Pendekar Laknat 13
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Bagian 13
n mengalami perobahan...."
Kakek Mata-satu berhenti sejenak, menghela napas. Lalu
melanjutkan ceritanya lagi.
"Soal itu aku berani mengatakan pasti tentang diri
Pendekar Laknat. Sekalipun ibumu merobah pandangannya
kepada Pendekar Laknat, dari ikatan ayah dan anak menjadi
cinta kasih wanita dan pria, tetapi selama itu Pendekar Laknat
tetap tak mau melanggar garis2 terlarang...."
Kembali kakek Mata-satu itu berhenti dan menghela napas
rawan. "Mereka hidup dalam kesunyian dan ketenangan. Tetapi
mereka merasa bahagia. Tiap hari mereka selalu berburu
burung, mencari ikan. Hari2 dilewati dengan penuh
kegembiraan. Sampai pada akhirnya, Pencekar Laknat telah
melakukan suatu tindakan yang salah...."
"Tindakan apa?" karena tak sabar lagi, Song Ling cepat
bertanya. "Tidak seharusnya Pendekar Laknat membawa ibumu
melihat-lihat ke kota! Mungkin karena hendak mengambil hati
ibumu supaya senang, atau mungkin karena lain sebab, maka
Pendekar Laknat membawa ibumu turun ke dunia persilatan.
Sebagai seorang gadis yang tak pernah bergaul dengan
orang, segala yang dilihat dan dijumpai, selalu membuat
ibumu heran, Kemudian ia menyadari bahwa dunia ini ternyata
amat luas dan ramai. Sejak itu, pandangan ibumu terhadap
Pendekar Laknatpun berobah. Mereka sering cekcok dan
899 bertengkar. Sampai pada suatu hari, ibumu telah mengenal
seorang pemuda she Song dan kedua saling intim...." Kembali
kakek Mata-satu berhenti seraya geleng-gelengkan kepala.
"Apakah dia.... ayahku...." Song Ling berseru gopoh.
"Benar," sahut Kakek Mata-satu, "pemuda she Song itu
adalah ayahmu. Ibumu memutuskan, untuk meninggalkan
Pendekar Laknat dan lari bersama pemuda itu. Sekalipun
Pendekar Laknat amat berduka atas peristiwa itu, tetapi dia
dapat memaafkan ibumu. Dia menyadari bahwa hal itu
memang tak dapat dicegah lagi. Maka ia tak mau mengejar
dan lalu pulang ke gunung Hong-san. Sejak itu ia hidup
dirundung duka. Walaupun ia dapat memaafkan ibumu, tetapi
ia teiap tak dapat melupakan kenangan hari2 yang bahagia
bersama ibumu. Sejak itu ia menjadi manusia pembenci dunia.
Dia benci kepada seluruh manusia di dunia ini. Dua puluh
tahun yang lalu, muncullah keempat momok Thian, Te. Liong,
Hou atau Iblis-penakluk-dunia, Dewi Neraka, Harimau Iblis
dan Naga Terkutuk. Dunia persilatan dilanda banjir darah.
Mendengar itu, Pendekar Laknat pun turun gunung dan
melakukan pembunuhan tanpa pandang bulu. Baik tokoh
golongan Putih maupun Hitam, dibunuhnya semua. Karena
tindakannya yang ganas itu, maka oleh kaum persilatan,
mereka dijuluki sebagai Lima Durjana.
Sebenarnya, hanya suatu fitnah belaka bahwa Pendekar
Laknat itu, membunuh secara membabi buta tanpa pandang
bulu. Karena sesungguhnya yang dibunuh itu kebanyakan
hanya kaum persilatan yang bejat moralnya. Dan selama itu
tak pernah ia bergabung dengan keempat momok itu.
Kemudian tampillah Ceng Hi toiang memimpin barisan
orang gagah untuk menghalau Iblis-penakluk-dunia dan
gerombolannya itu dari Tionggoan. Sejak itu, Pendekar
Laknatpun pulang ke gunung Hongsan lagi. Dua tahun
900 kemudian pada pertengahan musim rontok, ibumu dan
pemuda Song itu telah menikah. Entah bagaimana, kedua
suami isteri itu membawa puterinya yang masih bayi ialah
engkau, menjenguk Pendekar Laknat di gunung Hong-san.
Sebagai anak yang telah dirawat sejak kecil ibumu memang
masih mempunyai ikatan batin kepada Pendekar Laknat
sebagai ayah. Walaupun sudah menikah dengan lain orang
namun ia masih tetap terkenang akan orang tua yang hidup
sepi seorang diri di gunung itu. Maka diajaknyalah sang suami
dan puterinya untuk menyambangi orang tua itu. Ia ingin
menghibur orang tua yang telah melepas budi besar
kepadanya. Tetapi kunjungan yang bermaksud baik itu telah
menimbulkan peristiwa yang menyedihkan. Saat itu watak
Pendekar Laknat memang sudah berobah. Dari seorang tua
yang sabar dan murung dia telah menjadi seorang manusia
yang pemarah dan gemar membunuh. Dia menafsirkan
kedatangan ibumu bersama suaminya itu sebagai suatu
tindakan untuk mengejeknya. Apalagi ayahmu yang masih
muda itu memang berhati tinggi dan angkuh. Setitik pun dia
tak memandang hormat kepada Pendekar Laknat. Dalam
percakapan, timbullah salah faham dan karena sama
ngototnya, mereka segera berkelahi...."
Kakek Mata-satu menghela napas, berdiam Diri.
"Begitulah Pendekar Laknat lalu membunuh ayahku?" tanya
si dara. Kakek Mata-satu mengangguk pelahan.
"Jika Pendekar Laknat benar-benar sayang pada ibuku, tak
seharusnya ia membunuh ayahku!" Song Ling menggeram
pula. Namun nadanya agak berkurang bencinya kepada
Pendekar Laknat.
901 Kakek itu menghela napas, "Aku berani mengatakan,
bahwa semula pendekar Laknat memang tiada maksud untuk
membunuh ayahmu. Hal itu lebih cenderung kalau kesalahan
tangan saja. Tetapi ibumu marah sekali dan seketika itu juga
ia pergi dan bersumpah akan melakukan pembalasan. Sejak
itu berulang kali ia menantang Pendekar Laknat supaya
datang kepuncak Hong-san pada hari Tiong jiu (pertengahan
musim rontok)'untuk menyelesaikan hutang darah itu. Tetapi
Pendekar Laknat tak pernah datang! Dan pada tahun kematian
suaminya itu, ibumu datang berguru kepadaku!"
Selesai mendengar cerita kakek gurunya, Song Ling
menutup matanya dengan kedua tangan dan menangis
tersedu sedan. Siau-liong juga tergerak hatinya. Timbul rasa
perindahannya kepada Pendekar Laknat. Tanpa disadari, ia
telah mengenakan topeng Pendekar Laknat itu kemukanya.
Song Ling tak berkata apa2. Tiba-tiba dilihatnya Siau-liong
memakai topeng Pendekar Laknat. Seketika ia tertawa dan
berseru, "Huh, seram sekali!"
Siau-liong hanya tersenyum. Saat itu ia telah menyimpan
pil pemberian paderi Kim Ting ke dalam bajunya. Dapat atau
tidaknya ia menolong para tokoh2 yang ditawan Iblispenakluk-
dunia itu, nanti malam akan ketahuan hasilnya.
Saat itu sudah petang hari. Suasana dalam hutan pun
makin sunyi dan menyeramkan. Tiba-tiba kakek Mata satu
berkata kepada Siau-liong, "Saatnya sudah hampir tiba, Iblispenakluk-
dunia dan Dewi Neraka itu...." " tiba-tiba kata2nya
terhenti oleh suara tertawa nyaring yang bergelombang di
udara. 902 Ah, itulah suara tertawa si Iblis-penakluk-dunia. Nyata dia
sudah kembali ke puncak Kim Ting lagi....
Siau-liong menjurah di hadapan kakek Mata-satu dan
berkata, "Musuh sudah menampakkan diri, untuk sementara
ini terpaksa wanpwe hendak minta diri."
Song Ling pun juga berbangkit dan berkala gopoh, "Cousuya,
mohon cousu-ya suka membantunya menolong ibuku!"
Kakek Mata-satu menarik tangan Song Ling; "Saatnya
belum tiba, untuk sementara ini lebih baik kita menunggu saja
bagaimana perobahannya." "Lalu ia berkata kepada Siauliong,
"Bertindaklah menurut gelagat. Jangan mengandalkan
keberanian semata-mata lalu bertindak menurutkan kehendak
kemarahan. Pergilah!"
Siau-liong mengiakan lalu loncat kemuka dan lari mendaki
ke puncak Kim Ting.
"Apakah dia mampu menolong ibuku dan tokoh2 itu?"
tanya Song Ling dikala mengantar kepergian Siau-liong
dengan pandang mata harap2 cemas.
"Dia seorang pemuda yang berani, sakti dan pandai
menyesuaikan diri," sahut kakek Mata-satu, "diapun telah
menyadari betapa gawatnya peristiwa ini. Rasanya dia tentu
dapat bertindak hati2 dan berhasil menunaikan tugasnya."
"Mengapa kakek tak ikut menyertainya" Bukankah dia akan
merasa lebih kuat?" tanya si dara pula.
"Ah, tampaknya memang begitu. Tetapi sesungguhnya dia
akan dapat bertindak lebih leluasa apabila pergi seorang diri.
Dengan kusertai, mungkin musuh cepat dapat mengetahui
jejak kita."
903 "Bagaimana kalau dia gagal?" kata si dara pula dengan
resah. "Kita hanya dapat berusaha dan tak dapat memastikan
kalau berhasil. Namun setiap perbuatan baik, tentu diberkahi
Allah. Ah, sudahlah, kita tunggu saja bagaimana
perkembangannya!"
---ooo0dw0ooo---
Saat itu Cong Hi totiang dan rombongan yang berada
dipuncak Kim Ting, gelisah resah pikirannya....
Walaupun Soh Beng Ki-su berulang kali mendesak supaya
cepat2 menyelesaikan pembuatan panggung itu, tetapi Ceng
Hi totiang dan rombongan orang gagah itu tetap hendak
mengulur waktu. Dengan segan2 mereka mengusung batu2
besar. Maka sampai hari sudah petang, panggung itu belum
juga selesai. Serempak dengan suitan yang memecah angkasa itu,
kedua suami isteri Iblis penakluk-dunia pun memimpin
berpuluh anak buahnya, kembali kepuncak.
Melihat hasil pembuatan panggung, Iblis-penakluk-dunia
membentak, "Lekas panggil Ceng Hi si imam tua itu kemari!"
Soh Beng Ki-su segera membentak, "Imam hidung kerbau,
apakah engkau tuli?"
Ceng Hi totiang terpaksa maju dua langkah tetapi tak
berkata apa2. Iblis-penakluk-dunia membentaknya, "Oleh karena cita2
untuk memimpin dunia persilatan sudah terlaksana, maka aku
904 selalu bermurah hati kepada orang. Tak mau membunuh
orang yang tak bersalah. tetapi mengapa engkau malah
menentang perintahku?"
Saat itu hati Ceng Hi totiang amat gelisah sekali. Siau-liong
yang sudah berjam-jam masuk ke dalam gua menemui paderi
Kim Ting, sampai saat itu belum juga keluar. Dan saat itu
adalah detik-detik yang menentukan. Rasanya kecuali harus
berjuang sendiri, tiada lain jalan lagi.
Setelah mantap dengan keputusan itu, ia segera berpaling
ke arah rombongan orang gagah. Tampak mereka berdiam diri
semua tetapi wajahnya menampil kerut kedukaan dan
kemarahan. Jelas mereka hanya menunggu komando. Begitu
ia memberi perintah, segera mereka akan menyerbu.
Tetapi Ceng Hi totiang cukup jelas akan kekuatan lawan
dan fihaknya. Memberi komando penyerbuan, berarti
menyuruh mereka mengantar jiwa.
Dengan pertimbangan itu, ia bersangsi sehingga tak dapat
menjawab kata2 Iblis-penakluk-dunia.
Melihat Ceng-Hi diam saja, Iblis-penakluk-dunia
membentaknya, "Hm, rupanya engkau benar-benar sudah
bosan hidup?"
Ceng Hi totiang menyadari bahwa saat itu ia sudah tak
dapat mengulur waktu lagi. Dia tak rela membiarkan Iblis
penakluk-dunia menguasai dunia persilatan. Ia tak mau
diperintah oleh gerombolan iblis itu. Maka tiada lain pilihan
lagi kecuali harus bertempur.... Lebih baik pecah sebagai ratna
dari pada hidup bercermin bangkai!
Pada saat ia hendak memberi komando kepada
rombongannya, tiba-tiba sesosok tubuh melayang dari udara
905 dan tahu2 meluncur di tengah2 Ceng Hi dengan Iblispenakluk-
dunia. Ketika melihat siapa yang muncul itu, sekalian
orang berteriak kaget.
Dengan girang Ceng Hi totiang segera maju selangkah dan
berseru, "Pendekar Laknat, dalam pertempuran di barisan
pohon tempo hari, mengapa saudara pergi dengan membawa
luka" Telah kusuruh orang untuk mencari kesegenap penjuru
tetapi tak berhasil...."
Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring dan berseru,
"Tong Siau-liong, engkau sungguh pandai bermain
sandiwara...."
Sejenak berhenti, iblis itu mengertek gigi dan berseru pula,
"Jika kali ini engkau mampu lolos dari tanganku, aku akan
tinggalkan Tionggoan selama-lamanya!"
Sekalian tokoh yang hadir disitu terbeliak kaget. Benarbenar
mereka tak mengerti mengapa Iblis-penakluk-dunia
menyebut Pendekar Laknat sebagai Siau-liong. Di antara
mereka adalah Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tongpay
segera maju menghampiri dan memandang bayangan
punggung Siau-liong dengan lekat.
Siau-liong sendiri pun juga tak kurang kejutnya. Ia duga
Iblis-penakluk-dunia tentu sudah mengetahui rahasianya.
Tetapi karena Iblis itu menelanjangi dirinya dimuka sekalian
banyak tokoh iapun merasa tak enak juga.
"Iblis tua!" teriaknya dengan marah, "hari akhirmu sudah
tiba, jangan...."
Iblis-penakhak-dunia menukas tawa, "Benar, memang hari
ini bakal ada orang yang akan habis riwayatnya! Tetapi
engkau harus tahu siapakah orang itu...." -sejenak ia keliarkan
906 mata lalu melanjutkan pula, "aku menyesal mengapa tempo
hari tak membunuhmu. Tetapi sekarang engkau mau bicara
apa saja, pokok jangan harap engkau mampu lolos dari
tanganku!"
Siau-liong memancar pandang lalu gunakan ilmu
Menyusup-suara berkata, "Iblis tua, memang tak salah kalau
engkau menyesal bahwa dulu engkau tak membunuh aku.
Sekarang menyesal pun tiada gunanya!"
Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, "Untuk membunuhmu
adalah semudah membalikkan telapak tanganku. Kecuali
engkau sudah mempelajari ilmu Thian-kong-sin-kang itu
dengan sempurna. Tetapi betapapun cerdasmu, paling sedikit
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
engkau harus menggunakan waktu setengah tahun untuk
mempelajarinya. Oleh karena itulah maka beberapa kali
kusengaja memberimu jalan hidup!"
Masih dengan ilmu Menyusup suara, Siau-liong menjawab,
"Aku orang she Tong tak sudi menerima kebaikanmu itu.
Bahwa engkau tak mau membunuh aku itu bukan lain karena
engkau hendak merencanakan berbagai siasat untuk menipu
aku supaya mau memberikan pelajaran ilmu Thian-kong sinkang!"
Iblis penakluk dunia membentak bengis, "Aku dapat
menangkapmu hidup2 dan membiusmu supaya hilang
kesadaran pikiranmu...." kemudian ia menunjuk ke arah
Kongsun Sin-tho dan beberapa tokoh lainnya, "Seperti mereka
itulah contohnya. Masakan engkau tak mau mengatakan ilmu
pelajaran itu?"
Siau-liong tertawa, "Sudah tentu hal itu engkaulah yang
paling tahu. Di dunia ini hanya orang yang faham ilmu Thiankong-
sin-kang itulah yang akan menundukkan engkau. Segala
907 ilmu iblis yang engkau gunakan tak mampu menyesatkan
pikiranku...."
Berhenti sejenak, Siau-liong berkata pula.
"Jangan mengira kalau dalam waktu setengah tahun itu
engkau mampu menipu aku supaya menerangkan pelajaran
itu. Ho, engkau salah hitung dan harus membayar dengan
jiwamu!" Dengan marah Iblis-penakluk-dunia berteriak nyaring,
"Semua tokoh2 sakti dalam dunia telah kukuasai. Masakan
usaha yang sudah berhasil itu mampu engkau gagalkan?" "
habis berkata ia terus gerakkan ruyung dan membentak
kawanan Baju hitam yang berada dibelakang, "Lekas tangkap
budak itu. Bunuh saja kalau melawan!"
Dua orang Baju Hitam pun segera menerjang maju.
Pakaian keduanya warna hitam dan mukanya pun
mengenakan kerudung hitam, hanya bagian mata yang diberi
lubang. Yang seorang tinggi dan seorang pendek. Mereka tak
lain adalah Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin!
Secepat kilat mereka bergerak menghantam dari kanan dan
kiri. Siau-liong diam saja. Secepat kedua pukulan mereka tiba,
barulah ia berteriak keras dan gerakkan kedua tangannya
menyongsong. "Bum. bum".... terdengar letusan keras disusul
dengan hamburan pasir dan pecahan batu.
Siau-liong tetap tegak ditempatnya sedang Lam-hay Sin-ni
dan Jong Leng lojin terhuyung-huyung lima enam langkah
jauhnya. 908 Sorak-sorai menggemuruh dari mulut rombongan orang
gagah! Siau-liong sendiri masih tegak termangu ditempatnya.
Kiranya dalam waktu setengah hari, Siau-liong berhasil
mengetahui bagian yang paling sukar dari kitab Thian-kongsin-
kang. Gerakannya telah mencapai tataran, bersatu dengan
angan2nya. Apa yang diangan-angankan, tangannyapun
sudah bergerak.
Iblis-penakluk-dunia pucat. Berpaling ke arah isterinya, ia
lecutkan lagi ruyungnya memberi isyarat. Kongsun Sin-tho dan
Randa Bu-san yang berdiri di sampingnya segera loncat
menyerbu Siau-liong.
Setelah dipukul mundur oleh Siau-liong, Lam-hay Sin-ni dan
Jong Leng lojin termangu. Tetapi pada lain saat mereka
menggerung lalu maju menyerang lagi.
Bermula Siau-liong tak tahu sampai dimanakah kemajuan
ilmunya yang telah dicapai. Tetapi setelah mengetabui bahwa
ia mampu memukul mundur Lam-hay Sin ni dan Jong Leng
lojin, kepercayaan pada dirinya makin besar. Ia segera
menyambut serangan Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin
dengan pukulan yang bertubi-tubi hingga mereka terpaksa
mundur lagi. Tetapi selekas Kongsun Sin tho dan Randa Bu-san ikut
menyerang, situasinya berobah.
Siau-liong tersentuh hatinya ketika melihat gurunya.
Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san mengenakan pakaian
seragam biru dan kepalanya ditutup dengan kerudung hitam.
Adalah karena terharu melihat keadaan gurunya dan kuatir
nanti melukainya, maka gerakan Siau-liong pun agak lambat
dan pukulannya juga terpancang.
909 Kebalikannya Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san
menyerangnya dengan kalap. Setiap pukulan selalu
menggunakan jurus yang ganas dan mematikan. Tampaknya
mereka amat bernapsu untuk membunuh Siau-liong.
Demikian pewaris2 dari lima aliran ilmu sakti, saling
berbaku hantam dengan seru. Deru angin yang menyambarnyambar,
menghamburkan debu dan pasir yang bertebaran
menutup sekeliling mereka sehingga sekalian orang sukar
melihat bayang2 mereka.
Menyaksikan Pendekar Laknat mampu menghadapi
keempat tokoh sakti itu dan kepandaiannya jauh lebih maju
ketika bertempur dibarisan Pohon Bunga dilembah Semi
tempo hari, girang Ceng Hi totiang bukan kepalang.
Sekalian orang benar-benar terpesona menyaksikan
pertempuran paling dahsyat dalam jaman itu. Mereka
terlongong-longong....
Kelima orang itu makin lama makin menggila. Debu dan
pasir serta pecahan batu berhamburan mencurah seperti
hujan. Angin dan letupan benturan pukulan tak henti2nya berdentang2!
Setelah berpuluh jurus menghadapi keempat tokoh sakti
itu, Siau-liong makin tenang. Dia makin mengetahui sampai
dimana kepandaiannya saat itu. Ternyata bukan saja ia
mampu melayani mereka, pun bahkan masih ada sisa untuk
balas menyerang.
Pula iapun menyadari mengapa Thian kong-sin-kang
merupakan ilmu nomor satu dari kelima ilmu sakti itu. Sejak
dijebloskan dalam gua oleh paderi Kim Ting, berkat
menumpahkan seluruh pikirannya, dapatlah ia mengetahui
910 rahasia dari ilmu Thian kong-sin-kang yang berintikan
semangat sebagai pusat penggerak.
Bagi yang melihat, serangan keempat tokoh itu tak
mungkin dihindari. Tetapi bagi Siau-liong, serangan meieka itu
amatlah lambat. Dengan enak sekali ia dapat melihat jelas
gerak-serangan setiap lawannya serta tenaga mereka. Dengan
demikian mudahlah ia menangkis dan balas menyerang. Maka
betapa deras dan dahsyat keempat tokoh itu, namun tak
dapat melukainya sama sekali. Tetapi hatinya resah bukan,
kepalang. Pertama, karena keempat tokoh pewaris ilmu sakti
itu telah dikuasai oleh Iblis-penakluk-dunia. Dan kepandaian
yang dicapainya, pun hanya tiba cukup untuk bertanding serie
dengan mereka. Dengan demikian sukarlah kiranya ia hendak
meminumkan pil Sip-siau-cwan-soh-sin-tan itu kepada mereka.
Kecuali ia dapat menawan hidup keempat tokoh itu, tentu tak
mungkin ia dapat mengobati mereka. Tetapi keempat tokoh
itu amat sakti, sekali salah gerak, dirinya bisa celaka sendiri.
Apabila mereka berempat serempak mengeroyok Betapa
dahsyatnya, dapat dibayangkan. Siau liong tak tahu, sampai
kapan pertempuran itu akan selesai. Mungkin seribu jurus pun
takkan rampung.
Iblis-penakluk-dunia tahu jelas keadaan itu Kegelisahannya
lebih besar dari Siau-liong. Mereka benar-benar tak mengerti
mengapa dalam waktu yang begitu singkat, Siau-liong sudah
mencapai kemajuan yang begitu pesat dalam mempelajari
ilmu Thian kong-sin-kang. Tetapi kedua suami isteri iblis itu
tak sempat memikirkan diri Siau-liong lagi Saat itu mereka
harus lekas berdaya untuk menghadapi suasana yang gawat
itu. Saat itu masih ada Naga Terkutuk dan Harimau Iblis serta
rombongan It Hang totiang yang masih dikuasainya. Mereka
merupakan barisan tenaga yang akan menindas Ceng Hi
totiang dan rombongan orang gagah.
911 Tetapi Ceng Hi totiang berpendapat, tak mau gegabah
turun tangan. Menang atau kalah, hanya tergantung kepada
Pendekar Laknat yang menempur keempat tokoh sakti itu. Jika
Ceng Hi ikut bergerak, ia kuatirakan mengganggu pikiran
Pendekar Laknat. Oleh karena itu Ceng Hi menahan diri dan
menunggu perkembangan selanjutnya.
Dalam pada itu Siau-liong pun memeras otak untuk
mencari jalan. Bukan untuk mengalahkan atau melukai
keempat lawannya, melainkan untuk mencari jalan bagaimana
dapat meminumkan pil. Hanya dengan begitu dapatlah si tuasi
berobah menuju ke arah kemenangan.
Tetapi Kongsun Sin-tho dan keempat pewaris ilmu sakti itu
menyerang dengan ketat dan hebat sehingga memaksa Siauliong
bertempur serie. Dalam beberapa kejab saja mereka
telah bertempur sampai 500 jurus.
Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah cemas sekali.
Jika Siau liong sampai kalah, tentu Iblis-penakluk-dunia akan
memperoleh kemenangan besar. Semua orang gagah tentu
akan dibasminya. Bagi Ceng Hi totiang, matipun tak soal tetapi
bagaimana dengan nasib dunia persilatan nanti"
Tiba-tiba Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay menghampiri
Ceng Hi totiang dan berbisik, "Totiang, menilik keadaannya...."
"Bukankah saudara Toh menghendaki aku supaya memberi
perintah untuk menyerbu?"
"Meskipun kepandaian Pendekar Laknat maju pesat sekali
tetapi menghadapi keempat tokoh sakti itu, mungkin...."
Baru Toh Hun-ki berkata begitu, tiba-tiba Iblis"penaklukdunia
gentarkan cambuknya beberapa kali. Getaran itu
912 menimbulkan bunyi yang amat tajam sehingga Siau-liong yang
sedang bertempur pun mendengarnya juga.
Dan keempat tokoh yang mengeroyok Siau-liong itu, tibatiba
tambah menyala semangatnya. Cambuk itu merupakan
perintah kepada mereka dan menyeranglah mereka dengan
jurus2 yang ganas.
Siau-liong terkejut.... Sesaat ia menjadi sibuk tak keruan
dan pontang panting bertahan diri. Tiba-tiba setelah
melakukan serentetan serangan maut keempat tokoh itu
serempak loncat mundur beberapa tombak, memandang Siauliong
tanpa berkata sepatah pun.... Kemudian mereka mundur
ke belakang Iblis-penakluk-dunia dan tegak berdiri seperti
patung. Iblis-penakluk dunia sengaja memperdengarkan tertawa
gelak lalu melangkah ke muka Siau-liong. serunya, "Budak!
Kepandaianmu maju pesat sekali...." "lalu dengan mata
berkilat-kilat ia berseru pula, "Dengan begitu tambah
mantaplah keputusanku untuk melenyapkan engkau!"
Siau-liong menggerung marah, "Akupun memutuskan untuk
membasmimu juga!"
Iblis-penakluk-dunia tertawa tak acuh, "Lihat saja siapa
yang lebih beruntung...." "kemudian ia kerutkan wajahnya
dan membentak, "Sebelum tengah malam nanti, di puncak
Giok-li-hong dibawah puncak Kim-ting ini akan kusaksikan
engkau masuk ke dalam perangkap. Baik engkau mau datang
kesitu atau tidak, apa yang kukatakan ini pasti akan terjadi
pada dirimu. Hanya...."
Matanya mengeliar seram dan melanjutkan lagi, "Tidak
sampai tengah malam nanti. ya. ketahuilah bagaimana
siasatku yang ganas. Takkan memberi ampun sama sekali!"
913 "Andaikata aku tak pergi, mau apa engkau!" bentak Siauliong
marah. "Dalam hal itu engkau harus memikir panjang. Tiau Bokkun,
Mawar Putih dan Kongsun Sin-tho, Randa Bu-san dan
semua lokoh2 yang telah kutawan, satu demi satu akan
kubunuh semua." Iblis-penakluk-dunia tertawa ibiis.
"Tak mungkin engkau berani....!" Siau-liong menggembor
seraya hantamkan kedua tangannya.
Saat itu mereka terpisah dua tiga meter. Ilmu Thian-kong
sin-kang yang dimiliki Siau-liong sudah mencapai apa yang
disebut dapat digerakkan menurut kehendak hatinya.
Tetapi Iblis penakluk dunia sudah siap2. Maka ia tak berani
maju lebih dekat. Namun tetap ia terkejut ketika menyaksikan
gerakan Siau-liong yang begitu cepat. Buru-buru ia menyurut
mundur sambil dorongkan kedua tangannya menangkis.
Maksud Siau-liong, sekali pukul ia hendak menghancurkan
iblis itu. Tetapi ia terkejut ketika iblis itu dapat menyurut
mundur begitu cepat. Pukulan iblis itupun dapat menahan
dirinya yang hendak menyerbu maju. Mau tak mau ia
terlongong heran, pikirnya, "Rupanya kepandaian iblis itu maju
pesat juga. Aneh...."
Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia tertawa gelak, "Aku telah
memiliki keempat ilmu sakti itu. Sekalipun berkelahi satu
lawan satu, akupun dapat melayanimu sampai ratusan jurus.
Apalagi...." " ia menunjuk ke belakang dan berkata pula,
"Kalau tak sampai lima jurus saja, tak perlu kuperintahkan
mereka maju. Sebaliknya dari itu, sekali kuberi perintah,
keempat tokoh pewaris ilmu sakti itu tentu akan mati-matian
menyerbumu. Tak mungkin engkau dapat menyerang aku!"
914 Siau-liong menyadari bahwa ucapan iblis itu memang tidak
bohong. Hatinya makin mengeluh dan terpaksa ia menghela
napas panjang. Sambil mengerut jenggotnya yang menjulai kedada, Iblispenakluk-
dunia itu tertawa menghina, "Telah kukatakan,
usahaku untuk menguasai dunia persilatan sudah berhasil.
Oleh karenanya aku tak mau menumpahkan darah lebih
banyak lagi. Asal sebelum tengah malam nanti engkau mau
memenuhi undanganku untuk memberikan ilmu Thian-kongsin-
kang itu kepadaku, bukan saja Tiau Bok-kun, Mawar Putih
tentu akan kuserahkan kepadamu, bahwa Kongsun sin-tho
dan kawanan orang gagah yang menjadi tawananku itu juga
akan kubebaskan. Ketahuilah aku bukan manusia yang tak
dapat dipercaya. Kalau tidak...."
Berhenti sejenak, ia berkata pula, "Bukan saja engkau tak
mau lari dan jaringanku itu, pun Ceng Hi si imam tua dan
rombongannya itu, akan kulenyapkan dari muka bumi!"
Kembali Siau liong dihadapkan sebuah soal yang sulit.
Sesaat ia tak dapat berkata apa2.
Pada saat Siau-liong sedang termenung, se-konyong2 Iblispenakluk-
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dunia maju dua langkah dan secepat kilat
menyambar muka Siau-liong. Karena sedang termenung dan
lengah perhatian, gerakan Iblis-penakluk-dunia yang dilakukan
cepat sekali itu tak sempat lagi dihindari Siau-liong.
Seketika kedok muka Pendekar Laknat yang menutup
mukanya itu, terjambret oleh Iblis-penakluk-dunia.
"Budak!" Iblis-penakluk-dunia tertawa keras, "kedok
permainan anak2 ini memang dapat mengelabuhi orang lain
915 tetapi tak mungkin dapat menipu aku...." ia menutup kata2nya
dengan tertawa kumandang yang menggetarkan langit.
Dalam pada tertawa itu Iblis-penakluk-dunia pun niengisar
ke samping Dewi Neraka dan membisiki beberapa patah kata
lalu mengajaknya turun dari puncak Kim Ting.
Keempat pewaris ilmu sakti dan tokoh2 yang merjadi kaki
tangan Iblis-penakluk-dunia pun segera berbondong-bondong
mengikutinya. Siau liong tegak termangu beberapa saat. Akhirnya
pelahan-lahan ia berputar tubuh lagi. Oleh karena kedok
mukanya sudah copot, ia merasa malu menghadapi Ceng Hi
totiang dan rombongan orang gagah.
Ceng Hi totiang maju dua langkah dan berseru, "Pendekar
Lak...." -tiba-tiba ia tersentak melihat wajah Siau-liong dan
cepat2 berganti nada, "Kongsun siauhiap...."
Siau liong gelengkan kepala berkata dengan nada
menyesal, "Ah, aku telah membohongi saudara2 sekalian.
Tetapi hal itu...."
Ceng Hi totiang goyangkan tangan. ujarnya, "Tak perlu
Kongsun siauhiap menerangkan, akupun samar2 sudah dapat
menduga. Walaupun Pendekar Laknat disohorkan sebagai
seorang pembunuh yang berdarah dingin tetapi kutahu bahwa
sebenarnya dia seorang manusia yang berhati baik...."
Sikasar Lu Bu-ki pun melangkah maju dan menyelutuk,
"Kongsun siauhiap, sungguh tak kira kalau Pendekar Laknat
itu ternyata engkau sendiri! Aku adalah pengagum Pendekar
Laknat, entah apakah dia...."
916 Siau-liong menghela napas rawan, "Beliau sudah
meninggal...."
Kemudian ia menuturkan tentang peristiwa yang
dialammya ketika berjumpa dengan Pendekar Laknat di dalam
gua gunung. Sekalian orang yang mendengar cerita itu tak
ada yang tak terharu.
