Pencarian

Pukulan Naga Sakti 23

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 23


segera melintas dalam benaknya, dia menghela napas di hati dan
mengambil keputusan untuk pasrah dengan nasib.
Dengan cepat Hian im li Cun Bwee sampai di hadapan tubuhnya,
ujung jarinya yang runcing sudah berada diatas jalan darah Jit kan
hiat pada dadanya, bila jalan darah tersebut sampai tertotok, niscaya
dia akan mati. Sesungguhnya Giok koay popo masih mempunyai
kemampuan untuk berkelit, tapi sekarang dia tak mungkin bisa
menghindarkan diri lagi.
Tatkala serangan maut sudah berada di depan mata, diam diam
ia berpekik di hati :
"Habis sudah riwayatku!"
Sambil memejamkan matanya rapat rapat dia bersiap sedia
menerima kematian. Serangan yang dilakukan oleh Hian im li Cun
Bwee ini dilakukan dengan gerakan yang tidak cepat, karena
1313 tujuannya yang terutama adalah untuk menyaksikan dari Giok koay
popo dalam menghadapi ancaman bahaya maut.
Setelah Giok koay popo memejamkan matanya siap menerima
kematian, tentu saja Hian im li tak dapat sungguh sungguh menotok
jalan darahnya, dengan cepat hawa murninya dibuyarkan, dia hanya
bermaksud menowel ujung kulitnya saja tanpa menimbulkan luka
pada sang korban. Giok koay popo hanya merasakan tubuhnya agak
kaku, namun sama sekali tidak merasakan gejala lain.
Selesai menutul badan Giok koay popo, Hian im li Cun Bwee
melayang kembali ke posisinya semula, lalu katanya sambil tertawa :
"Nah jimoay, kau masih curiga?"
Dengan kening berkerut Hian im li Ciu lan menyahut :
"Sewaktu toaci turun tangan tadi, Cang ciong sin kiam Sangkoan
tayhiap mengkomat kamitkan bibirnya, entah dia sedang memberi
peringatan entah mengapa?"
Bergetar keras seluruh tubuh badan Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya dengan
perasaan terkejut.
"Budak ini sungguh lihay, ternyata dia teliti dan sukar ditipu,
tampak lohu harus mengorbankan diri ..."
Berpikir demikian, diapun berseru :
"Omong kosong, untuk menguatirkan keselamatan Li tayhiap saja
tak mampu ..."
"Bila ada yang mencurigakan maka kecurigaan tersebut tak boleh
dibiarkan begitu saja," tukas Hian im li Cun Bwee sambil tertawa,
"aku harus melakukan penyelidikan sejelas jelasnya ..."
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong segera berteriak keras :
"Tenaga dalam lohu sudah dikuasai, aku tak punya kemampuan
untuk melawan, yaa, terserah apa pun yang ingin kau katakan..."
Hian im li Cun Bwee tertawa.
1314 "Tee kun pernah mewariskan semacam ilmu jari kepadaku,
barang siapa tertotok maka kesadaran otaknya akan punah dan dia
akan mandah diperintah. Tapi sayangnya kepandaian ini mempunyai
kekurangan, yakni bila orang yang hendak ditotok jalan darahnya itu
menghimpun dulu tenaga dalamnya untuk melindungi jalan darah
Sam im ciau, hap kok can Tiong kek, totokan itu akan mengalami
kegagalan total."
Sudah jelas perkataan tersebut dimaksudkan oleh Hian im li Cun
Bwee untuk memberitahukan kepada Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong, asal dia melindungi sam im ciau, Hap kok dan Tiong kek tiga
buah jalan darah penting, maka dirinya akan bebas dari pengaruh
totokan tersebut.
Perlu diketahui, bagi umat persilatan yang berpandangan luas,
soal mati atau hidup dapat ditentukan dengan cepat, tapi kalau dia
diharuskan mati tidak hiduppun tidak, hal itu jelas tak akan bisa
ditahan oleh siapapun. Adapun maksud tujuan Hian im li Cun Bwee
sekarang adalah hendak mempergunakan gertakan tersebut untuk
mencoba reaksi dari Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong.
Waktu itu Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong sudah ketakutan
setengah mati, wajahnya pucat pias dan keringat dingin mengucur
keluar tiada hentinya. Para jago lainnya pun sama sama
menunjukkan sikap marah, apalagi menyaksikan kekejaman dan
kebuasan hati dari Hian im li tersebut, mereka bertekad apabila ada
kesempatan maka kedua orang perempuan tersebut akan dibunuh
lebih dulu. Thi Eng khi sendiripun merasa gusar sekali, dengan ilmu
menyampaikan suara serunya kepada Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong : "Hian im li berhati kejam dan buas, Sangkoan tayhiap tak usah
melakukan pengorbanan yang tak berarti, yang terpenting sekarang
adalah melindungi keselamatan sendiri."
Dengan sepasang mata berkaca kaca Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong memandang sekejap kearah Thi Eng khi dengan
1315 perasaan berterima kasih, tapi sambil menggertak gigi dia menyahut
dengan ilmu menyampaikan suara :
"Masalah ini menyangkut kejadian yang amat besar, terpaksa
lohu akan pasrah kepada nasib!"
Sementara itu jari tangan Hian im li Cun Bwee sudah menotok
beberapa buah jalan darah penting di tubuh Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong. Dengan cepat paras muka Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong berubah menjadi bimbang dan kosong, agaknya
kesadaran orang ini berhasil dikendalikan oleh Hian im li Cun Bwee.
Mencorong sinar kemerah merahan dari balik mata Thi Eng khi, dia
berhasil melihat jelas gerakan tangan dari Cun Bwee.
Sebagai orang yang mahir ilmu pertabiban, ditambah pula pernah
memperoleh seluruh ilmu silat dan kepandaian sakti dari Cu sim ci cu
Thio Biau liong, boleh dibilang ilmu yang dipergunakan Hian im li
Cun Bwee itu sama sekali tak berhasil menakuti hatinya. Dia tertawa
hambar, kemudian dengan ilmu menyampaikan suara, ujarnya
kepada para jago :
"Harap saudara sekalian suka bersabar dan menahan diri,
kepentingan yang lebih besar harus diutamakan, untuk itu Thi Eng
khi mengucapkan banyak terima kasih kepada kalian semua. Soal
ditotoknya jalan darah Sangkoan tayhiap, hal mana tak akan
menyusahkan diriku, jadi saudara sekalian tak usah kuatir."
Setelah mendengar perkataan itu, kemarahan para jago baru
mulai mereda. Dengan kening berkerut, Hiam im li Cun Bwee segera
berseru kembali :
"Sangkoan loji, bunuhlah Thi Eng khi sekarang juga!"
Sekali lagi para jago merasakan hatinya bergetar keras, rasa
gelisah dan cemas menyelimuti wajah setiap orang. Sementara itu,
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong sudah menerima perintah dan
bergerak menghampiri Thi Eng khi. Thi Eng khi sama sekali tidak
mengerahkan tenaga dalamnya, malah sambil tertawa ujarnya
lantang : "Walaupun tenaga dalamku sudah punah, aku bukan manusia
yang gampang digertak orang, tenaga dalam yang dimiliki Sangkoan
1316 tayhiap pun sudah kalian kendalikan, kau anggap dia mampu untuk
membunuh diriku?"
Hian im li Cun Bwee tertawa.
"Kau memang pintar sekali, padahal aku hanya bermaksud
menakut nakuti semua orang saja."
Kemudian sambil berpaling, serunya lagi kepada Cang ciong sin
kiam Sangkoan Yong :
"Sangkoan loji, kau tak perlu turun tangan lagi terhadap Thi Eng
khi!" Ternyata Cang cong sin kiam Sangkoan Yong menuruti
perkataannya dan segera mundur kembali ke tempat semula.
Sekarang para jago baru dapat menghembuskan napas panjang,
namun rasa bencinya terhadap Hian im li Cun Bwee pun semakin
merasuk ke tulang sumsum.
Dengan wajah serius Hian im li Cun Bwee berkata kepada para
jago : "Bagaimana" Kalian bersedia memberi muka dengan menerima
hadiah dari Tee kun?"
Para jago saling berpandangan sekejap, ternyata tak seorang pun
yang mengemukakan pendapatnya. Sambil menuding ke arah ketua
Bu tong pay Keng hian totiang, Hian im li Cun Bwee segera menegur
: "Ayo cepat jawab, kau menerima hadiah dari Tee kun atau
tidak...?"
Ketika dilihatnya semua orang tidak menjawab, lagipula diapun
kurang leluasa untuk turun tangan dengan kekerasan, maka
pertanyaan pun diajukan satu persatu kepada mereka yang
bersangkutan. "Bu liang siau hud!" bisik ketua Bu tong pay Keng hian totiang
pelan, "maksud hati nona sudah terutarakan, tapi sayang pinto
bukan manusia yang takut menghadapi kematian, kecuali Thi
1317 ciangbunjin setuju untuk menerima hadiah ini, kalau tidak, sulitlah
untuk memaksa pinto menerima hadiah tersebut."
Sementara Hian im li Cun Bwee tertegun dan ragu, ketua Siau lim
pay Ci long siansu sudah berseru pula :
"Omitohud! Lolap pun akan mengikuti keputusan yang diambil
oleh Thi ciangbunjin!"
Hian im li Cun Bwee mengalihkan sorot matanya ke wajah Thi
Eng khi, namun ucapannya tetap ditujukan kepada ketua Siau lim
pay sekalian : "Mengapa sih kalian begitu takluk dan percaya kepada dirinya
...?" "Diantara sekian jago persilatan yang berada di dunia ini, hanya
Thi ciangbunjin seorang yang memiliki kemampuan untuk melawan
kelaliman Hian im Tee kun, pinceng sekalian tidak percaya kepada
Thi ciangbunjin lantas mesti percaya dan takluk kepada siapa?"
Serentak para jago lainnya berseru bersama :
"Kami semua akan mendukung setiap keputusan yang diambil
oleh Thi ciangbunjin."
Sambil tersenyum Hian im li Cun Bwee segera berpaling ke arah
Thi Eng khi sembari berkata :
"Thi ciangbunjin, mati hidup semua orang sudah berada
ditanganmu sekarang, semuanya tergantung pada keputusan yang
bakal kau ambil."
Thi Eng khi tersenyum.
"Inilah kegagahan serta kebanggaan semua orang dalam
persatuan dan persekutuan dalam menghadapi Tee kun sekalian."
"Tak usah banyak berbicara lagi," tukas Hian im li Cun Bwee
dengan kening berkerut, "jawab saja sekarang, hadiah dari Tee kun
ini kau terima atau tidak?"
Dengan wajah serius Thi Eng khi berkata :
1318 "Aku harus mengetahui lebih dahulu mengapa Tee kun kalian
memberi hadiah kepada kami?"
"Karena beliau hendak mengundang kalian makan siang
bersama..."
"Untuk itu aku akan mengajukan satu syarat, kalau tidak, lebih
baik mati saja daripada menerimanya."
Menyaksikan kegagahan Thi Eng khi yang tak sudi tanduk pada
keadaan, tanpa terasa Hian im li Cun Bwee manggut manggut,
katanya kemudian :
"Apa syaratmy itu" Coba katakan dahulu!"
"Syaratku sangat sederhana, cukup asal Tee kun kalian bersedia
turun gunung dan menyambut sendiri kedatangan kami semua ..."
Tanpa berpikir panjang, Hian im li Cun Bwee segera menyahut :
"Kami adalah orang kepercayaan dari Tee kun, baik, syarat ini
akan kuterima."
"Kau dapat mengambilkan keputusan?" terlintas kecurigaan
dalam hati kecil Thi Eng khi.
Hian im li Ciu Lan segera tertawa.
"Toaci kami mempunyai kedudukan yang istimewa sekali dalam
istana Ban seng kiong, dia dapat mengambilkan setiap keputusan
yang penting, jadi kau tak usah kuatir."
Thi Eng khi tidak berbicara lagi, dia membungkukkan badannya
membuka buntalan tersebut dan mengenakan jubah baru yang
berada dalam buntalan tadi.
Jilid 42 1319 Setelah Thi Eng khi bertindak, maka semua orangpun
mengikuti jejaknya dengan mengenakan pakaian baru
pemberian dari Hian im Tee kun. Ketika Hian im ji li melihat
begitu tunduknya semua jago kepada Thi Eng khi maka sikap
mereka terhadap Thi Eng khi pun semakin menghormat lagi.
Thi Eng khi memandang sekejap ke arah Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong yang masih dikuasai kesadarannya, kemudian
berkata ketus :
"Sekarang tentunya nona sudah bisa membebaskan pengaruh
totokan pada diri Sangkoan tayhiap bukan?"
"Apakah ini pun terhitung syarat yang kauajukan?" tanya Hian
im li Cun Bwee.
"Ini termasuk tata kesopanan yang perlu diperhatikan pihak
Ban seng kiong ka?lian terhadap kami sebagai tamu, jadi
bukan merupakan permintaan atau syaratku."
Hian im li Cun Bwee termenung dan berpikir sejenak,
kemudian dia baru mengangguk : "Baiklah! Aku akan memberi
muka lagi untukmu, cuma akupun berharap agar kau tahu diri."
Thi Eng khi tertawa, dengan perhatian khusus dia
memperhatikan bagaimana cara Hian im li Cun Bwee
membebaskan pengaruh totokan dari tubuh Cang ciong sin
kiam Sangkoan Yong. Begitu Hian im li Cun Bwee selesai
membebaskan pengaruh totokan dari tubuh Cang ciong sin
kiam Sangkoan Yong, kepada Hian im li Ciu Lan ujarnya
sambil tertawa :
"Jimoay, lebih baik kita bersikap lebih terbuka lagi dengan
mengembalikan senjata mereka, dengan begini kehadiran
mereka dalam upacara pun akan kelihatan lebih angker dan
mentereng"."
1320 Hian im li Ciu Lan segera mengiakan dan melaksanakan
perintah tersebut.
Tiba tiba Thi Eng khi berseru sam?bil tertawa dingin :
"Kalian toh mengetahui bahwa tenaga dalam kami telah punah,
sekalipun ada senjata juga tak mampu banyak berkutik, huuh
terhitung perbuatan macam apakah itu" Jikalau kalian benar
benar ingin berjiwa besar bebaskan pula totokan pada tubuh
kami semua."
Hian im li Cun Bwee segera tertawa :
"Sekarang kau tak usah memanasi hatiku dulu, asal kalian
berkemauan baik dan bersedia untuk bekerja sama, bukan
cuma jalan darah kalian saja yang akan dibebaskan, bahkan
tenaga dalam Thi ciangbunjin yang berhasil dibuyarkan oleh
getaran Tee kun kami pun akan dipulihkan kembali."
"Waah, kalau sampai demikian adanya aku pasti akan
berterima kasih sekali kepadamu!"


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau benar benar akan berterima kasih kepadaku?" Hian im li
Cun Bwee memutar sepasang biji matanya.
"Aku yakin apa yang kuucapkan pasti akan kuwujudkan!"
