Pendekar Setia 12
Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Bagian 12
Maklumlah, aku tidak dapat memerintah mereka ber-empat."
"Jiu-peng," kata Pek-ling. "asalkan kau mau turun tangan, kakek cacat itu pasti bukan tandinganmu."
"Kungfuku sudah telantar sangat lama, mungkin bukan tandingannya?" ujar si nikoh tua. Lalu ia keluar dari tempat duduknya dan berbicara terhadap can-pi-soh, "Kakek cacat. Aku ingin berunding denganmu, entah kau mau dengarkan atau tidak?"
"Silakan bicara. kupasang kuping mendengarkan," sahut can-pi-soh.
"Apakah kau mau menjual suatu kebaikan " kata si nikoh bermuka buruk.
"coba katakan, ingin kutahu dulu apakah berharga kubeli tawaranmu atau tidak." jawab can-pi-soh.
"Kuminta agar kedua pihak kita sama-sama tidak ikut campur urusan ini." kata si nikoh tua.
"Jika aku tidak mau, umpamanya?"
"Bila demikian, sebelum keenam babak pertandingan dilanjutkan, biarlah kita berdua menentukan kalah menang lebih dulu."
"ck ck-ck. untuk ini, kukira tidak perlu mengikat permusuhan denganmu. "jawab Can-pi-soh sambil berkeCek.
"Jika engkau tidak mau mengikat permusuhan dengan Bu-eng-bun. maka kuharap kau beli persahabatan yang kutawarkan ini."
"Bagiku, duit diatas segalanya," ujar Can-pi-soh dengan tertawa. "Maka perlu kuketahui lebih dulu apa imbalan persahabatan yang kau tawarkan ini."
"Bu-eng-bun pasti akan ingat untuk membalas kebaikanmu, "jawab si nikoh tua dengan kurang senang,
"Jawaban ini kurang realistis," ujar Can-pi-soh sambil menggeleng.
Melibat pendirian si kakek buntung ada tanda-tanda akan goyah, cepat Go Lam-thian berseru. "Cianpwe, jangan kau ingkar janjimu setengah jalan, kan sudah kau terima pembayaran kami?"
"Ingkar janji setengah jalan" Wah, ucapanmu ini terlalu menusuk telinga," ucap si kakek sambil berkecekskecek.
"Jangan lupa, Cianpwe telah menjamin pihak kami pasti takkan kalah," seru Go Lam-Thian pula,
"Betul, memang pernah kukatakan begitu." ujar si kakek. "Tapi hal itu adalah karena tersedia satu peti batu permata di atas mejaku, sekarang kukembalikan peti ini utuh bersama isinya, silakan kau ambil kembali."
"Apa artinya ini, cianpwe?" seru Go Lam-thian dengan gugup, . .
"Apalagi" Kukembalikan pembayaranmu, janjiku juga kutarik kembali," seru si kakek sambil tertawa.
Ia tidak menghiraukan Go Lam-thian lagi, katanya kepada si nikoh tua, "Nah. nikoh buruk, sudah kau dengar sendiri apa yang terjadi sekarang .Jadinya orang tua telah kehilangan satu peti batu permata . "
"Lantas imbalan apa yang kau minta?" tanya si nikoh tua.
"Seketika tak dapat kupikirkan apa imbalan yang kuminta, cukup asalkan kau janji kelak akan kaupenuhi bilamana sewaktu-waktu kutagih utang padamu." seru Can-pi-soh dengan tertawa.
Nikoh tua bermuka buruk memandang Cin Pek-ling sekejap. lalu berkata, ^"Baiklah"
"Janji di depan para kesatria yang badir ini masakah takkan kau penuhi kelak." ujar si kakek dengan gembira.
Melihat akalnya sudah mencapai sasarannya, Cin Pek-ling memberi hormat kepada si nikoh tua dan berkata, "Terima kasih,Jiu-peng"
Ia berpaling dan berseru dengan gembira terhadap Kan Ciau-bu, "Nah. Boan-hoa-kun, sekarang pertandingan boleh dilanjutkan- Kita sama-sama tidak perlu mengandalkan bantuan orang lain dan boleh mengukur tenaga sejati masing-masing."
"IHm, memang seharusnya demikian, kan pihakmu yang memakai tipu muslihat lebih duu," ejek Kan Ciau-bu.
Kedua pihak lantas menampilkan lagi 12 orang ketengah kalangan- Mereka tidak perlu takut lagi akan terbuuuh, maka semuanva mengeluarkan kemahiran masing-masing untuk bertempur.
Pertarungan ini jadi sangat seru, belasan jurus kemudian, kedua pihak lantas saling labrak dengan senjata. Kini bukan lagi pertandingan menentukan kalah menang asal menyentuh lawan saja, tapi saling labrak mati-matian tanpa kenal ampun.
Keadaan tambah tegang, suasana semakin ngeri, yang menang terluka, yang kalah binasa, ruang pesta seketika banjir darah.
Melihat pembunuhan yang mengerikan ini, para hadirin ada yang geleng-geleng kepala, ada yang merasa pua dapat menyaksikan pertarungan sengit ini. bilamana ketegangan memuncak. banyak tetamu yang meneggak arak. Dan begitu arak dalam guci habis, guci baru segera diantarkan lagi.
Pada guci arak yang disuguhkan belakangan ini, isinya tidak berbeda dengan arak yang duluan, tapi gucinya ada kelainan, hal ini tidak diperhatikan oleh mereka.
Minum arak sambil menyaksikan pertarungan seru, sungguh tontonan yang menyenangkan. Maka secawan demi secawan semua orang asyik menenggak arak. tanpa terasa isi guci besar juga sudah mereka habiskan dalam waktu sekejap.
Hanya pada meja. si nikoh bermuka buruk itu, guci arak yang disuguhkan itu sama sekali tidak dijamah. Mereka berlima benar-benar tidak makan dan minnm apa pun.
Dalam pada itu pertarungan antara ke-120 murid masing-masing pihak itu sudah tinggal babak terakhir saja, korban yang jatuh dalam sembilan babak yang telah berlangsung itu kira-kira seimbang.
Cin Pek-ling menaruh harapan besar terhadap anak murid yang majupada babak terakhir itu, apabila ke-12 murid ini menang seluruhnya, maka berarti pula pihak Thay-yang-bun keluar sebagai pemenang.
Dia juga minum arak dengan tangan berkeringat dingin, diperhatikannya setiap perubahan ditengah kalangan, ke-12 murid pada babak terakhir ini merupakan inti kekuatannya, ia percaya kemenangan pasti tidak menjadi soal.
Di sebelah lain Kan ciau-bu ternyata juga adem ayem saja, sama sekali dia tidak menghiraukan kalah menang pada babak terakhir ini.
Selagi ke-12 partai yang bertanding itu memuncak ketegangannya, sekonyong-konyong ada orang berteriak. "Di dalam arak ada racun"
Seketika terdengarlah suara gedubrakan, para penonton berturut-turut roboh terbanting kebawah meja.
Sungguh lihai racun ini, begitu mulai bekerja korbannya seketika jatuh pingsan.
Ke 12 partai yang sedeng bertanding itu sebelumnya juga sudah minum arak dari guci yang disuguhkan kemudian, maka sampai disini, mendadak pertempuran juga berhenti, sebab ke-24 orang serentak juga roboh terjungkal.
Dalam waktu singkat beberapa ratus orang sudah roboh sebagian besar, yang belum roboh juga sudah sempoyongan dan akhirnya pasti juga ambruk-
Akhirnya yang masih berduduk tinggal Kan ciau-bu bersama dua pembantunya dan orang yang duduk di meja si nikoh tua bermuka buruk itu. Kedua pembantu Kan ciau-bu itu ialah Go Lam-thian dan ce Ti-peng.
Dengan pongahnya Kan ciau-bu memandang sekelilingnya, katanya dengan tertawa, "Akhirnya semuanya masuk perangkapku juga"
Dia bertepuk tangan tiga kali, dari sekitar ruangan lantas membanjir masuk anggota Goat-heng-bun dan anak buah Thi-bang-pang.
Kan ciau-bu memberi perintah, asalkan bukan kawan sendiri, semuanya ditutuk Hiat-to kelumpuhannya, diringkus atau kalau perlu dibunuh.
Cin Pek-ling tidak sedikit menenggak arak beracun, dalam keadaan tak sadar iapun menjadi tawanan-
Agaknya si nikoh tua bermuka buruk itu mempunyai hubungan istimewa dengan Cin Pek-ling pada masa lampau, maka sekuatnya dia menerjang maju dan Cin Pek-ling dapat dirampasnya.
Selagi beberara anggota Thi-bang-pang hendak meringkus Can-pi-soh yang terkapar di samping meja, mendadak kakek itu melompat bangun, sekali kaki menyapu, kontan beberapa orang itu di-serampang roboh.
Nikoh yang datang bersama Canpi-soh dan mengaku orang Cu-pi-am itu sejak awal tadi sampai akhir tidak pernah buka suara, sekarang iapun roboh pingsan. Segera Can-pi-soh mengempitnya
dan menerjang keluar. "Satu pun tidak boleh dibiarkan lolos" teriak Kan ciau-bu.
Padahal yang masih hidup benar tertinggal Can-pi-soh, si nikoh tua bermuka buruk dan ke-empat perempuan muda berkerudung itu.
Nikoh tua mengempit Cin Pak- ling dan terkepung rapat oleh berpuluh orang Goat-heng-bun Ke-empat perempuan muda itu sebenarnya tidak mau turun tangan, tapi demi mendengar perintah Kan ciau-bu yang tidak boleh lolos seorang pun, serentak mereka lantas menyerang musuh yang mengepungnya.
Kungfu mereka berempat memang sangat tinggi dan sukar diukur, berbeda si nikoh tua yang agak kerepotan karena membawa Cin Pek-ling, mereka menyerang dengan lincah dan ganas, setiap jurus serangan selalu mematikan lawan-
orang yang mengerubut Can-pi-soh terlebih banyak lagi, malahan semuanya terdiri dari jago pilihan Goat-heng-bun. Si kakek buntung itu mengempit si nikoh dengan tangan kanan, hanya kedua kakinya saja yang bekerja cepat untuk menerobos kepungan, dengan sendirinya keadaannya cukup repot.
Dilihatnya musuh yang mengepung bertambah banyak^ bilamana tidak turun tangan keji mungkin sukar lagi meloloskan diri.
Mendadak dia membentak. aneh juga, jelas tangan kirinya buntung dan kelihatan lengan bajunya barkibaran- mendadak dari dalam lengan baju terjulur keluar sebuah tangan yang memakai sarung tangan berwarna emas, sekali tangan kiri itu bekerja, sekaligus belasan orang dibinasakan-
orang yang terbunuh itu ada yang pecah kepalanya, otaknya berceceran, ada yang dadanya remuk terpukul sehingga isiperut berhamburan- Kematian yaing mengerikan ini membuat jeri para pengerubutnya sehingga tidak berani mendekat lagi.
Ketika dilihatnya si nikoh bermuka buruk dalam keadaan bahaya, segera ia gunakan langkah ajaib untuk menerobos keluar dari
kepungan yang agak mengendur itu sehingga berada di sampiag si nikoh muka buruk.
Begitu tangan kiri berwarna emas itu menyambar, dalam sekejap dilancarkan lebih 20 jurus serangan- Setiap serangan tidak pernah kosong, satu kali serang seorang roboh, lebih 20 kali serang juga likuran orang terjungkal dan mati dalam keadaan yang mengerikan-
Serangannya yang keji dan ganas ini sungguh sangat lihai, entah siapa yang menyerit karena ketakutan, para pengepung itu serentak menyurut mundur.
Sisa anggota Goat-heng-bun yang lain tentu saja takut mati, maka beramai-ramai mereka pun melompat mundur.
Sesudah bergabung dengan nikoh bermuka buruk itu, dengan suara tertahan kakek buntung itu mendesis, "Mari kita terjang keluar bersama."
"sesungguhnya siapa kau?" tanya si nikoh tua dengan sangsi.
"Haha, aku inilah can-pi-soh" jawab kakek sambil tergelak.
Tapi siapa yang mau percaya, jelas kedua tangannya tidak ada yang cacat, lebih-lebih kungfu sakti yang dilancarkan tangan kirinya itu sungguh tidak kepalang lihainya, betapapun orang tidak percaya dia seorang cacat.
Dalam pada itu, biarpun ilmu silat keempat perempuan muda itu cukup tinggi, namun mereka adalah orang perempuan yang berbadan lebih lemah dan tak dapat bertempur terlalu lama, keadaan mereka sekarang sudah payah, napas terengah-engah dan mandi keringat, meski belum kelihatan berbahaya, jelas sulit untuk meloloskan diri dari kepungan musuh.
Salah seorang perempuan muda itu bertubuh lebih lemah daripada ketiga kawannya, kelihatan dia masih menyerang dengan jurus yang hebat, namun sesungguhnya sudah kehabisan tenaga. Mendadak ia berteriak nyaring. "Yu Wi, tidak lekas kau bantu diriku?"
Kiranya can-pi-soh atau si kakek buntung adalah samaran Yu wi, orang lain tidak mengenalnya, tapi sejak tadi Pek-yan sudah tahu kakek cacat ini samaran anak muda itu.
"Jangan kuatir, Pek-yan, akan kubantu" teriak Yu Wi.
Mendengar nama Yu Wi, seketika pucat wajah Kan ciau-bu. ia heran apakah anak muda itu bisa hidup kembali"Jangan-jangan dahulu cuma pura-pura mati saja terkena pukulannya"
Yang lebih aneh lagi adalah jelas minum arak beracun, mengapa dia tidak keracunan seperti yang lain" Kan ciau-bu menjadi sangsi jangan-jangan Yu Wi telah berlatih sehingga mencapai tingkatan yang sempurna dan tidak mempan diracun-
Padahal sebabnya Yu Wi tidak keracunan bukan karena ilmunya sudah mencapai tingkatan sempurna, apa yang disebut tidak mempan racun adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Soalnya tadi keburu Yu Wi merasakan didalam arak beracun, pada saat belum pingsan benar cepat ia mengeluarkan Jit-yap-ko dan diciumnya dengan keras. Bau harum jit-yap-ko dapat menawarkan obat Bius, maka waktu anggota Thi-bang-pang hendak meringkusnya segera ia melompat bangun.
Begitulah Yu Wi terus menerjang kedepan, kemana dia tiba tiada seorang pun mampu merintanginya .
Pek-yan masih lemah karena habis melahirkan, tenaganya belum pulih seluruhnya. sekali ini Bu- eng-bun telah menerima pembayaran besar dari Cin Pek-ling, tapi cin Pek-ling menuntut agar keempat duta Bu-eng-bun harus keluar seluruhnya. Mengingat uang, maklumlah, memang itulah pekerjaan mereka, maka empat nooa Bu-eng-bun telah keluar sekaligus.
Adapun nikoh tua bermuka buruk itu adalah Soh-sim, ibu kandung Pek-yan.
orang Bu- eng- bun yang menerima order pekerjaan biasanya dilakukan oleh perempuan muda yang menjadi ahli waris selanjutnya, orang tua harus mengundurkan diri dan menjadi nikoh
untuk melayani putrinya sendiri dan tidak ikut campur bisnis lagi. Sebabnya nikoh bermuka buruk ini ikut datang adalah karena kesehatan Pek-yan belum pulih kembali, maka dia ingin menjaganya.
Pek-yan tidak tahan bartempur lama, ia tahu bila bertahan lebih lama lagi bukan mustahil jiwanya bisa melayang apabila sedikit meleng saja, maka ketika Yu Wi muncul dalam samarannya sebagai can-pi-soh, biarpun samaran anak muda itu sangat persis, namun tutur kata dan gerak-geriknya tidak dapat ditutupi seluruhnya, orang yang pernah hidup berdekatan dengan dia pasti dapat melihatnya.
Pek-yan sudah melahirkan anak Yu Wi meski isteri tidak resmi, dengan sendirinya sudah cukup dikenalnya Yu Wi dari dekat. Semula sebenarnya dia juga tidak berani memastikannya, tapi setelah Yu Wi menggunakan tangan buntung samarannya segera Pek-yan tidak sangsi lagi.
Dalam keadaan bahaya, dengan sendirinya ia berteriak minta tolong kepada Yu Wi, meski dia tahu akan kurang menguntungkan bilamana samaran Yu Wi dibongkarnya, tapi keadaan terpaksa, tidak dapat berpikir banyak lagi.
Berpuluh orang yang mengepung Pek-yan itu juga sudah tahu keperkasaan Yu Wi. bahkan caranya membunuh orang sangat ganas, maka semuanya menjadi jeri bila didekati anak muda itu.
Yu Wi kenal watak Pek-yan yang kepala batu. kalau tidak terpaksa tidak nanti minta tolong padanya, jelas keadaan nona itu sekarang sudah payah, maka cepat ia menubruk kesana, tangan saktinya bekerja cepat, sekali hantam satu korban, ber-turut2 ia merobohkan lagi belasan orang, semuanya kepala pecah dan otak berhamburan-
Yu Wi sudah memutuskan untuk melakukan tindakan ganas, sekali mau main bunuh harus bikin pecah nyali musuh.
Benar juga, setelah sebagian pengerubut Pek-yan itu dibinasakan, yang lain menjadi ketakutan dan menyurut mundur dengan cepat.
Mereka benar-benar sangat takut terhadap Yu Wi, terhadap tangan sakti yng lihai itu.
Setelah Yu Wi membebaskan Pek-yan dari kepungan musuh, nona itu sudah kehabisan tenaga, ia jatuh terduduk dengan lemas.
si nikoh tua menguatirkan keselamatan anak perempuannya, cepat ia mamburu maju untuk mengurut tubuh Pek-yan- Yu Wi juga melepaskan nikoh yang dikempitnya itu. Nikoh ini bukan lain ialah Ko Bok-ya alias Soh-sim.
Di sekitar mereka masih mengepung musuh yang tidak terhitung jumlahnya, tapi lantaran jeri terhadap Yu Wi, siapa yang berani menerjang maju" Mereka hanya menyaksikan Yu Wi mengeluarkan Jit-yap-ko untuk diendus oleh Bok-ya,
Sungguh terlalu, sekian banyak orang yang mengepung, tapi musuh dibiarkan berbuat sebebasnya. Entah siapa yang berteriak lebih dulu, "Serbu" Karena anjuran ini, serentak belasan orang menerjang maju lagi.
Tapi Yu Wi tetap tenang saja, jangankan dia, sekalipun si nikoh tua bermuka buruk juga tidak menghiraukannya, ia percaya kepada kemampuan Yu wi, segalanya tentu akan aman, maka tanpa melirik ia tetap menguruti Pek-yan.
Yu Wi sibuk mengendusken Jit-yap-kopada hidung Ko Bok-ya yang dipangkunya, ia berjongkok tanpa bergerak. Tapi ketika seorang musuh berpedang menyerang, mendadak tangan kirinya meraih kebelakang, dengan tepat tangkai pedang lawan terpegang, malahan orang itu ingin melepaskan pedang saja tidak sempat, tangan dan tangkai pedang terpegang sekaligus.
Yu Wi tidak banyak pikir, juga tidak membuang waktu sedetik pun, Begitu terpegang. pedang segera menyabat kebelakang, orang itu juga ikut melayang dengan masih memegangi tangkai pedang .
Yang diserang Yu Wi adalah penyerbu pada barisan terdepan, kemana sinar pedang menyambar, tiada seorang pun yang lolos, semuanya terkutung menjadi dua sebatas pinggang, dengan
sendirinya kejadian ini menghalangi penyerbu yang berada dibelakang.
Pada saat yang hampir sama, orang yang masih memegang tangkai pedang jugaterpotong-potong oleh senjata para penyerbu sehingga bagian tubuh berhamburan, hanya tertinggal telapak tangannya yang masih menggenggam tangkai pedang yang terpegang Yu Wi itu.
Serangan Yu Wi ini sungguh luar biasa dan mengerikan, betapa tidak takut mati juga ciut nyalinya, jika maju pasti mati, biarpun seribu kali tidak takut mati juga tiada gunanya.
Seketika kegaduhan meniadi mereda, kepungan masih rapat, tapi tidak ada yang bergerak lagi, dengan air muka pucat takut semuanya memandang kelima musuh yang berada di tengah.
Bok-ya siuman, Pek-yan juga sudah mulai pulih tenaganya, empat orang serentak berdiri, Yu Wi membuang pedangnya, tangan pemilik pedang itu masih tetap menggenggam kencang pada tangkai pedangnya.
Dengan kuatir Pek-yan berkata kepada Yu Wi, "Mohon engkau suka membantu ketiga cici agar mereka tergabung dengan kita."
Yu Wi mengangguk, begitu langkahnya bergerak. para pengepungnya lantas menyingkir dengan ketakutan-
Ketiga kakak Pek-yan itu masing-masing bernama Gin Joat, Tho-kin dan Klok-gim. Kungfu mereka juga tergolong tup, musuh yang hadir di sini tiada satu pun bisa menandingi mereka. Tapi karena pertempuran berlangsung cukup lama, kini lengan mereka pun terasa pegal linu, keadaan cukup gawat.
Yu Wi terus melangkah maju, kemana dia tiba, para pengerubut disitu lantas bubar. Tiada seorang pun berani menyerang.
Hampir meledak perut Kan ciau-bu saking gemasnya, percuma ribuan anak buahnya itu, ternyata semuanya tukang gegares belaka. Padahal mereka tidak dapat disalahkan, sesungguhnya Yu Wi terlalu
lihai bagi mereka, sedangkan Kan ciau-bu sendiri juga tidak berani maju menghadapinya.
Dengan dipimpin Yu Wi, segera mereka melangkah keluar. Yu Wi paling depan, dibelakangnya mengikut Bok-ya, si nikoh tua dan Pek-yan berempat, cin Pek-ling masih belum sadar dan tetap berada dalam pondongan si nikoh tua.
Setiba pintu luar, disitu berdiri tiga orarg kakek kekar dengan rambut dan jenggot sudah memutih perak.
Dari cara berdiri ketiga kakek itu, Yu Wi tahu mereka paati bukan sembarang orang dan jauh untuk bisa dibandingi dengan musuh yang berada didalam tadi.
Ketiga kakek yang lain daripada yang lain itu berdiri satu didepan dan dua dibelakang, yang di depan segera menegur Yu Wi, "Apakah hendak pergi begini saja?"
"Kalau tidak begini lantas bagaimana?" jawab Yu Wi.
"Sudah cukup kau pamer kegagahanmu, orang yang kau bunuh tidak sedikit jumlahnya, kami juga menyadari tidak mampu menahan dirimu, jika sekarang kau mau pergi, boleh, silakan" kata kakek itu.
"Dan bagaimana dengan kawanku?" tanya Yu Wi "Asaikan mereka suka boleh ikut pergi bersamamu,"
"Lantas apalagi yang kalian rintang i?"
"Yang bukan kawanmu tidak boleh ikut pergi" ucap si kakek dengan tegas.
"Siapa yang kau maksudkan?" tanya Yu Wi.
"Dia," sahut si kakek sambil menuding cin Pek-ling yang berada dalam rangkulan si nikoh tua bermuka jelek. "Pejabat ketua Thay-yang-bun sekarang."
"Betul, dia memang tidak boleh ikut pergi bersamaku, dia bukan kawanku," kata Yu Wi.
"Kami tahu, makanya kami harus menahannya disini," ucap si kakek.
Yu Wi berpaling, tapi belum lagi dia bicara. mendadak si nikoh bermuka buruk berteriak. "Tidak. orang ini harus kubawa pergi,"
Nikoh tua bermuka buruk yang juga bergelar Soh-sim itu adalah ibu kandung Pak-yanjudi sama dengan ibu mertua Yu Wi, betapapun anak muda itu harus membelanya, maka dia berpaling kembali sambil angkat pundak. katanya kepada si kakek. "Apa boleh buat, meski dia bukan kawanku, tapi dia adalah kawannya kawanku."
"Jika demikian, bila kami main rampas orang dengan kekerasan, kau pun akan ikut campur?" tanya si kakek,
Yu Wi menggeleng. "Aku tidak perlu ikut campur, cin Peks ling juga terhitung musuh ku jika kalian bunuh dia kan kebetulan bagiku dan tiada sangkut paut dengan urusanku."
"Baik, boleh kita berkawan, aku she Koh bernama Peng," kata si kakek. lalu ia tuding kedua kawan dibelakangnya, "Kedua orang ini adalah saudara angkatku, namanya Tan Ho dan Kan Hou."
"cayhe Yu Wi," segera anak muda itupun memperkenalkan diri sambil menjura.
Pada saat itu Kan-ciau-bu juga telah keluar. melihat ketiga Tiang lo atau orang tua perguruannya sedang bercengkeraman dengan musuh, dengan kurang senang ia lantas berkata, "Koh tionglo, orang she Yu itu adalah musuh kita." Yu Wi meliriknya sekejap sambil mendengus.
Sedangkan Koh Peng lantas menjawab, "Musuh perguruan kita hanya orang Thay-yang-bun orang lain bukan musuh-"
Di balik ucapannya seakan akan menyalahkan Kan ciau-bu yang sembarangan bermusuhan dengan orang sehingga mendatangkan lawan tangguh seperti Yu Wi.
Kan ciau-bu menyadari keadaan tidak menguntungkan dirinya, jelas karena kapok benar-benar terhadap kelihaian Yu wi, maka anak buah sendiri tidak berani lagi memusuhi anak muda itu, apabila dirinya tidak didukung oleh ketiga Tiang lo ini, betapapun juga tidak berani perang tanding dengan Yu wi yang sudah bukan lagi Yu Wi yang dulu itu.
Koh Peng lantas maju kedepan si nikoh muka buruk. katanya, "Taysu, harap kau tinggalkan cin Pek-ling."
"Tidak bisa, memangnya kau mau apa?" jengek si nikoh tua.
"Thaysu, sesungguhnya ada hubungan apa antara dirimu dengan dia?" tanya Koh Peng,
"Tidak perlu kau tanya hubungan kami, "jawab si nikoh tua dengan ketus.
Sebenarnya yang ditakuti Koh Peng ialah Yu Wi yang maha lihai itu dan bukan jeri kepada nikoh tua itu, maka dengan sabar ia berkata pula. "Seharusnya kau tahu keadaan sekarang sangat tidak menguntungkan kalian, namun kami tidak ingin mempersulit dan cuma minta Cin Pek-ling ditinggalkan, apabila diantara kalian tiada hubungan yang istimewa, mohon Taysu suka memenuhi permintaanku."
Diam-diam Yu Wi juga menyesali ibu Pek-yan yang tidak bisa melihat gelagat. Apa yang dikatakan Koh Peng memang benar, anak buah Kan ciau-bu hanya gentar menyaksikan serangan mautnya tadi, apabila mereka menjadi nekat dan bertempur mati-matian, jelas keadaan sangat tidak menguntungkan dirinya yang cuma beberapa orang ini, apalagi kalau mereka juga pasang barisan dinding manusia seperti anak murid Cu-pi-am, mungkin tiada seorang pun di antara mereka yang dapat lolos dengan hidup,
Siapa tahu si nikoh tua tetap ngotot. teriaknya "Sekali kubilang tidak tetap tidak, jika mampu boleh kau bunuh dulu diriku"
Dari luar tadi Koh Peng sudah mengikuti pertarungan mereka, ia yakin selain Yu Wi, selebihnya tiada seorang pun dapat menandingi
dirinya- Diam-diam ia pikir apa susahnya jika hendak kubunuh dirimu"
Tapi dengan tenang ia berkata pula sambil memberi hormat, "Betapapun takkan kubunuh dirimu, namun Taysu barkeras tidak mau meninggaikan orang she cin itu, terpaksa aku harus main rampas."
Dia sengaja memberi pernyataan demikian, tujuannya supaya didengar Yu Wi bahwa tiada maksudnya hendak mencelakai kawannya.
Nikoh bermuka buruk itu siap siaga, mendadak tangan kiri Koh Peng pura-pura menghantam, tapi tangan kanan terjulur kedepan dari bawah.
Gerak serangan ini tidak aneh, namun suatu serangan praktis, ditambah lagi cepat luar biasa, sungguh sukar dihindari.
Nikoh tua itu membawa cin Pek-ling, sukar baginya untuk menghadapi serangan lawan, terpaksa ia menggeser kesamping.
Koh Peng bertekad harus berhasil merampas tawanan itu, maka sudah diperhitungkan ke arah mana si nikoh tua akan berkelit, maka begitu nikoh tua itu bergeser, segera ia mendahului mendesak maju, jadi geseran nikoh tua itu tetap belum terlepas dari ancaman Koh Pang.
Karena kuatir melukai si nikoh tua sehingga Yu Wi ikut campur, mendadak Koh Peng mengganti pukulannya menjadi cengkeraman sehingga tubuh Cin Pek-ling tepat dipegangnya.
Sekali sasarannya terpegang, segera ia kerahkan tenaga sepenuhnya, sekali tarik Cin Pek-ling harus dirampasnya.
Tenaga dalam si nikoh tua memang kalah kuat daripada Koh Peng, sesaat itu iapun merasa tidak sanggup menahan tubuh cin Pek-ling, terpaksa ia berteriak , "Cepat"
Tanpa dijelaskan siapa yang diminta cepat turun tangan, segera Pek-yan tahu dirinya yang diminta menolong sang ibu.
Meski orang Bu-eng-bun biasanya tidak mementingkan kekuasaan ibu, Tapi dalam keadaan begini, cukup bicara tentang sesama seperguruan saja pantas untuk memberi bantuan- Maka kedua tangan Pek-yan terus menghantam kedepan.
Ilmu pukulan Pek-yan sangat hebat, setiap ilmu pukulan di dunia ini, asalkan pernah dilihatnya segera dapat diketahui cara mematahkannya. Maka betapa tinggi ilmu pukulannya sendiri tidak perlu lagi dijelaskan, tentu saja sangat lihai serangannya dan sangat rapat pertahanannya, dan sekali dia menyerang, mau-tak-mau musuh harus berusaha menyelamatkan diri lebih dulu.
Benar juga, melihat pukulan Pek-yan selihai itu, terpaksa Koh Peng membatalkan serangannya dan menyelamatkan diri lebih dulu.
Yu Wi kuatir Pek-yan tidak mampu melawan tenaga pukulan Koh Peng yang dahsyat, segera ia melangkah maju, tangan kiri terjulur dan mengadang di tengah kedua orang.
Tangan kiri Yu Wi menguasai kesaktian Su-ciau-sin-kang, cukup satu gerakan biasa saja sudah dapat mematahkan pukulan dahsyat apa pun. Maka Koh Peng terdesak mundur, sekaligus juga mengelakkan tenaga pukulan Pek-yan.
Pek-yan memang lagi heran kemajuan pes at tenaga dalam Yu Wi dan belum pernah dirasakannya sendiri, sekarang langsung ia merasakan kelihaian tenaga Yu Wi, hal ini, membuatnya heran dan bingung, pikirnya, "Kungfu macam apakah ini, mengapa tanpa sesuatu jurus lantas dapat mematahkan serangan orang, dimana titik lemahnya juga tidak terlihat."