Toh Hun-ki menghampiri ke samping Siau-liong dan
berkata, "Kongsun siauhiap, sekalipun pada pertempuran
dengan Iblis penakluk-dunia tadi belum selesai, tetapi tentulah
nyali iblis itu sudah berantakan. Menurut hematku, saat ini
telah terjadi perobahan. Nasib dunia persilatan, hanya
tergantung pada Kongsun siauhiap seorang! Kita harus
gunakan siasat untuk melenyapkan pengacauan Iblis-penakluk
dunia!" Saat itu sekalian orang gagah mencurah pandang ke arah
Siau-liong dengan perasaan kejut2 girang. Diantaranya yang
paling girang sendiri adalah To Kiu-kong, ketua partai Kaypang....
Betapa pun halnya, pewaris ilmu sakti Thian-kong-sinkang
itu adalah cousu-ya dari partai Kay-pang. Maka
tergopohlah ia menyiak para orang gagah dan maju ke muka
Siau-liong. Serta-merta ia hendak berlutut sembari mengucap,
"Cousu-ya...."
Siau-liong buru-buru memapahnya bangun dan tertawa
tersipu-sipu, "Kiu-kong, jangan berlaku begitu!"
To Kiu-kong sejenak memandang sekalian orang gagah lalu
berdiri di samping Siau-liong. Tampaknya ia bangga
mempunyai seorang cousu-ya sebagai Siau-liong. Selekas
Iblis-penakluk-dunia dan gerombolannya terbasmi, tentulah
kedudukan partai Kay pang akan terangkat tinggi.
917 Siau-liong memandang ke arah ketua Kong-tong-pay, tibatiba
ia berseru, "Apakah Toh lo-enghiong tahu she dan
namaku yang sebenarnya?"
Tanpa ragu2 lagi, Toh Hun-ki menyahut, "Kongsun siauhiap
sebenarnya orang she Tong. Hal itu bukannya aku tak tahu."
Siau-liong tertawa rawan, "Bagus, tetapi entah apakah
saudara masih ingat akan janji saudara ketika di Lembah Maut
itu?" Sejenak ketua Kong-tong-pay itu berpaling memandang
keempat Su-lo yang berada dibelakangnya lalu menjawab,
"Janjiku sekokoh gunung. Begitu gerombolan Iblis-penaklukdunia
sudah terbasmi, aku bersama keempat suteku segera
mengantarkan Kongsun siauhiap kegunung Hong-san.
Dihadapan makam Tong Gun-liong, kami akan membunuh diri
agar Kongsun siauhiap dapat menunaikan bhakti kepada
ayahmu." Keempat Su-lo itu tak berkata apa2. Tetapi wajah mereka
tampak tenang sekali.
Siau-liong menghela napas, lalu beralih kata kepada Ceng
Hi totiang, "Saat ini malam baru mulai. Kalah atau menang,
tergantung nanti tengah malam...." ia berhenti sebentar lalu
berkata pula, "harap Ceng Hi totiang dan sekalian orang
gagah beristirahat disini Aku hendak menemui kakek Matasatu
untuk merundingkan siasat menghadapi musuh nanti!"
Ceng Hi totiang serta-merta mempersilahkan Siau-liong
pergi dan ia berjanji akan menunggu disitu.
Siau-liong segera lari menuju ketempat Kakek Mata-satu
dan Song Ling. Saat itu rembulan belum muncul. Cuaca pun
masih gelap. Siau-liong hati-hati sekali lari sepanjang jalan.
918 menguatirkan kemungkinan Iblis penakluk-dunia memasang
jerat untuk menangkapnya.
Diapun tak tahu adakah Kakek Mata-satu dan si dara Song
Ling masih berada ditempatnya semula. Tetapi ketika hampir
tiba ditempat itu, ia mendengar suara orang bercakap-cakap
diseling gelak tertawa. Dalam percakapan itu, kecuali suara
kakek Mata-satu dan Song Ling, masih terdapat pula seorang
lain. Dan rasanya ia sudah kenal dengan nada suara orang itu.
Ketika makin dekat, benar juga ditempat Kakek Mata satu
duduk, terdapat lagi seseorang. Seorang wanita baju merah.
Siau-liong berdebar tegang. Cepat ia lari menghampiri.
Ah, memang benar. Disamping Kakek Mata-satu dan Song
Ling, memang terdapat seorang wanita baju merah. Dia bukan
lain ialah Poh Ceng-in, pemilik Lembah Semi.
Siau-liong tertegun dan hentikan larinya. Benar-benar ia
heran. Nona pemilik Lembah Semi itu telah dilepaskannya,
mengapa tiba-tiba datang kesitu" Adalah dia dijadikan umpan
oleh ayahnya, Iblis-penakluk-dunia"
Kakek Mata-satu memandang Siau-liong yang berdiri
setombak jauhnya lalu menegur, "Apakah dalam pertempuran
dipuncak Kim-ting, Iblis-penakluk-dunia sudah dipukul
mundur?" Dengan masih tetap memandang ke arah Poh Ceng-in,
Siau-liong menjawab tawar, "Memukul mundur saja, tidak
berguna. Harus membasmi gerombolan Iblis-penakluk-dunia
itu barulah dunia persilatan akan terbebas dari bahaya
selama-lamanya!"
919 Karena hatinya dirangsang dendam kemarahan, maka nada
Siau-liong pun amat tajam. Dan lagi iapun hendak menyelidiki
reaksi dari Poh Ceng-in.
Diluar dugaan Poh Ceng-in diam saja. Seolah-olah tak
mempunyai sangkut-paut dengan Iblis-penakluk-dunia.
Dengan sinar mata redup, nona itu memandang Siau-liong lalu
tundukkan kepala tak bicara apa2.
Siau-liong benar-benar bingung. Mengapa Song-Ling mau
mengenal Poh Ceng-in" Bukankah dara itu tahu bahwa Poh
Ceng-in puteri dari Iblis-penakluk-dunia dan dewi Neraka"
Mengapa Song-Ling mau duduk bersamanya"
Tiba-tiba Siau-liong merasa bahwa sikap Song Ling agak
berbeda terhadap dirinya. Seharusnya kedatangannya itu
tentu disambut si dara dengan berbagai pertanyaan. Paling
tidak tentu akan menanyakan tentang mamahnya. Tetapi
mengapa saat itu si dara diam saja"
Dilihatnya dara itu kerutkan alis dan duduk ditengah-tengah
antara Kakek Mata-satu dengan Poh Ceng-in. Sama sekali dara
itu tak mau memandang kepadanya. Siau-liong
memperhatikan bahwa sekalipun dara itu tak mengunjuk
senyum tetapi pun tidak menampilkan kerut kemarahan. Dia
duduk berjajar dengan Poh Ceng-in dan bersikap diam seperti
umumnya seorang cadis.
Tengah Siau-liong terheran-heran, Kakek Mata-satupun
tertawa, "Apakah Kongsun siauhiap sudah mempunyai
rencana untuk membasmi Iblis-penakluk-dunia?"
Siau-liong menghela napas, "Membasmi suami isteri iblis itu
tidak sukar, tetapi yang sukar...." "memandang Poh Ceng-in,
ia berhenti berkata.
920 Kakek Mata-satu hanya tersenyum simpul tetapi tak bilang
apa2. Tiba-tiba Poh Ceng-in membisiki telinga Song Ling.
Setelah saling berpandangan keduanya lalu tertawa mengikik.
Siau liong benar-benar bingung. Dipandang dari sudut
apapun juga, tak mungkin Song Ling mau bersahabat dengan
wanita semacam Poh Ceng-in. Apalagi mereka baru saja
berkenalan. Cepat Siau-liong menyadari bahwa nada ketawa kedua
wanita itu tidak wajar Walaupun Poh Ceng-in berusaha untuk
menutupi getaran hatinya, namun dari nada tertawanya jelas
memancarkan rasa kesedihan yang sukar diutarakan.
Sedang Song Ling pun lebih hebat cara penyamarannya.
Dia seorang dara yang baru saja melangkah kedunia luar.
Bahwa dia hendak menutupi isi hatinya dengan tertawa yang
dibuat-buat, tentu mudah sekali ketahuan.
Setelah merenung beberapa.saat, akhirnya Siau-liong
memanggil Song Ling dengan lirih, "Nona...."
Tanpa2 mengangkat kepala, Song Ling pun menjawab
pelahan, "Mengapa?"
Melintaslah pandang mata ke arah Poh Ceng-in, Siau-liong
berkata pula, "Apakah engkau tak tahu bahwa wanita ini
adalah puteri dari Iblis-penakluk-dunia?"
Tiba-tiba Song Ling mengangkat kepala dan menatap
pemuda itu, "Kalau tahu lalu bagaimana?"
Siau-liong terkesiap. serunya, "Wanita siluman ini berhati
ganas dan banyak tipu muslihatnya, Janganlah engkau sampai
termakan tipunya. Mungkin dia disuruh orang tuanya untuk
menjalankan tipu muslihat!"
921 Song Ling tertawa dingin, "Tak mungkin aku dapat
dipengaruhi orang. Adalah engkau sendiri yang harus berpikir
dengan cermat!"
Poh Ceng-in tersenyum lalu berkata kepada Song Ling,
"Adik Song, cobalah engkau dengarkan betapa melukai hati
katanya itu!"
Diluar dugaan, Song Ling malah menghibur Poh Ceng in,
"Memang di dunia ini banyak kaum lelaki yang tak kenal
membalas budi. Dari seribu orang, jarang ada seorang yang
baik!" Kakek Mata-satu tertawa meloroh dan berseru kepada Song
Ling, "Nak, apakah engkau tak sungkan mengucapkan kata2
semacam itu?"
Song Ling cepat menyadari kalau ia kelepasan bicara.
Wajah dara itu merah padam dan tersipu-sipu tundukkan
kepala. Poh Ceng-in tertawa tawar, "Adik Song, sekalipun ucapan
itu bukan engkau yang seharusnya mengatakan, tetapi hal itu
memang suatu kenyataan, sedikitpun tak salah!"
Habis berkata, Poh Ceng-in memandang Siau-liong dengan
bengis lalu palingkan muka.
Siau-liong benar-benar seperti orang berjalan dalam kabut
tebal. Cepat ia berpaling dan memberi hormat kepada Kakek
Mata satu, "Lo-cianpwe, bagaimana soal ini
sesungguhnya....?"
922 Mata kakek yang tinggal satu itu, mengeliar lalu berseru,
"Soal itu harus bertanya pada dirimu sendiri! Bagaimana aku
tahu?" Siau-liong banting2 kaki dan menghela napas, "Wanita
siluman itu amat berbahaya sekali, mengapa lo-cianpwe
membiarkan dia disini."
Tiba-tiba Kakek Mata-satu tertawa, serunya, "Kalau dia
benar berbahaya mengapa engkau mau mengikat perjanjian
sehidup semati dengannya?"
Siau-liong seperti dipagut ular kejutnya, "Soal itu karena
amat terpaksa. Ya, karena dia telah memberi minum racun
Jong-tok kepadaku...."
Kakek Mata satu tertawa, "Itu pertanda dia amat cinta
kepadamu! Buktinya mengapa dia tak memberi minum racun
Jong-tok kepadaku?"
Siau-liong meringis seperti kunyuk membau terasi. Tak
tahu ia bagaimana harus menjawab.
"Bukankah setahun kemudian engkau akan melaksanakan
janji sehidup-semati itu dengan dia?" tanya Kakek Mata-satu
pula. Sau-liong menghela napas, "Asal dia tak mencampuri
urusan yang kukerjakan selama setahun ini, aku tentu akan
melaksanakan janjiku itu!"
Kakek Mata-satu mendengus, "Hm, tampaknya engkau
benci setengah mati kepadanya. Tetapi mengapa engkau mau
mati bersamanya" Bukankah itu diluar kemauanmu?"
923 Berkata Siau-liong dengan wajah serius, "Sekali seorang
lelaki sudah mengucap, tak mungkin akan dijilat kembali.
Betapapun kubencinya, itu lain soal. Tetapi aku tetap tak mau
mengingkari ucapanku!"
Kakek Mata-satu tertawa, "Kalau begitu, Ajaran kuno itu
tetap berharga. Menurut pendapatku...." "ia berhenti
memandang Poh Ceng-in, "curahan hati nona Poh terhadap
dirimu itu, harus engkau terima dengan hati yang lapang.
Artinya kalian lebih baik segera mengikat perjodohan sebagai
suami isteri. Perlu apa harus mati berdua?"
Siau-liong benar-benar tak mengerti mengapa secara tibatiba
Kakek Mata-satu itu dapat mengucapkan kata-kata begitu.
Dilihatnya Song Ling tundukkan kepala tak bicara apa2.
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sedang Poh Ceng-in pun seperti tak mengacuhkan kata2
Kakek Mata-satu. Nona pemilik Lembah Semi itu tak
menampilkan reaksi apa2. Tidak marah, pun tidak girang.
Akhirnya dengan geram, Siau-liong menghampiri Poh Cengin
dan membentaknya, "Telah kubebaskan engkau pergi,
mengapa engkau tidak mau pergi malah datang kembali
kesini?" Poh Ceng-in tertawa dingin, sahutnya, "Aku kembali kesini
bukan karena hendak mencarimu!"
Kembali Siau-liong terbentur tembok sehingga ia tak dapat
bicara apa2. Memandang Song Ling dan Kakek Mata-satu,
tampak keduanya tak menghiraukan dirinya. Karena malu,
Siau-liong berseru lagi kepada Poh Ceng-in, "Harap engkau
jangan lupa bahwa aku sudah mengetahui cara untuk
pemunahkan racun itu!"
924 Poh Ceng-in menyahut tawar, "Asal engkau suka, setiap
saat engkau dapat mengusir racun itu dari tubuhmu...."
"Apakah engkau yakin bahwa aku tentu takkan
membunuhmu?"
Poh Ceng-in tak menyahut melainkan mengambil sebatang
badik dari pinggangnya lalu diserahkan kepada Siau-liong.
Siau-liong ingin sekali membunuh wanita itu. Tetapi suara
hatinya yang luhur melarangnya bertindak begitu. Apalagi di
hadapan Song Ling dan Kakek Mata-satu, makin tak dapat ia
melakukan hal semacam itu.
"Engkau wanita siluman!" Akhirnya Siau liong hanya dapat
menumpahkan kemarahannya dengan mendamprat. Tiba-tiba
ia memandangnya.
Saat itu Poh Ceng-in sedang duduk bersila. Sudah tentu ia
tak dapat menghindar. Dan rupanya ia memang tak
bermaksud untuk menghindar.
"Plak.".... tendangannya tepat mengenai dada wanita itu.
Walaupun tak menggunakan tenaga dalam tetapi tendangan
itu membuat Poh Ceng-in terpental dan bergelundungan
beberapa meter hingga hampir tiba di tepi tebing karang yang
curam, Badik ditangannya pun terlempar melayang di atas
sebatang pohon dan menancap pada dahannya.
"Kongsun siauhiap! Engkau bersalah! Tak peduli bagaimana
pun, apakah perbuatanmu sekejam itu terhadap seorang
perempuan lemah, dapat dipuji sebagai tingkah seorang
ksatrya?" bentak Kakek Mata-satu.
Juga Song Ling tak menyangka kalau Siau-liong akan
menendang Poh Ceng-in begitu rupa. Cepat ia
925 mendampratnya, "Engkau seorang lelaki buas....!" "ia terus
lari memburu ketempat Poh Ceng-in.
Siau-liong merasa menyesal, Walaupun ia tak menendang
keras, tetapi perbuatan itu memang kasar.
Tetapi iapun heran mengapa kakek mata-satu tetap
membela Poh Ceng in.
Dalam pada itu Song Ling sudah datang lagi dengan
mendukung Poh Ceng in. Tampaknya Song Ling begitu
memperhatikan sekali kepada Poh Ceng-in. sambil
membersihkan pakaian nona pemilik Lembah semi dari debu
kotoran, Song Ling pun menanyakan juga apakah Poh Ceng-in
menderita luka.
Kedua pipi Poh Ceng-in basah dengan air mata namun ia
tetap mengunjukkan tertawa rawan, katanya, "Adik Song,
apakah engkau anggap berharga bagiku untuk berbuat begini
demi kepentingannya?"
"Kelak dia tentu menyesal sendiri," jawab Song Ling
menghiburnya. Karena tak tahan menderita keheranan, bertanyalah Siauliong
kepada si dara, "Nona Song, mengapa saat ini engkau
begitu aneh" Apa saja kata wanita siluman itu kepadamu?"
Song Ling deliki mata, "Jika engkau masih berbudi,
seharusnya engkau lekas minta maaf kepada taci Poh!"
Siau-liong tertawa, "Nona, engkau harus tahu bahwa dia
adalah puteri dari suami isteri Iblis-penakluk-dunia
Kedatangannya, mungkin melakukan perintah ayahnya.
Janganlah nona percaya pada mulutnya yang manis!"
926 Sekonyong-konyong Poh Ceng-in tertawa melengking.
Nadanya dingin dan rawan, "Adik Song, soal itu engkau tentu
sudah mendengar dan melihat sendiri. Tak peduli
bagaimanapun juga, dalam pandangannya aku ini tetap
seorang wanita siluman yang ganas...."
Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan pula, "Adik Song, aku
hendak pergi sekarang!"
Wanita pemilik Lembah Semi itu terus menggeliat bangun
dan terus hendak melangkah pergi.
Tetapi Song Ling cepat menghadang di depannya dan
berkata setengah meminta, "Taci Poh, engkau...." dara itu tak
dapat melanjutkan ucapannya karena terus menangis tersedusedu.
Sambil membelai rambut si dara, Poh Ceng-in
menghiburnya, "Adik Song, janganlah bersedih hati. Apa yang
kukatakan tentu akan kulakukan. Tak peduli perasaan hatinya
bagaimana, tetapi aku tetap akan serahkan jiwa.... Asal dia
mau memberikan obat itu, aku tentu akan melakukan dengan
pengorbanan jiwa!"
Poh Ceng-in lepaskan tangannya dari cekalan Song Ling
lalu ayunkan langkah menuju ke dalam hutan....
---ooo0dw0ooo---
Jilid 17 Mula dari keakhiran
927 Siau-liong benar tak mengerti. Tetapi sempat juga ia
memperhatikan, ketika Poh-Ceng-in angkat kaki tadi, telah
melontarkan pandang mata kepadanya. Jelas sinar mata
wanita itu jauh berbeda dengan yang lalu. Tidak memancar
sinar kemarahan, tidak menumpah sinar kesedihan, tidak pula
menghambur sinar kecabulan. Mata wanita itu tiba-tiba
berobah alim dan serius.
Setelah bayangan Poh Ceng-in lenyap, sekonyong-konyong
Song Ling berlutut di hadapan Siau-liong. Sudah tentu pemuda
itu terkejut sekali dan tergopoh-gopoh mengangkatnya
bangun, tanyanya, "Mengapa engkau nona?"
Song Ling tetap tak mau diangkat bangun. Bahkan ia malah
menangis dan berseru, "Kong-sun tayhiap, tolonglah
mamahku....!"
Karena tak berhasil mengangkatnya bangun, Siau-liong pun
terpaksa ikut berlutut, "Dengan bersikap begini, berarti nona
hendak menyiksa diriku! Sudah tentu aku tak berani menerima
penghormatan nona yang begitu besar!"
Song Ling hentikan tangis dan berkata dengan beriba,
"Kecuali terhadap ayah bundaku, baru pertama kali ini aku
berlutut dihadapan orang...."
Kemudian dara itu mengusap air matanya dan berkata
pula, "Harap dengan memandang mukaku, engkau suka
menolong mamahku itu!"
Siau-liong gopoh menyahut, "Masakan hal itu perlu nona
minta lagi" Sekali pun tulangku hancur lebur, aku tentu akan
menolong beliau!"
928 Ia menarik tangan dara itu seraya berkata, "Harap nona
jangan gelisah. Nanti kalau kembali aku tentu merundingkan
hal ini dengan nona."
Song Ling gelengkan kepala, "Ah, tak perlu berunding lagi.
Saat ini sudah terdapat cara yang terbaik untuk menolong
mamahku...." "ia menghela napas lalu melanjutkan lagi,
"tetapi dikuatirkan engkau tentu tak mau meluluskan!"
"Telah kukatakan," sambut Siau-liong tepat, "sekal ipun
tulang-tulangku hancur lebur, asal nona sudah mempunyai
rencana yang baik, harap segera jelaskan. Asal menyangkut
usaha untuk menolong ibu nona, aku tentu akan
melaksanakan!"
Wajah Song Ling berobah, ujarnya, "Kalau begitu lekaslah
engkau tolong puteri dari suami-isteri Iblis-penakluk-dunia itu!
Siau-liong terbeliak kejut, serunya, "Harap nona jangan
termakan kelabuhannya. Wanita siluman itu luar biasa
bahayanya...."
Song Ling cepat membentaknya dingin, "Kerena engkau tak
mau mengorbankan diri, ya sudahlah! Harap engkau segera
pergi dari sini dan sejak saat ini, janganlah kita saling
memperdulikan lagi!
Siau-liong banting2 kaki seraya menghela napas, "Mengapa
nona begitu tak mau mendengar permintaanku. Ketahuilah...."
Tiba-tiba kakek mata satu menukas, "Walaupun aku tak
mempunyai kepandaian istimewa apa2, tetapi aku masih
dapat menyelidiki orang. Hati nurani nona Poh itu masih
belum lenyap sama sekali. Rasanya saat ini engkau harus
membantunya, barulah akan terjadi perobahan yang memberi
harapan...."
929 "Adakah lo-cianpwe bermaksud hendak mengatakan bahwa
aku harus menyusul dan menolong wanita siluman itu?" Siauliong
menegas. Kakek mata satu mengangguk, "Seorang lelaki harus tahu
tempat dan keadaan. Apalagi nona Poh itu amat ter-gila2
kepadamu. Demi mengobati racun dalam tubuhmu yang
menyiksa itu, engkau mau rendahkan diri untuk sementara
waktu!" Song Ling kembali menangis.
Sejenak berpikir maka Siau-liong pun menghela napas,
"Tak perlu nona bersedih. Ya, baiklah, aku menurut saja
perintah nona."
Song Ling berhenti menangis, ujarnya, "Mungkin dia masih
belum jauh, lekaslah engkau menyusulnya!"
Siau-liong tak mau banyak bicara lagi. Dengan menindas
kegelisahahan hatinya, setelah memberi hormat ia segera lari
menyusul Poh Ceng-in.
Song Ling pun hanya menghela napas rawan.
Tetapi hutan itu penuh dengan pohon2 cemara yang
rindang dan lebat sehingga suasana disitu amat gelap. Untuk
mencari apakah Poh Cen-in masih berada disitu, memang
sukar. Sambil berjalan, Siau-liong menyelidiki kesegenap
penjuru. Tiba-tiba terdengar suara orang menghela napas pelahan.
Siau-liong cepat hentikan langkah. Tak jauh dibawah sebatang
pohon cemara besar, duduklah Poh Ceng-in. wanita yang
hendak dicarinya itu.
930 Setelah bersangsi beberapa saat, akhirnya Siau-liong
menghampiri, "Mengapa engkau masih berada disini?"
tegurnya. "Apa pedulimu?" sahut nona itu dengan getus.
Siau-liong tertegun, "Memang aku tak bermaksud
mengurusmu. Hanya ingin bertanya, apakah sesungguhnya
yang engkau katakan kepada nona Song tadi?"
Poh Ceng-in tertawa dingin, "Apakah engkau berhak
bertanya?" -nona itu terus berbangkit dan lanjutkan langkah.
Siau-liong mendengus lalu menyelinap kemuka Poh Cengin,
bentaknya, "Jika engkau tak mau menerangkan terus
terang, jangan harap engkau dapat pergi dari sini!"
Poh Ceng-in memandangnya sejenak, serunya, "Karena
engkau begitu membenci diriku, lebih lekas bunuhlah saja!"
Kembali Siau-liong lemas hatinya. Tampak nona itu
pejamkan kedua mata dan bercucuran air mata. Tubuhnya
gemetar dan sikapnya seperti orang putus asa.
Siau-liong menghela napas, "Apakah maksud nona yang
sebenarnya" Walaupun kutahu cara mengobati racun tok-jong,
tetapi tetap kubiarkan engkau pergi dan mau memenuhi
perjanjian dalam satu tahun itu. Kurasa aku tak menyalahi
engkau tetapi mengapa engkau selalu melihat aku saja?"
Poh Ceng-in menghela napas; "Sekarang engkau benci
kepadaku, tetapi mungkin kelak engkau tentu memikirkan
aku...." 931 Siau-liong terkesiap tetapi sesaat kemudian ia tertawa
dingin. "Meski aku menialahi engkau dalam beberapa hal, tetapi
engkau pun juga menyalahi aku...." kata Poh Ceng-in, "ah,
tetapi sekarang tiada guna dibicarakan lagi! Aku sudah
menyanggupi adik Song untuk menolong ibunya, hanya...." -ia
berhenti sejenak. lalu berkata pula, "Jika...."
Siau-liong meragu, katanya, "Entah dengan cara
bagaimana nona hendak meminumkan pil itu kepada
mereka?" Sahut Poh Ceng-in, "Dalam itu aku harus mencari
kesempatan yang bagus. Terus terang, saat ini aku memang
belum mempunyai rencana tertentu!"
Melihat wajah Poh Ceng-in menampil kesungguan dan
teringat pula akan kata2 kakek Mata-satu serta sikap Song
Ling yang begitu sungguh2 memohon bantuannya,
berkuranglah kecurigaan Siau-liong. Tetapi ia masih ragu2
sehingga untuk beberapa saat ia tak dapat bicara apa2.
Poh Ceng-in gelengkan kepala, "Aku ini seorang wanita
siluman yang banyak tipu muslihat. Mungkin engkau takkan
percaya...."
Sejenak keliarkan mata, wanita itu berkata pula, "Masih ada
sebuah hal yang belum kukatakan kepada adik Song.
Sekarang marilah kuajak engkau menjumpai seseorang yang
engkau kenangkan!"
Habis berkata ia terus ayunkan langkah. Karena tiada lain
faham, terpaksa Siau-liong mengikuti wanita itu. Poh Ceng-in
melangkah masuk ke dalam hutan.
932 Lebih kurang 20 li jauhnya, tibalah mereka dibawah lereng
gunung. Tiba-tiba tampak sebuah biara. Biara itu seperti tak
berpenghuni. Pintunya tertutup rapat. Tetapi samping biara
terdapat penerangan. Rupanya dihuni orang.
Setelah mengetuk pintu, Poh Ceng-in berseru pelahan, "
Kan-ma.... Kan-ma...."
Kan-ma artinya ibu-angkat. Dan dari dalam ruang itu
terdengar suara bertany, "In-ji?" "terdengar tubuh
menggeliat bangun dari tempat tidur lalu derap kaki
menghampiri pintu dan membukanya.
Dengan penuh keheranan, Siau-liong memandang ke dalam
ruang itu. Tampak seorang wanita pertengahan umur tegak
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdiri diambang pintu. Wanita itu memandang Siau-liong
dengan terkejut.
Wanita itu bertubuh kurus, macam orang yang baru
sembuh dari sakit. Tetapi sinar matanya yang ber-api2
mengunjuk bahwa dia seorang wanita yang berkepandaian
tinggi. "Kan-ma, kenalkah engkau padanya?" tanya Poh Ceng-in
pelahan. Wanita itu memandang Siau-liong dengan keheranan.
serunya tersekat, "Apakah.... apakah dia itu...."
Tergerak hati Siau-liong melihat sikap wanita itu. Dia
merasa sinar mata wanita itu mengandung perbawa yang
amat besar. Tanpa disadari. Siau-liong segera mengangkat
tangan memberi hormat, "Aku yang rendah ini adalah
Kongsun Liong, mohon tanya lo-cianpwe...."
933 Wajah wanita itu tiba-tiba mengerut kecewa, ia mengingau
seorang diri, "Kongsun Liong.... Kongsun.... liong...."
Tiba-tiba ia berpaling dan bertanya kepada Poh Ceng-in,
"In-ji, bukankah engkau mengatakan."
Poh Ceng-in tersenyum, "Kan-ma, jangan bingung....
biarlah dia duduk dulu!"
Wanita itu mendesis, "Eh, mungkin karena sudah tua aku
menjadi begini pelupa. Ya, mari, silahkan masuk!"
Ia membuka pintu dan mempersilahkan Poh Ceng-in serta
Siau-liong masuk.... Tetapi saat itu Siau-liong masih meragu
diluar pintu. Poh Ceng-in segera melambarinya, "Mengapa
engkau masih tak lekas masuk?"
Siau-liong meragu. Tetapi akhirnya ia melangkah masuk
juga. Dilihatnya wanita pertengahan umur tadi sudah duduk
dikursi besar. Ia memandang lekat pada wajah Siau-liong,
sehingga anak muda itu merasa tak leluasa dan tundukkan
kepala.... Poh Ceng-in tertawa, "Sekalipun dia bernama Kongsun
Liong, tetapi sesungguhnya dia bukan orang she Kongsun...."
Serentak mata wanita itu memancar cahaya lagi, serunya
dengan nada gemeta, "Dia she apa?"
Sejenak mata Poh Ceng-in berkeliaran dan lalu memandang
kepada wanita dengan sikap tersenyum, "Dia orang she Tong
dan namanya Siau-liong!"
Habis berkata, ia terus berputar tubuh dan melangkah
keluar dari ruangan.
934 Tiba-tiba wanita pertengahan umur itu berbangkit dari
kursinya. Tubuhnya gemetar keras. Sepasang matanya
bercucuran air mata. Dipandangnya Siau-liong dengan
pandang yang penuh arti, katanya tersendat, "Benarkah yang
dikatakannya itu" Ayahmu itu...."
Sekonyong-konyong hati Siau-liong seperti dicengkam oleh
rasa duka yang tak dimengerti asalnya. Dia hanya merasa
hatinya amat pepat, hidungnya basah menahan isak.
Sahutnya, "Aku memang orang she Tong. Ayahku bernama
Tong Gun-liong. Tetapi ketika aku masih bayi, ayah telah mati
dibunuh orang. Beruntung atas pertolongan suhuku Kongsun
Sin-tho, aku dapat diselamatkan dan dirawat sampai besar.
Untuk menghindari incaran musuh maka suhu mengganti sheku
dengan she Kongsun...."
Hampir wanita itu tak kuat menahan tangisnya tetapi ia
berusaha sekuat hati untuk bertanya, "Lalu siapakah ibumu?"
"Ibu sedang menderita sakit diseberang laut."
Wanita itu cepat mencegah Siau-liong melanjutkan
kata2nya, "Sejak kecil ibumu telah melantarkan engkau.
Apakah engkau tak membencinya?"
"Beliau tentu mengira kalau aku dan ayah tentu sudah
binasa dilembah Hok-liong-koh digunung Kong-tong-san.
Karena itu ibu lalu mengembara meninggalkan diriku. Sudah
tentu itu bukan kesalahannya dan bagaimana aku dapat
membencinya...."
Tiba-tiba wanita itu maju dua langkah dan berkata, "Nak....
aku inilah ibumu! Oh, terima kasih Tuhan bahwa kami anak
dan ibu akhirnya dapat berjumpa kembali....!"
935 "Mah....!" menjeritlah Siau-liong dengan hati yang tegang
regang. Tetapi tiba-tiba ia meragu. Sejak kecil ia belum
pernah melihat wajah ibunya. Memang wajah wanita
dihadapannya itu mirip dengan wajahnya. Tetapi apakah
begitu saja ia terus mempercayainya" Bagaimana kalau wanita
itu orang suruhannya kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia"
Kalau Iblis penakluk-dunia itu menggunakan siasat mencari
wanita yang mirip dengan wajahnya untuk mengaku sebagai
ibunya lalu membujuknya untuk memikat supaya ia mau
menceritakan ilmu Thian-kong-sin-kang, apakah ia takkan
celaka! Maka iapun segera menyurut mundur dua langkah lagi dan
bertanya dengan dingin, "Engkau tentulah orang suruhan
Iblis-penakluk-dunia."
Berhenti sejenak, Siau-liong berseru pula dengan bengis,
"Apakah bukan karena hendak menipu ilmu Thian-kong-sinkang
itu?" Wanita itu menyurut selangkah dan berseru dengan
gemetar, "Nak, apa katamu" Bukankah tadi engkau
mengatakan takkan membenci aku?"
Siau-liong tertawa muak, "Mungkin karena engkau ini
bukan ibuku! Cobalah engkau katakan, bagaimana mendadak
engkau datang kemari dari seberang lautan" Dan mengapa
engkau dapat mengambil anak perempuan dari Iblis-penaklukdunia
itu sebagai anak angkat?"
