Kisah Dua Saudara Seperguruan 4

Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Saduran Okt Bagian 4


iam Beng bersangsi, ia ragu-ragu tuan rumah
itu menjamu dengan sungguh-sungguh atau itu adalah
semacam pesta ?Hong Boen?.
Hay Peng sudah lantas kasih pertunjukan pula. Tadi ia
suguhkan teh kepada tetamu-tetamunya, sekarang ia hendak
menyuguhkan arak. Tadi ia gunai cangkir yang indah, tetapi
sekarang ia pakai tempat arak yang besar dan kasar, ialah
guci arak terbuat dari besi yang beratnya dua atau tiga puluh
kati. Dan, melewati Lioe Kiam Gim, ia lantas saja menyuguhi
pada Teng Kiam Beng. Sebagai alasan, ia bilang, di mana ia
sendiri ada Ketua dari Heng Ie Pay, sudah sepantasnya ia
hormati dulu Ketua dari Thay Kek Pay. Tapi sebenamya,
dengan ini cara, ia hendak menyingkir dari Lioe Loo-kauwsoe.
Kiam Beng sudah menduga orang tidak bermaksud baik, ia
senantiasa waspada. Ketika tuan rumah dekati ia, ia lantas
berbangkit, untuk sambuti arak, tidak tahunya, belum ia
berdiri betul, Tjiong Hay Peng sudah dorongkan gucinya
dengan arah orang
punya dada. Guci itu. bersama araknya
ada kira-kira lima puluh kati beratnya. Segera ia angkat kedua
tangannya, tubuhnya berdiri tegar, kemudian dengan sebelah
tangan mencekal mulut guci, ia kata:??Jangan seedjie, aku bisa
ambil sendiri!?
Oleh karena ini, guci arak jadi kena ditahan di tengahtengah
di antara kedua orang itu, yang dengan diam-diam
telah gunai mereka punya tenaga dalam atau khie-kang.
Serangan gelap dari Hay Peng ini, apabila tidak sampai
membinasakan. akan bikin orang tcrluka hebat di bagian
dalam badan dan menjadi tapadakpa. Kiam Beng bisa duga
itu, ia sengaja tidak mau terima suguhan, ia hanya tahan
mulutnya guci itu. Maka kejadiannya, Hay Peng tidak. bisa
menolak, iapun .tidak mau melepaskannya. Karena ini, duadua
lantas keluarkan keringat dingin pada jidatnya masingmasing.
Pertentangan itu ada hebat Karena kedua pihak sama
tangguhnya, lama-lama keduanya akan terluka masing-masing
sendirinya, kecuali ada pihak ketiga, yang datang sama
tengah.
?Sudan, kau orang berdua janganlah terlalu seedjie!?
berkata Lioe Kiam Gim sambii tertawa, seraya ia hampirkan
dua orang itu. ?Soetee, jikalau kau tidak ingin terima
suguhannya Tjiong Toako, man kasih aku yang
mewakilkannya!?
Sambii bcrkata begitu, Kiam Gim gunai sepasang
sumpirnya, akan jepit tutup guci, dcngan gunai sumpitnya itu,
ia buka tutup tersebut, kemudian dengan sebat sekali, ia
teruskan jepit lehernya guci itu, hingga guci jadi terlepas dari
cekalannya Tjiong Hay Peng, tergantung di antara dua sumpit
itu. Kemudian lagi, dengan tangan kiri, ia pakai cawan akan
sendok isi guci, akan hirup araknya!
Setelah masing-masing lepaskan tangannya, dua-dua Teng
Kiam Beng dan Tjiong Hay Peng mundur sendirinya, dengan
limbung, tubuh mereka jatuh duduk di kursinya masingmasing.
Kedua-duanya tidak bisa keiuarkan kata-kata!
Adalah kemudian, Tjiong Hay Peng berloncat bangun,
jempolnya dipertunjuki.
?Lioe Toako, sungguh kau liehay!? ia memuji. ?Aku harus
didenda tiga cawan!?
?Dengan scbenarnya, Tjiong Toako, aku hams kasih
selamat pada kau!? kata Lioe Kiam Gim sambii tertawa. Ia
terus bersikap sewajarnya saja.
Dengan agak likat, Tjiong Hay Peng terima tiga cawan.
Sampai di situ, mereka lantas mulai pasang omong.
Dengan sikapnya yang merendah, Lioe Kiam Gim utarakan
maksud kedatangarinya, sebaliknya daripada menyangka Hay
Peng, ia mohon tuan mmah suka bantu ia. Ia tanya kalaukalau
Ketua Heng Ie Pay itu ketahui siapa orangnya yang
sudah uji Teng Kiam Beng.
Sesudah keduanya berpisah dua puluh tahun lebih, Tjiong
Hay Peng tidak lagi manis budi seperti dulu-dulu, tidak perduli
pihak tetamu berlaku demikian ramah-tamah, ia berpura-pura
tidak ketahui hal pembegalan itu, ia malah hunjuk roman
terperanjat, ia berlaga menghela napas, akan akhirnya, seraya
tepuk tangannya, ia berseru: ?Oh, benar-benar ada terjadi
demikian? Ah, kenapa aku tidak dapat tahu??
Sikap ini membuat Kiam Gim jadi mclcngak, memang ia
tidak pandai bicara.
?Ah, apakah benar-benar Tjiong Toako tidak ketahui
kejadian itu?? demikian ia cuma bisa tegaskan.
Tjiong Hay Peng tertawa seperti sewajarnya.
?Bukan, melainkan aku tidak pernah memikirnya!? demikian
jawabannya. ?Siapa sangka Ketua dari Thay Kek Pay, yang
mewariskan tiga rupa kepandaian liehay dari Thay-kek Teng,
Teng Kiam Beng yang namanya menggetarkan dunia Kangouw,
ialah Teng Toako, telah kena dipermainkan oleh satu tua
bangka! Malah tua bangka itu cuma gunai tangan kosong
yang berdaging melulu!?
Kiam Beng jadi sangat gusar, sampai ia tak dapat
kendalikan pula dinnya. Ia gedruki cangkir araknya seraya
kata dengan nyaring: ?Ya, aku Teng Kiam Bcng belajar silat
tidak sempurna, sampai orang telah kena pecundangi! Habis,
kau mau apa? Tapi kau sendiri, Tjiong Toako, kau Ketua dari
Heng Ie Pay, yang pandai ilmu pedang Boe-kek-kiam, dalam
Rimba Persilatan ? kenapa toh ada orang Kang-ouw, yang
lewat di sini, orang itu sudah tidak lakukan kunjungan
kehormatan kepadamu, malah dia berani lakukan kejahatan di
dalam daerah pengaruhmu ini? Kenapa dia bisa mondarmandir
dengan merdeka? Kenapa orang tidak pandang mata
sama sekali kepada Tjiong Toako??
Tjiong Hay Peng tidak gusar, sebaliknya, ia tertawa tawar.
?Begitu, Teng Toako, kau pikir?? ia tanya. ?Tapi aku tidak
merasa hilang muka! Dengan kepandaianku yang tidak berarti,
aku hanya dapat nama kosong belaka. Dengan kegagahan,
aku tidak bisa menindih orang, dengan kebijaksanaan, aku
tidak mampu bikin orang tunduk, maka adalah selayaknya saja
apabila orang tak lihat mata padaku! Hanya kalau sampai
Teng Toako sendiri orang tidak pandang, hingga orang berani
tangkap kutu di kepala harimau, ah, inilah, sungguh, aku tidak
bisa bilang suatu apa!?
Kembali Teng Kiam Beng kena tersindir.
Sebelum suasana menjadi lebih hebat, Kiam Gim sudah
lantas berbangkit, menghadapi tuan mmah, ia menjura,
hingga Hay Peng dengan tersipu-sipu mesti balas hormatnya
itu.
?Tjiong Toako,? berkata Lioe Loo-kauwsoe, dengan
suaranya yang sabar, ?kita ada orang-orang yang sudah
berusia hampir enam puluh tahun, kita ada saudara-saudara
dari bebcrapa puluh tahun, maka itu, ada berapakah orang
yang hidup scumur kita ini? Dari itu umpama kita tidak ingat
sesama orang Rimba Persilatan, kita toh harus ingat
persahabatan kita dari bebcrapa puluh tahun itu. Toako, kalau
ada ganjalan sesuatu, sehamsnya itu dikasih lewat, tidak
seharusnya kita orang bersikap sebagai sesama orang-orang
asing. Toako, aku percaya kau, aku percaya, kau tidak ketahui
suatu apa mengenai itu pembegalan. Akan tetapi, di samping
itu, aku hendak mohon kau bantu sedikit kepadaku. Kau ada
penduduk sini, kau berkenalan luas, aku minta kau suka
capaikan hati akan turut dengar-dengar, siapakah yang telah
lakukan perbuatan itu. Tidak perduli orang itu ada tertua dari
golongan mana, akan tetapi kita hanya hendak tanya,
perbuatan apa yang kelini dari kita, untuk setelah itu, kita
orang menghaturkan maaf agar perkara dapat dibikin habis.
Jikalau tetap kita tidak ketahui kekeliruan kita, umpama kita
tnesti binasa, sungguh kita tak tahu suatu apa, kita bakal
binasa secara kecewa? .
Tjiong Hay Peng kena dibikin tergerak hatinya oleh
perkatannya orang she Lioe ini, sikap siapa ada merendah
tetapi pun sungguh-sungguh, malah ada bersifatkeras. la
insyaf. jikalau ia tidak ubah haluan, urusan bisa jadi kacau. Ia
pun mengerti, tidak dapat ia terus bcrpura-pura tidak ketahui
tentang pembcgalan itu, yang di kalangan Kang-ouw sudah
jadi buah pembicaraan. Benar dcngan Teng Kiam Beng
iamengganjal hati, tetapi dengan Lioe Kiam Gim ia ada
bersahabat kekal, hingga sedikitnya ia hams memandang
,mata pada sahabat ini. Satu hal masih ia sangsikan, yaitu
sesudah berpisah dua puluh tahun lebih, ia tidak tahu, Kiam
Gim ada bersatu haluan dengan Kiam Beng atau mereka dua
saudara seperguruan masih tetap berlainan paham. Tentang
Kiam Beng, ia tahu benar, dia ini masih tetap berada di pihak
pembesar negeri.
?Dengan sebenarnya aku tidak tahu siapa itu orang yang
telah iawan Teng Toako,? akhirnya ia menjawab. ?Satu hal aku
bisa terangkan, di Liauw-tong ada beberapa orang kenamaan
yang ingm bertemu sama
Lioe Toako dan bertjita-tjita main-main dengan Teng
Toako. Karena orang
bicara dengan lidah Liauw-tong, baiklah
Toako tanyakan beberapa tetua dari Liauw-tong itu, pastilah
Toako akan peroleh keterangan.?
Kiam Gim heran kenapa ada orang
Liauw-tong, yang
hendak bikin pertemuan dengan ia, walaupun demikian, ia
tidak jerih.
?Tidak berani aku menerimanya, apabila ada beberapa
tetua itu menghendaki menemui aku,? kata ia dengan
merendah, ?akan tetapi, karena mereka ada bercita-cita
demikian, umpama kata mereka tidak sampai datang padaku,
sudah pasti sekali aku sendiri akan kunjungi mereka. Tjiong
Toako, tolong kau tetapkan suatu hari untuk aku berk unj ung
kepada mereka.?
Habis berkata begitu, Lioe Kiam Gim berbangkit, untuk
segara pamitan.
?Tunggu dulu, Toako!? mencegah Tjiong Hay Peng,
romannya sibuk. ?Sudah dua puluh tahun kita orang tidak
bertemu, dan kau pun datang dari tempat yang jauh sekali,
cara bagaimana Toako hendak kembali secara tergesa-gesa
begini? Apakah Toako ccla gubukku buruk hingga tidak surup
untuk menyambut Toako? Biar bagaimana, aku mohon Toako
suka berdiam padaku untuk beberapa hari.?
Dua kali Kiam Beng merasa terhina, karena itu, ia tak dapat
singkirkan kemendongkolannya, makajuga,
sebelumsaudaranyajawab tuan rumah, ia mendahului pamitan.
Ia kata: ?Terima kasih untuk kebaikan kau, Tjiong Toako. Di
Sha-tjap-lak Kee-tjoe ini aku ada beberapa sahabat, karena
kita memangnya sudah bersiap, menyesal aku tidak bisa
berdiam di sini, atau kalau tidak, aku jadi mcnsia-siakan
sahabatku itu. Sampai lain hari saja, kalau itu beberapa tetua
dari Liauw-tong sudah sampai, aku nanti datang pula
bersama-sama soehengku ini!?
Setelah kata begitu, Kiam Beng pakai mantelnya, terus ia
bertindak keluar, rombongannya turut sikapnya itu.
?Jikalau demikian, aku tak dapat menahan lagi kepada kau
orang,? kata Tjiong Hay Peng yang berbangkit, untuk antar
sekalian tetamunya itu, tetapi ketika mereka sampai di pintu,
kembali ia uji kepandaian orang, ialah selagi menjura, untuk
memberi selamat jalan, ia gunai tenaga tangannya, yang
anginnya menyambar dengan keras.
