Pencarian

Pendekar Laknat 7

Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Bagian 7


pohon Siau-liong dapat melihat bahwa pemimpin
rombongan tetamu itu seorang imam kurus. Jenggotnya yang
putih perak, memanjang sampai ke dada Punggung
menyanggul sebatang hudtim atau kebut pertapaan. Sikapnya
berwibawa seperti seorang dewa.
Rombongan pengikutnya yang mengawal disebelah kanan
kiri dan belakang. kebanyakan Siau-liong tak kenal kecuali Toh
Hun-ki, keempat Su-lo dari Kong-tong-pay Ti Gong taysu dari
Siau-lim-pay. "Imam tua itu tentulah Ceng Hi totiang, ketua lama dari
partai Kun-lun-pay!" diam-diam Siau-liong membatin.
Saat itu Iblis-penakluk-dunia pun berhenti setombak
jauhnya dan rombongan pendatang itu. Lam-hay Sin-ni masih
tetap berdiri ditempat semula, ditemani Dewi Neraka.
Iblis penakluk-dunia tertawa menyeringai seraya memberi
salam kepada imam tua itu, "Totiang sudah lama tak
berjumpa...." ia berhenti keliarkan mata sejenak, lalu berkata
pula, "kudengar sudah lama sekali totiang mensucikan diri dari
debu kotoran dunia. Entah mengapa hari ini totiang berkenan
datang kelembah gunung belantara sini?"
452 Imam tua itu memang Ceng Hi totiang, ketua Kun-lun-pay
yang lama. Ia tersenyum menjawab, "Memang sudah hampir
20 tahun aku mengasingkan diri dari keramaian dunia dan
sebenarnya tak mau campur tangan dengan urusan dunia
persilatan lagi. Tetapi kudengar kalian berdua suami isteri
telah mengirim undangan kepada seluruh kaum persilatan
supaya menghadiri pertemuan Adu Kesaktian...."
Belum selesai imam tua itu bicara, Iblis Penakluk-dunia
sudah cepat menukas, "Kami suam isteri melihat kenyatakan
dunia persilatan yang selalu tak aman dari pergolakan, yang
kuat makan yang lemah. Maka terpaksa kami mengambil
tindakan, mengundang seluruh kaum persilatan datang
kelembah sini. Pertama, untuk mempererat hubungan. Kedua,
menggunakan kesempatan adu kesaktian itu, memilih seorang
tokoh yang cerdas bijaksana dan pandai dalam ilmu sastera
serta silat, menjadi pemimpin dunia persilatan. Dengan
demikian dunia persilatan akan mempunyai suatu wadah dan
pimpinan. Segala pergolakan mau pun pertikaian dan
pertumpahan darah, tentu akan dapat dihentikan. Jika hal itu
terlaksana, jerih payah kami berdua, tentu takkan sia2!"
Dengan ucapan itu se-olah2 Iblis Penakluk dunia
menempatkan dirinya sebagai seorang pahlawan penyelamat
dunia persilatan.
Ceng Hi totiang mendengar dengan sabar keterangan Iblis
Penakluk-dunia itu. Setelah selesai barulah ia tersenyum.
"Peristiwa berdarah pada 20 tahun yang lalu rupanya masih
membekas dalam hati sekalian kaum persiatan. Sekali pun
dalam mulut mereka terpaksa mengiakan tetapi dalam hati
mereka tetap masih tak puas. Jika menurut pendapatku
kuanjurkan kalian berdua supaya menghapus saja cita2 ke-
Angkaraan itu. Lebih baik hiduplah menyepi dipegunungan
yang tenang untuk melewati sisa penghidupan, agar...."
453 Iblis Penakluk-dunia tertawa meloroh.
"Adakah karena tak menerima undangan maka totiang
marah" Jika totiang memang masih mempunyai keinginan
untuk menguasai dunia persilatan, kami dengan segala senang
hati segera akan menghaturkan surat undangan...." Iblis
Penakluk-dunia menutup katanya dengan melirik rombongan
pengikut Ceng-hi totiang. Lalu melanjutkan pula, "Adu
kepandaian akan diselenggarakan besok malam. Karena
saudara2 datang lebih pagi sehari, maaf, aku tak siap
menyambut. Jika saudara hendak memberi pelajaran, harap
datang besok malam saja!"
Ketua Siau-lim-si, Ti Gong taysu. tak dapat menahan diri
lagi. Setelah menyerukan kata 'omitohud', ia menggembor
dengan nyaring, "Jangan dengarkan ocehannya! Lembah Semi
penuh dipasangi alat-alat jebakan rahasia. Jika tidak....
ditujukan orang, aku dan beberapa saudara mungkin sudah
binasa dalam lembah itu. Apa yang disebut sebagai Pertemuan
besar Adu Kesaktian itu, tak lain hanyalah suatu perangkap
untuk menjerat seluruh kaum persilatan!"
Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, "Lem-bah Semi
adalah tempat kediaman anakku perempuan. Jika benar
terdapat alat-alat rahasia itu tentulah atas perintah dari
anakku yang masih gemar bermain-main. Masakan alat-alat
semacam itu dapat mengurung para orang gigih. Apakah
ucapan lo-siansu itu tak terlalu berlebih-lebihan?"
Ti Gong taysu menggerung marah, "Kalau begitu.
dimanakah beradanya ketua Tiam jong-pay Shin Bu-seng,
ketua Bu-tong-pay It Hang totiang. ketua Ji-tok-kau Tan Inhong,
ketua Tong-thing-pang Cu Kong-leng serta Kun-lun
Sam-cu itu?"
454 Dengan tenang Ibls-penakluk-dunia menjawab, "Kami
suami isteri dengan hati yang sungguh hendak mengatur
dunia persilatan. Tetapi lo-sian-su dan It Hang totiang
menggunakan pikiran siau-jin (orang rendah) mengukur hati
orang. Diam-diam lo-siansu dan It Hang totiang memimpin
rombongan menyelundup ke dalam lembah untuk mencelakai
kami. Sudah suatu kesungkanan kalau kami tak menarik
panjang urusan itu. Tetapi sayang lo-siansu masih ada muka
untuk mengungkat lagi hal itu...."
Ti Gong taysu menggerung hendak turun tangan tetapi
buru-buru dicegah Ceng Hi totiang. Dengan ilmu Menyusup
suara, ketua lama dari partai Kun-lun-pay itu berseru kepada
Ti Gong taysu, "Menghadapi urusan kecil tak dapat menahan
diri. tentu dapat membikin kapiran urusan besar. Harap losiansu
suka sabarkan diri."
Habis berkata ketua Kun-lun-pay itu memandang ke arah
Lam-hay Sin-ni dengan heran.
Iblis-penakluk-dunia tertawa dingin, "It Hang totiang dan
rombongannya tak kurang suatu apa. Besok pagi kalau datang
ke lembah, saudara2 tentu mengetahuinya!"
Sambil mengurut jenggotnya yang menutup dada, Ceng Hi
totiang berkata, "Atas nama wakil dari seluruh partai
persilatan, kami menolak undangan saudara. Selain itu,
akupun hendak mohon bertanya dua buah hal...."
Sejenak menatap pada Iblis penakluk-dunia jago tua itu
berkata pula dengan nada mantap, "Kesatu, sebelum matahari
terbit, besok pagi It Hang totiang dan ke-7 kawan2nya harus
sudah dibebaskan. Kedua, lebih baik kalian berdua kembali
kedaerah luar perbatasan lagi, jangan mencampuri urusan
dunia persilatan di Tiong-goan!"
455 Wajah Iblis penakluk-dunia berobah dingin, serunya,
"Adakah totiang hendak mengulang cerita pada 20 tahun jang
lalu untuk mengusir kami dari Tiong-goan?"
"Sesungguhnya aku menjunjung perdamaian, harap
saudara suka mempertimbangkan semasak-masaknya!" kata
Ceng Hi totiang, lalu berpaling ke belakang dan berseru,
"Kasih tahu pada keempat kelompok kita. Besok pagi sebelum
mendapat perintahku, jangan sembarangan bertindak sendiri!"
Iblis-penakluk-dunia tertawa mengekeh, "Perintah itu tak
perlu disiarkan. Aku sudah memikir masak, besok sore kami
akan menyambut kedatangan para tetamu. Kami berdua
suami isteri akan bertindak sebagai tuan rumah yang layak.
Tetapi kalau hal itu tak mendapat perhatian, jangan salahkan
kami akan bertindak ganas!"
Ceng Hi totiang menghela napas panjang, "Segala apa
memang sudah kehendak Takdir. Aku tak dapat menentang
takdir. Tetapi sayang, entah berapa banyak korban yang akan
berjatuhan dalam pertempuran itu nanti!"
Iblis-penakluk-dunia tertawa seram, "Sekarang bukanlah
sama dengan 20 tahun jang lalu. Jika totiang memang
menjunjung kedamaian dan ketenteraman, silahkan totiang
masuk ke dalam lembah untuk berunding empat mata dengan
kami. Mungkin dapat diperoleh jalan keluar...."
Ceng Hi totiang merenung diam. Hanya matanya
memandang ke arah rombongannya, dengan pandang
meragu. Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay berseru nyaring,
"Berunding dengan kedua iblis itu, tak ubah seperti berunding
dengan harimau mengenai kulit. Totiang memikul tanggung
456 jawab keselamatan dunia persilatan, mana boleh
sembarangan menempuh bahaya?"
Ceng Hi totiang mengangguk lalu memandang Iblis
penakluk-dunia, serunya, "Kata-kataku hanya sampai disini.
Tak perlu untuk berunding apa2 lagi. Jika besok sampai
matahari menyingsing kami tak melihat It Hang totiang dan
kawan-kawan, terpaksa akan kupimpin serangan ke Lembah
Semi...." "Kebajikan yang utama ialah mengusahakan perdamaian
pada umat manusia, katanya pula, "harap kalian suka pikir
sekali lagi. Ketahuilah, seluruh kaum persilatan sudah
berkumpul disini. Betapa berbahayanya Lembah Semi, namun
tetap tak mungkin mampu menghadapi serbuan seluruh kaum
persilatan!"
Habis berkata imam tua itu terus hendak mengajak
rombongannya pergi. Tetapi tiba-tiba terdengar Iblis
penakluk-dunia tertawa gelak2 dan menyusul terdengarlah
sebuah lengkingan tajam membentak, "Hm, macam apakah
ini!" Pada saat Ceng Hi totiang memandang kemuka, entah
kapan datangnya tahu2 Lam-hay Sin-ni sudah berada dimuka
dan memandang tajam kepada rombongan orang gagah.
Rahib sakti dari Lam-hay itu memang jarang berkelana di
dunia persilatan. Sebagian besar kaum persilatan tak kenal
padanya. Tetapi tokoh2 semacam Ceng Hi totiang, Toh Hunki,
Ti Gong taysu dan beberapa jago tua, semua sudah pernah
melihat rahib itu. Kebanyakan kaum persilatan selalu bersikap
menghormat dan menjauhi rahib sakti yang aneh wataknya
itu. 457 Segera Ceng Hi totiang memberi hormat, ujarnya, "Konon
kabarnya Sin-ni mengasingkan diri digunung Bu-ih-san. Tak
kira kalau hari ini dapat bertemu disini. Entah apakah maksud
kunjungan Sin-ni kemari...."
Lam-hay Sin-ni mendengus lalu balas bertanya, "Ho,
engkau kenal aku juga?"
Ceng Hi totiang tertawa, "Pada pertemuan ditelaga Leng-ti
dahulu, aku beruntung dalam berjumpa sekali dengan Sin-ni.
Pada masa itu Sin-ni masih agak muda dan akupun masih
seorang pemuda...."
Ketua Kun-lun-pay itu berhenti sejenak untuk bersenyum
lalu, "Menurut perhitungan, peristiwa itu sudah berlangsung
20 tahun yang lalu!"
Wajah Lam-hay Sin-ni agak tenang, ujarnya, "Benar,
ingatanmu masih bagus sekali!" -tiba-tiba wajah rahib itu
mengerut tegang lag!, "Perlu apa kalian datang kemari"
Apakah juga akan mencari pusaka?"
Ceng Hi totiang terkesiap, sahutnya, "Sudah hampir 20
tahun aku menutup diri dari keramaian dunia. Kali ini terpaksa
muncul kedunia persilatan lagi adalah karena hendak
mencegah pertumpahan di dunia persilatan. Sama sekali tiada
keinginan hendak mencari pusaka. Dan lagi kitab pusaka itu
hanya suatu kabar cerita yang sudah berlangsung beberapa
ratus tahun. Adakah kabar itu dapat dipercaya, aku tak berani
memastikan!"
Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia menggunakan ilmu
Menyusup suara kepada Lam-hay Sin-ni, "Imam tua itu telah
membawa ribuan pengikut untuk mengepung Lembah Semi
sini. Jika tindakan itu bukan untuk mencari kitab pusaka,
458 apakah ada lain alasan lagi yang dapat membohongi seorang
anak kecil?"
Lam-hay Sin-ni mengangguk. "Benar, masakan aku dapat
dikelabuhinya.... rahib itu diam sebentar lalu bertanya, "Tetapi
apakah tujuan Adu Kepandaian di Lembah Semi yang hendak
kalian selenggarakan itu?"
Iblis penakluk-dunia tetap gunakan ilmu Menyusup suara
untuk menyahut, "Dewasa ini setiap orang persilatan tentu
mengiler akan kitab pusaka itu. Dengan menggunakan
keadaan Lembah Semi yang berbahaya ini, aku hendak
mencegah tindakan mereka, dan lagi...."
Iblis itu tersenyum lalu berkata pula, "Yang separoh bagian
dari peta Giok-pwe itu menang berada padaku, tetapi yang
separoh lagi kemungkinan berada pada mereka. Aku hendak
merebut yang separoh itu dari tangan mereka untuk
kupersembahkan kepada Sin-ni."
Berseri-seri gembiralah wajah Lam-hay Sin-ni. Tetapi pada
lain saat. tiba-tiba wajahnya mengerut lagi, "Kitab pusaka dari
Tio Sam-hong, setiap hidung tentu menginginkan. Masakan
kalian suami isteri tak menghendakinya" Apalagi sama sekali
aku tak pernah melepas budi kepadamu, mengapa kalian
begitu ihlas hendak menyerahkan peta itu kepadaku?"
Mata rahib itu berkilat-kilat memandang Iblis-penaklukdunia
dengan penuh kecurigaan.
Iblis-penakluk-dunia tercengang, Tetapi cepat ia dapat
menguasai keadaan. Iapun tertawa sinis.... Memang tak salah
kalau Sin-ni menaruh kecurigaan. Aku memang masih
mempunyai alasan yang belum kuberitahukan...."
459 Ia merenung sejenak lalu berkata dengan tenang,
"Pertama, kami berdua suami isteri amat mengagumi sekali
akan ilmu sakti Cek-ci-sin-kang dari Sin-ni. Kedua, kami
mempunyai sebuah persoalan yang ingin memohon bantuan
Sin-ni...."
"Soal apa" Lekas katakanlah!"
"Kami suami isteri selalu bersikap baik kepada orang tetapi
entah bagaimana kami selalu dimusuhi orang saja. Dua puluh
tahun yang lalu, kami telah dikepung dan hendak dibunuh
oleh Ceng Hi totiang dan kawan-kawannya sehingga kami
terpaksa melarikan diri keluar perbatasan...."
Iblis penakluk-dunia menghias tutur ceritanya dengan
sebuah helaan napas. "Seperti kali ini, baru beberapa hari
kami pulang ke lembah, tokoh2 partai persilatan itu terus
berbondong-bondong datang kemari hendak membikin


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perhitungan kepada kami. Bahkan pada tengah malam begini,
mereka tetap masuk ke dalam lembah hendak mencelakai diri
kami. Saat ini Ceng Hi totiang kembali membawa
rombongannya hendak menghancurkan lembah kami.
Rupanya jika kami berdua suami isteri belum mati, mereka
tetap tak puas Oleh karena itu, dengan menggunakan
kesempatan Adu Kepandaian itu, kami hendak mohon bantuan
Sin-ni untuk menundukkan mereka. Bukan karena kami ingin
menguasai dunia persilatan, melainkan agar kami dapat hidup
disini dengan tenteram. Sudah tentu budi pertolongan Sin-ni
itu kami takkan lupa selama-lamanya!"
Rupanya Lam-hay Sin-ni mudah sekali percaya omongan
manis. Seketika timbullah rasa simpatinya kepada Iblis
penakluk-dunia. Berulang kali ia mengangguk-angguk kepala.