"Engkau mengatakan Ing-ji itu puteri dari Iblis-penaklukdunia?"
wanita itu mengulang dengan heran.
"Masakan engkau tak tahu?"
936 Wanita itu menghela napas panjang, "Itu lebih hebat lagi....
Memang baru setengah hari kukenal padanya tetapi
kebaikannya yang dilimpahkan kepadaku sungguh tiada
taranya.... ah, sejak murid si Mawar Putih menuju ke tanah
Tiong-goan sini, siang malam aku selalu memikirnya.
Kemudian setelah penyakitku agak baik, aku segera bergegas
menyusul kemari. Setiba di Tiong-goan segera kudengar
tentang Iblis-penakluk-dunia yang muncul di dunia persilatan
lagi dan bermarkas di Lembah Semi pegunungan Tay-liangsan.
Ceng Hi totiang pun muncul lagi dan memimpin
rombongan orang gagah untuk menumpas Iblis-penaklukdunia.
Dalam gerakan itu, kuduga orang Kong-tong-pay tentu
ikut serta. Mawar Putihpun tentu akan mencari ketua Kongtong-
pay untuk membalas dendam. Maka bergegaslah aku
memburu kemari. Begitu tiba segera kudengar bahwa gerakan
yang dipimpin Ceng Hi totiang itu telah menemui kegagalan.
Mereka terpaksa melakukan perintah Iblis-penakluk-dunia
untuk berkumpul dipuncak Kim-ting. Cepat aku pun menyusul
ke Kim-Ting. Tetapi penyakitku ternyata masih belum sembuh.
Begitu tiba dikaki gunung Gobi, akupun pingsan."
"Apakah dia yang menolong?" seru Siau-liong setengah
meragu. Wanita itu mengangguk, "Jika bukan dia yang menolong,
mungkin kita takkan bertemu muka lagi...."
Ia menghapus air mata lalu melanjutkan lagi, "Tentang
persoalanmu dengan dia, juga telah diberitahukan kepadaku,
hanya dia tak mengatakan kalau dirinya puteri dari Iblispenakluk-
dunia. Apabila benar begitu, benar-benar hal itu
sukar dipercaya...."
Oleh karena sudah beberapa kali menderita tipu muslihat
Iblis-penakluk-dunia, maka Siau-liong tak mudah lekas
937 mempercayai keterangan orang. Dipandangnya wanita yang
mengaku sebagai ibunya itu dengan lekat.
Wanita itu rnenghela napas, ujarnya, "Demi engkau, ia tak
segan menghianati orang tuanya. Dengan begitu ia telah
menumpahkan cinta dan melepas budi sekaligus kepadamu.
Dan lagi dia seperti telah menolong jiwaku dan membebaskan
muridku si Mawar Putih dari tangan kedua suami isteri Iblispenakluk-
dunia...."
"Benarkah dia telah membebaskan Mawar Putih?" buruburu
Siau-liong menegas.
Wanita itu memandang lekat kepada Siau-liong, "Masakan
mah hendak menipumu?"
"Lalu dimanakah dia sekarang?"
Wanita itu berpaling dan memandang kesekeliling penjuru,
berkata, "Mereka berada di belakang rumah itu. In-ji telah
memanggilnya!"
Diam-diam Siau-liong gembira. Jika benar-benar begitu
jelas kalau wanita itu tentu ibunya. Asal Mawar Putih muncul
tentu dapat memberi keterangan asli tidaknya wanita yang
mengaku sebagai ibunya itu.
Dengan tegang, Siau-liong menunggu, Benar juga tak
berapa lama terdengar derap kaki orang berlari. Dan jelas
bukan hanya seorang. Pun derap kaki itu menandakan kalau
bukan orang yang mengerti ilmu silat. Melainkan derap kaki
orang biasa. Siau-liong tak berani bertindak sembarangan. Sambil diamdiam
mempersiapkan tenaga dalam, dia segera berputar
menghadap ke arah suara itu.
938 Begitu pintu terbuka, muncullah tiga orang nona, Mawar
Putih, Tiau Bok-kun dan Poh Ceng-in. Girang Siau liong bukan
kepalang. Mawar Putih cepat menghampiri kesamping wanita
pertengah umur itu dan bertanya, "Suhu, apakah dia benarbenar
datang kemari?"
Wanita itu batuk2 sejenak lalu menjawab, "Datang
memang sudah datang! Tetapi ia masih menganggap aku
mamahnya palsu...."- habis berkata ia terus tundukkan kepala
menangis. Tetapi hal itupun tak dapat menialahkannya Aku tak
memenuhi kewajibanku sebagai ibu. Sekalipun dia tak mau
mengakui aku sebagai ibu, pun aku juga tak dapat berbuat
apa2!" Mendengar itu air mata Siau-liong ber-derai2 turun. Cepat
ia berlutut dihadapan ibunya, Coa-Sik Se-si dan berkata
dengan ber-iba2, "Mah, anak memang tak berbakti. anak...."
ia tak dapat melanjutkan kata2nya karena tersekat oleh isak
tangisnya. Coa-sik Se-sipun menangis sedih. Mawar Putih, Tiau Bokkun
dan Poh Ceng-in masing-masing mempunyai perasaan
sendiri2. Mereka terharu atas peristiwa itu dan ikut menangis.
Tak berapa lama, Poh Ceng-in yang berhenti menangis
paling dulu, lalu menghampiri kesamping Coa-sik Se-si dan
menghiburnya, "Kan-ma, seharusnya saat ini engkau harus
bergembira hati...."
939 Memandang keluar jendela, ia menuding, "Sekarang sudah
malam, masih ada beberapa hal penting yang harus
dikerjakan...."
Coa-sik Se-si hentikan tangisnya lalu berkata kepada Poh
Ceng-in, "Nak, ah, hanya membikin repot engkau saja.... aku
tentu takkan melupakanmu...."
Poh Ceng-in tertawa rawan. Memandang sejenak pada
Siau-liong lalu berpaling memandang Mawar putih dan Tiau
Bok-kun. Kemudian ia berjalan ke belakang Coa-sik Se-si dan
tundukkan kepala.
Siau liong berbangkit dan pe-lahan2 memberi hormat
kepada Mawar Putih, "Nona Pek...."
Mawar Putih mendengus, "Tak seharusnya engkau
mengelabuhi aku, urusanmu dengan tatji Poh...." ia deliki
mata kepada Siau-liong dan berkata pula, "Ketika di Lembah
Maut dalam barisan Tujuh Maut, walaupun Soh Beng Ki-su
mendapatkan perintah untuk menangkapku, tetapi
kesemuanya itu adalah karena engkau. Jika aku yang menjadi
taci Poh, aku tentu juga berbuat begitu. Maka aku tak
membencinya.... Sekarang taci Poh pun telah menolong
membebaskan diriku dari Iblis-penakluk-dunia. Aku berterima
kasih kepadanya. Apalagi dia pun telah menolong suhu
sehingga kami berdua dapat berjumpa disini...."
Habis berkata ia terus melangkah ketempat Poh Ceng-in.
Diam-diam Siau-liong menimang, "Sekalipun Poh Ceng-in
sudah sadar tetapi dia tetap anaknya Iblis-penakluk-dunia.
Dulu dia juga sahabat orang tuanya. Ia tahu cara untuk
mengobati racun, tetapi ia tak mau membunuh Poh-Ceng-in
dan rela melepasnya. Adakah hal itu bukan telah memberi
940 kelonggaran kepadanya" Mengapa dia dipersalahkan berlaku
kejam kepada wanita itu?"
Siau-liong menghela napas panjang lalu berkata kepada
Tiau Bok-kun, "Nona Tiau, aku sungguh.... amat menyesal
sekali...."
Buru-buru Tiau Bok-kun tundukkan kepala, "Aku banyak
menerima budi siangkong, masakan aku berani menyalahkan
engkau?" Siau-liong memandangnya lekat dan menghela napas,
"Nona pun telah menolong jiwaku dan jika bukan karena
diriku, tak nanti nona sampai dapat ditawan Iblis-penaklukdunia.
Budi nona sungguh mengharukan hatiku...."
Tiba-tiba Poh Ceng-in menyeletuk kepada Coa-sik Se-si,
"Kan-ma, sekarang sudah tiba saatnya aku hendak
berangkat!"
"Liong-ji....!" teriak Coa-sik Se-si.
"Mamah hendak memberi perintah apa kepadaku?" sahut
Siau-liong. Memandang Poh Ceng-in, Coa-sik Se-si berkata, "In-ji
seorang yang berjiwa besar. Demi kepentingan dunia
persilatan, ia rela menghianati orang tuanya.... Peristiwa
malam ini, menyangkut kepentingan dunia persilatan....
memang tak dapat memikirkan kepentingan pribadi,
menelantarkan urusan umum. Lekaslah engkau
menyertainya!"
Sejenak Siau-liong memandang Poh Ceng-in. Ia tampak
meragu. 941 "Bagaimana" Apakah engkau masih meragukan dirinya?"
Coa-sik Se-si kerutkan dahi.
Siau-liong menyahut gopoh, "Ya, baiklah, aku menurut...."
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemudian ia berputar tubuh dan menjurah kepada Poh
Ceng-in, "Aku seharusnya berterima kasih kepada nona!"
Poh Ceng-in tersenyum. Ia tak menghiraukan Siau-liong
melainkan berkata kepada Coa-sik Se-si, "Kan-ma aku hendak
berangkat!"
Setelah melambai pada Mawar Putih dan Tiau Bok-kun, ia
terus berputar tubuh dan melangkah keluar.
Dengan segan, Siau-liong memandang ke arah Coa-sik Sesi
lalu melesat keluar mengikuti Poh Ceng-in Saat itu sudah
malam. Angin malam berhembus keras sehingga Siau-liong
agak menggigil. Tetapi serempak dengan itu, pikirannya yang
kalut tadi pun menjadi hening.
Bukan karena dia seorang pemuda yang banyak curiga.
Tetapi adalah karena beberapa kali tertipu oleh Iblis-penaklukdunia
maka ia tingkatkan kewaspadaan. Terutama terhadap
diri Poh Ceng-in. Ia masih belum dapat mempercayainya
penuh. Setelah berjalan satu li, Poh Ceng-in kendorkan langkah
sembari berkata kepada Siau-liong yang mengikuti
dibelakangnya, "Ayahku memang banyak curiga terhadap
orang. Dia amat hati2 sekali, Bahkan terhadap orang
kepercayaannya pun, dia tetap tak dapat percaya penuh.
Maka kita pun tak dapat bergerak dengan leluasa...."
942 Ia berhenti lalu melolos buntalan kain dan diberikan kepada
Siau-liong, "Demi amannya rencana, terpaksa engkau harus
menyamar!"
Siau-liong menyambuti buntalan itu. Ternyata berisi
seperangkat pakaian hitam seperti yang dipakai tokoh2
tawanan itu. Sejenak meragu, akhirnya ia mau juga
memakainya. Kepala dan mukanya ditutup dengan sutera
hitam. Poh Ceng-in tersenyum. Tanpa banyak bicara lagi ia terus
lanjutkan perjalanan.
Diam-diam Siau-liong memperhatikan tempat2 yg dilaluinya
itu. Seluas satu li, dilihatnya sebuah puncak gunung yang tak
berapa tinggi. Disebelah kiri dari puncak gunung itu adalah
puncak Kim-ting yang tinggi. Ditengah kedua puncak itu
dipisah oleh dua buah belantara.
Baru berjalan belum lama, tiba-tiba dari belakang sebuah
batu besar, melesat keluar seorang lelaki berpakaian hitam
dan mencekal pedang.
"Berhenti!" tiba-tiba orang itu membentak.
Poh Ceng-in berhenti dan balas membentak, "Tidak kenal
padaku?" Lelaki itu memberi hormat, "Maafkan kami berlaku kurang
hormat, tetapi Thian-cun telah memberi perintah...."
"Supaya memeriksa aku?" Poh Ceng-in tertawa dingin.
"Hamba tak berani!" orang itu menyahut gopoh.
"Lalu bagaimana maksudmu?"
943 Jawab orang berbaju hitam itu, "Entah apakah Koh-cu
mempunyai...."
Poh Ceng-in tertawa lalu mengeluarkan sehelai panji
segitiga berwarna hitam dan dikibarkan kemuka sibaju hitam,
"Mau memeriksa benda ini?"
Pada saat sibaju hitam hendak menyambuti, Poh Ceng-in
cepat menarik kembali. Sejenak meragu, sibaju hitam
menunjuk Siau-liong, "Dan saudara ini...."
Poh Ceng-in deliki mata, melengking, "Dia aku yang bawa.
Mengapa engkau ribut2 saja" Masakan aku membawa mata2
musuh masuk kemari....?"
Si Baju Hitam buru-buru menyurut mundur dua langkah
dan berseru tersendat, "Hamba tak berani mencurigai Koh-cu,
tetapi Thian-cun telah memberi perintah keras...."
Poh Ceng-in mendengus, "Kalau begitu lekas engkau
menghadap ayah dan suruh ayah sendiri yang keluar
menyambut kedatanganku!"
Baju Hitam tertegun lalu berkata dengan nada enggan,
"Koh-cu, silahkan masuk!"
Poh Ceng-in tertawa dingin lalu menarik Siau-liong diajak
masuk. Diam-diam Siau-liong menimang. Tempat itu hanya
terpisah satu li dari puncak Giok-ci-hong dan Iblis-penaklukdunia
sudah mengadakan penjagaan yang begitu ketat.
Sungguh iblis itu cermat sekali.
944 Tetapi diam-diam Siau-liong pun tertawa. Adalah karena
menginginkan ilmu Thian-kong-sin-kang, maka Iblis-penaklukdunia
tak membunuhnya. Dan karena tak dibunuh, ia pasti
dapat membasmi iblis itu.
Selama dalam perjalanan memang penuh dengan pos2
penjagaan tetapi dengan mudah Poh Ceng-in dapat melalui.
Begitu tiba dikaki puncak Giok-ci-hong, tampaklah beberapa
buah kemah. Tetapi keadaannya sunyi-senyap. Rupanya orang2 dalam
kemah itu sudah tidur pulas. Tiba-tiba Poh Ceng-in gunakan
ilmu Menyusup suara membisiki Siau-liong, "Kita sudah tiba
dipos terakhir. Penjagaan disini luar biasa kerasnya.
Penjaga2nya jago2 kelas satu kepercayaan ayah. Kita harus
bergerak menurut gelagat!"
Siau-liong hanya mengangguk tetapi tak mau menjawab. Ia
sudah tahu apa artinya kata2 Poh Ceng-in. Kemudian Poh
Ceng-in melangkah lebar. Rupanya sengaja ia menimbulkan
suara. Benar jugalah. Dari belakang gerumbul pohon, segera
bermunculan empat orang. Yang dua dimuka, yang dua
dibelakang. Kedua orang yang dimuka itu segera menghadang
dihadapan Poh Ceng-in, serunya, "Apakah Koh-cu membawa
tanda amanat dari Thian-cun?"
Seperti yang tadi, Poh Ceng-in segera mengeluarkan tanda
pengenal diri. Tetapi se-konyong2 ia berseru kaget, "Hai,
mengapa tanda pengenal diri yang kubawa itu hilang....!"
Keempat orang itu tenang2 saja memandang Poh Ceng-in
dan Siau-liong dengan pandang bermusuhan.
945 Poh Ceng-in merogohi baju, sibuk sampai beberapa lama
tetap tak dapat menemukan tanda pengenalnya. Kemudian ia
bertanya kepada kedua orang yang menghadangnya itu,
"Kalau tanda pengenal diri hilang lalu bagaimana?"
Salah seorang yang memelihara jenggot kambing segera
menyahut, "'Saat ini kita sedang menghadapi ancaman
musuh. Selembar rambut tercabut berarti seluruh tubuh
tergetar. Apalagi Thian-cun pun sudah memberi perintah.
Karena Koh-cu kehilangan tanda pengenal diri, terpaksa Kohcu
harus menunggu dulu disini. Hamba akan melaporkan pada
Thian-cun...." -habis berkata ia memberi isyarat kepada dua
orang yang berada dibelakang, "Lekas beritahukan Thian-cun,
bilang...."
"Tunggu dulu, biarlah kucarinya lagi," buru-buru Poh Cengin
menukas. Kedua orang yang menerima perintah tadi terus akan pergi
tetapi demi mendengar ucapan Poh Ceng-in terpaksa mereka
berhenti. Poh Ceng-in sengaja mencari kian kemari. Diam-diam ia
berputar diri dan memberi isyarat kepada Siau-liong.
Siau-liong mengangguk tertawa. Tiba-tiba ia maju
selangkah, serunya, "Kohcu, tanda pengenalmu berada
padaku!" Poh Ceng-in tertawa, "Kalau begitu lekas tunjukkan kepada
mereka!" Siau-liong mengiakan. Sambil masukkan tangan kedada
baju, ia maju ketempat kedua orang yang menghadangnya
itu. 946 "Berhenti! Mengapa engkan seliar itu!" bentak sijenggot
kambing. Tetapi Siau-liong seperti tak mendengarnya. Dalam pada
berkata itu ia sudah tiba dihadapan kedua orang. Tahu2 kedua
orang itu sudah kaku tak dapat berkutik lagi. Ternyata Siau
liong guna gerakan yang luar biasa cepatnya untuk menutuk
jalan darah kedua orang itu. Sedemikian cepatnya Siau-liong
bergerak sehingga setelah kedua orang itu terpaku seperti
patung, barulah kedua kawannya yang di belakang itu tahu
kalau kawannya yang dimuka dicelakai orang.
Kedua orang yang di belakang itupun hendak bertindak
tetapi kalah cepat dengan Siau-liong yang sudah loncat dan
sebelum kedua orang itu sempat bersuara, Siau-liong sudah
menutuk jalan-darah mereka.
Dalam beberapa kejap saja, keempat orang itu pun sudah
dikuasai Siau-liong. Poh Ceng-in tercengang. Ia tak kira kalau
Siau-liong sudah mencapai kemajuan yang sedemikian
pesatnya. Maka berkatalah ia, "Sekarang sudah malam. Sekali
pun pada saat ini dapat menyelamatkan diri, tetapi tak lama
tentu akan diketahui mereka. Kita harus lekas bertindak!"
Habis berkata ia terus mendahului lari mendaki kepuncak
gunung. Siau-liong mengikuti dibelakang. Sekalipun dalam
perjalanan bertemu dengan beberapa peronda, tetapi mereka
tak bertanya apa2.
Rupanya karena dalam pos penjagaan tiada terdengar
pertandaan apa2, mereka anggap tak terjadi suatu apa.
Di atas puncak merupakan sebuah tanah datar. Beberapa
kubu yang didirikan disitu, tampak sunyi-senyap. Poh Ceng-in
langsung menuju kekubu yang nomor tiga.
947 Siau-liong memperhatikan bahwa dalam sebuah kubu
terdapat 4-5 orang baju hitam yang tengah duduk
bersemedhi. Rupanya mereka tengah menenangkan semangat
dan tak menghiraukan kedatangan kedua orang itu.
Tiba-tiba terdengar orang berseru, "Apakah itu In-ji?"
Poh Ceng-in dan Siau-liong terkejut. Tak salah lagi, itulah
suara Iblis-penakluk-dunia. Poh Ceng-in segera memberi
isyarat mata kepada Siau-liong lalu menuju kekubu yang
kedua. Siau-liong tetap mengikuti dibelakangnya. Ia berjalan
dengan tundukkan kepala agar kawanan baju hitam itu tak
melihatnya. Tampak diluar kubu berjajar delapan orang lelaki
berpakaian ringkas sama tegak seperti patung.... Pinggangnya
menyelip senjata.
Ditengah kubu terdapat sebuah meja pendek. Di atasnya
diberi sebuah tempat pedupaan yang masih ber-kepul2
asapnya. Iblis perakluk-dunia dan Dewi Neraka tengah duduk
dengan berpakaian lengkap.
Poh Ceng-in berjalan kemuka kubu dan berseru dengan
nada manja, "Yah! Mah! sudah begini...."
Dengan bengis Iblis-penakluk-dunia membentak, "Baru saja
engkau terhindar dari bahaya, mengapa sudah keluyuran
kemana-mana?"
"Aku hanya ber-jalan2 didekat sini," sahut Poh Ceng-in.
Berkata Iblis-penakluk-dunia pula, "Saat ini sebenarnya
Ceng Hi si imam tua dan gerombolannya itu sudah tak
berdaya. Tetapi anak macan yang kupelihara itu ternyata
mengacau. Tong Siau-liong muncul sebagai musuhku yang
948 tangguh. Oleh karena itu malam ini mungkin takkan terhindar
dari pertempuran besar. Setelah budak itu tertangkap, barulah
hatiku tenteram. Menurut dugaanku, habis tengah malam
nanti, budak itu tentu akan datang. Maka telah kuperintahkan
supaya diadakan penjagaan yang ketat. Mengapa engkau
masih lari2 ke-mana2" Apabila berjumpa dengan budak itu,
apakah tidak berbahaya...."
"Penjagaan disini begini kuatnya, masakan dia mampu
melayang turun dari langit?" bantah Poh Ceng-in.
Iblis-penakluk-dunia menghela napas kecil serunya, "Soal
itu tak dapat kuperhitungkan. Budak itu telah mencapai
kemajuan luar biasa dalam ilmu Thian-kong-sin-kang. Ya,
sudah dapat mencapai tataran yang tak terduga....!"
Tiba-tiba ia membentak bengis, "Mengapa engkau tak lekas
kembali ke dalam kubumu!"
"Tolol! Mengapa engkau marah2 kepada anak sendiri"
Dalam beberapa hari ini dia sudah cukup menderita!" teriak
Dewi Neraka. Kemudian berpaling ke arah Poh Ceng-in dan berkata
dengan nada lembut, "Beristirahatlah! Kelak engkau tentu
takkan menderita apa2 lagi!"
Dengan nada kemanja-manjaan, Poh Ceng-in mengiakan
dan terus melangkah pergi. Tetapi baru beberapa langkah, ia
mendengar ayahnya membentak, "Kembali!"
Poh Ceng-in terkejut dan buru-buru berpaling, "Mengapa,
yah?" 949 Iblis-peuakluk-dunia tersenyum, "Karena engkau segan
beristirahat, baiklah engkau panggilkan suhengmu suruh
kemari. Aku hendak memberi pesan kepadanya!"
"Dimana?"
"Di belakang Empat Roh!"
Poh Ceng-in mengiakan, terus menuju ke belakang.
Dengan tanpa bersuara, Siau-liong mengikuti Poh Ceng-in
seperti bayangannya. Walaupun Iblis-penakluk-dunia itu
seorang yang banyak curiga, tetapi ia tak begitu gila untuk
mencurigai anak perempuannya sendiri. Maka walaupun
melihat Siau-liong berdiri beberapa belas langkah dimuka, ia
tak bertanya apa2.
Kubu kedua itu hanya terpisah tiga tombak dari kubu
ketiga. Poh Ceng-in memberi isyarat mata kepada Siau-liong.
Tanpa berkata suatu apa ia terus lari lagi.
Tampak diluar kubu ketiga itu dua orang penjaga. Begitu
melihat Poh Ceng-in, mereka segera memberi hormat tetapi
tak berkata apa2.
Poh Ceng-in dan Siau-liong melangkah masuk ke dalam
kubu. Di dalam kubu telah digelari empat lembar permadani
bundar. Keempat pewaris ilmu sakti sedang duduk
bersamadahi di atas permadani itu....
Disamping mereka terdapat sebuah kursi bambu. Dengan
memegang cambuk Penenang-jiwa milik Iblis-penakluk-dunia,
Soh Beng Ki-su duduk miringkan tubuh. Begitu melihat Poh
Ceng-in, ia berseru menyapa dan berbangkit.
Poh Ceng-in tersenyum, "Ayah memanggil su-heng supaya
datang kesana."
950
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanpa curiga apa2, Soh Beng Ki-su serahkan cambuk
kepada Poh Ceng-in, katanya, "Tolong sumoay menjaga
mereka!"- tanpa berpaling lagi, ia terus lari keluar kubu.
Poh Ceng-in menghela napas longgar. Setelah Soh Beng Kisu
pergi, ia membentak pelahan pada Siau-liong, "Ayah
hendak suruh mereka makan obat, mengapa engkau tak lekas
mengobati mereka!"
Sambil berkata Poh Ceng in cepat melirik ke arah kedua
penjaga diluar kubu. Melihat mereka tak mengacuhkan apa
yang terjadi dalam kubu, tenanglah hati Poh Ceng-in.
Siau liong mengiakan. Cepat ia mengeluarkan pil Sip-siaucwan
soh-sin-tan. Tetapi tiba-tiba ia agak meragukan khasiat
obat itu. Adakah pil itu dapat menyembuhkan mereka. Setelah
merenung beberapa saat, ia memutuskan untuk memberi dua
butir pil pada masing-masing tokoh itu.
Setelah Siau-liong meminumkan pil itu, Poh Ceng-in pun
segera gentakkan cambuk dimuka ke empat tokoh itu dan
membentaknya pelahan, "Bangunlah!"
Hatinya amat tegang sekali tanganpun gemetar. Untung
keempat tokoh itu serempak membuka mata dan memandang
cambuk kulit dari Poh Ceng-in dengan ter-longong2.
Tiba-tiba terdengar suara suitan melengking di udara. Siauliong
terperanjat. Jelas suitan itu berasal dari anak panah
pertandaan bahaya yang dilepas anak buah Iblis-penaklukdunia.
Kedua penjaga kubu serentak memberi hormat kepada Poh
Ceng-in, "Lapor pada koh-cu. dibawah puncak mengirim tanda
bahaya!" 951 "Lekas laporkan pada Thian cun berdua!" Poh Ceng-in
berseru gugup. Kedua penjaga itu terbeliak kaget. Tetapi mereka pun
cepat2 lari menuju kekubu kedua.
"Lekas! Lekas....!" Poh Ceng-in membentak Siau-liong
sambil banting2 kaki. Siau-liong cepat memberi dua butir pil
kepada Jong Leng lojin yang duduk dekat pintu kubu.
"Telanlah!" bentak Poh Ceng-in seraya gentakkan
cambuknya. Wajah Jong Leng lojin berobah. Tetapi setelah tertegun
sejenak, ia terus menelannya. Saat itu suasana diluar kubu
sudah kacau. Berpuluh sosok tubuh orang lari kian-kemari
amat berisik sekali.
Siau-liong tak dapat banyak berpikir lagi. Ia segera
memberikan dua butir pil kepada Lam-hay Sin-ni. Untunglah
kesemuanya itu berjalan lancar. Dibawah gentakkan cambuk
Poh Ceng-in, Lam-hay Sin-ni, Randa Bu-san dan Kongsun Sintho
mau menelan pil pemberian Siau-liong. Setelah itu mereka
pejamkan mata bersemedhi lagi. Tampaknya tiada reaksi
apa2. Poh Ceng-in menghela napas longgar, serunya, "Pil telah
mereka telan. Bagaimana reaksinya tunggu saja nanti
perobahan mereka!"
Siau-liong yang saat itu sudah menaruh kepercayaan penuh
kepada Poh Ceng-in segera menjurah memberi hormat,
"Nona, aku...." -baru ia berkata begitu tampak sesosok tubuh
lari mendatangi. Dan muncullah Soh Beng Ki-su ke dalam
952 kubu seraya berseru gopoh, "Musuh sudah unjuk jejak, suhu
perintahkan aku supaya membawa keempat orang itu keluar!"
"Mereka berjumlah berapa banyak?" sengaja Poh Ceng-in
bertanya. "Saat ini belum diketahui jelas, tetapi musuh yang tangguh
sudah tiba dipuncak gunung sini...."
Sambil menyerahkan cambuk kepada Soh Beng Ki-su lagi,
Poh Ceng-in membentak Siau-liong; "Lekas ambilkan
senjataku!"
Siau-liong mengiakan. Ia berputar tubuh terus pergi. Begitu
berada ditempat gelap, Siau-liong terus membuka pakaian
warna hitam yang dipakainya. Diam-diam ia menimang,
"Entah apakah pil itu berkhasiat atau tidak, tetapi malam ini
merupakan malam yang memutuskan. Aku harus mengadu
jiwa dengan kedua suami isteri iblis itu!"
Setelah memutuskan rencana, ia segera loncat apungkan
diri melayang kekubu kedua. Kubu yg ditempat Iblis-penaklukdunia
dan isterinya. Saat itu Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka tengah
berdiri berdampingan diluar kubu. Sekeliling dijaga rapat oleh
kawanan anak buahnya Baju Hitam. Begitu melihat Siau-liong
meluncur dari udara, mereka kaget sekali.
"Budak kecil, akhirnya ia masuk ke dalam jaring sendiri!"
Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring.
"Iblis tua! Kematian sudah didepan mata, engkau masih
bermimpi!" bentak Siau-liong.
953 Iblis-penakluk-dunia tertawa angkuh.... Begitu mengangkat
tangan, kawanan penjaganya itu segera menyurut mundur.
Pelahan-lahan dia maju dua langkah. tetapi tetap terpisah
setombak jauhnya dari Siau-liong.
Dengan tertawa mengejek ia berseru, "Sudah kukatakan
bahwa aku tak mau memaksa orang. Asal ia mau
mengajarkan ilmu Thian-kong-sin-kang itu kepadaku dengan
lengkap, aku tentu akan pegang janji. Tiau Bok-kun dan
Mawar Putih kedua nona serta Kongsun Sin-tho dan lain-lain,
semuanya akan kubebaskan. Tetapi kalau tidak...."
Ia berhenti sejenak keliarkan pandang lalu melanjutkan
pula, "Apa yang kukatakan tentu akan kulaksanakan. Dan apa
akibatnya engkau tentu sudah tahu sendiri...."
Tiba-tiba ia berpaling membentak seorang pengawal yang
berada di belakangnya, "Bawa kemari kedua budak
perempuan yang berada dikurungan itu!"
Pengawal itu mengiakan terus lari ke belakang. Siau-liong
tak mau berkata apa2. Ia hanya tertawa dingin memandang
Iblis-penakluk-dunia.
Walaupun sepintas pandang Iblis-penakluk-dunia itu
tampak tenang tetapi dalam hati ia gelisah bukan kepalang.
Dan tanpa berkata apa2, Siau-liong pun melangkah maju.
Melihat itu Iblis-penakluk-dunia membentaknya, "Berhenti!
Apakah engkau benar menghendaki kubunuh kedua nona itu?"
Siau-liong tak menyahut tetapi tetap maju. Melihat itu Iblispenakluk-
dunia terpaksa mundur pelahan-lahan. Kini ia
mundur sampai dimuka kubu.
954 Saat itu siiblis sudah tak dapat mundur lagi. Sekonyongkonyong
ia membentak keras dan menghantam Siau-liong.
Tetapi anak muda itu hanya tersenyum saja. Diangkatnya
tangan kanan untuk menyapu. Terdengar letupan dan debu di
belakang Iblis-penakluk-dunia itu pun bergulung-gulung
tiba.... Saat itu Iblis-penakluk-dunia cukup banyak juga
mempelajari keempat ilmu sakti dari Lam-hay Sin-ni, Jong
Leng lojin, Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san. Kesaktiannya
jauh lebih hebat dari sebelumnya. Maka beranilah ia
menyongsong pukulan Siau-liong. Siapa tahu Siau liong
ternyata sudah hampir seluruhnya memahami Thian-kong-sinkang.
Bukan kepalang kejut iblis itu ketika pukulannya seperti
terbenam dalam lautan dan tiba-tiba pula ia dilanda oleh
tenaga yang hebat sehingga darahnya bergolak-golak
Dewi Neraka terkejut sekali. Cepat ia gentakkan tongkatnya
kepala naga. Tiba-tiba kepala naga itu cepat dan melayang ke
arah Siau-liong. siau-liong mendengus dingin. Sekali ia
menghantam, kepala naga dan tongkat wanita iblis itu
mencelat dan serempak itu terdengar suara orang tertahan.
Dewi Neraka terpental mundur sampai tujuh delapan langkah
jauhnya. "Huak!".... wanita itu muntah darah!
Begitu kubu ketika melayang kabur, kubu ketiga segera
tampak. Tampak kawanan anak buah Iblis-penakluk-dunia
berdiri terlongong. Kesatu karena mereka terpesona melihat
kesaktian Siau-liong.... Kedua, karena belum mendapat
perintah dari pemimpinnya.
955 Seielah mengundurkan kedua suami isteri iblis, Siau-liong
masih maju menghampiri mereka.