Ia tidak tahu justeru satu gerakan pukulan yang paling umum, setiba di tangan Yu Wi akan berubah menjadi jurus serangan tak terpatahkan, sekalipun bagi Pek-yan yang biasanya serba bisa mematahkan jurus serangan apa pun.
Kejut Koh Peng ternyata melebihi Pek-yan, sesudah menyurut mundur, ia tidak berani menyerang lagi, serunya, "Apakah tidak ada persahabatan lagi?"
"Kawanku berkeras tidak mau mengalah, terpaksa mohon Anda suka melepaskannya pergi," sahut Yu Wi.
"cin Pek-ling musuhmu atau bukan?" seru Koh Peng dengan gusar.
"Dia memang musuhku," jawab Yu Wi.
"Dan engkau sengaja membiarkan kawan sendiri membela musuh?"
"Jika kawanku hendak membelanya, apa boleh buat."
"Kawan lebih penting atau musuh lebih penting?"
"Tentu saja kawan lebih penting."
"Jika begitu, demi keamanan kawanmu, kenapa tidak membiarkan kurampas cin Pek-ling, akan kuberesknn musuhmu, kalian dapat pergi dengan aman kan semuanya jadi baik dan sama-sama senang."
"Maksudmu supaya aku tidak ikut campur?"
Koh Peng mulai tak sabar, teriaknya, "Betul, dengan begini kita dapat bersahabat."
"Justeru lantaran sahabat lebih penting, mau tak mau aku harus ikut campur."
Koh Peng sangat benci kepada Thay-yang-bun ia sangat penasaran jika cin Pek-ling tidak dibekuknya, dengan gusar ia membentak. "orang she Yu, sikapmu ini kan terlalu meremehkan kami?"
"Bukan kuremehkan dirimu, jika Anda menganggap Yu Wi seorang sahabat, sudilah engkau bersabar sementara waktu?"
"Apa artinya ucapanmu?" tanya Koh Peng.
"Maksudku, biarlah sementara ini cin Pek-ling dibawa pergi oleh kawanku. kelak boleh kalian mencari perkara lagi kepada CinPek ling."
Koh Peng menggeleng kepala dan menjawab^ "Tidak bisa, mana boleh melepaskan harimau kembali kegunung. Setiap anak murid Goat-heng-bun kami pasti tidak dapat melakukannya,"
"Toako," sela Pek-yan, "untuk apa banyak cincong dengan dia, bila engkau condong kepeda ibuku hendaknya kau bela sampai akhirnya. Apa gunanya banyak bicara jika orang tetap tidak mau menerima maksud baikmu."
"Hm, jadi menurut pikiran nona, kalau periu boleh bertempur lagi?"jengek Koh Peng.
"Kalau tidak begitu, memangnya kalian mau melepaskan kami pergi?" Pek-yan balas menjengek.
"Jika kalian mau pergi, tidak nanti ada yang mempersulit, asal saja jangan membawa serta cin Pek-ling."
"Tapi sayang, ibu tetap ingin membawa pergi cin Pek-ling," kata Pek-yan.
"Itu berarti tidak ada damai," seru Koh Peng dengan gusar.
"Makanya kubilang kepada Toako tidak perlu banyak omong lagi," jengek Pek-yan-
"Hendaklah disadari, bila bertempur lagi tentu urusan tidak sederhana lagi seperti tadi," teriak Koh Peng.
"Huh, apa gunanya cuma bicara saja, ayolah mulai" dengus Pek-yan, "Apa kau takut anak muridmu akan mati lebih banyak lagi?"
Sejak tadi Koh Peng berusaha kompromi, yang dikehendaki hanya cin Pek-ling saja". Sebab kalau bertempur lagi, meski lawan tak nanti bisa lolos. tapi anak murid sendiri pasti akan banyak jadi korban, terutama menghadapi Yu Wi yang jelas sangat lihai itu.
Namun Koh Peng juga bukan seorang penakut, karena ucapan Pek-yan tadi, seketika panas hatinya, katanya sambil memandang Yu Wi, "Bagaimana dengan pendapat Anda?"
Ia pikir asalkan anak muda itu bersikap tegas sedikit, mau-tak-mau kedua ibu dan anak itu harus berpikir lagi, segala kemungkinannya dan takkan ngotot membawa pergi cin Pek-ling.
Tak terduga Yu Wi malah membujuknya dengan tertawa, "Kukira bolehlah engkau memberi kelonggaran sekali ini kepada mereka."
Dengan gusar Koh Peng berkata, "Sedemikian kau tunduk kepada kehendak mereka, sesungguhnya mereka itu apa mu?"
"Dia isteriku," jawab Yu Wi sambil menuding Pek-yan.
Bahwa di depan umum Yu Wi mengakui Pek-yan sebagai isterinya. Karuan nona itu terkejut dan juga bergirang, sungguh ia merasa sangat bahagia. Tapi hati seorang lain justeru kebalikannya, merasa kecut dan sedih.
Dia bukan lain daripada Ko Bok-ya yang jugabergelar Soh-Sim setelah menjadi nikoh.
Setelah dibawa lari dari Cu-pi-am oleh Yu Wi, mereka lantas menuju ke Bu-jiang, disini mereka mendengar Kan ciau-bu hendak merayakan sebulan umur putrinya, maka mereka lantas menyamar ke markas Thi-bang-pang dan bermaksud mencari kesempatan untuk membunuh Kan ciau-bu.
Selain untuk membalas dendam pribadi, sekaligus Yu Wi juga ingin menumpas kejahatan agar Goat-heng-bun dan Thi-bang-pang tidak telanjur terperosot dibawah pimpinan Kan Ciau-bu yang keji itu, kalau sampai pengaruhnya meluas, tentu dunia Kangouw akan tambah kacau.
Dalam perjamuan itu Yu Wi menyamar sebagai Can-pi-toh atau si kakek buntung tangan dari Jit-can-soh yang disegani itu, maka dia mendapat kehormatan berduduk pada meja utama. Mestinya terbuka banyak kesempatan baginya untuk membunuh Kan ciau-bu, namun sebegitujauh Yu Wi belum turun tangan-
Ya. maklumlah, betapapun dia dan Kan ciau-bu adalah saudara sekandung dari satu ibu dan lain ayah, hubungan batin saudara
inilah membuat hati Yu Wi tidak tega membinasakan manusia iblis itu.
Ketika si nikoh bermuka buruk muncul bersama keempat nona berkerudung. bukan cuma Yu Wi saja, soh-sim atau Ya-ji juga segera mengenali satu diantaranya adalah nona yang pernah tinggal bersama Yu Wi di dasar lembah kurung itu.
Nona itu telah melahirkan anak Yu Wi, kemunculannya tentu saja membikin hati Ya-ji tidak enak, meski sekarang dia sudah menjadi nikoh. Apa lagi hubungan nona itu dengan Yu Wi juga sudah pernah diberitahukan oleh Yu Wi kepadanya.
Kiranya pada pertemuan yang mengharukan di luar cu-pi-am dahulu, lantaran dalam badan Yu Wi terdapat kadar racun Liap-hun-pia sehingga mempengaruhi indera panciumannya, maka bau badan Ya-ji terasa berbau busuk bagi Yu Wi, jadi bukan disebabkan anak muda itu benci dan jemu padanya.
Sekarang Yu Wi sudah makan Li-hiang-yap yang dapat menawarkan racun bau busuk itu, maka dapatlah anak muda itu berkumpul dengan Ya-ji tanpa marasakan lesuatu kelinan lagi.
Setelah hal ini dimengerti Ya-ji, ia tidak lagi salah paham kepada Yu Wi, ia merasa dalam keadaan demikian dapat berkumpul dengan anak muda itu sudah cukup menggembirakan-
Namun tidaklah menjadi soal bliamana tidak melihat Pek-yan, kini dengan munculnya nona itu mau-tak-mau timbul lagi rasa sirik Ya-ji, diam-diam ia gemas mengapa bisa terjadi secara kebetulan begini.
Diam-diam Ya-ji juga mengamati sikap Yu Wi. diketahuinya meski diantara keduanya tidak ada cinta yang murni, tapi mungkin lantaran anak. dengan sendirinya timbul jaga rasa kasih sayang pada wajah Yu Wi.
Pada waktu pesta tengah berlangsung. berulang-ulang Yu Wi memandang Pek-yan, hal ini membuat hati Ya-ji berduka, maka dia minum arak sebanyak-banyaknya, kalau bukan lantaran ini,
biasanya Ya-jitidak minum arak. tentu dia takkan pingsan kena racun dalam arak yang diminumnya.
Sekarang didengarnya lagi secara terbuka Yu Wi mengakui Pek-yan sebagai isterinya, keruan hati Ya-ji alias Soh-sim terasa kecut, kata "isteri" yang diucapkan Yu Wi sungguh serupa ular berbisa yang mendadak memanggut hatinya,
Begitulah setelah Koh Peng mengetahui nikoh bermuka buruk yang ngotot hendak menolong cin Pek-ling itu ternyata ibu mertua Yu Wi, ia tahu urusan sukar diselesaikan begitu saja, pertempuran sukar dihindarkan lagi, segera ia berkata, " orang she Yu, biarlah kami bertiga saudara menghadapimu."
Yu Wi lantas tampil kemuka supaya waktu bertempur tidak membikin susah Ya-ji dan lain-lain-
Usia Koh Peng, Tan Ho dan Kan Hou bertiga kalau ditotal jendral hampir 300 tahun, mereka adalah murid Goat-heng-bun asli, seangkatan dengan ji-bong Taysu dari Thay-yang-bun, jadi tergolong tokoh Goat-heng-bun angkatan tua, juga anak murid Goat-heng-bun yang masih tersisa ketika perguruannya dibubarkan dahulu.
Mestinya mereka hidup mengasingkan diri sebagai pertapa. meski juga banyak menerima murid, tetapi mereka tidak pernah lagi menonjolkan merek Goat-heng-bun. Hal ini disebabkan kuatir akan direcoki pihak Thay-yang-bun, adalah lebih baik hati-hati meski jsdah lama anak murid Thay-yang-bun juga tidak pernah muncul lagi di dunia Kangouw.
Anak murid Thay-yang-bun juga mempunyai jalan pikiran serupa mereka, juga tidak lagi menonjolkan merek Thay-yang-bun dan sama mengasingkan diri, seperti Cin Pek-ling, dia juga murid Thay- yang- bun asli, tapi di dunia Kangouw hanya terkenal nama julukannya, yaitu Ban-li-hui-hong. dan tidak ada yang tahu sesungguhnya dia adalah anak murid Thay- yang- bun.
Kemudian cin Pek-ling telah berusaha memupuk tenaga dan merebut pengaruh disekitar Hun-lam dan Kui- Ciu sehingga menjadi
satu aliran tersendiri, namun orang Kangouw juga cuma tahu Ban-li-hui-hong telah menjadi pimpinan satu aliran tersendiri dan tidak tahu apa nama aliran yang dibangunnya itu.
Sebabnya cin Pek-ling tidak berani mengumumkan nama Thay-yang-bun adalah karena kekuatannya belum cukup menandingi kemungkinan diserbu pihak Goat-heng-bun, setelah dia yakin kekuatannya sudah memadai barulah ia memimpin anak buahnya mendatangi wilayah kekuasaan Goat-heng-bun, yakni semenanjung Eng-bu-ciu untuk mencari perkara.
Maklumlah, antara Thay- yang- bun dan Goat-heng bun adalah dua perguruan yang bermusuhan turun temurun, asalkan murid dari kedua perguruan tersebut, biarpun antara pribadi mereka tidak ada sakit hati apapun, tapi bila mengetahui pihak lain adalah murid musuh, sekatika timbul rasa benci dan saling labrak. belum berhenti jika lawan belum dibunuhnya.
Berbeda dengan Kan ciau-bu, meski dia sudah meyakinkan ilmu silat dalam Hian-ku-cip dari Goat-heng-bun, bahkan mengaku sebagai ahli- waris Goat-heng-bun dan mengumpulkan anak murid yang telah mengasingkan diri itu, lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai pejabat ketua, namun dia tidak merasa benci dan bermusuhan terhadap Thay-yang-bun, sama sekali tidak ada pikiran memusuhi Thay-yang-bun, sebabnya dia membangun Goat-heng-bun melulu untuk memperkuat pengaruh dan kekuasaan sendiri saja.
Padahal setiap anak murid tulen Thay-yang dan Goat-heng-bun, sejak kecil sudah dicekoki pikiran memusuhi pihak lawan, asalkan anak murid kedua pihak masih turun temurun di dunia ini, permusuhan antara kedua perguruan juga tak pernah berhenti.
Setelah kedua perguruan itu sama-sama dibekukan atau dibubarkan, kekuatan kelompok pecah menjadi kekuatan perseorangan, mareka menyadari tenaga sendiri sangat terbatas, sedangkan kekuatan lawan sukar diketahui, maka sejauh itu tidak ada yang berani menonjolkan asal-usul dirinya.
Lantaran itulah selama sekian tahun didunia Kangouw tidak pernah terdengar nama Thay-yang-bun (perguruan matahari) dan Goat-heng-bun (perguruan rembulan). orang Kangouw sama mengira nama kedua perguruan itu sudah menjadi tinggalan sejarah saja. Tak tahunya anak murid kedua pihak sebenarnya masih banyak yang hidup di dunia ini, bahkan turun temurun tidak pernah melupakan nama perguruan musuh.
Anak murid kedua perguruan yang mengasingkan diri itu masih sangat banyak. asalkan ada salah seorang yang benar-benar berpengaruh berani menonjolkan diri dan berseru, serentuk mereka pasti akan membanjir keluar untuk menggabungkan diri sehingga terbentuk tenaga kesatuan yang kuat.
Seperti Koh Peng, Tan Ho dan Kan Hau bertiga. meski mereka sudah tirakat selama berpuluh tahun, usia mereka masing-masing sudah dekat satu abad, seharusnya mereka sudah hambar terhadap kehidupan dunia Kangouw dan diluar garis permusuhan- tapi ketika mendengar ada anak murid Goat-heng-bun telah berdiri lagi dilembah Tiang- kang dengan Thi-bang-pang yang berpengaruh itu sebagai deking maka segera mereka meninggalkan rumah, dengan segenap anggota keluarga ikut menggabungkan diri kepada Kan ciau-bu.
Sekarang mereka menyaksikan cin Pek-ling pimpinan Thay-yang-bun, telah menjadi tawanan, tapi hendak ditolong pergi oleh seorang nikoh tua, dengan sendirinya mereka tidnk tinggil diam dan berusaha merampasnya kembali dengan mati-matian- Sebab kalau cin Pek-ling berhasil mereka bekuk hal ini adalah kejayaan Goat-heng-bun, dalam sejarah permusuhan antara kedua perguruan belum pernah terjadi salah seorang ketua dari pihak lawan tertawan-
Sekarang yang menjadi persoalan bagi mereka hanya Yu Wi saja, bila anak muda ini dapat ditundukkan, dengan mudah cin Pek ling akan dapat dibekuknya. Akan tetapi mereka tahu kelihaian Yu wi, meski akan menjadi ejekan orang juga tak terpikir lagi, mereka bertiga orang tua terpaksa harus menghadapi seorang anak muda.
Begitulah maka Koh Peng bertiga lantas mengelilingi Yu wi di tengah, biarpun mereka jauh lebih tua, tiga lawan satu lagi, tapi mereka mas ih juga kebat-kebit, Sedikit pun tidak berani gegabah.
Maklumkan, pukulan telapak tangan emas Yu Wi terlalu lihai, terlalu sakti, sesungguhnya mereka tidak berani mengharapkan akan menang.
Sebaliknya Yu Wi juga tidak berani gegabah, betapa tinggi kungfu ketiga kakek yang dihadapinya sungguh sukar dijajaki, kalau menang sih mending jika kalah, dirinya dan Ya-ji serta yang lain-lain seorang pun tidak bisa lolos dengan hidup,
Mau-tak-mau timbul rasa menyesalnya telah membela cin Pek-ling yang merupakan musuhnya sendiri itu dengan mempertaruhkan jiwa tujuh orang Sungguh pertaruhan yang besar dan juga terlalu tidak berharga,
Namun apa mau dikatakan lagi. si nikoh tua berkeras hendak menyelamatkan cin Pek-ling betapa dia harus ingat pada Pek-yan, meski nona ini bukan isteri resmi. terpaksa ia harus menyerempet bahaya.
Cuma iapun rada heran mengapa nikoh tua itu berkeras ingin menolong cin Pek-ling. jangan-jangan ada hubungan istimewa di antara mereka, begitu juga sebabnya cin Pek-ling sangat kenal seluk-beluk Bu-eng-bun, mungkin juga karena hubungannya yang erat dengan si nikoh tua ini"
Dalam pada itu Koh Peng lantas membentak. ia mendahului bertindak secepat kilat, serentak Tan Ho dan Kan Hou juga bergerak. serangan mereka bertiga hampir terjadipada saat yang sama sehingga serupa seorang menyerang dari tiga jurusan-
Ilmu siat ialah seorang saja sudah cukup menggetarkan dunia persilatan, apalagi sekarang tiga orang menyerang sekaligus, betapa ajaib ilmu pukulan Yu Wi juga sukar menahan kekuatan gabungan tiga tokoh kelas tinggi ini.
Namun kekuatan tangan kiri Yu wi sudah mencapai tingkatan yang tidak ada taranya, biarpun ke-tiga orang itu menyerang sekaligus, namun selisih sedikit diantara serangan mereka terasa sang at jelas dalam pandangan Yu wi, ini berarti biarpun kerja sama ketiga kakek itu sangat cepat. tetap tenaga pukulan mereka tidak tergabung menjadi satu secara keseluruhan, tetap ada perbedaan antara yang menyerang lebih dulu dan menyerang kemudian-
Karena titik kelemahan itulah, Yu Wi dapat melayaninya dengan baik, tangan kiri segera bergerak sehingga memancarkan cahaya keemasan, orang lain mengira dia cuma mengeluarkan satu jurus, tak tahunya sekaligus ia memainkan tiga jurus menangkis serangan dari tiga jurusan-
Kalau Yu Wi hanya menggunakan satu jurus tentu sukar menandingi serangan gabungan ketiga orang itu. Karena cepatnya sehingga tidak ada yang dapat membedakan tiga jurus serangannya yang serupa satu jurus itu.
Setelah saling gebrak. Koh Peng bertiga lantas merasakan harapan untuk menang sangat tipis, sebenarnya kalau satu lawan satu, tidak mungkin mereka mampu menghadapi tangan emas Yu Wi. Namun dengan gabungan tiga orang, kekuatan mereka juga tidak boleh diremehkan- dengan keuletan mereka, untuk sementara masih dapat menahan serangan tangan emas dengan Su-ciau-sin-kang itu.
Hanya sekejap saja belasan jurus sudah berlalu, Yu Wi merasakan daya tekan lawan bertambah berat, ia pikir bila berlangsung terlalu lama, tentu tidak menguntungkan, maka ketika tiba pada jurus ke 73, Yu Wi mengambil keputusan tegas, ia harus melakukan serangan menentukan jika dirinya tidak mau kecundang.
Maka pada jurus berikutnya. mendadak tangan emas Yu Wi telah bertambah sebilah pedang pendek. yaitu Hi-jong-kiam, pedang usus ikan, pedang yang sempit dan tipis pemberian putri ketua Thi- bang- pang dahulu.
Meski harus menghadapi lawan yang bertangan kosong dengan bersenjata, namun Yu wi tidak perlu merasa malu, sebab pihak lawan mengerubutnya dengan bertiga orang, jika terpaksa dia menggunakan senjata juga adil.
Maka begitu Hi-jong-kiam bergerak. pada jurus ke-74 segera berubah menjadi serangan pedang. Padahal kungfu andalan Yu Wi justeru terletak pada ilmu pedang, dan di antara ilmu pedangnya adalah Hai-yan-pat-kiam yang top itu, apalagi jurus ilmu pedang yang dikeluarkan ini adalah jurus Tay-lok-kiam, jurus gembira yang merupakan jurus paling ampuh itu,
Perubahan ini entah berapa kali lipat manambah daya tempur Yu Wi, maka b eg itu jurus serangan dilancarkan, segera ia berdiri tegak ditengah kalangan dan tidak menyerang lagi, sebab tahu dirinya sudah menang.
Betul juga, dia sudah menang, sebab Koh Peng bartiga juga melompat mundur, mereka juga tahu sudah kalah.
Kalau Yu Wi tidak memberi kelonggaran, saat ini mereka pasti tidak dapat berdiri disitu melainkan sudah menggeletak menjadi mayat.
Tertampak robekan kain berhamburan di udara seperti kupu-kupu. Baju bagian dada Koh Peng bertiga sama terbuka.
Sekonyong-konyong Yu wi berteriak tertahan, "Goat-heng-bun"
Untuk pertama kalinya dia melihat tiga orang murid Goat-heng-bun tulen, sebab pada dada Koh Peng bertiga yang telah telanjang itu terdapat gambar bulan sabit yang ditato.
Sebegitu jauh Yu Wi tidak mengangangap organisasi Goat-heng-bun yang dibentuk Yu wi sebagai Goat-heng-bun tulen- maka pada waktu menerjang kepungan tadi, baik murid Goat-heng-bun atau anak buah Thi-bang-pang, semuanya dibinasakan tanpa ampun.
Jika diketahuinya anak murid tulen Goat-heng-bun, tentu tak berani dibunuhnya, sebab Su-ciau-sin-kang yang dikuasai tangan kirinya itu adalah kungfu Goat-heng-bun, jika dia membunuh murid
Goat-heng-bun dengan kungfu Goat-heng-bun, betapa terasa berdosa terhadap Ban Yu-coan dan pasti membuat arwahnya merasa sedih.
Sebabnya Yu Wi turun tangan membantu tadi justeru lantaran ke-120 anak buah yang diajukan Kan ciau-bu itu menggunnkan atas nama Goat-heng-bun, walaupun dalam hati Yu Wi tidak menganggap mereka sebagai murid Goat-heng-bun, tapi tetap turun tangan membantunya. betapapun ia tidak dapat menyaksikan nama Goat-heng-bun dikalahkan oleh orang Thay-yang-bun.
Sekarang dilihatnya tanda bulan sabit pada dada Koh Peng bertiga, ia tidak sangsi lagi, jelas mereka memang betul murid Goat-heng-bun, seharusnya dirinya membantu mereka, tapi sekarang malah memusuhinya.
Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karena itulah ia lantas berpaling dan berkata kepada si nikoh tua, "Harap kau serahkan cin Pek-ling kepadaku, cianpwe."
"Untuk apa?" tanya si nikoh tua.
"Akan kuserahkan kepada mereka," jawab Yu Wi dengan suara berat.
"Apa katamu?" teriak si nikoh tua. "Kau . . . kau bantu mereka dan tidak lagi membantuku" "
"cianpwe," ucap Yu Wi dengan menyesal "Kuhormati engkau sebagai ibu Pek-yan, maka hendak kubela. Tapi sekarang lain keadaannya, di depan murid Goat-heng-bun, adalah kewajibanku untuk menyerahkan ketua musuh bebuyutannya kepada mereka."
"Sebab apa?" teriak pula si nikoh tua.
"Ya, sebab apa?" Pek-yan ikut bertanya, betapapun ia tidak tenang karena Yu Wi tidak membela ibunya lagi.
"Sebab aku juga murid Goat-heng-bun," jawab Yu wi.
Keterangan ini membikin kaget para hadirin. Kan Hou juga merasa sangsi, katanya, "Janganlah Anda sembarangan mengaku sebagai orang Goat-heng-bun."
Tapi Koh Peng lantas menukas, "Samte, dia memang betul murid Goat-heng-bun"
Kan Hou memperlihatkan rasa tidak percaya, sedangkan Tan Ho lantas menambahkan, "Samte, masakah tidak kau lihat jurus serangan yang digunakan mengalahkan kita tadi adalah Hai-yan-pat-to andalan Goat-beng-bun kita?"
"Ah, betul, memang betul," seru Kan Hou. "Ilmu golok kita telah diubahnya menjaki ilmu pedang, aku jadi salah lihat."
Pada saat itulah mendadak Kan ciau-bu berseru, "Para murid Goat-heng-bun dengarkan perintah"
Serentak Koh Peng bertiga membungkuk tubuh dan mengiakan.
Namun Yu wi tetap berdiri tegak tanpa menggubrisnya meski tadi dia mengaku sebagai murid Goat-heng-bun.
Dengan gusar Kan ciau-bu lantas mambentak "Yu Wi, kau berani membangkang?"
Yu Wi mencibir dan tetap diam saja. Dalam hati Yu Wi hakikatnya tidak mengakui Kan ciau-bu sebagai ketua Goat-heng-bun segala.
Segera Kan ciau-bu berteriak lagi, "Koh-tianglo, Tan-tianglo dan Kan-tianglo, apa akibatnya jika ada anak murid yang tidak tunduk kepada perintah ciangbunjin?"
"Barang siapa tidak tunduk kepada perintah ciangbunjin, segenap anggota akan menistanya dan menjatuhkan hukuman berat padanya, "jawab ketiga Tiang lo berbareng,
"Nah, apa katamu sekarang"jengek Kan ciau-bu terhadap Yu Wi.
"Saudaraku," ucap Koh Peng terhadap Yu Wi, "Karena engkau mengaku sebagai murid Goat-heng-bun. apakah keberatan kusebut dirimu sebagai saudara?"
Yu Wi memberi hormat, katanya, "Tiang lo adalah Loelanpwe Goat-heng-bun yang masih ada, orang muda sebagai diriku mana berani disebut sebagai saudara?"
"Meski perguruan kita sangat keras membedakan tingkatan, namun segenap anggota perguruan boleh juga dianggap sebagai saudara." kata Koh Peng,
"Apalagi belum jelas perbedaan tingkatan antara kita, maka biarlah kupangil saudara padamu " Yu Wi mengiakan dengan hormat.
"Sungguh aku sangat gembira karena ilmu silat perguruan kita telah memancarkan cahaya gemilang pada dirimu," ucap Koh Peng pula, "Ditinjau dari sejarah perguruan kita dari dulu hingga sekarang, hanya kungfu yang kau kuasai ini terhitung yang paling top."
Yu Wi tahu ucapan orang masih ada lanjutannnya, maka ia bersikap menghormat untuk mendengarkan lagi.
"Ilmu silatmu mencapai tingkatan tertinggi memang hal yang menggembirakan bagi perguruan Kita, namun, betapapun tinggi kepandaian seorang juga tidak boleh meremehkan tata tertib perguruan sendiri, saudaraku" setelah merendek sejenak, lalu Koh Peng menyambung. "Maka ada engkau tetap mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, hendaknya secara khidmat sukalah engkau mengumumkannya sekali lagi didepan orang banyak." Yu Wi mengiakan-
Tapi sebelum dia menyatakan secara resmi, mendadak Ya-ji berseru, "Toako?"
"Ada apa, Ya-ji?" tanya Yu Wi sambil menoleh.
Mendengar Yu Wi memanggilnya dengan nama kecilnya, seketika rasa cinta kasih masa lampau membanjir pula dalam hati Soh-sim.
Dengan menggembeng air mata Soh-sim alias Bok-ya lantas berkata, "Harus kau pikirkan, orang ... orang jahat itu sekarang adalah ketua Goat-heng-bun . . . ."
Diam-diam Yu Wi berterima kasih atas perhatian Ya-ji. ia tahu Ya-ji kuatir bila dirinya mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, mungkin Kan ciau-bu akan mengambil tindakan yang tidak
menguntungkan dirinya. Dengan tertawa ia menjawab, "jangan kuatir, Ya-ji."
Lalu dengan suara lantang ia berseru, "Aku Yu Wi adalah murid Goat-heng-bun, dan akan tunduk kepada setiap peraturan perguruan dengan segala akibatnya."
"Bagus. bagus" ucap Koh Peng sambil manggut- manggut. "Secara pirbadi, dalam kedudukanku sebagai angkatan tua perguruan- akupun mengakui kau sebagai murid Goat-heng-bun."
Lalu dengan suara kereng ia berseru pula, "Sekarang hendaknya saudara Yu menemui pejabat ketua perguruan kita."
Segera Kan ciau-bu menegak dengan sikap pongah, ia ingin tahu cara bagaimana Yu Wi akan menyampaikan sembah hormat padanya. Tak terduga Yu Wi tetap berdiri saja tanpa bergerak.
Koh Peng coba mengulangi lagi ucapannya dengan suara lebih keras dan menuding Kan ciau-bu, "Beliau inilah ketua kita"
Dengan tenang Yu Wi bertanya, "Maafkan bila Wanpwe kurang mengerti, numpang tanya ketiga Tiang lo, cara bagaimaoa membuktikan dia ialah ciangbunjin?" serentak Tan Ho dan Kau Hou mendamperat, "Jangan kurang sopan, Yu Wi" Yu Wi tetap tenang saja.
Koh Peng lantas berkata, "Terhadap kedudukan ciangbunjin tidak pantas menaruh curiga."
"Namun Wanpwe memang tidak tahu," kata Yu Wi.
Rupanya Kau Hou masih mendongkol karena anak muda itu mengalahkan mereka bertiga, bahkan membikin malu mereka dengan merobek baju mereka hingga dada telanjang didepan orang banyak^ maka ia lantas membentak. "Dengan pengakuan kami berfiga, masakah perlu disangsikan lagi?"
Jiwa Koh Peng lebih besar daripada Kan Hou, meski dikalahkan Yu Wi, dia tidak menyesal, sebaliknya malah gembira, sebab merasa perguruan sendiri telah muncul seorang tokoh kelas wah id-
sungguh bahagia bagi perguruan sendiri, maka dengan adil ia berucap, "Kan-hiante, jangan terlalu kerdil pada pendirian sendiri, hanya pengakuan kita bertiga saja belum cukup berbobot, masih harus dibuktikan lagi dengan sesuatu tanda pengenal."
Lalu dia berpaling kearah Kan ciau-bu dan berkata, "Silakan memperlihatkan tanda kepercayaan ciangbunjin."
Kan ciau-bu melirik Yu Wi sekejap. lalu mengeluarkan sejilid buku tipis dan diacungkan ke atas.
Waktu Yu Wi memperhatikannya, jelas itulah kitab pusaka ilmu silat Goat-heng-bun, yaitu Hian-ku-cip.
Pada tepi sampul buku itu ada sebaris tulisan tinta merah yang berbunyi "Setiap anak murid perguruan kita harus mempelajarinya agar paham cara mematahkan ilmu silat musuh".
Tulisan ini adalah tulisan tangan ayah ji-bong Taysu yang dulu menjabat sebagai ketua Thay-yang-bun itu.
Melihat benda pusaka Goat-heng-bun itu memang tulen, sebagai tanda hormat Yu Wi membungkuk tubuh ke arah sana.
Koh Peng mengangguk sebagai tanda membenarkan sikap Yu Wi itu, katanya, "Buku ini berisi iktisar segenap ilmu silat perguruan kita, di sini kita sebut sebagai tanda kepercayaan bagi ciangbujin kita."
"sekarang apakah kau masih sangsi, Yu Wi?" tanya Tan Ho.
Sedangkan Kan Hou lantas setengah membentak "Lekas memberi hormat kepada ciangbunjin."
Baru sekarang Yu Wi menggeser langkah ke depan Kan ciau-bu.
