Pencarian

Pendekar Setia 9

Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Bagian 9


na?" tanya Bok-cing dengan gegetun.
"Setiap usaha mencari hidup memang harus menyerempet bahaya," kata Yu Wi.
"Tapi . . . tapi jalan hidup yang tersedia di sini kan tidak ada bahaya apa pun bagimu?" kata Bok-cing dengan terharu.
"juga belum tentu," ujar Yu Wi. "Sudahlah, jangan banyak bicara lagi, marilah lekas kita menyelam"
Tanpa menunggu jawaban Ko Bok-cing, segera ia mendahului menyelam kebawah. Karena terpaksa, mau-tak- mau Bok-cing ikut menyelam dengan membawa Pek-yan-
Dalam pada itu Ji-bong Taysu menjadi tidak sabar menunggu, iapun kuatir Yu Wi akan mati tenggelam sehingga kehilangan buah ajaib. Terpaksa menahan wataknya. yang keras itu dan berseru. "Baiklah, Yu Wi, boleh suruh nona-nona itu naik lebih dulu"
Akan tetapi sayang sudah terlambat seruannya Yu Wi bertiga tidak mendengar lagi suaranya.
Ji- bong Taysu menjadi sangat menyesal.
Dalam pada itu Yu Wi terus menyelam menuju kelubang tembus, ia tarik Ko Bok-cing dan diajak menyusup ke dalam gua.
Gua air itu tidak terlalu longgar, Ko Bok-cing tidak dapat melihat dalam kegelapan, kalau tidak ditarik Yu Wi, bisa jadi akan kesasar.
Anak perempuan takut kegelapan, begitu menyelam masuk ke gua itu, karena daya tarik aliran air yang keras, Ko Bok-cing rada takut, ia pegang tangan Yu Wi dengan erat.
Yu Wi berdiri dulu di dalam gua, dirangkulnya Pek-yan yang pingsan itu, dengan tangannya ia memberi isyarat agar Ko Bok-cing merangkul pinggangnya, dengan saling berdekapan mereka bertiga menyusuri gua itu dengan pelahan-
Selain daya sedot, aliran air itu juga menimbulkan daya tekan yang berat. dengan hati-hati mereka melangkah maju, tapi belasan langkah saja mereka merasa sukar maju lagi. Lubang air makin jauh makin sempit, sampai disini sudah tidak muat tubuh mereka untuk maju lebih jauh.
Tanpa pikir Yu Wi mengeluarkan Hi-jong-kiam, pedang sempit serupa usus ikan itu, disayatnya disekitar lubang air yang sempit itu Pedang mestika itu dapat memotong emas eperti memotong sayur,
dengan sendirinya memotong batu karang tidak terlalu sukar, sekali tabas lantas rontok.
Arus air mestinya tidak terlalu keras, setelah bagian yang sempit itu dibobol, hilanglah rintangannya. seketika arus air mengalir dengan derasnya.
Rasanya seakan-akan semua arus berkumpul disini sehingga terbentuk menjadi sebuah saluran induk. saking kerasnya arus, Yu Wi bertiga tidak sanggup bertahan, mereka ikut terhanyut kebagian yang dalam.
Karena terhanyut oleh arus yang kencang, Yu Wi dan Bok-cing jatuh pingsan juga serupa Pak- yan-
Arus air yang gulung-gemulung itu menghanyutkan mereka semakin jauh dan entah menuju kemana. sepanjang terhanyut, badan mareka bertiga banyak terluka oleh batu karang yang tajam.
Mereka merasa sekali ini pastilah tamat riwayatnya, Pek-yan yang pingsan itu sempat siuman dan segera pingsan lagi,
Dalam lubuk hatinya yang dalam Bok-cing merasa Yu Wi dan Pek-yan mestinya tidak perlu ikut menempuh bahaya ini, mareka mestinya dapat diselamatkan keatas oleh Ji- bong Taysu, tapi mereka rela ikut berkorban baginya.
Karena rasa menyesalnya, Su-ciau-sin-kang yang maha sakti yang dikuasainya dengan sendirinya digunakan untuk mancari hidup, sekuatnya ia meronta, dalam kaadaan sadar-tak-sadar timbul juga semacam kewaspadaan, "Bila ada kesempatan, lebih baikku korbankan jiwaku daripada mereka ikut mati."
Tapi apakah takdir akan memberi kesempatan padanya untuk menyelamatkan Yu Wi dan Pek-yan"....
000ooodwooo000 Suara air terjun bergemuruh laksana bunyi guntur, gemuruh yang memekak telinga itu membangunkan orang yang tertidur lelap.
Waktu Yu Wi membuka matanya, hari sudah terang benderang, lebih dulu ia melihat dirinya sendiri tidur di atas tanah berlumpur yang lunak. disamping berbaring pula satu orang yang membelakanginya.
Waktu ia membalik tubuh orang itu, ternyata Pek-yan yang belum lagi siuman dari pingsannya. ia coba memandang jauh kesana yang penuh rumput gelagah belaka, namun tiada bayangan orang lain lagi yang tertampak.
"He, kemana dia?" gumam Yu Wi.
Dia yang dimaksudkan dengan sendirinya ialah Ko Bok-cing. Nona ini ternyata tidak kelihatan berada disitu, padahal semula mereka bertiga saling rangkul, mengapa cuma dia saja yang hilang"
Dengan menahan rasa sakit sekujur badan yang penuh luka Yu Wi berdiri dan melihat baju sendiri hampir hancur seluruhnya. cepat ia meraba saku, syukurlah Jit-yap-ko yang tersimpan dalam lapisan dalam baju tidak sampai hilang, juga tidak pecah terbentur batu karang. Padahal bajunya telah robek-robek. namun buah ajaib sebesar manggis itu tidak rusak sama sekali.
Buah ajaib ini sangat penting baginya, bukan maksudnya hendak makan buah ini, tapi buah ini akan disimpannya untuk dipersembahkan kepada sang ibu. Buah ajaib ini mempunyai seribu macam khasiat, penyakit otak Tan Siok-cin tentu dapat disembuhkan setelah makan buah ini.
Yu Wi yakin akan manfaat buah ini, andaikan penyakitnya tidak sembuh, sedikitnya juga bisa memperpanjang umur.
Akan tetapi cita-citanya yang luhur dan berbakti ini tampaknya sukar terlaksana, sebab setelah dia memeriksa keadaan sekitar setempat, mau-tak-mau ia menghela napas menyesal, "Ai, habis, tamatlah sekali ini Biarpun hidup juga tidak ada gunanya"
Semula dia bersyukur jiwanya dapat ditemukan kembali, tapi rasa syukur ini sekarang lenyap sama sekali, sebagai gantinya adalah sedih luar biasa.
Maklumlah, setelah keadaan setempat ditelitinya, ternyata mereka berada di suatu tempat yang sekelilingnya terkurung oleh tebing karang yang curam dan tingginya tak terkirakan- Sebuah lembah maut.
Tanah lembah itu sebagian berupa kolam yang penuh rumput gelagah yang panjang dan juga macam-macam tumbuhan lain- Padang rumput meluas sehingga merapat dengan dinding tebing, sedangkan dinding tebing sangat terjal, sebuah gua untuk berteduh saja tidak tampak. seluruhnya terdiri dari dinding tebing yang berwarna hitam gelap.
Kolam itu berbentuk panjang, ujung sana terletak di bawah sebuah air terjan yang besar dengan airnya yang tertuang dari atas seperti seutas rantai perak. Air terjun raksasa itu sangat megah, suaranya yang bergemuruh sangat mengejutkan orang, bila memandang keatas, ujung air terjun di atas cuma kelihatan satu titik kecil saja, maka dapat dibayangkan betapa tingginya air terjun itu.
Air yang tertuang dari ketinggian yang sukar diukur itu membentur batu karang ditepi kolam, betapa hebatt kekuatannya, pantas menimbulkan suara gemuruh yang memekak telinga.
Tercengang juga Yu Wi memandangi air terjun yang luar biasa ini, ia pikir dirinya tentu terhanyut dari atas air terjun sana, anehnya mengapa tidak. terbanting keatas batu karang di tepi kolam ini" bilamana terbanting di situ, mungkin sudah hancur lebur.
Jangan-jangan dibawah air terjun ini ada arus sembunyi lain yang telah menghanyutkan tubuhnya kepermukaan air sehingga dirinya tidak sampai mati tenggelam.
"Ai, air saja tidak menghendaki diriku, o, thian, apa artinya aku dibiarkan hidup?" demikian keluh anak muda itu.
Setelah mengetahui dirinya akan terkurung selama hidup dilembah maut ini, tentu saja hatinya murung. Apalagi bila teringat masih banyak urusan di dunia ramai sana belum diselesaikannya, ia tambah sedih sekali, sungguh ia menyesal mengapa tidak terbanting
mati saja waktu terhanyut dari atas air terjun itu, kan tamat segalanya dan tidak perlu dipusingkan lagi.
Dengan sendirinya jalan pikirannya ini adalah jalan pikiran kaum lemah. Tapi maklum juga, dalam keadaan begini, siapa pun akan berpikir seperti dia.
Dan kalau masih hidup, mau-tak-mau ia harus berusaha hidup terus. Kesukaran yang dihadapinya sekarang jelas tak terhindarkan, namun Yu Wi juga tidak bermaksud mencari mati, jika selama hidup harus tinggal disini, hidup tetap harus dipertahankan-
Teringat kepada masalah hidup, ia bertekad akan menemukan dulu Ko Bok-cing, tiga orang kumpul bersama, bertambah satu orang kan lebih baik dari pada hidup berduaan, apalagi mati atau hidup Ko Bok-cing belum diketahui, sebelum nona itu ditemukan hati Yu Wi tidak bisa tenteram. Sekalipun nona itu sudah mati juga harus ditemukan jenazahnya dan dikubur.
Akan tetapi dia sudah menjelajahi setiap pelosok lembah kurung ini, kaceknya cuma belum dicarinya kedasar kolam, namun tetap tidak ditemukan setitik jejak yang ditinggalkan Ko Bok-cing.
Andaikan Ko Bok-cing mati tenggelam di dalam kolam, sepantasnya mayatnya akan mengapung keatas, mustahil bisa mati menghilang tanpa bekas.
Tapi fakta memang demikian, Ko Bok-cing benar-benar hilang secara misterius. seperti ditelan mentah-mentah oleh air terjun yang tidak kenal ampun itu, tiada tersisa setitik pun.
Yu Wi marasa putus asa untuk menemukan Ko Bok-cing, sejak mula juga dia tidak menaruh harapan akan menemukan Bok-cing dalam keadaan hidup, asalkan dapat menemukan jenazahnya sudah puas baginya. Tapi sekarang untuk manemukan jenasahnya saja juga putus harapan-
Diam-diam terpikir oleh Yu Wi, "Mengapa Thian tidak membiarkan diriku mati dan membiarkan Bok-cing hidup di dunia ini."
Tapi lantas terpikir lagi, "Ah, hidup hanya tersiksa saja. siapa tahu kalau mati justeru lebih beruntung daripada yang hidup?"
Kemudian ia melihat Pek-yan yang masih belum siuman, itu terpikir pula, "Mengapa dia malah tetap hidup"Jika Thian memberi hidup kepada Ko Bok-cing kan lebih baik daripada membiarkan Pek-yan hidup?"
Menurut penilaian Yu Wi,jika disuruh memilih antara Ko Bok-cing dan Pek-yan, jelas dia harap Ko Bok-cing yang dapat hidup bersamanya di lembah maut itu.
Apabila Pek-yan tahu jalan pikiran Yu Wi ini mungkin saking kekinya dia tidak mau mendusin lagi.
Kalau tidak mati, orang pingsan achirnya pasti akan siuman- Tapi Yu Wi tidak menunggu si nona siuman sendiri, tanpa disuruh ia lantas mendekat untuk menolongnya.
Jika harapan hidup Ko Bok-cing sudah tidak ada, tentu juga dia tidak mengharapkan Pek-yan mati. Dua orang hidup bersamakan jauh lebih baik daripada hidup sendirian- Ia pikir bila dirinya harus hidup sendirian disini, akan lebih baik jika dia bunuh diri saja.
Pelahan akhirnya Pak-yan siuman juga, waktu melihat Yu Wi, entah sengaja berlagak manja atau memang takut, mandadak ia membenamkan kepalanya dalam pangkuan Yu Wi sambil merangkulnya erat-erat, serunya, "Apakah kita sudah mati?"
Bau harum lantas tercium oleh Yu Wi, kenikmatan ini tentu akan terjadi kebalikannya apabila Ko Bok-cing masih hidup dan berkumpul disini. Seharusnya Yu Wi berpendapat dalam hal ini jelas Pek-yan jauh lebih menyenangkan daripada Ko Bok-cing bila kedua nva sama-sama hidup dan dirinya diharuskan memilihnya.
Apalagi sebelum racun Liap-hun-ciam dalam tubuh Yu Wi itu dipunahkan, andaikan Ko Bok-cing berkumpul disini juga sukar baginya untuk tinggal bersama, sebab dari badan gadis lain segera akan tercium olehnya bau busuk yang tak tertahankan berbeda
dengan Pek-yan yang tubuhnya menyiarkan bau harum yang memikatnya.
Tidak mati tertimpa bencana, yang dihadapi sekarang juga jalan buntu, dengan sendirinya pikiran Yu Wi sangat kompleks, kini si cantik berada di dalam pelukannya, terasa terhibur juga, dengan senang ia berkata. "Mati sih belum, cuma selanjutnya kita berdua harus hidup berdua selamanya."
"Hah, bagus aekali kalau begitu." seru Pek-yan sambil melonjak bangun, "memang sudah sejak mula kuminta kau hidup bersamaku selamanya."
Yu Wi tertawa geli, "Ai, jangan keburu senang dulu, lihatlah sekeliling tempat ini"
Waktu Pek-yan memandang sekitarnya, ia menjerit kaget, segera ia berlari-lari kesana, makin lari makin kecut hatinya, sampai akhirnya ia berduduk lesu ditanah dan berteriak. "o, lantas bagaimana" Kita akan mati tua disini?"
"Nah, apa kataku tadi. kan kubilang jangan keburu gembira dulu," kata Yu Wi yang menyusulnya
Mendadak Pek-yan tertawa terkekeh-kekeh, serunya, "Wah, sungguh baik sekali Thian mengatur semua ini. ..."
Tentu saja Yu Wi kaget, disangkanya saraf Pek-yan terganggu, tapi waktu ia perhatikan, keadaan Pek-yan tiada sesuatu kelainan, jangat normal, si nona sedang menatapnya sambil berkata dengan manja, "o, kakak Wi, mestinya kutakut selama hidup ini tidak dapat memikat hatimu, sekarang aku tidak kuatir lagi, Thian telah mengatur hidup kita ini takkan terpisahkan, sungguh aku sangat gembira"
Nona itu lantas mementang kedua tangannya dan menari-nari dengan riang gembira,
Diam-diam Yu Wi menghela napas, "Hati orang perempuan memang aneh, semula dia kelihatan lesu dan sedih, dalam sekejap saja lantas kegirangan setengah mati, sungguh sukar dimengerti."
Hati orang perempuan meski sukar dimengerti dan sukar diraba, tapi kegirangan Pek-yan itu adalah kejadian yang lumrah dan sederhana alasannya. Hidupnya di dunia ramai ini tidak mempunyai beban pikiran apa pun, hidup boleh, tidak hidup juga tidak menjadi soal, asalkan dapat berdampingan dengan Yu wi, baginya sudah cukup segalanya.
Jika mati dan hidup saja tidak terpikir olehnya, sekarang dapat berdampingan selamanya dengan Yu Wi. mana dia mau pedulikan soal lembah maut yang akan mengurungnya selama hidup segala. Perasaan gembiranya ini selamanya takkan bisa dipahami oleh kaum lelaki. apalagi pemuda seperti Yu Wi.