Hian im li Cun Bwee segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah Thi Eng khi dan memandangnya lekat lekat, setelah itu
serunya : "Baik! Kita tetapkan dengan sepatah kata ini, soal
mendapatkan kembali tenaga dalammu serahkan saja
tanggungjawabnya keatas pundakku!"
Sementara itu senjata tajam milik para jago telah dibawa
kemari oleh kawanan iblis dari Ban seng kiong dan dibagikan
1321 kepada pemiliknya. Menerima kembali senjata tajam andalan
masing masing, para jago merasakan jantungnya berdebar
keras sekali sehingga hampir saja mau melompat keluar lewat
mulut. Tiba tiba Hui cun siucay Seng Tiok sian tampil ke depan
sambil berseru :
"Mana kuda hitamku?"
"Waaah, kau sungguh pelit sekali," seru Hian im li Cun Bwee
sambil tertawa, "masa kedua ekor kuda itu untuk kami dua
bersaudara pun keberatan!"
Dengan wajah gelisah bercampur murung, Bu im sin hong
Kian Kim siang serta Sam ku sinni menunggu selama sehari
semalam, menjelang fajar menyingsing mereka baru
menyaksikan si pencuri sakti Go Jit pulang dengan tangan
hampa. Sambil melepaskan topeng kulit manusia wajahnya, si
pencuri sakti Go Jit menghela napas dan menggelengkan
kepalanya berulang kali.
"Sudah puluhan tahun boanpwe berkelana dalam dunia
persilatan tapi belum pernah kualami kegagalan total seperti
hari ini," keluhnya sedih, "jangan lagi mencuri kitab Hian im
kui goan keng milik Hian im Tee kun, untuk menemukan
tempat rahasia untuk menyimpan kitab tersebut pun tak
berhasil, aaaai.... mulai hari ini malu aku memakai sebutan si
pencuri sakti lagi."
Dalam keadaan yang sama sama kecewanya, dengan
kedudukan Bu im sin hong Kian Kim siang dalam dunia
persilatan mau tak mau dia mesti tersenyum guna menghibur
hati si pencuri sakti Go Jit :
"Hian im Tee kun adalah manusia yang paling tangguh dalam
1322 dunia persilatan dewasa ini, gagal ditangannya bukan
merupakan sesuatu kejadian aneh, jadi tidak termasuk suatu
peristiwa yang memalukan. Kau sudah sehari semalam tanpa
istirahat, sekarang beristirahatlah dahulu, dengan begitu kita
dapat selekasnya sampai di istana Ban seng kiong."
"Boanpwe sedang kalut percuma bersemedi, toh aku tak bisa
menenangkan pikiranku dengan sempurna, lebih baik sekarang
juga kita berangkat ke istana Ban seng kiong..."
"Langkah selanjutnya adalah langkah yang penting sekali
artinya," sela Sam ku sinni cepat, "lebih baik Go tayhiap
memulihkan dulu kondisi badanmu yang penat, agar dengan
begitu kita tak usah mengalami kegagalan lagi."
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa si Pencuri sakti Go
Jit harus menguasai gejolak perasaannya dan mulai bersemedi
mengatur pernapasan. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian,
si pencuri sakti Go Jit telah selesai bersemedi dan melompat
bangun dari atas tanah.
Tatkala Bu im sin hong Kian Kim siang melihat rekannya baru
dapat memulihkan tujuh delapan bagian kesegaran badannya,
dia sebenarnya berniat untuk menyuruhnya bersemedi kembali,
tapi oleh karena wajah si pencuri sakti diliputi perasaan gelisah
dan tak sabar, akhirnya niat tersebut diurungkan.
Mereka bertiga segera mengenakan kembali topeng kulit
manusia masing masing kemudian dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuh, berangkatlah menelusuri jalan raya
menuju ke istana Ban seng kiong. Untung saja pada saat itu
muncul banyak sekali jago persilatan yang berbondong
bondong berangkat ke istana Ban seng kiong, dengan
1323 mencampurkan diri di antara mereka, dengan cepat ketiga
orang itu berhasil masuk ke dalam istana dengan selamat.
Semenjak pihak Ban seng kiong berhasil menjaring semua inti
kekuatan dari dunia persilatan, mereka sudah tidak memandang
sebelah mata lagi terhadap kawanan jago lainnya. Mereka
menganggap di kolong langit dewasa ini sudah tiada manusia
lagi yang dapat melawan kekuasaan mereka, itulah sebabnya
mereka tidak memandang sebelah matapun terhadap para jago
persilatan yang hadir di sana.
Bukan hanya tidak dibatasi jumlahnya, bahkan merekapun
diperbolehkan masuk keluar dengan semaunya sendiri,
agaknya hal ini sengaja dilakukan untuk mencerminkan
kebesaran jiwa orang orang Ban seng kiong. Justru karena
itulah, Bu im sin hong Kian Kim siang sekalian dapat bergerak
ke sana kemari dengan lebih leluasa la?gi tanpa kuatir gerak
geriknya itu akan mengundang kecurigaan orang lain terhadap
mereka. Pukul delapan sudah menjelang tiba, lapangan luas di depan
pintu gerbang Ban seng kiong sudah penuh dengan manusia
yang berkumpul dari seantero penjuru dunia, mereka sedang
menunggu saat munculnya tokoh persilatan yang amat lihay
itu. Sementara semua orang sedang menanti dengan perasaan
gelisah, dari atas ruangan istana tiba tiba berkumandang suara
tambur dan genta yang dibunyikan bertalu talu.
Menyusul suara genta tersebut, dari balik pintu berjalan keluar
seorang kakek berwajah kemala yang memakai jubah
kebesaran, gayanya dibuat buat dan gerak geriknya sangat
menjemukan. Sementara semua orang masih mengawasi orang
tadi, entah darimana munculnya suara tertawa kegelian,
menyusul kemudian terdengar seseorang berseru :
1324 "Huuuuh, monyet kesiangan juga diberi pakaian kebesaran,
sungguh menggelikan hati!"
"Siapa sih orang itu?" segera ada yang bertanya.
Setelah tertawa sinis orang itu menyahut lagi :
"Siapa lagi" Dia tak lain adalah Sau tee bun su (sastrawan
penyapu lantai) Lu toaya, masa kalian tidak kenal?"
Tampaknya si sastrawan penyapu lantai Lu Put ji ini
mempunyai nama besar yang cukup termashur, buktinya
walaupun tidak banyak yang pernah menjumpainya, namun
sedikit sekali yang tidak mengetahui tentang dia. Tatkala para
jago mendengar kalau orang yang menampilkan diri adalah
sastrawan penyapu lantai Lu Put ji, kontan saja semua orang
menjengek sinis.
"Huuuhhh, dasar setan hidup."
Dengan gaya yang dibuat buat, Sastrawan penyapu lantai Lu
Put ji berdiri di depan pintu gerbang, kemudian setelah
mendeham beberapa kali, dengan suara lantang dia berseru:
"Siaute hendak menyampaikan sebuah kabar gembira untuk
saudara sekalian, untuk menunjukkan rasa hormat Tee kun,
beliau telah berangkat ke tengah bukit Wang swan tay untuk
menyambut sendiri kehadiran para jago dari perguruan
perguruan kenamaan yang kali ini sengaja hendak menyatakan
takluk mereka kepada istana kami!"
"Grrrr....!"
Suasana menjadi gempar dan semua orang bersama sama
berdesakan menuju ke Wang swan tay untuk menyaksikan
peristiwa itu. 1325 Pencuri sakti Go Jit turut berebut mencari tempat yang
strategis. Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan
kejadian tersebut segera berkata :
"Go lote, jangan terburu napsu, Hian im Tee kun adalah
manusia licik yang banyak tipu muslihatnya, kita jangan
gampang tertipu oleh akal bulusnya, sekalipun hendak kesana,
kita harus menunggu sampai gembong iblis tua itu
menampakkan diri..."
Dalam pada itu, Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji telah
berteriak kembali dengan suara lantang :
"Tee kun tiba, harap saudara sekalian bertepuk tangan sebagai
pernyataan hormat!"
Dengan cepat dia menyingkir ke samping lalu menunjukkan
sikap yang hormat kearah balik ruangan bahkan kemudian
sambil mengerahkan tenaga dalamnya dia bertepuk tangan
keras keras....
Para penonton keramaian yang berkumpul di sekitar lapangan
segera turut ketularan dengan bertepuk tangan pula keras keras,
ditambah pula para gembong iblis Ban seng kiong yang sudah
menyusup ke balik kerumunan orang banyak membuat suara
tepuk tangan yang bergema makin bertambah nyaring.
Bu im sin hong Kian Kim siang, Sam ku sinni dan pencuri
sakti Go Jit sama sama memperlihatkan juga sikap yang jahat.
Di tengah suara tepuk tangan yang gegap gempita, sambil
tertawa dan manggut manggut kepalanya, Hian im Tee kun
tampil di depan pintu gerbang. Dibelakang gembong iblis
tersebut mengikuti Keng thian giok cu Thi Keng, Tiang pek
lojin So Seng pak dan Sim ji sinni. Di paling belakang adalah
kawanan manusia yang merupakan kerabat kerabat Hian im
Tee kun. 1326 Sikap maupun gerak gerik Keng thian giok cu Thi Keng
sekalian yang berpandangan kosong macam orang yang tak
sadar, membuat Bu im sin hong Kian Kim siang semua merasa
amat sedih. Bahkan si pencuri sakti Go Jit merasa kuatir sekali
bila tiada kesempatan untuk turun tangan, ia merasa sangat
tegang dan hatinya berdebar keras.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyadari keadaan
rekannya itu segera memperingatkan berulang kali :
"Go lote, kau harus menenangkan hatimu, tolong sampaikan
pula kepada Cu Ngo sekalian agar jangan turun tangan secara
sembarangan sebelum ada tanda rahasia dariku!"
Pencuri Sakti Go Jit termasuk jago kawakan yang sudah
berpengalaman sangat luas, dalam situasi semacam ini
seharusnya ia dapat mengendalikan diri, tapi kenyataannya dia
seolah olah telah kehilangan ketenangan hatinya. Hal ini
menandakan kalau pengaruh dari Hian im Tee kun cukup
membuat para jago merasa keder hatinya.
Pencuri sakti Go Jit segera menerima perintah dan berlalu dari
situ untuk menyampaikan kepada Ban li tui hong Cu Ngo serta
Siu Cu. Sedangkan Bu im sin hong Kian Kim siang segera
menarik tangan Sam ku sinni dan bersama sama mendesak ke
barisan paling depan....
Setelah menyaksikan Hian im Tee kun membawa anak
buahnya berjalan lewat dari hadapannya, Bu im sin hong
segera mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya memberi
bisikan kepada Keng thian giok cu Thi Keng sekalian bertiga.
Siapa tahu bisikan tersebut sama sekali tidak memperoleh
tanggapan dari Keng thian giok cu Thi Keng sekalian, yang
membuatnya lebih putus asa adalah tindakan selanjutnya dari
Keng thian giok cu Thi Keng yang melaporkan isi bisikan tadi
1327 kepada Hian im Tee kun. Tapi Hian im Tee kun cuma tertawa
hambar belaka sama sekali tidak menanggapi dengan serius.
Sikap hambar dan mcmandang rendah dari Hian im Tee kun itu
segera ditanggapi Bu im sin hong Kian Kim siang sekalian
sebagai suatu penghinaan yang luar biasa. Untung sekali Bu im
sin hong Kian Kim siang bukan seorang manusia berangasan
bukan menjadi marah sebaliknya dia malahan meningkatkan
kewaspadaan sendiri.
Menyusul di belakang kawanan iblis dari Ban seng kiong
mengikuti serombongan besar para penonton keramaian yang
bersama sama berangkat manuju ke Wang swan tay. Yang
dinamakan Wang swan tay adalah sebuah tanah perbukitan
kecil yang terletak diujung tikungan sebuah bukit dipunggung
gunung, jaraknya dari istana Ban seng kiong cuma sepuluh li.
Walaupun sangat dekat, namun oleh karena permukaan tanah
yang tinggi rendah tak menentu, maka walaupun orang berdiri
di atas Wang swan tay, istana Ban seng kiong tidak nampak
dalam pandangan mata.
Di dekat bukit itu terbentang sebuah sungai dengan arus yang
amat deras, air mengalir turun ke bawah tebing dengan arus
yang amat derasnya, benar benar suatu pemandangan yang
sangat indah. Di sekeliling tanah perbukitan itu sudah penuh
berdiri kawanan jago yang menonton keramaian, karenanya
sisa tempat untuk tuan rumah menjadi sempit sekali.
Tak lama setelah Hian im Tee kun sekalian tiba di Wang swan
tay, dari kejauhan nampak serombongan manusia pelan pelan
bergerak naik ke atas bukit. Yang berjalan di paling depan
adalah Hian im ji li, Cun Bwee serta Ciu Lan. Menyusul
dibelakangnya adalah Thi Eng khi beserta sekalian jago
1328 kenamaan dari dunia persilatan. Pada barisan yang paling
belakang mengikuti kawanan iblis dari istana Ban seng kiong.
Tatkala para jago hampir tiba di Wang swan tay, Hian im ji li
segera melesat ke depan dan naik ke Wang swan tay lebih dulu,
kemudian tampak Cun Bwee membisikkan sesuatu di sisi
telinga Hian im Tee kun.
Selesai mendengar bisikan tersebut, Hian im Tee kun segera
tertawa terbahak bahak, serunya:
"Setelah terjadi pertarungan antara lohu melawan Thi
ciangbunjin da?ri Thian liong pay, dimana untuk membalas
budi kebaikan dari lohu yang telah mengampuni jiwanya, dia
telah membujuk para ciangbunjin dari berbagai perguruan
besar serta jago jago termashur dari kolong lanqit untuk
bersama sama menggabungkan dengan kami, untuk kesediaan
mereka ini harap kalian sudi bertepuk tangan sebagai tanda
hormat!" Suara tepuk tangan yang gegap gempita pun segera
berkumandang memecahkan keheningan. Di tengah tepuk
tangan yang gegap gempita pun, Thi Eng khi dan sekalian jago
bersama sama memasuki Wang swan tay.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang membaurkan diri diantara
kerumunan orang banyak dapat menyaksikan disebelah kanan
Thi Eng khi berdiri Ciu Tin tin, disebelah kirinya berdiri Pek
leng siancu So Bwe leng, sedangkan dibelakangnya adalah Bu
Nay nay. Dibelakang Bu Nay nay mengikuti pula seorang
sastrawan muda yang gagah, namun Bu im sin hong Kian Kim
siang tidak mengenal siapakah dia. Barulah dibelakang
sastrawan muda itu menyusul ketua Siau lim pay Ci long


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siansu serta ketua Bu tong pay Keng hian totiang "..
1329 Yang paling aneh adalah Ci kay dan Ci liong taysu dari Siau
lim pay, Keng ik dan Keng ning totiang dari Bu tong pay, Pit
tee jiu Wong Tin pak dan Ngo liu sianseng Lim Biau lim dari
Thian liong pay, bukannya mengikuti dibelakang ketua masing
masing mereka malah membaurkan diri diantara kawanan jago
lainnya. Beberapa kali Bu im sin hong hendak menyapa Thi Eng khi
dengan mempergunakan ilmu menyampaikan suara, bahkan
hendak memberitahukan kepada Thi Eng khi kalau kakeknya
Keng thian giok cu Thi Keng sekalian sudah dikuasai
kesadarannya oleh Hian im Tee kun.
