidak memberi kesempatan
sama sekali kepada anak muda itu untuk mengatur pernafasannya. Mulutnya
mengeluarkan suara bentakan, lengannya yang kokoh bagai besi langsung terulur kembali.
Serangkum angin yang kuatnya bukan main langsung menerpa datang. Ketegangan,
kematian seakan mendesak ke arah Oey Ku Kiong!
Kalau Lok Hong benar-benar melancarkan pukulannya, Oey Ku Kiong pasti tidak sempat
lagi mengerahkan tenaganya untuk menyambut.
Tiba-tiba" Terdengar suara siulan yang panjang memecahkan keheningan. Sesosok bayangan
berkelebat ke arah mereka dengan cepat!
Hati Lok Hong terkesiap, rangkuman tenaga pukulannya yang kuat ternyata berhasil
didorong oleh pukulan orang itu dengan cara kekerasan. Tubuhnya lalu melesat lewat di
samping Oey Ku Kiong. Begitu matanya memandang, ternyata orang yang turun tangan itu adalah Tan Ki yang
selalu mengalah dan dipukul berkali-kali tanpa pernah membalas. Tentu saja dia jadi
tertegun seketika. Rupanya, meskipun Tan Ki adalah seorang
pemuda yang tinggi hati namun dia juga orang j yang mengenal budi. Melihat Oey Ku
Kiong terjerumus dalam keadaan yang membahayakan jiwanya hanya karena persoalan
dirinya, rasa kegagahannya pun terbangkit. Rasa takutnya terhadap Lok Hong seolah
tersingkirkan. Oleh karena itu, dia meletakkan Mei Ling perlahan-lahan di atas tanah,
kemudian tubuhnya bergerak serta melayang di udara. Dengan tepat dia menyambut
serangan Lok Hong yang keji ke arah Oey Ku Kiong.
Pada saat itu juga, dia tidak mempertimbangkan akibat apapun. Begitu mengeluarkan
suara siulan yang panjang, dia sudah mengambil keputusan untuk melancarkan sebuah
pukulan dan dengan keras menyambut serangan Lok Hong. Dirinya sendiri terdorong oleh
rangkuman tenaga yang dahsyat sehingga tergetar mundur dua langkah.
Tepat pada saat itu juga, suasana yang tegang seakan menjadi dua kali lipat. Oey Ku
Kiong sudah agak tenang dari rasa terkejutnya. Di wajahnya tersira
Bara Naga 1 Bara Naga Karya Yin Yong Bentrok Rimba Persilatan 1
^