Pencarian

Pendekar Laknat 3

Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Bagian 3


berbangkit hendak pergi. Siau-liong menyesal
dan buru-buru minta maaf.
Saat itu hari sudah terang tanah. Cuaca cerah. Mawar Putih
melangkah pe-lahan2 sambil kerutkan alis, berkata, "Sekarang
152 hendak kemanakah kita ini" Kita tak dapat terus tinggal
dibiara bobrok ini!"
Sesaat Siau-liong pun tak dapat menentukan arah
tujuannya. Dia hendak membalas dendam. Hendak mencari
ibunya. Hendak mengangkat nama Koay suhu dalam dunia
persilatan. Hendak mengembangkan kewibawaan partai
pengemis. Hendak merebut separoh bagian dari Giok-pwe
yang berada ditangan Soh-beng Ki-su. Hendak mencari orang
baju hitam yang misterius di dalam Lembah Semi....
Banyak nian pekerjaan yang direncanakan tetapi ia bingung
untuk memulai yang mana dulu. Tiba-tiba ia teringat akan
Tiau Bok-kun. Sikap dan tingkah laku nona itu penuh dengan
kehalusan yang mesra sehingga ia tersentuh dengan suatu
perasaan. Perasaan yang selama ini belum pernah dialaminya.
Benar racun dalam tubuh nona itu sudah dapat
disumbatnya tetapi jika tak diobati tepat pada waktunya, nona
itu tetap terancam bahaya cacat. Adakah Toh Hun-ki pegang
janji untuk membawa si nona ke Siok-ciu mencari obat"
Andaikata Toh Hun-ki benar-benar pegang janji, tetapi
seorang nona yang sebatang kara tentu berbahaya sekali
meegembara di dunia persilatan. Misalnya, jika bertermu
dengan tokoh sejahat Soh-beng Ki-su, bukankah sukar untuk
membayangkan nasib nona itu"
Lama merenung tiba-tiba ia menertawakan dirinya sendiri.
Ia baru kenal dengan nona itu, mengapa ia mewajibkan diri
untuk memikirkan nasib nona itu" Bukankah di dunia terdapat
banyak sekali nona yang bernasib begitu" Apakah ia harus
memikirkan nasib mereka semua"
153 Namun betapapun juga, tetap ia merasa masih terlekat
dengan beban kewajiban itu. Selama belum terlaksana, ia
merasa masih belum himpas.
"Aku hendak ke Siok-siu, apakah engkau...."
"Baik, aku menurut kemana saja engkau pergi!" tukas
Mawar Putih terus mendahului melangkah keluar.
Siau-liong terpaksa mengikuti.
Karena tak kenal jalan mereka hanya menurutkan aliran
anak sungai itu menuruni lamping gunung. Pada saat melintasi
dua buah puncak, pada gerumbul pohon disebelah muka.
tampak beberapa sosok tubuh tengah lari menyongsongnya.
Buru-buru Siau-liong menarik Mawar Putih bersembunyi
dibalik batu besar.
Cepat sekali orang2 itu sudah tiba dua tombak jauhnya dari
tempat Siau-liong. Yang dimuka sendiri, mengenakan jubah
biru, jenggot panjang sampai kedada, mencekal sebatang
tongkat Kumala Hijau. Ah, itulah si Jenggot-perak To Kiukong,
ketua partay Kay-pang. Dibelakangnya mengiring
Pengemis-tertawa Tio Tay-tong dan si Pincang kiri Tio Tau
serta Pincang kanan Li Ki.
Siau-liong cepat loncat keluar, "Kiu-kong. lama kita tak
berjumpa!"
To Kiu-kong dan rombongannya terkejut. Tetapi mereka
girang bukan kepalang setelah mengetahui siapa
penghadangnya itu. Serta-merta mereka berlutut memberi
hormat, "Cousu-ya."
154 Siau-liong mengangkat bangun To Kiu-kong dan suruh
yang lain-lain berdiri.
"Partai kita dapat berdiri tegak dalam pergolakan dunia
persilatan adalah karena selama ini sekalian anak murid taat
pada disiplin partai. Maka kumohon cousu-ya jangan keliwat
merendah diri," kata To Kiu-kong.
Sesungguhnya Siau-liong merasa sungkan menerima
penghormatan yang berlebih-lebihan dari To Kiu-kong serta
tokoh2 Kay-pang yang lain. Mereka jauh lebih tua dari dirinya.
Dan sekalipun sudah diangkat sebagai ketua, namun Siauliong
tak mengerti tentang peraturan partai itu. Ia hanya
manda tersenyum mendengar ucapan To Kiu-kong itu.
Kemudian To Kiu-kong menerangkan bahwa selama
beberapa hari ini, ia bersama rombongan, berusaha mencari
Siau-liong. Sungguh tak diduga kalau mereka akan bertemu
disitu. Siau-liong terpaksa merangkai cerita tentang dirinya selama
beberapa hari itu. Untunglah To Kiu-kong tak menanya lebih
jauh. "Dewasa ini dunia persilatan telah dilanda bahaya. Tokohtokoh
sakti dari berbagai partai persilatan berbondongbondong
datang ke Jwan-lam...." Berhenti sejenak, ketua Kaypang
itu melanjutkan pula, "Iblis Penakluk dunia, Dewi Neraka
pun kabarnya telah berada dalam lembah Semi digunung Tayliang-
san. Partai2 persilatan telah menerima surat undangan
dari kedua suami isteri momok itu supaya pada pertengahan
musim rontok, datang kelembah Semi guna mengadu
kepandaian. Aku sendiripun telah menerima undangan itu
juga...." ia mengeluarkan sebuah sampul lalu diserahkan
kepada Siau-liong.
155 Siau-liong menyambuti. Dilihatnya undangan itu hanya
selembar sutera pesegi sebesar sapu tangan, diberi tulisan
berbunyi: " Untuk merayakan malam Tiong-jiu yang indah, kami
undang saudara suka menghadiri perjamuan yang kami
selenggarakan dilembah Semi dengan acara: MENGADU
KEPANDAIAN DENGAN MENDAPAT HADIAH GIOK-PWE. Bila
terlambat atau tidak datang, terpaksa akan kami larang
saudara bergerak di dunia persilatan.
Tertanda: Iblis Penakluk Dunia Dewi Neraka.
"Hal ini sudah kuketahui," Siau-liong tertawa dingin seraya
mengembalikan surat itu.
"Pada hematku," kata To Kiu-kong, "tujuan dari kedua
momok itu tak lain adalah hendak merebut separoh bagian
dari Giok-pwe, Dan kedua kalinya, mereka hendak menjaring
semua tokoh2 persilatan, menghancurkannya lalu menguasai
dunia persilatan. Asal salah satu dari rencana itu berhasil,
tentulah dunia persilatan akan terancam bahaya banjir darah.
Iblis dan durjana akan menguasai dunia persilatan!"
Siau-liong tertawa, "Orang kuno mengatakan bahwa
'Kejahatan selalu kalah dengan Kebenaran'. Sekalipun ganas
sekali rencana kedua momok itu, tetapi tak mungkin mereka
berhasil menentang seluruh dunia persilatan!"
To Kiu-kong amat mengindahkan sekali kepada Siau-liong
yang dianggapnya sebagai kakek guru Kay-pang. Ia hanya
mengiakan saja.
"Masih ada sebuah hal lagi yang hendak kulaporkan kepada
Cousu-ya," kata To Kiu-kong.
156 "Katakanlah," seru Siau-liong.
"Beberapa hari yang lalu, Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay
telah dijebak oleh Soh-beng Ki-su. Tetapi entah bagaimana
ketua Kong-tong-pay itu telah ditolong oleh Pendekar Laknat.
Sungguh mengherankan sekali mengapa sekarang Pendekar
Laknat berbeda sekali dengan 20 tahun yang lalu. Perangainya
berobah jauh lebih baik.... -"
To Kiu - kong berhenti sejenak lalu melanjutkan, "Kabarnya
Pendekar Laknat sudah bertempur dengan Iblis Penakluk
dunia. Keduanya sama2 terluka parah."
Sesungguhnya peristiwa itu telah diketabui Siau-liong tetapi
ia tak leluasa menerangkan. Ia hanya menanyakan adakah To
Kiu-kong hendak memberi laporan lain lagi.
"Ya, mengenai nona Tiau Bok-kun," Kata To Kiu-kong,
"nona itupun ditolong Pendekar Laknat dilembah Semi....
Sekarang sedang diantar Toh Hun-ki berobat ke Siok-ciu...."
Kemudian ketua Kay-pang itu menerangkan lebih lanjut
bahwa racun ditubuh nona itu sudah dapat dikeluarkan dan ia
telah suruh anak buah Kay-pang untuk menjaga dan merawat
nona itu dirumah penginapan.
"Tahukah engkau kemana perginya Toh Hun-ki," tiba-tiba
Mawar Putih menyelutuk.
To Kiu-kong tergugu. Setelah memandang ke arah Siauliong,
ia menyahut, "Aku dan Toh Hun-ki bergantian
meninggalkan Siokciu. Kemungkinan saat ini dia sedang
menuju kepuncak Ngo-siong-nia!"
Kemudian ketua Kay-pang itu memberi laporan lebih lanjut,
"Saat ini dalam kota Siok-ciu telah berkumpul banyak sekali
157 tokoh2 persilatan. Karena kuatir didengar orang, maka ketua
Bu-tong-pay It Heng totiang, tokoh ketiga Kun-lun sam-cu dari
partai Kun-cun-pay dan rombongan lain, bergegas menuju
kepuncak Ngo-siong-nia. Mereka hendak mengatur rencana
untuk menghadapi iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka...."
Mawar Putih menyeringai lalu mendengus, "Tak perlu
mengoceh begitu banyak! Dimana puncak Ngo-siong-nia itu?"
To Kiu-kong kerutkan dahi. Ia heran mengapa dara itu
begitu bengis. Tetapi karena si dara kawan cousu-ya mereka,
terpaksa To Kiu-kong bersabar. Sahutnya, "Kira2 dua puluh li
dari sini, terdapat sebuah puncak gunung yang penuh
ditumbuhi pohon Siong-pik!"
Diam-diam Siau-liong tahu kalau Mawar Putih tentu salah
faham kepadanya. Tetapi dihadapan tokoh2 Kay-pang, ia tak
leluasa memberi penjelasan. Maka iapun diam saja atas sikap
kasar dari dara itu terhadap To Kiu-kong. Walaupun sudah
berulang kali ia memberi isyarat, tetapi si dara tetap tak
mengacuhkan. Demikian pun Pengemis Tertawa dan si Pincang-kanan dan
si Pincang-kiri. Mereka diam-diam heran mengapa cousu-ya
mereka selalu galang-gulung dengan beberapa gadis yang tak
keruan. "Mari kesana!" Mawar Putih terus menarik lengan Siauliong.
Siau-liong tertawa, "Eh, apakah nona hendak pergi...."
Mawar Putih deliki mata, "Sudah tentu kepuncak Ngosiong-
nia untuk mencari To Hun-ki! Bukankah engkau
mengatakan bahwa engkau pun mempunyai dendam sakit hati
tak mau hidup bersama manusia itu?"
158 Sesaat Siau-liong tak dapat menjawab. Memang pada
akhirnya kelak ia tentu akan membunuh Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo itu. Tetapi bukan pada saat itu ia harus menuju
ke Ngo-siong-nia dan membunuh mereka.
Melihat Siau-liong ragu2, Mawar Putih tertawa mengejek,
"Hm, agaknya aku telah keliru menilai orang. Lekas pergilah
engkau ke Siok-cu menjenguk gadis kekasihmu itu!"
Habis berkata dara itu terus berputar tubuh dan hendak
melangkah. "Nona Pek! nona Pek....!" seru Siau-liong gugup. Tetapi tak
dipedulikan Mawar Putih. Dara itu bahkan terus gunakan ilmu
lari cepat menuju ketimur.
Siau-liong bimbang, mengejar atau membiarkannya. Selagi
dia masih belum mengambil keputusan, gadis itu sudah lenyap
dari pandangan mata.
To Kiu-kong dan rombongannya terbeliak heran tetapi tak
berani bertanya. Dan lama sekali Siau-liong masih
memandang ke arah bayangan Mawar Putih.
To Kiu-kong saling berpandangan dengan Pengemis
Tertawa, lalu berbatuk-batuk, ujarnya, "Adakah nona itu
dengan cousu-ya...."
Siau-liong tersadar. Cepat ia menukas tertawa, "Tak ada
hubungan dan sebelumnya pun tak kenal...."
Kemudian ia alihkan pembicaraan dengan menanyakan
tujuan To Kiu-kong dan kawan-kawan.
159 To Kiu-kong tertegun lalu menyahut dengan serius, "Tadi
telah kulaporkan kepada cousu-ya bahwa It Hang totiang
ketua Bu-tong-pay telah mengajak beberapa tokoh persilatan
mengadakan pertemuan rahasia dipuncak Ngo-siong-nia.
Mereka hendak merundingkan rencana menghadapi kedua
durjana iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka. Karena tak
dapat menemukan cousu-ya maka aku terpaksa melancangi
untuk menerima undangan itu. Beruntung disini kami dapat
menjumpai cousu-ya."
Siau-liong kerutkan dahi, ujarnya, "Apakah Toh Hun-ki dan
rombongannya juga hadir ke-sana."
To Kiu-kong mengangguk, "Rasanya saat ini tentu sudah
tiba disana."
Siau-liong terkejut, serunya, "Kalau begitu kita harus
cepat2 kesana, kalau tidak...." ia tak lanjutkan kata2nya.
Rupanya ia merasa kurang leluasa.
To Kiu-kong seorang yang banyak pengalaman. Ia hanya
tersenyum, "Tak mungkin dapat mendahului kita tiba dipuncak
itu...." ia memandang Siau-liong lalu melanjutkan pula,
"Puncak Ngo-siang-nia itu amat berbahaya sekali.
Sekelilingnya lembah2 yang disebut Lembah Sembilanlingkaran.
Jika tak faham, tentu tersesat. Apa lagi saat ini
disekitar lembah itu telah dijaga ketat oleh murid2 Go-bi-pay
dan anak buah Kay-pang...."
Siau liong mengangguk. Tetapi diam-diam ia gelisah karena
menguatirkan keselamatan si dara. Demikianlah mereka
segera menuju ke puncak Ngo-siong-nia.
Sesungguhnya jarak dua puluh li itu dapat ditempuh dalam
waktu setengah jam saja. Tetapi karena jalanan sukar dan To
Kiu-kong tak henti-hentinya memberi petunjuk keadaan
160 tempat itu kepada Siau-liong, maka mereka berjalan agak
lambat. Kurang lebih sejam barulah mereka tiba di puncak itu.
Memang apa yang dikatakan To Kiu-kong benar. Keadaan
puncak amat berbahaya dan sulit- sekali jalanannya. Jika tak
faham pasti tersesat. Pula pada setiap tikung dan tempat yang
berbahaya tentu dijaga oleh anak buah Kaypang serta imam
jubah kelabu. To Kiu-kong faham benar dengan keadaan tempat itu.
Sepanjang jalan tak henti2nya ia menerima hormat dari anak
buah Kay-pang yang ditugaskan berjaga disitu.
Bermula Siau-liong mengira bahwa di atas puncak tentu
terdapat biara atau kuil. Tetapi ternyata dugaannya itu keliru.
Puncak gunung merupakan sebuah hutan lebat.
Setiba di tepi hutan, To Kiu-kong segera bersuit nyaring.


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa puncak pohon siong tampak bergerak-gerak dan
sesaat kemudian beberapa sosok tubuh meluncur turun.
Mereka segera berjajar menghadang To Kiu-kong.
---ooo0dw0ooo---
-Pertemuan dalam hutan-
Ternyata yang turun dari puncak pohon itu empat orang
imam yang masing-masing mencekal golok kwat-to. Salah
seorang yang dimuka adalah seorang imam tua, berjenggot
panjang menghunus sebatang pedang.
Setelah memberi salam dengan anggukan kepala imam tua
itu berseru kepada To Kiu-kong, "Ketua kami dan beberapa
cianpwe sudah lama menunggu kedatangan. Selekas saudara
tiba, pertemuan segera dimulai. Tetapi.... ia beralih
memandang Siau-liong lalu berkata, "Pertemuan ini
161 menyangkut kepentingan dunia persilatan. Ketua kami telah
memberi perintah, yang tak menerima undangan tak
diperbolehkan hadir. Saudara ini...."