Akan tetapi, ketika teringat olehnya akan nama baik Keng thian
giok cu sekalian serta teringat akan tindakan yang bakal
dilakukan olehnya, dia merasa lebih baik jangan berterus
terang dengan si anak muda. Padahal kecuali kata kata tersebut,
dia merasa tiada persoalan lain yang perlu dibicarakan lagi.
Maka Bu im sin hong Kian Kim siang segera membatalkan
niatnya untuk berbicara dengan Thi Eng khi.
Sementara itu, Thi Eng khi bersama Ciu Tin tin, Pek leng
siancu So Bwe leng, Bu Nay nay dan si sastrawan muda yang
mengikuti di belakang Bu Nay nay telah meninggalkan
rombongan mendekati Wang swan tay. Sekarang jarak Hian im
Tee kun dengan mereka tinggal beberapa kaki saja. Berdiri
tegak didepan musuhnya Thi Eng khi nampak gagah, perkasa
dan penuh berwibawa.
Dia menjura lebih dulu sebagai tata kesopanan, kemudian baru
menyapa : "Hian kun....!"
1330 Nada suaranya sama sekali tidak menunjukkan sikap
kehormatan.....
Sambil berkerut kening, Hian im ji li (dua gadis Hian im)
tertawa getir. Nyatanya Hian im Tee kun sama sekali tidak
menggubris akan sikap lawannya, malahan sambil tertawa
terbahak bahak dia berkata :
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhhh... jauh jauh Thi Sauhiap
berangkat kemari untuk membaktikan diri dengan istana kami,
tujuan dan maksudmu benar benar patut dikagumi untuk itu
lohu akan menghormati tiga cawan arak kepadamu sebagai
pertanda sambutan hangat dari istana kami."
Bersama dengan selesainya perkataan itu muncul seorang gadis
berbaju hijau yang membawa sebuah baki kemala putih, diatas
baki terletak tiga cawan arak, perempuan itu langsung berjalan
menuju ke hadapan Hian im Tee kun.
Dengan sikap yang bersungguh sungguh Hian im Tee kun
memenuhi sendiri ketiga cawan tersebut dengan arak,
kemudian kepada Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni
dan Tiang pek lojin So Seng pak sekalian yang berada di
belakangnya dia menitahkan :
"Harap tongcu bertiga sudi mewakili diriku untuk
menghormati secawan arak untuk Thi sauhiap!"
"Hamba terima perintah!" sahut Keng thian giok cu Thi Keng
sekalian dengan sikap yang hormat sekali.
Hian im Tee kun segera melirik sekejap kearah Thi Eng khi,
seolah olah dia hendak melihat bagaimanakah perubahan
mimik wajah si anak muda tersebut. Seandainya ketiga cawan
arak itu diberikan sendiri oleh Hian im Tee kun, maka sebagai
tamu Thi Eng khi pasti akan menerimanya tanpa ragu. Tapi
1331 dengan sikap Hian im Tee kun yang menyuruh anak buahnya
mewakili dia, hal ini sama artinya dengan menganggap Thi
Eng khi sebagai anak buahnya pula. Itu berarti penghormatan
arak ini bukan hormat seorang tuan rumah terhadap tamunya,
melainkan arak pujian seorang atasan terhadap bawahannya.
Ditambah lagi orang yang menghormati arak kepadanya adalah
Keng thian giok cu Thi Keng bertiga, menurut aturan Thi Eng
khi harus meneguknya juga. Tapi bila ketiga cawan arak itu
benar benar diteguk olehnya, bila Thi Eng khi hendak
menyangkal kalau dia adalah anak buah Hian im Tee kun
dikemudian hari, hal mana jelas tak akan mudah.
Menghadapi situasi yang serba rikuh ini, bukan Thi Eng khi
yang mesti mengatasinya, melainkan Keng thian giok cu
sekalian, karena saat ini sudah mencapai saat yang paling kritis
dimana pertarungan tak dapat dihindari lagi. Thi Eng khi
segera mengalihkan sorot matanya kearah Keng thian giok cu
Thi Keng sekalian bertiga, ketika dilihatnya ketiga orang itu
sama sekali tidak bermaksud turun tangan terhadap Hian im
Tee kun, diam diam dia menghela napas panjang, pikirnya :
"Sudah pasti ketiga orang tua itu telah mengira ilmu silatku
punah, demi keselamatan jiwaku mereka tak tega melakukan
tindakan yang memalukan ini.... aai mengapa aku tidak
mengatakan hal yang sebenarnya kepada mereka agar mereka
dapat turun tangan menghadapi Hian im Tee kun?"
Begitu ingatan tersebut melintas di dalam benaknya, dengan
ilmu menyampaikan suara dia lantas berseru :
"Yaya!"
Keng thian giok cu Thi Keng nampak tertegun, sorot matanya
segera dialihkan ke wajah Thi Eng khi. Sebelum pemuda itu
berkata lebih jauh, Hian im Tee kun telah berkata lagi:
"Tongcu bertiga, kalian harus menyampaikan salam hormat
tiga cawan arak ini kepada yang berkepentingan!"
1332 "Bila hamba tak mampu melaksanakan tugas ini, kami rela
menerima hukuman berat," sahut Keng Thian giok cu Thi
Keng dengan cepat. Kemudian dia maju mendekati Thi Eng khi
dengan langkah lebar...
Thi Eng khi yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi
sangat gelisah, saking cemasnya dia sampai lupa menggunakan
ilmu menyampaikan suara, teriaknya cepat :
"Yaya, sekarang adalah saat bagi kita untuk turun tangan....
"Turun tangan" Apa maksudmu?" Keng Thian giok cu Thi
Keng berseru kembali tanpa menghentikan langkahnya.
Dengan suara lantang Thi Eng khi berteriak :
"Kepandaian silat yang cucunda miliki belum hilang, harap
kalian bertiga bertindak sesuai dengan rencana semula."
Siapa tahu Keng thian giok cu Thi Keng menjadi gusar sekali
setelah mendengar perkataan itu, dengan suara keras dia
berteriak : "Kau jangan mengaco belo secara sembarangan, apakah kau
senang menyaksikan yayamu disebut orang yang tidak bersetia
kawan...."
Thi Eng khi semakin tertegun lagi, dia belum sempat
mengartikan ucapan dari Keng thian giok Thi Keng, ketika
secara tiba tiba gadis berbaju hijau yang membawa baki itu
sudah mengayunkan tangannya dan melemparkan baki tersebut
ke wajah Thi Eng khi. Menghadapi serangan yang mengancam
tiba itu, dengan cekatan Thi Eng khi berkelit ke samping. Tapi
sebelum si anak muda itu bertindak lebih jauh, gadis berbaju
hijau itu sudah menempelkan telapak tangannya diatas jalan
darah Pay sim hiat dipunggung Keng thian giok cu Thi Keng,
1333 kemudian kepada Thi Eng khi bentaknya keras keras :
"Thi Eng khi, kau berani turun tangan?"
Thi Eng khi merasakan hatinya bergetar keras, benar juga dia
tak berani menitahkan kepada Ciu Tin tin untuk turun tangan.
Dengan cepat gadis berbaju hijau itu membawa Keng thian
giok cu Thi Keng sekalian bertiga kembali ke hadapan Hian im
Tee kun. Kemudian baru menarik kembali telapak tangannya
yang menempel diatas jalan darah Pay sim hiat dipunggung
Keng thian giok cu Thi Keng dan menyingkir ke samping.
Keng thian giok cu sekalian bertiga segera memberi hormat
kepada Hian im Tee kun sembari berkata :
"Hamba sekalian tak mampu melaksanakan tugas secara baik,
harap Tee kun sudi melimpahkan hukuman kepada hamba
sekalian".."
Dengan cepat Hian im Tee kun mengulapkan tangannya.
"Kejadian ini berlangsung diluar dugaan dan sama sekali tak
ada sangkut pautnya dengan kalian, sekarang menyingkirlah
lebih dahulu sambil menantikan perintah selanjutnya!"
Keng thian giok cu Thi Keng, Sim Ji sinni dan Tiang pek lojin
So Seng pak segera mengundurkan diri ke samping dengan
sikap yang menghormat sekali. Kejadian tersebut membuat Thi
Eng khi semakin kebingungan dan tidak habis mengerti.
Hian im Tee kun segera tertawa seram :
"Heeeehhh.... heeeehhh...... heeeehhh.... Thi Eng khi, kau
jangan berbicara yang bukan bukan, lohu tidak percaya kalau
kau mampu melepaskan diri dari pengaruh ilmu Hek sin thian
kang ci "."
1334 Sambil mengerahkan tenaga dalamnya Thi Eng khi tertawa
terbahak bahak, kemudian serunya :
"Coba dengarkan baik baik, berapa bagian tenaga dalamku
yang telah pulih kembali!"
Mendengar gelak tertawa orang, dengan wajah tertegun Hian
im Tee kun segera berpaling ke arah kakek Oh Yun yang
berdiri dibelakangnya, kemudian menegur ketus :
"Oh Yun, bukankah kau melaporkan sudah menotok jalan
darah Ki tong hiatnya dengan ilmu jari Hek sin thian kang ci?"
Dengan gugup dan ketakutan setengah mati kakek she Oh itu
menyahut : "Betul, hamba sendiri yang turun tangan dan tidak bakal salah
lagi"."
"Mengapa dia dapat memperoleh kembali kepandaian
silatnya....?" tegur Hian im Tee kun dengan suara
menggeledek. "Soal ini..... soal ini..... hamba"."
Thi Eng khi segera tertawa tergelak, tukasnya :
"Aku mempunyai kemampuan untuk membebaskan sendiri
pengaruh totokan tersebut, sekalipun kau yang turun tangan
sendiripun tak nanti bisa menyusahkan aku."
Hian im Tee kun segera tertawa dingin :
"Lohu tidak percaya dibalik kesemuanya ini, sudah pasti
terdapat hal hal yang tidak beres!"
Sekali lagi Thi Eng khi tertawa bahak bahak.
1335 "Haaaahhh.... haaaahhh... haaahhh..... iblis tua, masih banyak
persoalan yang tidak dapat kau percayai!"
Sembari berkata dia lantas bertepuk tangan tiga kali dan
berpekik nyaring lebih dahulu. Menyusul kemudian pekikan
demi pekikan nyaring bergema keluar dari mulut para jago
yang dalam anggapan kaum iblis Ban seng kiong sudah
kehilangan ilmu silatnya itu. Di dalam waktu singkat suara
pekikan nyaring sudah menggema memenuhi angkasa dan
menggetarkan seluruh bukit Wu san tersebut....
Berubah hebat paras muka para iblis yang berkumpul di Wang
swan tay, mereka dibuat gelagapan setengah mati, jelas
perubahan yang sama sekali diluar dugaan ini telah
memberikan pukulan batin yang cukup berat bagi mereka
semua. Hian im Tee kun segera berpaling kearah Hian im li
Cun Bwee sambil memperdengarkan suara tertawa dingin yang
amat sinis, kemudian jengeknya :
"Kaulah yang harus memikul tanggung jawab ini!"
Dengan gemas Hian im li Cun Bwee melotot sekejap kearah
Hian im Tee kun, kemudian serunya pula :
"Hmmmmmm.... kau sendiripun tak akan terlepas dari
tanggung jawab ini!"
Dari pembicaraan tersebut dapat didengar kalau mereka sedang
saling melemparkan tanggung jawab sehingga bagi yang tidak
mengerti keadaan yang sebenarnya, hal ini tentu saja
kedengarannya agak mengherankan. Untung saja perkataan
tersebut tidak sampai kedengaran orang lain, karena pada saat
itu suara pekikan nyaring dari para jago telah menutupi seluruh
ruangan disekitar sana sehingga tentu saja tiada seorang
manusiapun yang memperhatikan kejadian kecil ini.
1336 Suara pekikan yang menggetarkan seluruh jagad ini
berlangsung kurang lebih setengah perminum teh lamanya
sebelum berhenti dan sirap kembali. Disaat berakhirnya suara
pekikan itu dan tatkala perhatian semua orang belum
terpusatkan menjadi satu, mendadak dari sisi Wang swan tay
melayang keluar tiga sosok bayangan manusia yang segera
menerkam ke arah Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni
dan Tiang pek lojin So Seng pak bertiga.
Berhubung ketiga orang itu muncul dari arah belakang dan
disaat para iblis dari istana Ban seng kiong terpecah
perhatiannya maka terjangan tersebut menimbulkan kepanikan
bagi semua iblis bahkan setelah ketiga sosok bayangan
manusia tersebut sudah hampir tiba disisi tubuh Keng thian
giok cu Thi Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek lojin So Seng
pak, mereka baru menyadari. Tapi pada saat itulah tiga sosok
bayangan manusia yang berhasil membekuk Keng thian giok
cu Thi Keng, Sim ji sinni, Tiang pek lojin So Seng pak telah
menerjang kehadapan Thi Eng khi dengan gerakan cepat.
Ciu Tin tin, Pek leng siancu So Bwe leng dan Bu Nay nay
melompat kemuka membiarkan ketiga orang itu lewat.
Kemudian mereka bertiga sama sama melancarkan serangan
yang maha dahsyat untuk membendung serbuan para iblis dari
belakang. Bersamaan waktunya dari arah samping muncul
kembali dua sosok bayangan manusia yang bersama sama tiga
orang yang berhasil menyambar tubuh Keng thian giok cu Thi
Keng sekalian tadi melayang turun dihadapan Thi Eng khi.
Thi Eng khi dan Hui cun siucay Seng Tiok sian yang berada
dibelakangnya segera mengira kedua orang itu sebagai kaum
iblis Ban seng kiong yang hendak melakukan pengejaran,
dengan cepat mereka mengayunkan telapak tangannya
1337 melancarkan serangan dahsyat untuk menyongsong kedatangan
mereka. Baru saja Thi Eng khi melancarkan serangan, tampak orang itu
sudah berkelit ke samping dengan ilmu Hu kong keng im,
kenyataan ini membuat Thi Eng khi merasa terkejut sekali.
Dengan cepat pendatang itu melepaskan topeng kulit
manusianya sembari berseru :
"Saudara cilik, aku yang datang!"
"Oooh, rupanya Kian tua!" seru Thi Eng khi dengan penuh
kegembiraan. Sementara itu dipihak lain Hui cun siucay Seng Tiok sian telah
beradu pukulan satu kali dengan Sam ku sinni, akibat dari


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bentrokan tersebut Seng Tiok sian terdorong mundur sejauh
tiga langkah lebih. Sementara dia hendak melancarkan
tubrukan kembali, Thi Eng khi sudah berteriak keras :
"Saudara Seng, cepat hentikan seranganmu, kita adalah orang
sendiri." Hui cun siucay Seng Tiok sian segera miringkan badan dan
menghentikan gerakan tubuhnya. Sam ku sinni pun segera
melepaskan topeng kulit manusia yang dikenakan. Dalam
suasana yang serba kacau ini Ban li tui hong Cu Ngo, si
pencuri sakti Go Jit serta Siu Cu telah melepaskan pula topeng
kulit manusia masing masing dan menotok jalan darah Keng
thian giok cu Thi Keng sekalian bertiga sebelum mendudukkan
mereka keatas tanah.