Dengan tidak mengerti Yu Wi menyaksikan si nona menari, gaya menarinya sangat indah, seakan-akan tidak merasakan sakit pada luka sekujur badannya. makin menari makin bersemangat.
Semula Yu Wi hanya menonton secara iseng saja. tapi lama-lama ia terpikat juga oleh gaya tarian Pek-yan yang eksotik itu, pembuluh darahnya terasa menegang.
Tarian Pek-yan itu adalah tari adat pada waktu sembahyang kepada Dewi Harum yang dipuja mereka itu, Dewi Harum yang dipuja Bu- eng- bun dilukiskan dalam keadaan telanjang bulat, maka tariannya dapat dibayangkan betapa merangsangnya.
Sembari menari Pek-yan terus menarik kain bajunya yang robek, sampai akhirnya tubuhnya menjadi bugil serupa Dewi Harum yang mereka puja itu. setelah menari lagi sejenak. mendadak ia menubruk kepangkuan Yu wi.
Pikiran Yu Wi sudah linglung terpikat oleh tarian yang merangsang itu, ditambah lagi bau harum yang keluar dari tubuh Pek-yan yang membangkitkan nafsu berahi, maka mulailah Yu Wi menari mengikuti gaya tari Pek-yan tadi dalam keadaan bertiduran ....
Sampai disini, terkabul cita-cita Pek-yan berhasil dipinjamnya bibit yang selamanya belum pernah dilakukannya.
Kegembiraan yang luar biasa akan disusul dengan kebimbangan yang tak terhingga. Sesudah jernih kembali pikirannya, Yu Wi jadi menyesal terjadinya hubungan yang luar biasa itu. Dilihatnya Pek-yan tidur disampingnya dalam kaadaan telanjang bulat.
Sekarang masih dalam musim dingin, di tengah lembah ini tentu saja terlebih dingin, Yu Wi kuatir si nona kedinginan, segera ia bermaksud menutupi tubuh Pek-yan dengan bajunya yang sudah rombeng tak terbentuk itu.
Waktu baju si nona dipegangnya, tiba-tiba terjatuh sebuah kantung kecil yang bersulam sangat indah, sepasang merpati sulaman serupa hidup saja.
Dengan heran Yu Wi menjemput kantung yang jatuh itu mendadak tercium bau harum yang sudah sangat dikenalnya, ia tambah heran, kantung itu dibukanya, ternyata berisi dedaunan kecil berbentuk lancip berwarna hijau segar. Bau harum semerbak itu justeru tersiar dari dedaunan kecil ini,
Seketika tahulah Yu Wi sebab musabab bau harum badan Pek-yan, kiranya adalah khasiat daun kecil ini.
Waktu Yu Wi memakai baju sendiri, sekalian ia simpan kantung harum itu bersama Jit-yap-ko. Habis itu barulah ia bantu Pek-yan memakai bajunya. ia merasa pakaian mereka sungguh tidak pantas lagi. maka soal pakaian yang pertama-tama harus diselesaikan-
Sejak tadi sudah diketahuinya di tengah semak rumput ada sejenis tikus hitam yang dapat bergerak sangat cepat. kulit bulu tikus itu sangat panjang dan tebal, rasanya dapat digunakan untuk bahan baju.
Betapapun cepat gerak-gerik tikus hitam itu juga tidak sukar disambit batu oleh Yu Wi, maka tidak terlalu lama sudah berhasil dibunuhnya beberapa puluh ekor dan cukup rasanya untuk dibuat dua potong baju panjang.
Yu Wi membangunkan Pek-yan dan memberi tahukan rencananya membikin baju.
Dengan mata sepat, masih ngantuk, Pek-yan menjawab dengan kemalas-malasan, "Aku tidak mau, boleh kau bikin dan pakai sendiri."
Dia ternyata gampangan saja, akan dilewatkannya hidup ini hanya dengan baju rombeng yang sekedar dapat menutupi tubuhnya.
"Tidak mau berbaju kan juga perlu mencari sedikit makanan?" ujar Yu Wi dengan tertawa.
"Makanan apa?" tanya Pek-yan cepat, dia memang sudah lapar.
"Terpaksa makan daging tikus saja," jawab Yu Wi sambil menuding tikus mati.
Tikus hitam itu jenis tikus yang besar dan gemuk. bila dipanggang tentu akan merupakan makanan lezat.
"Aha, usul bagus, akan kuolah tikus panggang, tunggu dan rasakan nanti" seru Pek-yan sambil berkeplok.
Tidak lama, belasan tikus panggang telah tersedia. keduanya lantas makan sekenyangnya .
Nafsu makan Yu Wi belum lagi terpenuhi, dia masih menggerogoti sisa daging pada tulang paha tikus. Sedangkan Pek-yan lantas mengumpulkan kulit tikus yang berbulu lebat itu agar dapat dikeringkan untuk dibuat baju.
Dengan Hi-jong-kiam Yu Wi mengorek dua lubang gua pada dinding tebing yang tiba cukup untuk berteduh. Kedua gua itu digalinya terpisah, yang satu disebelah timur, yang lain di sebelah barat, dipisah oleh kolam, jadi kedua gua itu seberang menyeberang. "Untuk apa bersusah payah menggali dua gua?" tanya Pek-yan.
"Untuk tidur kan" Betapapun kita tidak dapat tidur di tanah rumput selamanya," kata Yu Wi.
"Jika begitu, satu kan sudah cukup, untuk apa menggali dua, terlalu iseng barangkali?" omel Pek-yan.
Yu Wi menjawab dengaan tak acuh, "Satu untukmu, satu untukku sendirii, hanya satu gua mana muat dua orang?"
Hati Pek-yan kurang senang. "Masa kita masih perlu tidur terpisah, malahan terpisah begitu jauh?"
Yu Wi hanya tertawa tanpa menjawab, ia pikir kalau tidak terpisah agak jauh, tentu akan kau ganggu diriku lagi.
Ia memutuskan hubungan yang tidak wajar itu cukup satu kali saja dan takkan terulang lagi.
Pek-yan adalah gadis cerdik, sudah tentu ia tahu maksud Yu Wi. Perempuan yang pintar tentu takkan memaksakan kehendaknya terhadap pihak lawan dalam keadaan demikian, sebab kalau dipaksa tentu dirinya akan dipandang hina. ia membatin, "Aku tidak percaya selama hidup disini dapat kau tinggal terpisah denganku selamanya, pada suatu hari tentu akan kau tinggal bersamaku secara suka rela."
Dia cukup yakin Yu Wi pasti tidak mampu menahan godaannya sendiri, asaikan bersabar dan dipancing lagi dengan gaya yang lebih memikat, akhirnya anak muda itu pasti akan menyerah pula.
Malam ini, tanpa beda pendapat Pek-yan tidur terpisah dengan Yu Wi. Tapi esok paginya, begitu Yu Wi mendusin- segera dilihatnya Pek-yan duduk didepan guanya, dengan heran Yu Wi menyapa, "Pagi benar kau bangun?"
Dengan muka bersungut-sungut Pek-yan berkata, "Aku kehilangan sesuatu barang, entah kau ambil atau tidak?"
Yu Wi tahu apa yang dimaksudkan si nona, tapi ia berlagak bodoh dan bertanya, "Barang apakah" Penting tidak?"
"Penting sih tidak- cuma barang itu tidak boleh kau ambil." kata Pek-yan-
Yu Wi pura-pura gelisah, "Sesungguhnya barang apa" Tampaknya kau anggap pasti aku yang mengambilnya."
"Di sini hanya kita berdua," omel Pek-yan, "Jika bukan dirimu, siapa lagi yang mengambilnya" Lekas kembalikan kantung wangi itu."
Melihat kecemasan Pak-yan, Yu Wi tahu kantung harum itu pasti barang penting, asalkan kantung ini dipegangnya, tentu tidak takut lagi kepada racun Liap-hun-ciam. Dengan sendirinya kantung ini tidak mau dikembalikannya, maka ia menggeleng dan menjawab, Jangan sembarangan kau tuduh orang, bisa jadi kantung yang kau maksudkan itu hilang terbawa air waktu kita terhanyut ke sini,"
Rupanya semalaman Pek-yan tidak bisa tidur karena kehilangan kantung yang penting itu, yang dikuatirkannya juga kalau hilang terhanyut air, sebab hal ini memang sangat mungkin terjadi. arus air yang keras itu lelah menghanyutkan mereka sehingga babak belur tergosok batu karang, baju mereka juga robek semua, mungkin sekali kantung yang tersimpan dalam baju itu juga hanyut terbawa air. Apabila benar tidak diambil Yu Wi, maka kantung itu takkan ditemukan lagi untuk selamanya.
Padahal kantung wangi itu adalah jimat andalannya untuk mengendalikan Yu Wi, Pek-yan tidak tahu anak muda itu berdusta, disangkanya benar hilang terbawa air, maka ia menjadi cemas dan kelabakan.. "Wah, bagaimana baiknya, bagaimana?"
Sekali berdusta harus-berdusta sampai akhirnya, Yu Wi lantas mendekati si nona dan bertanya "Kantung itu penting atau tidak" Penting dalam urusan apa" Kalau tidak penting anggap sudahlah..."
"Tentu saja penting," tukas Pek-yan- "Lekas bantu mencari."
Tidak enak baginya untuk menjelaskan di mana letak pentingnya kantung wangi itu, segera ia mendahului memeriksa sekitar tempat itu dengan setengah berjongkok.
Terpaksa Yu Wi mengeraskan hati dan tetap berdusta, katanya, "Baiklah, akan kubantumu mencari."
Segera iapun berlagak mencari kian kemari, melihat keprihatinannya, seperti dia sendiri yang kehilangan barang penting.
Padahal mana dia mencari, kantung yang dimaksud justeru berada dalam sakunya, setan yang dicari"
Akan tetapi mau-tak-mau dia harus berlagak ikut sedih agar tidak dicungai Pek-yan-Bilamana nanti sudah kehabisan tenaga dan tetap tidak bertemu, tentu Pek-yan akan menyerah.
Tentu saja Pek-yan sedih, ia menghela napas panjang dan pendek setelah segenap pelosok lembah dijelajahi dan tetap tidak menemukan sesuatu.
Yu Wi coba menghiburnya, "Sudahlah, jangan sedih, kesehatanmu bisa terganggu, akan kucoba cari kedalam kolam, bukan mustahil kantung itu tenggelam didalam kolam."
Segera ia terjun kedalam kolam dengan berbaju. Semula Pek-yan menyangsikan kantungnya diambil Yu Wi, kini ia tidak curiga lagi, diam-diam ia malah berterima kasih atas bantuan anak muda itu. ia pikir pikir bila didalam kolam juga tidak ditemukan-perkara ini akan disudahi.
Yu Wi benar-benar mencari dengan teliti didasar kolam, tapi yang dicari tentu saja bukan kantung wangi melainkan ingin mencari barang tinggalan Ko Bok-cing.
Jenazah Bok-cing tidak berada di dalam kolam, maka tidak terapung keatas. tapi mungkin barang yang dibawanya ada yang terhanyut dan tenggelam didasar kolam,
Melihat anak muda itu sebentar menyembul diatas. lain saat menyelam pula, Pek-yan bertambah terima kasih atas kegiatannya. Ia tidak tahu bahwa Yu Wi justeru sedang mencari barang tinggalan Ko Bok-cing.
Pelahan Yu Wi mencari sampai di tepi air terjun, harapan disini sangat besar, bila tidak ditemukan sesuatu. berarti Ko Bok cing telah ditelan bulat-bulat oleh air terjun yang misterius ini.
Dengan menaruh harapan besar Yu Wi terus menyelam kebawah air di sekitar kolam. Lantaran terjangan air kebawah itu sangat keras sehingga air dibawah sini berputar dengan sangat cepat, daya
tekan sangat berat bilamana hendak menyelam kesitu, berbeda dengan air kolam yang sangat tenang.
Namun Yu Wi pantang menyerah, tidak dihiraukannya bahaya apapun, saat ini dia mirip sedang bertanding dengan seorang tokoh kelas tinggi sedikit melempen semangatnya segera akan tergempur roboh oleh daya pusar air dibawah itu. Seluruh badan penuh tenaga, pelahan ia menyelam kedalam air terjun, meski sudah cukup dalam menyelam, tenaga tekanan air terjun juga tak berkurang. namun masih tertekan sehingga ia pun terasa sesak. Terpaksa ia bertahan sekuatnya. serupa pertandingan dengan tokoh kelas wahid yang sudah mencapai titik menentukan antara mati dan hidup, sedikit pun tidak boleh lengah.
Batu karang dibawah ternyata sangat aneh dan tajam, berserakan dimana-mana, bagian yang sempit tidak cukup dilalui tubuh seorang. Selagi Yu Wi mau mundur teratur, tiba-tiba dilihatnya sebuah sepatu bersulam terselip didalam seonggok batu. Segera Yu Wi dapat mengenali itulah sepatu Ko Bok-cing.
Seketika semangat Yu Wi terbangkit, diam-diam ia mengerahkan tenaga. ia menyelam kesana untuk mengambil sepatu kain bersulam itu. Sambil memandangi sepatu ini, pikirnya, "Sepatu ini terjepit di tengah batu karang, bisa jadi mayat Bok-cing juga terjepit di bawah batu sehingga tidak dapat terapung keatas?"
Begitu timbul pikiran demikian, tanpa menghiraukan keselamatan sendiri segera ia berusaha menerobos barisan batu karang sehingga tubuhnya bertambah beberapa luka lagi, tapi dia pantang mundur, makin jauh dia menyelam kedalam.
Daya tekan air semakin lemah. Yu Wi tahu sudah menyelam sampai di dalam air terjun sehingga tidak langsung kejatuhan daya tekan air terjun dari atas. Tapi kecuali sepatu tadi, tidak ada benda lain lagi yang ditemukan, jangankan menemukan mayat Ko Bok-cing.
Sudah lama Yu Wi menahan napas, betapa dia perlu menongol ke permukaan air untuk berganti hawa. Ia tidak tahu apakah di atas
ada tempat luang atau tidak, kalau tidak ada tempat luang untuk berganti napas, urusan tentu bisa celaka.
Pelahan ia menjumbul keatas, diam-diam ia berdoa semoga di atas jangan berwujud batu karang yang terendam dalam air.
Mendadak "blang", kepalanya menyundul barang keras. Wah, celaka Ternyata benar batu karang yang miring. Habis, tamatlah riwayatnya, dia pasti akan terkubur disini.
Makin sesak napas Yu Wi. pembuluh darah serasa mau meledak.Jika tidak mendapat zat asam, dia pasti akan mati tak bisa barnapas.
Ia coba merambati dinding karang yang miring terendam air itu, dengan harapan dalanm waktu sesingkatnya akan mencapai tempat geronggang untuk berganti napas. Maka sekuatnya kaki bekerja, dengan sisa tenaga yang ada ia mengapung miring kesana.
Pada detik dia hampir pingsan kehabisan napas, pada detik terakhir itulah tahu-tahu kepalanya menongol kepermukaan air, hawa segar yang sangat berharga dan menyenangkan telah didapatkan- Serupa setan yang kelaparan, cepat dia pentang hidung dan mulut untuk menghirup hawa sekuatnya,
Di situ ternyata sebuah gua yang sangat longgar, Yu Wi tidak sempat memeriksanya, segera ia berenang ke tepian, dengan lelah ia merangkak keatas, ia perlu istirahat sebaik-baiknya.