To Kiu-kong cepat maju selangkah dan memberi hormat,
tukasnya, "Adalah cousu-ya kami...."
Kemudian ia memberi keterangan kepada Siau-liong:
Saudara2 ini adalah anak murid dari It Hang totiang ketua Butong-
pay dan Ki Ceng siansu ketua Go-bi-pay. Karena belum
kenal pada cousu-ya maka meminta keterangan."
"Tak apalah," kata Siau-liong.
Imam tua itu terkesiap. Setelah saling bertukar pandang
dengan ketiga kawannya lalu memandang lagi kepada Siauliong,
kemudian mundur beberapa langkah, "Silahkan!"
To Kiu-kong mempersilahkan Siau-liong berjalan dimuka, ia
dan Pengemis Tertawa mengiring dibelakangnya.
Hutan itu seluas berpuluh tombak dan amat lebat sekali
sehingga sesuai dijadikan tempat perundingan rahasia.
Menyusup sejauh 10-an tombak, tiba-tiba pemandangan
disitu tampak terang. Ternyata sebelumnya, berpuluh-puluh
batang pohon telah ditabas sehingga tersedia sebuah tanah
lapang yang cukup luas.
Ditengah tanah lapang itu tampak hadir 30-an orang lebih.
Terdiri dari paderi, imam dan orang biasa. Pada umumnya
mereka sudah berusia 50 tahun ke atas. Sikapnya angker.
Imam tua yang duduk ditengah-tengah, berjenggot putih
menjulai kedada dan punggung menyanggul sebatang kebut
162 pertapaan segera berbangkit menyambut kedatangan To Kiukong.
"Atas nama sekalian hadirin, kuucapkan selamat datang!" ia
terus tersipu-sipu menyongsong.
To Kiu-kong segera memperkenalkan diri Siau-liong,
sebagai coucu-ya dari partai Kay-pang.
"Aku yang rendah bernama Kongsun Liong," Siau-liong
memperkenalkan diri.
Ternyata imam yang sikap dan wajahnya berperbawa
seperti seorang dewa itu adalah It Hang totiang,
penyelenggara dari pertemuan. Ketua Bu-tong-pay itu
terkesiap lalu memaksa diri bersenyum, ujarnya, "Kalau begitu
saudara tentulah ahli waris dari Pengemis Tengkorak Song locianpwe?"
Siau-liong mengiakan.
It Hang menatap wajah Siau-liong dengan penuh
keheranan lalu menyisih kesamping mempersilahkan To Kiukong
dan rombongan masuk.
Sekalian tokoh yang hadir disitu tampak duduk diam. Tetapi
seluruh pandang mata mereka tercurah pada diri Siau-liong.
Rata2 mereka sudah berumur setengah abad. Hanya Siauliong
seorang saja yang masih muda.
Agaknya Siau-liong pun merasakan kekakuan suasana
disitu. Tetapi karena menyadari bahwa saat itu dirinya sebagai
ketua Kay-pang, terpaksa ia menekan perasaannya. Setelah
masuk, iapun terus duduk diantara mereka.
163 Ternyata yang hadir disitu adalah tokoh2 ternama, antara
lain: Ketua Siau-lim-si, Gong taysu. Ki Ceng siansu ketua Gobi-
pay, Ciang Bu-seng ketua partai Tiam-jong-pay, It-bi-cu,
Sam-kicu, Bu-wi-cu tiga serangkai dari partai Kun-lun. Lam
Leng lojin dari partai Thian-san-pay. Tan I-hong pemimpin Jitok-
kau. Cu Kong-leng ketua Tong-thing-pang. Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo dari partai Kong tong-pay. Ditambah lagi
dengan It Hang to-tiang ketua Bu-tong-pay dan anak buah
Kay-pang serta beberapa tokoh persilatan yang berilmu tinggi.
Benar-benar merupakan suatu pertemuan yang megah dan
hebat. Setelah rombongan To Kiu-kong duduk, It Hang totiang
segera membuka pertemuan, "Dewasa ini suasana dunia
kacau, dunia persilatan timbul berbagai peristiwa. Beberapa
durjana muncul kembali. Dimana-mana terjadi pembunuhan
berdarah. Merupakan suatu bencana yang sejak berpuluhpuluh
tahun baru timbul kembali...."
Tiba-tiba diantara hadirin terdengar orang batuk2, serunya,
"Harap toheng suka menunggu sebentar. Aku hendak mohon
sedikit penjelasan tentang sebuah hal."
Ternyata yang bicara itu adalah Lam Leng tojin yang
terkenal sebagai Thian-san it-soh atau orang tua dari gunung
Thian-san. Tubuhnya kurus kecil, sepasang matanya berkilatkilat
penuh perbawa. Dan memelihara jenggot seperti jenggot
kambing. Tingginya kurang dari satu setengah meter, tetapi
nada suaranya bergema nyaring sekali.
It Hang totiang hentikan pidatonya lalu mempersilahkan
orang tua dari gunung Thiansan itu mengajukan pertanyaan.
Lam Leng lojin memberi hormat lalu berseru. "Sungguh
suatu tindakan yang amat terpuji dari totiang untuk
164 mengundang sekalian tokoh2 persilatan berunding untuk
menghadapi ancaman yang akan menimpa keselamatan dunia
persilatan. Pertemuan ini bersifat rahasia, Oleh karena itu,
sekalian orang yang hadir harus diketahui asal-usulnya dengan
jelas. Kita harus menyadari bahwa kedua durjana itu, licin dan
banyak tipu muslihatnya. Apabila pertemuan ini sampai bocor,
pasti akan mengakibatkan kebinasaan pada dunia persilatan.
Dalam hal ini kumohon totiang suka waspada!"
Habis berkata orang pendek kurus dari Thia-san itu
memandang ke arah Siau-liong lalu duduk kembali.
Walaupun tak jelas menyebut nama tetapi isyarat mata
Lam Leng lojin itu segera dapat ditangkap. Seluruh hadirin
memandang ke arah Siau-liong.
Siau-liong pun tahu hal itu. Tetapi karena orang tak terangterangan
menyinggung dirinya pula ia tak mau cari perkara,
terpaksa ia diam saja.
It Hang totiang mengangguk pelahan.
"Lam-heng benar, tetapi aku sudah mengadakan persiapan.
Sekalipun ada orang luar yang menyelundup, dia pasti tak
mampu lolos dari pengamatan para kawan2 dan tak mungkin
keluar dari puncak Ngo-siong-nia ini...."
Habis berkata pimpinan pertemuan itu tertawa dingin dan
sejenak memandang ke arah Siau-liong lalu berkata pelahanlahan,
"Sekarang yang penting adalah untuk menentukan
suatu rencana...."
Sambil mengurut-urut jenggotnya yang panjang, ia
memandang lagi kesekeliling hadirin kemudian menghela
napas. 165 "Thicin dan Te kedua momok itu, mempunyai anak buah
yang besar dan tersebar luas. Mereka telah mengirim
undangan kepada seluruh kaum persilatan untuk menghadiri
pertandingan adu silat dilembah Semi. Jelas, maksud mereka
tentulah hendak menjaring seluruh kaum persilatan untuk
dibinasakan. Jika kita memenuhi undangannya kelembah Semi
dan datang pada pertengahan bulan Delapan, tentulah kita
termakan perangkap mereka...."
Tiba-tiba terdengar suara nyaring dari seorang imam tua
baju kuning yang serentak berbangkit dari tempat duduknya,
"Menurut pendapat loni, lebih baik saat ini juga kita serbu
lembah itu!"
Nadanya nyaring din garang sekali. Empat imam yang
duduk dibelakangnya, sama duduk pejamkan mata dengan
khidmat. Kiranya paderi yang membuka suara itu adalah Ti
Gong taysu, ketua Siau-lim-si.
It Hang totiang menyahut, "Pendapatku memang sesuai
sekali dengan saran taysu. Dalam ilmu perang dikatakan
bahwa siasat ilmu menggunakan tentara yang hebat ialah
dapat melakukan serangan secara tepat dan cepat. Menyerang
musuh selagi musuh tak menyangka dan tak bersiap.
Betapapun ilmu kesaktian yang demiliki kedua momok itu,
namun sukar kiranya untuk menghadapi kekuatan kita
beramai-ramai Sejenak ketua Bu-tong-pay itu berhenti dan
memandang ke arah ketua Tiam-jong-pay dan ketua Tongthing-
pang. kemudian melanjutkan lagi dengan pelahan-lahan,
"Apalagi saudara Shin dan Cu, mahir dalam ilmu barisan Patkwa
kiu-kiong, Ngo-heng-tin dan lain-lain perkakas rahasia.
Kita mempunyai pegangan kuat untuk memenangkan
pertempuran. Hanya saja...."
Kembali ia kerutkan alis, sejenak berhenti lalu berkata pula,
"Kabarnya kedua durjana Liong dan Hou juga tiba didaerah
166 selatan sini. Pendekar Laknat sudah beberapa kali
menampakkan diri. Apabila ketiga momok itu benar-benar
muncul dan berserikat dengan kedua momok Thian dan Te
(Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka), ah, kita pasti
terancam bahaya!"
Seketika heninglah suasana. Sekalian hadirin terdiam.
Memang yang dikatakan It Hang totiang itu benar. Jika saat
itu mereka menyerbu ke Lembah Semi, tentu masih dapat
menghadapi Iblis Penakluk dunia dan Dewi Naraka. Tetapi
apabila kelima momok itu bersatu, tentu tak mungkin
dikalahkan. Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay segera berbangkit.
Setelah memberi hormat kepada para hadirin, ia segera
berpaling menghadap It Hang totiang....
"Masih ada sebuah hal yang hendak kupersembahkan
kepada totiang dan saudara sekalian!" serunya.
"Silahkan," kata It Hang totiang.
Toh Hun-ki tersenyum, serunya, "Jika saudara2 tak lupa,
tentulah masih ingat akan peristiwa 20 tahun yang lampau.
Pada masa itu kelima Durjana muncul dan mengaduk dunia
persilatan. Dunia persilatan seolah-olah banjir darah dan
korban banyak berjatuhan. Kelima durjana itu terdiri dari Iblis
Penakluk dunia dengan isterinya Dewi Neraka, si Naga dan si
Harimau serta Pendekar Laknat...."
Ia berhenti sejenak untuk mencari kesan, kemudian
melanjutkan, "Tentang Pendekar Laknat, walaupun disohorkan
ganas dan kejam tetapi sepak terjangnya tidaklah seganas
suami isteri Penakluk-dunia dan Dawi Neraka serta kedua
Naga dan Harimau. Kebanyakan yang mati ditangan Pendekar
Laknat itu adalah tokoh2 yang jahat dan tak berbudi. Dan pula
167 dalam pertempuran dahsyat dilembah Lok-gan-koh pada 20
tahun yang lalu itu, jika Pendekar Laknat tak beralih haluan
memusuhi suami-isteri Penakluk dunia dan Dewi Neraka,
tentulah 72 tokoh2 sakti yang dikerahkan Tjeng Hi totiang
ketua Kun-lun-pay untuk mengepung kelima durjana itu,
tentulah mereka habis binasa semua. Ya, apabila saat itu
Pendekar Laknat tak menyerang dan menghalau suami isteri
Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, tentulah saat ini dunia
persilatan sudah dikuasai oleh kedua suami isteri durjana
itu...." Kembali Toh Hun-ki berhenti untuk menyelidiki suasana
hadirin. "Oleh karena itu," ia melanjutkan pula, "menurut
hematku, Pendekar Laknat bukan seorang momok yang ganas
tetapi sesungguhnya adalah seorang ksatrya yang penuh
dengan jiwa perwira dan budi luhur...."
"Adakah maksud saudara Toh hendak mengagungkan
nama Pendekar Laknat karena perbuatannya yang lalu itu?"
tiba-tiba ketua Siau-lim-si, Ti Gong taysu berseru dengan nada
dan wajah membesi.
Toh Hun-ki tertawa hambar, sahutnya, "Bukan melainkan
itu saja, tetapi baru2 ini memang aku telah mengalami suatu
peristiwa yang berharga untuk bukti...."
Kemudian ketua Kong-tong-pay itu segera menuturkan
tentang peristiwa yang dialaminya ketika masuk ke Lembah
Semi. "Demi jiwa raga dan kehormatanku, kujamin bahwa
Pendekar Laknat itu bukanlah momok ganas seperti 20 tahun
berselang. Bukan saja tak mengganggu dunia persilatan pun
jika kita tak dapat mengajaknya dalam persekutuan, tentu
akan menambah kekuatan kita. Paling tidak, kita takkan
dimusuhinya."
168 Ti Gong taysu menggerung seperti singa lapar, "Benarbenar
ucapan yang sembrono! Bersahabat dengan Pendekar
Laknat untuk mendapatkan bantuannya menghadapi para
momok durjana itu, benar-benar suatu langkah yang tak dapat
diterima oleh pikiran yang sehat."
Ketua Siau-lim-si itu terus melangkah kehadapan It Hang
totiang lalu berseru, "Entah bagaimana dengan pendapat
totiang, tetapi aku menolak sekeras-kerasnya!"
Sambil mengurut jenggotnya yang panjang, ketua Bu-tongpay
It Hang totiang menyahut, "Pendekar Laknat adalah
momok ganas yang tergolong aliran jahat. Betapapun
perbuatannya selama ini namun tetap tak dapat kita jadikan
sahabat, Namun jika apa yang dikatakan Toh Hun-ki lohiapsu
itu benar, tak apalah kita singkirkan ketakutan terhadap
momok itu dengan tak saling mengganggu. Setelah nanti
urusan Lembah Semi selesai, kita masih dapat bersahabat
dengannya untuk membersihkan kejahatan di dunia persilatan.
Hal itu tentu akan merupakan suatu berkah bagi kita
semua...."
Tiba-tiba wajah ketua Bu-tong-pay itu berobah sunyi dan
berkatalah ia dengan sarat, "Tetapi yang jelas dewasa ini
kelima durjana itu mempunyai kekuatan besar. Sejak
memendam diri selama 20 tahun itu, entah mereka sudah
berapa menambah kesaktiannya. Entah mereka akan
bersekutu atau tidak, kita belum dapat memperhitungkan.
Oleh karena itu, kuharap para saudara sekalian, suka bersatu
hati untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

timbul dari kelima durjana itu!"
Ti Gong taysu tertawa nyaring, serunya, "Sudah tentu kita
akan bertindak begitu. Lebih baik pecah sebagai ratna dari
pada hidup bercermin bangkai. Rasanya kekuatiran saudara
169 itu berlebih-lebihan. Adakah diantara kita yang hadir ini
terdapat orang yang takut mati?"
Habis berkata, ketua Siau-lim-si itu sapukan pandang
matanya ke arah hadirin. Ti Gong taysu memang terkenal
berwatak keras. Sekalipun sejak kecil sudah masuk gereja dan
sudah berumur 60 tahun lebih, serta menduduki jabatan yang
tertinggi dalam gereja Siau-lim-si, namun perangai masih
belum banyak berubah. Sedikit2 dia lekas naik darah.
Oleh karena sudah mengetahui watak paderi Siau-lim-si itu,
maka Toh Hun-ki pun tak mau melayani. Ia ganda tertawa
saja dan tak menghiraukan Ti Gong....
Karena sekalian hadirin tiada yang buka suara maka Ti
Hang totiang segera bertepuk tangan tiga kali dan berseru
nyaring, "Kalau begitu kita putuskan malam ini juga kita
menuju ke Lembah Semi. Tengah malam kita serbu lembah
itu...." " wajahnya berobah gelap dan berkata lagi ia dengan
suara yang serius, "Hidup matinya dunia persilatan, ditentukan
dalam pertempuran di lembah nanti Sekonyong-koyong Lam
Leng tojin melengking dan loncat ke udara lalu melayang
turun di hadapan It Hang totiang.
"Tunggu sebentar," katanya sambil memberi hormat,
"hendaknya janganlah totiang melupakan suatu hal yang amat
penting sekali...."