"Itu mudah saja, aku akan membantumulah."
460 "Lebih dulu terimalah persembahan terima kasih kami atas
budi pertolongan Sin-ni!" serta-merta Iblis penakluk-dunia
menjurah memberi hormat.
Dengan wajah berseri, rahib itu berpaling ke arah Ceng Hi
totiang. bentaknya, "Adu Kepandaian itu akan dilangsungkan
besok malam. Mengapa kalian sekarang sudah datang?"
Ceng Hi totiang memang tak tahu apa hubungan antara
suami isteri iblis itu dengan Lam-hay Sin-ni. Apalagi
pembicaraan mereka dilakukan dengan menggunakan ilmu
Menyusup-suara. Yang dilihatnya hanya bibir kedua orang itu
tak henti2nya bergerak. Ia duga mereka tentu sedang
bercakap-cakap. Dan menilik nada serta sikapnya, tahulah
Ceng Hi totiang bahwa rahib itu datang karena hendak
mencari pusaka peninggalan Tio Sam-hong.
Menilik betapa licik manusia Iblis-penakluk-dunia itu dan
mengingat betapa picik pengalaman Lam-hay Sin-ni yang
jarang keluar kedunia persilatan itu, diam-diam Ceng Hi
Totiang gelisah. "Ah, kalau kitab pusaka itu sampai jatuh
ketangan orang yang tak bertanggung jawab semacam Iblispenakluk-
dunia, alangkah ngerinya nasib dunia persilatan
nanti...."
Toh Hun-ki, Ti Gong taysu dan lain-lain tokoh, cukup
mengetahui kelihayan ilmu sakti Cek-ci-sin-kang dari rahib
itu.... Mereka gelisah. Kalau rahib itu sampai dipergunakan
Iblis penakluk-dunia, tentu hebatlah akibatnya bagi
rombongan Ceng Hi totiang.
Ceng Hi totiang gelagapan mendengar bentakan rahib itu.
Buru-buru ia memberi hormat, sahutnya, "Selama ini Sin-ni
selalu menjauhkan diri dari pergolakan dunia persilatan yang
kotor. Dan kaum persilatan menaruh perindahan tinggi kepada
461 Sin-ni. Maka heranlah kami mengapa saat ini Sin-ni muncul
dan membantu kedua suami isteri durjana itu?"
Lam-hay Sin-ni deliki mata, membentak, "Apakah engkau
hendak memberi nasehat kepadaku?"
Pun Iblis penakluk-dunia cepat menambahi kata, "Totiang
amat termasyhur di dunia persilatan dan sangat diindahkan
sekali oleh dunia persilatan. Sekali pun kata2 totiang itu
menyinggung perasaanku, tetapi aku rela menerimanya.
Tetapi kalau totiang menghina pada Sin-ni, ah, sungguh
keterlaluan sekali!"
Lam-hay Sin-ni yang polos dan jujur tetapi agak tolol,
seketika terbakarlah kemarahannya mendengar ucapan Iblis
penakluk-dunia itu. Segera ia ayunkan tangan, melontar
pukulan. Bum.... sebuah batu besar hancur bertebaran keempat
penjuru! Ternyata pukulan rahib itu ditujukan pada sebuah batu
besar yang terpisah beberapa meter dari tempat Ceng Hi
totiang. Tetapi tak kecewalah Ceng Hi sebagai seorang datuk
persilatan. Ia memiliki toleransi yang besar sekali. Setitikpun ia
tak terpengaruh oleh pameran ilmu kesaktian dari rahib itu. Ia
tetap tegak dengan tenangnya.
"Dengan Kekuatan menaklukan orang, tidaklah seindah
menaklukkan orang dengan Keluhuran budi. Apalagi dunia
persilatan selalu mengutamakan Keadilan dan Kebenaran!"
kata imam tua itu dengan tertawa hambar, lalu menghela
napas. Seolah-olah menyesalkan tindakan Lam-hay yang
462 karena hendak mencari kitab pusaka telah rela bekerja-sama
dengan suami isteri durjana.
Lam-hay Sin-ni tertawa mengekeh, "Selama mengasingkan
diri digunung sepi, aku tak pernah melepaskan diri dari
persoalan manusia. Kemungkinan nanti aku pun akan menjajal
kepandaian dengan kalian!"
Ceng Hi totiang terbeliak. Benar-benar ia tak mengira
bahwa seorang rahib tua yang memiliki salah satu dari ilmu
Panca Sakti dan sudah berpuluh tahun mengasingkan diri
ternyata masih belum mencapai kesadaran. Masih tak dapat
membedakan antara Putih dengan Hitam. Masih dikuasai
nafsu untuk mengejar nama dan keuntungan. Adakah rahib itu
benar-benar kurang waras! pikirannya"
Toh Hun-ki dan rombongan serta Ti Gong taysu yang lebih
banyak dipengaruhi rasa jerih terhadap kesaktian rahib itu, tak
berani ikut bicara.
Dengan wajah berseri riang Lam-hay Sin-ni memandang
sekalian orang itu kemudian berpaling kepada Iblis-penaklukdunia,
"Sekarang mari kita masuk ke dalam lembah untuk
mengambil Giok-pwe yang separoh bagian itu?"
Iblis-penakluk-dunia mengangguk, "Baiklah, mari kuantar
Sin-ni!" -ia terus berputar diri dan ayunkan langkah.
Dewi Neraka cepat melesat kesamping Lam-hay Sin-ni.
Tangan kiri mencekal tongkat kepala naga, tangan kanan
memapah lambung Lam-hay Sin-ni.
Ceng Hi totiang memandang bayangan rahib itu dengan tak
berkata suatu apa. Tetapi ketika Lam-hay Sin-ni baru berjalan
beberapa langkah, tiba-tiba dari udara terdengar suara
gemboran menggeledek, "Sin-ni, berhentilah!"
463 Sesosok tubuh melayang dari atas gerumbul pohon.
Gerakannya mirip dengan seekor burung rajawali. Dan tepat
orang itu melayang turun beberapa langkah dimuka Sin-ni.
Baik rombongan Ceng Hi totiang maupun suami isteri Iblis
penakluk-dunia, terperanjat sekali dan buru-buru hentikan
langkah. Kiranya yang muncul itu adalah Siau-liong dalam
penyamaran sebagai Pendekar Laknat.
Ceng Hi totiang dan rombongannya pun tak jadi tinggalkan
tempat itu. Sejenak terkejut, Iblis-penakluk-dunia segera tenang
kembali. Ia tertawa dingin, "Tua bangka Laknat, umurmu
benar-benar masih panjang!"
Pun Dewi Neraka dengan heran2 kejut, berseru,
"Bagaimana engkau dapat menemukan jalan rahasia dalam
lembah" Asal engkau mau mengatakan, kami takkan
menyusahkan engkau lagi!"
Siau-liong tertawa; "Sudan kukatakan semula, tempat
sebagai Lembah Semi itu, aku senang datang terus datang,
senang pergi pun pergi. Segala macam alat perangkap dan
tempat yang berbahaya dalam lembah, masakan mampu
merintangi kebebasanku?"
Pada saat kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia hendak
menyahut, Lam-hay Sin-ni cepat mencegahnya. Kemudian
rahib itu tersenyum pada Siau-liong, serunya, "Uh, hampir saja
kulupakan engkau" Apakah engkau tetap bersembunyi di atas
pohon itu?"
464 "Benar, apa yang Sin-ni dan kedua iblis bicarakan tadi,
telah kudengar semua!"
Lam-hay Sin-ni memandang wajah Siau-liong, serunya, "Ya,
omonganmu itu benar sekali...." -ia menunjuk pada suami
isteri Iblis -penakluk-dunia, berkata pula; "memang Giok-pwe
yang separoh bagian itu berada ditangan mereka dan
sekarang hendak kuambil ke dalam lembah!"
Siau-liong berkata dingin, "Kukuatir separoh Giok-pwe itu
Sin-ni tak dapat memperolehnya dan lagi. Jangan masuk ke
dalam lembah!"
"Mengapa?" bentak rahib itu dengan marah.
"Selama ini Sin-ni hanya tinggal menyepi digunung dan tak
menghiraukan urusan dunia. Kali ini kedatangan Sin-ni untuk
mencari kitab pusaka Tio Sam-hong, kurasa bukanlah
dikarenakan hendak memburu harta permata yang tak ternilai
jumlahnya itu!"
"Sudah tentu," sahut Lam-hay Sin-ni, "aku tak butuh
dengan segala harta kekayaan dunia!"
"Karena tak menginginkan harta permata, jelas tentulah
hanya untuk Kitab pusaka itu saja...."
Siau-liong berhenti sejenak memandang sekalian orang
yang tegak berdiri diam, lalu berseru nyaring, "Walaupun ilmu
Thian-kong-sin-kang itu tergolong salah satu dari Panca Sakti,
tetapi hanya ilmu itulah yang mendasarkan pada Sin
(semangat). Jadi jauh di atas ilmu sakti Thian-jim-sin-kang,
Jit-hua-sin-kang, Yi-li-sin-kang dan ilmu Cek-ci-sin-kang yang
Sin-ni miliki. Maka apabila ilmu Thian-kong-sin-kang yang
tertera pada kitab pusaka itu sampai jatuh ketangan lain
orang, Sin-ni pasti akan tergeser dalam kedudukan sebagai
465 tokoh kelas dua. Jika Sin-ni dapat memperoleh ilmu Thiankong
sin-kang itu, Sin-ni akan memiliki dua buah ilmu sakti
yang tiada taranya dan dengan sendirinya Sin-nilah satusatunya
tokoh nomor satu dalam dunia persilaran...."
Ceng Hi totiang dan sekalian orang mendengarkan dengan
penuh perhatian. Sekalipun ilmu Panca Sakti itu sudah tersiar
dalam dunia persilatan sejak berpuluh-puluh tahun tetapi
karena sudah lama sekali tak pernah muncul tokoh yang
menggunakan ilmu sakti itu, maka orang menganggapnya
hanya sebagai khayalan saja. Maka pada saat Pendekar
Laknat Siau-liong mengungkapkan lagi tentang kelima ilmu
sakti itu dengan jelas, sekalian tokoh2 yang hadir disitu sama
tercergang-cengang....
Lam-hay Sin-ni tertawa mengekeh, "Meskipun kata-katamu
itu tak sedap, tetapi memang kenyataannya bcgitulah, aku
Lam-hay Sin-ni memang tak mau campur tangan urusan dunia
persilatan tetapi aku pun tak rela kalau ada orang yang lebih
unggul kepandaiannya dari diriku!"
Siau-liong memandang kedua suami isteri Iblis-penaklukdunia
lalu tertawa hambar, "Selama ini Sin-ni hanya
mengabdikan diri pada ajaran suci dan tak mau mergotorkan
diri pada kejahatan dunia. Jika kitab pusaka yang berisi Thiankong-
sin-kang itu akan menjadikan seseorang melonjak dalam
kedudukan sebagai tokoh persilatan nomor satu, masakan
kedua Suami isteri itu mau begitu rela menyerahkan pada Sinni"
Dalam hal itu tentulah...."
Iblis-penakluk-dunia cepat menukas dengan tertawa
melengking nyaring, "Betapapun engkau hendak
menggunakan lidahmu yang tajam tetapi tak mungkin dapat
memecah belah Sin-ni dengan aku...."
466 "Jangan mengerat omongan orang! Biarkan dia bicara
sampai habis dulu!" bentak Lam-hay Sin-ni.
Siau-liong mendengus ejek lalu melanjutkan kata-katanya,
"Jelas kedua suami isteri iblis itu mengandung hati durjana.
Jika Sin-ni sampai terjebak masuk ke dalam lembah, berarti
Sin-ni akan terjerumus ke dalam liang naga. Bukan saja
separoh Giok-pwe itu takkan Sin-ni peroleh, bahkan Sin-ni
sendiri tentu sukar akan keluar dari situ...."
Siau - liong berhenti sejenak untuk mengatur kata2.
Setelah itu berserulah ia dengan keras, "Jong Leng lojin
adalah contohnya!"
"Siapakah Jong Leng lojin itu?" tanya Lam -hay Sin-ni.
"Jong Leng lojin adalah salah seorang tokoh yang memiliki
ilmu sakti Jit-hua-sin-kang!" teriak Siau-liong, "dia sekarang
berada dalam penjara dibawah tanah dengan kedua kakinya
dirantai!"'
Lam-hay Sin-ni maju selangkah dengan mata berkilat-kilat
tajam, serunja; "Benarkah itu?"
"Aku menyaksikan sendiri!" sahut Siau liong.
Wajah Lam-hay Sin-ni tampak membeku lalu berpaling ke
arah Iblis-penakluk-dunia.
Juga Ceng Hi toting dan sekalian orang terperanjat
mendengar keterangan Pendekar Laknat Siau-liong itu.... Jika
hal itu benar, sungguh suatu peristiwa yang tiada tara
ngerinya. Jong leng lojin sudah berpuluh-puluh tahun tak
muncul di dunia persilatan. Orang mengira dia tentu sudah
mati atau sudah lenyap. Tetapi mengapa ternyata
dipenjarakan Iblis penakluk-dunia dalam Lembah Semi"
467 Sekalian orang setengah meragukan keterangan Siau-liong
itu. Diantara sekian banyak orang, hanya Ceng Hi totianglah
yang paling rapat hubungannya dengan Pendekar Laknat.
Sudah beberapa kali ia bertemu dengan momok itu maka
tahulah ia bagaimana watak dan pribadi momok itu.
Sejauh ingatan Ceng Hi totiang, dahulu Pendekar Laknat itu
seorang manusia yang sukar diraba pendiriannya. Malang
melintang di dunia persilatan menurut sekehendak hatinya
yang angkuh dan ganas. Tetapi mengapa sekarang, dua puluh
tahun kemudian, momok itu tiba-tiba berobah begitu sadar,
dapat membedakan mana yang lurus dan mana yang jahat"
Dan yang paling tak dimengertinya ialah dua puluh tahun
yang lalu Pendekar Laknat itu bertubuh pendek tetapi
mengapa sekarang berobah begitu tinggi besar" Masakan
makin tua makin bertambah tinggi!
Saat itu suasana makin bertambah tegang. Sekalian orang
memandang ke arah Lam-hay Sin-ni. Rupanya rahib yang
memiliki salah satu dari ilmu Panca Sakti, hendak berbalik
memusuhi Iblis penakluk-dunia.
Tetapi Iblis-penakluk-dunia tetap mengulum senyum dan
memberi homat kepada rahib itu, "Adakah Sin-ni percaya akan
omongan itu?"
"Kalau melihat dengan mata kepala sendiri, tentulah tak
bohong!" sahut Sin-ni.
Iblis penakluk-dunia tertawa nyaring, "Jong Leng lojin


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memiliki ilmu sakti Jit-hua-sin-kang. Dalam dunia persilatan
kedudukannya sama dengan Sin-ni. Masakan kami berdua
468 mampu menjebloskannya dalam penjara dibawah tanah"
Apalagi...."
Ia memandang Siau-liong dan rombongan Ceng Hi totiang.
"Si tua Laknat, Toh Hun-ki ketua Kong-tong pay, Ti Gong
taysu dari Siau-lim-si, To Kiu-kong ketua Kay-pang dan lainlain
pernah masuk ke dalam lembah dan dapat keluar dengan
tak kurang suatu apa. Jika lembah itu penuh dengan alat
jebakan dan kami mempunyai kemampuan untuk
memenjarakan Jong leng lojin, masakan rombongan mereka
dapat lolos dari tangan kami" Masakan mereka dapat berdiri
disini dan menyerang kami dengan fitnah yang tajam?"
Lam-hay Sin-ni mengangguk angguk, "Omonganmu benar
juga. Hampir saja aku dapat dikelabuhi!"
Dengan mata berkilat-kilat rahib itu menatap Siau-liong.
Melihat itu Iblis-penakluk-dunia cepat menambah minyak ke
dalam api. Serunya, "Masih ada sebuah hal penting yang
hendak kuberitahukan kepada Sin-ni Giok-pwe yang separoh
bagian itu berada pada si tua Laknat!"
Seketika berobahlah wajah Sin-ni terkejut girang. Cepat ia
menegur Siau-liong, "Benarkah itu?"
"Benar!" Siau-liong tertawa hambar.
"Lekas serahkan padaku!"
Siau-liong tertawa dingin, "Sekabpun aku ingin
menyerahkan Giok-pwe itu, tetapi sekarang sudah tak dapat."