Disini Yu Wi sedang istirahat. diluar Pek Yan menjadi kelabakan setengah mati. Dia berkaok-kaok setengah harian memanggil Yu Wi dan tetap tidak kelihatan anak muda itu mengapung keatas. Maklumlah, yang terdengar oleh Yu Wi dibawah air tadi hanya suara gemuruh air terjunjang memekak telinga, suara Pek-yan mana bisa terdengar.
Setelah mengaso sebentar, tiba-tiba Yu Wi dengar suara seorang seakan-akan- berbunyi di telinganya, "Siapa kau?"
Yu Wi merasa heran, suara gemuruh air terjun ternyata tidak dapat menutupi suara ucapan orang ini.Jelas pembicara ini memiliki
tenaga dalam maha tinggi dan sudah mencapai taraf sanggup mengirimkan gelombang suara sehingga tidak terpengaruh oleh suara gemuruh air terjun.
Lwekang setinggi ini sangat terbatas orangnya didunia Kangouw sekarang, maka orang pertama yang teringat oleh Yu Wi adalah mungkin Ko Bok-cing adanya. Bisa jadi nona itu tidak mati tapi terhanyut kesini"
Tapi lantas terpikir olehnya bila betul pembicara itu adalah Ko Bok-cing, tentu nona itu akan segera mengenalnya, kenapa mesti bertanya pula, "Siapa kau?"
Keadaan Yu Wi sekarang sangat lelah, mengangkat kepala saja rasanya malas. Hanya urusan mati- hidup Ko Bok-cing yang masih menarik perhatiannya, biarpun pembicara itu ada orang kosen juga tidak dihiraukan olehnya. Maka sedapatnya ia pejamkan mata untuk mengumpulkan tenaga.
Sikap Yu Wi ini sudah cukap aneh, tapi orang itupun tidak kurang anehnya. Tempat ini hampir tidak pernah didatangi orang luar, sekarang ada orang muncul disini, seharusnya orang itu sangat senang. jika Yu Wi diam saja, mestinya dia mendekat untuk memeriksa keadaannya masih hidup atau sudah mati. Akan tetapi setelah Yu Wi diam orang itu juga tidak bertanya lagi.
Waktu Yu Wi merasa sudah pulih tenaganya dan merangkak bangun, segera ia bertanya. "Mohon tanya cianpwe . . . ."
Belum lanjut ucapannya, mendadak ia menjerit, "Hei, engkau Ko-cici. . . ."
Kiranya yang bersuara tadi memang Ko Bok-cing, nona itu kelihatan duduk di tempat gelap diujung gua sana, tapi dapat dilihat Yu Wi dengan jelas, siapa lagi dia kalau bukan Ko Bok-cing.
Semula Bok-cing menunduk. mendengar suara Yu Wi, ia mengadah dengan terkejut, serunya, "Yu . . Yu-toako . . .."
Setelah terkejut, segera pula Yu Wi berjingkrak kegirangan, serunya dengan menangis terharu, "o, engkau tidak . . .tidak mati Engkau tidak mati. . . ."
Selagi ia hendak mendekati si nona, mendadak Bok-cing berseru, "Nanti dulu, jangan kau mendekat kemari Betul, aku tidak mati, tapi . . ,tapi aku tidak dapat menemui kau lagi."
Yu Wi tidak tanya apa alasannya, tanpa berhenti ia terus melangkah maju, dengan suara tersendat ia berkata, "Ya, kutahu wajahmu terluka berat, tapi apa halangannya" Masa lantaran sedikit luka wajahmu ini lantas tidak mau menemui kawan lama lagi?"
Tapi Bok-cing lantas membentak dengan gusar-"Kularang kau maju kesini, harus kau turut, kau dengar tidak"
Dengan melenggong Yu Wi berhenti. ucapnya sambil menyengir, "Baiklah, aku tidak mendekat, bolehlah kita bicara dari sini saja?"
"Mau omong apa, silakan bicara" kata Bok-cing.
"Apakah kau tahu aku membawa sebuah Jit-yap-ko?" tanya Yu Wi.
"Ada apa dengan Jit-yap-ko" Apakah hendak kau gunakan buah ajaib itu untuk memulihkan wajahku?" kata Bok-cing dengan tersenyum getir.
Yu Wi mengangguk. "Jit- yap- ko ini digilas dan dibubuhkan pada bagian luka, khasiatnya menumbuhkan daging dan menghilangkan racun, mukamu tergores rusak oleh batu karang, asalkan dibubuhi Jit-yap-ko tentu akan pulih tanpa meninggalkan bekas apapun-"
Diam-diam ia berduka mengapa Ko Bok-cing sedemikian malang, padahal luka dirinya dan Pek-yan tidak terlalu banyak. sebaliknya Bok-cing tampak babak belur, bahkan mukanya penuh goresan luka. Malahan suaranya juga berubah, apakah tenggorokannya juga terluka"
---ooo0dw0ooo---
Bab 20 Terdengar Bok-cing berkata sambil menggeleng, "Tidak perlu, wajahku sudah rusak dan tidak menjadi soal, untuk apa mesti buang-buang Jit-yap-ko yang sangat berharga dan sukar diperoleh itu?"
Diam-diam Yu Wi heran, masa ada nona cantik tidak sayang akan wajah sendiri, sekarang dirinya hendak memberinya Jit-yap-ko untuk memulihkan wajahnya yang rusak. kesempatan baik ini ditolaknya"
Agaknya Bok-cing dapat membayangkan jalan pikiran Yu Wi, ia berkata pula, "Bukan maksudku sungkan menerima kebaikanmu, tapi kupikir Jit-yap-ko lebih baik kau simpan saja. Menurut pendapatku. tujuanmu mencuri Jit-yap-ko dengan menyerempet bahaya tentulah karena hendakkau gunakan buah itu untuk menyembuhkan penyakit ibumu, maka sekarang buah itu harus kau simpan baik-baik untuk beliau.".
"Ai, masa tidak kau periksa keadaan kita sekarang." ujar Yu Wi dengan gegatun, "Untuk lolos dari sini saja dengan hidup, kukira sangat tipis harapannya, jelas buah ini pun sukar diantarkan kepada ibuku. Daripada rusak tak terpakai, apa salahnya kau makan untuk penyembuhan wajahmu. Nah. jangan kau tolak lagi biarlah kumulai mengobati lukamu."
Tapi baru saja ia menggeser langkah, segera Ko Bok-cing berteriak, "Sesungguhnya kau mau turut perintahku atau tidak?"
Yu Wi terkejut dan tidak berani bergerak lagi, Ia heran mengapa perangai Bok-cing berubah menjadi seaneh ini" Masa dirinya dilarang keras mendekatinya"
Tiba-tiba Bok-cing mengeluarkan dua jilid buku bersampul kuning dan dilemparkan ke depan Yu Wi, "Ini, untukmu"
Yu Wi memungutnya. dilihatnya yang satu jilid adalah "Su-ciau-sin-kang" dan yang lain adalah "Hai-yan-kiam-boh", dua kitab
pusaka idaman setiap jago silat di dunia ini, sungguh sukar dilukiskan perasaan Yu Wi demi memegang kedua kitab ini.
Hai-yan-kiam-boh lantas disimpan Yu wi, sebab kitab ini memang dihadiahkan kepadanya oleh Ko Bok-ya. Tapi Su-ciau-sin-kang takkan diterimanya, katanya, "Su-ciau-sin-kang adalah milik cici, silakan engkau menyimpannva sendiri."
Bok-cing menjadi kurang senang. "Pemberian Jimoay dapat kau terima, pemberianku kau tolak"
"Bukannya kutolak," sahut Yu Wi. "kupikiri bila orang tidak sudi menerima barang pemberianku, masa tanpa malu kuterima barang pemberiannya?"
"Ai, jadi kau minta aku harus menerima Jit-yap-ko untuk menyembuhkan wajahku?" tanya Bok-cing dengan gegetun.
"Itulah sedikit sumbangsihku." kata Yu Wi.
"Kita tukar menukar, kedua pihak sama-sama menerimanya. Mau?"
Terpaksa Bok-cing menjawab, "Baik, lempar Jit-yap-ko kemari"
Diam-diam Yu Wi menyesal, ia tidak habis mengerti sebab apa Bok-cing tidak mau didekati, segera ia melemparkan Jit-yap-ko dan diterima oleh Bok-cing.
"Sementara ini kusimpankan buah ini bagimu, bilamana kelak dapat lolos dari tempat ini segera kukembalikan," kata si nona.
"Jika begitu, kitab Su-ciau-sin-kang ini juga sementara kusimpan bagimu," segera Yu Wi menjaWab.
"Siapa yang minta kau simpan?" seru Bok-cing dengan gusar. "Masa kau tidak tahu tujuanku memberikan Su-ciao-sin-kang padamu?"
"Dan cici tentunya juga tahu maksud tujuanku memberi Jit-yap-ko." sahut Yu Wi dengan tenang.
"Aku tidak ingin membuang Jit-yap-ko secara percuma, sebaliknya jika Su-ciau sin-kang berhasil kau yakinkan berarti tidak menyia-nyiakannya," kata Bok-cing.
"Kau mesti tahu, agar dapat membalaskan dendam Ban-locianpwe, tanpa meyakinkan Su-ciau-sin-kang apakah usahamu akan berhasil?"
Tapi dengan tagas Yu Wi manjawab, "Jit-yap-ko dapat memulihkan wajahmu yang rusak, mengapa kau bilang terbuang percuma?" sahut Yu Wi tegas
"Singkatnya, bila tidak kau gunakan dia untuk menyembuhkan mukamu, maaf,aku pasti tidak mau meyakinkan Su-ciau-sin-kang . "
Sungguh aneh bin ajaib watak Yu Wi ini.
Padahal Su-ciau-sin-kang adalah ilmu sakti idaman setiap jago silat didunia ini, sekarang Yu wi menggunakan berlatih dan tidak berlatih ilmu sakti itu sebagai syarat berunding dengan Ko Bok-cing. Bilamana hal ini didengar oleh orang ketiga, mustahil kalau orang itu tidak mentertawakan Yu wi sebagai "orang tolol nomor satu didunia".
"Apakah kau tahu, tanpa menguasai Su-ciau-sin-kang, selama hidupmu ini jangan harap akan dapat menandingi Ji-bong Taysu?" kata Bok-cing pula.
"Ya, kutahu cukup jelas," jawab Yu wi, "Apa lagi Thay- yang- bun sudah hampir lahir, untuk menghadapinya, Su-ciau-sin-kang merupakan berkah bagi anak murid Goat-heng-bun."
"Jika demikiin setelah kuyakinkan Su-ciau-sin-kang, seterusnya kau pun mengaku sebagai murid Goat-heng-bun dan mempunyai tugas kewajiban menumpas musuh bebuyutan Goat-heng-bun, yaitu Thay- yang- bun?" tanya Bok-cing.
"Sudah barang tentui" jawab Yu Wi.
"Baik, jika begitu akan kugunakan Jit-yap-ko untuk memulihkan kerusakan wajahku," kata Bok-cing dengan menyesal. "Padahal pulih atau tidak wajahku ..."
Bok-cing tidak meneruskan ucapannya, Yu Wi juga tidak curiga, dengan tertawa ia berkata pula: "Sekedarnya kupaham ilmu pengobatan, soal menyembuhkan mukamu, bolehkah kuberikan jasa-jasaku" "
Bok-cing tersenyum getir. "Kau ingin mendekati diriku, tetap kularang. Bukannya ada kelainan padaku, soalnya selama hidupku ini aku ingin sendiri dan tidak. mau menemui siapa-siapa lagi. Nah, pergilah kau. soal penyembuhan mukaku tentu dapat kulakukan sendiri, engkau tidak perlu ikut merisaukannya."
Jika si nona sudah mengusirnya, betapapun tebal muka Yu Wi juga tidak dapat tinggal lagi disitu.
Ucapan Bok-cing cukup tegas, dia ingin hidup sendiri disitu, andaikan diajak keluar gua ini untuk hidup bersama pasti juga takkan diterima. Mestinya Yu Wi bermaksud mengajukan ajakannya ini, sekarang terpaksa diurungkan-
Ia pikir dirinya sendiri sudah ada hubungan tidak senonoh dengan Pek-yan, bilamana diselipi Ko Bok cing yang masih suci bersih ini tentu menjadi repot malah.
Padahal mana Ko Bok-cing tahu antara Yu Wi dan Pek-yan sudah terjadi persetubuhan, bagi dia tidak mau meninggalkan gua ini tentu saja ada alasannya yang pahit....
Memandangi air terjun yang bergemuruh bergantung didepan gua, ternyata gua ini tersembunyi di balik air terjun, agaknya air terjun ini sangat dahsyat sehingga telah menghanyutkan Yu wi dan Pek-yan kekolam sana, sebaliknya Ko Bok-cing terhanyut kedalar gua ini
Tiba-tiba Yu Wi teringat sesuatu, ia berpaling dan bertanya, "Selama ini cici makan apa sehari-hari?"
"Jamur yang terdapat didalam gua ini adalah makanan yang paling baik,"jawab Bok-cing.
Yu Wi dapat membayangkan betapa sengsaranya orang makan barang yang tawar setiap hari itu, melihat sikap dingin Bok-cing, tampaknya seperti jemu terhadap dirinya bila tinggal lebih lama lagi di situ, maka ia menggeleng dan menghela napas, segera ia menyelam lagi, melalui seluran air tadi dan kembali ke permukaan kolam semula.
Dalam pada itu entah sudah berapa kali Pek-yan terjun kedalam kolam untuk mencarinya, matanya merah bendul karena terlalu banyak menangis. Sebab disangkanya Yu telah dimakan oleh makhluk apa yang mungkin hidup didasar kolam. Maka waktu melihat pemuda itu menongol kembali keatas, ia kucek- kucek mata dan mengira sedang mimpi.
Pek-yan tidak tahu dibelakang air terjun itu masih ada dunia lain, ia tidak berani menerobos air terjun yang dahsyat itu, ia pikir Yu Wi pasti juga takkan menyerempet bahaya dan mencari kematian menerjang kesana, tak tersangka lantaran menemukan sebelah sepatu Ko Bok-cing yang terjepit dibawah batu, maka tanpa memikirkan risiko apa pun Yu Wi telah menyelam ke gua itu.
Setelah merangkak kedaratan, segera Pek-yan menubruk kedalam pangkuannya, ucapnya dengam suara merayu, "Ai, kemana kau pergi" Hampir saja aku bunuh diri saking cemasnya."
Yu Wi ma rangkul si nona dengan kaku seperti memegang sepotong kayu, ia diam saja tanpa bicara, entah apa yang dipikirnya, yang jelas pikirannya sangat kusut, yang hendak dipikirnya sungguh terlalu banyak.
"He, kenapa diam saja" seru Pek-yan sambil menggoyang-goyangkan tubuh Yu wi.
Pelahan Yu wi mendorong Pek-yan, Pek-yan yang menyala-nyala itu disambutnya dengan dingin, ucapnya, "Tidak apa-apa. aku lelah ingin mengaso."
Pek-yan bersandar pada tubuh Yu wi yang basah kuyup sehingga badannya ikut basah, karena saling berdekapan, hasrat Pek-yan tambah menyala, sudah didorong Yu wi segera ia mendempetnya lebih rapat, keluhnya dengan pelahan, "Peluklah aku,jika sekarang tidak kau peluk diriku selanjutnya tidak ada kesempatan lagi."
Tapi Yu Wi tidak ada selera maka makan, kembali ia mendorong si nona dan menjawab dengan dingin "Hidup bersama setiap hari. masa kuatir tidak ada kesempatan lagi?"