Rupanya kuatir kitab pusakanya direbut orang, cepat-cepat Kan ciau-bu menyimpan Hian- ku- Cip.
Padahal kalau Yu Wi benar-benar mau merampasnya, sebelum kitab itu disimpan kembali mungkin sudah berpindah ketangannya.
Segera Yu Wi membungkuk tubuh hendak melakukan penghormatan-
Diam-diam Ya-ji menyesal, ia tahu bilamana penghormatan Yu Wi itu dilakukan, itu berarti secara resmi telah mengaku Kan ciau-bu sebagai pimpinan dan selanjutnya mau-tak-mau Yu Wi harus tunduk kepada perintahnya.
Dari cerita Yu Wi telah diketahuinya wajah Kan ciau-bu serupa benar dengan Yu Wi. tapi hatinya sangat kejam, tidak seperti hati Yu Wi yang jujur dan luhur budi. Malahan juga diketahui Kan ciau-bu memandang Yu Wi sebagai musuh besar, dan berniat membunuhnya, maka sekarang ia juga berkuatir.
Kan ciau bu sendiri tidak percaya Yu Wi akan menghormatnya dengan tulus ikhlas, diam-diam ia sudah menganbil keputusan akan menghina dan membuatnya malu didepan orang banyak. sedikitnya harus menyuruhnya menyembah.
Siapa tahu Yu Wi benar benar berlutut di depannya dan memberi penghormatan terbesar menurut peraturan.
Hal ini sungguh diluar dugaan Kan ciau-bu, bahkan Ya-ji juga melenggong, semula ia sangka paling-paling Yu Wi hanya menjura sekadarnya saja dan tidak mungkin memberi penghormatan sebesar itu terhadap musuh pembunuh isterinya itu.
Diam-diam Koh Peng memuji, "orang ini sungguh kesatria sejati yang jarang ada dalam dunia persilatan-"
sebaliknya Kan ciau-bu juga melenggong karena diluar dugaan Yu Wi memberi peng hormat sebesar itu kepadanya, ia menjadi lupa pada rencananya yang hendak membikin malu Yu Wi, ucapnya dengan gugup, "Bangun, lekas bangun" setelah berdiri, Yu Wi lantas memanggil, "Koko (kakak) "
Lazimnya setelah berdiri dia harus memanggil "ciangbun" kepada Kan ciau bu, dengan sendirinya panggilan "Koko" ini diluar dugaan siapa pun, keruan semua orang sama terperanjat.
Hanya Soh-sim alias Ya-ji saja diam-diam mangangguk. "o, kiranya demikian."
Kan ciau-bu merasa bingung oleh panggilan itu, sahutnya dengan gugup, "Apa . . .apa maksudmu ini" .... "
"Seluk beluk urusan ini tidak leluasa dijelaskan begitu saja," ujar Yu Wi. ia berpaling dan memandang hadirin, lalu berseru, "Kukira hadirin sejak tadi merasa heran mengapa wajahku mirip dengan wajahnya seperti saudara kembar, sesungguhnya dia memang kakak kandungku, dia sendiri tidak tahu, tapi aku tahu dengan pasti."
Mendengar keterangan ini barulah Pek-yan tahu duduknya perkara dan hilanglah rasa sangsinya.
Kiranya tadi waktu dia melihat Kan ciau-bu, hampir saja disangkanya sebagai Yu Wi, tapi kemudian ia pikir hal ini tidak mungkin, mana bisa Yu Wi yang baru saja keluar dari lembah kurung bersama dia itu secepat ini datang ke Thi-bang-pang dan diangkat menjadi ketua Goat-heng-bun segala, ia menduga mungkin ketua Goat-heng-bun yang menurut berita juga she Yu bisa jadi ada hubungan darah dengan Yu Wi, makanya muka keduanya sedemikian mirip.
Kemudian iapun sangsi waktu mula-mula kenal Yu Wi mengapa anak muda itu tidak mengaku sebagai anak murid Goat-heng-bun juga tidak mengaku she Yu, hal ini sungguh membuatnya bingung.
Sekarang setelah mendengar sendiri Yu Wi memanggil "Koko" kepada Kan ciau-bu, ia sangka sebabnya Yu Wi tidak mau mengaku orang she Yu adalah akibat kelakuan Kan ciau-bu yang jahat itu, maka tidak sudi mengakuinya, padahal keduanya adalah saudara kandung.
Ia mengira rekaan sendiri Itu sangat pintar, tak tahunya di balik urusan ini masih banyak lika-liku. Kan ciau-bu sebenarnya tidak she Yu, Yu Wi tidak mau mengaku Kan ciau-bu sebagai saudara karena gemas kepada kelakuannya yang bejat.
Setelah mengetahui Yu Wi adik sang ketua, Loh Peng tambah senang, segera ia berkata, "Selamat ciangbun mempunyai saudara yang berkepandaian maha sakti ini."
Nyata sama sekali ia tidak menyangsikan kemungkinan Yu wi hanya membual saja, namun wajah keduanya sangat mirip. bukti nyata ini tak dapat disangkal oleh siapa pun.
Meski di dalam hati Kan ciau-bu memandang Yu wi sebagai musuh, tapi orang mau memanggil Koko padanya, dengan senang hati diterimanya juga, pikirnya, "Bagus, aku memang lagi kehabisan akal cara mengatasi dirimu, sekararg aku adalah Koko dan juga ciangbun, masakah kau berani lagi membangkang pada perintahku."
Maka ia hanya menjawab dengan suara pelahan, lalu berseru kepada Koh Peng, "Koh-tianglo. Sekarang tangkap dulu musuh bebuyutan kita, cin-Pek-ling." Ia pikir dengan perintah ini akan menguji bagaimana reaksi Yu Wi. Koh Peng mengiakan, tanpa kuatir lagi ia dekati si nikoh bermuka buruk.
"Yan-ji" nikoh tua itu memanggil dengan sedih, ia berharap Pek-yan akan membantunya. ia menyadari sangat sukar mencegah tindakan Koh Peng yang akan merampas cin Pek-ling.
Menghormati orang sebagai ibu mertua Yu Wi, Koh Peng memberi hormat lebih dulu. dengan suara pelahan, "Taysu, mohon serahkan Pek-ling padaku."
Diam-diam ia memberi isyarat, serentak Tan Ho dan Kan Hou lantas mengepung ke depan-
Tindakan Koh Peng ini hanya ingin membikin si nikoh tua tahu gelagat dan mau mundur teratur agar tidak perlu terjadi pertarungan sehingga membikin Yu Wi merasa serba salah. Padahal cukup dia sendiri saja sudah dapat merampas cin Pek-ling dari tangan nikoh tua itu.
Karena dipanggil ibunya, terpaksa Pek-yan menjawab, "Bu, boleh kau serahkan saja Kakek cin kepada mereka."
"Tidak kau bantuku lagi?" tanya si nikoh tua dengan gusar.
Pek-yan menggeleng, pikirnya, "Kalau Yu Wi tidak membantu, biar kubantu- juga sia-sia."
Dia dapat memperhitungkan kekuatan sendiri biarpun ditambah lagi ketiga kakaknya juga tetap bukan tandingan Koh Peng bertiga.
"Yan-ji." ucap nikoh tua dengan menyesal. "apakah kau tega menyaksikan dia ditangkap musuh bebuyutannya dan mati terhina?"
"Kenapa tidak tega. memangnya ada hubungan apa antara kakek cin dengan diriku?" demikian pikir Pek-yan-
"Anak Yan, tidak pantas kau sebut dia sebagai kakek cin, kau tahu sebenarnya dia ...." sampai lama si nikoh tua tergegap. akhirnya baru tercetus ucapannya, "sebenarnya dia adalah ayahmu"
"Ha h, murid Bu-eng-bun masakah mempunyai ayah?" seru Pek-yan kaget. "Jangan . . jangan kau bohongiku . . . ."
"Aku tidak berbohong padamu. cin Pek-ling denganku serupa hubungan Yu wi denganmu" ucap si nikoh tua dengan sedih "Tentunya kau tahu siapa ayah Ih-hok?"
"Ih-hok" yang disebut adalah salah seorang anak kembar yang dilahirkan Pek-yan bersama Yu Wi. yaitu anak perempuan yang dibawa Pek-yan itu.
Pek-yan terkesiap. ia menegas dengan suara gemetar, "Apa . . ,apakah betul?"
Padahal tidak perlu tanya lagi juga dia tahu si nikoh tua pasti tidak berdusta padanya. sebab dari nasibnya sendiri ia dapat membayangkan nasib dan pengalaman sang ibu.
Meski Bu- eng- bun turun temurun hanya terdiri dari ibu dan anak perempuan, tanpa kenal ayah, juga tidak ada anak lelaki, namun bila salah seorang murid perempuan Bu-eng-bun benar-benar mencintai seorang lelaki, meski pihak perguruan dapat memaksa mereka meninggalkan kekasih yang dicintainya, namun tak dapat memaksa mereka melupakan lelaki itu.
Serupa Pek-yan, setelah dia meninggalkan Yu Wi dengan membawa Ih-hok, ia sudah ambil keputusan akan putus hubungan dengan Yu Wi, tapi biarpun sampai tua renta pasti juga sukar melupakan bayangan Yu Wi.
Dahulu, waktu cin Pek-ling kenal si nikoh bermuka buruk, tatkala mana nikoh bermuka jelek itu masih muda remaja dan tidak memakai kedok yang jelek ini, wajahnya secantik bunga, nama kecilnya Jiu-peng.
Cinta keduanya sangat mendalam, namun cin Pek-ling bukanlah bayangan bibit Jiu-peng cin Pek-ling juga baru berhubungan badan dengan Jiu-peng, namun ada hubungan badan atau tidak- bagi saudara sesama perguruan Jiu-peng, cin Pek-ling tetap dipandang sebagai bayangan bibit Jiu-peng.
Menurut peraturan, murid Bu-eng-bun tidak boleh mempunyai kekasih yang nyata, Jiu-peng justeru mencintai cin Pek-ling yang tidak pernah menjual bayangan kepada Bu-eng-bun, dengan sendirinya ia tidak mau menganggapnya sebagai pembibit yang kehilangan bayangan dan dipaksa bersama saudara seperguruannya
Maka ia memberitahukan kepada cin Pek-ling segala peraturan perguruannya, ia minta cin Pek-ling suka memutuskan hubungan saja.
Rupanya cin Pek-ling memang orang takut mati, setelah mengetahui bahaya yang mungkin akan mengancam jika dia menyukai Jiu-peng. cepat saja dia kabur dan tidak mau kenal Jiu-peng lagi
Jiu-peng sendiri sudah kadung mencintai cin Pek-ling, setelah ditinggal pergi, sembilan bulan kemudian lahiriah Pek-yan, Sampai sekarang juga dia masih terkenang kepada cin Pek-ling. sejauh itu dia tidak pernah lagi berhubungan dengan lelaki lain seperti perbuatan saudaranya yang lain, diam-diam ia menjaga kesucian demi cin Pek-ling.
Kemudian cin Pek-ling dapat juga mengetahui jejak Jiu-peng dan mengetahui bekas kekasih itu mempunyai anak perempuan, hanya tidak diketahuinya perempuan itu adalah keturunannya sendiri.
Karena seluk-beluk yang diketahuinya itu, maka dia menganjurkan Yu wi menjual bayangan kapada Pek-yan untuk bisa masuk ke cu-pi-am dan menolong Bok-ya.
Cin Pek-ling sendiri dengan mati-matian berusaha menguasai Goat-heng-bun maka dengan harta benda yang dimilikinya ia membeli jasa kepada Bu-eng-bun, tatkala mana Jiu-peng sendiri tidak tahu cin Pek-ling adalah bekas kekasihnya.
Maklumlah, dahulu Cin Pek-ling tidak menggunakan nama ini, dia kuatir dicari oleh Bu-eng-bun yang lain, maka ganti she dan tukar nama, sebab ia menyadari kepandaian sendiri bukan tandingan orang Bu-eng-bun.
Setelah lebih 20 tahun, cin Pek ling sudah tua, banyak perubahan pada wajahnya, Jiu-peng jadi pangling dan mengira dia cuma langganan Bu-eng-bun yang ingin memberi order pekerjaan saja,
Baru pada waktu berlangsungnya pesta tadi, demi mohon bantuan Jiu-peng, diam-diam cin Pek-ling memberitahukan padanya siapa dirinya sendiri, tentu saja Jiu-peng tercengang, setelah diamat-amati, lamat-lamat dapat dikenalnya memang betul cin Pek-ling adalah bekas kekasihnya.
Demi cin Pek-ling, selama hidup ini Jiu-peng menjaga tubuhnya dengan suci bersih tanpa hubungan lagi dengan lelaki lain, dari sini dapat diketahui betapa cinta nva kapada cin Pek-ling, sekarang dapat bertamu lagi dengan kekasih yang sukar dilupakan itu, biarpun mengorbankan jiwa juga akan dibelanya mati-matian-
Sekarang dia malah bicara terus terang kepada Pek-yan bahwa cin Pek-ling adalah ayahnya dengan harapan Pek-yan mau membantu menyelamatkan ayah sendiri.
Begitulah, si nikoh tua bermuka buruk alias Jiu-peng lantas berkata pula, "Anak Yan, jika kau tidak percaya. biarlah kumati
bersama ayahmu saja" Rupanya ia menjadi nekat dan akan menempur Koh Peng bertiga.
"Taysu, engkau sudah mencukur rambut menjadi nikoh, mana boleh terkenang lagi kepada cinta kasih masa lalu?" kata Koh Peng.
"Boleh kau bunuh saja diriku" jawab Jiu-peng dengan gusar.
Mendadak kedua tangan Koh Peng mencengkeram tubuh cin Pek-ling, dengan bertangan kosong saja Jiu-peng bukan tandingan Koh Peng, apalagi sekarang membawa cin Pek-ling, cepat ia menyurut mundur.
Tapi dari samping Tan Ho lantas melonpat maju, dengan gerakan yang aneh dan diluar dugaan, sebelah tangan Cin Pek-ling dapat dicengkeramnya. Jui-peng menarik sekuatnya, "krek", terdengar bunyi ruas tulang, "Apakah kau ingin lengannya patah?" bentak Tan Ho.
Karena harus memikirkan keselamatan cin Pek-ling, Jiu-peng tidak berani lagi menarik. Sebaliknya Tan Ho tidak sungkan padanya, orang tidak menarik, dia lantas membetot. Segera terdengar pula suara "krek" sekali.
Diam-diam Tan Ho pikir kalau si nikoh tua merasa kasihan, tentu cin Pek-ling akan dilepaskannya .
Tak tahunya telapak tangan Jiu-peng mendadak menabas lengan kiri cin Pek-ling yang dipegang Tan Ho itu. Tindakan ini sungguh diluar dugaan siapa pun.
Kerena sedang membetot dengan keras, Tan Ho jadi terhuyung-huyung ke belakang, dan hampir jatuh terjengkang dengan membawa lengan Cin Pek-ling yang putus itu. Begitu ada peluang, segera Jiu-peng melayang keluar kepungan ketiga kakek.
Koh Peng dan Kan Hou juga melenggong oleh tindakan Jiu-peng yang luar biasa itu, Tan Ho sendiri melongo sambil memegang lengan kutung yang berlumuran darah itu.
Setelah lari keluar kepungan,Jiu-peng mengira akan dapat lolos dengan selamat. Ia pikir meski sebelah lengan Cin Pek-ling terpaksa harus dikorbankan, namun orangnya dapat diselamatkan, kan lebih baik daripada tertawan musuh dan sukar dibayangkan nasibnya.
Setelah bertari sekian jauhnya, selagi Jiu-peng bergembira karena tidak ada orang mengejar, tiba- tiba dilihatnya di depan sana berdiri beberapa ratus lelaki muda tangkas, berbaris mengurung rapat jalan keluar semenanjung itu.
Ketika Jiu-peng sudah mendekat, serentak barisan orang-orang itu mengurung rapat dari kedua sisi.
Jiu-peng tidak memandang sebelah mata terhadap ratusan orang ini, langsung ia menerjang ke depan, kakinya bekerja cepat, melayang maju sambil menendang.
Beberapa orang yang diterjang itu tidak melawan, mereka hanya berputar saja. seketika barisan orang banyak juga ikut berputar sehingga seperti lingkaran setan, makin berputar semakin cepat.
Berulang-ulang Jiu-peng main menendang pula. tapi selalu mengenai tempat kosong, sukar mengenai lawan yang berputar dengan cepat itu.
Karena serangannya tidak dapat mengenai sasarannya, tanpa terasa Jiu-peng juga ikut bergeser dengan barisan yang berputar-putar itu. Tidak lama kemudian, mendadak beberapa ratus orang itu membubarkan diri, dalam sekejap saja lantas menghilang.
Jiu-peng bergirang, segera ia lari lagi kedepan, tapi mendadak angin pukulan dahsyat memapaknya .
Berbareng itu seorang menegur, "Taysu, serahkan saja cin Pek-ling"
Waktu Jiu-peng memandang ke depan, busyet, kiranya telah berada lagi di tempat semula. Kembali Koh Peng bertiga telah mengapungnya ditengah, yang menghantamnya barusan ialah Kan Hou, tapi tujuannya hanya untuk mendesaknya mundur saja.
Rupanya karena putaran barisan orang-orang tadi terlalu cepat sehingga membingungkan pandangan Jiu-peng, tanpa terasa ia ikut berputar dan tahu-tahu kembali lagi ketempat semula tanpa disadarinya
Kemudian beberapa ratus orang itu lantas kembali lagi ketempat penjagaannya tadi untuk mengawasi pelarian lain-
Diam-diam Pek-yan dan lain-lain sama terkejut dan kuatir melihat si nikoh tua ternyata gagal melarikan diri.
Jiu-peng sangat berduka, meski sebelah lengan Cin Pek-ling telah dikorbankan masih juga tak bisa lolos, ia duduk lemas di tanah dengan air mata bercucuran-
"Setiap jalan keluar dari tempat ini sudah dijaga rapat oleh anak murid kami, kukira lebih baik Taysu menyerahkan Cin Pak-ling saja," bujuk Koh Peng.
Jiu-peng menaruh Cin Pek-ling di depannya. katanya dengan lesu, "Boleh kalian mengambilnya . "
Tapi Koh Peng bertiga kuatir ada tipu si nikoh. mereka mengepung maju dengan waspada, lalu Kan Hou mengangkat cin Pek-ling yang buntung sebelah tangan dan belum lagi sadar itu.
Jiu-peng hanya duduk tertunduk lesu tanpa merintangi.
"Jangan kuatir Taysu," ucap Koh Peng, kini Cin Pek-ling berada dalam tawanan kami tidak pasti akan kami perlakukan dia dengan kejam, kami hanya ingin mempermaklumkan kepada dunia bahwa ketua Thay-yang-bun sekarang meringkuk sebagai tawanan di tangan orang Goat-heng-bun."
Lalu ia berpaling dan berkata pula, "Kan-hiante, bawa cin Pek-ling keruangan belakang, beri obat luka dan dirawat seperlunya."
Sesudah Kan Hou membawa pergi cin Pek-ling, mendadak Jiu-peng mengangkat lengan kiri sendiri, secepat kilat ditabasnya dengan telapak tangan kanan-
Meski tangan kanan Jiu-peng itu tidak selihai telapak tangan emas Yu Wi, tapi untuk memotong lengan sendiri ternyata dapat dilakukannya seperti menggunakan golok tajam, "krek", kontan lengan terkutung dan darah bercucuran.
Pek-yan manjerit kaget dan memburu ke sampingJiu-peng, tanyanya dengan suara gemetar, "Ken . . . kenapa. . . ."
Jawab Jiu-peng dengan menangis, "Sudah kubuntungi sebelah tangan ayahmu, biarlah aku pun mem. . . memotong sebelah tangan sendiri."
cepat Pek-yan menutuk beberapa Hiat-to Jiu-peng untuk menghentikan aliran darahnya, lalu dia merobek baju sendiri untuk membalut tangan yang sudah buntung itu.
Kejadian sudah berubah sejauh ini, namun Yu Wi hanya berdiri diam saja tanpa menghiraukannya .
Diam-diam Kan ciau-bu bergirang, disangkanya Yu Wi telah tunduk kepada wibawa sang ketua sehingga tidak berani lagi membela pihak musuh. Segera ia memberi perintah lagi, "Koh-tianglo dan Tan-tianglo, lekas tangkap keempat perempuan pembunuh anak murid kita itu untuk diadili."
Perintahnya cukup jelas dan tegas, karena Pek-yan berempat telah membantu cin Pek-ling membunuhi anak murid Goat-heng-bun, menurut peraturan adalah pantas diberi hukuman berat.
Segera Koh Peng dan Tan Ho mengiakan. karena perintah sang ketua, mereka tidak menghiraukan lagi Yu Wi adalah suami Pek-yan- serentak mereka mendekati Pek-yan berempat. ^
Pada saat itu juga Kan Hou juga telah kembali, serentak iapun ikut mengepung kesana.
Gin- goat, Tho-kin dan Klok-gim lantas bergabung dengan Pek-yan dan mengelilingi Jiu-peng untuk menghadapi musuh.
"Nona Cin, sebaiknya jangan kalian menggunakan kekerasan," kata Koh Peng. ia anggap Pek-yan adalah putri Cin Pek-ling, tentu juga she Cin-
sedih juga perasaan Pek-yan, diam-diam ia menyesal kenapa tadi tidak turun tangan membantu sang ibu ketika musuh hendak menawan cin Pek-ling yang ternyata ayahnya sendiri. Terdengar Gin goat sedang menjawab, "Lantas bagaimana kalau tidak memakai kekerasan?"
"Kalian ikut ke sidang peradilan untuk diperiksa, karena kalian cuma menjual jasa dan atas permintaan orang, mungkin keadahan kalian dapat diberi keringanan hukuman," ujar Koh Peng.
"Apa hukumannya?" tanya Gini^oat pula dengan tertawa.
"Menurut kesalahan kalian, sedikitnya harus dipotong kedua tangan," teriak Kan Hou.
"Hihi. terima kasih atas keringanan hukuman itu," sahut Gin goat dengan tertawa ngikik.
"Tapi kaiau tidak menyerah untuk diadili, tentu takkan mendapat keringanan," tukas Koh Peng.
"Maksudmu supaya kami menyerahkan diri untuk diringkus?" tanja Gin-goat.
Kan Hou tidak suka kepada anak murid Bu-eng-bun yang kerjanya membunuh orang atas pembayaran, ia anggap orang perempuan yang malang melintang ini hanya membikin malu orang perailatan saja. Maka dengan asara lantang ia berkata, "Ya, kalian harus menyerah untuk diringkus"
Gin- goat melirik Yu Wi sekejap. lalu tertawa ngikik dan berseru, "Tanpa bantuan Yu-kongcu. jelas kami tidak mampu melawan kerumunan orang banyak. terpaksa kami harua menyerah dan tiada jalan lain."
Karena namanya disebut Gin goat, Yu Wi hanya mengangkat alis saja dan tetap tidak bersuara.
Gin- goat barkata pula, "Akan tetapi, Yu-kongcu sendiri apakah tidak membunuh anak murid kalian, bukankah dia juga diharusKan menyerah untuk diringkus?"
Orang Goat-heng-bun yang dibunuh Yu Wi sangat banyak. kalau mau bicara hukuman, sedikitnya dia bisa dihukum mati.
Koh Peng tahu orang sengaja hendak menghasut agar Yu Wi membantunya, segera ia membentak "Tidak perlu banyak omong, lekas menyerah"
"Memangnya kalian mengira dapat kabur" -jengek Tan Ho. "Jika tahu diri, lekas menyerah untuk diringkus untuk meringankan hukuman kalian."
"Pantasnya, bila kami tahu gelagat, mestinya kami harus menyerah." ucap Gin goat. "Tapi sebelum menyerah, ada sedikit permohonan kami."
"Permohonan apa?" tanya Koh Peng.
Ia pikir bukanlah pekerjaan gampang jika hendak menangkap keempat perempuan ini, jika syarat yang dikemukakannya tidak terlalu pelik, boleh juga diterima.
Gin- goat lantas berkata, "Bu-eng-bun kami ada suatu peraturan, yaitu barang siapa membikin susah orang yang menjadi langganan kami harus dihukum mati. Si nikoh tua tidak perlu dibicarakan, yang jelas si tua she Cin itu adalah orang memberi pekerjaan kepada kami, sekarang mereka terkutung sebelah tangan, bila diusut, hal itu adalah karena gara-gara kalian bertiga, berdasarkan peraturan tadi, kalian juga harus dihukum mati, tapi kalian telah mau memberi kelonggaran kepada kami, biarlah kami juga memberi keringanan kepada kalian, sekarang Ciangbun dan kalian boleh segera memotong sebelah tangan sendiri untuk menebus dosa."
"Hm, inikah permintaan yang kau maksudkan"-jengek Koh Peng.
"Betul," jawab Gin goat dengan tertawa. "Setelah kalian sama membuntungi tangan sendiri. segera kami juga akan menyerah untuk diringkus."
Kan Hou tidak tahan lagi rasa murkanya, bentaknya, "Budak busuk. kau cari mampus" Mendadak ia menubruk maju dan menghantam,
"Su-siang-tin" teriak Gin goat kepada ketiga kawannya untuk memasang barisan pertahanan-
Sekali bergerak. segera keempat nona berputar klan kemari dengan cepat. Dengan sendirinya pukulan Kan Hou mengenai tempat kosong. Serentak Koh Peng dan Tan Ho juga menerjang maju.
Segera terjadi serangan kilat, dalam sekejap saja sudah berlangsucng ratusan jurus, meski keempat nona itu bukan tandingan Koh Peng bertiga, tapi pertahanan mereka sekarang sangat ketat, Yu Wi yang menonton disamping segera tahu keempst nona itu pasti sukar dikalahkan,
Keempat nona itu memasang Su-siang-tin atau barisan empat musim, pertahanan barisan ini sulit ditembus. Sebenarnya jurus serangan ilmu silat mereka tidak kalah lihainya daripada Koh Peng ber- tiga, yang kalah hanya soal keuletan saja, tapi kelemahan ini sekarang ditambal dengan Su-siang tin, Koh Peng bertiga menjadi kerepotan sendiri.
Meski Koh Peng bertiga juga ahli tempur barisan seperti halnya barisan anak muridnya yang tak bisa ditembus oleh si nikoh tua tadi, namun sayang, antara mereka bertiga belum pernah berlatih satu barisan tersendiri, kalau tidak. dengan barisan melawan barisan, tentu keempat nona itu dapat diatasi.
Sekarang mereka merasakan kehebatan Su-siang-tin lawan yang sukar dibobol, Koh Peng tahu bila berlangsung lebih lama lagi, jangankan hendak menang, jika meleng sedikit saja mungkin mereka sendiri bisa kecundang.
Selagi dia hendak menyuruh kedua kawannya agar berbenti menyerang, mendadak terdengar Kan ciau-bu berseru, "Ketiga Tianglo harap berhenti dahulu"
Koh Peng bergirang, perintah ini lebih terhormat bagi mereka daripada berhenti menyerang sendiri. Maka serentak mereka melompat mundur.
"Lawan memasang barisan empat orang, biarlah kita juga menghadapi mereka dengan barisan empat orang," kata ciau-bu pula.
Diam-diam Koh Peng memuji kecerdikan Kan ciau-bu, untuk membobol barisan lawan memang diperlukan juga empat orang. cuma seorang lagi harus sama kuatnya dibandingkan musuh, kalau tidak tetap sukar membobol barisan mereka.
Rupanya Kan ciau-bu melihat Yu Wi cuma berdiri diam saja tanpa membantu Pek-yan yang diakui isterinya itu, hal ini menandakan anak muda itu telah mutlak tunduk kepada perintah ciangbujin sendiri. Sekarang ciau-bu hendak mengujinya lagi bagaimana reaksinya, maka segera ia memberi perintah,
"Saudara Yu, hendaknya kau bantu ketiga Tiang lo."
ciau-bu pikir bila perintah ini diturut Yu Wi, selanjutnya dia akan punya akal untuk membinasakan seterunya itu.
Yu Wi tampak melenggong sejenak. lalu melangkah kesamping ketiga Tiang lo itu dengan tetap tidak bersuara.
Koh Peng bergirang karena mengira Yu Wi hendak membantu mereka. Ia tahu dengan ikut sertanya Yu Wi, barisan keempat nona itu pasti dapat dibobol dengan mudah.
Sesudah Yu Wi mendekat, Koh Peng lantas berkata kepadanya dengan tertawa. "Saudara Yu hendaknya menempati sudut kiri."
Tak terduga Yu Wi lantas menggeleng dan menjawab, "Tidak. Koh-tianglo, kedatanganku bukan untuk membantu kalian."
Karena ingin cepat menang, Kan Hou tidak sabar, teriaknya gusar, "Apa katamu" Masa tidak kau dengar perintah Ciangbun?"
Koh Peng juga menambahkan dengan nada orang tua, "Tidak boleh kau bangkang perintah Ciangbunjin, saudara Yu."
"Aku tidak mengakui dia sebagai Ciangbun perguruan kita, "jawab Yu wi.
Ucapan ini membuat ketiga kakek itu terkejut. Air muka Kan ciau bu juga berubah. Tapi di sebelah lain ke-empat nona merasa kegirangan-
Ya-ji juga merasa lega, pikirnya, "Jika demikian, tidak lagi kukuatirkan Kan ciau-bu akan membikin susah padanya nanti."
Tan Ho juga lantas membentak, "seorang lelaki mana boleh plin-plan begitu, sebentar ya sebentar tidak?"
"Aku hanya mengakui dia sebagai Koko dan tidak pernah menganggap dia sebagai Ciangbun," jawab Yu wi. "Perintah Ciangbun memang tidak boleh dilanggar, namun dia bukan ketua perguruan kita, dengan sendirinya perintahnya tidak perlu ku-turut."
Semua orang merasa ucapan Yu Wi juga betul, setelah dia memberi hormat kepada Kan Ciau-bu tadi, ia hanya memanggil "Koko" saja dan tidak pernah menyebutnya "Ciangbun", jika sekarang dia tidak mau tunduk kepada perintahnya dan tidak mengakui Kan Ciau-bu sebagai Ciangbunjin, tindakan ini tidak dapat dikatakan sebagai plin-plan-
"Mengapa engkau tidak mengakui dia sebagai Ciangbunjin, apa alasanmu?" tanya Koh Peng.
"Silakan Koh-tianglo memeriksa barang apakah ini?" kata Yu Wi.
Koh Peng lantas memeriksa barang yang diperlihatkan Yu Wi. lalu bergiliran Tan Ho dan Kan Hou juga disuruh melihat oleh Yu Wi,
Yu Wi berdiri menghadap Kan ciau-bu, waktu Koh Peng memeriksa barang yang dipegang Yu Wi,
Mereka berdiri membelakangi Kan ciau-bu, dengan sendirinya ciau-bu teraling dan tidak tahu barang apa yang dilihat oleh ketiga kakek itu.
Dasar orang busuk. sudah terlalu banyak kejahatan yang diperbuatnya, tentu segala sesuatu membuat hatinya tidak tenang.