Kiam Beng balas menjura seraya iapun gunai kepandaian
dari Thay Kek, untuk tangkis itu serangan gelap, hingga Hay
Peng tak dapat berbuat apa-apa; hanya terang, kepandaian
mereka berdua ada berimbang.
Seberlalunya dari rumah Keluarga Tjiong itu, Kiam Gim
semua menuju ke pasar, ke rumah penginapan, yang tadi
Kiam Beng suruh Boe-soe Hoo, Boen Yauw dari Ouw Tiap
Tjiang pergi urus siang-siang.
Selama di tengah jalan, Kiam Beng masih saja mendongkol,
hingga ia menggerutu dan caci Tjiong Hay Peng. Kiam Gim
sebaliknya, berdiam saja, ia berlaku tenang sekali. Hanya,
ketika mereka mendekati pasar, atau dusun, tiba-tiba ia
berbalik dan kata pada saudaranya itu: ?Soetee, pergilah
duluan ke rumah penginapan, aku ada punya suatu urusan!?
Kiam Beng tanya, soeheng itu ada mempunyai urusan apa,
ia nyatakan suka ikut.
?Untuk ini aku tidak bisa berjalan bersama-sama kau,? Kiam
Gim bilang. ?Kau jangan kuatir, urusan ini akan ada baiknya
untuk kau!?
Setelah kata begitu, Kiam Gim loncat turun dari kudanya,
terus saja ia berlari-lari, hingga ia lenyap dari pemandangan
saudaranya sekalian, lenyap dalam sang malam.
Nyata Kiam Gim hendak kembali ke Sha-tjap-lak Kee-tjoe,
akan menemui sendiri pada Tjiong Hay Peng. Ia insyaf, urusan
tidak ada sedemikian sederhanaseperti tapikir pada mulanya.
Ia percaya, di situ mesti ada salah faham, terutama mengenai
soeteenya. la dapat kenyataan, Kiam Beng tetap masih suka
bercampur sama pembesar negeri dan tabiatnya tetap keras,
adatnya tinggi dan suka diangkat-angkat, hingga karenanya,
tindakannya sembrono Di sebelah itu, soetee ini belum sampai
?berkhianat? terhadap kaum Kang-ouw, dan tidak kandung
niatan menghamba pada Kcrajaan Tjeng. Oleh karena itu, ia
anggap perlu ia ketemui sendiri pada Tjiong Hay Peng, untuk
peroleh pengertian satu dengan lain, akan lenyapkan salah
paham.
Dcmikian, dengan gunai ilmu lari yang keras. dengan yaheng-
soet, ilmu lari di waktu malam, ia kembali ke rumahnya
Ketua dari Heng le Pay. Ia sampai dengan cepat. Selagi ia
mendekati jalanan gunung, yang tinggi di kiri dan di kanan,
yang bergunduk-gundukan dan banyak
pepohonannya, tiba-tiba ia tampak berkelebatnya dua
bayangan di sebelah kanan, disusul sama suara tertawa
dingin. Ia segera berhentikan Itindakannya, ia mengawasi.
Dalam gelap-gulita, ia tidak lihat suatu apa. Hanya kemudian,
ia kembali dengar beberapa kali tertawa dingin, tertawa
menghina.
Besar nyalinya. dan dengan tidak perdulikan pantangan
kaum Kang-ouw, ?bertemu rimba tak boleh lancang
memasukinya?, Kiam Gim tekuk kedua lututnya, untuk
melompat kedepan, akan mencelat masuk ke tempat
pepohonan itu. Ia bersikap ?Liong heng tjoan tjiang?, bagaikan
naga saja, tangan kanan di depan, tangan kiri di dada.
Sembari berlompat, iapun berseru: ?Sahabat siapa main-main
di sini? Dengan main sembunyi-sembunyi, apakah artinya itu??
Benar selagi tubuhnyajago Thay Kek Pay ini mencelat, dari
kiri dan kanan, dengan sekonyong-konyong, ada menyambar
masing-masing sebatangioya, yang anginnya sampai
menerbitkan suara menderu-deru. Ia tidak kaget, hatinya tidak
terkesiap. Dengan loncat terus, ia lolos dari kemplangan itu,
tapi begitu lewat, ia tahan tubuhnya, ia berputar diri.
Sebaliknya kedua penyerang, yang menyerang secara sangat
hebat, menjerunuk tubuhnya ke depan, toya mereka masingmasing
mengenai tempat kosong. Justeru itu, sebat luar biasa,
Kiam Gim menyapu kepada dua orang itu, hingga dengan
saling susul, mereka itu rubuh dengan tubuh terpelanting,
hingga mata mereka jadi berkunang-kunang, kepala mereka
pusing, hingga untuk sedetik, mereka tak mampu bcrbangkit.
Sampai di situ, Kiam Gim mengawasi dengan tak maju lebih
jauh.
?Ada permusuhan apa di antara aku si orang she Lioe
dengan Tuan-tuan berdua hingga Tuan-tuan, di waktu malam
gelap begini, sudah memegat dan membokong kepadaku??
tanya ia dengan sabar. ?Aku ingin sekali belajar kenal dengan
Tuan-tuan.?
Belum dua orang itu menyahuti, atau dari dalam
pepohonan terdengar suara tertawa bergelak-gelak yang
disusul dengan kata-kata: ?Jangan
gusar, Lioe Loo-enghiong! Duabocah ini hendak menemui
orang yang tertua, apabila mereka tidak ambil sikapnya, cara
bagaimana mereka dapat terima pengajaran dari kau? Mereka
pun tidak sampai mengganggu walaupun selembar rambut
Loo-enghiong!?.? Itu adalah suara dengan lidah Liauw-tong,
yang Kiam Gim kenali dengan baik, maka itu, segera ia
memandang ke arah pepohonan dari mana suara datang. Ia
tidak usah menantikan lama akan tampak munculnya dua
orang tua dengan rambut dan kumis-jenggot ubanan. Cahaya
lemah dari rembulan dan banyak bintang membuat jago tua
ini bisa melihat jauh terlebih tegas. Demikian ia lihat nyata,
orang tua yang satu berbaju biru dan gerombongan, yang
kedua romannya keren, tinggi tubuhnya enam kaki, mukanya
bersemu merah, pakaiannya serupa, kumis-jenggotnya
panjang, matanya tajam.
Lekas sekali, jago Thay Kek Pay ini tekapi kedua
tangannya.
?Djiewie Soehoe, bukankah kau orang ada orang-orang
yang pada bulan yang lalu telah memberikan ajaran kepada
soeteeku? Djiewie, terimalah hormatnya Lioe Kiam Gim!?
Dan jago ini hunjuk hormatnya.
?Di sini tidak ada bicara tentang soeheng dan soetee!?
sahut si orang tua yang mukanya bersemu merah.
?Kita melainkan mohon terima pengajaran dari Lioe Looenghiong
buat dua atau tiga gebrak saja!?
Dalam hatinya, Kiam Gim ada mendongkol sekali. Kenapa
orang ada begini kasar? Kenapa, tanpa sebab dan alasan,
orang berniat ?menghajar kalang-kabutan pada satu kuali
bubur?? Akan tetapi, ia atasi dirinya sendiri.
?Kebisaanku si orang she Lioe ada tidak berarti, bagaikan
sinar kunang-kunang saja, mana aku berani terima pengajaran
dari satu ahli?? kata ia. ?Aku si orang she Lioe belum pernah
bertemu dengan Djiewie, dari itu, entah kapan dan di mana
pernah aku berlaku tidak selayaknya kepada Djiewie??
Orang tua muka merah itu tertawa berkakakan.
?Lioe Loo-enghiong terlalu merendahkandiri!? berkataia.
?Kita memohon pengajaran dengan sungguh-sungguh, untuk
berlatih, samasekalikitatidakkandungmaksud jahat! Suddh
lama kita dengar hal boegee dari Thay Kek Teng serta tiga
rupa kepandaiannya yang| menggetarkan Rimba Persilatan, di
luar dugaan kita, nama Ketua dari kaummu itu ada
namakosong belaka, makaitu, tidak dapat tidak, kita harus
mohon pengajaran dari kau sendiri, Lioe Loo-enghiong!?
Mencoba-coba kepandaian di kalangan Kang-ouw atau
Rimba Persilatan ada hal umum, hanya cara dua orang ini
adalah terlalu mendadakan dan mereka juga tidak pakai
aturan yang biasa, mereka bcrlaku kasar, dari itu, justeru di
sini ada mengenai nama baik guru atau rumah perguruannya,
Kiam Gim bersedia untuk mengiringi. la insyaf bahwa ia lagi
hadapi orang pandai tetapi ia tidak jerih.
?Jikalau Djiewie memaksa hendak mcmbcri pengajaran
kepadaku, baiklah, aku si orang she Lioe bersedia untuk
menemani,? kata ia dengan nyaring. ?Salah satu yang mana
akan maju terlcbih dahulu atau Djiewie akan maju dua-dua
dengan berbareng??
Si orang tua muka merah melirik dengan tajam. ia tertawa
terbahak-bahak.
?Nyata Lioe Loo-enghiong terlalu memandang orang enteng
sekali!? ia kata. ?Rita dua saudara walaupun bodoh tetapi
baharu dua-tiga gcbrak masih bisa juga melayani?.?
Dua orang itu adalah Pek-djiauw Sin Eng Tok-koh It Hang
serta In Tiong Kie, Ketua dari Pie?Sioe Hwee, Kumpulan Pisau
Belati. Jadi dugaannya Law Boe Wie adalah tidak keliru,
adalah Tok-koh It Hang yang dengan tangan kosong telah uji
Teng Kiam Beng, untuk punahkan tiga rupa ilmu
kepandaiannya. Akan tetapi kedatangan mereka ke Djiat-hoo
ini bukan melulu untuk coba Teng Kiam Beng, mereka sekalian
niat ikat tali persahabatan dengan kaum Rimba Persilatan di
Kwan-Iwee (Tionggoan). Sudah sejak lama mereka kagumi
Lioe
Kiam Gim, hanya mereka belum tahu, orang she Lioe ini
ada bertabiat sama atau tidak dengan Teng Kiam Beng, dari
itu, merekaingin mencoba-coba juga, terutama Tok-koh It
Hang yang selama beberapa puluh tafiun belum pemah
ketemu tandingan, sekarang ia ingin uji Kiam Gim untuk
sekalian bersahabat dengannya, asal Kiam Gim beda daripada
Kiam Beng. Dengan scnjata mereka memegat di tengah jalan
itu.
Tok-koh It Hang ingin mencoba terlebih dahulu, akan tetapi
In Tiong Kie pegat ia.
?Toako, tinggallah kau di belakang,? kata ketua Pie Sioe
Hwee ini. ?Biar siauwtee maju lebih dahulu, apabila akan
gagal, baharulah kau sambungi aku?.?
Setelah mengucap demikian, tanpa tunggu jawaban lagi, si
Keanehan-dalam-Awan segera mendahului lompatmaju ke
depannyaKiam Gim, dengan tekap kedua tangannya, ia
memberi hormat.
?Lioe Loo-enghiong, kita cuma ingin berlatih, maka itu,
apabila terjadi siapa kalah dan siapa mcnang, biar kita sambut
itu dengan tertawa, jangan kita orang buat pikiran!? ia kata.
Lioe Kiam Gim balas hormat itu.
?Djiewie ada baik sekali hendak memberikan pengajaran
kepadaku, terang Djiewie ada sahabat-sahabat baik,? sahut ia
dengan merendah, ?oleh karena kita bukan bertempur untuk
mati atau hidup, memang
menang atau kalah bukanlah soal. Bukankah ?bunga merah
dan daun hijau asal ubi teratai putih dan tiga agama pokoknya
satu?? Kita ada or-ang-orang Rimba Persilatan, cara
bagaimana kita orang tidak bersahabat? Nah, Sahabat baik,
silakan kau mulai lebih dahulu!?
In Tiong Kie tidak bilang suatu I apa, setelah berdiam
sesaat, tiba-tiba dari pinggangnya, iatarik keluar suatu penda
yang melibat pinggangnya itu, dan di antara sambaran angin,
benda itu memperlihatkan diri sebagai cambuk ?Kauw-kin
Hong-liong-pian?. Itu adalah rotan keluaran Timur-utara yang
ulet, yang dilibat dengan urat-urat ular, hingga bisa digunai
sebagai cambuk dan ruyung berbareng untuk melibat golok
atau pedang lawan. Baharu sekarang ia kata, sambil tertawa
haha-hihi: ?Sudah lama aku dengar liehaynya Thay Kek Tjapsha-
kiam, sekarang dengan tidak tahu tenaga sendiri, aku
ingin Lioe Loo-enghiong ajarkan aku barang satu atau dua
jurus!?
In Tiong Kie tidak liehay bersilat tangan kosong, barusan
pun ia saksikan sendiri, dalam satu gebrak saja, Lioe Kiam Gim
telah rubuhkan dua muridnya Tok-koh It Hang, dari itu untuk
tidak mendapat malu, ia ingin adu senjata; biamya ia tahu,
ilmu pedangnya lawan ada kesohor akan tetapi ia andali betul
senjatanya sendiri yang istimewa, yang ia telah yakinkan
beberapa puluh tahun lamanya. Ia percaya, umpama kata ia
tak peroleh kemenangan, tidak nanti sampai ia kena
dikalahkan.
