Pencarian

Pendekar Laknat 4

Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Bagian 4


u mengangkat sebuah poci arak yang besar. Begitu besar hingga lebih tepat
kalau disebut bejana atau guci.
Setelah guci besar itu dicekal, ia gunakan ilmu tenaga
dalam yang paling sukar diyakinkan yakni sifat MELEKAT.
Cawan2 arak besar itu segera saling melekat rapat. Sekali
menunduk, berpuluh cawan arak itu segera penuh dengan
arak. Dan sekali iblis itu lekatkan bibirnya pada sebuah cawan
yang paling besar, arak pun segera meluncur ke dalam
mulutnya.... Sepintas pandang memang cara minum itu, tiadalah yang
mengherankan.... Tetapi ketika diperhatikan dengan seksama,
orang tentu akan terperanjat.
Kiranya arak yang diminum dari cawan besar itu, tak
pernah habis. Tetapi berpuluh cawan besar kecil yang melekat
pada cawan besar itu, isinya meluap ke atas dan mencurah
226 kecawan sebelahnya dan cawan itu pun meluap menumpah
kelain cawan. Dengan luapan secara berantai dari satu kelain
cawan itu, akhirnya menumpah kecawan besar yang diminum
Iblis Penakluk dunia itu. Itulah sebabnya mengapa arak dalam
cawan besar itu tak habis-habisnya.
Kemudian Iblis Penakluk-dunia membuka mulut menghadap
ke atas. Sekali ia mengangkat cawan besar itu, maka
meluncurlah air ke udara sampai satu tombak tingginya. Air itu
meluncur turun tepat masuk ke dalam mulut Iblis Penaklukdunia!
Selesai minum, iblis itu segera gunakan tenaga sakti untuk
menjajar puluhan cawan di tanah.
Jaraknya dengan Siau-liong lebih kurang dua meter. Cawan
kecil terletak paling depan dekat Siau-liong sedang cawan
besar paling belakang, kira2 setombak jauhnya dari pemuda
itu. Jika Siau-liong hendak mengambil cawan besar itu,
tentulah ia harus berbangkit. Suatu hal yang mengurangkan
perbawanya. Siau-liong tak mau unjuk kelemahan. Iapun gunakan
tenaga sakti untuk menyedot jajaran cawan itu. Bagaikan
seekor ular, jajaran cawan yang masih melekat satu sama lain
itu, bergerak-gerak menghampiri ketempatnya.
Menyaksikan kesaktian Pendekar Laknat dalam ilmu tenaga
dalam untuk menyedot itu, diam-diam Iblis Penakluk dunia
cucurkan keringat dingin. Ia tak kira kalau Pendekar Laknat
saat ini telah mencapai tataran ilmu tenaga dalam yang
sedemikian hebatnya.
Dalam pada itu, setelah menarik jajaran cawan, Siau-liong
segera mengangkat naik. Serempak berpuluh cawan besar
kecil itu naik mendatar ke atas tanah. Lalu ia menuangkan
227 arak memenuhi semua cawan. Sekali ia memijat cawan yang
paling muka, maka arak dan cawan besar kecil itu, satu demi
satu meluncur ke dalam mulut Siau-liong.
Habis minum, ia menarik jajaran cawan yang melekat itu
terus ditaburkan ke arah dinding ruang yang terbuat dari batu
marmar. Crek. crek.... berturut- turut cawan2 itu menyusup ke
dalam dinding, tepat membentuk beberapa huruf yang
berbunyi: "Kesan Pendekar Ksatrya dalam pertandingan minum arak."
Siau-liong berbangkit, membersihkan pakaiannya lalu
tertawa nyaring....
Iblis Penakluk dunia tak dapat berbuat apa2 kecuali tertawa
dingin. Ia segera berbangkit dan melangkah keluar. Siau-liong
dan Mawar Putih mengikutinya.
Setelah membelok dua tiga buah tikungan, tibalah mereka
disebuah hutan aneh. Dikata aneh karena hutan itu terdapat
papan nama yang berbunyi: Hutan Nafsu!
Dalam Hutan Nafsu itu terdapat tak kurang dari 200 batang
pohon yang daunnya bergemerlapan seperti kumala dan
dahan2 berwarna emas. Setiap batang pohon, tergantung 10
buah Giok-pwe seperti kepunyaan nona Tiau Bok-kun. Baik
bentuk dan ukiran kembangannya, menyerupai sekali.
Kemungkinan nona itu pernah datang kesitu, lalu lencananya
Giok-pwe ditiru dan dibuat sebanyak-banyaknya.
Pada tepi hutan itu terpancang sebuah papan kayu yang
bertuliskan: 228 "Pada setiap pohon wangi Harus membedakan tulen palsu
Giok-pwe dipersembahkan Tentu takkan mengecewakan.
Namun bila tak berhasil Adalah kesalahanmu sendiri. Dirimu
terbakar api Tulang belulang mendjadi abu."
Didepan papan itu terdapat sebuah meja dan dimeja itu
terletak sebuah Kim-ting atau Bejana-emas yang penuh
dengan segenggam kayu cendana.
Siau-liong memperhitungkan. Jika menyalakan kayu
cendana itu, paling banyak hanya berlangsung sampai
sepenanak nasi. Dalam waktu sepertanak nasi itu untuk
membedakan mana Giok-pwe yang tulen dan mana yang
palsu, sungguh tak mungkin dapat!
Dilain ujung dari hutan itu, tampak sebuah lubang sedalam
satu tombak. Lubang itu penuh dengan kayu bakar dan
ranting kering serta bahan bakar lainnya.
Sedang sekeliling Hutan Nafsu itu penuh dijaga oleh anak
buah Lembah Semi yang ketat sekali. Sekali kedua suami isteri
momok itu memberi isyarat, mereka tentu akan segera
menyerbu. Pada saat Siau-liong merenungkan cara yang akan
diambilnya, tiba-tiba Mawar Putih menggamit lengannya dan
berbisik, "Tolol, semua itu palsu!"
Siau-liong tertegun. Tetapi cepat ia dapat menyadari. Giokpwe
yang asli harganya sama dengan sebuah kota. Setiap
orang persilatan sama mengiler untuk mendapatkan benda itu.
Tak mungkin kedua suami-isteri momok itu mau
menggantungnya pada pohon dan suruh orang mencarinya.
Merasa dirinya ditipu, marahlah Siau-liong. Sekali ayunkan
tangan, bejana di atas meja itu hancur berantakan.
229 Melihat itu Dewi Neraka marah sekali. Sambil bersuit
nyaring, ia loncat keluar menyerang seraya membentak, "Iblis
Laknat, engkau mencari mati sendiri!"
Gerakan tongkat itu menimbulkan deru angin dahsyat yang
melanda Siau-liong. Siau-iiong tenang-tenang menangkis
dengan tangan. Dewi Neraka makin marah. Serangannya yang dahsyat itu
dapat dihalau secara tepat oleh lawan. Tiba-tiba ia enjot
tubuhnya melayang ke atas sebatang pohon. Sambil
menginjak daun puncak pohon itu, ia menyambari Siau-liong,
"Hai, Pendekar Laknat, selama 20 tahun ini, sudah berapa
tingginya kesaktianmu. Hayo, kita adu kepandiaan di puncak
pohon ini!"
Siau-liong sejenak berpaling memberi senyuman kepada
Mawar Putih. Maksudnya minta nona itu jangan kuatir. Mawar
Putih mengangguk.
Sekali menjejak tanah, tubuh Siau-liong meluncur ke udara
lalu hinggap di puncak pohon berdiri dengan sebelah kaki.
Dewi Neraka diam-diam terkejut menyaksikan ilmu
meringankan Pendekar Laknat yang sedemikian hebatnya. Ia
tentu akan lebih kaget lagi apabila mengetahui bahwa
sesungguhnya momok Pendekar laknat yang berdiri
dihadapannya itu hanya seorang pemuda belasan tahun
umurnya. Dewi Neraka mulai beraksi. Segera ia gunakan tenaga sakti
Thay-im-ki-bun-kang yang diyakinkan selama berpuluh tahun
untuk memutar tongkatnya. Taburan tongkat itu
menghamburkan suatu angin tenaga dalam yang merontokkan
daun-daun kumala bertebaran mengelilingi tubuhnya. Tebaran
230 daun2 kumala itu menimbulkun suara tajam macam suitan
yang nyaring. Sapintas pandang menyerupai ribuan batang
golok terbang yang ber-kilat2 menyeramkan.
Tangan kanan memainkan tongkat, tangan kiri Dewi Neraka
itu bergerak naik turun. Tiba-tiba tebaran daun2 kumala itu
melekat panjang, menjadi semacam puluhan batang jwan-pian
atau cambuk ruyung yang menyerang Siau-liong.
Siau-liong tertawa melengking. Ia sudah siap menyambut
dengan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Namun ia tenang2 saja
menunggu serangan.
Dewi Neraka terkejut. Serangan ruyung dari daun kumala
itu seolah-olah terpancang oleh sekeping dinding baja yang
tak kelihatan. Dan bukan melainkan itu saja, pun ketika Dewi
Neraka gerakkan tangan hendak menarik balik ruyung daun
tu, ternyata tak mudah. Ruyung2 daun itu seperti tersedot
oleh suatu hawa yang amat kuat.
Dewi Neraka menambahi tenaga saktinya. tampak amat
tegang. Dahinya penuh butir keringat. Setelah mengerahkan
seluruh tenaganya sampai beberapa saat, barulah ia berhasil
menarik balik ruyung daunnya.
Sekonyong-konyong daun2 kumala itu mengelompok dan
membentuk diri menjadi 16 bunga teratai. Setelah berjajar
menjadi sepasang barisan "Pa-kwa-tin", lalu mulai bergerak
menyerang Siau-liong.
Ternyata Dewi Neraka telah gunakan ilmu tenaga dalam
Thay-im-ki-bun-kang dan ilmu hitam ajaran aliran agama Peklian-
kau, untuk membentuk barisan Lian-hoa-pat-kwa-tin atau
barisan bunga teratai yang berbentuk pat-kwa.
231 Kali ini jika Siau-liong tetap gunakan tenaga-sakti Bu-keksin-
kang, tentu celakalah ia, ternyata keistimewaan dari
barisan bunga Teratai itu ialah kalau dilawan dengan tenaga.
Sekali terlanda oleh tenaga, betapapun kecil tenaga hantaman
itu, barisan Teratai akan pecah berhamburan menyerang
seluruh jalan darah pada tubuh orang.
Suatu hal yang tak mungkin Siau-liong mampu menjaga.
Sesungguhnya Siau-liong tak tahu hal itu. Namun ia pun
tak mau menggunakan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang untuk
menangkis. Melainkan menaburkan lengan jubahnya kian
kemari. Dengan gerakan itu dapatlah ia melepaskan barisan
Teratai dari kekuasaan tangan Dewi Neraka.
Dewi Neraka terkejut sekali. Buru-buru tarikan tangannya
lebih gencar. Dengan usaha itu dapatlah ia mengambil kembali
kekuasaan pada bunga Teratainya. Tetapi hal itu hanya
berlangsung tak lama, beberapa saat kemudian kembali
Teratai2 itu lolos dari kekuasaannya dan ikut ber-putar2
menurut jubah lengan Siau-liong.
Dewi Neraka makin penasaran. Ia pusatkan lagi tariannya
dan berhasil menguasai bunga Teratai tetapi beberapa saat
kemudian, lepas lagi. Dengan demikian terjadilah perpindahan
beberapa kali. Setelah mencapai perpindahan sampai delapan kali, Siauliong
dapat menguasai teratai2 itu agak lama. Dewi Neraka
mandi keringat berjuang untuk merebut. Tetapi tampaknya ia
sudah tak mampu lagi.
Melihat isterinya menderita kekalahan, sepasang mata Iblis
Penakluk dunia ber-kilat2 memancarkan api. Benaknya mulai
menimang-nimang untuk menggunakan siasat yang sangat
ganas. 232 Kebalikannya, Mawar Putih berseri-seri girang atas
kemenagan Siau-liong.
Saat itu Siau-iioug hendak berputar tubuh dan loncat turun
dan puncak pohon. Tiba-tiba Mawar Putih melengking keras,
"Awas!"
Siau-Jiong mendengus dingin. Cepat ia berputar lagi dan
lepaskan pukulan Menjungkir-balik-gunung-sungai.
Iblis Penakluk-dunia yakin bahwa serangannya dari
belakang itu tentu akan berhasil menghancurkan Pendekar
Laknat. Maka ia gunakan jurus Menghancurkan-gunung-Hoasan
yang diLancarkan dengan kilat. Setitikpun ia tak menduga
bahwa Pendekar Laknat dapat bergerak lebih cepat. Jika adu
kekerasan, tentulah kedua-duanya akan sama2 terluka....
Tempo hari ketika dibagian lembah, ia pernah adu pukulan
dengan Siau-liong dan menderita. Ia tak mau menderita untuk
yang kedua kalinya. Cepat ia menarik pulang tangannya dan
loncat menghindar kesamping.
Siau-liong tertawa mengejek, "Ho, kiranya engkau juga
hanya bangsa anjing buduk yang suka menyerang dari
belakang...."
Belum selesai memaki, Iblis Penakluk dunia dan Dewi
Neraka sudah menyerbunya. Siau-liong songsongkan kedua
tangannya dengan pukulan Tay-lo-kim-kong.
Demikian ketiga orang itu bertempur di atas pohon. Suatu
pertempuran yang hanya dilakukan oleh jago2 yang sudah
tinggi ilmu meringankan tubuhnya.
233 Siau-liong diserang dari muka dan belakang oleh kedua
suami isteri durjana itu. Dalam suatu adegan, Siau-liong
berhasil menggunakan siasat. Ketika Iblis Penakluk-dunia
menghantam dari belakang dan Dewi Neraka memukul dari
muka, Siau-liong loncat melambung ke udara. Kedua suami
isteri itu terkejut. Mereka buru-buru berusaha sekuat-kuatnya
untuk menarik pulang pukulannya agar jangan saling
berhantam sendiri.
Pada saat itulah, Siau-liong gunakan pukulan Siu-lo-panchia
menghantam mereka. Pemuda itu benar-benar cerdik
sekali. Kalau hanya pukulan Siau-liong itu saja, tentu kedua suamiisteri
iblis itu tak sampai menderita bahaya. Tetapi kedua
suami isteri itu sedang menarik pulang pukulannya. Pada saat
itulah Siau-liong menyusuli dengan hantaman. Kedua durjana
itu terdampar ke belakang sampai belasan langkah dan
terhuyung-huyung mau jatuh.
Namun kedua suami isteri itu adalah dua dari Lima Durjana
yang paling ditakuti dunia persilatan. Kepandaian mereka
memang bukan olah2 hebatnya. Pukulan Siau-liong itu tak
sampai membuat mereka kalah.
Pada saat tubuh berayun-ayun mau jatuh, mereka malah
enjot tubuhnya ke udara seraya lepaskan hantaman ke arah
kepala Siau-liong. Suatu gerakan yang tak terduga-duga dan
luar biasa. Melihat itu Mawar Putih kucurkan keringat dingin. Ia
terkejut dan hampir saja menjerit karena mengira Siau-liong
pasti celaka.

Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi ternyata Siau-liong memiliki jurus istimewa dalam
ilmu pukulan Thay-siang-ciang. ilmu pukulan sakti ajaran
234 mendiang Pengemis Tengkorak Song Thay-kun itu mempunyai
sebuah jurus yang disebut Dewa-menderita-berkelana. Justeru
dalam keadaan yang berbahaya, jurus itu dapat
mengembangkan kedahsyatannya.
Tampak pemuda itu bergeliatan seperti orang yang hampir
tenggelam dalam air. Tahu2 ia sudah lancarkan jurus istimewa
Dewa-menderita-berkelana....
Seketika kedua suami isteri durjana itu rasakan darahnya
bergolak keras. Mereka terkejut sekali. Buru-buru mereka
meluncur setombak jauhnya dan hinggap di atas sebatang
dahan. Jelas mereka sudah kehabisan tenaga.
Tetapi kedua suami isteri iblis itu selain licik dan penuh akal
muslihat, juga memiliki ilmu Hitam yang tinggi. Iblis Penakluk
dunia mendahului loncat turun kebumi seraya menantang .