Apalagi setelah memeriksa barang yang diperlihatkan Yu Wi itu air muka ketiga Tiang lo lantas berubah khidmat, keruan hatinya tambah kebat-kebit sebab tidak tahu permainan apa yang sedang dilakukan Yu Wi.
Didengarnya Yu Wi berkata pula, "apabila berdasarkan barang tinggalan Ban Yu-coan, Ban-loelanpwe, sebagai tanda kepercayaan untuk menjadi ciangbunjin, maka sekarang aku dapat mengaku sebagai ciangbunjin juga."
Koh Peng termenung sejenak, katanya tiba-tiba, "Tan-hiante dan Kan-hiante, dalam urusan ini kita tidak enak untuk ikut campur lagi, bagaimana kalau kita lepas tangan dalam persoalan ini?"
Tan Ho dan Kan Hou mengangguk sebagai tanda setuju.
Ketiga orang lantas mengeluarkan suara suitan aneh, serentak beberapa ratus anak muridnya yang berjaga rapat disekitar Eng-bu-ciu lantas berlari datang menghadap mereka, Dengan membawa anak buah mereka, pelahan Koh Peng bertiga lantas melangkah pergi. Keruan Kan ciau-bu menjadi kelabakan, cepat serunya, "Kembali ketiga Tianglo"
Koh Peng bertiga menjawab berbareng, "Maaf tidak dapat kami turuti"
Dalam sekejap saja ketiga kakek itu bersama anak buahnya sudah menghilang.
Sungguh Ciau-bu tidak mengerti permainan sulap apa yang dilakukan Yu Wi sehingga dalam sekejap saja ketiga pembantu utamanya itu membawa pergi anak buahnya tanpa pamit lagi.
orang lain juga sukar mempercayai kepergian Koh Peng dan rombongannya itu sebagai hal nyata, namun orang sebanyak itu benar-benar telah pergi meninggalkan Eng-bu-ciu, masa perlu disangsikan lagi"
Tentu saja Pek-yan dan saudara seperguruannya sangat girang melihat lawan tangguh telah pergi semua, lebih-lebih Gin goat, Tho
kin dan Klok-gim, sungguh mereka ingin bersorak memuji kehebatan Yu Wi.
Terpaksa Kan Ciau- bu mencari pembantu lain, ia membisiki Ce Ti-pang yang berdiri disebelahnya, orang tua itu mengangguk, lalu tampil kemuka dan berseru, "Yu Wi, lekas turut kepada perintah Ciangbunjin dan bekuk keempat perempuan berkerudung itu."
"Apakah kau sendiri anak murid Goat-heng-bun?" tanya Yu Wi.
"Memangnya bisa palsu?" jengek Ce Ti-peng dengan lagak orang tua.
"Setiap murid Goat-heng-bun pasti ada tanda bulan sabit didepan dadanya, adakah padamu tanda pengenal itu?" tanya Yu Wipula.
"Tentu . . . tentu saja ada," jawab ca Ti-peng dengan gelagapan-
"Coba perlihatkan," kata Yu Wi dengan tertawa.
Padahal didada Ce Ti-peng sama sekali tidak ada tanda bulan sabit apa segala. mana dia berani memperlihatkan dadanya. Iapun kuatir orang akan paksa membuka dadanya, maka kedua tangannya lantas mendekap dada sendiri.
Mendadak dilihatnya Yu Wi mengangkat tangan kirinya yang berwarna keemasan itu, Ce Ti-peng menjerit kaget dan cepat menyurut mundur sambil mendekap dada, kelakuannya itu mengingatkan orang pada anak perempuan yang takut dadanya dijamah tangan jahil.
Tapi Yu Wi lantas menyimpan kembali Hi-jong-kiam yang baru dilolosnya itu, lalu berkata pula dengan tertawa, "Jangan malu-malu, bukalah dadamu supaya semua orang dapat melihat jelas."
Dalam pada itu tertampak kain kecil berhamburan, dada Ce Ti-peng yang didekap kedua tangan itu sudah terbuka, malahan masih ada dua-tiga potong robekan kain yang tertahan oleh tangannya.
Segera Yu Wi pura-pura mengangkat pula tangannya sambil membentak, "Terima lagi pukulanku ini"
Ce Ti-peng benar-benar sudah ngeri terhadap tangan emas Yu Wi itu, cepat kedua tangannya menolak kedepan sekuatnya.
Tapi Yu wi lantas mengelak malah ke samping sehingga tenaga tolakan Ce Ti-peng itu menyambar lewat.
Dengan demikian kedua tangan Ce Ti-peng lantas meninggalkan dadanya sehingga kain yang masih menempel di dada juga jatuh, maka tertampaklah dadanya yang telanjang itu putih mulus tanpa sesuatu cacat apa pun.
Dengan tertawa Yu Wi lantas bertanya, "Nah, dimana bulan sabit tanda pengenal Goat-hang-bun itu" Eh, barang kali dapat menghilang?"
Seketika semua orang menjadi lupa Yu Wi kawan atau lawan, meledaklah gelak tertawa mereka.
Dari malu Ce Ti-peng menjadi gusar, teriaknya, "Aku memang tidak punya tanda pengenal bulan sabit segala, memangnya kau sendiri punya?"
Dengan terawa Yu Wi menyingkap bajunya sehingga kelihatan dadanya, katanya, "Silakan lihat"
Terlihat jelas tanda bulan sabit hijau tercetak pada dadanya. Jelas warnanya dan mendekuk cukup dalam sehingga setiap orang dapat melihatnya, Seketika semua orang berbisik membicarakannya sehingga suara gemersik berjangkit disana sini.
Dengan sendirinya yang menjadi pokok pembicaraan mereka tidak lain adalah, "Jelas orang she Yu ini adalah murid Goat-heng-bun tulen, entah Pangcu kita mempunyai tanda pengenal ini atau tidak," Tentu saja kasak-kusuk orang banyak itu juga didengar oleh Kan Ciau-bu, ia tahu anak buahnya telah menaruh curiga padanya, tapi ia tetap tidak berani memperlihatkan dadanya. sebab dadanya juga halus licin serupa dada Ce Ti-peng. Jika sebelumnya mereka tahu setiap anak murid Goat-heng-bun ada tato bulan sabit sebagai tanda pengenal, tentu dengan menahan sakit akan mereka tusuk kulit badan sendiri.
Semua orang sekarang percaya penuh Yu wi adalah murid asli Goat-heng-bun, tidak ada yang memperhatikan tanda bulan sabit didada Yu wi letaknya tidak sama dengan tanda pada dada Koh Peng bertiga. Jika bulan sabit diatas dada Koh Peng bertiga itu terletak tepat ditengah,adapun bulan sabit di dada Yu wi terletak di bagian kiri dada. Menurut pikiran Yu wi, karena ilmu sakti pada setengah badan kiri itu berasal dari Ko Bok-cing, sedangkan Ko Bok-cing adalah ahli waris Ban Yu-coan, murid Goat-heng-bun tulen. maka setengah badannya itu juga harus menjadi murid Goat-heng-bun.
Sebab itulah tato bulan sabit hijau itu dibuatnya diatas dada sebelah kiri dan tidak serupa Koh Peng dan lain-lain yang mempunyai tanda pengenal tepat ditengah dada.
Begitulah Yu Wi lantas berseru, "Ce-cianpwe, apabila pimpinan kalian benar murid Goat heng-bun tulen, dapatkah dia memperlihatkan dadanya?"
Ce Ti-peng tahu pada Kan Ciau-bu tidak terdapat sesuatu tanda apa pun, maka jawabnya dengan gelagapan, "Kukira tidak .. .tidak perlu ...."
"Jika begitu, masakah aku harus sembarangan tunduk kepada seorang ketua yang belum jelas asal-usulnya?" kata Yu Wi pula.
Selagi Ce Ti-peng merasa serba runyam, tiba-tiba Kan Ciau-bu berseru kepadanya,
"Ce-losu kembali sini"
Seketika Ce Ti-peng merasa seperti mendapat pengampunan besar, cepat ia lari kembali terus masuk kebelakang untuk ganti baju. Ce Ti-peng adalah pembantu baru Kan Ciau-bu, anak murid juga bawaannya, cuma sudah dilatih dulu oleh Kan Ciau-bu sehingga tidak lemah lagi kepandaian mereka. lantaran itulah mereka mampu menghadapi anak murid Cin Pek-ling.
Kan Ciau-bu merasa kehilangan muka karena kekalahan Ce Ti-peng, katanya dengan gusar, "Yu Wi, kau mengaku sebagai murid
Goat-heng-bun, tapi perintahku sebagai pejabat ketua tidak kau turut. padahal akupun tidak pingin menjadi ketua macam begini, selanjutnya kunyatakan bukan anggota Goat-heng-bun lagi"
"Seharusnya memang demikian," ujar Yu Wi, "Engkau mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, bahkan sengaja menyuruh Ce Ti-peng menyamar sebagai anak buahmu untuk memancing keluarnya anak murid Goat-heng-bun yang selama ini mengasingkan diri, tujuanmu tidak lain hanya ingin memupuk kekuatanmu sendiri, padahal kenapa perlu engkau bertindak sejauh ini, mestinya kan sudah cukup jabatan ketua Thi-bang-pang yang telah kau rampas dengan intrik kejimu itu?"
Tapi Kan Ciau-bu lantas berteriak, "Thi-bang-pang tersebar ditempat ini,Jika kalian bermaksud meninggalkan tempat ini harus kalian bunuh diri segenap anggota Thi-bang-pang kami."
Habis berkata mendadak ia mengangkat tinggi-tinggi sesuatu benda sambil berseru, "Inilah tanda pengenal kebesaran Thi-bang-pang apa amanat Lopangcu tatkala beliau masih hidup?"
Melihat yang dipegang Kan Ciau-bu itu adalah sebuah jaring kawat baja berwarna hitam gelap, serentak para anggota. Thi-bang-pang berteriak dengan khidmat. "Melabrak musuh tak gentar, kalau rela dihina berarti kelemahan"
"Dan sekarang kita menghadapi musuh tangguh, banyak anggota kita yang menjadi korban, apakah penghinaan ini dapat kita terima?"
Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak, tidak terima" teriak para anggota Thi-bang-pang dengan penuh semangat.
"Baik, kita harus patuh kepada amanat mendiang Lopangcu kita!" teriak Kan Ciau-bu pula, "Kita harus menuntut balas bagi yang telah gugur, betapa harus kita bekuk musuh yang telah membunuh anggota Pang kita." Seruan Kan Ciau-bu ini serupa api disiram minyakk dan makin mengobarkan semangat tempur anggota Thi-bang-pang, serentak Yu Wi dan rombongannya dikepung dengan rapat.
Melihat kemurkaan musuh yang menggelora itu, Yu Wi menyadari keadaan cukup gawat, kalau tidak menggunakan tindakan kejam rasanya sukar lolos dari kepungan musuh. Dilihatnya jaring baja hitam yang dipegang Kan Ciau-bu itu memiliki daya pengaruh terhadap semangat tempur anak buah Thi-bang-pang. tiba-tiba pikirannya tergerak mendadak ia melompat maju dan mencengkeram Kan Ciau-bu
Meski di depan Kan Ciau-bu dyaga oleh beberapa lapis anak buahnya, namun dengan langka ajaib Hui-liong-pat-poh, tidak sulit bagi Yu Wi untuk menyelinap lewat kesana dan langsung menerjang seteru itu. Ketika mendadak melihat tangan emas mengkilap menyambar mukanya, Kan Ciau-bu terkejut tahu-tahu jaring baja hitam yang dipegangnya telah lenyap secara ajaib, ternyata sudah berpindah tangan emas Yu Wi, begitu dapat terampas jaring hitam segera Yu wi melompat mundur ke tempat semula untuk melindungi Pek-yan dan Soh-sim alias Bok-ya.
Anah buah Thi-bang-pang sama berteriak kaget, tapi rasa kaget yang menunjukkan rasa sangsi mereka.
Dengan jaring hitam di tangan Yu wi, anak buah Thi-bang-pang yang mulai mendesak maju itu seketika lantas berhenti.
Cepat Kan Ciau-bu membentak, "Penjahat itu merampas pusaka Pang kita, ayo lekas serbu dan serang dia" Keras sekali suaranya, namun anggota Thi-bang-pang tidak ada yang bergerak. karuan Kan Ciau-bu sangat gelisah, ia tahu jaring baja itu sangat penting artinya, segera ia berseru pula dengan tertawa, "Yu Wi, kau panggil Koko padaku, dengan sendirinya takkan kubikin susah saudaraku sendiri."
Yu Wi hanya menjengek saja tanpa menjawab, ia ingin tahu apa yang hendak dikatakannya lagi.
"Mengingat sesama saudara sendiri, kuperintahkan segenap anggota jangan membikin susah padamu, boleh kau tinggalkan mereka, biarlah keenam perempuan itu mati didepan segenap anggota Pang kita untuk melampiaskan rasa murka orang banyak."
"Engkau mengakui diriku sebagai adik?" tanya Yu Wi tiba-tiba.
Kan Ciau-bu tertawa,jawabnya, "Wajah kita serupa, dengan sendirinya tidak perlu disangsikan lagi persaudaraan kita.Jadi tidak ada soal mengaku atau tidak, sebab setiap orang tentu juga percaya. Cukup hal ini saja tiada seorang pun berani membikin susah padamu."
"Numpang tanya, Koko ini she apa?" tanya Yu wi.
"Dengan sendirinya juga she Yu" jawab Kan Ciau-bu dengan tidak tahu malu.
Betapapun ia tidak berani mengaku she Kan sebab setiap anggota Thi-bang-pang tahu menantu Lo pangcu adalah she Yu, yaitu putra Ciang-kiam-hui Yu But Thian.
Maka Yu Wi bertanva pula, "Lantas siapakah ayahmu?"
"Mendiang ... mendiang ayahku ...." Kan Ciau-bu menjadi gelagapan, sebab apapun juga tidak enak untuk mengakui orang lain sebagal ayah sendiri.
Pada saat itulah mendadak suara seorang perempuan berseru, "Biarlah kujawab bagimu jika engkau tidak dapat menjawabnya."
Waktu semua orang berpaling, beramai-ramai mereka lantas memberi jalan lewat, tertampaklah seorang perempuan berwajah pucat kurus tampil kedepan dengan pelahan, dimana dia lewat para anggota Thi-bang-pang sama memberi hormat dan menyapa, "Selamat Hujin"
Yu Wi dapat melihat jelas pendatang ini ialah Lim Khing-kiok,
Sudah beberapa tahun sejak Lim Khing-kiok dibawa minggat oleh Kan Ciau-bu dari Mo-kui-to. mendadak dapat bertemu sahabat lama disini, tentu saja YU Wi sangat gembira,
Didengarnya Lim Khing-kiok lagi berkata, "Ayahmu Thian-ti hu ...."
"Tutup mulut" bentak Kan Ciau-bu mendadak, Ia pikir perempuan hina ini sudah melahirkan anak tapi hatinya masih condong kepada orang lain, sungguh tidak kepalang gemasnya sehingga air mukanya berubah kelam. Namun Lim Khing-kiok tidak takut gertakan Ciau-bu. ia menyambung pula, "Kau memalsukan Yu wi untuk mencuri hati Le-siocia, sesudah menikah kau bunuh dia pula, padahal engkau sebenarnya bukan Yu Wi melainkan Kan-toakongcu dari Thiau-ti-hu, Kan Ciau-bu adanya."
Keterangan ini dikemukakan Lim Khing-kiok dengan cepat, seketika gemparlah para anggota Thi-bang-pang. Cepat Ciau-bu berusaha membela diri, serunya, "Jangan kalian percaya kepada ocehannya, dia orang gila, keterangannya menyesatkan. Siok-coan meninggal karena sakit, hal ini diketahui setiap orang."
Siok-coan adalah nama puteri kesayangan Pangcu Thi-bang-pang, Le Kun. Kematian Siok-coan memang disaksikan orang banyak waktu layonnya dikubur, mereka pikir kematian Le Siok-coan memang akibat sakit dan bukan dibunuh oleh suami sendiri.
Walaupun ragu, namun semua orang juga percaya kepada keterangan Lim Khing-kiok, sebab setelah Le Siok-coan mati, secara resmi Kan Ciau-bu lantas menikah dengan Lim Khing-kiok, Suami-isteri seharusnya bersatu hati,jika sekarang isteri sendiri saja menuduhnya, mau-tak-mau mereka menjadi percaya kepada keterangan Lim Khing-kiok itu.
"Semua orang menyaksikan bahwa Siok-coan memang mati sakit, masakah perlu disangsikan lagi?" demikian Ciau-bu berteriak pula dengan gugup.
"Dia sakit apa?" tanya Lim Khing-kiok,
"Setelah Lopangcu wafat karena terlalu berduka dia lantas jatuh sakit dan akhirnya meninggal."
Alasan Ciau-bu ini cukup kuat, dahulu anggota Thi-bang-pang juga menyangka demikianlah menigggalnya Le Siok coan. Lim Khing-kiok hendak bertanya lagi, Ciau-bu merasa tidak menguntungkan bila terdesak oleh pertanyaannya, cepat ia
membentak, "Perempuan hina, lekas kau katakan kepada segenap saudara kita bahwa kau memang sembarangan mengoceh."
Khing-kiok menggeleng, katanya, "Tidak, Le-siocia telah kau bunuh, sekarang aku yang menjadi sasaranmu pula, namun sayang, tiada seorang pun berhasil kau bunuh."
Sesudah berhenti sejenak, mendadak ia berseru, "Cici. mari keluar"
Segera orang banyak menyingkir dan memberi jalan lewat bagi kemunculan orang baru ini membikin para anggota Thi-bang-pang sama melongo dan mengira sedang mimpi.
Yu Wi juga terkejut demi mengenali pendatang ini, pikirnya, "Serapat-rapatnya Kan Ciau-bu mengatur muslihatnya toh terjadi juga kebocoran, sekali ini dia mati kulu benar-benar dan tidak mampu bicara lagi."
Ketika mengetahui siapa yang muncul ini, hampir saja Kan Ciau-bu jatuh pingsan. Serentak para anggota Thi-bang-pang juga lantas bersorak, "Hah, Pangcu Pangcu"
Ada yang terharu dan menitikkan air mata. Sambil berseru, "Pangcu tidak meninggal, Pangcu hidup kembali . . .,"
Pendatang ini kelihatan kurus kering tinggal kulit membungkus tulang. namun dapat dikenal dengan jelas ialah putri kesayangan Le Kun, Le Siok-coan adanya. ketua Thi-bang-pang sesudah Le Kun wafat. setelah Le Siok-coan dinyatakan meninggal barulah jabatan ketua diteruskan oleh Kan Ciau-bu. Thi-bang-pang yang berpengaruh di lembah Tiang-kang ini didirikan oleh Le Kun sendiri, maka setiap anggota merasa kegirangan demi melihat satu-satunya keturunan Lopangcu telah hidup kembali setelah dinyatakan mati.
Kan Ciau-bu tidak menyangka Le Siok-coan ternyata belum meninggal, keruan tidak kepalang kagetnya dan timbul juga rasa takutnya, segera ia merenungkan daya upaya untuk melarikan diri.
Yu Wi lantas menyongsong ke depan dan menyapa "Selamat Nona Le, syukur engkau ternyata tidak mengalami cedera apa-apa
oleh tindakkan keji bangsat itu.Jaring hitam ini harus kuserahkan kembali kepada Pangcu yang asli." Ia lantas menyerahkan jaring hitam yang dirampasnya dari Kan Ciau-bu tadi kepada Le Siok-coan.
Setelah menerima jaring hitam itu, dengan suara gemetar Le Siok-coan lantas berseru, "Dengarkan segenap anggota Pang kita, akan kujelaskan segenap dosa penjahat yang telah merusak persaudaraan kita ...."
Kan Ciau-bu tidak berani merampas kembali jaring hitam ketika masih dipegang Yu Wi, sekarang jaring itu berada ditangan Le Siok-coan yang kurus kering, ia yakin pasti dapat merampasnya, mendadak ia menerjang maju sambil menggertak.
Tapi apa yang terjadi sungguh diluar dugaannya, mendadak terlihat Le Siok-coan menebarkan jaring hitam itu sehingga serupa selapis tabir mengurung keatas kepala Kan Ciau-bu.
Sama sekali Kan Ciau-bu tidak menduga Le Siok-coan masih mempunyai jurus simpanan yang lihai ini, tabir jaring hitam itu mengurung tiba dengan cepat dan luas jangkauannya sehingga sukar baginya untuk menghindar.
Serentak para anggota Thi-bang-pang juga bersorak, "Thiau-lo-te-bang (jaring langit dan jala bumi)"
Waktu Le Siok-coan menarik pelahan, segera jaring hitam itu menyurut dengan kencang sehingga Kan Ciau-bu terjerat didalam jaring dan tidak dapat berkutik,
Dilihatnya Go Lam-thian berdiri tidak jauh disebelahnya dan ikut bersorak sorai, diam-diam Kan Ciau-bu sangat mendongkol, pikirnya, "Bangsat ini sungguh tidak tahu budi, tadinya kau berkomplot denganku, sekarang keadaanku terdesak segera kau ganti haluan, jika aku mati,jangan kau harap akan hidup."
Begitu timbul pikiran demikian, segera ia menggelinding kesana sekuatnya.
Kemahiran menebarkan jaring hitam itu masih dikuasai Le Siok-coan dengan baik, tapi tangannya sebenarnya tidak bertenaga, karena gelindingan Kau Ciau-bu yang keras itu,
Siok-coan kuatir dirinya ikut terguling, cepat ia melepaskan ikatan tali jaring pada tangannya.
Menggulingnya tubuh Kan Ciau-bu sungguh sangat keras. karena tidak berjaga-jaga, kedua kaki Go Lam-thian tergilas patah, menyusul lantas tertindih oleh tubuh Kan Ciau-bu. Sekuatnya Go Lam-thian berusaha melawan, tapi diam-diam Kan Ciau-bu mengerahkan tenaga sehingga Go Lam-thian menjerit ngeri, mati tertindih.
Semua anggota Thi-bang-pang sama pucat ketakutan melihat keganasan Kan Ciau-bu meski terbungkus oleh jaring itu. Namun jaring yang meringkus Kan Ciau-bu itupun bertambah kencang karena bergulingnya itu sehingga dia tidak dapat berkutik lagi, kawat baja jaring hitam tampak mendekuk kedalam kulit badan Kan Ciau-bu sehingga membuatnya sesak napas. Semula Kan Ciau-bu mengira jaring hitam itu adalah kebesaran Pangcu saja, tak tersangka juga mempunyai daya guna mengatasi musuh selihai itu, malahan harus menguasai cara menebarkan jaring barulah dapat memanfaatkan jaring itu. Baru sekarang ia paham sebab apa para anggota Thi-bang-pang sama bersuara heran ketika Yu Wi merampas jaring dari tangannya tadi.
Rupanya para anggota Thi-bang-pang tahu jaring hitam tinggalan Lopangcu itu seharusnya tidak dapat direbut musuh kecuali musuh memang teramat lihai sehingga sukar menebarkan jaring itu, namun begitu jaring akan tetap terikat ditangan.jadi untuk merampas jaring itu hanya kalau tangan ikut terpenggal.
Begitulah Le Siok-coan lantas mendamperat dengan suara gemetar sambil menuding Kan Ciau-bu yang teringkus didalam jaring itu, "Kau bangsat keparat, ada permusuhan apa antara keluarga Le kami dengan kau, mengapa kau bunuh ayahku dan diam-diam mencelakai diriku pula"____"
Mendengar kematian Pangcu tua mereka juga akibat perbuatan keji Kan Ciau-bu, serentak anggota Thi-bang-pang sama mencaci-maki kekejamannya. Kalau Le Siok-coan tidak berada disitu bisa jadi mereka akan menerjang maju dan menginjak-injaknya hingga mampus.
"Kematian ayahku semula kusangka karena sakit tua, tak terduga dengan cara yang sama hendak kau bunuh pula diriku," demikian Le Siok-Coan berserupula, "Untung Thian memberkati panjang umur kepadaku sehingga aku lolos dari kekejamanmu, karena itulah dapat kuketahui kematian ayahku ternyata tidak wajar melainkan perbuatanmu."
Dengan suara parau Kan Ciau-bu berlagak berduka, katanya, "Siok-coan, setelah kau meninggal, setiap hari kucaci muka dengan air mata. Kuharap jangan kau percaya kepada ocehan perempuan hina itu, sungguh aku tidak tahu segala seluk-beluknya, kusangka yang meninggal ditempat tidur itu ialah dirimu sehingga kukubur dirimu dengan berduka cita. Siapa tahu secara diam-diam ada komplotan jahat telah menukar dirimu, dan berdusta padamu bahwa aku hendak membunuh dirimu, padahal mana mungkin kubikin celaka dirimu. Yang jelas komplotan jahat itu ingin merampas kedudukanmu, maka telah digunakannya tipu muslihat keji ini."
"Bangsat, sudah begini masih juga berani menyangkal dan memfitnah orang lain" bentak Khing-kiok. Kan Ciau-bu lantas berteriak penasaran, "O. Thian, dosa apa orang she Kan sehingga mendapatkan perempuan berhati lebih berbisa daripada ular ini. Dia menipu isteriku dan menyembunyikannya agar kusangka isteriku benar-benar mati, dengan begitu dia dapat menikah denganku. sesudah menjadi isteri yang resmi, tambah menonjol kekejiannya dan sekarang bermaksud mencelakai suami sendiri."
Saking gusar suara Lim Khing-kiok sampai bergemetar, teriaknya, "Kan Ciau-bu, sebulan yang lalu mulai kau taruh racun didalam makananku. memangnya kau kira Aku tidak tahu" tentunya tidak kau sangka siapa yang melihat kekejamanmu ini."
"Memangnya siapa?" tanya Ciau-bu.
"Aku" tukas Le Siok-coan dengan tertawa dingin.
Tapi Kan Ciau-bu lantas berlagak lagi, ucapnya dengan suara lembut, "O, Siok-coan, sayang, selama ini kau tinggal dimana" Sungguh aku sangat merindukan dikau."
"Kau rindu padaku "jengek Siok-coan "Huh, apa betul" Aku justeru tinggal dibalik tembok rahasia dikamar tidur, setiap hari dapat kuawasi gerak-gerikmu, tapi tidak pernah kulihat kau memikirkan diriku."
"Aku berpikir di dalam hati, dengan sendirinya tak dapat kau lihat," sahut Ciau-bu dengan tidak tahu malu.
"Huh, tindakanmu hendak mencelakai nona Lim telah kulihat seluruhnya, coba cara bagaimana akan kau jelaskan?"jengek Siok-coan.
"Ini... ini karena ...." Kan Ciau-bu menjadi gelagapan.
Belum sempat ia mengemukakan alasannya.segera Siok-coan memotong, "Tentunya karena ada kejelekan nona Lim yang kau lihat,"
"Betul, betul," seru Cau-bu, "memang banyak kejelekannya, misalnya tentang kematianmu, aku menjadi sangsi mungkin dia biang-keladinya, sayangnya aku tidak punya bukti dan saksi, maka kurancang jalan ini untuk membalas dendam."
"Akan kuperlihatkan lagi dua orang, coba kau kenal mereka tidak?" kata Siok-coan pula.
Sejenak kemudian muncul pula dua anak perempuan.
"Hai, Hoay-soan Hana" teriak Yu wi dengan girang.
Kan Hoay-soan melirik Yu wi sekejap, melihat senyumnya itu lantas diketahuinya bukan kakaknya sendiri, waktu melihat orang yang teringkus didalam jaring. segera ia memburu maju dan memanggil,
"Koko. Koko" Hati Hoay-soan memang lemah, melihat keadaan kakak satu ayah lain ibu itu, seketika dia lupa dendamnya kepada sang kakak yang telah membunuh ibu dan kakak kandungnya. Dalam keadaan demikian, mau-tak-mau tergugah juga hati nurani Kan Ciau-bu, dengan suara pelahan iapun memanggil, "Moay moay"
Sedangkan si gadis asing, Hana, dia tidak dapat membedakan yang manakah Yu Wi tulen, begitu disapa segera ia mendekati Yu Wi dengan gembira sambil berseru, "Toako, bilakah baru akan kau nikahi diriku?"
Keruan Yu Wi melengak, sahutnya dengan kikuk, "O, aku ... aku ...." Diam-diam ia menggerutu, bilakah pernah ku-katakan akan menikah denganmu"
Agaknya Hana juga pernah mendapatkan janji Kan Ciau-bu, maka sekarang Yu Wi yang ditagih janji,
Segera Le Siok-coan berkata pula, "Kan Ciau-bu. berhubung kau ingin mengawini gadis asing ini, maka tujuanmu ini dijadikan alasan untuk membunuh nona Lim, sama halnya karena kau ingin kawin dengan nona Lim, maka aku harus kau bunuh lebih dulu. Syukur Thian kasihan kepada nona Lim berhati baik sehingga dia mengetahui muslihatmu yang keji, ketika melihat aku akan mati, diam-diam nona Lim menukar diriku dengan sesosok mayat yang serupa diriku, lalu aku disembunyikannya, diam-diam nona Lim merawat diriku. bilamana selama ini aku masih bisa bernapas. semuanya adalah berkat pertolongan nona Lim yang telah mencarikan obat penawar racun bagiku. Siapa tahu kau memang berhati keji, racun yang kau gunakan adalah racun yang bekerja lambat dan maha jahat, sampai sekarang juga racun belum terpunah seluruhnya dari tubuhku sehingga kesehatanku juga belum pulih "
"Aku ... pada hakikatnya aku tidak kenal gadis asing itu" demikian Ciau-bu masih berusaha membela diri.
Kan Hoay-soan menggeleng kepala, katanya, "Toako, kukira lebih baik akui saja semua dosamu. Sejak aku dan Hana datang
mencarimu, Hana mengira engkau ialah Yu Wi, tapi segera dapat kulihat engkau adalah Kokoku sendiri, meski sedapatnya engkau berlagak sebagai Yu Wi, namun senyummu tetap tidak dapat menirukan senyum Yu Wi."
Setelah menghela napas pelahan, lalu Hoay-soan menyambung lagi, "Rupanya kau penujui Hana, kami berdua lantas kau simpan di suatu tempat tersendiri. Kutahu maksud tujuanmu, kuberitahukan kepada Hana agar waspada, akulah yang menghasut dia agar jangan mau dinikahimu jika tidak dilakukan secara resmi. Siapa tahu hal ini berakibat membikin susah nona Lim, sungguh tidak kuduga sebelumnya."
"O, sungguh adik yang terlalu baik sehingga berkomplot dengan orang luar untuk menjebak kakkaknya sendiri," teriak Ciau-bu dengan gusar.
"Sebenarnya tidak perlu lagi kupanggil dirimu sebagai Koko," kata Hoay-soan, "Ibu dan Jiko telah kau bunuh, mana dapat kupandang dirimu sebagai kakak lagi. Sunggguh perbuatanmu mele .... melebihi...." Ia tidak melanjutkan ucapannya, betapapun ia tidak dapat mendamperat kejahatan kakak satu ayah lain ibu ini di depan umum.
"Apa yang kulakukan itu ti
Pendekar Cacad 3 Bara Naga Karya Yin Yong Jodoh Rajawali 23
Maklumlah, aku tidak dapat memerintah mereka ber-empat."