Kiam Gim tidak terperanjat melihat orang kehiarkan ruyung
atau cambuk istimewa itu, setelah dengar ia ditantang untuk
gunai pedang; lantas saja ia bersenyum. Terus ia bilang:
?Sudah beberapa puluh tahun aku tidak berlatih lagi dengan
golok atau pedang, aku jadi sangat asing dengan semua
senjata itu, dari itu biarlah dengan sepasang tanganku yang
berdaging ini, aku main-main dengan kau, Loo-soehoe. Hanya
lebih dahulu aku ingin minta, sukalah kau mengalah sedikit,
oleh karena tulang-tulangku taktahan dengan pemukul?.
Silakan, silakan! ? Eh, kenapa kau tidak lantas mulai??
In Tiong Kie berdiam, dengan hati yang panas. Segera ia
simpan cambuknya.
?Lioe Loo-enghiong, kenapa kau begini tidak pandang mata
pada orang??
tanya ia dengan suara keras.
Kiam Gim tidak lantas menjawab, ia hanya bersenyum pula.
?Mana, mana aku berani tak memandang mata kepada kau,
Loo-soehoe?? kata ia, dengan sangat merendah. ?Harap
Loosoehoe ketahui baik-baik bahwa sesuatu orang
mempunyai senjata kesukaannya sendiri! Loosoehoe
mempunyai cambukmu, aku punya sepasang tanganku ini,
soeteeku, Tjiang-boen-djin dari Thay Kek Boen dari Keluarga
Teng, telah dirubuhkan Tuan-tuan dengan tangan kosong, dari
itu sekarang aku mengharap pengajaran dengan tangan
kosong jugaJ?
Diam-diam hatinya In Tiong Kie tergetar. Secara begini,
terang Lioe Kiam Gim tidak dapat dipersalahkan, karcna dia
hendak mcmul ihkan muka soeteenya yang orang rubuhkan
dengan tangan kosong. Dengan itu cara orang jatuhkan
pamomya Thay Kek Pay, dengan itu cara j uga, nama Thay
Kek Pay hendak diangkat kembali.
Itulah sudah seharusnya. Jadinya bukan orang tak pandang
mata kepadanya. Hanya ia merasa
mcnyesal, karcna Kiam Beng rubuh di tangannya Tok-koh It
Hang dan sekarang Kiam Gim hendak menuntut balas dari ia.
Ini dia yang dibilang anjing kuning dapat makanan, anjing
putih yang dapat bencana?.
Karcna ia pun ada satu j ago tua, In Tiong Kie tidak suka
mundur, hanya sekarang ia ambil ketetapan akan pakai terus
cambuknya, sebab ia pun sangsi, dengan tangan kosong,
orang she Lioe ini sanggup layani ia. Maka kembali iakeluarkan
cambuknya itu.
?Jikalau demikian, Lioe Loo-enghiong, maafkanlah aku!?
berkata ia
Lioe Kiam Gim tidak menjawab, ia hanya mengawasi
Iawan, dengan sikap yang .anteng sekali. Tapi satu ahli
niscaya ketahui dengan baik, ia sebenarnya sedang
bersedia,
perhatiannya sedang dipcrsatukan.
Sampai di situ, In Tiong Kie tidak berayal lagi. Dengan ?Sin
Hong djip hay?, atau ?Naga malaikat masuk ke laut?, ia mulai
dengan penyerangannya, dari atas.
Kiam Gim berlaku gesit, tidak tunggu sampai cambuk
menghampirkan ia, ia sudah angkat kedua pundaknyadan kaki
kanannya menggeser ke kanan. Melainkan hampir saja,
cambuk mengenai sasarannya.
Menampak gagalnya serangan itu, In Tiong Kie pun kirim
susulan saling beruntun, ?Lian hoan sam pian? -runtunan tiga
kali, serta ?Keng hong sauw lioe? atau ?Angin besar menyapu
daun yanglioe?. Cambuk bergerak dengan sebat, sampai
menerbitkan suara angin, bayangannya turut bergerak
menyambar.
Kiam Gim lihat ancaman bahaya, ia tidak hendak lawan
dengan keras, dengan geraki pinggangnya, dalam gerakan
?Yan tjoe tjoan in?, atau ?Waletserbu mega?, ia mencelat
tinggi sampai dua tumbak, akan turun di belakang lawan,
begitu lekas sudah mcndekati tanah, tangan kanannya
disodorkan kepada bebokong orang, dalam gerakan
membacok!
In Tiong Kie itu, kecuali ilmu cambuknya ini yang liehay,
pandai jugamengenali berbagai alat-senjata dengan
mendengari saja sambaran anginnya, sebagaimana Law Boe
Wie telah peroleh pelajaran darinya. Maka sekarang, ia segera
ketahui lawan lagi serang ia. Malah ia pun bisa duga, lawan
ada di arah mana. Begitulah, sembari memutar tubuh,
berbareng berkelit, ia pun menyabet dengan Kiauw-kin Hongliong-
pian!
Berbahaya kedudukannya Lioe Kiam Gim, ini melulu
disebabkan kegesitan lawan. Tapi, ia juga tak mau kalah
gesitnya, ia hendak hunjuk kcpandaiannya. Ia tidak
mcnangkis, ia berkelit, bukan dengan lompat mundur, hanya
dengan membungkuk tubuh, begitu rupa, hingga cambuk
lewat sedikit di atasannya! Sesudah ini, dengan sebelah kaki
maju, sambil angkat tubuhnya, ia barengi menyerang,
bagaikan ?angin taufan? atau ?gelombang hebat?.
Atas ini, baharulah In Tiong Kie loncat mundur.
Secara demikian,- mereka lanjuti pcrtcmpuran. Mereka ada
seumpama dua tukang main catur yang liehay, atau setengah
kati adalah delapan tail. Dua-dua gesit, cepat gerakannya.
Setelah mundur dan maju bergantian, In Tiong Kie
perlihatkan serangannya ?Kioe kioe pat-sip-it? atau ?Scmbilan
kali sembilan menjadi delapan puluh satu?, cambuknya itu
menyabet, menyapu, melibat, menindih saling susul, tidak
henti-hentinya. Lain dari itu, ia jaga diri dengan baik, ia tidak
mau izinkan lawan desak ia. Maka itu, ia menjaga diri
berbareng lebih banyak menyerang.
Beberapa puluh jurus telah lewat dengan cepat. Walaupun
ia didesak, Lioe Kiam Gim tidak kasih dirinya dibikin repot,
tubuhnya, bagaikan bayangan, mengikuti sesuatu gerakan
cambuk istimewa itu. Di sebelah itu, ia juga tidak dapat ketika
untuk rapatkan tandingan itu.
Maka di akhimya, dua-dua merasa heran sendirinya,
mereka saling mengeluh, In Tiong Kie menjadi jengah,
cambuknya, yang ia sudah fahamkan beberapa puluh tahun,
sekarang kena dibikin tidak berdaya oleh sepasang tangan
darah dan daging melulu, malah ia kadang-kadang kena
didesak. Kiam Gim pun tidak mengerti, kenapa ilmu silat
tangan kosongnya ? ilmu silat Thay Kek Pay yang kenamaan ?
tidak sanggup rampas cambuk lawan itu dan sudah ia tidak
mampu merangsang, ia pun beberapa kali musti menyingkir
dari serangan-serangan sangat berbahaya, tetapi sekarang ia
mengerti kenapa Kiam Beng, soeteenya, rubuh di tangan
musuh, tidak tahunya, musuh ada demikian liehay. Lawan ini
sajasudah jauh lebih liehay daripada soeteenya, maka ia
percaya, orang tua yang lain itu jangan-jangan akan
melebihkan ia liehaynya.
Kapan sudah lewat tiga puluh gebrak, Kiam Gim ubah
caranya bertempur. la sekarang gunai tangan kanan saja,
akan layani cambuk musuh, dengan tangan kirinya, yang
dibikin keras bagaikan tumbak cagak. ia cari jalan darahnya In
Tiong Kie. Sepasang tangannya yang tak bersenjata itu ia
bikin jadi seperti senjata tajam saja ? tangan kanan mirip
dengan pedang Ngo-heng-kiam, tangan kiri mirip dengan
tusukan Tiam-hiat-kwat. Adalah setelah itu, pihak lawan
baharulah kena didesak.
Lioe Kiam Gim telah pikir, jikalau ia tidak lekas rebut
kemenangan, apabila ia main ayal-ayalan, ia akan terancam
bahaya, karena di luar kalangan, lawan yang satunya selalu
pasang mata ke arah dia, dia itu senantiasa perhatikan ilmu
silatnya. Itulah ada tidak baik untuk pihaknya.
Tiba-tiba, selagi In Tiong Kie menyabet ke atas, di tiga
jurusan, Kiam Gim bcrkclit akan singkirkan diri dari serangan,
tubuhnya membungkuk, berbareng dengan mana, ia maju,
lalu sebelah kakinya, dikasih mclayang. Kaki kanannya yang
menyambar, kaki klrinya pasang kuda-kuda.
Serangan ini ada serangan berbahaya. untuk pihak
penyerang, karena gerakannya yang mendesak dipaksakan. In
Tiong Kie lihat itu, hatinya girang. Ia pikir: ?Hm, tua bangka ini
tidak lagi berpokok pada ketegaran dari Thay Kek Boen,
mustahil sekali ini ia tidak rubuh??.?
Maka ketua Pie Sioe Hwee mi lantas geser tubuhnya ke kiri,
buat kasih lewat kaki kanan lawan itu, sehingga karenanya,
keduanya jadi saling melewati. hingga mereka seperti
bebokong menghadap bebokong. Lalu, menggunai ketika ini,
tanpa bcrpaling pula, melulu andalkan kepandaiannya
mengenali angin, ia putar tangannya, ia menyabet ke
belakang, dari atas ke bavvah. Sembari menyabet hatinya
gembira bukan main, ia percaya, ia akan berhasil, karena
mereka terpisah dekat sekali, ia sangka lawan tak akan keburu
menghalau diri.
Dugaannya In Tiong Kie ada dugaan belaka, ia keliru,
karena dengan majukan serangan sembrono itu, Kiam Gim
justru menggunai tipu daya. Jago Thay Kek Pay ini justeru
harap-harap sabetan lawannya itu, selagi cambuk menyambar,
ia segera berkelit ke kiri, tangan kanannya dengan tipu
?Siauw-thian-tjhee?, atau ?Bintang cilik?, diterusi dipakai
menekan cambuk, lalu gesit luar biasa, ia mendesak rapat,
tangan kirinya menyusul bagaikan tumbak cagak, akan totok
jalan darah orang Leng-tay-hiat, betulan hati.
In Tiong Kie kaget bukan main, sampai ia keluarkan jeritan,
menyusul mana, ia enjot tubuhnya, akan loncat mundur, akan
tetapi, walaupun ia gesit, Kiam Gim ada terlebih sebat pula,
jeriji tangannya jago Thay Kek Pay ini sudah lantas mengenai
sasarannya. Hanya, dasar ia ada satu jago tua, kendatipun
tangannya lawan mengenakan sasaran, ia tidak sampai
nampak bencana. Sebab dalam saat genting itu, ia telah
menyedot dada dan perutnya, hingga kesudahannya, jari
tangan Kiam Gim mengenai baju saja, tidak sampai ke kulit
atau daging. Setelah itu, In Tiong Kie loncat mundur terlebih
jauh, cambuknya tidak terlepas, mukanya tidak merah,
napasnya tidak mengorong, tubuhnya pun tetap!
Lioe Kiam Gim menyesal bukan main, karena di saat ia
hendak bergirang, iajadi kecele. Iatahu, kalau pertempuran
dilanjuti, entah sampai kapan akhirnya itu. Tapi, selagi ia
mengawasi dengan tajam, tiba-tiba In Tiong Kie simpan
cambuknya, dengan kedua tangan dirangkap, ketua Pie Sioe
Hwee itu memberi hormat seraya berkata: ?Lioe Looenghiong,
kau benar liehay, aku menyerah kalah!?
Jago Thay Khek Pay itu melengak sekejap, lalu lekas-lekas
ia memberi hormat.
?Kau mengalah, Lauwhia, kau mengalah,? kata ia. ?Lauwhia
ada liehay sekali, aku kagumi kau!?
Sekali ini Kiam Gim bukan merendah, ia bicara dari hatinya
yang tulus. In Tiong Kie ada satu laki-laki, walaupun ia tidak
rubuh, bisalah dianggap dia sudah keteter dan ia berani akui
itu.
Sementara itu, Tok-koh It Hang bertindak menghampirkan,
ia tertawa. Ia maju sampai di depannya Kiam Gim sekali, terus
ia berkata dengan pujiannya: ?Lioe Loo-enghiong ada liehay
sekali, tidak kecewa kau mewariskan ilmu silat Thay Kek Pay,
akan tetapi barusan Loo-enghiong belum keluarkan seturuh
kepandaianmu, maka itu aku, yang tidak tahu diri, ingin sekali
terima pelajaran dan kau!?
Sembari berkata demikian, jago Liauw-tong ini angsurkan
kedua belah tangannya yang tidak memegang senjata apa
jua. Jadi artinya, ia hendak benempur: tangan kosong lawan
tangan kosong!