"Hai, Laknat. Bertempur di atas pohon sudah kuakui
kepandaianmu. Hayo, kita bertempur dibawah lagi!"
Saat itu Dewi Neraka pun menyusul turun dan berdiri
disamping suaminya. Sambil menunggu Siau-liong, mereka
cepat menggunakan kesempatan untuk menyalurkan darah,
memulangkan tenaga.
Siau-liong tertawa nyaring, serunya, "Tetamu harus
menurut kemauan tuan rumah. Terserah kalian hendak
memilih acara apa sajalah."
Setelah menyalurkan darah itu, tenaga Iblis Penakluk dunia
kembali segar. Ia tersenyum, "Laknat tua...."
"Bukan, panggillah Pendekar ksatrya!" cepat Siau-liong
menukas. 235 Iblis Penakluk-dunia tertawa gelak2, "Ho, tak kira engkau si
tua bangka ini juga gila nama kosong." setelah berhenti
sejenak ia melanjutkan pula, "Masih ingatkah engkau akan
peraturan lama ketika kita bertempur sampai 50 jurus
dahulu?" Sudah tentu Siau-liong tak tahu. Namun ia tak mau
diketahui orang. Sambil tertawa hambar ia menyahut, "Aku
belum pikun, masakan lupa!"
"Bagus!" teriak Iblis Penakluk dunia, "sekarang engkau
menurut lagi peraturan lama itu. Terima dulu lima puluh jurus
seranganku, baru nanti kita bicara lagi!"
Sungguh licin sekali iblis tua itu. Dengan peraturan itu, ia
bebas menyerang Siau-liong sampai 50 jurus tanpa memberi
hak pada Siau-liong untuk balas menyerang.
Siau-liong terpancing. Karena malu mengatakan tak tahu
tentang peraturan lama antara Pendekar Laknat dengan Iblis
Penakluk dunia, ia segera tertawa menghina, "Silahkan, aku
siap menanti serangamu!"
Iblis Penakluk-dunia tak mau banyak bicara lagi. Cepat ia
sudah lancarkan jurus Lima gunung-menindih-kepala. Dan
serempak dengan itu Dewi Neraka pun gerakkan tongkatnya,
menyapu pinggang Siau-liong dalam jurus Bumi-merekahgunung-
meletus.... Serangan kedua durjana itu merupakan kombinasi
serangan yang serasi. Dahsyatnya bukan alang kepalang.
Tokoh2 paling sakti dari kalangan partai yang manapun, jika
menghadapi serangan kedua suami isteri durjana itu, tak
boleh tidak tentu akan remuk!
236 Kedua suami isteri durjana itu diam-diam memperhatikan
bahwa kesaktian Pendekar Laknat sekarang ini, jauh melebihi
dari 2o tahun yang lalu. Kuatir kalau kalah, maka Iblis
Penakluk-dunia lalu menggunakan cara licik itu.
Siau-liong terkejut. Ia masih asing dengan jurus serangan
dari kedua iblis itu. Maka ia berlaku hati2 sekali.... Lebih
banyak menjaga diri dari pada menyerang.
Demikian cepat sekali serangan itu sudah berjalan sepuluh
jurus. Tiba-tiba kedua momok itu merobah gaya serangannya.
Mereka menyerang sederas hujan mencurah dan sedahsyat
badai melanda. Melihat itu Mawar Putih gelisah sekali. seperti semut di atas
papan besi panas. Sampai2 ia tak berani bernapas karena
pikirannya amat tegang sekali. Diam-diam ia memanjatkan
doa semoga Siau-liong berhasil selamat dari ke lima puluh
jurus serangan kedua iblis itu.
Seluruh perhatian dara itu tercurah akan jalannya
pertempuran. Setiap jurus dihitungnya dengan cermat sekali
Setiap jurus, membuat jantungnya mendebur keras. Ketika
sudah sampai hitungan ke 40, diam-diam hatinya merekah
girang. "Sudah 40 jurus, tinggal 10 jurus lagi, ah, dia berhasil
dengan selamat," pikirnya.
Tetapi, ah.... pada saat ia mulai menghitung jurus yang ke
41 dan menyusul akan tiba jurus yang ke 42, diam-diam ia
mengeluh. Mulai jurus yang ke 41 itu, gerakan kedua iblis itu tiba-tiba
menjadi lambat. Hanya gerakannya yang tampak lambat tetapi
kedahsyatan dan keganasannya serta perobahannya, benarTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
237 benar belum pernah terjadi jurus ilmu serangan semacam itu,
dalam sejarah dunia persilatan selama 20 tahun yang terakhir
ini. Pada 20 tahun yang lalu, Pendekar Laknat memang jatuh
dibawah 10 jurus serangan kedua suami isteri iblis itu.
Walaupun karena mendapat rejeki luar biasa, minum darah
biawak tua, makan buah Im-yang-som dan disaluri tenagadalam
oleh Koay suhu atau Pendekar Laknat, Siau-liong
menjadi pemuda gemblengan. Tetapi dalam pengalaman
bertempur menghadapi tokoh2 sakti semacam suami isteri
iblis itu, ia masih kurang. Oleh karenanya, saat itu ia
kelabakan dan terdesak di bawah angin.
Mulai dari jurus yang ke 41 itu, baik gerakan suami isteri
iblis itu menggunakan tenaga berat atau ringan, tetap
membuat Siau-liong groggy atau sempoyongan. Kepalanya
pening, mata berkunang dan darah bergolak-golak. Ia seperti
seorang mabuk yang tak tahu arah penjuru lagi....
Mawar Putih benar-benar bingung sekali. Hatinya seperti
disayat sembilu dan air matanya pun berderai-derai turun....
Namun dara itu tak dapat berbuat suatu apa. Dalam
peraturan dunia persilatan, pada setiap adu kepandaian
walaupun dengan cara yang bagaimana tak adilnya, orang lain
tak boleh ikut campur membantu. Itulah sebabnya ia seperti
seorang gagu yang sakit ketulangan. Tahu sakit tetapi tak
dapat menyatakan dan berbuat apa-apa....
Pada jurus yang ke 45, sekonyong-konyong Siau-liong
memekik kaget. Mawar Putih pun tersentak kaget dan
kucurkan keringat dingin.
Serangan jurus ke 45 itu merupakan serangan maut yang
berbahaya sekali. Siau-liong terkejut sekali dan sampai
238 menjerit kaget. Ia gunakan gerak-langkah Thay-siang bu-kekpoh-
hwat untuk menghindar dari serangan maut itu. Ah.... ia
berhasil lolos dari lubang jarum. Tubuhnya basah kuyup
bersimbah peluh!
Sejak keluar dari pusar bumi dan mendapat ilmu kesaktian
dari Pendekar Tengkorak Song Thay-kun serta Pendekar
Laknat, baru pertama kali itu Siau-liong menghadapi
pertempuran yang membuat semangatnya serasa terbang!
Suami isteri iblis itu tak memberi ampun lagi, Mereka
melancarkan serangan maut lagi.
Jurus ke 46 dapat dihadapi Siau-liong dengan selamat.
Tetapi pada jurus yang ke 47, ia terdesak lagi dan pontang
panting tak keruan....
---ooo0dwooo---
Jilid 05 Pertempuran Dalam Air
KELEDAI-MALAS-BERGULING-GULING, demikian jurus yang
digunakan Siau-liong ketika diburu serangan dari empat
penjuru oleh kedua suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi
Neraka. Dengan menjatuhkan diri berguling-guling di tanah
dapatlah Siau-liong menyelamatkan diri dari serangan yang ke
47. Jubahnya menderita robek beberapa tempat.
Waktu suami isteri ganas itu melancarkan serangan pada
jurus ke 48, si dara Mawar Putih tak dapat menahan diri lagi.
239 Ia tak peduli lagi segala peraturan dunia persilatan. Secepat
mencabut pedang, ia terus hendak loncat maju membantu
pemuda itu.... Untunglah Siau-liong ternyata dapat lolos dari serangan
lawan. Pemuda itu hanya menderita napas sesak karena
tekanan angin pukulan suami isteri-iblis.
Jurus ke 49 membuat tubuh Siau-liong basah kuyup mandi
keringat. Ia segera kerahkan tenaga murni untuk
menghantam dinding kepungan musuh.
Dess.... terdengar desus benturan angin yang amat keras
ketika ia lancarkan pukulan Thay-siang-ciang. Ia gunakan sisa
tenaganya dalam pukulan itu. Dahsyatnya bukan alangkepalang
sehingga debu dan pasir bertebaran keempat
penjuru. Tetapi sayang. Karena tenaga dalamnya sudah habis
digunakan untuk menghadapi 48 jurus serangan maut dari
suami isteri iblis, maka sekalipun pukulannya itu masih
mengunjuk perbawa, tetapi tak berisi. Iblis Penakluk-dunia
dan Dewi Neraka hanya tersurut mundur dua langkah. Tetapi
Siau-liong masih terkurung dalam lingkaran tenaga dalam
yang dipancarkan kedua suami isteri iblis itu.
Pada jurus ke 50 atau jurus yang terakhir, Iblis Penaklukdunia
dan Dewi Neraka telah gunakan seluruh tenaga sakti
untuk melancarkan pukulan maut Thay-im-ki-bun-kang. Dua
macam tenaga sakti digabungkan menjadi satu dalam gerak
serangan yang serempak.
Siau-liong sudah kehabisan tenaga untuk menolak
serangan itu. Ia rasakan dirinya seperti ditimpah gunung
Himalaya yang rubuh! Tak boleh tidak, dia tentu hancur
lebur.... 240 Tetapi berkat bahan2 tulang Siau-liong yang bagus apalagi
telah makan buah Im-yang-som dan menghisap darah
binatang dalam pusar bumi, makin terjepit dalam bahaya
makin ia dapat memancarkan tenaga sakti. Semangat ingin
hidup, tambah memperhebat daya kekuatan tenaganya.
Dalam jepitan dua macam aliran tenaga sakti dari suami
isteri iblis itu, sekonyong-konyong anak muda itu mencelat ke
udara sampai dua tiga tombak tingginya. Sambil bergeliatan ia
melayang hinggap di atas sebatang pohon, lalu duduk
memejamkan mata untuk memulangkan napas.
Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka benar-benar terlongong2
melihatnya.... Serangan 50 jurus tadi, bagi kedua suami isteri itu
merupakan ilmu simpanan yang paling diandalkan. Dan yang
mengherankan, Pendekar Laknat menghadapinya dengan
jurus2 permainan ilmu silat yang baru. Seharusnya, apabila
Pendekar Laknat tetap mengunakan jurus seperti dalam
pertempuran dahulu tak mungkin dia sampai begitu pontang
panting keadaannya.
Sudah tentu kedua suami isteri itu tak tahu bahwa
Pendekar Laknat yang dihadapi saat itu bukanlah Pendekar
Laknat pada 20 tahun berselang, melainkan hanya seorang
anak muda yang baru berumur belasan tahun.
Sudah tentu Siau-liong tak tahu cara menghadapi ke 50
serangan suami isteri itu. Oleh karena masih kurang
pengalaman bertempur, apalagi dikeroyok dua musuh yang
sakti, ia menjadi kelabakan setengah mati. Darahnya
bergolak-golak keras. Walaupun ia dapat menyelamatkan diri
dari 50 serangan itu, tetapi ia memerlukan beristirahat untuk
menenangkan darahnya.
241 Tetapi Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka itu
menganggap Pendekar Laknat sebagai musuh bebuyutan yang
menjadi duri mata mereka. Cepat mereka loncat ke atas
menyerang Siau-liong lagi.
Siau-liong pun sudah menjaga kemungkinan itu. Begitu
serangan tinju dan tongkat tiba, mendadak ia menghilang.
Tahu2 ia sudah berdiri dimuka Mawar Putih.
Kedua suami isteri itu makin panas. Mereka malayang turun
dan sambil menggerung terus menghampiri Siau-liong.
Siau-liong siap sedia. Tiba-tiba Mawar Putih menyelinap
kemuka pemuda itu. Ia kira Siau-liong tentu menderita luka.
Tanpa menghiraukan suatu apa, dara itu terus melindunginya.
Siau-liong terkejut. Ia tahu Mawar Putih tak mungkin
mampu menerima serangan kedua momok itu. Kepandaian
dara itu masih belum memadai.
Pada saat itu Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka sudah
mulai lancarkan pukulan dengan sepenuh tenaga.
Celaka....! Siau-liong gugup. Untuk maju melindungi
dimuka dara itu, jelas sudah tak keburu lagi. Satu-satunya
jalan, ia menarik pinggang dara itu terus diseret lari!
Kedua iblis itu meraung-ruang dan mengejarnya. Saat itu
hari sudah terang tanah. Keadaan dalam lembah makin jelas.
Tiba-tiba Siau-liong tak jauh disebelah muka terdapat sebuah
kolam besar seluas seratusan tombak bahu. Hingga
menyerupai sebuah telaga besar.
Pikir Siau-liong, kedua momok itu tinggal di daerah
pegunungan, mereka tentu kurang mahir berenang dalam air.
242 Maka cepat2 pemuda itu menyempal dua batang dahan
pohon. Setelah dilempar ke dalam telaga, mereka apungkan
diri hinggap di atas dahan itu, meluncur ketengah telaga.
Begitu tiba, kedua iblis itupun mencontoh tindakan Siauliong,
menggunakan dahan pohon untuk meluncur
dipermukaan air.
Siau-liong tenang saja. Sambil bergandengan tangan
dengan Mawar Putih mereka meluncur dengan bebas,
berlenggang lenggok ke kanan kiri.
Memang perhitungannya tepat. Ilmu air kedua momok tak
selihay di atas daratan. Setelah beberapa putaran mengejar,
mereka berteriak-teriak seperti kalap yang kehabisan napas.


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akhirnya kedua iblis itu mencari akal. Tak mau mereka
bersama mengejar melainkan memencar diri.
Iblis Penakluk dunia tetap mengejar diair sedang Dewi
Neraka naik ke darat dan berlarian mengelilingi telaga. Begitu
kedua anak muda itu lari ke arah mana saja, cepat Dewi
Neraka loncat ke dalam telaga untuk menghadang.
Dengan cara itu dapat kedua iblis itu menarik keuntungan
dari cara pengejaran itu.
Keadaan Siau-liong makin lama makin berbahaya. Kedua
iblis itu makin lama makin dapat mempersempit lingkaran
gerak Siau-liong berdua. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba
Siau-liong rasakan suatu sambaran angin melanda
belakangnya. Ternyata kedua suami isteri yang ganas itu tak
sabar lagi. Dari jarak jauh mereka sudah lantas mengirim
pukulan. 243 Pada saat keadan makin bahaya dimana kedua suami isteri
itu makin mendekat, cepat Siau-liong membuka jubah luarnya
sehingga dalam pakaian dalam yang ringkas, tubuhnya
tampak tegap kekar.
Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka terbeliak heran
melihat tingkah laku Pendekar Laknat itu. Apa perlunya dia
membuka jubah"
Kuatir kalau musuh akan melarikan diri, kedua suami isteri
iblis itu segera pesatkan serangannya. Setiap kesempatan
pukulannya dapat mencapai, mereka segera lontarkan
hantaman! Sambil mengandeng Mawar Putih, Siau-liong tamparkan
jubahnya untuk menangkis. Jubah itu mempunyai dwi-fungsi
atau dua macam daya kegunaan. Pertama, untuk menangkis.
Dan kedua, dengan meminjam tenaga tamparan itu, Siau-liong
dapat bergerak dengan pesat.
Kembali kedua suami isteri iblis itu terbeliak. Sesaat mereka
kehilangan faham. Cara memutar jubah untuk meminjam
tenaga mempercepat gerakan tubuh, sungguh suatu cara
yang cerdik sekali. Kedua iblis itu bingung. Mereka tak berani
mendesak maju tetapi pun tak mau melepaskan kurungannya.
Karena sekali lepas, sukarlah untuk memperoleh
kesempatan sebagus itu lagi.
Mengapa kedua iblis itu juga tak mau meniru perbuatan
Siau-liong saja" Ah, kiranya memang berlainan tujuan kedua
fihak itu. Siau-liong hanya ingin menghindarkan diri dengan
ber-putar2 dipermukaan telaga. Sedangkan Kedua iblis itu
bertujuan untuk membunuh. Jika mereka menggunakan cara
seperti Siau-liong, tentu tenaga pukulan mereka akan
berkurang. 244 Kejar mengejar itu berlangsung cukup lama. Tiba-tiba
diluar kesadaran, Siau-liong berdua telah menempatkan diri
dalam lingkaran kemampuan pukulan lawan mengenainya.