Dia bicara terbalik untuk mengejek godaan Pak-yan itu, rupanya rasa dongkolnya atas sikap Ko Bok-cing yang dingin itu kini hendak dibalas semua terhadap Pek-yan-
Pek-yan yang ketiban pulung ternyata tidak mengherankan sikap dingin Yu wi itu, ia malah tertawa dan berkata, "Selanjutnya akan kau cium lagi bau busuk tubuhku, andaikan ada kesempatan juga takkan kau peluk diriku."
"Jika kau kuatir kucium bau busuk badanmu, mengapa tidak kau punahkan Liap-hun-ciam yang kau masukkan atas diriku?" kata Yu Wi.
Ia tahu setelah Pek-yan kehilangan kantung wangi, maka kuatir bau tubuhnya akan berubah menjadi seperti anak perempuan umumnya. Kini ia tambah yakin bahwa sebabnya badan Pek-yan tidak berbau adalah karena khasiat daun kecil yang terisi didalam kantung wangi itu.
"Dari mana kau tahu Liap hun-ciam segala?" tanya Pak-yan heran.
"Be-eng-jin ada tiga macam jarum dan ditentukan penggunaannya menurut sasarannya," Rengek Yu Wi. "Pertama disebut Tui- hun-ciam. yang kedua Sit- hun-ciam dan ketiga Liap-hun-ciam. Yang ku- derita ini adalah jarum jenis ketiga itu."
"Sia . . . siapa yang, memberitahukannya padamu" ..." Pek-yan tercengang.
"cin Pek- ling "jawab Yu wi dengan ketus.
Pek-yan menggeleng, "Aneh, mengapa dia tahu sejelas itu mengenai Bu eng-bun kami?"
Bila teringat kepada urusan jarum keji itu, seketika hati Yu Wi lantas gemas, ucapnya dengan gusar, "Siociaku yang baik, menghadapi jalan buntu begini, sepantasnya kau keluarkan Liap-hun-ciam yang berada dalam tubuhku"
Pek-yan tertawa, katanya, "Bagiku tempat ini belum lagi jalan buntu, malahan sudah kuberi nama padanya, yakni Yu-cing-kok, lembah cinta. disinilah kita menjalin cinta, kan sangat tepat nama yang kuberikan ini?"
Dalam hati Yu Wi pikir sama sekali tidak tepat. cinta harus timbul dari kedua pihak, sekali aku tidak berminat padamu, dari mana datangnya cinta"
Tapi Pek-yan tampak tersenyum mesra, ucapnya pula, "Kau ingat kemarin kita telah . . . dan- . . dan mungkin sekali aku sudah mengandung . . ."
"Mengandung apa" Tidak mungkin begitu kebetulan," sahut Yu Wi cepat. gugup juga dia mau-tidak mau.
Sama sekali dia tidak mengharapkan Pek-yan akan mengandung, hubungan badan mereka kemarin itu tidak wajar, dilakukannya dalam keadaan lantaran dirinya kurang jernih, anak yang akan lahir tentu juga tidak sehat dan tidak sah,
Pek-yan menengadah memandang langit yang terkurung oleh puncak tebing di atas, dengan gembira ia berkata pula, "Kau ingin kulahirkan anak lelaki atau perempuan?"
Terpikir juga oleh Yu Wi apabila Pek-yan benar-benar hamil betapapun dirinya harus bertanggung jawab kepadanya. Yang salah adalah dirinya dan tidak dapat menyalahkan orok yang akan lahir. Untuk ini mereka harus lekas . . .lekas menikah secara resmi.
Ia lupa kepada keadaannya sekarang, di tempat begini, bila benar Pek-yan hamil, cara bagaimana mareka akan menikah" Siapa
yang akan menjadi saksi" Biarpun keduanya menikah, anak yang lahir tetap tidak resmi, tidak sah.
Selagi ia termenung-menung urusan hamil dan menikah, ketika ditanya Pek-yan, sekenanya ia menjawab, "Lelaki atau perempuan tidak menjadi soal."
"Tidak- aku ingin anak perempuan dan pasti takkan melahirkan anak lelaki," seru Pek-yan sambil melonjak. "Kuyakin pasti akan melahirkan anak perempuan, hendaknya kaupun mengharapkan anak perempuan."
Yu Wi merasa geli oleh kepolosan Pek-yan itu, ia pikir masakah kau kuasa memilih anak perempuan atau anak lelaki yang akan dilahirkan"
Tapi dengan sikap sungguh-sungguh Pek-yan berkata pula, "Aku takkan melahirkan anak lelaki, kau tahu, aku hanya boleh melahirkan anak perempuan-"
Yu Wi tahu anak murid Bu-eng-bun semua perempuan, dengan sendirinya ia sendiri tidak menghendaki anak perempuannya mewarisi adat perguruan Bu-eng-bun yang kurang terhormat itu, maka anak lelaki yang diharapkannya.
Tapi bila dipikir lagi. iajadi tertawa geli sendiri, masajadi serius begini, tidak mungkin hanja satu kali begituan Pek-yan lantas hamil.
Segera ia berkata, "Sudahlah. jangan bicara urusan ini, engkau bukan dewa, mana bisa manentukan hamil atau tidak. coba katakan, sesungguhnya kau mau mengeluarkan Liap-hun-ciam bagiku atau tidak?"
"Liap-hun-ciam sudah lama punah" ujar Pek-yan dengan tertawa.
"Haha, kau kira aku ini anak kecil?" seru Yu Wi dengan terbahak. "Kalau tidak mau bilang saja tidak mau, untuk apa membohongi diriku" Kutahu bilamana Liap-hun-ciam dikeluarkan, tentu aku tidak dapat kau kendalikan lagi."
"Ai,jangan banyak curiga," kata Pek-yan sambil menggeleng, "Berada dalam keadaan demikian, selama hidup kita sukar berpisah lagi, masakah bicara tentang terkendali segala. Pula, hubungan kita sudah sejauh ini, umpama tidak kukendalikan apa kau tega meninggalkan diriku?"
Yu Wi tidak menjawab, tapi dalam hati ia pikir kenapa tidak bisa terjadi" Hubungan kita ini terjadi secara tidak wajar, tidak dapat kupandang dirimu sebagai isteri yang tidak boleh kutinggalkan- Bilamana pada suatu hari dapat meninggalkan tempat ini. kita masing-masing boleh pergi kearahnya sendiri-sendiri, tidak ada Soal tega atau tidak tega.
Jalan pikiran Yu wi ini sudah tentu terlalu keras, namun hubungan yang tanpa dilandasi cinta sejati, cepat atau lambat pasti juga akan retak, apa lagi hubungan badan mereka itu terjadi secara tidak sah, tidak ada persyaratan soal ikatan batin antara suami- isteri, pada suatu hari kelak jika benar-benar dapat lolos dari lembah maut ini, Yu Wi merasa bisa jadi nona ini ditinggalkannya.
Didengarnya Pek-yan berkata pula, "Ketiga jenis jarum yang kau sebut tadi, bila masuk badan manusia, tidak sampai satu jam akan terus buyar di dalam tubuh. Jarum tersebut dibuat dari tepung urat, maka cukup keras kalau kena panas lantas cair, bahkan tidak menimbulkan bahaya apa-apa."
"Huh, mana aku mau percaya."jengek Yu Wi "Jika tidak berbahaya, kenapa disebut Tui-hun (pemburu sukma), Sit-hun (penghilang sukma) dan-Liap-hun (pembetot sukma)?"


Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yang bekerja bukanlah jarum yang sebenarnya, bukan jarum itu, melainkan sejenis obat yo-pia. (kue kering) "
"Apakah kue kering yang berbentuk bundar dan berwarna hitam itu?" tanya Yu Wi dengan terkejut, "Bukankah kau bilang yo-pia itu obat penawar racun jarum?"
"Bukan,"jawab Pek-yan. "Yo-pia juga terbagi menjadi tiga macam seperti ketiga macam jarumnya dan digunakan menurut sasarannya. Tidak pernah kuberi Yo-pia kedua macam yang pertama itu,
melainkan kuberikan jenis ketiga. Setelah kau makan hanya akan menimbulkan satu macam khasiat yang tidak berbahaya."
"Hah, terima kasih tidak kau beri makan yo-pia dua macam yang lain," ejek Yu Wi dengan tertawa, "Syukurlah aku dapat hidup sehat sampai sekarang. Akan tetapi aku justeru berharap diberi makan sekalian dua macam yo-pia tarsebut, akan lebih menyenangkan jika sebulan lagi aku akan mati dan bebaslah segala urusan-"
"Sudah kukatakan, yo-pia yang kuberikan padamu takkan berbahaya, kenapa kau bicara demikian?" ujar Pek-yan dengan hampa.
"Dari pada hidup tidak bebas, kan lebih baik mati saja,"jengek Yu Wi.
"Masa mendampingi diriku kau anggap tidak bebas?" Pek-yan tambah menyesal.
Yu Wi tidak bersuara, ia cuma memandang jauh ke depan. orang yang tidak menjawab berarti diam-diam mengakui.
Maka Pek-yan menghela napas pelahan, "Sekarang kau pun tidak perlu kuatir akan kugoda dirimu. Kantung wangi sudah hilang. tiga hari kemudian cairan wangi yang terpoles di atas tubuhku akan lenyap. tatkala mana mungkin engkau akan menghindari diriku serupa orang bertemu dengan ular berbisa."
Yu Wi berlagak tidak mengerti dan bertanya, "Masakah kantung wangi itu sedemikian penting?"
Pek-yan mengangguk. "Kantung itu berisi Li-hiang-yap (daun harum gadis) yang selalu berwarna hijau, daun ini tumbuh di puncak yang terpencil dan sukar dicari. Bila air rendaman daun itu dipoles kan pada tubuh, begitu kau cium baunya, dapatlah yo-pia yang kau makan itu dipunahkan-"
"o, jika demikian, bila aku tidak mencium bau harum daun itu, tentu aku takkan tahan bekerjanya racun yo-pia itu tiga hari kemudian?"
"juga tidak mutlak demikian-" tutur Pek-yan-
"Kecuali bau harum daun itu dapat mengatasi bau kerjanya racun yo-pia, masih ada semacam obat penawar lain yang dapat memunahkan racun yo-pia itu secara tuntas."
Yu Wi berlagak cemas dan bertanya, "Wah, apa obat penawar itu" Kau punya sekarang?"
"Ada sih ada . . . cuma ..."
"Dalam keadaan begini, tentunya engkau takkan sayang memberikan obat penawar tersebut padaku. "
"Keadaan audah begini, tentu saja aku tidak perlu mempersulit, cuma . . .cuma sayang"
"Sayang apa?" desak Yu Wi.
"Semua obat penawar dan kantung yang berisi daun wangi Li-hiang-yap itu sudah hilang sama sekali."
"Wah, lantas . . . lantas bagaimana?" ucap Yu Wi dengan sedih. "Jangan-jangan ingin kau lihat keadaanku yang mengenaskan bilamana racun mulai bekerja tiga hari lagi?"
"Tiba waktunya nanti, terpaksa digunakan satu cara lain untuk mencegah bekerjanya racun untuk sementara."
"cara bagaimana?" tanya Yu Wi.
"cara . . . cara ini kalau . . ,kalau digunakan terhadapmu . . . ."
"Takkan menguntungkan terhadapku. begitu bukan?" jengek Yu Wi.
Pek-yan mengangguk. "Ya, bukan cuma tidak menguntungkan kesehatanmu, juga akan membikin serba susah padamu . . . ."
Yu Wi tahu cara yang dimaksudkan pasti cara yang kotor, maka tanpa pikir ia menjawab, "Sudahlah, tidak perlu kaujelaskan lagi, jika cara itu merendahkan harga diriku, lebih baik tidak perlu digunakan saja."
"Akan tetapi selain jalan ini tidak ada cara lain yang dapat mencegah penderitaanmu bilamana tiga hari kemudian racun bekerja dalam tubuhmu."
"Penderitaan itu dapat kubayangkan, tentu serupa orang kecanduan morfin- sehari tidak isap morfin tentu akan kecanduan hingga kelejetan. penderitaannya sukar ditahan, begitu bukan?"
"Ya, memang sangat sulit menahan, dalam hal tertentu bahkan jauh lebih tersiksa daripada orang kecanduan morfin"
"Baik, kutahu sudah," jengek Yu Wi. "Tiga hari kemudian, akan coba kutahan sekuatnya. bila tidak tahan baru kuminta pertolonganmu."
Dalam hati Pek-yan yakin anak muda itu pasti tidak tahan. Menurut perhitungannya, tiga hari lagi Yu Wi pasti akan minta bantuannya untuk menolongnya, tapi melihat anak muda itu sebegitu percaya akan kesanggupan sendiri, iapun tidak mau banyak omong lagi, biarlah tiga hari kemudian baru akan ditawarkan racun dalam badan Yu Wi, jika dikatakan sekarang tentu anak muda itupun tidak percaya.
Tiba-tiba Yu Wi berkata pula, "Dan harus bertahan sampai kapan barulah racun yo-pia itu akan punah?"
"Sehari tidak minum obat penawarnya, sehari pula racun itu sukar dipunahkan-"jawab Pek-yan- "Maka bila tahan harus kau tahan terus, sampai saat kau minum obat penawarnya."
"obat penawar macam apa" cara bagaimana meraciknya. dapatkah aku diberitahu?"
"Sangat sulit untuk meracik obat penawarnya, "jawab Pek-yan. "Dalam keadaan dan ditempat begini, tidak ada gunanya kuberitahukan padamu, biarlah kelak akan kukutakan-"
Yu Wi hendak mendesak lagi, tapi Pek-yan lantas berbangkit dan melangkah pergi. ia tahu percuma bertanya lagi jika nona itu tidak mau menerangkan- ia lantas melangkah pergi ke arah lain, kembali ke gua sendiri.
Keduanya tinggal seberang menyeberang, dari kejauhan dipisahkan oleh kolam. Terkadang Pek-yan suka memandang ke arah sini, sebaliknya Yu Wi sama sekali tidak pernah melirik kesana. Dia duduk sendiri serupa seorang pertapa. Duduknya sangat khidmat, tapi batinnya bergolak tidak keruan, dia sedang berpikir "Mengapa Ko Bok-cing melarang kudekati dia?" juga terpikir olehnya, "Harus kulatih Su-ciau-sin-kang atau tidak" Dan bagaimana melangsungkan kehidupan semacam ini?"
Begitulah banyak sekali yang dipikirnya, persoalan didepan mata belum lagi teratasi, segera terpikir kepada kemungkinan yang akan datang. Kemungkinan yang akan datang belum selesai terpikir, segera teringat lagi kepada kejadian masa lampau, kejadian masa lampau yang ruwet itu sungguh membikin pusing kepalanya ....
cahaya matahari tidak mudah menyinari dasar lembah yang terkurung oleh tebing tinggi itu, maka bila sang surya sudah condong ke barat, rasa nya hari sudah petang, Tiba-tiba Pek-yan datang dengan membawa dua tangkai kayu, yang sebelah tersunduk beberapa ekor ikan, tangkai kayu lain tersunduk beberapa ekor tikus, semuanya sudah dipanggang dan kelihatan berminyak dan merangsang selera.
Setelah mencium bau sedap ikan barulah Yu Wi ingat telah duduk semadi setengah harian, ia mengangkat kepalanya dan berkata, "Ai, aku hanya duduk dan mengelamun melulu sehingga lupa mencari makanan."
Pek-yan tertawa dan barucap. "Jangan kuatir, makanan sehari tiga kali akan kusiapkan, silakan kau nikmati saja."
"Wah, mana boleh begitu, kemungkinan tinggal disini bukan soal sehari dua hari, kalau terus menerus begitu, kan tidak enak?" ujar Yu Wi sambil menggeleng.