Seumurnya Tok-koh It Hang, kepandaian ?Pwee pwee laktjap-
sre Kim-na Tjhioe-hoat?, atau ilmu ?Delapan-kali-delapan
menjadi enam puluh empat gerakan?, dari Eng Djiauw Boen,
belum pernah ketemu tandingan, barusan ia saksikan
kepandaiannya Lioe Kiam Gim, ia percaya orang tak ada
terlebih liehay daripada ia, dari itu, iajadi ingin coba-coba. Ia
percaya, ia bakal sanggup rebut kemenangan. Ini juga
sebabnya kenapa ia bilang, Kiam Gim belum keluarkan seluruh
kepandaiannya.
Kiam Gim menjadi terkejut berbareng mendongkol. Ia
merasakan bahwa orang berlaku hormat sambil memandang
enteng kepadanya secara samar-samar.
?Jikalau Loo-soehoe sudi memberikan pengajaran
kepadaku, sudah tentu sekali aku si orang she Lioe girang
menemaninya,? ia menjawab. ?Hanya kita kauro Kang-ouw,
sudah seharusnya, satu patah kata-kata kita adalah satu patah
kata-kata. Maka, Sahabat, mengenai kejadian di Djiat-hoo
itu,sudikah kau menanggung jawab? Aku si orang she Lioe
tidak ingin, setelah aku layani kau sampai setengah malaman.
tapi alhasil aku tidak memperdia untuk layani apa!?
Kiam Gim gunai kata-kata yang tajam, akan tetapi Tok-koh
It Hang ada hiehay sekali, mendengar itu, ia tertawa
berkakakan. Ia rangkap pula kcdua tangannya, untuk membcri
hormat
?Bagaimana kau sebut-sebut perkaranya soeteemu?? ia
.tanya. ?Soeteemu itu sahabat-sahabatnya adalah golongan
pembcsar negeri dan mulia, bangsa raja-raja muda atau kaum
saudagar besar, maka aku si orang
gunung, cara bagaimana
aku mempunyai jodoh untuk bertemu dengan dia! Dan
umpama kata aku ton sampai bertemu dengannya, cara
bagaimana aku berani main gila terhadapnya? Lioe Looenghiong,
harap kau tidak sebut-sebut soeteemu yang
bagaikan must ika itu. Malam ini ada malam yang indah, apa
kau tidak kuatir menyia-nyiakan malam yang indah ini hingga
lenyap kegembiraan kita? Loo-enghiong, man, mari, mari kita
orang main-main, akan menghibur lara!?
Mendengar itu, Kiam Gim segera mengerti bahwa pada soal
adiknya seperguruan itu benar-benaradasalah paham.
Bukankahterang-terangjago Liauw-tong ini menyindir.tentang
persahabatannya Kiam Beng dengan segala pembesar
negeri atau orang besar?
?Tentang adikku seperguruan itu, sukar untuk dijelaskan,?
ia kata, dengan nyaring. ?Untuk itu, kita membutuhkan
pembicaraan yang lama. Tapi, apabila Loo-enghiong
kehendaki, aku nanti ajak saudaraku itu datang untuk
menghaturkan maaf kepadamu. Hanya sekarang bisalah aku
terangkan, soeteeku bukanlah itu orang sebagaimana yang
Loo-enghiong scbutkan. Kedatanganku sekarang ini bukan
untuk mencari pulang barang upcti, aku hanya hendak cari
sahabat, untuk bicara dari hati ke hati, akan buka masingmasing
hati kita!?
Selagi orang bicara, Tok-koh It Hang mengawasi dengan
tajam, antara sinar rembulan, ia tampak orang beroman
sungguh-sungguh, hingga hatinya jadi tergerak, hingga ia
pikir, jago Thay Kek Pay ini benar-benar hams dijadikan
sahabat. Ia berpikir cepat, lantas ia berikan tanda rahasia
pada In Tiong Kie kepada siapa ia kata: ?Kalau kau ada punya
urusan, pergilah lebih dahulu, biara kutemani Lioe Looenghiong
main-main di sini, sccara begitu, Loo-enghiong pun
jadi tak usah berhati tak tentaram, karena lihat jumlah kita
yang banyak.?
In Tiong Kie menurut, ia berlalu dengan segera.
Lioe Kiam Gim saksikan itu semua, ia lihat sikap bemafsu
dari jago Liauw-tong ini, mata siapa pun bersinar, ia jadi agak
mendongkol, maka, dengan tertawa dingin, ia bilang:
?Sahabat, jikalau pasti kau ingin memberikan pengajaran
kepadaku, baik, aku tak berdaya, aku bersedia |untuk layani
kau.?
Baharu Lioe Kauwsoe tutup mulutnya, atau Tok-koh It
Hang sudah bergerak. Mula-mula ia maju dengan kedua
tangannya dipentang, dalam gerakan ?Tjhong eng peng tjie?
atau ?Garuda mementang sayap?, setelah itu ia mendak,
agaknya ia hendak sambar kedua lengan orang, untuk
disergap.
Kiam Gim hunjuk kegesitannya, ialah dengan geser
tubuhnya ke kiri, berbareng dengan itu, dengan Thay Kek Pay
punya ?Shia kwa tan pian? atau ?Menggantung ruyung
sebatang?, ia bacok nadi orang, gerakanrtya tak kurang
sebatnya.
Tok-koh It Hang tidak mundur walaupun serangan sehebat
itu, ia pun tidak menangkis, hanya mengubah tangan terbuka
menjadi kepalan, ia teruskan gunai ?Heng sin pa touw? atau
?Melintangkan tubuh untuk menghajar harimau?, akan serang
iga orang!
Gagal dayanya Kiam Gim akan serang nadi orang, ia
sebaliknya kena didesak, terpaksa ia geser pula kaki kiri ke
kiri, untuk terus berlompat enam atau tujuh kaki jauhnya,
setelah kakinya itu injak tanah, ia barengi untuk memutar
tubuh. Ia percaya pihak lawan susul ia, ia terus
menyerang dengan ?Tjit-seng-tjiang? atau ?Tangan tujuh
bintang?, mengarah iga kanan.
Jago Liauw-tong itu tarik pulang tangannya, juga tubuhnya,
untuk selamatkan diri. Tapi Kiam Gim tidak berhenti sampai di
situ, dengan majukan tubuh kesebelah kiri, ia gunai tangan
kirinya dalam tipu ?Ngo-heng-kiam?, menotok dahi kiri orang,
sedang tangan kanannya, dengan ?Kim liong hie soei? atau
?Naga cmas memain air?, ia coba babat dengkul kanannya
lawan. Ini ada serangan hebat, ke atas dan ke bawah dengan
berbareng.
Nampaknya Tok-koh It Hang sibuk, hampir ia kena
terserang, atau berbareng dengan itu, ia berseru: ?Sebat
benar!? dan tubuhnya mencelat nyamping, hanya, setelah
lolos dari serangan, sesudah injak tanah, terus ia enjot
tubuhnya, akan lompat maju lagi, untuk balas menerjang,
gerakannya mirip dengan sambaran garuda.
Kiam Gim memutar tubuh, untuk saksikan orang punya
gerakan sangat cepat maju bagaikan kera lompat di cabang,
mundur seperti naga atau ular melesat kabur, lompat
laksanaburung menerjang langit, loncatturun umpama
harimau menerkam. Lawan ini maju menyerang, mundur
membela diri, tubuhnya berputar seperti angin puyuh,
berkelebatnya bagaikan kilat. Dalam sekejap, musuh bergerak
di delapan penjuru!
Mau atau tidak, Lioe Kiam Gim diam-diam keluarkan
keringat dingin!
Tok-koh It Hang digelarkan ?Pek Djiauw Sin-eng? atau
?Garuda Malaikat Seraius Cakar?, maka itu, gerak-geriknya
mirip dengan burung garuda. Di sebelah itu, ia mempunyai
enam puluh gerakan ?menawan?, yaitu kim-na-hoat, dari itu,
cara menyerangnya benar-benar luar biasa.
Adalah keinginan dari Lioe Kiam Gim akan bertempur
dengan cepat, akan segera akhirkan ?pieboe? itu, siapa tahu.
pihak lawan ada gagah sekali, hingga ia jadi heran berbareng
kaget. Belum pernah ia ketemu orang semacam ini cii
kalangan Sungai-Telaga. Tapi ia ada seorang berpengalaman,
matanya tajam, segera ia insyaf dengan menyerang hebat, ia
tak bakai peroleh hasil. Ia juga ingat pembilangan,
?Menyingkir dari musuh tangguh, menyerang kelemahan
musuhnya? dan kim-na-hoat lawannya ini sebaliknya dari Thay
Kek Koen. Kalau Thay Kek Koen berpokok ?dengan kelemasan
mclawan kekerasan?, adalah kim-na-hoat, ?menyerang sambil
berbareng membeladiri?. Kelihatan nyata, lawan ini tidak
takuti serangan. Maka itu ia pikir, ia mesti gunai latihannya
dari puluhan tahun, dengan keuletan, akan layani jago Liauwtong
ini.
Segera juga Lioe Kiam Gim bikin perubahan. Ia berdiri
tegar bagaikan gunung, ia membela diri, ia tidak sembarang
bergerak. Dalamhal ini, ia tidak gubris lawan hunjuk kegesitan,
dengan berputaran seperti burung berterbangan, bengis
bagaikan harimau galak, gesit seperti sang kera. Ia tidak mau
menerkam, dan kalau lawan pancing ia, ia tidak mengejar. Ia
pegang pokok ?apabila lawan tidak bergerak, berdiam, dan
satu kali lawan bergerak, mendahului?. Rahasianya Thay Kek
Koen memang adalah bergerak dengan ikuti salatan lawan.
Demikian, dari mana saja Tok-koh It Hang menyerang, ia
melayani dengan tenang.
Begitulah pertempuran berjalan, antara orang-orang gagah
yang langka, yang satu menyerang, yang lain menjaga,
keduanya telah sampaikan batas kesempumaan
kepandaiannya masing-masing.
Jago dari Eng Djiauw Boen telah gunai juga keistimewaan
ilmunya, ?Hoei-eng Keng-soan Kiam-hoat?, ialah ilmu pedang
?Garuda terbang berputaran?, yang ia ubah menjadi tangan
kosong, ia selipkan ini di sebelahnya enam puluh empat
pukulannya kim-na-hoat, akan tetapi Lioe Kiam Gim tetap
berdiri bagaikan gunung batu antara serbuannya arigin santar
dan gelombang dahsyat, tubuhnya tenang, dan? ilmu
pukulannya Thay-kek-tjiang dipakai punahkan sesuatu
serangan. Ia ikuti salatan, ia pinjam tenaga akan pecahkan
tenaga lawan sendiri.
Tok-koh It Hang ada liehay dan berpengalaman, tapi
beberapa kali, ia toh berlaku sangat bemafsu karena
ketenangan musuh, hingga beberapa kali hampir-hampir ia
kenaterserang disebabkan kelancangannya sendiri. pleh
karena ini, baharu sekarang -dengan diam-diam ia bergidik,
baharu sekarang ia insyaf, Lioe Kiam Gim ada beda sangat
jauh dari soeteenya, teng Kiam Beng. Dan sejak itu, walaupun
ia tetap mendesak, tidak lagi ia berani turuti hawa nafsunya.
Karena cara bertempur itu, bukan lagi puluhan, hanya dua
ratus jurus lebih telah dikasih lewat tetapi kedua-duanya
masih belum memperoleh hasil.
Sesudah kewalahan, akhir-akhirnya, Tok-koh It Hang loncat
mundur, akan gunai ketika untuk meraba ke pinggangnya di
mana ia buka suatu benda yang mclibat, apabila ia telah tank
itu, nyata ia sudah keluarkan sebatang djoan-kiam, atau
pedang lemas, yang bersinar bcrkcrcdcpan sebagai emas,
karena gegaman itu terbuat dengan campuran emas putih
keluaran Hek-liong-kang. Pedang ini, disimpan bisa dilibat
bagaikan ikat pinggang, digunai lalu menjadi pedang, dengan
tajamnya luar biasa.
?Jikalau terus kita bertanding secara begini, sampai terang
tanah juga sukar didapati kepastiannya menang atau kalah,?
kata ia, setelah ia siap dengan pedangnya yang istimewa itu.
?Bertempur secara begini tidak menarik hati, tidak ada artinya,
maka itu baiklah kita gunakan pedang untuk aku terima
pelajaran ilmu Thay Kek Tjap-sha-kiammu berikuti hoei-piauw
yang berbayang berkelebatan, di antara sinar pedangmu!?
Tegasnya, dengan ?Hoei-eng Keng-soan-kiam?, jago tua
dari Liauw-tong ini hendak uji ilmu pedang orang dan senjata
rahasia yang kesohor, sebab ilmu silat tangan kosongnya ia
sudah jajal sempurna.
Lioe Kiam Gim tidak berayal untuk sambut tantangan itu,
tetapi karena ia tahu pihak lawan ada sangat tangguh, ia tetap
waspada, ia tidak mau berlaku serampangan. sesudah hunus
pedangnya sendiri dan pasang kuda-kudanya dengan tenang
seperti biasa, ia mengundang: ?Silakan!?