Seketika kedua iblis itu meluncur sambil tertawa lepas. Pada
lain saat mereka menghantam dengan tiba-tiba.
Dipermukaan telaga seketika melambung dua gunduk
gelombang dahsyat yang muncrat ke atas dengan amat
tingginya Kemudian jatuh berhamburan menimpah Siau liong
dan Mawar Putih.
Sesosok jubah hitam terdampar ke atas dan pada lain saat
Siau-liong dan Mawar Putih lenyap.
"Kurang ajar, dia menghilang ke dalam telaga!" gerutu Iblis
Penakluk-dunia, Ia bersama isterinya menyurut mundur.
Tetapi disekeliling penjuru tak tampak bayangan Siau-liong
dan Mawar Putih.
Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka hampir tak percaya
apa yang dilihatnya. Mereka heran mengapa Pendekar Laknat
dan Dewi Ular Ki Ih secepat itu dapat meloloskan diri. Mereka
tentu menyelam ke dalam air atau bersembunyi dibalik batu.
Cepat mereka menyelam ke dalam air dan memeriksa
gundukan batu di dasar telaga. Walau pun mereka mempunyai
indera penglihatan yang tajam sekali tetapi karena berada di
dalam air, mereka tak dapat melihat dengan jelas.
Tiba-tiba Iblis Penakluk-dunia melihat di balik sebuah batu
besar, dua sosok tubuh mendekam. Cepat ia menyerbunya.
Pyah, pyah. pyah.... terdengar air beriak keras dan
gelombang muncrat ke atas. Siau-liong dan Mawar Putih
unggul dalam air. Mereka cepat menyongsong iblis itu dengan
245 pukulan. Iblis Penakluk dunia terpaksa berhenti dan
menangkis dengan kedua tangannya.
Tetapi iblis itu kalah unggul dalam air. Gelombang air yang
selaju kuda lari mendamparnya sehingga ia terpaksa gunakan
ilmu Cian-kin-tui atau Kaki-seribu-kati dan meramkan mata
untuk bertahan diri.
Pada saat ia membuka mata, Pendekar Laknat dan Ki Ih
sudah lenyap lagi. Tetapi ia mendengar air disebelah muka
beriak keras. Tentulah Pendekar Laknat dan Ki Ih sedang
dikejar Dewi Neraka. Cepat iapun meluncur kemuka. Baru tiga
empat tombak berenang, tampak isterinya sedang bertempur
dengan Pendekar Laknat dan Ki Ih. Secepat kilat ia segera
menyambar pergelangan tangan Pendekar Laknat.
Pertempuran itu telah menyebabkan air beriak seperti
diaduk-aduk sehingga sukar untuk melukai lawan. Satusatunya
jalan ialah mencengkeram tangan Pendekar Laknat.
Tetapi Siau-liong diam saja. Baru ketika tangan iblis itu
hampir menyentuh pergelangan tangannya, ia segera
menjejak lawan. Tetapi Iblis Penakluk-dunia itu juga sakti.
Cepat ia mengendap ke bawah dan gunakan jarinya untuk
menutuk telapak kaki Siau-liong.
Untuk menghindari ancaman itu, Siau-liong melambung ke
atas, berjumpalitan dan menghantam dengan kedua
tangannya. Setelah dapat mengundurkan kedua lawan. cepat
ia menarik Mawar Putih dan laksana anak panah, mereka
meluncur kemuka.
Kedua suami isteri itu bergegas mengejar. Tetapi baru lima
enam tombak, mereka sudah kehilangan jejak Siau-liong dan
Mawar Putih. Terpaksa kedua iblis itu meluncur ke atas
246 permukaan air lagi. Mereka memutuskan menggunakan siasat
"menjaga kelinci keluar dari gerumbul'.
Memang benar perhitungan mereka itu. Betapapun
pandainya berenang, namun Siau-liong dan Mawar Putih tentu
tak mungkin terus menerus menyelam dalam air.
Dengan perhitungan itu, Iblis Penakluk dunia menunggu
dalam air, Dewi Neraka didaratan.
Cara itu membuat Siau-liong dan Mawar Putih mati kutu.
Keduanya berusaha diam-diam mendekati tepi pantai.
Pikirnya, sewaktu kedua iblis lengah, mereka terus hendak
loncat ke daratan dan meloloskan diri.
Tetapi pada saat menyembul ke permukaan air Iblis
Penakluk-dunia cepat melihatnya. Buru-buru kedua pemuda
itu menyelam lagi ke dalam air.
Marah karena dipermainkan Siau-liong dan Mawar Putih,
kedua suami isteri iblis itu segera terjun mengejar ke dasar
telaga. Siau-liong terkejut ketika melihat kedua iblis itu
menggunakan siasat Barisan-dua-muka untuk mencegat.
Karena sukar untuk menembus, Siau-liong menarik Mawar
Putih kesisinya dan siap menghadapi musuh.
Mawar Putih heran mengapa Siau-liong diam saja. Ia salah
duga kalau pemuda itu hendak menyerah.
Pada saat itu, Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka makin
mendekat. Sekonyong-konyong Siau-liong lancarkan tenagasakti
Bu-kek-sin-kang. Hawa panas yang memancar dari
tenaga-sakti itu mampu memanaskan air dan menimbulkan
gelombang besar.
247 Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka terkejut. Buru-buru
mereka berhenti dan melancarkan menyalurkan tenaga dalam.
Tenaga dalam Thay-im-ki-bun-kang dari Iblis Penaklukdunia
dan tenaga dalam Thay-im-bu wi-kang dari Dewi Neraka
serentak memancar ber-sama2. Air telaga yang panas itu
segera dingin lagi.
Dengan begitu kedua belah fihak sama2 tak menarik
keuntungan apa2. Tetapi bagi Siau-liong hal itu tidak
menguntungkan. Ia harus lekas-lekas mencari kesempatan
lolos. Tak berapa lama, kedua iblis itu tak tahan lagi berendam
dalam dasar air. Iblis Penakluk-dunia segera melambung ke
permukaan air. Dengan begitu serangannya pun buyar.
Menggunakan kesempatan itu, Siau-liong cepat menarik
Mawar Putih diajak meluncur kelain tempat. Dalam sekejab
saja keduanya sudah mencapai 7-8 tombak jauhnya.
Merekapun memerlukan bernapas....
Tetapi begitu keduanya muncul di permukan telaga, suami
isteri iblis yang sudah lebih dahulu berada di permukaan air
cepat mengejarnya.
Siau-liong lepaskan Mawar Putih dan siap melontarkan
pukulan Bu-kek-sin-kang. Sekalipun tak mati tetapi sekurangkurangnya
kedua iblis itu pasti akan menderita.
Dengan menggembor keras, tiba-tiba Siau-liong
melambung ke udara dan lepaskan pukulan Dewa menderitadalam-
berkelana. 248 Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka menyurut mundur
satu tombak lalu loncat ke atas potongan dahan kayu dan
maju menyerang lagi dengan tongkat dan pukulan. Mereka
mencegah agar Siau-liong jangan sampai mendekati Mawar
Putih lagi. Memang Mawar Putih tak menang melawan Dewi Neraka.
Tetapi berkat ilmunya berenang yang tinggi, ia dapat
melampaui kedua iblis itu. Bahkan menang dibanding dengan
Siau-liong. Begitu melihat Dewi Neraka maju menerjang, mendadak
dara itu lenyap.
Pada saat Siau-liong meluncur turun ke air lagi, ia terkejut
karena tak melihat Mawar Putih. Tetapi ia tak sempat
mencarinya lagi karena saat itu Iblis Penakluk-dunia sudah
menyerangnya. Dalam kemurkaannya, Siau-liong balas menghantam lawan.
Beberapa saat kemudian tiba-tiba Siau-liong mendengar
bunyi senjata beradu. Ia duga Mawar Putih tentu benempur di
atas daratan dengan Dewi Neraka. Ia cemas. Sekalipun takkan
kalah tetapi Mawar Putih tentu tak kuat bertempur lama.
Dengan gugup, Siau-liong bersuit nyaring lagi loncat ke udara
lagi. Kuatir lawan akan melontarkan pukulan sakti lagi, buruburu
Iblis Penakluk-dunia menyelam ke dalam air.
Kesempatan itu digunakan Siau-liong untuk melayang dua tiga
tombak jauhnya. Selekas tiba di air, ia cepat berenang ke
daratan. Tetapi belum Siau-liong mencapai daratan, Mawar Putih
sudah meluncur ke dalam air lagi dengan potongan dahan
249 kayu. Ternyata dara itu juga menguatirkan keselamatan Siauliong.
Setelah berhasil melepaskan diri dari serangan Dewi
Neraka, cepat ia loncat ke dalam telaga lagi.
Siau-liong meneriakinya dan dara itupun segera lemparkan
dua batang dahan kayu. Siau-liong loncat ke atas dahan kayu
lalu meluncur bersama dara itu.
Suami isteri iblis mengkal sekali. Mereka gunakan siasat
untuk menyerang dari muka dan belakang. Siau-liong terpaksa
menghadapi mereka. Dalam beberapa kejab saja, mereka
sudah bertempur sampai berpuluh-puluh jurus. Tetapi tetap
belum ada yang menang atau kalah.
Rupanya Siau-liong tak sabar lagi. Tiba-tiba ia memekik
keras, "Berhenti "
Kedua suami isteri iblis itu tertegun dan hentikan
serangannya. Siau-liong tertawa keras. Pada saat Iblis Penakluk-dunia
dan Dewi Neraka tertegun, Siau-liong cepat menarik tangan
Mawar Putih meluncur kedaratan. Dalam beberapa loncatan
saja, keduanya sudah mencapai 20-an tombak jauhnya.
Dewi Neraka bersuit nyaring. Sambil bolang-balingkan
tongkat, ia hendak mengejar. Tetapi dicegah suaminya,
"Sudahlah. biarkan mereka lolos!"
"Tolol! Apa engkau gila" Terang mereka sudah hampir
kalah mengapa engkau lepaskan lagi?"
Iblis Penakluk dunia tertawa.
"Isteriku, apakah engkau melihat arah mereka lari?"
tanyanya. 250 Sepasang mata wanita iblis itu mengeliar, serunya, "Apa
hubungannya dengan orang itu?"
Sambil mengurut jenggotnya yang hampir mencapai lutut.
iblis pendek itu berkata dengan gembira, "Mereka menuju ke
arah selat Tujuh maut yang menembus keujung buntu.
Sebelumnya sudah kusuruh murid2 dan puteri kita supaya
bersiap disana. Sekalipun dewa turun kesitu, tak mungkin
mampu lolos dari bencana kebinasaan!"
Dewi Neraka menghunjamkan tongkat dan tertawa
mengekeh, "Heh, heh, aku memang seorang nenek linglung.
Tetapi si tua Laknat itu masih membawa separoh Giok-pwe,
jika...." "Jangan kuatir, isteriku," Iblis Penakluk-dunia menukas,
"dalam waktu tiga jam kemudian kutanggung benda itu tentu
akan jatuh ditangan kita dalam keadaan utuh!"
Kedua suami isteri itu saling berpandang. Serempak mereka
tertawa keras. Kemudian berkatalah Dewi Neraka dengan berseri gembira,
"Asal benda itu jatuh ketangan kita, dunia persilatan pasti kita
kuasai!" Kembali kedua suami isteri iblis itu tertawa nyaring.
"Tetapi sebelum benda itu jatuh ketangan kita, aku kuatir
kedua manusia itu akan muncul menghalangi urusan ini!" tibatiba
Iblis Penakluk-dunia berseru.
"Apakah engkau maksudkan si Naga-laknat dan
Harimau...."
251 "Si Naga dan si Harimau kedua iblis itu hanya
mengandalkan keberanian. Tak perlu kita cemaskan!" cepat
Iblis Penakluk dunia menukas.


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dewi Neraka deliki mata dan membentak suaminya,
"Jangan jual lagak! Lekas katakan siapakah manusia itu!"
Dengan wajah bersungguh, Iblis Penakluk dunia berkata,
"Yang kukuatirkan bukan lain adalah si Tabib sakti jenggot
naga Kongsun Sin Tho dari gunung Hongsan dan puncak Sinli-
hong gunung Busan...."
"Tolol!" Dewi Neraka menukas tertawa, "mengapa makin
tua engkau makin bernyali kecil" Engkau takut kepada tabib
yang jual resep jamu dan janda yang tak berani ketemu orang
itu" Ha, ha...."
Iblis Penakluk-dunia menyingkirkan hidungnya yang
melengkung seperti kait, ujarnya, "Benar, si tabib tua Kongsun
Sin Tho memang hanya termasyhur dalam ilmu pengobatan
dan selama itu orang tak pernah melihat kepandaian silatnya.
Orang menganggapnya dia tak mempunyai ilmu kepandaian
silat yang berarti. Tetapi sesungguhnya hanya aku seorang
yang tahu. Dua puluh tahun yang lalu ketika di gunung Tongpik-
san, aku pernah menderita kekalahan dari orang itu.
Kepandaian tabib itu...." " ia berhenti menghela napas.
"Jauh di atas kita berdua." katanya kemudian, "dan tentang
janda yang tinggal di puncak Sin-li-hong itu, bahkan lebih
sukar lagi dihadapi."
Wajah Dewi Neraka berobah seketika, katanya, "Kalau
begitu, kita terpaksa harus melepaskan si tua Jong Ling untuk
menghadapi mereka!"
252 Iblis Penakluk-dunia merenung. Beberapa jenak kemudian
ia berkata, "Melepas si Jong Ling memang menguntungkan
tetapi juga akan berbahaya.... ah, tetapi mungkin akulah yang
berbanyak kecemasan. Selama ini kedua orang itu tak pernah
mencampuri urusan orang lain. Kemungkinan dalam urusan
kita ini, mereka pun takkan menyimpang dari adat
kebiasaannya itu."
Dewi Neraka deliki mata, "Tolol...." tiba-tiba ia tertawa
mengekeh, Nadanya macam burung hantu mengukuk
ditengah malam.
Iblis Penakluk dunia memandang isterinya, lalu ikut tertawa
nyaring: Isteriku paling lama hanya sehari semalam, kita bakal
memperoleh pusaka yang dibuat incaran oleh be-ribu2
manusia dari dahulu sampai sekarang. Pada saat itu, ho, pada
saat itu tak ada manusia di dunia yang mampu melawan aku
dan engkau!"
Pada saat kedua suami isteri iblis itu sedang ber-cakap2,
Soh-beng Ki-su dan nona pemilik lembah bersama anak
buahnya muncul. Dengan sikap manja, nona itu jatuhkan diri
kedada Dewi Neraka, tanyanya, "Ma, apakah engkau bersama
ayah sudah menenggelamkan mereka ke dalam air?"
Sambil mem-belai2 rambut puterinya, wanita iblis itu
berkata, "Anak tolol...." kemudian ia tertawa mengekeh....
Tangan kanan mencekal tongkat, tangan kiri memegang bahu
si nona, ia berjalan terhenyak-henyak menuju ke dalam
lembah. Setelah memandang ke arah Siau-liong dan Mawar Putih
lari tadi. Iblis Penakluk dunia segera memanggil muridnya,
Soh-beng Ki-su.
253 "Cepat putuskan semua jalan yang menghubungi selat
Tujuh-maut. Lalu suruh anak buah dalam lembah berkumpul
untuk menunggu perintah!"
Soh-beng Ki-su mengiakan dan terus pergi.
Iblis Penakluk dunia masih tertegun di tempat itu,
Wajahnya sebentar gelisah sebentar berobah girang. Setelah
Soh-beng Ki-su lenyap, barulah bergegas menyusul isterinya.