"Jiu-peng," kata Pek-ling. "asalkan kau mau turun tangan, kakek cacat itu pasti bukan tandinganmu."
"Kungfuku sudah telantar sangat lama, mungkin bukan tandingannya?" ujar si nikoh tua. Lalu ia keluar dari tempat duduknya dan berbicara terhadap can-pi-soh, "Kakek cacat. Aku ingin berunding denganmu, entah kau mau dengarkan atau tidak?"
"Silakan bicara. kupasang kuping mendengarkan," sahut can-pi-soh.
"Apakah kau mau menjual suatu kebaikan " kata si nikoh bermuka buruk.
"coba katakan, ingin kutahu dulu apakah berharga kubeli tawaranmu atau tidak." jawab can-pi-soh.
"Kuminta agar kedua pihak kita sama-sama tidak ikut campur urusan ini." kata si nikoh tua.
"Jika aku tidak mau, umpamanya?"
"Bila demikian, sebelum keenam babak pertandingan dilanjutkan, biarlah kita berdua menentukan kalah menang lebih dulu."
"ck ck-ck. untuk ini, kukira tidak perlu mengikat permusuhan denganmu. "jawab Can-pi-soh sambil berkeCek.
"Jika engkau tidak mau mengikat permusuhan dengan Bu-eng-bun. maka kuharap kau beli persahabatan yang kutawarkan ini."
"Bagiku, duit diatas segalanya," ujar Can-pi-soh dengan tertawa. "Maka perlu kuketahui lebih dulu apa imbalan persahabatan yang kau tawarkan ini."
"Bu-eng-bun pasti akan ingat untuk membalas kebaikanmu, "jawab si nikoh tua dengan kurang senang,
"Jawaban ini kurang realistis," ujar Can-pi-soh sambil menggeleng.
Melibat pendirian si kakek buntung ada tanda-tanda akan goyah, cepat Go Lam-thian berseru. "Cianpwe, jangan kau ingkar janjimu setengah jalan, kan sudah kau terima pembayaran kami?"
"Ingkar janji setengah jalan" Wah, ucapanmu ini terlalu menusuk telinga," ucap si kakek sambil berkecekskecek.
"Jangan lupa, Cianpwe telah menjamin pihak kami pasti takkan kalah," seru Go Lam-Thian pula,
"Betul, memang pernah kukatakan begitu." ujar si kakek. "Tapi hal itu adalah karena tersedia satu peti batu permata di atas mejaku, sekarang kukembalikan peti ini utuh bersama isinya, silakan kau ambil kembali."
"Apa artinya ini, cianpwe?" seru Go Lam-thian dengan gugup, . .
"Apalagi" Kukembalikan pembayaranmu, janjiku juga kutarik kembali," seru si kakek sambil tertawa.
Ia tidak menghiraukan Go Lam-thian lagi, katanya kepada si nikoh tua, "Nah. nikoh buruk, sudah kau dengar sendiri apa yang terjadi sekarang .Jadinya orang tua telah kehilangan satu peti batu permata . "
"Lantas imbalan apa yang kau minta?" tanya si nikoh tua.
"Seketika tak dapat kupikirkan apa imbalan yang kuminta, cukup asalkan kau janji kelak akan kaupenuhi bilamana sewaktu-waktu kutagih utang padamu." seru Can-pi-soh dengan tertawa.
Nikoh tua bermuka buruk memandang Cin Pek-ling sekejap. lalu berkata, ^"Baiklah"
"Janji di depan para kesatria yang badir ini masakah takkan kau penuhi kelak." ujar si kakek dengan gembira.
Melihat akalnya sudah mencapai sasarannya, Cin Pek-ling memberi hormat kepada si nikoh tua dan berkata, "Terima kasih,Jiu-peng"
Ia berpaling dan berseru dengan gembira terhadap Kan Ciau-bu, "Nah. Boan-hoa-kun, sekarang pertandingan boleh dilanjutkan- Kita sama-sama tidak perlu mengandalkan bantuan orang lain dan boleh mengukur tenaga sejati masing-masing."
"IHm, memang seharusnya demikian, kan pihakmu yang memakai tipu muslihat lebih duu," ejek Kan Ciau-bu.
Kedua pihak lantas menampilkan lagi 12 orang ketengah kalangan- Mereka tidak perlu takut lagi akan terbuuuh, maka semuanva mengeluarkan kemahiran masing-masing untuk bertempur.
Pertarungan ini jadi sangat seru, belasan jurus kemudian, kedua pihak lantas saling labrak dengan senjata. Kini bukan lagi pertandingan menentukan kalah menang asal menyentuh lawan saja, tapi saling labrak mati-matian tanpa kenal ampun.
Keadaan tambah tegang, suasana semakin ngeri, yang menang terluka, yang kalah binasa, ruang pesta seketika banjir darah.
Melihat pembunuhan yang mengerikan ini, para hadirin ada yang geleng-geleng kepala, ada yang merasa pua dapat menyaksikan pertarungan sengit ini. bilamana ketegangan memuncak. banyak tetamu yang meneggak arak. Dan begitu arak dalam guci habis, guci baru segera diantarkan lagi.
Pada guci arak yang disuguhkan belakangan ini, isinya tidak berbeda dengan arak yang duluan, tapi gucinya ada kelainan, hal ini tidak diperhatikan oleh mereka.
Minum arak sambil menyaksikan pertarungan seru, sungguh tontonan yang menyenangkan. Maka secawan demi secawan semua orang asyik menenggak arak. tanpa terasa isi guci besar juga sudah mereka habiskan dalam waktu sekejap.
Hanya pada meja. si nikoh bermuka buruk itu, guci arak yang disuguhkan itu sama sekali tidak dijamah. Mereka berlima benar-benar tidak makan dan minnm apa pun.
Dalam pada itu pertarungan antara ke-120 murid masing-masing pihak itu sudah tinggal babak terakhir saja, korban yang jatuh dalam sembilan babak yang telah berlangsung itu kira-kira seimbang.
Cin Pek-ling menaruh harapan besar terhadap anak murid yang majupada babak terakhir itu, apabila ke-12 murid ini menang seluruhnya, maka berarti pula pihak Thay-yang-bun keluar sebagai pemenang.
Dia juga minum arak dengan tangan berkeringat dingin, diperhatikannya setiap perubahan ditengah kalangan, ke-12 murid pada babak terakhir ini merupakan inti kekuatannya, ia percaya kemenangan pasti tidak menjadi soal.
Di sebelah lain Kan ciau-bu ternyata juga adem ayem saja, sama sekali dia tidak menghiraukan kalah menang pada babak terakhir ini.
Selagi ke-12 partai yang bertanding itu memuncak ketegangannya, sekonyong-konyong ada orang berteriak. "Di dalam arak ada racun"
Seketika terdengarlah suara gedubrakan, para penonton berturut-turut roboh terbanting kebawah meja.
Sungguh lihai racun ini, begitu mulai bekerja korbannya seketika jatuh pingsan.
Ke 12 partai yang sedeng bertanding itu sebelumnya juga sudah minum arak dari guci yang disuguhkan kemudian, maka sampai disini, mendadak pertempuran juga berhenti, sebab ke-24 orang serentak juga roboh terjungkal.
Dalam waktu singkat beberapa ratus orang sudah roboh sebagian besar, yang belum roboh juga sudah sempoyongan dan akhirnya pasti juga ambruk-
Akhirnya yang masih berduduk tinggal Kan ciau-bu bersama dua pembantunya dan orang yang duduk di meja si nikoh tua bermuka buruk itu. Kedua pembantu Kan ciau-bu itu ialah Go Lam-thian dan ce Ti-peng.
Dengan pongahnya Kan ciau-bu memandang sekelilingnya, katanya dengan tertawa, "Akhirnya semuanya masuk perangkapku juga"
Dia bertepuk tangan tiga kali, dari sekitar ruangan lantas membanjir masuk anggota Goat-heng-bun dan anak buah Thi-bang-pang.
Kan ciau-bu memberi perintah, asalkan bukan kawan sendiri, semuanya ditutuk Hiat-to kelumpuhannya, diringkus atau kalau perlu dibunuh.
Cin Pek-ling tidak sedikit menenggak arak beracun, dalam keadaan tak sadar iapun menjadi tawanan-
Agaknya si nikoh tua bermuka buruk itu mempunyai hubungan istimewa dengan Cin Pek-ling pada masa lampau, maka sekuatnya dia menerjang maju dan Cin Pek-ling dapat dirampasnya.
Selagi beberara anggota Thi-bang-pang hendak meringkus Can-pi-soh yang terkapar di samping meja, mendadak kakek itu melompat bangun, sekali kaki menyapu, kontan beberapa orang itu di-serampang roboh.
Nikoh yang datang bersama Canpi-soh dan mengaku orang Cu-pi-am itu sejak awal tadi sampai akhir tidak pernah buka suara, sekarang iapun roboh pingsan. Segera Can-pi-soh mengempitnya
dan menerjang keluar. "Satu pun tidak boleh dibiarkan lolos" teriak Kan ciau-bu.
Padahal yang masih hidup benar tertinggal Can-pi-soh, si nikoh tua bermuka buruk dan ke-empat perempuan muda berkerudung itu.
Nikoh tua mengempit Cin Pak- ling dan terkepung rapat oleh berpuluh orang Goat-heng-bun Ke-empat perempuan muda itu sebenarnya tidak mau turun tangan, tapi demi mendengar perintah Kan ciau-bu yang tidak boleh lolos seorang pun, serentak mereka lantas menyerang musuh yang mengepungnya.
Kungfu mereka berempat memang sangat tinggi dan sukar diukur, berbeda si nikoh tua yang agak kerepotan karena membawa Cin Pek-ling, mereka menyerang dengan lincah dan ganas, setiap jurus serangan selalu mematikan lawan-
orang yang mengerubut Can-pi-soh terlebih banyak lagi, malahan semuanya terdiri dari jago pilihan Goat-heng-bun. Si kakek buntung itu mengempit si nikoh dengan tangan kanan, hanya kedua kakinya saja yang bekerja cepat untuk menerobos kepungan, dengan sendirinya keadaannya cukup repot.
Dilihatnya musuh yang mengepung bertambah banyak^ bilamana tidak turun tangan keji mungkin sukar lagi meloloskan diri.
Mendadak dia membentak. aneh juga, jelas tangan kirinya buntung dan kelihatan lengan bajunya barkibaran- mendadak dari dalam lengan baju terjulur keluar sebuah tangan yang memakai sarung tangan berwarna emas, sekali tangan kiri itu bekerja, sekaligus belasan orang dibinasakan-
orang yang terbunuh itu ada yang pecah kepalanya, otaknya berceceran, ada yang dadanya remuk terpukul sehingga isiperut berhamburan- Kematian yaing mengerikan ini membuat jeri para pengerubutnya sehingga tidak berani mendekat lagi.
Ketika dilihatnya si nikoh bermuka buruk dalam keadaan bahaya, segera ia gunakan langkah ajaib untuk menerobos keluar dari
kepungan yang agak mengendur itu sehingga berada di sampiag si nikoh muka buruk.
Begitu tangan kiri berwarna emas itu menyambar, dalam sekejap dilancarkan lebih 20 jurus serangan- Setiap serangan tidak pernah kosong, satu kali serang seorang roboh, lebih 20 kali serang juga likuran orang terjungkal dan mati dalam keadaan yang mengerikan-
Serangannya yang keji dan ganas ini sungguh sangat lihai, entah siapa yang menyerit karena ketakutan, para pengepung itu serentak menyurut mundur.
Sisa anggota Goat-heng-bun yang lain tentu saja takut mati, maka beramai-ramai mereka pun melompat mundur.
Sesudah bergabung dengan nikoh bermuka buruk itu, dengan suara tertahan kakek buntung itu mendesis, "Mari kita terjang keluar bersama."
"sesungguhnya siapa kau?" tanya si nikoh tua dengan sangsi.
"Haha, aku inilah can-pi-soh" jawab kakek sambil tergelak.
Tapi siapa yang mau percaya, jelas kedua tangannya tidak ada yang cacat, lebih-lebih kungfu sakti yang dilancarkan tangan kirinya itu sungguh tidak kepalang lihainya, betapapun orang tidak percaya dia seorang cacat.
Dalam pada itu, biarpun ilmu silat keempat perempuan muda itu cukup tinggi, namun mereka adalah orang perempuan yang berbadan lebih lemah dan tak dapat bertempur terlalu lama, keadaan mereka sekarang sudah payah, napas terengah-engah dan mandi keringat, meski belum kelihatan berbahaya, jelas sulit untuk meloloskan diri dari kepungan musuh.
Salah seorang perempuan muda itu bertubuh lebih lemah daripada ketiga kawannya, kelihatan dia masih menyerang dengan jurus yang hebat, namun sesungguhnya sudah kehabisan tenaga. Mendadak ia berteriak nyaring. "Yu Wi, tidak lekas kau bantu diriku?"
Kiranya can-pi-soh atau si kakek buntung adalah samaran Yu wi, orang lain tidak mengenalnya, tapi sejak tadi Pek-yan sudah tahu kakek cacat ini samaran anak muda itu.
"Jangan kuatir, Pek-yan, akan kubantu" teriak Yu Wi.
Mendengar nama Yu Wi, seketika pucat wajah Kan ciau-bu. ia heran apakah anak muda itu bisa hidup kembali"Jangan-jangan dahulu cuma pura-pura mati saja terkena pukulannya"
Yang lebih aneh lagi adalah jelas minum arak beracun, mengapa dia tidak keracunan seperti yang lain" Kan ciau-bu menjadi sangsi jangan-jangan Yu Wi telah berlatih sehingga mencapai tingkatan yang sempurna dan tidak mempan diracun-
Padahal sebabnya Yu Wi tidak keracunan bukan karena ilmunya sudah mencapai tingkatan sempurna, apa yang disebut tidak mempan racun adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Soalnya tadi keburu Yu Wi merasakan didalam arak beracun, pada saat belum pingsan benar cepat ia mengeluarkan Jit-yap-ko dan diciumnya dengan keras. Bau harum jit-yap-ko dapat menawarkan obat Bius, maka waktu anggota Thi-bang-pang hendak meringkusnya segera ia melompat bangun.
Begitulah Yu Wi terus menerjang kedepan, kemana dia tiba tiada seorang pun mampu merintanginya .
Pek-yan masih lemah karena habis melahirkan, tenaganya belum pulih seluruhnya. sekali ini Bu- eng-bun telah menerima pembayaran besar dari Cin Pek-ling, tapi cin Pek-ling menuntut agar keempat duta Bu-eng-bun harus keluar seluruhnya. Mengingat uang, maklumlah, memang itulah pekerjaan mereka, maka empat nooa Bu-eng-bun telah keluar sekaligus.
Adapun nikoh tua bermuka buruk itu adalah Soh-sim, ibu kandung Pek-yan.
orang Bu- eng- bun yang menerima order pekerjaan biasanya dilakukan oleh perempuan muda yang menjadi ahli waris selanjutnya, orang tua harus mengundurkan diri dan menjadi nikoh
untuk melayani putrinya sendiri dan tidak ikut campur bisnis lagi. Sebabnya nikoh bermuka buruk ini ikut datang adalah karena kesehatan Pek-yan belum pulih kembali, maka dia ingin menjaganya.
Pek-yan tidak tahan bartempur lama, ia tahu bila bertahan lebih lama lagi bukan mustahil jiwanya bisa melayang apabila sedikit meleng saja, maka ketika Yu Wi muncul dalam samarannya sebagai can-pi-soh, biarpun samaran anak muda itu sangat persis, namun tutur kata dan gerak-geriknya tidak dapat ditutupi seluruhnya, orang yang pernah hidup berdekatan dengan dia pasti dapat melihatnya.
Pek-yan sudah melahirkan anak Yu Wi meski isteri tidak resmi, dengan sendirinya sudah cukup dikenalnya Yu Wi dari dekat. Semula sebenarnya dia juga tidak berani memastikannya, tapi setelah Yu Wi menggunakan tangan buntung samarannya segera Pek-yan tidak sangsi lagi.
Dalam keadaan bahaya, dengan sendirinya ia berteriak minta tolong kepada Yu Wi, meski dia tahu akan kurang menguntungkan bilamana samaran Yu Wi dibongkarnya, tapi keadaan terpaksa, tidak dapat berpikir banyak lagi.
Berpuluh orang yang mengepung Pek-yan itu juga sudah tahu keperkasaan Yu Wi. bahkan caranya membunuh orang sangat ganas, maka semuanya menjadi jeri bila didekati anak muda itu.
Yu Wi kenal watak Pek-yan yang kepala batu. kalau tidak terpaksa tidak nanti minta tolong padanya, jelas keadaan nona itu sekarang sudah payah, maka cepat ia menubruk kesana, tangan saktinya bekerja cepat, sekali hantam satu korban, ber-turut2 ia merobohkan lagi belasan orang, semuanya kepala pecah dan otak berhamburan-
Yu Wi sudah memutuskan untuk melakukan tindakan ganas, sekali mau main bunuh harus bikin pecah nyali musuh.
Benar juga, setelah sebagian pengerubut Pek-yan itu dibinasakan, yang lain menjadi ketakutan dan menyurut mundur dengan cepat.
Mereka benar-benar sangat takut terhadap Yu Wi, terhadap tangan sakti yng lihai itu.
Setelah Yu Wi membebaskan Pek-yan dari kepungan musuh, nona itu sudah kehabisan tenaga, ia jatuh terduduk dengan lemas.
si nikoh tua menguatirkan keselamatan anak perempuannya, cepat ia mamburu maju untuk mengurut tubuh Pek-yan- Yu Wi juga melepaskan nikoh yang dikempitnya itu. Nikoh ini bukan lain ialah Ko Bok-ya alias Soh-sim.
Di sekitar mereka masih mengepung musuh yang tidak terhitung jumlahnya, tapi lantaran jeri terhadap Yu Wi, siapa yang berani menerjang maju" Mereka hanya menyaksikan Yu Wi mengeluarkan Jit-yap-ko untuk diendus oleh Bok-ya,
Sungguh terlalu, sekian banyak orang yang mengepung, tapi musuh dibiarkan berbuat sebebasnya. Entah siapa yang berteriak lebih dulu, "Serbu" Karena anjuran ini, serentak belasan orang menerjang maju lagi.
Tapi Yu Wi tetap tenang saja, jangankan dia, sekalipun si nikoh tua bermuka buruk juga tidak menghiraukannya, ia percaya kepada kemampuan Yu wi, segalanya tentu akan aman, maka tanpa melirik ia tetap menguruti Pek-yan.
Yu Wi sibuk mengendusken Jit-yap-kopada hidung Ko Bok-ya yang dipangkunya, ia berjongkok tanpa bergerak. Tapi ketika seorang musuh berpedang menyerang, mendadak tangan kirinya meraih kebelakang, dengan tepat tangkai pedang lawan terpegang, malahan orang itu ingin melepaskan pedang saja tidak sempat, tangan dan tangkai pedang terpegang sekaligus.
Yu Wi tidak banyak pikir, juga tidak membuang waktu sedetik pun, Begitu terpegang. pedang segera menyabat kebelakang, orang itu juga ikut melayang dengan masih memegangi tangkai pedang .
Yang diserang Yu Wi adalah penyerbu pada barisan terdepan, kemana sinar pedang menyambar, tiada seorang pun yang lolos, semuanya terkutung menjadi dua sebatas pinggang, dengan
sendirinya kejadian ini menghalangi penyerbu yang berada dibelakang.
Pada saat yang hampir sama, orang yang masih memegang tangkai pedang jugaterpotong-potong oleh senjata para penyerbu sehingga bagian tubuh berhamburan, hanya tertinggal telapak tangannya yang masih menggenggam tangkai pedang yang terpegang Yu Wi itu.
Serangan Yu Wi ini sungguh luar biasa dan mengerikan, betapa tidak takut mati juga ciut nyalinya, jika maju pasti mati, biarpun seribu kali tidak takut mati juga tiada gunanya.
Seketika kegaduhan meniadi mereda, kepungan masih rapat, tapi tidak ada yang bergerak lagi, dengan air muka pucat takut semuanya memandang kelima musuh yang berada di tengah.
Bok-ya siuman, Pek-yan juga sudah mulai pulih tenaganya, empat orang serentak berdiri, Yu Wi membuang pedangnya, tangan pemilik pedang itu masih tetap menggenggam kencang pada tangkai pedangnya.
Dengan kuatir Pek-yan berkata kepada Yu Wi, "Mohon engkau suka membantu ketiga cici agar mereka tergabung dengan kita."
Yu Wi mengangguk, begitu langkahnya bergerak. para pengepungnya lantas menyingkir dengan ketakutan-
Ketiga kakak Pek-yan itu masing-masing bernama Gin Joat, Tho-kin dan Klok-gim. Kungfu mereka juga tergolong tup, musuh yang hadir di sini tiada satu pun bisa menandingi mereka. Tapi karena pertempuran berlangsung cukup lama, kini lengan mereka pun terasa pegal linu, keadaan cukup gawat.
Yu Wi terus melangkah maju, kemana dia tiba, para pengerubut disitu lantas bubar. Tiada seorang pun berani menyerang.
Hampir meledak perut Kan ciau-bu saking gemasnya, percuma ribuan anak buahnya itu, ternyata semuanya tukang gegares belaka. Padahal mereka tidak dapat disalahkan, sesungguhnya Yu Wi terlalu
lihai bagi mereka, sedangkan Kan ciau-bu sendiri juga tidak berani maju menghadapinya.
Dengan dipimpin Yu Wi, segera mereka melangkah keluar. Yu Wi paling depan, dibelakangnya mengikut Bok-ya, si nikoh tua dan Pek-yan berempat, cin Pek-ling masih belum sadar dan tetap berada dalam pondongan si nikoh tua.
Setiba pintu luar, disitu berdiri tiga orarg kakek kekar dengan rambut dan jenggot sudah memutih perak.
Dari cara berdiri ketiga kakek itu, Yu Wi tahu mereka paati bukan sembarang orang dan jauh untuk bisa dibandingi dengan musuh yang berada didalam tadi.
Ketiga kakek yang lain daripada yang lain itu berdiri satu didepan dan dua dibelakang, yang di depan segera menegur Yu Wi, "Apakah hendak pergi begini saja?"
"Kalau tidak begini lantas bagaimana?" jawab Yu Wi.
"Sudah cukup kau pamer kegagahanmu, orang yang kau bunuh tidak sedikit jumlahnya, kami juga menyadari tidak mampu menahan dirimu, jika sekarang kau mau pergi, boleh, silakan" kata kakek itu.
"Dan bagaimana dengan kawanku?" tanya Yu Wi "Asaikan mereka suka boleh ikut pergi bersamamu,"
"Lantas apalagi yang kalian rintang i?"
"Yang bukan kawanmu tidak boleh ikut pergi" ucap si kakek dengan tegas.
"Siapa yang kau maksudkan?" tanya Yu Wi.
"Dia," sahut si kakek sambil menuding cin Pek-ling yang berada dalam rangkulan si nikoh tua bermuka jelek. "Pejabat ketua Thay-yang-bun sekarang."
"Betul, dia memang tidak boleh ikut pergi bersamaku, dia bukan kawanku," kata Yu Wi.
"Kami tahu, makanya kami harus menahannya disini," ucap si kakek.
Yu Wi berpaling, tapi belum lagi dia bicara. mendadak si nikoh bermuka buruk berteriak. "Tidak. orang ini harus kubawa pergi,"
Nikoh tua bermuka buruk yang juga bergelar Soh-sim itu adalah ibu kandung Pak-yanjudi sama dengan ibu mertua Yu Wi, betapapun anak muda itu harus membelanya, maka dia berpaling kembali sambil angkat pundak. katanya kepada si kakek. "Apa boleh buat, meski dia bukan kawanku, tapi dia adalah kawannya kawanku."
"Jika demikian, bila kami main rampas orang dengan kekerasan, kau pun akan ikut campur?" tanya si kakek,
Yu Wi menggeleng. "Aku tidak perlu ikut campur, cin Peks ling juga terhitung musuh ku jika kalian bunuh dia kan kebetulan bagiku dan tiada sangkut paut dengan urusanku."
"Baik, boleh kita berkawan, aku she Koh bernama Peng," kata si kakek. lalu ia tuding kedua kawan dibelakangnya, "Kedua orang ini adalah saudara angkatku, namanya Tan Ho dan Kan Hou."
"cayhe Yu Wi," segera anak muda itupun memperkenalkan diri sambil menjura.
Pada saat itu Kan-ciau-bu juga telah keluar. melihat ketiga Tiang lo atau orang tua perguruannya sedang bercengkeraman dengan musuh, dengan kurang senang ia lantas berkata, "Koh tionglo, orang she Yu itu adalah musuh kita." Yu Wi meliriknya sekejap sambil mendengus.
Sedangkan Koh Peng lantas menjawab, "Musuh perguruan kita hanya orang Thay-yang-bun orang lain bukan musuh-"
Di balik ucapannya seakan akan menyalahkan Kan ciau-bu yang sembarangan bermusuhan dengan orang sehingga mendatangkan lawan tangguh seperti Yu Wi.
Kan ciau-bu menyadari keadaan tidak menguntungkan dirinya, jelas karena kapok benar-benar terhadap kelihaian Yu wi, maka anak buah sendiri tidak berani lagi memusuhi anak muda itu, apabila dirinya tidak didukung oleh ketiga Tiang lo ini, betapapun juga tidak berani perang tanding dengan Yu wi yang sudah bukan lagi Yu Wi yang dulu itu.
Koh Peng lantas maju kedepan si nikoh muka buruk. katanya, "Taysu, harap kau tinggalkan cin Pek-ling."
"Tidak bisa, memangnya kau mau apa?" jengek si nikoh tua.
"Thaysu, sesungguhnya ada hubungan apa antara dirimu dengan dia?" tanya Koh Peng,
"Tidak perlu kau tanya hubungan kami, "jawab si nikoh tua dengan ketus.
Sebenarnya yang ditakuti Koh Peng ialah Yu Wi yang maha lihai itu dan bukan jeri kepada nikoh tua itu, maka dengan sabar ia berkata pula. "Seharusnya kau tahu keadaan sekarang sangat tidak menguntungkan kalian, namun kami tidak ingin mempersulit dan cuma minta Cin Pek-ling ditinggalkan, apabila diantara kalian tiada hubungan yang istimewa, mohon Taysu suka memenuhi permintaanku."
Diam-diam Yu Wi juga menyesali ibu Pek-yan yang tidak bisa melihat gelagat. Apa yang dikatakan Koh Peng memang benar, anak buah Kan ciau-bu hanya gentar menyaksikan serangan mautnya tadi, apabila mereka menjadi nekat dan bertempur mati-matian, jelas keadaan sangat tidak menguntungkan dirinya yang cuma beberapa orang ini, apalagi kalau mereka juga pasang barisan dinding manusia seperti anak murid Cu-pi-am, mungkin tiada seorang pun di antara mereka yang dapat lolos dengan hidup,
Siapa tahu si nikoh tua tetap ngotot. teriaknya "Sekali kubilang tidak tetap tidak, jika mampu boleh kau bunuh dulu diriku"
Dari luar tadi Koh Peng sudah mengikuti pertarungan mereka, ia yakin selain Yu Wi, selebihnya tiada seorang pun dapat menandingi
dirinya- Diam-diam ia pikir apa susahnya jika hendak kubunuh dirimu"
Tapi dengan tenang ia berkata pula sambil memberi hormat, "Betapapun takkan kubunuh dirimu, namun Taysu barkeras tidak mau meninggaikan orang she cin itu, terpaksa aku harus main rampas."
Dia sengaja memberi pernyataan demikian, tujuannya supaya didengar Yu Wi bahwa tiada maksudnya hendak mencelakai kawannya.
Nikoh bermuka buruk itu siap siaga, mendadak tangan kiri Koh Peng pura-pura menghantam, tapi tangan kanan terjulur kedepan dari bawah.
Gerak serangan ini tidak aneh, namun suatu serangan praktis, ditambah lagi cepat luar biasa, sungguh sukar dihindari.
Nikoh tua itu membawa cin Pek-ling, sukar baginya untuk menghadapi serangan lawan, terpaksa ia menggeser kesamping.
Koh Peng bertekad harus berhasil merampas tawanan itu, maka sudah diperhitungkan ke arah mana si nikoh tua akan berkelit, maka begitu nikoh tua itu bergeser, segera ia mendahului mendesak maju, jadi geseran nikoh tua itu tetap belum terlepas dari ancaman Koh Pang.
Karena kuatir melukai si nikoh tua sehingga Yu Wi ikut campur, mendadak Koh Peng mengganti pukulannya menjadi cengkeraman sehingga tubuh Cin Pek-ling tepat dipegangnya.
Sekali sasarannya terpegang, segera ia kerahkan tenaga sepenuhnya, sekali tarik Cin Pek-ling harus dirampasnya.
Tenaga dalam si nikoh tua memang kalah kuat daripada Koh Peng, sesaat itu iapun merasa tidak sanggup menahan tubuh cin Pek-ling, terpaksa ia berteriak , "Cepat"
Tanpa dijelaskan siapa yang diminta cepat turun tangan, segera Pek-yan tahu dirinya yang diminta menolong sang ibu.
Meski orang Bu-eng-bun biasanya tidak mementingkan kekuasaan ibu, Tapi dalam keadaan begini, cukup bicara tentang sesama seperguruan saja pantas untuk memberi bantuan- Maka kedua tangan Pek-yan terus menghantam kedepan.
Ilmu pukulan Pek-yan sangat hebat, setiap ilmu pukulan di dunia ini, asalkan pernah dilihatnya segera dapat diketahui cara mematahkannya. Maka betapa tinggi ilmu pukulannya sendiri tidak perlu lagi dijelaskan, tentu saja sangat lihai serangannya dan sangat rapat pertahanannya, dan sekali dia menyerang, mau-tak-mau musuh harus berusaha menyelamatkan diri lebih dulu.
Benar juga, melihat pukulan Pek-yan selihai itu, terpaksa Koh Peng membatalkan serangannya dan menyelamatkan diri lebih dulu.
Yu Wi kuatir Pek-yan tidak mampu melawan tenaga pukulan Koh Peng yang dahsyat, segera ia melangkah maju, tangan kiri terjulur dan mengadang di tengah kedua orang.
Tangan kiri Yu Wi menguasai kesaktian Su-ciau-sin-kang, cukup satu gerakan biasa saja sudah dapat mematahkan pukulan dahsyat apa pun. Maka Koh Peng terdesak mundur, sekaligus juga mengelakkan tenaga pukulan Pek-yan.
Pek-yan memang lagi heran kemajuan pes at tenaga dalam Yu Wi dan belum pernah dirasakannya sendiri, sekarang langsung ia merasakan kelihaian tenaga Yu Wi, hal ini, membuatnya heran dan bingung, pikirnya, "Kungfu macam apakah ini, mengapa tanpa sesuatu jurus lantas dapat mematahkan serangan orang, dimana titik lemahnya juga tidak terlihat."