Atas undangan itu, tubuhnya Tok-koh It Hang segera
bergerak, akan tetapi bukannya ia terus menerjang, ia hanya
berputar ke belakangnya orang
itu dari mana baharulah ia
kinm satu tikaman.
Menuruti gerakan lawan, Kiam Gim memutar tubuh, begitu
tikaman datang, ia berkelit, tapi sambil berkelit. ia pun terus
putar tubuhnya, hingga sekarang adalah ia yang beradadi arah
belakang jago Liauw-tong itu, untuk ia balik menerjang.
Berbareng dengan berkelebatnya satu sinar, ujung pedang
menusuk pundaknya si jago tua, pada bagian jalan darah
Hong-hoe-hiat. Tipu totokan yang dipakai pun ada ?Giok lie
tjoan tjiam? atau ?Bidadari menusuk jarum?
Tok-koh It Hang sendiri, sesudah serangannya mengenai
tcmpat kosong, sudah lantas bergerak dalam tindakan ?Liong
heng hoei pou?, atau ?Tindakan naga terbang?, akan
pindahkan tubuh ke kanan lawan, dari sini pedangnya, yang
telah ditarik pulang, diicruskan dipakai menyambar muka
lawan dengan tipu serangan ?Hoan sin hian kiam?, ialah
?Mempcrsembahkan pedang sambil memutar tubuh?.
Kiam Gim batal dengan serangannya, yang tidak mengenai
sasaran, maka itu, melihat gerakan lawan yang berbahaya itu,
ia menjejak tanah, untuk loncat mclcsat jauhnya dua-tiga
tumbak hingga ia lolos dari ancaman bahaya.
Menampak gerakan lawan itu, bagaikan gerakannya
bayangan, Tok-koh It Hang lompat mengejar, berbareng
dengan itu, ia teruskan menyerang tiga kali saling susul,
dengan tipu-tipunya ?Wan khauw tjin koh? atau ?Orang hutan
menyucuhkan buah?, ?Sian djin tjie louw?, atau ?Dewa
menujuki jalan?, dan ?Beng kee tok siok? atau ?Ayam galak
mematok gaba?. Itulah ada scrangan seperti hujan deras
antara angin hebat!
Lioe Kiam Gim sudah tahu liehaynya musuh, tidak pern ah
ia abaikan diri, maka itu, tidak perduli hujan serangan ada
bagaimana hebat, ia menangkis dengan tenang, ia berkelit
dengan sebat, sama sekali ia tidak berikan ketika untuk lawan
desak ia.
Hanya kemudian, sclang seratus jurus lebih, ia pun insyaf,
jikalau terus-terusan mereka bertempur saja, tanpa ada
keputusannya, entah mereka akan bertempur sampai di waktu
apa. Maka dia akhirnya, sesudah berpikir, ia buka satu
lowongan, terus ia mencelat keluar kalangan, tak perduli
pedang lawan mengancam bebokongnya, bagaikan burung,
tubuhnya lompat melesat.
?Sahabat, jangan pergi!? berseru Tok-koh It Hang, yang
tampak orang keluar dari kalangan. ?Sambutlah ini!?
Dan tubuhnya melesat menyusul, ujung pedangnya terus
menusuk!
Lioe Kiam Gim loncat dengan satu maksud, sambil lompat,
ia pasang kuping. Ia dengar sambaran angin, ia menduga
pada susulan musuh serta tusukan pedang, tidak menunggu
sampai ujung pedang mengenai sasaran, dengan sekonyongkonyong
ia putar tubuhnya dalam gerakan ?Koay bong hoan
sin? atau ?Ular siiuman jumpalitan?, pedangnya sendiri dipakai
menangkis dalam tipu silat ?Kim peng tian tjie? atau ?Garuda
emas membuka sayap?. Ia telah gunai tenaga yang besar,
akan bentur pedang lawan itu, sedang tangan kirinya, dengan
tenaga ?Siauw thian tjhee? atau ?Bintang kecil?, dipakai
menotok dadanya lawan itu.
Dalam keadaan seperti itu, Tok-koh It Hang tidak dapat
ketika akan elakkan diri pula, maka terpaksa, ia antap kedua
senjata saling beradu,
hingga menerbitkan? suara yang nyaring keras, sedang di
lain pihak, guna luputkan serangan tangan kiri lawan itu, ia
juga gunai ?Siauw thian tjhee?, hingga juga tangan mereka
turut beradu satu dengan lain.
Dua-dua bentrokan itu ada hebat, dengan tak dapat
ditahan lagi, masing-masing mereka tak dapat menahan tubuh
mereka, yang rubuh terpelanting, hanya begitu jatuh,
keduanya segera lompat bangun pula, akan berdiri dengan
tegar, hanya selagi rubuh, dalam hatinya, masing-masing
merasa malu sendirinya.
?Sahabat, sambutlah pula ini!? berseru Tok-koh It Hang,
yang tidak mau sia-siakan ketika lagi. Ia pun ada mendongkol.
Dalam cuaca gelap itu, tiga buah Thie-lian-tjie, atau ?teratai
besi?, menyambar ke arah tiga jurusan anggota, ialah jalan
darah ?Kie-boen-hiat?, ?Hong-hoe-hiat? dan ?Kiauw-im-hiat?.
Kiam Gim lihat sambarannyatiga buah senjata rahasia itu,
yang menyusul seruannya lawan, sambil memutar tubuh
untuk berkelit, pedangnya dipakai menyampok. Dua buah
Thie-lian-tjie lewat di tempat kosong, yang ketiga kena
disampok jatuh ke tanah.
Sambil elakkan diri secara demikian, jago Thay Kek Pay ini
juga tidak diam saja, sebat luar biasa, tangan kirinya merogoh
sakunya, akan keluarkan ?Kiam-eng Hoei-piauwnya?, sekali
raup saja, ia telah keluarkan duabelas batang, lalu antara
berkelebatnya cahaya pedang, ia baias menyerang lawan itu,
hingga umpama bintang berjalan, semua piauw itu
menyambar saling susul!
VI
?Bagus!? berseru Tok-koh It Hang, yang lihat lawannya
baias menyerang ia dengan senjata rahasianya itu yang
kesohor, berbareng dengan mana, dengan ?It hoo tjhiong
thian?, atau ?Seekor burung hoo menerjang langit?, ia lompat
tinggi sampai setumbak lebih, hingga piauw, yang mengarah
ke tengah dan ke bawah, lolos semuanya, hingga tinggal
empat buah lagi, yang menyerang ke atas.
Kiam Gim sudah duga, lawannya akan bisa menyingkir dari
piauw dua arah tengah dan bawah, belum tentu dengan arah
atas, tetapi Tok-koh It Hang benar-benar liehay, karena sebat
luar biasa, ia tanggapi empat buah ke arah atas itu, selagi ia
turun ke bawah ? sebelum kakinya injak tanah ? ia sudah
baias menyerang sambil tertawa dan serukan: ?Aku
kembalikan piauwmu ini, yang aku tidak biasa pakai!?
Jago Thay Kek Pay itu terperanjat, akan tetapi ia sanggup
kelit dari serangan empat piauw itu.
Tok-koh It Hang menginjak tanah untuk segera simpan
djoan-kiamnya, segera ia rangkap kedua tangannya.
untuk memberi hormat, sambil bersenyum, ia berkata:
?Tiga-tiga kcpandaian dari Loo-enghiong, aku telah
pcrsaksikan, sungguh hehay, luar biasa! Lioe Loo-enghiong,
sampai kita bertemu pofa!?
Lioe Kiam Gim buru-buru simpan pedangnya.
?Sahabat, tunggu dahulu!? ia berseru. Ia tahu orang berniat
angkat kaki,
Akan tetapi tubuhnya jago Liauw-tong itu sudah mencelat
ke dalam Irimba, cuma suaranya masih terdcngar, katanya:
?Tak dapat kita bicara dengan sepatah kata saja, di bclakang
hari, kau akan mendapat tahu! Sckarang silakan cari kawanmu
dahuluP
Lioe Loo-kauwsoe jadi bcrdiri tercengang. Ia sama sekali
tak ketahui sikapnya jago Liauw-tong itu, yang lagi mcrantau
untuk cari kawan, guna sekalian cari tahu perihal tujuannya
dan perhubungannya dengan Teng Kiam Beng. sang soetee,
yang di mata kaum Kang-ouw katanya telah bersahabat, atau
berkenalan. dengan golongan pembesar negeri. Tok-koh It
Hang telah ketahui hal Kiam Gim, tapi ia ingin membuktikan
sendiri, terutama sejak undurkan diri ke Kho Kee Po, K-iam
Gim sudah diamkan diri hingga orang tak dengar apa-apa
perihal sepak-terjangnya.
Pertempuran barusan memang telah diatur, untuk mana,
Tok-koh It Hang bekerja sama-sama dengan Tjiong Hay
Peng, dan temyata, daya-upaya itu bcrhasil membuat Lioe
Kiam Gim muncul. Kiam Gim benar-benar tidak mengetti
maksud orang. Tapi ia bisa berpikir, maka itu, bcrdiam belum
lama, scgera ia buka ti ndakannya, akan menuju terus ke
rumahnya Tjiong Hay Peng. Ketika sebentar kemudian ia tiba,
ia sudah lantas loncat naik ke atas rumah, dengan llmu
mengentengi tubuh, ia kitarkan rumah itu.
Malam itu, seluruh rumah Hay Peng ada gelap-gulita,
kecuali dari kamar samping sebelah timur, ada molos sedikit
cahaya api, ketika Kiam Gim menghampirkan ke situ, untuk
melihatnya, ia tampak dalam lamar ada dinyalakan sebatang
lilin besar dan satu orang asyik duduk di samping lilin itu. Dan
orang itu bukan lain daripada tuan rumah sendiri.
?Kenapa sampai begini waktu dia masih belum juga tidur??
Kiam Gim menduga-duga. ?Tapi inilah kcbctulan, aku hendak
bicara sama ia, ia justcru berada sendirian?.?
Meskipun ia berpikir demikian, Kiam Gim tidak lantas turun,
akan ketemui sahabat itu, dan iapun tidak memanggil, atau
berikan tanda perihal kedatangannya. Dengan hati-hati, ia
cantelkan kakinya di payon, kemudian dengan menyedot
napas terlebih dahulu, dengan tiba-tiba ia meniup ke arah lilin,
hingga lilin itu padam seketika, hingga kamar jadi gclappetang.
Ia percaya, Hay Peng akan kaget karenanya. Akan
tetapi,
di luar sangkaannya, Hay Peng justeru tertawa berkakakan,
seraya terus berkata: ?Saudara Lioe, oh, kau baharu sampai??
Dalam herannya, Kiam Gim pikir, orang rupanya asyik
tunggui ia, maka itu, ia tidak mengerti, kenapa tuan rumah itu
jadi demikian liehay, mengetahui kedatangannya. Ia tidak
tahu bahwa In Tiong Kie, yang tadi tinggalkan mereka, sudah
mendahului datang pada orang she Tjiong ini untuk berikan
kisikan.
Sebentar saja, api lilin di dalam kamar, nyala pula.
Kiam Gim tidak sia-siakan tempo akan loncat turun.
Hay Peng muncul untuk sambut tetamunya ini.
?Saudara Lioe, aku memang sudah duga kau bakal segera
kembali!? berkata jago Heng Ie Pay itu sambil bersenyum.
Kiam Gim membalas hormat.
?Bagaimana kau ketahui aku bakal datang pula?? ia tanya.
Tjiong Hay Peng bersenyum.
?Marilah duduk,? mengundang ia, yang simpangi
pertanyaan orang.
Kiam Gim terima itu undangan, maka berdua mereka ambil
kursi.
?Dengan sebenarnya, soetee kau ada dicurigai oleh kaum
Rimba Persilatan,? kata Hay Peng kemudian. ?Melulu karena
masih ada yang dipandang, orang jadi belum ambil tindakan.
Tapi, Lioe Loo-enghiong, di mana soeteemu itu ada jadi
gundal pembesar negeri, apa kau hendak bela dia dan ingin
dapat pulang barang upeti yang dirampas itu??
Keduamatanya orang she Lioe itu bersinar. Tapi ia masih
cukup sabar.
?Saudara Tjiong,? berkata ia, ?sudah dua puluh tahun lebih
kita| orang tidak bertemu/tetapi kau hams ketahui, hatiku
tidak pemah berubah! Apakah kau percaya aku kesudian jadi
kaki-tangan pemerintah Boan, jadi gundal? Jangan kata aku
sendiri, walaupun soeteeku, dia juga tak nanti, dia hanya
gelap pikiran, dia seperti orang tolol!?
Lantas Kiam Gimjelaskan sifamya Kiam Beng, yang baik
sama pembesar negeri karena adanya urusan dengan
Keluarga Soh.
?Saudara Tjiong,? ia tegaskan, ?umpama benar soeteeku itu
menghamba pada pemerintah Boan, untuk hidup mewah saja,
tidak nanti aku lakoni pcrjalanan ribuan lie ini ke Djiat-hoo!
Aku datang bukan untuk saudaraku itu, tetapi untuk kaum
Kang-ouw sendiri, apabila kita orang sendiri bentrok, apakah
itu tidak memalukan kaum kita??
Hay Peng angkat kepalanya, ia pandang tetamunya.