"Apa salahnya" Membuat makanan adalah pekerjaan kaum wanita, orang lelaki tidak perlu memikirkan urusan ini, Pula, mengenai bahan makanan, baik didalam kolam maupun di atas tanah, dimana-mana ada, tinggal ambil saja, Paling-paling
kutambah pekerjaan memasak dan memanggang saja, tidak banyak merepotkan, maka tidak perlu kau-pusingkan."
"Tidak.. tidak boleh jadi," ujar Yu Wi ngotot "Hari ini engkau mencari makan bagiku, besok aku yang menyiapkannya bagimu."
Pek-yan tertawa geli, "Baiklah jika engkau berkeras ingin begitu. Besok akan kunikmati makanan yang tersedia, dan sekarang silakan kau makan dengan tenteram." Lalu ia taruh kedua tusuk "satai raksasa" itu dan tinggal pergi.
Ia tidak lagi menggoda Yu Wi, semula Yu Wi merasa kuatir, sekarang melihat si nona pergi tanpa disuruh, hatinya merasa lega, Segera ia angkat satai ikan, selagi hendak dilalapnya, tiba-tiba teringat olehnya akan Ko Bok-cing.
Nona itu hidup terpencil sendirian di kolam gua karang yang lembab dan hanya menggunakan jamur sebagai rangsum, betapapun hidupnya teramat sengsara. Seharusnya nona itupun perlu menikmati satai ikan yang lezat ini.
Berpikir demikian- cepat ia melepaskan semua ikan yang tersunduk di tangkai kayu itu, dilihatnya di tepi kolam ada daun teratai yang lebar, segera ia mengambil beberapa helai, ikan panggang dibungkusnya dengan baik, lalu disimpan di dalam baju. Dengan melalui jalan semula, Yu Wi menyelam pula ketempat tinggal Ko Bok-cing.
Setelah ia memberitahukan maksud kedatangannya, Bok-cing ternyata tidak memperlihatkan rasa terima kasih, sebaliknya bertanya dengan ketus, "Bagaimana, Su-ciau-sin-kang sudah kau baca belum?"
"Belum kucoba, "jawab Yu Wi. "Jangan bicara urusan ini, mumpung masih hangat, makan dulu ikan ini."
"Lemparkan," seru Bok-cing sambil menjulurkan tangannya.
Mestinya Yu Wi bermaksud mengantar kedepan si nona, tapi kuatir didamperat, terpaksa ia melemparkannya dari jauh.
Setelah bungkusan ikan itu diterima, mendadak Bok-cing meremasnya, lalu dibuang jauh kedalam air. "Plung", dengan cepat bungkusan itu tenggelam terbawa arus.
"Ha, ap. . . apa artinya ini?" . . . ." seru Yu Wi terkejut.
Dengan dingin Bok-cing berkata, "Aku dapat makan jamur disini, tidak perlu kau pikirkan soal makan bagiku.Jika ada tempo, kenapa tidak kau latih Su-ciau-sin-kang?"
Nadanya jelas menyalahkan Yu Wi membuang WaktU Untuk membawaka makanan baginya dan menelantarkan pelajaran.
Diam-diam Yu Wi merasa gegetun, ia pikir makanan itu pemberian Pek-yan, belum lagi kumakan lantas kubawa kemari untukmu, kalau dibuang begitu saja sungguh sangat sayang. Ia pandang bungkusan ikan yang lenyap itu dengan menggigit bibir dan menahan rasa laparnya sendiri.
"Kenapa diam saja, merasa sayang karena makanan itu kubuang?" jengek Bok-cing.
Yu Wi menjawab dengan tertawa, "Ya, memang sayang. Kau tahu, ikan panggang ini adalah pemberian Pek-siocia itu, belum kumakan lantas kubawa kemari. Sekarang kau buang begini saja, akupun tak dapat makan."
Keterangan Yu Wi ini membikin hati Bok-cing rada terharu, tapi air mukanya tidak memperlihatkan sesuatu perasaan, katanya pula dengan dingin, "Jika makanan bukan hasil usahamu, lalu selama ini apa yang kau kerjakan?"
Sama sekali ia tidak tanya asal-usul Pek-siocia yang disebut, juga tidak tanya cara bagaimana Yu Wi berkenalan dengan nona itu. seakan-akan dalam hatinya tidak pernah tahu menahu Pek-yan-
Maka dengan menunduk Yu Wi menjawab "Setengah harian aku hanya berduduk mengelamun."
"Mengapa tidak kau baca Su-ciau-sin-kang" kau remehkan kitab itu?" tegur Bok-cing dengan marah.
"Mana berani kuremehkan pelajaran yang tidak ada bandingannya di dunia ini. "jawab Yu Wi.
"Jika benar kau hargai kitab itu, mengapa tidak segera kau baca dan mempelajarinya?"
"Kukira tidak perlu terburu-buru, dibaca sekarang atau dibaca nanti kan sama saja," ujar Yu Wi dengan tertawa.
Bok-cing mendengus, "Huh, kau anggap Su-ciau-sin-kang mudah dipelajari" Kalau tidak belajar dengan giat,jangan harap akan dapat kau kuasai ilmu sakti itu dengan baik. Tidakkah kau ketahui ilmu silat yang maha tinggi juga diperlukan kegiatan latihan yang tekun-"
"Kutahu, "jawab Yu Wi. "Tapi tolong tanya, biarpun kugiat melatihnya, sesudah mahir, lalu mau apa?"
"Jika sudah kau kuasai ilmu sakti itu barulah kau mampu tampil kemuka untuk menghadapi pihak Thay yang- bun," seru Bok-cing.
"Hah. betul juga," kata Yu Wi dengan tertawa. "Numpang tanya pula, bilakah kiranya dapat kukeluar dari lembah buntu ini?"
seketika Bok-cing melenggong, sampai lama sekali tidak sanggup bersuara.
Yu Wi tersenyum, katanya pula, "Nah, makanya kubilang belajar sekarang atau belajar nanti tidak menjadi soal, seumpama tidak mempelajarinya juga tidak beralangan apa pun."
Mendadak Bok-cing menegas, "Apakah tempat ini betul-betul buntu dan tidak dapat keluar?"
"Jika tidak percaya boleh kau keluar untuk memeriksanya sendiri, "jawab Yu Wi.
Bok-cing termenung sejenak. ucapnya kemudian dengan menyesal, "Ai, nasib manusia sukar diduga, mungkin tempat ini kau anggap tempat buntu dan sukar keluar lagi, maka bermaksud hidup selamanya disini, tapi kuyakin tidak sampai setahun dua tahun kau pasti dapat lolos dari tempat kurungan ini."
"Berdasarkan apa cici berani memastikannya?" tanya Yu Wi dengan tertawa.
"Terlalu dini untuk dikatakan sekarang," jawab Bok-cing dengan sungguh-sungguh. "Yu Wi, ingin kutanya padamu, sesungguhnya kau mau belajar Su-ciau-sin-kang atau tidak?"
"Sudah kusanggupi akan belajar, tentu juga akan kupelajarinya, "jawab Yu wi tegas, "Sekalipun kutahu setelah kukuasai ilmu itu toh tidak ada gunanya. . . ."
"Kenapa tidak ada gunanya?" potong Bok-cing dengan marah. "Kau tahu, ilmu silat juga semacam ilmu pengetahuan, menguasai semacam ilmu pengetahuan kan berarti bertambah semacam kepintaran. Berdasarkan logika ini, belajar Su-cian-sin-kang kan tidak ada ruginya bagimu, yang penting bagi orang hidup adalah belajar dan belajar terus, tidakkah kau lihat ikan yang berada di hilir senantiasa berjuang berenang ke hulu?"
Yu Wi tertawa, "Ya, sudahlah, tidak perlu lagi cici memberi petua, sepergiku ini segera akan kupelajari Su-ciau-sin-kang, akan kuanggap sebagai latihan untuk menyehatkan badan dan menenangkan pikiran-"
Bok-cing tetap bicara dengan kereng, "Baik, jika begitu lekaslah pergi, ingat, bila tidak perlu jangan datang lagi."
"Perlu dan tidak. cara bagaimana menentukannya?" tanya Yu Wi.
"Umpama jika rada kesulitan dalam hal latihan "cu-ciau-sin-kang, boleh kau datang kemari dan tanya padaku,, kalau tidak.jangan menyesal jika akan kuusir kedatanganmu nanti, "jawab Bok-cing.
"Ai, umpama selama setahun aku tidak datang, selama setahun pula engkau akan tinggal kesepian di sini," ujar Yu Wi dengan gegetun-
Dengan suara bengis Bok-cing menjawab, "Biarpun sepuluh tahun tidak ada keperluan dan sepuluh tahun engkau tidak kemari, tetap aku takkan merasa kesepian- Nah, lekas pergi"
Ucapannya jelas hendak memberitahukan pada Yu Wi betapapun hidupku akan kesepian juga tidak perlu akan dihibur olehmu.
Merasa selalu mendapat jawaban ketus, Yu Wijadi masgul, terpa kaaia melangkah pergi. Dengan cepat tiga hari telah lalu. Selama tiga hari diam-diam Pek-yan mengamati gerak-gerik Yu Wi, dilihatnya anak muda itu kalau tidak giat berlatih ilmu pedang, tentu duduk bersemadi didalam gua. Ia terheran-heran, sebab sesudah tiga hari, keadaan Yu Wi tidak kelihatan berubah aneh sebagaimana yang diharapkannya.
Karuan Pek-yan tambah heran, akhirnya ia hampir tidak percaya kepada apa yang dilihatnya namun fakta memang demikian, sama sekali tidak terlihat kumatnya racun yang diidap Yu Wi.
Pada pagi hari keempat. dengan marah-marah Pek-yan mendatangi Yu Wi, Saat itu Yu Wi sedang bersemadi, dengan tertawa ia menyapa, "Selamat pagi"
Langsung Pek-yan lantas menegur, "orang she Yu, ada sesuatu ingin kutanya padamu, hendaknya kau jawab dengan sejujurnya."
Dari nada ucapan orang, Yu Wi tahu gelagat kurang enak. dengan tertawa ia coba tanya, "Silakan siocia bicara."
"coba katakan, kantung wangi yang berisi daun Li-hiang-yap yang kukatakan hilang itu, berada padamu, bukan?" teriak Pek-yan-
Yu Wi tahu sukar berdusta lagi, maka dengan terus terang ia menjawab, "Betul, sebelum ini memang kubohongi dirimu, padahal kantung itu itu memang kutemukan-"
Sampai gemetar badan Pek-yan menahan gusar, teriaknya sambil menuding Yu Wi, "Ken ...kenapa kau dusta padaku" . . . Mengapa . . . mengapa tidak kau kembalikan padaku?"
Yu Wi berbangkit dan memberi hormat sebagai permintaan maaf. jawabnya, "Setelah kutahu khasiat daun wangi itu, jelas barang ini tidak boleh kekurangan bagiku, dengan sendirinya kukuatir akan diminta kembali olehmu. sebab inilah kubohongimu agar kantung itu
dapat kusimpan sendiri, supaya setiap hari kucium bau harumnya untuk membebaskan diri dari racun pemberianmu itu."
Pek-yan menahan rasa gemasnya karena telah tertipu, pelahan ia berkata, "Jika tersimpan olehku. kan dapat juga kau cium baunya. apa bedanya?"
"Kan kurang leluasa"," ujar Yu Wi. "Maka kupikir akan lebih baik jika kusimpan sendiri saja."
Melihat anak muda itu tidak bermaksud mengembalikan kantungnya, kembali Pek-yan naik pitam, serunya sambil menyodorkan sebelah tangan, "Barangku harus dikembalikan padaku."
Yu Wi sengaja mempersulit, jawabnya, "Boleh kau beritahukan lebih dulu resep menawarkan racun yo-pia yang ku makan itu, segera kantung wangi ini akan kukembalikan kepadamu."
"Jika tidak kukatakan?" tanya Pek-yan dengan mendelik.
"Ya. apa boleh buat, terpaksa . . . terpaksa kukangkangi kantung ini sebagai milikku sendiri. ..."
"Masa kualupa syarat pada waktu kau jual bayanganmu kepadaku?" teriak si nona.
Seketika Yu Wi berkeringat dingin, ia tahu sekali Pek-yan mengungkit tentang syarat jual beli bayangan, asalkan si nona memberi perintah dirinya terpaksa harus menyerahkan kantung itu. Dia bertekad takkan mengembaliku kantung itu, tapi juga tidak boleh ingkar janji sendiri. Seketika ia kelabakan, ia kuatir bila Pek-yan buka mulut lagi, tentu dia akan serba sulit,
Tapi dilihatnya Pek-yan lantas menghela napas, katanya sambil menggeleng, "Ai, urusan di dunia ini memang . . . Ya, segala sesuatu memang tidak dapat dipaksakan . . ."
Belum habis ucapannya, dengan penuh rasa sesal ia terus melangkah pergi.
Yu Wi menghela napas lega, syukurlah Pek-yan tidak memberi perintah agar kantung wangi itu dikembalikan, kalau tidak. entah apa yang harus dilakukannya.
Diam-diam ia membatin, "Nona Pek, hendaklah kau maklum, terpaksa kudustai kau, padahal sebelumnya kau pun sudah menipuku lebih dulu."
Pek-yan memang betul sudah menipunya, dikatakannya Liap-hun-ciam itu berbisa, Yu Wi tertipu sehingga makan yo-pia yang justru beracun itu.
cara ini memang juga sesuatu cara keji Bu-eng-bun, supaya sasarannya tidak langsung mengetahui telah keracunan, sebaliknya malah akan menyangka orang yang membeli bayangannya itu berhati bajik dan telah menolongnya menawarkan racun, padahal setelah kau makan yo-pia pemberiannya, selama hidupmu akan berada di bawah kendalinya.
Tiba-tiba Pek-yan berpaling dan memberi pesan, "ingat, Li-hiang-yap itu setiap hari harus direndam selama satu jam dengan air supaya tidak layu, Kantung wangi itu hendaknya disimpan dengan baik dan jangan lupa dirawat, kalau layu tentu takkan timbul bau harum itu untuk mengatasi kumatnya racun yo-pia yang kau makan itu."
Yu Wi sangat berterima kasih, ucapnya, "Terima kasih atas petunjukmu, Pek . . . Pek-yan, aku...."
"Tidak perlu kau bicara terima kasih padaku segala, kutahu hatimu menyukai orang lain dan tidak suka padaku," kata Pek-yan- "Mulai besok. biarlah kita hidup sendiri-sendiri, agar aku tidak memuakkan didepanmu. Bilamana kau perlu akan diriku, kuharap tidak lagi kau pandang diriku pembeli bayanganmu, tapi anggap ... anggap...."
Mestinya dia hendak bilang "anggap saja bagai kekasihmu". tapi urung diucapkannya, lalu melangkah pergi dengan perasaan hampa.
Beberapa kali Yu Wi bermaksud memanggilnya, akhirnya ia keraskan hati dan tidak bersuara.
--ooo0dw0ooo-- Begitulah untuk seterusnya kedua muda-mudi itu tidak lagi bertemu. Mereka hidup terpisah oleh kolam yang luas itu, yang satu di seberang sana yang lain di seberang sini. Meski berada di satu lembah yang sama, tapi serupa hidup didunianya sendiri.
Kedua orang seakan-akan sudah ada perjanjian secara diam-diam, yang satu tidak menyeberang kesana, yang lain juga tidak menyeberang kesini. Terkadang bila kebetulan memandang ke seberang, keduanya juga cuma saling pandang sekejap saja dari jauh, yang tertampak juga cuma bayangan masing-masing yang tidak begitu jelas.