Dilain pihak, setelah lari satu li jauhnya dan tak melihat
kedua iblis itu mengejar barulah Siau-liong dan Mawar Putih
berhenti. Napas Mawar Putih ter-engah2. Ia duduk disebuah batu
besar dan menghela napas panjang-pendek. Siau-liong
sejenak memandang kesekeliling penjuru. Diam-diam ia
kerutkan dahi. Empat penjuru merupakan karang tinggi yang landai,
penuh ditumbuhi pakis (lumut) sehingga tak mungkin
dipanjat. Disebelah muka tampak jalan kecil yang menyerupai
pematang sawah, berkelak-keluk melingkar-lingkar. Dan
memandang ke atas hanya langit biru. Tampaknya sepanjang
hari lembah itu tak terkena sinar matahari, pula tak pernah
didatangi orang....
Ujung mulut selat lembah itu, menembus ke telaga. Hanya
itu, tak ada lain-lain jalanan lagi.
Diam-diam Siau liong menimang dalam hati, "Tampaknya
selat ini masih dalam lingkungan Lembah Semi. Anak murid
kedua suami isteri iblis itu kemungkinan tentu bersembunyi
disekitar situ. Ah, aku harus hati2. Kecuali alat-alat rahasia
yang hebat, pun kedua suami isteri itu amat ganas dan
banyak tipu muslihat...."
254 Ilmu kepandaian Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka
yang tergolong pada aliran Hitam itu telah mencapai
peyakinan yang tinggi. Mau tak mau Siau liong harus
mengakui bahwa baru pertama kali itu ia bertemu dengan
musuh yang tangguh. Apalagi kedua suami isteri itu
menyerang dengan serempak untuk saling mengisi. Apabila
bertempur lama, tentu bahaya.
Diam-diam hati Siau-liong tergetar. Masuknya ke dalam
lembah Semi, walaupun bertujuan hendak melenyapkan Iblis
Penakluk dunia dan Dewi Neraka, tetapi yang penting ialah
membunuh Toh Hun-ki dan keempat Su-lo. Dengan begitu
dapatlah ia meminta Mawar Putih untuk membawanya
menemui ibunya diluar lautan.
Tetapi ternyata Toh Hun-ki dan rombongannya tak
kelihatan. Yang ada adalah kedua suami isteri ganas. Diamdiam
Siau-liong menghela napas.
"Bagaimana sekarang kita ini?" Mawar Putih bangkit dari
duduk dan menghampiri Siau-liong.
Siau-liong merenung. Katanya sesaat kemudian, "Turut
pendapatku, Toh Hun-ki dan keempat Sulo itu tentu sudah
ikut rombongan It Hang to-tiang untuk menggempur Lembah
Semi. Ah, bagaimana nasib mereka, sukar diramalkan...."
Kemudian ia berpaling memandang ke arah telaga, katanya
lebih lanjut, "Lebih dulu kita harus mencari tempat beristirahat
yang tersembunyi. Biarlah aku kembali menyelidiki lembah.
Apabila Toh Hun-ki dan rombongannya sudah blnasa ditangan
kedua suami isteri iblis itu, tetap akan kupotong batang
kepalanya dan kubawa kemari! "
Mawar Putih merenung sampai beberapa saat.
255 "Siau.... liong," dara itu berseru pelahan.
Siau-liong terkejut, "Ada sesuatu?"
Mawar Putih tersenyum, "Bukalah kedokmu itu, ah,
memuakkan.... sekali!"
Tiba-tiba Siau-liong mendapat pikiran. Jika ia dan Mawar
Putih berganti rupa dan tidak lagi sebagai Pendekar Laknat -
Ki Ih, kedua suami isteri iblis itu tentu akan bingung.
Segera ia menarik tangan dara itu ke balik gerumbul pohon
alang-alang. Alang2 itu setinggi orang, menjaluri disepanjang
jalan yang berkelak-kelok sampai beberapa tombak jauhnya.
Suatu tempat persembunyian yang bagus.
Setelah sejenak memandang kesekeliling dan yakin tiada
orang, barulah kedua anak muda itu melepas kedok dan
pakaian penyamaran mereka. Setelah itu mereka berjalan
menyusur ujung jalan kecil itu. Kira2 sepeminum teh lamanya,
barulah mereka keluar.
Kini mereka tiba disebuah selat yang dikelilingi karang dan
batu raksasa. Setelah mengamati sekeliling, barulah Siau-liong
mengajak Mawar Putih berjalan menurut jalan pematang
ditengah selat itu.
Karang dikedua samping jalan amat berbahaya sekali.
Menjulang tinggi dengan lempang dan penuh pakis. Tak
mungkin dapat dikaki orang.
"Makin berjalan makin tak tampak jalanan. Hendak
kemanakah engkau ini?" akhirnya karena tak tahan, Mawar
Putih bertanya.
256 "Harap bicara pelahan2 saja. Lembah karang ini dapat
memantul gema suara sejauh dua li," kata Siau-liong.
Sesungguhnya ia sedang mencurahkan seluruh
perhatiannya untuk mengamati keadaan disekeliling dan jalan
kecil yang dilewati itu. Maka ia tak jelas yang dikatakan Mawar
Putih. Mawar Putih mendengus dan terpaksa diam.
Karena kuatir selat itu mengandung alat rahasia lagi,
terpaksa Siau-liong berjalan dengan pelahan-lahan. Maka
hampir sepenanak nasi lamanya, mereka baru mencapai satu
li jauhnya. Jalanan selat lembah itu lurus menuju kemuka. Tampak
pada ujung jalan disebelah muka, menjulang sebuah puncak
gunung. Sebenarnya apabila sudah tiba di ujung jalan, akan
terdapat sebuah jalan tembusan lagi. Tetapi karena tak tahu,
Siau-liong berhenti di tengah jalan.
Tengah ia menimang-nimang baik melanjutkan perjalanan
lagi atau tidak, tiba-tiba Mawar Putih menjerit kaget. Cepat ia
berpaling. Ah, ternyata dara itu tengah ayunkan pedangnya
menabas seekor ular besar sepanjang 6-7 meter.
Betapapun Mawar Putih itu seorang anak perempuan yang
mempunyai sifat pembawaan bernyali kecil. Sekalipun sudah
menabas kutung ular, tetapi wajahnya masih tampak
ketakutan. Ular itu tubuhnya berwarna hijau tetapi ekornya merah.
Kepalanya mempunyai sebuah tengger warna hitam.
Tubuhnya yang terkutung itu masih bergeliatan tak hentihentinya.
Jelas binatang itu tentu seekor ular yang amat
berbisa. 257 Siau liong tak menghiraukan. Ia anggap ular itu binatang
yang biasa terdapat dipegunungan.
Segera ia menarik tangan si dara lagi untuk diajak berjalan
menuju keujung jalan.
Tiba disitu, disebelah kiri terbentur sebuah selat gunung
yang agak lebar. Merupakan sebuah tanah Iapang seluas
beberapa bahu, dikelilingi oleh deretan puncak gunung yang
berjajar rapi. Pohon2 layu, mengesankan pemandangan
musim rontok yang sayu. Jauh sekali bedanya dengan alam
kesegaran dalam Lembah Semi.
Siau-liong berjalan dimuka. Ia berjalan dengan hati2. Tibatiba
Mawar Putih yang berada dibelakangnya menjerit kaget
lagi. Jeritan itu menimbulkan gema suara yang berkumandang
sampai beberapa li jauhnya.
Ketika berpaling. Siau-liong melihat berpuluh ekor ular
besar tengah merayap mendatangi. Mawar Putih siapkan
tenjata rahasia Hwe-hun-tun terus ditaburkan ke arah
kawanan ular itu. Binatang itu bergeliatan susul menyusul
mati. Kini barulah Siau-liong menyadari bahwa kawanan ular itu
bukanlah suatu hal yang kebetunan melainkan tentu suatu
perangkap musuh yang sengaja dipersiapkan.
Ia memandang lebih jauh. Dilihat pada celah2 batu dalam
gerumbul rumput, penuh dengan benda2 yang bergelitan.
Selain ular berbisa, pun terdapat juga binatang kadal,
kelabang dan lain-lain serangga berbisa.
Siau-liong cepat suruh Mawar Putih berjalan dimuka dan ia
melindungi dibelakangnya. Ia menimang. Jika menggunakan
258 tenaga sakti Bu-kek-sin-kang atau Thay-siang-ciang, tentulah
dirinya akan ketahuan.
Akhirnya terpaksa ia gunakan akal. Memukul dengan diamdiam
menyaluri tenaga sakti Bu-kek-sin-kang secara perlahan.
Walaupun cara memukul itu terpaksa hanya menggunakan
tiga bagian tenaga sehingga tak dapat menghancurkan
binatang2 itu seluruhnya. Tetapi hawa panas yang memancar
dari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang itu memaksa kawanan
binatang itu tak berani maju lagi.
Begitulah dengan jalan bersama si dara, Siau-liong tetap
siap siaga menjaga kawanan binatang beracun. Kemudian ia
meminta si dara supaya menyimpan pedang dan senjata
rahasia Hwe-hun-tui.
Mawar Putih salah paham dan deliki mata: "Mengapa"
Apakah karena kepandaianku tak menyamai engkau?"
Siau-liong tertawa hambar, "Saat ini dirimu bukan sebagai
Ki Ih, jangan sampai menimbulkan kecurigaan orang."
"Uh, aku memang tolol!" si dara tertawa lalu melakukan
perintah Siau-liong.
Tiba di tanah lapang, tampak empat penjuru dikelilingi batu
karang yang tinggi sekali sehingga tempat itu menyerupai
dasar sebuah sumur.
Tempat itu seluas 10 an bahu. Ditengah terdapat
segerumbul rimba yang ditumbuhi betasan pohon cemara.
Benar-benar merupakan sebuah tempat bersembunyi yang
bagus sekali. Siau-liong mengajak Mawar Putih cepat2 menuju ke rimba
cemara itu. Mereka terkejut ketika menemukan dua orang
259 lelaki dalam rimba itu. Seorang lelaki berumur 50-an tahun,
memelihara rambut panjang sampai ke bahu. Mengenakan
pakaian pertapaan, bukan sebagai imam pun bukan sebagai
orang biasa. Dia duduk bersila sambil memegang sebatang
kebut pertapaan. Mulutnya kemak-kemit seperti tengah
menghapal. Sedang yang seorang lagi, seorang tua bertubuh kurus
tinggi. Mata ber-kilat2 tajam. Begitu melihat Siau-liong dan
Mawar Putih muncul dia terkejut lalu tebarkan kipas Kim-kutsan
atau kipas berkerangka emas. Selagi Siau-liong belum
berdiri tegak, cepat orang tua itu menyerang dadanya dengan
jurus Mengusir-angin-memburu-awan.
Siau-liong ingat2 lupa orangtua itu. Dia seperti pernah
bertemu tetapi entah dimana. Ia marah karena orang tua itu
amat kasar. Cepat ia kerahkan tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang
kelengannya. Begitu kipas Kim-kut-san melayang, ia segera
menyongsongnya.
Rupanya orangtua itu menyadari bahaya. Secepat kedua
tenaga beradu, ia terus menyurut mundur.


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siau-Kong tak mau memburu melainkan membentaknya,
"Apakah kalian berdua ini kaki tangan suami isteri iblis itu?"
Lelaki yang duduk bersila di tanah itu sejenak berpaling
samping memandang ke arah Siau-liong dan Mawar Putih, lalu
melanjutkan menghapal lagi.
Sedangkan orang tua yang mencekal kipas Kim-kut-san tadi
mengeliarkan matanya beberapa jenak lalu bertanya kepada
Siau-liong, "Apakah saudara bukan cousu dari partay Kaypang?"
260 Siau-liong mengamati kedua orang tua itu lagi dan
teringatlah ia bahwa mereka itu tokoh2 yang ikut hadir dalam
pertemuan di puncak Ngo-siong-ngai dipimpin It Hang totiang.
"Saudara dengan Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka...."
Belum orang tua itu selesai bertanya Siau-liong tertawa
menukas, "Aku dan paman berdua, satu kubu ialah tak mau
hidup dalam dunia persilatan bersama kedua suami isteri iblis
itu...." Serentak Siau-liong teringat akan sikap It Hang, Ti Gong
taysu, Lam Leng lojin dan lain-lain orang terhadap dirinya
tempo hari. Seketika meluaplah kemarahannya, "Tetapi karena
It Hang totiang dan lain-lain orang mencurigai diriku maka
terpaksa aku bersama nona ini masuk sendiri ke dalam
Lembah Semi...."
Orangtua yang memegang kipas buru-buru menjurah
memberi hormat, "Lebih dulu kuwakili It Hang totiang dan
beberapa saudara, menghaturkan maaf kepadamu. Sukalah
saudara berlapang dada...." - sejenak berhenti, ia berkata
pula, "Aku Cu Kong-leng yang oleh dunia persilatan digelari
sebagai Im-yang-san (si Kipas tenaga Positip dan Negatip),
berkat kepercayaan dari para sahabat himpunan Tong-thingpang,
telah diangkat sebagai ketua dari perhimpunan itu...."
Kemudian ia menunjuk kepada lelaki yang duduk
bersemedhi di tanah, berkata lagi, "Dan saudara itu adalah
Tan Ih-hong, ketua perkumpulan Ji-tok-kau.... dia tengah
mengobati lukanya dari gigitan binatang beracun!"
Lelaki yang duduk bersila itu atau Tan Ih-hong tetap
berkomat-kamit mulutnya. Ia tak menghiraukan orang.
261 Siau-liongpun tak mempedulikannya. Ia bertanya lagi
kepada Cu Kong-leng, "Apakah saudara ikut dalam rombongan
It Hang totiang menyerbu ke Lembah Semi" Apakah saudara
tahu dimana Toh-Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tongpay
itu?" Ketua Tong-thing-pang itu menghela napas panjang,
ujarnya, "Kemarin setelah saudara dan Dewi Ular Ki Ih
tinggalkan puncak Ngo-siong-nia. Harimau Iblis muncul
kembali dan bertempur sengit lawan It Hang totiang dan
kawan2. Kesudahannya ketua Go bi-pay Ki Ceng siansu dan
Lam Leng lojin menderita luka parah. Karena terpaksa, kami
be-ramai2 mengeroyoknya barulah pertempuran berimbang.
Tetapi kalau perempuran itu berlangsung lama, kedua pihak
pasti akan sama2 remuk. Untunglah si Naga Haram
muncul...."
"Engkau maksudkan Naga Haram dan gunung Kengsan
itu?" Mawar Putih menyeletuk.
Cu Kong-leng mengiakan.
Mawar Putih menyeringai, "Kabarnya Harimau Iblis dan
Naga Haram itu sebenarnya dua orang bersaudara. Kalau dia
muncul, kalian tentu celaka karena masakan dia takkan
msmbantu saudaranya si Harimau Iblis itu?"
Cu Kong-leng tak kenal siapa Mawar Putih itu. Ia tak
senang karena dara itu kasar nada bicaranya. Tetapi
mengingat dara itu kawan Kong-sun Liong (Siau-liong),
terpaksa ia mengangguk, "Benar, tetapi kemunculan Naga
Haram saat itu ternyata tak menyusahkan rombongan orang
gagah. Bahkan dia malah menganjurkan supaya jangan
memusuhi rombongan orang gagah. Setelah tukar bicara
dengan gunakan ilmu Menyusup suara, mereka segera
tinggalkan puncak gunung...."
262 Cu Kong-leng berhenti sejenak. Memandang kesekeliling
penjuru lalu berkata pula, "Setelah terjadi kehebohan dari
saudara dan Ki ih lalu Harimau Iblis, para orang gagah yang
hadir dipuncak Ngo-siong-nia itu hampir saja bubar. Untunglah
It Hang teguh pendirian. Ia tetap berkeras hendak melakukan
penyerbuan ke Lembah Semi,akhirnya para orang gagah
'menunjang keputusan ketua Bu-tong pay itu dan pada tengah
malam mereka telah tiba diluar Lembah Semi...."
Cu Kong-leng berhenti untuk menghela napas. Sesaat
kemudian ia berkala pe-lahan2, "Rombongan orang gagah
dipecah menjadi dua kelompok yang akan masuk dari muka
dan belakang lembah. Karena aku dan ketua Tiam-jong-pay
yakni saudara Shin Bu-seng agak mengerti tentang ilmu Ngoheng,
maka kami berdua ditempatkan secara terpisah dalam
kedua kelompok itu. Aku termasuk dalam kelompok Ti Gong
taysu, Kun-lun Sam-cu dan Tan Ih-hong yang masuk dari
belakang lembah. Sedang ketua Tiam-jong-pay Shin Bu-seng
ditempatkan pada kelompok kedua yang terdiri dari ketua Kaypang
To Kiu-kong ketua Kong-tong-pay Toh Hun-ki dan It
Hang totiang yang masuk dari sebelah muka...."