?Saudara Lioe, di sini bukan soal bentrokan melulu??
katanya. Tapi Lioe Kiam Gim memegat: ?Aku mengerti
kesembronoannya soeteeku, hingga ia terbitkan
kecurigaannya kaum Rimba Persilatan, tetapi orang dengan
kelakuan mirip soeteeku ini.
sekarang ini bukan dia saja scorang dm! Jikalau kita
lancang curigai semua, apa ito bukannya berarti
memperlemah tenaga sendiri??
Hay Peng bcrbangkit.
?Saudara Lioe, kau bicara soal memperlemah tenaga
sendiri!? ia bilang, sikapnya mendesak. ?Bukankah kalau
tenaga dipersatukan, itu besar faedahnya? Saudara Lioe, apa
kau rnasih memikir untuk mcmulihkan dandanan kita| yang
lama, untuk membangkitkan kita bangsa Han??
Didesak sccara dcmikian, Kiam Gim bersangsi. la ingat
sebabnya kenapa sudah dua puluh tahun lebih ia asingkan
diri.
?Kalau kita cuma andali tenaga kita kaum Kang-ouw saja,
apa kita bisa pcrbuat?? ia tanya. ?Sudah dua ratus tahun
bersclang, sejak bangsa Ouw masuk kemari, pokok dasamya
telah jadi kuat sekali, scdang selama beberapa puluh tahun
ini, bangsa asingpun tunjang padanya! Bisakah kita gempur
dia??
*Tapi kita bisa bcrdaya, saudara Lioe,? Hay Peng bilang.
?Ada orang yang sedang dayakan itu__?
la terus tuturkan hal sepak-terjangnya Tok-koh It Hang, si
jago tua, yang hendak persatukan kaum Kang-ouw, ia hanya
tidak sebutkan namanya.
Kiam Gim nampaknya ketarik,
?Saudara Tjiong, siapa dia itu??| tanyanya dengan
bemafeu. ?Apakah aku bisa bertemu dengan dia??
?Lioe Loo-enghiong,? berkata ia, ?kau sebenamya sudah
bcrtemu sama dia, malah sudah bcrtempurjuga! Kau orang
sudah bertempur selama setengah ma lam an, apakah kau
masih beium ketahui siapa adanya dia itu??
Kiam Gim Iantas bisa mengerti.
?Dia ada Tok-koh It Hang,? Hay Peng beritahu, seraya
beber hal-fliwalnya orang itu.
?Apakah dia masih ada di sini? Apakah aku bisa pasang
omong dengan dia?? Kiam Gim tanya kemudian.
Kembali Hay Peng tertawa, ia urut-urut kumisnya.
?Siapa tidak bertempur, dia orang tidak berkenalan!? kata
ia, sembari tertawa terus. ?Cuma Tok-koh It Hang yang
sanggup lawan kau, Saudara Lioe, melainkan kau yang
mampu layani kim-na-hoatnya! Inilah yang dibilang, orang
hutan menyayangi orang hutan, pantas Saudara bemiat
segera menemui dia! Sayang dia tidak ada di sini sekarang,
dia bemiat pulang ke Liauw-tong?.?
Kiam Gim tercengang, ia merasa kecewa.
?Tempatku ini, Sha-tjap-lak Kee-tjoe, benar-benar sunyi,?
Tjiong Hay Peng kasih kcterangan lebih jauh, ?akan tetapi
tempat ini tidak sentosa, saking jaraknya yang terlalu dekat
dengan Sin-tek, di mana ada Istana Kaisar Boan. Pasti akan
menyolok mata apabila kita kumpul ramai-ramai
di sini. Maka itu Tok-koh It Hang hendak pulang dahulu ke
Liauw-tong, di Sam-she Oey-see-wie di Ie-lan, | untuk
melakukan persiapan. Di sana orang bisa berkumpul dengan
merdeka. Di sini Tok-koh It Hang minta aku yang bantu ia
mengundang Orang-orang kaum kita, tapi untuk ini, kita
berdua harus bekerja sama-sama?.?
Soal ini membikin Kiam Gim berpikir. Ia tidak lantas terima
baik, iapun tidak menolak. Ia bukannya jerih, ia hanya kuatir
namanya nanti sudah tidak mempunyai pengaruh pula
disebabkan pengasingan diri selama dua puluh tahun lebih.
?Aku juga hendak minta Saudara Lioe pergi menemui
Ketuadari Bwee Hoa Koen,? kemudian Tjiong Hay Peng
tambahkan.
?Untuk apa itu?? Kiam Gim, tanya.
?Saudara Lioe tinggal di Shoatang, mustahil Saudara tak
ketahui tentang perkembangannya Bwee Hoa Koen selama
tahun-tahun yang bclakangan ini?? Hay Peng balik tanya.
?Bwee Hoa Koen, yang juga disebut GieHoo Koen, paling
belakang sudah dirikan rombongan Gie Hoo Toan, yang bukan
saja di Shoatang berpengaruh besar, juga di lima propinsi
Utara.?
?Sudah dua puluh tahun aku berdiam di tengah muara, aku
tak tahu jelas lagi keadaan di luaran,? Kiam Gim akui. ?Aku
melainkan dengar apa-apa dari beberapa sahabat yang satu
waktu
suka kunjungi aku, pemah antarany a ada yang omong
tentang Gie Hoo Toan itu, katanya rombongan ito berpusat di
delapan ratus enam puluh lebih desa di Jim-pcng di mana ada
lebih daripada delapan ratus boe-koan. Orang pun bilang,
setelah ketuanya Bwee Hoa Koen, yaitu Ki-ang Ek Hian,
menutup mata, karena puteranya berkepandaian biasa saja,
dia ini tak dapat bikin tunduk orang banyak, karena mana
belakangan orang
angkat Tjoe Hong Teng dari angkatan
muda sebagai ahli waris kaum itu. Apa benar, dia ini adalah
yang bangunkan Gie Hoo Toan??
Tjiong Hay Peng be nark an itu pcrtanyaan.
?Walaupun dcmikian, bersama-sama Tok-koh It Hang, aku
masih belum ambil putusan untuk gabungi diri atau tidak
dengan dia itu,? ia manambahkan.
Lantas tuan rumah ini menutur hal Gie Hoo Toan,
antaranya ada yang Kiam Gim sudah ketahui, banyak juga
yang ia belum tahu.
Gie Hoo Toan ada satu cabang kecil dari Pat Kwa Kauw dari
Pek Lian Kauw, agama Teratai Putih. Di akhir zaman Goan
Tiauw, pemimpin Pek Lian Kauw ada Lauw Hok Tong, tapi
kepala agamanya ada Han Lim Djie, puteradari Han San Tong.
Lim Djie disebut juga Siauw Beng Ong. Di dalam pasukan
sukarela Pek Lian Kauw ini; Tjoe Goan Tjiang ada salah satu
pemimpin, adalah Tjoe Goan Tjiang yang berhasil mengusir
bangsa Goan (Mongolia) dan berdirikan Kerajaan Beng.
Setelah jadi kaisar, Tjoe Goan Tjiang mcnindih Pek Lian Kauw.
Di akhir Kerajaan Beng ini, Pek Lian Kauw pun disebut Pek
Lian Hwee, Kumpulan Teratai Putih, pengaruhnya tersebar di
Shoalang, Tit-lee, Shoasay, Hoolam, Siamsay, dan Soe-tjoan,
kepala agamanya ialah Ong Som, kepala agamanya men utup
mata, dia digantikan oleh putcranya, Ong Ho Hian dan Tjie
Hong Djie; dengan pimpin dua juta serdadu, mereka lawan
pemcrintah Beng, mereka tidak berhasil tetapi pengaruh
mereka sudah meresap antara rakyat jelata. Adalah setelah
Kerajaan Tjeng musnakan Kerajaan Beng, dan menggantikan
memerintah
Tionggoan, dan bangsa Han ditindas, bangsa ini bergerak
pula, dan sclama tahun pert ama dari Kaisar Kee Keng, ketua
Pek Lian Kauw, yaitu Lauw Tjie Hiap, serukan rakyat
?Rubuhkan Kerajaan Tjeng untuk bangunkan pula Kerajaan
Beng? dan ?karena pemerintah menindas, rakyat berontak?.
Bendera dan pakaiannya kaum ini ada serba putih. Selama
tahun ke-17 dari Kaisar Kee Keng, Thian Lie Hwee ialah Pat
Kwa Kauw, satu cabang dari Pek Lian Kauw, dengan bekerja
sama-sama Lie Boen Seng dari Tjin Kwa Kauw dan Lim Tjeng
dari Kim Kwa Kauw, sudah serang Istana Raja Boan di Pakkhia
serta niat rampas Tit-lee, Shoatang dan Hoolam.
Bertiga mereka berjanji, kalau mereka berhasil, mereka
akan bagi anggota mereka satu bauw tanah untuk sctiap
anggota. Mereka ini gagal tapi pembcrontakan mereka telah
menggetarkan seluruh negeri. Kemudian, terus sampai zaman
Kaisar Kong Sie, Kaum Pek Lian Kauw dan lainnya masih
bekerja sccara rah as i a. Tjoe Hong Teng itu ada asal satu
pemimpin kecil dari Pat Kwa Kauw, ia be 1 ajar silat pada Kiang
Ek Hian, setelah Kiang Ek Hian menutup mata, ia
menggantikan jadi ahli waris Bwee Hoa Koen, terus ia dirikan
Gie Hoo Toan. Ia ada orang dari To-tjioe, Shoatang, ia
mengakui ada turunan kaisar-kaisar Beng, seruannya ada
?Hoan Tjeng Hok Beng?, yaitu ?Rubuhkan Tjeng Tiauw?. Ia
ajarkan orang ?Sin Koen?, yaitu ilmu silat ?Malaikat?, katanya,
ada dewa atau malaikat yang bantu ia, hingga tubuhnya jadi
tidak mempan senjata tajam, tak dapat ditembak. Ia tidak bisa
abui orang cerdik tapi toh ada sebahagian orang yang percaya
padanya.
Mendengar sampai di situ, Kiam Gim tanya Hay Peng: ?Gie
Hoo Toan dari Tjoe Hong Teng bercita-cita ?Hoan Tjeng Hok
Beng?, tapi kenapa pemerintah Tjeng tidak larang padanya,
malah sebaliknya, kenapa dia diizinkan kumpulkan barisan
serdadu rakyat yang dinamai ?Koen-bin?? Kenapa di Jim-peng
saja sampai ada delapan ratus lebih cabang kaum itu??
Ditanya begitu, Hay Peng tepuk meja.
?Ini dia bagiannya yang rada sulit,? katanya. ?Ini ada suatu
siasat. Bukankah Saudara ketahui, bagaimana sewenangwenangnya
bangsa asing sekarang? Untuk itu, dengan
pelahan-lahan Gie Hoo Toan ubah seruannya dari ?Hoan Tjeng
Hok Beng?jadi ?HoeTjeng Biat Yang?.?
?Hoe Tjeng Biat Yang? berarti ?menunjang Kerajaan Tjeng
untuk memusnahkan bangsa asing?. Inilah gcrakan yang
menyebabkan delapan bangsa asing kepung Pakkhia,
sehingga Kerajaan Tjeng bikin jatuh pamor Tiongkok. Setelah
Perang Candu di tahun 1840, Tiongkok tutup diri, tapi bangsa
asing gempur pintunya dengan tembakan meriam dari kapal
perang. Segera datanglah paderi-paderi Kristen, untuk
mengajarkan agama. agamanya sendiri ada lain, adalah segala
penganutnya, yang main gila, mereka jadi pemeras rakyat
jelata, pengganggu kehormatan kesucian orang perempuan,
kalau terbit perkara mereka dilindungi, hingga umumnya
rakyat jadi benci mereka. Maka itu, Tjoe Hong Teng dengan
Gie Hoo Toannya, lantas jadi pembela rakyat yang bercelaka
itu. pemerintah Boan lihat ancaman bahaya, lantas See
Thayhouw, Ibusuri, dengan turuti sarannya Yok Hian, Soenboe
dari Shoatang, ubah sikap, ialah dari dimusuhkan, Gie Hoo
Toan dibaiki. Tjoe Hong Teng suka bekerja sama-sama, ia
harap, setelah usir bangsa asing, ia nanti bisa bikin terjungkal
bangsa Boan. Sikapnya Tjoe Hong Teng ini menyebabkan
ragu-ragu di antara rakyat, sampai Tok-koh It Hang sendiri
turut bersangsi. Maka Tok-koh It Hang, dengan
perantaraannya Tjiong Hay Peng, ingin ketahui sikapnya Lioe
Kiam Gim. Jago Thay Kek Pay ini, yang tinggal di Shoatang,
ada kenal baik pemimpin tua dari Bwee Hoa Koen, ialah Kiang
Ek Hian.
Setelah dengar keterangan lebih jauh itu, Kiam Gim jadi
berpikir. Ia memang tidak puas terhadap Kerajaan Tjeng, tapi
sudah lama ia undurkan diri, hatinya sudah mulai tentaram.
Sekarang, hatinya jadi goncang. Dt akhirnya, ia nyatakan suka
ketemui Tjoe Hong Teng, untuk ketahui jelas sikapnya Ketua
Gie Hoo Toan ini, untuk ? apabila bisa ? baliki tujuannya Tjoe
Hong Teng menjadi pula ?Hoan Tjeng Hok Beng?.