Berhenti sejenak, Siau liong mengangkat muka memandang
kelangit dan berseru pula dengan nada tawar, "Kitab pusaka
tulisan Tio Sam-hong dan harta karun yang nilainya dapat
dibelikan sebuah kota, sejak saat ini bakal lenyap dan tinggal
469 merupakan sebuah teka-teki saja. Andaikata benar ada pun
harta pusaka itu tak mungkin diketemukan orang lagi dan
akan terpendam dalam tanah untuk selama-lamanya."
"Perlu apa engkau mengoceh belo tak keruan itu." bentak
Lam-hay Sin-ni.
Siau - Hong tertawa lepas. Dengan tandas ia berkata:
."Separoh Giok-pwe itu telah kuremas hancur berkepingkeping...."
Seketika berobahlah wajah lblis penakluk-dunia. Tetapi
beberapa saat kemudian ia tertawa gelak2; "Omongan
semacam itu, anak kecil umur 3 tahunpun tak mungkin
percaya!" Lm-hay Sin-ni tertegun lalu melengking, "Aku pun juga tak
percaya!" Siau-liong menertawakan Iblis-penakluk-dunia, serunya,
"Aku tak butuh engkau percaya atau tidak! Tetapi jelas kalau
separoh bagian Giok-pwe itu sudah kuhancurkan. Dengan
begitu yang separoh bagian lagi sudah tak berguna."
Dengan murka sekali Lam-hay Sin-ni membentaknya, "lekas
serahkan separoh bagian Giok-pwe itu. Kalau tidak terpaksa
aku turun tangan!"
Bentakan itu dilambari dengan tenaga dalam yang hebat
sehingga sekalian orang yang hadir disitu seperti mendengar
halilintar meletus. Mereka terkejut dan memandang ke arah
rahib itu. Dibawah sinar rembulan, tampak dengan mata berapi-api
rahib itu memandang Siau-liong seraya pelahan-lahan maju
menghampiri....
470 Tampak jubahnya yang gerombyong itu berkibar-kibar
keras. Tanah yang dilaluinya meninggalkan bekas telapak
sedalam tiga inci. Dahinya memancar sinar pembunuhan yang
buas. Siau-liong memandang gerak-gerik Sin-ni itu dengan penuh
perhatian. Diam-diam ia kerahkan seluruh tenaga dalam Bukek-
sun-kang. Walau pun belum yakin akan menang, namun
ia bertekad untuk menghadapi Sin-ni itu.
Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka berdiri disamping
sambil tertawa sinis. Seri wajahnya amat riang karena
siasatnya mengadu domba akan berhasil.
Tidak demikian dengnn ketua Kong-tong-pay, Toh Hun-ki.
Diam-diam ia keluarkan keringat dingin karena mencemaskan
Pendekar Laknat Siau-liong. Buru-buru ia gunakun ilmu
Menyusup Suara untuk berseru kepada Ceng Hi totiang.
"Pendekar Laknat yang sekarang jauh sekali bedanya
dengan dahulu. Kami dan kawan2 ketika dikurung dalam
lembah, jika tak ada dia yang menolongi, tentulah sudah
binasa. Dapatkah totiang membantu sedikit tenaga kepadanya
dalam menghadapi keganasan Iblis penakluk-dunia dan Dewi
Neraka dan untuk menyelamatkan dunia persilatan, jika bisa
mendapatkan tenaganya, tentu sangat berguna sekali"
Ceng Hi totiang kerutkan dahi. Mengangguk tetapi tak
menyahut apa2. Beberapa langkah dimuka Siau-liong, Lam-hay Si-ni
berhenti, bentaknya pula, "Apakah engkau masih tak mau
menyerahkan Giok-pwe itu?"
471 Siau-liong deliki mata, "Sudah kukatakan, Giok-pwe itu
sudah kuhancurkan. Tetapi engkau berkeras tak percaya, apa
boleh buat!"
Bentak rahib itu, "Telah menjadi keputusanku untuk
mencari pusaka itu. Dengan menyimpan separoh Giok-pwe itu,
bagimu pun tak berguna. Bahkan malah akan menghilangkan
nyawamu yang sudah tua itu!"
Siau-liong tertawa angkuh, "Harap Sin-ni jangan
mengagulkan ilmu Cek-ci-sin-kang untuk memandang rendah
orang, Jika Sin-ni tak mau makan nasehatku, tentulah Sin-ni
akan mengalami nasib serupa Jong Leng lojin yang
dipenjarakan dibawah tanah oleh kedua suami isteri iblis itu!"
Wajah Sin-ni berobah pucat dan membentaklah ia dengan
kalap, "Apakah engkau benar-benar tak takut mati!" Tiba-tiba
ia mengangkat tangan kanan hendak memukul....
Diam-diam Siau-liong menimang, "Mati hidup sudah takdir!
Jika aku memang harus mati ditangan rahib ini, mau lari
kemana lagi" Hm....?"
Siau-liong telah mengambil keputusan. Andaikata sekarang
tidak, pun setahun lagi ia pasti akan mati juga. Baginya tiada
yang diharap lagi. Pikiran kacau, hatinya pun gundah. Maka
tetap tegaklah ia ditempat. Kedua tangan telah disiapkan
dengan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang dan ia benar-benar
hendak mengadu jiwa dengan Lam-hay Sin-ni.
Mata Lam-hay Sin-ni memang tajam sekali. Cepat ia
melihat bahwa kedua tangan Siau-liong menjadi merah
membara. Seketika tertawalah ia mengekeh.
"Heh, heh, dengan mengandalkan ilmu liar itu, engkau
hendak melawan aku?" serunya mengejek.
472 Ucapan itu diserempaki dengan gerakan tangan kanannya
yang sudah diangkat tadi.... Seketika terdengar deru angin
yang tajam melanda kepala Siau-liong....
Siau Liong memang sudah siap. Ia sudah kerahkan seluruh
tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Kedua tangan diangkat kedada
lalu pe-lahan2 disongsongkan kemuka.
Bam.... terdengar ledakan keras. Tubuh Siau liong bergoyang2
beberapa kali. Wajahnya tetap tak berobah dan tetap
tegak ditempatnya.
Dan ketika kedua pukulan itu berbentur, berhamburanlah
hawa panas kesekeliling. Sekalian orang yang hadir
merasakan hawa itu.
Ternyata ilmu sakti Cek-ci-sin-kang itu berdasar pada hawa
panas dalam tubuh. Sedang tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang itu
pun juga berdasar pada api dalam tubuh. Kedua tenaga sakti
itu sama2 tergolong tenaga keras yang panas.
"Hai, Laknat tua, kepandaianmu hebat juga!" seru Lam-hay
Sin-ni tertawa.
Siau-liong pun tertawa hambar, "Ah, Sin-ni keliwat
memuji...."
Diam-diam Siau-liong heran. Ketika berhadapan dengan
Jong Leng lojin di penjara bawah tanah, ia tak mampu berbuat
apa2 menghadapi tenaga-sakti Jit-hua-sin-kang tokoh tua itu.
Pun dengan Randa gunung Busan yang memiliki tenaga-sakti
Ya-li-sin-kang. Walaupun ia belum pernah bertempur, tetapi
dari kesaktian anak perempuannya yang adu tenaga dengan
dia itu, jelas kalau ilmu Ya-li-sin-kang itu jauh lebih unggul
dari Bu-kek-sin-kang.
473 Adalah karena terpaksa, maka ia nekad menghadapi
serangan Lam-hay Sin-ni. Tadi dalam adu pukulan ia telah
menggunakan 10 bagian tenaga sakti Bu-kek-sin-kang.
Sekalipun tak dapat menghalau Lam-hay Sin-ni, tetapi ia juga
tak menderita apa2.
Seketika timbullah nyalinya.
Tiba-tiba Lam-hay Sin-ni tertawa mengekeh, "Pukulanku
dengan dua bagian Cek-ci-sin-kang tadi dapat membunuh 3
ekor harimau. Tetapi engkau mampu menerimanya, sungguh
hebat juga!"
Siau-liong terbeliak kaget. Kiranya Sin-ni hanya
menggunakan dua bagian dari ilmu sakti Cek-ci-sin-kang. Ah,
maka perbawanya tak begitu hebat.
Pada saat rasa ngerinya mulai membayangkan bagaimana
akibatnya apabila rahib itu memukul dengan tenaga penuh,
tiba-tiba terdengar Lam-hay Sin-ni membentak keras.
"Setan tua, nih cobalah terima pukulan dari empat bagian
Cek-ci-sin-kang....! "
Anginpun men-deru2 dahsyat sekali....
---ooo0dw0ooo---
Jilid 09 Jika Singa Ketemu Macan
474 Dalam keadaan seperti saat itu, Siau-liong bagaikan
seorang yang naik di punggung harimau. Terus naik celaka,
turunpun tentu dimakan.
Tetapi dari pada turun, lebih baik ia lanjutkan naik terus.
Siapa tahu nanti akan terjadi sesuatu yang diluar dugaan.
Darah muda Sian-liong meluap. Dan bulatlah sudah
tekadnya. Lebih baik pecah sebagai ratna dari pada mati
bertekuk lutut....
Tanpa banyak pikir lagi, ia gerakkan kedua tangannya
dengan jurus Thay-siang-bu-kek yang dilambari dengan
tenaga sakti Bu-kek-sin-kang!
Bum.... Regukan angin yang panas ditaburi pecahan batu dan pasir
yang berhamburan ke sekeliling penjuru!
Tubuh Siau-liong bergoyang gontai maju mundur beberapa
kali. Tetapi masih tetap dapat tegak berdiri di tempatnya.
Ternyata dia telah mengkombinasikan ilmu pukulan Thaysiang-
ciang dan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Oleh karena dia
telah makan buah Im-yang-som dan minum darah binyawak
purba, maka tenaganya pun lebih unggul dari Pendekar Laknat
yang asli. Dengan demikian dapatlah ia bertahan dari pukulan
Lam-hay Sin-ni.
Di antara sekalian tokoh yang hadir, adalah To Kiu-kong
ketua Kay-pang yang paling terkejut sendiri. Dia benar-benar
tak mengerti mengapa Pendekar Laknat dapat menggunakan
pukulan Thay-siang ciang. Pada hal ilmu pukulan itu adalah
milik Pengemis Tengkorak Song Tay-kun yang jelas menjadi
musuh dari Pendekar Laknat!
475 Juga Ceng Hi totiang yang luas pengalaman dan
pengetahuannya segera dapat mengetahui keanehan pada diri
Pendekar Laknat Siau-liong itu. Tokoh tua dari Kun-lun-pay itu
memandang Siau-liong dengan saksama.
"Aneh!" juga Lam-hay Sin-ni sendiri tertegun memandang
Siau-liong seraya mengingau. Rahib itu juga tak habis
herannya. Pada waktu ia gunakan dua bagian dari tenaga sakti Cek-cisin-
kang tadi, jelas diketahuinya bahwa Pendekar Laknat Siauliong
itu sudah kepayahan.
Dan pada pukulan yang kedua itu ia telah menambahkan
empat bagian tenaga sakti Cek-ci-sin-kang. Hal itu pasti akan
menghancurkan Siau-liong. Kalau tak mati tentu terluka parah.
Tetapi mengapa orang itu masih tetap kuat bertahan seperti
yang pertama tadi"
Siau-liong yang paling tahu jelas keadaan dirinya. Adalah
karena menggunakan ilmu pukulan Thay-siang-ciang yang
dikombinasi dengan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang maka ia
mampu menerima pukulan Lam-hay Sin-ni. Tetapi apabila
rahib itu menambahi lagi tenaga saktinya, ia pasti tak kuat!
Toh Hun-ki yang menyaksikan adegan pertempuran maut
itu, bingung tak karuan. Buruan ia gunakan ilmu Menyusup
suara kepada Ceng Hi totiang.
"Saat ini sudah jelas bagaimana kekuatan kedua tokoh
yang adu pukulan itu. Jelas kedua suami isteri iblis hendak
menggunakan tangan Lam-hay Sin-ni untuk membinasakan
Pendekar Laknat. Jika kita berpeluk tangan membiarkan
Pendekar Laknat mati dipukul Lam-hay Sin-ni, sungguh tidak
bijaksana!"
476 Ceng Hi totiang menyahut dengan ilmu Menyusup suara
juga, "Lam-hay Sin-ni itu orang linglung tetapi memiliki ilmu
sakti Cek-ci-sin -kang. Harus dilawan dengan kepintaran tak
boleh dengan kekerasan. Aku telah menyanggupkan diri untuk
menerima beban kewajiban dari kawan2 persilatan. Saat ini
kita menghadapi bermacam-macam bahaya. Sekali tak
waspada, besar bahayanya. Bukankah hal itu akan memberi
keuntungan pada kedua suami isteri iblis untuk menguasai
dunia persilatan...."
Sejenak berhenti ketua Kun-lun-pay itu melanjutkan pula,
"Pendekar Laknat pada 20 tahun yang lalu dengan sekarang,
sungguh berbeda sekali. Begitu pula ucapannya sekarang ini
tiadalah sesombong dan seliar dahulu, tetapi penuh dengan
nalar yang tepat. Tetapi dia tetap berhati keras karena
walaupun jelas tak bisa melawan Lam-hay Sin-ni namun dia
tetap berani menghadapinya. Apakah itu bukan berarti dia
mancari mati sendiri" Sekalipun aku ingin menolongnya tetapi
tenagaku tak mampu!"
Toh Hun-ki tahu jelas bahwa tujuan dari Lam-hay Sin-ni itu
adalah untuk memperoleh Giok-pwe dan bukan hendak
bermusuhan dengan partai2 persilatan. Jika karena hendak


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membantu Pendekar Laknat sampai menimbulkan kemarahan
rahib itu, tentu celakalah sekalian rombongan orang gagah.
Diam-diam ketua Kong-tong-pay itu mengakui kebenaran
ucapan Ceng Hi totiang. Ia makin gugup tetapi tak dapat
menemukan suatu akal.
Kebalikannya, Siau-long saat itu malah makin tenang.
Hatinya bulat, pikiran mantap.
477 Menggunakan kesempatan lawan sedang tertegun, diamdiam
ia kerahkan lagi tenaga sakti Bu-kek-sin-kang, siap
menunggu serangan yang ketiga....
Setelah beberapa saat memandang Siau-liong dengan
heran. tiba-tiba mata Sin-ni itu menyala lagi. Tangan
kanannya pelahan-lahan diangkat dan berserulah ia nyaring.
"Kali ini akan kugunakan delapan bagian tenaga sakti Cekci-
sin-kang untuk menghancurkan dirimu!"
Siau-liong diam saja. Hatinya sudah bulat untuk mati.
Sepasang tangannya segera bergerak menyongsong kemuka.
Tangan kanan gunakan jurus Ki-lok-po-ti dan tangan kiri
dengan jurus Siu-lo-pan-cha. Dua jurus dahsyat dari ilmu
pukulan Thay-siang-ciang!
Gerakan tangan Lam-hay Sin-ni itu tampaknya lebih
pelahan dari yang tadi. Tetapi melihat wajahnya yang begitu
membesi, tahulah sekalian orang bahwa pukulan rahib itu
dahsyatnya bukan alang kepalang.
Sedang kedua tangan Siau-liong tadi bergerak dengan
keras. Tetapi begitu berbentur dengan tenaga sakti Cek-ci-sinkang,
sirnalah tenaga Bu-kek-sin-kang itu seperti tenggelam
ke dalam laut. Lam -hay Sin-ni tertawa mengekeh, bentaknya, "Tua
bangka Laknat, serahkan jiwamu!"
Dan serempak dengan itu tangannya pun bergerak cepat.
Angin mendesis tajam, melanda ke arah kepala Siau-liong.
Siau-liong terkejut tetapi tak berdaya. Ia meramkan mata
menunggu kematian....
478 Tetapi pukulan maut Sin-ni itu tak kunjung datang. Bahkan
saat itu ia mendengar jeritan kaget dari sekalian orang
termasuk Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka.
Buru-buru ia membuka mata. Ketika memandang kemuka,
dilihatnya wajah Lam-hay Sin-ni pucat seperti kertas dan
tubuhnya terhuyung-huyung mau jatuh. Jelas rahib itu telah
menderita luka....
Siau-liong cepat dapat menyadari bahwa tentu ada seorang
sakti yang menolong jiwanya. Buru-buru ia berpaling. Ah,
beberapa langkah disampingnya, tampak seorang wanita
berpakaian hitam tegak berdiri dengan tenang.
Randa gunung Bu-san!
Di belakang wanita itu tampak si dara baju bijau yang
pernah adu pukulan dengan dia (Siau-liong). Dara itu
memandangnya dengan mata penuh dendam kebencian....