Cu Kong-leng berhenti untuk menyelidiki kesan Siau-liong
dan Mawar Putih. "Diputuskan pula bahwa pada kurang lebih
pada pukul satu malam supaya kedua kelompok itu bertemu di
dalam lembah. Jika sampai terjadi pencegatan oleh suami
isteri iblis dan anak buahnya, supaya melepaskan anak panah
yang berbunyi untuk memberi berita. Agar bisa cepat memberi
bantuan...."
Kembali ketua Tong-thing-pang itu berhenti sejenak lagi
untuk menghela napas.
263 Rupanya Mawar Putih tak sabar, tegurnya, "Ih, mengapa
engkau begitu loyo" Apakah engkau dapat menutur dengan
lancar?" Cu Kong-leng kerutkan dahi, ber-batuk2 lalu melanjutkan
pula, "setelah masuk dari belakang lembah, disepanjang jalan
kami tak menemui suatu rintangan apa2. Karena aku agak
faham tentang segala jenis alat perangkap. kelompok kami
dapat melewati beberapa persiapan musuh. Tetapi dikala
hampir mencapai tengah lembah, ketua Siau-lim-si Ti Gong
taysu karena tak hati2 secara tak sengaja telah menyentuh
tombol sebuah perkakas rahasia.... '"
Mawar Putih mendengus, "Uh, lagi2 paderi tua itu!"
Cu Kong-leng tertawa menyeringai, katanya, "Untunglah
saat itu Ti Gong taysu dan aku cepat2 dapat menghadapi
perobahan. Sebelum terjerumus ke dalam perangkap, kami
dapat menghindar Tetapi celakanya Iblis Penakluk-dunia dan
Dewi Neraka segera mengetahui tentang kedatangan kami
Segera terjadilah pertempuran seru...."
Sesaat merenung, Cu Kong leng menyambung
penuturannya lagi, " Walaupun saat itu Iblis Penakluk dunia
dan Dewi Neraka tak muncul, tetapi Soh-beng Ki-su dan nona
pemilik lembah memimpin anak buahnya untuk menyerang.
Karena faham akan keadaan tempat dan berjumlah lebih
banyak pula karena...."
Kembali Cu Kong-leng menghela napas lagi, lalu katanya,
"Kepandaian kami tak memadai untuk menghadapi ilmu setan
mereka, maka tak berapa lama bertempur, kami telah tercerai
berai. Aku dan saudara Tan Ih-hong terdesak mundur sampai
ke dalam selat lembah sini. Sebelumnya kami telah
melepaskan anak panah suitan, tetapi dari kelompok It Hang
totiang, tak muncul barang seorang bala bantuanpun juga...."
264 "Toh Hun-ki dan keempat Su-lo itu sudah mati atau masih
hidup!" teriak Mawar Putih tak sabar lagi.
Cu Kong-leng memandang si dara dengan pandang tak
mengerti, katanya, "Sejak terdesak ke dalam selat ini, kami
telah kehilangan hubungan dengan kawan2. Kami tak jelas
lagi bagaimana keadaan mereka. Tetapi menurut hematku...."
Untuk kesekian kali, Cu Kong-leng menghela napas lagi,
"Termasuk It Hang totiang, To Kiu kong, Shin Bu seng dan
beberapa tokoh lain kemungkinan besar tentu mengalami
nasib jelek!"
Dalam pada itu diam-diam Cu Kong-leng heran mengapa
Kongsun Liong dan dara yang dianggap liar itu, begitu
memperhatikan sekali akan diri Toh Hun-ki dan keempat Su-lo
dari partai Kong-tong-pay.
Mawar Putih banting2 kaki lalu menegur Siau-liong,
"Bagaimana tindakan kita" Pergi atau mengobrak-abrik
Lembah Semi?"
Siau-liong juga kehilangan faham. Sesaat ia termangumangu.
Cu Kong-leng batuk2, kemudian berkata, "Bermula kami
heran mengapa orang Lembah Semi tak mengejar kesitu.
Tetapi setelah memeriksa keadaan tempat ini, barulah aku
tersadar...."
"Bagaimana?" tukas Mawar Putih pula.
Cu Kong-leng tertawa masam, jawabnya, "Tempat ini
merupakan tempat buntu. Meskipun aku faham akan ilmu
265 perkakas rahasia dan ilmu barisan, tetapi sungguh aku tak
mengerti barisan mereka ini!"
Siau-liong memandang kesekeliling penjuru. Memang
benarlah. Karang2 yang memagari sekeliling tempat itu
menjulang tinggi dengan landai sekali atau tegak lurus. Sukar
untuk dipanjat. Pun andaikata dapat memanjat ke atas,
dikuatirkan di atas karang itu sudah disiapkan alat atau
barisan anak buah Lembah Semi.
Hutan pohon siong itu berada ditengah2 tanah buntu.
Rupanya memang dibuat oleh orang2 Lembah Semi. Karang2
tinggi itupun juga disempurnakan dangan lubang2 gua yang
dilengkapi dengan perkakas rahasia dan barisan pendam.
Tengah Siau-liong merenungkan keadaan tempat itu, tibatiba
Mawar Putih menjerit kaget dan cepat bersembunyi di
belakangnya seraya menunjuk ke arah Tan Ih-hong ketua
perkumpulan Ji-tok-kau, "Lihatlah, dia...."
Ketika Siau-liong berpaling, tampak ketua Ji-tok-kau itu itu
sedang menampar-namparkan kebud hud-tim. Dari kebud
hud-tim itu menghambur bubuk putih yang halus. Sedang
tangan kirinya mencekal seekor ular berbisa dan dimasukkan
ke dalam mulutnya, kresss. Kepala ular itu remuk dikunyahnya
terus ditelan ke dalam perut. Darah bercucuran dari mulut
membaurkan bau anyir yang memuakkan sekali....
Tetapi ketua Ji-tok-kau atau perkumpulan Pemakan Racun,
makan dengan lahapnya. Dikunyah ular beracun sepanjang
setengah meter itu seperti orang makan kuweh untir2 atau
baling2. Siau-liong, Mawar Putih dan Cu Kong-leng serasa diiris-iris
hatinya karena ngeri....
266 "Tan kaucu itu memang biasa makan ular beracun. Dia
mendirikan perkumpulan Pemakan racun. Pengaruhnya besar
sekali didaerah Selam." Cu Kong-leng menerangkan.
Dalam beberapa saat Tan Ih-hong sudah memakan habis
ular itu. Setelah mendehak dua kali sambil mengusap mulut ia
berbangkit. "Kawanan ular berbisa itu sudah kutindak dengan jimat
(tumbal). Tak mungkin mereka berani datang lagi. Tetapi
kalau orang Lembah Semi yang mahir menguasai ular itu
menyuruh binatang beracun itu menyerang lagi, akupun tak
dapat berbuat apa2!" kata ketua perkumpulan Pemakan Ular
itu. Ketua Pemakan-ular itu memelihara rambut panjang
sampai kebahu. Wajahnya berwarna hijau kehitam-hitaman.
Tentulah hal itu disebabkan karena gemar makan ular
beracun. Pakaiannya betapa compang camping, kaki telanjang
dan kotor. Pertapa bukan. pengemispun tidak.
Ketua Pemakan Ular itu tak menghiraukan Siau-liong dan
Mawar Putih. Tetapi agaknya ia jeri juga terhadap kedua anak
muda itu. Ia berjalan mengitar dan menuju ketempat Cu
Kong-leng, serunya, "Bagaimana" Apakah engkau sudah dapat
menemukan jalan keluar dari lembah ini?"
Karena ngeri melihat demonstrasi Tan Ih-hong makan ular
beracun tadi, Mawar Putih masih gemetar dan bersembunyi di
belakang Siau-liong.
Saat itu sekali pun dalam gerumbul semak yang sedang
diluar hutan pohon siong itu masih terdengar suara gemersik
dari kawanan ular berbisa, tetapi mereka tak berani bergerak.
Rupanya apa yang dikatakan katua Pemakan Ular itu memang
benar. 267 "Barisan ini memang amat aneh sekali. Sampai saat ini aku
belum dapat mengetahui namanya," sahut Cu Kong-leng ketua
himpunan Tong-thing-pang itu.
Mendengar itu marahlah Tan Ih-hong, bentaknya, "Ho,
engkau menipu aku! Aku sudah makan dan menundukkan
kawanan ular beracun itu tetapi engkau tak mampu
mengetahui barisan yang begitu sederhana! Uh, sampai
dimanakah pengetahuanmu tentang ilmu barisan itu...."
Ia berhenti sejenak lalu berkata lebih lanjut, "Ketahuilah,
sekalipun terkurung disini sampai 28 tahun pun takkan
kelaparan mati." Aku dapat makan ular. Tetapi bagaimana
dengan kalian" Bukankah kalau tak makan setengah bulan
saja kalian tentu sudah tak kuat" Apalagi kawanan ular
berbisa itu...."
Ia melirik ke arah Siau-liong dengan pandang yang jeri lalu
tak melanjutkan kata2nya.
Cu Kong-leng tertawa dingin, "Sama sekali aku tak menipu
saudara supaya mengusir ular beracun itu. Harap tahu bahwa
meskipun untuk saat ini aku belum dapat mengetahui barisan
mereka tetapi sedikit telah kuselami gerak perobahannya.
Mungkin tak lama lagi tentu sudah kuketahui rahasia barisan
mereka itu. Sekalipun saudara dapat hidup dengan makan ular
beracun tetapi tempat ini penuh dengan alat rahasia pembawa
maut. Benar memang kedua suami isteri iblis itu tak mengejar
kesini tetapi jika tak kutunjukkan jalaninya, sekali salah
langkah tentu akan tertimpah bahaya maut!"
Agaknya ketua perkumpulan Pemakan Ular itu memang
singkat sekali pikirannya. Mendengar bantahan Cu Kong-leng,
ia menjadi bungkam.
268 Kemudian Cu Kong-leng menunjuk kesekeliling penjuru dan


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata kepada Siau-liong, "Sekalipun pengetahuanku picik,
tetapi aku pernah meyakinkan sampai berpuluh tahun tentang
ilmu perkakas rahasia dan barisan. Dalam 200 macam barisan
yang pernah kupelajari, tak ada satupun yang sama dengan
barisan itu!"
Menurut arah yang ditunjuk Cu Kong-leng, Siau-liong
melihat deretan karang tinggi itu seperti menyerupai bentuk
delapan tanduk runcing.
Berkata Cu Kong-leng pula, "Jika menurutkan keadaan
alam, jelas barisan mereka mengandung unsur perobahan Patkwa-
kiu-kong. Tetapi...."
Ia menunjuk ke arah gua2 yang besar kecil dan tinggi
rendah pada kaki karang itu, lalu berkata pula, "Yang tak
kumengerti ialah tentang ke 7 buah gua yang tersebar
diempat penjuru itu. Yang 6 buah, jelas gua alam. Tetapi yang
satu tentu dibuat orang...." " ia berhenti dan merenung.
"Kabarnya suami isteri iblis itu mahir menggunakan tipu
siasat untuk menjebak orang. Mungkin tempat ini tiada
terdapat perkakas rahasianya. Mereka memang sengaja
membuat lubang gua untuk menimbulkan kecurigaan orang!"
kata Siau-liong yang tak sabar menunggu.
Tetapi ketua Tong-thing-pang itu gelengkan kepala,
"Tempat itu amat berbahaya dan merupakan ciptaan alam
yang menyerupai bentuk barisan Pat-kwa-tin. Sudah tentu
kedua iblis itu takkan menyia-nyiakannya. Kalau tak percaya,
cobalah saudara cari jalan yang saudara lalui ketika datang
kesini tadi. Apakah saudara mampu menemukannya lagi atau
tidak!" 269 Siau-liong terkejut. Cepat ia melakukan perintah itu. Ah,
memang keadaan empat penjuru hampir sama. Dan belasan
batang pohon siong yang tumbuh ditengah hutan itupun
hampir sama semua sehingga sukar menemukan dari jalan
mana tadi ia masuk kesitu.
Bukan kepalang kejut Siau-liong. Kedatangannya kehutan
situ adalah untuk mencari tempat bersembunyi. Setelah
memulangkan tenaga, ia hendak keluar untuk menempur
kedua suami isteri iblis itu lagi. Lalu mencari Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo. Maka bermula ia tak menghiraukan Cu Kongleng
yang sedang mempelajari keadaan tempat situ. Tetapi
setelah melakukan apa yang dikatakan Cu Kong-leng tadi,
gelisahlah ia. Benar-benar ia tak mampu menemukan jalan
yang ia masuki tadi.
"Jika barisan Pat-kwa digabung dengan robahan barisan
Bintang-tujuh, benar-benar sebuah barisan yang luar biasa
hebatnya. Sejak dahulu belum pernah orang melakukan hal
itu. Mengingat Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka itu
memiliki kecerdasan yang hebat, tidak mustahil kalau mereka
dapat menyatukan kedua bentuk barisan itu. Kecuali...."
Plak, tiba-tiba ketua Tong-thing-pang itu menampar pipinya
sendiri, "Benar! Ah, tentu bukan ciptaan kedua iblis itu sendiri.
Orang yang menciptakan barisan itu, karena berani memaksa
nyalahi perhitungan alam, tentulah sudah mati dalam barisan!"
Siau-liong dan Mawar Putih setengah mengerti setengah
tidak. Tetapi melihat sikap ketua Tong Thing-pang itu, terang
kalau dia benar-benar memeras otak.
Saat itu agaknya Cu Kong-leng sudah menemukan titik2
terang. Segera ia melangkah maju kehadapan Siau-liong, "Jika
orang yang meciptakan barisan itu tidak dibunuh kedua suami
isteri iblis, dia adalah seorang ahli pikir yang cemerlang sekali.
270 Tetapi kemungkinan besar, orang itu tentu sudah mati dalam
barisan yang diciptakannya itu sendiri...."
Ia menghela napas, katanya pula, "Karena ia menciptakan
barisan ini terlampau ganas, dalam ke 7 lubang barisan itu
sama sekali tidak diberi pintu hidup. Oleh karenanya,
sekalipun ia mampu balik keluar dari barisan, tentu juga akan
mendapat kutukan...."
Siau-liong hanya menganggukkan kepala. "Penilaian
saudara memang tepat," kata Siau-liong, "tetapi tentulah ada
sebab lain mengapa orang itu mau menciptakan barisan
semacam ini!"
"Maksudmu"...."
Siau-liong tertawa, "Orang itu tentu sudah linglung atau
memang sudah gila!"
Tiba-tiba ketua Tong-thing-pang itu bertepuk tangan,
"Bagus, Pendapat saudara memang hebat. Memang orang
linglung atau gila sering menonjolkan kepandaiannya. Menilik
ciptaan yang begitu ganasnya, memang hanya seorang gila
yang dapat melakukannya. Tetapi...." ia menunduk berpikir
lagi. Beberapa saat kemudian ia berkata, "Tokoh2 yang ahli
dalam ilmu barisan dan alat-alat rahasia, sebagian besar aku
tahu. Tetapi aneh, mengapa aku tak dapat menemukan
siapakah pencipta barisan itu?"
Tan Ih-hong mondar-mandir mendukung tangan. Tiba-tiba
ia menarik tubuh Cu Kong-leng, serunya, "Kawanan ular
berbisa itu dalam waktu sejam lagi tentu akan liar kembali.
Lekaslah cari jalan keluar!"
271 Cu Kong-leng geleng2 kepala, "Tempat ini merupakan
tanah mati. Sama sekali tiada jalan keluar...."
Namun ketua Tong-thing-pang itu tetap membuat
penilaian. Tiba-tiba ia menunjuk sebuah gua yang paling
besar, serunya, "Jika terpaksa, kita hanya dapat menggunakan
jalan ini untuk keluar. Tetapi adakah gua itu menembus keluar
atau masih dalam bagian lembah, aku tak berani memastikan.
Pula mungkin di dalam gua terdapat banyak ular dan serangga
berbisa...."
"Jangan kuatir, serahkan kawanan binatang beracun itu
padaku!" seru ketua Pemakan Ular.