Sungguh tak pernah disangka oleh Thi Eng khi kalau Ban li tui
hong Cu Ngo sekalian dapat menguasai kakeknya bertiga,
kenyataan ini membuatnya tertegun.
1338 "Hei, apa yang sebenarnya telah terjadi," tegurnya kemudian
keheranan. Bu im sin hong Kian Kim siang menghela napas panjang.
"Aaai.... sesungguhnya kakekmu semua sudah kehilangan
kesadaran dan kepandaian silatnya, jalan pikiran mereka sudah
dikendalikan oleh Hian im Tee kun, seandainya saudara cilik
tidak menyatakan kalau kepandaian silatmu telah pulih
kembali, hampir saja engkoh tua mu hendak melakukan
perbuatan yang mungkin akan kusesali sepanjang masa."
Menyusul kemudian dia lantas menuturkan bagaimana mereka
berencana hendak membunuh ketiga orang tokoh persilatan itu
guna melindungi nama baik mereka dari aib. Thi Eng khi yang
mendengar penjelasan tersebut menjadi terkejut bercampur
terharu, untuk beberapa saat lamanya dia sampai tak mampu
mengucapkan sepatah kata pun.
Ternyata Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan
Thi Eng khi sudah berhasil memperoleh kembali kepandaian
silatnya, dengan cepat mengambil keputusan untuk merubah
rencananya semula. Diam diam dia mengirim berita kepada
Ban li tui hong Cu Ngo bertiga agar merebut Keng thian giok
cu Thi Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek lojin So Seng pak dari
cengkeraman musuh.
Oleh karena peristiwa itu berlangsung sangat tiba tiba, maka
mereka pun berhasil memperoleh kesuksesan yang sama sekali
diluar dugaan. Baru saja dipihak sini para jago berhasil
merobohkan Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni dan
Tiang pek lojin So Seng pak, pertarungan yang berlangsung
antara Ciu Tin tin, Pek leng siancu So Bwe leng dan Bu Nay
nay melawan para iblis pun telah berakhir karena hardikan
1339 Hian im Tee kun, masing masing pihak telah balik ke posisi
masing masing. Terdengar Hian im Tee kun tertawa seram tiada hentinya,
kemudian membentak keras :
"Anjing kecil, tempat ini terlampau sempit dan kurang leluasa
untuk dijadikan anjang pertarungan, beranikah kau naik ke
gunung untuk mengadakan pertemuan di istanaku?"
Thi Eng khi tertawa nyaring.
"Haaahhh... haaahhh..... haaahhh... hari ini adalah saat
kiamatnya Ban seng kiong kalian, apa salahnya untuk
melepaskan kau agar bisa melakukan persiapan terlebih dulu?"
"Baik!" kata Hian im Tee kun kemudian sambil tertawa dingin,
"aku akan segera mempersiapkan upacara terakhir bagi kalian
semua...."
Dengan membawa begundal begundalnya, dia lantas
mengundurkan diri dari tempat itu. Sementara itu para
penonton keramaian mulai sadar kalau keramaian yang bakal
berlangsung dalam istana Ban Seng kiong kali ini bukan
permainan biasa, mereka yang bernyali kecil segera
membubarkan diri dan pulang ke rumah masing masing. Hanya
mereka yang bernyali besar dan menganggap dirinya sebagai
jagoan persilatan saja yang tetap berada di tempat semula,
mereka telah bersiap sedia mengikuti rombongan Thi Eng khi
untuk melangsungkan pertarungan mati matian melawan para
iblis. Setelah para gembong iblis dari Ban seng kiong berlalu, maka
pertama yang hendak dilakukan Thi Eng khi adalah
memulihkan dulu kesadaran dari Keng thian giok cu Thi Keng,
1340 Sim ji sinni serta Tiang pek lojin So Seng pak. Seperti
diketahui, dalam gua Yang Sing tong milik Cu sim ci cu Thio
Biau liong, Thi Eng khi berhasil mempelajari semua
kepandaian sakti milik tokoh persilatan tersebut, bahkan dari
kitab kitab pusaka yang disimpan disana, dia peroleh
pengetahuan yang luar sekali. Tidak heran kalau Thi Eng khi
cukup menguasai tentang ilmu menotok jalan darah dan
bagaimana menguasai kesadaran seseorang.
Sekalipun demikian, oleh sebab pelbagai ilmu mempunyai ciri
yang berbeda, otomatis cara pengobatannya pun berbeda, maka
bilamana seseorang salah bertindak atau salah memberi
pengobatan, salah salah orang yang ditolong akan menjadi
orang yang bodoh atau lemah ingatan. Itulah sebabnya Thi Eng
khi sengaja membiarkan Hian im li Cun Bwe menotok jalan
darah Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, kemudian
menyadap cara Cun Bwee membebaskan pengaruh totokan
tersebut. Coba kalau tiada petunjuk tersebut mungkin si anak muda ini
pun tak berani turun tangan secara sembarangan guna
menolong Keng thian giok cu Thi Keng bertiga. Sekarang Thi
Eng khi sudah menguasai penuh cara pengobatan yang pernah
digunakan Hian im li Cun Bwee, dikombinasikan pula dengan
pengetahuan yang dimilikinya, dia segera bertindak dengan
cepat. Tampak tubuhnya berputar bagaikan roda kereta dalam
waktu singkat dia sudah menotok dan menguruti semua nadi
penting ditubuh ketiga orang tokoh persilatan tersebut. Tidak
sampai dua perminum teh, Keng thian giok cu Thi Keng
bertiga sudan berhasil memperoleh kembali kesadaran otaknya.
Secara beruntun Thi Eng khi, Ciu Tin tin dan So Bwe leng
maju menghunjuk hormat kepada kakek dan gurunya masingmasing...
1341 Pit tee jiu Wong Tin pak serta Ngo liau sianseng Lim Biau lim
juga segera maju ke depan menjumpai guru serta susioknya.
Menyusul kemudian Bu im sin hong Kian Kim siang
menuturkan semua peristiwa yang telah terjadi selama ini
kepada ketiga orang tua tersebut.
Mendengar penuturan itu, ketiga orang tua itu saling
berpandangan dengan wajah tertegun, sementara harinya
berdebar keras seakan akan baru saja memperoleh sebuah
impian yang sangat buruk. Seakan akan kehilangan sesuatu,
Keng thian giok cu Thi Keng menghela napas panjang,
kemudian ujarnya :
"Kian lote, kepandaian silat kami bertiga sudah hilang,
terpaksa rencana kita untuk mengerubuti Hian im Tee kun
harus diserahkan kepada angkatan muda muda untuk
menyelesaikannya, walaupun kalau dipikir kembali sungguh
membuat hati orang tak puas ....."
Bu im sin hong Kian Kim siang hanya bisa mengeluh sebab dia
sendiripun tak berhasil menemukan kata yang tepat untuk
menghibur hati mereka.
"Yaya!" kata Thi Eng khi tiba tiba dengan kening berkerut,
"serangan gelap apa sih yang telah dilancarkan Hian im Tee
kun terhadap kalian."
Kembali Keng thian giok cu Thi Keng menghela napas
panjang, sahutnya sambil tertawa getir :
"Anak Eng, sekalipun kau sudah memperoleh warisan dari
seluruh kepandaian Cu sim ci cu Thio locianpwe, rasanya tidak
gampang untuk menolong yayamu sekalian."
1342 "Coba yaya utarakan dan kita bisa merundingkan bersama
sama, kalau dibilang sudah tidak ada cara lagi, hal ini
mustahil...."
Ketua Bu tong pay Keng hian totiang berbicara :
"Dalam semalaman saja, Thi ciangbunjin berhasil memulihkan
tenaga dalam kami semua, kejadian ini cukup membuat Hian
im Tee kun merasa terkejut, bila kita bisa membantu cianpwe
bertiga lagi untuk memulihkan kembali kepandaian silatnya,
kemudian dengan kerja sama cianpwe bertiga dengan Kian tua,
Hian im Tee kun sudah pasti akan menderita kekalahan total
dan pertarungan yang berlangsung hari ini pun pasti akan kita
menangkan secara keseluruhan."
Dengan suara dalam Keng thian giok cu Thi Keng segera
berkata : "Kami bertiga telah terkena racun Hua kang san dari Hian im
Tee kun, anak Eng, apakah kau punya akal?"
Thi Eng khi termenung sambil berpikir sebentar, kemudian
tanyanya lagi :
"Sudah berapa lama yaya terkena bubuk racun Hua kang san
tersebut?"
Keng thian giok cu Thi Keng menghitung sebentar harinya,
kemudian menyahut :
"Sampai hari ini baru tiga hari!"
"Untung Seng heng hadir disini, Eng ji bisa mencoba dengan
paksakan diri!"
Keng thian giok cu Thi Keng menjadi gembira sekali setelah
mendengar perkataan tersebut, serunya dengan cepat :
"Kalau begitu cepatlah pergunakan caramu itu untuk menolong
1343 kami, hari ini bila yaya tak mampu membunuh Hian im Tee
kun, rasanya sukar untuk melenyapkan rasa benci dari dalam
hatiku..."
Thi Eng khi mengeluarkan sembilan butir pil Kim khong giok
lok wan dan dibagikan kepada ketiga orang tua tersebut.
Kemudian meminta kepada Bu im sin hong Kian Kim siang,
Sam ku sinni dan ketua Bu tong pay Keng hian totiang untuk
menggunakan tenaga dalamnya membantu ketiga orang tua
tersebut. Setelah itu, dia menarik Hui cun siucay Seng Tiok sian ke
samping dan mengajaknya berunding.
"Nanti siaute akan mempergunakan hawa murni sam wi cing
hui untuk melumerkan sari racun Hua kang san yang berada
dalam tubuh ketiga orang tua tersebut, harap saudara Seng
dengan mempergunakan ilmu Ban hong ki lun (selaksa lebah
mengelilingi putik) menusuk tiga puluh enam buah jalan darah
penting di tubuh mereka, dengan berbuat demikian maka tidak
sulit buat kita untuk menghilangkan pengaruh racun Hua kang
san tersebut....."
Hui cun siucay Seng Tiok sian adalah seorang yang ahli pula
dalam ilmu pertabiban, setelah mendengar perkataan dari Thi
Eng khi tersebut, dia lantas berkata dengan kening berkerut :
"Saudara Thi, untuk membantu semua orang dalam
memulihkan tenaganya kembali, kau sudah mengorbankan
banyak sekali hawa murnimu, apakah kau masih mempunyai
sisa tenaga untuk membantu ketiga orang tua ini?"
"Sebelum dimulai, harap saudara Seng menusuk jalan darah Ki
juan hiat dan Thian yu hiat ditubuhku dengan jarum emas,
dengan begitu akan merangsang sisa tenaga yang siaute miliki,
1344 aku pikir kekuatan tersebut masih cukup dipakai
menyembuhkan sisa racun yang mengeram ditubuh ketiga
orang tua tersebut."
Hui cun siucay Seng Tiok sian mengerutkan keningnya makin
kencang : "Saudara Thi, tahukah kau apa akibatnya dengan berbuat
demikian ini?"
Thi Eng khi tertawa bangga.
"Siaute telah mempertimbangkan baik baik ....."
Oleh sebab Hui cun siucay Seng Tiok sian tidak mengetahui
sampai dimanakah taraf tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng
khi, maka secara khusus dia memperingatkan pemuda itu lagi :
"Saudara Thi, dengan berbuat demikian kau akan
menghancurkan seluruh tenaga dalam yang dimiliki!"
Thi Eng khi kembali tertawa.
"Bagi siaute cukup beristirahat satu bulan saja, semua tenaga
dalam yang kumiliki akan pulih kembali seperti sedia kala".."
Hui cun siucay Seng Tiok sian mengira ucapan dari Thi Eng
khi tersebut hanya bermaksud menghibur hatinya, dia
beranggapan Thi Eng khi hendak mengorbankan diri untuk
mewujudkan harapan ketiga orang tua tersebut, maka tanpa
terasa ujarnya jauh :
"Tapi dalam pertarungan hari ini, musuh lebih banyak daripada
kita, kau tak boleh sampai ketinggalan!"
"Setelah membantu semua orang memulihkan tenaga
dalamnya, kekuatan yang kumiliki sekarang sudah tak sanggup
1345 untuk menandingi Hian im li sekalipun bertambah dengan aku
seorang tak bisa dianggap banyak, kekurangan aku seorangpun
tak bisa dihitung kurang, sebaliknya bila kubantu memulihkan
kembali kekuatan dari ketiga orang tua tersebut, sekalipun
kehilangan aku seorang, tapi akan bertambah tiga orang jago
lihay yang jauh mengungguli Hian im li, bukankah hal ini jauh
lebih untung bagiku."
Hui cun siucay Seng Tiok sian benar benar dibikin takluk, dia
menghela napas panjang kemudian ujarnya :
"Saudara, siaute benar benar mengagumi watakmu, baiklah,
aku akan turut perintah!"
Thi Eng khi segera mengajak Seng Tiok sian balik kembali ke
hadapan ketiga orang tua itu, pikirnya kemudian :
"Bila aku menolong kakekku lebih dulu, bisa jadi kakek akan
tak senang hati...."
Maka dia lantas menuju ke belakang punggung Sim ji sinni dan
duduk bersila disitu, dia menyuruh Hui cun siucay Seng Tiok
sian menusuk jalan darah Khi juang hiat dan Thian yu hiatnya
untuk merangsang tenaga sisa yang dimiliki, kemudian telapak
tangannya ditempelkan diatas jalan darah Pay sim hiat di
punggung Sim ji sinni.
Tindakan Thi Eng khi dalam menggunakan Sam wi ceng hui
untuk melebur racun dalam tubuh Sim ji sinni itu memang tak
dapat disaksikan dengan mata telanjang, maka dari perhatian
semua orang sekarang dialihkan ke wajah Hui cun siucay Seng
Tiok sian. Hui cun siucay Seng Tiok sian sebagai ahli waris
dari Tabib nomor wahid dikolong langit dewasa ini, si
Pembenci raja akhirat Kwik Keng thian memiliki kemampuan
yang lihay sekali, kecuali Thi Eng khi boleh dibilang tiada


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang yang bisa menandingi dirinya lagi.
1346 Cuma tiada orang yang mengetahui akan hal ini, siapapun tidak
menyangka kalau pemuda tersebut memiliki ilmu pertabiban
yang luar biasa. Waktu itu dalam genggaman tangannya penuh
dengan jarum emas sementara sepasang mata yang tajam
mengawasi terus perubahan wajah Sim ji sinni tanpa berkedip.
Pada mulanya, di bawah leburan hawa sakti Sam wi ceng hui
dari Thi Eng khi, paras muka Sim ji sinni berubah menjadi
merah membara dan dadanya naik turun amat keras, napasnya
tampak susah dan sesak. Kemudian paras muka Sim ji sinni
makin lama berubah semakin merah, napas
pun makin lama semakin memburu dan tersengkal sengkal,
seakan akan sudah hampir putus napas saja "..