Juga tubuh janda dari Bu-san itu agak gemetar, wajahnya
pun pucat. Kiranya pada saat pukulan maut Lam-hay Sin-ni akan
mencabut nyawa Siau-liong, tiba-tiba muncullah Randa Bu-san
yang segera ayunkan tangan menangkis pukulan Sin-ni.
Ya-li-sin-kang dari Randa Bu-san yang semula keras itu
tiba-tiba berobah menjadi lunak. Dan hapuslah tenaga sakti
Cek-ci-sin-kang dari Lam-hay Sin-ni. Adalah karena kedua
wanita itu berimbang kesaktiannya maka kedua-duanya pun
menderita luka kecil.
Setelah mengetahui siapa penolongnya, buru-buru Siauliong
memberi hormat, "Terima kasih atas pertolonganmu,
aku...." 479 Randa Bu-san mendengus. Tanpa menunggu orang selesai
bicara, ia terus berpaling ke arah Lam-hay Sin-ni.
Siau-liong tersipu-sipu malu. Untunglah saat itu perhatian
orang tertumpah pada Randa Bu-san sehingga kekikukan
Siau-liong itu tak ada yang memperhatikan.
Menatap tajam kepada wanita Bu-san, melengkinglah Lamhay
Sin-ni "Mengapa engkau membantunya?"
"Hanya kebetulan jalan disini dan melihat hal yang ganjil!"
sahut Randa Bu-san dengan dingin.
Lam-hay Sin-ni membentak tajam, "Apakah bukan karena
hendak mencari pusaka....?"
Mata rahib itu berkeliaran beberapa kali. Tiba-tiba ia
kerahkan tenaga dalam lalu berteriak, "Hari ini terpaksa aku
harus adu jiwa dengan engkau!"
Randa Bu-san hanya tertawa dingin. "Dalam adu jiwa, duadua
tentu sama terluka, Ketahuilah, Ya-li-sin-kang tidak
dibawah Cek-ci-sin-kang!"
Sepasang tangan Lam-hay Sin-ni yang sudah diangkat ke
atas itu kembali diturunkan. Ia deliki mata kepada wanita itu,
"Baik dalam mencari Giok-pwe, engkau dan aku masingmasing
mendapat separoh. Besok pagi pada saat ini, akan
kutunggumu disini. Kita tentukan siapa yang berhak memiliki
kitab Thian-kong-sin-kang itu!"
Randa Bu-san tertawa dingin, "Tamak menginginkan
barang yang bukan miliknya, menjadi penyebab kematian.
Rupanya engkau memang takkan lama hidup di dunia ini!"
480 "Siapa yang mati dan hidup, besok pagi pada saat ini. baru
diketahui!" sahut Lam-hay Sin-ni.
Randa Bu-san menghela napas, "Apakah engkau tetap
hendak ke dalam lembah?"
"Kalau aku tak pergi masakan kubiarkan engkau yang
pergi!" bentak Lam-hay Sin-ni.
Randa Bu-san gelengkan kepala dan berkata dengan nada
kecewa, "Silahkan pergi" ia terus berputar tubuh dan
melangkah pergi.
Kesempatan itu cepat digunakan Iblis penakluk-dunia untuk
melangkah kesamping Lam-hay Sin-ni dan membisiki
beberapa patah kata.
Wajah rahib itu berseri girang. Dipandangnya Randa Busan,
Siau-liong dan rombongan Ceng Hi totiang. Tiba-tiba ia
berputar tubuh terus ayunkan langkah diikuti oleh suami isteri
iblis dan rombongan anak buah Lembah Semi.
Siau-liong melangkah maju dan berkata kepada Randa Busan,
"Lam-hay Sin-ni seperti orang linglung ia pasti celaka
ditangan Iblis-penakluk-dunia. Mungkin nasibnya seperti Jong
Leng lojin...."
"Seretlah ia supaya jangan kesana!" Randa Bu-san deliki
mata. Siau-liong tercengang.
Setelah deliki mata, Randa Bu-san segera melangkah pergi
sambil menggandeng puterinya. Tetapi dua langkah
kemudian. ia berhenti pula dan menghela napas, "Segala hal
memang sudah suratan takdir yang tak dapat dilawan....!"
481 Ucapan itu bernada rawan dan tanpa berpaling ke arah
Siau-liong. Sesaat kemudian ia menghela napas lagi.
Sementara si dara baju hijau tetap memandang Siau-liong
dengan sinar mata penuh kebencian, seolah-olah hendak
menelannya. Saat itu rembulan purnama. Adalah karena kata2 Randa
Bu-san tentang takdir itu, perasaan Siau-liong tersinggung.
Beberapa tetes air mata menitik keluar....
Tetapi ketika ia menyadari pandang mata si dara baju hijau
yang penuh dendam itu, ia tersentak kaget dan buru-buru
membungkukkan tubuh memberi hormat kepada Randa Busan,
"Atas pertolongan tadi, aku merasa menyesal karena tak
dapat membalas...."
Ia tak dapat melanjutkan kata2 karena tersekat oleh rasa
haru yang hampir menitikkan air mata.
Randa Bu-san hanya mendengus, "Bermula aku hendak
membunuhmu! Tak kira kalau menolongmu.... ah "
Nadanya juga penuh dengan kedukaan.
Siau-liong teringat memang si dara baju hijau itu begitu
melihat dirinya sebagai Pendekar Laknat, terus menyerangnya
mati-matian. Dan ketika ia pingsan, lapat2 ia mendengar
wanita itu mengatakan hendak membunuhnya. Tetapi
mengapa tadi wanita itu menolongnya"
Beberapa saat kemudian, Randa Bu-san berpaling pelahanlahan.
Sepasang matanya berapi-api menatap wajah Siauliong
yang berlinang-linang, serunya, "Apakah saat ini engkau
juga mempunyai perasaan menyesal?"
482 Siau-liong tak mengerti apa maksud pertanyaan wanita itu.
Pikirnya; "Aku tak kenal pada kalian ibu dan anak. Tak pula
terikat dendam permusuhan. Mengapa engkau berkata
begitu?" Tetapi segera ia menyadari bahwa dirinya saat itu sedang
dalam penyamaran sebagai Pendekar Laknat. Sudah tentu
Randa Bu-san itu tak tahu siapa dirinya yang asli.
Siau-liong terlongong-longong. Peristiwa apakah yang
terjadi dahulu antara Randa dengan Pendjekar Laknat
mempunyai hubungan bagaimana sehingga wanita itu
membenci setengah mati. Tetapi anehnya, dalam saat
Pendekar Laknat Siau-liong dalam bahaya. wanita itu cepat
manolongnya"
Randa Bu-san itu menganggap Siau-liong atau Pendekar
Laknat telah menyesal. Dengan begitu kemungkinan dahulu
Pendekar Laknat aseli itu tentu telah melakukan sesuatu yang
menyalahi ibu dan puterinya itu.
Siau-liong teringat. Bahwa pada dinding batu tempat
Pendekar Laknat dahulu, hanya terdapat tulisan yang
manyatakan supaya ia (Siau-liong) suka mewakili Pendekar
Laknat datang kepuncak Sin-li-hong untuk memenuhi sebuah
janji. Begitupun pernyataan yang diucapkan Randa Bu-san
ketika Siau-liong pingsan dan dibawa oleh Mawar Putih
kepondok kediaman wanita itu.
Rangkaian kejadian itu, memberi kesimpulan kepada Siauliong
bahwa dahulu semasa hidupnya, Pendekar Laknat aseli
itu tentu pernah mengikat dendam dengan Randa Bu-san.
Tetapi ia tak tahu, dendam pertikaian apa yang telah terjadi
diantara mereka.
483 Menilik umurnya, Rauda Bu-san itu seorang wanita
serengah tua. Sedang Pendekar Laknat paling tidak tentu
sudah berumur 70 tahun. Dan menilik pula pada wajah
Pendekar Laknat yang begitu menyeramkan, tak mungkin
dendam dengan Randa Bu-san itu mengenai soal Asmara.
Tetapi kalau mengingat betapa gemas sikap Randa Bu-san
yang hendak membunuh Pendekar Laknat tetapi pun mau
menolongnya dan kerut wajahnya yang menampilkan
kemesraan walau pun mulutnya selalu mengucap kata2 yang
tajam dan membenci, kemungkinan pertikaian antara kedua
orang itu tentulah akibat dari hubungau asmara....
Siau-liong teringat pula bahwa selama hidupnya, Pendekar
Laknat itu hanya seorang diri. Tiada sanak kadang, tiada
handai taulan. Ia malang melintang di dunia seorang diri.
Tetapi mengapa kini tahu2 terdapat seorang janda yang
mempunyai dendam kesumat kepadanya"
Sampai beberapa lama, belum juga Siau-liong dapat
memecahkan teka teki itu. Akhirnya ia berkata kepada Randa
Bu-san; "Dahulu...."
Randa Bu-san menghela napas rawan, ujarnya, "Peristiwa
yang lampau, ternyata engkau masih mempunyai muka untuk
mengatakan lagi, engkau...."
Ia hentikan kata-katanya. Sejenak keliarkan mata, ia
melanjutkan pula, "Hal itu juga termasuk Karma. Kalau tidak
begitu, aku pun takkan menjadi pewaris dari ilmu sakti Ya-lisin-
kang. Tetapi aku tetap tak dapat mengampuni Engkau
hanya karena hal itu...." "
484 Ketika Siau-liong menatap kemuka, dilihatnya Wajah Randa
Bu-san berlinang-linang air-mata. Sambil menepuk bahu
puterinya, wanita dari Bu-san itu berkata pula, "Andaikata aku
dapat mengampunimu, anak kita ini tentu tak mau
melepaskan engkau!"
Siau-liong terkejut. Tetapi ia tak mau banyak bicara karena
kuatir akan ketahuan penyamarannya. Untung Randa Bu-san
pun tak menaruh kecurigaan kepadanya.
Kembali Randa Bu-san gentakkan kakinya ke tanah,
serunya; "Ingatlah, besok pertengahan musim Rontok tahu
muka, datanglah ke puncak Sin-li-hong untuk menerima
kematian. Dalam waktu setahun ini, engkau boleh mengatur
pesanan2 yang perlu engkau tinggalkan!"
Siau-liong tertawa hambar dan berkata seorang diri;
"Benar, tak peduli bagaimanapun juga, aku toh takkan hidup
lebih dan waktu pertengahan musim rontok itu...."
Randa Bu-san memandangnya dengan heran. Ia hendak
membuka mulut tetapi tak jadi. Menarik tangan puterinya,
tanpa berpaling ke belakang lagi, ia terus ayunkan langkah.
Siau-liong memandang terlongong-longong akan bayangan
kedua ibu dan anak itu lenyap dalam gerumbul pohon.
Tiba-tiba ia teringat sebuah hal yang penting. Ia harus
menyelidiki jejak Mawar Putih. Maka ia hendak menyusul
Randa Bu-san. Tetapi baru kaki hendak diangkat, tiba-tiba
terdengar orang berteriak gugup, "Pendekar Laknat....!"
Siau-liong terpaksa batalkan langkahnya dan berpaling.
Ternyata Toh Hun - ki ketua Kong-tong-pay sedang berdiri
sambil memberi hormat dengan tersenyum simpul.
485 "Apakah hendak menegur aku mengapa tak mendatangi
perjanjian?"
Toh Hun-ki terkesiap. Buru-buru ia berkata, "Ah, bukan.
Pendekar Laknat tentu mempunyai lain urusan yang penting
sehingga tak dapat hadir!"
Siau-liong menghela napas rawan, "Memang aku
mempunyai urusan penting. Tetapi aku bukan orang yang tak
pegang janji. Dalam penyerangan kesarang suami isteri iblis
nanti, aku akan membantu sedikit tenaga!"
Sikapnya yang dingin kepada ketua Kong-tong-pay itu
disebabkan: Kesatu, ia harus membawa sikap seperti
Pendekar Laknat yang angkuh dan dingin. Agar jangan
diketahui Toh Hun-ki, Ceng Hi totiang dan lain-lain orang.
Kedua, Toh Hun-ki itu adalah pembunuh ayahnya. Kelak pada


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suatu saat ia harus membunuhnya. Ketiga, hatinya sedang
resah gelisah. Penuh dendam dan kemarahan. Maka nada
ucapannya pun ketus dan angkuh seperti Pendekar Laknat
yang asli. Tetapi betapa pun, dia bukanlah Pendekar Laknat,
melainkan Siau-liong yang menjunjung Keadilan dan
Kebenaran. Demi membalas budi Pendekar Laknat maka ia
menyaru menjadi tokoh itu tetapi dengan sepak terjang yang
berlainan agar dapat mengembalikan nama baiknya.
Terhadap Toh Hun-ki, musuh yang telah membunuh
ayahnya, diam-diam ia mempunyai kesan lain. Ia tertarik akan
peribadi ketua Kong-tong-pay yang tak gentar menghadapi
ancaman dan tekanan. Ketua itu tetap berani membela
Kebenaran. Adakah dia sampai hati untuk membunuh seorang
tokoh yang begitu lurus peribadinya"
486 Dan pula Toh Hun-ki itu bersikap mengindahkan dan
melindungi Pendekar Laknat. Baik dengan ucapan mau pun
dengan tindakan yang nyata. Dan yang paling hebat, ketua
Kong-tong-pay itu dengan serta-merta telah rela menyerahkan
sebagian Giok-pwe itu kepada Pendekar Laknat!
Merenung kesemua itu, timbullah rasa sesal dalam hati
Siau-liong. Tertawalah ia dengan rawan, "Separoh Giok-pwe
yang engkau berikan kepadaku tempo hari, memang benarbenar
sudah kuhancurkan!"
Tetapi Toh Hun-ki tak terkejut. Dengan tenang ia
menyahut, "Begitupun juga baik! Jika kitab pusaka itu jatuh
ketangan orang baik, tentu merupakan suatu berkah bagi
dunia persilatan. Tetapi jika sampai ketangan manusia jahat,
dunia persilatan tentu celaka!"
Sejenak memandang ke arah Ceng Hi totiang, To Kiu-kong
dan beberapa orang, berkatalah Siau-liong kepada ketua
Kong-tong-pay itu, "Aku masih mempunyai lain urusan, untuk
sementara terpaksa akan pergi!" -habis berkata ia segera
ayunkan langkah menyusul Randa Busan dan puterinya tadi.
"Pendekar Laknat!" tiba-tiba Toh Hun-ki berseru
memanggil. Siau-liong terpaksa berhenti, bentaknya, "Mengapa?"
"Saat ini disekitar gunung Tay-liang-san penuh dengan
tokoh2 dari partai2 persilatan. Dengan pergi begitu saja,
kemungkinan Pendekar Laknat.... akan bersua dengan
beberapa hal yang tak leluasa...." -kata Toh Hun-ki lalu
menyerahkan sehelai sutera kuning kepada Siau-liong, "sutera
ini merupakan pertandaan bagi kawan2 kita. Baiklah engkau
membawanya agar jangan terjadi salah faham."
487 Siau-liong menyambuti dan menghaturkan terima kasih.
Tetapi ketika ia hendak berjalan, tiba-tiba Ceng Hi totiang, Ti
Gong taysu dan beberapa orang menghampiri kemukanya.
Siau-liong kerutkan alis. Ia terpaksa memberi hormat,
serunya, "Saudara2...."
Ti Gong taysu menyerukan Omitohud lalu melangkah maju
dan memberi hormat, "Aku hendak menghaturkan terima
kasih atas pertolongan saudara!"
Siau-liong tertawa, "Ah, hanya soal kecil, usah taysu ingat
lagi!" Juga To Kiu-kong dan Pengemis-tertawa Tio Tay-tong dan
kedua pengemis pincang, maju menghampiri kehadapan Siau
-liong. Memberi hormat lalu mundur lagi tanpa berkata suatu
apa. Kiranya To Kiu-kong masih meragu. Jelas ketika bertempur
dengan Lam-hay Sin-ni tadi, Pendekar Laknat telah gunakan
pukulan Thay-siang-ciang.
Ceng Hi totiang memandang beberapa saat kepada Siauliong
lalu berkata, "Bahwa Pendekar Laknat telah kembali
kejalan yang terang, sungguh merupakan suatu berkah bagi
dunia persilatan. Ijinkan kuwakili seluruh kaum persilatan
untuk menghaturkan terima kasih kepada saudara. Kali aku
menyanggupkan diri turun gunung untuk memimpin
rombongan kawan2, sesungguhnya aku merasa malu dalam
hati karena kepandaianku masih belum cukup...."