Dua sahabat ini bicara dengan asyik, sampai tahu-tahu,
sang fajar telah datang, sinar terang muncul dari arah Timur.
Justeru itu, dari antara jalanan gunung, ada berlari-lari satu
orang ke Sha-tjap-lak Kee-tjoe, untuk sesampainya,
menggedor pintu rumahnya Tjiong Hay Peng. Dia temyata ada
Lie KeeTjoen, muridnya Tjiang Han Tek dari Ngo Heng Koen,
ialah boesoe atau guru silat dari rombongannya Teng Kiam
Beng yang atas titahnya Kiam Beng, hendak cari Lioe Lookauwsoe.
Karena sesudah jauh malam Kiam Gim belum
kembali, Kiam Beng sangka saudara itu pergi pada Hay Peng,
dan karena kuatir saudara itu alami hal tak disangka-sangka,
Kee Tjoen dikirim untuk menyusul.
Atas gedoran, pintu dibuka oleh beberapa muridnya Tjiong
Hay Peng. Kee Tjoen tanya hal Kiam Gim, mu-rid ini
menyangkal. Mereka mcmang tidak tahu, Hay Peng dengan
beruntun telah kedatangan In Tiong Kie dan Lioe Kiam Gim,
malah Kiam Gim asyik pasang omong dengan gurunya,
scbaliknya mereka jadi gusar, mereka sangka Kee Tjoen ada
gundalnya pembesar negcri dan datang untuk cari rahasia.
Syukur, sebelum mereka bertempur. Hay Peng dan Kiam Gim
muncul, hingga murid-murid itu jadi hcran dan melengak.
?Ada urusan apa?? Kiam Gim tanya Kee Tjoen.
Orang she Lie ini mclongo, di depannya Tjiong Hay Peng, ia
tidak bisa bcrikan jawaban, sedang tampangnya tuan nunah
pun sudah lantas berubah.
Kiam Gim- tertawa, sambil uruti kumisnya, ia kata:
?Lauwtee, Tjiong Loo-tj lanpwec ini ada sahabatku dari
beberapa puluh tahun, kau jangan kuatir apa-apa! Bukankah
kau orang kuatir aku kena ditahan di sini maka kau datang
untuk papak aku?? Tjiong Hay Peng pun tertawa dan
bcrkata: ?Jangan kuatir, Lauwtee! Lioe Soepehmu ini,
dengan bcrdiam di rumahku, tidak nanti terhilang lenyap!?
Lie Kee Tjoen menjadi gugup, romannya kuatir.
?Maaf, Lootj ianpwee, tctapi tidak demikian maksud kita??
berkata ia, dengan tidak lancar. ?Hanya, hanya?? ia terus
memandang Kiam Gim dan meneruskan:?? hanya Teng
Soesiok minta Soepeh lekas kembali, sebab tadi malam kita
telah kedatangan satu tetamu tidak diundang?.?
Kiam Gim heran.
?Tetamu siapa itu? Dari mana datangnya?? ia tanya.
?Teetjoe tidak kenal orang itu,? sahut Lie Kee Tjoen. ?Dia
bicara lama sekali dengan Teng Soesiok, kemudian baharulah
Soesiok titahkan aku susul Soepeh di sini untuk disambut
pulang?.?
Kiam Gim hcran, karena itu, ia lantas pamitan dari Hay
Peng, terus ia ikut Kee Tjoen. Di tengah jalan, ia ada
bersemangat, meskipun satu malaman ia tidak tidur sama
sekali. Ia bicara sama Kee Tjoen, ia tanya, siapa sebenarnya
tetamu itu.
?Entahlah, tapi ia datang dari Sin-tek,? Kee Tjoen jawab.
?Begitu bertemu sama Teng Soesiok, dia kata dia datang
langsung dari Sin-tek dan dengan ter-buru-buru, dia tidak berhenti-
henti di tengah jalan.?
Tetamu dari Sin-tek?? kata Kiam Gim, yang ulangi itu
berulang-ulang.
Ia?menduga-duga dengan sia-sia, ia rnasygul. Sin-tek ada
daerahnya Istana Boan. Apakah orang itu datang dengan
suatu kabar penting, yang berbahaya? Atau dia ada orangnya
pembesar negeri yang lagi lakukan penyelidikan?
Dugaannya Kiam Gim ini benar dan tidak benar. Benar
karena tetamu itu betul ada dari pihak pembesar negeri. Tidak
benar karena dia datang bukan untuk cari tahu perihal ia dan
orang yang belum ketahui, dari pihak yang bcrtcntangan, ia
sekarang ada sahabatnya Tok-koh It Hang.
Tetamu itu ada orangnya Keluarga Soh. Seberangkatnya
Kiam Beng dan Kiam Gim, Soh Sian Ie dan anaknya pun
segera berangkat ke Sin-tek dan ayah dan anak ini bisa
sampai lebih dulu. Dengan lantas mereka ini berembukan
sama wie-soe, atau pah law an dari istana Sin-tek dan
pahlawan dari Istana Pakkhia, kemudian mereka lantas bikin
penyelidikan. Dengan lekas mereka dapat tahu yang Kiam
Beng bcramai sudah pergi ke Sha-tjap-lak Kee-tjoe, pada
Keluarga Tjiong, justeru Keluarga Tjiong ini mereka curigai
ada mempunyai sangkutan dengan perampasan upeti, sedang
mereka juga tahu, Lioe Kiam Gim ada bersahabat rapat
dengan Tjiong Hay Peng. Di sebelah itu, mereka juga telah
dengar selentingan hal adanya beberapa orang
yang tidak
dikenal yang suka berkumpul di Hee-poan-shia. Bangsa
Boan mcmang paling jenh kalau or-ang-orang kaum Rimba
Persilatan mengadakan persatuan. Soh Sian Ie pun tidak ingin
Kiam Gim berhasil dengan perjalanannya ini, ia ingin Kiam
Beng terus terpisah dan kaummnya, untuk mengatur terus
jaring. Dan tetamunya Kiam Beng itu ada salah satu
pahlawannya Sian Ie, yang dengan Kiam Beng ada bersahabat
kekal.
Kapan Kiam Gim sampai di ru man penginapan, ia dapatkan
Kiam Beng sudah dandan rapi, sudah siap untuk suatu
perjalanan, di sampingnya soetee ini ada seorang dari usia
pcrtcngahan yang matanya m i rip mat a tikus dan hidungnya
bengkung bagaikan gactan.
?Eh, Soetee, kau hendak bikin apa?? Kiam Gim segera
tanya seraya ia tarik tangan orang. ?Kau hendak pergi ke
mana??
. Kiam Beng tidak segera menjawab, hanya sambil tarik
orang di sampingnya, ia kata untuk memperkenalkan:
?Soeheng, ini ada Saudara Yap Teng Tjeng dari Pat Kwa
Tjiang atau pahlawan dari Keluarga Soh, ia mengabarkan
tentang upeti yang dibegal sudah ada kabamya, ia sekarang
ajakkita segera berangkat ke Sin-tek!?
Teng Tjeng maju seraya hunjuk hormatnya.
?Tentang upeti itu, Loo-enghiong tak usah capaikan hati
lagi,? berkata ia. ?Kita orang sudah dapat keterangan,
barang pun telah didapat pulang, maka sekarang lata tinggal
menunggu kembalinya Tcng Loo-enghiong untuk
membereskannya.?
Tentu saja ada dusta belaka yang barang upcti telah
didapat pulang, itu ada alasan melulu guna pancing mcrcka
kembaii, Kiam Bene boleh kena diakali, tidak Kiam Gim. Dia ini
awasi pahlawan Keluarga Soh itu, ia tidak bilang suatu apa,
hanya kemudian, menarik tangannya sang soetee. ia kata
dengan sabar. ?Untuk kembaii ke Sin-tek, tak usah kita
tergesa-gesa. Biarlah tctamu kita ini menunggu sebentar, aku
ingin bicara dahulu sama kau.w la terus menoleh pada Lie Kee
Tjoen seraya teruskan berkata: ?Tolong kau tcmani dahulu
tctamu kita ini.? Kemudian pada tctamunya, ia bilang: ?Maaf,
Tuan, maafkan kita si orang desa!?
Dengan tidak perdulikan, bahvva orang pentang matanya
lebar-lebar, Kiam Gim terus tarik Kiam Beng ke dalam.
?Sebenarnya ada apa, Soeheng?? Kiam Beng tanya.
?Kenapa kita tak bicara di tengah jalan saja??
Soetee inipun heran, soehengnya yang paling kenal tata
sopan santun, tetapi sekarang bersikap sebaliknya.
Kiam Gim pandang soetee itu dengan tajam, lantas ia uruturut
kumisnya.
?Soetee, kau seharusnya bisa membeda-bedakan,? kata ia,
?kau bisa bedakan satu orang gagah dari satu
kurcaci. Apakah satu kurcaci mesti dipandang sebagai
orang gagah dan kau hendak bertaku hormat kepadanya??
Mukanya soetee itu menjadi merah.
?Aku lihat dia ada satu laki-laki?? berkata ia. Ia merasa
tidak enak hati, karena ini adalah yang pertama kali
soehengnya bicara demikian tandas kepadanya.
Kiam Gim sendin merasa tidak enak ia telah bicara
sedemikian rupa terhadap soetee itu, tetapi ia tidak mengerti,
kenapa sang soetee begitu percaya orangnya Keluarga Soh
itu.
?Tentang barang upeti, aku telah dapat keterangan,? kata
ia, yang mclanjuti, untuk simpangi pembicaraan, kemudian ia
tuturkan hal pertemuannyasamaTok-koh It Hang dan Tjiong
Hay Peng. ?Barang itu berada di tangannya orang Liauw-tong
itu. Itulah bukan maksudnya Tok-koh It Hang akan kangkangi
barang itu, tetapi sekarang tidak ada soal untuk mendapatinya
kembaii, guna dipulangkan pada Raja Boan. Di scbelah itu,
kita justeru diundang untuk satu pertemuan di le-lan.?
Walaupun ia menerangkan demikian, Kiam Gim masih tidak
sebut cita-cita ?memberantas pemerintah Boan?, tetapi ini
justeru menyebabkan Kiam Beng keliru mengerti. Dengan
sepasang alisnya berdiri, soetee ini kata: ?Soeheng, jikalau
kau hendak pergi ke Liauwtong,
pergilah kau sendiri! Aku hendak pergi ke Sin-tek.
Terus terang aku sangsikan Tok-koh It Hang. Kenapa dia tidak
memandang-mandang lagi, kenapa dia rampas juga
benderaThay Kek Kie? Kenapa diapun sampai uji pada
Soeheng? Lebih celaka ada si tua bangka Tjiong Hay Peng,
sama sekali dia tidak pandang pula Kaum Thay Kek Pay, kita
datang dengan cara hormat, dia justeru uji aku berulangulang!
Aku percaya, karena mereka jerih terhadap kita,
mereka pakai akal memancing kita datang ke Liauw-tong!?.?
Kiam Gim coba redakan soetee ini tetapi Kiam Beng panas
hatinya, maka di akhimya, ia pikir, baik ia ikut soetee ini.
Untuk pergi ke Liauw-tong, ia masih punya tempo. Ia pikir, di
Sin-tek pun ia?bisa dengar-dengar kabar.
?Kalau begitu, Soetee, baiklah, aku nanti iringi kau,? kata ia
akhimya.
Demikian, dengan diantara Yap TengTjeng, mereka
berangkat ke Sin-tek.
Selang dua hari sesampainya Kiam Beng di Sin-tek, Soh
Sian Ie ayah dan anak undang mereka untuk satu pertemuan.
Kiam Gim tidak niat iringi saudaranya, tetapi karena ia kuatir
untuk saudara itu, akhimya ia turut bersama. Ia tetap curiga,
meskipun Kiam Beng hunjuk Sian Ie sudah berusia tujuh puluh
lebih dan sudah lama mengasihngi diri. Ia curiga, kenapa Sian
Ie yang tua datang sendiri
ke Sin-tek, toh cukup kalau dia diwakili puteranya saja, Soh
Tjie Tiauw.
?Kau mesti waspada, Soetee, baik kau bawa pedangmu dan
piauw,? Kiam Gim pesan.
Kiam Beng anggap soeheng itu terlalu curiga, tapi ia
menurut, cuma pedangnya tidak dicantel di pinggang hanya
disesapkan dalam baju.
Pertemuan dilakukan di gedung musim panas dari Keluarga
Soh, ruangan yang indah dibikin terang dengan api-api lilin
merah. Dalam tembok pekarangan ada ditanami ban yak
pohon pek yang besar dan tinggi. Di dalam ruangan pun ada
dibakar dupa yang harum. Di sebelahnya tetabuhan, ada
terdengar nyanyian-nyanyian yang merdu. Kiam Beng dilayani
sebagai tetamu yang dihormati. Kiam Gim tidak biasa dengan
penghidupan mewah begini, bukannya ia bergembira, ia malah
rada mendongkol. Ia tetap waspada. Di waktu Sian Ie dan Tjie
Tiauw undang mereka minum arak, ia awasi dulu ayah dan
anak itu, sesudah mereka hirup arak mereka, baharu ia turut
minum, untuk dicicipi saja. Tidak ? demikian dengan Kiam
Beng, yang tenggak arak dengan rakus. Soetee ini malah
tertawakan dengan diam-diam pada soehengnya, yang dicelah
terlalu curiga. Di dalam hatinya ia kata: ?Kalau arak ada
racunnya, mustahil Sian Ie dan Tjie Tiauw minum itu??