Waktu itu Hui cun siucay Seng Tiok sian berdiri dihadapan
Sim ji sinni, peluh sebesar kacang kedelai bercucuran pula
membasahi seluruh wajahnya, jelas dia pun merasa sangat
tegang sekali".
Sudah barang tentu rasa tegangnya ini dikarenakan dia harus
menggunakan jarumnya pada saat yang paling tepat, salah yang
kecil pun bukan saja akan menghancurkan Sim ji sinni bahkan
Thi Eng khi sendiripun akan turut musnah"..
Sekarang paras muka Sim ji sinni sudah berubah merah darah,
dari tenggorokannya pun mulai bergema suara gemerutuk yang
sangat aneh. Ketika suara tersebut berkumandang untuk ketiga
kalinya, suara sudah kedengarannya lemah sekali, atau dengan
perkataan lain sudah mencapai saat orang hendak
menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Di saat seperti inilah Hui cun siucay Seng Tiok sian
mengayunkan sepasang tangannya bersama sama, selapis
cahaya tajam yang berwarna keemas emasan menyebar di
seluruh angkasa, tahu tahu kedua puluh tiga batang jarum emas
1347 tersebut sudah menancap pada kedua puluh tiga buah jalan
darah penting ditubuh Sim ji sinni (kecuali jalan darah pada
alat kelaminnya).
Dalam sekali sambitan dua puluh tiga batang jarum emas
dilancarkan bersamaan, sasaranpun amat tepat, hal tersebut
membuat puluhan jago yang hadir di arena sama sama
menghela napas panjang. Selesai melancarkan ke dua puluh
tiga batang jarum emas tersebut, Hui cun siucay Seng Tiok sian
menghembuskan napas panjang dan menyeka keringat yang
membasahi wajahnya. Kemudian dia mengeluarkan kembali
dua belas batang jarum emas dan digenggam dalam tangannya.
Sementara itu paras rnuka Sim ji sinni dari warna merah sudah
berubah menjadi semu merah lalu berubah menjadi pucat pias,
akhirnya wajahnya benar benar menjadi pucat pasi. Lama, lama
kemudian dari warna semu berubah kembali menjadi warna tua
dan akhirnya pulih menjadi merah.
Sekali pun demikian, dengusan napas Sim ji sinni meski masih
agak memburu namun jauh lebih enteng dan lega. Pada
kesempatan yang selanjutnya, kembali Hui cun siucay Seng
Tiok sian mengayunkan tangannya untuk melancarkan kedua
belas batang jarum emas yang berada ditangannya. Sebenarnya
Hui cun siucay Seng Tiok sian berdiri saling berhadapan
dengan Sim ji sinni, tapi jarum emas yang dilancarkan olehnya
justru berkelebat diantara kilauan cahaya emas dan bersama
lama menancap diatas dua belas jalan darah penting
dipunggung Sim ji sinni
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian
tersebut tanpa terasa memuji :
"Benar benar suatu gerakan Hui hong hui hong (Pelangi
terbang angin berpusing) yang hebat!"
1348 Mendadak hatinya bergetar keras cepat tanyanya lagi :
"Sobat cilik, apakah kau pelajari ilmu tersebut dari si Pembenci
raja akhirat Kwik Keng thian?"
"Dia orang tua adalah guru boanpwe!" jawab Hui cun siucay
Seng Tiok sian dengan wajah serius.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa terbahak bahak.
"Haaaahh... haahhhh.... haaahhhh.. tahukah kau siapakah aku?"
"Dari nada pembicaraan tadi boanpwe sudah mengetahui
tentang locianpwe hanya belum sempat memberi salam saja."
Kemudian sambil menjura kepada Bu im sin hong Kian Kim
siang, katanya :
"Boanpwe Seng Tiok sian menjumpai locianpwe."
Belum habis dia berkata, tiba tiba badannya menerjang maju ke
muka, buru buru Bu im sin hong Kian Kim siang mengayunkan
tangannya melepaskan sebuah pukulan tanpa wujud untuk
mengangkat badannya dari atas tanah.
"Apakah kau sudah banyak mengorbankan tenaga dalammu?"
katanya penuh perhatian.
Paras muka Hui cun siucay Seng Tiok sian berubah menjadi
semu merah, sahutnya cepat :
"Tenaga dalam boanpwe memang cetek, ditambah lagi sedang
merasa tegang, aku merasa rada pusing."
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menempelkan telapak
tangannya keatas bahu Hui cun siucay Seng Tiok sian,
segulung aliran hawa panas segera menyusup ke dalam tubuh
1349 Hui cun siucay Seng Tiok sian, pesannya kemudian :
"Cepat kau salurkan hawa murni untuk mengelilingi seluruh
badan, hari ini jika kau sudah membantu saudara cilik Thi
untuk memulihkan kembali tenaga dalam dari ketiga orang
locianpwe tersebut sehingga memberikan kebanggaan untuk
sahabat sahabat persilatan yang berada di wilayan Im kui siang
juan, supek pasti akan baik baik memberi hadiah untukmu."
Kemudian setelah berhenti sejenak dia berkata lebih jauh :
"Bersediakah kau mempelajari ilmu gerakan tubuh Hu kong
keng im milik supekmu ini?"
Mendengar perkataan tersebut Hui cun siucay Seng Tiok sian
menjadi terkejut bercampur girang, hampir saja dia berhenti
bersemedi, buru buru serunya :
"Terima kasih banyak supek!"
Perlu diketahui, Hu kong keng im adalah ilmu gerakan tubuh
andalan dari Bu im sin hong Kian Kim siang, padahal sudah
puluhan tahun lamanya Bu im sin hong Kian Kim siang
termashur dalam dunia persilatan. Bisa dibayangkan betapa
gembiranya Hui cun siucay Seng Tiok sian setelah mendengar
kalau Bu im sin hong Kian Kim siang hendak mewariskan ilmu
andalannya itu kepadanya.
Sementara itu Thi Eng khi menyelesaikan pertolongannya dan
membantu Hui cun siucay Seng Tiok sian mencabut keluar
jarum emas dari tubuh Sim ji sinni. Ciu Tin tin yang amat
sayang kepada gurunya, dengan cepat menempelkan kembali
telapak tangannya diatas tubuh Sim ji sinni, dia berharap
gurunya bisa memperoleh kembali tenaga dalamnya secepat
mungkin. 1350 Tak lama kemudian Hui cun siucay Seng Tiok sian telah
berhasil memulihkan kembali kekuatannya. Sedangkan Thi
Eng khi atas bantuan dari jarum emas, dalam waktu singkat
berhasil pula menyembuhkan luka dari Tiang pek lojin So Seng
pak dan Keng thian giok cu Thi Keng.
Namun dalam pengobatan itu, berhubung Hui cun siucay Seng
Tiok sian memiliki tenaga dalam terlampau cetek, maka dia
harus menerima bantuan dari Bu im sin hong Kian Kim siang
untuk menyelesaikan tugas itu.
Begitulah, setelah ketiga orang tokoh persilatan tersebut
berhasil mendapatkan kembali tenaga dalamnya, mereka lantas
bersemedi untuk mengatur pernapasan. Akibat dari kejadian
ini, semua orang mulai menganggap Thi Eng khi bagaikan
dewa saja. Pada saat itulah, Hui cun siucay Seng Tiok sian siap hendak
mencabut keluar jarum emasnya dari atas jalan darah Khi juang
hiat dan Thian yu hiat ditubuh Thi Eng khi. Tapi pemuda itu
segera menggelengkan kepalanya sembari berkata :
"Tunggu dulu! Bila jarum emas ini dicabut keluar maka siaute
akan segera roboh lemas tak berkekuatan lagi, keadaanku nanti
seperti orang mati saja, bukan saja hal tersebut tak akan bisa
membantu semua orang di istana Ban seng kiong nanti,
malahan akan merepotkan semua orang untuk mencabangkan
pikiran dan melindungiku, ini jelas tidak leluasa untuk kalian
semua, menurut pendapat siaute, lebih baik jarum emas ini
dicabut keluar setelah kita menyapu rata seluruh istana Ban
seng kiong nanti!"
Dengan perasaan sangat kuatir Hui cun siucay Seng Tiok sian
berkata cepat :
"Saudara Thi, aku percaya ilmu pertabibanmu jauh lebih lihay
1351 daripada siaute, rasanya siaute pun tak usah memberi
peringatan lagi kepadamu, tapi bagaimanapun juga kau harus
memikirkan juga masa depan dari semua umat persilatan yang
ada di dunia ini."
Namun Thi Eng khi hanya menggelengkan kepalanya berulang
kali dan bersikeras menampik untuk mencabut keluar jarum
emas dari tubuhnya. Hui cun siucay Seng Tiok sian menjadi
amat gelisah, dia lantas memberitahukan hal tersebut kepada
Bu im sin hong Kian Kim siang. Mendengar kabar ini, Bu im
sin hong Kian Kim siang segera melotot ke arah Thi Eng khi
sambil menegur :
"Saudara cilik, benarkah kau ingin menyaksikan semua sahabat
dunia persilatan bersedih hati untukmu?"
Thi Eng khi tertawa getir :
"Kau tak usah kuatir Kian tua, siaute cukup tahu diri, sekali
pun diperpanjang setengah atau sehari pun tak bakal
menghancurkan siaute, saudara Seng tidak mengetahui tentang
penemuan aneh yang siaute terima di gua Yang sim tong, Kian
tua kau harus percaya kepadaku."
Bu im sin hong Kian Kim siang menjadi ragu ragu :
"Saudara cilik, bukannya engkoh tua tidak percaya kepadamu,
melainkan tak berani percaya kepadamu, kau tak boleh
sembarangan mengacau!"
Dia segera turun tangan menotok jalan darah Thi Eng khi.
Setelah membantu ketiga tokoh persilatan itu memperoleh
kembali hawa murninya. Thi Eng khi mengalami kerugian
yang besar sekali, sekalipun dia ingin berkelit sayang
kemampuannya sudah tidak memadai lagi. Dalam sekali
ayunan tangan saja, tampaknya jari tangan Bu im sin hong
1352 Kian Kim siang tersebut akan segera mencabut keluar jarum
emas ditubuhnya.
Mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara dari
Keng thian giok cu Thi Keng :
"Kian lote, apa sih kesalahan anak Eng" Tolong berilah muka
untuk siaute dan ampunilah dia untuk kali ini!'"
Sambil menghela napas panjang, Bu im sin hong Kian Kim
siang menarik tangannya, lalu berkata :
"Dia sendiri yang pingin mampus, coba bayangkan bikin hati
orang menjadi dongkol atau tidak?"
Walaupun kepandaian silat yang dimiliki Keng thian giok cu
Thi Keng baru saja pulih, namun kegagahan serta
kewibawaannya sama sekali tidak menjadi kurang, dengan
langkah lebar dia menghampiri Thi Eng khi, lalu ujarnya :
"Eng khi, kau anggap setelah memiliki tenaga dalam yang
tinggi maka boleh berbuat menurut kehendak sendiri?"
Jilid 42 Setelah Thi Eng khi bertindak, maka semua orangpun mengikuti
jejaknya dengan mengenakan pakaian baru pemberian dari Hian im
Tee kun. Ketika Hian im ji li melihat begitu tunduknya semua jago
kepada Thi Eng khi maka sikap mereka terhadap Thi Eng khi pun
semakin menghormat lagi.
Thi Eng khi memandang sekejap ke arah Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong yang masih dikuasai kesadarannya, kemudian
berkata ketus :
"Sekarang tentunya nona sudah bisa membebaskan pengaruh
totokan pada diri Sangkoan tayhiap bukan?"
"Apakah ini pun terhitung syarat yang kauajukan?" tanya Hian im
li Cun Bwee. 1353 "Ini termasuk tata kesopanan yang perlu diperhatikan pihak Ban
seng kiong ka?lian terhadap kami sebagai tamu, jadi bukan
merupakan permintaan atau syaratku."
Hian im li Cun Bwee termenung dan berpikir sejenak, kemudian
dia baru mengangguk : "Baiklah! Aku akan memberi muka lagi
untukmu, cuma akupun berharap agar kau tahu diri."
Thi Eng khi tertawa, dengan perhatian khusus dia memperhatikan
bagaimana cara Hian im li Cun Bwee membebaskan pengaruh
totokan dari tubuh Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong. Begitu Hian
im li Cun Bwee selesai membebaskan pengaruh totokan dari tubuh
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, kepada Hian im li Ciu Lan
ujarnya sambil tertawa :
"Jimoay, lebih baik kita bersikap lebih terbuka lagi dengan
mengembalikan senjata mereka, dengan begini kehadiran mereka
dalam upacara pun akan kelihatan lebih angker dan mentereng"."
Hian im li Ciu Lan segera mengiakan dan melaksanakan perintah
tersebut. Tiba tiba Thi Eng khi berseru sam?bil tertawa dingin :
"Kalian toh mengetahui bahwa tenaga dalam kami telah punah,
sekalipun ada senjata juga tak mampu banyak berkutik, huuh
terhitung perbuatan macam apakah itu" Jikalau kalian benar benar
ingin berjiwa besar bebaskan pula totokan pada tubuh kami semua."
Hian im li Cun Bwee segera tertawa :
"Sekarang kau tak usah memanasi hatiku dulu, asal kalian
berkemauan baik dan bersedia untuk bekerja sama, bukan cuma
jalan darah kalian saja yang akan dibebaskan, bahkan tenaga dalam
Thi ciangbunjin yang berhasil dibuyarkan oleh getaran Tee kun kami
pun akan dipulihkan kembali."
"Waah, kalau sampai demikian adanya aku pasti akan berterima
kasih sekali kepadamu!"
1354 "Kau benar benar akan berterima kasih kepadaku?" Hian im li Cun
Bwee memutar sepasang biji matanya.
"Aku yakin apa yang kuucapkan pasti akan kuwujudkan!"
Hian im li Cun Bwee segera mengalihkan sorot matanya ke wajah
Thi Eng khi dan memandangnya lekat lekat, setelah itu serunya :
"Baik! Kita tetapkan dengan sepatah kata ini, soal mendapatkan
kembali tenaga dalammu serahkan saja tanggungjawabnya keatas
pundakku!"
Sementara itu senjata tajam milik para jago telah dibawa kemari


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

oleh kawanan iblis dari Ban seng kiong dan dibagikan kepada
pemiliknya. Menerima kembali senjata tajam andalan masing
masing, para jago merasakan jantungnya berdebar keras sekali
sehingga hampir saja mau melompat keluar lewat mulut.
Tiba tiba Hui cun siucay Seng Tiok sian tampil ke depan sambil
berseru : "Mana kuda hitamku?"
"Waaah, kau sungguh pelit sekali," seru Hian im li Cun Bwee
sambil tertawa, "masa kedua ekor kuda itu untuk kami dua
bersaudara pun keberatan!"