Cu Kong-leng tertawa, "Kecuali binatang beracun, mungkin
masih terdapat bahaya air dan api serta lubang2 jebakan yang
tak dapat kita duga-duga. Jika hanya seorang saja,
kemungkinan tentu binasa...."
"Semua ancaman alat rahasia dan lain-lain perangkap,
menjadi tanggunganmu!" teriak Tan Ih-hong.
Kemudian Cu Kong-leng menanyakan pendapat Siau-liong.
Pemuda itu memandang sejenak kepada Mawar Putih lalu
menjawab, "Dari pada disini menunggu kematian, lebih baik
kita coba2 menempuh bahaya!"
Baru Siau-liong berkata begitu, tiba-tiba terdengar suara
orang bersuit pelahan. Sudah tentu sekalian orang terperanjat.
Suitan itu seperti bunyi seruling tetapi pun mirip dengan
batang pohon yang berderak-derak tertiup angin.
Menyusul dengan itu, karang yang mengelilingi empat
penjuru, menghambur kabut tipis. Dibawa kesiur angin, kabut
itu makin lama makin tebal dan pelahan-lahan mengumpul
272 ditengah. Saat itu alam disekeliling penjuru tampak meremang
tak jelas lagi.
Suara suitan itupun kedengaranya makin rendah nadanya
sehingga sukar diketahui berasal dari benda apa. Suaranya
mirip dengan kawanan setan yang merintih-rintih ditengah
malam. Suasana dalam hutan ditengah tanah lapang buntu itu
makin terasa seram.
Seketika berobahlah wajah Cu Kong-leng ujarnya,
"Rapanya barisan mereka sudah mulai bergerak. Harap
saudara sekalian mengikuti aku, jangan bergerak sendiri!"
Tiba-tiba Tan Ih-hong berteriak, "Awas! Kawanan ular
berbisa itu mulai menyerang lagi!"
Memang benar. Dari sekeliling penjuru hutan, ribuan ular
dan binatang berbisa serempak merayap datang. Sambil
gerakkan kebut hudtimnya kekanan kiri, Tan Ih-hong
membaca doa. Tetapi rupanya kawanan binatang beracun itu telah
mendapat tekanan dari ilmu sihir yang lebih kuat. Mereka tak
mengacuhkan Tan Ih-hong dan terus menyerbu.
Karena kebudnya tak memberi hasil, Tan Ih hong bingung
juga. Tiba-tiba ia menyambar seekor ular besar terus digigit
kepalanya. Setelah meminum darah ular itu, ia segera
menyemburkan kesekeliling penjuru.
Serangan istimewa itu memaksa kawanan binatang beracun
tak berani maju lagi. Tetapi mereka tetap bergeliatan
disekeliling hutan.
273 Dalam pada itu kabutpun makin tebal sehingga mata sukar
memandang kemuka. Dan yang lebih mengejutkan. Tiba-tiba
belasan batang pohon siong bergetaran! Makin lama makin
keras seperti terjadi gempa bumi.
Keempat orang itu seperti berada dalam perahu yang
tengah diamuk badai. Kepala mereka pening, mata berkunang2....
Cu Kong-leng berseru gugup, "Tempat ini merupakan poros
tengah barisan. Jika terjadi suatu perobahan, semua benda
disini tenju hancur ludas. Lekas ikut aku!"
Kembali Tan Ih-hong mencengkeram seekor ular besar lalu
digigit kepalanya. Setelah itu ia semburkan darah ular tadi ke
arah yang ditunjukkan Cu Kong-leng. Kawanan binatang
berbisa yang berada ditempat itu segera menyingkir memberi
jalan. Cu Kong-leng berjalan lebih dulu, ketiga orang lainnya
mengikut dibelakangnya. Beberapa kali Cu Kong-leng berhenti
untuk membuat penyelidikan. Dengan begitu jalannya amat
pelahan sekali. Untunglah selama itu Tan Ih-hong dapat
menggigit mati 7-8 ekor ular besar dan setiap kali tentu
menyemburkan darah ular itu untuk membuka jalan. Dengan
demikian amanlah perjalanan mereka.
Kira2 sepenanak nasi lamanya. tiba-tiba Cu Kong-leng
berseru, "Sudah sampai!"
"Sampai dimana?" Tan Ih-hong bertanya penuh
ketegangan. Cu Kong-leng tertawa hambar, "Tiada nama yang lebih
tepat untuk tempat itu kecuali kita sebut sebagai Pintu
Akhirat," 274 Ketika Siau-liong mengawasi kemuka, ternyata yang
disebut Pintu Akhirat oleh ketua Tong-thing-pang itu adalah
gua paling besar yang tadi ditunjuk oleh Tan Ih-hong. Gua itu
setinggi satu tombak, lebar empat-lima meter. Disebelah
dalam hitam pekat tak tampak suatu apa.
Sepintas pandang gua itu seperti buatan alam. Gerumbul
rumput alang2 yang tumbuh di pintu gua, hampir setinggi
orang. Sarang labah2 dan galagasi memenuhi lubang pintu.
Memberi kesan bahwa gua itu tak pernah dikunjungi manusia.
Siau-liong memandang lekat kepada Cu Kong-leng. Diamdiam
pemuda itu muiai meragukan keterangan Cu Kong-leng.
Sedang Tan Ih-hong pun melongok ke dalam gua lalu
melengking, "Hm, jelas sebuah gua yang tak pernah diinjak
manusia mengapa engkau katakan sebagai jalan keluar?"
"Mataku belum rabun. Kuyakin takkan salah lihat!" jawab
Cu Kong-leng. Tan Ih-hong tak membantah tetapi pun tak berani gegabah
masuk. Saat itu kabut tebal sudah merata menyelimuti hutan siong.
Hanya suara bergetaran tadi sudah berhenti.
Setelah memasang pendengaran, berkatalah Cu Kong-leng,
"Jika penilaianku tak salah. Gua ini setengahnya memang
ciptaan alam tapi setengahnya juga dibuat manusia.
Kupercaya gerak-gerik kita ini tentu sudah diawasi musuh."
"Bagaimana engkau tahu?" seru Tan Ih-hong kurang puas.
275 "Tadi barisan itu jelas sudah bergerak. Jika kita masih
berada dalam hutan, tentu sudah mati ditangan mereka...."
kata Cu Kong-leng, "bahwa kemudian barisan itu berhenti,
menandakan kalau mereka mengetahui bahwa kita sudah
tinggalkan hutan itu!"
Kemudian sambil menunjuk ke dalam gua, ketua Tongthing-
pang itu berkata pula, "Walaupun kuyakin gua itu
merupakan satu-satunya jalan keluar. Tetapi aku tak berani
memastikan adakah kita nanti mampu keluar dengan selamat
atau tidak. Karena dalam gua itu tentu penuh bahaya maut!"
Karena tak mengerti ilmu barisan dan ilmu segala macam
alat rahasia, Siau-liong diam saja.... Demikian pun dengan
Mawar Putih. Cu Kong-leng melangkah masuk ke dalam gua. Beberapa
langkah kemudian, ia berseru memanggil ketiga orang itu
supaya lekas masuk juga.
Keiika Siau-liong bertiga masuk, ternyata gua itu
merupakan sebuah terowongan alam. Tetapi bagian lantai dan
langit2 serta dinding gua terdapat bekas2 dibuat manusia.
Kembali Cu Kong-leng menyatakan keyakinannya bahwa
gua itu pasti merupakan satu2nya jalan keluar. Tetapi ia masih
belum mengetahui alat rahasia apa saja yang dipasang dalam
gua itu. Mereka melanjutkan langkah. Makin ke dalam lorong gua
itu makin sempit. Juga sinar penerangannya, makin gelap. Jika
mereka berempat tak memiliki ilmu silat tinggi, pasti tak
mampu melihat keadaan disekeliling.
Kira2 sepuluh tombak jauhnya, tibalah mereka di ujung
gua. Setelah menyelidiki kian kemari, akhirnya Cu Kong-leng
276 menunjuk pada sebuah batu hijau yang menonjol di sebelah
kiri, "Itulah alat penggerak pesawat rahasia...."
Tampak ketua Tong-thing-pang itu yakin akan
penemuannya. Setelah memandang bergantian pada Siauliong,
Mawar Putih dan Tan Ih-hong, ia berkata pula, "jika
memutar aiat itu, akan terjadi dua kemungkinan. Kesatu, akan
terbuka sebuah jalan hidup. Dan yang kedua akan terjadi
suatu perobahan yang tak terduga-duga...."
"Serangan ular dan binatang berbisa?" tanya Tan Ih-hong.
Cu Kong-leng gelengkan kepala, "Sukar dipastikan.
Semburan api mungkin bencana air atau mungkin pula letusan
gunung dan mungkin kita akan terperosok ke dalam lubang
penjara tanah!"
Tan Ih-hong terkejut, "Apakah tak ada lain pesawat
penggerak lagi?"
Pun Mawar Putih mendesak juga supaya Cu Kong-leng
memeriksa lagi lebih cermat.
Ketua Tong-thing-pang itu menurut. Ia menyelidiki sekitar


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempat itu dengan seksama. Tapi tetap tak menemukan suatu
apa. "Ah tak ada lain kecuali yang itu!" katanya.
Siau liong tak dapat berkata apa2. Demikian pun Mawar
Putih dan Tan Ih-hong.
"Kita akan menurut saja apa yang dikatakan saudara
Kongsun Liong," kata Cu Kong-leng seraya memandang Siauliong.
277 Karena hal itu menyangkut keselamatan jiwa mereka
berempat, Siau-liong tak berani gegabah mengambil
keputusan. Sesaat ia memandang wajah Mawar Putih tetapi
dara itupun tak punya pendapat apa2. Ia tertegun diam.
"Saat ini musuh sudah mengamati gerak-gerik kita.
Sekalipun kita diam saja disini, mereka tetap menyerang.
Daripada mati konyol, lebih baik kita putar alat itu. Untunguntunganlah,
mungkin bencana mungkin kebebasan!"
akhirnya Cu Kong-leng menyetujui.
Karena Mawar Putih diam saja dan ketua Pemakan Ular itu
juga hanya celingak-celinguk, akhirnya Siau-liong menyetujui.
Cu Kong-leng mulai mengangkat tangan kanannya.
Tangannya agak gemetar, butir2 keringat mengucur dari
dahinya. Hatinya tegang sekali.
Tiba-tiba ketua Pemakan Ular Tan Ih-hong mendesah
pelahan lalu menarik jubahnya yang penuh tambalan itu ke
atas untuk menutup mukanya.
Dalam pada itu tangan Cu Kong-leng makin menggigil
keras. Setelah berhenti sejenak, akhirnya ia menjamah batu
hijau dan menekannya.
Batu marmar hijau itu hanya sebesar mangkuk, Sekali
ditekan terus menyurut masuk.
Keempat orang itu menahan napas untuk menunggu apa
yang akan terjadi. Tiba-tiba terdengar suara bergetar dahsyat
sehingga tanah dalam gua itu bergoncangan.
Mawar Putih menjerit terus memeluk dada Siau-liong.
Dalam keadaan yang sedemikian tegangnya, dara itu lupa
akan segala susila dan rasa malu.
278 Tetapi sampai beberapa saat, belum terjadi sesuatu.
Goncangan itupun makin reda. Rupanya berasal dari luar gua.
Setelah itu terdengar suara berderak-derak. Ah, dinding gua
sebelah muka tiba-tiba merekah dan terbuka sebuah jalan
lebar. Cu Kong-leng menghela napas longgar dan berseru
gembira, "Hola, bahaya telah lalu. Hayo kita keluar "
Mawar Putih lepaskan pelukannya.... Dengan wajah tersipusipu
merah ia memandang Siau-liong lalu berputar tubuh.
Tan Ih-hong pun membuka tutup mukanya lalu cepat2
mengikuti langkah Cu Kong-leng.
Cu Kong-leng melangkah dengan hati2 sekali. Siau-liong
cepat menarik Mawar Putih diajak mengikuti orang she Cu itu.
Lorong jalan itu makin lama makin lebar dan terang. Kira2
tiga tombak jauhnya, merupakan sebuah gua besar
menyerupai sebuah ruangan di bawah tanah.
Setelah memandang kesekeliling Cu Kong-leng berkata,
"Penilaianku tadi banyak yang meleset. Pencipta barisan itu
ternyata bukan orang ganas karena masih memberi jalan
hidup...."
Tampaknya Cu Kong-leng amat gembira. Kipas disusupkan
kepunggung lagi lalu me-ngurut2 jenggot. katanya pula, "Kini
aku pun sudah jelas akan bentuk barisan ini. Tak lain hanya
gabungan antara barisan Pat-kwa dan Thay-kek. Sama sekali
bukan seperti yang kukatakan tadi ialah barisan Tujuhmaut...."
279 Sambil menunjuk pada kedua samping dinding gua, ia
menerangkan bahwa asal tidak menyentuh dinding itu, barisan
tentu takkan bergerak. Lalu ia menghampiri kemuka dinding
gua dan menunjuk sebuah batu menonjol sebe?ar telur,
serunya, "Inilah alat pembuka dari jalan ke luar!"
Dengan wajah berseri tawa, ia segera menekan batu itu.
Siau-liong dan Tan Ih-hong sudah mulai menaruh kepercayaan
kepada Cu Kong-leng Mereka merasa lega.
Setelah batu ditekan, dari bawah tanah terdengar suara
macam kerbau menguak. Sambil tersenyum simpul, Cu Kongleng
berpaling" "Suara itu berasal dari pergantian antara Patkwa
dengan Thay-kek. Begitu peralihan tempat itu selesai,
pintu keluar tentu akan terbuka...."
Baru ia berkata begitu, se-konyong2 terjadi ledakan
dahsyat. Kedua dinding gua ber-derak2 merekah. Batu2
berguguran seperti hujan mencurah sehingga keempat orang
itu tak dapat berdiri tegak.
"Barisan Tujuh Maut...." serentak Cu Kong-leng menjerit
keras. Tetapi ia tak dapat melanjutkan kata2nya karena saat itu
dari kedua samping dinding gua yang pecah itu, gelombang
air bah melanda dahsyat, Siau-liong berempat pontangpanting
tak dapat berdiri tegak. Beberapa kali Siau-liong
berusaha untuk mempertahankan keseimbangan tubuh tetapi
selalu gagal. Air bah yang membawa pecahan batu
melandanya hebat sekali sehingga ia hampir pingsan.
Samar2 ia masih mendengar Mawar Putih menjerit
memanggilnya, "Siau.... liong.... Siau.... liong...."
280 Tetapi jeritan dara itu lenyap ditelan gelombang air bah
yang mengamuk dahsyat. Tak mungkin Siau-liong dapat
mendekati Mawar Putih. Yang terdengar tak lain suara
teriakan Cu Kong-leng yang masih me-mekik2 seperti orang
gila, "Barisan Tujuh Maut.... pintu celaka.... air bah...."
Jeritan ketua Tong-thing-pang itu terputus oleh sebuah
ledakan yang dahsyat lagi. Tanah ruang gua itu segera
amblong ke bawah. Keempat orang itu laksana orang yang
terlempar ke bawah jurang. Siau-liong yang memiliki tenaga
sakti hebat, tetap tak mampu berbuat apa2.
Siau-liong merasa bahwa dirinya pasti mati dalam barisan
Tujuhy Maut itu. Dari ketinggian 20-an tombak, ia
dihempaskan oleh gelombang air terjun. Ia rasakan sendi
tulangnya seperti remuk dan pada lain saat ia tak ingat apa2
lagi.... Entah selang berapa lama ia dalam keadaan pingsan itu.
Hanya ketika ia membuka mata ia sasakan tulang belulangnya
seperti pecah dan tenaganya lenyap sehingga tak kuat untuk
mengangkat tangannya.
Otaknya masih ber-binar2 sehingga tak dapat mengingat
apa yang telah terjadi pada dirinya. Ia pun tak tahu
dimanakah saat itu ia berada.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia mendengar langkah
kaki orang berjalan mendatangi. Ia terkejut. Cepat ia loncat
bangun. Uh.... kaki dan tangannya serasa tak bertulang lagi.