Ia berhenti bejenak, menghela napas lalu melanjutkan
pula, "Pula suasana saat ini tak sama dengan 20 tahun yang
lalu. Adakah kami dapat menumpas gerakan kedua suami
isteri iblis itu atau tidak, masih belum dapat dipastikan!"
488 Siau-liong tahu bahwa pada 20 tahun yang lalu imam tua
itulah yang paling sering berhubungan dengan Pendekar
Laknat. Maka jika ia tak berhati-hati, tentulah mudah diketahui
oleh imam itu. Maka ia hanya mendeham pelahan dan tak
menjawab. Berkata pula Toh Hun-ki, "Sekembalinya ke Siok-ciu,
ternyata banyak tokoh2 persilatan dari segala penjuru
berbondong-bondong datang. Mereka hendak
menggabungkan diri pada gerakan kami untuk menumpas
suami isteri iblis itu. Dalam waktu 10 hari saja, telah
berkumpul ribuan tokoh2. Apalagi kami beruntung dapat
mengundang Ceng Hi totiang untuk memimpin gerakan itu.
Saat ini Lembah Semi telah dikurung ketat oleh rombongan
orang gagah...."
Berhenti sejenak memandang ke arah sekalian orang, ketua
Kong-tong-pay itu berkata pula. "Hanya saja kalau kali ini
sampai menemui kegagalan akibatnya sukar dibayangkan bagi
dunia persilatan!"
Siau-liong ikut prihatin, ujarnya, "Lembah Semi
mengandalkan kehebatan keadaan alamnya dan kehebatan
perlengkapan alat-alat rahasia, barisan pedang. Sekalipun
rombongan orang gagah itu terdiri dari jumlah yang besar,
tetapi dikuatirkan...."
"Akupun mencemaskan hal itu, oleh karena itulah...." Ceng
Hi totiang hentikan kata"nya.
Siau-liong tertegun. Tanyanya sesaat kemudian, "Apakah
totiang hendak menggunakan api untuk menggempur sarang
mereka...."
489 Wajah Ceng Hi totiang berobah seketika. Diam-diam ia
terkejut. Katanya dengan nada berat, "Benar, memang aku
mempunyai rencana begitu. Dengan mengandalkan jumlah
orang yang begitu banyak kalau kita gunakan api untuk
membakar lembah ini, tentulah dapat membasmi kedua suami
isteri iblis...."
Sejenak berhenti ia melanjutkan pula, "Kumohon Pendekar
Laknat jangan membocorkan rencanaku ini, agar...."
Siau-liong tertawa, "Harap totiang jangan kuatir, aku tentu
akan menyimpan rahasia itu!"
Tiba-tiba pikiran Siau-liong melayang. Memang dengan cara
penyerangan api itu, tentulah kemungkinan besar rombongan
Ceng Hi totiang akan berhasil membasmi Lembah Semi. Tetapi
dengan pembasmian itu, pemilik lembah ialah Poh Ceng-in
tentu akan ikut binasa. Bukankah ia telah diberi minum racun
Jong-tok oleh wanita itu. Dengan racun itu, apabila salah
seorang mati, yang lainpun akan mati juga. Maka jika Poh
Ceng-in mati, iapun tentu akan ikut mati!
Begitu pula dengan Jong Leng lojin yang dipenjara dibawah
tanah dengan kaki dirantai. Kalau Ceng Hi totiang melakukan
serangan pembakaran itu, bukankah Jong Leng lojin akam
mati terbakar hidup-hidup"
Sesaat Siau-liong tertegun gelisah.
Melihat itu, agak curiga juga Ceng Hi totiang, segera ia
batuk2 lalu menegurnya "Apakah saudara tak setuju dengan
rencana seranganku itu?"
Siau-liong terkejut dan buru-buru berseru, "Tidak, tidak!
rencana totiang itu memang yang paling sempurna, tentu
490 akan berhasil.... ia menghela napas pelahan, "bilakah totiang
hendak melaksanakannya?"
Setengah meragu, menyahutlah Ceng Hi totiang; "Telah
kuberi waktu kepada lblis-penakluk-dunia agar membebaskan
It Hang totiang dan rombongan sampai besok pagi. Apabila
dia tak melaksanakan permintaanku itu, segera akan
kulakukan serangan itu!"
Memandang kelangit, Siau-liong memperkirakan saat itu
sudah menjelang magrib.... Jadi tinggal lebih kurang dua jam
dari batas waktu yang diberikan Ceng Hi totiang kepada Iblispenakluk-
dunia. Berkata Ceng Hi totiang pula, "Dalam waktu satu hari untuk
menghancurkan anak buah dan semua alat perangkap dalam
lembah. Tiga hari untuk meratakan seluruh isi lembah. Dalam
waktu empat hari itu tentulah dapat diketahui berhasil
tidaknya rencanaku itu!"
Sejenak merenung, Siau-liong lalu mengambil resep obat
dari bajunya, diberikan kepada To Kiu-kong, katanya, "Aku
hendak minta tolong supaya suka menyuruh anak buah
saudara ke Siok-ciu membelikan. resep ini!"
Buru-buru To kiu-kong menyambut, tanyanya "Bilakah
Pendekar Laknat hendak memerlukan obat ini?"
Diam-diam ketua Kongtong-pay itu heran mengapa
Pendekar Laknat tak minta tolong pada Ceng Hi totiang
melainkan kepadanya.
"Secepat mungkin, paling lambat jangan sampai besok
malam," sahut Siau-liong.
491 To Kiu-kong mengiakan dan menyatakan besok sebelum
tengah hari tentu obat itu sudah datang.
Kemudian Siau-liong menyatakan kepada Ceng Hi totiang
dan Toh Hun-ki bahwa ia masih ada lain urusan penting.
Tetapi besok sebelum tengah hari ia pasti akan kembali kesitu
lagi. Demikianlah Siau-liong segera melangkah pergi. Ia lari
secepat-cepat mengejar Randa Bu-san dan puterinya tadi.
Cepat sekali ia sudah melintasi hutan dan tiba dimulut jalan
keluar. Tetapi karena cukup lama tadi ia bercakap-cakap
dengan Ceng Hi totiang dan Toh Hun-ki, maka ia tak berhasil
menemukan jejak ibu dan anak itu.
Siau-liong bingung dan gelisah sekali. Ia harus menemukan
Randa Busan untuk meminta keterangan tentang diri Mawar
Putih. Dan setelah itu ia harus kembali menggabungkan diri
dengan rombongan Ceng Hi totiang untuk melakukan
serangan pada Lembah Semi.
Untuk menggempur Lembah Semi, bukanlah sukar. Tetapi
yang menyulitkan dirinya ialah ia harus secara diam-diam
melindungi keselamatan Poh Ceng-in. Karena jika pemilik
lembah itu sampai mati, ia sendiri pun tentu ikut mati juga!
Dalam pada itu ia sudah keluar dari mulut tikungan
gunung. Tampak beberapa puluh sosok bayangan sedang
bersembunyi ditempat gelap. Tergeraklah hatinya, ia kembali
balik tak jadi melanjutkan perjalanan lagi.
Pikirnya: Kedua ibu dan anak itu tentu tak mengambil jalan
besar karena tak mempunyai tanda jalan. Tentu mereka tak
mau bentrok dengan tokoh2 persilatan yang sedang siap
mengepung lembah itu.
492 Siau-liong gunakan gerak Naga melingkar-18 kali. Ia
melambung dan berjumpalitan beberapa] kali di udara.
Dengan gunakan ilmu itu dapatlah dalam waktu singkat ia
mencapai sebuah puncak. Dari atas puncak itu ia dapat
memandang lepas keseluruh penjuru.
Kiranya jalanan yang dilaluinya tadi terletak disamping
kanan mulut lembah. Pada ujung jalanan itu penuh dijaga
ketat oleh tokoh2 persilatan.
Siau-liong menduga kedua ibu dan anak itu tentu sudah
pulang kepondoknya. Asal ia kesana, tentu dapat menjumpai
mereka. Setelah menentukan arah, ia turun dan lari menyusur tepi
lembah, menuju kepondok Randa Busan Disepanjang jalan ia
harus berjalan hati2 agar Jangan sampai kepergok dengan
patroli rombo-ngan orang gagah. Dan disamping, iapun harus
cermat menentukan arah agar jangan sampai tersesat.
Seluruh semangat dan perhatian ditumpahkan dalam gerak
Naga-melingkar-18 kali untuk berloncatan melintasi hutan dan
mendaki puncak.
Seperti telah diterangkan, Lembah Semi itu dikelilingi oleh
puncak gunung yang curam dan landai sehingga merupakan
sebuah tempat yang amat strategis sekali.
Sewaktu Siau-liong mencapai satu li, rembulan makin
terang benderang sehingga ia dapat melihat bebas keempat
penjuru. Ia kendorkan langkah lalu berhenti. Dilihatnya dari barisan
pohon bunga Lembah Semi itu jaraknya teraling sebuah
puncak. Asal ia berputar arah mengambil jalan dari belakang
493 lembah, tentulah ia dapat mencapai tempat kediaman wanita
janda itu. Tetapi ia mendapat kesukaran. Karena seluas berpuluh
tombak, tempat itu dijaga ketat oleh rombongan orang gagah.
Sekalipun membawa Tanda pengenal pemberian Toh Hun-ki,
tetapi ia tak mau menggunakannya. Ia tetap hendak mecari
akal untuk menghindari kelompok orang gagah itu.
Tengah ia termenung mencari pikiran, tiba-tiba dari arah
belakang terdengar desir lambaian pakaian orang mendesis.
Semula ia kira tentulah rombongan orang gagah yang
dipimpin Ceng Hi totiang. Tetapi telinganya yang tajam segera
mengetahui bahwa orang itu pelahan-lahan menghampiri
ketempatnya. Sekalipun suara itu pelahan sekali namun telinganya yang
tajam dapat menangkap bahwa orang itu tengah pelahanlahan
menghampiri ketempatnya.
Semula ia kira tentu salah seorang anggauta rombongan
Ceng Hi totiang maka ia tak begitu menaruh perhatian. Tetapi
pada lain saat ia cepat menyadari sesuatu yang tak wajar.
Ia teringat bahwa Ceng Hi totiang sudah mengeluarkan
perintah bahwa anggauta rombongannya tak boleh gegabah
bertindak sendiri. Kecuali memang ada orang yang hendak
menerjang kepungan itu barulah mereka dapat bertindak.
Siau-liong jelas mengetahui bahwa pendatang itu
mengandung maksud hendak menyerangnya secara gelap.
Siau-liong pasang jebakan. Sengaja ia pura-pura tak tahu
dan berjalan pelahan. tetapi diam-diam ia sudah siapkan
tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang.
494

Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi dugaannya itu ternyata tak benar. Pendatang itu
bukan bermaksud menyerangnya. Dia berhenti di belakang
Siau-liong lalu membentak garang "Tua bangka Laknat!"
Siau-liong terkejut. Cepat ia berputar. Ah! ternyata yang
muncul itu adalah suami isteri Iblis penakluk-dunia dan Dewi
Neraka. Iblis-penakluk-dunia tertawa mengekeh, "Laknat tua,
sekarang rasanya tiada si janda Bu-san. yang akan
menolongmu lagi?"
Siau-liong tak gentar kepada suami isteri iblis itu tetapi
hanya terhadap Lam-hay Sin-ni ia agak takut. Dan lagi saat itu
ia memang tak mempunyai selera untuk bertempur dengan
suami isteri iblis itu. Maka sejenak memandang mereka, ia
terus hendak melangkah pergi.
Tetapi baru kaki hendak dilangkahkan, dari belakang
terdengar orang tertawa, "Ho, engkau tak mungkin lolos lagi!"
Ternyata entah kapan dan bagaimana caranya, tahu2 Lamhay
Sin-ni sudah berdiri dibelakangnya.
Siau-liong paksakan tertawa dan hentikan langkahnya.
Melangkah kehadapan Siau-liong, rahib itu ulurkan tangan,
"Berikan kepadaku! Jika engkau sudah serahkan Giok-pwe itu
kepadaku, kujamin jiwamu pasti selamat!"'
Siau-liong kerutkan alis lalu tertawa dingin, "Dengan
meminta secara paksa itu apakah Sin-ni tak takut kehilangan
nama harum" Apakah tak kuatir Sin-ni akan ditertawai dunia
persilatan?"
495 Lam-hay Sin-ni membentak bengis, "Siapakah tokoh
persilatan yang berani menertawakan aku?"
"Sekalipun tak berani terang-terangan, tetapi diam-diam
mereka tentu menghina Sin-ni!" sahut Siau-liong dengan
tertawa hina. Dimana ia mengatur rencana untuk melolos diri
dari tekanan rahib itu.
Tetapi Iblis-penakluk-dunia yang licin segera dapat
mencium siasat Siau-liong. Buru-buru ia maju selangkah dan
berkata kepada Lam-hay Sin-ni. "Si tua Laknat itu banyak akal
muslihatnya. Dia licin seperti belut. Harap Sin-ni jangan kena
diselomoti. Biar dia bicara apa saja, yang penting ringkus dulu
agar kita dapat merampas Giok-pwenya!"
"Benar!" Lam-hay Sin-ni tertawa. Tiba-tiba ia ayunkan
tangan kanannya dalam jurus Bunuh-naga-memotongcenderawasih.
Kelima jarinya mengeluarkan bunyi mendesisdesis
tajam, mencengkeram dada Siau-liong.
Jurus itu dahsyatnya bukan main, cepatnya bukan
kepalang. Siau-liong terkejut. Buru-buru ia menyurut mundur seraya
berseru, "Tunggu dulu....!"
Lam-hay Sin-ni hentikan serangannya dan berseru, "Lebih
baik engkau serahkan sajalah!"
Siau-liong sengaja menghela napas dengan sikap kecewa,
katanya, "Baiklah!"
Ia merogoh baju dan mengeluarkan sebuah bungkus kecil
dari kain sutera.
496 Melihat itu girang Lam-hay Sin-ni bukan kepalang. Segera
ia ulurkan tangan hendak menyambuti. Tetapi Siau-liong cepat
menyurut mundur.
"Jika engkau berani maju selangkah lagi, Giok-pwe ini tentu
akan kuremas hancur!"
Lam-hay Sin-ni tertegun. Dia tak berani maju lagi.
Demikianpun kedua suami isteri iblis itu. Mereka percaya,
seorang momok seperti Pendekar Laknat tentu akan
melakukan ancamannya itu kalau keliwat didesak.
Lam-hay Sin-ni bingung dan beberapa kali lambaikan
tangannya, "Jangan dihancurkan, jangan dihancurkan, mari
kita berunding dengan baik!"
Siau-liong tertawa dingin, "Tak ada yang perlu
dirundingkan lagi. Kecuali.... engkau mau meluluskan dua
buah syaratku!"
"Katakanlah!" buru-buru Lam-hay Sin-ni berseru.
Sejenak merenung, berkatalah Siau-liong, "Pertama, Iblispenakluk-
dunia dan Dewi Neraka harus tinggal disini. Kedua,
harap Sin-ni suka mengantar aku keluar dari sini satu ii
jauhnya. Giok-pwe segera akan kuhaturkan kepada Sin-ni."
"Boleh, boleh, aku setuju!" seru Lam-hay Sin-ni lalu
berpaling membentak suami isteri iblis, "Kalian harus tinggal
disini, jangan mengikuti aku!"
Iblis-penakluk-dunia agak bersangsi, tetapi, terpaksa ia
mengiakan juga, "Baik harap Sin-ni hati2 saja."
Demikian Siau-liong dan Lam-hay Sin-ni segera tinggalkan
tempat itu. Kiranya dalam saat itu Siau-liong memang tak
497 punya akal untuk meloloskan diri. Terpaksa ia memutuskan,
menghindari dulu kedua suami isteri iblis itu, baru nanti
pelahan-lahan cari daya untuk menghadapi tekanan Lam-hay
Sin-ni yang tolol.
Sesungguhnya sudah bulat dalam hatinya. Andaikata Giokpwe
itu belum dihancurkannya, iapun tetap tak mau
menyerahkan kepada Sin-ni Sekalipun karena menolak itu ia
harus kehilangan jiwanya. Karena ia tahu jelas akan tipu
muslihat Iblis-penakluk-dunia yang lihay. Menyerahkan Giokpwe
itu kepada Lam-hay Sin-ni berarti menyerahkan kepada
suami isteri iblis itu. Dan sekali kedua suami isteri itu
mendapatkat Giok-pwe yang lengkap dan berhasil
memperoleh kitab pusaka Thian-kong-sin-kang, maka
hancurlah seluruh dunia persilatan!