Ia tidak tahu justeru satu gerakan pukulan yang paling umum, setiba di tangan Yu Wi akan berubah menjadi jurus serangan tak terpatahkan, sekalipun bagi Pek-yan yang biasanya serba bisa mematahkan jurus serangan apa pun.
Kejut Koh Peng ternyata melebihi Pek-yan, sesudah menyurut mundur, ia tidak berani menyerang lagi, serunya, "Apakah tidak ada persahabatan lagi?"
"Kawanku berkeras tidak mau mengalah, terpaksa mohon Anda suka melepaskannya pergi," sahut Yu Wi.
"cin Pek-ling musuhmu atau bukan?" seru Koh Peng dengan gusar.
"Dia memang musuhku," jawab Yu Wi.
"Dan engkau sengaja membiarkan kawan sendiri membela musuh?"
"Jika kawanku hendak membelanya, apa boleh buat."
"Kawan lebih penting atau musuh lebih penting?"
"Tentu saja kawan lebih penting."
"Jika begitu, demi keamanan kawanmu, kenapa tidak membiarkan kurampas cin Pek-ling, akan kuberesknn musuhmu, kalian dapat pergi dengan aman kan semuanya jadi baik dan sama-sama senang."
"Maksudmu supaya aku tidak ikut campur?"
Koh Peng mulai tak sabar, teriaknya, "Betul, dengan begini kita dapat bersahabat."
"Justeru lantaran sahabat lebih penting, mau tak mau aku harus ikut campur."
Koh Peng sangat benci kepada Thay-yang-bun ia sangat penasaran jika cin Pek-ling tidak dibekuknya, dengan gusar ia membentak. "orang she Yu, sikapmu ini kan terlalu meremehkan kami?"
"Bukan kuremehkan dirimu, jika Anda menganggap Yu Wi seorang sahabat, sudilah engkau bersabar sementara waktu?"
"Apa artinya ucapanmu?" tanya Koh Peng.
"Maksudku, biarlah sementara ini cin Pek-ling dibawa pergi oleh kawanku. kelak boleh kalian mencari perkara lagi kepada CinPek ling."
Koh Peng menggeleng kepala dan menjawab^ "Tidak bisa, mana boleh melepaskan harimau kembali kegunung. Setiap anak murid Goat-heng-bun kami pasti tidak dapat melakukannya,"
"Toako," sela Pek-yan, "untuk apa banyak cincong dengan dia, bila engkau condong kepeda ibuku hendaknya kau bela sampai akhirnya. Apa gunanya banyak bicara jika orang tetap tidak mau menerima maksud baikmu."
"Hm, jadi menurut pikiran nona, kalau periu boleh bertempur lagi?"jengek Koh Peng.
"Kalau tidak begitu, memangnya kalian mau melepaskan kami pergi?" Pek-yan balas menjengek.
"Jika kalian mau pergi, tidak nanti ada yang mempersulit, asal saja jangan membawa serta cin Pek-ling."
"Tapi sayang, ibu tetap ingin membawa pergi cin Pek-ling," kata Pek-yan.
"Itu berarti tidak ada damai," seru Koh Peng dengan gusar.
"Makanya kubilang kepada Toako tidak perlu banyak omong lagi," jengek Pek-yan-
"Hendaklah disadari, bila bertempur lagi tentu urusan tidak sederhana lagi seperti tadi," teriak Koh Peng.
"Huh, apa gunanya cuma bicara saja, ayolah mulai" dengus Pek-yan, "Apa kau takut anak muridmu akan mati lebih banyak lagi?"
Sejak tadi Koh Peng berusaha kompromi, yang dikehendaki hanya cin Pek-ling saja". Sebab kalau bertempur lagi, meski lawan tak nanti bisa lolos. tapi anak murid sendiri pasti akan banyak jadi korban, terutama menghadapi Yu Wi yang jelas sangat lihai itu.
Namun Koh Peng juga bukan seorang penakut, karena ucapan Pek-yan tadi, seketika panas hatinya, katanya sambil memandang Yu Wi, "Bagaimana dengan pendapat Anda?"
Ia pikir asalkan anak muda itu bersikap tegas sedikit, mau-tak-mau kedua ibu dan anak itu harus berpikir lagi, segala kemungkinannya dan takkan ngotot membawa pergi cin Pek-ling.
Tak terduga Yu Wi malah membujuknya dengan tertawa, "Kukira bolehlah engkau memberi kelonggaran sekali ini kepada mereka."
Dengan gusar Koh Peng berkata, "Sedemikian kau tunduk kepada kehendak mereka, sesungguhnya mereka itu apa mu?"
"Dia isteriku," jawab Yu Wi sambil menuding Pek-yan.
Bahwa di depan umum Yu Wi mengakui Pek-yan sebagai isterinya. Karuan nona itu terkejut dan juga bergirang, sungguh ia merasa sangat bahagia. Tapi hati seorang lain justeru kebalikannya, merasa kecut dan sedih.
Dia bukan lain daripada Ko Bok-ya yang jugabergelar Soh-Sim setelah menjadi nikoh.
Setelah dibawa lari dari Cu-pi-am oleh Yu Wi, mereka lantas menuju ke Bu-jiang, disini mereka mendengar Kan ciau-bu hendak merayakan sebulan umur putrinya, maka mereka lantas menyamar ke markas Thi-bang-pang dan bermaksud mencari kesempatan untuk membunuh Kan ciau-bu.
Selain untuk membalas dendam pribadi, sekaligus Yu Wi juga ingin menumpas kejahatan agar Goat-heng-bun dan Thi-bang-pang tidak telanjur terperosot dibawah pimpinan Kan Ciau-bu yang keji itu, kalau sampai pengaruhnya meluas, tentu dunia Kangouw akan tambah kacau.
Dalam perjamuan itu Yu Wi menyamar sebagai Can-pi-toh atau si kakek buntung tangan dari Jit-can-soh yang disegani itu, maka dia mendapat kehormatan berduduk pada meja utama. Mestinya terbuka banyak kesempatan baginya untuk membunuh Kan ciau-bu, namun sebegitujauh Yu Wi belum turun tangan-
Ya. maklumlah, betapapun dia dan Kan ciau-bu adalah saudara sekandung dari satu ibu dan lain ayah, hubungan batin saudara
inilah membuat hati Yu Wi tidak tega membinasakan manusia iblis itu.
Ketika si nikoh bermuka buruk muncul bersama keempat nona berkerudung. bukan cuma Yu Wi saja, soh-sim atau Ya-ji juga segera mengenali satu diantaranya adalah nona yang pernah tinggal bersama Yu Wi di dasar lembah kurung itu.
Nona itu telah melahirkan anak Yu Wi, kemunculannya tentu saja membikin hati Ya-ji tidak enak, meski sekarang dia sudah menjadi nikoh. Apa lagi hubungan nona itu dengan Yu Wi juga sudah pernah diberitahukan oleh Yu Wi kepadanya.
Kiranya pada pertemuan yang mengharukan di luar cu-pi-am dahulu, lantaran dalam badan Yu Wi terdapat kadar racun Liap-hun-pia sehingga mempengaruhi indera panciumannya, maka bau badan Ya-ji terasa berbau busuk bagi Yu Wi, jadi bukan disebabkan anak muda itu benci dan jemu padanya.
Sekarang Yu Wi sudah makan Li-hiang-yap yang dapat menawarkan racun bau busuk itu, maka dapatlah anak muda itu berkumpul dengan Ya-ji tanpa marasakan lesuatu kelinan lagi.
Setelah hal ini dimengerti Ya-ji, ia tidak lagi salah paham kepada Yu Wi, ia merasa dalam keadaan demikian dapat berkumpul dengan anak muda itu sudah cukup menggembirakan-
Namun tidaklah menjadi soal bliamana tidak melihat Pek-yan, kini dengan munculnya nona itu mau-tak-mau timbul lagi rasa sirik Ya-ji, diam-diam ia gemas mengapa bisa terjadi secara kebetulan begini.
Diam-diam Ya-ji juga mengamati sikap Yu Wi. diketahuinya meski diantara keduanya tidak ada cinta yang murni, tapi mungkin lantaran anak. dengan sendirinya timbul jaga rasa kasih sayang pada wajah Yu Wi.
Pada waktu pesta tengah berlangsung. berulang-ulang Yu Wi memandang Pek-yan, hal ini membuat hati Ya-ji berduka, maka dia minum arak sebanyak-banyaknya, kalau bukan lantaran ini,
biasanya Ya-jitidak minum arak. tentu dia takkan pingsan kena racun dalam arak yang diminumnya.
Sekarang didengarnya lagi secara terbuka Yu Wi mengakui Pek-yan sebagai isterinya, keruan hati Ya-ji alias Soh-sim terasa kecut, kata "isteri" yang diucapkan Yu Wi sungguh serupa ular berbisa yang mendadak memanggut hatinya,
Begitulah setelah Koh Peng mengetahui nikoh bermuka buruk yang ngotot hendak menolong cin Pek-ling itu ternyata ibu mertua Yu Wi, ia tahu urusan sukar diselesaikan begitu saja, pertempuran sukar dihindarkan lagi, segera ia berkata, " orang she Yu, biarlah kami bertiga saudara menghadapimu."
Yu Wi lantas tampil kemuka supaya waktu bertempur tidak membikin susah Ya-ji dan lain-lain-
Usia Koh Peng, Tan Ho dan Kan Hou bertiga kalau ditotal jendral hampir 300 tahun, mereka adalah murid Goat-heng-bun asli, seangkatan dengan ji-bong Taysu dari Thay-yang-bun, jadi tergolong tokoh Goat-heng-bun angkatan tua, juga anak murid Goat-heng-bun yang masih tersisa ketika perguruannya dibubarkan dahulu.
Mestinya mereka hidup mengasingkan diri sebagai pertapa. meski juga banyak menerima murid, tetapi mereka tidak pernah lagi menonjolkan merek Goat-heng-bun. Hal ini disebabkan kuatir akan direcoki pihak Thay-yang-bun, adalah lebih baik hati-hati meski jsdah lama anak murid Thay-yang-bun juga tidak pernah muncul lagi di dunia Kangouw.
Anak murid Thay-yang-bun juga mempunyai jalan pikiran serupa mereka, juga tidak lagi menonjolkan merek Thay-yang-bun dan sama mengasingkan diri, seperti Cin Pek-ling, dia juga murid Thay- yang- bun asli, tapi di dunia Kangouw hanya terkenal nama julukannya, yaitu Ban-li-hui-hong. dan tidak ada yang tahu sesungguhnya dia adalah anak murid Thay- yang- bun.
Kemudian cin Pek-ling telah berusaha memupuk tenaga dan merebut pengaruh disekitar Hun-lam dan Kui- Ciu sehingga menjadi
satu aliran tersendiri, namun orang Kangouw juga cuma tahu Ban-li-hui-hong telah menjadi pimpinan satu aliran tersendiri dan tidak tahu apa nama aliran yang dibangunnya itu.
Sebabnya cin Pek-ling tidak berani mengumumkan nama Thay-yang-bun adalah karena kekuatannya belum cukup menandingi kemungkinan diserbu pihak Goat-heng-bun, setelah dia yakin kekuatannya sudah memadai barulah ia memimpin anak buahnya mendatangi wilayah kekuasaan Goat-heng-bun, yakni semenanjung Eng-bu-ciu untuk mencari perkara.
Maklumlah, antara Thay- yang- bun dan Goat-heng bun adalah dua perguruan yang bermusuhan turun temurun, asalkan murid dari kedua perguruan tersebut, biarpun antara pribadi mereka tidak ada sakit hati apapun, tapi bila mengetahui pihak lain adalah murid musuh, sekatika timbul rasa benci dan saling labrak. belum berhenti jika lawan belum dibunuhnya.
Berbeda dengan Kan ciau-bu, meski dia sudah meyakinkan ilmu silat dalam Hian-ku-cip dari Goat-heng-bun, bahkan mengaku sebagai ahli- waris Goat-heng-bun dan mengumpulkan anak murid yang telah mengasingkan diri itu, lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai pejabat ketua, namun dia tidak merasa benci dan bermusuhan terhadap Thay-yang-bun, sama sekali tidak ada pikiran memusuhi Thay-yang-bun, sebabnya dia membangun Goat-heng-bun melulu untuk memperkuat pengaruh dan kekuasaan sendiri saja.
Padahal setiap anak murid tulen Thay-yang dan Goat-heng-bun, sejak kecil sudah dicekoki pikiran memusuhi pihak lawan, asalkan anak murid kedua pihak masih turun temurun di dunia ini, permusuhan antara kedua perguruan juga tak pernah berhenti.
Setelah kedua perguruan itu sama-sama dibekukan atau dibubarkan, kekuatan kelompok pecah menjadi kekuatan perseorangan, mareka menyadari tenaga sendiri sangat terbatas, sedangkan kekuatan lawan sukar diketahui, maka sejauh itu tidak ada yang berani menonjolkan asal-usul dirinya.
Lantaran itulah selama sekian tahun didunia Kangouw tidak pernah terdengar nama Thay-yang-bun (perguruan matahari) dan Goat-heng-bun (perguruan rembulan). orang Kangouw sama mengira nama kedua perguruan itu sudah menjadi tinggalan sejarah saja. Tak tahunya anak murid kedua pihak sebenarnya masih banyak yang hidup di dunia ini, bahkan turun temurun tidak pernah melupakan nama perguruan musuh.
Anak murid kedua perguruan yang mengasingkan diri itu masih sangat banyak. asalkan ada salah seorang yang benar-benar berpengaruh berani menonjolkan diri dan berseru, serentuk mereka pasti akan membanjir keluar untuk menggabungkan diri sehingga terbentuk tenaga kesatuan yang kuat.
Seperti Koh Peng, Tan Ho dan Kan Hau bertiga. meski mereka sudah tirakat selama berpuluh tahun, usia mereka masing-masing sudah dekat satu abad, seharusnya mereka sudah hambar terhadap kehidupan dunia Kangouw dan diluar garis permusuhan- tapi ketika mendengar ada anak murid Goat-heng-bun telah berdiri lagi dilembah Tiang- kang dengan Thi-bang-pang yang berpengaruh itu sebagai deking maka segera mereka meninggalkan rumah, dengan segenap anggota keluarga ikut menggabungkan diri kepada Kan ciau-bu.
Sekarang mereka menyaksikan cin Pek-ling pimpinan Thay-yang-bun, telah menjadi tawanan, tapi hendak ditolong pergi oleh seorang nikoh tua, dengan sendirinya mereka tidnk tinggil diam dan berusaha merampasnya kembali dengan mati-matian- Sebab kalau cin Pek-ling berhasil mereka bekuk hal ini adalah kejayaan Goat-heng-bun, dalam sejarah permusuhan antara kedua perguruan belum pernah terjadi salah seorang ketua dari pihak lawan tertawan-
Sekarang yang menjadi persoalan bagi mereka hanya Yu Wi saja, bila anak muda ini dapat ditundukkan, dengan mudah cin Pek ling akan dapat dibekuknya. Akan tetapi mereka tahu kelihaian Yu wi, meski akan menjadi ejekan orang juga tak terpikir lagi, mereka bertiga orang tua terpaksa harus menghadapi seorang anak muda.
Begitulah maka Koh Peng bertiga lantas mengelilingi Yu wi di tengah, biarpun mereka jauh lebih tua, tiga lawan satu lagi, tapi mereka mas ih juga kebat-kebit, Sedikit pun tidak berani gegabah.
Maklumkan, pukulan telapak tangan emas Yu Wi terlalu lihai, terlalu sakti, sesungguhnya mereka tidak berani mengharapkan akan menang.
Sebaliknya Yu Wi juga tidak berani gegabah, betapa tinggi kungfu ketiga kakek yang dihadapinya sungguh sukar dijajaki, kalau menang sih mending jika kalah, dirinya dan Ya-ji serta yang lain-lain seorang pun tidak bisa lolos dengan hidup,
Mau-tak-mau timbul rasa menyesalnya telah membela cin Pek-ling yang merupakan musuhnya sendiri itu dengan mempertaruhkan jiwa tujuh orang Sungguh pertaruhan yang besar dan juga terlalu tidak berharga,
Namun apa mau dikatakan lagi. si nikoh tua berkeras hendak menyelamatkan cin Pek-ling betapa dia harus ingat pada Pek-yan, meski nona ini bukan isteri resmi. terpaksa ia harus menyerempet bahaya.
Cuma iapun rada heran mengapa nikoh tua itu berkeras ingin menolong cin Pek-ling. jangan-jangan ada hubungan istimewa di antara mereka, begitu juga sebabnya cin Pek-ling sangat kenal seluk-beluk Bu-eng-bun, mungkin juga karena hubungannya yang erat dengan si nikoh tua ini"
Dalam pada itu Koh Peng lantas membentak. ia mendahului bertindak secepat kilat, serentak Tan Ho dan Kan Hou juga bergerak. serangan mereka bertiga hampir terjadipada saat yang sama sehingga serupa seorang menyerang dari tiga jurusan-
Ilmu siat ialah seorang saja sudah cukup menggetarkan dunia persilatan, apalagi sekarang tiga orang menyerang sekaligus, betapa ajaib ilmu pukulan Yu Wi juga sukar menahan kekuatan gabungan tiga tokoh kelas tinggi ini.
Namun kekuatan tangan kiri Yu wi sudah mencapai tingkatan yang tidak ada taranya, biarpun ke-tiga orang itu menyerang sekaligus, namun selisih sedikit diantara serangan mereka terasa sang at jelas dalam pandangan Yu wi, ini berarti biarpun kerja sama ketiga kakek itu sangat cepat. tetap tenaga pukulan mereka tidak tergabung menjadi satu secara keseluruhan, tetap ada perbedaan antara yang menyerang lebih dulu dan menyerang kemudian-
Karena titik kelemahan itulah, Yu Wi dapat melayaninya dengan baik, tangan kiri segera bergerak sehingga memancarkan cahaya keemasan, orang lain mengira dia cuma mengeluarkan satu jurus, tak tahunya sekaligus ia memainkan tiga jurus menangkis serangan dari tiga jurusan-
Kalau Yu Wi hanya menggunakan satu jurus tentu sukar menandingi serangan gabungan ketiga orang itu. Karena cepatnya sehingga tidak ada yang dapat membedakan tiga jurus serangannya yang serupa satu jurus itu.
Setelah saling gebrak. Koh Peng bertiga lantas merasakan harapan untuk menang sangat tipis, sebenarnya kalau satu lawan satu, tidak mungkin mereka mampu menghadapi tangan emas Yu Wi. Namun dengan gabungan tiga orang, kekuatan mereka juga tidak boleh diremehkan- dengan keuletan mereka, untuk sementara masih dapat menahan serangan tangan emas dengan Su-ciau-sin-kang itu.
Hanya sekejap saja belasan jurus sudah berlalu, Yu Wi merasakan daya tekan lawan bertambah berat, ia pikir bila berlangsung terlalu lama, tentu tidak menguntungkan, maka ketika tiba pada jurus ke 73, Yu Wi mengambil keputusan tegas, ia harus melakukan serangan menentukan jika dirinya tidak mau kecundang.
Maka pada jurus berikutnya. mendadak tangan emas Yu Wi telah bertambah sebilah pedang pendek. yaitu Hi-jong-kiam, pedang usus ikan, pedang yang sempit dan tipis pemberian putri ketua Thi- bang- pang dahulu.
Meski harus menghadapi lawan yang bertangan kosong dengan bersenjata, namun Yu wi tidak perlu merasa malu, sebab pihak lawan mengerubutnya dengan bertiga orang, jika terpaksa dia menggunakan senjata juga adil.
Maka begitu Hi-jong-kiam bergerak. pada jurus ke-74 segera berubah menjadi serangan pedang. Padahal kungfu andalan Yu Wi justeru terletak pada ilmu pedang, dan di antara ilmu pedangnya adalah Hai-yan-pat-kiam yang top itu, apalagi jurus ilmu pedang yang dikeluarkan ini adalah jurus Tay-lok-kiam, jurus gembira yang merupakan jurus paling ampuh itu,
Perubahan ini entah berapa kali lipat manambah daya tempur Yu Wi, maka b eg itu jurus serangan dilancarkan, segera ia berdiri tegak ditengah kalangan dan tidak menyerang lagi, sebab tahu dirinya sudah menang.
Betul juga, dia sudah menang, sebab Koh Peng bartiga juga melompat mundur, mereka juga tahu sudah kalah.
Kalau Yu Wi tidak memberi kelonggaran, saat ini mereka pasti tidak dapat berdiri disitu melainkan sudah menggeletak menjadi mayat.
Tertampak robekan kain berhamburan di udara seperti kupu-kupu. Baju bagian dada Koh Peng bertiga sama terbuka.
Sekonyong-konyong Yu wi berteriak tertahan, "Goat-heng-bun"
Untuk pertama kalinya dia melihat tiga orang murid Goat-heng-bun tulen, sebab pada dada Koh Peng bertiga yang telah telanjang itu terdapat gambar bulan sabit yang ditato.
Sebegitu jauh Yu Wi tidak mengangangap organisasi Goat-heng-bun yang dibentuk Yu wi sebagai Goat-heng-bun tulen- maka pada waktu menerjang kepungan tadi, baik murid Goat-heng-bun atau anak buah Thi-bang-pang, semuanya dibinasakan tanpa ampun.
Jika diketahuinya anak murid tulen Goat-heng-bun, tentu tak berani dibunuhnya, sebab Su-ciau-sin-kang yang dikuasai tangan kirinya itu adalah kungfu Goat-heng-bun, jika dia membunuh murid
Goat-heng-bun dengan kungfu Goat-heng-bun, betapa terasa berdosa terhadap Ban Yu-coan dan pasti membuat arwahnya merasa sedih.
Sebabnya Yu Wi turun tangan membantu tadi justeru lantaran ke-120 anak buah yang diajukan Kan ciau-bu itu menggunnkan atas nama Goat-heng-bun, walaupun dalam hati Yu Wi tidak menganggap mereka sebagai murid Goat-heng-bun, tapi tetap turun tangan membantunya. betapapun ia tidak dapat menyaksikan nama Goat-heng-bun dikalahkan oleh orang Thay-yang-bun.
Sekarang dilihatnya tanda bulan sabit pada dada Koh Peng bertiga, ia tidak sangsi lagi, jelas mereka memang betul murid Goat-heng-bun, seharusnya dirinya membantu mereka, tapi sekarang malah memusuhinya.
Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karena itulah ia lantas berpaling dan berkata kepada si nikoh tua, "Harap kau serahkan cin Pek-ling kepadaku, cianpwe."
"Untuk apa?" tanya si nikoh tua.
"Akan kuserahkan kepada mereka," jawab Yu Wi dengan suara berat.
"Apa katamu?" teriak si nikoh tua. "Kau . . . kau bantu mereka dan tidak lagi membantuku" "
"cianpwe," ucap Yu Wi dengan menyesal "Kuhormati engkau sebagai ibu Pek-yan, maka hendak kubela. Tapi sekarang lain keadaannya, di depan murid Goat-heng-bun, adalah kewajibanku untuk menyerahkan ketua musuh bebuyutannya kepada mereka."
"Sebab apa?" teriak pula si nikoh tua.
"Ya, sebab apa?" Pek-yan ikut bertanya, betapapun ia tidak tenang karena Yu Wi tidak membela ibunya lagi.
"Sebab aku juga murid Goat-heng-bun," jawab Yu wi.
Keterangan ini membikin kaget para hadirin. Kan Hou juga merasa sangsi, katanya, "Janganlah Anda sembarangan mengaku sebagai orang Goat-heng-bun."
Tapi Koh Peng lantas menukas, "Samte, dia memang betul murid Goat-heng-bun"
Kan Hou memperlihatkan rasa tidak percaya, sedangkan Tan Ho lantas menambahkan, "Samte, masakah tidak kau lihat jurus serangan yang digunakan mengalahkan kita tadi adalah Hai-yan-pat-to andalan Goat-beng-bun kita?"
"Ah, betul, memang betul," seru Kan Hou. "Ilmu golok kita telah diubahnya menjaki ilmu pedang, aku jadi salah lihat."
Pada saat itulah mendadak Kan ciau-bu berseru, "Para murid Goat-heng-bun dengarkan perintah"
Serentak Koh Peng bertiga membungkuk tubuh dan mengiakan.
Namun Yu wi tetap berdiri tegak tanpa menggubrisnya meski tadi dia mengaku sebagai murid Goat-heng-bun.
Dengan gusar Kan ciau-bu lantas mambentak "Yu Wi, kau berani membangkang?"
Yu Wi mencibir dan tetap diam saja. Dalam hati Yu Wi hakikatnya tidak mengakui Kan ciau-bu sebagai ketua Goat-heng-bun segala.
Segera Kan ciau-bu berteriak lagi, "Koh-tianglo, Tan-tianglo dan Kan-tianglo, apa akibatnya jika ada anak murid yang tidak tunduk kepada perintah ciangbunjin?"
"Barang siapa tidak tunduk kepada perintah ciangbunjin, segenap anggota akan menistanya dan menjatuhkan hukuman berat padanya, "jawab ketiga Tiang lo berbareng,
"Nah, apa katamu sekarang"jengek Kan ciau-bu terhadap Yu Wi.
"Saudaraku," ucap Koh Peng terhadap Yu Wi, "Karena engkau mengaku sebagai murid Goat-heng-bun. apakah keberatan kusebut dirimu sebagai saudara?"
Yu Wi memberi hormat, katanya, "Tiang lo adalah Loelanpwe Goat-heng-bun yang masih ada, orang muda sebagai diriku mana berani disebut sebagai saudara?"
"Meski perguruan kita sangat keras membedakan tingkatan, namun segenap anggota perguruan boleh juga dianggap sebagai saudara." kata Koh Peng,
"Apalagi belum jelas perbedaan tingkatan antara kita, maka biarlah kupangil saudara padamu " Yu Wi mengiakan dengan hormat.
"Sungguh aku sangat gembira karena ilmu silat perguruan kita telah memancarkan cahaya gemilang pada dirimu," ucap Koh Peng pula, "Ditinjau dari sejarah perguruan kita dari dulu hingga sekarang, hanya kungfu yang kau kuasai ini terhitung yang paling top."
Yu Wi tahu ucapan orang masih ada lanjutannnya, maka ia bersikap menghormat untuk mendengarkan lagi.
"Ilmu silatmu mencapai tingkatan tertinggi memang hal yang menggembirakan bagi perguruan Kita, namun, betapapun tinggi kepandaian seorang juga tidak boleh meremehkan tata tertib perguruan sendiri, saudaraku" setelah merendek sejenak, lalu Koh Peng menyambung. "Maka ada engkau tetap mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, hendaknya secara khidmat sukalah engkau mengumumkannya sekali lagi didepan orang banyak." Yu Wi mengiakan-
Tapi sebelum dia menyatakan secara resmi, mendadak Ya-ji berseru, "Toako?"
"Ada apa, Ya-ji?" tanya Yu Wi sambil menoleh.
Mendengar Yu Wi memanggilnya dengan nama kecilnya, seketika rasa cinta kasih masa lampau membanjir pula dalam hati Soh-sim.
Dengan menggembeng air mata Soh-sim alias Bok-ya lantas berkata, "Harus kau pikirkan, orang ... orang jahat itu sekarang adalah ketua Goat-heng-bun . . . ."
Diam-diam Yu Wi berterima kasih atas perhatian Ya-ji. ia tahu Ya-ji kuatir bila dirinya mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, mungkin Kan ciau-bu akan mengambil tindakan yang tidak
menguntungkan dirinya. Dengan tertawa ia menjawab, "jangan kuatir, Ya-ji."
Lalu dengan suara lantang ia berseru, "Aku Yu Wi adalah murid Goat-heng-bun, dan akan tunduk kepada setiap peraturan perguruan dengan segala akibatnya."
"Bagus. bagus" ucap Koh Peng sambil manggut- manggut. "Secara pirbadi, dalam kedudukanku sebagai angkatan tua perguruan- akupun mengakui kau sebagai murid Goat-heng-bun."
Lalu dengan suara kereng ia berseru pula, "Sekarang hendaknya saudara Yu menemui pejabat ketua perguruan kita."
Segera Kan ciau-bu menegak dengan sikap pongah, ia ingin tahu cara bagaimana Yu Wi akan menyampaikan sembah hormat padanya. Tak terduga Yu Wi tetap berdiri saja tanpa bergerak.
Koh Peng coba mengulangi lagi ucapannya dengan suara lebih keras dan menuding Kan ciau-bu, "Beliau inilah ketua kita"
Dengan tenang Yu Wi bertanya, "Maafkan bila Wanpwe kurang mengerti, numpang tanya ketiga Tiang lo, cara bagaimaoa membuktikan dia ialah ciangbunjin?" serentak Tan Ho dan Kau Hou mendamperat, "Jangan kurang sopan, Yu Wi" Yu Wi tetap tenang saja.
Koh Peng lantas berkata, "Terhadap kedudukan ciangbunjin tidak pantas menaruh curiga."
"Namun Wanpwe memang tidak tahu," kata Yu Wi.
Rupanya Kau Hou masih mendongkol karena anak muda itu mengalahkan mereka bertiga, bahkan membikin malu mereka dengan merobek baju mereka hingga dada telanjang didepan orang banyak^ maka ia lantas membentak. "Dengan pengakuan kami berfiga, masakah perlu disangsikan lagi?"
Jiwa Koh Peng lebih besar daripada Kan Hou, meski dikalahkan Yu Wi, dia tidak menyesal, sebaliknya malah gembira, sebab merasa perguruan sendiri telah muncul seorang tokoh kelas wah id-
sungguh bahagia bagi perguruan sendiri, maka dengan adil ia berucap, "Kan-hiante, jangan terlalu kerdil pada pendirian sendiri, hanya pengakuan kita bertiga saja belum cukup berbobot, masih harus dibuktikan lagi dengan sesuatu tanda pengenal."
Lalu dia berpaling kearah Kan ciau-bu dan berkata, "Silakan memperlihatkan tanda kepercayaan ciangbunjin."
Kan ciau-bu melirik Yu Wi sekejap. lalu mengeluarkan sejilid buku tipis dan diacungkan ke atas.
Waktu Yu Wi memperhatikannya, jelas itulah kitab pusaka ilmu silat Goat-heng-bun, yaitu Hian-ku-cip.
Pada tepi sampul buku itu ada sebaris tulisan tinta merah yang berbunyi "Setiap anak murid perguruan kita harus mempelajarinya agar paham cara mematahkan ilmu silat musuh".
Tulisan ini adalah tulisan tangan ayah ji-bong Taysu yang dulu menjabat sebagai ketua Thay-yang-bun itu.
Melihat benda pusaka Goat-heng-bun itu memang tulen, sebagai tanda hormat Yu Wi membungkuk tubuh ke arah sana.
Koh Peng mengangguk sebagai tanda membenarkan sikap Yu Wi itu, katanya, "Buku ini berisi iktisar segenap ilmu silat perguruan kita, di sini kita sebut sebagai tanda kepercayaan bagi ciangbujin kita."
"sekarang apakah kau masih sangsi, Yu Wi?" tanya Tan Ho.
Sedangkan Kan Hou lantas setengah membentak "Lekas memberi hormat kepada ciangbunjin."
Baru sekarang Yu Wi menggeser langkah ke depan Kan ciau-bu.