Semula Yu Wi masih juga memperhatikan kehidupan Pek-yan diseberang sana, tapi lama-lama karena tenggelam dalam keasyikan belajar Hai-yan-kiam-hoat yang ajaib dan keranjingan ilmu Su-ciau-sin-kang yang hebat, ia menjadi lupa diseberang sana masih hidup seorang kenalan lama juga melupakan Ko Bok-cing yang tinggal didalam gua yang terkurung oleh air terjun itu.
Dengan giat dan penuh perhatian Yu Wi mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk meyakinkan kedua macam ilmu silat tingkat tinggi itu.
Sang waktu berlalu dengan cepat, tanpa terasa sepuluh bulan sudah lampau, Selama sepuluh bulan kungfu Yu Wi maju sangat pesat, Hai-yan-kiam-hoat sudah dapat dikuasai selUruhnya. Su-ciau-sin-kang juga dapat diapalkannya dengan baik. cuma sayang, ilmu sakti ini tidak banyak bermanfaat baginya. ,
Hanya dalam hal ginkang saja tidak sedikit keuntungannya, mengenai tenaga dalam malah tidak ada pertambahan apa-apa, Su-ciau-sin-kang baginya seakan-akan cuma berguna menambah ginkangnya saja dan tidak ada manfaat lain-
Dia menjadi sangsi jangan-jangan cara latihannya keliru, mustahil Su-ciau-sin-kang yang dipelajarinya hanya dalam beberapa bulan saja lantas apal seluruhnya, padahal Ko Bok-cing harus melatihnya selama berpuluh tahun sejak kecil.
Sebenarnya dia telah berlatih menurut jalannya yang tepat, dengan dasar kungfunya sekarang, kepandaian apapun yang dipelajarinya pasti dapat di-kuasainya dalam waktu singkat. Betapapun mendalam Su-ciau-sin-kang pasti juga dapat diselaminya dengan tuntas.
Hanya saja Su-ciau-sin-kang memang harus dilatih dengan Tong- cu- kang, ilmu latihan tubuh anak, artinya harus dilatih sejak kecil dalam keadaan masih suci bersih, anak yang melatihnya cuma perlu bakat, bilamana berhasil diyakini. maka jadilah dia tokoh ilmu silat yang tidak tanggung-tanggung, segala macam kungfu yang paling tinggi di dunia ini juga sukar merobohkan dia.
Meski Su cian-sin-kang adalah ilmu perguruan Goat- heng- bun, perguruan bulan sabit. Tapi menurut keterangan ayah Ban Put-tong, selama ini belum pernah ada yang berhasil menguasai ilmu tersebut. Meski ayah Ban Put-tong juga berusaha mempelajarinya serupa Yu Wi sekarang, tapi tidak menghasilkan sesuatu sebagaimana menurut cerita yang turun temurun dalam perguruan mereka.
Padahal menurut cerita turun temurun, bilamana Su-ciau-sin-kang berhasil dikuasai, maka tercapailah tingkat kungfunya yang tidak ada tandingannya di dunia ini, cukup dengan sekali pukul atau tendang saja segala macam ilmu silat didunia ini dapat dipatahkan-
Sudah tentu tidak ada yang menduga akhirnya ilmu sakti ini dapat dikuasai oleh seorang anak perempuan, yakni Ko Bok-cing. Lantaran bakat pembawaan Ko Bok-cing yang tinggi, juga mulai berlatih sejak kecil, maka ilmu sakti itu berhasil diyakinkannya.
Jika Yu Wi masih berbadan jejaka, bukan mustahil iapun akan berhasil menguasai ilmu sakti ini, cuma sayang, dia bukan lagi
jejaka, isteri sudah punya, bahkan lebih dari satu, anak juga sudah lahir, mana bisa disebut jejaka lagi"
Walaupun begitu, setelah Yu Wi menyelami seluruh kitab Su-ciau-sin-kang, banyak juga manfaat baginya, hanya saja tidak disadarinya sekarang, ia cuma merasa ginkang sendiri sudah jauh lebih tinggi daripada waktu dulu.
Hari ini selagi Yu Wi asyik berlatih Hai-yan-kiam-hoat dengan pedang kayu buatannya sendiri. tiba-tiba didengarnya sayup,sayup di kejauhan sana ada suara tangis anak bayi.
Suara tangisan orok itu berkumandang dari seberang sana. Yu Wi jadi teringat kepada Pek-yan yang berdiam disana, ia coba mengingat-ingat waktunya, rasanya memang sudah ada sepuluh bulan, seketika ia melenggong.
Sejenak kemudian, terdengar lagi suara tangis anak bayi yang lain, menambah ramainya suara tangis bayi pertama yang tidak berhenti-henti tadi.
Yu Wi terkesiap dan bergirang, gumannya, "Hah, dua, ada dua, kembar dua . . . kembar dua..."
Setiap orang tentu bergirang bilamana mengetahui anak sendiri telah lahir, tapi rasa gembira orang yang menjadi ayah ketika mengetahui anaknya yang lahir itu adalah kembar, rasa girangnya sungguh sangat berbeda.
Teringat dirinya mempunyai dua anak kembar yang serupa seperti pinang dibelah dua, girang Yu Wi juga sukar dilukiskan- Langsung ia berlari secepat terbang ke gua tempat tinggal Pek-yan di seberang kolam sana.
Saking gambiranya suaranya jadi rada gemetar, serunya dari luar gua, "Pek . ... Pek-yan, lelaki atau perempuan?"
Bagian dalam gua rada melengkung sehingga dari luar tak dapat melihat bayangan Pek-yan dan wujud si orok, yang terdengar hanya suara tangis dua anak bayi dan tidak terdengar jawaban Pek-yan-
Yu Wi rada-rada cemas, cepat ia berteriak pula. "Pek-yan, lekas beritahukan kepadaku, apakah anak lelaki?"
Tapi tetap tidak ada suara jawaban Pek-yan, ia tidak tahan lagi, segera ia bermuksud menerobos ke dalam gua untuk menimang kedua bayi kembar yang berwajah serupa itu.
Namun segera didengarnya suara Pek-yan berucap dengan lemah, "Tidak . . . tidak boleh kau masuk kesini"
Yu Wi tertawa, katanya, "Aneh, aku kan bapaknya anak itu, kenapa aku tidak boleh masuk kesitu?"
"Ini bukan anakmu," seru Pak- yan-
Keruan Yu Wi melengak "Bukan anakku, memangnya anak siapa?"
"Anak ini hanya punya ibu dan tidak punya ayah," kata Pek-yan sambil menangis pelahan-
"Ah, jangan engkau bergurau, didunia ini mana ada anak yang lahir tanpa ayah?" ucap Yu Wi dengan melenggong.
"Kalau ayahnya tidak punya perasaan, ada sama dengan tidak ada," ujar Pek-yan, tangisnya bertambah keras.
Mendengar suara tangisan Pek-yan, Yu Wi merasa menyesal, katanya, "Janganlah engkau berduka, sungguh aku tidak tahu engkau hamil benar-benar, kalau tidak. selama kau hamil sepuluh bulan Ini masakah aku tidak menjaga dirimu?"
"Huh, bi. . . bicaramu saja yang enak. . . enak didengar. . . ." ucap Pek-yan dengan tersedu-sedan.
Yu Wi sangat ingin menimang anaknyn, katanya pula dengan gelisah, "Biarlah aku mati tak terkubur bilamana kudengar engkau hamil dan tidak mau menjaga dirimu."
Rupanya Pek-yan masih marah padanya. dengan gemas ia berkata, "Apakah kau mati terkubur atau tidak- peduli apa dengan diriku" Pergi, lekas pergi"
Dalam keadaan demikian, tampaknya Yu Wi harus bersikap lunak dan minta maaf, "Ai, Pek-yan- kenapa engkau jadi marah-marah padaku?"
Tangis Pek-yan telah berhenti, tapi segera terdengar lagi dia menangis lagi, ucapnya. "Memangnya berdasarkan apa kumarah padamu" Pada hakikatnya engkau tidak memandang sebelah mata kepada perempuan semacam diriku. . . ."
Dengan suara sedih Yu Wi menyesali dirinya sendiri, "Ya, kutahu akulah yang bersalah, betapa-pun seharusnya kudatang kemari untuk menjenguk dirimu, tidak pantas kupandang dirimu seperti orang asing dan menganggap seakan-akan tidak kenal padamu, . ."
Tangis Pek-yan bertambah keras, serunya dengan terputus-putus. "Seumpama orang yang . . .yang tidak kenal berada ditempat buntu begini tentu juga akan . . .akan sapa menyapa dan saling membantu, mana bisa .. . mana bisa seperti dirimu . . . ."
"Ya. ya, memang salahku. salahku" seru Yu Wi sambil memukuli kepalanya sendiri, "Betapapun seorang yang tidak berperasaan pasti juga takkan serupa diriku, masa selama sepuluh bulan tidak pernah menjengukmu. Ai, Pek-yan, sudilah engkau memaafkan diriku. Bicara Sejujurnya. sesungguhnya sering juga timbul keinginanku akan menjengukmu, cuma lantaran aku lagi giat berlatih dua macam kungfu, kukira engkau toh hidup dengan baik-baik, maka tak sempat kudatang kemari."
Uraian Yu Wi ini hanya untuk membikin senang Pek-yan saja agar dia diperbolehkan masuk kedalam gua untuk melihat anaknya, padahal mana pernah terpikir olehnya akan datang menjenguk Pek-yan, coba kalau tidak mendengar suara tangis-orok yang baru lahir, biarpun setahun lagi juga tak teringat olehnya akan diri Pek-yan, maklumlah kedua macam ilmu sakti itu benar-benar telah membuatnya keranjingan dan lupa daratan-
Dengan sendirinya Pek-yan bukan perempuan yang mudah diapusi atau dibohongi, ia menangis terkekeh mengejek. "Hehe. bicara jujur. indah benar bicaramu yang jujur" Memangnya kau kira
aku ini anak kecil" Jika benar sering kau ingat akan diriku, apakah mungkin begitu datang lantas tanya lelaki atau perempuan dan tidak bertanya bagaimana kesehatanku setelah melahirkan?"
Yu Wi tidak menyangka jalan pikiran orang perempuan ternyata secermat ini, seketika ia tidak sanggup menjawab.
Agaknya semakin dipikir Pek-yan jadi semakin berduka sehingga tangisnya tambah keras dan tidak berhenti.
Yu Wi jadi kelabakan sendiri, mendadak ia menempeleng dirinya sendiri dua kali sambil berseru. "Ya, aku ini memang tidak setia dan tidak berbudi. Pek-yan, mengingat hubungan baik suami-isteri kita, sudilah maafkan diriku"
Mendengar sebutan "suami-isteri", Pek-yan berhenti menangis dan bertanya, "Siapa yang menjadi suami-isteri denganmu?"
Melihat gelagat masih ada harapan, cepat Yu Wi mengarah pada titik beratnya, katanya, "Beras sudah termasak menjadi nasi, meski kita belum pernah menikah secara resmi, tapi hubungan suami-isteri kita kan tidak dapat disangkal lagi?"
"Hm. jika tidak kulahirkan anak bagimu, mungkinkah kau bicara begini?" jengek Pek-yan.
Pertanyaan ini membuat Yu Wi yang memang tidak berbudi kepadanya itu sukar menjawabnya.
"Tentu akan kau anggap diriku ini perempuan hina-dina. perempuan murahan, begitu bukan, Tuanku?" ejek Pek-yan.
Mestinya Yu Wi merasa serba salah, tapi sebutan "Tuanku" itu telah membangkitkan semangatnya, dengan tertawa ia berkata, "Pek-yan. hendaknya kau ampuni diriku, bolahlah kumasuk kesitu untuk melihat kalian ibu dan anak."
Tapi Pek-yan tetap tidak memberi ampun padanya, katanya, "Ah, mana ku berani ditilik olehmu. Mana ada rejekiku sebesar itu sehingga membikin susah padamu untuk menjenguk diriku" cuma anak ini yang beruntung ..."
Yu Wi mengira izin sudah diberi, sambil berdehem ia bersaru, "Inilah aku masuk kemari"
Mendadak Pek-yan menjengek, "Tidak boleh, silakan berhenti dan putar kembali"
"Ai. kenapa kau tetap melarang diriku masuk kesitu?" seru Yu Wi dengan gelisah dan mengentak kaki.
Pek-yan dapat membayangkan kecemasan Yu Wi yang harus dikasihani itu, hatinya menjadi lunak. ucapnya, "Bukan rmaksudku sengaja melarang kau masuk kesini, soalnya tempat ini sangat kotor, boleh kau datang besok saja."
Yu Wi merasa tidak sabar untuk menunggu, ucapnya, "Ai, kotor sedikit apa alangannya" Biar kubantu membersihkan seperlunya, engkau jangan banyak bergerak badan, habis melahirkan pantang bergerak. tentu kau perlu istirahat beberapa hari."
---ooo0dw0ooo---
Bab 21 Tapi dengan tegas Pek-yan menjawab, "Tidak!! tidak ada yang menghendiki bantuanmu. seorang lelaki masakah tidak takut pada kotoran demikian ini" Lekas pergi. lekas.. Sekali kubilang besok tetap baru besok boleh kau datang lagi.Jika tidak menurut, selamanya kularang kau datang kemari."
Kalimat terakhir itu mengandung ancaman, terpaksa Yu Wi angkat pundak. dengan perasaan berat ia kembali kegua sendiri.
Sehari ini Yu Wi sibuk mengumpulkan makanan, ia pikir sehabis melahirkan Pek-yan perlu diberi tambahan makanan supaya lekas sehat kembali. Dia menjelajahi seluruh lembah itu untuk mencari bahan makanan yang bergizi.
Esoknya pagi-pagi sekali Yu Wi membawa se-onggok bahan makanan ke gua Pek-yan.
Nona itupun tidak mempersulit lagi, Setelah mendorong makanan kedalam gua, dengan setengah berjongkok Yu Wi menyusup kedalam.
Dilihatnya Pek-yan berbaring diatas kasur yang terbuat dari kulit tikus hitam yang cukup tebal, setengah bersandar pada bantal berbulu yang empuk. berselimut kulit berbulu putih entah diperoleh dari mana.
Meski tampaknya sempit, cahaya juga tidak cukup, tapi teratur cukup rapi dan resik, sedikitpun tidak menimbulkan kesan kotor.
Mesti sekarang Pek-yan tidak memakai wewangian berasal dari daun harum itu, namun Yu Wi sendiri membawa kantung wangi, dia tidak lagi mengendus bau busuk akibat makan yo-pia seperti tempo hari itu.
Dilihatnya Pek-yan lebih kurus daripada dulu, namun cahaya mukanya cukup segar. tidak lemah sebagaimana layaknya wanita yang baru melahirkan-
Hal ini mungkin disebabkan lwekangnya yang tinggi. Walau banyak mengeluarkan darah waktu melahirkan, namun tidak besar pengaruhnya terhadap kesehatannya.
Pertemuan kembali mereka membuat Yu Wi rada rikuh, ia mengangguk dengan tersenyum sambil menggosok-gosok tangan dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Akhirnya malah Pek-yan yang memecahkan kesunyian, katanya, "Bukankah kau ingin melihat anakmu" Nah, lekas kau lihat dia, coba betapa menyenangkan mukanya."
Sembari bicara ia miringkan tubuh untuk mengangkat bayi yang tidur disebelahnya dan ditaruhnya di atas selimut kulit.
Tubuh orok yang kelihatan putih montok itu seluruhnya terbungkus oleh kain yang terbuat dari kulit binatang. Hanya kapalanya saja yang menongol diluar, matanya terpejam, tidurnya sangat nyenyak.
Dengan gembira Yu Wi memegang sini dan meraba sana, tak terkatakan rasa senangnya, tanyanya kemudian, "Apakah anak perempuan" Lihatlah, betapa miripnya denganmu."
"Suka tidak kepada anak perempaan?" tanya Pek-yan lirih.