Iblis-penakluk-dunia gugup tetapi ia tetap menutupi dengan
tertawa angkuh seraya menyurut mundur.
Dan pada saat itu ia sudah mundur ke kubu nomor tiga.
Dan apa yang terjadi dalam kubu ketiga itu pun sudah
kelihatan.... Soh Beng Ki-su sambil mainkan cambuk sambil
membentak keempat tokoh yang masih duduk, "Lekas
bangun! Bangun....!"
Tetapi keempat tokoh itu tetap pejamkan mata dan duduk
setenang patung Poh Ceng-in yang berdiri disamping,
tampaknya seperti gugup juga.
Tiba-tiba pengawal yang disuruh Iblis-penakluk-dunia untuk
membawa Tiau Bok-kun dan Mawar Putih tadi, pun sudah
datang. Tetapi sikap mereka ketakutan sekali. Sambil berlari
mendatangi mereka sudah berteriak-teriak, "Thian-cun, kedua
budak perempuan itu sudah lolos!"
"Mundur!" bentak Iblis-penakluk-dunia gugup. Ia terus
menerobos ke dalam kubu.
Melihat keempat tokoh itu duduk mematung, diam-diam
Siau-liong girang. Ia duga pil itu tentu sudah bekerja. Ia tak
mau memburu masuk, melainkan menunggu diluar.
Dengan wajah pucat lesi, Iblis-penakluk dunia cepat
mengambil cambuk dari tangan Soh-Beng ki-su lalu
digentakkan beberapa kali seraya membentak, "Hayo,
mengapa tak lekas bangun!"
Cambukan itu berhasil membangunkan Jong Leng lojin.
Tokoh itu serentak berbangkit. "Tar".... Iblis-penakluk-dunia
956 mencambuk punggung Jong Leng lojin seraya membentak,
"Lekas tangkap budak itu, mati atau hidup!"
Di luar dugaan, Jong Leng lojin tak mau menyahuti dan
melakukan perintah. Bahkan tiba-tiba ia menyambar cambuk
Iblis-penakluk-dunia dan balas membentaknya, "Siapa engkau
ini!" Kali ini Iblis-penakluk-dunia seperti disambar petir kejutnya.
Ia lemparkan cambuk terus lolos ke luar kubu.
Dengan masih dalam pikiran tak sadar, Jong leng lojin
menghantam. Iblis-penakluk-dunia lari kemati-matian tetapi
tetap tak dapat terhindar dari hantaman Jong Leng. Tubuhnya
yang melambung di udara itu tiba-tiba menukik turun dan
jatuh di samping Siau-liong!
"Iblis tua, apakah engkau masih mimpi mau lari?" bentak
Siau-liong seraya menutuk dada dan tenggorokan iblis itu.
Saat itu Dewi Neraka pun sudah terluka pukulan Siau-liong
tadi. Tahu gelagat jelek, ia hendak lari. Tetapi ia ingat akan
Poh Ceng-in. Pada saat Dewi Neraka meragu, tiba-tiba terdengar suara
berisik mendatangi.... Siau-liong kira tentulah anak buah Iblispenakluk-
dunia yang hendak menyerbu untuk menolong
pemimpinnya. Tetapi ternyata yang muncul itu adalah Ceng Hi
totiang dan rombongan orang gagah.
Dewi Neraka yang sudah menderita luka itu makin bingung.
Begitu memandang keadaan ditempat situ, tahulah Ceng Hi
apa yang telah terjadi. Cepat ia kebutkan lengan jubah untuk
menutuk jalan darah Dewi Neraka.
957 "Hai, apakah kalian ini kawanan roh orang mati?" teriak
Iblis-penakluk-dunia yang walau pun sudah tertutuk jalan
darahnya namun masih dapat bicara.
Saat itu kawanan Baju Hitam baru tersandar. Dengan
bersuit keras, mereka segera maju mengepung. Tetapi Jong
Leng lojin yang menjaga disamping Iblis-penakluk dunia,
segera menghantam kian kemari mencegah mereka.
Rombongan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang itu
segera menyerang sehingga terjadilah pertempuran dahsyat.
Sedangkan Siau-liong ter-longong2 sendiri. Ia benar-benar
terpukau karena melihat keadaan saat itu. Ia merasa seperti
telah menghidupkan kembali orang yang sudah mati.
Tiba-tiba Poh Ceng-in melengking, "Suheng, tunggulah aku
ber-sama2 lari!"
Saat itu barulah Siau-liong seperti diingatkan pada Soh
Beng Ki-su. Dengan menggerung, ia enjot tubuh melambung
ke udara dan melayang turun di belakang kubu.
Ternyata Soh Beng Ki-su yang bertubuh kurus kering itu
sedang siap hendak melarikan diri dari kubu. Siau-liong cepat
membentak dan mencengkeram dadanya. Soh Beng Ki-su
terkejut. Ia tebarkan jaringnya hendak melancarkan pukulan
Pek-kut-kang. Tetapi sudah terlambat. Dadanya sudah
dicengkeram Siau-liong. Seketika itu ia rasakan dadanya
seperti pecah. Siau Hong sudah menutuk tiga buah jalan
darah orang itu. Kemudian ia terus hendak melangkah ke
dalam kubu. Tetapi saat itu To Kiu-kong, Ti Gong taysu dan
kawan2nya bermunculan datang. Siau-liong cepat lemparkan
Soh Beng Ki-su kepada To Kiu-kong.
958 "Inilah manusia yang membunuh Pendekar Laknat! Tolong
engkau menjaganya. Kelak hendak kubawanya untuk sesaji
dimakam Pendekar Laknat!"....
Habis berkata Siau-liong terus loncat kekubu lagi. Dilihatnya
keadaan sudah berobah.
Kedua suami isteri iblis sudah dibekuk dan dijaga oleh
belasan tokoh2 kelas satu yang ditugaskan Ceng Hi totiang.
Untuk menjaga agar kedua iblis itu jangan sampai lolos,
mereka lekatkan ujung senjatanya pada jalan darah kedua
orang itu. Pertempuran masih berjalan seru. tetapi karena pemimpin
sudah dibekuk, si tuasi pertempuran pun dapat dikuasai Ceng
Hi totiang. Yang sukar diatasi hanya beberapa tokoh seperti
Naga Terkutuk, Harimau Iblis, It Hang totiang dan lain-lain.
Setelah Jong Leng lojin maka ber-turut2 bangunlah
Kongsun Sin-tho, Randa Bu-san dan Lam-hay Sin-ni. Mereka
merenung beberapa waktu, baru menyadari apa yang telah
terjadi pada diri mereka selama ini.
"Suhu, apakah engkau sudah sembuh sama sekali?" buruburu
Siau-liong menghampiri Kongsun Sin-tho.
Kongsun Sin-tho menghela napa, "Liong-ji. Apakah engkau
yang membuatkan pil dari katak-kaki-tiga itu" Dimanakah kita
sekarang ini?"
"Kita saat ini berada dibawah puncak Kim-ting. Pil itu dibuat
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
oleh paderi sakti Kim-ting!"
"Ah, tak kira kalau akupun juga...."
959 Kongsun Sin-tho menghela napas panjang. Merenung
sejenak tokoh itu berkata pula, "Berapa banyak pil yang telah
dibuatnya" Sisanya berikan kepadaku!"
Siau-liong segera menyerahkannya. Setelah menerima,
Kongsun Sin-tho lalu memberi keterangan kepada Randa Busan
dan lain-lain. Kemudian keempat tokoh itu segera turun
kegelanggang pertempuran.
Dengan kesaktian mereka, mudahlah untuk menundukkan
Naga Terkutuk. Harimau Iblis, It Hang totiang dan lain-lain.
Kemudian setiap orang diberinya pil itu sebutir. Tak berapa
lama mereka pun pulih kesadarannya. Dan saat itu
pertempuran pun sudah selesai. Beberapa anak buah Iblispenakluk-
dunia berhasil melarikan diri. Tetapi yang tak dapat
lolos terpaksa menyerah.
Kongsun Sin-tho memberi sisa tiga butir pil kepada Siauliong,
"Pil itu tak mudah diperoleh. Selain dapat mengobati
segala macam racun, pun mempunyai daya untuk
menghidupkan orang yang sudah meregang jiwa. Harap
engkau simpan baik dan apabila perlu dapat engkau
gunakan."'
Siau-liong segera menyimpannya.
Saat itu suasana pertempuran sudah sunyi. Ceng Hi totiang
saling berpandang pandangan dengan keempat tokoh sakti. Ia
menuturkan kepada mereka semua peristiwa yang telah
terjadi selama ini. Terutama jasa-jasa Siau-liong yang pantang
mundur dalam menghadapi huru hara dari Iblis-penaklukdunia.
Sekalian orang gagah bertepuk sorak memuji-memuji
keberanian dan kegagahan anak muda itu!
960 Tetapi Siau-liong sendiri merasa malu dalam hati. Jika
tanpa bantuan siKakek Mata-satu, paderi sakti Kim-ting dan
Poh Ceng-in. tak mungkin ia sendiri dapat menyelesaikan
huru-hara itu. Berturut-turut Randa Busan, Lam-hay Sin-ni, Jong Leng
lojin, Naga Tertutuk, Harimau Iblis, It Hang totiang dan lainlain,
menghaturkan terima kasih kepada Siau-liong. Mereka
berlutut dihadapan pemuda itu. Sudah tentu Siau-liong
terkejut dan tersipu-sipu mengangkat mereka bangun.
Pada saat itu tiba-tiba berdatangan pula dua rombongan.
Rombongan yang pertama ialah Coa-sik Se-si bersama Mawar
Putih dan Tiau Bok-kun. Dan rombongan kedua ialah Kakek
Mata-satu bersama si dara Song Ling.
Melihat suhu dan puterinya datang, girang Randa Bu-san
bukan kepalang.
Sementara itu, Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka masih
dikepung oleh rombongan orang gagah. Jong Leng lojin, Naga
Tertutuk, Harimau Iblis dan beberapa tokoh segera
menghampiri. Tokoh-tokoh itu geram sekali....
Jong Leng lojin memungut sebatang pedang yang terleiak
di tanah dan membentak, "Dosa kedua suami isteri iblis itu
sudah melewati takeran. Adakah saudara2 masih suka
memberi ampun kepada mereka?"
"Tidak! Mati pun mereka masih ringan kalau dinilai dari
dosanya!" seru sekalian orang gagah.
Tiba-tiba terdengar suara orang menangis. Dan pada lain
saat tampak Poh Ceng-in lari menghampiri lalu berlutut di
hadapan Siau-liong, "Tong siauhiap! Harap engkau suka
berlaku murah memberi ampun jiwa ayah bundaku itu!"
961 Saat itu Coa-sik Se-si pun menghampiri lalu mengangkat
bangun Poh Ceng-in, "Nak, ah, engkau cukup banyak
menderita...."
Buru-buru Siau-liong berkata kepada Jong Leng lojin, "Locianpwe,
sukalah lo-cianpwe menerima sebuah
permintaanku?"
"Silahkan, apa pun yang Tong siauhiap bilang, aku tentu
menurut " sabut Jong Leng.
Siau-liong menghela napas, "Saat ini huru-hara sudah
teratasi. Kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia itu sudah tak
berdaya lagi. Marilah kita melakukan budi kebaikan untuk
mengampuni jiwa mereka!"
Ceng Hi totiang dan Kongsun Sin-tho segera melangkah
menghampiri Siau-liong. Kata Kongsun Sin-tho, "Untuk
memberi ampun jiwa mereka, pun boleh saja! Tetapi demi
menjaga timbulnya bahaya dikemudian hari lagi, ilmu
kepandaian mereka barus dilenyapkan."
Melihat Siau-liong diam saja, Ceng Hi totiang pun segera
mencabut sebilah badik yang terselip di pinggangnya.
Dipotongnya urat nadi penting dari kedua suami isteri iblis itu
lalu dibebaskannya jalan darah mereka yang tertutuk itu.
Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka terpaku seperti
patung. Wajah mereka suram muram.
Poh Ceng-in lari kesamping ibunya dan berseru pelahan,
"Mah, aku.... aku sungguh menyesal dan bersalah
kepadamu...." " ia segera menangis tersedu sedan.
962 Lama sekali Poh Ceng-in tumpahkan kesedihan hatinya.
Setelah berhenti menangis ia segera mengangkat bangun
kedua ayah bundanya dan dibawanya turun gunung.
Tiba-tiba Coa-sik Se-si memberi perintah kepada Siau-liong,
"Lekas kau susul mereka dan bawa kembali kesini!"
Siau-liong segera lari mengejar seraya berteriak memanggil
Poh Ceng-in, "Nona Poh...."
Tetapi tanpa berpaling muka, Poh Ceng-in berseru
membalas, "Aku hendak pergi!"
"Aku sungguh menyesal sekali! Aku memutuskan.... akan
mengambil engkau sebagai isteri!" Siau-liong berteriak gopoh.
Poh Ceng-in menjawab rawan, "Ah, terima kasih atas
kebaikanmu itu. Tetapi sekarang lain halnya! Aku sudah
menyadari semua! Jika kau memang orang yang pegang janji,
engkau datang tahun depan untuk memenuhi janji mati
bersama aku!"
Kedua sudah isteri iblis yang dipapah berjalan oleh Poh
Ceng-in itu terkejut dan berpaling memandang Siau-liong.
Tetapi mereka cepat menghadap kemuka lagi dan
melanjutkan perjalanan turun gunung. Tak berapa lama
mereka pun lenyap dalam kegelapan malam.
Siau-liong tertegun beberapa saat lalu berjalan balik
ketempat mamahnya. Sekalian orang gagah segera
mengerumuni Siau-liong. Mereka mendengar apa yang
dibicarakan Siau-liong dengan Poh Ceng-in tadi. Tetapi
walaupun mereka tak mengerti apa maksud pembicaraan itu.
mereka tak berani bertanya kepada Siau-liong.
963 Saat itu karena pertempuran sudah selesai dan keadaan
kembali aman, rombongan orang gagah itu saling bergembira
ria dan tertawa-tawa.
Setelah puas bercakap-cakap, Ceng Hi totiang menghampiri
Siau-liong, "Rasanya tiada berguna aku menunggu lama disini.
Sebaiknya aku akan kembali. Maka ijinkanlah Tong siauhiap,
kami hendak mohon diri!"
Sekali pun pada saat itu Siau-liong dipandang sebagai
bintang penyelamat dunia persilatan dan seorang tokoh silat
yang telah memiliki kepandaian sakti, tetapi diam-diam hati
pemuda itu gelisah. Mendengar Ceng Hi totiang dan beberapa
tokoh hendak pulang, walaupun merasa tindakan mereka itu
terlalu bergegas, namun Siau-liong tak mau banyak bicara.
Demikian setelah beberapa tokoh itu tinggalkan gunung,
keadaan makin sepi. Saat itu sudah menjelang fajar. Angin
makin dingin. Keempat tokoh pewaris ilmu sakti masih berada
disitu. Kongsun Sin-tho menghampiri Siau liong dan memberi
salam, "Siau-liong, akupun juga akan pergi....!"
Siau-liong bercekat hatinya dan tanpa tersadar, ia
bercucuran air mata, "Apakah suhu hendak pulang ke
Hongsan?" Jawab tabib sakti itu, "Segala kehendakku sudah selesai.
Sebelum mati, ingin aku pesiar menikmati keindahan gunung2
dan sungai2 yang terkenal. Sekarang aku hendak memulai
pesiar kepegunungan Tang-gak. Dunia begini luas, jejakku
sukar ditentukan."
Habis berkata tokoh itu terus ayunkan langkah. Siau-liong
benar-benar tersayat hatinya. Ia masih ingin bicara banyak
964 sekali dengan gurunya yang baik budi itu. Tetapi ketika ia
hendak melangkah mencegahnya, tiba-tiba tampak Mawar
Putih lari dan berlutut dihadapan Coa-sik Se-si, menangis,
"Suhu, mohon engkau sudi meluluskan sebuah permintaanku!"
Coa-sik Se-si buru-buru mengangkatnya bangun, "Kalau
ada apa2, bilanglah! Tentu akan kululuskan permintaanmu
itu!" Mawar Putih masih sesenggukan berkata, "Mohon suhu
suka meluluskan aku menjadi rahib! Lam-hay Sin-ni locianpwe
hendak mengambil aku...."
Sesaat Coa-sik Se-si tak dapat berkata apa2. Ia tahu apa
sebab muridnya hendak masuk menjadi rahib itu. Berpaling ke
arah Siau-liong, dilihatnya puteranya itu ter-longong2
mengucurkan air mata. Sampai beberapa lama, barulah ia
berkata, "Lam-hay Sin-ni lo-cianpwe adalah salah seorang
tokoh sakti yang mewarisi salah satu dari lima ilmu sakti.
Beliau hendak menerimamu sebagai murid, memang suatu
keberuntungan bagimu. Tetapi...."
Coa-sik Se-si tak dapat melanjutkan ucapannya karena saat
itu Mawar Putih sudah mengeluarkan sebilah badik dan terus
memotong rambutnya. Coa sik Se si hendak mencegah tetapi
sudah terlambat. Terpaksa ia hanya menghela napas panjang
dan tak berkata suatu apa.
Tiau Bok kun yang sejak tadi berdiri disamping tak ikut
bicara, demi melihat Mawar Putih memotong rambut, tiba-tiba
ia segera menghampiri Siau-liong, "Tong siangkong! Atas budi
pertolonganmu kepadaku itu, mungkin dalam kehidupan
sekarang aku tak dapat membalas....!'"- habis berkata iapun
segera memotong rambutnya juga.
965 Saat itu Siau-liong termangu-mangu seperti patung. Dia tak
dapat berkata apa2 kecuali bercucuran air mata....
Setelah mengucap terima kasih kepada Coa-sik Se-si, Lamhay
Sin-ni segera memimpin tangan Mawar Putih diajak pergi.
Jong Leng lojin tertawa gelak2. Ia melangkah kemuka Tiau
Bok-kun, katanya, "Aku masih belum punya pewaris, entah
apakah engkau suka...."
Tiau Bok-kun girang sekali. Buru-buru ia berlutut dan
memberi hormat dengan khidmat, "Suhu...."
Jon Leng lojin tertawa meloroh. kemudian berseru kepada
Lam-hay Sin-ni, "Muridku juga tak kalah dengan muridmu itu!"
Kemudian Randa Bu-san pun hendak pamit. Sementara si
dara Song Ling berdiri jauh tak mau memandang Siau-liong.
Karena ditinggal pergi oleh tokoh2 itu, hati Siau-liong
seperti tertindih batu. Ia hendak menangis, tetapi ai rmatanya
sudah kering. Akhirnya ia bertanya kepada Randa Bu-san;
"Apakah Cianpwe juga akan pergi?"
Randa Bu-san tertawa, "Di dunia tiada perjamuan yang
takkan berakhir. Kalau saatnya harus berpisah, kita pun harus
berpisah!"
Demikian para tokoh2 itu satu demi satu segera tinggalkan
tempat itu. Yang ada kini hanya Siau-liong dan mamahnya.
Wajah Siau-liong penuh bekas air mata. Pikirannya
melayang pada masa yang lalu. Bayang2 orang satu demi satu
melintas pada benaknya.
966 Tetapi mengingat bahwa mereka telah mendapat tempat
yang tepat, hatipun tenang. Ia menghapus air mata dan
paksakan tertawa, "Mah, mari kita tinggalkan tempat ini juga!"
Saat itu hati Coa-sik Se-si pun girang dan sedih. Serentak ia
berbangkit, ujarnya, "Marilah kita kegunung Hongsan untuk
menyambangi makam ayahmu!"
Siau-liong terhibur hatinya. Sambil menggandeng tangan
mamahnya, mereka segera berjalan pe-lahan2 menuruni
gunung. Karena sudah tiada urusan yang penting, mereka pun
melakukan perjalanan dengan pelahan.... Setiba dibawah
gunung lebih dulu mereka mencari penginapan dirumah
penginapan. Setelah itu mereka menyewa kereta. Lebih
kurang setengah bulan kemudian barulah mereka tiba
digunung Hongsan.
Pada saat mereka mendaki ke atas gunung, apa yang
disaksikannya membuat mereka terkejut sekali.
Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah yang terdiri
dari be-ratus2 orang, muncul menyambut mereka. Didekat
kuburan almarhum Tong Gun-liong, didirikan beberapa buah
bangsal. Selusin bujang perempuan segera memimpin tangan
Coa-sik Se-si diajak masuk ke dalam bangsal.
Karena terkejut, Siau-liong sampai tak dapat berkata apa2.
Ia tak mengerti mengapa tokoh2 persilatan berada disitu.
Kiranya untuk membalas jasa Siau-liong, Ceng Hi totiang
memimpin rombongan kaum persilatan menuju ke Hong-san
dan mendirikan bangsal dan membangun sebuah gedung yang
mewah. Gedung itu akan dipersembahkan kepada Siau-liong
sebagai tempat tinggal ibunya.
967 Siau-liong sukar menolak kebaikan Ceng Hi totiang dan
tokoh2 persilatan. Terpaksa ia mengucapkan terima kasih
Gunung Hongsan yang biasanya sunyi, saat itu ramainya
bukan kepalang. Beratus-ratus tokoh persilatan
bersembahyang didepan makam Tong Gun-liong. Mereka
dipelopori Ceng Hi totiang yang bersembahyang dengan
berlutut di depan nisan, Coa-sik Se-si dan Siau-liong berdiri, di
samping makam untuk membalas hormat.
Coa-sik Se-si benar-benar terharu melihat upacara yang
belum pernah terjadi dalam sejarah dunia persilatan. Ia
bercucuran air mata dan berkemak-kemik mendoa, "Gunliong,
Gun-liong.... jika engkau tahu keadaan ini. engkau pasti
dapat meram dengan puas dialam baka!"
Selesai upacara sembahyangan, tiba-tiba Toh Hun-ki ketua
Kong-tong-pay bersama keempat Su-lo maju ke depan makam
dan berseru, "Dahulu kamilah yang salah memberi keputusan.
Maka kami akau menebus kesalahan itu dengan kematian!"
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Habis berkata mereka sama mencabut badik dan terus
hendak bunuh diri.
Sesungguhnya Siau-liong tak sampai hati melihat mereka
membunuh diri. Tetapi ia tak berani lancang mengambil
tindakan. Maka ia berpaling memandang ibunya.
Ternyata Coa-sik Se-si sudah bergegas maju menghampiri
dan berseru, "Cianpwe sekalian, harap jangan bertindak
begitu. Bagaimanapun halnya, Gun-liong adalah muridmu.
Pada masa itu dia telah melanggar peraturan perguruan.
Sudah seharusnya menerima hukuman...."
Ceng Hi totiang pun juga menghampiri dan tertawa,
"Peristiwa yang lampau sudah lalu! Hari ini benar-benar suatu
968 peristiwa bersejarah bahwa seluruh kaum persilatan
melakukan upacara sembahyang. Soal yang lalu, tak perlu
diungkat lagi!"
Siau-liong juga ikut menasehati sehingga tokoh-tokoh
Kong-tong-pay itu mau juga batalkan niatnya membunuh diri.
Mereka menghaturkan terima kasih kepada ketiga orang itu.
Dan suasana berkabung, kini berobah menjadi suatu peristiwa
yang menggembirakan.
Hari kedua, rombongan kaum persilatan pun mengadakan
sembahyangan dimakam Pendekar Laknat dan Pengemis
Tengkorak. To Kiu-kong menyerahkan Soh Beng Ki-su kepada Siauliong.
Dihadapan makam Pendekar laknat, Siau-liong menusuk
dada Soh Beng Ki-su mengambil hatinya dan
disembahyangkan didepan makam Pendekar Laknat.
Selesai upacara sembahyangan itu, Ceng Hi totiang hendak
mengangkat Siau-liong sebagai pemimpin dunia persilatan.
Tetapi Siau-liong tetap menolak. Ia menyatakan lebih senang
menjadi cousu dari partai Kay-pang dan berkedudukan sama
dengan ketua partai2 persilatan lain.
Sudah tentu partai Kay-pang girang sekali. Mereka
menyambut pernyataan cousu-ya mereka itu dengan berlutut
menghaturkan terima kasih. Sejak itu Kay-pang makin
menjulang namanya. Partai itu seolah-olah dianggap sebagai
pemimpin dunia persilatan.
Setelah hampir sebulan berada di gunung Hong-san, sekali
pun tokoh-tokoh persilatan Itupun segera berbondongbondong
pulang ke tempat masing-masing.
969 Sejak itu Siau-liong bersama ibunya tinggal di gunung
Hong-san. Mereka melewatkan kehidupan yang bahagia.
Tetapi Siau-liong tetap gelisah memikirkan nasib Mawar
Putih, Tiau Bok-kun, Poh Ceng-in dan lain-lain. Ia pun ingat
bahwa besok tahun muka pada pertengahan musim rontok, ia
harus menuju ke gunung Busan untuk memenuhi
perjanjiannya dengan Poh Ceng-in.
Rupanya Coa-sik Se-si tahu apa yang terkandung dalam
hati puteranya. Ia menasehati agar Siau-liong dapat
mempengaruhi pikiran Poh Ceng-in supaya membatalkan
rencana untuk mati bersama itu. Dan sebagai perobahan,
Siau-liong supaya menerima Poh Ceng-in sebagai isteri....
Siau-liong mengiakan. Setelah tiba waktunya ia segera
berangkat menuju ke Busan.
Dalam perjalanan, ia menimang, "Randa Bu-san tentu
sudah tahu bahwa Pendekar Laknat itu sebenarnya sudah
mati. Dengan begitu perjanjian mereka untuk mengadakan
pertempuran, dengan sendirinya gugur. Dan sekarang hanya
sebuah perjanjian dengan Poh Ceng-in yang harus ia
selesaikan!"
Tiba di gunung Busan, tepat pada pertengahan bulan
delapan pagi. Perjanjiannya dengan Poh Ceog-in ialah hari
kedua dari pertengahan bulan delapan. Ia duga, apabila Poh
Ceng-in datang memenuhi janji, tentu tak mungkin datang
lebih dulu dari dirinya.
Tetapi diluar dugaan, begitu membelok pada sebuah
tikungan gunung, ia melihat di tengah sebuah hutan telah
dibangun sebuah makam. Dan ah.... ternyata Poh Ceng-in
sudah berada di situ, Ia tetap mengenakan pakaian merah
menyala dan duduk disamping makam.
970 "Nona Poh!" serentak Siau-liong berseru seraya lari
menghampiri. Poh Ceng-in serentak berbangkit tetapi tiba-tiba ia menjerit
dan rubuh lagi.
Siau-liong terkejut dan cepat memapahnya bangun. Sambil
ulurkan tangan kiri, Poh Ceng-in mengerang, "Lenganku digigit
ular beracun yang kupelihara! Lekas bantu menghisap racun
itu!" Waktu memeriksa, Siau-liong memang melihat lengan kiri
nona itu terdapat dua buah lubang yang masih bercucuran
darah. Tanpa banyak berpikir lagi. ia terus menghisapnya
dengan mulut. "Lekas hisap! Lekas isap! Kalau racun keburu masuk ke
dulam jantung, tiada obatnya lagi!" berulang kali Poh Ceng-in
merintih rintih.
Karena gugup, Siau-liong terus menghisap kemati-matian.
Karena darah terus mengalir tak berhenti, Siau-liong tak
keburu meludahkan ke tanah sehingga terus ditelannya.
Keadaan itu berlangsung sampai lama.
"Apakah sekarang nona sudah merasa enak?" tanyanya
beberapa saat kemudian. Tetapi serentak dengan itu
wajahnya pun berobah. Dilihatnya wajah Poh Ceng-in pucat
lesi seperti orang yang mau mati.
Kemudian nona itu paksakan tertawa rawan, "Aku tak
pantas menjadi jodohmu.... racun jong-tok itu.... su.... dah....
punah....!"
971 Habis berkata wanita pemilik Lembah Semi itu pun kelentuk
kepalanya dan meramkan mata selama-lamanya.
Siau-liong terkejut. Tanpa disadari ia menangis dan
berkabung melihat penderitaan dan pengorbanan wanita itu.
Saking sedihnya ia sampai pingsan.
Setelah sadar barulah ia mengetahui bahwa Kakek Matasatu,
Randa Bu-san dan Song Ling sudah menjaga
disampingnya. Siau-liong segera menanam Poh Ceng-in ke
dalam liang yang telah disiapkan itu.
Kemudian Siau-liong tegak berdiri di samping makam itu
seperti orang yang kehilangan semangat. Kakek Mata-satu
dan Randa Busan menghiburnya dan akhirnya dapat
membujuknya diajak pulang ke Hong-san.
Coa-sik Se-si juga berduka mendengar peristiwa kematian
Poh Ceng-in. Sedang Siau-liong tetap lesu seperti orang sakit.
Ia lebih suka membenam diri dalam kamar.
Dua bulan kemudian barulah ia mulai dapat kembali
semangatnya yang hilang itu. Hari itu ia merasa semangatnya
segar, kedukaan hatinya pun berkurang. Maka keluarlah ia
dari kamarnya. Tetapi alangkah kejutnya ketika ia melihat
keadaan di luar.
Di ruangan besar, penuh dengan meja perjamuan dan
tetamu2 yang terdiri dari ketua partai2 persilatan serta tokoh2
ternama. Siau-liong heran bukan kepalang. Buru-buru ia mencari
mamahnya untuk bertanya. Sudah dua bulan ia tak pernah
keluar dari kamar sehingga tak tahu apa yang terjadi dalam
rumah. 972 Coa-sik Se-si keluar menyambut diiringi oleh bujang
perempuan. Dengan wajah berseri tawa, wanita itu berkata
kepada puteranya, "Siau-liong, sekali pun dalam urusan ini
aku tak pernah mengatakan kepadamu, tetapi engkau jangan
menolak! Hari ini adalah hari kebahagiaanmu!"
Siau-liong kaget setengah mati, "Bagaimana ini...."
Coa-sik Se-si menukas tertawa, "Mempelai perempuan
adalah Song Ling. Mamahlah yang mencarikan jodohmu itu!"
Sekali pun Siau-liong tak berani membantah tapi ia
banting2 kaki dan menghela napas panjang.
Tiba-tiba Kakek Mata-satu muncul dengan tertawa-tawa,
"Buyung, apakah engkau tak ingat janjimu yang telah engkau
berikan kepadaku di puncak Kim-ting tempo hari?"
Siau-liong seperti disadarkan. Teringatlah ia mengapa
kakek buta sebelah mata itu memaksanya supaya meluluskan
sebuah permintaannya Kiranya permintaan kakek itu tak lain
ialah hendak menjodohkan cucu muridnya atau si dara Song
Ling dengan dirinya. Ah.... ia tak berani banyak bicara lagi dan
biarkan sekalian orang hendak mengatur bagaimana kepada
dirinya. Upacara perkawinan berlangsung megah sekali. Gunung
Hong-san selama dua bulan ramainya bukan main.
Karena terjalin budi dan cinta, kedua mempelai itu hidup
rukun dan berbahagia. Randa Bu-san dan Coa-sik Se-si girang
sekali melihat putera puteri mereka telah mendapat jodoh
yang sepadan. 973 Bahkan Randa Busan menerima baik tawaran Coa-sik Se-si
untuk tidak kembali ke Busan tetapi tinggal di gunung Hongsan
bersama anak dan menantunya.
Setelah sekalian tokoh2 persilatan pulang ketempat
masing-masing, paderi Liau Hoan masih tinggal di situ. Ia
menemui Siau-liong dan mengingatkan janjinya dahulu.
Ternyata pada 30 tahun yang lalu gunung Thian-san
meletus. Batu2 besar menutup sebuah gua tempat tinggal
kawanan orang-utan. Selama 30 tahun itu paderi Liau Hoan
suruh muridnya memberi makanan. Tetapi kini orang-utan itu
berkembang biak menjadi ratusan ekor jumlahnya. Lama
kelamaan mereka tentu akan mati karena sesak. Maka Liau
Hoan minta Siau-liong kesana untuk menghancurkan batubatu
besar yang menutup pintu gua....
"Hanya ilmu Thian-kong-sin-kanglah yang menghancurkan
batu2 raksasa itu. Maka kumohon siauhiap suka bersama aku
pergi ke Thian-san," kata paderi itu.
Siau-liong mengajak isterinya memenuhi janji ke Thian-san.
Setelah berhasil, maka kedua suami isteri pendekar itu
berkelana melakukan amal perbuatan yang luhur dan berguna
bagi rakyat. Dengan berseri-seri kedua penpantin remaja itu, Siau-liong
" Song Ling, menghaturkan hormat minta doa restu kepada
tokoh2 persilatan
-- T A M A T-- 974 Kisah Para Pendekar Pulau Es 15 Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Hikmah Pedang Hijau 3
n mengalami perobahan...."