Tetapi iapun tahu bahwa sitolol Lam-hai Sin-ni itu tentu
berkeras hendak meminta separoh Giok-pwe. Jika tahu kalau
ditipu, rahib itu tentu akan membunuhnya.
Sambil berjalan pelahan-lahan, pikiran Siau-liong bekerja
keras untuk mencari akal.
Sekonyong-konyong tak berapa jauh disebelah muka,
tampak berkelebat sesosok bayangan dari pada lain saat itu
orang itu berseru menegurnya; "Siau.... Laknat tua!"
Siau-liong terkejut. Ternyata yang muncul itu adalah si dara
Mawar Putih menyaru sebagai Wanita-ular Ki Ih.
Pada lain saat Mawar Putih pun lari menghampiri.
"Siapa orang itu!" tanya Lam-hay Sin-ni.
Belum ditanya, diam-diam Siau-Liong sudah menimang
dalam hati. Dengan kedatangan Mawar Putin itu, berarti akan
498 tambah sebuah jiwa yang akan mati ditangan Lam-hay Sin-ni.
Ia gelisah sekali. Tetapi ia tak punya banyak waktu untuk
berpikir lagi. Akhirnya ia nekad.
Pada saat perhatian Lam-hay Sin-ni sedang tertuju pada
Mawar Pulih, cepat ia kerahkan seluruh tenaga dalam lalu
dengan sekuat-kuatnya ia mendorong lambung rahib itu!
Setitikpun Lam-hay Sin-ni tak menduga kalau ia bakal
diserang. Karena tak bersiap, ia terpental dan terhuyunghuyung
sampai delapan langkah jauhnya.
Sedangkan Siau-liong, habis mendorong terus loncat
menyongsong Mawar Putih seraya berseru gugup, "Lekas lari!"
Mawar Putih tak sempat bertanya apa2. Ia terpaksa
mengikuti Siau-liong melarikan diri.
"Hai, masakan engkau mampu melarikan diri?" teriak Lamhay
Sin-ni seraya mengejar.
Siau-liong dan Mawar Putih lari sekencang angin tetapi ilmu
lari cepat dari rahib itu jauh lebih sempurna. Baru Siau-liong
dan Mawar Putih lari dua tombak, rahib itu sudah melayang di
atas kepala mereka dan meluncur menghadang disebelah
muka. Lam-hay Sin-ni marah sekali sehingga wajahnya pucat.
"Lekas serahkan Giok-pwe itu atau kuhancur-leburkan kalian!"
Mawar Putih tak kenal Lam-hay Sin-ni dan tak tahu kalau
Sin-ni itu memiliki ilmu sakti Cek-ci-sin-kang. Tetapi ia benarbenar
ketakutan dan tak dapat membuka mulut melihat wajah
dan sinar mata Lam-hay Sin-ni yang begitu bengis dan seram.
499 Siau-liong mengeluarkan lagi bungkusan kain kuning dan
berseru, "Sebelum engkau turun tangan, ini tentu
kuhancurkan dulu!" ia menarik Mawar Putih, berputar diri dan
lari lagi. Ancaman Siau-liong itu berhasil Lam-hay Sin-ni tak berani
turun tangan. Ia hanya mengikuti kedua orang itu saja.
Sekalipun begitu, sudah cukup membuat Siau-liong kelabakan
setengah mati. Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka pun ikut menyusul.
Tetapi mereka pun kuatir kalau Siau-liong sampai
menghancurkan Giok-pwe itu. Maka mereka hanya mengikuti
dari kejauhan di belakang Lam-hay Sin-ni saja.
Siau-liong hanya lari asal lari saja. Ia tak sempat lagi untuk
memeriksa tempat yang ditujunya. Ia tak tahu lagi dimana
saat itu ia berada. Tiba-tiba dilihatnya disebelah depan tampat
sebuah puncak gunung. Dikaki gunung itu terdapat sebuah
lorong jalan yang memanjang ke dalam. Tanpa banyak
berpikir lagi, Siau-liong terus menarik Mawar Putih masuk
kejalan itu....
Lam-hay Sin-ni menggembor lalu hendak mengejar. Tetapi
dicegah Iblis-penakluk-dunia, "Biarkan mereka kesana, Sin-ni
tak usah mengejar!"
Rahib itu hentikan langkah dan bertanya, "Apa" Tidak
mengejar" Apakah membiarkan Giok-pwe itu hilang?"
Iblis-penakluk-dunia buru-buru memberi keterangan,
"Jalanan itu akan tiba disebuah gua yang tak sampai dua
tombak dalamnya dan hanya dua meter tingginya. Bukan saja
sebuah jalan buntu pun di dalam situ terdapat beratus ekor
ular beracun. Merupakan salah satu dari 10 buah gua yang
memang kujadikan tempat memelihara ular...."
500 Ia tersenyum, katanya pula, "Andaikata mereka tidak digigit
ular, pun mereka pasti akan pingsan karena ketahan hawa
yang luar biasa anyirnya!"
Habis berkata ia bersama isterinya lalu duduk di tepi
sebuah gua.... Setelah merenung sejenak, Lam-hay Sin-ni pun
mengiakan. Ia ikut duduk disitu menunggu keluarnya Siauliong
dan Mawar Putih.
Oleh karena kedua suami isteri iblis duduk dikedua samping
mulut gua sedang Lam-hay Sin-ni ditengah. Maka gua itu
praktis telah dijaga ketat oleh mereka bertiga.
Semula Siau-liong mengira kalau terowongan itu akan
tembus kesamping gunung sebelah Sana. Maka dalam
keadaan gugup, ia tak banyak berpikir lagi terus menyelundup
masuk adalah setelah masuk ke dalam barulah ia menyadari
kalau terowongan itu buntu. Dan iapun mendengar juga
pembicaraan Iblis-penakluk-dunia dengan Lam-hay Sin-ni. Dan
setelah memeriksa keadaan terowongan, memang apa yang
dikatakan iblis itu benar.
Bukan saja dalamnya hanya kira2 dua tombak pun
hawanya lembab dan anyir. Untunglah tidak seseram yang
dikatakan Iblis-penakluk. Dan lagi juga tak terdapat kawanan
ular berbisa. Siau-liong menghela napas, ujarnya, "Mengapa engkau
seorang diri datang kemari?"
"Mencarimu!" kata Mawar Putih, "tahukah engkau, ketika
engkau lenyap dalam keadaan terluka parah itu, betapa aku
merasa.... ah, syukurlah, engkau tak kurang suatu. Malam
itu...." 501 Siau-liong menunjuk keluar gua, tukasnya; "Saat ini kita
seperti ikan dalam jaring. Kedatangan nona kemari ini hanya
berarti tambah mengorban sebuah jiwa saja.... Hanya kasihan
ibuku yang sedang mengidap sakit diluar lautan itu. Bukan
saja tak dapat mengharapkan kedatangan puteranya, pun
mungkin seumur hidup takkan dapat berjumpa lagi!"
Rasa haru akan ibunya, menyebabkan mata Siau-liong
berlinang-linang....
Mawar Putihpun ikut terharu dan menangis tertedu-sedu.
Sampai lama baru ia berhenti menangis lalu mendekati Siauliong,
katanya, "Ada sebuah hal yang harus kuberitahukan
kepadamu.... Ah, aku sungguh menyesal sekali...."
Ia menghela napas panjang lalu melanjutkan, "Sudah
kupertimbangkan, untuk sementara waktu ini baik dapat atau
tidak menuntut balas, kita harus segera menuju keseberang
laut mencari guruku. Mungkin begitu melihat engkau, beliau
tentu sembuh penyakitnya!"
Siau-liong hanya diam saja karena tak tahu bagaimana
harus bicara. Ia menyadari keadaan saat itu bagaikan telur
diujung tanduk. Sukar bagi kedua pemuda itu untuk lolos dari
genggaman Lam-hay Sin-ni.
Kembali Mawar Putih menghela napas lagi, katanya,
"Tempo hari memang akulah yang jahat. Kalau aku tak
menekan engkau supaya membunuh Toh Hun-ki dan keempat
Su-lo, tentulah saat ini kita sudah berada disisi suhu!"
Mawar Putih menyudahi kata-katanya dengan menangis
beriba-iba lagi. Hati Siau-liong seperti disayat sembilu....
Tiba-tiba terdengar suara Iblis-penakluk-dunia berkata,
"Lekas keluar! Asal engkau mau menyerahkan Giok-pwe itu
502 kepada Sin-ni kujamin keselamatanmu untuk meninggalkan
Lembah ini!" Lam-hay Sin-ni pun ikut berteriak, "Kalau kalian
tak mau keluar, tentu akan kuhancurkan gua ini agar kalian
mati terkubur hidup-hidupan!"
Geram sekali Siau-liong mendengar ancaman itu. Ia
menghantam dinding, tetapi hantaman itu....
Bung....!!! terdengar kumandang yang dahsyat.
Siau-liong mengulang lagi dengan beberapa pukulan seraya
membisiki Mawar Putih, "Dengarkanlah!"
"Benar dinding gua ini seperti kosong!" sahut Mawar Putih
riang. Siau-liong juga terkejut girang Kalau dinding gua itu kosong
tentulah berisi suatu alat perangkap atau sebuah terowongan
rahasia. Dia tak takut terperangkap dalam perkakas rahasia
karena dengan memiliki peta pemberian Jong Leng lojin, ia
tentu dapat keluar dari lembah.
Memang dinding gua disitu terbuat daripada campuran
pasir dan pecahan batu. Begitu di hantam, dinding itu
berguguran rontok. Siau liong tak mau membuang waktu. Tak
berapa lama ia berhasil membuat sebuah lubang sedalam
setengah meter.
Terdengar bunyi menggemuruh dan terbukalah sebuah


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lubang gua lagi. Setelah mempersihkan lubang pintu itu. ia
melongok kesebelah dalam. Ah, ternyata gua disamping itu
merupakan sebuah terowongan yang terbuat dari pada batu
marmar putih, Siau-liong cepat menarik Mawar putih diajak
masuk. 503 Ternyata ia berada dalam sebuah terowongan, dinding batu
marmar putih dan terang benderang, Siau-liong cepat
mengeluarkan peta lalu memeriksa dengan teliti.
Tetapi sampai sekian lama, masih juga ia belum mengerti
Menilik bentuk dan letak terowongan tentu merupakan sebuah
tempat yang amat penting. Tetapi anehnya dalam peta tak
terdapat tanda2 tentang tempat itu.
Terpaksa ia simpan lagi peta itu lalu pelahan-lahan mulai
menyelidiki. Terowongan itu condong turun ke bawah. Kira2
tiga tombak jauhnya baru tiba diujung terakhir yang ternyata
merupakan sebuah pintu.
Sampai beberapa lama Siau-liong berdiri dimuka pintu batu
itu. Setelah berpaling kepada Mawar Putih yang berada
dibelakangnya, tiba-tiba ia mendorong pintu itu. Pintu terbuka
seketika. Dan legalah perasaan Siau-liong karena ternyata
dibalik pintu itu tiada terdapat suatu perkakas rahasia. Ia
segera melangkah masuk.
Apa yang disaksikan dalam ruang itu benar-benar
membuatnya terkejut sekali. Pada 4 sudut ruang terdapat
sebutir mutiara sebesar telur itik sehingga ruang terang
benderang. Ruangpun lengkap dengan meja kursi. Dibawah kaki
dinding sebelah kanan, tertumpuk 3 buah peti besi yang
besar. Sedang ditengah meja, terdapat sebuah kotak kecil
yang terbuat dari pada baja. Besarnya hanya setengah meter.
Ketika Siau-liong dan Mawar Putih maju menghampiri
kemeja, mata kedua pemuda itu terbeliak seketika.
Pada tutup kotak baja itu tertulis 8 huruf besar dengan
tinta emas: 504 KITAB PUSAKA THIAN KONG SIN KANG.
Siau-liong tertegun. Ia saling tukar pandang mata dengan
Mawar Putih tanpa dapat berkata apa2.
Tulisan emas pada tutup kotak itu makin berkilauan
gemilang tertimpa cahaya mutiara dari empat jurusan.
Kini sadarlah Siau-liong bahwa saat itu ia benar-benar
berada dalam ruang penyimpan harta pusaka peninggalan Tio
Sam-hong, cikal bakal pendiri partai Bu-tong-pay!
"Apakah kita sedang bermimpi....?" Mawar Putih
mengingau tersendat-sendat. Sikapnya amat tegang sekali.
Wajahnya menampil rasa kejut2 girang.
Siau-liong pun merasa seperti dalam impian sahutnya
tersedu, "Mungkin tidak....!"
--ooo0dw0oo-- Pewaris Siau-liong tercengkam dalam keraguan. Bermula ia anggap
kitab pusaka Thian-kong-sin-kang itu hanyalah suatu khajalan
belaka. Ia memang tak percaya.
Tetapi apa yang dilihat saat itu, benar-benar diluar
dugaannya. Ketiga peti besar yang berisi permata ratna mutumanikam
yang tak ternilai harganya. Keempat butir mutiara
sebesar telur itik yang gilang gemilang dan kotak berisi kitab
pusaka ilmu sakti Thian-kong-sin-kang. Kesemuanya saat itu
terbentang dihadapannya.
505 Siau-liong benar-benar seperti bermimpi.
Entah berapa ribu jago2 persilatan yang membuang waktu
dan tenaga berjerih payah mencari harta pusaka itu tanpa
berhasil. Tetapi tanpa sengaja, ia karena ketakutan dikejar
Lam-hay Sin-ni, malah tersesat masuk ke dalam tempat harta
pusaka itu. Adakah itu memang sudah takdir"
Ruang itu tampaknya tiada diberi lubang hawa sedikit pun
juga. Tetapi anehnya, Siau-liong dan Mawar Putih tak merasa
pengap. Dan karena terowongan terbuat daripada batu
marmar putih, walaupun Sudah ratusan tahun tetap bersih
seperti baru. Dengah begitu peti kitab itu sedikitpun tiada
karatan. Dengan gemetar, Siau-liong membuka peti kitab itu. Dalam
pada itu otaknya tetap bekerja. Timbul pertanyaan dalam
hatinya. Ruang penyimpan harta pusaka hanya terpisah
sebuah dinding dari campuran batu, dengan gua. Tetapi
mengapa sampai sekian ratus tahun, tiada seorangpun yang
mampu menemukan tempat itu"
Tiba-tiba siau-liong teringat. Tadi sewaktu masih berada
dalam gua, ia dengar Iblis-penakluk-dunia mengatakan
kepada Lam-hay Sin-ni bahwa gua itu penuh dengan kawanan
ular berbisa. Aneh, mengapa sampai saat itu ia tak melihat
barang seekor ular pun juga"
Pikirannya melayang lebih lanjut....
Sebagai seorang tokoh luar biasa pada jamannya, sudah
tentu Tio Sam-hong membangun tempat penyimpan harta
pusakanya sedemikian rupa pelik dan amannya. Kalau tidak,
506 masakan. sampai beratus ratus tahun orang tak mampu
menemukannya. Ketika peti dibuka, hatinya mendebur tegang sekali. Di
dalam peti itu terdapat sebuah kitab bersampul sutera kuning.
Isinya tipis, hanya beberapa lembar. Pada sampul kitab tertulis
4 huruf 'Thian Kong Sin Kang'.
Siau-liong membuka lembaran pertama dan membaca
bersama Mawar Putih:
Kitab pusaka ilmu sakti Tersimpan beribu tahun.
Dua orang masuk keruang Hanya seorang yang berjodoh.
Sejak ini dan kemudian hari Hanya seorang pewaris tunggal
Basmi Kejahatan dan Kelaliman Jangan congkak jangan
serakah. Dibawahnya terdapat sebaris tulisan huruf2 kecil berbunyi:
Yang melanggar pasti dikutuk 'Sin-beng' (malaikat sakti).
Siau-liong kucurkan keringat dingin. Karena ia terkejut dan
ngeri. Adakah Tio Sam-hong itu dahulu seorang yang pandai
meramal sehingga kejadian yang belum berlangsung ratusan
tahun ia dapat mengetahui" Kalau tidak, mengapa ia dapat
menulis secara begitu gamblang"
Menilik kenyataan itu. tindakan Tio Sam-hong untuk
membagi peta Giok-pwe menjadi dua bagian, maksudnya
adalah untuk menyulitkan orang agar kitab pusaka itu tak
mudah diketemukan orang!