Dengan wajah gelisah bercampur murung, Bu im sin hong Kian
Kim siang serta Sam ku sinni menunggu selama sehari semalam,
menjelang fajar menyingsing mereka baru menyaksikan si pencuri
sakti Go Jit pulang dengan tangan hampa. Sambil melepaskan
topeng kulit manusia wajahnya, si pencuri sakti Go Jit menghela
napas dan menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Sudah puluhan tahun boanpwe berkelana dalam dunia persilatan
tapi belum pernah kualami kegagalan total seperti hari ini," keluhnya
sedih, "jangan lagi mencuri kitab Hian im kui goan keng milik Hian
im Tee kun, untuk menemukan tempat rahasia untuk menyimpan
kitab tersebut pun tak berhasil, aaaai.... mulai hari ini malu aku
memakai sebutan si pencuri sakti lagi."
1355 Dalam keadaan yang sama sama kecewanya, dengan kedudukan
Bu im sin hong Kian Kim siang dalam dunia persilatan mau tak mau
dia mesti tersenyum guna menghibur hati si pencuri sakti Go Jit :
"Hian im Tee kun adalah manusia yang paling tangguh dalam
dunia persilatan dewasa ini, gagal ditangannya bukan merupakan
sesuatu kejadian aneh, jadi tidak termasuk suatu peristiwa yang
memalukan. Kau sudah sehari semalam tanpa istirahat, sekarang
beristirahatlah dahulu, dengan begitu kita dapat selekasnya sampai
di istana Ban seng kiong."
"Boanpwe sedang kalut percuma bersemedi, toh aku tak bisa
menenangkan pikiranku dengan sempurna, lebih baik sekarang juga
kita berangkat ke istana Ban seng kiong..."
"Langkah selanjutnya adalah langkah yang penting sekali
artinya," sela Sam ku sinni cepat, "lebih baik Go tayhiap memulihkan
dulu kondisi badanmu yang penat, agar dengan begitu kita tak usah
mengalami kegagalan lagi."
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa si Pencuri sakti Go Jit
harus menguasai gejolak perasaannya dan mulai bersemedi
mengatur pernapasan. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, si
pencuri sakti Go Jit telah selesai bersemedi dan melompat bangun
dari atas tanah.
Tatkala Bu im sin hong Kian Kim siang melihat rekannya baru
dapat memulihkan tujuh delapan bagian kesegaran badannya, dia
sebenarnya berniat untuk menyuruhnya bersemedi kembali, tapi
oleh karena wajah si pencuri sakti diliputi perasaan gelisah dan tak
sabar, akhirnya niat tersebut diurungkan.
Mereka bertiga segera mengenakan kembali topeng kulit manusia
masing masing kemudian dengan mengerahkan ilmu meringankan
tubuh, berangkatlah menelusuri jalan raya menuju ke istana Ban
seng kiong. Untung saja pada saat itu muncul banyak sekali jago
persilatan yang berbondong bondong berangkat ke istana Ban seng
kiong, dengan mencampurkan diri di antara mereka, dengan cepat
ketiga orang itu berhasil masuk ke dalam istana dengan selamat.
1356 Semenjak pihak Ban seng kiong berhasil menjaring semua inti
kekuatan dari dunia persilatan, mereka sudah tidak memandang
sebelah mata lagi terhadap kawanan jago lainnya. Mereka
menganggap di kolong langit dewasa ini sudah tiada manusia lagi
yang dapat melawan kekuasaan mereka, itulah sebabnya mereka
tidak memandang sebelah matapun terhadap para jago persilatan
yang hadir di sana.
Bukan hanya tidak dibatasi jumlahnya, bahkan merekapun
diperbolehkan masuk keluar dengan semaunya sendiri, agaknya hal
ini sengaja dilakukan untuk mencerminkan kebesaran jiwa orang
orang Ban seng kiong. Justru karena itulah, Bu im sin hong Kian Kim
siang sekalian dapat bergerak ke sana kemari dengan lebih leluasa
la?gi tanpa kuatir gerak geriknya itu akan mengundang kecurigaan
orang lain terhadap mereka.
Pukul delapan sudah menjelang tiba, lapangan luas di depan
pintu gerbang Ban seng kiong sudah penuh dengan manusia yang
berkumpul dari seantero penjuru dunia, mereka sedang menunggu
saat munculnya tokoh persilatan yang amat lihay itu. Sementara
semua orang sedang menanti dengan perasaan gelisah, dari atas
ruangan istana tiba tiba berkumandang suara tambur dan genta
yang dibunyikan bertalu talu.
Menyusul suara genta tersebut, dari balik pintu berjalan keluar
seorang kakek berwajah kemala yang memakai jubah kebesaran,
gayanya dibuat buat dan gerak geriknya sangat menjemukan.
Sementara semua orang masih mengawasi orang tadi, entah
darimana munculnya suara tertawa kegelian, menyusul kemudian
terdengar seseorang berseru :
"Huuuuh, monyet kesiangan juga diberi pakaian kebesaran,
sungguh menggelikan hati!"
"Siapa sih orang itu?" segera ada yang bertanya.
Setelah tertawa sinis orang itu menyahut lagi :
"Siapa lagi" Dia tak lain adalah Sau tee bun su (sastrawan
penyapu lantai) Lu toaya, masa kalian tidak kenal?"
1357 Tampaknya si sastrawan penyapu lantai Lu Put ji ini mempunyai
nama besar yang cukup termashur, buktinya walaupun tidak banyak
yang pernah menjumpainya, namun sedikit sekali yang tidak
mengetahui tentang dia. Tatkala para jago mendengar kalau orang
yang menampilkan diri adalah sastrawan penyapu lantai Lu Put ji,
kontan saja semua orang menjengek sinis.
"Huuuhhh, dasar setan hidup."
Dengan gaya yang dibuat buat, Sastrawan penyapu lantai Lu Put
ji berdiri di depan pintu gerbang, kemudian setelah mendeham
beberapa kali, dengan suara lantang dia berseru:
"Siaute hendak menyampaikan sebuah kabar gembira untuk
saudara sekalian, untuk menunjukkan rasa hormat Tee kun, beliau
telah berangkat ke tengah bukit Wang swan tay untuk menyambut
sendiri kehadiran para jago dari perguruan perguruan kenamaan
yang kali ini sengaja hendak menyatakan takluk mereka kepada
istana kami!"
"Grrrr....!"
Suasana menjadi gempar dan semua orang bersama sama
berdesakan menuju ke Wang swan tay untuk menyaksikan peristiwa
itu. Pencuri sakti Go Jit turut berebut mencari tempat yang strategis.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian tersebut
segera berkata :
"Go lote, jangan terburu napsu, Hian im Tee kun adalah manusia
licik yang banyak tipu muslihatnya, kita jangan gampang tertipu oleh
akal bulusnya, sekalipun hendak kesana, kita harus menunggu
sampai gembong iblis tua itu menampakkan diri..."
Dalam pada itu, Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji telah
berteriak kembali dengan suara lantang :
"Tee kun tiba, harap saudara sekalian bertepuk tangan sebagai
pernyataan hormat!"
1358 Dengan cepat dia menyingkir ke samping lalu menunjukkan sikap
yang hormat kearah balik ruangan bahkan kemudian sambil
mengerahkan tenaga dalamnya dia bertepuk tangan keras keras....
Para penonton keramaian yang berkumpul di sekitar lapangan
segera turut ketularan dengan bertepuk tangan pula keras keras,
ditambah pula para gembong iblis Ban seng kiong yang sudah
menyusup ke balik kerumunan orang banyak membuat suara tepuk
tangan yang bergema makin bertambah nyaring.
Bu im sin hong Kian Kim siang, Sam ku sinni dan pencuri sakti Go
Jit sama sama memperlihatkan juga sikap yang jahat. Di tengah
suara tepuk tangan yang gegap gempita, sambil tertawa dan
manggut manggut kepalanya, Hian im Tee kun tampil di depan pintu
gerbang. Dibelakang gembong iblis tersebut mengikuti Keng thian
giok cu Thi Keng, Tiang pek lojin So Seng pak dan Sim ji sinni. Di
paling belakang adalah kawanan manusia yang merupakan kerabat
kerabat Hian im Tee kun.
Sikap maupun gerak gerik Keng thian giok cu Thi Keng sekalian
yang berpandangan kosong macam orang yang tak sadar, membuat
Bu im sin hong Kian Kim siang semua merasa amat sedih. Bahkan si
pencuri sakti Go Jit merasa kuatir sekali bila tiada kesempatan untuk
turun tangan, ia merasa sangat tegang dan hatinya berdebar keras.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyadari keadaan rekannya
itu segera memperingatkan berulang kali :
"Go lote, kau harus menenangkan hatimu, tolong sampaikan pula
kepada Cu Ngo sekalian agar jangan turun tangan secara
sembarangan sebelum ada tanda rahasia dariku!"
Pencuri Sakti Go Jit termasuk jago kawakan yang sudah
berpengalaman sangat luas, dalam situasi semacam ini seharusnya
ia dapat mengendalikan diri, tapi kenyataannya dia seolah olah telah
kehilangan ketenangan hatinya. Hal ini menandakan kalau pengaruh
dari Hian im Tee kun cukup membuat para jago merasa keder
hatinya. 1359 Pencuri sakti Go Jit segera menerima perintah dan berlalu dari
situ untuk menyampaikan kepada Ban li tui hong Cu Ngo serta Siu
Cu. Sedangkan Bu im sin hong Kian Kim siang segera menarik
tangan Sam ku sinni dan bersama sama mendesak ke barisan paling
depan.... Setelah menyaksikan Hian im Tee kun membawa anak buahnya
berjalan lewat dari hadapannya, Bu im sin hong segera
mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya memberi bisikan kepada
Keng thian giok cu Thi Keng sekalian bertiga. Siapa tahu bisikan
tersebut sama sekali tidak memperoleh tanggapan dari Keng thian
giok cu Thi Keng sekalian, yang membuatnya lebih putus asa adalah
tindakan selanjutnya dari Keng thian giok cu Thi Keng yang
melaporkan isi bisikan tadi kepada Hian im Tee kun. Tapi Hian im
Tee kun cuma tertawa hambar belaka sama sekali tidak menanggapi
dengan serius. Sikap hambar dan mcmandang rendah dari Hian im Tee kun itu
segera ditanggapi Bu im sin hong Kian Kim siang sekalian sebagai
suatu penghinaan yang luar biasa. Untung sekali Bu im sin hong Kian
Kim siang bukan seorang manusia berangasan bukan menjadi marah
sebaliknya dia malahan meningkatkan kewaspadaan sendiri.
Menyusul di belakang kawanan iblis dari Ban seng kiong
mengikuti serombongan besar para penonton keramaian yang
bersama sama berangkat manuju ke Wang swan tay. Yang
dinamakan Wang swan tay adalah sebuah tanah perbukitan kecil
yang terletak diujung tikungan sebuah bukit dipunggung gunung,
jaraknya dari istana Ban seng kiong cuma sepuluh li. Walaupun
sangat dekat, namun oleh karena permukaan tanah yang tinggi
rendah tak menentu, maka walaupun orang berdiri di atas Wang
swan tay, istana Ban seng kiong tidak nampak dalam pandangan
mata. Di dekat bukit itu terbentang sebuah sungai dengan arus yang
amat deras, air mengalir turun ke bawah tebing dengan arus yang
amat derasnya, benar benar suatu pemandangan yang sangat indah.
Di sekeliling tanah perbukitan itu sudah penuh berdiri kawanan jago
1360 yang menonton keramaian, karenanya sisa tempat untuk tuan
rumah menjadi sempit sekali.
Tak lama setelah Hian im Tee kun sekalian tiba di Wang swan
tay, dari kejauhan nampak serombongan manusia pelan pelan
bergerak naik ke atas bukit. Yang berjalan di paling depan adalah
Hian im ji li, Cun Bwee serta Ciu Lan. Menyusul dibelakangnya
adalah Thi Eng khi beserta sekalian jago kenamaan dari dunia
persilatan. Pada barisan yang paling belakang mengikuti kawanan
iblis dari istana Ban seng kiong.
Tatkala para jago hampir tiba di Wang swan tay, Hian im ji li
segera melesat ke depan dan naik ke Wang swan tay lebih dulu,
kemudian tampak Cun Bwee membisikkan sesuatu di sisi telinga
Hian im Tee kun.
Selesai mendengar bisikan tersebut, Hian im Tee kun segera
tertawa terbahak bahak, serunya:
"Setelah terjadi pertarungan antara lohu melawan Thi ciangbunjin
da?ri Thian liong pay, dimana untuk membalas budi kebaikan dari
lohu yang telah mengampuni jiwanya, dia telah membujuk para
ciangbunjin dari berbagai perguruan besar serta jago jago termashur
dari kolong lanqit untuk bersama sama menggabungkan dengan
kami, untuk kesediaan mereka ini harap kalian sudi bertepuk tangan
sebagai tanda hormat!"
Suara tepuk tangan yang gegap gempita pun segera
berkumandang memecahkan keheningan. Di tengah tepuk tangan
yang gegap gempita pun, Thi Eng khi dan sekalian jago bersama
sama memasuki Wang swan tay.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang membaurkan diri diantara
kerumunan orang banyak dapat menyaksikan disebelah kanan Thi
Eng khi berdiri Ciu Tin tin, disebelah kirinya berdiri Pek leng siancu
So Bwe leng, sedangkan dibelakangnya adalah Bu Nay nay.
Dibelakang Bu Nay nay mengikuti pula seorang sastrawan muda
yang gagah, namun Bu im sin hong Kian Kim siang tidak mengenal
siapakah dia. Barulah dibelakang sastrawan muda itu menyusul
ketua Siau lim pay Ci long siansu serta ketua Bu tong pay Keng hian
1361 totiang "..
Yang paling aneh adalah Ci kay dan Ci liong taysu dari Siau lim
pay, Keng ik dan Keng ning totiang dari Bu tong pay, Pit tee jiu
Wong Tin pak dan Ngo liu sianseng Lim Biau lim dari Thian liong
pay, bukannya mengikuti dibelakang ketua masing masing mereka
malah membaurkan diri diantara kawanan jago lainnya.
Beberapa kali Bu im sin hong hendak menyapa Thi Eng khi
dengan mempergunakan ilmu menyampaikan suara, bahkan hendak
memberitahukan kepada Thi Eng khi kalau kakeknya Keng thian giok
cu Thi Keng sekalian sudah dikuasai kesadarannya oleh Hian im Tee
kun. Akan tetapi, ketika teringat olehnya akan nama baik Keng thian
giok cu sekalian serta teringat akan tindakan yang bakal dilakukan
olehnya, dia merasa lebih baik jangan berterus terang dengan si
anak muda. Padahal kecuali kata kata tersebut, dia merasa tiada
persoalan lain yang perlu dibicarakan lagi. Maka Bu im sin hong Kian
Kim siang segera membatalkan niatnya untuk berbicara dengan Thi
Eng khi. Sementara itu, Thi Eng khi bersama Ciu Tin tin, Pek leng siancu
So Bwe leng, Bu Nay nay dan si sastrawan muda yang mengikuti di
belakang Bu Nay nay telah meninggalkan rombongan mendekati
Wang swan tay. Sekarang jarak Hian im Tee kun dengan mereka
tinggal beberapa kaki saja. Berdiri tegak didepan musuhnya Thi Eng
khi nampak gagah, perkasa dan penuh berwibawa.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia menjura lebih dulu sebagai tata kesopanan, kemudian baru
menyapa : "Hian kun....!"