Kakek Mata-satu berhenti sejenak, menghela napas. Lalu
melanjutkan ceritanya lagi.
"Soal itu aku berani mengatakan pasti tentang diri
Pendekar Laknat. Sekalipun ibumu merobah pandangannya
kepada Pendekar Laknat, dari ikatan ayah dan anak menjadi
cinta kasih wanita dan pria, tetapi selama itu Pendekar Laknat
tetap tak mau melanggar garis2 terlarang...."
Kembali kakek Mata-satu itu berhenti dan menghela napas
rawan. "Mereka hidup dalam kesunyian dan ketenangan. Tetapi
mereka merasa bahagia. Tiap hari mereka selalu berburu
burung, mencari ikan. Hari2 dilewati dengan penuh
kegembiraan. Sampai pada akhirnya, Pencekar Laknat telah
melakukan suatu tindakan yang salah...."
"Tindakan apa?" karena tak sabar lagi, Song Ling cepat
bertanya. "Tidak seharusnya Pendekar Laknat membawa ibumu
melihat-lihat ke kota! Mungkin karena hendak mengambil hati
ibumu supaya senang, atau mungkin karena lain sebab, maka
Pendekar Laknat membawa ibumu turun ke dunia persilatan.
Sebagai seorang gadis yang tak pernah bergaul dengan
orang, segala yang dilihat dan dijumpai, selalu membuat
ibumu heran, Kemudian ia menyadari bahwa dunia ini ternyata
amat luas dan ramai. Sejak itu, pandangan ibumu terhadap
Pendekar Laknatpun berobah. Mereka sering cekcok dan
899 bertengkar. Sampai pada suatu hari, ibumu telah mengenal
seorang pemuda she Song dan kedua saling intim...." Kembali
kakek Mata-satu berhenti seraya geleng-gelengkan kepala.
"Apakah dia.... ayahku...." Song Ling berseru gopoh.
"Benar," sahut Kakek Mata-satu, "pemuda she Song itu
adalah ayahmu. Ibumu memutuskan, untuk meninggalkan
Pendekar Laknat dan lari bersama pemuda itu. Sekalipun
Pendekar Laknat amat berduka atas peristiwa itu, tetapi dia
dapat memaafkan ibumu. Dia menyadari bahwa hal itu
memang tak dapat dicegah lagi. Maka ia tak mau mengejar
dan lalu pulang ke gunung Hong-san. Sejak itu ia hidup
dirundung duka. Walaupun ia dapat memaafkan ibumu, tetapi
ia teiap tak dapat melupakan kenangan hari2 yang bahagia
bersama ibumu. Sejak itu ia menjadi manusia pembenci dunia.
Dia benci kepada seluruh manusia di dunia ini. Dua puluh
tahun yang lalu, muncullah keempat momok Thian, Te. Liong,
Hou atau Iblis-penakluk-dunia, Dewi Neraka, Harimau Iblis
dan Naga Terkutuk. Dunia persilatan dilanda banjir darah.
Mendengar itu, Pendekar Laknat pun turun gunung dan
melakukan pembunuhan tanpa pandang bulu. Baik tokoh
golongan Putih maupun Hitam, dibunuhnya semua. Karena
tindakannya yang ganas itu, maka oleh kaum persilatan,
mereka dijuluki sebagai Lima Durjana.
Sebenarnya, hanya suatu fitnah belaka bahwa Pendekar
Laknat itu, membunuh secara membabi buta tanpa pandang
bulu. Karena sesungguhnya yang dibunuh itu kebanyakan
hanya kaum persilatan yang bejat moralnya. Dan selama itu
tak pernah ia bergabung dengan keempat momok itu.
Kemudian tampillah Ceng Hi toiang memimpin barisan
orang gagah untuk menghalau Iblis-penakluk-dunia dan
gerombolannya itu dari Tionggoan. Sejak itu, Pendekar
Laknatpun pulang ke gunung Hongsan lagi. Dua tahun
900 kemudian pada pertengahan musim rontok, ibumu dan
pemuda Song itu telah menikah. Entah bagaimana, kedua
suami isteri itu membawa puterinya yang masih bayi ialah
engkau, menjenguk Pendekar Laknat di gunung Hong-san.
Sebagai anak yang telah dirawat sejak kecil ibumu memang
masih mempunyai ikatan batin kepada Pendekar Laknat
sebagai ayah. Walaupun sudah menikah dengan lain orang
namun ia masih tetap terkenang akan orang tua yang hidup
sepi seorang diri di gunung itu. Maka diajaknyalah sang suami
dan puterinya untuk menyambangi orang tua itu. Ia ingin
menghibur orang tua yang telah melepas budi besar
kepadanya. Tetapi kunjungan yang bermaksud baik itu telah
menimbulkan peristiwa yang menyedihkan. Saat itu watak
Pendekar Laknat memang sudah berobah. Dari seorang tua
yang sabar dan murung dia telah menjadi seorang manusia
yang pemarah dan gemar membunuh. Dia menafsirkan
kedatangan ibumu bersama suaminya itu sebagai suatu
tindakan untuk mengejeknya. Apalagi ayahmu yang masih
muda itu memang berhati tinggi dan angkuh. Setitik pun dia
tak memandang hormat kepada Pendekar Laknat. Dalam
percakapan, timbullah salah faham dan karena sama
ngototnya, mereka segera berkelahi...."
Kakek Mata-satu menghela napas, berdiam Diri.
"Begitulah Pendekar Laknat lalu membunuh ayahku?" tanya
si dara. Kakek Mata-satu mengangguk pelahan.
"Jika Pendekar Laknat benar-benar sayang pada ibuku, tak
seharusnya ia membunuh ayahku!" Song Ling menggeram
pula. Namun nadanya agak berkurang bencinya kepada
Pendekar Laknat.
901 Kakek itu menghela napas, "Aku berani mengatakan,
bahwa semula pendekar Laknat memang tiada maksud untuk
membunuh ayahmu. Hal itu lebih cenderung kalau kesalahan
tangan saja. Tetapi ibumu marah sekali dan seketika itu juga
ia pergi dan bersumpah akan melakukan pembalasan. Sejak
itu berulang kali ia menantang Pendekar Laknat supaya
datang kepuncak Hong-san pada hari Tiong jiu (pertengahan
musim rontok)'untuk menyelesaikan hutang darah itu. Tetapi
Pendekar Laknat tak pernah datang! Dan pada tahun kematian
suaminya itu, ibumu datang berguru kepadaku!"
Selesai mendengar cerita kakek gurunya, Song Ling
menutup matanya dengan kedua tangan dan menangis
tersedu sedan. Siau-liong juga tergerak hatinya. Timbul rasa
perindahannya kepada Pendekar Laknat. Tanpa disadari, ia
telah mengenakan topeng Pendekar Laknat itu kemukanya.
Song Ling tak berkata apa2. Tiba-tiba dilihatnya Siau-liong
memakai topeng Pendekar Laknat. Seketika ia tertawa dan
berseru, "Huh, seram sekali!"
Siau-liong hanya tersenyum. Saat itu ia telah menyimpan
pil pemberian paderi Kim Ting ke dalam bajunya. Dapat atau
tidaknya ia menolong para tokoh2 yang ditawan Iblispenakluk-
dunia itu, nanti malam akan ketahuan hasilnya.
Saat itu sudah petang hari. Suasana dalam hutan pun
makin sunyi dan menyeramkan. Tiba-tiba kakek Mata satu
berkata kepada Siau-liong, "Saatnya sudah hampir tiba, Iblispenakluk-
dunia dan Dewi Neraka itu...." " tiba-tiba kata2nya
terhenti oleh suara tertawa nyaring yang bergelombang di
udara. 902 Ah, itulah suara tertawa si Iblis-penakluk-dunia. Nyata dia
sudah kembali ke puncak Kim Ting lagi....
Siau-liong menjurah di hadapan kakek Mata-satu dan
berkata, "Musuh sudah menampakkan diri, untuk sementara
ini terpaksa wanpwe hendak minta diri."
Song Ling pun juga berbangkit dan berkala gopoh, "Cousuya,
mohon cousu-ya suka membantunya menolong ibuku!"
Kakek Mata-satu menarik tangan Song Ling; "Saatnya
belum tiba, untuk sementara ini lebih baik kita menunggu saja
bagaimana perobahannya." "Lalu ia berkata kepada Siauliong,
"Bertindaklah menurut gelagat. Jangan mengandalkan
keberanian semata-mata lalu bertindak menurutkan kehendak
kemarahan. Pergilah!"
Siau-liong mengiakan lalu loncat kemuka dan lari mendaki
ke puncak Kim Ting.
"Apakah dia mampu menolong ibuku dan tokoh2 itu?"
tanya Song Ling dikala mengantar kepergian Siau-liong
dengan pandang mata harap2 cemas.
"Dia seorang pemuda yang berani, sakti dan pandai
menyesuaikan diri," sahut kakek Mata-satu, "diapun telah
menyadari betapa gawatnya peristiwa ini. Rasanya dia tentu
dapat bertindak hati2 dan berhasil menunaikan tugasnya."
"Mengapa kakek tak ikut menyertainya" Bukankah dia akan
merasa lebih kuat?" tanya si dara pula.
"Ah, tampaknya memang begitu. Tetapi sesungguhnya dia
akan dapat bertindak lebih leluasa apabila pergi seorang diri.
Dengan kusertai, mungkin musuh cepat dapat mengetahui
jejak kita."
903 "Bagaimana kalau dia gagal?" kata si dara pula dengan
resah. "Kita hanya dapat berusaha dan tak dapat memastikan
kalau berhasil. Namun setiap perbuatan baik, tentu diberkahi
Allah. Ah, sudahlah, kita tunggu saja bagaimana
perkembangannya!"
---ooo0dw0ooo---
Saat itu Cong Hi totiang dan rombongan yang berada
dipuncak Kim Ting, gelisah resah pikirannya....
Walaupun Soh Beng Ki-su berulang kali mendesak supaya
cepat2 menyelesaikan pembuatan panggung itu, tetapi Ceng
Hi totiang dan rombongan orang gagah itu tetap hendak
mengulur waktu. Dengan segan2 mereka mengusung batu2
besar. Maka sampai hari sudah petang, panggung itu belum
juga selesai. Serempak dengan suitan yang memecah angkasa itu,
kedua suami isteri Iblis penakluk-dunia pun memimpin
berpuluh anak buahnya, kembali kepuncak.
Melihat hasil pembuatan panggung, Iblis-penakluk-dunia
membentak, "Lekas panggil Ceng Hi si imam tua itu kemari!"
Soh Beng Ki-su segera membentak, "Imam hidung kerbau,
apakah engkau tuli?"
Ceng Hi totiang terpaksa maju dua langkah tetapi tak
berkata apa2. Iblis-penakluk-dunia membentaknya, "Oleh karena cita2
untuk memimpin dunia persilatan sudah terlaksana, maka aku
904 selalu bermurah hati kepada orang. Tak mau membunuh
orang yang tak bersalah. tetapi mengapa engkau malah
menentang perintahku?"
Saat itu hati Ceng Hi totiang amat gelisah sekali. Siau-liong
yang sudah berjam-jam masuk ke dalam gua menemui paderi
Kim Ting, sampai saat itu belum juga keluar. Dan saat itu
adalah detik-detik yang menentukan. Rasanya kecuali harus
berjuang sendiri, tiada lain jalan lagi.
Setelah mantap dengan keputusan itu, ia segera berpaling
ke arah rombongan orang gagah. Tampak mereka berdiam diri
semua tetapi wajahnya menampil kerut kedukaan dan
kemarahan. Jelas mereka hanya menunggu komando. Begitu
ia memberi perintah, segera mereka akan menyerbu.
Tetapi Ceng Hi totiang cukup jelas akan kekuatan lawan
dan fihaknya. Memberi komando penyerbuan, berarti
menyuruh mereka mengantar jiwa.
Dengan pertimbangan itu, ia bersangsi sehingga tak dapat
menjawab kata2 Iblis-penakluk-dunia.
Melihat Ceng-Hi diam saja, Iblis-penakluk-dunia
membentaknya, "Hm, rupanya engkau benar-benar sudah
bosan hidup?"
Ceng Hi totiang menyadari bahwa saat itu ia sudah tak
dapat mengulur waktu lagi. Dia tak rela membiarkan Iblis
penakluk-dunia menguasai dunia persilatan. Ia tak mau
diperintah oleh gerombolan iblis itu. Maka tiada lain pilihan
lagi kecuali harus bertempur.... Lebih baik pecah sebagai ratna
dari pada hidup bercermin bangkai!
Pada saat ia hendak memberi komando kepada
rombongannya, tiba-tiba sesosok tubuh melayang dari udara
905 dan tahu2 meluncur di tengah2 Ceng Hi dengan Iblispenakluk-
dunia. Ketika melihat siapa yang muncul itu, sekalian
orang berteriak kaget.
Dengan girang Ceng Hi totiang segera maju selangkah dan
berseru, "Pendekar Laknat, dalam pertempuran di barisan
pohon tempo hari, mengapa saudara pergi dengan membawa
luka" Telah kusuruh orang untuk mencari kesegenap penjuru
tetapi tak berhasil...."
Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring dan berseru,
"Tong Siau-liong, engkau sungguh pandai bermain
sandiwara...."
Sejenak berhenti, iblis itu mengertek gigi dan berseru pula,
"Jika kali ini engkau mampu lolos dari tanganku, aku akan
tinggalkan Tionggoan selama-lamanya!"
Sekalian tokoh yang hadir disitu terbeliak kaget. Benarbenar
mereka tak mengerti mengapa Iblis-penakluk-dunia
menyebut Pendekar Laknat sebagai Siau-liong. Di antara
mereka adalah Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tongpay
segera maju menghampiri dan memandang bayangan
punggung Siau-liong dengan lekat.
Siau-liong sendiri pun juga tak kurang kejutnya. Ia duga
Iblis-penakluk-dunia tentu sudah mengetahui rahasianya.
Tetapi karena Iblis itu menelanjangi dirinya dimuka sekalian
banyak tokoh iapun merasa tak enak juga.
"Iblis tua!" teriaknya dengan marah, "hari akhirmu sudah
tiba, jangan...."
Iblis-penakhak-dunia menukas tawa, "Benar, memang hari
ini bakal ada orang yang akan habis riwayatnya! Tetapi
engkau harus tahu siapakah orang itu...." -sejenak ia keliarkan
906 mata lalu melanjutkan pula, "aku menyesal mengapa tempo
hari tak membunuhmu. Tetapi sekarang engkau mau bicara
apa saja, pokok jangan harap engkau mampu lolos dari
tanganku!"
Siau-liong memancar pandang lalu gunakan ilmu
Menyusup-suara berkata, "Iblis tua, memang tak salah kalau
engkau menyesal bahwa dulu engkau tak membunuh aku.
Sekarang menyesal pun tiada gunanya!"
Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, "Untuk membunuhmu
adalah semudah membalikkan telapak tanganku. Kecuali
engkau sudah mempelajari ilmu Thian-kong-sin-kang itu
dengan sempurna. Tetapi betapapun cerdasmu, paling sedikit
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
engkau harus menggunakan waktu setengah tahun untuk
mempelajarinya. Oleh karena itulah maka beberapa kali
kusengaja memberimu jalan hidup!"
Masih dengan ilmu Menyusup suara, Siau-liong menjawab,
"Aku orang she Tong tak sudi menerima kebaikanmu itu.
Bahwa engkau tak mau membunuh aku itu bukan lain karena
engkau hendak merencanakan berbagai siasat untuk menipu
aku supaya mau memberikan pelajaran ilmu Thian-kong sinkang!"
Iblis penakluk dunia membentak bengis, "Aku dapat
menangkapmu hidup2 dan membiusmu supaya hilang
kesadaran pikiranmu...." kemudian ia menunjuk ke arah
Kongsun Sin-tho dan beberapa tokoh lainnya, "Seperti mereka
itulah contohnya. Masakan engkau tak mau mengatakan ilmu
pelajaran itu?"
Siau-liong tertawa, "Sudah tentu hal itu engkaulah yang
paling tahu. Di dunia ini hanya orang yang faham ilmu Thiankong-
sin-kang itulah yang akan menundukkan engkau. Segala
907 ilmu iblis yang engkau gunakan tak mampu menyesatkan
pikiranku...."
Berhenti sejenak, Siau-liong berkata pula.
"Jangan mengira kalau dalam waktu setengah tahun itu
engkau mampu menipu aku supaya menerangkan pelajaran
itu. Ho, engkau salah hitung dan harus membayar dengan
jiwamu!" Dengan marah Iblis-penakluk-dunia berteriak nyaring,
"Semua tokoh2 sakti dalam dunia telah kukuasai. Masakan
usaha yang sudah berhasil itu mampu engkau gagalkan?" "
habis berkata ia terus gerakkan ruyung dan membentak
kawanan Baju hitam yang berada dibelakang, "Lekas tangkap
budak itu. Bunuh saja kalau melawan!"
Dua orang Baju Hitam pun segera menerjang maju.
Pakaian keduanya warna hitam dan mukanya pun
mengenakan kerudung hitam, hanya bagian mata yang diberi
lubang. Yang seorang tinggi dan seorang pendek. Mereka tak
lain adalah Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin!
Secepat kilat mereka bergerak menghantam dari kanan dan
kiri. Siau-liong diam saja. Secepat kedua pukulan mereka tiba,
barulah ia berteriak keras dan gerakkan kedua tangannya
menyongsong. "Bum. bum".... terdengar letusan keras disusul
dengan hamburan pasir dan pecahan batu.
Siau-liong tetap tegak ditempatnya sedang Lam-hay Sin-ni
dan Jong Leng lojin terhuyung-huyung lima enam langkah
jauhnya. 908 Sorak-sorai menggemuruh dari mulut rombongan orang
gagah! Siau-liong sendiri masih tegak termangu ditempatnya.
Kiranya dalam waktu setengah hari, Siau-liong berhasil
mengetahui bagian yang paling sukar dari kitab Thian-kongsin-
kang. Gerakannya telah mencapai tataran, bersatu dengan
angan2nya. Apa yang diangan-angankan, tangannyapun
sudah bergerak.
Iblis-penakluk-dunia pucat. Berpaling ke arah isterinya, ia
lecutkan lagi ruyungnya memberi isyarat. Kongsun Sin-tho dan
Randa Bu-san yang berdiri di sampingnya segera loncat
menyerbu Siau-liong.
Setelah dipukul mundur oleh Siau-liong, Lam-hay Sin-ni dan
Jong Leng lojin termangu. Tetapi pada lain saat mereka
menggerung lalu maju menyerang lagi.
Bermula Siau-liong tak tahu sampai dimanakah kemajuan
ilmunya yang telah dicapai. Tetapi setelah mengetabui bahwa
ia mampu memukul mundur Lam-hay Sin ni dan Jong Leng
lojin, kepercayaan pada dirinya makin besar. Ia segera
menyambut serangan Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin
dengan pukulan yang bertubi-tubi hingga mereka terpaksa
mundur lagi. Tetapi selekas Kongsun Sin tho dan Randa Bu-san ikut
menyerang, situasinya berobah.
Siau-liong tersentuh hatinya ketika melihat gurunya.
Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san mengenakan pakaian
seragam biru dan kepalanya ditutup dengan kerudung hitam.
Adalah karena terharu melihat keadaan gurunya dan kuatir
nanti melukainya, maka gerakan Siau-liong pun agak lambat
dan pukulannya juga terpancang.
909 Kebalikannya Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san
menyerangnya dengan kalap. Setiap pukulan selalu
menggunakan jurus yang ganas dan mematikan. Tampaknya
mereka amat bernapsu untuk membunuh Siau-liong.
Demikian pewaris2 dari lima aliran ilmu sakti, saling
berbaku hantam dengan seru. Deru angin yang menyambarnyambar,
menghamburkan debu dan pasir yang bertebaran
menutup sekeliling mereka sehingga sekalian orang sukar
melihat bayang2 mereka.
Menyaksikan Pendekar Laknat mampu menghadapi
keempat tokoh sakti itu dan kepandaiannya jauh lebih maju
ketika bertempur dibarisan Pohon Bunga dilembah Semi
tempo hari, girang Ceng Hi totiang bukan kepalang.
Sekalian orang benar-benar terpesona menyaksikan
pertempuran paling dahsyat dalam jaman itu. Mereka
terlongong-longong....
Kelima orang itu makin lama makin menggila. Debu dan
pasir serta pecahan batu berhamburan mencurah seperti
hujan. Angin dan letupan benturan pukulan tak henti2nya berdentang2!
Setelah berpuluh jurus menghadapi keempat tokoh sakti
itu, Siau-liong makin tenang. Dia makin mengetahui sampai
dimana kepandaiannya saat itu. Ternyata bukan saja ia
mampu melayani mereka, pun bahkan masih ada sisa untuk
balas menyerang.
Pula iapun menyadari mengapa Thian kong-sin-kang
merupakan ilmu nomor satu dari kelima ilmu sakti itu. Sejak
dijebloskan dalam gua oleh paderi Kim Ting, berkat
menumpahkan seluruh pikirannya, dapatlah ia mengetahui
910 rahasia dari ilmu Thian kong-sin-kang yang berintikan
semangat sebagai pusat penggerak.
Bagi yang melihat, serangan keempat tokoh itu tak
mungkin dihindari. Tetapi bagi Siau-liong, serangan meieka itu
amatlah lambat. Dengan enak sekali ia dapat melihat jelas
gerak-serangan setiap lawannya serta tenaga mereka. Dengan
demikian mudahlah ia menangkis dan balas menyerang. Maka
betapa deras dan dahsyat keempat tokoh itu, namun tak
dapat melukainya sama sekali. Tetapi hatinya resah bukan,
kepalang. Pertama, karena keempat tokoh pewaris ilmu sakti
itu telah dikuasai oleh Iblis-penakluk-dunia. Dan kepandaian
yang dicapainya, pun hanya tiba cukup untuk bertanding serie
dengan mereka. Dengan demikian sukarlah kiranya ia hendak
meminumkan pil Sip-siau-cwan-soh-sin-tan itu kepada mereka.
Kecuali ia dapat menawan hidup keempat tokoh itu, tentu tak
mungkin ia dapat mengobati mereka. Tetapi keempat tokoh
itu amat sakti, sekali salah gerak, dirinya bisa celaka sendiri.
Apabila mereka berempat serempak mengeroyok Betapa
dahsyatnya, dapat dibayangkan. Siau liong tak tahu, sampai
kapan pertempuran itu akan selesai. Mungkin seribu jurus pun
takkan rampung.
Iblis-penakluk-dunia tahu jelas keadaan itu Kegelisahannya
lebih besar dari Siau-liong. Mereka benar-benar tak mengerti
mengapa dalam waktu yang begitu singkat, Siau-liong sudah
mencapai kemajuan yang begitu pesat dalam mempelajari
ilmu Thian kong-sin-kang. Tetapi kedua suami isteri iblis itu
tak sempat memikirkan diri Siau-liong lagi Saat itu mereka
harus lekas berdaya untuk menghadapi suasana yang gawat
itu. Saat itu masih ada Naga Terkutuk dan Harimau Iblis serta
rombongan It Hang totiang yang masih dikuasainya. Mereka
merupakan barisan tenaga yang akan menindas Ceng Hi
totiang dan rombongan orang gagah.
911 Tetapi Ceng Hi totiang berpendapat, tak mau gegabah
turun tangan. Menang atau kalah, hanya tergantung kepada
Pendekar Laknat yang menempur keempat tokoh sakti itu. Jika
Ceng Hi ikut bergerak, ia kuatirakan mengganggu pikiran
Pendekar Laknat. Oleh karena itu Ceng Hi menahan diri dan
menunggu perkembangan selanjutnya.
Dalam pada itu Siau-liong pun memeras otak untuk
mencari jalan. Bukan untuk mengalahkan atau melukai
keempat lawannya, melainkan untuk mencari jalan bagaimana
dapat meminumkan pil. Hanya dengan begitu dapatlah si tuasi
berobah menuju ke arah kemenangan.
Tetapi Kongsun Sin-tho dan keempat pewaris ilmu sakti itu
menyerang dengan ketat dan hebat sehingga memaksa Siauliong
bertempur serie. Dalam beberapa kejab saja mereka
telah bertempur sampai 500 jurus.
Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah cemas sekali.
Jika Siau liong sampai kalah, tentu Iblis-penakluk-dunia akan
memperoleh kemenangan besar. Semua orang gagah tentu
akan dibasminya. Bagi Ceng Hi totiang, matipun tak soal tetapi
bagaimana dengan nasib dunia persilatan nanti"
Tiba-tiba Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay menghampiri
Ceng Hi totiang dan berbisik, "Totiang, menilik keadaannya...."
"Bukankah saudara Toh menghendaki aku supaya memberi
perintah untuk menyerbu?"
"Meskipun kepandaian Pendekar Laknat maju pesat sekali
tetapi menghadapi keempat tokoh sakti itu, mungkin...."
Baru Toh Hun-ki berkata begitu, tiba-tiba Iblis"penaklukdunia
gentarkan cambuknya beberapa kali. Getaran itu
912 menimbulkan bunyi yang amat tajam sehingga Siau-liong yang
sedang bertempur pun mendengarnya juga.
Dan keempat tokoh yang mengeroyok Siau-liong itu, tibatiba
tambah menyala semangatnya. Cambuk itu merupakan
perintah kepada mereka dan menyeranglah mereka dengan
jurus2 yang ganas.
Siau-liong terkejut.... Sesaat ia menjadi sibuk tak keruan
dan pontang panting bertahan diri. Tiba-tiba setelah
melakukan serentetan serangan maut keempat tokoh itu
serempak loncat mundur beberapa tombak, memandang Siauliong
tanpa berkata sepatah pun.... Kemudian mereka mundur
ke belakang Iblis-penakluk-dunia dan tegak berdiri seperti
patung. Iblis-penakluk dunia sengaja memperdengarkan tertawa
gelak lalu melangkah ke muka Siau-liong. serunya, "Budak!
Kepandaianmu maju pesat sekali...." "lalu dengan mata
berkilat-kilat ia berseru pula, "Dengan begitu tambah
mantaplah keputusanku untuk melenyapkan engkau!"
Siau-liong menggerung marah, "Akupun memutuskan untuk
membasmimu juga!"
Iblis-penakluk-dunia tertawa tak acuh, "Lihat saja siapa
yang lebih beruntung...." "kemudian ia kerutkan wajahnya
dan membentak, "Sebelum tengah malam nanti, di puncak
Giok-li-hong dibawah puncak Kim-ting ini akan kusaksikan
engkau masuk ke dalam perangkap. Baik engkau mau datang
kesitu atau tidak, apa yang kukatakan ini pasti akan terjadi
pada dirimu. Hanya...."
Matanya mengeliar seram dan melanjutkan lagi, "Tidak
sampai tengah malam nanti. ya. ketahuilah bagaimana
siasatku yang ganas. Takkan memberi ampun sama sekali!"
913 "Andaikata aku tak pergi, mau apa engkau!" bentak Siauliong
marah. "Dalam hal itu engkau harus memikir panjang. Tiau Bokkun,
Mawar Putih dan Kongsun Sin-tho, Randa Bu-san dan
semua lokoh2 yang telah kutawan, satu demi satu akan
kubunuh semua." Iblis-penakluk-dunia tertawa ibiis.
"Tak mungkin engkau berani....!" Siau-liong menggembor
seraya hantamkan kedua tangannya.
Saat itu mereka terpisah dua tiga meter. Ilmu Thian-kong
sin-kang yang dimiliki Siau-liong sudah mencapai apa yang
disebut dapat digerakkan menurut kehendak hatinya.
Tetapi Iblis penakluk dunia sudah siap2. Maka ia tak berani
maju lebih dekat. Namun tetap ia terkejut ketika menyaksikan
gerakan Siau-liong yang begitu cepat. Buru-buru ia menyurut
mundur sambil dorongkan kedua tangannya menangkis.
Maksud Siau-liong, sekali pukul ia hendak menghancurkan
iblis itu. Tetapi ia terkejut ketika iblis itu dapat menyurut
mundur begitu cepat. Pukulan iblis itupun dapat menahan
dirinya yang hendak menyerbu maju. Mau tak mau ia
terlongong heran, pikirnya, "Rupanya kepandaian iblis itu maju
pesat juga. Aneh...."
Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia tertawa gelak, "Aku telah
memiliki keempat ilmu sakti itu. Sekalipun berkelahi satu
lawan satu, akupun dapat melayanimu sampai ratusan jurus.
Apalagi...." " ia menunjuk ke belakang dan berkata pula,
"Kalau tak sampai lima jurus saja, tak perlu kuperintahkan
mereka maju. Sebaliknya dari itu, sekali kuberi perintah,
keempat tokoh pewaris ilmu sakti itu tentu akan mati-matian
menyerbumu. Tak mungkin engkau dapat menyerang aku!"
914 Siau-liong menyadari bahwa ucapan iblis itu memang tidak
bohong. Hatinya makin mengeluh dan terpaksa ia menghela
napas panjang. Sambil mengerut jenggotnya yang menjulai kedada, Iblispenakluk-
dunia itu tertawa menghina, "Telah kukatakan,
usahaku untuk menguasai dunia persilatan sudah berhasil.
Oleh karenanya aku tak mau menumpahkan darah lebih
banyak lagi. Asal sebelum tengah malam nanti engkau mau
memenuhi undanganku untuk memberikan ilmu Thian-kongsin-
kang itu kepadaku, bukan saja Tiau Bok-kun, Mawar Putih
tentu akan kuserahkan kepadamu, bahwa Kongsun sin-tho
dan kawanan orang gagah yang menjadi tawananku itu juga
akan kubebaskan. Ketahuilah aku bukan manusia yang tak
dapat dipercaya. Kalau tidak...."
Berhenti sejenak, ia berkata pula, "Bukan saja engkau tak
mau lari dan jaringanku itu, pun Ceng Hi si imam tua dan
rombongannya itu, akan kulenyapkan dari muka bumi!"
Kembali Siau liong dihadapkan sebuah soal yang sulit.
Sesaat ia tak dapat berkata apa2.
Pada saat Siau-liong sedang termenung, se-konyong2 Iblispenakluk-
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dunia maju dua langkah dan secepat kilat
menyambar muka Siau-liong. Karena sedang termenung dan
lengah perhatian, gerakan Iblis-penakluk-dunia yang dilakukan
cepat sekali itu tak sempat lagi dihindari Siau-liong.
Seketika kedok muka Pendekar Laknat yang menutup
mukanya itu, terjambret oleh Iblis-penakluk-dunia.
"Budak!" Iblis-penakluk-dunia tertawa keras, "kedok
permainan anak2 ini memang dapat mengelabuhi orang lain
915 tetapi tak mungkin dapat menipu aku...." ia menutup kata2nya
dengan tertawa kumandang yang menggetarkan langit.
Dalam pada tertawa itu Iblis-penakluk-dunia pun niengisar
ke samping Dewi Neraka dan membisiki beberapa patah kata
lalu mengajaknya turun dari puncak Kim Ting.
Keempat pewaris ilmu sakti dan tokoh2 yang merjadi kaki
tangan Iblis-penakluk-dunia pun segera berbondong-bondong
mengikutinya. Siau liong tegak termangu beberapa saat. Akhirnya
pelahan-lahan ia berputar tubuh lagi. Oleh karena kedok
mukanya sudah copot, ia merasa malu menghadapi Ceng Hi
totiang dan rombongan orang gagah.
Ceng Hi totiang maju dua langkah dan berseru, "Pendekar
Lak...." -tiba-tiba ia tersentak melihat wajah Siau-liong dan
cepat2 berganti nada, "Kongsun siauhiap...."
Siau liong gelengkan kepala berkata dengan nada
menyesal, "Ah, aku telah membohongi saudara2 sekalian.
Tetapi hal itu...."
Ceng Hi totiang goyangkan tangan. ujarnya, "Tak perlu
Kongsun siauhiap menerangkan, akupun samar2 sudah dapat
menduga. Walaupun Pendekar Laknat disohorkan sebagai
seorang pembunuh yang berdarah dingin tetapi kutahu bahwa
sebenarnya dia seorang manusia yang berhati baik...."
Sikasar Lu Bu-ki pun melangkah maju dan menyelutuk,
"Kongsun siauhiap, sungguh tak kira kalau Pendekar Laknat
itu ternyata engkau sendiri! Aku adalah pengagum Pendekar
Laknat, entah apakah dia...."
916 Siau-liong menghela napas rawan, "Beliau sudah
meninggal...."
Kemudian ia menuturkan tentang peristiwa yang
dialammya ketika berjumpa dengan Pendekar Laknat di dalam
gua gunung. Sekalian orang yang mendengar cerita itu tak
ada yang tak terharu.