Rupanya kuatir kitab pusakanya direbut orang, cepat-cepat Kan ciau-bu menyimpan Hian- ku- Cip.
Padahal kalau Yu Wi benar-benar mau merampasnya, sebelum kitab itu disimpan kembali mungkin sudah berpindah ketangannya.
Segera Yu Wi membungkuk tubuh hendak melakukan penghormatan-
Diam-diam Ya-ji menyesal, ia tahu bilamana penghormatan Yu Wi itu dilakukan, itu berarti secara resmi telah mengaku Kan ciau-bu sebagai pimpinan dan selanjutnya mau-tak-mau Yu Wi harus tunduk kepada perintahnya.
Dari cerita Yu Wi telah diketahuinya wajah Kan ciau-bu serupa benar dengan Yu Wi. tapi hatinya sangat kejam, tidak seperti hati Yu Wi yang jujur dan luhur budi. Malahan juga diketahui Kan ciau-bu memandang Yu Wi sebagai musuh besar, dan berniat membunuhnya, maka sekarang ia juga berkuatir.
Kan ciau bu sendiri tidak percaya Yu Wi akan menghormatnya dengan tulus ikhlas, diam-diam ia sudah menganbil keputusan akan menghina dan membuatnya malu didepan orang banyak. sedikitnya harus menyuruhnya menyembah.
Siapa tahu Yu Wi benar benar berlutut di depannya dan memberi penghormatan terbesar menurut peraturan.
Hal ini sungguh diluar dugaan Kan ciau-bu, bahkan Ya-ji juga melenggong, semula ia sangka paling-paling Yu Wi hanya menjura sekadarnya saja dan tidak mungkin memberi penghormatan sebesar itu terhadap musuh pembunuh isterinya itu.
Diam-diam Koh Peng memuji, "orang ini sungguh kesatria sejati yang jarang ada dalam dunia persilatan-"
sebaliknya Kan ciau-bu juga melenggong karena diluar dugaan Yu Wi memberi peng hormat sebesar itu kepadanya, ia menjadi lupa pada rencananya yang hendak membikin malu Yu Wi, ucapnya dengan gugup, "Bangun, lekas bangun" setelah berdiri, Yu Wi lantas memanggil, "Koko (kakak) "
Lazimnya setelah berdiri dia harus memanggil "ciangbun" kepada Kan ciau bu, dengan sendirinya panggilan "Koko" ini diluar dugaan siapa pun, keruan semua orang sama terperanjat.
Hanya Soh-sim alias Ya-ji saja diam-diam mangangguk. "o, kiranya demikian."
Kan ciau-bu merasa bingung oleh panggilan itu, sahutnya dengan gugup, "Apa . . .apa maksudmu ini" .... "
"Seluk beluk urusan ini tidak leluasa dijelaskan begitu saja," ujar Yu Wi. ia berpaling dan memandang hadirin, lalu berseru, "Kukira hadirin sejak tadi merasa heran mengapa wajahku mirip dengan wajahnya seperti saudara kembar, sesungguhnya dia memang kakak kandungku, dia sendiri tidak tahu, tapi aku tahu dengan pasti."
Mendengar keterangan ini barulah Pek-yan tahu duduknya perkara dan hilanglah rasa sangsinya.
Kiranya tadi waktu dia melihat Kan ciau-bu, hampir saja disangkanya sebagai Yu Wi, tapi kemudian ia pikir hal ini tidak mungkin, mana bisa Yu Wi yang baru saja keluar dari lembah kurung bersama dia itu secepat ini datang ke Thi-bang-pang dan diangkat menjadi ketua Goat-heng-bun segala, ia menduga mungkin ketua Goat-heng-bun yang menurut berita juga she Yu bisa jadi ada hubungan darah dengan Yu Wi, makanya muka keduanya sedemikian mirip.
Kemudian iapun sangsi waktu mula-mula kenal Yu Wi mengapa anak muda itu tidak mengaku sebagai anak murid Goat-heng-bun juga tidak mengaku she Yu, hal ini sungguh membuatnya bingung.
Sekarang setelah mendengar sendiri Yu Wi memanggil "Koko" kepada Kan ciau-bu, ia sangka sebabnya Yu Wi tidak mau mengaku orang she Yu adalah akibat kelakuan Kan ciau-bu yang jahat itu, maka tidak sudi mengakuinya, padahal keduanya adalah saudara kandung.
Ia mengira rekaan sendiri Itu sangat pintar, tak tahunya di balik urusan ini masih banyak lika-liku. Kan ciau-bu sebenarnya tidak she Yu, Yu Wi tidak mau mengaku Kan ciau-bu sebagai saudara karena gemas kepada kelakuannya yang bejat.
Setelah mengetahui Yu Wi adik sang ketua, Loh Peng tambah senang, segera ia berkata, "Selamat ciangbun mempunyai saudara yang berkepandaian maha sakti ini."
Nyata sama sekali ia tidak menyangsikan kemungkinan Yu wi hanya membual saja, namun wajah keduanya sangat mirip. bukti nyata ini tak dapat disangkal oleh siapa pun.
Meski di dalam hati Kan ciau-bu memandang Yu wi sebagai musuh, tapi orang mau memanggil Koko padanya, dengan senang hati diterimanya juga, pikirnya, "Bagus, aku memang lagi kehabisan akal cara mengatasi dirimu, sekararg aku adalah Koko dan juga ciangbun, masakah kau berani lagi membangkang pada perintahku."
Maka ia hanya menjawab dengan suara pelahan, lalu berseru kepada Koh Peng, "Koh-tianglo. Sekarang tangkap dulu musuh bebuyutan kita, cin-Pek-ling." Ia pikir dengan perintah ini akan menguji bagaimana reaksi Yu Wi. Koh Peng mengiakan, tanpa kuatir lagi ia dekati si nikoh bermuka buruk.
"Yan-ji" nikoh tua itu memanggil dengan sedih, ia berharap Pek-yan akan membantunya. ia menyadari sangat sukar mencegah tindakan Koh Peng yang akan merampas cin Pek-ling.
Menghormati orang sebagai ibu mertua Yu Wi, Koh Peng memberi hormat lebih dulu. dengan suara pelahan, "Taysu, mohon serahkan Pek-ling padaku."
Diam-diam ia memberi isyarat, serentak Tan Ho dan Kan Hou lantas mengepung ke depan-
Tindakan Koh Peng ini hanya ingin membikin si nikoh tua tahu gelagat dan mau mundur teratur agar tidak perlu terjadi pertarungan sehingga membikin Yu Wi merasa serba salah. Padahal cukup dia sendiri saja sudah dapat merampas cin Pek-ling dari tangan nikoh tua itu.
Karena dipanggil ibunya, terpaksa Pek-yan menjawab, "Bu, boleh kau serahkan saja Kakek cin kepada mereka."
"Tidak kau bantuku lagi?" tanya si nikoh tua dengan gusar.
Pek-yan menggeleng, pikirnya, "Kalau Yu Wi tidak membantu, biar kubantu- juga sia-sia."
Dia dapat memperhitungkan kekuatan sendiri biarpun ditambah lagi ketiga kakaknya juga tetap bukan tandingan Koh Peng bertiga.
"Yan-ji." ucap nikoh tua dengan menyesal. "apakah kau tega menyaksikan dia ditangkap musuh bebuyutannya dan mati terhina?"
"Kenapa tidak tega. memangnya ada hubungan apa antara kakek cin dengan diriku?" demikian pikir Pek-yan-
"Anak Yan, tidak pantas kau sebut dia sebagai kakek cin, kau tahu sebenarnya dia ...." sampai lama si nikoh tua tergegap. akhirnya baru tercetus ucapannya, "sebenarnya dia adalah ayahmu"
"Ha h, murid Bu-eng-bun masakah mempunyai ayah?" seru Pek-yan kaget. "Jangan . . jangan kau bohongiku . . . ."
"Aku tidak berbohong padamu. cin Pek-ling denganku serupa hubungan Yu wi denganmu" ucap si nikoh tua dengan sedih "Tentunya kau tahu siapa ayah Ih-hok?"
"Ih-hok" yang disebut adalah salah seorang anak kembar yang dilahirkan Pek-yan bersama Yu Wi. yaitu anak perempuan yang dibawa Pek-yan itu.
Pek-yan terkesiap. ia menegas dengan suara gemetar, "Apa . . ,apakah betul?"
Padahal tidak perlu tanya lagi juga dia tahu si nikoh tua pasti tidak berdusta padanya. sebab dari nasibnya sendiri ia dapat membayangkan nasib dan pengalaman sang ibu.
Meski Bu- eng- bun turun temurun hanya terdiri dari ibu dan anak perempuan, tanpa kenal ayah, juga tidak ada anak lelaki, namun bila salah seorang murid perempuan Bu-eng-bun benar-benar mencintai seorang lelaki, meski pihak perguruan dapat memaksa mereka meninggalkan kekasih yang dicintainya, namun tak dapat memaksa mereka melupakan lelaki itu.
Serupa Pek-yan, setelah dia meninggalkan Yu Wi dengan membawa Ih-hok, ia sudah ambil keputusan akan putus hubungan dengan Yu Wi, tapi biarpun sampai tua renta pasti juga sukar melupakan bayangan Yu Wi.
Dahulu, waktu cin Pek-ling kenal si nikoh bermuka buruk, tatkala mana nikoh bermuka jelek itu masih muda remaja dan tidak memakai kedok yang jelek ini, wajahnya secantik bunga, nama kecilnya Jiu-peng.
Cinta keduanya sangat mendalam, namun cin Pek-ling bukanlah bayangan bibit Jiu-peng cin Pek-ling juga baru berhubungan badan dengan Jiu-peng, namun ada hubungan badan atau tidak- bagi saudara sesama perguruan Jiu-peng, cin Pek-ling tetap dipandang sebagai bayangan bibit Jiu-peng.
Menurut peraturan, murid Bu-eng-bun tidak boleh mempunyai kekasih yang nyata, Jiu-peng justeru mencintai cin Pek-ling yang tidak pernah menjual bayangan kepada Bu-eng-bun, dengan sendirinya ia tidak mau menganggapnya sebagai pembibit yang kehilangan bayangan dan dipaksa bersama saudara seperguruannya
Maka ia memberitahukan kepada cin Pek-ling segala peraturan perguruannya, ia minta cin Pek-ling suka memutuskan hubungan saja.
Rupanya cin Pek-ling memang orang takut mati, setelah mengetahui bahaya yang mungkin akan mengancam jika dia menyukai Jiu-peng. cepat saja dia kabur dan tidak mau kenal Jiu-peng lagi
Jiu-peng sendiri sudah kadung mencintai cin Pek-ling, setelah ditinggal pergi, sembilan bulan kemudian lahiriah Pek-yan, Sampai sekarang juga dia masih terkenang kepada cin Pek-ling. sejauh itu dia tidak pernah lagi berhubungan dengan lelaki lain seperti perbuatan saudaranya yang lain, diam-diam ia menjaga kesucian demi cin Pek-ling.
Kemudian cin Pek-ling dapat juga mengetahui jejak Jiu-peng dan mengetahui bekas kekasih itu mempunyai anak perempuan, hanya tidak diketahuinya perempuan itu adalah keturunannya sendiri.
Karena seluk-beluk yang diketahuinya itu, maka dia menganjurkan Yu wi menjual bayangan kapada Pek-yan untuk bisa masuk ke cu-pi-am dan menolong Bok-ya.
Cin Pek-ling sendiri dengan mati-matian berusaha menguasai Goat-heng-bun maka dengan harta benda yang dimilikinya ia membeli jasa kepada Bu-eng-bun, tatkala mana Jiu-peng sendiri tidak tahu cin Pek-ling adalah bekas kekasihnya.
Maklumlah, dahulu Cin Pek-ling tidak menggunakan nama ini, dia kuatir dicari oleh Bu-eng-bun yang lain, maka ganti she dan tukar nama, sebab ia menyadari kepandaian sendiri bukan tandingan orang Bu-eng-bun.
Setelah lebih 20 tahun, cin Pek ling sudah tua, banyak perubahan pada wajahnya, Jiu-peng jadi pangling dan mengira dia cuma langganan Bu-eng-bun yang ingin memberi order pekerjaan saja,
Baru pada waktu berlangsungnya pesta tadi, demi mohon bantuan Jiu-peng, diam-diam cin Pek-ling memberitahukan padanya siapa dirinya sendiri, tentu saja Jiu-peng tercengang, setelah diamat-amati, lamat-lamat dapat dikenalnya memang betul cin Pek-ling adalah bekas kekasihnya.
Demi cin Pek-ling, selama hidup ini Jiu-peng menjaga tubuhnya dengan suci bersih tanpa hubungan lagi dengan lelaki lain, dari sini dapat diketahui betapa cinta nva kapada cin Pek-ling, sekarang dapat bertamu lagi dengan kekasih yang sukar dilupakan itu, biarpun mengorbankan jiwa juga akan dibelanya mati-matian-
Sekarang dia malah bicara terus terang kepada Pek-yan bahwa cin Pek-ling adalah ayahnya dengan harapan Pek-yan mau membantu menyelamatkan ayah sendiri.
Begitulah, si nikoh tua bermuka buruk alias Jiu-peng lantas berkata pula, "Anak Yan, jika kau tidak percaya. biarlah kumati
bersama ayahmu saja" Rupanya ia menjadi nekat dan akan menempur Koh Peng bertiga.
"Taysu, engkau sudah mencukur rambut menjadi nikoh, mana boleh terkenang lagi kepada cinta kasih masa lalu?" kata Koh Peng.
"Boleh kau bunuh saja diriku" jawab Jiu-peng dengan gusar.
Mendadak kedua tangan Koh Peng mencengkeram tubuh cin Pek-ling, dengan bertangan kosong saja Jiu-peng bukan tandingan Koh Peng, apalagi sekarang membawa cin Pek-ling, cepat ia menyurut mundur.
Tapi dari samping Tan Ho lantas melonpat maju, dengan gerakan yang aneh dan diluar dugaan, sebelah tangan Cin Pek-ling dapat dicengkeramnya. Jui-peng menarik sekuatnya, "krek", terdengar bunyi ruas tulang, "Apakah kau ingin lengannya patah?" bentak Tan Ho.
Karena harus memikirkan keselamatan cin Pek-ling, Jiu-peng tidak berani lagi menarik. Sebaliknya Tan Ho tidak sungkan padanya, orang tidak menarik, dia lantas membetot. Segera terdengar pula suara "krek" sekali.
Diam-diam Tan Ho pikir kalau si nikoh tua merasa kasihan, tentu cin Pek-ling akan dilepaskannya .
Tak tahunya telapak tangan Jiu-peng mendadak menabas lengan kiri cin Pek-ling yang dipegang Tan Ho itu. Tindakan ini sungguh diluar dugaan siapa pun.
Kerena sedang membetot dengan keras, Tan Ho jadi terhuyung-huyung ke belakang, dan hampir jatuh terjengkang dengan membawa lengan Cin Pek-ling yang putus itu. Begitu ada peluang, segera Jiu-peng melayang keluar kepungan ketiga kakek.
Koh Peng dan Kan Hou juga melenggong oleh tindakan Jiu-peng yang luar biasa itu, Tan Ho sendiri melongo sambil memegang lengan kutung yang berlumuran darah itu.
Setelah lari keluar kepungan,Jiu-peng mengira akan dapat lolos dengan selamat. Ia pikir meski sebelah lengan Cin Pek-ling terpaksa harus dikorbankan, namun orangnya dapat diselamatkan, kan lebih baik daripada tertawan musuh dan sukar dibayangkan nasibnya.
Setelah bertari sekian jauhnya, selagi Jiu-peng bergembira karena tidak ada orang mengejar, tiba- tiba dilihatnya di depan sana berdiri beberapa ratus lelaki muda tangkas, berbaris mengurung rapat jalan keluar semenanjung itu.
Ketika Jiu-peng sudah mendekat, serentak barisan orang-orang itu mengurung rapat dari kedua sisi.
Jiu-peng tidak memandang sebelah mata terhadap ratusan orang ini, langsung ia menerjang ke depan, kakinya bekerja cepat, melayang maju sambil menendang.
Beberapa orang yang diterjang itu tidak melawan, mereka hanya berputar saja. seketika barisan orang banyak juga ikut berputar sehingga seperti lingkaran setan, makin berputar semakin cepat.
Berulang-ulang Jiu-peng main menendang pula. tapi selalu mengenai tempat kosong, sukar mengenai lawan yang berputar dengan cepat itu.
Karena serangannya tidak dapat mengenai sasarannya, tanpa terasa Jiu-peng juga ikut bergeser dengan barisan yang berputar-putar itu. Tidak lama kemudian, mendadak beberapa ratus orang itu membubarkan diri, dalam sekejap saja lantas menghilang.
Jiu-peng bergirang, segera ia lari lagi kedepan, tapi mendadak angin pukulan dahsyat memapaknya .
Berbareng itu seorang menegur, "Taysu, serahkan saja cin Pek-ling"
Waktu Jiu-peng memandang ke depan, busyet, kiranya telah berada lagi di tempat semula. Kembali Koh Peng bertiga telah mengapungnya ditengah, yang menghantamnya barusan ialah Kan Hou, tapi tujuannya hanya untuk mendesaknya mundur saja.
Rupanya karena putaran barisan orang-orang tadi terlalu cepat sehingga membingungkan pandangan Jiu-peng, tanpa terasa ia ikut berputar dan tahu-tahu kembali lagi ketempat semula tanpa disadarinya
Kemudian beberapa ratus orang itu lantas kembali lagi ketempat penjagaannya tadi untuk mengawasi pelarian lain-
Diam-diam Pek-yan dan lain-lain sama terkejut dan kuatir melihat si nikoh tua ternyata gagal melarikan diri.
Jiu-peng sangat berduka, meski sebelah lengan Cin Pek-ling telah dikorbankan masih juga tak bisa lolos, ia duduk lemas di tanah dengan air mata bercucuran-
"Setiap jalan keluar dari tempat ini sudah dijaga rapat oleh anak murid kami, kukira lebih baik Taysu menyerahkan Cin Pak-ling saja," bujuk Koh Peng.
Jiu-peng menaruh Cin Pek-ling di depannya. katanya dengan lesu, "Boleh kalian mengambilnya . "
Tapi Koh Peng bertiga kuatir ada tipu si nikoh. mereka mengepung maju dengan waspada, lalu Kan Hou mengangkat cin Pek-ling yang buntung sebelah tangan dan belum lagi sadar itu.
Jiu-peng hanya duduk tertunduk lesu tanpa merintangi.
"Jangan kuatir Taysu," ucap Koh Peng, kini Cin Pek-ling berada dalam tawanan kami tidak pasti akan kami perlakukan dia dengan kejam, kami hanya ingin mempermaklumkan kepada dunia bahwa ketua Thay-yang-bun sekarang meringkuk sebagai tawanan di tangan orang Goat-heng-bun."
Lalu ia berpaling dan berkata pula, "Kan-hiante, bawa cin Pek-ling keruangan belakang, beri obat luka dan dirawat seperlunya."
Sesudah Kan Hou membawa pergi cin Pek-ling, mendadak Jiu-peng mengangkat lengan kiri sendiri, secepat kilat ditabasnya dengan telapak tangan kanan-
Meski tangan kanan Jiu-peng itu tidak selihai telapak tangan emas Yu Wi, tapi untuk memotong lengan sendiri ternyata dapat dilakukannya seperti menggunakan golok tajam, "krek", kontan lengan terkutung dan darah bercucuran.
Pek-yan manjerit kaget dan memburu ke sampingJiu-peng, tanyanya dengan suara gemetar, "Ken . . . kenapa. . . ."
Jawab Jiu-peng dengan menangis, "Sudah kubuntungi sebelah tangan ayahmu, biarlah aku pun mem. . . memotong sebelah tangan sendiri."
cepat Pek-yan menutuk beberapa Hiat-to Jiu-peng untuk menghentikan aliran darahnya, lalu dia merobek baju sendiri untuk membalut tangan yang sudah buntung itu.
Kejadian sudah berubah sejauh ini, namun Yu Wi hanya berdiri diam saja tanpa menghiraukannya .
Diam-diam Kan ciau-bu bergirang, disangkanya Yu Wi telah tunduk kepada wibawa sang ketua sehingga tidak berani lagi membela pihak musuh. Segera ia memberi perintah lagi, "Koh-tianglo dan Tan-tianglo, lekas tangkap keempat perempuan pembunuh anak murid kita itu untuk diadili."
Perintahnya cukup jelas dan tegas, karena Pek-yan berempat telah membantu cin Pek-ling membunuhi anak murid Goat-heng-bun, menurut peraturan adalah pantas diberi hukuman berat.
Segera Koh Peng dan Tan Ho mengiakan. karena perintah sang ketua, mereka tidak menghiraukan lagi Yu Wi adalah suami Pek-yan- serentak mereka mendekati Pek-yan berempat. ^
Pada saat itu juga Kan Hou juga telah kembali, serentak iapun ikut mengepung kesana.
Gin- goat, Tho-kin dan Klok-gim lantas bergabung dengan Pek-yan dan mengelilingi Jiu-peng untuk menghadapi musuh.
"Nona Cin, sebaiknya jangan kalian menggunakan kekerasan," kata Koh Peng. ia anggap Pek-yan adalah putri Cin Pek-ling, tentu juga she Cin-
sedih juga perasaan Pek-yan, diam-diam ia menyesal kenapa tadi tidak turun tangan membantu sang ibu ketika musuh hendak menawan cin Pek-ling yang ternyata ayahnya sendiri. Terdengar Gin goat sedang menjawab, "Lantas bagaimana kalau tidak memakai kekerasan?"
"Kalian ikut ke sidang peradilan untuk diperiksa, karena kalian cuma menjual jasa dan atas permintaan orang, mungkin keadahan kalian dapat diberi keringanan hukuman," ujar Koh Peng.
"Apa hukumannya?" tanya Gini^oat pula dengan tertawa.
"Menurut kesalahan kalian, sedikitnya harus dipotong kedua tangan," teriak Kan Hou.
"Hihi. terima kasih atas keringanan hukuman itu," sahut Gin goat dengan tertawa ngikik.
"Tapi kaiau tidak menyerah untuk diadili, tentu takkan mendapat keringanan," tukas Koh Peng.
"Maksudmu supaya kami menyerahkan diri untuk diringkus?" tanja Gin-goat.
Kan Hou tidak suka kepada anak murid Bu-eng-bun yang kerjanya membunuh orang atas pembayaran, ia anggap orang perempuan yang malang melintang ini hanya membikin malu orang perailatan saja. Maka dengan asara lantang ia berkata, "Ya, kalian harus menyerah untuk diringkus"
Gin- goat melirik Yu Wi sekejap. lalu tertawa ngikik dan berseru, "Tanpa bantuan Yu-kongcu. jelas kami tidak mampu melawan kerumunan orang banyak. terpaksa kami harua menyerah dan tiada jalan lain."
Karena namanya disebut Gin goat, Yu Wi hanya mengangkat alis saja dan tetap tidak bersuara.
Gin- goat barkata pula, "Akan tetapi, Yu-kongcu sendiri apakah tidak membunuh anak murid kalian, bukankah dia juga diharusKan menyerah untuk diringkus?"
Orang Goat-heng-bun yang dibunuh Yu Wi sangat banyak. kalau mau bicara hukuman, sedikitnya dia bisa dihukum mati.
Koh Peng tahu orang sengaja hendak menghasut agar Yu Wi membantunya, segera ia membentak "Tidak perlu banyak omong, lekas menyerah"
"Memangnya kalian mengira dapat kabur" -jengek Tan Ho. "Jika tahu diri, lekas menyerah untuk diringkus untuk meringankan hukuman kalian."
"Pantasnya, bila kami tahu gelagat, mestinya kami harus menyerah." ucap Gin goat. "Tapi sebelum menyerah, ada sedikit permohonan kami."
"Permohonan apa?" tanya Koh Peng.
Ia pikir bukanlah pekerjaan gampang jika hendak menangkap keempat perempuan ini, jika syarat yang dikemukakannya tidak terlalu pelik, boleh juga diterima.
Gin- goat lantas berkata, "Bu-eng-bun kami ada suatu peraturan, yaitu barang siapa membikin susah orang yang menjadi langganan kami harus dihukum mati. Si nikoh tua tidak perlu dibicarakan, yang jelas si tua she Cin itu adalah orang memberi pekerjaan kepada kami, sekarang mereka terkutung sebelah tangan, bila diusut, hal itu adalah karena gara-gara kalian bertiga, berdasarkan peraturan tadi, kalian juga harus dihukum mati, tapi kalian telah mau memberi kelonggaran kepada kami, biarlah kami juga memberi keringanan kepada kalian, sekarang Ciangbun dan kalian boleh segera memotong sebelah tangan sendiri untuk menebus dosa."
"Hm, inikah permintaan yang kau maksudkan"-jengek Koh Peng.
"Betul," jawab Gin goat dengan tertawa. "Setelah kalian sama membuntungi tangan sendiri. segera kami juga akan menyerah untuk diringkus."
Kan Hou tidak tahan lagi rasa murkanya, bentaknya, "Budak busuk. kau cari mampus" Mendadak ia menubruk maju dan menghantam,
"Su-siang-tin" teriak Gin goat kepada ketiga kawannya untuk memasang barisan pertahanan-
Sekali bergerak. segera keempat nona berputar klan kemari dengan cepat. Dengan sendirinya pukulan Kan Hou mengenai tempat kosong. Serentak Koh Peng dan Tan Ho juga menerjang maju.
Segera terjadi serangan kilat, dalam sekejap saja sudah berlangsucng ratusan jurus, meski keempat nona itu bukan tandingan Koh Peng bertiga, tapi pertahanan mereka sekarang sangat ketat, Yu Wi yang menonton disamping segera tahu keempst nona itu pasti sukar dikalahkan,
Keempat nona itu memasang Su-siang-tin atau barisan empat musim, pertahanan barisan ini sulit ditembus. Sebenarnya jurus serangan ilmu silat mereka tidak kalah lihainya daripada Koh Peng ber- tiga, yang kalah hanya soal keuletan saja, tapi kelemahan ini sekarang ditambal dengan Su-siang tin, Koh Peng bertiga menjadi kerepotan sendiri.
Meski Koh Peng bertiga juga ahli tempur barisan seperti halnya barisan anak muridnya yang tak bisa ditembus oleh si nikoh tua tadi, namun sayang, antara mereka bertiga belum pernah berlatih satu barisan tersendiri, kalau tidak. dengan barisan melawan barisan, tentu keempat nona itu dapat diatasi.
Sekarang mereka merasakan kehebatan Su-siang-tin lawan yang sukar dibobol, Koh Peng tahu bila berlangsung lebih lama lagi, jangankan hendak menang, jika meleng sedikit saja mungkin mereka sendiri bisa kecundang.
Selagi dia hendak menyuruh kedua kawannya agar berbenti menyerang, mendadak terdengar Kan ciau-bu berseru, "Ketiga Tianglo harap berhenti dahulu"
Koh Peng bergirang, perintah ini lebih terhormat bagi mereka daripada berhenti menyerang sendiri. Maka serentak mereka melompat mundur.
"Lawan memasang barisan empat orang, biarlah kita juga menghadapi mereka dengan barisan empat orang," kata ciau-bu pula.
Diam-diam Koh Peng memuji kecerdikan Kan ciau-bu, untuk membobol barisan lawan memang diperlukan juga empat orang. cuma seorang lagi harus sama kuatnya dibandingkan musuh, kalau tidak tetap sukar membobol barisan mereka.
Rupanya Kan ciau-bu melihat Yu Wi cuma berdiri diam saja tanpa membantu Pek-yan yang diakui isterinya itu, hal ini menandakan anak muda itu telah mutlak tunduk kepada perintah ciangbujin sendiri. Sekarang ciau-bu hendak mengujinya lagi bagaimana reaksinya, maka segera ia memberi perintah,
"Saudara Yu, hendaknya kau bantu ketiga Tiang lo."
ciau-bu pikir bila perintah ini diturut Yu Wi, selanjutnya dia akan punya akal untuk membinasakan seterunya itu.
Yu Wi tampak melenggong sejenak. lalu melangkah kesamping ketiga Tiang lo itu dengan tetap tidak bersuara.
Koh Peng bergirang karena mengira Yu Wi hendak membantu mereka. Ia tahu dengan ikut sertanya Yu Wi, barisan keempat nona itu pasti dapat dibobol dengan mudah.
Sesudah Yu Wi mendekat, Koh Peng lantas berkata kepadanya dengan tertawa. "Saudara Yu hendaknya menempati sudut kiri."
Tak terduga Yu Wi lantas menggeleng dan menjawab, "Tidak. Koh-tianglo, kedatanganku bukan untuk membantu kalian."
Karena ingin cepat menang, Kan Hou tidak sabar, teriaknya gusar, "Apa katamu" Masa tidak kau dengar perintah Ciangbun?"
Koh Peng juga menambahkan dengan nada orang tua, "Tidak boleh kau bangkang perintah Ciangbunjin, saudara Yu."
"Aku tidak mengakui dia sebagai Ciangbun perguruan kita, "jawab Yu wi.
Ucapan ini membuat ketiga kakek itu terkejut. Air muka Kan ciau bu juga berubah. Tapi di sebelah lain ke-empat nona merasa kegirangan-
Ya-ji juga merasa lega, pikirnya, "Jika demikian, tidak lagi kukuatirkan Kan ciau-bu akan membikin susah padanya nanti."
Tan Ho juga lantas membentak, "seorang lelaki mana boleh plin-plan begitu, sebentar ya sebentar tidak?"
"Aku hanya mengakui dia sebagai Koko dan tidak pernah menganggap dia sebagai Ciangbun," jawab Yu wi. "Perintah Ciangbun memang tidak boleh dilanggar, namun dia bukan ketua perguruan kita, dengan sendirinya perintahnya tidak perlu ku-turut."
Semua orang merasa ucapan Yu Wi juga betul, setelah dia memberi hormat kepada Kan Ciau-bu tadi, ia hanya memanggil "Koko" saja dan tidak pernah menyebutnya "Ciangbun", jika sekarang dia tidak mau tunduk kepada perintahnya dan tidak mengakui Kan Ciau-bu sebagai Ciangbunjin, tindakan ini tidak dapat dikatakan sebagai plin-plan-
"Mengapa engkau tidak mengakui dia sebagai Ciangbunjin, apa alasanmu?" tanya Koh Peng.
"Silakan Koh-tianglo memeriksa barang apakah ini?" kata Yu Wi.
Koh Peng lantas memeriksa barang yang diperlihatkan Yu Wi. lalu bergiliran Tan Ho dan Kan Hou juga disuruh melihat oleh Yu Wi,
Yu Wi berdiri menghadap Kan ciau-bu, waktu Koh Peng memeriksa barang yang dipegang Yu Wi,
Mereka berdiri membelakangi Kan ciau-bu, dengan sendirinya ciau-bu teraling dan tidak tahu barang apa yang dilihat oleh ketiga kakek itu.
Dasar orang busuk. sudah terlalu banyak kejahatan yang diperbuatnya, tentu segala sesuatu membuat hatinya tidak tenang.