Yu Wi memondong bayi itu dan tertawa lebar sahutnya, "Tentu saja suka, begitu melihatnya lantas suka sekali. Eh, mana yang satu lagi?"
Air muka Pek-yan tampak agak berubah, jawabnya, "Mana . . . mana ada lagi satu?"
"Ah. masa kau bohongi aku," ujar Yu Wi dengan tertawa. "Kudengar dengan jelas, suara tangisan dua anak. jelas kandungan kembar. Lekas bawa sini, biar kugendong dengan tangan yang lain, ingin kulihat betapa miripnya mereka berdua."
Tapi Pek-yan lantas menggeleng-geleng kepala katanya, "Ti . . . tidak ada, hanya satu ini. Kau salah dengar.. darimana ada suara tangis dua anak" Tentu kau salah dengar"
Yu Wi mengira Pek-yan menyembunyikan bayi satunya lagi, ia tetap tertawa dan berkata, "Ai, Pek-yan sayang, masakah telingaku bisa salah dengar" Biarpun sepuluh anak bayi menangis sekaligus juga dapat kubedakan suara tangisan bayi yang mana?"
"Kukatakan tidak ada ya tidak ada, kalau tidak percaya boleh kau lihat sendiri," seru Pek-yan dengan aseran-
Lalu ia menyingkap selimutnya, memang benar tidak ada lagi bayi lain, padahal didalam gua sudah tidak ada tempat lain yang dapat digunakan menyembunyikan anak.
Yu Wi jadi terkesiap dan menyurut mundur, ucapnya. "Tidak kau sembunyikan, habis kemana perginya bayi lain?"
Pek-yan tampak gugup sehingga hampir saja meraung, "Kenapa masih juga tidak percaya, kan sudah berulang-ulang kukatakan tidak ada bayi lain?"
"Bluk", Yu Wi jatuh terduduk, dipandangnya dinding gua dan bergumam dengan bingung, "Tidak- tidak mungkin. Semalam malah aku bermimpi mendapatkan anak kembar, seorang lelaki dan seorang perempuan, Yang lelaki lebih mirip diriku, yang perempuan serupa dirimu. Hanya sebentar saja mereka lantas lenyap . . . ."
Pek-yan hanya mendengarkan saja, air mata terus bercucuran.
Yu Wi tidak memperhatikan cucuran air mata Pek-yan itu, katanya pula, "kemarin kudengar suara tangisannya, suaranya dapat kubedakan seorang bayi lelaki dan seorang bayi perempuan- Karena siangnya kupikirkan mereka, malamnya lantas bermimpi. Sebab itulah kumimpikan yang lelaki serupa diriku dan yang perempuan mirip dirimu. Mimpi yang aneh itu terjadi dengan jelas, mengapa mendadak bisa hilang?"
Tiba-tiba Yu Wi memandang Pek-yan, serunya terkejut, "He, apa yang kau tangiskan" Jangan-jangan bayi lelaki itu telah meninggal" . . . ."
Pek-yan tahu telinga Yu Wi tidak mungkin dapat dikelabui, ia menutupi mukanya dan menangis sedih. ucapnya, "Betul. memang sepasang bayi kembar lelaki dan perempuan, dan . . .dan yang lelaki memang lebih mirip dirimu ..."
"Begitu melihat yang perempuan lantas kuketahui dia serupa dirimu, mimpiku memang jitu, hilangnya mereka secara mendadak jangan-jangan melambangkan sesuatu kemalangan" ..."
Tangis Pek-yan bertambah keras, ucapnya dengan tersendat. "Memang betul, setelah lahir, bayi lelaki lantas kelihatan tidak benar, sampai kemarin petang lantas meninggal, kukuatir eng ... engkau ber. . . berduka, maka tidak kukatakan terus terang padamu, padahal bolehlah . . .bolehlah kau anggap yang lahir cuma seorang saja, yang mati itu dianggap tidak ada dan tidak . . .tidak perlu kaupikirkan lagi. . . ."
Yu Wi mang geleng kepala dengan berduka, "Tidak- tidak mungkin dapat kulupakan, anak lelaki itu mirip diriku, dia mati sama
dengan aku yang mati. Lekas beritahukan padaku, dimana .... dimana mayatnya?"
Dengan gelagapan Pek-yan menjawab. "Sudah. . . , sudah kutanam . . . ,"
"Ditanam di mana" Harus kugali, aku ingin melihatnya," seru Yu Wi.
"He, kenapa kau jadi sinting, untuk apa menggali bayi yang Sudah mati?" seru Pek-yan terkejut.
Yu Wi menghela napas, katanya, "Tidak pantas anak yang mati itu sama sekali tidak kulihat dia barulah hatiku bisa tenteram, lalu akan kukubur dia dengan tanganku sendiri,"
"Tapi . . . tapi tidak kukubur dia di . . . dibawah tanah melainknn kukubur dibawah kolam.. ." tutur Pek-yan dengan gugup, ,
Air muka Yu Wi berubah seketika, teriaknya, "Apa katamu" Kau. . . kau buang anakku kekolam untuk umpan ikan" ...."
Melihat Yu Wi marah, Pek-yan tambah gugup, ucapnya. "Ini ... ini kan tidak menjadi soal, bayi baru lahir lantas meninggal, belum dapat dianggap menjadi orang . . . untuk apa bersusah payah menguburnya" . . .."
Mendadak Yu Wi melemparkan anak perempuan yang dipondongnya kepada Pek-yan, keruan anak itu menangis keras, dengan penuh kasih sayang Pek-yan menimangnya. "o, sayang, diam, jangan menangis, papa jahat, papa bikin sakit padamu ..."
Dengan tetap marah Yu Wi berteriak. "Anak lelakiku tidak kau anggap sebagai orang, akupun tidak menganggap orang anak perempuanmu" Habis bicara, dengan marah-marah ia terus berlari pergi.
"Hei, hendak kemana kau?" teriak Pek-yan-
"Akan kucari anakku didalam kolam?" seru Yu Wi.
"He, bagaimana mencarinya, lekas kembali, kembali" teriak Pek-yan gugup,
Yu Wi sama sekali tidak menghiraukannya. dalam sekejap saja ia sdah berada ditepi kolam,
Kolam ini sangat luas dan sangat dalam, bukan urusan gampang hendak mencari mayat seorang anak yang tenggelam disitu.
Sampai lama sekali Yu Wi mencari dan tidak menghasilkan apa pun, terendam dalam air sekian lama membikin Yu Wi kelelahan, kulit badan pun menjadi keriput, seolah-olah sudah lebih tua belasan tahun.
Dia mulai kehilangan kepercayaan akan menemukan bayinya, ia duduk ditepi kolam memandangi air kolam yang hijau. pikirnya, "ikan aneh sangat banyak di dalam kolam, mayat anakku pasti sudah dimakan kawanan ikan-"
Lalu terpikir lagi olehnya, "Kemarin jelas ku-dengar suara tangis anak lelaki itu sangat keras mengapa cuma semalam saja anak itu sudah meninggal?"
Ia rada menyangsikan kemungkinan matinya bayi lelaki itu. Pula teringat kepada sikap Pek-yan yang mencurigakan itu. makin dipikir makin berduka. Mendadak ia terjun ke dalam kolam, bila melihat ikan, segera ia memukulnya, sekali pukul ikan dalam kolam lantas binasa.
Setiap kali ia memukul tentu didertai teriakan- "Kalian telah makan anakku, kalian makan anakku."
Seluruh ikan di dalam kolam seakan-akan dianggapnya sebagai pembunuh anaknya, semua ikan hendak dibunuhnya untuk melampiaskan rasa kesalnya
Tidak lama kemudian, permukaan kolam penuh ikan mati yang tak terhitung jumlahnya. Tangan Yu wi terasa pegal sendiri, rasa gemasnya juga terlampias, mendadak ia menyelam kebalik air terjun sana.
Ia jadi teringat kepada Bok-cing, segera timbul maksudnya ingin membeberkan kejadian yang mengesalkannya itu.
Selama sepuluh bulan dia hidup aman tenteram, sekarang mendadak ia merasa kesepian, hampa. kesal dan sedih, semuanya membanjiri lubuk hatinya, ia merasa sukar ditahan jika tidak dibeberkan kepada seorang yang dapat menyelami hatinya.
Meski Ko Bok-cing bersikap dingin padanya, tapi sekarang ia pandang nona itu sebagai orang yang paling tahu perasaannya. Meski Pek-yan telah melahirkan anak baginya, tapi Yu Wi merasa masih asing dan tidak mengenalnya,
Setelah tiba didalam gua dibalik airterjua sana, dilihatnya wajah Ko Bok-cing masih tetap seperti dulu, masih sehat tanpa kurang apa pun.
Mukanya yang semula penuh luka itu kini sudah sembuh dan pulih seperti sediakala, mungkin si nona telah mematuhi perjanjian dan telah menggunakan khasiat Jit-yap-ko.
Bok-cing sedang berduduk, ketika merndengar sesuatu suara, segera ia menegur, "Siapa itu" Apakah Yu-heng?"
Dari panggilan Yu-toako kini berubah menjadi Yu-heng, rupanya waktu selama 10 bulan telah memisahkan mereka dengan sebuah parit yang dalam.
"Ya, aku, nona," sahut Yu Wi. Iapun tidak memanggilnya sebagai "cici" lagi.
"Untuk apa kau datang kemari" Apakah ada sesuatu persoalan Su-ciau-sin-kang yang kau latih itu?" tanya Bok-cing.
"Tidak-" jawab Yu Wi, "Su-ciau-sin-kang berjalan dengan lancar, semuanya kupahami dengan baik."
"Jika begitu, untuk apa kau datang kemari?" jengek Bok-cing. "Bukankah sudah kukatakan, kalau tidak ada urusan penting dilarang datang."
"Urusan penting kan tidak harus menyangkut Su-ciau-sin-kang, kudatang kemari karena ada urusan penting yang lain," ujar Yu Wi dengan gegetun.
"Urusan apa?" tanya Bok-cing.
"Kudatang kemari untuk mencari anakku," tutur Yu Wi sambil berduduk.
Tergerak hati Bok-cing, tanyanya dengan heran, "Anakmu" Dari mana munculnya anakmu ditempat begini?"


Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yu Wi lantas bercerita segala seluk-beluknya sejak dia menjual bayangan sehingga sekarang. semuanya dituturkannya dengan jelas. Dia tidak anggap cerita itu menyangkut pengalamannya sendiri, tapi bercerita seperti mendongeng sehingga banyak bagian-bagian yang mestinya rikuh untuk diceritakan dapat dibeberkan secara jelas tanpa sangsi.
Ko Bok-cing juga mendengarkan dengan cermat seperti mendengarkan dongeng pak guru, selesai Yu Wi bercerita, dia masih juga diam tanpa bersuara,
Yu Wi merasa lega setelah membeberkan isi hatinya, Ko Bok-cing benar-benar merupakan pendengar yang baik baginya, makin banyak dia bercerita, makin asyik rasanya. Sampai akhirnya karena sudah kehabisan bahan barulah ia berhenti.
Tapi Bok-cing tetap diam saja, hal ini membuat Yu Wi merasa serba salah, setelah berduduk sekian lama, lalu Yu Wi berbangkit dan berkata, "Maaf, telah mengganggu, aku . .. aku pergi saja...."
Baru sekarang Bok-cing membuka suara, "Apakah engkau tidak mencari anakmu lagi?"
"Tentunya dia sudah dimakan ikan, sia-sia belaka meski kucari lagi," ujar Yu Wi dengan menyesal.
"Anakmu tidak dimakan ikan," kata Bok-cing sambil menggeleng kepala.
"Kalau tidak dimakan ikan, masa hilang tanpa bekas?" ujar Yu Wi.
"Kau cari kemari, tempat ini memang pasaranmu yang tepat," kata Bok-cing pula.
Yu Wi terkesiap. "Hah, ap . . . apa artinya ucapanmu ini . , . ."
Padahal kedatangannya ini hanya ingin membeberkan unek-uneknya kepada Ko Bok-cing, sama sekali tidak pernah terpikir olehnya akan ditemukan mayat anaknya disini.
Terdengar Bok-cing berkata lagi dengan sikap yang sukar diraba apa kehendaknya, "Semalam ada seorang bayi terhanyut kesini dapat kuangkat."
"o, kasihan," seru Yu Wi dengan air mata berlinang-linang. "ibunya sungguh terlalu kejam, tega membuangnya kedalam air. Harap kembalikan dia kepadaku, biarlah kupenuhi sekadar kewajibanku sebagai ayah dan menguburnya."
"Hm, memangnya hendak kau kubur anakmu hidup,hidup?" jengek Bok-cing.
Yu Wi terkejut, serunya, "Hei, apa katamu" jadi anakku masih hidup?"
"Hm, sudah tentu masih hidup, bila sudah mati untuk apa kuangkatnya keatas?" jengek Bok-cing,
Yu Wi tersenyum sambil mengembeng air mata, ucapnya. "Ai, Pek-yan sudah pikun barangkali, agaknya anakku belum meninggal, tapi disangkanya sudah mati dan dibuang ke dalam kolam, siapa tahu terhanyut kesini."
Segera ia memberi hormat kepada Ko Bok-cing dan berkata pula, "Banyak terima kasih atas pertolongan jiwa anakku oleh nona, memang sudah kuduga anak itu pasti tidak mati, kudengar suara tangisnya yang keras, siapa pun pasti tahu anak ini pasti sehat dan kuat, mana bisa mati mendadak."
"Dan sekarang hendak kau minta kembali, bukan-...?" tanya Bok-cing mendadak.
Yu Wi mengangguk. "Ya, akan kurawat sendiri, bila sudah besar kelak, tentu akan kusuruh dia selalu ingat budi pertolongan nona, boleh juga suruh dia mengangkat ibu padamu, mau?"
Bok-cing mendengus, "Huh, aku tidak pingin menjadi ibu angkat segala. Nah, pergilah"
Yu Wi tahu sejak mengalami malapetaka sifat Ko Bok-cing telah berubah menjadi sangat aneh, ia pikir tidak menjadi soal jika engkau tidak mau dijadikan ibu angKat. Segera ia menjawab, "Sekarang juga aku akan pergi. Lantas bagaimana dengan anakku?"
"Anakmu sudah mati," sahut Bok-cing dengan ketus.
Seketika Yu Wi naik darah. teriaknya gusar, "Jika . . jika begitu, mengapa . . , mengapa kau bohongi aku bahwa dia tidak mati". ..."
"Untuk apa kau peduli dia mati atau tidak" Kalian kan sudah membuangnya, sekarang berlagak sebagai ayah yang welas-asih segala?" kata Bok-cing.
Yu Wi berusaha menenangkan diri.Jika sejak mula Ko Bok-cing bilang anaknya sudah mati, tentu dia akan percaya penuh. Tapi Bok-cing mengatakan anak itu tidak mati, jelas orang sengaja mempermainkannya.
Maklumlah, seorang bayi yang baru dilahirkan dan dibuang ke kolam yang dalamnya tidak terkatakan, jangankan bayi mati. biarpun bayi segar bugar juga pasti akan mati terbenam, apalagi sudah berselang semalam lamanya.
Sekarang Ko Bok-cing sebentar bilang anak itu tidak mati. sebentar lagi bilang anak itu sudah mati, Yu-Wi menjadi marah karena merasa soal mati hidup anaknya itu dijadikan bahan lelucon-
Tapi setelah mendengar lagi ucapan Bok-cing terakhir itu, rasa marah Yu Wi lantas lenyap. ia memberi hormat dan minta maaf, katanya, "memang betul. kami yang menjadi ayah dan ibu memang
tidak menjaganya dengan baik. Harap kembalikan anak itu, kami pasti akan menjaganya dengan cermat, tidak nanti terjadi lagi kelengahan seperti ini."