Sambil menunjuk ke arah Siau-liong orang tua dari Thiansan
itu berkata pula, "Asal-usul dirinya masih belum diketahui
jelas. Lawankah atau kawan" Andaikata dia itu mata2 yang
dikirim kemari oleh kedua suami isteri durjana itu, bukankah
kita bakal hancur dalam penyerbuan ke Lembah Semi malam
nanti?" 170 Belum It Hang memberi suatu pernyataan, Ti Gong taysu
sudah melangkah kemuka Siau-liong dan membentak dengan
suara menggeledek, "Siau-sicu, menilik umurnya yang masih
begitu muda, masakan engkau ini menjadi ketua dari partai
Kay-pang?"
Saat itu sebenarnya Siau-liong masih terbenam dalam
renungan. Ia mendapat kesan bahwa sikap Toh Hun-ki dalam
pidatonya membela Pendekar Laknat, menunjukkan
peribadinya yang ksatrya sebagai seorang ketua partai
persilatan. Siau-liong bimbang. Toh Hun-ki itu adalah
pembunuh ayahnya yang harus dibalas. Namun kalau
membunuhnya, Siau-liong merasa telah bertindak tak layak
terhadap seorang tokoh yang berjiwa luhur.
Tengah ia mengalami pertentangan batin, tiba-tiba Ti Gong
melangkah dihadapannya dan membentak dengan kata2 yang
kasar. Siau-liong marah. Tetapi sebelum ia menjawab, To Kiukong
yang berada di sisinya sudah mendahului berbangkit.
Sambil memberi hormat, berkatalah tokoh Kay-pang itu,
"Mengapa taysu mengajukan pertanyaan semacam itu" Sejak
pimpinan Kaypang masih dipegang oleh Pengemis Tengkorak
Song Thay-kun cousu hingga sampai sekarang, partai Kaypang
telah mendapat sambutan dan penghargaan dari semua
partai persilatan besar. Masakan aku keliru mengenal cousu
kami sendiri?"
Dengan ucapan itu, secara halus To Kiu-kong telah
memberi dampratan kepada Ti Gong. Saat itu si Pincangkanan
dan si Pincang kiripun berdiri dikedua samping To Kiukong,
memandang Ti Gong dengan marah.
Ti Gong mendengus. Karena malu ia menjadi marah. Tetapi
pada saat hendak bertindak, It Hang totiang dan Lam Leng
lojin cepat menghampiri.
171 Lam Leng lojin tertawa mengekeh, melerai ditengah To Kiukong
dan Ti Gong taysu, ujarnya kepada To Kiu-kong,
"Pertemuan dipuncak ini bersifat rahasia dan bertujuan untuk
menyelamatkan dunia persilatan dari keganasan kelima
durjana itu. Jika pertemuan ini sampai bocor, akibatnya tentu
suatu bencana bagi dunia persilatan. Adalah demi menjaga
keselamatan dan pengamanan pertemuan ini maka beberapa
saudara telah mengajukan pertanyaan kepada ketua saudara.
Dalam hal itu hendaknya saudara jangan salah faham."
Mendengar itu, Siau-liong serentak berbangkit. Serunya
dengan tertawa tawar, "Oleh karena baru saja muncul di dunia
persilatan, sudah tentu saudara belum kenal padaku. Entah
dengan cara bagaimanakah agar saudara dapat mempercayai
diriku itu?"
Lam Leng tojin berpaling ke arah It Hang totiang, ujarnya,
"Adakah maksud totiang...."
Ternyata orang tua dari gunung Thian-san itu sendiri pun
merasa sukar untuk memecahkan persoalan saat itu. Jika To
Kiu-kong menerangkan bahwa pemuda itu adalah cousu dari
Kay-pang, sudah tentu harus dipercaya. Kecurigaan bahwa
pemuda itu menjadi mata2 yang dikirim suami isteri Iblis
Penakluk dunia dan Dewi Neraka, memang sukar diselidiki.
Oleh karena tak dapat memecahkan persoalan, Lam Leng lojin
tumpahkan beban itu kepada It Hang totiang sebagai
pimpinan pertemuan.
Menyadari kedudukannya sebagai seorang penanggung
jawab, It Hang pun segera maju selangkah dan menatap Siuliong
dengan tajam. "Pertama kuminta sicu suka menuturkan tentang
pergalaman sicu dikala menerima warisan ilmu dari mendiang
Song Thian-kun," katanya.
172 Siau-liong tak senang hati. Permintaan itu merupakan suatu
penyelidikan terhadap dirinya. Namun demi mengingat akan
sekalian hadirin, terpaksa ia tekan amarahnya dan
menuturkan semua peristiwa yang dialaminya ketika berjumpa
dengan tengkorak Song Thay-kun dalam pusar bumi.
Setelah mendentarkan sampai selesai, It Hang merenung
sejenak lalu berpaling ke arah To Kiu-kong, "Sebagai seorang
ketua, saudara telah memerintahkan anak murid untuk
mengangkat Kong-sun Liong sicu sebagai cousu Kay-pang.
Adakah hal saudara dasarkan atas lencana Tengkorak yang
terkalung didada pemuda itu?"
Sahut To Kiu-kong, "Sudah tentu bukan hanya berdasar
lencana itu saja. Aku telah menguji kepandaian dan dapatkan
bahwa cousu kami ini memang telah memiliki ilmu pukulan
Thay-siang-ciang dari mendiang Song cousu kami."
Pertama, It Hang totiang memandang kesekeliling hadirin,
lalu ia gelengkan kepala. "Keterangan saudara tentang
penemuan ilmu sakti Thay-siang-ciang itu, masih harus diuji
kebenarannya." katanya kepada Siu-liong, "pada hematku,
Laut Penasaran dipusar bumi gunung Hongsan itu merupakan
tempat yang amat panas dan amat dingin. Sebelum engkau
keiuar dari tempat itu dan sebelum mendapat petunjuk dari
Pengemis Tengkorak, bukankah kepandaian saudara belum
berapa tinggi. Dengan kepandaian yang saudara miliki saat
itu, sukar rasanya saudara mampu keiuar lagi dari Laut
Penasaran. Dan lagi, mengapa saudara dapat menemukan
tempat musnahnya Pengemis Tengkorak?"
Adalah karena terpancang oleh pesan mendiang Pendekar
Laknat, terpaksa Siau-liong tak dapat memberi keterangan.
Diam-diam ia memuji ketajaman It Hang totiang untuk cara
penyelidikan yang dilakukan itu.
173 Ia tergagap tak dapat menyahut sampai beberapa saat.
It Hang totiang tertawa dingin lalu memandang lagi kepada
To Kiu-kong, serunya, "Menilik gelagat, asal usul ketua
saudara ini, tentu berbelit-belit!"
To Kiu-kong kerutkan sepasang alis, ujarnya, "Sebelum
menghilang, mendiang Song cousu kami telah berulang kali
memberi petunjuk bahwa ciri pengenal dirinya adalah lencana
Tengkorak dan ilmu pukulan sakti Thay-siang-ciang. Barang
siapa memiliki kedua hal itu, dialah ahli warisnya. Oleh karena
itu aku pun mentaati pesan mendiang Song cousu dan tak
menanyakan lebih lanjut tentang diri cousu kami yang
sekarang ini." "
Lam Leng lojin tertawa mengekeh dan menyelutuk,
"Andaikata Pengemis Tengkorak tidak meninggal dalam Laut
Penasaran tetapi menderita penyakit dilain tempat dan
berjumpa dengan anak itu. Lalu anak itu memaksanya supaya
memberi ajaran ilmu Thay-siang-ciang kemudian merampas
lencana itu, adakah saudara juga tetap hendak
menobatkannya menjadi ketua Kay-pang?"
"Hal itu tak mungkin terjadi!" To Kiu-kong mendengus.
It Hang totiang tertawa, "Taruhlah apa yang dituturkan
Kongsun sicu itu benar semua. Tetapi karena Pengemis
Tengkorak sudah meninggal maka sukar untuk meminta
keterangan kepadanya. Ya, kalau pemuda itu seorang pemuda
jujur, itu sih tak mengapa. Tetapi kalau dia salah seorang
anak buah kedua suami isteri durjana, adakah saudara juga
tetap mengangkatnya sebagai ketua?"
Bermula To Kiu-kong memang marah. Tetapi demi
mendengar pertanyaan It Hang totiang, tiba-tiba wajahnya
174 menampilkan rasa curiga. Ia mengakui, sebelumnya ia tak
pernah dapat memikirkan sepanjang yang ditanyakan It Hang
totiang itu. Dan Siau-liong yang merasa dirinya dipaksa sebagai anak
buah suami isteri durjana, amat marah sekali.
Dengan lantang berserulah ia kepada It Hang, "Dengan
sepenuh hati aku datang kemari untuk ikut serta saudara
menghadapi para durjana. Tetapi mengapa saudara
mencurigai dan menuduh aku sebagai mata2 musuh?"
Sahut It Hang totiang dengan nyaring, "Terus terang saja,
tokoh persilatan yang masuk ke dalam Laut Penasaran dan
dapat keluar lagi dengan selamat, belum pernah terdapat.
Kecuali dia itu memiliki kepandaian yang dipunyai oleh kelima
durjana itu menjadi satu. Maka...."
Ia berhenti sejenak memandang sekalian hadirin, "Maaf,
memang aku sendiri pun curiga terhadap dirimu, jangan2
mempunyai hubungan dengan suami isteri durjana itu. Kecuali
engkau dapat menuturkan dengan sejujurnya pengalaman
selama masuk ke dalam Laut Penasaran!"
Siau-liong tak mengira ia akan didesak sedemikian rupa
oleh It Hang totiang. Betapapun juga, ia sudah bersumpah
untuk mematuhi pesan Koay suhu (Pendekar Laknat) untuk
tak menceritakan diri tokoh aneh itu kepada siapapun juga.
"Karena saudara mencurigai diriku," serunya dengan
tertawa dingin, "akupun tak dapat berbuat apa2. Nah aku
akan mohon diri!" " habis berkata ia terus melangkah pergi.
"Hai, hendak kemana engkau." Ti Gong tay-su menggerung
keras seraya loncat menghadang.
175 Dalam pada itu It Hang segera memberi penjelasan kepada
To Kiu-kong. Ia duga Siau-liong itu tentu anak buah suami
isteri durjana, Maka terpaksa tak diperbolehkan pergi dari situ.
To Kiu-kong tergoyah pikirannya. Mengapa cousu mereka
(Siau-liong) tak mau menceritakan pengalamannya" Sekilas ia
dapat menerima alasan yang dikemukakan It Hang totiang.
Dan diam sajalah ia, bahkan menundukan kepala tak mau
mencegah Ti Gong taysu.
Sesungguhnya sekalian tokoh2 yang hadir di situ sudah
mengepung Siau-liong. Demi It Hang telah membuka kedok
pemuda itu dan pemuda itu terus hendak pergi, segera
mereka mencabut senjata dan siap menyerang.
Karena murkanya wajah Siau-liong sampai pucat. Kemudian
sambil tertawa dingin, ia berseru, "Bagiku mati hidup, kalah
menang bukanlah soal, hanya saja....?" ia berganti nada
rawan dan lanjutkan kata2nya, "Hanya sayang, dengan saling
bunuh membunuh ini, apakah tidak patut disayangkan?"
Dengan murka sekali Ti Gong taysu membentak bengis,
"Anak siluman, serahkan jiwamu, jangan banyak tingkah."
Wuut.... sebuah pukulan segera dilayangkan kepada Siauliong.
Yang diarah bagian dadanya.
Ilmu pukulan Thay-siang-ciang dari Pengemis Tengkorak,
pada masa itu telah menggetarkan seluruh dunia persilatan.
Lepas dari asal usul Siau-liong, tetapi tentulah pemuda itu
faham akan pukulan Thay-siang-ciang yang hebat sehingga
tokoh seperti To Kiu-kong sampai dapat percaya penuh dan
mengangkatnya sebagai ketua Kay-pang. Dan Ti Gong pun
menyadari hal itu, Ia tak berani memandang rendah. Sekali
turun tangan, ia gunakan jurus Raja Pa-ong-mendoronggunung.
Salah sebuah jurus dari ilmu simpanan Kim-kongTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
176 ciang gereja Siau-lim-si. Dilayangkan oleh seorang tokoh
semacam Ti Gong taysu, pukulan itu kuasa membelah batu
gunung dahsyatnya.
Melihat betapa kasar paderi itu, marahlah Siau-liong.
Diapun segera gunakan jurus Toa-lo-kim-kong untuk
menyongsong. Sesungguhnya ilmu pukulan Thay-siang-ciang warisan
mendiang Song Thay-kun itu juga bersumber pada ilmu
kesaktian aliran gereja. Serupa dengan Tat-mo-kim-kongciang
yang dilancarkan Ti Gong taysu, pukulan Thay-siangciang
yang dimainkan Siau-liong itu juga termasuk ilmu tenaga
dalam yang keras.
Darr.... terdengar ledakan keras, disusul dengan debu dan
angin yang bertebaran menderu2 keempat penjuru.
Ti Gong taysu tergetar. Ia rasakan pukulan anak muda itu
hebat sekali. Suatu pukulan yang mengandung tenaga dalam
Lunak-keras. Apabila ilmu tenaga dalam yang bersifat keras itu
diyakinkan sampai pada tataran yang tinggi, maka berobahlah
perbawanya menjadi Semu-lunak, atau yang disebut dengan
istilah Kong-kek-seng-ji (apabila Keras mencapai klimaks
tertinggi, timbullah lunak)
Mau tak mau ketua Siau-lim si itu terkejut sekali....
Tetapi sebelum ia sempat berbuat sesuatu, seketika ia
rasakan darahnya bergolak keras dan tergempurlah kuda2
kakinya. Ia terhuyung-huyung lima langkah ke belakang baru
dapat berdiri dengan tegak lagi.
Ketika memandang kemuka, dilihat pemuda lawannya itu
masih tegak berdiri ditempatnya dengan gagahnya.


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

177 "Maafkan, lo-siansu," seru Siau-liong sambil memberi
hormat. Malu Ti Gong taysu bukan kepalang. Dan rasa malu itu
menimbulkan kemarahan yang hebat. Semula ia anggap,
sekali pukul pemuda itu tentu akan terkapar rubuh. Tetapi
diluar dugaan dia sendiri yang haius menderita terkena
tangkisan pemuda itu....
Ti Gong taysu adalah ketua Siau-H\limm-si yang amat
tinggi kedudukannya dan harum namanya dalam dunia
persilatan Tetapi saat itu disaksikan oleh ber-puluh2 tokoh
persilatan terkenal, ia harus menderita kekalahan dari seorang
pemuda yang tak terkenal.
Dengan menggerung laksana harimau kelaparan, ketua
Siau-lim-si itu hendak menyerang lagi. Tetapi It Hang totiang
cepat mencegahnya, "Taysu, ijinkanlah aku yang akan
meminta pelajaran dari Kong-sun sicu itu!"
Sebagai ketua Bu-tong-pay yang berilmu tinggi tahulah It
Hang akan kesaktian yang dimiliki pemuda itu. Sebagai
seorang pimpinan pertemuan, ia harus mengambil alih
tanggung jawab untuk menyelesaikan diri pemuda itu.
Cepat ketua Bu-tong-pay itu mencabut kebut dan dengan
melangkah pelahan-lahan ia menghampiri kemuka Siau-liong.
"Ti Gong taysu sudah menerima pelajaran ilmu pukulan
saudara," katanya sambil mengurut jenggot, "sekarang aku
yang tua dan tak berguna ini, ingin juga mendapat pelajaran
saudara dalam ilmu senjata...."
Bu-tong-pay terkenal sebagai partai persilatan yang
mengutamakan ilmu permainan pedang. Rupanya ketua Butong-
pay itu tak mau adu pukulan tetapi hendak menantang
178 pertempuran senjata. Ia yakin akan kehebatan ilmu pedang
partainya. "Silahkan saudara mencabut senjata dan segeralah
menyerang dulu." seru It Hang.
Diluar dugaan Siau-liong hanya mendengus, "Silahkan
totiang menggunakan kebut, aku yang rendah tetap hendak
melayani dengan tangan kosong saja...." -sejenak
memandang ke arah hadirin, ia melanjutkan pula, "Sejak aku
turun kedunia persilatan, sekalipun aku memiliki pedang
pusaka, tetapi belum pernah selama ini kugunakan. Dan pada
saat ini, aku pun tetap takkan melanggar pantangan itu!"