Kiam Beng tidak tahu, walaupun arak itu dicampuri racun,
akan tctapi cara bikinnya ada istimewa, campuran obatnya
ada bcrbcda, ialah siapa minum itu, dia akan jadi letih,
tcnaganya berkurang. Untuk ini, or-ang-orang Boan itu tidak
bcrkuatir.
Sclagi bicara, Kiam Bcng tanya akan hal barang upeti dan
Tjic Tiauw hunjuk, seorang polisi asal Pakkhia dapat serepi, si
begal ada orang Liauw-tong dan barangnya diumpcti di suatu
tempat lak jauh dari Sin-tek.
?Karena di tempat itu ada sarangnya kaum Kang-ouw, kita
tidak berani sembarang turun tangan, kita scngaja tunggu
Djiewie dahulu,?Tjie Tiauw tambahkan.
Jawaban ini tidak dapat dipcrcaya, oieh Kiam Gim dan oleh
Kiam Bcng juga. Mustahil barang upeti disembunyikan di dekat
Sin-tek? Meski begitu, Kiam Bcng tidak bilang suatu apa.
Pcrjamuan dilanjuti, pelayan-pelayan tak hcnti-hcntinya
putari tetamu-tctamu untuk melayani.
Para hadirin. kebanyakan pahlawan, ada tidak dikcnal oleh
Kiam Bcng. hal ini membuat Ketua Thay Kek Pay ini tak
leluasa sendirinya, dari tak leluasa, ia jadi curiga.
Habis tiga edaran, datang saatnya tambahan barang
hidangan. Ketika itu, Soh Sian le berbangkit, katanya, ia
hendak buka bajunya yang gerombongan. Justeru itu muncul
pelayan yang membawa nenampan
terisi barang santapan. Pelayan ini bcrtubuh besar,
tindakannya tetap, kcdua matanya bersinar tajam. Terang ia
ada seorang yang mengerti boegee.
Dua pelayan di belakangnya Soh Sian le mcmbantui orang
Boan itu buka bajunya, untuk ini, orang Boan itu undurkan diri
dari meja.
Berbarengan dengan itu Tjie Tiauw berbangkit, untuk
bcritahukan para tetamu bahwa masakan yang baru disuguhi
itu ada hidangan yang langkah, k arena itu adalah bah so ikan
lee-hie dari sungai Loan Hoo.
Si pelayan sudah lantas sampai di depannya Kiam Beng dan
Kiam Gim, bclum nenampan diturunkan ke atas meja, atau itu
sudah ditumpahkan ke arah kedua soeheng dan soetee ini,
pada kcpala mercka. Isinya mangkok bukannya bahso ikan,
hanya welirang yang bundar-bundar bagaikan peluru, yalan
lioc-hong-tan, semacam senjata rahasia istimewa, sedang
siapa gunai itu, dia mesti paham lwee-kang, kalau tidak,
peluru itu tak akan meledak dan mcnyala, untuk membakar
pakaian dan kulit dan daging.
Dan berbareng dengan tumpahnya mangkok bahso, lioehong-
tan lantas menyala, menyambar-nyambar apinya!
Dua-dua Kiam Beng dan Kiam Gim kaget bukan kepalang,
akan tetapi Kiam Gim sudah siap sedia, karcna ia terus
waspada, maka itu, selagi lioe-hong-tan menyala, sambil
berseru keras. ia gunai dua-dua tangannya akan terbaliki meja
berbaru marmer. Syukur ia bertenaga besar kalau tidak, meja
itu tidak akan terangkat, karena berat, kakinya dari kuningan.
Karena itu, api jadi menyambar ke lain arah, hingga soeheng
dan soetee ini tidak terluka.
Menyusul itu, angin menyambar ke arah Kiam Gim. Itulah
sambarannya senjata rahasia, dari arah belakang. Jago ini
segera egoskan tubuhnya ke kanan, untuk berkelit, berbareng
dengan itu, tangannya membetot tubuh soeteenya, kemudian
dengan enjot kedua kakinya, ia terus lompat jumpalitan ke
belakang, lalu, sebelum orang tahu apa-apa, j tangan
kanannya menyambar ke tenggorokannya si penyerang gelap
dan kaki kanannya mendupak keras, hingga musuh roboh
seketika itu juga.
Tidak tunggu sampai Iain-lain musuh menyerang pula atau
maju, Kiam Gim dengan sebat hunus pedangnya Tjeng kong
Kiam dan tangan kirinya meraup Kim-tjhie-piauwnya, sembari
tolak tubuhnya Kiam Beng, ia serukan: ?Kenapakau tidak lekas
hunus pedangmu!?
Kiam Beng melongok, ia heran dan tidak mengerti sekali
atas kejadian itu, tetapi tegurannya sang soeheng membikin ia
sadar, maka itu, ia berbalik jadi sangat gusar, sembari cabut
pedangnya, ia berseru: ?Orang-orang tidak tahu malu! Aku
nanti adu jiwa dengan kau orang!?
Di pihak tuan rumah, semua orang
sudah lantas keluarkan
senjatanya masing-masing, malah sekalian pelayan juga turut,
oleh karena mereka adalah pelayan-pelayan palsu, mereka
ada kawanan kurcaci dari Rimba Pcrsilatan.
Kiam Gim, yang memandang ke semua pintu, dapatkan
semua itu telah ditutup rapat, sedang kursi meja pada
terbalik, letaknya kalang kabutan. Ia dapat kenyataan, di
dalam mangan yang tidak terlalu lebar itu, berdua mereka
sudah terkurung.
Segera juga, penyerangan telah dimulai. Kiam Gim dihadapi
oleh seseorang yang bergenggaman golok lancip, yang telah
putar goloknya sejak ia berada di antara sebuah meja. Ia
dibacok dari arah pundak terus ke tenggorokan.
Kiam Gim mundur, di belakang ia ada sebuah kursi, hampir
saja ia keserimpat, sedang dari sebelah kiri ada menyambar
satu Thic-tjio dan dari kanan sebatang ruyung, kedua-duanya
sampai dengan berbareng. Ia ada sangat gusar, tapi ia ingat,
selagi terkurung ia tidak boleh turuti nafsu amarah,
sebaliknya, ia hams berhati adem dan tenang, maka itu, ia
kendalikan diri. Begitulah, dengan geraki pedangnya, ia
tangkis semua tiga serangan itu dengan satu sampokan saja,
hingga semua senjata musuh jadi terpental, sesudah itu, ia
tempel tubuh dengan tubuhnya Kiam Beng, hingga ke depan,
ke kiri dan kanan, mereka bisa melihat dan bergcrakdcngan
leluasa.
Pihak lawan juga tidak bisa bergerak dengan leluasa,
discbabkan jumlah mereka yang terlalu banyak dan kursi-meja
menjadi rintangan, hal ini jadi ada baiknya juga bagi sochcng
dan soetee itu, yang mencoba mcndesak, untuk membuka
jalan.
Ruangan jadi berisik dengan beradunya alat-alat senjata.
Selagi musuh tidak berdaya. aniaranya ada yang rubuh,
ada yang senjatanya terpenta! dan terlepas, tiba-tiba Kiam
Gim serukan soetecnya: ?Man turut aku! Serbu!? Dan ia putar
pedangnya, ia lompat ke depan.
Kiam Gim insyaf, ia tidak bolch bertempur lama-lama di
ruangan tak lebar dan tertutup itu, lama-lama itu berarti
menanti kematian, maka itu, ia pcrlihatkan ia punya ilmu
pcdang Thay Kek Tjap-sha-kiam. Dengan lekas, ia telah
mendekati jendela sebelah rimur.
Kiam Beng turut teladan* soehengnya itu, ia
mengintii di sebelah belakang.
?Kawan-kawan di luar, awasl? demikian orang berseru.
?Sang kambing hendak nerobos! iaga!?
Berbareng dengan itu, Kiam Gim telah dobrak jendela
dengan kepalan kirinya menyusul mana, dengan loncatan ?Peh
rjoa tjoet tong? atau ?Ular putih keluar dari gua?, dengan
letaki pedang di depannya, ia loncat keluar jendela itu. Ia
percaya benar, di luar ada musuh, atau musuh-musuh yang
menjaga ia, tetapi ia tidak boleh takut. ia putar pedangnya,
guna bela diri.
Dugaannya jago Thay Kek Pay ini tidak meleset, begitu
tubuhnya muncul, ia disambut dengan bermacam-macam
senjata rahasia, maka dengan di put amy a pedangnya, semua
senjata itu mengenai pedangnya dan jatuh ke tanah. Selagi
menangkis, tangan kirinya jago ini tidak diam saja, dengan itu,
iapun menyambit dengan piauwnya, dengan gerakan ?Thian
lie san hoa? atau ?Bidadari menyebar bunga?, atas mana,
beruntun ada terdengar jeritan-jeritan dari kesakitan, terang
ada musuh-musuh yang menjadi korban!
Bagaikan harimau keluar dari guanya, demikian Kiam Gim
keluar dari jendela dengan tubuhnya yang bcsar. Untuk
leganya hati, apabila ia ambil ketika akan menoleh ke
belakang, ia lihat Kiam Beng tetap ada di belakangnya.
?Sungguh berbahaya!? ia mengeluh sendirinya.
Masih soeheng dan soetee ini belum lolos dari bahaya.
Benar sekarang mereka berada di tempat yang lega, akan
tetapi, musuh masih tetap mengurung mereka. Kecuali
musuh-musuh yang di luar, di dalam juga merubul keluar.
Jumlah pahlawannya Soh Sian Ie ini ada tiga sampai lima
puluh orang, di antaranya
ada juga yang liehay. Sekarang mereka ini juga bisa
bergerak dengan merdeka.
Sembari bertempur, Kiam Gim dari jalan keluar. Di mana di
belakang ia ada Kiam Beng yang menjaga, ia bisa pusatkan
perhatiannya melulu ke depan, ke kiri dan kanan. Walaupun
demikian, ada sulit untuk bisa segera membuka jalan.
Selang sedikit lama, justeru ia bisa rubuhkan satu musuh di
depannya, Kiam Gim terus lompat, akan gunai tempat yang
lowong itu. Ia lompat tinggi dan jauh, hingga ia menghadapi
sebuah pohon bcsar. Di sini, baharu saja kakinya injak tanah,
atau tiba-tiba sebatang toya besi menyambar ia dari arah
tempat yang gelap. Di situ ada bersembunyi satu pahlawan,
yang kepandaiannya tinggi dan tenaganya besar. Dia kirim
kemplangan ?Soat hoa khay teng? atau ?Bunga salju menutup
batok kcpala?.
Dalam keadaan seperti itu, Kiam Gim tidak bingung,
matanya jeli, kupingnya terang, mengetahui ada serangan, ia
tidak mau menangkis, ia hanya berkelit, hingga toya menimpa
tempat kosong. Apa celaka bagi si penyerang, karena ia hajar
tempat kosong, tubuhnya menjerunuk ke depan, dari itu,
sambil sambar toya orang, yang ia tajik dengan keras, jago
Thay Kek Pay itu bikin lawannya ngusruk ke arah ia sekali.
Sebat luar biasa, Kiam Gim totok orang punya jalan darah
?Moa-djoan-hiat?, lalu selagi orang menjadi mati kutunya, ia
sambar batang lehernya, ia cekal tubuhnya, terus ia angkat.
Justeru itu, serangan datang dari depan dan belakang. Untuk
menolong diri, ia putar tubuh musuh bagaikan senjata saja! Ia
berhasil dengan cara menangkisnya ini, semua musuh mundur
sendirinya
?Soetee, man ikut aku!? Kiam Gim serukan adik
seperguruannya. Ia girang sekali menampak musuh mundur
semua. Tapi ia tidak dapat jawaban, hingga ia jadi heran. Ia
berseru pula, sampai tiga kali, tetap sang soetee tidak sahuti
ia. Dalam herannya, ia segera menoleh ke ?belakang,.
Bukan main kagetnya! Ia tampak Kiam Beng lagi dikepung
musuh, tubuhnya limbung, seperti hendak rubuh.
?Celaka!? pikir ia. Tidak tempo lagi, melupakan bahaya, ia
putar tubuhnya, ia putar pedangnya akan tolongi saudaranya
itu, yang sedang terancam bahaya maut
Teng Kiam Beng telah terlalu percaya Soh Sian Ie, ia teguk
arak dengan tidak bataskan diri, benar arak itu bukannya arak
racun, tetapi tenaga arak itu ada luar biasa. Tidak demikian
dengan saudaranya, yang cuma mencicipi saja. Sudah minum
banyak arak, iapun mesti keluarkan banyak tenaga, dari itu,
dalam tempo yang lekas, ia menjadi lemah, pengaruhnya arak
bikin ia letih, tidak heran, ia jadi kewalahan mclayani banyak
musuh. Puncaknya kehebatan adalah kctika tubuhnya tctap
jadi sempoyongan limbun

^