Lebih jauh ia merenungkan tentang kita2 yang berbunyi
'jika dua orang masuk, hanya seorang yang berjodoh'.... Ia
meneliti dirinya. Bermula ia mendapat pelajaran dari Tabibsakti
Kongsun Sin To. Lalu bertemu dengan Pendekar Laknat,
Pengemis Tengkorak sakti. Walaupun tidak langsung, tetapi
507 kedua tokoh itu juga mempunyai hubungan sebagai guru dan
murid dengannya. Karena dari kedua tokoh itulah maka ia
dapat memiliki ilmu tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang dan ilmu
pukulan sakti Thay-siang-ciang.
Agaknya Tio Sam-hong memang mempuyai perhitungan
yang jitu. Jelas tokoh Bu-tong-pay itu tak menghendaki ia
(Siau-liong) menjadi pewaris ilmu sakti Thian-kong-sin-kang.
Dan pula, ia toh hanya tinggal satu tahun umurnya karena
minum racun jong-tok dari Poh Ceng-in. Masakan Tio Samhong
akan memilih seorang yang sependek itu umurnya"
Kalau begitu yang tepat menjadi pewaris Thian-kong-sinkang
itu hanyalah Mawar Putih!
Dengan kesimpula. itu cepat ia serahkan kitab pusaka
kepada si dara, "Nona, kitab pusaka ini Seharusnya engkau
yang memiliki!"
Mawar Putih menyurut mundur selangkah seraya goyanggoyangkan
tangannya; "Tidak! Tidak! Aku tak dapat...."
Dara itu gugup dan tegang, serunya "Kutahu rejekiku tipis
dan lagi aku tak sanggup memikul beban seberat itu!"
Dengan wajah serius berkatalah Siau-liong, "Dalam lembar
pertama dari kitab itu jelas dicantumkan. Hanya seorang yang
mempunyai jodoh Rasanya yang berjodoh itu hanyalah nona!"
Tiba-tiba Mawar Putih menghambur tawa, "Bagaimana
engkau tahu?"
Siau-liong menghela napas, "Aku sudah terlanjur
mempelajari ilmu aliran Hitam, mungkin tak sesuai lagi untuk
mempelajari ilmu sakti dari aliran Putih. Pula.... paling lama
aku pun hanya hidup sampai satu tahun lagi. Tio Sam-hong
508 cousu benar-benar dapat meramalkan peristiwa saat ini. Tak
mungkin beliau akan memilih diriku untuk menjadi pewaris
Thian-kong-sin-kang itu!"
Mawar Putih terkejut memandangnya, "Engkau mengoceh
apa itu" Bagaimana engkau tahu kalau umurmu hanya tinggal
setahun saja!"
Siau-liong hendak berkata tetapi tak jadi Sukar baginya
untuk menuturkan pengalamannya dengan Poh Ceng-in itu.
Setelah merenung beberapa saat, barulah ia berkata, "Jika
engkau tetap berkeras menolak, aku mempunyai cara untuk
menentukan!"
Mawar Putih tertawa, "Katakanlah, apa caramu itu!"
"Tio Sam-hong mendirikan ruang rahasia untuk menyimpan
harta pusaka dan meninggalkan tulisan pada kitab pusaka itu,
seolah-olah sudah mengetahui bahwa kitalah yang akan
masuk kemari. Hal itu disebabkan mungkin.... Karena Tio
Sam-hong cousu mengerti akan ramalan perbintangan. Oleh
karena itu marilah kita gunakan cara ramalan itu untuk
meminta kepada arwah Tio Sam-hong cousu supaya memberi
petunjuk kepada siapakah kitab itu harus diserahkan...."
Siau-liong terus mengeluarkan sebuah uang tembaga lalu
diberikan kepada Mawar Putih, "Harap engkau berdoa.
Katakanlah pilihannya, mau yang bagian muka atau belakang
dan lemparkanlah sampai tiga kali."
Mawar Putih tak mau berbantah.... Sepera ia menyambuti
uang itu lalu bersoja memberi hormat kelangit ssraya berdoa
dengan suara lantang, "Mohon arwah Tio Sam-hong cousu
suka memberi petunjuk mengenai kitab pusaka Thian-kongsin-
kang itu. Jika harus.... diberikan engkoh Siau-liong. mohon
supaya uang ini mengunjukkan bagian muka sampai tiga kali."
509 Habis berdoa, Mawar Putih lalu lemparkan mata uang itu ke
atas. Dan ah.... ketika jatuh dilantai ternyata memang bagian
mukanya yang tampak diatas. Diulangnya lagi lemparan itu
sampai dua kali, tetap dua kali berturut-turut uang itu
mengunjuk bagian muka.
Mawar Putih tertawa memandang Siau-liong, "Tuh lihatlah!
Tio Sam-hong cousu benar-benar seperti malaikat. Tiga kali
lemparan tiga kali tetap menunjuk engkau!"
Siau-liong tak dapat menjawab apa2, Ia memungut mata
uang itu lalu berdua dengan suara nyaring, "Murid Tong Siauliong,
dengan khidmat memohon kepada arwah Tio Sam-hong
cousu, Jika benar cousu memilih murid menjadi pewaris Thiankong-
sin-kang, mohon memberi petunjuk agar uang itu tiga
kali ber-turut2 jatuh dengan terbalik!"
Setelah memberi hormat kelangit, Siau-liong lalu lemparkan
uang itu ke atas...."Tring", jatuhlah uang itu dengan
permukaan terbalik ke bawah. Sampai tiga kali ia
melemparkan uang, tetap uang itu mengunjuk permukaan
bagian belakang.
"Hola!" Mawar Putih bertepuk tangan, "kali ini engkau tentu
tak dapat berkutik lagi...."
Wajah Siau-liong mengerut gelap. Setitik pun ia tak merasa
gembira bahkan malah menghela napas....
Sudah tentu Mawar Putih heran dan menegurnya,
"Kabarnya Thian-kong-sin-kang itu merupakan ilmu sakti yang
nomor satu di dunia. Sudah ratusan tahun ilmu itu merajai
dunia persilatan.Maka engkau tentu bakal menjadi jago nomor
satu di dunia!"
510 Siau-liong tak mengerti apa maksud dara itu. Tetapi ia
menyadari bahwa dirinya memang dalam keadaan gelisah.
Dalam kitab pusaka itu ditulis pesanan supaya menggunakan
dari kitab Thian-kong-sin-kang dicantumkan amanat
'membasmi Kelaliman dan Kejahatan', Jika ia menerima kitab
pusaka itu dan menjadi pewaris dari ilmu Thian-kong-sin-kang,
dia harus melaksanakan tugas untuk membasmi kejahatan
dan kelaliman termasuk kedua suami isteri Iblis penaklukdunia
dan Dewi Neraka.
Bukan karena ia tak mau melakukan beban kewajiban itu
tetapi adalah karena hidupnya hanya terbatas satu tahun saja,
selain melakukan beberapa hal untuk kepentingannya. ia
sudah tak mempunyai waktu lagi. Kalau ia sampai terlibat
dalam pergolakan dunia persilatan dewasa itu, bukankah
berarti ia tak sempat mencari ibunya keseberang lautan lagi".
Dan masih ada lain keberatan lagi. Sebagai sebuah ilmu
yang sakti, tentulah tidak mudah untuk mempelajari Thiankong-
sin-kang. Mungkin sebelum berhasil ia sudah mati.
Karena dicengkam oleh berbagai keresahan itu, maka
menyahutlah ia agak segan, "Manusia yang sakti masih ada
yang lebih sakti. Di atas langit masjh terdapat angkasa raya.
Maka Tio Sam-hong cousu dahulupun tak berani mengatakan
dirinya sebagai tokoh yang tiada tandingnya di dunia. Di
dalam rimba belantara dan pegunungan raya, mungkin
bersembunyi banyak totoh2 berilmu yang tak mau muncul
dimasyarakat ramai. Apa yang disebut tokoh nomor satu itu
tak lain hanya tokoh yang paling hebat kepandaiannya dalam
dunia persilatan, bukan yang tersakti diseluruh dunia! Dan
lagi.... terus terang, aku tak ingin menjadi pewaris ilmu Thiankong-
sin-kang, karena...."
Karena Siau-liong tak mau melanjutkan perkataannya,
maka Mawar Putih segera menukas, "Kalau begitu, baiklah kita
511 lekas menuju keseberang laut saja! Tak perlu kita hiraukan
dunia persilatan dan kedua suami isteri iblis itu lagi!"
Sekali pun mulut mengatakan begitu namun dalam hati,
Mawar Putih timbul pertentangan batin sendiri. Mengingat
suhunya berulang kali mengharap akan berjumpa dengan
puteranya yang hilang (Siau-liong), mungkin suhunya itu
bermaksud memberi bisikan halus bahwa ia (Mawar Putih)
akan dijodohkan dengan puteranya yang hilang itu. Tetapi


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalau teringat akan ramalan Janda Bu-san yang mengatakan
bahwa ia tak mempunyai rejeki terangkap suami isteri dengan
Siau-liong, maka hati Mawar Putih merasa gundah sekali.
Maka jika ia cepat membawa Siau-liong keseberang lautan.
tentulah kemungkinan besar suhunya segera akan
menikahkan mereka. Dan ramalan Janda Bu-san yang menjadi
ibu-angkatnya itupun tentu gugur.
Mawar Putih kerutkan alis dan berkata, "Hayo, kita segera
berangkat keseberang lautan. Soal Toh Hun-ki dan keempat
Su-lo kelak kita urus lagi. Apakah engkau tak ingin lekas2
menjenguk ibumu yang sedang menderita sakit itu
Sekarang"...."
Siau-liong gelengkan kepala; "Tak mungkin kita berangkat
sekarang. Paling tidak harus tunggu sampai empat lima hari
setelah penyerangan rombongan Ceng Hi totiang itu berhasil.
Saat itu barulah aku akan mengambil keputusan!"
Dia sudah memberikan janjinya kepada Toh Hun-ki. Tak
dapat ia mengingkarinya. Setelah melaksanakan hal itu dan
membangun kembali nama baik Pendekar Laknat, barulah ia
akan pergi menemui ibunya.
Jangankan sekarang ia sudah memiliki amanat dari kitab
Thian-kong-sin-kang untuk membasmi Kelaliman dan
512 Kejahatan. Sekalipun tidak begitu, ia tetap tak dapat melihat
sambil berpeluk tangan saja akan kejahatan2 yang tengah
berkecamuk dalam dunia persilatan dewasa itu.
Mawar Putih hanya dapat deliki mata. Tetapi pada saat
dara itu hendak membuka mulut, tiba-tiba terdengar suara
teriakan orang dari luar gua.
"Kalau gua ini gua buntu, masakan mereka mampu
meloloskan diri?" seru Lam-hay Sin-ni.
Iblis-penakluk-dunia menjawab agak pelahan, "Harap Sin-ni
jangan resah...."
Karena kelanjutan Iblis-penakluk-dunia berkata dengan
suara amat pelahan maka tak dapat ditangkap lagi
pembicaraannya.
Siau-liong terkejut. Ia teringat bahwa dinding gua yang
dibobolnya tadi masih terbuka. Jika Lam-hay Sin-ni dan Iblispenakluk-
dunia masuk ke dalam terowongan gua, mereka
tentu akan menemukan bobolan dinding itu dan dapat masuk
ke dalam ruang disitu. Sekalipun sudah mendapatkan kitap
pusaka Thian-kong-sin-kang tetapi ia belum sempat
mempelajarinya. Apabila Lam-hay Sin-ni sampai tahu, tentu
kitab itu akan direbutnya.
Cepat Siau-liong menyimpan kitab itu ke dalam bajunya lalu
kerahkan tenaga dalam bersiap-siap menghadapi segala
kemungkinan. Tetapi ternyata sampai sekian lama Lam-hay Sin-ni dan
Iblis-penakluk-dunia tak tampak masuk ke dalam gua. Dan
beberapa saat kemudian terdengar suara pekik bentakan yang
riuh disusul dengan suara yang amat hiruk pikuk.
513 Suara hiruk pikuk itu seperti suara orang berbaku hantam.
Sepintas mirip Lam-hay Sin-ni sedang menumpahkan
kemarahan untuk menghancurkan gua itu. Tetapi sepintas
juga mirip seperti rombongan Ceng Hi Totiang yang
mengadakan serbuan kepada mereka.
Sampai sekian lama, belum juga Siau-liong maupun Mawar
Putih dapat menduga apakah suara hiruk pikuk diluar gua itu.
Beberapa lama kemudian, suara hiruk pikuk itupun reda
dan suasaua sunyi senyap lagi.
Kata Siau-liong; "Lam-hay Sin-ni dan Iblis-penakluk dunia
tak mungkin begitu mudah melepaskan kita berdua. Paling
tidak sebelum hari terang tanah, kita tak dapat lolos keluar.
Dalam kesempatan ini, harap engkau suka beristirahat tidur
dulu...." Sejak hilangnya Siau-liong dari pondok Randa Bu-san pada
10-an hari yang lalu, memang tiap malam Mawar Putih tak
dapat tidur nyenyak. Tiga hari kemudian dengan membohongi
Randa Bu-san dan si dara baju hijau, diam-diam ia tinggalkan
pondok untuk mencari Siau-liong. Selama itu ia kurang tidur
kurang makan dan tak kenal letih. Begitu Siau-liong
mengingatkan supaya ia tidur, ia segera mengangguk dan
minta pemuda itu tidur juga. Selekas membaringkan diri maka
tidurlah Mawar Putih dengan nyenyak sekali.
Melihat dara itu sudah tidur, Siau-liong menghela napas.
Iapun segera duduk menghadap kelubang dinding bobol tadi
dan pejamkan mata bersemedhi. Tetapi ternyata pikirannya
penuh dengan berbagai persoalan. Lama sekali belum juga ia
mampu menenteramkan pikirannya.
Sampai saat itu keadaan diluar gua masih sunyi senyap.
Tampaknya Lam-hay Sin-ni dan Iblis penakluk-dunia benarTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
514 benar sudah tinggalkan tempat itu. Timbul dugaannya.
Adakah hiruk pikuk tadi benar-benar disebabkan terjadinya
penyerangan kepada Lam-hay Sin-ni dan Iblis-penakluk-dunia
sehingga kedua tokoh itu dapat dipikat untuk pergi dari situ"
Jika benar demikian, terang orang yang melakukan
serangan itu tentu seorang yang berilmu sakti!
Tiba-tiba ia mengambil keluar kitab pusaka Thian-kong-sinkang.
Tetapi ia bimbang dan tak dapat segera memutuskan
apakah ia perlu membuka halaman kitab itu.
Siau-liong menyadari bahwa dirinya takkan berumur
panjang. Jika tak membuka kitab itu, ia masih dapat
memberikannya kepada tokoh yang dianggapnya pantas
menjadi pewaris ilmu sakti itu. Tetapi kalau sekali
membukanya, dengan sendirinya dialah yang akan menjadi
pewaris Thian-kong-sin-kang.
Jika ia sampai tak dapat menunaikan tugas seperti yang
diamanatkan dalam kitab pusaka itu, bukankah berarti ia telah
mensia-siakan harapan Tio Sam-hong"
Ketika matanya tertumbuk pada sampul sutera kuning,
entah bagaimana kitab itu seolah-olah mempunyai daya tarik
yang hebat. Diluar kehendaknya timbullah keinginannya yang
keras untuk membuka kitab itu.
"Ah, paling banyak hanya sepenanak nasi, kitab ini tentu
sudah dapat kubaca habis. Mungkin Thian-kong-sin-kang itu
memang mudah untuk dipelajari.!" pikirnya.
Diapun ingat akan hasil lemparan mata uang tadi. Diamdiam
ia merasa Tio Sam-hong itu benar-benar seorang
pujangga yang dapat meramal dengan jitu. Dan arwah Tio
Sam-hong pun tentu tahu bahwa umurnya hanya tinggal satu
515 tahun. Namun kalau Tio Sam hong tetap menghendaki dia
yang menjadi pewaris Thian-kong-sin-kang, tentulah hal itu
sudah menjadi garis hidupnya.
Merenungkan hal itu tanpa ragu2 lagi ia segera membuka
lembaran kitab itu dan membacanya.
Siau-liong memang berotak cerdas. Kitab Thian-kong-sinkang
yang hanya terdiri dari belasan lembar itu, dalam waktu
sepenanak nasi Saja telah dapat dihafal semua.
Habis membaca, ia termenung agak meragu. Semula ia
mengira Thian-kong-sin-kang sebagai ilmu nomor satu di
dunia, tentu sukar dan dalam sekali pelajarannya. Tetapi
setelah membaca isi kitab itu. ia merasa hambar karena tiada
sesuatu yang luar biasa pada isinya.