Suatu ucapan yang angkuh dan besar sekali!
Sekalian tokoh2 yang hadir disitu terbeliak, kaget. Mereka,
sejumlah tak kurang dari 20 tokoh2 ternama, merasa
dianggap sepi oleh pemuda tak terkenal itu.
It Hang marah sekali. Tetapi ia tetap tenang dan tersenyum
simpul, ujarnya, "Baiklah, karena sicu menghendaki sendiri,
harap hati2!"
Ia menutup kata2nya dengan gerakan kebut pertapaan
dalam jurus Memukul-lonceng-emas. Kebut dimainkan
setengah lingkaran di udara lalu tiba-tiba berganti dengan
gerak Angin-meniup-siluman-lari, untuk menghantam kepala
Siau-long. Jurus yang dimainkan ketua Bu-tong-pay itu amatlah
anehnya dan digerakkan dengan kecepatan yang luar biasa
sehingga membuat Siau-liong terbeliak kaget.
Kebut pertapaan itu dibuat daripada bahan anyaman
ratusan lembar kawat baja. Sepintas pandang menyerupai
179 kebut ekor kuda. tetapi ketika dimainkan oleh It Hang, kebut
itu berobah. menjadi sebuah senjata yang melempang lurus.
Dan karena It Hang telah pancarkan sembilan bagian tenaga
dalamnya, maka beratus-ratus lembar kawat baja itu tegak
lurus dengan tajamnya.
Melihat sekali turun tangan, ketua Bu-tong-pay itu sudah
gunakan jurus yang ganas, terpaksa Siau-liong pun harus
melayani. Jurus Raja-langit-mendorong-pagoda, salah sebuah jurus
dari ilmu pukulan sakti Thay-siang-bu-kek, segera dilancarkan.
Kedua tangannya didorong kemuka. Tangan kanan memukul,
tangan kiri ditebarkan untuk mencengkeram kebut lawan.
Setitik pun tak terlinlas dalam benak It Hang totiang bahwa
pemuda itu memiliki ilmu pukulan Thay-siang-ciang yang
sedemikian tingginya. Dibanding dengan tataran yang dicapai
oleh Pengemis Tengkorak Song Thay-kun, pemuda itu
ternyata lebih unggul.
Seketika ketua Bu-tong-pay itu rasakan lengan kanannya
tergetar dan kebut yang dicekalnya itu terlanda oleh suatu
tenaga membal yang luar biasa dahsyatnya. Hampir saja
kebut itu terlepas dari cekalannya.
Belum hilang kejutnya, It Hang rasakan tangan kanan
pemuda yang diluruskan kemuka dada itu, mengandung
hamburan tenaga sakti yang amat maut.
It Hang totiang terkejut sekali dan buru-buru menyurut
mundur dua langkah....
---ooo0dw0ooo---
180 Jilid 04 Harimau Iblis Dalam dua jurus saja, Siau-liong sudah berhasil
mengalahkan dua orang tokoh sakti. Ti Gong taysu dan It
Hang totiang sehingga sekalian tokoh2 yang hadir terkejut
bukan kepalang!
Diam-diam It Hang totiang menimang. Saat itu jika tak
beramai-ramai turun tangan, dikuatirkan tak ada yang mampu
mengalahkan pemuda itu.
Ah, diam-diam ia menghela napas. Demi menyelamatkan
dunia persilatan, terpaksa harus meninggalkan tata-susila
dunia persilatan.
Pada saat ketua Bu-tong-pay itu hendak memberi
komando, sekonyong-konyong dari arah hutan terdengar
suara orang tertawa nyaring. Nadanya menusuk ketelinga
sekalian orang.
Sekalian tokoh terperanjat!
It Hang terbeliak. Cepat ia memandang kesekeliling
penjuru. Tetapi empat keliling hutan itu hanya pohon2 yang
lebat belaka. tiada tampak bayangan seseorangpun juga....
Ketua Bu-tong-pay itu benar-benar terpesona. Pada hal
penjagaan di tempat pertemuan itu sudah diatur sedemikian
ketat sekali. Setiap tiga langkah sebuah pos kecil dan setiap
lima langkah sebuah pos.
181 Sedemikian ketat dan rapat penjagaan itu diatur sehingga
jangankan orang sedang lalat atau nyamuk pun tak mungkin
lolos dari pengamatan!
Tetapi yang jelas, orang misterius itu dapat menembus
masuk dibawah hidung penjagaan yang sedemikan ketat itu.
Suatu hal yang benar-benar membuat ketua Bu-tong-pay itu
terlongong-longong kehilangan faham....
Setelah berhenti tertawa, orang misterius itu berseru
nyaring, "Hidung kerbau It Hang, keledai gundul Ti Gong, Tan
Ih-hong, Sin Bu-seng, si Tua Lam Leng.... ha, ha! Hari ini
kalian mengadakan pertemuan besar....!"
Dari puncak sebatang pohon tinggi yang tumbuh disebelah
kiri, melayang turun sesosok tubuh manusia. Gerakannya
mirip dengan seekor bururg garuda yang menukik dari udara.
Tetapi setiba di bumi, gerakannya amat ringan laksana kapas
jatuh di tanah....
Seorang tua yang tinggi besar dan mengenakan pakaian
hitam putih yang menyolok, tegak berdiri memandang sekalian
hadirin dengan mata berkilat kilat tajam.
Umurnya lebih dari 70 tahun, kepalanya gundul, wajahnya
ke-merah2an segar sehingga tampaknya baru berumur lebih
kurang 50-an tahun.
Kembali orang tua itu tertawa nyaring, "Ho, perlu apa
kalian berada disini....?" Dan tanpa menunggu penyahutan, ia
berpaling memandang Siau-liong, "Apakah untuk menghina
anak kecil itu?"
Sekalian orang tak dapat menjawab. Suasana hening lelap.
Kekalahan Ti Gong taysu dan It Hang totiang amat
182 menggoncangken perasaan mereka sehingga tak tahu apa
yang harus mereka lakukan.
Pada saat itu kebetulan Lam Leng lojin berdiri paling dekat
dengan orang misterius itu. Orang tua dari Thian-san itu
paksakan diri tertawa. "Kalau tak salah, saudara tentulah...."
Belum Lam Leng lojin menyelesaikan kata2nya, orang aneh
itu sudah membentaknya, "Apa" Dua puluh tahun tak bertemu
engkau sudah tak kenal lagi padaku?"
"Ah, saudara masih bersemangat seperti dulu. Mataku
belum rabun, sudah tentu takkan lupa. Hanya saja...."- Lam
Leng lojin tertawa tawar lalu berkata pula, "Dalam saat dan
suasana seperti sekarang ini, kemunculan saudara di dunia
persilatan, apakah tak...."
"Engkau tak berhak bertanya!" orang itu cepat
membentaknya seraya terus menghampiri Siau-liong.
Sekalian hadirin kebanyakan tokoh2 silat tua dan ternama.
Pada masa 20 tahun yang lalu, ketika kelima durjana muncul
mengacau dunia persilatan, merekapun ikut serta. Sudah
tentu mereka tahu siapa pendatang yang aneh itu.
Kiranya orang aneh itu adalah salah seorang tokoh dari
Lima Durjana, yakni Harimau maut pencabut nyawa!
Lam Leng lojin dan Ti Gong taysu cepat maju menghadang
dan membentak, "Berhenti!"
Harimau-maut berhenti, tertawa nyaring lalu tiba-tiba
hantamkan kedua tangannya kedada penghadangnya.
Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin memperhitung, si
Harimau-maut tentu tak berani mengganas karena
183 menghadapi sekian banyak tokoh2 persilatan. Tetapi ternyata
dugaan itu meleset. Ternyata Harimau maut masih seganas
pada 20 tahun berselang. Tanpa berkata suatu apa, dia sudah
melancarkan serangan yang dahsyat.
Ti Gong dan Lam Leng terkejut sekali.
Kedua tokoh itu cepat menangkis. Ti Gong menggunakan
Air-terjun-membelah-gunung, salah sebuah jurus dari ilmu
pukulan Tat-mo-kim-kong-ciang. Sedang Lam Leng
mengeluarkan Membalik awan menjungkir hujan. Keduanya
menyongsong dari samping dengan sepenuh tenaga.
Ketika terjadi benturan, terdengarlah suara letupan yang
dahsyat. Tubuh Harimau-maut agak menggigil. Tertawa
nyaring, ia tetap tak mengacuhkan apa2 dan terus
menghampiri kemuka Siau-liong.
Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin tersurut mundur sampai
tiga langkah baru dapat berdiri tegak. Wajah kedua tokah itu
pucat lesi, tubuh berguncang-guncang mau rubuh.
Ti Gong taysu terengah-engah, tiba-tiba ia mutah darah.
Jelas ia telah menderita luka dalam yang parah.
Empat orang paderi Siau-lim-si pengikutnya, cepat2 lari
memapah Ti Gong keluar gelanggang.
Sekalipun saat itu tak tampak tanda suatu apa, tetapi ditilik
dari tubuhnya yang berguncangan itu. jelas Lam Leng lojin
juga menderita luka dalam yang berat. Ia berjalan hendak
menuju ketepi gelanggang. Tetapi baru empat langkah, ia
jatuh terduduk ditengah gelanggang.
It Hang totiang kerutkan dahi. Ia tampak gugup
menyaksikan peristiwa itu. Buru-buru ia memberi perintah
184 agar semua anak murid Kay-pang dan Go-bi-pay yang
menjaga di puncak gunung itu serta anak buah lain-lain partai,
segera siapkan senjata dan mengepung rapat hutan itu.
Harimau-maut dan Siau-liong harus dibunuh dibawah hujan
anak panah dan senjata rahasia.
Disamping itu, It Hang mengajak seluruh hadirin untuk
beramai-ramai menyerang musuh. ia tak mau memegang tatasusila
dunia persilatan lagi. Yang penting momok Harimaumaut
harus dilenyapkan!
Setelah menyaksikan bagaimana dalam sebuah pukulan
saja, Harimau-maut dapat melukai Ti Gong dan Lam Leng,
sekalian hadirin tergetar nyalinya. Mereka tak berani lagi
menghadang momok itu.
Kemudian setelah mendapat isyarat dari It Hang,
merekapun segera mencabut senjata masing-masing siap
sedia menghadapi si momok.
Tetapi Harimau-maut tak mengacuhkan sikap orang2 itu.
Seolah-olah tak terjadi suatu apa dengan langkah lebar ia
menuju kehadapan Siau-liong, menatap lekat2 pemuda itu lalu
bertanya dengan tertawa, "Buyung, mengapa mereka
menghina engkau?"
Siau-liong hanya mendengus tak mau menyahut. Dalam
hati pemuda itu, terbit pertentangan sendiri. Ia tak mau
bentrok dengan tokoh2 partai persilatan. Tetapi karena
didesak sedemikian rupa, terpaksa ia harus mengadu pukulan
dengan Ti Gong dan It Hang.
Ia menyadari bahwa bentrokan dengan ketua Siau-lim-si
dan Bu-tong-pay itu berarti akan memperdalam salah faham
sekalian tokoh terhadap dirinya. Itulah sebabnya ia
termenung-menung diam.
185 Kemunculan mendadak dari Harimau-maut itu telah
mengalihkan perhatian sekalian orang. Turut pengetahuan
Siau-liong, Naga-keparat dari gunung Kengsan dan Harimauiblis
itu dahulu ketika muncul, telah menimbulkan banyak
peristiwa2 berdarah di dunia persilatan. Tetapi menurut
penilaian yang adil, sepak terjang kedua momok itu tidak
termasuk golongan Hitam juga bukan golongan Putih.
Melainkan ditengah-tengah. Mereka bertindak menurut
sekehendak hati sendiri. Dalam hal itu, memang tindakan
mereka lebih banyak bersifat jahat. Dan lagi mereka pernah
berserikat dengan Iblis Penakluk dunia serta Dewi Neraka
untuk menghancurkan dunia persilatan. Dengan begitu, kaum
persilatan mempunyai kesan tak baik dan membenci kedua
momok itu. Siau-liong masih melanjutkan renungannya. Memang tak
sukar baginya untuk tinggalkan tempat situ. Tetapi ia kuatir,
tindakan begitu akan lebih memperdalam tuduhan orang
bahwa ia adalah kaki tangan Iblis Penakluk dunia dan Dewi
Neraka. Tetapi jika ia tetap berada disitu, tentulah akan bentrok


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan Harimau iblis (Harimau-maut) Celakanya, ia
terpancang tak dapat mengeluarkan ilmu sakti Bu-kek-sinkang
dan hanya dapat menggunakan ilmu pukulan Thaysiang-
ciang. Entah apakah dengan ilmu pukulan itu ia dapat
mengalahkan Harimau iblis atau tidak.
Ia tak yakin "Hai!" tiba-tiba pikirannya mengilas, "mengapa aku tak
pergi dulu dari sini, lalu muncul lagi sebagai Pendekar Laknat"
Bukankah dengan langkah itu ia akan terhindar bertempur
dengan Harimau-iblis dan sekaligus dapat membuktikan nama
186 baik Pendekar Laknat itu memang nyata. Ah, bukankah ia
dapat 'sekali dayung dua tepian'?"
Segera ia bendak laksanakan rencananya itu. Tetapi pada
saat ia hendak gunakan gerak Naga-berputar-18 kali,
Harimau-iblis yang habis melukai dua orang, sudah
menghampiri ketempatnya.
Sekalipun Siau-liong marah melihat sikap dan ucapan
Harimau-iblis yang sombong tetapi ia masih dapat berpikir
dengan kepala dingin. Ia tak tahu bahwa ia dapat
mengalahkan momok itu dengan ilmu pukulan Thay-siangciang
saja. Maka terpaksa ia tekan kemarahannya dan tak
mengacuhkan pertanyan momok itu.
Tetapi bukannya marah kebalikannya Harimau-iblis malah
tertawa gelak2, "Buyung, jangan takut. Kalau ada kesulitan,
bilang saja. Nanti aku yang menyelesaikan. Jangan takut
mereka berjumlah banyak...." - tiba-tiba ia berputar tubuh
memandang sekalian orang, kemudian berkata lagi:....
"Mereka itu tak berarti apa2 bagiku. Aku paling benci kalau
yang Kuat menindas yang Lemah, mengandalkan jumlah
banyak mau menindas orang!"
Siau-liong tertawa dingin, serunya sinis, "Bagaimana
engkau itu, aku takut kepada mereka?"
Harimau Iblis tertegun dan menyurut selangkah. Ditatapnya
pemuda itu dengan tajam. Tiba-tiba ia tertawa keras. Nadanya
seperti harimau meraung-raung. Lama baru ia hentikan
tertawanya yang aneh itu.
"Bagus! Punya perbawa gaib dan nyali besar Sesuai sekali
dengan watakku. Kita harus menjadi sahabat baik...." serunya.
Kemudian ia memandang lagi kesekeliling, lalu berkata lagi,
"Kemunculanku di dunia persilatan sekarang ini rasanya
187 takkan sia2 karena dapat mengikat persahabatan dengan
engkau. Hayo, kita pergi kekota Siokciu minum arak!"
Terus saja Harimau Iblis menarik bahu Siau-liong hendak
diajak pergi. "Aku tak mau bermusuhan dengan saudara, jangan
mengujuk kekasaran!" teriak Siau-liong seraya mengeliat
untuk menghindar.
Sudah tentu Harimau Iblis tak mau melepas anak itu.
Dengan menguak aneh, ia berputar membayangi Siau-liong
dan secepat kilat menyambar pergelangan tangan pemuda itu.
bentaknya, "Budak, mengapa engkau tak tahu diri!"
Siau-liong mendengus tetapi ia tak mau menghindar lagi
dan membiarkan tangannya dicekal orang.
Cerdik juga anak itu. Karena tak leluasa menggunakan Bukek-
sin-kang dalam pukulan, ia gunakan siasat lain. Maka
dibiarkan saja tangannya dicekal tetapi diam-diam ia salurkan
tenaga sakti Bu-kek-sin-kang.