"Huh, merawatnya dengan cermat, huh" dengan berulang-ulang Bok-cing menjangek. "Kukira sebelum kau mulai merawatnya, mayat anakmu akan dibuang lagi kedalam kolam, bahkan sebelum dibuang ke kolam sudah mati tercekik,"
Air muka Yu Wi berubah hebat, hampir saja ia tidak percaya kepada telinganya sendiri, cepat ia menegas, "Apa . . . apa maksud ucapanmu" Dapatlah engkau bicara . . . bicara lebih jelas. . . ."
Bok-cing lantas berkata pula seperti lagi mendongeng. "Semalam ketika kuminum air ketepi kolam, kebetulan kutemukan mayat seorang bayi. Kuheran dari mana datangnya mayat bayi ini, jangan-jangan bayi buangan keluarga petani di luar lembah sana dan terhanyut kesini. Ai, sungguh anak yang kasihan Waktu kecil pernah kudengar ada keluarga petani yang tidak sanggup menghidupi keluarganya, maka bayi yang baru lahir dihanyutkan ke sungai dengan menumpang sebuah keranjang, tergantung kepada nasib bayi itu, bila bernasib baik, dia akan tertolong dan dibesarkan oleh keluarga yang mampu, kalau bernasib malang, bayi itu akan mati tenggelam. Kupikir nasib bayi ini sangat jelek, bukan saja tidak mati tenggelam, malahan terhanyut oleh air terjun, serupa kita tentunya, pasti juga akan babak-belur tertumbuk dinding karang. Siapa tahu, setelah kurabai tubuhnya, ternyata badan bayi ini halus licin tanpa luka apa pun, bahkan jantungnya masih berdenyut meski sangat lemah. Tanpa sangsi lagi segera kutolong dia. dengan hawa murni kurabai seluruh tubuhnya."
Diam-diam Yu Wi bersyukur, "Untung tertolong oleh dia, bilang orang lain yang menemukannya, tanpa ilmu sakti Su-ciau-sin-kang, betapapun anak itu sukar diselamatkan-"
"Tapi ketika kurabai lehernya, ternyata pada lehernya ada garis bekas jari, baru kuketahui bahwa nasib anak ini sangat mengenaskan, padahal anak tak berdosa, baru lahir telah di cekik mati oleh ibu yang berhati keji itu. Bisa jadi orang yang
mencekiknya itu tidak terlalu sampai hati, setelah dicekik sekali dengan keras, disangkanya bayi ini sudah mati, lalu dibuang kedalam air dengan tergesa-gesa. Lantaran cekikan yang menghentikan pernapasannya inilah, maka bayi ini tidak mati terbenam didalam air. Kalau tidak. setelah terhanyut kesini pasti sukar lagi ditolong. Sungguh anak yang harus dikasihani, denyut jantungnya terlalu lemah, hampir tidak ada ubahnya sudah mati. Semula kusangka dia anak perempuan petani diluar lembah sana, tapi sekarang kub antah sendiri pendapat ini, anak yang terhanyut dari luar lembah sana tidak mungkin tahan hidup sedemikian lama, lantas anak siapakah" Siapa pula yang berdiam dilembah buntu ini" ..." Mendadak Yu Yi berlutut dan menyembah kepada Ko Bok-cing.
"Biarpun kau sembah seratus kali padaku juga tak ada gunanya," kata Bok-cing dengan dingin. "Bayi yang kuselamatkan dengan tidak gampang ini tidak dapat kuserahkan kembali kepada algojo lagi. Anak yang kasihan ini sudah cukup mati satu kali, memangnya hendak kau cekik mati dia pula?"
"cici. bukan aku yang mencekiknya," seru Yu Wi, "betapa kejamnya hatiku tidak nanti membunuh anakku sendiri. Aku . . . aku hanya mohon melihat sekali wajah anakku, sebab . . . sebab belum pernah kulihat dia . . . ."
Dalam hati Ko Bok-cing juga percaya pasti bukan Yu Wi yang mencekik anak itu, mendengar ucapannya yang memelas itu, katanya kemudian dengan gegetun,
"Baiklah, boleh kau melihat dia berada di dalam sana"
cepat Yu Wi merangkak bangun dan menuju kedalam gua, dilihatnya bayi terbungkus didalam baju kulit rombeng yang sudah tak terpakai, mulutnya mengulum sepotong jamur putih dan sedang mengisapnya dengan bernafsu,
Dengan air mata berlinang Yu Wi merabai bekas jari pada leher anak itu, seketika api amarahnya membakar, diam-diam ia memaki, "Keji amat si Pek-yan, engkau bukan manusia, sebuas- buasnya
harimau juga takkan makan anaknya sendiri. Sungguh engkau lebih kejam daripada binatang"
Mendadak teringat olehnya masih ada seorang bayi perempuan disana. bisa jadi setelah dirinya kembali bayi perempuan itu dicekik mati oleh Pek-yan.
Makin terpikir makin seram, mendadak ia berlari keluar, ketika lewat disamping Ko Bok-cing ia hanya berseru. "Saraf Pek-yan tidak waras, harus kupergi kesana untuk menyelamatkan anak perempuanku"
ooooodowoooooo Waktu Yu Wi mumbul lagi kepermukaan air hari sudah remang2 petang, dilihatnya Pek-yan duduk ditepi kolam dengan menggendong bayi perempuan itu, tampaknya sangat menunggu kembalinya Yu Wi.
Segera Yu Wi memburu maju kedepan Pek-yan, dilihatnya anak itu baik-baik saja dan sedang disusui, maka legalah hatinya.
Dengan rasa sangsi Pek-yan lantas bertanya, "Mayatnya kau temukan tidak?"
sedapatnya Yu Wi menenangkan diri.jawabnya dengan lembut, "Tidak. tidak terlihat sesuatu didalam kolam. Mari, biar kugendong anakku, biarlah kita pulang ke gua, jangan sampai anak ini masuk angin."
Pek-yan tidak curiga dan menyodorkan bayi itu kepada Yu Wi.
Tapi begitu memegang anak itu, seketika air muka Yu Wi berubah beringas, makinya, "Dasar perempuan jahat, didunia ini tidak ada ibu kejam serupa dirimu ini"
"He, ada . .. ada apa?" seru Pek-yan terkejut "Kau maki . . . kau maki siapa" . . ."
"Sudah tentu memaki kau" teriak Yu Wi, gusarnya tak terkatakan. "Hendaknya berdiri yang jauh, selamanya jangan kau sentuh kami lagi"
Keruan Pek-yan menjadi gugup, serunyn, "He. kenapa tidak boleh kusentuh dia, masa anakku. . . ."
Yu Wi tambah marah karena orang menyebut "anakku", kontan ia menghantam, tanpa kenal ampun ia memaki pula, "cis, dasar perempuan jahat, masih berani bilang dia ini anakmu" Jika anakmu, mengapa kau cekik mati satu, yang satu ini jangan kau harap akan kau cekik lagi"
Hati Pek-yan terasa dingin, tahulah dia duduknya perkara. Tentu Yu Wi telah menemukan mayat bayi itu dan melihat bekas jari dirinya pada leher bayi mati itu.
Rupanya ia tidak tahu bahwa bayi lelaki itu sebenarnya tidak mati, dia sangka setelah dicekik dengan kuat sekali tentu bayi itu akan mati, sayang tidak dimakan ikan, kalau tidak. siapapun takkan mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.
Meski hantaman Yu Wi tadi tidak mengenainya, tapi telah melukai hati Pek-yan, sakitnya tidak kalah daripuda terkena pukulan itu. Dengan pukulan itu ia tahu hubungan kedua orang sukar lagi rujuk kembali. Ia pikir, "Dia sudah kadung benci padaku dan ingin membunuhku kalau bisa, apa yang dapat kuharapkan lagi kelak?"
Sebaliknya setelah hantamannya tidak kena, habis memaki Yu Wi terus melangkah pergi.
Memadangi bayangan punggung pemuda itu, hati Pek-yan semakin dingin, katanya, "Baiklah, jika sudah sedemikian bencimu kepadaku, biarlah kita putus hubungan- Tapi anak harus kuminta kembali."
Segera ia mengajar dan menghadang didepan Yu wi, ucapnya, "Kembalikan anak itu padaku"
"Tidak- tidak mungkin kuberikan padamu," jawab Yu wi dengan suara keras.
"Jangan kuatir, sampai aku mati pun takkan kubunuh anak ini," kata Pek-yan-
"Hah. Setan yang mau percaya padamu," seru Yu Wi sambil menyeringai. "Jika kau minta dia, ambil dulu nyawaku."
"Aku tidak menghendaki nyawamu, juga tidak menghendaki lagi bayanganmu," seru Pek-yan-
"Maksudmu, mengembalikan kebebasanku selanjutnya?" tanya Yu Wi.
"Ya, segala syarat perjanjian kita batal seluruhnya," jawab Pek-yan- "Malah hendak kuberitahukan sekalian tentang cara menawarkan racun yo-pia yang kau makan itu, asalkan kau makan daun hijau dalam kantung wangi itu, segera racun dalam tubuhmu akan musnah dengan tuntas."
"Haha, mendadak hatimu berubah bajik, apakah tujuanmu hanya ingin minta kembali anak perempuanmu?" tanya Yu Wi dengan tertawa.
"Betul, mohon kembalikan anakku. dia adalah darah-dagingku. satu detik saja tidak boleh berpisah denganku," jawab Pek-yan tandas.
Tambah keras tertawa Yu Wi. katanya sambil menggeleng, "Jika sedemikian kau sayang kepada anak perempuanmu, mengapa kau tega mencekik mati anak lelaki itu."
"Bukankah kau tahu empat kalimat ajaran perguruan Bu-eng-bun kami, masa kau tanya lagi?" ujar Pek-yan.
"Hah, Bu-eng-bun, Bu-kun-cu ..." seru Yu Wi terkesiap.
"Memang begitulah," kata Pek-yan dengan menyesal, "turun temurun diantara kami diajarkan satu kalimat, yakni, hanya melahirkan anak perempuan dan tidak melahirkan anak lelaki. Apabila secara beruntung melahirkan anak lelaki, anak itu tidak boleh dibiarkan hidup didunia. Kalau melahirkan anak perempuan anak itulah putri Bu-eng-bun, sedikit pun tidak boleh diganggu, kelak kalau besar akan menyambung keturunan Bu-eng-bun."
Kaget dan bingung Yu wi, serunya, "Apa . . . alasannya" Masa . . . masa ada peraturun begitu". . . ."
"Menurut cerita, cikal- bakal Bu-eng-bun dahulu juga mengalami nasib yang tidak baik, suaminya tidak setia padanya. Putranya juga tidak berbakti, suami berfoya-foya dan main perempuan diluar. akhirnya menyukai seorang perempuan nakal. Perempuan itu tamak kepada harta bendanya dan menghasut supaya isterinya dibunuh, maklum, pada waktu kawin, isterinya membawa sejumlah harta benda dari orang tua sendiri. Demi dapat dapat hidup bersama perempuan bejat itu. suami kejam itu lantas berkomplot dengan putra kandung sendiri dan membunuh isterinya."
"Sungguh dunia terbalik, masakah ada suami dan anak durhaka semacam itu?" teriak Yu Wi dengan gusar.
Pek-yan lantas menyambung ceritanya, "Habis meracun mati isterinya. mereka lantas membuang mayatnya kepegunungan sunyi, maksudnya agar mayatnya dimakan binatang buas dan hilangkan bukti. Tak tersangka Thian Maha Kasih, dia tidak mati, bahkan menemukan keajaiban yang sukar dicari.
Setelah muncul kembali didunia ramai, ia membunuh suami dan putranya itu, lalu mendirikan Bu- eng- bun, khusus bekerja bagi orang yang berani memberi upah besar padanya. Maka lambat-laun beliau mulai kaya, di rumahnya banyak sekali memelihara lelaki tampan, tapi tiada satupun dianggap suami melainkan diperlakukan seakan-akan budaknya, Kalau lahir anak lelaki lantas dicekik mati, bila anak perempuan dijadikan ahli- waris penerus Bu- eng- bun- Dia melahirkan tujuh anak perempuan- diajarkannya kebiasaan dan ilmu silatnya kepada mereka, bahkan dari semua kebiasaannya itu dijadikan peraturan leluhur yang sangat keras, barang siapa berani mendurhakainya. para kakak dan adik yang lain akan menggerubutnya ber-sama2. Karena sejak kecil ketujuh anak perempuannya itu sudah mendapat gemblengan sang ibu, setelah dewasa tidak ada seorang pun yang berkhianat.-Maka Bu-eng- bun lantas turun menurun hingga delapan angkatan, sampai turunan
kedelapan ini ada sebagian saudaranya tidak dapat melahirkan, maka tersisa empat saluran saja yang mewarisi Bu- eng- bun. "
"Jadi maksudmu hendak menggunakan anak perempuan kita untuk menyambung salah satu saluran keturunan Bu-eng- bun?" tanya Yu Wi.
"Aku yang melahirkan dia. pula engkau adalah bayangan yang kubeli, sesuai perjanjian semula tidak berhak memiara dia, lekas kau kembali kepadaku" seru Pek-yan.
Yu Wi lantas menggeleng, katanya, "Tidak dapat kubiarkan anak perempuan kita menyambung keturunan Bu-eng-bun. "
Segera Pek-yan berkata pula, "Biasanya bayangan yang telah dibeli Bu- eng- bun takkan diberi kebebasan lagi sampai dia mati, sekarang kau langgar peraturan itu dan kukembalikan kebebasanmu, masakah engkau tidak terima kebaikanku dan hendak merampas anak perempuanku" "
Yu Wi pikir berada dilembah buntu begini, apa artinya bicara tentang kebebasan segala. Iapun kuatir bilamana kelak anak perempuannya menjadi ahli- waris Bu-eng-bun dan akan melakukan sesuatu kebusukan-Jika lembah buntu ini akan menjadi dunianya, maka segala apa pun tidak perlu dipikirkan lagi, untuk apa saling berebut anak.
Karena pikiran itu, ia lantas menyodorkan anak perempuannya sambil berpesan, "Kuharap benar-benar jangan kau bikin celaka dia"
"Kau sendiri lihat betapa ibuku terhadap diriku, tentu kau tahu cara bagaimana akan kuperlakukan anak ini kelak." ujar Pek-yan.
"ibumu" Yang mana ibumu" " tanya Yu Wi heran-
"Yaitu si nikoh tua Soh-sim yang pernah kau lihat," tutur Pek-yan-
"Hah, jadi . . .jadi dia ibumu, bukankah engkau ma . . . majikannya?" seru Yu Wi terkejut.
Pek-yan menggeleng, "Resminya ibuku menyebut diriku sebagai majikannya, sebab aku telah diangkat menjadi salah satu saluran ahli waris Bu-eng-bun, ibuku telah pensiun dan menjadi nikoh, dia bertindak selaku budak dan diam-diam membantuku untuk bekerja di dunia Kangouw."
"Dan mengapa ibumu menjadi nikoh?" tanya Yu Wi dengan sangat heran- "Sebab apa pula beliau rela melayani anak perempuannya sendiri?"
"Inipun peraturan leluhur Bu-eng-bun." tutur Pek-yan "Maksudnya, pelaku yang sudah berusia lanjut, segala kenikmatan toh sudah dirasakannya, kan pantas kalau cukur rambut menjadi nikoh untuk menebus dosanya pada masa lampau. Anak perempuannya sudah besar, menjadi giliran anak muda untuk menikmati kehidupannya, padahal kalau anak perempuannya hidup senang
Pendekar Cacad 18 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Bukit Pemakan Manusia 18
^