Separoh yang dimuka, berisi pelajaran tentang ilmu
Pernapasan yang hampir sama dengan pelajaran dari ilmu
lain. yang berbeda hanya pada bagian memusatkan,
"Semangat, Hati, tujuan, pikiran, ketenangan, gerakan,
kekosongan dan kenyataan."
Memang ada beberapa bab yang belum dapat ia mengerti
antara lain tentang palajaran yang menyebut, "Dalam Tenang
timbul Gerak, dalam Gerak lahir Tenang...." dan lain baris
yang berbunyi: 'Kehendak lahir dari Pikiran. Pikiran
berhubungan dengan Hati. Semangat dan Kehendak bersatu,
Hati dan Semangat berjalin...."-dan lain-lain kalimat yang tak
dimengertinya. Separoh bagian yang dibagian belakang, memuat ilmu
Pukulan Thian-kong. Terdiri dari sebuah Pukulan, tiga buah
Tamparan dan empat buah Tutukan jari. Diterangkan dengan
jelas sekali. Setiap jurus disertai dengan gerak langkahnya.
Tetapi semua pelajaran itu tampaknya sederhana sekali.
516 Ilmu pukulan Thay-siang-ciang dari Pengemis Tengkorak
dan ilmu pukulan Membalik-langit serta ilmu pukulan Gun-gociang
ajaran tabib sakti Kongsun Sin-tho lebih indah dan sukar
dari ilmu pukulan Thian-kong-ciang itu.
Dalam kekecewaan, diam-diam Siau-liong bersangsi,
"Apakah ada orang yang sengaja memalsu dan kitab ini bukan
tulisan dari Tio Sam-hong cousu?"
Kalau tidak, mengapa kitab pusaka Thian-kong-sin-kang
yang begitu dimashyurkan kesaktiannya, ternyata begitu biasa
sekali" Tetapi pada lain saat ia harus membantah kesangsiannya
itu. Kalau memang benar sebelumnya ada orang yang sudah
masuk kemari, tentulah empat butir mutiara yang tak ternilai
harganya itu akan diambilnya. Nyatanya mutiara itu masih
berada ditempatnya!
Lenyapnya kesangsian, membuat Siau-liong mencurahkan
perhatiannya pada isi kitab itu lagi. Dalam waktu tak lama, ia
dapat membaca habis isi kitab itu.
Namun ia masih belum dapat menyelami inti daripada kitab
Thian-kong-pit-kip yang sudah termashyur ratusan tahun itu.
Kemudian ia coba untuk melakukan pernapasan sesuai
dengan petunjuk dalam kitab itu. Tetapi karena banyak kata2
yang tak dapat dimengerti, iapun tak dapat mempraktekkan
dengan tepat. Suatu hal yang mengejutkan hatinya telah terjadi, setelah
satu kali melakukan pelajaran Bernapas, ia dapatkan cara
Pernapasan yang tampaknya sederhana itu ternyata
mengandung sesuatu yang luar biasa. Ia rasakan dirinya
517 seperti terbenam dalam samudera dan terhanyut dibawa
alunan ombak. Setelah itu ia coba untuk melakukan gerak dari pelajaran
Pukulan-tamparan-tutukan, Walau pun keterangannya amat
jelas sekali tetapi dikala mempratekkan, ternyata sukarnya
bukan kepalang. Ada beberapa gerak yang ia anggap tak
mungkin dipraktekkan.
Ternyata setiap jurus itu mengandung beberapa gerak
langkah dan perobahan. Dan dalam keterangan tersebut,
perobahan itu sekaligus dilakukan dengan serempak dalam
dua atau tiga cara. Sudah tentu hal itu dianggap tak mungkin
oleh Siau-liong.
Tiba-tiba ia teringat akan kata2 dalam pelajaran ilmu
Bernafas. Disitu jelas disebut bahwa 'Dalam tenang timbul
Gerak. Dalam Gerak lahir Ketenangan'. Ah, apakah Thian-kong
itu benar-benar begitu islimewa saktinya" tanpa
menggerakkan tangan, sudah dapat bunuh lawan"
Dengan kecerdasan otaknya. dapatlah Siau-liong menyadari
bahwa ilmu pukulan yang terdiri dari sebuah Tinju. tiga
Tamparan, empat tutukan jari itu, tentu harus dilembari
dengan pelajaran yang pertama yakni ilmu bernafas.
Dan setelah melakukan pernapasan beberapa kali,
walaupun masih belum dapat keseluruhannya, tetapi makin
menambah kepercayaannya....
Untuk yang ketiga kalinya, ia mengulang baca sekali lagi
kitab itu.... Saat itu ia merasa telah dapat menghafal isinya
diluar kepala. "Ah, Thian-kong sin-kang yang tampaknya sederhana itu,
ternyata mengandung inti pelajaran yang dalam sekali. Tak
518 mungkin dapat kupelajari dalam waktu sehari semalam saja.
Saat ini aku aku masih teramcam bahaya. Walaupun aku
masih dapat menghadapi Iblis penakluk-dunia dan Dewi
Neraka, ia masih sanggup menghadapi. Tetapi kalau dengan
Lam-hay Sin-ni, ia merasa masih kalah. Jika kitab pusaka itu
sampai dapat direbut lawan bukankah ia berdosa terhadap
pencipta kitab itu"
Siau-liong merenung diam. Sekonyong-konyong ia
genggam kitab itu lain meremasnya.
Thian-kong-pit-kip, kitab pelajaran ilmu Thian-kong-sinkang
yang sudah berumur ratusan tahun saat itu hancur lebur
berhamburan menjadi abu.
Ia menghela napas lalu mencoba lagi untuk
mempraktekkan ilmu Bernapas dalam kitab itu. Saat itu
ketegangan hatinya sudah banyak reda. Dengan tenang ia
melakukan ilmu pernapasan dan tak lama dapatlah pikirannya
tenggelam dalam alam kehampaan.
Entah berlangsung berapa lama, ia terkejut mendengar
desir ujung baju. Ketika membuka mata, tampak Mawar Putih
sedang ter-longo2 memandang hamcuran kitab yang
bertebaran di tanah.
"Engkau sudah bangun?" Siau-liong tersenyum.
Sambil menuding pada abu kertas yang berserakan dilantai,
dara itu bertanya, "Apakah itu?"
Siau-liong menghela napas kecil, "Yah, itulah kitab pusaka
Thian-kong-pit-kip...."
"Engkau menghancurkannya....?" Mawar Putih menjerit
kaget tetapi pada lain saat ia tertawa, "Jadi engkau sudah
519 memutuskan takkan mencampuri pergolakan dunia persilatan
lagi dan bersama aku keseberang lautan menghadap
ibumu...."
Rupanya perasaan dara itu tegang sekali. Belum Siau liong
menyahut, ia sudah melanjutkan kata2nya, "Jika engkau suka
kita tinggal saja dipulau itu dan tak menginjak kedunia
persilaian se-lama2nya!"
Siau-liong menghela napas rawan, "Aku bukanlah orang
yang bekerja kepaiang tanggung. Selama urusan disini belum
selesai, tak dapat kutinggal pergi. Sekalipun kitab pusaka itu
sudah hancur tetapi seluruh isinya sudah dapat kuhafal
semua. Dengan begitu aku telah tambah sebuah beban yang
berat!" Berkata Mawar Putih dengan serak, "Semua terserah
padamu sajalah! Mungkin ibu angkatku itu benar...."
"Siapa ibu angkatmu?" Siau-liong terkesiap.
Menatap Siau-liong, dara itu memberi jawaban kepada


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang bukan ditanyakan, "Lebib baik kita lekas tinggalkan
tempat ini. Mungkin Lam-hay Sin-ni dan kedua suami isteri
iblis itu sudah pergi!"
Habis berkata dara itu terus menghampiri ke lubang,
bobolan. Sesaat Siau-liong kehilangan faham. Ia tak dapat
menghadapi rasa kasih yang dicurahkan dara itu. Tiba-tiba ia
tersadar dan cepat loncat mendahului.
Kedua suami isteri iblis itu banyak tipu muslibatnya, biarlah
aku yang mempelopori jalan!" serunya terus merangkak ke
dalam terowongan. Mawar Putih mengikuti dibelakangnya.
520 Tak lama kemudian mereka tiba di dalam gua yang
berdinding tanah. Searus hawa busuk dan anyir segera
menampar hidung.
Gua itu tak berapa dalamnya. Setelah memeriksa, Siauliong
yakin tiada terdapat bekas seseorang lain yang Balik
kesitu. Pun keadaan diluar gua sunyi senyap. Lam-hay Sin-ni
dan kedua suami isteri iblis itu benar-benar sudah pergi.
Ketika berpaling. diam-diam Siau-liong terkejut. Ternyata
dari dalam gua itu tampak jelas sekali bobolan dinding dan
ruang lempat penyimpanan harta pusaka. Sekali Lam-hay Sinni
dan kedua suami isteri iblis masuk, tentu dengan cepat
mereka mengetahui tempat penyimpanan harta pusaka itu.
Diam-diam Siau-liong merasa aneh juga. Menpapa setelah
menunggu diluar sampai sekian lama rombongan Lam-hay
Sin-ni tak mau memasuki gua dan malah pergi"
Melihat Siau-liong terlongong, Mawar Putih mendengus lagi
terus melesat keluar.
Siau-liong kaget dan cepat2 berseru, "Nona"
Mawar Putih hentikan langkah, berpaling, "Mengapa?" "
Nadanya sedingin es. Agaknya dara itu masih penasaran.
Siau-liong menatap sejenak, tertawa, "Jika engkau dalam
penyamaran begitu, tentu...."
Kiranya saat itu Mawar Putin masih menyaru sebagai Dewi
Ular Ki Ih, Tetapi ketika masuk ke dalam gua, terpaksa ia
lepaskan kerudung mukanya.
Setelah mengawasi dirinya sendiri, dara itupun tertawa lalu
mengenakan kerudung muka lagi.
521 Siau-liong kerutkan alis, ujarnya, "Saat ini Ceng Hi totiang
sedang memimpin penyerbuan ke Lembah Semi. Banyak
tokoh2 persilatan yang sudah tiba. Dahulu ibuku banyak sekali
mengikat permusuhan dengan partai2 persilatan, sebaiknya
nona...." "Baiklah, kalau begitu aku tak mengenakan pakaian ini!"
Mawar Putih tertawa dingin.
Karena masih mengkal Siau-liong tak mau diajak ke
seberang lautan, dara itu marah. Dua tiga kali gerakan
tangan, ia merobek kain kerudung dan pakaian
penyamarannya. Siau-liong hanya dapat menghela napas, ujarnya, "Adakah
sedikit pun nona tak mengerti diriku" Ah...." "kembali ia
menghela napas dengan penuh kerawanan.
Mawar Putih cebirkan bibir. Sikapnya tetap dingin. Ternyata
dara itu sedang berjuang keras untuk menahan turunnya air
mata. Setelah menguatkan perasaannya lalu sejenak memandang
ke arah terowongan, Siau-liong berkata, "Harta benda
peninggalan Tio Sam-hong masih ada 3 peti besar...."
"Isinya tentulah harta karun yang berlimpah-limpah
menyamai gudang negara. Bawalah pulang sendiri...." tukas
Mawar Putih....
Siau-liong menghela napas; "Aku bukan orang yang tamak
harta. Hanya saja, kalau harta karun ini sampai jatuh
ketangan manusia jahat tentu lebih menambah kejahatannya.
Lebih baik diberikan kepada badan amal dan menolong kaum
fakir miskin!"
522 Mawar Putih tertawa ewah, "0, kiranya engkau seorang
yang berhati mulia...."
Siau-liong tahu bahwa dara itu masih penasaran
kepadanya. Sejenak merenung, sekonyong-konyong ia
dorongkan kedua tangannya kemuka. "Bruk".... terdengar
bunyi menggemuruh disusul dengan hamburan debu dan
pasir. Langit gua hancur dan rubuh menutup terowongan
dengan bobolan dinding ruang penyimpan harta pusaka.
Sepintas pandang menyerupai sebuah gua yang rusak
tertimbun tanah. Jika tak digali, tak mungkin diketemukan.
Mawar Putih membersihkan tanah pada bajunya lalu
melangkah keluar.
"Nona...." cepat Siau-liong menghadang lagi....
"Mengapa lagi?" tanya Mawar Putih.
"Diluar penuh dengan alat jebakan. Mungkin kedua suami
isteri iblis itu belum pergi...."
Mawar Putih menukas dengan tertawa keras, "Kiranya
nyalimu besar sekali! Nah, silahkan engkau tinggal disini
selamanya...." tiba-tiba ia berganti nada; "sekarang engkau
sudah menjadi pewaris ilmu Thian-kong-sin-kang. Pendekar
besar dalam dunia persilatan! Silahkan engkau disini
mengunjuk kesaktianmu itu! Aku akan pergi...."
Dara itu cepat2 berpaling agar dua titik air mata yang
menetes dari sudut pelupuknya, tak terlihat Siau-liong.
Kemudian sambil menghunjam-hunjamkan kaki ke tanah, ia
menggeram. "Aku segera akan kembali keseberang laut dan
takkan datang ke Tionggoan lagi!"
523 Sekali melesat, dara itu sudah loncat keluar gua. Saat itu
Siau-liong masih termakan oleh kata2 tajam dari Mawar Putih.
Ia terkejut karena dara itu melesat keluar. Cepat ia mengejar.
Saat itu ternyata fajar sudah mnlai menyingsing. Angin
meniup segar, Mawar Putih lari menuju ke dalam hutan.
Tetapi pada lain saat terdengar suara bentakan bercampur
bergemerincing senjata beradu!
Walau pun teraling pohon yang lebat dan tak dapat melihat
jelas, tetapi Siau-liong cepat dapat menduga bahwa Mawar
Pulih tentu bentrok dengan rombongan orang gagah anak
buah Ceng Hi totiang yang tengah menyerang Lembah Semi.
Ketika Siau-liong menerobos masuk ke dalam hutan,
tampak Mawar Putih sedang berhantam dengan empat lelaki
berpakaian ringkas. Keempat pengeroyok itu menggunakan
golok, pedang dan golok pendek. Sedang di tepi tempat
pertempuran itu berjajar beberapa belas orang yang
menyaksikan pertempuran itu.
Rupanya Mawar Putih hendak tumpahkan kemarahannya
pada keempat orang itu, pedang Kilat dimainkan laksana
hujan mencurah. Ganasnya bukan kepalang.
Tetapi keempat orang itupun memiliki kepandaian tinggi.
Apalagi mereka maju serempak. Maka buyarlah maksud
Mawar Putih hendak mencincang mereka, kebalikannya ia
masih terdesak pontang panting.
Sejenak tertegun, Siau-liong lalu berseru menghentikan
mereka dan secepat kilat ia loncat menghampiri.
Tetapi iapun cepat disambut oleh belasan orang bersenjata
yang mengepungnya. Selain permainan senjata yang cepat
524 dan gencar, pun mereka dapat menempat diri dalam posisi
yang sesuai. Seolah-olah seperti sudah terlatih dalam suatu formasi
barisan. Sudah tentu hal itu mengejutkan Siau-liong.
Sedang keempat orang yang mengeroyok Mawar Putih itu
tak mengacuhkan dan tetap manyerang dengan gencar.
Tiba-tiba beberapa tombak jauhnyn, muncul seorang lelaki
bermuka brewok. Bergegas-gegas ia menghampiri,
memandang Siau-liong, lalu mencabut panji putih segi tiga
yang terpancang di bahunya, melambaikan seraya berseru,
"Mundur....!"
Belasan orang yang mengepung Siau-liong segera
menyingkir kesamping. Demikianpun keempat orang yang
menyerang Mawar Putih itu, juga loncat mundur.
Pendatang yang bermuka brewok itu tertawa gelak2. Ia
melangkah maju kehadapan Siau-liong, memberi hormat,
"Pendekar Laknat!"
Seorang lelaki yang bertubuh tinggi besar, alis tebal mata
bundar. Sekujur mukanya hampir tertutup oleh brewok.
Seorang lelaki yang benar-benar gagah perkasa, mirip dengan
Tio Hwi, seorang pahlawan termashyur pada jaman Sam Kok.
Siau-liong balas memberi hormat, "Saudara ini....?"
Dengan suara menggeledek, oran
Dewi Ular 2 Asmara Berdarah karya Kho Ping Hoo Pendekar Cacad 13
^