Dalam mata Harimau Iblis, Siau-liong itu dianggap sebagai
pemuda yang belum hilang bau pupuknya. Ia yakin, sekali
sambar tentu dapat mencekalnya. Maka ia tak bersiap apaapa.
Tetapi alangkah kejutnya ketika jari menyentuh tangan
Siau-liong, seketika ia rasakan di jarinya dipancar oleh
serangkum hawa panas. Sakitnya seperti terkena hantaman.
Terpaksa ia mundur beberapa langkah.
It Hang totiang bermula cemas sekali kalau pemuda itu
mau bersekutu dengan Harimau Iblis. Tetapi ketika melihat
Siau-liong tak mengacuhkan tawaran Harimau Iblis dan tibaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
188 tiba momok itu tersentak mundur beberapa langkah,
terkejutlah sekalian orang.
Kini seluruh mata hadirin tertumpah pada Siau-liong dan
Harimau Iblis. Dengan ilmu pukulan Thay-siang-ciang yang
sakti, tentulah Siau-liong dapat mengimbangi Harimau Iblis.
Dan apabila kedua orang itu bertempur seru, siapapun yang
kalah dan menang, bagi sekalian tokoh yang hadir disitu,
merupakan suatu keuntungan. Syukur kedua-duanya sama2
terluka parah....
Harimau Iblis terkejut sekali karena lengannya kesemutan.
Cepat ia salurkan tenaga dalam.... Setelah sembuh, ia maju
lagi dan meraung marah, "Ho, aku salah lihat! Apakah nama
ilmumu itu?" Membengiskan matanya, momok itu membentak
keras:"Bilang lekas, siapa gurumu!"
"Apakah engkau berhak bertanya?" sahut Siau-liong
dengan hambar. Bukan kepalang marah Harimau Iblis. Mukanya membiru
gelap dan gerahamnya bergemerutukan lalu meraung sekuatkuatnya,
"Aku tak berhak bertanya" Ho, hari ini aku akan
mengadu jiwa dengan engkau."
Habis berseru, terus hendak mencengkeram bahu. Siauliong
sudah bersiap untuk mengadu kepandaian dengan
momok itu. Tiba-tiba momok itu hentikan gerakannya lalu tertawa
keras. "Buyung, siapakah namamu!?" serunya.
Siau-liong pun tertawa dingin, sahutnya, "Namaku Kongsun
Liong!" 189 Momok itu merenung sejenak lalu berkata seorang diri,
"Kongsu Liong, Kong.... sun.... Liong.... sebenarnya nama
yang tak terkenal, tetapi mengapa...." " ia kerutkan alis
seperti lengah berpikir.
Tiba-tiba ia tertawa nyaring, serunya, "Buyung, sekalipun
engkau tak mau mengatakan nama guru pun tetapi akupun
dapat menebak. Ilmu tenaga sakti yang luar biasa itu, cukup
kukenal...." " kembali ia tundukkan kepala merenung.
Diam-diam Siau-liong terkejut. Ia kuatir Harimau Iblis akan
mengenal tenaga sakti Bu-kek-sin-kang Itu. Apabila hal itu
sampai diketahui Harimau Iblis dan didengar oleh sekian
banyak tokoh-tokoh persilatan, tentulah merugikan nana baik
Pendekar Laknat dan juga tak menguntungkan bagi hari
depannya sendiri.
Untuk mencegah hal itu, terpaksa ia maju selangkah dan
berseru, "Iblis tua, terimalah sebuah pukulan. Mungkin engkau
baru dapat memikir dengan berhasil!"
Wut.... jurus Tay-lo-kim-kong segera dilontarkan ke arah
momok itu. Setelah menderita kesakitan tadi, Harimau Iblis tak berani
memandang rendah pada pemuda itu lagi. Cepat ia gunakan
jurus Menurut-aliran air-mendorong-perahu untuk menangkis.
Jurus itu adalah salah sebuah jurus yang amat ganas dari
ilmu pukulan Hou-pik-sin-ciang atau pukulan sakti Harimaumaut.
Kerasnya bukan alang kepalang.
Dar.... terdengar letupan keras dan bahu kedua orang itu
sama tergetar. 190 Seketika berobahlah wajah Harimau Iblis. Pukulan yang
dilancarkan Siau-liong itu jauh bedanya dengan tenaga sakti
yang dipancarkan pada pergelangan tangannya tadi. Benarbenar
ia tak habis mengerti.
Setelah saling menarik pulang tangannya, kembali Harimau
Iblis berseru, "Buyung, rupanya paling sedikit engkau
mempunyai dua orang guru sakti. Pukulanmu yang ini lain
sekali dari yang tadi. Aku tak mungkin salah lihat, lekas
bilanglah...."
"Silahkan engkau mengeluarkan seluruh kepandaianmu, tak
perlu bertanya ini itu!" bentak Siau-liong dan menyusul lagi
dengan sebuah pukulan lagi ke arah dada.
Harimau Iblis tertawa nyaring lalu menyongsong dengan
jurus Harimau-hitam-mengorek hati.
Siau-liong tak menduga sama sekali bahwa gerakan tangan
dari momok itu dapat dirobah menjadi genggaman tinju.
Seketika ia rasakan dadanya seperti dilanda oleh sebuah batu
raksasa sehingga jantung serasa pecah dan hampir saja ia
rubuh.... Tujuan Harimau Iblis itu hendak menghancur leburkan
tubuh Siau-liong. Tetapi karena tinjunya tak cukup besar,
terpaksa ia hanya mengaarah dada ana kmuda itu. Ia berhasil
tetapi iapun terkena pukulan Siau-liong. Ia rasakan tulang
belulangnya serasa copot dan mata berbinar-binar gelap.
Dua kali adu pukulan itu, membuat Harimau Iblis benar
memuncak kemarahannya. Meraunglah ia dengan sekuatkuatnya,
"Sungguh tak kira dalam kemunculanku di dunia
persilatan kali ini, aku akan berjumpa dengan seorang
manusia yang seganas engkau....
191 Ia bolang-balingkan tangannya kanan dan berseru pula,
"Dengan pukulanku ini, kita akan menentukan siapa hidup
siapa mati!"
Siau-liong tertawa dingin saja. Tetapi diam-diam ia sudah
menyalurkan tenaga saktinya sampai sepuluh bagian. Selekas
Harimau Iblis memukul, iapun cepat menghantam dengan
pukulan sakti Thay-siang-ciang.
Harimau Iblis sudah memutuskan untuk mengakhiri
pertempuran itu. Maka pukulannya dilancarkan dengan tenaga
penuh, Terdengar ledakan keras disusul dengan pasir dan
debu berhamburan. Dalam libatan asap debu yang lebat,
tampak kedua jago itu sama2 terhuyung-huyung sampai lima
enam langkah lalu rubuh....
Karena tak mau mengeluarkan tenaga-sakti Bu-kek-sinkang,
Siau-liong hanya gunakan pukulan sakti Thay-siangciang.
Ternyata kekuatannya berimbang dengan pukulan sakti
Harimau-iblis. Isi dada kedua orang itu terasa bergolak hebat,
darah berhamburan sungsang sumbal. Begitu jatuh, keduanya
segera pejamkan mata untuk menenangkan darahnya.
Melihat kesudahan itu girang It Hang totiang bukan
kepalang. Pikirnya, "Mereka ibarat ikan masuk jaring. Kalau
tak menggunakan kesempatan ini untuk melenyapkan mereka,
tak mungkin dapat menyelamatkan dunia persilatan...."
Ketua Bu-tong-pay itu segera menghampiri ketempat
Harimau Iblis. Tetapi sebelum dekat, tiba-tiba Harimau Iblis
dua membuka mata, "Hidung kerbau, walaupun aku harus
mati tetapi tak nanti mati di tanganmu!"
It Hang totiang tertegun. Tetapi pada lain saat ia tertawa,
"Iblis tua, asal kuayunkan tangan jiwamu pasti melayang!"
192 "Belum tentu!" dengus Harimau Iblis.
It Hang terkesiap. Timbullah keraguannya adakah momok
itu benar-benar terluka parah. Sebagai ketua Bu-tong-pay
yang ternama dan saat itu menjadi pimpinan berpuluh-puluh
tokoh persilatan, jika membunuh seorang lawan yang sedang
menderita luka dan tak dapat melawan, sekalipun yang
dibunuhnya itu seorang durjana besar, tetapi perbuatan itu
tetap akan tercelah dan namanya cemar.
Ketua Bu-tong-pay itu berpaling ke arah Siau-liong.
Dilihatnya pemuda itu juga duduk menyalurkan napas. Tetapi
wajahnya merah segar seperti orang sehat saja. To Kiu-kong,
Pengemis Tertawa Tio Tay-tong, sepasang pengemis Pincang
sama menghampiri ketempat Siau-liong. Mereka memandang
Siau-liong dengan cemas.
Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin, setelah melakukan
penyaluran napas, saat itu sudah tak kurang suatu dan berdiri
lagi. Tetapi sikap mereka tampak putus asa dan malu.
Kekalahan yang diderita dari Siau-liong tadi, amat memalukan
kedua tokoh itu.
Sedang sekalian tokoh2, tegak berdiam diri disekeliling
tempat itu. It Hang totiang tampak bingung. Akhirnya ia
memanggil 20-an jago panah untuk mengepung Harimau Iblis
dan Siau-liong.
Rupanya It Hang tak mau mengambil resiko kehilangan
nama baik. Ia akan menunggu lain orang turun tangan untuk
membunuh Harimau Iblis dan Siau-liong.
Sekonyong-konyong dari luar hutan terdengar suara
seruling berbunyi. Seruling itu adalah untuk alat
menyampaikan berita. Setelah Harimau Iblis berhasil
menyusup dari penjagaan yang ketat, It Hang perintahkan
193 semua penjaga di pos2 menuju ke puncak dan berpencaran
menjaga diempat penjuru hutan. Seruling pertandaan itu
menandakan bahwa ada musuh yang tiba didekat hutan.
Selekas bunyi seruling berhenti, terdengarlah gemerincing
suara senjata beradu. Tentulah musuh itu sedang bertempur
dengan para penjaga hutan situ. Kemudian tak berselang
beberapa waktu, terdengarlah jeritan ngeri. Tentulah
beberapa penjaga telah dirubuhkan orang itu.
Ketika memandang ke arah datangnya pertandaan seruling,
sekalian tokoh2 persilatan melihat seorang wanita bertubuh
semampai dan mukanya berkudung kain hitam, tengah lari
menerobos masuk ke dalam hutan.
Wanita itu mencekal sebatang pedang yacg berkilat-kilat.
Sejenak memandang ke arah sekalian tokoh persilatan disitu,
tiba-tiba wanita ini terus menyerang Toh Hun-ki, ketua Kongtong-
pay. Sekalian tokoh terperanjat sekali ketika mengetahui bahwa
wanita itu bukan lain ialah Dewi Ular Ki Ih.
Toh Hun-ki menghindar kesamping, mencabut pedang lalu
menempur wanita itu.
Melihat serangan yang dilancarkan Ki Ih dahsyat dan
berbahaya, terpaksa keempat Su-lo dari Kong-tong-pay pun
sama mencabut pedang dan terus menyerang Siau-liong.
It Hang tetap merasa sungkan terjun kegelanggang
pertempuran. Tetapi ia tetap gelisah karena tahu bahwa
wanita itu mempunyai dendam darah terhadap Kong-tongpay.
Tentu mereka akan bertempur mati-matian dan
melupakan masalah penyelesaian Harimau Iblis serta Siau
liong. 194 Benar sekali pun Harimau Iblis dan Siau-liong apabila
terjaga tentu akan dihujani anak panah oleh kawanan jago


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tembak, namun sukar diduga terjadinya lain-lain perobahan.
Dalam menyalurkan napas itu, tak pernah Siau-liong
lepaskan perhatiannya kepada orang2 yang mengepungnya
itu. Sesungguhnya ia hanya menderita luka ringan yang tak
membahayakan. Ketika mengetahui yang mengamuk
penjaga2 pos itu ternyata Ki Ih, ia kaget dan girang sekali.
Buru-buru ia menyalurkan pernapasan lagi. Setelah merasa
sembuh, tanpa menghiraukan barisan panah yang masih siap
membidik, tiba-tiba ia melambung ke udara dan melayang ke
arah tempat Ki Ih bertempur dengan Toh Hun-ki.
Tetapi para pengepung itu adalah jago2 pilihan dari setiap
partai. Mereka bermata tajam dan tangkas bergerak. Begitu
melihat Siau -liong loncat ke atas, mereka segera menghujani
anak-panah. Cres, cres.... karena terburu-buru hendak mendapatkan
ibunya, Siau-liong tak menghiraukan keselamatan dirinya
sendiri. Ia lengah dan lengan kanannya terkena dua batang
anak panah. Dengan geram, dicabutnya anak panah itu lalu ia
balas menghantam dengan pukulan Thay-siang-ciang.
Terdengar beberapa kali jeritan ngeri disusul dengan
rubuhnya 7-8 sosok tubuh dari anak buah barisan pemanah
itu. It Hang terkejut. Cepat ia loncat mengejar diikuti Kun-lun
Sam-cu, Shin Bu-seng ketua Tiam-jong-pay, Tan I-hong ketua
Ji-tok-kau Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin.
195 "Bagus! Kali ini bakal berlangsung pertunjukan yang
ramai!" tiba-tiba Harimau Iblis tertawa terbahak-bahak.
Sekalian tokoh terkejut. Ada beberapa yang lari
menghampiri momok itu.
Lebih kurang 200 anak murid dari Gobi-pay, Kay-pang dan
partai2 lain yang bertugas menjaga hutan itu segeran
lepaskan anak panah dan serentak keadaan menjadi kacau
balau. Siau-liong lepaskan beberapa kali pukulan lagi. Setelah
dapat mengundurkan It Hang totiang dan rombongannya, ia
segera dapat mendekati ketempat Ki Ih.
Wanita itu bertempur dengan gagah. Serangannya makin
lama makin dahsyat. Walau pun ia takkan kalah dengan To
Hun-ki dan keempat Su-lo, tetapipun sukar merebut
kemenangan. Serentak Siau-liong menggembor keras terus loncat
menerjang kepungan To Hun-ki dan tegak disamping ibunya.
Betapalah kejutnya ketika mengetahui bahwa sesungguhnya
ibunya itu sudah menderita luka2. Sekujur tubuhnya
berlumuran bintik-bintik darah.
Hati Siau-liong seperti disayat. Setelah lepaskan tiga buah
pukulan ke arah To Hun-ki, ia segera menyambar Ki Ih
dengan gunakan gerak Naga-berputar-18 lingkaran, ia loncat
menerobos hujan anakn panah dan lari keluar hutan, lalu
menuruni puncak bukit.
Lapat2 ia mendengar suara Ti Gong taysu, ketua Siau-lim-si
yang menegur To Kiu-kong, "0-mitohud Bagaimana asal-usul
ketuamu yang sebenarnya" Mengapa ia mempunyai hubungan
dengan Ki Ih-"
196 Menyusul terdengar suara tertawa keras dari si Harimau
Iblis. Dan beberapa saat kemudian terdengar hiruk pikuk
suara orang bertempur. Tentulah Harimau Iblis sudah mulai
bertempur dengan lawanan orang gagah.
Tetapi Siau-liong tak menghiraukan. Yang penting ia harus
menyelamatkan ibunya. Beberapa penjaga yang coba hedak
merintangi larinya, dapat dihantam kocar-kacir. Dan beberapa
loncatan berhasilah ia menerobos keluar dari hutan.
Dia lari sepembawa kakinya. Hatinya penuh dengan rasa
sedih dan gembira. Akhirnya ia bertemu juga dengan ibu
kandungnya. Dengan demikian rindu dendam dari ibu dan
anak yang sudah terpisah belasan tahun itu, akan terpenuhi.
Memang ia marah sekali terhadap kecongkakan It Hang
totiang, Ti Gong taysu dan orang2 yang menuduh dengan
membabi-buta itu. Ia merasa kecewa dan putus asa terhadap
sikap mereka. Rasanya tak sudi lagi ia campur tangan tentang
kemunculan beberapa momok yang hendak menghancurkan
dunia persilatan itu.
Pikirnya, "Setelah menghimpaskan dendam sakit hati, ia
hendak mengajak ibunya mencari tempat yang sunyi dan
hidup dengan tenang. Ia ingin membaktikan hidupnya untuk
membalas budi."