Apalagi setelah memeriksa barang yang diperlihatkan Yu Wi itu air muka ketiga Tiang lo lantas berubah khidmat, keruan hatinya tambah kebat-kebit sebab tidak tahu permainan apa yang sedang dilakukan Yu Wi.
Didengarnya Yu Wi berkata pula, "apabila berdasarkan barang tinggalan Ban Yu-coan, Ban-loelanpwe, sebagai tanda kepercayaan untuk menjadi ciangbunjin, maka sekarang aku dapat mengaku sebagai ciangbunjin juga."
Koh Peng termenung sejenak, katanya tiba-tiba, "Tan-hiante dan Kan-hiante, dalam urusan ini kita tidak enak untuk ikut campur lagi, bagaimana kalau kita lepas tangan dalam persoalan ini?"
Tan Ho dan Kan Hou mengangguk sebagai tanda setuju.
Ketiga orang lantas mengeluarkan suara suitan aneh, serentak beberapa ratus anak muridnya yang berjaga rapat disekitar Eng-bu-ciu lantas berlari datang menghadap mereka, Dengan membawa anak buah mereka, pelahan Koh Peng bertiga lantas melangkah pergi. Keruan Kan ciau-bu menjadi kelabakan, cepat serunya, "Kembali ketiga Tianglo"
Koh Peng bertiga menjawab berbareng, "Maaf tidak dapat kami turuti"
Dalam sekejap saja ketiga kakek itu bersama anak buahnya sudah menghilang.
Sungguh Ciau-bu tidak mengerti permainan sulap apa yang dilakukan Yu Wi sehingga dalam sekejap saja ketiga pembantu utamanya itu membawa pergi anak buahnya tanpa pamit lagi.
orang lain juga sukar mempercayai kepergian Koh Peng dan rombongannya itu sebagai hal nyata, namun orang sebanyak itu benar-benar telah pergi meninggalkan Eng-bu-ciu, masa perlu disangsikan lagi"
Tentu saja Pek-yan dan saudara seperguruannya sangat girang melihat lawan tangguh telah pergi semua, lebih-lebih Gin goat, Tho
kin dan Klok-gim, sungguh mereka ingin bersorak memuji kehebatan Yu Wi.
Terpaksa Kan Ciau- bu mencari pembantu lain, ia membisiki Ce Ti-pang yang berdiri disebelahnya, orang tua itu mengangguk, lalu tampil kemuka dan berseru, "Yu Wi, lekas turut kepada perintah Ciangbunjin dan bekuk keempat perempuan berkerudung itu."
"Apakah kau sendiri anak murid Goat-heng-bun?" tanya Yu Wi.
"Memangnya bisa palsu?" jengek Ce Ti-peng dengan lagak orang tua.
"Setiap murid Goat-heng-bun pasti ada tanda bulan sabit didepan dadanya, adakah padamu tanda pengenal itu?" tanya Yu Wipula.
"Tentu . . . tentu saja ada," jawab ca Ti-peng dengan gelagapan-
"Coba perlihatkan," kata Yu Wi dengan tertawa.
Padahal didada Ce Ti-peng sama sekali tidak ada tanda bulan sabit apa segala. mana dia berani memperlihatkan dadanya. Iapun kuatir orang akan paksa membuka dadanya, maka kedua tangannya lantas mendekap dada sendiri.
Mendadak dilihatnya Yu Wi mengangkat tangan kirinya yang berwarna keemasan itu, Ce Ti-peng menjerit kaget dan cepat menyurut mundur sambil mendekap dada, kelakuannya itu mengingatkan orang pada anak perempuan yang takut dadanya dijamah tangan jahil.
Tapi Yu Wi lantas menyimpan kembali Hi-jong-kiam yang baru dilolosnya itu, lalu berkata pula dengan tertawa, "Jangan malu-malu, bukalah dadamu supaya semua orang dapat melihat jelas."
Dalam pada itu tertampak kain kecil berhamburan, dada Ce Ti-peng yang didekap kedua tangan itu sudah terbuka, malahan masih ada dua-tiga potong robekan kain yang tertahan oleh tangannya.
Segera Yu Wi pura-pura mengangkat pula tangannya sambil membentak, "Terima lagi pukulanku ini"
Ce Ti-peng benar-benar sudah ngeri terhadap tangan emas Yu Wi itu, cepat kedua tangannya menolak kedepan sekuatnya.
Tapi Yu wi lantas mengelak malah ke samping sehingga tenaga tolakan Ce Ti-peng itu menyambar lewat.
Dengan demikian kedua tangan Ce Ti-peng lantas meninggalkan dadanya sehingga kain yang masih menempel di dada juga jatuh, maka tertampaklah dadanya yang telanjang itu putih mulus tanpa sesuatu cacat apa pun.
Dengan tertawa Yu Wi lantas bertanya, "Nah, dimana bulan sabit tanda pengenal Goat-hang-bun itu" Eh, barang kali dapat menghilang?"
Seketika semua orang menjadi lupa Yu Wi kawan atau lawan, meledaklah gelak tertawa mereka.
Dari malu Ce Ti-peng menjadi gusar, teriaknya, "Aku memang tidak punya tanda pengenal bulan sabit segala, memangnya kau sendiri punya?"
Dengan terawa Yu Wi menyingkap bajunya sehingga kelihatan dadanya, katanya, "Silakan lihat"
Terlihat jelas tanda bulan sabit hijau tercetak pada dadanya. Jelas warnanya dan mendekuk cukup dalam sehingga setiap orang dapat melihatnya, Seketika semua orang berbisik membicarakannya sehingga suara gemersik berjangkit disana sini.
Dengan sendirinya yang menjadi pokok pembicaraan mereka tidak lain adalah, "Jelas orang she Yu ini adalah murid Goat-heng-bun tulen, entah Pangcu kita mempunyai tanda pengenal ini atau tidak," Tentu saja kasak-kusuk orang banyak itu juga didengar oleh Kan Ciau-bu, ia tahu anak buahnya telah menaruh curiga padanya, tapi ia tetap tidak berani memperlihatkan dadanya. sebab dadanya juga halus licin serupa dada Ce Ti-peng. Jika sebelumnya mereka tahu setiap anak murid Goat-heng-bun ada tato bulan sabit sebagai tanda pengenal, tentu dengan menahan sakit akan mereka tusuk kulit badan sendiri.
Semua orang sekarang percaya penuh Yu wi adalah murid asli Goat-heng-bun, tidak ada yang memperhatikan tanda bulan sabit didada Yu wi letaknya tidak sama dengan tanda pada dada Koh Peng bertiga. Jika bulan sabit diatas dada Koh Peng bertiga itu terletak tepat ditengah,adapun bulan sabit di dada Yu wi terletak di bagian kiri dada. Menurut pikiran Yu wi, karena ilmu sakti pada setengah badan kiri itu berasal dari Ko Bok-cing, sedangkan Ko Bok-cing adalah ahli waris Ban Yu-coan, murid Goat-heng-bun tulen. maka setengah badannya itu juga harus menjadi murid Goat-heng-bun.
Sebab itulah tato bulan sabit hijau itu dibuatnya diatas dada sebelah kiri dan tidak serupa Koh Peng dan lain-lain yang mempunyai tanda pengenal tepat ditengah dada.
Begitulah Yu Wi lantas berseru, "Ce-cianpwe, apabila pimpinan kalian benar murid Goat heng-bun tulen, dapatkah dia memperlihatkan dadanya?"
Ce Ti-peng tahu pada Kan Ciau-bu tidak terdapat sesuatu tanda apa pun, maka jawabnya dengan gelagapan, "Kukira tidak .. .tidak perlu ...."
"Jika begitu, masakah aku harus sembarangan tunduk kepada seorang ketua yang belum jelas asal-usulnya?" kata Yu Wi pula.
Selagi Ce Ti-peng merasa serba runyam, tiba-tiba Kan Ciau-bu berseru kepadanya,
"Ce-losu kembali sini"
Seketika Ce Ti-peng merasa seperti mendapat pengampunan besar, cepat ia lari kembali terus masuk kebelakang untuk ganti baju. Ce Ti-peng adalah pembantu baru Kan Ciau-bu, anak murid juga bawaannya, cuma sudah dilatih dulu oleh Kan Ciau-bu sehingga tidak lemah lagi kepandaian mereka. lantaran itulah mereka mampu menghadapi anak murid Cin Pek-ling.
Kan Ciau-bu merasa kehilangan muka karena kekalahan Ce Ti-peng, katanya dengan gusar, "Yu Wi, kau mengaku sebagai murid
Goat-heng-bun, tapi perintahku sebagai pejabat ketua tidak kau turut. padahal akupun tidak pingin menjadi ketua macam begini, selanjutnya kunyatakan bukan anggota Goat-heng-bun lagi"
"Seharusnya memang demikian," ujar Yu Wi, "Engkau mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, bahkan sengaja menyuruh Ce Ti-peng menyamar sebagai anak buahmu untuk memancing keluarnya anak murid Goat-heng-bun yang selama ini mengasingkan diri, tujuanmu tidak lain hanya ingin memupuk kekuatanmu sendiri, padahal kenapa perlu engkau bertindak sejauh ini, mestinya kan sudah cukup jabatan ketua Thi-bang-pang yang telah kau rampas dengan intrik kejimu itu?"
Tapi Kan Ciau-bu lantas berteriak, "Thi-bang-pang tersebar ditempat ini,Jika kalian bermaksud meninggalkan tempat ini harus kalian bunuh diri segenap anggota Thi-bang-pang kami."
Habis berkata mendadak ia mengangkat tinggi-tinggi sesuatu benda sambil berseru, "Inilah tanda pengenal kebesaran Thi-bang-pang apa amanat Lopangcu tatkala beliau masih hidup?"
Melihat yang dipegang Kan Ciau-bu itu adalah sebuah jaring kawat baja berwarna hitam gelap, serentak para anggota. Thi-bang-pang berteriak dengan khidmat. "Melabrak musuh tak gentar, kalau rela dihina berarti kelemahan"
"Dan sekarang kita menghadapi musuh tangguh, banyak anggota kita yang menjadi korban, apakah penghinaan ini dapat kita terima?"
Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak, tidak terima" teriak para anggota Thi-bang-pang dengan penuh semangat.
"Baik, kita harus patuh kepada amanat mendiang Lopangcu kita!" teriak Kan Ciau-bu pula, "Kita harus menuntut balas bagi yang telah gugur, betapa harus kita bekuk musuh yang telah membunuh anggota Pang kita." Seruan Kan Ciau-bu ini serupa api disiram minyakk dan makin mengobarkan semangat tempur anggota Thi-bang-pang, serentak Yu Wi dan rombongannya dikepung dengan rapat.
Melihat kemurkaan musuh yang menggelora itu, Yu Wi menyadari keadaan cukup gawat, kalau tidak menggunakan tindakan kejam rasanya sukar lolos dari kepungan musuh. Dilihatnya jaring baja hitam yang dipegang Kan Ciau-bu itu memiliki daya pengaruh terhadap semangat tempur anak buah Thi-bang-pang. tiba-tiba pikirannya tergerak mendadak ia melompat maju dan mencengkeram Kan Ciau-bu
Meski di depan Kan Ciau-bu dyaga oleh beberapa lapis anak buahnya, namun dengan langka ajaib Hui-liong-pat-poh, tidak sulit bagi Yu Wi untuk menyelinap lewat kesana dan langsung menerjang seteru itu. Ketika mendadak melihat tangan emas mengkilap menyambar mukanya, Kan Ciau-bu terkejut tahu-tahu jaring baja hitam yang dipegangnya telah lenyap secara ajaib, ternyata sudah berpindah tangan emas Yu Wi, begitu dapat terampas jaring hitam segera Yu wi melompat mundur ke tempat semula untuk melindungi Pek-yan dan Soh-sim alias Bok-ya.
Anah buah Thi-bang-pang sama berteriak kaget, tapi rasa kaget yang menunjukkan rasa sangsi mereka.
Dengan jaring hitam di tangan Yu wi, anak buah Thi-bang-pang yang mulai mendesak maju itu seketika lantas berhenti.
Cepat Kan Ciau-bu membentak, "Penjahat itu merampas pusaka Pang kita, ayo lekas serbu dan serang dia" Keras sekali suaranya, namun anggota Thi-bang-pang tidak ada yang bergerak. karuan Kan Ciau-bu sangat gelisah, ia tahu jaring baja itu sangat penting artinya, segera ia berseru pula dengan tertawa, "Yu Wi, kau panggil Koko padaku, dengan sendirinya takkan kubikin susah saudaraku sendiri."
Yu Wi hanya menjengek saja tanpa menjawab, ia ingin tahu apa yang hendak dikatakannya lagi.
"Mengingat sesama saudara sendiri, kuperintahkan segenap anggota jangan membikin susah padamu, boleh kau tinggalkan mereka, biarlah keenam perempuan itu mati didepan segenap anggota Pang kita untuk melampiaskan rasa murka orang banyak."
"Engkau mengakui diriku sebagai adik?" tanya Yu Wi tiba-tiba.
Kan Ciau-bu tertawa,jawabnya, "Wajah kita serupa, dengan sendirinya tidak perlu disangsikan lagi persaudaraan kita.Jadi tidak ada soal mengaku atau tidak, sebab setiap orang tentu juga percaya. Cukup hal ini saja tiada seorang pun berani membikin susah padamu."
"Numpang tanya, Koko ini she apa?" tanya Yu wi.
"Dengan sendirinya juga she Yu" jawab Kan Ciau-bu dengan tidak tahu malu.
Betapapun ia tidak berani mengaku she Kan sebab setiap anggota Thi-bang-pang tahu menantu Lo pangcu adalah she Yu, yaitu putra Ciang-kiam-hui Yu But Thian.
Maka Yu Wi bertanva pula, "Lantas siapakah ayahmu?"
"Mendiang ... mendiang ayahku ...." Kan Ciau-bu menjadi gelagapan, sebab apapun juga tidak enak untuk mengakui orang lain sebagal ayah sendiri.
Pada saat itulah mendadak suara seorang perempuan berseru, "Biarlah kujawab bagimu jika engkau tidak dapat menjawabnya."
Waktu semua orang berpaling, beramai-ramai mereka lantas memberi jalan lewat, tertampaklah seorang perempuan berwajah pucat kurus tampil kedepan dengan pelahan, dimana dia lewat para anggota Thi-bang-pang sama memberi hormat dan menyapa, "Selamat Hujin"
Yu Wi dapat melihat jelas pendatang ini ialah Lim Khing-kiok,
Sudah beberapa tahun sejak Lim Khing-kiok dibawa minggat oleh Kan Ciau-bu dari Mo-kui-to. mendadak dapat bertemu sahabat lama disini, tentu saja YU Wi sangat gembira,
Didengarnya Lim Khing-kiok lagi berkata, "Ayahmu Thian-ti hu ...."
"Tutup mulut" bentak Kan Ciau-bu mendadak, Ia pikir perempuan hina ini sudah melahirkan anak tapi hatinya masih condong kepada orang lain, sungguh tidak kepalang gemasnya sehingga air mukanya berubah kelam. Namun Lim Khing-kiok tidak takut gertakan Ciau-bu. ia menyambung pula, "Kau memalsukan Yu wi untuk mencuri hati Le-siocia, sesudah menikah kau bunuh dia pula, padahal engkau sebenarnya bukan Yu Wi melainkan Kan-toakongcu dari Thiau-ti-hu, Kan Ciau-bu adanya."
Keterangan ini dikemukakan Lim Khing-kiok dengan cepat, seketika gemparlah para anggota Thi-bang-pang. Cepat Ciau-bu berusaha membela diri, serunya, "Jangan kalian percaya kepada ocehannya, dia orang gila, keterangannya menyesatkan. Siok-coan meninggal karena sakit, hal ini diketahui setiap orang."
Siok-coan adalah nama puteri kesayangan Pangcu Thi-bang-pang, Le Kun. Kematian Siok-coan memang disaksikan orang banyak waktu layonnya dikubur, mereka pikir kematian Le Siok-coan memang akibat sakit dan bukan dibunuh oleh suami sendiri.
Walaupun ragu, namun semua orang juga percaya kepada keterangan Lim Khing-kiok, sebab setelah Le Siok-coan mati, secara resmi Kan Ciau-bu lantas menikah dengan Lim Khing-kiok, Suami-isteri seharusnya bersatu hati,jika sekarang isteri sendiri saja menuduhnya, mau-tak-mau mereka menjadi percaya kepada keterangan Lim Khing-kiok itu.
"Semua orang menyaksikan bahwa Siok-coan memang mati sakit, masakah perlu disangsikan lagi?" demikian Ciau-bu berteriak pula dengan gugup.
"Dia sakit apa?" tanya Lim Khing-kiok,
"Setelah Lopangcu wafat karena terlalu berduka dia lantas jatuh sakit dan akhirnya meninggal."
Alasan Ciau-bu ini cukup kuat, dahulu anggota Thi-bang-pang juga menyangka demikianlah menigggalnya Le Siok coan. Lim Khing-kiok hendak bertanya lagi, Ciau-bu merasa tidak menguntungkan bila terdesak oleh pertanyaannya, cepat ia
membentak, "Perempuan hina, lekas kau katakan kepada segenap saudara kita bahwa kau memang sembarangan mengoceh."
Khing-kiok menggeleng, katanya, "Tidak, Le-siocia telah kau bunuh, sekarang aku yang menjadi sasaranmu pula, namun sayang, tiada seorang pun berhasil kau bunuh."
Sesudah berhenti sejenak, mendadak ia berseru, "Cici. mari keluar"
Segera orang banyak menyingkir dan memberi jalan lewat bagi kemunculan orang baru ini membikin para anggota Thi-bang-pang sama melongo dan mengira sedang mimpi.
Yu Wi juga terkejut demi mengenali pendatang ini, pikirnya, "Serapat-rapatnya Kan Ciau-bu mengatur muslihatnya toh terjadi juga kebocoran, sekali ini dia mati kulu benar-benar dan tidak mampu bicara lagi."
Ketika mengetahui siapa yang muncul ini, hampir saja Kan Ciau-bu jatuh pingsan. Serentak para anggota Thi-bang-pang juga lantas bersorak, "Hah, Pangcu Pangcu"
Ada yang terharu dan menitikkan air mata. Sambil berseru, "Pangcu tidak meninggal, Pangcu hidup kembali . . .,"
Pendatang ini kelihatan kurus kering tinggal kulit membungkus tulang. namun dapat dikenal dengan jelas ialah putri kesayangan Le Kun, Le Siok-coan adanya. ketua Thi-bang-pang sesudah Le Kun wafat. setelah Le Siok-coan dinyatakan meninggal barulah jabatan ketua diteruskan oleh Kan Ciau-bu. Thi-bang-pang yang berpengaruh di lembah Tiang-kang ini didirikan oleh Le Kun sendiri, maka setiap anggota merasa kegirangan demi melihat satu-satunya keturunan Lopangcu telah hidup kembali setelah dinyatakan mati.
Kan Ciau-bu tidak menyangka Le Siok-coan ternyata belum meninggal, keruan tidak kepalang kagetnya dan timbul juga rasa takutnya, segera ia merenungkan daya upaya untuk melarikan diri.
Yu Wi lantas menyongsong ke depan dan menyapa "Selamat Nona Le, syukur engkau ternyata tidak mengalami cedera apa-apa
oleh tindakkan keji bangsat itu.Jaring hitam ini harus kuserahkan kembali kepada Pangcu yang asli." Ia lantas menyerahkan jaring hitam yang dirampasnya dari Kan Ciau-bu tadi kepada Le Siok-coan.
Setelah menerima jaring hitam itu, dengan suara gemetar Le Siok-coan lantas berseru, "Dengarkan segenap anggota Pang kita, akan kujelaskan segenap dosa penjahat yang telah merusak persaudaraan kita ...."
Kan Ciau-bu tidak berani merampas kembali jaring hitam ketika masih dipegang Yu Wi, sekarang jaring itu berada ditangan Le Siok-coan yang kurus kering, ia yakin pasti dapat merampasnya, mendadak ia menerjang maju sambil menggertak.
Tapi apa yang terjadi sungguh diluar dugaannya, mendadak terlihat Le Siok-coan menebarkan jaring hitam itu sehingga serupa selapis tabir mengurung keatas kepala Kan Ciau-bu.
Sama sekali Kan Ciau-bu tidak menduga Le Siok-coan masih mempunyai jurus simpanan yang lihai ini, tabir jaring hitam itu mengurung tiba dengan cepat dan luas jangkauannya sehingga sukar baginya untuk menghindar.
Serentak para anggota Thi-bang-pang juga bersorak, "Thiau-lo-te-bang (jaring langit dan jala bumi)"
Waktu Le Siok-coan menarik pelahan, segera jaring hitam itu menyurut dengan kencang sehingga Kan Ciau-bu terjerat didalam jaring dan tidak dapat berkutik,
Dilihatnya Go Lam-thian berdiri tidak jauh disebelahnya dan ikut bersorak sorai, diam-diam Kan Ciau-bu sangat mendongkol, pikirnya, "Bangsat ini sungguh tidak tahu budi, tadinya kau berkomplot denganku, sekarang keadaanku terdesak segera kau ganti haluan, jika aku mati,jangan kau harap akan hidup."
Begitu timbul pikiran demikian, segera ia menggelinding kesana sekuatnya.
Kemahiran menebarkan jaring hitam itu masih dikuasai Le Siok-coan dengan baik, tapi tangannya sebenarnya tidak bertenaga, karena gelindingan Kau Ciau-bu yang keras itu,
Siok-coan kuatir dirinya ikut terguling, cepat ia melepaskan ikatan tali jaring pada tangannya.
Menggulingnya tubuh Kan Ciau-bu sungguh sangat keras. karena tidak berjaga-jaga, kedua kaki Go Lam-thian tergilas patah, menyusul lantas tertindih oleh tubuh Kan Ciau-bu. Sekuatnya Go Lam-thian berusaha melawan, tapi diam-diam Kan Ciau-bu mengerahkan tenaga sehingga Go Lam-thian menjerit ngeri, mati tertindih.
Semua anggota Thi-bang-pang sama pucat ketakutan melihat keganasan Kan Ciau-bu meski terbungkus oleh jaring itu. Namun jaring yang meringkus Kan Ciau-bu itupun bertambah kencang karena bergulingnya itu sehingga dia tidak dapat berkutik lagi, kawat baja jaring hitam tampak mendekuk kedalam kulit badan Kan Ciau-bu sehingga membuatnya sesak napas. Semula Kan Ciau-bu mengira jaring hitam itu adalah kebesaran Pangcu saja, tak tersangka juga mempunyai daya guna mengatasi musuh selihai itu, malahan harus menguasai cara menebarkan jaring barulah dapat memanfaatkan jaring itu. Baru sekarang ia paham sebab apa para anggota Thi-bang-pang sama bersuara heran ketika Yu Wi merampas jaring dari tangannya tadi.
Rupanya para anggota Thi-bang-pang tahu jaring hitam tinggalan Lopangcu itu seharusnya tidak dapat direbut musuh kecuali musuh memang teramat lihai sehingga sukar menebarkan jaring itu, namun begitu jaring akan tetap terikat ditangan.jadi untuk merampas jaring itu hanya kalau tangan ikut terpenggal.
Begitulah Le Siok-coan lantas mendamperat dengan suara gemetar sambil menuding Kan Ciau-bu yang teringkus didalam jaring itu, "Kau bangsat keparat, ada permusuhan apa antara keluarga Le kami dengan kau, mengapa kau bunuh ayahku dan diam-diam mencelakai diriku pula"____"
Mendengar kematian Pangcu tua mereka juga akibat perbuatan keji Kan Ciau-bu, serentak anggota Thi-bang-pang sama mencaci-maki kekejamannya. Kalau Le Siok-coan tidak berada disitu bisa jadi mereka akan menerjang maju dan menginjak-injaknya hingga mampus.
"Kematian ayahku semula kusangka karena sakit tua, tak terduga dengan cara yang sama hendak kau bunuh pula diriku," demikian Le Siok-Coan berserupula, "Untung Thian memberkati panjang umur kepadaku sehingga aku lolos dari kekejamanmu, karena itulah dapat kuketahui kematian ayahku ternyata tidak wajar melainkan perbuatanmu."
Dengan suara parau Kan Ciau-bu berlagak berduka, katanya, "Siok-coan, setelah kau meninggal, setiap hari kucaci muka dengan air mata. Kuharap jangan kau percaya kepada ocehan perempuan hina itu, sungguh aku tidak tahu segala seluk-beluknya, kusangka yang meninggal ditempat tidur itu ialah dirimu sehingga kukubur dirimu dengan berduka cita. Siapa tahu secara diam-diam ada komplotan jahat telah menukar dirimu, dan berdusta padamu bahwa aku hendak membunuh dirimu, padahal mana mungkin kubikin celaka dirimu. Yang jelas komplotan jahat itu ingin merampas kedudukanmu, maka telah digunakannya tipu muslihat keji ini."
"Bangsat, sudah begini masih juga berani menyangkal dan memfitnah orang lain" bentak Khing-kiok. Kan Ciau-bu lantas berteriak penasaran, "O. Thian, dosa apa orang she Kan sehingga mendapatkan perempuan berhati lebih berbisa daripada ular ini. Dia menipu isteriku dan menyembunyikannya agar kusangka isteriku benar-benar mati, dengan begitu dia dapat menikah denganku. sesudah menjadi isteri yang resmi, tambah menonjol kekejiannya dan sekarang bermaksud mencelakai suami sendiri."
Saking gusar suara Lim Khing-kiok sampai bergemetar, teriaknya, "Kan Ciau-bu, sebulan yang lalu mulai kau taruh racun didalam makananku. memangnya kau kira Aku tidak tahu" tentunya tidak kau sangka siapa yang melihat kekejamanmu ini."
"Memangnya siapa?" tanya Ciau-bu.
"Aku" tukas Le Siok-coan dengan tertawa dingin.
Tapi Kan Ciau-bu lantas berlagak lagi, ucapnya dengan suara lembut, "O, Siok-coan, sayang, selama ini kau tinggal dimana" Sungguh aku sangat merindukan dikau."
"Kau rindu padaku "jengek Siok-coan "Huh, apa betul" Aku justeru tinggal dibalik tembok rahasia dikamar tidur, setiap hari dapat kuawasi gerak-gerikmu, tapi tidak pernah kulihat kau memikirkan diriku."
"Aku berpikir di dalam hati, dengan sendirinya tak dapat kau lihat," sahut Ciau-bu dengan tidak tahu malu.
"Huh, tindakanmu hendak mencelakai nona Lim telah kulihat seluruhnya, coba cara bagaimana akan kau jelaskan?"jengek Siok-coan.
"Ini... ini karena ...." Kan Ciau-bu menjadi gelagapan.
Belum sempat ia mengemukakan alasannya.segera Siok-coan memotong, "Tentunya karena ada kejelekan nona Lim yang kau lihat,"
"Betul, betul," seru Cau-bu, "memang banyak kejelekannya, misalnya tentang kematianmu, aku menjadi sangsi mungkin dia biang-keladinya, sayangnya aku tidak punya bukti dan saksi, maka kurancang jalan ini untuk membalas dendam."
"Akan kuperlihatkan lagi dua orang, coba kau kenal mereka tidak?" kata Siok-coan pula.
Sejenak kemudian muncul pula dua anak perempuan.
"Hai, Hoay-soan Hana" teriak Yu wi dengan girang.
Kan Hoay-soan melirik Yu wi sekejap, melihat senyumnya itu lantas diketahuinya bukan kakaknya sendiri, waktu melihat orang yang teringkus didalam jaring. segera ia memburu maju dan memanggil,
"Koko. Koko" Hati Hoay-soan memang lemah, melihat keadaan kakak satu ayah lain ibu itu, seketika dia lupa dendamnya kepada sang kakak yang telah membunuh ibu dan kakak kandungnya. Dalam keadaan demikian, mau-tak-mau tergugah juga hati nurani Kan Ciau-bu, dengan suara pelahan iapun memanggil, "Moay moay"
Sedangkan si gadis asing, Hana, dia tidak dapat membedakan yang manakah Yu Wi tulen, begitu disapa segera ia mendekati Yu Wi dengan gembira sambil berseru, "Toako, bilakah baru akan kau nikahi diriku?"
Keruan Yu Wi melengak, sahutnya dengan kikuk, "O, aku ... aku ...." Diam-diam ia menggerutu, bilakah pernah ku-katakan akan menikah denganmu"
Agaknya Hana juga pernah mendapatkan janji Kan Ciau-bu, maka sekarang Yu Wi yang ditagih janji,
Segera Le Siok-coan berkata pula, "Kan Ciau-bu. berhubung kau ingin mengawini gadis asing ini, maka tujuanmu ini dijadikan alasan untuk membunuh nona Lim, sama halnya karena kau ingin kawin dengan nona Lim, maka aku harus kau bunuh lebih dulu. Syukur Thian kasihan kepada nona Lim berhati baik sehingga dia mengetahui muslihatmu yang keji, ketika melihat aku akan mati, diam-diam nona Lim menukar diriku dengan sesosok mayat yang serupa diriku, lalu aku disembunyikannya, diam-diam nona Lim merawat diriku. bilamana selama ini aku masih bisa bernapas. semuanya adalah berkat pertolongan nona Lim yang telah mencarikan obat penawar racun bagiku. Siapa tahu kau memang berhati keji, racun yang kau gunakan adalah racun yang bekerja lambat dan maha jahat, sampai sekarang juga racun belum terpunah seluruhnya dari tubuhku sehingga kesehatanku juga belum pulih "
"Aku ... pada hakikatnya aku tidak kenal gadis asing itu" demikian Ciau-bu masih berusaha membela diri.
Kan Hoay-soan menggeleng kepala, katanya, "Toako, kukira lebih baik akui saja semua dosamu. Sejak aku dan Hana datang
mencarimu, Hana mengira engkau ialah Yu Wi, tapi segera dapat kulihat engkau adalah Kokoku sendiri, meski sedapatnya engkau berlagak sebagai Yu Wi, namun senyummu tetap tidak dapat menirukan senyum Yu Wi."
Setelah menghela napas pelahan, lalu Hoay-soan menyambung lagi, "Rupanya kau penujui Hana, kami berdua lantas kau simpan di suatu tempat tersendiri. Kutahu maksud tujuanmu, kuberitahukan kepada Hana agar waspada, akulah yang menghasut dia agar jangan mau dinikahimu jika tidak dilakukan secara resmi. Siapa tahu hal ini berakibat membikin susah nona Lim, sungguh tidak kuduga sebelumnya."
"O, sungguh adik yang terlalu baik sehingga berkomplot dengan orang luar untuk menjebak kakkaknya sendiri," teriak Ciau-bu dengan gusar.
"Sebenarnya tidak perlu lagi kupanggil dirimu sebagai Koko," kata Hoay-soan, "Ibu dan Jiko telah kau bunuh, mana dapat kupandang dirimu sebagai kakak lagi. Sunggguh perbuatanmu mele .... melebihi...." Ia tidak melanjutkan ucapannya, betapapun ia tidak dapat mendamperat kejahatan kakak satu ayah lain ibu ini di depan umum.
"Apa yang kulakukan itu ti
Pendekar Cacad 3 Bara Naga Karya Yin Yong Jodoh Rajawali 23