Nada suaranya sama sekali tidak menunjukkan sikap
kehormatan.....
Sambil berkerut kening, Hian im ji li (dua gadis Hian im) tertawa
getir. Nyatanya Hian im Tee kun sama sekali tidak menggubris akan
1362 sikap lawannya, malahan sambil tertawa terbahak bahak dia berkata
: "Haaahhh.... haaahhh.... haaahhhh... jauh jauh Thi Sauhiap
berangkat kemari untuk membaktikan diri dengan istana kami,
tujuan dan maksudmu benar benar patut dikagumi untuk itu lohu
akan menghormati tiga cawan arak kepadamu sebagai pertanda
sambutan hangat dari istana kami."
Bersama dengan selesainya perkataan itu muncul seorang gadis
berbaju hijau yang membawa sebuah baki kemala putih, diatas baki
terletak tiga cawan arak, perempuan itu langsung berjalan menuju
ke hadapan Hian im Tee kun.
Dengan sikap yang bersungguh sungguh Hian im Tee kun
memenuhi sendiri ketiga cawan tersebut dengan arak, kemudian
kepada Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek lojin
So Seng pak sekalian yang berada di belakangnya dia menitahkan :
"Harap tongcu bertiga sudi mewakili diriku untuk menghormati
secawan arak untuk Thi sauhiap!"
"Hamba terima perintah!" sahut Keng thian giok cu Thi Keng
sekalian dengan sikap yang hormat sekali.
Hian im Tee kun segera melirik sekejap kearah Thi Eng khi,
seolah olah dia hendak melihat bagaimanakah perubahan mimik
wajah si anak muda tersebut. Seandainya ketiga cawan arak itu
diberikan sendiri oleh Hian im Tee kun, maka sebagai tamu Thi Eng
khi pasti akan menerimanya tanpa ragu. Tapi dengan sikap Hian im
Tee kun yang menyuruh anak buahnya mewakili dia, hal ini sama
artinya dengan menganggap Thi Eng khi sebagai anak buahnya pula.
Itu berarti penghormatan arak ini bukan hormat seorang tuan rumah
terhadap tamunya, melainkan arak pujian seorang atasan terhadap
bawahannya. Ditambah lagi orang yang menghormati arak
kepadanya adalah Keng thian giok cu Thi Keng bertiga, menurut
aturan Thi Eng khi harus meneguknya juga. Tapi bila ketiga cawan
arak itu benar benar diteguk olehnya, bila Thi Eng khi hendak
menyangkal kalau dia adalah anak buah Hian im Tee kun
dikemudian hari, hal mana jelas tak akan mudah.
1363 Menghadapi situasi yang serba rikuh ini, bukan Thi Eng khi yang
mesti mengatasinya, melainkan Keng thian giok cu sekalian, karena
saat ini sudah mencapai saat yang paling kritis dimana pertarungan
tak dapat dihindari lagi. Thi Eng khi segera mengalihkan sorot
matanya kearah Keng thian giok cu Thi Keng sekalian bertiga, ketika
dilihatnya ketiga orang itu sama sekali tidak bermaksud turun tangan
terhadap Hian im Tee kun, diam diam dia menghela napas panjang,
pikirnya : "Sudah pasti ketiga orang tua itu telah mengira ilmu silatku
punah, demi keselamatan jiwaku mereka tak tega melakukan
tindakan yang memalukan ini.... aai mengapa aku tidak mengatakan
hal yang sebenarnya kepada mereka agar mereka dapat turun
tangan menghadapi Hian im Tee kun?"
Begitu ingatan tersebut melintas di dalam benaknya, dengan ilmu
menyampaikan suara dia lantas berseru :
"Yaya!"
Keng thian giok cu Thi Keng nampak tertegun, sorot matanya
segera dialihkan ke wajah Thi Eng khi. Sebelum pemuda itu berkata
lebih jauh, Hian im Tee kun telah berkata lagi:
"Tongcu bertiga, kalian harus menyampaikan salam hormat tiga
cawan arak ini kepada yang berkepentingan!"
"Bila hamba tak mampu melaksanakan tugas ini, kami rela
menerima hukuman berat," sahut Keng Thian giok cu Thi Keng
dengan cepat. Kemudian dia maju mendekati Thi Eng khi dengan
langkah lebar...
Thi Eng khi yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi sangat
gelisah, saking cemasnya dia sampai lupa menggunakan ilmu
menyampaikan suara, teriaknya cepat :
"Yaya, sekarang adalah saat bagi kita untuk turun tangan....
"Turun tangan" Apa maksudmu?" Keng Thian giok cu Thi Keng
berseru kembali tanpa menghentikan langkahnya.
Dengan suara lantang Thi Eng khi berteriak :
"Kepandaian silat yang cucunda miliki belum hilang, harap kalian
bertiga bertindak sesuai dengan rencana semula."
1364 Siapa tahu Keng thian giok cu Thi Keng menjadi gusar sekali
setelah mendengar perkataan itu, dengan suara keras dia berteriak :
"Kau jangan mengaco belo secara sembarangan, apakah kau
senang menyaksikan yayamu disebut orang yang tidak bersetia
kawan...."
Thi Eng khi semakin tertegun lagi, dia belum sempat mengartikan
ucapan dari Keng thian giok Thi Keng, ketika secara tiba tiba gadis
berbaju hijau yang membawa baki itu sudah mengayunkan
tangannya dan melemparkan baki tersebut ke wajah Thi Eng khi.
Menghadapi serangan yang mengancam tiba itu, dengan cekatan Thi
Eng khi berkelit ke samping. Tapi sebelum si anak muda itu
bertindak lebih jauh, gadis berbaju hijau itu sudah menempelkan
telapak tangannya diatas jalan darah Pay sim hiat dipunggung Keng
thian giok cu Thi Keng, kemudian kepada Thi Eng khi bentaknya
keras keras : "Thi Eng khi, kau berani turun tangan?"
Thi Eng khi merasakan hatinya bergetar keras, benar juga dia tak
berani menitahkan kepada Ciu Tin tin untuk turun tangan. Dengan
cepat gadis berbaju hijau itu membawa Keng thian giok cu Thi Keng
sekalian bertiga kembali ke hadapan Hian im Tee kun. Kemudian
baru menarik kembali telapak tangannya yang menempel diatas
jalan darah Pay sim hiat dipunggung Keng thian giok cu Thi Keng
dan menyingkir ke samping.
Keng thian giok cu sekalian bertiga segera memberi hormat
kepada Hian im Tee kun sembari berkata :
"Hamba sekalian tak mampu melaksanakan tugas secara baik,
harap Tee kun sudi melimpahkan hukuman kepada hamba
sekalian".."
Dengan cepat Hian im Tee kun mengulapkan tangannya.
"Kejadian ini berlangsung diluar dugaan dan sama sekali tak ada
sangkut pautnya dengan kalian, sekarang menyingkirlah lebih dahulu
sambil menantikan perintah selanjutnya!"
1365 Keng thian giok cu Thi Keng, Sim Ji sinni dan Tiang pek lojin So
Seng pak segera mengundurkan diri ke samping dengan sikap yang
menghormat sekali. Kejadian tersebut membuat Thi Eng khi semakin
kebingungan dan tidak habis mengerti.
Hian im Tee kun segera tertawa seram :
"Heeeehhh.... heeeehhh...... heeeehhh.... Thi Eng khi, kau jangan
berbicara yang bukan bukan, lohu tidak percaya kalau kau mampu
melepaskan diri dari pengaruh ilmu Hek sin thian kang ci "."
Sambil mengerahkan tenaga dalamnya Thi Eng khi tertawa
terbahak bahak, kemudian serunya :
"Coba dengarkan baik baik, berapa bagian tenaga dalamku yang
telah pulih kembali!"
Mendengar gelak tertawa orang, dengan wajah tertegun Hian im
Tee kun segera berpaling ke arah kakek Oh Yun yang berdiri
dibelakangnya, kemudian menegur ketus :
"Oh Yun, bukankah kau melaporkan sudah menotok jalan darah
Ki tong hiatnya dengan ilmu jari Hek sin thian kang ci?"
Dengan gugup dan ketakutan setengah mati kakek she Oh itu
menyahut : "Betul, hamba sendiri yang turun tangan dan tidak bakal salah
lagi"."
"Mengapa dia dapat memperoleh kembali kepandaian
silatnya....?" tegur Hian im Tee kun dengan suara menggeledek.
"Soal ini..... soal ini..... hamba"."
Thi Eng khi segera tertawa tergelak, tukasnya :
"Aku mempunyai kemampuan untuk membebaskan sendiri
pengaruh totokan tersebut, sekalipun kau yang turun tangan
sendiripun tak nanti bisa menyusahkan aku."
Hian im Tee kun segera tertawa dingin :
"Lohu tidak percaya dibalik kesemuanya ini, sudah pasti terdapat
hal hal yang tidak beres!"
1366 Sekali lagi Thi Eng khi tertawa bahak bahak.
"Haaaahhh.... haaaahhh... haaahhh..... iblis tua, masih banyak
persoalan yang tidak dapat kau percayai!"
Sembari berkata dia lantas bertepuk tangan tiga kali dan berpekik
nyaring lebih dahulu. Menyusul kemudian pekikan demi pekikan
nyaring bergema keluar dari mulut para jago yang dalam anggapan
kaum iblis Ban seng kiong sudah kehilangan ilmu silatnya itu. Di
dalam waktu singkat suara pekikan nyaring sudah menggema
memenuhi angkasa dan menggetarkan seluruh bukit Wu san
tersebut.... Berubah hebat paras muka para iblis yang berkumpul di Wang
swan tay, mereka dibuat gelagapan setengah mati, jelas perubahan
yang sama sekali diluar dugaan ini telah memberikan pukulan batin
yang cukup berat bagi mereka semua. Hian im Tee kun segera
berpaling kearah Hian im li Cun Bwee sambil memperdengarkan
suara tertawa dingin yang amat sinis, kemudian jengeknya :
"Kaulah yang harus memikul tanggung jawab ini!"
Dengan gemas Hian im li Cun Bwee melotot sekejap kearah Hian
im Tee kun, kemudian serunya pula :
"Hmmmmmm.... kau sendiripun tak akan terlepas dari tanggung
jawab ini!"
Dari pembicaraan tersebut dapat didengar kalau mereka sedang
saling melemparkan tanggung jawab sehingga bagi yang tidak
mengerti keadaan yang sebenarnya, hal ini tentu saja
kedengarannya agak mengherankan. Untung saja perkataan
tersebut tidak sampai kedengaran orang lain, karena pada saat itu
suara pekikan nyaring dari para jago telah menutupi seluruh
ruangan disekitar sana sehingga tentu saja tiada seorang
manusiapun yang memperhatikan kejadian kecil ini.
Suara pekikan yang menggetarkan seluruh jagad ini berlangsung
kurang lebih setengah perminum teh lamanya sebelum berhenti dan
sirap kembali. Disaat berakhirnya suara pekikan itu dan tatkala
1367 perhatian semua orang belum terpusatkan menjadi satu, mendadak
dari sisi Wang swan tay melayang keluar tiga sosok bayangan
manusia yang segera menerkam ke arah Keng thian giok cu Thi
Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek lojin So Seng pak bertiga.
Berhubung ketiga orang itu muncul dari arah belakang dan disaat
para iblis dari istana Ban seng kiong terpecah perhatiannya maka
terjangan tersebut menimbulkan kepanikan bagi semua iblis bahkan
setelah ketiga sosok bayangan manusia tersebut sudah hampir tiba
disisi tubuh Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek
lojin So Seng pak, mereka baru menyadari. Tapi pada saat itulah tiga
sosok bayangan manusia yang berhasil membekuk Keng thian giok
cu Thi Keng, Sim ji sinni, Tiang pek lojin So Seng pak telah
menerjang kehadapan Thi Eng khi dengan gerakan cepat.
Ciu Tin tin, Pek leng siancu So Bwe leng dan Bu Nay nay
melompat kemuka membiarkan ketiga orang itu lewat. Kemudian
mereka bertiga sama sama melancarkan serangan yang maha
dahsyat untuk membendung serbuan para iblis dari belakang.
Bersamaan waktunya dari arah samping muncul kembali dua sosok
bayangan manusia yang bersama sama tiga orang yang berhasil
menyambar tubuh Keng thian giok cu Thi Keng sekalian tadi
melayang turun dihadapan Thi Eng khi.
Thi Eng khi dan Hui cun siucay Seng Tiok sian yang berada
dibelakangnya segera mengira kedua orang itu sebagai kaum iblis
Ban seng kiong yang hendak melakukan pengejaran, dengan cepat
mereka mengayunkan telapak tangannya melancarkan serangan
dahsyat untuk menyongsong kedatangan mereka.
Baru saja Thi Eng khi melancarkan serangan, tampak orang itu
sudah berkelit ke samping dengan ilmu Hu kong keng im, kenyataan
ini membuat Thi Eng khi merasa terkejut sekali. Dengan cepat
pendatang itu melepaskan topeng kulit manusianya sembari berseru
: "Saudara cilik, aku yang datang!"
"Oooh, rupanya Kian tua!" seru Thi Eng khi dengan penuh
kegembiraan. 1368 Sementara itu dipihak lain Hui cun siucay Seng Tiok sian telah
beradu pukulan satu kali dengan Sam ku sinni, akibat dari bentrokan
tersebut Seng Tiok sian terdorong mundur sejauh tiga langkah lebih.
Sementara dia hendak melancarkan tubrukan kembali, Thi Eng khi
sudah berteriak keras :
"Saudara Seng, cepat hentikan seranganmu, kita adalah orang
sendiri." Hui cun siucay Seng Tiok sian segera miringkan badan dan
menghentikan gerakan tubuhnya. Sam ku sinni pun segera
melepaskan topeng kulit manusia yang dikenakan. Dalam suasana
yang serba kacau ini Ban li tui hong Cu Ngo, si pencuri sakti Go Jit
serta Siu Cu telah melepaskan pula topeng kulit manusia masing
masing dan menotok jalan darah Keng thian giok cu Thi Keng
sekalian bertiga sebelum mendudukkan mereka keatas tanah.
Sungguh tak pernah disangka oleh Thi Eng khi kalau Ban li tui
hong Cu Ngo sekalian dapat menguasai kakeknya bertiga, kenyataan
ini membuatnya tertegun.
"Hei, apa yang sebenarnya telah terjadi," tegurnya kemudian
keheranan. Bu im sin hong Kian Kim siang menghela napas panjang.
"Aaai.... sesungguhnya kakekmu semua sudah kehilangan
kesadaran dan kepandaian silatnya, jalan pikiran mereka sudah
dikendalikan oleh Hian im Tee kun, seandainya saudara cilik tidak
menyatakan kalau kepandaian silatmu telah pulih kembali, hampir
saja engkoh tua mu hendak melakukan perbuatan yang mungkin
akan kusesali sepanjang masa."
Menyusul kemudian dia lantas menuturkan bagaimana mereka
berencana hendak membunuh ketiga orang tokoh persilatan itu guna
melindungi nama baik mereka dari aib. Thi Eng khi yang mendengar
penjelasan tersebut menjadi terkejut bercampur terharu, untuk
beberapa saat lamanya dia sampai tak mampu mengucapkan
sepatah kata pun.