Walaupun lembah Kiu-hui-koh itu amat pelik dan berbelitbelit
jalannya, tetapi berkat petunjuk yang telah diterimanya
dari To Kiu-kong, dapatlah ia keluar.
Sejak dipondong oleh Siau-liong, Ki Ih diam saja. Sepatah
pun tak berkata. Rupanya ia membiarkan dirinya dibawa anak
itu ber-lari2an.
197 Saat itu sudah lewat tengah hari. Siau-liong kendorkan
larinya. Tiba-tiba dilihatnya tak jauh di atas lereng gunung,
terdapat sebuah pondok dari atap rumbia. Ia mutuskan untuk
beristirahat dulu agar ibunya dapat mengasoh. Maka
segeralah ia menuju ke pondok itu.
Pondok itu ternyata sepi2 saja. Berulang kali mengetuk
pintu, barulah terdengar langkah orang berjalan dengan
pelahan. Ternyata yang membukakan pintu adalah seorang wanita
berumur 40-an tahun. Mengenakan baju pendek warna hitam.
Sepasang matanya ber-kilat2 tajam.
Siau-liong tertegun. Ia heran mengapa ditempat yang
sesunyi itu terdapat seorang wanita yang mengenakan
dandanan seperti itu" Tetapi ia duga tentulah wanita itu
keluarga pemburu. Bagi kaum pemburu, mengenakan pakaian
serba ringkas, sudahlah umum. Ia segera menyatakan maksud
kedatangannya....
Perempuan baju hitam itu tampak tenang2 saja,
memandang Siau-liong yang memondong seorang wanita
berlumuran darah pakaiannya. Tanpa bertanya apa2 lagi,
perempuan itupun mengangguk dan mempersilahkan Siauliong
masuk. Perkakas perabot dalam pondok itu amat sederhana sekali
Kecuali balai2 kayu dan meja kursi, tiada terdapat lain-lain
perkakas lagi. Setelah membawa tetamunya masuk ke dalam bilik, tanpa
mengucap apa-apa, perempuan itupun melangkah keluar,
menuju ke belakang.
198 Sejenak meragu, Siau-liong lalu letakkan ibunya di atas
balai. Hatinya amat sedih, beberapa butir airmata menitik
keluar. Belum berumur 100 hari ia sudah terpisah dari ibunya.
Kemudian setelah dewasa, ia selalu terkenang akan ibunya itu.
Ia amat rindu akan kasih seorang ibu. Dan saat itu,
harapannya telah terkabul. Sekalipun ia belum pernah melihat
wajah ibunya tetapi ia tahu bahwa ibunya itu wanita yang
bernama Dewi Ular Ki Ih, wanita yang saat itu terbaring
dihadapannya. Setelah luapan haru kesedihannya reda, mulailah ia
memeriksa luka ibunya. Ternyata beberapa luka yang diderita
ibunya itu hanya luka luar yang tak berarti.
Tiba-tiba ia terkesiap. Ibunya jelas tak terluka berat. Tetapi
mengapa tampak seperti orang yang tak sadarkan diri"
Belum sempat ia memperoleh jawaban, tiba-tiba
perempuan pemilik pondok itu masuk dengan membawa
sepanci air panas. Tersipu-sipu Siau-liong menyambuti.... Ia
membasuh luka ibunya. Pemilik pondok memberinya sebotol
pujer warna kuning, ujarnya, "Puyer ini dapat menghentikan
perdarahan. Dalam beberapa jam saja luka itu tentu sudah
sembuh." Sambil menyambuti, Siau-liong bertanya, "Adakah cianpwe
ini termasuk keluarga pemburu. Dalam rumah ini....?"
Oleh karena pemilik rumah itu seorang wanita yang sudah
setengah umur, demi menghormatnya, Siau-liong
menggunakan sebutan 'cian pwe' kepadanya.
199 Pemilik pondok itu geleng2 kepala, "Aku hanya sementara
waktu saja menetap disini."
Siau-liong heran tetapi ia sungkan untuk mendesak lebih
lanjut. Tiba-tiba terdengar sebuah seruan yang bernada penuh
kemesraan, "Mah...."
Sesosok tubuh menerobos masuk dan muncullah seorang
dara berwajah segar. Pakaiannya berwarna hijau, umurnya
diantara 15-16 tahun.
Ia terkejut melihat keadaan dalam bilik. Dipandangnya
Siau-liong dan Ki Ih. yang berbaring di atas balai2 itu, lalu lari
ke dalam ruang belakang.
Perempuan baju hitam itu hanya tertawa tawar lalu
menyuruh Siau-liong lekas melumurkan puyer keluka ibunya.
Habis itu ia keluar menuju ke belakang.
Siau-liong tertegun sejenak lalu melumurkan obat itu
keluka ibunya, juga luka pada lengannya sendiri yang terkena
anak panah itu. Setelah membalut, ia segera menyingkap
sutera hitam yang nenutupi wajah Ki Ih.
Rasa kegirangan yang meluap-luap akan bertemu dengan
ibunya yang sudah berpisah hampir 20-an tahun telah
menyebabkan Siau-liong amat terangsang hatinya. Sambil
membuka kain kerudung, serentak mulutnya pun berseru
dengan gemetar, "Mah.... apakah engkau tak kenal dengan
putera kandungmu sendiri....?"
Sekonyong-konyong terdengar suara ketawa mengikik, "Hi,
hi, hi, siapa yang engkau panggil mamah itu?"
200 Siau-liong terkejut seperti mendengar halilintar berbunyi
ditengah hari. Dan ketika memandang kewajah ibunya, ah....
hampir ia pingsan!
Ternyata yang terbungkus dalam kain kerudung hitam itu
sebuah wajah yang cantik berseri dari si dara seberang lautan.
Mawar Putih! Setelah terlongong-longong beberapa saat, Siau-liong
menjadi kalap. Diterkamnya bahu si dara itu, bentaknya,
"Kiranya engkau! Mengapa engkau menyaru sebagai ibuku"
Engkau...."
Rindu dendam yang terpendam selama belasan tahun, dan
saat itu dikiranya akan terlaksana, ternyata hancur berantakan
bagai awan dihembus angin....
Keadaan Siau-liong saat itu seperti orang gila. Matanya
melotot, wajah merah padam dan tangan dikepal sekeraskerasnya.
Seolah-olah ia hendak menelan dara itu.
Melihat keadaan Siau-liong sedemikian itu Mawar Putih
agak ketakutan. Ia menyurut mundur seraya berseru, "Apakah
engkau gila" Siapa yang menyaru jadi ibumu?"
Dengan geram Siau-liong menatap dara itu, serunya,
"Dalam dunia persilatan siapakah yang tak tahu bahwa
engkau ini adalah Dewi Ular Ki Ih" Pakaian yang engkau
kenakan dan ilmu Pedang-kilat serta senjata rahasia Hwe-huntui
serta tindakanmu memusuhi Toh Hun-ki untuk membalas
sakit hati. Tiada seorangpun yang menyangsikan engkau tentu
Ki Ih...."
Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan dengan makin geram,
"Hm, makanya engkau mengenakan kerudung hitam menutup
201 wajahmu, kiranya.... ah! Engkau.... telah membikin sengsara
hatiku!" Mawar Putih tertawa dingin, sahutnya, "Dalam hal apa aku
mencelakai dirimu" Apa yang kusenang pakai, kupakai saja.
Mau senang mengenakan kain kerudung, pun siapa yang
melarang?"
Habis berkata dara itu terus loncat turun dari balai2, lalu
berkata pula, "Ilmuku Pedang Kilat dan senjata rahasia Hwehun-
tui itu adalah ajaran guruku. Aku hendak membunuh Toh
Hun-ki, pun juga demi membalaskan sakit hati guruku!"
Siau-liong terlongong tak dapat menjawab.
Mawar Putih memandang sejenak kepada pemuda itu lalu
menyeringaikan hidung, mendengus; "Semalam aku tak jadi
membunuhmu di dalam biara dan pagi ini engkau telah
menolong aku dari puncak Ngo-song-nia. Dengan begitu kita
tak punya hutang piutang lagi dan anggaplah seperti kita
belum pernah kenal mengenal."
Habis berkata dara itu terus melangkah keluar.
Saat itu ketegangan Siau-liong sudah mulai sirap. Cepat ia
mengejar dan menghadang si dara, ujarnya, "Nona engkau...."
Mawar Putih deliki mata, "Aku mau pergi! Mengapa engkau
menghadang aku!"
Siau-liong merah mukanya. Terpaksa ia tahan
kemarahannya, "Tadi aku telah berlaku kasar, harap maafkan.
Tetapi aku hendak mohon bertanya kepadamu tentang
beberapa hal yang penting."
202 Sejenak dara itu keliarkan biji matanya. Tampaknya ia geli
melihat keadaan Siau-liong yang tak ubah seperti monyet
mencium terasi. Tetapi ia berusaha sekuatnya untuk menahan
rasa geli itu. Maka dengan sengaja, ia pura-pura membentak
dengan garang, "Lekas katakan! Aku tak punya tempo
melayanimu."
Siau-liong menghela napas, ujarnya, "Ibu kandungku itu
bernama Ki Ih. Sejak aku dilahirkan belum seratus hari,
keluargaku telah tertimpah bencana. Ayahku meninggal secara
mengenaskan dan ibu tercerai-berai entah kemana...."
"Uh, riwayatmu benar-benar membuat orang terharu," kata
Mawar Putih sambil menyengir.
Siau-liong melanjutkan lagi, "Setiap nona hendak
membunuh Toh Hun-ki, tentu nona berganti dandanan,
mengenakan kerudung hitam dan memainkan ilmu pedang
kilat serta senjata rahasia Hwe-hun-ti. Dengan begitu semua
orang persilatan menganggap nona itu adalah ibuku yang
muncul kembali ke dalam dunia persilatan lagi...."
Mawar Putih kerutkan dahi tak menyahut.
"Menilik tindakan2 nona itu," kata Siau-liong pula, "aku
berani memastikan bahwa gurumu itu tentulah ibuku sendiri.
Maukah nona memberitahukan nama sebenarnya dari guru
nona itu?"


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mawar Putih hunjamkan kakinya ke tanah, berseru,
"Bukankah telah kukatakan bahwa guruku itu bernama.
Aminah Pattalia. Selama ini belum pernah orang memanggil
guruku dengan nama lain!"
203 Siau-liong menghela napas, tanyanya pula, "Pernahkah
gurumu itu mengatakan kalau mempunyai dendam sakit hati
dengan Kong-tong-pay?"
Mawar Putih gelengkan kepala, "Guruku tak mau
mengatakan dan akupun tak pernah bertanya. Cukup bahwa
memang dendam permusuhan itu, memang ada Kalau tidak
masakan guruku siang malam tak pernah melupakannya."
Siau-liong sudah mulai percaya bahwa guru dari dara itu
tentulah ibunya sendiri Uewi Ular Ki Ih. Maka ia terus
lancarkan pertanyaan untuk mendapatkan bukti2 yarg lebih
jelas. Setelah termenung sejenak, ia bertanya pula, "Sebelum
pergi ke Tionggoan sini, apakah gurumu tak mengatakan apa2
lagi." Mawar Putih merenung. Tiba-tiba ia berseru, "Eh,
berapakah umurmu sekarang?"
"Enam belas tahun!"
Tiba-tiba Mawar Putih bertepuk tangan, serunya, "Ah,
mungkin benar Memang guruku pernah suruh aku menyelidiki
tentang seseorang.... Jika memang masih hidup orang itu
berumua 16 tahun...." Ia berhenti sejenak menatap wajah
Siau-liong sampai beberapa kali, lalu berkata, "Wajahmu
memang mirip dengan suhuku. Tetapi orang yang akan kucari
itu seharusnya bernama Tong Siau-liong bukan Kongsun
Liong...."
"Ah...." Siau-liong banting2 kakinya, "sebenarnya namaku
adalah Tong Siau-liong. Sejak dipungut sebagai murid dari
Tabib sakti Kongsun Sin-to, aku mengganti she dengan
Kongsun agar orang jangan mengetahui asal-usulku...."
204 Mawar Putih tertawa dingin, "Ih, benar-benar suatu
pertemuan yang tak ter-sangka2! Jika tak berkelahi tentu tak
bertemu!" Siau-liong benar tak mengerti mengapa dara itu selalu
bersikap dingin. Sudah kenal sampai sedemikian jauh dan
diam-diam Siau-liong tahu bahwa dara itu jatuh hati
kepadanya, tetapi ia bersikap dingin. Bahkan saat itu setelah
mengetahui bahwa guru dara itu adalah ibunya, suatu hal
yang seharusnya akan menambah erat hubungan mereka
berdua. Tetapi mengapa sikap dara tetap begitu dingin"
Tetapi ia tak sempat lagi mencari tahu sebabnya. Serentak
ia menjurah dihadapan dara itu dan berseru, "Nona...."
"Bilanglah, Mengapa ak-uk ak-uk seperti orang
ketulangan?" seru Mawar Putih.
"Sudilah nona membawa aku menemui ibu. Atau cukup
nona memberitabukan letak pulau kediamannya, aku tentu
dapat mencari kesana!"
Masih dengan nada dingin, Mawar Putih berkata, "Sudah
tentu! Asal engkau benar-benar putera dari guruku, tentu
akan kubawamu kesana. Tetapi...." " tiba-tiba ia berganti
dengan nada dengusan hidung, "Aku tak dapat begitu saja
mempercayai keteranganmu tadi!"
Siau-liong terkejut mundur selangkah, serunya, "Dengan
cara bagaimanakah nona akan dapat mempercayai?"
"Kecuali engkau dapat membawa kemari batang kepala dari
Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tong-pay itu!"
Siau-liong kerutkan alis, "Tetapi ibu menderita sakit...."
205 "Di dunia ini tiada obat yang dapat menyembuhkan
penyakit guruku kecuali kelima butir kepala orang Kong-tongpay
itu....!" tukas Mawar Putih. Ditatapnya wajah pemuda itu
beberapa saat kemudian ia menghela napas.
"Sudah tentu karena bertemu dengan putera yang
dirindukan siang malam, guruku tentu amat gembira sekali.
Tetapi, aku sudah terlanjur bersumpah dihadapan guru. Tak
membawa kelima butir kepala orang itu, aku takkan pulang!"
Diam-diam Siau-liong malu dalam hati. Mawar Putih hanya
seorang murid, namun dengan mati-matian tetap berusaha
untuk membalaskan sakit hati gurunya. Adakah dia, sebagai
seorang putera, kalah dengan tindakan dara itu"
Tetapi ia teringat akan pesan mendiang ayahnya supaya
jangan melakukan pembalasan itu. Ah, yang manakah harus ia
turut" Pesan ayahnya atau keinginan ibunya"
Dan lagi Toh Hun-ki itu ternyata seorang tokoh tua yang
penuh keperwiraan dan luhur budinya, bingung ia untuk
menentukan pilihan. Melihat pemuda itu termenung-menung
saja, Mawar Putih menertawakan, "Agaknya engkau tak
mempunyai pikiran untuk membalas sakit hati. Sesungguhnya
akupun tak memerlukan bantuanmu. Lambat atau laun, aku
tentu dapat membunuh orang Kong-tong-pay Itu. Hanya
saja...." Tiba-tiba ia berputar tubuh dan terus menelungkupi balai2
dan menangis, "Engkaupun jangan harap dapat berjumpa
dengan ibumu! Beliau tentu tak sudi mempunyai seorang
putera seperti engkau. Aku.... aku pun tak dapat membawamu
kesana." Siau-liong serba sulit. Sesaat tak dapat ia berkata apa2.
206 Krakkk.... tiba-tiba pintu terbuka dan dara baju hijau masuk
membawa sebuah penampan. Sekilas melirik Siau-liong dan
Mawar Putih, ia tertawa menyengir, ujarnya, "Silahkan
saudara berdua makan!"
Siau-liong menghaturkan terima kasih. Sedang Mawar Putih
cepat mengusap air matanya. Ternyata penampan itu berisi
beberapa masakan dan nasi putih.
Sambil menghidangkan makanan di atas meja, dara baju
hijau itu tersenyum, Ibu mengatakan bahwa di - hutan sini tak
dapat menyediakan hidangan yang lezat. Sekedar makanan
kasar dan teh yang tawar ini, harap saudara jangan menolak."