Toh Hun-ki menghampiri ke samping Siau-liong dan
berkata, "Kongsun siauhiap, sekalipun pada pertempuran
dengan Iblis penakluk-dunia tadi belum selesai, tetapi tentulah
nyali iblis itu sudah berantakan. Menurut hematku, saat ini
telah terjadi perobahan. Nasib dunia persilatan, hanya
tergantung pada Kongsun siauhiap seorang! Kita harus
gunakan siasat untuk melenyapkan pengacauan Iblis-penakluk
dunia!" Saat itu sekalian orang gagah mencurah pandang ke arah
Siau-liong dengan perasaan kejut2 girang. Diantaranya yang
paling girang sendiri adalah To Kiu-kong, ketua partai Kaypang....
Betapa pun halnya, pewaris ilmu sakti Thian-kong-sinkang
itu adalah cousu-ya dari partai Kay-pang. Maka
tergopohlah ia menyiak para orang gagah dan maju ke muka
Siau-liong. Serta-merta ia hendak berlutut sembari mengucap,
"Cousu-ya...."
Siau-liong buru-buru memapahnya bangun dan tertawa
tersipu-sipu, "Kiu-kong, jangan berlaku begitu!"
To Kiu-kong sejenak memandang sekalian orang gagah lalu
berdiri di samping Siau-liong. Tampaknya ia bangga
mempunyai seorang cousu-ya sebagai Siau-liong. Selekas
Iblis-penakluk-dunia dan gerombolannya terbasmi, tentulah
kedudukan partai Kay pang akan terangkat tinggi.
917 Siau-liong memandang ke arah ketua Kong-tong-pay, tibatiba
ia berseru, "Apakah Toh lo-enghiong tahu she dan
namaku yang sebenarnya?"
Tanpa ragu2 lagi, Toh Hun-ki menyahut, "Kongsun siauhiap
sebenarnya orang she Tong. Hal itu bukannya aku tak tahu."
Siau-liong tertawa rawan, "Bagus, tetapi entah apakah
saudara masih ingat akan janji saudara ketika di Lembah Maut
itu?" Sejenak ketua Kong-tong-pay itu berpaling memandang
keempat Su-lo yang berada dibelakangnya lalu menjawab,
"Janjiku sekokoh gunung. Begitu gerombolan Iblis-penaklukdunia
sudah terbasmi, aku bersama keempat suteku segera
mengantarkan Kongsun siauhiap kegunung Hong-san.
Dihadapan makam Tong Gun-liong, kami akan membunuh diri
agar Kongsun siauhiap dapat menunaikan bhakti kepada
ayahmu." Keempat Su-lo itu tak berkata apa2. Tetapi wajah mereka
tampak tenang sekali.
Siau-liong menghela napas, lalu beralih kata kepada Ceng
Hi totiang, "Saat ini malam baru mulai. Kalah atau menang,
tergantung nanti tengah malam...." ia berhenti sebentar lalu
berkata pula, "harap Ceng Hi totiang dan sekalian orang
gagah beristirahat disini Aku hendak menemui kakek Matasatu
untuk merundingkan siasat menghadapi musuh nanti!"
Ceng Hi totiang serta-merta mempersilahkan Siau-liong
pergi dan ia berjanji akan menunggu disitu.
Siau-liong segera lari menuju ketempat Kakek Mata-satu
dan Song Ling. Saat itu rembulan belum muncul. Cuaca pun
masih gelap. Siau-liong hati-hati sekali lari sepanjang jalan.
918 menguatirkan kemungkinan Iblis penakluk-dunia memasang
jerat untuk menangkapnya.
Diapun tak tahu adakah Kakek Mata-satu dan si dara Song
Ling masih berada ditempatnya semula. Tetapi ketika hampir
tiba ditempat itu, ia mendengar suara orang bercakap-cakap
diseling gelak tertawa. Dalam percakapan itu, kecuali suara
kakek Mata-satu dan Song Ling, masih terdapat pula seorang
lain. Dan rasanya ia sudah kenal dengan nada suara orang itu.
Ketika makin dekat, benar juga ditempat Kakek Mata satu
duduk, terdapat lagi seseorang. Seorang wanita baju merah.
Siau-liong berdebar tegang. Cepat ia lari menghampiri.
Ah, memang benar. Disamping Kakek Mata-satu dan Song
Ling, memang terdapat seorang wanita baju merah. Dia bukan
lain ialah Poh Ceng-in, pemilik Lembah Semi.
Siau-liong tertegun dan hentikan larinya. Benar-benar ia
heran. Nona pemilik Lembah Semi itu telah dilepaskannya,
mengapa tiba-tiba datang kesitu" Adalah dia dijadikan umpan
oleh ayahnya, Iblis-penakluk-dunia"
Kakek Mata-satu memandang Siau-liong yang berdiri
setombak jauhnya lalu menegur, "Apakah dalam pertempuran
dipuncak Kim-ting, Iblis-penakluk-dunia sudah dipukul
mundur?" Dengan masih tetap memandang ke arah Poh Ceng-in,
Siau-liong menjawab tawar, "Memukul mundur saja, tidak
berguna. Harus membasmi gerombolan Iblis-penakluk-dunia
itu barulah dunia persilatan akan terbebas dari bahaya
selama-lamanya!"
919 Karena hatinya dirangsang dendam kemarahan, maka nada
Siau-liong pun amat tajam. Dan lagi iapun hendak menyelidiki
reaksi dari Poh Ceng-in.
Diluar dugaan Poh Ceng-in diam saja. Seolah-olah tak
mempunyai sangkut-paut dengan Iblis-penakluk-dunia.
Dengan sinar mata redup, nona itu memandang Siau-liong lalu
tundukkan kepala tak bicara apa2.
Siau-liong benar-benar bingung. Mengapa Song-Ling mau
mengenal Poh Ceng-in" Bukankah dara itu tahu bahwa Poh
Ceng-in puteri dari Iblis-penakluk-dunia dan dewi Neraka"
Mengapa Song-Ling mau duduk bersamanya"
Tiba-tiba Siau-liong merasa bahwa sikap Song Ling agak
berbeda terhadap dirinya. Seharusnya kedatangannya itu
tentu disambut si dara dengan berbagai pertanyaan. Paling
tidak tentu akan menanyakan tentang mamahnya. Tetapi
mengapa saat itu si dara diam saja"
Dilihatnya dara itu kerutkan alis dan duduk ditengah-tengah
antara Kakek Mata-satu dengan Poh Ceng-in. Sama sekali dara
itu tak mau memandang kepadanya. Siau-liong
memperhatikan bahwa sekalipun dara itu tak mengunjuk
senyum tetapi pun tidak menampilkan kerut kemarahan. Dia
duduk berjajar dengan Poh Ceng-in dan bersikap diam seperti
umumnya seorang cadis.
Tengah Siau-liong terheran-heran, Kakek Mata-satupun
tertawa, "Apakah Kongsun siauhiap sudah mempunyai
rencana untuk membasmi Iblis-penakluk-dunia?"
Siau-liong menghela napas, "Membasmi suami isteri iblis itu
tidak sukar, tetapi yang sukar...." "memandang Poh Ceng-in,
ia berhenti berkata.
920 Kakek Mata-satu hanya tersenyum simpul tetapi tak bilang
apa2. Tiba-tiba Poh Ceng-in membisiki telinga Song Ling.
Setelah saling berpandangan keduanya lalu tertawa mengikik.
Siau liong benar-benar bingung. Dipandang dari sudut
apapun juga, tak mungkin Song Ling mau bersahabat dengan
wanita semacam Poh Ceng-in. Apalagi mereka baru saja
berkenalan. Cepat Siau-liong menyadari bahwa nada ketawa kedua
wanita itu tidak wajar Walaupun Poh Ceng-in berusaha untuk
menutupi getaran hatinya, namun dari nada tertawanya jelas
memancarkan rasa kesedihan yang sukar diutarakan.
Sedang Song Ling pun lebih hebat cara penyamarannya.
Dia seorang dara yang baru saja melangkah kedunia luar.
Bahwa dia hendak menutupi isi hatinya dengan tertawa yang
dibuat-buat, tentu mudah sekali ketahuan.
Setelah merenung beberapa.saat, akhirnya Siau-liong
memanggil Song Ling dengan lirih, "Nona...."
Tanpa2 mengangkat kepala, Song Ling pun menjawab
pelahan, "Mengapa?"
Melintaslah pandang mata ke arah Poh Ceng-in, Siau-liong
berkata pula, "Apakah engkau tak tahu bahwa wanita ini
adalah puteri dari Iblis-penakluk-dunia?"
Tiba-tiba Song Ling mengangkat kepala dan menatap
pemuda itu, "Kalau tahu lalu bagaimana?"
Siau-liong terkesiap. serunya, "Wanita siluman ini berhati
ganas dan banyak tipu muslihatnya, Janganlah engkau sampai
termakan tipunya. Mungkin dia disuruh orang tuanya untuk
menjalankan tipu muslihat!"
921 Song Ling tertawa dingin, "Tak mungkin aku dapat
dipengaruhi orang. Adalah engkau sendiri yang harus berpikir
dengan cermat!"
Poh Ceng-in tersenyum lalu berkata kepada Song Ling,
"Adik Song, cobalah engkau dengarkan betapa melukai hati
katanya itu!"
Diluar dugaan, Song Ling malah menghibur Poh Ceng in,
"Memang di dunia ini banyak kaum lelaki yang tak kenal
membalas budi. Dari seribu orang, jarang ada seorang yang
baik!" Kakek Mata-satu tertawa meloroh dan berseru kepada Song
Ling, "Nak, apakah engkau tak sungkan mengucapkan kata2
semacam itu?"
Song Ling cepat menyadari kalau ia kelepasan bicara.
Wajah dara itu merah padam dan tersipu-sipu tundukkan
kepala. Poh Ceng-in tertawa tawar, "Adik Song, sekalipun ucapan
itu bukan engkau yang seharusnya mengatakan, tetapi hal itu
memang suatu kenyataan, sedikitpun tak salah!"
Habis berkata, Poh Ceng-in memandang Siau-liong dengan
bengis lalu palingkan muka.
Siau-liong benar-benar seperti orang berjalan dalam kabut
tebal. Cepat ia berpaling dan memberi hormat kepada Kakek
Mata satu, "Lo-cianpwe, bagaimana soal ini
sesungguhnya....?"
922 Mata kakek yang tinggal satu itu, mengeliar lalu berseru,
"Soal itu harus bertanya pada dirimu sendiri! Bagaimana aku
tahu?" Siau-liong banting2 kaki dan menghela napas, "Wanita
siluman itu amat berbahaya sekali, mengapa lo-cianpwe
membiarkan dia disini."
Tiba-tiba Kakek Mata-satu tertawa, serunya, "Kalau dia
benar berbahaya mengapa engkau mau mengikat perjanjian
sehidup semati dengannya?"
Siau-liong seperti dipagut ular kejutnya, "Soal itu karena
amat terpaksa. Ya, karena dia telah memberi minum racun
Jong-tok kepadaku...."
Kakek Mata satu tertawa, "Itu pertanda dia amat cinta
kepadamu! Buktinya mengapa dia tak memberi minum racun
Jong-tok kepadaku?"
Siau-liong meringis seperti kunyuk membau terasi. Tak
tahu ia bagaimana harus menjawab.
"Bukankah setahun kemudian engkau akan melaksanakan
janji sehidup-semati itu dengan dia?" tanya Kakek Mata-satu
pula. Sau-liong menghela napas, "Asal dia tak mencampuri
urusan yang kukerjakan selama setahun ini, aku tentu akan
melaksanakan janjiku itu!"
Kakek Mata-satu mendengus, "Hm, tampaknya engkau
benci setengah mati kepadanya. Tetapi mengapa engkau mau
mati bersamanya" Bukankah itu diluar kemauanmu?"
923 Berkata Siau-liong dengan wajah serius, "Sekali seorang
lelaki sudah mengucap, tak mungkin akan dijilat kembali.
Betapapun kubencinya, itu lain soal. Tetapi aku tetap tak mau
mengingkari ucapanku!"
Kakek Mata-satu tertawa, "Kalau begitu, Ajaran kuno itu
tetap berharga. Menurut pendapatku...." "ia berhenti
memandang Poh Ceng-in, "curahan hati nona Poh terhadap
dirimu itu, harus engkau terima dengan hati yang lapang.
Artinya kalian lebih baik segera mengikat perjodohan sebagai
suami isteri. Perlu apa harus mati berdua?"
Siau-liong benar-benar tak mengerti mengapa secara tibatiba
Kakek Mata-satu itu dapat mengucapkan kata-kata begitu.
Dilihatnya Song Ling tundukkan kepala tak bicara apa2.
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sedang Poh Ceng-in pun seperti tak mengacuhkan kata2
Kakek Mata-satu. Nona pemilik Lembah Semi itu tak
menampilkan reaksi apa2. Tidak marah, pun tidak girang.
Akhirnya dengan geram, Siau-liong menghampiri Poh Cengin
dan membentaknya, "Telah kubebaskan engkau pergi,
mengapa engkau tidak mau pergi malah datang kembali
kesini?" Poh Ceng-in tertawa dingin, sahutnya, "Aku kembali kesini
bukan karena hendak mencarimu!"
Kembali Siau-liong terbentur tembok sehingga ia tak dapat
bicara apa2. Memandang Song Ling dan Kakek Mata-satu,
tampak keduanya tak menghiraukan dirinya. Karena malu,
Siau-liong berseru lagi kepada Poh Ceng-in, "Harap engkau
jangan lupa bahwa aku sudah mengetahui cara untuk
pemunahkan racun itu!"
924 Poh Ceng-in menyahut tawar, "Asal engkau suka, setiap
saat engkau dapat mengusir racun itu dari tubuhmu...."
"Apakah engkau yakin bahwa aku tentu takkan
membunuhmu?"
Poh Ceng-in tak menyahut melainkan mengambil sebatang
badik dari pinggangnya lalu diserahkan kepada Siau-liong.
Siau-liong ingin sekali membunuh wanita itu. Tetapi suara
hatinya yang luhur melarangnya bertindak begitu. Apalagi di
hadapan Song Ling dan Kakek Mata-satu, makin tak dapat ia
melakukan hal semacam itu.
"Engkau wanita siluman!" Akhirnya Siau liong hanya dapat
menumpahkan kemarahannya dengan mendamprat. Tiba-tiba
ia memandangnya.
Saat itu Poh Ceng-in sedang duduk bersila. Sudah tentu ia
tak dapat menghindar. Dan rupanya ia memang tak
bermaksud untuk menghindar.
"Plak.".... tendangannya tepat mengenai dada wanita itu.
Walaupun tak menggunakan tenaga dalam tetapi tendangan
itu membuat Poh Ceng-in terpental dan bergelundungan
beberapa meter hingga hampir tiba di tepi tebing karang yang
curam, Badik ditangannya pun terlempar melayang di atas
sebatang pohon dan menancap pada dahannya.
"Kongsun siauhiap! Engkau bersalah! Tak peduli bagaimana
pun, apakah perbuatanmu sekejam itu terhadap seorang
perempuan lemah, dapat dipuji sebagai tingkah seorang
ksatrya?" bentak Kakek Mata-satu.
Juga Song Ling tak menyangka kalau Siau-liong akan
menendang Poh Ceng-in begitu rupa. Cepat ia
925 mendampratnya, "Engkau seorang lelaki buas....!" "ia terus
lari memburu ketempat Poh Ceng-in.
Siau-liong merasa menyesal, Walaupun ia tak menendang
keras, tetapi perbuatan itu memang kasar.
Tetapi iapun heran mengapa kakek mata-satu tetap
membela Poh Ceng in.
Dalam pada itu Song Ling sudah datang lagi dengan
mendukung Poh Ceng in. Tampaknya Song Ling begitu
memperhatikan sekali kepada Poh Ceng-in. sambil
membersihkan pakaian nona pemilik Lembah semi dari debu
kotoran, Song Ling pun menanyakan juga apakah Poh Ceng-in
menderita luka.
Kedua pipi Poh Ceng-in basah dengan air mata namun ia
tetap mengunjukkan tertawa rawan, katanya, "Adik Song,
apakah engkau anggap berharga bagiku untuk berbuat begini
demi kepentingannya?"
"Kelak dia tentu menyesal sendiri," jawab Song Ling
menghiburnya. Karena tak tahan menderita keheranan, bertanyalah Siauliong
kepada si dara, "Nona Song, mengapa saat ini engkau
begitu aneh" Apa saja kata wanita siluman itu kepadamu?"
Song Ling deliki mata, "Jika engkau masih berbudi,
seharusnya engkau lekas minta maaf kepada taci Poh!"
Siau-liong tertawa, "Nona, engkau harus tahu bahwa dia
adalah puteri dari suami isteri Iblis-penakluk-dunia
Kedatangannya, mungkin melakukan perintah ayahnya.
Janganlah nona percaya pada mulutnya yang manis!"
926 Sekonyong-konyong Poh Ceng-in tertawa melengking.
Nadanya dingin dan rawan, "Adik Song, soal itu engkau tentu
sudah mendengar dan melihat sendiri. Tak peduli
bagaimanapun juga, dalam pandangannya aku ini tetap
seorang wanita siluman yang ganas...."
Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan pula, "Adik Song, aku
hendak pergi sekarang!"
Wanita pemilik Lembah Semi itu terus menggeliat bangun
dan terus hendak melangkah pergi.
Tetapi Song Ling cepat menghadang di depannya dan
berkata setengah meminta, "Taci Poh, engkau...." dara itu tak
dapat melanjutkan ucapannya karena terus menangis tersedusedu.
Sambil membelai rambut si dara, Poh Ceng-in
menghiburnya, "Adik Song, janganlah bersedih hati. Apa yang
kukatakan tentu akan kulakukan. Tak peduli perasaan hatinya
bagaimana, tetapi aku tetap akan serahkan jiwa.... Asal dia
mau memberikan obat itu, aku tentu akan melakukan dengan
pengorbanan jiwa!"
Poh Ceng-in lepaskan tangannya dari cekalan Song Ling
lalu ayunkan langkah menuju ke dalam hutan....
---ooo0dw0ooo---
Jilid 17 Mula dari keakhiran
927 Siau-liong benar tak mengerti. Tetapi sempat juga ia
memperhatikan, ketika Poh-Ceng-in angkat kaki tadi, telah
melontarkan pandang mata kepadanya. Jelas sinar mata
wanita itu jauh berbeda dengan yang lalu. Tidak memancar
sinar kemarahan, tidak menumpah sinar kesedihan, tidak pula
menghambur sinar kecabulan. Mata wanita itu tiba-tiba
berobah alim dan serius.
Setelah bayangan Poh Ceng-in lenyap, sekonyong-konyong
Song Ling berlutut di hadapan Siau-liong. Sudah tentu pemuda
itu terkejut sekali dan tergopoh-gopoh mengangkatnya
bangun, tanyanya, "Mengapa engkau nona?"
Song Ling tetap tak mau diangkat bangun. Bahkan ia malah
menangis dan berseru, "Kong-sun tayhiap, tolonglah
mamahku....!"
Karena tak berhasil mengangkatnya bangun, Siau-liong pun
terpaksa ikut berlutut, "Dengan bersikap begini, berarti nona
hendak menyiksa diriku! Sudah tentu aku tak berani menerima
penghormatan nona yang begitu besar!"
Song Ling hentikan tangis dan berkata dengan beriba,
"Kecuali terhadap ayah bundaku, baru pertama kali ini aku
berlutut dihadapan orang...."
Kemudian dara itu mengusap air matanya dan berkata
pula, "Harap dengan memandang mukaku, engkau suka
menolong mamahku itu!"
Siau-liong gopoh menyahut, "Masakan hal itu perlu nona
minta lagi" Sekali pun tulangku hancur lebur, aku tentu akan
menolong beliau!"
928 Ia menarik tangan dara itu seraya berkata, "Harap nona
jangan gelisah. Nanti kalau kembali aku tentu merundingkan
hal ini dengan nona."
Song Ling gelengkan kepala, "Ah, tak perlu berunding lagi.
Saat ini sudah terdapat cara yang terbaik untuk menolong
mamahku...." "ia menghela napas lalu melanjutkan lagi,
"tetapi dikuatirkan engkau tentu tak mau meluluskan!"
"Telah kukatakan," sambut Siau-liong tepat, "sekal ipun
tulang-tulangku hancur lebur, asal nona sudah mempunyai
rencana yang baik, harap segera jelaskan. Asal menyangkut
usaha untuk menolong ibu nona, aku tentu akan
melaksanakan!"
Wajah Song Ling berobah, ujarnya, "Kalau begitu lekaslah
engkau tolong puteri dari suami-isteri Iblis-penakluk-dunia itu!
Siau-liong terbeliak kejut, serunya, "Harap nona jangan
termakan kelabuhannya. Wanita siluman itu luar biasa
bahayanya...."
Song Ling cepat membentaknya dingin, "Kerena engkau tak
mau mengorbankan diri, ya sudahlah! Harap engkau segera
pergi dari sini dan sejak saat ini, janganlah kita saling
memperdulikan lagi!
Siau-liong banting2 kaki seraya menghela napas, "Mengapa
nona begitu tak mau mendengar permintaanku. Ketahuilah...."
Tiba-tiba kakek mata satu menukas, "Walaupun aku tak
mempunyai kepandaian istimewa apa2, tetapi aku masih
dapat menyelidiki orang. Hati nurani nona Poh itu masih
belum lenyap sama sekali. Rasanya saat ini engkau harus
membantunya, barulah akan terjadi perobahan yang memberi
harapan...."
929 "Adakah lo-cianpwe bermaksud hendak mengatakan bahwa
aku harus menyusul dan menolong wanita siluman itu?" Siauliong
menegas. Kakek mata satu mengangguk, "Seorang lelaki harus tahu
tempat dan keadaan. Apalagi nona Poh itu amat ter-gila2
kepadamu. Demi mengobati racun dalam tubuhmu yang
menyiksa itu, engkau mau rendahkan diri untuk sementara
waktu!" Song Ling kembali menangis.
Sejenak berpikir maka Siau-liong pun menghela napas,
"Tak perlu nona bersedih. Ya, baiklah, aku menurut saja
perintah nona."
Song Ling berhenti menangis, ujarnya, "Mungkin dia masih
belum jauh, lekaslah engkau menyusulnya!"
Siau-liong tak mau banyak bicara lagi. Dengan menindas
kegelisahahan hatinya, setelah memberi hormat ia segera lari
menyusul Poh Ceng-in.
Song Ling pun hanya menghela napas rawan.
Tetapi hutan itu penuh dengan pohon2 cemara yang
rindang dan lebat sehingga suasana disitu amat gelap. Untuk
mencari apakah Poh Cen-in masih berada disitu, memang
sukar. Sambil berjalan, Siau-liong menyelidiki kesegenap
penjuru. Tiba-tiba terdengar suara orang menghela napas pelahan.
Siau-liong cepat hentikan langkah. Tak jauh dibawah sebatang
pohon cemara besar, duduklah Poh Ceng-in. wanita yang
hendak dicarinya itu.
930 Setelah bersangsi beberapa saat, akhirnya Siau-liong
menghampiri, "Mengapa engkau masih berada disini?"
tegurnya. "Apa pedulimu?" sahut nona itu dengan getus.
Siau-liong tertegun, "Memang aku tak bermaksud
mengurusmu. Hanya ingin bertanya, apakah sesungguhnya
yang engkau katakan kepada nona Song tadi?"
Poh Ceng-in tertawa dingin, "Apakah engkau berhak
bertanya?" -nona itu terus berbangkit dan lanjutkan langkah.
Siau-liong mendengus lalu menyelinap kemuka Poh Cengin,
bentaknya, "Jika engkau tak mau menerangkan terus
terang, jangan harap engkau dapat pergi dari sini!"
Poh Ceng-in memandangnya sejenak, serunya, "Karena
engkau begitu membenci diriku, lebih lekas bunuhlah saja!"
Kembali Siau-liong lemas hatinya. Tampak nona itu
pejamkan kedua mata dan bercucuran air mata. Tubuhnya
gemetar dan sikapnya seperti orang putus asa.
Siau-liong menghela napas, "Apakah maksud nona yang
sebenarnya" Walaupun kutahu cara mengobati racun tok-jong,
tetapi tetap kubiarkan engkau pergi dan mau memenuhi
perjanjian dalam satu tahun itu. Kurasa aku tak menyalahi
engkau tetapi mengapa engkau selalu melihat aku saja?"
Poh Ceng-in menghela napas; "Sekarang engkau benci
kepadaku, tetapi mungkin kelak engkau tentu memikirkan
aku...." 931 Siau-liong terkesiap tetapi sesaat kemudian ia tertawa
dingin. "Meski aku menialahi engkau dalam beberapa hal, tetapi
engkau pun juga menyalahi aku...." kata Poh Ceng-in, "ah,
tetapi sekarang tiada guna dibicarakan lagi! Aku sudah
menyanggupi adik Song untuk menolong ibunya, hanya...." -ia
berhenti sejenak. lalu berkata pula, "Jika...."
Siau-liong meragu, katanya, "Entah dengan cara
bagaimana nona hendak meminumkan pil itu kepada
mereka?" Sahut Poh Ceng-in, "Dalam itu aku harus mencari
kesempatan yang bagus. Terus terang, saat ini aku memang
belum mempunyai rencana tertentu!"
Melihat wajah Poh Ceng-in menampil kesungguan dan
teringat pula akan kata2 kakek Mata-satu serta sikap Song
Ling yang begitu sungguh2 memohon bantuannya,
berkuranglah kecurigaan Siau-liong. Tetapi ia masih ragu2
sehingga untuk beberapa saat ia tak dapat bicara apa2.
Poh Ceng-in gelengkan kepala, "Aku ini seorang wanita
siluman yang banyak tipu muslihat. Mungkin engkau takkan
percaya...."
Sejenak keliarkan mata, wanita itu berkata pula, "Masih ada
sebuah hal yang belum kukatakan kepada adik Song.
Sekarang marilah kuajak engkau menjumpai seseorang yang
engkau kenangkan!"
Habis berkata ia terus ayunkan langkah. Karena tiada lain
faham, terpaksa Siau-liong mengikuti wanita itu. Poh Ceng-in
melangkah masuk ke dalam hutan.
932 Lebih kurang 20 li jauhnya, tibalah mereka dibawah lereng
gunung. Tiba-tiba tampak sebuah biara. Biara itu seperti tak
berpenghuni. Pintunya tertutup rapat. Tetapi samping biara
terdapat penerangan. Rupanya dihuni orang.
Setelah mengetuk pintu, Poh Ceng-in berseru pelahan, "
Kan-ma.... Kan-ma...."
Kan-ma artinya ibu-angkat. Dan dari dalam ruang itu
terdengar suara bertany, "In-ji?" "terdengar tubuh
menggeliat bangun dari tempat tidur lalu derap kaki
menghampiri pintu dan membukanya.
Dengan penuh keheranan, Siau-liong memandang ke dalam
ruang itu. Tampak seorang wanita pertengahan umur tegak
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdiri diambang pintu. Wanita itu memandang Siau-liong
dengan terkejut.
Wanita itu bertubuh kurus, macam orang yang baru
sembuh dari sakit. Tetapi sinar matanya yang ber-api2
mengunjuk bahwa dia seorang wanita yang berkepandaian
tinggi. "Kan-ma, kenalkah engkau padanya?" tanya Poh Ceng-in
pelahan. Wanita itu memandang Siau-liong dengan keheranan.
serunya tersekat, "Apakah.... apakah dia itu...."
Tergerak hati Siau-liong melihat sikap wanita itu. Dia
merasa sinar mata wanita itu mengandung perbawa yang
amat besar. Tanpa disadari. Siau-liong segera mengangkat
tangan memberi hormat, "Aku yang rendah ini adalah
Kongsun Liong, mohon tanya lo-cianpwe...."
933 Wajah wanita itu tiba-tiba mengerut kecewa, ia mengingau
seorang diri, "Kongsun Liong.... Kongsun.... liong...."
Tiba-tiba ia berpaling dan bertanya kepada Poh Ceng-in,
"In-ji, bukankah engkau mengatakan."
Poh Ceng-in tersenyum, "Kan-ma, jangan bingung....
biarlah dia duduk dulu!"
Wanita itu mendesis, "Eh, mungkin karena sudah tua aku
menjadi begini pelupa. Ya, mari, silahkan masuk!"
Ia membuka pintu dan mempersilahkan Poh Ceng-in serta
Siau-liong masuk.... Tetapi saat itu Siau-liong masih meragu
diluar pintu. Poh Ceng-in segera melambarinya, "Mengapa
engkau masih tak lekas masuk?"
Siau-liong meragu. Tetapi akhirnya ia melangkah masuk
juga. Dilihatnya wanita pertengahan umur tadi sudah duduk
dikursi besar. Ia memandang lekat pada wajah Siau-liong,
sehingga anak muda itu merasa tak leluasa dan tundukkan
kepala.... Poh Ceng-in tertawa, "Sekalipun dia bernama Kongsun
Liong, tetapi sesungguhnya dia bukan orang she Kongsun...."
Serentak mata wanita itu memancar cahaya lagi, serunya
dengan nada gemeta, "Dia she apa?"
Sejenak mata Poh Ceng-in berkeliaran dan lalu memandang
kepada wanita dengan sikap tersenyum, "Dia orang she Tong
dan namanya Siau-liong!"
Habis berkata, ia terus berputar tubuh dan melangkah
keluar dari ruangan.
934 Tiba-tiba wanita pertengahan umur itu berbangkit dari
kursinya. Tubuhnya gemetar keras. Sepasang matanya
bercucuran air mata. Dipandangnya Siau-liong dengan
pandang yang penuh arti, katanya tersendat, "Benarkah yang
dikatakannya itu" Ayahmu itu...."
Sekonyong-konyong hati Siau-liong seperti dicengkam oleh
rasa duka yang tak dimengerti asalnya. Dia hanya merasa
hatinya amat pepat, hidungnya basah menahan isak.
Sahutnya, "Aku memang orang she Tong. Ayahku bernama
Tong Gun-liong. Tetapi ketika aku masih bayi, ayah telah mati
dibunuh orang. Beruntung atas pertolongan suhuku Kongsun
Sin-tho, aku dapat diselamatkan dan dirawat sampai besar.
Untuk menghindari incaran musuh maka suhu mengganti sheku
dengan she Kongsun...."
Hampir wanita itu tak kuat menahan tangisnya tetapi ia
berusaha sekuat hati untuk bertanya, "Lalu siapakah ibumu?"
"Ibu sedang menderita sakit diseberang laut."
Wanita itu cepat mencegah Siau-liong melanjutkan
kata2nya, "Sejak kecil ibumu telah melantarkan engkau.
Apakah engkau tak membencinya?"
"Beliau tentu mengira kalau aku dan ayah tentu sudah
binasa dilembah Hok-liong-koh digunung Kong-tong-san.
Karena itu ibu lalu mengembara meninggalkan diriku. Sudah
tentu itu bukan kesalahannya dan bagaimana aku dapat
membencinya...."
Tiba-tiba wanita itu maju dua langkah dan berkata, "Nak....
aku inilah ibumu! Oh, terima kasih Tuhan bahwa kami anak
dan ibu akhirnya dapat berjumpa kembali....!"
935 "Mah....!" menjeritlah Siau-liong dengan hati yang tegang
regang. Tetapi tiba-tiba ia meragu. Sejak kecil ia belum
pernah melihat wajah ibunya. Memang wajah wanita
dihadapannya itu mirip dengan wajahnya. Tetapi apakah
begitu saja ia terus mempercayainya" Bagaimana kalau wanita
itu orang suruhannya kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia"
Kalau Iblis penakluk-dunia itu menggunakan siasat mencari
wanita yang mirip dengan wajahnya untuk mengaku sebagai
ibunya lalu membujuknya untuk memikat supaya ia mau
menceritakan ilmu Thian-kong-sin-kang, apakah ia takkan
celaka! Maka iapun segera menyurut mundur dua langkah lagi dan
bertanya dengan dingin, "Engkau tentulah orang suruhan
Iblis-penakluk-dunia."
Berhenti sejenak, Siau-liong berseru pula dengan bengis,
"Apakah bukan karena hendak menipu ilmu Thian-kong-sinkang
itu?" Wanita itu menyurut selangkah dan berseru dengan
gemetar, "Nak, apa katamu" Bukankah tadi engkau
mengatakan takkan membenci aku?"
Siau-liong tertawa muak, "Mungkin karena engkau ini
bukan ibuku! Cobalah engkau katakan, bagaimana mendadak
engkau datang kemari dari seberang lautan" Dan mengapa
engkau dapat mengambil anak perempuan dari Iblis-penaklukdunia
itu sebagai anak angkat?"