1369 Ternyata Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan Thi
Eng khi sudah berhasil memperoleh kembali kepandaian silatnya,
dengan cepat mengambil keputusan untuk merubah rencananya
semula. Diam diam dia mengirim berita kepada Ban li tui hong Cu
Ngo bertiga agar merebut Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni
dan Tiang pek lojin So Seng pak dari cengkeraman musuh.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oleh karena peristiwa itu berlangsung sangat tiba tiba, maka
mereka pun berhasil memperoleh kesuksesan yang sama sekali
diluar dugaan. Baru saja dipihak sini para jago berhasil merobohkan
Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek lojin So Seng
pak, pertarungan yang berlangsung antara Ciu Tin tin, Pek leng
siancu So Bwe leng dan Bu Nay nay melawan para iblis pun telah
berakhir karena hardikan Hian im Tee kun, masing masing pihak
telah balik ke posisi masing masing.
Terdengar Hian im Tee kun tertawa seram tiada hentinya,
kemudian membentak keras :
"Anjing kecil, tempat ini terlampau sempit dan kurang leluasa
untuk dijadikan anjang pertarungan, beranikah kau naik ke gunung
untuk mengadakan pertemuan di istanaku?"
Thi Eng khi tertawa nyaring.
"Haaahhh... haaahhh..... haaahhh... hari ini adalah saat
kiamatnya Ban seng kiong kalian, apa salahnya untuk melepaskan
kau agar bisa melakukan persiapan terlebih dulu?"
"Baik!" kata Hian im Tee kun kemudian sambil tertawa dingin,
"aku akan segera mempersiapkan upacara terakhir bagi kalian
semua...."
Dengan membawa begundal begundalnya, dia lantas
mengundurkan diri dari tempat itu. Sementara itu para penonton
keramaian mulai sadar kalau keramaian yang bakal berlangsung
dalam istana Ban Seng kiong kali ini bukan permainan biasa, mereka
yang bernyali kecil segera membubarkan diri dan pulang ke rumah
masing masing. Hanya mereka yang bernyali besar dan menganggap
1370 dirinya sebagai jagoan persilatan saja yang tetap berada di tempat
semula, mereka telah bersiap sedia mengikuti rombongan Thi Eng
khi untuk melangsungkan pertarungan mati matian melawan para
iblis. Setelah para gembong iblis dari Ban seng kiong berlalu, maka
pertama yang hendak dilakukan Thi Eng khi adalah memulihkan dulu
kesadaran dari Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni serta Tiang
pek lojin So Seng pak. Seperti diketahui, dalam gua Yang Sing tong
milik Cu sim ci cu Thio Biau liong, Thi Eng khi berhasil mempelajari
semua kepandaian sakti milik tokoh persilatan tersebut, bahkan dari
kitab kitab pusaka yang disimpan disana, dia peroleh pengetahuan
yang luar sekali. Tidak heran kalau Thi Eng khi cukup menguasai
tentang ilmu menotok jalan darah dan bagaimana menguasai
kesadaran seseorang.
Sekalipun demikian, oleh sebab pelbagai ilmu mempunyai ciri
yang berbeda, otomatis cara pengobatannya pun berbeda, maka
bilamana seseorang salah bertindak atau salah memberi
pengobatan, salah salah orang yang ditolong akan menjadi orang
yang bodoh atau lemah ingatan. Itulah sebabnya Thi Eng khi
sengaja membiarkan Hian im li Cun Bwe menotok jalan darah Cang
ciong sin kiam Sangkoan Yong, kemudian menyadap cara Cun Bwee
membebaskan pengaruh totokan tersebut.
Coba kalau tiada petunjuk tersebut mungkin si anak muda ini pun
tak berani turun tangan secara sembarangan guna menolong Keng
thian giok cu Thi Keng bertiga. Sekarang Thi Eng khi sudah
menguasai penuh cara pengobatan yang pernah digunakan Hian im
li Cun Bwee, dikombinasikan pula dengan pengetahuan yang
dimilikinya, dia segera bertindak dengan cepat. Tampak tubuhnya
berputar bagaikan roda kereta dalam waktu singkat dia sudah
menotok dan menguruti semua nadi penting ditubuh ketiga orang
tokoh persilatan tersebut. Tidak sampai dua perminum teh, Keng
thian giok cu Thi Keng bertiga sudan berhasil memperoleh kembali
kesadaran otaknya.
Secara beruntun Thi Eng khi, Ciu Tin tin dan So Bwe leng maju
menghunjuk hormat kepada kakek dan gurunya masing-masing...
1371 Pit tee jiu Wong Tin pak serta Ngo liau sianseng Lim Biau lim juga
segera maju ke depan menjumpai guru serta susioknya. Menyusul
kemudian Bu im sin hong Kian Kim siang menuturkan semua
peristiwa yang telah terjadi selama ini kepada ketiga orang tua
tersebut. Mendengar penuturan itu, ketiga orang tua itu saling
berpandangan dengan wajah tertegun, sementara harinya berdebar
keras seakan akan baru saja memperoleh sebuah impian yang
sangat buruk. Seakan akan kehilangan sesuatu, Keng thian giok cu
Thi Keng menghela napas panjang, kemudian ujarnya :
"Kian lote, kepandaian silat kami bertiga sudah hilang, terpaksa
rencana kita untuk mengerubuti Hian im Tee kun harus diserahkan
kepada angkatan muda muda untuk menyelesaikannya, walaupun
kalau dipikir kembali sungguh membuat hati orang tak puas ....."
Bu im sin hong Kian Kim siang hanya bisa mengeluh sebab dia
sendiripun tak berhasil menemukan kata yang tepat untuk
menghibur hati mereka.
"Yaya!" kata Thi Eng khi tiba tiba dengan kening berkerut,
"serangan gelap apa sih yang telah dilancarkan Hian im Tee kun
terhadap kalian."
Kembali Keng thian giok cu Thi Keng menghela napas panjang,
sahutnya sambil tertawa getir :
"Anak Eng, sekalipun kau sudah memperoleh warisan dari seluruh
kepandaian Cu sim ci cu Thio locianpwe, rasanya tidak gampang
untuk menolong yayamu sekalian."
"Coba yaya utarakan dan kita bisa merundingkan bersama sama,
kalau dibilang sudah tidak ada cara lagi, hal ini mustahil...."
Ketua Bu tong pay Keng hian totiang berbicara :
"Dalam semalaman saja, Thi ciangbunjin berhasil memulihkan
tenaga dalam kami semua, kejadian ini cukup membuat Hian im Tee
kun merasa terkejut, bila kita bisa membantu cianpwe bertiga lagi
untuk memulihkan kembali kepandaian silatnya, kemudian dengan
1372 kerja sama cianpwe bertiga dengan Kian tua, Hian im Tee kun sudah
pasti akan menderita kekalahan total dan pertarungan yang
berlangsung hari ini pun pasti akan kita menangkan secara
keseluruhan."
Dengan suara dalam Keng thian giok cu Thi Keng segera berkata
: "Kami bertiga telah terkena racun Hua kang san dari Hian im Tee
kun, anak Eng, apakah kau punya akal?"
Thi Eng khi termenung sambil berpikir sebentar, kemudian
tanyanya lagi :
"Sudah berapa lama yaya terkena bubuk racun Hua kang san
tersebut?"
Keng thian giok cu Thi Keng menghitung sebentar harinya,
kemudian menyahut :
"Sampai hari ini baru tiga hari!"
"Untung Seng heng hadir disini, Eng ji bisa mencoba dengan
paksakan diri!"
Keng thian giok cu Thi Keng menjadi gembira sekali setelah
mendengar perkataan tersebut, serunya dengan cepat :
"Kalau begitu cepatlah pergunakan caramu itu untuk menolong
kami, hari ini bila yaya tak mampu membunuh Hian im Tee kun,
rasanya sukar untuk melenyapkan rasa benci dari dalam hatiku..."
Thi Eng khi mengeluarkan sembilan butir pil Kim khong giok lok
wan dan dibagikan kepada ketiga orang tua tersebut. Kemudian
meminta kepada Bu im sin hong Kian Kim siang, Sam ku sinni dan
ketua Bu tong pay Keng hian totiang untuk menggunakan tenaga
dalamnya membantu ketiga orang tua tersebut.
Setelah itu, dia menarik Hui cun siucay Seng Tiok sian ke
samping dan mengajaknya berunding.
"Nanti siaute akan mempergunakan hawa murni sam wi cing hui
untuk melumerkan sari racun Hua kang san yang berada dalam
1373 tubuh ketiga orang tua tersebut, harap saudara Seng dengan
mempergunakan ilmu Ban hong ki lun (selaksa lebah mengelilingi
putik) menusuk tiga puluh enam buah jalan darah penting di tubuh
mereka, dengan berbuat demikian maka tidak sulit buat kita untuk
menghilangkan pengaruh racun Hua kang san tersebut....."
Hui cun siucay Seng Tiok sian adalah seorang yang ahli pula
dalam ilmu pertabiban, setelah mendengar perkataan dari Thi Eng
khi tersebut, dia lantas berkata dengan kening berkerut :
"Saudara Thi, untuk membantu semua orang dalam memulihkan
tenaganya kembali, kau sudah mengorbankan banyak sekali hawa
murnimu, apakah kau masih mempunyai sisa tenaga untuk
membantu ketiga orang tua ini?"
"Sebelum dimulai, harap saudara Seng menusuk jalan darah Ki
juan hiat dan Thian yu hiat ditubuhku dengan jarum emas, dengan
begitu akan merangsang sisa tenaga yang siaute miliki, aku pikir
kekuatan tersebut masih cukup dipakai menyembuhkan sisa racun
yang mengeram ditubuh ketiga orang tua tersebut."
Hui cun siucay Seng Tiok sian mengerutkan keningnya makin
kencang : "Saudara Thi, tahukah kau apa akibatnya dengan berbuat
demikian ini?"
Thi Eng khi tertawa bangga.
"Siaute telah mempertimbangkan baik baik ....."
Oleh sebab Hui cun siucay Seng Tiok sian tidak mengetahui
sampai dimanakah taraf tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi,
maka secara khusus dia memperingatkan pemuda itu lagi :
"Saudara Thi, dengan berbuat demikian kau akan
menghancurkan seluruh tenaga dalam yang dimiliki!"
Thi Eng khi kembali tertawa.
"Bagi siaute cukup beristirahat satu bulan saja, semua tenaga
dalam yang kumiliki akan pulih kembali seperti sedia kala".."
1374 Hui cun siucay Seng Tiok sian mengira ucapan dari Thi Eng khi
tersebut hanya bermaksud menghibur hatinya, dia beranggapan Thi
Eng khi hendak mengorbankan diri untuk mewujudkan harapan
ketiga orang tua tersebut, maka tanpa terasa ujarnya jauh :
"Tapi dalam pertarungan hari ini, musuh lebih banyak daripada
kita, kau tak boleh sampai ketinggalan!"
"Setelah membantu semua orang memulihkan tenaga dalamnya,
kekuatan yang kumiliki sekarang sudah tak sanggup untuk
menandingi Hian im li sekalipun bertambah dengan aku seorang tak
bisa dianggap banyak, kekurangan aku seorangpun tak bisa dihitung
kurang, sebaliknya bila kubantu memulihkan kembali kekuatan dari
ketiga orang tua tersebut, sekalipun kehilangan aku seorang, tapi
akan bertambah tiga orang jago lihay yang jauh mengungguli Hian
im li, bukankah hal ini jauh lebih untung bagiku."
Hui cun siucay Seng Tiok sian benar benar dibikin takluk, dia
menghela napas panjang kemudian ujarnya :
"Saudara, siaute benar benar mengagumi watakmu, baiklah, aku
akan turut perintah!"
Thi Eng khi segera mengajak Seng Tiok sian balik kembali ke
hadapan ketiga orang tua itu, pikirnya kemudian :
"Bila aku menolong kakekku lebih dulu, bisa jadi kakek akan tak
senang hati...."
Maka dia lantas menuju ke belakang punggung Sim ji sinni dan
duduk bersila disitu, dia menyuruh Hui cun siucay Seng Tiok sian
menusuk jalan darah Khi juang hiat dan Thian yu hiatnya untuk
merangsang tenaga sisa yang dimiliki, kemudian telapak tangannya
ditempelkan diatas jalan darah Pay sim hiat di punggung Sim ji sinni.
Tindakan Thi Eng khi dalam menggunakan Sam wi ceng hui
untuk melebur racun dalam tubuh Sim ji sinni itu memang tak dapat
disaksikan dengan mata telanjang, maka dari perhatian semua orang
sekarang dialihkan ke wajah Hui cun siucay Seng Tiok sian. Hui cun
siucay Seng Tiok sian sebagai ahli waris dari Tabib nomor wahid
dikolong langit dewasa ini, si Pembenci raja akhirat Kwik Keng thian
1375 memiliki kemampuan yang lihay sekali, kecuali Thi Eng khi boleh
dibilang tiada orang yang bisa menandingi dirinya lagi.
Cuma tiada orang yang mengetahui akan hal ini, siapapun tidak
menyangka kalau pemuda tersebut memiliki ilmu pertabiban yang
luar biasa. Waktu itu dalam genggaman tangannya penuh dengan
jarum emas sementara sepasang mata yang tajam mengawasi terus
perubahan wajah Sim ji sinni tanpa berkedip. Pada mulanya, di
bawah leburan hawa sakti Sam wi ceng hui dari Thi Eng khi, paras
muka Sim ji sinni berubah menjadi merah membara dan dadanya
naik turun amat keras, napasnya tampak susah dan sesak.
Kemudian paras muka Sim ji sinni makin lama berubah semakin
merah, napas pun makin lama semakin memburu dan tersengkal sengkal,
seakan akan sudah hampir putus napas saja "..
Waktu itu Hui cun siucay Seng Tiok sian berdiri dihadapan Sim ji
sinni, peluh sebesar kacang kedelai bercucuran pula membasahi
seluruh wajahnya, jelas dia pun merasa sangat tegang sekali".
Sudah barang tentu rasa tegangnya ini dikarenakan dia harus
menggunakan jarumnya pada saat yang paling tepat, salah yang
kecil pun bukan saja akan menghancurkan Sim ji sinni bahkan Thi
Eng khi sendiripun akan turut musnah"..
Sekarang paras muka Sim ji sinni sudah berubah merah darah,
dari tenggorokannya pun mulai bergema suara gemerutuk yang
sangat aneh. Ketika suara tersebut berkumandang untuk ketiga
kalinya, suara sudah kedengarannya lemah sekali, atau dengan
perkataan lain sudah mencapai saat orang hendak menghembuskan
napasnya yang penghabisan.
Di saat seperti inilah Hui cun siucay Seng Tiok sian mengayunkan
sepasang tangannya bersama sama, selapis cahaya tajam yang
berwarna keemas emasan menyebar di seluruh angkasa, tahu tahu
kedua puluh tiga batang jarum emas tersebut sudah menancap pada
kedua puluh tiga buah
Harpa Iblis Jari Sakti 35 Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Hati Budha Tangan Berbisa 16
^