Habis berkata dara itu terus melangkah keluar. Karena
sehari suntuk tak makan, Mawar Putih yang masih belum
hilang sifat kekanak-kanakannya, segera menghampiri kemeja
dan mengajak Siau-liong makan.
Selesai makan hari pun sudah hampir petang Siau-liong
gelisah. Beberapa kali, ia mengajak bicara tetapi Mawar Putih
tak mengacuhkan. Ia enak2 tidur di atas balai2.
Nyonya rumah tak muncul lagi. Hanya si dara baju hijau
yang datang membawa sebuah lempat lilin lalu mengemasi
perabot makan dimeja lain keluar lagi.
Masih belum dapat terpikirkan Siau-liong siapakah
sesungguhnya kedua ibu dan anak dalam pondok itu. Tetapi ia
percaya mereka tentulah keluarga persilatan yang
mengasingkan diri.
Hari makin malam. Dibawah penerangan lilin yang
bergoyang gontai sinarnya, Mawar Putih tidur dengan
nyenyaknya. 207 Siau-liong makin gelisah. Akhirnya ia duduk dikursi
bersemedhi. Entah berapa lama, iapun terlena tidur.
Tiba-tiba setiup angin pegunungan berhambus dari jendela,
menyadarkan Siau-liong dari tidurnya. Dilihatnya Mawar Putih
masih tidur nyenyak. Diam-diam Siau-liong bercekat hatinya.
Mengapa ia sampai tidur juga. Apabila kedua ibu dan anak
pemilik pondok itu kaum....
Tetapi ia menghela napas lega ketika yang terdengar
disekeliling penjuru hanya bunyi belalang dan tenggoret.
Diam-diam ia menertawakan dirinya yang banyak curiga.
Sekalipun orang mengatakan bahwa dunia persilatan itu kotor,
keji dan penuh kejahatan, tetapi tak seharusnya ia mengukur
pemilik pondok yang telah memberikan tempat bermalam dan
hidangan itu, sedemikian rendahnya.
Melongok kelangit, ia perkirakan sudah menjelang tengah
malam. Ia berbangkit dan mondar-mandir diruangan. Tiba-tiba
ia kepalkan tinju dan menghela napas panjang. Rupanya ia
telah mengambil keputusan.
Cepat ia menghampiri meja, mengambil pena-dan tinta bak
lalu menulis: "Adik Mawar, Aku sudah memutuskan untuk mengambil
kepala Toh Hun-ki dan keempat Su-lo Kong-tong-pay. Dalam
waktu tiga hari tentu sudah selesai. Tunggulah dirumah
penginapan Siok-ciu."
Setelah meragu sejenak, ia menulis namanya "Tong Siauliong"
dibalik kertas itu lalu ditaruh disamping Mawar Putih.
Kemudian ia memadamkan lilin lalu melangkah keluar. Ia
gunakan ilmu lari cepat menuju kepuncak Ngo-siong-nia.
208 Ia tak tahu adakah Toh Hun-ki dan rombongannya masih
berada dipuncak itu. Lebih kurang sejam lamanya, tibalah ia
dihutan pohon siong dari puncak Ngo-siong-nia lagi.
Tetapi dilapangan dalam hutan itu sudah sepi. Yang
tampak hanya dua batang golok kwat-to serta beberapa tetes
noda darah. Ia duga pertempuran antara momok Harimau
Iblis lawan rombongan orang gagah yang dipimpin It Hang
totiang tentu berlangsung dahsyat sekali. Entah siapa yang
menang dan entah kemana perginya mereka itu.
Terpaksa ia menuruni puncak itu lagi. Tiba-tiba ia teringat
bahwa It Hang totiang hendak merencanakan untuk menyerbu
ke Lembah Semi pada malam hari. Adakah mereka sedang
melaksanakan rencananya itu"
Ya, kecuali jejak itu, tak ada lain hal yang dapat ia ikuti.
Maka setelah merenung beberapa saat, ia segera menuju ke
Lembah Semi. Sekalipun ia masih ingat akan jalanan dari belakang lembah
tetapi ia masih gentar menghadapi barisan pohon bunga yang
amat berbahaya. Ia tak berani mencobanya dan terpaksa
mengambil jalan dari mulut lembah.
Jalanan masuk ke mulut lembah itu penuh ditaburi dengan
batu yang aneh2 bentuknya. Dengan hati2 sekali ia menyusur
maju. Dia sudah mengambil keputusan untuk membunuh Toh
Hun-ki dan keempat Su-lo agar selekasnya ia dapat bertemu
dengan ibunya Sekalipun mendiang ayahnya sudah memberi
pesan. Namun dalam menjatuhkan pilihan, akhirnya ia memilih
untuk menuruti kehendak ibunya yang masih hidup.
209 Juga dalam penyerbuannya ke Lembah Semi itu juga
mengandung tujuan yang mulia. Sepasang suami-isteri
momok Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, merupakan
bahaya yang mengancam keselamatan dunia persilatan. Jika
ia dapat melenyapkan mereka, sekalipun ia juga membunuh
Toh Hun-ki dan keempat Su-lo, tetapi tetap ia berjasa juga
kepada dunia persilatan. Dengan jasa untuk menebus
kesalahan. Rasanya arwah ayahnya yang mengasoh di alam
baka tentu dapat memaafkan perbuatannya itu.
Tiba di mulut lembah, ia tersirap kaget. Beberapa sosok
tubuh terkapar di tanah. Diantaranya terdapat dua orang
paderi, tiga orang imam dan lima atau enam orang pengemis.
Ditilik dari darah pada luka mereka yang sudah membeku,
tentulah mereka sudah berapa lama matinya.
Saat itu sudah lewat tengah malam. Dari kenyataan
beberapa mayat itu, teranglah kalau It Hang totiang tentu
melaksanakan rencananya menyerbu Lembah Semi.
Ia pasang telinga mendengarkan keadaan. Tetapi dalam
lembah tampak sunyi senyap Timbullah keheranannya,
"Adakah para tokoh2 pemimpin partai itu juga sudah menjadi
korban keganasan Iblis Penakluk dunia?"
Diam-diam Siau-liong menaruh perindahan terhadap It
Hang totiang dan rombongan orang gagah. Serentak timbullah
perhatiannya untuk memikirkan keselamatan mereka.
Ah, tujuannya kelembah situ adalah untuk membunuh Toh
Hun-ki dan keempat Su-lo. Tetapi iapun mencemaskan juga
nasib tokoh2 persilatan itu. Akhirnya ia memutuskan. Tak
peduli apapun yang terjadi, ia harus menyerbu Lembah Semi
untuk membasmi penjahat2 Iblis Penakluk-dunia, Dewi
Neraka, Soh-beng Kisu dan nona pemilik lembah itu.
210 Segera ia melangkah masuk ke dalam lembah. Saat itu ia
sudah tiba dialiran sungai dimana dahulu ia telah bertempur
dengan ular besar yang ternyata hanya ular buatan manusia
belaka. Ular yang sudah dihantamnya remuk itu sudah tak ada
lagi. Yang dihadapinya hanyalah sebuah anak sungai biasa.
Tak sulit baginya untuk melintasi.
Tetapi belum ia bergerak, tiba-tiba dari arah muka,
terdengar orang tertawa gelak2, "Aha, bapak dapat meramal
dengan tepat sekali. Benar memang ada orang yang datang
mengantar jiwa!"
Menyusul muncullah dua sosok tubuh dari balik batu besar.
Karena malam gelap tak dapat dilihat bagaimana wajah
mereka. Tetapi Siau-liong tak ragu lagi. kedua orang itu
tentulah anak buah Iblis Penakluk-dunia.
"Eh, mengapa yang datang hanya seorang?" kata salah
seorang dari mereka, seraya ayunkan tangannya. Sebertik api
biru meluncur ke udara. Rupanya suatu pertandaan untuk
memberi laporan ke dalam lembah.
Siau-liong cepat loncat hendak membekuk kedua orang itu.
Tetapi mereka dapat bergerak amat lincah. Mereka loncat
kelain batu. Dengan gunakan sikap Ayam-emas-berdiri-satukaki,
orang itu ber-putar2. Seketika terdengarlah suara
menggelegar yang dahsyat.
Terpaksa Siau-liong berhenti untuk memperhatikan
perobahan yang akan terjadi. Batu-batu yang tampaknya
datar-datar itu, tiba-tiba terangkat naik sampai setombak
tingginya. Bagian bawah bagian batu itu merupakan senjata
golok yang ujungnya amat runcing dan kedua belah matanya
sangat tajam. 211 Kedua orang berpakaian hitam itu loncat kemuka dan
berpencaran hinggap di atas batu besar. Kembali mereka
berputar tubuh dan batu2 disitu serta tanah, lenyap seketika.
Pada saat kedua orang itu loncat lagi kelain tempat, tempat
yang ditinggal itu muncul berpuluh-puluh ekor binatang
beracun. Rupanya binatang2 itu sudah kelaparan sekali.
Mereka saling gigit menggigit dan bunuh membunuh sendiri.
Pada saat kedua orang baju hitam itu loncat kelain batu,
tempat yang ditinggalkan itu memancarkan air beracun


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setinggi dua tombak.
Demikian berturut-turut kedua orang itu telah berloncatan
pindah dari satu kelain tempat. Rupanya mereka setiap kali
menggerakkan alat-alat rahasia. Sampai pada yang terakhir,
kedua belah dinding karang lembah itu meluncurka berpuluh
batang anak panah beracun. Seolah-olah jalanan lembah itu
penuh dengan maut. Tak mungkin orang dapat melintasinya.
Walaupun hal itu tak mengejutkan hati Siau-liong, namun
diam-diam ia mengagumi juga kelihayan pemilik lembah yang
telah memasang alat-alat rahasia sedemikian ketat dan maut.
Siau-liong tak menghiraukan kesemua itu. Sambil
menggerung keras, ia apungkan diri melayang ke dalam
lembah. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar lengking jeritan.
Ketika Siau-liong berpaling ia mengeluh kaget, "Celaka....!"
Kiranya yang menjerit itu adalah Mawar Putih dalam
penyamarannya sebagai Ki Ih. Terpaksa Siau-liong melayang
kembali kesamping dara itu.
"Mengapa engkau...."
212 "Mengapa engkau tak mengajak aku!" tukas Mawar Putih.
"Aku tak menghendaki engkau ikut aku menempuh
bahaya!" sahut Siau-liong.
Mawar Putih mendengus, "Engkau anggap aku seorang
yang temak hidup takut mati!"
Siau-liong tersipu tundukkan kepala, tak dapat menyahut.
Mawar Putih memandang Siau-liong lalu ter-tawa
menyeringai. Tiba-tiba ia lemparkan sebuah bungkusan
kepadanya, "Terimalah!"
Ketika menyambuti, bukan main kejut Siau-liong. Ternyata
bungkusan itu berisi pakaian dan kedok muka Pendekar
Laknat. Ah.... tentulah waktu ia tidur, Mawar Putih telah
mengambilnya. Diam-diam ia menyesali dirinya yang begitu
lalai. "Nona...." katanya tersendat-sendat.
Mawar Putih cibirkan bibir tertawa, "Seharusnya dulu2
engkau sudah memberitahu kepadaku!"
Siau-liong tak menyahut. Diam-diam ia menimbang masuk
ke lembah Semi dalam penyamaran sebagai Pendekar Laknat,
memang lebih baik. Cepat ia berganti dandanan sebagai
momok itu. Mawar Putih tertawa geli melihat pemuda yang cakap itu
tiba-tiba berobah meujadi seorang momok tua yang
menyeramkan. Siau-liong sendiripun geli.
213 Saat itu kedua orang baju hitam tadi sudah lenyap. Sambil
memandang ke arah lembah, Siau-liong kerutkan dahi,
"Lembah penuh dengan alat rahasia" yang amat berbahaya.
Harap engkau tunggu dulu Setelah kuhancurkan alat-alat itu,
barulah akan kubawamu kesana!"
"Tidak! Engkau tentu hendak tinggalkan aku!" Mawar Putih
menolak. "Aku tak bermaksud begitu, harap engkau...."
"Kalau begitu hayo kita bersama-sama menyerbu!" tukas
Mawar Putih terus melangkah ke dalam lembah.
Siau-liong cemas. Benar dara itu sudah mendapat warisan
ilmu silat dari ibunya. Tetapi jika hendak melintasi lembah
yang penuh dengan perkakas rahasia itu, kiranya tak mungkin
dapat. Tetapi nona itu keras wataknya, kemanja-manjaan,
sehingga ia tak dapat berbuat apa2 untuk mencegahnya. Apa
boleh buat. Akhirnya ia memutuskan sebuah rencana.
Disambirnya tubuh dara itu lain dibawanya loncat ke dalam
lembah.... --ooo0dw0ooo-- LEMBAH MAUT Siau-liong melayang ke atas batu besar yang ditempat
kedua orang baju hitam tadi. Ia hendak menyelidiki perobahan
yang terjadi disitu.
214 Sesungguh dengan gerak Naga-melingkar-18 kali, dapatlah
Siau-liong melayang lebih jauh dan tak perlu untuk menyelidiki
keadaan dulu. Tepat pada saat kakinya hendak menginjak batu, tiba-tiba
ia mengeluh kaget. Ternyata batu itu seperti lenyap dan
tubuhnyapun meluncur ke bawah, jatuh keujung tiga batang
golok. Untung sebelumnya ia sudah berjaga-jaga. Cepat ia
tamparkan tangannya ke udara dan dengan meminjam tenaga
tamparan itu, ia melambung lagi ke atas.
Pada perjalanan kedua, binatang2 beracun itu tak mampu
mencelakai Siau-liong yang melambung tinggi hingga ia dapat
melintasi dengan selamat.
Juga kedua belah karang yang menyemburkan anak panah
dan senjata rahasia beracun itu Siau-liong sudah bersiap.
Jubah Pendekar Laknat yang gerombyongan itu dapat
digunakan untuk menampar rintangan itu.
Perkakas rahasia yang disiapkan dalam lembah oleh kedua
suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka itu,
sebenarnya untuk menjaring seluruh tokoh persilatan.
Lapisan yang ketiga terdiri dari air mancur yang
mengandung racun. Selain racunnya ganas, pun airnya
mancur tinggi sekali. Sekali terkena, daging dan tulang2 akan
luluh menjadi cairan.
Tengah Siau-liong menimang-nimang untuk cara yang
hendak dilakukan dalam melintasi rintangan ketiga itu, tibatiba
ia memandang ke bawah dan dilihatnya binatang2
beracun itu bergeliatan menjulur ke atas.
215 Ia terkejut girang dan serentak tertawa keras, serunya,
"Budak liar, nasibmu memang belum ditakdirkan mati. Ada
jalan!" Dalam kepitan Siau-liong, Mawar Putih merasa aman. Ia
heran mengapa Siau-liong berseru begitu. Iapun cepat dapat
menanggapi dan berseru, "Laknat tua, nyonyamu ini tak
pernah takut pada kematian!"
Siau-liong sengaja menggunakan siasat untuk
membingungkan hati anak buah lembah yang bersembunyi
disekitar tempat itu. Mereka tentu. terkejut dan pangling
mengapa kedua momok itu dapat datang ber-sama2 kelembah
mereka. Disamping itu Siau-liong mendapat akal. Asal tak terluka,
binatang2 berbisa itu tak berbahaya Maka ia memutuskan
untuk menggunakan suatu cara yang amat luar biasa tetapi
amat berbahaya sekali.
Tiba-tiba ia melayang turun ke bawah dan tepat menginjak
di atas punggung seekor kadal besar. Begitu menginjak iapun
menyerempaki dengan sebuah hantaman ke atas. Dengan
tenaga pijakan dan pukulan itu, tubuhnya segera melambung
tinggi ke udara.
Mawar Putih terkejut menyaksikan keberanian Siau-liong
menempuh cara yang sedemikian berbahaya itu. Andaikata ia
tak menyaru sebagai Ki Ih, tentu ia sudah menjerit ngeri.
Pada saat tubuh Siau-liong hendak meluncur turun, tibatiba
ia lontarkan tubuh si dara kemuka. Mawar Putih pun
bergeliatan menggunakan gerak Burung-walet-menerobossangkar.