"Engkau mengatakan Ing-ji itu puteri dari Iblis-penaklukdunia?"
wanita itu mengulang dengan heran.
"Masakan engkau tak tahu?"
936 Wanita itu menghela napas panjang, "Itu lebih hebat lagi....
Memang baru setengah hari kukenal padanya tetapi
kebaikannya yang dilimpahkan kepadaku sungguh tiada
taranya.... ah, sejak murid si Mawar Putih menuju ke tanah
Tiong-goan sini, siang malam aku selalu memikirnya.
Kemudian setelah penyakitku agak baik, aku segera bergegas
menyusul kemari. Setiba di Tiong-goan segera kudengar
tentang Iblis-penakluk-dunia yang muncul di dunia persilatan
lagi dan bermarkas di Lembah Semi pegunungan Tay-liangsan.
Ceng Hi totiang pun muncul lagi dan memimpin
rombongan orang gagah untuk menumpas Iblis-penaklukdunia.
Dalam gerakan itu, kuduga orang Kong-tong-pay tentu
ikut serta. Mawar Putihpun tentu akan mencari ketua Kongtong-
pay untuk membalas dendam. Maka bergegaslah aku
memburu kemari. Begitu tiba segera kudengar bahwa gerakan
yang dipimpin Ceng Hi totiang itu telah menemui kegagalan.
Mereka terpaksa melakukan perintah Iblis-penakluk-dunia
untuk berkumpul dipuncak Kim-ting. Cepat aku pun menyusul
ke Kim-Ting. Tetapi penyakitku ternyata masih belum sembuh.
Begitu tiba dikaki gunung Gobi, akupun pingsan."
"Apakah dia yang menolong?" seru Siau-liong setengah
meragu. Wanita itu mengangguk, "Jika bukan dia yang menolong,
mungkin kita takkan bertemu muka lagi...."
Ia menghapus air mata lalu melanjutkan lagi, "Tentang
persoalanmu dengan dia, juga telah diberitahukan kepadaku,
hanya dia tak mengatakan kalau dirinya puteri dari Iblispenakluk-
dunia. Apabila benar begitu, benar-benar hal itu
sukar dipercaya...."
Oleh karena sudah beberapa kali menderita tipu muslihat
Iblis-penakluk-dunia, maka Siau-liong tak mudah lekas
937 mempercayai keterangan orang. Dipandangnya wanita yang
mengaku sebagai ibunya itu dengan lekat.
Wanita itu rnenghela napas, ujarnya, "Demi engkau, ia tak
segan menghianati orang tuanya. Dengan begitu ia telah
menumpahkan cinta dan melepas budi sekaligus kepadamu.
Dan lagi dia seperti telah menolong jiwaku dan membebaskan
muridku si Mawar Putih dari tangan kedua suami isteri Iblispenakluk-
dunia...."
"Benarkah dia telah membebaskan Mawar Putih?" buruburu
Siau-liong menegas.
Wanita itu memandang lekat kepada Siau-liong, "Masakan
mah hendak menipumu?"
"Lalu dimanakah dia sekarang?"
Wanita itu berpaling dan memandang kesekeliling penjuru,
berkata, "Mereka berada di belakang rumah itu. In-ji telah
memanggilnya!"
Diam-diam Siau-liong gembira. Jika benar-benar begitu
jelas kalau wanita itu tentu ibunya. Asal Mawar Putih muncul
tentu dapat memberi keterangan asli tidaknya wanita yang
mengaku sebagai ibunya itu.
Dengan tegang, Siau-liong menunggu, Benar juga tak
berapa lama terdengar derap kaki orang berlari. Dan jelas
bukan hanya seorang. Pun derap kaki itu menandakan kalau
bukan orang yang mengerti ilmu silat. Melainkan derap kaki
orang biasa. Siau-liong tak berani bertindak sembarangan. Sambil diamdiam
mempersiapkan tenaga dalam, dia segera berputar
menghadap ke arah suara itu.
938 Begitu pintu terbuka, muncullah tiga orang nona, Mawar
Putih, Tiau Bok-kun dan Poh Ceng-in. Girang Siau liong bukan
kepalang. Mawar Putih cepat menghampiri kesamping wanita
pertengah umur itu dan bertanya, "Suhu, apakah dia benarbenar
datang kemari?"
Wanita itu batuk2 sejenak lalu menjawab, "Datang
memang sudah datang! Tetapi ia masih menganggap aku
mamahnya palsu...."- habis berkata ia terus tundukkan kepala
menangis. Tetapi hal itupun tak dapat menialahkannya Aku tak
memenuhi kewajibanku sebagai ibu. Sekalipun dia tak mau
mengakui aku sebagai ibu, pun aku juga tak dapat berbuat
apa2!" Mendengar itu air mata Siau-liong ber-derai2 turun. Cepat
ia berlutut dihadapan ibunya, Coa-Sik Se-si dan berkata
dengan ber-iba2, "Mah, anak memang tak berbakti. anak...."
ia tak dapat melanjutkan kata2nya karena tersekat oleh isak
tangisnya. Coa-sik Se-sipun menangis sedih. Mawar Putih, Tiau Bokkun
dan Poh Ceng-in masing-masing mempunyai perasaan
sendiri2. Mereka terharu atas peristiwa itu dan ikut menangis.
Tak berapa lama, Poh Ceng-in yang berhenti menangis
paling dulu, lalu menghampiri kesamping Coa-sik Se-si dan
menghiburnya, "Kan-ma, seharusnya saat ini engkau harus
bergembira hati...."
939 Memandang keluar jendela, ia menuding, "Sekarang sudah
malam, masih ada beberapa hal penting yang harus
dikerjakan...."
Coa-sik Se-si hentikan tangisnya lalu berkata kepada Poh
Ceng-in, "Nak, ah, hanya membikin repot engkau saja.... aku
tentu takkan melupakanmu...."
Poh Ceng-in tertawa rawan. Memandang sejenak pada
Siau-liong lalu berpaling memandang Mawar putih dan Tiau
Bok-kun. Kemudian ia berjalan ke belakang Coa-sik Se-si dan
tundukkan kepala.
Siau liong berbangkit dan pe-lahan2 memberi hormat
kepada Mawar Putih, "Nona Pek...."
Mawar Putih mendengus, "Tak seharusnya engkau
mengelabuhi aku, urusanmu dengan tatji Poh...." ia deliki
mata kepada Siau-liong dan berkata pula, "Ketika di Lembah
Maut dalam barisan Tujuh Maut, walaupun Soh Beng Ki-su
mendapatkan perintah untuk menangkapku, tetapi
kesemuanya itu adalah karena engkau. Jika aku yang menjadi
taci Poh, aku tentu juga berbuat begitu. Maka aku tak
membencinya.... Sekarang taci Poh pun telah menolong
membebaskan diriku dari Iblis-penakluk-dunia. Aku berterima
kasih kepadanya. Apalagi dia pun telah menolong suhu
sehingga kami berdua dapat berjumpa disini...."
Habis berkata ia terus melangkah ketempat Poh Ceng-in.
Diam-diam Siau-liong menimang, "Sekalipun Poh Ceng-in
sudah sadar tetapi dia tetap anaknya Iblis-penakluk-dunia.
Dulu dia juga sahabat orang tuanya. Ia tahu cara untuk
mengobati racun, tetapi ia tak mau membunuh Poh-Ceng-in
dan rela melepasnya. Adakah hal itu bukan telah memberi
940 kelonggaran kepadanya" Mengapa dia dipersalahkan berlaku
kejam kepada wanita itu?"
Siau-liong menghela napas panjang lalu berkata kepada
Tiau Bok-kun, "Nona Tiau, aku sungguh.... amat menyesal
sekali...."
Buru-buru Tiau Bok-kun tundukkan kepala, "Aku banyak
menerima budi siangkong, masakan aku berani menyalahkan
engkau?" Siau-liong memandangnya lekat dan menghela napas,
"Nona pun telah menolong jiwaku dan jika bukan karena
diriku, tak nanti nona sampai dapat ditawan Iblis-penaklukdunia.
Budi nona sungguh mengharukan hatiku...."
Tiba-tiba Poh Ceng-in menyeletuk kepada Coa-sik Se-si,
"Kan-ma, sekarang sudah tiba saatnya aku hendak
berangkat!"
"Liong-ji....!" teriak Coa-sik Se-si.
"Mamah hendak memberi perintah apa kepadaku?" sahut
Siau-liong. Memandang Poh Ceng-in, Coa-sik Se-si berkata, "In-ji
seorang yang berjiwa besar. Demi kepentingan dunia
persilatan, ia rela menghianati orang tuanya.... Peristiwa
malam ini, menyangkut kepentingan dunia persilatan....
memang tak dapat memikirkan kepentingan pribadi,
menelantarkan urusan umum. Lekaslah engkau
menyertainya!"
Sejenak Siau-liong memandang Poh Ceng-in. Ia tampak
meragu. 941 "Bagaimana" Apakah engkau masih meragukan dirinya?"
Coa-sik Se-si kerutkan dahi.
Siau-liong menyahut gopoh, "Ya, baiklah, aku menurut...."
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemudian ia berputar tubuh dan menjurah kepada Poh
Ceng-in, "Aku seharusnya berterima kasih kepada nona!"
Poh Ceng-in tersenyum. Ia tak menghiraukan Siau-liong
melainkan berkata kepada Coa-sik Se-si, "Kan-ma aku hendak
berangkat!"
Setelah melambai pada Mawar Putih dan Tiau Bok-kun, ia
terus berputar tubuh dan melangkah keluar.
Dengan segan, Siau-liong memandang ke arah Coa-sik Sesi
lalu melesat keluar mengikuti Poh Ceng-in Saat itu sudah
malam. Angin malam berhembus keras sehingga Siau-liong
agak menggigil. Tetapi serempak dengan itu, pikirannya yang
kalut tadi pun menjadi hening.
Bukan karena dia seorang pemuda yang banyak curiga.
Tetapi adalah karena beberapa kali tertipu oleh Iblis-penaklukdunia
maka ia tingkatkan kewaspadaan. Terutama terhadap
diri Poh Ceng-in. Ia masih belum dapat mempercayainya
penuh. Setelah berjalan satu li, Poh Ceng-in kendorkan langkah
sembari berkata kepada Siau-liong yang mengikuti
dibelakangnya, "Ayahku memang banyak curiga terhadap
orang. Dia amat hati2 sekali, Bahkan terhadap orang
kepercayaannya pun, dia tetap tak dapat percaya penuh.
Maka kita pun tak dapat bergerak dengan leluasa...."
942 Ia berhenti lalu melolos buntalan kain dan diberikan kepada
Siau-liong, "Demi amannya rencana, terpaksa engkau harus
menyamar!"
Siau-liong menyambuti buntalan itu. Ternyata berisi
seperangkat pakaian hitam seperti yang dipakai tokoh2
tawanan itu. Sejenak meragu, akhirnya ia mau juga
memakainya. Kepala dan mukanya ditutup dengan sutera
hitam. Poh Ceng-in tersenyum. Tanpa banyak bicara lagi ia terus
lanjutkan perjalanan.
Diam-diam Siau-liong memperhatikan tempat2 yg dilaluinya
itu. Seluas satu li, dilihatnya sebuah puncak gunung yang tak
berapa tinggi. Disebelah kiri dari puncak gunung itu adalah
puncak Kim-ting yang tinggi. Ditengah kedua puncak itu
dipisah oleh dua buah belantara.
Baru berjalan belum lama, tiba-tiba dari belakang sebuah
batu besar, melesat keluar seorang lelaki berpakaian hitam
dan mencekal pedang.
"Berhenti!" tiba-tiba orang itu membentak.
Poh Ceng-in berhenti dan balas membentak, "Tidak kenal
padaku?" Lelaki itu memberi hormat, "Maafkan kami berlaku kurang
hormat, tetapi Thian-cun telah memberi perintah...."
"Supaya memeriksa aku?" Poh Ceng-in tertawa dingin.
"Hamba tak berani!" orang itu menyahut gopoh.
"Lalu bagaimana maksudmu?"
943 Jawab orang berbaju hitam itu, "Entah apakah Koh-cu
mempunyai...."
Poh Ceng-in tertawa lalu mengeluarkan sehelai panji
segitiga berwarna hitam dan dikibarkan kemuka sibaju hitam,
"Mau memeriksa benda ini?"
Pada saat sibaju hitam hendak menyambuti, Poh Ceng-in
cepat menarik kembali. Sejenak meragu, sibaju hitam
menunjuk Siau-liong, "Dan saudara ini...."
Poh Ceng-in deliki mata, melengking, "Dia aku yang bawa.
Mengapa engkau ribut2 saja" Masakan aku membawa mata2
musuh masuk kemari....?"
Si Baju Hitam buru-buru menyurut mundur dua langkah
dan berseru tersendat, "Hamba tak berani mencurigai Koh-cu,
tetapi Thian-cun telah memberi perintah keras...."
Poh Ceng-in mendengus, "Kalau begitu lekas engkau
menghadap ayah dan suruh ayah sendiri yang keluar
menyambut kedatanganku!"
Baju Hitam tertegun lalu berkata dengan nada enggan,
"Koh-cu, silahkan masuk!"
Poh Ceng-in tertawa dingin lalu menarik Siau-liong diajak
masuk. Diam-diam Siau-liong menimang. Tempat itu hanya
terpisah satu li dari puncak Giok-ci-hong dan Iblis-penaklukdunia
sudah mengadakan penjagaan yang begitu ketat.
Sungguh iblis itu cermat sekali.
944 Tetapi diam-diam Siau-liong pun tertawa. Adalah karena
menginginkan ilmu Thian-kong-sin-kang, maka Iblis-penaklukdunia
tak membunuhnya. Dan karena tak dibunuh, ia pasti
dapat membasmi iblis itu.
Selama dalam perjalanan memang penuh dengan pos2
penjagaan tetapi dengan mudah Poh Ceng-in dapat melalui.
Begitu tiba dikaki puncak Giok-ci-hong, tampaklah beberapa
buah kemah. Tetapi keadaannya sunyi-senyap. Rupanya orang2 dalam
kemah itu sudah tidur pulas. Tiba-tiba Poh Ceng-in gunakan
ilmu Menyusup suara membisiki Siau-liong, "Kita sudah tiba
dipos terakhir. Penjagaan disini luar biasa kerasnya.
Penjaga2nya jago2 kelas satu kepercayaan ayah. Kita harus
bergerak menurut gelagat!"
Siau-liong hanya mengangguk tetapi tak mau menjawab. Ia
sudah tahu apa artinya kata2 Poh Ceng-in. Kemudian Poh
Ceng-in melangkah lebar. Rupanya sengaja ia menimbulkan
suara. Benar jugalah. Dari belakang gerumbul pohon, segera
bermunculan empat orang. Yang dua dimuka, yang dua
dibelakang. Kedua orang yang dimuka itu segera menghadang
dihadapan Poh Ceng-in, serunya, "Apakah Koh-cu membawa
tanda amanat dari Thian-cun?"
Seperti yang tadi, Poh Ceng-in segera mengeluarkan tanda
pengenal diri. Tetapi se-konyong2 ia berseru kaget, "Hai,
mengapa tanda pengenal diri yang kubawa itu hilang....!"
Keempat orang itu tenang2 saja memandang Poh Ceng-in
dan Siau-liong dengan pandang bermusuhan.
945 Poh Ceng-in merogohi baju, sibuk sampai beberapa lama
tetap tak dapat menemukan tanda pengenalnya. Kemudian ia
bertanya kepada kedua orang yang menghadangnya itu,
"Kalau tanda pengenal diri hilang lalu bagaimana?"
Salah seorang yang memelihara jenggot kambing segera
menyahut, "'Saat ini kita sedang menghadapi ancaman
musuh. Selembar rambut tercabut berarti seluruh tubuh
tergetar. Apalagi Thian-cun pun sudah memberi perintah.
Karena Koh-cu kehilangan tanda pengenal diri, terpaksa Kohcu
harus menunggu dulu disini. Hamba akan melaporkan pada
Thian-cun...." -habis berkata ia memberi isyarat kepada dua
orang yang berada dibelakang, "Lekas beritahukan Thian-cun,
bilang...."
"Tunggu dulu, biarlah kucarinya lagi," buru-buru Poh Cengin
menukas. Kedua orang yang menerima perintah tadi terus akan pergi
tetapi demi mendengar ucapan Poh Ceng-in terpaksa mereka
berhenti. Poh Ceng-in sengaja mencari kian kemari. Diam-diam ia
berputar diri dan memberi isyarat kepada Siau-liong.
Siau-liong mengangguk tertawa. Tiba-tiba ia maju
selangkah, serunya, "Kohcu, tanda pengenalmu berada
padaku!" Poh Ceng-in tertawa, "Kalau begitu lekas tunjukkan kepada
mereka!" Siau-liong mengiakan. Sambil masukkan tangan kedada
baju, ia maju ketempat kedua orang yang menghadangnya
itu. 946 "Berhenti! Mengapa engkan seliar itu!" bentak sijenggot
kambing. Tetapi Siau-liong seperti tak mendengarnya. Dalam pada
berkata itu ia sudah tiba dihadapan kedua orang. Tahu2 kedua
orang itu sudah kaku tak dapat berkutik lagi. Ternyata Siau
liong guna gerakan yang luar biasa cepatnya untuk menutuk
jalan darah kedua orang itu. Sedemikian cepatnya Siau-liong
bergerak sehingga setelah kedua orang itu terpaku seperti
patung, barulah kedua kawannya yang di belakang itu tahu
kalau kawannya yang dimuka dicelakai orang.
Kedua orang yang di belakang itupun hendak bertindak
tetapi kalah cepat dengan Siau-liong yang sudah loncat dan
sebelum kedua orang itu sempat bersuara, Siau-liong sudah
menutuk jalan-darah mereka.
Dalam beberapa kejap saja, keempat orang itu pun sudah
dikuasai Siau-liong. Poh Ceng-in tercengang. Ia tak kira kalau
Siau-liong sudah mencapai kemajuan yang sedemikian
pesatnya. Maka berkatalah ia, "Sekarang sudah malam. Sekali
pun pada saat ini dapat menyelamatkan diri, tetapi tak lama
tentu akan diketahui mereka. Kita harus lekas bertindak!"
Habis berkata ia terus mendahului lari mendaki kepuncak
gunung. Siau-liong mengikuti dibelakang. Sekalipun dalam
perjalanan bertemu dengan beberapa peronda, tetapi mereka
tak bertanya apa2.
Rupanya karena dalam pos penjagaan tiada terdengar
pertandaan apa2, mereka anggap tak terjadi suatu apa.
Di atas puncak merupakan sebuah tanah datar. Beberapa
kubu yang didirikan disitu, tampak sunyi-senyap. Poh Ceng-in
langsung menuju kekubu yang nomor tiga.
947 Siau-liong memperhatikan bahwa dalam sebuah kubu
terdapat 4-5 orang baju hitam yang tengah duduk
bersemedhi. Rupanya mereka tengah menenangkan semangat
dan tak menghiraukan kedatangan kedua orang itu.
Tiba-tiba terdengar orang berseru, "Apakah itu In-ji?"
Poh Ceng-in dan Siau-liong terkejut. Tak salah lagi, itulah
suara Iblis-penakluk-dunia. Poh Ceng-in segera memberi
isyarat mata kepada Siau-liong lalu menuju kekubu yang
kedua. Siau-liong tetap mengikuti dibelakangnya. Ia berjalan
dengan tundukkan kepala agar kawanan baju hitam itu tak
melihatnya. Tampak diluar kubu berjajar delapan orang lelaki
berpakaian ringkas sama tegak seperti patung.... Pinggangnya
menyelip senjata.
Ditengah kubu terdapat sebuah meja pendek. Di atasnya
diberi sebuah tempat pedupaan yang masih ber-kepul2
asapnya. Iblis perakluk-dunia dan Dewi Neraka tengah duduk
dengan berpakaian lengkap.
Poh Ceng-in berjalan kemuka kubu dan berseru dengan
nada manja, "Yah! Mah! sudah begini...."
Dengan bengis Iblis-penakluk-dunia membentak, "Baru saja
engkau terhindar dari bahaya, mengapa sudah keluyuran
kemana-mana?"
"Aku hanya ber-jalan2 didekat sini," sahut Poh Ceng-in.
Berkata Iblis-penakluk-dunia pula, "Saat ini sebenarnya
Ceng Hi si imam tua dan gerombolannya itu sudah tak
berdaya. Tetapi anak macan yang kupelihara itu ternyata
mengacau. Tong Siau-liong muncul sebagai musuhku yang
948 tangguh. Oleh karena itu malam ini mungkin takkan terhindar
dari pertempuran besar. Setelah budak itu tertangkap, barulah
hatiku tenteram. Menurut dugaanku, habis tengah malam
nanti, budak itu tentu akan datang. Maka telah kuperintahkan
supaya diadakan penjagaan yang ketat. Mengapa engkau
masih lari2 ke-mana2" Apabila berjumpa dengan budak itu,
apakah tidak berbahaya...."
"Penjagaan disini begini kuatnya, masakan dia mampu
melayang turun dari langit?" bantah Poh Ceng-in.
Iblis-penakluk-dunia menghela napas kecil serunya, "Soal
itu tak dapat kuperhitungkan. Budak itu telah mencapai
kemajuan luar biasa dalam ilmu Thian-kong-sin-kang. Ya,
sudah dapat mencapai tataran yang tak terduga....!"
Tiba-tiba ia membentak bengis, "Mengapa engkau tak lekas
kembali ke dalam kubumu!"
"Tolol! Mengapa engkau marah2 kepada anak sendiri"
Dalam beberapa hari ini dia sudah cukup menderita!" teriak
Dewi Neraka. Kemudian berpaling ke arah Poh Ceng-in dan berkata
dengan nada lembut, "Beristirahatlah! Kelak engkau tentu
takkan menderita apa2 lagi!"
Dengan nada kemanja-manjaan, Poh Ceng-in mengiakan
dan terus melangkah pergi. Tetapi baru beberapa langkah, ia
mendengar ayahnya membentak, "Kembali!"
Poh Ceng-in terkejut dan buru-buru berpaling, "Mengapa,
yah?" 949 Iblis-peuakluk-dunia tersenyum, "Karena engkau segan
beristirahat, baiklah engkau panggilkan suhengmu suruh
kemari. Aku hendak memberi pesan kepadanya!"
"Dimana?"
"Di belakang Empat Roh!"
Poh Ceng-in mengiakan, terus menuju ke belakang.
Dengan tanpa bersuara, Siau-liong mengikuti Poh Ceng-in
seperti bayangannya. Walaupun Iblis-penakluk-dunia itu
seorang yang banyak curiga, tetapi ia tak begitu gila untuk
mencurigai anak perempuannya sendiri. Maka walaupun
melihat Siau-liong berdiri beberapa belas langkah dimuka, ia
tak bertanya apa2.
Kubu kedua itu hanya terpisah tiga tombak dari kubu
ketiga. Poh Ceng-in memberi isyarat mata kepada Siau-liong.
Tanpa berkata suatu apa ia terus lari lagi.
Tampak diluar kubu ketiga itu dua orang penjaga. Begitu
melihat Poh Ceng-in, mereka segera memberi hormat tetapi
tak berkata apa2.
Poh Ceng-in dan Siau-liong melangkah masuk ke dalam
kubu. Di dalam kubu telah digelari empat lembar permadani
bundar. Keempat pewaris ilmu sakti sedang duduk
bersamadahi di atas permadani itu....
Disamping mereka terdapat sebuah kursi bambu. Dengan
memegang cambuk Penenang-jiwa milik Iblis-penakluk-dunia,
Soh Beng Ki-su duduk miringkan tubuh. Begitu melihat Poh
Ceng-in, ia berseru menyapa dan berbangkit.
Poh Ceng-in tersenyum, "Ayah memanggil su-heng supaya
datang kesana."
950
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanpa curiga apa2, Soh Beng Ki-su serahkan cambuk
kepada Poh Ceng-in, katanya, "Tolong sumoay menjaga
mereka!"- tanpa berpaling lagi, ia terus lari keluar kubu.
Poh Ceng-in menghela napas longgar. Setelah Soh Beng Kisu
pergi, ia membentak pelahan pada Siau-liong, "Ayah
hendak suruh mereka makan obat, mengapa engkau tak lekas
mengobati mereka!"
Sambil berkata Poh Ceng in cepat melirik ke arah kedua
penjaga diluar kubu. Melihat mereka tak mengacuhkan apa
yang terjadi dalam kubu, tenanglah hati Poh Ceng-in.
Siau liong mengiakan. Cepat ia mengeluarkan pil Sip-siaucwan
soh-sin-tan. Tetapi tiba-tiba ia agak meragukan khasiat
obat itu. Adakah pil itu dapat menyembuhkan mereka. Setelah
merenung beberapa saat, ia memutuskan untuk memberi dua
butir pil pada masing-masing tokoh itu.
Setelah Siau-liong meminumkan pil itu, Poh Ceng-in pun
segera gentakkan cambuk dimuka ke empat tokoh itu dan
membentaknya pelahan, "Bangunlah!"
Hatinya amat tegang sekali tanganpun gemetar. Untung
keempat tokoh itu serempak membuka mata dan memandang
cambuk kulit dari Poh Ceng-in dengan ter-longong2.
Tiba-tiba terdengar suara suitan melengking di udara. Siauliong
terperanjat. Jelas suitan itu berasal dari anak panah
pertandaan bahaya yang dilepas anak buah Iblis-penaklukdunia.
Kedua penjaga kubu serentak memberi hormat kepada Poh
Ceng-in, "Lapor pada koh-cu. dibawah puncak mengirim tanda
bahaya!" 951 "Lekas laporkan pada Thian cun berdua!" Poh Ceng-in
berseru gugup. Kedua penjaga itu terbeliak kaget. Tetapi mereka pun
cepat2 lari menuju kekubu kedua.
"Lekas! Lekas....!" Poh Ceng-in membentak Siau-liong
sambil banting2 kaki. Siau-liong cepat memberi dua butir pil
kepada Jong Leng lojin yang duduk dekat pintu kubu.
"Telanlah!" bentak Poh Ceng-in seraya gentakkan
cambuknya. Wajah Jong Leng lojin berobah. Tetapi setelah tertegun
sejenak, ia terus menelannya. Saat itu suasana diluar kubu
sudah kacau. Berpuluh sosok tubuh orang lari kian-kemari
amat berisik sekali.
Siau-liong tak dapat banyak berpikir lagi. Ia segera
memberikan dua butir pil kepada Lam-hay Sin-ni. Untunglah
kesemuanya itu berjalan lancar. Dibawah gentakkan cambuk
Poh Ceng-in, Lam-hay Sin-ni, Randa Bu-san dan Kongsun Sintho
mau menelan pil pemberian Siau-liong. Setelah itu mereka
pejamkan mata bersemedhi lagi. Tampaknya tiada reaksi
apa2. Poh Ceng-in menghela napas longgar, serunya, "Pil telah
mereka telan. Bagaimana reaksinya tunggu saja nanti
perobahan mereka!"
Siau-liong yang saat itu sudah menaruh kepercayaan penuh
kepada Poh Ceng-in segera menjurah memberi hormat,
"Nona, aku...." -baru ia berkata begitu tampak sesosok tubuh
lari mendatangi. Dan muncullah Soh Beng Ki-su ke dalam
952 kubu seraya berseru gopoh, "Musuh sudah unjuk jejak, suhu
perintahkan aku supaya membawa keempat orang itu keluar!"
"Mereka berjumlah berapa banyak?" sengaja Poh Ceng-in
bertanya. "Saat ini belum diketahui jelas, tetapi musuh yang tangguh
sudah tiba dipuncak gunung sini...."
Sambil menyerahkan cambuk kepada Soh Beng Ki-su lagi,
Poh Ceng-in membentak Siau-liong; "Lekas ambilkan
senjataku!"
Siau-liong mengiakan. Ia berputar tubuh terus pergi. Begitu
berada ditempat gelap, Siau-liong terus membuka pakaian
warna hitam yang dipakainya. Diam-diam ia menimang,
"Entah apakah pil itu berkhasiat atau tidak, tetapi malam ini
merupakan malam yang memutuskan. Aku harus mengadu
jiwa dengan kedua suami isteri iblis itu!"
Setelah memutuskan rencana, ia segera loncat apungkan
diri melayang kekubu kedua. Kubu yg ditempat Iblis-penaklukdunia
dan isterinya. Saat itu Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka tengah
berdiri berdampingan diluar kubu. Sekeliling dijaga rapat oleh
kawanan anak buahnya Baju Hitam. Begitu melihat Siau-liong
meluncur dari udara, mereka kaget sekali.
"Budak kecil, akhirnya ia masuk ke dalam jaring sendiri!"
Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring.
"Iblis tua! Kematian sudah didepan mata, engkau masih
bermimpi!" bentak Siau-liong.
953 Iblis-penakluk-dunia tertawa angkuh.... Begitu mengangkat
tangan, kawanan penjaganya itu segera menyurut mundur.
Pelahan-lahan dia maju dua langkah. tetapi tetap terpisah
setombak jauhnya dari Siau-liong.
Dengan tertawa mengejek ia berseru, "Sudah kukatakan
bahwa aku tak mau memaksa orang. Asal ia mau
mengajarkan ilmu Thian-kong-sin-kang itu kepadaku dengan
lengkap, aku tentu akan pegang janji. Tiau Bok-kun dan
Mawar Putih kedua nona serta Kongsun Sin-tho dan lain-lain,
semuanya akan kubebaskan. Tetapi kalau tidak...."
Ia berhenti sejenak keliarkan pandang lalu melanjutkan
pula, "Apa yang kukatakan tentu akan kulaksanakan. Dan apa
akibatnya engkau tentu sudah tahu sendiri...."
Tiba-tiba ia berpaling membentak seorang pengawal yang
berada di belakangnya, "Bawa kemari kedua budak
perempuan yang berada dikurungan itu!"
Pengawal itu mengiakan terus lari ke belakang. Siau-liong
tak mau berkata apa2. Ia hanya tertawa dingin memandang
Iblis-penakluk-dunia.
Walaupun sepintas pandang Iblis-penakluk-dunia itu
tampak tenang tetapi dalam hati ia gelisah bukan kepalang.
Dan tanpa berkata apa2, Siau-liong pun melangkah maju.
Melihat itu Iblis-penakluk-dunia membentaknya, "Berhenti!
Apakah engkau benar menghendaki kubunuh kedua nona itu?"
Siau-liong tak menyahut tetapi tetap maju. Melihat itu Iblispenakluk-
dunia terpaksa mundur pelahan-lahan. Kini ia
mundur sampai dimuka kubu.
954 Saat itu siiblis sudah tak dapat mundur lagi. Sekonyongkonyong
ia membentak keras dan menghantam Siau-liong.
Tetapi anak muda itu hanya tersenyum saja. Diangkatnya
tangan kanan untuk menyapu. Terdengar letupan dan debu di
belakang Iblis-penakluk-dunia itu pun bergulung-gulung
tiba.... Saat itu Iblis-penakluk-dunia cukup banyak juga
mempelajari keempat ilmu sakti dari Lam-hay Sin-ni, Jong
Leng lojin, Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san. Kesaktiannya
jauh lebih hebat dari sebelumnya. Maka beranilah ia
menyongsong pukulan Siau-liong. Siapa tahu Siau liong
ternyata sudah hampir seluruhnya memahami Thian-kong-sinkang.
Bukan kepalang kejut iblis itu ketika pukulannya seperti
terbenam dalam lautan dan tiba-tiba pula ia dilanda oleh
tenaga yang hebat sehingga darahnya bergolak-golak
Dewi Neraka terkejut sekali. Cepat ia gentakkan tongkatnya
kepala naga. Tiba-tiba kepala naga itu cepat dan melayang ke
arah Siau-liong. siau-liong mendengus dingin. Sekali ia
menghantam, kepala naga dan tongkat wanita iblis itu
mencelat dan serempak itu terdengar suara orang tertahan.
Dewi Neraka terpental mundur sampai tujuh delapan langkah
jauhnya. "Huak!".... wanita itu muntah darah!
Begitu kubu ketika melayang kabur, kubu ketiga segera
tampak. Tampak kawanan anak buah Iblis-penakluk-dunia
berdiri terlongong. Kesatu karena mereka terpesona melihat
kesaktian Siau-liong.... Kedua, karena belum mendapat
perintah dari pemimpinnya.
955 Seielah mengundurkan kedua suami isteri iblis, Siau-liong
masih maju menghampiri mereka.
Iblis-penakluk-dunia gugup tetapi ia tetap menutupi dengan
tertawa angkuh seraya menyurut mundur.