Ia meronta dan berusaha untuk menggeliat bangun namun
tetap sia2. Pada lain saat ia merasa dahinya telah di-elus2 oleh sebuah
tangan yang halus. Sebuah helaan napas ringan terdengar dan
281 hidung Siau-liong serentak terbaur oleh bau yang harum
semerbak. Dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk merentang
sepasang mata memandang kemuka. Tetapi pandang matanya
masih ber-kunang2, tak dapat melihat jelas kecuali hanya
sesosok bayangan beraneka bunga.
Tak berapa lama, derap langkah kaki orang tadi
kedengaran pula. Jelas yang datang itu tentu bukan seorang
saja. Tangan halus itu kembali menjamah keningnya dan
terdengarlah suara yang lemah-lembut, "Hatilah engkau
mengangkatnya bangun!"
Siau-liong rasakan punggungnya diangkat oleh dua lengan
yang halus untuk didudukkan. Karena masih lemah tenaga
dan pikirannya. Siau-liong membiarkan saja dirinya diangkat
itu. Kemudian mulutnya seperti dingangakan tangan orang lalu
dimasuki sebutir pil. Mau tak mau Siau-liong menelan pil itu
juga. "Hati2lah merawatnya! Jika sudah sadar, panggillah aku,"
kata orang yang berkata tadi.
Siau-liong dibaringkan lagi di atas ranjang. Terdengar
langkah orang meninggalkan ruang itu. Beberapa kali orang
itu berhenti. Agaknya seperti tak tega meninggalkan Siauliong.
Pil itu memancarkan aliran tenaga keseluruh tubuh Siauliong
sehingga ia merasa semangat dan tenaganya pulih
kembali. Cepat ia mengambil napas dan menyalurkan tenagaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
282 murni. Berkat memiliki dasar tenaga dalam yang kokoh, tak
berapa lama tenaga dalamnya sudah pulang kembali. Segera
ia hentikan penyaluran tenaga dalam lalu membuka mata.
Ah.... kiranya dirinya saat itu berada dalam sebuah ruang
tidur yang indah dan berbaring di atas sebuah ranjang yang
harum baunya. Kamar tidur itu tentu milik seorang gadis.
Ia terkejut sekali. Ia heran mengapa diriny, tiba-tiba berada
disitu. Buru-buru ia tenangkan perasaannya untuk mengenang
kembali apa yang telah dialaminya. Akhirnya berhasillah ia
mengingat semua peristiwa.
Diam-diam ia menggigit lidahnya sendiri sehingg|
kesadaran pikirannya bertambab terang. Ah, ternyata ia belum
mati. Tetapi serempak itu, pikirannya kacau tak karuan,
hatinya amat cemas sekali.
Dimanakah gerangan dua orang itu"
Kegelisahan Siau-liong itu selain karena hubungannya
dengan Mawar Putih yang makin erat, pun juga karena ia
memerlukan sekali tenaga dara itu. Jika Mawar Putih sampai
mati, bukankah selamanya ia bakal tak bertemu dengan ibu
kandungnya Dewi Ular Ki Ih"
Cepat2 ia memeriksa pakaiannya. Ah, ternyata
perlengkapan untuk menyaru menjadi Pendekar Laknat masih
berada di dalam baju. Demikianpun separoh Giok-pwe yang
diberikan Toh Hun-ki itu, juga masih ada.
Setelah menenangkan diri, Siau-liong lalu loncat bangun.
Ruangan itu sunyi senyap. Dibawah ranjang terdapat dua
orang pelayan perempuan duduk bersila. Begitu melihat SiauTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
283 liong loncat turun dari ranjang, kedua bujang gadis itu
terkejut. Mereka tersipu-sipu menyongsong.
Siau-liong tetap tak tahu dimanakah tempat beradanya saat
itu. Tetapi ia duga tentulah dirinya ditolong oleh pemilik ruang
tidur itu. Melihat. kedua bujang itu menghampiri, Siau-liong segera
memberi hormat, "Entah siapakah yang telah menolong
diriku?" Kedua bujang dara itu baru berumur 15"16 tahun.
Rambutnya dikuncir, mengenakan baju dan celana hijau daun.
Pinggangnya bersabuk sutera hijau gelap.
Kedua bujang dara itu tertawa dan serempak berseru,
"Sudah tentu nona majikan kami!"
Siau-liong terbeliak, "Apakah nonamu itu...."
"Nanti engkau tentu tahu sendiri!" tukas salah seorang
gadis pelayan. Siau-liong tak mau bertanya lebih jauh. Ia lebih memikirkan
keselamatan Mawar Putih dan kedua orang itu. Maka
ditanyakanlah hal itu kepada kedua gadis pelayan.
"Tolol! Perlu apa nona kami menolong lain orang" Yang
penting hanya menolong engkau!" kedua gadis pelayan itu
tertawa mengikik.
Diam-diam Siau-liong terkejut. Tentulah Mawar Putih dan
kedua orang itu mengalami bahaya.
Salah seorang gadis pelayan itu segera mengajak
kawannya keluar. Tak berapa lama mereka mengiring seorang
284 nona yang mengenakan pakaian merah menyala.
Dandanannya amat mewah, tak ubah seperti puteri istana.
Ketika Siau-liong mengawasi dengan seksama, ia terbeliak
kaget. Nona baju merah itu bukan lain adalah gadis pemilik
Lembah Semi atau puteri tunggal dari suami isteri Iblis
Penakluk-dunia dan Dewi Neraka.
Waktu melihat Siau-liong sudah berdiri didepan ranjang,
nona itu tertawa gembira, serunya, "Eh, engkau masih harus
beristirahat dulu, mengapa turun dari tempat tidur?"
Diam-diam Siau-liong kerahkan tenaga dalam siap akan
dihantamkan. Nona itu terkejut. Tetapi pada lain saat ia
tertawa, "Eh, engkau ini bagaimana" Dengan maksud baik
kuselamatkan jiwamu, mengapa engkau memandangku begitu
menyeramkan" Apakah.... ah, aku memang tolol," nona itu
menepuk-nepuk dahinya sendiri, "mungkin pikiranmu masih
goncang akibat barisan Tujuh Maut itu. Tetapi jangan kuatir.
Engkau sekarang sudah selamat dan tak ada orang yang
berani menganggumu disini...."
Nona itu maju selangkah dan bertanyakan nama Siau-liong.
Siau-liong hendak meledak kemarahannya. Untunglah saat itu
ia menyadari bahwa dirinya bukan lagi sebagai Pendekar
Laknat. Seharusnya ia bersikap seperti tak kenal dengan nona
itu. Begitu pula ia harus menyadari kedudukannya saat itu.
Mawar Putih belum ketahuan nasibnya. Kalau andaikata
masih hidup tentulah menjadi tawanan orang Lembah Semi.
Demikian pula dengan rombongan orang gagah yang dipimpin
It Hang to-tiang. Mereka belum diketahui nasibnya!
Mengingat akan nasib mereka, seketika Siau-liong merasa
beban yang dipikulnya makin berat. Bukan saja melaksanakan
dendam terhadap Toh Hun-ki dan keempat Su-lo, merehabilitir
285 nama baik mendiang Pendekar Laknat, mencari ibunya. Pun
sekarang tambah lagi dengan tugas untuk membasmi Iblis
Penakluk-dunia dan Dewi Neraka demi menyelamatkan dunia
persilatan. Timbullah serentak pikiran Siau liong.
Ia harus menggunakan siasat untuk pura-pura bersikap
baik terhadap nona pemilik lembah itu. Pe-lahan2 ia akan
menunggu kesempatan untuk bertindak.
Melihat pemuda itu termenung-menung, nona itu
menafsirkan Siau-liong tentu masih belum hilang kegoncangan
hatinya akibat malapetaka barisan Tujuh Maut.


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia maju dua langkah lagi, mendorong Siau-liong, "Eh,
mengapa engkau ini" Apakah masih gentar?"
Siau-liong terkejut. Buru-buru ia menyurut selangkah ke
belakang, "Ah.... no.... na...."
Nona pemilik lembah itu tertawa mengikik, tanyanya pula,
"Siapakah namamu?"
"Kongsun Liong!"
Dengan mata memancar asmara, nona itu memandang
lekat, ujarnya, "Ih. engkau benar-benar seperti seekor naga....
naga yang indah."
Tiba-tiba nona itu tempelkan lengannya ke bahu Siau-liong
Pemuda itu terkejut dan mundur selangkah lagi dengan wajah
kemerah-merahan.
286 "Eh. engkau malu2?" nona itu tertawa. Ia terus berpaiing
dan menyuruh bujang kedua pergi. Setelah itu ia menarik
lengan baju Siau-liong, "Mari kita duduk bercakap-cakap."
Siau-liong terpaksa menurut saja. "Tahukah engkau siapa
namaku?" tanya nona itu dengan memandang lekat.
Siau-liong paksakan tertawa, "Justeru itu yang hendak
kutanyakan."
Nona itu cibirkan bibirnya tertawa, "Namaku Po Ceng-in,
pemilik Lembah Semi ini. Lembah Semi ini pemberian dari
ayah bundaku. Mereka berdua jarang datang kemari!"
Siau-liong hanya mengangguk saja.
"Karena aku suka memakai warna merah, ayah bundaku
senang memanggilku Siau-hong kata nona itu dengan sikap
manja lalu mendekat dan tempelkan tangannya ke bahu Siauliong,
"Jika engkau suka, panggillah aku Siau-hong saja...."
"Hm, baiklah!" sahut Siau-liong terpaksa.
Sambil kicupkan ekor matanya dengan tingkah yang genit,
nona itu mendesak, "Nah, panggillah aku ia terus rapatkan
tubuh ke tubuh Siau-liong.
Karena dua kali didesak, Siau-liong terdesak ketepi ranjang
dan tak dapat menghindar lagi. Untuk serentak berdiri, ia
sungkan. Bingung saat itu hatinya. Sebesar itu, belum pernah
ia duduk merapat begitu rupa dengan seorang gadis.
Wajah Siau-liong merah padam, mulutnya serasa
terkancing tak dapat berkata apa2.
287 Diluar dugaan sikap malu dari Siau-liong itu malah makin
menimbulkan nafsu si nona lebih berkobar.
"Panggillah...." desaknya dengan pandang penuh asmara.
"Siau.... nona Siau-hong...." akhirnya Siau-liong paksakan
diri memanggil.
Nona itu tertawa mengikik.
"Siau-hong cukup Siau-hong saja, tak perlu pakai nona.
Mengapa nadamu begitu janggal?"
Sejenak ia keliarkan ekor matanya yang genit lalu
menanyakan umur Siau-liong.
"Tujuh belas tahun!" sahut Siau-liong.
"Ih, sebaya dengan aku...." tiba-tiba nona itu merah
mukanya dan tak melanjutkan berkata lagi.
Diam-diam Siau-liong gelisah. Ia kuatir nona itu akan tanya
ini itu sehingga tiba pada pertanyaan yang ia tak dapat
menjawab. Terlintas pada diri Mawar Putih, cepat ia alihkan
pembicaraan. "Boleh kuketahui bagaimana. nona telah menolong
jiwaku?" tanyanya.
"Sebenarnya bukan menolong dalam arti yang
sesungguhnya. Lebih tepat kalau meminta dirimu dari tangan
ayahku!" Karena tak leluasa untuk langsung menanyakan diri Mawar
Putih, maka Siau-liong bertanya dengan cara memutar, "Selain
diriku, siapa lagi yang nona tolong!"
288 Nona itu tertawa mengikik, "Cukup engkau seorang saja.
Aku tak peduli lain orang!"
Karena tak berhasil menanyakan diri Mawar Putih, maka
Siau-liong, bertanya pula, "Selain aku masih ada beberapa
orang yang terjerumus dalam barisan itu. Entah bagaimana
mereka sekarang ini...."
Nona itu mendengus hambar, "Hm, dalam sehari semalam
itu telah tertangkap empat lima puluh orang. Siapakah yang
engkau tanyakan itu?"
Terpaksa Siau-liong menerangkan juga. "Yang seorang
adalah Cu Kong-leng ketua Tong-thing-pang, seorang Tan Ihhong
ketua Pemakan ular dan masih ada lagi seorang gadis
bernama...."
Seketika berobahlah wajah nona pemilik lembah, tukasnya,
"Mengapa engkau begitu menaruh perhatian kepada mereka?"
Ditatapnya wajah Siau-liong lekat2 lalu bertanya pula,
"Apakah engkau datang bersama anak perempuan itu"
kalian...."
"Aku hanya berjumpa ditengah jalan. Sebelum itu tak kenal
mengenal!" buru-buru Siau-liong menukas.
Nona pemilik lembah itu mengangguk puas. Namun
wajahnya tetap dingin, ujarnya, "Sekali pun gadis dengan
kedua ketua perkumpulan itu tidak mati tetapi mereka
dijebloskan ayah ke Lembah Maut. Barang siapa tak mau
menjadi anak buah ayah, tentu akan mengalami nasib begitu!"
289 Mendapat keterangan itu agak legalah hati Siau-liong. Asal
Mawar Putih belum meninggal, ia masih mempunyai harapan
untuk menolong.
Kembali mata nona pemilik lembah itu berkilat!, serunya,
"Karena sekarang kita bertemu tentulah dalam penitisan
dahulu kita memang berjodoh. Asal engkau tak memusuhi
orang tuaku, kita tentu dapat...."
Sekalipun nona itu seorang gadis yang cabul dan tak punya
malu, tetapi pada saat mengucap soal2 perkawinan, agaknya
masih kikuk juga.
Kembali ia memberi kicupan mata kepada Siau-liong lalu
berkata dengan nada gembira, "Dewasa ini ayah-ibuku sudah
merajai dunia persilatan. Hari depan kita tentu penuh
kesenangan. Tak ada seorang manusia dalam dunia yang
berani mengganggu kita!"
Siau-liong tak leluasa menjawab tetapi hatinya amat muak.
Pada saat yang sulit itu, tiba-tiba terdengar suara langkah
orang berhenti didepan pintu. Setelah batuk2, orang itu
berseru, "Nona, nyonya besar datang!"
Siau-liong terkejut. Yang dimaksud dengan nyonya besar
tentulah Dewi Neraka, ibu dari nona pemilik lembah itu. Diamdiam
ia gelisah. Nona pemilik lembah itu tertawa riang, "Ah, ibu datang...."
Baru ia berkata begitu, muncullah seorang wanita tua ke
dalam ruang situ.
290 "Mah....!" nona itu cepat berseru seraya menghampiri. Ia
pun memberi isyarat kepada Siau-liong, "Lekas, menyambut
ibuku!" Sesaat Siau-liong tak tahu bagaimana harus bertindak.
Untuk membungkuk tubuh memberi hormat kepada Dewi
Neraka, ia muak. Namun kalau tak mempedulikan. ia kuatir
akan menimbulkan kecurigaan orang.
Akhirnya terpaksa ia memberi hormat dengan segan dan
mengucap beberapa patah kata yang tak lampias.
Sejak masuk ke dalam ruangan, Dewi Neraka
memperhatikan sekali diri Siau-liong. Ditatapnya wajah
pemuda itu lekat2, kemudian berpaling kepada puterinya,
"Nak apakah engkau sungguh2 suka kepadanya?"
Nona itu menyahut bisik2, "Jika tak suka, masakan kuminta
dia dibebaskan...." kemudian dengan suara agak keras, ia
berseru, "Asal mamah meluluskan, kami segera...."
"Baik, mamah tak keberatan, asal...." tiba-tiba Dewi Neraka
menghampiri Siau-liong dan menghantam kepala pemuda itu
dengan jurus Menghantam-gunung Hoa-san.
Bukan kepalang kejut Siau-liong. Jurus itu bukan main
dahsyatnya dan dilancarkan dalam jarak dekat secara tak
terduga-duga. Tetapi untunglah Siau-liong cerdas sekali. Cepat ia dapat
mengetahui apa maksudnya. Maka bukan saja tak menghindar
atau menangkis, bahkan ia malah pura-pura terkejut dan
terhuyung-huyung mundur sampai beberapa langkah.
"Mah, mengapa engkau ini" apakah....!" secepat kilat nona
pemilik lembah itupun loncat menghadang ditengah.
291 Dewi Neraka memang sudah menghentikan tangannya. Ia
membelai-belai rambut anaknya seraya tertawa mengutuk,
"Anak tolol! mamah kan hanya hendak mengetahui asalusulnya
saja!" Sambil menyandarkan kepalanya kedada sang ibu dengan
sikap kemanja-manjaan, nona pemilik lembah itu berkata, "Ah,
tetapi mamah hampir membikin orang kaget setengah mati,
sungguh...."