Indah dan luwes sekali tubuh dara itu bergeliatan
melayang di atas semburan air beracun.
216 Anak buah Lembah Semi yang menyaksikan dari puncak
gunung, terlongong-longong seperti melihat sebuah
pertunjukan akrobat yang luar biasa mendebarkan.
Mawar Putih dimuka dan Siau-liong dibelakang. Laksana
dua ekor burung walet, kedua anak muda itu meluncur di
udara, melampaui semburan air beracun.
Setelah kedua pemuda itu hampir selesai melintasi
rintangan itu, barulah anak buah Lembah Semi tersadar. Buruburu
mereka segera menggelundungkan balok dan batu serta
menaburkan senjata rahasia.
Siau-liong terkejut Betapapun lihaynya, tetapi diserang dari
atas dan bawah secara begitu ganas, tentulah akan celaka
juga. Siau-liong cepat gunakan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang
untuk menghantam serangan dari atas puncak itu. Kemudian
ia menggeliat menyusul disamping Mawar Putih.
"Sungguh berbahaya," keluh si dara ketika melihat anak
panah dan senjata rahasia berseliweran disampingnya. Tetapi
dibawah lindungan Siau-liong, dara itu tetap aman. Seketika
timbullah nyalinya lagi.
Pada saat hanya tinggal dua tiga tombak lagi ia akan dapat
melintasi rintangan itu, dan serangan senjata rahasia dari atas
pun sudah mulai reda, tiba-tiba ia tersirap kaget. Ternyata
Mawar Putih sudah mulai habis tenaganya sehingga tubuhnya
mulai meluncur ke bawah.
Dalam kejutnya, Siau-liong bersuit nyaring lalu menukik ke
bawah untuk menyambar si dara. Untunglah si dara segera
tersadar. Dengan kerahkan seluruh tenaga, dara itu bergeliat
meluncur kemuka lagi sampai dua tiga tombak.
217 Pada saat Mawar Putih hendak terhindar dari pancuran air
racun, tiba-tiba sebuah batu besar melayang turun dari atas
puncak. Tepat batu itu akan jatuh di kepala si dara.
Saat itu Mawar Putih sudah kehabisan tenaga. Sekalipun ia
tahu akan ancaman bahaya itu, tetap ia tak mampu
menghindar lagi. Jika terhantam batu itu, kepalanya pasti
hancur lebur jatuh ke bawah, sudah tentu Siau-liong gugup
sekali. Dalam saat-saat yang tak menyempatkan ia berpikir
lagi, ia nekat meluncur dan membentur batu itu dengan
kepalanya. Pyur.... terdengar letupan dan hancurlah batu itu
berhamburan jatuh ke bawah. Berhasil menghancurkan batu,
cepat sekali Siau-liong sudah menyambar tubuh Mawar Putih
terus dibawa melayang.
Anak buah Lembah Semi yang menyaksikan kesaktian
Pendekar Laknat, sama leletkan lidah. Kemudian mereka
segera lepaskan api pertandaan untuk memberi isyarat bahaya
kepada kawan2nya dalam lembah.
Saat itu ia harus menghadapi lapisan keempat yang
merupakan Lautan api.
Ilmu meringankan tubuh Naga-berputar-18-lingkaran,
sudah menghabiskan tenaganya. Jika ia tak berhenti dulu
disebuah batu, tentulah ia dan si dara akan terancam bahaya
tercebur dalam lautan api.
Dalam perhitungannya, ia mssih sanggup untuk melampaui
rintangan keempat Lautan api itu Tetapi apabila lorong lembah
itu masih jauh, dan ia tak menemukan tempat beristirahat,
tentu akan habislah tenaganya.
218 Namun ibarat orang naik dipunggung harimau, Siau-liong
sudah tak dapat mundur lagi. Akhirnya ia berhasil melintasi
rintangan keempat itu dan tiba dibagian lorong sungai yang
datar. baru saja ia meletakkan tubuh si dara ke tanah, tiba-tiba
terdengar ledakan bergemuruh dahsyat, seperti sebuah cempa
bumi. Ledakan itu berasal dari bunyi sebuah genderang. Entah
darimana tempatnya.
Dung.... dung....
Bunyi genderang itu menggetarkan seluruh isi lembah.
Jantung Mawar Putih pun serasa terlepas keluar. Buru-buru ia
sandarkan diri pada tubuh Siau-liong. Siau-liong kerahkan
tenaga sakti untuk menolak serangan bunyi genderang maut
itu. Ia bersiap-siap menunggu apa saja yang hendak dilakukan
orang2 Lembah Semi itu.
Genderang berhenti serentak. Sebagai gantinya, angin
menderu, batu dan pasir beterbangan dan airpun bergolakgolak
ke atas udara. Siau-liong dan Mawar Putih merasa bahwa yang diinjaknya
saat itu bukanlah tanah, melainkan gumpalan ombak laut.
Siau-liong menyadari bahwa gelombang yang
menggoncangkan bumi itu adalah sebuah tenaga sakti aneh
Ki-bun-tun-kang yang menggunakan entah berapa puluh anak
buah Lembah Semi. Dipersatukan menjadi tenaga-sakti Thaykek-
bu-wi-kang dan Thay-im-ki-bun-kang. Hantaman dari arus
tenaga sakti itulah yang membuat bumi bergoncang seolaholah
ditimpa gempa. 219 Siau-liong memeluk Mawar Putih untuk memberi saluran
tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Kemudian ia kembangkan
tenaga sakti lunak untuk menahan arus serangan itu.
Pertempuran adu tenaga sakti berlangsung beberapa
waktu. Pelahan-lahan kabut dan pasir terdampar ke belakang
dan tanah yang dipijaknya itu pun menjadi tanah biasa lagi.
Tetapi gumpalan kabut itu berhenti pada jarak beberapa
langkah. Seperti ada suatu tenaga lain yang menghentikan
buyarnya kabut itu. Kembali terjadi pertempuran hebat adu
tenaga sakti. Kabut tak dapat mundur tetapi pun tak dapat
melayang maju lagi.
Setelah berlangsung beberapa waktu. tiba-tiba terdengar
letupan keras. Kabut itu berhamburan lenyap dan keadaan
dalam sungai itupun tampak seperti biasa lagi.
Mawar Putih kagum atas kesaktian Siau-liong.
Dipandangnya anak muda itu dengan tersenyum tawa.
Kemudian keduanya bergandengan tangan melangkah maju.
Mereka merasa sebagai sepasang muda mudi yang berjalan
dengan mesra. Tetapi bagi pandangan mata berpuluh anak
buah Lembah Semi yang bersembunyi di sekeliling tempat itu,
kedua pemuda itu adalah seorang lelaki tua berwajah buruk
dengan seorang wanita yang berkerudung muka.
Baru melangkah dua tiga tindak, tiba-tiba keduanya
mendengar genderang bertalu tiga kali. Suaranya amat
dahsyat sekali. Seketika pemandangan yang terbentang
dihadapan, berobah sama sekali.
Sekeliling penjuru penuh dengan gunung es dan karang es.
Ada yang menjulang tinggi macam tiang penyangga langit.
Ada yang berkilat-kilat menyilaukan mata, atasnya datar tetapi
220 bagian-bagian bawah runcing dan salju yang menutup gunung
itu mencair dan mengalir turun seperti banjir. Kesemuanya itu
merupakan pemandangan yang ngeri.
Siau-liong tetap memeluk Mawar Putih dan membantu si
dara dengan penyaluran tenaga sakti. Ia tahu bahwa


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemandangan di muka itu hanya pemandangan buatan yang
diciptakan oleh Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka.
Kembali ia gunakan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang yang
bersifat panas untuk menghancurkan gunung es itu.
Tak berapa lama gunung2 dan karang es itu meleleh dan
mengalir menjadi air ke dalam sungai. Pemandangan dalam
lembah itu kembali pula seperti semula.
Pada saat Siau-liong dan Mawar Putih saling berpandangan
dengan heran, tiba-tiba muncullah nona pemilik lembah diiring
20 orang dara cantik.
"Aku disuruh mewakili ayah dan ibu untuk menyambut
kedatangan saudara berdua!" kata nona itu dengan memberi
hormat. Siau-liong hanya menyahut singkat. Kemudian nona pemilik
lembah itu mengibaskan tangan. Ia dan ke 20 pengiringnya itu
segera melenyapkan diri dibalik jajaran batu2 besar.
Siau-liong menimbang. Karena nona pemilik lembah itu
sudah keluar menyambut sendiri, tentulah sudah tak ada lagi
rintangan alat-alat rahasia. Segera ia ajak Mawar Putih
melangkah kemuka. Setelah keluar dari lembah, membelok
kesebelah kiri dan menyusur jalan. Membelok sekali lagi,
tibalah mereka di pintu batu yang atasnya tergantung dua
buah papan bertuliskan:
221 "Dunia persilatan tergabung satu Lembah Semi mengubur
orang gagah."
Ditengah kedua papan itu terdapat sebuah papan lagi yang
bertulis, "Pesiar ke lembah sambil menghadiri pertandingan besar
adu kesaktian."
Siau-liong heran. Saat itu masih lama dengan hari
pertandingan yang akan dilangsungkan pada pertengahan
musim rontok. Tetapi mengapa persiapan telah dilakukan
sedemikian rupa.
Ah, tentulah Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka sudah
memperhitungkan kemungkinan It Hang totiang akan
menyerbu sebelum hari pertandingan itu. Maka ia sudah
mengadakan persiapan lebih dulu.
Tengah Siau-liong mencemaskan keselamatan It Hang
totiang dan rombongan orang gagah, tiba-tiba pintu gerbang
itu terbuka dan entah darimana datang, muncullah nona
pemilik lembah beserta ke 20 dara pengiringnya tadi. Mereka
menyambut Siau-liong dan mempersilahkan masuk.
Siau-liong mendengus. Sambil menarik tangan Mawar
Putih, ia melangkah masuk. Tertawa nyaring lalu membentak
keras, "Undangan adu kepandaian, ditetapkan pada nanti hari
Tiong-jiu tetapi mengapa...."
Nona pemilik lembah itu tertawa mengekeh, "Perhitungan
manusia sering meleset. Maka serempak dengan mengirim
undangan, ayah dan ibu terus mempersiapkan segala
sesuatu...." ia berhenti sejenak memandang kepada Siau-liong
dan Mawar Putih lalu berkata pula, "Seluruh orang gagah
222 dalam dunia persilatan sudah terjaring. Kini hanya kurang
kalian berdua saja!"
Habis berkata ia terus menarik sebuah kain sutera merah
yang menutup sebilah papan dari batu kumala merah. Papan
batu itu setinggi satu tombak tetapi tak terdapat suatu tulisan
apa2. Dengan ter-tawa2 nona itu mengambil pit atau pena lalu
menulis di atas papan kumala itu.
Kesan2 Pesiar ke Lembah Semi Walaupun hanya sebuah
pit, tetapi ketika dituliskan, tak ubah seperti ujung pisau yarg
tajam. Tulisan itu terukir pada batu pualam sedalam dua tiga
dim. Dan setelah diletakkan lagi, pit itu tetap lurus seperti belum
dipakai. Siau-liong mendongkol sekali. Diambilnya pena itu lalu
dicorat-coretkan di atas meja sehingga ujung pit yang terbuat
daripada bulu, menjadi kacau balau. Setelah itu pit dicelupkan
ke dalam tinta bak.
Mawar Putih heran melihat tingkah laku pemuda itu.
Seperti yang dilakukan nona pemilik lembah tadi, adalah
mudah. Ia menyalurkan tenaga dalamnya keujung pit
sehingga pit itu berobah sekeras pisau. Tetapi mengapa Siauliong
mencelupkan ujung pit ke dalam tinta. Bukankah pit itu
akan lemas karena basah. Dan kalau basah, bukankah akan
sukar disaluri tenaga dalam"
Pada saat itu Siau-liong sudah siap menulis. Ujung pit yang
kalut tadi, saat itu lurus lagi. Maka mulailah ia menulis:
223 "Pendekar Ksatrya Muncul di dunia Membasmi kejahatan
Mengamankan persilatan."
Nona pemilik lembah itu terbeliak kaget. Tulisan Pendekar
Laknat Siau-liong itu menggoreskan tulisannya sampai
setengah inci ke dalam papan batu. Tulisannya berwarna
hitam jelas sekali.
Habis menulis, Siau-liong tertawa gelak2. Ia lemparkan pit
itu ke arah pintu batu. "Bluk", pit jatuh tepat ditengah-tengah
pintu. Kembali pemilik lembah terbeliak kaget menyaksikan
kepandaian Siau-liong yang dianggapnya Pendekar Laknat itu.
Kemudian Siau-liong gunakan jarinya untuk menggurat
dibawah tulisannya tadi:
Kesan dari Pendekar Ksatria.
Dengan mengganti nama dari Bu-kek-gong-ma atau
Pendekar Laknat dengan Bu-kek-sin-kun atau Pendekar
Ksatrya itu, jelaslah sudah maksud Siau-liong. Ia menyatakan
bahwa Pendekar Laknat sekarang bukan lagi seorang momok
ganas seperti dahulu melainkan seorang Ksatrya yang hendak
membela kebenaran, menegakkan keadilan, membasmi
kejahatan dan melenyapkan kelaliman.
Pemilik lembah segera melangkah ke dalam.
Siau-liong menggandeng Mawar Putih mengikuti dari
belakang. Sepanjang jalan yang dilalui, alam,
pemandangannya amat indah sekali. Sedikit pun tiada tanda2
bahwa lembah seindah itu merupakan suatu tempat
penjagalan manusia yang ganas....
224 Setelah dua tiga kali membelok, tibalah mereka diruang
besar yang menyerupai sebuah paseban istana.
Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka sudah menunggu
disitu. Melihat Pendekar Laknat datang bersama Ki Ih, mereka
menyeringai sinis. Didepan meja yang berada disebelah
mukanya, telah disiapkan berpuluh gelas emas.
Siau-liong tahu bahwa iblis itu hendak mengadakan adu
minum arak. Tetapi heran, mengapa menyediakan sekian
banyak cawan" Apakah gunanya"
Tiba-tiba terdengar suara tertawa aneh yang
menyeramkan. Dewi Neraka segera mengangkat poci arak lalu
dengan gerak yang istimewa, arak itu memancur keluar ke
arah berpuluh cawan. Dalam beberapa kejab saja, berpuluhpuluh
cawan itu sudah penuh semua.
Kemudian Dewi Neraka itu unjukkan kepandaian lebih jauh.
Ia ngangakan mulutnya dan arak dalam berpuluh cawan itu
meluncur keluar, masuk ke dalam mulut wanita itu lagi.
Walaupun kepandaian menekan dengan tangan dan
menyedot dengan mulut, bukanlah suatu kepandaian yang
mengherankan tetapi karena Dewi Neraka dapat mengisi dan
menyedot arak dari sekian puluh cawan besar kecil, diam-diam
Siau-liong kagum juga.
Siau-liong sejenak memandang ke arah Mawar, memberi
senyuman lalu melangkah maju dengan tenang.
Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka menunggu dengan
penuh perhatian.
Dengan kedua tangan Siau-liong mencekal poci arak itu.
Seketika dari poci itu meluncur keluar 10 buah pancuran kecil.
225 Kesepuluh pancuran itu memancur ke atas lalu berhamburan
jatuh ke dalam berpuluh-puluh cawan arak. Setetes pun tiada
yang menumpah kemeja.
Sudah tentu pertunjukkan itu mengejutkan Dewi Neraka
dan Iblis Penakluk-dunia. Namun mereka berusaha untuk
bersikap tenang2 saja.
Siau-liong duduk bersila. Sekali ngangakan mulut, ia
menyedot arak dari lima cawan. Sekaligus, lima cawan berisi
arak itu telah disedotnya habis. Kemudian diulanginya lagi.
Tiap kali ia selalu menyedot lima cawan arak.
Pada waktu pertunjukan itu berlangsung hingga semua
cawan telah habis disedotnya, tiada seorang pun yang berani
bernapas. Setelah itu giliran Iblis Penakluk dunia. Iblis it
Dendam Iblis Seribu Wajah 2 Bara Naga Karya Yin Yong Jodoh Rajawali 8
^