Dan pada saat itu ia sudah mundur ke kubu nomor tiga.
Dan apa yang terjadi dalam kubu ketiga itu pun sudah
kelihatan.... Soh Beng Ki-su sambil mainkan cambuk sambil
membentak keempat tokoh yang masih duduk, "Lekas
bangun! Bangun....!"
Tetapi keempat tokoh itu tetap pejamkan mata dan duduk
setenang patung Poh Ceng-in yang berdiri disamping,
tampaknya seperti gugup juga.
Tiba-tiba pengawal yang disuruh Iblis-penakluk-dunia untuk
membawa Tiau Bok-kun dan Mawar Putih tadi, pun sudah
datang. Tetapi sikap mereka ketakutan sekali. Sambil berlari
mendatangi mereka sudah berteriak-teriak, "Thian-cun, kedua
budak perempuan itu sudah lolos!"
"Mundur!" bentak Iblis-penakluk-dunia gugup. Ia terus
menerobos ke dalam kubu.
Melihat keempat tokoh itu duduk mematung, diam-diam
Siau-liong girang. Ia duga pil itu tentu sudah bekerja. Ia tak
mau memburu masuk, melainkan menunggu diluar.
Dengan wajah pucat lesi, Iblis-penakluk dunia cepat
mengambil cambuk dari tangan Soh-Beng ki-su lalu
digentakkan beberapa kali seraya membentak, "Hayo,
mengapa tak lekas bangun!"
Cambukan itu berhasil membangunkan Jong Leng lojin.
Tokoh itu serentak berbangkit. "Tar".... Iblis-penakluk-dunia
956 mencambuk punggung Jong Leng lojin seraya membentak,
"Lekas tangkap budak itu, mati atau hidup!"
Di luar dugaan, Jong Leng lojin tak mau menyahuti dan
melakukan perintah. Bahkan tiba-tiba ia menyambar cambuk
Iblis-penakluk-dunia dan balas membentaknya, "Siapa engkau
ini!" Kali ini Iblis-penakluk-dunia seperti disambar petir kejutnya.
Ia lemparkan cambuk terus lolos ke luar kubu.
Dengan masih dalam pikiran tak sadar, Jong leng lojin
menghantam. Iblis-penakluk-dunia lari kemati-matian tetapi
tetap tak dapat terhindar dari hantaman Jong Leng. Tubuhnya
yang melambung di udara itu tiba-tiba menukik turun dan
jatuh di samping Siau-liong!
"Iblis tua, apakah engkau masih mimpi mau lari?" bentak
Siau-liong seraya menutuk dada dan tenggorokan iblis itu.
Saat itu Dewi Neraka pun sudah terluka pukulan Siau-liong
tadi. Tahu gelagat jelek, ia hendak lari. Tetapi ia ingat akan
Poh Ceng-in. Pada saat Dewi Neraka meragu, tiba-tiba terdengar suara
berisik mendatangi.... Siau-liong kira tentulah anak buah Iblispenakluk-
dunia yang hendak menyerbu untuk menolong
pemimpinnya. Tetapi ternyata yang muncul itu adalah Ceng Hi
totiang dan rombongan orang gagah.
Dewi Neraka yang sudah menderita luka itu makin bingung.
Begitu memandang keadaan ditempat situ, tahulah Ceng Hi
apa yang telah terjadi. Cepat ia kebutkan lengan jubah untuk
menutuk jalan darah Dewi Neraka.
957 "Hai, apakah kalian ini kawanan roh orang mati?" teriak
Iblis-penakluk-dunia yang walau pun sudah tertutuk jalan
darahnya namun masih dapat bicara.
Saat itu kawanan Baju Hitam baru tersandar. Dengan
bersuit keras, mereka segera maju mengepung. Tetapi Jong
Leng lojin yang menjaga disamping Iblis-penakluk dunia,
segera menghantam kian kemari mencegah mereka.
Rombongan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang itu
segera menyerang sehingga terjadilah pertempuran dahsyat.
Sedangkan Siau-liong ter-longong2 sendiri. Ia benar-benar
terpukau karena melihat keadaan saat itu. Ia merasa seperti
telah menghidupkan kembali orang yang sudah mati.
Tiba-tiba Poh Ceng-in melengking, "Suheng, tunggulah aku
ber-sama2 lari!"
Saat itu barulah Siau-liong seperti diingatkan pada Soh
Beng Ki-su. Dengan menggerung, ia enjot tubuh melambung
ke udara dan melayang turun di belakang kubu.
Ternyata Soh Beng Ki-su yang bertubuh kurus kering itu
sedang siap hendak melarikan diri dari kubu. Siau-liong cepat
membentak dan mencengkeram dadanya. Soh Beng Ki-su
terkejut. Ia tebarkan jaringnya hendak melancarkan pukulan
Pek-kut-kang. Tetapi sudah terlambat. Dadanya sudah
dicengkeram Siau-liong. Seketika itu ia rasakan dadanya
seperti pecah. Siau Hong sudah menutuk tiga buah jalan
darah orang itu. Kemudian ia terus hendak melangkah ke
dalam kubu. Tetapi saat itu To Kiu-kong, Ti Gong taysu dan
kawan2nya bermunculan datang. Siau-liong cepat lemparkan
Soh Beng Ki-su kepada To Kiu-kong.
958 "Inilah manusia yang membunuh Pendekar Laknat! Tolong
engkau menjaganya. Kelak hendak kubawanya untuk sesaji
dimakam Pendekar Laknat!"....
Habis berkata Siau-liong terus loncat kekubu lagi. Dilihatnya
keadaan sudah berobah.
Kedua suami isteri iblis sudah dibekuk dan dijaga oleh
belasan tokoh2 kelas satu yang ditugaskan Ceng Hi totiang.
Untuk menjaga agar kedua iblis itu jangan sampai lolos,
mereka lekatkan ujung senjatanya pada jalan darah kedua
orang itu. Pertempuran masih berjalan seru. tetapi karena pemimpin
sudah dibekuk, si tuasi pertempuran pun dapat dikuasai Ceng
Hi totiang. Yang sukar diatasi hanya beberapa tokoh seperti
Naga Terkutuk, Harimau Iblis, It Hang totiang dan lain-lain.
Setelah Jong Leng lojin maka ber-turut2 bangunlah
Kongsun Sin-tho, Randa Bu-san dan Lam-hay Sin-ni. Mereka
merenung beberapa waktu, baru menyadari apa yang telah
terjadi pada diri mereka selama ini.
"Suhu, apakah engkau sudah sembuh sama sekali?" buruburu
Siau-liong menghampiri Kongsun Sin-tho.
Kongsun Sin-tho menghela napa, "Liong-ji. Apakah engkau
yang membuatkan pil dari katak-kaki-tiga itu" Dimanakah kita
sekarang ini?"
"Kita saat ini berada dibawah puncak Kim-ting. Pil itu dibuat
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
oleh paderi sakti Kim-ting!"
"Ah, tak kira kalau akupun juga...."
959 Kongsun Sin-tho menghela napas panjang. Merenung
sejenak tokoh itu berkata pula, "Berapa banyak pil yang telah
dibuatnya" Sisanya berikan kepadaku!"
Siau-liong segera menyerahkannya. Setelah menerima,
Kongsun Sin-tho lalu memberi keterangan kepada Randa Busan
dan lain-lain. Kemudian keempat tokoh itu segera turun
kegelanggang pertempuran.
Dengan kesaktian mereka, mudahlah untuk menundukkan
Naga Terkutuk. Harimau Iblis, It Hang totiang dan lain-lain.
Kemudian setiap orang diberinya pil itu sebutir. Tak berapa
lama mereka pun pulih kesadarannya. Dan saat itu
pertempuran pun sudah selesai. Beberapa anak buah Iblispenakluk-
dunia berhasil melarikan diri. Tetapi yang tak dapat
lolos terpaksa menyerah.
Kongsun Sin-tho memberi sisa tiga butir pil kepada Siauliong,
"Pil itu tak mudah diperoleh. Selain dapat mengobati
segala macam racun, pun mempunyai daya untuk
menghidupkan orang yang sudah meregang jiwa. Harap
engkau simpan baik dan apabila perlu dapat engkau
gunakan."'
Siau-liong segera menyimpannya.
Saat itu suasana pertempuran sudah sunyi. Ceng Hi totiang
saling berpandang pandangan dengan keempat tokoh sakti. Ia
menuturkan kepada mereka semua peristiwa yang telah
terjadi selama ini. Terutama jasa-jasa Siau-liong yang pantang
mundur dalam menghadapi huru hara dari Iblis-penaklukdunia.
Sekalian orang gagah bertepuk sorak memuji-memuji
keberanian dan kegagahan anak muda itu!
960 Tetapi Siau-liong sendiri merasa malu dalam hati. Jika
tanpa bantuan siKakek Mata-satu, paderi sakti Kim-ting dan
Poh Ceng-in. tak mungkin ia sendiri dapat menyelesaikan
huru-hara itu. Berturut-turut Randa Busan, Lam-hay Sin-ni, Jong Leng
lojin, Naga Tertutuk, Harimau Iblis, It Hang totiang dan lainlain,
menghaturkan terima kasih kepada Siau-liong. Mereka
berlutut dihadapan pemuda itu. Sudah tentu Siau-liong
terkejut dan tersipu-sipu mengangkat mereka bangun.
Pada saat itu tiba-tiba berdatangan pula dua rombongan.
Rombongan yang pertama ialah Coa-sik Se-si bersama Mawar
Putih dan Tiau Bok-kun. Dan rombongan kedua ialah Kakek
Mata-satu bersama si dara Song Ling.
Melihat suhu dan puterinya datang, girang Randa Bu-san
bukan kepalang.
Sementara itu, Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka masih
dikepung oleh rombongan orang gagah. Jong Leng lojin, Naga
Tertutuk, Harimau Iblis dan beberapa tokoh segera
menghampiri. Tokoh-tokoh itu geram sekali....
Jong Leng lojin memungut sebatang pedang yang terleiak
di tanah dan membentak, "Dosa kedua suami isteri iblis itu
sudah melewati takeran. Adakah saudara2 masih suka
memberi ampun kepada mereka?"
"Tidak! Mati pun mereka masih ringan kalau dinilai dari
dosanya!" seru sekalian orang gagah.
Tiba-tiba terdengar suara orang menangis. Dan pada lain
saat tampak Poh Ceng-in lari menghampiri lalu berlutut di
hadapan Siau-liong, "Tong siauhiap! Harap engkau suka
berlaku murah memberi ampun jiwa ayah bundaku itu!"
961 Saat itu Coa-sik Se-si pun menghampiri lalu mengangkat
bangun Poh Ceng-in, "Nak, ah, engkau cukup banyak
menderita...."
Buru-buru Siau-liong berkata kepada Jong Leng lojin, "Locianpwe,
sukalah lo-cianpwe menerima sebuah
permintaanku?"
"Silahkan, apa pun yang Tong siauhiap bilang, aku tentu
menurut " sabut Jong Leng.
Siau-liong menghela napas, "Saat ini huru-hara sudah
teratasi. Kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia itu sudah tak
berdaya lagi. Marilah kita melakukan budi kebaikan untuk
mengampuni jiwa mereka!"
Ceng Hi totiang dan Kongsun Sin-tho segera melangkah
menghampiri Siau-liong. Kata Kongsun Sin-tho, "Untuk
memberi ampun jiwa mereka, pun boleh saja! Tetapi demi
menjaga timbulnya bahaya dikemudian hari lagi, ilmu
kepandaian mereka barus dilenyapkan."
Melihat Siau-liong diam saja, Ceng Hi totiang pun segera
mencabut sebilah badik yang terselip di pinggangnya.
Dipotongnya urat nadi penting dari kedua suami isteri iblis itu
lalu dibebaskannya jalan darah mereka yang tertutuk itu.
Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka terpaku seperti
patung. Wajah mereka suram muram.
Poh Ceng-in lari kesamping ibunya dan berseru pelahan,
"Mah, aku.... aku sungguh menyesal dan bersalah
kepadamu...." " ia segera menangis tersedu sedan.
962 Lama sekali Poh Ceng-in tumpahkan kesedihan hatinya.
Setelah berhenti menangis ia segera mengangkat bangun
kedua ayah bundanya dan dibawanya turun gunung.
Tiba-tiba Coa-sik Se-si memberi perintah kepada Siau-liong,
"Lekas kau susul mereka dan bawa kembali kesini!"
Siau-liong segera lari mengejar seraya berteriak memanggil
Poh Ceng-in, "Nona Poh...."
Tetapi tanpa berpaling muka, Poh Ceng-in berseru
membalas, "Aku hendak pergi!"
"Aku sungguh menyesal sekali! Aku memutuskan.... akan
mengambil engkau sebagai isteri!" Siau-liong berteriak gopoh.
Poh Ceng-in menjawab rawan, "Ah, terima kasih atas
kebaikanmu itu. Tetapi sekarang lain halnya! Aku sudah
menyadari semua! Jika kau memang orang yang pegang janji,
engkau datang tahun depan untuk memenuhi janji mati
bersama aku!"
Kedua sudah isteri iblis yang dipapah berjalan oleh Poh
Ceng-in itu terkejut dan berpaling memandang Siau-liong.
Tetapi mereka cepat menghadap kemuka lagi dan
melanjutkan perjalanan turun gunung. Tak berapa lama
mereka pun lenyap dalam kegelapan malam.
Siau-liong tertegun beberapa saat lalu berjalan balik
ketempat mamahnya. Sekalian orang gagah segera
mengerumuni Siau-liong. Mereka mendengar apa yang
dibicarakan Siau-liong dengan Poh Ceng-in tadi. Tetapi
walaupun mereka tak mengerti apa maksud pembicaraan itu.
mereka tak berani bertanya kepada Siau-liong.
963 Saat itu karena pertempuran sudah selesai dan keadaan
kembali aman, rombongan orang gagah itu saling bergembira
ria dan tertawa-tawa.
Setelah puas bercakap-cakap, Ceng Hi totiang menghampiri
Siau-liong, "Rasanya tiada berguna aku menunggu lama disini.
Sebaiknya aku akan kembali. Maka ijinkanlah Tong siauhiap,
kami hendak mohon diri!"
Sekali pun pada saat itu Siau-liong dipandang sebagai
bintang penyelamat dunia persilatan dan seorang tokoh silat
yang telah memiliki kepandaian sakti, tetapi diam-diam hati
pemuda itu gelisah. Mendengar Ceng Hi totiang dan beberapa
tokoh hendak pulang, walaupun merasa tindakan mereka itu
terlalu bergegas, namun Siau-liong tak mau banyak bicara.
Demikian setelah beberapa tokoh itu tinggalkan gunung,
keadaan makin sepi. Saat itu sudah menjelang fajar. Angin
makin dingin. Keempat tokoh pewaris ilmu sakti masih berada
disitu. Kongsun Sin-tho menghampiri Siau liong dan memberi
salam, "Siau-liong, akupun juga akan pergi....!"
Siau-liong bercekat hatinya dan tanpa tersadar, ia
bercucuran air mata, "Apakah suhu hendak pulang ke
Hongsan?" Jawab tabib sakti itu, "Segala kehendakku sudah selesai.
Sebelum mati, ingin aku pesiar menikmati keindahan gunung2
dan sungai2 yang terkenal. Sekarang aku hendak memulai
pesiar kepegunungan Tang-gak. Dunia begini luas, jejakku
sukar ditentukan."
Habis berkata tokoh itu terus ayunkan langkah. Siau-liong
benar-benar tersayat hatinya. Ia masih ingin bicara banyak
964 sekali dengan gurunya yang baik budi itu. Tetapi ketika ia
hendak melangkah mencegahnya, tiba-tiba tampak Mawar
Putih lari dan berlutut dihadapan Coa-sik Se-si, menangis,
"Suhu, mohon engkau sudi meluluskan sebuah permintaanku!"
Coa-sik Se-si buru-buru mengangkatnya bangun, "Kalau
ada apa2, bilanglah! Tentu akan kululuskan permintaanmu
itu!" Mawar Putih masih sesenggukan berkata, "Mohon suhu
suka meluluskan aku menjadi rahib! Lam-hay Sin-ni locianpwe
hendak mengambil aku...."
Sesaat Coa-sik Se-si tak dapat berkata apa2. Ia tahu apa
sebab muridnya hendak masuk menjadi rahib itu. Berpaling ke
arah Siau-liong, dilihatnya puteranya itu ter-longong2
mengucurkan air mata. Sampai beberapa lama, barulah ia
berkata, "Lam-hay Sin-ni lo-cianpwe adalah salah seorang
tokoh sakti yang mewarisi salah satu dari lima ilmu sakti.
Beliau hendak menerimamu sebagai murid, memang suatu
keberuntungan bagimu. Tetapi...."
Coa-sik Se-si tak dapat melanjutkan ucapannya karena saat
itu Mawar Putih sudah mengeluarkan sebilah badik dan terus
memotong rambutnya. Coa sik Se si hendak mencegah tetapi
sudah terlambat. Terpaksa ia hanya menghela napas panjang
dan tak berkata suatu apa.
Tiau Bok kun yang sejak tadi berdiri disamping tak ikut
bicara, demi melihat Mawar Putih memotong rambut, tiba-tiba
ia segera menghampiri Siau-liong, "Tong siangkong! Atas budi
pertolonganmu kepadaku itu, mungkin dalam kehidupan
sekarang aku tak dapat membalas....!'"- habis berkata iapun
segera memotong rambutnya juga.
965 Saat itu Siau-liong termangu-mangu seperti patung. Dia tak
dapat berkata apa2 kecuali bercucuran air mata....
Setelah mengucap terima kasih kepada Coa-sik Se-si, Lamhay
Sin-ni segera memimpin tangan Mawar Putih diajak pergi.
Jong Leng lojin tertawa gelak2. Ia melangkah kemuka Tiau
Bok-kun, katanya, "Aku masih belum punya pewaris, entah
apakah engkau suka...."
Tiau Bok-kun girang sekali. Buru-buru ia berlutut dan
memberi hormat dengan khidmat, "Suhu...."
Jon Leng lojin tertawa meloroh. kemudian berseru kepada
Lam-hay Sin-ni, "Muridku juga tak kalah dengan muridmu itu!"
Kemudian Randa Bu-san pun hendak pamit. Sementara si
dara Song Ling berdiri jauh tak mau memandang Siau-liong.
Karena ditinggal pergi oleh tokoh2 itu, hati Siau-liong
seperti tertindih batu. Ia hendak menangis, tetapi ai rmatanya
sudah kering. Akhirnya ia bertanya kepada Randa Bu-san;
"Apakah Cianpwe juga akan pergi?"
Randa Bu-san tertawa, "Di dunia tiada perjamuan yang
takkan berakhir. Kalau saatnya harus berpisah, kita pun harus
berpisah!"
Demikian para tokoh2 itu satu demi satu segera tinggalkan
tempat itu. Yang ada kini hanya Siau-liong dan mamahnya.
Wajah Siau-liong penuh bekas air mata. Pikirannya
melayang pada masa yang lalu. Bayang2 orang satu demi satu
melintas pada benaknya.
966 Tetapi mengingat bahwa mereka telah mendapat tempat
yang tepat, hatipun tenang. Ia menghapus air mata dan
paksakan tertawa, "Mah, mari kita tinggalkan tempat ini juga!"
Saat itu hati Coa-sik Se-si pun girang dan sedih. Serentak ia
berbangkit, ujarnya, "Marilah kita kegunung Hongsan untuk
menyambangi makam ayahmu!"
Siau-liong terhibur hatinya. Sambil menggandeng tangan
mamahnya, mereka segera berjalan pe-lahan2 menuruni
gunung. Karena sudah tiada urusan yang penting, mereka pun
melakukan perjalanan dengan pelahan.... Setiba dibawah
gunung lebih dulu mereka mencari penginapan dirumah
penginapan. Setelah itu mereka menyewa kereta. Lebih
kurang setengah bulan kemudian barulah mereka tiba
digunung Hongsan.
Pada saat mereka mendaki ke atas gunung, apa yang
disaksikannya membuat mereka terkejut sekali.
Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah yang terdiri
dari be-ratus2 orang, muncul menyambut mereka. Didekat
kuburan almarhum Tong Gun-liong, didirikan beberapa buah
bangsal. Selusin bujang perempuan segera memimpin tangan
Coa-sik Se-si diajak masuk ke dalam bangsal.
Karena terkejut, Siau-liong sampai tak dapat berkata apa2.
Ia tak mengerti mengapa tokoh2 persilatan berada disitu.
Kiranya untuk membalas jasa Siau-liong, Ceng Hi totiang
memimpin rombongan kaum persilatan menuju ke Hong-san
dan mendirikan bangsal dan membangun sebuah gedung yang
mewah. Gedung itu akan dipersembahkan kepada Siau-liong
sebagai tempat tinggal ibunya.
967 Siau-liong sukar menolak kebaikan Ceng Hi totiang dan
tokoh2 persilatan. Terpaksa ia mengucapkan terima kasih
Gunung Hongsan yang biasanya sunyi, saat itu ramainya
bukan kepalang. Beratus-ratus tokoh persilatan
bersembahyang didepan makam Tong Gun-liong. Mereka
dipelopori Ceng Hi totiang yang bersembahyang dengan
berlutut di depan nisan, Coa-sik Se-si dan Siau-liong berdiri, di
samping makam untuk membalas hormat.
Coa-sik Se-si benar-benar terharu melihat upacara yang
belum pernah terjadi dalam sejarah dunia persilatan. Ia
bercucuran air mata dan berkemak-kemik mendoa, "Gunliong,
Gun-liong.... jika engkau tahu keadaan ini. engkau pasti
dapat meram dengan puas dialam baka!"
Selesai upacara sembahyangan, tiba-tiba Toh Hun-ki ketua
Kong-tong-pay bersama keempat Su-lo maju ke depan makam
dan berseru, "Dahulu kamilah yang salah memberi keputusan.
Maka kami akau menebus kesalahan itu dengan kematian!"
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Habis berkata mereka sama mencabut badik dan terus
hendak bunuh diri.
Sesungguhnya Siau-liong tak sampai hati melihat mereka
membunuh diri. Tetapi ia tak berani lancang mengambil
tindakan. Maka ia berpaling memandang ibunya.
Ternyata Coa-sik Se-si sudah bergegas maju menghampiri
dan berseru, "Cianpwe sekalian, harap jangan bertindak
begitu. Bagaimanapun halnya, Gun-liong adalah muridmu.
Pada masa itu dia telah melanggar peraturan perguruan.
Sudah seharusnya menerima hukuman...."
Ceng Hi totiang pun juga menghampiri dan tertawa,
"Peristiwa yang lampau sudah lalu! Hari ini benar-benar suatu
968 peristiwa bersejarah bahwa seluruh kaum persilatan
melakukan upacara sembahyang. Soal yang lalu, tak perlu
diungkat lagi!"
Siau-liong juga ikut menasehati sehingga tokoh-tokoh
Kong-tong-pay itu mau juga batalkan niatnya membunuh diri.
Mereka menghaturkan terima kasih kepada ketiga orang itu.
Dan suasana berkabung, kini berobah menjadi suatu peristiwa
yang menggembirakan.
Hari kedua, rombongan kaum persilatan pun mengadakan
sembahyangan dimakam Pendekar Laknat dan Pengemis
Tengkorak. To Kiu-kong menyerahkan Soh Beng Ki-su kepada Siauliong.
Dihadapan makam Pendekar laknat, Siau-liong menusuk
dada Soh Beng Ki-su mengambil hatinya dan
disembahyangkan didepan makam Pendekar Laknat.
Selesai upacara sembahyangan itu, Ceng Hi totiang hendak
mengangkat Siau-liong sebagai pemimpin dunia persilatan.
Tetapi Siau-liong tetap menolak. Ia menyatakan lebih senang
menjadi cousu dari partai Kay-pang dan berkedudukan sama
dengan ketua partai2 persilatan lain.
Sudah tentu partai Kay-pang girang sekali. Mereka
menyambut pernyataan cousu-ya mereka itu dengan berlutut
menghaturkan terima kasih. Sejak itu Kay-pang makin
menjulang namanya. Partai itu seolah-olah dianggap sebagai
pemimpin dunia persilatan.
Setelah hampir sebulan berada di gunung Hong-san, sekali
pun tokoh-tokoh persilatan Itupun segera berbondongbondong
pulang ke tempat masing-masing.
969 Sejak itu Siau-liong bersama ibunya tinggal di gunung
Hong-san. Mereka melewatkan kehidupan yang bahagia.
Tetapi Siau-liong tetap gelisah memikirkan nasib Mawar
Putih, Tiau Bok-kun, Poh Ceng-in dan lain-lain. Ia pun ingat
bahwa besok tahun muka pada pertengahan musim rontok, ia
harus menuju ke gunung Busan untuk memenuhi
perjanjiannya dengan Poh Ceng-in.
Rupanya Coa-sik Se-si tahu apa yang terkandung dalam
hati puteranya. Ia menasehati agar Siau-liong dapat
mempengaruhi pikiran Poh Ceng-in supaya membatalkan
rencana untuk mati bersama itu. Dan sebagai perobahan,
Siau-liong supaya menerima Poh Ceng-in sebagai isteri....
Siau-liong mengiakan. Setelah tiba waktunya ia segera
berangkat menuju ke Busan.
Dalam perjalanan, ia menimang, "Randa Bu-san tentu
sudah tahu bahwa Pendekar Laknat itu sebenarnya sudah
mati. Dengan begitu perjanjian mereka untuk mengadakan
pertempuran, dengan sendirinya gugur. Dan sekarang hanya
sebuah perjanjian dengan Poh Ceng-in yang harus ia
selesaikan!"
Tiba di gunung Busan, tepat pada pertengahan bulan
delapan pagi. Perjanjiannya dengan Poh Ceog-in ialah hari
kedua dari pertengahan bulan delapan. Ia duga, apabila Poh
Ceng-in datang memenuhi janji, tentu tak mungkin datang
lebih dulu dari dirinya.
Tetapi diluar dugaan, begitu membelok pada sebuah
tikungan gunung, ia melihat di tengah sebuah hutan telah
dibangun sebuah makam. Dan ah.... ternyata Poh Ceng-in
sudah berada di situ, Ia tetap mengenakan pakaian merah
menyala dan duduk disamping makam.
970 "Nona Poh!" serentak Siau-liong berseru seraya lari
menghampiri. Poh Ceng-in serentak berbangkit tetapi tiba-tiba ia menjerit
dan rubuh lagi.
Siau-liong terkejut dan cepat memapahnya bangun. Sambil
ulurkan tangan kiri, Poh Ceng-in mengerang, "Lenganku digigit
ular beracun yang kupelihara! Lekas bantu menghisap racun
itu!" Waktu memeriksa, Siau-liong memang melihat lengan kiri
nona itu terdapat dua buah lubang yang masih bercucuran
darah. Tanpa banyak berpikir lagi. ia terus menghisapnya
dengan mulut. "Lekas hisap! Lekas isap! Kalau racun keburu masuk ke
dulam jantung, tiada obatnya lagi!" berulang kali Poh Ceng-in
merintih rintih.
Karena gugup, Siau-liong terus menghisap kemati-matian.
Karena darah terus mengalir tak berhenti, Siau-liong tak
keburu meludahkan ke tanah sehingga terus ditelannya.
Keadaan itu berlangsung sampai lama.
"Apakah sekarang nona sudah merasa enak?" tanyanya
beberapa saat kemudian. Tetapi serentak dengan itu
wajahnya pun berobah. Dilihatnya wajah Poh Ceng-in pucat
lesi seperti orang yang mau mati.
Kemudian nona itu paksakan tertawa rawan, "Aku tak
pantas menjadi jodohmu.... racun jong-tok itu.... su.... dah....
punah....!"
971 Habis berkata wanita pemilik Lembah Semi itu pun kelentuk
kepalanya dan meramkan mata selama-lamanya.
Siau-liong terkejut. Tanpa disadari ia menangis dan
berkabung melihat penderitaan dan pengorbanan wanita itu.
Saking sedihnya ia sampai pingsan.
Setelah sadar barulah ia mengetahui bahwa Kakek Matasatu,
Randa Bu-san dan Song Ling sudah menjaga
disampingnya. Siau-liong segera menanam Poh Ceng-in ke
dalam liang yang telah disiapkan itu.
Kemudian Siau-liong tegak berdiri di samping makam itu
seperti orang yang kehilangan semangat. Kakek Mata-satu
dan Randa Busan menghiburnya dan akhirnya dapat
membujuknya diajak pulang ke Hong-san.
Coa-sik Se-si juga berduka mendengar peristiwa kematian
Poh Ceng-in. Sedang Siau-liong tetap lesu seperti orang sakit.
Ia lebih suka membenam diri dalam kamar.
Dua bulan kemudian barulah ia mulai dapat kembali
semangatnya yang hilang itu. Hari itu ia merasa semangatnya
segar, kedukaan hatinya pun berkurang. Maka keluarlah ia
dari kamarnya. Tetapi alangkah kejutnya ketika ia melihat
keadaan di luar.
Di ruangan besar, penuh dengan meja perjamuan dan
tetamu2 yang terdiri dari ketua partai2 persilatan serta tokoh2
ternama. Siau-liong heran bukan kepalang. Buru-buru ia mencari
mamahnya untuk bertanya. Sudah dua bulan ia tak pernah
keluar dari kamar sehingga tak tahu apa yang terjadi dalam
rumah. 972 Coa-sik Se-si keluar menyambut diiringi oleh bujang
perempuan. Dengan wajah berseri tawa, wanita itu berkata
kepada puteranya, "Siau-liong, sekali pun dalam urusan ini
aku tak pernah mengatakan kepadamu, tetapi engkau jangan
menolak! Hari ini adalah hari kebahagiaanmu!"
Siau-liong kaget setengah mati, "Bagaimana ini...."
Coa-sik Se-si menukas tertawa, "Mempelai perempuan
adalah Song Ling. Mamahlah yang mencarikan jodohmu itu!"
Sekali pun Siau-liong tak berani membantah tapi ia
banting2 kaki dan menghela napas panjang.
Tiba-tiba Kakek Mata-satu muncul dengan tertawa-tawa,
"Buyung, apakah engkau tak ingat janjimu yang telah engkau
berikan kepadaku di puncak Kim-ting tempo hari?"
Siau-liong seperti disadarkan. Teringatlah ia mengapa
kakek buta sebelah mata itu memaksanya supaya meluluskan
sebuah permintaannya Kiranya permintaan kakek itu tak lain
ialah hendak menjodohkan cucu muridnya atau si dara Song
Ling dengan dirinya. Ah.... ia tak berani banyak bicara lagi dan
biarkan sekalian orang hendak mengatur bagaimana kepada
dirinya. Upacara perkawinan berlangsung megah sekali. Gunung
Hong-san selama dua bulan ramainya bukan main.
Karena terjalin budi dan cinta, kedua mempelai itu hidup
rukun dan berbahagia. Randa Bu-san dan Coa-sik Se-si girang
sekali melihat putera puteri mereka telah mendapat jodoh
yang sepadan. 973 Bahkan Randa Busan menerima baik tawaran Coa-sik Se-si
untuk tidak kembali ke Busan tetapi tinggal di gunung Hongsan
bersama anak dan menantunya.
Setelah sekalian tokoh2 persilatan pulang ketempat
masing-masing, paderi Liau Hoan masih tinggal di situ. Ia
menemui Siau-liong dan mengingatkan janjinya dahulu.
Ternyata pada 30 tahun yang lalu gunung Thian-san
meletus. Batu2 besar menutup sebuah gua tempat tinggal
kawanan orang-utan. Selama 30 tahun itu paderi Liau Hoan
suruh muridnya memberi makanan. Tetapi kini orang-utan itu
berkembang biak menjadi ratusan ekor jumlahnya. Lama
kelamaan mereka tentu akan mati karena sesak. Maka Liau
Hoan minta Siau-liong kesana untuk menghancurkan batubatu
besar yang menutup pintu gua....
"Hanya ilmu Thian-kong-sin-kanglah yang menghancurkan
batu2 raksasa itu. Maka kumohon siauhiap suka bersama aku
pergi ke Thian-san," kata paderi itu.
Siau-liong mengajak isterinya memenuhi janji ke Thian-san.
Setelah berhasil, maka kedua suami isteri pendekar itu
berkelana melakukan amal perbuatan yang luhur dan berguna
bagi rakyat. Dengan berseri-seri kedua penpantin remaja itu, Siau-liong
" Song Ling, menghaturkan hormat minta doa restu kepada
tokoh2 persilatan
-- T A M A T-- 974 Kisah Para Pendekar Pulau Es 15 Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Hikmah Pedang Hijau 3