Dewi Neraka memandang Siau-liong lagi. Tiba-tiba ia
mengeluarkan sebuah botol kecil diberikan kepada putrinya,
"mamah takkan mencampuri urusanmu pribadi, tetapi...."
Tiba-tiba wajah Dewi Neraka berobah dingin, "Dia bersama
rombongan orang2 yang memusuhi kita. Harus diberi minum
sebutir pil ini dulu...."
"Tidak mah!" nona itu menolak, "aku tak ingin dia menjadi
seorang yang tolol dan linglung pikiran. Akulah yang
menanggung bahwa kelak dia tentu takkan memusuhi ayah
dan mamah lagi!"
Dewi Neraka amat menyayang sekali kepada puterinya itu.
Maka ia hanya dapat geleng2kan kepala dan menghela napas
lalu menyimpan botol itu lagi.
Baru ia hendak berkata apa2, tiba-tiba terdengar suara
genderang berbunyi gencar.
"Ah, ayahmu mencari aku. Tentulah sudah mendapat
laporan tentang jejak Pendekar Laknat dan wanita Ular itu...."
habis berkata lalu keluar.
292 Setelah Dewi Neraka pergi, berkatalah si nona dengan
mengulum senyum, "Jangan takut kepada ibuku yang
berwajah seram itu. Sesungguhnya dia baik hati."
Siau-liong mengiakan. Kemudian ia berkata dengan nada
selembut mungkin, "Sudah lama kudengar cerita orang
tentang Pendekar Laknat muncul di dunia persilatan lagi.
Sungguh aku ingin sekali melihat bagaimana perwujutan
momok itu. Tadi karena ibumu mengatakan telah menemukan
jejak Pendekar Laknat dan Ki Ih, apakah engkau setuju kalau
secara diam-diam kita ikuti ibumu agar dapat melihatnya?"
Nona itu kerutkan dahi. Sesaat kemudian ia menjawab,
"Eh, mengapa nyalimu mendadak berobah begitu besar" Pada
hal sesungguhnya Pendekar Laknat itu tak lain hanya seorang
tua buruk yang memuakkan!"
Siau-liong mengeluh tetapi untunglah pada saat itu juga si
nona menyusuli kata2 lagi, "Tetapi baiklah. Ini merupakan
permintaanmu yang pertama kepadaku. Sudah tentu aku tak
dapat menolak."
Nona itu menarik tangan Siau-liong terus diajak keluar.
Sudah dua kali Siau-liong masuk ke dalam Lembah Semi itu.
Tetapi tempat2 yang dilalui saat itu, sama sekali belum pernah
didatanginya. Setelah melintasi tiga buah jalanan naik turun dan
beberapa deret bangunan perumahan, tibalah mereka
disebuah halaman gedung yang luas. Selama dalam
perjalanan itu, Siau-liong selalu memperhatikan dengan
seksama. Diam-diam ia merasa kagum atas bangunan yang
diciptakan dalam lembah itu.
Tiba-tiba nona itu menarik lengan baju Siau-liong suruh
pemuda itu berjalan pelahan dulu. Siau-liong terkejut. Segera
293 ia hentikan langkahnya. Dari dalam ruang besar terdengar
suara orang tertawa.
"Itulah ayahku," si nona membisiki kedekat telinga Siauliong.
Pada hal Siau-liong memang sudah mengetahui hal itu.
"Ih, agaknya mereka tidak membicarakan soal Pendekar
Laknat dan Ki Ih," kata nona itu pula seraya berjingkat-jingkat
menghampiri ke bawah jendela belakang.
Saat itu menjelang sore hari. Dibagian ruang belakang
penuh ditumbuhi pohon yang-liu. Dengan hati2 Siau-liong
mengikuti si nona yang saat itu sudah mengintip dari lobang
jendela. Ternyata dalam ruang gedung itu terdapat beberapa orang.
Kecuali suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka,
terdapat pula dua orang tetamu.
Ketika melihat wajah kedua tetamu itu, kejut Siau-liong
bukan alang kepalang. Ternyata kedua tetamu itu bukan lain
adalah Harimau Iblis dan si Naga Terkutuk.
Saat itu kedengaran Naga Terkutuk berkata, "Kemunculan
saudara ke dunia persilatan, rupanya tiada mempunyai
maksud memusuhi kami berdua saudara. Tetapi...."
Naga Terkutuk yang bertubuh tinggi kurus dan
mengenakan jubah warna kuning, pinggang menyelip
sebatang ruyung lemas itu, sejenak melirik ke arah
saudaranya, Harimau Iblis.
Kemudian ia menatap pula tuan rumah dengan pandanng
mata penuh keserakahan, "Asal saudara suka membagi harta
pusaka itu kepada kami, kami tentu akan membantu cita2
saudara untuk menguasai dunia persilatan!"
294 Iblis Penakluk-dunia serentak berbangkit lalu berjalan
mondar-mandir sambil mendukung kedua tangannya.
Wajahnya yang seram tampak makin menyeramkan....
"Memang tak sukar untuk membagi harta pusaka itu,"
akhirnya ia menjawab. Setelah berbatuk-batuk sejenak, ia
melanjutkan pula, "Tetapi...." ia paksakan tertawa
menyeringai. "Tetapi bagaimanakah cara kita membagi kitab pusaka
peninggalan Tio Sam hong itu?"
Tio Sam-hong adalah pendiri dari partai Bu-tong-pay.
Apabila kitab pusaka itu benar buah karya Tio Sam-hong,
tentulah merupakan kitab yang memuat ilmu pelajaran
pedang sakti. Merupakan sebuah kitab pusaka yang tiada
keduanya dalam dunia persilatan!
Harimau Iblis yang sejak tadi hanya diam saja, saat itu
sekonyong-konyong berteriak menggeledek, "Masing-masing


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendapat separoh bagian, apakah sukarnya?"
Seketika berobahlah wajah Iblis Penakluk-dunia. Hampir
meledaklah kemarahannya tetapi pada lain saat ia dapat
menindas lagi emosinya. Ia mengulum senyum tetapi tak
berkata apa2. Adalah Dewi Neraka yang serentak berbanngkit dan
berkata dengan nada dingin, "Jika saat ini merundingkan
tentang cara membagi harta pusaka, rasanya masih terlalu
pagi...." Sejenak memandang ke arah kedua tetamunya, wanita itu
melanjutkan, "Separoh bagian dari Giok-pwe itu masih berada
ditangan Pendekar Laknat. Jika tak dapat menemukan
295 jejaknya, tak mungkin kita membicarakan soal pembagian
harta itu. Ibarat orang melihat rembulan dalam air alias
omong kosong belaka!"
Tiba-tiba Naga Terkutuk tertawa gelak2, "Bukankah
Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih sudah terperangkap
dalam barisan Tujuh Maut lembah ini" Masakan mereka
mempunyai sayap terbang ke angkasa?"
Iblis Penakluk-dunia gelengkan kepala; "Berbicara tentang
peristiwa itu tentulah saudara berdua takkan percaya. Bahkan
kami berdua suami isteri pun benar-benar tak mengerti!"
Sejenak berhenti ia melanjutkan pula, "Seluruh penjuru,
setiap pelosok dan segenap ujung dari barisan Tujuh Maut itu
telah kami periksa dan selidiki, tetapi kedua orang itu hilang
tiada berbekas."
Mendengar itu Harimau Iblis hanya tertawa dingin, "Ho,
benar-benar suatu hal yang tak mungkin!"
Tiba-tiba Iblis Penakluk-dunia pun tertawa, "Sekali pun
Pendekar Laknat dan Dewi Ular lenyap tetapi diantara sekian
banyak tokoh persilatan yang tertangkap itu, terdapat seorang
pemuda dan seorang gadis!"
Mendengar itu Naga Terkutuk dan Harimau Iblis serempak
berbangkit. "Siapakah kedua muda mudi itu?" tanya Naga Terkutuk
seraya memandang tuan rumah dengan tajam.
Iblis Penakluk-dunia tertawa, "Kalau kukatakan, saudara
berdua tentu akan kecewa. Mereka berdua tak lebih dari
anak2 muda yang masih ingusan!"
296 Naga Terkutuk mendengus lalu duduk lagi. Sementara
Harimau Iblis tampak merenung dan berkata seorang diri, "Ah,
tetapi masa ini tak boleh disamakan dengan masa 20 tahun
yang lalu. Diantara kalangan muda, terdapat juga yang
sakti...."
"Dimanakah mereka sekarang?" tanyanya kepada Iblis
Penakluk-dunia.
Jawab Iblis Penaklak-dunia, "Yang perempuan sudah
dimasukkan dalam Lembah Maut dan yang lelaki...." " tibatiba
ia melambai ke arah luar jendela dan berseru keras, "Hai,
masuklah kalian!"
Mendengar itu Siau-liong terbeliak kaget. Tetapi karena
jejaknya sudah ketahuan, apa boleh buat, terpaksa ia
melangkah masuk. Nona pemilik lembah pun segera mengikuti
dibelakangnya. "Ada keperluan apakah ayah memanggil kami berdua?"
begitu masuk si nona segera berseru kepada ayahnya, Iblis
Penakluk-dunia.
Mata Iblis Penakluk-dunia. ber-kilat2 memandang Siauliong.
Melihat itu si nona menjadi gelisah. Buru-buru ia berseru
kepada ibunya, Dewi Neraka, "Mah...."
Dewi Neraka tersenyum, "Budak tolol! Mamah kan berada
disini, mengapa engkau kuatir?"
Naga Terkutuk loncat dari tempat duduknya dan
menghampiri Siau-liong diamatinya pemuda itu dari ujung kaki
sampai ke atas kepala Kemudian ia tertawa gelak2; "Ho, kami
tak tahu kalau saudara sudah mendapat menantu...."
297 Naga Terkutuk alihkan pandang matanya ke arah nona
pemilik lembah lalu berseru dengan nada mengejek, "Nona
Po. ilmumu merawat diri benar-benar luar biasa hebatnya.
Meskipun engkau sudah berumur lebih dari 40 tahun, tetapi
kelihatannya.... seperti seorang gadis yang baru berumur 20-
an tahun. Benar-benar sepadan menjadi pasangan dari
engkoh kecil ini...."
Seketika berubahlah wajah Po Ceng-in, nona pemilik
lembah itu. "Siapakah yang memberitahukan umurku kepadamu?"
tariaknya melengking.
Naga Terkutuk tertawa nyaring, "Kuingat dahulu ketika
pertama kali datang ke lembah ini, engkau mengaku berumur
20 tahun. Sekarang setelah dua puluh tahun lagi aku kemari,
masakan salah kalau kukatakan engkau berumur 40 tahun
itu?" Merah padamlah selebar muka Po Ceng-in. Dipandangnya
Naga Terkutuk itu dengan mata berapi-api dan tubuh
menggigil. Seolah-olah hendak menelannya....
Dewi Neraka serentak berdiri seraya. menghujamkan
tongkatnya kelantai. Wajahnya membesi. Tetapi ketika
melangkah dua tindak, ia mendengus untuk menekan
kemarahannya. Ditariknya tubuh Po Ceng-in kesisinya dan
dihiburnya, "Kemarilah anakku, jangan pedulikan iblis tua itu!"
Naga Terkutuk cepat mengangkat kedua tangannya
menghaturkan maaf kepada kedua suami isteri seraya
tertawa, "Maafkan, maafkan!"
298 Se-konyong2 wajahnya membengis dan berpaling
membentak Siau-liong, "Budak, siapa namamu" Berapa
umurmu sekarang?"
Demi menyelamatkan keadaan, sudah beberapa kali Siauliong
harus menekan kemarahan. Tetapi kali ini karena
diperlakukan begitu oleh Naga Terkutuk, ia tak dapat
menahan diri lagi.
"Meskipun umurku baru belasan tahun tetapi aku sudah
dewasa. Siapa yang engkau sebut 'budak' itu!" ia balas
membentak. Naga Terkutuk seorang momok yang garang dan congkak.
Entah beberapa sudah tokoh2 persilatan yang jatuh
ditangannya. Sudah tentu ia tak dapat menerima perlakuan
yang diunjuk Siau-liong, seorang anak muda yang
dianggapnya masih ingusan.
Dipandangnya Siau-liong dengan tertawa dingin, "Umurku
sudah 88 tahun. Jika mempunyai cucu, tentu juga lebih besar
dari engkau. Pula dalam kedudukanku dikalangan persilatan,
bukanlah suatu hinaan kalau kupanggilmu dengan sebutan
budak!" Habis berkata ia segera menampar bahu Siau-liong.
Tampaknya tamparan itu amat pelahan dan sepintas pandang
hanya sebagai suatu peringatan dari orang tua terhadap anak
muda. Tetapi sesungguhnya tepukan itu merupakan gerak
Naga-sakti-mencakar yang dahsyat.
Siau-liong tegak termangu-mangu....
---ooo0dw0ooo---
299 Jilid 06 Telur di ujung tanduk
Pada saat tangan Naga Terkutuk hampir mencengkeram
bahu Siau-liong, tiba-tiba Harimau Iblis meluncur kesamping
saudaranya dan mencekal tangan Naga Terkutuk.
Sudah tentu Naga Terkutuk terperanjat, tegurnya, "Dinda,
engkau...."
Harimau Iblis tertawa, "Gerakan Naga-sakti-mencengkeram
kanda itu, belum tentu dapat mengenai budak itu!"
Sekalian orang terkejut mendengar kata2 itu. Bahkan Naga
Terkutuk pun deliki mata kepada adiknya itu lalu
membentaknya, "Apakah maksudmu?"
Hampir ia tak percaya apa yang dikatakan Harimau Iblis itu.
Kata Harimau Iblis, "Kemarin tatkala dipuncak Ngo-siongnia,
aku pernah adu kepandaian dengan dia, tetapi
akhirnya...." ia terlawa menyeringai, "akhirnya kami sama2
terluka!" Mendengar itu Iblis Penakluk-dunia dan isterinya, Naga
Terkutuk dan Po Ceng-in terbeliak kaget. Semua mata
tertumpah ke arah Siau-liong.
Benar-benar suatu hal yang mustahil. Tetapi karena mulut
Harimau Iblis sendiri yang mengatakan, mau tak mau harus
percaya. 300 Reaksi pertama timbul dari Po Ceng-in. Nona pemilik
lembah itu kejut girang lalu memegang lengan Siau-liong dan
bertanya lembut, "Apakah yang dikatakan itu benar?"
Siau-liong mendengus lalu menyurut mundur selangkah,
menghindarkan lengannya.
Naga Terkutuk dan Harimau Iblis tertawa mengekeh
menyaksikan penolakan Siau-liong.
Po Ceng in tertegun. Tanpa menghiraukan ejek tertawa
kedua momok serta sikap Siau-liong dingin, ia melesat
kesamping pemuda itu seraya berseru cemas, "Jangan
percaya omongan iblis tua itu. Aku memang baru berumur...."
Ia tak lanjutkan kata-kata melainkan menatap wajah Siauliong
dan dengan nada meratap ia berkata; "Tanpa kukatakan
engkau tentu dapat melihat sendiri apakah aku ini mirip
dengan wanita yang berumur 40 tahun?" Kembali Po Ceng-in
tertawa mengikik tetapi jelas tertawa yang dibuat-buat untuk
menutupi rasa malunya.
Siau-liong terpaksa memandangnya.... wajah wanita itu
memang menimbulkan rasa kasihan tetapi pancaran matanya
penuh dengan nafsu kecabulan. Memang andaikata Naga
Terkutuk tak membuka rahasianya, Siau-liong tentu percaya
nona itu masih berumur 20-an tahun.
Beberapa saat Siau-liong tergugu kehilangan faham. Ia tak
tahu bagaimana harus bertindak. Namun ia menyadari bahwa
saat itu dirinya berada dalam sarang harimau buas. Juga ia
menginsyafi akan beban kewajibannya yang berat. Ia harus
menolong Mawar Putih, merebut kembali separoh bagian dari
Giok-pwe, menyelamatkan dunia persilatan, membalas
dendam dan mencari ibunya....
301 Ia menimang lebih
Bentrok Rimba Persilatan 8 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Kesatria Berandalan 1
^